Bayangan Berdarah 13
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 13
Karena itu sewaktu ia mendengar suara Suma Kan
membicarakan tentang ilmu meramal dan berhasil menghitung
mara bahaya tersebut dari kepandaian tersebut tak tertahan ia
menyambung. "Cayhe pernah mendengar keterangan tentang ilmu meramal,
yan gkuketahui perduli ilmu meramal macam apapun rasanya
sulit untuk menerangkan kejadian yang bakal berlangsung
dengan seksama, Suma-heng bisa andalkan ilmu meramalnya
untu kmengetahui rencana Shen Bok Hong dalam pelepasan
racun keji, hal ini membuat siauw-te merasa sangat kagum
sekali" Suma Kan kelihatan tertegun. kemudian serunya berulang kali.
"Pendapat yang tinggi, pendapat yang tinggi, agaknya lain kali
kaupun bisa jadi seorang tokoh ilmu meramal yang lihay"
"Tentang soal ini sih siauw-te tak bisa" Siauw Ling
menggeleng. suma Kan tersenyum. "Heng-thay pasti bukan orang bawahan entah dapatkah kau
memberitahukan namamu yang sebenarnya?"
"Suma-heng jantan dan mengutamakan keadilan, berhati
pendekar dan berpikiran bijaksana tidak seharusnya siauw-te
mengelabuhi dirimu namun soal nama harap kau suka
memaafkan, untuk sementara waktu tak bisa kuutarakan"
Kembali Suma Kan tertawa.
"Bukan saja ilmu silat Heng-thay amat lihay, pengetahuan
yang kau milikipun mungkin tidak berada dibawah siauw-te.
Tidak salah! perduli ilmu meramal bagaimanapun juga hanya
bisa menghitung bencana atau rejekinya suatu peristiwa
sedangkan mengenai perubahan dari bencana serta rejeki
tersebut harus dihitung dengan andalkan kecerdasan sang
peramal serta pengalaman dan pengetahuan yang luas"
Ia berpaling sekejap ketengah kalangan menjumpai tak ada
perubahan degnan ilmu menyampaikan suara kembali ia
menyambung, "Siauwte berhasil melihat terjadinya perubahan ditengah mara
bahaya, dalam hatiku segera sadar dalam perjamuan yang
diadakan shen Bok Hong malam ini, ia pasti akan
memperlihatkan suatu siasat licik yang berada diluar dugaan
demi menjaga keselamatan siauwte sendiri dan demi
membuktikan kebenaran ramalanku, maka aku berusaha
dengan sekuta tenaga untuk menyelidiki rencana Shen Bok
Hong ini. terus terang saja kukatakan demi menyelidiki
peristiwa ini aku telah menggunakan suatu tindakan yang aneh
dan belum pernah dilakukan orang sampai saat ini...."
- - - - - - - 34 Bicara sampai disitu dalam tengah kalangan telah terjadi
perubahan, seketika ia membungkam dalam seribu bahasa.
Ketika semua orang menengok ketengah kalangan tampaklah
ditengah kegelapan yang mencekam lapangan perjamuan tibatiba
muncul beberapa titik cahaya tajam yang bergerak kesana
kemari bagaikan kunang2. "Hati2!" bisik Suma Kan lirih. "Inilah cara pelepasan racun
keji dengan disertai tenaga lweekang dahsyat, orang yang
melepaskan racun tersebut tentu seorang manusia lihay"
Beberapa titik cahaya tajam itu berkedip beberapa waktu, tibatiba
benda tersebut lenyap tak berbekas.
Pada saat ini, Be Boen Hwie .... anggap Suma Kan sebagai
seorang .... memiliki ilmu silat amat hebat. melihat .... tadi ia
lantas bertanya. "Mengapa cahaya racun yang dilepaskan .... tiba-tiba lenyap
tak berbekas?" "Mungkin orang .... menemui .... jago yang ada .... dari radius
yang .... tadi karena itu ia menarik .... dengan persiapan untuk
.... lain...." Belum selesai ia berbicara tiba-tiba cahaya tajam yang lenyap
tadi kini muncul kembali. bahkan berjumlah lebih besar. tidak
berada dibawah ratusan buah titik.
Air muka Suma Kan berubah hebat, ia cekal tangan kiri Siauw
Ling erat2 dan berseru dengan wajah penuh rasa terkejut.
"Sungguh lihay orang yang melepaskan racun itu. mungkin
para jago yang hadir dalam pertemuan malam ini sedikit sekali
yang dapat lolos dari bencana.
Dari pegangan tangannya Siauw Ling merasa kelima jari
tangannya gemetar telapak jadi .... tarik kesimpulan orang ....
merasa ketakutan .... sangat menakutkan?"
ia .... .... diundang dalam .... sebagian besar telah .... barisan bunga,
kalau Suma .... menemukan begitu lihaynya racun-racun keji
itu mengapa kau tidak memberitahukan kepada rekan2 Bu-lim
yang bersemunyi dalam barisan bunga untuk melarikan diri"
kata Be Boen Hwie. "Sekarang?" "Tentu saja sekarang!"
"Cara melepaskan racun keji yang .... saat ini merupakan jenis
yang terlihay diantara tiga belas cara pelepasan racun dari
daerah Biauw, bilamana saat ini mereka bergerak maka racun
keji tadi akan menguntit mereka kemana saja pergi, malah jauh
lebih baik kalau biarkan mereka bersembunyi disana"
Melihat bagaimana ngerinya Suma Kan .... Be Boen Hwie
merasa .... .... Suma Kan tidak takut langit, tidak .... tetapi tehadap racunracun
keji ulat emas .... takut sungguh membuat orang ....
percaya...." Tampak puluhan titik-titik cahaya tajam .... tiada hentinya
sekeliling meja .... kurang lebih seperminum .... kedua kalinya
titik-titik cahaya .... berbekas.
Barulah Suma Kan bisa menghembuskan napas panjang,
setelah cahaya tadi lenyap, serunya cepat-cepat,
"Sekarang kalian boleh memberitahukan kepada mereka untuk
melarikan diri?" Selama ini pembicaraan antara ketiga orang itu dilakukan
dengan ilmu menyampaikan suara walaupun disekeliling
mereka bersembunyi jago-jago Bulim namun mereka tak dapat
turut mendengar apa yang sedang dibicarakan.
Sewaktu Be Boen Hwie bermaksud memberi tahukan kepada
para jago untuk melarikan diri, tiba-tiba cahaya api berkelebat
dari atas loteng Wang Hoa Loo lambat2 muncul seorang
wanita berbaju merah yang berambut panjang dan membawa
sebuah lentera terbuat dari emas.
Lentera emas itu tingginya beberapa depa memancarkan
cahaya ke-biru2an setinggi dua coen, ditengah hembusan angin
malam yang bergoyang tiada hentinya.
Langkah kakinya sangat lambat, air muka perempuan itu
menunjukkan keseriusan yang menegang.
"Ay.... benar, orang inilah yang melepaskan racun keji
tersebut" bisik Siauw Ling lirih.
"Siapakah perempuan ini?" tanya Suma Kan
"Kiem Hoa Hujien dari daerah Biauw!"
"Sudah lama kudengar nama besar orang ini sebagai tokoh
nomor wahid daerah Biauw!" kata Be Boen Hwie dengan alis
berkerut. Sepasang mata Suma Kan terbelalak bulat2. dengan wajah
tegang ia mengawasi Kiem Hoa Hujien tak berkedip.
Tampak Kiem Hoa Hujien dengan membawa lampu emas itu
selangkah demi selangkah berjalan mendaki barisan bunga itu.
Seluruh tubuh Suma Kan mulai gemetar keras, tiba-tiba
bisiknya lirih kepada Be Boen Hwie serta Siauw Ling.
"Aduuh celaka, ia sudah temukan kalau disini ada orang, ia
berjalan menghampiri kita"
"Kalau begitu cepat kita melarikan diri!" sahut Be Boen Hwie.
"Aaai.... sudah terlambat"
"Apakah kita akan menanti kekonyolan dengan berpeluk
tangan?" seru Be Tjong Piauw Pacu ini dengan tertegun.
"Aai menurut perhitungan ramalanku, seharusnya kita tidak
menjumpai mara bahaya ini tak disangka perhitungan
ramalanku kali ini kehilangan daya manjurnya"
Sementara mereka masih ber-cakap2, Kiem Hoa Hujien sudah
berada dua, tiga tombak di hadapan mereka dan berhenti.
Tampak Kiem Hoa Hujien melototkan sepasang matanya
bulat2, sambil memandang cahaya biru yang berkedip dalam
lampu emas itu wajahnya memancarkan hawa napsu
membunuh. Per-lahan-lahan ia mengalihkan lampu emas itu ketangan
kanan, kemudian jari tangan kirinya dimasukkan ke dalam
mulut. "Aduh celaka," kembali Suma Kan berseru. "Ia akan
menggunakan cara melepaskan racun Hiat Kuang Yu Ku untuk
menghadapi kita, malam ini tak bakal seorangpun yang bisa
lolos dari bencana ini."
Tampak jari tangan yang telah dimasukkan ke dalam mulut
Kiem Hoa Hujien itu mendadak dikeluarkan kembali kemudian
lambat putar badan. Ia datang bagaikan sukma gentayangan pergi laksana
hembusan angin dalam beberapa kelebatan saja ia sudah lenyap
tak berbekas. "Ah sungguh aneh, sungguh aneh?" kembali Suma Kan berseru
sambil menyeka keringat, "Apanya yang aneh?"
"Ia hendak menggunakan ilmu Hiat Kuang Yu Ku tapi entah
apa sebabnya tiba-tiba berubah niat"
"Mungkin ia tahu ilmu tersebut tak bisa melukai kita, maka ia
lantas mengundurkan diri.
"Bukan begitu, bukan begitu, dibalik kesemuanya ini pasti
terjadi sesuatu," orang se Suma ini lantas berpaling. tampak
Siauw Ling berdiri dibelakang mereka tersenyum.
Setelah memandang pemuda itu beberapa saat, Suma Kan baru
bergumam. "Kembali Heng-thay menunjukkan kesaktianmu!"
Selamanya ia selalu tahu, namun sekarang pikirannya betul2
kebingungan seperti berada di-awang2, dengan wajah kosong
ia memandang Siauw Ling dangan pandangan melompong.
"Walaupun ia sudah mengundurkan diri, namun entah racun
kejinya tetap ditinggalkan disini atau tidak?" Siauw Ling
bertanya. "Tidak mungkin, menurut apa yang cayhe ketahui, racun-racun
keji ulat emas yang dipelihara Kiem Hoa Hujien sudah
mencapai taraf terkendali, selamanya bergerak menurut
kemauan hatinya, setelah ia mengundurkan diri, racun-racun
ulat emas itupun tak akan tertinggal disini"
Terhadap pengetahuannya yang luas, timbul rasa kagum dalam
hati Siauw Ling. "Kalau begitu rencana keji yang disusun Shen Bok Hong
kembali menjumpai kegagalan toal?" tanyanya.
Suma Kan tidak menjawab mendadak dari sakunya ia ambil
keluar mata uang untuk meramal kemudian ujarnya.
"Mari kita hitung kembali apa yang bakal terjadi!"
Be Boen Hwie maupun Siauw Ling sudah pernah kenal dengan
ramalannya dan terbukti manjur sekali, karena itu tak
seorangpun yang mencegah perbuatannya.
Tampak Suma Kan memasukkan tiga biji mata uang ke dalam
sebuah kotak kemudian dikocok beberapa kali, sementara mau
disebarkan ketas tanah tiba-tiba terasa cahaya api berkelebat.
seluruh lampu lentera serta obor yang semula padam kini
terang benderang kembali.
Dari atas loteng Wang Hoa Loo segera berkumandang datang
suara seseorang yang berat dan serak.
"Cu-wi sekalian sudah terkena racun keji ulat emas dan tak
mungkin bisa memusuhi aku orang she Shen lagi dewasa ini
waktu sudah tidak pagi lagi, silahkan kalian semua beristirahat
dikamar masih2, baik2lah berpikir semalaman, masih mau
memusuhi aku orang she Shen ataukah bersahabat?"
Suma Kan segera menyimpan kotak serta mata uangnya, lalu
diam2 menyalurkan hawa murninya setelah itu berseru lirih.
"Sungguh aneh sekali."
"Apanya yang aneh?"
"Kita semua sehat walafiat, mengapa Shen Bok Hong
mengatakan kita sudah keracunan semua!"
"Menurut apa yang cayhe ketahui" sela Be Boen Hwie
"Seseorang setelah terkena racun keji maka reaksinya tidak
segera terasai" Dalam pada itu puluhan orang dayang cantik dengan membawa
lampu lentera berjalan masuk ke dalam kalangan sambil
mengangkat lampu lenteranya tinggi mereka berseru.
"Budak sekalian mendapat perintah untuk menghantar kalian
semua pulang kekamar untuk beristirahat perjamuan malam ini
sudah bubar dan Tjuwi masih menjadi tamu perkampungan
Seratus bunga kami, Ditengah bentakan, sebagian besar para jago yang bersembunyi
dalam barisan bunga telah berjalan keluar,
"Apakah kitapun akan keluar?" tanya Siauw Ling lirih.
"Kita tak mungkin bermalam semalam dalam kebun bunga
semacam ini, tentu saja harus keluar" jawab Suma Kan tegas,
"Be-ya....!" pada saat itulah Hong Tju dengan mengangkat
lampu lenteranya tinggi2 berlari mendatang.
"Nona Hong sungguh tajam sepasang matamu"
"Aku akan membawa Be-ya kembali kekamar"
"Nah merepotkan nona!"
Dayang2 cantik dari perkampungan Seratus Bunga ini betul2
lihay, tampak mereka mencari majikannya masing-masing dan
tak seorangpun yang salah, semuanya berhasil temukan
sasarannya. Demikianlah Be Boen Hwie mengikuti dibelakang Hong-tju
kembali kepesanggrahan bambu hijau.
Setelah membawa kedua orang itu kembali ke dalam kamar.
Hong Tjoe menurunkan lampu lenteranya dan bertanya sambil
tertawa. "Apakah Be-ya mau bersantap sedikit?"
"Entah dalam makananpun dibubuhi dengan racun keji atau
tidak?" goda Be Boen Hwie sambil tertawa.
"Harap Be-ya berlega hati, budak akan bersantap lebih dahulu
sebelum Be-ya mulai mendahar!"
"Baik, kalau begitu harus merepotkan nona untuk
mempersiapkan santapan buat kami!"
Agaknya setiap dayang yang ada dalam perkampungan seratus
bunga sudah mendapat didikan yang ketat, mereka
menonjolkan keayuan serta kegenitannya disertai peraturan
yang ketat hanya saja terhadap menang kalah yang dialami
perkampungan mereka sama sekali tidak menggubris,
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
senyuman ramah selalu menghiasi bibirnya.
Memandang bayangan Hong Tjoe telah berlalu Be Boen Hwie
baru berbisik lirih kepada diri Siauw Ling.
"Apakah Siauw-heng menemukan sedikit tanda-tanda yang
mencurigakan?" "Persoalan apa?"
"Agaknya setiap dayang yang ada dalam perkampungan
Seratus Bunga ini menaruh rasa permusuhan terhadap diri Shen
Bok Hong" "Tidak salah" Siauw Ling mengangguk. "Cay he pun punya
perasaan yang sama, namun mereka mendapat didikan serta
pengawasan yang ketat, lagi pula dibawah tekanan Shen Bok
Hong, hal ini menimbulkan rasa takut yang tak terhingga dalam
hati setiap orang...."
Mendadak ia membungkam dan pasang telinga dengan
seksama. Pikiran Be Boen Hwie sedikit bergerak.
"Ada orang datang?" tanyanya lirih.
Baru saja ia selesai bicara dari luar ruangan berkumandang
datang suara langkah manusia disusul munculnya Suma Kan
disana. Be Boen Hwie segera bangun berdiri seraya menjura.
"Suma-heng!" sapanya.
Suma Kan balas memberi hormat kemudian sepasang matanya
berputar tajam disekeliling ruangan.
"Apakah Suma-heng berhasil menemukan sesuatu?" tanya Be
Boen Hwie cepat. "Dimanakah dayang yang melayani kalian berdua?"
"Ia pergi mempersiapkan barang santapan"
Suma Kan kelihatan tertegun kemudian berkata.
"Makanan mereka jangan disantap, jangan disantap, dayang2
ini hanya diluarnya saja melayani kita, padahal sedang
mengawasi setiap gerak gerik kalian berdua, kita tak boleh
mendahar santapannya"
"Sore tadi bukan Suma-heng bersantap kenyang dalam
perjamuan tersebut?"
"Lain tadi lain sekarang, waktu itu Shen Bok Hong masih
belum tahu keadaan asal usul aku orang she Suma. karena
belum saling kenal tentu saja tidak terikat oleh segala dendam
atau sakit hati. dengan sendirinya ia tidak ada maksud untuk
mencelakai diriku namun sekarang ia sudah mendendam
kepadaku setiap saat kemudian besar akan mencabut jiwaku."
Walaupun perkataan Suma-heng tidak salah namun kita masih
harus tinggal dalam perkampungan Seratus bunga ini selama
beberapa hari lagi" apakah selama ini kita tak akan bersantap?"
"Jadi Be-heng tidak mempersiapkan bekal?"
"Bekal ransum sih ada. namun barang2 itu tak dibawa setiap
waktu disaku. kalau mereka bisa melepaskan racun dalam
makanan kita, apakah tidak mungkin mereka melepaskan racun
pula dalam rangsum yang kita bawa?"
"Ehmm perkataanmu memang sangat cengli."
"Sepasang gading ini. sumpit perak adalah hadiah seorang
sahabat dari Thian Lam, ia minta aku selal menggembolnya
dalam saku, perduli dalam arak atau sayur dimasuki racun asal
dicoba segera akan tahu ada racunnya atau tidak, silahkan
Suma-heng membawa sebatang."
Suma Kan tidak sungkan2 ia segera menerima pemberian itu
dan dimasukkan ke dalam saku.
"Kedatangan siauwte kemari adalah dikarenakan untuk
menanyakan satu persoalan."
Walaupun ia berbicara kepada Be Boen Hwie namun sepasang
matanya selalu mengawasi Siauw Ling tak berkedip.
"Urusan apa?" tanya Siauw Ling.
"Siauwte tidak mengerti secara bagaimana Heng-thay bisa
mencegah Kiem Hoa Hujien membatalkan niatnya untuk
melepaskan racun keji?"
Terus terang kuberitahukan kepada Suma-heng" ujar Siauw
Ling sambil tersenyum. "Siauw-te sudah kenal sejak semula,
dengan Kiem Hoa Hujien, karena melihat dia hendak
mencelakai para jago dengan melepaskan racun keji ulat emas,
maka dengan ilmu menyampaikan suara aku nasehati dirinya
jangan bertindak kejam...."
"Hanya berdasarkan sepatah kata saja Kiem Hoa Hujien benar2
membatalkan niatnya untuk melepaskan racun?"
"Hal ini disebabkan ia memberi muka kepada siauw-te."
"Kalau begitu hubungan Heng-thay dengan Kiem Hoa Hujien
bukan sembarangan." Berkenalan belum lama, hanya berkat ia suka memandang
diatas mukaku belaka."
"Oouw kiranya begitu" Suma Kan mengangguk "Tidak aneh
kalau siauwte tak berhasil memahami seorang diri.
"Ditinjau dari keadaan ini. maka malam nanti tak usah kita
risaukan lagi!" "Apa yang sebetulnya kau risaukan?" Siauw Ling agak
bingung. "Siauwte masih kuatir karena kegagalan Kiem Hoa Hujien
dalam melepaskan racun, mala nanti ia akan ulangi kembali
maksudnya. tetapi setelah aku tahu bahwa Heng-thay kenal
dengan dirinya maka situasi jadi jauh berbeda"
"Tentang soal ini. sulit untuk dibicarakan, cayhepun tidak brani
tanggung musti begitu"
"Suma-heng, bagaimana kau bisa tahu kalau mereka hendak
melepaskan racun?" tiba-tiba Be Boen Hwie menyela.
"Siauw-te pandai dalam hal ilmu menyaru setelah kutemukan
adanya mara bahaya dalam ramalanku maka dengan hati tidak
tenteram...." "Oouw, jadi Suma heng dengan menyaru menempuh bahaya
keloteng Wang Hoa Loh dan mencari tahu rahasia in i?"
Suma Kan tersenyum, ujarnya.
"Shen Bok Hong adalah seorang manusia cerdik, penjagaan
diatas loteng Wang Hoa Loo pun amat ketat, sekalipun siauwte
pandai ilmu menyaru belum tentu bisa menyelonong masuk
ke dalam markas besar perkampungan Seratus Bunga ini
dengan mudah" "Waah.... aku jadi bingung bagaimana caranya kau bisa
mencari tahu rahasia besar ini?"
"Aku menyaru sebagai Tjioe Jie Cungcu, dengan kata2 kosong
aku berhasil memperoleh rahasia besar ini, kalau dibicarakan
memang kedengaran amat gampang namun dalam pelaksanaan
sulitnya luar biasa hanya persoalan amat kecil tak perlu sampai
diherankan" "Ooouw.... kiranya begitu...." seru Be Boen Hwie setelah
termenung sejenak. Ia merandek lalu terusnya.
"Besok siang adalah saat dibukanya pertemuan enghiong
dalam Perkampungan Seratus Bunga, rencana keji Shen bok
Hong dalam melepaskan racun menemui kegagalan total, aku
rasa ia tak akan berpeluk tangan sampai disitu saja, menurut
dugaanku malam nanti ia pasti akan melakukan suatu rencana
keji lagi" "Tentang soal ini siauw-tepun mempunyai perasaan yang sama.
namun yang paling siauwte risaukan adalah pelepasan racun
oleh Kiem hoa Hujien. Kecuali cara ini, sekalipun Shen Bok
Hong memiliki cara lain dlam melepaskan racunpun rasanya
lebih mudah dihadapi"
"Setelah terjadinya perubahan hebat dalam perjamuan malam
tadi, para jago sudah menaruh kewaspadaan yang tinggi, hanya
sayang masing-masing pihak tak dapat saling berhubungan
kekuatan kita jadi tersebar. Seandainya Shen Bok Hong
mengirim jago-jagonya untuk menyerbu dalam waktu
berbareng maka kita akan menemui kesulitan dalam
menghadapi situasi" "Lalu, apakah Be-heng berhasil mendapatkan satu akal bagus?"
"Kedatangan Suma heng tepat sakali, seandainya kau tidak
datang siauw-te pun akan pergi menjumpai dirimu. Kecerdikan
Suma-heng luar biasa, aku rasa kau pasti telah mendapatkan
cara bagus untuk menanggulangi persoalan ini"
Sambil pejamkan mata suma Kan termenung sejenak,
kemudian jawabnya. "Cayhe sih memang benar telah memperoleh satu cara. hanya
saja kita sulit untuk bergerak, sekali kita bergerak seluruh
perkampungan Seratus Bunga pasti gempar"
"Tentang soal ini Suma-heng pun tak perlu risaukan lagi,
mungkin saja gerak gerik kita semua sudah berada dibawah
pengawasan Shen Bok Hong...."
Mendadak terdengar suara langkah manusia bergema datang,
Hong Tju dengan membawa baki kayu berjalan masuk
kedalam. Diatas baki terletak empat piring sayur, dua buah kue besar
serta sepoci arak hangat.
Sambil meletakkan baki itu ke atas meja ujar Hong Tju.
"Be-ya, apakah perlu budak mencicipi sayuran ini satu
persatu?" "Tentu saja harus merepotkan nona untuk berbuat demikian"
Hong Tju tersenyum. ia mencicipi dahulu keempat macam
sayur tersebut. kemudian meneguk secawan arak, setelah itu
sambil tertawa tanyanya. "Beya. sekarang kau berlega hati bukan?"
"Ehmm....! bagus sekali" Be Boen Hwie mengangguk,
"Tempat ini tak usah dilayani nona lagi. kaupun seharusnya
pergi beristirahat."
Hong Tju berpaling sekejap ke arah Suma Kan kemudian
lambat2 berjalan keluar dari ruangan.
Menanti dayang itu sudah berlalu Be Boen Hwie baru angkat
cawan araknya dan berkata dengan suara lirih.
"Suma-heng, coba kau periksa apakah dalam arak ada racunnya
atau tidak?" "Tentang soal ini siauwte tidak berhasil melihatnya.
Perlahan-lahan Be boen Hwie letakkan kembali cawan itu ke
atas meja. kemudian dari dalam saku ambil keluar sumpit
gading tadi dimasukkan ke dalam arak.
Ketika gading tadi tercelup ke dalam arak, warnyanya dengan
cepat berubah. dalam sekejap mata gading yang berwarna
kekuning2an itu telah berubah jadi hijau tua.
Be Boen Hwie segera tertawa dingin.
"Lidah budak ini sungguh manis keji lihay sekali, sungguh
lihay sekali" serunya
Melihat arak itu beracun, dengan cepat Suma Kan mengambil
poci tadi dan diperiksanya dengan seksama dari atas sampai
bawah. Mungkin di dalam posi kecil ini tersembunyi alat rahasia"
katanya. Tangannya berputar dan meraba seluruh poci tadi namun gagal
menjumpai hal yang aneh terpaksa ia letakkan kembali poci
tersebut ke atas meja. "Sungguh aneh sekali, sungguh aneh sekali" Kembali Be Boen
Hwie berseru "Terang2an dalam arak itu berisi racun namun
mengapa budak itu sudah berpengaruh sekali" apakah
sebelumnya ia sudah menelan dahulu obat pemunahnya?"
"Kemungkinan besar bisa terjadi."
"Mari kita cari dayang itu dan kita korek keterangan dari
mulutnya. Suma Kan pejamkan matanya berpikir sebentar kemudian
ujarnya. "Be-heng kalau kita bisa memaksa dayang itu untuk menolong
kita biarlah malam ini ia melakukan suatu pembalasan."
"Bagaimanakah cara pembalasan tersebut?"
"Siauw-tepun akan melakukan suatu permainan untuk
mengacau pendengaran Shen Bok Hong"
Be Boen Hwie sudah tahu kalau ia memiliki ilmu silat lihay,
namun berhubung orang itu tak mau terangkan lebih jelas maka
iapun tidak banyak bertanya.
Pada saat ini walaupun kedudukan Siauw Ling masih
merupakan pelayan dari Be Boen Hwie namun rasa hormat
Suma Kan terhadap dirinya boleh dikata melebihi rasa
hormatnya terhadap Be Boen Hwie, di dalam persoalannya
bukan saja Siauw Ling memiliki ilmu silat yang maha dahsyat
bahkan kecerdikannya tiada tandingan. Mungkin dialah
satu2nya pemimpin yang paling sesuai dalam menentang
kekuasaan Perkampungan Seratus Bunga.
Pada saat itulah Siauw Ling lansung bangun berdiri sambil
berseru. "Biarlah cayhe pergi mencari dayang tersebut!"
"Tentang soal ini tak berani merepotkan Heng-thay" buru-buru
Suma Kan ikut bangun berdiri.
Siauw Ling tersenyum, dengan langkah lebar ia berjalan keluar
dari ruangan. Tidak selang beberapa saat kemudian ia sudah masuk kembali
ber-sama2 Hong Tju pelayan cantik itu.
"Nona apakah kau baik2 saja?" tanya Be Boen Hwie sambil
memandang cawan arak di atas meja.
"Budak baik sekali!"
"Hmm, budak ini tetap berlagak pilon" pikir Be Boen Hwie
"Kalau tidak kubongkar kedoknya mungkin ia tak mau
mengaku...." Segera ujarnya, "Dalam arak itu terdapat racun, setelah nona meneguk arak
beracun apakah tidak merasa adanya tanda-tanda keracunan,"
"Budak persiapkan sendiri arak dan sayur didapur. mana
mungkin bisa ada racunnya."
"Kemungkinan sekali dalam sayur dan arak itu sudah terdapat
racun keji dan nona tak tahu keadaan sebenarnya."
Hong Tju termenung sebentar, setelah itu ujarnya,
"Beya bisa berkata demikian tentu berdasarkan butki yang
nyata, namun budak benar benar tidak merasa adanya tandatanda
keracunan." "Seumpama nona menelan obat pemunah terlebih dahulu, tentu
saja kendati dalam arak terdapat racun nonapun takkan
terpengaruh" jengek Suma Kan.
Hong Tju tertawa hambar. "Kalau begitu kendati budak banyak bicara pun tak berguna,
sebab tak akan bisa membersihkan diri dari segala tuduhan"
"Baik!" tiba-tiba Suma Kan bangun berdiri. "Akan cayhe
cobakan buat diri nona!"
Tangan kanannya bergerak mencengkeram pergelangan kanan
Hong Tju. Agaknya Hong Tju ingin berkelit tetapi segera ia berubah
pikiran, ia berdiri tak berkutik dan biarkan Suma Kan
mencengkeram urat nadi diatas pergelanannya.
Setelah mencengkeram pergelangan gadis itu Suma Kan
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
salurkan hawa murninya kelima jari tangannya merapat
kemudian sambil tertawa serunya.
"Selamanya orang2 perkampungan Seratus Bunga hanya tahu
menggunakan akal licik, siasat keji untuk menjebak orang,
seumpama cayhe ajak nona bicarakan tentang kebajikan serta
kewelas asihanpun hanya sia2 belaka"
Tangan kirinya bergerak menotok jalan darah "Thian-tu-hiat"
ditubuh Hong Tju. Urat nadi Hong Tju tercekal, separuh badannya kaku.
walaupun melihat serangan jari Suma Kan mengancam datang
namun ia tak mampu berkelit.
Setelah Suma Kan menotok jalan darah Thian-tu-hiat pada
tubuh Hong Tju, tangan kirinya berputar menotok pula Hong
Hu hiat dibatok kepala gadis tersebut, setelah itu ia baru
melepaskan cekalannya pada urat nadi pergelangan dayang itu.
"Nona tahukah kau jalan darah apa yang kutotok?" ia bertanya!
"Thian tu serta Hong Hu semuanya merupakan jalan darah
mematikan ditubuh seseorang" jawab Hong Tju dingin,
"Tentang soal ini nona boleh berlega hati, cayhe turun tangan
sangat ringan. tidak akan kucelakai jiwa nona,"
Siauw Ling yang ada disana walaupun merasakan tindakan
Suma Kan tidak jantan dan memalukan, namun teringat akan
kekejian Shen Bok Hong serta meninjau situasi yang
membahayakan dewasa ini ia tak bisa menyalahkan Suma Kan
terpaksa harus menggunakan racun untuk melawan racun.
"Kau sudah menotok dua badan jalan darahku, bahkan caramu
menotok tidak ringan pun tidak berat aku pikir tindakanmu ini
pasti bermaksud hendak memaksa aku berbuat sesuatu untuk
kalian bukan!" "Nona benar2 pintar. tahukah nona jalan darah Thian tu serta
Hong-hu termasuk urat yang mana?"
"Tidak tahu." "Kalau tidak tahu tanyalah padaku...." Suma Kan tersenyum.
kemudian terusnya. "Jalan darah Thian-tu-hiat termasuk urat Jien meh sedang jalan
darah Hong Hu hiat termasuk urat Tok meh di dalam satu jam
kemudian kedua jalan darah itu akan kumat dan nona bakal
merasakan seluruh badannya lemas susah berkutik.
Air muka Hong Tju berubah bibirnya bergerak seperti mau
mengutarakan sesuatu namun akhirnya maksud tadi dibatalkan.
Jelas hatinya merasa sangat terperanjat, namun ia tetap
bersabar menahan diri tidak mau banyak bertanya.
Suma Kan tertawa hambar katanya.
"Seandainya nona mau menyanggupi untuk membantu cayhe
akan segera bebaskan totokan jalan darah dikedua belah tempat
itu" "Membantu apa?"
"Gampang sekali asalkan nona kirim beberapa macam barang
kecil kebawah loteng Wang Hoa Loo."
"Tidak bisa!" Hong Tju gelengkan kepala, "Sekeliling lima
tombak dari loteng Wang Hoa Loo merupakan daerah
terlarang, kecuali mendapat perintah atau panggilan khusus
dari Toa Cungcu walaupun anggota perkampungan sendiripun
tak dapat mendekati tempat itu.
"Cayhe pikir tentu nona punya cara bukan?"
"Aku lebih rela badanku lemas daripada menempuh bahaya
maut seperti ini." Suma Kan berpaling memandang sekejap ke arah Be Boen
Hwie, kemudian katanya, "Peraturan dalam perkampungan
Seratus Bunga memang amat ketat."
Ia merandek sejenak. "Seandainya nona suka bekerja sama dengan cayhe, maka
cayhe akan gunakan segenap tenaga serta kemampuan yang
kumiliki untuk menolong nona tinggalkan perkampungan
Seratus Bunga ini." "Cungcu kami bersikap amat baik dan banyak melepaskan budi
kepadaku...." Tiba-tiba ia memperendah suaranya
menyambung. "Bahkan kalian pun akan sukar melepaskan diri dari
perkampungan Seratus Bunga mana bisa menolong diriku?"
"Sejak kecil nona dibesarkan di dalam perkampungan seratus
bunga" kata Suma Kan sambil tertawa. "Dibawah kekuasaan
mutlak Shen Bok Hong kalian sudah merupakan kambing2
sembelihan yang setiap saat dapat dikorbankan. Haruslah kau
ketahui dunia tidak selebar daun kelor diatas langit masih ada
langit. asalkan cayhe ambil contoh satu persoalan maka nona
tidak sulit untuk memahaminya"
"Persoalan apakah itu?" tanya Hong Tju dengan sepasang mata
berkedip. "Coba kau bayangkan betapa rahasia dan cermatnya rencana
yang diatur Shen Bok Hong dalam perjamuan malam tadi tapi
akhirnya ada beberapa orang diantara jago yang berhasil ia
lukai" racun keji ulat emas adalah racun paling dahsyat tapi
siapakah diantara kita semua yang keracunan" harap nona suka
berpikir tiga kali lebih dahulu terhadap ucapan cayhe sebelum
jatuhkan keputusan!"
Hong Tju termenung beberapa saat, kemudian baru berkata.
"Apakah kau memiliki obat racun yang punya daya kerja amat
cepat?" sekali ditelan seseorang lantas bisa mati?"
"Apa perlunya nona menginginkan racun berdaya kerja cepat
itu?" "Seandainya aku sanggupi permintaan kalian untuk menyelinap
keloteng Wang Hoa Loo maka delapan, sembilan puluh persen
jejakku bakal konangan, waktu itu aku bisa menelan obat racun
tadi dan mati, daripada kalau kena ditawan nantinya bakal
menjalani siksaan hebat ditangan Toa Cungcu kami"
"Baik!" Suma Kan tersenyum dari sakunya ia ambil keluar
sebuah botol porselen kemudian mengeluarkan sebutir pil
warna hijau, katanya. "Pil ini asalkan ditelan maka dalam sekejap mata seseorang
akan menemui ajalnya, kalau tidak terpaksa jangan ditelan"
Setelah menerima pil tadi Hong Tju bertanya.
"Kau minta aku menghantar barang apa?"
"Beberapa macam permainan kecil, kau boleh sembunyikan
dimanapun, tapi nona harus ber-hati2, jangan sampai ketahuan
orang lain" Sembari berbicara dari sakunya ia ambil keluar sebuah tabung
berbentuk panjang serta sebuah kotak warna hitam dan
diserahkan kepada nona itu, tambahnya
"Asalkan nona mencabut penutup tabung ini kemudian
lepaskan kesekitar loteng Wang Hoa Loo sudahlah cukup"
"Bagaimana dengan kotak hitam ini" apakah perlu dibuka
penutupnya?" "Tidak salah!" Hong Tju memeriksa dahulu keadaan cuaca, kemudian
mengangguk. "Baik! aku akan pergi mencobanya "
"Nona kau jangan lupa, jalan darah Thian-tu-hiat serta Hong-
Hu-hiat mu masih tertotok, dalam satu jam kemudian akan
mulai kambuh, setelah melepaskan tbung besi serta kotak tadi
cepatlah balik kemari, cayhepun akan segera membebaskan
jalan darah nona yang tertotok itu "
"Aku bukan seorang manusia yang takut mati kau jangan kira
aku mau berbuat demikian karena terpaksa menuruti
kemauanmu " jawab Hong Tju dingin.
"Baik, kalu begitu cayhe akan menanti kabar berita dari nona "
Hong Tju tertawa getir. "Seandainya di dalam satu jam kemudian aku masih belum
kembali itu berarti aku sudah mati dibawah loteng Wang Hoa
Loo" katanya. "Nona bukan seorang manusia berumur pendek silahkan
berangkat dengan hati lega"
Hong Tju telah berjalan beberapa langkah kedepan mendadak
ia balik kembali seraya bertanya, "Apakah isi dari tabung
panjang serta kotak hitam ini" dapatkah kau memberitahukan
kepadaku?" "Suatu permainan kecil yang tidak menarik hati, bahkan benda
itu jarang dijumpai dalam daerah Tionggoan, sekalipun cayhe
beritahukan kepada nonapun, nona tak bakal tahu...."
Setelah merandek sejenak terusnya, "Saat ini merupakan waktu
yang paling bagus. Nah cepat-cepatlah pergi nona! cayhe
sekalian tidak akan menanti keberhasilanmu dengan berdiam
diri, kami akan berbuat sedikit jasa untuk nona"
"Berbuat jasa untukku?"
"Kami sekalian akan menyambut kedatangan nona asalkan
nona bisa lolos dari barisan bunga itu, sekalipun ada tentara
yang mengejarpun tak usah jeri"
Hong Tju tertawa hambar, lambat2 ia keluar dari ruangan.
Menanti Hong Tju sidayang itu sudah lenyap dari pandangan,
tak tertahan Siauw ing berbisik lirih.
"Suma-heng menurut penglihatanmu apakah ia bisa bekerja
menurut rencana?" Aku lihat ia pasti akan melaksanakan rencana kita ini."
"Bagaimana kau bisa tahu" tanya Be Boen Hwie.
"Menurut penglihatan cayhe Hong Tju bukanlah seorang
manusia berusia pendek, oleh sebab itu aku duga malam ini dia
tak akan menjumpai persoalan.
Kiranya begitu" Siauw Ling merandek sejenak, lalu
tambahnya. Setelah kita menyanggupi untuk menyambut kedatangannya
maka kita jangan sampai mengingkari janji.
"Hal ini tentu saja, diantara kita bertiga dua orang pergi
menyambut kedatangannya dan seorang tetap berjaga dirumah.
Maaf kalau siauwte banyak bicara ujar Be Boen Hwie sambil
tersenyum "Dapatkah Suma-heng menerangkan sebenarnya
apa isi dari tabung besi serta kotak hitam itu"
"Benda itu merupakan dua makhluk aneh yang berhasil siauwte
dapatkan dipulau San-to belajar silat tempo dulu Shen Bok
Hong berhati keji dan tidak mengenal peri kemanusiaan,
terhadap kamipun ia melepaskan racun keji maka dengan
taruhan kehilangan dua macam makhluk aneh akan kubiarkan
dia terkurung dan merasakan hatinya tidak tenang.
"Suma-heng sudah berbicara setengah harian lamanya belum
juga terangkan apa isi dari kotak tersebut."
"Dalam kotak itu berisi beberapa ekor kelabang bersayap yang
jarang dijumpai dalam dunia persilatan sedangkan tabung besi
ersebut berisi seekor ulat kecil yang amat berbisa. seandainya
aku terangkan jelas2 mungkin dayang itu tak berani pergi
menghantarnya. "Cuma seekor ulat kecil serta beberapa ekor kelaang mana bisa
mengacau loteng Wang Hoa Loo?" tanya Siauw Ling tertegun.
"Kedua ekor mahluk itu tidak akan akur seandaiinya
dilepaskan berbareng kalau tidak terjadi pertarungan sengit
maka ke-dua2nya akan melarikan diri. Walaupun ular kecil itu
panjangnya cuma beberapa coen tetapi gerak geriknya gesit
dan cepat. racunnya luar biasa, seandainya tergigit kalau bukan
menelan obat pemunah yang khusus kubuat, sulit untuk
selamat. sedangkan beberapa ekor kelabang bersayap tadi,
walaupun terbangnya tidak begitu jauh tetapi gerakan
merekapun cepat dan sebat, sewaktu terbang membawa suara
dengungan yang nyaring sekalipun tak dapat menimbulkan
kesalah pahaman antara Shen Bok Hong dengan Kiem Hoa
Hujien, paling sedikit Shen Bok Hong akan salah menduga
Kiem Hoa Hujien sedang melepaskan racun dari atas loteng
Wang Hoa Loo" "Tidak salah, siauwte pernah dengar orang berkata bahwa
bentuk racun keji dari daerah Biauw ini berbentuk seperti ulat
kecil" "Apa yang kubentangkan hanya merupakan dugaan siauw-te
belaka, manjur atau tidak saat ini masih sulit untuk diduga...."
ujar Suma Kan sambil tertawa.
Setelah merandek sejenak tambahnya, "Mari, sudah seharusnya
kita pergi menyambut kedatangan dayang tersebut"
"Shen Bok Hong adalah seorang manusia cerdik, aku pikir
dibalik barisan bunga tentu sudah diatur jebakan2"
"Bukan jebakan belaka bahkan seluruh perkampungan Seratus
Bunga ini merupakan sebuah barisan Ngo Heng Ting yang
hidup. halaman serta pepohongan tersebut tanpa kau sadari
merupakan sebuah barisan kecil, dari barisan yang
bersambungan itulah tercipta sbuah barisan besar Shen Bok
Hong memang seorang manusia aneh. Cuma saja kendati
bagaimanakah perubahan barisan ini tidak akan berhasil
mengurung diri siauw-te"
"Menurut apa yang cayhe ketahui" Siauw Ling pun angkat
bicara. "Disakitar barisan bunga itu dijaga ketat oleh jago-jago
perkampungn seratus bunga, lagi pula para jago sudah
berkumpul disini aku pikir penjagaannya pasti lebih ketat"
"Asal kita tangkap dua orang peronda kemudian memakai
bajunya bukankah gerak gerik kita bakal lebih leluasa?" jawab
Suma Kan sambil tertawa. Mendengar jawaban itu Siauw Ling lantas berpikir, "Perduli
tindakan ini akan menempuh bahaya atau tidak setelah
menyanggupi dayang tersebut kita tak boleh ingkar janji...."
Karena berpikir demikian ia berpaling sekejap ke arah Be Boen
Hwie dan berkata, "Tjong Piauw Pacu pergilah ber-sama2
Suma heng! cayhe akan tetap tinggal dirumah saja"
Waktu itu Be Boen Hwie sudah mengagumi Siauw Ling, ia
lantas tersenyum. "Aku lihat lebih baik kau saja pergi!" serunya,
Suma Kan pun tahu Siauw Ling memiliki ilmu silat yang
sangat lihay, perduli pemuda itu mau atau tidak, ia segera
menyambung. "Kalau begitu harus merepotkan Tjong Piauw Pacu harus jaga
rumah" "Kalian berdua harus hati2 kalau bisa hindarilah bentrokan
secara langsung jangan sampai bikin kehebohan."
"Terima kasih atas perhatianmu" Suma Kan tersenyum, ia
lantas bertindak keluar dari ruangan.
"Harap Heng-thay suka mengikuti dibelakang siauwte" bisik
Suma Kan lirih sekeluarnya dari pesanggrahan dengan langkah
lebar ia langsung menerobos ke dalam barisan bunga itu.
Siauw Ling mengikuti kencang dibelakangnya tampak Suma
Kan yang membawa jalan sebentar berputar kekiri sebentar lagi
kekanan gerkannya sangat cepat seakan2 sudah sangat hapal
dengan daerah sekitar tempat itu.
Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di tepi loteng
Wang Hoa Loo. Kedua orang itu menerobosi beberapa kali hutan buatan,
namun selama ini tidak menjumpai adanya orang yang
menghadang jalan pergi mereka.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tampak dari atas loteng Wang Hoa Loo yang menjulang tinggi
keangkasa masih terpecik cahaya lampu, jelas orang yang ada
disana masih belum beristirahat.
Suma Kan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian bisiknya lirih. "Seandainya dugaan cayhe tidak salah, seharusnya dayang itu
akan balik kembali dengan mengambil arah kemari."
Sebelum ia selesai berbicara, mendadak tampak sesosok
bayangan muncul dari balik loteng Wang Hoa Loo dan
meluncur ke dalam hutan dimana kedua orang itu sedang
menyembunyikan diri. "Entah orang itu adalah dayang tersebut tau bukan?"
"Aku rasa ia tidak akan mejumpai bencana."
Tampak orang itu bergerak sangat lambat, langkahnya tenang
dan air matanya tidak menunjukkan rasa kaget atau gugup.
Cahaya lampu diatas loteng Wang Hoa Loo tiba-tiba padam
kecuali tinggal cahaya lampu yang memancar keluar dari
tingkat paling atas. Siauw Ling tahu tempat itu adalah tempat tinggal Shen Bok
Hong, ditengah malam seperti ini belum beristirahat ia tentu
sedang merundingkan siasat berikutnya untuk membalas
kegagalan serta kekalahannya malam tadi.
Memandang loteng yang tinggi menulang ke angkasa ditengah
malam buta, pemuda she Siauw ini teringat kembali akan orang
tuanya yang terkurung, rasa sedih segera menyerang benaknya.
Sementara itu Suma Kan telah mengerahkan tenaga
lweekangnya bersiap sedia, ia memperhatikan terus bayangan
manusia yang makin mendekati tempat persembunyian mereka
itu. Setelah terjadinya pertarungan dalam perjamuan tadi baik
Siauw Ling maupun Suma Kan sudah merasa orang2 dalam
perkampungan seratus bunga kendati seorang dayangpun
memiliki ilmu silat yang hebat, mereka tak berani bertindak
gegabah. Tampak bayangan manusia itu makin lama semakin dekat dan
akhirnya sudah hampir mendekati tempat persembunyian
mereka berdua. Suma Kan memandang tajam kedepan sedikitpun tidak salah
orang itu adalah Hong Tju, ia segera menjawil ujung baju
Siauw Ling dan berkata dengan menggunakan ilmu
menyampaikan suara. "Sedikitpun tidak salah dayang itu pulang dengan aman
tenteram" Siauw Ling tersadar kembali dari kesedihan yang mencekam
hatinya. iapun memandang sekejap ke arah orang itu. tiba-tiba
rasa curiga menyelimuti hatinya ia berpikir, "Dibawah loteng
Wang Hoa Lo tersembunyi suatu penjagaan yang maha ketat
sedangkan dayang itu tidak lebih cuma seorang dayang secara
bagaimana bisa masuk keluar tanpa diketahui oleh mereka...."
Tampak Hong Tju lambat2 berjalan masuk ke dalam barisan
bunga kemudian langsung menuju kepesanggrahan bambu
hijau. "Air muka dayang ini rada aneh" bisik Suma Kan lirih, "Mari
kita ikuti dirinya" Sementara itu lampu lentera yang masih terang benderang
diloteng paling atas tiba-tiba padam seluruh perkampungan
seratus bunga terlelap ditengah kegelapan.
Kedua orang itu membuntuti Hong Tju langsung kembali
kepesanggrahan bambu hijau.
Tampak Hong Tju mendorong pintu dan langsung masuk
kedalam. Tiba-tiba Suma Kan mengempos napas bagaikan kilat ia ikuti
Hong Tju masuk ke dalam ruangan.
Waktu itu Be Boen Hwie sedang menanti di tengah ruangan.
melihat Hong Tju mendorong pintu berjalan masuk ke dalam
ruangan ia segera bangun berdiri, tetapi belum sempat ia buka
suara, Suma Kan laksana kilat telah menerobos masuk ke
dalam ruangan sembari berseru cemas.
"Be-heng hati2 air muka itu sedikit kurang beres"
Be Boen Hwie bukan manusia sembarangan, sekalipun suma
Kan tidak berserupun ia cukup waspada. hawa murninya sudah
disalurkan mengelilingi seluruh badan.
Tampak air muka Hong Tju berubah hijau membesi, setelah
tiba disebuah kursi mendadak ia duduk sepasang matanya
memancarkan rasa sakit yang bukan alang kepalang. setelah
tertawa ia berseru. "Budak...." Agaknya ia berusaha keras untuk bicara namun baru
mengutarakan dua patah kata ia sudah tak tahan dan
menghembuskan napas penghabisan dengan bersandar diatas
kursi. Tangan kanan Be Boen Hwie bergerak cepat mencengkeram
bahu Hong tju, serunya cemas.
"Nona hong...."
Suma Kan pun segera mengayunkan tangan kanannya kedepan
segulung angin pukulan menghadang tindakan be Boen Hwie
tersebut. "Jangan gegabah" serunya memberi peringatan.
Se-akan2 sadar dari lamunan, dengan cepat Be Boen hwie
mundur dua langkah ke belakang dan memandang myat Hong
Tju yang bersandar dia atas kursi dengan mata emndelong.
Badan Hong Tju mulai mendingin dan kaku jelas ia sudah
menemui ajalnya. "Aaaa.... akulah yang sudah mencelakai dirinya gumam Suma
Kan sambil goyangkan kepalanya berulang kali.
Siauw Ling pun menghembuskan napas panjang.
"Aaaaai.... seharusnya sejak semula cayhe harus menasehati
kalian jangan bertindak gegabah seperti ini."
Mendadak ia membungkam dan pasang telinga tajam2.
Suma Kan kerutkan alisnya rapat2 bisiknya lirih.
"Kalau pihak lawan sudah bertindak begini keji kitapun tak
usah berwelas asih lagi habiskan mereka secara kejam pula."
Baru saja ia selesai bicara, mendadak didepan pintu ruangan
telah berdiri seorang perempuan yang sangat cantik memakai
baju putih dengan sebuah sulaman bunga emas didepan
dadanya Suma Kan sudah ayun tangan kanannya siap
membabat, namun segera dihadang oleh Siauw Ling.
Air muka perempuan cantik itu amat keren dan serius,
sepasang matanya melotot bulat2 sedang memancarkan cahaya
tajam yang menggidikkan, ia menyapu sekejap wajah ketiga
orang itu kemudian serunya.
"Laporkan nama2 kalian?"
Sementara itu suma Kan serta Be Boen Hwie dapat melihat
orang ini bukan lain adalah Kiem Hoa Hujien yang melepaskan
racun keji ulat emas tersebut. tanpa terasa timbul kewaspadaan
dalam hatinya. Suma Kan berpaling melirik sekejap ke arah jenasah Hong Tju.
kemudian mendehem dan menegur.
Apakah anda yang disebut Kiem Hoa Hujien.
"Tidak salah!" jawan Kiem Hoa Hujien dingin, "Siapakah
anda" "Peramal sakti dari lautan Timur Suma Kan"
"Belum pernah mendengar nama ini...." sinar matanya segera
beralih ke atas wajah Be Boen Hwie serunya,
"Siapa namau?" "Be Boen Hwie?" jawab orang tua sehe Be dengan alis
berkerut. "Oooouw Cong Piauw Pacu dari propinsi Hoo lam, Auw pak
Auw-lam serta Kiang si!"
Hanya nama kosong belaka harap Hujien jangan
mentertawakan." Perlahan-lahan Kiem Hoa Hujien alihkan sinar matanya ke atas
wajah Siauw Ling. setelah dipandangnya beberapa saat ia
bertanya. "Siapa namamu!"
"Be Seng...." Air muka Kiem Hoa Hujien yang serius dan keren tiba-tiba
terlintas usatu senyuman manis serunya
"Eeeeei saudaraku yang baik, seharusnya kau bicara dengan
pencet hidungmu walaupun suaramu kurang bagus namun
masih dapat mengelabui mata orang lain. kalau tidak
perhatikan lebih seksama sulit untuk temukan kejanggalan
yang ada. namun suaramu sedikitpun tidak berubah."
Sembari bicara, ia tertawa dan menyincing gaun bertindak
masuk ke dalam ruangan. "Bagaimana kau bisa tahu kalau aku berada disini?" tanya
Siauw Ling. Sinar mata iem Hoa Hujien berputar ia melirik sekejap jenasah
Hong Tju kemudian jawabnya.
"Budak inilah yang membawa jalan buatku!"
"Berdasarkan apa kau bisa mengatakan hal ini ada sangkut
pautnya dengan diriku?"
Orang lain tidak akan bernyali begitu besar berani mengirim
seorang dayang yang dididik dan dipelihara sejak kecil dala
mperkampungan Seratus Bunga untuk mengacau diloteng
Wang Hoa Loo Walaupun Suma Kan mengerti kedudukan Siauw Ling tidak
rendah, namun ia masih belum tahu siapakah namanya, segera
ia menyambung. "Dayang ini akulah yang mengirim dia pergi. persoalan
tersebut tiada sangkut pautnya dengan Heng-thay ini."
Kiem Hoa Hujien berdiam diri, mendadak tangan kanannya
merogoh keluar seekor ular kecil berwarna merah dan
dilemparkan kedepan. "Hanya ular kecil ini saja?" serunya.
Tangan kirinya pun mengambil keluar sebuah kotak hitam in
imasih terdapat beberapa ekor kelabang. aku lihat lebih baik
kau tarik kembali semuanya ini!"
Pergelangan diayun, ia sudah melemparkan ular beracun serta
kotak itu ke arah Suma Kan.
Sang peramal sakti dari lautan Timur ini hanya berani
menyambut kotak tersebut, sedang ular beracun tidak berani
diterima dengan tangan. Be Boen Hwie takut ular beracun itu melukai orang, kipasnya
segera berkelebat kedepan menghantam binatang kecil tersebut.
"Tidak usah takut. ular berbisa itu sudah mati" seru Kiem Hoa
Hujien dengan suara dingin.
Gerakan Be Boen Hwie dalam menayunkan kipasnya sangat
cepat bagaikan sambaran kilat, barusan saja ucapan Kiem Hoa
Hujien meluncur keluar kipas Be Boen Hwie sudah bersarang
di atas tubuh ular tadi dengan telak, darahnya segera muncrat
keempat penuru sehingga ular tadi terbabat putus jadi dua.
Mungkin Suma Kan malu atas kemampuan binatang2
berbisanya yang kalah jauh dari Kiem Hoa Hujien. setelah
menerima kotak tadi ia membungkam dalam seribu bahasa.
Siauw Ling melirik sekejap ke arah Kiem Hoa Hujien,
kemudian ujarnya. "Kau bisa datang kemari, aku pikir orang lain pun
kemungkinan sekali bisa datang kemari pula?"
"Jangan kuatir" jawab Kiem Hoa Hujien sambil tertawa.
"Diluar ruangan aku sudah menyebar sarang laba2 beracun,
seandainya ada orang yang menguntil aku kemari, ini berarti
mencari kematian buat diri sendiri"
Siauw ing melirik sekejap ke arah jenasah Hong Tju lalu
tanyanya lagi, "Kau berhasil mendapatkan ular beracun serta
kelabangnya aku rasa ia pasti menemui ajalnya pula
ditanganmu?" "Bukan, ia tidak mati ditanganku" Kiem Hoa Hujien gelengkan
kepalanya berulang kali. "Aku cuma merampas binatang
beracunnya sedang yang melukai dia bukan aku!"
"Lalu siapakah yang membinasakan dirinya?" tanya Be Boen
Hwie. Kiem Hoa Hujien menuding ke arah Suma Kan kemudian
jawabnya, "Seharusnya dia terhitung pembunuh pertama"
"Aku...." seru Suma Kan tertegun.
"Tidak salah kaulah pembunuh pertama. Kau serahkan ular
beracun itu kepadanya namun tidak memberitahukan
bagaimana caranya melepaskan ular tersebut, sehingga ia
terpagut oleh ular itu sendiri dan keracunan bukankah ia mati
ditanganmu" "Kalau begitu cayhe terhitung pembunuh nona ini?"
"Kalau bukan penjaga loteng memerseni sebuah hantaman
kepadanya iapun sudah berhasil melepaskan ular berbisa itu
dan tidak sampai terpagut oleh ular sendiri maka dari itu
penjaga loteng Wang Hoa Loo adalah pembunuh kedua"
"Ada pembunuh pertama, ada pembunuh kedua seharusnya ada
pembunuh yang ketiga bukan" sambung Suma Kan.
"Tidak salah!" Kiem Hoa Hujien membenarkan "Kalau
pembunuhnya cuma dua orang ia tidak akan mati dengan
begini tenteram" "Hujien perkataanmu mengandung maksud yang dalam,
dapatkah kau memberi penjelasan lebih jauh?" Be Boen Hwie
memohon. "Persoalan ini sederhana sekali, ilmu silat yang dimiliki dayang
ini tidak lemah sayang kurang cerdas seandainya ia tidak
melancarkan serangan balasan mungkin masih bisa selamatkan
jiwanya, siapa sangka dalam keadaan cemas ia telah balik
mengirim sebuah pukulan, hal ini membuktikan kalau ia ada
maksud berkhianat sementara itu ular berbisa ditangannya
sudah terlepas separuh, tiba-tiba binatang itu membalik dan
memagut pergelangannya satu kali"
"Jadi ia mati keracunan?" sela Siauw Ling.
Kiem Hoa Hujien tersenyum.
"Setelah tangannya terpagut ular sikap budak ini tiba-tiba
berubah tenang dan mantap ia sadar jiwanya tak tertolong lagi
maka setelah kuambil ular beracun serta kelabang beracun dari
tangannya ia lantas putar badan meninggalkan loteng Wang
Hoa Loo. Pada saat itulah penjaga loteng hendak melancarkan
serangan bokongan ke arahnya tetapi berhasil kucegah semua"
Sewaktu berbicara dengan Be Boen Hwie serta suma Kan sikap
perempuan ini dingin dan hambar sebaliknya terhadap Siauw
Ling ia tunjukkan wajah yang cerah, ramah dan penuh senyum
manis. "Suma-heng!" dalam pada itu Be Boen Hwie telah berkata.
"Nona Hong mati karena keracunan apakah Suma-heng
memiliki obat pemunah racun tersebut?"
"Aku lihat ia bukan lantaran terpagut ular belaka" sahut Suma
Kan seraya geleng kepala.
"Tidak salah!" Kiem Hoa Hujien membenarkan. "Setelah
keluar dari loteng penengok bunga kembali ia terhantam oleh
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jago silat yang diluar loteng. Luka dalam ditambah dengan
racun ular yang bekerja berbareng membuat ajalnya makin
cepat, meski ada obat mujarab belum tentu bisa
menyelamatkan jiwanya"
"Setelah kau menghalangi niat jahat penjaga loteng kenapa kau
tak mau membantu untu kedua kalinya dan selamatkan jiwa
gadis itu?" Siauw Ling bertanya.
"Orang itu bersembunyi dibalik kegelapan diluar loteng, tibatiba
ia loncat keluar sambil menyerang dalam keadaan tidak
siap sulit bagiku untuk menolong"
"Setelah ia terluka ditambah pula hawa murninya tak bisa
disalurkan berhubung daya kerja racun ular itu maka ia tak
berani jalan terlalu cepat selangkah demi selangkah budak
tersebut berjalan kembali keruang bambu hijau...."
Bersambung ke jilid 20 JILID 20 Ia merandek sejenak lalu terusnya, "Kalian anggap diri sendiri
amat cerdik, kau anggap setelah dalam kebun tak ada yang
menghalangi kalian lantas tingkah lakumu tidak diketahui"
bicara terus terang semua gerak gerikmu diawasi orang secara
diam2, semua perbuatan kalian dengan cepat telah sampai
diatas loteng Wang Hoa Loo"
"Jadi kedatangan Hujien ketempat inipun tak akan lolos dari
pengawasan mereka?" tanya Suma Kan.
"Dalam perjamuan yang diadakan malam tadi agaknya Shen
Bok Hong mendapat pahit getir yang susah diutarakan keluar,
sekembalinya diatas loteng Wang Hoa Loo ia termenung terus
sepatah katapun tidak bicara, mungkin pada saat ini ia masih
belum thau keadaan sejelasnya. Orang ini ganas dan licik,
sebelum memahami duduknya perkara tidak nanti melakukan
tindakan secara smbarangan kedatanganku kesini tentu saja
tidak akan lolos dari pengawasan orang2 Perkampungan
seratus unga meski demikian mereka tidak akan bsia
membuntuti diriku dan mengawasi semua gerak gerikku"
"Sekalipun ia belum tahu duduk perkara sebenarnya, tetapi
kedatangan Hujien ketempat ini pasti akan menimbulkan
perhatian khususnya terhadap dirimu" sela Be Boen Hwie.
"Maka dari itu janganlah kalian bertindak secara gegabah...."
Tiba-tiba perempuan itu tutup mulut, wajahnya berubah hebat
hardiknya dingin, "Siapa?"
Dengusan berat berkumandang datang dari tempat luaran tetapi
dengan cepat suasana pulih kembali dalam keheningan.
"Hm! akan kusuruh dia rasakan penderitaan yang paling hebat"
jengek Kiem Hoa Hujien sambil tertawa dingin.
Mendadak se-olah2 teringat satu masalah penting terusnya,
"Membicarakan dari watak Shen Bok Hong malam ini ia pasti
sedang mencari akal untuk menghadapi kalian. aku tidak
leluasa berdiam terlalu lama disini apalagi membantu kalian"
Diatas wajahnya yang ayu terlintas segumpil senyuman pedih
tambahnya, "Harap kalian bertiga baik2 menjaga diri."
Mendadak ia putar badan dan berlalu,
Bibir Siauw Ling bergetar ingin mengucapkan sesuatu, namun
niatnya segera dibatalkan,
Gerakan tubuh Kiem Hoa Hujien amat cepat. dalam sekejap
mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Seperginya perempuan suku Biauw itu, Siauw Ling berpaling
memandang jenasah Hong Tju yang berbaring dilantai tiba-tiba
ia menghela napas panjang katanya.
"Aku lihat perhitungan mengenai nasib tak boleh dipercaya
seratus persen." "Oooouw maksud ucapan Heng thay barusan seakan2 sedang
menegur diri siauwte" Suma Kan segera menyela.
"Suma-heng mengatakan raut muka nona Hong bukan raut
muka seorang yangberumur pendek teapi bagaimana
kenyataannya"! ia mati karena terpagut ular beracun."
Sepasang alis Suma Kan langsung berkerut,
"Ditinjau dari raut mukanya dia memang tidak bernasib jelek
apalagi berumur pendek?" cobanya membela diri.
"Kita menggunakan nyawa seorang nona kecil untuk
menempuh bahaya tindakan ini bukan merupakan suatu
tindakan seorang enghiong Ho-han!" kata Be Boen Hwie ikut
memberikan pendapatnya. "Jadi menurut pendapat Be-heng?"
"Maksud siauwte setiap perbuatan dari umat manusia ikuti saja
takdir, kalau benar dalam saku Suma-heng membawa obat
pemunah dari racun ular tersebut berikan dulu dua butir kepada
sang nona agar racun ular yang mengeram dalam tubuhnya bisa
punah kemudian kita baru berusaha menyembuhkan luka
dalamua. Seumpama kita tetap berpeluk tangan dan biarkan
nona ini menemui ajalnya begitu saja, siapa yang bisa tenteram
melihatnya" Suma Kan melirik sekejap ke arah Hong coe kemudian
mengangguk. "Baiklah!" Dari dalam saku ia ambil keluar sebuah botol porselen dan
ambil keluar tiga butir pil berwarna merah ia menelan sebutir
lalu serahkan dua butir lainnya kepada Be Boen Hwie serta
Siauw Ling, ujarnya, "Kalianpun telanlah dahulu sebutir pil
pemunah agar jangan sampai terkena racun ular tersebut!"
Siauw Ling serta Be Boen Hwie segera menerima obat
pemunah tadi dan menelannya.
Suma Kan tarik napas panjang, seluruh jalan ditubuhnya
ditutup rapat kemudian baru maju membimbing bangun batok
kepala Hong Tju. Siauw Ling yang ada disamping mengawasi dengan seksama,
ia temukan wajah Hong Tju telah dilapisi oleh hawa hijau yang
tebal jelas ia sudah keracunan hebat"
Dari dalam botol porselen tadi, kembali Suma Kan ambil
keluar dua butir pil pemunah tangan kiri mengerahkan tenaga
untuk paksa membuka rahang Hong Tju kemudian
memasukkan kedua butir pil tadi ke dalam mulutnya.
Dalam pada itu seluruh tubuh Hong Tju telah mendingin dan
kaku, napasnya telah berhenti, meski obat tersebut telah masuk
ke dalam mulut namun sukar ditelan ke dalam perut.
Siauw Ling segera maju kedepan, tangannya menekan dada
Hong Tju dan merasakan detak jantung gadis ini telah lama
berhenti, tak kuasa ia hela napas panjang.
"Aaaai....! napasnya telah berhenti jantungpun telah berhenti
berdetak, ucapan Kiem Hoa Hujien sedikitpun tidak salah
meski ada obat mujarab tidak akan bisa menghidupkan dirinya
kembali" bisik pemuda itu lirih.
"Siapa yang bilang jiwa budak ini tak tertolong lagi?" tiba-tiba
dari tempat luaran berkumandang datang suara teguran yang
amat dingin. Be Boen Hwie terkesiap pikirannya.
"Betapa sempurnanya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
orang ini, mengapa tindak tanduknya sama sekali tidak
menimbulkan suara?" Ketiga orang itu sudah menyadari bahwa ucapan Kiem Hoa
Hujien tidak bakal salah, malam ini terlalu sulit bagi mereka
untuk melewatinya dengan aman tetapi urusan sudah jadi
begini mereka terpaksa duduk sambil menanti kedatangan
musuh. Maka dari itu meski mereka sedang berusaha menolong
Hong Tju, sepasang mata dan telinganya telah dipentangkan
mengawasi situasi diluar ruangan.
Ketika semua orang angkat kepala, terlihatlah seorang manusia
aneh berperawakan kurus kering dengan memakai baju serba
hitam berdiri didepan pintu. kulit wajahnya kaku dan kasar
persis seperti sesosok mayat hidup
Menjumpai orang itu Siauw Ling terkesiap. hampir2 saja ia
menyebut nama Tok Chiu Toa Ong si Raja Obat Tangan
beracun. Sementara itu dengan alis berkerut Be Boen Hwie telah
menegur. "Anda adalah?" "Seluruh umat Bu-lim yang ada dikolong langit rada takuti
benda2 beracun dari Kiem Hoa Hujien namun Loohu sama
sekali tidak jeri" "Lalu siapakah kau?" tanya Suma Kan seraya secepat kilat
masukkan kembali botol porselen tadi ke dalam saku.
"Loohu adalah Tok-Chiu-Yoa-Ong Si Raja Obat bertangan
keji, terang2an bocah ini masih bisa tertolong, siapa yang
bilang ia tak tertolong lagi?"
Walaupun diluaran ia bicara dengan Suma Kan sepasang
matanya dengan tajam mengawasi Siauw Ling dari atas hingga
kebawah. Diam2 Siauw Ling terperanjat segera ia berpikir, "Apakah dia
sudah tahu akan wajahku yang sebenarnya?"
Buru-buru sinar matanya ditarik kembali dan berdiri dengan
mulut membungkam. "Hm! sungguh besar omonganmu" jengek Suma Kan.
"Hendak kau buktikan bagaimana cara Loohu menyelamatkan
jiwanya?" "Sudah lama kudengar akan kelihayan ilmu pertabiban orang
ini" pikir Be Boen Hwie. "Hanya sayang tabiatnya kukoay
meski memiliki kepandaian seperti Hia Tuo namun tak sudi
menolong harus menggantungkan apakah ia senang atau tidak,
ditambah pula ilmu silatnya luar biasa, sebagian besar orang
Bulim pada menaruh tiga bagian rasa jeri kepadanya sekarang
Hong Tju sudah mati. tetapi ia bilang masih bisa tertolong
kenapa aku tidak bisa panasi hatinya dengan akta2" kalau
jiwanya bisa tertolong itulah yang dicari, kalau tidak tertolong
kita pun tak bisa berbuat lain."
Karena punya pikiran demikian dengan nada dingin segera ia
mengejek. "Ia sudah putus nyawa dan mati. Hm meski anda memiliki
ilmu pertabiban yang amat lihay aku kira belum tentu bisa
selamatkan jiwanya dan hidupkan kembali nona ini."
"Seandainya loohu bisa menghidupkan kembali bocah
perempuan ini lalu bagaimana?"
Be Boen Hwie tertegun. "Menolong jiwa orangpun masih di-embe2li dengan syarat!
tidak aneh kalau diatas gelar si Raja Obatnya masih ditambahi
pula dengan gelar Bertangan keji," pikirnya.
Segera ia menjawab "Menolong selembar jiwa manusia jauh lebih menangkan
berbuat kebajikan banyak tahun meski cayhe sekalian bukan
anggota perkampungan Pek Hoa San Cung, namun tidak tega
melihat seseorang mati dengan begitu saja tanpa ditolong."
Orang yang menderita sakit parah dan hampir mati dikolong
langit detik ini berjumlah puluhan ribu orang meski Loohu
dilahirkan dengan delapan lenganpun tidak akan bisa
menyelamatkan seluruh umat dunia" sambung Tok Chiu Yok
Ong cepat. Teringat akan kegagahan serta kebaktian Hong Tju yang rela
mati demi kebenaran, Be Boen Hwie segera berkata.
"Baiklah" katakan, dengan syarat apakah kau hendak
menyelamatkan jiwa nona ini?"
"Siapakah orang itu?" tanya Si Raja Obat itu sambil menuding
ke arah Siauw Ling. Be Boen Hwie melirik sekejap ke arah Siauw Ling melihat
pemuda itu membungkam segera sahutnya.
"Dia adalah pembantu cayhe?"
Dari nada ucapan si raja obat barusan Siauw Ling tahu bahwa
penyaruannya tidak diketahui olehnya iapun berlega hati.
"Benda apa yang kau inginkan?" kembali orang she Be itu
bertanya. "Aku menginginkan darah ditubuhnya...."
"Apa?" Be Boen Hwie terkesiap. "Buat apa kau inginkan darah
segar ditubuhnya?" "Untuk menolong orang, menolong seseorang yang hampir
menemui ajalnya!" sewaktu berbicara jelas tampak sekali
wajah si raja obat ini diliputi rasa berduka.
"Menolong jiwa orang kenapa harus memakai darah segar"
pikir orang she Be itu "Tetapi ilmu pertabiban si raja obat
bertangan keji amat lihay tidak mungkin ia bisa tanpa sebab2
tertentu...." Haruslah diketahui pada jaman itu masih jarang orang
menggunakan darah untuk penyembuhan suatu penyakit tentu
saja berita tersebut cukup mengejutkan bagi yang mendengar.
Si raja obat bertangan Keji melirik sekejap ke arah Hong Coe
lalu berkata kembali. "Kalau orang ini dibiarkan ber-larut2 loohu pun tidak akan bisa
menolong lagi sanggup atau tidak dengan permintaanku tadi"
harap Be-heng segera ambil keputusan"
Wataknya dingin sombong dan suka menyendiri, hal ini sudah
diketahui umum. tetapi pada saat ini nada ucapannya halus dan
lunak jelas menunjukkan bahwa hatinya sedang merasa cemas.
"Pembantu dari siauwte ini meski pernah belajar silat, tetapi
badannya lemah sekali, bagaimana kalau siauwte yang rela
menyumbangkan darah ditubuhku!"
"Tidak bisa. tidak bisa." dengan cepat si raja obat menggeleng,
"Loohu sudah mengarungi seluruh pelosok dunia selama ini
hanya temukan darah dua orang saja yang bisa digunakan?"
"Siapa kedua orang itu?"
"Seorang adalah Siauw Ling Sam CUngcu dari perkampungan
Pek Hoa San Cung, sedangkan yang lain adalah pembantu dari
Be-heng ini. Aaaai pembantu dari Be-heng benar2 memiliki
tulang yang bagus dan tidak kalah dengan Siauw Ling, hanya
sayang ia tidak punya rejeki seperti Siauw Ling sebaliknya
hanya berhasil jadi pembantu Be-heng belaka,"
Mendengar ucapan itu Be Boen Hwie terkesiap kembali ia
berpikir. "Agaknya ketepatan menduga ditinjau dari ilmu pertabiban
jauh lebih tepat dari ilmu meramal"
Dalam pada itu dengan sengaja menyerakkan suaranya Siauw
Ling bertanya. "Berapa banyak darah segar yang kau butuhkan dari badanku!"
"Aaaaai seandainya kau sudi menyumbangkan seluruh darah
segar yang ada di dalam tubuhmu bukan saja untuk sementara
bisa selamatkan jiwa orang itu bahkan memberikan pula
harapannya untuk sehat kembali seperti sedia kala"
"Siapakah orang itu" kok mendapat perhatian begitu besar dari
Yok-Ong?" "Loohu tidak ingin membohongi kalian, orang itu bukan lain
adalah putriku sendiri"
"Ooouw kiranya begitu" batin orang she Be. "Meski keji Si
raja obat bertangan Keji masih menyayangi putrinya sendiri
dengan begitu tebal sungguh suatu kejadian yang tak
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disangka...." Kembali terdengar Tok-Chiu-Yok-Ong bergumam seorang diri,
"Seandainya Be-heng sudimemerintahkan pelayanmu untuk
hadiahkan seluruh darah segar di tubuhnya sehingga jiwa
siauw-li tertolong loohu rela mengikuti Be-heng selama
sepuluh tahun sebagai pembantu setil, perintah keair aku akan
keair, perintah keapi akan kuterjang lautan api!"
Dengan cepat Be Boen Hwie geleng kepala.
"Walaupun ia mengikuti siauw-te namun menghadapi masalah
besar yang menyangkut keselamatnnya cayhe tidak berani
ambil keputusan sendiri" katanya.
"Siauw-jien dengan Yok-Ong tidak bisa dikatakan punya
ikatan sahabat" sambung Siauw Ling. "Semakin tidak bisa
dikatakan lagi kalau siauw-jien harus menolong selembar jiwa
putrimu tetapi dengan dasar hati yang welas dan iklas diri
siauw-jien sendiri aku rela menghadiahkan darah segarku
hanya tidak kuketahui berapa banyak yang dibutuhkan Yok-
Ong?" Memandang dua cawan air teh yang terletak diatas meja Tok-
Chiu-Yok-Ong menjawab, "Secawan darah segar ditambah
dengan obat mujarab yang kubuat bisa menyelamatkan jiwa
siauw-li selama satu bulan"
"Baik! siauw-jien akan hadiahkan secawan darah segar untuk
anda.... sinar matanya berputar pemuda itu memandang
sekejap ke arah Hong Coe lalu menambahkan, "Tetapi Yok-
Ong harus menyelamatkan dahulu jiwa gadis ini!"
"Soal ini tidak sulit!"
Tiba-tiba si raja obat itu melangkah maju dekati tubuh Hong
Coe, tangan kanannya bergerak berulang kali kemudian baru
berhenti. Ketika semua orang alihkan sinar matanya tampaklah diatas
dada serta pundak Hong Coe telah tertancap enam batang
jarum perak. Keenam batang jarum perak tadi menembusi enam buah jalan
darah penting yang saling bersambungan. kena rangsangan
yang datang secara tiba-tiba dari keenam buah jalan darah
tersebut darah yang semula telah berhenti tiba-tiba bergolak
kembali. golakan tersebut menghasilkan goncangan pula di
dalam jantung yang mengakibatkan jantung mulai berdetak
kembali bibirnya bergetar membuat obat pemunah dari Suma
Kan segera tertelan ke dalam perut.
Menyaksikan Hong Tju yang telah mati jadi hidup kembali
setealh keenam batang jarum perak tadi ditusukkan ke dalam
badan, Be Boen Hwie merasa terkejut bercampur keheranan
pikirnya. "Nama besar Tok Chiu Yok Ong benar2 bukan nama kosong
belaka ia memang betul2 hebat."
Sepasang mata Tok Chiu Yok Ong dengan tajam mengawasi
tubuh Hong Tju ketika melihat tangan kakinya mulai bergerak
tiba-tiba ia turun tangan mencabut jarum perak itu, kemudian
tangan kanannya bergerak menotok kesana menabuk kemari
dengan cepatnya. Gerakan tangannya amat cepat begitu cepat sampai Be Boen
Hwie tak dapat melihat jalan darah apa saja yang ditotok dan
ditabok olehnya. Terdengar Hong Coe menghembuskan napas panjang lalu
membuka sepasang matanya kembali.
Tok-Chiu-Yok-Ong segera berhenti bekerja, mundur dua
langkah ke belakang, ambil keluar dua butir pil dan diserahkan
ketangan Be Boen Hwie sambil berpesan, "Berikan pil ini
kepadanya lalu biarkan dia tidur selama empat jam setelah
keringat racun mengucur keluar kesehatannya akan sembuh
dengan cepat" "Terima kasih Yok ong"
Sepasang mata Hong Coe berputar ketika menjumpai Tok Chiu
Yok Ong ada disana buru-buru ia bangun dan jatuhkan diri
berlutut. "Terima kasih atas pertolongan Yok Ong!"
"Hmm tak usah berterima kasih kepadaku terima kasihlah
kepada orang yang menolong dirimu itu"
Seraya berkata si raja obat ini menuding ke arah Siauw Ling.
Hong Coe segera berpaling ke arah pemuda itu ia tercengang
dan keheranan namun gadis itu menjura pula dalam2 sambil
berkata, "Terima kasih atas pertolongan anda!"
Karena tidak tahu ia harus menyebut Siauw Ling dengan
sebutan apa maka ia bicara sekenanya.
"Nona tak usah banyak adat" Siauw Ling balas menjura.
"Lukamu baru saja sembuh,lebih baik masuklah ke dalam
kamar untuk atur pernapasan dan tenangkan diri.
Hong Coe berpaling ke arah Be Boen Hwie serta Suma Kan,
sikapnya gugup dan gelagapan.
"Ucapannya sedikitpun tidak salah" Tok Chiu Yok Ong
membenarkan dengan suara dingin "Kau memang seharusnya
cepat-cepat atur pernapasan kenapa masih saja berdiri
termangu2 disini" "Biar cayhe yang antar nona duduk bersemedi di dalam kamar"
Be Boen Hwie bertindak cepat mencekal tangan kanan Hong
Coe dan memayang masuk ke dalam ruangan.
Dalam hati Hong Coe masih merasa ragu tetapi Be Boen Hwie
sebagai seorang majikan ternyata membimbing dirinya masuk
ke dalam jelas perkataan tersebut tak bakal salah lagi, maka
sambil melangkah ke dalam ruang belakang ia berkata.
"Tempat ini adalah kamar istirahat Beya, budak tidak berani
menggunakannya" "Nona adalah seorang pendekar gagah, cayhe merasa sangat
kagum bersemedilah di dalam kamar ini dan tak usah
cabangkan pikiran yang bukan2, perduli kau dengar suara
apapun diluar tak usah keluar menengok, tetaplah berada disini
mengatur pernapasan."
"Budak turut perintah!"
"Nah baik2lah beristirahat"
Sehabis bicara ia tutup pintu kamar dan mengundurkan diri.
Menanti berada diluar tampaklah pada waktu itu tangan kanan
Siauw Ling mencekal sebuah cawan, ujung baju tangan kiri
sudah digulung tinggi, sementara Tok Chiu Yok Ong sedang
siap mencengkeram lengan pemuda itu.
"Tunggu sebentar!" segera serunya.
Gerakan Siauw Ling sangat cepat, mendengar suara itu ia tarik
kembali lengannya. "Bagaimana" kau menyesal tegur si raja obat bertangan keji
sambil menyapu wajah Be Boen Hwie dengan pandangan
dingin. "Semua urusan yang telah cayhe setujui tidak pernah disesali
kembali" "Lalu mengapa kau halangi aku mengeluarkan darah dari tubuh
pembantumu?" "Bagaimana kalau cayhe yang wakili Yok-Ong untuk
mengeluarkan darah dari tubuhnya?"
"Apakah kau tahu bagaimana cara mengambil darah?"
"Tentang soal ini terpaksa menanti petunjuk dari
Loocianpwee!" Agaknya Tok-Chiu-Yok-Ong ingin mengumbar hawa
amarahnya tapi ditahan kembali per-lahan-lahan ia ambil
keluar sebuah tabung tembaga yang runcing ujungnya sambil
menyerahkan benda tadi ujarnya, "Tusuk ke atas urat nadi
dilengan kirinya lalu kerahkan sedikit tenaga, darah segar
segera akan mengucur keluar"
"Harap Loocianpwee suka mundur dua langkah ke belakang"
perintah Be Boen Hwie sambil menerima tabung tembaga itu.
Kiranya Be Boen Hwie takur si orang tua ini turun tangan keji
terhadap Siauw Ling sewaktu melepaskan darah maka ia
bersikeras untuk dilakukan sendiri pekerjaan itu.
Tok-Chiu-Yok-Ong turut perintah dan mundur ke belakang
berjaga didepan pintu ia berseru, "Cepat turun tangan loohu
akan menjaga keamanan diluar ruangan!"
Be Boen Hwie tidak langsung bekerja ia periksa dulu tabung
tembaga itu setelah dirasakan benda tersebut tiada beracun
maka ia cekal lengan kiri Siauw Ling dan tusuk urat nadi
permuda itu sementara tangan kanannya mengerahkan tenaga
dalam menekan dipunggungnya, hawa murni yang menerjang
ke dalam badan membuat darah segar mengucur keluar dengan
derasnya. Tidak selang beberapa saat kemudian cawan tersebut telah
penuh dengan darah segar.
Be Boen Hwie segera lepaskan tabung lalu diangsurkan
bersama2 cawan berisi darah itu.
"Yok Ong silahkan terima benda ini"
Tok Chiu Yok Ong menerima tabung tembaga tadi
,memandang ke arah darah segar tadi ia segera mengawasi
wajah Siauw Ling seraya berkata.
"Dikemudian hari bila loohu berhasil menyelamatkan jiwamu
maka akan kupinjam seluruh darah segar yang ada di dalam
tubuhmu." "Urusan dikemudian hari lebih baik dibicarakan nanti sama."
"Hm" sampai waktunya kau suka meminjamkan itu lebih
bagus, tidak mau dipinjamkanpun kau harus pinjamkan tak
akan kubiarkan kau bertingkah." habis bicara ia putar badan
dan berlalu dengan langkah lebar.
Menanti si Raja Obat bertanga keji telah berlalu, Be Boen
Hwie baru menghela napas panjang.
"Aaaai bagaimana pesanmu?"
"Hanya secawan darah, tidak terhitung seberapa?"
Ia berpaling ke arah Suma Kan dan melanjutkan
"Agaknya perhitungan bintang Suma sianseng harus dipercayai
juga kebenarannya!" "Aaai! liku2nya persoalan ini sungguh berada diluar dugaan,
siauw-te sendiripun tak pernah menyangka"
Mendadak.... se-akan2 teringat satu masalah besar Be Boen
Hwie segera berkata dengan alis berkerut, "Secara beruntun
Kiem Hoa Hujien serta Tok Chiu Yok Ong telah tiba disini aku
rasa kejadian ini tak akan bisa mengelabuhi ketajaman mata
Shen Bok Hong Keadaan kita malam ini benar2 bahaya dan setiap saat bakal
terancam. kita harus bikin persiapan untuk menghadapi segala
kemungkinan. "Kalau begitu biarlah malam ini siauw-te pun berdiam disini
mungkin bisa membantu diri kalian dalam menghadapi segala
kemungkinan" Sinar matanya lantas dialihkan ke arah Siauw Ling dan
bertanya "Setelah Heng-thay kehilangan darah, apakah merasakan
sesuatu yang tidak beres?"
"Aaah tidak mengapa"
"Kalau begitu bagus sekali. mari kita padamkan semua lampu
sembari atur pernapasan kita tunggu kehadiran musuh"
"Tunggu sebentar,jangan padamkan dahulu lampu itu" tiba-tiba
Be Boen Hwie mencegah. "Apakah Be-heng ada usul?"
"Meskipun Shen Bok Hong berwatak keji dan bahaya tetapi
dewasa ini para jago dari seluruh kolong langit sedang
berkumpul di perkampungan Pek Hoa San Cung aku rasa ia
tidak akan turunkan derajat sendiri dengan melakukan
penyerangan secara besar2an, menurut maksud cayhe justru
kebalikan dari usul Suma-heng
"Silahkan kau menerangkan usulmu itu!"
"Menurut siauwte, dari pada kita menanti kedatangan musuh
dengan padamkan semua lampu jauh lebih baik kita pasang
obor disekeliling ruangan kita sehingga suasana jadi terang
benderang Pertama kita bisa pinjam cahaya obor tersebut
untukmengawasi pihak lawan yang hendak menyerang datang.
Kedua, kitapun bisa memancing perhatian para jago lainnya
jikalau Shen Bok Hong berani mengutus anak buahnya untuk
melancarkan serangan secara besar2an bukankah tindakannya
ini sama halnya dengan membuka rahasia sendiri dihadapan
umum?" "Sedikitpun tidak salah" seru Suma Kan sambilmengangguk,
"Seandainya mereka berani melancarkan serangan secara
besar2an, kemungkinan besar kita malah bisa mengundang
pembantu yang jauh lebih banyak."
Setelah merandek sejenak ujarnya kembali.
"Hanya saja untuk menerangi sekeliling ruangan kita, paling
sedikit kita membutuhkan enam buah obor. lagipula obor harus
dijaga jangan sampai padam ditengah malam, darimana kita
dapatkan obor2 tersebut! "Aaaai! sayang sekali beberapa orang sahabat cayhe belum tiba
semua ditempat ini" kata Siauw Ling "Kalau mereka berada
disini tentu ada akal bagus yang bermunculan."
"Kau maksudkan Tiong Chiu Siang Ku" tanya Be Boen Hwie.
"Terutama Sang Pat, ia miliki otak yang cerdas serta akal yang
banyak, pengetahuannyapun amat luas, jarang sekali ada
persoalan yang berhasil mengelabuhi dirnya.
Be BOen Hwie tersenyum. "Sejak tadi siauwte telah awasi keadaan disekeliling tempat itu,
dalam pepohonan yang lebat sana terdapat beberapa batang
obor bahkan memiliki persediaan minyak yang cukup untuk
menerangi semalam suntuk, biar aku pergi ambil enam buah"
Seraya berkata ia melangkah keluar
"Bagaimana kalau cayhe temani Cong Piauw Pacu?"
"Tidak usah, lebih baik kau banyak beristirahat!"
Dalam beberapa kali loncatan, Be Boen Hwie telah lenyap
dibalik kegelapan. Tidak selang seperminum teh kemudian tampak orang she Be
itu sudah balik sambil membawa enam buah obor, langkahnya
ter-gesa2. Suma Kan yang berdiri disisinya dapat mendengar napasnya
ter-sengkal2, agaknya baru saja orang she Be itu
melangsungkan suatu pertarungan sengit, segera ia terima obor
tersebut sambil berbisik, "Apakah kau jumpai hadangan yang
ketat?" "Walaupun tidak dihadang namun empat penjuru penuh
denganjago tangguh dalam keadaan gelisah beruntun siauw-te
melancarkan serangan mematikan dan melukai dua orang
diantaranya setelah berhasil merampas enam buah obor aku
segera balik" "Berulang kali kita musuhi orang orang perkampungan Pek
Hoa San CUng lama kelamaan Shen Bok Hong tidak akan bisa
menahan diri, kemungkinan besar ia sedang kumpulkan anak
buahnya untuk mempersiapkan suatu serangan balasan yang
dahsyat, urusan tak boleh terlambat lagi ayoh cepat kita pasang
obor2 tersebut.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil membawa obor2 tersebut Suma Kan segera melangkah
keluar dengan langkah lebar.
Agaknya sejak tadi ia sudah mengukur jarak dari ruangan
dengan pepohonan, dengan cepat keenam buah obor tadi sudah
dipasang disekeliling ruangan, dengan demikian tiga tombak
dari ruangan segera terang benderang bermandikan cahaya
sinar. Setelah menyaksikan jilatan api obor mencapai satu depa
tingginya kecuali menjumpai angin puyuh serta hujan deras tak
bakal padam, Be Boen Hwie segera padamkan lampu dikamar.
"Sialhkan kalian berdua duduk semedi dahulu" katanya sambil
tertawa.... "Biar siauw-te berjaga lebih duluan"
Suma Kan tersenyum. "Saat ini kentongan sudah berlalu, malam yang panjangpun
tinggal dua jam lagi, aku rasa kesempatan bagi Shen Bok Hong
untuk melancarkan serangan balasan hanya tinggal satu jam
belaka" Demikianlah ketiga orang itu secara bergilir melakukan
penjagaan sedikitpun tidak berani teledor.
Siapa sangka kejadian benar2 berada diluar dugaan ketiga
orang itu, hingga fajar menyingsing dan menyinari seluruh
jagad tidak pernah terjadi suatu peristiwa apapun
Menyaksikan sinar sang surya telah menerangi seluruh
permukaan, Suma Kan segera melangkah keluar dari ruangan
dan memadamkan obor2 tersebut.
- - - - - - - 35 Siauw Ling serta Be Boen Hwie menguatirkan keadaan luka
Hong Coe, mereka segera melangkah masuk ke dalam ruangan,
tampak Hong Coe tidur dengan nyenyak diatas pembaringan,
napasnya teratur dan wajahnya mulai memerah dadu sedikitpun
tidak menunjukkan kalau ia baru sembuh dari sakit.
Menyaksikan keadaan itu Be Boen Hwie menghembuskan
napas panjang ujarnya. "Aaaai agaknya racun ular yang mengeram ditubuhnya telah
punah. Tok Chiu Yok Ong benar2 memiliki kepandaian untuk
menghidupkan kembali orang yang telah mati."
"Seandainya orang ini dapat tinggalkan jalan sesat kembali
kejalan yang benar suka menolong umat manusia entah berapa
banyak orang yang berhasil diselamatkan. Sayang seribu kali
sayang wataknya angkuh tinggi hati dan tidak suka menolong
manusia. sehingga me-nyia2kan kepandaian pertabibannya
yang lihay," Sementara ber-cakap2, Suma Kan pun telah berjalan masuk
terdengar ia menyambung. "Kesempatan hidup gadis ini sudah pulih kembali. kalian
berdua tak usah menguatirkan keselamatannya lagi, saat ini
tinggal dua jam mendekati perjamuan siang nanti kita harus
menggunakan kesempatan yang baik ini untuk beristirahat
sebentar, kemungkinan besar di dalam perjamuan orang gagah
yang diadakan siang nanti bakal terjadi suatu pertarungan
sengit." "Tidak salah" Be Boen Hwie membenarkan, "Setelah Shen
Bok Hong lepaskan kesempatan untuk menyerang kemarin
malam, aku rasa disiang hari bolong macam begini tidak akan
ia utus orang untuk melancarkan serangan kepada kita."
Ketiga orang itu segera mengundurkan diri dari ruangan
menutup pintu dan duduk bersemedi diruang tengah.
Tenaga lweekang Siauw Ling amat sempurna, tidak selang satu
jam kemudian ia sudah segar kembali dan selesai bersemedi.
Ketika buka mata ia menjumpai kedua orang rekannya masih
bersemedi agaknya sedang mencapai puncak terakhir, ia tidak
ingin mengganggu mereka berdua maka badannya segera
bangun berdiri. Tiba-tiba tersengar langkah kaki manusia berkumandang
datang ia cukup waspada. Pemuda itu kembali duduk ke atas
tanah, pejam mata dan duduk tak berkutik.
Tampak Hong Coe dengan langkah yang menggiurkan lambat2
berjalan keluar dari ruangan, setibanya diruang tengah matanya
mengawasi ketiga orang itu dengan mendelong kemudian
menunduk dan termenung agaknya ia sedang
mempertimbangkan suatu masalah besar.
Menyaksikan tingkah laku gadis itu hati Siauw Ling rada
bergerak segera pikirnya, "Kemarin ia rela menempuh bahaya
karena dipaksa oleh keadaan maka dengan pertaruhkan
keselamatannya ia hantar kedua macam binatang berbisa itu ke
dalam loteng Wang Hoa Loo setelah berada dibawah
pengawasan Shen Bok Hong selama banyak tahun aku rasa
kesadarannya sudah dikuasai, meski punya niat berhianat ia tak
berani bertindak secara gegabah. Benarkah ia ada maksud
tinggalkan jalan sesat kembali kejalan yang benar masih sulit
diduga, ditinjau dari air mukanya jelas ia sedang merencanakan
sesuatu, aku harus bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan...." Karena berpikir demikian maka pemuda Siauw Ling tetap
duduk tak berkutik sementara hawa murninya telah
dipersiapkan diseluruh tubuh.
Beberapa saat lamanya Hong Coe berpikir tiba-tiba ia
menghela napas dan berjalan ke arah Suma Kan, "Aaaah,
kebiasaan lama memang sukar dirubah. kiranya manusia
macam Giok Lan dan Kiem Lan jarang sekali ditemui dikolong
langit," Ilmu jari Siauw Loo Sin Ci nya segera dipersiapkan asalkan
Hong Coe memperlihatkan suatu tindakan yang tidak beres, ia
akan melancarkan suatu serangan mematikan yang amat
dahsyat. Tetapi Hong Coe tidak berbuat apa2, ia mengitari tubuh Suma
Kan dan berjalan keluar dari ruangan.
"Hendak berbuat apakah budak ini?" kembali Siauw Ling
berpikir dengan sepasang alis berkerut.
Karena gadis itu tiada maksud mencelakai Be Boen Hwie serta
Suma Kan maka Siauw Ling pun tidak melakukan suatu
tindakan, menanti dayang itu sudah keluar dari pintu ia baru
mengempos napas meloncat bangun dan melayang ke belakang
ruangan dimana pemuda itu mengintip keluar.
Agaknya Hong Coe merasa ketakutan sekali, tingkah lakunya
amat ber-hati2 sambil berjalan kedepan tiada hentinya ia
menengok kekanan kekiri. Siauw Ling semakin keheranan ditinjau dari keadaannya jelas
gadis itu bukan berlalu karena hendak menghianati mereka tapi
semestinya ia sadar betapa bahayanya keadaan sendiri apa
gunanya menempuh bahaya dengan percuma"
Sementara ia masih termenung Hong Coe sudah masuk ke
dalam barisan bunga dan lenyap dari pandangan.
"Aduuh celaka entah dayang ini sedang merencanakan siasat
apa?" Ia segera alihkan sinar matanya kedepatn, tampak diantara
pepohonan bayangan manusia bergerak kian kemari. pakaian
mereka ber-corak2, ada yang memakai pakaian ringkas ada
pula yang memakai jubah panjang bahkan banyak diantara
mereka menggembol senjata hatinya seketika lega segera
pikirnya, "Pertemuan para enghiong yang diadakan siang ini
sudah hampir tiba para enghiong hoohan dari pelbagai tempat
mungkin sudah berkumpul semua orang2 macam ini paling
sulit diatur tidak mungkin paksakan mereka untuk ikuti
peraturan Tidak mungkin Shen Bok Hong melakukan suatu
tindakan terhadap Hong Coe dihadapan orang banyak...."
Kurang lebih seperempat jam kemudian tiba-tiba nampak Hong
Coe muncul kembali dari balik pepohonan dengan langkah tergesa2
ditangannya membawa baki kayu.
Kali ini langkahnya amat cepat boleh dikata gadis itu sudah
berada didepan pintu. Buru-buru Siauw Ling berkelebat mundur lima langkah ke
belakang. ilmu meringankan tubuhnya amat sempurna dalam
setiap gerak gerik sama sekali tidak membawa suar.
Hong Coe ter-buru-buru balik ke dalam kamar dengan hati
kuatir dikejar orang setelah masuk ke dalam ruangan ia baru
temukan Siauw Ling sedang berdiri empat depa dihadapannya.
segera ia mengangguk dan tertawa.
"Be-heng apakah kau sudah lama mendusin?" tanyanya lirih.
"Oouw baru saja ketika nona hendak meninggalkan ruangan ini
cayhe baru saja mendusin"
"Selembar jiwa Budak sebenarnya sudah mati terima kasih atas
kesediaan cuwi sekalian menolong selembar jiwaku"
"Daripada mengatakan ia ditolong oleh Tok Chiu Yok Ong
sehingga membuat hatinya tidak tenteram lebih baik peristiwa
ini jangan diceritakan" pikir Siauw Ling dalam hati.
Maka ia lantas berkata, "Nona terluka karena harus menghantar
binatang beracun tersebut seandainya kita gagal menolong
jiwamu inilah baru terhitung peristiwa besar yang patut
disesalkan" Sinar matanya per-lahan-lahan dialihkan ke atas baki tersebut
tampak diatas baki tersebut sudah tersedia empat macam sayur
serta sepiring bakpao. Hong Coe pun melirik sekejap ke atas baki kemudian ujarnya
dengan suara lirih, "Menurut apa yang budak ketahui dalam
pertemuan para enghiong yang diadakan siang nanti Shen Bok
Hong telah mempersiapkan tujuh macam siasat untuk melukai
para jago, kedudukan budak terlalu rendah aku cuma tahu salah
satu diantaranya yaitu melepaskan racun secara diam2...."
Ia berpaling memeriksa sekejap keluar ruangan kemudian
terusnya " "Shen Bok Hong punya seorang sahabat karib ia telah
mempersiapkan semacam obat beracun yang tidak berwarna
maupun berbau. katanya racun tersebut merupakan semacam
racun yang amat ganas."
Dayang itu merandek sejenak untuk tukar napas lalu
tambahnya. "Katanya meski bubuk beracun itu ditelah seseorang, sang
korban sama sekali tidak akan merasa tujuh hari kemudian
racun tersebut baru mulai menunjukkan tanda-tanda bekerjanya
secara lambat...." "Apakah bubuk beracun itu dicampurkan ke dalam arak serta
hidangan" "Bagaimana cara mereka menyebarkan bubuk beracun itu dan
bubuk beracun itu hendak disebarkan dimana budak tidak
mendengar maka tidak berani bicara sembarangan. tetapi aku
rasa tidak bakal lain dicampur dalam arak serta sayur. oleh
karena itu budak mencuri dahulu sedikit sayur agar cuwi
sekalian bersantap dahulu sampai kenyang, dengan demikian
siang nanti tak usah ikut bersanatp sehingga bisa terhindar dari
keracunan." Sementara kedua orang itu bercakap2 Be Boen Hwie serta
Suma Kan telah selesai bersemedi. pertama2 Suma Kan
meloncat bangun lebih dahulu sambil berkata.
"Nona darimana kau bisa tahu kalau makanan yang berhasil
kau curi ini tidak beracun?"
"Tentang soal ini budak tidak tahu tetapi menurut dugaanku
mereka tidak akan melepaskan racun pada saat ini."
"Pada saat ini siauwte memang merasa rada lapar!" ujar Be
BOen Hwie "Kalau dalam makanan ini memang tidak beracun,
mari kita bersantap dahulu untu menangsal perut."
Perlahan-lahan HOng Coe letakkan baki itu ke atas meja, lalu
berkata. "Setelah budak bangkit hidup kembali dari kematian perasaan
jeriku terhadap suatu kematian sudah jah sekarang, tetapi
terhadap Shen Toa Cungcu aku masih merasa amat takut
sekali." "Kiem Lan, Giok Lan pun demikian adanya...." seru Siaw
Ling tapi ia segera sadar dan cepat membungkam.
"Apa" saudara Be juga kenal dengan enci Kiem Lan serta enci
Giok Lan?" tanya Hong Coe cepat.
"Berada dalam keadaan seperti ini, kalau aku tutup mulut ia
pasti curiga, kini sudah terlanjur bicara lebih baik diteruskan
saja...." Karena berpikir demikian Siauw Ling lantas mendehem dan
menyahut, "Tidak salah, kedua orang nona itu sering berada
sama2 cayhe!" "Setelah kedua orang nona itu meninggalkan perkampungan
Pek Hoa San Cung apakah kedudukan mereka masih tetap
sebagai seorang dayang?"
"Aduuuh celaka" kembali Siauw Ling berpikir. "Kalau bicara
lagi rahasia ini akan terbongkar karena ia lihat kedudukanku
adalah seorang pelayan maka dianggapnya Giok Lan serta
Kiem Lan tentu pula sebagai seorang dayang karena sering
berkumpul dengan aku"
Agaknya Be Boen Hwie mengerti kesulitan dari Siauw Ling,
dengan cepat ia menimbrung, "Walaupun kedua orang nona itu
selalu merendahkan diri dengan menyebut diri sebagai dayang
namun kami semua anggap mereka sebagai saudara
sekandung" "Mungkinkah kedua orang nona Lan itu ikut serta menghadiri
pertemuan orang gagah yang akan dibuka ini hari?"
"Mereka tidak mungkin datang" sahut Siauw Ling cepat.
"Sayang.... sayang sekali!"
"Apa yang patut disayangkan?" Be Boen Hwie keheranan.
"Diantara rombongan dayang yang berada di dalam
perkampungan Pek Hoa San Cung nama mereka berdua paling
terkenal, ilmu silatnyapun paling lihay dalam seratus orang
saudara senasib setiap orang menaruh rasa hormat kepadanya,
kalau kedua orang nona Lan itu ikut datang maka gerak gerik
kita bakal leluasa" "Oouw tidak kusangka Kiem Lan serta Giok Lan mempunyai
kegunaan sebegitu besar?" pikir Siauw Ling
Dalam pada itu Hong Coe telah melanjutkan kembali kata2nya,
"Seandainya nona Kiem Lan serta Giok Lan berseru mengajak
kita berontak maka diantara seratus orang dayang ada separuh
bagian akan ikuti dirinya"
Walaupun Siauw Ling dan Be Boen Hwie bekerja sama
menghadapi musuh sebenarnya dalam hati kecil masingmasing
mempunyai rencana yang tersendiri.
Tetapi setelah mengalami peristiwa besar dalam perjamuan
kemarin malam masing masing pihak malah rada was was
walaupun kerangkengan belum terhapus sama sekali, namun
rencana mereka tidak berani diutarakan secara gegabah dalam
keadaan seperti ini. Sinar mata Hong Coe berputar ia menatap wajah Be Boen
Hwie tajam2. kembali tanyanya
"Kiem Lan dan Giok Lan sekarang berada di mana?"
Selama ini ia selalu mengira Siauw Ling hanya seorang
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pelayan belaka, sulit baginya untuk mengetahui persoalan ini
maka ia tidak bertanya secara langsung kepada pemuda itu.
Pertama Be Boen Hwie tertegun lebih dahulu kemudian
tertawa hambar. "Tempat persembunyian dari kedua orang nona ini sulit bagiku
untuk mengutarakan keluar. harap nona Hong suka memaafkan
diriku." Dari dalam saku ia ambil keluar sebuah sumpit terbuat dari
gading, setelah dicobakan ke atas makanan yang dibawa Hong
Coe dan membuktikan bahwa makanan tadi benar2 tidak
beracun mereka bertiga barulah mulai bersantap.
Setengah harian lewat dengan cepatnya, dalam sekejap mata
siang hari telah menjelang datang.
Saat inilah pertemuan orang gagah yang diselenggarakan Shen
Bok Hong akan dibuka. Dari atas loteng Wang Hoa Loo terdengar suara genta dipukul
bertalu2 seorang lelaki berbaju ringkas warna hijau muncul
secara tergesa2, orang itu berhentikurang lebih empat lima
langkah dari pintu, sambi lmenjura serunya
"Apakah Beya ada?"
"Ada urusan apa" tanya Be Boen Hwie sambil melangkah
keluar dari ruangan. "Hamba mendapat perintah untuk mengundang Be Toa ya, Be
Cong Piauw Pacu yang menguasahi propinsi Hoo-lam, Auwpak
Auw Lam serta Kiang-si untuk...."
"Cayhelah orangnya...."
"Dalam ruangan seratus bunga telah disediakan kursi buat Beya,
hamba mendapat perintah untuk mengundang Be-ya
menghadiri perjamuan"
"Emm sudah tahu,"
Orang berbaju itu segera menjura putar badan dan berlalu.
Sepeninggalnya orang itu Be Boen Hwie melirik sekejap ke
arah Hong Coe lantas bertanya.
"Nona hendak menghadiri perjamuan bersama kami" ataukah
tetap menanti dalam ruangan ini"
Tiba-tiba Hong Coe jatuhkan diri berlutut diatas tanah seraya
menganggukkan kepalanya ia berkata, "Mendapat kasih sayang
dari Be-ya budak merasa amat berterima kasih
"Ada perkataan silahkan diutarakan sambil berdiri" kata Be
Boen Hwie sambil balas memberi hormat. "Harap nona segera
bangun penghormatan sebesar ini tak berani cayhe terima"
Per-lahan-lahan Hong Coe bangun berdiri lalu berkata,
"Sekalipun semasa hidup budak tak bisa mengikuti disisi Be-ya
dan mendengarkan perintahmu semoga setelah mati aku bisa
selalu berada disisi Be-ya...."
"Bukankah nona berada dalam keadaan baik2" mengapa
mengucapkan kata2 macam itu?"
Hong Coe tertawa getir "Perduli budak mengikuti Be-ya menghadiri perjamuan atau
tetap berdiam disini, aku tiak akan lolos dari kematian, tetapi
sebelum budak menemui ajalnya rahasia hatiku bisa
kuutarakan meski harus mati aku akan mati dengan mata
meram" "Bagaimana akhir dari pertemuan orang gagah yang
diselenggarakan hari ini aku sendiripun tak berani memastikan
mengapa nona ucapkan kata2 semacam itu" sudahlah jangan
pikirkan yangbukan2 lebih dahulu"
"Seandainya nona benar2 ada maksud tinggalkan jalan sesat
kembali kejalan yang benar harap kau suka mengikuti kami
sekalian menghadiri pertemuan orang gagah ini" tiba-tiba
Suma Kan menimbrung dari samping. "Meski akhirnya mati
kita mati dalam keadaan yang terhormat"
"Ketika untuk pertama kali Kiem Lan serta Giok Lan hendak
melepaskan diri dari perkampuangn Pek Hoa San Cung ia
bersikap seperti nona saat ini" sambung Siauw Ling "Tetapi
bukankah sampai sekarang mereka masih tetap hidup dengan
sehat walafiat" "Aai...." Hong Coe menghela napas panjang. "Cuwi sekalian
menaruh perhatian besar buat keselamatan budak hal ini
membuat aku merasa sangat terharu sekali"
"Nona kau tak usah takut2 ikutilah kami menghadiri pertemuan
itu dengan nyali besar" kata Suma Kan penuh semangat.
Hong Coe termenung sejenak akhirnya sambil menggertak gigi
ia mengangguk. "Paling batner kita tak akan lolos dari kata mati, baiklah, akan
kupertaruhkan selembar jiwaku untuk mengikuti kalian."
Suma Kan tertawa, "Tiak bakal terjadi sesuatu, raut muka nona bukan raut muka
seorang manusia yang berumur pendek, cayhe berani menjamin
bahwa kau tidak akan menjumpai bahaya kecuali terkejut"
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang samtar
berkumandang datang. seorang lelaki berbaju hijau telah
muncul didepan pintu. dan berteriak lantang.
"Perjamuan segera dibuka harap Be Cong Piauw Pacu segera
menghadiri pertemuanini!"
Mari kita segera berangkat!" ajak Be Boen Hwie sambil
tertawa. ia segera melangkah keluar lebih dulu.
"Silahkan nona mengikuti dibelakang Be Cong Piauw Pacu,
cayhe akan melindungi dirimu dari belakang" ujarnya Suma
Kan menambahkan, Kena dibakar hatinya oleh beberapa orang itu nyali Hong Coe
jadi besar ia segera mengikuti dibelakang Be Boen Hwie
berjalan keluar disusul Suma Kan dan terakhir Siauw Ling!
Setelah melewati kebun bunga yang lebat, sampailah mereka
disebuah ruangan yang luas dan megah.
Diatas pintu masuk tergantung sebuah papan naman dengan
empat tulisan besar berwarna emas tulisan itu berbunyi
Peremuan Besar Para Enghiong,
Ruangan ini dibangun secara darurat, tingginya dua tombak
dengan luas tujuh delapan depa persegi tikar hijau menutupi
atap dengan lapisan kain putih, empat puluh delapan tonggak
besar menahan bangunan darurat tersebut dengan kokohnya.
Dalam ruangan arak dan sayur telah dihidangkan sebagian
besar undangan sudah harid ditempatnya masing-masing.
Seorang dayang berbaju hijau dengan sulaman bunga merah
didepan dadanya segera menyambut kedatangan mereka.
"Tolong tanya siapa nama anda?" ia bertanya lirih.
"Be Boen Hwie!"
"Ooouw kiranya Be Toa-ya. Be Cong Piauw Pacu yang
menguasai propinsi Hoo lam, Auw-Pak serta Kiang Si." seru
dayang berbaju hijau itu sambil tertawa. sinar matanya beralih
ke atas wajah Hong Coe tiba-tiba ia tertegun
"Aaah.... enci Hong Coe?"
"Benar aku adanya!"
"Buat apa enci datang kemari?"
"Mengikuti Be Toa-ya sama2 menghadiri pertemuan ini"
jawab Hong Coe sambi tertawa getir.
Sepasang alis gadis berbaju hijau itu berkerut wajahnya
kelihatan bimbang dan ragu, bibirnya bergerak seperti mau
mengucapkan sesuatu namun akhirnya ia membungkam. putar
badan dan membawa jalan. Sambil berjalan masuk ke dalam ruangan sinar mata Siauw
Ling berputar tajam kesekeliling tempat itu ia tidak temukan
Tiong Chiu Siang Ku serta Kiem Lan berada disana tapi
teringat bahwa kemungkinan besar mereka telah menyaru
maka iapun tidak berpikir lebih jauh.
Gadis berbaju hijau itu membawa Be Boen Hwie sekalian
menuju kemeja perjamuan nomor dua dari kiri dan berkata
lirih, "Disinilah tempat duduk Be-ya!"
"Terima kasih nona!" Be Boen Hwie berjalan kedepan dan
ambil tempat duduk. Setelah menjura gadis berbaju hijau itu segera mengundurkan
diri. Suma Kan serta Siauw Lingpun secara berpisah ambil tempat
duduk hanya Hong Coe seorang kelihatan ragu2, ia ingin ikut
duduk namun tidak berani melaksanakan niatnya.
"Nona tak usah takut, cepat ambil tempat duduk" bisik Be
Boen Hwie lirih. Hong Coe pejam mata dan segera ambil tempat duduk.
"Budak ada satu persoalan ingin mohon bantuan kalian
bertiga!" katanya kemudian.
"Urusan apa?" "Seandainya jejak budak diketahui Shen Toa Cungcu harap
cuwi sekalian jangan membiarkan ia berhasil menawan diriku
dalam keadaan hidup2. Aaai seandainya sampai terjadi hal ini
mungkin kekuatan untu bunuh diripun tak punya lagi harap
kalian bertiga suka membantu diriku"
"Bantu kau mencari mati?" Suma Kan menegaskan.
"Benar, bantu aku agar cepat-cepat mati daripada kena
ditangkap dan merasakan siksaan dari orang2 perkampungan
Pek Hoa San Cung...."
Sementara perkataannya belum selesai diutarakan dalam
ruangan terjadi kegaduhan yang segera memotong ucapan dari
Hong Coe. Ketika semua orang angkat kepala tampaklah Shen Bok Hong
dengan kenakan pakaian ala siucay bertindak masuk ke dalam
ruangan. tiada hentinya ia memberi hormat kepada hadirin.
Badannya yang bongkok sama sekali tidak mengurangi wibawa
Shen Bok Hong terhadap orang lain langkahnya tetap mantap
dan gagah. Cioe Cau Liong mengikuti dari belakang shen Bok Hong tiada
hentinya pula ia menjura ke arah para hadirin.
"Cuwi sekalian suka memberi muka kepada kami banyak2
terima kasih" serunya berulang kali.
Beruntung Kiem Hoa Hujien serta Tok Chiu Yok Ong pun
munculkan diri dari dalam ruangan rombongan tersebut
ditututp dengan munculnya seorang pemuda tampan yang
menyoren pedang dipunggungnya.
"Tentulah orang ini yang menyaru sebagai diriku...." Siauw
Ling segera berpikir dalam hatinya.
Dalam pada itu Shen Bok Hong telah ambil tempat duduk
dikursi utama disusul Kiem Hoa Hujien sekalian duduk
disisinya. Perlahan-lahan ia angkat cawan arak, lalu kepada para jago
yang hadir dalam ruangan itu ujarnya
"Cuwi sekalian sudai memberi muka kepada orang she shen,
siauwte merasa amat berterima kasih harap kalian suka
meneguk habis secawan arak ini sebagai rasa terima kasihku."
Habis berkata sekali teguk ia habiskan isi cawan tersebut.
Para jago yang hadir dalam ruangan sama2 angkat cawan
araknya masing-masing, namun yang benar2 meneguk arak
tersebut sampai habis hanya sedikit sekali. sebagian besar
cuma menempelkan cawan tadi diatas bibir pura2
menunjukkan gerakan seseorang yang lagi meneguk arak,
namun dengan cepat arak itu diletakkan kembali ke atas meja.
Haruslah diketahui sebelum Shen Bok Hong mengasingkan diri
di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, nama kejinya
sudah tersohor di seluruh kolong langit, baik orang2 dari
kalangan Hekto maupun dari kalangan Pekro, swtiap kali
mengungkap nama sibayangan berdarah Shen Bok Hong tentu
merasa pusing kepala dan mengalah tiga bagian kepadanya.
Dengan matanya yang tajam Shen Bok Hong menyapu wajah
para jago yang hadir dalam ruangan ketika menyeksikan cuma
ada tiga lima orang belaka yang benar2 meneguk habis isi
cawan tersebut ia lantas tersenyum.
"Harap kalian suka makan dan minum dengan hati lega
sebelum cuwi sekalian meneguk arak sampai mabok dan sayur
belum dihidangkan sampai bermacam lima aku Shen Bok
Hong tidak akan melepaskan racun di dalam sayur serta arak
tersebut" Maksud ucapannya setelah arak dan hidangan dipersembahkan
maka ia akan mulai melepaskan racun.
"Ooouw.... jadi maksudh Shen-heng kita cuma boleh
mencicipi sayuran serta arak wangi ini belaka dan tidak boleh
bersantap dengan se-puas2nya?" tegur seseorang dengan suara
berat. Siauw Ling berpaling, ia temukan orang yang barusan bicara
adalah seorang lelaki berjubah ungu berjenggot putih dan
berdiri sambil mencekal cawan arak dengan gagahnya.
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Hal ini harus ditinjau dulu orang itu anggap aku orang she
Shen sebagai sahabat atau sebagai musuh?"
"Sudah dua puluh tahun lamanya aku tak pernah menginjakkan
kakinya dalam dunia persilatan, kali ini aku hadir atas
undanganmu sedikit banyak aku telah memeberi muka
kepadamu...." "Terima kasih, terima kasih. Gan-heng ada petunjuk apa"
silahkan diutarakan secara terus terang."
Siauw Ling yang ikut mendengar merasa harinya rada
bergerak, segera pikirnya.
"Shen Bok Hong benar2 congkak dan tinggi hati, dalam setiap
perkataannya selalu tak mau berlaku sungkan kepada orang
lain. tetapi terhadap kakek tua berjenggot putih berjubah ungu
dan seh Gan ini ia bersikap hormat, tentu orang ini adalah
seorang jago yangluar biasa."
Terdengar kakek berjubah ungu itu berkata "Seandainya dalam
sayur dan arak sudah dicampuri dengan racun, apakah racun itu
pu bisa membedakan mana sahabat maana musuh?"
"Haaa.... haaa.... maksud Ganheng apakah ingin memaksa
siauwte untuk membeberkan siasat serta rencana yang
terkandung dalam hatiku kepada seluruh jago gagah dikolong
langit?" "Dalam bekerja Shen-heng selalu bersiap sedia terhadap segala
bencana yang kemungkinan terjadi meski kau bongkar rahasia
tersebut aku rasa belum tentu akan mencelakai semua orang."
"Haaaa.... haa.... Gan-heng benar2 kau memahami watakku?"
Orang she Shen itu merandek sejenak kemudian ujarnya
"Seandainya orang itu bersahabat dengan aku orang she Shen
maka tidak sepantasya kalau ia menaruh curiga apakah dalam
arak serta sayur itu beracun atau tidak meski ada racun
sepantasnya ia percaya atas kemampuan aku orang she Shen
untuk mengobatinya, lalu apa halanannya kalau sampai benar
keracunan?" "Kalau orang itu berpihak sebagai musuh!"
"Tidak sedikit orang kangouw yang memahami akan cara
menggunakan racun, kalau dia adalah musuh dari aku orang
she Shen, maka sepantasnya kalau ia bersiap siaga terhadap
segala kemungkinan. Lalu apakah dalam arak serta sayuran yang dihidangkan saat
ini telah dicampuri racun."
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Harap Gan-heng berlega hati, dalam arak serta sayur
dihidangkan saat ini akubelum perintahkan untuk dicampuri
dengan racun. silahkan Gan-heng meneguk dengan hati lega."
Tiba-tiba si kakek berbaju ungu itu mendongak dan meneguk
habis isi cawan tersebut kemudian duduk kembali dan
membungkam. Siauw Ling secara diam2 mengawasi situasi dalam ruangan
dapat temukan bahwa sebagian besar jago yang hadir dalam
ruangan itu pada menaruh rasa sikap hormat dan kagum kepada
kakek berjenggot putih tadi, tanpa terasa ia lantas berpikir,
"Entah siapakah si kakek berjubah ungu berjenggot putih ini"
didengar dari ucapannya mungkin keududkan orang ini hampir
seimbang dengan kedudukan Shen Bok Hong dalam kalangan
persilatan, Tiba-tiba sebuah tangan menongol datang dari balik meja
menangkap tangan kiri Siauw Ling
"Siauw-heng" tersengar orang itu menegur lirih
"Jangan takut?"
Siauw Ling berpaling, tampak olehnya sinar matanya Shen
Bok Hong tajam-tajam sedang menatap wajah Hong Coe
tajam2, dari sikap maupun perubahan air mukanya
menunjukkan suatu wibawa yang luar biasa.
Meski Hong Coe telah menghindarkan diri dari bentrokan mata
dengan Shen Bok Hong namun tangan kirinya yang mencekal
Siauw Ling gemertar keras tiada hentinya jelas ia merasa
teramat takut sekali. "Apakah disana Hong Coe" terdengar suara Shen Bok Hong
menegur dengan suara serak.
"Jangan perdulikan dirinya. tunjukkan sikap se-olah2 berlagak
pilon dan tidak tahu" bisik Siauw Ling cepat,
Siapa sangka secara tiba-tiba Hong Coe melepaskan diri dari
cekalan Siauw Ling lalu lambat2 meninggalkan tempat duduk
dan jatuhkan diri berlutut dihadapan Toa Cungcu dari
perkampungan Pek Hoa San cung itu.
"Budak benar adalah Hong Coe!" kepalanya ditundukkan
rendah2 dan tak berani diangkat kembali
"Kau sibudak ingusan mau apa datang kemari?" tegur Shen
Bok Hong sambi tertawa hambar
"Budak, budak...." untuk sesaat Hong Coe dibikin gelagapan,
setengah harian lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun, "Ayoh cepat undurkan diri dari ruangan ini kalau kau tetap
berada disini bukankah para enghiong dari seluruh kolong
langit akan mentertawakan kita dari perkampungan Pek Hoa
San Cung sama sekali tidak kenal peraturan?"
Hong Coe mengiakan, per-lahan-lahan ia bangun berdiri
melirik sekejap ke arah Be Boen Hwie dan melangkah keluar
dari ruangan. Menyaksikan hal tersebut diatas Be Boen Hwie kerutkan dahi
segera ia berpikir, "Tak kusangka nyali budak ini demikian
kecil dan tak berguna, sekalipun ingin melindungi dirinya sulit
bagiku untuk mencari alasan yang tepat...."
Tampak dayang itu berjalan dua langkah kedepan lalu berhenti,
putar badan dan kembali jatuhkan diri berlutut.
"Budak ada satu persoalan ingin dilaporkan kepada cungcu!"
katanya, "Sudah pergilah dulu!" tukas Shen Bok Hong sambil ulapkan
tangannya. "Ada laporan sampaikan saja dikemudian hari!"
"Budak telah menerima perhatian dari Be-ya dimana beliau
sudi menerima diriku harap Cungcu suka mengabulkan
permintaannya ini" Mendengar ucapan itu Shen Bok Hong segera berpaling
menatap wajah Be Boen Hwie tajam2.
"Be-heng benarkah perkataan dari budak ini?"
Merah padam selembar wajah Be Boen Hwie, lama sekali ia
tertegun dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Haruslah diketahui apabila ia mengaku persoalan ini dihadapan
para enghiong maka perbuatannya sama artinya telah mengakui
dosa2 sendiri menggaet dayang dari perkampungan Pek Hoa
San Cung untuk berhianat dengan majikannya.
Ia ada maksud menampik tetapi menyaksikan wajah Hong Coe
yang sedih dan mengenaskan itu ia jadi bungkam.
Sementara itu Shen Bok Hong telah mendongak tertawa terbahak2.
"Be Cong Piauw Pacu bukanmanusia sembarangan mana ia
sudi kesemsem dengan seorang dayang dari perkampungan Pek
Hoa San Cung kami, sudahlah kau tak usah pikirkan yang
bukan2, ayoh cepat undurkan diri dari ruangan ini"
"Tapi Toa Cungcu telah berjanji...."
"Tidak salah aku memang berkata apabila diantara orang gagah
yang kuundang kali ini ada yang tertarik dengan salah satu
diantara kalian. maka kalian boleh langsung meminangkepada
aku Shen Bok Hong bagaimana juga hal ini harus tergantung
pula apakah orang lian tertarik kepadamu atau tidak, apakah
kau suruhpun cung cu jadi mak comblang" kini Be Cong Piauw
Pacu sama sekali tidak bicara Hm" tentu kau sendirilah yang
mengarang cerita bohong ini, ayoh segera undurkan diri."
Perlahan-lahan Hong Coe bangun berdiri, sementara siap putar
badan meninggalkan tempat itu, tiba-tiba terdengar Be Boen
Hwie berseru lantang. "Nona tunggu sebentar."
Sinar mata para jago sama2 dialihkan ke arah Be bOen Hwie
agaknya semua orang ingin melihat bagaimana caranya ia
selesaikan situasi yang serba runyam ini.
Pada waktu itu selembar wajah Be Boen Hwie telah berubah
merah padam tetapi ia keraskan kepala bangun berdiri juga,
kepada Shen Bok Hong sambi menjura katanya.
"Apabila Toa Cungcu sudi menghadiahkan nona Hong kepada
cayhe, siauwte merasa sangat berterima kasih?"
Shen Bok Hong tersenyum! "Budak sadar bukan pasangan yang setimpal bagi Be-ya" buruburu
Hong Coe menukas. "Budak rela jadi gundik."
Shen Bok Hong tidak menggubris ucapannya, ia menatap
wajah Be Boen Hwie dan bertanya.
"Seandainya Be-heng mencintai dayang ini seharusnya sejak
semula kau sampaikan niatmu ini kepada aku orang she Shen."
Ia mendongak dan tertawa terbahak2.
"Haaa.... haaa.... apabila ia sudah jadi nyonya Be Cong Piauw
Pacu aku Shen Bok Hong pun tidak boleh memandang dirinya
sebagai seorang dayang lagi."
Sindiran serta ejekan ini benar2 tajam, bagaikan sebilah pisau
belati menusuk ke dalam hati Be Boen Hwie, lelaki ini
bungkam dalam seibu bahasa, namun ia cukup sabar meski
dihina tetap tenang. Suasana dalam ruangan berubah jadi sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun, seakan2 pikiran para jago sedang
dicurahkan untuk mempertimbangkan peristiwa ini!
Selembar wajah Be Boen Hwie telah berubah merah padam,
sinar matanya menyapu sekejap keseluruh hadirin lalu berpikir,
"Aku Be Boen Hwie adalah seorang enghiong yang dihormati
segala lapisan golongan dalam dunia persilatan mana boleh
pinang seorang dayang dari perkampungan Pek Hoa San Cung
sebagai istri. Seandainya peristiwa ini sampai tersiar ke dalam
dunia kangouw bukankah aku akan diolok2 dan ditertawakan
orang banyak...." Kembali ia akan menampik tapi wajah Hong Coe yang murung
dan mengenaskan membuat hatinya tidak tega untuk berbuat
demikian. Terdengar Shen Bok Hong melanjutkan kata2nya, "Be-heng
adalah seorang jago ternama dalam dunia persilatan,
perkataannya berat bagaikan bukit Thay-san aku percaya ia
tidak akan membohongi seorang dayangku. Hmm! tentu
dayang ini sendirilah yang bicara sembarangan dan ada maksud
menghina nama baik Be-heng, jiwanya tak boleh diampuni
lagi." Ujung baju kanannya dikebaskan keluar segulung tenaga
pukulan yang amat dahsyat segera meluncur keluar.
"Aku Be Boen Hwie adalah seorang enghiong hoohan, seorang
lelaki sejati tidak sepantasnya sebagai seorang lelaki sejati
hanya berpeluk tangan belaka menyaksikan seorang nona cilik
terancam mara bahaya" pikir orang she Be itu kembali.
Segera ia membentak keras, "Tunggu sebentar!" telapaknya
didorong iapun melancarkan sebuah pukulan untuk menghalau
datangnya ancaman tersebut.
Tenaga dalam Shen Bok Hong telah mencapai puncak
kesempurnaan mau menyerang atau menarik kembali
tenaganya telah berjalan sesuai dengan kemauan hatinya.
Mendengar bentakan itu pergelangan kanannya segera ditarik
ke belakang menarik balik tenaga serangannya mentah2.
"Be-heng ada petunjuk apa?" tanyanya sambil tertawa.
"Mewakili nona Hong, cayhe mohonkan ampun dari Shen Toa
Cungcu!" "Be-heng apakah kau tidak merasa agak keterlaluan
mencampuri urusanku?" tegur Shen Bok Hong sambil tertawa
hambar. "Budak itu adalah dayang dari perkampungan Pek
Hoa San Cung kami, hendak kuhukum dengan cara apapun
bukan urusanmu. Be-heng tak usah banyak bertanya...."
Pedang Keadilan 20 Rajawali Emas 10 Mata Malaikat Bayi Satu Suro 1
Karena itu sewaktu ia mendengar suara Suma Kan
membicarakan tentang ilmu meramal dan berhasil menghitung
mara bahaya tersebut dari kepandaian tersebut tak tertahan ia
menyambung. "Cayhe pernah mendengar keterangan tentang ilmu meramal,
yan gkuketahui perduli ilmu meramal macam apapun rasanya
sulit untuk menerangkan kejadian yang bakal berlangsung
dengan seksama, Suma-heng bisa andalkan ilmu meramalnya
untu kmengetahui rencana Shen Bok Hong dalam pelepasan
racun keji, hal ini membuat siauw-te merasa sangat kagum
sekali" Suma Kan kelihatan tertegun. kemudian serunya berulang kali.
"Pendapat yang tinggi, pendapat yang tinggi, agaknya lain kali
kaupun bisa jadi seorang tokoh ilmu meramal yang lihay"
"Tentang soal ini sih siauw-te tak bisa" Siauw Ling
menggeleng. suma Kan tersenyum. "Heng-thay pasti bukan orang bawahan entah dapatkah kau
memberitahukan namamu yang sebenarnya?"
"Suma-heng jantan dan mengutamakan keadilan, berhati
pendekar dan berpikiran bijaksana tidak seharusnya siauw-te
mengelabuhi dirimu namun soal nama harap kau suka
memaafkan, untuk sementara waktu tak bisa kuutarakan"
Kembali Suma Kan tertawa.
"Bukan saja ilmu silat Heng-thay amat lihay, pengetahuan
yang kau milikipun mungkin tidak berada dibawah siauw-te.
Tidak salah! perduli ilmu meramal bagaimanapun juga hanya
bisa menghitung bencana atau rejekinya suatu peristiwa
sedangkan mengenai perubahan dari bencana serta rejeki
tersebut harus dihitung dengan andalkan kecerdasan sang
peramal serta pengalaman dan pengetahuan yang luas"
Ia berpaling sekejap ketengah kalangan menjumpai tak ada
perubahan degnan ilmu menyampaikan suara kembali ia
menyambung, "Siauwte berhasil melihat terjadinya perubahan ditengah mara
bahaya, dalam hatiku segera sadar dalam perjamuan yang
diadakan shen Bok Hong malam ini, ia pasti akan
memperlihatkan suatu siasat licik yang berada diluar dugaan
demi menjaga keselamatan siauwte sendiri dan demi
membuktikan kebenaran ramalanku, maka aku berusaha
dengan sekuta tenaga untuk menyelidiki rencana Shen Bok
Hong ini. terus terang saja kukatakan demi menyelidiki
peristiwa ini aku telah menggunakan suatu tindakan yang aneh
dan belum pernah dilakukan orang sampai saat ini...."
- - - - - - - 34 Bicara sampai disitu dalam tengah kalangan telah terjadi
perubahan, seketika ia membungkam dalam seribu bahasa.
Ketika semua orang menengok ketengah kalangan tampaklah
ditengah kegelapan yang mencekam lapangan perjamuan tibatiba
muncul beberapa titik cahaya tajam yang bergerak kesana
kemari bagaikan kunang2. "Hati2!" bisik Suma Kan lirih. "Inilah cara pelepasan racun
keji dengan disertai tenaga lweekang dahsyat, orang yang
melepaskan racun tersebut tentu seorang manusia lihay"
Beberapa titik cahaya tajam itu berkedip beberapa waktu, tibatiba
benda tersebut lenyap tak berbekas.
Pada saat ini, Be Boen Hwie .... anggap Suma Kan sebagai
seorang .... memiliki ilmu silat amat hebat. melihat .... tadi ia
lantas bertanya. "Mengapa cahaya racun yang dilepaskan .... tiba-tiba lenyap
tak berbekas?" "Mungkin orang .... menemui .... jago yang ada .... dari radius
yang .... tadi karena itu ia menarik .... dengan persiapan untuk
.... lain...." Belum selesai ia berbicara tiba-tiba cahaya tajam yang lenyap
tadi kini muncul kembali. bahkan berjumlah lebih besar. tidak
berada dibawah ratusan buah titik.
Air muka Suma Kan berubah hebat, ia cekal tangan kiri Siauw
Ling erat2 dan berseru dengan wajah penuh rasa terkejut.
"Sungguh lihay orang yang melepaskan racun itu. mungkin
para jago yang hadir dalam pertemuan malam ini sedikit sekali
yang dapat lolos dari bencana.
Dari pegangan tangannya Siauw Ling merasa kelima jari
tangannya gemetar telapak jadi .... tarik kesimpulan orang ....
merasa ketakutan .... sangat menakutkan?"
ia .... .... diundang dalam .... sebagian besar telah .... barisan bunga,
kalau Suma .... menemukan begitu lihaynya racun-racun keji
itu mengapa kau tidak memberitahukan kepada rekan2 Bu-lim
yang bersemunyi dalam barisan bunga untuk melarikan diri"
kata Be Boen Hwie. "Sekarang?" "Tentu saja sekarang!"
"Cara melepaskan racun keji yang .... saat ini merupakan jenis
yang terlihay diantara tiga belas cara pelepasan racun dari
daerah Biauw, bilamana saat ini mereka bergerak maka racun
keji tadi akan menguntit mereka kemana saja pergi, malah jauh
lebih baik kalau biarkan mereka bersembunyi disana"
Melihat bagaimana ngerinya Suma Kan .... Be Boen Hwie
merasa .... .... Suma Kan tidak takut langit, tidak .... tetapi tehadap racunracun
keji ulat emas .... takut sungguh membuat orang ....
percaya...." Tampak puluhan titik-titik cahaya tajam .... tiada hentinya
sekeliling meja .... kurang lebih seperminum .... kedua kalinya
titik-titik cahaya .... berbekas.
Barulah Suma Kan bisa menghembuskan napas panjang,
setelah cahaya tadi lenyap, serunya cepat-cepat,
"Sekarang kalian boleh memberitahukan kepada mereka untuk
melarikan diri?" Selama ini pembicaraan antara ketiga orang itu dilakukan
dengan ilmu menyampaikan suara walaupun disekeliling
mereka bersembunyi jago-jago Bulim namun mereka tak dapat
turut mendengar apa yang sedang dibicarakan.
Sewaktu Be Boen Hwie bermaksud memberi tahukan kepada
para jago untuk melarikan diri, tiba-tiba cahaya api berkelebat
dari atas loteng Wang Hoa Loo lambat2 muncul seorang
wanita berbaju merah yang berambut panjang dan membawa
sebuah lentera terbuat dari emas.
Lentera emas itu tingginya beberapa depa memancarkan
cahaya ke-biru2an setinggi dua coen, ditengah hembusan angin
malam yang bergoyang tiada hentinya.
Langkah kakinya sangat lambat, air muka perempuan itu
menunjukkan keseriusan yang menegang.
"Ay.... benar, orang inilah yang melepaskan racun keji
tersebut" bisik Siauw Ling lirih.
"Siapakah perempuan ini?" tanya Suma Kan
"Kiem Hoa Hujien dari daerah Biauw!"
"Sudah lama kudengar nama besar orang ini sebagai tokoh
nomor wahid daerah Biauw!" kata Be Boen Hwie dengan alis
berkerut. Sepasang mata Suma Kan terbelalak bulat2. dengan wajah
tegang ia mengawasi Kiem Hoa Hujien tak berkedip.
Tampak Kiem Hoa Hujien dengan membawa lampu emas itu
selangkah demi selangkah berjalan mendaki barisan bunga itu.
Seluruh tubuh Suma Kan mulai gemetar keras, tiba-tiba
bisiknya lirih kepada Be Boen Hwie serta Siauw Ling.
"Aduuh celaka, ia sudah temukan kalau disini ada orang, ia
berjalan menghampiri kita"
"Kalau begitu cepat kita melarikan diri!" sahut Be Boen Hwie.
"Aaai.... sudah terlambat"
"Apakah kita akan menanti kekonyolan dengan berpeluk
tangan?" seru Be Tjong Piauw Pacu ini dengan tertegun.
"Aai menurut perhitungan ramalanku, seharusnya kita tidak
menjumpai mara bahaya ini tak disangka perhitungan
ramalanku kali ini kehilangan daya manjurnya"
Sementara mereka masih ber-cakap2, Kiem Hoa Hujien sudah
berada dua, tiga tombak di hadapan mereka dan berhenti.
Tampak Kiem Hoa Hujien melototkan sepasang matanya
bulat2, sambil memandang cahaya biru yang berkedip dalam
lampu emas itu wajahnya memancarkan hawa napsu
membunuh. Per-lahan-lahan ia mengalihkan lampu emas itu ketangan
kanan, kemudian jari tangan kirinya dimasukkan ke dalam
mulut. "Aduh celaka," kembali Suma Kan berseru. "Ia akan
menggunakan cara melepaskan racun Hiat Kuang Yu Ku untuk
menghadapi kita, malam ini tak bakal seorangpun yang bisa
lolos dari bencana ini."
Tampak jari tangan yang telah dimasukkan ke dalam mulut
Kiem Hoa Hujien itu mendadak dikeluarkan kembali kemudian
lambat putar badan. Ia datang bagaikan sukma gentayangan pergi laksana
hembusan angin dalam beberapa kelebatan saja ia sudah lenyap
tak berbekas. "Ah sungguh aneh, sungguh aneh?" kembali Suma Kan berseru
sambil menyeka keringat, "Apanya yang aneh?"
"Ia hendak menggunakan ilmu Hiat Kuang Yu Ku tapi entah
apa sebabnya tiba-tiba berubah niat"
"Mungkin ia tahu ilmu tersebut tak bisa melukai kita, maka ia
lantas mengundurkan diri.
"Bukan begitu, bukan begitu, dibalik kesemuanya ini pasti
terjadi sesuatu," orang se Suma ini lantas berpaling. tampak
Siauw Ling berdiri dibelakang mereka tersenyum.
Setelah memandang pemuda itu beberapa saat, Suma Kan baru
bergumam. "Kembali Heng-thay menunjukkan kesaktianmu!"
Selamanya ia selalu tahu, namun sekarang pikirannya betul2
kebingungan seperti berada di-awang2, dengan wajah kosong
ia memandang Siauw Ling dangan pandangan melompong.
"Walaupun ia sudah mengundurkan diri, namun entah racun
kejinya tetap ditinggalkan disini atau tidak?" Siauw Ling
bertanya. "Tidak mungkin, menurut apa yang cayhe ketahui, racun-racun
keji ulat emas yang dipelihara Kiem Hoa Hujien sudah
mencapai taraf terkendali, selamanya bergerak menurut
kemauan hatinya, setelah ia mengundurkan diri, racun-racun
ulat emas itupun tak akan tertinggal disini"
Terhadap pengetahuannya yang luas, timbul rasa kagum dalam
hati Siauw Ling. "Kalau begitu rencana keji yang disusun Shen Bok Hong
kembali menjumpai kegagalan toal?" tanyanya.
Suma Kan tidak menjawab mendadak dari sakunya ia ambil
keluar mata uang untuk meramal kemudian ujarnya.
"Mari kita hitung kembali apa yang bakal terjadi!"
Be Boen Hwie maupun Siauw Ling sudah pernah kenal dengan
ramalannya dan terbukti manjur sekali, karena itu tak
seorangpun yang mencegah perbuatannya.
Tampak Suma Kan memasukkan tiga biji mata uang ke dalam
sebuah kotak kemudian dikocok beberapa kali, sementara mau
disebarkan ketas tanah tiba-tiba terasa cahaya api berkelebat.
seluruh lampu lentera serta obor yang semula padam kini
terang benderang kembali.
Dari atas loteng Wang Hoa Loo segera berkumandang datang
suara seseorang yang berat dan serak.
"Cu-wi sekalian sudah terkena racun keji ulat emas dan tak
mungkin bisa memusuhi aku orang she Shen lagi dewasa ini
waktu sudah tidak pagi lagi, silahkan kalian semua beristirahat
dikamar masih2, baik2lah berpikir semalaman, masih mau
memusuhi aku orang she Shen ataukah bersahabat?"
Suma Kan segera menyimpan kotak serta mata uangnya, lalu
diam2 menyalurkan hawa murninya setelah itu berseru lirih.
"Sungguh aneh sekali."
"Apanya yang aneh?"
"Kita semua sehat walafiat, mengapa Shen Bok Hong
mengatakan kita sudah keracunan semua!"
"Menurut apa yang cayhe ketahui" sela Be Boen Hwie
"Seseorang setelah terkena racun keji maka reaksinya tidak
segera terasai" Dalam pada itu puluhan orang dayang cantik dengan membawa
lampu lentera berjalan masuk ke dalam kalangan sambil
mengangkat lampu lenteranya tinggi mereka berseru.
"Budak sekalian mendapat perintah untuk menghantar kalian
semua pulang kekamar untuk beristirahat perjamuan malam ini
sudah bubar dan Tjuwi masih menjadi tamu perkampungan
Seratus bunga kami, Ditengah bentakan, sebagian besar para jago yang bersembunyi
dalam barisan bunga telah berjalan keluar,
"Apakah kitapun akan keluar?" tanya Siauw Ling lirih.
"Kita tak mungkin bermalam semalam dalam kebun bunga
semacam ini, tentu saja harus keluar" jawab Suma Kan tegas,
"Be-ya....!" pada saat itulah Hong Tju dengan mengangkat
lampu lenteranya tinggi2 berlari mendatang.
"Nona Hong sungguh tajam sepasang matamu"
"Aku akan membawa Be-ya kembali kekamar"
"Nah merepotkan nona!"
Dayang2 cantik dari perkampungan Seratus Bunga ini betul2
lihay, tampak mereka mencari majikannya masing-masing dan
tak seorangpun yang salah, semuanya berhasil temukan
sasarannya. Demikianlah Be Boen Hwie mengikuti dibelakang Hong-tju
kembali kepesanggrahan bambu hijau.
Setelah membawa kedua orang itu kembali ke dalam kamar.
Hong Tjoe menurunkan lampu lenteranya dan bertanya sambil
tertawa. "Apakah Be-ya mau bersantap sedikit?"
"Entah dalam makananpun dibubuhi dengan racun keji atau
tidak?" goda Be Boen Hwie sambil tertawa.
"Harap Be-ya berlega hati, budak akan bersantap lebih dahulu
sebelum Be-ya mulai mendahar!"
"Baik, kalau begitu harus merepotkan nona untuk
mempersiapkan santapan buat kami!"
Agaknya setiap dayang yang ada dalam perkampungan seratus
bunga sudah mendapat didikan yang ketat, mereka
menonjolkan keayuan serta kegenitannya disertai peraturan
yang ketat hanya saja terhadap menang kalah yang dialami
perkampungan mereka sama sekali tidak menggubris,
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
senyuman ramah selalu menghiasi bibirnya.
Memandang bayangan Hong Tjoe telah berlalu Be Boen Hwie
baru berbisik lirih kepada diri Siauw Ling.
"Apakah Siauw-heng menemukan sedikit tanda-tanda yang
mencurigakan?" "Persoalan apa?"
"Agaknya setiap dayang yang ada dalam perkampungan
Seratus Bunga ini menaruh rasa permusuhan terhadap diri Shen
Bok Hong" "Tidak salah" Siauw Ling mengangguk. "Cay he pun punya
perasaan yang sama, namun mereka mendapat didikan serta
pengawasan yang ketat, lagi pula dibawah tekanan Shen Bok
Hong, hal ini menimbulkan rasa takut yang tak terhingga dalam
hati setiap orang...."
Mendadak ia membungkam dan pasang telinga dengan
seksama. Pikiran Be Boen Hwie sedikit bergerak.
"Ada orang datang?" tanyanya lirih.
Baru saja ia selesai bicara dari luar ruangan berkumandang
datang suara langkah manusia disusul munculnya Suma Kan
disana. Be Boen Hwie segera bangun berdiri seraya menjura.
"Suma-heng!" sapanya.
Suma Kan balas memberi hormat kemudian sepasang matanya
berputar tajam disekeliling ruangan.
"Apakah Suma-heng berhasil menemukan sesuatu?" tanya Be
Boen Hwie cepat. "Dimanakah dayang yang melayani kalian berdua?"
"Ia pergi mempersiapkan barang santapan"
Suma Kan kelihatan tertegun kemudian berkata.
"Makanan mereka jangan disantap, jangan disantap, dayang2
ini hanya diluarnya saja melayani kita, padahal sedang
mengawasi setiap gerak gerik kalian berdua, kita tak boleh
mendahar santapannya"
"Sore tadi bukan Suma-heng bersantap kenyang dalam
perjamuan tersebut?"
"Lain tadi lain sekarang, waktu itu Shen Bok Hong masih
belum tahu keadaan asal usul aku orang she Suma. karena
belum saling kenal tentu saja tidak terikat oleh segala dendam
atau sakit hati. dengan sendirinya ia tidak ada maksud untuk
mencelakai diriku namun sekarang ia sudah mendendam
kepadaku setiap saat kemudian besar akan mencabut jiwaku."
Walaupun perkataan Suma-heng tidak salah namun kita masih
harus tinggal dalam perkampungan Seratus bunga ini selama
beberapa hari lagi" apakah selama ini kita tak akan bersantap?"
"Jadi Be-heng tidak mempersiapkan bekal?"
"Bekal ransum sih ada. namun barang2 itu tak dibawa setiap
waktu disaku. kalau mereka bisa melepaskan racun dalam
makanan kita, apakah tidak mungkin mereka melepaskan racun
pula dalam rangsum yang kita bawa?"
"Ehmm perkataanmu memang sangat cengli."
"Sepasang gading ini. sumpit perak adalah hadiah seorang
sahabat dari Thian Lam, ia minta aku selal menggembolnya
dalam saku, perduli dalam arak atau sayur dimasuki racun asal
dicoba segera akan tahu ada racunnya atau tidak, silahkan
Suma-heng membawa sebatang."
Suma Kan tidak sungkan2 ia segera menerima pemberian itu
dan dimasukkan ke dalam saku.
"Kedatangan siauwte kemari adalah dikarenakan untuk
menanyakan satu persoalan."
Walaupun ia berbicara kepada Be Boen Hwie namun sepasang
matanya selalu mengawasi Siauw Ling tak berkedip.
"Urusan apa?" tanya Siauw Ling.
"Siauwte tidak mengerti secara bagaimana Heng-thay bisa
mencegah Kiem Hoa Hujien membatalkan niatnya untuk
melepaskan racun keji?"
Terus terang kuberitahukan kepada Suma-heng" ujar Siauw
Ling sambil tersenyum. "Siauw-te sudah kenal sejak semula,
dengan Kiem Hoa Hujien, karena melihat dia hendak
mencelakai para jago dengan melepaskan racun keji ulat emas,
maka dengan ilmu menyampaikan suara aku nasehati dirinya
jangan bertindak kejam...."
"Hanya berdasarkan sepatah kata saja Kiem Hoa Hujien benar2
membatalkan niatnya untuk melepaskan racun?"
"Hal ini disebabkan ia memberi muka kepada siauw-te."
"Kalau begitu hubungan Heng-thay dengan Kiem Hoa Hujien
bukan sembarangan." Berkenalan belum lama, hanya berkat ia suka memandang
diatas mukaku belaka."
"Oouw kiranya begitu" Suma Kan mengangguk "Tidak aneh
kalau siauwte tak berhasil memahami seorang diri.
"Ditinjau dari keadaan ini. maka malam nanti tak usah kita
risaukan lagi!" "Apa yang sebetulnya kau risaukan?" Siauw Ling agak
bingung. "Siauwte masih kuatir karena kegagalan Kiem Hoa Hujien
dalam melepaskan racun, mala nanti ia akan ulangi kembali
maksudnya. tetapi setelah aku tahu bahwa Heng-thay kenal
dengan dirinya maka situasi jadi jauh berbeda"
"Tentang soal ini. sulit untuk dibicarakan, cayhepun tidak brani
tanggung musti begitu"
"Suma-heng, bagaimana kau bisa tahu kalau mereka hendak
melepaskan racun?" tiba-tiba Be Boen Hwie menyela.
"Siauw-te pandai dalam hal ilmu menyaru setelah kutemukan
adanya mara bahaya dalam ramalanku maka dengan hati tidak
tenteram...." "Oouw, jadi Suma heng dengan menyaru menempuh bahaya
keloteng Wang Hoa Loh dan mencari tahu rahasia in i?"
Suma Kan tersenyum, ujarnya.
"Shen Bok Hong adalah seorang manusia cerdik, penjagaan
diatas loteng Wang Hoa Loo pun amat ketat, sekalipun siauwte
pandai ilmu menyaru belum tentu bisa menyelonong masuk
ke dalam markas besar perkampungan Seratus Bunga ini
dengan mudah" "Waah.... aku jadi bingung bagaimana caranya kau bisa
mencari tahu rahasia besar ini?"
"Aku menyaru sebagai Tjioe Jie Cungcu, dengan kata2 kosong
aku berhasil memperoleh rahasia besar ini, kalau dibicarakan
memang kedengaran amat gampang namun dalam pelaksanaan
sulitnya luar biasa hanya persoalan amat kecil tak perlu sampai
diherankan" "Ooouw.... kiranya begitu...." seru Be Boen Hwie setelah
termenung sejenak. Ia merandek lalu terusnya.
"Besok siang adalah saat dibukanya pertemuan enghiong
dalam Perkampungan Seratus Bunga, rencana keji Shen bok
Hong dalam melepaskan racun menemui kegagalan total, aku
rasa ia tak akan berpeluk tangan sampai disitu saja, menurut
dugaanku malam nanti ia pasti akan melakukan suatu rencana
keji lagi" "Tentang soal ini siauw-tepun mempunyai perasaan yang sama.
namun yang paling siauwte risaukan adalah pelepasan racun
oleh Kiem hoa Hujien. Kecuali cara ini, sekalipun Shen Bok
Hong memiliki cara lain dlam melepaskan racunpun rasanya
lebih mudah dihadapi"
"Setelah terjadinya perubahan hebat dalam perjamuan malam
tadi, para jago sudah menaruh kewaspadaan yang tinggi, hanya
sayang masing-masing pihak tak dapat saling berhubungan
kekuatan kita jadi tersebar. Seandainya Shen Bok Hong
mengirim jago-jagonya untuk menyerbu dalam waktu
berbareng maka kita akan menemui kesulitan dalam
menghadapi situasi" "Lalu, apakah Be-heng berhasil mendapatkan satu akal bagus?"
"Kedatangan Suma heng tepat sakali, seandainya kau tidak
datang siauw-te pun akan pergi menjumpai dirimu. Kecerdikan
Suma-heng luar biasa, aku rasa kau pasti telah mendapatkan
cara bagus untuk menanggulangi persoalan ini"
Sambil pejamkan mata suma Kan termenung sejenak,
kemudian jawabnya. "Cayhe sih memang benar telah memperoleh satu cara. hanya
saja kita sulit untuk bergerak, sekali kita bergerak seluruh
perkampungan Seratus Bunga pasti gempar"
"Tentang soal ini Suma-heng pun tak perlu risaukan lagi,
mungkin saja gerak gerik kita semua sudah berada dibawah
pengawasan Shen Bok Hong...."
Mendadak terdengar suara langkah manusia bergema datang,
Hong Tju dengan membawa baki kayu berjalan masuk
kedalam. Diatas baki terletak empat piring sayur, dua buah kue besar
serta sepoci arak hangat.
Sambil meletakkan baki itu ke atas meja ujar Hong Tju.
"Be-ya, apakah perlu budak mencicipi sayuran ini satu
persatu?" "Tentu saja harus merepotkan nona untuk berbuat demikian"
Hong Tju tersenyum. ia mencicipi dahulu keempat macam
sayur tersebut. kemudian meneguk secawan arak, setelah itu
sambil tertawa tanyanya. "Beya. sekarang kau berlega hati bukan?"
"Ehmm....! bagus sekali" Be Boen Hwie mengangguk,
"Tempat ini tak usah dilayani nona lagi. kaupun seharusnya
pergi beristirahat."
Hong Tju berpaling sekejap ke arah Suma Kan kemudian
lambat2 berjalan keluar dari ruangan.
Menanti dayang itu sudah berlalu Be Boen Hwie baru angkat
cawan araknya dan berkata dengan suara lirih.
"Suma-heng, coba kau periksa apakah dalam arak ada racunnya
atau tidak?" "Tentang soal ini siauwte tidak berhasil melihatnya.
Perlahan-lahan Be boen Hwie letakkan kembali cawan itu ke
atas meja. kemudian dari dalam saku ambil keluar sumpit
gading tadi dimasukkan ke dalam arak.
Ketika gading tadi tercelup ke dalam arak, warnyanya dengan
cepat berubah. dalam sekejap mata gading yang berwarna
kekuning2an itu telah berubah jadi hijau tua.
Be Boen Hwie segera tertawa dingin.
"Lidah budak ini sungguh manis keji lihay sekali, sungguh
lihay sekali" serunya
Melihat arak itu beracun, dengan cepat Suma Kan mengambil
poci tadi dan diperiksanya dengan seksama dari atas sampai
bawah. Mungkin di dalam posi kecil ini tersembunyi alat rahasia"
katanya. Tangannya berputar dan meraba seluruh poci tadi namun gagal
menjumpai hal yang aneh terpaksa ia letakkan kembali poci
tersebut ke atas meja. "Sungguh aneh sekali, sungguh aneh sekali" Kembali Be Boen
Hwie berseru "Terang2an dalam arak itu berisi racun namun
mengapa budak itu sudah berpengaruh sekali" apakah
sebelumnya ia sudah menelan dahulu obat pemunahnya?"
"Kemungkinan besar bisa terjadi."
"Mari kita cari dayang itu dan kita korek keterangan dari
mulutnya. Suma Kan pejamkan matanya berpikir sebentar kemudian
ujarnya. "Be-heng kalau kita bisa memaksa dayang itu untuk menolong
kita biarlah malam ini ia melakukan suatu pembalasan."
"Bagaimanakah cara pembalasan tersebut?"
"Siauw-tepun akan melakukan suatu permainan untuk
mengacau pendengaran Shen Bok Hong"
Be Boen Hwie sudah tahu kalau ia memiliki ilmu silat lihay,
namun berhubung orang itu tak mau terangkan lebih jelas maka
iapun tidak banyak bertanya.
Pada saat ini walaupun kedudukan Siauw Ling masih
merupakan pelayan dari Be Boen Hwie namun rasa hormat
Suma Kan terhadap dirinya boleh dikata melebihi rasa
hormatnya terhadap Be Boen Hwie, di dalam persoalannya
bukan saja Siauw Ling memiliki ilmu silat yang maha dahsyat
bahkan kecerdikannya tiada tandingan. Mungkin dialah
satu2nya pemimpin yang paling sesuai dalam menentang
kekuasaan Perkampungan Seratus Bunga.
Pada saat itulah Siauw Ling lansung bangun berdiri sambil
berseru. "Biarlah cayhe pergi mencari dayang tersebut!"
"Tentang soal ini tak berani merepotkan Heng-thay" buru-buru
Suma Kan ikut bangun berdiri.
Siauw Ling tersenyum, dengan langkah lebar ia berjalan keluar
dari ruangan. Tidak selang beberapa saat kemudian ia sudah masuk kembali
ber-sama2 Hong Tju pelayan cantik itu.
"Nona apakah kau baik2 saja?" tanya Be Boen Hwie sambil
memandang cawan arak di atas meja.
"Budak baik sekali!"
"Hmm, budak ini tetap berlagak pilon" pikir Be Boen Hwie
"Kalau tidak kubongkar kedoknya mungkin ia tak mau
mengaku...." Segera ujarnya, "Dalam arak itu terdapat racun, setelah nona meneguk arak
beracun apakah tidak merasa adanya tanda-tanda keracunan,"
"Budak persiapkan sendiri arak dan sayur didapur. mana
mungkin bisa ada racunnya."
"Kemungkinan sekali dalam sayur dan arak itu sudah terdapat
racun keji dan nona tak tahu keadaan sebenarnya."
Hong Tju termenung sebentar, setelah itu ujarnya,
"Beya bisa berkata demikian tentu berdasarkan butki yang
nyata, namun budak benar benar tidak merasa adanya tandatanda
keracunan." "Seumpama nona menelan obat pemunah terlebih dahulu, tentu
saja kendati dalam arak terdapat racun nonapun takkan
terpengaruh" jengek Suma Kan.
Hong Tju tertawa hambar. "Kalau begitu kendati budak banyak bicara pun tak berguna,
sebab tak akan bisa membersihkan diri dari segala tuduhan"
"Baik!" tiba-tiba Suma Kan bangun berdiri. "Akan cayhe
cobakan buat diri nona!"
Tangan kanannya bergerak mencengkeram pergelangan kanan
Hong Tju. Agaknya Hong Tju ingin berkelit tetapi segera ia berubah
pikiran, ia berdiri tak berkutik dan biarkan Suma Kan
mencengkeram urat nadi diatas pergelanannya.
Setelah mencengkeram pergelangan gadis itu Suma Kan
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
salurkan hawa murninya kelima jari tangannya merapat
kemudian sambil tertawa serunya.
"Selamanya orang2 perkampungan Seratus Bunga hanya tahu
menggunakan akal licik, siasat keji untuk menjebak orang,
seumpama cayhe ajak nona bicarakan tentang kebajikan serta
kewelas asihanpun hanya sia2 belaka"
Tangan kirinya bergerak menotok jalan darah "Thian-tu-hiat"
ditubuh Hong Tju. Urat nadi Hong Tju tercekal, separuh badannya kaku.
walaupun melihat serangan jari Suma Kan mengancam datang
namun ia tak mampu berkelit.
Setelah Suma Kan menotok jalan darah Thian-tu-hiat pada
tubuh Hong Tju, tangan kirinya berputar menotok pula Hong
Hu hiat dibatok kepala gadis tersebut, setelah itu ia baru
melepaskan cekalannya pada urat nadi pergelangan dayang itu.
"Nona tahukah kau jalan darah apa yang kutotok?" ia bertanya!
"Thian tu serta Hong Hu semuanya merupakan jalan darah
mematikan ditubuh seseorang" jawab Hong Tju dingin,
"Tentang soal ini nona boleh berlega hati, cayhe turun tangan
sangat ringan. tidak akan kucelakai jiwa nona,"
Siauw Ling yang ada disana walaupun merasakan tindakan
Suma Kan tidak jantan dan memalukan, namun teringat akan
kekejian Shen Bok Hong serta meninjau situasi yang
membahayakan dewasa ini ia tak bisa menyalahkan Suma Kan
terpaksa harus menggunakan racun untuk melawan racun.
"Kau sudah menotok dua badan jalan darahku, bahkan caramu
menotok tidak ringan pun tidak berat aku pikir tindakanmu ini
pasti bermaksud hendak memaksa aku berbuat sesuatu untuk
kalian bukan!" "Nona benar2 pintar. tahukah nona jalan darah Thian tu serta
Hong-hu termasuk urat yang mana?"
"Tidak tahu." "Kalau tidak tahu tanyalah padaku...." Suma Kan tersenyum.
kemudian terusnya. "Jalan darah Thian-tu-hiat termasuk urat Jien meh sedang jalan
darah Hong Hu hiat termasuk urat Tok meh di dalam satu jam
kemudian kedua jalan darah itu akan kumat dan nona bakal
merasakan seluruh badannya lemas susah berkutik.
Air muka Hong Tju berubah bibirnya bergerak seperti mau
mengutarakan sesuatu namun akhirnya maksud tadi dibatalkan.
Jelas hatinya merasa sangat terperanjat, namun ia tetap
bersabar menahan diri tidak mau banyak bertanya.
Suma Kan tertawa hambar katanya.
"Seandainya nona mau menyanggupi untuk membantu cayhe
akan segera bebaskan totokan jalan darah dikedua belah tempat
itu" "Membantu apa?"
"Gampang sekali asalkan nona kirim beberapa macam barang
kecil kebawah loteng Wang Hoa Loo."
"Tidak bisa!" Hong Tju gelengkan kepala, "Sekeliling lima
tombak dari loteng Wang Hoa Loo merupakan daerah
terlarang, kecuali mendapat perintah atau panggilan khusus
dari Toa Cungcu walaupun anggota perkampungan sendiripun
tak dapat mendekati tempat itu.
"Cayhe pikir tentu nona punya cara bukan?"
"Aku lebih rela badanku lemas daripada menempuh bahaya
maut seperti ini." Suma Kan berpaling memandang sekejap ke arah Be Boen
Hwie, kemudian katanya, "Peraturan dalam perkampungan
Seratus Bunga memang amat ketat."
Ia merandek sejenak. "Seandainya nona suka bekerja sama dengan cayhe, maka
cayhe akan gunakan segenap tenaga serta kemampuan yang
kumiliki untuk menolong nona tinggalkan perkampungan
Seratus Bunga ini." "Cungcu kami bersikap amat baik dan banyak melepaskan budi
kepadaku...." Tiba-tiba ia memperendah suaranya
menyambung. "Bahkan kalian pun akan sukar melepaskan diri dari
perkampungan Seratus Bunga mana bisa menolong diriku?"
"Sejak kecil nona dibesarkan di dalam perkampungan seratus
bunga" kata Suma Kan sambil tertawa. "Dibawah kekuasaan
mutlak Shen Bok Hong kalian sudah merupakan kambing2
sembelihan yang setiap saat dapat dikorbankan. Haruslah kau
ketahui dunia tidak selebar daun kelor diatas langit masih ada
langit. asalkan cayhe ambil contoh satu persoalan maka nona
tidak sulit untuk memahaminya"
"Persoalan apakah itu?" tanya Hong Tju dengan sepasang mata
berkedip. "Coba kau bayangkan betapa rahasia dan cermatnya rencana
yang diatur Shen Bok Hong dalam perjamuan malam tadi tapi
akhirnya ada beberapa orang diantara jago yang berhasil ia
lukai" racun keji ulat emas adalah racun paling dahsyat tapi
siapakah diantara kita semua yang keracunan" harap nona suka
berpikir tiga kali lebih dahulu terhadap ucapan cayhe sebelum
jatuhkan keputusan!"
Hong Tju termenung beberapa saat, kemudian baru berkata.
"Apakah kau memiliki obat racun yang punya daya kerja amat
cepat?" sekali ditelan seseorang lantas bisa mati?"
"Apa perlunya nona menginginkan racun berdaya kerja cepat
itu?" "Seandainya aku sanggupi permintaan kalian untuk menyelinap
keloteng Wang Hoa Loo maka delapan, sembilan puluh persen
jejakku bakal konangan, waktu itu aku bisa menelan obat racun
tadi dan mati, daripada kalau kena ditawan nantinya bakal
menjalani siksaan hebat ditangan Toa Cungcu kami"
"Baik!" Suma Kan tersenyum dari sakunya ia ambil keluar
sebuah botol porselen kemudian mengeluarkan sebutir pil
warna hijau, katanya. "Pil ini asalkan ditelan maka dalam sekejap mata seseorang
akan menemui ajalnya, kalau tidak terpaksa jangan ditelan"
Setelah menerima pil tadi Hong Tju bertanya.
"Kau minta aku menghantar barang apa?"
"Beberapa macam permainan kecil, kau boleh sembunyikan
dimanapun, tapi nona harus ber-hati2, jangan sampai ketahuan
orang lain" Sembari berbicara dari sakunya ia ambil keluar sebuah tabung
berbentuk panjang serta sebuah kotak warna hitam dan
diserahkan kepada nona itu, tambahnya
"Asalkan nona mencabut penutup tabung ini kemudian
lepaskan kesekitar loteng Wang Hoa Loo sudahlah cukup"
"Bagaimana dengan kotak hitam ini" apakah perlu dibuka
penutupnya?" "Tidak salah!" Hong Tju memeriksa dahulu keadaan cuaca, kemudian
mengangguk. "Baik! aku akan pergi mencobanya "
"Nona kau jangan lupa, jalan darah Thian-tu-hiat serta Hong-
Hu-hiat mu masih tertotok, dalam satu jam kemudian akan
mulai kambuh, setelah melepaskan tbung besi serta kotak tadi
cepatlah balik kemari, cayhepun akan segera membebaskan
jalan darah nona yang tertotok itu "
"Aku bukan seorang manusia yang takut mati kau jangan kira
aku mau berbuat demikian karena terpaksa menuruti
kemauanmu " jawab Hong Tju dingin.
"Baik, kalu begitu cayhe akan menanti kabar berita dari nona "
Hong Tju tertawa getir. "Seandainya di dalam satu jam kemudian aku masih belum
kembali itu berarti aku sudah mati dibawah loteng Wang Hoa
Loo" katanya. "Nona bukan seorang manusia berumur pendek silahkan
berangkat dengan hati lega"
Hong Tju telah berjalan beberapa langkah kedepan mendadak
ia balik kembali seraya bertanya, "Apakah isi dari tabung
panjang serta kotak hitam ini" dapatkah kau memberitahukan
kepadaku?" "Suatu permainan kecil yang tidak menarik hati, bahkan benda
itu jarang dijumpai dalam daerah Tionggoan, sekalipun cayhe
beritahukan kepada nonapun, nona tak bakal tahu...."
Setelah merandek sejenak terusnya, "Saat ini merupakan waktu
yang paling bagus. Nah cepat-cepatlah pergi nona! cayhe
sekalian tidak akan menanti keberhasilanmu dengan berdiam
diri, kami akan berbuat sedikit jasa untuk nona"
"Berbuat jasa untukku?"
"Kami sekalian akan menyambut kedatangan nona asalkan
nona bisa lolos dari barisan bunga itu, sekalipun ada tentara
yang mengejarpun tak usah jeri"
Hong Tju tertawa hambar, lambat2 ia keluar dari ruangan.
Menanti Hong Tju sidayang itu sudah lenyap dari pandangan,
tak tertahan Siauw ing berbisik lirih.
"Suma-heng menurut penglihatanmu apakah ia bisa bekerja
menurut rencana?" Aku lihat ia pasti akan melaksanakan rencana kita ini."
"Bagaimana kau bisa tahu" tanya Be Boen Hwie.
"Menurut penglihatan cayhe Hong Tju bukanlah seorang
manusia berusia pendek, oleh sebab itu aku duga malam ini dia
tak akan menjumpai persoalan.
Kiranya begitu" Siauw Ling merandek sejenak, lalu
tambahnya. Setelah kita menyanggupi untuk menyambut kedatangannya
maka kita jangan sampai mengingkari janji.
"Hal ini tentu saja, diantara kita bertiga dua orang pergi
menyambut kedatangannya dan seorang tetap berjaga dirumah.
Maaf kalau siauwte banyak bicara ujar Be Boen Hwie sambil
tersenyum "Dapatkah Suma-heng menerangkan sebenarnya
apa isi dari tabung besi serta kotak hitam itu"
"Benda itu merupakan dua makhluk aneh yang berhasil siauwte
dapatkan dipulau San-to belajar silat tempo dulu Shen Bok
Hong berhati keji dan tidak mengenal peri kemanusiaan,
terhadap kamipun ia melepaskan racun keji maka dengan
taruhan kehilangan dua macam makhluk aneh akan kubiarkan
dia terkurung dan merasakan hatinya tidak tenang.
"Suma-heng sudah berbicara setengah harian lamanya belum
juga terangkan apa isi dari kotak tersebut."
"Dalam kotak itu berisi beberapa ekor kelabang bersayap yang
jarang dijumpai dalam dunia persilatan sedangkan tabung besi
ersebut berisi seekor ulat kecil yang amat berbisa. seandainya
aku terangkan jelas2 mungkin dayang itu tak berani pergi
menghantarnya. "Cuma seekor ulat kecil serta beberapa ekor kelaang mana bisa
mengacau loteng Wang Hoa Loo?" tanya Siauw Ling tertegun.
"Kedua ekor mahluk itu tidak akan akur seandaiinya
dilepaskan berbareng kalau tidak terjadi pertarungan sengit
maka ke-dua2nya akan melarikan diri. Walaupun ular kecil itu
panjangnya cuma beberapa coen tetapi gerak geriknya gesit
dan cepat. racunnya luar biasa, seandainya tergigit kalau bukan
menelan obat pemunah yang khusus kubuat, sulit untuk
selamat. sedangkan beberapa ekor kelabang bersayap tadi,
walaupun terbangnya tidak begitu jauh tetapi gerakan
merekapun cepat dan sebat, sewaktu terbang membawa suara
dengungan yang nyaring sekalipun tak dapat menimbulkan
kesalah pahaman antara Shen Bok Hong dengan Kiem Hoa
Hujien, paling sedikit Shen Bok Hong akan salah menduga
Kiem Hoa Hujien sedang melepaskan racun dari atas loteng
Wang Hoa Loo" "Tidak salah, siauwte pernah dengar orang berkata bahwa
bentuk racun keji dari daerah Biauw ini berbentuk seperti ulat
kecil" "Apa yang kubentangkan hanya merupakan dugaan siauw-te
belaka, manjur atau tidak saat ini masih sulit untuk diduga...."
ujar Suma Kan sambil tertawa.
Setelah merandek sejenak tambahnya, "Mari, sudah seharusnya
kita pergi menyambut kedatangan dayang tersebut"
"Shen Bok Hong adalah seorang manusia cerdik, aku pikir
dibalik barisan bunga tentu sudah diatur jebakan2"
"Bukan jebakan belaka bahkan seluruh perkampungan Seratus
Bunga ini merupakan sebuah barisan Ngo Heng Ting yang
hidup. halaman serta pepohongan tersebut tanpa kau sadari
merupakan sebuah barisan kecil, dari barisan yang
bersambungan itulah tercipta sbuah barisan besar Shen Bok
Hong memang seorang manusia aneh. Cuma saja kendati
bagaimanakah perubahan barisan ini tidak akan berhasil
mengurung diri siauw-te"
"Menurut apa yang cayhe ketahui" Siauw Ling pun angkat
bicara. "Disakitar barisan bunga itu dijaga ketat oleh jago-jago
perkampungn seratus bunga, lagi pula para jago sudah
berkumpul disini aku pikir penjagaannya pasti lebih ketat"
"Asal kita tangkap dua orang peronda kemudian memakai
bajunya bukankah gerak gerik kita bakal lebih leluasa?" jawab
Suma Kan sambil tertawa. Mendengar jawaban itu Siauw Ling lantas berpikir, "Perduli
tindakan ini akan menempuh bahaya atau tidak setelah
menyanggupi dayang tersebut kita tak boleh ingkar janji...."
Karena berpikir demikian ia berpaling sekejap ke arah Be Boen
Hwie dan berkata, "Tjong Piauw Pacu pergilah ber-sama2
Suma heng! cayhe akan tetap tinggal dirumah saja"
Waktu itu Be Boen Hwie sudah mengagumi Siauw Ling, ia
lantas tersenyum. "Aku lihat lebih baik kau saja pergi!" serunya,
Suma Kan pun tahu Siauw Ling memiliki ilmu silat yang
sangat lihay, perduli pemuda itu mau atau tidak, ia segera
menyambung. "Kalau begitu harus merepotkan Tjong Piauw Pacu harus jaga
rumah" "Kalian berdua harus hati2 kalau bisa hindarilah bentrokan
secara langsung jangan sampai bikin kehebohan."
"Terima kasih atas perhatianmu" Suma Kan tersenyum, ia
lantas bertindak keluar dari ruangan.
"Harap Heng-thay suka mengikuti dibelakang siauwte" bisik
Suma Kan lirih sekeluarnya dari pesanggrahan dengan langkah
lebar ia langsung menerobos ke dalam barisan bunga itu.
Siauw Ling mengikuti kencang dibelakangnya tampak Suma
Kan yang membawa jalan sebentar berputar kekiri sebentar lagi
kekanan gerkannya sangat cepat seakan2 sudah sangat hapal
dengan daerah sekitar tempat itu.
Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di tepi loteng
Wang Hoa Loo. Kedua orang itu menerobosi beberapa kali hutan buatan,
namun selama ini tidak menjumpai adanya orang yang
menghadang jalan pergi mereka.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tampak dari atas loteng Wang Hoa Loo yang menjulang tinggi
keangkasa masih terpecik cahaya lampu, jelas orang yang ada
disana masih belum beristirahat.
Suma Kan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian bisiknya lirih. "Seandainya dugaan cayhe tidak salah, seharusnya dayang itu
akan balik kembali dengan mengambil arah kemari."
Sebelum ia selesai berbicara, mendadak tampak sesosok
bayangan muncul dari balik loteng Wang Hoa Loo dan
meluncur ke dalam hutan dimana kedua orang itu sedang
menyembunyikan diri. "Entah orang itu adalah dayang tersebut tau bukan?"
"Aku rasa ia tidak akan mejumpai bencana."
Tampak orang itu bergerak sangat lambat, langkahnya tenang
dan air matanya tidak menunjukkan rasa kaget atau gugup.
Cahaya lampu diatas loteng Wang Hoa Loo tiba-tiba padam
kecuali tinggal cahaya lampu yang memancar keluar dari
tingkat paling atas. Siauw Ling tahu tempat itu adalah tempat tinggal Shen Bok
Hong, ditengah malam seperti ini belum beristirahat ia tentu
sedang merundingkan siasat berikutnya untuk membalas
kegagalan serta kekalahannya malam tadi.
Memandang loteng yang tinggi menulang ke angkasa ditengah
malam buta, pemuda she Siauw ini teringat kembali akan orang
tuanya yang terkurung, rasa sedih segera menyerang benaknya.
Sementara itu Suma Kan telah mengerahkan tenaga
lweekangnya bersiap sedia, ia memperhatikan terus bayangan
manusia yang makin mendekati tempat persembunyian mereka
itu. Setelah terjadinya pertarungan dalam perjamuan tadi baik
Siauw Ling maupun Suma Kan sudah merasa orang2 dalam
perkampungan seratus bunga kendati seorang dayangpun
memiliki ilmu silat yang hebat, mereka tak berani bertindak
gegabah. Tampak bayangan manusia itu makin lama semakin dekat dan
akhirnya sudah hampir mendekati tempat persembunyian
mereka berdua. Suma Kan memandang tajam kedepan sedikitpun tidak salah
orang itu adalah Hong Tju, ia segera menjawil ujung baju
Siauw Ling dan berkata dengan menggunakan ilmu
menyampaikan suara. "Sedikitpun tidak salah dayang itu pulang dengan aman
tenteram" Siauw Ling tersadar kembali dari kesedihan yang mencekam
hatinya. iapun memandang sekejap ke arah orang itu. tiba-tiba
rasa curiga menyelimuti hatinya ia berpikir, "Dibawah loteng
Wang Hoa Lo tersembunyi suatu penjagaan yang maha ketat
sedangkan dayang itu tidak lebih cuma seorang dayang secara
bagaimana bisa masuk keluar tanpa diketahui oleh mereka...."
Tampak Hong Tju lambat2 berjalan masuk ke dalam barisan
bunga kemudian langsung menuju kepesanggrahan bambu
hijau. "Air muka dayang ini rada aneh" bisik Suma Kan lirih, "Mari
kita ikuti dirinya" Sementara itu lampu lentera yang masih terang benderang
diloteng paling atas tiba-tiba padam seluruh perkampungan
seratus bunga terlelap ditengah kegelapan.
Kedua orang itu membuntuti Hong Tju langsung kembali
kepesanggrahan bambu hijau.
Tampak Hong Tju mendorong pintu dan langsung masuk
kedalam. Tiba-tiba Suma Kan mengempos napas bagaikan kilat ia ikuti
Hong Tju masuk ke dalam ruangan.
Waktu itu Be Boen Hwie sedang menanti di tengah ruangan.
melihat Hong Tju mendorong pintu berjalan masuk ke dalam
ruangan ia segera bangun berdiri, tetapi belum sempat ia buka
suara, Suma Kan laksana kilat telah menerobos masuk ke
dalam ruangan sembari berseru cemas.
"Be-heng hati2 air muka itu sedikit kurang beres"
Be Boen Hwie bukan manusia sembarangan, sekalipun suma
Kan tidak berserupun ia cukup waspada. hawa murninya sudah
disalurkan mengelilingi seluruh badan.
Tampak air muka Hong Tju berubah hijau membesi, setelah
tiba disebuah kursi mendadak ia duduk sepasang matanya
memancarkan rasa sakit yang bukan alang kepalang. setelah
tertawa ia berseru. "Budak...." Agaknya ia berusaha keras untuk bicara namun baru
mengutarakan dua patah kata ia sudah tak tahan dan
menghembuskan napas penghabisan dengan bersandar diatas
kursi. Tangan kanan Be Boen Hwie bergerak cepat mencengkeram
bahu Hong tju, serunya cemas.
"Nona hong...."
Suma Kan pun segera mengayunkan tangan kanannya kedepan
segulung angin pukulan menghadang tindakan be Boen Hwie
tersebut. "Jangan gegabah" serunya memberi peringatan.
Se-akan2 sadar dari lamunan, dengan cepat Be Boen hwie
mundur dua langkah ke belakang dan memandang myat Hong
Tju yang bersandar dia atas kursi dengan mata emndelong.
Badan Hong Tju mulai mendingin dan kaku jelas ia sudah
menemui ajalnya. "Aaaa.... akulah yang sudah mencelakai dirinya gumam Suma
Kan sambil goyangkan kepalanya berulang kali.
Siauw Ling pun menghembuskan napas panjang.
"Aaaaai.... seharusnya sejak semula cayhe harus menasehati
kalian jangan bertindak gegabah seperti ini."
Mendadak ia membungkam dan pasang telinga tajam2.
Suma Kan kerutkan alisnya rapat2 bisiknya lirih.
"Kalau pihak lawan sudah bertindak begini keji kitapun tak
usah berwelas asih lagi habiskan mereka secara kejam pula."
Baru saja ia selesai bicara, mendadak didepan pintu ruangan
telah berdiri seorang perempuan yang sangat cantik memakai
baju putih dengan sebuah sulaman bunga emas didepan
dadanya Suma Kan sudah ayun tangan kanannya siap
membabat, namun segera dihadang oleh Siauw Ling.
Air muka perempuan cantik itu amat keren dan serius,
sepasang matanya melotot bulat2 sedang memancarkan cahaya
tajam yang menggidikkan, ia menyapu sekejap wajah ketiga
orang itu kemudian serunya.
"Laporkan nama2 kalian?"
Sementara itu suma Kan serta Be Boen Hwie dapat melihat
orang ini bukan lain adalah Kiem Hoa Hujien yang melepaskan
racun keji ulat emas tersebut. tanpa terasa timbul kewaspadaan
dalam hatinya. Suma Kan berpaling melirik sekejap ke arah jenasah Hong Tju.
kemudian mendehem dan menegur.
Apakah anda yang disebut Kiem Hoa Hujien.
"Tidak salah!" jawan Kiem Hoa Hujien dingin, "Siapakah
anda" "Peramal sakti dari lautan Timur Suma Kan"
"Belum pernah mendengar nama ini...." sinar matanya segera
beralih ke atas wajah Be Boen Hwie serunya,
"Siapa namau?" "Be Boen Hwie?" jawab orang tua sehe Be dengan alis
berkerut. "Oooouw Cong Piauw Pacu dari propinsi Hoo lam, Auw pak
Auw-lam serta Kiang si!"
Hanya nama kosong belaka harap Hujien jangan
mentertawakan." Perlahan-lahan Kiem Hoa Hujien alihkan sinar matanya ke atas
wajah Siauw Ling. setelah dipandangnya beberapa saat ia
bertanya. "Siapa namamu!"
"Be Seng...." Air muka Kiem Hoa Hujien yang serius dan keren tiba-tiba
terlintas usatu senyuman manis serunya
"Eeeeei saudaraku yang baik, seharusnya kau bicara dengan
pencet hidungmu walaupun suaramu kurang bagus namun
masih dapat mengelabui mata orang lain. kalau tidak
perhatikan lebih seksama sulit untuk temukan kejanggalan
yang ada. namun suaramu sedikitpun tidak berubah."
Sembari bicara, ia tertawa dan menyincing gaun bertindak
masuk ke dalam ruangan. "Bagaimana kau bisa tahu kalau aku berada disini?" tanya
Siauw Ling. Sinar mata iem Hoa Hujien berputar ia melirik sekejap jenasah
Hong Tju kemudian jawabnya.
"Budak inilah yang membawa jalan buatku!"
"Berdasarkan apa kau bisa mengatakan hal ini ada sangkut
pautnya dengan diriku?"
Orang lain tidak akan bernyali begitu besar berani mengirim
seorang dayang yang dididik dan dipelihara sejak kecil dala
mperkampungan Seratus Bunga untuk mengacau diloteng
Wang Hoa Loo Walaupun Suma Kan mengerti kedudukan Siauw Ling tidak
rendah, namun ia masih belum tahu siapakah namanya, segera
ia menyambung. "Dayang ini akulah yang mengirim dia pergi. persoalan
tersebut tiada sangkut pautnya dengan Heng-thay ini."
Kiem Hoa Hujien berdiam diri, mendadak tangan kanannya
merogoh keluar seekor ular kecil berwarna merah dan
dilemparkan kedepan. "Hanya ular kecil ini saja?" serunya.
Tangan kirinya pun mengambil keluar sebuah kotak hitam in
imasih terdapat beberapa ekor kelabang. aku lihat lebih baik
kau tarik kembali semuanya ini!"
Pergelangan diayun, ia sudah melemparkan ular beracun serta
kotak itu ke arah Suma Kan.
Sang peramal sakti dari lautan Timur ini hanya berani
menyambut kotak tersebut, sedang ular beracun tidak berani
diterima dengan tangan. Be Boen Hwie takut ular beracun itu melukai orang, kipasnya
segera berkelebat kedepan menghantam binatang kecil tersebut.
"Tidak usah takut. ular berbisa itu sudah mati" seru Kiem Hoa
Hujien dengan suara dingin.
Gerakan Be Boen Hwie dalam menayunkan kipasnya sangat
cepat bagaikan sambaran kilat, barusan saja ucapan Kiem Hoa
Hujien meluncur keluar kipas Be Boen Hwie sudah bersarang
di atas tubuh ular tadi dengan telak, darahnya segera muncrat
keempat penuru sehingga ular tadi terbabat putus jadi dua.
Mungkin Suma Kan malu atas kemampuan binatang2
berbisanya yang kalah jauh dari Kiem Hoa Hujien. setelah
menerima kotak tadi ia membungkam dalam seribu bahasa.
Siauw Ling melirik sekejap ke arah Kiem Hoa Hujien,
kemudian ujarnya. "Kau bisa datang kemari, aku pikir orang lain pun
kemungkinan sekali bisa datang kemari pula?"
"Jangan kuatir" jawab Kiem Hoa Hujien sambil tertawa.
"Diluar ruangan aku sudah menyebar sarang laba2 beracun,
seandainya ada orang yang menguntil aku kemari, ini berarti
mencari kematian buat diri sendiri"
Siauw ing melirik sekejap ke arah jenasah Hong Tju lalu
tanyanya lagi, "Kau berhasil mendapatkan ular beracun serta
kelabangnya aku rasa ia pasti menemui ajalnya pula
ditanganmu?" "Bukan, ia tidak mati ditanganku" Kiem Hoa Hujien gelengkan
kepalanya berulang kali. "Aku cuma merampas binatang
beracunnya sedang yang melukai dia bukan aku!"
"Lalu siapakah yang membinasakan dirinya?" tanya Be Boen
Hwie. Kiem Hoa Hujien menuding ke arah Suma Kan kemudian
jawabnya, "Seharusnya dia terhitung pembunuh pertama"
"Aku...." seru Suma Kan tertegun.
"Tidak salah kaulah pembunuh pertama. Kau serahkan ular
beracun itu kepadanya namun tidak memberitahukan
bagaimana caranya melepaskan ular tersebut, sehingga ia
terpagut oleh ular itu sendiri dan keracunan bukankah ia mati
ditanganmu" "Kalau begitu cayhe terhitung pembunuh nona ini?"
"Kalau bukan penjaga loteng memerseni sebuah hantaman
kepadanya iapun sudah berhasil melepaskan ular berbisa itu
dan tidak sampai terpagut oleh ular sendiri maka dari itu
penjaga loteng Wang Hoa Loo adalah pembunuh kedua"
"Ada pembunuh pertama, ada pembunuh kedua seharusnya ada
pembunuh yang ketiga bukan" sambung Suma Kan.
"Tidak salah!" Kiem Hoa Hujien membenarkan "Kalau
pembunuhnya cuma dua orang ia tidak akan mati dengan
begini tenteram" "Hujien perkataanmu mengandung maksud yang dalam,
dapatkah kau memberi penjelasan lebih jauh?" Be Boen Hwie
memohon. "Persoalan ini sederhana sekali, ilmu silat yang dimiliki dayang
ini tidak lemah sayang kurang cerdas seandainya ia tidak
melancarkan serangan balasan mungkin masih bisa selamatkan
jiwanya, siapa sangka dalam keadaan cemas ia telah balik
mengirim sebuah pukulan, hal ini membuktikan kalau ia ada
maksud berkhianat sementara itu ular berbisa ditangannya
sudah terlepas separuh, tiba-tiba binatang itu membalik dan
memagut pergelangannya satu kali"
"Jadi ia mati keracunan?" sela Siauw Ling.
Kiem Hoa Hujien tersenyum.
"Setelah tangannya terpagut ular sikap budak ini tiba-tiba
berubah tenang dan mantap ia sadar jiwanya tak tertolong lagi
maka setelah kuambil ular beracun serta kelabang beracun dari
tangannya ia lantas putar badan meninggalkan loteng Wang
Hoa Loo. Pada saat itulah penjaga loteng hendak melancarkan
serangan bokongan ke arahnya tetapi berhasil kucegah semua"
Sewaktu berbicara dengan Be Boen Hwie serta suma Kan sikap
perempuan ini dingin dan hambar sebaliknya terhadap Siauw
Ling ia tunjukkan wajah yang cerah, ramah dan penuh senyum
manis. "Suma-heng!" dalam pada itu Be Boen Hwie telah berkata.
"Nona Hong mati karena keracunan apakah Suma-heng
memiliki obat pemunah racun tersebut?"
"Aku lihat ia bukan lantaran terpagut ular belaka" sahut Suma
Kan seraya geleng kepala.
"Tidak salah!" Kiem Hoa Hujien membenarkan. "Setelah
keluar dari loteng penengok bunga kembali ia terhantam oleh
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jago silat yang diluar loteng. Luka dalam ditambah dengan
racun ular yang bekerja berbareng membuat ajalnya makin
cepat, meski ada obat mujarab belum tentu bisa
menyelamatkan jiwanya"
"Setelah kau menghalangi niat jahat penjaga loteng kenapa kau
tak mau membantu untu kedua kalinya dan selamatkan jiwa
gadis itu?" Siauw Ling bertanya.
"Orang itu bersembunyi dibalik kegelapan diluar loteng, tibatiba
ia loncat keluar sambil menyerang dalam keadaan tidak
siap sulit bagiku untuk menolong"
"Setelah ia terluka ditambah pula hawa murninya tak bisa
disalurkan berhubung daya kerja racun ular itu maka ia tak
berani jalan terlalu cepat selangkah demi selangkah budak
tersebut berjalan kembali keruang bambu hijau...."
Bersambung ke jilid 20 JILID 20 Ia merandek sejenak lalu terusnya, "Kalian anggap diri sendiri
amat cerdik, kau anggap setelah dalam kebun tak ada yang
menghalangi kalian lantas tingkah lakumu tidak diketahui"
bicara terus terang semua gerak gerikmu diawasi orang secara
diam2, semua perbuatan kalian dengan cepat telah sampai
diatas loteng Wang Hoa Loo"
"Jadi kedatangan Hujien ketempat inipun tak akan lolos dari
pengawasan mereka?" tanya Suma Kan.
"Dalam perjamuan yang diadakan malam tadi agaknya Shen
Bok Hong mendapat pahit getir yang susah diutarakan keluar,
sekembalinya diatas loteng Wang Hoa Loo ia termenung terus
sepatah katapun tidak bicara, mungkin pada saat ini ia masih
belum thau keadaan sejelasnya. Orang ini ganas dan licik,
sebelum memahami duduknya perkara tidak nanti melakukan
tindakan secara smbarangan kedatanganku kesini tentu saja
tidak akan lolos dari pengawasan orang2 Perkampungan
seratus unga meski demikian mereka tidak akan bsia
membuntuti diriku dan mengawasi semua gerak gerikku"
"Sekalipun ia belum tahu duduk perkara sebenarnya, tetapi
kedatangan Hujien ketempat ini pasti akan menimbulkan
perhatian khususnya terhadap dirimu" sela Be Boen Hwie.
"Maka dari itu janganlah kalian bertindak secara gegabah...."
Tiba-tiba perempuan itu tutup mulut, wajahnya berubah hebat
hardiknya dingin, "Siapa?"
Dengusan berat berkumandang datang dari tempat luaran tetapi
dengan cepat suasana pulih kembali dalam keheningan.
"Hm! akan kusuruh dia rasakan penderitaan yang paling hebat"
jengek Kiem Hoa Hujien sambil tertawa dingin.
Mendadak se-olah2 teringat satu masalah penting terusnya,
"Membicarakan dari watak Shen Bok Hong malam ini ia pasti
sedang mencari akal untuk menghadapi kalian. aku tidak
leluasa berdiam terlalu lama disini apalagi membantu kalian"
Diatas wajahnya yang ayu terlintas segumpil senyuman pedih
tambahnya, "Harap kalian bertiga baik2 menjaga diri."
Mendadak ia putar badan dan berlalu,
Bibir Siauw Ling bergetar ingin mengucapkan sesuatu, namun
niatnya segera dibatalkan,
Gerakan tubuh Kiem Hoa Hujien amat cepat. dalam sekejap
mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Seperginya perempuan suku Biauw itu, Siauw Ling berpaling
memandang jenasah Hong Tju yang berbaring dilantai tiba-tiba
ia menghela napas panjang katanya.
"Aku lihat perhitungan mengenai nasib tak boleh dipercaya
seratus persen." "Oooouw maksud ucapan Heng thay barusan seakan2 sedang
menegur diri siauwte" Suma Kan segera menyela.
"Suma-heng mengatakan raut muka nona Hong bukan raut
muka seorang yangberumur pendek teapi bagaimana
kenyataannya"! ia mati karena terpagut ular beracun."
Sepasang alis Suma Kan langsung berkerut,
"Ditinjau dari raut mukanya dia memang tidak bernasib jelek
apalagi berumur pendek?" cobanya membela diri.
"Kita menggunakan nyawa seorang nona kecil untuk
menempuh bahaya tindakan ini bukan merupakan suatu
tindakan seorang enghiong Ho-han!" kata Be Boen Hwie ikut
memberikan pendapatnya. "Jadi menurut pendapat Be-heng?"
"Maksud siauwte setiap perbuatan dari umat manusia ikuti saja
takdir, kalau benar dalam saku Suma-heng membawa obat
pemunah dari racun ular tersebut berikan dulu dua butir kepada
sang nona agar racun ular yang mengeram dalam tubuhnya bisa
punah kemudian kita baru berusaha menyembuhkan luka
dalamua. Seumpama kita tetap berpeluk tangan dan biarkan
nona ini menemui ajalnya begitu saja, siapa yang bisa tenteram
melihatnya" Suma Kan melirik sekejap ke arah Hong coe kemudian
mengangguk. "Baiklah!" Dari dalam saku ia ambil keluar sebuah botol porselen dan
ambil keluar tiga butir pil berwarna merah ia menelan sebutir
lalu serahkan dua butir lainnya kepada Be Boen Hwie serta
Siauw Ling, ujarnya, "Kalianpun telanlah dahulu sebutir pil
pemunah agar jangan sampai terkena racun ular tersebut!"
Siauw Ling serta Be Boen Hwie segera menerima obat
pemunah tadi dan menelannya.
Suma Kan tarik napas panjang, seluruh jalan ditubuhnya
ditutup rapat kemudian baru maju membimbing bangun batok
kepala Hong Tju. Siauw Ling yang ada disamping mengawasi dengan seksama,
ia temukan wajah Hong Tju telah dilapisi oleh hawa hijau yang
tebal jelas ia sudah keracunan hebat"
Dari dalam botol porselen tadi, kembali Suma Kan ambil
keluar dua butir pil pemunah tangan kiri mengerahkan tenaga
untuk paksa membuka rahang Hong Tju kemudian
memasukkan kedua butir pil tadi ke dalam mulutnya.
Dalam pada itu seluruh tubuh Hong Tju telah mendingin dan
kaku, napasnya telah berhenti, meski obat tersebut telah masuk
ke dalam mulut namun sukar ditelan ke dalam perut.
Siauw Ling segera maju kedepan, tangannya menekan dada
Hong Tju dan merasakan detak jantung gadis ini telah lama
berhenti, tak kuasa ia hela napas panjang.
"Aaaai....! napasnya telah berhenti jantungpun telah berhenti
berdetak, ucapan Kiem Hoa Hujien sedikitpun tidak salah
meski ada obat mujarab tidak akan bisa menghidupkan dirinya
kembali" bisik pemuda itu lirih.
"Siapa yang bilang jiwa budak ini tak tertolong lagi?" tiba-tiba
dari tempat luaran berkumandang datang suara teguran yang
amat dingin. Be Boen Hwie terkesiap pikirannya.
"Betapa sempurnanya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
orang ini, mengapa tindak tanduknya sama sekali tidak
menimbulkan suara?" Ketiga orang itu sudah menyadari bahwa ucapan Kiem Hoa
Hujien tidak bakal salah, malam ini terlalu sulit bagi mereka
untuk melewatinya dengan aman tetapi urusan sudah jadi
begini mereka terpaksa duduk sambil menanti kedatangan
musuh. Maka dari itu meski mereka sedang berusaha menolong
Hong Tju, sepasang mata dan telinganya telah dipentangkan
mengawasi situasi diluar ruangan.
Ketika semua orang angkat kepala, terlihatlah seorang manusia
aneh berperawakan kurus kering dengan memakai baju serba
hitam berdiri didepan pintu. kulit wajahnya kaku dan kasar
persis seperti sesosok mayat hidup
Menjumpai orang itu Siauw Ling terkesiap. hampir2 saja ia
menyebut nama Tok Chiu Toa Ong si Raja Obat Tangan
beracun. Sementara itu dengan alis berkerut Be Boen Hwie telah
menegur. "Anda adalah?" "Seluruh umat Bu-lim yang ada dikolong langit rada takuti
benda2 beracun dari Kiem Hoa Hujien namun Loohu sama
sekali tidak jeri" "Lalu siapakah kau?" tanya Suma Kan seraya secepat kilat
masukkan kembali botol porselen tadi ke dalam saku.
"Loohu adalah Tok-Chiu-Yoa-Ong Si Raja Obat bertangan
keji, terang2an bocah ini masih bisa tertolong, siapa yang
bilang ia tak tertolong lagi?"
Walaupun diluaran ia bicara dengan Suma Kan sepasang
matanya dengan tajam mengawasi Siauw Ling dari atas hingga
kebawah. Diam2 Siauw Ling terperanjat segera ia berpikir, "Apakah dia
sudah tahu akan wajahku yang sebenarnya?"
Buru-buru sinar matanya ditarik kembali dan berdiri dengan
mulut membungkam. "Hm! sungguh besar omonganmu" jengek Suma Kan.
"Hendak kau buktikan bagaimana cara Loohu menyelamatkan
jiwanya?" "Sudah lama kudengar akan kelihayan ilmu pertabiban orang
ini" pikir Be Boen Hwie. "Hanya sayang tabiatnya kukoay
meski memiliki kepandaian seperti Hia Tuo namun tak sudi
menolong harus menggantungkan apakah ia senang atau tidak,
ditambah pula ilmu silatnya luar biasa, sebagian besar orang
Bulim pada menaruh tiga bagian rasa jeri kepadanya sekarang
Hong Tju sudah mati. tetapi ia bilang masih bisa tertolong
kenapa aku tidak bisa panasi hatinya dengan akta2" kalau
jiwanya bisa tertolong itulah yang dicari, kalau tidak tertolong
kita pun tak bisa berbuat lain."
Karena punya pikiran demikian dengan nada dingin segera ia
mengejek. "Ia sudah putus nyawa dan mati. Hm meski anda memiliki
ilmu pertabiban yang amat lihay aku kira belum tentu bisa
selamatkan jiwanya dan hidupkan kembali nona ini."
"Seandainya loohu bisa menghidupkan kembali bocah
perempuan ini lalu bagaimana?"
Be Boen Hwie tertegun. "Menolong jiwa orangpun masih di-embe2li dengan syarat!
tidak aneh kalau diatas gelar si Raja Obatnya masih ditambahi
pula dengan gelar Bertangan keji," pikirnya.
Segera ia menjawab "Menolong selembar jiwa manusia jauh lebih menangkan
berbuat kebajikan banyak tahun meski cayhe sekalian bukan
anggota perkampungan Pek Hoa San Cung, namun tidak tega
melihat seseorang mati dengan begitu saja tanpa ditolong."
Orang yang menderita sakit parah dan hampir mati dikolong
langit detik ini berjumlah puluhan ribu orang meski Loohu
dilahirkan dengan delapan lenganpun tidak akan bisa
menyelamatkan seluruh umat dunia" sambung Tok Chiu Yok
Ong cepat. Teringat akan kegagahan serta kebaktian Hong Tju yang rela
mati demi kebenaran, Be Boen Hwie segera berkata.
"Baiklah" katakan, dengan syarat apakah kau hendak
menyelamatkan jiwa nona ini?"
"Siapakah orang itu?" tanya Si Raja Obat itu sambil menuding
ke arah Siauw Ling. Be Boen Hwie melirik sekejap ke arah Siauw Ling melihat
pemuda itu membungkam segera sahutnya.
"Dia adalah pembantu cayhe?"
Dari nada ucapan si raja obat barusan Siauw Ling tahu bahwa
penyaruannya tidak diketahui olehnya iapun berlega hati.
"Benda apa yang kau inginkan?" kembali orang she Be itu
bertanya. "Aku menginginkan darah ditubuhnya...."
"Apa?" Be Boen Hwie terkesiap. "Buat apa kau inginkan darah
segar ditubuhnya?" "Untuk menolong orang, menolong seseorang yang hampir
menemui ajalnya!" sewaktu berbicara jelas tampak sekali
wajah si raja obat ini diliputi rasa berduka.
"Menolong jiwa orang kenapa harus memakai darah segar"
pikir orang she Be itu "Tetapi ilmu pertabiban si raja obat
bertangan keji amat lihay tidak mungkin ia bisa tanpa sebab2
tertentu...." Haruslah diketahui pada jaman itu masih jarang orang
menggunakan darah untuk penyembuhan suatu penyakit tentu
saja berita tersebut cukup mengejutkan bagi yang mendengar.
Si raja obat bertangan Keji melirik sekejap ke arah Hong Coe
lalu berkata kembali. "Kalau orang ini dibiarkan ber-larut2 loohu pun tidak akan bisa
menolong lagi sanggup atau tidak dengan permintaanku tadi"
harap Be-heng segera ambil keputusan"
Wataknya dingin sombong dan suka menyendiri, hal ini sudah
diketahui umum. tetapi pada saat ini nada ucapannya halus dan
lunak jelas menunjukkan bahwa hatinya sedang merasa cemas.
"Pembantu dari siauwte ini meski pernah belajar silat, tetapi
badannya lemah sekali, bagaimana kalau siauwte yang rela
menyumbangkan darah ditubuhku!"
"Tidak bisa. tidak bisa." dengan cepat si raja obat menggeleng,
"Loohu sudah mengarungi seluruh pelosok dunia selama ini
hanya temukan darah dua orang saja yang bisa digunakan?"
"Siapa kedua orang itu?"
"Seorang adalah Siauw Ling Sam CUngcu dari perkampungan
Pek Hoa San Cung, sedangkan yang lain adalah pembantu dari
Be-heng ini. Aaaai pembantu dari Be-heng benar2 memiliki
tulang yang bagus dan tidak kalah dengan Siauw Ling, hanya
sayang ia tidak punya rejeki seperti Siauw Ling sebaliknya
hanya berhasil jadi pembantu Be-heng belaka,"
Mendengar ucapan itu Be Boen Hwie terkesiap kembali ia
berpikir. "Agaknya ketepatan menduga ditinjau dari ilmu pertabiban
jauh lebih tepat dari ilmu meramal"
Dalam pada itu dengan sengaja menyerakkan suaranya Siauw
Ling bertanya. "Berapa banyak darah segar yang kau butuhkan dari badanku!"
"Aaaaai seandainya kau sudi menyumbangkan seluruh darah
segar yang ada di dalam tubuhmu bukan saja untuk sementara
bisa selamatkan jiwa orang itu bahkan memberikan pula
harapannya untuk sehat kembali seperti sedia kala"
"Siapakah orang itu" kok mendapat perhatian begitu besar dari
Yok-Ong?" "Loohu tidak ingin membohongi kalian, orang itu bukan lain
adalah putriku sendiri"
"Ooouw kiranya begitu" batin orang she Be. "Meski keji Si
raja obat bertangan Keji masih menyayangi putrinya sendiri
dengan begitu tebal sungguh suatu kejadian yang tak
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disangka...." Kembali terdengar Tok-Chiu-Yok-Ong bergumam seorang diri,
"Seandainya Be-heng sudimemerintahkan pelayanmu untuk
hadiahkan seluruh darah segar di tubuhnya sehingga jiwa
siauw-li tertolong loohu rela mengikuti Be-heng selama
sepuluh tahun sebagai pembantu setil, perintah keair aku akan
keair, perintah keapi akan kuterjang lautan api!"
Dengan cepat Be Boen Hwie geleng kepala.
"Walaupun ia mengikuti siauw-te namun menghadapi masalah
besar yang menyangkut keselamatnnya cayhe tidak berani
ambil keputusan sendiri" katanya.
"Siauw-jien dengan Yok-Ong tidak bisa dikatakan punya
ikatan sahabat" sambung Siauw Ling. "Semakin tidak bisa
dikatakan lagi kalau siauw-jien harus menolong selembar jiwa
putrimu tetapi dengan dasar hati yang welas dan iklas diri
siauw-jien sendiri aku rela menghadiahkan darah segarku
hanya tidak kuketahui berapa banyak yang dibutuhkan Yok-
Ong?" Memandang dua cawan air teh yang terletak diatas meja Tok-
Chiu-Yok-Ong menjawab, "Secawan darah segar ditambah
dengan obat mujarab yang kubuat bisa menyelamatkan jiwa
siauw-li selama satu bulan"
"Baik! siauw-jien akan hadiahkan secawan darah segar untuk
anda.... sinar matanya berputar pemuda itu memandang
sekejap ke arah Hong Coe lalu menambahkan, "Tetapi Yok-
Ong harus menyelamatkan dahulu jiwa gadis ini!"
"Soal ini tidak sulit!"
Tiba-tiba si raja obat itu melangkah maju dekati tubuh Hong
Coe, tangan kanannya bergerak berulang kali kemudian baru
berhenti. Ketika semua orang alihkan sinar matanya tampaklah diatas
dada serta pundak Hong Coe telah tertancap enam batang
jarum perak. Keenam batang jarum perak tadi menembusi enam buah jalan
darah penting yang saling bersambungan. kena rangsangan
yang datang secara tiba-tiba dari keenam buah jalan darah
tersebut darah yang semula telah berhenti tiba-tiba bergolak
kembali. golakan tersebut menghasilkan goncangan pula di
dalam jantung yang mengakibatkan jantung mulai berdetak
kembali bibirnya bergetar membuat obat pemunah dari Suma
Kan segera tertelan ke dalam perut.
Menyaksikan Hong Tju yang telah mati jadi hidup kembali
setealh keenam batang jarum perak tadi ditusukkan ke dalam
badan, Be Boen Hwie merasa terkejut bercampur keheranan
pikirnya. "Nama besar Tok Chiu Yok Ong benar2 bukan nama kosong
belaka ia memang betul2 hebat."
Sepasang mata Tok Chiu Yok Ong dengan tajam mengawasi
tubuh Hong Tju ketika melihat tangan kakinya mulai bergerak
tiba-tiba ia turun tangan mencabut jarum perak itu, kemudian
tangan kanannya bergerak menotok kesana menabuk kemari
dengan cepatnya. Gerakan tangannya amat cepat begitu cepat sampai Be Boen
Hwie tak dapat melihat jalan darah apa saja yang ditotok dan
ditabok olehnya. Terdengar Hong Coe menghembuskan napas panjang lalu
membuka sepasang matanya kembali.
Tok-Chiu-Yok-Ong segera berhenti bekerja, mundur dua
langkah ke belakang, ambil keluar dua butir pil dan diserahkan
ketangan Be Boen Hwie sambil berpesan, "Berikan pil ini
kepadanya lalu biarkan dia tidur selama empat jam setelah
keringat racun mengucur keluar kesehatannya akan sembuh
dengan cepat" "Terima kasih Yok ong"
Sepasang mata Hong Coe berputar ketika menjumpai Tok Chiu
Yok Ong ada disana buru-buru ia bangun dan jatuhkan diri
berlutut. "Terima kasih atas pertolongan Yok Ong!"
"Hmm tak usah berterima kasih kepadaku terima kasihlah
kepada orang yang menolong dirimu itu"
Seraya berkata si raja obat ini menuding ke arah Siauw Ling.
Hong Coe segera berpaling ke arah pemuda itu ia tercengang
dan keheranan namun gadis itu menjura pula dalam2 sambil
berkata, "Terima kasih atas pertolongan anda!"
Karena tidak tahu ia harus menyebut Siauw Ling dengan
sebutan apa maka ia bicara sekenanya.
"Nona tak usah banyak adat" Siauw Ling balas menjura.
"Lukamu baru saja sembuh,lebih baik masuklah ke dalam
kamar untuk atur pernapasan dan tenangkan diri.
Hong Coe berpaling ke arah Be Boen Hwie serta Suma Kan,
sikapnya gugup dan gelagapan.
"Ucapannya sedikitpun tidak salah" Tok Chiu Yok Ong
membenarkan dengan suara dingin "Kau memang seharusnya
cepat-cepat atur pernapasan kenapa masih saja berdiri
termangu2 disini" "Biar cayhe yang antar nona duduk bersemedi di dalam kamar"
Be Boen Hwie bertindak cepat mencekal tangan kanan Hong
Coe dan memayang masuk ke dalam ruangan.
Dalam hati Hong Coe masih merasa ragu tetapi Be Boen Hwie
sebagai seorang majikan ternyata membimbing dirinya masuk
ke dalam jelas perkataan tersebut tak bakal salah lagi, maka
sambil melangkah ke dalam ruang belakang ia berkata.
"Tempat ini adalah kamar istirahat Beya, budak tidak berani
menggunakannya" "Nona adalah seorang pendekar gagah, cayhe merasa sangat
kagum bersemedilah di dalam kamar ini dan tak usah
cabangkan pikiran yang bukan2, perduli kau dengar suara
apapun diluar tak usah keluar menengok, tetaplah berada disini
mengatur pernapasan."
"Budak turut perintah!"
"Nah baik2lah beristirahat"
Sehabis bicara ia tutup pintu kamar dan mengundurkan diri.
Menanti berada diluar tampaklah pada waktu itu tangan kanan
Siauw Ling mencekal sebuah cawan, ujung baju tangan kiri
sudah digulung tinggi, sementara Tok Chiu Yok Ong sedang
siap mencengkeram lengan pemuda itu.
"Tunggu sebentar!" segera serunya.
Gerakan Siauw Ling sangat cepat, mendengar suara itu ia tarik
kembali lengannya. "Bagaimana" kau menyesal tegur si raja obat bertangan keji
sambil menyapu wajah Be Boen Hwie dengan pandangan
dingin. "Semua urusan yang telah cayhe setujui tidak pernah disesali
kembali" "Lalu mengapa kau halangi aku mengeluarkan darah dari tubuh
pembantumu?" "Bagaimana kalau cayhe yang wakili Yok-Ong untuk
mengeluarkan darah dari tubuhnya?"
"Apakah kau tahu bagaimana cara mengambil darah?"
"Tentang soal ini terpaksa menanti petunjuk dari
Loocianpwee!" Agaknya Tok-Chiu-Yok-Ong ingin mengumbar hawa
amarahnya tapi ditahan kembali per-lahan-lahan ia ambil
keluar sebuah tabung tembaga yang runcing ujungnya sambil
menyerahkan benda tadi ujarnya, "Tusuk ke atas urat nadi
dilengan kirinya lalu kerahkan sedikit tenaga, darah segar
segera akan mengucur keluar"
"Harap Loocianpwee suka mundur dua langkah ke belakang"
perintah Be Boen Hwie sambil menerima tabung tembaga itu.
Kiranya Be Boen Hwie takur si orang tua ini turun tangan keji
terhadap Siauw Ling sewaktu melepaskan darah maka ia
bersikeras untuk dilakukan sendiri pekerjaan itu.
Tok-Chiu-Yok-Ong turut perintah dan mundur ke belakang
berjaga didepan pintu ia berseru, "Cepat turun tangan loohu
akan menjaga keamanan diluar ruangan!"
Be Boen Hwie tidak langsung bekerja ia periksa dulu tabung
tembaga itu setelah dirasakan benda tersebut tiada beracun
maka ia cekal lengan kiri Siauw Ling dan tusuk urat nadi
permuda itu sementara tangan kanannya mengerahkan tenaga
dalam menekan dipunggungnya, hawa murni yang menerjang
ke dalam badan membuat darah segar mengucur keluar dengan
derasnya. Tidak selang beberapa saat kemudian cawan tersebut telah
penuh dengan darah segar.
Be Boen Hwie segera lepaskan tabung lalu diangsurkan
bersama2 cawan berisi darah itu.
"Yok Ong silahkan terima benda ini"
Tok Chiu Yok Ong menerima tabung tembaga tadi
,memandang ke arah darah segar tadi ia segera mengawasi
wajah Siauw Ling seraya berkata.
"Dikemudian hari bila loohu berhasil menyelamatkan jiwamu
maka akan kupinjam seluruh darah segar yang ada di dalam
tubuhmu." "Urusan dikemudian hari lebih baik dibicarakan nanti sama."
"Hm" sampai waktunya kau suka meminjamkan itu lebih
bagus, tidak mau dipinjamkanpun kau harus pinjamkan tak
akan kubiarkan kau bertingkah." habis bicara ia putar badan
dan berlalu dengan langkah lebar.
Menanti si Raja Obat bertanga keji telah berlalu, Be Boen
Hwie baru menghela napas panjang.
"Aaaai bagaimana pesanmu?"
"Hanya secawan darah, tidak terhitung seberapa?"
Ia berpaling ke arah Suma Kan dan melanjutkan
"Agaknya perhitungan bintang Suma sianseng harus dipercayai
juga kebenarannya!" "Aaai! liku2nya persoalan ini sungguh berada diluar dugaan,
siauw-te sendiripun tak pernah menyangka"
Mendadak.... se-akan2 teringat satu masalah besar Be Boen
Hwie segera berkata dengan alis berkerut, "Secara beruntun
Kiem Hoa Hujien serta Tok Chiu Yok Ong telah tiba disini aku
rasa kejadian ini tak akan bisa mengelabuhi ketajaman mata
Shen Bok Hong Keadaan kita malam ini benar2 bahaya dan setiap saat bakal
terancam. kita harus bikin persiapan untuk menghadapi segala
kemungkinan. "Kalau begitu biarlah malam ini siauw-te pun berdiam disini
mungkin bisa membantu diri kalian dalam menghadapi segala
kemungkinan" Sinar matanya lantas dialihkan ke arah Siauw Ling dan
bertanya "Setelah Heng-thay kehilangan darah, apakah merasakan
sesuatu yang tidak beres?"
"Aaah tidak mengapa"
"Kalau begitu bagus sekali. mari kita padamkan semua lampu
sembari atur pernapasan kita tunggu kehadiran musuh"
"Tunggu sebentar,jangan padamkan dahulu lampu itu" tiba-tiba
Be Boen Hwie mencegah. "Apakah Be-heng ada usul?"
"Meskipun Shen Bok Hong berwatak keji dan bahaya tetapi
dewasa ini para jago dari seluruh kolong langit sedang
berkumpul di perkampungan Pek Hoa San Cung aku rasa ia
tidak akan turunkan derajat sendiri dengan melakukan
penyerangan secara besar2an, menurut maksud cayhe justru
kebalikan dari usul Suma-heng
"Silahkan kau menerangkan usulmu itu!"
"Menurut siauwte, dari pada kita menanti kedatangan musuh
dengan padamkan semua lampu jauh lebih baik kita pasang
obor disekeliling ruangan kita sehingga suasana jadi terang
benderang Pertama kita bisa pinjam cahaya obor tersebut
untukmengawasi pihak lawan yang hendak menyerang datang.
Kedua, kitapun bisa memancing perhatian para jago lainnya
jikalau Shen Bok Hong berani mengutus anak buahnya untuk
melancarkan serangan secara besar2an bukankah tindakannya
ini sama halnya dengan membuka rahasia sendiri dihadapan
umum?" "Sedikitpun tidak salah" seru Suma Kan sambilmengangguk,
"Seandainya mereka berani melancarkan serangan secara
besar2an, kemungkinan besar kita malah bisa mengundang
pembantu yang jauh lebih banyak."
Setelah merandek sejenak ujarnya kembali.
"Hanya saja untuk menerangi sekeliling ruangan kita, paling
sedikit kita membutuhkan enam buah obor. lagipula obor harus
dijaga jangan sampai padam ditengah malam, darimana kita
dapatkan obor2 tersebut! "Aaaai! sayang sekali beberapa orang sahabat cayhe belum tiba
semua ditempat ini" kata Siauw Ling "Kalau mereka berada
disini tentu ada akal bagus yang bermunculan."
"Kau maksudkan Tiong Chiu Siang Ku" tanya Be Boen Hwie.
"Terutama Sang Pat, ia miliki otak yang cerdas serta akal yang
banyak, pengetahuannyapun amat luas, jarang sekali ada
persoalan yang berhasil mengelabuhi dirnya.
Be BOen Hwie tersenyum. "Sejak tadi siauwte telah awasi keadaan disekeliling tempat itu,
dalam pepohonan yang lebat sana terdapat beberapa batang
obor bahkan memiliki persediaan minyak yang cukup untuk
menerangi semalam suntuk, biar aku pergi ambil enam buah"
Seraya berkata ia melangkah keluar
"Bagaimana kalau cayhe temani Cong Piauw Pacu?"
"Tidak usah, lebih baik kau banyak beristirahat!"
Dalam beberapa kali loncatan, Be Boen Hwie telah lenyap
dibalik kegelapan. Tidak selang seperminum teh kemudian tampak orang she Be
itu sudah balik sambil membawa enam buah obor, langkahnya
ter-gesa2. Suma Kan yang berdiri disisinya dapat mendengar napasnya
ter-sengkal2, agaknya baru saja orang she Be itu
melangsungkan suatu pertarungan sengit, segera ia terima obor
tersebut sambil berbisik, "Apakah kau jumpai hadangan yang
ketat?" "Walaupun tidak dihadang namun empat penjuru penuh
denganjago tangguh dalam keadaan gelisah beruntun siauw-te
melancarkan serangan mematikan dan melukai dua orang
diantaranya setelah berhasil merampas enam buah obor aku
segera balik" "Berulang kali kita musuhi orang orang perkampungan Pek
Hoa San CUng lama kelamaan Shen Bok Hong tidak akan bisa
menahan diri, kemungkinan besar ia sedang kumpulkan anak
buahnya untuk mempersiapkan suatu serangan balasan yang
dahsyat, urusan tak boleh terlambat lagi ayoh cepat kita pasang
obor2 tersebut.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil membawa obor2 tersebut Suma Kan segera melangkah
keluar dengan langkah lebar.
Agaknya sejak tadi ia sudah mengukur jarak dari ruangan
dengan pepohonan, dengan cepat keenam buah obor tadi sudah
dipasang disekeliling ruangan, dengan demikian tiga tombak
dari ruangan segera terang benderang bermandikan cahaya
sinar. Setelah menyaksikan jilatan api obor mencapai satu depa
tingginya kecuali menjumpai angin puyuh serta hujan deras tak
bakal padam, Be Boen Hwie segera padamkan lampu dikamar.
"Sialhkan kalian berdua duduk semedi dahulu" katanya sambil
tertawa.... "Biar siauw-te berjaga lebih duluan"
Suma Kan tersenyum. "Saat ini kentongan sudah berlalu, malam yang panjangpun
tinggal dua jam lagi, aku rasa kesempatan bagi Shen Bok Hong
untuk melancarkan serangan balasan hanya tinggal satu jam
belaka" Demikianlah ketiga orang itu secara bergilir melakukan
penjagaan sedikitpun tidak berani teledor.
Siapa sangka kejadian benar2 berada diluar dugaan ketiga
orang itu, hingga fajar menyingsing dan menyinari seluruh
jagad tidak pernah terjadi suatu peristiwa apapun
Menyaksikan sinar sang surya telah menerangi seluruh
permukaan, Suma Kan segera melangkah keluar dari ruangan
dan memadamkan obor2 tersebut.
- - - - - - - 35 Siauw Ling serta Be Boen Hwie menguatirkan keadaan luka
Hong Coe, mereka segera melangkah masuk ke dalam ruangan,
tampak Hong Coe tidur dengan nyenyak diatas pembaringan,
napasnya teratur dan wajahnya mulai memerah dadu sedikitpun
tidak menunjukkan kalau ia baru sembuh dari sakit.
Menyaksikan keadaan itu Be Boen Hwie menghembuskan
napas panjang ujarnya. "Aaaai agaknya racun ular yang mengeram ditubuhnya telah
punah. Tok Chiu Yok Ong benar2 memiliki kepandaian untuk
menghidupkan kembali orang yang telah mati."
"Seandainya orang ini dapat tinggalkan jalan sesat kembali
kejalan yang benar suka menolong umat manusia entah berapa
banyak orang yang berhasil diselamatkan. Sayang seribu kali
sayang wataknya angkuh tinggi hati dan tidak suka menolong
manusia. sehingga me-nyia2kan kepandaian pertabibannya
yang lihay," Sementara ber-cakap2, Suma Kan pun telah berjalan masuk
terdengar ia menyambung. "Kesempatan hidup gadis ini sudah pulih kembali. kalian
berdua tak usah menguatirkan keselamatannya lagi, saat ini
tinggal dua jam mendekati perjamuan siang nanti kita harus
menggunakan kesempatan yang baik ini untuk beristirahat
sebentar, kemungkinan besar di dalam perjamuan orang gagah
yang diadakan siang nanti bakal terjadi suatu pertarungan
sengit." "Tidak salah" Be Boen Hwie membenarkan, "Setelah Shen
Bok Hong lepaskan kesempatan untuk menyerang kemarin
malam, aku rasa disiang hari bolong macam begini tidak akan
ia utus orang untuk melancarkan serangan kepada kita."
Ketiga orang itu segera mengundurkan diri dari ruangan
menutup pintu dan duduk bersemedi diruang tengah.
Tenaga lweekang Siauw Ling amat sempurna, tidak selang satu
jam kemudian ia sudah segar kembali dan selesai bersemedi.
Ketika buka mata ia menjumpai kedua orang rekannya masih
bersemedi agaknya sedang mencapai puncak terakhir, ia tidak
ingin mengganggu mereka berdua maka badannya segera
bangun berdiri. Tiba-tiba tersengar langkah kaki manusia berkumandang
datang ia cukup waspada. Pemuda itu kembali duduk ke atas
tanah, pejam mata dan duduk tak berkutik.
Tampak Hong Coe dengan langkah yang menggiurkan lambat2
berjalan keluar dari ruangan, setibanya diruang tengah matanya
mengawasi ketiga orang itu dengan mendelong kemudian
menunduk dan termenung agaknya ia sedang
mempertimbangkan suatu masalah besar.
Menyaksikan tingkah laku gadis itu hati Siauw Ling rada
bergerak segera pikirnya, "Kemarin ia rela menempuh bahaya
karena dipaksa oleh keadaan maka dengan pertaruhkan
keselamatannya ia hantar kedua macam binatang berbisa itu ke
dalam loteng Wang Hoa Loo setelah berada dibawah
pengawasan Shen Bok Hong selama banyak tahun aku rasa
kesadarannya sudah dikuasai, meski punya niat berhianat ia tak
berani bertindak secara gegabah. Benarkah ia ada maksud
tinggalkan jalan sesat kembali kejalan yang benar masih sulit
diduga, ditinjau dari air mukanya jelas ia sedang merencanakan
sesuatu, aku harus bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan...." Karena berpikir demikian maka pemuda Siauw Ling tetap
duduk tak berkutik sementara hawa murninya telah
dipersiapkan diseluruh tubuh.
Beberapa saat lamanya Hong Coe berpikir tiba-tiba ia
menghela napas dan berjalan ke arah Suma Kan, "Aaaah,
kebiasaan lama memang sukar dirubah. kiranya manusia
macam Giok Lan dan Kiem Lan jarang sekali ditemui dikolong
langit," Ilmu jari Siauw Loo Sin Ci nya segera dipersiapkan asalkan
Hong Coe memperlihatkan suatu tindakan yang tidak beres, ia
akan melancarkan suatu serangan mematikan yang amat
dahsyat. Tetapi Hong Coe tidak berbuat apa2, ia mengitari tubuh Suma
Kan dan berjalan keluar dari ruangan.
"Hendak berbuat apakah budak ini?" kembali Siauw Ling
berpikir dengan sepasang alis berkerut.
Karena gadis itu tiada maksud mencelakai Be Boen Hwie serta
Suma Kan maka Siauw Ling pun tidak melakukan suatu
tindakan, menanti dayang itu sudah keluar dari pintu ia baru
mengempos napas meloncat bangun dan melayang ke belakang
ruangan dimana pemuda itu mengintip keluar.
Agaknya Hong Coe merasa ketakutan sekali, tingkah lakunya
amat ber-hati2 sambil berjalan kedepan tiada hentinya ia
menengok kekanan kekiri. Siauw Ling semakin keheranan ditinjau dari keadaannya jelas
gadis itu bukan berlalu karena hendak menghianati mereka tapi
semestinya ia sadar betapa bahayanya keadaan sendiri apa
gunanya menempuh bahaya dengan percuma"
Sementara ia masih termenung Hong Coe sudah masuk ke
dalam barisan bunga dan lenyap dari pandangan.
"Aduuh celaka entah dayang ini sedang merencanakan siasat
apa?" Ia segera alihkan sinar matanya kedepatn, tampak diantara
pepohonan bayangan manusia bergerak kian kemari. pakaian
mereka ber-corak2, ada yang memakai pakaian ringkas ada
pula yang memakai jubah panjang bahkan banyak diantara
mereka menggembol senjata hatinya seketika lega segera
pikirnya, "Pertemuan para enghiong yang diadakan siang ini
sudah hampir tiba para enghiong hoohan dari pelbagai tempat
mungkin sudah berkumpul semua orang2 macam ini paling
sulit diatur tidak mungkin paksakan mereka untuk ikuti
peraturan Tidak mungkin Shen Bok Hong melakukan suatu
tindakan terhadap Hong Coe dihadapan orang banyak...."
Kurang lebih seperempat jam kemudian tiba-tiba nampak Hong
Coe muncul kembali dari balik pepohonan dengan langkah tergesa2
ditangannya membawa baki kayu.
Kali ini langkahnya amat cepat boleh dikata gadis itu sudah
berada didepan pintu. Buru-buru Siauw Ling berkelebat mundur lima langkah ke
belakang. ilmu meringankan tubuhnya amat sempurna dalam
setiap gerak gerik sama sekali tidak membawa suar.
Hong Coe ter-buru-buru balik ke dalam kamar dengan hati
kuatir dikejar orang setelah masuk ke dalam ruangan ia baru
temukan Siauw Ling sedang berdiri empat depa dihadapannya.
segera ia mengangguk dan tertawa.
"Be-heng apakah kau sudah lama mendusin?" tanyanya lirih.
"Oouw baru saja ketika nona hendak meninggalkan ruangan ini
cayhe baru saja mendusin"
"Selembar jiwa Budak sebenarnya sudah mati terima kasih atas
kesediaan cuwi sekalian menolong selembar jiwaku"
"Daripada mengatakan ia ditolong oleh Tok Chiu Yok Ong
sehingga membuat hatinya tidak tenteram lebih baik peristiwa
ini jangan diceritakan" pikir Siauw Ling dalam hati.
Maka ia lantas berkata, "Nona terluka karena harus menghantar
binatang beracun tersebut seandainya kita gagal menolong
jiwamu inilah baru terhitung peristiwa besar yang patut
disesalkan" Sinar matanya per-lahan-lahan dialihkan ke atas baki tersebut
tampak diatas baki tersebut sudah tersedia empat macam sayur
serta sepiring bakpao. Hong Coe pun melirik sekejap ke atas baki kemudian ujarnya
dengan suara lirih, "Menurut apa yang budak ketahui dalam
pertemuan para enghiong yang diadakan siang nanti Shen Bok
Hong telah mempersiapkan tujuh macam siasat untuk melukai
para jago, kedudukan budak terlalu rendah aku cuma tahu salah
satu diantaranya yaitu melepaskan racun secara diam2...."
Ia berpaling memeriksa sekejap keluar ruangan kemudian
terusnya " "Shen Bok Hong punya seorang sahabat karib ia telah
mempersiapkan semacam obat beracun yang tidak berwarna
maupun berbau. katanya racun tersebut merupakan semacam
racun yang amat ganas."
Dayang itu merandek sejenak untuk tukar napas lalu
tambahnya. "Katanya meski bubuk beracun itu ditelah seseorang, sang
korban sama sekali tidak akan merasa tujuh hari kemudian
racun tersebut baru mulai menunjukkan tanda-tanda bekerjanya
secara lambat...." "Apakah bubuk beracun itu dicampurkan ke dalam arak serta
hidangan" "Bagaimana cara mereka menyebarkan bubuk beracun itu dan
bubuk beracun itu hendak disebarkan dimana budak tidak
mendengar maka tidak berani bicara sembarangan. tetapi aku
rasa tidak bakal lain dicampur dalam arak serta sayur. oleh
karena itu budak mencuri dahulu sedikit sayur agar cuwi
sekalian bersantap dahulu sampai kenyang, dengan demikian
siang nanti tak usah ikut bersanatp sehingga bisa terhindar dari
keracunan." Sementara kedua orang itu bercakap2 Be Boen Hwie serta
Suma Kan telah selesai bersemedi. pertama2 Suma Kan
meloncat bangun lebih dahulu sambil berkata.
"Nona darimana kau bisa tahu kalau makanan yang berhasil
kau curi ini tidak beracun?"
"Tentang soal ini budak tidak tahu tetapi menurut dugaanku
mereka tidak akan melepaskan racun pada saat ini."
"Pada saat ini siauwte memang merasa rada lapar!" ujar Be
BOen Hwie "Kalau dalam makanan ini memang tidak beracun,
mari kita bersantap dahulu untu menangsal perut."
Perlahan-lahan HOng Coe letakkan baki itu ke atas meja, lalu
berkata. "Setelah budak bangkit hidup kembali dari kematian perasaan
jeriku terhadap suatu kematian sudah jah sekarang, tetapi
terhadap Shen Toa Cungcu aku masih merasa amat takut
sekali." "Kiem Lan, Giok Lan pun demikian adanya...." seru Siaw
Ling tapi ia segera sadar dan cepat membungkam.
"Apa" saudara Be juga kenal dengan enci Kiem Lan serta enci
Giok Lan?" tanya Hong Coe cepat.
"Berada dalam keadaan seperti ini, kalau aku tutup mulut ia
pasti curiga, kini sudah terlanjur bicara lebih baik diteruskan
saja...." Karena berpikir demikian Siauw Ling lantas mendehem dan
menyahut, "Tidak salah, kedua orang nona itu sering berada
sama2 cayhe!" "Setelah kedua orang nona itu meninggalkan perkampungan
Pek Hoa San Cung apakah kedudukan mereka masih tetap
sebagai seorang dayang?"
"Aduuuh celaka" kembali Siauw Ling berpikir. "Kalau bicara
lagi rahasia ini akan terbongkar karena ia lihat kedudukanku
adalah seorang pelayan maka dianggapnya Giok Lan serta
Kiem Lan tentu pula sebagai seorang dayang karena sering
berkumpul dengan aku"
Agaknya Be Boen Hwie mengerti kesulitan dari Siauw Ling,
dengan cepat ia menimbrung, "Walaupun kedua orang nona itu
selalu merendahkan diri dengan menyebut diri sebagai dayang
namun kami semua anggap mereka sebagai saudara
sekandung" "Mungkinkah kedua orang nona Lan itu ikut serta menghadiri
pertemuan orang gagah yang akan dibuka ini hari?"
"Mereka tidak mungkin datang" sahut Siauw Ling cepat.
"Sayang.... sayang sekali!"
"Apa yang patut disayangkan?" Be Boen Hwie keheranan.
"Diantara rombongan dayang yang berada di dalam
perkampungan Pek Hoa San Cung nama mereka berdua paling
terkenal, ilmu silatnyapun paling lihay dalam seratus orang
saudara senasib setiap orang menaruh rasa hormat kepadanya,
kalau kedua orang nona Lan itu ikut datang maka gerak gerik
kita bakal leluasa" "Oouw tidak kusangka Kiem Lan serta Giok Lan mempunyai
kegunaan sebegitu besar?" pikir Siauw Ling
Dalam pada itu Hong Coe telah melanjutkan kembali kata2nya,
"Seandainya nona Kiem Lan serta Giok Lan berseru mengajak
kita berontak maka diantara seratus orang dayang ada separuh
bagian akan ikuti dirinya"
Walaupun Siauw Ling dan Be Boen Hwie bekerja sama
menghadapi musuh sebenarnya dalam hati kecil masingmasing
mempunyai rencana yang tersendiri.
Tetapi setelah mengalami peristiwa besar dalam perjamuan
kemarin malam masing masing pihak malah rada was was
walaupun kerangkengan belum terhapus sama sekali, namun
rencana mereka tidak berani diutarakan secara gegabah dalam
keadaan seperti ini. Sinar mata Hong Coe berputar ia menatap wajah Be Boen
Hwie tajam2. kembali tanyanya
"Kiem Lan dan Giok Lan sekarang berada di mana?"
Selama ini ia selalu mengira Siauw Ling hanya seorang
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pelayan belaka, sulit baginya untuk mengetahui persoalan ini
maka ia tidak bertanya secara langsung kepada pemuda itu.
Pertama Be Boen Hwie tertegun lebih dahulu kemudian
tertawa hambar. "Tempat persembunyian dari kedua orang nona ini sulit bagiku
untuk mengutarakan keluar. harap nona Hong suka memaafkan
diriku." Dari dalam saku ia ambil keluar sebuah sumpit terbuat dari
gading, setelah dicobakan ke atas makanan yang dibawa Hong
Coe dan membuktikan bahwa makanan tadi benar2 tidak
beracun mereka bertiga barulah mulai bersantap.
Setengah harian lewat dengan cepatnya, dalam sekejap mata
siang hari telah menjelang datang.
Saat inilah pertemuan orang gagah yang diselenggarakan Shen
Bok Hong akan dibuka. Dari atas loteng Wang Hoa Loo terdengar suara genta dipukul
bertalu2 seorang lelaki berbaju ringkas warna hijau muncul
secara tergesa2, orang itu berhentikurang lebih empat lima
langkah dari pintu, sambi lmenjura serunya
"Apakah Beya ada?"
"Ada urusan apa" tanya Be Boen Hwie sambil melangkah
keluar dari ruangan. "Hamba mendapat perintah untuk mengundang Be Toa ya, Be
Cong Piauw Pacu yang menguasahi propinsi Hoo-lam, Auwpak
Auw Lam serta Kiang-si untuk...."
"Cayhelah orangnya...."
"Dalam ruangan seratus bunga telah disediakan kursi buat Beya,
hamba mendapat perintah untuk mengundang Be-ya
menghadiri perjamuan"
"Emm sudah tahu,"
Orang berbaju itu segera menjura putar badan dan berlalu.
Sepeninggalnya orang itu Be Boen Hwie melirik sekejap ke
arah Hong Coe lantas bertanya.
"Nona hendak menghadiri perjamuan bersama kami" ataukah
tetap menanti dalam ruangan ini"
Tiba-tiba Hong Coe jatuhkan diri berlutut diatas tanah seraya
menganggukkan kepalanya ia berkata, "Mendapat kasih sayang
dari Be-ya budak merasa amat berterima kasih
"Ada perkataan silahkan diutarakan sambil berdiri" kata Be
Boen Hwie sambil balas memberi hormat. "Harap nona segera
bangun penghormatan sebesar ini tak berani cayhe terima"
Per-lahan-lahan Hong Coe bangun berdiri lalu berkata,
"Sekalipun semasa hidup budak tak bisa mengikuti disisi Be-ya
dan mendengarkan perintahmu semoga setelah mati aku bisa
selalu berada disisi Be-ya...."
"Bukankah nona berada dalam keadaan baik2" mengapa
mengucapkan kata2 macam itu?"
Hong Coe tertawa getir "Perduli budak mengikuti Be-ya menghadiri perjamuan atau
tetap berdiam disini, aku tiak akan lolos dari kematian, tetapi
sebelum budak menemui ajalnya rahasia hatiku bisa
kuutarakan meski harus mati aku akan mati dengan mata
meram" "Bagaimana akhir dari pertemuan orang gagah yang
diselenggarakan hari ini aku sendiripun tak berani memastikan
mengapa nona ucapkan kata2 semacam itu" sudahlah jangan
pikirkan yangbukan2 lebih dahulu"
"Seandainya nona benar2 ada maksud tinggalkan jalan sesat
kembali kejalan yang benar harap kau suka mengikuti kami
sekalian menghadiri pertemuan orang gagah ini" tiba-tiba
Suma Kan menimbrung dari samping. "Meski akhirnya mati
kita mati dalam keadaan yang terhormat"
"Ketika untuk pertama kali Kiem Lan serta Giok Lan hendak
melepaskan diri dari perkampuangn Pek Hoa San Cung ia
bersikap seperti nona saat ini" sambung Siauw Ling "Tetapi
bukankah sampai sekarang mereka masih tetap hidup dengan
sehat walafiat" "Aai...." Hong Coe menghela napas panjang. "Cuwi sekalian
menaruh perhatian besar buat keselamatan budak hal ini
membuat aku merasa sangat terharu sekali"
"Nona kau tak usah takut2 ikutilah kami menghadiri pertemuan
itu dengan nyali besar" kata Suma Kan penuh semangat.
Hong Coe termenung sejenak akhirnya sambil menggertak gigi
ia mengangguk. "Paling batner kita tak akan lolos dari kata mati, baiklah, akan
kupertaruhkan selembar jiwaku untuk mengikuti kalian."
Suma Kan tertawa, "Tiak bakal terjadi sesuatu, raut muka nona bukan raut muka
seorang manusia yang berumur pendek, cayhe berani menjamin
bahwa kau tidak akan menjumpai bahaya kecuali terkejut"
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang samtar
berkumandang datang. seorang lelaki berbaju hijau telah
muncul didepan pintu. dan berteriak lantang.
"Perjamuan segera dibuka harap Be Cong Piauw Pacu segera
menghadiri pertemuanini!"
Mari kita segera berangkat!" ajak Be Boen Hwie sambil
tertawa. ia segera melangkah keluar lebih dulu.
"Silahkan nona mengikuti dibelakang Be Cong Piauw Pacu,
cayhe akan melindungi dirimu dari belakang" ujarnya Suma
Kan menambahkan, Kena dibakar hatinya oleh beberapa orang itu nyali Hong Coe
jadi besar ia segera mengikuti dibelakang Be Boen Hwie
berjalan keluar disusul Suma Kan dan terakhir Siauw Ling!
Setelah melewati kebun bunga yang lebat, sampailah mereka
disebuah ruangan yang luas dan megah.
Diatas pintu masuk tergantung sebuah papan naman dengan
empat tulisan besar berwarna emas tulisan itu berbunyi
Peremuan Besar Para Enghiong,
Ruangan ini dibangun secara darurat, tingginya dua tombak
dengan luas tujuh delapan depa persegi tikar hijau menutupi
atap dengan lapisan kain putih, empat puluh delapan tonggak
besar menahan bangunan darurat tersebut dengan kokohnya.
Dalam ruangan arak dan sayur telah dihidangkan sebagian
besar undangan sudah harid ditempatnya masing-masing.
Seorang dayang berbaju hijau dengan sulaman bunga merah
didepan dadanya segera menyambut kedatangan mereka.
"Tolong tanya siapa nama anda?" ia bertanya lirih.
"Be Boen Hwie!"
"Ooouw kiranya Be Toa-ya. Be Cong Piauw Pacu yang
menguasai propinsi Hoo lam, Auw-Pak serta Kiang Si." seru
dayang berbaju hijau itu sambil tertawa. sinar matanya beralih
ke atas wajah Hong Coe tiba-tiba ia tertegun
"Aaah.... enci Hong Coe?"
"Benar aku adanya!"
"Buat apa enci datang kemari?"
"Mengikuti Be Toa-ya sama2 menghadiri pertemuan ini"
jawab Hong Coe sambi tertawa getir.
Sepasang alis gadis berbaju hijau itu berkerut wajahnya
kelihatan bimbang dan ragu, bibirnya bergerak seperti mau
mengucapkan sesuatu namun akhirnya ia membungkam. putar
badan dan membawa jalan. Sambil berjalan masuk ke dalam ruangan sinar mata Siauw
Ling berputar tajam kesekeliling tempat itu ia tidak temukan
Tiong Chiu Siang Ku serta Kiem Lan berada disana tapi
teringat bahwa kemungkinan besar mereka telah menyaru
maka iapun tidak berpikir lebih jauh.
Gadis berbaju hijau itu membawa Be Boen Hwie sekalian
menuju kemeja perjamuan nomor dua dari kiri dan berkata
lirih, "Disinilah tempat duduk Be-ya!"
"Terima kasih nona!" Be Boen Hwie berjalan kedepan dan
ambil tempat duduk. Setelah menjura gadis berbaju hijau itu segera mengundurkan
diri. Suma Kan serta Siauw Lingpun secara berpisah ambil tempat
duduk hanya Hong Coe seorang kelihatan ragu2, ia ingin ikut
duduk namun tidak berani melaksanakan niatnya.
"Nona tak usah takut, cepat ambil tempat duduk" bisik Be
Boen Hwie lirih. Hong Coe pejam mata dan segera ambil tempat duduk.
"Budak ada satu persoalan ingin mohon bantuan kalian
bertiga!" katanya kemudian.
"Urusan apa?" "Seandainya jejak budak diketahui Shen Toa Cungcu harap
cuwi sekalian jangan membiarkan ia berhasil menawan diriku
dalam keadaan hidup2. Aaai seandainya sampai terjadi hal ini
mungkin kekuatan untu bunuh diripun tak punya lagi harap
kalian bertiga suka membantu diriku"
"Bantu kau mencari mati?" Suma Kan menegaskan.
"Benar, bantu aku agar cepat-cepat mati daripada kena
ditangkap dan merasakan siksaan dari orang2 perkampungan
Pek Hoa San Cung...."
Sementara perkataannya belum selesai diutarakan dalam
ruangan terjadi kegaduhan yang segera memotong ucapan dari
Hong Coe. Ketika semua orang angkat kepala tampaklah Shen Bok Hong
dengan kenakan pakaian ala siucay bertindak masuk ke dalam
ruangan. tiada hentinya ia memberi hormat kepada hadirin.
Badannya yang bongkok sama sekali tidak mengurangi wibawa
Shen Bok Hong terhadap orang lain langkahnya tetap mantap
dan gagah. Cioe Cau Liong mengikuti dari belakang shen Bok Hong tiada
hentinya pula ia menjura ke arah para hadirin.
"Cuwi sekalian suka memberi muka kepada kami banyak2
terima kasih" serunya berulang kali.
Beruntung Kiem Hoa Hujien serta Tok Chiu Yok Ong pun
munculkan diri dari dalam ruangan rombongan tersebut
ditututp dengan munculnya seorang pemuda tampan yang
menyoren pedang dipunggungnya.
"Tentulah orang ini yang menyaru sebagai diriku...." Siauw
Ling segera berpikir dalam hatinya.
Dalam pada itu Shen Bok Hong telah ambil tempat duduk
dikursi utama disusul Kiem Hoa Hujien sekalian duduk
disisinya. Perlahan-lahan ia angkat cawan arak, lalu kepada para jago
yang hadir dalam ruangan itu ujarnya
"Cuwi sekalian sudai memberi muka kepada orang she shen,
siauwte merasa amat berterima kasih harap kalian suka
meneguk habis secawan arak ini sebagai rasa terima kasihku."
Habis berkata sekali teguk ia habiskan isi cawan tersebut.
Para jago yang hadir dalam ruangan sama2 angkat cawan
araknya masing-masing, namun yang benar2 meneguk arak
tersebut sampai habis hanya sedikit sekali. sebagian besar
cuma menempelkan cawan tadi diatas bibir pura2
menunjukkan gerakan seseorang yang lagi meneguk arak,
namun dengan cepat arak itu diletakkan kembali ke atas meja.
Haruslah diketahui sebelum Shen Bok Hong mengasingkan diri
di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, nama kejinya
sudah tersohor di seluruh kolong langit, baik orang2 dari
kalangan Hekto maupun dari kalangan Pekro, swtiap kali
mengungkap nama sibayangan berdarah Shen Bok Hong tentu
merasa pusing kepala dan mengalah tiga bagian kepadanya.
Dengan matanya yang tajam Shen Bok Hong menyapu wajah
para jago yang hadir dalam ruangan ketika menyeksikan cuma
ada tiga lima orang belaka yang benar2 meneguk habis isi
cawan tersebut ia lantas tersenyum.
"Harap kalian suka makan dan minum dengan hati lega
sebelum cuwi sekalian meneguk arak sampai mabok dan sayur
belum dihidangkan sampai bermacam lima aku Shen Bok
Hong tidak akan melepaskan racun di dalam sayur serta arak
tersebut" Maksud ucapannya setelah arak dan hidangan dipersembahkan
maka ia akan mulai melepaskan racun.
"Ooouw.... jadi maksudh Shen-heng kita cuma boleh
mencicipi sayuran serta arak wangi ini belaka dan tidak boleh
bersantap dengan se-puas2nya?" tegur seseorang dengan suara
berat. Siauw Ling berpaling, ia temukan orang yang barusan bicara
adalah seorang lelaki berjubah ungu berjenggot putih dan
berdiri sambil mencekal cawan arak dengan gagahnya.
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Hal ini harus ditinjau dulu orang itu anggap aku orang she
Shen sebagai sahabat atau sebagai musuh?"
"Sudah dua puluh tahun lamanya aku tak pernah menginjakkan
kakinya dalam dunia persilatan, kali ini aku hadir atas
undanganmu sedikit banyak aku telah memeberi muka
kepadamu...." "Terima kasih, terima kasih. Gan-heng ada petunjuk apa"
silahkan diutarakan secara terus terang."
Siauw Ling yang ikut mendengar merasa harinya rada
bergerak, segera pikirnya.
"Shen Bok Hong benar2 congkak dan tinggi hati, dalam setiap
perkataannya selalu tak mau berlaku sungkan kepada orang
lain. tetapi terhadap kakek tua berjenggot putih berjubah ungu
dan seh Gan ini ia bersikap hormat, tentu orang ini adalah
seorang jago yangluar biasa."
Terdengar kakek berjubah ungu itu berkata "Seandainya dalam
sayur dan arak sudah dicampuri dengan racun, apakah racun itu
pu bisa membedakan mana sahabat maana musuh?"
"Haaa.... haaa.... maksud Ganheng apakah ingin memaksa
siauwte untuk membeberkan siasat serta rencana yang
terkandung dalam hatiku kepada seluruh jago gagah dikolong
langit?" "Dalam bekerja Shen-heng selalu bersiap sedia terhadap segala
bencana yang kemungkinan terjadi meski kau bongkar rahasia
tersebut aku rasa belum tentu akan mencelakai semua orang."
"Haaaa.... haa.... Gan-heng benar2 kau memahami watakku?"
Orang she Shen itu merandek sejenak kemudian ujarnya
"Seandainya orang itu bersahabat dengan aku orang she Shen
maka tidak sepantasya kalau ia menaruh curiga apakah dalam
arak serta sayur itu beracun atau tidak meski ada racun
sepantasnya ia percaya atas kemampuan aku orang she Shen
untuk mengobatinya, lalu apa halanannya kalau sampai benar
keracunan?" "Kalau orang itu berpihak sebagai musuh!"
"Tidak sedikit orang kangouw yang memahami akan cara
menggunakan racun, kalau dia adalah musuh dari aku orang
she Shen, maka sepantasnya kalau ia bersiap siaga terhadap
segala kemungkinan. Lalu apakah dalam arak serta sayuran yang dihidangkan saat
ini telah dicampuri racun."
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Harap Gan-heng berlega hati, dalam arak serta sayur
dihidangkan saat ini akubelum perintahkan untuk dicampuri
dengan racun. silahkan Gan-heng meneguk dengan hati lega."
Tiba-tiba si kakek berbaju ungu itu mendongak dan meneguk
habis isi cawan tersebut kemudian duduk kembali dan
membungkam. Siauw Ling secara diam2 mengawasi situasi dalam ruangan
dapat temukan bahwa sebagian besar jago yang hadir dalam
ruangan itu pada menaruh rasa sikap hormat dan kagum kepada
kakek berjenggot putih tadi, tanpa terasa ia lantas berpikir,
"Entah siapakah si kakek berjubah ungu berjenggot putih ini"
didengar dari ucapannya mungkin keududkan orang ini hampir
seimbang dengan kedudukan Shen Bok Hong dalam kalangan
persilatan, Tiba-tiba sebuah tangan menongol datang dari balik meja
menangkap tangan kiri Siauw Ling
"Siauw-heng" tersengar orang itu menegur lirih
"Jangan takut?"
Siauw Ling berpaling, tampak olehnya sinar matanya Shen
Bok Hong tajam-tajam sedang menatap wajah Hong Coe
tajam2, dari sikap maupun perubahan air mukanya
menunjukkan suatu wibawa yang luar biasa.
Meski Hong Coe telah menghindarkan diri dari bentrokan mata
dengan Shen Bok Hong namun tangan kirinya yang mencekal
Siauw Ling gemertar keras tiada hentinya jelas ia merasa
teramat takut sekali. "Apakah disana Hong Coe" terdengar suara Shen Bok Hong
menegur dengan suara serak.
"Jangan perdulikan dirinya. tunjukkan sikap se-olah2 berlagak
pilon dan tidak tahu" bisik Siauw Ling cepat,
Siapa sangka secara tiba-tiba Hong Coe melepaskan diri dari
cekalan Siauw Ling lalu lambat2 meninggalkan tempat duduk
dan jatuhkan diri berlutut dihadapan Toa Cungcu dari
perkampungan Pek Hoa San cung itu.
"Budak benar adalah Hong Coe!" kepalanya ditundukkan
rendah2 dan tak berani diangkat kembali
"Kau sibudak ingusan mau apa datang kemari?" tegur Shen
Bok Hong sambi tertawa hambar
"Budak, budak...." untuk sesaat Hong Coe dibikin gelagapan,
setengah harian lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun, "Ayoh cepat undurkan diri dari ruangan ini kalau kau tetap
berada disini bukankah para enghiong dari seluruh kolong
langit akan mentertawakan kita dari perkampungan Pek Hoa
San Cung sama sekali tidak kenal peraturan?"
Hong Coe mengiakan, per-lahan-lahan ia bangun berdiri
melirik sekejap ke arah Be Boen Hwie dan melangkah keluar
dari ruangan. Menyaksikan hal tersebut diatas Be Boen Hwie kerutkan dahi
segera ia berpikir, "Tak kusangka nyali budak ini demikian
kecil dan tak berguna, sekalipun ingin melindungi dirinya sulit
bagiku untuk mencari alasan yang tepat...."
Tampak dayang itu berjalan dua langkah kedepan lalu berhenti,
putar badan dan kembali jatuhkan diri berlutut.
"Budak ada satu persoalan ingin dilaporkan kepada cungcu!"
katanya, "Sudah pergilah dulu!" tukas Shen Bok Hong sambil ulapkan
tangannya. "Ada laporan sampaikan saja dikemudian hari!"
"Budak telah menerima perhatian dari Be-ya dimana beliau
sudi menerima diriku harap Cungcu suka mengabulkan
permintaannya ini" Mendengar ucapan itu Shen Bok Hong segera berpaling
menatap wajah Be Boen Hwie tajam2.
"Be-heng benarkah perkataan dari budak ini?"
Merah padam selembar wajah Be Boen Hwie, lama sekali ia
tertegun dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Haruslah diketahui apabila ia mengaku persoalan ini dihadapan
para enghiong maka perbuatannya sama artinya telah mengakui
dosa2 sendiri menggaet dayang dari perkampungan Pek Hoa
San Cung untuk berhianat dengan majikannya.
Ia ada maksud menampik tetapi menyaksikan wajah Hong Coe
yang sedih dan mengenaskan itu ia jadi bungkam.
Sementara itu Shen Bok Hong telah mendongak tertawa terbahak2.
"Be Cong Piauw Pacu bukanmanusia sembarangan mana ia
sudi kesemsem dengan seorang dayang dari perkampungan Pek
Hoa San Cung kami, sudahlah kau tak usah pikirkan yang
bukan2, ayoh cepat undurkan diri dari ruangan ini"
"Tapi Toa Cungcu telah berjanji...."
"Tidak salah aku memang berkata apabila diantara orang gagah
yang kuundang kali ini ada yang tertarik dengan salah satu
diantara kalian. maka kalian boleh langsung meminangkepada
aku Shen Bok Hong bagaimana juga hal ini harus tergantung
pula apakah orang lian tertarik kepadamu atau tidak, apakah
kau suruhpun cung cu jadi mak comblang" kini Be Cong Piauw
Pacu sama sekali tidak bicara Hm" tentu kau sendirilah yang
mengarang cerita bohong ini, ayoh segera undurkan diri."
Perlahan-lahan Hong Coe bangun berdiri, sementara siap putar
badan meninggalkan tempat itu, tiba-tiba terdengar Be Boen
Hwie berseru lantang. "Nona tunggu sebentar."
Sinar mata para jago sama2 dialihkan ke arah Be bOen Hwie
agaknya semua orang ingin melihat bagaimana caranya ia
selesaikan situasi yang serba runyam ini.
Pada waktu itu selembar wajah Be Boen Hwie telah berubah
merah padam tetapi ia keraskan kepala bangun berdiri juga,
kepada Shen Bok Hong sambi menjura katanya.
"Apabila Toa Cungcu sudi menghadiahkan nona Hong kepada
cayhe, siauwte merasa sangat berterima kasih?"
Shen Bok Hong tersenyum! "Budak sadar bukan pasangan yang setimpal bagi Be-ya" buruburu
Hong Coe menukas. "Budak rela jadi gundik."
Shen Bok Hong tidak menggubris ucapannya, ia menatap
wajah Be Boen Hwie dan bertanya.
"Seandainya Be-heng mencintai dayang ini seharusnya sejak
semula kau sampaikan niatmu ini kepada aku orang she Shen."
Ia mendongak dan tertawa terbahak2.
"Haaa.... haaa.... apabila ia sudah jadi nyonya Be Cong Piauw
Pacu aku Shen Bok Hong pun tidak boleh memandang dirinya
sebagai seorang dayang lagi."
Sindiran serta ejekan ini benar2 tajam, bagaikan sebilah pisau
belati menusuk ke dalam hati Be Boen Hwie, lelaki ini
bungkam dalam seibu bahasa, namun ia cukup sabar meski
dihina tetap tenang. Suasana dalam ruangan berubah jadi sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun, seakan2 pikiran para jago sedang
dicurahkan untuk mempertimbangkan peristiwa ini!
Selembar wajah Be Boen Hwie telah berubah merah padam,
sinar matanya menyapu sekejap keseluruh hadirin lalu berpikir,
"Aku Be Boen Hwie adalah seorang enghiong yang dihormati
segala lapisan golongan dalam dunia persilatan mana boleh
pinang seorang dayang dari perkampungan Pek Hoa San Cung
sebagai istri. Seandainya peristiwa ini sampai tersiar ke dalam
dunia kangouw bukankah aku akan diolok2 dan ditertawakan
orang banyak...." Kembali ia akan menampik tapi wajah Hong Coe yang murung
dan mengenaskan membuat hatinya tidak tega untuk berbuat
demikian. Terdengar Shen Bok Hong melanjutkan kata2nya, "Be-heng
adalah seorang jago ternama dalam dunia persilatan,
perkataannya berat bagaikan bukit Thay-san aku percaya ia
tidak akan membohongi seorang dayangku. Hmm! tentu
dayang ini sendirilah yang bicara sembarangan dan ada maksud
menghina nama baik Be-heng, jiwanya tak boleh diampuni
lagi." Ujung baju kanannya dikebaskan keluar segulung tenaga
pukulan yang amat dahsyat segera meluncur keluar.
"Aku Be Boen Hwie adalah seorang enghiong hoohan, seorang
lelaki sejati tidak sepantasnya sebagai seorang lelaki sejati
hanya berpeluk tangan belaka menyaksikan seorang nona cilik
terancam mara bahaya" pikir orang she Be itu kembali.
Segera ia membentak keras, "Tunggu sebentar!" telapaknya
didorong iapun melancarkan sebuah pukulan untuk menghalau
datangnya ancaman tersebut.
Tenaga dalam Shen Bok Hong telah mencapai puncak
kesempurnaan mau menyerang atau menarik kembali
tenaganya telah berjalan sesuai dengan kemauan hatinya.
Mendengar bentakan itu pergelangan kanannya segera ditarik
ke belakang menarik balik tenaga serangannya mentah2.
"Be-heng ada petunjuk apa?" tanyanya sambil tertawa.
"Mewakili nona Hong, cayhe mohonkan ampun dari Shen Toa
Cungcu!" "Be-heng apakah kau tidak merasa agak keterlaluan
mencampuri urusanku?" tegur Shen Bok Hong sambil tertawa
hambar. "Budak itu adalah dayang dari perkampungan Pek
Hoa San Cung kami, hendak kuhukum dengan cara apapun
bukan urusanmu. Be-heng tak usah banyak bertanya...."
Pedang Keadilan 20 Rajawali Emas 10 Mata Malaikat Bayi Satu Suro 1