Pencarian

Pendekar Muka Buruk 3

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id Bagian 3


terus?" "Aku benar-benar bernama In Kok Hui, buat apa sih membohongi dirimu....?"
Perempuan setengah baya yang selama ini membungkam tiba-tiba tersenyum dan
berkata: "Engkoh ciiik, kau tak usah mengelabuhi kami lagi, aku sudah tahu kalau namamu
yang sebenarnya adalah Giam In kok, kemudian
kangzusi.com kau rubah jadi Kok In Hui, dan ketika berada di kota Kim Leng kau rubah lagi
namamu menjadi In Kok Hui....."
"Ya siapa tahu dikemudian hari nanti mungkin namamu akan kau rubah lagi menjadi
Hui In Kok!" sambung nona cilik itu dengan wajah cemberut.
Giam In Kok tak dapat menahan rasa gelinya lagi, ia segera
tertawa tergelak-gelak. Berada dihadapan perampuan setengah baya yang berdandan
sebagai petani yang berusia tiga puluhan ini, dia merasa hatinya begitu lega dan
sedikitpun tidak merasa takut, apalagi wajahnya begitu ramah dan kelihatannya
sangat menaruh perhatian kepada
nya, hal ini memberi kesan yang sangat baik bagi bocah tersebut.
Terdengar perempuan itu berkata lagi sambil tersenyum:
"Engkoh cilik rupanya kau jarang sekali mengadakan hubungan dengan orang
persilatan, tentunya kaupun tak tahu akan kejadian yang sedang berlangsung dalam
sungai telaga dewasa ini, padahal julukanmu sebagai bocah bermuka seribu sudah
tersebar luas diseluruh dunia persilatan, penyaruanmu tak mungkin bisa
mengelabuhi orang lagi!"
Mendengar perkataan tersebut, terpaksa Giam In Kok tertawa
jengah, bisiknya kemudian:
"Bolehkah aku tahu siapakah nama bibi" dan dari mana bibi bisa tahu tentang
diriku dengan begitu jelas?"
"Aku she Song!" ujar perempuan itu memperkenalkan diri, kemudian sambil menuding
nona cilik itu terusnya, "dia she Ciang bernama Bong ji, ia mempunyai seorang
kakak misan yang bernama Cung Yan ji, aku rasa nona cilik itu pasti sudah pernah kau jumpai bukan?"
"Ooh....! rupanya Song locianpwee yang memberitahukan segala sesuatunya kepada
bibi, tak aneh kalau bibi bisa mengetahui nama yang aku gunakan sewaktu aku
berada di kota Kim Leng!" seru Giam In kok cepat.
kangzusi.com Ciang Toa Nio segera tertawa.....
"Orang bilang kau adalah seorang bocah ajaib, tampaknya
otakmu memang benar-benar cerdas, baru saja aku berbicara soal
kepala kau sudah dapat menebak ekornya, aku rasa jauh-jauh kau
kesini tentu ada hubungannya desgan kitab pusaka itu bukan" tak heran kalau
dalam beberapa hari belakangan ini nampak banyak
sekali jago pesilatan yang datang kemari, coba kau lihat sampaisampai pagoda
itupun setiap malam bermandikan cahaya!"
Paras muka Giam In kok segera berubah sebat setelah
mengetahui bahwa banyak jago persilatan yang ikut berdatangan
disitu, buru-buru serunya :
"Bibi, bolehkah aku bertanya manusia macam apa saja yang
telah berdatangan kemari?"
Ciang Toa Nio termenung sebentar, kemudian setelah
memandang sekejap ke arah pagoda tujuh tingkat itu, ia menjawab:
"Untuk mengetahui persoalan itu, mari kita bicarakan saja di rumahku....."
Selesai berkata ia menggandeng Bong ji di tangan kiri dan Giam
In kok disebelah kanan, sambil beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Beberapa
saat kemudian, sampai lah mereka didepan sebuah
tembok pekarangan yang sangat tinggi yang mengelilingi tujuh
delapan buah rumah petak yang kecil.
Begitu masuk kedalam halaman, suara anjing dan ayam yang
gaduh kedengaran menyambut kedatangan mereka.
Meskipun rumah-rumah itu terbuat dari batu bata yang amat
sederhana akan tetapi pemandangan alam disekitarnya tampak
indah menawan, karena letaknya memang berada di tepi sungai Cin Ci hoo dengan
pohon Yang liu yang berjajar-jajar.
Baru saja Giam In kok melangkah masuk kedalam ruang tamu,
dari baiik horden segera terdengar seseorang berkata sambil
tertawa: kangzusi.com "Coba lihat, si tolol yang kuceritakan itu telah datang, cepatlah kalian keluar
untuk melihat tampangnya!"
Gelak tertawa nyaring segera terdengar di seluruh ruangan,
menyusul kemudian muncullah sekelompok bocah cilik yang berusia sebaya dengan
mereka. Melihat kesemuanya itu Giam In kok tertawa.
"Baiklah.... anggap saja aku memang tolol...." serunya.
"Yan-ji, bagaimana caranya kau kabur sampai disini?"
Yan ji mencibirkan bibirnya, lalu setelah berpikir sebentar dia menjawab:
"Setelah kau pergi, mereka semua segera menghentikan
pertarungannya dan mengejar dirimu, menurut Huan Kay sian, si
pengemis tua itu, ia bilang kepada nenek bahwa kemungkinan besar kau akan datang
ke sungai Cin Ci hoo, maka kami pun segera
memotong jalan dan segera datang kamari lebih dahulu...."
Meskipun sepasang bocah cilik ini sudah dua kali bertemu muka,
namun setiap kali bertemu, belum pernah mereka punya
kesempatan bercakap-cakap, dan sekarang mereka punya
kesempatan seperti itu, tentu saja pembicaraan diantara mereka
berdua berlangsung sangat intim,
Ciang Toa Nio yang menyaksikan tingkah laku kedua bocah itu
segera tertawa geli, serunya:
"Cerewet amat kalian berdua, persis seperti burung gereja! kalau mau bicara
nanti saja setelah berada di ruang belakang!"
Sesudah berada di ruang belakang, muncul lah beberapa orang
lelaki dan perempuan baik tua mau pun anak-anak semuanya
menyambut keluar, Ciang Toa Nio segera memperkenalkan Giam In
kok kepada mereka. Serta merta semuanya memuji tiada hentinya
akan kecerdasan bocah itu. Nenek she Ciang itu menepuk bahu
Giam In kok lalu berkata:
"Bocah cilik, daripada mencari kesusahan buat diri sendiri, lebih baik kau
berdiam saja dirumah kami!"
kangzusi.com Belum tempat Giam In Kok menjawab, dari tempat kejauhan
tiba-tiba terdengar suara bentakan keras....
Mendengar bentakan nyaring itu, nenek Ciang segera berseru:
"Aduh celaka, mungkin besanku sudah berjumpa dengan
mereka!" Sambil mengambil toyanya dia bangkit berdiri dan siap
menerjang keluar guna memberi bantuan.
Giam In Kok yang menyaksikan hal itu buru-buru mencegah,
serunya: "Nek, kau tak usah keluar, biarlah aku yang menghadapi mereka serta memancing
mereka pergi dari sini, sebab tujuan mereka tak lain adalah kitab pusaka
tersebut!" Mari kutemani dirimu!" teriak Yan ji dengan cepat.?"Jangan! kalau kau muncul bersama aku, maka iblis sialan itu pasti akan
menyusahkan juga semua orang yang berada disini!"
Dari sakunya ia mengambil keluar buli-buli emas serta telapak
tangan bajanya, lalu sambil meletakkan keatas meja katanya:
"Tolong simpankan barang-barangku ini!"
Kemudian tanpa banyak bicara lagi ia meloncat keluar halaman,
dengan mengikuti aliran sungai ia berlari menuju kearah mana
berasalnya suara bentakan itu.
Sedikitpun tidak salah, dari tempat kejauhan ia saksikan Raja
akherat pescabut nyawa, manusia cebol Sam cun teng serta kakek
she Ku yang berjulukan siau bin hau atau harimau senyum sedang
mengerubuti Lak jiu Sian Nio dengan serunya, pertarungan itu
berlangung tak seimbang, hingga menyebabkan nenek itu terdesak
hebat. Menyaksikan itu Giam In kok segera tertawa terbahak bahak.
Ketika mendengar gelak tertawa seorang berkumandang datang
kangzusi.com dari sisi kalangan, manusia cebol paku tiga senti atau Sam cun tung segera
meninggakan gelanggang pertarungan dan secepat kilat
meluncur ke arah mana berasalnya suara itu.
Raja akherat pencabut nyawa serta Siau bin hau atau kakek she
Ku itu takut kalau Sam cun teng berhasil mendahului mereka dalam mendapatkan
rahasia kitab pusaka itu, maka sambil membentak
nyaring kedua orang itu pun segera meninggalkan gelanggang
pertarungan dan mengejar dari belakang.
Lak jiu Sian Nio sendiripun tak tahu siapakah bocah cilik itu,
buru-buru ia pun menyusul dibelakang.
Meskipun tenaga dalam yang dimiliki Giam In kok sangat
sempurna, tapi bagaimanapun juga ia belum pernah mendapat
pendidikan langsung dari seorang jago kenamaan, ditambah pula
dia pun tidak berlatih secara tekun, tentu saja sulit baginya untuk melepaskan
diri dari pengejaran para jago lihay itu......
Akan tetapi ia mempunyai rencana lain, setelah berlari beberapa tombak kemudian
bocah itu pnra-pura tidak kuat berlari lebih jauh lagi, sambil memutar badan
dengan napas tersengal-sengal serunya cepat:
"Ada urusan apa kalian mengejar sauya?"
Sam cun teng tiba paling duluan, ketika dilihatnya bocah cilik
yang berada dihadapannya masih asing sekali baginya, ia nampak tertegun dan
segera ujarnya: "Siapakah kau?"
Sebelum Giam In kok sempat menjawab, Raja akherat pencabut
nyawa telah menyusul datang, segera bentaknya:
"Beranikah kau mengatakan bahwa kau bukan Giam In kok, Kok In Hui atau In Kok
Hui?" Giam In Kok menggelengkan kepalanya berulang kali.
"A......aku....aku tak mengerti apa yang sedang kau ucapkan!"
kangzusi.com serunya dengan wajah seolah-olah kebingungan.
"Biar kugeledah sakunya!" seru Siau bin hau dengan cepat.
"Apa yang hendak kau geledah?" teriak Giam In kok sambil mundur selangkah
kebelakang. Siau bin hau sama sekali tidak banyak bicara, jari tengahnya
segara disentilkan kedepan menotok jalan darah bocah itu,
sementara tangannya yang lain merogoh kedalam sakunya dan
mengambil keluar sebilah pedang pendek.
Umpatnya kemudian dengan suara nyaring:
"Setan cilik! kau benar-benar licik sekali, hampir saja aku tertipu olehmu!"
Setelah menepuk bebas jalan darahnya yang tertotok, ia
menghardik kembali: "Kalau kau tidak segera mengaku dimanakah kitab pusaka itu tersimpan, sekarang
juga aku akan turun tangan terhadapmu!"
"Kitab pusaka apaan?" Giam In Kok tetap berlagak pilon,
"ooii.....cepat kembalikan pedang itu kepadaku!"
"Darimana kau dapatkan pedang ini?"
"Seorang bocah cilik yang membawa sebuah buatalan kain,
sebuah buli-buli emas serta membawa senjata telapak tangan baja telah
menghadiahkan pedang ini kepadaku!"
"Dimanakah bocah itu sekarang" kenapa ia menghadiahkan
pedang pendek itu kepadamu?"
"Ia bertanya kepadaku dimanakah letak goa Gi hiat, setelah kutunjukkan letaknya,
ia segera pergi serta menghadiahkan pedang pendek ini kepadaku!"
Tiga orang ibiis itu setengah percaya, setengah tidak, setelah
saling bertukar pandangan sekejap tiba-tiba Sam cun teng berkata sambil tertawa
dingin: kangzusi.com "Baiklah! untuk sementara wakta aku percaya dengan
perkataanmu itu, tapi ingat kalau di goa Gi hiat kami tidak
menemukan seorang manusiapun, maka akan kulemparkan
tubuhmu kedalam liang tersebut!"Demikianlah, Sam cun teng segera mengempit tubuh Giam In
Kok di bawah ketiaknya, lalu dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya berangkatlah mereka menuju kegca Gi Hiat.
Tetapi setelah tiba digoa Gi hiat, kecuali goa yang dalam dan
gelap sehingga tak nampak dasarnya, tak nampak sesosok
bayangan manusia pun yang berada disitu, Siau bin hau melongok
sekejap kearah dalam goa, tiba-tiba hatinya merasa bergidik sekali, dengan gusar
ia segera membentak: "Setan cilik kau berani membohongi aku" akan kujagal dirimu lebih dahulu!"
"Eeeii... eeeei... bukankah kalian berkata hendak mencari kitab pusaka....?" teriak
Giam In Kok pura-pura terperanjat, "jangan-jangan dia sudah masuk kedalam goa
untuk mencari barang pusaka
itu" kalau kalian tidak masuk kedalam goa darimana bisa tahu kalau ia sudah
berada disitu atau belum?"
"Belum-belum kalian kok malah menyalahkan aku?"
"Ehmm.....! betul juga perkataanmu itu" kata Raja akherat pencabut nyawa sambil
mengangguk, "bagaimana pun juga kita toh sudah tiba digoa Gi hiat, tak ada
salahnya kalau kita selidiki sampai kedasar goa, siapa tahu kalau apa yang
dikatakan setan cilik ini memang benar!"
Sam cun teng termenung dan berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian ia mengangguk. "Baiklah, mari kita berangkat!"
Sambil mengempit tubuh Giam In Kok. berangkatlah mereka
memasuki lubang goa itu. kangzusi.com "Eeei...! Tunggu sebentar!" tiba-tiba Siau bin hau berteriak lagi sambil merampas
tubuh Giam In Kok dari bopongan manusia cebol
itu, kemudian lanjutnya lebih jauh:
"Sam cun teng, badanmu kecil serta kerdil sekali, engkaulah manusia yang paling
cocok untuk masuk kedaiam goa serta mencari bocah keparat itu, biarlah cecunguk
kecil ini aku yang membopong masuk kedalam goa, Kwik loji mengikuti dibelakangku
untuk melindungi bocah ini, dengan demikian kita semua tak usah saling mencurigai lagi
bukan!" Tanpa berunding lagi Sam cun teng serta Raja akherat pencabut
nyawa segera menyetujui usul tersebut, sedangkan Giam In Kok
paling merasa gembira diantara beberapa orang itu, sebab dia
memang sengaja hendak memancing ketiga orang iblis itu masuk
kedalam goa untuk menempuh bahaya, sementara otaknya berputar
kencang mencari akal untuk meloloskan diri dari tempat itu.
Dengan susah payah dan entah sudah melewati berapa banyak
kesulitan akhirnya tiga orang iblis itu berhasil memasuki goa
tersebut, goa itu makin lama semakin sempit dimana pada ujung
goa tadi terdengarlah suara gemericiknya air yang amat deras.
Sam cun teng segera berteriak keras:
"Aduuh celaka... didepan ada air!"
Sambil berseru, buru-buru badannya mundur selangkah
kebelakang. Rupanya jalan dalam lorong dalam goa itu tiba-tiba menekuk
kedalam sehingga terciptalah sebuah liang yang sangat besar dan penuh berisi air
dengan aliran yang deras, mereka membawa obor
sebagal penerangan namun tepi sebelah depan sama sekali tak
terlihat, yang nampak hanya air melulu dengan hawa yang sangat
dingin hingga menusuk tulang.
Dengan penuh kegusaran Sam cun teng segera berpaling
kebelakang, serunya lantang:
kangzusi.com "Setan cilik! kau benar-benar terkutuk dan minta disembelih, sekarang katakanlah
dimana orang itu?"

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau orang itu berhasrat mencari kitab pusaka, masa ia tak dapat meneruskan
perjalanannya menuju kedasar goa?"
"Didalam liang ini penuh dengan air dingin, kita bisa melocat turun, tapi belum
tentu bisa merambat naik lagi, kau anggap dia sudah tak sayang dengan nyawa
sendiri?" "Kalau dia merupakan seorang manusia yang rakus, apa salahnya untuk mengorbankan
nyawa sendiri demi kitab pusaka?"
"Pluung....! plung!"
Ditengah bentakkan keras, terdengar dua sosok badan tercebur
kedalam liang yang penuh berisi air itu.
Kemudian terdengarlah Siua bin hau berkata sambil tertawa
terbahak-bahak: "Haaaa... haaah.... haaah.... selama beberapa hari belakangan ini, kedua orang mahkluk
tua ini selalu saja berusaha untuk
menyaingi aku dalam memperebutkan kitab pusaka, haaah...
haaaah... sekarang rasain kelihayan ku, kalian tak akan bisa hidup lagi....."
-ooo0dw0ooo- Jilid : 6 GIAM IN KOK jadi amat terkejut setelah melihat perbuatan Siau
bin hau itu, ia tak mengira kalau Raja akherat pencabut nyawa serta Sam cun teng
dapat dibereskan olehnya dengan begitu gampang,
tanpa sadar tubuhnya gemetar keras.
"Bocah cilik, kau tak usah takut" kata Siau bin hau lagi sambil tertawa
menyeringai, "kedua orang bangkotan itu sudah
sepantasnya mampus secara mengerikan, aku tak akan menggebuki
dirimu, tapi kau harus berterus terang mengatakan kepadaku
kangzusi.com dimanakah kitab pusaka itu disimpan, pokoknya kalau aku berhasil, engkaupun akan
mendapat kebaikan!" "Darimana aku bisa tahu kitab pusaka itu disembunyikan dimana"
aku..... sama sekali tak mengerti akan ucapaamu itu!"
"Kau tak usah bermain licik dihadapanku lagi" kembali Siau bin hau berkata
sambil tertawa misterius, "kalau kau mengatakan kau bukan Kok In hui, sekarang
juga kulemparkan tubuhmu kedalam
liang berair dingin itu!"
"Aku she Go bernama Cin Kong, penduduk kota Sian teng, kalau kau tidak percaya
mari kita pulang kerumahku, aku bisa
membuktikan bahwa rumahku ada disitu....siapa sih Kok In hui itu"
kenapa kau terus menuduh aku sebagai Kok In hui?"
Air maka siau bin hau berubah hebat, tiba tiba bentaknya:
"Tutup mulutmu! meskipun kau si setan cilik licik sekali dan banyak akal, tapi
sayang penyaruanmu masih kurang sempurna,
aku tidak percaya kalau ada orang yang bersedia menghadiahkan
pedang mustikanya kepada orang lain, lagipula ketika aku
mengambil pedangmu dari atas pinggang tadi telah kukenali bahwa ikat pinggang
yang kau pergunakan sekarang ternyata sama sekali tak berbeda dengan ikat
pinggang yang kau pergunakan tempo hari, masa Kok in hui juga menghadiahkan tali
kolornya kepadamu?" Melihat rahasianya sudah ketahuan, terpaksa Giam In kok
tertawa getir: "Kau memang seorang bajingan tua yang teliti dan cermat,
baiklah setelah sauya terjatuh ketanganmu sekarang tentu saja
perkataan yang lain dapat kukatakan lagi, kalau ingin mendapatkan kitab pusaka
tersebut, mari kita kembali ketepi sungai Cin ci hoo!"
"Sungai Cin ci hoo" dibagian sebelah mana?"
"Ooh, rupanya kau hendak membunuh aku pula ditempat itu,
setelah aku berterus terang nanti?"
"Sungguh tak nyana, kau si setan cilik memiliki akal yang begitu kangzusi.com
licin, sampai soal yang kecilpun tidak luput dari pengamatan mu, baiklah! kalau
kau dapat menemukan kitab pusaka Cing khu Hun Pit tersebut maka aku akan
mewariskan segenap kepandaian ilmu silat yang kumiliki padamu!"
"Ehmm....! lumayan juga syarat yang dia ajukan" pikir Giam In kok didalam hati,
setelah aku berhasil mempelajari kepandaian ilmu silatnya, dikemudian hari aku
masih punya kesempatan untuk
membereskan dirinya dari muka bumi....."
Maka dengan wajah berseri-seri dia segera ikut serta dibelakang Siau bin hau dan
kembali ketepi sungai Cin Ci Hoo.
Ditengah perjalanan bocah itu bertanya:
"Apakah kau sudah melihat bait syair yang tertera diatas dinding tugu tersebut?"
"Lihat sih sudah melihat, cuma aku tak tahu apakah isi bait syair yang pertama?"
"Justru kunci paling penting dari rahasia itu terletak pada bait syair yang
pertama, karena itulah syair tersebut aku hapus dari atas dinding agar tidak
diketahui orang, kalau kau mau tahu, baiklah kuberitahu kepadamu, syair tersebut
berbunyi demikian: "Kentongan ketiga dibulan purnama, bayangan bintang jauh
memanjang" "Kau tahu apa artinya?" tanya Siau bin hau.
"Aduuuh.... masa syair seperti itu saja kan tak bisa memecahkan"
artinya kalau kentongan ketiga sudah tiba bukankah diatas
permukaan air akan muncul bayangan hitam" nah! pada saat itulah kita bisa
mempergunakan petunjuk dari bayangan pohon atau
bayangan gunung yang tertera diatas air sebagal ancar-ancar untuk mencari letak
kitab pusaka tersebut, jika kita gali tempat itu niscaya kitab pusaka Cing Khu
hun pit dapat kita temukan dengan mudah"
"Kau si bocah cilik memang berotak encer dan cerdik sekali" puji Siau bin hau
sambil menghela napas panjang, "kuakui bahwa
kecerdasan otakku belum dapat menandingimu".
kangzusi.com "Baiklah! perduli kitab pusaka itu berhasil kita temukan atau tidak aku pasti
akan mewariskan semua kepandaian silatku kepadamu!"
Giam In kok merasa amat girang sekali, setelah mendengar
perkataan itu, buru-baru serunya:
"Tapi aku tak bisa menganggap kau sebagai guruku!"
"Kenapa?" "Sebab aku sudah mempunyai dua orang suhu, yakni si telapak tangan sakti dari
Giam tok serta si monyet sakti dari selat Wu sia!"
Siau bin hau termenung sebentar, kemudian mengangguk.
"Baiklah, mau mengangkat diriku sebagai guru atau tidak itu bukan urusan yang
penting, asal kau dapat mengingat ku terus itu sudah lebih dari cukup"
"Kalau kita memang harus menanti sampai kentongan, sedang
sekarang masih terlalu pagi, bagaimana kalau kita pergi mencari makan lebih
dahulu" kemudian akan kuwariskan ilmu langkah naga
lompat harimau kepadamu, agar dalam melakukan perjalanan nanti
gerakan tubuhmu bisa jauh lebih cepat"
"Horee.... bagus sekali, bagus sekali.... aku memang paling suka belajar ilmu silat"
teriak Giam In kok kegirangan, "tapi.... masih ingatkah kau dengan baik syair
tersebut?" "Haaah... haaaaah...haaaah... meskipun aku sudah tua tapi daya ingatanku masih belum
berkurang, bukankah bait syair yang tertera diatas dinding batu itu berbunyi
demikian: Kentongan ketiga bulan purnama, bayangan bintang jauh?memanjang.
Tepi sungai Cin ci hoo tersisa puing tugu yang berserakan....
Benda mungil indah menawan, bulan purnama janganlah terlalu
disiakan..... kangzusi.com
?"Betul bukan" aku yakin daya ingatanku masih tajam!"
"Engkau memang hebat!" puji Giam In kok sambil tertawa.
"Yang dimaksudkan bulan purnama pada bait syair yang terakhir menunjukkan bahwa
waktunya adalah malam tanggal lima belas,
mungkin juga berarti malam bulan delapan tanggal lima belas pada kentongan
ketiga, ini baru tanggal dua puluh, kalau dihitung berarti kita masih mempunyai
waktu dua puluh lima hari lagi sebelum dapat turun tangan"
Siau bin hua memuji kecerdikan bocah itu tiada hentinya, dalam
kenyataan mimpipun ia tak menyangka kalau bocah cilik yang
umurnya paling banter baru dua belas tahun itu sudah merubah bait syair pertama
tadi sehingga artinya sama sekali berbeda, bahkan bocah itupun mempunyai rencana
untuk melenyapkan dirinya dari
muka bumi.... Rembulan yang bersembunyi dibalik kegelapan yang mencekam
seluruh jagad, perlahan-lahan munculkan diri dan memancarkan
sinarnya yang berwarna keperak-perakan....
Sudah hampir duapuluh hari Giam In kok mengikuti Siau bin hau
berkeliaran di sekitar sungai Cin ci hoo, bahkan sudah banyak ilmu silat yang
berhasil dia pelajari, malam itu mereka muncul kembali ditepi sungai Cin ci hoo
untuk mencari kitab pusaka.
Akan tetapi, ketika mereka tiba ditempat tujuan, tiba-tiba dari tempat kejauhan
terdengar suara bentakan nyaring menggema
memecahkan kesunyian, rupanya disana telah terjadi pertarungan
yang seru antara kelompok jago persilatan.
Giam In kok yang menyaksikan kejadian itu diam-diam tertawa
geli, namun diapun merasa agak risau juga, gumamnya seorang
diri: "Mereka pasti bertempur karena memperebutkan kitab pusaka
Cing Khu Hun pit, tetapi, secara bagaimana mereka bisa tahu kalau kitab pusaka
itu berada disungai Cin ci hoo dan untuk
kangzusi.com mencarinyapun harus datang pada bulan delapan tanggal lima
belas?" "Jangan-jangan merekapun sudah mengunjungi batu tugu itu
serta membaca ukiran syair yang masih tersisa diatas dinding batu?"
"Benar!" seru bocah itu dengan cepat, "meskipun ukiran itu sudah kuhapuskan akan
tetapi tetap masih ada bekasnya yang tak
dapat hilang, mereka pasti berhasil membaca syair tersebut dari bekas-bekas yang
kusayati itu!" Giam In Kok sendiripun menyadari, sekalipun tulisan-nya sudah
terhapus akan tetapi asalkan masih ada bekas-bekasnya maka tidak suitt bagi
seseorang jago lihay untuk mengenali kembali tulisan itu, tanpa sadar ia
bergumam kembali: "Semoga saja mereka terpengaruh oleh kitab pusaka itu, dan gagal untuk
memecahkan rahasia dari bait syair itu!"
Siau bin hau tertegun lalu menggeleng.
"Mungkin merekapun juga seperti diriku, hanya dapat
memecahkan sebagian saja dari bait syair tersebut!" katanya.
"Seandalnya mereka hanya berhasil memecahkan separuh saja
dari bait syair itu, tak mungkin kedatangan mereka ditempat ini dilakukan persis
pada tanggal lima belas, yang kumaksudkan
rahasia besar adalah hubungan antara menggesernya bintang
dengan bayangan hitam yang tertera dibumi!"
Dimulut Giam In Kok berbicara dengan Siau bin hau, sementara
sorot matanya menyapu kearah para jago yang sedang
melangsungkan pertarungan itu, kemudian dia melirik pula kearah pagoda tujuh
tingkat jaug berada tidak jauh dari gelanggang
pertarungan. Suasana disana gelap gulita dan sama sekali tidak cocok dengan
perkataan Bong ji yang mengatakan bahwa pagoda tersebut
memancarkan cahaya tajam diwaktu malam.
Sementara para jago bulim yang hadir disitu kecuali Ngo Hong
tojin yang tak nampak batang hidungnya, keluarga Ciang Toa Nio
kangzusi.com serta Lak jiu Sian Nio sekalian juga tidak nampak disitu.
Kalau dikatakan Lak jin Sian Nio serta keluarga Ciang Toa Nio
bersembunyi dirumah, hal ini masih masuk diakal, tapi Ngo Hong
tojin ternyata tidak nampak batang hidungnya, kejadian ini benar-benar sangat
tak masuk akal..... Dalam pada itu, dalam gelanggang pertarungan telah muncul
kembali seorang pria pertengahan, sambil melangkah ketengah
kalangan ia berseru lantang:
"Aku sastrawan selaksa racun Lie Liang ingin mengajak Gak
sianceng untuk bertempur, apakah Gak sianceng bersedia memberi
petunjuk?" Dari antara jago-jago lihay yang hadir di sekitar tempat itu
segera muncullah seorang kakek tua yang membawa cangkul
istimewa, sambil tertawa tergelak kakek itu segera maju ketengah gelanggang, dia
bukan lain adalah tabib sakti dari gunung Lam san, Gak Pun Leng adanya.
Menyaksikan peristiwa itu, Giam Ia kok segera berseru tertahan:
"Aduh celaka! mutiara penolak racun miliknya berada ditanganku, dia hendak
mengandalkan apa untuk melawan orang itu" di tinjau
dari julukannya sebagai sastrawan selaksa racun, keahliannya tentu didalam hal
ilmu beracun.... aku harus mewakili Gak cianpwee untuk melawan orang itu!"
Tubuhnya siap meloncat keluar dari balik semak betukar, tapi
Siau bin hau segera menarik tangannya sambil menghardik:
"Mengapa kau" buat apa sih berlagak sok gagah-gagahan"
biarkan saja beberapa orang itu saling bertarung sampai mampus
semuanya, toh keadaan seperti itu malah sangat menguntungkan
posisi kita!" "Tidak bisa jadi, Gak cianpwee pernah melepaskan budi
kepadaku, aku harus menolong dirinya...."
kangzusi.com "Hmm! kalau kau berani keluar dari tempat persembunyian, akan kubunuh dirimu
lebih dahulu!" Sudah hampir sebulan lamanya Giam In kok berkumpul dengan
Sian bin hau, kendatipun sudah banyak ilmu silat milik lawan yang berhasil
dipelajarinya, akan tetapi terhadap tingkah lakunya yang keji dan tak kenal
perikemanusiaan itu dalam hatinya masih
menaruh kesan jelek, dan diapun tahu bahwa manusia tersebut
hanya tahu mementingkan diri sendiri.
Maka setelah diancam oleh lawannya, ia pun lantas berkata:
"Baik... baik, tidak pergi ya tidak pergi, padahal aku ngeri juga kalau harus
dibunuh...." Ketika Siau bin hau melepaskan kembali cekalannya karena
mengira bocah itu benar-benar sudah keder, tiba-tiba Giam In kok menjejakkan
kakinya keatas tanah dan kabur dari tempat
persembunyiannya. Siau bin hau membentak keras, ia segera mengejar dari
belakang. Tapi sayang Giam In kok yang sekarang bukanlah Giam In kok
dulu, dia sudah memiliki ilmu silat dari lima orang jago, latihannya sudah
mencapai satu tahun lebih dan cairan kumala dari buli-buli emas sudah menambah
tenaga dalamnya sehingga jalan darah
penting Hian kwan-nya berhasil ditembusi.
Tentu saja Siau bin hau tak mampu menyusul dirinya, sekalipun
dia sendiri memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna.
Dalam pada itu, sastrawan selaksa racun serta Gak Pun leng
sndah bersiap siap melakukan pertarungan, ketika mendengar suara bentakan
nyaring, mereka segera berpaling.
Tampaklah sesosok bayangan kecil meluncur datang bagaikan
bayangan burung nuri, sementara dibelakangnya menyusul sesosok
bayangan tubuh yang tinggi besar mengejarnya.
Tabib sakti dari gunung Lam San yang pertama-tama mengenali
kangzusi.com dulu kalau bayangan kecil yang sedang berlarian mendekat adalah bocah cilik yang
pernah belajar silat pada dirinya dulu, sebab
gerakan tubuh yang dipergunakan adalah ilmu miliknya.
Buru-buru dia maju menyongsong kedatangannya, lalu setelah
melepaskan Giam In kok melewati sisinya, kepada Siau bin hau
hardiknya keras-keras: "Berhenti! kenapa kau menganiaya seorang bocah cilik?"
"Bangsat minggir!" teriak Siau bin hau dengan gusar, telapak tangannya diayunkan
kedepan melancarkan sebuah bacokan.
Menyaksikan datangnya ancaman yang begitu hebat, buru-buru
tabib sakti dari gunung Lam san menyilangkan telapak tangannya untuk menangkis.


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rupanya didalam serangan itu Siau bin hau telah
mempergunakan segenap kekuatannya.....
"Blaaam....!" Ditengah benturan yang amat keras, tabib sakti dari gunung Lam
san segera merasakan lengannya jadi kaku dan linu, tanpa dapat dibendung lagi
badannya mundur tiga langkah kebelakang dengan
sempoyongan. Dengan cepat ia dapat mengenali kembali siapakah lawannya,
cangkul obat yang berada ditangan kanan segera diputar kencang, dan dengan
membentuk selapis cahaya hitam ia melancarkan
kembali terjangan-nya kearah depan.
Siau bin hau sadar bahwa ilmu silatnya masih bukan tandingan
lawan, maka dari itu, begitu turun tangan tadi ia telah mengerahkan segenap
kekuatan tubuhnya, kini melihat pihak lawan
menggerakkan senjatanya untuk menggencet dirinya, ia tak berani bertindak secara
gegabah lagi, buru-buru teriaknya keras:
"Ei... eei... tunggu dulu! jangan menyerang dulu....!"
Sambil berteriak ia cabut sepasang pedang terkaitnya dari
punggung dan diputar didepan dada untuk melindungi diri dari
ancaman bahaya. kangzusi.com Sementara itu bocah ajaib bermuka seribu Giam In kok telah tiba dihadapan
sastrawan selaksa racun, setelah memberi hormat
ujarnya sambil tertawa: "Sudah lama aku mengagumi akan kehebatan Lie cianpwee
didalam ilmu beracun, aku yang rendah Go Ceng kang mohon
beberapa jurus dari mu!"
Para jago yang berkumpul disana sebagian besar adalah jago-jago kenamaan,
terhadap ilmu beracun dari sastrawan selaksa racun boleh dibilang pada menaruh
rasa jeri, ketika mereka saksikan ada seorang bocah yang tiba-tiba menantang
sastrawan selaksa racun untuk bergebrak, sebagian jago-jago itu pada melongo dan berdiri saling
berpandangan dengan wajah tak habis mengerti.
Sastawan selaksa racun sendiri merasa amat geli tatkala melihat ada seorang
bocah cilik munculkan diri untuk menantang ia
bertarung, sambil tertawa tergelak katanya:
"Hahaaa... hahaa.... hahaa.... bocah cilik, nyalimu benar-benar besar sekali, engkau
anak murid siapa" dan siapa nama ayahmu?"
"Aku tak punya guru, juga tak punya ayah!"
"Huuuh...! omong kosong, kalau tak ada guru masih punya
kemungkinan, tapi kalau tak punya ayah dari mana kau bisa jadi
manusia?" "Ooh....ayah sih tentu ada, cuma sampai sekerang aku masih belum tahu siapakah
ayahku yang sebenarnya, maka untuk
sementara waktu aku harus berkata bahwa aku tak punya ayah!"
"Kalau memang begitu, kau tak usah menantang aku untuk
bergebrak lagi, angkat saja aku menjadi ayah angkatmu, tentu akan kuwariskan
seluruh ilmu silatku kepadamu?"
"Tidak.... tidak.... aku tak mau belajar ilmu silat.... aku malas...."
"Berani tak mau" Kuhajar pantatmu!"
"Huuh....! belum tentu kau mampu.... kalau tak percaya, silahkan kangzusi.com
kau coba...." Tabib sakti dari gunung Lam san, Gak Pun Leng jadi amat gelisah ketika
dilihatnya Giam In kok benar-benar akan bertarung melawan sastrawan selaksa
racun. Sambil menarik kembali cangkul obatnya, ia segera meninggalkan
Siau bin hau dan berlarian mendekat sambil teriaknya dengan suara lantang
"Engkoh cilik, jangan turun tangan secara gegabah!"
Kemudian kepada sastrawan selaksa racun, ia menambahkan:
"Engkoh cilik ini adalah muridku, ia pernah belajar silat atas bimbinganku, aku
harap engkau jangan mengganggu dirinya!"
Sastrawan selaksa racun agak tertegun, kemudian serunya:
"Kalau dia benar-benar pernah belajar ilmu silat darimu, kenapa sewaktu
kutanyakan barusan dia mengatakan kalau tak punya guru
dan tak punya ayah?"
"Dia merupakan muridku juga!" seru Siau bin hau sambil meloncat maju kedepan.
Seketika itu juga kejadian ini mencengangkan semua jago yang
hadir didalam arena, mereka tak mengira kalau bocah sekecil itu pernah belajar
silat dari seorang jago kalangan lurus dan seorang jago dari kalangan sesat,
banyak diantara mereka segera berbisik-bisik dan membicarakan persoalan itu,
sementara sastrawan selaksa racun sendiri hanya berdiri melongo tanpa
mengucapkan sepatah katapun. Tabib sakti dari gunung Lam san telah mengetahui bahwa Giam
In kok pernah belajar silat dari tiga orang jago sebelum berjumpa dengan
dirinya, dia merasa tak aneh kalau bocah itn belajar pula dari Siau bin hau,
maka sambil tertawa segera ujarnya lagi:
"Ku lo ji, lebih baik jangan menempelkan emas diatas muka
kangzusi.com sendiri, ketahuilah meskipun kau pernah mewariskan ilmu silat mu kepadanya, itu
bukan berarti bahwa dia sudah menjadi muridmu!"
"Lain itu dengan dasar apa kau mengatakan bahwa dia adalah anak muridmu?" teriak
Siau bin hau marah. "Berdasarkan ia telah belajar ilmu pertabiban dariku!"
"Diapun belajar ilmu silat andalanku, apakah dia tidak pantas kalau kukatakan
sebagai muridku?" Sastrawan selaksa racun tertawa geli menyaksikan peristiwa itu, segera serunya
cepat: "Kalian berdua tak usah saling berebut lagi, bocah ini telah menantang aku untuk
bertempur, maka aku hendak menerimanya
sebagai putra angkatku....!"
Sementara para jago saling ribut dan saling memperebutkan
bocah itu, tiba-tiba dari sisi kalangan berkumandang datang seruan seseorang
dengan diiringi gelak tertawa yang amat nyaring.
Orang itu adalah seorang kakek tua yang bertubuh kurus lagi
jangkung, orang kangouw menyebut dia sebagai In Lui Tan hiap
atau manusia rakus dari kolong langit.
"Hahaaa... hahaa... hahaa... sungguh lucu, sungguh lucu....
suatu pertarungan yang sebetulnya untuk memperebutkan kitab
pusaka ini telah berubah menjadi suatu pertarungan
memperebutkan bocah.... sudah seratus tahun aku hidup dikolong
langit namun sampai sekarang juga belum berputra, aku lihat bocah ini sangat
berbakat bagus lagi pula sudah memiliki ilmu silat aliran sesat maupun lurus,
karena itu dia paling cocok bagiku sebagai
manusia yang tak berpihak kegolongan sesat maupun lurus,
bagaimana kalau diberikan kepadaku saja?" seraya berkata, dengan cepat badannya
menerjang masuk kedalam gelanggang.
Diam-diam tabib sakti dari gunung Lam san merasa terkejut
kangzusi.com ketika melihat manusia paling rakus dikolong langit turut campur didalam
perebutan bocah ini, ia melirik sekejap kearah Giam In kok kemudian kepada jago
yang tinggi kurus itu ujarnya:
"Ooh cianpwe! seandainya kau berhasrat untuk mengambil bocah ini sebagal
putramu, hal ini berarti suatu keberuntungan besar bagi dirinya, hanya saja
apakah dia bersedia atau tidak untuk dijadikan putramu?"
Sebenarnya ucapan itu sengaja diutarakan oleh Gak Pun Leng
dengan tujuan agar Giam In kok menampik permintaan orang itu,
siapa tahu Giam In kok telah salah menduga, dia mengira dirinya diijinkan untuk
menerima permintaan tersebut, apalagi setelah
mendengar tabib sakti itu memanggil cianpwee kepadanya, maka
sambil tertawa haahaa hihii serunya:
"Hiiihiii.... hihiiii.... hihlii.... oh cianpwee mau menerima aku sebagai putra
angkatnya sedang selaksa racun juga akan
menerimaku sebagai anak angkatnya, lalu aku harus memilih yang
mana enaknya" tentu saja aku tak bisa kalau harus mempunyai dua ayah sekaligus,
ei... ei... bagaimana kalau kalian bertarung lebih dahulu" siapa yang menang dialah
yang akan menjadi ayah angkatku?" Sastrawan selaksa racun jadi naik pitam setelah mendengar
perkataan itun kontan saja dia mengumpat:
"Setan cilik, kau benar-benar licik, berani benar main licik dihadapanku..."
Sebaliknya manusia paling rakus segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah... hahaa....haaaah... kenapa kau mengatakan dia licik"
justru perbuatan itu menunjukkan bahwa ia sebenarnya amat
cerdik!" Sastrawan selaksa racun semakin gusar dibuatnya, dengan muka
hijau membesi teriaknya: "Tua bangka ceking, jangan kau anggap aku jeri kepadamu! nah rasakan kelihayan
ku ini....!" kangzusi.com Sembari berseru telapak tangan kirinya segera diayunkan
kedepan, segulung kabut beracun yang tipis dengan cepat meluncur kearah depan.
Manusia paling rakus dikolong langit mendengus dingin,
ditunggunya sampai kabut racun itu tiba dihadapannya, kemudian ia tiup kencang-
kencang kabut tadi.... Bagaikan terhembus angin puyuh, kabut beracun yang
dilancarkan sastrawan selaksa racun tadi seketika buyar dan lenyap tak berbekas.
Giam In kok jadi terkejut bercampur keheranan setelah melihat
kejadian itu, sebaliknya sastrawan selaksa racun itu menjadi
tertegun beberapa saat lamanya, kemudian ia mendorong kembali
sepasang telapak tangannya kearah depan dengan menghimpun
sepuluh bagian tenaga dalamnya.
Gulungan angin puyuh yang disertai hembusan kabut beracun
sekali lagi meluncur kearah depan.
Manusia paling rakus dikolong langit segera mengebutkan ujung
bajunya sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Seakan-akan terhadang oleh sebuah dinding hawa yang tak
berwujud, kabut beracun yang dipancarkan sastrawan selaksa racun itu seketika
membumbung setinggi sepuluh tombak keangkasa,
kemudian memantul kembali dan berbalik mengurung tubuh
sastrawan itu sendiri. "Rupanya ilmu silat yang dimiliki si manusia rakus jauh lebih hebat daripada
kepandaian si makhluk beracun itu" pikir Giam In Kok didalam hati kecilnya.
"Tapi.... apa sebabnya ia hanya bertahan belaka, dan sama sekali tak melancarkan
serangan balasan?" Dilihat dari kemampuan manusia paling rakus dari kolong langit
sewaktu memunahkan datangnya ancaman yang begitu dahsyat tadi
bocah itu segera berpendapat bahwa kakek bertubuh ceking itu
sebenarnya mempunyai kekuatan yang cukup untuk mencabut
kangzusi.com nyawa sastrawan selaksa racun, andaikata dia menghendaki.
Tapi nyatanya ia hanya bertahan belaka tanpa melancarkan
serangan balasan, tentu saja kejadian ini amat mencengangkan
hatinya. Pertarungan berlangsung makin seru, semua jago telah
mengalihkan perhatiannya ketengah arena pertarungan, pada saat itulah secara
tiba-tiba Giam In kok merasakan datangnya desiran angin tajam yang mengancam
batok kepalanya. Ia terkejut dan sekuat tenaga meloncat maju kedepan.
Suara bentakan keras menggema memenuhi angkasa, dengan
suatu gerakan yang cepat manusia rakus dari kolong langit segera menyentilkan
jarinya sambil melancarkan sebuah totokan kilat
kearah belakang bocah itu.
Giam In kok merasakan berkelebatnya desiran angin tajam yang
melewati sisi tubuhnya, menyusul kemudian terdengar seseorang
menjerit kesakitan. Ketika ia berpaling, tampaklah Siau bin hau telah memuntahkan
darah segar, sementara badannya mencelat mundur kebelakang.
Manusia rakus dari kolong langit segera tertawa dingin:
"Kurang ajar! apa sih yang kau andalkan untuk bermain curang dihadapanku" hmmm!
coba peristiwa ini berlangsung beberapa
tahun berselang, sudah sedari tadi kuhajar tubuhmu sampai hancur dan remuk
seperti perkedel....!"
Sebenarnya Siau bin hau termasuk seorang jago kelas satu
didalam dunia persilatan akan tetapi belum setengah gebrakan saja ia sudah keok
ditangan si manusia rakus, peristiwa ini tentu saja amat mengejutkan hati para
jago yang berada disekeliling tempat itu, tanpa sadar bulu kuduk mereka pada
bangun berdiri. "Huuuh....! tua bangka sialan....." umpat Giam In Kok didalam kangzusi.com
hati. Tapi ketika teringat kembali akan hubungan mereka selama
setengah bulan terakhir ini, dimana sudah banyak pelajaran silat yang dipelajari
olehnya, sekalipun hal itu didasarkan atas suatu tujuan tertentu, namun ia toh
merasa tak tega membiarkan kakek
she Ku itu mati konyol dengan begitu saja.
Maka setelah sangsi sebentar, akhirnya dia maju kedepan dan
berkata setelah memberi hormat kepada manusia rakus dari kolong langit:
"Orang tua, apakah kau punya obat mujarab untuk
menyembuhkan luka dalam?"
"Kau berniat menyelamatkan jiwanya?"
"Ya, keadaannya amat mengenaskan, aku memang ingin
menolong jiwanya...."
"Baiklah! memandang diatas wajahmu, kuhadiahkan sebutir obat Ban leng wan untuk
dirinya!" Dari dalam sakunya manusia rakus dari kolong langit segera
mengambil keluar sebutir pil dan segera diserahkan kepada bocah itu.
Dalam pada itu..... Dari balik pagoda tingkat tujuh, secara diam-diam telah
melayang keluar sesosok tubuh, orang itu merupakan seorang imam tua, tanpa
menerbitkan sedikit suarapun, tubuhnya menyelinap
masuk diantara jago yang mengerumuni disekitar sana.
Setelah menelan obat Ban leng wan, perlahan-lahan Siau bin hau
mendusin dari pingsannya, mendadak sepasang tangannya ditekan keatas permukaan
tanah, lalu setelah berjumpalitan diudara ia kabur menuja kearah kerumunan para
jago sambil berteriak keras-keras:
"Bila kalian menghendaki kitab pusaka itu, jangan lepaskan setan cilik itu!"
kangzusi.com Giam In kok sangat kaget, ia tahu bila rahasia asal-usulnya
sampai diketahui semua orang, maka bukan saja para jago dari
kalangan sesat tak akan melepaskan dirinya, bahkan para jago dari kalangan
luruspun akan mengejarnya kemanapun ia pergi.
Maka setelah melihat Siau bin hau berteriak keras sambil kabur
dari situ, ia segera mengejar dibelakangnya.
"Berhenti!" beatak seorang tosu tua secara mendadak sambil uenghadang jalan
perginya, sebuah pukulan yang keras segera
dilancarkan kearah dadanya.
Giam In kok tidak menjadi gugup, telapak tangannya disilangkan didepan dada un
tuk menangkis datangnya ancaman tersebut,
kemudian badannya menyelinap kearah samping berusaha
meloloskan diri. Tapi serangan itu datangnya sangat berat dan mantap sekali,
tangkisan-nya bukan saja menolong malahan membuat badannya
mundur dengan sempoyongan, dengan cepat ia berpaling
kebelakang. Tampaklah Ngo Hong tojin dengan wajah mengerikan berdiri
kaku disitu, ia semakin terperanjat, sehingga cepat-cepat berusaha melarikan
diri dari situ. "Bocah cilik, engkau tak usah takut!" teriak manusia rakus dari kolong langit.
Dia menyingkir kesamping membiarkan bocah cilik itu lewat disisi tubuhnya,
kemudian sambil menghadang jalan pergi Ngo Hong tojin serunya sambil tertawa


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serak: "Tosu hidung kerbau, kau berani mengganggu putra angkatku"
hmmm....! rupanya kau sudah makan nyali harimau, berani benar!"
"Bangsat tua! Kau tak usah berlagak sok dihadapanku!" balas Ngo Hong tojin
sambil tertawa dingin. "Orang lain mungkin jeri terhadapmu, tapi pinto, sedikitpnn tak takut terhadap
dirimu!" kangzusi.com "Oooh.....! jadi kau hendak menantang aku?"
"Kenapa" Kau anggap aku jeri kepadamu!"
Giam In kok sendiripun menyadari bahwa dibawah kepungan
musuh tangguh yang ada disekeliling tempat itu, hanya mengintil dibelakang
manusia rakus saja dia baru ada harapan untuk lolos dari mara bahaya, maka
dengan suara lantang segera serunya:
"Ayah angkat, mari kita pergi saja dari sini! buat apa mengurusi orang-orang
itu?" Dipanggil ayah angkat olah bocah itu, manusia paling rakus
dikolong langit menjadi girang sekali, sehingga tak dapat
menguasahi diri lagi dia tertawa terbahak-bahak.
"Hahaa.... hahaa.... hahaa.... bocah bagus, bocah pintar.....
bagus sekali, mari kita pergi dari sini, aku tanggung tak seorang manusiapun
yang berani menganiaya dirimu lagi!"
Ngo Hong tojin tertawa nyaring, dia berjalan masuk kedalam
gelanggang dan berkata dengan wajah membesi:
"Setan rakus, engkau jangan jumawa dan tidak pandang sebelah matapun terhadap
orang lain, kalau ingin membawa setan cilik itu, tanya dulu kepada pinto, setuju
atau tidak?" "Hehee... hehee... hehee... jika kau ingin menjadi dewa,
gampang sekali.... sekarang juga akan kuhantar kau pulang ke
nirwana!" jengek manusia rakus dari kolong langit sambil tertawa dingin.
"Baik akan kubuktikan kebenaran dari perkataanmu itu!"
Kemudian kepada para jago yang hadir dalam arena serunya
lantang: "Aku harap saudara sekalian bersedia menjadi saksi, aku hendak menantang manusia
rakus dari kolong langit untuk bertanding ilmu silat!"
Manusia rakus dari kolong langit segera berpaling pula kearah
kangzusi.com Giam In kok sambil berkata:
"Bocah, mundurlah kebelakang! akan kugebah pergi tosu hidung kerbau ini lebih
dahulu, baru kemudian kita pergi dari sini!"
Semua jago yang hadir ditempat itu rata-rata tahu bahwa kedua
orang jago lihay itu samasama merupakan jagoan yang punya
kepandaian tinggi, seandainya benar benar terjadi pertarungan
maka keadaannya pasti luar biasa sekali.
Tanpa terasa masing-masing orang pada mundur sejauh puluhan
tombak dari tempat semula, sehingga muncullah sebuah
gelanggang yang amat luas.
Walaupun berhadapan dengan musuh tangguh, manusia rakus
dari kolong langit masih tetap cengar-cengir sambil tertawa haha...
hihi..., kepada Ngo Hong tojin teriaknya:
"Hidung kerban bau, ayo majulah....! silahkan kau menyerang lebih dulu, aku akan
mengalah tiga jurus untukmu!"
"Siapa yang menyuruh kau mengalah?" bentak Ngo Hong tojin dengan gusar.
Rambutnya pada berdiri bagaikan landak, Sementara matanya
melotot bulat memancarkan cahaya berapi-api, begitu selesai
berkata tubuhnya menerjang kedepan bagaikan banteng terluka,
telapak tangannya langsung dibacokan kearah depan.
Segelung angin puyuh yang amat keras segera berhembus
kearah depan, dalam waktu singkat sekitar sepuluh tombak
disekeliling tempat itu segera diliputi oleh hawa dingin yang
menggidikan hati. Manusia rakus dari kolong langit meloncat ketengah udara dan
melewati atas batok kepala lawannya lalu melayang turun kurang lebih lima tombak
dibelakangnya, sambil tertawa ia menggoda:
"Hidung kerbau bau.... sudah tiga puluh tahun kau berlatih silat, ternyata
hasilnya tidak lebih hanya kentut busuk.... huh....! tak heran kalau baunya bukan
kepalang!" kangzusi.com Merah jengah selembar wajah Ngo Hong tojin setelah mendengar
ejekan tersebut, ia tak menyangka kalau pihak lawan sedemikian
gesitnya sampaisampai pukulan yang dilancarkan dengan segenap
tenagapun mengenai sasaran kosong, dengan cepat diapun
melancarkan sebuah pukulan kembali kedepan.
"Weess.....!" Deruan angin taupan melanda seluruh permukaan bumi, begitu
dasyat datangnya ancaman itu sehingga para jago yang berada
disamping arenapun ikut merasakan dadanya sesak.
Manusia rakus dari kolong langit segera menarik kembali
serangannya untuk menghindar kesamping, akan tetapi serangan
Jari Ngo Hong tojin dengan cepat meluncar datang mengancam
dadanya, dalam keadaan begini terpaksa ia memgenjotkan badan
dam melayang ke udara, desiran angin tajam dengan hebatnya
menyambar hebat dari bawah kakinya.
Dengan menggunakan suata gerakan aneh tapi jitu, Ngo Hong
lojin segera membendung jalan mundur pihak lawannya, sementara dengen serangan-
serangan yang gencar sepasang telapak tangannya bekerja cepat saling melancarkan
serangan-serangan yang mematikan. Agaknya manusia rakus dari kolong langit tak berani bertindak
gegabah, menghadapi ancaman-ancaman yang mematikan itu,
tubuhnya tepaksa seringkali melayang keudara untuk
menghindarkan diri. Ujung telapak tangannya menyodok kearah kiri sebentar lagi
membabat kekanan, semua gerakan digunakan secara aneh sekali,
semua serangan dilancarkan tanpa menimbulkan desiran angin
tajam, namun semua ancaman yang dilepaskan Ngo hong lojin
berhasil dibendung olehnya.
Dalam waktu singkat, beberapa puluh jurus telah berlangsung,
pertarungan antara kedua jago lihay itu semakin sengit.
Giam In kok yang berada disisi kalangan terpaksa harus
kangzusi.com mengerahkan segenap kemampuannya untuk mengikuti jalannya
pertarungan tersebut, diam-diam ia merasa girang dan kagam atas kepandaian yang
dimiliki kedua orang itu, namun diapun merasa
murung, takut kalau manusia rakus menderita kekalahan ditangan
lawannya. Dalam pada itu Siau bin hau telah berteriak kembali dengan
suara lantang: "Bila kalian menginginkan kitab pusaka Cing Khu hun pit, tangkap dulu bocah
keparat tersebut...."
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, sastrawan selaksa
racun, siluman rase dari Sian yan serta sekalian jago-jago lihay dari kalangan
sesat bersamasama membentak keras! belasan sosok
bayangan manusia itu serentak bergerak kedepan menerjang
kearah Giam In kok. Menyaksikan kejadian itu, tabib sakti dari gunung Lam san
sekalian jago-jago dari kalangan lurus pun ikut membentak keras samasama
menerjang kedepan untuk membendung datangnya
serangan itu. Mendadak terdengar suara panjang yang menyeramkan
menggema memecahkan kesunyian, lalu tampak sesosok bayangan
manusia menyambar masuk kedalam gelanggang pertempuran
secepat kilat. Beberapa kali jeritan ngeri segera berkumandang diudara, ketika semua orang
berpaling untuk menyaksikan apa yaag telah terjadi, nampaklah empat orang jago
lihay dari kalangan sesat yang sedang mengerubuti Giam In kok sudah roboh
terkapar diatas tanah, sedangkan bocah itu sendiri tahu-tahu sudah dibawa kabur oleh
manusia rakus dari kolong langit.
Ngo hong tojin jadi amat gusar sekali sehingga air mukanya
berubah jadi hijau membesi, dia membentak keras lalu mengejar
dari belakang. kangzusi.com Agaknya Manusia rakus dari kolong langit sudah menduga bahwa
pihak lawan pasti akan melakukan pengejaran, sekuat tenaga dia
kabur menuju kedalam hutan belantara yang lebat.
Dia memang sengaja memilih jalan yang sempit dengan
pepohonan yang lebat untuk menyembunyikan diri, maka tak selang beberapa saat
kemudian Ngo Hong tojin telah tertinggal olehnya
sehingga tidak nampak batang hidungnya lagi.
Entah beberapa lama ia sudah berlarian ditengah hutan,
sementara itu fajar telah menyingsing.....
Kendatipun manusia rakus dari kolong langit merupakan salah
seorang diantara lima tokoh maha sakti dari kolong langit, namun setelah
berlarian semalaman suntuk napasnya menjadi tersengal-sengal juga, keringat
telah membasahi seluruh tubuhnya.
Menanti mereka sudah tiba di bukit gunung Thian Tay-san, kakek
itu baru menurunkan bocah itu dari gendongannya.
Sambil menyeka air keringat yang membasahi tubuhnya, ia
berkata seraya tertawa: "Akhirnya aku berhasil juga menyelamatkan dirimu dari mara bahaya, tapi aku
yakin para jago dari kalangan lurus serta sesat pasti akan membuntuti dirimu
terus menerus, sebab mereka pasti
mengira kitab pusaka Cing Khu Hun Pit akan terjatuh ketanganku....
hahaa... hahaa.... haaah... padahal aku sama sekali tak berminat dengan kitab pusaka
itu, sudah puluhan tahun lamanya aku
mengembara dalam dunia persilatan, kini usiaku sudah tua
sekali...." Belum habis perkataan itu diutarakan keluar, mendadak dari balik hutan telah
berkumandang datang suara gelak tertawa yang amat
keras dan amat menusuk pendengaran.
Paras muka manusia rakus dari kolong langit segera berubah
hebat, buru-buru dia ambil keluar sebuah bungkusan kecil dari
dalam sakunya, dan segera disusupkan kedalam tangan Giam In kok sambil bisiknya
lirih: kangzusi.com "Sebentar lagi aku bakal melangsungkan pertarungan yang sengit melawan
seseorang, cepat-cepatlah kau kabur masuk kedalam
hutan!" Giam In Kok sendiripun sadar bahwa situasi yang dihadapinya
sekarang agak serius, karena dalam gelak tertawa yang nyaring itu, dia saksikan
banyak sekali daun pada dahan pohon berguguran
keatas tanah, buru-buru dia sambut bungkusan kecil itu dan di
masukkan kedalam saku. "Gi hu, kau tidak ikut kabur dari sini?" tanya bocah itu kemudian dengan cemas.
Manusia rakus dari kolong langit menggeleng.....
"Aku tak takut menghadapi orang itu, sebab dia adalah salah seorang diantara
lima manusia aneh dikolong langit, sedari dulu di antara kami memang sudah ada
dendam sakit hati!" Ketika menyaksikan sesosok bayangan manusia telah melayang
tiba dihadapan mukanya maka dengan cepat ia menyambut
kedatangan orang itu dan berseru sambil tertawa:
"Setan hweesio! ada urusan apa kau datang kemari?"
Ternyata orang yang barusan muncul merupakan seorang padri
berjubah hijau berkepala gundul dengan perawakan badan yang
kurus sekali seperti bambu, matanya cekung kedalam dengan sorot mata berwarna
hijau, air mukanya sama sekali tidak menunjukkan
perasaan apapun. Setelah tiba dihadapan manusia rakus dari kolong langit, sinar
matanya segera berputar memandang sekejap kearah Giam In kok,
kemudian katanya: "Saudara tua, aku rasa dalam mata seorang ahli tak akan
kemasakan batu kerikil, dihadapan orang budiman lebih baik kita berbicara secara
blak-blakan, kedatangan pinceng bukan lain
disebabkan oleh bocah cilik itu, tapi.... kau tak usah kuatir, kita masih bisa
merundingkan masalah ini secara baik-baik dan
kangzusi.com diselesaikan secara damai!"
"Bagaimana cara kita berunding" Hey hwesio setan, katakanlah isi hatimu...." seru
manusia rakus sambil tertawa.
"Pincang tahu bahwa engkau sudah menganggap bocah itu
sebagai putra angkatmu, sudah tentu aku tak ingin merampas
bocah itu dengan kekerasan, aku hanya ingin meminjamnya
beberapa hari saja, bila kitab pusaka itu berhasil kutemukan, bocah ini pasti
akan kukembalikan kepadamu!"
"Kalau aku tidak bersedia meminjamkan-nya kepadamu" lantas apa yang hendak kau
lakukan?" jengek manusia rakus dari kolong langit dengan muka sinis.
"Hmm! selamanya pinceng mengatakan satu tetap satu, dua
tetap dua tidak pernah kuurungkan rencana yang telah kususun....
hehee... hehee... hehee.... kau berani tidak meminjamkan-nya
kepadaku?" "Aku justru sengaja tak akan meminjamkan kepadamu, kenapa"
mau berkelahi?" "Hey, saudara tua, aku ingin bertanya kepadamu," ujar hweesio kurus itu dengan
wajah menyeramkan, "setelah kau melakukan perjalanan semalam suntuk sambil
membopong bocah itu, mampukah kau untuk melayani serangan-seranganku?"
Pertanyaan ini dengan cepat mengenai penyakit dalam hati
manusia rakus dari kolong langit, akan tetapi sebagai seorang jago kenamaan
tentu saja ia tak mau mengaku dengan begitu saja.
Maka sambil mendengus dingin segera serunya:
"Hmm! kau tak usah menggertak aku dengan persoalan
semacam itu, ketahuilah bahwa sedikitpun aku tidak jeri
menghadapi dirimu, paling banter kita berdua akaa samasama
menderita luka!" "Bagus! kalau begitu pinceng akan menghantar dirimu untuk
melakukan perjalanan lebih dahulu!"
kangzusi.com Manusia rakus dari kolong langit tak mau membuang waktu
dengan begitu saja, dia segera membentak keras:
"Sambutlah seranganku ini!" bersamaan dengan bentakan tadi, sebuah pukulan yang
gencar dilepaskan kearah depan.
Sekalipun semalam suntuk ia telah melakukan perjalanan, numun
bagaimanapun juga dia merupakan seorang jago yang
berkepandaian lihay, serangan yang dilancarkan tetap tangguh dan memiliki
kekuatan yang luar biasa sekali....
Hweesio itn sama sekali tidak bergerak dari tempat semula,
dinantikan-nya pukulan itu sampai hampir mengenai tubuhnya, dan pada saat itulah
tubuhnya baru melayang sejauh tiga tombak dari tempat semula untuk menghindarkan
diri dari serangan yang dilancarkan manusia rakus, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak katanya:
"Saudara tua, kenapa serangan hawa lunakmu telah berubah jadi serangan hawa
keras" tampaknya kau sudah dekat saat akhirmu....!
Hahaa... hahaa... haah ... bagus sekali, pinceng akan membuat kau keok bagaikan anjing
mencium tanah". Sambil mengejek badannya laksana kilat meloncat kesamping
Giam In kok serta melancarkan serangan kearahnya.
Jarak antara Giam In kok dengan hweesio itu sebenarnya masih
terpaut kurang lebih lima enam tombak, disamping itu, bocah
tersebut pun sama sekali tak menyangka kalau hweesio itu


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempunyai gerakan tubuh yang begitu cepat.
Dia hanya merasakan bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu pergelangan
tangan kirinya sudah dicengkeram oleh pihak
lawan. Bocah itu meronta sekuat tenaga, dengan segenap tenaga dia
kirim satu pukulan ke arah tubuh lawannya.
"Lepas tangan!" bentak manusia rakus dari kolong langit dengan kangzusi.com
keras. Tubuhnya segera maju kedepan, dengan cepat telapak tangannya langsung membabat
ulu hati hweesio tersebut.
Rupanya padri kurus itu sama sekali tak menyangka kalau Giam
In kok merupakan bocah keras kepala, tak dapat dihindari lagi
pukulan itu bersarang telak diatas dadanya, membuat ia mendengus berat, melihat
ancaman yang dilancarkan manusia rakus dari kolong langit meluncur datang pula
kearahnya. cepat-cepat ia melompat kesamping.
Menggunakan kesempataa itulah, dengan gemas padri kurus itu
menarik pergelangan tangan Giam In kok....
"Kraaak!" Persendian tulang pergelangan tangan bocah itu segera terlepas, dan saking
sakitnya bocah itu menjerit keras dan jatuh tak sadarkan diri.
Manusia rakus dari kolong langit semakin gusar, dia kerahkan
segenap kepandaian yang dimilikinya untuk mengencet tubuh
musuhnya serta menyerang habis-habisan.
Padri kurus itu merasa tidak leluasa untuk menghadapi manusia
rakus dari kolong langit dengan Giam In kok masih ada dicekalannya, dengan cepat
bocah itu didorong hingga jatuh terjungkal
keatas tanah, lalu makinya:
"Bangsat sialan, rupanya kau mencari penyakit buat diri
sendiri....! Manusia seperti kau tak boleh diberikan hidup di kolong langit, hari
ini pinceng akan melakukan pembunuhan secara besar-besaran!"
Manusia rakus dari kolong langit sama sekali tidak menanggapi
ucapan lawannya, yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana
caranya mengusir padri kurus itu sehingga dia mempunyai
kesempatan untuk menyelamatkan jiwa Giam In kok, serangan yang
dilancarkan semakin ketat dan gencar.
Demikian, pertarungan yang amat serupun segera berlangsung
kangzusi.com ditempat itu, debu dan pasir bertebaran diatas tanah, begitu seru jalannya
pertarungan itu sehingga menggetarkan hati setiap orang yang sempat menyaksikan
peristiwa itu. Sang surya telah muncul dari ufuk sebelah timur, pertarungan
yang sedang berlangsung diantara dua orang jago itu masih
berjalan dengan sengitnya, hanya saja keringat telah membasahi
seluruh tubuh mereka dan napaspun telah tersengal-sengal, hal ini menunjukkan
bahwa mereka telah kehabisan tenaga.
Giam In kok yang jatuh tak sadarkan diri, perlahan-lahan
mendusin dari pingsannya, ia merasakan tulang pada pergelangan tangan kirinya
sakit sekali seperti diiris-iris sehingga tak tahan lagi berteriak keras:
"Aduuuh mak.... sakiiit!!" Jeritan ini mengetarkan hati kedua jago silat yang
sedang saling bergebrak itu.
Disatu pihak si hweesio itu mengira bocah itu hendak kabur
sehingga jalan pikirannya segera bercabang karena hendak
menangkap kembali bocah tadi, sedang dipihak lain si manusia
rakus dari kolong langit merasa memikul tanggung jawab yang amat besar atas
keselamatan bocah itu, dia harus melindungi jiwanya
lebih dulu ketimbang keselamatan jiwanya sendiri.
Dalam keadaan seperti ini, kedua belah pihak samasama merasa
gelisah dan tanpa sadar sambil membentak keras masing-masing
melancarkan sebuah pukulan yang amat keras dengan
mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya.
"Braaak......blaaam!"
Ditengah seruan tertahan, tampak dua sosok bayangan tubuh
saling bertambrakan satu sama lainnya, kemudian terpental jauh
kebelakang. Padri kurus itu menggelinding kesisi tebing dan jatuh kedalam
jurang yang amat dalam, sebaliknya tubuh manusia rakus dari
kolong langit terpental sesisi badan Giam In kok, karena terhadang kangzusi.com
oleh tubuh bocah itu, ia terhenti dan segera muntah darah kental berwarna hitam,
setelah berkelejit sebentar, tubuhnya tak berkutik lagi.
-ooo0dw0ooo- Jilid : 7 GIAM IN KOK, karena terbentur oleh tubuh seseorang, segera
terhindar dari pingsannya dan membuka mata....
Akan tetapi ketika menyaksikan manusia rakus dari kolong langit terkapar disisi
tubuhnya, ia jadi terperanjat, buru-buru ia melompat bangun dari atas tanah,
lalu sambil menahan rasa sakit pada
pergelangan tangan kirinya, ia periksa denyut nadi orang tua itu, meskipun bocah
itu belum pernah belajar ilmu memeriksa nadi dari Gak Pun Leng, namun dari kitab
catatan yang pernah dimilikinya ia sudah pernah membaca tentang kepandaian
tersebut, maka dengan dasar ilmu pengetahuan-nya itulah ia pegang denyutan nadi
manusia rakus dan memeriksanya dengan seksama.
Tapi dengan cepat ia temukan bahwa denyut nadinya sudah
putus dan kakek rakus itu sudah tak bernyawa lagi, bocah itu segera menghela
napas dan menangis tersedu-sedu.
Beberapa saat kemudian ia baru teringat bahwa ada
kemungkinan si hweesio setan itu akan kembali lagi kesana, apalagi bila ia cuma
menderita ringan, apa jadinya nanti apabila dirinya berhasil ditangkap kembali"
Setelah berpikir sebentar, akhirnya diapun memeriksa
pergelangan tangan kiri sendiri yang patah, kemudian sesudah
mengetahui bahwa lukanya enteng sekali dan hanya persendiannya hanya terlepas,
sambil mengertak gigi, ia sambung kembali
persendian tulangnya. Kemudian dia menggali sebuah lubang dnn mengubur jenasah
jago tua itu disana, setelah memberi hormat, berlalulah bocah itu kangzusi.com
dari tempat kejadian. Dari dalam bungkusan milik kakek rakus dari kolong langit, ia
menemukan sejilid kitab serta beberapa butir pil hui tun wan.
Sebagai seorang bocah yang pernah mempelajari obat-obatan,
Giam In Kok mengenali Hui tun wan tersebut sebagai obat yang
paling mujarab untuk menyembuhkan luka atau keracunan, buru-buru ia telan
sebutir pil itu dan segera duduk bersemedi.
Beberapa saat kemudian rasa sakit yang diderita pada
pergelangan tangannya sudah makin berkurang, untuk mengisi
waktu diapun membuka kitab catatan yang ditinggalkan oleh kakek rakus.
Isi kitab catatan itu ternyata berupa catatan ilmu silat yang terdiri dari ilmu
Ki Kang, ilmu meringankan badan serta ilmu-ilmu telapak tangan dari pelbagai
partai persilatan, semua catatan disertai pula dengan penjelasan yang amat
terang dan terperinci. Bocah itu segera terbayang kembali tingkah laku manusia rakus
dari kolong langit terhadap dirinya, ia merasa meskipun perkenalannya deagan
kakek itu baru berlangsung semalam, akan tetapi
kebebasan dirinya telah ditebus oleh kakek itu dengan selembar
nyawanya, Lagipula diapun meninggalkan kitab catatan ilmu silat kepadanya,
perduli manusia rakus itu merupakan seorang jagoan
dari kaum sesat atau lurus, yang jelas ia telah berhutang budi
kepadanya. "Baik! suatu ketika aku hendak membalaskan dendam berdarah ini, akan kucari
hwesio setan itu dan kubunuh dirinya sampai mati!"
Tapi bocah itupun sadar, dengan kepandaiannya yang dimiliki
saat ini, masih jauh kemungkinan baginya untuk membalaskan
dendam sakit hati itu, apalagi tipis harapan baginya untuk bisa ikut serta
didalam perebutan kitab pusaka Cing Khu Hun Pit di tepi
sungai Cin Ci Hoo melawan para jago bu lim yang rata-rata
berkepandaian lihay itu. Dengan termangu-mangu bocah itu duduk terpekur dibawah
kangzusi.com sebuah pohon, pikirnya dalam hati:
"Sebenarnya saat untuk mengambil pusaka itu adalah tiap bulan delapan tanggal
lima belas! Semoga saja bukan pada setiap bulan purnama.....! Kalau tidak,
bukankah kitap pusaka itu sudah berhasil didapatkan oleh para jago kemarin
malam" Kalau sampai Kitab
Pusaka Cing Khu Hun Pit itu terjatuh ketangan orang lain, bukankah jadi berabe?"
Sesudah termenung sebentar, dia berpikir kembali:
"Aah....! semoga saja yang dimaksudkan didalam syair tersebut adalah bulan delapan
tanggal lima belas, jadi kalau dihitung masih ada tiga bulan lamanya,
menggunakan kesempatan ini aku harus
baik-baik melatih diri serta menguasai ilmu silat yang ditinggalkan kakek rakus
itu...." Begitulah setelah mempertimbangkan untung ruginya, bocah itu
merasa tak ada gunanya untuk kembali ketepi sungai Cin ci hoo,
maka diapun segera berangkat masuk kedalam hutan dan secara
tekun tiap hari melatih diri dalam ilmu silat.
Tiga bulan berlalu dengan cepatnya.....
Malam itu udara cerah dan bulan bersinar dengan terangnya,
berangkatlah Giam In kok menuju ketepi sungai Cin ci hoo.
Ia jumpai disekitar sungai itu sunyi dan sepi sekali, tak nampak sesosok
bayangan manusiapun yang berada disitu, hal itu membuat dia nampak girang.
Perlahan-lahan ia berjalan ketepi sungai dan menelusuri pantai
terus hingga tiba dikampung keluarga Ciang yang pernah dikunjungi tempo hari,
namun kini tempat itu sudah tinggal puing-puing yaug berserakan.
Kejadian ini sangat mengejutkan hatinya, dengan mengerahkan
ilmu meringankan tubuhnya dia lari mendekati kampung keluarga
Ciang itu. kangzusi.com Suasana amat sepi, tembok rumah sudah pada hancur dan
tinggal puing-puing belaka, sungguh tak nyana hanya berpisah
selama tiga bulan saja ternyata ditempat ini telah terjadi perubahan yang cukup
besar..... "Apa yang telah terjadi?" ingatan tersebut berkelebat di dalam benak Giam In
kok, "mungkinkah keluarga mereka sudah tertimpa musibah...." ataukah mereka memang
sengaja membakar rumahnya untuk mengelabui pengawasan musuh?"
Bagaimanapun juga bocah itu merasa sedih sekali, ia berdiri
mematung di tempat itu sampai beberapa waktu lamanya, ketika
tiba-tiba teringat olehnya untuk mencari tulang belulang yang
mungkin masih tertinggal disana.
Dia cabut keluar pedang pendeknya lalu menggali setiap tempat
yang dicurigai olehnya, akan tetapi yang berhasil ia temukan disitu hanya sisa
tempayan, kursi meja yang sudah tak terpakai, tak
nampak sepotong tulang manusia pun yang tertinggal disana.
Akhirnya pada suatu sudut tembok ia berhasil menggali sebuah
benda yang memancarkan cahaya keemasan, ketika tempat itu
digali lebih jauh maka tampaklah buli-buli emas serta senjata
telapak tangan bajanya berceceran disana.
Hal ini sangat menggirangkan hatinya, ia masih ingat ketika
benda-benda tersebut dititipkan kepada keluarga Ciang, benda itu diletakkan
diatas meja, ternyata sekarang benda itu ditemukan
berada pada sudut halaman belakang, hal ini menunjukam bahwa
dibalik kejadian tersebut masih terselip satu rahasia besar.
Pikirnya dalam hati: "Baiklah! kalau memang ditempat ini tak kutemukan sisa
kerangka manusia, itu berarti bahwa mereka sekeluarga telah kabur dari ini,
mungkin karena tergesa-gesa maka buli-buli emas serta senjata telapak tangan
baja milikku tak sempat dibawa serta.....
atau mungkin benda milikku ini paling gampang memancing
kangzusi.com kecurigaan musuh, maka buli-buli emas serta senjata telapak tangan baja itu
dipendam didalam tanah.... buli-buli bisa dipakai untuk menyimpan obat, dapat pula
digunakan untuk menyimpan arak juga
air, apa salahnya kalau kuisi buli-buli ini dengan air sungai Cin ci hoo sebagai
peringatan akan tempat ini...."
Dia lari menuju ketepi sungai dan membersihkan buli-buli emas
serta senjata telapak tangan bajanya dari noda, kemudian setelah menyelipkan
senjatanya pada pinggang dia membuka penutup buli-buli itu serta memenuhinya
dengan air. Tiba-tiba..... Cahaya bulan menyinari buli-buli itu dan membiaskan pantulan
cahaya yang membekas diatas permukaan air, tampaklah sebuah
pemandangan aneh didepan matanya.
Dengan tajam bocah itu mengawasi pemandangan yang tertera
disitu, ia merasa pemandangan yang tertera didepan mata itu agak mirip dengan
pemandangan ditepi sungai Cin ci hoo, hanya saja
letak dari tugu batu serta pagoda tujuh tingkat terletak
berkebalikkan. Dia memperhatikan pemandangan itu sekali lagi dengan
seksama, tanpa terasa bocah itu berseru tertahan dan berguman
seorang diri: "Ooh....! rupanya ditempat sinilah kitab pusaka itu disimpan, kalau tiada penemuan
terduga ini sekalipun kucari selama satu
tahun lagipun belum tentu bisa kutemukan!"
Penutup buli-buli itu segera dibuka dan air yang memenuhi tadi
segera ditumpahkan kembali, dari balik buli-buli kembali ia temukan secarik
kertas kecil, ketika kertas itu di buka ternyata isinya hanya berupa sebuah
syair belaka, syair tersebut berbunyi demikian:
"Kekasih telah pergi, kekasih pergi menempuh bahaya....
Aku tak bisa berbuat lain kecuali berdoa kepada Thian yang
maha kuasa.... kangzusi.com Semoga engkau diberkahi rejaki dan selamat....
Dikala malam tiba aku bermimpi berjumpa dengan engkau....
Tapi hingga kini kita tak pernah saling bersua kembali...."
Tulisan itu indah dan rapih sekali, jelas merupakan tulisan
seorang wanita, tapi siapakah dia"
Kalau dibilang syair tersebut ditulis oleh Cung yan ji, masa
seorang nona cilik yang baru berusia dua belas tahun sudah
berpikiran begini dewasa, maka ia sudah tahu kata rindu dan
kekasih, lagi pula dengan wataknya yang nakal dan begitu terbuka, tidak mungkin
nona itu akan menulis syair seperti itu.
Kalau dibilang syair itu ditulis oleh Ciang Bong ji, hal itu semakin tak masuk
diakal, nona itu baru berusia sepuluh tahun lebih, bahkan masih berat
meninggalkan ibunya, nona seperti itu belum tentu
mengerti arti rindu dan cinta, apalagi kata-kata kekasih!
Mungkin syair itu ditulis oleh ibunya Bong ji" tapi apa sebabnya syair tersebut
di titipkan kedalam buli-bulinya"
Giam In kok berpikir sebentar, dia merasa bahwa syair tersebut
sama sekali tak ada hubungannya dengan dia, maka kertas tadi
segera dimasukan kedalam saku, setelah mencuci bersih cupu-cupu emas itu serta
mengisi dengan air sungai, maka dengan mengikuti petunjuk yang didapat dari
pemandangan alam tadi berangkatlah
bocah itu menelusuri sungai Cin Ci hoo.
Kentongan ketiga baru saja menjelang datang, udara pada
malam itu cerah sekali karena bulan purnama dan bintang
bertaburan diangkasa, seorang diri Giam In kok duduk disisi tugu dan mengawasi
bayangan pagoda tujuh tingkat yang tertera diatas permukaan air.
Lama sekali ia berdiri termaugu-mangu, akhirnya dengan gerakan
katak kaget ia meloncat terjun kedalam air.... byuuur...... dengan cepat badannya
menyelam kedalam air. Setelah lama sekali mengamat-amati pemandangan diatas air,
kangzusi.com bocah itu menemukan bayangan pagoda tujuh tingkat yang berada


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam air tepat menunjukkan diatas sebuah batu besar yang
ujungnya menjulang diatas air, jika Cing Cin sangjin tiada maksud untuk
membohongi generasi yang akan datang maka kitab pusaka
Cing Khu Hun Pit tersebut pasti disembuyikan dibawah batu cadas dalam air sungai
tersebut. Dengan cepat ia menyelam kedalam sungai tersebut, makin
menyelam semakin dalam dan air dalam sungai makin terasa lebih
dingin, akhirnya ia berhasil juga mencapai dasar batu cadas itu.
Dengan sekuat tenaga dia mencoba mengangkat batu cadas itu
dari atas tanah, namun batu itu beratnya luar biasa seakan-akan telah berakar
disitu, kendatipun ia sudah mengarahkan tenaga yang dimiliki namun batu cadas
itu sama sekali tak bergerak barang
sedikitpun juga. Akhirnya ia kehabisan napas hingga terpaksa harus harus muncul
kembali diatas permukaan air untuk menghirup udara.
Tiba tiba.... dari tepi pantai seberang berkumandang datang
seruan seseorang yang disertai gelak tertawa keras:
"Haaah... haah... haah... sungguh aneh sekali, diudara yang begini dingin, ternyata
ada orang yang bermain air didalam sungai!"
Giam In Kok yang berhasil menangkap ejekan itu, diam-diam
merasa amat terperanjat, sebab dari seruan orang itu ia dapat
menarik kesimpulan bahwa tenaga dalam yang dimiliki orang itu
sudah mencapai puncak kesempurnaan.
Buru-buru dia berpaling kebelakang....
Saat itulah terdengar kembali suara mendengung bergema
diangkasa: "Jangan-jangan orang itu sudah menemukan letak kitab pusaka itu?" dari logat
suaranya, Giam In kok mengenalinya sebagai Ngo Hong tojin, ia segera menyeka
butiran air dari kelopak matanya, dan berpaling kearah mana berasalnya suara
tadi, sedikitpun tidak salah, orang itu mengenakan jubah imam dan memang benar-
benar Ngo kangzusi.com Hong tojin adanya. Bocah itu segera berpura-pura berenang lebih dahulu diatas
permukaan air, kemudian menyelam kembali dan mendekati batu
cadas tersebut. Kali ini ia telah mempersiapkan pedang pendeknya, dengan
mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya batu cadas itu
dibacok sehingga gempil jadi beberapa bagian, kemudian dengan
sekuat tenaga didorongnya kearah samping....
"Blaaam! kali ini dorongan-nya berhasil, sebagian batu cadas yang berada pada "bagian atas kena didorong olehnya sehingga
berguling kearah samping.....
Ia segera mengerahkan tenaganya lagi dan berusaha sekuat
tenaga mendorong pula batu bagian bawah, sehingga berguling
kesamping. Diatas permukaan tanah muncullah sebuah lapisan batu yang berbentuk
persegi empat. Giam In Kok berusaha mendobrak lapisan batu berbentuk segi
empat tadi, akan tetapi batu itu tak bergeming, terpaksa ia
munculkan diri kembali diatas permukaan air.
Terdengar Ngo Hong tojin tertawa seram dan berkata:
"Heeeeh... heeeh... heeeeh... sudah kuduga dari tadi, bahwa pastilah engkau si kunyuk
kecil yang sedang mencari kitab pusaka ditempat ini, ternyata dugaanku
sedikitpun tidak salah! baiklah pinto tak akan menyusahkan dirimu, menanti kitab
pusaka Cing Khu hun pit berhasil kau dapatkan, kita pelajari kitab itu bersamasama, dengan begitu
kita berdua akan samasama mendapat keuntungan!"
"Huuuh.... tosu siluman, enak benar kalau bicara!" pikir Giam In kok dalam hati
dengan perasaan mendongkol, "kalau kitab pusaka Cing Khu Hun Pit tidak berhasil
ku dapatkan masih mendingin, kalau berhasil kudapatkan..... sauya tentu akan
menyembunyikan ditempat lain, siapa yang kesudian untuk menyerahkan kepadamu?"
Meskipun dalam hati menyumpah, tapi karena mengetahui akan
kelihayan musuhnya maka sambil tertawa bocah itu menjawab:
kangzusi.com "Baiklah.... aku setuju sekali dengan usulmu, aku dengar kitab kitab pusaka Cing
Khu Hun Pit merupakan sebuah kitab aliran
agama Too, belum tentu aku bisa memahami artinya, apabila
totiang bersedia memberi petunjuk kepadaku, niscaya aku akan
mendapat banyak manfaatnya!"
Ngo Hong tojin jadi sangat kegirangan, dengan cepat ia berseru:
"Bocah cilik, engkau memang sangat cerdik dan pintar sekali, tidak malu semua
orang Kangouw menyebutmu sebagai bocah ajaib
muka seribu, asalkan benar-benar kitab pusaka itu berhasil kau
dapatkan, pinto tentu akan berusaha sekuat tenaga untuk memberi petunjuk
kepadamu!" Giam In kok mengiakan dengan cepat kemudian sekali lagi dia
menyelam kedasar sungai, dengan pedang tajamnya ia menggali
lekukan yang dalam sekali disekeliling batu berbentuk segi empat itu, kemudian
sepasang telapaknya dimasukkan kedalam celah-celah lubang yang dibuatnya tadi
dan sekuat tenaga ia menarik batu itu keatas.
"Byuuur....!" Gelombang keras mengelegar dalam air sungai, lapisan batu
berbentuk segi empat itu berhasil juga ditarik sehingga tersingkir dari tempat
semula, tetapi pada saat itu pula gelombang air sungai yang keras akibat
goncangan batu tadi mendorong tubuhnya
sehingga terhisap masuk kedalam sebuah liang besar dibawab batu tadi.
Haruslah diketahui liang tersebut letaknya berada di bawah
lapisan batu persegi empat yang amat berat tadi, setelahbatunya tersingkir dari
tempat semula, dengan sendirinya air sungai segera menerobos masuk kedalam liang
tersebut hingga menimbulkan
pusaran air yang kencang sekali.
Tekanan udara didasar sungai pun semakin besar, dalam
keadaan begitu Giam In kok yang berat badannya enteng sekali,
tentu saja tak sanggup melawan kekuatan alam yang maha besar
kangzusi.com tadi, badannya segera terhisap oleh pusaran air dan terseret masuk kedalam liang
tersebut. Bocah itu jadi ketakutan setengah mati, sukmanya terasa
melayang karena saking kagetnya dalam keadaan demikian ia sudah tak sempat
memikirkan tentang soal kitab pusaka lagi, seluruh
pernapasannya cepat-cepat ditutup dan tubuhnya dibiarkan
terseret masuk kedalam liang goa itu.
Pusaran angin yang amat kencang tadi mula-mula
menenggelamkan badannya kedalam liang tersebut, kemudian
menyeretnya sampai sejauh ratusan tombak dari mulut goa,
akhirnya bocah itu tersangkut diatas sebuah batu cadas yang besar dan penuh
lumut hijau. Dasar nasibnya masih mujur, bocah itu berhasil memegang batu
cadas itu kencang-kencang, lalu menggunakan kesempatan tersebut badannya segera
merangkak naik keatas tebing batu yang berada
disisinya hingga mencapai ketinggian beberapa tombak dan
akhirnya dia berdiri didalam sebuah goa yang gelap gulita.
Setelah menarik napas panjang, diam-diam ia bersyukur didalam
hati kerena jiwanya tidak turut terseret ke alam baka oleh genangan air sungai
yang amat deras itu..... Setelah mengamati sebentar daerah disekelilingnya, bocah itu
melanjutkan kembali langkahnya mendaki bukit karang itu, makin
berjalan semakin jauh dan ia temukan batu cadas yang tajam
berserakan kemana-mana, disebuah jalan kecil yang sempit dan
berliku-liku membentang entah sampai kemana.....
Tiba-tiba..... Serentetan cahaya tajam memancar masuk dari balik dinding
batu karang sebelah depan.
Giam In Kok merasa terkejut bercampur girang, untuk beberapa
saat lamanya ia berdiri tertegun.
"Cahaya apakah itu?" pikirnya dalam hati. "Sinar mutiara"
kangzusi.com ataukah sorot dari mata binatang buas?"
Dengan cekatan bocah itu menjatuhkan diri bertiarap diatas
tanah, dengan tajam ia mengawasi cahaya tajam itu, ketika
ditunggunya sampai lama belum menunjukkan gerak-gerik apapun,
perlahan-lahan ia baru berani melanjutkan langkahnya maju
kedepan. Sekarang bocah itu berhasil melihat dengan jelas bahwa cahaya
tajam yang memancar keluar dari balik dinding itu bukan lain adalah sebuah kotak
kumala yang terletak diatas sebuah batu cadas,
cahaya tajam tadi memancar keluar dari kotak tersebut.
Giam In kok segera mendekati kotak itu dan mengambilnya dari
atas batu cadas tadi, cahaya tajam terasa makin menyilaukan mata.
Ia segera membersihkan permukaan kotak kumala itu dari debu,
maka terbacalah beberapa tulisan diatas kotak yang berbunyi
demikian: "Cahaya malam diatas dinding, kitab Cing Khu dimana tersimpan, barang siapa yang
berjodoh, silahkan mengambilnya"
Giam In kok menjadi terkejut bercampur kegirangan, tanpa
terasa ia berseru terheran.
"Aaaih....! bukankah isi kotak kemala ini kitab pusaka Cing Khu HUN Pit" horee......
aku berhasil mendapatkan kitab-kitab ini..... aku berhasil mendapatkan kitab
pusaka ini...." Ia segara meletakkan kembali kotak kumala itu keatas batu,
kemudian menjalankan penghormatan sebanyak dua belas kali,
setelah itu dia baru membuka kotak kumala tadi yang ternyata
isinya terdiri dari tiga jilid kitab dengan panjang tiga cun, lebar dua cun pada
masing-masing kitab terteralah tulisan besar yang
berbunyi: "Kitab agama Too".
Kitab seni" dan?Kitab silat"
?kangzusi.com Disamping itu bocah tersebut menemukan pula secarik kertas
yang isinya kira-kira menganjurkan agar orang yang berhasil
mendapatkan kitab pusaka itu agar merendamkan diri didalam air
dingin dalam gona Gi-hiat, dan selama lima tahun lamanya harus
menyelami pula kepandaian lain, jika semua kepandaian sudah
berhasil dipelajari maka dianjurkan agar kitab pusaka itu
dimasukkan kembali kedalam kotak kumala dan dibuang kedalam
liang berair dingin tersebut, kemudian dianjurkan pula untuk
mencari cairan kumala yang diisikan kedalam buli-buli emas dan
dipendam kembali diatas tanah sehingga pada generasi yang akan
datang masih ada orang yang mendapatkan serta dapat mewarisi
kepandaian tersebut. Kemudian dalam surat tadi diterangkan pula bahwa dalam goa Gi
hiat telah disediakan ransum kering untuk jangka lima tahun
lamanya, serta sebuah batu mutiara yang terang sehingga waktu
malampun suasana disana tetap terang benderang.
Giam In kok sangat kegirangan, tapi dengan cepat sepasang
ailsnya berkerut kembali.
Meskipun ia pernah berkunjung ke goa Gi hiat, tapi ia masih ragu benarkah jalan
sempit didalam gua rahasia ini berhubungan dengan goa Gi hiat" tapi bocah itu
percaya bahwa Cing Khu sangjin pasti tak akan membohongi orang.
Setelah menyimpan kembali kitab itu kedalam kotak kumala,
dengan meminjam cahaya tajam yang dipancarkan keluar dari kotak kumala tadi
berangkatlah bocah itu menembusi goa-goa sempit
yang terbentang dihadapannya dan melanjutkan perjalanan
melewati jalan yang ada. Entah berapa lama ia sudah berjalan dan entah sudah berapa
puluh li yang ia sudah lewati, ditengah kesunyian yang mencekam lorong rahasia
dibalik batu-batu cadas itu, mendadak ia mendengar ada seseorang berseru
tertahan lalu menegur dengan suara kaget:
"Aaah! ternyata engkaupun berada disini?"
kangzusi.com Giam In kok sama sekali tak menyangka kalau secara tiba-tiba
bisa muncul seseorang didalam goa rahasia itu, saking terkejutnya hampir saja ia
jatuh pingsan. Terdengar orang itu tertawa seram dan berseru:
"Hehee.... heeeeh.... hehee.... setan cilik! kenapa kaupun berada disini" eeei.....!
rupanya kau sudah mendapatkan kitab pusaka Cing Khu Hun Pit...." ayo cepat
serahkan kotak kumala itu kepadaku!"
Giam In kok tertegun, setelah mengamat-amati sang pendatang
itu beberapa saat lamanya, ia segera mengenali orang itu sebagai Raja akherat
pencabut nyawa yang telah diceburkan kedalam
lubang air dingin dalam gua Gi hiat oleh kakek she Ku tempo hari, diam-diam ia
merasa terkejut sekali. Tampaklah gembong iblis itu berwajah mengerikan sekali,
sekujur badannya tumbuh buih berwarna kuning, sepasang matanya
berwarna hijau dan nampak mengerikan sekali.
Tanpa terasa iapun terbayang kembali akan siasatnya untuk
membohongi tiga jago lihay itu beberapa waktu berselang, bocah itu segera
mendengus dingin dan berkata:
"Tidak susah untuk memperhatikan kotak ini kepadamu, tapi kau harus tahu bahwa
aku telah mempertaruhkan selembar nyawaku
untuk memperoleh kotak kosong ini, apakah kau suka menerima
sebuah kotak kosong"
"Kau berani membohongi aku?" bentak Raja akherat pencabut nyawa dengan gusar.
"Eeeiii.... eeeiii... jangan marah dulu ya, apa gunanya sih aku membohongi dirimu"
masa kau tak bisa periksa sendiri isi kotak ini?"
"Lalu kitab pusaka Cing Khu Hun Pit itu didapatkan siapa?"
"Sudah dibawa kabur oleh Siau bin hau, dia bawa lari ketiga jilid kitab pusaka
Cing Khu Hun Pit itu kemudian ia serahkan kotak
kosong ini kepadaku, ketika aku sedang lengah ia telah mendepak tubuhku sehingga
tercebur kedalam air, dengan susah payah aku
kangzusi.com lantas merangkak kesini, coba lihat! bukankah badanku basah
kuyup?" Dengan sorot mata yang tajam Raja akherat pencabut nyawa
mengamati sekujur badan bocah itu, ia melihat seluruh tubuhnya
memang basah kuyup, maka dengan mendongkol serunya:
"Tua bangka she Ku itu memang benar-benar menggemaskan
sekali.... seandainya aku berhasil melepaskan diri dari kurungan, pertama-tama
anjing kuning itulah yang akan kubunuh lebih
dahulu!" "Andaikata ilmu sakti yang terdapat didalam kitab pusaka Cing Khu Hun Pit telah
berhasil ia pelajari, masa kau mampu untuk
memenangkan dirinya?"
"Hmm, sebuah pukulanku yang keras cukup menghancurkan
badannya sehingga gepeng seperti perkedel, cuma yang paling
menggemaskan sekarang adalah aku tak bisa keluar dari sini!"
"Eei kok lucu sekali! bukankah kau bisa masuk kemari, kenapa sekarang kau tak bisa
keluar lagi" tempo hari kau masuk lewat pintu mana?"
"Oooh.....! jadi kau tidak tahu?" seru Raja akherat pencabut nyawa keheranan.
"Darimana aku bisa tahu?" jawab Giam In kok berlagak seakan-akan tidak mengerti.
Haruslah diketahui, ketika bocah itu membohongi Raja akherat
pencabut nyawa bertiga tempo hari, raut wajahnya telah dirubah
sehingga sama sekali berbeda dengan raut wajahnya yang sekarang pada saat ini,
tentu saja gembong iblis itu tak pernah menyangka kalau dia sebenarnya sedang
ditipu habis-habisan oleh bocah cilik yang cerdik itu.
Terdengar Raja akherat pencabut nyawa berseru tertahan
sesudah mendengar perkataan itu, katanya:
"Oooh....! yaa, aku lupa... bukan kau yang mengikuti kejadian kangzusi.com
tersebut, melainkan setan cilik itu yang tahu!"
"Setan cilik siapa sih" dimana ada setan cilik datang kemari?"


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aah! kau tak usah banyak mulut dan bertanya melulu, eei.... aku mau tanya, ini
hari sudah tanggal berapa?"
"Kalau bukan malam tanggal lima belas bulan delapan, tentulah pagi harinya
tanggal enam belas bulan delapan"
"Apa" sudah tanggal enam belas bulan delapan?" seru Raja akherat pencabut nyawa
dengan kaget, "jadi kalau begitu aku sudah tiga bulan lamanya berada disini?"
"Darimana aku bisa tahu, kalau kau sudah datang tiga bulan atau setengah tahun
berselang! tapi kalau kau memang sudah tiga bulan lamanya berada disini, selama
ini kau makan apa untuk mengisi
perut?" "Makan apa" tentu saja makan daging manusia!"
Begitu ucapan tersebut diucapkan keluar, dengan hati tercakat
Giam In kok mundur satu langkah kebelakang, katanya dengan
suara gemetar: "Aduuuh mak.... tolong... masa ada orang makan daging
manusia" hihii....! masa daging manusia bisa dimakan" hmm...
rupanya kau sengaja menakut-nakuti aku!"
"Heeeeh... heeeh... heeeeh... siapa yang membohongi kau" kalau perut sudah lapar ada
apa saja terpaksa harus dimakan, siapa tahu kalau beberapa waktu lagi aku akan
menelan pula dagingmu!"
"Oooh... ooh... kau pandai sekali bergurau!"
"Bergurau" empat bulan berselang kami berjumpa dengan
seorang setan cilik yang hampir sebaya usianya dengan dirimu, ia membawa Siau
bin hau, Sam cun teng serta aku datang ke gua Gi
hiat untuk mencari dirimu, siapa tahu Siau bin hau mempunyai
maksud jahat terhadap kami, ketika kami sedang berada dalam
keadaan tidak siap ia telah mendepak aku serta Sam cun teng
sehingga tercebur kedalam liang air yang dalam sekali, untung kami kangzusi.com
tercebur kedalam air sehingga tidak sampai menemui ajal...!"
"Jadi kalau begitu Sam cun teng cianpwee pun seharusnya masih berada disini?"
Raja akherat pencabut nyawa tertawa dingin.
"Heeeeh... heeeh... heeeh... setan cilik, apakah kau hendak mengadu domba diantara
kami?" ejeknya, "ketahuilah sekalipun kau sebut Sam cun teng cianpwee sampai
seribu kalipun dia tak akan
dapat menolong dirimu lagi, karena ia sudah mati kubunuh dan
dagingnya sudah kumakan untuk pengisi perut!"
Mula-mula Giam In Kok terkesiap, kemudian sambil tertawa
serunya: "Aaah...! kau bohong, aku tidak percaya dengan perkataanmu itu, engkau pasti
sedang mengigau, omonganmu itu tentu omongan
setan yang tak bisa dipercaya!"
"Omongan setan?" ejek gembong iblis itu dengan seram, "setelah sampai saatnya
kumakan dirimu nanti, kau baru akan tahu jika
perkataanku bukan hanya omong kosong belaka, tempat diluar
adalah dunianya manusia makan manusia, manusia membunuh
manusia, apa salahnya kalau akupun makan beberapa orang
manusia disini" untung di tempat ini terdapat mata air yang
berhawa dingin, mayat yang disimpan disini tak akan rusak atau
menjadi busuk!"Mula-mula ditempat ini masih terdapat beberapa sosok mayat
?sehingga kami berdua bisa makan secara berdua, kemudian kami
terpaksa harus saling berebut untuk mendapatkan makanan...
hehee... hehee... hehea... siapa suruh Sam cun teng tak tahu diri"
dalam gusarnya aku lantas bunuh dirinya sampai mati sehingga
jatah daging manusia yang kumilikipun bertambah banyak, barusan daging manusia
itu sudah habis, aku sedang kesal karena tak punya simpanan daging lagi hoho...
hoho... tak nyana kau mengantarkan
diri kemari, sayang sekarang aku belum lapar... kalau tidak hehe...
hehe....hehe...." kangzusi.com Perkataan itu diakhiri dengan gelak tertawa yang lantang dan
mengerikan sekali. Diam-diam Giam In kok mengawasi perubahan air mukanya,
melihat gembong iblis itu berkata dengan wajah sungguh-sungguh
ia segera menyadari bahwa apa yang diucapkan Raja akherat
pencabut nyawa bukan hanya omong kosong belaka, hawa
murninya diam-diam dihimpun kedalam telapak tangan dan pada
suatu kesempatan yang sama sekali tak terduga ia melancarkan
sebuah babatan dahsyat kearah depan.
Untuk mempertahankan hidupnya didunia ini, maka ia
melancarkan serangan dengan segeaap kekuatan yang
dimilikinya..... "Weeeees!" Ketika desingan angin pukulan yang amat tajam itu menyambar
kedepannya, bocah itu segera secepatnya juga menerjang kearah
musuhnya. Mimpipun Raja akherat pencabut nyawa tak pernah menyangga
kalau Giam In kok berani turun tangan lebih dahulu, bahkan tenaga dalam yang
dimilikinya sudah bertambah sempurna, dalam
gugupnya ia segera silangkan sepasang tangannya untuk
menangkis. "Blaaam .....!"
Bentrokan yang keras menimbulkan suara ledakan ditengah
angkasa, Raja akherat pencabut nyawa segera merasakan separuh
badannya jadi kaku dan sakit, dengan sempoyongan ia mundur
beberapa langkah kebelakang.
Melihat serangannya berhasil memaksa pihak musuh mundur
dengan sempoyongan, keberanian Giam In kok semakin menebal,
kotak kemala yang berada dicakalan-nya segera dibuang
kebelakang, kemudian dengan menggerakkan sepasang telapak
kangzusi.com tangannya dia melancarkan serangan yang semakin gencar.
Tubuhnya menerjang maju kedepan dan desingan angin pukulan
menderu-deru membuat seluruh liang bawah tanah bergetar keras.
Dengan gerakan keras lawan keras, Raja akherat pencabut
nyawa menyambut datangnya semua serangan itu dengan ngotot,
ia merasa tenaga dalam yang dimiliki bocah itu jauh melebihi
kepandaiannya, hal ini membuat hatinya tercekat dan bulu
romanya pada berdiri, cepat-cepat ia membentak keras:
"Tunggu sebentar!"
Semakin bertarung Giam In kok merasakan kegembiraan-nya
semakin meningkat, diiringi gelak tertawanya yang sangat nyaring, telapak
tangannya bekerja cepat tanpa berhenti barang
sekejappun, bersamaan itu pula ia mencaci maki:
"Apanya yang tunggu sebentar" sauya akan membalaskan
dendam buat empat orang pengemis dari kota Kim leng yang mati
ditanganmu, aku hendak membalas dendam juga untuk kematian
Sam cun teng, di samping itupun aku hendak....."
Ia berhenti sebentar, tiba-tiba bentaknya:
"Akupun hendak makan dagingmu!"
Sebagai penutup kata, sepasang telapak tangannya dengan
sekuat tenaga segera didorong kearah depan.
"Bluummm.....!"
Benturan keras terjadi lagi ditempat itu, tubuh Raja akherat
berputar berulang kali diudara dan mencelat sejauh lima tombak
lebih jauh dari tempat semula.....
"Pluuuung!" Tak ampun lagi badannya tercebur kedalam sumber air dingin.
Melihat musuhnya tercebur kedalam air dingin, Giam In kok
segera bertepuk tangan kegirangan, sambil tertawa terpingkal -
pingkal serunya: kangzusi.com "Rasain lu sekarang! aku telah menolong kau untuk pulang
kealam baka guna menjumpai Raja akherat pencabut nyawa yang
sesungguhnya...hmm! bisa-bisanya mengatakan hendak makan
dagingku" benar-benar tak tahu diri!"
Dengan hawa murni disiapkan dalam sepasang telapak
tangannya bocah itu berjaga-jaga ditepi mata air, ia bersiap-siap andaikata
lawannya munculkan diri kembali dari permukaan air
maka sebuah pukulan dasyat akan segera dilancarkan kembali.
Tetapi rupanya gembong iblis itu tak tahan menghadapi pukulan
dasyatnya yang sudah mempergunakan tenaga sebesar sepuluh
bagian itu, setelah berguling sebentar ditengah pusaran air dingin, perlahan-
lahan mayatnya tenggelam kedasar mata air tersebut.
Bocah itu jadi kegirangan sekali, dia merasa tenaga dalamnya
pada saat ini sudah sempurna, ia merasa kepandaian silatnya paling tidak telah
berada tingkatan kelas satu dalam dunia persilatan, sambil tertawa bangga
gumamnya: "Raja akherat pencabut nyawa sudah berhasil kusingkirkan,
sekarang tinggal Giam Ong Hui seorang... cuma sudah mampukah
aku untuk membinasakan dirinya dalam satu pukulan" tapi terlalu enak kalau
dibiarkan mati dalam sekejap mata...aku harus
menyiksanya lebih dahulu....."
Begitulah dengan senang hati ia memungut kembali kotak
kemalanya, lalu dengan seksama mencari letak dari gudang ransum yang dimaksudkan
oleh Cing Khu sangjin. Untuk menemukan sisa ransum tersebut ternyata bukan suatu
pekerjaan yang gampang, Giam In kok harus membuang banyak
waktu dan tenaga untuk menemukan tempat penyimpan tersebut,
setelah bersusah payah akhirnya ia berhasil menemukan sebuah
liang goa kecil diantara celah-celah batu cadas yang berserakan disitu, ketika
bocah itu menyusup masuk kedalam goa tadi ternyata dibalik lorong sempit itu
terdapat sebuah ruang batu yang luasnya kangzusi.com
delapan depa namun dalam ruang batu itu tidak nampak ransum
kering apapun juga bahkan tiada benda apapun yang nampak disitu, tetapi setelah
diselidiki dengan seksama lagi, maka ditemukanlah banyak biji-bijian yang tahan
lama serta bernama "ransum kering sisa Raja Gi"
Demikianlah sejak hari itu Giam In kok pun berdiam didalam goa
rahasia tersebut sambil mempelajari kitab pusaka Cing Khu Hun pit.
Waktu berlalu dengan cepatnya, tanpa terasa lima tahun sudah
lewat.... Dari seorang bocah cilik yang berusia sebelas tahun, Giam In kok pun sudah
tumbuh menjadi seorang pemuda tampan yang berusia
enam belas tahunan, ilmu silat yang di milikinya pada saat ini boleh dibilang
sangat lihay sekali. Seperti apa yang dipesan oleh Cing Khu sangjin dalam surat
wasiatnya sebelum Giam In kok meninggalkan goa rahasia tadi, ia masukkan kembali
kitab pusaka itu kedalam kotak kemala dan
diceburkan kedalam mata air dingin, kemudian dengan
mengerahkan tenaga ilmu saktinya ia menerobos keluar lewat
lorong rahasia didalam goa Gi hiat, hanya dalam beberapa saat saja ia telah
berada kembali ditepi sungai Cin ci hoo, ia segera
mengunjungi tempat disekitar sana, mengunjungi kembali
perkampungan keluarga Ciang yang sudah tinggal puing-puing itu
dan berjalan hilir mudik disekitar pantai dimana untuk pertama
kalinya dulu ia menerjunkan diri kedalam sungai....
Dengan termangu-mangu Giam In kok memandang air yang
mengalir dengan tenangnya itu, pelbagai ingatan berkelebat dalam benaknya....
Balas dendam lebih dahulu" ataukah menyelidiki asal usulnya
lebih dahulu" Atau pergi mencari Thian Bu seperti apa yang dipesan oleh si
telapak tangan sakti dari Thian tok"
"Tidak! dengan kepandaian silat yang kumiliki sekarang, rasanya tidak terlalu
sulit untuk membinasakan bangsat Giam Ong hui
kangzusi.com didalam sebuah pukulan" pikir pemuda itu didala hati, "aku harus segera
berangkat menuju kampung Ang sim san ceng dan
membekuk bajingan tua itu, setelah itu menyelidiki dari mulanya, bukankah jauh
lebih gampang?" Setelah mempertimbangkan berulang kali akhirnya dia
mengambil keputusan untuk mencari Giam Ong hui lebih dahulu,
maka berangkatlah Giam In kok menuju kearah perkampungan
tersebut. Sang surya baru saja muncul diufuk sebelah timur, Cahaya
keemas-emasan memancar keempat penjuru, membuat seluruh
jagad jadi terang benderang.
Pada saat itulah diluar perkampungan Ang sim san ceng muncul
seorang pemuda tampan berusia enam belas tahunan, dilihat dari
gerakan tubuhnya yang enteng dapat di ketahui bahwa ilmu silat
yang dimiliki orang itu sangat lihay.
Setelah berhenti sebentar didepan pintu, pemuda itu segera
melanjutkan perjalanannya memasuki perkampungan tersebut.
Tiba-tiba..... Dari samping pintu perkampungan muncul seorang lelaki kekar
yang menghadang jalan perginya sambil membentak:
"Berhenti! kau hendak mencari siapa?"
"Si Peng! masa akupun tidak kau kenali?" bentak pemuda itu dengan dahi berkerut.
Lelaki kekar yang disebut "Si Peng" itu nampak tertegun, setelah mengamat raut
wajah pemuda itu beberapa saat lamanya, ia baru
menyahut: "Ooooh...rupanya Ngo san ya (tuan kelima), tujuh tahun tak pernah berjumpa,
sungguh tak nyana engkau sudah tumbuh
kangzusi.com menjadi dewasa... tak aneh kalau aku sampai tak mengenali
dirimu!" Tidak menanti jawaban dari pemuda itu lagi, dengan suara
lantang ia segera berteriak keras-keras:
"Tuan muda kelima telah pulang!"
Seruan itu sambung menyambung, hingga jauh keruang dalam...
dan dalam waktu yang singkat, semua isi perkampungan sudah tahu kalau tuan muda
kelima telah kembali. Menyaksikan tingkah laku pengawalnya itu, Giam In kok
tersenyum, ujarnya: "Kenapa sih musti dilaporkan kedalam...." masa aku tak dapat masuk sendiri kedalam
perkampungan?" "Tuan muda kelima! peraturan dalam perkampungan sekarang
sudah berubah, siapa pun dilarang memasuki kampung secara
sembarangan tanpa memberi laporan lebih dahulu!"
"Kurang ajar! masa kepala kampung sendiripun harus
melaporkan diri lebih dahulu setiap kali akan keluar atau masuk?"
Pertanyaan ini membuat Si Peng tertegun, untuk beberapa saat
lamanya ia membungkam dan tak tahu apa musti dijawab.
Beberapa saat kemudian dari dalam perkampungan muncullah
serombongan manusia yang berdandan sebagai tukang pukul yang
dipimpin oleh seorang pria kekar yang penuh berotot, Giam In kok segera
mengenali orang itu sebagai burung belekok berjidad merah Wan Jing cu seorang
jago kepercayaan bekas ayahnya Giam Ong
hui. Sementara itu Wan Jing cu telah tiba di depan pintu, setelah
mengamati sebentar pemuda yang berada dihadapannya ia tampak
tertegun lalu merangkap tangannya memberi hormat.
"Oooh.... rupanya san-cengcu benar-benar telah kembali, lima tahun tak pernah
berjumpa, aku rasa engkau tentu telah berhasil mempelajari kitab pusaka Cing Khu
hun pit bukan?" kangzusi.com Giam In kok mendengus dingin, ia masih ingat ketika berada
ditepi sungai cin ci hoo lima tahun yang lalu, tukang pukul
kepercayaan dari ayahnya ini terlihat pula diantara jago yang
berkerumun disitu, maka dengan parasaan muak ia menjawab:
"Memangnya apa urusannya denganmu?"
Wan Jing cu tertawa licik.


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudah kulaporkan kedatanganmu, sebentar lagi cengcu pasti akan munculkan disini
untuk menyambut kedatanganmu!"
"Apakah aku tak dapat masuk sendiri?"
"Giam cengcu, telah menganggap dirimu sendiri sebagai orang luar, masa memanggil
ayah sendiri sebagai cengcu, ini menandakan kalau hubungan antara ayah dan anak
sudah putus, sebelum mendapat perintah dari cengcu, kami tak berani melepaskan kau
masuk kedalam perkampungan!"
Meskipun diluaran Giam In kok barcakap-cakap dengan tukang
pukul tersebut, telinganya yang tajam berhasil menangkap suara
gaduh didalam perkampungan, dia tahu pihak lawan tentu sedang
mempersiapkan sesuatu rencana busuk untuk menghadapi dirinya,
ia segera tertawa dingin dan tidak berbicara lagi.
Kurang lebih seperminum teh kemudian, dari balik pintu
perkampungan muncul seorang pemuda yang berusia dua puluhan,
sambil memandang kearah Giam In kok teriaknya:
"Ngo te! ayah memerintahkan kau untuk bertamu diruang Beng lun tong....!"
Giam In kok mengenali orang itu sebagai Giam In si, putra
sulung dari Giam Ong Hui, dia segera mengiakan dan mengikuti
dlbelakangnya masuk kedalam kampung.
Ruang Beng lun tong merupakan ruang pengadilan bagi
perkampungan Ang sim san ceng untuk menyelesaikan persoalan
besar, pada saat itu ada delapan orang petugas ruang pengadilan yang telah siap
dengan pentungan ditangan, sementara anggota
kangzusi.com perkampungan yang lainnya berjaga-jaga disekitar sana dengan
ketat. Giam Ong Hui duduk ditengah ruangan di atas sebuah kursi
kebesaran yang dilapisi oleh kulit harimau, disamping kursi
kebesaran duduk istri serta kelima selirnya, salah satu diantara mereka nampak
sedang menangis tersedu-sedu.
Dibelakang tubuh kepala kampung itu berdiri dua belas dayang
yang berparas cantik rupawan, disebelah barat duduk seorang
kakek tua yang mempunyai sepasang mata yang amat tajam.
Setelah malangkah masuk kedalam ruang Beng lun tong, dengan
pandangan yang sinis Giam In kok menyapu sekejap tempat itu,
kemudian mendengus dingin.
Giam Ong Hui jadi gusar sekali ketika dilihatnya pemuda itu sama sekali tak
memandang sebelah matapun terhadap dirinya, dengan
wajah merah padam dan mata melotot besar hardiknya:
"Anak durhaka, ayo cepat berlutut diatas tanah!"
Giam In kok segera tertawa dingin setelah mendengar seruan itu, dia mengejek:
"Huuuuh.....! kau masih punya muka untuk mengaku sebagai
bapakku" benar-benar manusia bermuka tebal, aku tak sudi
mempunyai seorang bapak seperti kau, kamu memang bangsat tua
yang harus dicincang sampai mati, kedatangan Sauya hari ini tidak lain adalah
untuk membereskan jiwa anjing mu itu!"
Perempuan yang sedang menutupi wajahnya sambil menangis
tersedu-sedu itu tiba-tiba menengadah keatas, dengan wajah yang basah kuyup oleh
air mata ia berteriak keras:
"Anak Kok! apakah kau sudah gila" kenapa kau maki ayahmu
sendiri sebagai bangsat" kenapa kau mengucapkan kata-kata yang
tidak genah seperti itu" ayo cepat berlutut!"
Dengan pandangan sangsi Giam In kok memandung sekejap
kearah perempuan itu, kemudian sambil maju kedepan dan
kangzusi.com menjatuhkan diri berlutut sapanya:
"Ibu....!" "Anakku, kau masih kenal dengan ibumu?" tanpa terasa air mata jatuh berlinang
membasahi wajahnya, perlahan-lahan ia bangkit
berdiri dan hendak maju kedepan.
Tetapi sebelum perempuan itu sempat melangkah maju, Giam
Ong Hui telah menarik tangannya sambil membentak keras:
"Buat apa kau bersikap welas asih terhadap bocah durhaka itu"
jangan kau gubris lagi dirinya!"
Mendengar ucapan itu, tiba-tiba hawa amarah yang berkobar
dalam dada Giam In kok kembali memuncak, ia meloncat bangun
dari atas tanah, dengan pandangan mata yang tajam bentaknya:
"Bajingan tua! kenapa kau merampas ibuku" ayo jawab! kenapa kau culik ibuku dan
kau paksa ia jadi istrimu?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, bukan saja Giam Ong
Hui yang terperanjat, perempuan-perempuam itupun merasakan
tubuhnya gemetar keras bahkan diantara empat orang lainnya
kelihatan ada dua orang yang nampak agak tertegun.
Setelah termangu beberapa saat lamanya, perempuan itu
kembali membentak keras: "Anak Kok! jangan kurang ajar, siapa yang mengajari kau berkata begitu" siapa
yang mengatakan kalau aku diculik dan dipaksa
menjadi istri ayahmu?"
"Ibu tak usah tahu, aku hanya ingin mengetahui apakah kau
memang rela dan bersedia dikawini olehnya?"
Dengan perasaan apa boleh buat perempuan itu mengangguk.
Giam In kok mendengus penuh kegusaran, dengan muka merah
padam serunya lagi: "Jadi kau sebenarnya punya berapa suami?"
kangzusi.com "Sebuah pelana bisa digunakan pada selaksa kuda, tapi seekor kuda tak dapat
diberi dua pelana, suamiku tentu saja hanya ayahmu seorang, mana mungkin aku
mempunyai beberapa suami?"
"Lalu siapakah ayahku yang sebenarnya?"
Perempuan itu menangis semakin menjadi.
"Ooh....! anakku, selama beberapa tahun menggelandang
ditempat luaran, kau sudah ketempelan setan dari mana" kenapa
datang-datang lantas mengajukan pertanyaan yang sama sekali
membingungkan hati itu kepadaku" tentu saja ayahmu yang
sebenarnya adalah Loo cengcu yang sekarang daduk di
hadapanmu!" Giam In kok mendengus dingin.
"Hmmm lalu siapakah si telapak tangan sakti dari Giam tok?"
"Siapa si telapak tangan sakti dari Giam tok" aku sama sekali tidak kenal dengan
orang itu!" jawab perempuan tersebut
keheranan. Sementara itu empat orang istri dan selir lainnya yang duduk
dikursi samping saling berpandangan sekejap, namun mereka
semua tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Giam Ong hui yang cepat naik darah sekarang sudah tak dapat
membendung hawa amarahnya lagi, ia segera membentak keras:
"Anak durhaka! ayo cepat berlutut untuk menerima hukuman!
didengar dari perkataanmu itu aku sudah tahu bahwa kau ditipu
oleh si telapak tangan sakti dari Giam tok....! hmm! kalau kau berani tidak
Syair Maut Lelaki Buntung 2 Wiro Sableng 094 Pedang Naga Suci 212 Kisah Si Rase Terbang 4
^