Bayangan Berdarah 12
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 12
ia lantas berpikir. "Benarkah simanusia sombong ini mempunyai kemampuan
untuk meramalkan hal2 mendatang?"
Dalam pada itu Tjioe Tjau Liong telah tersenyum setalah
mendengar ocehannya. "Suma-heng menurut pendapatmu ada berapa orang mata2
yang telah menyelundup masuk ke dalam perkampungan kami
ini?" "Menurut perhitungan ramalanku paling sedikit ada belasan
orang banyaknya! "Tidak banyak, tidak banyak, kalau menurut penilaian
Cungcu kami paling sedikit seharusnya ada dua puluh orang
banyaknya" "Hmm! kalau begitu Shen Toa Cungcu kalianpun pandai
dalam soal meramal....?" jengek Suma Kan dingin.
Mendengar ketidak puasan tetamunya ini, Tjioe Tjau Liong
segera tertawa. "Walaupun Toa Cungcu kami tidak dapat meramal namun
semua dugaannya tidak pernah meleset!"
Suma Kan segera menyimpan kembali mata uang emasnya
sembari masukkan benda itu ke dalam saku ujarnya kembali
dengan nada dingin. "Menurut ramalah siauw-te mata2 yang menyelundup
masuk ke dalam perkampungan tidak mendatangkan
keberuntungan bagi perkampungan kalian...."
"Ha.... ha.... tentang soal ini Suma heng tak usah kuatir"
tukas Tjioe Tjau Liong sambil tertawa bergelak. "Kemungkinan
terjadinya bencana serta kekalutan sudah berada di dalam
perhitungan Toa Cungcu kami!"
"Aku lihat ada kemungkinan besar perubahan yang bakal
terjadi jauh ada diluar dugaan Toa cungcu kalian" ujar Suma
Kan kembali, agaknya ia menaruh keyakinan penuh atas hasil
ramalan sendiri. "Sekalipun situasi dalam kekalutan tersebut mungkin sekali
sedikit berada diluar dugaan Toa Cungcu kami. Aku pikir tidak
akan sampai mengacaukan seluruh keamanan perkampungan"
sambung Tjioe Tjau Liong kembali dengan cepat setelah
melirik sekejap ke arah Be Boen Hwie.
Suma Kan semakin tidak puas. ia simpan kembali mata
uangnya dan berseru dingin.
"Baik kalau memang Tjioe Tjau Liong tak mau
mendengarkan peringatan dari siauwte, akupun tidak ingin
banyak bicara lagi. Akan siauwte lihat dengan cara apa
perkampungan kalian hendak mengatasi kekalutan yang bakal
terjadi"!" Sikap Suma Kan yang begitu kukuh atas hasil ramalannya
ini sangat aneh sekali hampir menimbulkan rasa tercengang
dihati Thay-san Sam HIong dalam waktu hampir berbareng
mereka bersama2 berpikir.
"Dikolong langit mana ada manusia yang begitu kukuh
hendak memaksa orang lain mempercayai hasil ramalannya,
Suma Kan boleh terhitung seorang manusia paling kukoay."
Sementara itu lambat2 Be Boen Hwie meninggalkan tempat
duduknya ia berpaling ke arah Jie Cungcu dari perkampungan
Pek Hoa Sancung dan menegur.
"Saat ini arak serta sayur sudah mengenyangkan perutku,
apakah Jie Cungcu masih ada petunjuk lain?"
"Tidak berani. tidak berani. Kalau Be-heng tidak ada urusan
lagi silahkan berlalu dari sini"
"Kalau begitu siauwte mohon diri lebih dulu Be Boen Hwie
segera menjura dan mengundurkan diri.
Dengan kepala tertunduk Siauw Ling mengikuti dibelakang
Be Boen Hwie kembali keruangan Bambu Hijau.
Memandang bayangan punggung Be Boen Hwie yang
lenyap dibalik ruangan tiba-tiba Suma Kan berkata.
"Jie Cungcu kenalkah kau dengan orang ini"
"Baru ini hari aku saling berjumpa dengan dirinya, namun
terhadap asal usul serta perbuatannya selama ini aku sudah
mengetahuinya jelas bagaikan melihat jari tangan sendiri.
"Orang ini merupakan manusia pertama yang terselubung
oleh persoalan besar. Jie Cungcu harus berlaku hati2 terhadap
dirinya!" Selesai bicara, tidak menanti jawaban dari Tjioe Tjau Liong
lagi ia segera mengundurkan diri.
Sementara itu Be Boen Hwie serta Siauw Ling yang kembali
kepesanggrahan Bambu Hijau dengan hati mendongkol
disambut oleh Hong Tju yang penuh dihiasi dengan
senyuman. Sambil menghidangkan air teh tegur dayang itu sambil
tertawa. "be-ya apakah kau hendak beristirahat?"
"Aku hendak duduk tenang sejenak silahkan nona pergi
beristirahat sendiri!"
"Budak hendak melayani Be-ya!"
"Tidak usah!" dengan cepat Be Boen Hwie ulapkan
tangannya setelah merandek sejenak sambungnya lebih jauh.
"Seandainya Nona ada maksud meninggalkan
perkampungan Pek Hoa Sancung nanto setelah berjumpa
dengan Shen Toa Cungcu aku bisa bantu kau
membicarakannya...."
"Be-ya!" buru-buru Hong Tju menukas. "Sekalipun kau
tidak suka budak melayani dirimu terus menerus jangan sekali2
mohonkan budak untuk bebas dari perkampungan ini
dihadapan Toa cungcu...."
"Aku tahu" ujar Be Boen Hwie sambil tertawa, "Aku akan
mohon pada Shen Toa Cungcu untuk menghadiahkan nona
kepada cayhe, menanti kita sudah meninggalkan
perkampungan Pek Hoa Sancung, nonapun boleh pergi
kemanapun kau ingin pergi!"
"Kolong langit demikian luas, aku tiada bersanak tak
berkeluarga kau hendak suruh aku pergi kemana" ujar Hong
Tju dengan nada sedih "Tidak berani merepotkan Be-ya
banyak bicara dihadapan Toa Cungcu!"
Ia segera putar badan dan berlalu.
Melihat wajah dayang itu memperlihatkan kesedihan
bercampur ketakuran. Be Boen Hwie lantas berpikir dalam
hatinya. "Agaknya dayang ini ada maksud meninggalkan
perkampungan Pek Hoa Sancung hanya tidak kuketahui
maksudnya ini benar2 atau palsu! Aaai.... hanya seorang
dayang dari perkampungan Pek Hoa Sancung pun sudah
cukup membuat orang pusing tujuh keliling dan tak tahu apa
sebenarnya yang mereka sedang tuju...."
Sementara ia berpikir, mendadak tampak Hong Tju yang
baru saja meninggalkan ruangan telah muncul kembali dengan
langkah ter-gopoh2. "Be-ya.... Be-ya....!" teriaknya cemas. "Ada seorang
sianseng she Suma datang berkunjung"
"Suma Kan datang berkunjung" apa sebabnya ia datang
kemari?" seru Be Boen Hwie dengan hati keheranan. "Orang
ini punya watak tinggi hati dan tujuan yang sukar diduga aku
harus baik2 menjaga diri...."
Ia lantas berkata. "Cepat undang ia masuk kedalam...."
Belum selesai ia berkata Suma Kan telah menerobos masuk
ke dalam ruangan sembari terseru
"Be-heng maaf kalau aku telah mengganggu
ketenanganmu" Nada suaranya dingin kaku boleh dikata ia tidak sedang
mengutarakan kata2 menghormat.
Sebenarnya Be Boen Hwie pun akan mengucapkan
beberapa patah kata merendah namun mendengar nada
suaranya dingin kaku pikirannya segera bergerak pikirnya.
"Terhadap manusia yang demikian sombongnya akupun
tidak usah berlaku banyak adat lagi...."
Dengan suara yang tidak kalah dinginnya ia segera
menegur. "Apa maksud kedatangan Suma-heng"!"
Tidak menanti ia dipersilahkan duduk Suma Kan telah ambil
tempat duduk sendiri jawabnya.
"Dihadapan manusia budiman lebih baik kurangi bicara
palsu. bukankah kedatangan Be-heng ke dalam
perkampungan Pek Hoa Sancung ini mengandung maksud
jelek.... mungkin kau masih bisa mengelabui didi Tjioe Tjau
Liong, namun tidak akan berhasil mengelabui siauwte!"
"Heee.... heee.... Suma-heng hanya ingin mengutarakan
beberapa patah kata ini saja?" jengek Be Boen Hwie sambil
tertawa dingin. "Siauwte sudah tahu!"
"Tjioe Tjau Liong tidak sudi mendengarkan peringatanku ia
terlalu yakin penjagaan dalam perkampungan Pek Hoa
Sancung nya kuat dan kokoh bagaikan dinding baja hal ini
sungguh membuat siauw-te merasa kheki bercampur
mendongkol" tukas Suma Kan dengan cepat.
Beberapa patah perkataan ini sungguh mengejutkan sekali,
Be Boen Hwie tidak mengira kalau orang ini berani
mengutarakan kata2 yang demikian terang2an menentang
perkampungan Pek Hoa Sancung dihadapan orang lain.
Untuk beberapa saat lamanya Be Boen Hwie tak dapat
meraba maksud hatinya. dengan alis berkerut ia bertanya.
"Maaf kalau siauw-te bodoh sehingga tidak dapat
menangkap maksud ucapan dari Suma heng barusan
dapatkah kau memberi penjelasan!"
"Maksud Siauw-te sederhana sekali aku ingin memaksa
Tjioe Tjau Liong percaya dan mengerti kalau ramalan dari aku
Suma Kan bukan permainan iseng belaka yang sama sekali
tiada bukti dan fakta"
"Dan entah apa rencana Suma-heng untuk membuktikan
ramalanmu itu?" "Tjioe Tjau Liong tidak mau percaya perkataan dari aku
Suma Kan, aku akan memaksa dia merasakan sedikit pahit
getir dan tahu akan kelihayan dari aku Suma Kan"
"Coba terangkan lebih jelas lagi"
Suma Kan tidak langsung bicara sinar matanya menyapu ke
arah Hong Tju yang berdiri diujung ruangan bibir yang
bergerak segera dibatalkan kembali.
Hong Tju yang mengetahui keadaan segera menyadari
akan situasi yang ada didepan mata tanpa banyak bicara ia
segera mengundurkan diri dari dalam ruangan.
"Nah sekarang kau mulai bicara!" kata Be Boen Hwie sambil
tertawa sepeninggalnya dayang tersebut.
"Maksud kedatangan Be-heng kemari bukan saja siauw-te
sudah mengetahui sangat jelas sekalipun Tjioe Tjau Liong
sendiri aku rasa ia jauh lebih jelas lagi"
"Tidak salah! kata Be Boen Hwie sambil tertawa hambar.
"Siauw-te memang tidak bisa hidup berbareng dengan orang
perkampungan Pek Hoa Sancung, namun berkat perhatian
mereka yang suka memberi muka kepadaku mereka telah
mengirim undangan untuk mengharapkan kehadiranku dalam
perjamuan ini. Seumpama siauw-te tidak datang bukankah
mereka akan mentertawakan aku seorang manusia berhati
kecil?" "Tetapi menurut pandangan cayhe kedatangan Be-heng kali
ini ada kemungkinan besar bukan disebabkan nama besar
serta muka belaka" Mendengar perkataan itu pikiran Be Boen Hwie rada
bergerak pikirnya. "Orang ini sangat jarang berkelana didaerah Tionggoan,
jarang berhubungan dengan orang2 dunia persilatan, aku
tidak tahu asal usulnya dan tidak tahu pula apa hubungannya
dengan pihak perkampungan Pek Hoa Sancung aku tidak
boleh banyak membocorkan maksud kedatanganku...."
Karena berpikir demikian ia lantas ambil keputusan dalam
hatinya dan tertawa hambar katanya.
"Perduli bagaimanakah cara Suma-heng berpikir dalam
hatimu namun siauw-te tidak akan mengubah pendapatku
sendiri" "Seumpama Be-heng mau membeberkan rencanamu
selanjutnya kepada siauw-te, ada kemungkinan siauw-te bisa
membantu usahamu mencapai sukses"
"Suma-heng amat percaya akan hasil ramalanmu, kenapa
tidak diramalkan saja apa rencana siauw-te di dalam hati?"
Air muka Suma Kan seketika berubah hebat agaknya ia
sangat tidak senang mendengar ucapan itu. Mendadak ia
bangun berdiri. "Aku rasa Be-heng pun tidak mau menaruh kepercayaan
terhadap diri siauw-te?"
Melihat pihak lawan berlari, Be Boen Hwie pun ikut bangun
berdiri. jawabnya sambil tertawa.
:Masing-masing pihak belum berkenalan terlalu lama,
apakah Suma-heng tidak merasa pertanyaan yang kau ajukan
sedikit keterlaluan?"
Air muka Suma Kan berubah semakin hebat.
"Apakah Be-heng ingin memaksa siauwte membantu pihak
perkampungan Pek Hoa Sancung?" ancamnya.
"Tentang soal ini sih terserah pada pribadimu sendiri.
Mendadak Suma Kan angkat cawan air teh dan meneguk
setegukan. lalu dengan nada dingin berkata kembali.
"Dalam beberapa hati mendatang Be-heng tentu akan
menjumpai bencana berdarah maukah kau mendengarkan
satu petunjuk jalan keluar dari siauwte!"
"Seorang lelaki sejati tidak jeri menghadapi mati maupun
hidup tentang soal ini tak usah Suma-heng kuatirkan."
"Jikalau Be-heng memang tidak percaya akan ketepatan
hasil ramalan siauwte, yah sudahlah! kita tak usah
membicarakan soal ini lagi!" ia letakkan cawan air teh itu ke
atas meja kemudian berlalu dengan langkah lebar.
Si Peramal sakti dari Lautan Timur Suma Kan jauh2 datang
dari daerah Tong Ih dengan maksud angkat nama dan
mempopulerkan diri diantara para jago kangouw. ia percaya
dengan kepandaian yang dimilikinya dengan mudah bisa
tersohor dikolong langit.
Oleh sebab itu ketika ia tiba didaerah Tionggoan dan ikut
mendengarkan peristiwa Perkampungan Pek Hoa Sancung
yang menggemparkan seluruh dunia persilatan ia lantas
mohon bertemu. Dalam hatinya ia ingin mengandalkan kepandaian yang
dimilikinya membuat orang kagum dan menerima
penghormatan dimana2. Siapa sangka ia tidak mendapat perhatian serius oleh
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perkampungan Pek Hoa Sancung, dalam keadaan gusar ia ada
maksud membantu Be Boen Hwie untuk mengobrak-abrik
perkampungan Seratus bunga ini. siapa sangka niatnya
kembali ditampik oleh Be Boen Hwie.
Nona Hong Tju yang menanti diluar ruangan, setelah
melihat Suma Kan berlalu dalam keadaan gusar segera balik
ke dalam ruangan untuk membereskan cawan itu.
Siapa sangka ketika jari tangannya terbentur dengan cawan
air teh itu, sebuah cawan kumala yang kuat mendadak hancur
ber-keping2 dan tersebar diatas lantai.
Be Boen Hwie kelihatan tertegun setelah menjumpai
peristiwa tersebut, setengah harian lamanya ia bungkam
dalam seibu bahasa. "Eeeh! ilmu silat yang dimiliki Suma siang-seng tidak
lemah" puji Hong Tju sambil tertawa. "Asalkan ia bisa
menahan diri dan tidak terlalu terburu napsu untuk
mendapatkan nama kedudukan, dengan cepat sekali ia akan
dipergunakan oleh pihak perkampungan Pek Hoa San-cung".
Be Boen Hwie merasa pikirnya rada berengsek, agaknya
tidak sedikit yang diketahui budak ini, bahkan sewaktu
memperbincangkan ilmu silat dari Suma Kan nadanya begitu
tenang, sama sekali tidak memperlihatkan rasa kaget kecuali
berkmaksud memuji belaka, mungkinkah dayang ini memiliki
ilmu silat yang sangat lihay"
"Mengapa aku tidak menggunakan dayang ini untuk banyak
menyelidiki rahasia perkampungan Pek Hoa San-cung?"
pikirnya dalam hati. Setelah mendehem segera ujarnya
"Sudah lama cayhe dengar katanya pihak perkampungan
Pek Hoa Sancung amat gemar mengumpulkan jago-jago lihay,
sehingga dalam perkampungan banyak terdapat orang pandai.
Tetapi aneh sekali, mengapa sikap mereka bergitu dingin dan
hambar terhadap diri Suma Kan?"
"Tentang soal ini sebenarnya budak tidak berani
memperbincangkan namun Be-ya adalah seorang lelaki sejati
aku percaya Be-ya tidak akan menjebloskan budak ke dalam
lembah penderitaan beritahu kepadamu pun tiada halangan."
Ia memeriksa lebih dulu situasi diluar kamar setelah itu
barulah ujarnya lebih lanjut.
"Hal ini harus disalahkan Suma Kan datang tidak pada
waktunya. Toa Cungcu sedang pusatkan seluruh perhatiannya
untuk menghadapi pertemuan para jago sehingga tiada waktu
baginya untuk berjumpa sendiri, tidaklah kalau seorang bakat
bagus harus di-sia2kan dengan percuma."
"Apakah Jie Cungcu tidak tahu kalau Suma Kan memiliki
ilmu silat luar biasa?"
"Pertama. ketajaman mata Jie Cungcu tak bisa melebihi
ketajaman Toa Cungcu. itu walaupun ia tahu kalau Suma Kan
adalah seorang manusia aneh yang memiliki kepandaian luar
biasa namun ia tak sanggup untuk mengetahui sampai
dimanakah kepandaian yang dimilikinya dan kedua, iapun
tidak berhak untuk menerima Suma Kan menjadi anggotanya"
"Kenapa?" Bukankah dia sebagai Jie Cungcu dari
perkampungan Pek Hoa Sancung" apakah ia tidak berhak
sama sekali untuk memutuskan sesuatu?"
"Dalam perkampungan Pek Hoa Sancung kami kekuasaan
tertinggi selamanya hanya terletak ditangan Toa Cungcu
seorang, Jie cungcu tidak lebih hanya sipenyampai perintah
dari Toa cungcu" "Oouw kiranya begitu"
Dengan sedih Hong Tju menghela napas panjang ujarnya
kembali. "Be-ya! beberapa patah perkataan ini budak hanya berani
mengutarakan kepadamu seorang seumpama berita ini sampai
bocor ditempat luaran sehingga dapat diketahui oleh Toa
cungcu atau Jie cungcu maka penderitaan yang bakal budak
terima sangat besar sekali. Kendati Jie cungcu tidak
berkekuasaan untuk memutuskan suatu kenalan besar. namun
dengan gampang sekali ia bisa memberi hukuman kepada
budak." "Tentang ini harap nona berlega hati aku Be Boen Hwie
bukan manusia rendah yang suka menceritakan persoalan in
ikepada orang lain...."
Ia merandek sejenak kemudian ujarnya.
"Nona. tahukah kau Toa Cungcu hendak buka perjamuan
ini pada tanggal berapa?"
"Waktu yang tepat adalah besok siang namun malam ini
akan diselenggarakan suatu perjamuan malam yang megah
dan besar, tempat perjamuan adalah dalam kebun bunga di
depan loteng Penengok bunga. Sampai waktunya Toa Cungcu
akan memimpin sendiri perjamuan tersebut".
"Bisa memperoleh petunjuk dari nona, cayhe sangat
berterima kasih sekali."
Hong Tju tersenyum. "Semoga saja janji yang telah Be-ya ucapkan, sepanjang
masa tidak sampai terlupakan"
"Tentang hal ini nona tak usah kuatir!"
Diluar ia bicara demikian, sementara dalam hati keheranan,
pikirnya. "Sejak kapan aku pernah mengucapkan janji kepada
dirinya" dan janji apakah yang telah kuutarakan?"
Tampak Hong Tju tersenyum dengan wajah penuh
kegembiraan ia segera berlalu dari dalam ruangan.
Beberapa saat kemudian muncul Siauw Ling dari ambang
pintu, sembari berjalan masuk pemuda itu berkata.
"Tjong Piauw Pacu meminjamkan kesempatan yang sangat
baik ini duduklah mengatur pernapasan kemungkinan besar
malam nanti tenaga kita banyak yang harus dibuang dengan
percuma" "Baik! aku akan mengatur pernapasan di ruang ini saja"
"Mengapa kau tidak bersemedi dalam kamar tidur saja?"
tanya Siauw Ling keheranan. "Aku Siauw Ling akan bertindak
sebagai pelindungmu, apakah kau masih tidak lega hati?"
Sementara ia masih diliputi rasa heran dan curiga Hong Tju
telah balik ke dalam ruangan terdengar ia berkata sambil
tertawa. "Be-ya boleh beristirahat dengan lega hati di dalam kamar,
budak telah memindahkan kedua kuntum bunga merah itu
ketempat lain". "Ehmmm! dayang ini sungguh cerdik sekali" pikir Be Boen
Hwie di dalam hati. Ia segera kembali ke dalam kamar tidurnya sedikitpun tidak
salah bau harum yang menggelorakan napsu telah lenyap tak
berbekas, ia segera duduk bersila diatas pembaringan dan
mulai mengatur pernapasan.
Menanti Be Boen Hwie telah bersemedi Siauw Ling baru
berpaling sekejap ke arah Hong Tju sambil berkata, "Sewaktu
Tjong Piauw Pacu kami sedang bersemedi, siapapun dilarang
melakukan gangguan, untuk sementara waktu biarlah hamba
yang berjaga2 disini, silahkan nona berlalu"
Walaupun wajah pemuda ini kuning pucat namun obat
penyaruan tak dapat mengubah seluruh raut mukanya,
terutama sekali sepasang matanya yang tajam dan
memancarkan cahaya berkilat.
Ketika sinar mata Hong Tju berbentrokan dengan sepasang
mata Siauw Ling, mendadak hatinya tergetar keras.
Tak kuasa lagi ia memperhatikan diri Siauw Ling beberapa
saat lamanya. "Wajahmu sinar mataku, aku rasa mirip sekali dengan
seseorang" katanya selang beberapa saat kemudian.
"Mirip siapa?" tanya Siauw Ling suaranya dingin bagaikan
es. Hong Tju bertopang dagu dan berpikir beberapa saat
kemudian ia baru menjawab.
"Waah....! kalau suruh ingat2 sekarang aku tidak sanggup
pokoknya sinar matamu yang jeli itu pernah kutemui."
"Ketajaman mata serta daya ingat dayang ini sangat bagus
sekali" puji Siauw Ling di dalam hati. "Walaupun aku sudah
menyaru ia masih dapat melihatnya juga. Tentu pada masa
berselang ia sering kali bertemu dengan diriku"
"Sudah lama kau mengikuti Beya" tiba-tiba Hong Tju
bertanya lagi dengan suara merdu.
"Sudah lama sekali"
Perlahan-lahan Hong Tju bertindak keluar dari ruangan,
namun baru saja kaki kirinya melangkah keluar mendadak ia
tarik kembali kemudian putar badan seraya menggape.
"Eee.... sekarang aku sudah teringat kembali, coba kemari
aku beritahu kepadamu"
Walaupun dalam hati Siauw Ling tidak suka menuruti
permintaannya, namun ia menyadari sangat jelas dayang yang
dikirim kemari dalam pandangan umum sedang melayani
tetamunya, padahal diam2 sedang melakukan pengawasan.
Seumpama ia bersikap terlalu dingin terhadap dirinya,
asalkan dayang itu mengucapkan beberapa patah kata jelek
dihadapan Tjioe Tjau Liong sehingga Shen Bok Hong
memperkecil lingkungannya, hal ini sangat mempengaruhi
sekali gerak gerik selanjutnya untuk menolong kedua orang
tuanya. Karena itu terpaksa ia melangkah kedepan dan bertanya,
"Nona, apa yang hendak kau utarakan?"
"Kau mirip sekali dengan Sam-cung cu kami!!!"
"Aku mirip dengan Sam-cung cu kalian?" seru Siauw Ling
dengan hati terperanjat. aah! masa, nona sedang bergurau
mungkin?" "Aku bukan lagi bergurau, apa yang kuucapkan adalah
suatu kenyataan Sepasang matamu mirip sekali dengan SamTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
cung-cu kami, hanya sayang raut mukamu kuning pucat dan
jauh berbeda dengan kegantengan wajah cung-cu kami itu"
Tidak menanti jawaban dari Siauw Ling lagi, ia segera putar
badan dan berlalu. "Ooouw.... jadi dayang ini bisa mengatakan aku mirip
dengan Sam Cungcu nya karena ditinjau dari sepasang
mataku ini" pikir Siauw Ling. Ditinjau dari keadaan ini, mulai
sekarang aku harus lebih waspada terhadap sepasang mataku
ini". Sang surya lenyap disebelah Barat, malam haripun
menjelang datang. Dari ufuk sebelah Timur rembulan
perlahan-lahan munculkan diri.
Hong Tju dengan membawa lampu lentera lambat2
berjalan mendekat kepada Siauw Ling bisiknya lirih.
"Be-ya sudah bangun?"
"Belum. nona ada keperluan apa?"
"Waktu perjamuan yang diadakan toa cung cu untuk
menghormati tamunya sudah hampir tiba, harap Be-ya segera
dibangunkan untuk siap2 menghadiri perjamuan tersebut.
"Tjong Piauw Pacu kami selamanya menghadiri perjamuan
dengan pakaian biasa, ia tidak pernah memakai pakaian
mentereng." "Sekalipun tidak biasa memakai pakaian mentereng,
seharusnya ia dibangunkan bukan?" ujar Hong Tju lebih
lanjut, ia menggantungkan lentera itu dalam kamar lalu
memasang lampu. "Urusan ini gampang sekali nona tak usah kuatir dan tidak
bakal urusan jadi runyam karena soal ini...." Siauw Ling sambil
tertawa. Ia merandek sejenak kemudian sambungnya.
"Cayhe ada satu persoalan ingin ditanyakan kepada nonda
entah maukah nona memberi petunjuk?"
"Urusan apa?" "Dalam perjamuan malam ini entah dapatkah kita orang
menjumpai Sam cungcu kalian itu?"
"Tentu saja bisa bertemu tujuan Toa cung cu kami
mengadakan pertemuan para jago justru ingin
memperkenalkan Sam cungcu kami ini dihadapan para
pendekar Bu-lim" Mendengar jawaban itu kontan Siauw Ling berpikir.
"Entah siapa lagi yang akan bertindak sebagai Sam cungcu
untuk menyaru sebagai aku Siauw Ling" apakah Lan Giok
Tong telah diterima Shen Bok Hong sebagai anggota
perkampungan Pek Hoa Sancung?"
Dalam pada itu Hong Tju telah berkata kembali.
"Kau bertanya demikian apakah disebabkan tadi aku pernah
berkata bahwa wajahmu rada mirip dengan Sam cungcu
kami?" "Tentu saja hal ini merupakan alasanku yang paling utama
cayhe ingin sekali menjumpai Sam cungcu kalian dan ingin
membuktikan apakah benar wajahku mirip sekali dengan
hamba" Hong Tju segara tertawa bantahnya.
"Eeei....! siapa yang bilang keseluruhanmu mirip sekali
dengan Sam Cungcu kami" aku hanya bilang sepasang biji
matamu tok yang mirip sedang bagian2 yang lain jauh
berbeda sekali" Mengingat soal ini Siauw Ling teringat pula akan masalah
lain pikirnya lebih jauh.
"Entah pada saat ini Sepasang pedagang dari Tiong-tjhiu
serta si Pencuri sakti Siang Hwie sudah masuk ke dalam
perkampungan Pek Hoa Sancung atau belum?"
Sementara mereka berdua masih ber-cakap2 Be Boen Hwie
telah munculkan diri dari balik ruangan.
Hong Tju segera bongkokkan badan memberi hormat.
"Be-ya apakah kau hendak berganti pakaian?" tanyanya.
"Tidak perlu. Kapan perjamuan malam yang diadakan Toa
cungcu kalian akan dibuka?"
"Nanti setelah rembulan melewati ujung pohon" jawab
Hong Tju sambil memandang rembulan di-awang2.
"Siapa saja yang akan hadir dalam perjamuan itu?"
"Semua jago yang diundang oleh perkampungan Pek Hoa
Sancung kami diundang semua untuk menghadiri perjamuan
malam ini" "Ehmm! kalau begitu mari kita segera berangkat!"
"Budak akan membawa jalan untuk Be-ya!" Hong Tju
dengan cepat mengambil lampu lentera tersebut dan
melangkah keluar lebih dahulu.
Be Boen Hwie berpaling sekejap ke arah Siauw Ling
kemudian dengan ilmu menyampaikan suara ujarnya
"Siauw-heng. sewaktu dalam perjamuan nanti jangan lupa
mengadakan hubungan dengan sepasang pedagang dari
Tiong-tjhiu sekalian kemudian rundingkan rencana kita
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
selanjutnya. Siauw Ling mengangguk, langkahnya segera dipercepat
untuk menyusul diri Hong Tju.
"Eeeei.... nona. apakah selama ini kau berdiam dalam
pesanggrahan Bambu Hijau ini?"
"Benar! diantara kakak beradik yang memakai nama
dengan permulaan huruf atau bambu, semuanya bekerja
untuk melayani tamu yang menginap dipesanggrahan Bambu
Hijau." - - - - - - - 33 Ooouw! kiranya begitu, jadi kalau begitu mereka
yangbekerja untuk melayani para tetamu di Pesanggrahan
bunga Lan-hoa, maka namanya juga menggunakan kata
"Lan?" "Kau pandai sekali! dugaanmu memang tidak meleset"
"Terima kasih atas pujianmu!" sementara dalam hati pikir
Siauw Ling dengan hati mendongkol
"Sewaktu aku menjabat sebagai Sam Cungcu dalam
perkampungan Pek Hoa Sancung kedudukanku begitu
mentereng dan gagah. Hmm! pada waktu itu macam dayang
seperti kau untuk bicara beberapa patahkata dengan diriku
pun tidak gampang sekarang kau berani menyindir dan
mengejek diriku...."
Sementara ia masih termenung mereka telah mengelilingi
dua kebun bunga yang luas.
Ketikda mereka angkat kepala, tampaklah sebuah
bangunan loteng yang tinggi megah menjulang keangkasa
muncul diantara penerangan cahaya obor.
Dibawah loteng dalam sebuah lapangan rumput yang luas
telah diatur puluhan meja perjamuan. ditinjau dari keadaan itu
tamu yang diundang tidak banyak jumlahnya.
"Nona! Apakah kedatangan kita terlalu kepagian?" tegur Be
bOen Hwie dengan alis berkerut sewaktu dilihatnya meja
perjamuan masih kosong. "Tidak, tidak terlalu pagi" Coba lihat bukankah dari sana
muncul pula tetamu lain!"
Be Boen Hwie segera mendongak, sedikitpun tidak salah
dari balik pepohonan sebelah Utara lambat2 muncul seorang
dayang berbaju biru yang mengangkat lampu lentera tinggi2
Dibelakang dayang berbaju biru itu mengikuti seorang
Siucay berusia empat puluh tahunan yang memakai baju
panjang. memelihara jenggot sepanjang dada dan membawa
sebuah kotak terbuat dari emas.
Dandanan orang ini istimewa sekali, dalam sekalipandang
Siauw Ling telah mengenalinya sebagai si Pemilik
Perpustakaan dari Siang Yang Peng Ih Boen Han To adanya.
Dibelakang siutjay tadi mengikuti Si "Pek So Suseng" atau
pelajar bertangan seratus Seng Ing.
TAmpak Ih Boen Ban To serta Seng Ing dibawah petunjuk
dari dayang berbaju biru itu ambil tempat duduk dimeja
perjamuan paling dekat dengan loteng Wang Hoa Loo.
Dalam waktu yang amat singkat itulah dari empat penjuru
muncul ber-puluh2 lentera disusul munculya para tetamu yang
mencari tempat duduk masing-masing dibawah bimbingan
dayang2 cantik. Agaknya tempat duduk para tetamu itu sudah diatur, berpuluh2
dayang cantik tadi berjalan melalui jalanan yang telah
ditentukan dan satu sama lain tak ada yang saling
bertabrakan. "Be-ya, silahkan ambil tempat duduk!" tiba-tiba Hong Tju
berseru sambil tertawa iapun meneruskan langkahnya
kedepan. Demikianlah dibawah bimbingan Hong Tju, Be Boen Hwie
pun ambil tempat duduk sesuai dengan apa yang telah diatur.
"Nona, apakah aku mendapat pula tempat duduk?"
mendadak Siauw Ling berbisik lirih.
Mendapat pertanyaan ini Hong Tju kerutkan alisnya. namn
dengan cepat ia menjawab.
"Asal kau berani duduk, duduk sajalah disisi majikanmu!
bagaimanapun juga setiap meja perjamuan dapat menampung
delapan orang dan didalm kenyataan jumlahnya tidak sampai
begitu banyak." "Terima kasih atas petunjuk nona."
"Kau tak usah banyak terima kasih kepadaku!" dayang ini
segera mengundurkan diri.
Mendadak tersengar suara yang amat dingin
berkumandang datang memecahkan kesunyian.
"Oooouw....! buat kita jalan dikolong langit sungguh terasa
amat sempit, kembali siauwte duduk jadi satu meja dengan
Beheng!" Be Oen Hwie egera berpaling, melihat munculnya Suma
Kan disana ia segera menyahut.
"Mungkin inilah yang dinamakan Suma-heng ada jodoh
dengan siauwte" Suma Kan membungkam. ia ambil tempat duduknya
berhadap2an dengan Be Boen Hwie sementara dayang cantik
yang membawa jalan itu mengundurkan diri.
Menanti Be Boen Hwie menyapu kembali seluruh ruangan,
terlihat puluhan orang dayang cantik yang membawa lampu
lentera tinggi2 itu dalam sekejap mata telah lenyap tak
berbekas, tak kuasa diam2 ia memuji pikirnya,
"Perkampungan Pek Hoa San-cung betul2 tak boleh dipandang
enteng, cukup ditinjau dalam didikannya terhadap dayang2
cantik itu sehingga berdisiplin keras kepandaiannya sudah
dapat melebihi berdisiplinan sebuah perguruan besar...."
Mendadak terdengan Suma Kan berbicara,
"Dayang2 cantik yang ada di dalam perkampungan Pek Hoa
San-cung ini, seorang lebih cantik dari dayang yang lain.
Ooouw....! entah berapa banyak orang yang terjerumus dalam
siasat perempuan cantik ini?"
Beberapa patah perkataan ini diutarakan dengan nada
tinggi agaknya sengaja ia berkata demikian agar semua
hadirin dapat menangkap suaranya ini.
Sedikitpun tidak salah, ucapannya itu segera
mendatangkan reaksi. Ber-puluh2 pasang mata ber-sama2
dialihkan ke arahnya. Air muka Suma Kan masih tetap tenang saja sambil
mengangkat cawan teh ia meneguk satu tegukan setelah itu
berkata kembali. "Racun tawon kuning tidak terhitung benda berbisa, paling
keji hati perempuan. bunga mawar berduri, arak
mendatangkan napsu birahi, entah berapa banyak enghiong
terpengaruh oleh licinnya pipi perempuan dan mendatangkan
bencana buat diri sendiri. Oouw.... sungguh kasihan! sungguh
menyedihkan" Setiap patah perkataannya diutarakan dengan penuh
mengandung hawa murni walaupun suaranya tidak keras
namun ucapan ini dapat disampaikan ketempat jauh atau
dengan perkataan lain setiap hadirin dapat mendengar suara
itu dengan nyata. "Suma-heng! sudah cukup" cegahnya dengan suara lirih.
"Coba kau lihat beberapa patah perkataanmu sudah
memancing perhatian dari semua orang!"
"Hmm! menurut penilaian siauwte" tukas Suma Kan dengan
nada dingin. "Sebagian besar para jago yang hadir dalam
perjamuan malam kali ini sudah terjerumus ke dalam siasat
perempuan cantik. apakah aku boleh bersedih hati atas
kejadian ini?" Melihat kekerasan hati orang ini Be Boen Hwie lantas
berpikir dalam hatinya, "Agaknya orang ini belum puas kalau
ucapannya tidak mendatangkan suatu kegemparan.... lebih
baik aku kurangi pembicaraanku dengan dirinya...."
Karena berpikir demikian ia lantas melengos dan pura2
tidak mendengar. Mendadak Suma Kan mendongak tertawa terbahak2
Hee.... hee.... he.... kenapa begitu banyak orang bodoh
hidup dikolong langit" kematian sudah berada diambang pintu
masih juga mereka tahu diri dan datang memenuhi perjamuan
terakhirnya?" Ucapan ini seketika menggemparkan seluruh kalangan,
suasana jadi gaduh dan suara bisik2 mulai kedengaran dimana2.
Ketika Suma Kan melihat tak ada orang yang menggubris
dirinya, mendadak ia hantam meja keras2 membuat mangkuk
dan sumpit beterbangan diangkasa untuk kemudian jatuh
berhamburan diatas lantai.
Dari balik pepohonan dengan cepat muncul empat orang
bocah berbaju hijau yang mengangsurkan kembali mangkok
serta sumpit baru. Perbuatan Suma Kan semakin lama makin gila, lama
kelamaan Be Boen Hwie tidak sabar juga, ia ada maksud maju
kedepan menasehati dirinya dengan beberapa patah kata
namun iapun takut juga bilamana persoalan ini menyeret
dirinya karena itu dengan paksakan diri ia bersabar.
Terdengar Suma Kan mengangis ter sedu2 suara
tangisannya makin lama semakin keras dan semakin pilu
membuat suasana makin gempar.
Ketika Be Boen Hwie mendengar tangisan Suma Kan ini
makin lama makin pilu ia jadi keheranan, pikirnya.
"Ilmu silat yang dimiliki orang ini tidak lemah bahkan
kelihatan luar biasa sekali tapi mengapa suara tangis serta
gelak tertawanya menunjukkan gejala tidak normal"
mungkinkah ia betul2 sudah gila?"
Ia berusaha untuk bersabar namun akhirnya ia tak dapat
menahan diri, bisiknya lirih.
"Suma-heng para jgao berkumpul disini dan perjamuanpun
baru saja dibuka, kau menangis seperti orang gila apakah
tidak merasa malu?" Suma Kan angkat kepala mengusap air mata dan menghela
napas. "Semua orang yang kulihat dewasa ini bakal menemui
ajalnya semua siapa suruh aku tidak jadi sedih!" katanya.
Diam2 Be Boen Hwie menghembuskan napas panjang.
"Aaai.... orang ini betul2 tidak ketulungan lagi" pikirnya.
Terdengar Suma Kan dengan suara serak meneruskan
kembali kata2nya. "Sungguh kasihan manusia dijagad. buru-buru datang
kemari perlunya hanya mengantarkan kematian diri sendiri."
Gumaman ini tidak digubris oleh sebagian orang namun
ada pula diantara mereka yang bersipat kasar, mendengar
kata2 itu jadi tidak tahan dan tertawa dingin tiada hentinya.
"Orang gila. manusia endan, orang gila...." makian
bersimpang siur memecahkan kesunyian.
Sementara Suma Kan akan balas menyindir mendadak
terdengar suara genta dipukul tiga kali.
Dari ujung puncak loteng Wang Hoa Loo mendadak
melayang turun sekilas pelangi warna warni langsung
melayang ke arah bebungahan beberapa tombak diluar
kalangan. Dengan ketajaman mata Be Boen Hwie ia segera dapat
menemukan yang dianggap sebagai pelangi tersebut bukan
lain adalah beberapa angkin yang digundel jadi satu kemudian
dilepaskan dari atas loteng ia jadi tercengang.
"Apa gunanya Shen Bok Hong melepaskan kain angkin
tersebut?" pikirnya.
Mendadak terdengar suara tetabuhan alat khiem
berkumandang datang diikuti bergemanya irama lagu yang
merdu dari empat penjuru.
"Hmm! Shen Bok Hong sengaja menciptakan suasana
semacam ini, tentu permainan ini pun termasuk salah satu
cara untuk mempermainkan orang" pikir Be Boen Hwie.
Dalam pada itu dengan sepasang mata yang tajam Siauw
Ling menyapu empat penjuru sewaktu ia gagal menjumpai
Tiong-tjhiu Siang Ku beserta Siang Hwie sekalian, hatinya
amat gelisah pikirnya. "Seandainya diantara rekan2ku cuma aku sertaBe Boen
Hwie yang lolos dari penjagaan sekalipun ini hari
mendapatkan kesempatan juga percuma, entah kegagalan ini
disebabkan jejak mereka konangan dan ditolak masuk ke
dalam kampung ataukan Siang Hwie bicara besar dan gagal
mendapatkan tanda pengenal untuk masuk ke dalam
perkampungan. Terdengar diantara bergemanya irama musik
berkumandang datang suara seruan lantang
"Cianghujien keluarga Tong dari Su Tzuan Tong Loo Thahthay
tiba?" Keluarga Tong Tuan selama ini berdiri sendiri dalam dunia
persilatan, mereka angkat nama dan menggemparkan Bulim
karena senjata rahasia beracunnya.
Dari keluarga Bulim ini sejak jaman dulu tertinggal suatu
peraturan yang aneh dan terus turun menurun. yaitu ilmu silat
keluarga Tong hanya diturunkan kepada menantunya. sedang
putra sendiri tak boleh mempelajarinya, dalam keluarga
tersebut, hanya seorang bocah cilikpun pandai melepaskan
beberapa macam senjata rahasia beracun.
Disamping itu keluarga Bulim inipun mempunyai suatu
peraturan turun menurun pula. yaitu sepasang dayang yang
mengiringi ciang bunjien tidak terbatas punya hubungan
dengan keluarga Tong atau tidak yang penting ia adalah
seorang gadis cantik dan berakal cerdik.
Setiap orang yang menjabat kedudukan ciang bunjien
mempunyai hak untuk memilih dua orang dayang pribadinya
mereka tak terbatas dari manapun dan dari keluarga she
apapun yang penting mereka mempunyai syarat yang cukup
untuk menerima jabatan ciangbunjien selanjutnya.
Setiap orang yang sudah dipilih untuk menerima jabatan
sebagai Ciangbunjien dan telah memilih dua orang dayang
pengiringnya mereka harus menjalankan penghidupan
tertutup selama lima tahun.
Di dalam lima tahun, ia harus hidup disuatu tempat yang
sunyi sepi dan tersendiri dari pergaulan masyarakat, orang
yang mendampingi mereka cuma sepasang dayangnya.
karena itu dayang pengiring setiap angkatan ciangbunjien
pasti memiliki wajah keagungan.
Kecuali mendapat ijin khusus dari ciangbunjien sepasang
dayang mereka dilarang menikah mereka selalu harus
mendampingi ciangbunjien nya sampai ia menyerahkan
kedudukan ciangbunjien tadi ketangan orang lain dan
mengundurkan diri, sepasang dayang tadi harus mengikuti
ciangbunjien mengasingkan diri.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Peraturan turun temurun ini memang sangat aneh dan
kadang2 memberikan suatu pendangan yang lucu kebanyakan
sepasang dayang dayang yang terpilih memiliki hubungan
yang lebih akrab dari hubungan ibu dan anak.
JILID 18 Hanya syarat yang paling berat adalah mereka harus
mengorbankan masa mudanya, mengorbankan waktu yang
paling berharga dimasa mudanya buat majikan.
Karena itu, sepasang dayang pengiring ciangbunjien
keluarga Tong selalu mendapat penghargaan serta rasa
hormat dari seluruh anggota keluarga.
Sepasang dayang dari ciangbunjien ini bukannya sama
sekali tidak boleh menikah hanya sebelum kawin dia harus
mendapat ijin dahulu dari ciangbunjiennya kemudian
mengembalikan seluruh ilmu silat yang pernah dipelajari.
Per-lahan-lahan Be Boen Hwie angkat kepalanya tampak
dari sebelah Utara lambat2 muncul seorang nenek tua
berambut uban berbaju hijau dengan membawa sebuah
tongkat. Disisi kiri kanan nenek itu mengikuti dua orang dara cantik
berusia dua puluh tahunan berbaju ringkas warna biru dan
menggembol pedang. Dayang cilik pembawa jalan segera menghantar nenek itu
ambil tempat duduk sementara sepasang dayang berbaju biru
menyoren pedang itu tidak duduk sebaliknya satu dikiri yang
lain dikanan berdiri dibelakang Tong Loo Thay-thay.
Dalam pada itu seruan lantang kembali berkumandang
datang "Hek, Pek Jie-loo dari gunung Tiang-pek san tiba!"
Siauw Ling mengerutkan alisnya, ia berpikir.
"Macam apalagi manusia yang bernama Hek Pek Jie-loo ini"
akan kulihat lebih seksama lagi"
Ketika ia menengok, tiba-tiba ditemuinya air muka Be Boen
Hwie memancarkan rasa terperanjat, pikirannya segera
bergerak, pikirnya. "Aaah orang she Be itupun kelihatan kaget jelas manusia
yang disebut Hek Pek Jie-loo adalah seorang jagoan Bu-lim
yang tersohor" Ketika ia melongok lagi kedepan, tampak seorang dayang
cantik mengiringi dua orang manusia yang mengenakan
pakaian berbeda lambat2 berjalan mendekat.
Orang yang ada disebelah kiri memakai baju serba putih
dengan topi warna putih, perawakannya tinggi jenggotnya
putih memanjang sedada. Sedangkan orang yang ada disebelah kanan memakai baju
serba hitam, topinya menuruti dari kepala sampai leher. yang
terlihat cuma sepasang mata serta hidungnya.
"Mungkin kedua orang inilah yang disebut Pek Jie Loo" pikir
Siauw Ling. Dibawah petunjuk dayang cantik tadi. |Hek Pek Jie Loo
ambil tempat duduk. Irama musik yang berkumandang dari balik bebungahan
tiba-tiba berubah, dari irama lembut kini berubah menjadi
cepat dan keras. Dari atas kain yang menjulur dari puncak
loteng tadi mendadak muncul sesosok bayangan manusia
yang meluncur kebawah menginjak kain angkin tadi.
Cukup meninjau dari ilmu meringankan tubuh serta
nyalinya. seluruh hadirin dibikin terkesiap bayangan manusia
itu laksana kilat menyambar kebawah lapat2 mulai kelihatan
jelas bentuk bayangan, dia adalah seorang lelaki setengah
baya yang berperawakan tinggi besar, sepasang keningnya
menonjol jauh kedepan dengan alis tebal, mulut besar bajunya
potongan sastrawan dengan jenggot hitam terurai sepanjang
dada. Orang ini bukan lain adalah Toa cungcu dari perkampungan
Seratus Bunga, si bayangan berdarah Shen Bok Hong.
Ketika berada kurang lebih tiga tombak dari permukaan
tanah, mendadak Shen Bok Hong melangkah setindak
kedepan, badannya meninggalkan angkin tadi dan melayang
turun kebawah bagaikan burung elang.
Siauw Ling mengerti sinar mata orang she Shen ini amat
tajam dan teliti ia tak berani banyak memandang buru-buru
kepalanya melengos kesamping.
Tampak Shen Bok Hong menjura kepada para hadirin
kemudian berseru. "Tjuwi sekalian jauh2 datang kemari dan suka memenuhi
undangan aku orang she Shen, untuk budi ini siauwte
mengucapkan banyak terima kasih.
Para jago yang ada dikalangan sebagian besar bangun
berdiri untuk balas memberi hormat.
Perlahan-lahan Toa Cungcu dari perkampungan seratus
bunga ini menempati kursi utama sinar matanya menyapu
empat penjuru kemudian ujarnya kembali.
"Masih ada beberapa orang tamu yang berasal dari tempat
jauh belum tiba, aku pikir Cu-wi sekalian tentu sudah lapar,
kita tak usah menunggu mereka lagi"
Seraya berkata ia angkat tangan kanannya dan diulapkan
satu kali. Dari balik bebungahan segera muncul beberapa orang
dayang cantik menghidangkan sayur dan arak.
Agaknya dayang2 ini sudah memperoleh didikan yang
keras, gerak gerik mereka gesit dan lincah namun teratur dan
tidak simpang siur dalam sekejap mata sayur dan arak telah
dihidangkan. Sekilas pandang diam2 Siauw Ling menghitung manusia
yang telah hadir dalam perjamuan malam ini, satu meja diisi
tiga orang dan disana tersedia sepuluh meja dus berarti ada
dua, tiga puluh orang yang hadir, dalam hati segera pikirnya.
"Apakah Shen Bok Hong hanya mengundang tamu
sedemikian dikitnya" sungguh aneh sekali, mengapa Tjioe Cau
Liong serta Kiem Hoa Hujien sekalian tidak kelihatan
munculkan diri untuk menemani para tetamu" apakah mereka
dikirim untuk melakukan sesuatu?"
Sementara ia masih berpikir, Shen Bok Hong telah angkat
cawan araknya sambil berseru lantang.
"Ini hari siauwte merepotkan TJuwi sekalian datang kemari
sebenarnya punya dua persoalan yang diumumkan, pertama,
sejak ini hari aku Shen Bok Hong akan munculkan diri kembali
dalam dunia persilatan dan kedua, ingin memperkenalkan
seorang jago muda kepada Tjuwi sekalian."
Walaupun suaranya rada serak parau, namun setiap patah
kata diutarakan amat nyata membuat semua orang merasakan
hatinya tergetar keras. Tong Loo Thay Thay yang telah berubah tiba-tiba
mengetukkan tongkat kepala burung hong nya ke atas tanah
lalu berseru, "Sudah banyak tahun aku mengasingkan diri dari pergaulan
dunia persilatan, tak kusangka dimasa tuaku ternyata harus
meninggalkan Su Tzuan dan melakukan perjalanan ribuan li
untuk menghadiri pertemuan yang diadakan Shen Toa
Cungcu!" "Hal ini menandakan bila hujien sangat memandang Shen
Bok Hong, cayhe merasa sangat berterima kasih."
"Hee.... hee.... walaupun usiaku sudah melewati tujuh
puluh tahun namun paling benci bicara putar kayun macam
begini" kembali Tong Loo Thay Thay berseru sambil tertawa
dingin. "Ini hari aku datang, besok pagi akan kembali ke Su
Tzuan mungkin aku tak dapat menghadiri pertemuan para
enghiong yang hendak Shen Toa Cungcu adakan besok siang"
"Kau datang kemari dengan ter-buru-buru kemudian pulang
dengan ter-gopoh2 apakah hujien tidak merasa tindakan ini
salah besar?" "Soal ini tak perlu Toa Cungcu kuatirkan setiap keputusan
yang sudah kutetapkan tak ingin dirubah kembali"
"Jikalau memang demikian adanya, cayhe pun tidak ingin
terlalu memaksa, namun kesudian Hujien mengunjungi
perjamuan ini telah membuat nama besar perkampungan
Seratus Bunga dari cayhe ini semakin cemerlang...."
Sepasang alis yang putih dari Tong Loo Thay Thay kontan
berkerut habis mendengar ucapan itu, cepat ia menukas.
"Tiga puluh tahun sudah aku menjabat ciang bunjien dari
keluarga Tong, belum pernah aku memperoleh paksaan
macam ini. Kali ini Shen Toa Cungcu dapat memaksa aku
tinggalkan Su Tzuan, hal ini menunjukkan bahwasanya kau
betul2 manusia hebat"
"Haa.... haa.... tong Hujien terlalu merendahkan diri"
Setelah beberapa saat meninjau keadaan situasi Siauw Ling
pun bisa menyadari apa sebabnya orang yang hadir dalam
perjamuan malam ini berjumlah tidak banyak. Ternyata pihak
perkampungan seratus bunga sudah adakan persiapan,
mereka2 yang diundang dalam perjamuan ini kebanyakan
adalah jago-jago yang patut dicurigai, tentu orang she sen itu
berharap bisa cepat-cepat diketahui siapa musuh siapa kawan
daripada mereka mengacau dalam perjamuan besok siang...."
Terdengar Tong Loo Thay Thay dengan suara keras telah
menghardik. "Maksud kedatanganku kemari rasanya Shen Toa Cungcu
tentu sudah paham bukan?"
"Loo Hujien usiamu sudah lanjut namun tabiatmu masih
berangasan dan terburu napsu, apakah kau tidak takut watak
jelekmu ini akan merusak kesehatanmu sendiri?" ujar Shen
Bok Hong sambil tertawa. lambat2 ia ambil cawan araknya
dan minum satu tegukan. Disindir semacam ini, Tong Loo Thay Thay tak dapat
menahan diri lagi, ia naik pitam.
"Aku tidak ingin bersilat lidah dengan dirimu persoalan
diantara kita akan diselesaikan pada saat ini" atau hendak
diundur beberapa saat."
"Pada saat ini kentongan pertama belum lewat. sampai
fajar nanti masih amat lama lebih baik Loo Hujien bersantap
dan minum arak sampai kenyang lebih dahulu setelah aku
Shen Bok Hong mengumumkan diri untuk terjun kembali
dalam dunia persilatan. apakah kau takut aku bisa melarikan
diri, Walaupun Tong Loo Thay Thay teramat gusar sampai
hatinya merasa tidak sabaran namun seakan2 ada sesuatu
benda yang berada ditangan Shen Bok Hong sebagai barang
sandera membuat mereka tak berani banyak berkutik,
tongkatnya segera diketukan ke atas tanah dan berseru penuh
kebencian. "Aku tidak akan menanti lewat dari kentongan ketiga?"
"Baik! sebelum kentongan ketiga, cayhe pasti akan
memberikan pertanggungan jawab kepada Tong Hujien."
Tong Loo Thay Thay tidak berbicara lagi, ia segera
pejamkan mata, dan duduk tak berkutik.
Tampak tusuk kondenya tiba-tiba terjatuh ke atas tanah,
rambutnya yang telah beruban kibar kalut terhembus angin
malam. "Tong Loo Thay Thay bisa begini gusar tentu hatinya
diliputi penuh kemasgulan serta kekesalan" pikir Siauw Ling.
"Hawa gusar memburu tusuk kondenya terlepas tenaga
lweekang semacam ini betul2 mengejutkan hati"
Sementara itu Shen Bok Hong telah angkat cawan araknya
dan meneguk satu tegukan lagi ujarnya sambil tertawa.
"Diantara Tjuwi sekalian bilamana diantaranya pernah
mengikat tali permusuhan dengan cayhe silahkan cepat-cepat
diutarakan." Pikiran Be Boen Hwie sedikit bergerak, sewaktu ia
bermaksud bicara. mendadak terdengar Suma Kan yang
berada dihadapannya sudah berebut berkata.
"Cayhe Suma Kan ingin mohon petunjuk Shen Toa Cungcu
akan dua hal." Sepasang mata Shen Bok Hong bagaikan sambaran kilat
menyapu tubuh Suma Kan dan berhenti diatas wajahnya,
dengan sepasang alis berkerut tanyanya.
"Suma-heng ada urusan apa?"
Jelas Shen Bok Hong merasa tindakan Suma Kan ini sedikit
ada diluar dugaan. Suma Kan mendehem perlahan kemudian jawabnya.
"Aku pikir jago-jago Bu-lim yang diundang untuk
menghadiri perjamuan dalam perkampungan Seratus Bunga
ini lebih dari seratus orang mengapa dalam perjamuan yang
diselenggarakan ini cuma diundang dua, tiga puluh orang
belaka sebenarnya apa maksud Toa Cungcu sebenarnya"
inilah persoalan pertama yang membuat siauw-te tidak
paham!" "Bagus!" Shen Bok Hong tertawa hambat. "Masih ada satu
persoalan lagi silahkan sekalian diutarakan kemudian cayhe
akan menjawab pertanyaan tersebut satu persatu!"
"Cayhe baru untuk pertama kalinya memasuki daerah
Tionggoan, dengan orang2 perkampungan anda tidak saling
mengenal tentu saja tak bisa dibicarakan punya ikatan
dendam atau permusuhan mengapa anda mencantumkan
nama cayhe diantara nama2 kerbaumu" inilah pesoalan kedua
yang tidak siauw-te pahami"
Mendengar ucapan itu pikiran Be Boen Hwie rada bergerak,
pikirnya. "Orang ini kelihatan seperti orang gila padahal dalam
kenyataan dia adalah seorang manusia yang cerdik dan
berpikiran panjang...."
Shen Bok Hong mendongak tertawa ter-bahak2.
"Haa.... haa.... mengapa Suma heng ingin sekali mencari
mati" hali ini malah membuat aku orang she Shen rada tidak
paham?" Suma Kan tertawa dingin. "Jikalau Shen Loo-toa tiada maksud membinasakan diriku
sekalian, mengapa...."
"Maksudmu aku menaruh semacam racun keji di dalam
arak serta sayur tersebut?" sambung Toa Cungcu dari
perkampungan Seratus bunga itu sambil tertawa bergelak.
"Perbuatan rendah semacam ini dengan kedudukan Shen
Toa Cungcu yang tinggi tentu saja tak akan dilakukan apalagi
orang2 yang hadir dalam perjamuan ini adalah tokoh2 lihay
dari dunia persilatan, racun yang ada dalam sayur serta arak
tidak mungkin bisa meracuni seluruh hadirin"
Air muka Shen Bok Hong berubah hebat dengan cepat ia
menghardik dengan nada dingn
Suma Kan kalau kau ada maksud menghasut para jago
yang kuundang dengan segala macam perkataan tak senonoh
jangan salahkan kalau aku orang she Shen akan bertindak
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telengas dan memberi kematian untukmu."
Diantara para jago yang hadir dalam perjamuan saat ini,
sebagian besar pernah mendengar akan kekejian serta
keganasan Shen Bok Hong dalam berkelana didunia persilatan
tahun berselang. Sekarang melihat air muka Shen Bok Hong
mendadak berubah hebat, bahkan diantara ucapannya sudah
mencapaikan ancaman agar Suma Kan tidak banyak campur
tangan dalam urusan tersebut. tak kuasa mereka sama2
memandang ke arah orang itu.
Melihat sinar mata para jago sama2 dialihkan ke arahnya
Suma Kan kegirangan setengah mati. ia mendongak tertawa
terbahak2. "Hahaha.... walaupun perbuatan Shen Bok Hong semuanya
ada diluar dugaan dan tertutup sehingga semua jago dikolong
langit kena dikibulin namun tak akan berhasil mengelabuhi
sepasang mata Suma Kan...." serunya.
Shen Bok Hong tertawa dingin, mendadak serunya,
"Manusia kurang ajar yang tahu diri bicara seenaknya
dengan maksud menghasut, sungguh terkutuk! Pengawal!
tangkap orang itu. Dari balik bebungahan muncul suara sahutan diikuti sua
sosok bayangan manusia meluncur ke arah Suma Kan.
Melihat perbuatan serta tindakan yang telah dilakukan
Suma Kan, timbul rasa simpatik dalam hati Be Boen Hwie.
"Suma-heng, perlu bantuan siauwte?" ia bertanya dengan
nada berat. "Tak usah" sinar matanya segera dialihkan ketengah
kalangan. Tampak olehnya dua orang yang menerjang ke arahnya
telah berhenti tepat didepan mata orang yang ada disebelah
kiri berusia dua puluh lima, enam tahunan, memakai baju
ringkas warna hijau dan menggembol pedang di punggung,
Sedangkan orang yang ada disebelah kanan memakai baru
warna merah, air mukanya dingin kaku sema sekali tidak
menunjukkan perasaan. Siauw Ling yang ada disampingpun angkat kepala
memandang sekejap ke arah kedua orang itu lalu bisiknya
kepada Be Boen Hwie dengan suara lirih.
"Be-heng, orang berbaju hijau yang ada di sebelah kiri
adalah murid pertama Shen Bok Hong yang bernama Tang
Hong Tjiang sedangkan si orang berbaju merah yang ada
disebelah kanan bukan lain adalah salah satu dari Delapan
manusia bayangan berdarah yang diciptakan Shen Bok Hong"
Dalam pada itu kedua orang tadi sama2 berhenti kurang
lebih empat, lima depa didepan Suma Kan si orang berbaju
hijau yang ada di sebelah kiri segera menegur dingin.
"Kau hendak mengerahkan diri" ataukah memaksa kami
harus turun tangan?"
Suma Kan tertawa ter-bahak2.
"Ha.... ha.... Dalam arak yang dihidangkan Toa Cungcu tak
ada racunnya, dalam hidangan tak ada bisa namun disetiap
bangku yang kalian duduki telah disebari racun keji ulat emas
yang paling dahsayt!" serunya.
Perkataan tersebut seketika menggemparkan seluruh
kalangan, walaupun sebagian besar para hadirin belum pernah
mengunjungi Se-Ih dan belum pernah melihat sendiri
bagaimana macamnya racun keji ulat emas tersebut, namun
kebanyakan sudah pernah mendengar bahwasanya racun keji
Ulat emas merupakan racun paling dahsyat diantara racunracun
lainnya yang ada didaerah Biauw.
Setiap orang merasa hatinya tercekat, air muka berubah
hebat dan suasana makin gempar.
Dari sepasang mata Shen Bok Hong terlintas hawa
membunuh tetapi dalam sekilas mata wajahnya pulih kembali
dalam ketenangan ia tertawa ter-bahak2.
"Haa.... haa.... Suma-heng, kau adalah manusia bodoh
yang sedang mengigau disian ghari bolong" serunya.
"Hmm! Toa Cungcu kau memang bisa mengelabuhi
sepasang mata para enghiong dari seluruh kolong langit
namun jangan harap bisa lolos dari sepasang mata aku Suma
Kan" Tang Hong Ciang yang berdiri dihadapan Suma Kan sudah
bikin persiapan tapi berhubung Shen Bok Hong menyampaikan
perintah selanjutnya ia tetal bertahan diri.
Shen BOk Hong yang licik dan banyak akal setelah
memeriksa keadaan disekelilingnya serta menemukan air
muka para jago dihiasi hawa marah, ia lantas sadar bilamana
pada saat ini ia menyelesaikan Suma Kan maka para jago
yang hadir dalam kalangan akan percaya kalau mereka telah
tersengat oleh racun keji Ulat Emas saat itu suatu
pertempuran sengit tak bisa dihindari lagi.
Menemukan para jago yang hadir dalam kalangan rata2
berkepandaian tinggi, jikalah pertempuran in isampai dibiarkan
terjadi sekalipun kemenangan ada dipihak perkampungan
Seratus Bunga namun korban yang berjatuhan tentu tak
sedikit. Ia tak ingin menempuh bahaya besar seperti ini, orang she
Shen ini merasa tindakan pertama yang harus dilakukan
adalah menenangkan kembali hawa gusar yang menyerang
para jago kemudian menghilangkan kecurigaan yang mulai
menempel dalam benak mereka setelah itu baru
membereskan pengacau tersebut.
Setelah ambil keputusan ia tertawa tergelak.
"Suma-heng! serunga, "Umpama kau pernah mengikat
permusuhan dengan diriku atau pernah menaruh dendam
terhadap perkampungan Seratus Bunga, lebih baik tantanglah
kami secara terang2an atau langsung menegur perkampungan
kami. apakah kau tidak merasa malu dengan tindakanmu
menghasut para jago?"
"Setiap patah kata yang cayhe utarakan adalah kata2 jujur,
kalau Shen Cungcu masih juga mungkir....
Shen Bok Hong tidak biarkan ia bicara lebih jauh, kembali ia
tertawa terbahak2 sambil menukas.
"Setiap orang yang hadir disini adalah jago berkepandaian
tinggi, tenaga lweekang mereka pasti sangat lihay. benarkah
keracunan asal mengerahkan tenaga untuk periksa bukankah
segera akan dirasakan!"
"Tentang soal ini, aku pikir Shen Toa Cungcu sudah bikin
persiapan...." "Suma-heng mungkin ada sedikit sinting" seru Shen Bok
Hong menukas kembali. Apa yang dia ucapkan tak bisa
dipercaya. seandainya Cu-wi tidak percaya silahkan salur
tenaga untuk memeriksa diri sendiri, kalau keracunan
bukankah kalian akan segera tahu, orang ini mungkin sengaja
berbuat demikian untuk memisahkan hubungan aku orang she
Shen dengan kalian, lama kelamaan aku sendiripun tidak
tahan lagi...." Ia segera ulapkan tangannya sambi berseru.
"Tangkap manusia pengacau ini"
Sejak semula Tang Hong Ciang sudah bersiap sedia, begitu
perintah dilepaskan, tangan kanan orang she Tang tersebut
segera meluncur kedepan mencengkeram pergelanan kanan
Suma Kan. Merasakan datangnya ancaman, tangan kanan Suma Kan
ditarik kembali meloloskan diri dari serangan, kemuidan
tangan kirinya laksana kilat menyapu keluar.
Be Boen Hwie yang duduk sambil menonton jalannya
pertarungan, hanya terpaut empat lima langkah dari kalangan,
setiap kali ia dapat merasakan deruan angin serangan yang
kuat dari mereka berdua, terutama serangan balasan dari
Suma Kan, diam2 ia memuji akan kehebatan ilmu silatnya.
Ilmu silat yang dimiliki Tang Hong Ciang mendapat warisan
langsung dari Shen Bok Hong tentu saja sangat luar biasa,
tangan kanan segera diayun menyambut datangnya serangan
tadi dengan keras lawan keras.
"Braaak....!" diiringi bentrokan keras angin puyuh berputar
masing-masing pihak tergetar mundur satu langkah ke
belakang. Agaknya Tang Hong Ciang tidak menyangka manusia
sinting yang tidak kelihatan istimewa ini sebetulnya memiliki
ilmu silat yang maha dahsyat, tak kuasa ia dibikin tertegun
beberapa saat lamanya. Disaat ia masih tertegun Suma Kan melancarkan serangan
berantai. Dalam sekejap mata ia sudah mengirim delapan
jurus serangan memaksa Tang Hong Ciang mundur dua depa
ke belakang. Menjumpai murid pertamanya Tang Hong Ciang terdesak
kalah terus menerus, Shen Bok Hong merasa amat malu,
timbul hawa gusar dalam hatinya.
Sementara ia bersiap sedia untuk turun tangan sendiri.
mendadak dari posisi bertahan muridnya she Tang itu telah
berubah jadi posisi menyerang. berturut2 ia melancarkan tiga
buah serangan memaksa Suma Kan mundur satu langkah ke
belakang, ambil kesempatan itu tangan kanannya segera
diangkat ke atas. Selama pertarungan berlangsung, lelaki berbaju merah
yang punya wajah dingin kaku itu selalu berdiri disisi Suma
Kan bagaikan patung, sedikitpun tidak bergerak.
Namun setelah Tang Hong Ciang ulapkan tangannya,
keadaan tiba-tiba berubah.
Orang berbaju merah itu ayun tangan kanannya, tanpa
menimbulkan sedikit suarapun membabat punggung Suma
Kan. "Hati2 serangan bokongan!" segera Be Boen Hwie memberi
peringatan. Sekalipun Suma Kan sedang menghadapi musuh tangguh
macam Tang Hong Ciang, pendengarannya masih cukup
tajam, buru-buru ia ayun tangan kirinya membabat ke
belakang. Sebenarnya ia ingin menghindari datangnya serangan
bokongan tersebut, namun berhubung didepan sedang
digencet musuh sedang sebelah kiri adalah meja orang lain
sebelah kanan ada meja maka terpaksa ia ayunkan telapaknya
untuk menangkis. Sewaktu sepasang telapak saling bertemu Suma Kan
merasakan hatinya tercekat.
"Kurang ajar...." pikirnya "Tenaga lweekang yang dimiliki
orang ini jauh lebih dahsyat daripada si orang berbaju hijau itu
jikalau kedua orang ini menggencet aku dari depan dan
belakang, maka dalam pertarungan malam ini keadaanku yang
lebih berbahaya daripada rejeki....
Sementara ia masih termenung, si orang berbaju merah itu
sudah melancarkan serangannya meneter dia habis2an.
Serangan si orang berbaju merah itu benar2 hebat, satu
jurus lebih hebat dari jurus sebelumnya keganasan sulit
diduga. sedangkan serangan Tan Hong Ciang mengutamakan
kegesitan menggencet dari depan dan belakang dengan dua
macam tenaga yang berbeda sungguh suatu kerja sama
hebat. Suma Kan yang harus menahan serangan dari depan dan
membendung gencaran serangan dari si orang berbaju merah,
setelah lewat dua, tiga puluh jurus kemudian Suma Kan
terdesak hebat, keringat dingin mulai membasahi seluruh
tubuhnya. Setelah berlangsungnya pertarungan ini, pandangan para
jago terhadap Suma Kan berubah seratus delapan puluh
derajat, pikir mereka. "Sungguh tak disangka manusia sinting macam diapun
memiliki ilmu silat sedemikian dahsyat...."
Be Boen Hwie pun ikut dibikin terharu oleh semangat
jantan Suma Kan, melihat dia mulai keteter dan sebentar lagi
bakal roboh ia tidak tega, mendadak sambil bangun berdiri
tangan kirinya mendorong meja ke arah depan sementara
tangan kanan menerima datangnya serangan dari Tong Hong
Ciang. "Suma-heng! serunya. "Pusatkan seluruh perhatian untuk
menghadapi si orang berbaju merah itu, orang ini serahkan
saja kepada siauw-te"
Ditengah pembicaraannya salurkan tenaganya mengunci
tiga serangan berantai dari Tang Hong Ciang.
Walaupun tabiat Suma Kan tidak mau mengalah tetapi
iapun tahu bahwa dirinya sulit untuk menahan serangan
gabungan dua orang sekaligus jikalau pertarungan itu
dipaksakan niscaya ia bakal binasa atau terluka parah. Oleh
karena itu terhadap bantuan yang diberikan Be Boen Hwie ia
merasa amat berterima kasih.
Tanpa banyak bicara lagi ia pusatkan seluruh tenaganya
untuk menghadapi si orang berbaju merah itu.
Lelaki baju merah inipun hebat, baik jurus pukulan maupun
serangan telapaknya makin lama semakin dahsyat, kehebatan
serta kekejian serangannya membuat orang bergidik
Jurus2 serangan dalam ilmu silat walaupun mengutamakan
menyerang untuk memaksa orang bertahan namun di dalam
jurus serangan pada umumnya secara lapat2 separuh bagian
mengandung posisi bertahan.
Lain halnya dengan serangan2 dari si orang berbaju merah
ini semuanya bersifat menyerang bahkan kadang kala buat
pertahanan diri sendiripun tak ada, karena itu tidak aneh kalau
gencaran serangannya sangat dahsyat.
Setelah menyadari betapa dahsyatnya tenaga lweekang
yang dimiliki si orang berbaju merah itu ia tidak melakukan
pertarungan keras lawan keras lagi, dengan gerakan yang
cepat dan gesit ia paksa orang itu harus mempertahankan diri.
Dipihak lain Be Boen Hwie yang melangsungkan
pertarungan seimbang, baik dalam menyerang maupun
bertahan masing-masing pihak memiliki keistimewaan yang
berbeda, walaupun dua puluh jurus telah lewat keadaan masih
tetap seperti sedia kala tak ada yang menang dan tak ada
yang kalah. Shen Bok Hong yang selama in mengikuti jalannya
pertarungan segera menyadari bahwa pertarungan ini tak
mungkin bisa diselesaikan dalam waktu singkat hatinya mulai
tidak sabaran, pikirnya. "Kalau pertarungan seperti ini dilangsungkan terus entah
sampai kapan baru bisa selesai" peristiwa ini akan sangat
mempengaruhi nama besar perkampungan Seratus Bunga...."
Berada dalam situasi seperti ini apalagi berada didepan
mata umum, tidak leluasa baginya untuk kumpulkan anak
buahnya mengerubuti ber-sama2. hatinya amat serba salah.
Dengan kecerdikannya yang tersohor. ternyata ia gagal
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk mendapatkan sesuatu cara yang sempurnya.
Dari tengah kalangan pertemuan yang sedang berlangsung
mendadak berkumandang suara dengusan berat, seluruh
hadirin segera alihkan sinar matanya ke arah mana berasalnya
suara itu. Ketika angkat muka tampaklah Be Boen Hwie maupun Tang
Hong Ciang sama2 mundur empat langkah dan berdiri saling
berhadapan muka. Ternyata di dalam pertarungan sengit barusan masingmasing
pihak telah saling beradu kekerasan satu kali. Dalam
hal tenaga lweekang maupun ilmu silat mereka seimbang
karena itu mereka sama2 tergetar mundur empat langkah ke
belakang. Para jago memusatkan seluruh perhatiannya untuk
menonton jalannya pertarungan tersebut namun tak
seorangpun yang buka suara mencegah atau mencampuri
urusan tersebut. Terdengar Tang Hong Ciang tertawa dingin serunya.
"Sudah lama kudengar nama besar Be Cong Piauw Pacu,
setelah berjumpa hariini baru kurasakan bahwa nama
besarmu bukan kosong belaka"
Sreet! ia loloskan pedangnya dari sarung.
"Terima kasih, terima kasih" jawab Be Boen Hwie sambil
tersenyum, dari sakunya ia ambil keluar sebuah kipas dan
dibentangkan lebar. "Siauw-te ingin mohon petunjuk Be Cong Piauw Pacu dalam
kepandaian senjata" "Akan kuiringi keinginanmu tersebut"
Tang Hong Ciang segera ayunkan pedangnya mengobat
abitkan kekanan kiri, seketika terlintas cahaya pelangi keperak2an
yang memenuhi angkasa, namun ia belum mulai
dengan serangannya. Melihat bagaimana caranya orang itu mengayunkan
pedangnya Be Boen Hwie tidak berani memandang enteng
pihak lawan, kipas ditangannya segera diayun kedepan, hawa
murninya disalurkan mengelilingi badan sementara otaknya
berputar mencari akal bagaimana caranya membendung
serangan musuh. Dalam pada itu pertarungan antara silelaki berbaju merah
melawan Suma Kan telah mencapai puncak ketegangan tibatiba
Suma Kan menggunakan serangkaian ilmu telapak yang
aneh. Bayangan telapak berkibar memenuhi angkasa bagaikan
salju yang berhamburan dari langit ditengah kegencaran
serangan terebut hawa pukulan menekan tiada hentinya.
Pandangan para jago terhadap orang she Suma kembali
berubah, mereka merasa ilmu silat orang sinting ini seperti hal
orangnya, sukar diduga dan dimengerti.
Walaupun lelaki berbaju merah itu ganas dan berani
serangannya berat bagaikan godam namun semuanya
terkurung oleh gerakan telapak Suma Kan yang cepat dan
ringan ia gagal memperkembangkan jurus serangannya untuk
memperkuat daya pengaruhnya.
Shen Bok Hong sendiripun tidak menyangka kalau Suma
Kan adalah seorang pendekar lihay, apalagi bantuan yang
diberikan Be Boen Hwie, mimpipun ia tidak pernah berpikir
sampai disitu dengan demikian perhitungannya semula
mengalami perubahan besar.
Kecuali Shen Bok Hong mengirim jago-jago lihay lagi untuk
memperkuat posisi mereka, untuk beberapa saat sulit baginya
untuk menentukan siapa menang siapa kalah.
Ketika itu Tong Loo Thay Thay angkat kepalanya
memandang keadaan cuaca, kemudian ujarnya dingin.
"Shen Bok Hong waktu yang kita janjikan sudah hampir
tiba." "Hujien boleh berlega hati" jawab Shen Bok Hong sambil
meneguk arak. Setiap kata yang telah Shen Bok Hong katakan
tidak pernah berubah"
"Persoalan diantara kita lebih baik cepat-cepat diselesaikan,
agar akupun lebih cepat berangkat kembali ke Su Tzuan."
"Oooow jadi Hujien sudah yakin pasti dapat menangkan diri
cayhe!" "Paling sedikit aku bisa paksa kau berpandangan dan
bagaimanakah senjata rahasia dari keluarga Tong kami?"
Shen Bok Hong tertawa terbahak2.
"Heee.... heee.... heee.... tentang soal ini aku Shen Bok
Hong sudah sejak semula, ilmu melepaskan senjata rahasia
dari keluarga Tong asal Su Tzuan memang sudah tersohor
dikolong langit, sepanjang ratusan tahun tak pernah mundur,
tentu saja kalian memiliki suatu keistimewaan. hanya saja...."
"Hanya saja kenapa?" setu Tong Loo Thay Thay dengan air
muka berubah hebat. "Hanya saja selama hidup cayhe paling tidak takut terhadap
segala macam senjata rahasia"
"Hmm apakah kau tak merasa kegaian untuk bicara besar?"
jengek sinenek kembali sambil tertawa dingin.
"Seandainya Hujien tidak percaya lagi kau bakal tahu kalau
ucapan cayhe bukan gertak sambal belaka.
Dari tengan kalangan terdengar suara gelak tertawa dari
Suma Kan diiringi dengusan marah menggemparkan seluruh
kalangan. Ketika semua orang berpaling tampak silaki berbaju merah
itu dengan sepasang mata melotot gusar dan sepasang
telapak diayun kesana kemari memperdengarkan raungan
amarah yang gegap gempita, suaranya seperti binatang buas
yang siap menerkam mangsanya.
Sebalinya Suma Kan tetap bersikap tenang dengan langkah
ringan ia menggerakkan sepasang telapaknya melayani
serangan2 gencar dari silelaki berbaju merah itu.
Ia tidak mau melangsungkan adu tenaga dalam dengan
lelaki berbaju merah lagi sebab ia telah menemukan apabila
lelaki berbaju merah itu agaknya sudah kehilangan akal sehat,
seperti binatang buas saja menerjang dan menerkam tiada
hentinya. Dipihak lain pertarungan antara Be Boen Hwie melawan
Tang Hong Ciangpun sudah mencapai puncak ketegangan.
masing-masing pihak berusaha untuk mencari kemenangan.
Diluar kalangan ada dua orang yangjauh lebih gelisah dari
mereka yang sedang melangsungkan pertarungan orang itu
adalah Siauw Ling serta Shen Bok Hong.
Siauw Ling kuatir Be BOen Hwie menderita kekalahan ia
takut berhubung persoalan ini akan mengakibatkan usahanya
menolong kedua orang tuanya menjumpai kegagalan, ingin
sekali ia membantu Be Boen Hwie secara diam2 namun setiap
kali ia batalkan niatnya.
Sedangkan Shen Bok Hong tidak ingin sebelum pertemuan
dimulai, dihadapan umum mengundang anak buahnya lagi
untuk rebut kemenangan dengan jumlah banyak sehingga
melukai Suma Kan serta Be Boen Hwie, apalagi tempat
duduknya terlalu jauh dari kalangan pertempuran, sekalipun ia
bermaksud membantu Tang Hong Ciang secara diam2pun
tidak mungkin. Dalam pada itu irama musik yang berkumandang keluar
dari balik bebungahan telah berhenti, suasana sunyi senyap
tak kedengaran sedikit suarapun kecuali deruan angin pukulan
yang memekakkan telinga. Seperminum teh kembali sudah lewat, mendadak Suma
Kan yang berada ditengah kalangan berseru lantang.
"Harap Cuwi sekalian cepat tinggalkan kursi, orang2 dari
perkampungan Seratus bunga mulai melepaskan racun keji
ulat emas" Para jago yang hadir dalam kalangan saat ini rata2
merupakan jago kawakan yang berpengalaman sangat luas
walaupun belum pernah melihat sendiri cara melepaskan
racun keji dari daerah Biauw, namun mereka pernah
mendengar, kebanyakan racun-racun semacam itu dilepaskan
dalam air teh atau arak, sehingga seseorang tanpa sadar telah
keracunan dan terpengaruh oleh racun tadi, sepanjang hidup
tak berani berkhianat kembali.
Kini mendengar Suma Kan berseru demikian mereka lantas
berpendapat mungkin ada cara pelepasan racun keji lain
kecuali melalui minuman serta makanan.
Walaupun para jago sedikit tidak percaya tetapi peringatan
yang diutarakan Suma Kan sampai berulang kali membuat
mereka tanpa sadar mulai salurkan tenaga murninya untuk
melakukan persiapan. Sebagian besar bahkan semua tamu yang diundang Shen
Bok Hong dalam perjamuan malam ini kebanyakan adalah
mereka2 yang dicurigai, ia sudah bersiap menarik mereka2
yang bisa digunakan dan membasmi mereka yang membandel
agar dalam pertemuan para enghiong besok siang tak terjadi
kericuhan kembali. Tetapi jago-jago yang diundang kebanyakan adalah jago
kawakan yang punya pengalaman sangat luas, Shen Bok Hong
sadar dengan nama jeleknya tempo dulu dalam dunia
persilatan, orang2 ini tentu sudah bikin persiapan. Menaruh
racun dalam arak atau makanan sulit untuk menjebak lawan
bahkan kemungkinan malah terbongkar rahasianya. oleh
sebab itu ia bermaksud mencari satu cara lain untuk meracuni
para jago itu tanpa mereka sadari sendiri.
Shen Bok Hong tahu Kiem Hoa Hujien adalah jago
melepaskan racun keji nomor wahid dari daerah Biauw, ia
lantas mengajak perempuan itu berunding dan menetapkan
satu cara pelepasan racun itu.
Ia minta Kiem Hoa Hujien yang melepaskan racun keji Ulat
Emas paling lihay itu sehingga membuat para jago tanpa
sadar keracunan semua. Saat ini waktu buat Kiem Hoa Hujien untuk melepaskan
racun telah sampai. namun kena dibongkar rahasianya oleh
Suma Kan, timbul rasa benci yang bukan buatan terhadap
orang ini. kepingin sekali ia membinasakan orang itu jadi abu.
Tetapi justru ilmu silat Suma Kan amat lihay, sampai salah
satu dari delapan manusia bayangan berdarahnya pun gagal
merobohkan dirinya. Walaupun dalam hati Shen Bok Hong merasa amat gelisah,
namun tabiatnya yang licik banyak akal membuat ia tetap
bersikap tengan sementara otaknya berputar kencang mencari
cara paling bagus untuk mengatasi situasi.
Setelah meninjau situasi beberapa saat, ia mengambil
kesimpulan kecuali dia turun sama2 mengerubuti Suma Kan,
Tetapi saat ini Shen Bok Hong sendiri sudah mengikat
perjanjian lebih dahulu dengan Tong Loo Thay Thay. jagoan
senjata rahasia beracun yang paling tersohor dari kolong
langit jikalau ia turun tangan sendiri kemungkinan bisa
timbulkan niat nenek itu untukturun tangan. Sebaliknya kalau
ia mengumpulkan anak buahnya untuk mengerubuti Suma
Kan, kemungkinan akan menimbulkan rasa puas dihati para
jago sehingga akhirnya suatu pertarungan massal tak
terhindarkan. Lama sekali ia termenung, memikirkan beratus2 macam
cara namun selalu gagal mendapatkan akal yang paling bagus,
Sementara Shen Bok Hong sedang mencari akal bagus,
situasi pertarungan ditengah kalangan pun kembali terjadi
perubahan besar. Tampak serangan telapak Suma Kan makin lama makin
gencar, semakin aneh. harapan si lelaki berbaju merah untuk
merebut kemenanganpun makin lama makin tipis.
Namun kenekatan serta kegigihan si orang berbaju merah
itu mempertahankan diri, membuat semua jago dalam
perjamuan terkesiap. Ternyata sejak semula lelaki berbaju merak itu sudah
terdesak kalah. beberapa kali terluka ditangan Suma Kan,
namun setiap kali pula ia menggunakan jurus adu jiwa untuk
mematahkan mara bahaya tersebut dan tetap
mempertahankan posisi seimbang.
Diantara para jago yang hadir disana cuma Siauw Ling
seorang yang paham apa sebabnya bisa terjadi begini,
ternyata delapan manusia bayangan berdarah yang diciptakan
Shen Bok Hong ini sudah memperoleh latihan istimewa, bukan
saja ilmu silatnya lihay, berani mati dan sangat bernyali
bahkan kesadarannya boleh dikata sudah punah sama sekali.
Terdengar Suma Kan kembali berteriak.
"Kali ini cayhe dengan taruhan nyawa melangsungkan
pertarungan sengit, serta tiada sayangnya mengikat tali
permusuhan dengan pihak perkampungan Seratus Bunga
bukan lain disebabkan muncul dari hati yang ramah, aku tidak
tega melihat Tjuwi terkena racun keji. Aku rasa kalian semua
sudah melihat sendiri bukan pertarungan ini benar2 terjadi,
seandainya kalian mau percaya perkataan cayhe, cepatlah
tinggalkan tempat duduk kalian itu."
Sembari berteriak, perlahan ia mundur ke belakang.
Pada saat ini sudah ada separuh bagian para jago yang
mendengarkan peringatan itu. bangun berdiri dan
mengundurkan diri. Walaupun Shen Bok Hong cukup licin namun setelah
melihat usahanya menemui kegagalan, ia tak dapat menahan
diri lagi. Seumpama ia biarkan para jago mengundurkan diri semua
maka racun keji yang dilepaskan Kiem Hoa Hujien akan tak
ada gunanya lagi, dalam keadaan cemas tanpa
memperdulikan kegusaran yang mungkin timbul dari para jago
lagi ia tertawa dingin dan menghardik.
"Orang ini berlagak sinting dan bicara tidak karuan, kalau
tidak memberi hukuman kepadanya, perkampungan Seratus
Bunga mana bisa tancapkan kaki dalam dunia persilatan lagi?"
Setelah bergumam sendiri mendadak ia angkat tangan
kanannya dan bertepuk tangan tiga kali.
Dari balik pepohonan segera bergema irama musik yang
aneh sekali, dua orang gadis berbaju putih lambat2 munculkan
diri. Dengan ilmu menyampaikan suara Shen Bok Hong
memberi petunjuk kepada kedua orang gadis itu mendadak
kedua orang dara tadi berbelok ke arah Suma Kan.
Diantara para jago kebanyakan berpengalaman luas,
selama ini mereka selalu mengawasi gerak gerik Shen Bok
Hong dari gerakan bibirnya mereka tahu orang itu sedang
mengirim pesanan dengan ilmu menyampaikan suara. hanya
mereka tak tahu apa yang sedang dibicarakan.
Irama musik yang aneh menambah keseraman serta
kemisteriusan suasana tersebut.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tampak kedua orang dara berbaju putih itu mendekati
punggung Suma Kan kemudian sama2 meloloskan senjata dan
melancarkan serangan mematikan tanpa mengeluarkan sedikit
suarapun. Pada mulanya jurus serangan dari kedua orang gadis itu
tidak begitu hebat namun setelah lewat empat lima jurus daya
tekanannya semakin hebat cahaya pedang berkilauan,
serangannya makin gencar seketika Suma Kan didesak balik
kedepan tempat duduknya. Setelah Suma Kan didesak dalam keadaan yang penuh
bahaya ia harus pusatkan segenap pikirannya untuk
menghadapi serangan, tak ada waktu lagi baginya untuk
berteriak memberi peringatan.
Sementara itu para jago yang sudah diperingati oleh Suma
Kan kembali terhisap perhatiannya oleh sitauasi yang terjadi
secara mendadak ini, karena lupa untuk meninggalkan tempat
duduknya. Siauw Ling yang ada disisi kalangan diam2 mulai
mengawasi jurus pedang kedua orang dara berbaju putih itu
ia merasa serangannya ganas, aneh dan telengas, jauh lebih
hebat daripada kepandaian bayangan berdarah ciptaan Shen
Bok Hong itu, hatinya terkesiap segera pikirnya
"Darimana Shen Bok Hong berhasil mengumpulkan gadis2
berkepandaian demikian lihaynya" orang ini tak boleh
dipandang enteng, se-akan2 di dalam perkampungan seratus
bunga yang kecil sudah tersembunyi ratusan jago Bu lim yang
berkepandaian lihay."
Pada saat pikirannya melayang jauh Suma Kan ditengah
kalangan sudah menunjukkan tanda-tanda kalah.
serangan pedang kedua orang dara berbaju putih itu cepat
bagaikan hembusan angin. seketika memaksa Suma Kan jadi
kalang kabut dan susah melayaninya.
Shen Bok Hong mendongak memeriksa keadaan cuaca
kemudian pikirnya di dalam hati.
"Setengah Hioo lagi Kiem Hoa Hujien akan melepaskan
racun ulat emas aku harus berusaha untuk mengundurkan
waktu setengah hioo lagi, dengan demikian seluruh jago yang
ada di dalam kalangan akan keracunan semua dan tenaganya
bakal bisa kugunakan semua"
Sementara ia masih berpikir dua orang lelaki bersenjata
golok mendadak bangun berdiri, sambil ayun senjatanya
mereka berbareng menyerbu ketengah kalangan.
"Heng tahy jangan gelisah, kami akan membantu dirimu."
hardiknya sang golok segera bekerja membabat kedua orang
gadis itu. Ilmu silat yang dimiliki kedua orang lelaki ini tidak lemah,
babatan golok mereka secara lapat2 disertai deruan angin
tajam. Tampak kedua orang dara berbaju putih itu mendadak
menyebarkan diri, satu menahan serangan gabungan dari
kedua orang lelaki tersebut sedangkan yang lain tetap
menerjang Suma Kan habis2an.
Menemukan situasi makin lama semakin tidak
menguntungkan dan keadaan tersebut tak bisa ditunda lebih
jauh, Siauw Ling bermaksud turun tangan sendiri untuk
membebaskan Suma Kan dari mara bahaya sebab kalau tidak
berbuat demikian tidak sampai sepuluh jurus lagi Suma Kan
pasti akan terluka oleh babatan pedang dara berbaju putih itu.
Namun iapun ragu2, sebab kalau dia sampai berbuat
demikian maka Shen Bok Hong bakal mengetahui rahasianya.
Sementara ia merasa serba salah, mendadak satu ingatan
berkelebat dalam benaknya ia teringat akan diri Tong Loo
Thay Thay. "Mengapa aku tidak mencari akal untuk paksa dia turun
tangan" pikirnya. Ketika ia berpaling, terlihat Tong Loo Thay Thay sedang
pusatkan perhatiannya menonton jalannya pertarungan
ditengah kalangan, terutama jurus pedang dari dara berbaju
putih itu, sampai2 niatnya untuk menantang Shen Bok Hong
bergebrakpun untuk sementara waktu terlupakan.
Keadaan Suma Kan makin lama semakin bahaya. gerakan
tubuh dara berbaju putih itu amat gesit, jurus pedangnya
telengas membuat Suma Kan tak sanggup mempertahankan
diri. ditambah pula terjangan2 silelaki berbaju merah posisinya
semakin terjepit, Siauw Ling yang ikut memperhatikan jurus
pedang kedua orang dara berbaju putih itu iapun berpendapat
jurus pedangnya yang berbeda dengan jurus pedang pada
umumnya. seluruh serangan mengambil gerakan berbalikan.
semua ancaman ditujuka ketempat2 yang sukar diduga.
Pertarungan antara Be Boen Hwie melawan Tang Hong
Ciang pun sudah mencapai titik ketegangan, hanya cara
bergebrak berbeda jauh dengan Suma Kan.
Waktu saing berpandangan lebih banyak daripada waktu
bergebrak, namun setiap serangan yang dilepaskan tentu
dahsyat dan mengerikan. Ber-turut2 Tang Hong Ciang mengirim dua serangan
berantai namun semuanya kena dikunci oleh Be Boen Hwie.
Walaupun Be Boen Hwie berhasi memunahkan dua
serangan tersebut, hatinya tercekat juga, asalkan Tang Hong
Ciang menambahi tenaga kua bagian lagi dalam serangannya
niscaya ia sudah terluka oleh babatan pedangnya.
Ambil kesempatan semua orang pusatkan perhatian
ketengah kalangan, Siauw Ling memungut selembar daun
kemudian diatas daun tadi diukirnya beberapa patah kata
yang kira2 berbunyi, "Situasi amat berbahaya, harap turun tangan"
Setelah menimbang jarakanya dengan Tong Loo Thay Thay
salurkan hawa murninya kemudian dengan ilmu Hwei Sian
Hoat yang paling diandalkan Liauw Siancu dalam berkelana
tempo dulu, lembaran daun tadi segera meluncur kedepan.
Ketika daun tadi berada beberapa tombak jauhnya
mendadak membuat gerakan berputar dan melayang ke arah
Tong Loo Thay Thay. Walaupun Siauw Ling mengirim daun tadi dengan tenaga
jari Hwie Sian Tji, namun berhubung daun itu terlalu ringan
sulit mencapai tempat jauh, lagi pula jarak Tong Loo Thay
Thay dengan dirinya lebih lima tombak mungkinkah diterima
oleh nenek tersebut ia kurang yakin,
Tampak daun tadi melayang langsung ke arah Tong Loo
Thay Thay nemun sayang ketika tinggal dua depa jauhnya
tenaga sambitan telah habis.
"Ah sayang...." diam2 Siauw Ling gegetan, "Jikalau aku
menambahi sedikit tenaga lagi niscaya daun tadi akan terjatuh
ketangan Tong Loo Thay Thay."
Sementara ia berpikir mendadak seorang dayang cantik
berbaju biru yang ada dibelakang Tong Loo Thay Thay
ayunkan tangannya mengisap daun tadi ketangannya.
Melihat kejadian ini Siauw Ling kegirangan, pikirnya.
"Semoga saja ia serahkan daun tadi ketangan Tong Loo
Thay Thay...." Siapa sangka setelah dayang cantik tadi mencekal daun
tersebut tanpa dipandang sekejap pun dibuang kembali ke
atas tanah. Ketika itu perhatian semua jago ditujukan ketengah
kalangan dimana sedang berlangsung suatu pertarungan
sengit jarang atau hampir boleh dikata tak seorangpun yang
memperhatikan perbuatan Siauw Ling menyambit mengirim
berita. "Aduuh celaka agaknya aku harus berbuat repot lagi" seru
Siauw Ling dengan hati kecewa.
Ia tahu berbuat demikian adalah suatu tindakan yang
sangat menempuh bahaya, sinar mata Shen Bok Hong amat
tajam walaupun pertama kali ia berhasil mengelabuhi dirinya
namun kali ini belum tentu ia seuntung tadi.
Ia bukan takut konangan sehingga terjadi bentrokan
langsung dengan Shen Bok Hong, yang dikuatirkan adalah
keselamatan orang tuanya, cinta kasih ayah dan ibu membuat
Siauw Ling tak berani memperlihatkan kedudukannya.
Mungkin sekali dayang cantik yang memungut daun tadi
secara tiba-tiba merasakan diatas daun ada tulisannya.
dengan ujung kaki ia mencungkil kembali daun tersebut,
kemudian dilihat sekejap dan segera dimasukkan ke dalam
kantong senjata rahasia. "Wah celaka dua belas." Kembali Siauw Ling mengeluh.
"Seharusnya diatas daun itu aku cantumkan nama Tong Loo
THay Thay walaupun dewasa ini ia sudha memungut daun itu
dan membaca tulisannya, namun tak tahu siapa yang
dimaksudkan, inilah kesalahanku sendiri.... hanya budak
tersebutpun menjengkelkan setealh mengambil daun tadi
mengapa tadi tak diserahkan kepada majikannya...."
Sementara ia tidak tengan. mendadak dayang cantik itu
menunduk dan membisikkan sesuatu kesisi telinga Tong Loo
Thay Thay. Seluruh rambut Tong Loo Thay Thay yang telah beruban
berkibar kencang, sambil memukul meja ia berteriak.
"Shen Bok Hong, aku sudah tak sabar menunggu lebih
jauh, kalau kau tidak ingin mencari tempat lain ayoh kita
bereskan persoalan kita ditempat ini saja!"
Ketika itu menang kalah sudah tertera, keadaan Suma Kan
sangat berbahaya, kedua orang lelaki yang turun tangan
membantupun terjebak dalam situasi kritis, mereka telah
tergulung ke dalam hawa pedang sang dayang berbaju putih
itu, dalam sepuluh gebrakan lagi mereka pasti berhasil
merobohkan Suma Kan serta kedua orang lelaki itu.
Bahkan sepuluh gebrakan lagi Kiem Hoa Hujien pun akan
mulai melepaskan racun kejinya seandainya sampai semuanya
berlangsung beres maka para jago akan terkurung semua.
Waktu itu Shen Bok Hong sedang membayangkan hasil
yang bakal dicapai dengan hati bangga, siapa sangka
mendadak Tong Loo Thay thay pukul meja sambi menantang
perang. Sepasang alis Toa Cungcu dari perkampungan seratus
bunga ini kontan berkerut, serunya dengan nada dingin.
"Hujien mengapa kau begitu gelisah?"
"Aku buru-buru mau pulang ke Su Tzuan" teriak Tong Loo
Thay Thay dngan wajah penuh kegusaran. "Tidak sudi aku
berdiam lebih lama lagi dalam perkampungan Seratus
Bungamu ini" Ia sambar tongkat kepala burung Hongnya kemudian
membentak keras. "Harap Cuwi sekalian menyingkir jauh2 agar senjata
rahasiaku tidak sampai salah melukai kalian semua"
Senjata rahasia dari keluarga Tong di Su Tzuan sudah
tersohor puluhan tahun lamanya dalam dunia persilatan
bahkan sebagian besar beracun kecuali obat pemunah dari
keluarga Tong sendiri tak ada obat penolong lagi.
Bentakan sinenek tersebut ternyata amat manjur para jago
yang berada disekitar Tong Loo Thay Thay sama2 menyingkir.
Sambil menhentakkan tongkat ke atas tanah selangkah
demi selangkah Tong Loo Thay Thay maju kedepan teriaknya
lagi. "Shen Bok Hong ayoh cepat terima tantanganku ini!"
Melihat dirinya didesak terus menerus hawa amarah dalam
hati Shen Bok Hong berkobar dengan hebatnya, namun ia
tetap berusaha untuk menenangkan diri, lambat2 ia bangun
berdiri. "Kalau memang Hujien memaksa cayhe harus bergebrak
juga pada saat ini, terpaksa aku orang seh Shen akan
mengiringi kemauanmu itu."
"Shen Bok Hong!" jengek Tong Loo Thay Thay sambil
tertawa dingin. "Sebelum kita muali bergebrak, terlebih dahulu
aku hendak mengutarakan beberapa patah kata, cayhe ingin
para jago bertindak sebagai saksi daripada nantikah kalah
dengan hati tidak puas"
"Haa.... haa.... mungkin yang kalah bukan aku Shen Bok
Hong!" "Segera akan kita ketahui siapa menang siapa kalah. tak
usah kita orang bersilat lidah...."
Setelah merandek sejenak ujarnya kembali.
"Pertarungan kita hari ini jauh berbeda dengan pertarungan
pada umumnya siapa punya kepandaian boleh dikeluarkan
semua, siapa mati atau terluka bukan urusan"
"Tentang soal ini sudah cayhe duga, keluarga Tong kecuali
memiliki beberapa macam senjata rahasia yang dahsyat cayhe
tak bisa menduga kalian memiliki ilmu silat apalagi yang
mengejutkan. "Baik. terimalah sebuah babatan taongkatku"
Tongkat kepala burung Hongnya dikebaskan kedepan
dengan gerakan Thay san Ya teng atau Gunung Thay san
menekan kepala membabat keluar.
Ujung baju kiri Shen Bok Hing segera dikebaskan kedepan.
segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat dengan cepat
mengunci datangnya babatan tongkat Tong Loo Thay Thay
yang disertai dengan deruan angin tajam itu,
Menjumpai kedahsyatan lawan, para jago tercekat hatinya.
"Ah ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong betul2 luar
biasa...." pikir mereka hampir berbarng.
Tong Loo Thay Thay sendiripun amat terperanjat, namun
saat ini ia sudah terlanjur turun tangan, keadaannya laksana
menunggang mau turunpun tak mungkin terpaksa dengan
keraskan kepala pergelangan diputar, dengan jurus Heng-san-
Cian-Kiem atau Menyapu Hancur Selaksa Prajurit, tongkatnya
menyapu sejajar dada. Shen Bok Hong tertawa ter-bahak2, ujung baju kanannya
dikebaskan kedepan menahan datangnya serangan itu
sementara badan maju kedepan, ujung baju kiri menyapu ke
atas kepala. Tong Loo Thay-Thay tekuk pergelangannya menarik
kembali tongkat tersebut kemudian badannya laksana kilat
mundur tiga langkah ke belakang.
Gerakan Shen Bok Hong tidak sampai disitu ia mendesak
kedepan ujung bajunya yang longgar melancarkan serangan
berantai, dalam sekejap mata dariposisi bertahan ia berebut
posisi menyerang. Para jago yang menonton jalannya pertarungan itu diam2
bergidik juga, pikir mereka,
"Walaupun senjata rahasia beracun dari keluarga Tong
sangat lihay tetapi ilmu silatnya biasa saja. Tong Loo Thay-
Thay ini disebut juga nomor wahid dari keluarga Tong dewasa
ini. tak disangka dalam bergebrak melawan Shen Bok Hong
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belum sampai lima jurus pihak lawan berhasil merebut posisi,
bahkan kelihatan sekali ia keteter hebat alangkah dahsyatnya
ilmu silat Toa Cungcu ini,,,"
Serangan2 ujung baju Shen Bok Hong sepintas lalu
kelihatan tidak cepat, tetapi arah ancamannya aneh sekali dan
sulit dihindari bahkan kadang kala sampai separuh jalan
berubah arah, Baru bergebrak sepuluh jurus, Tong Loo Thay Thay sudah
didesak mundur sampai sejauh enam tujuh depa.
Melihat Ciangbunjien keluarga Tong yang tersohor
diseluruh kolong langit berhasil didesak sampai kalang kabut
oleh serangan tangan kosongnya, ia jadi amat bangga, sambil
tertawa ejeknya. "Ilmu silat dari keluarga Tong dari Su Tzuan tidak lebih
begini saja...." Sebelum kata2 itu selesai diutarakan, mendadak ia
mendengus dingin, badannya mundur ke belakang sementara
sepasang ujung baju menari tiada hentinya.
Tampak seklilas cahaya keperak2an menyebar keempat
penjuru ditengah keyutan baju Shen Bok Hong yang dahsyat
dan jatuh rontok ke atas tanah.
Senjata rahasia keluarga Tong benar hebat, para jago yang
ada dalam kalangan tak seorangpun yang berhasil melihat
jelas bagaimana Tong Loo Thay Thay melepaskan jarum
peraknya untuk membebaskan diri dari bahaya dan mendesak
mundur Shen Bok Hong. Dengan adanya kejadian ini posisi Shen Bok Hong pun
merebut kembali dengan tongkat kepala ularnya Tong Loo
Thay Thay mulai merebut posisi menyerang menggencet
musuhnya habis2an. Mendadak terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati
berkumandang memecahkan kesunyian. diikuti kemudian
berjatuhannya senjata tajam.
Ternyata dua orang lelaki yang turun tangan membantu
Suma Kan tadi sudah menggeletak mati oleh babatan pedang
dayang itu. Setelah berhasil membunuh kedua orang itu dengan sinar
mata dingin dayang cantik berbaju putih itu menyapu sekejap
seluruh kalangan kemudian selangkah demi selangkah
mendekati Suma Kan. Waktu itu Suma Kan sudah terkurung hebat oleh serangan
dayang berbaju putih serta lelaki berbaju merah itu. kini bila
ditambah dengan seorang lawan lagi maka Suma Kan akan
kepayahan, mungkin tidak sampai tiga jurus pun ia sudah
roboh binasa. Siauw Ling sadar apabila ia tidak segera turun tangan maka
situasi akan terjadi perubahan, diam2 ia salurkan hawa
murninya ketangan kemudian dengan ilmu jari Siauw loo sin tji
ia menotok ketengah udara mengancam dayang cantik
berbaju putih tersebut. Kelihatan sekali dayang berbaju putih itu akan berhasil,
mendadak ia berseru tertahan dan roboh terjengkang ke atas
tanah. Waktu ituSuma Kan sudah merasa ia bakal mati, siapa
sangka tiba-tiba musuhnya roboh sendiri. semangatnya
berkobar. sepasang kepalanya bergerak cepat mendesak
mundur lelaki berbaju merah, kemudian dengan ujung baju
membesut keringat dan dengan ujung kaki mencukil pedang
dayang yang roboh ke atas tanah itu.
Setelah pedangnya berhasil dicekal bagaikan harimau
tumbuh sayap ia balas melancarkan serangan gencar, dalam
sekejap mata orang berbaju merah itu sudah terkurung dalam
cahaya pedangnya. Siauw Ling yang berhasil dalam serangannya segera
berpikir. "Jurus pedang kedua orang dayang berbaju putih ini paling
ganas aku harus robohkan dulu mereka berdua kemudian baru
bisa merebut posisi lebih menguntungkan"
Karena berpikir demikian kembali ia menggunakan ilmu
Siuw-loo-sin-tji menotok ke arah dayang berbaju putih itu.
Segulung desiran angin tajam segera meluncur kedepan.
Ketika itu dayang berbaju putih tadi sedang tertegun
karena rekannya tiba-tiba roboh, sebelum ingatan kedepan
berkelebat lewat segulung desiran angin tajam telah
menghantam jalan darah Put-yong-hiat dipinggangnya,
pedang segera terlepas dan ia roboh ke atas tanah.
Perubahan secara mendadak membuat para jago
kebingungan, mereka tak bisa membedakan lagi mana kawan
mana lawan, dengan hati tercekat puluhan pasang mata
menyapu berbareng keempat penjuru.
Jurus pedang yang aneh dari sepasang dayang berbaju
putih itu mendatangkan rasa takut bagi para jago namun
robohnya mereka berdua secara tiba-tiba makin mengerikan
hati para jago. Semua orang tahu tentu ada orang turun tangan secara
diam2 melukai kedua orang dayang tersebut hanya tak jelas
siapakah orang tersebut dan melukainya dengan kepandaian
apa. Buru-buru Shen Bok Hong melancarkan dua serangan
dahsyat mendesak mundur Tong Loo Thay-Thay kemudian
badannya yang tinggi besar rada bongkok melayang ketengah
udara menghampiri kedua orang dayangnya yang roboh
ketanah, satu tangan sesosok badan, diperiksanya dengan
seksama kemudian ia menghardik.
"Tahan!" Tang Hong Ciang mengiakan dan mundur lima depa ke
belakang. Be Boen Hwie pun segera melipat kipasnya ia tidak
mengejar pihak lawan lebih jauh.
Terdengar Tang Hong Ciang bersuit rendah lelaki berbaju
merah tadi segera menarik serangannya mundur ke belakang.
Suma Kan pun menarik kembali serangannya tidak
mengejar lebih jauh. Dengan sepasang tangannya Shen Bok Hong melempar
kedua orang dayang tersebut kepada Tang Hong Ciang.
"Bawa mereka mundur ke belakang" perintahnya.
Dengan suatu gerakan cepat Tang Hong Ciang masukkan
pedangnya ke dalam sarung kemudian menerima tubuh kedua
orang dara tadi, lalu bersama2 lelaki berbaju merah itu
mengundurkan diri kebalik bebungahan.
Menanti Tang Hong Ciang telah mengundurkan diri, Shen
Bok Hong beru tertawa dingin tiada hentinya.
"Sahabat dari mana yang memiliki ilmu jari amat dahsyat,
membuat aku Shen Bok Hong betul kagum."
Sembari berkata sepasang matanya dengan tajam
menyapu keempat penjuru. Siauw Ling segera menarik kembali sinar matanya dan
duduk tenang dikursinya, sementara raut mukanya
menunjukkan se-akan2 tak pernah terjadi sesuatu.
"Sahabat!" Shen Bok Hong kembali berseru. "Maaf kalau
aku Shen Bok Hong tidak baik dalam melayani kehadiranmu
setelah kini kau berani melukai dayang perkampungan Seratus
bunga kami dengan ilmu jari Kiem Kong Tji, aku rasa ilmu
silatmu tentu sangat lihay, setelah berani berbuat mengapa
tak berani mengaku?"
Beberapa kali ia ulangi bentakan itu nemun tak kedengaran
seorang manusiapun yang memberi jawaban.
Kendati Shen Bok Hong adalah seorang cerdik dalam
keadaan seperti ini ia gagal untuk memperoleh jawaban.
Tampak Tong Loo Thay-Thay sambil mengetuk tongkatnya
berseru. "Shen Bok Hong, pertarungan kita belum selesai, siapa
menang siapa kalah belum diputuskan, ayoh kita teruskan
lagi" "Hmm! apakah Hujien punya keyakinan untuk menang"
lebih baik kita teruskan saja nanti" jawab Toa Cungcu ini
dengan nada dingin. Diluar ia berbicara, hatinya amat gelisah jikalau ia gagal
menemukan sang pembokong maka kesalahan ini akan
terhitung amat besar. Tong Loo Thay Thay hanya bergebrak sebanyak duapuluh
jurus melawan Shen Bok Hong tetapi ia harus melepaskan
empat kali jarum beracunnya, untuk merebut posisi.
seandainya senjata rahasia keluarga Tong tidak lihay sehingga
membuat Shen Bok Hong rada jeri. niscaya sejak tadi Tong
Loo Thay Thay sudah terluka ditangan orang itu.
Saat ini senjata rahasia yang dibekal sudah tak banyak lagi.
apapula senjata rahasia tersebut tak mungkin melukai Shen
Bok Hong karena itu sedikit banyak iapun sudah dibikin rada
was2 hanya saja untuk menjaga nama baik keluarga Tong,
mau tak mau ia harus meneruskan tantangannya.
Dan sekarang Shen Bok Hong sudah mengutarakan
maksudnya dengan senang hati ia ambil kesempatan itu untuk
mengundurkan diri. Suasana dalam kalangan seketika menjadi sunyi senyap tak
kedengaran sedikitpun juga suarapun, saking tenangnya
sampai hembusan napaspun kedengaran.
Dengan sepasang mata yang tajam Shen Bok Hong
menyapu wajah setiap orang namun gagal menemukan sedikit
titik terang, ia lantas tertawa dingin.
"Saudara, kau memiliki ilmu silat yang lihay" serunya.
"Kenapa perbuatanmu sembunyi2 seperti cucu kura2, apakah
tidak takut kehilangan pamor seorang lelaki sejati?"
"Gendang senja genta fajar, tak bakal bisa mengejutkan
seseorang. Be-heng mari kita pergi" mendadak siperamal sakti
dari lautan Timur Suma Kan berseru.
Pada saat ini pandangan Be Boen Hwie terhadap Suma Kan
telah berubah, ia merasa walaupun orangnya latah namun
memiliki il mu silat yang sangat lihay, hanya sayang
pengalamannya sangat cetek dan selalu ingin menonjolkan diri
sehingga salah dianggap sebagai orang sinting, segera
jawabnya. "Bagaimana" apakah Suma heng sudah menemukan
mereka hendak melepaskan racun keji ulat emas?"
"Kalau perhitungan siauwte tidak salah mereka sudah mulai
melepaskan racun-racun keji tersebut,
Tanya jawab antara mereka berdua dilakukan dengan suara
keras, tujuan mereka bukan lain adalah berharap agar para
jago bisa mendapat peringatan terakhir dan segera
mengundurkan diri dari tempat bahaya.
Melihat para jago sama sekali tak bergerak hatinya Be Boen
Hwie menggembuskan napas panjang sambil mengundurkan
diri serunya keras, "Suma-heng, tahukah kau sampai seberapa jauh jarak yang
bisa tercapai racun keji ulat emas itu" kita harus
mengundurkan diri sampai dimana baru bisa lolos dari
ancaman mara bahaya?"
"Menurut pengetahuan siauwte kalau orang yang
melepaskan racun adalah seorang ahli serta memiliki tenaga
lweekang yang sempurnya maka jaraknya bisa mencapai
sejauh lima li, tetapi hal ini berlaku kalau korbannya satu
orang sedangkan apabila yang dihadapi adalah para jago
dalam kalangan seperti ini maka jaraknya tak akan jauh kalau
kita bisa mengundurkan diri sampai suatu jarak tertentu maka
bisa lolos dari mara bahaya itu.
Mengikuti dibelakang Be Boen Hwie, Siauw Ling pun
mengundurkan diri ketepi kebun sebelah Barat.
Agaknya para jago yang ada dalam kalangan sudah dibikin
jeri oleh ucapan Suma Kan, masing-masing segera tinggalkan
tempat duduknya dan mengundurkan diri ketepi kebun....
Shen Bok Hong yang gagal menemukan manusia yang
membokong dayangnya sedang mendongkol sekali, melihat
para jago mengundurkan diri semua dan rencananya yang
sudah tersusun masak2 gagal total ia makin membesi Suma
Kan sampai merasuk ketulang sumsum pikirnya.
Sepintas lalu orang ini kelihatan gila. tak disangka dialah
seorang manusia cerdik, kalau ini hari tidak kuusahakan untuk
membasmi dirinya mungkin dikemudian hari akan merupakan
bibit bencana bagiku...."
JILID 19 Tetapi saat ini adalah waktunya buat Kiem Hoa Hujien
melepaskan racun, ia takut anak buahnya yang dikirim untuk
membunuh orang itu akan keracunan pula. satu2nya jalan ia
harus bekerja sendiri. Karena berpikir demikian ia segera menghardik.
"Suma Kan berhenti!"
Waktu itu Suma Kan sudah tiba ditepi kebun, mendapat
teguran ia berhenti dan barpaling.
"Shen Toa Cungcu ada urusan apa lagi?" tanyanya.
"Antara perkampungan Seratus bunga dengan dirimu tak
terikat permusuhan apapun, mengapa kau selalu menghasut...."
"Ha.... ha.... ha.... bagaimana" apakah disebabkan cayhe telah
merusak rencana busuk yang telah disusun Toa Cungcu secara
susah payah maka sekarang kau marah2 kepadaku" Nah
sekarang ketahuan sudah kalau Toa cungcu benar2 hendak
mencelakai para jago dengan melepaskan racun keji"
Mendengar ejekan itu Shen Bok Hong semaki gusar dan
membenci ia terawa hambar.
"Ucapanmu teralu menghasut orang banyak dan bernadakan
memusuhi kami, sekalipun aku berjiwa besarpun lama
kelamaan tak bisa berdiam diri"
Sembari berkata selangkah demi selangkah ia mendekati orang
she Suma dari Lautan Timur itu.
"Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong amat dahsyat,
serangannya tentu luar biasa, harap Suma heng ber-hati2" bisik
Be Boen Hwie lirih. "Terima kasih atas petunjukmu"
Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi badan bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan kemudai selangkah
demi selangkah mundur ke belakang.
Sekilas pandang Siauw Ling yang ada disampingpun dapat
menangkap hawa membunuh yang terlintas diatas wajah Shen
Bok Hong, dengan ilmu menyampaikan suara ia segera
memberi peringatan. "Hawa membunuh yang melintasi wajah Shen Bok Hong.
mungkin Suma Kan tak akan sanggup menerima sebuah
hantamannya, harap Be heng berjaga disisi badan, berusahalah
untuk menghadang jarak pandangan Shen Bok Hong sedang
aku secara diam2 akan memberi bantuan."
Be Boen Hwie menurut dan menggeserkan badannya
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengundurkan diri bersama2 Suma Kan.
Meminjam perawakan tubuh yang metutupi badannya, diam2
Siauw Ling salurkan hawa murninya keseluruh badan, ia
bersiap sedia setiap saat turun tangan memberi pertolongan.
Pada waktu itu Shen Bok Hong telah berada tujuh, delapan
depa dihadapan Suma Kan, sepasang matanya memancarkan
cahaya berkilat tiba-tiba ia ayun telapaknya melancarkan
sebuah babatan kedepan, Sejak semula Suma Kan pun telah bersiap sedia dengan
kerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, melihat serangan
Shen Bok Hong membabat datang, ia pun segera mengayunkan
telapak untuk menyambut kedatangan serangan tersebut.
Dua gulung angin pukulan saling berbentrokan di tengah udara,
Suma Kan seketika tak tertahan ia merasa ada segulung hawa
tekanan yang maha dahsyat menubruk datang membuat isi
perut serta darah segarnya bergolak keras.
Shen Bok Hong benci Suma Kan telah merusak rencana
besarnya. Serangan ini dilancarkan dengan disertai tenaga
dahsyat maksudnya dalam sekali hantam mencabut nyawa
orang she Suma ini. Sewaktu Suma Kan kepayahan menahan tenaga tekanan yang
maha dahsyat, tiba-tiba terasa sebuah telapak menepuk jalan
darah Ming-bun hiat dipunggungnya lambat2.
Segulung hawa murni yang panas dan kuat segera menyusup
ke dalam tubunya, seketika tenaagnya berlipat ganda dengan
keras lawan keras ia menerima datangnya pukulan shen Bok
Hong yang dahsyat bagaikan gulungan ombak samudra ini.
Agaknya Shen Bok Hong mempunyai keyakinan Suma Kan
pasti tak berhasil menahan pukulannya itu, sehabis
melancarkan sebuah babatan ia putar badan dan berlalu.
Siapa sangka sudah tujuh, delapan langkah ia berlalu namun
belum kedengaran juga suara robohnya Suma Kan ke atas
tanah ia jadi tercengang dan keheranan.
Ketika berpaling ke belakang, tampak Suma Kan masih beriri
ditempat semula dengan air muka tenang sedikitpun tidak ada
perubahan ia semakin terkesiap.
Namun dengan tabiatnya yang licik, kaget atau gembira tak
terpancar diatas wajah, rasa kaget hanya sekilas berkelebat
kemudian lenyap kembali, ia tertawa hambar.
"Ehmm.... ternyata Suma-heng betul2 memiliki ilmu silat yang
maha dahsyat, siauw-te merasa sangat kagum!"
Sepasang matanya dengan amat tajam menyapu tiada hentinya
sekitar tubuh Suma Kan agaknya ia sudah menduga pasti ada
orang yang membantu dirinya secara diam2 hanya belum
diketahui siapakah orang itu.
Siauw Ling setelah menggunakan hawa murninya bantu Suma
Kan menahan datangnya serangan tanpa menunjukkan sesuatu
yang mencurigakan ia tarik kembali tangannya, lalu dengan
meminjam hadangan tubuh kedua orang itu ia mundur empat
langkah ke belakang dan berdiri dengan tangan lurus kebawah.
Sepasang sinar mata shen Bok Hong yang tajam tiba-tiba
beralih ke atas tubuh Siauw Ling kemudian tegurnya dingin.
"Siapakah anda?"
"Dia adalah pembantu cayhe" jawab Be Boen Hwie cepat.
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Siapa namanya?"
"Hamba Be Seng!" cepat-cepat Siauw Ling menjura.
"Ehmm...." sementara ia ada maksud bertanya lebih jauh,
mendadak suasana diempat penjuru jadi gelap.
Ternyata api yang ada dilampu lentera yang menerangi empat
penjuru dalam sekilas waktu itulah tiba-tiba padam.
Segulung awan hitam menutupi cahaya bintang dilangit.
sebelum lampu padam keadaan masih tidak terasa seberapa
sekarang setelah tiba-tiba padam seketika dirasakan suasana
disana amat suram, gelap dan mengerikan.
Ditengah kegelapan itulah terdengar ujung baju tersampok
angin, bayangan manusia berkelebat lewat ke arah empat
penjuru. Sinar mata Siauw Ling amat tajam, dalam sekilas pandang ia
temukan salah seorang diantara bayangan manusia itu adalah Ih
Boen Han To, pikirannya seketika bergerak.
"Sejak semula orang ini sudah menggabungkan diri dengan
perkampungan Seratus bunga yang dipimpin Shen Bok Hong"
pikirnya "Mengapa sikapnya kelihatan begitu gagah dan tergopoh2"
agaknya apa yang diucapkan Suma Kan bukan
mengigau belaka, Shen Bok Hong benar2 akan melepaskan
rencana keji.... Kengerian serta keseraman yang timbul akibat perubahan
suasana dari terang benderang jadi gelap gulita, ditambah
berkelebatnya Ih Boen Han To sekalian dengan langkah tergopoh2
seketika menimbulkan kekacauan dalam kalangan para
jago bersama2 lari ke arah bebungaan diempat penjuru.
Ditengah kekalutan itulah terdengar Suma Kan berteriak.
"Tjuwi sekalian hati2. cepat menyingkir!"
Menanti Siauw Ling berpaling kembali Shen Bok Hong sudah
tidak berada ditempat semula.
Cepat ia mencari. tampak olehnya ketika itu Shen Bok Hong
sedang merambat naik ke atas lotengnya dengan
menggantungkan diri diatas angkin yang terurai kebawah,
gerakannya gesit melebihi kegesitan kera.
Dalam sekejap mata orang itu sudah berada lima, enam tombak
tingginya dari atas permukaan.
Siauw Ling menghembuskan napas panjang, pikirnya,
"Seandainya pada saat ini aku melepaskan senjata rahasia
dengan segenap tenaga, ada kemungkinan bisa melukai dirinya
kendati perbuatan ini kurang cemerlang, namun seandainya
Shen Bok Hong terluka, terhadap masalah untuk menolong
orang tuaku memperoleh bantuan yang amat besar."
Ketika ingatan ini berkelebat dalam benaknya, Shen Bok Hong
sudah berada tujuh, delapan tombak jauhnya dari permukaan.
ingin turun tanganpun sudah tak sempat lagi.
Terasa sebuah tangannya dicekal kemudian ditarik ke
belakang, disusul suara dari Suma Kan berkumandang datang.
"cepat, cepat mengundurkan diri ke dalam hutan!"
Tempo dulu sewaktu Siauw Ling masih berada di dalam
lembah Sam Sin Kok, dari mulut Cung San Pek ia pernah
mendengar tentang kelihayan racun keji asal dari daerah Biauw
ini, bahkan iapun mengerti diantara racun-racun keji tadi, racun
keji ulat emaslah paling dahsyat.
Seketika ia merasakan bahaya buru-buru badannya
mengundurkan diri ke belakang.
Dalam dugaan Siauw Ling, disekitar bebungaan diempat
penjuru kalanan Shen Bok Hong pasti telah mempersiapkan
anak buahnya untuk menahan para jago yang melarikan diri
kesana, siapa sangka kejadian berada diluar dugaan, dalam
hutan tersebut suasana sunyi senyap tak kelihatan sesosok
manusiapun. Suara kekalutan yang gegap gempita telah sirap, suasana pulih
kembali dalam ketenangan seperti semula, hanya terdengar
hembusan angin malam yang menyampok pepohonan
menimbulkan suara gesekan yang lirih.
Waktu itu para jago yang ada dikalangan telah melarikan diri
kebalik pepohonan semua dan bersembunyi dibalik semak2.
Persoalan melepaskan racun keji dari daerah Biauw sudah
tersohor dalam dunia persilatan, barang siapapun yang pernah
berkelana dalam Bu-lim tentu pernah mendengar kisah tersebut
namun melihat sendiri seseorang melepaskan racun keji jenis
daerah Biauw ini boleh dikata kurang daripada kurang.
Kebanyakan para jago mempunyai satu ingatan yang aneh
mereka berharap dapat melihat sendiri suatu kejadian yang
aneh, serta melihat bagaimanakah caranya melepaskan racun
tersebut. Siauw Ling, Be Boen Hwie serta Suma Kan setelah
bersembunyi dibalik pepohonan segera pusatkan seluruh
perhatiannya ketengah kalangan.
"Suma-heng?" ketika itulah Be Boen Hwie dengan ilmu
menyampaikan suara berbisik lirih. "bagaimana bisa tahu kalau
Shen Bok Hong hendak melepaskan racun keji?"
Suma Kan tersenyum, dengan ilmu menyampaikan suara pula
ia menjawab. "Ramalan siauwte menunjukkan apabila dalam perjamuan yang
diselenggarakan malam ini penuh dengan mara bahaya hanya
saja dalam ramalan tersebut menunjukkan tanda aneh ternyata
ditengah bahaya terjadi perubahan."
Siauw Ling berada diantara mereka berdua, walaupun kedua
orang itu berbicara dengan ilmu menyampaikan suara namun
agaknya ada maksud agar iapun ikut mendengar. Kendati ia tak
dapat ilmu meramal, tetapi Cung San Pek adalah seorang jago
yang maha tahu selama berguru selama banyak tahun sekalipun
Siauw Ling pusatkan seluruh perhatiannya untuk berlatih ilmu
silat namun setiap kali ada luang Cung San Pek tentu
menambah pengetahuannya dengan pelbagai cerita2 aneh yang
sering terjadi dalam dunia persilatan.
Bukan saja dalam hal akal licik serta tipu muslihat yang sering
dilakukan orang Bu-lim, Cung San Pek pun menerangkan
pelbagai ilmu silat beracun yang ada dalam Bu-lim, jurus ilmu
silat teristimewa dari pelbagai perguruan, penggunaan obat
pertolongan pertama, ilmu meramal serta macam2 kepandaian
aneh yang ada dalam dunia persilatan bahkan di dalam
memberi keterangan setiap macam persoalan ditambahi dengan
suatu cerita yang menarik, hal ini membuat Siauw Ling jadi
kesemsem untuk mendengarkan, tanpa ia sadari keterangan
keterangan tadi membekas dalam benaknya denganmendalam
sekali. Karena kejadian inilah tanpa Siauw Ling sadari
pengetahuannya bertambah pesat, pada hari hari biasa ia masih
tidak merasakan tetapi setiap kali mendengar orang lain
membicarakan tentang satu persoalan maka daya ingat yang
sudah melekat dalam benakpun mulai menunjukkan reaksinya.
Pendekar Mata Keranjang 18 Jodoh Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo Siluman Penghisap Darah 2
ia lantas berpikir. "Benarkah simanusia sombong ini mempunyai kemampuan
untuk meramalkan hal2 mendatang?"
Dalam pada itu Tjioe Tjau Liong telah tersenyum setalah
mendengar ocehannya. "Suma-heng menurut pendapatmu ada berapa orang mata2
yang telah menyelundup masuk ke dalam perkampungan kami
ini?" "Menurut perhitungan ramalanku paling sedikit ada belasan
orang banyaknya! "Tidak banyak, tidak banyak, kalau menurut penilaian
Cungcu kami paling sedikit seharusnya ada dua puluh orang
banyaknya" "Hmm! kalau begitu Shen Toa Cungcu kalianpun pandai
dalam soal meramal....?" jengek Suma Kan dingin.
Mendengar ketidak puasan tetamunya ini, Tjioe Tjau Liong
segera tertawa. "Walaupun Toa Cungcu kami tidak dapat meramal namun
semua dugaannya tidak pernah meleset!"
Suma Kan segera menyimpan kembali mata uang emasnya
sembari masukkan benda itu ke dalam saku ujarnya kembali
dengan nada dingin. "Menurut ramalah siauw-te mata2 yang menyelundup
masuk ke dalam perkampungan tidak mendatangkan
keberuntungan bagi perkampungan kalian...."
"Ha.... ha.... tentang soal ini Suma heng tak usah kuatir"
tukas Tjioe Tjau Liong sambil tertawa bergelak. "Kemungkinan
terjadinya bencana serta kekalutan sudah berada di dalam
perhitungan Toa Cungcu kami!"
"Aku lihat ada kemungkinan besar perubahan yang bakal
terjadi jauh ada diluar dugaan Toa cungcu kalian" ujar Suma
Kan kembali, agaknya ia menaruh keyakinan penuh atas hasil
ramalan sendiri. "Sekalipun situasi dalam kekalutan tersebut mungkin sekali
sedikit berada diluar dugaan Toa Cungcu kami. Aku pikir tidak
akan sampai mengacaukan seluruh keamanan perkampungan"
sambung Tjioe Tjau Liong kembali dengan cepat setelah
melirik sekejap ke arah Be Boen Hwie.
Suma Kan semakin tidak puas. ia simpan kembali mata
uangnya dan berseru dingin.
"Baik kalau memang Tjioe Tjau Liong tak mau
mendengarkan peringatan dari siauwte, akupun tidak ingin
banyak bicara lagi. Akan siauwte lihat dengan cara apa
perkampungan kalian hendak mengatasi kekalutan yang bakal
terjadi"!" Sikap Suma Kan yang begitu kukuh atas hasil ramalannya
ini sangat aneh sekali hampir menimbulkan rasa tercengang
dihati Thay-san Sam HIong dalam waktu hampir berbareng
mereka bersama2 berpikir.
"Dikolong langit mana ada manusia yang begitu kukuh
hendak memaksa orang lain mempercayai hasil ramalannya,
Suma Kan boleh terhitung seorang manusia paling kukoay."
Sementara itu lambat2 Be Boen Hwie meninggalkan tempat
duduknya ia berpaling ke arah Jie Cungcu dari perkampungan
Pek Hoa Sancung dan menegur.
"Saat ini arak serta sayur sudah mengenyangkan perutku,
apakah Jie Cungcu masih ada petunjuk lain?"
"Tidak berani. tidak berani. Kalau Be-heng tidak ada urusan
lagi silahkan berlalu dari sini"
"Kalau begitu siauwte mohon diri lebih dulu Be Boen Hwie
segera menjura dan mengundurkan diri.
Dengan kepala tertunduk Siauw Ling mengikuti dibelakang
Be Boen Hwie kembali keruangan Bambu Hijau.
Memandang bayangan punggung Be Boen Hwie yang
lenyap dibalik ruangan tiba-tiba Suma Kan berkata.
"Jie Cungcu kenalkah kau dengan orang ini"
"Baru ini hari aku saling berjumpa dengan dirinya, namun
terhadap asal usul serta perbuatannya selama ini aku sudah
mengetahuinya jelas bagaikan melihat jari tangan sendiri.
"Orang ini merupakan manusia pertama yang terselubung
oleh persoalan besar. Jie Cungcu harus berlaku hati2 terhadap
dirinya!" Selesai bicara, tidak menanti jawaban dari Tjioe Tjau Liong
lagi ia segera mengundurkan diri.
Sementara itu Be Boen Hwie serta Siauw Ling yang kembali
kepesanggrahan Bambu Hijau dengan hati mendongkol
disambut oleh Hong Tju yang penuh dihiasi dengan
senyuman. Sambil menghidangkan air teh tegur dayang itu sambil
tertawa. "be-ya apakah kau hendak beristirahat?"
"Aku hendak duduk tenang sejenak silahkan nona pergi
beristirahat sendiri!"
"Budak hendak melayani Be-ya!"
"Tidak usah!" dengan cepat Be Boen Hwie ulapkan
tangannya setelah merandek sejenak sambungnya lebih jauh.
"Seandainya Nona ada maksud meninggalkan
perkampungan Pek Hoa Sancung nanto setelah berjumpa
dengan Shen Toa Cungcu aku bisa bantu kau
membicarakannya...."
"Be-ya!" buru-buru Hong Tju menukas. "Sekalipun kau
tidak suka budak melayani dirimu terus menerus jangan sekali2
mohonkan budak untuk bebas dari perkampungan ini
dihadapan Toa cungcu...."
"Aku tahu" ujar Be Boen Hwie sambil tertawa, "Aku akan
mohon pada Shen Toa Cungcu untuk menghadiahkan nona
kepada cayhe, menanti kita sudah meninggalkan
perkampungan Pek Hoa Sancung, nonapun boleh pergi
kemanapun kau ingin pergi!"
"Kolong langit demikian luas, aku tiada bersanak tak
berkeluarga kau hendak suruh aku pergi kemana" ujar Hong
Tju dengan nada sedih "Tidak berani merepotkan Be-ya
banyak bicara dihadapan Toa Cungcu!"
Ia segera putar badan dan berlalu.
Melihat wajah dayang itu memperlihatkan kesedihan
bercampur ketakuran. Be Boen Hwie lantas berpikir dalam
hatinya. "Agaknya dayang ini ada maksud meninggalkan
perkampungan Pek Hoa Sancung hanya tidak kuketahui
maksudnya ini benar2 atau palsu! Aaai.... hanya seorang
dayang dari perkampungan Pek Hoa Sancung pun sudah
cukup membuat orang pusing tujuh keliling dan tak tahu apa
sebenarnya yang mereka sedang tuju...."
Sementara ia berpikir, mendadak tampak Hong Tju yang
baru saja meninggalkan ruangan telah muncul kembali dengan
langkah ter-gopoh2. "Be-ya.... Be-ya....!" teriaknya cemas. "Ada seorang
sianseng she Suma datang berkunjung"
"Suma Kan datang berkunjung" apa sebabnya ia datang
kemari?" seru Be Boen Hwie dengan hati keheranan. "Orang
ini punya watak tinggi hati dan tujuan yang sukar diduga aku
harus baik2 menjaga diri...."
Ia lantas berkata. "Cepat undang ia masuk kedalam...."
Belum selesai ia berkata Suma Kan telah menerobos masuk
ke dalam ruangan sembari terseru
"Be-heng maaf kalau aku telah mengganggu
ketenanganmu" Nada suaranya dingin kaku boleh dikata ia tidak sedang
mengutarakan kata2 menghormat.
Sebenarnya Be Boen Hwie pun akan mengucapkan
beberapa patah kata merendah namun mendengar nada
suaranya dingin kaku pikirannya segera bergerak pikirnya.
"Terhadap manusia yang demikian sombongnya akupun
tidak usah berlaku banyak adat lagi...."
Dengan suara yang tidak kalah dinginnya ia segera
menegur. "Apa maksud kedatangan Suma-heng"!"
Tidak menanti ia dipersilahkan duduk Suma Kan telah ambil
tempat duduk sendiri jawabnya.
"Dihadapan manusia budiman lebih baik kurangi bicara
palsu. bukankah kedatangan Be-heng ke dalam
perkampungan Pek Hoa Sancung ini mengandung maksud
jelek.... mungkin kau masih bisa mengelabui didi Tjioe Tjau
Liong, namun tidak akan berhasil mengelabui siauwte!"
"Heee.... heee.... Suma-heng hanya ingin mengutarakan
beberapa patah kata ini saja?" jengek Be Boen Hwie sambil
tertawa dingin. "Siauwte sudah tahu!"
"Tjioe Tjau Liong tidak sudi mendengarkan peringatanku ia
terlalu yakin penjagaan dalam perkampungan Pek Hoa
Sancung nya kuat dan kokoh bagaikan dinding baja hal ini
sungguh membuat siauw-te merasa kheki bercampur
mendongkol" tukas Suma Kan dengan cepat.
Beberapa patah perkataan ini sungguh mengejutkan sekali,
Be Boen Hwie tidak mengira kalau orang ini berani
mengutarakan kata2 yang demikian terang2an menentang
perkampungan Pek Hoa Sancung dihadapan orang lain.
Untuk beberapa saat lamanya Be Boen Hwie tak dapat
meraba maksud hatinya. dengan alis berkerut ia bertanya.
"Maaf kalau siauw-te bodoh sehingga tidak dapat
menangkap maksud ucapan dari Suma heng barusan
dapatkah kau memberi penjelasan!"
"Maksud Siauw-te sederhana sekali aku ingin memaksa
Tjioe Tjau Liong percaya dan mengerti kalau ramalan dari aku
Suma Kan bukan permainan iseng belaka yang sama sekali
tiada bukti dan fakta"
"Dan entah apa rencana Suma-heng untuk membuktikan
ramalanmu itu?" "Tjioe Tjau Liong tidak mau percaya perkataan dari aku
Suma Kan, aku akan memaksa dia merasakan sedikit pahit
getir dan tahu akan kelihayan dari aku Suma Kan"
"Coba terangkan lebih jelas lagi"
Suma Kan tidak langsung bicara sinar matanya menyapu ke
arah Hong Tju yang berdiri diujung ruangan bibir yang
bergerak segera dibatalkan kembali.
Hong Tju yang mengetahui keadaan segera menyadari
akan situasi yang ada didepan mata tanpa banyak bicara ia
segera mengundurkan diri dari dalam ruangan.
"Nah sekarang kau mulai bicara!" kata Be Boen Hwie sambil
tertawa sepeninggalnya dayang tersebut.
"Maksud kedatangan Be-heng kemari bukan saja siauw-te
sudah mengetahui sangat jelas sekalipun Tjioe Tjau Liong
sendiri aku rasa ia jauh lebih jelas lagi"
"Tidak salah! kata Be Boen Hwie sambil tertawa hambar.
"Siauw-te memang tidak bisa hidup berbareng dengan orang
perkampungan Pek Hoa Sancung, namun berkat perhatian
mereka yang suka memberi muka kepadaku mereka telah
mengirim undangan untuk mengharapkan kehadiranku dalam
perjamuan ini. Seumpama siauw-te tidak datang bukankah
mereka akan mentertawakan aku seorang manusia berhati
kecil?" "Tetapi menurut pandangan cayhe kedatangan Be-heng kali
ini ada kemungkinan besar bukan disebabkan nama besar
serta muka belaka" Mendengar perkataan itu pikiran Be Boen Hwie rada
bergerak pikirnya. "Orang ini sangat jarang berkelana didaerah Tionggoan,
jarang berhubungan dengan orang2 dunia persilatan, aku
tidak tahu asal usulnya dan tidak tahu pula apa hubungannya
dengan pihak perkampungan Pek Hoa Sancung aku tidak
boleh banyak membocorkan maksud kedatanganku...."
Karena berpikir demikian ia lantas ambil keputusan dalam
hatinya dan tertawa hambar katanya.
"Perduli bagaimanakah cara Suma-heng berpikir dalam
hatimu namun siauw-te tidak akan mengubah pendapatku
sendiri" "Seumpama Be-heng mau membeberkan rencanamu
selanjutnya kepada siauw-te, ada kemungkinan siauw-te bisa
membantu usahamu mencapai sukses"
"Suma-heng amat percaya akan hasil ramalanmu, kenapa
tidak diramalkan saja apa rencana siauw-te di dalam hati?"
Air muka Suma Kan seketika berubah hebat agaknya ia
sangat tidak senang mendengar ucapan itu. Mendadak ia
bangun berdiri. "Aku rasa Be-heng pun tidak mau menaruh kepercayaan
terhadap diri siauw-te?"
Melihat pihak lawan berlari, Be Boen Hwie pun ikut bangun
berdiri. jawabnya sambil tertawa.
:Masing-masing pihak belum berkenalan terlalu lama,
apakah Suma-heng tidak merasa pertanyaan yang kau ajukan
sedikit keterlaluan?"
Air muka Suma Kan berubah semakin hebat.
"Apakah Be-heng ingin memaksa siauwte membantu pihak
perkampungan Pek Hoa Sancung?" ancamnya.
"Tentang soal ini sih terserah pada pribadimu sendiri.
Mendadak Suma Kan angkat cawan air teh dan meneguk
setegukan. lalu dengan nada dingin berkata kembali.
"Dalam beberapa hati mendatang Be-heng tentu akan
menjumpai bencana berdarah maukah kau mendengarkan
satu petunjuk jalan keluar dari siauwte!"
"Seorang lelaki sejati tidak jeri menghadapi mati maupun
hidup tentang soal ini tak usah Suma-heng kuatirkan."
"Jikalau Be-heng memang tidak percaya akan ketepatan
hasil ramalan siauwte, yah sudahlah! kita tak usah
membicarakan soal ini lagi!" ia letakkan cawan air teh itu ke
atas meja kemudian berlalu dengan langkah lebar.
Si Peramal sakti dari Lautan Timur Suma Kan jauh2 datang
dari daerah Tong Ih dengan maksud angkat nama dan
mempopulerkan diri diantara para jago kangouw. ia percaya
dengan kepandaian yang dimilikinya dengan mudah bisa
tersohor dikolong langit.
Oleh sebab itu ketika ia tiba didaerah Tionggoan dan ikut
mendengarkan peristiwa Perkampungan Pek Hoa Sancung
yang menggemparkan seluruh dunia persilatan ia lantas
mohon bertemu. Dalam hatinya ia ingin mengandalkan kepandaian yang
dimilikinya membuat orang kagum dan menerima
penghormatan dimana2. Siapa sangka ia tidak mendapat perhatian serius oleh
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perkampungan Pek Hoa Sancung, dalam keadaan gusar ia ada
maksud membantu Be Boen Hwie untuk mengobrak-abrik
perkampungan Seratus bunga ini. siapa sangka niatnya
kembali ditampik oleh Be Boen Hwie.
Nona Hong Tju yang menanti diluar ruangan, setelah
melihat Suma Kan berlalu dalam keadaan gusar segera balik
ke dalam ruangan untuk membereskan cawan itu.
Siapa sangka ketika jari tangannya terbentur dengan cawan
air teh itu, sebuah cawan kumala yang kuat mendadak hancur
ber-keping2 dan tersebar diatas lantai.
Be Boen Hwie kelihatan tertegun setelah menjumpai
peristiwa tersebut, setengah harian lamanya ia bungkam
dalam seibu bahasa. "Eeeh! ilmu silat yang dimiliki Suma siang-seng tidak
lemah" puji Hong Tju sambil tertawa. "Asalkan ia bisa
menahan diri dan tidak terlalu terburu napsu untuk
mendapatkan nama kedudukan, dengan cepat sekali ia akan
dipergunakan oleh pihak perkampungan Pek Hoa San-cung".
Be Boen Hwie merasa pikirnya rada berengsek, agaknya
tidak sedikit yang diketahui budak ini, bahkan sewaktu
memperbincangkan ilmu silat dari Suma Kan nadanya begitu
tenang, sama sekali tidak memperlihatkan rasa kaget kecuali
berkmaksud memuji belaka, mungkinkah dayang ini memiliki
ilmu silat yang sangat lihay"
"Mengapa aku tidak menggunakan dayang ini untuk banyak
menyelidiki rahasia perkampungan Pek Hoa San-cung?"
pikirnya dalam hati. Setelah mendehem segera ujarnya
"Sudah lama cayhe dengar katanya pihak perkampungan
Pek Hoa Sancung amat gemar mengumpulkan jago-jago lihay,
sehingga dalam perkampungan banyak terdapat orang pandai.
Tetapi aneh sekali, mengapa sikap mereka bergitu dingin dan
hambar terhadap diri Suma Kan?"
"Tentang soal ini sebenarnya budak tidak berani
memperbincangkan namun Be-ya adalah seorang lelaki sejati
aku percaya Be-ya tidak akan menjebloskan budak ke dalam
lembah penderitaan beritahu kepadamu pun tiada halangan."
Ia memeriksa lebih dulu situasi diluar kamar setelah itu
barulah ujarnya lebih lanjut.
"Hal ini harus disalahkan Suma Kan datang tidak pada
waktunya. Toa Cungcu sedang pusatkan seluruh perhatiannya
untuk menghadapi pertemuan para jago sehingga tiada waktu
baginya untuk berjumpa sendiri, tidaklah kalau seorang bakat
bagus harus di-sia2kan dengan percuma."
"Apakah Jie Cungcu tidak tahu kalau Suma Kan memiliki
ilmu silat luar biasa?"
"Pertama. ketajaman mata Jie Cungcu tak bisa melebihi
ketajaman Toa Cungcu. itu walaupun ia tahu kalau Suma Kan
adalah seorang manusia aneh yang memiliki kepandaian luar
biasa namun ia tak sanggup untuk mengetahui sampai
dimanakah kepandaian yang dimilikinya dan kedua, iapun
tidak berhak untuk menerima Suma Kan menjadi anggotanya"
"Kenapa?" Bukankah dia sebagai Jie Cungcu dari
perkampungan Pek Hoa Sancung" apakah ia tidak berhak
sama sekali untuk memutuskan sesuatu?"
"Dalam perkampungan Pek Hoa Sancung kami kekuasaan
tertinggi selamanya hanya terletak ditangan Toa Cungcu
seorang, Jie cungcu tidak lebih hanya sipenyampai perintah
dari Toa cungcu" "Oouw kiranya begitu"
Dengan sedih Hong Tju menghela napas panjang ujarnya
kembali. "Be-ya! beberapa patah perkataan ini budak hanya berani
mengutarakan kepadamu seorang seumpama berita ini sampai
bocor ditempat luaran sehingga dapat diketahui oleh Toa
cungcu atau Jie cungcu maka penderitaan yang bakal budak
terima sangat besar sekali. Kendati Jie cungcu tidak
berkekuasaan untuk memutuskan suatu kenalan besar. namun
dengan gampang sekali ia bisa memberi hukuman kepada
budak." "Tentang ini harap nona berlega hati aku Be Boen Hwie
bukan manusia rendah yang suka menceritakan persoalan in
ikepada orang lain...."
Ia merandek sejenak kemudian ujarnya.
"Nona. tahukah kau Toa Cungcu hendak buka perjamuan
ini pada tanggal berapa?"
"Waktu yang tepat adalah besok siang namun malam ini
akan diselenggarakan suatu perjamuan malam yang megah
dan besar, tempat perjamuan adalah dalam kebun bunga di
depan loteng Penengok bunga. Sampai waktunya Toa Cungcu
akan memimpin sendiri perjamuan tersebut".
"Bisa memperoleh petunjuk dari nona, cayhe sangat
berterima kasih sekali."
Hong Tju tersenyum. "Semoga saja janji yang telah Be-ya ucapkan, sepanjang
masa tidak sampai terlupakan"
"Tentang hal ini nona tak usah kuatir!"
Diluar ia bicara demikian, sementara dalam hati keheranan,
pikirnya. "Sejak kapan aku pernah mengucapkan janji kepada
dirinya" dan janji apakah yang telah kuutarakan?"
Tampak Hong Tju tersenyum dengan wajah penuh
kegembiraan ia segera berlalu dari dalam ruangan.
Beberapa saat kemudian muncul Siauw Ling dari ambang
pintu, sembari berjalan masuk pemuda itu berkata.
"Tjong Piauw Pacu meminjamkan kesempatan yang sangat
baik ini duduklah mengatur pernapasan kemungkinan besar
malam nanti tenaga kita banyak yang harus dibuang dengan
percuma" "Baik! aku akan mengatur pernapasan di ruang ini saja"
"Mengapa kau tidak bersemedi dalam kamar tidur saja?"
tanya Siauw Ling keheranan. "Aku Siauw Ling akan bertindak
sebagai pelindungmu, apakah kau masih tidak lega hati?"
Sementara ia masih diliputi rasa heran dan curiga Hong Tju
telah balik ke dalam ruangan terdengar ia berkata sambil
tertawa. "Be-ya boleh beristirahat dengan lega hati di dalam kamar,
budak telah memindahkan kedua kuntum bunga merah itu
ketempat lain". "Ehmmm! dayang ini sungguh cerdik sekali" pikir Be Boen
Hwie di dalam hati. Ia segera kembali ke dalam kamar tidurnya sedikitpun tidak
salah bau harum yang menggelorakan napsu telah lenyap tak
berbekas, ia segera duduk bersila diatas pembaringan dan
mulai mengatur pernapasan.
Menanti Be Boen Hwie telah bersemedi Siauw Ling baru
berpaling sekejap ke arah Hong Tju sambil berkata, "Sewaktu
Tjong Piauw Pacu kami sedang bersemedi, siapapun dilarang
melakukan gangguan, untuk sementara waktu biarlah hamba
yang berjaga2 disini, silahkan nona berlalu"
Walaupun wajah pemuda ini kuning pucat namun obat
penyaruan tak dapat mengubah seluruh raut mukanya,
terutama sekali sepasang matanya yang tajam dan
memancarkan cahaya berkilat.
Ketika sinar mata Hong Tju berbentrokan dengan sepasang
mata Siauw Ling, mendadak hatinya tergetar keras.
Tak kuasa lagi ia memperhatikan diri Siauw Ling beberapa
saat lamanya. "Wajahmu sinar mataku, aku rasa mirip sekali dengan
seseorang" katanya selang beberapa saat kemudian.
"Mirip siapa?" tanya Siauw Ling suaranya dingin bagaikan
es. Hong Tju bertopang dagu dan berpikir beberapa saat
kemudian ia baru menjawab.
"Waah....! kalau suruh ingat2 sekarang aku tidak sanggup
pokoknya sinar matamu yang jeli itu pernah kutemui."
"Ketajaman mata serta daya ingat dayang ini sangat bagus
sekali" puji Siauw Ling di dalam hati. "Walaupun aku sudah
menyaru ia masih dapat melihatnya juga. Tentu pada masa
berselang ia sering kali bertemu dengan diriku"
"Sudah lama kau mengikuti Beya" tiba-tiba Hong Tju
bertanya lagi dengan suara merdu.
"Sudah lama sekali"
Perlahan-lahan Hong Tju bertindak keluar dari ruangan,
namun baru saja kaki kirinya melangkah keluar mendadak ia
tarik kembali kemudian putar badan seraya menggape.
"Eee.... sekarang aku sudah teringat kembali, coba kemari
aku beritahu kepadamu"
Walaupun dalam hati Siauw Ling tidak suka menuruti
permintaannya, namun ia menyadari sangat jelas dayang yang
dikirim kemari dalam pandangan umum sedang melayani
tetamunya, padahal diam2 sedang melakukan pengawasan.
Seumpama ia bersikap terlalu dingin terhadap dirinya,
asalkan dayang itu mengucapkan beberapa patah kata jelek
dihadapan Tjioe Tjau Liong sehingga Shen Bok Hong
memperkecil lingkungannya, hal ini sangat mempengaruhi
sekali gerak gerik selanjutnya untuk menolong kedua orang
tuanya. Karena itu terpaksa ia melangkah kedepan dan bertanya,
"Nona, apa yang hendak kau utarakan?"
"Kau mirip sekali dengan Sam-cung cu kami!!!"
"Aku mirip dengan Sam-cung cu kalian?" seru Siauw Ling
dengan hati terperanjat. aah! masa, nona sedang bergurau
mungkin?" "Aku bukan lagi bergurau, apa yang kuucapkan adalah
suatu kenyataan Sepasang matamu mirip sekali dengan SamTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
cung-cu kami, hanya sayang raut mukamu kuning pucat dan
jauh berbeda dengan kegantengan wajah cung-cu kami itu"
Tidak menanti jawaban dari Siauw Ling lagi, ia segera putar
badan dan berlalu. "Ooouw.... jadi dayang ini bisa mengatakan aku mirip
dengan Sam Cungcu nya karena ditinjau dari sepasang
mataku ini" pikir Siauw Ling. Ditinjau dari keadaan ini, mulai
sekarang aku harus lebih waspada terhadap sepasang mataku
ini". Sang surya lenyap disebelah Barat, malam haripun
menjelang datang. Dari ufuk sebelah Timur rembulan
perlahan-lahan munculkan diri.
Hong Tju dengan membawa lampu lentera lambat2
berjalan mendekat kepada Siauw Ling bisiknya lirih.
"Be-ya sudah bangun?"
"Belum. nona ada keperluan apa?"
"Waktu perjamuan yang diadakan toa cung cu untuk
menghormati tamunya sudah hampir tiba, harap Be-ya segera
dibangunkan untuk siap2 menghadiri perjamuan tersebut.
"Tjong Piauw Pacu kami selamanya menghadiri perjamuan
dengan pakaian biasa, ia tidak pernah memakai pakaian
mentereng." "Sekalipun tidak biasa memakai pakaian mentereng,
seharusnya ia dibangunkan bukan?" ujar Hong Tju lebih
lanjut, ia menggantungkan lentera itu dalam kamar lalu
memasang lampu. "Urusan ini gampang sekali nona tak usah kuatir dan tidak
bakal urusan jadi runyam karena soal ini...." Siauw Ling sambil
tertawa. Ia merandek sejenak kemudian sambungnya.
"Cayhe ada satu persoalan ingin ditanyakan kepada nonda
entah maukah nona memberi petunjuk?"
"Urusan apa?" "Dalam perjamuan malam ini entah dapatkah kita orang
menjumpai Sam cungcu kalian itu?"
"Tentu saja bisa bertemu tujuan Toa cung cu kami
mengadakan pertemuan para jago justru ingin
memperkenalkan Sam cungcu kami ini dihadapan para
pendekar Bu-lim" Mendengar jawaban itu kontan Siauw Ling berpikir.
"Entah siapa lagi yang akan bertindak sebagai Sam cungcu
untuk menyaru sebagai aku Siauw Ling" apakah Lan Giok
Tong telah diterima Shen Bok Hong sebagai anggota
perkampungan Pek Hoa Sancung?"
Dalam pada itu Hong Tju telah berkata kembali.
"Kau bertanya demikian apakah disebabkan tadi aku pernah
berkata bahwa wajahmu rada mirip dengan Sam cungcu
kami?" "Tentu saja hal ini merupakan alasanku yang paling utama
cayhe ingin sekali menjumpai Sam cungcu kalian dan ingin
membuktikan apakah benar wajahku mirip sekali dengan
hamba" Hong Tju segara tertawa bantahnya.
"Eeei....! siapa yang bilang keseluruhanmu mirip sekali
dengan Sam Cungcu kami" aku hanya bilang sepasang biji
matamu tok yang mirip sedang bagian2 yang lain jauh
berbeda sekali" Mengingat soal ini Siauw Ling teringat pula akan masalah
lain pikirnya lebih jauh.
"Entah pada saat ini Sepasang pedagang dari Tiong-tjhiu
serta si Pencuri sakti Siang Hwie sudah masuk ke dalam
perkampungan Pek Hoa Sancung atau belum?"
Sementara mereka berdua masih ber-cakap2 Be Boen Hwie
telah munculkan diri dari balik ruangan.
Hong Tju segera bongkokkan badan memberi hormat.
"Be-ya apakah kau hendak berganti pakaian?" tanyanya.
"Tidak perlu. Kapan perjamuan malam yang diadakan Toa
cungcu kalian akan dibuka?"
"Nanti setelah rembulan melewati ujung pohon" jawab
Hong Tju sambil memandang rembulan di-awang2.
"Siapa saja yang akan hadir dalam perjamuan itu?"
"Semua jago yang diundang oleh perkampungan Pek Hoa
Sancung kami diundang semua untuk menghadiri perjamuan
malam ini" "Ehmm! kalau begitu mari kita segera berangkat!"
"Budak akan membawa jalan untuk Be-ya!" Hong Tju
dengan cepat mengambil lampu lentera tersebut dan
melangkah keluar lebih dahulu.
Be Boen Hwie berpaling sekejap ke arah Siauw Ling
kemudian dengan ilmu menyampaikan suara ujarnya
"Siauw-heng. sewaktu dalam perjamuan nanti jangan lupa
mengadakan hubungan dengan sepasang pedagang dari
Tiong-tjhiu sekalian kemudian rundingkan rencana kita
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
selanjutnya. Siauw Ling mengangguk, langkahnya segera dipercepat
untuk menyusul diri Hong Tju.
"Eeeei.... nona. apakah selama ini kau berdiam dalam
pesanggrahan Bambu Hijau ini?"
"Benar! diantara kakak beradik yang memakai nama
dengan permulaan huruf atau bambu, semuanya bekerja
untuk melayani tamu yang menginap dipesanggrahan Bambu
Hijau." - - - - - - - 33 Ooouw! kiranya begitu, jadi kalau begitu mereka
yangbekerja untuk melayani para tetamu di Pesanggrahan
bunga Lan-hoa, maka namanya juga menggunakan kata
"Lan?" "Kau pandai sekali! dugaanmu memang tidak meleset"
"Terima kasih atas pujianmu!" sementara dalam hati pikir
Siauw Ling dengan hati mendongkol
"Sewaktu aku menjabat sebagai Sam Cungcu dalam
perkampungan Pek Hoa Sancung kedudukanku begitu
mentereng dan gagah. Hmm! pada waktu itu macam dayang
seperti kau untuk bicara beberapa patahkata dengan diriku
pun tidak gampang sekarang kau berani menyindir dan
mengejek diriku...."
Sementara ia masih termenung mereka telah mengelilingi
dua kebun bunga yang luas.
Ketikda mereka angkat kepala, tampaklah sebuah
bangunan loteng yang tinggi megah menjulang keangkasa
muncul diantara penerangan cahaya obor.
Dibawah loteng dalam sebuah lapangan rumput yang luas
telah diatur puluhan meja perjamuan. ditinjau dari keadaan itu
tamu yang diundang tidak banyak jumlahnya.
"Nona! Apakah kedatangan kita terlalu kepagian?" tegur Be
bOen Hwie dengan alis berkerut sewaktu dilihatnya meja
perjamuan masih kosong. "Tidak, tidak terlalu pagi" Coba lihat bukankah dari sana
muncul pula tetamu lain!"
Be Boen Hwie segera mendongak, sedikitpun tidak salah
dari balik pepohonan sebelah Utara lambat2 muncul seorang
dayang berbaju biru yang mengangkat lampu lentera tinggi2
Dibelakang dayang berbaju biru itu mengikuti seorang
Siucay berusia empat puluh tahunan yang memakai baju
panjang. memelihara jenggot sepanjang dada dan membawa
sebuah kotak terbuat dari emas.
Dandanan orang ini istimewa sekali, dalam sekalipandang
Siauw Ling telah mengenalinya sebagai si Pemilik
Perpustakaan dari Siang Yang Peng Ih Boen Han To adanya.
Dibelakang siutjay tadi mengikuti Si "Pek So Suseng" atau
pelajar bertangan seratus Seng Ing.
TAmpak Ih Boen Ban To serta Seng Ing dibawah petunjuk
dari dayang berbaju biru itu ambil tempat duduk dimeja
perjamuan paling dekat dengan loteng Wang Hoa Loo.
Dalam waktu yang amat singkat itulah dari empat penjuru
muncul ber-puluh2 lentera disusul munculya para tetamu yang
mencari tempat duduk masing-masing dibawah bimbingan
dayang2 cantik. Agaknya tempat duduk para tetamu itu sudah diatur, berpuluh2
dayang cantik tadi berjalan melalui jalanan yang telah
ditentukan dan satu sama lain tak ada yang saling
bertabrakan. "Be-ya, silahkan ambil tempat duduk!" tiba-tiba Hong Tju
berseru sambil tertawa iapun meneruskan langkahnya
kedepan. Demikianlah dibawah bimbingan Hong Tju, Be Boen Hwie
pun ambil tempat duduk sesuai dengan apa yang telah diatur.
"Nona, apakah aku mendapat pula tempat duduk?"
mendadak Siauw Ling berbisik lirih.
Mendapat pertanyaan ini Hong Tju kerutkan alisnya. namn
dengan cepat ia menjawab.
"Asal kau berani duduk, duduk sajalah disisi majikanmu!
bagaimanapun juga setiap meja perjamuan dapat menampung
delapan orang dan didalm kenyataan jumlahnya tidak sampai
begitu banyak." "Terima kasih atas petunjuk nona."
"Kau tak usah banyak terima kasih kepadaku!" dayang ini
segera mengundurkan diri.
Mendadak tersengar suara yang amat dingin
berkumandang datang memecahkan kesunyian.
"Oooouw....! buat kita jalan dikolong langit sungguh terasa
amat sempit, kembali siauwte duduk jadi satu meja dengan
Beheng!" Be Oen Hwie egera berpaling, melihat munculnya Suma
Kan disana ia segera menyahut.
"Mungkin inilah yang dinamakan Suma-heng ada jodoh
dengan siauwte" Suma Kan membungkam. ia ambil tempat duduknya
berhadap2an dengan Be Boen Hwie sementara dayang cantik
yang membawa jalan itu mengundurkan diri.
Menanti Be Boen Hwie menyapu kembali seluruh ruangan,
terlihat puluhan orang dayang cantik yang membawa lampu
lentera tinggi2 itu dalam sekejap mata telah lenyap tak
berbekas, tak kuasa diam2 ia memuji pikirnya,
"Perkampungan Pek Hoa San-cung betul2 tak boleh dipandang
enteng, cukup ditinjau dalam didikannya terhadap dayang2
cantik itu sehingga berdisiplin keras kepandaiannya sudah
dapat melebihi berdisiplinan sebuah perguruan besar...."
Mendadak terdengan Suma Kan berbicara,
"Dayang2 cantik yang ada di dalam perkampungan Pek Hoa
San-cung ini, seorang lebih cantik dari dayang yang lain.
Ooouw....! entah berapa banyak orang yang terjerumus dalam
siasat perempuan cantik ini?"
Beberapa patah perkataan ini diutarakan dengan nada
tinggi agaknya sengaja ia berkata demikian agar semua
hadirin dapat menangkap suaranya ini.
Sedikitpun tidak salah, ucapannya itu segera
mendatangkan reaksi. Ber-puluh2 pasang mata ber-sama2
dialihkan ke arahnya. Air muka Suma Kan masih tetap tenang saja sambil
mengangkat cawan teh ia meneguk satu tegukan setelah itu
berkata kembali. "Racun tawon kuning tidak terhitung benda berbisa, paling
keji hati perempuan. bunga mawar berduri, arak
mendatangkan napsu birahi, entah berapa banyak enghiong
terpengaruh oleh licinnya pipi perempuan dan mendatangkan
bencana buat diri sendiri. Oouw.... sungguh kasihan! sungguh
menyedihkan" Setiap patah perkataannya diutarakan dengan penuh
mengandung hawa murni walaupun suaranya tidak keras
namun ucapan ini dapat disampaikan ketempat jauh atau
dengan perkataan lain setiap hadirin dapat mendengar suara
itu dengan nyata. "Suma-heng! sudah cukup" cegahnya dengan suara lirih.
"Coba kau lihat beberapa patah perkataanmu sudah
memancing perhatian dari semua orang!"
"Hmm! menurut penilaian siauwte" tukas Suma Kan dengan
nada dingin. "Sebagian besar para jago yang hadir dalam
perjamuan malam kali ini sudah terjerumus ke dalam siasat
perempuan cantik. apakah aku boleh bersedih hati atas
kejadian ini?" Melihat kekerasan hati orang ini Be Boen Hwie lantas
berpikir dalam hatinya, "Agaknya orang ini belum puas kalau
ucapannya tidak mendatangkan suatu kegemparan.... lebih
baik aku kurangi pembicaraanku dengan dirinya...."
Karena berpikir demikian ia lantas melengos dan pura2
tidak mendengar. Mendadak Suma Kan mendongak tertawa terbahak2
Hee.... hee.... he.... kenapa begitu banyak orang bodoh
hidup dikolong langit" kematian sudah berada diambang pintu
masih juga mereka tahu diri dan datang memenuhi perjamuan
terakhirnya?" Ucapan ini seketika menggemparkan seluruh kalangan,
suasana jadi gaduh dan suara bisik2 mulai kedengaran dimana2.
Ketika Suma Kan melihat tak ada orang yang menggubris
dirinya, mendadak ia hantam meja keras2 membuat mangkuk
dan sumpit beterbangan diangkasa untuk kemudian jatuh
berhamburan diatas lantai.
Dari balik pepohonan dengan cepat muncul empat orang
bocah berbaju hijau yang mengangsurkan kembali mangkok
serta sumpit baru. Perbuatan Suma Kan semakin lama makin gila, lama
kelamaan Be Boen Hwie tidak sabar juga, ia ada maksud maju
kedepan menasehati dirinya dengan beberapa patah kata
namun iapun takut juga bilamana persoalan ini menyeret
dirinya karena itu dengan paksakan diri ia bersabar.
Terdengar Suma Kan mengangis ter sedu2 suara
tangisannya makin lama semakin keras dan semakin pilu
membuat suasana makin gempar.
Ketika Be Boen Hwie mendengar tangisan Suma Kan ini
makin lama makin pilu ia jadi keheranan, pikirnya.
"Ilmu silat yang dimiliki orang ini tidak lemah bahkan
kelihatan luar biasa sekali tapi mengapa suara tangis serta
gelak tertawanya menunjukkan gejala tidak normal"
mungkinkah ia betul2 sudah gila?"
Ia berusaha untuk bersabar namun akhirnya ia tak dapat
menahan diri, bisiknya lirih.
"Suma-heng para jgao berkumpul disini dan perjamuanpun
baru saja dibuka, kau menangis seperti orang gila apakah
tidak merasa malu?" Suma Kan angkat kepala mengusap air mata dan menghela
napas. "Semua orang yang kulihat dewasa ini bakal menemui
ajalnya semua siapa suruh aku tidak jadi sedih!" katanya.
Diam2 Be Boen Hwie menghembuskan napas panjang.
"Aaai.... orang ini betul2 tidak ketulungan lagi" pikirnya.
Terdengar Suma Kan dengan suara serak meneruskan
kembali kata2nya. "Sungguh kasihan manusia dijagad. buru-buru datang
kemari perlunya hanya mengantarkan kematian diri sendiri."
Gumaman ini tidak digubris oleh sebagian orang namun
ada pula diantara mereka yang bersipat kasar, mendengar
kata2 itu jadi tidak tahan dan tertawa dingin tiada hentinya.
"Orang gila. manusia endan, orang gila...." makian
bersimpang siur memecahkan kesunyian.
Sementara Suma Kan akan balas menyindir mendadak
terdengar suara genta dipukul tiga kali.
Dari ujung puncak loteng Wang Hoa Loo mendadak
melayang turun sekilas pelangi warna warni langsung
melayang ke arah bebungahan beberapa tombak diluar
kalangan. Dengan ketajaman mata Be Boen Hwie ia segera dapat
menemukan yang dianggap sebagai pelangi tersebut bukan
lain adalah beberapa angkin yang digundel jadi satu kemudian
dilepaskan dari atas loteng ia jadi tercengang.
"Apa gunanya Shen Bok Hong melepaskan kain angkin
tersebut?" pikirnya.
Mendadak terdengar suara tetabuhan alat khiem
berkumandang datang diikuti bergemanya irama lagu yang
merdu dari empat penjuru.
"Hmm! Shen Bok Hong sengaja menciptakan suasana
semacam ini, tentu permainan ini pun termasuk salah satu
cara untuk mempermainkan orang" pikir Be Boen Hwie.
Dalam pada itu dengan sepasang mata yang tajam Siauw
Ling menyapu empat penjuru sewaktu ia gagal menjumpai
Tiong-tjhiu Siang Ku beserta Siang Hwie sekalian, hatinya
amat gelisah pikirnya. "Seandainya diantara rekan2ku cuma aku sertaBe Boen
Hwie yang lolos dari penjagaan sekalipun ini hari
mendapatkan kesempatan juga percuma, entah kegagalan ini
disebabkan jejak mereka konangan dan ditolak masuk ke
dalam kampung ataukan Siang Hwie bicara besar dan gagal
mendapatkan tanda pengenal untuk masuk ke dalam
perkampungan. Terdengar diantara bergemanya irama musik
berkumandang datang suara seruan lantang
"Cianghujien keluarga Tong dari Su Tzuan Tong Loo Thahthay
tiba?" Keluarga Tong Tuan selama ini berdiri sendiri dalam dunia
persilatan, mereka angkat nama dan menggemparkan Bulim
karena senjata rahasia beracunnya.
Dari keluarga Bulim ini sejak jaman dulu tertinggal suatu
peraturan yang aneh dan terus turun menurun. yaitu ilmu silat
keluarga Tong hanya diturunkan kepada menantunya. sedang
putra sendiri tak boleh mempelajarinya, dalam keluarga
tersebut, hanya seorang bocah cilikpun pandai melepaskan
beberapa macam senjata rahasia beracun.
Disamping itu keluarga Bulim inipun mempunyai suatu
peraturan turun menurun pula. yaitu sepasang dayang yang
mengiringi ciang bunjien tidak terbatas punya hubungan
dengan keluarga Tong atau tidak yang penting ia adalah
seorang gadis cantik dan berakal cerdik.
Setiap orang yang menjabat kedudukan ciang bunjien
mempunyai hak untuk memilih dua orang dayang pribadinya
mereka tak terbatas dari manapun dan dari keluarga she
apapun yang penting mereka mempunyai syarat yang cukup
untuk menerima jabatan ciangbunjien selanjutnya.
Setiap orang yang sudah dipilih untuk menerima jabatan
sebagai Ciangbunjien dan telah memilih dua orang dayang
pengiringnya mereka harus menjalankan penghidupan
tertutup selama lima tahun.
Di dalam lima tahun, ia harus hidup disuatu tempat yang
sunyi sepi dan tersendiri dari pergaulan masyarakat, orang
yang mendampingi mereka cuma sepasang dayangnya.
karena itu dayang pengiring setiap angkatan ciangbunjien
pasti memiliki wajah keagungan.
Kecuali mendapat ijin khusus dari ciangbunjien sepasang
dayang mereka dilarang menikah mereka selalu harus
mendampingi ciangbunjien nya sampai ia menyerahkan
kedudukan ciangbunjien tadi ketangan orang lain dan
mengundurkan diri, sepasang dayang tadi harus mengikuti
ciangbunjien mengasingkan diri.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Peraturan turun temurun ini memang sangat aneh dan
kadang2 memberikan suatu pendangan yang lucu kebanyakan
sepasang dayang dayang yang terpilih memiliki hubungan
yang lebih akrab dari hubungan ibu dan anak.
JILID 18 Hanya syarat yang paling berat adalah mereka harus
mengorbankan masa mudanya, mengorbankan waktu yang
paling berharga dimasa mudanya buat majikan.
Karena itu, sepasang dayang pengiring ciangbunjien
keluarga Tong selalu mendapat penghargaan serta rasa
hormat dari seluruh anggota keluarga.
Sepasang dayang dari ciangbunjien ini bukannya sama
sekali tidak boleh menikah hanya sebelum kawin dia harus
mendapat ijin dahulu dari ciangbunjiennya kemudian
mengembalikan seluruh ilmu silat yang pernah dipelajari.
Per-lahan-lahan Be Boen Hwie angkat kepalanya tampak
dari sebelah Utara lambat2 muncul seorang nenek tua
berambut uban berbaju hijau dengan membawa sebuah
tongkat. Disisi kiri kanan nenek itu mengikuti dua orang dara cantik
berusia dua puluh tahunan berbaju ringkas warna biru dan
menggembol pedang. Dayang cilik pembawa jalan segera menghantar nenek itu
ambil tempat duduk sementara sepasang dayang berbaju biru
menyoren pedang itu tidak duduk sebaliknya satu dikiri yang
lain dikanan berdiri dibelakang Tong Loo Thay-thay.
Dalam pada itu seruan lantang kembali berkumandang
datang "Hek, Pek Jie-loo dari gunung Tiang-pek san tiba!"
Siauw Ling mengerutkan alisnya, ia berpikir.
"Macam apalagi manusia yang bernama Hek Pek Jie-loo ini"
akan kulihat lebih seksama lagi"
Ketika ia menengok, tiba-tiba ditemuinya air muka Be Boen
Hwie memancarkan rasa terperanjat, pikirannya segera
bergerak, pikirnya. "Aaah orang she Be itupun kelihatan kaget jelas manusia
yang disebut Hek Pek Jie-loo adalah seorang jagoan Bu-lim
yang tersohor" Ketika ia melongok lagi kedepan, tampak seorang dayang
cantik mengiringi dua orang manusia yang mengenakan
pakaian berbeda lambat2 berjalan mendekat.
Orang yang ada disebelah kiri memakai baju serba putih
dengan topi warna putih, perawakannya tinggi jenggotnya
putih memanjang sedada. Sedangkan orang yang ada disebelah kanan memakai baju
serba hitam, topinya menuruti dari kepala sampai leher. yang
terlihat cuma sepasang mata serta hidungnya.
"Mungkin kedua orang inilah yang disebut Pek Jie Loo" pikir
Siauw Ling. Dibawah petunjuk dayang cantik tadi. |Hek Pek Jie Loo
ambil tempat duduk. Irama musik yang berkumandang dari balik bebungahan
tiba-tiba berubah, dari irama lembut kini berubah menjadi
cepat dan keras. Dari atas kain yang menjulur dari puncak
loteng tadi mendadak muncul sesosok bayangan manusia
yang meluncur kebawah menginjak kain angkin tadi.
Cukup meninjau dari ilmu meringankan tubuh serta
nyalinya. seluruh hadirin dibikin terkesiap bayangan manusia
itu laksana kilat menyambar kebawah lapat2 mulai kelihatan
jelas bentuk bayangan, dia adalah seorang lelaki setengah
baya yang berperawakan tinggi besar, sepasang keningnya
menonjol jauh kedepan dengan alis tebal, mulut besar bajunya
potongan sastrawan dengan jenggot hitam terurai sepanjang
dada. Orang ini bukan lain adalah Toa cungcu dari perkampungan
Seratus Bunga, si bayangan berdarah Shen Bok Hong.
Ketika berada kurang lebih tiga tombak dari permukaan
tanah, mendadak Shen Bok Hong melangkah setindak
kedepan, badannya meninggalkan angkin tadi dan melayang
turun kebawah bagaikan burung elang.
Siauw Ling mengerti sinar mata orang she Shen ini amat
tajam dan teliti ia tak berani banyak memandang buru-buru
kepalanya melengos kesamping.
Tampak Shen Bok Hong menjura kepada para hadirin
kemudian berseru. "Tjuwi sekalian jauh2 datang kemari dan suka memenuhi
undangan aku orang she Shen, untuk budi ini siauwte
mengucapkan banyak terima kasih.
Para jago yang ada dikalangan sebagian besar bangun
berdiri untuk balas memberi hormat.
Perlahan-lahan Toa Cungcu dari perkampungan seratus
bunga ini menempati kursi utama sinar matanya menyapu
empat penjuru kemudian ujarnya kembali.
"Masih ada beberapa orang tamu yang berasal dari tempat
jauh belum tiba, aku pikir Cu-wi sekalian tentu sudah lapar,
kita tak usah menunggu mereka lagi"
Seraya berkata ia angkat tangan kanannya dan diulapkan
satu kali. Dari balik bebungahan segera muncul beberapa orang
dayang cantik menghidangkan sayur dan arak.
Agaknya dayang2 ini sudah memperoleh didikan yang
keras, gerak gerik mereka gesit dan lincah namun teratur dan
tidak simpang siur dalam sekejap mata sayur dan arak telah
dihidangkan. Sekilas pandang diam2 Siauw Ling menghitung manusia
yang telah hadir dalam perjamuan malam ini, satu meja diisi
tiga orang dan disana tersedia sepuluh meja dus berarti ada
dua, tiga puluh orang yang hadir, dalam hati segera pikirnya.
"Apakah Shen Bok Hong hanya mengundang tamu
sedemikian dikitnya" sungguh aneh sekali, mengapa Tjioe Cau
Liong serta Kiem Hoa Hujien sekalian tidak kelihatan
munculkan diri untuk menemani para tetamu" apakah mereka
dikirim untuk melakukan sesuatu?"
Sementara ia masih berpikir, Shen Bok Hong telah angkat
cawan araknya sambil berseru lantang.
"Ini hari siauwte merepotkan TJuwi sekalian datang kemari
sebenarnya punya dua persoalan yang diumumkan, pertama,
sejak ini hari aku Shen Bok Hong akan munculkan diri kembali
dalam dunia persilatan dan kedua, ingin memperkenalkan
seorang jago muda kepada Tjuwi sekalian."
Walaupun suaranya rada serak parau, namun setiap patah
kata diutarakan amat nyata membuat semua orang merasakan
hatinya tergetar keras. Tong Loo Thay Thay yang telah berubah tiba-tiba
mengetukkan tongkat kepala burung hong nya ke atas tanah
lalu berseru, "Sudah banyak tahun aku mengasingkan diri dari pergaulan
dunia persilatan, tak kusangka dimasa tuaku ternyata harus
meninggalkan Su Tzuan dan melakukan perjalanan ribuan li
untuk menghadiri pertemuan yang diadakan Shen Toa
Cungcu!" "Hal ini menandakan bila hujien sangat memandang Shen
Bok Hong, cayhe merasa sangat berterima kasih."
"Hee.... hee.... walaupun usiaku sudah melewati tujuh
puluh tahun namun paling benci bicara putar kayun macam
begini" kembali Tong Loo Thay Thay berseru sambil tertawa
dingin. "Ini hari aku datang, besok pagi akan kembali ke Su
Tzuan mungkin aku tak dapat menghadiri pertemuan para
enghiong yang hendak Shen Toa Cungcu adakan besok siang"
"Kau datang kemari dengan ter-buru-buru kemudian pulang
dengan ter-gopoh2 apakah hujien tidak merasa tindakan ini
salah besar?" "Soal ini tak perlu Toa Cungcu kuatirkan setiap keputusan
yang sudah kutetapkan tak ingin dirubah kembali"
"Jikalau memang demikian adanya, cayhe pun tidak ingin
terlalu memaksa, namun kesudian Hujien mengunjungi
perjamuan ini telah membuat nama besar perkampungan
Seratus Bunga dari cayhe ini semakin cemerlang...."
Sepasang alis yang putih dari Tong Loo Thay Thay kontan
berkerut habis mendengar ucapan itu, cepat ia menukas.
"Tiga puluh tahun sudah aku menjabat ciang bunjien dari
keluarga Tong, belum pernah aku memperoleh paksaan
macam ini. Kali ini Shen Toa Cungcu dapat memaksa aku
tinggalkan Su Tzuan, hal ini menunjukkan bahwasanya kau
betul2 manusia hebat"
"Haa.... haa.... tong Hujien terlalu merendahkan diri"
Setelah beberapa saat meninjau keadaan situasi Siauw Ling
pun bisa menyadari apa sebabnya orang yang hadir dalam
perjamuan malam ini berjumlah tidak banyak. Ternyata pihak
perkampungan seratus bunga sudah adakan persiapan,
mereka2 yang diundang dalam perjamuan ini kebanyakan
adalah jago-jago yang patut dicurigai, tentu orang she sen itu
berharap bisa cepat-cepat diketahui siapa musuh siapa kawan
daripada mereka mengacau dalam perjamuan besok siang...."
Terdengar Tong Loo Thay Thay dengan suara keras telah
menghardik. "Maksud kedatanganku kemari rasanya Shen Toa Cungcu
tentu sudah paham bukan?"
"Loo Hujien usiamu sudah lanjut namun tabiatmu masih
berangasan dan terburu napsu, apakah kau tidak takut watak
jelekmu ini akan merusak kesehatanmu sendiri?" ujar Shen
Bok Hong sambil tertawa. lambat2 ia ambil cawan araknya
dan minum satu tegukan. Disindir semacam ini, Tong Loo Thay Thay tak dapat
menahan diri lagi, ia naik pitam.
"Aku tidak ingin bersilat lidah dengan dirimu persoalan
diantara kita akan diselesaikan pada saat ini" atau hendak
diundur beberapa saat."
"Pada saat ini kentongan pertama belum lewat. sampai
fajar nanti masih amat lama lebih baik Loo Hujien bersantap
dan minum arak sampai kenyang lebih dahulu setelah aku
Shen Bok Hong mengumumkan diri untuk terjun kembali
dalam dunia persilatan. apakah kau takut aku bisa melarikan
diri, Walaupun Tong Loo Thay Thay teramat gusar sampai
hatinya merasa tidak sabaran namun seakan2 ada sesuatu
benda yang berada ditangan Shen Bok Hong sebagai barang
sandera membuat mereka tak berani banyak berkutik,
tongkatnya segera diketukan ke atas tanah dan berseru penuh
kebencian. "Aku tidak akan menanti lewat dari kentongan ketiga?"
"Baik! sebelum kentongan ketiga, cayhe pasti akan
memberikan pertanggungan jawab kepada Tong Hujien."
Tong Loo Thay Thay tidak berbicara lagi, ia segera
pejamkan mata, dan duduk tak berkutik.
Tampak tusuk kondenya tiba-tiba terjatuh ke atas tanah,
rambutnya yang telah beruban kibar kalut terhembus angin
malam. "Tong Loo Thay Thay bisa begini gusar tentu hatinya
diliputi penuh kemasgulan serta kekesalan" pikir Siauw Ling.
"Hawa gusar memburu tusuk kondenya terlepas tenaga
lweekang semacam ini betul2 mengejutkan hati"
Sementara itu Shen Bok Hong telah angkat cawan araknya
dan meneguk satu tegukan lagi ujarnya sambil tertawa.
"Diantara Tjuwi sekalian bilamana diantaranya pernah
mengikat tali permusuhan dengan cayhe silahkan cepat-cepat
diutarakan." Pikiran Be Boen Hwie sedikit bergerak, sewaktu ia
bermaksud bicara. mendadak terdengar Suma Kan yang
berada dihadapannya sudah berebut berkata.
"Cayhe Suma Kan ingin mohon petunjuk Shen Toa Cungcu
akan dua hal." Sepasang mata Shen Bok Hong bagaikan sambaran kilat
menyapu tubuh Suma Kan dan berhenti diatas wajahnya,
dengan sepasang alis berkerut tanyanya.
"Suma-heng ada urusan apa?"
Jelas Shen Bok Hong merasa tindakan Suma Kan ini sedikit
ada diluar dugaan. Suma Kan mendehem perlahan kemudian jawabnya.
"Aku pikir jago-jago Bu-lim yang diundang untuk
menghadiri perjamuan dalam perkampungan Seratus Bunga
ini lebih dari seratus orang mengapa dalam perjamuan yang
diselenggarakan ini cuma diundang dua, tiga puluh orang
belaka sebenarnya apa maksud Toa Cungcu sebenarnya"
inilah persoalan pertama yang membuat siauw-te tidak
paham!" "Bagus!" Shen Bok Hong tertawa hambat. "Masih ada satu
persoalan lagi silahkan sekalian diutarakan kemudian cayhe
akan menjawab pertanyaan tersebut satu persatu!"
"Cayhe baru untuk pertama kalinya memasuki daerah
Tionggoan, dengan orang2 perkampungan anda tidak saling
mengenal tentu saja tak bisa dibicarakan punya ikatan
dendam atau permusuhan mengapa anda mencantumkan
nama cayhe diantara nama2 kerbaumu" inilah pesoalan kedua
yang tidak siauw-te pahami"
Mendengar ucapan itu pikiran Be Boen Hwie rada bergerak,
pikirnya. "Orang ini kelihatan seperti orang gila padahal dalam
kenyataan dia adalah seorang manusia yang cerdik dan
berpikiran panjang...."
Shen Bok Hong mendongak tertawa ter-bahak2.
"Haa.... haa.... mengapa Suma heng ingin sekali mencari
mati" hali ini malah membuat aku orang she Shen rada tidak
paham?" Suma Kan tertawa dingin. "Jikalau Shen Loo-toa tiada maksud membinasakan diriku
sekalian, mengapa...."
"Maksudmu aku menaruh semacam racun keji di dalam
arak serta sayur tersebut?" sambung Toa Cungcu dari
perkampungan Seratus bunga itu sambil tertawa bergelak.
"Perbuatan rendah semacam ini dengan kedudukan Shen
Toa Cungcu yang tinggi tentu saja tak akan dilakukan apalagi
orang2 yang hadir dalam perjamuan ini adalah tokoh2 lihay
dari dunia persilatan, racun yang ada dalam sayur serta arak
tidak mungkin bisa meracuni seluruh hadirin"
Air muka Shen Bok Hong berubah hebat dengan cepat ia
menghardik dengan nada dingn
Suma Kan kalau kau ada maksud menghasut para jago
yang kuundang dengan segala macam perkataan tak senonoh
jangan salahkan kalau aku orang she Shen akan bertindak
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telengas dan memberi kematian untukmu."
Diantara para jago yang hadir dalam perjamuan saat ini,
sebagian besar pernah mendengar akan kekejian serta
keganasan Shen Bok Hong dalam berkelana didunia persilatan
tahun berselang. Sekarang melihat air muka Shen Bok Hong
mendadak berubah hebat, bahkan diantara ucapannya sudah
mencapaikan ancaman agar Suma Kan tidak banyak campur
tangan dalam urusan tersebut. tak kuasa mereka sama2
memandang ke arah orang itu.
Melihat sinar mata para jago sama2 dialihkan ke arahnya
Suma Kan kegirangan setengah mati. ia mendongak tertawa
terbahak2. "Hahaha.... walaupun perbuatan Shen Bok Hong semuanya
ada diluar dugaan dan tertutup sehingga semua jago dikolong
langit kena dikibulin namun tak akan berhasil mengelabuhi
sepasang mata Suma Kan...." serunya.
Shen Bok Hong tertawa dingin, mendadak serunya,
"Manusia kurang ajar yang tahu diri bicara seenaknya
dengan maksud menghasut, sungguh terkutuk! Pengawal!
tangkap orang itu. Dari balik bebungahan muncul suara sahutan diikuti sua
sosok bayangan manusia meluncur ke arah Suma Kan.
Melihat perbuatan serta tindakan yang telah dilakukan
Suma Kan, timbul rasa simpatik dalam hati Be Boen Hwie.
"Suma-heng, perlu bantuan siauwte?" ia bertanya dengan
nada berat. "Tak usah" sinar matanya segera dialihkan ketengah
kalangan. Tampak olehnya dua orang yang menerjang ke arahnya
telah berhenti tepat didepan mata orang yang ada disebelah
kiri berusia dua puluh lima, enam tahunan, memakai baju
ringkas warna hijau dan menggembol pedang di punggung,
Sedangkan orang yang ada disebelah kanan memakai baru
warna merah, air mukanya dingin kaku sema sekali tidak
menunjukkan perasaan. Siauw Ling yang ada disampingpun angkat kepala
memandang sekejap ke arah kedua orang itu lalu bisiknya
kepada Be Boen Hwie dengan suara lirih.
"Be-heng, orang berbaju hijau yang ada di sebelah kiri
adalah murid pertama Shen Bok Hong yang bernama Tang
Hong Tjiang sedangkan si orang berbaju merah yang ada
disebelah kanan bukan lain adalah salah satu dari Delapan
manusia bayangan berdarah yang diciptakan Shen Bok Hong"
Dalam pada itu kedua orang tadi sama2 berhenti kurang
lebih empat, lima depa didepan Suma Kan si orang berbaju
hijau yang ada di sebelah kiri segera menegur dingin.
"Kau hendak mengerahkan diri" ataukah memaksa kami
harus turun tangan?"
Suma Kan tertawa ter-bahak2.
"Ha.... ha.... Dalam arak yang dihidangkan Toa Cungcu tak
ada racunnya, dalam hidangan tak ada bisa namun disetiap
bangku yang kalian duduki telah disebari racun keji ulat emas
yang paling dahsayt!" serunya.
Perkataan tersebut seketika menggemparkan seluruh
kalangan, walaupun sebagian besar para hadirin belum pernah
mengunjungi Se-Ih dan belum pernah melihat sendiri
bagaimana macamnya racun keji ulat emas tersebut, namun
kebanyakan sudah pernah mendengar bahwasanya racun keji
Ulat emas merupakan racun paling dahsyat diantara racunracun
lainnya yang ada didaerah Biauw.
Setiap orang merasa hatinya tercekat, air muka berubah
hebat dan suasana makin gempar.
Dari sepasang mata Shen Bok Hong terlintas hawa
membunuh tetapi dalam sekilas mata wajahnya pulih kembali
dalam ketenangan ia tertawa ter-bahak2.
"Haa.... haa.... Suma-heng, kau adalah manusia bodoh
yang sedang mengigau disian ghari bolong" serunya.
"Hmm! Toa Cungcu kau memang bisa mengelabuhi
sepasang mata para enghiong dari seluruh kolong langit
namun jangan harap bisa lolos dari sepasang mata aku Suma
Kan" Tang Hong Ciang yang berdiri dihadapan Suma Kan sudah
bikin persiapan tapi berhubung Shen Bok Hong menyampaikan
perintah selanjutnya ia tetal bertahan diri.
Shen BOk Hong yang licik dan banyak akal setelah
memeriksa keadaan disekelilingnya serta menemukan air
muka para jago dihiasi hawa marah, ia lantas sadar bilamana
pada saat ini ia menyelesaikan Suma Kan maka para jago
yang hadir dalam kalangan akan percaya kalau mereka telah
tersengat oleh racun keji Ulat Emas saat itu suatu
pertempuran sengit tak bisa dihindari lagi.
Menemukan para jago yang hadir dalam kalangan rata2
berkepandaian tinggi, jikalah pertempuran in isampai dibiarkan
terjadi sekalipun kemenangan ada dipihak perkampungan
Seratus Bunga namun korban yang berjatuhan tentu tak
sedikit. Ia tak ingin menempuh bahaya besar seperti ini, orang she
Shen ini merasa tindakan pertama yang harus dilakukan
adalah menenangkan kembali hawa gusar yang menyerang
para jago kemudian menghilangkan kecurigaan yang mulai
menempel dalam benak mereka setelah itu baru
membereskan pengacau tersebut.
Setelah ambil keputusan ia tertawa tergelak.
"Suma-heng! serunga, "Umpama kau pernah mengikat
permusuhan dengan diriku atau pernah menaruh dendam
terhadap perkampungan Seratus Bunga, lebih baik tantanglah
kami secara terang2an atau langsung menegur perkampungan
kami. apakah kau tidak merasa malu dengan tindakanmu
menghasut para jago?"
"Setiap patah kata yang cayhe utarakan adalah kata2 jujur,
kalau Shen Cungcu masih juga mungkir....
Shen Bok Hong tidak biarkan ia bicara lebih jauh, kembali ia
tertawa terbahak2 sambil menukas.
"Setiap orang yang hadir disini adalah jago berkepandaian
tinggi, tenaga lweekang mereka pasti sangat lihay. benarkah
keracunan asal mengerahkan tenaga untuk periksa bukankah
segera akan dirasakan!"
"Tentang soal ini, aku pikir Shen Toa Cungcu sudah bikin
persiapan...." "Suma-heng mungkin ada sedikit sinting" seru Shen Bok
Hong menukas kembali. Apa yang dia ucapkan tak bisa
dipercaya. seandainya Cu-wi tidak percaya silahkan salur
tenaga untuk memeriksa diri sendiri, kalau keracunan
bukankah kalian akan segera tahu, orang ini mungkin sengaja
berbuat demikian untuk memisahkan hubungan aku orang she
Shen dengan kalian, lama kelamaan aku sendiripun tidak
tahan lagi...." Ia segera ulapkan tangannya sambi berseru.
"Tangkap manusia pengacau ini"
Sejak semula Tang Hong Ciang sudah bersiap sedia, begitu
perintah dilepaskan, tangan kanan orang she Tang tersebut
segera meluncur kedepan mencengkeram pergelanan kanan
Suma Kan. Merasakan datangnya ancaman, tangan kanan Suma Kan
ditarik kembali meloloskan diri dari serangan, kemuidan
tangan kirinya laksana kilat menyapu keluar.
Be Boen Hwie yang duduk sambil menonton jalannya
pertarungan, hanya terpaut empat lima langkah dari kalangan,
setiap kali ia dapat merasakan deruan angin serangan yang
kuat dari mereka berdua, terutama serangan balasan dari
Suma Kan, diam2 ia memuji akan kehebatan ilmu silatnya.
Ilmu silat yang dimiliki Tang Hong Ciang mendapat warisan
langsung dari Shen Bok Hong tentu saja sangat luar biasa,
tangan kanan segera diayun menyambut datangnya serangan
tadi dengan keras lawan keras.
"Braaak....!" diiringi bentrokan keras angin puyuh berputar
masing-masing pihak tergetar mundur satu langkah ke
belakang. Agaknya Tang Hong Ciang tidak menyangka manusia
sinting yang tidak kelihatan istimewa ini sebetulnya memiliki
ilmu silat yang maha dahsyat, tak kuasa ia dibikin tertegun
beberapa saat lamanya. Disaat ia masih tertegun Suma Kan melancarkan serangan
berantai. Dalam sekejap mata ia sudah mengirim delapan
jurus serangan memaksa Tang Hong Ciang mundur dua depa
ke belakang. Menjumpai murid pertamanya Tang Hong Ciang terdesak
kalah terus menerus, Shen Bok Hong merasa amat malu,
timbul hawa gusar dalam hatinya.
Sementara ia bersiap sedia untuk turun tangan sendiri.
mendadak dari posisi bertahan muridnya she Tang itu telah
berubah jadi posisi menyerang. berturut2 ia melancarkan tiga
buah serangan memaksa Suma Kan mundur satu langkah ke
belakang, ambil kesempatan itu tangan kanannya segera
diangkat ke atas. Selama pertarungan berlangsung, lelaki berbaju merah
yang punya wajah dingin kaku itu selalu berdiri disisi Suma
Kan bagaikan patung, sedikitpun tidak bergerak.
Namun setelah Tang Hong Ciang ulapkan tangannya,
keadaan tiba-tiba berubah.
Orang berbaju merah itu ayun tangan kanannya, tanpa
menimbulkan sedikit suarapun membabat punggung Suma
Kan. "Hati2 serangan bokongan!" segera Be Boen Hwie memberi
peringatan. Sekalipun Suma Kan sedang menghadapi musuh tangguh
macam Tang Hong Ciang, pendengarannya masih cukup
tajam, buru-buru ia ayun tangan kirinya membabat ke
belakang. Sebenarnya ia ingin menghindari datangnya serangan
bokongan tersebut, namun berhubung didepan sedang
digencet musuh sedang sebelah kiri adalah meja orang lain
sebelah kanan ada meja maka terpaksa ia ayunkan telapaknya
untuk menangkis. Sewaktu sepasang telapak saling bertemu Suma Kan
merasakan hatinya tercekat.
"Kurang ajar...." pikirnya "Tenaga lweekang yang dimiliki
orang ini jauh lebih dahsyat daripada si orang berbaju hijau itu
jikalau kedua orang ini menggencet aku dari depan dan
belakang, maka dalam pertarungan malam ini keadaanku yang
lebih berbahaya daripada rejeki....
Sementara ia masih termenung, si orang berbaju merah itu
sudah melancarkan serangannya meneter dia habis2an.
Serangan si orang berbaju merah itu benar2 hebat, satu
jurus lebih hebat dari jurus sebelumnya keganasan sulit
diduga. sedangkan serangan Tan Hong Ciang mengutamakan
kegesitan menggencet dari depan dan belakang dengan dua
macam tenaga yang berbeda sungguh suatu kerja sama
hebat. Suma Kan yang harus menahan serangan dari depan dan
membendung gencaran serangan dari si orang berbaju merah,
setelah lewat dua, tiga puluh jurus kemudian Suma Kan
terdesak hebat, keringat dingin mulai membasahi seluruh
tubuhnya. Setelah berlangsungnya pertarungan ini, pandangan para
jago terhadap Suma Kan berubah seratus delapan puluh
derajat, pikir mereka. "Sungguh tak disangka manusia sinting macam diapun
memiliki ilmu silat sedemikian dahsyat...."
Be Boen Hwie pun ikut dibikin terharu oleh semangat
jantan Suma Kan, melihat dia mulai keteter dan sebentar lagi
bakal roboh ia tidak tega, mendadak sambil bangun berdiri
tangan kirinya mendorong meja ke arah depan sementara
tangan kanan menerima datangnya serangan dari Tong Hong
Ciang. "Suma-heng! serunya. "Pusatkan seluruh perhatian untuk
menghadapi si orang berbaju merah itu, orang ini serahkan
saja kepada siauw-te"
Ditengah pembicaraannya salurkan tenaganya mengunci
tiga serangan berantai dari Tang Hong Ciang.
Walaupun tabiat Suma Kan tidak mau mengalah tetapi
iapun tahu bahwa dirinya sulit untuk menahan serangan
gabungan dua orang sekaligus jikalau pertarungan itu
dipaksakan niscaya ia bakal binasa atau terluka parah. Oleh
karena itu terhadap bantuan yang diberikan Be Boen Hwie ia
merasa amat berterima kasih.
Tanpa banyak bicara lagi ia pusatkan seluruh tenaganya
untuk menghadapi si orang berbaju merah itu.
Lelaki baju merah inipun hebat, baik jurus pukulan maupun
serangan telapaknya makin lama semakin dahsyat, kehebatan
serta kekejian serangannya membuat orang bergidik
Jurus2 serangan dalam ilmu silat walaupun mengutamakan
menyerang untuk memaksa orang bertahan namun di dalam
jurus serangan pada umumnya secara lapat2 separuh bagian
mengandung posisi bertahan.
Lain halnya dengan serangan2 dari si orang berbaju merah
ini semuanya bersifat menyerang bahkan kadang kala buat
pertahanan diri sendiripun tak ada, karena itu tidak aneh kalau
gencaran serangannya sangat dahsyat.
Setelah menyadari betapa dahsyatnya tenaga lweekang
yang dimiliki si orang berbaju merah itu ia tidak melakukan
pertarungan keras lawan keras lagi, dengan gerakan yang
cepat dan gesit ia paksa orang itu harus mempertahankan diri.
Dipihak lain Be Boen Hwie yang melangsungkan
pertarungan seimbang, baik dalam menyerang maupun
bertahan masing-masing pihak memiliki keistimewaan yang
berbeda, walaupun dua puluh jurus telah lewat keadaan masih
tetap seperti sedia kala tak ada yang menang dan tak ada
yang kalah. Shen Bok Hong yang selama in mengikuti jalannya
pertarungan segera menyadari bahwa pertarungan ini tak
mungkin bisa diselesaikan dalam waktu singkat hatinya mulai
tidak sabaran, pikirnya. "Kalau pertarungan seperti ini dilangsungkan terus entah
sampai kapan baru bisa selesai" peristiwa ini akan sangat
mempengaruhi nama besar perkampungan Seratus Bunga...."
Berada dalam situasi seperti ini apalagi berada didepan
mata umum, tidak leluasa baginya untuk kumpulkan anak
buahnya mengerubuti ber-sama2. hatinya amat serba salah.
Dengan kecerdikannya yang tersohor. ternyata ia gagal
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk mendapatkan sesuatu cara yang sempurnya.
Dari tengah kalangan pertemuan yang sedang berlangsung
mendadak berkumandang suara dengusan berat, seluruh
hadirin segera alihkan sinar matanya ke arah mana berasalnya
suara itu. Ketika angkat muka tampaklah Be Boen Hwie maupun Tang
Hong Ciang sama2 mundur empat langkah dan berdiri saling
berhadapan muka. Ternyata di dalam pertarungan sengit barusan masingmasing
pihak telah saling beradu kekerasan satu kali. Dalam
hal tenaga lweekang maupun ilmu silat mereka seimbang
karena itu mereka sama2 tergetar mundur empat langkah ke
belakang. Para jago memusatkan seluruh perhatiannya untuk
menonton jalannya pertarungan tersebut namun tak
seorangpun yang buka suara mencegah atau mencampuri
urusan tersebut. Terdengar Tang Hong Ciang tertawa dingin serunya.
"Sudah lama kudengar nama besar Be Cong Piauw Pacu,
setelah berjumpa hariini baru kurasakan bahwa nama
besarmu bukan kosong belaka"
Sreet! ia loloskan pedangnya dari sarung.
"Terima kasih, terima kasih" jawab Be Boen Hwie sambil
tersenyum, dari sakunya ia ambil keluar sebuah kipas dan
dibentangkan lebar. "Siauw-te ingin mohon petunjuk Be Cong Piauw Pacu dalam
kepandaian senjata" "Akan kuiringi keinginanmu tersebut"
Tang Hong Ciang segera ayunkan pedangnya mengobat
abitkan kekanan kiri, seketika terlintas cahaya pelangi keperak2an
yang memenuhi angkasa, namun ia belum mulai
dengan serangannya. Melihat bagaimana caranya orang itu mengayunkan
pedangnya Be Boen Hwie tidak berani memandang enteng
pihak lawan, kipas ditangannya segera diayun kedepan, hawa
murninya disalurkan mengelilingi badan sementara otaknya
berputar mencari akal bagaimana caranya membendung
serangan musuh. Dalam pada itu pertarungan antara silelaki berbaju merah
melawan Suma Kan telah mencapai puncak ketegangan tibatiba
Suma Kan menggunakan serangkaian ilmu telapak yang
aneh. Bayangan telapak berkibar memenuhi angkasa bagaikan
salju yang berhamburan dari langit ditengah kegencaran
serangan terebut hawa pukulan menekan tiada hentinya.
Pandangan para jago terhadap orang she Suma kembali
berubah, mereka merasa ilmu silat orang sinting ini seperti hal
orangnya, sukar diduga dan dimengerti.
Walaupun lelaki berbaju merah itu ganas dan berani
serangannya berat bagaikan godam namun semuanya
terkurung oleh gerakan telapak Suma Kan yang cepat dan
ringan ia gagal memperkembangkan jurus serangannya untuk
memperkuat daya pengaruhnya.
Shen Bok Hong sendiripun tidak menyangka kalau Suma
Kan adalah seorang pendekar lihay, apalagi bantuan yang
diberikan Be Boen Hwie, mimpipun ia tidak pernah berpikir
sampai disitu dengan demikian perhitungannya semula
mengalami perubahan besar.
Kecuali Shen Bok Hong mengirim jago-jago lihay lagi untuk
memperkuat posisi mereka, untuk beberapa saat sulit baginya
untuk menentukan siapa menang siapa kalah.
Ketika itu Tong Loo Thay Thay angkat kepalanya
memandang keadaan cuaca, kemudian ujarnya dingin.
"Shen Bok Hong waktu yang kita janjikan sudah hampir
tiba." "Hujien boleh berlega hati" jawab Shen Bok Hong sambil
meneguk arak. Setiap kata yang telah Shen Bok Hong katakan
tidak pernah berubah"
"Persoalan diantara kita lebih baik cepat-cepat diselesaikan,
agar akupun lebih cepat berangkat kembali ke Su Tzuan."
"Oooow jadi Hujien sudah yakin pasti dapat menangkan diri
cayhe!" "Paling sedikit aku bisa paksa kau berpandangan dan
bagaimanakah senjata rahasia dari keluarga Tong kami?"
Shen Bok Hong tertawa terbahak2.
"Heee.... heee.... heee.... tentang soal ini aku Shen Bok
Hong sudah sejak semula, ilmu melepaskan senjata rahasia
dari keluarga Tong asal Su Tzuan memang sudah tersohor
dikolong langit, sepanjang ratusan tahun tak pernah mundur,
tentu saja kalian memiliki suatu keistimewaan. hanya saja...."
"Hanya saja kenapa?" setu Tong Loo Thay Thay dengan air
muka berubah hebat. "Hanya saja selama hidup cayhe paling tidak takut terhadap
segala macam senjata rahasia"
"Hmm apakah kau tak merasa kegaian untuk bicara besar?"
jengek sinenek kembali sambil tertawa dingin.
"Seandainya Hujien tidak percaya lagi kau bakal tahu kalau
ucapan cayhe bukan gertak sambal belaka.
Dari tengan kalangan terdengar suara gelak tertawa dari
Suma Kan diiringi dengusan marah menggemparkan seluruh
kalangan. Ketika semua orang berpaling tampak silaki berbaju merah
itu dengan sepasang mata melotot gusar dan sepasang
telapak diayun kesana kemari memperdengarkan raungan
amarah yang gegap gempita, suaranya seperti binatang buas
yang siap menerkam mangsanya.
Sebalinya Suma Kan tetap bersikap tenang dengan langkah
ringan ia menggerakkan sepasang telapaknya melayani
serangan2 gencar dari silelaki berbaju merah itu.
Ia tidak mau melangsungkan adu tenaga dalam dengan
lelaki berbaju merah lagi sebab ia telah menemukan apabila
lelaki berbaju merah itu agaknya sudah kehilangan akal sehat,
seperti binatang buas saja menerjang dan menerkam tiada
hentinya. Dipihak lain pertarungan antara Be Boen Hwie melawan
Tang Hong Ciangpun sudah mencapai puncak ketegangan.
masing-masing pihak berusaha untuk mencari kemenangan.
Diluar kalangan ada dua orang yangjauh lebih gelisah dari
mereka yang sedang melangsungkan pertarungan orang itu
adalah Siauw Ling serta Shen Bok Hong.
Siauw Ling kuatir Be BOen Hwie menderita kekalahan ia
takut berhubung persoalan ini akan mengakibatkan usahanya
menolong kedua orang tuanya menjumpai kegagalan, ingin
sekali ia membantu Be Boen Hwie secara diam2 namun setiap
kali ia batalkan niatnya.
Sedangkan Shen Bok Hong tidak ingin sebelum pertemuan
dimulai, dihadapan umum mengundang anak buahnya lagi
untuk rebut kemenangan dengan jumlah banyak sehingga
melukai Suma Kan serta Be Boen Hwie, apalagi tempat
duduknya terlalu jauh dari kalangan pertempuran, sekalipun ia
bermaksud membantu Tang Hong Ciang secara diam2pun
tidak mungkin. Dalam pada itu irama musik yang berkumandang keluar
dari balik bebungahan telah berhenti, suasana sunyi senyap
tak kedengaran sedikit suarapun kecuali deruan angin pukulan
yang memekakkan telinga. Seperminum teh kembali sudah lewat, mendadak Suma
Kan yang berada ditengah kalangan berseru lantang.
"Harap Cuwi sekalian cepat tinggalkan kursi, orang2 dari
perkampungan Seratus bunga mulai melepaskan racun keji
ulat emas" Para jago yang hadir dalam kalangan saat ini rata2
merupakan jago kawakan yang berpengalaman sangat luas
walaupun belum pernah melihat sendiri cara melepaskan
racun keji dari daerah Biauw, namun mereka pernah
mendengar, kebanyakan racun-racun semacam itu dilepaskan
dalam air teh atau arak, sehingga seseorang tanpa sadar telah
keracunan dan terpengaruh oleh racun tadi, sepanjang hidup
tak berani berkhianat kembali.
Kini mendengar Suma Kan berseru demikian mereka lantas
berpendapat mungkin ada cara pelepasan racun keji lain
kecuali melalui minuman serta makanan.
Walaupun para jago sedikit tidak percaya tetapi peringatan
yang diutarakan Suma Kan sampai berulang kali membuat
mereka tanpa sadar mulai salurkan tenaga murninya untuk
melakukan persiapan. Sebagian besar bahkan semua tamu yang diundang Shen
Bok Hong dalam perjamuan malam ini kebanyakan adalah
mereka2 yang dicurigai, ia sudah bersiap menarik mereka2
yang bisa digunakan dan membasmi mereka yang membandel
agar dalam pertemuan para enghiong besok siang tak terjadi
kericuhan kembali. Tetapi jago-jago yang diundang kebanyakan adalah jago
kawakan yang punya pengalaman sangat luas, Shen Bok Hong
sadar dengan nama jeleknya tempo dulu dalam dunia
persilatan, orang2 ini tentu sudah bikin persiapan. Menaruh
racun dalam arak atau makanan sulit untuk menjebak lawan
bahkan kemungkinan malah terbongkar rahasianya. oleh
sebab itu ia bermaksud mencari satu cara lain untuk meracuni
para jago itu tanpa mereka sadari sendiri.
Shen Bok Hong tahu Kiem Hoa Hujien adalah jago
melepaskan racun keji nomor wahid dari daerah Biauw, ia
lantas mengajak perempuan itu berunding dan menetapkan
satu cara pelepasan racun itu.
Ia minta Kiem Hoa Hujien yang melepaskan racun keji Ulat
Emas paling lihay itu sehingga membuat para jago tanpa
sadar keracunan semua. Saat ini waktu buat Kiem Hoa Hujien untuk melepaskan
racun telah sampai. namun kena dibongkar rahasianya oleh
Suma Kan, timbul rasa benci yang bukan buatan terhadap
orang ini. kepingin sekali ia membinasakan orang itu jadi abu.
Tetapi justru ilmu silat Suma Kan amat lihay, sampai salah
satu dari delapan manusia bayangan berdarahnya pun gagal
merobohkan dirinya. Walaupun dalam hati Shen Bok Hong merasa amat gelisah,
namun tabiatnya yang licik banyak akal membuat ia tetap
bersikap tengan sementara otaknya berputar kencang mencari
cara paling bagus untuk mengatasi situasi.
Setelah meninjau situasi beberapa saat, ia mengambil
kesimpulan kecuali dia turun sama2 mengerubuti Suma Kan,
Tetapi saat ini Shen Bok Hong sendiri sudah mengikat
perjanjian lebih dahulu dengan Tong Loo Thay Thay. jagoan
senjata rahasia beracun yang paling tersohor dari kolong
langit jikalau ia turun tangan sendiri kemungkinan bisa
timbulkan niat nenek itu untukturun tangan. Sebaliknya kalau
ia mengumpulkan anak buahnya untuk mengerubuti Suma
Kan, kemungkinan akan menimbulkan rasa puas dihati para
jago sehingga akhirnya suatu pertarungan massal tak
terhindarkan. Lama sekali ia termenung, memikirkan beratus2 macam
cara namun selalu gagal mendapatkan akal yang paling bagus,
Sementara Shen Bok Hong sedang mencari akal bagus,
situasi pertarungan ditengah kalangan pun kembali terjadi
perubahan besar. Tampak serangan telapak Suma Kan makin lama makin
gencar, semakin aneh. harapan si lelaki berbaju merah untuk
merebut kemenanganpun makin lama makin tipis.
Namun kenekatan serta kegigihan si orang berbaju merah
itu mempertahankan diri, membuat semua jago dalam
perjamuan terkesiap. Ternyata sejak semula lelaki berbaju merak itu sudah
terdesak kalah. beberapa kali terluka ditangan Suma Kan,
namun setiap kali pula ia menggunakan jurus adu jiwa untuk
mematahkan mara bahaya tersebut dan tetap
mempertahankan posisi seimbang.
Diantara para jago yang hadir disana cuma Siauw Ling
seorang yang paham apa sebabnya bisa terjadi begini,
ternyata delapan manusia bayangan berdarah yang diciptakan
Shen Bok Hong ini sudah memperoleh latihan istimewa, bukan
saja ilmu silatnya lihay, berani mati dan sangat bernyali
bahkan kesadarannya boleh dikata sudah punah sama sekali.
Terdengar Suma Kan kembali berteriak.
"Kali ini cayhe dengan taruhan nyawa melangsungkan
pertarungan sengit, serta tiada sayangnya mengikat tali
permusuhan dengan pihak perkampungan Seratus Bunga
bukan lain disebabkan muncul dari hati yang ramah, aku tidak
tega melihat Tjuwi terkena racun keji. Aku rasa kalian semua
sudah melihat sendiri bukan pertarungan ini benar2 terjadi,
seandainya kalian mau percaya perkataan cayhe, cepatlah
tinggalkan tempat duduk kalian itu."
Sembari berteriak, perlahan ia mundur ke belakang.
Pada saat ini sudah ada separuh bagian para jago yang
mendengarkan peringatan itu. bangun berdiri dan
mengundurkan diri. Walaupun Shen Bok Hong cukup licin namun setelah
melihat usahanya menemui kegagalan, ia tak dapat menahan
diri lagi. Seumpama ia biarkan para jago mengundurkan diri semua
maka racun keji yang dilepaskan Kiem Hoa Hujien akan tak
ada gunanya lagi, dalam keadaan cemas tanpa
memperdulikan kegusaran yang mungkin timbul dari para jago
lagi ia tertawa dingin dan menghardik.
"Orang ini berlagak sinting dan bicara tidak karuan, kalau
tidak memberi hukuman kepadanya, perkampungan Seratus
Bunga mana bisa tancapkan kaki dalam dunia persilatan lagi?"
Setelah bergumam sendiri mendadak ia angkat tangan
kanannya dan bertepuk tangan tiga kali.
Dari balik pepohonan segera bergema irama musik yang
aneh sekali, dua orang gadis berbaju putih lambat2 munculkan
diri. Dengan ilmu menyampaikan suara Shen Bok Hong
memberi petunjuk kepada kedua orang gadis itu mendadak
kedua orang dara tadi berbelok ke arah Suma Kan.
Diantara para jago kebanyakan berpengalaman luas,
selama ini mereka selalu mengawasi gerak gerik Shen Bok
Hong dari gerakan bibirnya mereka tahu orang itu sedang
mengirim pesanan dengan ilmu menyampaikan suara. hanya
mereka tak tahu apa yang sedang dibicarakan.
Irama musik yang aneh menambah keseraman serta
kemisteriusan suasana tersebut.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tampak kedua orang dara berbaju putih itu mendekati
punggung Suma Kan kemudian sama2 meloloskan senjata dan
melancarkan serangan mematikan tanpa mengeluarkan sedikit
suarapun. Pada mulanya jurus serangan dari kedua orang gadis itu
tidak begitu hebat namun setelah lewat empat lima jurus daya
tekanannya semakin hebat cahaya pedang berkilauan,
serangannya makin gencar seketika Suma Kan didesak balik
kedepan tempat duduknya. Setelah Suma Kan didesak dalam keadaan yang penuh
bahaya ia harus pusatkan segenap pikirannya untuk
menghadapi serangan, tak ada waktu lagi baginya untuk
berteriak memberi peringatan.
Sementara itu para jago yang sudah diperingati oleh Suma
Kan kembali terhisap perhatiannya oleh sitauasi yang terjadi
secara mendadak ini, karena lupa untuk meninggalkan tempat
duduknya. Siauw Ling yang ada disisi kalangan diam2 mulai
mengawasi jurus pedang kedua orang dara berbaju putih itu
ia merasa serangannya ganas, aneh dan telengas, jauh lebih
hebat daripada kepandaian bayangan berdarah ciptaan Shen
Bok Hong itu, hatinya terkesiap segera pikirnya
"Darimana Shen Bok Hong berhasil mengumpulkan gadis2
berkepandaian demikian lihaynya" orang ini tak boleh
dipandang enteng, se-akan2 di dalam perkampungan seratus
bunga yang kecil sudah tersembunyi ratusan jago Bu lim yang
berkepandaian lihay."
Pada saat pikirannya melayang jauh Suma Kan ditengah
kalangan sudah menunjukkan tanda-tanda kalah.
serangan pedang kedua orang dara berbaju putih itu cepat
bagaikan hembusan angin. seketika memaksa Suma Kan jadi
kalang kabut dan susah melayaninya.
Shen Bok Hong mendongak memeriksa keadaan cuaca
kemudian pikirnya di dalam hati.
"Setengah Hioo lagi Kiem Hoa Hujien akan melepaskan
racun ulat emas aku harus berusaha untuk mengundurkan
waktu setengah hioo lagi, dengan demikian seluruh jago yang
ada di dalam kalangan akan keracunan semua dan tenaganya
bakal bisa kugunakan semua"
Sementara ia masih berpikir dua orang lelaki bersenjata
golok mendadak bangun berdiri, sambil ayun senjatanya
mereka berbareng menyerbu ketengah kalangan.
"Heng tahy jangan gelisah, kami akan membantu dirimu."
hardiknya sang golok segera bekerja membabat kedua orang
gadis itu. Ilmu silat yang dimiliki kedua orang lelaki ini tidak lemah,
babatan golok mereka secara lapat2 disertai deruan angin
tajam. Tampak kedua orang dara berbaju putih itu mendadak
menyebarkan diri, satu menahan serangan gabungan dari
kedua orang lelaki tersebut sedangkan yang lain tetap
menerjang Suma Kan habis2an.
Menemukan situasi makin lama semakin tidak
menguntungkan dan keadaan tersebut tak bisa ditunda lebih
jauh, Siauw Ling bermaksud turun tangan sendiri untuk
membebaskan Suma Kan dari mara bahaya sebab kalau tidak
berbuat demikian tidak sampai sepuluh jurus lagi Suma Kan
pasti akan terluka oleh babatan pedang dara berbaju putih itu.
Namun iapun ragu2, sebab kalau dia sampai berbuat
demikian maka Shen Bok Hong bakal mengetahui rahasianya.
Sementara ia merasa serba salah, mendadak satu ingatan
berkelebat dalam benaknya ia teringat akan diri Tong Loo
Thay Thay. "Mengapa aku tidak mencari akal untuk paksa dia turun
tangan" pikirnya. Ketika ia berpaling, terlihat Tong Loo Thay Thay sedang
pusatkan perhatiannya menonton jalannya pertarungan
ditengah kalangan, terutama jurus pedang dari dara berbaju
putih itu, sampai2 niatnya untuk menantang Shen Bok Hong
bergebrakpun untuk sementara waktu terlupakan.
Keadaan Suma Kan makin lama semakin bahaya. gerakan
tubuh dara berbaju putih itu amat gesit, jurus pedangnya
telengas membuat Suma Kan tak sanggup mempertahankan
diri. ditambah pula terjangan2 silelaki berbaju merah posisinya
semakin terjepit, Siauw Ling yang ikut memperhatikan jurus
pedang kedua orang dara berbaju putih itu iapun berpendapat
jurus pedangnya yang berbeda dengan jurus pedang pada
umumnya. seluruh serangan mengambil gerakan berbalikan.
semua ancaman ditujuka ketempat2 yang sukar diduga.
Pertarungan antara Be Boen Hwie melawan Tang Hong
Ciang pun sudah mencapai titik ketegangan, hanya cara
bergebrak berbeda jauh dengan Suma Kan.
Waktu saing berpandangan lebih banyak daripada waktu
bergebrak, namun setiap serangan yang dilepaskan tentu
dahsyat dan mengerikan. Ber-turut2 Tang Hong Ciang mengirim dua serangan
berantai namun semuanya kena dikunci oleh Be Boen Hwie.
Walaupun Be Boen Hwie berhasi memunahkan dua
serangan tersebut, hatinya tercekat juga, asalkan Tang Hong
Ciang menambahi tenaga kua bagian lagi dalam serangannya
niscaya ia sudah terluka oleh babatan pedangnya.
Ambil kesempatan semua orang pusatkan perhatian
ketengah kalangan, Siauw Ling memungut selembar daun
kemudian diatas daun tadi diukirnya beberapa patah kata
yang kira2 berbunyi, "Situasi amat berbahaya, harap turun tangan"
Setelah menimbang jarakanya dengan Tong Loo Thay Thay
salurkan hawa murninya kemudian dengan ilmu Hwei Sian
Hoat yang paling diandalkan Liauw Siancu dalam berkelana
tempo dulu, lembaran daun tadi segera meluncur kedepan.
Ketika daun tadi berada beberapa tombak jauhnya
mendadak membuat gerakan berputar dan melayang ke arah
Tong Loo Thay Thay. Walaupun Siauw Ling mengirim daun tadi dengan tenaga
jari Hwie Sian Tji, namun berhubung daun itu terlalu ringan
sulit mencapai tempat jauh, lagi pula jarak Tong Loo Thay
Thay dengan dirinya lebih lima tombak mungkinkah diterima
oleh nenek tersebut ia kurang yakin,
Tampak daun tadi melayang langsung ke arah Tong Loo
Thay Thay nemun sayang ketika tinggal dua depa jauhnya
tenaga sambitan telah habis.
"Ah sayang...." diam2 Siauw Ling gegetan, "Jikalau aku
menambahi sedikit tenaga lagi niscaya daun tadi akan terjatuh
ketangan Tong Loo Thay Thay."
Sementara ia berpikir mendadak seorang dayang cantik
berbaju biru yang ada dibelakang Tong Loo Thay Thay
ayunkan tangannya mengisap daun tadi ketangannya.
Melihat kejadian ini Siauw Ling kegirangan, pikirnya.
"Semoga saja ia serahkan daun tadi ketangan Tong Loo
Thay Thay...." Siapa sangka setelah dayang cantik tadi mencekal daun
tersebut tanpa dipandang sekejap pun dibuang kembali ke
atas tanah. Ketika itu perhatian semua jago ditujukan ketengah
kalangan dimana sedang berlangsung suatu pertarungan
sengit jarang atau hampir boleh dikata tak seorangpun yang
memperhatikan perbuatan Siauw Ling menyambit mengirim
berita. "Aduuh celaka agaknya aku harus berbuat repot lagi" seru
Siauw Ling dengan hati kecewa.
Ia tahu berbuat demikian adalah suatu tindakan yang
sangat menempuh bahaya, sinar mata Shen Bok Hong amat
tajam walaupun pertama kali ia berhasil mengelabuhi dirinya
namun kali ini belum tentu ia seuntung tadi.
Ia bukan takut konangan sehingga terjadi bentrokan
langsung dengan Shen Bok Hong, yang dikuatirkan adalah
keselamatan orang tuanya, cinta kasih ayah dan ibu membuat
Siauw Ling tak berani memperlihatkan kedudukannya.
Mungkin sekali dayang cantik yang memungut daun tadi
secara tiba-tiba merasakan diatas daun ada tulisannya.
dengan ujung kaki ia mencungkil kembali daun tersebut,
kemudian dilihat sekejap dan segera dimasukkan ke dalam
kantong senjata rahasia. "Wah celaka dua belas." Kembali Siauw Ling mengeluh.
"Seharusnya diatas daun itu aku cantumkan nama Tong Loo
THay Thay walaupun dewasa ini ia sudha memungut daun itu
dan membaca tulisannya, namun tak tahu siapa yang
dimaksudkan, inilah kesalahanku sendiri.... hanya budak
tersebutpun menjengkelkan setealh mengambil daun tadi
mengapa tadi tak diserahkan kepada majikannya...."
Sementara ia tidak tengan. mendadak dayang cantik itu
menunduk dan membisikkan sesuatu kesisi telinga Tong Loo
Thay Thay. Seluruh rambut Tong Loo Thay Thay yang telah beruban
berkibar kencang, sambil memukul meja ia berteriak.
"Shen Bok Hong, aku sudah tak sabar menunggu lebih
jauh, kalau kau tidak ingin mencari tempat lain ayoh kita
bereskan persoalan kita ditempat ini saja!"
Ketika itu menang kalah sudah tertera, keadaan Suma Kan
sangat berbahaya, kedua orang lelaki yang turun tangan
membantupun terjebak dalam situasi kritis, mereka telah
tergulung ke dalam hawa pedang sang dayang berbaju putih
itu, dalam sepuluh gebrakan lagi mereka pasti berhasil
merobohkan Suma Kan serta kedua orang lelaki itu.
Bahkan sepuluh gebrakan lagi Kiem Hoa Hujien pun akan
mulai melepaskan racun kejinya seandainya sampai semuanya
berlangsung beres maka para jago akan terkurung semua.
Waktu itu Shen Bok Hong sedang membayangkan hasil
yang bakal dicapai dengan hati bangga, siapa sangka
mendadak Tong Loo Thay thay pukul meja sambi menantang
perang. Sepasang alis Toa Cungcu dari perkampungan seratus
bunga ini kontan berkerut, serunya dengan nada dingin.
"Hujien mengapa kau begitu gelisah?"
"Aku buru-buru mau pulang ke Su Tzuan" teriak Tong Loo
Thay Thay dngan wajah penuh kegusaran. "Tidak sudi aku
berdiam lebih lama lagi dalam perkampungan Seratus
Bungamu ini" Ia sambar tongkat kepala burung Hongnya kemudian
membentak keras. "Harap Cuwi sekalian menyingkir jauh2 agar senjata
rahasiaku tidak sampai salah melukai kalian semua"
Senjata rahasia dari keluarga Tong di Su Tzuan sudah
tersohor puluhan tahun lamanya dalam dunia persilatan
bahkan sebagian besar beracun kecuali obat pemunah dari
keluarga Tong sendiri tak ada obat penolong lagi.
Bentakan sinenek tersebut ternyata amat manjur para jago
yang berada disekitar Tong Loo Thay Thay sama2 menyingkir.
Sambil menhentakkan tongkat ke atas tanah selangkah
demi selangkah Tong Loo Thay Thay maju kedepan teriaknya
lagi. "Shen Bok Hong ayoh cepat terima tantanganku ini!"
Melihat dirinya didesak terus menerus hawa amarah dalam
hati Shen Bok Hong berkobar dengan hebatnya, namun ia
tetap berusaha untuk menenangkan diri, lambat2 ia bangun
berdiri. "Kalau memang Hujien memaksa cayhe harus bergebrak
juga pada saat ini, terpaksa aku orang seh Shen akan
mengiringi kemauanmu itu."
"Shen Bok Hong!" jengek Tong Loo Thay Thay sambil
tertawa dingin. "Sebelum kita muali bergebrak, terlebih dahulu
aku hendak mengutarakan beberapa patah kata, cayhe ingin
para jago bertindak sebagai saksi daripada nantikah kalah
dengan hati tidak puas"
"Haa.... haa.... mungkin yang kalah bukan aku Shen Bok
Hong!" "Segera akan kita ketahui siapa menang siapa kalah. tak
usah kita orang bersilat lidah...."
Setelah merandek sejenak ujarnya kembali.
"Pertarungan kita hari ini jauh berbeda dengan pertarungan
pada umumnya siapa punya kepandaian boleh dikeluarkan
semua, siapa mati atau terluka bukan urusan"
"Tentang soal ini sudah cayhe duga, keluarga Tong kecuali
memiliki beberapa macam senjata rahasia yang dahsyat cayhe
tak bisa menduga kalian memiliki ilmu silat apalagi yang
mengejutkan. "Baik. terimalah sebuah babatan taongkatku"
Tongkat kepala burung Hongnya dikebaskan kedepan
dengan gerakan Thay san Ya teng atau Gunung Thay san
menekan kepala membabat keluar.
Ujung baju kiri Shen Bok Hing segera dikebaskan kedepan.
segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat dengan cepat
mengunci datangnya babatan tongkat Tong Loo Thay Thay
yang disertai dengan deruan angin tajam itu,
Menjumpai kedahsyatan lawan, para jago tercekat hatinya.
"Ah ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong betul2 luar
biasa...." pikir mereka hampir berbarng.
Tong Loo Thay Thay sendiripun amat terperanjat, namun
saat ini ia sudah terlanjur turun tangan, keadaannya laksana
menunggang mau turunpun tak mungkin terpaksa dengan
keraskan kepala pergelangan diputar, dengan jurus Heng-san-
Cian-Kiem atau Menyapu Hancur Selaksa Prajurit, tongkatnya
menyapu sejajar dada. Shen Bok Hong tertawa ter-bahak2, ujung baju kanannya
dikebaskan kedepan menahan datangnya serangan itu
sementara badan maju kedepan, ujung baju kiri menyapu ke
atas kepala. Tong Loo Thay-Thay tekuk pergelangannya menarik
kembali tongkat tersebut kemudian badannya laksana kilat
mundur tiga langkah ke belakang.
Gerakan Shen Bok Hong tidak sampai disitu ia mendesak
kedepan ujung bajunya yang longgar melancarkan serangan
berantai, dalam sekejap mata dariposisi bertahan ia berebut
posisi menyerang. Para jago yang menonton jalannya pertarungan itu diam2
bergidik juga, pikir mereka,
"Walaupun senjata rahasia beracun dari keluarga Tong
sangat lihay tetapi ilmu silatnya biasa saja. Tong Loo Thay-
Thay ini disebut juga nomor wahid dari keluarga Tong dewasa
ini. tak disangka dalam bergebrak melawan Shen Bok Hong
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belum sampai lima jurus pihak lawan berhasil merebut posisi,
bahkan kelihatan sekali ia keteter hebat alangkah dahsyatnya
ilmu silat Toa Cungcu ini,,,"
Serangan2 ujung baju Shen Bok Hong sepintas lalu
kelihatan tidak cepat, tetapi arah ancamannya aneh sekali dan
sulit dihindari bahkan kadang kala sampai separuh jalan
berubah arah, Baru bergebrak sepuluh jurus, Tong Loo Thay Thay sudah
didesak mundur sampai sejauh enam tujuh depa.
Melihat Ciangbunjien keluarga Tong yang tersohor
diseluruh kolong langit berhasil didesak sampai kalang kabut
oleh serangan tangan kosongnya, ia jadi amat bangga, sambil
tertawa ejeknya. "Ilmu silat dari keluarga Tong dari Su Tzuan tidak lebih
begini saja...." Sebelum kata2 itu selesai diutarakan, mendadak ia
mendengus dingin, badannya mundur ke belakang sementara
sepasang ujung baju menari tiada hentinya.
Tampak seklilas cahaya keperak2an menyebar keempat
penjuru ditengah keyutan baju Shen Bok Hong yang dahsyat
dan jatuh rontok ke atas tanah.
Senjata rahasia keluarga Tong benar hebat, para jago yang
ada dalam kalangan tak seorangpun yang berhasil melihat
jelas bagaimana Tong Loo Thay Thay melepaskan jarum
peraknya untuk membebaskan diri dari bahaya dan mendesak
mundur Shen Bok Hong. Dengan adanya kejadian ini posisi Shen Bok Hong pun
merebut kembali dengan tongkat kepala ularnya Tong Loo
Thay Thay mulai merebut posisi menyerang menggencet
musuhnya habis2an. Mendadak terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati
berkumandang memecahkan kesunyian. diikuti kemudian
berjatuhannya senjata tajam.
Ternyata dua orang lelaki yang turun tangan membantu
Suma Kan tadi sudah menggeletak mati oleh babatan pedang
dayang itu. Setelah berhasil membunuh kedua orang itu dengan sinar
mata dingin dayang cantik berbaju putih itu menyapu sekejap
seluruh kalangan kemudian selangkah demi selangkah
mendekati Suma Kan. Waktu itu Suma Kan sudah terkurung hebat oleh serangan
dayang berbaju putih serta lelaki berbaju merah itu. kini bila
ditambah dengan seorang lawan lagi maka Suma Kan akan
kepayahan, mungkin tidak sampai tiga jurus pun ia sudah
roboh binasa. Siauw Ling sadar apabila ia tidak segera turun tangan maka
situasi akan terjadi perubahan, diam2 ia salurkan hawa
murninya ketangan kemudian dengan ilmu jari Siauw loo sin tji
ia menotok ketengah udara mengancam dayang cantik
berbaju putih tersebut. Kelihatan sekali dayang berbaju putih itu akan berhasil,
mendadak ia berseru tertahan dan roboh terjengkang ke atas
tanah. Waktu ituSuma Kan sudah merasa ia bakal mati, siapa
sangka tiba-tiba musuhnya roboh sendiri. semangatnya
berkobar. sepasang kepalanya bergerak cepat mendesak
mundur lelaki berbaju merah, kemudian dengan ujung baju
membesut keringat dan dengan ujung kaki mencukil pedang
dayang yang roboh ke atas tanah itu.
Setelah pedangnya berhasil dicekal bagaikan harimau
tumbuh sayap ia balas melancarkan serangan gencar, dalam
sekejap mata orang berbaju merah itu sudah terkurung dalam
cahaya pedangnya. Siauw Ling yang berhasil dalam serangannya segera
berpikir. "Jurus pedang kedua orang dayang berbaju putih ini paling
ganas aku harus robohkan dulu mereka berdua kemudian baru
bisa merebut posisi lebih menguntungkan"
Karena berpikir demikian kembali ia menggunakan ilmu
Siuw-loo-sin-tji menotok ke arah dayang berbaju putih itu.
Segulung desiran angin tajam segera meluncur kedepan.
Ketika itu dayang berbaju putih tadi sedang tertegun
karena rekannya tiba-tiba roboh, sebelum ingatan kedepan
berkelebat lewat segulung desiran angin tajam telah
menghantam jalan darah Put-yong-hiat dipinggangnya,
pedang segera terlepas dan ia roboh ke atas tanah.
Perubahan secara mendadak membuat para jago
kebingungan, mereka tak bisa membedakan lagi mana kawan
mana lawan, dengan hati tercekat puluhan pasang mata
menyapu berbareng keempat penjuru.
Jurus pedang yang aneh dari sepasang dayang berbaju
putih itu mendatangkan rasa takut bagi para jago namun
robohnya mereka berdua secara tiba-tiba makin mengerikan
hati para jago. Semua orang tahu tentu ada orang turun tangan secara
diam2 melukai kedua orang dayang tersebut hanya tak jelas
siapakah orang tersebut dan melukainya dengan kepandaian
apa. Buru-buru Shen Bok Hong melancarkan dua serangan
dahsyat mendesak mundur Tong Loo Thay-Thay kemudian
badannya yang tinggi besar rada bongkok melayang ketengah
udara menghampiri kedua orang dayangnya yang roboh
ketanah, satu tangan sesosok badan, diperiksanya dengan
seksama kemudian ia menghardik.
"Tahan!" Tang Hong Ciang mengiakan dan mundur lima depa ke
belakang. Be Boen Hwie pun segera melipat kipasnya ia tidak
mengejar pihak lawan lebih jauh.
Terdengar Tang Hong Ciang bersuit rendah lelaki berbaju
merah tadi segera menarik serangannya mundur ke belakang.
Suma Kan pun menarik kembali serangannya tidak
mengejar lebih jauh. Dengan sepasang tangannya Shen Bok Hong melempar
kedua orang dayang tersebut kepada Tang Hong Ciang.
"Bawa mereka mundur ke belakang" perintahnya.
Dengan suatu gerakan cepat Tang Hong Ciang masukkan
pedangnya ke dalam sarung kemudian menerima tubuh kedua
orang dara tadi, lalu bersama2 lelaki berbaju merah itu
mengundurkan diri kebalik bebungahan.
Menanti Tang Hong Ciang telah mengundurkan diri, Shen
Bok Hong beru tertawa dingin tiada hentinya.
"Sahabat dari mana yang memiliki ilmu jari amat dahsyat,
membuat aku Shen Bok Hong betul kagum."
Sembari berkata sepasang matanya dengan tajam
menyapu keempat penjuru. Siauw Ling segera menarik kembali sinar matanya dan
duduk tenang dikursinya, sementara raut mukanya
menunjukkan se-akan2 tak pernah terjadi sesuatu.
"Sahabat!" Shen Bok Hong kembali berseru. "Maaf kalau
aku Shen Bok Hong tidak baik dalam melayani kehadiranmu
setelah kini kau berani melukai dayang perkampungan Seratus
bunga kami dengan ilmu jari Kiem Kong Tji, aku rasa ilmu
silatmu tentu sangat lihay, setelah berani berbuat mengapa
tak berani mengaku?"
Beberapa kali ia ulangi bentakan itu nemun tak kedengaran
seorang manusiapun yang memberi jawaban.
Kendati Shen Bok Hong adalah seorang cerdik dalam
keadaan seperti ini ia gagal untuk memperoleh jawaban.
Tampak Tong Loo Thay-Thay sambil mengetuk tongkatnya
berseru. "Shen Bok Hong, pertarungan kita belum selesai, siapa
menang siapa kalah belum diputuskan, ayoh kita teruskan
lagi" "Hmm! apakah Hujien punya keyakinan untuk menang"
lebih baik kita teruskan saja nanti" jawab Toa Cungcu ini
dengan nada dingin. Diluar ia berbicara, hatinya amat gelisah jikalau ia gagal
menemukan sang pembokong maka kesalahan ini akan
terhitung amat besar. Tong Loo Thay Thay hanya bergebrak sebanyak duapuluh
jurus melawan Shen Bok Hong tetapi ia harus melepaskan
empat kali jarum beracunnya, untuk merebut posisi.
seandainya senjata rahasia keluarga Tong tidak lihay sehingga
membuat Shen Bok Hong rada jeri. niscaya sejak tadi Tong
Loo Thay Thay sudah terluka ditangan orang itu.
Saat ini senjata rahasia yang dibekal sudah tak banyak lagi.
apapula senjata rahasia tersebut tak mungkin melukai Shen
Bok Hong karena itu sedikit banyak iapun sudah dibikin rada
was2 hanya saja untuk menjaga nama baik keluarga Tong,
mau tak mau ia harus meneruskan tantangannya.
Dan sekarang Shen Bok Hong sudah mengutarakan
maksudnya dengan senang hati ia ambil kesempatan itu untuk
mengundurkan diri. Suasana dalam kalangan seketika menjadi sunyi senyap tak
kedengaran sedikitpun juga suarapun, saking tenangnya
sampai hembusan napaspun kedengaran.
Dengan sepasang mata yang tajam Shen Bok Hong
menyapu wajah setiap orang namun gagal menemukan sedikit
titik terang, ia lantas tertawa dingin.
"Saudara, kau memiliki ilmu silat yang lihay" serunya.
"Kenapa perbuatanmu sembunyi2 seperti cucu kura2, apakah
tidak takut kehilangan pamor seorang lelaki sejati?"
"Gendang senja genta fajar, tak bakal bisa mengejutkan
seseorang. Be-heng mari kita pergi" mendadak siperamal sakti
dari lautan Timur Suma Kan berseru.
Pada saat ini pandangan Be Boen Hwie terhadap Suma Kan
telah berubah, ia merasa walaupun orangnya latah namun
memiliki il mu silat yang sangat lihay, hanya sayang
pengalamannya sangat cetek dan selalu ingin menonjolkan diri
sehingga salah dianggap sebagai orang sinting, segera
jawabnya. "Bagaimana" apakah Suma heng sudah menemukan
mereka hendak melepaskan racun keji ulat emas?"
"Kalau perhitungan siauwte tidak salah mereka sudah mulai
melepaskan racun-racun keji tersebut,
Tanya jawab antara mereka berdua dilakukan dengan suara
keras, tujuan mereka bukan lain adalah berharap agar para
jago bisa mendapat peringatan terakhir dan segera
mengundurkan diri dari tempat bahaya.
Melihat para jago sama sekali tak bergerak hatinya Be Boen
Hwie menggembuskan napas panjang sambil mengundurkan
diri serunya keras, "Suma-heng, tahukah kau sampai seberapa jauh jarak yang
bisa tercapai racun keji ulat emas itu" kita harus
mengundurkan diri sampai dimana baru bisa lolos dari
ancaman mara bahaya?"
"Menurut pengetahuan siauwte kalau orang yang
melepaskan racun adalah seorang ahli serta memiliki tenaga
lweekang yang sempurnya maka jaraknya bisa mencapai
sejauh lima li, tetapi hal ini berlaku kalau korbannya satu
orang sedangkan apabila yang dihadapi adalah para jago
dalam kalangan seperti ini maka jaraknya tak akan jauh kalau
kita bisa mengundurkan diri sampai suatu jarak tertentu maka
bisa lolos dari mara bahaya itu.
Mengikuti dibelakang Be Boen Hwie, Siauw Ling pun
mengundurkan diri ketepi kebun sebelah Barat.
Agaknya para jago yang ada dalam kalangan sudah dibikin
jeri oleh ucapan Suma Kan, masing-masing segera tinggalkan
tempat duduknya dan mengundurkan diri ketepi kebun....
Shen Bok Hong yang gagal menemukan manusia yang
membokong dayangnya sedang mendongkol sekali, melihat
para jago mengundurkan diri semua dan rencananya yang
sudah tersusun masak2 gagal total ia makin membesi Suma
Kan sampai merasuk ketulang sumsum pikirnya.
Sepintas lalu orang ini kelihatan gila. tak disangka dialah
seorang manusia cerdik, kalau ini hari tidak kuusahakan untuk
membasmi dirinya mungkin dikemudian hari akan merupakan
bibit bencana bagiku...."
JILID 19 Tetapi saat ini adalah waktunya buat Kiem Hoa Hujien
melepaskan racun, ia takut anak buahnya yang dikirim untuk
membunuh orang itu akan keracunan pula. satu2nya jalan ia
harus bekerja sendiri. Karena berpikir demikian ia segera menghardik.
"Suma Kan berhenti!"
Waktu itu Suma Kan sudah tiba ditepi kebun, mendapat
teguran ia berhenti dan barpaling.
"Shen Toa Cungcu ada urusan apa lagi?" tanyanya.
"Antara perkampungan Seratus bunga dengan dirimu tak
terikat permusuhan apapun, mengapa kau selalu menghasut...."
"Ha.... ha.... ha.... bagaimana" apakah disebabkan cayhe telah
merusak rencana busuk yang telah disusun Toa Cungcu secara
susah payah maka sekarang kau marah2 kepadaku" Nah
sekarang ketahuan sudah kalau Toa cungcu benar2 hendak
mencelakai para jago dengan melepaskan racun keji"
Mendengar ejekan itu Shen Bok Hong semaki gusar dan
membenci ia terawa hambar.
"Ucapanmu teralu menghasut orang banyak dan bernadakan
memusuhi kami, sekalipun aku berjiwa besarpun lama
kelamaan tak bisa berdiam diri"
Sembari berkata selangkah demi selangkah ia mendekati orang
she Suma dari Lautan Timur itu.
"Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong amat dahsyat,
serangannya tentu luar biasa, harap Suma heng ber-hati2" bisik
Be Boen Hwie lirih. "Terima kasih atas petunjukmu"
Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi badan bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan kemudai selangkah
demi selangkah mundur ke belakang.
Sekilas pandang Siauw Ling yang ada disampingpun dapat
menangkap hawa membunuh yang terlintas diatas wajah Shen
Bok Hong, dengan ilmu menyampaikan suara ia segera
memberi peringatan. "Hawa membunuh yang melintasi wajah Shen Bok Hong.
mungkin Suma Kan tak akan sanggup menerima sebuah
hantamannya, harap Be heng berjaga disisi badan, berusahalah
untuk menghadang jarak pandangan Shen Bok Hong sedang
aku secara diam2 akan memberi bantuan."
Be Boen Hwie menurut dan menggeserkan badannya
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengundurkan diri bersama2 Suma Kan.
Meminjam perawakan tubuh yang metutupi badannya, diam2
Siauw Ling salurkan hawa murninya keseluruh badan, ia
bersiap sedia setiap saat turun tangan memberi pertolongan.
Pada waktu itu Shen Bok Hong telah berada tujuh, delapan
depa dihadapan Suma Kan, sepasang matanya memancarkan
cahaya berkilat tiba-tiba ia ayun telapaknya melancarkan
sebuah babatan kedepan, Sejak semula Suma Kan pun telah bersiap sedia dengan
kerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, melihat serangan
Shen Bok Hong membabat datang, ia pun segera mengayunkan
telapak untuk menyambut kedatangan serangan tersebut.
Dua gulung angin pukulan saling berbentrokan di tengah udara,
Suma Kan seketika tak tertahan ia merasa ada segulung hawa
tekanan yang maha dahsyat menubruk datang membuat isi
perut serta darah segarnya bergolak keras.
Shen Bok Hong benci Suma Kan telah merusak rencana
besarnya. Serangan ini dilancarkan dengan disertai tenaga
dahsyat maksudnya dalam sekali hantam mencabut nyawa
orang she Suma ini. Sewaktu Suma Kan kepayahan menahan tenaga tekanan yang
maha dahsyat, tiba-tiba terasa sebuah telapak menepuk jalan
darah Ming-bun hiat dipunggungnya lambat2.
Segulung hawa murni yang panas dan kuat segera menyusup
ke dalam tubunya, seketika tenaagnya berlipat ganda dengan
keras lawan keras ia menerima datangnya pukulan shen Bok
Hong yang dahsyat bagaikan gulungan ombak samudra ini.
Agaknya Shen Bok Hong mempunyai keyakinan Suma Kan
pasti tak berhasil menahan pukulannya itu, sehabis
melancarkan sebuah babatan ia putar badan dan berlalu.
Siapa sangka sudah tujuh, delapan langkah ia berlalu namun
belum kedengaran juga suara robohnya Suma Kan ke atas
tanah ia jadi tercengang dan keheranan.
Ketika berpaling ke belakang, tampak Suma Kan masih beriri
ditempat semula dengan air muka tenang sedikitpun tidak ada
perubahan ia semakin terkesiap.
Namun dengan tabiatnya yang licik, kaget atau gembira tak
terpancar diatas wajah, rasa kaget hanya sekilas berkelebat
kemudian lenyap kembali, ia tertawa hambar.
"Ehmm.... ternyata Suma-heng betul2 memiliki ilmu silat yang
maha dahsyat, siauw-te merasa sangat kagum!"
Sepasang matanya dengan amat tajam menyapu tiada hentinya
sekitar tubuh Suma Kan agaknya ia sudah menduga pasti ada
orang yang membantu dirinya secara diam2 hanya belum
diketahui siapakah orang itu.
Siauw Ling setelah menggunakan hawa murninya bantu Suma
Kan menahan datangnya serangan tanpa menunjukkan sesuatu
yang mencurigakan ia tarik kembali tangannya, lalu dengan
meminjam hadangan tubuh kedua orang itu ia mundur empat
langkah ke belakang dan berdiri dengan tangan lurus kebawah.
Sepasang sinar mata shen Bok Hong yang tajam tiba-tiba
beralih ke atas tubuh Siauw Ling kemudian tegurnya dingin.
"Siapakah anda?"
"Dia adalah pembantu cayhe" jawab Be Boen Hwie cepat.
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Siapa namanya?"
"Hamba Be Seng!" cepat-cepat Siauw Ling menjura.
"Ehmm...." sementara ia ada maksud bertanya lebih jauh,
mendadak suasana diempat penjuru jadi gelap.
Ternyata api yang ada dilampu lentera yang menerangi empat
penjuru dalam sekilas waktu itulah tiba-tiba padam.
Segulung awan hitam menutupi cahaya bintang dilangit.
sebelum lampu padam keadaan masih tidak terasa seberapa
sekarang setelah tiba-tiba padam seketika dirasakan suasana
disana amat suram, gelap dan mengerikan.
Ditengah kegelapan itulah terdengar ujung baju tersampok
angin, bayangan manusia berkelebat lewat ke arah empat
penjuru. Sinar mata Siauw Ling amat tajam, dalam sekilas pandang ia
temukan salah seorang diantara bayangan manusia itu adalah Ih
Boen Han To, pikirannya seketika bergerak.
"Sejak semula orang ini sudah menggabungkan diri dengan
perkampungan Seratus bunga yang dipimpin Shen Bok Hong"
pikirnya "Mengapa sikapnya kelihatan begitu gagah dan tergopoh2"
agaknya apa yang diucapkan Suma Kan bukan
mengigau belaka, Shen Bok Hong benar2 akan melepaskan
rencana keji.... Kengerian serta keseraman yang timbul akibat perubahan
suasana dari terang benderang jadi gelap gulita, ditambah
berkelebatnya Ih Boen Han To sekalian dengan langkah tergopoh2
seketika menimbulkan kekacauan dalam kalangan para
jago bersama2 lari ke arah bebungaan diempat penjuru.
Ditengah kekalutan itulah terdengar Suma Kan berteriak.
"Tjuwi sekalian hati2. cepat menyingkir!"
Menanti Siauw Ling berpaling kembali Shen Bok Hong sudah
tidak berada ditempat semula.
Cepat ia mencari. tampak olehnya ketika itu Shen Bok Hong
sedang merambat naik ke atas lotengnya dengan
menggantungkan diri diatas angkin yang terurai kebawah,
gerakannya gesit melebihi kegesitan kera.
Dalam sekejap mata orang itu sudah berada lima, enam tombak
tingginya dari atas permukaan.
Siauw Ling menghembuskan napas panjang, pikirnya,
"Seandainya pada saat ini aku melepaskan senjata rahasia
dengan segenap tenaga, ada kemungkinan bisa melukai dirinya
kendati perbuatan ini kurang cemerlang, namun seandainya
Shen Bok Hong terluka, terhadap masalah untuk menolong
orang tuaku memperoleh bantuan yang amat besar."
Ketika ingatan ini berkelebat dalam benaknya, Shen Bok Hong
sudah berada tujuh, delapan tombak jauhnya dari permukaan.
ingin turun tanganpun sudah tak sempat lagi.
Terasa sebuah tangannya dicekal kemudian ditarik ke
belakang, disusul suara dari Suma Kan berkumandang datang.
"cepat, cepat mengundurkan diri ke dalam hutan!"
Tempo dulu sewaktu Siauw Ling masih berada di dalam
lembah Sam Sin Kok, dari mulut Cung San Pek ia pernah
mendengar tentang kelihayan racun keji asal dari daerah Biauw
ini, bahkan iapun mengerti diantara racun-racun keji tadi, racun
keji ulat emaslah paling dahsyat.
Seketika ia merasakan bahaya buru-buru badannya
mengundurkan diri ke belakang.
Dalam dugaan Siauw Ling, disekitar bebungaan diempat
penjuru kalanan Shen Bok Hong pasti telah mempersiapkan
anak buahnya untuk menahan para jago yang melarikan diri
kesana, siapa sangka kejadian berada diluar dugaan, dalam
hutan tersebut suasana sunyi senyap tak kelihatan sesosok
manusiapun. Suara kekalutan yang gegap gempita telah sirap, suasana pulih
kembali dalam ketenangan seperti semula, hanya terdengar
hembusan angin malam yang menyampok pepohonan
menimbulkan suara gesekan yang lirih.
Waktu itu para jago yang ada dikalangan telah melarikan diri
kebalik pepohonan semua dan bersembunyi dibalik semak2.
Persoalan melepaskan racun keji dari daerah Biauw sudah
tersohor dalam dunia persilatan, barang siapapun yang pernah
berkelana dalam Bu-lim tentu pernah mendengar kisah tersebut
namun melihat sendiri seseorang melepaskan racun keji jenis
daerah Biauw ini boleh dikata kurang daripada kurang.
Kebanyakan para jago mempunyai satu ingatan yang aneh
mereka berharap dapat melihat sendiri suatu kejadian yang
aneh, serta melihat bagaimanakah caranya melepaskan racun
tersebut. Siauw Ling, Be Boen Hwie serta Suma Kan setelah
bersembunyi dibalik pepohonan segera pusatkan seluruh
perhatiannya ketengah kalangan.
"Suma-heng?" ketika itulah Be Boen Hwie dengan ilmu
menyampaikan suara berbisik lirih. "bagaimana bisa tahu kalau
Shen Bok Hong hendak melepaskan racun keji?"
Suma Kan tersenyum, dengan ilmu menyampaikan suara pula
ia menjawab. "Ramalan siauwte menunjukkan apabila dalam perjamuan yang
diselenggarakan malam ini penuh dengan mara bahaya hanya
saja dalam ramalan tersebut menunjukkan tanda aneh ternyata
ditengah bahaya terjadi perubahan."
Siauw Ling berada diantara mereka berdua, walaupun kedua
orang itu berbicara dengan ilmu menyampaikan suara namun
agaknya ada maksud agar iapun ikut mendengar. Kendati ia tak
dapat ilmu meramal, tetapi Cung San Pek adalah seorang jago
yang maha tahu selama berguru selama banyak tahun sekalipun
Siauw Ling pusatkan seluruh perhatiannya untuk berlatih ilmu
silat namun setiap kali ada luang Cung San Pek tentu
menambah pengetahuannya dengan pelbagai cerita2 aneh yang
sering terjadi dalam dunia persilatan.
Bukan saja dalam hal akal licik serta tipu muslihat yang sering
dilakukan orang Bu-lim, Cung San Pek pun menerangkan
pelbagai ilmu silat beracun yang ada dalam Bu-lim, jurus ilmu
silat teristimewa dari pelbagai perguruan, penggunaan obat
pertolongan pertama, ilmu meramal serta macam2 kepandaian
aneh yang ada dalam dunia persilatan bahkan di dalam
memberi keterangan setiap macam persoalan ditambahi dengan
suatu cerita yang menarik, hal ini membuat Siauw Ling jadi
kesemsem untuk mendengarkan, tanpa ia sadari keterangan
keterangan tadi membekas dalam benaknya denganmendalam
sekali. Karena kejadian inilah tanpa Siauw Ling sadari
pengetahuannya bertambah pesat, pada hari hari biasa ia masih
tidak merasakan tetapi setiap kali mendengar orang lain
membicarakan tentang satu persoalan maka daya ingat yang
sudah melekat dalam benakpun mulai menunjukkan reaksinya.
Pendekar Mata Keranjang 18 Jodoh Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo Siluman Penghisap Darah 2