Pencarian

Pendekar Guntur 12

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 12


mengibas kearah tangan Suma Lin Liang, guna mencegah Suma Lin Liang meneruskan
serangannya itu. Karena jika sampai benar-benar Sam Cie Tok San terluka parah oleh Suma Lin
Liang, berarti permusuhan dan dendam yang sangat mendalam telah ditanamkan.
Karenanya, Jie Lian Cu berusaha buat mencegahnya.
Kibasan tangan Jie Lian Cu mengandung kekuatan tenaga dalam yang dahsyat, namun
merupakan tenaga yang mengandung kelunakan juga.
Walaupun kuat dia menyampok tangan Suma Lin Liang, namun tidak akan melukai Suma
Lin Liang. Dan hanya membuat tangan Suma Lin Liang mencong kearah lain, sehingga
tidak dapat menyerang pada sasaran nya lagi.
Waktu itu Sam Cie Tok San sendiri tengah bingung juga, ia tidak, mau
memperlihatkan kelemahannya, dan juga tidak mau mundur melakukan tindakan
pengecut. Dia hanya mengawasi saja cara menyerang dari Suma Lin Liang, Karena itu dia
berpikir, bila serangan dari Suma Lin Liang kali itu menyambar datang, dan pasti
dia tidak mungkin kuat menghadapi hantaman tersebut, ia bermaksud akan menangkis
dan balas menyerang sekuat sisa tenaganya, guna mengadu jiwa, beruntung bahwa
Jie Lian Cu dapat mencegah Suma Lin Liang tidak
meneruskan serangannya itu.
Jie Lian Cu telah mencekal tangan Suma Lin Liang katanya: "Hiante, mundurlah !"
Suma Lin Liang ragu-ragu sejenak, karena dia masih penasaran ingin merubuhkan
Sam Cie Tok San. Ia yakin, jika tadi Jie Lian Cu tidak merintangi serangannya
itu niscaya akan membuat ia dapat merubuhkan Sam Cie Tok San, yang tampaknya
telah terluka didalam akibat serangannya itu.
Waktu itu, Kwang Tan telah menghampiri kedekat Suma Lin Liang, katanya: "Suma
Koko mundurlah dulu, biarkan Jie ciangbun yang menyelesaikan persoalan ini !"
Mendengar perkataan Kwang Tan itu, Suma Lin Liang seperti baru teringat, bahwa
ia sebenarnya merupakan tamu saja di Bu Tong Pay.
Dan sekarang, justeru Sam Cie Tok San berurusan dengan pihak Bu Tong Pay, dengan
demikian, setelah Jie Lian Cu meminta agar ia mundur, maka dia tidak bisa
bersikeras hendak merangsek terus kepada Sam Cie Tok San.
"Baiklah !" kata Suma Lin Liang sambil mengangguk dan mundur beberapa langkah,
Jie Lian Cu sendiri telah menoleh kepada Sam Cie Tok San katanya: "Jika Siecu
sudah tidak ada urusan dengan kami, silahkan pergi !!"
Setelah berkata begitu, Jie Lian Cu merangkapkan sepasang tangannya, memberi
hormat, dengan sikap mempersilahkan tamu ini buat berlalu, itulah cara
pengusiran yang halus. Sam Cie Tok San tertawa dingin, dia sesungguhnya dalam keadaan terluka didalam,
namun dia tidak mau memperlihatkan kelemahannya. Dengan sikap tetap gagah, dia
telah menyahuti: "Baiklah, kukira sekarang ini telah cukup buat aku melihat
liehaynya ilmu silat dari Bu Tong Pay. dan dalam keadaan sekarang ini, aku pun
tidak akan mengganggu lebih jauh !"
Setelah berkata begitu Sam Cie Tok San memutar tubuhnya, dia telah melangkah
buat berlalu, Namun, ketika dia baru melangkah dua tindak, justeru tubuhnya
telah terhuyung seperti juga akan terguling. itulah disebabkan sebenarnya dia
memang telah terluka didalam yang cukup parah.
Dan tadi, jika memang dia masih dapat berdiri tetap, karena dia telah
mengerahkan seluruh tenaga yang masih ada buat memperkuat kuda-kuda kedua
kakinya. Begitu dia melangkah, merasakan bumi seperti maka Sam Cie Tok San juga
bergoyang, pandangan matanya kabur.
Mati2an Sam Cie Tok San berusaha mencegah jangan sampai dirinya tersungkur,
Karena jika ia rubuh, tentu akan memalukan sekali. Dia telah mengempos seluruh
tenaganya, berusaha menyalurkan kekuatannya, buat melangkah terus.
Namun apa yang diusahakannya itu tidak berhasil, Dia tersungkur, Tetapi cepat
sekali dia bisa bangun berdiri dan berusaha melangkah lagi dengan tubuh yang ber
goyang2. Melihat keadaan Sam Cie Tok San seperti itu, Kwang Tan merogoh sakunya, "Sam Cie
Tok San, ambillah obat ini, lukamu itu akan segera sembuh!" Sambil berseru
begitu, Kwang Tan telah melontarkan obat yang di perlukan Sam Cie Tok San.
Sam Cie Tok San mengeluarkan tangan kanannya, sebat sekali ia menyambuti obat
itu. Namun ia ragu sejenak, mengawasi obat itu dan kemudian memandang kepada
Kwang Tan. Namuh akhirnya ketika melihat Kwang Tan tersenyum kepadanya, sambil
katanya: "Makanlah obat itu, Luka didalam tubuhmu tidak akan membahayakan!"
Setelah termenung beberapa saat, Sam Cie Tok San akhirnya membawa obat tersebut
kemulutnya, dia menelannya. Ia merasakan bau harum semerbak, kemudian dia telah
melangkah lagi dengan tubuh yang tetap sempoyongan.
Jie Lian Cu menghela napas waktu melihat Sam Cie Tok San telah pergi, Dan ia
mengajak Suma Lin Liang berdua dengan Kwang Tan untuk masuk kedalam kuil.
Ketika mereka sampai diruang tengah, di mana berkumpul seluruh murid2 Bu Tong
Pay terdengar isak tangis yang perlahan sekali, Jie Lian Cu menyapu sekeliling ruangan tersebut, ia
melihat seorang Tojin setengah baya tengah menangis dengan sedih sekali, Jie
Lian Cu menghela napas. Dilihatnya tojin setengah baya tersebut tengah berlutut didepan meja sembahyang didekat peti mati dari jenazah Thio Sam
Hong, ia pun tengah sesambatan:
"Suhu... ampunilah tecu yang terlambat datang... ampunilah suhu....!"
"In Sute..." seru Jie Lian Cu setelah melihat jelas lojin setengah baya itu.
Tojin itu sambil menyusut air matanya, telah memandang kepada Jie Lian Cu,
kemudian berlutut menghadap kepada Jie Lian Cu, katanya: "Jie Suheng....
ampunilah aku datang terlambat Dan... dan... aku tidak
sempat buat bertemu terakhir kalinya dengan Suhu... kini Suhu telah berpulang
buat selama-lamanya...!"
Dan lojin setengah baya itu telah menangis lagi terisakisak dengan tubuh yang
tergetar. Jie Lian Cu cepat2 membangunkannya, ia pun merasa berduka sekali, "Kau kembali
tanpa memberi kabar kepada kami, In Sute dan juga... juga engkau pergi merantau
tanpa meninggalkan jejak, kami tidak mengetahui kau dimana, maka kami tidak bisa
menghubungimu disaat detik-detik terakhir dari Suhu!"
Sudahlah In Sute, sekarang Suhu lelah berpulang dengan tenang, telah menemui
ketenteraman abadi...!"
In Sute itu, yang tidak lain dari In dan kebahagian
Lie Heng, telah mengangguk beberapa kali -"Ya, ya suheng...!" Sahutnya. Ternyata
In Lie Heng memang baru saja tiba. Tadi dia mengambil jalan bukan dari arah
depan kuil, melainkan dengan ginkangnya yang sekarang telah mencapai tingkat
yang tinggi, dia melompat dari dinding sebelah kanan tembok pekarangan kuil
tersebut. Karena itu, dia tidak bertemu dengan Jie Lian Cu yang tengah melayani Sam Cie
Tok San. ln Lie Heng telah langsung memasuki ruangan tengah dia melihat upacara
kematian dan sembahyang arwah dari Thio Sam Hong.
Membaca tulisan yang berada dimeja sembahyang itu, In
Lie Heng seperti kalap, Puluhan orang murid Bu Tong Pay lainnya, yang melihat
Susiok mereka datang, yang memberi hormat seperti tidak dilihat In Lie Heng,
karena dia telah menangis menggerung-gerung sambil menjatuhkan diri berlutut
dihadapan meja sembahyang jenazah Thio Sam Hong.
Jie Lian Cu bersama dengan In Lie Heng, Kwang Tan, Suma Lin Liang dan murid dari
Bu Tong Pay telah berlutut, dan mereka menjalankan lagi upacara sembahyang besar
terhadap jenazah dan arwah Thio Sam Hong, guru besar Bu Tong Pay tersebut,
karena kini seorang murid kesayangan
dari Thio Sam Hong telah kembali.
In Lie Heng telah belasan tahun mencukur rambut menjadi tosu, Memang ia kecewa
melihat betapa putera dari Song Wan Kiauw melakukan tindakan pengkhianatan
terhadap pintu perguruannya. Dan juga ia tawar hati
melihat betapa Bu Kie bersama Beng Kauwnya telah terdesak hebat oleh Cu Goan
Ciang. Karenanya, dia mencukur rambut, menjadi tosu dan hidup menyendiri, ia pun
seringkali meninggalkan kuil Bu Tong Pay buat turun gunung, berkelana, untuk
mengarungi daratan Tionggoan, Setiap kali ada kesempatan, dimana ia
menyaksikan peristiwa tidak adil, maka iapun turun tangan buat menolongi orang
yang tengah dalam kesulitan itu. Karenanya, ia segera dapat menghibur hatinya .
Dengan melakukan perbuatan amal kebaikan menolongi orang-orang yang tengah dalam
kesulitan In Lie Heng agak
terhibur hatinya, Dan ia terus juga berkelana.
Sampai akhirnya suatu hari, ketika ia berada di Soasay, dimana ia merasakan
hatinya tidak tenang, pelupuk mata kirinya selalu kedut-kedutan tidak hentinya.
Maka dia segera kembali ke Bu Tong San, buat menjenguk saudara seperguruannya,
terutama sekali buat menengoki guru besar Thio Sam Hong, gurunya.
0ooo0dw0ooo0 Jilid19 NAMUN, justeru kedatangannya di Bu Tong San telah disambut dengan berita
yang menyedihkan dari mulut beberapa orang penduduk kampung dikaki gunung, ia
telah mendengar perihal berpulangnya Thio Sam Hong.
Maka dengan hati sangat berduka bercampur kaget, dia tidak membuang-buang waktu
lagi, segera berlari menuju kepuncak gunung, kemudian tanpa melewati pintu
gerbang kuil, dia telah melompat tembok pekarangan kuil, buat menerobos keruang
utama. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itulah sebabnya ta di dia tidak sempat menyaksikan Jie Lian Cu bertiga dengan
Suma Lin Liang dan Kwang Tan yang tengah menghadapi Sam Cie Tok San.
Betapa hati dan perasaannya hancur bahwa gurunya benar2 telah berpulang.
Dilihatnya ada meja sembahyang buat arwah Thio Sam Hong. Dan juga, dia melihat
semua murid2 Bu Tong Pay yang tengah menjalankan upacara sembahyang itu.
Dia menyesali, mengapa ia tidak pulang jauh lebih siang sebelumnya, untuk dapat
bertemu muka yang terakhir kali dengan gurunya, yang sangat dipuja dan di
hormatinya itu" Dan ia memang paling cetek air matanya, ia menangis dengan tubuh gemetar. Sampai
akhirnya Jie Lian Cu bersama Suma Lin Liang dan Kwang Tan telah masuk keruang
utama. Memang pertemuan Jie Lian Cu dengan In Lie Heng merupakan pertemuan yang sangat
mengharukan sekali, sebab cukup lama mereka berpisah. Terlebih lagi Jie Lian Cu
sangat memanjakan adik perguruannya yang paling bungsu ini,
-ooo0dw0oooSEKARANG kita tinggalkan dulu Jie Lian Cu dengan murid-murid Bu Tong
Pay yang tengah menjalankan upacara sembahyang dimalam itu pada arwah Thio Sam
Hong, dimana jenazah dari guru besar itu besok akan dikebumikan.
Marilah kita menengok kepada Song Wan Kiauw, Toa Suheng dari Bu Tong Cit Hiap,
yang dulu merupakan dedengkot yang paling ditakuti oleh orang2 rimba
persilatan, karena kepandaiannya yang memang sangat tinggi.
Song Wan Kiauw pula yang telah diserahi warisan ciangbunjin oleh Thio Sam Hong,
karena menurut pantasnya, sebagai murid tertua, tentu saja Song Wan Kiauw yang
akan menerima warisan jabatan Ciangbunjin,
terlebih lagi memang kepandaian sinkangnya telah mencapai tingkat yang paling
tinggi. Juga memang Song Wan Kiauw seorang yang tabah dan tenang dalam menghadapi segala
macam urusan. Thio Sam Hong yakin, tentu Song Wan Kiauw akan berhasil membawa Bu Tong Pay
kepuncak kebesaran, karena Song Wan Kiauw akan berhasil memimpin Bu Tong Pay
dengan sebaik2nya. Namun siapa tahu, justeru putera Song Wan Kiauw telah melakukan pengkhianatan,
disebabkan Ciu Cie Jiak, membuat putera Song Wan Kiauw berkhianat dan memusuhi
pintu perguruannya sendiri. Sampai akhirnya oleh Thio Sam Hong putera Song Wan
Kiauw telah dijatuhkan hukuman mati.
Sejak saat itu, kedudukan ciangbun juga dicopot dari Song Wan Kiauw. Justeru
selama bertahun-tahun Thio Sam Hong belum lagi mengetahui harus memberikan dan
mewarisi kepada muridnya yang mana kedudukan Ciangbun tersebut.
Akhirnya terpilih juga Jie Lian Cu. itupun memerlukan Thio Sam Hong menggembleng
sebaik-baiknya Jie Lian Cu, agar sinkangnya memperoleh kemajuan yang lebih baik
lagi. Song Wan Kiauw sendiri, sejak kematian puteranya, selalu berduka, Hatinya
menjadi tawar. Sama sekali dia tidak bersakit hati kepada gurunya, yang telah
menabok batok kepala puteranya sampai sang putera itu menemui ajalnya.
Justeru Song Wan Kiauw kagum akan ketegasan bertindak gurunya, dimana memang Bu
Tong Pay memiliki peraturan-peraturan yang keras sekali, yang harus dijalankan
sebaik mungkin oleh semua murid2 Bu Tong Pay tanpa terkecuali.
Thio Sam Hong sendiri telah menjatuhkan "hukuman" kepada Song Wan Kiauw, selama
dua puluh tahun ia harus duduk bersemedi menghadapi dinding.
Dan selama itu pula, Song Wan Kiauw tidak boleh bangun dari duduknya menghadapi
tembok, Makanannya diantar oleh totong, yang melayani seluruh kebutuhan Song Wan
Kiauw. Semula Song Wan Kiauw merasa agak berat dengan keputusan gurunya, yang
dirasakannya kurang adil, karena dihukum demikian selama dua puluh tahun
bukanlah hukuman yang ringan.
Akan tetapi setelah bersemedhi menghadap harus menyalurkan Wan Kiauw baru
gurunya bermaksud baik dan luhur.
"Hukuman" yang dijatuhkannya itu hanya sekedar meloloskan Song Wan Kiauw dan
kedukaannya disebabkan kematian puteranya, Disamping itu, dengan cara duduk
bersemedhi menghadapi tembok, Song Wan Kiauw dapat mempelajari Sinkang Bu Tong
Pay lebih baik lagi dimana kini, disaat ia tengah menjalani "hukuman" duduk
menghadapi tembok, merupakan cara berlatih tingkat tinggi dari Bu Tong Pay.
lewat beberapa tahun duduk
tembok terus menerus, dengan seluruh pemusatan pikirannya. Song mengetahuinya,
bahwa sesungguhnya Dan dengan cara duduk bersemedhi seperti itu, Wan Kiauw telah
memperoleh kemajuan yang sangat pesat.
Kemajuan sinkangnya baru disadari Wan Kiauw setelah lewat delapan tahun. Semua
itu terjadi secara kebetulan sekali.
Totong yang membawakan nasi dan sayur buatnya, telah terpeleset dan hampir
jatuh. Namun Song Wan Kiauw yang duduk bersemedhi tidak boleh bergerak dari
tempat duduknya. Karena belum dua puluh tahun, dia tidak boleh meninggalkan tempat duduknya itu,
Karenanya, Song Wan Kiauw tidak bisa melompat untuk menolongi tolong itu.
Cuma saja, secara tidak sadar, dengan sendirinya, tangan kanannya telah
mengibas. Bukan main! Begitu tangan seketika tubuh si Totong seperti kekuatan yang tidak
tampak, membuat tubuhnya tidak sampai terjerunuk jatuh terjerembab.
Malah semua barang makanan yang dibawanya, yang tadi hampir saja jatuh
berantakan, tetap masih terpegang ditangannya tanpa ada sebuah cawan atau
mangkok yang jatuh terlepas dari tangannya.
Song Wan Kiauw jadi tercengang sendirinya itulah kemajuan ilmu sinkangnya yang
luar, Dengan hanya mengibaskan tangannya saja dia telah berhasil menolongi
totong tersebut. kanannya dikibaskan ditahan oleh sesuatu
Diam2 Song Wan Kiauw terheran2, membuat dia duduk termangu saja.
Totong itu telah meletakkan makanan yang dibawanya disamping Song Wan Kiauw,
kemudian menjatuhkan diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlutut: "Susiok, terima kasih atas pertolongan Susiok !" sambil berkata
begitu, ia telah menganggukkan kepalanya beberapa kali.
Song Wan Kiauw segera perintahkan totong itu berdiri, Kemajuan sinkangnya
membuat Song Wan Kiauw benar2 takjub. Dan dia segera juga tersadar, justeru
dengan duduk bersemedhi seperti itulah, tanpa disadarinya dia telah memperoleh kemajuan yang
sangat pesat. Dan juga, memang tampaknya dia telah berhasil untuk memupuk lwekang atau ginkang
yang semakin tinggi. Dan tanpa diinginkannya dari matanya telah menitik butir2
air mata, karena dia terharu sekali.
Dia mengerti, gurunya dengan menjatuhkan "hukuman" duduk menghadapi tembok
selama dua puluh tahun tidak lain untuk memberikan pelajaran tertinggi Bu Tong
Pay. Mengetahui itu, Song Wan Kiauw bermaksud untuk
berlutut, guna mengucapkan terima kasih kepada gurunya, walaupun memang guru nya
tidak terdapat disitu. Namun Song Wan Kiauw segera teringat dia baru saja menjalani hukuman gurunya
selama sembilan tahun, jadi
masih ada sebelas tahun lagi yang harus dilaksanakan Dia sama sekali tidak boleh
beranjak dari tempat duduknya, Maka dia jadi membatalkan maksudnya buat melompat
bangun dan berlutut. Dia hanya bersila dengan mata terpejamkan kemudian katanya: "pergilah kau!" ia
perintahkan totong itu buat
meninggalkan kamar tersebut. Totong itu mengiyakan dan berlalu meninggalkan Song


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wan Kiauw setelah memberi hormat lagi.
Setelah Totong itu pergi, Song Wan Kiauw duduk bersila mengatur pernapasannya.
Lenyap perasaan sesal dihatinya pada gurunya, bahkan ia bersyukur dan berterima
kasih. Walaupun Song Wan Kiauw seorang yang tenang dan setiap kali mengambil keputusan
tidak terlalu cepat, tokh dia cukup cerdik, Karena telah melihat manfaat dari
"hukuman" yang dijatuhi gurunya padanya, dia jadi berpikir lebih jauh lagi. dan
ia segera tersadar. "Akhhh ternyata suhu bermaksud baik. Suhu menginginkan aku tidak
dilibat oleh kedukaan karena kematian anakku, dan suhu menginginkan aku
terhindar dari kedukaan itu. Sungguh mulia sekali hati Suhu.!"
Karena terharu, ia menitikkan air mata lagi, mulutnya berkemak-kemik sambil
katanya: "Suhu... budi Suhu terlampau besar, entah dengan cara bagaimana tecu nanti
membalasnya." Namun sejak saat itu Song Wan Kiauw benar2 mengosongkan
pikirannya, ia telah mengerahkan sinkangnya, duduk bersemedhi menghadapi tembok
dan terus melakukannya tanpa ada penyesalan lagi dihatinya.
Dalam keadaan seperti itulah, Song Wan Kiauw telah memperoleh kemajuan yang
sangat hebat sekali. Selama belasan tahun ia tidak pernah mencampuri urusan
didalam kuil tersebut, sampai boleh dikatakan urusan didalam kuil ia sama sekali
tidak mencampuri dan tidak mengetahuinya, ia
sudah tidak mengenal waktu lagi, tidak mengetahui sudah berapa lama ia
bersemedhi menghadapi tembok, dan berapa lama lagi ia harus bersila seperti itu.
Yang diketahuinya, ia hanya memperoleh kemajuan yang sangat pesat sekali,
sehingga sinkangnya telah
memperoleh kemajuan pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya.
Waktu itulah, disaat Thio Sam Hong telah menghembuskan napasnya, sesungguhnya
Song Wan Kiauw mendapat perasaan tidak enak, perasaan yang ganjil sekali, ia
selalu teringat kepada gurunya, ia juga berpikir,
apakah gurunya telah mengalami sesuatu yang tidak diinginkannya ?"
Tetapi, tidak ada seorangpun yang memberitahukan padanya apa yang terjadi pada
diri Thio Sam Hong. Sebab memang waktu menjalankan "hukuman" dua puluh tahun
harus duduk bersemedhi menghadapi tembok, Thio Sam Hong telah melarang siapapun
juga, termasuk Jie Lian Cu, buat menengoki suhengnya itu.
Dan hanya seorang totong yang diperbolehkan buat melayani Toa suheng tersebut.
Disebabkan itulah maka biarpun Thio Sam Hong telah menghembuskan napasnya
didetik2 terakhirnya sekalipun, Jie Lian Cu tidak berani memberitahukan hal itu
kepada Song Wan Kiauw. Song Wan Kiauw ketika melihat totong yang mengantarkan makanan buatnya telah
datang, ia menanyakan apa yang tengah terjadi didalam kuil Bu Tong Pay ini.
Totong ini tampak ragu2, namun akhirnya ia bilang: "Tidak ada apa2, Susiok hanya
waktu sekarang ini Jie Lian Cu tengah sibuk sekali !"
Song Wan Kiauw menyadari bahwa totong ini tentunya berdusta, Tetapi Song Wang
Kiauw tidak menyesali totong itu, ia mengetahui nya bahwa totong tersebut
bersikap seperti itu, tentunya memang ia telah memperoleh pesan dari Jie Lian Cu
ataupun dari Thio Sam Hong.
Song Wan Kiauw hanya menghela napas dalam2, dia telah berdiam diri dan kemudian
setelah totong itu pergi meninggalkan kamar nya, Song Wan Kiauw meneruskan
latihan pernapasannya, memejamkan sepasang matanya menghadapi tembok.
Dengan demi ian, ia tidak memiliki selera makan sedikitpun juga. Santapan yang
telah disediakan disampingnya, sama sekali tidak disentuhnya.
Bahkan ketika totong itu telah datang kembali buat mengambil mangkok dan cawan
yang diduganya tentu telah kosong, jadi berdiri terheran2 ketika melihat semua
barang santapan masih tetap utuh.
"Susiok, apakah makanan ini kurang sesuai dengan selera Susiok" biarlah nanti
tecu membuatkannya yang lebih enak!" kata Totong tersebut.
Song Wan Kiauw menggelengkan kepalanya. "Jangan, tak usah... aku memang tidak
berselera untuk makan, Besok barulah kau antarkan makanan lagi, pergilah bawa
makanan itu!" kata Song Wan Kiauw kemudian, sambil terus memejamkan lagi
sepasang matanya buat melanjutkan latihan pernapasannya,
Totong itu hanya berdiri menjublek, namun dia tidak berani banyak bertanya.
Kemudian dia telah memutar tubuhnya, berlalu membawa barang santapan yang masih
utuh. Song Wan Kiauw terus juga bersemedhi, dengan pikiran dan hati semakin tidak
tenang. Ia merasakan, tentu ada sesuatu yang tidak menggembirakan terjadi pada
gurunya, Tidak biasanya perasaannya begitu tergoncang.
Dan tengah Song Wan Kiauw dalam kegelisahan seperti itu, iapun mendengar suara
ribut2 diluar kamarnya, suara ribut2 itu terdengar samar2, akan tetapi
menunjukkan tentu suara ribut2 tersebut berasal dari banyak orang yang berkumpul
ditempat yang terpisah cukup jauh dari kamarnya tersebut.
Kamar Song Wan Kiauw merupakan sebuah kamar yang dibangun dibelakang kuil, kamar
itu memang kamar khusus buat berlatih Iwekang, yang memiliki tiga ruangan
berjajar. karenanya, tempat itu sangat tenang sekali.
Dalam hari hari biasa, memang sering juga terdengar suara dari para pendeta yang
tengah membaca ayat-ayat suci dengan sembahyang, akan tetapi tidak akan
menimbulkan suara ribut seperti itu. Dan sekarang suara ribut itu membuat Song
Wan Kiauw menduga2 apakah telah terjadi suatu keributan di kuil Bu Tong Pay
ini ?" Tengah Song Wan Kiauw dalam kegelisahan seperti itu, ia berpikir untuk pergi
keluar dari kamarnya, guna melihat apa yang terjadi. Namun dia pun segera
teringat, bahwa ia belum lagi dua puluh tahun menjalankan perintah atas hukuman
yang dijatuhi gurunya. Dengan sendirinya, tidak dapat ia beranjak dari tempatnya duduk itu.
Dan Song Wan Kiauw berusaha mengerahkan dan mengatur jalan pernapasannya, agar
dapat menenangkan kembali hatinya, namun tetap saja perasaan dan hatinya
tergoncang, ia tidak berhasil menguasainya, sehingga Song Wan Kiauw segera
yakin, tentunya terjadi sesuatu yang hebat pada diri gurunya.
Namun, sama sekali Song Waa Kiauw tidak berani melanggar perintah gurunya, ia
tidak berani meninggalkan
tempat berduduknya itu, hanya hati dan perasaannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belaka yang tetap tergoncang dengan tidak ada ketenteraman. Karena itu, Song Wan
Kiauw akhirnya telah berusaha buat bersemedhi terus. Dan ia berhasil sedikit,
perasaannya jadi lebih tenang. itu hanya sejenak saja, karena kemudian
tergoncang kembali, Dengan demikian Song Wan Kiauw
semakin dicekam oleh perasaan tidak tenangnya.
Ribut2 ditempat yang terpisah cukup jauh dari kamarnya telah berangsur lenyap,
keheningan menguasai sekitar tempat dimana di bangun kamar semedhi itu.
Akan tetapi hati Song Wan Kiauw tetap saja tidak tenang dan tenteram. Tengah
Song Wan Kiauw diliputi oleh perasaan tidak tenang dan tidak tenteramnya itu
tiba2 didengarnya suara langkah kaki yang ringan mendekati pintu kamar.
Song Wan Kiauw menduga pada totong kecil yang biasa melayaninya, yang tentu
datang kembali membawakannya makanan lain yang lebih enak, karena tentunya
totong itu menduga selera makan Song Wan Kiauw tidak ada disebabkan makanan yang
disajikan kurang enak. Dikala itu, Song Wan Kiauw berusaha memejamkan matanya, ia bermaksud jika totong
nanti mempersilahkan dia makan, maka ia akan berdiam diri saja.
Tiba-tiba didengarnya suara orang mendehem, dibarengi dengan bunyi pintu dibuka.
"Toa suheng..." terdengar suara yang dikenalnya, suara Jie Lian Cu. Song Wan
Kiauw telah memandang dengan mata yang terbuka lebar2. Dilihatnya Jie Lian Cu
berdiri diambang pintu sambil merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepadanya dengan
membungkukkan tubuh dalam2.
Song Wan Kiauw telah memandang terus dengan hati yang tidak tenteram. Jie Lian
Cu kali ini mengunjunginya, setelah belasan tahun tidak mengunjunginya karena
dilarang oleh guru mereka, tentunya Jie Lian Cu akan memberitahukan urusan yang
hebat, sampai ia melanggar larangan guru mereka.
Waktu itu Jie Lian Cu selesai memberi hormat, melangkah memasuki kamar dan
menghampiri Song Wan Kiauw lebih dekat, Mukanya tampak pucat, dan juga matanya
merah. Ada yang membuat Song Wan Kiauw terkejut, dia melihat pita hitam dilengan baju
adik seperguruannya itu. Dan itu adalah tanda berkabung.
"Sute..."!" kata Song Wan Kiauw kemudian dengan suara tergetar, karena segera
juga hati kecilnya membisikkan sesuatu yang membuat dia menduga sesuatu hal yang
tidak menggembirakan. Jie Lian Cu sudah tidak bisa menahan menitiknya butir2 air matanya, dia telah
menjatuhkan diri berlutut dihadapan Toa suhengnya, katanya: "Toa suheng... kita
telah ditinggal buat selama2nya oleh Insu... beliau sekarang telah berangkat
kealam tenang dan tenteram..."
Song Wan Kiauw memandang Jie Lian Cu dengan mata terpentang lebar2, mulutnya
juga terbuka dan gemetar. "Jie Sute Insu... Insu.... sudah meninggal "!" tanya
Song Wan Kiauw kemudian dengan suara tergagap. Jie Lian Cu mengangguk.
"Benar Toa-suheng...!" menyahuti Ciangbunjin Bu Tong Pay ini dengan suara yang
tertahan dan tergetar menahan isak tangis.
Waktu itu Song Wan Kiauw menjerit kalap, dia telah menghantam dinding dihadapan
dan menangis sedih sekali. Karena hantaman membuat tembok berlobang, dan dalam
memancar sinar yang menerobos masuk.
"INSU ....I Insu....!" Song Wan Kiauw hanya bisa mengeluh begitu saja diantara
isak-tangisnya, kemudian pingsan tidak sadarkan diri
Jie Lian Cu tidak terkejut melihat Toa-Suhengnya pingsan seperti itu, ia bisa
merasakan betapa kesedihan
yang tengah menyerang dan dialami oleh Toa suhengnya tersebut.
Cepat-cepat Jie Lian Cu menguruti beberapa jalan darah ditubuh Song Wan Kiauw,
sehingga Toa-suhengnya itu segera juga tersadar kembali.
Setelah tersadar dari pingsannya, Song Wan Kiauw menangis terus meneruskan tanpa
mengucapkan sepatah perkataanpun juga. Sebungkah perasaan sesal yang sangat
dalam menguasai hati dan jiwanya.
Ia memang tengah menjalani hukuman yang dijatuhkan gurunya, dan selama belasan
tahun ia tidak pernah bertemu muka lagi dengan gurunya, sekarang ia dikabarkan
gurunya telah meninggal dunia, guru yang dipuja dan dihormatinya, maka hatinya
jelas hancur berantakan dilanda kedukaan yang hebat.
Jie Lian Cu menghiburnya, sampai akhirnya Jie Lian Cu bilang. "Sudahlah... Insu
sudah berangkat kealam tenang telapak tangan Song Wan Kiauw, dihadapannya
menjadi jebol dan dan tenteram, Toa-suheng... dan tentu saja kita tidak bisa
menangisi terus menerus, Memang berat sekali perpisahan ini, tetapi masih banyak
yang perlu kita lakukan! Besok adalah hari pemakaman jenasah Insu, dan dengan
kedatanganku kemari, untuk memberitahukan kepada Toasuheng, agar besok ikut
hadir dalam penguburan tersebut!
Memang aku telah mempertimbangkannya, semua ini tentu akan melanggar pesan dan
perintah Insu, bahwa Toasuheng tidak boleh meninggalkan kamar ini sebelum
duapuluh tahun, namun upacara penguburan ini sangat penting sekali, agar tidak
mendatangkan sesal yang terlalu mendalam dihati Toa-suheng."
Song Wan Kiauw tidak mengatakan sesuatu, ia hanya menangis terus dengan
sesambatan: "Insu... Insu.....belasan tahun kita tidak bertemu muka, ternyata
kini engkau telah meninggalkan kami buat selama-lamanya...sungguh membuat tecu tidak tahu dengan cara bagaimana
membalas budi kebaikan Insu....Insu!"
Dan Song Wan Kiauw terus juga menangis tidak hentinya.
Sedangkan Jie Lian Cu telan merogoh sakunya, dia mengeluarkan segulungan kertas.
"Ini adalah surat disampaikan
mengatakan kepada sebelum tidak bisa bertemu warisan yang diberikan Insu untuk Toa-suheng. Memang
Insu telah kepergiannya, bahwa ia menyesal dengan Toa-suheng, yang tengah
menjalankan hukuman selama dua puluh tahun.
Insu tidak mau kalau sampai perasaan Toa-suheng terganggu dengan pertemuan itu.
Lebih baik, menurut Insu, setelah belasan tahun tidak bertemu, Insu tidak
berpamit lagi kepadamu, tidak menemuimu.." Dan sambil berkata
begitu, Jie Lian Cu telah menyerahkan gulungan surat itu kepada Song Wan Kiauw.
Dengan sepasang tangan gemetar keras, tampak Song Wan Kiauw menyambut surat
tersebut, dimana dia membuka dan membacanya per-lahan2, dengan air mata terus
juga mengalir membasahi sepasang matanya, turun tidak hentinya deras sekali.
Bunyi surat warisan dari Thio Sam Hong, antara lain demikian:
"Wan Kiauw, tentu engkau telah memperoleh banyak ketenteraman menjalankan
"hukuman" yang kuberikan, bukan " kedukaan hatimu telah terobati" Dan memang
menjadi harapanku, bahwa engkau menebus kedukaan itu dengan kemajuan yang paling
sempurna yang sekarang engkau miliki!
Engkau merupakan harapanku, untuk kelak membantu adik seperguruanmu, yaitu Jie
Lian Cu, untuk memimpin pintu perguruan kita, yaitu Bu Tong Pay, agar tetap
berada di puncak kebesaran! Jie Lian Cu, adik seperguruanmu, yang telah kuserahi
tanggung jawab yang berat sekali sebagai Ciangbun, tentunya memiliki banyak
kesukaran, iapun akan menerima ancaman yang tidak kecil dari orang2 yang tidak menyukai Bu
Tong Pay! Dan dengan adanya engkau yang memperoleh kemajuan yang pesat sekali,
menguasai seluruh ilmu silat dan sinkang Bu Tong Pay yang murni, tentu engkau
dapat membantu adik seperguruanmu itu, walaupun engkau sendiri tidak beruntung untuk memimpin
langsung perguruan kita ini!
Aku memohon keikhlasanmu, agar benar2 engkau mengangkat derajat Bu Tong Pay! Dan
ingat, seperti yang telah ku perintahkan sebelum dua-puluh tahun, engkau tidak
bisa meninggalkan tempat dudukmu itu!"
Dan surat itu ditanda-tangani oleh Thio Sam Hong.
Huruf2 yang tertulis diatas kertas tersebut sangat indah sekali, setiap garisnya
begitu kuat dan mengandung seni yang sangat mempesonakan sekali dipandang dari
seni surat atau aliran Bun.
Membaca surat peninggalan Thio Sam Hong itu, Song Wan Kiauw menangis meng
gerung2 dan dia telah berulang kali mengeluh menyebut nama gurunya tersebut.
Dan tampak jelas betapapun juga memang Song Wan Kiauw menyesal sekali bahwa ia
tidak memiliki kesempatan
bertemu muka buat terakhir dan penghabisan kali dengan gurunya.
Sebagai orang yang memiliki kepandaian tinggi dan sinkang yang terlatih dengan
baik, sebetulnya Song Wan Kiauw dapat menguasai perasaan dan goncangan hatinya.
Namun kenyataan yang ada, justeru penyesalan yang datang menggoda hatinya,
membuat dia tidak dapat membendung tangisnya yang begitu hebat. Dia lelah
menangis menggerung2 seperti juga diwaktu itu ia sudah tidak dapat mengendalikan
perasaan dan hatinya. sedangkan Jie Lian Cu hanya berulang kali menghela napas, sama sekali dia tidak
berusaha buat membujuk Song Wan Kiauw menghentikan tangisnya.
Walaupun bagaimana, memang ia melihat, jika ia berusaha membujuk
Song Wan Kiauw menghentikan tangisnya, tentu akan membuat Song Wan Kiauw
bertambah berduka. Dan dia membiarkan saja Song Wan Kiauw menangis seperti itu,
untuk memuntahkan kedukaannya, sebab Jie Lian Cu yakin, setelah puas menangis,
akhirnya Song Wan Kiauw akan merasa lebih lapang.
Song Wan Kiauw masih terus juga menangis dan lewat beberapa saat, tiba-tiba dia
menoleh menatap kepada Jie Lian Cu, kemudian katanya, "Bagaimana cara Suhu
meninggal dunia?" Jie Lian Cu telah memandang kepada Song Wan Kiauw beberapa saat lamanya, sampai
akhirnya dia telah menghela napas dalam2, katanya:
"Sesungguhnya Insu berpulang dengan cara yang tenang dan tentram. Dan juga,
memang Suhu mengetahui itulah cara dan detik terakhir beliau berada diantara
kita. Dan itulah cara berpulang yang sangat sempurna! Hanya saja...!"
Berkata sampai disitu, tampak Jie Lian Cu berdiam diri beberapa saat, tampaknya
dia ragu-ragu, dan dia telah berkata lagi dan sesaat kemudian dengan sikap yang
hatihati sekali: "Song Toa-suheng, sebetulnya dalam hal ini
memang terjadi suatu urusan yang kurang menggembirakan...!" Mendengar perkataan Jie Lian Cu itu Song
Wan Kiauw yang sejak tadi memang tengah mengucurkan terus air matanya, telah
menyusut air matanya, kemudian katanya:
"Mengapa" Apakah ada seseorang yang telah memaksa dan mendesak Suhu sehingga
menemui ajalnya"!" Song Wan Kiauw sendiri sebetulnya mengetahui bahwa pertanyaan
seperti itu tidak pantas dinyatakannya, karena ia sendiri pun menyadari, didalam
dunia ini sudah sulit sekali
ada orang yang dapat menandingi kepandaian ilmu gurunya, yang telah mencapai tingkat yang begitu
tinggi. Namun dalam kedukaan yang begitu mendalam, tokh dia menanyakan hal itu
juga. Sedangkan Jie Lian Cu telah menggeleng perlahan, ia menggeleng perlahan, ia
menghela napas. "Song Toa-suheng, sesungguhnya, Insu telah waspada bahwa saat-


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saat terakhir Insu berada diantara kita memang sudah tiba dan juga ia akan
berpulang kealam tenteram dan tenang.
Dan hal itu telah diberitahukan kepada kami, Namun kenyataannya, disaat2 akan
berpulangnya Insu, pihak kerajaan telah mengirimkan pasukannya buat mengganggu
Bu Tong Pay!" "Ohhh, sungguh keparat!" mendesis Song Wan Kiauw, Namun kemurkaan yang tiba-tiba
saja meledak dihatinya itu dapat ditindih nya.
Dia tampaknya sudah mulai dapat menguasai dan mengendalikan perasaan dan hati
nya, karena kemudian dia bertanya dengan suara yang jauh lebih sabar: "Lalu
bagaimana"!" "Sesungguhnya, kami telah berusaha untuk menghadapi orang2 yang dikirim pihak
kerajaan itu dengan sebaikbaiknya, agar dengan demikian, kita dapat membiarkan
Insu berpulang dengan tenang, Namun ternyata Cu Goan Ciang telah mengirim
orang2nya yang memiliki kepandaian yang dapat diandalkannya.
Mereka umumnya memiliki kepandaian yang rata rata tinggi, Dan kami juga harus
menghadapi mereka dengan keadaan yang tidak mudah! Hanya saja, dengan satu
jurus, Insu telah berhasil mengusir mereka! itulah gangguan yang membuat kami
tidak puas, karena Insu berangkat dengan
hati yang tidak tenang, dimana In su telah melihatnya, bahwa kita diri Bu Tong
Pay dalam keadaan terkepung orang-orang Cu Goan Ciang sampai kini masih terus
juga mengepung ketat seluruh penjuru gunung Bu Tong San ini... karena itu,
terpaksa aku telah menemui Toa-suheng, buat merundingkan semua ini..!"
Setelah berkata begitu, Jie Lian Cu menghela napas berulang kali, dia menunduk
dalam2, menantikan wejangan dan nasehat dari Toa-suhengnya tersebut.
Song Wan Kiauw menghapus air matanya, ia telah memandang redup sekali, dimana ia
telah memperhatikan adik seperguruannya dengan sepasang mata yang memerah, dan
akhirnya ia menghela napas dalam2.
"Bicara soal ini, memang tampaknya Bu Tong Pay mulai menghadapi rintangan dan
Dulu, belasan tahun yang gangguan yang tidak kecil! lalu, sebelum aku dijatuhi
hukuman oleh Insu untuk berdiam dikamar ini selama dua
puluh tahun, memang Insu pernah mengatakan, bahwa yang dikuatirkan Insu justeru
adalah gangguan itu timbul disaat kepergian Insu! itulah sebabnya mengapa Insu
selalu sering bersikap keras, perintahkan kepada kita, agar sungguh-sungguh
melatih diri!" Setelah berkata begitu, Song Wan Kiauw menghela napas lagi beberapa kali, lama
dia tidak mengucapkan sepatah perkataanpun juga, sampai akhirnya ia mengangkat
kepalanya, dan telah memandang kepada Jie Lian Cu, katanya lagi, "Sute,
sesungguhnya, bagaimana pendapatmu buat mengatasi orang2 Cu Goan Ciang?"
"Tidak ada jalan lain, kami hanya akan menghadapi mereka dengan kekerasan!
Mereka berjumlah banyak, tidak mungkin kita bisa memukul dengan cara lain, dan
tidak mungkin kita bisa untuk memukul mundur mereka dengan
cara lunak atau hanya merubuhkan beberapa orang diantara mereka! jika saja Insu
masih hidup, tentu mereka tidak berani kurang ajar seperti sekarang! Namun
setelah mereka mengetahui Insu telah berpulang, maka mereka berusaha untuk
membarengi disaat berpulangnya Insu, untuk mengacau di Bu Tong Pay kita !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkata sampai disitu, Jie Lian Cu kemudian menceritakan perihal pertempuran
yang telah terjadi. Juga dia telah menceritakan perihal Sam Cie Tok San,
demikian juga perihal Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah diceritakan semua,
dalam keadaan seperti itu, Song Wan Kiauw hanya berdiam diri mendengarkan cerita
dari adik seperguruannya tersebut.
Walaupun demikian, pikirannya bekerja terus, berusaha untuk mencari jalan, guna
memecah kan ancaman yang sedang meliputi Bu Tong Pay.
Sebagai pintu perguruan besar yang agung dan memiliki nama besar didalam rimba
persilatan, tentu saja Bu Tong Pay tidak dapat dihina oleh siapapun juga. Karena
itu, walau pun bagaimana, memang Song Wan Kiauw ingin sekali menghadapi lawan-
Iawan yang akan mengacau buat menimbulkan kerusuhan di Bu Tong San ini.
Namun Song Wan Kiauw teringat akan keadaan dirinya, dimana dia memang masih
menjalankan hukuman yang dijatuhkan gurunya. Tidak dapat dia meninggalkan kamar
ini sebelum dua-puluh tahun.
Dan sekarang baru lewat belasan tahun, dengan demikian masih ada beberapa tahun
lagi, dimana dia tetap tidak boleh meninggalkan kamar ini.
Memang sekarang, tenaga sinkang Song Wan Kiauw telah memperoleh kemajuan yang
pesat, sehingga dia telah berhasil menembus puncak kesempurnaan tenaga dalamnya.
Hanya saja dia tidak bisa mempergunakan kepandaiannya itu buat menghadapi lawan2
yang mengancam akan mengacaukan Bu Tong Pay.
Sebagai seorang murid tertua dari Thio Sam Hong, dan sekarang mendengar bahwa
suhunya itu telah menghembuskan napasnya yang terakhir, dimana juga orang-orang
yang bersiap-siap hendak mengacaukan Bu Tong Pay masih berkumpul disekitar Bu
Tong San, membuat Song Wan Kiauw murka bukan main.
Hanya saja, jika ia keluar dari kamar ini, buat menghadapi orang2 yang dikirim
Cu Goan Ciang, berarti dia telah melanggar perintah gurunya. Tetapi jika ia
tidak keluar dari kamar ini, jelas tidak ada sesuatu yang bisa dilakukannya untuk
sehingga Song Wan dimana hatinya saling bertentangan dengan perasaannya, antara
ingin keluar dari kamar ini buat membantu adik
seperguruannya, yang ciangbunjin dari Bu membantu adik seperguruannya, Kiauw
menghadapi dua pilihan, sekarang telah menjabat sebagai Tong Pay, atau memang tetap mematuhi akan
perintah gurunya, yang sekarang ini telah almarhum. Karena itu, lama sekali Song
Wan Kiauw berdiam diri, sejauh itu dia hanya duduk termenung saja.
Melihat sikap Song Wan Kiauw seperti itu, Jie Lian Cu menghela napas, Katanya:
"Baiklah sToa-suheng, sekarang terpaksa Sute harus kembali ke ruang sembahyang.
Hanya, perlu aku tegaskan disini, bahwa besok kami akan menjemput Toa-suheng,
buat sekalian mengantar Insu
ketempat peristirahatannya yang terakhir.!"
Song Wan Kiauw seperti tersentak kaget. Dia mengangkat kepalanya, Kemudian
dengan sikap yang agak gugup, dia bilang: "Tunggu dulu, aku ingin mengatakan
sesuatu!" Jie Lian Cu memandang kakak seperguruannya tersebut. "Ada sesuatu petunjuk dari
Toa-suheng"!" tanya Jie Lian Cu dengan sikap menghormat sekali.
Song Wan Kiauw menghela napas dalam-dalam, kemudian dia bilang: "Ya! Ya! Memang
demikian! Ada yang hendak kukatakan Tetapi, entah engkau sendiri menyetujui akan
usul yang satu ini yang akan ku utarakan ini atau memang akan menolaknya"!"
"Katakanlah, Toa-suheng !" kata Jie Lian Cu sambil memperhatikan kakak
seperguruannya yang tertua dengan penuh perhatian.
Sedangkan beberapa kali, Song Wan Kiauw menghela napas lagi barulah dia bilang:
"Bukan sekali2 aku bermaksud hendak melanggar perintah Insu. Akan tetapi
sekarang Bu Tong Pay kita tengah terancam oleh maksud
jahat dari manusia2 seperti yang sekarang tengah mengepung Bu Tong Pay.
karenanya, aku bermaksud hendak keluar dari kamar ini, untuk membantu kalian
menghadapi mereka. Tentu saja dengan demikian, jelas akupun melanggar perintah Insu. Namun, kukira
demi kebaikan, tentu Insu mengampuni dan memaafkan, karena aku setulus hati
ingin membantu kalian untuk menghadapi mereka !"
Hati Jie Lian Cu tergetar, ia memandang kepada kakak seperguruannya sampai
akhirnya dengan suara tergetar ia berkata: "Toa-suheng...!" ia mengerti akan
maksud Song Wan Kiauw, yaitu kakak seperguruannya yang tertua tersebut bermaksud untuk
mempertaruhkan harga dirinya, dimana ia sebagai murid yang paling berbakti,
akhirnya harus melanggar perintah guru dihormatinya, demi keselamatan Bu Tong
Pay mereka. Sesungguhnya, walaupun diancam akan pancung kepala untuk perintahkan Song Wan
Kiauw keluar dari kamar itu belum tentu Song Wan Kiauw akan mematuhi perintah
itu dan melanggar perintah gurunya, sekarang ia sendiri yang bermaksud melanggar
perintah gurunya, jelas ini
merupakan suatu pengorbanan yang tidak kecil bagi seorang murid Bu Tong Pay
seperti Song Wan Kiauw. Diwaktu itu Song Wan Kiauw telah melesat bangun, tegak dan gagah.
"Akhh.. belasan tahun lamanya aku duduk diruang ini !" katanya sambil menunjuk
ke tempat dimana tadi dia duduk, Dan juga telah belasan tahun aku tidak pernah
bertemu dengan kau, sute, juga saudara2 seperguruanku yang lainnya, sekarang
biarlah, untuk beberapa saat aku akan keluar dari kamar ini kelak jika memang
aku telah berhasil menghalau musuh yang bermaksud buruk pada Bu Tong
Pay, barulah aku kembali kekamar ini, buat menyelesaikan hukuman yang belum
habis dan aku akan menambahkan selama lima tahun sebagai penebus dosaku
melanggar perintah Insu!"
Setelah berkata begitu, Song Wan Kiauw yang telah tersenyum pahit dan dia pun
telah berkata dengan menoleh kepada Jie Lian Cu, katanya:
"Sute, mari kita ke-ruang utama, aku ingin menghunjuk hormat terakhir buat
Insu !" Jie Lian Cu terharu bukan main melihat sikap Toasuhengnya itu, ia mengangguk dan
mengiringi Toasuhengnya keluar dari kamar tersebut.
Dikala itu, Jie Lian Cu melihat, setiap langkah kaki Song Wan Kiauw ringan
sekali, bagaikan telapak kakinya itu
tidak menginjak lantai, begitu ringan sekali langkah kakinya, seringan kapas. Diam2 Jie Lian Cu jadi
heran bercampur kaget, karena ia tidak menyangka bahwa Toa-suheng telah
memperoleh kemajuan yang demikian cepat.
Akan tetapi Jie Lian Cu tidak berani menanyakan hal itu kepada Toa-suhengnya,
dia berdiam diri saja dan mengikuti di belakang Toa-suhengnya.
Ketika tiba diruang utama, tampak Song Wan Kiauw telah memburu kedepan meja
sembahyang, dia menjatuhkan diri dan berlutut di hadapan meja sembahyang
itu, dia menangis terisak-isak, sesambatan : "INSU... Insu !"
Kemudian dengan air mata masih berlelehan, Song Wan Kiauw telah memasang
beberapa hio, dia telah bersembahyang. Sambil membaca doa, diapun telah
mengucurkan air mata yang deras sekali.
Murid2 Bu Tong Pay lainnya ikut menangis. Terlebih lagi In Lie Heng. Selesai
Song Wan Kiauw memasang hio, segera ln Lie Heng maju kedepan Toa-suheng nya, dia
berlutut memberi hormat kepada kakak seperguruannya.
Dari Bu Tong Cit Hiap yang pernah ada yaitu ketujuh murid utama Thio Sam Hong,
memang In Lie Heng yang paling cetek sekali air matanya, ia paling mudah
menangis. Sekarang dia melihat Toa-suhengnya tersebut, memang dia telah mengetahui nasib
buruk yang pernah menimpa diri Toa-Suhengnya itu, yang sangat dihormatinya dan
dikaguminya, bahwa puteranya telah berkhianat dan akhirnya Song Wan Kiauw
dijatuhi hukuman selama dua puluh tahun harus duduk diam menghadapi dinding,
maka dari itu, sekarang melihat kakak seperguruan yang tertua itu, hatinya jadi
berduka bukan main. Dia merasa berkasihan sekali terhadap nasib dari Toasuhengnya tersebut. Karena
itu, sambil berlutut dia telah menangis ter-isak2.
Sedangkan Song Wan Kiauw pun telah merangkul adik seperguruannya yang terkecil
ini sambil mengucurkan air mata. Dia memimpin In Lie Heng berdiri bangun.
"Sute, kita akan menghadapi para pengacau itu. Kita akan memperlihatkan bahwa Bu
Tong Pay bukanlah tempat yang mudah dikacaukan oleh mereka." Waktu mengatakan
kata2nya itu, walaupun masih mengucurkan air mata, toh suara Song Wan Kiauw
bersemangat sekali. ln Lie Heng telah menyusut air matanya, dia memperhatikan kakak seperguruannya
yang tertua itu, katanya: "Toa-suheng, tampaknya banyak lebih kurus dari
dulu....tentunya kau banyak menderita?"
Song Wan Kiauw tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, dia telah berkata
dengan suara yang berobah sabar: "Sute....justeru aku akhir2 ini sangat bahagia
sekali, karena Insu telah mewariskan semacam ilmu yang dahsyat
kepadaku, diluar kesadaranku sendiri, Aku bahagia sekali! Aku bukan tengah
menjalankan hukuman, tetapi justeru tengah berlatih diri !"
Mendengar perkataan Song Wan Kiauw seperti itu, In Lie Heng menatap dengan sorot
mata yang tajam, kemudian katanya: "Toa suheng, sesungguhnya...
sesungguhnya...." Melihat adik seperguruannya itu tergagap seperti bingung, Song Wan Kiauw
tersenyum. "Kau baik sekali Sute... kau memperhatikan sekali keadaanku ! Kau memang terlalu
teliti sekali! Apa yang kukatakan bukanlah dusta belaka. Memang sesungguhnya
Insu telah memberikan pelajaran ilmu silat dan melatih sinkang yang luar biasa!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan Insu mungkin mengharapkan agar kelak aku dapat menurunkan dan mewariskan
kepandaian yang hebat Bu Tong pay kepada murid2 generasi mendatang. Insu telah
memberikan kunci utama dari ilmu silat Bu Tong Pay yang sejati !"
Setelah berkata begitu, melihat In Lie Heng, Jie Lian Cu dan murid-murid Bu Tong
Pay bersama Kwang Tan dan juga Suma Lin Liang memandang tidak mengerti padanya,
segera Song wan Kiauw menceritakan bahwa sesungguhnya Thio Sam Hong telah
mewarisi kepandaian tingkat tinggi Bu Tong Pay, dimana Thio Sam Hong telah
memberikan latihan yang tidak disadari oleh Song Wan Kiauw sendiri buat kemajuan
lwekangnya. Lebih jauh juga Song Wan Kiauw telah menceritakan, dengan duduk bersemedhi
menghadapi tembok, ia memiliki
waktu yang sangat banyak sekali buat merenungkan kepandaian dan ilmu silatnya, meneliti bagian2 yang
lemah, dan kemudian menciptakan juga jurus2 yang bisa menambal kelemahannya itu.
Dengan demikian, sekarang Song Wan Kiauw telah berhasil meneliti dengan cermat
dan telah dapat menyempurnakan ilmu silatnya sebaik mungkin.
Yang paling utama, dengan duduk berdiam diri tanpa pernah beranjak dari tempat
duduknya, Song Wan Kiauw selama itu telah berhasil menyedot hawa murni bumi yang
membuat dia bertambah tangguh.
Seperti diketahui bahwa dari dalam bumi selalu muncul suatu hawa, yang jika
telah dapat dikendalikan dan dikumpulkan di tan-tian maka hawa yang dipantulkan
dari dasar bumi itu akan merupakan semacam kekuatan yang bisa membantu lwekang
seseorang memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Mendengar penjelasan Song Wan Kiauw seperti itu, In Lie Heng, Jie Lian Cu dan
murid-murid Bu Tong Pay yang lainnya, girang bukan main.
Mereka bersyukur bahwa Toa-suheng mereka telah memperoleh kemajuan yang pesat
sekali. Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah maju memberi hormat kepada Song Wan
Kiauw, Toa Tayhiap Bu Tong Cithiap tersebut.
Begitulah, Song Wan Kiauw telah bantu mengatur persiapan, untuk besok mengubur
jenasah Suhu mereka. Yang terpenting adalah kekuatan memang pihak sekali dibantu
oleh Song Wan Kiauw untuk dapat menghadapi lawan, jika lawan bermaksud mengacau upacara penguburan
tersebut. Dengan Song Wan Kiauw turun tangan mengatur segalanya, cepat sekali dapat diatur
disegala bidang, dengan demikian Jie Lian Cu dapat berlapang hati. Kini ia jauh
lebih tenang, karena yakin, jika Toa-suhengnya membantu untuk mengatur
segalanya, biarpun musuh memiliki kekuatan dua atau tiga kali lipat, tentu masih
akan dapat dihadapi mereka.
Malam telah larut... keadaan hening sekali.
ooooo)OdwO(ooooo TEK GOAN TAYSU berdiri dengan muka merah padam karena murka, ia tengah mencaci
beberapa orang bawahannya, yang di sebut2 sebagai kerbau, tikus tidak punya guna
dan berbagai perkataan yang meremehkan disamping itu, juga ia telah berkata
dengan keras: "Jika memang besok kalian belum lagi dapat untuk menyelidiki keadaan di Bu Tong
Pay, hemmm, kepala kalian semua akan mengucapkan selamat berpisah dengan batang
leher kalian !" Membarengi dengan kata2nya yang terakhir itu, tampak Tek Goan Taysu telah
menepuk meja keras sekali, sehingga menimbulkan suara gedubrakan yang sangat
keras. Diwaktu itu, dari luar tenda tampak menerobos masuk sesosok tubuh, gerakkannya
sangat gesit sekali, dan ia segera membungkuk memberi hormat kepada Tek Goan
Taysu. "Taysu, aku Sam Cie Tok San datang menghadap !" kata orang itu. Tek Goan taysu
hanya memperdengarkan suara "Hemm!" dan mengibaskan tangannya, ia perintahkan
beberapa orang tentara bawahannya untuk mundur meninggal tempat itu.
Setelah orang2 itu meninggalkan tenda tersebut, Tek Goan taysu memandang kepada
orang yang baru datang itu, yang memang tidak lain dari Sam Cie Tok San.
"Bagaimana usahamu!" tanya Tek Goan Taysu, suaranya dingin "Apakah perintah itu
telah dapat dilaksanakan?" Muka Sam Cie Tok menggeleng perlahan, San berobah
memerah, dia kemudian katanya sambil membungkukkan tubuhnya: "ampunilah
Taysu...menyesal sekali, justeru di Bu-Tong Pay berkumpul banyak anak muda yang memiliki


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaian luar biasa hebatnya! ini memang janggal dan aneh terdengarnya, tetapi
memang sesungguhnya, usia mereka memang masih muda2. namun kepandaian mereka
tangguh sekali, akupun telah dapat
dilukainya." Setelah melapor seperti itu, Sam Cie Tok San telah berdiam diri dengan kepala
tertunduk, tampaknya memang dia sangat malu dan kecewa sekali.
Tek Goan Taysu berdiri dengan muka merah padam, ia memutar tubuhnya memunggungi
Sam Cie Tok San. "Kau seorang tokoh dari kalangan sesat yang sebenarnya sangat diandalkan oleh
Hong siang yang menitipkan engkau kepadaku, dengan keyakinan engkau akan dapat
membantu banyak. Namun kenyataannya, engkaupun merupakan manusia tidak punya
guna." "Taysu !" suara dari Sam Cie Tok San terdengar memelas. "Aku telah berusaha
sekuat tenagaku, untuk menghadapi mereka, namun sayangnya justeru tidak
berhasil. Karena memang mereka telah menghadapiku dengan cara bergilir. Yang
paling utama adalah kepandaian mereka sangat tinggi. walaupun benar kepandaian
mereka tidak lebih tinggi dariku, tokh jumlah mereka sangat banyak, sehingga mereka
dapat bertempur dengan bergiliran."
Dengan demikian membuat aku
ditangan mereka, jika memang
nanti akhirnya terluka Taysu bermaksud mengadakan melihat, aku penyerbuan, di waktu
itukah Taysu boleh akan bekerja sungguh-sungguh, aku akan berusaha untuk mendirikan jasa buat
Hongsiang. Dalam keadaan seperti sekarang aku memang tidak bisa mengatakan apapun juga .. .
.. memang harus disesalkan bahwa aku tidak berhasil melaksanakan perintah
Taysu !" Tek Goan Taysu mendengus beberapa kali, kemudian mengibaskan tangannya.
"Kita berjumlah banyak, sebetulnya kesempatan buat menang sangat banyak, nyawa
orang2 Bu Tong Pay telah berada ditelapak tangan kita. Namun kenyataannya, kita
tidak berdaya buat menghadapi mereka dengan baik... inilah benar2 sangat
memalukan sekali !" Sam Cie Tok Saa tersenyum pahit, katanya. "ingat Taysu, bahwa aku bekerja
sungguh-sungguh, jika gagal, itulah memang merupakan sesuatu yang tidak
kuinginkan juga. Taysu tidak usah bercuriga bahwa aku bekerja setengah hati, jika memang
benar2 Taysu bermaksud membuktikan kesungguhan aku bekerja nah. lihatlah!"
Setelah berkata begitu Sam Cie Tok San telah merobek pakaiannya, dia merobek
baju-nya. sehingga terlihat dadanya, Dimana tampak jelas beberapa tanda
menghitam, bekas totokan pucuk2 jari tangan Suma Lin Liang.
Melihat tanda menghitam diatas dada dan bagian belakang dari Sam Cie Tok San,
kemarahan Tek Goan Taysu agak menurun. "Baiklah !" kata Tek Goan Taysu kemudian. "Aku memang mempercayai bahwa engkau
akan bekerja sungguh2, bahwa engkau akan berusaha mendirikan jasa buat
Hongsiang, karena dari itu, tentunya engkaupun tidak mau jika sampai nanti
Hongsiang tidak memandang sebelah mata kepada kita!
Dan juga, kawan2 yang lainnyapun memang telah bekerja bersungguh-sungguh. Hanya
saja, dalam keadaan seperti ini, tidak dapat juga kita terlalu berlambat-lambat.
Jika kita gagal, kita akan kehilangan muka buat selamanya
dan Hongsiang tidak akan mempercayai kita lagi."
Setelah berkata begitu, Tek Goan Taysu berdiam diri sejenak, ia menghela napas
berulang melanjutkan perkataannya pula: "Dan
serta tujuanku, dalam seminggu ini kita dapat menghancurkan Bu Tong Pay, bukankah sekarang cakal kali,
kemudian menjadi maksud bakal Bu Tong Pay telah tiada, telah mampus " Hmm, tentu
dengan mudah kita dapat menghancurkan mereka " Sekarang yang terpenting
bagaimana kita harus bekerja bersungguh2."
Sam Cie Tok San mengangguk.
"Aku mengerti akan maksud kata2 Taysu, dan memang aku sejak dulu sampai
sekarang, telah bertekad untuk dapat membasmi orang2 Bu Tong Pay. Dan tentunya
Taysu akan melihat kesungguhan hati dariku, bagaimana kelak Taysu akan melihat
cara bekerjaku dan disaat itulah Taysu juga akan mengatakan bahwa aku tidak akan
mengecewakan Taysu maupun Hong siang. Harapan Hongsiang sangat besar diletakkan dipundak kita, karena dari itu, tidak
dapat aku mengecewakan harapan Hongsiang...!"
Tek Goan Taysu mengangguk mengiakan, dan kini tampak seulas senyum menghiasi
bibirnya. "Ya ya, memang akupun percaya akan semua apa yang kau katakan itu.
Nah, Sam Cie Tok San Toako, silahkan engkau pergi mengasoh, dan mungkin besok
sore kita akan merundingkan penyerbuan besar2an.
Setelah itu, Tek Goan Taysu mendekati Sam Cie Tok San, dia membisikkan sesuatu
di telinga orang itu, tampak Sam Cie Tok San telah mengangguk beberapa kali, dan
wajahnya berseri2. Kemudian diapun lelah membungkukkan tubuhnya dalam2, mengucapkan terima kasih
pada pendeta itu. Barulah kemudian dia pergi meninggalkan tempat tersebut.
Diwaktu itu Tek Goan Taysu masih saja berdiam diri dengan muka yang
memperlihatkan sikapnya yang keras, garis2 yang kejam pada mukanya, kemudian
diapun telah berkata seorang diri dengan suara yang tawar: "Hmm Bu Tong Pay
harus hancur ! Harus...!"
Waktu Tek Goan Taysu menggumam seorang diri seperti itu, dengan kepalan tangan
yang meremas2 bagaikan hendak meremas hancur sesuatu, tampak seseorang telah
melangkah masuk kedalam tenda dengan disertai suara
tertawanya yang tidak hentinya.
Tek Goan Taysu telah menoleh menatap kepada orang itu, dilihatnya bahwa orang
tersebut tidak lain dari Tam Tam Lu Ie, ia melangkah sambil tersenyum, matanya
memain tidak hentinya. "Ha....rupanya Taysu tengah bergusar!" katanya kemudian ketika menghampiri Tek
Goan Taysu. Setelah melihat orang yang masuk adalah Tam Tam Lu Ie, Tek Goan
Taysu berdiam diri saja tidak melayaninya,
karena justeru dia jadi sebal melihat sikap Tam Tam Lu Ie yang cengar-cengir
seperti itu. "Hemmm....!" kata Tam Tam Lu Ie lagi setelah selang beberapa saat, "sesungguhnya
malam ini aku hendak pergi ke kuil Bu Tong Pay, untuk mengadakan penyelidikan.
Entah diijinkan oleh Taysu atau tidak"!"
Tek Goan Taysu tetap berdiam diri saja sama sekali tidak menyahuti, karena Tek
Goan Taysu tengah memikirkan sesuatu. Namun mendengar kata2 Tam Tam Lu Ie yang
terakhir, muka Tek Goan Taysu berobah mendadak sekali menjadi cerah.
"Bagus!" berseru Tek Goan Taysu dengan suara yang nyaring "Memang Loceng tengah
memikirkan, siapa yang tepat malam ini pergi menyelidiki keadaan di Bu Tong Pay.
Menurut berita yang terakhir yang masuk menyatakan
justeru besok pagi merupakan upacara penguburan jenazah Thio Sam Hong!"
Setelah itu, Tek Goan Taysu mendekati Tam Tam Lu Ie, katanya lagi dengan sikap
sungguh-sungguh: "Sebetulnya, jika memang kita ingin menyerbunya malam ini,
tentu kita bisa mengacaukan upacara penguburan tersebut. Bukankah itu hebat
sekali"!" Tam Tam Lu Ie memperlihatkan sikap girang dan berseri-seri, dia bilang, "Apakah
Taysu telah mempersiapkan penyerbuan untuk malam ini"!"
Tek Goan Taysu menggeleng, "Tidak! Justeru tidak akan kulakukan!" kata Tek Goan
Taysu dengan sungguh2. "Ihhh"!" Tam Tam Lu Ie jadi heran memandang kepada Tek Goan Taysu dengan
sepasang mata terbuka lebar-lebar. Tek Goan Taysu tidak memperdulikan sikap
terheranheran dari Tam Tam Lu Ie, ia telah berkata lagi: "Sesungguhnya, seperti
Lo ceng katakan tadi, bahwa kalau saja kita mau menyerbu Bu Tong Pay malam ini,
tentu kita bisa mengacaukan upacara penguburan Thio Sam Hong, Akan tetapi apa
artinya hasil penyerangan itu" Justeru kita
menghendaki kehancuran Bu Tong Pay! Karenanya, kita akan menyerbu besok malam!"
"Jadi... setelah selesainya upacara penguburan itu"!" tanya Tam Tam Lu Ie.
Tek Goan Taysu mengangguk.
"Benar....!" sahutnya, "Dan dalam keadaan seperti itu, mereka tentu tengah letih
sekali, karena telah beberapa malam tidak tidur, yaitu dari hari pertama
kematian Thio Sam Hong sampai besoknya selesai upacara penguburan mereka tidak
tidur atau tidur secara bergiliran, tidur mereka tidak cukup!
Maka, kalau besok malam kita menyerang, niscaya akan membuat mereka kucar-kacir
dan akan dapat kita hancurkan! Hemmm, aku percaya, jika saja kita mengatur
segalanya dengan cermat dan teliti, tentu kita akan memperoleh hasil yang
gemilang!" Setelah berkata begitu, Tek Goan Taysu tertawa nyaring, tampaknya dia puas
sekali. Tam Tam Lu Ie juga ikut tertawa, "Bagus! Memang Taysu seorang yang
sangat cerdik! Jika malam ini kita menyerbu ke sana, tentu kita akan menghadapi
perlawanan yang gigih, dimana mereka karena melindungi jenazah dari
Thio Sam Hong, akan mati2an mengeluarkan kepandaian mereka! Tetapi jika besok,
setelah seluruh selesai upacara penguburan itu, kita menyerbu, mereka dalam keadaan letih dan
berduka, tentu kita lebih mudah
menghadapi dan menghancurkan mereka. Nah jika demikian sekarang aku minta ijin
Taysu untuk membiarkan aku pergi menyelidiki Bu Tong Pay....!"
Berkata sampai disitu, Tam Tam Lu Ie memberi hormat kepada Tek Goan Taysu.
Tek Goan Taysu mengangguk beberapa kali, katanya: "Baik, pergilah!" Sedangkan
waktu itu Tam Tam Lu Ie yang selesai memberi hormat, berkata perlahan, "Dan
tentunya Taysu tidak akan lupa melaporkan jasaku ini kepada Hongsiang..."!"
Tek Goan Taysu tersenyum kecil. "Jangan kuatir, yang pertama-tama akan
kulaporkan kepada Hongsiang, adalah engkau ....!" kata Tek Goan Taysu.
Sambil tertawa ha-ha-he-he tidak hentinya, tampak Tam Tam Lu Ie telah pergi
meninggalkan tempat itu, kemah dari Tek Goan Taysu, Tubuhnya bergerak gesit
sekali lenyap dalam kegelapan malam.
Tek Goan Taysu tetap berdiri didalam kemah nya dengan dahi berkerut, karena ia
tengah berpikir keras. Dibawah kekuasaannya, memang terdapat banyak orang pandai, Namun, ia pun harus
pandai menguasai mereka, disebabkan orang-orang itu memiliki kepandaian yang
sama tinggi dengannya. Bahkan diantara mereka ada yang memiliki kepandaian diatas kepandaian Tek Goan
Taysu, itulah sebabnya, untuk mengandal bantuan mereka, Tek Goan Taysu juga
berusaha dapat menguasai mereka agar benar-benar patuh pada setiap perintahnya.
Sekarang, diapun tengah mengatur siasat dengan cara bagaimana ia dapat
menghancurkan Bu Tong Pay dengan cara yang paling mudah.
-ooo0dw0ooo TAM TAM LU IE telah melesat dalam kegelapan malam dengan lincah, tubuhnya
bagaikan bayangan belaka telah melesat kesana kemari mendaki kepuncak gunung Bu
Tong San, dimana pada puncak gunung itu terdapat kuil Bu Tong Pay.
Sepanjang jalan keadaan sepi sekali. Tidak terlihat seorang tojinpun melakukan
penjagaan. Waktu tiba didepan kuil, Tam Tam Lu Ie pun tidak melihat ada pendeta
atau tosu yang mengadakan penjagaan.
Diam2 Tam Tam Lu Ie jadi bercuriga dan heran.
Tidak mungkin para pendeta Bu Tong Pay tidak mengadakan penjagaan, karena biar
bagai mana tentunya mereka menyadari adanya ancaman buat mereka oleh orang2
kerajaan, maka Tam Tam Lu Ie tambah berwaspada.
"Tentu mereka mengadakan penjagaan pada tempat2 tertentu dan tersembunyi...!"
begitu apa yang dipikirkan Tam Tam Lu Ie, Namun dia berani, dia terus juga maju
menghampiri kuil tersebut.
Keadaan sepi sekali, diwaktu itu Tam Tam Lu Ie telah berada dibawah tembok kuil,
disamping kanan dari pintu gerbang kuil, Tam Tam Lu Ie bermaksud hendak
melompati tembok itu memasuki kuil Bu Tong Pay.
Namun belum lagi dia menjejakkan sepasang kakinya, justeru terdengar suara orang
berkata dengan suara tawar: "Hemmm, malam-malam berkunjung kemari apakah kau
hendak bersembahyang atau memang ingin mencuri"!"
Disusul dengan munculnya sesosok bayangan, Gerakan bayangan itu gesit sekali dan
tahu2 telah berada disamping Tam Tam Lu Ie.
Malah yang membuat Tam Tam Lu Ie kaget, tahu2 bayangan itu mengulurkan
tangannya, bermaksud hendak mencengkeram pundaknya.
Cepat2 Tam Tam Lu Ie mengelakkan cengkeraman itu dengan melompat kesamping
menjauhi diri, dia mementang matanya lebar2 untuk melihat jelas orang tersebut.
Segera juga mengenalinya, bahwa penyerangnya itu tidak lain dari Kwang Tan, anak
lelaki belasan tahun yang memang diketahuinya memiliki kepandaian yang liehay.
"Hemm, kau"!" katanya dengan suara tawar, "Rupanya engkau ini dibayar oleh Bu
Tong Pay, guna jadi tukang pukul pintu perguruan ini, bukan"!"
Kwang Tan tidak memperdulikan ejekan Tam Tam Lu Ie, malah dia meneruskan kata-
katanya. "Jika memang engkau tidak bermaksud buruk pada Bu Tong Pay, silahkan
engkau turun gunung, aku tidak akan menahan."
Namun Tam Tam Lu Ie mana mau turun gunung begitu saja, dia telah memandang Kwang
Tan dengan sorot mata yang tajam,kemudian katanya: "Hemmm, apakah engkau kira
aku jeri padamu" Kepandaian apa yang kau miliki,
sehingga engkau berani perintahkan aku turun gunung" Engkau jangan tekebur,
justeru malam ini tuan besarmu akan memperlihatkan kebolehannya, agar engkau
lain waktu tidak akan memandang remeh terhadap tuan besarmu !"
Setelah berkata begitu, segera juga Tam Tam Lu Ie melompat menerjang kepada
Kwang Tan. Kwang Tan melihat lawannya menyerang dengan sepasang tangannya. Kwang
Tan memang mengetahui orang ini memiliki kepandaian yang tinggi.
Akan tetapi justeru Kwang Tan tidak merasa jeri. Cepat sekali dia melompat
tinggi dan memapak, kedua tangannya menghantam dengan jurus ilmu pukulan
"Guntur" hebat kesudahannya. Tubuh Tam Tam Lu Ie terpental dengan bagian pahanya
hangus. Dengan meringis menahan sakit Tam Tam Lu Ie memandang dengan sepasang mata
terbuka lebar. Memang dalam keadaan seperti itu terlihat jelas sekali, betapapun
Tam Tam Lu Ie tidak menyangka sama sekali,
dimana ia akan menerima gempuran begitu hebat dari Kwang Tan.
Dulu ia telah melihat anak ini mempergunakan ilmu pukulannya namun tidak sehebat
sekarang, itu memang disebabkan dulu Kwang Tan tidak mengeluarkan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya, ia bertempur masih setengah
hati, sebab merasa tidak memiliki permusuhan apapun juga.
Namun sekarang, setelah mengetahui Tek Goan Taysu dengan orang-orangnya termasuk
Tam Tam Lu Ie bukan sebangsa manusia baik2, membuat Kwang Tan sekali turun
tangan telah mempergunakan sebagian terbesar kekuatan
tenaga dalamnya, dia menghantam dengan jurus terhebat dari ilmu pukulan
"Guntur", karena dari itu, tidak terlalu mengherankan kalau Tam Tam Lu Ie jadi
terluka hangus pada paha kakinya, membuat dia jadi memandang terheranheran dan
merasa gentar. Kwang Tan tertawa mengejek, katanya: "Jika memang engkau tidak mau cepat2
menggelinding dari sini. hemmm, bukan hanya pahamu saja yang kubikin hangus,
namun sekujur tubuhmu itu akan kubuat hangus....!"
Tam Tam Lu Ie penasaran sekali walau pun dia merasa nyeri dan pedih sakit di
pahanya, hatinya juga gentar, namun ia masih tidak mau melarikan diri. Dia malah
telah melangkah maju dua tindak sambil menahan rasa sakit dipahanya.
Kedua tangannya digerakkan, dia menghantam dahsyat sekali, bermaksud mengadu
jiwa setelah dirinya dilukai seperti itu.
Kwang Tan memiliki mata yang jeli, dia melihat lawannya menghantam kalap seperti
ingin mengadu jiwa, Kwang Tan memaklumi jika ia menangkis dengan kekerasan
itupun akan percuma saja, maka ia telah menghindarkan diri dari serangan kalap
lawannya. Cuma saja waktu tangan Tam Tam Lu Ie mengenai tempat kosong dan ia kehilangan
keseimbangan tubuhnya, dengan mempergunakan kesempatan yang sangat baik itu,
tampak Kwang Tan telah menghantam dengan tangan kanannya.
"Bukk.." Seketika tubuh Tam Tam Lu Ie terguling-guling ditanah karena ia
terhantam dengan kuat sekali. Yang
hebat, justeru dia merasakan punggungnya seperti dihantam petir, panas bukan
main, sakitnya seperti menusuk jantung.
Sambil mengeluarkan suara pekik kesakitan, Tam Tam Lu Ie telah melompat bangun
dan tanpa menoleh lagi dia telah melarikan diri.
Gerakan yang dilakukan oleh Tam Tam Lu Ie sesungguhnya merupakan gerakan yang
nekad dan kalap, karena dalam kesakitan seperti itu dicampur dengan perasaan
kaget, ia sudah tidak memperdulikan lagi perasaan sakit yang dideritanya dan
berlari sekuat tenaganya. Jika memang dalam keadaan biasa, belum tentu Tam Tam
Lu Ie akan sanggup melarikan diri.
Dan juga, tidak biasanya Tam Tam Lu Ie akan bersikap pengecut seperti itu.
Walaupun ia menghadapi lawan yang tangguh sekalipun tidak nantinya dia akan
melarikan diri. Hanya saja sekarang, melihat Kwang Tan, ia seperti melihat hantu belaka, yang
membuat dia gentar dan ketakutan bukan main.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yang benar2 membuatnya tak mengerti justeru mengapa dalam usia begitu muda Kwang
Tan bisa memiliki ilmu yang begitu hebat. Di samping itu juga, memang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membuat Tam Tam Lu Ie tambah tidak
mengerti, angin pukulan dari Kwang Tan sangat panas, dan tenaga pukulannya jika
mengenai sasarannya, akan menghanguskan.Dengan demikian, ia beranggapan tentunya
Kwang Tan merupakan memedi yang menjelma sebagai manusia...."
Melihat lawannya melarikan diri seperti itu, Kwang Tan tersenyum, kemudian
dengan gerakan yang ringan, tubuhnya melesat keatas pohon yang tumbuh tidak jauh
dari tembok kuil tersebut, untuk menjaga kalau-kalau ada musuh yang berusaha
menyelusup kedalam kuil Bu Tong Pay.
Seperti telah dijelaskan tadi dibagian depan, bahwa Song Wan Kiauw bantu
mengatur penjagaan dimalam itu, karena ia mengetahui semua pendeta memang
mempunyai perasaan yang sama, yaitu menggadangi jenasah guru besar
mereka, dan tentu akan ikut bersembahyang semalam suntuk. Karena itu, Song Wan Kiauw juga lelah meminta
Kwang Tan dan Suma Liu Liang agar menjaga diluar kuil untuk menjaga kalau2 ada
musuh berusaha mengacau atau menyelusup kedalam kuil.
Dengan adanya Kwang Tan dan Suma Lin Liang, maka dapat diatur sedemikian rupa
penjagaan dikuil Bu Tong Pay, jika memang ada musuh yang datang, barulah
pendeta2 Bu Tong Pay akan keluar menghadapi musuh.
Selama musuh belum datang menyerbu, maka mereka akan mempergunakan waktu mereka
buat menyembahyangi arwah Thio Sam Hong, guru besar mereka.
Begitulah, sejak diusirnya Tam Tam Lu Ie oleh Kwang Tan, yang telah dapat
dirubuhkan dengan cara yang luar biasa itu, tidak ada musuh yang berusaha
menyelusup lagi. oooOdwOooo TAM TAM LU IE dalam keadaan terluka parah seperti itu melarikan diri dengan
cepat buat kembali ketempat berdiamnya Tek Goan Taysu. Hanya saja, setelah
berlari sekian jauh menuruni gunung Bu Tong San, dan waktu tiba didepan tenda
dari Tek Goan Taysu, habislah tenaga Tam Tam Lu Ie.
Dia rubuh terguling didepan tenda itu dan pingsan tidak sadarkan diri. Tek Goan
Taysu didalam tendanya masih merenungkan memikirkan cara buat penyerbuan besok
malam kepada Bu Tong Pay, ia mendengar suara menggabruk, dan segera melompat keluar, maka betapa
kagetnya pendeta tersebut waktu melihat Tam Tam Lu Ie menggeletak yang dalam
keadaan pingsan. Malah pakaiannya dibagian paha dan juga bagian punggungnya telah koyak2, dengan
kulit tubuh di bagian tersebut menjadi hangus! Dengan demikian membuat Tek Goan
Taysu dapat mengambil kesimpulan dengan segera, ia tahu tentunya Tam Tam Lu Ie
telah dilukai oleh Kwang Tan, anak lelaki yang seperti sintong itu, yang
memiliki ilmu pukulan yang luar biasa sekali sekali.
Cepat2 Tek Goan Taysu menggotong masuk Tam Tam Lu Ie, diletakkan diatas
pembaringannya dan memberikan obat, Juga ia telah memanggil Sam Cie Tok San dan
yang lainnya untuk bantu menguruti jalan darah ditubuh Tam
Tam Lu Ie, sampai akhirnya Tam Tam Lu Ie telah tersadar dari pingsannya.
Biarpun tadi telah diberi obat oleh Tek Goan Taysu, namun begitu tersadar dari
pingsannya, segera juga Tam Tam Lu Ie mengerang kesakitan.
Karena luka2nya itu mendatangkan perasaan pedih yang bukan main, Tek Goan Taysu
membiarkan Tam Tam Lu Ie mengerang, ia telah mengobati dan membungkus paha Tam
Tam Lu Ie yang terluka, baru kemudian juga mengobati dan membungkus luka
dibagian punggungnya. Setelah dibungkus serta diberi obat, perasaan sakit itu berkurang, walaupun
demikian tidak urung Tam Tam Lu Ie masih sering meringis menahan sakit.
"Apa yang terjadi?" tanya Tek Goan Taysu sambil mengawasi tajam padanya.
Dengan suara ter putus2 Tam Tam Lu Ie menceritakan pengalamannya. "Dia.,.,anak
itu... anak itu.. tentunya bukan manusia, dia memedi yang menjelma sebagai
manusia...mana mungkin seorang anak sekecil itu.....bisa memiliki kepandaian dan
kekuatan tenaga dalam yang begitu dahsyat dan ilmu pukulannya seperti juga ilmu
sihir yang dapat menghanguskan, harap Taysu dan yang lainnya berhati2 kalau
berhadapan dengannya!"
Berkata sampai disitu, Tam Tam Lu Ie mengerang kesakitan lagi, merintih dengan
muka meringis menahan sakit, dan dia telah berusaha untuk menyalurkan lwekangnya
melawan rasa sakit itu, namun gagal. Tetap saja dia menderita kesakitan yang
tidak terkira. Diwaktu itu Tek Goan Taysu mengepal tinjunya, dengan gigi berkeretekan menahan
amarah yang meluap dia menggumam: "Jika aku bertemu dengan anak itu besok
diwaktu penyerbuan, hemmm, ia akan kumampusi dengan mencingcang tubuhnya."
0ooo0dw0ooo0 Jilid 20 BERBARENG dengan berakhirnya perkataan dari Tek Goan Taysu, dia menghantam
permukaan meja. "Brakkk !" meja itu rubuh hancur, karena Tek Goan Taysu telah menghantam dengan
menyalurkan sebagian besar tenaga Iwekangnya.
Disaat itu, waktu Tam Tam Lu Ie tengah mengerang lagi, Sam Cie Tok San telah
melirik kepada Tek Goan Taysu, dengan suara yang tawar ia bilang: "Sudah
kukatakan tadi, bahwa di Bu Tong Pay sekarang ini memang berkumpul pemuda2 luar biasa yang sangat
mengherankan sekali, biarpun usia mereka masih sangat muda, tokh mereka memiliki
kepandaian yang dahsyat dan juga aneh bukan main."
Tek Goan Taysu tidak menyahuti, dia telah memandang jauh keluar tenda. Mulutnya
menggumam perlahan: "Entah siapa mereka adanya?"
"Tentu mereka murid-murid orang pandai." menyahuti Sam Cie Tok San.
"Apakah mereka masih ada hubungan dengan Thio Sam Hong, dan si tua bangka cikal
bakal Bu Tong Pay itu yang mewarisi kepandaiannya pada para pemuda itu "!"
"Jika memang Thio Sam Hong yang mengajari ilmu mereka, tentunya murid2 Bu Tong
Pay yang lainnya mengerti dan mempergunakan ilmu yang aneh itu !" kata Sam Cie
Tok San. Tam Tam Lu Ie merintih lagi.
"Sudahlah !" kata Tek Goan Taysu, "Mari sekarang kita rundingkan laksanakan Goan
Taysu mengibaskan tangannya maka, maka seorang tentara kerajaan dengan sigap dan
cepat sekali telah membawa sebuah meja.
Diatas meja, Tek Goan Taysu membeber dan membuka sehelai kertas. Diatas kertas
itu terdapat tulisan dan peta lukisan mengenai tempat2 di gunung Bu Tong San.
Segera juga Tek Goan Taysu bersama anak buahnya mengatur rencana penyerangan
mereka yang akan dilaksanakan besok malam,
Sedangkan Sam Cie berkata: "Jika memang
mempergunakan taktik Tok San berulang kali nyetetuk kita ingin berhasil kita harus memancing harimau
keluar meninggalkan kandang !" katanya kemudian.
"Mengapa begitu?" tanya Tek Goan TaySu sambil menoleh kepadanya. "Karena selama
pendeta2 itu berada dalam kuil, tentunya kita tidak bisa menakarnya sampai
dimana kekuatan mereka, berapa jumlah mereka, tetapi jika kita telah berhasil
memancing mereka keluar dari kuil, niscaya kita bisa
memperhitungkan kekuatan mereka, sekarang jika kita mengirim orang buat
menyelidiki kekuatan dan keadaan mereka, itulah pekerjaan yang tidak mudah.
Karena seperti yang dialami olehku dan juga oleh Tam Tam Lu Ie Toako, dimana dia
telah terluka demikian hebat, padahal menurut cerita Tam Tam Lu Ie Toako, yang
rencana penyerangan kita yang akan kita
besok malam !" Sambil berkata begitu, Tek menghadangnya hanya anak lelaki
belasan tahun itu seorang diri, tidak ada pendeta Bu Tong lainnya kita sudah
bisa membayangkan, betapa seorang diri bocah setan itu berhasil mengalahkan Tam
Tam Lu Ie Toako hanya dalam beberapa jurus saja.
Dengan demikian, tentu jika semua pendeta Bu Tong mengerti ilmu pukulan seperti
yang dimilikinya, kita yang akan bercelaka! itu pula sebabnya mengapa aku keras
menduga bahwa pemuda2 itu sama sekali tidak memiliki hubungan mungkin Tong Pay
menghadapi kita !" Tek Goan Taysu tidak segera memberikan komentar, karena ia berdiam diri saja
sampai sekian lama. Dan waktu itu, ada seorang tentara kerajaan yang masuk
kedalam tenda, dengan membungkukkan tubuhnya dalam-dalam dia telah berkata:
"Ada tamu !" Muka Tek Goan Taysu berobah, "Siapa?" tanya Tek Goan Taysu.
"Tadi orang itu mengatakan jika memang Tayjin bertemu dengannya tentu akan
segera mengenalinya, dia tidak mau menyebutnya she nama maupun gelarannya."
"Bagaimana bentuk muka orang itu?" tanya Tek Goan Taysu bertambah heran.
"Mukanya kurus panjang, dengan sepasang kumis yang rintik, akan tetapi tumbuh
terjuntai sampai kedadanya, tubuhnya agak membungkuk sedikit, usianya mungkin
hampir enam puluh tahun, dengan bentuk hidungnya yang aneh sekali....!"
apa-apa dengan hanya diundang pihak Bu Tong Pay. Mereka belaka, untuk membantu Bu
Waktu tentara, itu tengah berkata sampai disitu, justeru
Tek Goan Taysu telah memotongnya: "Hidungnya seperti ada dua, dikiri dan
dikanan, bukankah begitu?" tanya Tek Goan Taysu tergesa dan matanya memandang
tajam-tajam kepada tentara tersebut.
"Tepat Tayjin, memang hidungnya itu aneh sekali, seperti memiliki dua hidung
dengan empat lobangnya!" Muka Tek Goan Taysu jadi berobah terang berseri-seri.
"Cepat mempersilahkan masuk, terima dengan penuh penghormatan?" berseru Tek Goan
Taysu . Tentara itu mengiakan, segera ia mengundurkan diri, tidak lama kemudian dia
kembali. Di belakangnya mengikuti seseorang dengan sikap yang angkuh. Dialah
seorang bertubuh kurus, dengan agak membungkuk kedepan dan hidung yang luar
biasa itu, seperti memiliki dua hidung dengan empat lobangnya.
Sedangkan Tek Goan Taysu cepat-cepat menyambut, dia telah memburu kedepan, dan
menjatuhkan diri berlutut dihadapan orang tua itu, sambil katanya: "Susiok,
terimalah penghormatan tecu."
Orang tua kurus itu, yang sikapnya sangat angkuh, telah mengibaskan sedikit
tangannya. "Bangunlah !" katanya tawar.
Tek Goan Taysu cepat2 bangun, akan tetapi dia tetap memperlihatkan sikap
menghormat sekali. "Susiok, kapan susiok tiba" Dan mengapa tidak memberi kabar"
Lalu, bagaimana Susiok bisa mengetahui bahwa tecu berada disini?" tanya Tek Goan
Taysu dengan gencar mengajukan pertanyaannya, karena dia girang dan tidak sabar
lagi. Susiok adalah paman guru, dan memang orang tua dengan tubuh membungkuk sedikit,
dengan kumis dan jenggot yang keriting dan hidung seperti dua dengan empat
lobang itu adalah paman gurunya, yang kedatangannya sangat menggembirakan
hatinya. Karena Tek Goan Taysu jadi memiliki harapan dapat menghadapi orang-orang Bu Tong
Pay. Tek Goan Taysu mengetahui paman gurunya ini memiliki kepandaian yang sangat
hebat dan luar biasa sekali, kepandaiannya begitu dahsyat, sehingga jarang
sekali bentrok dengan orang, sebab jika ia bentrok dan merasa tidak senang
dengan seseorang, tentu dengan mudah dia dapat membunuhnya.
Dan kepandaiannya memang sudah sulit sekali diukur dan dijajaki. Hanya beberapa
orang tokoh rimba persilatan saja yang mungkin masih dapat menandingi
kepandaiannya. Dengan sikap yang angkuh, tanpa menjawab pertanyaan dari Tek Goan Taysu, tampak
orang tua dengan kumis keriting dan juga hidung yang sangat aneh seperti dua dan
lengkap dengan keempat lobangnya, telah mengibaskan tangannya, dia kemudian
melangkah mendekati meja, dan duduk ditepi meja itu seenaknya.
Walaupun paman gurunya bersikap angkuh seperti itu, namun Tek Goan Taysu tetap
saja bersikap sangat menghormat sedangkan orang dengan bentuk hidungnya yang
sangat aneh itu telah mengibaskan tangannya
perlahan: "Bangunlah, aku memang sengaja datang kemari. Ada yang hendak kulakukan !"
Tek Goan Taysu telah bangun dari berlututnya dan mendekati paman
gurunya, dengan sikap sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghormat ia berkata: "Susiok, apakah yang hendak Susiok lakukan !" "Hemm, ini
Bu Tong San tempat berdirinya kuil Bu Tong Pay, bukan ?" tanya sang Susiok
dengan sikap yang tetap angkuh, dan mata agak dipicingkan.
"Benar, Susiok!" menyahuti Tek Goan Tay su. "Bagus! sekarang engkau tidak perlu
banyak bertanya dulu! Yang perlu engkau lakukan adalah mengundang Thio Sam Hong
keluar dari kuilnya!"
Muka Tek Goan Taysu berobah, ia menyengir sambil
katanya kemudian: "Susiok, sesungguhnya Thio Sam Hong baru saja meninggal!"
"Apa?" hebat sekali perobahan pada muka sang Susiok itu, yang memandang Tek Goan
Taysu dengan sorot mata yang sangat tajam, ia telah memandang dengan sikap yang
memperlihatkan perasaan terkejut tidak terkira.
"Ya, Susiok, memang Thio Sam Hong baru saja meninggal! Justeru kami tengah
mengepung Bu Tong Pay ini untuk menghancurkan mereka....!" menjelaskan Tek Goan
Taysu. "Brakkkk!" tiba2 sekali sang susiok telah menghantam tepi meja, sehingga meja
itu sempal. Yang luar biasa, potongan sempalnya meja itu telah meluruk menjadi
bubuk berhamburan dilantai! itulah
tepukan tangan yang bukan main hebatnya.
Biasanya, jika seseorang yang memiliki tenaga dalam tinggi dan kuat, begitu
menghantam tepian meja, maka tepian meja itu akan sempal. Namun tentu saja potongan dari sempalan
meja itu tidak menjadi hancur atau menjadi bubuk, tetap merupakan potongan kayu.
Berbeda sekali dengan tenaga hantaman dari orang yang kumis dan jenggot nya
keriting itu, potongan tepi meja yang sempal itu berhamburan di lantai.
Tek Goan Taysu sendiri menyaksikan hebatnya tangan sang paman guru benar2 takjub
dan kagum bukan main, Sampai dia berpikir, jika saja ia memiliki kesaktian
seperti sang Susiok ini, tentu dengan mudah ia akan dapat menghadapi orang2 Bu
Tong Pay. "Thio Sam Hong telah meninggal ?" tanya sang Susiok kemudian dengan suara yang
tawar wajahnya memperlihatkan kekecewaan yang sangat.
"Benar Susiok !" mengangguk Tek Goan Taysu, "Hebat sekali tangan Susiok, jika
saja situa bangka Thio Sam Hong tidak cepat2 pergi kealam baka, tentu ia akan
memperoleh pelajaran pahit dari Susiok, rupanya ia tahu diri, sehingga ia telah
cepat2 pergi !" yang membuat menjadi bubuk
Akan tetapi mendengar pujian Tek Goan Taysu, muka dari sang Susiok tidak
memperlihatkan perasaan apa2, dingin dan tawar sekali.
Rupanya memang ia tidak memperhatikan perkataan keponakan muridnya tersebut, dia
tengah memandang keluar tenda dengan wajah memancarkan kekecewaan.
Walaupun bagaimana, beritanya mengenai kematian Thio Sam Hong benar2 merupakan
sesuatu yang sangat mengecewakannya.
Orang berjenggot dan berkumis keriting ini datang dari tempat jauh hanya untuk
menemui Thio Sam Hong, Waktu dari India telah didengarnya akan kehebatan cakal
bakal Bu Tong Pay tersebut, dan memang iapun memiliki persoalan
dengan Thio Sam Hong, ganjalan yang tidak akan dilupakan seumur hidupnya.
Dimana ia telah sengaja melakukan perjalanan kedaratan Tionggoan, Sama sekali
dia bukan mencari keponakan muridnya, dia
Goan Taysu agar keponakan muridnya ini mengantarkannya ke Bu Tong Pay, guna memperkenalkan
kepadanya yang mana orangnya yang bernama Thio Sam Hong itu.
Karena telah beberapa puluh tahun tidak bertemu pasti Thio Sam Hong telah sangat
tua mengalami perobahan yang banyak pada dirinya.
Ketika ia tiba di Tionggoan, ternyata ia tidak berhasil menemukan keponakan
menyelidikinya, dimana bermaksud hendak
hanya mencari Tek muridnya ini, sehingga dia beradanya keponakan murid tersebut,
sambil diapun bertanya2 dimana letak dari gunung
Bu Tong San, karena jika keponakan muridnya ini tidak berhasil dijumpainya, maka
ia akan melakukan perjalanan seorang diri langsung ke Bu Tong San.
Justeru apa yang didengarnya mengatakan bahwa Tek Goan Taysu tengah memimpin
pasukan kerajaan kegunung Bu Tong San. Dan juga memang dari orang2 kalangan
sesat dan hitam, diperoleh keterangan Tek Goan Taysu tengah menerima perintah
dari Hongsiang, Kaisar, untuk menghancurkan Bu Tong Pay.
Segera juga Sang Susiok ini telah bertanya2 mengenai letak Bu Tong San dan arah
mana yang harus ditempuhnya buat tiba di Bu Tong San.
Atas petunjuk dari beberapa orang kalangan sesat dan hitam, dan sepanjang jalan
bertanya2 kepada penduduk setempat, akhirnya ia bisa tiba juga di Bu Tong San.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Justeru ia bertemu dengan tentara negeri yang banyak sekali jumlahnya. Para
tentara negeri itu mencurigainya, maka ia telah dihadang dan ditegur, membuat
dia gusar, dan akhirnya membuat para tentara kerajaan itu kucar kacir, dan
ketika dia mengatakan bahwa ia mencari Tek Goan Taysu, keponakan murid nya, para
tentara kerajaan jadi kaget. Salah seorang segera melaporkan hal itu kepada Tek Goan Taysu.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitulah, setelah bertemu dengan keponakan muridnya, justeru dia jadi kecewa
sekali mendengar berita perihal
kematian Thio Sam Hong, akan sia2 belaka ia telah melakukan perjalanan jauh, karena setibanya di
Bu Tong San ini, orang yang dicarinya telah lama mati. Lama sekali sang paman
guru tersebut terpekur seperti itu, membuat Tek Goan Taysu tidak berani banyak
bertanya, ia hanya mengawasi saja, dan sekali-sekali hanya mendehem.
Setelah berdiam diri beberapa saat lamanya lagi, barulah sang paman guru ini
menghela napas dalam-dalam, katanya.
"Jadi sekarang yang ada hanya murid-murid dari Thio Sam Hong!"
Tek Goan Taysu tidak berayal telah mengangguk.
"Benar !" sahutnya, "Justeru kedudukan ciangbunjin Bu Tong Pay telah diserahkan
kepada salah seorang muridnya yang memiliki kepandaian yang lumayan tingginya!
Akan tetapi dengan kedatangan Susiok, hemm, hemm, biarpun mereka masing2
memiliki kepala tiga dan enam tangan, tidak nantinya mereka dapat menghadapi
Susiok, Rupanya sudah tiba saat kehancuran buat mereka."
Sang Susiok mendehem beberapa kali, mendengus juga dengan sikapnya yang angkuh.
"Mengapa engkau tidak membasmi mereka "!" tegurnya kemudian sambil menoleh
memandang Tek Goan Taysu dengan sorot mata yang sangat tajam.
Tek Goan Taysu terkesiap kaget ditegur seperti itu oleh paman gurunya, Tiba2 dia
menjatuhkan dirinya berlutut dihadapan Sang Susiok sambil mengangguk2kan
kepalanya berulangkali tidak hentinya.
"Maafkanlah tecu karena tecu memang tidak punya guna! Suhu telah mengajarkan
tecu ilmu yang hebat, namun tecu seorang yang bodoh, tecu tidak berdaya buat
menghancurkan mereka, inilah yang memang suatu hal yang sangat memalukan sekali
dan tecu pantas memperoleh hukuman dari Suhu maupun Susiok."
Setelah berkata begitu, tampak Tek Goan Taysu mengangguk2 lagi beberapa kali.
"Hemm, hemmm !" Sang paman guru hanya mendengus dingin seperti itu, sampai
akhirnya ia bilang dengan suara yang tawar.
"Nanti biarlah aku yang menghancurkan mereka !" "Ya !" mengangguk Tek Goan Taysu
girang bukan main. "Terima kasih Susiok! Terima kasih Susiok. Tentu tecu akan
melaporkan jasa2 Susiok kepada Hongsiang !"
"Apa itu Hongsiang " Jika perlu Hongsiang-mu itu kubunuh sekalian !" kata sang
paman guru dengan suara yang keras.
Muka Tek Goan Taysu jadi berobah pucat ditanggapi seperti itu, Dia memaksakan
diri buat nyengir, dan katanya: "Ya, ya, memang tadi tecu salah bicara..!"
"Apa yang akan kulakukan ini tidak ada sangkut pautnya dengan siapapun juga!
Tetapi justeru antara aku dengan Thio Sam Hong terdapat ganjalan yang tidak
mungkin diselesaikan dengan hanya kematian Thio Sam Hong."
Hemm, tetapi apa mau dibilang, justeru disaat aku datang ke daratan Tionggoan
buat membunuhnya dengan hebat, dia telah mati ! inilah benar-benar urusan yang
sangat mengecewakan sekali ! Tetapi dengan menghancurkan murid2nya, kukira
itupun masih ada bagusnya ! Maka, engkau jangan beranggapan bahwa apa yang
kulakukan itu demi engkau!"
Dan berkata sampai disitu, tampak sang paman guru menghela napas berulang kali,
dia telah menepuk perlahan lagi tepi meja dan potongan tepi meja yang sempal
seketika meluruk menjadi bubuk berhamburan dilantai ! Itulah tepukan yang benar2
sangat hebat. Jika kayu dari meja itu, sekali ditepuk menjadi sempal dan sempalan dari kayu
meja tersebut jadi bubuk dan berhamburan dilantai, karena itulah mengandung
tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya.
Jika saja seorang manusia yang dihantam dengan tepukan seperti itu, bisa
dibayangkan betapa apa yang akan terjadi pada diri orang yang ditepuknya itu.
Tek Goan Taysu sendiri menggidik, diam-diam dia berpikir: "Jika saja Susiok
bersedia mengajarkan aku ilmunya, dan memberikan petunjuknya, hemm, hemm,
tentu aku dapat memiliki kepandaian yang dapat diandalkan !
Sedangkan sang paman guru telah turun dari tepian meja itu, dia berdiri tegak,
dengan sikap yang angkuh, walaupun demikian tidak urung terlihat tubuhnya memang
agak membungkuk. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diwaktu itulah tampak, betapapun juga, ia memang seperti tengah kecewa dan
uring-uringan, katanya dengan angkuh: Dimana tempatku "!"
"Disini saja Susiok, biarlah nanti tecu pindah ketenda lain !"kata Tek Goan
Taysu cepat. Sedangkan sang paman guru tidak menolak, iapun hanya mengiyakan saja. Diwaktu
itu, tampak Tek Goan Taysu telah mengajak Tam Tam Lu Ie dan yang lainnya, para
tentara yang menjaga tenda tersebut untuk pindah ke tenda lainnya.
Sesungguhnya, memang paman guru Tek Goan Taysu adalah seorang yang berkepandaian
sangat tinggi sekali, ia seorang India yang dua puluh tahun lebih yang lalu
pernah dirubuhkan Thio Sam Hong, ketika ia hendak melakukan sesuatu pekerjaan
mesum memperkosa seorang wanita, yang memiliki seorang anak.
Dengan kejam waktu itu paman guru Tek Goan Taysu telah membunuh anak itu,
kemudian hendak memperkosa sang ibu. Dengan demikian, ia merasa sangat terhina
dengan munculnya Thio Sam Hong yang mencegah perbuatannya itu, bahkan kemudian
mereka bertempur. Diwaktu itu kepandaian paman guru Tek Goan Taysu masih berada dibawah kepandaian
Thio Sam Hong, maka setelah bertempur setengah harian, ia dirubuhkan dan
melarikan diri. Sedangkan Thio Sam Hong berada diperbatasan daratan Tionggoan karena memang
kebetulan tengah melakukan perjalanan untuk berkelana.
Diwaktu itu memang Thio Sam Hong tengah gagah2nya, karenanya, dia telah turun
tangan dengan keras setiap kali melihat ada sesuatu yang tidak beres.
Karenanya, dendam dalam hati paman guru Tek Goan Taysu menyala begitu besar, dan
telah membuat ia selama dua puluh tahun lebih berlatih diri dengan giat, buat
memperoleh kepandaian yang jauh lebih tinggi.
Ia merasakan, bahwa kini telah tiba waktunya untuk membalas dendam. Karenanya,
ia melakukan perjalanan kedaratan Tionggoan buat mencari Thio Sam Hong.
Namun, siapa tahu kedatangannya terlambat Thio Sam Hong telah berpulang buat
selamanya, sehingga membuat dia sangat kecewa sekali.
Dan sebagai seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi seperti dia, dia
yakin bahwa kini akan dapat merubuhkan Thio Sam Hong.
Dan kekecewaannya, karena
kepandaian yang jauh lebih biarpun telah memiliki tinggi dari sebelumnya, kepandaian nya itu justeru tidak
dapat dipergunakan untuk membalas dendam dan penasarannya pada musuh tunggalnya.
Disaat itu, Tek Goan Taysu juga telah memberitahukan kepada orang2nya, dengan
kedatangan paman gurunya,
tentu mereka akan lebih mudah menghancurkan orang2 Bu Tong Pay.
Memang dalam hal ini Tek Goan Taysu yakin, tentunya orang2 Bu Tong Pay tidak ada
seorangpun diantara mereka yang bisa menandingi kepandaian paman gurunya yang
memiliki kepandaian begitu tinggi dan dahsyat.
Paman guru Tek Goan Taysu di India terkenal sebagai seorang tokoh sakti dengan
gelaran Dewa Matahari. Dan ia sendiri bernama Cinal Sing, ilmu yang sangat
diandalkan adalah ilmu pukulan tangan kosong, dimana telapak
tangannya dapat setajam pedang, karena jika ia menabas, akan dapat memutuskan
batangan besi atau logam lainnya.
Demikian juga tenaga pukulan dari telapak tangannya dapat menghancurkan benda
yang keras seperti apapun juga.
Untuk ilmu senjata tajam, ia dapat mempergunakan sekaligus empat batang pedang,
dimana dua batang pedang dicekal pada kedua tangannya, kemudian melemparkannya,
lalu menanggapi kedua pedang yang lainnya, lalu melemparkan lagi dan menanggapi
kedua pedang yang tadi dilemparkannya. Dengan sekaligus mempergunakan empat
batang pedang membuat lawannya selalu menjadi bingung.
Ilmu pedangnya yang sekaligus mempergunakan empat batang pedang itu,
dipelajarinya selama dua puluh tahun lebih memang diharapkan dapat kelak
dipergunakan menghadapi Thio Sam Hong, karenanya Cinal Sing telah
mempelajari ilmu pedangnya dengan sungguh-sungguh, setiap hari ia melatih diri
dengan tekun, dan memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Namun sekarang disaat ia telah memiliki kepandaian begitu tinggi, ternyata semua
usahanya itu hanya sia2, walaupun ia telah memiliki kepandaian yang lebih tinggi beberapa kali lipat
dibandingkan dengan waktu2 yang lalu, tokh kenyataannya memang dia tidak bisa
mempergunakan kepandaiannya buat membinasakan musuh besarnya dalam menuntut
balas sakit hati dan dendamnya, karena justeru Thio Sam Hong telah meninggal
dunia. Karena jengkelnya, Cinal Sing telah keluar dari tendanya, dia melangkah dengan
tindakan kaki perlahanlahan dan kepala tertunduk.
Semua para tentara kerajaan yang berkumpul ditempat tersebut telah mengetahui,
bahwa orang dengan hidung lobang empat yang bentuknya sangat aneh itu adalah
paman guru dari Tek Goan Taysu, dengan demikian mereka memperlakukan Cinal Sing
dengan sangat menghormat sekali. Dan juga memang setiap kali berpapasan mereka
telah memberi hormat dengan menekuk salah satu kaki mereka.
Akan tetapi memang Cinal Sing memperlihatkan sikap yang angkuh dan tidak pernah
mau berkata sepatah perkataanpun juga, hanya melangkah terus, maka para tentara
itupun tidak berani banyak bicara basa-basi.
Cinal Sing melangkah terus sampai kelamping gunung, berdiri dengan wajah muram,
ia memandang sekelilingnya dengan hati yang kecewa sekali. Amarah dan kekecewaan
yang menyelubungi jiwa dan hatinya, sama sekali tidak dapat disalurkannya,
sampai akhirnya dia telah membentak dengan suara yang nyaring sekali, cepat
sekali sepasang tangannya bergerak, maka dia telah menghantam rubuh dua batang pohon yang
sesungguhnya sangat besar, sehingga terdengar suara bergemuruh dari rubuhnya
kedua batang pohon tersebut, yang batang pohonnya sebagian hancur menjadi bubuk.
Tek Goan Taysu dan orang2nya mendengar suara ribut2 itu namun Tek Goan Taysu
yang memang mengenal watak dan sifat dari paman gurunya, segera perintahkan anak
buahnya agar mereka tidak mengganggu paman gurunya jangan pergi ketempat itu.
Sebab kalau sampai mereka datang dan dianggap oleh paman guru Tek Goan Taysu
sangat mengganggu kemungkinan besar mereka akan dibunuh oleh Cinal Sing.
Setelah merubuhkan kedua batang pohon itu, hati Cinal Sing jadi lebih tenang, ia
telah memandang jauh sekali,
kemudian menggumam: "Hemmm, Thio Sam Hong ! Thio Sam Hong ! Jika saja kau belum
mampus, tentu tubuhmu akan kuhancurkan menjadi bubuk seperti itu..!"
Geram sekali sikap dari Cinal Sing, dia telah mengkeretek giginya. Benar-benar
kecewa, Sampai akhirnya ia telah
dia penasaran dan melangkah perlahan2 kembali ketendanya.
Waktu itu sudah mendekati fajar, Terlihat Tek Goan Taysu dan orang2nya tengah
bersiap-siap untuk melakukan persiapan, karena malam besok, mereka akan
mengadakan penyerbuan ke Bu Tong Pay.
Dan pagi ini tentu orang2 Bu Tong Pay akan menjalankan upacara penguburan buat
Thio Sam Hong. Karenanya, Tek Goan Taysu telah mempersiapkan beberapa orangnya,
begitu terang tanah, mereka harus segera pergi mengintai apa yang dilakukan oleh
orang2 Bu Tong Pay tersebut.
Cinal Sing tidak mengacuhkan keadaan disekitarnya, waktu mana tampak kesibukan
pada para tentara kerajaan, dan juga beberapa orang diantara mereka ada yang
tengah giat mengasah dan menggosok golok mereka.
Dikala itu Cinal Sing telah melihat juga, Tek Goan Taysu tengah sibuk mengatur
segalanya. Dan sepasukan tentara kerajaan telah meninggalkan tempat itu, pergi
ketempat yang telah ditentukan, dimana mereka harus berada dan siap jika telah
tiba waktunya untuk menyerbu.
Sedangkan Tek Goan Taysu waktu melihat paman gurunya, cepat2 menghampiri ia
membungkuk memberi hormat kepada paman gurunya.
Namun waktu tubuh Tek Goan Taysu tengah membungkuk seperti
itu, tampak Cinal Sing telah mengibaskan tangannya.
"Jangan mengganggu!" katanya dengan suara yang dingin, Dan luar biasa, Karena
kibasan tangan dari Cinal Sing, tubuh Tek Goan Taysu seperti terangkat oleh
suatu kekuatan yang luar biasa dahsyatnya, hampir saja dia terjengkang.
Beruntung Tek Goan Taysu telah cepat memperkuat kuda-kuda kedua kakinya, dengan
begitu dia dapat mempertahankan tubuhnya tidak sampai terguling.
Tidak berayal lagi Tek Goan Taysu telah memutar tubuhnya, meninggalkan Cinal
Sing. Ia tahu, jika ia masih berusaha banyak bicara, paman gurunya yang adanya memang
aneh itu pasti akan menghajar dia.
Cinal Sing telah masuk kedalam tenda, kemudian rebah diatas pembaringan dengan
mata dahinya mengkerut dalam-dalam. terpejamkan. Tampak Dia rupanya tengah diliputi terus oleh rasa
kekecewaan yang membuat dia benar-benar jadi bergusar jika teringat bahwa musuh
besarnya telah meninggal dunia, sehingga kini sia2 belaka ilmu silatnya yang
telah dipelajarinya puluhan tahun.
Dikala itu tampak Tek Goan Taysu kembali sibuk mengatur orang2nya, Fajarpun
telah menyingsing oooo)OdwO(oooo KESIBUKAN lain tampak meliputi pendeta-pendeta di Bu Tong Pay,
karena begitu menjelang fajar, tampak
mereka telah sibuk mempersiapkan untuk upacara penguburan pada jenasah guru
mereka. Diwaktu itulah tampak jelas, Jie Lian Cu, In Lie Heng, Song Wan Kiauw dan juga
para pendeta Bu Tong Pay, yang telah mengucurkan air matanya tidak hentinya.
Memang apa yang mereka tengah lakukan ini, benar2 merupakan perpisahan buat
selama2nya. Begitu jenasah dari Thio Sam Hong dimasukkan ke-dalam lobang kubur,
berarti mereka benar2 telah berpisah buat selamanya.
Sedangkan Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah bantu orang2 Bu Tong Pay tersebut,
untuk dapat melakukan apa yang mereka kerjakan, dimana Kwang Tan telah membawa
bungkusan batang2 hio, yang kelak akan dipergunakan buat menyembahyangi arwah
Thio Sam Hong. Sedangkan Suma Lin liang membawa cawan dan mangkok yang nanti
akan dipergunakan menyediakan barang2 sajian buat sembahyang upacara penguburan
itu. Jie Lian Cu telah memutuskan bahwa jenasah guru mereka akan dimakamkan
dibelakang kuil, Karena Thio Sam Hong merupakan cakal bakal Bo Tong Pay, maka
memang tepat sekali jika ia dimakamkan di belakang Kuil.
Dan untuk itu, merekapun akan dapat setiap hari menyembahyanginya.
Kesibukan yang terdapat di Bu Tong Pay masih berlangsung waktu matahari mulai
naik semakin tinggi dan telah terang tanah, telah di persiapkan delapan murid Bu
Tong Pay dari tingkat keempat yang akan mengangkat dan menggotong peti jenasah
tersebut, menuju kebelakang kuil.
Thio Sam Hong telah berpulang, dan sekarang akan dimakamkan Guru besar yang
memiliki kesempurnaan ilmu yang luar biasa, dan rimba persilatan telah
kehilangan seorang tokoh sakti dari aliran Pek-to, putih dan lurus.
Terpenting lagi, justeru dengan kematian Thio Sam Hong ini, disaat negeri tengah
kacau, dimana Cu Goan Cing tengah menjalankan pemerintahan dengan tangan besi.
Kaisar itu memang ingin membinasakan orang2 yang memiliki kepandaian tinggi
namun menentang kekuasaannya, ia mengetahui bahwa Bu Tong Pay merupakan pintu
perguruan yang masih ada hubungannya dengan Thio Bu Kie, karenanya, Cu Goan
Ciang dengan berbagai cara hendak memusnahkan
tersebut, Menghancurkannya.
itu pula, bertepatan pintu perguruan
Disebabkan penguburan itu dengan upacara justru pasukan kerajaan tengah bersiap2
untuk melakukan penyerbuan guna menghancurkan Bu Tong Pay.
Sedangkan Jie Lian Cu sebagai ciangbun jin Bu Tong Pay telah memimpin upacara
penguburan itu, dimana Jie Lian Cu dengan beriringan bersama murid2 Bu Tong Pay
lainnya, telah mengiringi keberangkatan peti jenasah tersebut.
Dan juga tampak, betapapun mereka sangat sedih sekali karena mereka benar2
merasa sangat kehilangan. Iring2an penggotong peti jenasah yang berjumlah
delapan orang, dan juga ratusan murid Bu Tong Pay.
semuanya telah berbaris dalam bentuk iring2an yang cukup panjang, isak tangis
yang ditahan telah mencekam sekitar tempat belakang kuil.
Malah, ia Lie Heng yang memang memiliki perasaan paling halus, jadi pingsan
beberapa kali disebabkan kesedihan yang bukan main hebatnya.
Juga disaat itu, beberapa murid Bu Tong Pay yang lainnya, yang tidak bisa
membendung kesedihannya itu, telah menangis berlutut diatas tanah, dan pingsan
tidak sadarkan diri! Keadaan diwaktu itu sangat menyedihkan sekali, terlebih lagi waktu peti jenasah
akan diturunkan ke dalam lobang kubur.
Kwang Tan, Suma Lin Liang dan murid-murid Bu Tong Pay telah berlutut untuk
penghormatan mereka yang terakhir, mengawasi ke delapan murid Bu Tong Pay yang
tadi menggotong peti jenasah tersebut tengah mengangkat peti mati itu, yang akan
diturunkan kedalam lobang kuburan tersebut.
Namun, diantara keheningan seperti itulah tiba-tiba Song Wan Kiauw yang berlutut
disamping lobang kubur tersebut, telah melesat ke tengah udara, gerakannya sebat


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali, tubuhnya begitu ringan.
Waktu tubuhnya tengah tampak Song Wan Kiauw bajunya dan tampak dia telah
menghalau sebuah benda hitam yang cukup besar yang tengah menyambar kearah peti
mati. Disaat itu, murid2 Bu Tong Pay yang lain nya termasuk Jie Lian Cu tengah
berlutut dengan kepala tertunduk.
Justeru setelah Song Wan Kiauw melompat ketengah udara, dan mengibaskan
tangannya itu, membuat mereka semua mengangkat kepala memandang kepada Song Wan
Kiauw yang telah melesat turun ke bumi dengan tubuh yang ringan sekali.
Ternyata Song Wan Kiauw yang menjadi memiliki kepandaian diatas dari kepandaian
Jie Lian Cu dan murid2 Bu Tong Pay yang lainnya, memiliki pendengaran yang tajam
bukan main, telah mendengar suara berkesiuran ketika ia berlutut di tepi lobang
kuburan itu. melayang ditengah udara, telah mengibaskan lengan
Waktu ia mengangkat kepalanya, ia melihat sebungkah benda hitam tengah menyambar
peti gurunya. Tanpa pikir panjang lagi Song Wan Kiauw telah melesat ketengah
udara dan melakukan gerakan seperti tadi.
Setelah itu turun lagi diatas tanah, dia baru mengetahuinya, bahwa benda hitam
yang tadi menyambar kepada peti mati gurunya tidak lain dari sebungkah batu
hitam legam yang berukuran cukup besar, telah ditimpukkan oleh seseorang dengan
tenaga yang kuat sekali, karena waktu dia menangkis dengan kibasan tangannya,
dia merasakan tangannya kesemutan.
Beruntung Song Wan Kiauw keburu menghalau batu besar itu, sehingga batu itu
tidak berhasil menghantam peti mati Thio Sam Hong.
Jika tidak, jika saja batu itu menghantam peti mati Thio Sam Hong, niscaya akan
membuat peti mati itu hancur, itulah urusan yang benar2 luar biasa, karena kalau
sampai peti mati itu hancur, niscaya akan mendatangkan noda besar buat Bu Tong
Pay, karena peti mati dari guru besar mereka yang hendak dikubur telah diganggu
orang sampai hancur seperti itu.
Murid2 Bu Tong Pay lainnya mengeluarkan seruan tertahan, mereka segera melompat
berdiri, dengan sikap bersiap sedia.
Dan diwaktu itu Song Wan Kiauw tidak berdiri lamalama ditanah, tubuhnya telah
melambung lagi ke tengah udara, tanahnya bagaikan seekor burung rajawali yang
melesat ditengah udara, dengan gerakan sangat gesit, tahutahu dia telah meluncur
kearah dari mana datangnya batu besar itu.
Cepat sekali, tubuh Song Wan Kiauw tiba dibalik batu gunung yang berada didekat
dinding kuil tersebut, dan tangan Song Wan Kiauw diulurkan buat mencengkeram.
Semua itu dilakukan dengan cepat dan dalam waktu yang sangat singkat sekali.
Terdengar suara seruan tertahan dari balik batu gunung itu, berbareng dengan
melompat keluar dengan mana tampak seseorang telah
pakaian warna kuning, sambil
keluar dari balik batu gunung, orang tersebut menyampok cengkeraman tangan Song
Wan Kiauw, Gerakannya sama cepatnya.
Namun rupanya orang itu kalah tenaga dalam, begitu tangannya saling bentur
dengan tangan Song Wan Kiauw, seketika tubuhnya jadi terhuyung beberapa langkah.
"Ohh, sungguh bodoh kau !" terdengar seseorang memaki dengan suara yang tawar,
waktu orang itu muncul, dialah seorang yang memiliki paras muka luar biasa,
dengan kumis dan jenggot yang keriting, dengan hidungnya
yang seperti dua, dan tubuh agak bungkuk, wajahnya dingin tidak memperlihatkan
perasaan apa pun juga. Sedangkan Song Wan Kiauw yang telah ditangkis cengkeraman tangannya, dalam
keadaan murka karena dalam upacara penguburan jenasah gurunya, ada orang yang hendak mengganggu
jalannya upacara tersebut, tanpa mengeluarkan sepatah perkataanku juga, dia
telah melesat kedepan orang berhidung seperti dua itu, yang tidak lain dari
Cinal Sing. Cepat sekali tangan kanannya bermaksud menghantam dada orang tersebut, tangan
kirinya telah meluncur dengan pesat sekali kepada kepala orang itu.
Tetapi Cinal Sing, yang tadi telah menyesali kelemahan dari orang yang
berpakaian kuning itu yang tidak lain dari Tek Goan Taysu sendiri telah tertawa
dingin, dia telah menghantam dengan kedua telapak tangannya, sama sekali dia tidak berusaha
mengelak dari serangan Song Wan Kiauw,
Rupanya, memang Cinal Sing yakin, begitu dia berhasil menghantam tubuh Song Wan
Kiauw, dia bisa menghancurkan tubuh Song Wan Kiauw, walaupun memang kemungkinan
dirinya sendiri terkena serangan dari Song Wan Kiauw,
Song Wan Kiauw melihat telapak tangan dari Cinal Sing berwarna memerah seperti
darah, dia teringat dimana gurunya dulu pernah memberikan sesuatu, nasehat
kepadanya. Jika saja ia berhadapan dengan lawan yang tangannya memerah seperti darah, dia
harus menghindarkan diri dari bentrokan tangan mereka.
Karena jika telapak tangan itu bukannya beracun, tentu telah terlatih dengan
hebat, tidak boleh sembarangan saling benturkan tangan sebelum mengetahui apakah
telapak tangan itu beracun atau memang memiliki kekuatan yang bisa mematikan.
Teringat kepada pesan dari gurunya, Song Wan Kiauw tidak berayal telah menarik
pulang tangannya, dia telah menghindar dari serangan telapak tangan Cinal Sing,
malah kemudian tubuhnya seperti juga bayangan, telah melompat kesamping, dia
telah melesat sambil kaki kanannya menendang dengan kuat kepada lambung orang
itu. Cinal Sing tertawa dingin, dia rupanya tidak keburu menarik pulang tangan
kanannya karena angin pukulan itu dengan kencang dan kuat menghantam sebatang
pohon yang berada didekat Song Wan Kiauw, Terdengar suara menggelegar yang
sangat keras sekali dan juga sangat gaduh, disusul dengan rubuhnya pohon itu.
Sebagian dari batang pohon tersebut telah menjadi bubuk, yang berhamburan diatas
tanah. Song Wan Kiauw melihat hebatnya tenaga serangan dari lawannya, yang
tampaknya bukan orang Tionggoan, jadi terkejut, karena dilihatnya, telapak
tangan orang itu benar2 sangat hebat, dan juga tenaga dalam itu dapat menghancurkan lawan dengan hanya mengandalkan angin
serangan belaka. Karenanya cepat-cepat Song Wan Kiauw telah mengempos semangatnya. Sama sekali
dia tidak jeri. Belasan tahun dia telah dihukum oleh gurunya untuk duduk
bersemedhi telah melatih diri menghadapi dinding, karenanya, dia
dengan sebaik mungkin, dalam kesempatan itu dia telah dapat merenungkan dengan
tenang apa yang telah dimilikinya, baik kepandaian dan sinkangnya juga
kelemahannya. Karenanya Song Wan Kiauw diluar sadarnya telah memperoleh kemajuan yang sangat
pesat sekali, sedangkan melihat telapak tangan lawannya yang begitu tangguh, dia
telah mengempos semangatnya dan membentak nyaring
tahu2 Song Wan Kiau telah melesat ketengah angkasa, kedua telapak tangannya
menyambar serentak. Kembali Cinal Sing melakukan penyerangan seperti tadi, namun dia jadi heran dan
dugaannya melesat, karena Song Wan Kiauw kali ini sama sekali tidak berkelit.
Song Wan Kiauw dengan cepat dan berani sekali, meluncurkan terus telapak
tangannya, ia tidak berusaha menghindarkan telapak tangannya dari benturan,
dengan sepenuh tenaga dalam yang dimilikinya, dia telah menyalurkannya lewat
telapak tangannya untuk mengadu tenaga dengan lawannya tersebut.
Sedangkan Cinal Sing telah beberapa kali lipat mengerahkan tenaga dalamnya jauh
lebih kuat dibandingkan dengan tadi, karena dia menyadari bahwa kali ini
lawannya seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi. Dan dia bermaksud akan
menghantam hancur lawannya.
"Brakkkkk !" telah terjadi bentrokan yang sangat kuat sekali antara telapak
Perjodohan Busur Kumala 8 Pendekar Naga Putih 17 Serigala Siluman Tiga Dara Pendekar 17
^