Pencarian

Bayangan Berdarah 9

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 9


pit dengan tangan. setelah kau datang tentunya Sang Pat ada
disekitar sini bukan. Orang yang barusan datang bukan lain adalah Si Pit Besi
berwajah dingin Tu Kioe salah satu dari tiong Co Siangku.
Terdengarlah ia menyahut dengan nada yang dingin
bagaikan es. Untuk menghadapi kalian Kanglam Su Kongcu aku Tu Lo-jie
seorang sudah cukup untuk membereskan kalian!
Sisegulung angin Thio Ping dengan cepat meloncat keluar
sambungnya, Kami kakak beradik belum pernah mengikat tali
permusuhan dnegan kalian Tiong Cho Siangku entah apa
maksud Taheng dengan mencampuri urusan kami empat
bersaudara" Sangat gampang sekali, cayhe merasa tidak puas dengan
perbuatan kalian menganiayai gadis"
Hmmm! kagum. kagum. pikir Siauw Ling dalam hati.
Walaupun dimanapun juga Tiong Cho Siangku mengutamakan
perdagang mencari untung tapi setiap kali menumpai hal2
yang tidak patut mereka masih mempunyai semangat
semangat seorang pendekar.
Terdengar sisegulung angin Thio Ping tertawa hambar.
Kalian Tiong CHo Siangku suka harta sedang kami empat
bersaudara suka perempuan. masing-masing mempunyai
kegemaran ersendiri siapapun tidak pernah membicarakan
tentang hal2 kegagahan kependekaran maupun keadaan.
Menurut pepatah kuno seorang lelaki sejati suka harta itu
sudah lumrah tukas si Pit Besi berwajah dengan suar aketus.
Selama hidup kami bersaudara mencari untung dengan
kepandaian dan kejujuran belum pernah menipu atau
merugikan orang lain barang satu kalipun mana bisa
dibandingkan dengan kalian Kang Lam Su Kongcu yang
bisanya bikin keonaran. Ooouw kalau begitu kalian Tiong Cho Siang Ku bleh
terhitung seorang enghiong yang mengutamakan keadilan.
Kagum!kagum. Hmm! atau paling sedikit kami bersaudara bukan terhitung
bajingan keparat yang pandai memperkosa perempuan.
sepasang mata si Racun Lima Bunga celingukan kekanan
kekiri sewaktu dilihatnya Sang Pat belum muncul juga dengan
suara berat segera ujarnya kepada Thio Ping.
Loo-toa kalau kedatangannya memang bermaksud cari
gara2 lebih baik kita tak usah banyak bicara lagi mari kita
kurung dia dengan barisan pedang yang kita latih selama ini!
Sebelum Thio Ping menjawab Tu Kioe sudah berebut
berkata, Bagussekali bagus sekali! cayhe bisa minta petunjuk
ilmu sakti dari Kang Lam su Kongcu benar2 patut merasa
bangga mari .... mari .... kalian berempat silahkan mulai turun
tangan. Si Segulung Angin Thio Ping adalah pemimpin dari Kanglam
su Kongcu di dalam keempat orang itu imannyapun paling
kuat, ia tahu selamanya Tiong Cho Siang Ku tidak pernah
berpisah dimana ada Tu Kioe disitu tentu ada Sang Pat, maka
dari itu walaupun saat ini hanya hadir Tu Kioe seorang hatinya
belum juga merasa lega. Karenanya ia ragu2 untuk turun
tangan. Sejenak Kanglam Su Kongcu menderita kekalahan total
digunung Butong san lima tahun berselang watak sombong
dari mereka berempat sudah jauh berkurang perasaan
memandang rendah orangpun ikutmusnah dari pikiran
mereka. Sebelum menderita kekalahan mereka hanya
menghabiskan waktu dengan berpesiar kesana kemari, cari
perempuan, minum dan makan tiada hentinya, tapi setelah
mendapat kalah keempat orang itu mulai berlatih dengan
rajin. Mereka ber sama2 menciptakan sebuah barisan pedang
yang kuat untuk menghadapi musuh setelah lima tahun
berlatih keras dan barisannya mencapai kesempurnaan
mereka baru muncul kembali kedunia persilatan.
- - - - - - - 10 Pertama kali mereka berempat muncul dalam dunia
persilatan pelbagai berita yang menggemparkan sempat
mereka tangkap Pertama adalah munculnya seorang pendekar muda yang
sangat menggemparkan seluruh dunia persilatan mereka
dengar orang itu She Siauw bernama Ling. Kedua adalah
munculnya Si Bayangan Berdarah Jen Bok Hong setelah
lenyap kabar berita selama puluhan tahun.
dan ketiga ialah menggabungnya Siauw Ling ke
perkampungan Pek Hoa San cung jadi konconya Jen Bok
Hong. Kabar berita itu sudah tersebar luas dan hampir merata
keseluruh dunia persilatan.
Munculnya Kanglam Su Kongcu tempo dulu agak terlambat
waktu itu Jen Bok Hong sudah mengundurkan diri dari apa
yang mereka ketahuipun hanyalah cerita2 yang masih tersebar
dalam Bulim. Berita inilah yang memancing rasa ingin tahu dari keempat
orang ini sehingga mereka buru-buru berangkat kekota Koei
Cho. Disepanjang jalan mereka menemukan banyak jago Bulim
yang berangkat kesatu arah yang sama mereka main yakin
kalau di dalam dunia persilatan bakal lahir sebuah pergolakan
yang maha dahsyat. Setibanya dikota Koei Cho sedikitpun tidak salah mereka
menemukan banyak jago-jago lihay berkumpul disana.
Karena menjumpai begitu banyak jago-jago lihay sepanjang
jalan Kanglam Su Kongcu tidak berani bersikap terlalu
sombong apalagi nama Tiong Cho Siangku pun sudah tersohor
sejak puluhan tahun berselang maka mereka tidak ingin
melibatkan diri dalam satu pertarungan yang tak berguna.
Terdengar si Pit besi berwajah dingin tertawa terbahakbahak.
Bagaimana" apakah kalian berempat tidak mau turun
tangan" ataukah ingin aku orang she Tu mengundang dulu
satu per satu" Tangan kanan berkelebat meloloskan pedangnya dari
sarung kemudian mengirim sebuah tusukan mengancam dada
orang she Tu itu. Mendadak badan Tu Kioe berputar menghindarkan diri dari
datangnya serangan Ong Kiam ini dimana sepasang telapak
berkelebat kedua macam senjatanya sudah dicabut kelur.
Tangan kiri mencekal gelang perak sedang tangan kanan
mencekal sebuah pit besi.
Ketika si Enam bulan salju Lie Poo melihat situasi sudah
berubah iapun terpaksa ikut turun tangan ujarnya, Saudara2
sekalian kalau dia ada maksud minta pelajaran dari kita
baiklah kita keluarkan barisan pedang baru kita agar ia bisa
melek sepasang matanya. Melihat pertarungan sudah berlangsung Thio Ping pun tahu
ikatan dengan tak akan terlepas lagi.
Ia segera mengambil keputusan untuk melukai dulu Tu
Kioe di dalam kerubutan mereka sampai waktunya kendati
Sang Pat datangpun percuma saja bahkan mungkin sekali
mereka dapat melenyapkan kedua orang ini sekaligus.
Karena berpikir demikian sang pedangpun digerakkan
membuka barisan pedang mereka.
Empat orang berpencar dari empat penjuru yang berbeda
menyerang diri Tu Kioe rapat2.
Tu Kioe dengan tangan kiri mencekal gelang perak, tangan
kanan mencekal senjata pit besi melancarkan serangan secara
berpisah menahan datangnya serangan Kanglam Su Kongcu
dari empat arah yang berlainan.
Perputaran barisan pedang Kang lam Su Kongcu makin
lama semakin cepat dalam sekejap mata mereka berempat
sudah melancarkan dua puluh tusukan lebih.
seketika itu juga cahaya berkilauan hawa pedang
membumbung tinggi memenuhi angkasa.
Tu Kioe yang menganggap ilmu silatnya tinggi pada
mulanya tidak pandang keempat orang itu dalam hati tapi
setelah bergebrak beberapa saat ia baru merasa bahwa
dirinya telah menjumpai musuh tangguh!
Kanglam Su Kongcu yang ditemuinya saat ini bukan
termasuk jago-jago kasaran seperti tempo dulu lagi, posisinya
dengan cepat diubah, dari menyerang ia pilih jadi kedudukan
bertahan. Pit besi serta gelang peraknya dengan menciptakan selapis
cahaya tajam melindungi sekeliling badan dan menangkis
datangnya babatan2 gencar pihak musuh.
Setelah melakukan pertarungan sebanyak tigapuluh jurus.
Kanglam Su Kongcu belum juga berhasil memaksa musuh
menyerah kalah mereka pun mulai terkesiap pikirnya, Nama
besar Tiong Cho Siang Ku ternyata bukan nama kosong
belaka, kalau bergebrak macam begini terus menerus kendati
dua puluh jurus lagi pun susah merebut kemenangan.
Melihat lawan sangat kuat, dan mereka takut pula Sang Pat
tiba pada saat yang bersamaan Thio Ping mendadak
mengubah permainan ilmu pedangnya.
Dengan cepat barisan pedang merekapun ikut berubah.
Segulung angin Thio Ping adalah otak dari barisan pedang
tersebut perubahan gerakan semuanya dipimpin oleh dirinya.
Tampak serangan2 dari Kanglam Su Kongcu makin gencar,
masing-masing orang mengirim tiga buah babatan dahsyat
kedepan. Kedua belas buah serangan ini dilakukan dengan kecepatan
bagakan kilat, walaupun serangan dilancarkan tidak sama
waktunya tapi mendapatkan pertahanan yang kuat, serangan
mereka bagaikan serangan gabungan yang dilancarkan dalam
waktu yang sama. Tu Kioe tidak menyangka barisan pedang lawan ternyata
sedemikian lihaynya terasa cahaya berkilat menyerang dari
empat penjuru ia mulai keteter dan merasa tidak kuat
menahan diri. Siauw Ling yang bersembunyi ditempat
kegelapan melihat Tu Kiow berada dalam keadaan bahaya dan
mulai keteter sehingga tidak tahan otaknya dengan cepat
berputar pikirnya. Kanglam Su Kongcu turun tangan secara berbareng
semisalnya kau membantu Tu Kioe secara diam2pun tidak
termasuk suatu perbuatan yang kurang cemerlang .... inilah
kesempatan bagiku untuk menjajal sampai dimanakah
kesempurnaan ilmu menyambit yand diajarkan Liauw San Cu
kepadaku. Karena berpikir demikian, sinar matanya segera menyapu
seluruh ruangan dari ujung dinding tiba tiba ditemuinya
segentong kacang ijo. Dengan cepat ia meraup segenggaman lalu kumpulkan
tenaga dan siap melancarkan serangan ke arah pihak lawan.
Ketika itu si Segulung angin Thio Ping sedang mengirim
sebuah tusukan mengancam dada Tu Kioe tapi baru saja
lengan kanannya diangkat ke atas mendadak jalan darah Nau
Hwie-hiatnya terasa amat sakit gerakan pedangpun jadi
lambat. Ternyata serangan Siauw Ling yang pertama ini sebagai
percobaan kurang sempurna dilakukan sekalipun berhasil
menghajar jalan darah Nah Hwee Hiat ditubuh Thio Ping, tapi
tenaga sambitannya kurang keras sehingga sama sekali tidak
terpengaruh di dalam permainan pedangnya.
Haruslah diketahui pertarungan para jago tidak boleh
lambat barang sedikitpun juga, karena permainan pedang
ThioPing agak terlambat mengambil kesempatan itulah Tu
Kioe menerjang keluar dari kurungan.
Senjata pit besinya digerakkan menangkis perdang Thio
Ping senjata gelang perak ditangan kiri menggulung keluar
dengan jurus Hong Kie Im Yong atau angin bertiup awan
berkumpul. Triiing.... triiing.... pedang Ong Kiam Lie Poo serta Cau
Kuang bertiga kena dihantam kesamping sehingga barisan itu
terbukalah sebuah lubang kelemahan yang besar.
Senjata Pit bergetar menotok badan Thio Ping.
Thio Ping membalikkan tangannya menciptakan selapis
bunga pedang menangkis serangan senjata dari Tu Kiow
dengan jurus Kong Tio Kay Ping atau Burung Merak Pentang
Sayap. Sedang Lie Poo serta Cau Kuang bersamaan waktunya
mendesak maju lagi dari dua arah samping.
Setelah merasakan bagaimanakah pahit getirnya dikurung
barisan empat orang itu Tu Kioe tidak membiarkan mereka
berempat bergabung diri lagi.
Senjata Pit diputar menyerang ke arah Lie Poo, sedang
gelang ditangan kiri menahan babatan Cau Kuang badannya
mencelat keangkasa dan melayang delapan depa keluar dari
kalangan. Si Segulung angin Thio Ping segera tertawa terbahak
bahak. Bagaimana" bagaimana rasanya kurungan barisan pedang
kami bersaudara" ejeknya.
Tidak terhitung suatu barisan yang terlalu lihay kalau
barisanmu benar benar hebat bukankah cayhe tak bisa pergi
datang semuanya" Thio Ping tertawa getir.
Bagus, bagaimana kalau kita coba lagi"
Dalam hatinya ada kesusahan yang tak bisa dikatakan
kalau bukan lengan kanannya secara tiba-tiba sehingga
gerakan pedangnya agak lambat mana mungkin Tu Kioe bisa
memecahkan barisan ini sedemikian gampang"
Sebaliknya di dalam hati Tu Kioe pun berpikir.
Barisan pedangn mereka walaupun tidak sampai mencabut
nyawaku tapi untuk menangkan beberapa orang ini tidak
gampang kalau aku tidak setuju orang akan menganggap aku
jeri. Untuk beberapa waktu ia merasa bingung apa yang harus
dijawab pada saat ini. Selagi ia merasa serba salah mendadak terdengar gelak
tertawa bergema datang dari tempat luaran seseorang
menyambung dengan suara lantang.
Bagus sekali! kalian berempat biar kami berdua saja, jual
beli ini akan kami terima.
Tanpa menoleh lagi Tu Kioe sudah tahu kalau Sang Pat
telah tiba ditempat itu. Kanglam Su Kongcu sama2 berpaling tampaklah seorang


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lelaki gemuk cebol dengan memakai jubah warna hijau dan
perut kembung muncul lambat2 disana.
Melihat munculnya Sang Pat di dalam hati si Segulung
angin Thio Ping berseru tertahan, Aduuh celaka kalau Tiong
Cho siangku turun tangan ber-sama2 ungkin kami bersaudara
bukan tandingannya. Diluaran segera membentak dengan nada dingin.
Hmm sudah lama kedatanganmu"
Sudahlah buat apa kau bicarakan soal itu, kedatanganku
rada terlambat setindak kalau Cuwi suka memaapkan kata
Kiem Sie poa sambil tersenyum.
Hmmm bersembunyi ditempat kegelapan sambil
membokong orang. inilah tindakan seorang lelaki sejati.
Pada mulanya Sang Pat agak tertegun kemudian segera
tertawa terbahak bahak. Menggunakan tentara tiada jerinya mencari siasat sekalipun
kedatanganku lebih pagianpun tak akan kuberitahukan kepada
kalian. Selamanya Tiong cho siangku tidak pernah berpisah satu
sama lainnya aku sudah sepatutnya menduga kalau kau
bersembunyi ditempat kegelapan.
Haaa .... haaa justru kali ini kalian tak berhasil
menebaknya. Kanglam Su Kongcu sambung Tu Kioe ketus Anjing tidak
pernah menjilat kencing sendiri kini kalian setiap kali berjumpa
dengan perempuan seperti lalat mencium bau busuk saja Loo
toa ayoh keluarkan senjatamu kita bereskan Kang Lam Su
Kongcu disamping menyelamatkan nona2 baik yang ada
dikolong langit. sang Pat teriak Thio Ping selamanya kalian berdua hanya
gemar dengan harta kalau dibandingkan dengan aku tak
begitu terpaut seberapa. Pada saat itu Kiem Lan sedah mengundurkan diri kesisi
Siauw Ling bisiknya segera.
Siangkong bukankah mereka berdua adalah Tiong Cho
Siang ku yang setiap saat hari siangkong pikirkan kini mereka
sudah ada didepan mata mengapa kau tidak menyapa dirinya"
Tidak usah cemas tidak usah gugup aku mau lihat dulu
bagaimana watak mereka berdua.
Sungguh besar ambisi Siangkong ini diam2 pikir Kiem Lan
di dalam hati kecilnya Bagaimana Tiang Cho Siangku kau
betul2 sangat mendengarkan ucapanmu.
Terdengar Sang Pat kembali berkata
Walaupun kami dua bersaudara suka dengan harta, tapi
belum pernah melukai pihak lawan apalagi berbuat sesuatu
hal yang main rampas semakin tidak pernah lagi.
Lama kelamaan si Pit besi berwajah dingin Tu Kioe tidak
dapat menahan sabar lagi sembari melancarkan sebuah
serangan menusuk Thio Ping teriaknya
Loo toa, tak usah banyak bicara lagi dengan dirinya!
Dengan sebat Thio Ping berkelit kesamping pedang diayun
ke atas dan Kanglam Su Kongcu pun segera bergabung
kembali. Dalam pertarungan yang terjadi barusan walaupun mereka
berempat berhasil mengurung Tu Kioe rapat2 tapi mereka
gagal melukainya kini bertambah pula dengan seorang Sang
Pat mereka makin menyadari kalau pihak musuh susah
dihadapi. Merekapun menyadari kalau mereka tidak menghadapi
kedua orang ini dengan andalkan barisan pedang seratus
juruspun susah dilewatkan dengan selamat.
Kembali Sang Pat tertawa tergela.
Selama lima tahun ini aku rasa kalian berempat tentu
banyak berlatih ilmu silat lihay bukan!
Ditengah suara bentakan tangan kanannya merogoh ke
dalam saku mengambil keluar sie poa emasnya ditengah
getaran tangan yang menimbulkan suara ramai terpeciklah
butiran2 cahaya tajam. Thio Ping menggerakkan pedangnya sebagai komando,
empat orang ber sama2 menyebarkan diri membentuk sebuah
barisan pedang untuk membendung serangan lawan.
Tu Kioe berebut posisi sebelah kanan teriaknya.
Keempat cucu kura2 ini berhasil melatih sebuah barisan
pedang mari kita menyerang dari kedua belah sisi sehingga
membuat mereka kalang kabut tidak karuan.
endengar teriakan itu Thio Ping jadi terperanjat pikirnya,
sungguh hebat Tiong Cho Siang ku ini, bukan saja kepandaian
silat sangat lihay pengalaman dalam menghadapi musuhpun
sangat luas kalau mereka berdua benar2 menyerang dari
kedua belah sisi maka kekuatan barisan ini akan banyak
berkurang. sang pat terenyum iapun segera bergeser kesebelah kiri
sembari menggoyangkan sie poa ditangan ujarnya, Pada saat
ini kita masih bisa membicarakan soal harga, kalau kita sudah
mulai bergebrak berarti dagangan ini sudah diputuskan
untung atau rugi kalian harus bayar ....
si Segulung angin Thio Ping ragu2 sejenak akhirnya ia
menggoyangkan pedangnya memberi tanda posisi keempat
orang itupun dengan cepat berubah jadi sebuah barisan segi
empat. Harga apa yang kau maksudkan cepat katakan.
Murah kalau kalian berempat mau menerima sebuah
syaratku .... Belum habis ia berkata mendadak terdengar suara
gonggongan anjing berkumandang datang dari tempat
kejauhan. Tu Kioe sebagai oarng yang paling dekat dengan Sang Pat
mengerti jelas bagaimanakah cerdiknya orang ini kadang2
ditengah gurauannya sering diselipi dengan suatu rencana
bagus karena itu setelah mendengar dia berbicara
seranganpun ditarik kembali.
Apa syaratmu itu" terdengar Thio Ping bertanya denga alis
berkerut. Pada saat itu banyak jago-jago lihay yang berkumpul
disekitar kata Kioe Cho aku rasa kalian suah tahu bukan"
Kami bersaudara bukan orang buta, suah tentu dapat kami
lihat dengan jelas, teriak Ong Kiam kasar.
Terdengar suara gonggongan anjing makin lama terdengar
semakin santar jelas ada orang yang sedang bergerak
mendekati gubuk mereka. sinar mata Sang Pat menyapu sekejab wajah Kiem Lan
yang berdiri dekat jendela lalu sambi tertawa tanyanya,
Kalian berempat pernah mendengar nama Sin Hong Pay
Sudah tentu pernah kami dengar
Tahukah kalian paycu perkumpulan Sin Hong Pay ini
seorang lelaki atau perempuan"
Kami hanya pernah mendengar nama partai Sin Hong Pay
berlum pernah menjumpai paycu mereka.
Soal ini aku bisa beritahu kepada kalian. paycu dari
perkumpulan Sin Hong Pang adalah seorang gadis muda yang
sangat cantik. Apa sangkut pautnya urusan ini dengan kami berempat"
tanya Thio Ping setelah termenung sebentar.
Sudah tentu ada hubungan yang sangat erat, kalian
berempat rakus dengan perempuan, sedang kami dua
bersauara gemar harta sebaliknya perkumpulan Sing Hong
Pang adalah pusat harta dan perempuan kalau kau suka
bekerja sama dengan kami bukankah masing-masing pihak
mendapat bagiannya seiri2....
Aaakh benar kau tentunya minta bekerja sama dengan
kalian untuk menghadapi Sin Hong Pang
si sie poa emas Sang Pat tidak bicara sebaliknya sambil
membaca rumus dagangnya ia pukul biji2 sie poa pulang
pergi. Melihat cara Sang Pat memukul pulang pergi sie poanya
dengan gaya seorang Tauke diam2 Kanglam Su Kongcu
merasa geli. Sebaliknya si Pit besi berwajah dingin mengetahui pada
saat ini saudara angkatnya ini sedang menemui hal2 yang
menyusahkan hatinya. Setiap kali ia menjumpai hal2 yang susah diputuskan maka
biji sie poanya yang dipukul pulang pergi disamping otaknya
untuk mengambi keputusan diamping itu Sang Pat pun
menghitung nasib mereka dan perhitungannya sie poanya ini.
Selama pergaulannya dengan sang Pat selama beberapa
tahun di dalam ingatannya bukan saja satu dua kali ia berbuat
demikian. Setelah menghitung beberapa saat lamanya mendadak
terlintas suatu perasaan heran diwajahnya ia berpaling
sekejab ke arah Kiem Lan kemudian sambil menggoyangkan
biji sie poanya ia beruit panjang.
Suara gonggongan anjing makin keras dua anjing hitam
yang besar meloncat melewati pagar dan berlari kesisi Sang
Pat. Tinggi kedua ekor anjing ini kalau berdiri melebihi tinggi
seorang waluapun berbentuk anjing tetapi secara lapat2
mempunyai wajah yang menyeramkan sembari berdiri
dibelakang Sang Pat empat buah mata menyapa tajam empat
penjuru. Selama ini Si segulung angin Thio Ping sedang menantikan
jawaban dari Sang Pat siapa sangka orang itu bagaikan lupa
dengan ucapannya saja mulutnya bungkam seribu bahasa, ia
berdiri penuh keseriusan disana bagaikan sedang menunggu
sesuatu. Timbullah rasa curiga di dalam benak Kanglam Su Kongcu
mereka tidak mengerti permainan apa yang sedang disusun
orang itu. Mendadak pintu pagar didepak orang sehingga terpental
dan membentang lebar2. Segerombolan manusia berdandan aneh lambat2
munculkan diri didepan mata.
Dua orang lelaki pertama mempunyai perawakan yang
kurus tinggi sepasang matanya menyapu Tiong cho Siang Ku
tiada hentinya. Hmm! ternyata benar2 kalian musuh bebuyutan selalu saja
berjumpa di mana2 tegur orang itu dingin.
Sang Pat memandang sekejap wajah kedua orang itu
setelah mengenali siapakah mereka ia tertawa ter bahak2
Oooouw .... kiranya Cuo heng serta Poei heng dua setan
pembuka jalan dari Sin Hong Pang .... aku rasa Paycu
kalianpun sudah datang bukan!
Kedua orang ini bukan lain adalah dua Setan pembuka
jalan dari Sin Hong Paycug, si panglima Baja Cuo Hwee serta
sisukma sial Poei Heng. Dibelakang kedua orang itu mengikuti seorang manusia
aneh berjubah pendeta warna hitam, berdandankan seorang
toosu dan baju bagian dadanya bersulamkan seekor ular kecil
warna emas. Walaupun manusia aneh itu kecil dan kurus tapi sepasang
matanya memancarkan cahaya yang menggidikkan.
Dibelakang toosu bersulamkan seekor ular emas pada
bajunya mengikuti empat orang lelaki kekar yang menyoren
sebilah golok pada punggungnya.
Terdengar sipanglima Baja Cau Hwie tertawa dingin tiada
hentinya. Kau anggap paycu kami manusia macam apa, begitu
gampang bisa dijumpai"
Sitoosu bersulamkan ular emas kecil itupun menyambung
dengan nada dingin. Aku adalah Kiem Coa Leng cu dibawah pimpinan Sin Hong
Pay cu ada urusan sampaikan saja kepadaku, aku akan ambil
keputusan atau menyampaikan kepada pay cu kami.
Oooouw .... kalau kudengar dari nada ucapanmu agaknya
kedudukanmu dalam perkumpulan sin Hong Pang tidak
rendah! seru Sang Pat sambil tertawa.
Aku adalah salah satu Sam Toa Leng cu kekuasaanku
meliputi segala bidang. Oooouw .... kiranya begitu cayhe harus memberi hormat
kepadamu Kiem Coa Lengcu tertawa dingin.
Lima tahun berselang kau pernah mencari keonaran
dengan partai kami Waktu itu karena lengcu kami ada urusan maka tidak
sampai menarik panjang urusan itu aku rasa kau masih ingat
bukan dengan peristiwa tempo dulu"
Haaaaaa.... haaaa.... haaa .... kami adalah orang dagang.
selamanya yang dipentingkan adalah keuntungan dendam
sakit hati tak pernah kami pikirkan jangan dikata lima tahun
berselang sekalipun tiga bulan yang lalu juga sudah kami
lupakan cayhe tak ingat lagi urusan itu!
Sekali lagi Coa Lengcu tertawa dingin.
Kau tidak ingat lagi Pengcu kami masih teringat dengan
jelas maka dari itu sengaja ini hari mengirim aku untuk
menangkap kalian berdua! Hmm! apa yang dapat kalian lakukan" dengus Tu Kioe
ketus Aku minta kalian berdua suka ikut kami menghadapi Pay cu
kami! Coba kau sebutkan harganya, selama ini cayhe tidak suka
melakukan perdagangan yang rugi - kata Sang Pat sambil
tertawa. Sinar mata Kiem Coa Lengcu berkilat kepada keempat
orang lelaki berbaju hitam yang berdiri dibelakangnya ia
berseru Tangkap mereka berdua! Keempat orang berbaju hitam itu mengiakan golok segera
dicabut keluar dengan berpisah melakukan pengepungan.
Sepasang pundak si Pit besi berwajah dingin bergoyang
dengan kecepatan bagaikan kilat dia merebut posisi yang
berjarak sembilan depa dengan Sang Pat senjata Pit besi
melindungi dada gelang dipersiapkan melancarkan serangan
ujarnya dingin Senjata tak bermata kalau sampai bergebrak tentu ada
yang terluka atau mati. kalau kalian berempat tidak takut mati
silahkan maju kedepan. Jarak yang diambil kedua orang ini sangat sempurna sekali
dengan demikian keempat orang lelaki beraju hitam itu tak
dapat melakukan kerja sama tapi bagi Tiong Cho Siangku
dapat saling bantu membantu.
Mendadak keempat orang lelaki berbaju hitam itupun


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memecahkan diri jadi dua bagian, dua orang jadi satu
rombongan secara terpisah menyerang Tiong Cho Siangku.
Melihat pertarungan sudah berlangsung si segulung angin
Thio Ping menggoyangkan pedangnya menarik barisan dan
bermaksud mengundurkan diri dari kalangan.
Siapa nyana tindakannya ini justru memancing rasa curiga
bagi Kiem Coa Lengcu terdengar ia tertawa dingin dan
membentak keras, Jangan biarkan mereka berempat
menggabungkan diri Pengetahuan Kiem Coa Lengcu ini amat luar biasa dalam
sekali pandang saja ia telah dapat mengetahui kalau Kanglam
Su Kongcu telah mempelajari ilmu pedang bergabung asalkan
ilmu itu bersatu padu maka kekuatannya sangat luar biasa.
Dalam pandangan Kiem Coa Lengcu gerakan pedang Thio
Ping dianggap sebagai komando untuk menggerakkan
barisannya maka ia mendahului perintah orang untuk
menyerang. Kedua setan pembuka jalan Si Panglima baja Cuo Hwie
serta Si sukma sial Poei Heng pernah menderita kekalahan
total ditangan Tiang Cho Siang Ku mereka tahu kepandaian
silat kedua orang ini sangat lihay sehinga tanpa terasa mereka
sudah menaruh rasa jeri kepada mereka.
Beruntung Kiem Coa Lengcu tidak memerintahkan mereka
berdua untuk menghadapi Tiong Cho Siangku tapi orang ini
tidak memandang sebelah matapun terhadap Kanglam Su
Kongcu. Begitu mendapat perintah mereka menyahut dan segera
menyerang keempat orang itu.
Pada mulanya sisegulung angin Thio Ping bermaksud
hendak membawa ketika saudara menyingkir kesamping dan
berpeluk tangan menonton jalannya pertarungan tersebut
menanti Tiong Cho Siang Ku sudah sama2 lelah dalam
pertarungan ini mereka tinggal pungut hasil dari tengah.
Siapa sangka Kiem Coa Lengcu turun tangan terlebih
dahulu untuk menangkap mereka bercampa.
Kejadian ini mendatangkan rasa gusar dalam hati Kanglam
Su Kongcu, Thio Ping segera menggerakkan pedangnya
meluncurkan sebuah tusukan menangkis datangnya serangan
Cuo Hwie sedang Ong Kiam Lie Poo serta Cau Kuang dengan
cepat menyebarkan diri membentuk barisan dan mengurung
kedua orang itu rapat2 Seketika itu juga cahaya berkilauan memenuhi angkasa
angin desiran menggidikkan hati.
Serangan2 pedang Kanglam Su Kongcu bagaikan
hembusan angin taupan memaksa kedua orang setan
pembuka jalan itu tidak sempat menggerakan senjatanya.
Melihat kejadian itu Kiem Coa Lengcu mengerutkan
keningnya ia tidak menyangka baru saja turun tangan kedua
setan pembuka jalan sudah kena dikurung dalam barisan
pedang lawan dan terdesak hebat sehingga berada dalam
posisi yang sangat menguatirkan.
Keempat orang lelaki bersenjata golokpun telah
melangsungkan pertarungan sengit melawan Tiong Cho
Siangku cahaya pedang bayang pit berkelebat dengan
ramainya. Setelah memandang sekejap suasana dikalangan Kiem Coa
Lengcu segera mengetahui bahwa pertarungan ini hari sangat
tidak menguntungkan pihaknya.
Walaupun Tiong Cho Siangku harus menghadapi empat
orang musuh sekaligus tapi mereka lebih banyak menyerang
dari pada bertaha. jelas posisi mereka ada diatas angin.
Keadaan kedua setan pembuka jalan semakin parah lagi,
mati hidup mereka sudah berada diujung tanduk. kalau
demikian terus keduanya sebentar lagi mereka bakal menemui
ajalnya. Menjumpai situasi seperti ini mau Kiem Coa Lengcu harus
mengatasi dahulu keadaan mereka berdua, dari pinggang ia
lepaskan senjata cambuk ular emasnya. kemudian sambil
membentak keras senjatanya diayun menyerbu ke dalam
barisan Su Kongcu itu. Si Segulung angin Thio Ping menggoyangkan pedangnya
menangkis cambuk itu badannya dengan cepat menyingkir
dua langkah kesamping. Barisan pedang ini sudah membuang banyak pikiran
maupun tenaga Kanglam Su Kongcu selama banyak tahun,
entah sudah berapa puluh bahkan beberapa ribu kali barisan
itu dilatih. Sejak Pertarungan melawan Tu Kioe tadi perubahan barisan
ini semakin lincah lagi dengan mundurnya Thio Ping ke
belakang Ong Kiem Lie Po serta Cau Kuang segera memahami
maksud hatinya mereka sama2 mundur ke belakang secara
serempak. Dengan demikian kalangan kepunganpun semakin luas hal
ini membuat Kiem Coa Lengcupun tak kuasa kena terseret
sekalian ke dalam barisan pedang tersebut.
Mengambil kesempatan yang amat sedikit inilah Tjou Hwie
serta Poei Heng meloloskan senjata tajamnya.
Senjata Cuo Hwie adalah dua pasang gada Lang Ya pang
sendan senjata Poei Heng adalah sebuah tekeh San Bun Cang.
Kiem Coa Lengcu segera tertawa dingin
Hmm ingin sekali kujajal barisan pedang gabung ini
sebetulnya mempunyai keistimewaan apa saja.
Sembari bicara cambuk Kiem Tjoa Piannya berturut turut
melancarkan empat buah serangan secara terpisah
mengancam Kanglam Su Kongcu seorang sejurus.
Cambuk Kiem Coa Pian ini dibuat amat bagus bila
dipandang sepintas lalu bagaikan seekor ular hidup.
Tangannya mencekal pada ekor ular sedang kepalanya ular
menyerang musuh lidah yang warna merah berkelebat tiada
hentinya mendatangkan rasa bergidik bagi semua orang.
Kanglam Su Kongcu yang melihat bagaimana sempurnanya
senjata cambuk itu diam2 merasa jeri kalau2 dari mulut ular
tadi menyembur senjata rahasia mereka tidak berani
menangkis buru-buru keempat orang itu meloncat mundur ke
belakang. Dengan demikian tanpa terasa lagi kekuatan barisan
pedang itupun punah sama sekali!
Kiem Coa Lengcu segera tertawa ter-bahak2
Haaaaaa .... haaa tidak kusangka barisan pedang kalian
berempat hanya begini saja.
Thio Ping tertawa dingin, mendadak serangan pedangnya
terpental. Dia adalah komando dari barisan pedang ini sudah tentu
tiga orang lainnya harus mengimbangi setiap gerakan yang
dilakukan begitu Thio Ping menyerang ketiga orang lainnya
pun sama2 berputar keras.
Barisan pedang seketika makin menyempit.
Melihat sekelilingnya penuh dengan kelebatan cahaya
pedang yang menekan makin dekat Kiem Coa Lengcu
terkesiap, cambuknya dengan cepat diputar bagaikan roda
menahan serangan pedang keempat orang itu.
Cuo Hwie dan Poei Heng sama2 menggerakkan senjatanya
menyerang maju sembari mengimbangi serangan2 dari
cambuk Kiem Coa Pian dengan berbuat demikian semakin
mengecilnya lingkungan kepungan barisan Kanglam Su
Kongcu bisa ditahan Diluaran posisi Kanglam Su Kongcu lebih menguntungkan
padahal hati mereka sangat terkejut. terasa oleh keempat
orang itu bahwa jurus serangan cambuk dari Kiem Coa Leng
cu amat aneh dan susah diduga sering2 ia menggunakan
waktu yang singkat untuk melancarkan sebuah serangan
ketengah kalangan sehingga membuat barisan mengalami
perubahan besar. Dalam pertarungan ini masing-masing pihak sama2
menderita, sama2 payah siapapun tidak berani
memperlihatkan sikap gegabah.
Ditengah berlangsungnya pertarungan sengit mendadak
suara jeritan ngeri berkumandang memenuhi angkasa seorang
diantara pengepung Si Pit besi berwajah dingin kena ditusuk
pundak kanannya sehingga darah segar bercucuran, senjata
terlepas dari genggaman. Sisanya yang tinggal seorang kini melangsungkan
pertarungan yang sengit melawan Tu Kioe ia kena dibungkus
oleh serangan2 keji lawan sehingga kalang kabut dan keteter
hebat. Kiem Coa Lengcu tidak menyangka kepandaian mush rata2
hebat. melihat seorang anak buahnya terluka ia hanya merasa
cemas saja tanpa berhasil turun tangan menolong.
Terdengar Sang Pat pun tertawa ter bahak2
ayoh! berbaring! Dua orang lelaki berbaju hitam yang mengerubuti dirinya
sangat penurut sekali, mereka lepaskan senjatanya dan roboh
terjengkang ke atas tanah.
Kiranya Sang Pat yang melihat pertarungan tidak juga
selesai serangannya makin diperketat, ditengah gelak
tertawanya yang keras berturut ia menotok jalan darah kedua
orang itu. Kaupun berbaringlah! seru Tu Kioe pula ketus.
Gelang peraknya menguji golok lawan, sedang kakinya
mengirim sebuah tendangan menghajar lutut kiri orang itu.
Braaak .... badannya kena disepak sampat mencelat sejauh
delapan depa dan menggeletak tak berkutik lagi diatas tanah.
Sang Pat segera goyangkan sie poa emasnya memancarkan
cahaya keemas emasan, sambil tertawa teriaknya
Saudara berempat perlu Siauw te bantu kalian"
Tidak perlu! dengus Thio Ping dingin
Pedang diputar ia menyerang semakin gencar lagi.
Setlah dilihatnya Tiong Cho Siang Ku berhasil merobohkan
empat orang musuhnya dengn mudah sedang mereka
berempat tidak dapat menangkan musuh yang cuma tiga,
hatinya jadi malu bercampur gusar karena itu serangannya
makin diperhebat. Dengan menempuh bahaya ia babat tubuh Kiem Coa
Lengcu tajam2 melihat serangan itu Kiem Coa Lengcu
terkesiap ia tidak sempat melancarkan serangan untuk
menangkis lagi datangnya serangan yang penuh menanggung
resiko ini. Dalam keadaan gugup dengan cepat badannya berkelit
kesamping. Dengan tidak mudah Thio Ping mencari kesempatan ini
sudah tentu ia tak mau melepaskanbegitu saja pergelangan
kanan ditekan ujung pedang menyambar lewat bagaikan kilat
merobek lengan kanan Kiem Coa Lengcu.
Sreeeeeet muncullah sebuah luka panjang ditangan orang
itu darah segar muncrat berceceran.
Kiem Coa Lengcu mendengus dingin pergelangan kanan
ditekuk cambuknya ditarik kembali ke belakang lalu
melancarkan sebuah serangan balasan ke arah Thio Ping.
Melihat serangannya mencapai sasaran saking bangganya
ia tertawa ter-bahak2 Pepatah berkata mau menumpas kawanan perampok harus
menangkap pemimpinnya dahulu kalau sejak tadi kita
bereskan Kiem Coa Lengcu maka kalian berduapun tak perlu
terlalu lama bergebrak melawan keempat orang lelaki
tersebut. Maksud dari ucapannya sangat jelas tidak usah diragukan
ia berkata bahwa Tiong Cho Siang Ku walaupun brhasil
melukai empat orang merupakan prajurit2 tak bernama semua
kalau bisa mengalahkan Kiem Coa Lengcu inilah yang
dinamakan jago, Tak usah kau kuatir, pedang disilang menangkis datangnya
serangan cambuk lawan. Traaang .... ujung pedang bentrok dengan cambuk tersebut
menimbulkan suara yang nyaring tiba cambuk tadi mematah
jadi dua bagian mentok batok kepala Thio Ping.
Kejadian ini ada diluar dugaan semua orang dalam keadaan
terperanjat Thio Ping segera berkelit kesamping kiri
Cambuk Kiem Coa Pian melanjutkan gerakannya menotok
lengan kanan Thio Ping Ong Kiem, Lie Poo yang melihat saudaranya terancam
sama2 bergerak maju, sepasang pedang menyerang dari sisi
kiri dan kanan mengancam iga Kiem Coa Lengcu
Cuo Hwie, Poei Heng pun tak mau ambil diam mereka
gerakan senjata menahan datangnya serangan pedang kedua
orang itu. Kanglam Su Kongcu yang melihat Thio Ping terluka hati
mereka sangat cemas karena berniat turun tangan menolong
saudaranya barisan pedang pun kacau balau tak karuan.
Mendadak Kiem Coa Lengcu menjatuhkan badannya
kedepan meloloskan diri atas datangnya serangan babatan
Cau Kuang dari arah belakang cambuk Kiem Coa Pian diputar
balik mengancam lambung orang she Cau itu.
Melihat datangnua ancam Cau Kuang menekan pedangnya
kebawah mengunci serangan cambuk di tengah udara
Siapa nyana sewaktu cambuk tersebut membentuk pedang
Cau Kuang serangannya berputar arah dan mengancam dari
arah samping menemui kejadian seperti itu ia jadi terperanjat.
Tak kuasa lagi lutut kirinya termakan oleh sambaran ujung
cambuk tersebut. Ong Kiem Lie Poo buru-buru menggerakkan pedangnya
menyerang dari dua belah sisi kiri dan kanan.
Kakak berdua harap ber-hati2 teriak si Rembulan ditengah
telaga keras2 senjatanya bisa berputar putar.
Kiem Coa Lengcu tertawa dingin mendadak dia mundur tiga
langkah ke belakang menghindarkan diri dari datangnya
serangan gabungan pihak lawan.
Merasa serangannya mencapai sasaran yang kosong Ong
Kiem serta Lie Poo menarik kembali serangannya mereka tidak
mengejar lagi sebaliknya bersiap siap menanti serangan
musuh selanjutnya Kiranya dimana Kiem Coa Lengcu mundur tepat berada
dihadapan si Segulung angin Thio Ping sedang orang she Thio
ini mempunyai kepandaian silat paling tinggi diantara keempat
orang itu asalkan dia melancarkan seraangan dengan cepat
maka Kiem Coa Lengcu terpaksa harus putar badan
menghadapi serangan lawan. Ketika itulah mereka berdua
melancarkan serangan kembali mengancam punggungnya
agar ia menjadi kelabakan setengah mati.
Per-lahan-lahan Thio Ping angkat pedangnya ke atas tapi
belum sempat dibabat keluar mendadak tangannya


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengendor dan senjata yang ada ditanganpun tergeletak
jatuh ke atas tanah Kiem Coa Lengcu tertawa dingin tangan kirinya berputar
mencengkeram pergelangan kiri Thio Ping
Hati2 diantara cambuk Kiem Coa Piannya mengandung
racun.... teriak sang Pat tiba-tiba.
Terlihatlah oleh semua orang sabaran Kiem Coa Lengcu
tidak mendatangkan perlawanan sama sekali.
Mendadak cahaya berkilauan menyambar lewat disertai
desiran tajam mengancam tubuh Kiem coa Lengcu bersamaan
itu pula Sang Pat telah menerjang kedepan sembari
menggerakkan senjata Sie Poa nya.
CAyhe akan menerima beberapa urus seranganmu!
serunya. Kiem Coa Lengcu goyangkan lengan kanan menarik
kembali cambuknya ke belakang lalu dengan cepat menotok
keluar. Tu Kioe pun menggerakkan senjata Pit serta gelang
emasnya melancarkan tubrukan menghadang kedua setan
pembuka jalan. Toako apakah lukamu sangat parah" terdengar Ong Kiam
m\berseru sambil menghampiri Toakonya Thio Ping.
Walaupun lukaku tidak begitu parah tapi daya kerja racun
yang mengeram dalam badanku sangat dahsyat, seluruh
lengan kananku tak bisa digunakan lagi seluruhnya kaku dan
linu Sute! cepat tutup seluruh jalan darahmu jangan
membiarkan racun keji menyerang ke dalam isi perutmu seru
Lie Poo pula sambil membimbing diri Cau Kuang.
Sembari bergebrak melawan Kiem Coa Lengcu si sie poa
Sang Pat terus menerus memperhatikan keadaan luka dari
Thio Ping. Tampak lengan kanan orang itu semakin lama semakin
lemas dan akhirnya tergantung kebawah jelas sudah
keracunan hebat hatinya kontan terkesiap pikirnya, Diatas
ujung cambuk Kiem Coa Piannya mengandung racun yang
amat keji kalau kuajak bertempur begini terus akhirnya akulah
yang akan menderita rugi orang2 Sin Hong Pay kebanyakan
bukan manusia baik2 lebih baik aku turun tangandahulu untuk
menguasahi mereka Setelah berpikir begitu tanpa sungkan2 tangannya
mendadak bergetar keras seketika itu juga cahaya tajam
berkelebat menyilaukan mata butiran2 sinar berkembang
memenuhi angkasa mengurung seluruh tubuh Kiem Coa
Lengcu. Kiranya butiran2 biji sie poa Sang Pat kecuali dapat
digunakan sebagai senjata dapat pula digunakan sebagai
senjata rahasia. Dalam keadaan seperti ini sekalipun kepandaian silat Kiem
Coa Lengcu sangat lihay tak urung terhajar oleh sie poa Sang
Pat dalam jarak sedemikian dekatnya
Cahaya berkelebat menyilaukan mata beberapa buah jalan
darah ditubuhnya tahu2 sudah kena dihantam biji2 sie poa
tadi dan tak kuasa lagi badannya roboh terjungkang ke atas
tanah. Kedua setan pembuka jalan yang melihat anak2 buahnya
bila bukan matitentu terluka, nyalinya jadi pecah karena
pikirannya permainan senjata menjadi lampat
Mengambil kesempatan itulah Tu Kioe mengirim sebuah
bacokan menghantam pundak kiri Cuo Hwie
Merasa datangnya bacokan orang she Cuo kaget buruw
pundaknya ditarik untuk berkelit Siapa nyana mengambil
kesepatan itulah Tu Kioe melancarkan sebuah tendangan
menghajar lutut orang itu
Sipanglima baja mendengus berat badannya terpental
sejauh enam tujuh depa dan menggeletak tak berkutik
Sepasang pundak Pat bergerak cepat bagaikan kilat ia
menerjang kemuka memrseni sebuah hantaman ke atas
punggung si sukma sial Badan Poei Heng ter hoyong2 dan akhirnya roboh tak
berkuti Setelah membereskan mush2nya Sang Pat memungut
kembali biji2 sie poanya dari atas tanah karena biji sie poa itu
memancarkan sinar berkilauan tidak sulit baginya untuk
mengumpulkan kembali benda benda itu tanpa kekurangan
sebijipun Ketika itu racun yang mengeram dalam tubuh Thio Ping
serta Cau Kuang sudah mulai bekerja disekitar mulut luka
penuh dipolesi dengan darah warna hitam pekat bagaikan
tinta bak Sambil gerakan pedangnya Ong Kiem meloncat kehadapan
Kiem Coa Lengcu ujung pedang ditempelkan ke atas leher
orang itu sambil mengancam, dimana kau simpan obat
pemunah itu" ayoh cepat jawab
Walaupun beberapa buah jalan darahnya kena terhajar
oleh biji2 sie-poa Sang Pat tapi pikiran Kiem Coa Lengcu masih
sadar dia segera tertawa dingin
Racun keji yang ada diujung cambuk Kiem Coa Pian milik
cayhe itu merupakan campuran berbagai macam racun yang
keji siapa saja yang termakan hajaran cambukku itu seluruh
kulit badannya akan berkerut dan akhirnya mati
Hmm sebelum racun mereka mulai bekerja akan kubunuh
kau dalam tusukan pedangku
sesudah diriku kena ditawan soal mati hidup buat aku
bukan suatu persoalan lagi
sungguh enak sekali ucapanmu kau anggao aku sudi
menusuk dirimu dalam sekali tusukan saja" aku hendak
mengiris setiap lembar badanmu agar kau mati dengan per
lahan-lahan Pedang panjang berkelebat lewat ia babat kulit diatas leher
Kiem Coa Lengcu sehingga robek dan darah segar mengucur
keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Kiem Coa Lengcu yang menjumpai keadaan seperti ini hati
kecilnya sadar bila kesempatan baginya untuk hidup sudah
habis, sepasang mata segera dipejamkan dan tidak ambil
gubris lagi terhadap mereka, Tiba-tiba Lie Poo meloncat
bangun ia sambar senjata cambuk Kiem Coa Pian itu dan
serunya Kalau benar cambuk ini beracun mari kitapun gunakan
cambuk ini untuk melukai dirinya
Mendengar ancaman itu Kiem Coa Lengcu jadi sangat
terperanjat serunya gugup
Tahan!! Waktu itu Lie Poo sudah angkat cambuk Kiem Coa Pian ke
atas siap dihantamkan kebadan iem Coa Lengcu mendengar
teriak itu ia segera tertawa dingin
Kami Kanglam Su Kongcu selamanya akan berbuat seperti
apa yang diucapkan, kalau kau tidak mau menyerahkan obat
pemunahnya kami akan cabut jiwamu sedang kalau kau suka
memberikan obat pemunah tersebut kami bersaudara
tanggung akan lepaskan dirimu dalam keadaan hidup2.
Haaaa .... haaaa .... haaa .... saudara apakah kalian tidak
merasa perkataanmu itu sedikit keterlaluan" seru Sang Pat
tiba-tiba sambil tertawa tergelak
Maksud Sang heng" tanya Ong Kiam sambil berpaling
Orang itu berhasil cayhe tawan aku rasa kalian bisa meilhat
peristiwa ini dengan mata kepala sendiri bukan" sekalipun saat
ini kamu semua ada maksud hendak melepaskan dirinya
seharusnya kamu minta ijin dulu dari mulutku!
Dan sekarang Sang heng sudah tahu entah dapatkah
mengijinkan permintaan kami ini"
Kami berdua adalah kaum pedagang dimanapun juga yang
dipentingkan adalah keuntungan kalau suruh siauwte
menyanggupi permintaanmu itu tanpa peroleh hasil
sebetulnya hati kami tidak rela.
Sang Heng kalau mau bicara katakan terus terang berapa
yang kalian inginkan"
Mendadak Sang Pat menggerakkan badan menerjang
dihadapan Kiem Coa Lengcu sekali sambar ia membawa oran
gitu mundur lima depa ke belakang
Ong Kiem serta Lii Poo tidak menyangka ia bisa berbuat
demikian ketika menyadari akan hal tersebut waktu sudah
terlambat Tu Kioe dengan sebat menghadang jalan pergi Ong Kiem
serta Lii Poo serunya, Lebih baik kalian berdua jangan
sembarangan bergebrak sehingga tidak semua orang merasa
tidak enak Karena didahului oleh Tiang Cho ku dan mengingat
kekuatan mereka tidak memadahi maka baik Ong Kiam
maupun Lii Poo sama2 membungkam
Waktu itu Sang Pat telah meletakkan Kiem Coa Leng cu ke
atas tanah Dimana kau simpan obat pemunah tersebut"
Obet pemunah tersebut berada ditangan Pay cu kalau
saudara ingin mendapatkan obat tersebut terpaksa kita harus
menghadap sendiri dengan paycu kami
Haaaaa .... haaaaaa .... haaa aku tak akan percaya
terhadap omonganmu Jalan darah cayhe tertotok dalam keadaan seperti ini aku
tak berkekuatan untuk mengadakan perlawanan kalau kau tak
percaya silahkan memeriksa seluruh tubuhku
Hmmm! kalau ia tak mau bicara lebih baik kita
menggunakan cara yang sama melukai dirinya seru Tu Kioe
menyela dari samping, Sang Pat mengalihkan sinar matanya
ke arah Kiem Coa Lengcu lalu sambil tertawa ujarnya, Kalau
kau menolak arak kehormatan dan lebih suka arak hukuman
jangan salahkan aku akan turun tangan keji terhadap dirimu
Dengan cepat ia sambar cambuk Kiem Coa Pian dan
menotok ke arah pergelangan kiri orang itu
Kiem Coa Lengcu jadi amat cemas buru buru teriaknya
Kalau dalam dua jam kalian tak berhasil mendapatkan obat
pemunah kedua orang kawanmu tak tertolong lai
Hmm atau paling sedikit ada orang yang mengiringi
kematian mereka sambung Tu Kioe
Bibir Kiem Coa Lengcu bergerak tapi dia batalkan kembali
waktunya untuk berbicara sepasang mata lambat2 dipejamkan
Ong Kiem, Lie Poo sama2 menengok dilihatnya ssaudara
mereka Thio Ping serta Cau Kuang sedang kerahkan tenaga
lweekang mereka untuk daya kerjanya racun yang mengeram
dalam tubuh mereka dari air mukanya dapat dilihat bagaimana
menderitanya kedua orang itu pada saat ini jelas makin lama
daya kerja racun itu makin ganas sehingga mereka mulai
kelihatan tidak tahan Mendadak Ong Kiem miring kesamping dengan gerakan
secepat kilat meloncat melewati Tu Kioe langsung menusuk
dada Kiem coa Lengcu yang menggeletak diatas tanah
Sang Pat ternyata sangat waspada kakinyapun
melancarkansebuah tendangan mengancam lengan orang itu
sedang sie poa emasnya didorong kedepan menangkis
datangnya tusukan pedang Serangan memaksa Ong Kiem terdesak mundur lima depa
ke belakang ia segera tertawa dingin
Justru dia memang bermaksud ingin mati kalau kau tusuk
dadanya bukankah apa yang ia harapkan kau penuhi"
Obat pemunah itu tak ada disakunya apa gunanya kita
tinggalkan ia tetap hidu" aku mau menjagal dirinya kemudian
menghancurkan badan bangsat keparat ini sehingga rasa
dendam dalam hatiku bisa dilenyapkan
Oooouw .... kaupun percaya seseorang yang membawa
senjata berbisa tiak sekalian menggembol obat pemunah
dalam saku" Ong Kiam tertegun mendengar teguran tersebut
Jiwanya sudah berada diujung tanduk mungkin ia masih
berbohong kepada kita Kalau ia diganti dengan kau Ong heng sukakah kau orang
berterus terang" Ong Kiam mendehem ia telah kembali ucapan yang semula
hendak diutarakan keluar Kalau racun yang mengeram ditubuh saudara kalian sesuai
dengan apa yang diucapkan Kiem Coa Lengcu ia tak akan
membiarkan dirinya keracunan terlebih dahulu kau tunggu
saja hasilnya kata Sang Pat
Dua orang saudara cayhe terluka lebih dahulu ditangannya
bukankah racun yang mengeram dalam tubuhnya akan
kambuh terlebih dulu Aku menggunakan lidah ular cambuk itu untuk melukai urat
nadi tangan kirinya. kalau racun itu meyebar mengikuti aliran
darah maka daya kerja racun itu akan mulai menunjukkan
kehebatannya jauh lebih pagi dari kedua orang saudaramu
Mendengar ucapan itu mendadak Kiem Coa Lengcu
membuka sepasang matanya dan melototi wajah Sang Pat
tajam2 Kalau aku beritahukan dimana obat pemunah itu aku
simpan, kau hendak bereskan diriku secara bagaimana"
Sembari memukul biji sie poanya pulang pergi ujar Sang
Pat tenang Dipihak kami ada dua orang yang terluka sedang dipihakmu
seorang mati enam orang terluka tidak terhitung yang mati
akan kami lepaskan dua orang diantara kalian
Siapa kedua orang itu"
Kecuali kau masih ada lima orang kau boleh pilih dua orang
diantara mereka Mengapa tidak termasuk juga diri cayhe"
Harga saudara terlalu tinggi permintaan kitapun harus
tinggi untuk membicarakan persoalan ini aku harus berunding
sendiri dengan pihak Sin Hong Pay kalian
Jadi kau berlum tahu watak2 partai kami ....
Serahkan dulu obat pemunahmu kita baru bicara lagi sela
Ong Kiam berteriak keras Hmmm apa yang perlu kau kuatirkan"
Melihat keketusan orang ini Ong Kiam jadi murka sambil
gerakkan pedangnya ia membentak keras
Kujagal dirim terlebih dahulu
Aku kira kau tak bakal punya nyali untuk membinasakan
diriku tu Kioe segera goyangkan senjata pit besinya ia berkata
Jangan karena urusan kecil menjadi besar lebih baik Ong heng
jangan mengubris dirinya Ong Kiam mendengus ketus Pada suatu hari akah kucabut jiwamu teriaknya penuh rasa


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dongkol Haa .... haa kau berani berbuat demikian" jengek Kiem coa
Lengcu sambil tertawa panjang
Aku menasehati kau lebih baik bungkam saja seru Sang Pat
dingin Kanglam Su Kongcu adalah jago-jago yang sudah lama
berkelana dalam Bulim mereka tak akan tertipu oleh siasatmu.
kalau kau ingin membuat mereka marah sehingga
menginginkan agar mereka sekali bacok mencabut nyawamu.
Heee .... heee .... jangan bermimpi di siang hari bolong
Setelah ucapan ini diutarakan keluar sekalipun Ong Kiam
ada maksud mencabut jiwanyapun tak beran iberkutik lagi
Agaknya Kiem Coa Lengcu pun tahu bahwa ia tak akan
berhasil membuat pihak lawan marah lagi sehingga mereka
turun tangan mencabut jiwanya terpaksa sikapnya berubah
seratus delapan puluh derajat
Aku akan beritahu kepada kalian dimana obat pemunah itu
aku simpan kalian harus menerima dahulu sebuah syaratku
Apa syaratmU" cepat katakan
Obat pemunah itu hanya cukup digunakan untuk lima
orang kecuali dua orang yang terluka itu kalian harus memberi
sebutir buat cayhe Orang ini sungguh aneh pikir Sang Pat di dalam hati. Untuk
matipun dia tidak takut ternyata begitu jeri atas kedahsyatan
racun keji dari senjata cambuk Kiem Coa Piannya racun itu
tentu sangat lihay .... Hal ini sudah tentu kamipun masih membutuhkan nyawamu
untuk membuat perundingan dengan pihak Sin Hong Paycu
sekalipun kau tidak berkata kamipun tak akan membiarkan
kau mati keracunan didepan mata kami!
Kiem Coa Lengcu segera menghela napas panjang
Obat pemunah itu berada diatas rambutku! ujarnya lirih
dengan sebat Ong Kiam meloncat mendekat pedangnya
berkelebat membabat rambut orang itu
Tapi dengan cepat Sang Pat suah mendorong senjata sie
poanya untuk mengangkis datangnya babatan pedang tadi,
katanya dingin, Kalau Ong heng berani berbuat gegabah lagi jangan
salahkan aku dengan membawa obat pemunah tersebut
meninggalkan tempat ini. JILID 13 Ong Kiam menyadari apabila ia bukan tandingan dari Sang
Pat, kalau ia benar2 meninggalkan tempat itu sambil
membawa serta obat pembunuhnya, maka sekalipun ia berniat
untuk merebutpun percuma saja.
Karena itu terpaksa ia membungkam dan tidak berani
banyak bergerak lagi. Per-lahan-lahan Sang Pat menyingkap rambut Kiem Coa
Lengcu, dari sana ditemuinya sebuah kotak hitam yang kecil
tersembunyi diantara gulungan rambut, setelah kotak tadi
dibuka maka terdapatlah lima butir pil berwarnia merah tawar.
Ong Kiam sudah tak dapat menahan sabar lagi ia segera
angsurkan tangannya untuk minta beberapa butir pil tersebut,
serunya cemas. "Racun yang mengeram dalam tubuh kedua orang saudara
kami sudah mulai bekerja, mereka tak bisa lama2 bertahan,
harap Sang-heng suka membagikan dua butir pil buat saudara
kami!" "Kita jangan terlalu percaya terhadap ucapan mereka, buat
apa kau merasa cemas pada suatu saat?"
Sinar matanya dialihkan ke atas wajah KIem Coa Lengcu,
sambungnya. "Benarkah pil ini" kau tidak salah ambil?"
"Pasti benar tak bakal salah lagi"
"Baik silahkan kau menelan sebutir untuk dicoba lebih
dahulu! Dengan sedikitpun tak gentar Kiem Coa Lengcu membuka
mulutnya siap menanti. Dari dalam kotak Sang Pat mengambil keluar sebutir pil
merah itu, sesaat dilemparkan ke dalam mulut Kiem Coa
Lengcu mendadak niatnya berubah, kepada Tu Kioe bisiknya
"Carikan seorang manusia hidup!"
Air muka Kiem Coa Lengcu kontan berubah hebat, buruburu
dia melengos. Dari antara empat orang lelaki kekar, Tu Kioe memilih salah
seorang diantaranya yang terluka agak ringan dan diseretnya
kehadapan Sang Pat. Sambil memandang ke arah Kiem Coa Leng tju, Sang Pat
tertawa terbahak2. "Hahaha .... kau punya lima biji obat pemunah, sekalipun
kita buang sebutir rasanya masih cukup untuk kebutuhan kita
bukan?" Ia mengambil sebutir pil berwarna merah itu kemudian
dimasukkan ke dalam mulut lelaki berbaju hitam tadi.
"Aaai .... habislah sudah!" diam2 bisik Kiem Coa Lengtju
sambil menghela napas panjang.
Tampak lelaki yang terluka ringan itu menenangkan seluruh
badannya sesudah gemetar keras ia menghembuskan
napasnya yang terakhir. "Aaaah....! obat beracun!" teriak si Racun Lima Bunga Ong
Kiam sambil menggigit bibir
"Tidak salah obat beracun, kalau tadi kuikuti maksud Ongheng
maka yang mati saat ini bukan oran gini melainkan dua
orang dari antara empat saudara!"
Dengan wajah jengah Ong Kiam menundukkan kepadanya
rendah2. "Pengetahuan Sang-heng amat luas siauwte merasa tidak
mampu untuk melebihinya!"
Sang Pat tersenyum, sinar matanya per-lahan-lahan
dialihkan ke atas wajah Kiem Coa Leng tju ujarnya.
"Dengarkan nasehatku lebih baik lenyapkan niatmu untuk
bunuh diri, di dalam pandangku jangan harap ingin masukkan
sebiji pasir ke dalam kelopak mataku"
"Lepaskan sepatu kulit kaki kiriku!" akhirnya Kiem Leng tju
menyerah dan berbisik. Tu Kioe menggerakkan senjata Pit besinya membabat
robek sepatu kulit sebelah kiri dari Kiem Tjoa Leng tju, disana
ia menyentak keluar sebuah botol porselen.
Sang Pat pungut botol kumala tadi dan membuka
penutupnya isi botol hanya terdiri dari lima biji pil berwarna
hitam. "Obat ini tak bakal salah lagi bukan!" ujar Ong Kiam.
"Tak akan salah lagi!" Si sie poa emas mengeluarkan dua
biji pil berwarna hitam itu dan diberikan kepada Ong Kiam.
Siauw Ling yang selam aini bersembunyi di balik jendela
serta melihat jalannya peristiwa Bu lim dimana terlihatnya
oba2 berwatak licik diam2 menjulurkan lidahnya.
"Tidak kusangka dalam soal kecerdikan serta siasat licik,
aku Siauw Ling masih belum dapat menangkan mereka"
pikirnya dihati. Setelah menerima kedua butir pil tadi si Racun Lima Bunga
berdiri termangu2 ia masih ragu2 atas kebenaran obat tadi.
Setelah termenung beberapa waktu akhirnya ia berkata
"Sang-heng! kalau kedua butir pil ini adalah obat racun!
bukankah kita akan menanggung sesal sepanjang masa?"
"Hmm! kalau kau curiga lebih baik tak usah diberikan
kepada saudara2mu!" dengus Si Pit besi berwajah dingin
ketus. Ong Kiam mendongak tertawa terbahak2.
Cayhe bukannya menaruh curiga terhadap kalian Tiong Cho
Siang ku...." Sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke atas wajah Kiem
Coa Lengcu lalu sambungnya
"Yang kami takutkan justru ia menggunakan siasat licik!"
"Aku Sang Loo-toa sudah setengah umur melakukan
perjalanan didunia persilatan selamanya pandanganku tidak
pernah meleset kalau kalian percaya terhadap diri aku Sang
Loo-toa berikanlah obat itu kepada saudara2 kalian kalau tidak
percaya ya apa boleh buat"
"Tiong Cho Siang Ku tersohor diseluruh kolong langit" tibatiba
si segulung angin Thio Ping berseru "Jiete cepat berikan
obat pemunah itu kepadaku!"
Kembali Ong Kiam ragu2 sejenak akhirnya ia mendekati
Thio Ping dan memberikan obat itu kepadanya,
Thio Ping menerima sebutir tanpa memandang lagi ia telan
obat tadi tidak ragu2 Toako saja tidak takut mati apakah aku harus takut"
sambung Tjau Kuang, Jie=ko cepat berikan sisanya yang
sebutir untuk siauwte"
Baik kami Kanglam Su Kongtju sehidup semati kalau Toako
dan sute menemui sesuatu aku serta Loo Sam pun tidak ingin
hidup lebih lanjut" Ia segera mengangsurkan pil tadi kepada saudaranya,
melihat hal itu diam2 Siauw Ling merasa kagum
"Walaupun Kanglam Su Kongtju jarang melakukan
perbuatan baik tapi terhadap kesetiaan mereka betul2 hebat
dan patut ditiru" pikirnya. Setelah Sang Pat melihat Thio Ping
maupun Tjau Kuang telah menelan pil pemunah, dari dalam
botol ia mengambil kembali sebutir dan diberikan kepada Kiem
Tjoa Leng tju kemudian menotok jalan darahnya.
"Merepotkan saudara harus beristirahat beberapa hari,
kami akan gunakan kau sebagai modal untuk membuka
perdagangan dengan partai Sin Hong Pay"
"Aaai....! maksudmu akan sia2 belaka" seru Kiem Coa Lengcu
sambil menghela napas pangjang. "Pay-cu kami tak akan
merasa kuatir akan keselamatan cayhe"
"Walaupun beberapa kali cayhe bentrok dengan partai
kalian, selama ini belum pernah barang satu kalipun
mengadakan pembicaraan dengan pay-cu kalian, ia bisa
mendirikan suatu perkumpulan yang berdiri sendiri dalam Bu
lim sudah boleh dikata merupakan suatu perbuatan luar biasa,
sudah tentu ia tak akan memandang terlalu tinggi akan
kematianmu" "Setelah kau tahu akan hal ini, apa gunanya menahan
diriku?" "Yang diutamakan oleh orang2 pedagang macam kami
adalah modal dan barang" ujar Sang Pat sambi tertawa.
"Walaupun Sin Hong Pay-cu tidak terlalu mementingkan
kematianmu tapi iapun tak bisa membuang anggotanya begitu
saja, asal nilai yang kuminta tidak terlalu besar, aku duga Sin
Hong Pay-cu kalian tak akan menampik tawaran tersebut".
Sinar matanya dialihkan ke arah Tu Kioe, lalu tambahnya,
"Seret Lengtju serta kedua setan pembuka jalan dan
menyembunyian disuatu tempat!"
Tu Kioe mengiakan ia membopong Kiem Tjoa Lengtju dan
menyeret kedua setan pembuka jalan itu buru-buru berlalu.
Sinar mata Ong Kiam berputar setealh dilihatnya Thio Ping
maupun Tjau Kuang rada bagaikan rasa kuatir yang menindih
dalam dada pun jauh berkurang, sinar matanya segera
menyapu beberapa orang lelaki berbaju hitam yang
menggeletak diatas tanah tanyanya
"Bagaimana dengan orang2 ini!"
"Kalau lukanya terlalu parah totok saja jalan darah
kematiannya kalau lukanya ringan punahkan ilmu silat yang
mereka miliki dan lepaskan mereka dari sini!
"Soal ini biarlah cayhe lakukan sendiri, Sang heng tak perlu
repot2!" Setelah membimbing bangun keempat orang lelaki berbaju
hitam itu, iapun berlalu.
Beberapa waktu lewat dalam keadaan sunyi setelah
mengatur napas beberapa saat lamanya baik Si Segulung
angin Thio Ping maupun Rembulan Ditengah Telaga Tjau
Kuang telah pulih kembali kesehatannya, mereka bersama2
bangun berdiri dan menjura kepada Sang Pat
ujarnya, "Terima kasih atas bantuan saudara, siauwte
merasa amat berhutung budi!" Mendengar ucapan itu Sang
Pat mendongak tertawa terbahak.
"Thio-heng tak usah berterima kasih kepadaku, siauwte
selamanya tidak suka melakukan perdagangan yang rugi!"
"Kami empat saudara tentu akan membayar kembali modal
yang telah Sang-heng keluarkan!" buru-buru Thio Ping
menyahut diiringi suatu senyum.
Sinar matanya dialihkan ke arah Kiem Lan, lalu
sambungnya "Sebenarnya budak ini ada kesempatan untuk melarikan
diri, tapi ia tidak mau berlalu juga, aku duga ia tentu punya
rencana tertentu. Samte tangkap budak itu!
Lie Poo menyahut dan berjalan mendekati Kiem Lan,
setelah mengetahui ilmu meringankan tubuh gadis ini amat
lihay ia tidak berani memandang enteng lagi pedang segera
diloloskan dan berseru. "Kau hendak turun tangan mengadakan perlawanan atau
menyerah saja" ....?"
"Eeei .... kau bicara dengan siapa?" tegur Kiem Lan sambil
tersenyum "Dengan kau?" "Nyalimu sungguh tidak kecil!"
Lie Poo menggerakkan pedangnya menusuk kedepan,
ujarnya dingin "Budak busuk sungguh tajam mulutmu, siapa yang suka
bergurau dengan dirimu?"
Dengan gesit Kiem Lan berkelit kesamping, telapak dibalik
menabok pergelangan kanan Lie Poo.
Dengan gusar Lie Poo membentak
"Budak setan! kalau kau tidak mencabut lagi senjatamu
kalau mati jangan salahkan aku!"
Walaupun ia berteriak2 permainan pedangnya makin lama
semakin cepat, seketika itu juga Kiem Lan kena dibungkus di
dalam selapis cahaya pedangnya.
Kepandaian silat yang dimiliki Kiem Lan walaupun ia
mendapat petunjuk pula beberapa jurus dari Siauw Ling tapi
serangan itu belum begitu hapal sehingga susah untuk
menggunakan. Ditambah pula Lie Poo mencekal pedang dan Kiem Lan
bertangan kosong, ia semakin keteter, belum lewat tiga, lima
gebrakan gadis ini sudah terdesak hebat dan berada dalam
keadaan kritis. Melihat budaknya menjumpai bahaya, Siauw Ling salurkan
tenaga murninya kejari2 tangan, sekali ayun sebiji kacang ijo
meluncur keluar bagaikan bidikan peluru.
Waktu itu Lie Poo sedang melancarkan serangan sehebat2nya,


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendadak lengan kanan menjadi kaku dan
permainan pedangnya seketika jadi lambat.
Kiem Lan sudah menduga dari semula, asal posisiinya
keteter maka Siauw Ling pasti akan turun tangan membantu,
oleh karena itu walaupun berada dalam keadaan bahaya ia tak
menjadi bingung, dengan tenang dilayaninya pihak lawan
sembari menunggu saat2 serangan balasan.
Ketika dilihatnya permainan pedang Lie Poo agak
merandak, mengambil kesempatan sangat baik Kiem Lan
lancarkan serangan balasan.
Tangan kiri dengan jurus "So Hwee Ngo Sian" atau Sapuan
Tapak Lima Busur mendesak mundur telapak kiri Lie Poo,
sedang tangan kanan dengan jurus "Mu Ku Djan Tjong" atau
Teguran Pedas Manusia tersadar mengikuti gerakan tangan
kirimya menghajar pergelangan kanan Lie Poo.
Setelah kacang ijo dari Siauw Ling kali ini telah
menggunakan kekuatan yang besar bahkan yang dihantampun
jalan darah penting. Ong Kiam tak sanggup menahan diri lagi
pedangnya terlepas dari tangan dan dia tersentak maju,
Kiem Lan tidak mau menyia2kan kesempatan ini lagi.
Kepalanya dengan cepat dihantam kedepan tepat bersarang
diatas pipi kanan Ong Kiam membuat pipi itu bengkak dan
mengucurkan darah. Thio Ping mengepos napas meloncat kedepan menahan
badan Ong Kiam jangan sampai roboh sembari membalik
badan ia menangkis serangan Kiem Lan dengan sebuah
tendangan Sang Pat mendehem berulang kali serunya secara tiba-tiba
"Jago lihay mana yang bersembunyi ditempat kegelapan,
disini siauwte mengunjuk hormat terlebih dulu"
Sembari berkata ia benar2 menjura ke arah dalam ruangan
Lambat2 Kiem Lan mengundurkan diri kedepan jendela,
katanya dingin "Kalian tak perlu curiga lagi, dirumah gubuk ini hanya ada
aku seorang diri" "Aku Sang Loo toa sudah ada setengah umur berkelana
dalam dunia kangouw selamanya kelopak mataku belum
pernah dimasuki pasir bukannya aku memandang rendah diri
nona kalau tidak ada orang yang membantu dirimu dari
tempat kegelapan jangan dikata kau berhasil menangkan dua
kali pertandingan secara berturut2 sekalipun pertandingan
pertempuran kau tak bakal bisa menangkan,
"Oooouw .... jadi kau tidak percaya" bagaimana kalau kita
coba" .... " tantang Kiem Lan sedikitpun tidak jeri.
"Sekalipun aku ingin turun tanganpun tak akan berkelahi
melawan nona!" Sembari menjawab si sie poa emas ini
melangkah kedepan, Berhenti! teriak Kiem Lam sambil mengepos napas,
kepalanya langsung dihantam kedepan.
Sang Pat gerakan tangan kiri mengunci datangnya
serangan dari Kiem Lan lalu ujarnya tenang
Seorang lelaki sejati tak suka berkelahi melawan kaum
gadis, aku Sang Pat tak akan sudi berkelahi dengan kaum
gadis apalagi kau?" Sepasang kepalan Kiem Lan bergerak berulang kali, dalam
sekejap mata ia sudah melancarkan empat,lima belas jurus
serangan tapi satu persatu berhasil digagalkan Sang Pat tanpa
membalas. "Bocah perempuan ini sunggu tidak tahu diri" tiba-tiba dari
belakang tubuhnya berkumandang datang suara Tu Kioe, "Lo
toa kasih saja sedikit pelajaran agar ia benar2 takluk
Sang Pat gerakan tangan kanan kembali menangkis dua
buah serangan Kiem Lan, sembari menangkis tanyanya.
"Kiem Tjoa Lengtju serta kedua setan pembuka jalan telah
kau sembunyikan baik2"
"Sangat aman!" "Bagus sekali!"
Mendadak serangannya diperketat, ia melancarkan
serangan balasan memaksa Kiem Lan tersedak mundur ke
belakang berulang kali. Walaupun Kiem Lan berada dalam keadaan bahaya, gadis
ini sama sekali tidak jeri dengan penuh semangat ia
melancarkan serangan balasan.
Melihat keberanian sang gadis Sang Pat tertawa terbahak2
"Budak cilik kau benar2 keras kepala" serunya.
Tangan kiri diam2 disaluri tenaga Iwekang mengangkis
serangan Kiem Lan kesamping mendadak tangannya dengan
jurus Puh Hong Cu Im atau Menubruk Angin Menangkap
Bayangan mencengkeram urat nadi pergelangan kanan Kiem
Lan. Walaupun gadis ini tahu bahaya karena menurut pikirannya
Siauw Ling bisa membantu maka ia tenang saja, siapa sangka
pemuda she Siauw itu tidak turun tangan membantu.
Begitu urat nadi pergelangan kanannya kena dicengkeram,
separuh badannya jadi kaku dan susah untuk melawan lagi.
Sang Pat segera tersenyum.
"Jago lihay mana yang masih bersembunyi di dalam
ruangan" kalau tidak suka keluar lagi jangan salahkan aku
orang she Sang akan menganiaya gadis ini!" serunya.
Sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, mendadak
Siauw Ling melayang keluar dari tempat persembunyiannya
sambil berseru "Lepaskan dia!"
Begitu melihat siapa yang muncul dengan kaget Sang Pat
lepas tangan dan buru-buru menjura.
"Menemui Toako!"
Si Pit besi berwajah dingin Tu Kioe pun buru-buru menjura,
sikapnya sangat menghormat.
Thio Ping pun alihkan sinar matanya, ia melihat orang itu
hanya seorang pemuda berusia tujuh, delapan belas tahun,
tapi melihat sikap yang begitu hormat dari Tiong Cho Siang Ku
terhadap dirinya ia jadi keheranan.
Cayhe tidak tahu Toako ada disini sehingga banyak
melakukan kekasaran harap Toako suka memaafkan"
terdengar Sang Pat berkata kembali.
"Saudara berdua tak usah banyak adat
"Tu-heng! karena tidak dapat menahan rasa ingin tahunya
Thio Ping segera berbisik. "Siapakah orang ini?"
"__________Dia adalah Ling Tauw Toako kami!"
"Ia tentu seorang jago lihay yang punya nama tersohor
dalam dunia persilatan?"
Sebelum Tu Kioe menjawab, Siauw Ling sudah mendahului
memperkenalkan diri, "Siauw te Siauw Ling!"
"Ooouw.... sudah lama kukagumi nama besar tuan,
beruntung ini hari kita bisa berjumpa maka buru-buru Thio
Ping menjura memberi hormat.
Siauw Ling tahu orang ini kembali salah menyangka dirinya
sebagai Siauw Ling yang lain iapun tahu bicara terus
terangpun tak berguna karenanya ia hanya tersenyum.
"Cayhe pun sudah lama mengagumi nama besar Kanglam
Su Kongcu!" "Mana .... mana ....!"
Sinar mata Sang Pat per-lahan-lahan dialihkan ke atas
Kanglam Su Kongcu, katanya tiba-tiba, "kami bersaudara
sudah lama tidak berjumpa, banyak persoalan penting yang
harus kami bicarakan, kalau kalian berempat tak ada urusan
lagi, silahkan!" "Pertolongan yang kalian berikan ini hari, pada suatu hari
kami empat bersaudara akan membalasnya, selamat tinggal!"
Setelah putar badan mereka dengan cepat berlalu dari
sana. "Kalian berempat silahkan berangkat sendiri maaf cayhe tak
bisa menghantar terlalu jauh!" seru Sang Pat sambiil
memperhatikan mereka berempat berlalu.
Sepeninggalnya Kanglam Su Kongcu, Tu Kioe memandang
wajah Siauw Ling tajam2 serta ujarnya "Kami sekalian telah
menjumpai suatu persoalan yang diluar dugaan, karena itu
tempo dulu tak bisa datang memenuhi janji, setelah persoalan
itu dua kali kami menempuh bahaya menyelusup masuk ke
dalam perkampungan Pek Hoa San-tjung tapi kesemuanya
kena didesak mundur oleh serangan2 gencar para jago
mereka .... tidak disangka kita bisa berjumpa disini dengan
Toako!" Siauw Ling menghela napas panjang. "Aaaii .... saat ini
akupun sedang menemui sesuatu kejadian yang menyulitkan!
setelah berjumpa dengan kalian berdua mungkin bisa bantu
aku memberikan keputusan!"
"Urusan apa yang membuat Toako bersedih hati?" tanya
Sang Pat tercengang. "Silahkan kalian berdua duduk2 di dalam kamar!"
"Menurut perintah!" dengan langkah lebar Tiong Cho Siang
Ku melangkah masuk ke dalam ruangan.
Kiem Lan pun segera menghidangkan air teh ujarnya
sambil tertawa. "Silahkan minum teh!"
"Maaf! tadi kami telah melukai nona"
"Aakh! tidak mengapa, kalian berdua tentu lapar sekali
bukan, biarlah aku masakkan mie untuk kalian berdua!"
Wajah gadis ini cantik, potongan badanpun sangat menarik
hal ini membuat Tiong Cho Siang Ku untuk sesaat tidak
mengetahui apakah hubungannya dengan Siauw Ling.
"Aaakh.... mana berani kami merepotkan nona!" serunya
hampir berbareng. Kiem Lan tertawa manis, ia segera putar badan berlalu.
Sepeninggalnya gadis itu Tu Kioe mendehem dan berkata,
"Siauw-te ada sepatah dua patah kata entah pantaskah
kuutarakan?" "Silahkan!" "Siapa nona ini" dan apa hubungannya dengan Toako?"
"Seharusnya dia adalah pelayanku, tapi sekarang aku telah
memandangnya sebagai sahabatku...."
Bagaimanakah kisah yang sebenarnya iapun menceritakan
kepada kedua orang saudara angkatnya.
Sehabis mendengar kisah tersebut Sang Pat mengerutkan
dahinya. "Saat ini persoalan yang paling penting dan harus cepat
diselesaikan adalah bagaimana menolong kedua orang
tuamu...." ujarnya. "Watak Djen Bok Hong kaku, keras kepada dan mau
menang sendiri!" tukasi Siauw Ling ditengah pembicaraan.
"Setelah kedua orang tuaku disekap, penjagaan disekitar sana
pasti amat ketat. secara bagaimana kita dapat turun tangan
memberi pertolongan?" sang Pat termenung sebentar
kemudian katanya. "Pada saat ini lebih baik Toako berusaha untuk
menyembunyikan jejakmu, agar Djen Bok Hong tak tahu saat
ini kau berada!" "Batas waktu tiga bulan sekejap saja akan berllau, dengan
watak Djen Bok Hong yang keji dan telengas apa yang kita
ucapkan mungkin ia lakukan sampat saatnya bukankah nyawa
kedua orang tuaku...."
"Menurut pendapat siauwte!" kata Sang Pat menukas,
"Sekalipun batas waktunya sudah habis belum tentu Djen Bok
Hong bisa benar2 mencabut nyawa kedua orang tua, tapi
sedikit siksaan serta aniaya tak akan terhindar!"
"Aai.... kwsu Orang tuaku tidak pernah belajar ilmu silat,
mereka mana mungkin tahan terhadap siksaan2 yang
ditimpakan kepada mereka?"
"Tidak salah, satu2nya jalan yang baik adalah sebelum
batas waktunya selesai kita harus menolong kedua orang tua
itu lolos dari perkampungan Pek Hoa San tjung"
"Untuk menantang Sen Bok Hong secara terang2an tidak
mungkin terjadi satu2nya cara adalah menolong orang secara
diam2 tapi penjagaan yang diatur dalam perkampungan Pek
Hoa San tjung sangat ketat, sekalipun burung pun susah
terbang lewat apalagi kita, aku takut perbuatan kita susah
menemui kesukaran" "Toako tak kusah murung ataupun kesal beruntung batas
waktu masih panjang, biarlah siauwte perlahan-lahan
memikirkan suatu siasat yang bagus untuk kita laksanakan."
Bicara sampai disitu mendadak terdengar suara
gonggongan anjing berkumandang datang dari depan pagar
rumah Sang Pat dengan sebat meloncat bangun.
"Ada orang datang Toako! kau jangan sembarangan
munculkan diri, silahkan bersembunyi untuk sementara
waktu," Siauw Ling menurut, ia bangun dan melangkah ke dalam
ruangan. Sepeninggalnya pemuda itu, Sang Pat lantas berbisik
kepada diri Tu Kioe, "Perduli siapa saja yang datang, kita
berikan suatu kesan yang membingungkan kepada mereka"
"Baik! akan kupanggil kedua ekor anjing kita dan lepaskan
orang itu masuk" Ia segera mendongak bersuit rendah.
Sedikitpun tidak salah, mendengar suitan itu tidak lagi
kedengaran suara gonggongan anjing yang ramai.
Pada saat itulah Kiem Lan muncul kembali sambil
membawa dua mangkok Mie yang masih panas.
"Nona! terlalu merepotkan dirimu" seru Sang Pat sambil
tersenyum. "Kembali muncul seorang jago Bulim ketempat ini, nona
harap kau suka menyingkir sebentar!" seru Tu Kioe.
"Aku punya seorang enci Giok Lan yang sedang pergi
mengadakan janji dengan orang2 kay-pang. harap kalian
berdua jangan menaruh kesalah pahaman lagi dengan dirinya
ujar Kiem Lan memberi tahu
"Tentang soal ini nona boleh berlega hati"
Ditengah pembicaraan mendadak dengan timbulkan suara
keras pintu pagar dihajar orang hingga terpentang.
Dengan sebat Kiem Lan berkelebat menyembunyikan diri
dibalik ruangan Tu Kioe segera berpaling, dilihatnya seorang pengemis cilik
berbadan kurus kecil dengan pakaian butut bagaikan kilat
menerjang masuk ke dalam ruangan.
Sebagai seorang jago yang sering melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan, dalam sekali pandang saja si sie poa
emas Sang Pat dapat mengenali orang ini sebagai jago
andalan pihak Kay Pang Peng Im adanya.
Tampak Peng Im menerjang masuk ke dalam ruangan.
badannya bersandar didepan pintu dengan sepasang mata


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melotot bulat2 memendang wajah Tiong Cho Siang Ku tanpa
suara. Melihat keadaan orang itu Tu Kioe kerutkan dahinya
"Eeeei.... pengemis cilik, apa yang sedang kau lakukan disini?"
Sembari menegur tangan kanannya dengan cepat
mencengkeram kedepan. "Jangan pegang dirinya, ia menderita luka dalam yang
parah" teriak Sang Pat memberi peringatan
Dengan terkesiap Tu Kioe menarik tangan kanannya,
sedang Sang Pat berjalan menghampiri tangan kanannya
bergerak berulang kali menotok beberapa buah jalan darah
Peng Im bantu menenangkan pergolakan darah di dalam
rongga dadanya setelah itu ujarnya, "Cepat atur pernapasan
dan jangan bicara dahulu!"
Perlahan-lahan Peng Im memejamkan matanya.
"Siauw Ling...." sebelum kata2 selanjutnya diutarakan ia
sudah muntah darah, badannya sempoyongan roboh ke atas
tanah, "Bagaimana dengan Siauw Ling?" cepat-cepat Sang Pat
menahan badan Pengemis itu jangan sampai roboh ke atas
tanah. "Ah.... adalah Siauw Ling disini?"
Siauw Ling yang bersembunyi dibalik ruangan, sewaktu
mendengar ada orang menyebut namanya ia segera
melangkah keluar dari dalam ruangan sambungnya
"Siauwte disini, entah ada urusan apa Peng heng mencari
aku?" "Cepat pergi menolong nona Giok Lan" ucapan belum
selesai ia sudah jatuh tidak sadarkan diri.
"Kenapa dengan enci Giok Lanku" cepat katakan!" seru
Kiem Lan. terperanjat seraya meloncat keluar dari tempat
persembunyian. Melihat kepanikan gadis itu Sang Pat menghela napas
panjang, katanya, "Nona jangan memaksa dirinya lagi untuk
mengucapkan kata2 tersebut ia telah menggunakan seluruh
kekuatan yang masih tersisa dalam badan, luka yang
sebenarnya telah parah membuat hawa murni yang disimpan
untuk melindungi denyutan jantung jadi buyar"
Siauw Ling berpaling memandang sekejap wajah Peng Im,
kemudain ujarnya, "Kalian berdua harap suka turun tangan
menolong dirinya, aku mau pergi menolong Giok Lan"
"Aku juga ikut pergi" sambung Kiem Lan cepat.
"Toako harap tunggu sebentar, bagaimana kalau
mendengar ucapan siauw-te terlebih dahulu?" bisik Sang pat
tenang. "Kepandaian silat Peng-heng jauh lebih hebat beberapa kali
lipat dari kepandaian Giok Lan, iapun terluka sedemikian parah
bukankah keadaan Giok Lan makin bahaya" menolong orang
bagaikan api, bagaimana mungkin aku boleh ulur2 waktu lagi"
ada perkataan kita bicarakan setelah aku kembali"
Waktu itu ia sudah berada didepan pintu pagar siap
berangkat. "Toako, jagat luas tiada ujung pangkalnya, kau hendak
pergi kemana untuk mencari dirinya?"
Siauw Ling tertegun dan berhenti, pikirnya
Ucapan ini sedikitpun tidak salah, sipengemis ini sama
sekali tidak memberitahukan dimana aku harus menemui Giok
Lan, lalu aku harus pergi kemana untuk mencari?"
Terdengar Sang Pat berkata kembali
"Urusan sudah jadi begini, cemaspun tiada berguna, lebih
baik Toako tenangkan pikiran dan kita berunding kembali"
"Ayo kita cari ditempat luaran, aku rasa berbuat begitu jauh
lebih baik daripada menanti di dalam rumah saja" teriak Kiem
Lan gelisah "Jika Giok Lan telah berjumpa dengan seorang jago yang
memiliki kepandaian silat jauh lebih lihay darinya, pada saat
ini kalau bukan sudah dibunuh tentu sudah tertangkap, apa
gunanya kau merasa gelisah" kata Tu Kioe dengan suaranya
yang khas dingin kaku. "Kalau kepandaian orang itu tidak
tinggi dengan sendirinya ia bisa loloskan diri dan kembali. Hal
ini semakin tak perlu dirisaukan lagi!"
Walaupun beberapa patah kata ini diucapkan dengan nada
yang tidak enak didengar tapi kenyataannya memang benar.
"Satu2nya jalan yang dapat kita lakukan saat ini adalah
berusaha untuk menyadarkan kembali sipengemis cilik ini
kemudian menanyakan kejadian yang sebetulnya" sambung
Sang Pat. "Setelah itu kita rundingkan siasat untuk pergi
menolong Giok Lan, bagaimana menurut pendapat Toako?"
Sambil berjalan kembali ke dalam ruangan Siauw Ling
mengangguk sedih. "Sedikitpun tidak salah, saat ini kita hanya bisa berbuat
demikian saja" Sudah ada beberapa bulan Siauw Ling bergaul dengan
Kiem Lan maupun Giok Lan, tanpa ia sadari hubungan mereka
kian hari kian erat sehingga menimbulkan rasa sayang yang
mendalam. Sang Pat pun berpaling ke arah Kiem Lan sambil ujarnua
pula, "Nona! maukah kau menyingkir sebentar" kami akan
melepaskan pakaian yang ia kenakan untuk memeriksa
dimanakah luka itu berada" setelah dibubuhi obat kita coba
sadarkan dia cepat-cepat!"
Kiem Lan tidak mengucapkan sesuatu, ia segera putar
badan dan masuk ke dalam ruangan.
Tu Kioe pun cepat-cepat lepaskan pakaian Peng Im,
dilihatnya pada bagian dada pengemis ini tertera nayta sebuah
bekas telapak tangan berwarna merah tawar.
Sang Pat berjongkok melakukan pemeriksaan yang teliti,
kemudian ujarnya. "Aku lihat dia sudah terluka oleh semacam ilmu pukulan
Kiem Sah Tjiang, mirip pula kena dihantam ilmu pukulan Tjoe
Jap Tjiang. Aaai....! luka ini tepat diatas daerah bahaya, aku
takut ia tiada harapan untuk hidup lebih lanjut!"
Tu Kioe pun ikut menghela napas panjang.
"Pengemis cilik ini mempunyai nama harum di dalam dunia
persilatan sebagai seorang jago budiman, sepuluh tahun
sudah terjunkan diri ke dalam dunia persilatan tapi ia terhitung
seorang berbakat yang diandalkan oleh pihak Kay Pang, tidak
disangka dengan usia sekecil itu harus menemui bencana yang
berbahaya." "Kalau pukulannya hanya terkena ilmu Kiem Sah Tjiang
saja, aku bisa menyembuhkannya" kata Siauw Ling dengan
alis melentik. "Tapi kalau ia terluka oleh ilmu pukuln Tjoe Jap
Tjiang.... hal ini susah dikatakan lagi!"
Walaupun pengalaman pemuda ini di dalam dunia
persilatan tidak terlalu banyak, tapi apa yang didengar sangat
luas, ditambah pula Tjung San Pek merupakan seorang jago
cerdik yang mengerti akan ilmu silat berbagai partai serta
perguruan, dari gurunya inilah Siauw Ling mendapat banyak
pelajaran secara bagaimana menolong serta menyembuhkan
luka2 terkena ilmu pukulan sesat maupun ilmu kalangan lurus.
"Kepandaian silat pengemis cilik ini sangat lihay" kata Sang
Pat. "terutama sekali di dalam hal ilmu meringankan tubuh,
kecepatannya bagaikan segulung angin taupan, karena itulah
gelarnya adalah si angin puyuh, nama besar Kanglam Su
Kongtju tapi wataknya jauh berbeda, jikalau Toako bisa
menolong dirinya silahkan cepat turun tangan, agar semuanya
dapat cepat diselesaikan!"
"Barang siapa terkena pukulan ilmu Tjoe Jap Tjiang yang
khusus melukai isi perut, sekalipun diluar ada bekas luka
barangkali isi hatinya sudah hancur remuk, aku tak sanggup
untuk menolongnya lagi. tapi kalau ia terluka oleh Kiem Sah
Tjiang aku masih punya pegangan untuk
menyembuhkannya...."
Sembari berkata ia berjongkok, sepasang telapak perlahanlahan
ditekan diatas bekas luka Peng Im.
Beberapa saat kemudian Siauw Ling menarik kembali
telapaknya, termasuk bengkak yang ada didada Peng Im saat
ini banyak berkurang. Melihat hal tersebut Tu Kioe segera berseru
"Agaknya Toako bisa menolong dirinya, coba lihat merah
bengkak didadanya banyak berkurang!"
Eeeei.... ucapan Tu Kioe ini hari sangat aneh diam2 pikir
Siauw Ling setelah mendengar ucapan tersebut, "Selamanya ia
bersikap dingin belum pernah menguatirkan keselamatan
orang, mengapa sikapnya ini hari sejauh berbeda?"
"Aku lihat agaknya ia bukan terluka oleh pukulan ilmu Tjoa
Jap Tjiang!" kata Sang Pat
"Ehmm.... dia kena dihantam Kiem San Tjiang!"
Kembali pemuda she Siauw ini menggosok tangannya satu
sama lain lalu ditekankan ke atas luka Peng Im.
Kali ini tekanan itu dilakukan hampir setengah jam
lamanya, menanti pemuda itu tarik kembali tangan kanannya
disekitar luka Peng Im hanya tersisa sebuah bekas luka yang
berwarna merah. Sedangkan Peng Im sendiri pulas begitu nyenyak,
sedikitpun tidak kelihatan terjaga.
"Eeeei.... kenapa tidak melihat ia tersedar?" tanya Sang Pat
setelah mendehem. "Dengan menggunakan tenaga Yang aku telah melumerkan
darah dibadannya yang membeku, sekarang aku harus
melancarkan pula peredaran darah di dalam tubuhnya!"
Ooouw.... kiranya begitu tentang soal ini tak usah Toako
repot2 turun tangan sendiri, biarlah aku yang lakukan!"
Ia bimbing bangun tubuh Peng Im dan melekatkan telapak
kanannya diatas jalan darah Ming Bun Hiat pada
punggungnya. "Walaupun aku telah melumerkan kembali darah
dibadannya yang membeku. tapi luka yang ia derita di dalam
badan masih tidak ringan" ujar Siauw Ling lebih jauh. "Untuk
membantu peredaran darahnya hingga lancar kita tak boleh
bersikap terlalu cemas!"
"Terima kasih atas petunjuk Toako!"
Diam2 hawa murninya disalurkan keujung telapak
kemudian menyerang masuk ke dalam badan pengemis itu
melalui jalan darah Ming Bun Hiatnya.
Kurang lebih beberapa saat kemudian Peng Im baru
membuka sepasang matanya lambat2.
"Kalau isi perutmu tidak terluka terlalu parah, cepat atur
hawa murnimu mengelilingi seluruh badan, lebih baik gunakan
hawa murnimu dengan hawa murni yang menyerang ke dalam
badanmu" "Soal ini kau tak usah kuatirkan lagi, cepat tolong nona
Giok Lan" seru Peng Im lirih.
"Sekarang ia berada dimana?"
"Kurang lebih lima lie disebelah Barat daya ada sebuah kuil
kaum toosu, mereka berada di dalam kuil itu"
Kiem Lan yang ada dibalik ruangan segera ikut berseru,
"Enci Giok Lan selamat bukan?"
"Ia kena ditawan sedang aku terluka dihantam.... kalau
mau menolong cepat tolonglah!"
"Pada waktu itu kalian hanya berdua saja" tanya Sang Pat
tiba-tiba "Hanya kami berdua, semula kami berhasil mengajak pula
Be Boen Hwie itu si Tjong Piauw Pa-tju dari Ih, Puw, Siang
dan Kan empat keresidean besar, tapi ia tidak datang tepat
waktunya...." - - - - - - - 30 "Baiklah!" tukas Sang Pat cepat. "Sekarang kau boleh
pejamkan mata sambil atur pernapasan, jangan terlalu
banyakbicara lagi. baik2lah beristirahat, asalkan kau dapat
menyalurkan hawa murnimu menyusupi urat2 nadi, tidak
susah untuk pulih kembali seperti sedia kala!"
Peng Im tidak bicara lagi, ia menurut dan pejamkanmata
mengatur pernapasan. "Biarlah aku pergi periksai" seru Siauw Ling kemudian
sambil bangkit berdiri. "Bagiamana kalau siauwte mengiringi Toako?" sambung
Sang Pat. Sebelum Siauw Ling menjawab mendadak Kiem Lan
munculkan diri dari balik ruangan seraya berseru.
"Akupun ikut pergi!"
Melihat sikap sang gadis Sang Pat kerutkan dahinya, diam2
ia berpikir "Bocah perempuan mana boleh sembarangan pergi kesana
kemari...." Belum habis ia berpikir Siauw Ling sudah menukas ucapan
gadis itu. Disana mungkin sekali kami akan menjumpai suatu
pertarungan sengit, tempat ini tidak cukup orang, lebih baik
kau tetap tinggal di sini bersama Tu Kioe!"
Walaupun dihati Kiem Lan tidak rela, tapi iapun tidak berani
banyak bertingkah dihadapan Siauw Ling, terpaksa dengan
hati tidak puas ia membungkam dalam seribu bahasa.
"Kapan kita berangkat?" tanya Sang Pat segera bangun
berdiri "Sekarang juga!"
"Baik, siauwte akan bukakan jalan!" ia segera berlari
kedepan terlebih dahulu. Sebelum berangkat Siauw Ling berbisik lebih dahulu kepada
Kiem Lan. "Perduli apa yang terjadi, kau harus baik2 mendengar
petunjuk dari saudara Tu!"
Tidak menunggu jawaban lagi dalam beberapa kali loncatan
ia mengejar kesisi Sang Pat.
/sesuai dengan arah yang dimaksudkan Peng Im, setelah
berjalan beberapa li muncullah sebuah kuil ditempat kejauhan,
Kuil ini tidak begitu besar, sekalipandang sudah tertera
keseluruhannya. kecuali sebuah halaman kecil hanya terdepat
sebuah ruang besar serta beberapa deret ruang keci.
Ketika itu pintu besar tertutup rapat2, sedikitpun tidak
terdengar suara yang berisik.
Lambat2 Sang Pat berjalan mendekati pintu dan mengtuk
beberapa kali diatas pintu yang tertutup rapat tadi.
Kurang lebih seperminum teh kemudian pintu kuil yang
tertutup rapat mendadak terbentang dan muncullah seorang
toosu cilik berusia tiga, empat belas tahunan.
Sepasang mata si sie poa emas Sang Pat sungguh tajam
sekali, setelah memperhatikan sekejap seluruh tubuh toosu itu


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ujarnya sambil tertawa. "Bukankah baru untuk pertama kali ini kau mengenakan
jubat toosu?" "Bagaimana kau bisa ta...." mendadak sitoosu cilik itu
membungkam. Kembali Sang Pat tersenyum
"Tolong sampaikan kedalam, katakan saja Siauw...."
"Tiong Cho Siang Ku datang berkunjung!" tukas Siauw Ling
cepat-cepat. Dengan termangu2 sitoosu cilik itu memperhatikan sang
pemuda serta Sang Pat secara bergantian, jelas ia dibikin
kebingungan sehingga tidak tahu apa yang harus diucapkan.
"Baik...." seru Sang Pat sembari mendehem
"Kalau kau tak suka laporkan hal ini ke dalam kami
akanmemasuki sendiri kuil tersebut"
Tunggu sebentar!" mendadak toosu cilik itu meloncat
masuk dan menutup kembali pintu kuil itu rapat2,
Mari kita loncat ke atas atap dan awasi gerak gerik toosu
cilik itu...." bisik Sang Pat sepeninggal toosu itu.
Siauw Ling menyetujui, ia mengangguk dan sekali enjot
badannya sudah melayang naik ke atas genting!
Ketika ia mendongab, dilihatnya toosu tadi laksana kilat
sedang berlari masuk keruang tengah,
Siauw Ling pun meloncat turun kebawah dan membuntuti
toosu tadi kencang2. Sang Pat membuntuti dari belakang Siauw Ling dengan
mulut membungkam. Setibanya didepan ruang tengah, toosu cilik tadi langsung
berlari masuk kedalam. "Toako berhenti!" bisik Sang Pat cepat.
Kaki kiri Siauw Ling sudah melangkah kepintu, mendengar
bisikan itu ia berhenti dan berpaling.
"Kenapa?" tanyanya keheranan
"Walaupun kita tak usah takuti mereka gunakan siasat licik,
tapi tindak tanduk kita harus ber-hati2!"
Ketika itulah dari dalam ruangan tengah berkumandang
keluar suara teguran seseorang dengan nada dingin
"Siapa?" "Kiem Sie-poa, Sang Pat!"
"Silahkan masuk kedalam!" sambung suara yang dingin
kaku itu lebih jauh. Diam2 Sang Pat salurkan hawa murninya mengelilingi
badan lalu bisiknya lirih
"Toako hati2!" Dengnan penuh kewaspadaan ia melangkah masuk terlebih
dahulu ke dalam ruangan tersebut.
Sebuah arca besar berwajah menyeramkan berada didepan
meja sembahyangan, sedang toosu cilik tadi lenyap tak
berbekas. Per-lahan-lahan Sang Pat mendongak dan memandang
sekejap arca tersebut, sebelum buka suara mendadak dari
balik arca berkumandang keluar suara seseorang yang dingin
dan hambat menegur. "Setelah berjumpa denganku, mengapa kalian tidak
berlutut menghunjuk hormat?"
Arca itu tinggi besar wajahnya seram, dalam sekali
pandang siapapun dapat melihat bila benda ini terbuat dari
baja yang kuat, hanya saja entah secara bagaimana bisa
bersuara. Sang Pat mendehem. "Tentu saudaralah Paycu dari Sin Hong Pang?" tanyanya.
"Sedikitpun tidak salah"
"Lima tahun berselang cayhe pernah berjumpa sekali
dengan dirimu tidak disangka lima tahun kemudian kembali
kita berjumpa dalam kuil yang terpencilini tidak disangka
hidup manusia dimanapun selalu berjumpa!"
"Cayhe paling tidak suka denganmanusia yang banyak
bicara!" kembali orang itu menegur dingin.
Sang Pat melirik sekejap ke arah Siauw Ling diam2
denganmenggunakan ilmu menyampaikan suara bisiknya
"Toako, hati2, agaknya disekitar ruangan ini sudah diatur
jebakan2 lihay!" Sepasang mata Siauw Ling berputar, setelah
memperhatikan sejenak suasana disekeliling tempat itu
ujarnya pula "Tanya kepadanya apakah ia telah menawan Giok Lan?"
Sang Pat mengangguk, sinar matanya segera dialihkan
kembali ke arah patung berwajah seram itu, katanya
"Pay cu agaknya tidak suka bergaul dengan manusia2 luar,
sehingga tidak sayang2nya membuat patung seseram ini
untuk digunakan dalam menjumpai jago-jago Bu-lim, telah
lama cayhe dengar...."
"Eeei.... apakah kau tidak merasa terlalu banyak bicara?"
tukas si patung berwajah seram itu dingin.
Dengan seksama Sang Pat mendengarkan suaranya, tapi ia
tak berhasil mengetahui lelaki atau perempuankah suara
orang itu. "Patung sebesar dan setinggi ini entah terbuat dari bahan
apa?" pikirnya dalam hati "Tapi jelas ada sebuha pintu rahasia
yang menghubungakan tempat luar dengan perut patung tadi
orang itu pasti duduk di dalam patung sambil menyalurkan
suaranya muncul dari mulut patung.... tapi apa maksudnya ia
berbuat demikian...."
Sembari berpikir ujarnya kembali lantang
"Kedatangankami ini hari, terus terang saja ada suatu
persoalan hendak dirundingkan dengan dirimu!"
"Urusan apa?" "Dua orang kawan kami tadi lewat disini, yang lelaki kena
pay-cu pukul hingga terluka sedang yang perempuan kalian
tawan...." "Sejak munculkan diri aku belum pernah bergebrak
melawan siapapun!" tukasi Sin Hong Pay-cu cepat.
"Sekalipun bukan pay-cu yang melakukan, hal ini pasti hasil
perbuatan anah buahmu...."
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya, "Kami sebagai kau
pendatang selamanya paling suka bicarakan masalah dengan
adil asalkan Pay tju suka melepaskan kawan cayhe itu maka
cayhepun pasti tak akan merugikan Pay-tju, kami rela kawan
kami ditukar dengan selembar jiwa Kiem Tjoa Leng-tju entah
bagaimana menurut pendapat Pay-tju?"
Kurang lebih seperminum teh kemudian baru tersengar
suara Sin Hong Paytju berkumandang kembali.
"Kiem Tjoa Leng tju?"
"Sedikitpun tidak salah, dia adalah salah seorang Lengtju
dari antara ketiga orang leng tju lainnya, kini ia berhasil cayhe
tawan!" "Sekarang ia berada dimana?"
Mendengar pertanyaan tersebut Sang Pat mendongak
tertawa terbahak2 "Hahaha.... siauwte telah menyembunyikan dirinya disuatu
tempat yang sangat terahasia tempat itu tidak bernama,
sehingga susah bagiku untuk memberitahukannya kepadamu!"
"Baik bawa kemari dahulu orang itu!"
"Cayhe harus menerima dahulu apakah orang yang kena
PAy-tju tawan adalah kawanku atau bukan, setelah itu
keputusan baru bisa diambil!"
"Kalau bukan?" "Kalau bukan, sudah tentu harga yang cayhe buka tak akan
semurah apa yang baru saja aku katakan!"
"Kalian berjumpa dua orang itu kawanmu maka ada
baiknya kau serta kawanmu tetap tinggal disini saja!"
"Mana, mana, .... cayhe akan periksa dulu baru berbicara
lagi!" "Baik, akan kutunjukkan kepadamu" seru Sin Hong Pay tju.
Badan Sang Pat dengan cepat berkelebat dan langsung
berputar ke belakang patung arca dimana Sin Hong Pay tju
bersembunyi itu! "Berhenti" terdengar suara bentakan gusar muncul dari
dalam patung arca tersebut "Sebelum mendapat ijin dariku
untuk maju, lebih baik kalian berhenti tak berkutik"
"Baik cayhe percaya atas ucapanmu."
Sembari berkata ia mundur kembali ke belakang
Sin Hong Pay-cu tertawa dingin dengan cara yang seram
"Hee.... hee.... sepasang mataku tajam bagaikan kilat,
jangan harap kau bisa main tangkap ikan diair keruh, kalau
berani berbuat kurang ajar akan kucabut jiwamu!"
"Haa.... haa....!" Sang Pat tek bisa menahan diri lagi, ia
tertawa terbahak-bahak. "Selama hidup cayhe sudah sering
mendengar kata2 gertakan banyak orang paycu punn tak
perlu menakui2 diriku lagi!"
Suara dari balik patung arca itu tidak muncul kembali,
suasana di dalam ruangan kembali pulih jadi sunyi senyap.
Kurang lebih seperminum teh kemudian barulah terdengar
Sin Hong Pay cu berkata. "Mundur dari ruang tengah, berputar kesebelah kanan dan
orang itu ada dikamar nomor tiga!"
"Baik! cayhe berdua akanmemeriksa dahulu kemudian baru
datang kembali untuk membicarakan soal harga tukar
menukar!" Dengan lebar si sie ini berlalu mengikuti petunjuk dari Sin
Hong Pay cu tersebut. Siauw Ling mengikuti dari belakang dengan kencang
kepergian Sang Pat ini. Setelah keluar dari pintu ruangan mereka berputar kekanan
dan mendorong pintu kamar ketiga.
Kraak....! dua belah pintu terpentang lebar. Giok Lan
dengan rambut terurai duduk di atas sebuah kursi kayu,
walaupun ia sudah konangan penyaruannya tapi pakaian yang
dikenakan masih pakaian orang lelaki.
"Giok Lan kami datang untuk menolong dirimu...." seru
Siauw Ling seraya berjalan mendekati gadis terebut.
Melihat munculnya Siauw Ling disana bukannya gembira
Giok Lan kelihatan begitu cemas, sepasang matanya terbelalak
lebar2. "Jangan sentuh diriku, cepat mundur.... cepat mundur...."
Kenapa" Siauw Ling tertegun dan berhenti
"Kau tidak boleh mendekati diriku!"
"Sekalipun Sin Hong Paycu berada disini, akupun tidak
takut" Sekali lagi pemuda itu berjalan dua langkah kedepan
mendekati sisi tubuh Giok Lan dan mencengkeram dirinya.
Giok Lan semakin cemas lagi, teriaknya melengking
"Jangan sentuh aku, jangan sentuh aku....!"
Mendengar jeritan gadis itu penuh ketakutan dengan
terkesiap Siauw Ling menarik kembali tangannya.
"Kenapa?" "Mereka sudah memasang sesuatu dibadanku asal Siauwya
menarik aku...." "Kita adalah saudara kakak beradik, lain kali kau tidak boleh
panggil aku dengan sebutan Siauw-ya lagi!"
"Perkataan siangkong budak tidak berani membantah,
tapi.... apakah kau tidak melihat kalau mereka sengaja
membiarkan kau datang kemari?"
"Apakah mereka sudah menaruh racun keji disekitar
badanmu?" "Tidak, aku sendiripun tidak tahu apa yang diletakkan
dihadapanku, justru karena inilah kita harus ber-hati2"
"Kedatanganku dengan saudara Sang kemari justru hendak
menolong kau meloloskan diri, kesempatan ini sangat baik...."
"Jangan kau jangan menarik diriku, cepat mundur ke
belakang!" teriak Giok Lan lagi penuh rasa cemas.
Terpaksa Siauw Ling mundur lima langkah ke belakang.
"Nah, kalau begitu kau datanglah sendiri kemari!"
"Tidak bisa jadi! mereka telah menotok jalan darah
disepasang lutut. sepasang pundak serta igaku! sekarang aku
tak bisa berdiri tak dapat menggerakan sepasang tangan dan
tak bisa goyangkan pinggang!"
"Menghadapi keadaan seperti ini kitapun tak usah peduli
tata cara adat istiadat lagi kalau kau tak bisa bergerak
bagaimana kalau aku menggendong dirimu?" kata Siauw Ling
dengan alis berkerut. Saking cemasnya Giok Lan mengucurkan air mata.
Siangkong, kau jangan ceroboh, budak lebih baik mati
daripada siangkong menempuh bahaya!
"Apa kau kata?" tukas Siauw Ling. "Aku sama sekali tidak
mengerti terhadap apa yang kau katakan, aku bantu kau
membebaskan jalan darah yang tertotok, menolong jiwamu
yang terancam, apakah tindakan ini merupakan suatu
tindakan menempuh bahaya?" Toako! untuk sementara harap
kau bersabar! ujar si sie poa emas Sang Pat kemudian.
"Di dalam hati kecil nona ini pasti tersembunyi suatu
rahasia pertanyaan Toako yang terlalu mendesak membuat ia
tidak sempat untuk memberi penjelasan lebih terang"
"Rahasia" rahasia apa" kenapa aku tidak menemukan hal
tersebut?" "Sejak aku ditawan mereka hingga saat ini sepasang
mataku dikerudung oleh secarik kain hitam sehingga tak
kuketahui dimanakah saat ini akuberada!" tutur Giok Lan
dengan nada lirih. "Tadi, kain kerudung hitam itu dilepas dan
tahu2 aku sudah berada disini. Waktu sebelum aku dikirim
kemari jalan darah pingsanku ditotok mereka, pada saat
kesadaranku hampir punah terasa oleh ku agaknya di dalam
badan telah ditaruh semacam benda aku tidak tahu benda
apakah itu! tapi aku merasa perbuatan tersebut pasti bukan
tiada berguna!" Mendengar penuturan itu Sang Pat mendehem perlahan,
gumamnya. "Sungguh aneh sekali! sudah ada separuh umur
aku Sang Pat melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan,
tapi belum pernah kujumpai peristiwa semacam ini, Toako!
harap kau keluar dulu dari ruangan ini. biarlah akumelakukan
pencarian terhadap benda tersebut!"
"Silahkan! jikalau ada perubahan aku akan memberi
bantuan seketika itu juga!"
Pemuda ini tahu dalam soal pengalaman dunia persilatan,
ia tak dapat memadahi kematangan Sang Pat, maka dariitu
terpaksa ia menurut dan mengundurkan diri ke belakang.
Per-tama2 Sang Pat memperhatikan disekeliling tempat itu,
setelah mencari jalan masuk untukmengundurkan diri, dengan
langkah perlahan ia mendekati Giok Lan, katanya, "Nona!
apakah di dalam badanmu kau merasa telah disembunyikan


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semacam benda?" "Sedikitpun tidak salah!"
"Benda itu terasa disembunyikan disebelah mana?"
"Agaknya ada didada sebelah depan!"
Sang Pat tertegun, pikirnya,
"Aduh.... mak! kalau tempat terlarang sana, mana aku bisa
melakukan pencarian" apa suruh aku me raba2 dada gadis
itu?" Ia mendehem, katanya lagi.
"Pada saat ini apakah nona masih merasakan suatu
perasaan yang aneh?"
"Aku tak dapat merasakannya, tapi dapat kuduga meraka
pasti membawa maksud tidak baik"
"Ooouw.... urusan ini memang mengherankan!"
Sembari berkata selangkah demi selangkah ia berjalan
mendekati diri Giok Lan. Gadis tersebut dengan cepat pusatkan pikiran tenangkan
hatinya yang bergolak, ujarnya.
"Aakh! ada akal, coba kau bebaskan dulu jalan darah yang
tertotok pada pundak kananmu, asalkan sebelah tanganku
bisa pulih kebebasannya maka kau tak usah menempuh
bahaya!" Dengan mengincar jalan darah "Kay Hiat" diatas pundak
kanan Giok Lan mendadak Sang Pat meloncat kedepan
melayang dari sisi gadis tersebut sekalian melancarkan sebuah
tabokan ke arah lengannya.
Walaupun dalam saat melayang kedepan tangannya
meluncurkan serangan mengincar jalan darah, tapi
serangannya amat tepat dan dengan telak bersarang diatas
jalan darah yang diincar.
Tapi Giok Lan tetap duduk tak berkutik di tempat semula,
jalan darahnya sama sekali tidak terbebaskan.
"Bagaimana" tanya Sang Pat kemudian sambil berhenti dan
berpaling. "Tidak benar mereka bukan menotok jalan darah Tjian
Tjing Hiat pada pundaku, nah! coba kau lihatkan lenganku
masih tak bisa berkutik"
Alis Sang Pat langsung berkerut kencang
Baik, biar aku kesana melakukan pemeriksaan sendiri
Lambat2 ia berjalan mendekati diri Giok Lan
Mendadak,.... Dari luar ruangan berkumandang datang suara teguran
seseorang dengan nada yang dingin dan kaku.
"Kalian berdua sudah melihat jelas bukan?"
Siauw Ling berpaling, tampak olehnya seorang lelaki kekar
berjubah hitam dengan bagian dadanya bersulamkan sebuah
naga emas berdiri kurang lebih empat, lima depa didepan
pintu, Pengetahuan Sang Pat amat luas, sekali menemukan tanda
simbol yang bersulam didepan dada lelaki itu,
ia segera mengerti apa kedudukan orang ini di dalam
perguruannya. "Ternyata saudara adalah Kiem Liong Leng tju yang
berkedudukan dibawah pimpinan Sin Hong Pay-tju bukan!"
tegurnya, "Sedikitpun tidak salah."
"Kiem Tjoa Lengtju dari perguruan saudara berhasil kami
tawan, asal kalian suka melepaskan nona ini maka kamipun
rela melepaskan dirinya untuk ditukar satu jiwa dengan satu
nyawa." "Untukmemutuskan persoalan ini kalian harus menanti
jawaban dari mulut Pay-tju sendiri, jikalau kalian berdua
memang merasa bahwa tindakan kami menangkap orangmu
sudah tak berguna lagi, silahkan segera masuk ke dalam
ruangan! paytju kami masih menantikan kalian disana."
Siauw Ling yang melihat Giok Lan telah berada didepan
mata, tapi mereka tak sanggup untuk menolong dirinya lolos
dari mara bahaya, dalam hati merasa sedikit tidak puas air
mukanya kontan berubah hebat.
Sang Pat adalah seorang jago kawakan yang sangat
berpengalaman, sewaktu sinar matanya menyapu sekejap
wajah pemuda itu ia segera dapat menangkap maksud hati
orang she Siauw ini. Buru-buru dengan nada yang rendah ujarnya.
"Jikalau tahu keadaan maka setiap pertarungan akan
menang, harap untuk sementara waktu Toako suka bersabar"
Perlahan-lahan Siauw Ling menghela napas panjang,
mengikuti dari belakang Kiem Liong Lengtju mereka berdua
kembali ke dalam ruangan besar.
Ketika itu patung arca yang tinggi besar itu dan menyengir
seram tadi berdiri pada ujung sudut ruangan tersebut.
Kepada patung arca tadi, Sang Pat segera menjura,
katanya, "Kami semua telah melakukan pemeriksaan dan nona
tersebut benar2 adalah orang yang sedang kami cari!"
"Bagus.... bagus sekali.
"Cayhe ingin menggunakan selembar jiwa dari Kiem Tjoa
Lengtju kalian untuk ditukar dengan selembar jiwa nona ini,
entah bagaimana pendapat Paytju! ujar Sang Pat kembali.
Sin Hong Pay-tju tertawa dingin suaranya seram dan amat
mengerikan. "Walaupun aku sangat jarang berkelana di dalam dunia
persilatan, tapi sudah sering kudengar orang membicarakan
soal Tiong Cho Siang Ku yang selamanya membicarakan soal
perdagangan, selamnya mengutamakan keuntungan, kau
harus tahu aku orang selamanya paling tidak suka menerima
bagian yang sudah dirugikan orang...."
Suara yang meluncur keluar selama ini muncul dari balik
patung arca berwajah bengis itu bahkan suaranya sebentar
merdu dan halus kemudian melengking sebentar lagi suaranya
kasar berat dan lantang membuat orang susah menduga
sebenarnya orang yang ada di dalam patung itu seorang lelaki
atau seorang perempuan, Dengan sendirinya hal ini menambah kemisteriusan
suasana disekeliling tempat itu,
Siauw Ling yang mengerti akan kecetekan pengalaman
sendiri dan susah untuk ditandingkan dengan kehebatan si
sie-poa emas Sang Pat, sampai saat itu tetap membungkam
dalam seribu bahawa, Terdengar Sang Pat tertawa hambar
"Dagang tidak jadi mengapa asal kebajikan tetap dipegang
semisalnya Paytju merasa keberatan untuk melakukan
perdagangan dengan diriku, cayhepun tidak mau terlalu
memaksa. Tapi kaupun harus ingat sejak perkumpulan Sin Hong Pang
munculkan diri dalam dunia persilatan gerak gerik ataupun
tindak tanduknya selalu diliputi kemisteriusan, jikalau cayhe
berhasil memaksa Kiem Tjoa Lengcu mengutarakan rahasia
kemisteriusan partai kalian kemudianmembocorkan di dalam
Bu-lim aku takut hal ini akan mempengaruhi ketenaranmu"
"Hm! di dalam partai kami perduli bagaimana tingginya
kedudukan orang itu selalu hanya terbatas mengerti tentang
mengurusi tugasnya masing-masing, apa yang mereka ketahui
sangat terbatas sekali, kalau kau ingin menggunakan hal ini
untuk me-nakut2i diriku.... Hmm! hmm! tindakanmu ini mirip
dengan orang tolol yang bermimpi disiang hari bolong
Sewaktu Sang Pat hendak membantah lagi, mendadak dari
sepasang mata patung berwajah buas itu memancarkan
serentetan cahaya ke-merah2an.
Walaupun dalam hati kecilnya terang2an ia tahu perbuatan
ini hanya suatu perbuatan kesengajaan dari Sin Hong Paycu
untukme-nakut2i orang lain, tak urung hatinya dibikin tegang
juga, serunya kepada Siauw Ling dengan nada lirih.
"Toako harap kau melakukan persiapan, hati2 terhadap
serangan bokongan dari mereka"
Tampak sepasang mata raksasa dari patung arca berwajah
seram itu makin lama berubah semakin merah, sepasang biji
matanya berputar tiada hentinya bagaikan hendak menerkam
orang saja. Sang pat segera berpaling ke belakang, ketika itu Kiem
Liong Lengcu yang membawa jalan tadi kini sudah lenyap tak
berbekas, entah kapan orang itu lenyap dari pandangan.
Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh
badan kemudian dengan langkah lambat berjalan mendekati
patung arca tersebut, pikirnya di dalam hati.
"akan kulihat terbuat dari benda apakah badanmu itu...."
Terdengar Sin Hong Paycu dengan suara penuh kegusaran
membentak keras. "Eeei.... jangan coba2 berjalan mendekati badan
keramatku, kalau kau tidak suka mendengar nasehatku, Hmm!
akan kuhancurkan seluruh badanmu!"
Sang Pat mendongak tertawa ter-bahak2.
"Ha.... ha.... mati atau hidup menurut takdir, siapa yang
bisa memaksa kemauan sendiri!"
Mendadak ia percepat langkah kakinya menerjang ke arah
patung arca tersebut, tangan kanannya disilangkan didepan
dada melindungi badan sedang tangan kiri meluncur keluar
meraba punggung dari patung arca itu. Terasa olehnya
dimana tangannya meraba terasa dingin dan kaku, ternyata
patung arca itu terbuat dari besi baja.
Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi badan siap
mengirim sebuah pukulan untuk menjajal kekuatan daya
tahan besi tadi, siapa sangka pada saat yang bersamaan dari
atas kepalanya mendadak meluncur datang segulung hawa
tekanan yang luar biasa. Dalam keadaan gugup ia mendongak ke atas, tampaklah
sebuah lengan kiri raksasa dari patung arca berwajah buas itu
meluncur datang menghantam badannya.
Dengan sebat Sang Pat berkelit kesamping meloloskan diri
dari datangnya babatan itu, ujarnya dengannada dingin.
"Berjumpa muka lebih mantap dari pada mendengar nama
besar belakam kepandaian silat Pay tju tidak lebih hanya
begitu saja" "Kurang ajar, keparat, kau berani menghina aku orang!"
Mulut patung yang besar dan lebar mendadak membuka
lebar, tiga rentetan cahaya putih dengan kecepatan laksana
kilat meluncur ke arah diri Sang Pat.
Waktu itu si sie poa emas telah mengadakan persiapan,
badannya cepat-cepat berkelit kesamping senjata sie poa
emas pun dicabut keluar dan didorong kedepan dengan
gerakan mendatar. Sreet....! sret.... diantara desiran angin tajam dua batang
jarum beracun yang memancarkan cahaya ke biru2an
meluncur kedepan menancap diatas meja sembahyangan,
sedang sebatang yang lain terkena hadangan senjata sie poa
emas Sang Pat terpental kesamping menancap diatas tiang
kayu ditengah ruangan tersebut.
Siauw Ling yang melihat Sang Pat telah turun tangan, ia
tidak mau ambil diam telapak tangannya segera didorong
kedepan mengirim sebuah pukulan udara kosong.
Patung arca itu kelihatan sangat tinggi besasr
menyeramkan dan membuat hati orang bergidik, tapi
badannya susah bergerak. serangan yang dilancarkan Siauw Ling barusan, dengan
telak bersarang diatas badannya
Patung arca tinggi besar itu bergoyang beberapa kali,
hampir2 saja terdorong jatuh dan roboh ke atas tanah.
Semangat Siauw Ling berkobar, nyalinya semakin besar
dengan langkah lambat ia berjalan mendekati patung itu lebih
dekat. Paytju! patung malaikat berwajah bengis yang kau
cimpatkan ini mungkin bisa digunakan untuk menakut2i
manusia bodoh yang tidak tahu urusan, tapi kau jangan harap
bisa membuat kami jadi jera dan pecah nyali. kalau kau tak
setuju untuk melepaskan nona Giok Lan hmm! jangan
salahkan kami berdua ini hari juga akanmembongkar kedok
yang sebenarnya dari kalian!"
Berbicara sampai disitu, dengan ilmu menyampaikan suara
ujarnya pula kepada Siauw Ling.
"Toako, kau jangan bertindak terlalu ceroboh disekeliling
patung malaikat ini telah dipasang senjata rahasia yang
sangat ampuh jangan sampai kena terjebak siasatnya."
Terhadap betapa luas serta matangnya pengalaman Sang
Pat, pemuda she Siauw ini benar2 takluk, mendengar nasehat
tersebut ia benar2 berhenti bergerak.
Ketika dilihatnya dari pihak Sin Hong Paycu tidak
memberikan reaksi, Sang Pat kembali berseru.
"Walaupun kami bersaudara pernah mengikat suatu
ganjalan kecil dengan partai saudara, tapi kejadian itu timbul
dikarenakan suatu kesalah pahaman, masing-masing pihak
tiada ikatan permusuhan maupun dendam sedang kami pun
tidak ingin memusuhi partai kalian, harap Paycu suka berpikir
tiga kali sebelum mengambil keputusan"
Ber-turut ia membentak beberapa kali, tapi tidak
kedengaran juga suara jawaban dari Sin Hong Paycu.
Siauw Ling mulai tidak sabaran, sepasang matanya dengan
tajam memperhatikan sekejap seluruh patung arca tersebut,
ujarnya tiba-tiba dengan nada lirih.
"Mari kita dorong patung arca ini biar roboh ke atas tanah,
kemudan dari bentuk patung ini kita cari alat rahasianya, dan
lenyapkan kekuatan daya guna alat2 rahasia tersebut atau
paling sedikit kita bisa mengurangi kehebatan dari permainan
setan mereka!" "Pendapat Toako sangat lihay dan bagus sekali" sahut Sang
Pat dengan ilmu menyampaikan suara, "Tapi dalam hati kecil
siauwte masih terdapat banyak urusan yang belum berhasil
kupahami! aku harus berpikir keras terlebih dahulu!"
"Di dalam kuil Too-koan yang demikian besar tentu
Topeng 2 Wiro Sableng 101 Gerhana Di Gajahmungkur Pangeran Perkasa 1
^