Pencarian

Anak Naga 12

Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung Bagian 12


"Apakah besok pagi Kakek dan si Mo mau pergi menangkap
Tong Koay dan Pak Hong?" ciu Lan Nio balik bertanya.
"Ya." "Bukankah Kakek sudah berjanji kepadaku tidak akan
sembarangan membunuh orang" Tapi Kakek-..."
" Kakek cuma pergi untuk menangkap, bukan untuk
membunuh mereka berdua."
"Apa gunanya Kakek menangkap mereka?"
"Tentu ada gunanya," sahut Hiat MoTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebab kakek ingin menguasai rimba persilatan. Mereka
berdua akan kakek jadikan sebagai pembantu yang paling
setia." "seperti Giok cu?"
"ya." "Kakek - -" ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala-
"Apa gunanya Kakek menguasai rimba persilatan?"
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Apabila kakek berhasil menguasai rimba persilatan,
sungguh merupakan suatu kebanggaan bagi kakek, karena
kakek ikan menjadi Bu LimBeng Cu (ketua Rimba-Persilatan)"
"Kakek-.." Ciu Lan Nio menghela napas panjang.
"Sudahlah, Kakek jangan meributkan itu, lebih baik kita
pulang ke Kwan Gwa" "Lan Nio" Hiat Mo menatapnya tajam.
"Lebih baik engkau jangan mencampuri urusan kakeklagipula
kakek telah berjanji tidak akan sembarangan
membunuh, kakek pasti menepati janji itu."
"Kakek sudah tua sekali, kenapa masih begitu berambisi
ingin menguasai rimba persilatan" Kakek telah membuat
Kakak Han Liong menderita, apakah itu belum cukup?"
"Lan Nio-..." Hiat Mo mengerutkan kening.
"Kakek- kalau ke dua orangtuaku belum meninggal, tentu
aku tidak akan begini - " ujar ciu Lan Nio mendadak dengan
mata bersimbah air. "Apa?" Air muka Hiat Mo langsung berubah hebat,
kemudian tampak murung sekali-
"Aaaah - kakek sudah tua sekali Maka sebelum mati, kakek
ingin melakukan sesuatu yang menggemparkan rimba
persilatan." "Kakek-..." ciu Lan Nio mulai terisak-isak-
"Giok cu sudah menjadi begitu, apakah Kakek tega
melihatnya?" "Lan Nio - " Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala-
"seandainya kakek sekarang membuyarkan ilmu sihir yang
ada di dalam diri Giok ?u, itu pun percuma, karena dia akan
gila." "Tiada cara apa pun untuk menyembuhkannya?"
"Tidak ada." Hiat Mo menggelengkan kepala-
"oleh karena itu?.."
"Kakek sungguh kejam,tahu akan menjadi begini tapi Kakek
masih mempengaruhinya dengan ilmu sihir" Ciu Lan Nio
menudingnya. "Kakek sungguh jahat sekali"
Hiat Mo tidak menyahut. "Aku... aku mulai membenci Kakek" ujar ciu Lan Nio, lalu
mendadak berlari ke kamarnya.
"Lan Nio Lan Nio - " seru Hiat Mo memanggilnya, namun
gadis itu sama sekali tidak menghiraukannya, terus berlari ke
kamarnya. Keesokan harinya ketika ia terjaga dari tidurnya, hari sudah
mulai siang. Cepat-cepat ia berlari kc luar, justru berpapasan
dengan Kwan Pek Him. "Lan Nio"panggil pemuda itu.
"Kakak Kwan...." ciu Lan Nio menundukkan kepala.
"Aku... aku bangun kesiangan."
"Tidak apa-apa." Kwan Pek Him tersenyum lembut.
"Mari kita ke pekarangan, kita bercakap-cakap di sana"
Ciu Lan Nio mengangguk- Kemudian mereka berdua
berjalan ke pekarangan depan, lalu duduk di bawah pohon.
"Lan Nio- - " Kwan Pek Him memandangnya-
"se-malam engkau ribut dengan kakekmu?"
"Kok tahu?" "Guruku yang memberitahukan."
"Aaah-?" Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Aku tidak ribut dengan kakekku, hanya terjadi
perdebatan." "Aku sudah tahu itu." Kwan Pek Him memegang tangannya
"Engkau sudah berusaha mencegah kakekmu pergi
menangkap Tong Koay dan Pak Hong, tapi kakekmu...."
"Tidak mau dengar sama sekali," sahut Ciu Lan Nio kesal.
"Terus terang, aku mulai membenci kakekku."
"Lan Nio" Kwan Pek Him menghela nafas panjang.
"Biar bagaimanapun dia tetap kakekmu, engkau tidak boleh
membencinya-" "Aaah?." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Tiada harapan untuk menolong Giok Cu. semalam kakekku
masih bilang, apabila dia membuyarkan sihirnya yang
mempengaruhi Giok Cu, maka gadis itu pasti gila, tiada cara
apapun untuk menyembuhkannya-"
"oh?" Kening Kwan Pek Him berkerut-
"Kalau begitu Han Liong??"
"Entah apa yang akan terjadi atas diri Kakak Han Liong
kelak?" ujar Ciu Lan Nio cemas.
"Kalau Giok Cu tidak dapat disembuhkan, aku khawatir
Kakak Han Liong akan jadi gila."
"Itu...." Kwan Pek Him pun tampak cemas sekali.
"Aaah..." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang lagi.
"Sungguh malang nasib Kakak Han Liong, gara-gara
perbuatan kakekku" "oh ya" bisik Kwan Pek Him.
"Mari kita ke kamar Tan Giok Cu, kita coba bercakap-cakap
dengan dia" "Baik." Ciu Lan Nio mengangguk.
Mereka berdua segera berjalan ke kamar Tan Giok Cu.
Kebetulan pintu kamar gadis itu tidak ditutup, maka tampak
Tan Giok Cu sedang duduk sambil minum teh. Kwan Pek Him
dan Ciu Lan Nio memasuki kamar itu perlahan-lahan. Tan Giok
Cu langsung memandang mereka, kemudian menundukkan
kepala untuk menghirup tehnya.
"Giok Cu" panggil ciu Lan Nio.
"Mau apa kalian ke mari"- tanya Tan Giok Cu dingin.
"Giok Cu" Ciu Lan Nio duduk di hadapannya.
"Engkau pasti masih ingat aku kan?"
"Siapa engkau?" tanya Tan Giok Cu dengan wajah dingin.
"Aku Ciu Lan Nio. Engkau ingat kan?"
"Aku tidak ingat."
"Giok Cu...." Ciu Lan Nio menatapnya seraya bertanya lagi,
"Engkau ingat Kakak Han Liong?"
"Kakak Han Liong....-" Kening Tan Giok Cu berkerut-kerut.
"Aku tidak ingat dan tidak kenal Kakak Han Liong itu"
"Bukankah engkau amat mencintainya" Kenapa sudah
lupa?" Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalian berdua jangan menggangguku, cepat keluar"
bentak Tan Giok Cu dengan tatapan dingin. Bahkan tangannya
mulai meraba gagang pedangnya yang tergantung di
punggungnya. "Baik, baikl" Ciu Lan Nio segera menarik Kwan Pek Him
keluar, sampai diluar barulah gadis itu menghela nafas
panjang. "Aaaah Dia... dia tidak ingat siapa pun, sungguh
kasihan dia" "Itu...." Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala
serada berbisik, "Kalau kakekmu mempengaruhiku dengan ilmu sihirnya,
celakalah aku" " Kalau kakekku berani mempengaruhi mu dengan ilmu
sihirnya, aku pasti membelamu mati-matian," ujar ciu Lan Nio
dengan sungguh-sungguh. " Lan Nio" Kwan Pek Him menatapnya dengan mesra.
"Terima kasih- - "
"Kakak Kwan, kini kakekku dan gurumu sudah pergi untuk
menangkap Tong Koay dan Pak Hong, apa pula yang akan
terjadi dengan ke dua Locianpwee itu?" ujar ciu Lan Nio sambil
menggeleng-gelengkan kepala,
"Ka-kekku berambisi sekali menguasai rimba persilatan.
Aku yakin tidak lama lagi akan timbul bencana dalam rimba
persilatan." "Lan Nio, sudahlah, jangan memikirkan hal itu, kita tidak
bisa berkomentar apa pun" bisik Kwan Pek Him.
"Aaaah--." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang lagi.
"Kita ingin menolong Tan Giok Cu, tapi tiada jalan. Aku...
aku tak tega menyaksikannya begitu...."
" Aku pun tidak tega, namun apa yang bisa kita perbuat"
Aku tidak mungkin membawanya pergi, sebab salah-salah dia
bisa membunuh klta. Lan Nio, aku jadi bingung sekali-" Kwan
Pek Him menggeleng-gelengkan kepala-
"Aaaah - " Belasan hari kemudian, Hiat Mo dan si Mo pulang dengan
membawa Tong Koay, Pak Hong dan ouw yang Bun murid
Tong Koay. Pak Hong dan Tong Koay dalam keadaan tertotok
jalan darahnya, sedangkan ouw yang Bun kelihatan biasa.
Betapa girangnya Kwee In Nio- Wanita itu menyambut Hiat
Mo dan si Mo dengan wajah berseri-seriTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hiat Locianpwee berhasil menangkap mereka, ini sungguh
menggirangkan" ucap Kwee In Loan sambil memberi hormat
kepada Hiat Mo- "Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Bagaimana mungkin mereka melawan" Kepandaian
mereka masih jauh di bawah kepandaianku Ha ha ha - "
"Kepandaian Hiat Mo memang hebat sekali," ujar si Mo
memberitahukan. "Tidak sampai seratus jurus. Pak Hong sudah dilumpuhkan.
Begitu pula Tong Koay. Aku yang menangkap ouw yang Bun,
murid Tong Koay." "oooh" Kwee In Loan manggut-manggut.
"ouw yang Bun" bentak si Mo-
"Engkau jangan macam-macam di sini Kalau engkau berani
macam-macam, nyawamu pasti melayang"
"ya, cianpwee-" ouw yang Bun mengangguk- Di saat itulah
muncul Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio- Mereka berdua
terkejut sekali ketika melihat Tong Koay dan Pak Hong dalam
keadaan tertotok- "Kakek - " panggil ciu Lan Nio.
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa.
"Lihatlah Kakek tidak membunuh mereka kan?"
"Kakek-.?" ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.
sedangkan Kwan Pek Him memandang ouw yang Bun, lalu
menyapanya sambil memberi hormat,
"saudara ouw yang, tak disangka kita berjumpa disini"
"Hmm" dengus ouw yang Bun dingin-
"Memang tak disangka sama sekali, gurumu yang
menangkap kami-" "Bukan guruku, melainkan Hiat Locianpwee yang
menangkap kalian," ujar Kwan Pek Him.
"Hmm" dengus ouw yang Bun lagi-
"Hei" bentak Ciu Lan Nio.
"Dia bicara baik-baik, kenapa engkau malah mendengus
dua kali" Engkau menghinanya sama juga menghinaku, tahu"
"Nona...." ouw yang Bun terkejut.
"Aku...." "Kalau engkau masih berani mendengus dingin lagi
terhadap Kakak Kwan, pasti ku tampar mulutmu"
ouw yang Bun diam, sedangkan ciu Lan Nio masih melotot-
Di saat bersamaan Hiat Mo berkata kepada si Mo
"Kurung mereka di ruang yang terpisah"
"ya, Hiat cianpwee." si Mo mengangguk-
"Oh ya, bagaimana dengan murid Tong Koay ini?"
"Biarkan saja" sahut Hiat Mo-
"Dia tidak bisa berbuat apa-apa di sini..."
Pada waktu bersamaan, tak disangka muncul Tan Giok Cu-
Begitu melihat gadis itu, terbelalaklah ouw yang Bun.
"Giok Cu Giok Gu" seru ouw yang Bun tak tertahan.
Akan tetapi, gadis itu diam saja, sama sekali tidak
menggubrisnya, dan itu membuat ouw yang Bun ter-heranheran.
"Giok Cu, aku adalah ouw yang Bun, engkau sudah lupa
ya?" Gadis itu menatapnya dingin, lalu melangkah pergi, ouw
yang Bun berdiri termangu-mangu, sedangkan si Mo sudah
membawa Tong Koay dan Pak Hong ke dalam,
"saudara ouw yang" tanya Kwan Pek Him.
"Engkau kenal Nona Giok Cu?"
"Kenal." ouw yang Bun mengangguk dan bertanya.
"Kok dia tidak kenal aku dan kelihatannya begitu dingin tak
berperasaan" Kenapa dia begitu?"
"Dia di bawah pengaruh ilmu sihir Hiat Mo-" Kwan Pek Him
memberitahukan. "Maka menjadi begitu dan tidak kenal siapa pun, hanya
menurut kepada Hiat Mo saja."
"Oh" sungguh mengherankan" mendadak wajah ouw yang
Bun tampak berseri. "Kalau begitu, dia juga tidak kenal Thio Han Liong?"
"ya." Kwan Pek Him manggut-manggut.
"Hei" bentak Ciu Lan Nio.
"Kenapa engkau begitu banyak bertanya?"
"Karena... karena aku kenal Tan Giok Cu dan Thio Han
Liong" sahut ouw yang Bun dengan terbata-bata.
"Maka... aku banyak bertanya"
"Oooh" Kwan Pek Him manggut-manggut.
sikap yang diperlihatkan ouw yang Bun tadi, tidak terlepas
dari mata Kwee In Loan. Maka diam-diam wanita itu manggutmanggut.
setelah semua orang pergi, ia langsung mendekati
pemuda itu sambil tersenyum.
"Anak muda, kalau tidak salah engkau bernama ouw yang
Bun, bukan?" tanya Kwee In Loan.
"ya." ouw yang Bun mengangguk.-
"Engkau kenal Tan Giok cu?"
"ya-" "Aku yakin - -" Kwee In Loan menatapnya dalam-dalam


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seraya berkata, "Engkau pasti mencintai gadis itu, tidak salah kan?"
"Itu - itu memang benar." ouw yang Bun mengangguk
perlahan. Kwee In Loan tersenyum. "Gurumu adalah ketua golongan sesat, lalu apa jabatanmu
di golongan itu?" " Wakil ketua."
"Bagus, bagus" Kwee In Loan tertawa.
"ouw yang Bun, aku bersedia membantumu."
"Membantuku?" ouw yang Bun tercengang.
"ya." Kwee In Loan manggut-manggut.
"Dalam hal apa?" tanya ouw yang Bun heran.
"Engkau amat mencintai Tan Giok Cu, maka akan
kubicarakan dengan Hiat Mo- Tapi- - " Kwee In Loan
menatapnya dan melanjutkan,
"engkau harus berbuat jasa dulu-"
"Berbuatjasa apa?"
"Bawa kaum golongan sesat ke mari bergabung dengan
kami, maka aku bersedia membantumu agar engkau dapat
mempersunting gadis itu"
"Oh?" Wajah ouw yang Bun berseri. Pemuda itu memang
amat mencintai Tan Giok Cu, maka sudah barang tentu usul
Kwee In Loan sangat menarik hatinya.
"Bagaimana" Engkau setuju?"
"Aku..- aku setuju."
"Baiklah-" Kwee In Loan tersenyum.
" Kalau demikian, engkau harus pergi sekarang untuk
mengumpulkan kaum golongan sesat."
" Ketua Kwee tidak membohongi aku kan?" tanya ouw yang
Bun. "Tentu tidak- Nah, sekarang engkau boleh pergi. Kalau
engkau berhasil membawa kaum golongan sesat ke mari
bergabung dengan kami, aku berani menjamin engkau pasti
dapat mempersunting Tan Giok Cu."
"Baik, Ketua Kwee-" ouw yang Bun memberi hormat, lalu
pergi dengan wajah cerah ceria. Ternyata cintanya telah
membutakan mata dan pikirannya- Padahal Tong Koay
gurunya berada di tangan Hiat Mo, namun ia sama sekali tidak
memikirkannya, sebaliknya malah pergi mengerjakan sesuatu
yang merupakan syarat dari Kwee In Loan.
setelah ouw yang Bun pergi, Kwee In Loan segera berjalan
ke ruang tengah- Dengan tersenyum ia menghampiri Hiat Mo
dan si mo yang kebetulan sedang berada di situ.
"Eh?" Hiat Mo heran.
"Kenapa wajahmu berseri-seri" Apa yang menggembirakan
mu?" "Hiat Locianpwee, kaum golongan sesat akan bergabung
dengan kita," ujar Kwee In Loan.
"oh, ya?" si Mo menatapnya. "Jelaskanlah"
"ouw yang Bun, murid Tong Koay itu...." Kwee In Loan
menjelaskan tentang itu. "Dia sudah pergi mengumpulkan kaum golongan sesat."
"Bagus, bagus Ha ha ha..." si Mo tertawa gelak-
"Aku dan Hiat Cianpwee justru sedang membicarakan itu,
ternyata engkau telah mengambil inisiatif"
Hiat Mo manggut-manggut. "Jadi maksudmu cuma memancing saja?"
"Agar ouw yang Bun tetap setia kepada kita, alangkah
baiknya Tan Giok Cu dinikahkan saja dengan ouw yang Bun,"
sahut Kwee In Loan. "Benar, tapi...." Hiat Mo mengerutkan kening.
"Kalau cucuku tahu, dia pasti marah-marah-"
"Sebetulnya tiada urusan dengan cucumu, oh ya, bukankah
Hiat Locianpwee bisa mengemukakan suatu alasan?" ujar
Kwee In Loan. "Alasan apa?" Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala.
"Begini - " tawar Kwee In Loan.
"Bilang kepada Lan Nio bahwa Hiat Locianpwee membantu
Tan Giok Cu. sebab dia tidak bisa sembuh, maka dia harus
mempunyai keturunan. Lagipula Tan Giok Cu memang kenal
ouw yang Bun, sedangkan ouw yang Bun amat mencintainya.
Nah, beres kan?" Hiat Mo manggut-manggut. "Tapi lebih baik dia tidak tahu sebelumnya. Kalau Tan Giok
Cu sudah menikah dengan ouw yang Bun, dia pun tidak bisa
apa-apa lagi." "BetuL" Kwee In Loan mengangguk-
"Kalau begitu... kita suruh Kwan Pek Him dan Tan Giok Cu
pergi mengantar surat kepada para ketua. Bagaimana?"
"Baik-" Hiat Mo manggut-manggut.
"Di saat mereka pergi, di saat itulah kita menikahkan Tan
Giok Cu dengan ouw yang Bun."
"Bagus" si Mo tertawa.
"Ha ha ha setelah mereka berdua pulang, Tan Giok Cu
sudah menjadi isteri ouw yang Bun Mereka berdua sudah tidak
bisa apa-apa lagi Ha ha ha..."
"oh ya" Kwee In Loan memandang Hiat Mo seraya
bertanya, "Apa kah Hiat Locianpwee sudah mulai menyihir Tong Koay
dan Pak Hong?" "sudah-" Hiat Mo mengangguk-
" Kira-kira kapan mereka berdua akan terpengaruh oleh
ilmu sihir Hiat Locianpwee?"
"Tujuh hari-" "Kalau begitu, tujuh hari kemudian kita suruh Kwan Pek
Him dan Tan Giok Cu pergi mengantar surat," ujar Kwee In
Loan dan menambahkan. "setelah mereka berdua pergi, kita menikahkan Tan Giok
Cu dengan ouw Yang Bun."
Hiat Mo manggut-manggut. " Kalau kaum golongan sesat bergabung dengan kita,
berarti sudah waktunya kita berkuasa dalam rimba persilatan
Ha ha ha..." "Betul" Hiat Mojuga tertawa gelak-
"Ha ha ha..." "Hiat Locianpwee," tanya Kwee In Loan.
"Bagaimana bunyi surat itu?"
"Begini," ujar Hiat Mo mengusulkan,
"setelah kaum golongan sesat bergabung dengan kita,
maka secara resmi kita mendirikan Hiat Mo Pang
(perkumpulan lblis Ber-darah)-Bagaimana menurut kalian?"
"Kami setuju," sahut Kwee In Loan dan si Mo serentak.
"Nah" lanjut Hiat Mo-
"surat itu menyuruh para ketua harus tunduk kepada Hiat
Mo Pang, dan mengakui Hiat Mo Pang sebagai pemimpin
rimba persilatan. Partai mana berani melawan, pasti dibasmi."
"Bagus, bagus Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gembira.
"Tong Koay, Pak Hong dan Tan Giok Cu yang akan
membasmi partai pembangkang ya, kan?"
"Tidak salah" Hiat Mo manggut-manggut, kemudian
tertawa terbahak-bahak- "Ha ha ha Ha ha ha - "
-ooo00000ooo- Bab 42 Tan Giok Cu Menikah Dengan ouw yang Bun
Beberapa hari kemudian, ouw yang Bun sudah kembali ke
lembah Pek yun Kek dengan membawa puluhan kaum
golongan sesat yang berkepandaian tinggi. Betajsa
gembiranya Hiat Mo, Kwee In Loan dan si mo, mereka bertiga
terus tertawa. "Ketua Kwee, aku telah mengajak mereka ke mari untuk
bergabung." ouw yang Bun memberitahukan.
"Bagus, bagus" Kwee In Loan manggut-manggut, lalu
bertanya kepada orang-orang golongan sesat itu.
"Kalian semua bersedia bergabung dengan kami?"
"Bersedia" sahut orang-orang itu serentak.
"Tanpa tekanan paksaan dari siapa pun?"
"ya" sahut mereka serentak dengan suara lantang.
"Kami mau bergabung atas kemauan sendiri, tanpa tekanan
maupun paksaan dari pihak mana pun Kami bergabung
dengan sesungguh hati, dan setia selama lamanya"
"Bagus" Kwee In Loan tertawa.
"Beberapa hari lagi Hiat Mo Pang akan berdiri dalam rimba
persilatan secara resmi, partai besar dalam rimba persilatan
harus takluk kepada Hiat Mo Pang"
"Hidup Hiat Mo Pang Hidup Hiat Mo Pang" teriak orangorang
golongan sesat dengan penuh semangat.
"Nah Sekarang kalian boleh pergi bergabung dengan
kawan-kawan yang di luar itu" ujar Kwee In Loan.
"Terima kasih. Ketua" ucap mereka talu meninggalkan
ruang itu. " Ketua Kwee," bisik ouw yang Bun.
"Aku telah melaksanakan tugas itu dengan baik, bagaimana
janji Ketua?" "Jangan khawatir" Kwee In Loan tersenyum.
"Kapan aku akan menikah dengan Tan Giok Cu?" tanya
ouw yang Bun. "ouw yang Bun" Hiat Mo menatapnya tajam.
"Eng-kau akan setia selamanya kepada kami?"
"Kalau Tan Giok Cu dinikahkan dengan aku, aku pasti setia
selama-lamanya," sahut ouw yang Bun.
Hiat Mo manggut-manggut. "Tapi engkau harus tahu, Tan Giok Cu telah terpengaruh
oleh ilmu sihirku. Dia cuma menuruti perintahku, lagipula ilmu
sihir itu tidak bisa dihilangkan."
"Kenapa begitu?" ouw yang Bun heran.
"Kalau ilmu sihir itu dihilangkan, dia akan gila," Hiat Mo
memberitahukan. " Kalau begitu..." ouw yang Bun mengerutkan kening.
"Bagaimana mungkin dia akan menikah denganku?"
"Kalau aku menyuruhnya menikah denganmu dia pasti
menurut," sahut Hiat Mo dengan tersenyum.
"Tapi ingat, engkau harus setia kepada kami Kalau tidak,
aku pun bisa menyuruhnya meninggalkanmu."
"ya." ouw yang Bun mengangguk.
"Dan ingat" tambah Hiat Mo-
"Urusan ini tidak boleh diberitahukan kepada cucuku
maupun Kwan Pek Him"
"ya." "Beberapa hari lagi, aku akan menyuruh mereka berdua
pergi mengantar surat, nah, setelah mereka berdua
berangkat, aku pasti menyuruh Tan Giok Cu menikah
denganmu." "Terima kasih, Hiat Locianpwee, " ucap ouw yang Bun
dengan wajah berseri-seri-
"Terima kasih" Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio duduk di pekarangan
belakang. Kelihatannya mereka sedang membicarakan sesuatu
dengan serius sekali. "Heran?" gumam Ciu Lan Nio.
"Kenapa ouw yang Bun mengajak kaum golongan sesat
bergabung di sini" Apakah ada sesuatu di balik itu?"
"Entahlah-" Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala-
"Gurunya telah disihir oleh kakekmu, tapi - dia tampak
tenang saja. Itu - sungguh mengherankan"
"Memang mengherankan." ciu Lan Nio manggut-manggut.
"Lagitula kakekku, gurumu dan Ketua Kwee sering
berkasak-kusuk dengan ouw yang Bun, entah apa yang
mereka bicarakan?" "Kalau tidak salah, mereka akan mendirikan Hiat Mo Pang."
"Hiat Mo Pang?" ciu Lan Nio tertegun.
"Kalau begitu, kakekku sungguh ingin menguasai rimba
persilatan, Itu - ."
"Lan Nio" Kwan Pek Him menatapnya seraya berkata
lembut. "Engkau tidak usah mencampuri urusan kakekmu, kalau
kakekmu gusar, kita bisa celaka."
"Aaahhh" Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Tidak campur salah, campur pun salah. Aku tidak tahu
harus bagaimana?" "Lan Nio," bisik Kwan Pek Him.
"Lebih baik kita diamjadi tidak akan menimbulkan masalah
apa pun." " Aku penasaran."
"jangan penasaran Kalau engkau merasa penasaran, tentu
akan menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan."
"Aaah - " Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak tahu, apa pula yang akan terjadi?"
"Lan Nio, yang penting kita tidak berpisah, urusan lain tidak
perlu kita pusingkan," ujar Kwan Pek Him perlahan.
"Itu pertanda engkau egois-"
"Aku tidak egois, melainkan...." Kwan Pek Him menghela
nafas panjang. "Percuma kita memusingkan urusan lain, sebab kita tidak
bisa turut campur maupun membantu, ya, kan?"
"Kakak Kwan..." ujar Ciu Lan Nio dengan suara rendah-
"Kalau bukan karena Kakak Han Liong, tentu aku tidak akan
menaruh perhatian pada mu- Karena dia, akhirnya aku jatuh
cinta padamu- Tapi - kita sama sekali tidak bisa
membantunya apa-apa-"
"Itu - -" Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala-
"Kita memang tidak membantunya-"
Di saat mereka sedang bercakap-cakap, tiba-tiba muncul
ouw yang Bun menyapa mereka-
"Maaf, aku mengganggu kalian sebentar" ucapnya.
"Ada apa?" tanya Ciu Lan Nio bernada agak dingin-
"Hiat Locianpwee memanggil kalian ke ruang tengah,"
jawab ouw yang Bun memberitahukan.
"Hmm" dengus ciu Lan Nio dingin, lalu berjalan pergi.
"Maaf saudara ouw yang Bun" ucap Kwan Pek Him.
"sifat nya memang begitu, jangan disimpan dalam hati"
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa...." ouw yang Bun
tersenyum. Kwan Pek Him sebera mengikuti ciu Lan Nio ke ruang
tengah- Mereka melihat Hiat Mo, Kwee In Loan dan si Mo
duduk di situ. "Ada apa Kakek panggil kami ke mari?" tanya Ciu Lan Nio.
"Kalian duduklah" sahut Hiat Mo dengan tersenyum.
Ciu Lan Nio dan Kwan Pek Him duduk- Mereka yakin pasti
ada sesuatu yang akan dibicarakan Hiat Mo-


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tentunya kalian sudah tahu, kini Hiat Mo Pang sudah
berdiri dalam rimba persilatan, oleh karena itu, kakek akan
menyuruh kalian melaksanakan suatu tugas."
"TUgas apa?" tanya Ciu Lan Nio dan menambahkan,
"Pokoknya kami tidak mau membunuh orang."
"Jangan khawatir" Hiat Mo tersenyum.
"Kakek tidak akan menugaskan kalian untuk membunuh
orang, percayalah" "Kalau begitu, apa tugas kami?" tanya Ciu Lan Nio dengan
kening berkerut. "Mengantar surat kepada para ketua," sahut Hiat Mo
memberitahukan. "Ketua siauw Lim, Bu Tong, go Bi, Run Lun, Hwa san,
Khong Tong Pay dan Kay Pang."
"Surat apa?" tanya Ciu Lan Nio dengan rasa heran.
"Bacalah" Hiat Mo menyerahkan sepucuk surat kepada Ciu
Lan Nio. Gadis itu menerima surat tersebut, lalu membacanya.
Bunyi surat itu menyuruh para ketua harus tunduk kepada
Hiat Mo Pang, harus pula mengakui Hiat Mo Pang sebagai
pemimpin rimba persilatan.
"Semua surat itu sama?" tanya Ciu Lan Nio seusai
membaca. "Sama," sahut Hiat Mo.
"Nah, ringan sekali kan tugas kalian itu" Bahkan kalian pun
bisa pesiar." "Kakek...." Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau cukup melaksanakan tugas itu, tidak perlu
berkomentar apa pun Tahu?" bentak Hiat Mo.
Ciu Lan Nio diam, kemudian mendadak berlari pergi.
sedangkan Kwan Pek Him masih duduk di tempatnya.
"Pek Him," ujar Si Mo.
"Engkau menemani Lan Nio pergi mengantar surat-surat
itu" "ya. Guru." Kwan Pek Htm mengangguk.
"Dan jangan lupa," tambah Si Mo mengingatkan.
"Bagi ketua yang bersedia takluk, harus membuat surat
takluk. Setelah itu mengutus seseorang ke mari untuk
menyampaikan surat takluk tersebut."
"Ya, Guru." Kwan Pek Htm mengangguk lagi.
"Nah Kalian boleh berangkat sekarang" ujar Si Mo dan
berpesan, "Dalam waktu sebulan, kalian berdua harus sudah pulang
ke mari" "Ya, guru." Kwan Pek Him meninggalkan ruang itu,
langsung menyusul Ciu Lan Nio yang berada di pekarangan
belakang. Gadis itu duduk di bangku dengan wajah cemberut
kelihatan kesal sekali. "Lan Nio...." Pemuda itu mendekatinya lalu duduk di
sebelahnya. " Kapan kita berangkat?" tanya Ciu Lan Nio mendadak-
"Kita disuruh berangkat sekarang" sahut Kwan Pek Him.
"Itu juga merupakan suatu peluang bagi kita untuk pesiar
di luar." "Betul." Wajah Ciu Lan Nio mulai berseri.
"Aku memang sudah merasa bosan di sini, ada baiknya
juga kita pergi." "Tapi dalam waktu sebulan, kita sudah harus berada di sini
lagi," ujar Kwan Pek Him.
"Masa bodoh" sahut Ciu Lan Nio.
"Lan Nio...." Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau sudah mengambil semua surat itu?" tanya Ciu Lan
Nio sambil bangkit berdiri
"Sudah" jawab Kwan Pek Him.
"Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang" ajak Ciu Lan
Nio sambil menarik tangannya.
"Baik," Kwan Pek Him tersenyum.
"Lan Nio, anggaplah kita pergi pesiar"
Dua hari kemudian setelah Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio
pergi, ouw yang Bun bertanya kepada Kwee In Loan.
"Ketua Kwee, kapan aku akan menikah dengan Tan Giok
Cu?" "Tenang" sahut Kwee In Loan sambil tersenyum.
"Kami justru sedang mengatur masalah itu."
"Oh?" Wajah ouw yang Bun berseri, pemuda itu
kelihatannya sama sekali tidak memikirkan gurunya yang telah
terpengaruh oleh ilmu sihir-
"Ha ha ha" Muncul Hiat MoTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"ouw yang Bun, engkau menagih janji ya?"
"Hiat Locianpwee - -" ouw yang Bun menundukkan kepala-
"Aku - ." "Tenanglah" Hiat Mo duduk sambil menatapnya- Kemudian
ia mengeluarkan sebatang suling lalu ditiup-nya, dan
terdengarlah suara suling yang bernada agak aneh- seketika
juga tampak sosok bayangan berkelebat, kemudian tampak
seorang gadis berwajah dingin berdiri di hadapan Hiat mo-
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Giok Cu, hari ini engkau akan menikah-"
"Ya-" Tan Glok Cu mengangguk-
"Engkau akan menikah dengan ouw yang Bun, dan
selanjutnya dia menjadi suamimu. Engkau harus tidur
bersamanya dan tidak boleh membantah perkataannya-" ujar
Hiat Mo- "ya-" Tan Giok Cu mengangguk lagi-
"Pemuda itu adalah ouw yang Bun, engkau harus
mencintainya" Hiat Mo menunjuk ouw yang Bun.
"ce-pat bilang kepadanya, engkau mencintainya dan
bersedia menikah dengannya"
"ya." Tan Giok Cu mendekati ouw yang Bun.
"ouw yang Bun, aku mencintaimu dan bersedia menikah
denganmu." katanya. "Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"ouw yang Bun, engkau sudah mendengar kan" Dia
mencintaimu dan bersedia menikah denganmu Ha ha ha - "
"Tapi - ?" ouw yang Bun mengerutkan kening.
"Dia - dia seperti tidak memiliki sukma."
"Kalau dia memiliki sukma, tentunya tidak akan
mencintaimu," sahut Hiat Mo sungguh-sungguh-
"Dia pasti akan menikah dengan Thio Han Liong."
"oooh" ouw yang Bun manggut-manggut.
"Hiat Locianpwee, kapan kami menikah?" tanyanya.
"Kami telah merestui kalian. Nah, mulai hari ini kalian resmi
menjadi suami isteri," ujar Hiat Mo sambil tertawa gelak-
"Sekarang engkau boleh membawanya ke kamarmu."
"oh?" Wajah ouw yang Bun agak memerah-
"Terima kasih Hiat Locianpwee. - " ouw yang Bun
melangkah ke kamarnya, tapi Tan Giok Cu masih berdiri diam
di tempatnya. "Giok Cu, dia suamimu," ujar Hiat Mo-
".Maka engkau harus menuruti perkataannya."
"ya." Tan Giok Cu mengangguk, lalu ikut ouw yang Bun ke
kamarnya. Hiat Mo, Kwee In Loan dan si mo tertawa gelak, kemudian
mereka bertiga mulai bersulang.
"Ha ha ha" Kwee In Loan tertawa gembira.
"Tidak lama lagi kita akan menguasai rimba persilatan,
siauw Lim dan Bu Tong Pay akan takluk kepada kita Ha ha
ha - " "Hiat Locianpwee," tanya Kwee In Loan
"Bagaimana seandainya mereka bergabung untuk
menyerbu ke mari?" "Itu berarti mereka can mati," sahut Hiat Mo-
"sebab kini kita telah mempunyai dua orang jago, yakni
Tong Koay dan Pak Hong. Lagipula ketua partai mana yang
sanggup melawanku?" "Betul" si Mo tertawa.
"Ha ha ha Kalau mereka bergabung menyerbu ke mari, kita
habiskan saja mereka"
"Bagus, bagus" Kwee In Loan tertawa gembira, karena ia
telah menghancurkan murid kesayangan yo sian sian.
sementara itu, ouw yang Bun dan Tan Giok Cu sudah
berada di dalam kamar- Mereka berdua duduk dipinggir
tempat tidur. "Giok Cu," ujar pemuda itu sambil tersenyum.
"Akhir-nya aku menjadi suamimu juga, ini... ini sungguh di
luar dugaan" Tan Giok Cu tidak menyahut.
"Giok Cu, kenapa engkau diam saja" Tidak senang menikah
dengan aku?" ouw yang Bun menatapnya.
Akan tetapi, Tan Giok Cu tetap diam, membuat ouw yang
Bun menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau kenal aku?" tanya ouw yang Bun lagi.
Pertanyaan tersebut membuat Tan Giok perlahan-lahan
memandangnya, kemudian menjawab.
"Engkau ouw yang Bun, suamiku."
"Giok Cu" ouw yang Bun tertawa gembira-
"Ternyata engkau masih ingat kepadaku Aku gembira
sekali" Sesungguhnya Tan Giok Cu sama sekali tidak ingat kepada
ouw yang Bun, namun tadi Hiat Mo mengatakan begitu, maka
ia menurut saja. "Engkau ouw yang Bun, suamiku," ujar Tan Giok Cu lagi
sambil menatapnya dengan tatapan kosong.
"Engkau mencintaiku?" tanya ouw yang Bun mendadak.
"Engkau suamiku, aku harus mencintaimu," sahut Tan Giok
Cu. "Kalau begitu...." ouw yang Bun memegang lengannya
seraya berbisik, "Engkau hams memelukku-"
"Bagaimana aku memelukmu?"
"Engkau tidak mengerti itu?"
"Hiat Mo tidak memberitahukan kepadaku, maka aku tidak
mengerti-" "Oh?" ouw yang Bun terbelalak, kemudian bertanya,
"Engkau akan mengerti kalau aku memberitahukankepadamu?"
"Engkau suamiku, aku harus menuruti perkataanmu," sahut
Tan Giok Cu memberitahukan.
"Hiat Mo yang menyuruh, aku harus menurut."
"jadi - -" ouw yang Bun mengerutkan kening.
"Engkau hanya menurut kepada Hiat Mo?"
"ya-" Tan Giok Cu mengangguk,-
" Kalau dia menyuruhmu tidur dengan lelaki lain, engkau
menurut juga?" tanya ouw yang Bun.
" Aku pasti menurut."
"Aaah - " ouw yang Bun menghela nafas panjang.
"Aku menikah dengan sebuah patung, tapi biarlah- Aku
memang amat mencintai patung ini."
"Engkau suamiku, aku harus tidur bersamamu," ujar Tan
Giok Cu mendadak- "Kalau begitu - ." ouw yang Bun menggeleng-geleng kan
kepala. "Engkau berbaringlah"
Tan Giok Cu langsung berbaring, ouw yang Bun terus
memandangnya, kemudian mengusap- usap pipinya.
"Aku mengusap pipimu, apakah engkau merasakan sesuatu
lain?" tanya ouw yang Bun.
"Aku tidak merasa apa-apa," sahut Tan Giok Cu.
"Aaaah - " keluh ouw yang Bun. Lama sekali ia menatap
gadis itu, kemudian bertanya,
"Giok Cu, engkau masih ingat kepada Thio Han Liong?"
"Aku tidak ingat siapa Thio Han Liong."
"Dia memanggilmu Adik manis dan engkau memanggilnya
Kakak tampan. engkau ingat sekarang?"
"Adik manis... Kakak tampan..." gumam Tan Giok. Cu
. "Kakak tampan Kakak tampan"
"Engkau ingat siapa Kakak tampan itu?" tanya ouw yang
Bun lagi. "Tidak ingat, aku cuma ingat ouw yang Bun adalah
suamiku," sahut Tan Giok Cu.
"Aku harus menurut kepadanya dan mencintainya."
"Cara bagaimana engkau mencintaiku?"
"Aku tidak tahu."
"ya, ampun" ouw yang Bun menepuk keningnya sendiri
"Betul-betul engkau tidak punya sukma dan perasaan"
Kini Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio sudah berada dalam
perjalanan. Mereka pun sudah berunding di tengah jalan,
menuju gunung Bu Tong dulu, baru kemudian ke kuil siauw
Lim sie- "Kakak Kwan, kita harus menceritakan segalanya kepada
ketua Bu Tong Pay. sebab Bu Tong Pay punya hubungan
dengan Kakak Han Liong."
"ya." Kwan Pek Him mengangguk-
"Lan Nio, Han Liong pun punya hubungan dengan Siauw
Lim Pay-" "Betul-" Ciu Lan Nio manggut-manggut-
"oleh karena itu, kita pun harus menceritakan hal yang
sebenarnya kepada ketua siauw Lim Pay-"
"ya-" Kemudian Kwan Pek Him menghela nafas panjang.
"dulu Kwee In Loan mendirikan Hek Liong Pang, akhirnya
bubar. Kini berdiri lagi Hiat Mo Pang, kakekmu justru sebagai
pelindungnya. Apa yang akan terjadi kalau ada partai yang
tidak mau takluk kepada Hiat Mo Pang?"
"Pasti akan timbul bencana," sahut Ciu Lan Nio sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Lan Nio...." Kwan Pek Him menatapnya.
"Entah berada di mana Han Liong sekarang?"
"Mudah-mudahan dia berada di suatu tempat dan sedang
memperdalam ilmu silatnya" ujar Ciu Lan Nio.
"Kepandaian kakekmu begitu tinggi, dia - dia mana punya
harapan untuk mengalahkan kakekmu?" Kwan Pek Him
menggeleng-gelengkan kepala.
"Itu..." wajah Ciu Lan Nio berubah murung.
"Kalau dipikir-pikir, memang tiada harapan baginya untuk
mengalahkan kakekku, namun siapa tahu dia akan
menemukan suatu kemujizatan, sehingga kepandaiannya
menjadi tinggi sekali."
"Mudah-mudahan begitu" ucap Kwan Pek Him.
Mereka berdua terus melakukan perjalanan menuju gunung
Bu Tong. Beberapa hari kemudian, sampailah mereka di
gunung itu. Ketika sedang melewati sebuah jalanan gunung,


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendadak muncul beberapa murid Bu Tong Pay.
"Maaf" ucap salah seorang murid Bu Tong Pay.
"Siapa kalian berdua dan mau apa ke mari?"
"Namaku Kwan Pek Him dan dia bernama Ciu Lan
Nio"jawab Kwan Pek Him memberitahukan.
"Kami ke mari atas perintah Hiat Mo untuk mengantar surat
kepada ketua Bu Tong Pay."
"Hiat Mo?" Murid-murid Bu Tong Pay itu saling
memandang, karena mereka sama sekali tidak tahu tentang
Hiat Mo- namun tiba-tiba salah seorang murid berseru sambil
memandang Ciu Lan Nio. "Bukankah nona pernah ke mari mencari Thio Han Liong?"
"Betul." Ciu Lan Nio mengangguk-
" Kalau begitu, mari ikut kami menemui ketua" ujar murid
Bu Tong Pay itu. "terima kasih" ucap mereka berdua- -. Mereka berdua
mengikuti murid-murid Bu Tong Pay itu ke atas. Tak seberapa
lama kemudian mereka sudah sampai di siang cing Kean, kuil
Bu Tong Pay. "Silakan duduk" ucap murid Bu Tong Pay itu.
"Aku akan melapor pada ketua."
"Terima kasih-" Kwan Pek Him dan ciu Lan nio duduk-
Murid Bu Tong Pay itu masuk ke dalam, berselang
beberapa saat, dia sudah kembali bersama beberapa
orangtua, yaitu song wan Kiauw,Jie Thay Gian jie Lian ciu dan
Thio siong Kee- "Ketua Bu Tong, terimalah hormat kami" ucap Kwan Pek
Him sambil memberi hormatTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"siapa kalian berdua dan ada urusan apa kalian ke mari?"
tanya jie Lian ciu selaku ketua Bu Tong Pay.
"Aku bernama Kwan Pek Him dan dia bernama Ciu Lan
Nio." Kwan Pek Him memberitahukan.
"Kami ke mari atas perintah Hiat Mo untuk mengantar surat
kepada ketua Bu Tong Pay."
"Hiat Mo?" jie Lian ciu dan lainnya saling memandang
dengan air muka berubah hebat.
"Ciu Lan Nio adalah cucu Hiat Mo, aku adalah murid si Mo"
ujar Kwan Pek Him dan menambahkan,
"Thio Han Liong adalah kawan baik kami-"
"Oh?" jie Lian ciu menatapnya tajam seraya bertanya,
"Berada di mana sekarang Thio Han Liong?"
"Kami tidak tahu-" Kwan Pek Him menggelengkan kepala-
"Aku ketua Bu Tong Pay, mana surat itu?" ujar jie Lian ciu-
Kwan Pek Him segera menyerahkan sepucuk surat kepada
jie Lian ciu- setelah menerima surat tersebut, cepat-cepatlah
jie Lian ciu membacanya- usai membaca surat itu, kening jie
Lian ciu tampak berkerut-kerut.
"Bagaimana bunyi surat itu?" tanya song Wan Kiauw.
jie Lian ciu langsung memberikan surat itu kepada song
wan Kiauw, dan song wan Kiauw lalu membacanyaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hiat Mo Pang" Hiat Mo - " seru song wan Kiauw tak
tertahan. "Hiat Mo menghendaki partai kita takluk kepada Hiat Mo
Pang, itu... itu sungguh merupakan suatu penghinaan bagi Bu
Tong Pay" "Partai lain pun akan menerima surat yang serupa ini." ciu
Lan Nio memberitahukan. "Terlebih dahulu kami ke mari, karena kami tahu Kakak
Han Liong punya hubungan erat dengan Bu Tong Pay."
"oh?" jie Lian ciu menatapnya.
"Kalianpun ingin menyampaikan sesuatu secara pribadi?"
"Ya." Ciu Lan Nio dan Kwan Pek Him mengangguk-
"Apa yang akan kalian sampaikan kepada kami?" tanya
song wan Kiauw- "Kepandaian kakekku amat tinggi sekali, maka aku harap
ketua Bu Tong Jangan berniat melawannya" jawab Ciu Lan Nio
memberitahukan. "Lagipula kini Tong Koay dan pak Hong telah disihir oleh
kakekku, sehingga berada di bawah pengaruh kakekku, oleh
karena itu...." "Apa?" Betapa kagetnya song wan Kiauw dan lainnya.
"Kakekmu telah berhasil menangkap Tong Koay dan Pak
Hong?" "Ya." Ciu Lan Nio mengangguk dan menambahkan,
"Belum lama ini. Kakak Han Liong telah ke lembah Pek yun
Kek..." "Mau apa dia ke sana?" tanya jie Lian ciu dengan kening
berkerut-kerut. "Bertanding dengan kakekku- - "
"Hah" Apa?" jie Lian ciu dan lainnya terbelalak-
"Dia - dia bertanding dengan Hiat Mo?"
"Ya. Itu demi menolong Tan Giok Cu, namun...." ciu Lan
Nio menggeleng-gelengkan kepala seraya melanjutkan,
"Kakak Han Liong kalah, lalu pergi."
"Dia pergi ke mana?"
"Katanya mau pergi ke suatu tempat untuk melatih ilmu
silatnya." "ooohh" jie Lian ciu manggut-manggut sambil menarik
nafas lega, namun bertanya juga,
"Han Liong tidak terluka?"
"sama sekali tidak-"
"Syukurlah" ucap jie Lian ciu-
"Nona Ciu, terima-kasih untuk itu"
"Maaf" ucap Kwan Pek HimTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku harap ketua Bu Tong bersabar, sebab kata guruku, Yo
sian sian sedang memperdalam ilmu silatnya di Lam Hai (Laut
selatan), setelah dia kembali ke Tionggoan, barulah ketua Bu
Tong bergabung dengan ketua lain untuk menghancurkan Hiat
Mo Pang." "Yo sian sian ke Lam Hai memperdalam ilmu silatnya?" jie
Lian ciu tertegun. "engkau tahu jelas tentang itu?" tanyanya.
"Tidak begitu jelas, namun aku pernah mendengar darl
guruku bahwa yo sian sian berada di Lam Hai memperdalam
ilmu silatnya." "oooh" jie Lian ciu manggut-manggut, kemudian menatap
Kwan Pek Him seraya bertanya,
"Kenapa engkau memberitahukan itu kepada kami?"
"Sebab... aku pernah berhutang budi kepada Han
Liong,"jawab Kwan Pek Him.
"Kakak Han Liong amat menyayangi ku, maka kami harus
memberitahukan semua itu kepada ketua Bu Tong," sambung
Ciu Lan Hio. "Tapi kamijuga mohon ketua Bu Tong jangan bilang kepada
ketua lain, bahwa kami yang memberitahukan tentang itu"
"Hgmm" jie Lian ciu manggut-manggut.
"Kami pun akan memberitahukan kepada ketua siauw Lim
Pay, karena Kakak Han Liong juga punya hubungan erat
dengan partai itu" ujar ciu Lan Nio.
"Kalian berdua...." jie Lian ciu menghela nafas panjang.
"Nona ciu, engkau berbeda dengan Hiat Mo- Anak muda,
engkau tidak seperti gurumu."
"Kami-..." Ciu Lan Nio dan Kwan Pek Him saling
memandang. "Kami berhutang budi kepada Kakak Han Liong, sebaliknya
kami malah tidak bisa membantunya menolong Tan Giok
Cu...." "Rencana kalian mau ke mana dari sini?" tanya jie Lian ciu.
"Ke kuil siauw Lim sie,"jawab Kwan Pek Him.
"Lalu ke partai lain...."
"Hgmm" jie Lian ciu manggut-manggut.
"Kalau begitu, kalian bermalam di sini saja"
"Terima kasih," ucap Kwan Pek Him.
"Lebih baik kami berangkat sekarang saja, jadi kami tidak
membuang waktu, juga tidak mengganggu ketenangan ketua
Bu Tong." "Sebetulnya tidak apa-apa. namun kalau kalian berkeras
mau berangkat sekarang, kami pun tidak bisa menahan
kalian." ujar jie Lian ciu.
"selamat jalan dan terima kasih atas kebaikan kalian
menyampaikan masalah itu pada kami."
"sampai jumpa" Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio memberi
hormat kepada mereka, lalu pergi.
setelah Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio meninggalkan siang
cing Kean, kuil Bu Tong Pay, Jie Liang ciu dan lainnya segera
ke ruang meditasi untuk menemui Thio sam Hong.
"Guru..." panggil jie Lian ciu, kemudian mereka semua
duduk di hadapan cikal bakal Bu Tong Pay itu.
"Ada sesuatu penting?" tanya Thio sam Hong sambil
memandang mereka- "ya, Guru. jie Lian ciu mengangguk lalu memberitahukan
tentang kedatangan Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio.
"... bagaimana menurut Guru?"
"Hiat Mo - " gumam Thio Sam Hong sambil menggelenggelengkan
kepala. " Kalau guru belum setua ini, guru pasti pergi bertarung
dengan Hiat Mo itu."
"guru," tanya song Wan Kiauw.
"Kami telah menerima surat itu, apa yang harus kami
perbuat?" " Harus bersabar," jawab "rhio sam Hong.
"Apa ruginya kita membuat surat takluk kepada Hiat Mo
Pang" Tidak rugi sama sekali kan?"
"Tapi - -" jie Lian ciu menghela nafas panjang,
"Itu menyangkut nama baik Bu Tong Pay. Lagi pula partai
lain pasti akan mencap Bu Tong Pay pengecut."
"Ha ha ha" Thio sam Hong tertawa.
"Menghadapi suatu masalah harus dengan perhitungan
matang, jangan terbawa emosi atau bertindak tanpa dipikirkan
dulu. ingat, tiada artinya melawannya"
"Guru" jie Lian ciu memberitahukan,
"yo Sian sian berada di Lam Hai sedang memperdalam ilmu
silatnya, bagaimana kalau kita bersabar hingga yo sian sian
kembali di Tionggoan?"
Thio sam Hong manggut-manggut.
"Memang harus begitu, oh ya Kwan Pek Him dan ciu Lan
Nio adalah kawan baik Han Liong, mereka membawa kabar
berita tentang Han Liong?"
"Ada." Jie Ltan ciu mengangguk sekaligus memberitahukan
tentang itu "Kini Han Liong berada di suatu tempat sedang berlatih
ilmu silatnya." "Bagus" Thio sam Hong tertawa gembira.
"Dia memang anak berani, persis seperti ayahnya Ha ha
ha..." "Guru" song Wan Kiauw memberitahukan.
"Ketika Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio berpamit. aku
berpesan pada mereka."
"Engkau pesan apa kepada mereka?"
"Aku berpesan kepada mereka, agar memberitahukan
kepada para ketua partai lain berkumpul di kuil siauw Lim sie
untuk berunding." "Ngmrn" Thio sam Hong manggut-manggut.
"Memang ada baiknya begitu. Kalian dan ketua siauw Lim
Pay harus memberi pengertian kepada ketua partai lain, agar
tidak menyerbu ke lembah Pek yun Kok."
"ya, Gutu." song Wan Kiauw mengangguk-
"Mudah-mudahan umur guru masih panjang, bisa melihat
Han Liong menjadi pendekar besar dalam rimba persilatan"
ucap Thio sam Hong. Lalu memejamkan matanya, pertanda ia
tidak mau diganggu lagi. Maka, song wan Kiauw dan lainnya
segera meninggalkan ruang meditasi itu.
Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio sudah sampai di kuil siauw
Lim sie- Namun gadis itu tidak langsung memasuki
pekarangan, malah berdiri termangu-mangu di depan pintu.
" Lan Hio" Kwan Pek Him heran.
"Kenapa engkau berdiri termangu di situ" Ayohlah Mari kita
masuk" "Kakak Kwan" ciu Lan Nio memberitahukan.
"Kuil siauw Lim sie melarang kaum wanita masuk- Aku...
aku harus mentaati peraturan itu."
"oh?" Kwan Pek Him tersenyum.
"Biasanya engkau...."
"Amat bandel kan?"
"ya." "Kini aku justru tidak mau bandel lagi," ujar ciu Lan Nio
sungguh-sungguh. "Sebab kebandelan akan menimbulkan banyak masalah,
sedangkan aku tidak mau menimbulkan masalah-"
"Bagus" Kwan Pek Him manggut-manggut.
"Tapi tidak apa-apa kita memasuki pintu pekarangan, asal
jangan memasuki pintu kuil."
"Baiklah-" Ciu Lan Nio mengangguk,-
Mereka berdua berjalan memasuki pintu pekarangan, lalu
berdiri di tengah-tengah pekarangan itu sambil menengok ke
sana ke mari. Pintu kuil itu terbuka, tampak beberapa biksu berjalan ke
luar menghampiri mereka. "omitohud" ucap salah seorang biksu.
"siapa kalian dan mau apa datang di kuil siauw Lim sie?"
"Aku bernama Kwan Pek Him, dia bernama Ciu Lan Nio-
Kami ke mari ingin menemui Kong Bun Hong Tio-"
"Menemifi Kong Bun Hong Tio?"
"ya." "Tapi - " "Kami ingin menyampaikan sepucuk surat-"
" Kalau begitu, serahkan &aja surat itu" ujar biksu itu-
"Akan kubawa masuk untuk Hong Tio-"
"Baik," Kwan Pek Him mengangguk, latu diserah-kannya
surat tersebut kepada biksu itu
"omitohud" ucap biksu itu sambil menerima surat tersebut
lalu berjalan masuk ke kuil. Beberapa biksu lain masih tetap
berdiri di situ. Beberapa saat kemudian, tampak Kong Bun Hong Tio dan
Kong Ti Seng Cong berjalan ke luar dengan wajah serius.
"Omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio sambil memandang
Ciu Lan Nio.

Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkau ternyata cucu Hiat Mo, sungguh di luar dugaan
omitohud. - " "Kong Bun Hong Tio" Ciu Lan Nio tersenyum.
"Aku ke mari dengan tujuan baik, sama sekali tidak akan
membuat onar. Maka, aku mentaati peraturan yang berlaku di
sini." "omitohud" Kong Bun Hong Tio tersenyum.
"Te-rimakasih. Namun mengenai surat itu...."
"Tiada urusan dengan kami berdua," sahut Ciu Lan Nio.
"Itu semuanya urusan Hiat Mo Pang."
"omitohud" Kong Ti Seng Ceng menatapnya tajam.
"Lalu apa tindakan kami, tentunya engkau sudi memberi
sedikit petunjuk-" "Kenapa Seng Ceng bertanya kepadaku?" tanya Ciu Lan
Nio. "Seng Cenglah yang harus berpikir."
"Benar, tapi...." Kong Ti Seng Ceng tersenyum.
"Aku yakin kalian pasti sudah ke gunung Bu Tong."
"Dugaan Seng Ceng tidak melesat," sahut Ciu Lan Nio dan
memberitahukan. "Aku menyarankan kepada ketua Bu Tong Pay agar
bersabar, sebab kini yo Sian Sian sedang berada di Lam Hai
memperdalam ilmu silatnya."
"omitohud" ucap Kong Ti Seng Ceng.
"Hati kalian memang baik, kami berterima kasih kepada
kalian." "Seng Ceng" ciu Lan Nio tertawa kecil.
"Kakak Han Liong mempunyai hubungan dengan Bu Tong
Pay dan siauw Lim Pay, sedangkan kami berdua berhutang
budi kepadanya, maka kami harus berbuat baik kepada Bu
Tong Pay dan siauw Lim Pay."
"oooh" Kong Ti seng Ceng manggut- manggut.
"Kong Bun Hong Tio" Kwan Pek Him memberitahukan.
" Ketika kami mau meninggalkan Kuil siang cing Koan, song
Tayhiap berpesan kepada kami, memberitahukan kepada
ketua partai lain agar berkumpul di kuil ini untuk berunding."
(Bersambung ke Bagian 22)
Jilid 22 "Omitohud Itu memang baik." Kong Bung Hong Tio
manggut-manggut. "Terima kasih untuk itu."
"Kong Bun Hong Tio," bisik Ciu Lan Nio.
"Apabila partai lain ingin menyerbu ke lembah Pek yun Kok,
Kong Bun Hong Tio harus mencegahnya."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio.
"Aku pasti mencegahnya."
"Kenapa kami harus mencegah partai lain yang akan
menyerbu ke lembah Pek yun Kok?" tanya Kong Ti Seng Ceng.
"Sebab kepandaian kakekku amat tinggi, lagipula...." Ciu
Lan Nio merendahkan suaranya.
"Tong Koay dan Pak Hong sudah dibawah pengaruh ilmu
sihir kakekku." "omitohud" Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng
terkejut. "Mereka berdua di lembah Pek yun Kok?"
"ya." Ciu Lan Nio mengangguk dan berpesan,
"Aku mohon Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti Seng Ceng
jangan bilang kepada ketua partai lain, bahwa kami yang
menceritakan ini" "omitohud" Kong Bun Hong Tio tersenyum.
"Kami tidak akan membocorkannya. Terima kasih atas
kebaikan kalian berdua."
"Kong Bun Hong Tio, Kong Ti Seng Ceng, kami mohon
pamit," ujar Ciu Lan Nio sambil memberi hormat.
"Selamat jalan" sahut Kong Bun Hong Tio dengan senyum.
Kwan Pek Him juga memberi hormat, lalu melangkah pergi
bersama Ciu Lan Nio. Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng
Ceng saling memandang, kemudian mereka berdua menghela
nafas panjang. "omitohud Kita memang harus bersabar, kalau tidak siauw
Lim Pay pasti akan hancur," ujar Kong Bun Hong Tio-
"sutee, kita pun harus menasihati ketua partai lain agar
bersabar." "ya, suheng" Kong Ti seng Ceng manggut-manggut.
setelah meninggalkan Kuil siauw Lim sie, Kwan Pek Him
dan ciu Lan Nio langsung menuju GoBi Pay, Hwa san Pay, Kun
Lun Pay, Khong Tong Pay dan terakhir ke Kay Pang-Tugas
mereka telah usai, maka mereka pulang ke lembah Pek yun
Koksebulan kemudian, mereka sudah sampai di lembah Pek
yun Kok- Ketika memasuki lembah itu, mereka mendengar
percakapan beberapa anggota Hiat Mo Pang.
"Tak disangka sama sekali, Tan Giok Cu menikah dengan
ouw yang Bu. Pemuda itu pun tak tahu diri- Guru nya terkena
ilmu sihir Hiat Mo, dia malah menikah dengan Tan Giok Cu...."
"Hiat Mo yang menghendaki begitu, tentunya ouw yang Bu
harus menurut." " Kalau tidak salah, ouw yang Bu memang mencintai Tan
Giok Cu- Karena membawa golongan sesat bergabung ke sini,
maka ketua membantunya agar dia bisa memperisteri Tan
Giok Cu-" Mendengar percakapan itu, wajah Kwan Pek Him dan Ciu
Lan Nio berubah menjadi pucat pias- Mereka segera
mendekati beberapa anggota Hiat Mo Pang yang sedang
bercakap-cakap itu. "Apakah betul Tan Giok Cu menikah dengan ouw yang Bu?"
tanya Ciu Lan Nio. "Be... betul Nona," sahut salah seorang dari mereka.
" Kapan mereka menikah?"
"Dua hari setelah Nona dan Tuan Muda Kwan pergi."
Kwan Pek Him dan Ciu Lan Nio saling memandang,
kemudian keduanya melesat ke markas. Kwan Pek Him pergi
menemui si Mo gurunya, sedangkan Ciu Lan Nio menemui
kakeknya- " Kakek Kakek" seru Ciu Lan Hio sambil berlari ke kamar
Hiat Mo- "Lan Hio" sahut Hiat Mo dari dalam kamar-
"Engkau sudah pulang?"
Ciu Lan Hio menerobos ke dalam dengan wajah memucat
saking gusarnya lalu menghampiri Hiat mo, yang sedang
duduk di kursi. "Kenapa Kakek menikahkan Tan Giok Cu dengan ouw yang
Bu" Itu karena apa?" tanya Ciu Lan Hio dengan mata berapiapiTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lan Hio...." Hiat Hio mengerutkan kening.
"Jelaskan" bentak Ciu Lan Hio.
"Lan Hio...." Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau harus tenang, jangan emosi"
"Kakek sungguh keterlaluan sungguh keterlaluan" Mata Ciu
Lan Hio mulai basah- "Perbuatan Kakek itu justru akan membuat Kakak Han
Liong menderita sekali"
"Lan Hio" ujar Hiat Mo-
"Kakek berbuat begitu demi Giok Cu, kakek telah salah
menyihirnya- - " " omong kosong" sergah Ciu Lan Hio cepat.
"Itu cuma suatu alasan belaka Padahal Kakek hanya
mementingkan diri sendiri..."
"Engkau harus tahu. Giok- Cu sudah tidak dapat
disembuhkan, oleh karena itu kakek pikir dia harus
mempunyai keturunan. Lagi pula ouw yang Bu memang amat
mencintainya, maka kakek nikahkan mereka."
"Kakek sama sekali tidak memikirkan Kakak Han Liong, apa
yang akan terjadi atas dirinya, apabila kelak dia ke mari?"
"Kakek juga memikirkan itu," ujar Hiat MoTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tan Giok Cu tidak akan bisa baik dari pengaruh ilmu sihir
kakek, maka...." "Kakek tak punya perasaan sama sekali, aku benci Kakek
Aku benci Kakek" teriak Cun Lan Hio dengan air mata
berderai-derai- "Aku benci Kakek - "
"Lan Hio - " panggil Hiat Monamun
gadis itu tidak menggubrisnya, malah langsung
berlari pergi kepekarangan belakang, lalu duduk di bawah
pohon sambil menangis terisak-isak.
"Lan Hio" panggil Kwan Pek Him sambil mendekatinya-
"Lan Hio - " "Kakak Kwan...." Ciu Lan Nio menatapnya dengan air mata
berlinang-linang. "Apa yang harus kita lakukan?"
"yaaah" Kwan Pek Him menghela nafas panjang, lalu duduk
di sisinya seraya berkata,
"Tiada yang harus kita lakukan, sebab kini Tan Giok Cu
sudah sah menjadi isteri ouw yang Bun."
"Kalau begitu, bagaimana dengan Kakak Han Liong?"
"Kita harus berusaha menghiburnya kelak- Kalau tidak - ."
" Kakak Kwan, aku khawatir. - "
"Aku pun khawatir." Kwan pek Him menggeleng-gelengkan
kepala. "Han Liong begitu mencintai Tan Giok Cu, namun gadis itu
malah menikah dengan ouw yang Bun...."
"Aku tidak habis pikir, kenapa kakekku mau menikahkan
mereka?" Ciu Lan Nio menghela nafas panjang-
"Aku sudah bertanya kepada guruku - -"
"Apa jawab gurumu?"
"Aku disuruh jangan mencampuri urusan itu- Kata guruku,
itu adalah urusan ketua Kwee dan kakekmu-"
"Kakekku bilang. Giok Cu harus mempunyai keturunan.
Maka dia dinikahkan dengan ouw yang Bu, lagipula pemuda
itu amat mencintainya."
"Itu cuma alasan kakekmu." Kwan Pek Him meng-gelenggelengkan
kepala. "Padahal bisa juga Tan Giok Cu dinikahkan dengan Han
Liong, ya, kan?" "Benar. Tapi kakekku bilang tidak tahu Han Liong berada di
mana, maka Giok ?u dinikahkan dengan ouw yang Bu"
Mendadak muncul pemuda tersebut, la menghampiri
mereka dengan kepala tunduk-
"Mau apa engkau ke mari?" bentak Ciu Lan Nio.
"Engkau bukan pemuda yang gagah Engkau pengecut, tak
berperasaan dan cuma mementingkan diri sendiri"
"Nona Ciu...." ouw yang Bu menghela nafas panjang.
"Engkau bukan manusia" bentak Ciu Lan Hio lagi dengan
mata berapi-api. "Engkau binatang Engkau mencari kesempatan dalam
kesempitan engkau lebih rendah daripada binatang"
"Aku...." ouw yang Bu menundukkan wajahnya dalamdalam.
"Saudara ouw yang" Kwan Pek Him menatapnya-
"Engkau sudah tahu Han Liong dan Giok Cu saling
mencinta, tapi engkau - -"
"Beberapa tahun lalu, aku bertemu Giok Cu. sejak itu aku
tidak bisa melupakannya. Aku - aku amat mencintainya - "
ujar ouw yang Bu. "Kini dia dalam keadaan terpengaruh oleh ilmu sihir, namun
aku tetap bersedia memper isterinya dan mencintainya
dengan segenap hati. Bahkan aku pun bersedia hidup di suatu
tempat bersamanya. Aku... aku...."
"Aku tahu engkau amat mencintai Giok Cu, namun Giok Cu
justru dalam keadaan begitu."
Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepalaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak seharusnya engkau menikahi nya dalam keadaan
begitu." "Saudara Kwan...." ouw yang Bu tersenyum getir.
"Aku mencintainya, justru bersedia berkorban pula-
Tahukah kalian" Aku punya isteri bagaikan sebuah patung.
Namun walau begitu, aku tetap mencintainya."
"sudahlah" tandas Ciu Lan Hio.
"Itu cuma alasanmu, tidak perlu banyak bicara di sini Lebih
baik engkau enyah dari sini Aku muak melihatnya"
"Baik," ouw yang Bu manggut-manggut, lalu meninggalkan
mereka. "Hmm" dengus Ciu Lan Nio dingin.
"Lan Hio. - " Kwan Pek Him menghela nafas panjang.
"Kelihatannya dia memang sungguh-sungguh mencintai
Tan Giok Cu, kita tidak bisa menyalahkannya-"
"oh?" Ciu Lan Nio tertawa dingin-
"Kalau begitu, aku akan menyuruh kakekku menyihir Kakak
Han Liong, kemudian aku menikah dengan dia- Engkau tidak
akan menyalahkan diriku kan?"
" Haaah - ?" mulut Kwan Pek Him ternganga lebar.
"Lan Nio..-" "ouw yang Bu egois, tidak seperti Kakak Han Liong" ujar
Ciu Lan Nio dan menghela nafas panjang.
"Kini yang kucemaskan adalah Kakak Han Liong. Kelak
kalau dia ke mari dan tahu Tan Giok Cu sudah menikah
dengan ouw yang Bu, apa yang akan terjadi atas dirinya?"
"Mudah-mudahan Han Liong tabah" ucap Kwan Pek Him.
"ya." sahut Ciu Lan Nio.
"Mudah-mudahan Han Liong bisa tabah"
Bab 43 Ketua Kun Lun Pay dan Ketua Khong Tong
Pay tewas ini di dalam kuil siauw Lim sie tampak ramai sekali.Para
ketua partai berkumpul di ruang Tay Hiong Po Tian (Ruang
Para Orang Gagah) membahas surat dari Hiat Mo Pang.
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Hiat Mo berkepandaian tinggi sekali, ditambah Kwee In
Loan, si Mo, Tong Koay dan pak Hong, maka kita tidak dapat
melawan mereka- oleh karena itu, lebih baik kita bersabar."
"Bersabar dalam arti kita harus takluk kepada Hiat Mo
Pang?" tanya ketua Kun Lun pay.
"omitohud Memang cuma ada jalan itu." Kong Bun Hong
Tio manggut-manggut. "Kong Bun Hong Tio," ujar ketua Kun Lun Pay
menyindirkan. "siauw Lim Pay amat terkenal dalam rimba persilatan, tapi
kenapa mendadak menjadi pengecut?"
"omitohud" sahut Kong Ti seng Ceng.
"siauw Lim sie bukan pengecut, melainkan berpikir


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

panjang. Kalau, kita tahu kematian berada di depan kita,
kenapa masih menerobos ke sana" Bukankah lebih baik
bersabar untuk menunggu?"
"Bersabar untuk menunggu?" tanya ketua Khong Tong Pay-
"Bersabar sampai kapan dan menunggu apa?"
"Bersabar beberapa tahun dan menunggu kemunculan yo
sian sian" sahut ketua Bu Tong
"oh?" Ketua Khong Tong Pay tertawa.
"Tak disangka Bu Tong Pay yang amat tersohor itu, kini
malah mengandalkan orang lain."
"Ketua Khong Tong," ujar jie Lian ciu, ketua Bu Tong Pay
dengan kening berkerut. "Kita berkumpul di sini untuk berunding, bukan untuk
berdebat maupun saling menyindir. Maka kuharap jangan
bicara sembarangan, agar tidak merusak suasana dan
persahabatan." "omitohud" ucap Kong Bun Hong TioTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang benar apa yang dikatakan ketua Bu Tong. Kita
harus berunding secara baik-baik."
"Menurutku..." ujar ketua Kun Lun.
"Alangkah baiknya kita bergabung untuk menyerang ke
lembah Pek yun Kok."
"Aku setuju," sahut ketua Khong Tong Pay dan
menambahkan, "sebab kami tidak mau menjadi pengecut."
"omitohud" Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan
kepala. "Ketua Kun Lun dan ketua Khong Tong harus tahu, kini
golongan sesat pun telah bergabung dengan Hiat Mo Pang,
sehingga membuat Hiat Mo Pang amat kuat sekali, tidak
gampang bagi kita melawannya."
"Lalu maksud Kong Bun Hong Tio?" tanya ketua Kun Lun
Pay. "Tiada jalan lain kecuali bersabar dan menunggu," sahut
Kong Bun Hong Tio dengan sungguh-sungguh.
"Kalau gunung masih menghijau, jangan takut tiada kayu
bakar. Kita harus ingat akan pepatah ini-"
"Jadi maksud Kong Bun Hong Tio bersabar untuk dihina,
menunggu mengandalkan orang lain?" tanya ketua Khong
Tong Pay. "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Kita harus berpikir panjang, jangan cuma menuruti hawa
emosi." "Maaf" Ketua Khong Tong Pay bangkit berdiri
"Aku tidak sependapat, maka lebih baik aku pamit."
"omitohud" Kong Bun Hong Tio menghela nafas panjang.
"Kong Bun Hong Tio" Ketua Kun Lun Pay juga bangkit
berdiri "Aku pun mau pamit."
"omitohud" ucap Kong Ti seng Ceng.
"Pikirkanlah baik-baik, jangan bertindak ceroboh"
"Permisi" ucap ketua Kun Lun dan ketua Khong Tong Pay,
lalu meninggalkan ruang Tay Hiong Po Tian itu.
"omitohud" Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan
kepala. " Kong Bun Hong Tio," ujar ketua GoBi.
"Mereka berdua mau pergi cari mati, itu terserah mereka."
"Tak disangka pertemuan ini membuahkan kerenggangan."
Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala,
"omitohud...." "Kong Bun Hong Tio," tanya Su Hong Sek- ketua Kay pang.
"Menurut Hong Tio, kita harus bagaimana?"
"Bersabar untuk menunggu kemunculan yo sian sian, sebab
kini dia sedang berada di Lam Hai memperdalam ilmu silatnya,
setelah dia muncul, kita akan berunding lagi,"jawab Kong Bun
Hong Tio- "Betul." Ketua Kay Pang manggut-manggut.
"Kakak yo yang berkepandaian begitu tinggi, masih tidak
dapat melawan Kwee In Loan. Apalagi kita" Bahkan kini
didukung Hiat Mo, Tong Koay, Pak Hong dan si Mo, maka
kita...." "yaah" Ketua GoBiPay menghela nafas panjang.
"Apa boleh buat, kita terpaksa harus bersabar."
"Tidak salah" ujar ketua Hwa san Pay sambil manggutmanggut.
"Bersabar untuk menang, bukan bersabar karena takut
mati." "Kalau begitu..." ujar ketua Bu Tong Pay.
"Tentunya kita harus membuat surat takluk untuk Hiat Mo
Pang." "omitohud" Kong Bun Hong Tio mengangguk-
"Itu memang harus. Kita cukup mengutus orang
menyerahkan surat takluk ke lembah Pek yun Kok."
"Setelah itu...." Ketua GoBi mengerutkan kening.
"Mungkinkah Hiat Mo akan perintah kita melakukan hal-hal
yang di luar prikemanusiaan?"
"Aku yakin tidak," sahut ketua Bu Tong Pay.
"Kecuali kita mengadakan perlawanan."
"Tapi-..." Ketua GoBi menggeleng-gelengkan kepala.
"Mungkinkah yo sian sian mampu melawan Hiat Mo?"
"Itu urusan kelak- Yang penting kini kita harus bersabar"
sahut ketua Bu Tong Pay. "Tentunya kita tidak akan kalah dengan seorang pemuda,
kan?" "Maksud ketua Bu Tong?" Ketua GoBiPay tercengang
mendengar ucapan itu. "Thio Han Liong, putra Thio Bu Ki pernah bertanding
dengan Hiat Mo- - " Ketua Bu Tong Pay memberitahukan
tentang itu. "Kini Thio Han Liong pun sedang berada di suatu tempat
berlatih ilmu silatnya, usianya baru dua puluhan, namun
begitu bersemangat dan tak kenal putus asa. Nah, kita pun
harus begitu" "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Jadi keputusan kita adalah Bersabarkan?"
"ya." sahut yang lain,
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio lagi.
"Kini yang kucemaskan adalah partai Kun Lun dan Khong
Tong." "Kalau ke dua partai yang bersepakat untuk pergi
menyerbu Hiat Mo Pang, itu urusan mereka," ujar ketua GoBi
Pay. "Mereka mau cari mati, itu terserah mereka."
"Aaaah.--" Ketua Bu Tong Pay menghela nafas panjang.
"Entah apa yang akan terjadi dengan ke dua partai itu"
Apabila ke dua partai itu bersepakat untuk pergi menyerbu
Hiat Mo Pang, apakah kita tinggal diam?"
"Pokoknya kami GoBi Pay tidak mau turut campur," sahut
ketua GoBi Pay dengan tegas.
"omitohud" Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan
kepala. "Mudah-mudahan ke dua partai itu tidak pergi menyerbu
Hiat Mo Pang" "Mudah-mudahan begitu" ucap ketua Bu Tong Pay.
Pertemuan itu berakhir sampai di situ. Ketua Bu Tong Pay
dan ketua lain mulai berpamit kepada Kong Bun Hong Tio
serta Kong Ti seng ceng. Ketua Kun Lun Pay dan ketua Khong Tong Pay yang pergi
duluan itu, di tengah jalan berunding.
"Ketua Kun Lun," tanya ketua Khong Tong Pay-
"Bagaimana kita, apakah harus bersabar juga?"
"Ketua Khong Tong" sahut ketua Kun Lun Pay.
"Kalau kita harus bersabar, tentunya kita tidak akan
meninggalkan kuil siauw Lim sie duluan. ya, kan?"
"Jadi maksudmu?" tanya ketua Khong Tong Pay.
"Kita tidak sependapat dengan mereka, namun kita berdua
pasti sependapat." jawab ketua Kun Lun dan menambahkan,
"selama ini siauw Lim Pay dan Bu Tong Pay selalu
meremehkan partai lain, menganggap partainya paling tinggi
dalam rimba persilatan. Hmm..."
"Tidak salah," sambung ketua Khong Tong Pay.
"Kita tak dipandang sama sekali, maka kita harus
memperlihatkan kegagahan kita, bahwa Kun Lun pay dan
Khong Tong pay berani pergi menyerbu Hiat Mo Pang."
"Ha ha ha" Ketua Kun Lun Pay tertawa gelak-
" Aku pun berpikir begitu Baiklah, mari kita menyerbu ke
sana" "Begini saja" usul ketua Khong Tong Pay.
"Kita pulang dulu, setelah itu barulah berangkat ke lembah
Pek yun Kok- Bagaimana?"
"Ngmm" Ketua Kun Lunpay manggut-manggut.
"siapa duluan, harus menunggu di luar lembah."
"Baik-" Ketua Khong Tong Pay mengangguk, kemudian
mereka berdua berpisah- Kira-kira belasan hari kemudian, partai Kun Lun sudah tiba
di mulut lembah Pek yun Kok- sore harinya, muncullah
rombongan partai Khong Tong Pay. Ke dua ketua itu saling
memberi hormat, kemudian tertawa dan tampak bersemangat
sekali. Para murid mereka pun tampak bersemangat, setelah ke
dua ketua itu berunding sejenak, barulah memasuki lembah
itu. sementara itu, di dalam markas Hiat Mo Pang tampak Hiat
Mo, Kwee In Loan dan si mo, sedang bercakap-cakap sambil
tertawa, dan kadang-kadang mereka bertiga pun bersulang.
Mendadak berlari ke dalam seorang anggota Hiat Mo Pang,
lalu melapor. "Ketua, partai Kun Lun dan Khong Tong sedang memasuki
lembah menuju ke mari."
"oh?" Kwee In Loan mengerutkan kening.
"Tak disangka ke dua partai itu berani menyerbu ke mari"
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Baik Aku akan membawa Tong Koay dan Pak Hong ke
sana" "Hiat Locianpwee, perlukah kami ikut?" tanya Kwee In
Loan. "Tidak perlu," sahut Hiat mo sambil bangkit berdiri,
kemudian menunjukkan Tong Koay dan Pak Hong yang berdiri
di situ. "Kalian berdua ikut aku"
"ya." Tong Koay danpak Hong mengangguk-
Hiat Mo melesat pergi, diikuti Tong Koay danpak Hong.
Beberapa lama kemudian mereka sampai di mulut lembah-
Tampak rombongan Kun Lun Pay dan Khong Tong Pay sedang
berjalan menuju lembah itu.
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak- la bersama Tong Koay
danpak Hong menghadang di depan.
"siapa engkau?" tanya ketua Kun Lun Pay.
"Aku Hiat Mo" sahut Hiat Mo dingin.
"Kalian berani menyerbu ke mari aku tidak akan
mengampuni kalian" Hiat Mo mengeluarkan sebatang suling dan meniupnya.
Kemudian terdengarlah suara suling yang berbunyi aneh-
Begitu mendengar suara suling itu, wajah Tong Koay dan Pak
Hong langsung berubah menjadi beringas- Mereka langsung
menyerang ketua Kun Lunpay dan Khong Tong Pay.
Betapa terkejutnya ke dua ketua itu. Mereka berdua segera
berkelit dan sekaligus balas menyerang. Terjadilah
pertarungan yang amat seru dan dahsyat, sedangkan para
murid Kun Lun Pay dan Khong Tong Pay cuma menonton saja.
Puluhan jurus kemudian, ketua Kun Lun Pay dan ketua
Khong Tong Pay sudah mulai terdesak- Lewat seratus jurus,
mendadak mendengar suara jeritan ketua Kun Lun Pay dan
ketua Khong Tong Pay. Ternyata kedua ketua itu terkena
pukulan yang dilancarkan Tong Koay dan Pak Hong.
Ke dua ketua itu terpental tujuh delapan depa, kemudian
terkapar dengan mulut mengeluarkan darah.
"Guru Guru..." teriak murid Kun Lun Pay dan Khong Tong
Pay menghampiri ke dua ketua itu.
sementara Hiat Mo tersenyum-senyum. la telah berhenti
meniup sulingnya, sedangkan Tong Koay dan Pak Hong berdiri
mematung di tempat. "Guru Gueu" " teriak para murid Kun Lun Pay dan Khong
Tong Pay. Ternyata ke dua ketua itu telah binasa.
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Kalian boleh bawa pulang ke dua mayat itu Ha ha ha..."
Hiat Mo melesat pergi. Tong Koay dan Pak Hong juga
mengikutinya, sementara para murid Kun Lun Pay dan Khong
Tong pay masih terus berteriak-teriak memanggil guru
mereka. -ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat Mo sudah di dalam markas, la duduk di kursinya,
sedangkan Tong Koay dan Pak Hong berdiri mematung di
hadapannya. "Bagaimana Hiat Locianpwee?" tanya Kwee In Loan.
"sudah dibereskan Tong Koay dan Pak Hong" sahut Hiat Mo
sambil tertawa gelak- "Ha ha ha-" "Maksud Hiat cianpwee ke dua ketua itu telah binasa di
tangan Tong Koay dan pak Hong?" tanya si Mo-
"Betul." Hiat Mo manggut-manggut.
"Partai lain pasti akan mengetahuinya, maka mereka pasti
segera membuat surat takluk untuk kita Ha ha ha..."
"Hiat Locianpwee," tanya Kwee In Loan.
"Mungkinkah partai lain akan bergabung untuk menyerbu
ke mari?" "Itu tidak mungkin," sahut Hiat Mo-
" Kalau mereka mau bergabung, maka tidak mungkin cuma
partai Kun Lun dan partai Khong Tong yang ke mari. ya, kan?"
"Masuk akal." Kwee In Loan manggut-manggut.
" Kalau begitu, tidak lama lagi Hiat Mo Pang pasti berkuasa
dalam rimba persilatan."
"Itu sudah pasti." Hiat Mo tertawa gelakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ha ha ha Bahkan Hiat Mo Pang pun akan memimpin rimba
persilatan." "Ha ha ha" si Mojuga ikut tertawa gelak-
"Kali ini siauw Lim Pay dan Bu Tong Pay pasti kehilangan
muka- Thio sam Hong yang sudah tua itu pun pasti mencakmencak


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saking gusarnya. Ha ha ha - "
"Baiklah-" Hiat Mo bangkit berdiri.
"Aku mau ke kamar beristirahat dulu, kalian ngobrollah"
Kwee In Loan dan si Mo manggut-manggut, sedangkan
Hiat Mo berjalan ke kamarnya. Begitu membuka pintu
kamarnya, ia terbelalak, ternyata Ciu Lan Hio duduk di situ.
"Lan Hio, kenapa engkau berada di datam kamar kakek?"
tanya Hiat Mo dengan rasa heran.
"Kakek," sahut Ciu Lan Hio dengan wajah dingin.
"Kenapa Kakek ingkar janji?"
"ingkar janji?"
"Kakek mengajak Tong Koay dan Pak Hong pergi
membunuh ketua Kun Lun Pay dan ketua Khong Tong Pay.
nah, bukankah Kakek sudah ingkar janji?"
"Kakek tidak ingkar janji," ujar Hiat Mo dengan kening
berkerut. "Ke dua partai itu menyerbu ke mari, maka ke dua ketua itu
harus dibunuh-" "Kakek - ?" Mata Ciu Lan Hio berapi-api.
"Lan Hio" Hiat Mo menghela nafas panjang.
"Kalau ke dua ketua itu tidak dibunuh, berarti Hiat mo Pang
tidak punya kewibawaan lagi."
"Bukankah mereka cukup dilukai, tidak usah dibunuh"
Tapi... Kakek justru menyuruh Tong Koay dan Pak Hong
membunuh mereka. Kakek sungguh kejam, aku bertambah
benci pada Kakek" "Lan Hio" Hiat Mo tampak mulai gusar.
"Kenapa..engkau selalu menentang Kakek?"
"Kakek terlampau kejam...." Ciu Lan Hio menghela nafas
panjang. "Kakek. lebih baik kita pulang ke Kwan Gwa."
"Pulang ke Kwan Gwa?" Hiat Mo mengerutkan kening.
"Ya." Ciu Lan Hio mengangguk-
" Kakek sudah hampir menguasai rimba persilatan, engkau
malah mengajak Kakek pulang Itu tidak mungkin"
Kakek..." "Diam" bentak Hiat mo-
" Kakek jahat Kakek kejam Aku benci Kakek Benci Kakek - "
teriak ciu Lan nio. "Engkau berani kurang ajar?" Hiat Mo melotot dan
perlahan-lahan mengangkat sebelah tangannya siap
menampar gadis itu "Kakek mau menamparku" Ayoh Tamparlah" tantang ciu
Lan Hio sambil menatapnya. Begitu melihat wajah cucunya
yang penuh kegusaran itu, temaslah hati Hiat Mo-Ternyata ia
teringat pada putri kesayangannya yang sudah tiada, la
menghela nafas panjang, kemudian menurunkan tangannya.
"Lan Nio Lan Nio" Terdengar suara panggilan di luar,
ternyata suara Kwan Pek Him.
"Kakak Kwan" sahut Ciu Lan Hio dan langsung
berhamburan ke luar. "Kakak Kwan" "Lan Nio" "Kakak Kwan...." ciu Lan Hio mendekap di dada pemuda
itu. "Lan Hio" Kwan Pek Him membelainya-
"Mari kita ke pekarangan belakang, kita mengobrol di sana"
Ciu Lan Hio mengangguk, mereka berdua menuju
pekarangan belakang, talu duduk di bawah pohon.
"Lan Hio" tanya Kwan Pek Him.
"Apa yang telah terjadi?"
"Kakekku ingkar janji." Ciu Lan Hio memberitahukan.
"Dia membawa Tong Koay dan Pak Hong pergi membunuh
ketua Kun Lun Pay dan ketua Khong Tong Pay"
"Lan Hio, aku sudah tahu itu," ujar Kwan pek Him sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Tentang itu, kita tidak bisa menyalahkan kakekmu."
"Memangnya kenapa?"
" Kalau ke dua ketua itu tidak menyerbu ke mari, tentunya
kakekmu tidak akan membawa Tong Koay dan Pak Hong pergi
membunuh mereka- ya, kan?"
"Itu-..." Ciu Lan Nio mengerutkan kening.
"Bukankah Kakekku boleh melukai mereka, tidak usah
menyuruh Tong Koay dan pak Hong membunuh ke dua ketua
itu kan?" "Tidak salah, namun kakekmu sudah berbaik hati, tidak
membunuh para murid mereka." Kwan Pek Him
memberitahukan. "Maka dalam hal ini, aku tidak begitu menyalahkan
kakekmu." "Aaah-." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Kakak Kwan, aku... aku sudah mulai merasa bosan
berkecimpung dalam rimba persilatan."
"Lan Nio" Kwan Pek Him menatapnya dengan mesraTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau engkau mau hidup tenang di suatu tempat yang
sepi, aku bersedia mendampingimu-"
"Terima kasih, Kakak Kwan" ucap Ciu Lan Nio dengan suara
rendah- "Kita masih harus menunggu kemunculan kakak Han Liong,
setelah itu barulah kita hidup tenang di suatu tempat-
Bagaimana?" "Setuju-" Kwan Pek Him mengangguk, kemudian mendadak
memeluknya erat-erat seraya berbisik
"Kita pun akan hidup bahagia di tempat yang sepi itu."
Berita tentang tewasnya ketua Kun Lun Pay dan ketua
Khong Tong Pay, sungguh menggemparkan rimba persilatan,
siauw Lim Pay dan partai lain segera mengutus murid tertua
pergi melawat ke Kun Lun pay dan Khong Tong Pay.
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio menyambut
kedatangan song Wan Kiauw dan jie Lian Cu.
"Selamat datang song Tayhiap dan ketua Bu Tong silakan
duduk" "Terima kasih-" song wan Kiauw dan lie Lian ciu duduk,
kemudian mereka berdua menghela nafas panjang.
"Aaaah Ketua Kun Lun Pay dan ketua Khong Tong Pay tidak
mau mendengar nasihat kita, akhirnya binasa di tangan Tong
Keay dan Pak Hong" "omitohud Mungkin itu sudah merupakan takdir bagi
mereka berdua." Keng Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan
kepala, "oh ya, kalian sudah mengutus orang pergi melawat?"
"Sudah." Jie Lian ciu mengangguk-
"Kami ke kemari ingin berunding...."
Di saat bersamaan, terdengarlah suara langkah tergesagesa
dan tak lama muncullah ketua GoBi Pay, Hwa san Pay
dan ketua Kay Pang. "omitohud" ucap Keng Bun Hong Tio-
"silakan duduk"
Para ketua itu segera duduk, kemudian bersama pula
menghela nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan
kepala. "Tak disangka sama sekali." ujar ketua Hwa san Pay.
"Ketua Kun Lun dan ketika Khong Tong Pay memang keras
kepala, akhirnya...."
"Itu bukan keras kepala," sahut ketua Gobi Pay.
"Melainkan sokjago, maka jadi korban."
"omitohud" tanya Keng Bun Hong Tio-
"Kalian sudah mengutus orang pergi melawat?"
"Sudah" sahut mereka-
"omitohud" ucap Keng Ti seng Ceng sambil menggelenggelengkan
kepala- "Melakukan sesuatu tanpa perhitungan matang, itulah
akibatnya- Mati secara sia-sia - ."
"Keng Bun Hong Tio" tanya ketua Hwa San Pay
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Bersabar dan menunggu," sahut Keng Bun Hong Tio-
"Namun kita harus membuat surat takluk untuk Hiat Mo
Pang. Kalau tidak, kemungkinan besar Hiat Mo dan yang lain
akan mencari kita." "Menurutku..." ujar ketua Bu Tong Pay.
"Setelah mengutus orang menyerahkan surat takluk, kita
harus melarang murid-murid kita berkeluyuran dalam rimba
persilatan, Itu agar tidak menimbulkan hal-hal yang tak
diinginkan." "Betul." Ketua Kay Pang manggut-manggut.
"Akupun akan melarang para anggotaku bentrok dengan
para anggota Kay Pang. sebab pada waktu itu, para anggota
Hiat Mo Pang pasti berkeliaran dalam rimba persilatan."
"Aaah-.." Ketua Bu Tong Pay menghela nafas panjang.
"Entah akan menjadi bagaimana rimba persilatan
selanjutnya?" "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Mudah-mudahan yo sian sian cepat muncul"
"oh ya" Ketua Hwa san Pay memandangnya.
"Kong Bun Hong Tio, bagaimana kalau kita minta bantuan
kepada siauw Lim sam Tianglo?"
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Ke tiga paman guru kami sudah berpesan, ada urusan
penting apa pun, jangan mengganggu mereka-"
"oooh" Ketua Hwa san Pay manggut-manggut, kemudian
menatap ketua Bu Tong pay seraya bertanya,
"Bagaimana pendapat Guru Besar Thio sam Hong tentang
kejadian ini?" "Guru kami sudah tua sekali," jawab ketua Bu Tong Pay.
"Kalau tidak, beliau pasti sudah pergi bertarung dengan
Hiat Mo-" "Kalau begitu - -" Ketua Hwa san Pay menghela nafas
panjang. "Harapan kita hanya pada yo sian sian?"
"ya." Ketua Bu Tong Pay mengangguk dan menambahkan,
"setelah yo sian sian muncul, barulah kita semua berunding
dengannya." "Tapi...." Ketua Hwa san pay mengerutkan kening.
"Apakah kepandaiannya dapat melawan Hiat Mo?"
" Kalau dia tidak mampu melawan Hiat Mo, selamanya kita
pasti di bawah perintah Hiat Mo Pang," sahut ketua GoBi Pay.
"Tapi mulai sekarang kita harus memperdalam ilmu silat
kita, sebab kelak kita pasti akan bertarung mati-matian
dengan Hiat mo Pang."
"Betul." Ketua Hwa San Pay manggut-manggut.
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio.
"Dalam beberapa tahun ini kita semua harus bersabar,
jangan bertindak ceroboh seperti ketua Kun Lun Pay dan
ketua Khong Tong Pay Mereka mati dengan sia-sia, suatu
pengorbanan yang tiada artinya,"
"omitohud...." "Itu kesalahan mereka berdua," ujar ketua GoBi Pay.
"Sebelumnya kita sudah menasihati mereka berdua,
tapi...." "omitohud" Kong Bun Hong Tio menggeleng-ge-lengkan
kepala. "Mereka htreiua telah mati, tidak baik kita masih
menyalahkan orang yang telah mati."
"Kematian yang dicari," sahut ketua GoBi Pay dingin.
"Aku tahu kenapa mereka htreiua pergi menyerbu Hiat mo
Pang, itu dikarenakan ingin menjatuhkan kita semua. Namun
mereka justru tidak mau berpikir panjang sama sekali,
sehingga mati sia-sia."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio.
"Mereka telah tiada, jangan terus disalahkan omitohud...."
Betapa gembiranya Hiat Mo, Kwee In Loan dan si Mo
setelah menerima surat-surat takluk dari Siauw Lim, Bu Tong,
Go bi, Hwa dan Kay Pang, termasuk Kun Lun dan Khong Tong
pay- "Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak.
"Ini merupakan sejarah baru dalam rimba persilatan, Hiat
Mo pang berhasil menaklukkan partai-partai itu dan menjadi
pemimpin rimba persilatan Ha ha ha..."
"oleh karena itu..." ujar Kwee In Loan.
"Malam ini kita harus mengadakan pesta merayakan ini."
"Betul" si Mo tertawa gelak-
"Ha ha ha Malam ini seluruh anggota Hiat Mo Pang harus
ikut berpesta Ha ha ha - "
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa terbahak-bahak-
"siauw Lim dan Bu Tong pay yang amat tersohor itu,
akhirnya harus takluk pada Hiat Mo Pang Ini sungguh
merupakan suatu kejutan"
"Tidak salah Ini memang merupakan suatu kejutan Ha ha
ha - " Si Mo tertawa gembira-
Malam harinya, di dalam maupun di luar markas Hiat Mo
Pang, terdengar suara yang penuh kegembiraan. Para anggota
Hiat Mo berpesta pora. Begitupula Hiat Mo, Kwee In Loan dan
si mo, mereka bertiga terus bersulang sambit tertawa-tawa.
sementara Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio malah duduk di
bawah pohon, tidak ikut berpesta. Begitu pula ouw yang Bu
dan Tan Giok Cu, mereka berdua duduk di dalam kamar.
"Giok Cu - " ouw yang Bu menatapnya dengan penuh cinta
kasih. "Kini engkau sudah hamil, maka engkau tidak boleh banyak
bergerak." "Hamil" Apa itu hamil?" tanya Tan Giok Cu.
"Artinya kita akan mempunyai anak." sahut ouw yang Bu
sambil tersenyum. "Tentu engkau senang sekali, bukan?"
"Aku tidak tahu." Tan Giok Cu menggelengkan kepala.
"Giok Cu, rambutmu agak awut-awutan. Bagaimana kalau
aku menyisir rambutmu?" tanya ouw yang Bu lembut.
"Aku tidak tahu." Tan Giok Cu menggelengkan kepala lagiouw
yang Bu tersenyum, lalu mengambil sisir dan mulailah
menyisir rambut isterinyaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Setelah rambutmu disisir, maka engkau akan tampak lebih
cantik," ujar ouw yang Bu-Tan Giok Cu tidak menyahut.
"Giok Cu, engkau mau anak laki-laki atau anak
perempuan?" tanya ouw yang Bu sambil tersenyum.
"Tidak tahu," sahut Tan Giok Cu.
"Giok Cu" ouw yang Bu terus menyisir rambutnya-
" Walau engkau begini, aku tetap mencintaimu. Mungkin
engkau tidak bisa merawat anak. tapi aku akan merawat


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anak - -" sementara itu, Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio sedang
bercakap-cakap dengan serius sekali.
"Kakak Kwan, kini Giok ?u sudah hamil," ujar ciu Lan Nio
sambil menghela nafas panjang-
"Sekarang aku baru tahu, ouw yang Bu betul-betul
mencintainya-" " Hanya saja - " Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan
kepala- "Giok Cu sama sekali tidak tahu itu, aku iba sekali
menyaksikannya- Dia hidup dalam keadaan tak sadar-"
"Kakekku sungguh kejam, maka aku jarang bicara lagi
dengannya," ujar ciu Lan Nio dan menambahkan,
"Mudah-mudahan Kakak Han Liong cepat ke mari setelah
bertemu dia, aku ingin meninggalkan tempat ini."
"Apa?" Kwan Pek Him tersentak.
"Lalu bagaimana aku?"
"Tentunya ikut aku meninggalkan tempat ini," sahut Ciu
Lan Nio sambil tertawa kecil.
"Bagalmana mungkin aku meninggalkanmu?"
"Lan Nio...." Kwan Pek Him menggenggam tangannya.
"Kapan engkau akan menikah denganku?" tanyanya.
"Seratus tahun kemudian" sahut Ciu Lan Nio bergurau.
"seratus tahun kemudian?" Kwan Pek Him tertawa.
"Pada waktu itu kita sudah menjadi kakek tua dan nenek
tua, namun aku tetap mencintaimu."
"Hi hi hi" Ciu Lan Nio tertawa geli.
"Kalau kita sudah menjadi kakek dan nenek, tentu lucu
sekali. Muka kita keriput, mulut ompong dan rambut kita putih
semua. Nah, bukankah lucu sekali?"
"Dan..." tambah Kwan Pek Him.
"Cucu-cucu kita pasti terus menggoda kita. Ha ha ha..."
"Kakak Kwan" ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Kita berkhayal terlampau jauh. Kini kita belum menjadi
suami isteri." "Maka aku bertanya padamu, kapan kita menikah?" Kwan
Pek Him menatapnya dengan mesra.
"Jawablah" "Menurutku setelah kita bertemu Kakak Han Liong, barulah
kita menikah. Bagaimana menurutmu?"
"Aku setuju." Kwan Pek Him manggut-manggut, kemudian
menghela nafas panjang. "Aku sungguh mencemaskan Han Liong Mudah-mudahan
dia tabah menghadapi kejadian itu"
"Kakak Kwan" tanya Ciu Lan Nio.
"Apakah Kakak Han Liong akan mempersalahkan kita,
karena tidak berusaha menolong Giok cu?"
"Aku yakin tidak, sebab Han Liong bukan pemuda yang
berhati sempit. Dia tidak akan menyalahkan kita."
"Syukurlah kalau begitu Namun begitu dia melihat Giok Cu
sudah mempunyai suami dan anak. apakah dia tahan akan
pukulan itu?" "itulah yang kukhawatirkan." Kwan Pek Him menghela
nafas panjang. "Sebab dia amat mencintai Giok Cu. Giok Cu merupakan
segala-galanya bagi Han Liong, tapi justru menikah dengan
ouw yang Bu dan mempunyai anak-"
"Dia pasti dendam sekali kepada kakekku. Aku tidak tahu
harus bagaimana?" "Itu urusan kelak, tidak usah dipikirkan sekarang, sebab
akan mengganggu kesehatanmu," ujar Kwan Pek Him lembut
sambil membelai dengan penuh kasih sayang.
"ya." Ciu Lan Nio mengangguk perlahan.
"Terima-kasih atas perhatianmu. Kakak Kwan. Terima
kasih. - " -ooo00000ooo- Bab 44 Menyelamatkan Keluarga Hartawan
sang waktu terus berjalan, tak terasa setahun telah berlalu.
Kini ouw yang Bun dan Tan Giok Cu sudah punya satu bayi
perempuan. Walau Tan Giok Cu yang melahirkan bayi
perempuan itu, namun ia sama sekali tidak pernah
mengurusinya, maupun menggendongnya, hanya
menyusuinya saja. yang mengurusi bayi perempuan itu adalah
ouw yang Bun, dan kadang-kadang Ciu Lan Nio.
setelah Hiat mo Pang berkuasa dalam rimba persilatan,
kejahatan semakin meningkat karena perbuatan para anggota
Hiat Mo Pang pula. sedangkan partai-partai besar dalam rimba
persilatan sudah tidak bisa berbuat apa-apa, sebab telah
membuat surat takluk kepada Hiat Mo Pang.
sementara yo Sian Sian yang berada di Lam Hai, terus
berlatih Thian Sin ci (Ilmu Jari sakti Langit). Lam Hai Lo N i
menyaksikan latihannya sambil manggut-manggut.
"sian sian," ujarnya seusai yo sian sian berlatih.
"Mungkin engkau masih harus berlatih tiga tahun lagi,
barulah boleh kembali ke Tionggoan."
"Nenek," tanya yo sian sian.
"setelah aku menguasai ilmu Thian sin Ci, apakah aku akan
berhasil mengalahkan Hiat Mo?"
"Sian sian...." Lam Hai Lo Ni menggeleng-gelengkan kepala,
"Itu tidak mungkin, sebab Hiat Mo berkepandaian tinggi
sekali. Namun nenek yakin, engkau pasti dapat mengalahkan
Kwee In Loan." "Nenek- aku harus bagaimana kalau Hiat Mo membantu
Kwee In Loan?" "Apabila Hiat Mo berada di pihak Kwee In Loan, maka
engkau harus segera memperlihatkan tusuk konde yang nenek
berikan padamu itu Ajukan satu permintaan, dia pasti menurut
akan permintaanmu itu."
"Nenek- aku harus mengajukan permintaan apa?"
"Itu terserah engkau."
"Menurut aku..-," ujar yo sian sian setelah berpikir sejenak-
"Lebih baik aku menyuruhnya kembali ke Kwan Gwa-"
"Ngmmm" Lam Hai Lo Ni manggut-manggut.
"Betul. setelah itu barulah engkau bertarung dengan Kwee
In Loan," "ya. Nenek-" yo sian sian mengangguk, kemudian
menghela nafas panjang. "Aaaah Entah bagaimana keadaan rimba persilatan
sekarang?" "Sian Sian" Lam Hai Lo Ni tersenyum.
"Engkau tidak perlu memikirkan itu. yang penting engkau
harus terus berlatih, jangan memecahkan perhatianmu sendiri,
sebab itu akan menghambat latihanmu."
"ya. Nenek-" "Sian sian," pesan Lam Hai Lo Ni.
"Setelah urusanmu selesai kelak, lebih baik engkau kembali
ke sini saja" "Akan kupikirkan kelak, Nek," sahut yo sian sian.
"Sian sian...." Lam Hai Lo Ni menatapnya sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Kenapa hingga saat ini engkau masih tidak mau menikah?"
yo sian sian tersenyum getir.
"Kelak aku mau menjadi biarawati seperti Nenek-"
"Sian sian...." Lam Hai Lo Ni menghela nafas panjang.
"Mungkin itu sudah merupakan takdirmu...."
-ooo00000ooosementara itu, Thio Han Liong yang berada di dalam gua,
terus-menerus melatih Kiu yang sin Kang di dalam telaga. Kini
ia sudah tidak merasa dingin lagi, pertanda Lweekangnya
sudah meningkat pesat. oleh karena itu, sesuai dengan pesan Bu Beng siansu,
mulailah ia menyelam ke dasar telaga, sebab ia harus berlatih
Kian Kun Taylo sin Kang di dasar telaga itu. Begitu sepasang
kakinya menyentuh dasar telaga, seketika juga ia merasakan
adanya arus yang amat kuat menerjang ke arah dirinya.
la segera mengerahkan Kian Kun Taylo sin Kang ajaran Bu
Beng sian su untuk menyambut terjangan arus itu. Namun ia
tetap terdorong ke belakang, akhirnya terpaksa meluncur ke
atas untuk mengambil nafas-
Thio Han Liong tidak habis pikir, kenapa arus di dasar
telaga itu begitu kuat bagaikan serangan Lweekang lawan.
Ternyata pada dinding telaga yang dekat di dasar itu terdapat
sebuah lubang, dan air inti es dari dalam perut gunung soat
san terus menerjang ke luar dari lubang itu, sehingga
menimbulkan suatu arus yang amat dahsyat.
setelah mengambil nafas, Thio Han Liong menyelam lagi ke
dasar telaga. Kali ini ia mengerahkan Kiu yang sin Kang untuk
melindungi jantung dan paru-parunya dari tekanan arus di
dasar telaga, setelah berdiri di dasar telaga, barulah ia
mengerahkan Kian Kun Taylo sin Kang untuk menyambut
terjangan arus itu. Begitulah ia terus berlatih di dasar telaga
dengan penuh semangat, seandainya ia tidak makan buah
soat san Ling che, tentu ia sudah mati beku di dasar telaga
itu. Tak terasa tiga tahun telah berlalu lagi. Kini Thio Han Liong
telah berhasil menyambut terjangan arus yang di dasar telaga,
bahkan mampu pula melangkah maju.
Mulailah ia melatih ke tiga jurus Kian Kun Taylo ciang Hoat,
kemudian ia pun melatih Thay Kek Kun, Kian Kun Taylo Ie,
Siauw Lim Liong jiauw Kang dan Kiu Im Pek KutJiauw di dasar
telaga itu. Betapa gembiranya Thio Han Liong, sebab kini ia telah
berhasil menguasai ilmu Kian Kun Taylo sin Kang ajaran Bu
Beng sian su. Maka ia pun mengambil keputusan untuk
meninggalkan gua itu. Keesokan harinya, Thio Han Liong meninggalkan gua
tersebut. Kini usianya sudah hampir dua puluh lima tahun,
tampan, gagah tampak berwibawa pula. Hanya saja
pakaiannya telah kumal, bahkan juga tidak punya uang sama
sekali. Dalam perjalanan, ia mengisi perutnya dengan buahbuahan
hutan. Beberapa hari kemudian, ia tiba di kota Ling
Lam. Karena merasa haus, ia mampir ke sebuah kedai teh.
"Silakan duduk- silakan duduk- Tuan" ucap pelayan kedai
teh. "Maaf" sahut Thio Han Liong dengan tersenyum.
"Aku... aku mau minta secangkir teh, aku haus sekali."
"Mau minta secangkir teh?" Pelayan itu terbelalak-
"ya." Thio Han Liong mengangguk-
"Tidak bisa-" Pelayan menggelengkan kepala.
"Kalau kuberikan secangkir teh padamu, otomatis gajiku
dipotong. Maaf...." "Anak muda" panggil seorang yang sedang duduk
menikmati teh- "Engkau haus ya?"
"ya Paman Tua" sahut Thio Han Liong.
"Mari duduk di sini, kita minum teh bersama" ujar orangtua
itu sambil tersenyum. "Terima kasih, Paman Tua." Thio Han Liong segera duduk
di hadapannya. "Pelayan" seru orangtua itu.
"Cepat suguhkan teh wangi dan makanan enak, aku yang
bayar" "ya." sahut pelayan dan cepat-cepat menyuguhkan teh
wangi serta makanan ringan untuk Thio Han Liong.
"Paman Tua, terima kasih," ucap Thio Han Liong.
"Ha ha ha" orang itu tertawa.
"Anak muda, engkau bukan penduduk kota King Lam?"
"Bukan, aku berasal dari tempat lain."
"oooh" orangtua itu manggut-manggut.
"Bolehkah aku tahu namamu?"
"Namaku Thio Han Liong, Paman Tua?"
"Namaku Liu Ah Gu-" orangtua itu memberitahukan.
"Aku adalah Kepala Pengurus di rumah hartawan sim."
"Kok Paman Tua di sini seorang diri?"
"Aku...." orangtua itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku pusing, maka keluar ebentar untuk minum teh di sini."
"Paman Tua memusingkan apa?"
"Pusing memikirkan hartawan sim dan puterinya."
"Kenapa mereka?"
"Majikanku adalah orang yang amat baik dan berhati bajik,
sering menolong fakir miskin- Tapi...."
"Apa yang terjadi?"
"Beberapa hari yang lalu, pembesar setempat mengutus
seseorang melamar puteri hartawan sim untuk dijadikan isteri
ke empat." Liu Ah Gu memberitahukan sambil menghela nafas
panjang. "Tentunya amat mengejutkan hartawan sim, sekaligus
membuat beliau tercekam. "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut, kemudian
berbisik, "Paman Tua, aku kehabisan uang, bolehkah aku menemui
hartawan sim untuk minta bantuan?"
"Itu...." Liu Ah Gu menggeleng-gelengkan kepala.
"Kini beliau sedang pusing, maka aku khawatir...."
"Paman Tua, tolonglah bawa aku ke sana, siapa tahu
hartawan sim bersedia membantuku" desak Thio Han Liong
dengan tersenyum. "Itu...." Kening orangtua itu berkerut-kerut, sejenak
kemudian barulah ia mengangguk seraya berkata,
" Kalau hartawan sim mencaci maki dirimu, jangan
menyalahkan aku lho"
"Tentu tidak." Thio Han Liong tersenyum.
"Baiklah." orangtua itu manggut-manggut. la segera
membayar makanan dan minumannya, lalu mengajak Thio
Han Liong ke rumah hartawan sim.
sungguh besar dan mewah rumah hartawan sim. Ketika
memasuki halaman rumah itu, Thio Han Liong kagum
menyaksikannya. "Mari ikut aku masuk" ajak Liu Ah G u.
Terima kasih, Paman Tua" sahut Thio Han Liong lalu
mengikuti orangtua itu. Memang kebetulan sekali, hartawan sim dan puterinya
sedang duduk di ruang depan membicarakan sesuatu-
Hartawan sim tertegun ketika melihat Liu Ah Gu masuk
bersama seorang pemuda, sehingga keningnya tampak
berkerut. "Ah G u" tanya hartawan sim-
"siapa pemuda itu?"
"Tuan Besar, dia bernama Thio Han Liong." Liu Ah GU.


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberitahukan. "Aku bertemu dia di kedai teh?.."
"Lalu kenapa engkau membawanya ke mari?"
"Dia - dia kehabisan uang, maka...."
"Ah G u" bentak hartawan sim.
"Aku sedang pusing, tapi engkau justru menambah
kepusinganku" "Tuan Besar...." Liu Ah Gu menundukkan kepala.
"Paman" ujar Thio Han Liong sambil memberi hormat.
"Jangan memarahi paman tua ini, sebab aku yang
memaksanya membawa ke mari"
Hartawan sim menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau ke mari tidak tepat pada waktunya, karena saat ini
aku...." "Ayah, bantulah dia" ujar puteri hartawan sim yang
bernama sim sok Im. "Kita membantu orang yang dalam kesulitan, siapa tahu
kesulitan kita dapat teratasi."
"Aaah - " Hartawan sim menghela nafas panjang.
"Baiklah- Ayah pasti membantunya."
"Terima kasih, Paman. Terima kasih, Nona," ucap Thio Han
Liong. "Anak muda, duduklah"
"ya, paman." Thio Han Liong segera duduk-
"Anak muda, siapa engkau dan mau ke mana?" tanya
hartawan sim sambil memandangnya dalam-dalam-
"Namaku Thio Han Liong, aku sedang mengembara."
Hartawan sim manggut-manggut.
"oh ya, engkau sudah makan apa belum?"
"Tuan Besar," sahut Liu Ah Gw c-cpat-
"Dia belum makan. Tadi dia ke kedai teh hanya minta air
minum." "Kalau begitu, cepatlah suruh beberapa pelayan
menyiapkan hidangan" pesan hartawan sim.
"ya. Tuan Besar-" Kepala Pengurus itu langsung ke dalam.
"Paman, tidak usah repot-repot" ucap Thio Han Liong.
"Tadi aku sudah makan sedikit."
"Makan sedikit mana bisa kenyang" Ha ha ha Han Liong,
jangan sungkan-sungkan" Hartawan sim tertawa-
"oh ya, kuperkenalkan Ini putriku bernama sim sok Im."
"Nona sim" panggil Thio Han Liong.
"Jangan memanggilku nona, usiaku lebih kecil..." sahut sim
sok Im dengan wajah aflak kemerah-merahan.
"Panggil saja Adik,"
"Ya, Adik sok Im" Thio Han Liong tersenyum.
senyumannya membuat hati gadis itu berdebar-debar aneh,
dan la langsung menundukkan wajahnya dalam-dalam.
"Ha ha ha" Hartawan sim tertawa gelak, tapi kemudian
menghela nafas panjang. "Aaah?." "Ayah- - " sim sok Im memandang hartawan sim.
"Nak" Hartawan sim menggeleng-gelengkan kepala.
"Besok pagi utusan pembesar Tan akan ke mari, kita...."
"Ayah" Wajah sim sok Im murung sekali.
"Kalau terpaksa, itu apa boleh buat."
"Maksudmu?" "Aku terpaksa harus menikah dengan pembesar itu."
"Nak, itu... itu mana boleh?"
"Ayah" sim sok Im menghela nafas panjang.
"Kita tidak bisa berbuat apa-apa, sebab kalau kita melawan.
Ayah pasti dihukum berat."
"Aaaah..." Hartawan sim menghela nafas panjang tak
henti-hentinya. "Pembesar Tan sungguh keterlaluan, bahkan sering berbuat
sewenang-wenang pula"
"Maaf, Paman sebetulnya apa gerangan yang terjadi?"
tanya Thio Han Liong. "Bolehkah aku mengetahuinya?"
"Pembesar Tan adalah pembesar baru di kota Ling Lam ini.
isterinya sudah tiga, tapi masih mengutus orang
kepercayaannya ke mari untuk melamar putriku. Kalau aku
menolak dia pasti akan memfitnahku, sehingga aku dihukum
berat. Besok pagi utusan itu akan ke mari dan aku harus
memberi keputusan." Thio Han Liong tersenyum dan bertanya,
"Kenapa Paman tidak melaporkan kepada atasan pembesar
itu?" "Kalau aku melapor, justru bertambah celaka."
"Kenapa begitu?"
"salah seorang menteri di dalam istana adalah famili
pembesar Tan, maka apabila aku melapor kepada atasannya,
tentunya atasannya akan berpihak kepadanya dan akulah
yang akan celaka." Thio Han Liong manggut-manggut.
"Ternyata begitu - ."
Di saat itu kepala pengurus muncul lalu memberi hormat
kepada hartawan sim seraya melapor, bahwa semua hidangan
telah disajikan di atas meja-
"Han Liong," ujar hartawan sim.
"Silakan makan, usai makan mandilah agar badanmu
seoar" "Ya, Paman" Thio Han Liong mengangguk-
"Han Liong" Liu Ah Gu tersenyum.
"Mari ikut aku ke ruang makan"
"Terima kasih, Paman Tua" ucap Thio Han Liong lalu
mengikuti orangtua itu ke ruang makan.
"Ayah," ujar sim sok Im.
"Pakaian Han Liong sudah kumal...."
"Baik," Hartawan sim manggut-manggut karena tahu akan
maksud putrinya. "Ambilkan pakaian baru untuk pemuda itu"
"ya. Ayah-" sim sok Im mengangguk dengan wajah agak
kemerah-merahan. "Nak" Hartawan sim menatapnya dengan penuh perhatian.
"Entah sudah berapa banyak pemuda dari keluarga kaya ke
mari melamarmu, tapi engkau tolak satu per satu. Kini...
kelihatannya engkau begitu menaruh perhatian pada Thio Han
Liong, apakah - engkau tertarik padanya" "
"Ayah - ." sim sok Im cemberut, lalu berlari ke kamar
ayahnya untuk mengambil pakaian.
setelah itu, ia ke ruang makan. Tampak Thio Han Liong
sedang bersantap dengan lahap sekali.
"Kakak - " sim sok Im mendekatinya.
"Pakaian ini untukmu, pakailah seusai mandi"
"Terima kasih. Adik sok Im," ucap Thio Han Liong.
Gadis itu tersenyum, kemudian meninggalkan ruang makan
dengan sikap malu-malu dan itu membuat Liu Ah Gu tertawa
gelak- "Ha ha ha Pura-pura malu"
Wajah sim sok Im memerah, ia mempercepat langkahnya
kembali ke ruang depan. "Lho?" Hartawan sim terbelalak-
"Kenapa wajahmu kemerah-merahan" Ada apa sih?"
"Tidak ada apa-apa. Ayah," sahut gadis itu sambil duduk.
"Engkau sudah berikan pakaian kepada Han Liong?"
"sudah-" "Nak- engkau?.." Hartawan sim memandangnya, kemudian
menggeleng-gelengkan kepala.
"Bagaimana menurutmu mengenai urusan besok?" sim sok
Im menghela nafas. " Aku pasrah saja"
"Begini-..." Mendadak muncul suatu ide dalam benak
hartawan sim, sehingga wajahnya tampak berseri.
"Ayah akan menikahkanmu dengan Thio Han Liong ini, jadi
pembesar Tan tidak bisa apa-apa."
Wajah sim sok Im memerah tampak tersipu.
"Itu... itu terlampau mendadak, lagipula kita sama sekali
belum tahu jelas pemuda itu."
"Itu tidak jadi masalah, yang penting engkau jangan
menjadi isteri ke empat pembesar Tan," ujar hartawan sim.
"Ayah akan berunding dengan Thio Han Liong, mudahmudahan
dia tidak akan berkeberatan memper-isterimu"
"Ayah- - " sim sok Im bergirang dalam hati.
Berselang beberapa saat kemudian, tampak Thio Han Liong
berjalan perlahan menuju ruang depan dengan pakaian
barunya. " Haaah?" Hartawan sim dan putrinya terbelalak, karena
Thio Han Liong begitu tampan seusai mandi dan mengenakan
pakaian baru itu "Han Liong...."
Thio Han Liong memberi hormat.
"Terima kasih atas kebaikan Paman menghadiahkan
pakaian ini untukku. Terima kasih.."
"Ha ha ha" Hartawan sim tertawa gelak-
"Han Liong, duduklah"
"ya, Paman" Thio Han Liong duduk-
Hartawan sim memandangnya seraya berkata,
"Puteriku sudah berusia dua puluh tahun, justru tak
disangka muncul urusan yang mencemaskan itu. Maka aku...
aku mau mohon bantuanmu"
"Apa yang dapat kubantu, Paman" tanya Thio Han Liong.
"Besok pagi utusan pembesar Tan akan ke mari, oleh
karena itu..." ujar hartawan sim dengan suara rendah.
"Malam ini aku akan menikahkan putriku denganmu, tentu
engkau tidak akan menolak kan?"
Thio Han Liong tersenyum, sama sekali tidak tampak
terkejut akan pembicaraan itu.
"Terima kasih atas kepercayaan Paman pada diriku, namun
Paman terlampau tergesa-gesa mengambil keputusan ini.
sebab Paman sama sekali belum tahu identitas diriku, lagipula
baru setengah hari Adik sok Im kenal aku. Maka tidak baik
Paman memutuskan demikian."
Hartawan sim terbelalak mendengar penolakan itu,
kemudian menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku amat pusing dan cemas, besok pagi utusan pembesar
Tan akan ke mari...."
"Paman" ujar Thio Han Liong.
"Menurut aku, lebih baik hadapi saja utusan itu"
"Cara bagaimana aku menghadapi utusan itu?" keluh
hartawan sim. " Kalau aku menolak kemungkinan pembesar Tan akan
menfitnahku agar dihukum mati, sedangkan putriku tetap
menjadi isteri mudanya."
"Paman" Thio Han Liong tersenyum.
"Tolak saja" "Itu...." Hartawan sim menggeleng-gelengkan kepala.
"Ayah," sela Sim Sok Im.
"Memang lebih baik kita tolak. Kalau Ayah dihukum mati,
aku... aku pun akan bunuh diri"
"Nak - ?" Mata hartawan sim mulai basah-
"Kenapa urusan itu menimpa kita, padahal ayah tidak
pernah berbuat jahat terhadap siapa pun. Aaaah Kenapa
Thian (Tuhan) berkehendak beo itu?"
"Ayah, jangan menyalahkan Thian"
"Betul," sahut Thio Han Liong.
"Thian justru punya mata dan Maha Adil Bijaksana,
percayalah Pembesar Tan pasti memperoleh ganjarannya-"
"Itu - itu bagaimana mungkin?" Hartawan sim menggeleng-
gelengkan kepala- "yakinlah" Thio Han Liong tersenyum sambil bangkit
berdiri- "Paman, aku mohon pamit"
"Apa" Engkau mau pergi?" Hartawan sim tertegun.
"Ya-" Thio Han Liong mengangguk-
"Baiklah-" Hartawan sim manggut-manggut.
"sok Im, ambilkan lima ratus tael perak di kamar ayah
untuk Han Liong" "Tidak usah, Paman" tolak Thio Han Liong.
"Engkau akan melanjutkan pengembaraanmu, tentunya
membutuhkan uang," ujar hartawan sim.
sedangkan sim sok Im sudah masuk ke dalam. Tak lama
kemudian gadis itu sudah kembali dengan membawa sebuah
bungkusan kecil berisi lima ratus tael perak-
"Kakak, terimalah" Sim sok Im menyodorkan bungkusan itu
dengan mata bersimbah air.
"Adik sok Im-." Thio Han Liong menerima bungkusan itu
dengan terharu sekali. Padahal hartawan sim sedang menghadapi masalah,
namun masih memperhatikan orang lain. Betapa kagum dan
salutnya Thio Han Liong terhadap hartawan itu, juga amat
berterima kasih kepada sim sok Im.
"Kakak, selamat jalan" ucap gadis itu
"sampai jumpa. Adik sok Im" Thio Han Liong tersenyum,
lalu memberi hormat kepada hartawan sim.
"Paman, terima kasih atas kebaikan Paman."
"Han Liong...." Hartawan sim menghela nafas panjang.
"Aku ingin menahanmu di sini, tapi aku justru sedang
menghadapi masalah itu"
"Paman, sampai jumpa" ucap Thio Han Liong, lalu
melangkah pergi. sim sok Im mengantarnya sampai di luar rumah- Thio Han
Liong berhenti di situ seraya berpesan,
"Adik sok Im, jangan khawatir mengenai urusan esok hari
Tolak saja lamaran pembesar Tan Kalau mereka membawa
kalian ke kantor pembesar Tan, kalian ikut saja"
"ya-" sim sok Im mengangguk-
"Kakak, kapan akan berjumpa lagi?"
"Dalam waktu dekat kita pasti berjumpa lagi," sahut Thio
Han Liong, setelah itu barulah ia berjalan pergisim
sok Im kembali ke dalam rumah- Hartawan sim masih
duduk di ruang depan itu dengan wajah murung-
"Ayah - " panggil sim sok Im dengan air mata meleleh
"Han Liong sudah pergi?" tanya hartawan sim-
"ya-" sim sok Im mengangguk sambil duduk-
"En-tah - kapan dia akan ke mari lagi?"
"Nak-..." Hartawan Sim menghela nafas.
"Kita harus menghadapi urusan esok pagi, maka engkau
jangan memikirkan pemuda itu"
"Ayah, lebih baik kita menolak lamaran pembesar Tan. Apa
yang akan terjadi biarlah terjadi."


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik," Hartawan sim manggut-manggut.
"Mari kita hadapi bersama urusan esok itu"
"Ayah..." sim sok Im menangis terisak-isak-
"Jangan menangis. Nak" ujar hartawan sim lembut.
"Asal ayah dapat menyelamatkanmu, mati pun ayah
rela...." -ooo00000ooo- Pagi itu utusan pembesar Tan beserta para pengawal
berangkat ke rumah hartawan sim. Utusan itu adalah
penasihat pembesar Tan, yang amat licik dan banyak akal
busuk- Kenapa pembesar Tan mengutusnya melamar sim sok
Im" Ternyata ketika pembesar Tan pergi bersembahyang di
sebuah kuil, kebetulan sim sok Im juga sedang
bersembahyang di kuil itu Begitu melihat gadis itu, pembesar
Tan langsung tertarik, maka mengutus penasihat-nya untuk
melamar sim sok Im. Para pengawal pembesar Tan berdiri di depan rumah
hartawan sim, sedangkan utusan itu berlenggang ke dalam
dengan tersenyum-senyum. Hartawan sim dan putrinya sedang duduk di ruang depan.
Dengan sikap dingin mereka menyambut kedatangan utusan
itu. "Ha ha ha" utusan itu tertawa gelak-
"Selamat pagi selamat pagi - -"
"Hmm" dengus hartawan sim-
"Mau apa engkau ke mari?"
"Mau bertanya kepada hartawan Sim, apakah sudah siap
menerima lamaran Tan Tayjin?" sahut utusan itu.
"Kami menolak lamaran itu," ujar hartawan sim.
"Apa?" Air muka utusan itu langsung berubah-
"Hartawan sim, engkau berani menolak lamaran Tan
Tayjin?" "Kenapa tidak?" sahut hartawan sim.
"Bagus, bagus" utusan itu menatap sim sok Im dan
bertanya, "Bagaimana Nona sim" Engkau menerima, lamaran Tan
Tayjin?" "Menolak" sahut sim sok Im dengan ketus dan dingin.
"Bagus, bagus Kalian berdua betul-betul cari penyakit" ujar
utusan itu lalu berseru, "Pengawal, bawa mereka ke kantor Tan Tayjin"
"ya," sahut beberapa pengawal yang di luar. Mereka segera
masuk sekaligus menangkap hartawan sim dan putrinya.
"He he he" Utusan itu tertawa terkekeh-kekeh-
"Betulkah kalian menolak lamaran Tan Tayjin?"
"Betul" sahut hartawan sim dan putrinya serentak-
"Baik" Utusan itu manggut-manggut.
"Pengawal, seret mereka ke kantor Tan Tayjin"
"ya" sahut para pengawal itu, yang kemudian menyeret
hartawan sim dan putrinya ke kantor pembesar Tan.
Para penduduk hanya menggeleng-gelengkan kepala. Tiada
seorang pun berani bersuara.
"Tak disangka hartawan sim yang baik hati itu akan
mengalami musibah ini," bisik seseorang kepada temannya.
"Aaaah - " Temannya menghela nafas panjang.
" orang baik malah tertimpa musibah, Lo Thian ya (Tuhan)
sungguh tidak adil" Hartawan sim dan putrinya diseret sampai di kantor
pembesar Tan. Para pengawal mendorong mereka agar
berlutut di tengah-tengah ruang itu. sedangkan utusan itu
langsung ke dalam, dan tak lama ia sudah bersama pembesar
Tan yang berusia lima puluhan itu. Pembesar Tan duduk-
Utusan yang juga penasihat segera berbisik-bisik di telinganya.
"oh?" Pembesar Tan mengerutkan kening.
Penasihat itu berbisik-bisik lagi. Pembesar Tan manggutmanggut
lalu mendadak memukul meja.
"Hartawan sim" bentak pembesar Tan.
"sungguh berani engkau menghina pembesar, maka
engkau harus dibuang ke kota lain"
"Tan Tayjin, aku hanya menolak lamaran Tayjin- Itu bukan
berarti menghina pembesar-Kenapa aku harus dibuang ke
kota lain?" "Masih berani banyak bicara?" bentak pembesar Tan.
"Pengawal, cepat pukul pantatnya seratus kali"
"Tan Tayjin" ujar sim sok Im.
"Aku yang menolak lamaran Tayjin. silakan Tayjin
menghukumku, jangan menghukum ayahku"
"Ayahmu yang bersalah, bukan engkau," sahut pembesar
Tan sambil memandangnya, kemudian tersenyum-senyum.
sementara para penduduk sudah berkumpul di luar kantor
pembesar Tan, namun tiada seorang pun yang berani
bersuara. "Tan Tayjin jangan memfitnah ayahku" ujar sim sok Im
dengan berani. "Tan Tayjin sudah beristeri tiga, tapi masih ingin
melamarku Tentu aku menolak-..."
"Diam" bentak pembesar Tan berang.
"Pengawal, cepat pukul hartawan sim"
" ya" sahut beberapa pengawal, dan mereka langsung
menekan punggung hartawan sim agar hartawan itu
tengkurap. (Bersambung keBagian 23) Jilid 23 "Jangan memukul ayahku Jangan memukul ayahku..."
teriak Sim Sok Im. "Cepat pukul hartawan itu seratus kali" bentak pembesar
Tan. "Cepat" "ya" sahut para pengawal sambil mengangkat pemukul
yang menyerupai pengayuh sampan.
Ketika salah seorang pengawa baru mau mengayunkan
pemukulnya, mendadak terdengar suara bentakan keras.
"Berhenti" Suara bentakan itu memekakkan telinga, dan sudah barang
tentu mengejutkan para pengawal, begitu pula pembesar Tan
dan penasihat itu. Tampak seorang pemuda berusia sekitar dua puluh lima
tahun berjalan memasuki kantor itu Dia tampan, gagah dan
berwibawa. Siapa pemuda itu, tidak lain adalah Thio Han
Liong. "Kakak..." seru Sim Sok Im.
"Han Liong?" Hartawan Sim terbelalak yang sudah bangkit
berdiri. Thio Han Liong berdiri di pembesar Tan dengan wajah
dingin, sedangkan pembesar Tan dan penasihatnya tampak
tercengang akan kemunculan Thio Han Liong.
"Siapa engkau?" tanya pembesar Tan sambil mengerutkan
kening. "Sungguh berani engkau mengacau sidangku"
"Hmm" dengus Thio Han Liong dingin.
"Engkau pembesar kota ini, seharusnya melindungi
penduduk kota ini Tapi... sebaliknya engkau malah bertindak
sewenang-wenang Engkau sudah beristeri tiga, tapi masih
ingin melamar anak gadis orang Karena ditolak, engkau
memfitnah orang itu menghina pembesar jangan mentangmentang
mempunyai famili seorang menteri di istana lalu
engkau bertindak semaunya"
"Pengawal Cepat tangkap dia dan hukum dengan lima ratus
kali pukulan" bentak pembesar Tan.
pengawal langsung mendekati Thio Han Liong. Mendadak
Thio Han Liong mengibaskan tangannya, dan seketika para
pengawal itu terpental membentur dinding.
"Aduuuh Aduuuuh..." jerit para pengawal itu kesakitan.
"Aduuuuh - " "Haah - ?" Terkejutlah pembesar Tan dan penasihat-nya.
Cepat-cepat penasihat itu berbisik-bisik di telinga pembesar
Pedang Sinar Emas 26 Pendekar Gila 50 Prahara Di Gunung Kematian Rahasia Peti Wasiat 1
^