Pencarian

Pendekar Guntur 5

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 5


napas dalam2. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya saja disaat ia mengemukakan pendapatnya itu, sikap tololnya tidak
terlihat, ia memperlihatkan sikap yang bersungguh-sungguh. Cuma saja setelah
menghela napas beberapa kali dan selesai menjelaskan hal itu kepada Thio Bo,
maka sikap tololnya datang lagi, ia duduk terpekur dan bola matanya memandang
jauh kosong sekali, disamping itu juga memang tampak jelas sekali, betapa ia
seperti tengah bingung dan juga seakan tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya.
Thio Bo juga menghela napas dalam-dalam, ia memandang Suma Lin Liang beberapa
saat baru kemudian katanya: "Tetapi Thio Kauw cu pun tidak bisa membiarkan
dirinya dan pihaknya selalu didesak terus oleh Cu Goan Ciang, demikian juga
dalam menghadapi orang Bengkauw Persia karena jika saja Thio Kauwcu terlalu
mengalah, niscaya Cu Goan Ciang juga yang akan dapat mengecap keuntungan tidak
kecil dari keadaan seperti itu, dimana Cu
Goan Ciang akan dapat menghasut orang2 Bengkauw dari Persia itu, kemudian
mengadu domba dengan orang2 Bengkau didaratan Tionggoan-Dengan begitu juga,
berarti Cu Goan Ciang yang akan menyendok dan mengambil keuntungan tidak kecil
buat dirinya !" Suma Lin Liang telah memandang bengong kepada Thio Bo, kemudian katanya: "Jika
urusan telah sampai jauh kesitu, maka aku tidak lagi bisa mengemukakan komentar,
sebab hanya Thio Kauwcu juga yang menentukannya."
Thio Bo mengerti, bahwa Suma Lin Liang sesungguhnya bukanlah seorang pemuda yang
tolol. Dan jika memang sikapnya tampak jelas ia seperti seorang pemuda tolol,
maka itu hanya merupakan lahiriahnya belaka, namun sesungguhnya Suma Lin Liang
merupakan pemuda yang cerdas. Dan juga hanya sikap ketololannya itu belaka
sehingga Suma Lin Liang tampaknya seperti seorang pemuda yang bodoh.
Tetapi Thio Bo juga bertekad, walaupun bagaimana memang ia bermaksud hendak
membantu pihak Bengkauw Tionggoan, jika perlu taruhan jiwa dan raganya untuk
kepentingan perjuangan Bengkauw daratan Tionggoan, ia
bersedia untuk menjadi anggota Bengkauw dan menjalankan perintah2 dari Thio Bu
Kie, untuk membela kebenaran dan keadilan.
Dengan begitu Thio Bo beranggapan memang terlebih baik dan bijaksana, jika saja
ia dapat bertemu dengan Thio Bu Kie, untuk mengemukakan keinginannya itu. Memang
Suma Lin Li-ang jelas tidak dapat memberikan komentar terlalu banyak, terlebih
lagi keputusan, yang tidak mungkin dapat diberikan karena Suma Lin Liang hanya
merupakan anggota Beng-Kauw tingkat muda dan juga anggota biasa
saja. Karena itu Thio Bo hanya berusaha agar kelak ia bisa dipertemukan dengan
Thio Bu Kie. Dalam keadaan seperti ini, Thio Bo sudah tidak mengemukakan pula keinginannya
itu. ia hanya berdiam diri dengan berbagai macam rencana dan juga pikiran yang
kiranya bisa meringankan kesulitan yang tengah dihadapi Bengkauw daratan
Tionggoan. Thio Bo berusaha untuk meyakinkan Suma Lin Liang, bahwa ia bertekad sungguh2
untuk membantu Bengkauw daratan Tionggoan Hanya saja kesempatan untuk bertemu
dengan Thio Bu Kie juga yang sampai sekarang ini masih belum terbuka. sedangkan
Kwang Tan telah berdiam diri, anak ini memang tidak tahu apa yang harus
dikatakannya. Thio Bo menghela napas pula, kemudian tanyanya, "Suma Kongcu, untuk urusan ini
baiklah kita bicarakan lain kali saja! Namun sekarang ini, apa yang sekiranya
dapat kita lakukan untuk kebaikan dari para pendekar gagah yang mencintai tanah
air" Bukankah kenyataan yang ada Cu Goan Ciang berusaha melenyapkan kebiasaan2
yang terdapat sejak dulu-kala, dengan mengeluarkan berbagai peraturan.
Tentu saja peraturan yang dikeluarkannya itu tidak membawa keuntungan buat
orang2 yang mencintai negara, karena belum lama yang lalu justeru aku telah
sempat mendengar, Cu Goan Ciang perintahkan agar pasukan yang ditempatkan
ditapal batas dikurangi setengah, sebagian ditarik kedaratan dalam untuk
membasmi orang2 yang menentangnya. Tentu saja hal ini membahayakan sekali keselamatan tanah air kita, sebab pihak
Mongolia yang memang telah ratusan tahun mengincar Tionggoan, dengan maksud
hendak menjajah, merupakan bahaya yang tidak kecil! Jika
terjadi Cu Goan Ciang menarik pulang pasukannya dari tapal batas, maka kekuatan
ditapal batas jadi berkurang sekali, ini menyebabkan pihak Mongolia lebih mudah
untuk menerobos melewati perbatasan !" Setelah berkata begitu, Thio Bo menghela
napas beberapa kali. Suma Lin Liang tidak segera menyahuti, ia menoleh pada Thio Bo sambil memandang
dengan sorot mata yang kosong, sikapnya benar2 sikap seorang yang bego. Akan
tetapi sesungguhnya Suma Lin Liang tengah berpikir keras, sampai akhirnya dia
bilang. "Baiklah kita bicarakan nanti
dengan Thio Kauwcu, karena Boanpwe tidak bisa memberikan pendapat, Boanpwe juga
kuatir kalau2 nanti pendapat Boan pwe merupakan pendapat yang tidak baik dan
tidak benar." Thio Bo mengangguk. "Jika begitu Suma Kongcu bersedia mengajakku untuk bertemu dengan Thio Kauwcu !"
tanyanya. Suma Lin Liang mengangguk. Sedangkan Kwang Tan Liang, kemudian katanya:
sesuatu yang hendak kusampaikan kepadamu !"
"Heh, apakah itu"!" tanya Suma Lin Liang sambil membuka matanya lebar2, dia
memandang pada Kwang Tan dengan sikap bertanya-tanya bagaikan orang terkejut.
Kwang Tan menghela napas.
"Aku ingin mencari kakak seperguruanku itu..!" menjelaskan Kwang Tan pada
akhirnya. "Ohhh, jadi kau bermaksud mencari Ban Tok Kui "!" tanya Thio Bo menyelak.
Kwang Tan mengangguk. "Benar !" sahutnya, "Memang maksud Boanpwe akan mencari
suhengku itu, karena ingin sekali Boanpwe melaksanakan pesan dari Insu.!"
Suma Lin Liang menghela napas dengan sepasang alis mengkerut, kemudian katanya:
"jika memang kau hendak mencari Ban Tok Kui berarti kita harus berkelana didalam
rimba persilatan menyelidiki jejaknya, dengan cara seperti itu barulah kita bisa
mengetahui dimana dia berada, sehingga kitapun bisa mencari sampai ketemu...!
Akan tetapi kepandaian Ban Tok Kui sangat tinggi sekali !"
Kwang Tan mengangguk sambil tersenyum.
"Memang adikmu mengetahui hal itu, namun Insu telah memberikan pesannya yang
harus dilaksanakan juga telah ada cara yang sebaik-baiknya untuk menghadapi
suhengku telah mendekati Suma Lin "Koko... sesungguhnya ada itu sehingga
walaupun bagaimana suhengku itu akan dapat dihadapi olehku...!"
"Jika demikian, aku hanya dapat menyetujui saja keinginanmu buat mencari Ban Tok
Kui... namun harus diingat, biarpun bagai mana, kita harus berhati2
menghadapinya, mungkin aku sendiripun belum sanggup
menghadapi keliehayan dari tangannya yang beracun."
Thio Bo tersenyum, dia telah bilang: "Jika memang demikian akupun bersedia
mendampingi terus pada mu, dan kita mencari Ban Tok Kui, aku yakin, se-
pandai2nya Ban Tok Kui akan tetapi dengan kita bergabung niscaya kita
bisa menghadapinya dan dia tidak bisa melakukan terlalu banyak untuk mencelakai
kita, bukankah disini ada Sutenya, sebagai Tabib Dewa yang benar-benar dapat
menghadapinya dan juga memunahkan seluruh pengaruh racunnya itu?" tersenyum
lebar. Kwang Tan merangkapkan memberi hormat, katanya. "Terima kasih atas kesediaan
Locianpwe dan juga Koko yang ingin membantuku... dalam hal ini, memang seharusnya kita bertindak cepat
adikmu kuatir nanti Ban Tok Kui melukai orang2 lainnya yang tidak berdaya,
sehingga menyebabkan korban2 yang berjatuhan cukup banyak.!"
Begitulah, setelah mereka bercakap2 beberapa saat lagi, ketiga orang inipun
meninggalkan tempat tersebut, sedangkan Thio Bo yakin bahwa Tabib Dewa ini
tentunya merupakan seorang yang sudah bisa diandalkan.
Walaupun kepandaian istimewanya itu belum bisa dipelajari dan diyakini
sepenuhnya, tokh ia telah menguasai
lima jurus. Dan kelima jurus itu memang memiliki Dan setelah berkata begitu,
Thio Bo mengangguk beberapa kedua tangannya, dia kali, kemudian telah menjura
keistimewaan masing2, merupakan ilmu yang sangat hebat sekali. Jika saja Kwang
Tan berhasil bertemu dengan seseorang yang membimbingnya dengan baik, tentu ia
dapat menjadi seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi.
oocooOdwOooooo TUBUH orang itu tinggi besar, dengan muka potongan empat persegi,
matanya memancarkan sinar yang tajam sekali. Dari sorot matanya dan garis-garis
bibirnya yang selalu terkatup rapat menunjukkan bahwa orang itu memiliki hati yang keras dan agak kejam. Terlebih
lagi setiap kali matanya melirik tajam, pada bola matanya itu memancarkan nafsu
ingin membunuh. Orang itu mengenakan baju warna biru dengan celana berwarna
biru muda, ia melangkah perlahan lahan dijalur jalan kecil yang terdapat didalam
kota tersebut, Kota Cing-kwan, sebuah kota yang cukup besar dan ramai.
Dari sikapnya yang agak mencurigakan lelaki bermuka agak kejam dan keras itu,
yang mungkin berusia empat puluh tahun, seperti tengah mencari sesuatu.
Waktu hampir sampai diujung jalan, tiba-tiba dilihatnya dari arah depannya
melangkah seorang lelaki berusia tigapuluh tahun lebih, pakaiannya perlente dan
mukanya putih bersih menunjukkan orang itu dari keluarga yang cukup berada.
Lelaki bermuka bengis itu tersenyum dengan seulas senyum penuh arti. ia berhenti
melangkah, sedangkan pemuda berbaju perlente itu telah melangkah dekat padanya.
Waktu jarak mereka terpisah kurang lebih tiga tombak, lelaki bermuka empat
persegi itu telah menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melesat ringan sekali
kesamping pemuda tersebut dibarengi menampar pemuda ampun lagi tubuh
ditanah. dengan tangan kanannya yang
itu, bersuara sangat nyaring. Tidak pemuda itu terjungkel bergulingan Bukan main
marahnya pemuda berpakaian perlente itu, dia pun menderita kesakitan dan
merasakan tulang pundaknya seperti patah. Setelah merintih dua kali, ia
merangkak bangun namun belum lagi dia bisa berdiri tetap, tahu2 tangan kanan
orang bermuka empat persegi itu telah
bergerak menampar pula dengan kuat.
"Bukkk !" tubuh pemuda perlente itu terpelanting pula, Sekarang lenyap kemarahan
hatinya, diganti oleh perasaan
takut, dua kali dia dibikin
terpelanting seperti itu, tampaknya orang yang menghadangnya itu memiliki tenaga
yang sangat kuat sekali. Dengan sikap takut2 dan muka meringis pemuda berpakaian
perlente itu tidak berani merangkak bangun, dia telah menatap sambil bertanya:
"Apa... apa salahku sehingga kau dua kali memukulku demikian rupa ?"
Orang bermuka empat persegi dengan baju warna biru itu menyeringai mengerikan,
matanya memandang tajam, katanya kemudian. "Kau tidak tahu apa salahmu, tetapi
yang pasti, engkau harus menuruti perintahku ! Mengertikah kau "!"
"Menuruti segala perintahmu "!" tanya pemuda itu ketakutan, "Perintah apakah "!"
"Nanti aku akan memberitahukan kepadamu ! sekarang ini kau harus berjanji tidak
akan membangkang melaksanakan perintahku !Hemm, sekali saja engkau coba
membangkang, maka aku akan membikin kau menjadi manusia tidak, setanpun tidak
dapat !" Muka pemuda berpakaian perlente itu berobah pucat, namun dengan sisa secuil
keberanian yang masih ada dihatinya, dia bilang: "Aku.... aku adalah putera
Tiekwan di kota ini. Apakah kau tidak tahu "! Dengan kekurang
ajaranmu ini, tentu engkau akan memperoleh hukuman yang berat dari ayahku !
Lebih baik kau pergi meninggalkan tempat ini, aku tidak akan menarik panjang
urusan ini...!" Waktu pemuda berpakaian perlente tersebut berkata sampai disitu, justeru orang
menggerakan tangan kanannya,
bermuka persegi itu yang bergerak perlahan sekali, namun ternyata berakibat cukup parah untuk pemuda
berpakaian perlente. Tangan kanan orang bermuka empat persegi itu hinggap dimulut si pemuda perlente,
"dukk !" bersuara perlahan. Namun dua buah giginya telah rontok dan darah
mengucur, pemuda berpakaian perlente itupun juga merasakan mulutnya pedih bukan
main, sampai dia mengeluh dan menutupi mulutnya dengan tangannya, Waktu tangan
itu diangkat dia melihat darah yang memerah. Muka pemuda
berpakaian perlente itu jadi pucat pias, dia tambah ketakutan.
"Katakanlah, katakanlah, perintah apa yang hendak kau berikan kepadaku "! Aku
berjanji akan mematuhi semua
perintahmu itu..!" ketakutan sekali pemuda perlente itu, tidak berani bersikeras
pula. Lelaki bermuka empat persegi itu tertawa dingin, katanya: "Jika aku menghendaki
jiwa mu, sama mudahnya seperti aku membalik telapak tanganku, maka dari itu,
jangan sekali2 engkau berpikir untuk
dengan menipuku, bahwa sekarang mendustai aku, engkau bersedia mematuhi perintahku, kemudian
setelah terpisah dariku engkau akan coba2 untuk melarikan diri dan tidak
melaksanakan perintah itu! Hemmm, walaupun engkau melarikan diri ke-ujung dunia,
aku tentu akan mengejar dan membunuhmu!
Perlu engkau ketahui juga bahwa anak buah ayahmu, walaupun mungkin berjumlah
banyak dan sampai seratus orang, akan tetapi jangan harap dapat menghadapi aku,
karenanya engkau jangan berpikir untuk mengandalkan orang tuamu itu ! Bijaksana
sekali jika engkau mematuhi setiap perintahku !"
"Ya, ya, ya, aku akan melaksanakan perintahmu!" kata pemuda berpakaian perlente
itu tambah ketakutan. "Aku akan melaksanakan sebaik mungkin, Akan tetapi, jika
memang aku telah melaksanakan perintahmu itu, aku tidak akan dipersulit lagi
olehmu bukan "!"
Lelaki bermuka empat persegi itu mengangguk katanya: "Ya, tentu saja. juga
perintahku yang perlu engkau laksanakan itu bukan merupakan pekerjaan yang
sulit, cukup jika engkau bisa mengantarkan sepucuk surat kepada seseorang... dan
juga menitipkan semacam barang
kepadanya !" Pemuda itu menghela napas, tadinya dia menduga orang bermuka keras dan kejam itu
akan memberikannya perintah yang sulit, siapa tahu hanya tugas mengantarkan
sepucuk surat dan sesuatu barang saja, maka dia mengangguk
beberapa kali dengan segera.
"Kukira perintah yang berat, tidak tahunya hanya untuk menyampaikan surat dan
barang kepada seseorang ! Nah, perintahkanlah, kemana aku harus menyampaikan
surat dan barang itu ?" kata pemuda perlente putera Tiekwan itu, sambil bernapas
lega. Orang bermuka empat persegi itu tersenyum.
"Sabar dulu, walaupun terdengarnya perintah itu sangat mudah, namun sesungguhnya
cukup berat. Orang yang menerima surat dan barang itu akan marah dan menanyakan
kepadamu siapa orang yang menitipkan surat
dan barang itu kepadamu, dan engkau tidak boleh memberitahukannya, walaupun orang tersebut
menyiksa dirimu. Mengertikah kau "!"
Pemuda perlente itu terkejut. "Orang itu akan menyiksa diriku" Ohh..!" dia jadi
mengeluh pula. Orang bermuka empat persegi itu tersenyum sambil merogoh sakunya. Dia
mengeluarkan sepucuk surat yang digulung kecil, juga ditangannya terdapat
sesuatu barang, yang mengejutkan pemuda perlente itu. itulah sebuah batu yang
berukiran tengkorak kepala manusia dalam ukuran yang kecil.
"Barang inilah yang perlu kau sampaikan.... dan ingat pesanku, walaupun engkau
disiksa, tidak boleh engkau memberitahukan siapa yang telah memberikan benda ini kepadamu !" kata
orang bermuka empat persegi itu, "Sekali saja engkau memberitahukan, celakalah
kau...!" Pemuda perlente itu mengangguk terpaksa kemudian katanya: "Baiklah...!" Diapun
menerima surat dan barang yang agak mengerikan batu dalam bentuk tengkorak
kepala manusia. "Kepada siapa benda2 ini harus kusampaikan "!" tanyanya. "Kepada Ciak Kwing Ie
Wangwe... kau kenal dengannya, bukan " Yang rumahnya di pintu kota sebelah barat
"!" tanya orang bermuka empat persegi itu.
Pemuda perlente yang mulutnya terdapat noda darah yang mulai mengering itu,
mengangguk mengiyakan. Dihatinya ia berpikir "Tidak tahunya hartawan itu, tentu
dia kenal dengan ayahku... Tiekwan yang berkuasa di kota ini. Mustahil dia
berani melakukan tindakan kurang ajar "!" hatinya jadi terhibur juga.
Katanya- "Aku akan menyerahkan barang2 ini padanya, dan tidak mungkin aku
memberitahukan siapa yang telah memberikan benda2 ini padaku...!"
"Bagus.,., nah, kau pergilah !" kata orang bermuka empat persegi itu. Pemuda itu
mengiyakan, segera juga ia menuju kepintu sebelah barat, untuk menemui hartawan
Ciak Kwing Ie. sedangkan orang bermuka empat persegi itu tersenyum mengawasi


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepergian putera Tiekwan.
Gedung Ciak Kwing Ie ternyata sebuah rumah yang besar dan mewah, juga dipintu
gedung itu berdiri dua orang pengawal yang rupanya merupakan dua orang yang
mengerti ilmu silat, karena tubuhnya yang tegap dan juga matanya yang
memancarkan sinar tajam. Sikap merekapun tegas, waktu melihat pemuda perlente itu, mereka berdua
mengenalnya bahwa pemuda itu tidak lain dari putera Tiekwan dikota ini.
"Ho Kongcu... angin baik apa yang telah membawa Kongcu berkunjung kemari "
Heh"!" bertanya salah seorang diantara mereka namun segera dia terkejut, sebab
melihat mulut pemuda itu yang berlumuran darah telah mengering "Apa yang terjadi
padamu Ho Kongcu "!"
Pemuda perlente itu, menyeringai meringis, dia bilang: "Aku hendak menyampaikan
surat dan barang kepada Ciak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wangwe.... tolong kalian beritahukan kepada Ciak Wangwe bahwa aku ingin bertemu
dengannya..!" Kedua orang pengawal gedung Ciak Wangwe tersebut masih ragu2
sejenak, namun salah seorang mengiyakan dan masuk kedalam. Yang seorang lagi,
yang tidak ikut masuk ke-dalam, malah menghampiri Ho Kongcu itu.
"Sesungguhnya apa yang terjadi Ho Kongcu "!" tanya orang itu sambil
memperlihatkan sikap terheran-heran. Muka Ho Kongcu berobah merah karena ia
merasa malu jika menjelaskan yang sebenarnya.
"Aku tadi berlaku ceroboh sekali dan tidak disangka aku tersandung, sehingga aku
terjerembab dan mulutku menghantam batu., membuat gigiku copot dua dan mulutku
berdarah !" dia berdusta.
Orang itu tertegun sejenak, namun akhirnya dia tertawa. Cuma saja tertawa tidak
lama, iapun teringat bahwa pemuda dihadapannya ini adalah putera Tiekwan, yang
berkuasa penuh di kota ini, walaupun hatinya masih diliputi perasaan geli, tokh
dia tidak berani tertawa lebih jauh, malah dia segera meminta maaf.
Orang yang tadi masuk keluar lagi bersama seorang lelaki berusia hampir lima
puluh tahun bertubuh tegap dan pakaiannya mewah terbuat dari bahan kain sutera
yang halus sekali, Dialah Ciak Kwing Ie Wangwe yang dicari Ho Kongcu tersebut.
Begitulah melihat Ho Kongcu, segera juga Ciak Wangwe tertawa lebar.
"Kehormatan yang sangat besar dengan sudinya Ho Kongcu berkunjung kerumahku
ini!" katanya dengan suara gembira. "silahkan masuk ! silahkan masuk !"
"Ciak Wangwe, aku tidak lama-lama disini !" kata Ho Kongcu,
Ciak Wangwe terheran-heran, dia mementang matanya lebar-lebar.
"Mengapa harus tergesa-gesa" Mari masuk dulu! Memang aku tidak bisa menjamu yang
hebat, tetapi ala kadarnya saja masih sanggup kusediakan, tidak baik menyambut
tamu diluar..." Tapi Ho Kongcu menggeleng.
"Aku hanya ingin menyampaikan sepucuk surat kepada Ciak Wangwe dan sebuah
barang." kata Ho Kongcu. "Harap Ciak Wangwe mau menerimanya."
Kembali Ciak Wangwe tambah heran, karena dia ingin diberikan suatu barang dan
juga sepucuk surat, apakah didalam surat itu Ho Kongcu ini menjelaskan ia ingin
meminjam uang dan malu jika menyampaikan secara lisan" Maka karena berpikir
seperti itu, Ciak Wangwe tersenyumsenyum.
"Tentu, Tentu saja aku bersedia menerimanya !" kata Ciak Wangwe "Mana surat itu,
Ho Kongcu "!" Ho Kongcu mengeluarkan surat tersebut dan benda yang disebutnya
tadi, yaitu tengkorak kepala manusia yang berukuran kecil, terbuat dari batu.
Diangsurkannya kepada Ciak Wang gwe. Muka Ciak Wangwe berobah seketika waktu
melihat benda kecil agak gemetar waktu mengerikan itu, tangannya menyambutnya.
"Ini... ini apakah surat dari tanyanya kemudian, dengan wajah berobah
bersungguh2 Ho Kongcu sendiri "!" dan matanya memancarkan sinar yang tajam,
sejenak sikap ramahnya jadi lenyap.
Ho Kongcu cepat-cepat menggeleng sambil mengulapkan tangannya. "Bukan, bukan,"
katanya, "aku dititipi seseorang yang meminta agar aku menyampaikan surat dan
barang itu. Nah sekarang aku telah menyampaikan surat dan
barang itu kepada Ciak Wangwe, maka aku mohon diri!"
"Tunggu dulu Ho Kongcu!" panggil Ciak Wangwe dengan suara nyaring.
Sebenarnya Ho Kongcu itu sudah ingin meninggalkan tempat tersebut cepat2, hanya
saja mendengar panggilan Ciak Wangwe ia menahan langkah kakinya dan menoleh
lagi. Ciak Wangwe cepat2 membuka surat itu dan membacanya Wajah Ciak Wangwe seketika
berobah. "Setan!" dia memaki dengan suara mengandung kegusaran sedangkan Ho Kongcu yang
waktu itu mengawasi Ciak Wang gwe jadi kaget. Dilihatnya muka hartawan itu merah
padam mengandung kemarahan yang sangat.
Ciak Wangwe menoleh kepada Ho Kongcu yang waktu itu tengah mengawasi dengan hati
yang jadi berdebar2. karena Ho Kongcu sendiri tidak tahu apa bunyinya surat itu.
Dia juga telah melihat kemarahan Ciak Wang gwe. dengan demikian tentunya bunyi
surat itu bernada tidak baik.
"Ho Kongcu," kata Ciak Wangwe kemudian, "Siapa yang telah menitipkan surat dan
barang ini kepadamu "!" Suara Ciak Wangwe walaupun tetap ramah, namun didalam
nada suaranya itu terkandung kemarahan.
"Yang menitipkan....yang menitipkan surat itu tidak kukenal !" menyahuti Ho
Kongcu. "Ya, aku mengerti, Akan tetapi bagaimana rupa dan keadaan orang itu "!" " tanya
Ciak Wangwe lagi. Muka Ho KongCu pucat, dia teringat pada pesan orang bermuka empat persegi dan
kejam itu. Segera dia menggelengkan kepalanya berulang kali, jelas ia ketakutan.
"Aku... aku tidak tahu ! Aku tidak tahu!" katanya kemudian dengan suara
tergetar. Ciak Wangwe semula heran melihat sikap Ho Kongcu, ia segera mengetahui tentu
didalam urusan ini terdapat sesuatu yang kurang menggembirakan karena dilihatnya
Ho Kong cu ketakutan seperti itu. Segera Ciak Wangwe tersenyum menahan perasaan
herannya, dengan sikap yang semakin ramah ia berkata: "Apakah Ho kongcu tidak
mau memenuhi undangan tuan rumah untuk singgah sebentar " Tentu aku Ciak Kwing Ie
tidak akan gembira, karena tidak dapat melayani seorang mulia seperti Ho
Kongcu...!" Walaupun orang mengundangnya dengan hormat, Ho Kongcu tetap saja menggelengkan
kepalanya berulangkali sambil katanya: "Aku ada urusan yang sangat penting dan harus segera
kuselesaikan, maafkan aku tidak bisa memenuhi undangan dari Ciak Wangwe."
setelah berkata begitu, Ho Kongcu merangkapkan sepasang tangannya, dan memutar
tubuhnya untuk berlalu. "Ho Kongcu!" panggil Ciak Wangwe lagi. Ho Kongcu tampaknya sudah tidak mau
memperdulikan Ciak Wangwe, dia terus juga melangkah hendak pergi, karena pemuda
ini kuatir kalau2 nanti Ciak Wangwe mendesak terus dengan pertanyaan-pertanyaan
perihal orang menitipkan surat dan benda yang mengerikan itu.
Hal ini bisa mempersulit dirinya, Maka dianggapnya angkat kaki secepatnya
meninggalkan gedung Ciak Wangwe adalah cara yang tepat.
Melihat Ho Kongcu benar-benar hendak berlalu tanpa memperdulikan dirinya dan
juga undangannya, Ciak Wangwe menoleh kepada kedua orang pengawalnya, dia
mengedipkan matanya maka segera juga kedua orang pengawalnya itu mengerti,
mereka mencelat ke dekat Ho Kongcu.
"Ho Kongcu, Wangwe kami hendak mengundangmu !" kata yang seorang dengan sikap
yang tetap hormat. Tetapi Ho Kongcu itu menggelengkan kepalanya berulangkali
sambil katanya: "Tidak" Tidak ! Aku harus pergi cepat sekali meninggalkan tempat
ini ! Maafkan, aku harus pergi tidak bisa aku memenuhi undangan majikan
kalian ....!" Sambil berkata begitu, malah Ho Kongcu
bermaksud hendak berlari cepat2 meninggalkan tempat tersebut.
Salah seorang kedua pengawal Ciak Wangwe telah mengulurkan kaki kanannya, Waktu
Ho Kongcu itu hendak berlari, dia tersandung kaki orang itu, sehingga tubuhnya
hampir jatuh terjerembab.
Untung saja orang itu cepat sekali menyambarnya, katanya: "Hati2 Ho Kongcu, jika
jatuh tokh akan membuat bibirmu itu terluka lagi!" Diapun bermaksud akan
memayang Ho Kongcu. Ho Kongcu meronta, karena dia merasakan cekalan tangan orang itu keras dan kuat,
seperti ingin memayangnya buat pergi kedekat Ciak Wangwe lagi.
Dia tahu, jika terlalu lama berada ditempat tersebut, niscaya akan
menyebabkan dia menghadapi banyak kesulitan dengan segala pertanyaan yang akan
Ciak Wangwe, karenanya, dia telah meronta diajukan pula dan
berseru: "Lepaskan, eh, kalian hendak berlaku kurang ajar padaku, heh?" Kedua
orang itu, yang memang telah memegang Ho Kongcu, mengambil sikap seperti hendak
menolongi pemuda itu, sebenarnya memang secara memaksa yang halus mereka hendak menenteng
pemuda itu masuk kedalam gedungnya Ciak Wangwe, sambil tertawa mereka berkata:
"Mana berani kami berlaku kurang ajar pada Ho Kongcu, pemuda yang agung dan
mulia putera dari Ho Tiekwan, justru kami bermaksud baik hendak menolongi Ho
Kongcu, jangan sampai terjatuh lagi! Mungkin tadi Ho Kongcu telah kaget karena
hampir saja jatuh, ada baiknya jika Kongcu minum2 dulu didalam ditemani oleh
majikan kami !" "Tidak! Lepaskan! Aku masih ada urusan yang sangat penting yang perlu ku urus,
jika kalian tidak mau melepaskan cekalan kalian, maka kelak aku akan perintahkan
anak buah ayahku untuk menangkap kalian
supaya kalian memperoleh hukuman yang setimpal dengan kekurang ajaran kalian."
Tetapi kedua orang pengawal Ciak Wangwe itu tidak mau melepaskan cekalan mereka,
malah mereka telah mencekal semakin kuat juga. Dengan demikian membuat
Ho Kongcu tidak berdaya untuk meronta, dia seperti dipaksa untuk masuk ke dalam
gedungnya Ciak Wangwe. Waktu itu terlihat betapapun juga Ho Kong cu meronta, namun tenaganya tidak bisa
menandingi kedua orang itu, yang tetap mencekal nya.
"Lepaskan ! Kalian dengar perintahku atau tidak " Ohhh., benar2 kalian berlaku
kurang ajar padaku !" teriak Ho Kongcu kalap, Dia kuatir jika kelak Ciak Wangwe
mengajukan pertanyaan2 mengenai diri orang yang menitipkan surat dan barang
mengerikan itu, sehingga dia terlanjur menyebutkan yang sebenarnya, tentu
dirinya bisa menghadapi bahaya tidak kecil, itulah sebabnya ia meronta sekuat2 nya dan
berusaha agar kedua orang itu melepaskan cekalannya.
Namun kedua orang anak buah Ciak Wang gwe tetap saja mencekalnya dengan
kuat. Malah mereka seperti menenteng sesuatu yang ringan telah membawa Ho Kongcu
masuk kedalam gedungnya Ciak Wangwe, mereka juga tidak memperdulikan teriakan2
Ho Kongcu. Ciak Wangwe menghampiri ke dekat Ho Kongcu, katanya sambil tertawa: "Ho Kongcu,
kedua orangku itu bermaksud baik! Mereka memang bukan orang terpelajar,
maafkanlah atas sikap mereka yang kasar, tetapi sesungguhnya mereka bermaksud
baik, karena melihat Ho Kongcu terkejut, mereka bermaksud hendak menyajikan
minuman buat Ho Kongcu agar perasaan kaget Ho Kongcu berkurang, Maafkanlah
mereka..." Walaupun berkata begitu, Ciak Wangwe tetap saja dengan sikapnya yang menghendaki
Ho Kongcu dibawa masuk kedalam gedungnya dia tidak berusaha menyuruh kedua orang
anak buahnya itu untuk melepaskan cekalan
mereka pada tangan Ho Kongcu. Malah Ciak Wangwe juga yang telah menutup dan
mengunci pintu gerbang rumahnya.
Ho Kongcu, seperti kalap berteriak2 meronta hendak melepaskan diri dari cekalan
ke dua orang anak buah Ciak
Wangwe, tetapi cekalan dari kedua orang anak buah Ciak Wang gwe begitu kuat,
menyebabkan Ho Kongcu tidak
http://dewi-kz.info/ 301 berdaya dan tetap terpegang malah dia seperti diseret
terus masuk kedalam sampai di ruangan tamu Ciak Wangwe.
Waktu itulah kedua orang tersebut melepaskan cekalan mereka dengan sikap
memperlihatkan perasaan menyesal, mereka hampir berbareng telah berkata:
"Maafkanlah kami...,. sesungguhnya kami hanya hendak menyajikan
satu dua cawan arak kepada Ho Kongcu, yang telah bercapai lelah mengantarkan
surat buat majikan kami ! juga tampaknya tadi Ho Kong cu terkejut karena hampir
saja jatuh...Kami akan segera menyajikan minuman buat Ho Kongcu !"
Setelah berkata begitu, segera juga kedua orang itu menyingkir kepintu ruangan
tamu. Ciak Wangwe telah menghampiri Ho Kongcu.
Salah seorang dari kedua orang anak buah Ciak Wangwe tersebut telah memberikan
isyarat kepada seorang pelayan keluarga Ciak Wang gwe, agar segera mengeluarkan
minuman buat tamu. Ciak Wangwe sambil tersenyum lebar telah merangkapkan tangannya.
"Maafkanlah Ho Kongcu, kiranya Ho Kong cu tidak akan menolak maksud baik kami
dan mau bercakap2 sebentar disini !" katanya.
Ho Kongcu dengan menahan kemarahannya berkata: "Ciak Wangwe, aku telah bersusah
payah mengantarkan surat kepadamu dan barang titipan itu, akan tetapi engkau
memperlakukan aku dengan cara tidak pantas. Hal ini bisa saja kulaporkan kepada
ayahku! walaupun engkau memiliki uang yang banyak, namun jangan harap engkau
bisa menghindar dari hukuman disebabkan tingkah lakumu dan orang-orangmu yang
kurang ajar ini...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciak Wangwe merangkapkan tangannya, tetapi dia seperti tidak memperdulikan
ancaman, katanya: "Mari Ho Kongcu duduk beristirahat dulu..!"
Dengan gusar, Ho Kongcu menjatuhkan dirinya. Dia memandang Ciak Wangwe dengan
sorot mata yang tajam, Kemudian katanya. "Hemmm, jika memang demikian aku
tetap tidak bisa menerima perlakuanmu. dan jika aku telah pulang kerumah, akan
kuberitahukan apa yang kualami ini kepada ayahku !"
Maksud Ho Kongcu dengan berkata begitu ingin menggertak Ciak Wangwe tapi Ciak
Wangwe sama sekali tidak memperdulikan ancaman dari pemuda itu, malah dia
tertawa lebar, setelah tertawa dia baru bilang: "Ho Kongcu, dengarlah baik-baik!
Aku hanya bermaksud menghormati Ho Kongcu, tanpa memiliki pikiran jahat...
janganlah Ho Kongcu mempunyai dugaan yang tidak-tidak ! Hemmmm,
sekarang coba Ho Kongcu tolonglah aku beritahukan kepadaku, siapakah orangnya
yang telah menitipkan surat dan benda ini kepada Ho Kongcu, jika memang Ho
Kongcu tidak mengetahui nama orang itu, maka cukup dengan memberikan gambaran
mengenai keadaan diri orang itu..!"
Ho Kongcu mengawasi Ciak Wangwe dengan sikap tidak senang, tetapi hatinya jadi
kuncup, karena Ciak Wangwe waktu itupun tengah memandangnya, sikapnya yang ramah
telah lenyap, dan senyumnya tidak ada, karena dia telah memandang dengan sorot
mata yang tajam, dan juga sikapnya bersungguh2. Malah pada sinar matanya terlihat sikap yang agak
kejam dan menggetarkan hati Ho Kongcu.
"Ini ini....! "Ho Kongcu jadi tidak berani mengumbar adanya, dia telah berkata
dengan gugup, juga dia tidak berani menggertak lagi.
"Ini, ini, kenapa Ho Kongcu" Apakah orang itu tidak menyebutkan namanya kepadamu
"!!" tanya Ciak Wangwe pula.
Ho Kongcu cepat2 menggelengkan kepalanya.
"Tidak !" sahutnya.
"Lalu bagaimana keadaan orang itu" Apakah tubuhnya pendek" Gemuk" Tinggi
jangkung Atau memang kurus kerempeng dan cebol "!"
Tetap Ho Kongcu menggeleng, ia telah berkata dengan tergagap: "Aku...aku tidak
bisa mengatakannya..." "Mengapa tidak bisa mengatakannya!" Ciak Wangwe semakin
bersungguh-sungguh dan matanya juga memancarkan sinar yang kian tajam saja.
"Aku... aku telah dipesan agar tidak memberitahukan keadaan orang itu pada
siapapun juga, aku hanya diminta agar menyampaikan surat dan barang itu kepada
Ciak Wangwe. Tugasku hanya sampai disitu, dan tugas itu telah kulaksanakan
dengan baik, Maka Ciak Wangwe, engkau tidak berhak menahan diriku. Aku tidak
mengharapkan terima kasihmu, asal engkau telah menerima surat dan
barang itu serta mau melepaskan aku untuk pulang kerumah, urusan kuanggap habis
dan aku tidak akan mengadukan tingkah laku dan perbuatanmu bersama anak buahmu
ini kepada ayah ku! Aku tidak akan menarik panjang urusan mu ini..."
Ciak Wangwe tersenyum, "Jangan Ho Kongcu berkata begitu, aku dengan ayahmu
bersahabat baik sekali! Nah, sekarang Ho Kongcu katakan, apakah engkau
mengetahui isi surat itu?"
Ho Kongcu menggeleng lagi.
"Tidak !" katanya.
"Apakah kau mengetahui maksud orang itu dengan menitipkan surat dan tengkorak
kepala manusia berukuran kecil tersebut dari batu itu !" tanya Ciak Wangwe pula
dengan matanya memandang tajam sekali.
"Juga tidak !" "Hemmm, maka itu, harus Ho Kongcu mengatakannya bagaimana keadaan orang itu,
karena ini menyangkut keselamatan belasan jiwa, Yang semuanya akan bercelaka !"
Ho Kongcu terkejut. "Aku.... aku memang sebenar2nya tidak mengetahui hal itu..
aku hanya diminta agar menyampaikan surat itu saja kepada Ciak Wangwe, aku tidak
tahu !" "Baiklah, memang aku mau mempercayai bahwa Ho Kongcu tidak mengetahui urusan
tersebut, akan tetapi apa salahnya jika Ho Kongcu mengatakan dan menceritakan
bagaimana keadaan orang yang telah menitipkan surat dan barang ini kepadamu "!"


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Waktu berkata begitu, tampak jelas sekali, betapa Ciak Wangwe membawakan sikap
yang mendesak. Ho Kongcu jadi salah tingkah, sampai akhirnya dia bilang: "Jika
demikian... jika demikian... inilah urusan yang cukup mengerikan menyangkut
keselamatan belasan jiwa....aku....aku....aku telah terlibat didalam urusan ini tetapi...sebenar-
benarnya...memang aku tidak tahu menahu semua ini, dan aku juga tidak mau
mencampurinya... aku sama sekali tidak mau mengetahui urusan apa itu. Asalkan
aku telah dapat melaksanakan perintah itu, menyampaikan surat dan berang titipan
itu kepada Ciak Wangwe, tugasku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah selesai. urusan lainnya adalah urusan Ciak Wangwe..." Ciak Wangwe
tersenyum tawar, katanya "Memang benar apa yang dikatakan oleh Ho Kongcu bahwa
urusan ini adalah urusanku, Namun... apakah.... Ho Kongcu tidak mengetahui, jika
urusan ini juga menyangkut keselamatan jiwa ayahmu dan engkau sendiri!"
Ho Kongcu terkejut, namun setelah mengawasi Ciak Wangwe beberapa saat dia lantas
mengangguk. "Ya, ya, memang akan menyangkut dengan keselamatan diriku sendiri,
jika saja aku melanggar pesan orang itu, dan
menjelaskan keadaan dirinya pada Ciak Wangwe...." waktu berkata begitu, suara
Hong Kongcu tampak tergetar dan mukanya pucat pias, dia telah bilang lagi
kemudian dengan sikap ragu2.
"Apakah... apakah aku boleh meninggalkan tempat ini "!" Ketakutan yang luar
biasa telah menguasai diri Ho Kongcu, waktu bertanya seperti itu, dengan sikap
yang gugup diapun telah bangkit dari duduknya.
Ciak Wangwe mengangguk. "Tentu saja Ho Kongcu boleh meninggalkan tempat ini,
mana berani aku menahan Ho Kongcu, Hanya saja sebelum pergi Ho Kongcu harus
menjelaskan bagaimana keadaan dan rupa orang yang telah menitipkan surat dan
benda ini kepada Ho Kongcu, yang dipesan juga agar kau menyampaikannya kepadaku?"
O000dw000O Jilid 8 DAN ancaman apa saja yang telah diberikan orang itu pada Ho Kongcu,
sehingga tampaknya Ho Kongcu ketakutan seperti itu?"
"Untuk ini aku... aku ...!" kata Ho Kongcu tambah ragu2 dan ketakutan. Ciak
Wangwe tersenyum tawar. "Jika saja Ho Kongcu mau menceritakan kesulitanmu
kepadaku, mungkin juga aku bisa membantu dan menolongimu, Bukankah itu menjadi
jauh lebih baik dari pada Ho Kongcu berdiam diri saja dan jika orang itu
bermaksud mengganggu engkau hanya seorang diri, dengan demikian jelas akan
membuat engkau menemui bahaya yang tidak kecil tanpa berdaya pula"!"
Mendengar perkataan Ciak Wangwe itu, Ho Kongcu jadi tertegun.
Dia beranggapan bahwa yang dikatakan Ciak Wangwe ada benarnya juga, karena jika
saja orang bermuka empat persegi itu bermaksud membunuhnya, tentunya dia akan
menghadapi bahaya tanpa ada orang mengetahuinya.
Dan juga, jika saja dia memberitahukan kepada Ciak Wangwe, tentu akan dapat
meminta bantuan dari Ciak Wangwe, bagaimana sebaiknya untuk menghadapi orang
itu. Diwaktu itu, tampak Ciak Wangwe tersenyum, dia telah bilang lagi: "Nah, sekarang
silahkan Ho Kongcu mengemukakan apa saja ancaman orang itu pada Ho Kongcu, dan
juga bagaimana keadaan orang itu ! Dengan menceritakan segalanya kepadaku tentu
aku akan dapat membantu juga kesulitan yang tengah dihadapi oleh Ho Kongcu !"
Tetapi setelah berdiam diri sejenak, Ho Kongcu rupanya sudah dapat berpikir
lebih baik. Dia menggelengkan kepalanya berulang kali,
"Tidak ! Tidak ! Kau ijinkan aku meninggalkan tempat ini ! itu yang kukira
terlebih baik ! Jika engkau ingin
mengetahui siapa orang yang telah mengirim surat dan barang itu kepadamu, kau
selidikilah sendiri.... aku tidak bisa menceritakan dan menyebutkan keadaan
orang itu !" Muka Ciak Wangwe demikian sama saja Ho berobah, dia telah bilang: Jika Kongcu
mencari kesulitan buat dirimu sendiri ! Aku yakin bahwa orang itu pasti telah
mengancam Ho Kongcu dengan ancaman yang tidak ringan...!"
Ho Kongcu telah mendekati pintu, dia bermaksud untuk menerjang keluar, memaksa
untuk meninggalkan Ciak Wangwe,
Namun baru saja dia melangkah beberapa tindak, tiba2 pundaknya sakit, karena
baju dibagian pundaknya itu telah kena dicengkeram, dan ketika Ciak Wangwe
menghentak tangannya, maka tubuh Ho Kongcu terlempar jatuh terduduk dikursi yang
tadi didudukinya. Diam2 hati Ho Kongcu tergetar, dia telah merasakan sendiri dan melihatnya tenaga
dari Ciak Wangwe sangat kuat sekali, dengan hanya mencekal dan menghentak saja,
tubuhnya telah bisa dilontarkan seperti itu.
Karenanya, dia telah memandang Ciak Wangwe dengan sorot mata yang bertanya2
dalam keraguan, sebenarnya dia bermaksud untuk menyebutkan saja siapa orang itu,
memberikan gambaran keadaan diri orang yang telah menitipkan surat dan barang
mengerikan itu, namun dia
akhirnya berkuatir lagi, jika dia telah memberitahukan segalanya pada Ciak Wangwe dan Ciak Wangwe
memberikan ijinnya untuk dia meninggalkan rumahnya, bukankah dirinya akan
disiksa oleh orang berbaju biru itu diluar rumah Ciak Wanggwe "
Akan tetapi apakah orang berbaju biru itu akan mengetahui dia memberitahukan
atau tidak kepada Ciak Wangwe mengenai keadaan dirinya " Bukankah Ciak
Wangwe dan dia berada didalam rumah dan ditempat itu tidak terdapat orang
berbaju biru itu " Begitulah, hati Ho Kongcu diliputi kebimbangan. Setelah berdiam diri beberapa
saat dia telah berkata ragu2: "Baiklah, aku akan memberitahukan ! Namun engkau
harus berjanji dulu kepadaku "!"
"Janji apa "!" tanya Ciak Wangwe.
"Aku akan memberitahukan tentang diri orang yang kau tanyakan itu, dan engkau
tidak boleh memberitahukan siapapun juga, bahwa aku yang telah memberitahukannya
!" kata Ho Kongcu. Ciak Wangwe mengangguk cepat sekali. "Ya, aku berjanji ! Apakah orang itu memang
telah melarang dirimu agar tidak memberitahukan keadaan dirinya itu kepadaku "!"
tanya Ciak Wangwe kemudian.
"Benar, jika aku berani memberitahukan aku akan dibunuhnya ! Maka jika nanti kau
memberitahukan bahwa aku yang telah memberitahukan orang yang mengirim surat itu
kepadamu, maka aku yang akan dimusuhinya dan
dibinasakan! Maka itu, tadi aku tetap tidak mau memberitahukan!" Ciak Wangwe tertawa, sampai
akhirnya dia bilang: "Baik, baik, kau tenang2 saja Ho Kongcu, katakanlah, tentu
saja aku tidak akan mencelakai dirimu...!"
"Orang itu bermuka empat persegi, mulutnya tipis dengan mata yang berukuran agak
besar dan bersinar tajam mengerikan, dia memakai baju berwarna biru, tubuhnya
tinggi besar...!" Waktu Ho Kongcu tengah menceritakan keadaan diri orang yang telah menitipkan
surat dan benda mengerikan itu kepada Ciak Wang gwe, muka hartawan itu ternyata
berobah pucat. "Jadi jadi dia telah menitipkan surat dan benda ini kepadamu"!" tanya Ciak
Wangwe kemudian dengan suara tergetar.
Ho Kongcu mengawasi Ciak Wangwe beberapa saat, kemudian tanyanya: "Apakah Ciak
Wangwe kenal orang itu"!"
Ciak Wangwe tidak segera menyahuti, dia memandang kearah pintu, dimana kedua
orang pengawalnya tengah berdiri tegak mengawasi penuh kewaspadaan sedangkan
muka Ciak Wangwe sendiri berobah pucat, dan dia menghela napas lagi dalam2, baru
kemudian menggumam: "Jadi benar2 dia yang akan membasmi keluargaku....
ooh, aku tidak sangka, setelah berusaha hidup tenang, ternyata tetap saja dia
akan muncul mengganggu ketenanganku dan memaksa aku harus mencabut pedang
kembali dari sarungnya...!"
Ho Kongcu tidak mengerti apa yang digumamkan oleh Ciak Wangwe, dia hanya
mengawasi tertegun. Setelah lewat beberapa saat dan melihat Ciak Wangwe hanya
berdiri diam tanpa memperdulikan dirinya.
Ho Kongcu berdiri dari duduknya, telah bertanya lagi: "Ciak Wangwe.... apakah
engkau kenal dengan orang itu "!" Ciak Wangwe seperti baru tersadar dari
mimpinya, dia menoleh kepada Ho Kongcu, kemudian katanya: "Jika demikian... kau
juga terlibat bahaya tidak kecil ini....!"
Waktu berkata begitu, muka Ciak Wangwe pucat sekali. Hati Ho Kongcu berdebar2
keras, dia telah berkata dengan suara yang bimbang, kemudian dia bilang: "Urusan
ini... apa yang Ciak Wangwe maksudkan aku pun terancam
bahaya "!" Ciak Wangwe menghela napas, dia bilang: "Sebenarnya, dia... orang yang telah
menitipkan surat dan barang itu kepadamu, adalah seorang yang sangat telengas
tangannya. Dia bukan hendak mencelakai orang2 yang menjadi musuhnya, hanya saja orang itu
selalu mencari orang yang sekiranya memiliki nama cukup terkenal didalam rimba
persilatan, dia akan melukai dengan pukulan beracun pada orang itu !
Dan aku pernah bertempur dengannya beberapa tahun yang lalu, waktu itu aku belum
tinggal dikota ini! Aku berhasil mempertahankan diri sehingga dia tidak berhasil
melukai aku dalam arti yang parah dan berat, karena hanya luka ringan dan aku
bisa melarikan diri. Lalu aku hidup mengasingkan diri disini, akan tetapi orang itu ternyata
mengetahui dan bermaksud menggangguku terus.... karenanya terpaksa aku harus
menghadapinya juga. Dia yang dikenal sebagai Ban Tok Kui?"
"Ban Tok Kui "!" tanya Ho Kongcu dengan suara tergetar. "Ya, dia sangat pandai
dan liehay sekali mempergunakan racun, sekali saja engkau terkena racunnya,
niscaya engkau tidak akan dapat meloloskan diri dari kematian !"
menjelaskan Ciak Wangwe. Ho Kongcu jadi mengeluh, tubuhnya lemas dan dia telah duduk kembali dikursinya
karena dia merasakan lututnya gemetaran keras sekali.
Sedangkan waktu itu terlihat Ciak Wang gwe menghela napas berulang kali, diapun
telah menoleh kepada Ho Kongcu, lalu katanya. "Apakah orang itu tidak mengatakan
sesuatu kepadamu?" Ho Kongcu menggeleng. "Tidak," sahutnya, "Sama sekali dia tidak menyebut2 hal
yang penting, dia hanya minta agar aku menyampaikan surat dan barang itu kepada
Ciak Wangwe, dan tidak menyebutkan keadaan dirinya pada Ciak Wangwe, walaupun
Ciak Wangwe memaksa dengan kekerasan.
Sekali saja aku memberitahukan, maka biar aku melarikan diri keujung langit akan
dikejar dan dibinasakannya...hal inilah ....hal inilah yang membuat aku
jadi....jadi...." berkata sampai disitu, Ho Kongcu tidak meneruskan
perkataannya, dengan wajah yang pucat pias, dia telah memandang Ciak Wangwe
seperti juga minta dikasihani.
"Jadi kenapa?" tanya Ciak Wangwe. "Aku jadi serba salah dan sekarang ini aku
justeru telah menceritakan keadaan dirinya, dengan demikian jelas aku akan
dikejarnya... aku akan disiksa dan dibinasakannya...lihatlah....mulutku ini,
betapapun juga aku tidak mau mengalami sampai kedua kalinya, gigiku
rontok karena dia, mulutku ini berdarah karena dia pula.." Setelah berkata
begitu, kesakitan seperti juga menggetarkan hatinya.
Ciak Wangwe tersenyum, katanya: "Kau jangan kuatir, aku tentu tidak akan
membocorkan urusan ini kepada Ho Kongcu tampak meringis menahan perasaan ngeri
yang siapapun juga... aku tentu tidak akan mencelakai dirimu, Ho Kongcu!"
"Ciak Wangwe...." kata Ho Kongcu kemudian dengan sikap ragu2.
Baru saja Ho Kongcu berkata sampai disitu, terdengar suara langkah kaki yang
muncul diruangan tengah tersebut. Ciak Wangwe dan kedua orang anak buahnya
menoleh begitu juga Ho Kongcu, menoleh dengan hati yang takut2 dan kaget.
Ternyata seorang gadis berusia dua puluh tahun atau dua puluh satu tahun,
melangkah masuk dengan tindakan kaki yang ringan di sertai senyumnya yang manis
sekali. "Ayah, tampaknya ada sesuatu yang mengganggu hatimu!" kata gadis itu waktu dia
melangkah masuk, diapun memandang heran sejenak kepada Ho Kongcu, bagaikan dia
tidak mengerti mengapa pemuda itu yang diketahui nya sebagai putera Tiekwan bisa
berada didalam ruangan ini.
"Bukankah ini..Ho Kongcu..." Ho Kongcu seperti kesima waktu melihat gadis
tersebut. Betapa cantiknya gadis itu. Matanya yang bening jeli, dengan senyumnya yang
manis menggetarkan sukma dan juga dengan wajahnya yang cantik luar biasa,
bagaikan seorang dewi yang baru turun dari kerajaan langit. pakaiannya juga
indah sekali. Pakaian atasnya terbuat dari sutera halus berwarna merah muda, dengan gaun
bawahnya berwarna merah darah. Angkinnya yang berwarna kuning tampak melambai
waktu dia melangkah mendekati Ciak Wangwe, ayahnya.
Ketika gadis itu bertanya demikian, Ho Kongcu seperti tersadar dari mimpinya,
dengan pipi yang berobah merah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jengah, ia segera merangkapkan kedua tangannya, menjura memberi hormat kepada
gadis itu. "Benar nona... memang Siauwte adalah Ho Kin An, putera Ho Tiekwan," katanya.
Gadis itu menoleh kepada Ciak Wangwe sambil memperlihatkan sikap terheran2:
"Ayah, mengapa Ho Kongcu demikian pucat, tampaknya ada urusan yang sulit sekali
tengah menimpa diri Ho Kongcu!"
Ciak Wangwe menghela napas, dia melambaikan tangannya kepada puterinya.
"Sie Lan, kemarilah kau." panggilnya.
Gadis itu mengiakan, segera dia menghampiri ayahnya.
"Ada apa ayah?" tanya gadis tersebut sambil tersenyum, sikapnya tenang sekali.
"Kau lihatlah ini!" kata Ciak Wangwe sambil menyerahkan surat titipan dari Ban
Tok Kui dan tengkorak kepala manusia berukuran kecil terbuat dari batu.
"Ihhh..." gadis itu mengeluarkan seruan tertahan, ia telah memandang dalam2 pada
tengkorak kepala manusia tersebut, kemudian katanya: "Bukankah....bukankah ini senjata andalan ayah...?"
Ciak Wangwe mengangguk. "Kau bacalah surat yang dikirim manusia busuk itu!" kata Ciak Wangwe. Sigadis
tidak bertanya lagi, dia membuka surat itu dan membacanya. Ternyata surat itu
merupakan surat ancaman dari Ban Tok Kui yang bunyinya sebagai berikut:
"Ciak Kwing Ie, beruntung sekali aku bisa mengetahui tempat kediamanmu, sehingga tidak percuma
harapanku, bahwa kita dapat main2 lagi sepuas-hati!
Bersama ini kukirimkan tanda mata yang pernah engkau berikan kepadaku! Dan
tunggulah, aku akan muncul untuk mengajakmu bergurau dengan maut!"
Sigadis telah melipat surat itu, kemudian dengan sepasang alis mengkerut diam2,
ia bilang: "Ayah dulu telah bertanding dengannya dan kalian tidak ada yang
menang tidak ada yang kalah. Kalian juga sama2 terluka. Ayah dilukainya, dan
diapun terluka oleh senjata rahasia ayah, ini.."
Sambil berkata begitu, Sie Lan menimbang2 tengkorak kepala manusia berukuran
kecil tersebut, tampak wajahnya muram sekali. "Ternyata iblis busuk itu masih
juga mengejar ayah dan ingin meneruskan persengketaan itu,
padahal ayah telah banyak mengalah padanya."
Ciak Wangwe menghela napas dalam2. "Sie Lan, terhadap iblis busuk itu ayah tidak
kuatir, tetapi justeru yang menjadi pikiran ayah, jika saja guru dari iblis itu
ikut mencampuri urusan ini, karena iblis busuk itu
bisa membujuk gurunya, inilah celaka yang sulit kita elakkan! Terlebih lagi,
terakhir yang ayah dengar dari kedua sahabat ayah, kepandaian dari Ban Tok Kui
semakin tinggi, dengan penggunaan racunnya yang semakin liehay."
Dan setelah berkata begitu dengan wajah yang muram, Ciak Wangwe menghela napas.
Sesungguhnya, enam tahun yang lalu memang Ciak Kwing Ie telah pernah
bertempur Ban Tok Kui. Kepandaian mereka ternyata sama-sama tinggi dan liehay,
hanya saja justru Ban Tok Kui menang angin sebab dia mempergunakan racun yang
sangat berbisa dalam pertempuran itu, membuat Ciak Kwing Ie terdesak dan
terluka. Akan tetapi, Ciak Kwing Ie juga bukan jago sembarangan ia pun memiliki
kepandaian tinggi, dengan demikian ia dapat melukai Ban Tok Kui dengan senjata
rahasianya yang istimewa, yaitu tengkorak kepala manusia berbentuk sebesar buah
tho dan terbuat dari batu yang dipahat. Dan dengan terlukanya Ban Tok Kui
membuat Kwing Ie bisa meloloskan diri dari tangan beracun Ban Tok Kui.
Sekarang, siapa tahu justeru Ban Tok Kui telah muncul dikota ini dan
mengembalikan "tanda-matanya" itu, yaitu senjata rahasia berbentuk kepala
manusia, walaupun sejak terjadinya bentrok dengan Ban Tok Kui. Ciak Kwing Ie
mengasingkan diri dan hidup menyepi, ia sengaja memilih
kota ini yang tenang dan tenteram sebagai tempat tinggalnya dan tidak mau mencampuri urusan persilatan
lagi, dia hidup sebagai seorang hartawan kaya yang tidak mengerti ilmu silat.
Namun siapa tahu, justeru walaupun selama enam tahun ia berhasil mencuci tangan
dan menyimpan pedang tidak mencampuri urusan Kangouw lagi, tokh sekarang ini Ban
Tok Kui telah muncul kembali.
Tampaknya Ciak Kwing Ie tidak bisa menghindar dari kenyataan yang ada, ia harus
menghadapi Ban Tok Kui

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi, seperti yang pernah diucapkan tadi, bahwa akhirnya ia terpaksa
mengeluarkan kembali serangkanya dan melakukan sesuatu pedangnya dari
untuk menerima tantangan Ban Tok Kui.
Ciak Sie Lan berdiam diri sejenak, kemudian dia menoleh kepada Ho Kin An, yang
membuat hati Ho Kin An jadi berdebar keras, karena sejak tadi Ho Kongcu ini cuma
menatapi tidak puasnya kecantikan paras putri Ciak Wangwe itu.
"Lalu... mengapa Ho Kongcu bisa terlibat didalam urusan ini, ayah?" tanya Ciak
Sie Lan kepada ayahnya. Ciak Wangwe menjelaskan apa yang terjadi tadi, dan Ciak
Sie Lan mengangguk2 beberapa kali, dia menggumam perlahan: "Justeru jika kita
dapat saja menghadapi iblis busuk itu, dan kukira memang kita tidak perlu
berkuatir dan takut, ayah" Namun dengan Ho Kongcu ini....bagaimana dengannya"
Apakah kita harus memecahkan perhatian untuk melindunginya?"
Ciak Wangwe mengangguk. "Ya, Ho Kongcu telah terlibat dalam urusan ini! Memang bisa saja Ho Kongcu
pulang kerumahnya dan melaporkan segalanya pada ayahnya. Dengan begitu ayahnya
bisa mengerahkan alat2 negara untuk menangkap Ban Tok Kui. Namun, apa artinya
para opsir itu dihadapan seorang Ban Tok Kui"!"
Dan Ciak Wangwe menghela napas lagi beberapa kali. "Tetapi untuk membiarkan Ho
Kongcu pulang kerumahnya seorang diri, inipun tidak mungkin! iblis busuk itu
pasti akan membuktikan ancamannya, yaitu mencelakai Ho Kongcu." kata Ciak Sie
Lan. Hati Ho Kin An diam2 merasa sangat berterima kasih dan bersyukur betapa Sie Lan
memperhatikan keselamatan dirinya. Dalam keadaan seperti itu, perhatian yang
diberikan Sie Lan bagaikan setitik embun yang menyejukkan hatinya, yang sejak
tadi diliputi perasaan takut.
"Terima kasih Ciak Kouwnio." !" kata Ho Kin An kemudian. "Biarlah aku pulang
kerumah ayah untuk memohon ayah nanti, menangkap penjahat itu tentu kalian ayah
dan anak, jika memang penjahat itu berhasil ditangkap, dapat hidup tenang
tentram dihari2 mendatang !"
Waktu berkata begitu, berkurang rasa takut Ho Kin An, malah ia memperlihatkan
sikap yang sangat berani sekali. Hal ini menunjukkan bahwa Ho Kin An tidak mau
memperlihatkan kelemahannya dihadapan Ciak Sie Lan.
Tetapi gadis itu malah tersenyum, kemudian katanya: "Terima kasih Ho Kongcu atas
maksud baikmu, tetapi Ban Tok Kui bukan penjahat sembarangan, ia sangat liehay
dan memiliki kepandaian yang tinggi, juga tangannya beracun sekali. Karenanya,
jika saja kau meminta bantuan ayahmu, tentu ayahmu itu tidak akan dapat
melakukan banyak dalam menghadapi iblis bertangan telengas itu.Bisa bisa ayahmu sendiri yang
menghadapi bahaya ditangannya !"
Ho Kim An sejak pertama kali tadi melihat kecantikan puteri Ciak Wangwe merasa
hatinya tergetar. Entah mengapa, kecantikan gadis itu terlalu mempesonakan
dirinya, membuatnya seperti juga hatinya tertarik oleh sesuatu kekuatan magnit
yang tidak tampak oleh mata.
Dan sekarang mendengar perkataan Ciak Sie Lan seperti itu, cepat2 Ho Kim An
membusungkan dadanya, dengan
bersemangat ia bilang: "jangan kuatir nona Ciok ! Walaupun bagaimana, aku akan berusaha meminta ayah
mengerahkan anak buahnya, guna menangkap penjahat itu ! Percayalah bahwa ayahku
memiliki anak buah yang cukup banyak... walaupun bagaimana tingkat kepandaian
penjahat itu, dan juga walaupun ia liehay sekali mempergunakan
racun, namun jika memang ayahku mengerahkan seluruh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan anak buahnya, niscaya penjahat itu akan dapat diringkus !" Mendengar
perkataan Ho Kim An yang begitu bersemangat sekali, Ciak Sie Lan tersenyum dia
bilang: "Jika memang demikian, kami ayah dan anak tentu tidak bisa melupakan
budi kebaikan Ho Kongcu, Hanya saja,
didalam urusan ini, tidak berani kami mempersulit dan menyusahkan Ho Kongcu dan
ayahmu, biarlah kami mengurus sendiri iblis jahat itu... jika memang Ho Kongcu
bisa menjaga dan melindungi keselamatan dirimu, itu saja sudah lebih dari
cukup..." Mendengar perkataan Ciak Sie Lan, Ho Kin An telah cepat2 menggeleng. "Tidak apa2
...tidak apa2." kata Ho Kin An. "Urusan ini menyangkut keselamatan kalian ayah
dan anak, dan juga orang yang akan mengganggu ketentraman rumah tangga
kalian adalah seorang penjahat busuk, Maka tidak ada salahnya jika aku meminta
bantuan ayah untuk menangkap penjahat itu. Dan juga... biarpun aku harus....
harus terbinasa ditangan penjahat itu, hatiku puas..."
Waktu mengucapkan kata2 itu, pipi Ho Kin An berobah merah karena malu, sebab
sesungguhnya ia ingin mengucapkan kata2: "walaupun harus terbinasa ditangan
penjahat itu, hatiku puas, asal bisa membela dan mendampingi juga melindungi
dirimu...." Tetapi kata2 itu tidak bisa diucapkannya sampai habis, karena dia kuatir si
gadis bukannya menerima kata-katanya itu dengan senang hati, malah nanti
tersinggung, maka dia tidak meneruskan perkataannya itu.
Sedangkan Ciak Wangwe menghela napas tanyanya sambil tersenyum pahit. "Ho
Kongcu, ternyata kau walaupun tidak mengerti ilmu silat, namun sikapmu gagah
sekali, aku sangat kagum sekali !"
Muka Ho Kin An berobah merah, dia telah berkata kepada Ciak Wangwe: "Ciak Wang
gwe, walaupun aku harus terbinasa ditangan penjahat itu, aku akan puas, karena
sekarang aku baru mengerti, bahwa orang yang tengah dihadapi Ciak Wangwe adalah
seorang penjahat, karenanya dengan membela kebenaran dan keadilan, walaupun
harus mengorbankan jiwa, aku puas !"
Waktu berkata begitu, tampak Ho Kin An membusungkan dadanya, dia puas sekali dan
bersemangat bukan main. Ciak Wangwe tersenyum, diam2 hatinya dia merasa lucu
dan geli, Diapun berpikir: "Dasar pemuda yang belum banyak pengalaman! Tadi kau
begitu ketakutan, sekarang dihadapan puteriku, justru engkau pura2 berani.!"
Akan tetapi Ciak Wangwe tidak mengemukakan perasaannya itu, ia telah menoleh
kepada puterinya, katanya: "Sie Lan, kira harus bersiap2, karena sembarang waktu
iblis busuk itu bisa saja muncul..."
"Ya, ayah..." menyahuti Sie Lan. Namun baru saja dia berkata begitu, terdengar
suara berisik diluar, suara gemuruh dari hancurnya kayu. Kedua orang anak buah
Ciak Wangwe cepat2 memutar tubuh dan berlari keluar untuk melihat apa yang
terjadi. Tidak lama kemudian terdengar suara jeritan mereka yang mengenaskan sekali,
tubuh mereka terpental keras sekali ke tengah udara, menerobos masuk keruang
tamu dan terguling-guling dilantai, dengan muka yang masing2 telah berwarna
hitam gelap, mereka hanya merintih
sejenak, kemudian diam tidak berkutik lagi, karena jiwa mereka telah terbang
meninggalkan raga masing2.
Ciak Wangwe dan yang lainnya terkejut. Cepat2 Ciak Sie Lan menjejakkan kakinya,
ia melesat keluar dari ruang tamu.
Ho Kin An melihat apa yang dilakukan Ciak Sie Lan, cepat-cepat berseru: "Ciak
Kouwnio hati2!" Diapun berlari menyusul keluar.
Waktu itu Ciak Wangwe pun telah melesat keluar, Ho Kin An hanya merasakan ada
angin yang berkelebat disisinya, sesosok bayangan telah melesat melewatinya, tahu2 Ciak Wangwe telah
berada didekat puterinya, berdiri tegak menghadapi ke pintu gerbang rumah
tersebut. Diam2 Ho Kongcu jadi kagum pada Ciak Wangwe, seorang hartawan yang
ternyata memiliki kepandaian silat yang tinggi.
Pintu gerbang dari gedungnya keluarga Ciak tersebut terbuat dari kayu yang tebal
dan kuat sekali. Akan tetapi waktu itu daun pintu telah sempal dan hancur,
seperti terkena hantaman tenaga yang sangat kuat.
Ketika Ho Kin An telah berada diluar, dia melihat ditengah2 pintu yang hancur
itu, ber diri bengis sekali seorang laki2.
Tubuh Ho Kin An jadi menggigil ngeri, sebab dilihatnya bahwa laki2 yang berdiri
dipintu gerbang itu tidak lain dari
laki2 yang memakai baju biru dan bermuka empat persegi dengan sorot mata yang
kejam dan buas. Dan Ho Kin An dapat menduga, tentunya orang ini yang disebut2 oleh Ciak Wangwe
dan putrinya, sebagai Ban Tok Kui.
Hati Ho Kin An tergetar keras, ia sebenarnya hendak mundur masuk kedalam ruangan
lagi. Namun waktu itu justeru Ciak Sie Lan menoleh kebelakang kepadanya,
katanya: "Ho Kongcu, kau jangan keluar, pergilah masuk."
Karena si gadis menganjurkan dia masuk, Ho Kin An justeru jadi likat dan merasa
malu jika harus masuk keruangan dalam lagi, dia segera membesarkan hatinya,
katanya dengan nyaring: "Tidak Ciak Kouwnio, kau jangan kuatirkan aku... aku
tidak takut. Biarlah aku menemani kalian..."
Lelaki berbaju biru itu, yang memang tidak lain dari Ban Tok Kui dan tadi sekali
hantam saja dengan telapak tangannya telah dapat memukul hancur pintu gerbang
itu, tertawa bergelak2 nyaring sekali, pada suara tertawanya itu mengandung nada
pembunuhan "Hahahaha, seorang pemuda yang gagah berani! Gigimu telah ompong dua, maka nanti
aku justeru akan membuat kau benar2 sebagai pemuda ompong yang tidak memiliki
gigi sebijipun juga,.,.!" Ternyata Ban Tok Kui menunjukkan kata2nya itu untuk Ho
Kin An, yang diancamnya kelak akan menyiksa pemuda itu dengan hebat.
Ciak Wangwe sendiri sebenarnya tergetar hatinya ketika melihat Ban Tok Kui, akan
tetapi cepat sekali dia bisa menguasai goncangan hatinya, dia dapat bersikap
jauh lebih tenang. Dia merangkapkan kedua tangannya katanya: "Ban Tok Kui, sudah enam tahun lamanya
aku mengasingkan diri dan tidak mau mencampuri urusan rimba Disamping itu sudah
enam tahun pula aku ilmuku, namun mengapa engkau masih menggangguku "!"
persilatan. melupakan saja ingin "Hutang piutang enam tahun yang lalu bagaimana dapat
dilenyapkan begitu saja "!" menyahuti Ban Tok Kui dengan suara yang dingin
sekali, "Karena itu tidak dapat aku membiarkan kau bersamaku berpijak dibumi ini
!" "Jadi maksudmu "!" tanya Ciak Kwing Ie dengan suara yang tawar. "Kukira tak
perlu kujelaskan lagi !" menyahut Ban Tok Kui, "Kau tentu mengetahui dan
mengerti maksud kedatanganku ini ! senjata rahasiamu yang sempat melukaiku enam
tahun yang lalu telah kukembalikan, dan tentu saja, harus dengan bunganya, bukan
"!" Muka Ciak Kwing Ie berobah, tetapi dia tertawa dingin. "Baiklah, kau terlalu
mendesakku, sehingga walaupun aku bermaksud hidup tenang telah mengundurkan diri
dari rimba persilatan, nyatanya tetap saja tidak mungkin aku
selamanya menyimpan pedangku.... Baiklah, aku akan melayanimu !"
"Bagus !" berseru Ban Tok Kui. "ltulah yang kuinginkan dan semangat seperti itu
memang cukup membanggakan !" Ciak Kwing Ie menoleh kepada puterinya, katanya:
"Sie Lan, pergi kau masuk kedalam !"
Ciak Sie Lan menggeleng. "Maafkanlah ayah, bukan anakmu ingin membantah dan membangkang terhadap
perintahmu. Akan tetapi didalam hal ini aku justeru penasaran sekali, ingin
melihat berapa tinggi kepandaian dari iblis busuk tersebut..."
"Sie Lan !" bentak Ciak Kwing Ie yang marah bercampur kaget, karena ia
mengetahui betapapun juga Ban Tok Kui merupakan seorang iblis yang berkepandaian
tinggi dan tidak boleh dipandang ringan. "Ayo kau masuklah !"
Sie Lan tersenyum, dia menggeleng, "Sebelum ayah yang turun tangan memberikan
pelajaran kepada iblis busuk itu, agar kelak dia tidak terlalu kurang ajar, maka
biarlah puteri mu yang menemaninya dulu...!"
Setelah berkata begitu, tanpa menantikan persetujuan dari ayahnya, Sie Lan telah
mencabut keluar pedangnya,
diapun bersiap2 hendak menerjang kepada Ban Tok Kui.
Ciak Kwing Ie berseru nyaring: "Tunggu dulu Sie Lan!" Ciak Sie Lan menahan
gerakannya dan menoleh sedikit pada ayahnya, tanyanya: "Mengapa ayah" Bukankah
iblis busuk ini perlu di hajar"!"
Belum lagi Ciak Kwing Ie menyahuti, justeru Ban Tok Kui telah berseru sambil
disertai tertawanya yang bergelak2. "Bagus! Bagus! Jika memang ada seorang nona
cantik manis yang berusaha untuk melayaniku dengan manis,
itulah urusan yang membuat aku tidak kecewa datang ketempat ini.,.!" katanya
dengan sikap mengejek. Sedangkan waktu itu terlihat betapa Ciak Kwing Ie telah gusar, dia berseru:
"Biarlah aku yang menghadapi iblis itu!" Dan dia melompat mendahului puterinya.
Ciak Kwing Ie walaupun bukan seorang tokoh sakti, namun didalam rimba persilatan
pada enam tahun yang lalu cukup terkenal.
Kepandaiannya juga tinggi dan aneh. Karena itu, ia sama sekali tidak jeri
berurusan dengan Ban Tok Kui. Jika sejak enam tahun yang lalu dia telah hidup
menyendiri dan juga menyepi dikota ini tanpa ingin mencampuri lagi urusan dalam
kalangan Kangouw, hal itu hanya disebabkan memang ia ingin hidup tenang bersama
keluarganya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun siapa tahu Ban Tok Kui tetap tidak
melepaskannya dan mencari urusan dengannya, memaksa ia harus mempergunakan
kembali pedangnya. Ban Tok Kui telah berkata dengan tawar: "Mengenai diri kalian ayah dan anak bisa
kita urus belakangan. Tetapi sekarang ini aku ingin berurusan dengan pemuda
bebodoran itu." Sambil berkata begitu, Ban Tok Kui menunjuk pada Ho Kin An dengan sorot mata
yang bengis. Tubuh Ho Kin An menggidik, namun di hadapan Ciak Sie Lan mana mau dia
memperlihatkan kelemahannya. Karenanya segera juga Ho Kin An berusaha menindih
perasaan takutnya, dia membusungkan dadanya, katanya: "Aku tidak bersalah apa2
terhadapmu, tadipun engkau telah meminta agar aku mengantarkan suratmu kepada
Ciak Wangwe, semula kuduga bahwa engkau manusia baik2,
walaupun engkau telah menyiksa aku tanpa sebab, aku bermaksud menyudahi begitu
saja urusan ini. Siapa sangka justeru engkau memang bermaksud buruk dan jahat sekali! Sekarang
aku tidak mau sudah sampai disini saja, aku akan segera pulang untuk
memberitahukan ayahku, agar engkau ditangkap dan dijatuhi hukuman yang setimpal dengan
kejahatanmu..!" Mendengar perkataan Ho Kin An itu, meledak tertawa Ban Tok Kui.
"Apakah engkau berpikir masih akan dapat meninggalkan tempat ini dengan masih
ber napas "!" tanyanya sambil tertawa bengis.
Hok Kin An tidak mengerti perkataan Ban Tok Kui, dia malah bertanya dengan tidak
senang: "Mengapa aku tidak
bisa meninggalkan tempat ini untuk pulang memberitahukan kejahatanmu itu" Tokh aku masih memiliki
sepasang kaki ini !" "Hahahaah, sungguh sikap yang gagah di hadapan sicantik !"
berseru Ban Tok Kui sambil melirik kepada Ciak Sie Lan, karena dia mengetahui Ho
Kin An yang tadi dilihatnya seorang pemuda pengecut, sekarang dihadapan
Ciak Sie Lan justru menjadi seorang yang bersikap "gagah dan berani", karena
dari itu, diapun jadi gusar dan telah melompat kedekat Ho Kin An, sambil
berseru: "Justeru yang pertama2 akan dilakukan adalah meniadakan kedua kakimu itu....!"
Tubuh Ban Tok Kui telah melesat cepat sekali kedekat Ho Kin An. Tangan kanannya
bergerak, dia ingin menampar paha Ho Kin An dengan telapak tangannya, Tamparan
seperti itu bukan merupakan tamparan biasa saja, karena jika paha Ho Kin An
terkena hantaman telapak tangan dari Ban Tok Kui, selain tulang pahanya akan hancur, juga racun yang
terdapat ditelapak tangan Ban Tok Kui akan segera meresap masuk kedalam pahanya,
menjalar lagi ketubuhnya. Dan memang Ban Tok Kui menginginkan untuk
menghancurkan tulang paha dari
kedua kaki Ho Kin An. Melihat ini. Ciak Sie Lan dan Ciak Kwing Ie memaklumi bahwa keselamatan Ho Kin
An tengah terancam bahaya yang tidak ringan karena Ban Tok Kui juga menghantam
dengan disertai lwekang yang tinggi.
Namun Ho Kin An sendiri seperti tidak menyadari bahaya yang telah berada diujung
kepalanya, dia masih tertawa dingin dan berkata: "Aku mau lihat, apakah engkau
mempunyai keberanian untuk menganiaya lagi putera seorang Tiekwan"!" Waktu
berkata berkata be gitu malah
Ho Kin An memejamkan matanya dia membusungkan dadanya dengan sikap menantang
sekali. Ciak Sie Lan berseru kaget, tubuhnya melesat dengan pedangnya menyambar2
Ternyata gadis ini telah kepunggung Ban Tok Kui.
menerima warisan kepandaian ayahnya, sehingga dia memiliki kepandaian yang
tinggi, juga ginkang yang terlatih baik, membuatnya dapat
bergerak dengan cepat sekali, mata pedang nya meluncur akan menikam punggung Ban
Tok Kui. Ban Tok Kui tertawa mengejek, tetapi ia juga memaklumi, jika saja dia tidak
menghindarkan serangan pedang Sie Lan, tentu dia akan terluka, walaupun memang ia akan berhasil


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghancurkan tulang kedua paha dari Ho Kin An.
Dia sebagai jago yang berpengalaman tentu saja tidak mau membiarkan begitu saja
jika saja dirinya terluka ditangan lawannya. Cepat sekali dia mengelak dengan
membatalkan tamparan tangannya pada paha Ho Kin An, kemudian mempergunakan
tangan kanannya buat menjepit pedang sigadis dengan jari telunjuk dan ibu
jarinya, lalu tangannya yang satunya lagi ingin mencengkeram payudara Ciak Sie
Lan. Muka Ciak Sie Lan berobah merah karena likat dan juga gusar, dan melompat mundur
mengelakkan cengkeraman lawannya, kemudian menyusul pedangnya telah diputar
untuk menghindar dari jepitan jari telunjuk dan ibu jari
tangan Ban Tok Kui. Gerakan yang dilakukan Ciak Sie Lan masih dapat
menyelamatkan dirinya dari tangan beracun Ban Tok Kui.
Ciak Kwing Ie yang waktu itu menguatirkan sekali keselamatan puterinya, tidak
tinggal diam. Dia melompat kedekat Ban Tok Kui, tangan kanannya dengan gerakan
yang sulit diikuti oleh pandangan mata manusia telah mencabut pedangnya dari
balik jubahnya. Begitu pedang dicabutnya, segera dipergunakan untuk menikam
kearah iga Ban Tok Kui. "Akulah lawanmu... jangan mengganggu puteriku !" berseru Ciak Kwing Ie.
Ban Tok Kui tertawa bergelak2, sama sekali dia tidak takut menghadapi Ciak Kwing
Ie, melihat menyambarnya pedang, dia hanya berkelit. Tahu2 tangan kanannya
berkelebat dikibaskan. Ciak Kwing Ie terkesiap, karena dia mencium bau sesuatu yang amis sekali,
berasal dari telapak tangan Ban Tok Kui. Dan seketika Ciak Kwing Ie menyadari
bahwa lawannya tengah mempergunakan racun untuk merubuhkannya.
Cepat2 Ciak Kwing Ie menutup pernapasannya, hanya saja masih juga dia menghirup
bau amis itu beberapa detik, sehingga membuat kepalanya pening.
Jika tadi dia tidak keburu menutup pernapasannya, niscaya dia sudah rubuh. Dan
ini pun berkat dari tenaga dalamnya yang terlatih baik, walaupun kepalanya
pusing namun dia masih bisa mengerahkan tenaga dalamnya itu, sehingga dia tidak
sampai rubuh terguling diiringi bentakan gusar, malah pedangnya berkelebat
menikam pula. Ban Tok Kui tertawa tergelak2 lagi. Ia memang sengaja memperlihatkan sikap
seperti meremehkan Ciak Kwing Ie. karena ia ingin memancing kemarahan dari
lawannya tersebut. Jika saja ia Ciak Kwing Ie berhasil dipancing marah, ia lebih
mudah merubuhkannya. Tiga jurus mereka telah lewati, dan diwaktu itu Ciak Kwing Ie kewalahan buat
menyelamatkan dirinya, Selain Ban Tok Kui menyerang bagian tubuhnya yang
mematikan juga iapun mempergunakan hawa beracun, jika tercium akan membuat
lawannya merasa pusing kepalanya dan bisa rubuh.
Karenanya, Ciak Kwing Ie lebih banyak menutup pernapasannya, Cuma saja dengan
cara bertempur seperti itu membuat Ciak Kwing Ie jadi terdesak hebat.
Ciak Sie Lan melihat keadaan ayahnya terancam bahaya, dia berkuatir sekali,
karenanya diapun melompat maju buat membantui ayahnya. Ayah dan anak menyerang
gencar sekali kepada Ban Tok Kui.
Cuma saja Ban Tok Kui sama sekali tidak gentar, ia menghadapi ayah dan anak
dengan gerakkan yang lincah diiringi juga dengan ejekannya.
Ho Kin An melihat Ciak Kwing Ie dan sigadis yang begitu cantik, terdesak hebat
oleh Ban Tok Kui jadi berkuatir. Hatinya berdebar keras, jika saja ia memiliki
kepandaian ilmu silat, tentu dia akan menerjang maju buat membantu.
Dengan demikian tentu dia akan dapat mengeroyok Ban Tok Kui bertiga, Tetapi
pemuda itu lemah dan sama sekali tidak memiliki ilmu silat dan kebisaan apa2.
Jika ia maju buat membantui, mungkin dalam satu jurus saja Ban Tok Kui akan
dapat membunuhnya. Jika begitu, tentu dia akan membuang jiwa sia-sia belaka.
Ciak Sie Lan terlampau cantik, jika terluka tentu kulitnya yang putih halus itu
akan bercacad, hal ini benar2 harus dibuat sayang, Terlebih lagi jika memang
Ciak Sie Lan sampai terbinasa ditangan Ban Tok Kui, tentu hal itu akan membuat
Ho Kin An menyesal seumur hidupnya, mengapa dulu2 dia tidak mempelajari ilmu
silat, sehingga sekarang ini dia tidak bisa membantu Ciak Sie Lan maupun ayah sigadis.
Sambil mengawasi dengan mata yang terpentang lebar2 dia merasakan jantungnya
tergoncang keras sekali, berdebar tidak berkesudahan.
Dikala itu, Ciak Kwing Ie mainkan memutar pedangnya, ia menyerang dan mengadakan
penjagaan diri yang ketat sekali. Namun tetap saja Ciak Kwing Ie dalam keadaan
terdesak. Ciak Sie Lan pun mati2an mengerahkan kepandaiannya dan memutar pedangnya untuk
mengadakan pembelaan diri, hanya saja karena kepandaian gadis ini masih berada
dibawah kepandaian ayahnya, maka Ciak Sie Lan jadi terdesak hebat sekali.
Setiap kali membuat dia serangan yang dilakukan Ban Tok Kui jadi sering terhuyung karena pertahanan
kuda2 kedua kakinya seringkali goyah dan tergempur. Waktu itu sambil menangkis
dan mengelakkan serangan kedua lawannya dan menyerang dengan mempergunakan kedua
tangan kosong yang beracun, Ban Tok Kui tidak hentinya tertawa mengejek.
"Hemm, hari ini aku akan berpesta dengan jantung kalian berdua, sekarang ini aku
akan membinasakan dulu engkau tua bangka she Ciak, setelah itu aku akan
merubuhkan anakmu, lalu memperkosanya ! Hahahaha,
setelah puas barulah aku akan membunuhnya !"
Muka Ciak Kwing Ie bertambah merah padam, tanpa mengucapkan sepatah meluap ia
melompat menyerang semakin hebat.
katapun, dengan kemarahan yang
menerjang dengan pedangnya, Ban Tok Kui telah mengempos semangat-nya, mendadak
cara bersilat dari Ban Tok Kui berobah. Jika tadi setiap serangan kedua
tangannya hanya mendatangkan hawa amis yang memuakan, justeru sekarang setiap
kali Ban Tok Kui menggerakkan kedua tangannya, maka timbul angin yang bergemuruh
semakin lama semakin kuat dan keras. Dengan
demikian hawa beracun itu semakin kuat juga mendesak pada Ciak Kwing Ie dan Ciak
Sie Lan. Tubuh Ban Tok Kui berkelebat2 bagaikan bayangan yang sulit dilihat, sehingga
membuat Ciak Kwing Ie dan Ciak Sie Lan sulit melihat dengan jelas.
Malah semakin lama Ban Tok Kui seperti telah berobah menjadi puluhan orang Ban
Tok Kui, yang mengelilingi Ciak Kwing Ie dan Ciak Sie Lan.
Ciak Kwing Ie dan Ciak Sie Lan jadi mengeluh didalam hati, mereka juga terkesiap
kaget, terlebih lagi Ciak Kwing
Ie yang segera berpikir: "Tidak disangka bahwa iblis ini memperoleh kemajuan
yang pesat sekali dalam beberapa tahun saja! Hemmm, dulu kepandaiannya tidak
lebih tinggi dari kepandaianku, siapa tahu sekarang dia telah
memperoleh kemajuan sehingga kepandaiannya selain bertambah aneh, juga telah melebihi kepandaianku."
Karena berpikir begitu, diam2 Ciak Kwing Ie berkuatir buat keselamatan
puterinya. Berulang kali dilihatnya Ciak Sie Lan terhuyung karena hampir saja
tidak berhasil mempertahankan diri dari serangan Ban Tok Kui, yang semakin lama
semakin hebat menekannya.
Dalam keadaan demikian telah membuat Ciak Kwing Ie jadi nekad, ia menyadari jika
saja ia tidak segera dapat merobohkan Ban Tok Kui, tentu ia bersama puterinya
yang akhirnya pasti bercelaka.
Diantara berkesiurnya angin serangan Ban Tok Kui yang sangat beracun itu, Ciak
Kwing Ie memutar pedangnya yang berkelebat kian kemari. Namun baru empat jurus,
tangan kanan Ban Tok Kui berhasil menghantam pundak Ciak Kwing Ie, sehingga
tubuh Ciak Kwing Ie hampir saja terpental, dia terhuyung mundur beberapa langkah
dengan muka pucat pias, dan sementara tidak bisa menggerakkan pedangnya buat menyerang
lagi. Ban Tok Kui tidak menyia2kan kesempatan yang ada, dengan diiringi dengan suara
seruannya yang bengis mengandung nafsu membunuh, tubuh iblis beracun itu telah
menerjang dekat sekali kepada Ciak Kwing Ie, kedua tangannya berkelebat ke diri
orang she Ciak itu. Ciak Sie Lan yang melihat keadaan ayahnya terancam bahaya, berseru kaget dan
kuatir, dia telah cepat2 melompat ke depan Ciak Kwing Ie, kemudian menyerang Ban
Tok Kui, karena dia bermaksud hendak mencegah Ban Tok Kui menyerang terus pada
ayahnya. Namun walaupun serangan pedang Ciak Sie Lan menyambar kearah ulu
hatinya, Ban Tok Kui sa ma sekali tidak mengelakkan diri, dia hanya
mempergunakan jari telunjuknya menyentil pedang itu.
Luar biasa cara menyentil Ban Tok Kui, karena seketika itu juga pedang Ciak Sie
Lan menjadi patah, dan mempergunakan kesempatan ini, Ban Tok Kui telah
meneruskan serangannya. Apa yang terjadi itu hanya berlangsung beberapa detik saja, dan Ciak Sie Lan pun
dalam hanya beberapa detik sesingkat tersebut, ia harus keselamatan dirinya
maupun ayahnya. Tidak ada pilihan lain lagi bagi Ciak Sie Lan selain berlaku nekad, ia tidak
berusaha menghindar dari serangan tidak memiliki pilihan lain itu, karena dalam
waktu berusaha menyelamatkan tangan Ban Tok Kui malah ia menyerang kepada mata
Ban Tok Kui dengan totokan jari tangannya, maksud Ciak Sie Lan, jika memang Ban
Tok Kui meneruskan serangannya dan dirinya terkena serangan tersebut, walaupun
dia akan mengalami bahaya yang tidak kecil, mungkin juga selain terluka berat,
iapun akan terbinasa. Namun iapun akan
membuat Ban Tok Kui menjadi buta.
Ban Tok Kui tidak terkejut melihat kenekatan gadis ini, ia hanya mendengus saja,
kemudian cepat sekali dia telah menarik pulang tangannya yang dimiringkan, dia
telah menyampok tangan Ciak Sie Lan.
"Plaakkkk !" tangan Sie Lan kena dihantamnya dengan kuat dan tubuh Ciak Sie Lan
terhuyung mundur beberapa langkah, ia pun menjerit tertahan, karena merasakan
pergelangan tangannya yang saling bentur dengan tangan Ban Tok Kui sangat panas
sekali, seperti juga terbakar.
Seketika Ciak Sie Lan menyadari bahwa ia telah terkena racun Ban Tok Kui,
karenanya, ia telah mengeluh dan putus asa. Dalam keputus-asaannya itu, ia malah
semakin nekad, dan telah melompat lagi dengan gerakan yang bernafsu sekali,
disaat masih memiliki kesempatan bernapas ia berusaha ingin balas melukai Ban
Tok Kui. Ho Kin An yang sejak tadi menyaksikan jalannya pertempuran itu dengan hati ber-
debar2 jadi menjerit kaget menyaksikan kekalapan gadis itu.
Dia melompat kedekat Ban Tok Kui sambil berseru nekad: "Hentikan! jangan
mencelakai gadis itu !" Ban Tok Kui waktu itu sebenarnya tengah melihat adanya
kesempatan buat merubuhkan Ciak Sie Lan, sekali saja ia berhasil menghantam lagi
pada Ciak Sie Lan, gadis itu tentu akan rubuh dan terluka parah, selanjutnya dia
pasti akan dapat menghadapi Ciak Kwing Ie lebih mudah.
Akan tetapi justeru diwaktu ciu hendak menggerakkan sepasang tangannya
menghantam Ciak Sie Lan dengan pukulan yang menentukan, justeru dia mendengar
teriakan nekad dari Ho Kin An, malah kemudian dia merasakan pinggangnya dipeluk
seseorang, yaitu Ho Kin An.
Kaget dan bercampur geli serta marah Ban Tok Kui melihat kekalapan dan kenekatan
Ho Kin An, waktu itu serangan yang dilakukan Ciak Sie Lan telah meluncur dekat
sekali. Akan mencengkeram mukanya jika ia tidak bisa menghindarkan diri dari
cengkeraman itu, niscaya mukanya akan kena dicengkeram, sehingga ia akan
bercacad pada mukanya, walaupun tidak akan sampai menyebabkan ia meninggal.
Cepat-cepat Ban Tok Kui telah menghindarkan kesamping kanan, Dan Ho Kin An yang
tengah memeluk kuat-kuat pinggang Ban Tok Kui telah terbawa juga
olehnya. Dengan gerakan ini Ban Tok Kui telah berhasil menghindarkan diri dari
serangan kalap Ciak Sie Lan.
Bukan main penasaran Ciak Sie Lan, ia bersiap2 hendak menerjang lagi, muka gadis
itu pucat dan merah bergantian. Tampaknya keselamatan dirinya memang sudah tidak
diperhatikannya pula. Ciak Kwing Ie yang waktu itu telah pulih ketenangan hatinya, dan juga telah
dapat menggerakkan tangannya, dimana dia hanya merasakan pundaknya yang terluka
itu nyeri sedikit, melihat keadaan puterinya seperti itu segera berseru: "Sie
Lan, mundur! Sie Lan mundur!"
Ciak Sie Lan yang menahan
berlari serangannya menghampiri mendengar seruan ayahnya, ia memutar tubuhnya,
ayahnya sambil kemudian tanyanya: "Ayah....kau...kau tidak apa2?"
Napas Ciak Kwing Ie waktu itu ter engah2 memburu, tetapi dia berusaha menyahuti:
"Tidak apa2, hanya pundakku yang terluka."
Baru saja Ciak Kwing Ie berkata sampai disitu, justeru ia melihat sesuatu, ia
berseru: "Awas Sie Lan...." Belum lagi seruannya itu selesai diucapkan, tampak
tubuh Sie Lan terpelanting dan terguling dua kali kemudian memuntahkan darah!
Ternyata waktu Ciak Sie Lan tengah memutar tubuhnya membelakangi Ban Tok Kui,
tangan kanan Ban Tok Kui telah melayang menghantam dari jarak jauh. Namun dia
lihay dan walaupun pundak sigadis, namun angin serangan itu sama hebatnya
menghantam Ciak Sie Lan, membuat gadis itu terguling seperti itu.
Malah cepat sekali tangan kiri dari Ban Tok Kui telah menghantam juga punggung
Ho Kin An, sehingga pemuda itu terpental keras, pelukannya terlepas tubuhnya
jumpalitan ditanah. Ho Kin An benar2 nekad, walaupun ia matanya berkunang2 dan kepalanya pusing,
kekuatan sinkangnya tinggi sekali, karenanya tidak sampai telapak tangannya
mengenai merasakan ia berseru nyaring dan mencoba untuk merangkul sepasang kaki
Ban Tok Kui. Perbuatannya itu sangat nekad, karena ia tidak mau kalau sampai Ban Tok Kui bisa
melukai Ciak Sie Lan. itulah sebabnya, walaupun ia tidak memiliki kepandaian
ilmu silat, ia tetap berusaha memeluk Ban Tok Kui, untuk mencegah iblis itu
melukai sigadis yang dilihatnya begitu agung, cantik dan juga mengagumkan hati
nya, ia rela membuang jiwa demi keselamatan Ciak Sie Lan.
Ciak Kwing Ie yang menyaksikan puterinya terluka, telah melompat ke dekat Sie
Lan kemudian tanyanya: "Bagaimana keadaanmu?"
Sie Lan menggelengkan kepalanya beberapa kali, dengan napas yang agak sesak ia
telah berkata: "Tidak apa2... tidak apa2....!" ia menyusut darah dibibirnya,
kemudian bangkit ingin menyerang kepada Ban Tok Kui lagi, Namun Ciak Kwing Ie telah mencegahnya,
jangan nak, jangan Sie Lan... kau beristirahatlah dulu, biarkan aku yang
menghadapinya!" Sie Lan memandang kepada Ho Kin An dengan sikap terterima kasih, ia tadi melihat
Ho Kin An mempertaruhkan jiwanya untuk keselamatan dirinya, jika saja Ho Kin An
tidak memeluk Ban Tok Kui, dan juga sekarang tidak mencoba memeluk sepasang kaki
iblis itu dapat saja Ban Tok Kin leluasa melompat padanya untuk
menurunkan tangan kematian, walaupun dilihatnya Ho Kin An seorang pemuda yang
ketolol2an, namun pertolongannya yang begitu ber sungguh2 mendatangkan kesan
terima kasih buat Sie Lan.
Ciak Kwing Ie melompat kedekat Ban Tok Kui, ia menggerakkan pedangnya hendak
menyerang lagi. Namun walaupun tampaknya Ban Tok Kui tengah diganggu oleh Ho Kin
An, tokh ia merupakan seorang iblis yang berkepandaian tinggi, Ho Kin Ai yang
hendak memeluk sepasang kakinya telah ditendangnya, pemuda itu terjungkel
bergulingan ditanah. Dan mempergunakan kesempatan itu Ban Tok Kui telah melompat mendekati Ciak Kwing
Ie, kedua tangannya bergerak hendak menghantam kedada lawannya sedangkan pedang
lawannya dielakannya dengan mudah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ho Kin An yang menyaksikan keadaan Ciak Kwing Ie terancam bahaya, entah dari
mana datangnya kekuatan didirinya. Kepalanya, yang pusing, dengan tubuhnya yang
sakit2 karena tadi telah dihantam dan ditendang oleh Ban Tok Kui. tidak
dirasakannya ia telah menerjang lagi.
Gerakannya begitu kalap sambil berseru: "Iblis jahat, kau jangan mencelakai
orang baik2 yang tidak mempunyai kesalahan apa-apa padamu."
Ban Tok Kui dengan mengerang mencengkeram pundak Ho Kin An, diangkatnya dan
kemudian dilemparkannya. Lemparan itu membuat tubuh Ho Kin An terapung ditengah udara, kemudian terbanting diatas tanah.
Dengan mengeluarkan suara mengerang perlahan menahan sakit, Ho Kin An pingsan
tidak sadarkan diri. Ciak Kwing Ie menyadari, tidak mungkin ia akan dapat menghadapi lawannya yang
memiliki kepandaian memang diatasnya, hanya saja untuk mempertahankan jiwanya ia
harus memberikan perlawanan yang gigih, jika perlu ia mempertaruhkan jiwanya,
untuk dapat mati bersama2 dengan lawannya, pedangnya disiapkan, untuk menerima
serangan lawannya. Keadaan sangat tegang sekali, Ciak Sie Lan juga melihat jiwa ayahnya terancam
maut, tanpa memperdulikan ia terluka didalam akibat pukulan Ban Tok Kui. Sie Lan


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah melompat maju untuk menyerang lagi.
Disaat itu terdengar suara seorang berkata perlahan: "Sungguh pertempuran yang
luar biasa, yang mempertaruhkan jiwa !"
Semua orang menoleh. Ciak Kwing Ie melihat didepan pintu berdiri beberapa orang.
Yang berkata2 itu adalah orang pemuda berparas tampan, hanya saja, dari matanya dan juga sikapnya,
terlihat ia seperti seorang pemuda yang agak ketolol-tololan.
Disampingnya tampak seorang anak lelaki berusia belasan tahun dengan wajah yang
tidak berperasaan mata nya bening jernih, tidak ada perasaan sombong takut
ataupun perasaan lainnya dan tenang sekali sikap anak itu, begitu tenangnya,
sehingga sama sekali tidak terlihat
perasaan apapun juga diwajahnya.
Dengan demikian, ia seperti juga tidak tengah menyaksikan sesuatu apapun juga.
Disamping anak lelaki itu, tampak seorang pria setengah baya yang pakaian nya
penuh tambalan, dan juga tengah berdiri dengan sikap yang gagah.
Matanya memancarkan sinar yang mengandung perasaan tidak gembira, karena
dilihatnya Ban Tok Kui selalu menyerang dengan serangan yang telengas sekali,
setiap kali tangannya bergerak mengandung hawa sesat dan hawa kematian.
Pemuda yang memperlihatkan sikap seperti pemuda tolol itu berkata lagi: "Mengapa
harus bertempur mengadu jiwa
seperti itu" Mengapa tidak
menjadi sahabat saja" Oh, tahukah kalian, dengan bertempur bermusuhan seperti
itu hanya akan mendatangkan malapetaka belaka buat kalian. Dan kukira, kalianpun
tidak perlu mempergunakan senjata untuk saling mencelakai. Sudahlah, berkawan
saja, jangan bertempur seperti anak2 kecil yang tengah berkelahi."
Muka Ban Tok Kui waktu itu berobah hebat, karena ia melihat anak lelaki yang
sikapnya tenang disamping pemuda yang sikapnya agak ketolol2an itu. la tidak
bilang suatu apapun juga, hanya bola matanya itu memancarkan
sinar yang tajam sekali, kemudian dia telah mengerang perlahan, katanya:
"Jika memang kalian tidak mempunyai sangkut paut dengan keluarga Ciak ini, cepat
kalian angkat kaki jangan sampai aku pun terpaksa membunuh Kalian !"
Dan sambil berkata begitu, ia telah mengawasi terus anak lelaki berparas tenang
itu tanpa beralih kepada yang lain, ia begitu memperhatikan. Bahkan dari matanya
itu mengandung juga sinar merasa takut, ia seperti mengetahui siapa adanya anak
lelaki itu. Sedangkan pemuda yang lagaknya ke-tolol2 an itu, berkata lagi sambil tersenyum:
"Ohh, kalau begitu engkau seorang pembunuh berdarah dingin! Dengan kami kau
tidak saling kenal, begitu bertemu telah mengancam hendak membunuh kami! Apakah
engkau seorang yang tidak mengenal aturan dan juga tidak memiliki perikemanusian
" Siapakah kau sebenarnya?"
Ban Tok Kui tertawa dingin, bilangnya dengan suara yang tawar: "Tidak perlu
kalian mengetahui siapa aku! Tetapi cepatlah kalian angkat kaki dan jangan rewel
lagi, jika aku habis sabar, kalianpun jangan harap dapat
meninggalkan tempat ini dalam keadaan bernapas!"
Laki2 setengah baya itu tampaknya sudah tidak bisa menahan sabar, ia menghampiri
dua langkah kedepan, merangkapkan kedua tangannya dan menjura dengan sikap
membungkukan tubuh sedikit, katanya:
"Maafkan, aku Thio Bo bukan hendak mencampuri urusan kalian, Tetapi seperti yang
kami lihat, memang tampaknya anda bukanlah seorang yang dapat menyelesaikan
persoalan dengan cara yang baik, selalu akan mendesak seseorang sampai kepojok
dan ketempat tidak bisa mengelak lagi dari kematian! Maka dari itu, maafkanlah terpaksa kami
mencampurinya!" Mendengar perkataan laki2 setengah baya itu, ternyata tidak lain dari Thio Bo,
Ban Tok Kui tertegun sejenak, kemudian tertawa bergelak2. Bengis sekali nada
suaranya itu. "Bagus! Bagus!" katanya kemudian dengan suara mengandung kemarahan "jika
demikian halnya, memang akupun tidak akan membiarkan kalian pergi dengan tubuh
menduga aku jeri bila seratus orang lagi! Nah, utuh! Atau memang kalian
bertambah lawannya walaupun majulah, mari akan kuperlihatkan kepadamu, pengemis
bau, sesungguhnya siapa kah aku ini!"
Thio Bo tersenyum tawar, katanya: "Antara kau dengan kami memang tidak ada
sangkutan atau hubungan apapun
juga, namun justeru sikapmu
tampaknya tidak baik yang
dan perbuatanmu yang memaksa kami harus mencampurinya!" "Ban Tok Kui" bentak Ciak Kwing Ie tiba2
dengan suara yang keras, "Kau tidak perlu menimpahkan urusan itu kepada orang2
yang tidak memiliki sangkut-pautnya dalam
urusan ini, karena mereka tidak memiliki kesalahan apapun juga dan kau tidak
boleh mengganggu mereka! Aku akan menghadapimu walaupun apa yang akan terjadi!
Dan juga, semua akibatnya akan kutanggung sendiri! Nah, mari kita bertempur lagi
sampai ada salah seorang diantara kita yang menemui ajalnya!"
Ciak Kwing Ie berkata begitu karena ia tidak mau kalau sampai Thio Bo dan kedua
kawannya terlibat dalam urusannya, dimana Thio Bo dan kedua kawannya itu akan
mengalami ancaman bahaya yang tidak kecil, karena Ciak
Kwing Ie memang telah mengetahui betapa ganasnya Ban Tok Kui, Dan Ciak Kwing Ie
telah menoleh kepada Thio Bo, sambil katanya:
"Terima kasih atas maksud baik kalian, tetapi kukira, ada baiknya jika kalian
tidak mencampuri urusan ini ! Nah, silahkan !" berkata sampai disitu, Ciak Kwing
Ie membawa sikap seperti tuan rumah yang tengah mempersilahkan tamunya buat
berlalu. Thio Bo dan juga Kwang Tan serta Suma Lin Liang, kedua orang yang datang
bersamanya itu. jadi berdiri tertegun, karena mereka tampaknya kaget mendengar
Ciak Kwing Ie memanggil orang yang ganas dan tampaknya memiliki tangan telengas itu
dengan sebutan Ban Tok Kui.
"Kau.... kau yang bernama Ban Tok Kui?" tanya Thio Bo kemudian sambil memandang
tajam sekali kepada Ban Tok Kui.
Ban Tok Kui tertawa bergelak2, ia menyahuti disertai anggukannya: "Tepat !
Apakah kau gemetar ketakutan setelah mengetahui siapa adanya aku " Nah, sekali
lagi kukatakan sekarang walaupun kalian hendak pergi tetapi hal itu tidak
mungkin dilakukan oleh kalian sebab aku tidak akan mengijinkan kalian angkat
kaki begitu saja..!"
Pemuda yang tadi menegur Ban Tok Kui yang tidak lain dari Suma Lin Liang, telah
berseru: "Kebetulan sekali ! Kebetulan sekali ! Memang kami tengah mencari kau,
Ban Tok Kui !" Dan anak lelaki yang berada bersama Suma Lin Liang dan Thio Bo, yang tidak lain
dari Kwang Tan, telah memandang dengan mata yang bersinar kepada Ban Tok Kui,
akan tetapi anak itu tetap berdiam diri saja, mengawasi dengan sikap yang tawar.
Memang hati Kwang Tan juga kaget, ia seperti takjub mengetahui lelaki yang
sikapnya begitu ganas dan juga kejam, adalah Ban Tok Kui, Tetapi Kwang Tan masih
bisa menahan diri tidak bertanya apa-apa.
Ciak Kwing Ie ketiga orang yang semakin menguatirkan keselamatan tidak dikenalnya itu, segera juga ia berlalu dari rumahku ini, kuhalangi agar tidak bisa berseru: "Kalian
bertiga cepat biarlah Ban Tok Kui akan
melakukan sesuatu apapun juga pada kalian.... pergilah cepat ! pergilah !"
Thio Bo menggeleng kepala, ia menggoyangkan juga tangannnya, katanya: "Biarkan
kami mengurusnya dulu ! janganlah kau ter-gesa2 seperti itu! Karena justeru kami
memiliki keperluan dengan Ban Tok Kui, memang tengah mencarinya. Siapa tahu
justeru kami bisa ber temu dengannya disini, inilah atas kemurahan Thian juga
kiranya...!" Thio Bo berkata begitu, karena dilihatnya Ciak Kwing Ie ingin melompat untuk
menerjang kepada Ban Tok Kui. Ban Tok Kui sendiri mementang matanya lebar2, ia
mengawasi bengis kepada Thio Bo, Suma Lin Liang dan Kwang Tan bergantian
tanyanya dengan suara mengandung kekejaman dan hawa pembunuhan:
"Siapakah kalian, dan ada perlu apa kalian mencariku" Hemmm, rupanya kalian
memang sengaja ingin mencari mampus!"
"Aku Thio Bo, seperti yang tadi telah ku beritahukan Aku tidak akan merobah she
dan tidak akan mengganti nama. sedangkan ini adalah Suma Kongcu, Suma Lin Liang!
Dan ini, adalah kawan kami yang memiliki hubungan yang cukup dekat kau, dimana
kawan kami ini memiliki keperluan yang cukup penting dengan kau! silahkan kau bicara langsung
dengan nya!" Waktu itu Kwang Tan berdiam diri saja, sedangkan Ban Tok Kui telah menoleh
kepadanya, mengawasi tajam sekali. Bentaknya. "Ada keperluan apa kau mencariku"
Dan siapa kau, setan kecil"!"
Kwang Tan masih membawa sikap yang tenang dan sabar, wajahnya tidak
memperlihatkan perasaan apapun juga, hanya ia telah melangkah maju, dan
merangkapkan kedua tangannya, katanya: "Ban Suheng, terimalah hormat Sute...
apakah selama ini Ban Suheng, selalu baik2 saja?"
Wajah Ban Tok Kui berobah waktu mendengar perkataan Kwang Tan, dengan mata yang
terpentang lebar2, ia mengawasinya dengan sinar mata yang sebentar tajam,
sebentar meredup, karena kebimbangannya.
"Kau... kau adik seperguruanku"! Siapa kau"!" bentak Ban Tok Kui pada akhirnya.
"Aku tidak merasa pernah memiliki adik seperguruan!"
Kwang Tan tetap sabar dan tenang, bilang nya dengan suara yang sabar sekali:
"Suheng, memang telah cukup
lama sesungguhnya Sute ingin bertemu dengan Ban Suheng, tetapi selama itu kita tidak memiliki jodoh,
sehingga selama itu kita tidak pernah bertemu. Dan baru hari ini kita bisa
bertemu, inilah sesuatu yang sangat menggembirakan karena ada pesan mendiang
Suhu yang ingin kusampaikan kepada Ban Suheng..."
Muka Ban Tok Kui berobah hebat, ia mengawasi Kwang Tan dengan sikap ragu2 sampai
akhirnya ia bertanya: "Siapa namamu "!" sikapnya tidak seganas tadi.
"Aku Kwang Tan.... dan tentu Ban Suheng pun telah mendengarnya, karena beberapa
kali Ban Suheng mengirim orang kepadaku. Sayangnya aku tidak mengetahui dimana
tempat kediaman Ban Suheng, aku mempunyai kesukaran untuk mencari tempat
kediaman Ban Suheng. Beruntung sekali, secara kebetulan sekarang kita bertemu,
pesan terakhir Suhu jadi dapat diberitahukan kepada Ban Suheng..!"
Waktu Kwang Tan berkata-kata seperti itu, Ban Tok Kui mengawasi ragu padanya. ia
telah mengetahui bahwa anak lelaki yang berada didepannya ini adalah adik
seperguruan nya, yang diketahuinya memiliki kepandaian ilmu pengobatan yang
tinggi, bahkan didalam rimba persilatan
sudah dikenal sebagai Tabib Dewa, karena dari itu, walaupun Ban Tok Kui memiliki
pengetahuan ilmu racun yang cukup tinggi, namun ia tidak berani terlalu
memandang rendah dan remeh kepada adik seperguruannya tersebut.
Karena ia masih menguatirkan kalau-kalau adik seperguruannya tersebut mememiliki
cara untuk menindih kelemahannya atas petunjuk yang diberikan oleh guru mereka.
Maka diam-diam Ban Tok Kui telah bersiap-siap.
Berbeda dengan Ban Tok Kui. Ciak Kwing Ie Justeru bersikap lain, ia jadi gelisah
karena justeru ia kaget mendengar Kwang Tan adalah sute dari Ban Tok Kui,
berarti Kwang Tan merupakan orangnya Ban Tok Kui.
Anak itu tidak mendatangkan kekuatiran buat Ciak Kwing Ie, karena ia beranggapan
Kwang Tan berusia masih kecil, sedangkan Thio Bo dan Suma Lin liang memperoleh
perhatian yang lebih besar darinya, ia kuatir kalau2 Thio Bo dan Suma Lin Liang
akan membantu Ban Tok Kui mengeroyoknya.
Dengan begitu akan menyebabkan ia jadi tidak berdaya, kemungkinan juga dengan
mudah Ban Tok Kui dapat merubuhkannya, Sebab itulah, Ciak Kwing Ie jadi gelisah
sekali. Kwang Tan telah berkata lagi dengan suara yang tawar: "Suhu telah meninggalkan
pesan buat Suheng, bolehkah aku menyampaikannya sekarang "!"
Ban Tok Kui waktu itu berhasil menguasai goncangan hatinya, timbul
kecongkakannya lagi, ia tertawa mengejek, katanya bengis: "Katakanlah !"
Dan ia pun berpikir "Hemm, Suhu telah meninggal, anak sekecil ini mengapa harus
ditakuti " apa yang bisa dilakukan
nya padaku " walaupun Suhu mewarisi seluruh kepandaiannya pada anak setan ini, namun tidak
mungkin dia bisa menandingi diriku....!" Karena berpikir seperti itulah, membuat
Ban Tok Kui kembali kecongkakannya dan dia tidak memandang sebelah
mata kepada Kwang Tan, yang diduganya hanya menguasai ilmu pengobatan, sedangkan ilmu
silatnya pasti tidak akan melebihinya mengingat usia anak itu yang masih terlalu
kecil. Sedangkan Kwang Tan telah mendehem, ia baru berkata lebih jauh : "Suhu telah
berpesan agar Suheng mau kembali kejalan yang lurus, seperti yang selalu
diperintahkan Suhu, untuk kembali kejalan yang telah digariskan oleh Suhu, bahwa
kepandaian yang diwarisi Suhu bukan untuk melakukan kejahatan, melainkan untuk
melakukan perbuatan amal kebaikan. Jika memang Suheng tidak juga
mau mematuhi perintah terakhir dari Suhu, aku diperintahkan Suhu untuk
mengadakan pembersihan didalam pintu perguruan kita !"
Belum lagi suara Kwang Tan lenyap, Ban Tok Kui telah tertawa ter- bahak2,
mukanya merah padam, tampaknya ia marah sekali.
"Kau ingin mengadukan pembersihan pintu perguruan kita "!" tanyanya dengan suara
yang mengandung hawa pembunuhan dan angkuh sekali: "Hemm, apa yang akan kau
lakukan, dan murid yang mana telah menodai nama baik pintu perguruan, sehingga
kau ingin mengadakan pembersihan pada pintu perguruan kita ?"
Kwang Tan tetap tenang, sikapnya sabar sekali, katanya: "Jika memang Suheng mau
kembali ke jalan yang lurus seperti yang selalu di perintahkan Suhu, maka kukira
aku tidak perlu mempergunakan kekuasaan yang diberikan Suhu padaku, tetapi jika
memang suheng tidak juga mau
mematuhi pesan terakhir Suhu, terpaksa aku harus menempuh tindakan yang
mengandung sedikit kekerasan."
"Jadi, engkau ingin maksudkan murid murtad itu adalah diriku "!" tegur Ban Tok
Kui bengis. "Tentu saja aku tidak berani mengatakannya begitu, Aku hanya menjalani perintah
Suhu, agar memberikan pengertian kepada suheng apa yang telah dipesan oleh Suhu,
agar Suheng kembali kejalan yang benar, Jika memang Suheng tetap
mengindahkan perintah bersikeras, dan juga tidak
Suhu, barulah aku terpaksa melaksanakan perintah Suhu yang berikutnya." Ban Tok
Kui telah mengawasi Kwang Tan dengan sorot mata yang sangat tajam memancarkan
kebuasan, ia biasanya malang melintang didalam rimba persilatan, dan juga setiap
orang mendengar namanya, tentu akan gemetar ketakutan.
Tetapi justeru sekarang adik seperguruannya, seorang anak lelaki berusia belasan
tahun, telah berani mengeluarkan kata2 seperti itu kepadanya. Dengan demikian
telah membuat darah Ban Tok Kui meluap, terasa naik sampai keubun-ubun.
"Baik ! Baik !," aku ingin melihat tindakan berikutnya yang hendak kau lakukan,
kata Ban Tok Kui dengan suara yang bengis, "Tidak dapat kau mengancam diriku
dengan menjual nama Suhu ! Akupun tidak pernah mendengar perintah apapun juga
dari Suhu, aku tidak mempercayai bahwa engkau adalah Suteku, karena dari itu,
mari, mari, aku sebagai Suhengmu, ingin mencobamu untuk melihat apakah engkau benar2
Suteku !" Membarengi perkataannya itu Ban Tok Kui mencelat gesit sekali, tubuhnya begitu
mengulurkan sepasang lincah, dimana ia telah
tangannya, bermaksud mencengkeram dengan kuat tulang pundak Kwang Tan. Kwang
Tan, walaupun memang diwarisi seluruh kepandaian gurunya, namun ia kurang
latihan, Begitu juga dengan jurus2 ilmu "Guntur" yang telah dipelajarinya belum
dapat dilatih dengan sempurna, sehingga gerakan
dan tenaga dalamnya belum dapat dikendalikan sebaik mungkin, diwaktu itu,
melihat tubuh Ban Tok Kui meluncur begitu cepat padanya dengan sepasang tangan
diulurkan, ia tidak dapat melakukan gerakan yang sama cepat dan gesit nya buat
menghindarkan diri, hanya saja,
Thio Bo yang berdiri disampingnya tidak tinggal diam, ia menangkisnya, tangan
Thio Bo membentur kedua tangan Ban Tok Kui, keras sekali, benturan itu membuat
tubuh Thio Bo terhuyung satu langkah tetapi Ban Tok Kui sendiri tidak kurang
kagetnya, karena tubuhnya seketika terhuyung mundur beberapa tindak, ia
merasakan pergelangan tangannya panas sekali, seperti juga ia menghantam besi panas yang sangat keras,
ia berseru perlahan kaget dan heran, Matanya menatap bengis pada Thio Bo.
"Jangan mencoba untuk menganiaya dengan cara yang licik- seperti itu !" kata
Thio Bo dengan sikap yang dingin dan pandangan sinis pada Ban Tok Kui.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hemm, jika engkau hendak membuktikan ia
adik seperguruanmu atau bukan, itu mudah saja. Engkau dapat meminta adik
seperguruanmu ini bersilat beberapa jurus, dengan melihat ilmu silat yang
dipergunakannya engkau bisa mengetahuinya ia berkata benar atau tidak...!"
Muka Ban Tok Kui merah padam menahan kemarahan yang hebat dihatinya. Justeru
tadi ia bermaksud mencengkeram hancur tulang pundak Kwang Tan. ia bukan


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang dengan tenaga yang ringan tetapi justeru mempergunakan tenaga yang
sangat kuat, seperti juga ia tengah menghadapi lawan yang tangguh sekali, Memang
sama sekali bukan menjadi tujuannya buat menguji adik seperguruannya tersebut,
namun ia bermaksud hendak mencelakainya.
"Baik!" kata Ban Tok Kui kemudian dengan suara yang berang, "Kau bersilatlah!
Jika kau berdusta dan kelak aku
mengetahui engkau bukan suteku, hemm, hemmm, akan kuhancurkan kalian."
Kwang Tan tetap tenang, hanya saja tadi ia merasa terkejut juga melihat Ban Tok
Kui bergerak begitu cepat dengan kedua tangan yang ingin
pundaknya, ia diam-diam mengakuinya mencengkeram
didalam hati, bahwa kakak seperguruannya itu benar2 memiliki kepandaian yang
sangat tinggi sekali, jika saja tadi Thio Bo tidak turun tangan membantunya
menangkis kedua tangan Ban Tok Kui, niscaya tulang pundaknya telah remuk kena
dicengkeram. Ia maju dua langkah kedepan, mulai bersilat. Semua jurus ilmu silat yang
dikeluarkan Kwang Tan, merupakan jurus2 yang sangat dikenal oleh Ban Tok Kui,
dan memang ia yakin bahwa Kwang Tan, adalah murid bungsu dari gurunya.
Cuma saja, diam2 iapun menyadari betapa kepandaian Kwang Tan masih rendah,
tenaga dalamnya masih belum terlatih sempurna, gerakannya juga tidak cepat dan
mantap, ia menyadari tentu saja hal ini disebabkan usia Kwang Tan yang masih
kecil. "Hemm, biarlah, aku akan membinasakannya per-lahan2 yang penting aku harus
menghadapi kedua orang itu!" pikir Ban Tok Kui.
Selesai bersilat, Kwang Tan melompat mundur, tanyanya: "Bagaimana Suheng, apakah
kini Suheng mempercayai bahwa aku sutemu?"
Ban Tok Kui mengangguk. "Ya, kau memang Suteku, karena seluruh ilmu silat yang
kau lakukan itu adalah ilmu silat pintu perguruan kita. Dan untuk urusan didalam
rumah tangga pintu perguruan kita dapat kita bicarakan nanti! Sekarang, aku
ingin mengurus kedua orang itu!"
Berbareng dengan habisnya perkataan tersebut, Ban Tok Kui melesat kedepan Thio
Bo dengan muka yang merah padam, ia melihat bengis sekali kepada Thio Bo,
katanya: "Orang she Thio, mari kita main2, aku ingin melihat, apakah ilmu silat
dari pintu perguruanku memang tidak
punya arti sehingga orang luar berani memandang rendah ilmu silatku"."
Thio Bo tersenyum tawar: "Hemm, engkau jangan mencari2 alasan saja, karena
memang engkau tengah berusaha mengelak dari desakan adik seperguruannya itu,
agar urusanmu itu dapat ditangguhkan!"
Tidak menanti sampai Thio Bo menyelesaikan perkataannya, tangan kanan Ban Tok
Kui menyambar kearah ulu hati Thio Bo, kelima jari tangannya dipentang, ia
mengulur akan mencengkeram. Bahkan angin serangan
itu memancarkan bau yang anyir dan amis sekali.
Thio Bo segera maklum, bahwa pada ujung kelima jari tangan Ban Tok Kui pasti
mengandung racun yang dapat bekerja cepat. Tentu racun-racun itu terdapat pada
ujung2 kuku jari tangan Ban Tok Kui, karena dilihatnya kuku-kuku jari tangan Ban
Tok Kui panjang-panjang. Tanpa menanti sampai tangan itu tiba dekat, Thio Bo mendorong dengan kedua
telapak tangannya, ia telah merasakan, betapa kuatnya tenaga dalam Ban Tok Kui.
Hanya saja, bisa terjadi ia tadi hanya mundur satu tindak kebelakang oleh
desakan sedangkan Ban Tok Kui kebelakang, hal itu hanya terjadi kubetulan saja, bahwa
Ban Tok Kui waktu itu tengah mengerahkan seluruh perhatiannya kepada Kwang Tan,
dan memang yang dilakukan Thio Bo begitu tiba2. sehingga ia jadi dapat menang
angin. Tetapi akibatnya justeru Thio Bo yang lebih parah, pergelangan tangan kanannya
telah membengkak dan sakit sekali, cuma saja Thio Bo tidak mau memperlihatkan
kelemahannya tersebut. Jilid 9 SEKARANG Ban Tok Kui telah mengulurkan tangannya buat mencengkeram dengan kuku
tangannya yang beracun, kalau sampai ulu hatinya kena dicengkeram, walaupun Thio
Bo memiliki lwekang yang kuat dan tubuh yang kuat dan tubuh yang kebal, niscaya
ia tidak akan sanggup menerima cengkeraman itu, sebab ulu hati merupakan bagian
kematian buat seseorang. tenaga dalam Ban Tok Kui, terhuyung beberapa tindakan
Thio Bo telah bergerak memiringkan tubuhnya dan kesamping, kemudian ia tangan
kirinya meluncur kepinggang Ban Tok Kui. ia menghindar dari cengkeraman tangan kanan lawannya,
sambil diapun telah membarengi menyerangnya, Dengan demikian, Thio Bo hendak
merebut keuntungan buat dirinya dari posisinya tersebut.
Tetapi Thio Bo gagal. Gerakan Ban Tok Kui memang luar biasa, begitu tangan
kanannya gagal mencengkeram, tangan kanannya itu menyambar dengan cara
menyimpang, meluncur terus kearah pundak Thio Bo.
Disamping itu bau anyir telah menusuk hidung Thio Bo. Bukan main kagetnya Thio
Bo, diam2 ia berpikir: "Hemmm, memang hebat kepandaian orang ini, ia berbahaya
sekali !" Sambil berpikir begitu, Thio Bo tidak mau menghadapi dengan kekerasan, ia telah
mencelat kesamping sehingga serangan Ban Tok Kui menyambar tempat kosong.
Bukan main mendongkolnya Ban Tok Kui ia berjingkrak marah, dan kemudian melompat
menerjang lagi dengan kedua tangannya yang telah menyambar dengan serentak, Thio
Bo pun tidak berani main2.
Kali ini ia sudah tidak bisa mundur, sepasang tangan Ban Tok Kui telah dekat
sekali, ia ingin menang dengan mempergunakan kedua tangannya.
"Thio Locianpwe... jangan.,.!" Kwang Tan
memperingatkannya. Rupanya Kwang Tan yang sejak tadi menyaksikan cara bertempur
kedua orang itu telah melihatnya, bahwa pada kedua tangan Ban Tok Kui memang
mengandung racun yang hebat, dia bisa mengendus bau anyirnya, karenanya waktu
melihat kedua tangan Thio Bo hendak menangkis, diam2 Kwang Tan menguatirkan keselamatan Thio
Bo. itulah sebabnya ia telah mencegahnya.
Dalam keadaan seperti ini membuat Thio Bo tersadar, Segera ia mengganti posisi
tubuhnya yang berjongkok sedikit, lalu iapun menghantam dengan mempergunakan
kedua tangannya. Ia harus berlaku cepat sekali, disamping nekad karena ia sudah tidak memiliki
kesempatan lagi buat menghindarkan kedua tangan Ban Tok Kui.
Dari kedua telapak tangan Thio Bo mengalir angin yang panas dan kuat sekali,
menderu menerjang dadanya, Ban Tok Kui merasakan lawannya dengan bahwa ia tidak
mungkin mendesak meneruskan penyerangan kedua
tangannya. Tetapi ia pun tidak mau melepaskan lawannya dan memberikan kesempatan kepada
lawannya itu mengadakan persiapan tangannya diri, ia telah meneruskan
meluncurnya kedua tanpa memperdulikan angin serangan dari telapak tangan Thio Bo. hanya saja Ban
Tok Kui telah mengerahkan tenaga dalamnya melindungi dadanya, ia bermaksud
hendak menerima tenaga serangan itu dengan
dadanya, disamping mengharapkan sepasang tangannya dapat mencengkeramnya pundak
dan dada Thio Bo. Keadaan mengancam sekali keselamatan Thio Bo. Memang benar, ia akan dapat
menghantam dada Ban Tok Kui, akan tetapi ia pun tidak urung akan kena
dicengkeram oleh kuku-kuku beracun dari jari-jari tangan Ban Tok Kui yang terkena angin.
Mereka akan sama-sama terluka. Ban Tok Kui yang terkena angin pukulannya akan
terluka didalam namun tidak akan parah, karena dadanya telah dilindungi oleh tenaga dalamnya seperti
juga dadanya itu dilapisi oleh suatu lapisan kekuatan yang memisahkan dadanya
itu dengan isi dadanya, yang membuat tenaga serangan Thio Bo tidak bisa merusak
jantung paru-paru dan bagian anggota dalam tubuhnya yang lain.
Dengan demikian Ban Tok Kui tidak sampai menderita luka yang terlalu parah. Dan
diwaktu itulah, justeru Thio
Bo sendiri akan menderita luka yang parah sekali, ia akan keracunan, malah
terkena racun yang sangat berbahaya dan bekerja cepat.
Suma Lin Liang melihat keadaan seperti itu, sudah tidak bisa berdiam diri terus,
Sambil bersiul panjang, pemuda ini
melompat melesat, tangan kanannya menghantam kearah pundak Ban Tok Kui.
Ban Tok Kui merasakan menyambarnya angin serangan itu, namun ia benar-benar
nekad. Sama sekali ia tidak berusaha mengelakkan hantaman tangan Suma Lin Liang.
ia membiarkan punggungnya dijadikan sasaran hantaman tangan Suma Lin Liang,
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 6 Pendekar Naga Putih 72 Pertarungan Dua Naga Pedang Langit Dan Golok Naga 30
^