Pencarian

Bayangan Berdarah 10

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 10


tersembunyi anak murid partai Sin Hong Pang, tapi kenapa
orang2 itu tidak mau unjukan muka?"
"Ehmmm! benar, hal ini memang sedikit mengherankan...."
Sewaktu kedua oran gitu sedang kasak kusuk
membicarakan soal mereka sendiri mendadak Sin Hong Paytju
buka suara dan berkata "Baiklah aku menyetujui usul kalian, jiwa Kiem Tjoa Lengtju
akan kutukar denganjiwa bocah perempuan itu;"
"Bagus sekali kita tetapkan dengan perkataan ini, sebelum
sang surya lenyap diufuk Barat cayhe pasti membawa Kiem
Tjoa Lengtju datang kemari."
Situasi yang tegang diantara kedua belah pihak segera
melunak kembali dengan sepatah dua patah kata dari Sin
Hong Paytju ini. "Sebenarnya dalam sekejap mata aku bisa mencabut jiwa
kalian berdua dengan sangat gampang" kata Sin Hong Paytju
kembali, "Tapi setelah kupikir bolak balik, niatku ini kubatalkan
kembali, sekarang kalian berdua boleh pergi!"
Dalam hati Siauw Ling merasa sangat tidak puas, bibirnya
bergerak hendak mengejek, tapi niatnya kena dicegah oleh
kerdipan mata Sang Pat. Demikianlah mereka berdua segera berlalu dari ruangan
dan keluar dari kuil itu.
Beberapa saat mereka berlari, ditengah jalan Sang Pat
berpaling ke belakang ketika dilihatnya tak ada orang yang
melakukan pengejaran barulah ujarnya kepada sang pemuda
dengan nada lirih. "Toako! tahukah kau mengapa siauwte melarang kau
banyak bicara...." "Demi meredakan suasana dan menghindarkan diri dari
banyak ribut, setelah ia setuju untuk menyerahkan nona Giok
Lan kepada kita, tentu saja tiada berguna lagi untuk mencari
gara2 dengan banyak ribut!"
"Soal ini sih tidak sedemikian!"
"Lalu karena apa?"
"Sacara mendadak siauwte teringat akan kabar berita yang
tersiar di dalam dunia persilatan, banyak orang mengatakan
bahwa Sin Hong Pay tju bisa mencabut nyawa kita tanpa
menimbulkan sedikit suarapun apa yang ia ancam terhadap
kita barusan kemungkinan besar bukan gertak sambal belaka,
Haaa.... sewaktu siauw te teringat akan kabar berita yang
tersiar dalam Bu-lim ini hatiku merasa amat gelisah, teringat
mungkin sekali urusan ini akan menyeret Toako ke dalam
keadaan yang mengerikan hatiku semakin cemas lagi, Tidak
nyana ia suka berubah niat dan setuju untuk menukar jiwa
Giok Lan dengan jiwa Kiem Tjoa Leng-tju, hal ini sungguh
membuat aku merasa bingung dan sama sekali tidak paham"
"Kau teringat urusan apa lagi?"
"Di dalam dunia persilatan tersiar kabar berita pula yang
mengatakan sewaktu sin Hong Pay tju hendak menghukum
lawannya asal ia berdiri tepat dihadapan patung arca itu maka
dalam waktu yang singkat hukuman akan segera menimpa
diatas tubuh siterhukum; kalau kita dengar berita ini sang hati
memang akan dibikin keheranan, padahal kalau kita berpikir
lebih cermat lagi dibalik peristiwa tersebut sebenarnya
tersembunyi suatu rahasia yang sangat besar"
"Rahasia apakah itu?"
"Jikalau di dalam patung berwajah bengis itu
disembunyikan alat2 rahasia atau senjata2 rahasia, dengan
andalkan kepandaian silat yang kita miliki tak perlu terlalu jeri
kepadanya, tapi jikalau yang ia sembunyikan adalah semacam
obat pemabok yang tak berwarna tak berasa dan tanpa
menimbulkan suara maupun gerak gerik yang mencurigakan
tahu2 menyembur ke arah kita, bukankah tanpa disadari racun
tersebut telah bersarang ditubuh kita...."
Sebelum ia sempat menyelesaikan kata2nya mendadak
terdengar suara langkah kaki yang ramai dan ribut
berkumandang datang dari arah belakang.
Mereka segera berpaling tampaklah Kiem Liong Lengcu
dengan langkah cepat sedang bergerak mendekat,
dibelakangnya menguntil beberapa orang yang diantaranya
merupakan Giok Lan sidayang cantik itu.
"Eeei.... mungkinkah Sin Hong Paycu berubah niat?" tanya
Siauw Ling keheranan. "Ehm.... urusan memang rada sedikit mencurigakan!"
Ditengah pembicaraan, Kiem Lion Lengtju telah tiba
dihadapan mereka, seraya menjura ujarnya, "Paytju
kamiberkata bahwa Tiong Cho Siang Ku adalha manusia yang
boleh dipercaya dalam dunia persilatan, selamanya berwatak
baik dan pegang janji setelah menyanggupi untuk bertukar
orang tak akan ingkari janji maka dari itu Paytju kami
membiarkan kalian membawa pergi sang bocah perempuan ini
terlebih dulu setelah itu barulah kalian melepaskan Kiem Tjoa
Lengtju kami...." "Aah! tidak kusangka paytju kalian bisa berlapang dada
macam begini! jengek Siauw Ling dari samping.
"Hmmm! paytju kami selamanya jadi orang ramah dan
berlapang dada...." sambung Kiem Liong Lengtju dengan nada
dingin. Sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke arah Giok Lan
dan terusnya, "Sekarang kau boleh menyeberang kesana"
"Tunggu sebentar!" tiba-tiba Sang Pat berseru,
"Kenapa?" Sambil memandang tajam wajah Giok Lan, tanya Sang Pat
dengan wajah serius. "Nona apakah pikiranmu betul2 sadar?"
Selamanya kalau bicara si sie poa emas tentu tak lupa
dengan suara tertawa haha hihinya tapi sekarang setelah
bersikap serius wajahnya benar2 mengerikan....
"Aku sangat baik!" sahut Giok Lan mengangguk.
"Apakah mereka sudah membebaskan jalan darah diatas
sepasang lenganmu yang tertotok?"
"Sudah!" jawab Giok Lan kembali sambil angkat sepasang
tangannya ketengah udara.
"Kalau begitu sangat bagus sekali, benda yang tadi berada
dalam saku nona apakah sekarang masih ada?"
"Entah mereka meletakkan benda apa didepan dadaku,
sewaktu mereka ambil pergi barang tersebut tadi jalan
darahku ditotok terlebih dahulu jadi aku sama sekali tidak
merasa" Ditengah pembicaraan yang sedang berlangsung, secara
diam2 Sang Pat memperhatikan semua gerak gerik gadis
tersebut, setelah ditemuinya tak ada hal yang mencurigakan
barulah ia ulapkan tangannya ke arah Kiem Liong Lengcu.
"Tolong beritahu kepada Paycu kalian untuk perhatian
darinya kami merasa sangat berterima kasih sekali"
"Kalian berdua silahkan berlalu, maaf cayhe tidak
mengantar lebih jauh! Siauw Ling, Sang Pat dengan membawa Giok Lan buruburu
putar badan dan berlalu dari sana kembali ke dalam
gubuk mereka. Secara diam2 Sang Pat memperhatikan terus seluruh gerak
gerik dari Giok Lan melihat kepandaian silatnya sama sekali
tidak mengalami gangguan apapun hatinya semakin curiga
lagi, menanti ia benar2 yakin kalau Giok Lan tidak ada
persoalan barulah sigemuk ini menghela napas panjang
tanyanya. "Nona Giok Lan mengapa Sin Hong Paycu menaruh rasa
simpatik kepadamu" mengapa secara sukarela ia suka
melepaskan dirimu" Giok Lan adalah seorang gadis yang cerdik sejak tadi ia
sudah merasa bahwa secara diam2 Sang Pat terus menerus
memperhatikan dan mengawasi gerak geriknya, hanya saja ia
tidak ingin banyak bicara dan tetap mempertahankan
ketenangannya. Menanti si sie poa emas buka mulut mengajukan
pertanyaan, diam2 ia baru menghembuskan napas panjang.
"Aku sendiripun tidak paham!" sahutnya lirih.
Sang Pat segera alihkan sinar matanya ke arah Siauw Ling,
dan tanyanya, "Toako! apakah secara diam2 kau telah turun
tangan memberi peringatan kepada diri Sin Hong Pay-tju dan
memaksa ia menuruti kehendakmu?"
"Tidak! aku sama sekali tidak pernah mencampuri urusan
orang lain" "Kalau begitu urusan sedikit mengherankan seru Sang Pat
diiringi suatu senyuman getir "Watak serta tingkah laku dari
Sin Hong Pay tju ini sungguh membuat orang keheranan,
ragu2 dan merasa tidak paham."
JILID 14 Selama ini ia menganggap tindaka Sin Hong Paytju secara
tiba-tiba mengirim Giok Lan kepada mereka pasti disebabkan
alasan2 tertentu dan alasan ini kalau bukan muncul dari
dirinya tentu disebabkan karena Siauw Ling.
Siapa nyana dugaanya sama sekali meleset
Mereka bertiga melakukan perjalanan cepat tidak selang
beberapa saat kemudian mereka telah tiba dirumah gubuk
tersebut. Waktu itu denan perasaan tidak tenteram Kiem Lan sedang
menanti diluar rumah, setelah dilihatnya Giok Lan kembali
tanpa membawa sedikit ciderapun, dengan hati kegirangan ia
menyambut kedatangannya dan mencekal tangan gadis itu
erat2. "Kau tidak tersiksa bukan" tanyanya penuh kuatir.
"Masih baikan!" jawab yang ditanya sembari bersama2
melangkah masuk ke dalam ruangan,
Mendadak sinar matanya berbentur dengan tubuh Peng Im
yang duduk bersila disudut ruangan, buru-buru ia maju
menghampiri, tanyanya lirih
"Peng-heng, parahkah lukamu?"
Mendengar pertanyaan itu perlahan-lahan Peng Im
membuka matanya dan tertawa hambar
"Walaupun luka yang kuderita tidak ringan setelah
mendapat bantuan dari Siauw thayhiap seua rasa sakit telah
hilang dan kesehatanku mulai pulih kembali. asal beristirahat
sebentar lagi maka kekuatan akan kembali seperti sedia kala."
aai ....! Peng-heng kalau bukan karena ingin menoong
diriku kau tak bakal menderita luka separah ini!" kata Giok Lan
dengan wajah sedih. Tindakanku ini merupakan kebiasaan yang dilakukan setiap
anggota Kay pang, semua orang akan bersikap macam aku
Peng Im. jadi nona tak usah berterimakasih kepadaku lagi.
"Aaai.... sudah lama kudengar akan kebajikan serta
semangat kependekaran dan orang2 kay pang yang dikatakan
sebagai enghiong hoohan.... "
"Noan tak usah memuji kami setinggi langit tukas Peng Im
cepat-cepat. "Inilah syarat utama yang harus dilakukan oelh
orang2 Kay pang sehingga dapat mempertahankan nama
harum perkumpulan kami."
Sementara itu dengan suara lirih Siauw Ling bertanya pada
diri Tu Kioe, "Bagaimana keadaan luka Peng Im?"
"Obat yang diberikan mendatangkan kemanjuran yang tak
terduga, saat ini seluruh jalan darah diatas tubuhnya sudah
lancar. aku pikir dalam waktu singkat kesehatannya bisa pulih
kembali seperti sedia kala!....
Tulang2 serta isi perutnya apakah ikut terluka?"
"Keadaan isi perut normal, sedang tulangnya ada sediit
terluka hanya tidak terlalu membahayakan"
"Kalau begitu bagus sekali!!!"
Tampak Peng Im lambat2 pejamkan matanya kembali dan
mulai mengatur pernapasan.
Jelas dalam keadaan terpaksa ia mebutuhkan banyak
waktu untuk menatur pernapasan pulihkan kembali
kekuatannya. Giok Lan pun tidak mengganggu lagi perlahan-lahan ia
bangun berdiri dan mengundurkan diri kesamping.
Siauw Ling melongok keluar jendela memeriksa keadaan
cuaca, lalu dengan nada lirih bisiknya kepada Kiem Lan.
Setengah harian lamanya mereka harus berlari dan
berjuang, perut tentu sudah lapar semua, kalau ada bahan
makanan tolong nona suka pamerkan sedikit kepandaian
memasak...." "Siangkong turunkan perintah saja mengapa kau bersikap
begitu sungkan2?" bisik Kiem Lan lirih.
Siauw Ling tersenyum, ia membungkam.
"Ayoh berangkat! seru Giok Lan kemudian sambil bangkit
berdiri. Enci Kiem Lan, mari aku bantu kau membuat nasi
dapur!" "Tidak bisa jadi, kau barusan pulang dan lukamu belum
sembuh, mana boleh bekerja keras?"
"Tidak mengapa!"
Dengan mengikuti dibelakang Kiem Lan gadis Giok Lan
segera berlalu kedapur Menanti kedua orang dayang itu sudah berlalu, Siauw Ling
baru berkata kepada diri Sang Pat serta Tu Kioe.
"Beberapa kali Siauw-heng mengunungi kuil bobrok itu,
setiap kali pula aku menjumpai peristiwa aneh yang tak
terduga .... " Segera ia menuturkan semua kisah aneh yang pernah
dijumpainya selama beberapa waktu ini.
Tiong Cho Siang Ku yang mendengarkan kisah tersebut
dibikin berdiri terbelalak dengan mulut melongo, lama .... lama
sekali Sang Pat baru berkata.
"Malam itu siauwte berdua telah berjumpa dengan seorang
sahabat karib yang sudah lama tidak berjumpa, karena minum
arak terlalu banyak dengan membawa mabok kami berangkat
kekuil itu, siapa sangka ditengah jalan telah berjumpa dengan
majikan perpustakaan Sian khie Su Lu dari kota Siang Yang
Peng keresidenganCi Kiang serta "Pek So Suseng" atau si
Sastrawan Bertangan Seratus Jan Ing
mengerti waktu sudah terdesak siauwte berdua ada
maksud menghindar tapi terlambat demikianlah ditengah jalan
kami ber-cakap2 sampai lama sekali, menanti Siauw-te hendak
mohon diri pada waktu itu, kembali telah berjumpa dengan
Tong Loo-thay dari keluarga Tong keresidengan Su Tzuan
yang datang kesitu dengan membawa menantu serta empat
orang dayang perempuan, demikianlah waktu kembali
terbuang dalam percakapan, menanti siauwte tiba dalam kuil
itu dan meninggalkan surat segera dengan menempuh bahaya
menyelundup masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa San


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cung dengan harapan bisa mendapatkan sedikit berita tentang
Toako, siapa sangka hampir2 saja nyawa siauwte berdua
lenyap di dalam perkampungan Pek Hoa San cung, dengan
sendirinya tak bisa menemukan jejak Toako lagi"
"Takdir sudah menentukan demikian, hal ini mana boleh
salahkan kalian berdua?"
"Toako, alismu berkerut, wajahmu murung, apakah aku
sedang merisaukan keselamatan dua orang tuamu?" tanya
Sang Pat sudah berapa kali aku berpikir keras, rasanya kecuali
dengan menempuh bahaya kembali keperkampungan Pek Hoa
Sancung rasanya tak ada cara lain yang lebih bagus lagi,
bahkan kalau mau pergi harus segera berangkat kita harus
melakukan suatu tindakan diluar dugaan mereka
Sang Pat termenung berpikir beberapa saat lamanya
kemudian ujarnya "Soal menolong kedua orang tua itu lolos dari mara bahaya
tentu lebih cepat diselesaikan lebih baik, dan menyelundup
masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa sancung gampang
yang sulit bagaimana caranya membuat mereka tidak merasa"
"Aku berdiam di dalam perkampungan Pek Hoa sancung
bukan hanya sehari dua hari saja, walaupun tak bisa diaktakan
semua rahasia dapat kuketahui, tapi mengetahui jjuga
bebeapa tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi,
yagn jadi persoalan sekarang adalah secara bagaimana kita
hendak meyelundup masuk ke dalam perkampungan tanpa
diketahui mereka" "Dengan andalkan kita bertiga" ujar Tu Kioe memberi
pendapatnya. "Sekalipun berhasil menolong kedua orang tua
itu lolos dari kurungan, rasanya rada sulit juga buat kita untuk
menghantar mereka keluar dari perkampungan Pek hoa
Sancung" "Kalau dibicarakan dari kekuatan jago lihay yang ada di
dalam perkampungan Pek Hoa Sancung, kekuatan kita bertiga
memang rada lemah." Pada saat itu Kiem Lan serta Giok Lan kebetulan sedang
membawa air teh menuju ke ruang tengah, mendengar
beberpa orang itu sedang merencanakan hendak pulang
keperkampungan Pek oa Sancung, air muka mereka berdua
segera berubah hebat, seelah meletakkan air teh ke atas meja
mereka buru-buru mengundurkan diri ke belakang.
Sejak kecil kedua orang ini dibesarkan di bawah pimpinan
Jen Bok Hong, karena itu asal menyebut nama oang ini
timbulkan rasa jeri dihati kecil mereka.
Terdengar Peng Im yang sedang duduk mengatur
pernapasan berkata menyambung pembicaraan mereka.
"Pengaruh serta kekuatan perkampungan Pek Hoa Sancung
pada saat ini amat luas dengan kekuatan Tjuwi bertiga
kendati kepandaian silat yang kalian miliki lebih lihay pun
niscaya akan menderita kekalahan total ditangan mereka.
menurut apa yang aku sipengemis kecil ketahui kecuali
delapan Tiang-loo dari partai kami dengan masing-masing
orang membawa sepuluh orang anak murid mereka, Tjong
Piauw Patju dari empat keresidegnan besar dengan membawa
delapan belas orang jago lihay telah berangkat datang masih
ada lagi sipanah sakti Yong yen Khie. Sipeluru sakti Loj Joei
Tjang beserta jago lihay dari Ih Heng Bun, Tong Kong Djen,
Sak Hong Sian dari Thay-kheh Pay aliran selatan serta jagojago
sembilan partai besar telah bergerak datang semua,
orang2 ini bukan semuanya ada ikatan permusuhan dengan
Djen Bok Hong, kedatangan mereka kebanyakan atas
undangan kawan2 karib mereka, jikalau kalian bertiga bisa
mengadakan pertemuan dengan Be Boen Hwie dan saling
bantu membantu, kemungkinan besar kekuatan kita cukup
kuat untuk melawan kekuatan perkampungan Pek hoa Sancung">
"Ehmm .... aku si Sang Loa-toa memang pernah dengar
orang berkata bahwa di daratan Tionggoan telah muncul
seorang yang bernama Be Boen Hwie" kata Sang Pat sambil
mengangguk. "Baik kepandaian, maupun kecerdasannya
melebihi siapapun, belum lama terjunkan diri ke dalam dunia
persilatan, namanya sudah tersohor dan ia sendiri berhasil
merebut kursi pimpinan".
"Sungguh sayang luka yang aku pengemis cilik derita belum
sembuh betul2" ujar Peng Im sambil menghela napas
panjang. "Kalau tidak cayhe pasti akan mengiringi Tjuwi untuk
berhubungan dengan para jago dan bekerja sama dengan
mereka." Mendadak Sang Pat teringat akan satu persoalan, buruburu
ujarnya kepada Tu Kioe. "Loo jie, cepat kau lepaskan Kiem Tjoa Leng tju, siauwheng
telah mengadakan pertukaran syarat dengan Sin Hong
Paytju, kita tak boleh mengingkari janji."
Tu Kioe mengiakan, ia segera bangun berdiri dan berlalu,
setelah Tu Kioe berlalu, Sang Pat kembali berpaling ke arah
Siauw Ling ujarnya. "Pada saat ini sepuluh li disekeliling perkampungan Pek Hoa
San-tjung telah berkumpul berpuluh2 orang jago lihay
peristiwa munculnya kembali Jen Bok Hong telah
menggemparkan seluruh dunia persilatan, menurut hasil
penyelidikan yang Siauwte lakukan situasi pada saat ini amat
kacau dan ruwet, diantara para jago yang berkumpul disini
walaupun ada diantaranya karena hendak menegakkah
keadilandidalma Bu Lim, tapi ada pula diantaranya sengaja
datang dengan membawa maksud2 tertentu.
Aaai .... kepentingan umum telah dicampur adukkan
dengan kepentingan pribadi, sungguh membuat ornag merasa
silau dan tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi".
Siauw Ling menghela napas panjang ujarnya pula.
Orang berkata dunia persilatan banyak persoalan, aku rasa
ucapkan ini sedikitpun tidak salah".
Sang Pat perlahatn lahan mengalihkan sinar matanya ke
arah Peng Im. Sudah lama cayhe mendengar akan kemanapun orang2
Kay pang. katanya perlahan Peng heng! kenapa saat ini kau
tidak mempamerkan sedikit kepandaian untuk kita lihat"
"Kalau pada hari hari biasa, anak murid partai kami benar
benar mempunyai kemampuan untuk menyampaikan berita
sejauh ribuan li dalam sehari saja, tapi situasi disekitar kota
Koei Cho pada saat ini amat kacau dan luar biasa, gerak gerik
anak murid kami mendapat banyak ikatan2 yang membuat
mereka kurang leluasa untuk bergerak, jikalau tidak sangat
penting mereka dilarang bergerak ditempat luaran, tapi aku
sipengemis cilik rela mengadakan percobaan satu kali"
Sembari berkata ia meronta bangun dan dengan langkah
lebar berjalan keluar ruangan.
"Pang-heng kau hendak kemana?" tanya Siauw Ling
keheranan. "Ia hendak mengadakan hubungan rahasia dengan orang2
partainya untuk mencari berita" sambung Sang Pat yang
berada disisinya. "Luka yang ia derita belum sembuh, tidak leluasa baginya
untuk bergebrak melawan orang lain, secara diam2 kita harus
melindungi dirinya" "Cara orang2 Kay-pang mengadakan hubungan berita
sudah tersohor selama ratusan tahun di dalam dunia
persilatan, selamanya rahasia ini tak pernah bocor, jikalau kita
bermaksud hendak melindungi dirinya mungkin ia malah
menaruh curiga kepada kami hendak mencuri tahu rahasia
pertai mereka ...." "Ooouw .... kiranya begitu!"
Seperminum teh kemudian Peng Im yang keluar telah balik
kembali, ujarnya, "Pada saat ini situasi disekitar tempat ini penuh mara
bahaya, aku tidak berani mengambil kesimpulan secara
gegabah." "Seadanya sajalah, luka Peng-heng belum sembuh benar2
kau tak usah terlalu repot2 dan banyak buang tenaga" kata
Siauw Ling menasehati. "Terima kasih atas nasehatmu!"
Pengemis itu pejamkan matanya dan mengatur pernapasan
kembali Kembali beberapa saat lewat dengan cepatnya, tiba-tiba
muncul Tu Kioe dengan langkah terburu-buru
Agaknya Sang Pat dapat melihat keadaan sedikit kurang
beres, segera tanyanya penuh kecemasan.
"Apakah diri Kiem Tjoa Lengtju telah terjadi sesuatu
peristiwa diluar dugaan"
"Kiem Tjoa Lengtju telah siauwte lepas hanya saja dua
setan pembuka jalan entah telah ditolong oleh siapa" untung
sekali Siauwte telah menyembunyikan mereka secara
terpisah." "Asalkan kita sudah membebaskan Kiem Tjoa Lengtju
berarti tidak ada hutang lagi dengan Sin Hong Pay-tju" tukas
Sang Pat cepat "dua setang pembuka jalan benarkah ditolong
atau tidak itu soal yang tidak terlalu penting"
Ditengah pembicaraan yang sedang berlangsung, dua
orang dayang telah menyiapkan sayur serta nasi;
"Ditengah gubuk yang terpencil tak ada bahan yang bagus,
silahkan Tjuwi menangsal perut seadanya" kata Kiem Lan.
Sang Pat yang melihat diantara sayur yang dihidangkan
terdapat daging dan ayam, ia segera tertawa terbahak2.
"Hahaha .... nona berdua tak usah terlalu sungkan2"
Ia gerakan sumpit terlebih dahulu untuk bersantap,
Sinar mata Giok Lan berputar ketika dilihatnya Peng Im
masih duduk bersemedi diujung ruangan dan teringat bahwa
lukanya diderita gara2 dirinya, segera ia berjalan mendekati
sambil berkata, "Peng-heng, apakah lukamu rada baikan?"
Sejak kecil Peng Im telah berkelana di dalam dunia
persilatan dengan mengikuti gurunya saat ini boleh dikata dia
adalah seorang jagoan yang sudah kenyang makan asam
garam dunia persilatan, pengetahuannya luas dan
pengalamannya banyak, mungkin diantara orang yang hadir
sekarang hanya Tiong Cho Siang Ku yang bisa memadahi
dirinya. Sekalipun begitu, kena dipanggil Giok Lan dengan ucapan
Peng-heng, tak urung selembar wajahnya berubah jedi merah
padam juga buru-buru jawabnya.
"Tak usah nona merasa kuatir, luka aku si pengemis sudah
rada baikan ...." Giok Lan tersenyum. "Perutmu tentu sangat lapar, mari bersantap dulu
kemudian baru mengatur pernapasan lagi."
Peng Im ternyata sangat penurut, ia mengiakan dan
berjalan kemeja makan sambil ujarnya kepada Tiong Cho
Siang Ku. "Tauke berdua, aku rasa kalian belum pernah bersantap
dengan ditemani pengemis bukan?"
Perduli dia adalah seorang jago macam apa pun terhadap
orang lian bisa berbicara seenaknya saja tanpa terikat macam
adat tapi begitu berjumpa dengan Giok Lan ia jadi malu dan
ter-sipu2. Terdengar Sang Pat tertawa tergelak.
"Kita sebagai kaum pedagang selamanya hanya tahu cari
untuk se=banyak2nya, soal itu sih kami tidak terlalu
memperhatikan" Agaknya secara mendadak Tu Kioe teringat akan satu
persoalan, ia menghentikan sumpitnya dan berkata.
"Eeei .... pengemis dalam hati aku Tu Loo djie punya
urusan yang kurang mengena dihati, entah bolehkah
kuutarakan keluar" Sambil mengunyah sekerat daging dan meneguk secawan
arak jawab Peng Im cepat.
"Djie Tauke ada urusan apa hendak ditanyakan?" silahkan
diutarakan, hal ini merupakan suatu kebanggaan buat
siauwte!" "Sudah, tak usah banyak bicara yang tak berguna, aku
takut kaupun sama pula dengan aku si Tu Loo-djie kurang
paham terhadap soal ini!"
"Ooouw .... tentang soal ini sih susah dikatakan, coba kau
katakan selengkapnya, mungkin aku sipengemis bisa bantu
kau untuk memunahkan beberapa persoalan sulit yang
mengeram dalam hatimu"
"Pernahkah kau mendengar tentang si hwee sio pemabok
serta sipengemis kelaparan?"
"Terhadap sahabat karib aku sipengemis cilik, tentu saja
tak akan kulupakan, Bagaimana" Apakah kau ingin
menanyakan sesuatu tentang diri mereka berdua?"
"Kalau sihweesio pemabok jelas menunjukkan kepada
gundulnya adalah kepala gundul seorang paderi dan tak usah
kita bicarakan lagi, sebaliknya sipengemis kelaparan agaknya
mempunyai hubungan yang erat dengan perkumpulan kalian.
apakah dia termasuk anggota perkumpulan Kay-pang"
Peng Im menyikat sekerat daging ayam sambil mengunyah
jawabnya tertawa. "Semua pengemis yang ada dikolong langit berasal dari
satu keluarga, walaupun dia bukan termasuk anggota
perkumpulan Kay-pang kami tapi dia mempunyai hubungan
yang sangat erat sekali dengan perkumpulan Kay Pang jikalau
kau ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya maka
pertama kau harus mengundang aku sipengemis ciilk minum
arak sepoci dahulu."
"Seorang lelaki sejati tidak pantas untuk mencari tahu
rahasia pribadi orang lain, aku hanya ingin tahu saja, asal dia
bukan orang2 anggota Kay Pang itu sudah lebih dari cukup"
"Sungguh lihay." seru Peng Im sambil gelengkan kepalanya
berulang kai. "Kita si pengemis sudah pernah mencicipi
masakan dari empat penjru, tapi dalam soal kehebatan belum
bisa menangkan juga dari kaum pedagang. Tauke!
perhitungan mu betul2 cermat dan teliti ternyata kali ini kau
sudah menghemat uang sepoci arak"
Santapan kali ini diselesaikan ditengah percakapan serta
gelak tertawa yang amat ramai.
Kiem Lan, Giok Lan membereskan mangkok sumpit yang
telah dipakai, belum sempat beberapa orang itu melakukan
sesuatu mendadak tampak dua orang pengemis berusia
setengah baya dengan langkah lebar telah berjalan masuk ke
dalam ruangan. "Perkumpulan Kay Pang selama ratusan tahun ini selalu
disebut sebagai partai terbesar didunia persilatan" bisik Sang


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pat dengan suara lirih. "Kelihatannya nama besar ini bukan
nama kosong belaka" dalam situasi macam begini ternyata
mereka masih bisa berhubungan hanya membutuhkan waktu
sepertanak nasi saja"
Tampak Peng Im dengan langkah lebar berjalan
menghampiri kedua orang itu dan berbisik mengucapkan
sepatah dua patah kata, kedua orang penemis berusia
setengah baya itu kelihatan mengangguk kemudian buru-buru
berlalu. menanti bayangan punggung kedua orang itu sudah
meninggalkan pintu pagar Peng Im baru putar badan berjalan
masuk ke dalam ruangan, air mukanya serius dan murung
seperti lagi memikirkan sesuatu persoalan.
Sang Pat segera mendongak tertawa ter-bahak2, ujarnya.
"Shen Pangcu dari partai Kay Pang terkenal sebagai
seorang yang periang dan banyak ketawa, tidak kusangka
murid hasil didikannya adalah seorang bocah yang selalu
berwajah murung dan mahal tertawa ...."
"Toa tauke! kau tidak tahu selama dua hari ini anak murid
mata2 kami yang dilepaskan banyak yang menderita luka atau
menemui ajalnya, mungkinkah karena berhasil menyampaikan
berita Siauw Thayhiap ketangan Be Boen wie masih menjadi
suatu persoalan yang besar!"
"Apakah mereka terluka dan mati terbunuh ditangan
orang2 perkampungan Pek Hoa Sancung?" tanya Siauw Ling.
"Pada saat ini daerah sekitar kota Koei Cho sudah
berkumpul ber-puluh2 bahkan ber-ratus2 orang jago Bu lim
dari segala penjuru dunia dengan asal usul yang campur aduk,
bahkan ada pula diantara jago-jago Bu lim yang menyaru
dengan menutupi wajah mereka yang sebenarnya, anak murid
partai kami terluka ditangan siapa hingga saat ini masih sukar
untuk diselidiki". "Dan Shen Pangcu suhumu apakah sudah datang kemari?"
mendadak Sang Pat menimbrung.
"Suhuku sih pasti datang, hanya kapan ia baru tiba disini
masih sukar untuk diduga"
Dalam hati Sang Pat mengerti, sejak pertarungan seru yang
terjadi dalam tubuh Kay Pang sendiri pada dua puluh tahun
berselang, dimana ber-puluh2 orang Tiong loo berkepandaian
silat lihay menemui ajalnya secara konyol hal ini telah
mematahkan kekuatan anti dari partai tersebut.
Saat ini walaupun jumlah anggota Kay Pang sangat banyak
tapi kecuali Shen Pangcu serta tiga, lima orang Tiang loo yang
menduduki kursi sebagai pelindung Hukum serta Pelaksanaan
Hukum jago lihay mereka hanya beberapa gelintir saja.
Satu2nya hal yang masih bisa mereka pertahankan secara
merata hingga kini adalah semangat jantan serta tidak jeri
terhadap kematian. suasana dalam ruangan berubah jadi sunyi senyap tak
kedengaaran sedikit suarapun agaknya para jago dapat
merasakah apabila setiap saat mereka bakal berjumpa dengan
musuh tangguh dan suatu pertarungan sengit tak akan
terhindar maka menggunakan waktu sesingkat ini mereka
hendak coba atur pernapasan simpanan tenaga,
satu hari berlalu dengan cepatnya, setelah para jago
beristirahat selama dua jam sang suryapun telah lenyap
dibalik gunung. Peng Im sekalian mulai merasa gelisah, kalau
diperhitungkan waktunya seharusnya saat ini sudah ada
jawaban yang masuk. Pada saat itulah mendadak pintu pagar terhentak keras
seperti ditendang seseorang dari tempat luaran, seorang lelaki
berbaju kumal dan penuh tambalan menerjang masuk
kedalam. Sekali pandang Peng Im dapat mengenali orang itu sebagai
salah seorang anak murid perkumpulannya, dengan cepat ia
lari menyambut kedatangannya.
Orang itu langsung menerjang masuk ke dalam ruangan
belum sempat mengucapkan sesuatu darah segar telah
muncrat dari mulutnya, sang badanpun ikut roboh ke atas
tanah. Dengan cepat Siauw Ling meloncat kedepan, tangannya
cepat menyambar badan lelaki itu dan menahannya sehingg
tidak sampai roboh ke atas tanah.
Dari dalam saku Sang Pat mengambil keluar sebuah botol
porselen dan mengambil keluar sebutir pil berwarna merah,
tangan kiri mencekap kepala orang itu dengan paksa ia
membuka mulutnya untuk memasukkan pil tadi ke dalam
mulut orang tadi. Tu Kioe puntidak ambil diam, tangan kanannya laksana
kilat ditempelkan diatas jalan darah "Ming Bun Hiat" pada
punggungnya lelaki itu, segulung hawa murni yang hangat
dengan tiada berputusan mengalir masuk ke dalam badannya.
setelah memperoleh bantuan serempak dari para jago
mendadak semangat orang itu menjadi pulih kembali,
sepasang matanya dibuka lebar2 dan ujarnya.
"Dari sini berangkat menuju ke Barat laur, kurang lebih dua
puluh li diluar dusun Hoo Kia Pau tepi telaga Kioe Ci Than ...."
Mendadak napasnya ter-engah2, sekali lagi ia muntahkan
darah segar, sepasang mata terpejam dan napasnya kempas
kempes. "Isi perutnya menderita luka yang amat parah" kata Sang
Pat dengan suara lirih. "Bukan begitu saja, iapun harus
melakukan perjalanan jauh dengan ter-buru-buru, satu2nya
hawa murni terakhir yang melindungi badannya telah buyar,
aku takut selembar jiwanya sukar diselamatkan lagi...."
Tu ioe mengepos napas menyalurkan kembali segulung
hawa murni yang maha dahsyat ke dalam tubuh orang
itumenahan jangan sampai jantungnya berhenti berdetak.
Sedikitpun tidak salah, per-lahan-lahan orang itu membuka
kembali sepasang matanya memandang ke arah Peng Im
tajam2, sambungnya lebih lanjut.
"Disekitar lima li disebelah Barat laut, aku telah
meninggalkan tanda-tanda rahasia perkumpulan Kay Pang
kita, kalian berangkatlah mengikuti petunjuk tersebut...."
Mendadak muntah darah kental berwarna ke-hitam2an,
sepasang matanya terpejam badan mengencang dan akhirnya
menghembuskan napas penghabisan.
Dengan sedih Siauw Ling menghela napas panjang, ujarnya
lirih. "Kebajikan serta semangat jantan orang2 Kay Pang benar2
patut dipuji, patut dikagumi"
Sembari berkata ia merangkap tangannya menjura.
Tiong Cho Siang Ku pun menarik kembali wajah mereka
yang penuh senyuman kedua orang itu ber-sama2 menjura.
Kiem Lan serta Giok Lan semakin sedih lagi, air mata jatuh
bercucuran membasahi wajah kedua orang itu.
Peng Im gertak giginya kencang2, sambil menahan kucuran
air mata ia bopong jenasah lelaki itu lambat2 berjalan keluar.
Sang Pat melirik sekeja[ ke arah tu Kioe, kedua orang itu
dengan mulut membungkam berjalan mengikuti dari belakang
Peng Im diam2 melindungi keselamatannya.
Siauw Ling, Giok Lan serta Kiem lan pun tanpa terasa ikut
berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Tampak Peng Im sambil membopong jenasah lelaki itu
berjalan keluar menuju kesebuah lapangan tanah rumput disisi
rumah, ia berhenti disana jatuhkan diri berlutut dan menjura
ke arah jenasah tersebut, kemudian sepasang tangannya
bergerak menggali sebuah liang besar untuk mengubur mayat
orang tersebut. Siauw Ling serta Sang Pat sekalian walaupun ada maksud
turun tangan membantu, karena mereka tidak tahu
bagaimanakah peraturan dari partai tersebut terpaksa
berpangkutangan dan memandang sipengemis itu bekerja
seorang diri dari tempat kejauhan.
Setelah selesai mengubur jenasah lelaki tadi kembali Peng
Im mengambil tujuh batang ranting kering ditaruh dibagian
kepala kuburan itu. Serentak cahaya sang surya menjelang senja menyoroti
tanah lapang serta tanah kubur baru yang jelek dan
sederhana, pemandangan pada saat mana sungguh
mengenaskan sekali. Siauw Ling merasa amat terharu, tanpa terasa lagi dengan
sikap serius dan penuh rasa hormat ia berjalan maju kedepan,
terhadap gundukan tanah baru dihadapannya ia memberikan
penghormatannya yang terakhir.
"Siauw Thay-hiap, kami tak berani menerima
penghormatanmu yang sebesar ini" kata Peng Im sambil
menyeka titik-titik air mata dengan ujung bajunya.
"Kami sebagai orang2 Bu lim paling mengutamakan
menghormati orang2 yang setia dan berjasa, apa salahnya
aku memberi hormat kepada jenasah pahlawan ini?"
Peng Im kembali menghela napas panjang.
"Bagi perkumpulan Kay Pang kami kejadian yagn
menyedihkan macam begini sudah amat sering terjadi...."
"Partai kalian bisa lama sekali mempertahankan nama
harumnya dalam Bu-lim selama ratusan tahun, ternyata
alasannya cukup kuat!"
Ucapan ini dikeluarkan se-mata2 ia menaruh rasa kagum
terhadap partai Kay Pang yang besar dan banyak terdapat
patriot2 gagah. "Aai.... waktu sudah tidak pagi lagi" seru Peng Im kemudian
setelah memandang keadaan cuaca. "Kita harus segera
berangkat ketelaga Kioe Tji Than diluar dusun Hoo Kie Phu
untuk melihat keadaan!"
"Tapi luka Peng-heng...."
"Luka dari aku sipengemis cilik sudah sembuh dan tak usah
Tjuwi kuatirkan, saat ini sang surya telah lenyap dari jagat
senjapun menjelang datang. Mengambil remang2nya suasana
kita harus cepat melakukan perjalanan, mari biar aku
sipengemis cilik membawa jalan"
Tanpa menunggu jawaban lagi dari Siauw Ling sekalian,
Peng Im putar badan dan berlalu,
Terpaksa para jago mengikuti dari belakang tubuhnya.
Dalam sekejap mata Peng Im telah melakukan perjalanan
sejauh lima li dan tiba disebuah persimpangan jalan mendadak
ia berhenti sambil berkata.
"Jikalau saudara dari partai kami tadi meninggalkan tanda
rahasia, maka tanda tersebut seharusnya ada disekitar sini.
harap Tjuwi tunggu sebentar!"
Ia bongkokan badan melakukan pemeriksaan disekitar
daerah persimpangan tersebut kemudian serunya
"Oooouw.... disebelah sana"
Dengan mengikuti sebuah jalan raya ia lari menuju
kedepan! Tanda rahasia yang ditinggalkan perkumpulan Kay Pang
benar2 amat rahasia dengan sepasang mata Siauw Ling yang
ikut memperhatikan dengan cermat setiap jengkal tanah
disekitar tempat itu tidak berhasil juga menemukan sesuatu
yang mencurigakan Pada saat ini cuaca sudah berubah sangat gelap tapi
bagaikan seekor kuda saja Peng Im lari terus kedepan tiada
hentinya. Agaknya Siauw Ling sekalian menaruh kepercayaan penuh
terhadap diri Peng Im mereka mengikuti terus dibelakang
sipengemis cilik ini tanpa banyak bertanya barang sepatah
katapun. Perjalanan dilakukan selama sepertanak nasi lamanya,
ditengah malam buta secara lapat2 mereka menemukan
beberapa titik cahaya lampu menyorot keluar dari balik hutan,
agaknya lampu2 itu berasal dari sebuah dusun.
Peng Im berhenti berlari dan ujarnya
"Dusun disebelah depan adalah dusun Hoo Kia Phu, harap
kalian menanti sebentar disini aku akan pergi menyelidiki
dimana letak telaga Kioe Chi Than tersebut."
"Pada saat ini suasana penuh diliputi oleh bahaya
pembunuhan pikir Siauw Ling dalam hati.
"Setiap saat besar kemungkinan untuk terjadi hal2 yang
berada diluar dugaan, lukanya belum sembuh kalau
semisalnya menjumpai musuh tangguh bukankah akan
menerima kerugian besar?"
Karena berpikir demikian segera ujarnya.
"Peng-heng, tunggu sebentar bagaimana kalau siauwte
melakukan perjalanan bersama2 dirimu?"
"Urusan ini tak perlu merepotkan Toako, biarlah siauwte
yang menemani dirinya" sambung Tu Kioe tiba-tiba sambil
berjalan menghampiri. "Baiklah! kami beberapa orang akan menanti kehadiran
kalian disini!" Peng Im segera ulapkan tangannya, bersama tu Kioe ia
berkelebat kedepan dan sebentar saja sudah lenyap ditengah
kegelapan. "Telaga Kioe Ci Than tentu adalah tempat dimana para jago
mengadakan pertemuan" bisik Sang Pat sepeninggalnya kedua
orang itu, "Daripada kita menanti disisi jalanan lebih baik
sembunyi ditempat kegelapan mungkin dengan berbuat
demikian kita bisa menjumpai beberapa hal yang penting."
Belum habis ia berkata, mendadak terdengar suara derapan
kami kuda berkumandang datang ....
Siauw Ling dengan sebat menarik tangan Kiem Lan serta
Giok Lan untuk bersembunyi dibalik sebuah pohon besar ditepi
jalan. Sedangkan si sie poa emas mengepos hawa murninya
meloncat ketengah udara dan bersembunyi dibalik dedaunan
disebuah pohon besar. Belum lama beberapa orang menyembunyikan diri, dua
ekor kuda dengan cepatnya telah berlari mendekat dan sama2
berhenti didekat tempat beberapa orang itu bersembunyi.
Dengan ketajaman mata Siauw Ling walaupun berada
ditengah kegelapan ia masih bisa melihat jelas wajah kedua
orang itu sebagai Kiam Bun Siang Ing yaitu si "Tui Hong Kiam"
atau sijago pedang pengejar angin Pei Pek Li serta "Boe Im
Kiam" atau sijago pedang tanpa bayangan Than Tong.
Diam2 hatinya sangat terperanjat, pikinya.
Walaupun kedua orang ini bukan anggota perkampungan
Pek Hoa Sancung, tapi mereka ada hubungan dengan pihak
perkampungan Pek Hoa Sancung.
ditengah malam buta begini entah karena urusan apa
mereka datang kesini" apakah dari perkampungan Pek Hoa
Sancung telah tahu bahwa para jago Bu-lim sedang


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengadakan pertemuan disini?"
Sewaktu ia masih berpikir terdengar Thao Tong telah
berkata, "Loo-toa, terbayang sewaktu kita masih berada dalam
Kiam Bun bisa bergerak bebas merdeka tanpa ada yang berani
mengikat kebebasan kita, sekarang setiap tindakan setiap
gerak gerik harus mendengarkan perkataan dari jen Bok
Hong, kalau di-banding2kan sungguh jauh berbeda bagaikan
langat dan bumi ...."
"Ssttt.... perlahan dikit kalau bicara" buru-buru Pei Pek Li
menekan jarinya ke atas bibir.
Setelah memeriksa keadaan disekeliling tempat itu
beberapa saat, ia baru menghela napas panjang dan
menyambung, "Selama beberapa waktu ini Liauw-heng pun
merasa tidak betah" "Jikalau Toako memang merasakan pula begini, mengapa
tidak ambil kesempatan yang sangat baik ini kita kabur balik
ke Kiam Bun "Balik ke Kiam Bun?" seru Pei Pek Li."Aaai ....!!! saudaraku
apakah kau tidak merasa caramu berpikir keliwat baik" kau
tahu Jen Bok Hong adalah manusia macam apa" dengan
wataknya yang keji dan telengas mungkinkah ia suka
melepaskan kita" "Kolong langit luas tiada ujung pangkalnya gunung dan
hutan lebat susah diteliti satu per satu. dimanapun juga kita
masih bisa menyembunyikan diri untuk melanjutkan hidup."
Kembali Pei Pek Li menghela napas panjang.
"Aaai.... walaupun apa yang kau ucapkan sedikitpun tidak
salah, tapi mata Jen Bok Hong tersebar dimana2, asalkan ia
berhasil mendapatkan kabar berita ini maka dengan kencang
ia akan mengirim pengejar untuk menangkap dan hukum mati
kita berdua," "Sekalipun kita harus melarikan diri untuk menyelamatkan
jiwa dari setiap ancaman rasanya jauh lebih baik dari pada
kita tetap tinggal disini sebagai budak2 anjing perkampungan
Pek hoa San-tjung...."
Bicara sampai disitu than Hong menghembuskan napas
panjang, terusnya. "Jen Bok Hong memandang kita dua bersaudara sebagai
bawahannya setiap saat kita di-perintah2 seperti buda, Hm
perbuatannya patut dibenci, tapi Tjau Tjioe Liong dengan
sengaja mengikat persahabatan kita dan memancing kita
orang terperosok masuk ke dalam perkampungan Pek hoa
Santjung perbuatannya semakin patut dibenci, asalkan
dikemudian hari ada kesempatan kita harus membunuh mati
babi ini untuk melampiaskan rasa dendam kita!"
"Tidak salah, perbuatan rendah dari Tjioe Tjau Liong kalau
dibandingkan dengan Jen Bok Hong semakin patut dibenci.
akupun membenci dirinya sehingga merasuk ketulang
sumsum...." Bicara sampai disitu ia merandek sejenak, kemudian
terusnya, "Tidak leluasa buat kita untuk terlalu lama bediam disini,
karena Jen Bok Hong adalah manusia yang banyak menaruh
curig. mungkin sekail ia telah mengirim orang untuk
membuntuti kita orang jikalau kita berdiam disini terlalu lama
mungkin akan menimbulkan rasa curiga dalam hatinya!"
Selesai berkata ia sentak tali les kuda dan kabur dari sana.
Than Tong pun menyentak tali les kudanya mengejar,
dalam sekejap mata kedua ekor kuda itu sudah lenyap tak
berbekas. Menanti kedua orang itu sudah lenyap dari pandangan
Siauw Ling baru berbisik kepada Kiem Lan serta Giok Lan
dengan suara lirih. "Aku lihat hari kiamat bagi Djen Bok Hong sudah tidak jauh
lagi, banyak anggota perkampungan Pek Hoa Santjung mulai
menaruh maksud meninggalkan dirinya!"
"Walaupun di dalam perkampungan Pek hoa Sancung
banyak orang yang menaruh rasa benci terhadap Djen Bok
Hong" kata Kiem Lan "Tapi tidak banyak yang berani
mengkhianati dirinya!"
"Bukankah Kiam Bun Siang Ing adalah suatu contoh yang
sangat baik?" "Kiam Bun Siang Ing berkedudukan sebagai tetamu dalam
perkampungan Pek Hoa Santjung" jawab Giok Lan dengan
cepat. "Sikap Djen Bok Hong terhadap mereka masih rada
sungkan2, semisalnya Kiam Bun Siang Ing adalah anggota
perkumpulan Pek hoa Santjung maka nyali mereka tak akan
sebesar ini!" Mendadak Siauw Ling tersenyum.
"Tapi bukankah kalian berdua adalah anggota
perkampungan Pek Hoa Santjung yang mengkhianati Djen Bok
Hong?" serunya. "Kalau bukan ada Siangkong yang menanggung kami
berdua mungkin budak sekalianpun tak akan punya nyali
sebesar ini untuk mengkhianati Djen Bok Hong!"
"Sebetulnya dibagian mana toh letak hal yang paling
menakutkan dari Djen bok Hong" agaknya begitu banyak
orang menaruh rasa jeri terhadap dirinya!"
"Siangkong kau tidak tahu, asalkan Djen bok Hong
menemukan ada orang diantara yanggotanya bermaksud
hendak mengkhianati perkampungan maka ia akan memaksa
orang itu untuk menelan semacam obat, berhubung
banyaknya aneka ragam obat itu susah bagi orang untuk
mengetahui macam apakah obat racun yang telah diberikan
kepada mereka. Menurut apa yang budak ketahui ada
semacam obet setelah ditelan maka dalam jangka waktu
tertentu harus mendapat pbat pemunahnya kalau batas waktu
itu dilewati maka daya kerja racun tersebut akan mulai
bekerja...." "Oooouw.... suatu cara yang amat keji"
"Budak masih pernah mendengar ada semacam obat yang
lebih dahsyat lagi...." sambung Giok Lan lebih jauh. "Setiap
orang yang menelan obat itu maka kesadarannya akan mulai
punah sehingga akhirnya lupa pada diri sendiri, kecuali
mendengar perintah dari Jen bok Hong, dikolong langit tak
ada orang yang dikenalinya lagi"
"Ada kejadian seperti ini?" seru Siauw Ling tercengang.
"Budak masih pernah mendengar orang berkata bahwa Jen
Bok Hong memiliki suatu ilmu silat yang luar biasa dimana
khusus melukai urat nadi serta isi perut pihak lawannya,
asalkan terluka oleh serangan tersebut maka selama hidup
orang itu akan mendengarkan perintahnya...."
"Aku rasa kepandaian terebut bukan lain adalah suatu ilmu
menotok yang dinamakan menggunting urat memutuskan
syaraf, kepandaian semacam ini tak perlu diherankan lagi!"
Sepasang mata Giok Lan kontan terbelalak lebar2, sambil
memandang tajam wajah Siauw Ling serunya, "Jadi kalau
begitu kaupun bisa menggunakan kepandaian silat macam ini
"Bukannya begitu, apa yang barusan kuucapkan tidak lebih
hanya merupakan dugaanku belaka, sebelum menjumpai
orang yang pernah terluka oleh ilmu tersebut aku belum
berani memastikan...."
"Ada orang datang!" mendadak terdengar Sang Pat berseru
dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara.
Siauw Ling segera menghentikan ucapan yang belum habis
diutarakan, ia berpaling dan ditemukan ada dua sosok
bayangan manusia sedang meluncur datang.
Gerakan kedua sosok bayangan manusia itu cepat laksana
kilat, di dalam sekejap mata mereka telah tiba dibawah pohon
dimana beberapa orang itu bersembunyi, mereka bukan lain
adalah si Pit besi berwajah dingin Tu Kioe serta sisegulung
angin Peng Im. Sang Pat segera melayang turun dari tempat
persembunyiannya. "Apakah kalian berhasil menemukan letak telaga Kioe Tji
Than tersebut?" tanyanya lirih.
Beruntung tidak sampai me-nyia2kan harapan kami.
Siauw Ling pun berjalan keluar dari balik pohon, ujarnya.
"Pihak perkampungan Pek Hoa Santjung telah mengutus
Kiam Bun Siang Ing datang kemari, apakah kalian berdua
menumpainiya?" "Kau maksudkan kedua orang penunggang kuda itu?" tanya
Peng Im. "Benar!" "Kedua orang itu sudah dipancing pergi ke arah yang lain
oleh para peronda malam, sekarang kita harus cepat-cepat
menuju kesana aku sipengemis cilik telah menitahkan dua
orang anak murid perkumpulan kami untuk menyambut
kedatangan kita ditengah jalan,"
"Peng-heng!" tiba-tiba Sang Pat bertanya. "Siapakah ketua
penyelenggaraan pertemuan para jago yang diselenggarakan
kali ini!" "Tentang soal ini aku sipengemis cilik kurang paham, tapi
menurut dugaanku kalau bukan Be Boen Hwe tentu guruku
yang belum tiba. Sang Pat lantas tersenyum,
"Kalau gurumu datang sendiri untuk menyelenggarakan
pertemuan rahasia seluruh jago Bulim ini, urusan tentu akan
mendapat kepastian yang cemerlang dan bagus" serunya.
"Selama banyak tahun guruku selalu sibuk dengan urusan
dalam partainya sendiri dan jarang berkenalan dengan
persoalan yang menyangkut urusan Bulim tapi beberapa hari
berselang aku sipengemis cilik telah mendapat pesan dari
guruku yang mengatakan beliau akan tiba ditempat ini dengan
membawa serta para jago lihay dari perkumpulan Kay Pang,
hanya saja sudahkah mereka tiba hingga kini susah diduga,
waktu pada saat ini sangat berharga bagaikan emas, kita tak
boleh berdiam terlalu lama lagi disini mari biar aku sipengemis
cilik membawa jalan untuk kalian."
Selesai berkata ia berjalan terlebih dahulu dipaling depan.
Siauw Ling, Sang Pat sekalian secara beruntun mengikuti
dari belakang Peng Im melakukan perjalanan kemuka.
Dengan memimpin para jago Peng Im berjalan putar
kekanan berbelok kuran lebih sejauh empat lima li dan
berhenti disisi sebuah hutan lebat, tiba-tiba ujarnya.
"Silahkan Tjuwi menanti sebentar disini aku sipengemis cilik
akan pergi memeriksa apakah mereka sudah datang atau
belum. Badannya segera berkelebat masuk ke dalam hutan.
Beberapa saat kemudian ia muncul kembali seraya berkata.
"Dua orang anak murid partai kami telah menanti, silahkan
Tjuwi sekalian masuk kehutan dan naik perahu...."
"Naik perahu?" tanya Siang Ing tercengang
Terhadap Siauw Ling agaknya Peng Im menaruh rasa
hormat yang bukan kepalang buru buru jawabnya,
"Akh.... aku sipengemis cilik telah lupa memberi keterangan
kepada kalian, di dalam hutan ini terdapat seuah sungai yang
menghubungkan tempat ini dengan telaga Kioe Tji Than,"
Dengan merendahkan badanya ia berlalu terlebih dahulu,
Setelah melewati sebuah hutan lebat sejauh beberapa
tombak sampailah mereka ditepi sebuah sungai kecil yang
luasnya tidak lebih hanya beberapa tombak.
Sebuah perahu sampan telah menanti ditepi sungai, dua
orang anggota pengemis yang berpakaian dengkil telah
menanti kedatanganmereka diujung perahu,
Peng Im per-tama2 meloncat dulu ke atas perahu sampan
itu disusul kemudian oleh Siauw Ling serta Sang Pat sekalian.
Kedua orang Kay Pang tadi tanpa banyak cakap segera
menjalankan perahunya mengikuti aliran sungai setelah
dilihatnya para jago telah berada diatas perahu semua.
Walaupun sungai kecil itu tidak lebar tapi dasar sungai
amat dalam, kepandaian mengemudi perahu dari kedua orang
anggota Kay Pang ini sangat mahir sekali, dengan mengikuti
tikungan2 dari sungai tersebut mereka jalankan perahu
tersebut makin lama semakin cepat.
"Ooooouw.... kiranya telaga Kioe Ci Than ini dinamakan
karena banyaknya tikungan yang terdapat disini" pikir Siauw
Ling di dalam hati. Perahu tersebut bergerak kurang lebih sepertanak nasi
lamanya, mendadak pemandangan yang tertera didepan mata
berubah. Tampak luas sungai bertambah lebar dan susah kelihatan
tepian, disebelah kanan sungai penuh ditumbuhi dengan
tumbuhan gelaga yang rapat dan lebat.
Kedua orang anggota Kay Pang tadi mendadak putar
haluan dan menjalankan perahu mereka menerobosi hutan
gelaga tersebut. Melihat pemandangan itu Siauw Ling kembali berpikir
dalam hatinya. "Hutan gelaga ini sangat lebat dan tebal mana mungkin
perahu tersebut bisa bergerak disana?"
Tampak kedua orang anggota Kay Pang tadi dengan sangat
mahir memutar perahu sampan itu sebentar kekanan sebentar
kekiri dengan laju dan lancar mereka menerobosi hutan
gelaga tadi. Jelas diantara hutan gelaga itu terdapat sebuah jaln air
yang sangat rahasia denganluas tidak sampai lima depa, tepat
dpat dilalui sebuah perahu sampan.
Jelas tertera perahu mereka tanpa menjumpai kesulitan
bisa bergerak maju kedepan melewati jalan rahasia tadi
menembusi hutan gelaga. Dengan pandangan yang cermat Siauw Ling
memperhatikan tumbuhan gelaga yang tumbuh disekitar
tempat itu, ia menemukan bekas2 babatan baru yang
tertinggal disana, jelas hal ini membuktikan kalau jalan rahasia
itu belum lama dibikin, dalam hati segera berpikir.
"Tempat ini memang benar2 sangat rahasia letaknya,
empat penjuru adalah air dan merupakan tempat yang paling
mudah dikontrol, tapi untuk melebarkan jalan rahasia ini
sungguh bukan suatu hasil pekerjaan yang amat gampang...."
Kembali sampan kecil itu ber-putar2 sebanyak beberapa
kali, mendadak dari balik tumbuhan gelaga terdengar suara
bentakan keras berkumandang keluar, "Berhenti!!!"
Dari kedua belah tumbuhan gelaga muncul sebatang gala
panjang berwarna merah yang menghadang jalan pergi
mereka. Kedua orang anggota Kay Pang yang sedang mendayung
perahu mereka secepat kilat menggerakkan dayungnya
menghentikan lajunya perahu tersebut kedepan.
Dari arah sebelah kiri hutan gelaga tersebut segera


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdengar suara seruan keras, "Tong Poei ia Ih Bok!"
Anak murid Kay Pang yang berada disebelah kanan sampan
tadi dengan cepat menyahut, "Si Poei Ken Sim Kiem!!!"
Dari hutang gelaga sebelah kanan segera muncul kembali
suara seruan yang lantang
"Thian Sang Djier Gwat Seng!"
Anak murid Kay Pang yang ada disebelah kiri perahu
dengan cepat menyambung "Teh He Hwee Swie Toh!"
Dua batang tongkat bambu warna merah yang disilangkan
didepan perahu tadi segera ditarik kembali ke belakang disusul
suara teguran orang itu. "Siapa yang ada diatas perahu?"
Kedua orang Kay Pang itu saling bertukar pandangan
sekejap kemudian berpaling ke arah Peng Im, mereka tetap
membungkam dalam seibu bahasa.
"Peng Im dari perkumpulan Kay Pang serta Tiong cho Siang
Ku!" jawab Peng Im beberapa saat kemudian.
"Lalu siapakah kedua orang tamu perempuan itu?" tanya
orang yang ada disebelah kanan hutan gelaga dengan suara
nyaring. "Mereka adalah sahabat karib aku Peng Im"
Suasana untuk beberapa saat lamanya berubah jadi sunyi
senyap, akhirnya orang itu berkata kembali.
"Kami percaya kepada kalian silahkan melanjutkan
perjalanan!" Setelah mendapat persetujuan dari orang2 itu, kedua orang
anggota Kay Pang tadi baru menjalankan perahu sampannya
melanjutkan perjalanan mereka kedepan.
Setelah itu meninggalkan pos penjagaan tadi Tu Kioe
mendehem ringan ujarnya. "Pejagaan disekitar tempat ini tidak kusangka bisa seketat
ini!" "Bagi orang2 perkampungan Pek Hoa Santjung tak ada
lubang yang tak bisa ditembusi kalau kita tidak melakukan
penjagaan seketat ini dari mana bisa menahan selundupan
dari pihak mereka?" "Aai .... malam ini kalau bukan ada Peng-heng yang
membawa jalan serta pihak anggota Kay Pang yang
menyambut mungkin sekalipun kita orang tahu akan nama
telaga Kioe Tji Than ini belum tentu berhasil menemukan
tempat ini" kata Siauw Ling perlahan.
Peng Im membungkam, sekalipun dalam hati ia berpikir,
"Sekalipun kau berhasil menemui tempat ini, kalau tak
mendapat undangan mana bisa masuk justru semua jasa ini
terletak pada pundak kedua orang anggota Kay Pang yang
bersedia menghantar serta penjemput kalian...."
Perahu sampan itu bergerak beberapa saat lagi, mendadak
mereka berhenti dan terdengar suara salah seorang anggota
Kay Pang itu berkata "Kita sudah ditempat yang dituju, silahkan tjuwi turun
perahu dan mendarat!"
Mendengar perkataan itu Siauw Ling mendongak meneliti
keadaan disekitar tempat itu, sewaktu ditemukan daerah sana
hanya terdiri dari hutan gelaga belaka dalam hati lantas
berpikir, "Sekitar tempat ini sama sekali tidak kelihatan ada daratan,
apakah mereka suruh kami berjalan diatas permukaan air?"
Pada saat itu Peng Im telah selesai mengucapkan beberapa
patah kata terhadap salah seorang anggota Kay Pang yang
ada disisinya mendadak dengan suara berat serunya
"Silahkan tjuwi mengikuti diriku!"
Setelah mengarah tepat arah yang dituju, ia meloncat
kedepan. Siauw Ling selama ini mengikuti terus arah yang dituju
Peng Im, tampak olehnya tempat pijakan tersebut terletak
disuatu tempat kurang lebih terpaut delapan, sembilan depa
dari sampan kecil mereka, ia sadar dengan ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki kedua orang dayang tersebut tak mungkin
mereka bisa mencapai daratan dengan selamat.
Oleh sebab itu ujarnya, "Giok Lan, Kiem lan kalian meloncat terlebih dulu?"
Giok Lan mengiakan, ia pertama2 meloncat terlebih dahulu
menubruk ke arah mana Peng Im sedang berdiri menanti.
Bersamaan dengan saat gadis itu melayang kedepan
dengan kumpulan hawa murninya Siauw Ling siap mendorong
telapak kanannya kedepan membantu dayang itu setiap saat.
Siapa nyana tenaga loncatan dari Giok Lan jauh melebihi
apa yang diduga dalam hati bukan saja ia dapat mencapai
tempat pijak tersebut bahkan langsung menubruk ke arah
tubuh Peng Im. Buru-buru Peng Im mundur empat langkah ke belakang
untuk menghindar. dengan berbuat demikian ia baru berhasil
meloloskan diri dari tenaga tubrukan Giok Lan.
Kiem Lan pun segera menyusul dibelakang Giok Lan
meloncat ke arah depan. Setelah itu berturut2 menyusul Siauw Ling Sang Pat serta
Tu Kioe melayang pula ke arah mana Peng Im berdiri menanti.
Ketika semua orang telah tiba ditempat yang dituju dan
menunduk waktu itulah semua orang baru tahu dimana
mereka berpijak bukan lain adalah sebuah papan kayu seluas
dua depa yang ditrapkan diantara tumbuhan gelaga.
Melihat semua persiapan yang sempurna sekali Siauw Ling
berpikir, "Jika kutinjau dari tempat persembunyian mereka yang
demikian terpencil dan terahasia guna tempat berkumpul, aku
rasa persiapan bukan dilakukan dalam sehari dua hari belaka,
jelas sejak dahulu mereka sudah memiliki suatu rencana
tertentu!" Kedua orang anggota Kay Pang yang bertugas menghantar
mereka, menanti orang2 itu sudah pada mendarat mereka
putar haluan dan berlalu dari situ.
"Silahkan Tjuwi berjalan mengikuti dibelakangku" kata Peng
Im kemudian dengan nada yang lirih. "Semisalnya mejumpai
sesuatu gerakan yang tak terduga, aku harap kalian jangan
turun tangan secara gegabah"
Selesai mengucapkan perkataan tersebut ia berjalna
terlebih dulu ke arah depan.
Papan2 kayu yang ditrapkan sebagai jalanan rahasia
tersebut dibangun dengan menempel diatas permukaan air,
setelah ber-belok2 mereka menembusi hutan gelaga semakin
ke dalam lagi. Kembali mereka melakukan perjalanan sejauh empat belas,
lima belas tombak jauhnya mendadak jalanan berputar
kekanan disusul cahaya lampu secara lapat2 menyorot keluar
dari balik hutan gelaga yang amat lebat itu.
"Siapa?" terdengar suara teguran nyaring.
Dari kedua belah sisi hutan gelaga secara tiba-tiba
meloncat keluar dua orang lelaki kekar berbaju singsat
bersenjata golok menghadang perjalanan mereka.
Peng Im buru-buru merangkap tangannya menjura.
"Aku sipengemis cilik di dalam perkumpulan Kay Pang
disebut Peng Im!" katanya memperkenalkan diri.
Empat buah sinar mata yang tajam dari kedua orang lelaki
kekar itu ber-sama2 dialihkan ke atas tubuh Giok Lan serta
Kiem Lan kemudian tegurnya kembali.
"Siapakah beberapa orang yang berada dibelakang
saudara!" "Tiong Cho Siangku yang sudah tersohor di kolong langit"
"Dan siapakah kedua orang nona itu" sambung sang lelaki
kekar yang ada disebelah kiri,
"Kawan karib dari aku sipengemis cilik"
"Nama besar Peng-heng tersohor diseantero jagad" kata
silelaki kekar yang ada disebelah kanan, "Sudah lama kami
mendengar akan kebesaran nama saudara, tentu saja tak
usah kami minta tanda kepercayaan darimu, sebaliknya
beebrapa orang saudara yang ada dibelakangmu entah
membawakah suatu tanda pengenal khusus?"
"Kami Tiong Cho Siang Ku selamanya pergi datang sesuka
hati, tidak pernah tunduk pada suatu ikatan" seru Tu Kioe
dengan nada dingin. "Beberapa orang saudara ini adalah jago jago lihay yang
aku sipengemis cilik khusu undang untuk membantu pihak
kita" kata Peng Im buru-buru menyambung. "Jikalau ada hal
yang tidak beres, biarlah nanti aku sipengemis cilik yang
tanggung" Kedua orang lelaki kekar itu saling bertukar pandangan
sekejap, kemudian katanya.
"Urusan ini menyangkut suatu masalah yang sangat besar,
kami dua berasudara tidak sanggup memikul tanggung jawab
seberat ini, harap Tjuwi menanti sebentar, biarlah siauwte
masuk untuk memberi laporan terlebih dahulu...."
- - - - - - - 31 Apanya yang perlu dilaporkan telebih dahulu?" seru Tu Kioe
dengan gusar. "Jikalau kalian berdua tidak mau menyingkir
untuk memberi jalan, jangan salahkan kami segera akan
menerjang masuk kedalam."
Karena takut urusan gagal ditengah jalan, Siauw Ling buruburu
menjawil ujung baju Tu Kioe mencegah dia melanjutkan
kata2nya ujarnya ramah. "Baiklah, merepotkan kalian berdua harus melapor dulu?"
Mungkin kedua orang lelaki kekar itu merasa agak gentar
dengan nama besar Tiong Cho Siang Ku dalam dunia
persilatan walaupun menerima sindiran pedas dari Tu Kioe
mereka tetap bersabar. Demikian orang yang ada disebelah kiri tetap tinggal
diasana untuk ber-jaga2 sedangkan orang yang ada disebelah
kanan segera putar badan lari masuk untuk memberi laporan.
Kurang lebih seperminum teh kemudian, lelaki kekar itu
muncul disana ber-sama2 seorang pemuda yang membawa
kipas ditangan. Dengan sepasang mata Siauw Ling yang tajam, sekali
pandangan ia dapat mengenali kembali pemuda terebut
sebagai Be Boen Hwie itu sang Cong Piauw Pacu dari
keresidenan Ih, Ouw, Siang, Kan.
Mendadak Be Boen Hwie mempercepat langkahnya berebut
dihadapan lelaki kekar itu sembari menjura serunya, "Saudara
Peng, cepat kenalkan aku dengan diri Tiong Cho Siang Ku...."
Sinar matanya berputar, mendadak ia menemukan Siauw
Ling pun ada disana sikapnya segera agak melengak.
"Eeeei.... Siauw-heng pun ikut datang?" sambungnya.
Be-heng tidak pernah menyangka bukan!" sahut Siauw Ling
sambil tersenyum. Ia segera menuding ke arah Sang Pat sambil berkata lebih
lanjut, "Mari .... mari .... biar aku yang perkenalkan Tiong Cho
Siang Ku kepada diri Be-heng, saudara ini adalah Sang Pat
sedang yang satu ini adalah Tu Kioe!"
Be Boen Hwie buru-buru mejura.
"Telah lama kami kagumi nama besar saudara berdua
beruntung ini hari kita bisa saling berjumpa!"
Sang Pat mendongak tertawa ter-bahak2.
"Haa.... haa...., kemi bersaudara adalah kaum pedagang
yang sangat jarang mengadakan hubungan dengan saudara2
Bu-lim, tadi kami sedikit mengganggu keagungan serta
kecemerlangan nama besar Be Tjong Piauw Patju harap kau
suka memaafkan!" "Anak buahku tidak tahu dan berbicara rada kasar, siauwte
berharap kalian berdua suka memandang diatas wajahku
jangan mengganggu mereka lagi!"
Bicara sampai disitu ia lantas menjura.
Dengan cepat Sang Pat balas memberi hormat.
"Tanpa pegangan semua urusan gagal, Be Tjong Piauwpacu
bisa memimpin kawan2 Bulim dari empat keresidenan
besar ehmm....! kiranya kau benar2 punya bakat dan memiliki
kewajiban yang sukar ditandingi orang lain"
"Terima kasih atas pujianmu, siauw-te tak sanggup untuk
menerimanya. Dalam barak di tengah hutan gelaga sana telah
tersedia sayur dan arak bagaimana kalau Cu-wi bersantap
danminum arak terlebih dahulu?"
"kami sengaja datang untuk menyambangi dirimu, tentu
saja akan kutonton kehebatan serta pengaruh dari Be-heng"
kata Siauw Ling sambil tertawa.
Be Boen Hwie segera menjura dengan wajah serius.
"Cu-wi silahkan masuk!"
Dengan dipimpin Peng Im beberapa orang itu melanjutkan
perjalanan kedepan, Tiong Cho Siang Ku berjalan mengikuti
dibelakang pengemis itu sedang kedua orang dayang Giok Lan
dan Kiem Lan mengiringi dengan kencang disisi Siauw Ling.
Kepada diri kedua orang dayang itu Be Boen Hwie menjura
lalu menegur sambil tertawa, "Nona berdua, agaknya kalian
tidak pernah berpisah dengan Siauw Thay-hiap barang
setengah jengkalpun"
Kedua orang dayang itu tersenyum, mereka membungkam.
Setelah berjalan sejauh lima tombak mendadak suasana
disekeliling tempat itu berubah, tampaklah di dalam sebuah
barak yang terbuat dari kayu dan bambu serta sorotan sinar
lilin duduk ber-puluh2 orang jago Bu-lim.
Dalam sekali pandangan Siauw Ling dapat menaksir kira2
orang yang berkumpul disitu ada dua puluh orang banyaknya.
Dua batang lilin merah besar terpancang di depan pintu
masuk, suasana disekitar sana terang benderang bagaikan
disiang hari bolong, oleh karena itu setelah Siauw Ling
sekalian masuk ke dalam barak itu semua jago yang hadir
dalam kalangan bisa melihat wajah mereka dengan sangat
jelas. Sang Pat mendongak memandang ke atas barak itu, ia
termukan diantara kayu2 sebagai penjaga maka sebagai
atapnya digunakan secarik kain hitam yang amat lebar dan
panjang, jelas mereka takut cahaya lampu menyorot keluar
sehingga diketahui pihak lawan, tak terasa lagi di dalam hati ia
memuji pikirnya, "Otak Be Boen Hwie ternyata amat cermat, ia
betul2 seorang jagoan berbakat...."
Mendadak terdengar suara desiran angin tajam menembusi
angkasa menyambar datang ke arah mereka.
si Sie-poa emas Sang Pat adalah seorang jago kawakan
yang banyak pengalaman. begitu mendengar suara desiran
angin tajam tadi ia segera dapat membedakan sebagai
serangan semjata rahasia.
Buru-buru ia berpaling ke arah mana berasalnya suara tadi.


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tampaklah ditangan kiri Siauw Ling telah menangkap
sebatang senjata rahasia peluru perak, dimulutnya menggigit
sebatang anak panah pendek dan ditangan kanannya
menggenggam senjata rahasia Kiem Lian hoa atau bunga
teratai emas. Dalam sekejap mata, tangan serta mulut sama2 bekerja
untuk menangkap datangnya bokongan tida batang senjata
rahasia. kecepatan gerak serta ketepatan menangkap benar2
sangat mengagumkan membuat para jago yang hadir
dikalangan rata2 diikin terkesiap.
Air muka Be Boen Hwie berubah hebat, denganlantang
segera teriaknya, "Siapa yang barusan melancarkan serangan
bokongan" silahkan berdiri untuk memberi keterangan!!!"
Siauw Ling ayunkan tangannya melemparkansejata rahasia
yang ada ditangan ke atas tanah kemudian sambil tertawa
hambar katanya "Sudahlah, mungkin orang itu sengaja hendak mengajak
siauwte bergurau, Be-heng tak perlu terlalu memandang
serius akan soal ini"
Sinar mata Be Boen Hwie dengan tajam dialihkan ke arah
ujung barak dimana duduk dua orang jago, yang satu adalah
seorang kakek tua berambut putih sedang yang lain adalah
dara berbaju hitam dengan wajah kere. ujarnya kemudian.
"Siauw Sam Tjung-tju berlapang dada. siauwtepun terpaksa
meurut saja atas kemauanmu"
Mendengar dirinya disebut sebagai Sam Tjung-tju
dihadapan para jago, Siauw Ling segera kerutkan dahinya,
bibir bergerak seperti mau bicara tapi akhirnya niat tersebut
dibatalkan. "Usia orang ini tidak begitu besar, tapi semua pekerjaan
serta tindak tanduknya cukup berpengalaman dan tajam" pikir
Sang Pat dalam hati. "Dalam ucapan yang pertama ia
bocorkan dahulu asal usulnya Toako agar hati para jago
diliputi kecurigaan setelah itu menimpahkan kebaikan hati
Toako yang tidak suka mencari banyak urusan ke atas
badannya dengan demikian para jago lainnya tak akan
salahkan dia orang.... orang ini betul2 lihay, dalam sepatah
dua patah kata ia telah memberi peringatan kepada para jago
dan meloloskan diri dari berbagai macam kesulitan"
Mengambil kesempatan tadi, Peng Im alihkan sinar
matanya menyapu keadaan disekeliling ruangan sewaktu tidak
dijumpai para tokoh Kay Pang yang hadir dalam pertemuan
tersebut ia jadi tercengang dan keheranan, pikirnya.
"Tugas berat seperti menyeberangkan para jago, penjaga
keamanan serta tugas2 bahaya lainnya dipikul oleh kami pihak
Kay Pang, kenapa dalam pertemuan besar yang sangat
penting justru dari pihak Kay Pang tak seorangpun yang ikut
hadir" sungguh aneh dan patut dicurigai...."
"Sam Cungcu!" terdengar Be Boen Hwie berkata kembali
seraya menjura penuh rasa hormat. "Setelah kau berhasil
menemukan tempat kami, hal ini menandakan apabila
pendengaran serta penglihatan kalian sangat tajam. Hati
siauwte benar2 merasa amat kagum setelah tiba disini
bagaimana kalau Sam Tjungtju duduk2 sebentar sambil
minum secawan arak?"
Mendengar ucapan itu Siauw Ling mengerti apabila Be
Boen Hwie telah menaruh salah paham terhadap dirinya,
selagi ia ada maksud memberi penjelasan Tu Kioe dengan
suara dingin telah menimbrung.
"Be Tjiong Piauw patju sikapmu yang kasar terhadap para
tetamu apakah mereasa tiak sedikit keterlaluan"
Be Boen Hwie kontan tertawa dingin tiada hentinya.
"Heee...., heee...., terhadap nama besar Tiong cho Siang Ku
sudah lama siauwte merasa kagum, tidak nyana dengan
kedudukan kailan berdua yang begitu tinggi dan terhormat
ternyata sudi mengabungkan diri dengan pihak perkampungan
Pek Hoa San-tjung" Mendengar dirinya dituduh bersekongkol dengan Jen Bok
Hong, Tu Kioe jadi amat gusar.
"Be Boen Hwie!" teriaknya keras2. "Kalau bicara harap kau
sediki berhati2!" Mendadak para jago yang hadir dalam kalangan ber-sama
bangun berdiri senjata tajam dicabut keluar dari sarungnya
siap melakukan penyerangan, kalau dilihat situasinya mungkin
asalkan Be Boen Hwie memberi komando maka semua jago
akan melancarkan serbuan secara berbareng.
Situasi segera berubah hebat, suasana penuh diliputi
ketegangan serta kecemasan, setiap saat suatu pertumpahan
darah akan terjadi di sana.
Pada saat itulah Sang Pat tertawa terbahak2
"Haa.... haa.... Cuwi sekalian bersikap demikian tegang dan
cemas apakah ingin mempersiapkan suatu pertarungan bodoh
yang tiada tujuan" selamanya siauwte mengutamakan
keuntungan dalam setiap perdagangan, kalau ada tanda-tanda
harus membayar ganti rugi tak akan kulakukan, jikalau kami
ada maksud membantu pihak perkampungan Pek Hoa
Sancung apa gunanay datang kesarang macan gua naga
dengan tanpa persiapan sama sekali?"
Peng Im pun kelihatan sangat cemas dengan situasi yang
tertera didepan matanya, teriaknya penuh kegelisahan.
"Be-heng harap kau suka dengarkan dulu sepatah dua
patah kata dari aku sipengemis cilik"
Mendadak dari antara gerombolan para jago terdengar
seseorang berteriak dengan suar lantang
"Anak murid perkumpulan Kay Pang rata2 mengutamakan
kesetiaan, serta kebajikan, sisegulung angin Peng Im terkenal
pula sebagai seorang pendekar yang dihormati sesama
kawanan Bu-lim dalam dunia persilatan, tidak disangka kau
adalah seorang manusia kecil yang takut mati, demi
keselamatan sendiri dengan tiada sayangnya telah menjual
keadilan Bu-lim kepada pihak musuh, hal ini sugnguh
menyayangkan jerih payah Shen Pangcu yang sudah mendidik
kau selama banyak tahun. Hmm! tak nyana muridnya tidak
lebih adalah seorang manusia tidak punya semangat!"
JILID 15 Mendengar makian itu Peng Im berpaling, dilihatnya orang
yang barusan memaki dirinya habis2an adalah seorang
pemuda berusia dua puluh tahunan, saat itu pemuda tadi
telah meloloskan pedangnya dari dalam sarung dan dicekal
ditangan siap melancarkan terjangan.
Peng Im tidak kenal dengan orang ini, tapi disisinya berdiri
seorang kakek tua bertongkat yang bukan lain adalah
sipendekar pincang Tjang Toa Hay, terang pemuda itu adalah
muridnya. Selagi ia hendak mengucapkan beberapa kata bantahan,
mendadak terdengar lagi suara ucapan seseorang dengan
nada yang nyaring dan dingin berkumandang datang.
"Cuwi sianpwee sekalian, sewaktu berada di atas sebuah
loteng rumah makan dikota Koei Cho, boanpwee pernah
berusaha membinasakan Cioe Cau Liong dengan senjata
rahasia tapi usahaku ini digagalkan oleh orang tersebut karena
hadangannya ditengah jalan, karena hal dendam sakithati
ayahku selama tujuh tahun gagal kutuntut balas, malam ini ia
berhasil meneylundup masuk ke dalam markas pertemuan
kita, orang ini tak boleh dilepaskan lagi ia menyaru nama
besar Siauw Thayhiap untuk mengacau Bulim dan
menimbulkan huru-hara saja harap para paman sekalian
jangan sampai tertipu dan mendengarkan bujuk rayunya yang
manis. Oleh ucapan itu berpuluh2 pasang mata para jago yang
hadir dalam kalangan bersama2 dialihkan ke atas wajah Siauw
Ling sinar mata mereka penuh diliputi rasa benci, mendendam
serta gusar yang susah dikendalikan.
Melihat para jago telah dibakar oleh suasana sehingga
sukar dipertahankan lagi. Sang Pat merasa terkesiap, pikirnya.
"Para jago yang hadir dalam kalangan pada saat ini rata2
merupakan jago Bulim bersamaan yang memiliki kepandaian
silat luar biasa, bagaimanakah akhir dari pertumpahan darah
ini darah segar dan tumpukan mayat pasti akan
bergelimpangan memenuhi permukaan, pemandangan saat itu
pasti sangat mengerikan!"
Siauw Ling semakin gelisah lagi, banyak persoalan yang
hendak diutarakan keluar tapi untuk sesaat tak sanggup
baginya untuk memulai ucapan itu, melihat pula para jago
dengan senjata telanjang mulai mendekati dirinya semakin
cemas lagi. Ia tahu dalam menghadapi situasi macam ini asal salah
seorang saja mulai turun tanganmelancarkan serangan maka
para jago lainnya secara berbareng akan turun tangan secara
bersama2. situasi waktu itu susah ditolong lagi dan suatu
pertarungan tak akan terhindar.
Apalagi kekuatan Kiem Lan serta Giok Lan yang berjaga2
dikedua belah sisinya hanya terbatas, tak mungkin bagi
mereka berdua untuk menahan gempuran yang datang dari
empat penjuru. Karena itu segera bisiknya lirih
"Giok Lan, Kiem Lan cepat mundur kelbelakang tubuhku!"
Kedua orang dayangpun itu mengerti dengan kepandaian
silat yang mereka miliki tak akan sanggup menahan
seranganlawan karenanyamereka menurut dan mundur ke
belakang tubuh Siauw Ling.
Tiong Cho Siang Ku sebagai jago kawakan yang banyak
pengalaman, setelah meninjau situasi didepan mata tanpa
berisik dan menimbulkan banyak suara segera mundur dan
memencar kedua belah sisi Siauw Ling melindungi pemuda itu
dari dua sayap kiri dan kanan.
Dengan demikian pertahanan mereka berubah menjadi
posisi segi tiga. Si Segulung angin Penge Im berdiri kurang lebih tujuh
delapan depa dihadapan Siauw Ling kalau dibicarakan
sesungguhnya maka dialah yang akan bentrok dengan para
jago terlebih dahulu. Tapi kedudukan Shen Pangcu dari Kay Pang di dalam Bulim
sangat terhormat dan mendapat rasa kagum dan setiap
insan Bu-lim kebanyakan dan para jago tidak ingin mencari
gara2 dengan pengemis cilik ini.
Pikir mereka kendati pengemis cilik ini sudah menjual para
jago kepada pihak perkampungan Pek Hoa Sancung,
dikemudian hari Shen Pangcu dari Kay Pang bisa turun tangan
sendiri memberi hukuman kepadanya, dengan pengeruh Kay
Pang yang besar mereka tidak ingin mengikat permusuhkan
dengan perkumpulan tersebut.
Karena itu para jago rata2 pada menghindari bentrokan
dengan Peng Im, mereka mengitari dari sisinya melanjutkan
terjangan kedepan. Ketika itu semua jago yang ada di dalam barak sudah mulai
bergerak secara berbareng kepungan berlapis dan maju
selangkah demi selangkah kedepan.
Serbuan yang datang dari depan pada menghindari
bentrokan maju mendesak terus, dengan demikian situasi
memaksa Peng Im harus bersiap sedia, karena ia tidak berani
memastikan apakah ada orang yang ada dibelakangnya itu
akan turun tangan terhadap dirinya atau tidak.
Selama ini Be Boen Hwie berdiri dengan tenang disisi
kalangan, ia tidak turun tangan mencegah pun tidak turun
tangan memberi petunjuk kepada para jago untuk menyerang.
Suasana dalam barak sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suarapun, tapi ditengah keheningan terasalah suasana penuh
ketegangan yang menyesakkan pernapasan.
Mendadak tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
seorang gadis berbaju hijau meloncat ketengah udara
menubruk Siauw Ling. telapak tangannya berputar mengirim
serangan dahsyat. Siauw Ling sedikit menggerakkan badannya menyingkir
kesamping, ia berkelit dari tangannya serangan tadi
mengancam dada bagian depan sebagai tempat penting dan
menerima hantaman tadi dengan pundak kananya.
serangan dengan telak bersarang ditubuh pemuda itu
membuat seluruh badan Siauw Ling bergetar tiada hentinya.
Tu Kioe tertawa dingin teriaknya, "Budai cilik. nyalimu
sungguh tidak kecil!"
Telapak kanannya bergetar dihantamkan kedepan.
Tapi Siauw Ling keburu menggerakkan tangannya
menghadang serangan Tu Kioe yang mengarah sang gadis,
ujarnya sambil tertawa hambar, "Nona, kau telah
menghantam satu kali diri cayhe, rasanya seluruh hawa
mangkel serta dendam yang mengeram dihatimu sudah punah
semua bukan!" Diatas selembar wajah sang dara berbaju hijau yang diliputi
keseriusan mendadak terlintas suatu perasaan bimbang dan
kosong. "Mengapa kau tidak melancarkan serangan balasan?"
tanyanya bengong. "Tempo dulu cayhe telah turun tangan menghadang
tindakan nona untuk membalas dendam walaupun
perbuatanku itu dilakukan tanpa maksud tapi dalam hati kecil
nona selalu mengingatnya sebagai suatu sakit hati yang
sangat mendalam. Eeeei....! padahal, sekalipun waktu itu
cayhe tidak turun tangan mencegah, senjata rahasia yang
nona lepaskan belum tentu bisa melukai diri Cioe Cau Liong"
Ketika itu Tu Kioe siap turun tangan tadi para jago yang
ada diempat penjuru telah meloncat siap melancarkan
kerubutan, tapi berhubung Siauw Ling keburu turun tangan
menghalangi serangan yang hendak dilancarkan Tu Kioe maka
dalam keadaan diluar dugaan para jagopun ber-sama2
menghentikan gerakannya. Terdengar si dara berbaju hijau itu dengan suara dingin
berkata kembali, "Cioe Cau Liong telah membinasakan ayahku
memaksa ibuku bunuh diri, dendam berdarah sedalam lautan
ini apakah aku tidak patut menuntut balas ....?"
"Dendam membunuh orang tua memang berat seberat
gunung Thay-san dan dalam sedalam samudra, kau
seharusnya menuntut balas atas sakithati ini"
"Tapi kau telah menghalangi kesempatan yang sudah lama
ku-tunggu2, apakah aku tidak patut mengalihkan rasa gusar,
kecewa dan benciku ini ke atas badanmu?"
Sikap Siauw Ling tetap tenang bagaikan tenangnya air
telaga, ujarnya lambat2, "Nona, harap kau teliti kembali situasi
yang tertera pada hari itu, sekalipun Cayhe tidak turun tangan
mencegah, mungkinkah kau berhasil melukai diri Cioe Cau


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liong?" si dara cantik berbaju hijau itu termenung berpikir sebentar
akirnya ia mengeleng. "Aku tidak tahu .... aku tidak tahu ...." yang kuingat selalu
adalah kau telah turun tangan menghadang meksudku
untukmenuntut balas"
"Eeeei.... bocah, apa yang ia ucapkan sedikitpun tidak
salah" tiba-tiba tersengar suara seseorang yang serak dan
penuh kesedihan menimbrung dari samping. "Sekalipun ia
tidak turun tangan mencegah senjata rahasia yang kau
lepaskan tak bakal berhasil melukai diri Cioe Cau Ling"
Orang yang barusan bicara adalah seorang lelkai berwajah
persegi empat. bermata bulat besar dan seorang akhli
melepaskan senjata rahasia. Dia bukan lain adalah "Pat so Sin
Liong" atau sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Tjeng.
Mendadak terdengar suara dengusan berat berkumandang
memecah kesunyian yang mencekam disekitar barak tersebut,
kemudian diikuti robohnya badan seorang lelaki kekar ke atas
tanah. Air muka Siauw Lig amat serius, ia berpaling memandangn
sekejap ke arah lelaki itu kemudian tarik napas panjang2 dan
muntahkan darah segar dari bibirnya.
Ternyata lelaki kekar itu setelah melihat Siauw Ling kena
dihantam tapi tidak mau turun tangan membalas dalam hati
lantas berpikiran lain, ia berpikir.
"Tenaga pukulan orang perempuan bagaimanapun sangat
lemah, dalam hal tenaga pun ada batasnya, tidak aneh kalau
serangannya tadi tidak berhasil melukai dirinya, kalau aku
berhasil membinasakan dirinya dalam sekali hantaman atau
melukai dirinya bukankah namaku akan cemerlang dan
menerima penghormatan dari kawan2 Bulim ....?"
Karena berpikir demikian maka secara diam2 ia kumpulkan
tenaga pukulan Thiat san Ciang nya dan perlahan-lahan maju
mendekat seraya mengirim sebuah pukulan bokongan.
Ia tidak pernah berpikir bahwa Siauw Ling seorang jago
yang sangat lihay, ketajaman pendengaran serta
penglihatannya melebihi orang lain. Sewaktu ia mendekati
punggungnya Siauw Ling telah merasakan tindakannya itu
hanya saja karena mengingat situasi yang tidak
menguntungkan dirinya, ia takut sedikit salah bertindak dan
menimbulkan suatu pertumpahan darah yang tidak diinginkan
maka setelah mengerahkan tenaga untuk melindungi badan ia
pura2 tidak tahu, Tapi ia tidak mengira kalau lelaki itu berhasil melatih ilmu
pukulan Thiat Sah Tjiang yang terkenal akan keampuhannya.
Walaupun Sang Pat pun dapat melihat kejadian ini, tapi
karena ia menduga Siauw Ling berhasil memiliki tenaga Khiekang
pelindung badan ingin melihat orang yang berbuat tidak
senonoh ini mendapat ganjaran yang setimpal iapun pura2
tidak melihat. Ketika lelaki itu merasa Siauw Ling sama sekali tidak
merasa kendati serangan sudah dipersiapkan, ia jadi
kegirangan setengah mati pikirnya lagi dalam hati
"Kali ini nama besarku akan terangkat beberapa kali lipat
dalam sekali serangan namaku ikut menanjak!"
Dengan menambahi dengan dua bagian tenaga pukulan,
dengan sekuat tenaga ia menghantam kedepan.
Tapi ketika serangannya mengenai ujung badan Siauw Ling
ia mulai merasakan keadaan yang tidak beres.
Terasa olehnya segulung tenaga pantulan yang maha
dahsyat memental kembali menghantam dadanya, darah
segar terasa bergolak di dalam rongga dada tak tertahan lagi
ia mendengus berat dan jatuh tidak sadarkan diri diatas tanah.
Hawa Khie-kang pelindung badan yang berhasil dimiliki
Siauw Ling pun masih cetek tarafnya, apalagi serangan yang
digunakan pihak lawan adalah tenaga pukulan Thiat Sah Tjian
yang dapat menghancurkan batu nisan, ia segera merasa jalan
darah bergolak cepat, isi perut mendapat getaran keras dan
tak kuasa darah segar muncrat keluar dari ujung bibirnya.
Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini seketika
menggetarkan suasana diseluruh ruangan Giok Lan, Kiem Lan
berbareng menjerit tertahan
"Siangkong!" Mereka ber-sama2 maju kedepan memayang badan Siauw
Ling. Pemuda she-Siauw buru-buru atur pernapasan menekan
golakan darah segar dalam rongga dadanya, sambil tertawa
hambar ia menggeleng. "Aku tidak mengapa, cepat lepaskan diriku!"
Karena tidak menemukan tanda yang aneh diatas
wajahnya, kedua orang dayang itu tidak berani terlalu
memaksa, mereka menurut dan lepas tangan.
Dari dalam sakunya Siauw Ling mengambil keluar secarik
sapu tangan dan tiba-tiba dilemparkan ke arah dara berbaju
hijau itu. "Maaf telah menodai baju nona!" katanya lirih.
Ternyata sewaktu Siauw Ling tak sanggup menahan
golakan darah dalam perutnya dan darah segar menyembur
keluar tadi dengan tanpa sengaja noda darah telah mengotori
baju dibadan dara berbaju hijau itu.
Dara berbaju hijau tadi tetap ter-mangu2, dengan mata
mendelong ia memperhatikan tubuh silelaki kekar yang
mengeletak diatas tanah. Ia kenali lelai ini sebagai sipenghancur batu nisan Ong Ih
yang tersohor akan kehebatan ilmu Thiat Sah Ciangnya.
Dalam hati ia terkesiap kaget pikirnya.
"Terang2an ia ada maksud mengalah padaku tadi, sewaktu
aku menghantam dirinya tak terasa olehku akan tenaga
pantulan yang muncul dari badannya, sedang tenaga pukulan
Ong Ih berpuluh2 lipat lebih dahsyat dari seranganku, ternyata
ia menderita luka semakin parah.
Kepala tertunduk memandang noda darah yang melekat
diatas bajunya, mendadak timbul perasaan tidak tenteram
dalam hatinya, kepala tertunduk semakin rendah dan tidak
berbentrokan mata lagi dengan Siauw Ling.
"Tidak mengapa" jawabnya lirih. "Siangkong tak usah
pikirkan di dalam hati!"
Diam2 ia mengundurkan diri ke belakang dan kembali kesisi
tubuh sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Ceng.
Be Boen Hwie pada waktu itu telah berjalan kesisi Ong Ih
sekalian mencengkeram badannya ke atas.
"Ong-heng parahkan lukamu yang kau derita!" tanyanya
lirih. Dari lubang hidng telinga bibir serta mata Ong Ih
mengucurkan darah berwarna kehitam2an, hal ini menunjukan
bahwa isi perutnya telah bergeser dan semua urat nadinya
telah terputus, kendati ada obat mujarabpun tidak bakal
sanggup menolong selembar jiwanya.
Tiba-tiba Ong Ih membuka matanya sembari berseru.
"Dia memiliki hawa Khie-kang pelindung badan...."
Bicara sampai disitu badannya berkerut agaknya dengan
menggunakan sisa tenaga yang ada ia coba mempertahankan
diri, tapi pada detik berikutnya ia telah menghembuskan
napasnya yang penghabisan.... Perlahan-lahan Be Boen Hwie
meletakkan jenasah Ong Ih ke atas tanah lalu sambil ulapkan
tangannya ke arah para jago katanya.
"Harap Cuwi sekalian untuksementara waktu kembali
ketempat duduknya masing-masing!
Kematian dari sijago penghancur batu nisan Ong Ih
membuat golakan dalam hati para jago jauh lebih tenang lagi,
setelah mendengar teguran Be Boen Hwie mereka masingmasing
kembali ketempatnya semula.
Kini Be Boen Hwie alihkan sinar matanya ke arah Siauw
Ling dan tegurnya dengan nada dingin, "Kedatangan Siauw
heng kemari entah ada petunjuk apa?"
"Siauw-te telah lepaskan diri dari ikatan perkampungan Pek
Hoa San-cung...." "Menurut apa yang cayhe ketahui" tukasi Be Boen Hwie
dengan wajah agak gusar. "Saat ini Jen Bok Hoang sedang
mengirim utusan untuk mengundang seluruh pentolan serta
jagoan Bu-lim untuk menghadiri perayaan yang
diselenggarakan mereka dalam rangka ikut sertanya Siauwheng
dalam perkampungan Pek Hoa Sancung mereka, belum
pernah kami tangkap berita tentang lepasnya hubungan
Siauw-heng dengan pihak perkampungan Pek Hoa San-cung.
"Ooouw.... ada kejadian seperti ini?" seru Siauw Ling
dengan sepasang alis berkerut.
"Semua jago yang hadir dalam kalangan pada tahu akan
soal ini, Siauw-te mana berani bicara sembarangan?"
Siauw Ling jadi serba salah, pikirnya dalam hati, "Kalau aku
ceritakan keadaanku yang sesungguhnya, walaupun bisa
dudapatkan kepercayaan dari semua para jago dan mereka
akan memahami kesulitanku, tapi dengan demikian
keselamatn kedua orang tuaku yang terkurung di dalam
perkampungan Pek Hoa Santjung akan terancam...."
Untuk beberapa saat lamanya ia jadi kebingungan apa yang
harus dilakukan pada saat ini.
"Be-heng!" tiba-tiba si sie poa emas Sang Pat menimbrung
dari samping. "Aku rasa ada suatu rahasia hendak
disampaikan kepadamu secara pribadi, entah dapatkah kita
menghindar sebentar dari hadapan umum?"
Be Boen Hwie termenung sebentar, akhirnya ia putar badan
dan berjalan menuju keujung barak.
Dengan langkah lebar Sang Pat mengikuti dari belakang,
dan mereka berdua kasak kusuk beberapa saat lamanya.
Sesaat kekmudian dengan wajah serius Be Boen Hwie
muncul kembali ditengah kalangan sembari berseru lirih.
"Siauw heng silahkan!"
Tangan kirinya diulapkan mempersilahkan Siauw Ling ambil
tempat duduk diujung sebelah Timur barak.
Siauw Ling sendiri tidak tahu apa yang telah diucapkan
Sang Pat kepada diri Be Boen Hwie, terpaksa ia menurut dan
melangkah kedepan. Tempat dimana Siauw Ling duduk saat ini adalah bagian
barak yang paling sepi dan tak ada jago yang duduk disana.
Entah dikarenakan kepandaian silat Siauw Ling yang lihay
telah menggetarkan hati para jago ataukah sikapnya yang
gagah telah menundukkan mereka, mendadak suasana jadi
tenang dan masing-masing jago duduk kembali ketempatnya
masing-masing. Perlahan-lahan sinar mata Be Boen Hwie menyapu sekejap
ke arah para jago yang ada diempat penjuru, kemudian
ujarnya lirih. "Tadi cayhe kurang paham terhadap maksud kedatangan
Siauw heng yang sebenarnya, harap kau suka memaapkan
semua kesalahan yang telah kulakukan ...."
"Siauwte hadir tanpa diundaing, hal ini tak bisa disalahkan
timbul kecurigaan diantara Be-heng serta para jago dalam soal
ini tak bisa salahkan diri Be-heng."
"Walaupun malam ini atas anjuran para jago siauwte
bertindak sebagai ketua pertemuan tapi dalam kenyataan
keputusan terakhir tetap berada ditangan para jago, Siauwte
rela membantu Siauw-heng dalam menanggulangi persoalan
yang maha berat ini, tapi aku rasa dalam beberapa waktu
masih sulit untuk menundukkan hati para jago."
"Be-heng, kau hendak menyampaikan soal apa silahkan
diutarakan sejujurnya, asalkan siauwte bisa melakukan tanpa
membantah. "Pada saat itu di dalam perkampungan Pek Hoa San-cung
sedang diadakan persiapan untuk merayakan Siauwheng yang
telah menggabungkan diri dengan pihak perkampungan Pek
Hoa San cung, dalam hubungan soal ini aku rasa semua jago
telah mengetahuinya dalam situasi seeprti ini sekaliun siauwte
akan gunakan semua tenaga untuk menjelaskan keadaan
Siauw heng yang sebetulnya juga percuma saja oleh karena
itu dapatkah untuk sementara waktu Siauw heng
mengundurkan lebih dahulu dari sini. setelah siauwte berhasil
memperoleh kepercayaan dari para jago baru kirim orang lagi
untuk menyambut kedatanan Siauw heng dengan penuh
kehormatan...." Maksud kedatangan Siauw Ling ketempat itu adalah ingin
minta bantuan para jago untukmenolong orang tuanya lolos
dari orang2 perkampunan Pek Hoa Santjung.
Tapi karena telah melihat situasi tidak menungtungkan
baginya untuk tetap tinggal disana, ia segera bangkit berdiri.
"Jikalau siauwte tak bisa memperoleh kepercayaan dari
saudara2 seklian terpaksa aku mohon diri terlebih dahulu!"
Setelah menjura it putar badan berlalu.
Sang Pat, Tu Kioe, Giok Lan serta Kiem Lan pun segera ikut
bangkit dan berlalu mengikuti dari belakang Siauw Ling.
Mendadak Peng Im meloncat bangun dan menghadang
jalan pergi Siauw Ling, serunya cepat-cepat
"Siauw Thay-hiap kau hendak pergi kemana?"
"Siauwte tidak berhasil mendapat kepercayaan dari para
jago dan tidak dapat pula ikut menghadiri pertemuan rahasia
ini, lebih baik untuk sementara waktu mengundurkan diri
terlebih dulu" Aku sipengemis cilik tak becus dan tidak dapat merebut
kepercayaan dari para jago aku pun tidak punya muka lagi
untuk ikut menghadiri pertemuan itu ...."
"Peng-heng kau jangan salah sangka" tukas Be Boen Hwie
ter-buru-buru. "Dengan nama harum Peng-heng dalam dunia
persilatan, tak seorang jago yang hadir dalam kalangan inipun
yang tidak menaruh rasa hormat kepadamu sedangkan
mengenai masalah Siauw Thay-hiap sebelum kami berhasil
memastikan kebersihan asal usulnya sungguh mati tak dapat
kami biarkan ia ikut hadir dalam pertemuan ini. Sekarang
suhumu belum tiba dan saat ini hanya Peng-heng seorang
yang dapat mewakili pihak Kay-pang, kalau Peng-heng hendak
mengundurkan diri dari pertemuan ini bukankah dari pihak
Kay Pang tidak ada wakil yang ikut menghadiri pertemuan ini"
urusan menyangkut masalah yang besar, aku harap Pengheng
suka berpikir tiga kali sebelummengambil tindakan".
"Apa yang diucapkan Be Cong Piauw Pacu sedikitpun tidak
salah" sambung Siauw Ling pula. "Peng-heng, kau jangan
mencampuri suatu urusan persoalan yang kecil
menghancurkan masalah besar, harap kau lebih
mementingkan urusan lebih penting.
Peng Im termenung berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian ia berkata.

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Berhubung pada saat ini sikap para jago terhadap pihak
perkampungan Pek Hoa San cung penuh diliputi oleh perasaan
jeri dan takut, hal ini mengaibatkan timbulnya suasana yang
kaku, nama Siauwte kecil tak berpengaruh dan tidak berhasil
membuat para jago menaruh kepercayaan terhadap diri Siauw
heng, kalau dibicarakan sungguh memalukan.
"Tebal salju tiga dim, kejadian ini hanya berlangsung
selama musim dingin, Pengheng harap baik2 berjaga diri dan
siauwte mohon diri terlebih dulu."
Tanpa berpaling lagi dengan langkah lebar ia berlalu.
"Aku sipengemis cilik akan menghantar kalian sampai
diperahu." Tanpa menunggu apakah Be Boen Hwie mengijinkan atau
tidak, dengan langkah lebar Peng Im ikut berlalu mengikuti
rombongan Siauw Ling. Setibanya diujung papan kayu yang dirapikan sebagai
sebuah lorong kecil, ternyata disitu tidak dijumpai adanya
perahu sampan yang digunakan untuk menghantar mereka
ketepian. Tu Kioe tak dapat menahan rasa gusar yang terpendam
dalam hatinya lagi, ia mulai memaki kalang kabut.
"Bangsat cilik itu sungguh kurang ajar sekali kalau tidak
ijinkan kita orang ikut hadir dalam pertemuan tersebut
seharusnya disini disediakan perahu untuk memuat kita
ketepian, masa perahu saja tidak ada.... bangsat! keparat!
entah apa maksud yang sebenarnya?"
"Aku rasa ia sudah mengatur segala keperluan untuk kita,
saudara Tu tak usah gelisah!"
Tu Kioe masih marah2 hanya saja ia tak berani memaki lagi
karena barusan ditegur oleh Siauw Ling, sinar matanya
dialihkan ke arah Sang Pat dan ujarnya kembali.
"Sang Loo-toa apa yang telah kau ucapkan terhadap
bangsat keparat itu" kalau kita harus mundur karena gertak
sambal seorang bocah cilik macam dia, bukankah tindakan ini
akan mempengaruhi merek mas Tiong Cho Siang Ku kita?"
Mendengar ucapan itu Sang Pat lantas tersenyum
"Jangan kuatir, jangan kuatir, selamanya siauwte paling
tidak suka melakukan perdagangan yang rugi, tentang soal ini
kau boleh berlega hati"
"Orang2 yang bertugas mendayung perahu kebanyakan
adalah anggota Kay Pang kami" ujar Peng Im. "Biarlah aku
sipengemis cilik menggunakan kedudukanku di dalam Kay
Pang untuk memerintahkan mereka mengirim perahu datang
kemari" "Peng-heng jangan bertindak gegabah, aku rasa Be Boen
Hwie tentu sudah melakukan persiapan2 lebih baik kita
menanti sejenak lagi"
Baru saja mereka ber-cakap2 sampai disitu mendadak
terdengar suara dayung memecah ombak berkumandang
datang.... "Nah! coba kalian lihat bukankah perahu sudah datang?"
seru Siauw Ling segera. Ketika semua orang berpaling, tampaklah sebuah perahu
sampan dengan cepat sedang meluncur datang.
Dalam waktu singkat perahu kecil tadi sudah mendekati
beberapa orang itu. Sedikitpun tidak salah para pendayungnya adalah dua
orang anggota Kay Pang. Diam2 Peng Im mengirim kode rahasia dari
perkumpulannya untuk menunjukkan kedudukannya dalam
partai. kedua orang anak murid Kay Pang tadi segera
merangkap tangannya menjura.
"Kalian berdua harus baik2 menghantarkan beberapa orang
ini tiba ditepian, kemudian cepat kembali memberi laporan."
Kedua orang anak murid Kay Pang itu saling bertukar
pandangan sekejap. terdengar orang yang ada disebelah kiri
berkata. "Tecu sekalian mendapat perintah dari Be Cong Piauw Pacu
untuk segera mendayung perahu datang kemari dan semua
perintah diturunkan oleh Gien Pay Toocu, entah apakah kami
harus melapor pula pada diri Be Cong Piauw Pacu...."
"Kali ini teristimewa" jawab Peng Im setelah termenung
sejenak. "Setelah kalian memberi laporan kepada diriku
kemudian baru kembali kepos kalian untuk mendapat perintah
selanjutnya dari Be Boen Hwie!"
"Tecu sekalian turut perintah,"
"Cuwi sekalian silahkan naik ke atas perahu" kata Peng Im
selanjutnya dengan nada sedih. "Setelah aku sipengemis cilik
kembali kebarak pertemuan tentu akan kuusahakan sedapat
mungkin membereskan persoalan dari Siauw heng dan
memaksa Be Boen Hwie berangkat sendiri untuk mengundang
kehadiran Siauw-heng!"
"Aai soal ini tak bisa disalahkan kepada orang lain, hal ini
harus menyalahkan siauwte bertindak gegabah dan salah
melangkah menimbulkan sesal dikemudian hari, sekali telah
salah terjun kepihak perkampungan Pek Hoa Santjung, tak
boleh kita timpahkan kesalahan tersebut ketangan orang lain"
Sembari berkata pemuda she Siauw ini meloncat naik ke
atas perahu. Tiong Cho Siang Ku, Kiem Lan serta Giok Lan pun secara
beruntun naik ke atas perahu.
Kedua orang anak murid Kay Pang tadi segera
menggerakkan dayung menjalankan perahunya menembus
jalan rahasia diantara hutan gelaga.
Gerak gerik kedua orang ini sangat sebat dan terlatih,
dalam waktu singkat mereka telah meninggalkan hutan gelaga
tersebut. "Cuwi sekalian hendak mendarat dimana?" tiba-tiba tanya
murid Kay Pang yang ada disebelah kiri.
"Perduli dimanapun boleh saja lebih cepat mendarat lebih
baik," jawab Siauw Ling.
Kedua orang murid Kay Pang itu tak banyak bertanya lagi,
mereka belokkan perahu sampan tersebut ke arah Timur dan
dalam waktu singkat telah merapat ditepian.
Tempat dimana mereka menepi adalah sebuah hutan yang
amat lebat. Berturut2 Siauw Ling sekalian meloncat ke daratan, setelah
itu kedua orang murid Kay Pang tadi menggerakkan
perahunya berlalu. "Toako, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Sang Pat
sambil melirik sekejap ke arah Siauw Ling sepeninggalnya
kedua orang anggota Kay Pang tadi.
"Memohon orang lebih baik memohon diri sendiri, setelah
aku tidak berhasil meyakinkan para jago untuk menolong
diriku, terpaksa sekarang kita harus berusaha sendiri
menolong orang tuaku lolos dari mara bahaya!"
"Tidak bisa jadi, orang2 perkampungan Pek Hoa San-cung
rata pada kenali dirimu itu, sebelum kau tiba didepan pintu
perkampungan Pek Hoa Santjung, jejakmu sudah bakal
diketahui mereka!" seru giok Lan memberikan pendapatnya.
"Bukankah aku bisa pergi kesana dengan menyaru!"
"Orang2 perkampungan Pek Hoa Santjung rata2
berpenglihatan tajam, penjagaan mereka dilakukan sangat
ketat, kalau cuma ilmu menyaru biasa rasanya tidak gampang
untuk mengelabui penglihatan mereka"
"Kalau cuma menyaru saja sih bukan suatu persoalan yang
terlalu sulit...." tiba-tiba si Pit besi berwajah dingin Tu Kioe
menyela. "Dalam saku cayhe memiliki obat menyaru yang
sangat bagus sekali, rasanya tidak sulit bagi kita untuk
menyelundup masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa
Santjung...." Mendadak sepasang sinar mata Sang Pat dialihkan ke atas
badan Giok Lan, ujarnya lambat2
"Kalau dugaan cayhe tidak salah, nona Giok Lan tentu
mempunyai suatu rencana yang sangat bagus"
"Rencana sih memang ada satu, hanya entah bisa berhasil
atau tidak?" "Apa rencanamu! cepat utarakan keluar!" seru Siauw Ling
tidak sabaran. "Menurut apa yang budak ketahui, disebelah Timur laut
perkampungan Pek Hoa Sancung terdapat sebuah pintu
pribadi yang kebanyakan digunakan masuk keluar oleh para
koki serta babu tua. aku rasa hanya ditempat itulah
merupakan satu2nya lubang dalam perkampungan Pek Hoa
San cung yang bisa digunakan untuk menyelundup masuk."
"Bagus sekali!" seru Sang Pat kegirangan. "Saudara Tu, kita
bisa menyaru sebagai koki perkampungan dan menyelundup
masuk melalui pintu samping tersebut"
"Bagaimana dengan aku" tanya Siauw Ling cepat.
"Siauwte telah pikirkan suatu rencana yang bagus buat
Toako, kau serta Giok Lan bisa menyaru sebagai kacung atau
pembantu para jago lihay yang diundang masuk ke dalam
perkampungan Pek Hoa San cung, dengan berbuat demikian
bukankah kalian bisa menyelusup kedalam!"
"Bagaimana kau bisa tahu kalau di dalam perkampungan
Pek Hoa San cung telah berkumpul jago-jago lihay.
"Untuk merayakan diri Toako yang menggabungkan diri
dengan pihak perkampungan Pek Hoa San-cung, Jen Bok
Hong telah mengirim utusan untuk mengundang para jago
dari kalangan hitam untuk menghadiri pertemuan enghiong
ini, diluaran mereka menggunakan alasan hendak merayakan
dirimu, dan mengambil kesempatan ini mepopulerkan
namamu dalam dunia persilatan, padahal yang benar dibalik
kesemuanya ini tersusun suatu rencana yang busuk, ia hendak
menggunakan siasat yang paling licik untuk menarik semua
jago lihay untuk membantu usahanya menguasai salah
seorang yang diundang!!!"
"Ouuuw.... jadi maksudmu kau ingin aku menyaru sebagai
pembantu Be Boen Hwie dan menyelundup masuk ke dalam
perkampungan |Pek Hoa San-cung?"
"Siauw-te mengambil keputusan sendiri, harap toako suka
memaafkan dosa atas kelancanganku ini".
Siauw Ling tertama. "Demi diriku kau sudah banyak mengorbankan tenaga serta
pikiran, untuk mengutarakan rasa terima kasihpun sudah tidak
sempat, apalagi menyalahkan dirimu!!!"
"Aku sudah mengadakan perjanjian dengan Be Boen Hwie
untuk bertemu besok pagi pada kentongan pertama, keesokan
harinya ia akan masuk ke dalam perkampungan".
Per-lahan-lahan Siauw Ling mendongak memeriksa
keadaan cuaca, setelah itu katanya, "Dari saat ini hingga
besok malam pada kentongan pertama masih terpaut suatu
jangka waktu yang sangat panjang, kita punya waktu yang
cukup untukmengadakan persiapan!"
Sang Pat tertawa. Kedua ekor anjing harimau yang siauw-heng bawa
walaupun sudah memiliki kecerdikan yang tiada bandingan,
tak bisa juga aku tinggalkan dalam jangka waktu yang lama,
aku hendak pergi mengaturnya, harap Toako serta nona
berdua mencari tempat disekitar hutan untuk beristirahat,
Siauw-te akan pergi sebentar dan segera akan kembali!!!"
"Baik! kita akan menanti disini!!!"
"Paling lama dua jam paling cepat satu jam siauw-te pasti
sudah kembali lagi disini!!!"
Selesai mengucapkan perkataan tersebut bersama Tu Kioe
ia segera berlalu. Sejak Siauw Ling munculkan diri dalam dunia persilatan, ia
sudah terlibat ketengah masalah bentrokan pihak kalangan
lurus dengan golongan hitam, ditambah pula tanpa ia ketahui
pemuda ini sudah salah melangkah masuk ke dalam pihak Pek
Hoa Santjung sehingga menimbulkan kesalah pahaman para
jago terhadap dirinya. Kini baginya sulit untukmembersihkan diri dari segala
macam tuduhan, terutama sekali orang tuanya telah ditawan
sebagai barang jaminan hal ini menimbulkan ketegangan
antara dia dengan perkampungan Pek Hoa Santjung.
Dalam hal mengadu kecerdikan serta mengadu kekuatan
ini, ia jadi seorang jago yang berada dalam posisi serba salah.
Hubungan orang tua erat melebihi rentetan pegunungan,
dengan adanya kejadian ini tanpa disadari telah
mendatangkan suatu belenggu dalam semangat serta
pikirannya, teringat akan penderitaan yang dialami kedua
orang tuanya sang hati jadi amat murung.
Memandang bayangan punggung Tiong Cho Siang Ku yang
pergimenjauh, dengan sedih ia menghela napas panjang, dua
titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Siapa bilang seorang lelaki sejati tak pernah mengucurkan
air mata" asal menjumpai kejadian yang menyedihkan atau
menyinggung hati kecilnya ia pasti akan menangis.
Bagi Kiem Lan serta Giok Lan untuk pertama kali ini mereka
menemukan pemuda berhati kokoh dan memiliki kepandaian
silat sangat lihay ini mengucurkan air mata penuh kesedihan.
Dari dalam sakunya Kiem Lan mengambil keluar secarik
sapu tangan untuk mengusap kering air mata yang menodai
pipinya. "Siangkong!" hiburnya dengan suara halus. "Kau memikul
beban yang sangat berat, baik2 lah menjaga kesehatan
badan!" Giok Lan pun berusaha menekan rasa sedih di dalam hati,
ujarnya pula dengan suara halus.
"Barusan Siangkong menerima dua kali serangan tanpa
berkelit, aku rasa luka yang kau derita tidak ringan walaupun
tenaga lweekang dari siangkong amat sempurna. lebih
baikjangan bertindak ceroboh, Harap siangkong suka
mengatur pernapasan untuk menjaga kondisi badan, jangan
sampai karena kurang perhatian luka yang kecil menimbulkan
sakit yang parah dan mengganggu kesehatan badan.
Dengan wajah sedih Siauw Ling berpaling ke arah kedua
orang dayangnya, kemudian sambi lmenghela napas, katanya,
"Sebagai putra manusia tak bisa berbakti untuk orang tua
sudah merupakan suatu dosa yang berat, apalagi membuat
orang tua menderita.... aku sebagai putra mana punya muka
untuk tancapkan kaki dikolong langit ini...."
"Urusan sudah jadi begitu gelisah pun tidak berguna, kedua
orang tua yang ada dalam perkampungan Pek Hoa San-cung
pun aku rasa tidak jelek kondisinya karena orang budiman
selalu dilindungi Thian. Siangkong kau harus ingat dapatkah
mereka bebas dari belenggu atau tidak semua tugas ini telah
terjatuh diatas pundakmu, jikalau kau sampai terganggu
kesehatannya bukankah semua akan menemui kegagalan!"


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aai terima kasih atas nasehat nona berdua" kata Siauw Ling.
Ia segera duduk bersila untuk mengatur pernapasan.
Kiranya setelah ia terhantam oleh pukulan Thiat Sah Ciang,
walaupun ada hawa khie-kang yang melindungi badannya tapi
berhubung kesempurnaan yang belum mencapai taraf paling
atas membuat isi perutnya masih juga menderita luka.
Kini setelah menerima peringatan dari kedua orang
dayangnya ia baru sadar kembali, segera pikirnya, "Orang2
Bu-lim yang ada dikolong langit walaupun tidak sedikit
menaruh rasa benci terhadap Jen Bok Hong, tapi kenyataan
dalam hati kecil mereka menaruh rasa jeri yang tiada
terhingga kepada orang itu, tugas menolong orang tuaku lolos
dari mara bahaya aku rasa harus tergantung diatas pundak
aku Siauw Ling sendiri, kalau tidak kujaga lagi kesehatanku
sehingga luka yang semula kecil dalam isi perut bertambah
memburuk sehingga akhirnya membuat badan jadi cacad,
siapa yang bisa bantukan aku menolong kedua orang tua itu
lolos dari bahaya...."
Dia adalah seorang pemuda berotak cerdik, setelah berpikir
sampai disitu tanpa bicara lagi segera duduk bersila mengatur
pernapasan. Kiem Lan, Giok Lan merupakan jago-jago berpengalaman,
mereka tahu seseorang yang memiliki tenaga lweekang amat
sempurna dalam saat mengatur pernapasan tidak boleh
sesekali mendapat gangguan dari luar.
Mereka berdua lalu saling bertukar pandangan dan sambil
mengempos semangat melakukan penjagaan disekelilingnya.
Kurang lebih dua pertanak nasi kemudian, mendadak
terdengar suara langkah manusia berkumandang datang.
Dengan cepat Giok Lan dapat menangkap suara tersebut,
pedangnya segera diloloskan dari sarung bisiknya pada diri
Kiem Lan dengan nada lirih.
"Cici, harap kau berjaga disisi siangkong, biarlah aku pergi
tengok siapakah yang datang, jikalau yang datang bukan
kawan tapi lawan, aku akan berusaha untuk memancing ia
pergi dari sini enci harus baik2 melindungi keselamatan
siangkong dan tidak usah merisaukan keselamatanku lagi!"
Beberapa patah kata yang diucapkan secara terburu-buru
ini meninggalkan kesan yang sangat besar dihati yang
mendengar. Tampak Kiem Lan dengan air mata mengucur keluar
membasahi wajahnya mencekal tangan Giok Lan erat2,
ujarnya. "Urusan memancing pergi lawan biarkan aku yang
melakukan! kecerdikan enci melebihi orang lain dan sering
menerima pujian dari siangkong, ada kau yang berada
disisinya mungkin setiap saat bisa membantu dirinya Siauwmoay
tidak becus dalam hal ilmu silat untuk membantu
siangkong dan tidak becus dalam soal Boea untuk melebihi
kecerdikan cici...."
"Justru karena kecerdikanmu tak bisa melebihi aku inilah
maka kau tak bisa memikul tugas berat ini" tukas Giok Lan
tiba-tiba sambil meronta lepas dari cekelan Kiem Lan.
Kiem Lan jadi tertegun sebelum ia sempat memberi
jawaban Giok Lan telah melayang pergi.
Ketika ia berpaling maka dilihatnya Siauw Ling sedang
mencapai taraf yang paling penting dalam semedinya,
dibawah sorotan sinar rembulan yang remang2 dapat dilihat
dari atas batok kepala pemuda itu mengepul selapis asap
berwarna putih. Dalam sekejap mata itulah bayangan tubuh Giok Lan sudah
lenyap tak berbekas. Kembali Kiem Lan memeriksa keadaan disekeliling tempat
itu kemudian melayang dan bersembunyi dibelakang sebuah
pohon besar, ia bersiap sedia asalkan ada orang datang kesitu
maka tanpa perduli apa yang terjadi ia akan melancarkan
serangan bokongan untuk membinasakan orang itu.
Sewaktu ia meneliti suara tadi, suara langkah manusia
tersebut sudah tidak kedengaran entah oran gitu berhasi
lterpancing pergi oleh Giok Lan atau memang telah berputar
ke arah lain. Waktu berlalu dengan cepat ditengah suasana ketegangan
yang mencekam disekeliling tempat itu, selama seperminum
teh lamanya tak kedengaran sedikit suarapun.
Ketenangan yang diluar dugaan ini sebaliknya malah
mendatangkan rasa jeri dihati kecil Kiem Lan, otaknya mulai
diliputi dengan pikiran yang tidak genah.
"Mungkinkah orang itu berhasil membinasakan Giok Lan"
mungkinkah orang itu tanpa menimbulkan sedikit suarapun
telah tiba dibelakang tubuhku...."
Dengan hati berdebar ia mendongak memeriksa keadaan
disekitar tempat itu, terasa olehnya ditengah malam yang buta
disetiap pohon besar bagaikan tersembunyi seseorang.
Suasana yang amat tegang ini hampir2 saja membuat Kiem
Lan tak dapat bernapas, matanya melotot bulat2 dan telinga
dipasang secermat2nya. Mendadak.... Suara tertawa dingin berkumandang datang dari belakang
tubuhnya. Suara tertawa dingin itu amat perlahan tapi cukup
membuat Kiem Lan terkesiap sehingga hampi2 jatuh tidak
sadarkan diri, dengan cepat ia berpaling ke belakang.
Kurang lebih delapan depa dibawah bayanan pohon yang
rindang berdiri sesosok bayangan manusia yang kurus kecil
berbaju hitam. Ditengah malam buta bayangan manusia tersebut bagaikan
selapis roh yang muncul secara tiba-tiba saja.
Buru-buru Kiem Lan tenangkan hatinya sambil menyeka
keringat dingin yang mengucur keluar membasahi wajah, ia
menegur. "Siapa?" "Aku!" jawab bayangan manusia itu sambil secara
mendadak putar badan, serentetan cahaya mata yang tajam
segera memancar datang menggidikkan hati yang melihat.
Mendadak ia melangkah mendekati tubuh Siauw Ling.
Kiem Lan jadi gelisah, sambil putar pedang ia meloncat
kedepan menghadang jalan pergi orang itu.
"Berhenti!" bentaknya keras2.
Mendadak orang berbaju hitam itu berhenti dan menengok
kesejap ke arah Kiem Lan.
"Orang yang sedang duduk bersemedi itu bukankah Siauw
Ling?" Kiem Lan terkesiap setelah melihat jelas siapakah orang itu,
pedang yang dicekal ditangan jadi lemas dan terjatuh
kebawah. "Kau.... kau.... Tok So Yok Ong?"
"Tidak salah loohu adanya! eei.... aku sedang bertanya
kepadamu orang yang sedang duduk bersemedi itu bukankah
Siauw Ling?" "Kepandaian silat yang dimiliki Tok So Yoh Ong sangat
lihay, aku bukan tandingannya" pikir Kiem Lan dihati. "Tapi
asalkan aku bisa lebih banyak menerima serangannya ini
berarti Siauw siangkong punya satu bagian kesempatan untuk
melanjutkan hidup, aku Kiem Lan sudah banyak menerima
budi dari Siauw Siangkong, inilah saat yang bagus bagiku
untuk membalas budi kebaikan tersebut.... sekalipun mati juga
tak perlu disesalkan!"
Setelah tidak merisaukan soal mati hidup sendiri, semangat
gadis ini makin bertambah besar tegurnya dingin "
"Yok Ong! bukannya kau berdiam dalam perkumpulan Pek
Hoa San-cung, apa maksudmu datang kemari?"
Melihat pertanyaannya tidak dijawan malahan dirinya
ditegur Tok So Yok Ong jadi amat gusar.
"Eeeeei.... Loohu sedang bertanya apakah orang ini Siauw
Ling atau bukan, kau sudah dengar belum?"
"Ouuuw.... kiranya Thian tidak me-nyia2kan harapanku,
akhirnya looku berhasilmenemukan kembali dirinya" gumam si
raja pbat bertangan keji ini seorang diri.
"Siauw Siangkong sedang mendapat tugas dari Jen Toa
Badai Di Lembah Tangkar 1 Wiro Sableng 152 Petaka Patung Kamasutra Undangan Berdarah 1
^