Pencarian

Bayangan Berdarah 14

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 14


Ia merandek lalu tertawa terbahak2, tambahnya, "Tentu saja
apabila Be-heng ada maksud memperistri dirinya cayhe bisa
bersikap lain!" "Berada dihadapan para enghiong Hoohan dari kolong langit,
apabila aku sanggupi persoalan ini maka aku harus memperistri
dirinya" pikir Be Boen Hwie "Kalau kutolak kemungkinan
besar jiwa Hong Coe tak tertolong lagi"
Untuk sesaat ia merasa serba salah dan tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Sementara itu air mata telah jatuh bercucuran membasahi
seluruh wajah Hong Coe, terdengar ia berkata dengan nada
sedih, "Aku hanya seorang perempuan rendah yang tak
berguna, tidak seimbang kalau dijodohkan dengan Be-ya. Be
Toa-ya harap kau tak usah mengurusi diriku lagi!"
Dia adalah seorang nona cilik yang berusia enam tujuh belasan
tetapi dikatakan dirinya adalah seorang perempuan rendah
ucapan ini benar2 mengejutkan para hadirin, sinar mata para
jago segera dialihkan semua ke arahnya.
Hong Coe yang lemah lembut tiba-tiba jadi gagah dan
pemberani, dengan semangat menyala2 ia angkat kepala,
menuding ke arah Shen Bok HOng dan mulai memaki, "Shen
Bok Hong! hukuman paling berat dalam perkampungan Pek
Hoa San Cung tidak lebih adalah kematian belaka"
"Budak cilik kau sudah edan!" bentak Shen Bok Hong.
Ditengah bentakan itu tangan kirinya diayun kedepan
melancarkan sebuah totokan dahsyat.
Sejak semula Suma Kan telah bersiap sedia menyaksikan Shwn
Bok Hong melancarkan serangan, iapun segera mengirim
sebuah pukulan menghalau datangnya serangan tersebut.
"Mengapa tidak membiarkan dia selesaikan dulu
perkataannya?" ia berseru.
"Urusan rumah tangga perkampungan Pek HOa San Cung tak
perlu dicampuri orang luar!"
"Hm! seluruh jago dari kolong langit pada berkumpul semua
ditempat ini meski cayhe tidak ikut campur mungkin orang lai
akan turun tangan juga"
Agaknya penghianatan dari Hong Coe benar2 merupakan suatu
kejadian diluar dugaan Shen Bok Hong meski dia adalah
seorang cerdik dan banyak akal kali ini ia tak dapat tenangkan
diri. Ia sadar apabila membiarkan Hong Coe bicara lebih lanjut
maka satu2nya jalan hanya membinasakan dayang tersebut.
Tanpa menggubris diri Suma Kan lagi ujung bajunya segera
dikebas keluar, dua rentetan cahaya kebiru2an segera meluncur
ke arah tubuh Hong Coe. Suma Kan merasa amat cepat ia sambar sebuah teko arak dan
buru-buru dilempar kedepan sementara tubuhnya pun ikut
bergerak menyambar ke arah Hong Coe!
Disaat Suma Kan melemparkan teko arak tadi ketengah udara,
tiba-tiba muncul dua rentetan cahaya berkilat menyambar
keluar menyambut dua rentetan cahaya biru tersebut.
"Traaaaang traaang....!"ditengah suara berdentingan keras
empat batang senjata rahasia sama2 jatuh rontok didepan tubuh
Hong Coe. Keempat batang senjata rahasia itu bukan lain adalah dua
batang teratai perak kecil serta dua batang jarum beracun yang
panjangnya dua coen lebih, yang lebih hebat lagi jarum tadi
berhasil menancap di dalam teratai perak tersebut.
Menyaksikan kehebatan itu para jago sama2 terkesiap pikir
mereka hampir berbareng, "Kekuatan Shen Bok Hong betul2 luar biasa ternyata ia
berhasil menembusi teratai perak tersebut dengan dua batang
jarum beracun" "Braaak" ketika itulah teko arak yang dilempar Suma Kan
menyambar lewat dari hadapan Hong Coe.
Menantikan Suma Kan tiba-tiba disisi badan gadis tersebut dua
batang jarum beracun dari Shen BOk Hong telah dipukul
rontok maka ia enjotkan badan meloncat balik ketempat
duduknya semula. Sepasang mata Shen Bok Hong berkilat, ia menengok kekanan
kekiri dengan seksama, agaknya ia sedang mencari siapakah
jago yang melepaskan serangan teratai perak tersebut.
"Sungguh tidak lemah kepandaian orang itu" pikir Be Boen
Hwie "Ia bisa melepaskan dua batang teratai perak tanpa
mengeluarkan sedikit suarapun, kemudian menyampok rontok
jarum beracun dari Shen Bok Hong entah siapakah dia."
Sementara ia masih melamun, tiba-tiba terasa desingan angin
tajan menyambar datang, tahu2 serentetan cahaya putih telah
mengancam dihadapannya. Ternyata teko arak yang dilempar Suma Kan tadi, entah
terhantam oleh kekuatan siapa, saat ini mental balik dan
menerjang ke arah Be Boen Hwie. Kipas ditangan orang she
Be itu segera dipentangkan lebar2 dengan salurkan hawa murni
ia sampok teko tadi. Teko arak yang sedang melayang datang secara tiba-tiba
terhadang oleh selapis tenaga yang amat dahsyat benda itu
segera berputar ditengah udara lalu berputar arah dan melayang
ke arah Shen Bok Hong. Agaknya Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San Cung
telah dibikin gusar oleh tingkah laku tetamunya, ia segera
berseru, "Saudara yang melepaskan teratai perak tadi benar2
membuat siauwte merasa kagum, hanya sayang ia bertindak
sembunyi2 tidak mirip perbuatan seorang enghiong hoohan!"
Sembari berkata dengan suatu gerakan yang ringan ia kebas
teko arak yang sedang mengancam ke arahnya.
Termakan sampokan tersebut, teko tadi berputar kembali ke
udara sebanyak dua kali lalu meluncur kedepan menyambar
tujuh, delapan meja perjamuan dengan membawa desiran angin
tajam. Bersambung ke jilid 21 JILID 19 Tetapi saat ini adalah waktunya buat Kiem Hoa Hujien
melepaskan racun, ia takut anak buahnya yang dikirim untuk
membunuh orang itu akan keracunan pula. satu2nya jalan ia
harus bekerja sendiri. Karena berpikir demikian ia segera menghardik.
"Suma Kan berhenti!"
Waktu itu Suma Kan sudah tiba ditepi kebun, mendapat
teguran ia berhenti dan barpaling.
"Shen Toa Cungcu ada urusan apa lagi?" tanyanya.
"Antara perkampungan Seratus bunga dengan dirimu tak
terikat permusuhan apapun, mengapa kau selalu
menghasut...." "Ha.... ha.... ha.... bagaimana" apakah disebabkan cayhe
telah merusak rencana busuk yang telah disusun Toa Cungcu
secara susah payah maka sekarang kau marah2 kepadaku"
Nah sekarang ketahuan sudah kalau Toa cungcu benar2
hendak mencelakai para jago dengan melepaskan racun keji"
Mendengar ejekan itu Shen Bok Hong semaki gusar dan
membenci ia terawa hambar.
"Ucapanmu teralu menghasut orang banyak dan
bernadakan memusuhi kami, sekalipun aku berjiwa besarpun
lama kelamaan tak bisa berdiam diri"
Sembari berkata selangkah demi selangkah ia mendekati
orang she Suma dari Lautan Timur itu.
"Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong amat dahsyat,
serangannya tentu luar biasa, harap Suma heng ber-hati2"
bisik Be Boen Hwie lirih.
"Terima kasih atas petunjukmu"
Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi badan
bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan kemudai
selangkah demi selangkah mundur ke belakang.
Sekilas pandang Siauw Ling yang ada disampingpun dapat
menangkap hawa membunuh yang terlintas diatas wajah Shen
Bok Hong, dengan ilmu menyampaikan suara ia segera
memberi peringatan. "Hawa membunuh yang melintasi wajah Shen Bok Hong.
mungkin Suma Kan tak akan sanggup menerima sebuah
hantamannya, harap Be heng berjaga disisi badan,
berusahalah untuk menghadang jarak pandangan Shen Bok
Hong sedang aku secara diam2 akan memberi bantuan."
Be Boen Hwie menurut dan menggeserkan badannya
mengundurkan diri bersama2 Suma Kan.
Meminjam perawakan tubuh yang metutupi badannya,
diam2 Siauw Ling salurkan hawa murninya keseluruh badan,
ia bersiap sedia setiap saat turun tangan memberi
pertolongan. Pada waktu itu Shen Bok Hong telah berada tujuh, delapan
depa dihadapan Suma Kan, sepasang matanya memancarkan
cahaya berkilat tiba-tiba ia ayun telapaknya melancarkan
sebuah babatan kedepan, Sejak semula Suma Kan pun telah bersiap sedia dengan
kerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, melihat serangan
Shen Bok Hong membabat datang, ia pun segera
mengayunkan telapak untuk menyambut kedatangan
serangan tersebut. Dua gulung angin pukulan saling berbentrokan di tengah
udara, Suma Kan seketika tak tertahan ia merasa ada
segulung hawa tekanan yang maha dahsyat menubruk datang
membuat isi perut serta darah segarnya bergolak keras.
Shen Bok Hong benci Suma Kan telah merusak rencana
besarnya. Serangan ini dilancarkan dengan disertai tenaga
dahsyat maksudnya dalam sekali hantam mencabut nyawa
orang she Suma ini. Sewaktu Suma Kan kepayahan menahan tenaga tekanan
yang maha dahsyat, tiba-tiba terasa sebuah telapak menepuk
jalan darah Ming-bun hiat dipunggungnya lambat2.
Segulung hawa murni yang panas dan kuat segera
menyusup ke dalam tubunya, seketika tenaagnya berlipat
ganda dengan keras lawan keras ia menerima datangnya
pukulan shen Bok Hong yang dahsyat bagaikan gulungan
ombak samudra ini. Agaknya Shen Bok Hong mempunyai keyakinan Suma Kan
pasti tak berhasil menahan pukulannya itu, sehabis
melancarkan sebuah babatan ia putar badan dan berlalu.
Siapa sangka sudah tujuh, delapan langkah ia berlalu
namun belum kedengaran juga suara robohnya Suma Kan ke
atas tanah ia jadi tercengang dan keheranan.
Ketika berpaling ke belakang, tampak Suma Kan masih
beriri ditempat semula dengan air muka tenang sedikitpun
tidak ada perubahan ia semakin terkesiap.
Namun dengan tabiatnya yang licik, kaget atau gembira tak
terpancar diatas wajah, rasa kaget hanya sekilas berkelebat
kemudian lenyap kembali, ia tertawa hambar.
"Ehmm.... ternyata Suma-heng betul2 memiliki ilmu silat
yang maha dahsyat, siauw-te merasa sangat kagum!"
Sepasang matanya dengan amat tajam menyapu tiada
hentinya sekitar tubuh Suma Kan agaknya ia sudah menduga
pasti ada orang yang membantu dirinya secara diam2 hanya
belum diketahui siapakah orang itu.
Siauw Ling setelah menggunakan hawa murninya bantu
Suma Kan menahan datangnya serangan tanpa menunjukkan
sesuatu yang mencurigakan ia tarik kembali tangannya, lalu
dengan meminjam hadangan tubuh kedua orang itu ia mundur
empat langkah ke belakang dan berdiri dengan tangan lurus
kebawah. Sepasang sinar mata shen Bok Hong yang tajam tiba-tiba
beralih ke atas tubuh Siauw Ling kemudian tegurnya dingin.
"Siapakah anda?"
"Dia adalah pembantu cayhe" jawab Be Boen Hwie cepat.
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Siapa namanya?"
"Hamba Be Seng!" cepat-cepat Siauw Ling menjura.
"Ehmm...." sementara ia ada maksud bertanya lebih jauh,
mendadak suasana diempat penjuru jadi gelap.
Ternyata api yang ada dilampu lentera yang menerangi
empat penjuru dalam sekilas waktu itulah tiba-tiba padam.
Segulung awan hitam menutupi cahaya bintang dilangit.
sebelum lampu padam keadaan masih tidak terasa seberapa
sekarang setelah tiba-tiba padam seketika dirasakan suasana
disana amat suram, gelap dan mengerikan.
Ditengah kegelapan itulah terdengar ujung baju tersampok
angin, bayangan manusia berkelebat lewat ke arah empat
penjuru. Sinar mata Siauw Ling amat tajam, dalam sekilas pandang
ia temukan salah seorang diantara bayangan manusia itu
adalah Ih Boen Han To, pikirannya seketika bergerak.
"Sejak semula orang ini sudah menggabungkan diri dengan
perkampungan Seratus bunga yang dipimpin Shen Bok Hong"
pikirnya "Mengapa sikapnya kelihatan begitu gagah dan tergopoh2"
agaknya apa yang diucapkan Suma Kan bukan
mengigau belaka, Shen Bok Hong benar2 akan melepaskan
rencana keji.... Kengerian serta keseraman yang timbul akibat perubahan
suasana dari terang benderang jadi gelap gulita, ditambah
berkelebatnya Ih Boen Han To sekalian dengan langkah tergopoh2
seketika menimbulkan kekacauan dalam kalangan
para jago bersama2 lari ke arah bebungaan diempat penjuru.
Ditengah kekalutan itulah terdengar Suma Kan berteriak.
"Tjuwi sekalian hati2. cepat menyingkir!"
Menanti Siauw Ling berpaling kembali Shen Bok Hong
sudah tidak berada ditempat semula.
Cepat ia mencari. tampak olehnya ketika itu Shen Bok Hong
sedang merambat naik ke atas lotengnya dengan
menggantungkan diri diatas angkin yang terurai kebawah,
gerakannya gesit melebihi kegesitan kera.
Dalam sekejap mata orang itu sudah berada lima, enam
tombak tingginya dari atas permukaan.
Siauw Ling menghembuskan napas panjang, pikirnya,
"Seandainya pada saat ini aku melepaskan senjata rahasia
dengan segenap tenaga, ada kemungkinan bisa melukai
dirinya kendati perbuatan ini kurang cemerlang, namun
seandainya Shen Bok Hong terluka, terhadap masalah untuk
menolong orang tuaku memperoleh bantuan yang amat
besar." Ketika ingatan ini berkelebat dalam benaknya, Shen Bok
Hong sudah berada tujuh, delapan tombak jauhnya dari
permukaan. ingin turun tanganpun sudah tak sempat lagi.
Terasa sebuah tangannya dicekal kemudian ditarik ke


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belakang, disusul suara dari Suma Kan berkumandang datang.
"cepat, cepat mengundurkan diri ke dalam hutan!"
Tempo dulu sewaktu Siauw Ling masih berada di dalam
lembah Sam Sin Kok, dari mulut Cung San Pek ia pernah
mendengar tentang kelihayan racun keji asal dari daerah
Biauw ini, bahkan iapun mengerti diantara racun-racun keji
tadi, racun keji ulat emaslah paling dahsyat.
Seketika ia merasakan bahaya buru-buru badannya
mengundurkan diri ke belakang.
Dalam dugaan Siauw Ling, disekitar bebungaan diempat
penjuru kalanan Shen Bok Hong pasti telah mempersiapkan
anak buahnya untuk menahan para jago yang melarikan diri
kesana, siapa sangka kejadian berada diluar dugaan, dalam
hutan tersebut suasana sunyi senyap tak kelihatan sesosok
manusiapun. Suara kekalutan yang gegap gempita telah sirap, suasana
pulih kembali dalam ketenangan seperti semula, hanya
terdengar hembusan angin malam yang menyampok
pepohonan menimbulkan suara gesekan yang lirih.
Waktu itu para jago yang ada dikalangan telah melarikan
diri kebalik pepohonan semua dan bersembunyi dibalik
semak2. Persoalan melepaskan racun keji dari daerah Biauw sudah
tersohor dalam dunia persilatan, barang siapapun yang pernah
berkelana dalam Bu-lim tentu pernah mendengar kisah
tersebut namun melihat sendiri seseorang melepaskan racun
keji jenis daerah Biauw ini boleh dikata kurang daripada
kurang. Kebanyakan para jago mempunyai satu ingatan yang aneh
mereka berharap dapat melihat sendiri suatu kejadian yang
aneh, serta melihat bagaimanakah caranya melepaskan racun
tersebut. Siauw Ling, Be Boen Hwie serta Suma Kan setelah
bersembunyi dibalik pepohonan segera pusatkan seluruh
perhatiannya ketengah kalangan.
"Suma-heng?" ketika itulah Be Boen Hwie dengan ilmu
menyampaikan suara berbisik lirih. "bagaimana bisa tahu
kalau Shen Bok Hong hendak melepaskan racun keji?"
Suma Kan tersenyum, dengan ilmu menyampaikan suara
pula ia menjawab. "Ramalan siauwte menunjukkan apabila dalam perjamuan
yang diselenggarakan malam ini penuh dengan mara bahaya
hanya saja dalam ramalan tersebut menunjukkan tanda aneh
ternyata ditengah bahaya terjadi perubahan."
Siauw Ling berada diantara mereka berdua, walaupun
kedua orang itu berbicara dengan ilmu menyampaikan suara
namun agaknya ada maksud agar iapun ikut mendengar.
Kendati ia tak dapat ilmu meramal, tetapi Cung San Pek
adalah seorang jago yang maha tahu selama berguru selama
banyak tahun sekalipun Siauw Ling pusatkan seluruh
perhatiannya untuk berlatih ilmu silat namun setiap kali ada
luang Cung San Pek tentu menambah pengetahuannya
dengan pelbagai cerita2 aneh yang sering terjadi dalam dunia
persilatan. Bukan saja dalam hal akal licik serta tipu muslihat yang
sering dilakukan orang Bu-lim, Cung San Pek pun
menerangkan pelbagai ilmu silat beracun yang ada dalam Bulim,
jurus ilmu silat teristimewa dari pelbagai perguruan,
penggunaan obat pertolongan pertama, ilmu meramal serta
macam2 kepandaian aneh yang ada dalam dunia persilatan
bahkan di dalam memberi keterangan setiap macam persoalan
ditambahi dengan suatu cerita yang menarik, hal ini membuat
Siauw Ling jadi kesemsem untuk mendengarkan, tanpa ia
sadari keterangan keterangan tadi membekas dalam benaknya
denganmendalam sekali. Karena kejadian inilah tanpa Siauw Ling sadari
pengetahuannya bertambah pesat, pada hari hari biasa ia
masih tidak merasakan tetapi setiap kali mendengar orang lain
membicarakan tentang satu persoalan maka daya ingat yang
sudah melekat dalam benakpun mulai menunjukkan reaksinya.
Karena itu sewaktu ia mendengar suara Suma Kan
membicarakan tentang ilmu meramal dan berhasil menghitung
mara bahaya tersebut dari kepandaian tersebut tak tertahan ia
menyambung. "Cayhe pernah mendengar keterangan tentang ilmu
meramal, yan gkuketahui perduli ilmu meramal macam
apapun rasanya sulit untuk menerangkan kejadian yang bakal
berlangsung dengan seksama, Suma-heng bisa andalkan ilmu
meramalnya untu kmengetahui rencana Shen Bok Hong dalam
pelepasan racun keji, hal ini membuat siauw-te merasa sangat
kagum sekali" Suma Kan kelihatan tertegun. kemudian serunya berulang
kali. "Pendapat yang tinggi, pendapat yang tinggi, agaknya lain
kali kaupun bisa jadi seorang tokoh ilmu meramal yang lihay"
"Tentang soal ini sih siauw-te tak bisa" Siauw Ling
menggeleng. suma Kan tersenyum. "Heng-thay pasti bukan orang bawahan entah dapatkah
kau memberitahukan namamu yang sebenarnya?"
"Suma-heng jantan dan mengutamakan keadilan, berhati
pendekar dan berpikiran bijaksana tidak seharusnya siauw-te
mengelabuhi dirimu namun soal nama harap kau suka
memaafkan, untuk sementara waktu tak bisa kuutarakan"
Kembali Suma Kan tertawa.
"Bukan saja ilmu silat Heng-thay amat lihay, pengetahuan
yang kau milikipun mungkin tidak berada dibawah siauw-te.
Tidak salah! perduli ilmu meramal bagaimanapun juga hanya
bisa menghitung bencana atau rejekinya suatu peristiwa
sedangkan mengenai perubahan dari bencana serta rejeki
tersebut harus dihitung dengan andalkan kecerdasan sang
peramal serta pengalaman dan pengetahuan yang luas"
Ia berpaling sekejap ketengah kalangan menjumpai tak ada
perubahan degnan ilmu menyampaikan suara kembali ia
menyambung, "Siauwte berhasil melihat terjadinya perubahan ditengah
mara bahaya, dalam hatiku segera sadar dalam perjamuan
yang diadakan shen Bok Hong malam ini, ia pasti akan
memperlihatkan suatu siasat licik yang berada diluar dugaan
demi menjaga keselamatan siauwte sendiri dan demi
membuktikan kebenaran ramalanku, maka aku berusaha
dengan sekuta tenaga untuk menyelidiki rencana Shen Bok
Hong ini. terus terang saja kukatakan demi menyelidiki
peristiwa ini aku telah menggunakan suatu tindakan yang
aneh dan belum pernah dilakukan orang sampai saat ini...."
- - - - - - - 34 Bicara sampai disitu dalam tengah kalangan telah terjadi
perubahan, seketika ia membungkam dalam seribu bahasa.
Ketika semua orang menengok ketengah kalangan
tampaklah ditengah kegelapan yang mencekam lapangan
perjamuan tiba-tiba muncul beberapa titik cahaya tajam yang
bergerak kesana kemari bagaikan kunang2.
"Hati2!" bisik Suma Kan lirih. "Inilah cara pelepasan racun
keji dengan disertai tenaga lweekang dahsyat, orang yang
melepaskan racun tersebut tentu seorang manusia lihay"
Beberapa titik cahaya tajam itu berkedip beberapa waktu,
tiba-tiba benda tersebut lenyap tak berbekas.
Pada saat ini, Be Boen Hwie .... anggap Suma Kan sebagai
seorang .... memiliki ilmu silat amat hebat. melihat .... tadi ia
lantas bertanya. "Mengapa cahaya racun yang dilepaskan .... tiba-tiba
lenyap tak berbekas?"
"Mungkin orang .... menemui .... jago yang ada .... dari
radius yang .... tadi karena itu ia menarik .... dengan persiapan
untuk .... lain...."
Belum selesai ia berbicara tiba-tiba cahaya tajam yang
lenyap tadi kini muncul kembali. bahkan berjumlah lebih
besar. tidak berada dibawah ratusan buah titik.
Air muka Suma Kan berubah hebat, ia cekal tangan kiri
Siauw Ling erat2 dan berseru dengan wajah penuh rasa
terkejut. "Sungguh lihay orang yang melepaskan racun itu. mungkin
para jago yang hadir dalam pertemuan malam ini sedikit sekali
yang dapat lolos dari bencana.
Dari pegangan tangannya Siauw Ling merasa kelima jari
tangannya gemetar telapak jadi .... tarik kesimpulan orang ....
merasa ketakutan .... sangat menakutkan?"
ia .... .... diundang dalam .... sebagian besar telah .... barisan
bunga, kalau Suma .... menemukan begitu lihaynya racunracun
keji itu mengapa kau tidak memberitahukan kepada
rekan2 Bu-lim yang bersemunyi dalam barisan bunga untuk
melarikan diri" kata Be Boen Hwie.
"Sekarang?" "Tentu saja sekarang!"
"Cara melepaskan racun keji yang .... saat ini merupakan
jenis yang terlihay diantara tiga belas cara pelepasan racun
dari daerah Biauw, bilamana saat ini mereka bergerak maka
racun keji tadi akan menguntit mereka kemana saja pergi,
malah jauh lebih baik kalau biarkan mereka bersembunyi
disana" Melihat bagaimana ngerinya Suma Kan .... Be Boen Hwie
merasa .... .... Suma Kan tidak takut langit, tidak .... tetapi tehadap
racun-racun keji ulat emas .... takut sungguh membuat orang
.... percaya...." Tampak puluhan titik-titik cahaya tajam .... tiada hentinya
sekeliling meja .... kurang lebih seperminum .... kedua kalinya
titik-titik cahaya .... berbekas.
Barulah Suma Kan bisa menghembuskan napas panjang,
setelah cahaya tadi lenyap, serunya cepat-cepat,
"Sekarang kalian boleh memberitahukan kepada mereka
untuk melarikan diri?"
Selama ini pembicaraan antara ketiga orang itu dilakukan
dengan ilmu menyampaikan suara walaupun disekeliling
mereka bersembunyi jago-jago Bulim namun mereka tak
dapat turut mendengar apa yang sedang dibicarakan.
Sewaktu Be Boen Hwie bermaksud memberi tahukan
kepada para jago untuk melarikan diri, tiba-tiba cahaya api
berkelebat dari atas loteng Wang Hoa Loo lambat2 muncul
seorang wanita berbaju merah yang berambut panjang dan
membawa sebuah lentera terbuat dari emas.
Lentera emas itu tingginya beberapa depa memancarkan
cahaya ke-biru2an setinggi dua coen, ditengah hembusan
angin malam yang bergoyang tiada hentinya.
Langkah kakinya sangat lambat, air muka perempuan itu
menunjukkan keseriusan yang menegang.
"Ay.... benar, orang inilah yang melepaskan racun keji
tersebut" bisik Siauw Ling lirih.
"Siapakah perempuan ini?" tanya Suma Kan
"Kiem Hoa Hujien dari daerah Biauw!"
"Sudah lama kudengar nama besar orang ini sebagai tokoh
nomor wahid daerah Biauw!" kata Be Boen Hwie dengan alis
berkerut. Sepasang mata Suma Kan terbelalak bulat2. dengan wajah
tegang ia mengawasi Kiem Hoa Hujien tak berkedip.
Tampak Kiem Hoa Hujien dengan membawa lampu emas
itu selangkah demi selangkah berjalan mendaki barisan bunga
itu. Seluruh tubuh Suma Kan mulai gemetar keras, tiba-tiba
bisiknya lirih kepada Be Boen Hwie serta Siauw Ling.
"Aduuh celaka, ia sudah temukan kalau disini ada orang, ia
berjalan menghampiri kita"
"Kalau begitu cepat kita melarikan diri!" sahut Be Boen
Hwie. "Aaai.... sudah terlambat"
"Apakah kita akan menanti kekonyolan dengan berpeluk
tangan?" seru Be Tjong Piauw Pacu ini dengan tertegun.
"Aai menurut perhitungan ramalanku, seharusnya kita tidak
menjumpai mara bahaya ini tak disangka perhitungan
ramalanku kali ini kehilangan daya manjurnya"
Sementara mereka masih ber-cakap2, Kiem Hoa Hujien
sudah berada dua, tiga tombak di hadapan mereka dan
berhenti. Tampak Kiem Hoa Hujien melototkan sepasang matanya
bulat2, sambil memandang cahaya biru yang berkedip dalam
lampu emas itu wajahnya memancarkan hawa napsu
membunuh. Per-lahan-lahan ia mengalihkan lampu emas itu ketangan
kanan, kemudian jari tangan kirinya dimasukkan ke dalam
mulut. "Aduh celaka," kembali Suma Kan berseru. "Ia akan
menggunakan cara melepaskan racun Hiat Kuang Yu Ku untuk
menghadapi kita, malam ini tak bakal seorangpun yang bisa
lolos dari bencana ini."
Tampak jari tangan yang telah dimasukkan ke dalam mulut
Kiem Hoa Hujien itu mendadak dikeluarkan kembali kemudian
lambat putar badan. Ia datang bagaikan sukma gentayangan pergi laksana
hembusan angin dalam beberapa kelebatan saja ia sudah
lenyap tak berbekas. "Ah sungguh aneh, sungguh aneh?" kembali Suma Kan
berseru sambil menyeka keringat,
"Apanya yang aneh?"
"Ia hendak menggunakan ilmu Hiat Kuang Yu Ku tapi entah
apa sebabnya tiba-tiba berubah niat"
"Mungkin ia tahu ilmu tersebut tak bisa melukai kita, maka
ia lantas mengundurkan diri.
"Bukan begitu, bukan begitu, dibalik kesemuanya ini pasti
terjadi sesuatu," orang se Suma ini lantas berpaling. tampak
Siauw Ling berdiri dibelakang mereka tersenyum.
Setelah memandang pemuda itu beberapa saat, Suma Kan
baru bergumam. "Kembali Heng-thay menunjukkan kesaktianmu!"
Selamanya ia selalu tahu, namun sekarang pikirannya
betul2 kebingungan seperti berada di-awang2, dengan wajah
kosong ia memandang Siauw Ling dangan pandangan
melompong. "Walaupun ia sudah mengundurkan diri, namun entah


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

racun kejinya tetap ditinggalkan disini atau tidak?" Siauw Ling
bertanya. "Tidak mungkin, menurut apa yang cayhe ketahui, racunracun
keji ulat emas yang dipelihara Kiem Hoa Hujien sudah
mencapai taraf terkendali, selamanya bergerak menurut
kemauan hatinya, setelah ia mengundurkan diri, racun-racun
ulat emas itupun tak akan tertinggal disini"
Terhadap pengetahuannya yang luas, timbul rasa kagum
dalam hati Siauw Ling. "Kalau begitu rencana keji yang disusun Shen Bok Hong
kembali menjumpai kegagalan toal?" tanyanya.
Suma Kan tidak menjawab mendadak dari sakunya ia ambil
keluar mata uang untuk meramal kemudian ujarnya.
"Mari kita hitung kembali apa yang bakal terjadi!"
Be Boen Hwie maupun Siauw Ling sudah pernah kenal
dengan ramalannya dan terbukti manjur sekali, karena itu tak
seorangpun yang mencegah perbuatannya.
Tampak Suma Kan memasukkan tiga biji mata uang ke
dalam sebuah kotak kemudian dikocok beberapa kali,
sementara mau disebarkan ketas tanah tiba-tiba terasa cahaya
api berkelebat. seluruh lampu lentera serta obor yang semula
padam kini terang benderang kembali.
Dari atas loteng Wang Hoa Loo segera berkumandang
datang suara seseorang yang berat dan serak.
"Cu-wi sekalian sudah terkena racun keji ulat emas dan tak
mungkin bisa memusuhi aku orang she Shen lagi dewasa ini
waktu sudah tidak pagi lagi, silahkan kalian semua beristirahat
dikamar masih2, baik2lah berpikir semalaman, masih mau
memusuhi aku orang she Shen ataukah bersahabat?"
Suma Kan segera menyimpan kotak serta mata uangnya,
lalu diam2 menyalurkan hawa murninya setelah itu berseru
lirih. "Sungguh aneh sekali."
"Apanya yang aneh?"
"Kita semua sehat walafiat, mengapa Shen Bok Hong
mengatakan kita sudah keracunan semua!"
"Menurut apa yang cayhe ketahui" sela Be Boen Hwie
"Seseorang setelah terkena racun keji maka reaksinya tidak
segera terasai" Dalam pada itu puluhan orang dayang cantik dengan
membawa lampu lentera berjalan masuk ke dalam kalangan
sambil mengangkat lampu lenteranya tinggi mereka berseru.
"Budak sekalian mendapat perintah untuk menghantar
kalian semua pulang kekamar untuk beristirahat perjamuan
malam ini sudah bubar dan Tjuwi masih menjadi tamu
perkampungan Seratus bunga kami,
Ditengah bentakan, sebagian besar para jago yang
bersembunyi dalam barisan bunga telah berjalan keluar,
"Apakah kitapun akan keluar?" tanya Siauw Ling lirih.
"Kita tak mungkin bermalam semalam dalam kebun bunga
semacam ini, tentu saja harus keluar" jawab Suma Kan tegas,
"Be-ya....!" pada saat itulah Hong Tju dengan mengangkat
lampu lenteranya tinggi2 berlari mendatang.
"Nona Hong sungguh tajam sepasang matamu"
"Aku akan membawa Be-ya kembali kekamar"
"Nah merepotkan nona!"
Dayang2 cantik dari perkampungan Seratus Bunga ini
betul2 lihay, tampak mereka mencari majikannya masingmasing
dan tak seorangpun yang salah, semuanya berhasil
temukan sasarannya. Demikianlah Be Boen Hwie mengikuti dibelakang Hong-tju
kembali kepesanggrahan bambu hijau.
Setelah membawa kedua orang itu kembali ke dalam
kamar. Hong Tjoe menurunkan lampu lenteranya dan
bertanya sambil tertawa. "Apakah Be-ya mau bersantap sedikit?"
"Entah dalam makananpun dibubuhi dengan racun keji atau
tidak?" goda Be Boen Hwie sambil tertawa.
"Harap Be-ya berlega hati, budak akan bersantap lebih
dahulu sebelum Be-ya mulai mendahar!"
"Baik, kalau begitu harus merepotkan nona untuk
mempersiapkan santapan buat kami!"
Agaknya setiap dayang yang ada dalam perkampungan
seratus bunga sudah mendapat didikan yang ketat, mereka
menonjolkan keayuan serta kegenitannya disertai peraturan
yang ketat hanya saja terhadap menang kalah yang dialami
perkampungan mereka sama sekali tidak menggubris,
senyuman ramah selalu menghiasi bibirnya.
Memandang bayangan Hong Tjoe telah berlalu Be Boen
Hwie baru berbisik lirih kepada diri Siauw Ling.
"Apakah Siauw-heng menemukan sedikit tanda-tanda yang
mencurigakan?" "Persoalan apa?"
"Agaknya setiap dayang yang ada dalam perkampungan
Seratus Bunga ini menaruh rasa permusuhan terhadap diri
Shen Bok Hong" "Tidak salah" Siauw Ling mengangguk. "Cay he pun punya
perasaan yang sama, namun mereka mendapat didikan serta
pengawasan yang ketat, lagi pula dibawah tekanan Shen Bok
Hong, hal ini menimbulkan rasa takut yang tak terhingga
dalam hati setiap orang...."
Mendadak ia membungkam dan pasang telinga dengan
seksama. Pikiran Be Boen Hwie sedikit bergerak.
"Ada orang datang?" tanyanya lirih.
Baru saja ia selesai bicara dari luar ruangan berkumandang
datang suara langkah manusia disusul munculnya Suma Kan
disana. Be Boen Hwie segera bangun berdiri seraya menjura.
"Suma-heng!" sapanya.
Suma Kan balas memberi hormat kemudian sepasang
matanya berputar tajam disekeliling ruangan.
"Apakah Suma-heng berhasil menemukan sesuatu?" tanya
Be Boen Hwie cepat. "Dimanakah dayang yang melayani kalian berdua?"
"Ia pergi mempersiapkan barang santapan"
Suma Kan kelihatan tertegun kemudian berkata.
"Makanan mereka jangan disantap, jangan disantap,
dayang2 ini hanya diluarnya saja melayani kita, padahal
sedang mengawasi setiap gerak gerik kalian berdua, kita tak
boleh mendahar santapannya"
"Sore tadi bukan Suma-heng bersantap kenyang dalam
perjamuan tersebut?"
"Lain tadi lain sekarang, waktu itu Shen Bok Hong masih
belum tahu keadaan asal usul aku orang she Suma. karena
belum saling kenal tentu saja tidak terikat oleh segala dendam
atau sakit hati. dengan sendirinya ia tidak ada maksud untuk
mencelakai diriku namun sekarang ia sudah mendendam
kepadaku setiap saat kemudian besar akan mencabut jiwaku."
Walaupun perkataan Suma-heng tidak salah namun kita
masih harus tinggal dalam perkampungan Seratus bunga ini
selama beberapa hari lagi" apakah selama ini kita tak akan
bersantap?" "Jadi Be-heng tidak mempersiapkan bekal?"
"Bekal ransum sih ada. namun barang2 itu tak dibawa
setiap waktu disaku. kalau mereka bisa melepaskan racun
dalam makanan kita, apakah tidak mungkin mereka
melepaskan racun pula dalam rangsum yang kita bawa?"
"Ehmm perkataanmu memang sangat cengli."
"Sepasang gading ini. sumpit perak adalah hadiah seorang
sahabat dari Thian Lam, ia minta aku selal menggembolnya
dalam saku, perduli dalam arak atau sayur dimasuki racun asal
dicoba segera akan tahu ada racunnya atau tidak, silahkan
Suma-heng membawa sebatang."
Suma Kan tidak sungkan2 ia segera menerima pemberian
itu dan dimasukkan ke dalam saku.
"Kedatangan siauwte kemari adalah dikarenakan untuk
menanyakan satu persoalan."
Walaupun ia berbicara kepada Be Boen Hwie namun
sepasang matanya selalu mengawasi Siauw Ling tak berkedip.
"Urusan apa?" tanya Siauw Ling.
"Siauwte tidak mengerti secara bagaimana Heng-thay bisa
mencegah Kiem Hoa Hujien membatalkan niatnya untuk
melepaskan racun keji?"
Terus terang kuberitahukan kepada Suma-heng" ujar Siauw
Ling sambil tersenyum. "Siauw-te sudah kenal sejak semula,
dengan Kiem Hoa Hujien, karena melihat dia hendak
mencelakai para jago dengan melepaskan racun keji ulat
emas, maka dengan ilmu menyampaikan suara aku nasehati
dirinya jangan bertindak kejam...."
"Hanya berdasarkan sepatah kata saja Kiem Hoa Hujien
benar2 membatalkan niatnya untuk melepaskan racun?"
"Hal ini disebabkan ia memberi muka kepada siauw-te."
"Kalau begitu hubungan Heng-thay dengan Kiem Hoa
Hujien bukan sembarangan."
Berkenalan belum lama, hanya berkat ia suka memandang
diatas mukaku belaka."
"Oouw kiranya begitu" Suma Kan mengangguk "Tidak aneh
kalau siauwte tak berhasil memahami seorang diri.
"Ditinjau dari keadaan ini. maka malam nanti tak usah kita
risaukan lagi!" "Apa yang sebetulnya kau risaukan?" Siauw Ling agak
bingung. "Siauwte masih kuatir karena kegagalan Kiem Hoa Hujien
dalam melepaskan racun, mala nanti ia akan ulangi kembali
maksudnya. tetapi setelah aku tahu bahwa Heng-thay kenal
dengan dirinya maka situasi jadi jauh berbeda"
"Tentang soal ini. sulit untuk dibicarakan, cayhepun tidak
brani tanggung musti begitu"
"Suma-heng, bagaimana kau bisa tahu kalau mereka
hendak melepaskan racun?" tiba-tiba Be Boen Hwie menyela.
"Siauw-te pandai dalam hal ilmu menyaru setelah
kutemukan adanya mara bahaya dalam ramalanku maka
dengan hati tidak tenteram...."
"Oouw, jadi Suma heng dengan menyaru menempuh
bahaya keloteng Wang Hoa Loh dan mencari tahu rahasia in
i?" Suma Kan tersenyum, ujarnya.
"Shen Bok Hong adalah seorang manusia cerdik, penjagaan
diatas loteng Wang Hoa Loo pun amat ketat, sekalipun siauwte
pandai ilmu menyaru belum tentu bisa menyelonong masuk
ke dalam markas besar perkampungan Seratus Bunga ini
dengan mudah" "Waah.... aku jadi bingung bagaimana caranya kau bisa
mencari tahu rahasia besar ini?"
"Aku menyaru sebagai Tjioe Jie Cungcu, dengan kata2
kosong aku berhasil memperoleh rahasia besar ini, kalau
dibicarakan memang kedengaran amat gampang namun
dalam pelaksanaan sulitnya luar biasa hanya persoalan amat
kecil tak perlu sampai diherankan"
"Ooouw.... kiranya begitu...." seru Be Boen Hwie setelah
termenung sejenak. Ia merandek lalu terusnya.
"Besok siang adalah saat dibukanya pertemuan enghiong
dalam Perkampungan Seratus Bunga, rencana keji Shen bok
Hong dalam melepaskan racun menemui kegagalan total, aku
rasa ia tak akan berpeluk tangan sampai disitu saja, menurut
dugaanku malam nanti ia pasti akan melakukan suatu rencana
keji lagi" "Tentang soal ini siauw-tepun mempunyai perasaan yang
sama. namun yang paling siauwte risaukan adalah pelepasan
racun oleh Kiem hoa Hujien. Kecuali cara ini, sekalipun Shen
Bok Hong memiliki cara lain dlam melepaskan racunpun
rasanya lebih mudah dihadapi"
"Setelah terjadinya perubahan hebat dalam perjamuan
malam tadi, para jago sudah menaruh kewaspadaan yang
tinggi, hanya sayang masing-masing pihak tak dapat saling
berhubungan kekuatan kita jadi tersebar. Seandainya Shen
Bok Hong mengirim jago-jagonya untuk menyerbu dalam
waktu berbareng maka kita akan menemui kesulitan dalam
menghadapi situasi" "Lalu, apakah Be-heng berhasil mendapatkan satu akal
bagus?" "Kedatangan Suma heng tepat sakali, seandainya kau tidak
datang siauw-te pun akan pergi menjumpai dirimu. Kecerdikan
Suma-heng luar biasa, aku rasa kau pasti telah mendapatkan
cara bagus untuk menanggulangi persoalan ini"
Sambil pejamkan mata suma Kan termenung sejenak,
kemudian jawabnya. "Cayhe sih memang benar telah memperoleh satu cara.
hanya saja kita sulit untuk bergerak, sekali kita bergerak
seluruh perkampungan Seratus Bunga pasti gempar"
"Tentang soal ini Suma-heng pun tak perlu risaukan lagi,
mungkin saja gerak gerik kita semua sudah berada dibawah
pengawasan Shen Bok Hong...."
Mendadak terdengar suara langkah manusia bergema
datang, Hong Tju dengan membawa baki kayu berjalan masuk
kedalam. Diatas baki terletak empat piring sayur, dua buah kue besar
serta sepoci arak hangat.
Sambil meletakkan baki itu ke atas meja ujar Hong Tju.
"Be-ya, apakah perlu budak mencicipi sayuran ini satu
persatu?" "Tentu saja harus merepotkan nona untuk berbuat
demikian" Hong Tju tersenyum. ia mencicipi dahulu keempat macam
sayur tersebut. kemudian meneguk secawan arak, setelah itu
sambil tertawa tanyanya. "Beya. sekarang kau berlega hati bukan?"
"Ehmm....! bagus sekali" Be Boen Hwie mengangguk,
"Tempat ini tak usah dilayani nona lagi. kaupun seharusnya
pergi beristirahat."
Hong Tju berpaling sekejap ke arah Suma Kan kemudian
lambat2 berjalan keluar dari ruangan.
Menanti dayang itu sudah berlalu Be Boen Hwie baru
angkat cawan araknya dan berkata dengan suara lirih.
"Suma-heng, coba kau periksa apakah dalam arak ada
racunnya atau tidak?"
"Tentang soal ini siauwte tidak berhasil melihatnya.
Perlahan-lahan Be boen Hwie letakkan kembali cawan itu


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke atas meja. kemudian dari dalam saku ambil keluar sumpit
gading tadi dimasukkan ke dalam arak.
Ketika gading tadi tercelup ke dalam arak, warnyanya
dengan cepat berubah. dalam sekejap mata gading yang
berwarna kekuning2an itu telah berubah jadi hijau tua.
Be Boen Hwie segera tertawa dingin.
"Lidah budak ini sungguh manis keji lihay sekali, sungguh
lihay sekali" serunya
Melihat arak itu beracun, dengan cepat Suma Kan
mengambil poci tadi dan diperiksanya dengan seksama dari
atas sampai bawah. Mungkin di dalam posi kecil ini tersembunyi alat rahasia"
katanya. Tangannya berputar dan meraba seluruh poci tadi namun
gagal menjumpai hal yang aneh terpaksa ia letakkan kembali
poci tersebut ke atas meja.
"Sungguh aneh sekali, sungguh aneh sekali" Kembali Be
Boen Hwie berseru "Terang2an dalam arak itu berisi racun
namun mengapa budak itu sudah berpengaruh sekali" apakah
sebelumnya ia sudah menelan dahulu obat pemunahnya?"
"Kemungkinan besar bisa terjadi."
"Mari kita cari dayang itu dan kita korek keterangan dari
mulutnya. Suma Kan pejamkan matanya berpikir sebentar kemudian
ujarnya. "Be-heng kalau kita bisa memaksa dayang itu untuk
menolong kita biarlah malam ini ia melakukan suatu
pembalasan." "Bagaimanakah cara pembalasan tersebut?"
"Siauw-tepun akan melakukan suatu permainan untuk
mengacau pendengaran Shen Bok Hong"
Be Boen Hwie sudah tahu kalau ia memiliki ilmu silat lihay,
namun berhubung orang itu tak mau terangkan lebih jelas
maka iapun tidak banyak bertanya.
Pada saat ini walaupun kedudukan Siauw Ling masih
merupakan pelayan dari Be Boen Hwie namun rasa hormat
Suma Kan terhadap dirinya boleh dikata melebihi rasa
hormatnya terhadap Be Boen Hwie, di dalam persoalannya
bukan saja Siauw Ling memiliki ilmu silat yang maha dahsyat
bahkan kecerdikannya tiada tandingan. Mungkin dialah
satu2nya pemimpin yang paling sesuai dalam menentang
kekuasaan Perkampungan Seratus Bunga.
Pada saat itulah Siauw Ling lansung bangun berdiri sambil
berseru. "Biarlah cayhe pergi mencari dayang tersebut!"
"Tentang soal ini tak berani merepotkan Heng-thay" buruburu
Suma Kan ikut bangun berdiri.
Siauw Ling tersenyum, dengan langkah lebar ia berjalan
keluar dari ruangan. Tidak selang beberapa saat kemudian ia sudah masuk
kembali ber-sama2 Hong Tju pelayan cantik itu.
"Nona apakah kau baik2 saja?" tanya Be Boen Hwie sambil
memandang cawan arak di atas meja.
"Budak baik sekali!"
"Hmm, budak ini tetap berlagak pilon" pikir Be Boen Hwie
"Kalau tidak kubongkar kedoknya mungkin ia tak mau
mengaku...." Segera ujarnya, "Dalam arak itu terdapat racun, setelah nona meneguk arak
beracun apakah tidak merasa adanya tanda-tanda keracunan,"
"Budak persiapkan sendiri arak dan sayur didapur. mana
mungkin bisa ada racunnya."
"Kemungkinan sekali dalam sayur dan arak itu sudah
terdapat racun keji dan nona tak tahu keadaan sebenarnya."
Hong Tju termenung sebentar, setelah itu ujarnya,
"Beya bisa berkata demikian tentu berdasarkan butki yang
nyata, namun budak benar benar tidak merasa adanya tandatanda
keracunan." "Seumpama nona menelan obat pemunah terlebih dahulu,
tentu saja kendati dalam arak terdapat racun nonapun takkan
terpengaruh" jengek Suma Kan.
Hong Tju tertawa hambar. "Kalau begitu kendati budak banyak bicara pun tak
berguna, sebab tak akan bisa membersihkan diri dari segala
tuduhan" "Baik!" tiba-tiba Suma Kan bangun berdiri. "Akan cayhe
cobakan buat diri nona!"
Tangan kanannya bergerak mencengkeram pergelangan
kanan Hong Tju. Agaknya Hong Tju ingin berkelit tetapi segera ia berubah
pikiran, ia berdiri tak berkutik dan biarkan Suma Kan
mencengkeram urat nadi diatas pergelanannya.
Setelah mencengkeram pergelangan gadis itu Suma Kan
salurkan hawa murninya kelima jari tangannya merapat
kemudian sambil tertawa serunya.
"Selamanya orang2 perkampungan Seratus Bunga hanya
tahu menggunakan akal licik, siasat keji untuk menjebak
orang, seumpama cayhe ajak nona bicarakan tentang
kebajikan serta kewelas asihanpun hanya sia2 belaka"
Tangan kirinya bergerak menotok jalan darah "Thian-tuhiat"
ditubuh Hong Tju. Urat nadi Hong Tju tercekal, separuh badannya kaku.
walaupun melihat serangan jari Suma Kan mengancam datang
namun ia tak mampu berkelit.
Setelah Suma Kan menotok jalan darah Thian-tu-hiat pada
tubuh Hong Tju, tangan kirinya berputar menotok pula Hong
Hu hiat dibatok kepala gadis tersebut, setelah itu ia baru
melepaskan cekalannya pada urat nadi pergelangan dayang
itu. "Nona tahukah kau jalan darah apa yang kutotok?" ia
bertanya! "Thian tu serta Hong Hu semuanya merupakan jalan darah
mematikan ditubuh seseorang" jawab Hong Tju dingin,
"Tentang soal ini nona boleh berlega hati, cayhe turun
tangan sangat ringan. tidak akan kucelakai jiwa nona,"
Siauw Ling yang ada disana walaupun merasakan tindakan
Suma Kan tidak jantan dan memalukan, namun teringat akan
kekejian Shen Bok Hong serta meninjau situasi yang
membahayakan dewasa ini ia tak bisa menyalahkan Suma Kan
terpaksa harus menggunakan racun untuk melawan racun.
"Kau sudah menotok dua badan jalan darahku, bahkan
caramu menotok tidak ringan pun tidak berat aku pikir
tindakanmu ini pasti bermaksud hendak memaksa aku berbuat
sesuatu untuk kalian bukan!"
"Nona benar2 pintar. tahukah nona jalan darah Thian tu
serta Hong-hu termasuk urat yang mana?"
"Tidak tahu." "Kalau tidak tahu tanyalah padaku...." Suma Kan
tersenyum. kemudian terusnya.
"Jalan darah Thian-tu-hiat termasuk urat Jien meh sedang
jalan darah Hong Hu hiat termasuk urat Tok meh di dalam
satu jam kemudian kedua jalan darah itu akan kumat dan
nona bakal merasakan seluruh badannya lemas susah
berkutik. Air muka Hong Tju berubah bibirnya bergerak seperti mau
mengutarakan sesuatu namun akhirnya maksud tadi
dibatalkan. Jelas hatinya merasa sangat terperanjat, namun ia tetap
bersabar menahan diri tidak mau banyak bertanya.
Suma Kan tertawa hambar katanya.
"Seandainya nona mau menyanggupi untuk membantu
cayhe akan segera bebaskan totokan jalan darah dikedua
belah tempat itu" "Membantu apa?"
"Gampang sekali asalkan nona kirim beberapa macam
barang kecil kebawah loteng Wang Hoa Loo."
"Tidak bisa!" Hong Tju gelengkan kepala, "Sekeliling lima
tombak dari loteng Wang Hoa Loo merupakan daerah
terlarang, kecuali mendapat perintah atau panggilan khusus
dari Toa Cungcu walaupun anggota perkampungan sendiripun
tak dapat mendekati tempat itu.
"Cayhe pikir tentu nona punya cara bukan?"
"Aku lebih rela badanku lemas daripada menempuh bahaya
maut seperti ini." Suma Kan berpaling memandang sekejap ke arah Be Boen
Hwie, kemudian katanya, "Peraturan dalam perkampungan
Seratus Bunga memang amat ketat."
Ia merandek sejenak. "Seandainya nona suka bekerja sama dengan cayhe, maka
cayhe akan gunakan segenap tenaga serta kemampuan yang
kumiliki untuk menolong nona tinggalkan perkampungan
Seratus Bunga ini." "Cungcu kami bersikap amat baik dan banyak melepaskan
budi kepadaku...." Tiba-tiba ia memperendah suaranya
menyambung. "Bahkan kalian pun akan sukar melepaskan diri dari
perkampungan Seratus Bunga mana bisa menolong diriku?"
"Sejak kecil nona dibesarkan di dalam perkampungan
seratus bunga" kata Suma Kan sambil tertawa. "Dibawah
kekuasaan mutlak Shen Bok Hong kalian sudah merupakan
kambing2 sembelihan yang setiap saat dapat dikorbankan.
Haruslah kau ketahui dunia tidak selebar daun kelor diatas
langit masih ada langit. asalkan cayhe ambil contoh satu
persoalan maka nona tidak sulit untuk memahaminya"
"Persoalan apakah itu?" tanya Hong Tju dengan sepasang
mata berkedip. "Coba kau bayangkan betapa rahasia dan cermatnya
rencana yang diatur Shen Bok Hong dalam perjamuan malam
tadi tapi akhirnya ada beberapa orang diantara jago yang
berhasil ia lukai" racun keji ulat emas adalah racun paling
dahsyat tapi siapakah diantara kita semua yang keracunan"
harap nona suka berpikir tiga kali lebih dahulu terhadap
ucapan cayhe sebelum jatuhkan keputusan!"
Hong Tju termenung beberapa saat, kemudian baru
berkata. "Apakah kau memiliki obat racun yang punya daya kerja
amat cepat?" sekali ditelan seseorang lantas bisa mati?"
"Apa perlunya nona menginginkan racun berdaya kerja
cepat itu?" "Seandainya aku sanggupi permintaan kalian untuk
menyelinap keloteng Wang Hoa Loo maka delapan, sembilan
puluh persen jejakku bakal konangan, waktu itu aku bisa
menelan obat racun tadi dan mati, daripada kalau kena
ditawan nantinya bakal menjalani siksaan hebat ditangan Toa
Cungcu kami" "Baik!" Suma Kan tersenyum dari sakunya ia ambil keluar
sebuah botol porselen kemudian mengeluarkan sebutir pil
warna hijau, katanya. "Pil ini asalkan ditelan maka dalam sekejap mata seseorang
akan menemui ajalnya, kalau tidak terpaksa jangan ditelan"
Setelah menerima pil tadi Hong Tju bertanya.
"Kau minta aku menghantar barang apa?"
"Beberapa macam permainan kecil, kau boleh sembunyikan
dimanapun, tapi nona harus ber-hati2, jangan sampai
ketahuan orang lain"
Sembari berbicara dari sakunya ia ambil keluar sebuah
tabung berbentuk panjang serta sebuah kotak warna hitam
dan diserahkan kepada nona itu, tambahnya
"Asalkan nona mencabut penutup tabung ini kemudian
lepaskan kesekitar loteng Wang Hoa Loo sudahlah cukup"
"Bagaimana dengan kotak hitam ini" apakah perlu dibuka
penutupnya?" "Tidak salah!" Hong Tju memeriksa dahulu keadaan cuaca, kemudian
mengangguk. "Baik! aku akan pergi mencobanya "
"Nona kau jangan lupa, jalan darah Thian-tu-hiat serta
Hong-Hu-hiat mu masih tertotok, dalam satu jam kemudian
akan mulai kambuh, setelah melepaskan tbung besi serta
kotak tadi cepatlah balik kemari, cayhepun akan segera
membebaskan jalan darah nona yang tertotok itu "
"Aku bukan seorang manusia yang takut mati kau jangan
kira aku mau berbuat demikian karena terpaksa menuruti
kemauanmu " jawab Hong Tju dingin.
"Baik, kalu begitu cayhe akan menanti kabar berita dari
nona " Hong Tju tertawa getir. "Seandainya di dalam satu jam kemudian aku masih belum
kembali itu berarti aku sudah mati dibawah loteng Wang Hoa
Loo" katanya. "Nona bukan seorang manusia berumur pendek silahkan
berangkat dengan hati lega"
Hong Tju telah berjalan beberapa langkah kedepan
mendadak ia balik kembali seraya bertanya, "Apakah isi dari
tabung panjang serta kotak hitam ini" dapatkah kau
memberitahukan kepadaku?"
"Suatu permainan kecil yang tidak menarik hati, bahkan
benda itu jarang dijumpai dalam daerah Tionggoan, sekalipun
cayhe beritahukan kepada nonapun, nona tak bakal tahu...."
Setelah merandek sejenak terusnya, "Saat ini merupakan
waktu yang paling bagus. Nah cepat-cepatlah pergi nona!
cayhe sekalian tidak akan menanti keberhasilanmu dengan
berdiam diri, kami akan berbuat sedikit jasa untuk nona"
"Berbuat jasa untukku?"
"Kami sekalian akan menyambut kedatangan nona asalkan
nona bisa lolos dari barisan bunga itu, sekalipun ada tentara
yang mengejarpun tak usah jeri"
Hong Tju tertawa hambar, lambat2 ia keluar dari ruangan.
Menanti Hong Tju sidayang itu sudah lenyap dari
pandangan, tak tertahan Siauw ing berbisik lirih.
"Suma-heng menurut penglihatanmu apakah ia bisa
bekerja menurut rencana?"
Aku lihat ia pasti akan melaksanakan rencana kita ini."
"Bagaimana kau bisa tahu" tanya Be Boen Hwie.
"Menurut penglihatan cayhe Hong Tju bukanlah seorang
manusia berusia pendek, oleh sebab itu aku duga malam ini
dia tak akan menjumpai persoalan.
Kiranya begitu" Siauw Ling merandek sejenak, lalu
tambahnya. Setelah kita menyanggupi untuk menyambut


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedatangannya maka kita jangan sampai mengingkari janji.
"Hal ini tentu saja, diantara kita bertiga dua orang pergi
menyambut kedatangannya dan seorang tetap berjaga
dirumah. Maaf kalau siauwte banyak bicara ujar Be Boen Hwie
sambil tersenyum "Dapatkah Suma-heng menerangkan
sebenarnya apa isi dari tabung besi serta kotak hitam itu"
"Benda itu merupakan dua makhluk aneh yang berhasil
siauwte dapatkan dipulau San-to belajar silat tempo dulu Shen
Bok Hong berhati keji dan tidak mengenal peri kemanusiaan,
terhadap kamipun ia melepaskan racun keji maka dengan
taruhan kehilangan dua macam makhluk aneh akan kubiarkan
dia terkurung dan merasakan hatinya tidak tenang.
"Suma-heng sudah berbicara setengah harian lamanya
belum juga terangkan apa isi dari kotak tersebut."
"Dalam kotak itu berisi beberapa ekor kelabang bersayap
yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan sedangkan
tabung besi ersebut berisi seekor ulat kecil yang amat berbisa.
seandainya aku terangkan jelas2 mungkin dayang itu tak
berani pergi menghantarnya.
"Cuma seekor ulat kecil serta beberapa ekor kelaang mana
bisa mengacau loteng Wang Hoa Loo?" tanya Siauw Ling
tertegun. "Kedua ekor mahluk itu tidak akan akur seandaiinya
dilepaskan berbareng kalau tidak terjadi pertarungan sengit
maka ke-dua2nya akan melarikan diri. Walaupun ular kecil itu
panjangnya cuma beberapa coen tetapi gerak geriknya gesit
dan cepat. racunnya luar biasa, seandainya tergigit kalau
bukan menelan obat pemunah yang khusus kubuat, sulit
untuk selamat. sedangkan beberapa ekor kelabang bersayap
tadi, walaupun terbangnya tidak begitu jauh tetapi gerakan
merekapun cepat dan sebat, sewaktu terbang membawa
suara dengungan yang nyaring sekalipun tak dapat
menimbulkan kesalah pahaman antara Shen Bok Hong dengan
Kiem Hoa Hujien, paling sedikit Shen Bok Hong akan salah
menduga Kiem Hoa Hujien sedang melepaskan racun dari atas
loteng Wang Hoa Loo"
"Tidak salah, siauwte pernah dengar orang berkata bahwa
bentuk racun keji dari daerah Biauw ini berbentuk seperti ulat
kecil" "Apa yang kubentangkan hanya merupakan dugaan siauwte
belaka, manjur atau tidak saat ini masih sulit untuk
diduga...." ujar Suma Kan sambil tertawa.
Setelah merandek sejenak tambahnya, "Mari, sudah
seharusnya kita pergi menyambut kedatangan dayang
tersebut" "Shen Bok Hong adalah seorang manusia cerdik, aku pikir
dibalik barisan bunga tentu sudah diatur jebakan2"
"Bukan jebakan belaka bahkan seluruh perkampungan
Seratus Bunga ini merupakan sebuah barisan Ngo Heng Ting
yang hidup. halaman serta pepohongan tersebut tanpa kau
sadari merupakan sebuah barisan kecil, dari barisan yang
bersambungan itulah tercipta sbuah barisan besar Shen Bok
Hong memang seorang manusia aneh. Cuma saja kendati
bagaimanakah perubahan barisan ini tidak akan berhasil
mengurung diri siauw-te"
"Menurut apa yang cayhe ketahui" Siauw Ling pun angkat
bicara. "Disakitar barisan bunga itu dijaga ketat oleh jago-jago
perkampungn seratus bunga, lagi pula para jago sudah
berkumpul disini aku pikir penjagaannya pasti lebih ketat"
"Asal kita tangkap dua orang peronda kemudian memakai
bajunya bukankah gerak gerik kita bakal lebih leluasa?" jawab
Suma Kan sambil tertawa. Mendengar jawaban itu Siauw Ling lantas berpikir, "Perduli
tindakan ini akan menempuh bahaya atau tidak setelah
menyanggupi dayang tersebut kita tak boleh ingkar janji...."
Karena berpikir demikian ia berpaling sekejap ke arah Be
Boen Hwie dan berkata, "Tjong Piauw Pacu pergilah bersama2
Suma heng! cayhe akan tetap tinggal dirumah saja"
Waktu itu Be Boen Hwie sudah mengagumi Siauw Ling, ia
lantas tersenyum. "Aku lihat lebih baik kau saja pergi!" serunya,
Suma Kan pun tahu Siauw Ling memiliki ilmu silat yang
sangat lihay, perduli pemuda itu mau atau tidak, ia segera
menyambung. "Kalau begitu harus merepotkan Tjong Piauw Pacu harus
jaga rumah" "Kalian berdua harus hati2 kalau bisa hindarilah bentrokan
secara langsung jangan sampai bikin kehebohan."
"Terima kasih atas perhatianmu" Suma Kan tersenyum, ia
lantas bertindak keluar dari ruangan.
"Harap Heng-thay suka mengikuti dibelakang siauwte" bisik
Suma Kan lirih sekeluarnya dari pesanggrahan dengan langkah
lebar ia langsung menerobos ke dalam barisan bunga itu.
Siauw Ling mengikuti kencang dibelakangnya tampak Suma
Kan yang membawa jalan sebentar berputar kekiri sebentar
lagi kekanan gerkannya sangat cepat seakan2 sudah sangat
hapal dengan daerah sekitar tempat itu.
Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di tepi loteng
Wang Hoa Loo. Kedua orang itu menerobosi beberapa kali hutan buatan,
namun selama ini tidak menjumpai adanya orang yang
menghadang jalan pergi mereka.
Tampak dari atas loteng Wang Hoa Loo yang menjulang
tinggi keangkasa masih terpecik cahaya lampu, jelas orang
yang ada disana masih belum beristirahat.
Suma Kan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian bisiknya lirih. "Seandainya dugaan cayhe tidak salah, seharusnya dayang
itu akan balik kembali dengan mengambil arah kemari."
Sebelum ia selesai berbicara, mendadak tampak sesosok
bayangan muncul dari balik loteng Wang Hoa Loo dan
meluncur ke dalam hutan dimana kedua orang itu sedang
menyembunyikan diri. "Entah orang itu adalah dayang tersebut tau bukan?"
"Aku rasa ia tidak akan mejumpai bencana."
Tampak orang itu bergerak sangat lambat, langkahnya
tenang dan air matanya tidak menunjukkan rasa kaget atau
gugup. Cahaya lampu diatas loteng Wang Hoa Loo tiba-tiba padam
kecuali tinggal cahaya lampu yang memancar keluar dari
tingkat paling atas. Siauw Ling tahu tempat itu adalah tempat tinggal Shen Bok
Hong, ditengah malam seperti ini belum beristirahat ia tentu
sedang merundingkan siasat berikutnya untuk membalas
kegagalan serta kekalahannya malam tadi.
Memandang loteng yang tinggi menulang ke angkasa
ditengah malam buta, pemuda she Siauw ini teringat kembali
akan orang tuanya yang terkurung, rasa sedih segera
menyerang benaknya. Sementara itu Suma Kan telah mengerahkan tenaga
lweekangnya bersiap sedia, ia memperhatikan terus bayangan
manusia yang makin mendekati tempat persembunyian
mereka itu. Setelah terjadinya pertarungan dalam perjamuan tadi baik
Siauw Ling maupun Suma Kan sudah merasa orang2 dalam
perkampungan seratus bunga kendati seorang dayangpun
memiliki ilmu silat yang hebat, mereka tak berani bertindak
gegabah. Tampak bayangan manusia itu makin lama semakin dekat
dan akhirnya sudah hampir mendekati tempat persembunyian
mereka berdua. Suma Kan memandang tajam kedepan sedikitpun tidak
salah orang itu adalah Hong Tju, ia segera menjawil ujung
baju Siauw Ling dan berkata dengan menggunakan ilmu
menyampaikan suara. "Sedikitpun tidak salah dayang itu pulang dengan aman
tenteram" Siauw Ling tersadar kembali dari kesedihan yang
mencekam hatinya. iapun memandang sekejap ke arah orang
itu. tiba-tiba rasa curiga menyelimuti hatinya ia berpikir,
"Dibawah loteng Wang Hoa Lo tersembunyi suatu penjagaan
yang maha ketat sedangkan dayang itu tidak lebih cuma
seorang dayang secara bagaimana bisa masuk keluar tanpa
diketahui oleh mereka...."
Tampak Hong Tju lambat2 berjalan masuk ke dalam
barisan bunga kemudian langsung menuju kepesanggrahan
bambu hijau. "Air muka dayang ini rada aneh" bisik Suma Kan lirih, "Mari
kita ikuti dirinya" Sementara itu lampu lentera yang masih terang benderang
diloteng paling atas tiba-tiba padam seluruh perkampungan
seratus bunga terlelap ditengah kegelapan.
Kedua orang itu membuntuti Hong Tju langsung kembali
kepesanggrahan bambu hijau.
Tampak Hong Tju mendorong pintu dan langsung masuk
kedalam. Tiba-tiba Suma Kan mengempos napas bagaikan kilat ia
ikuti Hong Tju masuk ke dalam ruangan.
Waktu itu Be Boen Hwie sedang menanti di tengah
ruangan. melihat Hong Tju mendorong pintu berjalan masuk
ke dalam ruangan ia segera bangun berdiri, tetapi belum
sempat ia buka suara, Suma Kan laksana kilat telah
menerobos masuk ke dalam ruangan sembari berseru cemas.
"Be-heng hati2 air muka itu sedikit kurang beres"
Be Boen Hwie bukan manusia sembarangan, sekalipun
suma Kan tidak berserupun ia cukup waspada. hawa murninya
sudah disalurkan mengelilingi seluruh badan.
Tampak air muka Hong Tju berubah hijau membesi, setelah
tiba disebuah kursi mendadak ia duduk sepasang matanya
memancarkan rasa sakit yang bukan alang kepalang. setelah
tertawa ia berseru. "Budak...." Agaknya ia berusaha keras untuk bicara namun baru
mengutarakan dua patah kata ia sudah tak tahan dan
menghembuskan napas penghabisan dengan bersandar diatas
kursi. Tangan kanan Be Boen Hwie bergerak cepat
mencengkeram bahu Hong tju, serunya cemas.
"Nona hong...."
Suma Kan pun segera mengayunkan tangan kanannya
kedepan segulung angin pukulan menghadang tindakan be
Boen Hwie tersebut. "Jangan gegabah" serunya memberi peringatan.
Se-akan2 sadar dari lamunan, dengan cepat Be Boen hwie
mundur dua langkah ke belakang dan memandang myat Hong
Tju yang bersandar dia atas kursi dengan mata emndelong.
Badan Hong Tju mulai mendingin dan kaku jelas ia sudah
menemui ajalnya. "Aaaa.... akulah yang sudah mencelakai dirinya gumam
Suma Kan sambil goyangkan kepalanya berulang kali.
Siauw Ling pun menghembuskan napas panjang.
"Aaaaai.... seharusnya sejak semula cayhe harus
menasehati kalian jangan bertindak gegabah seperti ini."
Mendadak ia membungkam dan pasang telinga tajam2.
Suma Kan kerutkan alisnya rapat2 bisiknya lirih.
"Kalau pihak lawan sudah bertindak begini keji kitapun tak
usah berwelas asih lagi habiskan mereka secara kejam pula."
Baru saja ia selesai bicara, mendadak didepan pintu
ruangan telah berdiri seorang perempuan yang sangat cantik
memakai baju putih dengan sebuah sulaman bunga emas
didepan dadanya Suma Kan sudah ayun tangan kanannya siap
membabat, namun segera dihadang oleh Siauw Ling.
Air muka perempuan cantik itu amat keren dan serius,
sepasang matanya melotot bulat2 sedang memancarkan
cahaya tajam yang menggidikkan, ia menyapu sekejap wajah
ketiga orang itu kemudian serunya.
"Laporkan nama2 kalian?"
Sementara itu suma Kan serta Be Boen Hwie dapat melihat
orang ini bukan lain adalah Kiem Hoa Hujien yang melepaskan
racun keji ulat emas tersebut. tanpa terasa timbul
kewaspadaan dalam hatinya.
Suma Kan berpaling melirik sekejap ke arah jenasah Hong
Tju. kemudian mendehem dan menegur.
Apakah anda yang disebut Kiem Hoa Hujien.
"Tidak salah!" jawan Kiem Hoa Hujien dingin, "Siapakah
anda" "Peramal sakti dari lautan Timur Suma Kan"
"Belum pernah mendengar nama ini...." sinar matanya
segera beralih ke atas wajah Be Boen Hwie serunya,
"Siapa namau?" "Be Boen Hwie?" jawab orang tua sehe Be dengan alis
berkerut. "Oooouw Cong Piauw Pacu dari propinsi Hoo lam, Auw pak
Auw-lam serta Kiang si!"
Hanya nama kosong belaka harap Hujien jangan
mentertawakan." Perlahan-lahan Kiem Hoa Hujien alihkan sinar matanya ke
atas wajah Siauw Ling. setelah dipandangnya beberapa saat ia
bertanya. "Siapa namamu!"
"Be Seng...." Air muka Kiem Hoa Hujien yang serius dan keren tiba-tiba
terlintas usatu senyuman manis serunya
"Eeeeei saudaraku yang baik, seharusnya kau bicara
dengan pencet hidungmu walaupun suaramu kurang bagus
namun masih dapat mengelabui mata orang lain. kalau tidak
perhatikan lebih seksama sulit untuk temukan kejanggalan
yang ada. namun suaramu sedikitpun tidak berubah."
Sembari bicara, ia tertawa dan menyincing gaun bertindak
masuk ke dalam ruangan. "Bagaimana kau bisa tahu kalau aku berada disini?" tanya
Siauw Ling. Sinar mata iem Hoa Hujien berputar ia melirik sekejap
jenasah Hong Tju kemudian jawabnya.
"Budak inilah yang membawa jalan buatku!"
"Berdasarkan apa kau bisa mengatakan hal ini ada sangkut
pautnya dengan diriku?"
Orang lain tidak akan bernyali begitu besar berani mengirim
seorang dayang yang dididik dan dipelihara sejak kecil dala
mperkampungan Seratus Bunga untuk mengacau diloteng


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wang Hoa Loo Walaupun Suma Kan mengerti kedudukan Siauw Ling tidak
rendah, namun ia masih belum tahu siapakah namanya,
segera ia menyambung. "Dayang ini akulah yang mengirim dia pergi. persoalan
tersebut tiada sangkut pautnya dengan Heng-thay ini."
Kiem Hoa Hujien berdiam diri, mendadak tangan kanannya
merogoh keluar seekor ular kecil berwarna merah dan
dilemparkan kedepan. "Hanya ular kecil ini saja?" serunya.
Tangan kirinya pun mengambil keluar sebuah kotak hitam
in imasih terdapat beberapa ekor kelabang. aku lihat lebih baik
kau tarik kembali semuanya ini!"
Pergelangan diayun, ia sudah melemparkan ular beracun
serta kotak itu ke arah Suma Kan.
Sang peramal sakti dari lautan Timur ini hanya berani
menyambut kotak tersebut, sedang ular beracun tidak berani
diterima dengan tangan. Be Boen Hwie takut ular beracun itu melukai orang,
kipasnya segera berkelebat kedepan menghantam binatang
kecil tersebut. "Tidak usah takut. ular berbisa itu sudah mati" seru Kiem
Hoa Hujien dengan suara dingin.
Gerakan Be Boen Hwie dalam menayunkan kipasnya sangat
cepat bagaikan sambaran kilat, barusan saja ucapan Kiem Hoa
Hujien meluncur keluar kipas Be Boen Hwie sudah bersarang
di atas tubuh ular tadi dengan telak, darahnya segera muncrat
keempat penuru sehingga ular tadi terbabat putus jadi dua.
Mungkin Suma Kan malu atas kemampuan binatang2
berbisanya yang kalah jauh dari Kiem Hoa Hujien. setelah
menerima kotak tadi ia membungkam dalam seribu bahasa.
Siauw Ling melirik sekejap ke arah Kiem Hoa Hujien,
kemudian ujarnya. "Kau bisa datang kemari, aku pikir orang lain pun
kemungkinan sekali bisa datang kemari pula?"
"Jangan kuatir" jawab Kiem Hoa Hujien sambil tertawa.
"Diluar ruangan aku sudah menyebar sarang laba2
beracun, seandainya ada orang yang menguntil aku kemari, ini
berarti mencari kematian buat diri sendiri"
Siauw ing melirik sekejap ke arah jenasah Hong Tju lalu
tanyanya lagi, "Kau berhasil mendapatkan ular beracun serta
kelabangnya aku rasa ia pasti menemui ajalnya pula
ditanganmu?" "Bukan, ia tidak mati ditanganku" Kiem Hoa Hujien
gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku cuma merampas
binatang beracunnya sedang yang melukai dia bukan aku!"
"Lalu siapakah yang membinasakan dirinya?" tanya Be
Boen Hwie. Kiem Hoa Hujien menuding ke arah Suma Kan kemudian
jawabnya, "Seharusnya dia terhitung pembunuh pertama"
"Aku...." seru Suma Kan tertegun.
"Tidak salah kaulah pembunuh pertama. Kau serahkan ular
beracun itu kepadanya namun tidak memberitahukan
bagaimana caranya melepaskan ular tersebut, sehingga ia
terpagut oleh ular itu sendiri dan keracunan bukankah ia mati
ditanganmu" "Kalau begitu cayhe terhitung pembunuh nona ini?"
"Kalau bukan penjaga loteng memerseni sebuah hantaman
kepadanya iapun sudah berhasil melepaskan ular berbisa itu
dan tidak sampai terpagut oleh ular sendiri maka dari itu
penjaga loteng Wang Hoa Loo adalah pembunuh kedua"
"Ada pembunuh pertama, ada pembunuh kedua
seharusnya ada pembunuh yang ketiga bukan" sambung
Suma Kan. "Tidak salah!" Kiem Hoa Hujien membenarkan "Kalau
pembunuhnya cuma dua orang ia tidak akan mati dengan
begini tenteram" "Hujien perkataanmu mengandung maksud yang dalam,
dapatkah kau memberi penjelasan lebih jauh?" Be Boen Hwie
memohon. "Persoalan ini sederhana sekali, ilmu silat yang dimiliki
dayang ini tidak lemah sayang kurang cerdas seandainya ia
tidak melancarkan serangan balasan mungkin masih bisa
selamatkan jiwanya, siapa sangka dalam keadaan cemas ia
telah balik mengirim sebuah pukulan, hal ini membuktikan
kalau ia ada maksud berkhianat sementara itu ular berbisa
ditangannya sudah terlepas separuh, tiba-tiba binatang itu
membalik dan memagut pergelangannya satu kali"
"Jadi ia mati keracunan?" sela Siauw Ling.
Kiem Hoa Hujien tersenyum.
"Setelah tangannya terpagut ular sikap budak ini tiba-tiba
berubah tenang dan mantap ia sadar jiwanya tak tertolong
lagi maka setelah kuambil ular beracun serta kelabang
beracun dari tangannya ia lantas putar badan meninggalkan
loteng Wang Hoa Loo. Pada saat itulah penjaga loteng hendak
melancarkan serangan bokongan ke arahnya tetapi berhasil
kucegah semua" Sewaktu berbicara dengan Be Boen Hwie serta suma Kan
sikap perempuan ini dingin dan hambar sebaliknya terhadap
Siauw Ling ia tunjukkan wajah yang cerah, ramah dan penuh
senyum manis. "Suma-heng!" dalam pada itu Be Boen Hwie telah berkata.
"Nona Hong mati karena keracunan apakah Suma-heng
memiliki obat pemunah racun tersebut?"
"Aku lihat ia bukan lantaran terpagut ular belaka" sahut
Suma Kan seraya geleng kepala.
"Tidak salah!" Kiem Hoa Hujien membenarkan. "Setelah
keluar dari loteng penengok bunga kembali ia terhantam oleh
jago silat yang diluar loteng. Luka dalam ditambah dengan
racun ular yang bekerja berbareng membuat ajalnya makin
cepat, meski ada obat mujarab belum tentu bisa
menyelamatkan jiwanya"
"Setelah kau menghalangi niat jahat penjaga loteng kenapa
kau tak mau membantu untu kedua kalinya dan selamatkan
jiwa gadis itu?" Siauw Ling bertanya.
"Orang itu bersembunyi dibalik kegelapan diluar loteng,
tiba-tiba ia loncat keluar sambil menyerang dalam keadaan
tidak siap sulit bagiku untuk menolong"
"Setelah ia terluka ditambah pula hawa murninya tak bisa
disalurkan berhubung daya kerja racun ular itu maka ia tak
berani jalan terlalu cepat selangkah demi selangkah budak
tersebut berjalan kembali keruang bambu hijau...."
Bersambung ke jilid 20 JILID 20 Ia merandek sejenak lalu terusnya, "Kalian anggap diri
sendiri amat cerdik, kau anggap setelah dalam kebun tak ada
yang menghalangi kalian lantas tingkah lakumu tidak
diketahui" bicara terus terang semua gerak gerikmu diawasi
orang secara diam2, semua perbuatan kalian dengan cepat
telah sampai diatas loteng Wang Hoa Loo"
"Jadi kedatangan Hujien ketempat inipun tak akan lolos dari
pengawasan mereka?" tanya Suma Kan.
"Dalam perjamuan yang diadakan malam tadi agaknya
Shen Bok Hong mendapat pahit getir yang susah diutarakan
keluar, sekembalinya diatas loteng Wang Hoa Loo ia
termenung terus sepatah katapun tidak bicara, mungkin pada
saat ini ia masih belum thau keadaan sejelasnya. Orang ini
ganas dan licik, sebelum memahami duduknya perkara tidak
nanti melakukan tindakan secara smbarangan kedatanganku
kesini tentu saja tidak akan lolos dari pengawasan orang2
Perkampungan seratus unga meski demikian mereka tidak
akan bsia membuntuti diriku dan mengawasi semua gerak
gerikku" "Sekalipun ia belum tahu duduk perkara sebenarnya, tetapi
kedatangan Hujien ketempat ini pasti akan menimbulkan
perhatian khususnya terhadap dirimu" sela Be Boen Hwie.
"Maka dari itu janganlah kalian bertindak secara
gegabah...." Tiba-tiba perempuan itu tutup mulut, wajahnya berubah
hebat hardiknya dingin, "Siapa?"
Dengusan berat berkumandang datang dari tempat luaran
tetapi dengan cepat suasana pulih kembali dalam keheningan.
"Hm! akan kusuruh dia rasakan penderitaan yang paling
hebat" jengek Kiem Hoa Hujien sambil tertawa dingin.
Mendadak se-olah2 teringat satu masalah penting terusnya,
"Membicarakan dari watak Shen Bok Hong malam ini ia pasti
sedang mencari akal untuk menghadapi kalian. aku tidak
leluasa berdiam terlalu lama disini apalagi membantu kalian"
Diatas wajahnya yang ayu terlintas segumpil senyuman
pedih tambahnya, "Harap kalian bertiga baik2 menjaga diri."
Mendadak ia putar badan dan berlalu,
Bibir Siauw Ling bergetar ingin mengucapkan sesuatu,
namun niatnya segera dibatalkan,
Gerakan tubuh Kiem Hoa Hujien amat cepat. dalam sekejap
mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Seperginya perempuan suku Biauw itu, Siauw Ling
berpaling memandang jenasah Hong Tju yang berbaring
dilantai tiba-tiba ia menghela napas panjang katanya.
"Aku lihat perhitungan mengenai nasib tak boleh dipercaya
seratus persen." "Oooouw maksud ucapan Heng thay barusan seakan2
sedang menegur diri siauwte" Suma Kan segera menyela.
"Suma-heng mengatakan raut muka nona Hong bukan raut
muka seorang yangberumur pendek teapi bagaimana
kenyataannya"! ia mati karena terpagut ular beracun."
Sepasang alis Suma Kan langsung berkerut,
"Ditinjau dari raut mukanya dia memang tidak bernasib
jelek apalagi berumur pendek?" cobanya membela diri.
"Kita menggunakan nyawa seorang nona kecil untuk
menempuh bahaya tindakan ini bukan merupakan suatu
tindakan seorang enghiong Ho-han!" kata Be Boen Hwie ikut
memberikan pendapatnya. "Jadi menurut pendapat Be-heng?"
"Maksud siauwte setiap perbuatan dari umat manusia ikuti
saja takdir, kalau benar dalam saku Suma-heng membawa
obat pemunah dari racun ular tersebut berikan dulu dua butir
kepada sang nona agar racun ular yang mengeram dalam
tubuhnya bisa punah kemudian kita baru berusaha
menyembuhkan luka dalamua. Seumpama kita tetap berpeluk
tangan dan biarkan nona ini menemui ajalnya begitu saja,
siapa yang bisa tenteram melihatnya"
Suma Kan melirik sekejap ke arah Hong coe kemudian
mengangguk. "Baiklah!" Dari dalam saku ia ambil keluar sebuah botol porselen dan
ambil keluar tiga butir pil berwarna merah ia menelan sebutir
lalu serahkan dua butir lainnya kepada Be Boen Hwie serta
Siauw Ling, ujarnya, "Kalianpun telanlah dahulu sebutir pil
pemunah agar jangan sampai terkena racun ular tersebut!"
Siauw Ling serta Be Boen Hwie segera menerima obat
pemunah tadi dan menelannya.
Suma Kan tarik napas panjang, seluruh jalan ditubuhnya
ditutup rapat kemudian baru maju membimbing bangun batok
kepala Hong Tju. Siauw Ling yang ada disamping mengawasi dengan
seksama, ia temukan wajah Hong Tju telah dilapisi oleh hawa
hijau yang tebal jelas ia sudah keracunan hebat"
Dari dalam botol porselen tadi, kembali Suma Kan ambil
keluar dua butir pil pemunah tangan kiri mengerahkan tenaga
untuk paksa membuka rahang Hong Tju kemudian
memasukkan kedua butir pil tadi ke dalam mulutnya.
Dalam pada itu seluruh tubuh Hong Tju telah mendingin
dan kaku, napasnya telah berhenti, meski obat tersebut telah
masuk ke dalam mulut namun sukar ditelan ke dalam perut.
Siauw Ling segera maju kedepan, tangannya menekan
dada Hong Tju dan merasakan detak jantung gadis ini telah
lama berhenti, tak kuasa ia hela napas panjang.
"Aaaai....! napasnya telah berhenti jantungpun telah
berhenti berdetak, ucapan Kiem Hoa Hujien sedikitpun tidak
salah meski ada obat mujarab tidak akan bisa menghidupkan
dirinya kembali" bisik pemuda itu lirih.
"Siapa yang bilang jiwa budak ini tak tertolong lagi?" tibatiba
dari tempat luaran berkumandang datang suara teguran
yang amat dingin. Be Boen Hwie terkesiap pikirannya.
"Betapa sempurnanya ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki orang ini, mengapa tindak tanduknya sama sekali tidak
menimbulkan suara?" Ketiga orang itu sudah menyadari bahwa ucapan Kiem Hoa
Hujien tidak bakal salah, malam ini terlalu sulit bagi mereka
untuk melewatinya dengan aman tetapi urusan sudah jadi
begini mereka terpaksa duduk sambil menanti kedatangan
musuh. Maka dari itu meski mereka sedang berusaha
menolong Hong Tju, sepasang mata dan telinganya telah
dipentangkan mengawasi situasi diluar ruangan.
Ketika semua orang angkat kepala, terlihatlah seorang
manusia aneh berperawakan kurus kering dengan memakai
baju serba hitam berdiri didepan pintu. kulit wajahnya kaku
dan kasar persis seperti sesosok mayat hidup
Menjumpai orang itu Siauw Ling terkesiap. hampir2 saja ia
menyebut nama Tok Chiu Toa Ong si Raja Obat Tangan
beracun. Sementara itu dengan alis berkerut Be Boen Hwie telah
menegur. "Anda adalah?" "Seluruh umat Bu-lim yang ada dikolong langit rada takuti
benda2 beracun dari Kiem Hoa Hujien namun Loohu sama
sekali tidak jeri" "Lalu siapakah kau?" tanya Suma Kan seraya secepat kilat
masukkan kembali botol porselen tadi ke dalam saku.
"Loohu adalah Tok-Chiu-Yoa-Ong Si Raja Obat bertangan
keji, terang2an bocah ini masih bisa tertolong, siapa yang
bilang ia tak tertolong lagi?"
Walaupun diluaran ia bicara dengan Suma Kan sepasang
matanya dengan tajam mengawasi Siauw Ling dari atas
hingga kebawah. Diam2 Siauw Ling terperanjat segera ia berpikir, "Apakah
dia sudah tahu akan wajahku yang sebenarnya?"
Buru-buru sinar matanya ditarik kembali dan berdiri dengan


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mulut membungkam. "Hm! sungguh besar omonganmu" jengek Suma Kan.
"Hendak kau buktikan bagaimana cara Loohu
menyelamatkan jiwanya?"
"Sudah lama kudengar akan kelihayan ilmu pertabiban
orang ini" pikir Be Boen Hwie. "Hanya sayang tabiatnya
kukoay meski memiliki kepandaian seperti Hia Tuo namun tak
sudi menolong harus menggantungkan apakah ia senang atau
tidak, ditambah pula ilmu silatnya luar biasa, sebagian besar
orang Bulim pada menaruh tiga bagian rasa jeri kepadanya
sekarang Hong Tju sudah mati. tetapi ia bilang masih bisa
tertolong kenapa aku tidak bisa panasi hatinya dengan akta2"
kalau jiwanya bisa tertolong itulah yang dicari, kalau tidak
tertolong kita pun tak bisa berbuat lain."
Karena punya pikiran demikian dengan nada dingin segera
ia mengejek. "Ia sudah putus nyawa dan mati. Hm meski anda memiliki
ilmu pertabiban yang amat lihay aku kira belum tentu bisa
selamatkan jiwanya dan hidupkan kembali nona ini."
"Seandainya loohu bisa menghidupkan kembali bocah
perempuan ini lalu bagaimana?"
Be Boen Hwie tertegun. "Menolong jiwa orangpun masih di-embe2li dengan syarat!
tidak aneh kalau diatas gelar si Raja Obatnya masih ditambahi
pula dengan gelar Bertangan keji," pikirnya.
Segera ia menjawab "Menolong selembar jiwa manusia jauh lebih menangkan
berbuat kebajikan banyak tahun meski cayhe sekalian bukan
anggota perkampungan Pek Hoa San Cung, namun tidak tega
melihat seseorang mati dengan begitu saja tanpa ditolong."
Orang yang menderita sakit parah dan hampir mati
dikolong langit detik ini berjumlah puluhan ribu orang meski
Loohu dilahirkan dengan delapan lenganpun tidak akan bisa
menyelamatkan seluruh umat dunia" sambung Tok Chiu Yok
Ong cepat. Teringat akan kegagahan serta kebaktian Hong Tju yang
rela mati demi kebenaran, Be Boen Hwie segera berkata.
"Baiklah" katakan, dengan syarat apakah kau hendak
menyelamatkan jiwa nona ini?"
"Siapakah orang itu?" tanya Si Raja Obat itu sambil
menuding ke arah Siauw Ling.
Be Boen Hwie melirik sekejap ke arah Siauw Ling melihat
pemuda itu membungkam segera sahutnya.
"Dia adalah pembantu cayhe?"
Dari nada ucapan si raja obat barusan Siauw Ling tahu
bahwa penyaruannya tidak diketahui olehnya iapun berlega
hati. "Benda apa yang kau inginkan?" kembali orang she Be itu
bertanya. "Aku menginginkan darah ditubuhnya...."
"Apa?" Be Boen Hwie terkesiap. "Buat apa kau inginkan
darah segar ditubuhnya?"
"Untuk menolong orang, menolong seseorang yang hampir
menemui ajalnya!" sewaktu berbicara jelas tampak sekali
wajah si raja obat ini diliputi rasa berduka.
"Menolong jiwa orang kenapa harus memakai darah segar"
pikir orang she Be itu "Tetapi ilmu pertabiban si raja obat
bertangan keji amat lihay tidak mungkin ia bisa tanpa sebab2
tertentu...." Haruslah diketahui pada jaman itu masih jarang orang
menggunakan darah untuk penyembuhan suatu penyakit
tentu saja berita tersebut cukup mengejutkan bagi yang
mendengar. Si raja obat bertangan Keji melirik sekejap ke arah Hong
Coe lalu berkata kembali.
"Kalau orang ini dibiarkan ber-larut2 loohu pun tidak akan
bisa menolong lagi sanggup atau tidak dengan permintaanku
tadi" harap Be-heng segera ambil keputusan"
Wataknya dingin sombong dan suka menyendiri, hal ini
sudah diketahui umum. tetapi pada saat ini nada ucapannya
halus dan lunak jelas menunjukkan bahwa hatinya sedang
merasa cemas. "Pembantu dari siauwte ini meski pernah belajar silat,
tetapi badannya lemah sekali, bagaimana kalau siauwte yang
rela menyumbangkan darah ditubuhku!"
"Tidak bisa. tidak bisa." dengan cepat si raja obat
menggeleng, "Loohu sudah mengarungi seluruh pelosok dunia
selama ini hanya temukan darah dua orang saja yang bisa
digunakan?" "Siapa kedua orang itu?"
"Seorang adalah Siauw Ling Sam CUngcu dari
perkampungan Pek Hoa San Cung, sedangkan yang lain
adalah pembantu dari Be-heng ini. Aaaai pembantu dari Beheng
benar2 memiliki tulang yang bagus dan tidak kalah
dengan Siauw Ling, hanya sayang ia tidak punya rejeki seperti
Siauw Ling sebaliknya hanya berhasil jadi pembantu Be-heng
belaka," Mendengar ucapan itu Be Boen Hwie terkesiap kembali ia
berpikir. "Agaknya ketepatan menduga ditinjau dari ilmu pertabiban
jauh lebih tepat dari ilmu meramal"
Dalam pada itu dengan sengaja menyerakkan suaranya
Siauw Ling bertanya. "Berapa banyak darah segar yang kau butuhkan dari
badanku!" "Aaaaai seandainya kau sudi menyumbangkan seluruh
darah segar yang ada di dalam tubuhmu bukan saja untuk
sementara bisa selamatkan jiwa orang itu bahkan memberikan
pula harapannya untuk sehat kembali seperti sedia kala"
"Siapakah orang itu" kok mendapat perhatian begitu besar
dari Yok-Ong?" "Loohu tidak ingin membohongi kalian, orang itu bukan lain
adalah putriku sendiri"
"Ooouw kiranya begitu" batin orang she Be. "Meski keji Si
raja obat bertangan Keji masih menyayangi putrinya sendiri
dengan begitu tebal sungguh suatu kejadian yang tak
disangka...." Kembali terdengar Tok-Chiu-Yok-Ong bergumam seorang
diri, "Seandainya Be-heng sudimemerintahkan pelayanmu
untuk hadiahkan seluruh darah segar di tubuhnya sehingga
jiwa siauw-li tertolong loohu rela mengikuti Be-heng selama
sepuluh tahun sebagai pembantu setil, perintah keair aku akan
keair, perintah keapi akan kuterjang lautan api!"
Dengan cepat Be Boen Hwie geleng kepala.
"Walaupun ia mengikuti siauw-te namun menghadapi
masalah besar yang menyangkut keselamatnnya cayhe tidak
berani ambil keputusan sendiri" katanya.
"Siauw-jien dengan Yok-Ong tidak bisa dikatakan punya
ikatan sahabat" sambung Siauw Ling. "Semakin tidak bisa
dikatakan lagi kalau siauw-jien harus menolong selembar jiwa
putrimu tetapi dengan dasar hati yang welas dan iklas diri
siauw-jien sendiri aku rela menghadiahkan darah segarku
hanya tidak kuketahui berapa banyak yang dibutuhkan Yok-
Ong?" Memandang dua cawan air teh yang terletak diatas meja
Tok-Chiu-Yok-Ong menjawab, "Secawan darah segar
ditambah dengan obat mujarab yang kubuat bisa
menyelamatkan jiwa siauw-li selama satu bulan"
"Baik! siauw-jien akan hadiahkan secawan darah segar
untuk anda.... sinar matanya berputar pemuda itu memandang
sekejap ke arah Hong Coe lalu menambahkan, "Tetapi Yok-
Ong harus menyelamatkan dahulu jiwa gadis ini!"
"Soal ini tidak sulit!"
Tiba-tiba si raja obat itu melangkah maju dekati tubuh
Hong Coe, tangan kanannya bergerak berulang kali kemudian
baru berhenti. Ketika semua orang alihkan sinar matanya tampaklah
diatas dada serta pundak Hong Coe telah tertancap enam
batang jarum perak. Keenam batang jarum perak tadi menembusi enam buah
jalan darah penting yang saling bersambungan. kena
rangsangan yang datang secara tiba-tiba dari keenam buah
jalan darah tersebut darah yang semula telah berhenti tibatiba
bergolak kembali. golakan tersebut menghasilkan
goncangan pula di dalam jantung yang mengakibatkan
jantung mulai berdetak kembali bibirnya bergetar membuat
obat pemunah dari Suma Kan segera tertelan ke dalam perut.
Menyaksikan Hong Tju yang telah mati jadi hidup kembali
setealh keenam batang jarum perak tadi ditusukkan ke dalam
badan, Be Boen Hwie merasa terkejut bercampur keheranan
pikirnya. "Nama besar Tok Chiu Yok Ong benar2 bukan nama kosong
belaka ia memang betul2 hebat."
Sepasang mata Tok Chiu Yok Ong dengan tajam
mengawasi tubuh Hong Tju ketika melihat tangan kakinya
mulai bergerak tiba-tiba ia turun tangan mencabut jarum
perak itu, kemudian tangan kanannya bergerak menotok
kesana menabuk kemari dengan cepatnya.
Gerakan tangannya amat cepat begitu cepat sampai Be
Boen Hwie tak dapat melihat jalan darah apa saja yang ditotok
dan ditabok olehnya. Terdengar Hong Coe menghembuskan napas panjang lalu
membuka sepasang matanya kembali.
Tok-Chiu-Yok-Ong segera berhenti bekerja, mundur dua
langkah ke belakang, ambil keluar dua butir pil dan diserahkan
ketangan Be Boen Hwie sambil berpesan, "Berikan pil ini
kepadanya lalu biarkan dia tidur selama empat jam setelah
keringat racun mengucur keluar kesehatannya akan sembuh
dengan cepat" "Terima kasih Yok ong"
Sepasang mata Hong Coe berputar ketika menjumpai Tok
Chiu Yok Ong ada disana buru-buru ia bangun dan jatuhkan
diri berlutut. "Terima kasih atas pertolongan Yok Ong!"
"Hmm tak usah berterima kasih kepadaku terima kasihlah
kepada orang yang menolong dirimu itu"
Seraya berkata si raja obat ini menuding ke arah Siauw
Ling. Hong Coe segera berpaling ke arah pemuda itu ia
tercengang dan keheranan namun gadis itu menjura pula
dalam2 sambil berkata, "Terima kasih atas pertolongan anda!"
Karena tidak tahu ia harus menyebut Siauw Ling dengan
sebutan apa maka ia bicara sekenanya.
"Nona tak usah banyak adat" Siauw Ling balas menjura.
"Lukamu baru saja sembuh,lebih baik masuklah ke dalam
kamar untuk atur pernapasan dan tenangkan diri.
Hong Coe berpaling ke arah Be Boen Hwie serta Suma Kan,
sikapnya gugup dan gelagapan.
"Ucapannya sedikitpun tidak salah" Tok Chiu Yok Ong
membenarkan dengan suara dingin "Kau memang seharusnya
cepat-cepat atur pernapasan kenapa masih saja berdiri
termangu2 disini" "Biar cayhe yang antar nona duduk bersemedi di dalam
kamar" Be Boen Hwie bertindak cepat mencekal tangan kanan
Hong Coe dan memayang masuk ke dalam ruangan.
Dalam hati Hong Coe masih merasa ragu tetapi Be Boen
Hwie sebagai seorang majikan ternyata membimbing dirinya
masuk ke dalam jelas perkataan tersebut tak bakal salah lagi,
maka sambil melangkah ke dalam ruang belakang ia berkata.
"Tempat ini adalah kamar istirahat Beya, budak tidak berani
menggunakannya" "Nona adalah seorang pendekar gagah, cayhe merasa
sangat kagum bersemedilah di dalam kamar ini dan tak usah
cabangkan pikiran yang bukan2, perduli kau dengar suara
apapun diluar tak usah keluar menengok, tetaplah berada
disini mengatur pernapasan."
"Budak turut perintah!"
"Nah baik2lah beristirahat"
Sehabis bicara ia tutup pintu kamar dan mengundurkan
diri. Menanti berada diluar tampaklah pada waktu itu tangan
kanan Siauw Ling mencekal sebuah cawan, ujung baju tangan
kiri sudah digulung tinggi, sementara Tok Chiu Yok Ong
sedang siap mencengkeram lengan pemuda itu.
"Tunggu sebentar!" segera serunya.
Gerakan Siauw Ling sangat cepat, mendengar suara itu ia
tarik kembali lengannya. "Bagaimana" kau menyesal tegur si raja obat bertangan
keji sambil menyapu wajah Be Boen Hwie dengan pandangan
dingin. "Semua urusan yang telah cayhe setujui tidak pernah
disesali kembali" "Lalu mengapa kau halangi aku mengeluarkan darah dari
tubuh pembantumu?" "Bagaimana kalau cayhe yang wakili Yok-Ong untuk
mengeluarkan darah dari tubuhnya?"
"Apakah kau tahu bagaimana cara mengambil darah?"
"Tentang soal ini terpaksa menanti petunjuk dari
Loocianpwee!" Agaknya Tok-Chiu-Yok-Ong ingin mengumbar hawa
amarahnya tapi ditahan kembali per-lahan-lahan ia ambil
keluar sebuah tabung tembaga yang runcing ujungnya sambil
menyerahkan benda tadi ujarnya, "Tusuk ke atas urat nadi
dilengan kirinya lalu kerahkan sedikit tenaga, darah segar
segera akan mengucur keluar"
"Harap Loocianpwee suka mundur dua langkah ke
belakang" perintah Be Boen Hwie sambil menerima tabung
tembaga itu. Kiranya Be Boen Hwie takur si orang tua ini turun tangan
keji terhadap Siauw Ling sewaktu melepaskan darah maka ia
bersikeras untuk dilakukan sendiri pekerjaan itu.
Tok-Chiu-Yok-Ong turut perintah dan mundur ke belakang
berjaga didepan pintu ia berseru, "Cepat turun tangan loohu
akan menjaga keamanan diluar ruangan!"
Be Boen Hwie tidak langsung bekerja ia periksa dulu
tabung tembaga itu setelah dirasakan benda tersebut tiada
beracun maka ia cekal lengan kiri Siauw Ling dan tusuk urat
nadi permuda itu sementara tangan kanannya mengerahkan
tenaga dalam menekan dipunggungnya, hawa murni yang
menerjang ke dalam badan membuat darah segar mengucur
keluar dengan derasnya.

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak selang beberapa saat kemudian cawan tersebut telah
penuh dengan darah segar.
Be Boen Hwie segera lepaskan tabung lalu diangsurkan
bersama2 cawan berisi darah itu.
"Yok Ong silahkan terima benda ini"
Tok Chiu Yok Ong menerima tabung tembaga tadi
,memandang ke arah darah segar tadi ia segera mengawasi
wajah Siauw Ling seraya berkata.
"Dikemudian hari bila loohu berhasil menyelamatkan
jiwamu maka akan kupinjam seluruh darah segar yang ada di
dalam tubuhmu." "Urusan dikemudian hari lebih baik dibicarakan nanti
sama." "Hm" sampai waktunya kau suka meminjamkan itu lebih
bagus, tidak mau dipinjamkanpun kau harus pinjamkan tak
akan kubiarkan kau bertingkah." habis bicara ia putar badan
dan berlalu dengan langkah lebar.
Menanti si Raja Obat bertanga keji telah berlalu, Be Boen
Hwie baru menghela napas panjang.
"Aaaai bagaimana pesanmu?"
"Hanya secawan darah, tidak terhitung seberapa?"
Ia berpaling ke arah Suma Kan dan melanjutkan
"Agaknya perhitungan bintang Suma sianseng harus
dipercayai juga kebenarannya!"
"Aaai! liku2nya persoalan ini sungguh berada diluar
dugaan, siauw-te sendiripun tak pernah menyangka"
Mendadak.... se-akan2 teringat satu masalah besar Be Boen
Hwie segera berkata dengan alis berkerut, "Secara beruntun
Kiem Hoa Hujien serta Tok Chiu Yok Ong telah tiba disini aku
rasa kejadian ini tak akan bisa mengelabuhi ketajaman mata
Shen Bok Hong Keadaan kita malam ini benar2 bahaya dan setiap saat
bakal terancam. kita harus bikin persiapan untuk menghadapi
segala kemungkinan. "Kalau begitu biarlah malam ini siauw-te pun berdiam disini
mungkin bisa membantu diri kalian dalam menghadapi segala
kemungkinan" Sinar matanya lantas dialihkan ke arah Siauw Ling dan
bertanya "Setelah Heng-thay kehilangan darah, apakah merasakan
sesuatu yang tidak beres?"
"Aaah tidak mengapa"
"Kalau begitu bagus sekali. mari kita padamkan semua
lampu sembari atur pernapasan kita tunggu kehadiran musuh"
"Tunggu sebentar,jangan padamkan dahulu lampu itu"
tiba-tiba Be Boen Hwie mencegah.
"Apakah Be-heng ada usul?"
"Meskipun Shen Bok Hong berwatak keji dan bahaya tetapi
dewasa ini para jago dari seluruh kolong langit sedang
berkumpul di perkampungan Pek Hoa San Cung aku rasa ia
tidak akan turunkan derajat sendiri dengan melakukan
penyerangan secara besar2an, menurut maksud cayhe justru
kebalikan dari usul Suma-heng
"Silahkan kau menerangkan usulmu itu!"
"Menurut siauwte, dari pada kita menanti kedatangan
musuh dengan padamkan semua lampu jauh lebih baik kita
pasang obor disekeliling ruangan kita sehingga suasana jadi
terang benderang Pertama kita bisa pinjam cahaya obor
tersebut untukmengawasi pihak lawan yang hendak
menyerang datang. Kedua, kitapun bisa memancing perhatian
para jago lainnya jikalau Shen Bok Hong berani mengutus
anak buahnya untuk melancarkan serangan secara besar2an
bukankah tindakannya ini sama halnya dengan membuka
rahasia sendiri dihadapan umum?"
"Sedikitpun tidak salah" seru Suma Kan
sambilmengangguk, "Seandainya mereka berani melancarkan
serangan secara besar2an, kemungkinan besar kita malah bisa
mengundang pembantu yang jauh lebih banyak."
Setelah merandek sejenak ujarnya kembali.
"Hanya saja untuk menerangi sekeliling ruangan kita, paling
sedikit kita membutuhkan enam buah obor. lagipula obor
harus dijaga jangan sampai padam ditengah malam, darimana
kita dapatkan obor2 tersebut!
"Aaaai! sayang sekali beberapa orang sahabat cayhe belum
tiba semua ditempat ini" kata Siauw Ling "Kalau mereka
berada disini tentu ada akal bagus yang bermunculan."
"Kau maksudkan Tiong Chiu Siang Ku" tanya Be Boen
Hwie. "Terutama Sang Pat, ia miliki otak yang cerdas serta akal
yang banyak, pengetahuannyapun amat luas, jarang sekali
ada persoalan yang berhasil mengelabuhi dirnya.
Be BOen Hwie tersenyum. "Sejak tadi siauwte telah awasi keadaan disekeliling tempat
itu, dalam pepohonan yang lebat sana terdapat beberapa
batang obor bahkan memiliki persediaan minyak yang cukup
untuk menerangi semalam suntuk, biar aku pergi ambil enam
buah" Seraya berkata ia melangkah keluar
"Bagaimana kalau cayhe temani Cong Piauw Pacu?"
"Tidak usah, lebih baik kau banyak beristirahat!"
Dalam beberapa kali loncatan, Be Boen Hwie telah lenyap
dibalik kegelapan. Tidak selang seperminum teh kemudian tampak orang she
Be itu sudah balik sambil membawa enam buah obor,
langkahnya ter-gesa2. Suma Kan yang berdiri disisinya dapat mendengar
napasnya ter-sengkal2, agaknya baru saja orang she Be itu
melangsungkan suatu pertarungan sengit, segera ia terima
obor tersebut sambil berbisik, "Apakah kau jumpai hadangan
yang ketat?" "Walaupun tidak dihadang namun empat penjuru penuh
denganjago tangguh dalam keadaan gelisah beruntun siauwte
melancarkan serangan mematikan dan melukai dua orang
diantaranya setelah berhasil merampas enam buah obor aku
segera balik" "Berulang kali kita musuhi orang orang perkampungan Pek
Hoa San CUng lama kelamaan Shen Bok Hong tidak akan bisa
menahan diri, kemungkinan besar ia sedang kumpulkan anak
buahnya untuk mempersiapkan suatu serangan balasan yang
dahsyat, urusan tak boleh terlambat lagi ayoh cepat kita
pasang obor2 tersebut. Sambil membawa obor2 tersebut Suma Kan segera
melangkah keluar dengan langkah lebar.
Agaknya sejak tadi ia sudah mengukur jarak dari ruangan
dengan pepohonan, dengan cepat keenam buah obor tadi
sudah dipasang disekeliling ruangan, dengan demikian tiga
tombak dari ruangan segera terang benderang bermandikan
cahaya sinar. Setelah menyaksikan jilatan api obor mencapai satu depa
tingginya kecuali menjumpai angin puyuh serta hujan deras
tak bakal padam, Be Boen Hwie segera padamkan lampu
dikamar. "Sialhkan kalian berdua duduk semedi dahulu" katanya
sambil tertawa.... "Biar siauw-te berjaga lebih duluan"
Suma Kan tersenyum. "Saat ini kentongan sudah berlalu, malam yang panjangpun
tinggal dua jam lagi, aku rasa kesempatan bagi Shen Bok
Hong untuk melancarkan serangan balasan hanya tinggal satu
jam belaka" Demikianlah ketiga orang itu secara bergilir melakukan
penjagaan sedikitpun tidak berani teledor.
Siapa sangka kejadian benar2 berada diluar dugaan ketiga
orang itu, hingga fajar menyingsing dan menyinari seluruh
jagad tidak pernah terjadi suatu peristiwa apapun
Menyaksikan sinar sang surya telah menerangi seluruh
permukaan, Suma Kan segera melangkah keluar dari ruangan
dan memadamkan obor2 tersebut.
- - - - - - - 35 Siauw Ling serta Be Boen Hwie menguatirkan keadaan luka
Hong Coe, mereka segera melangkah masuk ke dalam
ruangan, tampak Hong Coe tidur dengan nyenyak diatas
pembaringan, napasnya teratur dan wajahnya mulai memerah
dadu sedikitpun tidak menunjukkan kalau ia baru sembuh dari
sakit. Menyaksikan keadaan itu Be Boen Hwie menghembuskan
napas panjang ujarnya. "Aaaai agaknya racun ular yang mengeram ditubuhnya
telah punah. Tok Chiu Yok Ong benar2 memiliki kepandaian
untuk menghidupkan kembali orang yang telah mati."
"Seandainya orang ini dapat tinggalkan jalan sesat kembali
kejalan yang benar suka menolong umat manusia entah
berapa banyak orang yang berhasil diselamatkan. Sayang
seribu kali sayang wataknya angkuh tinggi hati dan tidak suka
menolong manusia. sehingga me-nyia2kan kepandaian
pertabibannya yang lihay,"
Sementara ber-cakap2, Suma Kan pun telah berjalan
masuk terdengar ia menyambung.
"Kesempatan hidup gadis ini sudah pulih kembali. kalian
berdua tak usah menguatirkan keselamatannya lagi, saat ini
tinggal dua jam mendekati perjamuan siang nanti kita harus
menggunakan kesempatan yang baik ini untuk beristirahat
sebentar, kemungkinan besar di dalam perjamuan orang
gagah yang diadakan siang nanti bakal terjadi suatu
pertarungan sengit."
"Tidak salah" Be Boen Hwie membenarkan, "Setelah Shen
Bok Hong lepaskan kesempatan untuk menyerang kemarin
malam, aku rasa disiang hari bolong macam begini tidak akan
ia utus orang untuk melancarkan serangan kepada kita."
Ketiga orang itu segera mengundurkan diri dari ruangan
menutup pintu dan duduk bersemedi diruang tengah.
Tenaga lweekang Siauw Ling amat sempurna, tidak selang
satu jam kemudian ia sudah segar kembali dan selesai
bersemedi. Ketika buka mata ia menjumpai kedua orang rekannya
masih bersemedi agaknya sedang mencapai puncak terakhir,
ia tidak ingin mengganggu mereka berdua maka badannya
segera bangun berdiri. Tiba-tiba tersengar langkah kaki manusia berkumandang
datang ia cukup waspada. Pemuda itu kembali duduk ke atas
tanah, pejam mata dan duduk tak berkutik.
Tampak Hong Coe dengan langkah yang menggiurkan
lambat2 berjalan keluar dari ruangan, setibanya diruang
tengah matanya mengawasi ketiga orang itu dengan
mendelong kemudian menunduk dan termenung agaknya ia
sedang mempertimbangkan suatu masalah besar.
Menyaksikan tingkah laku gadis itu hati Siauw Ling rada
bergerak segera pikirnya, "Kemarin ia rela menempuh bahaya
karena dipaksa oleh keadaan maka dengan pertaruhkan
keselamatannya ia hantar kedua macam binatang berbisa itu
ke dalam loteng Wang Hoa Loo setelah berada dibawah
pengawasan Shen Bok Hong selama banyak tahun aku rasa
kesadarannya sudah dikuasai, meski punya niat berhianat ia
tak berani bertindak secara gegabah. Benarkah ia ada maksud
tinggalkan jalan sesat kembali kejalan yang benar masih sulit
diduga, ditinjau dari air mukanya jelas ia sedang
merencanakan sesuatu, aku harus bersiap sedia menghadapi
segala kemungkinan...."
Karena berpikir demikian maka pemuda Siauw Ling tetap
duduk tak berkutik sementara hawa murninya telah
dipersiapkan diseluruh tubuh.
Beberapa saat lamanya Hong Coe berpikir tiba-tiba ia
menghela napas dan berjalan ke arah Suma Kan, "Aaaah,
kebiasaan lama memang sukar dirubah. kiranya manusia
macam Giok Lan dan Kiem Lan jarang sekali ditemui dikolong
langit," Ilmu jari Siauw Loo Sin Ci nya segera dipersiapkan asalkan
Hong Coe memperlihatkan suatu tindakan yang tidak beres, ia
akan melancarkan suatu serangan mematikan yang amat
dahsyat. Tetapi Hong Coe tidak berbuat apa2, ia mengitari tubuh
Suma Kan dan berjalan keluar dari ruangan.
"Hendak berbuat apakah budak ini?" kembali Siauw Ling
berpikir dengan sepasang alis berkerut.
Karena gadis itu tiada maksud mencelakai Be Boen Hwie
serta Suma Kan maka Siauw Ling pun tidak melakukan suatu
tindakan, menanti dayang itu sudah keluar dari pintu ia baru
mengempos napas meloncat bangun dan melayang ke
belakang ruangan dimana pemuda itu mengintip keluar.
Agaknya Hong Coe merasa ketakutan sekali, tingkah
lakunya amat ber-hati2 sambil berjalan kedepan tiada
hentinya ia menengok kekanan kekiri.
Siauw Ling semakin keheranan ditinjau dari keadaannya
jelas gadis itu bukan berlalu karena hendak menghianati
mereka tapi semestinya ia sadar betapa bahayanya keadaan
sendiri apa gunanya menempuh bahaya dengan percuma"
Sementara ia masih termenung Hong Coe sudah masuk ke
dalam barisan bunga dan lenyap dari pandangan.
"Aduuh celaka entah dayang ini sedang merencanakan
siasat apa?" Ia segera alihkan sinar matanya kedepatn, tampak diantara
pepohonan bayangan manusia bergerak kian kemari. pakaian
mereka ber-corak2, ada yang memakai pakaian ringkas ada
pula yang memakai jubah panjang bahkan banyak diantara
mereka menggembol senjata hatinya seketika lega segera
pikirnya, "Pertemuan para enghiong yang diadakan siang ini
sudah hampir tiba para enghiong hoohan dari pelbagai tempat
mungkin sudah berkumpul semua orang2 macam ini paling
sulit diatur tidak mungkin paksakan mereka untuk ikuti
peraturan Tidak mungkin Shen Bok Hong melakukan suatu
tindakan terhadap Hong Coe dihadapan orang banyak...."
Kurang lebih seperempat jam kemudian tiba-tiba nampak
Hong Coe muncul kembali dari balik pepohonan dengan
langkah ter-gesa2 ditangannya membawa baki kayu.
Kali ini langkahnya amat cepat boleh dikata gadis itu sudah
berada didepan pintu. Buru-buru Siauw Ling berkelebat mundur lima langkah ke
belakang. ilmu meringankan tubuhnya amat sempurna dalam
setiap gerak gerik sama sekali tidak membawa suar.
Hong Coe ter-buru-buru balik ke dalam kamar dengan hati


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuatir dikejar orang setelah masuk ke dalam ruangan ia baru
temukan Siauw Ling sedang berdiri empat depa
dihadapannya. segera ia mengangguk dan tertawa.
"Be-heng apakah kau sudah lama mendusin?" tanyanya
lirih. "Oouw baru saja ketika nona hendak meninggalkan
ruangan ini cayhe baru saja mendusin"
"Selembar jiwa Budak sebenarnya sudah mati terima kasih
atas kesediaan cuwi sekalian menolong selembar jiwaku"
"Daripada mengatakan ia ditolong oleh Tok Chiu Yok Ong
sehingga membuat hatinya tidak tenteram lebih baik peristiwa
ini jangan diceritakan" pikir Siauw Ling dalam hati.
Maka ia lantas berkata, "Nona terluka karena harus
menghantar binatang beracun tersebut seandainya kita gagal
menolong jiwamu inilah baru terhitung peristiwa besar yang
patut disesalkan" Sinar matanya per-lahan-lahan dialihkan ke atas baki
tersebut tampak diatas baki tersebut sudah tersedia empat
macam sayur serta sepiring bakpao.
Hong Coe pun melirik sekejap ke atas baki kemudian
ujarnya dengan suara lirih, "Menurut apa yang budak ketahui
dalam pertemuan para enghiong yang diadakan siang nanti
Shen Bok Hong telah mempersiapkan tujuh macam siasat
untuk melukai para jago, kedudukan budak terlalu rendah aku
cuma tahu salah satu diantaranya yaitu melepaskan racun
secara diam2...." Ia berpaling memeriksa sekejap keluar ruangan kemudian
terusnya " "Shen Bok Hong punya seorang sahabat karib ia telah
mempersiapkan semacam obat beracun yang tidak berwarna
maupun berbau. katanya racun tersebut merupakan semacam
racun yang amat ganas."
Dayang itu merandek sejenak untuk tukar napas lalu
tambahnya. "Katanya meski bubuk beracun itu ditelah seseorang, sang
korban sama sekali tidak akan merasa tujuh hari kemudian
racun tersebut baru mulai menunjukkan tanda-tanda
bekerjanya secara lambat...."
"Apakah bubuk beracun itu dicampurkan ke dalam arak
serta hidangan" "Bagaimana cara mereka menyebarkan bubuk beracun itu
dan bubuk beracun itu hendak disebarkan dimana budak tidak
mendengar maka tidak berani bicara sembarangan. tetapi aku
rasa tidak bakal lain dicampur dalam arak serta sayur. oleh
karena itu budak mencuri dahulu sedikit sayur agar cuwi
sekalian bersantap dahulu sampai kenyang, dengan demikian
siang nanti tak usah ikut bersanatp sehingga bisa terhindar
dari keracunan." Sementara kedua orang itu bercakap2 Be Boen Hwie serta
Suma Kan telah selesai bersemedi. pertama2 Suma Kan
meloncat bangun lebih dahulu sambil berkata.
"Nona darimana kau bisa tahu kalau makanan yang berhasil
kau curi ini tidak beracun?"
"Tentang soal ini budak tidak tahu tetapi menurut
dugaanku mereka tidak akan melepaskan racun pada saat ini."
"Pada saat ini siauwte memang merasa rada lapar!" ujar Be
BOen Hwie "Kalau dalam makanan ini memang tidak beracun,
mari kita bersantap dahulu untu menangsal perut."
Perlahan-lahan HOng Coe letakkan baki itu ke atas meja,
lalu berkata. "Setelah budak bangkit hidup kembali dari kematian
perasaan jeriku terhadap suatu kematian sudah jah sekarang,
tetapi terhadap Shen Toa Cungcu aku masih merasa amat
takut sekali." "Kiem Lan, Giok Lan pun demikian adanya...." seru Siaw
Ling tapi ia segera sadar dan cepat membungkam.
"Apa" saudara Be juga kenal dengan enci Kiem Lan serta
enci Giok Lan?" tanya Hong Coe cepat.
"Berada dalam keadaan seperti ini, kalau aku tutup mulut ia
pasti curiga, kini sudah terlanjur bicara lebih baik diteruskan
saja...." Karena berpikir demikian Siauw Ling lantas mendehem dan
menyahut, "Tidak salah, kedua orang nona itu sering berada
sama2 cayhe!" "Setelah kedua orang nona itu meninggalkan
perkampungan Pek Hoa San Cung apakah kedudukan mereka
masih tetap sebagai seorang dayang?"
"Aduuuh celaka" kembali Siauw Ling berpikir. "Kalau bicara
lagi rahasia ini akan terbongkar karena ia lihat kedudukanku
adalah seorang pelayan maka dianggapnya Giok Lan serta
Kiem Lan tentu pula sebagai seorang dayang karena sering
berkumpul dengan aku"
Agaknya Be Boen Hwie mengerti kesulitan dari Siauw Ling,
dengan cepat ia menimbrung, "Walaupun kedua orang nona
itu selalu merendahkan diri dengan menyebut diri sebagai
dayang namun kami semua anggap mereka sebagai saudara
sekandung" "Mungkinkah kedua orang nona Lan itu ikut serta
menghadiri pertemuan orang gagah yang akan dibuka ini
hari?" "Mereka tidak mungkin datang" sahut Siauw Ling cepat.
"Sayang.... sayang sekali!"
"Apa yang patut disayangkan?" Be Boen Hwie keheranan.
"Diantara rombongan dayang yang berada di dalam
perkampungan Pek Hoa San Cung nama mereka berdua paling
terkenal, ilmu silatnyapun paling lihay dalam seratus orang
saudara senasib setiap orang menaruh rasa hormat
kepadanya, kalau kedua orang nona Lan itu ikut datang maka
gerak gerik kita bakal leluasa"
"Oouw tidak kusangka Kiem Lan serta Giok Lan mempunyai
kegunaan sebegitu besar?" pikir Siauw Ling
Dalam pada itu Hong Coe telah melanjutkan kembali
kata2nya, "Seandainya nona Kiem Lan serta Giok Lan berseru
mengajak kita berontak maka diantara seratus orang dayang
ada separuh bagian akan ikuti dirinya"
Walaupun Siauw Ling dan Be Boen Hwie bekerja sama
menghadapi musuh sebenarnya dalam hati kecil masingmasing
mempunyai rencana yang tersendiri.
Tetapi setelah mengalami peristiwa besar dalam perjamuan
kemarin malam masing masing pihak malah rada was was
walaupun kerangkengan belum terhapus sama sekali, namun
rencana mereka tidak berani diutarakan secara gegabah
dalam keadaan seperti ini.
Sinar mata Hong Coe berputar ia menatap wajah Be Boen
Hwie tajam2. kembali tanyanya
"Kiem Lan dan Giok Lan sekarang berada di mana?"
Selama ini ia selalu mengira Siauw Ling hanya seorang
pelayan belaka, sulit baginya untuk mengetahui persoalan ini
maka ia tidak bertanya secara langsung kepada pemuda itu.
Pertama Be Boen Hwie tertegun lebih dahulu kemudian
tertawa hambar. "Tempat persembunyian dari kedua orang nona ini sulit
bagiku untuk mengutarakan keluar. harap nona Hong suka
memaafkan diriku." Dari dalam saku ia ambil keluar sebuah sumpit terbuat dari
gading, setelah dicobakan ke atas makanan yang dibawa Hong
Coe dan membuktikan bahwa makanan tadi benar2 tidak
beracun mereka bertiga barulah mulai bersantap.
Setengah harian lewat dengan cepatnya, dalam sekejap
mata siang hari telah menjelang datang.
Saat inilah pertemuan orang gagah yang diselenggarakan
Shen Bok Hong akan dibuka.
Dari atas loteng Wang Hoa Loo terdengar suara genta
dipukul bertalu2 seorang lelaki berbaju ringkas warna hijau
muncul secara tergesa2, orang itu berhentikurang lebih empat
lima langkah dari pintu, sambi lmenjura serunya
"Apakah Beya ada?"
"Ada urusan apa" tanya Be Boen Hwie sambil melangkah
keluar dari ruangan. "Hamba mendapat perintah untuk mengundang Be Toa ya,
Be Cong Piauw Pacu yang menguasahi propinsi Hoo-lam, Auwpak
Auw Lam serta Kiang-si untuk...."
"Cayhelah orangnya...."
"Dalam ruangan seratus bunga telah disediakan kursi buat
Be-ya, hamba mendapat perintah untuk mengundang Be-ya
menghadiri perjamuan"
"Emm sudah tahu,"
Orang berbaju itu segera menjura putar badan dan berlalu.
Sepeninggalnya orang itu Be Boen Hwie melirik sekejap ke
arah Hong Coe lantas bertanya.
"Nona hendak menghadiri perjamuan bersama kami"
ataukah tetap menanti dalam ruangan ini"
Tiba-tiba Hong Coe jatuhkan diri berlutut diatas tanah
seraya menganggukkan kepalanya ia berkata, "Mendapat
kasih sayang dari Be-ya budak merasa amat berterima kasih
"Ada perkataan silahkan diutarakan sambil berdiri" kata Be
Boen Hwie sambil balas memberi hormat. "Harap nona segera
bangun penghormatan sebesar ini tak berani cayhe terima"
Per-lahan-lahan Hong Coe bangun berdiri lalu berkata,
"Sekalipun semasa hidup budak tak bisa mengikuti disisi Be-ya
dan mendengarkan perintahmu semoga setelah mati aku bisa
selalu berada disisi Be-ya...."
"Bukankah nona berada dalam keadaan baik2" mengapa
mengucapkan kata2 macam itu?"
Hong Coe tertawa getir "Perduli budak mengikuti Be-ya menghadiri perjamuan atau
tetap berdiam disini, aku tiak akan lolos dari kematian, tetapi
sebelum budak menemui ajalnya rahasia hatiku bisa
kuutarakan meski harus mati aku akan mati dengan mata
meram" "Bagaimana akhir dari pertemuan orang gagah yang
diselenggarakan hari ini aku sendiripun tak berani memastikan
mengapa nona ucapkan kata2 semacam itu" sudahlah jangan
pikirkan yangbukan2 lebih dahulu"
"Seandainya nona benar2 ada maksud tinggalkan jalan
sesat kembali kejalan yang benar harap kau suka mengikuti
kami sekalian menghadiri pertemuan orang gagah ini" tiba-tiba
Suma Kan menimbrung dari samping. "Meski akhirnya mati
kita mati dalam keadaan yang terhormat"
"Ketika untuk pertama kali Kiem Lan serta Giok Lan hendak
melepaskan diri dari perkampuangn Pek Hoa San Cung ia
bersikap seperti nona saat ini" sambung Siauw Ling "Tetapi
bukankah sampai sekarang mereka masih tetap hidup dengan
sehat walafiat" "Aai...." Hong Coe menghela napas panjang. "Cuwi sekalian
menaruh perhatian besar buat keselamatan budak hal ini
membuat aku merasa sangat terharu sekali"
"Nona kau tak usah takut2 ikutilah kami menghadiri
pertemuan itu dengan nyali besar" kata Suma Kan penuh
semangat. Hong Coe termenung sejenak akhirnya sambil menggertak
gigi ia mengangguk. "Paling batner kita tak akan lolos dari kata mati, baiklah,
akan kupertaruhkan selembar jiwaku untuk mengikuti kalian."
Suma Kan tertawa, "Tiak bakal terjadi sesuatu, raut muka nona bukan raut
muka seorang manusia yang berumur pendek, cayhe berani
menjamin bahwa kau tidak akan menjumpai bahaya kecuali
terkejut" Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang samtar
berkumandang datang. seorang lelaki berbaju hijau telah
muncul didepan pintu. dan berteriak lantang.
"Perjamuan segera dibuka harap Be Cong Piauw Pacu
segera menghadiri pertemuanini!"
Mari kita segera berangkat!" ajak Be Boen Hwie sambil
tertawa. ia segera melangkah keluar lebih dulu.
"Silahkan nona mengikuti dibelakang Be Cong Piauw Pacu,
cayhe akan melindungi dirimu dari belakang" ujarnya Suma
Kan menambahkan, Kena dibakar hatinya oleh beberapa orang itu nyali Hong
Coe jadi besar ia segera mengikuti dibelakang Be Boen Hwie
Wasiat Kematian 2 Golok Sakti Karya Chin Yung Pena Wasiat 19
^