Pencarian

Pendekar Guntur 11

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 11


Sedangkan Kwang Tan dengan ilmu pukulan Gunturnya, tidak hentinya merubuhkan
lawan-lawannya. Dia memang hanya bertangan kosong belaka, namun setiap kali
telapak tangannya bergerak, maka dia telah dapat merubuhkan seorang lawannya.
Dalam keadaan seperti itu, Kwang Tan berobah menjadi seorang yang sangat
ditakuti oleh lawan2nya. Telapak tangannya selalu mendatangkan angin serangan
yang panas luar biasa. Suma Lin Liang sendiripun sangat hebat sekali, karena dia telah mengeluarkan
seluruh kepandaiannya buat secepat mungkin merubuhkan lawannya sebanyak-
banyaknya. Setiap kali Suma Lin Liang menggerakkan tangannya maka terdengar jerit kematian.
Memang sebelumnya Suma Lin Liang hanya bermaksud buat merubuhkan lawannya dalam
keadaan pingsan atau terluka didalam saja, untuk melumpuhkan tenaga lawannya.
Tetapi setelah bertempur itu berlangsung sekian lama, memaksa dia menurunkan
tangan keras, karena dia harus berani untuk menghadapi keadaan seperti itu,
dimana dia dikepung puluhan orang lawan.
Mau atau tidak memang dia harus membinasakan lawan-lawannya itu buat menggempur
nyali dari lawan lainnya, Dengan demikian, setiap kali dia menyerang maka dia
telah mempergunakan tenaga yang kuat sekali. Dia juga mempergunakan jurus-jurus
ilmu silat tangan kosong Sam Cie Kong.
Tubuh Suma Lin Liang seperti juga sesosok bayangan saja yang melayang kesana-
kemari dengan cepat sekali. Dan juga diwaktu itu dia telah menyerang kebagian
yang mematikan. Karenanya seorang demi seorang lawannya telah rubuh binasa.
Memang semua itu diperhitungkan benar oleh lawanlawannya, karena mereka melihat
setiap kali Suma Lin Liang menyerang, niscaya kawan mereka akan ada yang mati.
Maka biarpun mereka mengepungnya dengan ketat, tokh mereka tidak berani terlalu
dekat buat mendesak Suma Lin Liang.
Terlebih lagi mereka melihat Kwang Tan biarpun usianya masih begitu muda, namun
dia telah memiliki telapak tangan yang begitu liehay.
Setiap kali telapak tangannya menyambar, tentu ada lawan yang tubuhnya hangus
seperti disampar petir, Dengan demikian lawan dari Suma Lin Liang dan Kwang Tan
bersikap jauh lebih hati2.
Didalam pasukan Tek Goan Taysu sesungguhnya terdapat seorang tokoh sakti dari
aliran hitam. Akan tetapi kepandaiannya sangat liehay sekali, karena dia
menguasai ilmu Hek Tok Ciang, atau Pukulan Racun Hitam.
Dia bernama Taro Tam Lu Ie, seorang berasal dari Mongolia, dari sebelah utara
bagian daratan Tionggoan, dia memiliki bentuk tubuh yang sangat tegap sekali,
tinggi besar. Ketika melihat kawan2nya seorang demi seorang dapat dirubuhkan dan dibinasakan
oleh Kwang Tan dan Suma Lin Liang dengan mudah, dia jadi tidak sabar. Dengan
mengeluarkan suara seruan mengguntur, tubuhnya yang
tinggi besar itu telah melompat keluar dari tempat persembunyiannya, tentu saja
keadaan seperti itu bertolak belakang dengan potongan tubuhnya yang tinggi besar
dan tegap, yang seharusnya memiliki gerakan yang lamban.
Begitu dia melompat keluar, yang diterjangnya adalah Kwang Tan. Dengan suara
raungan yang bengis, dia hendak mencengkeram.
Orang ini memang memiliki ilmu Hek Tok Ciang, dengan sendirinya yang paling
diandalkannya merupakan ilmu pukulan tangan kosongnya yang sangat beracun itu.
Karena dari itu, biarpun tadi dia telah menyaksikannya, betapa setiap kali Kwang
Tan menghantam dengan telapak tangannya, tentu dia dapat membinasakan lawannya
dengan tubuh yang hangus tokh dia berani buat membenturkan tangannya pada tangan
Kwang Tan. Kwang Tan melihat diiringi suara raungan raungan singa, bahkan telah mengulurkan
tangan kanannya buat mencengkeram.
Yang mengejutkan telapak tangannya itu berwarna hitam dan menyiarkan bau yang
amis sekali, tentu saja hal itu memperlihatkan bahwa telapak tangan Tam Tam Lu
Ie beracun sekali. Kwang Tan namun percaya akan Gunturnya, dia sengaja tidak menarik menerjangnya
orang itu, yang yang sangat mengerikan seperti ilmu pukulan pulang telapak
tangannya, dia membiarkannya sangat saling bentur. Bentrokan yang terjadi
menimbulkan suara yang nyaring sekali Dan tubuh Kwang Tan tergetar, namun kuda
kuda kedua kakinya tidak sampai tergempur, sedangkan tubuh
Tam Tam Lu Ie telah terpental satu tombak lebih, mudanya pucat pias.
Sebelumnya dia telah mengharapkan begitu tangannya yang beracun bentrok dengan
Kwang Tan. segera dia bisa membuat anak itu yang tampaknya belum berusia tujuh
belas tahun, akan mati keracunan.
Akan tetapi siapa sangka, begitu tangannya saling bentrok dengan tangan Kwang
Tan justru dia merasakan betapa tangan Kwang Tan mengeluarkan hawa yang panas
bukan main, dan juga telah membuat dia terdorong kuat sekali.
Beruntung bahwa Tam Tam Lu Ie memang memiliki tenaga sinkang yang tinggi, dengan
demikian dia tidak sampai menjadi hangus oleh serangan Kwang Tan.
Cuma saja, dia merasakan betapa jantung nya seperti diserang oleh semacam hawa
yang panas bukan main, membuat
membuat Tam Tam Lu Ie terjengkit kaget, itulah yang
dia mengapa sampai melompat mundur satu
tombak lebih. Sedangkan Kwang Tan tidak kurang kagetnya, karena dia merasakan
tangan dari Tam Tam Lu Ie begitu panas. Dan panasnya tangan2 Tam Tam Lu Ie
menunjukkan bahwa racun di tangannya itu memang sangat ampuh sekali.
Tetapi memang Kwang Tan memiliki ilmu pengobatan yang tangguh sekali, dia juga
mengenal berbagai macam jenis racun yang paling hebat sekalipun juga, dengan demikian ia tidak jeri lawannya mempergunakan racun
apa pun juga. Tanpa mengatakan suatu apapun juga, tubuh Kwang Tan telah melesat. Tahu-tahu dia
telah berada disamping Tam Tan Lu Ie, tangan kanannya telah menghantam kepada
Tam Tam Lu Ie dengan mempergunakan jurus yang ketiga dan ilmu pukulan Gunturnya.
Angin yang meluncur dari telapak tangannya disamping kuat, juga sangat panas
sekali. Karena telah mengalami peristiwa yang sangat mengejutkannya tadi, merupakan
pengalaman pahit buatnya, Tam Tam Lu Ie tidak berani
menangkis, Dia telah menantikan sampai
sembarangan serangan itu hampir tiba, barulah dia mengeluarkan seruan yang nyaring sekali, tahu-tahu
tubuhnya itu telah bergerak kesana kemari
dengan lincah sekali dia telah menangkis dengan gerakan menyamping, menggunakan
ilmu pukulan Hek Tok Ciang nya, dengan demikian, dia bermaksud dapat menghantam
dada dari Kwang Tan. Usaha dari Tam Tam Lu Ie ternyata gagal karena dia tidak berhasil menghantam
pada sasaran yang diinginkannya, bahkan angin pukulan guntur dari Kwang Tan telah tiba lebih dulu.
Kembali Tam Tam Lu Ie merasakan dadanya sakit sekali, karena serangkum hawa yang
panas seperti telah menyelusup kedalam jantungnya, sehingga dia terjengkit dan
membuat dia kembali melompat mundur, dalam keadaan demikian benar2 Tam Tam Lu Ie
tidak mengerti mengapa Kwang Tan yang berusia begitu muda bisa memiliki ilmu
sehebat itu. Dengan penasaran sekali dia mengeluarkan suara bentakan nyaring mengandung hawa
pembunuhan, dengan kalap, dia menggerak2an kedua tangannya.
Gerakan kedua tangannya itu disertai pengerahan tenaga dalam yang hebat sekali,
karena dia ingin mempergunakan
seluruh kekuatan tenaga dalamnya yang beracun buat menyerang kepada Kwang Tan.
Kwang Tan dapat menduga akan maksud dari lawannya yang seorang itu.
Namun sebelum Kwang Tan bersiap2 menghadapinya, dia merasakan dari belakangnya
menyambar angin serangan yang dahsyat.
Menyadari bahwa dirinya tengah dibokong lawan lainnya, tanpa memutar tubuh,
tahu2 tangan kanan Kwang Tan telah menghantam kebelakang.
"Derrrr...." Tanpa sempat mengeluarkan suara jeritan lagi, tubuh penyerang yang
membokongnya, yang rupanya seorang tentara kerajaan, telah terjengkang dan roboh
ditanah tanpa bergerak pula, karena ketika dia telah mati dengan tubuh yang
menjadi hangus. Dengan demikian, hal itu hebatnya tenaga ilmu pukulan
memperlihatkan betapa Guntur yang memiliki Kwang Tan, sedangkan Tam Tam Lu Ie
terkesiap sejenak, dia heran dan kaget. Dia telah menyaksikan lagi akan
kehebatan dari ilmu pukulan anak lelaki ini.
Jika tadi dia tidak sampai menerima bencana yang terlalu hebat pada dirinya, hal
itu hanya disebabkan memang dia memiliki kepandaian yang tinggi dan sinkang yang
kuat, dengan demikian dia tidak sampai kena dicelakai oleh ilmu pukulan guntur
dari Kwang Tan. Sedangkan Kwang Tan telah tertawa dingin, katanya: "Mari kita main-main lagi !"
Sambil berkata begitu, Kwang Tan pun telah mengangkat sedikit
tangan kanannya lebih tinggi dari tangan kirinya, karena dia bersiap-siap hendak
menyerang dengan ilmu pukulan Gunturnya lagi. Tam Tam Lu Ie seperti baru
tersadar ketika mendengar tantangan Kwang Tan, Bagaikan kalap, dia telah
mengeluarkan suara bentakan yang bengis, tubuhnya
melompat dengan segera, dimana dia menghantam dengan kuat.
Dia memang tengah penasaran, karena dia yakin, walaupun bagaimana hebatnya
kepandaian Kwang Tan, akan tetapi seorang anak berusia belasan tahun tentu tidak
akan memiliki kepandaian yang terlalu dahsyat sekali, dan
tenaga sinkangnya tentu tidak akan dapat menandingi tenaga sinkang latihan
puluhan tahun. Disebabkan itu pula, karena desakan hawa amarah dan penasaran, membuat Tam Tam
Lu te telah menghantam dengan mempergunakan sembilan tenaga dalamnya.
Dengan dikerahkan tenaga pukulan yang lebih kuat daya kerja racun ditelapak
tangannya jadi lebih dahsyat. Memang ilmu Hek Tok Ciang yang dimiliki oleh Tam
Tam Lu Ie merupakan ilmu pukulan beracun yang langka
didalam rimba persilatan. jarang sekali ada orang yang bisa melatih ilmu itu
dengan sempurna. Umumnya, setiap orang berusaha melatih ilmu Hek Tok Ciang harus memiliki
keuletan dan juga harus menempuh latihan puluhan tahun buat memperoleh hasil
yang memuaskan. Latihan ilmu Hek Tok Ciang pun sangat berat sekali, tidak mudah. yaitu harus
berusaha melatih diri dengan mempergunakan puluhan macam jenis racun yang paling
hebat daya kerjanya. Setiap hari telapak tangan di rendam selama dua jam.
Dengan latihan seperti itu, kedalam kulit telapak tangan, racun dibiarkan
meresap Jika ia telah meningkat
setahun lebih, kulit luar telapak tangan akan dikeset dan akan direndam lagi
telapak tangan tanpa kulit itu, agar
racun dapat menyerap kedalam daging.
Itupun masih belum apa2. Karena jika memang telah mencapai tingkat yang lebih
tinggi dan kedua tangan benar-benar telah diresapi oleh racun, telapak barulah
latihan ilmu pukulannya. Dengan cara melatih seperti itu, "seseorang" pasti akan memperoleh hasilnya yang
menakjubkan, karena jarang ada orang yang berani membenturkan tangannya dengan
tangan seorang akhli Hek Tok Ciang, begitu tangan lawan terbentur dengan tangan
seorang akhli Hek Tok Ciang, niscaya orang itu akan segera keracunan, dan dalam
beberapa jam ia akan terbinasa dengan keadaan yang
mengerikan sekali !"
Namun sekarang, Kwang Tan justeru tidak merasa gentar menghadapi Hek Tong Ciang
dari Tam Tam Lu Ie. Bahkan, Kwang Tan diam2 telah menelan pil obat penawar
racun, Dengan demikian dia telah mengadakan persiapan untuk mencegah dirinya
keracunan. Dengan caranya seperti itu, dia telah membuat tubuhnya menjadi kebal dan tidak
perlu kuatir dan takut lagi menghadapi Hek Tok Ciang lawan.
Itu pula sebabnya mengapa Kwang Tan berani membenturkan tangannya dengan Tam Tam
Lu Ie. Melihat Tam Tam Lu Ie menyerang dirinya dengan hebat, Kwang Tang juga
tidak membuang waktu lagi, tubuhnya lincah sekali menghadapi lawannya, tangannya
juga dahsyat sekali menyerang mempergunakan pukulan Gunturnya.
Dengan demikian mereka berdua telah terlibat dalam pertempuran yang seru sekali,
mereka telah melewatkan puluhan jurus, tanpa ada tanda2 salah seorang diantara
mereka terdesak. Hanya sekali2 Kwang Tan diganggu dengan serangan bokongan oleh satu atau dua
orang kawan Tam Tam Lu Ie, yang menghantam dari belakangnya disaat Kwang Tan
tengah sibuk menghadapi Tam Tam Lu Ie.
Tetapi semua serangan bokongan itu dapat dihadapi Kwang Tan dengan
mudah, karena begitu dia balas menghantam, penyerang gelap nya itu akan
terbinasa dengan tubuh yang hangus. Sedangkan beberapa orang pendeta Bu Tong Pay
tampak telah terluka. Demikian juga ke-empat orang pendeta yang
mengepung Tek Goan Taysu, keadaan mereka sangat mengenaskan sekali, jubah
terkoyakan dan juga telah
kependetaan mereka telah terluka di beberapa bagian anggota tubuhnya.
Tek Goan Taysu sendiri sambil bertempur, semangatnya jadi semakin terbangun. Dia
yakin, tentu dia akan dapat merubuhkan keempat orang tojin itu didalam waktu
yang singkat sekali. Tek Goan Taysu pun lengannya telah kena goresan mata pedang salah seorang tojin
lawannya. Hanya disebabkan murid-murid Bu-Tong Pay dididik menurut aliran lurus
putih dan bersih, maka mereka mempergunakan pedang yang bersih tanpa diborehkan
racun. Luka terkena goresan mata pedang pada lengan Tek Goan Taysu tidak
membahayakan jiwanya. Akan tetapi sebaliknya, golok Tek Goan Taysu justeru sangat beracun, karena dia
telah memborehkan pada mata goloknya racun yang sangat cepat sekali daya
kerjanya. Dengan demikian dia telah membuat keempat lawannya yang terluka oleh tebasan2
goloknya semakin lama semakin lemah, karena luka mereka itu menyebabkan tenaga
mereka menjadi semakin lemah, dengan begitu pula membuat mereka tidak leluasa
menggerakan senjatanya masingmasing.
Hal itulah yang menyebabkan Tek Goan Taysu merasa yakin bahwa dia dalam waktu
yang singkat akan segera dapat membereskan keempat orang lawannya itu.
Pendeta2 Bu Tong Pay yang lainnya, yang tengah bertempur dengan pasukan tentara
Tek Goan Taysu, telah ada diantara mereka yang terluka. Akan tetapi para pendeta
Bu Tong Pay tersebut bertempur seperti juga banteng terluka.
Suma Lin Liang pun tidak ketinggalan, karena dia telah bertempur dengan hebat
sekali. Dia telah mengeluarkan pedangnya juga, Di-samping tangan kirinya selalu
menyerang dan menghantam dengan
mempergunakan jurus-jurus ilmu Sam Cie Kong, tokh pedangnya itu yang berkelebat-
kelebat dengan sebat dan cepat sekali, telah meminta korban tidak sedikit.
Sampai akhirnya Tek Goan Taysu yang tidak sabar karena melihat para pendeta Bu-
Tong Pay itu tidak mudah dirubuhkannya, telah berseru menganjurkan semua anak
buahnya keluar dari tempat persembunyiannya, agar ikut menyerang dan
membinasakan para pendeta Bu Tong Pay tersebut.
Seketika itu juga, berduyun2 keluar dari balik tempattempat yang tersembunyi
ratusan orang tentara kerajaan.
Dengan demikian membuat para pendeta Bu Tong Pay yang memang terluka cukup berat
dan kehabisan tenaga mengeluh dan merasa yakin bahwa di Bu Tong-Pay akan timbul
kekalutan yang sulit dicegah oleh murid2 Bu Tong Pay.
menyerang kepandaian mengambil musuhnya, dan berusaha sebanyak mungkin lawan. Kwang Tan pun yang pertempuran
yang makin seru dengan Tam Tam Lu Ie telah
melihat perobahan yang terjadi dalam perkembangan pertempuran ditempat itu, dimana orang2nya Tek
Goan Taysu telah bermunculan dalam jumlah yang banyak sekali. Dengan
bertambahnya kekuatan tenaga lawan. semakin sulit mereka menghadapi orang2 yang
hendak mengacau di Bu Tong Pay itu.
Tam Tam pemuda itu mengempos serangannya, hijau2an, dan Lu ie mempergunakan kesempatan disaat tengah terpecah
semangatnya, dia telapak tangannya racun yang paling perhatiannya, segera telah memperhebat semakin hitam ke
hebat telah terdorong tenaga sinkangnya pada telapak tangannya.
Jika sekali saja manusia biasa terkena serangan telapak tangan beracun dari Tam
Tam Lu Ie, niscaya lawan itu akan terbinasa disaat itu juga.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun Kwang Tan yang telah menelan pil penawar racun, sama sekali tidak merasa
gentar. Pertempuran berlangsung dengan seru, Jie Lian Cu didalam ruangan Bu Tong
Pay bersama puluhan murid Bu Tong Pay lainnya jadi berkuatir bukan main.
semakin hebat, mereka, rupanya keputusan buat Karena menduga dan memiliki membuat para murid Bu
Tong semangatnya, mereka jadi nekad dan kalap, mereka telah
mengeluarkan seluruh para pendeta itu telah mati bersama dengan
seorangnya dapat membunuh pikiran seperti itu, Pay itu terbangun
semakin lama terlibat dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun mereka memang telah memutuskan hendak menjaga saja didalam ruangan itu,
menjaga jenasah dari guru besar mereka, karena jika mereka pergi keluar juga,
tentu kesempatan itu akan dipergunakan lawan buat merusak jenasah dari guru
besar mereka, inilah yang tidak diinginkan oleh Jie Lian Cu.
Terlebih lagi diwaktu itu tengah berlangsung sembahyang besar buat arwah dari
Thio Sam Hong, cakal bakal Bu Tong Pay tersebut.
Namun kegelisahan yang semakin hebat membuat Jie Lian Cu akhirnya tidak bisa
menahan diri. Dia mengetahui Suma Lin Liang dan Kwang Tan memiliki kepandaian
yang tinggi, juga belasan orang keponakan muridnya, semuanya memiliki kepandaian
yang tidak rendah. Namun mereka selama itu juga belum kembali keruangan dalam kuil Bu Tong Pay,
Dengan demikian membuat Jie Lian Cu jadi berkuatir sampai dia akhirnya memerintahkan beberapa
orang tojin lainnya buat keluar guna melihat keadaan.
Jika perlu, dimana saudara seperguruan mereka tengah terlibat dalam pertempuran,
maka mereka harus turun tangan dengan segera buat memberikan bantuan.
Seketika itu juga delapan murid Bu Tong Pay dari tingkat kedua, murid Jie Lian
Cu yang memiliki kepandaian tinggi, telah melesat keluar.
Mereka kaget juga melihat keadaan diluar kuil yang telah kalut oleh pertempuran
terbuka seperti itu, Juga mereka melihat mayat-mayat yang telah malang
melintang, dan juga diantara saudara-saudara seperguruan mereka ada yang telah
terluka tidak ringan. Tanpa berkata sepatah perkataanpun juga, kedelapan pendeta Bu Tong Pay dari
tingkat kedua, telah menerjang maju, Jelas kepandaian mereka itu lebih tinggi
dibandingkan dengan kepandaian dari para pendeta yang maju terlebih dulu.
Sedangkan kedelapan pendeta ini, yang semuanya merupakan murid Jie Lian Cu, jadi
terhitung sebagai murid Bu Tong Pay tingkat kedua, telah memiliki latihan
sinkang tiga puluh tahun keatas, juga ilmu pedang mereka telah merupakan ilmu
pedang yang sulit sekali ditandingi oleh sembarangan orang.
Begitu mereka maju seketika keadaan berobah, Dimana kedelapan orang pendeta ini
telah berhasil membuka kepungan dari pasukan tentara pada diri beberapa orang
pendeta yang merupakan keponakan murid mereka.
Dan juga, dari kedelapan pendeta itu telah memecahkan diri. Dua orang diantara
mereka telah menerjang kepada Tek Goan Taysu, karena mereka hendak membantui
keempat orang pendeta yang menjadi keponakan muridnya.
Memang tadi dalam menghadapi keempat pendeta lawannya, Tek Goan Taysu masih bisa
menganggap enteng. Namun, biarpun sekarang yang maju menjadi lawannya merupakan
dua orang saja, tokh kepandaian kedua pendeta itu jauh lebih tinggi dari keempat
pendeta tadi. Sehingga Tek Goan Taysu tidak bisa bergerak. Diantara berkesiuran angin serangan
pedang kedua pendeta itu Tek Goan Taysu selalu main kelit dan mengelak, karena
dia mengetahui dimana kelemahan kedua orang lawan barunya ini.
Alasan lainnya mengapa Tek Goan Taysu selalu main kelit saja, karena memang
diapun mulai letih. Tadi menghadapi keempat pendeta itu, dia telah mengeluarkan
tenaga tidak sedikit, dengan demikian untuk memelihara tenaga dan semangatnya,
sementara waktu menghadapi kedua lawannya yang baru ini Tek Goan Taysu hanya
main mengelak saja. Sedangkan kedua pendeta ini berulang kali telah mengejeknya, karena memang kedua
pendeta inipun memaklumi akan taktik yang dipergunakan oleh Tek Goan Taysu.
"Hemmm, engkau berpakaian sebagai seorang pendeta, menganut kehidupan sebagai
seorang pendeta, akan tetapi tindak-tanduknya jauh melebihi iblis....sungguh
seorang pendeta yang durjana !"
Tetapi Tek Goen Taysu tidak perdulikan ejekan itu, dia terus main kelit. Sekali2
saja goloknya dipergunakan buat mendesak kepada kedua lawannya, itupun jika
memang benar2 dia memiliki kesempatan yang sangat baik.
Demikianlah, keenam pendeta lainnya berusaha untuk memecah diri pula.
Dua orang diantara mereka lagi, telah menghampiri kepada Kwang Tan dan
Suma Lin Liang. Yang menghampiri kepada Kwang Tan adalah seorang pendeta berusia
hampir lima puluh tahun, gerakan tubuhnya sangat gesit dan lincah sekali.
Dia tidak banyak bicara, tampaknya memang seorang pendeta yang pendiam sekali,
Cuma pedangnya yang seketika menyambar kepada Tam Tam Lu Ie.
"Hati2 Cinjin !" teriak Kwang Tan memperingati pendeta itu dengan hati agak
kuatir. "tangannya sangat berbisa sekali, dia mempergunakan ilmu pukulan Hek Tok
Ciang." "Ya!" pendeta itu hanya menyahuti seperti itu kemudian pedangnya berkelebat2 di
putar titiran cepatnya, karena dia berusaha mencegah jangan sampai Tam Tam Lu Ie
dapat mendesak kedekatnya dengan telapak tangan beracunnya.
Apa yang dilakukan pendeta yang seorang ini memang berhasil. Karena pedang tojin
itu lihay sekali, menyambar kesana kemari seperti juga memiliki mata. Dan jalan
darah maupun bagian anggota tubuh yang diincarnya sebagai sasaran, selalu merupakan
bagian yang berbahaya dan bisa mematikan.
Karena dari itu Tam Tam Lu sembarangan buat menerjang. Benar tangannya sangat
liehay, namun buat menghadapi pedang dengan tangan, juga terlebih lagi memang
pedang ditangan seorang ahli seperti pendeta itu, yaitu mempergunakan jurus-
jurus ilmu pedang Bu Tong Kiam Hoat, dengan sendirinya Tam Tam Lu Ie harus
berpikir dua kali. Setelah lewat enam jurus, barulah Tam Tam Lu Ie berani membalas menyerang.
Karena dia bertangan kosong, dan mengandalkan ilmu pukulan Hek Tok Ciang, dia
menyerang dari jarak jauh, seperti juga mempergunakan ilmu pukulan Pek Kong
Ciang, ilmu pukulan udara kosong.
Dengan cara seperti itu, Tam Tam Lu Ie telah mengirim angin serangannya yang
mengandung racun dan berbau amis sekali dari jarak jauh.
Kwang Tan sendiri tidak tinggal diam, Biarpun melihat pendeta yang seorang itu
telah menggantikannya menghadapi Tam Tam Lu Ie tokh tetap saja Kwang Tan
selalu berusaha mendesak kepada Tam Tam Lu Ie.
Ie tidak berani sepasang telapak
ilmu pukulan Gunturnya memiliki angin pukulan yang dahsyat, membuat Tam Tam Lu
Dengan adanya gangguan dari Ie jadi agak terdesak, angin pukulan yang
dilakukan Kwang Tan membuat seluruh perhatiannya tidak bisa terpusat hanya
kepada serangan pedang pendeta itu. Dalam keadaan seperti itulah Tam Tam Lu Ie
telah mengeluarkan suara geraman yang sangat nyaring, tahutahu tubuhnya seperti
seekor burung rajawali, telah melompat melambung ketengah udara, Sambil
melompat, dia telah menghantam dengan kedua telapak tangannya.
Dia menghantam dengan tangan kiri kepada sipendeta, sedangkan tangan yang
satunya kepada Kwang Tan. Bentrokan yang terjadi sangat hebat sekali, karena
Kwang Tan pun menyambuti dengan pukulan Gunturnya, sedangkan sipendeta telah
memutar pedangnya rapat sekali,
pukulan dari Tam Tam Lu Ie mengenai sedangkan
bayangan sebutir air saja sulit menerobos pedang sipendeta yang telah berkelebat
bergulung-gulung menutup sekujur tubuhnya. Tam Tam Lu Ie telah bertekad hendak
membinasakan Kwang Tan dan pendeta itu. Melihat tekad hendak memutar pedangnya,
sebelum serangannya dia menarik pulang tangannya itu mengenai pada sasarannya,
kemudian membarengi menghantam lagi.
Kali ini pukulannya semakin kuat, Namun seperti tadi, sebelum angin pukulan itu
sampai pada sipendeta, dia telah menarik pulang lagi, dan mengulangi pula, Hanya
saja, setiap kati dia mengulangi serangannya, maka tenaga serangannya bertambah
kuat juga. Sampai akhirnya setelah Tam Tam Lu Ie mengulangi sampai enam kali terdengar
suara "tranggg!" pedang sipendeta telah patah dua!
jangankan tubuhnya, pertahanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Muka pendeta itu berobah merah padam, Patahnya padang merupakan suatu hal yang
sangat memalukan sekali, Boleh terbinasa ditangan musuh, tetapi jika sampai
senjata dapat dipatahkan lawan, itulah urusan yang benarbenar memalukan,
Terlebih lagi jika sampai senjata dapat direbut dan dirampas oleh musuh.
Karena itu, dari malu si pendeta jadi nekad dan kalap, Dengan pedang buntungnya,
dia telah melompat menerjang kepada Tam Tam Lu Ie dengan tikaman yang sangat
cepat sekali. Tam Tam Lu Ie waktu itu sebetulnya tengah menghadapi pukulan Guntur yang tengah
dilakukan oleh Kwang Tan, Karena sama sekali Kwang Tan tidak berkelit dari
tenaga serangan Tam Tam Lu Ie, dia malah menangkis dengan tangan kanannya.
Seketika dua telapak tangannya bertemu ditengah udara, dengan disertai oleh
tenaga dalam yang mengandung racun, sedangkan yang satunya lagi tenaga dalam
yang murni dan itupun yang mengandung hawa Panas seperti api.
Sehingga ketika kedua telapak tangan mereka itu saling bertemu ditengah udara,
terdengar suara menggelegar. Tubuh Kwang Tan tergoncang, demikian juga Tam Tam
Lu Ie Hanya saja telapak tangan mereka masih saling menempel satu dengan yang
lainnya, Kwang Tan mengempos semangatnya, dia menyalurkan sinkangnya buat
menghadapi tenaga dorongan Tam Tam Lu Ie, yang
disamping kuat juga beracun itu.
Dalam keadaan seperti itulah, setiap kali Kwang Tan berusaha membendung tenaga
dorongan Tam Tam Lu Ie, lawannya berusaha menarik pulang tangannya, tetapi bukan
benar2 menarik, hanya begitu Kwang Tan bersiap2 hendak
menarik pulang telapak tangannya, Tam Tam Lu Ie telah membarengi dengan
gelombang tenaganya pula.
Memang Kwang Tan masih kurang pengalaman Dan hal itu bisa memaklumi mengingat
usia anak itu yang masih terlalu muda.
Hanya saja dengan adanya peristiwa seperti itu, telah menambah pengalaman
bertempur yang diketahui Kwang Tan, Dan hampir saja dia bercelaka ditangan Tam
Tam Lu Ie. Harus diketahui, dua orang yang tengah saling mengadu tenaga dalam dan kekuatan
hawa murninya, sekali saja dia mendahului lawannya menarik pulang tenaga
dalamnya dan lawannya justeru membarengi menerjang dengan kekuatan tenaga dalam
yang dahsyat disaat tenaga dalam dari orang yang satunya ditarik pulang maka
orang tua itu akan terserang hebat sekali, bahkan kelobang kubur!
bisa membawanya Beruntung memang Kwang Tan telah menerima petunjuk yang banyak serta berguna
sekali baginya dari Thio Sam Hong, sehingga menghadapi Tam Tam Lu Ie yang licik
ini, ia masih bisa menghadapinya dengan baik,
terlebih lagi memang ilmu pukulan Gunturnya hanya terdiri dari beberapa jurus
saja, sehingga dia bisa mempergunakannya dengan leluasa dari jurus yang satu
kejurus yang lainnya. Sipendeta yang telah buntung pedangnya waktu itu tengah melesat menerjang kepada
Tam Tam Lu Ie, pedang buntungnya telah menyambar kejalan darah Hiang To Hiat
dipinggang Tam Tam Lu Ie.
Jalan darah tersebut merupakan jalan darah yang sangat penting sekali, karena
begitu kena terserang, pasti akan membuat orang atau korban penyerangan
tersebut, bisa menjadi lumpuh atau juga mungkin bisa menjadi putus nyawa disaat
itu juga. Hanya saja Tam Tam Lu Te, yang biarpun tangan kanannya masih saling menempel
dengan telapak tangan kanan Kwang Tan, toh dia tidak mau membiarkan si pendeta
berhasil menyerang jalan darahnya yang sangat
berbahaya itu. Dia telah memiringkan tubuhnya dan begitu pedang buntung si
pendeta lewat disisi pinggangnya hanya terpisah beberapa dim saja, segera tangan
kiri Tam Tam Lu Ie telah menghantam.
"Dukkkk!" pundak pendeta itu kena dihantamnya dengan kuat, malah itulah pukulan
yang mengandung hawa beracun dari telapak tangan Tam Tam Lu Ie, sampai sipendeta
mengeluarkan jerit kesakitan bercampur kaget.
Pukulan Tam Tam Lu Ie bukan pukulan sembarangan, telapak tangannya sangat
beracun sekali, disamping mengandung tenaga lwekang yang kuat, sehingga
sipendeta jadi terhuyung dengan muka yang pucat menahan sakit.
Namun sebagai pendeta Bu Tong Pay tingkat dua, dari kalangan Kiu, dengan segera
ia membarengi dengan melontarkan pedang buntungnya yang melesat sangat cepat
menyambar dada Tam Tam Lu Ie, itulah cara menimpuk istimewa sekali dari Bu Tong
Pay jika memang seorang murid Bu Tong Pay terkena serangan lawannya dan dalam
keadaan tidak berdaya maka bisa saja dia mempergunakan timpukan semacam ini buat
membinasakan lawannya. Cuma saja Tam Tam Lu Ie seorang tokoh sesat yang memiliki kepandaian liehay
sekali, sehingga tidak mudah dia terkena timpukan pedang buntung sipendeta.
Karena biarpun dia kaget melihat meluncurnya pedang buntung sipendeta yang
begitu pesat, tokh dia bisa berkelit
dengan kembali memiringkan tubuhnya kearah kiri lebih dalam! pedang buntung itu
meluncur lewat disisi dadanya, hanya terpisah beberapa dim, karena gerakan itu,
menyebabkan baju Tam Tam Lu Ie yang jadi sasaran, pedang menancap didekat
lengannya, dan merobek lengan baju itu cukup lebar, Tam Tam Lu Ie menjerit
kesakitan, tubuhnya menjadi tergetar.
Seperti diketahui, seorang yang tengah mengadu sinkang dengan lawan yang
tangguh, jelas tidak dapat memecahkan perhatiannya, di samping itu pun tidak
bisa untuk mengalihkan perhatiannya kepada persoalan lain, ia harus benar-benar
memusatkan tenaga dalamnya Tetapi sekarang
justru lengannya terluka, merasa sakit, dan menyebabkan Tam Tam Lu Ie terjengkit
kesakitan bercampur kaget, membuat sementara pengerahan tenaga dalamnya
tergoncang. Kesempatan yang bagus seperti itu jelas tidak disia2kan begitu saja oleh Kwang
Tan. Segera ia mengeluarkan suara seruan nyaring, tahu2 telapak tangan kanannya
yang masih menempel dengan telapak tangan Tam Tam Lu Ie telah "memuntah"kan
tenaga yang bergelombang sangat kuat sekali.
Tenaga itu merupakan lwekang dari ilmu pukulan Guntur yang dahsyat sekali,
sedangkan pengerahan tenaga dalam Tam Tam Lu Ie tengah tergoncang, tergetar
disebabkan dia kesakitan dan kaget, Maka diiringi dengan
suara teriakan yang nyaring, tubuh Tam Tam Lu Ie terhuyung beberapa langkah, dengan muka yang
berobah pucat, karena ia merasakan tangan kanannya mendadak sekali seperti
lumpuh dan hangus karena hebatnya tenaga serangan dari Kwang Tan yang
mempergunakan ilmu pukulan Gunturnya, dan juga, ia merasakan hawa panas itu
bagaikan menyelinap keulu hati dan jantungnya, membuat nya merasa sakit bukan
main. Belum lagi dia sempat buat mengatasi keadaan dirinya, kembali Kwang Tan
menghantam dengan telapak kirinya. Tam Tam Lu Ie mengeluh. Namun dia masih
sempat membuang diri, sedangkan Kwang Tan yang melihat lawannya tidak berdaya
lagi dalam keadaan terluka buat menangkis serangannya, segera menarik pulang
tenaga dalamnya ia batal meneruskan hantamannya itu.
Dia berdiri sambil tersenyum saja, Dan tangan kanannya tengah merogoh sakunya,
mengeluarkan obat penawar racun yang segera ditelannya, tadi waktu tangan
kanannya mengerahkan tenaga pukulan Gunturnya, dia merasakan telapak tangan
kanannya itu gatal2. Dengan demikian, Kwang Tan mengetahui, walaupun tidak hebat sedikitnya hawa
beracun dari tangan Tam Tam Lu ie telah menguasai telapak tangannya. Dengan
menelan pil penawar racun tersebut. ia telah berhasil untuk
mencegah bekerjanya racun tersebut.
Tam Tam Lu Ie berdiri dengan maka yang pucat pasi, namun ia penasaran sekali,
Maka segera juga ia berseru. "Tangkap setan kecil itu !"
Teriakannya itu ditujukan kepada beberapa orang kawannya, yang semuanya memiliki
bentuk tubuh tinggi besar dan muka yang bengis. Mereka segera melompat kedekat
Kwang Tan. Hanya saja Kwang Tan segera melompat kedekat si pendeta yang
pedangnya tadi telah di bikin buntung oleh Tam Tam Lu Ie, dia mengangsurkan pil
obat penawar racun, diberikan kepadanya.
"Telanlah Cinjin....!" kata Kwang Tan, sambil cepat2 berkelit dari hantaman
seorang lawannya yang menghantam pundaknya, Namun tidak urung pundaknya kena
keserempet juga, mendatangkan rasa sakit dan nyeri.
Kwang Tan cepat2 memutar tubuhnya, dia menghantam dengan tangan kirinya
mempergunakan jurus kedua dari pukulan Guntur.
"Derrrrrrr.!" Orang itu yang tidak menyangka akan diserang seperti itu, kaget
tidak terkira waktu merasakan tulang pundaknya seperti mau patah, tadinya dia
menduga

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa hantaman yang dilakukan Kwang Tan merupakan pukulan biasa saja, paling
tidak anak lelaki ini mempergunakan Iwekangnya, yang tentu belum seberapa tinggi
mengingat usianya yang masih begitu muda.
Namun justeru waktu dia berkelit dan gagal mengelakkan keseluruhannya, sehingga
sebagian pundaknya kena diserempet seketika dia merasa sakitnya yang tidak
terkira pada pundaknya, disamping itu juga ia merasakan tulang pundaknya seperti
akan hancur, dan tubuhnya sempoyongan.
Dengan mengeluh, untuk sementara waktu dia tidak bisa menggerakan tangan
kanannya, sehingga dia berdiam diri dengan mata yang terbuka lebar-lebar dan
muka yang pucat, seperti takjub, kaget dan kesakitan.
Dalam keadaan seperti itu Kwang Tan tidak mau membuang2 waktu, segera ia
melompat sambil menghantam dengan kedua tangannya saling susul. Setiap serangan
yang dilakukannya mengandung lwekang yang ampuh sekali, karenanya telah membuat
empat orang lawan terjungkel rubuh sambil mengeluarkan suara jerit
kesakitan, dan sebagian dari anggota tubuh mereka telah menjadi hangus.
Untung saja, bagian tubuh mereka yang hangus itu hanya dekat lengan belaka,
tidak sampai mengenai dada, jika tidak, tentu jiwa mereka sulit dipertahankan.
Karena itu mereka seketika telah melompat bangun tanpa bisa melakukan apa-apa
lagi, disamping mereka tidak memiliki keberanian buat menerjang pula mendekati
anak lelaki yang tangannya begitu liehay.
Kwang Tan bukan bertindak hanya sampai disitu saja tubuhnya melambung tinggi
sekali menghampiri Tek Goan Taysu, Tangan kanannya telah menyambar kepundak
sipendeta. Dan Tek Goan Taysu merasakan pundaknya panas bukan main, cepat2 dia
melompat kesamping. Terlambat, karena justeru Kwang Tan hanya menyerang menggertak belaka, waktu
sipendeta berkelit dia telah membarengi dengan serangan tangannya yang satunya.
Kali ini merupakan serangan yang sesungguhnya sehingga seketika pundak Tek Goan
Taysu menjadi hangus, sebetulnya waktu menyadari dirinya sudah tidak bisa
menghindar lagi dari hantaman tangan Kwang Tan, Tek
Goan Taysu memusatkan tenaga Iwekangnya pada pundaknya karena dia beranggapan tentunya serangan itu
hanya memiliki tenaga dalam yang kuat sekali, karena Kwang Tan begitu mudah
merubuhkan beberapa orang kawannya.
Namun begitu serangan Kwang Tan mengenai pundaknya, seketika Tek Goan Taysu
menjerit kaget dan tubuhnya terhuyung, dia merasakan pundaknya pedih dan nyeri
seperti terbakar. Kwang Tan berseru nyaring sambil mengancam dengan tangan kanannya lagi, Tek Go
an Taysu segera melompat mundur.
Namun Kwang Tan yang menyadari Tek Goan Taysu yang memimpin orang-orang
tersebut, sengaja mengejar terus Tek Goan Taysu.
Beberapa orang kawan Tek Goan Taysu yang berusaha menolongi sipendeta dengan
menghadang di hadapan Kwang Tan, telah terhajar terjungkel dengan tubuh yang
hangus sebagian oleh Kwang Tan, dan Kwang Tan tetap saja melompat mendekati Tek
Goan Taysu, buat menghantam lagi.
Menyadari dirinya akan terancam, karena Kwang Tan memiliki ilmu yang begitu luar
biasa menakjubkan, Tek Goan Taysu jadi ciut nyalinya, dia segera berlari
mempergunakan ginkangnya menjauhi diri.
Malah kemudian dia mengeluarkan seruan buat perintahkan anak buahnya menarik
diri, mundur meninggalkan halaman depan kuil Bu Tong Pay.
Barisan pemanah telah maju, melepaskan panah mereka beruntun kepada Kwan Tan,
Suma Lin Liang dan pendeta2 Bu Tong Pay.
Akan tetapi panah2 itu tidak bisa berbuat banyak terhadap mereka, semua anak
panah yang menyambar itu telah dapat diruntuhkan. membuat semua pasukan
Dengan keadaan seperti itu, pemanah itu menghentikan tindakan mereka dan telah
menarik diri juga, ikut bersama
dengan Tek Goan Taysu dan
waktu itu terlihat Kwang Tan seperti hendak mengejar Tek yang lainnya sedangkan
sengaja mengambil sikap Goan Taysu, membuat sipendeta sudah tidak memiliki
pilihan lainnya, karena itu, dia telah melarikan
diri cepat2, nyalinya benar2 ciut, walaupun masih ada sisa sedikit rasa
penasaran, melihat lawan yang membuatnya jeri tidak lain seorang anak lelaki
yang berusia belasan tahun.
Dalam waktu sekejap saja, tempat tersebut sudah sepi,
tidak terlihat seorang pasukan kerajaanpun juga, hanya tampak beberapa pendeta
Bu Tong Pay yang terluka, yang segera menerima pertolongan.
Suma Lin Liang sendiri menghela napas dalam2, dia tadi telah merubuhkan cukup
banyak lawan, akan tetapi menyaksikan sepak terjangnya yang dilakukan oleh Kwang
Tan, bukan main kagumnya Suma Lin Liang.
"Hebat sekali kau, Hiante !" kata Suma Lin Liang, karena benar2 dia merasa kagum
bukan main, engkau telah dapat mengusir mereka dengan mudah !"
Kwang Tan segera mengeluarkan kata-kata merendah, dan ia pun telah berkata
dengan suara yang mengandung pujian setulusnya akan kehebatan Sam Cie Kong Suma
Lin Liang, Para pendeta Bu Tong Pay sibuk membawa pendeta2 yang terluka kedalam kuil, Jie
Lian Cu tampak muram sekali.
Waktu itu upacara sembahyang besar terhadap arwah Thio Sam Hong masih
berlangsung terus. Peti mati berukuran besar dengan ukiran yang indah, terletak
ditengah2 ruangan, didepan meja sembahyang.
Dan Jie Lian Cu, diwaktu seluruh murid2 Bu Tong Pay tengah berkabung dan
bersembahyang, tidak membicarakan dulu urusan yang baru saja terjadi tadi,
mereka begitu khusuk menyembahyangi arwah dari guru besar mereka.
Sampai jauh malam, pembacaan kitab suci dan ayat2 suci bertangsung, dan semua
itu untuk melaksanakan kewajiban dari murid2 Bu Tong Pay terhadap cakal bakal
mereka yang baru saja berpulang kealam baka.
Malah, setelah diadakan perundingan antara Jie Lian Cu dengan tokoh2 Bu Tong Pay
lainnya, telah diputuskan bahwa sembahyang besar itu akan berlangsung selama tiga hari tiga malam, barulah akan mengubur jenasah Thio
Sam Hong. ooooo)OdwO(ooooo KWANG TAN berjalan dengan kepala tertunduk dipekarangan kuil Bu Tong Pay,
langkah kakinya perlahanlahan, dan juga ia lelah berpikir keras. Tampaknya, anak
yang sangat cerdik ini telah dapat meramalkan tak lama lagi Tek Goan Taysu
bersama kawan-kawannya pasti akan menimbulkan kerusuhan pula di Bu Tong Pay.
Tentu saja merekapun akan disertai dengan pasukan kerajaan dalam jumlah yang
besar. jika sampai terjadi seperti itu, biarpun Bu Tong Pay tidak jeri
menghadapi mereka, tokh akan menimbulkan kesulitan yang tidak kecil.
Karena itu, sejak pagi tadi pikiran Kwang Tan tengah diliputi oleh keraguan,
gunung guna mencari sesungguhnya ia hendak turun
Tek Goan Taysu, mendesak sipendeta meninggalkan gunung.
Dan ia berusaha untuk membuat Tek Goan Taysu jera datang ke Bu Tong Pay lagi,.
Dengan hanya seorang diri, tidak mungkin ia bisa mengatasi persoalan tersebut.
Memang Kwang Tan Bermaksud mengajak Suma Lin
Liang, guna mengacaukan Tek Goan Taysu dan kawan2nya itu, namun berdua
begitupun, biarpun memang mereka sekarang telah memiliki kepandaian yang tinggi,
tokh tetap saja hal ini masih belum dapat dipastikan bahwa mereka itu akan dapat
menghadapi Tek Goan Taysu dalam jumlah yang besar seperti itu.
Dalam suatu pertempuran terbuka, dimana mereka berdua harus menghadapi lawan
yang dalam jumlah banyak, biarpun memang mereka masih bisa mempertahankan diri
tidak sampai dirubuhkan lawan, tokh
mereka akan kehabisan tenaga, justeru disini diperlukan taktik yang sebaik2nya,
jika saja dapat diatur mereka bisa menggertak Tek Goan Taysu dengan se baik2nya,
niscaya Tek Goan Taysu dan kawan2nya tidak berani sembarangan membentur Bu Tong
Pay pula. Tetapi justeru yang tengah diperhitungkan oleh Kwang Tan justeru jumlah dari
lawannya yang begitu banyak dan juga terdiri dari orang2 yang sangat tangguh.
Maka Kwang Tan yang semula bermaksud hendak menyatroni Tek Goan Taysu, akhirnya
harus mempertimbangkan apa yang akan diperbuatnya.
Berlainan dengan apa yang telah diputuskan Jie Lian Cu, ciangbunjin kesimpulan
Bu Tong Pay tersebut telah mengambil selama mengurus pemakaman jenasah guru
besar Bu Tong Pay, tidak dapat mereka menerima segala tantangan dari pihak luar,
karena upacara kematian terhadap cakal bakal Bu Tong Pay yang besok pagi akan
dimakamkan itu, harus selesai dulu.
Hal ini bukan berarti Bu Tong Pay jeri berurusan dengan pihak Tek Goan Taysu
maupun juga pihak kerajaan. Hanya untuk mencegah jangan sampai timbul
pertempuran yang mengganggu kelancaran upacara sembahyang terhadap arwah guru besar itu,
sedangkan jago2 Bu Tong Pay semuanya terdiri dari orang2 liehay, yang memiliki
kepandaian sangat tinggi yang tidak kenal takut terhadap siapapun juga.
Untuk nama baik Bu Tong Pay, biar mati mereka akan mempertahankannya. Hanya saja
justeru kebijaksanaan seperti itu diambil Jie Lian Cu agar dapat mencegah
timbulnya perkelahian diantara kerajaan dengan muridmurid Bu Tong Pay, karena
tentu saja mereka dapat untuk mengadakan sembahyang besar buat arwah guru besar
itu dengan sujud. Banyak diantara sesungguhnya tidak murkanya, melihat kawan2nya yang merupakan
tentara kerajaan itu hendak mengganggu Bu Tong Pay terlebih lagi disaat Bu Tong
Pay dalam keadaan berkabung dan
kepergian guru besar mereka.
Karena itu, diantara mereka murid2 Bu Tong Pay yang dapat membendung lagi
perasaan maksud Tek Goan Taysu dan
berduka melepaskan sebetulnya ada yang bermaksud hendak membunuh Tek Goan Taysu
dengan pergi mencarinya dan mengobrak-abriknya.
Akan tetapi Jie Lian Cu yang jauh lebih sabar dan dapat mengendalikan diri,
telah menahan maksud mereka dan melarang pergi mencari Tek Goan Taysu, Bahkan
larangan itu tidak diterkecualikan buat Kwang Tan maupun Suma Lin Liang.
Sedangkan dalam keadaan seperti sekarang, menghadapi besok pagi memang mereka
akan mengubur jenazah Thio Sam Hang, guru besar mereka, pihak Bu Tong Pay tengah
bersiap-siap dengan penuh sujud dan bakti.
Mereka semalaman suntuk itu terus menerus membaca doa"2 dan juga ayat2 suci
menurut agama mereka. Dengan demikian, maka suasana di kuil Bu Tong Pay yang
tengah berkabung dan dilanda kedukaan itu jadi hening dan benar2 memancarkan
kedukaan yang mendalam sekali.
Justeru Kwang Tan tidak sabar menantikan sampai besok setelah hari selesainya
upacara penguburan tersebut pernah kepada Jie Li Bu Cu, Kwang Tan meminta agar
dia diijinkan pergi mencari Tek Goan Taysu, dimana ia akan bersama2 dengan Suma
Lin Liang melabrak Tek Goan Taysu dan kawan2nya itu, namun Jie Lian Cu
mencegahnya. "Hiante... dalam persoalan ini tidak bisa kita bertindak sendiri2, karena jika
saja hal ini dilakukan sendiri2, niscaya akan menimbulkan suatu kelemahan yang
tidak kecil bagi kita... karena jika sampai Hiante terluka ditangan mereka,
tentu kamipun tidak akan tinggal diam berpeluk tangan.
Hiante adalah tamu kami. Dan juga dalam hal ini, jelas akan mengganggu
kelancangan penguburan jenasah dari suhu kami! Karena itu, kami memohon agar
Hiante mau bersabar selama satu hari lagi.
Sampai upacara penguburan itu selesai, sehingga kita bisa lebih leluasa buat
melabrak mereka, mengusir dengan segera dari Bu Tong San, dan juga akan membuat
mereka itu tidak memandang terlalu rendah lagi kepada Bu Tong Pay, dengan begini kita
bisa bertindak lebih baik lagi !"
Kata2 Jie Lian Cu itulah yang membuat Kwang Tan jadi ragu2, Jika tidak, tentu
dia sudah pergi buat melabrak Tek Goan Taysu dan kawannya itu bersama Suma Lin
Liang, karena Kwang Tan gusar sekali, melihat Tek Goan Taysu seperti juga hendak
memancing diair keruh, dengan mendatangi Bu Tong Pay disaat pintu perguruan
tersebut tengah dalam keadaan berkabung.
Tampak Kwang Tan telah duduk dikursi batu yang berada dibawah sebatang pohon
dipekarangan kuil tersebut, ia telah duduk termenung beberapa saat lamanya, dan
ia teringat kepada Suhengnya, Ban Tok Kui, dimana ia hendak mencari jejaknya,
buat menyadarkannya dari kesesatan, jika memang Ban Tok Kui tetap tidak mau
merobah sifatnya yang jahat beracun, maka ia akan menumpasnya, seperti apa yang telah dipesankan oleh
gurunya. Ban Tok Kui memang memiliki kepandaian tinggi, Juga ia mengerti ilmu
racun, Namun untuk semua itu guru Kwang Tan telah mempersiapkan segala
sesuatunya dengan sebaik-baiknya.
Jika dulu Kwang Tan belum bisa berbuat banyak terhadap Suhengnya, waktu pertama
kali mereka bertemu, itulah disebabkan memang latihan Kwang Tan belum seberapa.
Sekarang, disaat dia telah menguasai ilmu pukulan Guntur. juga memperoleh
petunjuk dari Thio Bu Kie dan Thio Sam Hong, Guru besar dari Bu Tong Pay yang
baru saja almarhum itu, tentu dia akan berhasil dengan baik menghadapi
suhengnya. Teringat akan suhengnya itu, Kwang Tan menghela napas dalam2. Kemudian dia
berkata dengan suara yang menggumam! "Heran, jika saja mereka dapat
disingkirkan..!" Yang dimaksud Kwang Tan adalah orangorangnya Tek Goan Taysu
yang tentu diwaktu itu tengah
mengepung sekitar gunung Bu Tong San, menantikan kesempatan yang baik, untuk menyerbu kekuil Bu Tong Pay.
Akan tetapi begitu ia menggumam sampai disitu terdengar suara orang batuk2 beberapa kali, perlahan
sekali Kwan Tan segera menoleh dalam sikap bersiap, karena ia menduga seorang
musuh telah menyelusup kedalam kuil Bu Tong Pay.
Tetapi, ketika ia melihat orang berdiri dihadapannya, tidak lain dari Jie Lian
Cu ciangbunjin Bu Tong Pay. Maka segera Kwang Tan bangun, dia telah memberi
hormat dengan menjura dalam-dalam.
"Jangan banyak peradatan, Hiante..." kata Jie Lian Cu dan perintahkan Kwang Tan
agar menghentikan penghormatannya itu.
"Kiranya ciangbun Lopeh!" kata Kwang Tan kemudian sambil berdiri dengan sikap
menghormat sekali. "Ada perintah dan petunjuk apakah, ciangbun Lopeh?"
Jie Lian Cu menghela napas. "Hiante....tampaknya sehari ini kau murung sekali!
Besok adalah hati pemakaman dari suhu kami, dan diwaktu itulah kami akan
mencurahkan seluruh perhatian kami pada upacara penguburan tersebut! Kami tahu
dengan adanya hal ini, merupakan kesempatan yang sangat baik sekali buat pihak lawan, karena dalam
keadaan seperti itu. Kami tidak dapat memecahkan perhatian buat menghadapi mereka, karena upacara
penguburan tersebut tidak boleh terganggu. Rupanya Hiante juga selalu
memikirkan akan hal itu, karena kulihat tampaknya memang Hiante selalu murung saja." Kwang Tan
berusaha tersenyum, dia bilang: "Dalam ini sesungguhnya memang dapat juga
dikatakan benar dan juga bisa dibilang tidak. Karena selama ini justeru Boanpwe
telah memikirkan bagaimana hendak menghajar Tek Goan Taysu dan orang2nya yang
kurang ajar itu, agar mereka mengetahui Bu-Tong Pay bukanlah pintu perguruan
yang mudah buat didatangi dan disatroni menimbulkan kerusuhan.
Disamping memancing Boanpwe berpikir, jika saja ciangbun Lopeh mengijinkan,
ingin sekali Boanpwe pergi mencari mereka! Mengenai pemakaman besok yang akan
berlangsung Ciang bun Lopeh
tidak perlu memecahkan perhatian Boanpwe bersama itu, memang perbuatan mereka
telah perasaan penasaran Boanpwe, sehingga dengan Lin Liang Koko tentu akan dapat
membantu buat menghadapi mereka! Selama upacara sembahyang pemakaman itu
berlangsung, maka kami berdua saja yang akan berusaha menghadapi mereka, jika
saja mereka itu datang menyerbu, sedangkan seluruh murid Bu Tong Pay dapat
melakukan kewajiban masing2 mengadakan
sembahyang besar itu.! Hanya yang sangat Boanpwe sesalkan, kalau saja memang Tek Goan Taysu dan kawan2
nya datang menyerbu, tentu hal ini benar2 menyebabkan Boanpwe berdua dengan Lio
Liang Koko tidak dapat memberikan dulu penghormatan terakhir pada Guru Besar
Thio Sam Hong Locianpwe, mudah2an saja apa yang kita
kuatirkan itu tidak akan terjadi !"
Jie Lian Cu mengangguk sambil tertawa, "Kau baik sekali, Hiante, terima kasih."
katanya kemudian. "Dan juga Suma Lin Liang Hiante memang sangat baik pula,
Kalian telah menanam budi yang sangat besar sekali kepada kami,
Karena itu entah dengan cara bagaimana kami akan dapat membalas budi kebaikan
kalian..!" Setelah berkata begitu, Jie Lian Cu merangkapkan sepasang tangannya, dia memberi
hormat kepada Kwang Tan. "Hiante, terimalah dulu penghormatanku sebagai tanda terima kasih kami dari Bu
Tong Pay !" kata Jie Lian Cu. Namun waktu Kwang Tan hendak menyingkir tidak
berani menerima penghormatan dari ciangbunjin Bu Tong Pay tersebut, diatas tubuh
Jie Lian Cu tengah membungkuk begitu terdengar suara "Sing" yang nyaring sekali,
sebuah titik sinar terang berkelebat menyambar kearah punggung Jie Lian Cu.
Tentu saja keadaan seperti ini membuat Jie Lian Cu tercekat hatinya, ia memang


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memiliki pendengaran yang tajam sekali, Juga kepandaiannya sangat tinggi sekali,
Karena itu dia mengetahui menyambarnya senjata rahasia yang membokongnya
mengincar punggungnya. Dengan sikap masih membungkuk Jie Lian Cu telah mengibaskan tangan kanannya,
sehingga senjata rahasia itu seketika menyambar dan jadi melesat ke samping,
menancap di sebatang pohon dengan dalam sekali, karena itulah senjata rahasia
berbentuk segi lima. Kwang Tan pun tidak tinggal diam. Disaat Jie Lian Cu tengah mengibas senjata
justeru Kwang Tan telah rahasia yang membokongnya, menjejakan kakinya, tubuhnya
telah melesat ketempat darimana menyambarnya senjata rahasia itu. Waktu tubuh
Kwang Tan terapung di tengah udara, dia justeru telah menghantam dengan kedua
tangannya beruntun saling susul, Segera terdengar suara: "Derrrr,
Derrrr !" dua kali, dan pukulan yang dilakukan oleh Kwang Tao telah membuat
sekitar tempat yang dijadikan sasarannya menjadi hangus.
Terdengar suara orang tertawa, yang kemudian muncul dari balik sebatang pohon di
samping Kwang Tan. Sambil masih sekali2 diselingi tertawanya, orang tersebut
telah berkata: "Hemm, kepandaian yang cukup mengagumkan! Kepandaian yang cukup
mengagumkan.... Bu Tong Pay
rupanya memang bukan sebuah pintu perguruan yang memiliki nama kosong belaka, rupanya terdapat
beberapa orang yang bisa diandalkan kepandaiannya !"
0oo0dw0oo0 Jilid18 JIE LIAN CU yang ketika itu telah memutar tubuhnya, ketika melihat jelas
muka orang yang baru muncul itu dibawah sinar rembulan, ia jadi tercekat
hatinya, karena segera juga ia mengenali orang tersebut.
"Sam Cie Tok San!" seru Jie Lian Cu dengan suara tersendat Sam Cie Tok San
adalah Racun Gunung Dengan Tiga Jari.
Orang yang baru muncul itu tertawa bergelak mengejek, tubuhnya yang kurus
jangkung itu tampak tergoncang oleh
suara tertawanya yang sambung-menyambung. Dengan demikian telah memperlihatkan ia seperti juga tidak
memandang sebelah mata kepada Jie Lian Cu maupun Kwang Tan.
Memang terhadap Kwang Tan, walaupun tadi telah dilihatnya pukulan dari anak
lelaki belasan tahun itu bisa menghancurkan dan menghanguskan sekitar tempat
yang dijadikan sasaran pukulannya, namun ia sama sekali tidak memandang mata.
"Kau kaget, Jie Ciangbun"!" tanya orang bertubuh kurus jangkung itu dengan muka
yang sinis dan memancarkan sikapnya yang sangat kejam sekali.
"Hemmm, memang sekarang, tentunya Jie aku Sam Cie Tok San! Dan ciangbun mengerti
apa maksud kedatanganku ke Bu Tong San ini, bukan?"
Jie Lian Cu waktu itu telah berhasil menenangkan hatinya, ia memperlihatkan
sikap yang biasa lagi. Kemudian tanyanya: "Ada keperluan apakah kau datang
kemari"!" "Tentu ada persoalan yang sangat penting sekali, sebab biar bagaimana perjalanan
yang jauh, kalau bukan disertai dengan keperluan yang sangat penting, tentu
tidak akan kuperdulikan, dan juga aku bukannya orang tolol melakukan perjalanan
jauh tanpa mengharapkan hasil yang memadai!"
Setelah menyahut seperti itu, tampak Sam Cie Tok San mengibaskan tangan
kanannya. Kibasan tangan kanannya mendatangkan angin yang kuat, Namun itu bukan
merupakan serangan kepada Jie Lian Cu, hanya saja Jie Lian Cu merasakan dadanya
diterpa oleh angin kibasan tangan tersebut.
Karena mengetahui bahwa itu bukan merupakan serangan padanya, Jie Lian Cu tidak
berusaha menangkis, ia hanya berdiam diri saja. Cuma hatinya agak terkejut:
"Hemmm, apa yang dikatakan oleh sahabat2 tentang Sam Cie Tok San tidak salah,
tenaga dalamnya sangat mahir dan lihay sekali, dengan demikian menghadapinya aku
harus hati2.." Dan karena berpikir begitu, Jie Lian Cu telah berlaku hati2 dan waspada.
Sedangkan Sam Cie Tok San telah memandang tajam kepada Jie Lian Cu, kemudian
katanya: "Sekarang kau
ingin mengetahui bukan apa maksud kedatanganku kemari, bukankah begitu, Jie
Ciangbun"!" Jie Lian Cu telah membawa sikap yang tenang sekali, dia mengangguk.
"Ya, katakanlah..!" kata Jie Lian Cu kemudian dengan suaranya yang tawar, "Jika
memang maksud baik, tentu kami akan menerima dengan sepasang tangan terbuka,
Akan tetapi jika saja kedatanganmu merupakan maksud yang buruk, tentu hal ini
tidak bisa kami terima." kata-kata Jie Lian Cu itu telah membuat muka dari Sam
Cie Tok San berobah. "Hemm, Jie ciangbun rupanya memang memandang rendah kepada kami, heh"!" kata nya
dengan suara dingin sekali, "Baiklah, perlu sekarang kukatakan dan
menjelaskannya. Kedatanganku yang pertama-tama kemari adalah buat memberikan
ucapan ikut berduka cita atas berpulangnya Thio Cinjin dan maksud kedatanganku
yang kedua, justeru hendak meminjam sesuatu dari Bu Tong Pay, Entah apakah Jie
Cianbun akan mengijinkannya.."!"
Sambil bertanya seperti itu, Sam Cie Tok San telah mengawasi Jie Lian Cu dengan
sorot mata yang sangat tajam sekali, mukanya menyeringai dan memperdengarkan
suara tertawa dingin berulang kali yang diperlihatkannya sangat congkak sekali.
Jie Lian Cu mendongkol bukan main, dia telah batas menentang tatapan mata dari
Sam Cie Tok San. Kemudian dia telah berkata dengan suara yang tawar: "Baiklah,
katakanlah, apa yang kau ingin pinjam dari kami.."!"
Waktu itu, Sam Cie Tok San telah berkata dengan suara yang dingin: "Hemm, barang
itu sesungguhnya bukan merupakan benda yang luar biasa ! Dikatakan berharga,
kukira memang cukup berharga, Akan tetapi dikatakan
tidak berharga, itupun memang merupakan benda yang sekarang ini pasti sudah
tidak berharga apa2 buat kalian murid-murid Bu Tong Pay !"
Setelah berkata begitu, Sam Cie Tok San telah mengawasi Jie Lian Cu beberapa
saat, sampai akhirnya dia telah meneruskan perkataannya lagi: "Dengarlah baik-
baik Jie Ciangbun, sesungguhnya barang yang hendak kupinjam itu tidak lain dari
sejilid kitab....!" "Sejilid kitab "!" tanya Jie Lian Cu sambil mementang sepasang matanya, Diapun
telah dapat menduganya didalam hati kecilnya kitab apa yang dimaksudkan oleh Sam Cie Tok San tersebut.
"Ya, sejilid kitab seperti telah kukatakan tadi, dibilang berharga, memang cukup
berharga, akan tetapi dibilang tidak berharga itupun memang sudah tidak berharga
buat semua murid-murid Bu Tong Pay, karena tentunya semua
murid murid Bu Tong Pay telah membaca kitab itu !"
"Kitab apa yang kau maksudkan itu "!!" tanya Jie Lian Cu dengan sikap berwaspada
sekali. "Kitab peninggalan Thio Cinjin, Thio Sam Hong !" menyahuti Sam Cie Tok San
dengan sikap seenaknya, tampak tetap angkuh dan juga mukanya menyeringai licik
sekali. Dalam keadaan seperti itu, Jie Lian Cu sudah tidak bisa menahan kegusarannya,
dia bilang dengan suara yang
dingin: "Maafkan kami tengah berduka dan berkabung, dalam keadaan seperti ini
tentu saja tidak bisa kami melayani orang luar dalam hal permintaan apapun
juga.... maafkanlah harap kau kembali dilain waktu dan lain kesempatan saja..!"
Setelah berkata begitu, tampak Jie Lian Cu merangkapkan sepasang tangannya, dia
telah menjura memberi hormat kepada Sam Cie Tok San.
Sedangkan Sam Cie Tok San telah memperlihatkan sikap bertambah angkuh dan
memandang sebelah mata kepada
ciangbunjn Bu Tong Pay tersebut, dia memang telah menduga jawaban yang pasti
akan diberikan Jie Lian Cu, karenanya diwajahnya sama sekali dia tidak
memperlihatkan perasaan apapun juga.
Disaat-saat seperti itulah, telah tampak jelas sekali, bahwa memang Sam Cie Tok
San hanya berusaha untuk mencari urusan dengan pihak Bu Tong Pay. Apa yang
dikatakannya untuk meminjam kitab, hanya merupakan alasannya belaka.
Dengan begitu, dia dapat menduganya, Jie Lian Cu pasti menolaknya, Dan jika
ditolak, memang kitab itu pasti tidak mungkin dipinjamkan kepada orang lain, Sam
Cie Tok San akan mencari alasan untuk menimbulkan kerusuhan di Bu Tong San ini.
Sambil tertawa dingin dia bilang: "Jie Lian Cu, kini engkau telah resmi menjadi
Ciang bunjin Bu Tong Pay!
Tahukah engkau, tugas dan kewajiban dari seorang Ciangbunjin" Jika memang engkau
tidak memimpin partay perguruanmu itu sebaik mungkin, dan membawa kehancuran
nama harum Bu Tong Pay yang telah dipupuk oleh Thio Sam Hong bersusah payah,
akhirnya harus hancur ditanganmu, tentu Thio Sam
meram matanya di akherat, karena
Hong tidak akan itu, melihat dari
sikapmu, yang demikian mudah menolak suatu permintaan dari seorang sahabat buat
meminjam sesuatu, ingat, bukan meminta, merupakan suatu hal kau sudah tidak
memandang sebelah mata pada sahabat-sahabat rimba persilatan.
Maka jika memang sahabat-sahabat rimba persilatan merasa tidak suka dan tidak
senang lagi melihat Bu Tong Pay dengan sikapnya yang sekarang jadi demikian
angkuh dan kurang ajar niscaya Bu Tong Pay akan runtuh
ditanganmu, karena itu, engkau harus memikirkannya dengan masak-masak, janganlah
sampai Bu Tong Pay hancur ditanganmu!
Nah, coba kau pikir, jika memang terjadi urusan seperti itu, tentu akan merasa
berdosa sekali., sebuah pintu
perguruan silat yang sebelumnya telah mencapai nama yang sangat harum dan
dihormati oleh seluruh jago" rimba persilatan harus hancur seperti itu "!"
Jie Lian Cu memandang Sam Cie Tok San dengan muka yang berobah memerah, dia
telah bilang: "Dalam hal ini kami kita tidak perlu kau menasehati kami, karena
mengetahui apa yang harus kami lakukan, nah, jika memang Heng-tay tidak memiliki
urusan lain dengan kami, dipersilahkan..!"
Sambil berkata begitu, Jie Lian Cu memperlihatkan sikap mempersilahkan tamu itu
buat berlalu. Sebetulnya, jika menuruti aturan yang ada didalam rimba persilatan, tidak bisa
Sam Cie Tok San dipersilahkan angkat kaki begitu saja, tadi dia telah menyerang
secara membokong, dengan demikian tentu saja tidak bisa di lepas begitu saja.
Namun Jie Lian Cu berpikir, dia memang tidak mau disaat menghadapi pemakaman
gurunya dan juga disaatsaat Bu Tong Pay dalam keadaan berkabung, dia menimbulkan
keributan. Karena itu, dia hanya mempersilahkan tamunya itu berlalu, Dengan bersikap
begitu Jie Lian Cu memang memandang muka terang gurunya, justeru besok merupakan
penguburan dari guru besar Thio Sam Hong, dan tidak mungkin Jie Lian Cu yang
kini telah menjadi Ciangbunjin Bu Tong Pay, harus menimbulkan keributan.
Akan tetapi Sam Cie Tok San justeru mengira sikap Jie Lian Cu dengan penafsiran
yang lain, karena ia menyangkanya bahwa Jie Lian Cu jeri, dan telah cepatcepat
mempersilahkan dia pergi.
Jika seandainya Jie Lian Cu tidak merasa jeri, inipun disebabkan mungkin Jie
Lian Cu dalam keadaan lemah, sebab telah beberapa hari begadang dan menemani
jenasah gurunya, sehingga semangatnya menurun.
Kalau sampai terjadi pertempuran sekarang ini dalam keadaan Jie Lian Cu seperti
itu, menurut Sam Cie Tok San, tentu dia akan mudah sekali merubuhkan ciangbunjin
Bu Tong Pay ini. Bukankah jika saja dia berhasil merubuhkan Jie Lian Cu, dia akan dapat
mengangkat namanya lebih harum lagi, sehingga semua orang rimba persilatan telah
mengetahui Sam-Ci Tok San berhasil menjatuhkan ciangbunjin Bu Tong Pay.
Disamping itu juga, memang terlihat jelas sekali, bahwa kesempatan buat menang
pasti berada ditangannya. Namun dia licik, dia tidak segera turun tangan, hanya
katanya. "Hemm, demikianlah penerimaan yang diberikan Bu Tong Pay terhadap seorang tamu
yang datang dari tempat jauh?" sambil bertanya begitu, dia telah memandang tajam
kepada Jie Lian Cu. Jie Lian Cu mukanya telah merah karena marah, dia mendongkol sekali. Jika dia
tidak teringat bahwa Bu Tong
Pay dalam keadaan berkabung, tentu dia telah menerjang kepada Sam Cie Tok San,
untuk mengadu ilmu pedangnya.
Walaupun Jie Lian Cu memang telah sering kali mendengar kehebatan Sam Cie Tok
San, seorang tokoh kaum sesat, yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya
dari daerah Utara, akan tetapi dia sama sekali tidak merasa jeri.
Bahkan dia yakin akan dapat menghadapi lawannya ini. Namun yang membuat Jie Lian
Cu jadi berat buat bertempur dengan orang tersebut, dalam keadaan berkabung
seperti itulah. Sedangkan Sam Cie Tok San sendiri memang hendak memanfaatkan kesempatan itu
untuk mendesak Jie Lian Cu. ia seakan juga menghendaki Jie Lian Cu yang mencari
persoalan dengannya. Karena itu, dia tidak segera menerjang buat melakukan serangan. Dia malah
kemudian tertawa bergelak-gelak ketika melihat Jie Lian Cu berdiam diri dengan
wajah yang merah padam. "Baiklah ! Jika memang demikian cara penyambutan yang diberikan Bu Tong Pay
kepada tamunya yang datang dari tempat jauh, akupun tidak bisa bilang apa-apa
lagi. Hanya saja, jika memang tidak keberatan, tentunya Jie ciangbunjin bersedia
menemani aku buat main-main beberapa jurus!
Telah lama sekali aku mendengar akan kehebatan Bu Tong Pay, yang menurut kabar
merupakan kepandaian yang sangat hebat sekali dan juga sulit buat dihadapi oleh
siapapun juga, Tentu Jie ciangbunjin tak keberatan kalau memang aku minta untuk
ditemani main-main beberapa jurus.
Keberuntungan ini sulit diperoleh, karena itu, sangat sayang sekali jika aku
tidak bisa melihat betapa hebatnya kepandaian dengan ilmu silat dari Bu Tong
Pay! Tentu saja orang yang paling tepat buat main-main denganku hanyalah engkau
sendiri, Jie ciangbun dan tentunya Jie ciangbun tidak akan bertindak rendah
dengan maju berdua atau bertiga, hanya akan merecoki kita saja."
Apa yang dikatakan oleh Sam Cie Tok San merupakan hal yang sangat licik sekali,
dia telah mengunci Jie Lian Cu dengan kata-kata nya itu, karena memang dia
bermaksud untuk menantang Jie Lian Cu seorang diri, dan murid Bu Tong Pay yang
lainnya tidak bisa ikut ambil bagian.
Disamping itu, tentu saja memang ia kuatir kalau2 nanti disaat dia dapat
mendesak Jie Lian Cu, murid Bu Tong Pay akan ikut ambil bagian. Dengan demikian,
biarpun dia tidak jeri dikeroyok oleh murid2 Bu Tong Pay, tokh akan mengurangi
kesempatan dia bisa merubuhkan Jie Lian Cu.
Setelah berdiam diri sejenak, Jie Lian Cu yang telah berhasil menguasai dirinya,
merangkapkan kedua tangannya menjura memberi hormat.
"Sayang sekali Hengtay datang waktunya, sekarang ini kami tengah
memang Hengtay hendak main-main tidak bertepatan berkabung, jika denganku, maka datanglah
dilain kesempatan, tentu aku Jie Lian Cu akan menemani sampai satu hari satu
malam sekalipun!" Setelah berkata begitu, Jie Lian Cu menjura tiga kali lagi. sedangkan Sam Cie
Tok San telah tertawa tawar.
"Dalam keadaan sekarang, tentu memang kesempatan satu2nya aku bisa melihat
betapa hebatnya ilmu silat Bu Tong Pay. Aku datang dari tempat yang jauh! Jika
memang sekarang engkau menolak permintaanku, dan mengecewakan
menemani aku harapanku, dimana engkau tidak mau
main2, inilah benar-benar yang sangat mengecewakan hati. Karena tentu dilain kesempatan
sulit aku bisa datang kemari lagi! Entah kapan kita baru bisa bertemu lagi. Nah,
Jie Ciangbun, mengingat akan semua itu, marilah kita
pergunakan kesempatan ini buat main-main..!"
"Sayang sekali justeru Bu Tong Pay dalam berkabung, maaf...maaf.... ..tidak
dapat aku menemani dan menuruti keinginan Hengtay!" kata Jie Lian Cu dengan hati
dibakar kemarahan, namun perasaan marahnya itu masih di tahan dan dibendungnya
di dasar hatinya. Biar bagaimana dia berusaha menghindar dari pertempuran disaat-saat dalam
keadaan berkabung seperti itu.
Sam Cie Tok San telah tertawa dingin, kemudian katanya: "Baiklah! jika tetap Jie
ciangbun menolak, berarti memang Jie Ciangbun merupakan seorang yang tidak dapat
menghargai tamu. Juga aku jadi curiga, bahwa justeru dalam keadaan berkabung
seperti ini dijadikan alasan oleh Jie ciangbun buat menghindar dari kenyataan
buat mendampingi aku main-main beberapa jurus."
Walaupun kata-kata itu diucapkan biasa saja, tidak terlalu mengejek, namun
dibalik kata-kata itu memang terdapat ejekan yang sangat hebat sekali buat Jie
Lian Cu. Sehingga muka Jie Lian Cu berobah merah padam.
Dengan berkata seperti itu, Sam Cie Tok San seperti juga ingin mengartikan bahwa
ia tidak memandang sebelah mata kepada Jie Lian Cu, dan beranggapan bahwa Jie
Lian Cu seorang pengecut, yang mempergunakan kesempatan tersebut. buat menolak


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ajakan bertanding darinya, karena memang Jie Lian Cu jeri padanya.
"Hengtay, karena memang aku tidak memiliki waktu yang terlalu banyak lagi,
maafkan, tidak dapat aku menemani terlalu lama pula...!" Sambil berkata begitu,
Jie Lian Cu telah memberi hormat, kemudian memutar tubuhnya, dia bermaksud
meninggalkan tempat itu. Namun Sam Cie Tok San mana mau membiarkan Jie Lian Cu pergi begitu saja" Dengan
segera tubuhnya melompat sangat ringan, dia menghantam ke punggung Jie Lian Cu.
Jie Lian Cu mendengar berkesiuran angin serangan itu, namun dia berdiam diri dan
melangkah terus. Hanya saja, secara diam-diam dia telah memusatkan tenaga dalam
pada punggungnya. Jie Lian Cu rupanya sudah memutuskan biar bagaimana dia tidak bisa melayani Sam
Cie Tok San, karena dalam keadaan berkabung, jika ia turun tangan menuruti
keinginan dari Sam Cie Tok San, niscaya akan membuat
dia merasa malu kepada arwah gurunya.
Bukankah ia tengah berkabung dan seluruh Bu Tong Pay tengah dalam keadaan
berduka yang dalam, dengan demikian, satu juruspun tidak bisa dipergunakan buat
bertempur. Apa lagi pertempuran yang mungkin saja terjadi itu berdasarkan mengadu ilmu
belaka karenanya, tidak dapat Jie Lian Cu menggerakkan tangannya, walaupun hanya
untuk satu jurus saja. Dia bermaksud membiarkan pukulan dari Sam Cie Tok San menghantam punggung yang
telah diselubungi dan dilindungi oleh kekuatan tenaga dalamnya.
Sam Cie Tok San girang bukan main, karena ia memang dapat menduga, tentunya Jie
Lian Cu akan membiarkan punggungnya dihantam. Memang dia melihat tidak ada perlawanan dan gerakan untuk
menangkis dari ciangbunjin Bu Tong Pay tersebut, Dia telah menghantam dengan
tangan kanannya itu. Kwang Tan yang berdiri disamping, yang sejak tadi hanya mengawasi dengan hati
yang panas diliputi kemarahan karena sikap dari Sam Cie Tok San, telah melihat
bahwa tangan orang itu memang hanya memiliki tiga jari belaka. ibu jari, jari
tengah dan jari kelingking.
Dengan demikian, cocok dengan gelarannya, yaitu Sam Cie Tok San. Disaat itulah
terlihat, Kwang Tan sudah tidak bisa berdiam diri ketika melihat betapa Sam Cie
Tok San menerjang kepada Jie Lian Cu dan menyerang dengan hebat kearah punggung
Jie Lian Cu. Kwang Tan juga memaklumi, tentunya Jie Lian Cu tidak menyambuti serangan itu,
karena biarpun tenaga pukulan itu telah dekat, tidak terlihat tanda2 Jie Lian Cu
menggerakkan tubuhnya, hanya melangkah kedepan terus.
Kwang Tan mengeluarkan seruan, dia sudah tidak bisa menahan diri. Tahu-tahu
tubuhnya melesat juga ketengah udara, tangan kanannya telah menghantam, Dia
mempergunakan tenaga pukulan Guntur yang menimbulkan hawa yang panas sekali.
Telak sekali, angin pukulan itu mengenai pukulan dari Sam Cie Tok San, sehingga
angin pukulan dari Sam Cie Tok San tidak mengenai punggung Jie Lian Cu yang
waktu itu masih melangkah setindak kedepan.
Jie Lian Cu mendengar suara menggelegar yang sangat keras sekali dibelakangnya,
dia juga merasakan punggungnya tidak terkena serangan yang dilakukan Sam Cie Tok
San. Dia memutar tubuhnya, dan dilihatnya Kwang Tan tengah berhadapan dengan Sam Cie
Tok San dengan sikap saling mengancam.
Tampak Kwang Tan yang memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, tengah
bersiap2 hendak menyerang lagi. Begitu juga halnya dengan Sam Cie Tok San, yang
tadi sempat kaget, karena dia merasakan tenaga pukulannya, yang sebetulnya
sangat hebat, tidak berdaya buat mencapai pundak Jie Lian Cu, malah dia merasa
betapa panasnya angin serangan yang dilakukan oleh Kwang Tan.
"Hemmm, bocah setan, engkau ingin men campuri urusanku " Hemmm, engkau sama saja
dengan mencari mampus !" Dan sambil mendengus bengis seperti itu, tampak Sam Cie
Tok San telah melompat dengan gesit sekali, tangan kanannya diulurkannya, dengan
tiga jarinya itu dia hendak menghantam dengan jurus yang aneh sekali.
Kwang Tan melihatnya, dari ketiga jari tangan Sam Cie Tok San meluncur kekuatan
tenaga dalam yang menderu kearah dadanya, tentunya angin pukulan itu kuat
sekali, disertai lwekang yang mahir, Namun Kwang Tan sama
sekali tidak jeri. Malah dia berdiri tegak bersiap2 menyambuti serangan dari lawannya itu. Dalam
keadaan seperti itu Kwang Tan telak mempersiapkan ilmu pukulan Gunturnya.
Ketika melihat angin serangan dari Sam Cie Tok San hampir tiba didadanya, tidak
membuang waktu lagi Kwang Tan telah menyampok dengan tangan kanannya.
"Derrr..." kuat sekali benturan yang terjadi, karena tenaga serangan dari Sam
Cie Tok San telah kena dibendung oleh kekuatan tenaga Guntur yang disalurkan
Kwang Tan. Yang luar biasa, seketika Sam Cie Tok San merasakan tangannya kesemutan, juga
dia merasakan hawa yang panas bukan main. Dia sampai mengeluarkan seruan
tertahan dan melompat mundur, Dia kaget dan heran.
"Mengapa bocah setan yang berusia sekecil ini bisa memiliki tenaga dalam yang
begitu dahsyat?" Diam-diam dia berpikir didalam hatinya.
Rasa penasaran dihatinya membuat dia tidak berpikir lebih lama lagi, segera juga
dia melesat lagi ketengah udara. Kwang Tan juga melihat lawannya bersiap2 hendak
menyerangnya lagi, segera memusatkan tenaga dalamnya dia telah menggerakkan
tangan kirinya, didorong kedepan, kemudian kanannya menariknya pula, lalu
disusul dengan tangan yang menghantam mempergunakan tenaga Guntur Angin pukulan yang dahsyat sekali,
menggelegar sangat kuat sehingga menggetarkan sekitar tempat itu.
Dalam keadaan seperti ini, segera juga terlihat betapa pun juga, memang Kwang
Tan, biarpun berusia masih kecil, tokh tenaga Gunturnya tidak berada dibawah
tenaga dalam Sam Cie Tok San.
Tubuh Sam Cie Tok San yang tengah melayang ditengah udara, seperti juga telah
terbendung oleh suatu kekuatan, marah yang membuat dia jadi kaget tidak terkira,
justeru hawa panas seperti api bagaikan telah membakar tubuhnya.
Dengan demikian membuat Sam Cie Tok San mengeluarkan seruan. Tubuhnya
berjumpalitan ditengah udara.
Kali ini Kwang Tan tidak mau membuang-buang waktu lagi, Karena dengan segera dia
telah melompat ketengah udara, menghampiri pesat sekali kepada Sam Cie Tok San.
Dengan segera tangan kiri dan tangan kanannya bergerak saling susul, karena dia
telah menyerang sekaligus dengan mempergunakan dua pukulan Gunturnya. Tenaga
serangan yang begitu dahsyat, ternyata tidak berani dihadapi oleh Sam Cie Tok
San, karena dia merasakan betapa panasnya
hawa serangan yang dilakukan Kwang Tan, sehingga dia cepat2 menyingkir.
Dengan begitu, dia terhindar dari gempuran tenaga Guntur yang dilakukan oleh
Kwang Tan, cuma saja, hatinya jadi semakin bertanya-tanya, mengapa anak
tersebut bisa memiliki Iwekang yang demikian hebat.
Memang Kwang Tan tengah gusar sekali, melihat tadi Sam Cie Tok San berusaha
menyerang Jie Lian Cu bahkan biarpun dia telah bersikap sabar, Sam Cie Tok San
telah mendesaknya terus, sehingga membuatnya jadi murka sekali, menganggap bahwa
perbuatan yang dilakukan oleh Sam Cie Tok San merupakan perbuatan yang kurang
ajar sekali. Cepat luar biasa, Kwang Tan tanpa mem buang2 waktu lagi telah menggerakkan
sepasang tangannya, menyusuli dengan serangan berikutnya.
Sam Cie Tok San sendiri yang belum sempat mengatur kuda-kuda kedua kaki-nya,
waktu tadi sehabis dia berkelit dari serangan Guntur Kwang Tan, terpaksa cepat
cepat menjejak tanah pula melompat menghindar lagi.
Kwang Tan yang tidak mau memberi kesempatan telah menyusupi tenaga dengan
gempurannya, Sekali ini dia
menyerang pula dengan satu jurus.
Namun Sam Cie Tok San tidak berkelit dia telah melompat kesamping, dan tegak
dengan kuda-kuda kedua kakinya, dia telah memasang kedua lengannya, diangkat
keatas, lalu menangkis. Karena orang mengangkat sekaligus kedua tangannya, Kwang Tan dapat melihatnya
bahwa tangan kiri dari Sam Cie Tok San juga hanya memiliki tiga jari belaka,
yaitu ibu jari, jari telunjuk dan jari manis.
Dengan demikian, ternyata memang Sam Cie Tok San memiliki sepasang tangan yang
masing-masing hanya memiliki tiga jari tangan belaka.
Sedangkan tenaga tangkisan yang dilakukan oleh Sam Cie Tok San sangat kuat
sekali, dia berusaha membendung
kekuatan tenaga Guntur yang panas dari Kwang Tan dengan keras dilawan keras.
Kwang Tan merasakan tangkisan dari Sam Cie Tok San kuat sekali, dia tidak
berdaya menjebolkan tangkisan itu. Namun anak ini tidak berdiam sampai disitu
saja, Dengan cepat dia telah menyerang lagi.
Hebat apa yang dilakukannya itu, sebab dengan beruntun sepasang tangannya telah
me nyambar2 kesana kemari. Akan tetapi Sam Cie Tok juga tidak tinggal diam, dia
telah berkelit kesana kemari dengan lincah. Tubuhnya bergerak seperti bayangan.
Malah dalam segala kesempatan yang ada, dia telah menggerakkan tangan kanannya,
menimpuk dengan senjata rahasianya.
Maka berhamburanlah senjata rahasianya yang berbentuk bintang segi lima, yang
tajam bukan main, dalam keadaan seperti ini, tampak nyata sekali, Sam Cie Tok
San sebetulnya kewalahan menghadapi tenaga pukulan dari Kwang Tan.
Dia kewalahan bukan disebabkan kuatnya tenaga pukulan tersebut, justeru hawa
panas yang menyambar2 dan mengurung dirinya.
Tentu saja, sebagai seorang yang telah berpengalaman dalam rimba persilatan, Sam
Cie Tok San tidak mau menyerah begitu saja, dia menyadari memang ilmu pukulan
yang dimiliki Kwang Tan luar biasa sekali.
Karena itu, dia telah mempergunakan senjata rahasianya. menimpuk beruntun tidak
hentinya dengan cepat dan kuat sekali.
Kwang Tan melihat puluhan batang dari bintang bergigi lima, telah menyambar
keberbagai jalan darah ditubuhnya, Anak ini cepat-cepat menarik pulang tenaga
serangannya, dia telah melompat jauh, kemudian dengan berjungkir balik lima kali
beruntun dia menjauhi diri dari Sam Cie Tok San.
Dengan cara seperti itu Kwang Tan memang berhasil menyelamatkan diri dari
sambaran senjata rahasia tersebut, hanya saja, yang membuat Sam Cie Tok San
penasaran, dia mengetahui, anak ini berusia belasan tahun.
Jika mempergunakan lwekang yang sebenarnya, dimana mereka mengadu kekuatan
lwekang masing-masing, tentu anak tersebut tidak akan berdaya merubuhkannya,
kemungkinan Sam Cie Tok San dengan mudah merubuhkan anak tersebut, hanya saja,
justeru tenaga pukulannya dari Kwang Tan yang selalu mendatangkan hawa panas itu
membuatnya jadi bingung dan tidak tahu dengan cara bagaimana dia menghadapinya.
Dia telah beberapa kali berusaha menahan hawa panas itu dan menerjang terus
kepada Kwang Tan. Akan tetapi selalu pula dia merasakan tubuhnya seperti juga terbakar dan
terpanggang diatas kobaran api.
Dengan demikian Sam Cie Tok San selalu gagal dengan usahanya. Sekarang melihat
Kwang Tan telah menjauhi diri, dia cepat-cepat melompat menghampiri dan bersiap
hendak menyerang, Namun tahu2 dihadapannya berkelebat sesosok
bayangan melompat dengan lincah sekali, itulah Jie Lian Cu, yang tidak bisa
menyaksikan keadaan seperti itu dengan terus berdiam diri tidak bergerak.
Karena dia telah melihatnya, walaupun tenaga pukulan Guntur dari Kwang Tan
memang sangat hebat, tokh anak itu masih kurang pengalaman dan latihan.
Karenanya jika dia masih membiarkan terus Kwang Tan berurusan dengan Sam Cie Tok
San niscaya saat lengah, anak itu akan mengalami bencana tidak kecil, karena
setiap pukulan dari Sam Cie Tok San merupakan pukulan yang beracun dan mematikan.
Setelah melihat Sam Cie Tok San mempergunakan jurusjurus yang ganas dan juga di
tambah senjata rahasia sehingga Kwang Tan tampaknya terdesak, cepat sekali dia
telah menerjang maju, buat mewakili Kwang Tan menghadapi Sam Cie Tok San.
Dia menyadarinya, jika saja dia membiarkan lebih lama lagi, jiwa Kwang Tan lebih
terancam. Melihat Jie Lian Cu maju menghalangi di hadapannya. Sam Cie Tok San tertawa
bergelak2 katanya: "Hmm, tadi engkau pura-pura alim dengan mengatakan dalam
keadaan berkabung tidak bisa turun tangan buat bertempur. Tetapi sekarang tanpa
diundang, justeru memang engkau telah ikut
menceburkan diri buat main-main denganku !" Setelah berkata begitu, Sam Cie Tok
San tertawa bergelak-gelak keras sekali.
Jie Lian Cu merangkapkan sepasang tangannya, walaupun hatinya panas, namun
dengan sabar dia bilang: "Baiklah karena memang Heng-tay mendesak terus, biarlah
aku Jie Lian Cu memperlihatkan keburukan ilmu silatku !" Selesai berkata begitu,
segera Jie Lian Cu mengibas dengan tangan kanan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kibasan itu dilakukannya biasa saja dan tampaknya segar sekali, namun hebat
kesudahannya, seluruh pakaian dari Sam Cie Tok San telah berkibar terhembus
keras sekali. Tentu saja Sam Cie Tok San pun tidak tinggal diam, sejak tadi dia melihat Jie
Lian Cu yang maju, dia telah mengerahkan tenaga dalamnya, dengan tubuh berdiri
tegak, Maka begitu dikibas, hanya pakaiannya yang berkibaran.
Sedangkan waktu itu Kwang Tan juga bertindak maju, guna menerjang kepada Sam Cie
Tok San. Anak ini penasaran sekali, sebab dia tadi telah didesak mundur oleh
senjata rahasia Sam Cie Tok San.
Tetapi Jie Lian Cu yang melihat gerakkan anak itu, dan juga dapat menduga apa
maksud Kwang Tan, dia telah berseru mencegahnya:
"Hiante mundurlah, biarlah aku yang main-main dengannya !" Walaupun hatinya
masih penasaran sekali namun Kwang Tan tidak berani membantah perintah dari Jie
Lian Cu, Dia menjadi berdiri dipinggir dengan muka yang merah padam karena gusar
dan penasaran mengawasi mendelik kepada Sam Cie Tok San.
Diwaktu itu, Jie Lian Cu telah bilang.
"Mari kita mulai !" Dan selesai berkata, Jie Lian Cu memasang sikap siap
menerima serangan dari lawannya. Sam Cie Tok San tertawa tergelak, dengan sikap
yang mengejek, dia telah bilang: "Bagus, inilah permainan yang kuharapkan kita
bisa main2 sepuas hati."
Sambil berkata begitu, tanpa sungkan2 lagi dia segera berseru: "Jaga serangan !"
Dan tubuhnya segera melesat
dengan cepat sekali, sambil menghantam dengan sepasang tangannya.
Dalam keadaan memandang rendah menyerang dengan seperti itu, Jie Lian Cu pun
tidak kepada lawannya, segera dia telah pengerahan tenaga Iwekangnya yang dahsyat.
Dia sama sekali tidak berusaha berkelit atau mengelak dari serangan lawannya,
karena dia memang bermaksud hendak menyerang dengan keras di lawan keras.
Benturan yang terjadi diantara dua kekuatan tenaga dalam itu yang sangat hebat
sekali, karena diwaktu itu tampaklah dua kekuatan tenaga dalam dari dua orang
tokoh sakti ini, telah menimbulkan suara menggelegar yang nyaring sekali, juga
keadaan disekitar tempat itu seperti tergetar.
Sebagai seorang yang memiliki ilmu yang hebat, tentu saja Sam Cie Tok San dalam
beberapa kali gebrakan dengan Jie Lian Cu dia telah bisa menakar sampai berapa
tinggi kepandaian yang dimiliki ciangbunjin Bu Tong Pay tersebut.
Dia kaget tidak terkira waktu mengetahui bahwa sesungguhnya lwekang yang
dimiliki Jie Lian Cu demikian dahsyat.
Perlu diketahui, bahwa Thio Sam Hong waktu menciptakan ilmu silat aliran Bu Tong
Pay, sesungguhnya dia berpatokan pada cara belajar dari intisari yang terdapat
didalam Kiu Yang Cin Keng, karena itu merupakan pelajaran lwekang yang murni dan
lurus. Walaupun Thio Sam Hong telah menciptakan sendiri ilmu silat Bu Tong Pay. dia
telah mencegah adanya salah
satu bagian dari ilmu silat tersebut, yang memungkinkan bisa tersesat bagi orang
yang mempelajarinya. Karena ilmu silat Bu Tong Pay yang lurus dan juga begitu bersih murni lwekang
yang dipelajarinya pun lurus. Walaupun andaikata seorang lawan dari kalangan
sesat memiliki lwekang yang lebih
tinggi dari salah seorang murid Bu Tong Pay, belum tentu tokoh dari kalangan
hitam tersebut dapat menandingi lawannya itu. Karena kelurusan dalam ilmu silat
Bu Tong Pay merupakan ilmu silat yang benar2 hebat, dapat menindih kepesatan
lawan. Sekarang yang turun tangan adalah ciangbunjin Bun Tong Pay, yaitu Jie Lian Cu,
murid tingkat pertama langsung dari Thio Sam Hong, yang memiliki kepandaian
tinggi sekali sehingga tentu saja mengejutkan Sam Cie TokSan.
Sebab biarpun Sam Cie Tok San berulang kali mengerahkan seluruh kekuatan
Iwekangnya, tokh dia selalu gagal buat mendesak lawannya.
Dalam keadaan seperti itu, Sam Cie Tok San akhirnya merubah cara bertempurnya.
Dia lebih banyak mengelak dan berkelit saja, berusaha untuk melihat dimana
kelemahan dari Jie Lian Cu.
Namun Jie Lian Cu yang telah habis sabar tidak mau main berlambat-lambat setiap
kali dia mempergunakan salah satu jurus ilmu silatnya, dia tentu


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempergunakannya dengan kuat dan dahsyat, dengan begitu, Sam Cie Tok San
biarpun telah menutup diri dengan perbentengan tubuh yang keras sekali, tokh dia
masih sering terdesak juga.
Sedangkan Jie Lian Cu sendiri melihat, Sam Cie Tok San bukanlah lawan yang
ringan. Dia juga setiap kali membalas menyerang mendesak lawannya, mempergunakan
perhitungan yang matang sekali.
Kwang Tan yang menyaksikan dari pinggir, jadi kagum sekali pada Jie Lian Cu. Dia
mengakuinya, bahwa Bu Tong Pay benar2 merupakan pintu perguruan yang sangat
agung dan juga hebat sekali, karena ilmu silat yang dipergunakan Jie Lian Cu
begitu lurus dan murni. Sama sekali tidak terlihat kesesatan dalam setiap jurusnya, dan juga, begitu
halus dalam cara menyerang lawan, namun dahsyat sekali tenaga yang menyambar
dari telapak tangannya. Karenanya, itulah yang termasuk dalam perkataan dengan kelembutan mematahkan
kekerasan. Dan memang disaat itu, dia telah berhasil mendesak Sam Cie Tok San.
Sam Cie Tok San semula menduga Jie Lian Cu paling tidak seimbang dengan dirinya,
kepandaian Jie Lian Cu tentu tidak perlu dibuat jeri olehnya, karena dia memang
yakin, dengan kepandaiannya yang tinggi itu akan dapat menghadapi Jie Lian Cu.
Namun dia merasakan tenaga dalam Jie Lian Cu seperti datangnya gelombang yang
saling susul, yang semakin lama semakin kuat juga.
Dengan demikian telah membuat Sam Cie Tok San berusaha memusatkan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya untuk mengimbanginya.
Jurus demi jurus telah lewat dan dalam keadaan seperti itu, biarpun telah
puluhan jurus yang mereka lewati, akan
tetapi Sam Cie Tok San masih juga belum dapat melihat kelemahan pada diri Jie
Lian Cu. Setelah lewat lagi beberapa jurus, akhirnya Sam Cie Tok San mulai kehilangan
kontrol dirinya, dia mulai gugup, karena dia telah didesak hebat oleh Jie Lian
Cu, juga tenaga dalam Jie Lian Cu semakin lama semakin hebat dan kuat.
Sam Cie Tok Sao menghirup udara dalam-dalam, dia mengempos Iwekangnya, suatu
kali, dilihatnya Jie Lian Cu menghantam dengan telapak tangan kanannya, sikap
jari2 tangannya seperti juga hendak menotok tenggorokannya.
Sikap yang diperlihatkan oleh Jie Lian Cu merupakan gerak dari Burung Bangau dan
juga cara menyerangnya itu mengandalkan kekuatan jari tangan.
Justeru diwaktu itu Sam Cie Tok San telah mengerahkan tenaga dalamnya, dia
mempergunakan tangan kanannya buat menghantam dada Jie Lian Cu.
Jie Lian Cu melihat memperdengarkan suara seruan
kelakuan lawannya, tertahan yang perlahan, karena dia heran juga melihat sikap
lawannya yang seperti kalap.
Seperti diketahui, Jie Lian Cu juga sering mendengar nama dari Sam Cie Tok San
belaka, dia belum pernah bertemu dengan orangnya. Dengan demikian diantara
mereka memang tidak terdapat ganjalan apapun juga.
Namun kenyataannya sekarang ini memang memperlihatkan betapa Sam Cie Tok San
begitu kalap. Dengan sendirinya telah membuat Jie Lian Cu jadi heran.
"Hemmm, rupanya dari malu dia menjadi murka!" begitulah pikir Jie Lian Cu.
Dan setelah berpikir begitu, dia juga tidak berayal, Dia menghindar dari
serangan Sam Cie Tok San, dan menarik pulang tenaga serangannya. Membarengi
dengan mana dia melompat menjauh.
Sam Cie Tok San melihat Jie Lian Cu melompat mundur seperti itu, menduga bahwa
serangannya yang kali ini telah berhasil menggertak Jie Lian Cu. Dia beranggapan
Jie Lian Cu telah merasa gentar terhadap ilmu silat dan tenaga dalamnya.
Dia jadi terbangun semangatnya, Dengan diiringi suara seruan yang nyaring
sekali, tubuhnya telah melesat ketengah udara.
Jie Lian Cu melompat menjauhi diri bukan disebabkan dia jeri bentrok tangan dan
mengadu kekuatan dengan Sam Cie Tok San. Hanya saja, memang dia ingin
mempergunakan kesempatan tersebut buat mengatur tenaga dalamnya, disamping
mempergunakan waktu itu, dia bermaksud hendak
yang ada, guna mengempos semangatnya dan mengincar bagian terlemah dari lawannya.
Sekarang melihat Sam Cie Tok San telah melompat menerjang lagi, dia tertawa
sambil katanya: "Mari kita sudahi pertempuran ini!" Berbareng dengan
perkataannya itu, bagaikan seekor elang, tubuh Jie Lian Cu telah menerjang maju,
diwaktu yang sama Sam Cie Tok San juga tengah menghampiri buat menyerang
padanya, Mereka satu dengan yang lainnya seperti juga saling memapaki.
Sam Cie Tok San mengeluarkan seruan, dia telah mengerahkan seluruh tenaga
dalamnya untuk menyambuti serangan Jie Lian Cu. Dia mengetahui berapa tinggi
kepandaian dan tenaga dalam dari Jie Lian Cu yang sesungguhnya.
Apa yang diinginkan oleh Sam Cie Tok San memang terjadi, karena diwaktu itu Jie
Lian Cu yang tengah menerjang juga tidak bisa menarik pulang tenaganya.
Segera saling bentur. Kuat sekali, Sampai menggetarkan sekitar tempat itu. Dan
juga tubuh Jie Lian Cu bergoyang goyang hampir saja terhuyung mundur kebelakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan Sam Cie Tok San mengeluh, Begitu tenaganya terbendung oleh kekuatan
tenaga dalam Jie Lian Cu, dia merasakan hawa murni didadanya seperti bergolak
naik. Dia juga merasakan sakit yang hebat pada perutnya, tubuhnya tergoncang, lalu
melangkah mundur satu tindak kebelakang dengan muka yang pucat.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, segera Sam Cie Tok San
mengempos semangatnya, dia berusaha mencegah dirinya jangan sampai terluka
didalam.Dan dia berhasil karena Jie Lian Cu memang tidak segera menyerang
dirinya. "Seperti yang telah kukatakan, lebih baik kita menyudahi saja pertempuran yang
tidak membawa manfaat apa2 buat kita. Bukankah kita tidak saling kenal dan
diantara kita tidak ada ganjalan apa-apa "!"
"Hemm." mendengus Sam Cie Tok San dengan suara yang tawar, "Tidak ada ganjalan
apa-apa " Enak saja engkau bicara ! Hemmm, dengan memperlakukan aku seperti ini,
seorang tamu yang diperlakukan dengan hinaan seperti ini apakah dapat kuterima "
Aku datang dari tempat jauh, tetapi engkau menganggap diriku sebagai pengemis.
Bahkan tanpa memandang mata kepada sahabat rimba persilatan engkau begitu kasar
menolak maksudku yang hendak meminjam sesuatu dari Bu Tong Pay!
Bukankah itu merupakan suatu urusan yang sangat menyakiti hati" Merupakan
ganjalan yang tidak mungkin dibayar lunas sebelum engkau menemui kematian ?"
Sesungguhnya tadi Jie Lian Cu biarpun turun tangan hebat, tokh dia masih
membatasi diri, karena memang dia
tidak mau jika sampai Sam Cie Tok San tercelaka ditangannya, sehingga tertanam permusuhan mereka.
Tetapi Sam Cie Tok San terlalu mendesak diantara dirinya, dengan demikian telah
membuatnya jadi gusar, Apalagi memang Sam Cie Tok San selalu berkata bahwa Bu
Tong Pay tidak memandang persahabatan didalam rimba persilatan selalu memojokkan Bu
Tong Pay, dengan sendirinya habislah kesabaran Jie Lian Cu.
"Hmm, Jika memang kita melanjutkan terus pertandingan ini, tentu salah seorang
diantara kita ada yang bercelaka!" kata Jie Lian Cu kemudian dengan suara yang
tawar. "Ya, aku bukan anak kecil yang perlu engkau jelaskan akan hal itu! Aku memang
menghendaki engkau yang menggeletak menjadi mayat!" Sambil berkata begitu,
tangan Sam Cio Tok San telah menyambar datang dekat sekali kepada Jie Lian Cu.
Jie Lian Cu menangkisnya dengan kuat sekali, dia hendak membuat Sam Cie Tok San
kehilangan keseimbangan sepasang kakinya, dia tidak berhasil.
Karena begitu pukulannya kena ditangkis, cepat sekali Sam Cie Tok San telah
menarik pulang tenaganya dalamnya lalu mengalihkan tangannya yang satu, untuk
menghantam pula. Jie Lian Cu telah berseru nyaring, dia pun tidak berayal, Segera dia menghantam
dengan hebat sekali. seketika serangan Jie Lian Cu saling bentur dengan tangan
dari Sam Cie Tok San. Dan benturan yang terjadi itu memperdengarkan suara yang
mengelegar. Sedangkan Jie Lian Cu sendiri beruntun melakukan serangan yang jauh lebih
kuat, dan tenaga serangan itu bagaikan benar2 merupakan angin topan dan badai,
menerbangkan tanah dan juga daun2 kering seperti juga diwaktu itu terjadi
hembusan angin topan yang dahsyat. Tetapi Sam Cie Tok San tidak memperdulikan
cara menyerang dari Jie Lian Cu dia merangsek terus.
Terdengar suara "Dukkk, dukkk, dukkk !" yang nyaring sekali, disusul juga dengan
tubuh dari Sam Cie Tok San telah terhuyung mundur beberapa kali.
Jie Lian Cu kali ini tidak banyak bicara dengan beruntun dia telah menggerakan
terus sepasang tangannya yang seperti juga berobah menjadi puluhan pasang tangan, yang
menyambar kesana kemari dengan cepat sekali. Sam Cie Tok San sendiri merasakan
sambaran tenaga dalam yang kuat sekali, membuat dia jadi tidak bisa merangsek
maju buat mendesak lawannya, dalam keadaan seperti itu, dia hanya bisa menyerang
dari jarak jauh. Dengan sendirinya Sam Cie Tok San gusar bukan main, dia penasaran sekali.
"Manusia licik !" membentak Sam Cie Tok San dengan suara sengit. Dia mengempos
semangatnya berusaha mendesak lagi.
Kembali gagal, karena terdengar suara "Dukkk, dukkk, dukkk !" berulang kali, dan
setiap kali tangannya saling bentur dengan tangan Jie Lian Cu, tubuhnya
terhuyung mundur. Diapun berpikir pada akhirnya: "Hemm, dengan cara bertempur seperti ini, tentu
dia akan kehabisan tenaga dengan sendirinya...!"
"Biarlah dia bertempur terus dengan mengeluarkan seluruh tenaganya, akhirnya
dalam keadaan letih, aku akan merangseknya !"
Setelah berpikir begitu, tampak Sam Cie Tok Sao telah merobah cara bertempurnya,
Dia mengandalkan kegesitan tubuhnya, yang berkelebat kesana kemari dengan lincah
sekali, setiap kali tangannya bergerak, hanya mengancam belaka, dia tidak
bersungguh2 mempergunakan tenaganya.
Sedangkan Jie Lian Cu tetap dengan pemahamannya seperti itu, sepasang tangannya
telah diputar tidak hentinya, dia menutup diri dengan pengerahan tenaga lwekang
yang benar-benar sangat rapat.
Pertempuran dengan cara seperti itu telah lewat puluhan jurus. Namun belum
tampak ada tanda2 salah seorang diantara mereka akan menjadi pecundang.
Memang yang telah terlihat adalah Sam Cie Tok San memiliki kepandaian yang kalah
setingkat dibandingkan dengan Jie Lian Cu. Karena itu, acapkali dia terdesak
oleh setiap serangan dari Jie Lian Cu, Namun karena memang Sam Cie Tok San
berlaku nekad, membuatnya selalu dapat untuk mengatasi desakan dari Jie Lian Cu.
Sedangkan Jie Liat Cu sendiri bukannya tidak mengetahui bahwa kepandaian
lawannya kalah setingkat dibandingkan dengan kepandaiannya.
Hanya saja Jie Lian Cu berusaha jika masih memungkinkan dia tidak mau melukai
lawannya. Karena sekali saja dia melukai berarti Jie Lian Cu telah menahan bibit
permusuhan dengan lawannya itu.
Dalam keadaan seperti itu, waktu Jie Lian Cu dan Sam Cie Tok San tengah terlibat
dalam pertempuran justeru
terlihat murid2 Bu Tong Pay telah banyak yang datang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka semua bersiap2 hendak maju untuk
membantui Ciangbunjin mereka, jika saja ciangbunjin mereka terdesak oleh
lawannya. Tadinya murid-murid Bu Tong Pay yang mendengar suara ribut-ribut diluar kuil,
menduga bahwa tentu Tek Goan Taysu dan kawan kawannya datang mengacau lagi.
Namun waktu melihat yang tengah menjadi lawan dari ciangbunjin mereka tidak lain
dari seorang lelaki tua tinggi kurus, segera juga pandangan mereka jadi berobah,
mereka menduga tentunya Tek Goan Taysu memerintahkan orang ini buat menyelidiki
keadaan di Bu Tong Pay, dan justeru diketahui oleh Jie Lian Cu.
Diantara para pendeta Bu Tong Pay itu, tampak juga keluar Suma Lin Liang.
Pemuda ini telah menghampiri Kwang Tan, dia menanyakan segalanya prihal
pertempuran itu pada Kwang Tan. Dan setelah mendengar cerita Kwang Tan, segera
juga Suma Lin Liang menggosok sepasang tangannya.
"Manusia durjana yang tidak tahu aturan" mendesis Suma Lin Liang marah bukan
main kemudian dengan suara yang nyaring dia berseru: "Jie Ciangbun, silahkan mundur, biarlah Siauwte
yang mengurus manusia tidak tahu aturan itu."
Suma Lin Liang bukan hanya berseru begitu saja, sebab dia telah melompat
ketengah gelanggang. Maksudnya dia
hendak mewakili Jie Lian Cu buat menghadapi Sam Cie Tok San.
Hanya saja ketika ia hinggap digelanggang pertempuran itu, masih terpisah hampir
setombak dari kedua orang tengah bertanding tersebut justeru Suma Lin Liang
merasakan sambaran angin yang kuat sekali bergulunggulung dari kedua orang yang tengah saling mengadu
kekuatan tenaga dalam itu. Dengan demikian disamping kaget, Suma Lin Liang harus
cepat2 mengarahkan tenaga dalamnya, memperkuat kuda-kuda sepasang kakinya.
Dengan cara seperti itulah, dia berhasil mencegah dirinya terjungkel keluar dari
gelanggang pertempuran tersebut.
Sedangkan Jie Lian Cu, yang waktu itu tengah mengerahkan tenaga dalamnya dan
terus menerus beruntun memutar kedua tangannya buat mengadakan pembelaan
diri yang rapat, melihat majunya Suma Lin Liang, jadi berseru nyaring:
"Hiante... mundurlah, biarlah dia kuhadapi sendiri !"
Tetapi Suma Lin Liang tidak mau mengerti. "Manusia seperti itu tidak ada
harganya dihadapi oleh Jie ciangbunjin ! Mundurlah Jie ciangbun !" Sambil
berkata begitu, Suma Lin Liang telah menerjang maju.
Kali ini dia melompat maju sambil mengerahkan tenaganya, sehingga dia tidak
gentar lagi terhadap desakan tenaga dalam dari kedua orang yang tengah saling
mengadu kekuatan itu. Bahkan Suma Lin Liang begitu menyerbu maju, dia segera menyerang kepada Sam Cie
Tok San hebat sekali. Angin pukulan itu menderu kuat, dia segera mempergunakan
salah satu jurus Sam Cie Kong, tidak mengherankan kalau-kalau angin pukulan yang
menyambar kepada Sam Cie Tok San begitu hebat. Sam Cie Tok San melihat majunya
Suma Lin Liang, semula dia tidak memandang sebelah mata. Bahkan dia tertawa
dingin karena dilihatnya itulah seorang pemuda
yang masih remaja sekali. Tentu kepandaiannya tidak seberapa.
Namun waktu merasakan menyambarnya angin serangan dari Suma Lin Liang, Sam Cie
Tok San kaget tidak terkira, ia sampai mengeluarkan seruan tertahan dan cepat2
melompat berkelit. Dalam keadaan seperti itu, hati kecilnya juga diliputi tanda tanya dan perasaan
berani yang bukan main. "Mengapa Bu Tong Pay bisa terdapat banyak sekali anak
muda yang berkepandaian tinggi " Tadi anak belasan tahun itupun memiliki ilmu
pukulan yang sangat aneh, kuat dan
juga sangat panas seperti juga sambaran api belaka." Yang dimaksudkan oleh Sam
Cie Tok San adalah Kwang Tan.
Sedangkan Jie Lian Cu melihat Suma Lin Liang tidak mau mundur, dan malah telah
mulai menyerang Sam Cie Tok San, terpaksa mengalah. Diapun memutar tangannya
satu kali lagi, buat mencegah menyerang mendadak padanya, kemungkinan lawannya
kemudian menjejakkan sepasang kakinya.
Tubuhnya mencelat cepat sekali menjauhi diri, keluar dari gelanggang pertempuran
itu. Sedangkan Suma Lin Liang tanpa membuang-buang waktu, menyusuli dengan beberapa
kali hantaman lagi. Sam Cie Tok San juga telah mengempos semangatnya. Memang
tadi waktu menghadapi Jie Lian Cu dia tengah
mengerahkan tenaga dalamnya dengan kuat, sekarang dia telah mempergunakan tenaga
dalamnya itu buat menghalau setiap pukulan dari Suma Lin Liang.
Dia berhasil menghadapi pemuda itu sampai belasan jurus, Namun selewat itu, dia
mulai terdesak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ilmu silat Sam Cie Kong yang dimiliki
Suma Lin Liang, walaupun belum berhasil rampung dipelajari keseluruhan
tingkatnya, tokh memang Suma Lin Liang telah berhasil mempelajari sebagian
terbesar. Bahkan Suma Lin Liang pun telah menerima petunjuk yang sangat berharga dari Thio
Bu Kie maupun Thio Sam Hong, membuat kekuatan tenaga dalamnya semakin mantap dan
leluasa dalam mempergunakan jurus2 ilmu silat Sam Cie Kong itu.
Diantara berkesiuran angin serangan dari Suma Lin Liang, mati2an Sam Cie Tok San
berusaha membobolkan pertahanan dari pemuda itu. Memang dia selalu gagal, akan
tetapi dia tidak pernah putus asa dan tetap meneruskan usahanya itu, dengan
setiap kali menyerang hebat sekali.
Diantara berkesiuran angin serangan kedua orang yang tengah bertempur itu,
tampak tubuh merekapun telah berkelebat2 kesana kemari dengan gesit dan lincah,
sehingga yang tampak hanya gulungan2 warna pakaian masing-masing, tidak dapat
terlihat muka mereka dengan jelas.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jie Lian Cu yang telah berdiri dipinggir gelanggang pertempuran itu menyaksikan
dengan hati yang kagum sekali: "Hemm, Suma Hiante telah memperoleh kemajuan yang
sangat pesat sekali" ilmu silatnyapun bukan sembarangan... jika saja dalam
sepuluh tahun mendatang ia berlatih terus dengan tekun, tentu sulit sekali
dicari tandingannya...!" Murid2 Bu Tong Pay yang berkerumun diluar gelanggang pertempuran itupun
menyaksikan jalannya pertandingan dengan hati yang diliputi rasa kagum dan
heran. Mereka melihat Suma Lin Liang berusia muda sekali, masih remaja dan tidak lebih
tua dari mereka, bahkan diantara para murid Bu Tong Pay itu ada yang berusia
lebih tua dari Suma Lin Liang sendiri, tetapi justeru kepandaian Suma Lin Liang
begitu luar biasa, bahkan dilihat selintasan saja, seperti berada diatas tingkat
mereka semuanya, hal inilah yang telah membuat murid2 Bu Tong Pay itu diam2 memuji didalam hati
mereka. Bahkan diantara para murid Bu Tong Pay itu, yang tidak bisa menahan diri karena
desakan rasa kagumnya, setiap kali Suma Lin Liang dapat mendesak Sam Cie Tok
San, mereka berseru-seru memuji: "Bagus ! Bagus !"
Kwang Tan juga memperhatikan cara Suma Lin Liang menghadapi Sam Cie Tok San, Dia
juga kagum sekali. "Suma Koko memang telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali, tetapi tampaknya
dia menyerang terlalu bernapsu sekali jika saja dia bisa berlaku lebih tenang
sedikit saja, tentu kesempatan-kesempatan baik yang tadi dibiarkan lewat begitu
saja, ikan dapat di lihatnya....!"
Karena berpikir seperti itu, akhirnya Kwang Tan telah berseru: "Suma Koko,
perhatikan cara langkah kakinya....!" Apa yang diteriaki oleh Kwang Tan memang
tidak salah, karena justeru kelemahan dari Sam Cie Tok San berada pada sepasang
kakinya itu, dimana tubuhnya setiap kali bergerak tentu kaki yang kanan seperti
melakukan dua kali gerakan, tidak bisa melangkah langsung.
Hal itu disebabkan Sam Cie Tok San melatih ilmu silatnya itu, telah terpengaruh
oleh hawa sesat, karenanya, biarpun dia berusaha untuk melenyapkan kesesatannya
itu, dia tidak berhasil usahanya yang ingin melenyapkan kesesatannya itulah yang
membuat Sam Cie Tok San akhirnya harus memiliki gerakan kaki kanan yang lamban.
Setiap kali akan melangkah memindahkan kuda2 kakinya, dia pasti melakukan
gerakan dua kali dengan kaki kanan nya. itulah kelemahannya, sedangkan Sam Cie
Tok San sendiri memang mengetahui akan kelemahannya tersebut. Hanya saja justeru
dia tidak bisa melenyapkan kelemahannya tersebut.
Sekarang mendengar Kwang Tan berseru kepada Suma Lin Liang memperingatkan agar
pemuda yang tengah menjadi lawannya itu lebih memperhatikan gerak kakinya, diam2
Sam Cie Tok San jadi gentar juga, itulah kelemahannya, yang dengan diberitahukan
Kwang Tan pada Suma Lin Liang, niscaya Suma Lin Liang akan mendesak dirinya jauh lebih
dahsyat lagi. Tampak Suma Lin Liang telah berseru nyaring sekali, tubuhnya bergerak sangat
cepat, diapun mulai memperhatikan cara bergerak dari kaki lawannya, Karena
itu, dia telah dapat melihat kelemahan dari lawannya itu.
Dalam waktu yang sangat singkat sekali, dia telah dapat mendesak Sam Cie Tok San
dengan hebat. Diantara berkesiuran angin serangan pukulan Suma Lin Liang, tampak Sam Cie Tok
San mulai letih, dia telah terdesak, sehingga buat membalas menyerang sudah
tidak dapat. Suma Lin Liang jadi girang, karena dia mulai dapat mendesak lawannya itu
bertambah hebat. Dan juga dia mengetahui bahwa lawannya sebentar lagi akan dapat
dirubuhkannya. Sedangkan Jie Lian Cu melihat Sam Cie Tok San sudah tidak berdaya balas
menyerang bahkan telah beberapa kali terkena serangan Suma Lin Liang membuat
hatinya jadi tidak enak. Karena Jie Lian Cu memang tidak mau menanam bibit permusuhan dengan Sam Cie Tok
San. Dan sekarang melihat Sam Cie Tok San dalam keadaan terdesak hebat seperti
itu, dia akhirnya berseru: "Hiante, hentikanlah !"
Akan tetapi Suma Lin Liang yang tengah bersemangat sekali mengerahkan seluruh
kepandaiannya buat mendesak Sam Cie Tok San, seperti tidak mendengar seruan Jie
Lian Cu, karena dia terus juga mendesak Sam Cie Tok San dengan hebat.
Malah, suatu kali, ketika Sam Cie Tok San tengah terhuyung mundur disebabkan dia
tergesa2 dalam menghindarkan serangan yang dilakukan Suma Lin Liang, dengan diiringi suara
seruan nyaring, segera Suma Lin Liang telah menghantam dengan tenaga penuh
kedada Sam Cie Tok San. "Bukkk!" dan Sam Cie Tok San terhantam hebat sekali. Diwaktu itulah seketika dia
terhuyung-huyung mundur lima langkah dengan wajah yang sangat pucat.
Tadi waktu didadanya terhantam kuat, dia juga mengeluarkan jerit kesakitan yang
nyaring. Walaupun dia tidak memuntahkan darah segar, dari sudut mulutnya itu tampak jelas
darah yang mengalir, rupanya akibat pukulan yang diterimanya dari Suma Lin Liang
membuat dia terluka didalam yang cukup hebat.
Melihat lawannya telah berhasil dilukainya, Suma Lin Liang tidak mau membuang-
buang waktu, dia hendak menyusuli dengan pukulan yang menentukan. Tubuhnya
seperti juga seekor burung rajawali yang menyambarnya, melesat sangat cepat
sekali kearah Sam Cie Tok San.
Apa yang dilakukan Suma Lin Liang kali ini merupakan tindakan yang sangat
mengejutkan Sam Cie Tok San, karena justeru sekarang ini mempergunakan jurus
terhebat Suma Lin Liang telah dari Sam Cie Kongnya.
Seperti diketahui, ilmu silat luar biasa yang dikuasai Suma Lin Liang adalah Sam
Cie Kong, karenanya sekarang, waktu ia mempergunakan jurus Andalan dari ilmu
silat Sam Cie Kong tersebut dia telah mempergunakan tiga jari
tangannya, yaitu jari telunjuk, jari tengah dan Jari manisnya.
Dengan ketiga pucuk jari tangannya dia menyerang, Sam Cie Tok San yang masih
terpisah cukup jauh dari Suma Lin Liang merasakan betapa angin serangan itu
dahsyat sekali menyambar kearah dadanya.
Cara menyambar dari jari tangan Suma Lin Liang menyerupai gerakan dari cara
menerkam serigala, karena ketiga batang jari tangan itu telah meluncur dengan
sangat kuat dan cepat sekali mengandung inti kekuatan tenaga dalam yang benar2
luar biasa. Jika saja orang biasa yang menerima serangan seperti itu dari Suma Lin Liang,
jangankan pucuk2 jari tangan dari Suma Lin Liang mengenai sasarannya, hanya
terkena angin serangan saja, niscaya telah rubuh dengan luka parah dan berat.
Suma Lin Liang yang sejak tadi melihat bahwa lawannya memang memiliki ilmu silat
yang lebih tinggi darinya, karena itu dia bertindak tidak tanggung-tanggung, ia
mempergunakan Sam Cie Kong, yang merupakan ilmu luar biasa dan gerakannya sangat
aneh. Justeru keanehan dalam setiap jurus yang dilakukan Suma Lin Liang itulah yang
membuat lawannya menjadi bingung dan tidak bisa menghadapi sebaik mungkin,
walaupun kepandaian dan pengalaman dari Sam Cie Tok San jauh lebih menang dari
Suma Lin Liang. Pucuk2 jari tangan Suma Lin Liang meluncur begitu cepat, dan kemudian menghantam
telak sekali kepada dada Sam Cie Tok San. tanpa lawan ini bisa menghindar Dan ia
telah terserang. "Dukkk! Dukkk!" dua kali beruntun, dihantam pucuk jari tangan kiri dan kanan,
dan dia mundur sampai tiga langkah dengan muka berobah pucat, mulut setengah
terbuka dan mata terpentang lebar-lebar.
Luar biasa justeru dia tidak rubuh, dia masih tetap berdiri tegak mempertahankan
diri tidak segera rubuh terguling
atau juga mundur lagi. Dia
hanya memandang tajam kepada Suma Lin Liang sambil cepat2 memusatkan tenaga
dalamnya, menyalurkan kedadanya, berusaha agar dadanya itu dapat dilindungi oleh
hawa murninya, agar pernapasannya dapat berjalan lancar dan juga dia tidak
terluka didalam yang berat.
Dalam keadaan berseru nyaring. seperti itulah Suma Lin Lian telah ia melompat menerjang sambil menghantam lagi
dengan caranya seperti tadi, cara seekor srigala yang tengah menerkam mangsanya.
"Hemm!" mendengus Sam Cie Tok San, walau hatinya gentar karena melihat hebatnya
cara menyerang dari Suma Lin Liang dan diapun merasa kaget tidak terkira, namun
dia tidak mau memperlihatkan perasaan kagetnya itu, dia tetap berdiri
ditempatnya, sinar matanya memandang tajam.
"Hebat jaga kepandaianmu!"
Waktu itulah, cepat sekali Jie Lian Cu telah melompat kedekat Suma Lin Liang,
sambil berseru: "Hiante, hentikan!" kemudian tangan kanannya bergerak, dia
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 11 Pendekar Gila 19 Murka Sang Iblis Tiga Iblis Gunung Tandur 1
^