Pencarian

Pendekar Guntur 13

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 13


tangan dari Song Wan Kiauw dengan telapak tangan dari Cinal Sing, bentroknya itu
sangat tepat sekali tidak dimiringkan, telapak tangan itu seperti bertemu satu
dengan yang lainnya dan dua kekuatan tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya
telah saling bentur. Jika sebelumnya Tek Goan Taysu menduga bahwa telapak tangan Song Wan Kiauw tentu
akan menjadi hancur begitu saling bentur dengan telapak tangan paman gurunya,
justeru apa yang dilihatnya membuat Tek Goan
Taysu jadi berdiri terdiam dengan sepasang mata terpentang lebar2.
Karena diwaktu itu, telapak tangan dari Song Wan Kiauw sama sekali tidak hancur,
telapak tangan murid tertua dari Thio Sam Hong tetap saja menempel pada telapak tangan dan Cinal
mengadu kekuatan tenaga masing2.
Sing, mereka seperti saling dalam lewat telapak tangan
Dalam keadaan seperti itu, murid-murid Bu Tong Pay telah bersiap2 untuk
menghadapi segala kemungkinan. Dan
juga mereka telah mempersiapkan senjata masing2, memencarkan diri membagi diri di segala penjuru
disekitar tanah yang akan di jadikan kuburan buat guru besar mereka.
Waktu itu Tek Goan Taysu sendiri, setelah hilang kaget dan takjubnya, bersiul
nyaring. Maka terdengar suara yang ramai riuh rendah diluar kuil. Rupanya semua
anak buahnya mulai bergerak.
Cinal Sing yang melihat telapak tangannya saling bentur dengan telapak tangan
Song Wan Kiauw, namun tidak berhasil menghancurkan telapak tangan Song Wan
Kiauw, jadi kaget sendirinya, walaupun bagaimana dia kagum
sekali atas kekuatan tenaga dalam Song Wan Kiauw.
Sedangkan Song Wan Kiauw merasakan tangannya pedih
kekuatan tenaga dan pedas. Dia mengerahkan dalamnya dan telah berseru telapak seluruh
nyaring, berusaha membuat lawannya terpental.
Namun tidak berhasil, Cinal Sing berdiri terus ditempatnya seperti juga kedua
telapak kakinya itu telah terpantek diatas tanah, dan juga diwaktu itu Cinal
Sing pun bukan berdiam diri saja, dia telah mengeluarkan seluruh kekuatan tenaga
dalamnya, dan telah berseru nyaring, balas mendorong.
Tubuh Song Wan Kiauw bergoyang2, karena hampir saja kuda2 kedua kakinya
tergempur. Namun sebagai murid tertua dari Thio Sam Hong, jelas kepandaian dari Song Wan
Kiauw tidak lemah. juga terpikir oleh Song Wan Kiauw, jika memang dia dapat
dirubuhkan lawannya, akan mendatangkan malu besar buat Bu Tong Pay. Mati2an Song
Wan Kiauw memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, dia telah berusaha mengadakan
perlawanan yang gigih sekali.
Hanya beberapa jurus saja mereka bergebrak dan sekarang mereka telah berdiri
saling berhadapan mengukur kekuatan tenaga dalam mereka.
Cara bertempur seperti ini sesungguhnya memang sangat berbahaya sekali. karena
jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan cara bertempur tajam.
Jika mempergunakan masih dapat berkelit atau juga menghindar dari sambaran
senjata lawannya atau juga dapat mempergunakan senjatanya untuk balas menyerang.
Namun kenyataannya dengan cara bertempur mempergunakan tenaga dalam seperti itu,
mereka hanya mengandalkan kekuatan seorang diantara mereka dengan mempergunakan
senjata senjata tajam, seseorang lawan sinkang masing2. Jika salah memiliki sinkang yang
lebih bawah dan lemah jika dibandingkan dengan lawannya tentu
akan membuat dia terdesak dan juga akan membuat dia terbinasa dengan dada yang
tergempur hebat. Diwaktu itulah, Song Wan Kiauw merasakan biarpun dia bisa mempertahankan diri
dalam menghadapi tenaga sinkang lawannya yang sangat kuat itu, namun tetap saja
dia merasa masih terdesak,
Dan terdesaknya dia, membuat Song Wan Kiauw mati2an berusaha memusatkan seluruh
kekuatan tenaga murninya.
Beruntung bahwa Bu Tong Pay merupakan pintu perguruan yang beraliran murni dan
lurus, dengan begitu, tenaga dalam dari Song Wan Kiauw murni dan lurus.
Maka walaupun dia masih kalah kuat seurat dibandingkan dengan kekuatan lwekang
dari lawannya, dia masih dapat menghadapinya. Dengan kemurnian tenaga sinkangnya
itu membuat Song Wan Kiauw dapat memperoleh keuntungan yang tidak kecil.
Sedangkan Cinal Sing jadi penasaran sekali. Waktu melakukan
perjalanan kedaratan Tionggoan, dia sudah yakin akan dapat menghadapi Thio Sam
Hong. Dan sekarang Thio Sam Hong telah mati, dan dia menghadapi murid dari guru
besar itu, Yang membuat Cinal Sing jadi tambah penasaran, justeru sejauh itu dia
belum lagi bisa merubuhkan Song Wan Kiauw, sedangkan untuk mendesak saja dia
masih belum dapat. Jie Lian Cu telah melangkah mendekati Tek Goan Taysu, yang waktu itu sipendeta
tengah gembira karena melihat paman gurunya turun tangan dengan dahsyat,
sehingga murid Bu Tong Pay itu, yang diketahuinya memiliki kepandaian yang
sangat tinggi, tengah menghadapi paman gurunya, membuat Tek Goan Taysu agak
tenang. Sampai akhirnya dia melihat Jie Lian Cu tengah melangkah menghampirinya. Dengan
suara mengandung kemarahan Jie Lian Cu telah berkata: "Taysu... ternyata Taysu
memang sengaja untuk menimbulkan kekacauan
tanpa mau memberi muka sedikitpun kepada kami diri Bu Tong Pay! Taysu mengetahui
bahwa kami dan Bu Tong Pay dalam kedukaan karena kematian suhu kami, namun
kalian telah berusaha mempergunakan kesempatan dalam saat-saat kami tengah
berkabung untuk menimbulkan kekacauan disini..!"
Tek Goan Taysu tertawa dingin, katanya dengan sikap yang congkak: "Hemmm, justru
kehancuran Bu Tong Pay telah tiba!"
Belum lagi selesai kata2nya itu, tubuh Tek Goan Taysu telah mencelat dengan
gesit. Gerakannya seperti seekor kupu2, sangat ringan.
Namun, telapak tangannya yang mengancam hendak menghantam batok kepala Jie Lian
Cu hebatnya bagaikan laksaan kati yang menerjang akan menghancurkan.
Cepat2 Jie Lian Cu menyingkir, "Hentikan !" kata Jie Lian Cu masih berusaha
menahan diri. Namun Tek Goan Taysu, sama sekali tidak mau menghentikan
terjangannya, sepasang tangannya cepat sekali menyambar berulang kali dengan
kekuatan lwekang yang sangat hebat.
Dalam keadaan seperti itu Jie Lian Cu tidak bisa berdiam diri lebih lama lagi,
dia telah melayaninya dengan gerakan yang sangat kuat sekali setiap kali dia
berusaha menghalau atau menangkis serangan yang dilakukan pendeta ini yang
tampaknya bernafsu sekali hendak membinasakannya.
Waktu itu Tek Goan Taysu sangat bersemangat sekali, karena berulang kali dia
telah merangsek maju. Dia bersemangat seperti itu, karena memang dia melihat
paman gurunya sangat liehay sekali, pasti akan berhasil merubuhkan Song Wan
Kiauw. Dan jika murid2 Bu Tong Pay lainnya menyerbu, tentu kawan2 Tek Goan Taysu yang
menghadapinya, Sebetulnya, seperti telah diterangkan dibagian atas, Tek Goan
Taysu bermaksud hendak melakukan penyerbuan dimalam hari setelah upacara
penguburan tersebut. Dan dia memang telah mempersiapkan segalanya.
Namun pagi itu justeru Cinal Sing telah mendesak Tek Goan Taysu agar mempercepat
penyerbuan tersebut juga Cinal Sing telah mendesak Tek Goan Taysu pagi itu pula
pergi ke Bu Tong Pay, karena sang paman guru tidak sabaran lagi menanti sampai
menjelang malam harinya. Tek Goan Taysu telah memaparkan segala sesuatunya yang menyangkut dengan
rencananya, dimana ia bermaksud hendak melakukan penyerbuan disaat murid2 Bu
Tong Pay tengah dalam keadaan berduka dan letih. Diwaktu itu dia baru akan
menyerbu buat membasmi semua murid2 Bu Tong Pay.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cinal Sing tidak setuju. Justeru sebelum jenazah Thio Sam Hong dikubur, dia
bermaksud hendak merusak dulu mayat Thio Sam Hong, untuk melampiaskan sakit
hatinya, dimana dia bermaksud hendak menghancurkan jenazah Thio Sam Hong dan
juga membasmi murid-murid Thio Sam Hong dipagi itu juga.
Dikatakan oleh Cinal Sing, jika mereka melakukan penyerangan diwaktu pagi itu,
tentu murid-murid Bu Tong Pay akan panik menghadapi mereka, karena murid-murid
Bu Tong Pay akan berusaha melindungi jenazah guru besar mereka.
Dan juga, dalam keadaan seperti itu konsentrasi mereka tidak dapat sepenuhnya
menerima penyerbuan itu. Cinal Sing telah mendesak Tek Goan Taysu agar pagi ini
juga menyerbu kekuil Bu Tong Pay. Dan Tek Goan Taysu tidak bisa untuk membantah
dan menolak keinginan paman
gurunya, ia mengetahui akan watak dan sifat paman guru ini yang berangasan dan
angkuh, Sekali saja dia menolak perintah paman guru tersebut, niscaya akan membuat dia
disemprot oleh paman guru itu,
Kemungkinan besar paman membantunya. Akhirnya Tek Goan Taysu guru ini tidak mau terpaksa menerima juga keinginan dari
paman guru tersebut ia memutuskan pagi itu menyerbu ke kuil Bu Tong Pay.
Dalam keadaan waktu yang sempit seperti itu, Tek Goan Taysu telah merombak semua
rencananya, dia telah memberikan perintah kepada anak buahnya, agar menyerbu
dari segala penjuru diperintahkan sebagai memiliki tugas untuk membakar kuil Bu
Tong Pay. kuil tersebut, sebagian lagi
pasukan pembakar, yaitu yang Setelah semuanya selesai diatur, Tek Goan Taysu
bersama Cinal Sing dan beberapa orang anak buahnya pergi kekuil itu. Mereka
memiliki kepandaian yang tinggi, dan juga semua murid Bu Tong Pay dalam keadaan
berduka dan berkabung, mereka tengah bersedih dan tidak sempat memperhatikan
keadaan disekitar mereka, dengan mudah
Tek Goan Taysu bersama Cinal Sing dapat menerobos masuk ke dalam kuil itu.
Dan justeru melihat peti mati dari Thio Sam Hong akan dimasukkan kedalam lobang
kubur, Cinal Sing sudah tidak bisa menahan diri lagi, segera dia mengambil
sebungkah batu yang sangat besar, dia telah menimpukkan batu besar itu kepeti mati
tersebut, sehingga batu itu menyambar memperdengarkan suara berkesiuran sangat
kuat sekali, karena Cinal Sing menimpuk dengan kekuatan yang diperhitungkan.
Jika sampai bungkahan batu besar itu berhasil menghantam peti mati Thio Sam Hong
itu, peti tersebut pasti akan hancur dan berarti jenazah Thio Sam Hong akan
jatuh kebumi dan diwaktu itulah Cinal Sing bermaksud hendak merusak jenazah
tersebut. Sedangkan Tek Goan Taysu biarpun berdiam diri, dia mengharapkan sekali agar apa
yang dilakukan oleh paman gurunya itu berhasil dengan baik.
Sebab begitu batu itu dapat menghancurkan peti, maka Tek Goan Taysu akan
membarengi untuk melompat keluar,
buat menyerbu kepada murid2 Bu Tong Pay, dan juga akan memerintahkan anak
buahnya menyerbu. Sedangkan apa yang tidak disangka oleh Tek Goan Taysu adalah memang pendengaran
Song Wan Kiauw begitu tajam, biarpun dalam keadaan berduka bukan main, tokh
memang dia dapat memperhatikan keadaan disekitarnya dengan baik.
Malah dia telah dapat mendengar suara menyambarnya angin batu besar itu, membuat
dia mengangkat kepalanya dan melihat menyambarnya batu tersebut, tubuh Song Wan
Kiauw yang memang berada didekat tepian lobang kubur,
melesat ketengah udara buat menghalau batu itu, dengan demikian peti mati Thio
Sam Hong terhindar dari kerusakan.
Tek Goan Taysu sendiri mendongkol dan merasa kecewa karena batu yang ditimpukkan
oleh paman gurunya tidak mengenai sasarannya. Diwaktu itu juga Jie Lian Cu
datang menegurnya, maka dia jadi meluap kemarahannya.
Dia telah menerjang tidak hentinya, dengan bernafsu sekali ingin menghantam
terluka atau terbinasa Jie Lian Cu. Waktu itulah Jie Lian Cu setelah menghindar
beberapa kali, dia juga mengeluarkan ilmu andalannya, Sebagai ciangbunjin Bu
Tong Pay, walaupun kepandaiannya belum lagi setinggi kepandaian yang dimiliki
Song Wan Kiauw, namun jelas ia memiliki kepandaian yang tidak sembarangan.
Karenanya, disaat habis kesabarannya, yang semula Jie Lian Cu memang berusaha
menghindarkan terjadinya pertempuran sebelum selesainya upacara penguburan
jenazah gurunya, tokh akhirnya terpaksa turun tangan juga,
dia mempergunakan kepandaian yang paling diandalkannya, agar cepat2 dapat mengakhiri
pertempuran tersebut. Sebagai orang yang melatih ilmu sinkang dari aliran lurus dan murni, tentu saja
setiap serangan Jie Lian Cu merupakan pukulan yang sangat berbahaya, walaupun
mengincar bukan kearah sasaran yang mematikan.
Tek Goan Taysu juga tidak bisa menerjang terus menerus merangsek seperti tadi.
Dia telah mulai terbendung oleh tangkisan dan juga serangan balasan dari Jie
Lian Cu. Kwang Tan dan Suma Lin Liang sangat gusar, karena mereka disaat tengah
dilangsungkannya upacara penguburan ini, Tek Goan Tay su bersama orang2nya
bermaksud hendak mengambil suatu keuntungan buat mengadakan keonaran, dimana
mereka telah menyerbu. Kwang Tan tidak bisa menahan diri, karena dia telah melompat kedekat dinding
kuil. Diwaktu itu justeru dilihatnya seorang tentara kerajaan tengah melompat
turun. Tentara kerajaan itu, walaupun memiliki ilmu silat, tokh kepandaian ilmu
silatnya itu merupakan ilmu silat pasaran yang tidak istimewa dan juga hanya
menguasai kembang2nya saja. Karenanya dia kaget ketika tahu-tahu Kwang Tan telah
berada dihadapannya. Malah tentara kerajaan itu lebih kaget lagi ketika tahutahu tangan kanan Kwang
menghantam dengan dahsyat Tan telah meluncur sekali. Hantaman itu
mendatangkan angin serangan yang panas sekali.
Tentara kerajaan itu tidak mengetahui bahwa Kwang Tan telah menghantam dengan
pukulan Gunturnya, maka dia berusaha menangkis dengan mengerahkan tenaga
dalamnya. Namun celaka, buat tentara tersebut, karena diwaktu itu terlihat tubuhnya telah
terpental dan seketika menjadi hangus. Dengan demikian membuat tentara kerajaan
itu tidak bisa mengeluarkan suara jeritan lagi, dimana jelas bahwa dia terbinasa
tanpa mengetahui lagi, apa yang telah terjadi pada dirinya. Dia cuma merasa hawa
panas sekali menembus ke jantung, dan napasnya seketika berhenti.
Rupanya dalam biasanya berlaku keadaan marah, Kwang Tan yang welas asih terhadap
siapapun juga, menyerang dengan tenaga diperhitungkan agar lawan tidak terbinasa
justeru sekali ini dia telah menghantam dengan mempergunakan tenaga dalam yang
kuat sekali. Diantara berkesiuran angin serangan yang sangat kuat dan mengandung hawa panas
itu, justeru Kwang Tan telah menerjang lagi kepada tentara kerajaan lainnya yang
tengah berusaha melompat turun.
Sama seperti yang dialami oleh tentara kerajaan yang seorang itu, dimana telah
membuat tentara kerajaan yang kedua ini terbinasa dengan tubuh yang hangus.
Sedangkan Suma Lin Liang pun tidak tinggal diam saja, dia melihat dari arah
lain, dari balik batu gunung2an didekat dinding sebelah kanan, telah menyerbu
belasan sosok bayangan yang melompat masuk kedalam kuil.
Dengan tidak mengeluarkan kata2, dia telah melompat dengan gesit sekali,
tubuhnya lincah dan sepasang tangannya telah bergerak kesana kemari.
Dengan demikian membuat beberapa sosok tubuh yang berada paling depan, telah
mengeluarkan suara jeritan yang menyayatkan hati, tubuhnya terjengkang dan
mereka rebah pingsan tidak sadarkan diri dalam keadaan tersebut.
Diluar kuil terdengar suara pekik yang gemuruh dan banyaknya pasukan tentara
kerajaan yang bersiap2 hendak menyerbu kedalam kuil.
Malah yang membuat In Lie Heng terkejut dilihatnya, dari sebelah kanan kuil,
dari ruangan tengah kuil, mengepul api yang cukup tinggi.
"Hemmm, mereka manusia2 rendah berusaha membakar kuil !" berpikir In Lie Heng
dengan murka. Dia memang tengah berduka bukan main, sekarang melihat kuilnya
hendak dibakar, tentu saja In Lie Heng jadi kalap. Dengan segera tubuhnya
melesat menghampiri kearah di mana ruangan tersebut tengah dimakan api.
Dilihatnya beberapa sosok bayangan, dengan ditangan masing2 membawa obor api,
tengah berusaha membakari bagian2 dari ruangan tersebut, dengan mengeluarkan
suara bentakkan bergemuruh, tampak In Lie Heng bergerak dengan lincah sekali.
Dia telah berseru nyaring, dengan dibarengi kedua tangannya yang menyambar
dengan hebat sekali, merubuhkan beberapa orang dari tentara2 tersebut.
Kawan2 dari tentara2 yang mencekal obor api itu segera meluruk menyerbu kepada
In Lie Heng, Dengan obor api mereka menyerang kepada muka In Lie Heng.
Diwaktu yang bersamaan, dari luar ruangan telah menyerbu puluhan orang tentara
kerajaan yang mengepung In Lie Heng, dan juga telah menyerang dengan
mempergunakan senjata tajam, golok dan pedang.
Namun In Lie Heng memiliki kepandaian yang telah tinggi. Dia adalah salah
seorang dari Bu Tong Cit Hiap yang dulu pernah menggegerkan rimba persilatan.
Dengan demikian, dia dapat melayani puluhan orang lawannya dengan mudah.
Malah dengan beruntun dan cepat sekali, dia berhasil merubuhkan lawan2nya itu
seorang demi seorang, Cuma saja, jumlah lawan sangat banyak, dari luar telah


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerobos masuk lagi puluhan orang yang ikut mengeroyok In Lie Heng, dengan
demikian telah membuat ia Lie Heng harus mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dan
kepandaiannya menghadapi mereka.
Dan jumlah korban yang telah berjatuhan ini telah memenuhi lantai, Apipun telah
berkobar sangat besar. Sebetulnya In Lie Heng sama sekali tidak merasa jeri
bertempur menghadapi lawan yang berjumlah besar seperti itu, sebab dirinya tidak
mungkin terdesak. Cuma saja yang membuatnya jadi bergelisah, dia melihat api yang telah berkobar
semakin tinggi, dan nyala api telah semakin membesar, tentu akan membakar bagian
dari ruangan lainnya kuil Bu Tong Pay.
Karena dari itu, In Lie Heng seperti kalap telah menghantam lebih hebat kepada
lawan2nya, dia berusaha menyudahi pertempuran itu secepat mungkin.
Setiap serangan seorang lawannya yang dilakukannya selalu membuat terguling
rubuh dan pingsan tidak sadarkan diri, sedangkan lawan-lawannya itu memang merupakan para tentara
kerajaan yang memiliki kepandaian biasa-biasa saja.
Diwaktu itu murid2 Bu Tong Pay yang lainnya tidak tinggal berdiam diri saja,
karena mereka melihat api juga telah berkobar membakar sebagian dari ruangan
tersebut, maka sebagian dari mereka berusaha hendak memadamkan api, sedangkan sebagian
lagi telah menghadapi lawan, membantu In Lie Heng.
Pertempuran yang terjadi seru sekali, dan tampak bahwa In Lie Heng dengan
dibantu oleh saudara2 seperguruannya
itu, dapat bergerak lebih leluasa. Dia telah mencabut keluar pedangnya, lalu
seperti seekor naga dia telah mengamuk kesana kemari, pedangnya berkelebat-
kelebat tidak hentinya, menabas kesana kemari.
Setiap tabasannya itu mendatangkan angin yang tajam sekali dan selalu mengenai
sasarannya, karena lawan2nya sama sekali tidak dapat menghindarkan diri, Dan
selalu ada saja lawannya yang rubuh terluka oleh tabasan pedangnya.
Diwaktu itu, Song Wan Kiauw yang tengah menghadapi lawannya yang luar biasa,
Cinal Sing, telah beberapa kali menambah kekuatan tenaga dalamnya, mengempos
kekuatan sinkangnya, sehingga dia dapat menyerang lebih
hebat, setiap serangannya itu berusaha untuk mendesak Cinal Sing, agar lawannya
ini melompat mundur memberikan Wan Kiauw bernapas.
Memang kepandaian dari Cinal Sing sangat luar biasa tingginya, Song Wan Kiauw
sendiri mengakuinya, jika dia belum lagi menjalankan hukuman yang dijatuhkan
Thio Sam Hong padanya, niscaya dia tidak akan dapat menghadapi lawannya ini.
Beruntung dia telah menjalankan hukuman istimewa dari Thio Sam Hong, sehingga
dia memperoleh kemajuan yang pesat sekali pada ilmu silatnya mau pun sinkangnya.
Diapun telah mengetahui kelemahan-kelemahannya, sehingga dia bisa merobah jurus2
yang lemah itu, ditambal dengan beberapa macam cara, bertambah sempurna dan
baik. Diwaktu itu, biarpun Cinal merangsak terus, namun Song Wan Kiauw tetap dapat
menghadapinya, karena memang Song Wan Kiauw memiliki kelebihan, ia memiliki ilmu
silat ataupun lwekang dari aliran lurus dan murni.
untuk sementara waktu kesempatan pada Song
membuat ilmu silatnya Sing berusaha untuk Dengan demikian, dia dapat menghadapi lawannya dengan baik,
Setiap kali dia mengeluarkan tenaga dalamnya, seperti juga perbentengan yang
tidak mungkin goyah oleh apapun juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan Cinal Sing memiliki sinkang yang tinggi sekali, namun sesat dan juga
agak menyimpang dari cara yang murni. Dengan demikian membuatnya jadi tidak bisa
menerobos penjagaan dari Song Wan Kiauw.
Jika dia memaksakan diri untuk menerobos terus penjagaan Song Wan Kiauw, niscaya
akan membuat dia sendiri yang menderita rugi tidak kecil, karena diwaktu itu
niscaya akan membuat dia memperoleh luka didalam akibat dari salahnya pengerahan
tenaga dalam, atau juga disebabkan pengerahan tenaga dalamnya yang agak tersesat
itu malah akan menghantam dirinya.
Dalam keadaan seperti itulah tampak jelas, Cinal Sing pun telah mempertimbangkan
setiap kali dia ingin mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Dia tidak mau bersikap bodoh membabi buta, setelah bertempur sekian lama, dia
telah mengetahui bahwa Song Wan Kiauw bukanlah lawan yang lemah, karena dari
itu, dia telah berulang kali berusaha memperhatikan mencari kelemahan lawannya.
Namun sejauh itu dia masih juga belum berhasil.
Diantara berkesiuran angin yang keras dan kuat sekali diantara mereka berdua,
tampak Song Wan Kiauw berusaha melepaskan diri dari libatan lawannya, karena
Song Wan Kiauw jadi panik juga, menyaksikan api yang telah berkobar semakin
tinggi itu, dimana sebagian dari ruangan kuil tersebut telah termakan api.
Karenanya, tampak Song Wan Kiauw berusaha untuk mendesak mundur lawannya, dan
juga dia telah beberapa kali memaksa Cinal Sing agar melonggarkan desakannya,
karena Song Wan Kiauw bermaksud membantu murid2 Bu Tong Pay yang lainnya, guna
mengatasi kebakaran tersebut.
Namun Cinal Sing sama sekali tidak mau memberikan kesempatan padanya, dia telah
menyerang terus-menerus tidak hentinya.
Setiap kali Song Wan Kiauw tampak hendak menyingkir diri, maka Cinal Sing telah
merangsek semakin hebat. Setiap serangan yang dilakukannya itu merupakan
serangan yang melibat Song Wan Kiauw tidak bisa menyingkir dari hadapannya.
Mereka tetap terlibat dalam pertarungan yang tegang, sehingga jika salah satu
serangan mereka mengenai sasaran, jangan harap lawan mereka dapat tetap utuh
tubuhnya atau kemungkinan besar terbinasa.
Jie Lian Cu sendiri yang tengah berhadapan dengan Tek Goan Taysu, walaupun
memang kepandaian Jie Lian Cu tidak berada disebelah bawah kepandaian Tek Goan
Taysu, namun dia selalu memuncak melihat panik, karena kegelisahan yang
kuil Bu Tong Pay sebagian telah termakan api, yang berkobar tinggi sekali.
Karena itu Jie Lian Cu telah berusaha sekuat tenaganya, untuk cepat-cepat
merubuhkan Tek Goan Taysu.
Namun justeru kepanikannya itu, serta sikap gelisahnya, membuat Jie Lian Cu
memperoleh hasil sebaliknya dari yang diharapkannya, karena bukannya dia bisa
mendesak Tek Goan Taysu, malah dirinya sendiri yang telah terserang hebat oleh
Tek Goan Taysu. Begitulah mereka terus juga bertempur, berulang kali Jie Lian Cu telah berseru
memberikan perintah kepada murid Bu Tong Pay agar berusaha memadamkan api yang
tengah berkobar membakar sebagian dari ruangan kuil tersebut.
Dalam keadaan seperti ini, tampaknya Jie Lian Cu jadi
berputus asa juga. karena dia menyaksikan ratusan sosok tubuh telah menyerbu
masuk kedalam kuil ! Dan Jie Lian Cu teringat kepada jenazah gurunya, karenanya
dia telah berusaha untuk menyingkir ke dekat peti mati gurunya.
Dimana Jie Lian Cu hendak melindungi peti mati guru nya tersebut, jika sampai
orang2nya Tek Goan Taysu menyerbu buat merusak peti mati itu, tentu hal ini
merupakan suatu hal yang sudah tidak dapat diampuni lagi, juga tidak dapat
dimaafkan karena memang itulah perbuatan yang akan menjatuhkan nama pamor dari
Bu Tong Pay, dimana semua murid Bu Tong Pay bertanggung jawab atas keutuhan peti
mati guru besar mereka. Setelah berada didekat peti mati, Jie Lian Cu bertempur lebih banyak main
membendung dan menghindar dari setiap gempuran Tek Goan Taysu, Dan dia jarang
sekali membalas menyerang.
Dengan demikian Jie Lian Cu lebih banyak memelihara tenaganya. Dan sekali-sekali
dia berseru memberikan perintah agar murid2 Bu Tong Pay pergi memadamkan api
yang tengah berkobar itu.
Kwang Tan dan Suma Lin Liang mengamuk dengan hebat, karena mereka melihatnya
bahwa pihak kerajaan benar2 hendak membasmi orang2 Bu Tong Pay, Kwang Tan
terlebih hebat lagi dalam amukannya. Dia mempergunakan pukulan Guntur, maka
kesudahannya sangat mengerikan sekali.
Setiap tentara kerajaan yang terkena tangannya, tentu akan rubuh dengan tubuh
hangus. Suma Lin Liang mempergunakan Sam Cie Kongnya, maka korban2 kehebatan Sim Cie
Kong pun sangat banyak sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun disebabkan Tek Goan Taysu telah memerintahkan agar mereka semuanya
menyerang Bu Tong Pay tanpa memperdulikan kerusakan yang terjadi pada mereka,
semua tentara kerajaan itu, walaupun hati mereka agak gentar menyaksikan
hebatnya orang2 Bu Tong Pay, tokh mereka tidak juga mundur dan tetap menyerbu.
Tam Tam Lu Ie kemudian bersama sendiri yang muncul tidak lama puluhan tentara
kerajaan, telah menyerbu kepada Suma Lin Liang. Dia telah menyerang dengan
sehebat-hebatnya. Tam Tam Lu Ie yakin, jika memang dia menyerang dengan mempergunakan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya, dan diapun dibantu oleh puluhan orang tentara kerajaan
yang mengeroyok Suma Lin Liang, maka dia tidak perlu jeri lagi kepada pemuda
itu. Biar bagaimana tangguhnya kepandaian yang dimiliki Suma Lin Liang, tentu dia
tidak akan dapat menghadapi keroyokan tersebut, berbeda dulu waktu dia seorang
diri menghadapi Suma Lin Liang, sampai akhirnya dia bisa dirubuhkan.
Karena dari itu, sekarang tampak Tam Tam Lu Ie bertempur bertambah semangat dan
dia telah mengeluarkan seluruh ilmu andalannya.
Diwaktu seperti itu, Tam Tam Lu Ie sendiri menyaksikan api berkobar semakin
besar, Murid-murid Bu Tong Pay gagal untuk memadamkan api, karena mereka
yang berusaha memadamkan api, telah dirintangi oleh prajurit kerajaan.
Dengan bersemangat sekali Tam Tam Lu Ie telah berseru: "Bakar lagi ruangan
lainnya !" Segera juga tampak berlari-lari puluhan tentara kerajaan ke ruangan lainnya kuil
tersebut dengan ditangan masing2 membawa obor api.
Menyaksikan ini, In Lie Heng mengeluarkan bentakan marah bukan main, tubuhnya
melesat dengan cepat seperti terbang, dan dia telah menghantam punggung salah
seorang dari pasukan tentara kerajaan itu, yang seketika terguling dengan mengeluarkan
jerit kematian. Kemudian pedang In Lie Heng kebatang leher dari salah seorang pun telah menabas
tentara kerajaan itu, sehingga kepala tentara kerajaan itu menggelinding jatuh
terpisah dari batang lehernya.
Karena melihat kuil Bu Tong Pay yang hendak dibumi hanguskan oleh pasukan
tentara kerajaan, kali ini In Lie Heng turun tangan tanpa segan-segan lagi, dia
telah mempergunakan berkelebat akan pedangnya dan setiap kali pedang itu meminta korban jiwa, Demikian juga
telapak tangannya. Murid2 Bu Tong Pay pun bukan sebangsa manusia lemah, mereka
merupakan tojin2 yang memiliki kepandaian sangat tinggi, Mereka telah memberikan
perlawanan yang gigih sekali, karena dari itu, banyak berjatuhan korban.
Dengan begitu pertempuran tersebut pecah seperti pertempuran besar-besaran.
Song Wan Kiauw menyaksikan keadaan demikian, yakin bahwa ini sama sekali tidak
menguntungkan dirinya dan pihaknya karena jumlah pasukan tentara kerajaan memang
jauh lebih banyak dari jumlah mereka.
Sambil bertempur menghadapi Cinal Sing tampak Song Wan Kiauw memutar otak, dia
mencari cara dan daya untuk menghadapi lawan-lawannya yang berjumlah demikian banyak. Dan jalan
satu2nya yang terpikir oleh Song Wan Kiauw adalah merubuhkan atau menawan tokoh-
tokoh dari para tentara kerajaan tersebut.
"Sute, bekuk, pendeta itu!" teriak Song Wan Kiauw kepada Jie Lian Cu dengan
suara yang nyaring. Jie Lian Cu mengiyakan. kekuatan tenaga dalamnya, Dia
mengerahkan seluruh yang menyambar kesana
kemari. dimana telapak tangannya kian menghijau, karena Jie Lian Cu
mempergunakan seluruh kekuatan tenaga sinkang yang dimilikinya, dengan adanya
anjuran dari Toa suhengnya, maka Jie Lian Cu kini tidak sungkan2 jika memungkinkan membinasakan
Tek Goan Taysu, Merasakan bahwa desakan dari Jie Lian Cu semakin kuat dan hebat, dengan demikian
membuatnya jadi sering main kelit dan mengelak, Tek Goan Taysu segera bersiul.
0ooo0dw0ooo0 Jilid 21 TAMPAK dari rombongan pasukan kerajaan telah muncul seseorang membawa sebuah
keranjang. "Buka tutupnya!" teriak Tek Goan Taysu, Tentara yang seorang itu mengiyakan
menerima perintah, kemudian membuka tutup keranjang tersebut,
Hanya saja, begitu dia membuka tutup keranjang itu, segera tentara kerajaan yang
seorang tersebut telah memutar tubuhnya berlari menjauhi diri dari keranjang
tersebut. Tek Goan Taysu bersiul sangat nyaring dan suara siulnya itu memang merupakan
perintah buat binatang2 berbulu hitam didalam keranjang tersebut, puluhan ekor
tikus, berlompatan keluar dari dalam keranjang. Gerakan tikus itu sangat gesit sekali.
Ukuran tubuh tikus2 itu luar biasa besar2 dan juga sangat ganas sekali, karena
tikus2 itu telah menerjang kepada murid2 Bu Tong Pay.
Seketika terdengar suara jerit kesakitan dari para murid Bu Tong Pay yang
tergigit oleh tikus2 itu. Dan mereka juga segera telah menggeletak pingsan,
karena gigi dari tikus2 itu sangat beracun.
Malah racun pada gigi tikus merupakan racun yang dapat bekerja cepat sekali.
Hanya dalam beberapa detik saja telah mampu membuat lawannya jadi tidak berdaya
dan pingsan tidak memiliki tenaga pula.
Waktu itu Jie Lian Cu jadi murka dan kaget, Murka karena melihat Tek Goan Taysu
mempergunakan tikus beracunnya, seperti yang telah dialaminya beberapa waktu yang lalu. Dan juga Jie
Lian Cu menyadari betapa bahaya nya tikus2 yang beracun tersebut, dan racun yang
dipergunakan oleh Tek Goan Taysu merupakan racun yang sangat mengerikan sekali
dari India dan Nepal, yang dikombinasi dengan beberapa ramuan lainnya.
Dengan kalap Jie Lian Cu telah menerjang kepada Tek Goan Taysu, dia telah
beruntun menghantam dengan lima jurus. Tetapi Tek Goan Taysu selalu main kelit
dan elak belaka, dia telah berusaha untuk menghindarkan setiap
Lian Cu. Setiap kali serangan yang dilakukan oleh Jie menghindar diapun bersiul.
Justeru dari siulannya itulah membuat tikus2nya menerjang tidak hentinya kepada
murid 2 Bu Tong Pay. Dalam keadaan seperti ini Jie Lian Cu mengeluh. Dia
menyadari, kalau saja keadaan seperti sekarang ini berlangsung terus, niscaya
pihaknya yang akan rusak.
Untuk mencegah tikus2 beracun itu, jelas tidak bisa karena tikus2 itu hanya
patuh dan jinak pada Tek Goan Thaysu yang dengan siulannya dapat mengendalikan
tikus2 tersebut. Dikala itu, tikus2 yang menyerbu kepada murid2 Bu Tong Pay benar2 memiliki
kelincahan yang luar biasa dan sangat aneh.
Setiap kali ada murid Bu Tong Pay yang mempergunakan pedang mereka buat menabas
salah seekor tikus itu, maka tikus itu dapat melejit menghindar dari sambaran
pedang murid Bu Tong Pay tersebut.
Malah begitu dia berkelit, seketika tikus itu telah menerjang lagi, Cepat sekali
menerkam kepada murid Bu Tong Pay itu, yang digigit tangannya, sehingga
pedangnya terlepas, murid Bu Tong Pay yang mengeluarkan jeritan, tubuhnya
terguling seorang itu pingsan tidak sadarkan diri.
Beruntun telah beberapa murid Bu Tong Pay yang rubuh lagi karena gigitan tikus
beracun tersebut. Tentu saja menyaksikan hal ini membuat Song Wan Kiauw, Jie
Lian Cu, Suma Lin Liang dan murid2 Bu Tong Pay lainnya, jadi mengeluh.
Mereka menyadari jika keadaan seperti ini berlangsung terus maka keadaan mereka
sangat berbahaya sekali. Namun Kwang Tan seorang justeru memiliki pemikiran yang
lain, Melihat tikus yang dilepaskan Tek Goan Taysu merupakan tikus2 yang
memiliki racun pada giginya, maka
dia segera meninggalkan lawan2nya, para tentara kerajaan itu, dia telah pergi
menghampiri ke-tempat dimana beberapa ekor tikus tengah mengancam murid2 Bu Tong
Pay. Diwaktu itulah dia telah melesat dengan gesit, Tangannya menyambar kepada salah
seekor tikus yang hendak dicengkeramnya,
Tikus itu merasakan sambaran angin serangan Kwang Tan berusaha berkelit. Memang
binatang beracun itu dapat mengelakan diri dari cengkeraman tangan Kwang Tan,
kemudian berbalik menggigit tangan Kwang Tan.
Namun Kwang Tan tidak berusaha menghindarkan gigitan tikus itu, dia membiarkan
pergelangan tangannya digigit tikus itu, Waktu tikus itu menggigit, dengan mudah
Kwang Tan menangkap tikus tersebut. yang dicengkeramnya dengan kuat.
Hancurlah kepala tikus itu, sehingga waktu Kwang Tan melemparkan tikus tersebut,
telah menjadi bangkai. Sedangkan gigitan tikus itu tidak dirasakan oleh Kwang
Tan. Sebagai Tabib Dewa yang memiliki ilmu pengobatan yang luas dan pandai
sekali, dengan demikian, dia tidak


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

takuti racun, walaupun racun yang dipergunakan Tek Goan Taysu merupakan racun
yang sangat hebat daya kerjanya.
Kwang Tan tidak memandang sebelah mata. Malah dengan segera dia telah menelan
obat dan membuat racun tikus ini tidak dapat bekerja.
Kemudian Kwang Tan berusaha menangkap seekor tikus lainnya tetapi seperti tadi
tikus itu telah berkelit dan kemudian menggigit tangan Kwang Tan.
Memang Kwang Tan sengaja membiarkan tangannya digigit tikus itu, inilah sebagai
pancingan belaka, Dan begitu tikus tersebut menggigit tangannya, seketika dia
menangkap tikus itu, dia meremas batok kepala tikus itu, sampai hancur, Empat
ekor tikus beracun telah dibinasakan oleh Kwang Tan.
Melihat cara2 Kwang Tan membinasakan tikus2 beracunnya, membuat Tek Goan Taysu
terkejut bercampur marah. Dia juga heran, mengapa Kwang Tan yang tergigit
tangannya tidak terpengaruh oleh racunnya.
Diwaktu itulah, tampak Kwang Tan telah berhasil membunuh dua ekor tikus lainnya.
Kemudian sisanya yang lima ekor dibinasakan juga dengan beruntun.
Dengan dibunuh semua tikus beracun itu, murid2 Bu Tong Pay dapat bernapas lega.
Juga Kwang Tan telah membagikan obat2 penawar racun kepada murid2 Bu Tong Pay.
Murid Bu Tong Pay yang tadi terluka digigit tikus beracun itu dan dalam keadaan
pingsan. Setelah dicekoki obat yang diberikan Kwang Tan, segera sembuh dengan segera.
Bukan main marahnya Tek Goan Taysu melihat semua tikus2 peliharaannya yang telah
dilatihnya bersusah payah, terbunuh semua.
Dia membentak bengis dan merangsek sehebat mungkin kepada Jie Lian Cu.
Akan tetapi Jie Lian Cu justeru dapat menghadapi dengan baik, setiap terjangan
yang dilakukan Tek Goan Taysu, membuat pendeta itu lebih kalap.
Dalam keadaan seperti itu Tek Goan Taysu seperti telah melupakan keadaan
dirinya, dia merangsek terus dengan hebat dan dia seperti sudah tidak
memperhatikan lagi penjagaan dan pembelaan dirinya.
Suatu kali Jie Lian Cu melihat kesempatan yang baik, waktu Tek Goan Taysu
menghantam dengan tangan kanannya, dia melupakan penjagaan pada dadanya yang
jadi lowong. Tidak ayal lagi segera Jie Lian Cu
menghantamnya dengan dahsyat.
"Bukkkk!" terdengar kepalan tangan Jie Lian Cu hinggap telak sekali didada
sipendeta "Ngekkk!" terdengar suara itu dari mulut Tek Goan Taysu, tubuhnya
terhuyung2 dan dia telah memandang Jie Lian Cu dengan sepasang mata yang
terpentang lebar. Sedang waktu itu, Jie Lian Cu tidak tinggal diam saja, dia maju menghantam lagi.
Waktu Jie Lian Cu tengah menyusulnya serangannya, dia ternyata agak lengah,
karena waktu itu Jie Lian Cu memusatkan seluruh perhatiannya pada bagian sasaran
di tubuh Tek Goan Taysu, Walaupun telah terluka seperti itu, ternyata Tek Goan Taysu berlaku nekad dia
mengerahkan seluruh kekuatan
tenaga dalamnya dan menghantam dengan sebat sekali pundak Jie Lian Cu.
Ketika kepalan tangan Jie lian Cu hinggap pada sasarannya, telapak tangan Tek
Goan Taysu juga menghantam jitu pada pundak Jie Lian Cu.
Terdengar jerit kematian dari Tek Goan Taysu, tubuhnya kejengkang kebelakang,
dan ia tidak bergerak lagi, karena sudah tidak bernapas lagi.
Jie Lian Cu yang terpukul pundaknya juga meringis menahan sakit yang bukan main
untuk sementara waktu dia sudah tidak bisa menggerakan tangan kirinya, akibat
hantaman Tek Goan Taysu, Syukur tidak menyebabkan dia terluka didalam.
Sedangkan Song Wan Kiauw melihat Jie Lian Cu bisa membereskan Tek Goan Taysu,
bersemangat sekali dia berseru: "Bagus! Sekali mari kita bereskan orang ini!"
Jie Lian Cu tidak segera bergerak dari tempatnya berdiri, karena tangan kirinya
memang masih belum dapat digerakkan akibat hebatnya pukulan yang dilakukan Tek
Goan Taysu tadi. Dia hanya berdiri diam saja dengan mata memandang kepada Song Wan Kiauw, dimana
dia juga telah berusaha mengerahkan pernapasannya, untuk berusaha mengurangi
raya sakit yang dideritanya.
Song Wan Kiauw melihat Jie Lian Cu berdiri dengan muka yang agak meringis
seperti itu, mengetahui bahwa
sutenya itu tentu dalam keadaan terluka. Maka dia segera mengerti. Dengan
bentakan nyaring, tubuhnya merangsek dengan hebat menyerang pada Cinal Sing.
Cinal Sing bukannya tidak melihat Tek Goan Taysu telah dibinasakan oleh Jie
Lian Cu. Dia kalap sekali mengetahui keponakan muridnya begitu rubuh terjengkang
tidak bangun lagi sebab putus napasnya, dengan mengeluarkan suara raungan, dia
telah menghantam lebih hebat kepada Song Wan Kiauw.
Sesungguhnya Song Wan Kiauw sangat menguatirkan sekali keselamatan Jie Lian Cu,
sutenya, tetapi dia tidak bisa melepaskan diri dari serangan2 Cinal Sing,
sehingga dia harus menghadapinya sepenuh tenaga dan perhatiannya.
Cinal Sing kali ini seperti juga menyerangnya dengan kalap sedangkan Song Wan
Kiauw terus juga menghadapinya dengan tenang dan penuh perhitungan karena
menyadari bahwa lawannya benar2 memiliki kepandaian yang tinggi.
Diwaktu itu murid2 Bu Tong Pay yang lainnya, yang tengah kewalahan juga diserbu
oleh para tentara kerajaan,
yang jumlah nya sangat banyak, telah memberikan perlawanan yang gigih sekali, mereka juga
berusaha mempergunakan pedang mereka mengadakan perlawanan seperti mengadu jiwa,
biar bagaimana memang terlihat jelas, para tentara kerajaan yang menyaksikan Tek
Goan Taysu, pemimpin mereka telah terbinasa, jadi merosot
semangat bertempurnya. Tengah keadaan sangat kalut seperti itu, tiba2 diluar kuil ramai suara siulan
yang nyaring, disusul juga dengan beberapa sosok tubuh yang melompat masuk,
gerakan sosok tubuh itu sangat ringan sekali.
Song Wan Kiauw, Jie Lian Cu dan In Lie Heng menyaksikan kegesitan orang-orang
yang melompat masuk kedalam kuil, jadi mengeluh, karena mereka menduga tentunya
kawan2 Tek Goan Taysu yang memiliki kepandaian tinggi telah menerobos masuk,
dengan begitu bertambah lawan baru yang memiliki kepandaian tinggi.
Tetapi justeru beberapa sosok itu bukan menyerang murid2 Bu Tong Pay, mereka
telah bergerak lincah dan sebat sekali, menyerang para tentara kerajaan.
Terdengar suara jerit kematian yang tidak hentinya, karena beruntun telah rubuh
para tentara kerajaan yang telah tidak bernapas lagi.
Rupanya, orang2 yang baru muncul itu memang berdiri dipihak Bu Tong Pay,
Melihat itu, semangat Song Wan Kiauw dan yang lainnya jadi terbangun, Segera
juga mereka mengempos semangat dan menyerang lawan mereka lebih hebat.
"Song Susiok jangan kuatir, aku Bu Kie, datang untuk membasmi mereka..!" teriak
salah seorang diantara orang2
yang baru datang itu, yang bergerak lincah sekali, membunuh beberapa orang tentara kerajaan.
Ternyata orang tersebut memang tidak lain dari Thio Bu Kie, kauwcu dari
Bengkauw! Juga orang2 yang datang bersama Thio Bu Kie tidak lain dari tokoh Bengkauw yaitu
Hoan Yauw, Tio Beng, dan beberapa orang tokoh Bengkauw lainnya.
Mereka semuanya telah bergerak dengan lincah sekali, memberantas para tentara
kerajaan. Kepandaian mereka semuanya memang sangat tinggi dan sempurna, disamping sinkang
mereka telah mencapai puncak kesempurnaan, dimana mereka mudah saja merubuhkan
para tentara kerajaan yang memang tidak memiliki kepandaian berarti.
Dalam keadaan seperti itu, pasukan tentara kerajaan menjadi kucar kacir, karena
mereka memang telah menyaksikan juga betapa pemimpin mereka, Tek Goan Taysu
telah binasa. Dengan sendirinya, begitu beberapa
diantara mereka telah terbinasa lagi, puluhan orang sisanya segera memutar tubuh dan melarikan diri, dengan
menimbulkan suara pekik ketakutan.
Betapa gusarnya Cinal Sing, Dan dia berusaha untuk berseru dengan suara yang
nyaring: "Lawan terus !"
Tetapi para tentara kerajaan yang tengah ketakutan seperti itu mana mau mematuhi
perintahnya" Segera juga mereka telah melarikan diri dengan memencar kesegala
penjuru. Sedangkan Song Wan Kiauw yang girang bukan main mendengar yang datang adalah
Thio Bu Kie, terbangun semangatnya, dia telah menyerang Cinal Sing dengan hebat.
Sedangkan Cinal Sing yang perhatian tengah terpecah itu jadi tidak bisa
mengelakkan serangan Song Wan Kiauw yang menghantam pahanya.
Seketika tubuh Cinal Sing bergoyang2, hampir saja kuda2 kedua kakinya tergempur.
Namun dia masih dapat memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, sehingga dia tidak
sampai terhuyung. Dimana dia telah berusaha membalas menyerang juga kepada Song
Wan Kiauw. Tetapi semangat bertempur dari Cinal Sing menurun banyak sekali, sebab dia telah
menyaksikan Tek Goan Taysu terbinasa, juga kawan-kawan Tek Goan Taysu, seperti
Tam Tam Lu Ie dan yang lainnya, juga Sam Cie Tok San telah melarikan diri.
Dengan demikian, di kuil Bu Tong Pay itu hanya tinggal dia seorang diri.
Akhirnya karena yakin jika dia memberikan perlawanan terus, tentu dia tidak
mungkin bisa menghadapi lawannya yang berjumlah banyak dan semuanya tangguh-
tangguh itu. Cinal Sing menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melesat ke tengah udara. Tanpa
memperdulikan rasa malu lagi, dia bermaksud akan meninggalkan kuil Bu Tong Pay
tersebut. Song Wan Kiauw tidak bermaksud untuk menahan kepergian Cinal Sing, Dia telah
menghadapi Bu Kie dan mereka saling berpelukan sedangkan Jie Lian Cu dan In Lie
Heng kemudian berpelukan juga dengan Bu Kie. Mereka sangat terharu sekali.
"Sungguh tepat dan kebetulan sekali kedatanganmu, nak !" kata Song Wan Kiauw.
"Ya, kami memang bermaksud hendak menjenguk Tay suhu.. ! Akan tetapi dari
penduduk disekitar tempat ini justeru kami telah mendengar Tay suhu... Tay
suhu..." Bu Kie tidak bisa meneruskan perkataannya itu, karena air matanya telah menitik
turun, ketika dia menoleh kesampingnya, dia melihat peti mati.
"Apakah... apakah itu peti mati Tay suhu "!" tanya Bu Kie sambil menunjuk kepada
peti mati itu. Song Wan Kiauw mengangguk. Bu Kie menubruk peti mati itu, dia menangis
menggerung2 berduka sekali. Semua murid Bu Tong Pay jadi turut menangis, Jie
Lian Cu dan Song Wan Kiauw yang merupakan orang2 yang memiliki hati paling kuat
dibandingkan lima orang Bu Tong
Cit Hiap lainnya telah menangis juga, In Lie Heng sudah jangan dibilang.
Waktu Bu Kie menubruk peti mati itu dan menangis, dia menangis, malah kemudian
jatuh pingsan, sehingga Song Wan Kiauw sibuk sekali buat menyadarkannya.
Begitulah keadaan disekitar tempat tersebut jadi diliputi oleh kedukaan yang
luar biasa. Upacara penguburan jenasah Thio Sam Hong berlangsung lagi. Dan setelah selesai
murid-murid Bu Tong Pay segera membersihkan tempat itu.
Mereka telah membawa keluar mayat-mayat dari para tentara kerajaan, dan
menguburnya dilain sebuah lobang, sedangkan murid-murid Bu Tong Pay yang terluka
telah diohati oleh Kwang Tan.
Sebagai Tabib Dewa yang memiliki ilmu pengobatan yang liehay sekali, tentu saja
Kwang Tan tidak memperoleh kesulitan apapun juga, dimana dia telah berhasil
mengobati murid Bu Tong Pay yang dalam keadaan terluka parah dan mereka malah
telah diberikan obat untuk menambah semangat.
Sedangkan Suma Lin Liang telah menemani Bu Kie untuk bercakap2. Dimana mereka
juga menceritakan pengalaman masing2!
Suma Lin Liang menceritakan betapa beberapa waktu yang lalu justeru tentara
kerajaan, memimpin pasukan tentara kerajaan tersebut memang bermaksud hendak menghancurkan
Bu Tong Pay. Karena dari itu, biar bagaimana, Suma Lin Liang meminta kepada Bu Kie, untuk
mengerahkan seluruh sisa orang-orang Bengkauw untuk penggerakan lagi.
"Jika tidak, tentu Bu Tong Pay akan diganggu terusmenerus oleh orang-orang
kerajaan." Jika saja sisa dari orang orang Bengkauw kita dapat bersatu, tentu
kita bisa mengadakan perlawanan yang
berarti.!" Dengan bersemangat sekali Suma Lin Liang berkata seperti itu.
Sedangkan Bu Kie ketika mendengar perkataan Suma Lin Liang itu, jadi menghela
napas beberapa kali, wajahnya jadi murung sekali.
Bu Tong Pay terancam oleh pasukan dimana juga Tek Goan taysu yang
Dia telah berdiam diri beberapa saat, sampai akhirnya dia bilang: "jika urusan
ini menyangkut dengan pihak kerajaan, hal itu memang telah kami kira sebelumnya
dan memang Bu Tong Pay walaupun bagaimana harus menerima cobaan ini..... dan
juga Bengkauw sendiri tengah menerima cobaan, dimana Bengkauw dari persia telah
mengirim orang2nya!"
Mendengar keterangan dari Bu Kie seperti itu, Suma Lin Liang teringat akan
pengalamannya, beberapa waktu yang lalu bertemu dengan dua orang utusan dari
Persia, Bengkauw pusat disana, yang telah bertempur dengannya.
Segera juga Suma Lin Liang menceritakan pengalamannya itu. Bu Kie mengerutkan
sepasang alisnya, tampak wajahnya semakin muram dan berduka, Dan kemudian dia
bilang: "Hemmm, jika sampai Bengkauw pusat di Persia telah
menyiapkan orang2 pandainya buat memberantas kita inilah urusan yang tidak kecil, dan apa yang kudengar justeru mereka telah berserikat dengan Cu Goan Ciang,
inilah beratnya..!" Suma Lin Liang terpekur, sampai akhirnya dia bilang: "Justeru karena itu, jika
memang Thio Kauwcu ingin menghimpun kembali sisa orang2 Bengkauw serta para
orang gagah rimba persilatan kita pasti bisa memberikan perlawanan yang berarti!
Hemmm, dengan berserikatnya
orang2 Persia dengan kerajaan,
tentu akan menambah rumitnya urusan. Tentu Bengkauw Persia itu ingin berusaha
mempergunakan dan meminjam tangan Cu Goan Ciang menumpas Bengkauw Tionggoan."
Bu Kie mengangguk, katanya: "Ya, kenyataan yang ada memang demikian !"
Suma Lin Liang menoleh kepada Jie Lian Cu, kemudian katanya: "Jie Ciangbunjin,
jika memang kita berhimpun buat menghadapi pihak kerajaan, bukankah itu lebih
berani lagi, dari pada kita berdiam diri dan pihak kerajaan selalu bermaksud
menumpas Bu Tong Pay."
Jie Lian Cu merangkapkan kedua tangannya, dia bilang: "Untuk urusan seperti itu
aku yang rendah tidak berani mencampurinya, karena itu adalah urusan Thio
Kauwcu, terlebih lagi jika memang menyangkut dengan urusan Bengkauw..!"
Waktu berkata seperti itu tampak jelas sekali, bahwa Thio Bu Kie sendiri tengah
menghadapi kesulitan untuk mengambil suatu keputusan.
Tio Beng yang melihat sikap suaminya seperti itu telah ikut bicara: "Memang apa
yang dikatakan oleh Suma Hiante tidak salah karena memang kita harus menghimpun
kembali orang2 gagah, menggerakkan Bengkauw, kita tidak bisa selalu mundur dan
berdiam diri sebab jika kita membiarkan, maka Cu Goan Ciang akan bertindak lebih
jauh lagi, akhirnya tokh rakyat juga yang akan menjadi korban! Karena dari itu,
jika perlu, kita runtuhkan Cu Goan Ciang dari takhta kerajaan..."
Bu Kie menghela napas. "Tetapi
perlawanan jika kita mengadakan pada pihak kerajaan, perhimpunan dan sehingga terjadi
pertempuran dimana2 yang akan menjadi korban justeru rakyat juga..." kata Bu Kie
diucapkan dengan suara yang perlahan.
"Justeru karena itu, persoalannya, Dimana mengasingkan diri di Himalaya, dan
sama sekali tidak mengadakan apa2, kita seperti telah terkubur hidup2, sekarang saja tokh sama
Bengkauw telah hidup namun kenyataannya, memang Cu Goan Ciang masih hendak
menumpas orang-orang Bu Tong Pay, mungkin inilah kesempatan dia akan menumpas
pula perguruan lainnya...karena dari itu, perlu sekali kita mengadakan
perhimpunan pula, membangunkan pula Bengkauw dari tidur, kita menghadapi
Bengkauw Persia dan juga Cu Goan Ciang."
Waktu berkata begitu, Tio Beng bersemangat sekali, dia telah mengambil sikap
yang sangat gagah, matanya memancarkan sinar yang sangat tajam bukan main.
Bu Kie menghela napas, dia memang menyadari bahwa bicara masalah pemikiran Tio
Beng yang jauh lebih cerdik dari dia. Untuk mengurus persoalan yang rumit, Tio
Beng menang banyak dibandingkan dengan Bu Kie sendiri.
Maka karena sekarang Tio Beng dan juga yang lainnya telah menganjurkan agar Bu
Kie kembali menggerakkan Bengkauw untuk mengadakan perlawanan kepada tentara
kerajaan yang berada ditangan Cu Goan Ciang, dia memang telah lama
mempertimbangkan hal itu.
Juga sekarang ikut campurnya Bengkauw Persia, yang telah mengadakan kerja sama
dengan Cu Goan Ciang buat menumpas Bengkauw Tionggoan. Dengan demikian, berarti
Bu Kie tidak bisa berdiam diri berpeluk tangan saja.
Sekali saja dia salah perhitungan, dengan sikap mengalah menarik diri dari
keramaian dan mengajak sisa orang2 Bengkauw hidup menyepi dipuncak Himalaya,
tentu Cu Goan Ciang akan bertambah kuat dan bertindak sewenangwenang, sehingga korban
yang berjatuhan lebih banyak.
Tio Beng waktu itu dengan bersemangat telah bilang lagi. "Cu Goan Ciang kita


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dudukkan di singgasana, dan juga kita yang telah membantu perjuangannya,
sehingga dia berhasil menjadi Kaisar, sekarang karena dia telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyeleweng dari kepantasan, dimana setelah menjadi Kaisar dia berusaha
bertindak sewenang2, maka kita pula yang berhak untuk menjatuhkan dan
menurunkannya dari Singgasana.. Kita boleh saja kelak mencari penggantinya,
seorang Kaisar yang benar2 dapat diserahi pekerjaan besar
ini buat memimpin rakyat dengan seadil2nya, dengan demikian, tentu perbaikan dan kehidupan rakyat
baru akan terlihat, dimana semuanya dapat hidup makmur dan tenteram bahagia."
Bu Kie mendengarkan dengan seksama kata2 isterinya, namun setelah Tio Beng
selesai berbicara, sama sekali dia
tidak memberikan komentar, malah dia hanya menghela napas saja.
"Yang perlu kita lakukan adalah Bengkauw Persia, karena justeru Cu memfitnah
pihak kita Bengkauw cabang Tionggoan, kita harus membersihkan nama baik Bengkauw
!" kata Bu Kie akhirnya. Tio Beng tersenyum. "Bu Kie Koko... jika memang engkau tidak menghadapi terlebih dulu Cu Goan Ciang,
bagaimana mungkin engkau bisa membersihkan nama baik telah bergerak menghimpun
membuktikan bahwa Cu Goan Ciang merupakan sumber dari kekacauan dan keretakan
pada Bengkauw pusat dengan Bengkauw cabang Tionggoan, diwaktu itu bisa
diselesaikan dengan sebaik baiknya !"
"Ya !" Jie Lian Cu ikut bicara "Anak Kie, jika memang engkau mau menghimpun pula
kekuatan Bengkauw, takkan berarti engkau akan membuka jalan berdarah, akan
tetapi demi keadilan merata dan juga demi perikemanusian,
memberantas Kaisar yang lalim."
menghadapi orang2 Goan Ciang telah Bengkauw" Jika engkau kekuatan pula, dan Bu Kie mengangguk ia sangat menghormati
para paman gurunya. Karena dari itu, mendengar Jie Lian Cu berkata seperti itu,
ia menyetujui sebagian dari gagasan paman gurunya. Terlebih lagi setelah Song
Wan Kiauw dan In Lie Heng memberikan dorongan pula.
"Baiklah !" kata Bu Kie akhirnya. "Untuk sementara ini biarlah kedudukan Kauwcu
tetap ditangan Hoan Yauw Locianpwe! Tetapi kelak jika memang perhimpunan itu
terselenggarakan, barulah aku akan memimpinnya !"
Hoan Yauw mendengar perkataan Bu Kie seperti itu, girang bukan main karena Bu
Kie bermaksud menghimpun kekuatan Bengkauw pula. Segera dia datang kehadapan Bu
Kie, berdiri dengan sikap menghormat dan sepasang tangan dirangkapkan.
"Hoan Yauw justeru membutuhkan sekali nasehat Kauwcu ! Karena memang Hoan Yauw
tidak memiliki kemampuan memimpin Beng-kauw, membuat sementara ini Bengkauw harus menelan
penghinaan yang demikian pahit. Harap Kauwcu mau bersedia menerima kembali
jabatan Kauwcu, untuk memimpin kami !" Lalu Hoan Yauw memberi hormat dengan
menjura sebanyak tiga kali.
Semula Bu Kie masih ragu2. Namun dia tidak menghindar dari penghormatan Hoan
Yauw, dia menerima penghormatan tersebut sambil menganggukan kepalanya
"Baiklah !" katanya kemudian.
Bukan main girangnya Hoan Yauw, suatu kegembiraan yang meluap2. Dia sampai
berseru. "Hidup Thio Bu Kie Kauwcu, agar selaksa usianya !"
Diapun telah menjauhkan dirinya berlutut di hadapan Bu Kie sambil mengangkat
kedua tangannya tinggi2. Begitu juga anggota Bengkauw lainnya telah berseru sama dengan yang diserukan
Hoan Yauw, kemudian mereka berlutut memberi hormat kepada Bu Kie, sedangkan Jie
Lian Cu, In Lie Heng maupun Song Wan Kiauw telah memberi ucapan selamat dengan
haru dan gembira. "Dengan ini Siauwte Thio Bu Kie mengharapkan sekali petunjuk dari sahabat kawan-
kawan, juga para paman dan Susiok ! Tentu akan banyak sekali kesulitan yang kita
hadapi kelak dan agar kalian bersedia memberikan tuntunan dan petunjuk
kepadaku." Waktu berucap seperti itu, sikap Bu Kie sangat gagah, karena ia memang telah
bertekad hendak kembali Bengkauw, menggunakan kekuatan untuk digerakkan
menghadapi Cu Goan Ciang. memimpin Bengkauw
Seperti diketahui bahwa Bu Kie memang telah menyerahkan kedudukan Kauwcu kepada
Hoan Yauw, karena memang ia bermaksud mengundurkan diri.
Semua itu disebabkan kekecewaan yang meliputi hatinya ketika memperoleh
kenyataan Cu Goan Ciang menghianatinya, sehingga Bu Kie sama sekali tidak mau
mencampuri lagi urusan negeri.
Tetapi tidak bisa dipungkirinya, kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa
Bengkauw mengalami banyak kemunduran, sampai akhirnya hanya dibubarkan menjadi
buruan dari Cu Goan Ciang, dan akhirnya hanya bersisa tidak seberapa, dimana Cu
Goan Ciang tetap memojokkan mereka.
Kini, setelah mempertimbangkannya masak-masak, ia memutuskan untuk kembali
Bengkauw, guna melawan dan Ciang.
menghimpun kekuatan menggempur Cu Goan
Tentu saja keputusan yang diambil Bu Kie menggembirakan semua orang, Kwang Tan
dan Suma Lin Liang saling berpelukan mereka yakin, dengan diambil alih kembali
kedudukan Kauwcu oleh Bu Kie, niscaya Bengkauw akan
kalangan rimba berhasil menancapkan nama pula di
persilatan, di kalangan rakyat maupun dimata Cu Goan Ciang, Keangkeran Bengkauw
akan dapat ditegakkan kembali.
Bu Kie yang mengetahui bahwa Kwang Tan seorang yang pandai sekali ilmu
pengobatannya, saat itu juga mengumumkan bahwa ia mengangkat Kwang Tan sebagai
Tabib Bengkauw yang resmi, satu2nya tabib yang bekerja untuk mengobati semua
anggota Bengkauw yang terluka atau sakit. Dengan demikian Kwang Tan pasti akan
sibuk sekali. "Kita jangan melihat usianya yang masih begitu muda, namun kita harus menerima
kenyataan bahwa Kwang Tan seorang yang benar2 pandai ilmu pengobatan. Dengan
demikian jelas ia akan dapat membantu
Bengkauw !" Kata Bu Kie setelah
pengangkatan Kwang Tan sebagai Tabib
banyak sekali meresmikan tunggal dari Bengkauw.
Semua orang yang berkumpul didalam kuil Bu Tong Pay bersorak gembira, mereka
juga beruntun telah mengucapkan selamat kepada Kwang Tan.
Semula Kwang Tan hendak menolak kedudukannya sebagai Tabib Bengkauw, namun ia
yakin, bukan kemuliaan yang dikehendakinya.
Tetapi justeru Tugas mulia yang harus dipikulnya. Karena dari itu, demi kemajuan
dan keangkeran Bengkauw, iapun menerima kedudukan itu.
Begitulah, Bu Kie dengan sigap dan dengan penuh semangat telah memimpin
perundingan-perundingan yang pertama, upacara penguburan dari jenasah Thio Sam
Hong memang telah selesai, dan Bu Kie pun menegaskan, bahwa mereka harus
mengingatnya baik2 kebangkitan Bengkauw kali ini adalah demi memberi muka terang
kepada Thio Sam Hong guru besar Bu Tong Pay, yang dalam keadaan telah rebah dan berpulang
kealam tenang tenteram, masih diganggu oleh Cu Goan Ciang.
"Karenanya, ia bermaksud untuk menggerakkan dan menghimpun Bengkauw, guna
mengadakan suatu pendobrakan juga meruntuhkan Cu Goan Ciang.
Jie Lian Cu dan tokoh2 dari Bu Tong Pay semuanya menyatakan kegembiraan mereka.
Bahkan Bu Tong Pay telah bersumpah akan selalu berdiri dibelakang Bengkauw,
karena mereka menyadarinya bahwa Bengkauw justeru
membela kepentingan mereka.
Song Wan Kiauw pun telah berkata bahwa ia seharusnya masih beberapa tahun harus
menjalankan hukuman duduk menghadapi dinding yang dijatuhkan gurunya.
Namun kini, ia ingin mempergunakan waktu-waktunya buat membantu Bengkauw dulu,
menghimpun kekuatan pula buat Bengkauw. Nanti setelah keadaan sudah tenang
kembali, barulah ia akan menjalankan dan menyelesaikan sisa hukumannya itu.
Ia pun bersumpah, akan menambahkan hukumannya itu lima tahun, sebagai penebus
dosa dan kesalahannya telah berani melanggar perintah gurunya, agar sebelum dua
puluh tahun, ia tidak boleh meninggalkan kamar itu.
Demikianlah, Bu Kie telah memimpin perundingan itu dan mereka telah mengatur
segalanya dengan cermat sekali,
Bu Kie dengan dibantu Tio Beng telah memutuskan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keputusannya yang pertama sejak ia menerima kembali kedudukan sebagai Kauwcu,
siapa-siapa yang harus pergi keempat penjuru daratan Tionggoan, sebagai
penghubung kepada para Hohan dan para orang2 gagah pencinta negeri.
Hoan Yauw dan jago-jago lain telah menerima tugas untuk menghubungi tokoh2 dari
orang2 gagah itu, untuk diajak berhimpun dengan Bengkauw.
Sebagai tabib Bengkauw yang resmi, Kwang Tan selalu mendampingi Kauwcu ini.
Sedangkan Suma Lin Liang menerima perintah pergi ke Selatan, buat menghimpun
para orang gagah disana. Setelah selesai mengatur segalanya, Bu Kie juga menetapkan, bahwa markas
sementara Bengkauw berpusat pada gunung Bu Tong San ini dimana kuil Bu Tong Pay
dipergunakan sebagai markas resmi Bengkauw.
Bagian dari ruangan kuil yang terbakar telah diperbaiki dan juga kuil itu siang
dan malam dijaga ketat sekali. Semua murid Bu Tong Pay dikerahkan untuk
mengadakan penjagaan itu.
Karena memang Bu Kie selalu bertindak dengan bijaksana, ia dapat mengatur
segalanya dengan baik, dan semua orang2 Bengkauw maupun Bu Tong Pay dapat
bekerja dengan gembira, dengan tugas masing2.
Tio Beng tidak kurang sibuknya. Jika memang Bu Kie tengah digeluti oleh
kesibukan maka ia yang turun tangan,
untuk bantu menyelesaikan soal yang pelik. Tio Beng sangat cerdas sekali, dia
bisa mengambil keputusan yang sangat baik dan bijaksana.
Begitu juga Tio Beng disamping membantu suaminya, dia telah memimpin sendiri
orang2 yang bekerja didapur, untuk mempersiapkan makanan.
Kepada seorang anggota Bengkauw yang berusia masih muda, yaitu Bun Cie Lin,
telah diperintahkan agar dia kembali ke Himalaya, untuk memanggil semua sisa
anggota Bengkauw yang berkumpul disana untuk datang ke Bu Tong San, berkumpul
dengan mereka. Semuanya dilakukan dengan lancar Bu Kie juga telah perintahkan semua orang2 Bu
Tong Pay agar mereka melakukan penjagaan dengan ketat. sebab Bu Kie memiliki
perkiraan bahwa Cu Goan Ciang pasti akan mengirim pasukannya secara besar-
besaran, kematian Tek Goan Taysu tentu akan membuat Kaisar itu gusar dan
mengerahkan para pahlawan istananya yang umumnya memiliki kepandaian tinggi.
Begitulah, semuanya telah diatur oleh Bu Kie dengan sebaik-baiknya. Dan kini
tempat yang strategis digunung Bu Tong San ditempatkan penjaga2 untuk sewaktu2
menghadapi serangan dari pasukan tentara kerajaan.
Walaupun memang tetap Jie lian Cu yang berkuasa penuh di kuil Bu Tong Pay
sebagai ciangbunjin yang dihormati oleh seluruh murid Bu Tong Pay. namun untuk
sementara Bu Kie pula yang mengatur segalanya dan semua
murid Bu Tong Pay, termasuk Jie Lian Cu, telah bersumpah akan patuh pada setiap perintah Bu Kie
demi untuk kepentingan perjuangan mereka. Song Wan Kiauw, murid tertua dari Thio
Sam Hong pun telah bersumpah akan mematuhi seluruh perintah Bu Kie. Demikian
pula yang lainnya. Untuk sementara waktu Bu Kie telah menjalankan kekuasaan penuh sebagai Kauwcu
Beng kauw. Dia begitu sigap mengatur segalanya, dan Bu Tong San dipinjam oleh
Bengkauw sebagai markas sementara. Hal itu tidak
membawa rasa keberatan dihati Jie Lian Cu atau murid2 Bu Tong Pay lainnya.
Hari demi hari telah lewat dengan cepat. Sebentar saja telah berlalu dua bulan,
Dan Beng kauw yang semula telah terpendam, tidak pernah melakukan gerakan,
justeru sekarang telah bangkit kembali.
Para tokoh rimba persilatan yang dihubungi telah berdatangan berkumpul di Bu
Tong San, Dalam waktu yang singkat, selama dua bulan itu, Bengkauw telah
memiliki jumlah kekuatan hampir tiga ribu orang.
Malah yang agak luar biasa, mereka umumnya merupakan tokoh-tokoh rimba
persilatan yang memiliki ilmu silat tinggi, bukan orang sembarangan. Mereka
bertekad hendak mengadakan perlawanan kepada Cu Goan Ciang.
Memang telah cukup lama mereka mendendam rasa penasaran dihati masing2 melihat
Cu Goan Ciang berhasil naik takhta, namun menjalankan pemerintahan dengan keras
bahkan telah mendesak Bengkauw sedemikian rupa.
Akan tetapi, tanpa dihimpun dan tanpa ada yang memimpin mereka, jelas mereka
tidak berdaya, Kekuatan yang terpencar2 tidak akan membawa manfaat apa2, mereka
tidak bisa melakukan suatu apapun juga, sekarang justeru Bu Kie telah menghimpun
mereka lagi, telah menghimpun kekuatan dikalangan Beng-kauw, bahkan juga
anggota Bengkauw yang dulu telah terpencar2, kini dikumpulkan kembali, menghadapi Cu Goan Ciang, maka
Bengkauw bagaikan telah bangun dari tidurnya, telah bangkit dari terlenanya.
Dan juga, memang terlihat jelas sekali semangat berjuang dari orang2 Bengkauw
tersebut, yang bertekad untuk berjuang guna meruntuhkan Cu Goan Ciang.
dibubarkan dan untuk berjuang Selama dua bulan itu tidak ada peristiwa yang terlalu luar biasa,
dan juga pihak Cu Goan Ciang tidak mengirimkan pasukannya mengadakan penyerbuan
ke Bu Tong San. Dan hal ini cukup mengherankan Bu Kie dan yang lainnya, Tio Beng
menduga mungkin Cu Goan Ciang tengah mempersiapkan sesuatu yang jauh lebih hebat
dibandingkan dengan penyerbuan dan pengerahan pasukan tentaranya.
Thio Bu Kiepun tetap memerintahkan orang2 Bengkauw, disamping berusaha memupuk
kekuatan dan mencari kontak dengan seluruh orang gagah yang mencintai negeri, mereka tetap
berwaspada untuk sewaktu2 menghadapi serangan dari Cu Goan Ciang.
-ooooo)0dw0(ooooo CU GOAN-CIANG memukul meja dihadapannya keras sekali, mukanya merah padam karena
murka. Geram sekali Kaisar ini, dan ia tengah memandang tajam kepada Bauw Sim
Kak yang berlutut dengan tubuh gemetar dihadapan meja.
"Hemm, manusia2 tidak punya guna!" kata Cu Goan Ciang dengan suara masih
mengandung kegeraman, suaranya meninggi mengandung kemarahan.
"Apa gunanya kalian di perlengkapi dengan pasukan yang cukup besar namun
kenyataannya kalian dibuat tidak berdaya seperti itu."
Bauw Sim Kak yang masih berlutut dengan tubuh gemetar ketakutan dan tidak berani
mengangkat kepalanya, telah menyahuti:
"Ampunilah hamba Hongsiang sesungguhnya, memang hamba telah berusaha untuk
memimpin sebaiknya, namun kekuatan kita dibandingkan dengan mereka, biarpun jauh
lebih besar, tokh mereka itu terdiri orang2 rimba persilatan yang memiliki ilmu
silat tinggi..." Karenanya pasukan yang dipimpin hamba telah dibuat kucar-kucir, korban yang
berjatuhan cukup banyak."
Cu Goan Ciang geram sekali. Memang tadi Bauw Sim Kek telah perintah
melaporkan bahwa ia telah
junjungannya ini, karena gagal memenuhi pasukan yang dipimpinnya telah dibikin
kucar-kacir oleh puluhan orang gagah yang tengah melakukan perjalanan ke Bu Tong
San. Cu Goan Ciang sendiri telah menerima laporan, bahwa Bu Kie tengah bergerak
kembali menghimpun kekuatan Bengkauw, dengan bermarkas sementara pula dikuil Bu
Tong Pay digunung Bu Tong San.
Telah dua bulan lebih Cu Goan Ciang merundingkan hal itu beberapa orang
penasehat dan Kunsunya, Diapun telah menetapkan bahwa setiap kota harus
ditempatkan orang2 yang dapat dipercaya, untuk mengamati orang2 gagah didaerah
tersebut. Dengan begitu, jika terbukti orang gagah dikota itu mengadakan kontak dengan
orang2 Bengkauw, maka orang gagah tersebut harus dibinasakan.
Juga para orang2 gagah yang melakukan perjalanan ke Bu Tong San, walaupun apa
saja alasan mereka, harus dicap sebagai musuh kerajaan, ditangkap atau
dibinasakan ditempat itu juga.
Perintah yang tegas dikeluarkan oleh Cu Goan Ciang guna membendung pergolakan
yang mungkin saja meledak di berbagai tempat.
Cu Goan Ciang sendiri menyadari betapa besarnya pengaruh Bengkauw, dan juga,
banyak orang2 gagah yang bersedia berkorban berjuang untuk Bengkauw.
Dalam waktu yang sangat bersamaan, Cu Goan Ciangpun telah mengeluarkan firman,
menyatakan bahwa Bengkauw merupakan agama tersesat, yang harus dimusnahkan.
Siapa saja, jika diketahui sebagai anggota Bengkauw, harus ditangkap dan diburu.
Dengan mengeluarkan pengumuman dan firman seperti itu, Cu Goan Ciang bermaksud
agar rakyat tidak berani memasuki Bengkauw dan memusuhinya.
Namun justeru apa yang telah dikeluarkan oleh Cu Goan Ciang dalam bentuk
keputusan-keputusan seperti itu, malah membuat rakyat merasa tidak puas. Rakyat
semua mengetahui bahwa Cu

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Goan Ciang sebenarnya adalah orang yang berasal dari Bengkauw, yang berhasil
karena dukungan Bengkauw. Cu Goan Ciang bisa naik takhta karena dukungan
Bengkauw, Dan sekarang, disaat dia telah naik tahta,
justeru dia memusuhi Bengkauw dan memburu anggota2 Bengkauw, yang dengan kejam
dijatuhi hukuman mati. Dengan adanya perasaan tidak senang dihati rakyat, maka kekalutan banyak sekali
timbul di mana2, banyak orang yang berduyun-duyun pergi ke Bu Tong San, untuk
bergabung dengan Bengkauw.
Malah di beberapa propinsi, telah timbul perhimpunan orang gagah, yang bersatu
untuk mengadakan pemberontakan. Namun mereka selalu dapat ditindas oleh pasukan
Cu Goan Ciang yang berkekuatan sangat besar.
Dan orang2 yang telah dibikin kucar-kacir itu harus melarikan diri ke Bu Tong
San guna menggabungkan diri dengan Bengkauw.
Dalam waktu yang singkat, anggota Beng kauw telah kian bertambah jumlahnya pesat
sekali. Bu Kie pun melihat, perhimpunan yang diadakannya merupakan
perhimpunan dari orang-orang gagah. Malah Bu Kie mengaturnya menurut peraturan
sebuah perkumpulan yang menyerupai juga peraturan2 dalam sebuah kerajaan kecil,
dimana diperlengkapi dengan pembantu nya yang harus menangani berbagai masalah
dan dibidang masing-masing.
Cu Goan Ciang yang mengetahui akan kemajuan Bengkauw yang begitu pesat telah
membuatnya berkuatir juga, ia mengetahui siapa adanya Bu Kie, dan kini ia telah
menghimpun para orang gagah, Dengan demikian tentu ancaman buat takhta
kerajaannya tidak kecil. Dan itu pula yang menjadi pangkal sebab Cu Goan Ciang telah perintahkan para
pahlawannya, untuk pergi berusaha menggempur dan mengganggu serta mengacaukan
perhimpunan para orang gagah di Bu Tong San.
Cu Goan Ciang telah mengirimkan ratusan orang pahlawannya, yang menyamar harus
menyelusup kedalam Bu Tong San, dimana mereka pura2 sebagai para orang gagah
pembela negara, untuk bergabung dengan Bengkauw.
Hanya saja yang disesalkan oleh Cu Goan Ciang, Bu Kie dengan didampingi Tio Beng
sangat teliti sekali. Pos-pos yang terpenting Bengkauw telah ditangani oleh
orang-orang yang benar2 dipercaya, umumnya murid2 Bu Tong Pay dan bekas anggota
Bengkauw yang pernah dibubarkan dimasa lalu.
Juga peraturan didalam Bengkauw sangat keras dengan disiplin yang tidak ada
tawar menawar. Dengan begitu sulit gerakan
tentang buat para pahlawan Kaisar mengadakan mengacaukan orang2 Bengkauw
tersebut. Bu Kie sendiri bukannya tidak berpikir kemungkinan menyusupnya kedalam tubuh
Bengkauw orang nya Cu Goan Ciang dan hal itu telah diperhitungkannya masak2. Dan
semuanya memang dapat diatasinya dengan se baik2nya, dimana ia telah perintahkan
dan memberikan tugas kepada Song Wan Kiauw, Jie Lian Cu, In Lie Heng dan Hoan
Yauw, untuk menyeleksi dan
menyaring orang2 yang datang ke Bu Tong San bermaksud menggabungkan diri pada
Bengkauw. Sebagai orang2 yang telah memiliki kepandaian yang tinggi tentu saja Song Wan
Kiauw dan yang lainnya bisa melihat dan mengetahui nya bahwa seseorang memiliki
kepandaian yang biasa saja atau memang memiliki kepandaian yang tinggi. Jika seseorang berpura-pura
tidak memiliki kepandaian padahal orang itu memang me miliki ilmu silat yang
tinggi, mereka segera bisa mengetahui, pasti orang itu memiliki
maksud tidak baik dan hanya menyelusup kedalam Bengkauw.
Besar dugaan orang itu adalah orang2nya Cu Goan Ciang. walaupun orang itu
diterima masuk kedalam Bengkauw, namun orang itu setiap saat diperhatikan oleh
beberapa orang Bengkauw, yang khusus membuntuti dan mengikuti gerak-gerik orang
tersebut. Jika terbukti orang itu ingin menimbulkan pengacauan dan juga menghasut orang2
Bengkauw, maka orang itu akan ditindak.
Kekuatan dari penghimpunan orang2 Beng kauw ternyata seperti juga datangnya
gelombang laut yang semakin lama semakin besar, gunung Bu Tong San yang begitu
luas, ternyata tidak anggota Bengkauw, karena dapat menampung seluruh jumlah
mereka yang telah meliputi puluhan ribu orang, dan karenanya, sebagian dari mereka menetap dikaki
gunung. Setelah lewat lagi dua bulan, Bu Kie yakin telah tiba waktunya mengadakan
gerakan maju untuk merebut beberapa kota terdekat dengan gunung Bu Tong San,
yaitu Shia-king kwan, Ciu-yao, Cin-kang dan Ciu-ling.
Keempat kota tersebut memang merupakan kota2 yang tidak terlalu besar, namun
dapat dipergunakan sebagai tempat dipusatkannya basis kekuatan Bengkauw.
Karenanya Bu Kie telah menggerakkan anggota Bengkauw, untuk merebut satu persatu
kota itu. Kota pertama yang ingin direbut Bu Kie yaitu Shia-kingkwan, merupakan kota yang
terjaga kuat sekali oleh pasukan tentara kerajaan.
Cu Goan Ciang memang telah dapat menduga, pasti, jika Bengkauw bergerak,
pertama-tama yang dilakukannya adalah merebut kota-kota itu, karenanya, telah
ditempatkan pasukan tentara kerajaan dalam jumlah yang besar, pertempuran yang
berkobar dalam waktu yang singkat telah dapat diakhiri dengan berhasilnya
Bengkauw merebut kota tersebut.
Hal ini disebabkan justeru "pasukan" yang dikerahkan Bu Kie merupakan orang-
orang rimba persilatan yang memiliki ilmu silat tinggi.
Boleh saja pasukan tentara kerajaan itu mengerti taktik peperangan namun justeru
dalam pertempuran terbuka dengan sangat mudah sekali mereka dibuat kucar-kacir.
Bauw Sim Kak yang ikut memimpin pasukan yang menjaga bagian sebelah kanan dari
kota itu, telah terluka dan pasukannya kucar-kacir itulah sebabnya Bauw Sim Kak
cepat2 kembali keistana Kaisar, untuk melaporkan apa yang terjadi, membuat
Kaisar Cu Goan Ciang geram sekali.
Bauw Sim Kak ketakutan bukan main, ia kuatir jika Kaisar ini kalap, tentu ia
akan dijatuhi hukuman yang berat atau hukuman berulang kali Kaisarnya.
Juga ia telah bersumpah dan berjanji akan mengerahkan seluruh anak buahnya.
berjuang sampai mati demi membela kerajaan.
Berangsur2 muka Kaisar Cu Goan Ciang pulih sebagaimana biasa, lebih sabar. ia
seorang yang cerdik, karena jika bukan seorang yang cerdik, tentu dia tidak
dapat menghadapi Bu Kie, dengan akal liciknya ia telah membuat Bu Kie beberapa
waktu yang lalu menjadi tawar hatinya karena menduga kawan2 dekatnya berkhianat.
Sekarang iapun telah berpikir. Tidak bisa mempergunakan tangan besi pada Bauw
Sim Kak. Benar Bauw Sim Kak seorang rimba persilatan yang kepandaiannya tidak
lebih tinggi dari Tek Goan Taysu, cuma saja, ia memiliki pengaruh yang sangat
luas didalam rimba persilatan dengan perkumpulannya yang sangat besar dan
beranggota sangat banyak itu.
Dengan demikian, hukuman mati atau jika saja Bauw Sim Kak dijatuhi hukuman berat lainnya, jelas akan memancing
perasaan tidak senang dari kawannya ataupun anak buahnya, bisa menimbulkan
perasaan kurang gembira dihati para pahlawan istana juga, yang mungkin mereka
mati, itulah sebabnya ia telah memohon untuk memperoleh pengampunan dari akan
berpikir tentu kelak dikemudian hari menerima nasib seperti Bauw Sim Kak.
"Baiklah!" kata Cu Goan Ciang kemudian, "Tim memang mengharapkan sekali
kesediaan Keng, untuk mengerahkan seluruh anak buah Keng, jika memang
berhasil meruntuhkan Bengkauw, tentu saja Keng (kau) merupakan satu2nya orang
yang pertama kali menerima penghargaan dan pangkat dari Tim !"
Mendengar perkataan Kaisar seperti itu, bukan main terbuka hati Bauw Sim Kak,
dengan tetap berlutut, tapi dengan suara yang bersemangat dia berjanji:
"Hamba akan berjuang sampai titik darah terakhir, dan seluruh anak buah hamba
juga akan berbuat hal yang sama, akan mempertaruhkan jiwa untuk berdiri setia di
belakang Hongsiang."
"Bagus !" kata Cu Goan Ciang sambil mengangguk2kan kepalanya, "Dan Tim harap
Keng dapat memimpin orang2 Keng, guna membangun jasa yang lebih baik lagi....
.Kemenangan Keng selama ini bukan tidak membawa arti buat kerajaan, justeru Tim
telah melihat bahwa Keng memang berjuang dengan segenap kemampuan Keng, dan Tim
sangat menghargai. Terlebih lagi jika memang Keng kelak telah berhasil untuk memupuk jasa, tentu
Tim akan memberikan dan menganugerahi pangkat yang sesuai dengan jasa yang telah
dibikin oleh Keng." "Terima kasih Hongsiang... terima kasih..." kata Bauw Sim Kak sambil berulang
kali mengangguk2kan kepalanya, sampai kening nya menghantam lantai.
Cu Goan Ciang mengibaskan lengan bajunya, ia perintahkan Bauw Sim Kak berlalu.
Setelah Bauw Sim Kak pergi, Cu Goan Ciang duduk termenung ditempatnya, ia tengah
memikir, dengan cara bagaimana dapat meruntuhkan Bengkauw sampai keakarakarnya.
Kedudukan Cu Goan Ciang sekarang ini memang telah kuat, ia telah menghimpun
kekuatan diseluruh daratan Tionggoan. Disetiap propinsi telah ditempatkan
orang2 kepercayaannya, setiap kotapun telah ditempat orang2nya yang bisa
diandalkan. Namun, jika memang Beng-kauw bergerak dari "jantung" daratan Tionggoan, biarpun
seluruh orang-orangnya dikerahkan, bahaya itu tetap tidak bisa dilenyapkan,
karena akhirnya justeru orang2 Bengkauw itu akan menggempur
kota raja, inilah yang tidak diinginkan oleh Cu Goan Ciang.
Ia memang mengetahui sebaik-baiknya sampai dimana kemampuan Bu Kie dalam
memimpin Bengkauw, dan juga berapa jauh kecerdikan yang dimiliki Tio Beng,
sedangkan yang tidak Cu Goan Ciang sendiri memiliki kecerdikan berada disebelah bawah Tio Beng.
Hanya yang membuat Cu Goan Ciang menyesali peristiwa yang telah terjadi dulu,
dimana Tek Goan Taysu telah meminta kepadanya buat menghancurkan Bu Tong Pay.
Waktu itu jika ia menolak permohonan Tek Goan Taysu dan tetap tidak memusuhi Bu
Tong Pay niscaya Bu Kie tetap tidak bergerak, tidak akan menghimpun kekuatan, ia
seperti macan tidur. Dan justeru penyerbuan yang dilakukan oleh Tek Goan Taysu, walaupun penyerbuan
hanya memiliki kekuatan yang tidak terlalu besar, dalam rangka memusnahkan dan
menghancurkan Bu Tong Pay, tetapi telah memancing kemarahan Bu Kie dan para
orang2 gagah lainnya. Bagaimanapun juga Bu Kie sekarang seperti macan yang telah terbangun dari
tidurnya dan siap menerkam, merupakan suatu yang dapat membahayakan dan
mengancam takhta kerajaan.
Sejenak Cu Goan Ciang termenung seperti itu, tampak melangkah masuk seorang
gadis berusia antara lima belas atau enam belas tahun, wajahnya sangat manis, ia
berpakaian sangat mewah sekali, dengan berbagai perhiasan.
Dan juga diwaktu itu, langkah kakinya ringan sekali, tampak senyum yang mekar di
bibirnya yang memerah sangat sehat. Matanya hitam jeli sekali bersinar terang,
dengan pipinya yang memerah segar.
Cu Goan Ciang menoleh ketika mendengar suara langkah kaki tersebut,
wajahnya yang muram seketika berobah menjadi terang ia berkata dengan suara yang
sabar dan lembut: "Tiat-jie, kau?"
Gadis itu telah menghampiri dan membungkuk memberi hormat.
"Thia, sesungguhnya hati Tiat-jie belakangan ini kurang gembira...!" kata gadis
itu. Gu Goan Ciang memperlihatkan sikap terheran-heran. Gadis itu menggeleng, ia
menunduk, kemudian katanya dengan suara yang ragu-ragu:
"Tiat-jie melihat belakangan ini Thia-thia sering bermuram durja, seperti juga
tengah menghadapi sesuatu yang berat dan memusingkan kepala, Kepada para paman
menteri Tiat-jie telah menanyakan, sesungguhnya apa yang terjadi, sehingga Thia-
thia (ayah) selalu bermuram seperti itu. mereka tidak mau mengatakan hanya
tertawa saja. sungguh Thia, hal itu membuat Tiat-jie jadi tidak gembira....!"
Setelah berkata begitu, gadis tersebut, telah mengangkat kepalanya memandang
Kaisar Cu Goan Ciang. Tiat-jie atau nama lengkapnya Cu Ho Tiat adalah puteri tunggal Cu Goan Ciang
dari empat orang bersaudara, Tiga orang saudaranya semua laki2 dan ia merupakan
anak keempat, jadi puteri bungsu dari Kaisar Cu Goan Ciang.
Ho Tiat seorang yang periang dan selalu bergembira, sangat dimanjakan oleh
ayahnya, Setiap keinginannya selalu dituruti, jika berhadapan dengan puteri
bungsunya ini, Cu Goan Ciang tidak pernah memperlihatkan sikap murung atau muram.
Sama sekali ia tidak memperlihatkan sikap tengah pusing ataupun tengah
menghadapi sesuatu yang memberatkan hati maupun pikirannya. Kepada puteri
tunggalnya ini ia mencurahkan seluruh kasih sayang seorang bapak.
Cu Goan Ciang tertawa bergelak2 mendengar perkataan puterinya seperti itu, ia
berdiri dari duduknya, dan menghampiri puterinya, dirangkulnya dengan penuh
kasih sayang seorang ayah, sambil tersenyum katanya:
"Tiat-jie, seorang Kaisar memang memiliki banyak persoalan, yang harus
dibereskan karena itu sudah kewajibannya untuk memimpin rakyatnya. Thia-thia
bermaksud untuk memberikan kemakmuran kepada seluruh
lapisan rakyat, kesejahteraan yang merata, itulah cita2 ayah dan juga Thia-thia
ingin menjadi seorang Kaisar yang baik, yang kelak jika telah wafat akan
dikenang oleh rakyat Thia.
Engkau masih terlalu kecil Tiat-jie, dan kau jangan mencampuri urusan negara,
Kau telah cukup senang dan bahagia, melewati hari2mu penuh kegembiraan,
bukan "!" Ho Tiat menggelengkan kepalanya beberapa kali, dengan sikap manja dan mata
terbuka lebar ia berkata, "Tidak Thia, Tiat-jie tidak kecil lagi... Tiat-jie
telah dewasa tidak dapat Thia mengatakan bahwa Tiat-ji masih kecil! Jika ada
sesuatu yang menyusahkan hati ayah, katakanlah kepada Tiat jie siapa tahu Tiat-
jie dapat membantu Thia dengan pikiran !"
Cu Goan Ciang tertawa, ia merasa lucu dan agak terharu mendengar perkataan
puterinya seperti itu. "Tiat-jie anakku, kau sangat baik sekali memperhatikan
ayah !" Dan ia mengelus-elus rambut puterinya dengan
penuh kasih sayang. "Urusan kerajaan memang sudah menjadi kewajiban Thia untuk
mengurusnya, dan semua ini juga untuk kebahagianmu!
Jika kelak engkau bisa memperoleh seorang suami yang dapat memanjakan dan
mencintaimu, Thia sudah bahagia! Kau seorang anak yang cantik, puteri Kaisar,
karenanya kedudukan dirimu dalam dunia ini merupakan martabat yang tinggi
sekali. Sekarang engkau harus baik-baik mendampingi ibumu, bergembiralah setiap
hari. Jika melihat kalian bergembira, Thia sudah terhibur dan gembira, perasaan lelah
sepanjang hari mengurusi urusan kerajaan jadi lenyap ! Kau mengerti, anakku yang
manis "!" Ho Tiat tersenyum sambil mengangguk.
"Tetapi Thia harus berjanji, jika ada sesuatu yang menyusahkan hati Thia maka
Thia-thia harus memberitahukan kepada Tiat-jie !" katanya.
Cu Goan Ciang mengangguk sambil senyum.
"Ya, ya, anak manis ! Thia tentu akan memberitahukan kepadamu jika saja Thia
tengah dalam kesulitan !" kita Cu Goan Ciang kemudian, Kemudian Cu Goan Ciang
seperti teringat sesuatu, tanyanya: "Oya, bagaimana dengan latihan ilmu
silatmu "!" "Thia tentu tidak akan kecewa mendengarnya, karena Tiat-jie berlatih setiap hari
dengan rajin dan tekun, Satu harinya Tiat-jie berlatih tiga jam !"
"Bagus !" kata Cu Goan Ciang, Dan gurumu itu, apakah ia memperoleh pelayanan
yang cukup "!" Ho Tiat mengangguk. "Ya, cukup memuaskan, karena Suhu selalu mengatakan ia memang lebih gembira jika
tidak dilayani pelayan istana, ia tidak mau bertemu dengan siapapun juga !"
"Apakah setelah setahun lebih engkau belajar ilmu silat padanya, dia masih belum
memberitahukan siapa namanya "!"
Ho Tiat menggeleng. "Tiat-jie hanya memangginya dengan sebutan Suhu saja, Sampai sekarang Suhu masih
tidak mau memberitahukan siapa adanya dia !"
"Biarlah ! Tetapi menurut apa yang Thia lihat, kepandaian dan ilmu silatnya
memang luar biasa, Dia seorang Kukoay, akan tetapi tenaganya sangat diperlukan
sewaktu2 Thia ingin memberikan tugas kepadanya !"
"Memberikan tugas kepada Suhu, Thia?" tanya Ho Tiat sambil mementang matanya
lebar-lebar. Cu Goan Ciang mengangguk.
"Ya !" menyahuti Cu Goan Ciang.
"Dan itu merupakan tugas yang sangat penting."
"Tugas apa Thia ?" tanya Ho Tiat.
"Nanti Thia akan jelaskan ! Sekarang kau kembalilah ketempat ibumu, nanti
mencari2mu dan menguatirkan dirimu !" kata Cu Goan Ciang.
Ho Tiat tersenyum manja, kemudian memberi hormat kepada ayahnya dan meninggalkan
ruangan itu. Setelah puterinya berlalu, Cu Goan Ciang menghela napas dalam2. Puterinya, Tiat-
jie, satu2nya permata hatinya, yang sangat disayang benar.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan juga, ia puterinya, karena benar2 gembira jika berada dengan ia melupakan urusan kerajaan, yang
setiap hari membuat ia harus berpikir keras untuk mengatur negeri. Dan puterinya
tahun ini telah berusia lima belas tahun, telah meningkat dewasa. Tidak lama
lagi, tentu ia akan menikah dan juga memperoleh seorang suami yang sangat baik.
Berpikir mengenai calon suami puterinya tersebut, Cu Goan Ciang jadi menggeleng-
gelengkan kepalanya, Tidak mungkin calon suami puterinya itu merupakan putera
dari menterinya atau juga dari orang-orang sebawahannya.
Terkandung niat dihati Cu Goan Ciang buat memperoleh menantu seorang putera raja
dari kerajaan diluar daratan Tionggoan. ia seringkali mendengar akan kehebatan
dan kemajuan peradaban orang-orang di Barat, negeri yang sangat jauh dari
daratan Tionggoan. Suku bangsa yang memiliki bentuk tubuh banyak persamaannya dengan orang2
Mongolia, Hidung yang mancung, mata yang biru akan tetapi kulit yang putih,
tidak seperti suku bangsa Mongolia yang kuning.
Dan Cu Goan Ciang jadi tersenyum sendirinya, memang tidak lama lagi ia ingin
mengutus kurir pergi kenegeri Barat, disana menyelidiki keadaan suku bangsa di
Barat tersebut. Cu Goan Ciang pun memang ingin berusaha sekuat tenaganya, agar dapat memajukan
negerinya, untuk memperkuat kedudukan agar ia tidak runtuh dari takhta.
Disamping itu, memang terkandung cita2 padanya, bahwa ia bermaksud untuk pergi
keberbagai negeri disegala penjuru dunia, dia ingin melihat, betapa ditempat2
itu kemajuan yang telah di capai tidak melebihi dari apa yang dicapai oleh
daratan Tionggoan, yang dipimpinnya.
Karena dari itu, sebelum kepergiannya, itu, Cu Goan Ciang hendak memerintahkan
beberapa orang panglima kepercayaannya, untuk pergi menyelidiki keadaan dinegeri
barat tersebut. Cita-cita yang terkandung didalam hati Cu Goan Ciang memang merupakan cita-cita
yang sangat besar, cita-cita yang memiliki suatu tujuan memperoleh keagungan
yang sangat tinggi, dimana iapun berpikir, ia akan memperlihatkan kepada dunia,
bahwa ia merupakan satu2nya Kaisar Tionggoan yang akan berhasil memajukan
Tionggoan mencapai puncak kehidupan dan penghidupan rakyat yang layak, dan
merupakan kerajaan yang sangat maju sekali disegala bidang.
Hanya yang sering membuat dia gundah, adalah sikap dari Bu Kie, yang kini telah
kembali menghimpun orang2
Bengkauw, itu merupakan suatu pertaruhan buat dirinya, dimana jika ia gagal
menghadapi Bu Kie dengan para pengikutnya, berarti ia akan kandas.
Maka Cu Goan Ciang telah mengerahkan seluruh daya pikir dan kemampuannya untuk
dapat mengatasi persoalan
Thio Bu Kie dengan Bengkauwnya itu.
Cu Goan Ciang sebagai Kaisar yang cerdik menyadari bahwa kekuatan yang dimiliki
Thio Bu Kie dengan para pengikutnya itu, masih berbeda sangat jauh dibandingkan
kekuatan yang dimilikinya sendiri.
Namun justeru dalam peperangan mengenai masalah jumlah tidak selalu memegang
peranan penting, karena justeru yang paling utama adalah taktik untuk
meruntuhkan lawan. Cu Goan Ciang memiliki keyakinan bahwa ia akan dapat meruntuhkan Bu Kie dengan
para pengikutnya, Karena pengalamannya selama mendampingi Bu Kie,
waktu dulu mengadakan peperangan dengan kerajaan dimasa lalu, telah memberikan
banyak sekali pemikiran kepada Cu Goan Ciang, dimana dia memang mengenal betul
adat dan tabiat dari Kauwcu Bengkauw tersebut.
oooooo)OdwO(ooooo CU HO TIAT tengah menuju keistana Honghauw (permaisuri),
ibunya, Tetapi ketika ia tengah melewati taman istana, ia berdiri ragu dihadapan
pohon2 bunga yang tumbuh ditempat itu, ia mengawasi bunga2 itu, kemudian menoleh kesudut ruangan
taman bunga yang sangat luas itu, kearah kanannya.
Dia melihat dua orang tentara pegawai istana tengah
berdiri tegak dengan sikap siap siaga, dan juga tampak mereka tidak berani
memandang kepada puteri Kaisar. Kedua orang penjaga itu segera dihampirinya.
"Paman.... apakah aku boleh pergi keluar dari istana untuk jalan2 "!" tanya Cu
Ho Tiat kepada kedua penjaga istana tersebut.
Kedua pengawal istana waktu melihat puteri Kaisar menghampiri mereka, keduanya
segera memberi hormat dengan sikap yang sangat menghormat sekali.
Tetapi ketika mendengar pertanyaan puteri Junjungah mereka, keduanya telah
memperlihatkan sikap menyesal. "Kuncu, sudah menjadi peraturan yang ada, setiap
penghuni istana ingin keluar dari istana, harus memperoleh surat ijin dari
pengurus istana...!"
Ho Tiat waktu itu telah mengawasi ke dua orang pengawal itu, kemudian tertawa.
"Tetapi kalian telah mengetahui bahwa aku puteri Kaisar, apakah kalian masih
tidak bisa membiarkan aku keluar !"
"Bukan itu masalahnya Kuncu!" kata salah seorang pengawal istana tersebut,
"Justeru memang sudah menjadi peraturan yang dijalani dengan ketat sekali,
setiap penghuni istana tidak bisa sembarangan meninggalkan istana.
Hal ini demi kebaikan penghuni istana juga, karena untuk keselamatan dirinya,
diluar dia bisa terancam sesuatu yang kita tidak mengetahuinya.
Hamba tidak berani untuk menentang dan mencegah keinginan Kuncu (tuan puteri)
keluar dari istana ini, namun memang tampak juga oleh Kuncu, bahwa hamba berdua
pun ikut menguatirkan keselamatan Kuncu jika keluar seorang diri, dimana hamba
berdua pun terancam hukuman
mati jika saja sampai Kuncu mengalami sesuatu yang tidak enak !"
Ho Tiat mengangguk. "Baiklah jika begitu, akupun tidak akan memaksa kalian mengijinkan aku keluar
dari ruangan istana !" katanya, "Tetapi ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepada
kalian, dan kalian harus menjawabnya dengan jujur..!"
Kedua tentara pengawal istana segera juga membungkukkan tubuh mereka memberi
hormat. "Katakanlah Kuncu, kami mana berani berdusta, kami tentu akan menjawab dengan
jujur !" "Mengapa akhir2 ini Thia-thia seringkali bermuram durja "!" tanya Ho Tiat.
Ditanya begitu, kedua pengawal istana jadi bengong, mereka memandang puteri
junjungan mereka dengan mata tidak berkesip.
"Ini ini mana kami ketahui.... kami hanya hamba" yang mengurusi istana keluarga
Kaisar urusan negeri kami, tidak berani mencampurinya, kami tidak mengetahuinya
Kuncu." "Hemmmm, sama saja jawaban kalian dengan para paman menteri !" kata Ho Tiat
mendongkol. Dan tanpa mengatakan sesuatu apapun juga, ia telah memutar tubuhnya
dan meninggalkan taman istana.
Sedangkan kedua pengawal istana telah saling pandang, mereka kemudian telah
mengangkat bahu mereka, benar2 mereka jadi tidak tenang.
Ho Tiat adalah puteri kesayangan dari junjungan mereka, dengan demikian, setiap
keinginannya harus diturutinya. Sekarang, mereka tidak bisa menjelaskan apa
yang ditanyakan gadis itu, tentu saja kedua orang pengawal istana jadi tidak
tenang hatinya. Sedangkan Ho Tiat telah pergi keruangan tengah dari istana Honghauw, dilihatnya
menyongsong mereka telah dengan sikap para dayang yang datang menghormat sekali.
Dan menyambut puteri Kaisar dengan senyum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermekaran dibibir mereka, sikap mereka juga sangat menghormat sekali. Namun Ho
Tiat yang tengah jengkel telah mengibaskan tangannya, memerintahkan para dayang
itu agar mengundurkan diri.
Para dayang itu mengetahui bahwa puteri Kaisar tengah bermurung diri, mereka
mana berani menanyakan segala apa pada puteri Kaisar.
Mereka hanya dengan sikap yang sangat menghormat sekali, telah cepat2
mengundurkan diri meninggalkan Ho
Tiat yang waktu itu telah menjatuhkan diri rebah dikursi berukiran indah sekali,
rebah dengan sepasang mata terbuka lebar2.
"Belakangan ini Thian-thia selalu bermuram durja, tampaknya Thia thia memang
tengah mengalami sesuatu yang kurang menggembirakan!
Namun Thia thia selalu mengatakan bahwa aku masih kecil dan tidak akan mengerti
urusan negeri. Maka selama ini pula aku tidak mengetahui sebab2nya mengapa
Thiathia selalu bermuram durja, juga para paman menteri tidak
pernah mau memberikan penjelasan seperti yang kukehendaki. Karena dari itu,
apakah lebih baik aku berusaha untuk menyelidiki meminta keterangan dari ibu."!"
Tengah Ho Tiat berpikir seperti itu, dari ruangan dalam melangkah keluar seorang
wanita setengah baya, wanita bangsawan yang berpakaian mewah dan agung sekali.
Di belakangnya mengiringi dua orang dayang.
Dialah Honghauw, permaisuri yang agung, yang telah menghampiri puterinya dengan
bibir tersenyum lebar. "Tiat jie, mengapa kau tampaknya kurang gembira hari ini "!" tanya Honghauw
kepada puterinya dengan suara yang sabar dan lembut.
Ho Tiat ketika mengetahui ibunya datang padanya, cepat-cepat melompat turun dan
berlutut memberi hormat kepada ibunya.
Honghauw telah membangunkan puterinya. dimana dia telah perintahkan kedua dayang
itu berlalu meninggalkan mereka. Kedua dayang itupun segera mengundurkan diri.
Dengan suara yang sabar dan lembut, Honghauw telah bertanya kepada puterinya
tersebut: "Tiat-jie, katakanlah, ada apakah yang menyusahkan hatimu..!"
Ho Tiat memandang ibunya, lama sekali, baru kemudian dia menyahuti:
"Sesungguhnya ibu, aku heran sekali melihat Thia-thia selalu bermurung diri! Dan
setiap kali aku menanyakannya, ayah selalu mengelak dan tidak menjelaskan! Hal itu membingungkan
sekali hati anak !" Honghauw tersenyum mendengar perkataan puterinya, dia menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Tiat-jie, anakku dengarlah manis, sesungguhnya ayahmu bukan tidak mau
menjelaskan segalanya kepadamu, itu adalah urusan kerajaan, walaupun dijelaskan
engkau tidak akan mengerti dan hanya akan membuat engkau pusing sendirinya.
Karena dari itu, ayah tidak mau membuat engkau pusing, dan telah mengelakkan
pertanyaanmu. Engkau tak usah mencampuri urusan negeri, anakku, karena urusan
negeri telah ditangani ayah dan juga para menteri2nya..!"
"Dengan berkata begitu, ibu juga ingin mengatakan bahwa aku masih kecil tak
mengerti urusan"!" kata Ho Tiat kemudian dengan mulut dimonyongkan dan muka
cemberut. Ibunya tersenyum. "Jangan mengambek seperti itu Tiat-jie, memang apa yang ibu katakan tadi yang
sebenarnya, walaupun engkau dijelaskan tentu engkau tidak akan mengerti."
"Mengapa begitu ?" tanya Ho Tiat.
0ooo0dw0ooo0 Jilid 22 "KARENA urusan kerajaan merupakan yang sangat berbelit2.... urusan
politik yang sulit diketahui dan juga dimengerti oleh manusia biasa..!" Honghauw
berusaha memberitahukan. Tetapi Ho Tiat menggeleng. "Tidak ibu, jika memang ayah memberitahukan kepada
Tiat-jie, tentu Tiat-jie akan mengerti dan mengetahui dengan cara bagaimana
urusan yang memusingkan kepala itu dapat diselesaikan !"
Ibunya tersenyum. melihat puterinya kini cantik dan manja sekali.
Honghauw mengelus-elus rambut puterinya, kemudian katanya: "Anak manis...
dengarlah... ayahmu memiliki banyak sekali urusan. Terlebih lagi belakangan ini
dimana2 timbul pemberontakan sehingga ayah harus memerintahkan memberi tugas
pada para panglima untuk pergi menumpas pemberontakan itu, terutama sekali
justeru Bengkauw, yang dipimpin oleh Thio Bu Kie. yang bermaksud untuk meruntuhkan ayahmu dari takhtanya..?"
Gembira sekali hati Honghauw telah menjelang dewasa, sangat Ho Tiat memandang
dengan mata terbuka lebar2,
kemudian katanya: "Mama... siapakah sebenarnya Thio Bu Kie" Dan apa maksudnya
ingin mengadakan pemberontakan untuk meruntuhkan ayah dari takhtanya"!"
Honghauw telah tersenyum.
"Seperti tadi telah ibu katakan, walaupun dijelaskan, engkau tidak akan
mengerti....!" kata Honghauw sambil tersenyum.
Ho Tiat telah menggelengkan kepalanya. "Tidak dijelaskan, bagaimana mungkin
Tiat-jie mengerti" Tetapi jika memang Tiat-jie dijelaskan, tentu Tiat-jie akan
dapat mengerti seperti sekarang ini, dengan ibu menceritakan hal itu, adanya
pemberontakan2, maka Tiatjie dapat menduga, tentu Thia telah mengeluarkan suatu
peraturan yang tidak menggembirakan hati rakyat, sehingga timbullah
pemberontakan2 seperti itu!
Terutama sekali apa yang ibu katakan, Thio Bu Kie yang memimpin Bengkauw
tentunya Thia telah memiliki suatu kesalahan dalam melaksanakan kekuasaannya,
sehingga Thio Bu Kie dengan para pengikutnya bermaksud hendak merubuhkan ayah
dari takhtanya...!" Honghauw kaget tidak terkira mendengar perkataan puterinya tersebut, dia telah
memandang Ho Tiat dengan sepasang mata yang terbuka lebar2. Sampai akhirnya dia
bilang: "Kau "!" Ho Tiat tersenyum. "Bukankah apa yang dikatakan Tiat-jie memang benar, ibu "!" katanya.
Sang ibu menggeleng, Honghauw kaget puterinya bisa berpikir seperti itu.
"Jangan sekali2 engkau berpikir seperti tidak terkira itu Tiat-jie ! Tugas
seorang Kaisar sangat berat, harus memimpin rakyat nya yang terdiri dari orang2
yang berlainan sifat dan tabiatnya. Karena dari itu,
Kaisar harus tegas dan mengeluarkan peraturan untuk kepentingan menyeluruh. Dan
tentu saja, setiap keputusan dari Kaisar akan membawa kegembiraan buat
segolongan besar orang yang memang merasa kepentingannya dilindungi Kaisar,
tetapi segolongan kecil dari rakyat yang merasa tidak puas dengan
keputusan itu, menyatakan bahwa keputusan Kaisar sangat merugikan rakyat.
Padahal apa yang disebut dengan perkataan rakyat itu, hanya segolongan kecil
diantara mereka yang memang merasa tidak puas dengan keputusan Kaisar !"
Tetapi Hotiat telah menggeleng, "Salah ibu...!" kata Hotiat kemudian. "Salah"!"
tanya Honghauw sambil mementang matanya
lebar-lebar kepada anaknya yang dipandangnya dengan tajam.
"Ya!" mengangguk Ho Tiat. "Salah...apa yang dikatakan ibu sangat salah!"
"Mengapa salah"!" tanya Honghauw. "Karena memang dalam urusan ini, pasti
terdapat sesuatu yang salah pada Thia-thia. jika memang Thia-thia seorang Kaisar
yang baik dan bijaksana, tentu Thia-thia dapat mengatur segalanya dengan sebaik-
baiknya, sehingga perasaan tidak senang dari segolongan yang kecil itupun dapat
dilenyapkan dengan disesuaikan peraturan yang lebih
baik lagi! inilah sebabnya, mengapa Ho Tiat mengatakan salah, karena Thia-thia
hanya lebih mementingkan pada titik tolak kekuasaan.
Dengan memiliki kekuasaan dan juga untuk kepentingan umum, ia telah mengeluarkan
perintah tanpa memperdulikan rasa tidak puas! Kita harus ingat, biarpun golongan
yang merasa tidak puas itu berjumlah sedikit
sekali, namun kita tidak boleh melupakan, justeru dari yang sedikit itu akan
menjadi banyak pada akhirnya."
Bukankah kita pun jika ingin menaiki tangga kita harus melangkah dari tingkat
undakan yang pertama. Begitu juga, jika orang-orang yang merasa tidak tidak puas
dengan keputusan ayah, lalu menjadi bertambah banyak tentu akan membahayakan juga
kedudukan Thia-thia, apakah yang dikatakan Tiat-ji ini salah, ibu "!"
Honghauw menghela napas dalam-dalam kemudian katanya: "Ternyata engkau sangat
cerdik sekali anakku!"
kata Honghauw kemudian tertawa dan merangkul puterinya.
Diwaktu itu terlihat Ho Tiat masih tidak puas karena belum lagi mengutarakan
seluruh apa yang terkandung didalam hatinya, dia telah bilang "Dengarlah ibu,
dalam hal ini tentu Thia-thia harus cepat2 merobah keputusan yang ada, harus merangkul dan
mendekati orang2 yang merasa tidak puas.
Seperti Thio Bu Kie yang tadi ibu katakan itu, dia harus dirangkul bersama
dengan anak buah dan pengikutnya, dan juga Bengkauw harus diberikan kesempatan
hidup, jangan mengambil tindakan dan memusnahkan para pengikutnya, semakin bertekad ditindas.
Jika memang Thia-thia kekerasan berusaha menindas
Bengkauw serta Thio Bu Kie dengan mereka yang merasa tertindas malah
dengan semangat menyala untuk meruntuhkan ayah!
Karenanya... jika saja ayah bersedia untuk berunding denganku.. akh, tentu
urusannya akan dapat dipertimbangkan lagi dengan sebaik2nya."
Honghauw telah tertawa mendengar perkataan puterinya tersebut.
"Anakku yang manis, rupanya engkau memang sangat cerdik sekali, jika kelak
engkau telah dewasa, tentu engkau cocok sekali menjadi Kunsu atau penasehat


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayahmu..." kata Honghauw kemudian.
Ho Tiat tersenyum. "Tiat-jie tidak bercita-cita ingin menjadi kunsu dari Thiathia, karena dengan
menjadi Kuncu saja sudah lebih mulia dari kedudukan manapun juga.... tetapi yang
terpenting justeru memang Tiat-jie menghendaki agar ayah terhindar dari
kesulitannya, jangan selalu murung dan bermuram durja..!"
"Anak yang baik, nanti kata-katamu itu akan ibu sampaikan kepada Thia-thia-
mu....!" kata ibunya. "Sekarang kau beristirahatlah... tampaknya engkau juga
letih sekali. Dan selanjutnya, engkau jangan bermuram dan
berduka lagi, engkau selalu harus gembira. Gadis seusiamu ini, tentu saja harus
menghirup kegembiraan dan kebahagian...!"
Ho Tiat mengangguk kemudian memberi hormat kepada ibunya, dia telah meninggalkan
tempat itu. Sedangkan Honghauw memperhatikan puterinya yang tengah berjalan meninggalkan
tempat itu sambil geleng2 kepalanya, dia juga menggumam, "Anak yang sangat
cerdas sekali... sungguh cerdas!"
Tetapi diam2 didalam hatinya jadi timbul perasaan takut, ia kuatir justeru jika
kelak setelah dewasa, Ho Tiat memiliki pikiran yang bertentangan dengan Thia
thianya, sehingga akan menanamkan suatu perbentengan dan dinding antara hubungan
mereka sebagai anak dengan ayah.
Karena dari itu, Honghauw jadi menghela napas. Memikirkan hal seperti itu, dia
jadi bergidik sendirinya. Memang benar, peruntungannya sangat baik sekali,
sekarang dia telah menjadi Honghauw permaisuri seorang Kaisar yang berkuasa
penuh atas seluruh daratan Tionggoan, kedudukan yang sangat mulia dan agung.
Tetapi justeru yang dikuatirkan jika salah seorang dari keturunannya kelak nanti
memiliki pertentangan dengan Kaisar, inilah yang tidak diharapkan oleh Honghauw,
dan dia diam2 jadi berdoa, agar kelak Ho Tiat tidak memiliki pikiran yang
bertentangan dengan Kaisar.
Tadi saja telah terlihat bahwa jalan pikiran dari Ho Tiat sangat bertentangan
sekali dengan Cu Goan Ciang, Kaisar
yang selalu menanamkan kekuasaan dan keangkeran seorang Kaisar dimata rakyatnya.
Sedangkan Ho Tiat justeru menganjurkan ayahnya itu mengambil sikap lunak, dimana
harus merangkul rakyat, dan juga mendekati orang2 yang merasa tidak puas dengan
kekuasaannya ayahnya itu. Dengan begitu, menurut apa yang dikatakan Ho Tiat
tadi, ayahnya akan dicintai oleh seluruh lapisan rakyatnya.
Honghauw menghela napas lagi. Memang tadi dia berjanji kepada Ho Tiat bahwa ia
ingin menyampaikan apa yang dikatakan puterinya tersebut kepada Cu Goan Ciang,
itu hanya janji kosong. Mana mungkin dia menyampaikan apa yang dikatakan
puterinya itu kepada suaminya "
Ho Tiat sendiri telah pergi keistana diruangan kedelapan, yang menjadi istana
pribadi nya. Dia telah memasuki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamarnya. Berdiam didalam kamarnya beberapa saat, sampai akhirnya dia merasa
bosan. Belasan tahun dia hidup didalam istana. Tidak pernah bebas keluar
meninggalkan istana untuk melihat keramaian dan keindahan diluar istana. Melihat
tata cara hidup rakyat yang dipimpin ayahnya.
Keinginannya buat menyaksikan segala apa yang terdapat diluar istana, seperti
apa yang telah didengarnya dari gurunya, merupakan rangsangan yang tidak kecil
di jiwanya. Hanya saja Ho Tiat sendiri belum memiliki keberanian untuk memohon langsung ijin
dari ayahnya, untuk pergi keluar istana, guna melihat perikehidupan rakyat yang
dipimpin ayahnya. Karena dari itu, dia hanya mendengarkan semua cerita dari gurunya belaka, yang
menceritakan keadaan diluar istana, juga mengenai orang2 rimba persilatan, yang
semuanya memiliki jiwa kepahlawanan dan juga mereka semuanya memiliki berbagai
ilmu silat yang tangguh sekali.
Dengan begitu, rangsangan buat Ho
istana, untuk menyaksikan apa yang istananya, kian hari kian besar juga.
Tiat keluar dari terdapat diluar Teringat kepada gurunya, akhirnya Ho Tiat telah
keluar dari kamarnya. Dia memandang sekelilingnya, hanya melihat beberapa orang
pengawal istana yang tengah
melakukan tugasnya. Sebal sekali hati Ho Tiat melihat mereka, yang mengadakan
penjagaan dengan berdiri tegak dipos masing2.
Segera Ho Tiat pergi ke kamar lima, dimana istana kecil itu khusus dipergunakan
oleh gurunya, sebagai tempat kediamannya.
Waktu tiba disana, Ho Tiat melihat keadaan sangat sepi sekali, Tidak tampak
seorang pengawalpun juga. Keadaan seperti itu malah lebih menyenangkan hati Ho
Tiat, Memang gurunya sendiri yang telah meminta dulu ketika pertama kali ia
diterima untuk menjadi guru Ho Tiat bahwa tempat dia berdiam bebas dari
penjagaan. Dan memang Kaisar menyetujui dan tempat itu tidak ditempatkan pengawal istana.
Sedangkan Ho Tiat sendiri memang lebih banyak menghabiskan waktunya dikamar dan
di istana gurunya tersebut.
Waktu itu pintu kamar itu tertutup, Ruangan istana kecil ini terdiri dari tiga
kamar yang berukuran cukup luas, Namun Ho Tiat mengetahui gurunya mengambil
tempat dikamar kedua, kamar tengah. Ho Tiat telah langsung pergi kesana. Dan dia
telah menghampiri pintu. "Suhu...!" panggilnya sambil mengetuk daun pintu. Terdengar suara sahutan dari
dalam, suara seorang laki2 yang parau dan menyuruh Ho Tiat masuk dan menyatakan
pintu tidak dikunci. Ho Tiat mendorong daun pintu, dan memang benar bahwa pintu itu tidak terkunci.
Diwaktu itu juga terlihay didalam ruangan itu tidak terdapat perabotan apapun
juga, selain lantai digelari oleh sebuah alas yang berukuran pat kwa.
Segera Ho Tiat menghampiri dan telah berlutut dihadapan seorang laki2 berusia
setengah baya, bertubuh tinggi besar yang tengah duduk bersila diatas alas itu.
Dia berlutut memberi hormat tiga kali sambil memanggil "Suhu, tecu datang
menghunjuk hormat!" Lelaki setengah baya itu tersenyum, mukanya kurang enak dilihat karena
memancarkan kebengisan yang cukup mengerikan. Hanya saja, disebabkan memang dia
telah biasa melihat muka gurunya seperti itu, sama sekali Ho Tiat tidak merasa
jeri. "Duduklah !" kata sang guru dengan suara yang tawar, "Tentu engkau datang kemari
buat mendengar ceritaku lagi bukan"!"
"Ya !" mengangguk Ho Tiat, "Tecu bermaksud untuk mendengar cerita Suhu lebih
jauh !" "Hemmm cerita2 yang telah kuceritakan kepadamu merupakan cerita2 mengenai
keadaan didalam rimba persilatan ! Dan juga memang dalam keadaan seperti
sekarang, didalam rimba persilatan telah muncul banyak sekali tokoh muda!
seperti halnya Suteku saja, ia berusia jauh lebih muda dariku, mungkin sekarang
baru berusia tujuh belas tahun, tetapi justeru kepandaiannya berada diatas kepandaianku.
Karena dari itu jika kelak engkau telah mempelajari seluruh ilmu silatku, engkau
harus tekun dan rajin melatih
diri, agar engkau tidak mengecewakan dan memalukan, karena harapanku kelak
engkau menjadi seorang gadis yang memiliki kepandaian tinggi sekali dan tidak
mudah ditandingi oleh siapapun juga! jangan dilihat dari kedudukan mu sebagai
puteri Kaisar, karena jika memang engkau berlatih dengan para pahlawan istana,
niscaya mereka tidak ada seorangpun yang berani untuk merubuhkan dirimu, mereka akan pura2 mengalah, dan
mereka tentu tidak berani menjengkelkan hatimu! Mereka akan selalu membuat
engkau senang dan gembira,
dilukai Mereka bersedia menerima hantamanmu atau oleh
mu, asal engkau dapat keluar sebagai pemenang, Dengan cara bertanding seperti
itu tentu saja tidak dapat dibilang sebagai latihan yang sesungguhnya...!" Ho
Tiat yang mendengarkan kata2 gurunya, telah mengangguk berulang kali.
"Benar apa yang dikatakan oleh Suhu, sebab para pahlawan istana umumnya hanya
berusaha menyenangkan hati tecu belaka, sehingga tecu tidak mengetahui dengan
baik dan pasti, sampai berapa jauhkah kemajuan yang telah dicapai oleh tecu...!"
Sang guru telah tersenyum, katanya: "lnilah sangat baik, jika memang engkau
paling baik adalah sesungguhnya.
telah menyadarinya. Latihan yang
bertempur dengan lawan yang Dalam pertempuran itu, dimana kalian saling berusaha
merubuhkan satu dengan yang lainnya, tentu saja kau akan
mempergunakan seluruh kepandaianmu, demikian juga dengan lawan mu ! Dan kau bisa
melihat telah berapa jauh kemajuan yang engkau peroleh itu !"
Dan setelah berkata sampai disitu, sang guru mendehem beberapa kali, lalu
melanjutkan kata-katanya lagi:
"Sesungguhnya, aku sendiri ingin sekali mengajak engkau berkelana didalam
kalangan kangouw, tetapi kukira ayahmu tentu tidak akan mengijinkan !
Walaupun bagaimana, Hongsiang tentu tidak akan mengijinkan engkau berkelana
didalam rimba persilatan !
Engkau sebagai puteri raja, kedudukanmu sangat penting sekali dan mulia, karena
dari itu, aku memperoleh kesulitan buat mengajak engkau berkelana...!"
Ho Tiat memperlihatkan sikap tertarik bukan main, malah dengan
bersungguh2 dia bilang: "Suhu, sesungguhnya memang Tiat-jie ingin sekali pergi
Tumbal Nyawa Perawan 1 Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian Siluman Kera Putih 2
^