Pencarian

Bayangan Berdarah 15

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 15


berjalan keluar disusul Suma Kan dan terakhir Siauw Ling!
Setelah melewati kebun bunga yang lebat, sampailah
mereka disebuah ruangan yang luas dan megah.
Diatas pintu masuk tergantung sebuah papan naman
dengan empat tulisan besar berwarna emas tulisan itu
berbunyi Peremuan Besar Para Enghiong,
Ruangan ini dibangun secara darurat, tingginya dua tombak
dengan luas tujuh delapan depa persegi tikar hijau menutupi
atap dengan lapisan kain putih, empat puluh delapan tonggak
besar menahan bangunan darurat tersebut dengan kokohnya.
Dalam ruangan arak dan sayur telah dihidangkan sebagian
besar undangan sudah harid ditempatnya masing-masing.
Seorang dayang berbaju hijau dengan sulaman bunga
merah didepan dadanya segera menyambut kedatangan
mereka. "Tolong tanya siapa nama anda?" ia bertanya lirih.
"Be Boen Hwie!"
"Ooouw kiranya Be Toa-ya. Be Cong Piauw Pacu yang
menguasai propinsi Hoo lam, Auw-Pak serta Kiang Si." seru
dayang berbaju hijau itu sambil tertawa. sinar matanya beralih
ke atas wajah Hong Coe tiba-tiba ia tertegun
"Aaah.... enci Hong Coe?"
"Benar aku adanya!"
"Buat apa enci datang kemari?"
"Mengikuti Be Toa-ya sama2 menghadiri pertemuan ini"
jawab Hong Coe sambi tertawa getir.
Sepasang alis gadis berbaju hijau itu berkerut wajahnya
kelihatan bimbang dan ragu, bibirnya bergerak seperti mau
mengucapkan sesuatu namun akhirnya ia membungkam.
putar badan dan membawa jalan.
Sambil berjalan masuk ke dalam ruangan sinar mata Siauw
Ling berputar tajam kesekeliling tempat itu ia tidak temukan
Tiong Chiu Siang Ku serta Kiem Lan berada disana tapi
teringat bahwa kemungkinan besar mereka telah menyaru
maka iapun tidak berpikir lebih jauh.
Gadis berbaju hijau itu membawa Be Boen Hwie sekalian
menuju kemeja perjamuan nomor dua dari kiri dan berkata
lirih, "Disinilah tempat duduk Be-ya!"
"Terima kasih nona!" Be Boen Hwie berjalan kedepan dan
ambil tempat duduk. Setelah menjura gadis berbaju hijau itu segera
mengundurkan diri. Suma Kan serta Siauw Lingpun secara berpisah ambil
tempat duduk hanya Hong Coe seorang kelihatan ragu2, ia
ingin ikut duduk namun tidak berani melaksanakan niatnya.
"Nona tak usah takut, cepat ambil tempat duduk" bisik Be
Boen Hwie lirih. Hong Coe pejam mata dan segera ambil tempat duduk.
"Budak ada satu persoalan ingin mohon bantuan kalian
bertiga!" katanya kemudian.
"Urusan apa?" "Seandainya jejak budak diketahui Shen Toa Cungcu harap
cuwi sekalian jangan membiarkan ia berhasil menawan diriku
dalam keadaan hidup2. Aaai seandainya sampai terjadi hal ini
mungkin kekuatan untu bunuh diripun tak punya lagi harap
kalian bertiga suka membantu diriku"
"Bantu kau mencari mati?" Suma Kan menegaskan.
"Benar, bantu aku agar cepat-cepat mati daripada kena
ditangkap dan merasakan siksaan dari orang2 perkampungan
Pek Hoa San Cung...."
Sementara perkataannya belum selesai diutarakan dalam
ruangan terjadi kegaduhan yang segera memotong ucapan
dari Hong Coe. Ketika semua orang angkat kepala tampaklah Shen Bok
Hong dengan kenakan pakaian ala siucay bertindak masuk ke
dalam ruangan. tiada hentinya ia memberi hormat kepada
hadirin. Badannya yang bongkok sama sekali tidak mengurangi
wibawa Shen Bok Hong terhadap orang lain langkahnya tetap
mantap dan gagah. Cioe Cau Liong mengikuti dari belakang shen Bok Hong
tiada hentinya pula ia menjura ke arah para hadirin.
"Cuwi sekalian suka memberi muka kepada kami banyak2
terima kasih" serunya berulang kali.
Beruntung Kiem Hoa Hujien serta Tok Chiu Yok Ong pun
munculkan diri dari dalam ruangan rombongan tersebut
ditututp dengan munculnya seorang pemuda tampan yang
menyoren pedang dipunggungnya.
"Tentulah orang ini yang menyaru sebagai diriku...." Siauw
Ling segera berpikir dalam hatinya.
Dalam pada itu Shen Bok Hong telah ambil tempat duduk
dikursi utama disusul Kiem Hoa Hujien sekalian duduk
disisinya. Perlahan-lahan ia angkat cawan arak, lalu kepada para jago
yang hadir dalam ruangan itu ujarnya
"Cuwi sekalian sudai memberi muka kepada orang she
shen, siauwte merasa amat berterima kasih harap kalian suka
meneguk habis secawan arak ini sebagai rasa terima kasihku."
Habis berkata sekali teguk ia habiskan isi cawan tersebut.
Para jago yang hadir dalam ruangan sama2 angkat cawan
araknya masing-masing, namun yang benar2 meneguk arak
tersebut sampai habis hanya sedikit sekali. sebagian besar
cuma menempelkan cawan tadi diatas bibir pura2
menunjukkan gerakan seseorang yang lagi meneguk arak,
namun dengan cepat arak itu diletakkan kembali ke atas meja.
Haruslah diketahui sebelum Shen Bok Hong mengasingkan
diri di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, nama kejinya
sudah tersohor di seluruh kolong langit, baik orang2 dari
kalangan Hekto maupun dari kalangan Pekro, swtiap kali
mengungkap nama sibayangan berdarah Shen Bok Hong tentu
merasa pusing kepala dan mengalah tiga bagian kepadanya.
Dengan matanya yang tajam Shen Bok Hong menyapu
wajah para jago yang hadir dalam ruangan ketika
menyeksikan cuma ada tiga lima orang belaka yang benar2
meneguk habis isi cawan tersebut ia lantas tersenyum.
"Harap kalian suka makan dan minum dengan hati lega
sebelum cuwi sekalian meneguk arak sampai mabok dan sayur
belum dihidangkan sampai bermacam lima aku Shen Bok
Hong tidak akan melepaskan racun di dalam sayur serta arak
tersebut" Maksud ucapannya setelah arak dan hidangan
dipersembahkan maka ia akan mulai melepaskan racun.
"Ooouw.... jadi maksudh Shen-heng kita cuma boleh
mencicipi sayuran serta arak wangi ini belaka dan tidak boleh
bersantap dengan se-puas2nya?" tegur seseorang dengan
suara berat. Siauw Ling berpaling, ia temukan orang yang barusan
bicara adalah seorang lelaki berjubah ungu berjenggot putih
dan berdiri sambil mencekal cawan arak dengan gagahnya.
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Hal ini harus ditinjau dulu orang itu anggap aku orang she
Shen sebagai sahabat atau sebagai musuh?"
"Sudah dua puluh tahun lamanya aku tak pernah
menginjakkan kakinya dalam dunia persilatan, kali ini aku
hadir atas undanganmu sedikit banyak aku telah memeberi
muka kepadamu...." "Terima kasih, terima kasih. Gan-heng ada petunjuk apa"
silahkan diutarakan secara terus terang."
Siauw Ling yang ikut mendengar merasa harinya rada
bergerak, segera pikirnya.
"Shen Bok Hong benar2 congkak dan tinggi hati, dalam
setiap perkataannya selalu tak mau berlaku sungkan kepada
orang lain. tetapi terhadap kakek tua berjenggot putih
berjubah ungu dan seh Gan ini ia bersikap hormat, tentu
orang ini adalah seorang jago yangluar biasa."
Terdengar kakek berjubah ungu itu berkata "Seandainya
dalam sayur dan arak sudah dicampuri dengan racun, apakah
racun itu pu bisa membedakan mana sahabat maana musuh?"
"Haaa.... haaa.... maksud Ganheng apakah ingin memaksa
siauwte untuk membeberkan siasat serta rencana yang
terkandung dalam hatiku kepada seluruh jago gagah dikolong
langit?" "Dalam bekerja Shen-heng selalu bersiap sedia terhadap
segala bencana yang kemungkinan terjadi meski kau bongkar
rahasia tersebut aku rasa belum tentu akan mencelakai semua
orang." "Haaaa.... haa.... Gan-heng benar2 kau memahami
watakku?" Orang she Shen itu merandek sejenak kemudian ujarnya
"Seandainya orang itu bersahabat dengan aku orang she
Shen maka tidak sepantasya kalau ia menaruh curiga apakah
dalam arak serta sayur itu beracun atau tidak meski ada racun
sepantasnya ia percaya atas kemampuan aku orang she Shen
untuk mengobatinya, lalu apa halanannya kalau sampai benar
keracunan?" "Kalau orang itu berpihak sebagai musuh!"
"Tidak sedikit orang kangouw yang memahami akan cara
menggunakan racun, kalau dia adalah musuh dari aku orang
she Shen, maka sepantasnya kalau ia bersiap siaga terhadap
segala kemungkinan. Lalu apakah dalam arak serta sayuran yang dihidangkan
saat ini telah dicampuri racun."
"Harap Gan-heng berlega hati, dalam arak serta sayur
dihidangkan saat ini akubelum perintahkan untuk dicampuri
dengan racun. silahkan Gan-heng meneguk dengan hati lega."
Tiba-tiba si kakek berbaju ungu itu mendongak dan
meneguk habis isi cawan tersebut kemudian duduk kembali
dan membungkam. Siauw Ling secara diam2 mengawasi situasi dalam ruangan
dapat temukan bahwa sebagian besar jago yang hadir dalam
ruangan itu pada menaruh rasa sikap hormat dan kagum
kepada kakek berjenggot putih tadi, tanpa terasa ia lantas
berpikir, "Entah siapakah si kakek berjubah ungu berjenggot putih
ini" didengar dari ucapannya mungkin keududkan orang ini
hampir seimbang dengan kedudukan Shen Bok Hong dalam
kalangan persilatan, Tiba-tiba sebuah tangan menongol datang dari balik meja
menangkap tangan kiri Siauw Ling
"Siauw-heng" tersengar orang itu menegur lirih
"Jangan takut?"
Siauw Ling berpaling, tampak olehnya sinar matanya Shen
Bok Hong tajam-tajam sedang menatap wajah Hong Coe
tajam2, dari sikap maupun perubahan air mukanya
menunjukkan suatu wibawa yang luar biasa.
Meski Hong Coe telah menghindarkan diri dari bentrokan
mata dengan Shen Bok Hong namun tangan kirinya yang
mencekal Siauw Ling gemertar keras tiada hentinya jelas ia
merasa teramat takut sekali.
"Apakah disana Hong Coe" terdengar suara Shen Bok Hong
menegur dengan suara serak.
"Jangan perdulikan dirinya. tunjukkan sikap se-olah2
berlagak pilon dan tidak tahu" bisik Siauw Ling cepat,
Siapa sangka secara tiba-tiba Hong Coe melepaskan diri
dari cekalan Siauw Ling lalu lambat2 meninggalkan tempat
duduk dan jatuhkan diri berlutut dihadapan Toa Cungcu dari
perkampungan Pek Hoa San cung itu.
"Budak benar adalah Hong Coe!" kepalanya ditundukkan
rendah2 dan tak berani diangkat kembali
"Kau sibudak ingusan mau apa datang kemari?" tegur Shen
Bok Hong sambi tertawa hambar
"Budak, budak...." untuk sesaat Hong Coe dibikin
gelagapan, setengah harian lamanya tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun,
"Ayoh cepat undurkan diri dari ruangan ini kalau kau tetap
berada disini bukankah para enghiong dari seluruh kolong
langit akan mentertawakan kita dari perkampungan Pek Hoa
San Cung sama sekali tidak kenal peraturan?"
Hong Coe mengiakan, per-lahan-lahan ia bangun berdiri
melirik sekejap ke arah Be Boen Hwie dan melangkah keluar
dari ruangan. Menyaksikan hal tersebut diatas Be Boen Hwie kerutkan
dahi segera ia berpikir, "Tak kusangka nyali budak ini
demikian kecil dan tak berguna, sekalipun ingin melindungi
dirinya sulit bagiku untuk mencari alasan yang tepat...."
Tampak dayang itu berjalan dua langkah kedepan lalu
berhenti, putar badan dan kembali jatuhkan diri berlutut.
"Budak ada satu persoalan ingin dilaporkan kepada
cungcu!" katanya, "Sudah pergilah dulu!" tukas Shen Bok Hong sambil
ulapkan tangannya. "Ada laporan sampaikan saja dikemudian
hari!" "Budak telah menerima perhatian dari Be-ya dimana beliau
sudi menerima diriku harap Cungcu suka mengabulkan
permintaannya ini" Mendengar ucapan itu Shen Bok Hong segera berpaling
menatap wajah Be Boen Hwie tajam2.
"Be-heng benarkah perkataan dari budak ini?"
Merah padam selembar wajah Be Boen Hwie, lama sekali ia
tertegun dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Haruslah diketahui apabila ia mengaku persoalan ini
dihadapan para enghiong maka perbuatannya sama artinya
telah mengakui dosa2 sendiri menggaet dayang dari
perkampungan Pek Hoa San Cung untuk berhianat dengan
majikannya. Ia ada maksud menampik tetapi menyaksikan wajah Hong
Coe yang sedih dan mengenaskan itu ia jadi bungkam.
Sementara itu Shen Bok Hong telah mendongak tertawa
ter-bahak2. "Be Cong Piauw Pacu bukanmanusia sembarangan mana ia
sudi kesemsem dengan seorang dayang dari perkampungan
Pek Hoa San Cung kami, sudahlah kau tak usah pikirkan yang
bukan2, ayoh cepat undurkan diri dari ruangan ini"
"Tapi Toa Cungcu telah berjanji...."
"Tidak salah aku memang berkata apabila diantara orang
gagah yang kuundang kali ini ada yang tertarik dengan salah
satu diantara kalian. maka kalian boleh langsung
meminangkepada aku Shen Bok Hong bagaimana juga hal ini
harus tergantung pula apakah orang lian tertarik kepadamu


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atau tidak, apakah kau suruhpun cung cu jadi mak comblang"
kini Be Cong Piauw Pacu sama sekali tidak bicara Hm" tentu
kau sendirilah yang mengarang cerita bohong ini, ayoh segera
undurkan diri." Perlahan-lahan Hong Coe bangun berdiri, sementara siap
putar badan meninggalkan tempat itu, tiba-tiba terdengar Be
Boen Hwie berseru lantang.
"Nona tunggu sebentar."
Sinar mata para jago sama2 dialihkan ke arah Be bOen
Hwie agaknya semua orang ingin melihat bagaimana caranya
ia selesaikan situasi yang serba runyam ini.
Pada waktu itu selembar wajah Be Boen Hwie telah
berubah merah padam tetapi ia keraskan kepala bangun
berdiri juga, kepada Shen Bok Hong sambi menjura katanya.
"Apabila Toa Cungcu sudi menghadiahkan nona Hong
kepada cayhe, siauwte merasa sangat berterima kasih?"
Shen Bok Hong tersenyum! "Budak sadar bukan pasangan yang setimpal bagi Be-ya"
buru-buru Hong Coe menukas. "Budak rela jadi gundik."
Shen Bok Hong tidak menggubris ucapannya, ia menatap
wajah Be Boen Hwie dan bertanya.
"Seandainya Be-heng mencintai dayang ini seharusnya
sejak semula kau sampaikan niatmu ini kepada aku orang she
Shen." Ia mendongak dan tertawa terbahak2.
"Haaa.... haaa.... apabila ia sudah jadi nyonya Be Cong
Piauw Pacu aku Shen Bok Hong pun tidak boleh memandang
dirinya sebagai seorang dayang lagi."
Sindiran serta ejekan ini benar2 tajam, bagaikan sebilah
pisau belati menusuk ke dalam hati Be Boen Hwie, lelaki ini
bungkam dalam seibu bahasa, namun ia cukup sabar meski
dihina tetap tenang. Suasana dalam ruangan berubah jadi sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun, seakan2 pikiran para jago
sedang dicurahkan untuk mempertimbangkan peristiwa ini!
Selembar wajah Be Boen Hwie telah berubah merah
padam, sinar matanya menyapu sekejap keseluruh hadirin lalu
berpikir, "Aku Be Boen Hwie adalah seorang enghiong yang
dihormati segala lapisan golongan dalam dunia persilatan
mana boleh pinang seorang dayang dari perkampungan Pek
Hoa San Cung sebagai istri. Seandainya peristiwa ini sampai
tersiar ke dalam dunia kangouw bukankah aku akan diolok2
dan ditertawakan orang banyak...."
Kembali ia akan menampik tapi wajah Hong Coe yang
murung dan mengenaskan membuat hatinya tidak tega untuk
berbuat demikian. Terdengar Shen Bok Hong melanjutkan kata2nya, "Be-heng
adalah seorang jago ternama dalam dunia persilatan,
perkataannya berat bagaikan bukit Thay-san aku percaya ia
tidak akan membohongi seorang dayangku. Hmm! tentu
dayang ini sendirilah yang bicara sembarangan dan ada
maksud menghina nama baik Be-heng, jiwanya tak boleh
diampuni lagi." Ujung baju kanannya dikebaskan keluar segulung tenaga
pukulan yang amat dahsyat segera meluncur keluar.
"Aku Be Boen Hwie adalah seorang enghiong hoohan,
seorang lelaki sejati tidak sepantasnya sebagai seorang lelaki
sejati hanya berpeluk tangan belaka menyaksikan seorang
nona cilik terancam mara bahaya" pikir orang she Be itu
kembali. Segera ia membentak keras, "Tunggu sebentar!"
telapaknya didorong iapun melancarkan sebuah pukulan untuk
menghalau datangnya ancaman tersebut.
Tenaga dalam Shen Bok Hong telah mencapai puncak
kesempurnaan mau menyerang atau menarik kembali
tenaganya telah berjalan sesuai dengan kemauan hatinya.
Mendengar bentakan itu pergelangan kanannya segera ditarik
ke belakang menarik balik tenaga serangannya mentah2.
"Be-heng ada petunjuk apa?" tanyanya sambil tertawa.
"Mewakili nona Hong, cayhe mohonkan ampun dari Shen
Toa Cungcu!" "Be-heng apakah kau tidak merasa agak keterlaluan
mencampuri urusanku?" tegur Shen Bok Hong sambil tertawa
hambar. "Budak itu adalah dayang dari perkampungan Pek
Hoa San Cung kami, hendak kuhukum dengan cara apapun
bukan urusanmu. Be-heng tak usah banyak bertanya...."
Ia merandek lalu tertawa terbahak2, tambahnya, "Tentu
saja apabila Be-heng ada maksud memperistri dirinya cayhe
bisa bersikap lain!"
"Berada dihadapan para enghiong Hoohan dari kolong
langit, apabila aku sanggupi persoalan ini maka aku harus
memperistri dirinya" pikir Be Boen Hwie "Kalau kutolak
kemungkinan besar jiwa Hong Coe tak tertolong lagi"
Untuk sesaat ia merasa serba salah dan tidak tahu apa
yang harus dilakukan. Sementara itu air mata telah jatuh bercucuran membasahi
seluruh wajah Hong Coe, terdengar ia berkata dengan nada
sedih, "Aku hanya seorang perempuan rendah yang tak
berguna, tidak seimbang kalau dijodohkan dengan Be-ya. Be
Toa-ya harap kau tak usah mengurusi diriku lagi!"
Dia adalah seorang nona cilik yang berusia enam tujuh
belasan tetapi dikatakan dirinya adalah seorang perempuan
rendah ucapan ini benar2 mengejutkan para hadirin, sinar
mata para jago segera dialihkan semua ke arahnya.
Hong Coe yang lemah lembut tiba-tiba jadi gagah dan
pemberani, dengan semangat menyala2 ia angkat kepala,
menuding ke arah Shen Bok HOng dan mulai memaki, "Shen
Bok Hong! hukuman paling berat dalam perkampungan Pek
Hoa San Cung tidak lebih adalah kematian belaka"
"Budak cilik kau sudah edan!" bentak Shen Bok Hong.
Ditengah bentakan itu tangan kirinya diayun kedepan
melancarkan sebuah totokan dahsyat.
Sejak semula Suma Kan telah bersiap sedia menyaksikan
Shwn Bok Hong melancarkan serangan, iapun segera
mengirim sebuah pukulan menghalau datangnya serangan
tersebut. "Mengapa tidak membiarkan dia selesaikan dulu
perkataannya?" ia berseru.
"Urusan rumah tangga perkampungan Pek HOa San Cung
tak perlu dicampuri orang luar!"
"Hm! seluruh jago dari kolong langit pada berkumpul
semua ditempat ini meski cayhe tidak ikut campur mungkin
orang lai akan turun tangan juga"
Agaknya penghianatan dari Hong Coe benar2 merupakan
suatu kejadian diluar dugaan Shen Bok Hong meski dia adalah
seorang cerdik dan banyak akal kali ini ia tak dapat tenangkan
diri. Ia sadar apabila membiarkan Hong Coe bicara lebih lanjut
maka satu2nya jalan hanya membinasakan dayang tersebut.
Tanpa menggubris diri Suma Kan lagi ujung bajunya segera
dikebas keluar, dua rentetan cahaya kebiru2an segera
meluncur ke arah tubuh Hong Coe.
Suma Kan merasa amat cepat ia sambar sebuah teko arak
dan buru-buru dilempar kedepan sementara tubuhnya pun
ikut bergerak menyambar ke arah Hong Coe!
Disaat Suma Kan melemparkan teko arak tadi ketengah
udara, tiba-tiba muncul dua rentetan cahaya berkilat
menyambar keluar menyambut dua rentetan cahaya biru
tersebut. "Traaaaang traaang....!"ditengah suara berdentingan keras
empat batang senjata rahasia sama2 jatuh rontok didepan
tubuh Hong Coe. Keempat batang senjata rahasia itu bukan lain adalah dua
batang teratai perak kecil serta dua batang jarum beracun
yang panjangnya dua coen lebih, yang lebih hebat lagi jarum
tadi berhasil menancap di dalam teratai perak tersebut.
Menyaksikan kehebatan itu para jago sama2 terkesiap pikir
mereka hampir berbareng, "Kekuatan Shen Bok Hong betul2 luar biasa ternyata ia
berhasil menembusi teratai perak tersebut dengan dua batang
jarum beracun" "Braaak" ketika itulah teko arak yang dilempar Suma Kan
menyambar lewat dari hadapan Hong Coe.
Menantikan Suma Kan tiba-tiba disisi badan gadis tersebut
dua batang jarum beracun dari Shen BOk Hong telah dipukul
rontok maka ia enjotkan badan meloncat balik ketempat
duduknya semula. Sepasang mata Shen Bok Hong berkilat, ia menengok
kekanan kekiri dengan seksama, agaknya ia sedang mencari
siapakah jago yang melepaskan serangan teratai perak
tersebut. "Sungguh tidak lemah kepandaian orang itu" pikir Be Boen
Hwie "Ia bisa melepaskan dua batang teratai perak tanpa
mengeluarkan sedikit suarapun, kemudian menyampok rontok
jarum beracun dari Shen Bok Hong entah siapakah dia."
Sementara ia masih melamun, tiba-tiba terasa desingan
angin tajan menyambar datang, tahu2 serentetan cahaya
putih telah mengancam dihadapannya.
Ternyata teko arak yang dilempar Suma Kan tadi, entah
terhantam oleh kekuatan siapa, saat ini mental balik dan
menerjang ke arah Be Boen Hwie. Kipas ditangan orang she
Be itu segera dipentangkan lebar2 dengan salurkan hawa
murni ia sampok teko tadi.
Teko arak yang sedang melayang datang secara tiba-tiba
terhadang oleh selapis tenaga yang amat dahsyat benda itu
segera berputar ditengah udara lalu berputar arah dan
melayang ke arah Shen Bok Hong.
Agaknya Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San
Cung telah dibikin gusar oleh tingkah laku tetamunya, ia
segera berseru, "Saudara yang melepaskan teratai perak tadi
benar2 membuat siauwte merasa kagum, hanya sayang ia
bertindak sembunyi2 tidak mirip perbuatan seorang enghiong
hoohan!" Sembari berkata dengan suatu gerakan yang ringan ia
kebas teko arak yang sedang mengancam ke arahnya.
Termakan sampokan tersebut, teko tadi berputar kembali
ke udara sebanyak dua kali lalu meluncur kedepan
menyambar tujuh, delapan meja perjamuan dengan
membawa desiran angin tajam.
JILID 21 Tiba-tiba terdengar seseorang tertawa lantang dan berseru,
"Ada teko arak tiada cawan, apakah kejadian ini tidak merusak
pemandangan?" Tangan kirinya didorong kedepan, teko arak yang sedang
melayang datang tiba-tiba berhenti di tengah udara lalu
berbelok kekanan dan meluncur kembali kemuka.
Mengikuti gerakan tersebut tangan kanan orang itu pun
diayun kedepan dua buah cawan arak segera mengikuti
dibelakang teko arak tadi melayang kedepan.
Antara cawan dan teko tetap terpaut suatu jarak tertentu
walau sudah melayang sejauh tiga empat tombak, jaraknya
sama sekali tidak berubah.
Ketika Be Boen Hwie berpaling maka ia kenali orang itu
adalah seorang pengemis berperawakan kecil kurus dan
berpakaian dekil, dia bukan lain adalah Sun Put Shia seorang
Tiang loo partai Kay-pang yang sudah lenyap hampir puluhan
tahun lamanya. Menjumpai orang itu, Be Boen Hwie kegirangan, segera ia
berpikir. "Tak nyana si orang tua ini masih hidup dikolong langit
bahkan menghadiri pula pertemuan orang gagah yang
diselenggarakan hari ini dengan hadirnya ini maka kekuatan
dipihakku akan bertambah kuat, dua puluh tahun lamanya tak
pernah berjumpa dengan dia, tak disangka wajah maupun
tingkah lakunya masih tetap seperti sedia kala, aku rasa
tenaga dalamnya tentu peroleh kemajuan yang amat pesat.
Dalam pada itu Shen Bok HOng telah mendehem berat dan
menegur. "Tak disangka Sun-heng pun turut hadir dalam
pertemuanku ini, hal ini benar2 menambah pamor siauwte."
Sembari bicara dari tempat jauh ia menjura.
Siauw Ling mengenali watak Shen Bok Hong yang angkuh
dan tinggi hati dalam pandangannya, siapapun sebagai
manusia tapi sekarang bersikap begitu hormat kepada orang
itu tak kuasa ia memperhatikan diri Sun Put Shia beberapa
kejap lebih banyak. Terdengar Sun Put Shia tertawa ter-bahak2
"Haaa.... haaa.... bagaimana" apakah kau merasa tidak
senang karena usia aku sipengemis tua terlalu panjang?"
tegurnya. "Sun-heng, pantasnya sejak dua puluh tahun berselang kau
sudah modar...." "Haaa.... haaa selamanya aku sipengemis tua paling tidak
suka mengikuti kemauan orang. kau pingin aku sipengemis
tua cepat-cepat modar justru aku pingin hidup dua tiga ratus
tahun lagi untuk kau lihat!"
"Aku takut Sun-heng tidak punya usia sepanjang itu...."
"Kita semua adalah pengemis yang minta2 sela seseorang
dengan suara yang tinggi keras secara mendadak. "Aku
lihat.... eei.... sisetan mabok! kau harus membantu diriku"
Siauw Ling segera alihkan sinar matanya ia temukan orang
itu bukan lain adalah si Pengemis kelaparan sedang orang
yang duduk dihadapannya bukan lain adalah sipendeta
pemabok. "Eeei pengemis kelaparan yang rudin mengapa sih kau
suka campuri urusan orang melulu?" tegur sipendeta pemabok
sambil memicingkan matanya yang sipit. "Aku sihweesio paling
benci kalau suruh mendengarkan perkataanmu"
Seraya berkata ujung tangan kanannya dikebaskan
langsung berjalan keluar, segulung tenaga dalam telah
memutar teko arak tadi sehingga berpindah arah.
Sipengemis kelaparanpun melepaskan sebuah pukulan. dua
buah cawan arak yang membuntuti dibelakang teko arak
tadipun segera berputar arah namun selisih jaraknya sejauh
dua depa tetap dipertahankan seperti sedia kala.
Sebagian besar jago-jago yang hadir dalam ruangan itu
merupakan jago-jago kangouw kenamaan, bagi mereka tidak
susah untuk salurkan hawa lweekangnya agar teko arak
berputar arah dan tetap meluncur tetapi apabila bertambah
dengan dua buah cawan arak tersebut maka pekerjaan ini


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukan setiap orang dapat melakukannya kecuali memiliki
tenaga lweekang yang amat sempurnya atau mempunyai
keyakinan siapapun tidak berani mencoba secara gegabah.
setelah teko arak dan cawan arak itu melayang sejauh
empat lima tombak tak ada orang melepaskan serangan lagi.
benda2 itupun dengan cepat meluncur kebawah.
Pada saat itulah tiba-tiba Kiem Hoa Hujien kebaskan ujung
baju sebelah kanannya. teko arak yang sudah kehilangan
kendali dan sedang meluncur kebawah itu mendadak mencelat
kembali ketengah udara dan meluncur ketangan nyonya cantik
itu Tidak sampai disana saja tindakan Kiem Hoa Hujien, ujung
telapak kiri pun segera menyusul melepaskan sebuah pukulan,
dua cawan arak yang berada satu tombak jauhnya segera ikut
mencelat pula dibelakang teko arak semula dan terjatuh
ketangan Kiem Hoa Hujien.
Jarang sekali ia munculkan diri dihadapan para jago
Tionggoan, sebagian besar jago yang hadir dalam ruangan itu
tidak kenal dengan dirinya namun meski demikian diam2
mereka semua kaget dan kagum atas kehebatan tenaga
dalam yang dimiliki perempuan cantik itu.
shen Bok Hong tertawa terbahak ujarnya.
"Haa.... haaa.... diantara cuwi sekalian tentu ada sebagian
besar yang tidak kenal dengan kesatria perempuan ini bukan?"
serunya lantang. dia adalah jago nomor dua dari wilayah
Biauw, Kiem Hoa Hujien adanya, tentu saudara sekalian
pernah mendengar nama besarnya bukan?"
"Ilmu silat yang berasal dari pinggiran perbatasan bukan
ilmu silat yang gemilap harap cuwi sekalian suka banyak
memberi petunjuk" sambung Kiem Hoa Hujien segera sambil
tertawa. Tangan kanannya menyungging teko arak itu kemudian
menambahkan, "Seteko arak wangi sayang bukan kalau
sampai tumpah begitu saja, aku yang rendah akan memetik
bunga menyembah Budha dan menghormati Sun-heng dengan
secawan arak" Setelah menerima cawan arak itu ia penuhi cawan tersebut
dengan arak lalu jari tengah serta jari telunjuknya menyentil
cawan dengan penuh arak itu segera meluncur ke arah Sun
Put Shia. "Haa.... haa.... rejeki aku sipengemis tua benar2 tidak tipis
ternyata bisa peroleh perhatian khusus dari wanita secantik
ini" seru Sun Put Shia sambi tertawa tergelak. "Kalau memang
Hujien tidak memandang rendah kejelekan aku sipengemis tua
akan kuterima penghormatan dengan senang hati"
Tangannya lantas menyambar kedepan menerima cawan
arak yang meluncur datang itu.
Kiem Hoa Hujien tertawa hambar.kembali ia penuhi cawan
kedua, sinar matanya berputar menyapu empat penjuru
setelah itu sambil tertawa katanya, Cawan arak kedua
sepantasnya kau persembahkan buat Be Cong Piauw Pacu!
Telapak kiri didorong kedepan, cawan penuh dengan arak
itu segera meluncur ke arah Be Boen Hwie.
Walaupun selisih jarak antara kedua orang itu rada dekat
namun gerakan cawan arak itu pun lambat sekali, setelah berputar2
diangkasa seperti rangkak siput sedikit demi sedikit
meluncur kemuka. "Terima kasih atas pemberian Hujien" seru Be bOen Hwie
seraya mengerahkan tenaga dalamnya secara diam2,
tangannya segera bergerak kedepan menerima pemberian
tersebut. Ketika cawan arak itu tiba diatas tangan Be Boen Hwie,
tidak langsung melayang ketangannya tadi berputar dahulu
sebanyak dua lingkaran kemudian baru berhenti.
"Sungguh amat dahsyat tenaga lweekang yang dimilikinya"
seru Be Boen Hwie di dalam hati dengan hati terperanjat.
Dalam pada itu Kiem Hoa Hujien sudah angkat cawan arak
sendiri dan berkata sambil tertawa nyaring.
"Silahkan kalian berdua menghabiskan isi cawan tersebut,
aku yang rendah akan mengiringi dengan secawan arak pula."
Sekali teguk ia menghabiskan dahulu isi cawannya.
Para jago serta orang gagah yang hadir dalam ruangan
tersebut, walaupun sebagian besar belum pernah berjumpa
dengan Kiem Hoa Hujien namun sudah lama mengetahui
nama besarnya, terutama sekali kelihayan orang suku Biauw
dalam melepaskan racun keji sudah lama terkenal dalam dunia
persilatan, sebagai jago sakti nomor dua dalam wilayah Biauw
tentu saja kemampuan Kiem Hoa Hujien dalam melepaskan
racun keji luar biasa sekali, maka dari itulah meski Sun Put
Shia lihay dan punya kedudukan tinggi dalam dunia persilatan,
ia merasa ragu2 untuk meneguk habis isi cawan yang
diangsurkan kepadanya tadi.
Menanti Kiem Hoa Hujien selesai meneguk habis isi
cawannya dan menyaksikan Sun Put Shia serta Be Boen Hwie
masih tetap mencekal cawan arak itu tanpa berani
menghabiskannya, tak tahan lagi ia tertawa terkekeh2.
Kena diejek oleh perempuan cantik itu mendadak Sun Put
shia membentak keras, "Waduuh.... waaduuuh.... celaka,
dalam arak ini tentu sudah dicampuri racun keji"
Tanpa banyak cingcong ia segera banting cawan arak itu ke
atas tanah. Pengetahuannya amat luas tentu saja ia tak mau
terpancing oleh hasutan Kiem Hoa Hujien yang mengejeknya
dengan kata2 tajam. tetapi teringat bahwasanya mencekal
cawan arak tersebut dalam waktu lama bukan suatu tindakan
yang tepat maka sengaja dicarinya satu alasan yang cukup
masuk diakal kemudian membanting cawan arak tadi ke atas
tanah. Kemampuan Kiem Hoa Hujien untuk melepaskan racun keji
sudah diketahui setiap orang dan sebagian besar para jago
pada jeri kepadanya, apabila dituduhkan ia melepaskan racun
keji dalam arak tersebut tentu saja tak ada orang yang merasa
tidak percaya. Braak....! cawan arak itu hancur ber-keping2 arak muncrat
keempat penjuru membasahi seluruh lantai.
Pada saat itu sinar mata semua jago yang hadir dalam
ruangan sama2 dialikan ke atas lantai dimana cawan arak tadi
terbanting hancur. Tampaklah diantara hancuran cawan tersebut mendadak
mencelat sebatang benda yang halus bagaikan jarum,
panjangnya cuma beberapa coen ditengah udara binatang cilik
itu berputar dan menggeliat tiada hentinya.
Menyaksikan kejadian itu Sun Put Shia merasakan hatinya
tergetar keras diam2 pikirnya.
"Kiem Hoa Hujien benar2 lihay tidak salah lagi ia sudah
main setan dalam cawan arak itu seandainya aku sipengemis
tua menerima hasutan serta ejekannya yang memanaskan hati
tadi, lalu meneguk habis arak yang ada dalam cawan ini
bukankah aku bakal berabe?"
Ketika ia membanting cawan arak itu ke atas tanah tadi
pengemis tua ini sama sekali tidak menemukan sesuatu yang
mencurigakan di dalam cawan arak tersebut, siapa sangka
setelah cawan tadi hancur berkeping2 maka muncullah seekor
ulat kecil didalamnya. Setiap orang yang menghadiri pertemuan para enghiong
yang diselenggarakan ketika itu maka manusia gagah, setiap
orang memiliki ketajaman mata yang melebihi orang lain,
meskipun ulat putih itu sangat lembut lagi kecil namun setiap
jago dapat menyaksikan dengan jelas.
Siapapun diantara para jago sudah tahu kalau Kiem Hoa
Hujien adalah jago ahli nomor wahid dikolong langit, setiap
orang menaruh curiga terhadap tingkah lakunya.namun
setelah menyaksikan ulat lembut itu tak urung mereka dibuat
terperanjat juga sehingga hatinya terasa berdebar keras.
Dalam pada itu Be Boen Hwie sedang merasa serba salah,
menyaksikan dalam cawan arak Sun Put Shia terdapat ulat
kecil berwarna putih iapun ambil kesempatan itu untuk turun
dari keadaan yang serba runyam, tangan kanannya diayun
dan iapun membanting hancur cawan arak tersebut guna
diperiksa perubahan selanjutnya.
Siapa sangka peristiwa yang terjadi kali ini jauh ada diluar
dugaan para jago. dalam cawan arak itu sama sekali tidak
terjadi perubahan apapun. Mendadak Kiem Hoa Hujien
meninggalkan tempat duduknya, dengan langkah yang genit
dan mempesonakan ia berjalan menuju kehadapan Sun Put
Shia. Terhadap Kiem Hoa Hujien yang cantik molek namun
berhati keji bagaikan seekor ular berbisa ini setiap jago
menaruh rasa takut sebesar tiga bagian kepadanya,
menyaksikan ia berjalan mendekat setiap orang segera
salurkan hawa murninya untuk bikin persiapan.
Gerak gerik Kiem Hoa Hujien kelihatan lambat sekali
padahal gerakan tubuhnya amat cepat dalam sekejap mata ia
sudah berada ditempat kejadian, dari balik kepingan cawan
arak itu tangannya segera menyambar dan menangkap
kembali ulat kecil berwarna putih itu kemudian dimasukkannya
ke dalam mulut dan ditelannya mentah2.
Setelah itu sambil tertawa nyaring katanya, "Sayang ....
sayang...." "Sayang aku sipengemis tua tidak terjebak oleh perangkap
Hujien bukankah begitu?"
"Sayang sekali binatang yang mustajab dan sangat ternilai
ini sudah dilepaskan begitu saja"
Beberapa patah kata ini boleh dikata merupakan suatu
keluhan tapi kecuali ia sendiri serta Tok-chiu-Yok-Ong siapa
yang mau percaya akan ucapannya"
"Bagaimana rasanya ulat kecil itu?" ejek Sun Put Shia.
"Luar biasa lezatnya dikolong langit tak ada makanan yang
lebih lezat daripada ulat tersebut sahut Kiem Hoa Hujien
sambil tertawa. ia lantas putar badan dan balik ketempat
semula. Para jago sama2 bergidik, mereka tidak menyangka
perempuan cantik itu berani menelan seekor ulat kecil dalam
keadaan hidup2 bahkan memuji akan kelezatannya.
Sementara itu Be Boen Hwie merasa tercengang setelah
menyaksikan dari kepingan cawan arak itu tidak dijumpai
keadaan yang mencurigakan, ia lantas berpikir.
"Aaaah benar, hubungannya dengan Siauw Ling adalah
sahabat kental yang luar biasa sekali, memandang diatas
wajah Siauw Ling ia telah melepaskan diriku...."
Setelah terjadinya kegaduhan tersebut, maka segera
mendatangkan banyak kerepotan serta kekesalan bagi Shen
Bok Hong yang sudah punya rencana matang ini. ia sudah
mempersiapkan diri dengan segala macam siasat nemun sama
sekali tidak menyangka kalau Sun Put Shia serta simanusia
berjubah merah itu dapat ikut serta pula dalam perjamuan
para enghiong yang ia selenggarakan ini, ilmu silat yang
dimiliki kedua orang itu sangat lihay sekali, kemungkinan
besar rencananya harus mengalami perubahan sama sekali
disamping harus menghadapi tidnak tanduk kedua orang itu.
Watak Shen Bok Hong dingin dan kaku, sekalipun
menjumpai peristiwa yang menyulitkan dirinya ia dapat tetap
mempertahankan ketenangan hatinya. segera sambil ulapkan
tangannya ia berkata kepada Hong Coe seraya tertawa,
"Janganlah dikarenakan persoalan seorang dayang macam kau
sehingga merusak pertemuan para enghiong yang sedang
kuadakan, kau mengundurkan diri lebih dahulu, setelah
perjamuan ini kita bicarakan lagi persoalan tersebut.
Selama ini Hong Coe hanya mengawasi segala perubahan
dengan hati tenang, setealah menyaksikan diantara para jago
yang hadir dalam ruangan itu ternyata begitu banyak orang
berani menentang serta memusuhi Shen Bok Hong, nyalinya
semakin bertambah besar, segera serunya kembali, "Budak
telah menghilangkan kewibawaan Toa Cungcu dihadapan para
jago, dosa dosa tersebut amat besar dan hanya bisa ditebus
dengan suatu kematian belakak, tetapi sebelum budak
menemui ajalnya aku ingin membeberkan seluruh perbuatan
maksiat yang dilakukan Toa Cungcu setiap harinya kepada
seluruh umat jago yang ada dikolong langit meskipun setelah
kuutarakan keluar rahasia ini maka budak harus mati seketika
budakpun akan mati dengan mata meram"
Ucapan ini sangat menggusarkan Shen Bok Hong meski ia
naik pitam namun iapun sadar bahwa Hong coe pada saat ini
merupakan pusat perhatian para jago yang hadir dalam
ruangan tersebut apabila ia turun tangan melukai dirinya tentu
saja ada banyak jago yang akan turun tangan melindungi
keselamatannya kecuali kalau ia turn tangan dengan segenap
tenaga dan tidak sayang untuk bentrok dengan para jago
rasanya sulit untuk melukai dayang tersebut.
Tentu saja Shen Bok Hong tidak mau karena disebabkan
seorang dayang cilik sampai menggagalkan rencana besarnya
maka ia tidak bertindak sesuatu dan dengan keraskan kepala
menantikan perubahan selanjutnya.
Terdengar Hong Coe dengan suara lantang melanjutkan,
"Semua gadis serta dayang yang ada dalam perkampungan
asal paras mukanya rada cantik telah kau gunakan semua
secara paksa, kau telah merampas keperawanannya."
"Haaaa.... haaa dayang yang tidak tahu malu, ucapan
semacam inipun berani kau utarakan pada keadaan seperti ini"
seru Shen Bok Hong sambil tertawa tergelak. "Apakah kau
tidak tahu bahwa cuwi sekalian yang hadir dalam ruangan
dewasa ini adalah jago-jago kenamaan dalam dunia persilatan,
apakah kau anggap mereka suka percaya begitu saja dengan
segala tuduhan serta fitnahanmu itu?"
Hong Coe tidak menggubris, ia melanjutkan.
"Dan aku adalah salah satu korban yang telah dinodai
olehnya." "Pun Cungcu selamanya bertindak baik hati kepadamu dan
tidak pernah mengawasi secara ketat kepadamu, sungguh tak
nyana karena tindakan tersebut telah mengakibatkan kejadian
seperti ini. kau benar2 adalah seorang dayang yang tak kenal
budi." "Mengapa kau tidak mengatakan tindakan ini sebagai
sudatu pembalasan" "Budak busuk, entah kau sudah kena dibohongi oleh siapa
sehingga kesadaranmu sirna mari kita tak usah menggubris
dirinya lagi." Sinar matanya berputar dan dialihkan ke arah seorang
pemuda ganteng yang duduk disisinya. setelah itu
sambungnya lebih jauh.

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tujuan siauwte untuk mengundang cuwi sekalian
menghadiri pertemuan besar ini bukan lain pertama, ingin
memperkenalkan saudaraku ini kepada seluruh enghiong
hoohan yang ada dikolong langit...."
Dalam ruangan terjadi kegaduhan, ada orang yang
memperhatikan dengan seksama, ada pula yang ber bisik2
merundingkan persoalan itu mereka semua sama2 menebak
siapakah orang itu. Terdengar Shen Bok Hong dengan suara keras
melanjutkan, "Diantara cuwi sekalian mungkin ada
diantaranya yang pernah bertemu dengan saudaraku ini, tapi
sebagian besar tentu merasa asing bukan, siauwte percaya
kalian semua tentu pernah mendengar nama besarnya yang
telah menggetarkan sungai telaga.
Suasana dalam ruangan seketika itu juga jadi sunyi senyap
tak kedengaran sedikit suarapun.
Shen Bok Hong tersenyum "Meskipun tidak panjang masanya untuk berkelana dalam
dunia persilatan tapi nama besarnya benar2 sudah
menggetarkan seluruh jagad...." sambungnya.
"Apakah dia Siauw Ling?" tanya seseorang secara tiba-tiba,
disusul oleh pertanyaan2 orang lain.
"Tidak salah dia adalah Siauw Ling, pada saat ini...."
"Dia bukan Siauw Ling" mendadak Hong Coe menjerit
lengking. Dengan wajah berubah Shen Bok Hong melirik sekejap ke
arah Hong Coe namun ia tidak ambil gubris, sambungnya lebih
lanjut, "Siauw Ling yang hadir pada saat ini telah menjadi Sam
Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San Cung dari siauw-te,
dikemudian hari apabila cuwi sekalian bertemu dengan dirinya
dalam dunia persilatan harap saudara sekalian suka menjaga
dirinya baik2...." Ketika menyaksikan seluruh jago yang hadir dalam ruangan
itu agaknya sebagian besar telah mempercayai obrolan dari
shen Bok Hong itu. Hong Coe jadi amat gelisah kembali ia
berteriak, "Dia benar2 bukan Siauw Ling, harap cuwi sekalian
jangan sampai tertipu oleh obrolannya"
"Budak cilik, pandai benar kau mengobrol dan mengaco
belo yang bukan2" tegur Shen Bok Hong sambil tertawa
ramah. "Jelas kau sudah keracunan hebat sehingga tak
tertolong lagi Samte, bunuh saja dirinya, dari pada ia selalu
melanggar peraturan dari perkampungan Pek Hoa Sancung
kita." Pemuda tampan itu mengiakan mendadak ia bangun
berdiri, sepasang matanya yang tajam mengawasi tubuh Hong
'Coe tak berkedip kemudian perlahan-lahan tangannya
bergerak meraba gagang pedang.
Nama besar Siauw Ling sudah menggetarkan seluruh
jagad, tapi para jago yang hadir dalam kalangan dewasa ini
sebagian besar belum pernah menyaksikan ilmu silat yang
dimilikinya, tetapi ditinjau dari sinar mata tajam yang sedang
menatap Hong Coe, serta gerakannya untuk meraba gagang
pedang, mereka percaya bahwa pemuda ini mempunyai ilmu
yang amat dahsyat dalam menggunakan pedang.
Ditinjau dari sikapnya yang lama sekali tidak mencabut
pedang, siapapun berani menduga dalam gerakan mencabut
pedang nanti ia pasti melaksanakannya dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat. Pada saat ini keberanian Hong Coe tidak berkurang ia
malah semakin gagah, jeritnya lengking, "Sekalipun in ihari
aku Hong Coe harus mati dibawah ujung pedangnya, akan
kubongkar dahulu tindak tanduk Shen Bok Hong yang terkutuk
ini dihadapan para enghiong hoohan sekalipun mati aku rela!"
Dalam pada itu selembar wajah Siauw Ling gadungan itu
sudah berubah jadi merah, selapis napsu membunuh berkobar
dalam wajahnya, sepasang mata bersinar tajam dan pedang
panjangnya sudah diloloskan sepanjang setengah depa dari
dalam sarung. Be Boen Hwie menggetarkan kipasnya yang mana secara
tiba-tiba membuka separuh. telapak kiri disilangkan didepan
dada lalu menarik napas panjang, sepasang matanya dengan
tajam mengawasi terus tangan kanan dari Siauw Ling
gadungan itu, jelas ia pun menyaksikan keadaan tidak
menguntungkan maka ia bersipa sedia menahan datangnya
serangan tersebut dengan segenap tenaga.
Tiba-tiba Suma Kan menyingkap bajunya lalu mengambil
keluar sepasang roda emasnya dari saku setelah dicekal dalam
tangannya iapun siap sedia melakukan pertarungan.
Suasana dalam ruangan itu seketika itu juga berubah jadi
hening, sunyi dan tak kedengaran sedikit suarapun begitu
sunyi suasananya sehingga napas setiap orang dapat
terdengar nyata. Siauw Ling pun tidak tinggal diam, tangan kanannya segera
merogoh sakunya lalu diam2 mengenakan sarung tangan kulit
ularnya, iapun bersiap sedia melakukan pertolongan di-saat2
perlu. Shen Bok Hong tidak ketinggalan. sepasang matanya yang
tajam mengawasi Be Boen Hwie serta Suma Kan tajam2.
paras mukanya tenang membuat orang sukar untuk
membedakan ia sedang gembira atau gusar.
Bukan begitu saja sinar mata setiap jago yang hadir dalam
ruangan itu telah dicurahkan ke atas tubuh pemuda ganteng
tadi serta Be Boen Hwie sekalian, jelas etiap orang
menguatirkan menang kalah yang akan diraih oleh masingmasing
pihak. Mendadak Siauw Ling gadungan itu menggerakkan
pergelangan kanannya tiba-tiba pedangnya sudah dicabut
keluar dari dalam sarung.
Dalam sekejap mata hawa pedang berkelebat memenuhi
angkasa, cahaya tajam pedangnya langsung menyerang ke
atas tubuh Hong Coe yang berdiri tidak gentar.
Be Boen Hwie putar kipasnya menciptakan selapis
bayangan kipas dan sekali berkelebat ia bendung datangnya
rentetan cahaya pedang itu.
Ditengah kesunyian yang mencekam seluruh ruangan
terdengar suara bentrokan nyaring menggema dengan
kerasnya, bayangan kipas memenuhi angkasa itu mendadak
sirap dan lenyap tak berbekas.
Diikuti cahaya emas berkelebat dan meluncurlah selapis
kabut kuning menghadang cahaya pedang yang berhasi
menerobosi bayangan kipas itu.
Traang.... traang.... baik cahaya pedang maupun kabut
kuning ber-sama2 lenyap tak berbekas.
Orang luar hanya menyaksikan bayangan kipas cahaya roda
serta hawa pedang dalam sekilas pandang telah lenyap tak
berbekas, siapapun tidak pernah menyangka dalam bentrokan
barusan telah terjadi duel sengit yang menentukan antara
mati dan hidup. Menanti semua orang alihkan kembali sinar matanya
ketengah kalangan maka tampaklah cahaya merah yang
semula menyelubungi wajah Siauw Ling gadungan itu sudah
lenyap dan buyar saat ini wajahnya berubah jadi pucat pias
bagaikan susu kambing. Wajah Be Boen Hwie pun ke-hijau2an, tangan kanannya
mencekal kipas sedang darah segar telah membasahi separuh
bagian bajunya dan ketika itu masih menetes ke atas lantai.
Sebaliknya Suma Kan silangkan sepasang roda emasnya
didepan dada napasnya tersengkal2 dan keringat mengucur
keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Situasi yang terbentang ditengah kalangan sudah jelas
sekali, di dalam membendung serangan pemuda ganteng
tersebut baik Suma Kan maupun Be Boen Hwie telah
mengerahkan segenap kemampuannya, seumpama dalam
serangan pedangnya orang itu menambahi dengan beberapa
bagian tenaga saja, walaupun kedua orang itu telah kerahkan
segenap tenaga yang dimiliki belum tentu bisa menghadang
serangan pedang yang ditujukan ke arah Hong Coe itu.
Dalam pada itu mereka bertiga sama2 berdiri ditengah
kalangan tak berkutik siapapun berusaha merebut waktu
sebanyak2 untuk mengatur pernapasan dan memulihkan
kembali tenaga dalamnya. Begitu mendesak waktu yang mereka butuhkan sampai
sampai Be Boen Hwie tiada kesempatan sama sekali untuk
membalut luka diatas lengannya.
Ketenangan yang terjadi saat ini merupakan suatu
ketenangan yang paling hening menjelang terjadinya suatu
hujan badai yang maha dahsyat serangan berikutnya yang
jauh lebih dahsyat segera akan berlangsung.
Di dalam serangan berikutnya mungkin daya serangan tidak
terlalu besar namun setiap oang sadar dalam serangan itulah
setiap orang akan menentukan matai hidupnya masingmasing.
Tampak cahaya merah selapis demi selapis telah
menyelimuti kembali wajah pemuda ganteng itu, dari tawar
warna tersebut semakin menebal.
Keringat yang membasahi kening Suma Kan pun telah
mengering. napas yang ter-sengkal2 tidak kedengaran lagi.
Siauw Ling asli yang duduk disisi kalangan pun tidak
ketinggalan, diam2 ia tinjau situasi ketika itu ia tahu Suma Kan
serta Be Boen Hwie tidak akan kuat menahan satu serangan
lagi dari lawannya, ia harus cepat-cepat mencari satu akal
untuk membantu secara diam2.
Tetapi dibawah pengawasan para jago, tidak gampang
baginya untuk menunjukkan kepandaian saktinya tanpa
menimbulkan jejak yang dapat mencurigakan orang.
Ilmu silat yang dimiliki pemuda ganteng itu benar2 sudah
menggetarkan seluruh kalangan, sebagian besar para jago yan
gbelum pernah bertemu dengan Siauw Ling mulai
mempercayai apabila orang ini bukan lain adalah Siauw Ling
yang sebenarnya. Sebab tidak lama Siauw Ling berkelana dalam dunia
persilatan, namun paras mukanya yang ganteng serta
kecepatan pedangnya telah menggetarkan seluruh sungai
telaga, dan pemuda yang ada dihadapan mereka saat ini
persis seperti apa yang dilukiskan.
Seandainya mereka memperhatikan lebih seksama lagi,
mungkin pikiran itu segera akan berubah sayang tak
seorangpun yang memperhatikan akan diri pemuda itu. meski
ada yang memperhatikan jumlahnya amat keci.
Tampak hawa merah yang menyelimuti wajah pemuda itu
makin lama semakin menebal. sinar mata yang memancar
keluar dari sepasang mata pun semakin bening jeli dan
cemerlang hal ini membuktikan apabila suatu pertempuran
yang menentukan antara mati dan hidup segera akan
berlangsung. Setelah melewati pengaturan napas selama beberapa saat
rasa lelah telah lenyap dari tubuh Be Boen Hwie, darah segar
yang mengucur keluar lewat mulut lukapun telah berhasil
ditahan oleh hawa murninya, ia mulai putar otak untuk
mencari akal guna menghadapi sitauasi yang terbentang
dihadapannya saat ini, diam2 pikirnya.
"Apabila pertarungan ini bisa dilangsungkan dengan
pengaturan jarak dekat, siapa menang siapa kalah masih
susah diduga. tapi jelas dalam bentrokan tenaga dalam tadi
aku masih kalah setingkat dari kepandaiannya."
Satu2nya harapan baginya untuk merebut kemenangan
adalah melancarkan serangan secepat mungkin setelah
bentrokan senjata dengan dirinya, kemudian sejurus demi
sejurus meneternya habis2an, tapi ia membutuhkan persiapan
untuk melakukan pertarungan semacam ini.
Sewaktu ia tahu setelah melakukan pertarungan itu maka ia
akan kecapaian sekali dan susah melanjutkan pertarungan
lebih jauh. Sementara otaknya masih berputar, pemuda ganteng itu
sudah mulai bergerak kembali, pedangnya digetarkan cahay
tajam berkilat dan sekali lagi meluncur ke arah tubuh Hong
Coe. Disaat pemuda itu bergerak, Suma Kan serta Siauw Ling
pun turun tangan pula serentak.
Suma Kan menggetarkan sepasang roda emas ditangannya
menyerang dari samping dan menyambut datangnya cahaya
tajam yang sedang meluncur kedepan itu.
Sedangkan Siauw Ling secara diam2 melepaskan ilmu jari
Siuw-Loo-Ci-Kangnya yang hebat serentetan deseiran tajam
segera meluncur kedepan. Duuusss! serangan pedang pemuda itu termakan oleh
sentilan jari Siuw-Loo-Ci-Kang yang dilepaskan Siauw Ling,
tenaganya segera banyak berkurang, apalagi termakan oleh
tangkisan roda emas yang digerakkan Suma Kan, diiringi suara
dentingan nyaring seketika itu juga serangan pedang itu
terbendung sama sekali. Suma Kan hanya merasakan dalam bentrokannya dengan
pedang pemuda tersebut untuk kedua kalinya tenaga
serangan lawan sama sekali berkurang, dengan mudah dan
gampang serangan itu berhasil ia punahkan.
Kiranya Siauw Ling gadungan itu diam2 menderita kerugian
yang amat besar. Kiranya Siauw Ling takut serangan pedangnya amat lihay
dan sulit ditangkis maka dalam sentilan ilmu jari Siuw-Loo-Ci-
Kangnya tadi ia telah menggunakan tenaga sebesar delapan
bagian, begitu dahsyat tenaga desiran yang tak berwujud itu
sehingga pemuda ganteng itu merasakan pedang ditangan
kanannya se-akan2 terhajar oleh segulung tenaga yang amat
besar sekali begitu hebat serangan itu hampir2 saja
pedangnya tak sanggup dikuasai dan lepas dari tangan.
Tidaklah aneh kalau pedang itu seketika berhasil
dipunahkan sama sekali oleh sepasang roda emas Suma Kan
tanpa buang tenaga banyak
Tiba-tiba Be Boen Hwie maju dua langkah kedepan sambil
menjura sapanya, "Ilmu pedang yang heng-thay miliki benar2
luar biasa, cayhe ingin sekali menjajal ilmu pedang terbang
dari Heng-thay, harap Heng-thay suka memberi petunjuk"
Walaupun diluaran ia bicara amat sopan tapi dalam
tindakan sama sekali tidak memberi kesempatan bagi pemuda
itu untukmenjawab, kipas ditangannya berputar kencang,
dengan juru "Siauw-Ci-Thian-Lam" atau Sambil Tertawa
Menuding Langit Selatan kipasnya dirapatkan lurus langsung
menotok kemuka. Saat itu cahaya merah yang menyelimuti wajah pemuda itu
sudah buyar dan muncullah selembar wajah yang pucat pias
bagaikan mayat.

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tampak ia angkat pedangnya untuk menangkis serangan
kipas Be Boen Hwie namun sama sekali tidak melancarkan
serangan balasan. "Haaa haaa.... Heng-thay, mengapa kau tidak melancarkan
serangan balasan" apakah kau sudah lelah dan kehabisan
tenaga sehingga tak dapat bergebrak lagi?" jengek Be Boen
Hwie sambil tertawa terbahak2.
Ditengah bentakan keras, kipasnya berkelebat melancarkan
serentetan serangan gencar yang cepat dan dahsyat sebentar
kipasnya ditutup untuk melancarkan totokan, sebentar lagi
dibentangkan untuk membabat, sebuah kipas dalam sekejap
mata telah berubah jadi golok pedang serta Poan-koan pit
untuk menotok jalan darah.
Agaknya setelahmelepaskan dua kali ilmu pedang
terbangnya pemuda ganteng itu sudah kehabisan tenaga,
dalam menangkis setiap serangan kipas yang dilepaskan Be
Boen Hwie ia keihatan payah dan ngotot sekali.
Tidak sampai sepuluh gebrakan kemudian pemuda ganteng
itu sudah kalang kabut dan terdesak hebat, ia mulai keteter
dan tidak sanggup mempertahankan diri.
Shen Bok Hong dapat menyaksikan situasi yang sangat
tidak menguntungkan dirinya, ia sadar apabila pertarungan ini
dilanjutkan lebih jauh maka tidak sampai dua puluh jurus
Siauw Ling gadungan itu pasti akan terluka dibawah sambaran
kipas yang dilancarkan Be Boen Hwie, hatinya jadi amat
gelisah. "Tahan!" segera bentaknya.
Pemuda tampan itu siap menarik kembali pedangnya
untukmengundurkan diri setelah mendengar bentakan itu
namun Be Boen Hwie tidak mau lepas tangan begitu saja
kipasnya berputar semakin kencang dan pemuda itupun
kontan terkurung dibawah lapisan bayangan kipas yang amat
rapat dan dahsyat. Menyaksikan bentakannya tidak diambil gubris Shen Bok
Hong naik pitam, pikirnya, "Kurang ajar.... Be Boen Hwie
benar2 menjengkelkan hati, aku harus kasih sedikit pelajaran
kepadanya...." Karena berpikir demikian tangannya segera diangkat lalu
menyentil kedepan setelah itu perlahan-lahan duduk kembali.
Dari meja perjamuan sebelah kiri mendadak menggema
suara tertawa dingin diikuti meluncurlah kata2 ejekan, Hmm"
andalkan jumlah banyak untuk merebut kemenangan, macam
enghiong apakah kau orang?"
Ditengah bentakan keras, sebuah cambuk lemas berwarna
merah telah meluncur ke arah tubuh Be Boen Hwie.
Merasakan datangnya serangan Be Boen Hwie putar kipas
menangkis, ambil kesempatan itulah pemuda tampan itu tarik
kembali pedangnya sambil meloncat mundur.
Cambuk lemas berwarna merah yang meluncur datang itu
entah terbuat dari bahan apa, lunak dan keras setelah
tertangkis oleh kipas Be Boen Hwie benda tadi seketika ditarik
kembali ke belakang. Agaknya ia sama sekali tiada bergebrak melawan Be Boen
Hwie, dan maksudnya hanya menolong pemuda tampan itu
melepaskan diri dari mara bahaya.
Dalam pada itu pemuda yang menjadi Siauw Ling
gadungan itu segera mengundurkan diri sejauh lima depa ke
belakang, ia tidak kembali kekursiya semula tapi berdiri tegak
disisi kalangan sambil mengatur pernapasan,
Dalam hati Be Boen Hwie mengerti, ilmu silat serta jurus
pedang yang dimiliki orang itu tidak berada dibawahnya,
barusan ia berhasil terkurung dibawah kipasnya hal ini
disebabkan tenaga dalamnya telah berkurang setelah dua kali
melepaskan ilmu pedang terbang yang maha dahsyat, apabila
ia biarkan orang itu atur pernapasan lebih dahulu kemudian
menyerang lagi ia tahu dia pasti bukan tandingannya.
Dalam kenyataan, setelah Be Boen Hwie melakukan
pertarungan sengit sambil menahan rasa sakit, mulut luka
semakin melebar darah segar mengucur keluar tiada hentinya
membasahi hampir seluruh baju yang dikenakan.
Siauw Ling diam2 mengawasi situasi dalam ruangan, ia
dapat membedakan bahwa dalam ruangan tersebut telah
terpisah jadi dua rombongan, hanya kedua belah pihak tidak
mengetahui situasi serta keadaan lawannya untuk sementara
tetap bersabar. Ia sadar bahwa dari antara dua golongan itu hanya ia serta
Be boen Hwie bertiga saja yang secara terang2an berani
memusuhi orang2 perkampungan Pek Hoa Sancung keadaan
ini sangat tidak menguntungkan posisi mereka, maka dengan
ilmu menyampaikan suara segera pesannya
"Suma-heng, harap kau suka menasehati Be Cong Piauw
Pacu untuk sementara waktu bersabar dahulu, dewasa ini
saatnya belummatang janganlah bikin keonaran lebih jauh"
Terhadap Siauw Ling, dalam hati Suma Kan merasa amat
kagum maka setelah menerima pesannya ia lantas tertawa
ter-bahak2. "Be-heng mari kita kembali kekursi perjamuan lebih dahulu"
ajaknya. Be Boen Hwie tahu dibalik ucapannya pasti mengandung
maksud tertentu, dalam kenyataan iapun sudah lemas setelah
kehilangan banyak darah. apalagi harus mengalami pula
pertarungan sengit, sinar matanya lantas menyapu sekejap ke
arah Hong Coe dan katanya lirih, "Nona Hong harap kaupun
segera mengundurkan diri kemeja perjamuan!"
Demikianlah beberapa orang itu segera mengundurkan diri
kemeja perjamuan dan ambil tempat duduk kembali.
Setelah itulah sinar mata Be boen Hwie baru menyapu ke
arah seorang kakek tua berbaju hitam yang duduk dimeja
perjamuan nomor dua katanya lirih, "Suma-heng, kenalkah
kau dengan orang itu?"
"Tidak kenal" "Dia bukan jago Bu-lim dari daratan Tionggoan"
Ingatan Siauw Ling amat tajam. sekilas pandang ia kenali
kedua orang itu adalah sepasang Hek-pek-Jie-Loo yang
datang dari luar perbatasan, kemarin malam dalam perjamuan
yang diselenggarakan dalam kebun si orang tua berbaju hitam
itu pernah menangkis kipas dari Be Boen Hwie.
Sedang si kakek berbaju putih itu punya usia sebaya
dengan sihitam maka mereka duga orang itu adalah Pek-Loo.
Sementara itu pemuda tampan tadi telah menyelesaikan
semedinya. hawa merah yang amat tebal telah menyelimuti
kembali wajahnya. Melihat kelihayan orang Suma Kan jadi terperanjat.
"Sungguh amat sempurna tenaga dalam yang dimiliki
keparat cilik itu" pikirnya.
Tampak ia ayunkan pedangnya dan berkata dengan suara
dingin, "Aku orang she Siauw masih ingin mohon petunjuk dari
ilmu silat yang dimiliki Be Cong Piauw Pacu"
Suatu tantangan yang dilakukan secara blak2an meski Be
Boen Hwie sadar kepandaiannya bukan tandingan lawan
namun ia pun tidak ingin menunjukkan kelemahan dihadapan
musuh segera dirobeknya secarik kain untuk membungkus
mulut lukanya setelah itu sambil tertawa manggut.
"Pasti akan kulayani kemauanmu" sahutnya.
Tapi sebelum Be Boen Hwie bertindak Suma Kan telah
mendahului dirinya dan meninggalkan meja perjamuan....
"Be Cong Piauw Pacu, kedudukanmu sangat tinggi dan
terhormat bagaimana kalau biarkan cayhe yang melayani
dirinya lebih dahulu?" serunya.
"Hmm! kalau kau ingin mewakili dirinya mati, nah cepatlah
cabut keluar senjata tajammu" jengek pemuda itu dingin.
pedangnya segera digetarkan dan muncullah empat kuntum
bunga2 pedang. Suma Kan sadar ilmu pedang terbang yang dimiliki pemuda
itu amat lihay sekali, dengan andalkan kepandaian ia seorang
diri belum tentu dapat menandinginya tetapi setelah ia
menyatakan kesanggupan terpaksa sambil keraskan kepala
segera munculkan diri ketengah kalangan dari dalam saku
sepasang roda emasnya diambil keluar dan dicekal dalam
genggamannya. Dari hawa merah yang begitu tebal menyelimuti wajah
pemuda tampan itu Siauw Ling mulai men-duga2, ilmu silat
apakah yang telah dipelajari orang itu, ia rasa ilmu silatnya
pasti berasal dari ilmu sesat, dimana setiap kali setelah selesai
menggunakan kepandaiannya tenaga dalam yang punah
dengan cepat pulih kembali seperti sedia kala, ia tahu meski
ilmu silat yang dimiliki Suma Kan sangat lihay, mungkin ia
masih bukan tandingannya, sianak muda ini putar otak untuk
mencari akal guna membantu dirinya.
Sementara ia masih berpikir pemuda tampan itu sudah
menggetarkan pedangnya menusuk ke depan.
Kali ini ternyata ia tidak menggunakan ilmu pedang
terbangnya lagi. Yang paling ditakuti Suma Kan adalah ilmu pedang
terbangnya menyaksikan ia menyerang dengan jurus pedang
biasa hatinya jadi girang. Roda emas ditangan kirinya segera
menangkis datangnya serangan itu dengan jurus "Wan-Te-
Huan-Im" atau didasar pergelangan membalik Awan
melancarkan serangan Pemuda tampan itu tidak lemah, ia keluarkan jurus "Hiat-
Nio-Hua-Sah" atau burung merah menggurat pasir. Traang....!
ditengah bentrokan keras ia berhasil memunahkan roda emas
lawan diikuti melancarkan tiga buah serangan berantai.
Suma Kan putar roda emasnya, dengan jurus2 keras lawan
keras ia terima seluruh serangan lawan.
Kiranya ia takut pihak lawan menggunakan ilmu pedang
terbangnya lagi maka begitu turun tangan dengan seluruh
tenaga ia meneter musuhnya habis2an.
Dalam sekejap mata cahaya roda bayangan pedang
bercampur baur jadi satu dan berlangsunglah suatu
pertarungan yang maha sengit.
Sepanjang pertarungan itu berlangsung Siauw Ling pentang
matanya mengawasi setiap perubahan yang terjadi dalam
kalangan, disamping itu iapun selalu mengawasi setiap gerak
gerik dari Shen Bok Hong.
Tampaklah jurus serangan dari Suma Kan amat dahsyat
dan gencar. setelah bergebrak sebanyak dua puluh jurus
boleh dikata ia telah menguasai seluruh kalangan.
Pada saat itulah Shen Bok Hong kerutkan alisnya bibir
tampak komat kamit disusul Cioe Cau Liong tiba-tiba
meninggalkan tempat duduknya.
Siauw Ling tahu Shen Bok Hong telah menggunakan ilmu
menyampaikan suara untuk memberi petunjuk kepada Cioe
Cau Liong guna bkin persiapan tetapi ia tidak tahu rencana
apakah yang sedang mereka persiapkan.
Kedudukannya pada saat ini hanya seorang pelayan meski
ia temukan suatu peristiwa tidak leluasa baginya untuk
memperingatkan para jago yang ada dalam ruangan, maka
buru-buru dengan ilmu menyampaikan suara bisiknya kepada
Be Boen Hwie, "Be-heng harap kau suka memperhatikan
gerak gerik dari Cioe Cau Liong?"
Waktu itu Be Boen Hwie sedang pusatkan seluruh
perhatiannya untuk mengawasi pertarungan anatar Suma Kan
melawan pemuda tampan itu mendengar peringatan ini ia jadi
terperanjat dan segera berpaling sedikitpun tidak tampaklah
Cioe Cau Liong secara diam2 telah meninggalkan meja
perjamuan. Ketika itu boleh dikata seluruh perhatian para jago sedang
tercurahkan ketengah kalangan dimana sedang berlangsung
pertarungan sengit antara Siauw Ling gadungan melawan
Suma Kan sedikit sekali diantara para jago yang menyaksikan
Cioe Cau Liong meninggalkan tempat duduknya.
Dikala Be Boen Hwie cabangkan perhatiannya untuk
mengawasi gerak geriknya Cioe Cau Liong itulah pertempuran
sengit yang sedang berlangsung ditengah kalangan telah
terjadi perubahan hebat. Kiranya setelah Suma Kan melangsungkan pertarungan
sengit sebanyak dua puluh jurus melawan Siauw Ling
gadungan itu, ia telah berhasil menguasai jalannya jurus
pedang lawan, tiba-tiba roda emas ditangan kirinya
mengeluarkan jurus "Im Hong Ngo Ih" atau Awan Gelap
Menutup Lima Gunung. dengan suatu tindakan menempuh
bahaya ia babat gerakan pedang lawan disebelah kiri.
Suma Lan adalah seorang manusia yang teliti apabila ia
tidak punya keyakinan berhasil menguasai musuh, tidak nanti
ia melakukan perbuatan yang menempuh bahaya sebab
tindakan tersebut sama artinya telah melanggar pandangan
Bu lim. Seandainya gerakan pedang pemuda tampan itu mendadak
menyerang dari sebelah kanan separuh badan Suma Kan yang
tidak terjaga akan terjatuh dibawah ancaman musuh, meski
tidak terluka sedikit banyak ia akan dibikin kerepotan oleh
gencetan lawan. Siapa sangka gerakan pedang musuh tepat seperti apa
yang diduga. tidak salah lagi ujung pedang lawan datang dari
arah sebelah kiri. Suma Kan jadi kegirangan setengah mati, roda emas
ditangan kanannya segera menghajar dada lawan dengan
jurus "Hwie-Pa-hong-Tiong" atau Pacul Terbang membentur
genta. Pemuda tampan itu buru-buru mengempos tenaga dan
meloncat dua langkah ke belakang untuk menghindari
hantaman roda emas dari Suma Kan itu.
Siapa tahu pada saat itulah Suma Kan telah ayunkan
tangannya. roda emasi itu tiba-tiba meluncur dari tangannya
laksana sambaran kilat melayang kedepan.
Ilmu roda terbang merupakan suatu jurus paling ampuh
dalam jurus roda emas yang dikuasahi Suma Kan pemuda
tampan itu sama sekali tidak menduga akan datangnya
serangan tersebut, dadanya seketika terhajar oleh roda emas
tadi dan segera mendengus berat, darah segar segera
muncrat keluar dari mulutnya dan tubuh orang itupun roboh
terjengkang ke atas tanah.
Menyaksikan peristiwa itu para enghiong hoohan yang ada
dalam ruangan bersorak memuji, diam2 mereka merasa
kagum atas kelihayan ilmu roda terbang dari Suma Kan.
Tampak Shen Bok Hong per-lahan-lahan bangun berdiri,
tubuhnya yang tinggi besar dan bongkok itu langsung berjalan
menuju ke arah mana Suma Kan berdiri.
Siauw Ling jadi terperanjat, segera pikirnya, "Ilmu silat


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dimiiliki Shen Bok Hong amat lihay, dalam menggerakkan
tangannya saja ia dapat melukai orang, mungkin Suma Kan
tidak akan kuat terhadap sebuah serangannya...."
Menanti ia awasi orang itu lebih jauh tampaklah Shen Bok
Hong menghampiri Siauw Ling gadungan itu kemudian
bongkokkan badan dan memeriksa keadaan lukanya, tiba-tiba
ia ulapkan tangannya. Dua orang pemuda berbaju singsat warna hijau muncul
sambil membawa sebuah usungan, setelah membaringkan
tubuh Siauw Ling gadungan tadi diatas usungan buru-buru
berlalu pula dari ruangan.
Sinar mata para jago sekarang sama2 ditujukan ke atas
tubuh Shen Bok Hong, mereka duga ia pasti akan merasa
sedih dengan robohnya Siauw Ling dan tak bisa dihindari lagi
suatu serangan yang maha dahsyat akan dilepaskan terhadap
diri Suma kan. Siapa sangka peristiwa yang terjadi berikutnya sama sekali
diluar dugaan para jago, menanti dua orang pemuda berbaju
hijau tadi telah berlalu ber-sama2 Siauw Ling gadungan,
bukannya menghadapi Suma Kan sebaliknya Shen Bok Hong
malah balik kemeja perjamuannya.
Mendadak seorang lelaki tertawa lantang begitu nyaring
suaranya sampai seluruh kalangan bergetar keras, diikuti ia
berseru, "Haa.... haa.... sungguh tak nyana Siauw Ling yang
punya nama tersohor tidak lebih hanya gentong nasi yang tak
berguna sama sekali terhadap serangan orangpun tidak
sanggup mempertahankan diri. agaknya kabar berita yang
tersiar dalam dunia persilatan tak boleh dipercaya seratus
persen" Be Boen Hwie berpaling ia temukan orang yang barusan
berbicara adalah seorang lelaki berjubah warna merah, tinggi
kurus dan berwajah kuning pucat ketika menyelesaikan kata2
tersebut ia kembali tertawa ter-bahak2.
"Entah siapakah jago ini?" pikir Be Boen Hwie di dalam hati.
Ketika mendengar ejekan itu Shen Bok Hong seera alihkan
sinar matanya ke arah orang itu, kemudian tertawa dingin
tiada hentinya. "Siapakah heng-thay?" ia menegur.
"Heee.... heee.... siauwte hanya seorang prajurit tak
bernama, lebih baik tak usah kusebutkan namaku!"
Shen Bok Hong benar2 seorang yang beriman tebal, ia
hanya melirik sekejap ke arah orang itu kemudian bersabar
diri, sinar matanya lantas menyapu keseluruh kalangan dan
berkata. "Walaupun saudara cayhe telah terluka parah ditangan
orang lain, hal ini harus disalahkan ilmu silatnya tidak
sempurna. sekalipun mati juga tak perlu disesalkan."
Ia merandek sejenak, lalu sambungnya.
"Setiap orang yang diundang untuk menghadiri pertemuan
dalam perkampungan Pek Hoa San Cung ini hari adalah
sahabat dari aku orang she Shen. aku duga banyak sekali
diantara jago lihay Bulim yang secara diam2 telah menyusup
masuk ke dalam perkampungan ini, bahkan sengaja hendak
mencari satroni dengan diriku, tentang soal ini walaupun
siauwte sudah bersabar dan berlaku bijaksana mungkin,
namun lama kelamaan tidak dapat menahan diri pula.
Sinar matanya menyapu seluruh kalangan tak seorangpun
yang memberi komentar suasana amat sunyi.
Shen Bok Hong tertawa hambar ujarnya kembali.
"Berbicara sebenarnya, aku orang she Shen merasa amat
berterima kasih sekali atas kesudian saudara yang menyusup
ke dalam perkampunganku ini untuk menghadapi pertemuan
tersebut meski kalian masuk secara tidak wajar namun aku
akan menerimanya dengan senang hati serta melayani sebaik
mungkin, tapi aku hendak peringatkan apabila kalian hendak
bikin keonaran di sini maka janganlah salahkan diriku kalau
bertindak kurang sopan, untuk menghindari kejadian itu dan
carikan suatu akal yang tepat maka siauwte telah
mendapatkan suatu cara yang rasanya sangat tepat, entah
sudikah kiranya cuwi sekalian menyetujuinya?"
"Orang ini licik, keji dan berbahaya. entah siasat apa lagi
yang sedang dipersiapkan olehnya?" pikir Siauw Ling dalam
hati. Terdengar diantara para jago yang hadir dalam ruangan
ada pula yang berteriak, "Bagaimanakah usul dari Toa Cungcu
itu" silahkan diutarakan. kami sekalian akan
mendengarkannya dengan telinga terbuka."
"Cara tersebut amat sederhana sekali" sahut Shen Bok
Hong sambil tertawa hambar. "Asalkan aku mencoba
kesetiaan hati kalian maka hal ini akan segera diketahui,
sebelum itu aku ingin bertanya Cuwi sekalian adalah sahabat
karib aku orang she Shen atau musuhku....?"
Tiba-tiba ia pertinggi suaranya.
"Apabila kalian suka bersahabat dengan aku orang she
Shen silahkan Cuwi sekalian bangun berdiri dan memasuki
tenda yang ada dibelakang aku orang she Shen, disana telah
tersedia sayur dan arak bagus untuk menjamu kalian semua
apabila kalian tidak ingin bersahabat denganku orang she
Shen tapi tidak ingin memusuhi diriku harap saudara2 suka
berpindah kemeja perjamuan sebelah kiri...."
Bicara sampai disitu suaranya berubah rendah sekali.
"Apabila saudara termasuk golongan yang ingin memusuhi
aku orang maka segera berpindahlah kemeja pertemuan
sebelah kanan, Cuwi sekalian adalah jago-jago kangouw
kenamaan, aku rasa tentu kalian tidak akan bertindak
pengecut dengan mencampur baurkan antara mush dan
sahabat bukan" Begitu Shen Bok Hong menyelesaikan kata2nya suasana
dalam ruangan tersebut jadi sunyi senyap tak kedengaran
sedikit suarapun, lama sekali tiba-tiba dua orang kakek tua
hitam dan putih itu berdiri lebih dahulu dan langsung menuju
ke belakang Shen Bok Hong.
Setelah berlalunya dua orang ini maka para jago lainpun
mengikuti jejeak mereka, dalam sekejap mata sudah ada
separuh bagian para jago yang berkumpul dari ruangan itu
telah berlalu ke belakang Shen Bok Hong dan lenyap dibalik
tenda. Para jago yang ada disebelah kanan perjamuan sebagian
besar bangun berdiri dan berpindah ke meja perjamuan
sebelah kiri. Menyaksikan kejadian itu Siauw Ling merasa hatinya
bergerak, pikirnya, "Sepintas lalu cara ini kelihatannya amat
sederhana dan tiada keistimewaan, padahal amat keji dan
telengas sekali, ia hendak membedakan antara pihak musuh
dengan pihak sahabat dengan andalkan kepercayaan orang2
Bu-lim setealh itu ia akan kumpulkan segenap tenaga yang
dimilikinya untuk menghadapi musuh cara ini benar2 luar
biasa sekali...." Ketika itu jago yang ada dimeja perjamuan sebelah kanan
tinggal beberapa orang belaka, kecuali Be Boen Hwie, Suma
Kan sekalian yang terduduk dalam semeja masih ada Sun Put
Shia erta beberapa orang manusia asing yang tidak dikenal
olehnya. "Satu hal yang paling membingungkan Siauw Ling adalah
Tong Loo Thay-Thay saat ini dari meja perjamuan sebelah
kanan telah berpindah kemeja perjamuan sebelah kiri.
perubahan yang terjadi dalam semalaman saja ternyata
berbeda bagaikan langit dan bumi.
Diam2 Be Boen Hwie mulai menghitung jumlah orang yang
ada dimeja perjamuan sebelah kanan semuanya hanya
berjumlah belasan orang belaka hatinya jadi terkesiap
pikirnya, "Ketika para jago sama2 berkumpul jadi satu
ruangan, hal ini masih tidak terasa seberapa, tapi sekarang
setelah pihak musuh dan pihak sahabat dipisahkan jumlah
pihak sini jadi begitu sedikit...."
Dalam pada itu terdengar Hong Coe telah berkata dengan
suara lirih, "Shen Bok Hong telah berubah maksud, agaknya
berhubung terlukanya Siauw Ling gadungan,maka cara
membokong telah diubah jadi suatu perang total secara
terbuka" "Tidak salah" Be Boen Hwie mengangguk. "Per-tama2 pihak
yang akan diserang serta dihancurkan pastilah rombongan
kita!" Diam2 Siauw Ling pun bikin perhitungan, setelah itu
pikirnya, "Apabila Shen Bok Hong terang2an hendak mengajak
perang tanding secara terbuka, kemudian mendesak terus
menerus, terpaksa kedudukanku sebagai seorang pelayan
tidak akan tertahan lebih jauh...."
Tiba-tiba terdengar suara bentakan yang amat nyaring
berkumandang datang dari ujung ruangan, "Shen Cung-cu,
selama ini aku sipengemis duduk disebelah kiri tapi akupun
tidak ingin bersahabat dengan diri Shen Cung-cu, entah
bagaimana enaknya?" Siauw Ling alihkan sinar matanya ke arah mana berasalnya
suara tadi, ia jumpai orang itu adalah sipengemis kelaparan.
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Apabila kau ingin bermusuhan dengan aku Shen Bok Hong
silahkan segera pindah kemeja perjamuan sebelah kanan"
serunya. "Waah.... sungguh merepotkan sekali" gerutu sipengemis
kelaparan dengan suara dingin.
Ia bangun berdiri dan segera berpindah kemeja perjamuan
sebelah kanan. Sipaderi pemabok mementang matanya yang sipit lalu ikut
bangun berdiri pula, katanya, "Bagus, bagus sekali. Selamanya
antara sipengemis kelaparan dengan padri Pemabok selalu tak
pernah berpisah satu dengan lainnya apabila sipengemis
kelaparan memang kepingin cari mati terpaksa mau tak mau
aku sihweesio gede harus mengiringinya."
Iapun mengikuti sipengemis kelaparan, bangun berdiri dan
bergerak menuju kemeja perjamuan sebelah kanan.
Walaupun cuma sipengemis kelaparan serta si padri
pemabok dua orang, tambahan ini cukup menghibur hati Be
Boen Hwie tanpa terasa semangatnya berkobar kembali.
Tampak dari meja perjamuan sebelah kiri mendadak berdiri
tujuh delapan orang tanpa mengucapkan sepatah katapun
mereka pindah kemeja perjamuan sebelah kanan.
Be Boen Hwie segera mengawasi orang2 itu namun ia tidak
kenal dengan orang2 itu. Sepasang alis Shen Bok Hong langsung berkerut dan
tertawa terbahak2. "Haaa.... haa.... apakah masih ada orang yang hendak
memusuhi aku orang she Shen!" ayoh cepat pindah kemeja
perjamuan sebelah kanan" serunya.
Terdengar seseorang berteriak keras.
"Mati dan hidup telah ditentukan takdir sekalipun
bersahabat dengan Shen Bok Hong belum tentu akan peroleh
kebaikan?" Mengikuti teriakan tersebut kembali ada dua orang lelaki
kekar berusia lima puluh tahunan berpindah kemeja
perjamuan sebelah kanan. Kedua orang ini dikenal oleh Be Boen Hwie. mereka adalah
dua harimau dari gunung Thay-san dua bersaudara she Song.
Shen Bok Hong melirik sekejap para jago yang ada dimeja
perjamuan sebelah kiri lalu tertawa tergelak kembali.
"Menurut dugaan siauw-te, dari meja perjamuan sebelah
kiri mungkin masih ada beberapa orang yang ingin memusuhi
diri siauw-te mengapa tidak segera pindah kemeja perjamuan
sebelah kanan?" jengeknya.
Tidak salah lagi, dari meja perjamuan sebelah kiri segera
terdengar dengusan serta tertawa dingin.
"Hmm! Shen Toa Cung-cu yang gagah ternyata tiada
maksud mengikat tali persahabatan dengan kita, buat apa kita
harus menyanjung dirinya" bukankah jauh lebih baik mati
daripada menanggung malu?"
"Ucapan toako sedikitpun tidak salah" sahut orang kedua.
"Kepala boleh putus darah boleh mengalir, tidak akan lebih
hanya kata kematian belaka, daripada hidup menanggung
malu lebih baik kita mati secara gagah, dengan demikian
kitapun bisa mewujudkan kegagahan seorang enghiong"
Selesai berkata kembali ada empat orang lelaki kekar
pindah kemeja perjamuan sebelah kanan.
"Aaaai agaknya dalam pikiran setiap orang telah tertera
nyata sekali apabila seseorang berani memusuhi Shen Bok
Hong maka seratus persen ia pasti akan mati, setelah
mengetahui keadaannya yang terdesak orang2 ini masih
punya keberanian untuk melakukan perlawanan tindakan
mereka betul2 terpuji aku harus cari suatu cara untuk
menerangkan kepada mereka bahwa memusuhi Shen Bok
HOng belum tentu bakal mati" pikir Siauw Ling.
Tampak wajah Shen Bok Hong berubah.
"Apakah masih ada?" tanyanya lambat2.
Pertanyaan ini diulangi sampai beberpa kali namun dari
meja perjamuan sebelah kiri tidak nampak seorangpun yang
pindah tempat. Diam2 Siauw Ling mengawasi terus tingkah laku manusia
berjubah merah itu, tampai ia duduk tenang tak berkutik,
hatinya jadi keheranan, kembali pikirnya, Seandainya dia
adalah sahabat dari Shen Bok Hong maka seharusnya masuk
ke dalam tenda dibelakang orang she Shen itu, seandainya dia
adalah musuh orang she Shen itu semestinya pindah kemeja
perjamuan sebelah kanan dengan kedudukannya apakah ia
tak dapat menentukan sebenarnya sahabat atau musuh?"
Tampak Shen Bok Hong tertawa ia lantas berpaling ke arah
para jago yang ada disebelah kanan ujarnya.
"Cuwi sekalian hendak memusuhi aku Shen Bok Hong,
dapatkah kalian utarakan apa alasan kalian sehingga harus
memusuhi diriku?" "Selama puluhan tahun sudah banyak kejahatan yang telah
anda lakukan, banyak korban yang berjatuhan ditanganmu"
seru Be Boen Hwie sambil bangun berdiri. "Dewasa ini bukan
saja setiap perguruan memusuhi dirimu, bahkan setiap
manusia membenci dirimu hingga merasuk ketulang. buat apa
kau banyak bertanya lagi?"
- - - - - - - 36 Sebagai contohnya Be-heng sendiri, apa sebabnya kau
hendak memusuhi diri siauw-te"
"Karena dendam perguruan!"
Shen Bok Hong tersenyum.

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apabila Be-heng hendak menuntut balas bagi saudara
seperguruanmu maka aku orang Shen Bok Hong pasti akan
memberi kesempatan bagimu untuk menuntut balas, aku
cuma takut justru Be-heng tak sanggup membalaskan dendam
perguruanmu sebaliknya malah mengorbankan jiwamu
sendiri". "Soal ini tak usah Shen Toa Cungcu kuatirkan"
Shen Bok Hong lantas alihkan sinar matanya ke arah para
jago yang duduk dimeja perjamuan sebelah kiri, katanya pula,
"Walaupun cuwi sekalian tiak mau bersahabat dengan aku
orang she Shen tapi kalianpun tidak suka memusuhi diriku, hal
ini membuat aku orang she Shen merasa amat berterima
kasih...." Ia merandek sejenak kemudian sambungnya
"Kini setelah masing-masing pihak menyatakan suara
hatinya maka keadaan kitapun bagaikan air dan api, kita
bersumpah tidak akan hidup bersama...."
"Shen Toa Cungcu, kau tak usah mengucapkan pelbagai
alasan yang tak berguna" tukas si padri pemabok dengan
suara keras. "Aku sihweesio gede sudah kepingin cepat mati,
aku tidak sabaran lagi, harap Shen Toa Cungcu cepat-cepat
bantu aku sihweesio gede untuk pulang kedunia Barat dan
menikmati kesenangan disana"
Setiap hari padri ini berada dalam keadaan mabok. apa
yang diucapkan tak pernah di-aling2i maka pada hari2 biasa
semua orang menganggap apa yang diucapkan sebagai kata2
mabok padahal dalam kenyataan orang ini sangat teliti,
secaradiam2 ia sudah memperhatikan gerak gerik Shen Bok
Hong dikala ia memecahkan perhatiannya semua para jago
padahal secara diam2 telah siap melakukan suatu perbuatan.
Terdengar sipengemis kelaparan tertawa dingin dan
menyambung. "Shen Toa Cungcu kaupun tak usah lain di mulut lain dihati.
bicaralah blak2an kita hendak bertanding satu lawan satu
ataukan bermain kerubutan sampai ludas semua?"
"Agaknya kalian berdua sudah tidak sabar menunggu."
"Shen Toa Cungcu sudah terkenal akan kelicikan serta akal
setannya. mau tak mau kita harus ber-jaga2.
"Baik Cuwi sekalian adalah tamu2 yang datang dari
kejauhan bagaimana kita hendak bertanding harap cuwi
sekalian yang ajukan asal usul, mau adu Boen mau adu Boe
telapak kepalan golok atau senjata tajam silahkan kalian
utarakan aku orang she Shen pasti akan mengiringi kehendak
kalian?" Sun Put Shia yang selama ini bungkam terus mendadak
menyela. "Aku sipengemis tua punya usul.
"Silahkan diutarakan"
"Pepatah kuno mengatakan naga sakti tidak akan memeras
kepala ular, Shen Toa Cungcu mengadakan pertemuan para
enghiong dan mengundang kami semua untuk ikut serta
dalam pertemuan ini apakah...."
"Menurut ingatanku agaknya aku tidak undang kau
sipengemis tua" tukas Shen Bok Hong sambil tertawa hambar.
Sun Put Shia mendehem. lalu tertawa dan berkata kembali,
"Perduli kau undang aku sipengemis tua atau tidak pokoknya
aku sipengemis tua masih ke dalam perkampungan Pek Hoa
San Cung kalian dengan membawa kartu undangan"
"Sun-heng pandai dan berpengetahuan luas. siauw-te
merasa amat kagum!" "Haa.... haa.... kalau Shen Toa Cungcu yang muji maka
kata2 tersebut tentu muncul dari hati sanubari, aku
sipengemis tua merasa girang hati untuk mendengarkan...."
Sinar matanya menyapu sekejap ke arah para jago yang
ada dimeja perjamuan sebelah kanan ketika menyaksikan
beberapa gelintir orang itu ia tersenyum dan menyambung,
"Jumlah orang diantara pihak mu dan pihak kami agaknya
terpaut jauh sekali, boleh dikata kekuatan kita tidak seimbang.
apabila menghadapi pertarungan masal jumlah kami tentu
kalah banyak Shen Toa Cungcu adalah seorang enghiong
gagah bagaimana kalau kita tentukan siapa menang siapa
kalah?" "Taruhan semacam ini selamanya tidak sudi siauwte
lakukan, harap Sun-heng suka memaafkan diriku kalau tak
bisa menerima usul tersebut?" tolak Shen Bok Hong sambil
menggeleng. "Kalau begitu menurut maksud Shen Toa Cungcu kau ingin
mencari kemenangan dengan andalkan jumlah banyak?"
ejeknya. "Sekalipun orang2 perkampungan kami ada maksud
demikian, siauwte tidak akan ijinkan mereka berbuat begitu."
"Shen Toa Cungcu dimulut kau pandai bicara manis,
padahal siapa tahu rencana busuk apa yang disiapkan dalam
hati, sungguh membuat orang sukar menduga. kalau memang
usul kami tak dapat diterima apa gunanya kau bertanya
kepada kami" bukankah sama2 Kau Shen Bok Hong yang
akhirnya ambil keputusan?"
Meskipun disindir air muka Shen Bok Hong sama sekali
tidak berubah jadi merah, se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu
peristiwa ia tertawa hambar.
Maksud siauw-te, kita menjadi adilnya saja. jumlah para
jago yang hadir dalam pertemuan kali ini berjumlah ratusan
orang. Kalau cuma dibatas dalam tiga buah pertandingan
sama untuk menentukan siapa menang siapa kalah, bukankah
hal ini rada keterlaluan, entah berapa banyak bakat bagus
yang harus terpendam oleh sarat itu, menurut maksud siauwte
beberapa orang diantaranya kalian boleh maju untuk
melakukan pertarungan dengan mati, siapa mati dia kalah
siapa hidup dialah yang menang"
Sun Put Shia tahu Shen Bok Hong hendak membinasakan
seluruh musuhnya dalam pertarungan itu sekalipun tidak
berhasil memusnahkan seluruhnya namun sedikit banyak ia
bisa lenyapkan separuh diantaranya. Untuk beberapa saat ia
tak sanggup menjawab dan membungkam dalam seribu
bahasa. Haruslah diketahui bukan saja Sun Put Shia adalah seorang
Tiang-loo yang amat kosen dalam perkumpulan Kay-Pang,
iapun merupakan manusia yang sangat dihormati dalam dunia
persilatan. Tetapi para jago yang hadir dalam pertemuan kali
ini berasal dari pelbagai daerah, maukah mereka
mendengarkan keputusannya masih sukar diduga, maka iapun
tidak berani mengambil komentar apapun.
Sinar mata Shen Bok Hong berputar lalu berkata kembali.
"Termasuk Sun-heng sendiri pihak kalian berjumlah lima
belas orang, bagaimana kalau kita tetapkan lima belas babak
saja!" "Tentang soal ini aku sipengemis tua tak berani ambil
keputusan! sahut Sun Put Shia sambil menyapu sekejap ke
arah para jago. Tiba-tiba terdengar Thay san Jie Hauw dua macan dari
gunung Tahy-san berseru. "Kami dukung Sun Loo cianpwee sebagai pemimpin kami."
Ucapan tersebut segera disambut oleh para jago lainnya
dengan persetujuan masing-masing.
Melihat para jago mendukung dirinya Sun Put Shia tertawa
terbahak2. "Baiklah aku sipengemis tua akan menerima usul kalian
dengan senang hati...."
Sinar matanya lantas dialihkan kembali ke atas tubuh Shen
Bok Hong, katanya, "Jumlah dari pihak anda lebih banyak,
apakah bertarung cara begini termasuk suatu pertarungan
yang adil?" "Lalu bagaimana maksud Sun-heng?"
"Jumlah kami amat minim, apabila ada yang terluka atau
mati maka jumlah kamipun akan semakin kecil, berbeda
dengan para jago Bu-lim yang memenuhi perkampungan Pek
Hoa San Cung kalian. sekalipun binasa dua puluh orangpun
bukan suatu kejadian"
"Lalu bagaimana maksud Sun-heng" cepat ambil
keputusan, siauwte sudah tidak sabar menunggu lagi" tukas
Shen Bok Hong. "Bagus sekali! bagaimana dengan penjagaan diempat
penjuru perkampungan Pek Hoa San Cung mu ini?"
"Walaupun tidak dapat dikatakan tembok tembaga dinding
baja tapi boleh dibilang termasuk suatu daerah dengan
penjagaan yang amat ketat"
"Bila kita tak boleh menentukan kemenangan dengan tiga
pertandingan bagaimana kalau kita lakukan pertarungan
massal saja?" "Pertarungan massal?" tanya Shen Bok Hong denagn alis
berkerut. "Benar. maksudnya kami hendak berusaha untuk terjang
keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cung mu ini"
"Aku takut cuwi sekalian gampang datang kemari tapi sukar
untuk meninggalkannya" jengek sang Toa Cungcu dari
perkampungan Pek Hoa San Cung ini sambil tertawa dingin.
"Aku sipengemis tua per-tama2 yang tidak percaya dengan
ucapanmu itu!" Sembari berseru Sun Put Shia segera bangun berdiri dan
berlalu lebih dahulu keluar ruangan.
Diam2 Siauw Ling putar otaknya ia berpikir, "Sarung tangan
kulit ular ini akan kukenakan secara diam2 akan kulindungi
para jago" JILID 22 Dalam pada itu Shen Bok HOng telah bersuit nyaring,
serunya, "Cuwi sekalian mengatakan hendak pergi, lantas
pergi. Hmm! tindakan kalian ini benar2 sudah pandang aku
orang she Shen!" Baru saja ucapan tersebut diutarakan, dari pintu masuk
serta empat penjuru ruangan itu secara tiba-tiba muncul berpuluh2
orang boesu berbaju hitam dengan senjata terhunus.
dalam sekejap mata para jago telah terkurung rapat2.
Sinar mata Sun Put Shia menyapu sekejap ke arah sipadri
pemabok serta sipengemis kelaparan kemudian pintanya,
"Harap saudara berdua suka mengikuti aku sipengemis tua
sebagai pelopor pembuka jalan"
Si padri pemabok tidak pernah bicara serius walau
menghadapi situasi kritis yang mengancam jiwanyapun tak
pernah bicara serius namun terhadap Sun Put Shia ia bersikap
amat hormat. Mendengar perintah itu ia segera bangun berdiri dan
menyahut, "Silahkan Loo cianpwee menyusul dari belakang,
aku sihweesio serta sikuali besi akan bertanding lebih duluan"
Kiranya sipengemis kelaparan itu walaupun memakai baju
compang camping namun ia tiada hubungan sama sekali
dengan pihak Kay-pang, sepanjang tahun kemanapun ia pergi
kuali besinya yang besar selalu dibawa untuk menanak nasi,
se-olah2 sepanjang tahun ia merasa tak pernah kenyang
bersantap. orang lain mengira berhubung napsu makannya
yang besar maka kuali besi itu dibawa untuk memenuhi
kebutuhannya belaka setiap wakut.
Mendengar ajakan rekannya sipengemis kelaparan segera
mengiakan, ber-sama2 sipadri pemabok mereka lantas
meluncur dihadapan Sun Put shia dan berjalan lebih dahulu
keluar ruangan. Siauw Ling diam-diam memperhatikan situasi sekeliling
tempat itu ia tahu suatu pertarungan sengit segera akan
dilangsungkan, agaknya Shen Bok Hong telah mengubah
rencana semula dan siap adu kepandaian dengan kekerasan
dengan terjadinya hal tersebut maka rencananya semula
dengan Be Boen Hwie pun tidak bisa digunakan lagi.
Dalam keadaan yang serba kalut dengan ilmu
menyampaikan suara ia lantas berbisik, "Be-heng, situasi telah
berubah hebat, agaknya sudah hampir melampaui batas
waktu yang telah kita duga semula"
"Tidak salah, ditinjau dari situasi ini agaknya kita tak
mungkin menunggu sampai besok malam, sungguh aneh
sekali dimanakah Tiong Chiu Siang Ku" dan dimana pula Peng
Im Siang Hwie sekalian" mengapa mereka tidak unjukkan
diri?" "Mungkin mereka belum berhasil menyusup ke dalam
perkampungan Pek Hoa San Cung"
"Tiong Chiu Siang Ku bukan manusia sembarangan, lebih2
sipencuri sakti Siang Hwie, dia adalah seorang manusia cerdik
yang punya banyak akal kalau dikatakan mereka tak sanggup
menyusup ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung hal ini
benar2 membuat orang sukar percaya"
"Tapi kalau ditinjau situasi yang terbentang saat ini.
agaknya tak mungkin bagi kita untuk menanti lebih lanjut
apabila kita tidak gunakan kesempatan ini untuk turun tangan,
mungkin tidak ada kesempatan lagi bagi kita untuk bertindak"
kata Siauw Ling. "Menurut pendapat siauwte lebh baik janganlah bertindak
gegabah, bagaimanapun juga lebih baik kita berhubungan
dahulu dengan siang Hwie sekalian kemudian baru berbicara
lagi." Saat ini pikiran Siauw Ling amat kalut. ia tak dapat ambil
keputusan maka iapun tak tahu apa yang harus dilakukan.
Menanti ia angkat kepala tampaklah sipadri pemabok serta
sipengemis kelaparan sudah makin mendekati pintu ruang
tengah, cahaya senjata berkilauan diluar ruangan. boesu
berbaju hitam sudah memenuhi sekeliling tempat itu.
Berhenti!" tiba-tiba Sun Put Shia berseru dan segera
berhenti. Ketika itu si Padri pemabok sudah melangkah keluar dari
pintu, sedang sipengemis kelaparan pun telah melepaskan
kuali besinya siap turun tangan, mendengar seruan Sun Put
Shia mereka segera berhenti.
Ketika mereka berpaling maka tampaklah para jago yang
duduk dimeja perjamuan sebelah kanan sedang saling
berunding dengan suara lirih, kecuali mereka bertiga boleh
dikata sebagian besar para jago masih duduk ditempat
semula. Menyaksikan keadaan itu diam2 si padri pemabok
menghela napas panjang. pikirnya, "Aaaai.... agaknya orang2
ini sudad dibikin keder oleh kewibawaan Shen Bok Hong
sehingga daya serangan serta semangat gagahpun lenyap tak
berbekas...." Tampak diatas wajah Sun Put Shia yang kurus hitam
terlihat sekilas cahaya tajam, sepasang matanya per-lahanlahan


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyapu wajah para jago yang ada dalam ruangan lalu
katanya, "Apabila cuwi sekalian mengikuti aku sipengemis tua
untuk berlalu dari sini maka paling sedikit kalian masih punya
beberapa bagian kesempatan untuk hidup, apabila menunggu
sampai aku sipengemis tua telah berlalu kemudian cuwi
sekalian baru ingin keluar dari kepungan, mungkin kalian akan
menemui banyak kesulitan"
Sedikitpun tidak salah, ucapan ini segera memberikan
reaksi, dari meja perjamuan sebelah kanan tiba-tiba berdiri
lagi tiga orang dan dengan langkah lebar berjalan ketengah
kalangan. Siauw Ling semakin ragu2. haruskah ia turun tangan saat
itu juga atau jangan" tetapi menyaksikan nyali para jago yang
ada dalam ruangan it sudah dibikin keder oleh Shen Bok
Hong, semangat jantannya berkobar kembali segera bisiknya
lirih. "Be-heng, mari kita bergabung saja dengan sun Put Shia."
"Dengan nama besar serta kedudukan Sun Put shia yang
amat tersohor dalam dunia persilatan ternyata gagal untuk
membangkitkan semangat juang para jago Bulim untuk
menentang Shen Bok HOng. hal ini menunjukkan apabila
kewibawaan Shen Bok Hong benar2 luar biasa sekali. jumlah
dari pihak kita paling banter cuma belasan orang tetapi cuma
ada enam orang yang berani menerjang keluar. kalau tidak
kita bantu maka sun Put Shia benar2 akan menjadi malu" kata
Be Boen Hwie ia lantas bangun berdiri
Suma Kan mengangguk dan bergumam seorang diri
"Penyakitnya pasti terjadi pada kemarin malam"!"
Ia singkap bajunya dan ambil keluar roda emasnya.
Melihat para jago sudah bangkit berdiri Hong Coe lantas
berkata dengan suara lirih.
"Walaupun budak yang rendah merasa bahwa
kepandaianku tidak seberapa, namun aku tidak ingin duduk
sambil menanti kematian"
"Bagus, kuberi sesuatu benda" seru Be Boen Hwie sambil
tertawa tangan kanannya mengambil keluar dua bilah pisau
belati yang tajam dan diserahkan kepadanya.
Setelah menerima pemberian pisau belati itu Hong Coe
tertawa. "Be ya, cinta kasihmu terhadap diriku benar2 amat tebal.
dalam penitipan budak kemudian hari aku rela jadi anjing jadi
kuda untuk membalas budi kebaikan ini" katanya
"Nona Hong terlalu rendah!!!"
Suma Kan segera rentangkan roda emasnya ketengah
udara. lalu berseru lantang, "Takut golok menghindari pedang
dan ingin cari kehidupan untuk beberapa saat, aku takut
tindakan ini akan mengakibatkan penyesalan sepanjang masa,
dari pada jadi budak jadi pelayan seumur hidup bukankah
lebih baik mati dengan gagah" sungguh menggelikan sekali.
ternyata dalam dunia persilatanpun terdapat begitu banyak
kmanusia yang takut mati dan jadi manusia pengecut!"
Walaupun ucapan itu diutarakan secara bergumam, namun
suaranya lantang dan nyaring hingga dapat didengar oleh
setiap orang. Seketika itu juga sebagian para jago yang duduk, dimeja
perjamuan sebelah kiri jadi malu dan sama2 tundukkan
kepalanya. Dalam pada itu Be Boen Hwie telah meninggalkan tempat
duduknya, dengan busungkan dada ia langsung berjalan
menuju keluar ruangan. Siauw Ling dengan kencang mengikuti dibelakang Be Boen
Hwie, Hong Coe ada dibelakang Siauw Ling dan Suma Kan
sambil mencekal roda emas berada dibarisan paling belakang.
Menjumpai para jago sudah bangkit semula kembali Sun
Put Shia tertawa ter-bahak2.
"Haaa.... haaa.... haaa.... kita cuma berjumlah sepuluh
orang tapi lawan kita dari perkampungan Pek Hoa San Cung
ada ratusan orang jago lihay perduli menang atau kalah dalam
pertempuran ini, kegagahan kita cukup menggemparkan
seluruh dunia persilatan"
Shen Bok Hong tertawa. "Dengan kemampuan dari su-heng, mungkin
perkampungan Pek Hoa San Cung dari aku orang she shen tak
sanggup untuk menahan dirimu" katanya.
Pada saat itulah terdengar seseorang berseru keras,
"Seorang lelaki sejati harus bertindak tegas, meskipun harus
mati, kematian inipun patut diraih secara gagah perkasa.
apakah dikolong langit masih ada persoalan yang lebih sulit
dari kematian" cayhe ikut ambil bagian."
Dari meja perjamuan sebelah kanan kembali muncul
seorang lelaki yang seraya maju kedepan.
Dengan adanya kejadian ini segera membangkitkan
semangat gagah para jago tujuh delapan orang sisanya yang
masih ada dimeja perjamuan sebelah kiri sama2 bangkit
berdiri. meloloskan senjata dan maju ketengah kalangan.
Sampai disitulah Sun Put Shia lantas menghitung jumlah
orang dipihaknya semua berjumlah delapan belas orang. ia
lantas tertawa gelak. "Apabila ini hari kita dapat menerjang keluar dari
perkampungan Pek Hoa San cung maka nama besar delapan
belas orang enghiong akan menggetarkan seluruh dunia
persilatan, apabila tidak beruntung harus mati binasa ditempat
ini maka dalam dunia kangouw sepanjang masa akan
meninggalkan delapan belas nama patriot gagah"
Walaupun ucapan itu sederhana sekali, namun
mengandung semangat untuk membangkitkan kegagahan
orang seketika itu juga semangat juang tiap jago berkobar.
Dengan suara berat Be Boen Hwie lantas berkata.
"Sun Loo sianpwee adalah seorang jago yang berhati luhur
dan berkedudukan tinggi, silahkan cianpwee suka pegang
pucuk pimpinan dalam perjuangan ini."
"Aku sipengemis tua tidak menampik...." ia merandek
sejenak lalu terusnya "Diantara delapan belas orang kita ada yang berilmu silat
lihay ada pula yang berkepandaian rendah, hanya andalkan
penelitian dari luar sulit bagi aku sipengemis tua untuk
memperbedakan mana yang mampu dan mana yang tidak,
untung dalam pertarungan nanti mutiara mana yang asli
segera akan diketahui, kelihayan cuwi sekalian segera akan
diketahui dengan nyata sekali."
"Kami semua akan menantikan petunjuk dari cianpwee dan
siapapun tidak akan menampik.
"Jumlah musuh amat banyak, kita tak dapat berduel secara
sendiri2 dengan mereka dan boleh juga berduel secara keras
lawan keras maka dari itu aku sipengemis tua telah
memikirkan satu cara untuk membendung serangan musuh
secara serentak, kita berjumlah delapan belas orang, dengan
dua orang sebagai poros untuk menyambut setiap serangan
yang datang dari delapan penjuru empat arah Timur Barat
Utara dan Selatan, masing-masing dua orang membentuk satu
group sehingga jumlahnya delapan orang sedang delapan
orang sisanya bergabung di dalam barisan dan setiap saat
mengisi kekosongan disetiap arah"
"Suatu cara yang bagus, inilah yang dinamakan barisan
roda berputar, suatu barisan yang paling cocok untuk
diterapkan pada situasi macam hari ini" puji Suma Kan.
Sun Put Shia amelirik sekejap ke arah Suma Kan lantas
ujarnya, "Kalau begitu merepotkan anda suka memimpin pada
barisan sayap kiri!"
"Cayhe akan berjuang dengan segenap tenaga".
Sun Put Shia mengangguk dan lantas berpaling kepada Be
Boen Hwie, lanjutnya, "Sudah lama aku dengar Be Cong Piauw
Pacu adalah seorang jago angkatan muda yang amat tersohor,
setelah berjumpa hari ini aku merasa amat kagum, ternyata
apa yang diberitakan sedikitpun tidak salah"
"Loo cianpwee terlalu memuji!"
"Bagaimana keadaan luka yang diderita Be Cong Piauw
Pacu?" "Tidak mengapa"
"Baik kalau begitu merepotkan Be Cong Piauw Pacu untuk
memimpin pada barisan sayap kanan".
"siap menjalani perintahh!"
Setelah itu sinar mata Sun Put Shia dialihkan ke arah si
Padri Pemabok serta sipengemis kelaparan.
"Kalian berdua silahkan memimpin barisan terdepan dan
bertindak sebagai panglima pelopor pembuka jalan" katanya.
"Siap menjalani perintah" jawab sang Padri pemabok serta
sipengemis Kelaparan serentak.
"Sedang aku sipengemis tua dengan nona Hong akan
menduduki posisi tengah untuk siap menolong saudara
sekalian setiap saat."
Suma Kan melirik sekejap ke arah Siauw Ling sementara
dalam hati berpikir, "Aaah.... mungkinkan sang Tiangloo dari
Kay Pang yang amat tersohor ini matanya sudah melamur"
kenapa terhadap manusia yang begitu kosen dan lihaynya luar
biasa sama sekali tidak melihat dan menemukan....?"
Haruslah diketahui pada saat ini Siauw Ling sedang
menyaru sebagai pembantu Be Boen Hwie untuk mengimbangi
dengan penyaruannya maka ia tidak berani perlihatkan cahaya
matanya yang tajam, sepanjang waktu ia selalu tunduk
dengan mata sayu tidak aneh kalau Sun Put Shia meskipun
seorang jago kangouw kawakan namun tidak menemukan
akan kelihayan ilmu silatnya.
Saat itu Sun Put Shia sedang alihkan sinar matanya ke arah
dua orang lelaki yang punya perawakan tinggi kekar lalu
ujarnya, "Merepotkan kalian berdua suka memimpin pada
barisan paling belakang!"
Kedua orang itu mengiakan. menabut keluar senjatanya
dan segera ambil posisi. Dari sepuluh orang sisanya Sun Put Shia memilih dua orang
yang berilmu silat agak lihay untuk diperbantukan pada sayap
kanan serta sayap kiri setelah itu dengan suara lancar
serunya, "Bagi para jago yang tidak terpilih untuk menduduki
posisi tertentu aku sipengemis tua mohon agar kalian suka
membagi diri jadi empat kelompok. dua orang membentuk
satu kelompok dan menyebar keempat penjuru, apabila pada
barisan luar ada yang terluka atau binasa segera bergeraklah
secara otomatis untuk mengisi kekosongan tersebut".
Selama ini shen Bok Hong hanya menyaksikan perbuatan
sun Put Shia memilih jago sambil membentuk suatu barisan
untuk menghadapi serangan musuh dalam jumlah yang
banyak meskipun ia tidak mengucapkan sepatah katapun
namun dalam hati merasa amat kagum, pujinya di dalam hati,
"Sungguh luar biasa. bukan saja sipengemis tua ini memiliki
ilmu silat yang luar biasa bahkan otaknya cerdas dan banyak
pengetahuan, untung ia bisa mendapatkan suatu cara yaitu
dengan barisan roda berputar untuk menghadapi orang2ku
dengan demikian bagi orang2 dengan kepandaikan yang
lemah bisa mengimbangi mereka2 yang berkepandaian
tinggi.... cara ini memang merupakan suatu cara yang paling
tepat. Sementara itu seluruh barusan Loen-Coan Thay telah
terbentuk, para jago yang menduduki posisi2 tertentu pun
telah mempersiapkan senjata tajamnya siap menerjang keluar.
Siauw Ling memeriksa lebih dahulu keadaan diempat
penjuru, setelah itu ia bergerak menuju kebarisan belakang
untuk berdiri disana. Dalam pikirannya Sun Put Shia masih sanggup untuk
melayani sayap kiri serta sayap kanan maka posisi yang paling
lemah dalam barisan itu adalah barisan belakang, bukan saja
ia lebih gampang mencari kesempatan untuk turun tangan
bahkan mungkin sekali masih bisa pertahankan kedudukan
serta rahasia penyaruannya.
Siapa tahu ketika ia bergeser kebarisan belakang seorang
lelaki yang semula berdiri pada posisi tersebut mendadak
bergeser ke arah sebelah kiri. agaknya orang itu tidak ingin
berdiri sekelompok dengan dirinya. entah hali ini disebabkan
karena orang itu merasa ilmu silatnya terlalu rendah sehingga
tak mau berdiri berbareng ataukan merasa karena
kedudukannya terlalu rendah sehingga orang itu tak mau
bekerja dengan dirinya. Siauw Ling melirik sekejap ke arah orang itu perlahan-lahan
ia tunduk kepala dan pura2 tidak melihat.
Suma Kan yang ikut menyaksikan kejadian itu diam2
memaki dalam hatinya "Keparat cilik ini benar2 punya mata tak berbiji sudah benar
ia berdiri pada posisi yang aman malahan sengaja cari
kematian buat diri sendiri...." pikirnya.
Segera ia berbisik kepada salah seorang lelaki kekar yang
berada disisinya, "Heng-thay, bagaimana kalau anda segera
bergeser kebarisan belakang untuk menempati posisi yang
masih kosong?" Orang itu punya watak jujur dan mulia meskipun dalam hati
tidak mau namun terpaksa ia bergeser pula untuk berdiri
dalam satu kelompok dengan Siauw Ling.
Menanti para jago telah menempati kedudukan masingmasing,
Sun Put Shia lantas berteriak keras.
"Dalam pertempuran yang bakal terjadi kali ini bukan saja
menyangkut soal nama baik serta kedudukan kita bahkan
terpaut pula akan mati hidup kita semua harap cuwi sekalian
suka berjuang dengan sepenuh tenaga...."
Tangan kanannya diulapkan, ia kirim dahulu sebuah
pukulan kedepan diikuti serunya, "Seluruh barisan per-lahanlahan
bergerak kedepan dan terjang keluar dari ruangan ini".
Angin pukulan yang dilancarkan men-deru2 langsung
meluncur kedepan. seorang boe-su berbaju hitam yang berdiri
didepan pintu seketika menemui bencana, termakan oleh
angin pukulan yang dilepaskan Sun Put Shia itu ia menjerit
ngeri muntahkan darah segar dan roboh terjengkang ke atas
tanah. Agaknya pengemis tua itu ada maksud menguasai keadaan
dengan kelihayannya, maka begitu turun tangan ia bergerak
cepat serangan yang dilancarkan pun telah menggunakan
tenaga sebesar delapan bagian, tidak aneh kalau orang itu
kuat menahan diri. Si Padri pemabok pun segera ayunkan bajunya
melancarkan pula sebuah sapuan kedepan.
Sementara itu sipengemis kelaparan telah melepaskan kuali
besinya, senjata itu didorong kemuka. diiringi secara
berdentingan yang amat nyaring berpuluh2 senjata tajam


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mengancam tubuh padri pemabok segera ditangkis dan
dihalau sama sekali. Si Padri pemabok segera memutar sepasang telapaknya
melancarkan delapan buah serangan berantai musuh terdesak
mundur dan terbukalah sebuah jalan untuk menerjang dari
ruangan itu. Dalam pada itu para Boesu berbaju hitam yang berkumpul
diluar ruangan kecuali membentuk selapis cahaya golok serta
bayangan pedang untuk menghalangi serbuan sipadri
pemabok serta sipengemis kelaparan sekalian, ada pula
sekelompok yang menyerang dari kedua belah sisi.
Suma Kan segera putar roda emasnya bertahan disaya
pkiri, ia tidak mencari kemenangan namun mengutamakan
pertahanan. Be Boen Hwie yang bertahan disayap sebelah kananpun
lebih mengutamakan pertahanan daripada penyerangan, ia
berusaha keras untuk memantapkan barisan itu.
Dua orang lelaki yang bertahan dibarisan paling belakang,
meskipun ilmu silat yang mereka miliki rada cetek namun
susah payah mereka masih sanggup untuk mempertahankan
diri. Sun Put Shia obral tenaga dalamnya kesana kemari
dibawah sorotan sinar matanya yang tajam ia memperhatikan
selalu posisi bagian mana yang kelihatan terdesak apabila
keadaan tidak menguntungkan ia segera membantu posisi
yang keteter itu. Para jago yang ada dalam barisan sebagian besar telah
mencurahkan segenap perhatiannya untuk menghadapi
musuh, hanya Siauw Ling seorang saja yang bersikap tenang
bagaikan tidak mengalami sesuatu kejadian sepasang matanya
selalu memperhatikan perubahan yang terjadi diempat
penjuru. Dalam penelitiannya ini ia segera menemukan keadaan
yang sedikit tidak beres. para boe-su berbaju hitam yang
mengepung diempat penjuru itu agaknya sama sekali tidak
menyerang dengan sungguh hati sambil bertarung mereka
mengundurkan diri terus jelas mereka ada maksud memancing
pihak musuh untuk masuk perangkap.
Setelah menyaksikan kejadian ini hatinya jadi amat gelisah
dengan ilmu menyampaikan suaranya ia berseru ;
"Sun Loo cianpwee agaknya situasi sedikit kurang beresm
agaknya pihak lawan ada maksud memancing kita masuk ke
dalam perangkap, kita tak boleh lolos mengikuti kehendak
mereka sehingga masuk ke dalam perangkap dan mengalami
kehancuran total" Sun Put Shia segera waspada, ia mendongak dan
memeriksa keadaan disekelilingnya tidak salah lagi ia temukan
para boe-su berbaju hitam itu agaknya ada maksud
memancing para jago untuk bergeser kesebelah timur dan
memasuki sebuah hutan bunga ia jadi amat terperanjat,
pikirnya ; "Apabila tak ada peringatan dari orang ini, tanpa terasa aku
sipengemis tua telah terjebak dalam siasat licik Shen Bok
Hong.... untung.... untung...."
Berpikir sampai disitu tanpa terasa lagi ia berpaling dan
melirik sekejap ke arah Siauw Ling.
Waktu itu Siauw Ling telah curahkan segenap perhatiannya
ke dalam pertarungan sengit se-olah2 ia berlagak bahwa
orang yang memberi peringatan tadi bukanlah dirinya
melainkan orang lain. Saat ini Sun Put Shia telah sadar bahwa diantara
rombongannya terdapat manusia ampuh, dengan sepasang
mata yang memancarkan cahaya tajam ia awasi Siauw Ling
tak berkedip kemudian pikirnya, "Sungguh menyesal ternyata
aku sama sekali tidak merasa kalau dalam rombongan ini
terdapat seorang jago yan gmemiliki kepandaian begitu
lihay...." Terdengar suitan nyaring berkumandang datang,
mendadak para boe-su berbaju hitam yang ada diempat
penjuru perketat serangannya, golok pedang simpang siur
diangkasa laksana gulungan ombak Samudra segulung demi
segulung menghantam datang.
Sepasang mata Siauw Ling berputar ia temukan boe-su
berbaju hitam yang mengurung sekeliling barisan mereka berlapis2
dan jumlahnya tidak berada dalam dua ratue orang
diam2 iapun terkesiap, pikirnya, "Ilmu silat yang dimiliki orang
ini tidak lemah entah bagaimana caranya Shen Bok Hong
melatih begini banyak Boe-su berbaju hitam yang memiliki
ilmu silat lihay"...."
Tapak kanan Sun Put Shia melancarkan serangan berulang
kali seraya membendung serangan lawan pada sayap kiri
serunya dengan suara berat, "Segera putar kesebelah Barat
dan terjang ke situ!"
Agaknya sipadri pemabok serta pengemis kelaparan pun
telah merasakan keadaan tidak beres, mereka membentak
berbareng, samping putarkan barisan tersebut mereka balas
menerjang ke arah sebelah Barat.
Kuali besi ditangan sipengemis kelaparan berputar kencang,
laksana selapis awan gelap terdengar suara dentingan nyaring
yang memekikkan telinga berkumandang tiada hentinya,
barisan golok serta pedang yang mendesak datang berhasil
disapu semua olehnya. Telapak tangan yang dilancarkan sipadri pemabok pun tak
kalah hebatnya, bekerja sama dengan kuali besi dari
sipengemis kelaparan ia melancarkan serangan dahsyat secara
beruntun. Walaupun serangan dari kedua orang itu amat dahsyat,
namun ilmu silat yang dimiliki boe-su berbaju hitam itu pun
tidak lemah, mereka nekad menerjang terus kedepan,
walaupun si padri pemabok serta pengemis kelaparan telah
melukai tiga orang namun mereka gagal untuk menerjang
maju barang selangkahpun.
Pada saat itulah dua sayap barisan serta barisan bagian
belakang secara serentak mendapat serbuan kalap dari boesu
berbaju hitam itu, Suma Kan serta Be Boen Hwie segera
kerahkan segenap kemampuannya dengan andalkan
hantaman roda emas serta babatan kipas mempertahankan
posisi barisan itu. Namun dua harimau dari gunung Thay-san yang bertahan
pada barisan belakang sudah tidak mampu menghadapi
serangan musuh mereka sama2 terbabat senjata lawan dan
terluka. Namun kedua orang itu sambil menahan rasa sakit
melakukan pertempuran terus mati2an, mereka nekad
mempertahankan posisi tersbut sampai titik darah
penghabisan. Pada saat itulah dari dalam barisan muncul seorang lelaki
siap menggantikan posisinya sambil memutar senjata ia
bergerak ke belakang membantu dua harimau dari gunung
Thay-san yang terdesak hebat itu.
Barisan roda berputar ini meskipun merupakan barisan
Riwayat Lie Bouw Pek 12 Siluman Ular Putih 17 Maling Tanpa Bayangan Malaikat Gerbang Neraka 1
^