Pencarian

Jurus Tanpa Bentuk 8

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 8


menyambar setiap bayangan dengan pukulan Telapak Darah.
Orang-orang yang berserban dan hanya berkancut dengan
belati panjang di tangannya itu terpental kembali ke belakang
sembari memuntahkan darah dengan kepala tersentak ke
belakang. Aku berputar, berputar, dan terus berputar-putar di
antara hujan dengan tangan bergerak antara menangkis,
menghindar, dan mengirimkan pukulan. Aku harus bergerak
lebih cepat karena mereka begitu banyak, dan hanya jika
bergerak lebih cepat maka pukulan tanganku dapat mengenai
lawan dengan telak. Di antara hujan yang menderas, semakin deras, begitu
deras, sehingga bagaikan tiada yang dapat terlihat, mereka
berkelebat sangat cepat dengan tusukan-tusukan mematikan
jika aku tidak mengelak dengan lebih cepat. Tidak aneh jika
Gerombolan Kera Gila sangat ditakuti di sepanjang sungai ini,
karena dengan kemampuan seperti yang sedang kuhadapi,
orang awam manakah yang akan mampu mengatasinya" Radri
dan Sonta memang telah selalu melawan, tetapi kurasa yang
mereka hadapi hanyalah anak buah Kera Gila pada tingkat
paling bawah; yang sedang kuhadapi tampaknya merupakan
pengawal istimewa di sekitar Kera Gila, yang kini mengamuk
karena pemimpinnya telah kutewaskan begitu rupa. Aku tidak
punya pilihan selain me lumpuhkan setiap penyerang dengan
pukulan Telapak Darah yang mematikan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berkali-kali aku mesti melompat ke atas, berjungkir balik di
udara, karena betapapun cepatnya aku bergerak, tidak akan
cukup untuk menghadapi begitu banyak orang yang datang
serentak di antara hujan yang sangat lebat. Mereka seolah-
olah begitu banyak sehingga tak bisa kuhitung lagi. Bertarung
begitu cepat melawan bayangan-bayangan berkelebat dalam
hujan yang makin deras di malam gelap, apakah yang masih
bisa dihitung lagi" Dengan hanya mengandalkan naluri aku
bergerak secepat mungkin melumpuhkan mereka satu persatu
dengan pukulan Telapak Darah. Ada kalanya bahkan aku yang
menghilang dan menyelam dalam air untuk muncul kembali di
belakang mereka, mengitari mereka dengan Jurus Naga
Berlari di Atas Langit sembari menapakkan Telapak Darah
kepada siapapun yang pertahanannya terbuka.
Dalam waktu singkat tubuh-tubuh berjatuhan di sungai
sambil memuntahkan darah. Pada setiap orang yang tewas
terdapat tanda bekas telapak tangan yang merah. Dengan
pertarungan yang berlangsung sangat cepat tidak bisa
kuhindari pembantaian tanpa nyawa seperti ini, karena
sesungguhnyalah pertahanan terbaik dalam hal ini hanyalah
membunuh lawan dengan segera. Mereka yang tumbang
langsung mengambang untuk kemudian terseret arus atau
tenggelam. HUJAN belum juga reda ketika aku tinggal sendiri lagi,
berdiri di atas sepotong kayu yang dibawa arus sungai.
Kupandang kedua telapak tanganku, tak lagi merah karena
sudah tidak kusalurkan lagi tenaga dalamku. Kedua telapak
tanganku ini dalam waktu singkat telah membunuh banyak
orang. Apakah aku harus merasa bersalah" Kubayangkan di
antara mayat-mayat mengambang ini akan ada yang
tersangkut ke tepi kampung, atau muncul di antara tiang-tiang
dermaga di salah satu pelabuhan sungai, atau tiba-tiba
menyembul dari bawah lantai sebuah perahu tambang. Apa
kata mereka yang melihatnya sudah mengambang di tempat
mereka biasa mencuci dan mandi" Kuharap saja ciri-ciri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Gerombolan Kera Gila ini dikenali dan kuharap juga
pembantaianku sahih dilakukan demi sesuatu yang lebih baik,
yakni bahwa perompak sungai yang berkuasa itu telah hilang,
dan daerah sepanjang sungai ini menjadi aman.
Aku masih berpikir tentang perahu tambang yang lenyap
itu, ketika terlambat menyadari bahwa racun dari cakar Kera
Gila telah bekerja. Pandanganku mengabur. Aku jatuh begitu
saja tak sadarkan diri. (Oo-dwkz-oO) OM adalah sebuah ajaran dinamakan Sang Yogacara terdiri dari tiga aksara dan tiga kegunaan atau artha itulah Advaya atau Tiada Mendua Advaya berarti advaya dan advaya-jnana
Advaya berarti AM-AH Advaya-jnana berarti mengetahui tanpa anggapan atau vikalpa
atas ada dan tiada tanpa anggapan atas antara ada dan tiada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanpa anggapan atas yang murni atau kevala
tanpa anggapan atas yang tanpa bentuk atau nirakara
Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri, tetapi aku tidak
bisa membuka mataku. Meskipun terpejam, aku tidak merasa
berada di ruang yang gelap, sebaliknya putih terang
benderang. Seperti mimpi, tetapi jelas bukan mimpi, karena
aku bisa berpikir, meski berpikir dengan cara lain. Mungkin
bukan berpikir, seperti menyadari, tetapi lebih tepatnya
meresapi. Namun yang lebih pasti adalah diresapi, karena
memang tiada kehendak. Hanya terdapat sesuatu yang
meresap dan meresap begitu rupa sehingga aliran darahku
bagai tersegarkan dan begitu berdaya.
Dalam keterpejaman kurasakan suatu dorongan tenaga
murni dalam aliran darahku bersama dengan teresapinya
kalimat-kalimat itu, yang membersihkan racun cakar Kera Gila,
mendorongnya keluar melalui luka-luka cakaran di punggung
dan dada. Kurasakan darah mengalir beberapa saat dari luka,
sebelum berhenti sendiri tiba-tiba, tetapi aku masih tidak bisa
membuka mata. Dalam kepalaku yang jernih dan terang
benderang, kalimat itu mengiang dan berulang. Apakah
seseorang telah membisikkannya, ataukah kenangan masa
laluku menyodok takterkendali karena racun cakar Si Kera
Gila" Namun racun tentu membunuh, kalaupun gagal
membunuh akan membuat kita gila, tetapi kepalaku hening,
jernih, dan kosong pikiran.
Memang aku tidak bisa membuka mata, tetapi dalam dunia
terang benderang cahaya putih berkilauan kulihat bayangan
gerakan orang yang bersilat. Betapa penuh pesona gerakan
silatnya itu, bagaikan sedang tidak bersilat melainkan menari,
tetapi jelas ia sedang bersilat dan bukan menari. Namun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apakah bedanya bersilat dan menari jika orang menari seperti
bersilat dan orang bersilat seperti menari" Kusaksikan
pemandangan bayangan bersilat, kadang terlihat dan kadang
tidak terlihat, ketika terngiang kalimat berikutnya.
da mengandung pengertian anggapan
Tiada Ada mengandung pengertian anggapan
keadaan antara Ada dan Tiada mengandung pengertian anggapan
hasil pengenalan melalui sarana mengandung pengertian anggapan
semua pengertian anggapan
anggaplah sebagai kesatuan
jangan menimbulkan kesaksian
Segala kalimat menjadi silat. Menari atau bersilat harus
dianggap sebagai kesatuan. Dengan bayangan atau tanpa
bayangan harus dianggap sebagai kesatuan. Adanya antara
dalam ada dan tiada dan ketiadaan antara dalam ada dan
tiada, harus dianggap sebagai kesatuan. Aku merasa jernih,
bersih, meresapkan segala gerakan sang bayangan yang
bukan hanya bersilat seperti menari dan menari seperti
bersilat, melainkan sampai kepada bergerak seperti tak
bergerak dan tak bergerak seperti bergerak. Segalanya lebur
dalam diriku, terserap kenangan, mengisi sekaligus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengosongkan, menolak segala ketentuan, terbuka segala
kemungkinan. Namun aku masih tidak bisa membuka mata, menyaksikan
bayangan di balik cahaya putih kemilau yang gemerlapan,
bergerak indah bagaikan tarian, begitu cepat tetapi tampak
sangat perlahan, mengungkap rahasia segala jurus persilatan.
AM masuknya nafas vayu namanya AM bunyinya melebur ke dalam badan sampai ke sembilan lubang
sampai berwarna matahari disebut ingatan matahari smrti-surya namanya AH keluarnya nafas dari badan
AH bunyinya lenyap dari badan sampai badan berwarna rembulan
sejuk, segar, nyaman disebut ketenangan bulan disebut juga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketenangan ingatan atau santasmrti Rahasia persilatan, benarkah diajarkan secara terselubung
pula sebagai ajaran rahasia" Dalam usia 15 aku hanya
mengalami. Dalam usia 100 tahun kurasakan layak
memikirkannya, sembari teringat kembali kalimat:
jika seorang murid akan memasuki mandala sang guru harus mengucapkan:
''Anda dilarang membicarakan
rahasia tertinggi para Tathagata
dengan mereka yang belum pernah memasuki mandala jika sumpahmu terputus jika Anda tidak menepatinya
waktu Anda meninggal pasti jatuh ke neraka.'' NAMUN kepada guru siapakah waktu itu aku harus
bersumpah, sementara aku menafsirkan semua petunjuk
tentang ajaran agama tersebut sebagai ajaran persilatan" Saat
itu aku hanya terpesona oleh gerakan bayangan, meski kutahu
tidak sedang bermimpi, yang tentu saja membuatku saat itu
juga teringat ajaran tentang yoganidra.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
walaupun sambil tidur Anda tetap dapat melaksanakannya
yakni dengan yoganidra tidur tanpa bermimpi tapi cara ini sukar karena merupakan hasil dari segala yoga dari segala samadhi dari segala vrata akhir segala puja segala pranamya segala mantra segala puji-pujian Anda dapat melihat ke dalam nitya atau diri sendiri mengenali pikiran yang sukar dan lembut mempunyai kemampuan untuk menyatukan badan dengan pikiran sebagai dasar samadhi yaitu delapan kenikmatan kedewaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
namun sebaiknya kenikmatan itu
tidak memperalat badan Anda
karena skandha akan terbebaskan
atau berlangsung moksa skandha itulah hasil seorang munindra
Benarkah aku tertidur" Kurasa tidak. Aku memang jatuh tak
sadarkan diri tadi, tetapi bahkan saat tersadar tanpa membuka
mata, masih kuingat ajaran ini:
saat seseorang tertidur mungkin ia bermimpi mungkin tidak bermimpi bila tidur nyenyak tanpa bermimpi
unsur putih dan unsur merah
bodhicitta yang merupakan alas pikiran
berada di jantung jadi di s ini pula pikiran berada


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mungkinkah aku telah me lihat diriku sendiri" Jadi
bayangan-bayangan itu sesuatu yang kulihat di dalam diriku,
aku bisa melihat pikiran yang mengalir dan berdenyar dalam
syaraf otakku, yang selama ini tersembunyi, mengendap, dan
terpendam dalam tuntutan hidup dari hari ke hari, tersimpan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam bawah sadarku. Aku memang selalu berpikir untuk
memecahkan rahasia ilmu persilatan, tetapi pemikiran itu tidak
mempunyai peluang berkembang karena ancaman bahaya
maut di mana-mana. Pemikiran itu tertekan dan tersimpan
dalam peti ketaksadaran. Apa sebabnya kini berpeluang
merobek sekat-sekat keterbatasan dalam pikiran, menjadi
nyata, terlihat, bisa kusaksikan dan kupikirkan"
AKU menyimpan sesuatu yang tidak kuketahui meski jelas
milikku sendiri. Kenangan ibarat harta karun dalam peti, atau
gua penuh lorong dengan catatan tersembunyi. Kini catatan
itu terbuka satu persatu bagaikan angin yang lewat tanpa
sengaja telah membukanya dari lembar ke lembar dan terbaca
olehku tanpa sengaja. Kini, sekali terbuka, kusimpan pada
suatu tempat yang akan selalu bisa kubaca. Begitulah telah
kugali yang tersembunyi, menjadi kitab terbuka dalam diri
yang selalu siap kupelajari.
Mataku terpejam, tetapi bayangan di balik cahaya kemilau
itu memperagakan Ilmu Pedang Naga Kembar dengan cara
yang belum pernah kulakukan, meski barangkali pernah
kupikirkan kemungkinannya. Ia bergerak lambat antara
terlihat dan tidak terlihat dalam silau kemilau itu, tetapi yang
tetap bisa kuperhatikan dengan cermat, bahwa kini telah
memasuki Jurus Dua Pedang Menulis Kematian. Semuanya
tampil sempurna, seperti aku belum pernah membawakannya.
Bagaimana mungkin aku selama ini tidak mengenal
kekuatannya" Kalau saja aku menguasainya dengan cara yang
sebetulnya telah kumiliki itu, aku tidak perlu nyaris mati
beberapa kali, mulai dari ketika berhadapan dengan murid
Naga Hitam yang bertubuh raksasa, sampai yang terakhir
ketika bentrok dan akhirnya memang tercakar oleh racun Si
Kera Gila. Kemudian kulihat bayangan d balik silau kemilau itu
memperagakan Jurus Naga Berlari di Atas Langit dengan cara
yang sangat sempurna, begitu sempurna, sehingga ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tampaknya bergerak lamban sekali. Dalam kelambanan itulah
dapat kuperiksa kesalahan-kesalahanku selama ini. Begitu
kecil kesalahan itu tampaknya, tetapi begitu penting bagi
keseluruhannya, sehingga aku tidak pernah menggapai
kesempurnaannya. Sekarang kekurangan itu tampak jelas
sehingga aku dapat mengamati secara rinci. Bagaimana
mungkin selama ini aku tidak menyadarinya" Mengapa justru
ketaksadaran ini mengantarkan pencerahan dalam kesadaran"
Lantas sebuah gerakan yang sangat kukenal, Jurus
Penjerat Naga, tampak terperagakan dengan sempurna:
Jurus-jurus yang tampak seperti bukan-jurus, tetapi berakhir
dengan satu jurus mematikan, yang telah mengharumkan
nama Pendekar Satu Jurus. Namun Pendekar Satu Jurus
takpernah sempat memperagakan jurus-jurus yang tampak
seperti bukan-jurus, karena tiada lawan yang pernah bisa
memaksanya mengeluarkan jurus sebanyak itu, ia segera bisa
memanfaatkan kelengahan lawan pada serangan yang
pertama. Makanya ia akan selalu menunggu lawannya
menyerang lebih dulu, jika perlu ia bisa menunggu sampai
lebih dari seminggu. Apakah aku harus melakukan hal yang sama" Ternyata
tidak. Pendekar Satu Jurus hidup pada masa dunia persilatan
belum dipenuhi para naga yang kesaktian masing-masingnya
mahatinggi tiada terkira, seperti telah diperlihatkan Naga Dadu
yang bergerak sangat cepat tetapi tampak begitu lambat
dalam kecepatannya. Salah satu ciri terpenting dunia naga
dalam persilatan adalah kemampuan tinggi dalam meramu
berbagai macam ilmu silat, sehingga menjadi ilmu silat baru.
Meski begitu, kehadiran para naga di dunia persilatan telah
diduganya, sehingga ia menciptakan Jurus Penjerat Naga
tersebut. Mataku masih terpejam. Kuingat betapa aku mempelajari
Jurus Penjerat Naga tersebut sebagai persiapan menghadapi
Naga Hitam, yang sampai saat ini sudah tiga orang muridnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terbunuh olehku tanpa maksud memusuhinya. Aku mencium
bau rumput basah, saat itu mataku terbuka. Di depan mataku
terlihat rerumputan liar yang basah. Bahkan kulihat semut api
berjalan di celah-celahnya. Aku tergeletak tengkurap di
sebuah tanah datar di tepi sungai.
Hari terang tanah. Aku segera melompat bangkit. Tidak
kulihat seorangpun. Padahal seingatku aku masih berdiri di
atas sepotong kayu yang dibawa arus mengikuti aliran sungai
ketika jatuh pingsan akibat racun cakar Kera Gila. Aku tidak
mungkin tiba di tempat ini sendiri, dan aku juga tidak mungkin
sembuh begitu saja dari pengaruh racun itu sendiri. Tentu ada
yang telah menolongku. Aku melangkah ke tepi sungai untuk mencuci muka.
Ternyata ini bukan lagi sungai besar yang bisa dilayari perahu-
perahu besar itu. Sungai ini kecil sekali, dangkal, deras, dan
jernih. Waktu tersentuh airnya oleh tanganku, ternyata juga
dingin sekali. Segera kusadari, sekelilingku penuh dengan
pegunungan dan hutan rimbun. Udara sangat dingin. Aku
berada di puncak gunung dan seseorang telah membawaku ke
mari. Aku memandang sungai yang jernih itu, memandang batu-
batu datar di dasarnya, dan tertegun karena sebuah tulisan
telah tergurat di salah satu batu datar itu. Seperti guratan
dengan jari telunjuk, seperti jika kita menulis di atas pasir
basah. Namun tulisan dengan jari telunjuk ini tergurat di batu
besar yang keras sekali. Latih dirimu sepuluh tahun
Sebelum menantang Naga Hitam.
(Oo-dwkz-oO) Episode 44: [Sepuluh Tahun Kemudian]
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
APAKAH ruang" Apakah waktu" Seseorang yang mempelajari ilmu silat akan selalu bergerak dalam permainan
ruang dan waktu tersebut, karena lebih dari sekadar jurus-
jurus, ilmu meringankan tubuh, dan tenaga dalam, pada saat-
saat yang menentukan hidup dan mati, penguasaan atas
ruang dan waktu itulah yang menjadi penentu. Dalam
pertarungan yang berlangsung sangat cepat, sehingga tidak
bisa diikuti oleh mata, tenaga dalam hanya berguna untuk
saling mengimbangi kecepatan masing-masing. Namun
kemampuan untuk melihat, dan terutama membuat, ruang
sekecil apapun terbuka pada pertahanan, adalah kemampuan
mempermainkan unsur ruang, karena hanya perlu ruang
terbuka sebesar lubang jarum untuk melumpuhkan lawan,
yang sekali terbuka kesempatannya belum tentu akan kembali
lagi. Ketika harus secepat mungkin menembus pertahanan
yang terbuka sebesar lubang jarum itulah terletak permainan
waktu. Namun permainan ruang tidak selalu berarti pertahanan itu
tertutup dan keterbukaan adalah kelemahannya. Sebaliknya
permainan waktu tidak selalu berarti kecepatan bergerak yang
membuat pertarungan tidak bisa diikuti mata. Ruang dan
waktu adalah bahan perhitungan dalam permainan silat, dan
perhitungan itu dapat menghasilkan perwujudan yang tidak
disangka-sangka. Pendekar Satu Jurus mengalahkan Pendekar Lautan
Tombak bukan pada saat ia bergerak dengan kecepatan kilat,
melainkan sejak saat hanya berdiri dan tidak berbuat apapun
selain menunggu dengan kewaspadaan tinggi selama berhari-
hari. Naga Dadu bergerak lamban seperti menari, tetapi itulah
permainan waktu yang takbisa diatasi Serigala Putih, pendekar
perkasa dari mancanegara itu. Kecepatan waktu dapat
dimentahkan oleh keterbukaan ruang, sedangkan ruang
menjadi tertutup atau terbuka tergantung kemampuan
membaca ruang dan pembayangan atas suatu tindakan dalam
ruang waktu saat melakukan pertarungan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebetulnya ruang mengikuti waktu dan waktu mengikuti
ruang, karena ruang sebesar waktu dan waktu itu sebesar
ruang. Ini tidak menjadi mudah, karena besar kecilnya ruang
dengan begitu menjadi taktertakar kecuali kita berikan ukuran-
ukuran tersepakati, dan itu semakin membuktikan betapa
keberadaan ruang dan waktu sebetulnya tertentukan oleh
pengalaman. Maka, sepuluh tahun bisa berarti lama, bisa pula
berarti sebentar, tergantung takaran apa yang akan kita
berikan. Begitulah yang kualam i. Sepuluh tahun terasa sekejap,
karena selama sepuluh tahun itu aku tidak melatih ilmu
meringankan tubuh, tidak pula melatih ilmu tenaga dalam,
melainkan ilmu mengolah pernafasan.
Dalam olah pernafasan kutemukan diriku sebagai bagian
dari semesta, sedangkan ruang waktu semesta jelas
mengatasi ruang waktu bumi. Pada gilirannya, pernafasan itu
tidak kuolah lagi, hanya tersisa diri, tetapi diri yang telah
menjadi bagian dari segala sesuatu yang ada maupun tiada,
dari antara ada dan tiada maupun ketiadaan antara dari ada
dan tiada. Sampai tahap ini, ruang waktu teratasi dan barang
siapa bisa mengatasi ruang waktu, mestinya bisa mengatasi
ketubuhannya sendiri, yakni ketubuhan yang terikat ruang
waktu bumi. Aum! Dengarkanlah baik-baik wahai Jinaputra dari keluarga Tathagata badan itu menjadi delapan
delapan daun bunga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata nga telinga nga hidung nga mulut nga lubang dubur nga kemaluan nga delapan daun bunga menjadi tempat vajra-jnana
vajra-jnana berarti advaya-jnana
AKU telah mempelajari cakra dalam tubuhku sendiri. Badan
manusia dalam anuttaravoga memiliki empat cakra, yakni
maha-sukha pada ubun-ubun dengan 32 daun bunga;
sambhoga pada leher dengan 16 daun bunga, dharma pada
jantung dengan delapan daun bunga, serta nirvana pada
pusar dengan 64 daun bunga. Adapun cakra yang sedang
kuhidupkan dengan pernapasan tadi adalah dharma-cakra
pada jantung, yang penjelasannya dalam Heruka-tantra
seperti berikut: Di jantung terdapat dharma-cakra
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan delapan daun bunga
daun bunga membentuk visva-padma
atau berbentuk ganda yang satu menghadap ke atas
yang lain menghadap ke bawah
di dalamnya terdapat aksara
HUM yang menghadap ke bawah sedikit di atasnya terdapat bunga padma putih kecil
melambangkan alam raya atau brahmanda-sdrsa-karam di dalamnya terdapat kesadaran murni
atau vijnanam mewujud dan memenuhi segalanya
kesadaran murni mengenali segala hal
segala pengetahuan yang diperoleh tanpa belajar
atau svayambhu-jnana-dharam merupakan parameswara Jika dituruti, aku tidak ingin kembali ke dalam kehidupan
duniawi. Samadhi memberikan kepadaku ketenangan abadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Betapa seorang pertapa tiada akan berumah dalam keadaan
seperti ini" dari ujung lidah meluncurlah
OM berhenti dan diam di bawah padma menjadi surya bersinar terang karena cahaya lebur dan bersenyawa tercipta aksara AH dilepas meleburkan semua lenyap dan bersenyawa bersama peleburannya hingga tercipta wujud akhirnya
intan permata tiada tercela
Barangkali tidak adil, tetapi ingatan kepada kitab-kitab
keagamaan yang

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditinggalkan orangtuaku, membuat pendekatanku kepada ilmu silat berbeda sama sekali. Para
pendekar menafsirkan jurus sebagai jurus saja, tetapi aku
mengembalikannya kepada gerak. Jadi bagiku bagaikan tiada
ilmu silat selain pemahaman atas ruang, gerak, dan waktu.
Aku adalah tubuh di dalam ruang yang bergerak dalam waktu,
apabila ruang waktu menyatu, tubuhku melebur sebagai gerak
itu sendiri tanpa harus menggerakkannya. Gerak hanya
digerakkan oleh kehendak, tetapi kehendak di luar keinginan
dan tujuan, melainkan sekadar kehendak untuk bergerak
sebagai bagian gerak semesta. Tubuhku hanya ada sebagai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sarana gerak sahaja, ada atau tiada tubuhku, ia mengada
dalam gerak, dengan segala ke-tak-bergerak-annya.
Demikianlah diriku tinggal pikiran dan napas, yang
segalanya mengatur tubuh. Secepat aku berpikir, secepat itu
pula kemampuan gerak tubuhku. Napas menghidupi tubuh,
pikiran menggerakkan tubuh. Apakah dengan begini saja
cukup menghadapi Naga Hitam"
Seandainya sepuluh tahun terasa sebagai sepuluh tahun,
sebagai remaja 15 tahun tentu aku akan tersiksa memikirkan
kawan-kawan seperjalananku yang terpisah dibawa arus di
atas perahu tambang itu. Aku juga akan tersiksa memikirkan
nasib Campaka, dan barangkali juga telah kembali ke
Balinawan menengok Harini dan kitab-kitab dalam peti kayu
itu, tentu jika aku belum tewas di tangan Naga Hitam. Namun
sejak aku mampu membuka ruang dalam diriku dan
menempatinya, bukan saja waktu takterasa, melainkan waktu
menjadi tiada, karena ruang yang kubuka dalam diriku
bukanlah ruang dalam waktu.
DEMIKIANLAH aku belajar ilmu silat dengan cara yang
aneh, yang kutemukan secara tak sengaja ketika tak sadarkan
diri di tepi sungai itu. Ataukah seseorang telah sengaja
memberikannya untukku" Jika dia seorang guru, jasanya
terlalu besar untukku; dan jika dia seorang guru, bagaimana
caraku mengucapkan terimakasih kepadanya" Karena agaknya
dia telah mengikuti perjalananku. Bahkan tanpa kuketahui
mungkin sering menyelamatkanku. Pertanyaanku tentu:
Mengapa dia berbuat begitu"
Masalahnya, apakah masih penting ditanyakan kenapa"
Jika harus selalu ada sebab dari perbuatan baik seseorang,
apakah masih ada tempat bagi kebaikan itu sendiri"
Betapapun, siapapun dia, aku harus menghormatinya.
Tentang guru, kuingat dari bacaan:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di tempat tanpa guru satu kali pun nama Buddha
takkan terdengar para Buddha dari ribuan tahun
Pencapaian Kebuddhaan tergantung kepada guru Seorang murid harus mengabdi kepada guru. Aku juga
ingin mengabdi kepada hidup yang telah memberi banyak
pelajaran bagiku. Namun kini seseorang jelas telah
mengarahkan aku, bukan sekadar agar selamat dari ancaman
Naga Hitam, melainkan juga memberi pencerahan. Apakah
yang bisa lebih mencerahkan ketimbang kemampuan untuk
mengatasi ruang waktu" Tubuhku memang tidak mungkin
berada di luarnya, tetapi pengolahan nafasku telah membuat
pikiranku terbebaskan dari ruang waktu itu-ukuran ruang dan
waktu manapun takberlaku lagi bagiku. Luas sempit lama
sebentar hanyalah kupahami sebagai kesepakatan orang
banyak, tapi tidak untuk diriku. Sepuluh tahun memang tetap
sepuluh tahun waktu bumi, tetapi dalam samadhi aku
takterikat waktu bumi tersebut. Ruang berada dalam diriku,
bukan aku berada dalam ruang; dan dengan keberadaan
ruang dalam diriku maka aku pun memiliki waktuku seperti
yang kumau. Guruku itu, entah siapa dia, tidak pernah mengajari dan
hanya mengarahkan. Pada hari ketika aku pingsan, dengan
jernih kuhayati ilmu silatku sendiri dalam bayangan di balik
cahaya kemilau. Untuk selanjutnya, aku belajar dengan cara
yang sama, meski kemudian mengolahnya. Semuanya
mengarahkan aku kepada pendapatku sekarang, betapa
mempelajari ilmu silat sebetulnya harus juga berarti
mempelajari pemikiran yang telah melahirkannya. Tanpa hal
itu, ilmu s ilat hanya menjadi kekerasan tanpa keanggunan dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kecanggihan tanpa pesona. Tanpa seni, tanpa sastra, dan
tanpa filsafat. Dengan hanya mengemban kekerasan, ilmu silat menjadi
kasar dan tanpa cinta, menjadi sampah kebudayaan.
Dalam sepuluh tahun waktu bumi telah kutempa diriku
dengan kemampuan pembayangan dalam pertarungan. Makin
lama makin terbiasa, sehingga aku mampu mengolah cikal
bakal Ilmu Bayangan Cermin. Bukan hanya mampu membaca
dan lantas melakukan pembayangan, tetapi dari kemampuan
pembayangan atas jurus apa yang mesti kuberikan sebagai
tanggapan, karena kecermatan dalam menyerap jurus lawan,
bisa kukembalikan jurus yang sama, yang agar tidak hanya
bertabrakan, dan sebaliknya terjamin menembus pertahanan,
harus dikembalikan secara terbalik. Sama, tetapi seperti
kesamaan sebuah cermin, yakni serba terbalik.
Sebetulnya aku memang telah menguasainya dengan baik,
berdasarkan olah pembayangan dalam samadhi, tempat diriku
bisa bertarung melawan pembayangan suatu ilmu, tetapi tentu
saja aku belum puas jika belum mengujinya dalam
pertarungan sejati. Bukan sekadar karena keinginan
mengujinya, melainkan juga karena dengan pertarungan
sebenarnya aku akan menyerap ilmu silat lawan, suatu hal
yang harus dilakukan demi pembalikan jurus-jurusnya sendiri
secara mematikan dalam ketepatan terbalik bayangan cermin.
Sementara, olah pernafasan dalam samadhiku, dalam sepuluh
tahun dengan sendirinya telah meningkatkan ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalamku. Memang benar
pesan tertulis pada batu di dasar sungai itu: Perlu waktu
sepuluh tahun bagiku untuk siap menghadapi Naga Hitam.
Sekarang aku sudah tidak sabar lagi ingin segera
menghadapinya. (Oo-dwkz-oO) APABILA kemudian aku turun gunung tahun 786, ternyata
kekuasaan Mataram sudah berada di tangan Rakai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Panunggalan. Kekuasaan Rakai Panamkaran berakhir tahun
784. Berarti perubahan ini belum berlangsung lama. Apa yang
terjadi" Sejak dulu aku kurang peduli dengan pertarungan
kekuasaan di kalangan istana, apalagi sekarang ketika tanpa
terasa sepuluh tahun telah berlalu.
Pergantian kekuasaan itu baru kuketahui kemudian melalui
kedai, tempat terbaik untuk memasukkan diriku kembali ke
dalam peradaban. Ini berarti aku harus kembali memakan
daging, karena selama terpencil di puncak gunung aku hanya
makan tetumbuhan, apakah itu buah, daun, atau juga akar
tanaman, sedangkan sebuah kedai tak akan dikunjungi orang
kalau hanya menyediakan makanan dari bahan tetumbuhan.
Sebegitu jauh, aku tidak melihat alasan kenapa diriku harus
berpantang makan daging. Aku bukan seorang rahib, bukan
pula pedanda, meski bagiku hanya makan tetumbuhan selama
sepuluh tahun tidaklah bermasalah pula.
Begitu masuk, aku baru sadar keadaan diriku.
"Hai pengemis! Berani-beraninya kau masuk kedaiku!
Keluar!" Hmm. Inikah peradaban"
"Aku punya uang," kataku, mengambil mata uang upahku
sepuluh tahun lalu. Dalam pundi-pundi kulitku yang sudah
usang, terdapat mata uang campur aduk, dari emas, perak,
perunggu, tembaga, dan besi. Kuambil yang emas, kulempar
ke atas meja. "Bagaimana kalau pengemis itu bisa membayar dengan
emas," kataku tanpa nada tanya, karena kutahu daya pesona
emas yang takpernah terpadamkan.
Cepat sekali tukang kedai itu menyambar mata uang yang
bentuknya gepeng seperti dadu dengan sudut-sudut
membulat itu. Wajah yang semula angkuh itu menjadi ramah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Segalanya bisa dibeli dengan emas," katanya, "mau makan
apa?" "Apa pun yang bisa dimakan Bubukshah," kataku.
Itu berarti aku mau makan sesuatu dari daging.
"Hmm," pemilik kedai itu mengamatiku, "tapi sosokmu lebih
mirip Gagang Aking, dikau baru usai bertapa, atau barangkali
gagal bertapa?" Baru kusadari juga penampilanku yang hancur, karena
busanaku yang hancur dalam dua tahun telah kuganti dengan
kulit kayu, dan dari kulit kayu ke kulit kayu itulah busanaku
sampai hari itu. Untunglah busana ini tidak terlalu asing,
setidaknya para rahib ada yang memakainya. T epatnya rahib
dan orang-orang yang hidup di hutan.
Aku harus menghindari percakapan berkepanjangan.
"Berikanlah saja yang kuminta Bapak, atau emas itu harus
kuminta kembali?" "Dengan emas ini dikau bisa makan banyak," ujarnya
sembari menyiapkannya untukku, menciduknya dari deretan
kuali tanah liat di belakang dia berdiri.
Lantas tibalah dia di depan meja dengan sejumlah
mangkuk tanah liat yang padat berisi.
"INILAH rajamangsa, habiskanlah semua."
Saat itu aku belum pernah memakan rajamangsa yang
berarti santapan raja. Mengikuti peraturan, rakyat biasa
dilarang memakan santapan raja itu, karena memang tidak
boleh menyamai apa pun yang dilakukan raja. Kemungkinan
besar bahkan rakyat mana pun belum pernah melihat dengan
mata kepala sendiri santapan raja tersebut. Maka para juru
masak atau tukang kedai mencoba mereka-reka sendiri apa
yang disebut rajamangsa, sejauh seperti yang mereka pernah
dengar, dan tentu hanya mengira-ira saja rasanya. Itulah yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kumakan: Kambing yang belum keluar ekornya, dan satu lagi
kusuruh ambil kembali, karena belum tega memakannya,
yakni anjing yang dikebiri. Betapa tidak, karena aku sangat
menyayangi anjing, binatang yang paling setia, dan paling bisa
saling mengerti dengan manusia.
Orang-orang melihatku dengan pandangan bertanya-tanya.
Kali ini kurasa bukan karena busana kulit kayuku, melainkan
rambut dan wajahku yang sungguh tidak jelas ini. Aku makan
dengan rakus dan tidak peduli. Bunyi makanan masuk mulut
mungkin terdengar keras karena kuhirup tanpa mengunyahnya. Kulepas daging dari tulang di dalam mulutku,
dan tulang-tulangnya berloncatan keluar dari mulutku itu.
Memang sengaja. Biarlah mereka mengira diriku seorang
astacandala , daripada terus mengira-ira dan menyibukkan
aku dengan pertanyaan mereka.
Benar juga. "Astacandala, bagaimana mungkin martabatnya naik jika
makannya tak beradab begitu rupa. Tak adalah gunanya uang
emas bagi mereka, karena adab tetap sulit diangkatnya."
Aku pura-pura tidak mendengar, dan terus menghirup dari
dalam mangkuk dengan bunyi yang semakin sengaja
kukeraskan. "Sudahlah," kata kawannya, "mengapa lebih peduli kepada
astacandala takberguna, pikirkanlah dahulu urusan kita."
Orang tadi tampaknya belum rela berhenti menghinaku,
tetapi ia terpaksa kembali kepada perbincangan bersama
kawan-kawannya, yang rupanya dilakukan dengan berbisik-
bisik agar tidak diketahui orang lain.
Aku tetap menghirup makanan dengan bunyi keras, tetapi
segera kugunakan ilmu pendengaran Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang untuk mengetahui apa yang mereka
perbincangkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 45: [Aturan untuk Raja]
Meskipun mereka berbicara dengan perlahan dan nyaris
berbisik-bisik, dengan ilmu pendengaran Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang, segalanya begitu jelas seperti aku
berada di antara mereka. Dengan penyempurnaan melalui
olah pernafasan selama sepuluh tahun, sebetulnya ilmu
pendengaranku ibarat kata bukan hanya mampu mendengar
semut berbisik di dalam liang, melainkan juga ikan berbisik di
dalam air. Kendala semula bahwa ilmu pendengaran ini hanya
membaca gelombang bunyi di udara, kini mampu pula
menembus segala gerak di bawah permukaan air.
Tidak semua hal bisa kumengerti dari perbincangan itu,
terutama apabila mereka membicarakan masalah-masalah
yang hanya mereka sendiri yang tahu. Namun baiklah kucoba
mengambil kesimpulan dalam ketertinggalanku sepuluh tahun
terakhir mengenai berbagai perkembangan belakangan ini.
RUPA-RUPANYA mereka juga sedang mencoba merumuskan sesuatu, sebagai suatu tugas dari istana. Mereka
terutama sedang mencatat jumlah penduduk yang bertani,
dan bukannya berburu, atau hidup dari menangkap ikan.
Mereka mempermasalahkan tentang pembuatan sendiri
benda-benda yang semula hanya bisa mereka nantikan


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datangnya di pelabuhan. Mereka bicara tentang usaha menenun bahan pakaian
sendiri, maupun juga membuat sendiri secara besar-besaran
alat dari logam seperti kapak besi, mata tombak, pedang,
sabit, dan bajak; dan tidak mengandalkan barang-barang
sudah jadi yang selama ini datang dari wilayah utara.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka juga membicarakan perkembangan yang terjadi di
pantai utara Yawabumi, bahwa terdapat hubungan dengan
pusat-pusat peradaban baru di wilayah utara, seperti tampak
dari barang-barang dan berbagai pengetahuan baru yang
datang bersama kapal-kapalnya. Mereka juga mencatat bahwa
di pedalaman, terdapat perluasan pemukiman para petani,
yakni bahwa mereka menetap dan tidak berpindah-pindah
seperti seratus tahun sebelumnya. Pertanian tanaman
dilakukan secara tetap, meskipun penyaluran air berkembang
terbatas hanya di sekitar pemukiman mereka. Artinya negara
belum menanganinya secara menyeluruh dengan menyatukan
penyaluran air di seluruh wilayah kekuasaannya. Namun ini
mungkin disebabkan karena bersama dengan itu terdapatlah
keadaan yang tidak terlalu tenang, akibat perebutan
kekuasaan antara para penguasa wilayah yang masing-masing
mengukuhkan dirinya dengan gelar rakai.
Pajak, yang semula hanya terdengar dalam istilah drawya
haji, yakni sedikit kelebihan bahan pangan yang diberikan
setiap desa, kini didampingi istilah gawai haji, tenaga kerja
untuk kepentingan penguasa. Ini menyangkut jenis pekerjaan
seperti kerajinan gerabah, logam, termasuk emas, dan juga
pekerjaan seni seperti arca dari batu maupun logam, yang
juga diperlukan sebagai alat-alat upacara.
Aku mulai mendapat gambaran, ternyata menghilang
sepuluh tahun tidak membuat aku terlalu ketinggalan, karena
berbagai cita-cita kebudayaan, terutama cita-cita kenegaraan
dan keagamaan pada dasarnya telah menjadi perjuangan
sejak sepuluh tahun lalu. Adapun antara cita-cita kenegaraan
dan keagamaan itu dapat berlangsung sejalan maupun
kadang-kadang bertentangan, karena setiap penguasa
meskipun tidak akan menindas agama yang berbeda dengan
agamanya sendiri, akan tetap mendahulukan kepentingan
agama yang dipeluknya. Keadaannya sekarang, meskipun
agama Siwa masuk lebih dahulu, kini perkembangan agama
Mahayana, terutama dari aliran Tantrayana, pesat sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun ini tidak berarti agama Siwa pudar, seperti terlihat
dari persaingan pembangunan candi-candi. Di antara banyak
candi Mahayana, akan menyeruak candi Siwa, yang usaha
penggalangannya dapat berlangsung berpuluh-puluh tahun.
Itulah yang telah kukatakan, sepuluh tahun bisa lama, bisa
pula tidak berarti apa-apa. Berarti masih banyak perkara di
sekitar urusan sima, makin tegas tuntutan pajak berupa
tenaga terampil di segala bidang untuk membangun tempat
pemujaan, dan makin jelas betapa segalanya mewakili
kepentingan kekuasaan. Itu perkembangan dunia awam.
Bagaimana dengan perkembangan dunia persilatan" Rupanya
aku memang beruntung memasuki kedai pada saat yang
tepat, karena dengan segera bagaikan bisa mengejar segala
ketertinggalan. "Semua ini hanya bisa berjalan karena peranan Naga
Hitam," ujar seseorang.
"Apakah Naga Hitam yang menjadi penyebab keruntuhan
Panamkaran?" "Naga Hitam telah membangun jaringan dengan bantuan
kelompok Cakrawarti, yang hanya diketahui setelah para
pengawal rahasia istana berhasil membongkarnya."
"Tapi terlambat?"
"Terlambat, karena Panunggalan sudah naik takhta dan
meski Naga Hitam telah membantunya, Panunggalan tak sudi
mengenalnya. Makanya Naga Hitam tidak mendapat
kedudukan apa-apa, termasuk dalam pasukan kerajaan."
"Karena itu sekarang ia merongrong wibawa Rakai
Panunggalan." "Sebetulnya bukan Panunggalan yang meminta bantuan
Naga Hitam, melainkan kelompok Cakrawarti."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, Panunggalan dibantu Cakrawarti untuk menggulingkan
Panamkaran, dan Cakrawarti telah berhasil menggarap Naga
Hitam!" "Memang, tetapi bagi Panunggalan orang seperti Naga
Hitam, betapapun ditakuti dalam dunia persilatan, adalah
seorang candalaO" Saat itu mereka semakin merendahkan suaranya sambil
melirikku. Aku tetap makan dengan bunyi keras dan
bersendawa pula keras-keras seperti orang kurang beradab.
"Hoooiiiikkk..."
Kepala mereka tersentak mendengar bunyi sendawaku,
tetapi tetap meneruskan perbincangannya.
"Hmm. Caturwarnna ini menyulitkan orang-orang dengan
tingkat keterampilan tinggi, tetapi berasal dari kasta yang
rendah." "Itulah yang berlangsung di istana, tetapi di pedalaman
seperti ini, agama saja tidak jelas bagi penduduk untuk
memilih yang mana. Kadang mereka peluk kedua-duanya
begitu saja. Namun untuk permainan kekuasaan di istana,
syarat-syarat itu penting. Hanya kasta Ksatriya sahih berma in,
sedangkan kasta Brahmana dianggap tabu mempunyai minat
untuk kekuasaan itu."
"Datangnya Mahayana membuat para Brahmana harus
mempertahankan sesuatu."
"Karena Buddha menghapus kasta!"
"Itulah! Anehnya, di kalangan pemeluk Buddha pun kasta
Siwa dari masa sebelumnya kadang masih berlaku, meski
sejak dulu pun tidak diikuti dengan setia."
"Padahal Naga Hitam bukankah candala tanpa kasta!"
"Hah" Siapa dia?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia keturunan wangsa Sanjaya yang terusir semenjak
wangsa Syailendra berkuasa!"
"Bukankah wangsa Syailendra keturunan wangsa Sanjaya
juga?" "Itu yang kudengar, tetapi apa buktinya" Betapapun agama
keduanya berbeda." "Naga Hitam seorang pemuja Durga?"
"Naga Hitam" Dikau yakin orang-orang persilatan, dari
golongan hitam pula, memeluk kepercayaan tertentu" Aku
lebih percaya Naga Hitam itu setia kepada kepercayaan asli
Yawabumi." "Bukankah Sanjaya pemuja Siwa?"
"Naga Hitam merongrong siapapun yang berkuasa, dan
tidak ada penguasa yang mengutamakan kepercayaan asli
dengan candi-candinya yang membebani rakyat itu!"
"Kurasa kita tidak pernah tahu apa yang berada di dalam
kepala Naga Hitam, tetapi jelas ia mempunyai minat terhadap
kekuasaan, dan kali ini merasa tertipu oleh jaringan
Cakrawarti." "Sedangkan kelompok itu sekali menghilang susah dicari!"
Mereka masih bicara sementara aku menyimpulkan sendiri.
Naga Hitam boleh takterkalahkan di dunia persilatan, tetapi
seluk beluk tipu daya dalam perebutan kekuasaan tampaknya
bukan sesuatu yang dikuasainya. Ia bermaksud memanfaatkan jaringan Cakrawarti untuk menembus jalan ke
istana, sebaliknya kelompok itulah yang justru telah
memanfaatkannya. Panamkaran terguling, Panunggalan naik
tahta, Naga Hitam tidak diperhitungkan dalam pembagian
kekuasaan. Apakah jasa yang dibutuhkan dari seorang Naga Hitam" Ia
dibutuhkan untuk menjauhkan dunia persilatan, terutama para
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
naga, dari lingkaran dunia kekuasaan. Telah diketahui
bagaimana para naga ini sangat saling menghormati, sehingga
jika Naga Hitam menampakkan isyarat betapa permainan
kekuasaan dunia awam tidak perlu dicampuri, maka para naga
memang tidak akan mencampurinya. Bukan karena para naga
ini takut kepada Naga Hitam, tetapi sekadar karena tidak
merasa perlu bersengketa atas sesuatu yang tidak
menyangkut kepentingan mereka. Kepentingan para pendekar
hanyalah ilmu silat, kesempurnaan ilmu silat sebagai jalan
mencapai kesempurnaan dalam kehidupan, meski jalan yang
ditempuh itu menuju kematian. Hanya pendekar yang
takterkalahkan belum menemui kematian, padahal kematian
dalam dunia persilatan adalah penanda kesempurnaan. Maka
seorang pendekar akan terus menempuh pertarungan untuk
mencapai kesempurnaan dalam persilatan, apabila kemudian
ia menemui kematian dalam pertarungan, di sanalah hidupnya
tersempurnakan. Tentang Naga Hitam, jika memang pembelaannya terhadap
kepercayaan asli menjadi pendorong perjuangannya menentang penguasa yang merestui penyebaran, bahkan
memeluk, agama Siwa dan Mahayana, maka aku tentu sangat
menghormatinya. Namun sungguh terlalu banyak masalah
sulit dijelaskan, antara lain karena memang bercampur baur,
dalam permainan kekuasaan, apalagi karena segalanya
memang tergantung kepada perbincangan, yang bagaikan
selalu menghindari ketepatan dugaan.
"Apakah yang harus kita lakukan?"
Mereka semua untuk sejenak terdiam. Siapakah mereka"
Aku merasa mereka adalah orang-orang yang terpelajar,
dan barangkali pula bekerja untuk istana, karena kepada siapa
pula pekerjaan menghitung dan mengkaji dunia ini akan
mereka persembahkan"
Namun jelas mereka sendiri bukan bagian dari lingkaran
istana, meski keangkuhan sebagai warga kotaraja masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terbawa-bawa pula. Mereka jelas bukan petani, tetapi cara
berbusananya menurut aku cukup sederhana, meski bahan
busananya adalah pilihan, bukan berdasarkan kemewahan
melainkan kemungkinannya agar tahan lama. Wajah-wajah
mereka tampak seperti keturunan ningrat yang halus, tampan,
dan kuning langsat kulitnya, tetapi busananya bukan ringring
bananten dan bukan pula patarana bananten, kain berwarna
emas. Rambut mereka yang panjang di antaranya disanggul
dengan sisir kulit penyu. Namun selain itu mereka tidak
mengenakan perhiasan apapun. Kain yang mereka kenakan
tidak bergambar apapun. "Kita mengetahui segala hal yang tidak mereka ketahui, itu
berarti kita sebetulnya memiliki sebagian syarat kekuasaan,
tetapi kita tidak dikenal dan tidak mempunyai pengikut, dan
juga kita tidak menguasai ilmu keprajuritan maupun ilmu
persilatan." "Tapi Naga Hitam juga tidak menguasai ilmu keprajuritan."
"Makanya seorang Naga Hitam saja tidak cukup, perlu
seorang panglima yang mampu memimpin pasukan perang."
"Coba kita periksa Arthasastra dulu. Pertama adalah Aturan
untuk Raja." Mereka semua masih muda tetapi tampak dewasa,
mungkin antara usia 30 sampai 35. Kuperhatikan lagi,
perawakan mereka memang serba mulus, seperti tidak pernah
bekerja di ladang atau apapun yang membutuhkan tenaga
tubuh. Gulungan rontal salinan Arthasastra terbuka di meja.
Mereka semua jelas bisa membaca, karena bukan hanya
mampu, tetapi juga nyaris hafal di luar kepala segenap isi
Arthasastra melebihi yang telah kukenali selama ini. Berikut
adalah bagian yang mereka perbincangkan.
bila raja giat pengikutnya menjadi giat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengikuti keteladanannya bila ia lengah mereka ikut lengah bersamanya
dan mereka akan menghabiskan pekerjaannya
raja yang lemah akan jatuh ke tangan musuh-musuhnya
karena itu ia sendiri harus berdaya
membagi waktu s iang hari
menjadi delapan nalika atau bagian
begitu pula dengan waktu malam hari
melalui ukuran bayangan yang ditimbulkan matahari
suatu bayangan mengukur paurusa, satu paurusa dan empat angula
dan sore hari ketika bayangan menghilang
inilah empat seperdelapan bagian awal dari hari
pembagian dijelaskan seperti berikut
seperdelapan pertama dari hari
hendaknya mendengarkan tindakan yang diambil untuk kegiatan pertahanan
serta penghitungan penghasilan dan pengeluaran
seperdelapan kedua dari hari
hendaknya memperhatikan masalah warga negara dan orang desa
selama yang ketiga hendaknya mandi, makan, serta belajar
selama yang keempat hendaknya menerima pembayaran tunai
dan memberi tugas kepada para kepala bagian
selama yang kelima hendaknya berujuk-kata dengan dewan menteri
melalui surat dan menerima keterangan rahasia
yang disampaikan para mata-mata
selama yang keenam

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dipersilakan tamasya atau bersukaria sekehendaknya
atau berujuk-kata dengan siapapun yang dikehendakinya
selama yang ketujuh hendaknya memeriksa gajah-gajah,
kuda, kendaraan, dan pasukan selama yang kedelapan hendaknya membicarakan rencana ketentaraan
bersama panglima angkatan bersenjata
bila hari selesai hendaknya melakukan sandhya
(bersembahyang memuja Tuhan)
pada saat matahari tenggelam
selama seperdelapan bagian pertama malam hari
hendaknya ia menanyai para petugas rahasia
selama yang kedua hendaknya ia mandi, makan, dan belajar
selama yang ketiga hendaknya pergi tidur sambil mendengarkan
susunan bunyi yang indah baik nyanyian maupun keindahan suara-bunyi tanpa kata
selama yang keempat dan kelima
harap terus tidur sahaja selama yang keenam hendaknya ia bangun karena suara-bunyi keindahan
dan merenungi ajaran ilmu tentang kekuasaan
maupun tugas yang telah dilakukan
selama yang ketujuh hendaknya berujuk-kata dengan para penasehat
dan mengirimkan para petugas rahasia
selama yang kedelapan ia hendaknya menerima restu
dari para pendeta, penasehat, para guru,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertemu dengan tabib, kepala masak,
dan juru ramal perbintangan
setelah menghormati sapi dengan mengitari seekor sapi betina,
anak sapinya, dan sapi jantan
hendaknya ia menuju ke ruang pertemuan
atau hendaknya ia membagi siang dan malam
dalam bagian yang berbeda
sesuai dengan kemampuan dan penyelesaian tugas-tugasnya
sampai di ruang pertemuan
hendaknya ia mengizinkan tanpa batas
mereka yang ingin menemuinya
berkaitan dengan masalah mereka
karena seorang raja yang sulit dihubungi
akan melakukan kebalikan dari apa yang harus dilakukan
dan tidak harus dilakukan
oleh mereka yang dekat kepadanya
sebagai akibatnya ia mungkin terpaksa menghadapi pemberontakan atau ditundukkan musuh-musuhnya
karena ia harus memperhatikan dewata,
pertapaan, vidharma , brahmana ahli Veda,
ternak dan tempat-tempat suci,
kanak-kanak, orang tua yang sakit,
yang sedih, yang takberdaya,
dan para wanita menurut urutan ini atau sesuai dengan pentingnya masalah
ia hendaknya mendengarkan setiap hal yang mendesak
dan tidak menundanya karena yang ditunda menjadi sulit ditangani
bahkan tidak mungkin diselesaikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia hendaknya memperhatikan
masalah orang-orang yang pakar dalam Veda
dan para pertapa setelah pergi ke api pemujaan
bersama para pendeta dan penasehat
setelah bangkit dari duduknya
dan memberi salam kepada para pelamar
ia hendaknya memutuskan tentang para pertapa dan para pakar dalam kerja sihir
setelah berujuk-kata dengan pakar ketiga Veda
bukan seorang diri sahaja
karena mereka mungkin marah pula
bagi seorang raja sumpah sucinya adalah kesediaan bekerja
pengorbanan dalam urusan pemerintahan
adalah pengorbanan sucinya
imbalan dari pengorbanannya
adalah sikap yang adil dan upacara pendewasaan dalam pengorbanan
baginya adalah penasbihannya
kebahagiaan rakyatnya adalah letak kebahagiaan raja
apa yang berguna bagi rakyat
juga berguna bagi dirinya sendiri
apa yang berharga bagi dirinya sendiri
belum tentu bagi negara apa yang berharga bagi rakyatnya
adalah berguna bagi dirinya
maka hendaknya raja giat memajukan kesejahteraan
akar kesejahteraan adalah bekerja
sedangkan malapetaka adalah kebalikannya
tiadanya kerja menghancurkan yang telah didapat
maupun yang belum diterima
melalui kerja diperoleh imbalan
dan ia akan mendapat limpahan kekayaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka berdebat. Mereka seperti para pemikir, tetapi bukan
jenis yang mengabdikan seluruh hidupnya kepada raja.
Sebaliknya mereka seperti menggugat dan dengan pemikirannya membongkar segala sesuatu yang selama ini
terlanjur dianggap sebagai kebenaran, yang ternyata hanyalah
bangunan nilai yang terlanjur disepakati sebagai kebenaran.
Pemikiran mereka menarik, meski berprasangka baik terhadap
Naga Hitam menurut pendapatku jika tidak didasari
pengetahuan mendalam atas tokoh tersebut dapat berbahaya.
Perkiraanku semula bahwa mereka seperti mendapat tugas
dari istana jadi meragukan. Namun jika memang demikian,
kurasa mereka terpaksa menyimpan banyak hasil kerja
mereka untuk diri mereka, terutama tidak memberikan
pendapat mereka sendiri, jika masih ingin kepala mereka tidak
lepas dari badannya. Aku ingin sekali bergabung. Namun mereka telah
mengatakan diriku ini seorang astacandala. Aku tertawa dalam
hati, tetapi juga sedih, merana, dan merasa sendiri, meski
kuingat kata pasangan pendekar yang mengasuhku, bahwa
jalan hidup seorang pendekar adalah jalan kesuny ian, tempat
seseorang hanya ditemani dirinya sendiri.
Isi perdebatan mereka tentang persyaratan seorang raja
memerintah atau tidak, sudah bukan urusan penting lagi
bagiku, karena kupikirkan tentang Naga Hitam. Apakah dia
masih mencari dan mengirimkan orang-orangnya untuk
memburu aku" Sebelum mencari dan menantangnya
bertarung, aku harus mengetahui dahulu segala sesuatu
tentang Naga Hitam itu, yang akan kuanggap sebagai jalan
masukku ke dalam dunia persilatan.
Namun kepada siapakah aku harus bertanya" Aku tidak
dapat mempercayai para juru cerita, karena demi kepentingan
mereka sendiri biasanya cerita itu sudah dilebih-lebihkan
sebagai bagian dari pertunjukan. Jika bertanya kepada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seseorang yang dianggap mengerti, tidak ada jaminan betapa
kisah yang disampaikannya itu mendekati kenyataaan. Apakah
itu berarti aku harus memata-matainya sendiri" Bagaimana
caranya" Apakah itu harus berarti menyatroni perguruannya
atau menguntitnya ke mana pun dia pergi" Ataukah aku harus
berpura-pura menjadi muridnya saja"
Kedai makin ramai, ketika dari luar datang lagi orang-orang
lain. (Oo-dwkz-oO) Episode 46: [Pembunuhan dan Perselingkuhan]
ROMBONGAN yang masuk itu segera saling berpandang-
pandangan dengan kelompok yang sedang kucuri dengar
pembicaraannya. Kutatap sekilas, tampaknya mereka saling
mengenal, setidaknya saling mengetahui diri mereka masing-
masing. Namun kenapa mereka tidak saling bertegur sapa"
Kulihat kuda mereka di luar berdampingan dengan kuda dari
rombongan yang datang sebelumnya. Pengurus kuda yang
disediakan kedai langsung memberinya makan. Dengan
kelelahan kuda yang seperti itu, kuperkirakan mereka datang
dari kotaraja. Waktu mereka memandangku, masih kuperagakan perilaku
yang seperti tidak mengenal peradaban. Aku bersendawa
keras, lantas kumur-kumur dengan arak yang tadi telah
diantarkan, lantas menyemburkannya di situ juga.
"Astacandala..."
Kudengar seseorang berkata.
"Kalau Buddha memang mau menghapus kasta, orang
seperti itu bisa jadi raja memimpin kita..."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hmm. Jadi mereka mungkin pemuja Siwa, yang di
Yawabumi tidak juga berlaku tepat kekastaannya.
"Bapak," kata salah seorang di antara mereka yang baru
datang itu, kepada pemilik kedai, "bagaimana orang seperti ini
bisa masuk kemari?" Pemilik kedai itu menjawab, aku suka karena jawabannya
tegas. "Kedai ini terletak di luar kota, terlalu jauh dari kotaraja,
hukum kota tidak harus berlaku di sini. Siapapun berhak
makan, minum, duduk, dan bercengkerama di kedaiku, selama
dia sangup membayar."
Saat itu aku meletakkan sekeping mata uang emas di atas
meja. "Beri aku arak lagi," kataku keras, agar juga menjadi jelas
bagi mereka, bahwa orang yang mereka anggap tidak
berharga mungkin saja lebih kaya dari mereka.
Lantas aku menggeletakkan diri di atas bangku, pura-pura
tertidur karena mabuk maupun kekenyangan, mendengkur
dengan mulut terbuka. Ssstt! Jangan cari perkara dengan sembarang orang," kata
kawannya, "yang disebut orang-orang persilatan
itu bertebaran di luar kota, dan mereka senang dengan keributan,
sehingga bisa mencoba ilmu silatnya. Mereka sangat mahir
memainkan senjata." "Tidak ada yang mencari keributan, hanya taktahan karena
terganggunya pemandangan," sahut yang diperingatkan itu.
Rupanya taktahan mulutnya untuk tidak menghina. Sejauh
yang kuketahui, itulah sumber kejatuhan orang-orang yang
merasa dirinya pandai, dalam ilmu persilatan maupun ilmu
pengetahuan. Ini bukan sekadar masalah budi pekerti,
melainkan syarat mutlak pemahaman atas akal budi, yang
sebenarnyalah tercakrawalakan oleh wacana pengetahuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semasa, yang dalam pemahaman setiap orang hanya akan
membentuk dan dibentuk ke-sudut-pandang-annya sendiri. Ini
berarti tidak ada ilmu pengetahuan yang paling sahih, selain
kesahihan dalam kesepakatan tertentu, misalnya kesepakatan
antara para ilmuwan. Suatu hal yang terutama justru harus
dipahami oleh mereka yang menempuh jalan kecendekiawanan di Yawabumi.
Mereka segera memojokkan diri di sebuah sudut, bukan
sekadar menjauhi suara dengkurku, tetapi juga ingin
membicarakan sesuatu secara lebih bebas. Bukan aku yang
mereka hindari, melainkan kelompok yang telah lebih dulu
berada di kedai. Mereka berbisik-bisik juga, tetapi tiada yang
bisa lebih jelas lagi bagi ilmu pendengaran Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Lubang.
"Masalah kasta dikau kemukakan pula! Sementara dikau
pahami betapa Arthasastra pun masih harus ditafsirkan
sebagai hukum yang berlaku di Yawabumi. Apalagi sumber-
sumber hukum kita bukan hanya Arthasastra, melainkan juga
Dharmasastra, Sarasamuccaya, Svayambhu, Sivasasana,
Purvadhigama, Devagama, dan Kutara-manava."
Kawannya yang lain menimpali.
"Memang, dan kita jangan terlalu percaya keaslian segenap
sumber itu. Perhatikanlah bahwa Svayambhu berasal dari
Svara Jambu, taklebih takkurang terjemahan dari delapan
kitab Manava-dharmasastra. Hanya bagian terakhir jelas
berbeda dengan aslinya."
"Ya, seperti Purvadhigama yang pada bagian akhir disebut
Sivasasana-saroddhrta, mungkin maksudnya cara penulisan
berbeda saja dari Sivasasana."
"DAN Kutara-manava sebagian besar terpengaruh Manava-
dharmasastra."

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka lantas tenggelam dalam perdebatan masalah
hukum, bahwa tidak semua hal yang berlaku bagi pemeluk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siwa di tanah asalnya, yakni Jambhudvipa, harus berlaku pula
dalam penerapannya di wilayah Suvarnadvipa atau Suvarnabhumi, termasuk dalam hal ini Yawabumi. Sebelum
gelombang kepercayaan kepada Siwa maupun Mahayana
menyapu pulau ini, sudah terdapat hukum adat dan kebiasaan
yang berlaku bagi penduduknya. Dalam penerapan hukum,
dan kemudian penulisannya, hukum penduduk setempat yang
berlaku tidak hanya takbisa begitu saja dihapus, sebaliknya
bahkan berpengaruh dalam penyesuaian sebagian besar
peraturan-peraturan hukum yang datang dari luar tersebut.
Dalam Kutara-manava-sastra sendiri, demikian kudengar
perbincangan mereka, perbedaan ini malah dijelaskan di
dalamnya dengan terdapatnya suatu perbandingan, yang
tertulis seperti berikut:
"Seekor kerbau atau sapi, dalam suatu perjanjian,
ditebuskan kepada pemberi utang, jika tidak ditebus dalam
tiga tahun. Ini yang berlaku dalam Kutaragama. Menurut
Manavagama, lamanya adalah lima tahun. Salah satu di antara
yang dua ini harus diikuti. Adalah keliru untuk menyangka,
betapapun, bahwa kitab-kitab hukum ini salah satunya lebih
baik dari yang lain, kedua-duanya sah. Manava-sastra
disampaikan oleh Maharaja Manu yang bagaikan dewa Wisnu.
Kutara-sastra disampaikan oleh Bhrgu dalam Tetrayuga; ia
(juga) bagaikan dewa Wisnu; Kutara-sastra diikuti oleh
Parasurama dan seluruh dunia, bukan buatan masa sekarang,
tetapi...6) Perbandingan antara Manava-sastra dan Kutara-sastra di
berbagai tempat, menjelaskan judulnya yang menjadi Kutara-
manava-sastra, yang jika memang keduanya bersumber dari
negeri-negeri tempat igama Hindu bermula, yakni Jambhudvipa, justru di tempat asalnya judul semacam itu
tiada. Memang rujukan kepada Manava-sastra karya Manu
lebih sering, dan jika Kutara-sastra dicari sumbernya ternyata
sulit ditemukan. Penyebutan Parasurama membuatnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mungkin untuk menghubungkannya dengan Kuthara, tetapi ini
juga tidak menghubungkannya kepada suatu karya asli
manapun. Sementara Manava-sastra terhubungkan dengan
Manava-dharmasastra atau Manu-samhita yang terkenal, dan
berbagai bagian mengacu kitab-kitab hukum lain dari
Jasmbhdvipa, mulai dari Svara Jambu sampai Manusasana,
Brhaspati-samhita, Pancasadarana, Jivadana, dan Devagama,
yang sebagian juga beredar di Yawabumi. Kitab-kitab hukum
lain yang beredar di Yawabumi seperti Devadanda dan Sara-
Samuccaya, juga menjadi acuan Kutara-manava-sastra.
Sementara aku pura-pura mendengkur, tetap kuikuti
perbincangan mereka tentang hukum, yang entah kenapa
memberikan kepadaku suatu pembayangan untuk mengolah
ilmu persilatan. Kata kuncinya adalah perubahan dan
penyesuaian. Jika kepastian hukum pun demi keadilan dapat
diubah dan disesuaikan, mengapa hal yang sama tidak dapat
dilakukan dengan ilmu persilatan yang harus membayar
kesalahan terkecil dengan kematian" Tentu dalam pendalaman
selama sepuluh tahun telah kukembangkan segala kemungkinan, sehingga jurus yang satu dapat kubelah
menjadi seribu; tetapi kemungkinan penyesuaian dalam
hukum bagai membuat percobaan-percobaanku dalam
persilatan lebih tersahihkan. Sesuatu yang baru memang tidak
langsung akan bisa diterima.
Namun aku dapat belajar dari persoalan hukum. Dalam
perbincangan mengenai Kutara-manava-sastra oleh orang-
orang yang mampir di kedai ini, dapat kuikuti bagaimana
mereka membahas peraturan-peraturan secara rinci. Kitab itu
membagi peraturan-peraturan menjadi dua bagian besar,
Hukum Perdata dan Hukum Pidana. Adapun yang terutama
segera terdapat dalam kitab dan dibahas adalah perumusan
tentang pembunuh: (1) Ia yang membunuh orang tak bersalah;
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(2) Ia yang menghasut orang lain untuk membunuh orang
yang takbersalah; (3) Ia yang melukai orang takbersalah;
(4) Ia yang makan dengan pembunuh;
(5) Ia yang tetap berteman dengan seorang pembunuh;
(6) Ia yang berbuat baik kepada seorang pembunuh;
(7) Ia yang memberi naungan bagi seorang pembunuh;
(8) Ia yang menawarkan bantuan kepada seorang
pembunuh. Dalam hal ini, hukum yang berlaku di Jambhudvipa,
disetujui pula berlangsung di Yawabumi. Seperti juga hukum
yang berlaku untuk pencuri, yang juga dibagi delapan, dan di
antaranya terdapat yang dianggap aneh bagi orang-orang
yang sedang kucuri dengar perbincangannya itu, yakni bahwa
isteri dan anak-anaknya harus ikut menanggung ia punya
kesalahan. Disebutkan misalnya, orang yang melakukan
pencurian bukan saja mungkin dihukum mati, tetapi isteri dan
anak-anaknya bersama dengan seluruh hartanya menjadi milik
raja. Namun seorang pencuri dapat membeli hidupnya dengan
membayar 40.000 kepada raja, dan membayar ganti rugi
kepada pemilik barang-barang yang dicurinya itu sebanyak
dua kali harga barang-barang tersebut. Ia yang menghasut
orang lain untuk mencuri juga layak dihukum mati. Isteri dan
anak-anaknya dapat lolos dengan denda yang besar, tetapi
jika mereka juga bersalah karena ikut menghasut, mereka
dimungkinkan untuk dihukum mati.
"Hukum semacam ini tidak masuk akal, seperti juga banyak
terjadi dengan ayat-ayat yang lain," kata seseorang,
"barangkali kita harus mengusulkan untuk dirombak
secepatnya. Ini masih hukum yang berlaku di Jambhudvipa!"
"Tapi tidak semuanya berlaku di sini, sebagian juga sudah
disesuaikan dengan kehidupan di Javadvipa!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kurang! Kurang! Pengaruh agama terlalu kuat sekarang!
Kubayangkan hukum yang membumi! Perhatikan hukum
untuk pembunuhan antar kasta ini. Jelas sulit berlaku bagi
mereka yang tidak memeluk Siwa, mau dianggap apa mereka
yang berada di luar kasta?"
"Candala!" "Candala bagi Siwa! Bagaimana kalau pelakunya bukan
pemeluk Siwa, tetapi kepercayaan mereka sebelum Siwa
tiba"'' "Mahayana nyatanya juga berkasta di Javadvipa!"
"Ya, tetapi kasta di sini tidak terlalu sama dengan
Jambhudvipa!" "Jangan terlalu cepat bicara, hukum kita sekarang, meski
bersumber dari Jambhudvipa, telah diubah seperlunya.
Perhatikan saja!" Hmm. Siwa dan Mahayana, bagaimana mereka bisa saling
melepaskan diri, jika kelahiran Pangeran Siddhartha di Taman
Lumbini, tempat Ratu Maya berdiri di bawah pohon plaksa
sembari tangan kanannya berpegangan ke salah satu cabang
ketika melahirkan puteranya itu, ternyata ditampung lengan
Indra dan Brahma, dewa-dewa dari igama Hindu sendiri"
Lagipula tidakkah Maheswara, Dewa Siwa itu sendiri, yang
dikawal ribuan dewa menyatakan penghormatannya, ketika
meminta Raja Suddhodana membawa Sang Boddhisattva ke
kuil pemujaannya" Bahkan dikisahkan betapa patung-patung
dewa meretak, meremuk, dan menghancurkan diri mereka
sendiri agar bisa bersujud ke kaki Boddhisatva.
Meski kutulis kalimat-kalimat mereka dengan tanda seru,
sesungguhnyalah mereka berbisik-bisik sahaja. Kuikuti terus
bagaimana dengan cermat mereka mengeja segala sesuatu
yang tertulis dalam lontar yang mereka gelar. Mereka sedang
membahas hukum yang berlaku bagi penistaan atau
penyerangan antarkasta, yang mengacu kepada Vakparusya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan Dandaparusya. Segera bisa terbaca apa yang dianggap
sebagai ketidak adilan tersebut, karena rujukan kepada adat
yang diturunkan dari igama Hindu.
Jika penyerang dan yang diserang berada di kasta yang
sama, denda hanyalah 250, tetapi yang berikutnya tersusun
seperti ini: Penyerang Diserang Hukuman Denda
Brahmana Ksatriya 1.000 Brahmana Waisya 500 Brahmana Sudra 250 Ksatriya Brahmana 2.000 Ksatriya Waisya 1.000 Waisya Brahmana 5.000 Waisya Ksatriya 2.000 Waisya Sudra 1.000 Sudra Brahmana Mati Sudra Ksatriya 5.000 Sudra Waisya 2.000 Peraturan ini mengikuti Manu-samhita Pasal VIII Ayat 267-
269. Ketika dibandingkan dengan hukum yang berlaku di
Yawabumi selama ini, yakni Kutara-manava-sastra, ternyata
diikuti sama persis, kecuali bahwa terdapat penambahan,
yakni bahwa candala yang menistai Brahmana hukumannya
adalah juga Mati. Mereka mengamati bahwa peraturan di
sekitar hukum pidana akibat penyerangan, mencederai,
pencurian, perampokan, penjarahan, pencurian ternak,
perusakan atau penghancuran harta benda, dan perselingkuhan diambil langsung dari Manu-samhita dengan
sangat sedikit perubahan. Hukum pidana ternyata juga
diberlakukan bagi penyihiran dan perdukunan. Sabda Manu
yang terkenal, "Dengan anggota tubuh mana pun seseorang
dari kasta rendah melukai seseorang dari kasta di atasnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahkan anggota tubuh itu harus dipotong", telah dikutip dan
diterjemahkan dari bahasa Sansekerta ke bahasa Kawi dengan
penjelasan mengenai jenis anggota-anggota tubuh tersebut.
Setelah membahas seluruhnya, kelompok ini membuat
sejumlah catatan tentang hukum di Yawabumi, dalam
perbandingan dengan sumbernya di Jambhudvipa.
Pertama, bahwa peraturan tentang pembunuhan dan
pencurian jauh lebih lengkap dari yang bisa ditemukan dalam
kitab-kitab hukum Jambhudvipa. Bahkan para pakar hukum
Javadvipa memperkenalkan dua ketentuan baru, yakni (1)
bahwa kejahatan terbagi antara sekutu dan kawan-kawan
sang penjahat; dan (2) bahkan anggota keluarga penjahat,
dalam masalah pencurian, dan orang yang menghasut atau
mengarahkan seseorang kepada kejahatan, juga mungkin
mendapat hukuman. Kedua, hukum pidana di Yawabumi memperlihatkan,
gagasan lama bahwa penyerangan lebih merupakan kesalahan
daripada kejahatan, ternyata belum sepenuhnya mati. Maka
dibandingkan dengan hukum yang berlaku di Jambhudvipa,
hukuman denda lebih sering diberlakukan di Yawabumi,
sebagai ganti hukuman mati atas kejahatan yang sama di
Jambhudvipa. Mereka lantas membahas sejumlah contoh. Dalam Manu-
samhita Pasal VIII Ayat 295-296, kematian yang disebabkan
oleh ketergesaan dalam berkendaraan dianggap sebagai
kejahatan murni, tetapi yang dalam kitab hukum di Yawabumi
atau Javadvipa mendapat tambahan: Bahwa suatu ganti rugi
harus dibayarkan kepada yang berhubungan darah dengan
korban tewas, jika ia seorang yang bebas; dan kepada
pemiliknya, jika ia seorang budak.
Simpulan yang sama berlangsung dari hukum-hukum
tentang perkara perselingkuhan, ketika denda terutama
merupakan ganti rugi bagi suami yang dilukai hatinya dalam
hukum Manu, sedangkan bagi hukum yang berlaku di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Javadvipa yang belakangan ini berhak membunuh yang
bersalah jika memang menangkap basah. Seperti dalam kasus
pencurian yang bisa diganti denda sebesar nilai benda yang
dicuri, tapi dilipat duakan oleh para pakar hukum Yawabumi,
begitulah rupanya yang telah berlangsung dalam perkara ini.
KETIGA , meskipun hukum di Jambhudvipa maupun
Yawabumi membuat pembedaan berdasarkan kasta, pemberian hukuman bagi berbagai penyerangan dalam hukum
Yawabumi terdapat perkecualian di sekitar pembunuhan dan
pencurian. Dengan kata lain, segenap penjahat di Yawabumi,
ketika dituduh membunuh atau mencuri, diperlakukan sama
tanpa memandang kastanya; sedang di Jambhudvipa,
pertimbangan kasta berlaku sebelumnya, meski untuk kedua
jenis kejahatan ini. Sementara mereka masih terus berdebat bahwa segenap
perkecualian ini kurang memuaskan, aku merasakan
terdapatnya suatu pertarungan dalam diam yang tidak kalah
serunya dengan pertarungan dalam dunia persilatan. Mereka


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang datang menyeberangi samudera dengan kapal-kapal
besar membawa kebudayaan, tetapi mereka yang telah lama
bermukim di pulau ini berabad-abad lamanya juga telah
memiliki kebudayaan. Dalam pergulatan antarwacana dalam
perjumpaan kebudayaan, gagasan-gagasan terbaik saling
berjuang untuk membebankan maknanya masing-masing,
yang berlangsung terus menerus tanpa putus dalam
perjalanan waktu. Sehingga tiada gagasan yang akan tetap
tinggal tetap dan menjadi kuasa, karena keberadaannya hanya
dapat dipertahankan jika menerima tawaran gagasan mereka
yang terbawahkan. Aku masih berlagak mendengkur, tetapi suatu gagasan
melentik dalam kepalaku. Apakah aku masih penasaran untuk
menantang Naga Hitam" Barangkali. Karena aku memang
tidak sudi dikejar dan diburu seperti seekor tikus yang
melarikan diri dari incaran burung elang. Namun suatu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keinginan, suatu kehendak, suatu gagasan meruyak dan
menguak bagaikan kawah menggelegak.
Bayangan tentang kapal-kapal telah memberikan kepadaku
khayalan tentang negeri-negeri yang jauh dari mana kapal-
kapal itu mungkin berasal. Aku harus segera menuju pantai
utara! Aku harus melihat kapal-kapal besar dengan orang-
orang mancanegara yang datang bersamanya! Aku ingin
melihat kapal! Aku ingin melihat laut! Aku ingin menyeberangi
samudera! Menuju tanah-tanah di seberangnya!
Aku masih memejamkan mata. Kuingat-ingat kembali
tujuanku memasuki kedai ini. Hmm. Aku masih harus bersabar
sebelum berkelebat pergi. Aku tidak hanya ingin mengenal
hukum yang berlaku pada masa kiniku, tetapi juga segalanya
yang terjadi dalam sepuluh tahun ini. Betapapun, meski telah
dinista dan dihina sebagai candala tanpa kasta, biarlah, aku
merasa beruntung telah memasuki warung ini. Kuikuti terus
perbincangan mereka, yang kini telah memasuki masalah
hukum tentang perempuan dan perbudakan.
(Oo-dwkz-oO) Episode 47: [Hukum Manusia, Hukum Kehidupan]
Perkawinan seorang perempuan didahului oleh pembayaran
sulka atau mahar oleh pengantin lelaki. Penerimaan harga ini
oleh pihak perempuan, membuatnya menjadi wajib dan sahih
untuk menikahkannya kepada pengantin lelaki. Jika ayahnya
menikahkan perempuan tersebut kepada yang lain, atau tidak
memberi tahu bahwa perempuan itu menikah dengan orang
lain, ia takhanya harus mengembalikan mahar yang telah
diterimanya sebanyak dua kali lipat, tetapi juga didenda
40.000 oleh raja. Perempuan itu dan suaminya masing-masing
didenda dengan jumlah yang sama. Jika pengantin lelaki,
setelah pembayaran, menolak atau gagal menikahi pengantin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perempuan dalam lima bulan, bayaran itu tetap menjadi hak
pengantin perempuan sebagai miliknya yang sah. Di pihak
lain, jika ia menjamah perempuan itu sebelum hari yang
ditentukan, ia tidak hanya kehilangan mahar, tetapi juga
didenda 40.000. Jika pengantin perempuan meninggal setelah
pembayaran, adik lelakinya, jika menghendaki, dapat
mengakui pengantin perempuan sebagai miliknya.
Namun seorang perempuan disebut sah untuk menolak
pernikahan dengan orang cacat tubuh, sakit jiwa, lemah
syahwat, atau sakit ayan. Dalam hal ini, ia cukup hanya
mengembalikan mahar itu. Hukum tidak menyebutkan
pembatasan sehubungan dengan derajat larangan dalam
perkawinan, kecuali bahwa seseorang akan dihukum jika
menikahi anak tiri perempuannya.
"MENURUT Vratisasana, lebih banyak lagi hubungan-
hubungan yang terlarang untuk perkawinan," seorang di
antaranya menekankan. "Makanya, nah coba perhatikan ini: Agar menjadi resmi,
pencatatan oleh kepala desa harus dianggap penting."
"Maksudnya kepala desa itu dianggap mengenal warga
desanya, siapa saling terkait dengan siapa, begitukah?"
"Mungkin saja, setidaknya tidak akan terjadi pernikahan
antara mereka yang tidak diketahui asal-usulnya."
"Bagian mana tambahan adat Yawabumi kepada hukum
Jambhudvipa?" Mereka tenggelam dalam perbincangan hukum, dan aku
berenang dalam lautan pengetahuan yang jarang kudengar.
Apalah yang akan diketahui seseorang yang hidup dalam
dunia persilatan bukan"
Pendasaran atas hak seorang dara untuk menolak
pernikahan dengan seorang lelaki, juga membuat dia berhak
untuk menuntut perceraian meski sete lah perkawinan dijalani
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan hubungan badan, bahkan meskipun sekadar hanya
karena perempuan itu tidak suka kepada yang lelaki. Begitu
pula ayah dari gadis itu dapat membatalkan perkawinan jika ia
tidak suka kepada menantunya, tetapi dalam kedua perkara ini
segenap mahar dikembalikan kepadanya, dan sejumlah
upacara harus dijalani sebelum perkawinan secara sah
dibubarkan. Bunyi peraturannya seperti berikut.
Untuk perceraian dibutuhkan empat hal:
(1) pengumuman tentang perceraian;
(2) pematahan mata uang ketika suami melakukan
pengumuman; (3) pemberian air untuk cuci muka;
(4) pemberian beras. Ini dianggap sebagai bukti-bukti berlangsungnya perceraian. Keempat hal tersebut menunjukkan bahwa
perkawinan dianggap bubar secara sah, tetapi tidak jika
sebaliknya. Jika seorang perempuan menikah lagi tanpa
pernah melalui upacara tersebut, maka suami barunya akan
didenda 40.000. Lebih jauh, seorang perempuan dapat
menceraikan suaminya, sebelum perkawinan dijalani dengan
hubungan badan, hanya dengan cara membayar dua kali
harga mahar, tanpa harus menjalani upacara pembuktian
resmi. "Coba lihat! Ini tak ada dalam hukum Jambhudvipa
manapun! Ini hukum adat Yawabumi!"
"Malah berlawanan dengan semangat dan ketentuan
hukum Hindu!" "Ya, tapi tetap saja pengaruhnya besar!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lantas mereka perbincangkan sejumlah peraturan, seperti
hukuman berat bagi lelaki yang mengawini perempuan sudah
bersuami, sementara suaminya masih hidup. Suami yang
isterinya disambar ini berhak membunuh pasangan baru
tersebut, atau menerima denda 40.000. Dalam hal ini, bahkan
saksi-saksi pernikahan yang belakangan pun wajib dihukum.
Namun dalam sejumlah kemungkinan, perempuan yang sudah
bersuami bahkan dapat mengambil suami lain, setelah
menunggu suami sendiri yang pergi untuk waktu yang tercatat
seperti berikut: Keadaan Suami Masa Menunggu
1.Pergi ke luar negeri demi pertunjukan suci atau tugas
agama, penebusan dosa, atau kerja baik yang lain. 8 tahun
2.Pergi ke luar negeri untuk belajar hukum. 6 tahun
3.Pergi ke luar negeri untuk berdagang, penjelajahan laut,
atau mencari kekayaan 10 tahun
4.Pergi ke luar negeri untuk menikahi seorang isteri kedua
3 tahun 5.Melakukan perjalanan ke negeri- negeri yang jauh. 4
tahun 6.Jika suaminya pergi, tetapi tidak termasuk ketentuan 2,
3, dan 5 di atas. 4 tahun
7.Jika suaminya gila, ayan, lemah syahwat, atau tidak
memiliki kemampuan seorang lelaki. 3 tahun
8.Jika suaminya hilang, meninggal dalam perjalanan,
menjadi rahib, atau lemah syahwat. 0 tahun
HAMPIR semua peraturan ini berdasarkan ketentuan resmi
Hindu seperti ternyatakan dalam Manu Pasal IX Ayat 76-78
dan Narada Pasal XII Ayat 97, yang langsung mengikutinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ini disusul segera oleh peraturan tunggal yang memberi kuasa
kepada suami untuk melepaskan seorang isteri.
"Jika seorang istri tidak menyukai suaminya, suami tersebut
mesti menunggu satu tahun. Setelah itu, jika ketidak sukaan
berlanjut, istrinya harus mengembalikan mahar dua kali lipat.
Ini disebut penolakan hubungan sanggama."
Peraturan semacam ini jelas berdasarkan Manu Pasal IX
Ayat 77, tetapi harus dicatat bahwa ketika peraturan ini dan
kitab hukum Jambhudvipa lain memberi kuasa suami untuk
mendepak istrinya, kitab-kitab hukum Y awabumi mengabaikan
semuanya, kecuali yang di atas tersebut, berdasarkan
ketidaksukaan. Namun di antara orang-orang yang berdebat
dengan cara berbisik-bisik itu, ada yang menekankan bahwa
kitab-kitab hukum yang berlaku di Yawabumi memberi hak
yang sama kepada istri. Mereka akhirnya sepakat, peraturan
bahwa seorang istri dapat menikah lagi jika suaminya gila,
ayan, atau tak memiliki kekuatan seorang laki-laki; atau
bahwa anak perawan di Y awabumi boleh menolak untuk kawin
atau cerai dari seorang suami yang terserang penyakit, cacat
tubuh, dan berbagai ketidak mampuan lain, tak ada
kesamaannya dengan kitab-kitab hukum Jambhudvipa.
Sambil masih pura-pura tidur mendengkur, aku mendapat
suatu gambaran, bahwa meskipun kitab-kitab hukum
Yawabumi tampak mengikuti secara hampir serupa kitab-kitab
hukum Jambhudvipa seperti Manu-samhita, sebenarnya para
penyalin ini telah memberi sentuhan hukum adat Yawabumi
sendiri sehingga tidak bisa diragukan lagi betapa perempuan
Yawabumi menikmati kedudukan lebih tinggi daripada
perempuan di Jambhudvipa pada masa Manu. Mereka yang
sedang berbincang menyebut peraturan berikut untuk
mendukung pendapat ini: TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seorang lelaki harus didenda 20.000 jika ia bertengkar
dengan seorang perempuan, dan jumlahnya bertambah, serta
diberikan kepada suaminya, jika perempuan itu bersuami.
Namun meski hukum Yawabumi memberi peluang bagi
perempuan untuk merebut kemerdekaannya, para suami
tampak memiliki kekuasaan penuh atas diri mereka selama
tetap dalam keluarga. Kepala keluarga menjaga kewaspadaan
atas perempuan, budak, dan kanak-kanak, bahkan boleh
menghukum jika mereka dianggap berbuat salah, yakni
memukulnya dengan rotan atau tongkat kayu. Meskipun
begitu, jika pukulan itu sengaja atau tak sengaja mengenai
kepala, justru sang kepala keluarga inilah yang akan didenda
atas nama raja. "Ini jelas diambil dari kitab Manu!"
Salah seorang lantas mengutip dari kitab di sebelahnya.
"Hanya ayah saja yang mengawasi kanak-kanak, bukan
ibunya. Jika seorang ibu mengatur pernikahan anak
perempuannya tanpa persetujuan ayahnya, sang ayah boleh
membubarkan pernikahan dan mahar harus dikembalikan
kepada pelamar yang tertolak oleh ibu dan anak
perempuannya." Hukum ternyata juga mengizinkan seorang suami menjual
isterinya kepada pihak lain. Namun juga dapat diketahui
bahwa seorang lelaki juga mungkin dihukum jika membeli
seorang perempuan tanpa izin suaminya dan memeliharanya
sebagai budak. Namun jika ia membeli dari suaminya dan
mengawininya sendiri, maka ia bebas dari segala kesalahan.
"Orang Yawabumi menghargai tinggi perempuan, tapi
memberikan kekuasaan terlalu besar kepada suami."
"Itu adalah kata-katamu, sobat!"
"Kata-kataku" Periksalah aturan-aturan tentang perselingkuhan ini!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka mereka menekuni peraturan apabila terjadi
perselingkuhan itu, yang menunjukkan beberapa keganjilan
dalam cara berpikir orang-orang Yawabumi. Seperti telah
dinyatakan sebelumnya, sebagian besar dari hukum ini diambil
dari Manu, dan secara keseluruhan hukum Yawabumi
mengingatkan kepada hukum Jambhudvipa dalam memerhatikan perselingkuhan sebagai masalah berat, yang
menghukum bukan hanya pelaku dan kakitangan kejahatannya, tetapi juga tindakan yang mengarah kepada
perbuatan selingkuh tersebut; seperti berbicara kepada
seorang perempuan yang berada dalam kesendirian,
menawarkan kepadanya hadiah-hadiah, menggodanya dengan
uang, dan lain-lain. Ini berarti mengenali betapa gairah
manusia sulit untuk dijaga, dan karenanya mesti dilarang
semua tindakan dan gerakan yang mengarah ke hubungan
gelap. NAMUN hukuman yang telah dijelaskan dianggap tidak
terlalu berat. Hukuman mati atau pemotongan tangan, diiringi
dengan penunjukan nama buruk dan pembuangan, disimpan
hanya untuk lelaki pelanggar. Pengarahan Manu, bahwa raja
harus membuat perempuan pelanggar digigiti anjing di tempat
umum, seperti tertulis dalam Pasal VIII Ayat 371, tidak ada
padanannya dalam hukum yang berlaku di Yawabumi, yang
lebih sering memberlakukan denda

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesuai dengan kesalahannya. Namun yang harus dibayarkan kepada suami
dari perempuan yang dilecehkan, bukan kepada raja. Dengan
kata lain, pelanggaran dimaknai sebagai kesalahan pribadi
kepada suami, daripada suatu kejahatan kepada negara.
Buktinya, jika pelanggar tertangkap basah melakukan
perselingkuhan, suami diberi hak untuk membunuh pasangan
penyelingkuh tersebut. Sebelum menutup perbincangan tentang hukum bagi
perempuan, mereka simpulkan bahwa meskipun peraturan-
peraturan mengenai pernikahan kembali seorang perempuan
dan pembayaran mahar didasarkan kepada kitab-kitab hukum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jambhudvipa, yang terakhir ini juga berisi peraturan dengan
sifat berlawanan, yakni menakutkan bagi keduanya. Hal
seperti ini tidak ada dalam kitab hukum Yawabumi,
memperlihatkan keberadaannya sebagai bagian dari adat yang
semula berjalan tapi kemudian luntur juga di Jambhudvipa.
Dalam kitab Manu, hak isteri untuk bercerai bahkan tidak
dikenal, dan juga asing bagi semangat dan pelaksanaan
hukum di Jambhudvipa, meski Narada mengizinkannya dalam
hal suami mempunyai berbagai masalah cacat tubuh.
Akhirnya, setelah menunjuk berbagai pasal lagi tentang
kemungkinan seorang perempuan memiliki harta kekayaan
sendiri, dan tidak hanya bisa dimiliki, merupakan perbedaan
dengan hukum-hukum Jambhudvipa, yang membuktikan
penghargaan tinggi orang Y awabumi terhadap perempuan.
Sampai di sini mereka beristirahat dan memesan arak. Aku
pura-pura bangun, tetapi kembali menelungkup di atas meja.
Waktu mereka mulai bicara, aku terheran-heran karena arak
itu tidak berpengaruh kepada kesungguhan mereka dalam
berbincang. Kini mereka membuka lembaran yang mengatur perbudakan di Yawabumi. Terdapat sejumlah ketentuan yang
membuat seseorang sahih dianggap sebagai budak.
(1)Dhraja-hrta : Tawanan dalam perang.
(2)Grhaja : Lahir dari orangtua yang keduanya budak.
(3)Danda-dasa : Sebagai ganti pembayaran denda.
(4)Bhakta-dasa : Secara sukarela menerima kedudukan
budak demi makanan dan tempat bernaung.
Seorang budak dapat berganti majikan, karena dibeli atau
dijual, sebagai hadiah, dan sebagai warisan.
Ketentuan di atas mengikuti Manu Pasal VIII Ayat 415,
tetapi berbeda dari Narada yang jumlah ketentuannya sampai
limabelas, termasuk empat ketentuan tersebut. Menurut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hukum Yawabumi, semua budak bisa mendapat kebebasannya
melalui suatu pembayaran wajib kepada majikannya. Manu tak
bicara apa-apa soal ini, tetapi Narada menyatakan dengan
jelas: Budak karena kelahiran atau dimiliki karena pembelian,
hadiah, atau warisan, tidak dapat dibebaskan dari
perbudakan, kecuali atas kebaikan pemiliknya.
Dalam hal ini, hukum Yawabumi tampak lebih bebas; tetapi
kecuali dalam perkara budak yang tergolong ketentuan
pertama dan keempat, tidak dijelaskan secara rinci peraturan
tentang cara mendapat kebebasan. Budak dari dua golongan
ini dapat membebaskan dirinya sendiri dengan membayar
sejumlah 8000. Hukuman diberikan jika memaksa budak yang
sudah terbebaskan bekerja bagi majikannya yang lama.
Budak tidak dianggap sebagai milik majikan sepenuhnya.
Bukan hanya karena mereka hidup dan bekerja menurut
penawarannya, tetapi ia juga berhak atas hartabendanya dan
bahkan hasil dari budak-budak lelaki dan perempuannya itu.
Jika lelaki budak menikahi perempuan budak dari majikan lain,
maka anak-anaknya, jika ada, dibagi antara dua pemilik; anak
lelaki untuk pemilik lelaki budak, anak perempuan untuk
pemilik perempuan budak. Budak yang melarikan diri maupun
yang menolongnya mendapat hukuman berat. Membunuh
budak harus ditebus dengan ganti rugi kepada pemiliknya.
Seorang budak bisa diberikan sebagai suatu jaminan, dan
budak semacam itu juga mungkin dihukum jika ia mencuri
senilai lebih dari 100 dari pemilik yang diberi jam inan
NAMUN, betapapun, seorang budak dilindungi hukum
dengan berbagai cara. Ia boleh dihukum, bahkan dikurung,
oleh majikannya, tetapi tak pernah diizinkan untuk dipukul
kepalanya oleh majikan tersebut.
Jika seorang majikan berlaku kejam dalam kesederhanaan
seorang perempuan budak, dia diizinkan lari, dan dengan
sendirinya bebas. Begitu pula budak seseorang yang mencuri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan sendirinya bebas. Siapapun yang menculik seorang
budak dapat dihukum mati. Seorang majikan bisa mengawini
budaknya, dan dalam perkara ini anak mereka berhak
mewarisi kekayaannya, dan jika tidak punya anak maka harta
benda jatuh ke tangan para istri dengan derajat kelahiran
yang setara. Jika seseorang mengawini budak orang lain,
anak-anaknya akan mewarisi seperempat harta bendanya,
atau seluruhnya jika ia tidak punya anak dari perempuan yang
sejak lahirnya bebas. Hari kemudian menggelap. Lampu minyak kelapa dinyalakan. Mereka telah berbicara sehari penuh dan sekarang
masih juga bicara. Kelompok yang datang pertama kali sudah
pergi. Bahkan semua orang juga sudah pergi. Mereka
berpesan kepada pemilik kedai akan menginap di sini. Namun
bagiku mereka seperti masih akan berbincang dan membahas
persoalan-persoalan hukum sepanjang malam, bahkan
kemungkinan besar sampai pagi. Aku akan pergi, karena
merasa telah mendapatkan sesuatu, meskipun yang
kuharapkan berbeda. Betapapun perbincangan tentang pasal-
pasal dan ayat-ayat yang berlaku dalam hukum di Yawabumi,
dan bersumber dari Jambhudvipa, telah melengkapi gambaran
yang selama ini kusaksikan dengan kepala kosong, karena
kekurangan pengetahuanku tentang hukum.
Aku dibesarkan oleh Sepasang Naga dari Celah Kledung di
sebuah lembah terpencil. Memang benar kedua orangtua
asuhku itu tidak membiarkan aku terkucil, sehingga sering
diajaknya aku dalam perjalanan mereka, bahkan dalam
kenyataannya aku digaulkan pula dengan penduduk kampung
di luar lembah yang bercelah sempit itu. Namun betapapun
aku dibesarkan dalam dunia para pendekar yang segenap
tujuan hidupnya adalah kesempurnaan ilmu persilatan.
Meskipun aku juga diperkenalkan kepada kitab-kitab di luar
kitab ilmu silat, seperti kitab agama dan kitab filsafat, semua
itu dipelajari hanya dengan tujuan mencerahkan ilmu silat
yang sedang kami pelajari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah mendengarkan perbincangan mereka, banyak
gambaran yang kusaksikan dengan kepala kosong kini terisi.
Telah kulihat seorang budak yang dipotong tangannya tanpa
aku tahu persoalannya. Telah kusaksikan para tawanan
perang yang diikat kaki dan tangannya, diseret kuda-kuda
kerajaan, tanpa kusadari perubahan nasib luar biasa yang
lebih menyiksa dari luka-luka goresan senjata. Kini kukagumi
perempuan pengembara di atas kuda yang melarikan diri dari
majikannya. Kini kuhayati degup jantung kehidupan rumah
tangga di desa maupun di kota, yang menjadi lebih
mengesankan dan bermakna setelah kudengar segala masalah
hukum yang termungkinkan daripadanya. Aku juga pernah
melihat upacara perceraian, ketika wajah dicuci dan mata
uang dipatahkan, tetapi baru sekarang kuingat kembali
peristiwa itu sebagai kegetiran.
Mereka masih berbicara tentang hukum mengenai bunga
uang, perjanjian dagang, dan warisan. Dalam hubungannya
dengan warisan, aku terkesan dengan dua belas golongan
anak yang tertulis dalam Manu-samhita sebagai berikut:
1. Anak dari seorang perempuan, yang terikat dengan
seorang lelaki sejak kecil, dan setelah itu dinikahkan kepada
lelaki itu oleh orangtuanya.
2. Anak seorang perempuan yang menikah kembali, jika
wataknya murni dan jika perkawinannya diizinkan orangtua.
3. Anak yang diberikan oleh sanak saudara.
4. Anak yang didapatkan dari orang lain.
5. Anak yang diperanakkan seorang istri dari orang lain
dengan izin suami. 6. Anak yang dibuang oleh ayahnya.
7. Anak dari perempuan yang tidak kawin dan ayahnya
tidak diketahui. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
8. Anak dari perempuan yang hamil saat pernikahannya.
9. Anak dari seorang perempuan yang menceraikan
suaminya, kawin lagi dengan suami lain yang segera
meninggal, dan kembali kepada suami pertama.
10. Anak yang dibeli. 11. Anak yang menawarkan dirinya sendiri seperti itu.
12. Anak perempuan budak dari kasta rendah, dan diterima
seperti itu. Enam golongan pertama berhak mendapat warisan harta
ayahnya, tetapi enam yang terakhir tidak dianggap sebagai
ahli waris. Entah kenapa mataku kemudian terasa panas. Dalam
sekejap aku sudah lenyap dari kedai itu.
(Oo-dwkz-oO) Episode 48: [Pendekar Tangan Pedang]
HARI sudah malam. Aku berkelebat dengan kecepatan kilat.
Rembulan ditelan Batara Kala. Dunia rasanya gelap sekali.
Meski tetap juga kudengar gesekan kain dengan udara.
Seseorang telah membuntuti aku dengan kecepatan yang
sama! Di tengah jalan antardesa aku berhenti. Sawah penuh
dengan kunang-kunang. Suara gesekan kain dengan udara
juga berhenti. Aku memang berhenti, tetapi tidak membalikkan badan. Meski begitu aku mendengar suara
nafasnya. Ia telah menjaga agar suara nafasnya tidak
terdengar, tetapi apapun yang dilakukannya aku akan tetap
mendengarnya, karena aku bahkan mendengar degup
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jantungnya, sehingga aku tahu betapa kepandaiannya
memang sangat tinggi. Ia telah berhasil membuntuti aku
dengan kecepatan setinggi itu tanpa perubahan degup jantung
sama sekali. Aku menghela nafas, pendalaman ilmu silat
selama sepuluh tahun tidak dengan sendirinya membuat kita
jadi pendekar tanpa tanding.
Aku membisu, menunggu dia bicara. Namun dia tidak
mengucapkan apapun. Aku tetap menunggu, tetapi kali ini
tidak menunggu dia bicara, melainkan menunggu serangannya. Apalah artinya bertukar kata-kata jika tujuannya
adalah pertarungan, yang hanya bisa dihentikan oleh
kematian" Terdengar denting logam beradu. Aku terkesiap. Dari
dentingnya aku tahu itulah dentingan dari dua pedang yang
sangat tipis tetapi juga sangat amat tajam, begitu tajam
sehingga bahkan benang yang jatuh akan terputus ketika
menyentuh mata pedang itu. Aku memusatkan perhatian
tanpa berbalik. Kudengar dengusan nafas. Apakah dia
tersinggung karena aku tidak berbalik sama sekali"
Kupusatkan perhatian kepada gerakan pedang yang berada di
kedua tangannya. Aku tahu kedua pedang itu akan sangat
berbahaya. Sedangkan malam begitu kelam. Aku takdapat
mengandalkan pandangan. Aku menunggu dia bergerak, tetapi ia takjuga bergerak.
"Kulihat dikau bergerak seperti kilat dalam kegelapan.
Kukenal hampir semua pendekar yang berilmu tinggi di
Yawabumi, dan semua yang telah kukenal kukalahkan dalam
pertarungan, tetapi semuanya tidak mampu bergerak secepat
dirimu. Aneh sekali bahwa aku belum mengenal namamu.
Siapakah dikau T uan Pendekar?"
Sejenak aku termangu. Mengikuti adab dunia persilatan,
seharusnya aku membalikkan badan dan menghadapinya,
tetapi entah kenapa aku tidak merasa aman melakukannya,
karena pendekar ini tentunya memiliki kemampuan bergerak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cepat yang luar biasa. Saat aku menoleh akan menjadi
kesempatan besar baginya untuk meniup nyawa, karena untuk
menancapkan pedangnya di leherku memang hanya perlu
kelengahan sekedipan mata.
"Maafkan aku, aku tidak mempunyai nama," kataku.
"Tanpa nama" Hmmhh. Apakah aku harus bertarung
dengan seorang pendekar tanpa nama" Hmm...."
Aku tidak menjawab, meski hatiku bertanya-tanya siapakah
dia yang telah mengalahkan setiap pendekar yang
ditemuinya" Kuperhatikan selaksa kunang-kunang sejauh mataku dapat
melihatnya di malam yang begitu gelap, tetapi yang justru
membuat pijar cahaya kunang-kunang itu terlihat semakin
terang. Dari pergerakan kunang-kunang itu kuketahui ia
mengangkat kedua pedangnya. Aku memusatkan pikiran.
Ketika ia berkelebat, aku sudah melayang jungkir balik di
atasnya. Segera kulihat betapa kedua tangannya yang
buntung dari siku telah digantikan sepasang pedang. Ujung
kedua pedangnya yang runcing bergerak sangat cepat, terlalu
cepat, begitu cepat, bagaikan lebih cepat dari cepat dan terus
menerus mengejar leherku. Namun aku segera menarik nafas,
mengolahnya, dan memanfaatkan pendalamanku atas maya
deha atau badan bayangan, sehingga seluruh gerakannya
yang cepat tiada tara bukan saja dapat kuhindari, tetapi
bahkan kemudian bisa kutirukan.


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Inilah percobaanku yang pertama, dengan apa yang kelak
akan kusebut Jurus Bayangan Cermin, dan karena aku
terbiasa melatihnya dengan bayang-bayangku sendiri yang
tidak bisa kulebihi kecepatannya, berhadapan dengan lawan
sesungguhnya seperti ini tidak akan menjadi lebih sulit.
Masalahnya, dua pedang yang menempel pada tangan
buntung tidaklah sama dengan pedang yang dipegang tangan
tanpa cacat. Terdapatnya pergelangan pada tangan tanpa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cacat, dan tiadanya pergelangan pada tangan buntung
berpedang, membuat perbedaan ilmu pedang yang besar.
"Akulah Pendekar T angan Pedang," katanya, "supaya dikau
tidak mati dengan penasaran."
GERAKAN Pendekar Tangan Pedang tidaklah bisa
diperkirakan sebagai ilmu pedang, melainkan ilmu tangan
kosong, tetapi yang setajam-tajamnya pedang. Aneh sekali
rasanya, seperti menghadapi tangan, tetapi sebetulnya
pedang; sehingga aku ragu mesti menghadapinya dengan
jurus ilmu pedang atau ilmu tangan kosong. Sementara
berpikir, aku hanya bisa menghindar dari ketajaman
pedangnya yang bergerak takterlihat mata telanjang dalam
kekelaman malam. Semula aku kebingungan, tetapi maya
deha segera memberi jawaban, aku yang bertangan kosong
memperlakukan tanganku itu juga sebagai pedang. Tenaga
dalam membuat tanganku lebih keras dari batu. Maka selain
kecepatannya sejak awal memang bisa kuimbangi, ketajaman
pedangnya bisa kuatasi dengan dua tangan yang tidak
mempan senjata tajam. Dalam suatu kesempatan seluruh jurus serangannya
kutangkis dengan tangan. Terdengar suara berdenting-denting
penuh lentik api dari pedang yang seolah menimpa logam,
sampai mata pedangnya menjadi rusak dan hilang
keanggunan. Belum usai ia terkejut karena mengira tanganku
seharusnya menjadi buntung, segera kuserang ia dengan
rangkaian jurus yang telah berhasil kuserap dan kumainkan
sedemikian rupa sehingga meskipun segalanya mirip tetapi
terbalik bagaikan bayangan cermin.
"Ah! Jurus apa ini"!"
Tak sadar ia berteriak, memperlihatkan keterkejutannya.
Dalam kekelaman malam ia berkelebat mencoba menghindari jurus yang sepertinya sangat dikenal tetapi
takkuasa dihadapinya. Namun aku berkelebat lebih cepat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencegatnya di semua jurusan. Ia mengerahkan segenap
kecepatannya, tetapi seperti apapun gerakannya, aku selalu
mengikutinya seperti bayangan, yang terbalik seperti cermin,
sehingga akan selalu mematikannya.
Pendekar Tangan Pedang, kini aku tahu bagaimana ia
mengalahkan lawan-lawannya. Jurus-jurusnya tercipta bagi
tangan buntung berpedang seperti dirinya. Jurus yang
dilahirkan dalam pemahaman seperti inilah yang merupakan
sumbangan ilmu bagi dunia persilatan. Sayang sekali ia
berhadapan denganku, yang telah memanfaatkan pendekatan
samadhi badan bayangan ke dalam ilmu silat, yang mustahil
disadari para petarung yang tidak pernah membaca, atau
hanya peduli kepada ilmu silat sebagai ilmu silat sahaja.
Aku ibarat te lah menjadi bayang-bayangnya, tetapi bayang-
bayang yang takbisa dikuasa inya. Bayang-bayang yang setiap
saat bisa melepaskan diri dari tubuh, bahkan kemudian
menyerang tubuh itu sendiri dengan pukulan mematikan.
"Siapakah namamu pendekar," katanya di tengah
pertarungan, "katakan supaya aku tidak mati penasaran."
"Sudah kukatakan aku tidak mempunyai nama," kataku.
Saat itu kuselesa ikan perlawanannya dengan dorongan
pukulan Telapak Darah. Aku takperlu mengenainya, karena
anginnya saja telah membuat ia terlontar ke belakang sampai
terbentur ke sebuah pohon.
Malam kelam. Namun kulihat jejak telapak yang merah di
dadanya. Ia hanya berkain selingkar pinggang, kain yang
kibarannya kudengar ketika ia memburuku. Sungguh ia
seorang pendekar berilmu tinggi, bukan sekadar karena ilmu
meringankan tubuhnya yang sangat tinggi, tetapi karena
tangan pedangnya telah melahirkan ilmu pedang yang tiada
duanya, yang telah mengalahkan segenap ilmu pedang bagi
tangan sempurna. Kuambil sebuah pelajaran dari pertemuan
ini: Cacat tubuh bukanlah suatu kekurangan, cacat tubuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam dirinya bahkan merupakan suatu kesempurnaan, seperti
telah dibuktikan Pendekar T angan Pedang.
"Terima kasih atas pelajaranmu," kukatakan kepadanya
sambil menjura. "Terimakasih," katanya dengan mulut bersimbah darah,
akibat yang selalu dialami korban pukulan Telapak Darah,
"terimakasih, Pendekar Tanpa Nama.."
Lantas hidupnya menjadi sempurna dalam kematian.
(Oo-dwkz-oO) AKU membayar petani pertama yang lewat agar
menyempurnakan jenazah Pendekar Tangan Pedang. Sebelum
ayam jantan terdengar berkokok untuk pertama kalinya, aku
memandang dan merenungkan kehidupan seorang pendekar
seperti Pendekar Tangan Pedang itu.
Apakah tangannya buntung sejak lahir, ataukah korban
pemapasan dalam pertarungan" Jika buntung sejak lahir,
maka ia memilikinya sebagai tangan sempurna, karena
memang seperti itulah hidupnya bermula. Jika tangannya
buntung sebagai korban pemapasan dalam pertarungan, tentu
ia membutuhkan masa penyesuaian, dan tentu saja ia hebat
karena dapat mengubah kekurangannya menjadi kekuatan.
Aku bisa membayangkan, dan memang telah merasakan
sendiri kedahsyatan Ilmu Silat Tangan Pedang itu, yang akan
menimbulkan kesulitan besar jika dilayani sebagai ilmu pedang
untuk dimainkan oleh sepasang tangan yang utuh.
SETIAP ilmu silat memiliki kelebihan, sebenarnyalah kalah
dan menang bukan ukuran bagi ilmu silat yang dima inkan,
melainkan ukuran bagi pendekar yang memperagakannya.
Apakah ia memperagakannya dengan sempurna ataukah apa
adanya, apakah ia telah memanfaatkan segenap kemungkinan
pengembangan ataukah secara lugas mengikuti petunjuk yang
dipelajarinya. Dengan begitu ukurannya memang tidak terlalu
pasti, karena seorang pendekar ternama dapat dikalahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seseorang yang baru saja berguru, tetapi telah memanfaatkan
peluang yang tidak bisa lebih tepat lagi. Pertarungan adalah
perkara bagaimana menempatkan diri dalam ruang dan
waktu. Pendekar yang terhebat bisa saja suatu ketika lengah,
ketika pertahanan terbuka satu depa dan dalam waktu yang
sekejap itu telah dimanfaatkan lawannya yang baru belajar
dengan satu-satunya jurus yang diketahuinya. Maka,
meskipun menang dalam pertarungan, aku sangat mengagumi
Ilmu Silat Tangan Pedang, yang meskipun telah kuserap
melalui Jurus Bayangan Cermin dan kukembalikan untuk
mengalahkannya pula, tidaklah terjam in bisa kumainkan lebih
baik dari penemunya. Kuperhatikan pendekar yang telah tewas itu. Tubuhnya
tidak terlalu tinggi, tidak terlalu tegap, dan usianya pun tidak
terlalu muda lagi. Sebagian rambutnya telah memutih. Kurasa
aku beruntung bertemu dengannya setelah mendalami maya
deha bagi persilatan. Jika tidak, aku pun tentu akan menemui
kesulitan seperti para pendekar yang telah dikalahkannya.
Kubayangkan kehidupannya mencari lawan dengan tangan
berpedang seperti itu. Karena kedua tangannya tidak ditutupi
apapun, tentu ia tidak pernah memperlihatkan diri di dunia
orang awam; sebab jika orang-orang awam melihatnya
dengan tangan berpedang seperti itu, ia pasti akan menjadi
tontonan. Bagaimanakah caranya ia memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari dengan tangan berpedang seperti itu"
Samar-samar aku teringat cerita ibuku tentang seorang
pendekar yang menarik perhatian di sebuah kedai, karena
mengiris daging bakar di atas meja, dan membawa
potongannya ke mulut, dengan dua pedang tipis panjang yang
mengganti lengan seperti itu. Apakah yang diceritakannya
Pendekar Tangan Pedang" Mungkin aku masih terlalu kecil
waktu ibuku bercerita, tetapi kuingat kembali sekarang
lanjutan cerita itu, bahwa ketika orang-orang di dalam kedai
menertawakan caranya makan, ia menantang mereka semua
dan ketika mereka berloncatan mengeroyok dengan senjata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terhunus, ia membunuhnya di tempat itu juga, sembari tetap
duduk untuk mengiris dan memakan daging bakar.
Para pendekar dengan jatidiri yang mandiri, terasing dari
masyarakat karena keberbedaan mereka. Pendekar Tangan
Pedang karena kebuntungannya. Darimanakah datangnya
kebuntungan itu" Jika terpapas karena pertarungan, dalam
pertarungan macam apa" Apakah pertarungan satu lawan
satu di puncak bukit di bawah sinar rembulan, pertempuran
hebat antara dua pasukan dalam perang antarkerajaan,
ataukah sekadar hukuman karena mencuri atau sebagai
prajurit tertawan lawan" Segalanya mungkin, termasuk bahwa
tangannya buntung sejak lahir, dan apapun cerita yang
mengawalinya pada akhirnya ia harus hidup dengan kedua
tangan berpedang itu. Orang-orang awam selalu melain-lainkan mereka yang
hadir dengan perbedaan. Bagi para pendekar, orang awam ini
tidak mengerti hakikat kehidupan, bahwa manusia harus
menjadi dirinya sendiri, yang merupakan suatu perbincangan
penting dalam dunia persilatan. Mereka yang belajar kepada
perguruan silat yang besar, tidak akan pernah mendapat
nama sebesar mereka yang menggali ilmu silat berdasarkan
pendalamannya sendiri. Maka para pendekar silat golongan
merdeka memang menjadi pribadi yang lebih menarik
daripada murid-murid perguruan silat terkenal, yang selalu
bersilat sesuai dengan aturan perguruan. Bukan hanya
pribadinya tentu, melainkan takkalah memukau adalah ilmu
silatnya. Gerakan-gerakan yang paling aneh dan paling indah
dari berbagai jurus dengan nama-nama ajaib datang dari para
pendekar golongan merdeka, dan bukan dari anggota partai-
partai persilatan tersohor.
Kecenderungan ini disebabkan suatu pilihan, apakah ilmu
silat itu akan diamalkan dengan cara mengajarkannya kepada
sebanyak mungkin orang; ataukah kepada murid-murid
tertentu saja yang akan membawanya kepada kesempurnaan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang pada saat dibutuhkan mampu menundukkan dan
membasmi para dedengkot golongan hitam. Ketika ilmu silat
diajarkan kepada sebanyak mungkin orang, artinya berlangsung penyederhanaan terhadap ilmu silat tersebut,
agar dapat dipelajari semua orang dengan mudah, demi
berbagai macam kepentingan dalam masyarakat: Apakah
untuk rakyat yang dibutuhkan sebagai prajurit untuk maju
berperang; ataukah untuk membentuk partai persilatan yang
memang membutuhkan banyak orang.
PILIHAN membawa ilmu silat kepada suatu kesempurnaan,
artinya kesempurnaan pribadi dalam kesempurnaan ilmu silat
itu sendiri, adalah pilihan mereka yang kemudian disebut para
pendekar. Suatu pilihan yang merupakan jalan sunyi, karena
dalam pembelajarannya seorang pendekar hanya berbicara
dengan dirinya sendiri, dan akan mencapai kesempurnaanya
dalam kematian. Sangat bisa dimaklumi betapa tidak terlalu banyak orang
menempuh jalan ini. Suatu jalan yang bagi orang awam
bagaikan hanya terdengar dalam dongeng dan kitab-kitab.
Suatu jalan yang tidak mereka kenal. Sehingga mereka tidak
bisa menghargai seorang pendekar yang tangan buntungnya
berpedang, bahkan melihatnya sebagai tontonan, lantas
mengejeknya. Siapakah yang harus dikasihani dalam hal ini" Pendekar
yang mengiris daging bakar dengan tangan pedangnya" Atau
orang-orang awam tak berpengetahuan yang naif dan
malang" Masih kuperhatikan jenazah Pendekar Tangan Pedang yang
seperti duduk me lorot di bawah pohon. Mungkin usianya
sudah 60 tahun. Siapakah dia" Dari mana asalnya" Seperti
apakah riwayat hidupnya" Darah di mulutnya telah mengering.
Sayang sekali aku harus mengakhiri hidupnya. Namun dengan
itulah ia mencapai kesempurnaan hidupnya. Aku yang belum
pernah dikalahkan dan terbunuh, belum mencapai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kesempurnaan itu. Seperti mereka akupun akan mencari
kesempurnaan dalam ilmu persilatan, mencari lawan tangguh
yang sekiranya mungkin membunuhku, sebagai bagian yang
terwajibkan dalam pembelajaran ilmu persilatan. Sebagai
suatu pilihan dalam kemerdekaan.
Kutengok ke selatan, punggung-punggung bukit tampak
bergaris cahaya keemasan. Fajar segera menyingsing. Aku
harus menyingkir dari pandangan para petani yang akan
melalui jalan ini untuk mengolah sawahnya. Meski dari mereka
pun sebetulnya masih banyak yang ingin kuketahui.
Aku berkelebat pergi. (Oo-dwkz-oO) Episode 49: [Iblis Pemakan Daging]
AKU merasa tidak seorang pun menyaksikan pertarunganku
melawan Pendekar T angan Pedang, tetapi mengapa semenjak
peristiwa itu selalu ada saja pendekar yang mencariku untuk
mengadu kepandaian dalam ilmu silat"
Kematian Pendekar Tangan Pedang agaknya telah


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggegerkan dunia persilatan, karena sebelumnya Pendekar
Tangan Pedang bagaikan tidak menemui tandingan. Kini
setelah diketahui seseorang akhirnya mengalahkan Pendekar
Tangan Pedang, mereka yang ingin menguji kemampuan dan
mendapatkan nama sebagai pendekar berkeliaran mencariku.
Aku sebetulnya tidak mudah dicari, apalagi jika aku sengaja
menghindar untuk ditemukan, tetapi sebaliknya aku sendiri
pun sedang mencari-cari lawan, sehingga kuhadapi setiap
tantangan dengan riang. Demikianlah aku menikmati kehidupanku sebagai seorang
Raja Silat 19 Pendekar Naga Putih 95 Utusan Dari Neraka Pendekar Bodoh 6
^