Pencarian

Bayangan Berdarah 19

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 19


Siauw Ling setelah tertegun beberapa saat.
"Siauw-te sekalian akan mendengarkan ucapan toako
dengan seksama, silahkan toako memberikan perintah".
"Siauw-heng berikan darah dalam tubuhku untuk menolong
orang lain, belum tentu disebabkan perbuatan ini aku terus
mati...." "seandainya cuwi sekalian suka bekerja sama dengan
loohu, maka loohu akan berusaha untuk selamatkan jiwanya"
sambung Tok Chiu Yok Ong.
Sang Pat menghela napas panjang, sambil memandang ke
arah Tu Kioe ia berkata. "Saudara Tu, urusan sudah jadi begini rasanya kitapun
jangan menyusahkan toako lebih jauh, asal Tok Chiu Yok Ong
mengabulkan permintaan kami dan mempertahankan jiwa
toako, lebih baik kita sanggupi saja ajakannya untuk bekerja
sama". "Selamanya Loohu jadi orang paling benci terikat oleh
segala macam peraturan Bu-lim, tapi cuma satu yang tak
pernah kuingkari yaitu tentang janji".
"Setalah kau ambil darahnya, apakah ilmu silat yang dimiliki
Siauw toako masih bisa dipertahankan?" tanya Tu Kioe.
"Tentang soal ini loohu tidak berani menjamin, hal ini harus
dilihat bagaimanakah rejekinya".
"Apabila ia tidak dapat mempertahankan ilmu silatnya lagi.
bukankah berarti jauh lebih baik mati daripada hidup!".
"Tidak mengapa" mendadak Siauw Ling menyela. "Mula2
siauw-heng pun bukan orang Bu-lim, apabila ilmu silatku
punah maka ambil kesempatan ini siauw-heng pun akan
mengundurkan diri dari dunia persilatan".
"Baiklah kita tetapkan demikian saja, tak usah dirundingkan
lebih jauh...." mendadak Siauw thayjien menukas.
"Ucapan Lo Pek memang benar...." buru-buru Sang Pat
menjura. sinar matanya segera beralih ke atas wajah Tok Chiu
Yok Ong dan melanjutkan ;
"Entah Yok Ong hendak mengajak kami untuk bekerja
sama secara bagaimana...."
"Apabila kalian ingin mempertahankan jiwa Siauw Ling,
maka darah yang dilepaskan dari tubuhnya tak boleh
berlangsung terlalu cepat, kita harus mencari suatu tempat
yang terpencil untuk bekerja, kalian berduapun harus bantu
melindungi diriku aku membutuhkan waktu tujuh hari sambil
melepaskan darah dalam tubuhnya sembari kupulihkan
tenaganya dengan obat2an mujarab".
"Baiklah, kami akan ikuti permintaan dari Yok Ong".
"Entah Yok Ong hendak bekerja mulai kapan?" tanya Siauw
Ling sambil mendongak memeriksa keadaan cuaca.
"Maksud loohu makin cepat tentu saja makin baik, pada
saat ini perubahan situasi dalam dunia persilatan tak menentu,
apabila waktunya di-tunda2 lagi aku takut hal ini akan
mendatangkan ketidak beruntungan bagimu".
"Bagaimana kalau kita bekerja malam nanti" agar cayhe
ada kesempatan untuk berpamitan dengan ibuku!"
"Tak perlu" tukas Siauw Thayjien "Saat ini ibumu sedang
berada dalam keadaan tidak tenteram, apabila kau berpamitan
malah akan menambah kesedihan hatinya belaka."
"Kalau begitu mohon ayah menjelaskan kesulitan yang
ananda alami dihadapan ibu" seru Siauw Ling seraya jatuhkan
diri berlutut ke atas tanah.
"Aku bisa memberikan penerangan kepadanya kau tak usah
cemas hati lagi!" Selesai menjalankan penghormatan besar sebanyak tiga
kali kepada ayahnya, Siauw Ling segera bangun berdiri dan
ujarnya kepada si-raja obat itu
"Yok Ong apakah kau sudah mendapatkan tempat yang
baik untuk mulai melepaskan darah?"
"Tentang soal ini Loohu sudah siapkan sejak semula."
"Berapa jauh jaraknya dari sini?" sela Tu Kioe.
"Tidak sampai sepuluh lie."
"Yok Ong harap kau menanti sejenak" seru Sang Pat.
"Cayhe akan meninggalkan pesan lebih dahulu kemudian baru
berangkat." "Hmmm! Loohu akan menanti disini, tapi kalian jangan
terlalu lama mengulur waktu.
Sang Pat mendengus dingin, ia tidak menjawab dan segera
berlalu. Kurang lebih seperminum teh kemudian ia telah balik
lagi. "Siauw-heng, masih ada pekerjaan apa lagi yang hendak
kau lakukan?" Siauw Ling tertawa hambar.
"Mari kita segera brangkat!" sahutnya.
"Baiklah kalau begitu, loohu akan membawa jalan!"
Begitulah dibawah pimpinan Tok Chiu Yok Ong, Siauw Ling,
Sang Pat serta Tu Kioe segera berangkat menuju ketempat
yang telah disiapkan untuk pelepasan darah.
Menanti dua buah bukit sudah dilewati, senjapun telah
menjelang tiba dan suasana diliputi kegelapan.
Sambil menuding sebuah tonjolan batu besar diatas dinding
bukit seberang, Tok Chiu Yok Ong berkata.
"Dibelakang batu karang yang amat besar itulah
tempatnya, disana terdapat sebuah goa kecil yang bisa
memuat empat lima orang, siauwli telah menanti disitu.
Sang Pat tertawa dingin. "Yok Ong, agaknya kau sangat hapal dengan daerah sekitar
tempat ini" serunya. "Ternyata pandai benar kau mencari
tempat yang begitu terpencil, rahasia dan strategisnya".
"Terlalu memuji, terlalu memuji, kepandaian loohu di dalam
menguntit orang, mencari orang tiada bandingannya dikolong
langit, hanya saja tiada seorangpun yang tahu akan
keistimewaanku ini".
Tu Kioe mendehem lalu berkata pula ;
"Ucapan toako kami berat bagaikan bukit Thay-san, karena
itulah harapan Yok Ong baru bisa tercapai, apabila berganti
orang lain yang menjumpai peristiwa besar yang menyangkut
mati hidupnya...." Siauw Ling tahu bahwasanya kedua orang saudaranya
hendak menggusarkan hati Tok Chiu Yok Ong dari
pembicaraan tersebut, agar ia turun tangan terlebih dahulu,
kemudian dengan alasan hendak membela diri, mereka akan
bergebrak melawan dirinya.
Maka buru-buru ia mencegah.
"Saudara Tu, tak usah membicarakan persoalan ini!"
Tok Chiu Yok Ong adalah seorang jagoan berhati licik tentu
saja iapun dapat menebak maksud hati Tiong Chiu Siang Ku,
teringat akan keselamatan putrinya maka terpaksa ia harus
bersabar diri. Sementara dalam hatinya dia memuji.
"Siauw Ling benar2 seorang lelaki sejati. ia patut
dikagumi...." Demikianlah dibawah petunjuk Tok Chiu Yok Ong mereka
bergerak naik ke arah tonjolan batu cadas tersebut dengan
bantuan pohon siong serta batu2 cadas yang menonjol keluar.
Sedikitpun tidak salah. dibelakang batu cadas tersebut
terdapatlah sebuah gua alam yang amat besar.
Tatkala Siauw Ling melongok kedalam, ia saksikan pada
ujung goa batu itu tidurlah seorang gadis diatas rumput kering
yang tebal, tubuhnya ditutupi dengan sebuah selimut warna
merah, rupanya gadis itu dalam keadaan pulas.
Tok Chiu Yok Ong menghela napas panjang terdengar ia
berkata, "Kecantikan wajah siauwli tiada tandingannya
dikolong langit, kecerdikannya jauh diatas kecerdikan loohu
sendiri, sayang ia menderita penyakit yang parah sehingga
tubuhnya tinggal kulit pembungkus tulang belaka...."
"Menurut penglihatan cayhe, kemungkinan besar putrimu
telah menemui ajalnya" sela Tu Kioe dengan nada dingin.
Ucapan ini menggusarkan hati Tok Chiu Yok Ong.
"Omong kosong" bentaknya. "Ilmu pertabiban yang loohu
miliki tiada tandingannya dikolong langit, walaupun loohu
gagal menyembuhkan penyakit yang diderita siauwli, namun
untuk memperpanjang usianya bukanlah suatu masalah yang
sulit bagiku. aku bisa memberikan kehidupan selama sepuluh
tahun lebih kepadanya...."
"Apabila Yok Ong bisa memberikan kehidupan selama
sepuluh tahun buat putrimu, kenapa tidak kau tunda lagi
sekian waktu agar kau mempunyai kesempatan untuk
mencarikan obat yang mujarab baginya?" sambung Sang Pat
dengan cepat. Maksud tujuan Tiong Chiu Siang Ku untuk membatalkan
niat Yok Ong tiada kunjung padam mereka berharap dengan
cara lunak maupun kekerasan pada saat2 terakhir Tok Chiu ok
Ong bisa membatalkan niatnya untuk mengambil darah Siauw
Ling. Terdengar Tok Chiu Yok Ong berkata ;
"Penyakit yang diderita siauw-li merupakan suatu penyakit
yang jarang sekali ditemui dalam kolong langit selama seribu
tahun belakangan, sekalipun loohu pandai ilmu pertabiban,
namun sayang sekali ilmu tersebut belum sanggup untuk
menyembuhkan penyakit yang dideritanya. per-lahan-lahan
sinar matanya yang tajam dialihkan ketubuh Siauw Ling, lalu
tambahnya, "Kecuali menggunakan darah yang berada dalam
tubuhnya untuk menggantikan darah yang telah rusak di
dalam tubuh putriku."
"Aku tidak percaya kalau dikolong langit ini sama sekali tak
ada obat2an yang dapat digunakan untu kmenyembuhkan
penyakit putrimu!" "Obat mujarab sukar didapatkan, ada atau tidak sama saja
bagiku". Mendadak Sang Pat menepuk perutnya yang gendut dan
bersru, "Kami Tiong Chiu Siang Ku mempunyai kekayaan yang
menandingi sebuah negeri, barang2 mustika yang berhasil
kami kumpulkan boleh dibilang banyak hinga sukar dihitung
dengan jari...." "Sekalipun seluruh harta kekayaan kalian Tiong Chiu Siang
Ku digunakan sampai habispun belum tentu dapat
memperoleh obat mujarab yang bisa menyembuhkan penyakit
putriku" tukas Tok Chiu Yok Ong.
"Yok Ong kau salah sangka...."
"Dimana kesalahan loohu?"
"Barang2 mustika yang kami berdua kumpulkan bukan
terbatas dalam benda berharga seperti intan permata mutiara
serta benda-benda lainnya, tetapi disamping itu kamipun
mengumpulkan bahan obat2an yang sukar dicari dalam kolong
langit. Kemungkinan besar diantara tumpukan obat2an
tersebut terdapat suatu bahan obat yang bisa digunakan
untuk menyembuhkan penyakit putrimu".
"Menurut apa yang loohu ketahui, selama puluhan tahun
belakangan ini belum pernah kudengar bahwa dikolong langit
terdapat bahan obat2an yang bisa digunakan untuk
menyembuhkan penyakit siauwli".
"Bagaimana dengan Teratai salju yang dihasilkan digunug
Thian-san"...."
"Percuma!" sahut Tok Chiu Yok Ong seraya menggeleng.
"Jinsom berusia seribu tahun, apakah bisa digunakan?"
"Walaupun jinsom berusia seribu tahun penting sekali
artinya, namun bahan obat2an tersebut bukanlah bahan obat
yang terutama". "Sebenarnya apa yang kau inginkan" katakanlah terus
terang! kemungkinan besar kami Tiong Chiu Siang Ku bisa
carikan bahan obat2an itu bagimu".
"Apabila kalian bersikeras ingin tahu, baiklah! akan loohu
beritahukan kepadamu...."
Ia merandek sejenak, lalu terusnya.
"Sian-Chi yang sudah matang atau Hoo So Hu yang berusia
seribu tahun.... kedua macam bahan obat tersebut merupakan
bahan yang terutama asal bisa mendapatkan salah satu saja
diantaranya maka tidaklah terlalu sulit untuk dicampurkan
dengan bahan obat2an lainnya, hmmm, aku rasa dua macam
bahan obat2an yang amat langka ini belum tentu bisa
kalianmiliki." Tu Kioe termenung beberapa saat lamanya, kemudian ia
berkata, "Sepuluh tahun berselang, dari luar perbatasan
pernah dikirim masuk sebuah Hoo So Hu yang berusia seribu
tahun, seandainya Sri Baginda tidak melahapnya sampai habis
biarlah kami pergi mencuri benda tersebut bagimu,
kemungkinan besar sisa benda mustika tadi masih bisa
digunakan untuk menolong selembar jiwa putrimu. Hanya saja
jarak dari sini menuju ke ibu kota terlalu jauh letaknya, entah
sempatkah bagi kami untuk berangkat kesitu?"
"Peristiwa yang telah berlangsung sepuluh tahun berselang,
apa gunanya dibicarakan saat ini?" jengek Tok Chiu Yok Ong
sambil tertawa dingin. "Loohu akan segera turun tangan, dan
kalian berduapun sudah waktunya untuk mengundurkan diri
dan ber-jaga2 diluar gua".
Sang Pat mendehem berat, serunya, "Cayhe masih ada
sepatah dua patah kata ingin diutarakan, harap Yok Ong bisa
bekerja setelah selesai mendengarkan perkataanku itu "
"Apa yang ingin kau katakan lagi" cepat utarakan keluar
pada saat ini waktu berharga bagaikan emas, bagi Loohu
sedetikpun tidak ingin terbuang dengan sia2".
"Buat apa kau ter-gesa2 macam cacing kepanasan?" jengek
Tu Kioe dengan suaranya yang dingin. "Seandainya kau
benar2 bisa memenuhi harapanmu dan berhasil menolong jiwa
putrimu, saat itulah kau sudah tiada bertenaga untuk
menghalangi niat kami untuk mencabut selembar jiwamu...."
Tok Chiu Yok Ong tertawa dingin, tukasnya ;
"Loohu telah menyanggupi untuk menolong jiwa Siauw
Ling, namun hal ini membutuhkan kerja sama yang erat
dengan kalian berdua, apabila kalian masih saja banyak
curiga, aku rasa kita tak perlu bekerja sama lagi "
Sang Pat berpaling dan memandang sekejap ke arah Tu
Kioe, kemudian berkata ; "Baik! selama orang berada dibawah wuwungan rumah,
bagaimanapun juga kepala harus ditundukkan, tetapi akupun
hendak menerangkan lebih dahulu, selesai melepaskan darah,
apabila Siauw Ling toako kami masih tetap hidup tentu saja
urusan beres begini saja, tetapi seandainya ia mendapat
cedera atau cacad.... Hmmm! kami pun akan suruh Yok Ong
merasakan bagaimanakah tersiksanya apabila kehilangan putri
kesayangannya yang tercinta"
"Apabila kalian masih ngoceh terus tiada hentinya disini,


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

detik ini juga loohu akan batalkan perjanjian tadi".
Ternyata ucapan ini mendatangkan daya pengaruh yang
amat besar, Tiong Chiu Siang Ku tidak berani banyak bicara
lagi, mereka segera putar badan dan berlalu.
Menanti kedua orang itu sudah berlalu, sinar mata Tok Chiu
Yok Ong baru dialihkan ke atas wajah Siauw Ling, katanya,
"Perlukah loohu menotok jalan darahmu?"
"Silahkan Yok Ong turun tangan!"
Tok Chiu Yok Ong tidak mau bicara. secara beruntun ia
menotok tiga buah jalan darah penting ditubuh Siauw Ling lalu
ujarnya kembali. "Apabila kau ingin menyelamatkan selembar jiwamu maka
aku minta kau bisa bekerja sama dengan loohu.
"Apa perintah Yok Ong, silahkan kau utarakan keluar.
"Loohu mengerti bahwa ilmu silat yang ku miliki sangat
lihay sekalipun darahmu telah kutotok namun aku belum
sanggup untuk menjamin bahwa kau tidak akan menggunakan
tenaga dalam untuk memperlambat aliran darah maka dari itu
kau harus bekerja dengan loohu agar darah dalam tubuhmu
bisa menjalar dengan lancar, dengan demikian loohu pun bisa
melakukan segala usaha untuk menghindari suatu pertikaian
berdarah yang tak berguna."
Siauw Ling tertawa hambar.
"Apabila aku Siauw Ling adalah seorang kurcaci yang takut
mati, aku tidak bakal menyerahkan diri dengan begini saja"
katanya. "Kalau begitu loohulah yang sudah menilai seorang Koen-cu
dengan pandangan picik seorang siauw-jien."
Ia bopong tubuh Siauw Ling untuk kemudian diletakkan
disisi tubuh putrinya. "Aku Siauw Ling telah menerima budi kebaikan dari suhu,
Gie-hu serta Liuw Sian-cu, aku mengira dengan andalkan ilmu
silat yang diwariskan ketiga orang loocianpwee itu aku bisa
melakukan suatu pekerjaan yang berguna bagi umat Bulim.
siapa sangka nasibku jelek dan aku harus berakhir dalam
keadaan begini...." Mendadak jalan darah dalam tubuhnya terasa kaku, tahu2
Tok Chiu Yok Ong telah melancarkan totokan.
"Loohu akan segera melepaskan darah dalam tubuhmu"
hardik si raja obat itu. Dalam pada itu jalan bisu dari Siauw Ling sudah tertotok.
kecuali kesadarannya masih bertahan ia sudah tak dapat
berbicara maupun berkutik lagi.
Terasa baju pada lengan kirinya disingkap orang, diikuti
rasa sakit menyerang ke dalam hati, urat nadinya sudah
ditusuk oleh sebuah benda.
Terdengar Tok Chiu Yok Ong berkata kembali dengan nada
penuh cinta kasih dan rasa sayang ;
"Wan-jie, tahanlah sedikit penderitaan, sejak kini kau akan
seperti bocah2 lainnya, dapat tertawa dan bergurau
didepanku, kemudian seluruh ilmu pertabiban serta ilmu silat
yang kumiliki akan kuwariskan kepadamu, aku ingin mendidik
dirimu jadi seorang enghiong yang tiada tandingannya
dikolong langit selama lima tahun."
"Dalam lima tahun yang singkat kau hendak mendidik
seorang gadis yang sama sekali tak kenal akan ilmu silat jadi
seorang enghiong yang tiada tandingan dikolong langit,
ucapanmu ini sedikit terlalu membual." pikir Siauw Ling di
dalam hati. Terdengar Tok Chiu Yok Ong berkata lebih jauh, "Wan-jie,
ayahmu dianggap sebagai manusia yang berdiri diantara kaum
lurus dan kaum sesat, hal ini disebabkan tindak tanduk
ayahmu selamanya kukoay merasa girang atau gusar sukar
diduga oleh orang-orang, namun perduli bagaimanapun
pandangan orang lain selama hidupku, ayahmu memang
sudah membunuh banyak orang, demi dirimu tiada halangan
bagiku untuk membunuh beberapa orang lagi, aku hendak
menggunakan ilmu pertabiban yang tiada tandingan dikolong
langit ini untuk menciptakan dirimu jadi seperti jagoan yang
lihay serta seorang jagoan yang mempunyai tenaga dalam
paling sempurna." Siauw Ling yang mendengar ucapan itu, hatinya merasa
terperanjat, pikirnya di dalam hati.
Seandainya Tok Chiu Yok Ong benar2 memiliki kemampuan
untuk berbuat demikian, dalam tiga lima tahun mendatang
rasanya besar kemungkinan baginya untuk mendidik putrinya
yang sama sekali tak kenal akan ilmu silat, jadi seorang
jagoan yang amat lihay."
Terdengar helaan napas sedih memotong ucapan si Raja
Obat bertangan keji belum habis diutarakan.
Diikuti suara yang lemah tak bertenaga berkumandang
memecahkan kesunyian, "Oooh.... ayah! kembali kau celakai
orang!" "Ayah sedang mengobati penyakitmu! tenangkan hatimu
sayang...." "Bukankah kau sudah tahu bahwa harapanku untuk hidup
tipis sekali. mengapa kau harus mengambil darah orang lain?"
"Bocah, darah yang dimiliki orang ini berbeda jauh dengan
darah orang orang biasa. selesai darahmu diganti maka
kesehatanmu akan pulih kembali, seperti orang2 lain"
"Kenapa?" "Rahasia yang terkandung dalam soal ini kecuali ayahmu
seorang, dikolong langit mungkin tiada orang kedua yang
memahaminya...." Ia menghembuskan napas panjang dan melanjutkan
"Wan-jie berhubung darah tubuhnya cocok sekali dengan
jenis darah yang kau miliki dan yang paling penting lagi, dia
pernah makan suatu benda yang jarang ada dan punya kasiat
hebat. menurut dugaan ayahmu mungkin dia pernah makan
Sian-Chi atau Hoo-So-Hu berusia seribu tahun atau mungkin
juga bahan obat sejenisnya".
Ucapan ini membuat Siauw Ling melamun kembali,
pikirnya. "Secara tidak sengaja aku telah makan jamur batu berusia
ribuan tahun yang mana telah membantu tenaga dalamku.
tetapi keberhasilan ini justru akan mencabut pula jiwaku....
aai.... aku lihat setiap persoalan yang ada dikolong langit ini
dimana ada kebaikan tentu ada pula keburukannya".
Terdengar suara dengusan napas meburu bergema
diseluruh goa, kemudian gadis itu berseru.
"Ooouw.... ayah! orang yang kau maksudkan apakah Siauw
Ling?" "Sedikitpun tidak salah! putri Tok Chiu Yok Ong memang
jauh lebih cerdik dari orang lain, sekali tebak ternyata tepat
sekali, kini Siauw Ling berbaring disisimu...."
Belum habis ia berkata, tiba-tiba terdengar gadis itu
menjerit lengking dan berteriak keras, "Lepaskan dia!"
Terdegnar suara helaan napas bergema dari sisi tubuhnya.
Walaupun Siauw Ling tak dapat berpaling dan matanya
dapat melirik kesitu, namun ditinjau dari suara tersebut
rupanya ada seseorang yang sedang meronta bangun.
Terasa lenganya jadi mengendor, benda yang menembusi
urat nadinya secara mendadak dicabut orang.
Diikuti terdengar Tok Chiu Yok Ong menghela napas
panjang dan berkata sedih ;
"Wan-jie, sambil membopong dirimu ayahmu telah
mengarungi hampir seluruh penjuru dunia, dengan susah
payah akhirnya aku berhasil menemukan seseorang yang
dapat menyembuhkan penyakit anehmu, apakah kau tidak
mau menghargai jerih payah ayahmu selama ini?"
Si Raja Obat bertangan keji tersohor karena kejam dan
telengasnya, setiap kali turun tangan tentu membunuh orang,
tetapi terhadap putri kandungnya ia bersikap halus dan penuh
kasih sayang. Suara yang lemah lembut tadi berkumandang kembali,
"Ayah sayang padaku tentu saja putrimu mengerti, kau
membopong aku dan mengarungi empat penjuru dunia
kejadian ini semakin membuat hatiku menyesal. Aaai.... ayah,
budi kebaikanmu dalam bagaikan lautan, entah sampai kapan
putrimu baru dapat membalasnya...."
"Asal kau suka mengabulkan permintaan ayah dan darah
yang rusak dalam tubuhmu mau diganti dengan darah segar,
itu berarti kau telah membalas budi ayahmu!"
"Sehari aku hidup lebih lama didunia berarti sehari pula aku
telah menyiksa ayah, lebih baik aku mati saja".
"Asal darahmu yang rusak telah diganti dengan darah dari
Siauw Ling, kesehatan badanmu akan pulih kembali seperti
orang lain, kau tidak akan terbelenggu oleh iblis penyakit".
"Dan bagaimana dengan Siauw Ling" untuk
menyelamatkan selembar jiwaku bukankah dia bakal mati
karena kehabisan darah?"
Tok Chiu Yok Ong tidak langsung menjawab ia termenung
lebih dahulu kemudian baru sahutnya ;
"Tidak sulit seandainya kau ingin menyelamatkan jiwa
Siauw Ling, sembari memberi obat darah kepadanya ayah
akan menhisap pula darah segarnya, namun perbuatan ini
membutuhkan waktu yang amat lama sekali, sedangkan
badanmu begitu lemah, mana kau sanggup untuk menahan
siksaan serta penderitaan selama ini?"
"Aaai! ayah, kau bisa memaksa orang lain untuk
menyerahkan darah segarnya, namun kau tidak akan berhasil
memaksa putrimu untuk menerima pemberian darahnya."
"Lalu bagaimanakah menurut pendapatmu?"
"Harap ayah siapkan dahulu obat penambah darah baginya,
setelah itu aku baru mau menerima pemberian darahnya."
Siauw Ling yang selama ini mengikuti pembicaraan kedua
orang itu dalam hati merasa tercengang, pikirnya ;
"Watak dari ayah dan anak dua orang ini sungguh jauh
berbeda, sang ayah berwatak keji dan kejam. dalam
melakukan setiap perbuatan yang dipikirkan hanyalah
keberanian belaka tanpa banyak memikirkan bagaimanakah
atas segala perbuatannya. sedangkan sang anak berhati welas
dan penuh cinta kasih, setiap perbuatannya se-akan2 tidak
ingin melukai orang lain."
Terdengar Tok Chiu Yok Ong melanjutkan kata2nya ;
"Obat mujarab yang kugembol sekarang sudah cukup
untuk menambah darahnya. jadi kita tak usah mempersiapkan
bahan obat2an lagi."
"Ooouw.... ayah, masih ingatkah kau dengan kejadian yang
menimpa ibuku?" "Senyuman serta ucapan ibumu masih terukir dalam2 di
dalam benakku. selama hayat masih dikandung badan aku
tidak akan melupakannya!" sahut Si raja Obat sedih.
"Selama hidupnya ibu selalu mencintai dan menghormati
dirimu, tetapi perkataan yang telah beliau ucapkan sesaat
hendak menghembuskan napas yang terakhir apakah masih
ayah ingat dengan baik?"
"Sampai mati2an tidak akan kulupakan!"
"OOuw....! apa yang dikatakan ibuku?"
"Dia bilang.... dia bilang...."
Si Raja Obat bertangan keji yang hari biasa selalu tenang
dan dingin, rupanya dibikin bergolak hatinya oleh keadaan
tersebut untuk beebrapa saat lamanya ia tak sanggup
melanjutkan kata2nya. "Ayah, mungkin kau sudah melupakan pesan ibuku, tetapi
putrimu masih mengingatnya baik2 sesaat ibu hendak
menghembuskan napasnya yang terakhir ia cuma
mengucapkan tujuh patah kata; Aku benci karena kau telah
menipu diriku, bukankah begitu"....
Air mata jatuh berlinang membasahi wajah Tok Chiu Yok
Ong dan menetes diatas tangan Siauw Ling.
"Tidak salah, ibumu berkata demikian!" sahutnya lirih.
"Oouw ayah! apabila kau membohongi pula putrimu,
kendati penyakit aneh yang kuderita bisa sembuh namun
sepanjang masa aku tak akan gembira dan bahagia"
"Apakah kau tak bisa menghargai cinta kasihku dan jerih
payahku selama ini" apakah kau inginkan setelah aku
kehilangan ibumu lantas harus kehilangan anakku pula?"
Sang gadis berpenyakitan yang berbaring disudut goa
mendadak meronta bangun dan berseru.
"Ilmu pertabiban yang ayah miliki tiada tandingannya
dikolong langit, apakah kau tidak mempunyai cara lain untuk
menyembuhkan penyakit putrimu" apakah kau harus
mengambil darah orang lain baru bisa menyelamatkan
jiwaku...." Per-lahan-lahan ia menjulurkan tangan kanannya yang
pucat pias dan kurus kerontang itu dan melepaskan pipa
penghisap darah dari tangan Siauw Ling, terusnya.
"Ayah, bila putrimu telah mati maka hatimu tidak akan
sedih lagi. kau mencintai diriku apakah orang tua dari Siauw
Ling tidak menyayangi pula putranya?"
Tok Chiu Yok Ong yang terkenal karena egois dan banyak
akal, saat ini dibikin membungkam dalam seribu bahasa oleh
ucapan putrinya yang berpenyakitan, akhirnya ia menghela
napas panjang. "Bocah, berbaringlah lebih dahulu, kalau ada perkataan kita
bicarakan per-lahan-lahan saja".
Sinar mata Siauw Ling berputar, ia jumpai seorang gadis
berambut panjang duduk disudut gua. matanya cekung dan
badannya tinggal kulit pembungkus tulang. walaupun kurus
sekali namun tak dapat menutupi kecantikan wajahnya.
Tampak ia angkat tangannya membereskan rambutnya
yang menutupi wajah, lalu ujarnya dengan lembut.
"Ooouw ayah! bebaskanlah jalan darahnya aku hendak
berbicara beberapa patah kata dengan dirinya."
Tok Chiu Yok Ong dibikin apa boleh buat, terpaksa ia
membebaskan jalan darah bisu dari sianak muda.
"Siauw Ling?" katanya, "Sejak dilahirkan siauw-li telah
mengidap penyakit aneh, setiap hari ia terbelenggu dalam
cengkeraman elmaut, namun hatinya tulus dan penuh kasih
sayang dalam menjawab pertanyaannya aku minta kau
berhati2 sehingga tidak sampai melukai dirinya.
Siauw Ling tertawa hambar, ia tidak menggubris perkataan
dari si Raja Obat itu. Gadis berambut panjang itu menggerakkan tubuhnya,
seraya menatap wajah Siauw Ling dengan sepasang matanya
yang bulat besar ia menegur, "Kaukah yang bernama Siauw
Ling?" "Sedikitpun tidak salah".
"Surat yang kutulis untukmu apakah sudah kau terima?"


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudah, dan terima kasih buat bantuan nona. Harap
maafkan diri cayhe tak dapat menjura kepadamu karena
beberapa jalan darahku masih tertotok, semoga saja nona
suka memaafkan." "Aaai.... sejak kecil badanku lemah dan berpenyakitan,
kecuali ayah dan ibuku jarang sekali aku berkenalan dengan
orang lain. Kau boleh anggap sebagai salah satu orang yang
paling kukenal...." Kita sudah pernah bertemu dua tiga kali banyaknya" pikir
Siauw Ling di dalam hati. "Setiap kali aku harus berada dalam
keadaan yang penuh dengan bahaya. ayahmu menotok jalan
darahku, melepaskan darahku untuk menolong jiwamu, tidak
aneh kalau kau masih selalu teringat akan diriku...."
Di dalam hati ia berpikir demikian, namun diluaran ia tetap
membungkam dalam seribu bahasa.
Terdengar gadis itu berkata lebih jauh dengan nada sedih ;
"Kau tentu merasa heran bukan mengapa aku ucapkan
kata2 semacam ini" padahal seandainya kau adalah aku,
kaupun akan berbuat yang sama. Seseorang yang sepanjang
tahun menderita sakit, selama belasan tahun jarang sekali
hidup dalam keadaan sadar, bisa berkenalan dengan
seseorang hal ini benar2 merupakan suatu peristiwa yang
sangat berharga!" Napasnya tersengkal, setelah merandek sejenak terusnya,
"Dikala aku berada dalam keadaan sadar, ayahku seringkali
menyebut namamu. Dia bilang asalkan darah dalam tubuhku bisa diganti
dengan darah segarnya, maka aku bisa mendapatkan kembali
kesehatan badanku, aku bisa bergembira dan bermain seperti
orang lain, maka dari itu namamu sudah terukir dalam sekali
dalam benak maupun hatiku
"Ooouw.... kiranya begitu!"
"Bukan demikian saja, aku masih ingat bukankah kita
pernah saling berjumpa?"
"Tidak salah, kita memang pernah saling berjumpa, tetapi
setiap kali berada ditengah kegelapan, dari mana Nona masih
ingat selalu?" "Walaupun cuma sekilas pandang namun potongan
badanmu serta raut wajahmu telah meninggalkan kesan yang
samar2 dalam hatiku setelah kupikirkan dan kubayangkan
siang maupun malam akhirnya bayangan yang masih samar2
itu telah berubah makin jelas separuh dari bayangan tersebut
adalah hasil ingatanku sedang separuhnya lagi adalah
ciptaanku sendiri." "Selama ini kau selalu berada dalam keadaan tidak sadar.
bisa sadarpun jarang sekali, sungguh tak nyana kau masih
punya minat untuk memikirkan persoalan itu...." batin Siauw
Ling. "Wan-jie...." terdengar Tok Chiu Yok Ong berseru. "Kau
sangat lelah, beristirahatlah sebentar."
JILID 28 Cinta kasih seorang ayah terhadap putrinya nampak jelas
diatas wajah si raja obat yang tersohor akan kekejamannya
itu. Gadis berambut panjang itu mendadak tersenyum sehingga
nampak sebaris giginya yang putih bersih.
"Ooouw ayah! di dalam ingatanku, kali ini boleh dikata aku
sadar dalam keadaan yang paling bagus. bukankah perkataan
yang kuutarakan sangat banyak sekali?"
Benar anakku, belum pernah kau mengucapkan kata2 yang
demikian banyaknya seperti ini hari."
"Tetapi sedikitpun aku tidak merasa kecapaian."
Bibir si raja obat itu bergerak seperti mau mengucapkan
sesuatu, namun akhirnya ia batalkan maksudnya itu.
Jarang sekali ia menjumpai putrinya tersenyum, saat ini
tatkala ia jumpai putrinya tampak gembira, si orang tua ini
merasa tidak tega untuk menghalanginya.
"Siauw Ling" gadis itu berkata kembali. "Ayahku bilang
seandainya darah dalam tubuhku telah diganti dengan
darahmu maka aku bisa sembuh dari penyakit ini, dan
kesehatanku bisa pulih kembali seperti orang lain, benarkah
ucapannya ini?" Tok Chiu Yok Ong melototkan sepasang matanya bulat2
dan mengawasi wajah Siauw Ling dengan sinar mata
memohon. Siauw Ling menghela napas panjang.
"Aaai.... ayahmu pandai sekali dalam ilmu pertabiban,
mungkin apa yang ia ucapkan memang tidak salah".
"Apakah kaupun percaya dengan perkataan ayahku?"
Sementara Siauw Ling hendak menjawab, Si raja obat
bertangan keji telah berbicara lebih dahulu.
"Bagaimana" ayahmu tidak membohongi dirimu bukan!"
Gadis berambut panjang itu meraba jidat Siauw Ling, dan
berkata, "Siauw Ling, tahukah kau setelah darah dalam
tubuhmu diberikan kepadaku, setelah jiwaku tertolong
bagaimanakah keadaanmu?"
"Sukar diduga mati hidupku!"
"Tidak bakal mati!" sela si raja obat.
Gadis itu menarik kembali tangannya dari jidat sianak muda
itu, terusnya. "Setelah kau menolong jiwaku yang tak berguna ini, maka
kau akan mati dan selamanya terkubur di dalam tanah...."
Siauw Ling menghela napas panjang, pikirnya
"Selama belasan tahun ia berbaring dalam keadaan sakit,
semestinya dalam hati gadis ini mempunyai cita2 untuk hidup
yang sangat kuat, mengapa ia malahan tidak memilikirkan
keselamatan sendiri barang sedikitpun...."
Terdengar gadis itu berkata lagi.
"Apabila kau sudah tahu bahwa kau bakal mati setelah
darah dalam tubuhmu dialirkan ke dalam tubuhku, kenapa kau
tidak menampik permintaan dari ayahku?"
"Ilmu pertabiban yang dimiliki ayahmu tiada tandingannya
dikolong langit, dia telah beritahu kepadaku, seandainya
pergantian darah ini dilakukan dengan hati2 maka jiwaku tidak
akan sampai mati binasa"
"Aaai.... antara kau dan aku tiada hubungan sanak maupun
keluarga, bahkan kitapun tidak saling mengenal, kenapa kau
rela memberikan darahmu untuk menolong jiwaku?"
"Ayahmu paksa aku berbuat demikian, siapa yang kesudian
menolong dirimu?" pikir Siauw Ling di dalam hati.
Sementara ia hendak menjawab, Tok Chiu Yok Ong telah
berkata lebih dahulu. "Siauw kongcu ini adalah seorang pendekar sejati yang
berjiwa besar dan berhati bijak, karena ia melihat kau cerdik
lagipula menawan hati namun sepanjang tahun selalu
menderita sakit, maka ia merasa sayang dan rela untuk
memberikan darahnya untuk menolong jiwamu".
"Ooouw.... ayah, cintamu padaku benar2 dalam bagaikan
lautan. tetapi perbuatan serta tingkah lakumu justru
merupakan hal2 yang tidak kusukai...."
"Bocah. dimanakah letak kesalahanku?"
"Bukankah orang lain berbuat demikian karena terpaksa
dan didesak olehmu terus2an" kenapa ayah bilang dialah yang
rela menyerahkan darahnya untuk menolong jiwaku?"
"Tentang soal ini.... tentang soal ini...."
Sinar matanya mendadak dialihkan ke atas wajah Siauw
Ling tegurnya dingin. "Siapa suruh kau ngaco belo?"
Suatu perasaan kesal dan mangkel muncul dari dasar hati
Siauw Ling, sementara ia hendak mengumbar hawa
amarahnya mendadak sinar matanya terbentur dengan tubuh
sang gadis yang sudah belasan tahun menderita sakit itu, ia
merasa iba sekali. Maka per-lahan-lahan ia berkata.
"Nona apa yang diucapkan ayahmu sedikitpun tidak salah,
aku memang rela memberikan darahku untuk menolong
jiwamu." "Bocah, maksud baik dari Siauw-thayhiap tidak sepantasnya
kalau kau sia2kan" Gadis berambut panjang itu menghela napas panjang.
"Aaai.... kalau demikian keadaannya aku semakin tidak bisa
menerima kebaikan hatinya ini"
"Kenapa?" Sekilas rasa sedih berkelebat diatas wajahnya yang pucat,
sahut gadis itu ; "Kau pernah melepaskan darah dalam tubuhnya dan aku
telah mengunci lima naga untuk membalas budinya, kini
diantara kita berdua sudah tidak hutang apa2 lagi seandainya
sekarang kau hendak menggunakan darahnya lagi untuk
menolong jiwaku, ayah! kau suruh aku membalas budi
kebaikannya dengan apa?"
"Bocah! kau sudah tiba pada saat yang tak bisa di-tunda2
lagi, sekalipun aku bermaksud memperpanjang hidupmu
namun sekarang aku sudah tak sanggup lagi, apakah kau
benar2 tega membiarkan ayahmu merasakan pukulan batin
yang lebih hebat?" Per-lahan-lahan gadis itu mencekal tangan kanan Tok Chiu
Yok Ong dengan tangan kanannya yang kurus kering, lalu
berkata dengan lembut ; "Ooouw.... ayah! kalau begitu biarkanlah putrimu mati
dalam keadaan suci bersih dan tak bernoda!"
"Wan-jie, seandainya kau mati bagaimana dengan diriku"
usiaku sudah lanjut, apakah kau suruh aku hidup seorang
diri?" Dari kelopak mata sang gadis yang cekung mengucur
keluar titik-titik air mata.
"Ayah! jika kau menolong jiwaku dengan menggunakan
darahnya, kau akan membuat aku menanggung sesal
sepanjang masa, daripada demikian lebih baik biarkanlah
putrimu mati dengan hati tenang!"
"Wan-jie!" tiba-tiba Tok Chiu Yok Ong angkat telapak
kanannya. "Apabila kau tidak mau mendengarkan perkataan
ayahmu, akan kutotok jalan darahmu dan segalanya akan
berjalan dengan kekerasan!"
"Ayah, bilamana kau ingin berbuat demikian maka putrimu
akan mati lebih dahulu!"
Sementara Tok Chiu Yok Ong akan menjawab, mendadak
dari luar gua berkumandang datang suara dari si sie-poa
emas, "Yok Ong, bagaimanakah keadaan dari siauw toako
kami" apakah cayhe boleh turun untuk menjenguknya?"
"Aku sangat baik, tak usah kalian masuk kedalam" sahut
Siauw Ling cepat. Tatkala Sang Pat mendengar suara jawaban ini berasal dari
Siauw Ling, segera serunya kembali, "Toako, baik baiklah
berjaga diri. Siauw-te sekalian akan menanti diluar gua...."
Maksud dari ucapan itu jelas sekali menunjukkan bahwa
mereka sudah siap menerjang ke dalam gua apabila Siauw
Ling memberi tanda. Terdengar suara Tu Kioe yang dingin kaku berkumandang
datang ; "Yok Ong, setiap satu jam kami berdua akan memeriksa
keadaan dari toako kami atau mendengar suaranya, apabila
keadaan tidak beres hati2 dengan selembar jiwa anjingmu"
"Sebelum mendapat ijin loohu, kalian dilarang masuk
kedalam. Apabila kalian membangkang loohu tidak mau
tanggung seandainya jiwa Siauw Ling terancam bahaya"
"Diluar gua kami sudah menyiapkan banyak sekali kayu2
kering, apabila toako kami menemui suatu kejadian yang ada
diluar dugaan. Hmm! akan kupersilahkan Yok Ong serta
putrimu menginap terus disini untuk selamanya...."
"Sekalipun kalian melepaskan api, belum tentu kamu
berdua bisa mengurung diri loohu"
"Tetapi putrimu tidak akan tahan merasakan siksaan yang
amat dahsyat itu.... Tok Chiu Yok Ong mendengus dingin, ia tidak menggubris
Tiong Chiu Siang Ku lagi, sambil berpaling dan memandang
sekejap ke arah putrinya ia berseru. "Wan-jie, sudah kau
dengar?" "Sudah!" "Untuk menolong selembar jiwamu, aku telah bersusah
payah dan putar otak peras keringat; apakah kau sama sekali
tak dapat menghargai susah payah ayahmu ini?"
"Aaaai....! menolong jiwaku tapi mencelakai orang lain, apa
gunanya?" "Aku tanggung setelah melepaskan darah dalam tubuhnya,
Siauw Ling masih berada dalam keadaan sehat wal-afiat tanpa
kekurangan sesuatu apapun."
"Ayah. Sudahlah.... lebih baik bawalah aku kedepan
kuburan ibuku, bangunlah sebuah gubuk disana, mungkin
karena pengaruh hawa gunung kesehatanku bisa pulih
kembali seperti orang lain."
Kendati Tok Chiu Yok Ong memiliki ilmu pertabiban yang
lihay, ilmu silat yang luar biasa namun ia tak sanggup
menghadapi putri kesayangannya sendiri. terdengar ia
menghela napas panjang. "Wan-jie aku mempunyai satu akal, mungkin dengan cara
ini hatimu akan merasa lebih tenteram."
"Apakah caramu itu?"
"Cara ini harus mendapat persetujuan lebih dulu dari
Siauw-heng" kata si raja obat itu sambil berpaling ke arah
sianak muda tersebut. "Katakanlah lebih dahulu dan akan cayhe dengar, setelah
itu cayhe baru akan beri keputusan."
"Soal ini loohu harus bertanya lebih dahulu kepada siauw-li,
kemudian baru bisa minta pendapat dari Siauw-heng."
"Persoalan apa sih?" tanya gadis itu.
Tok Chiu Yok Ong tertawa.
"Seandainya aku menjodohkan dirimu dengan Siauw Ling
lebih dulu kemudian baru menolong jiwanya dengan
darahnya, hatimu tentu akan tenteram bukan?"
Mula2 gadis itu rada tertegun kemudian tertawa getir.
"Putrimu jelek dan tinggal kulit pembungkus tulang, apakah
ayah tidak tahu akan hal ini?"
"Wan-jie, hal ini disebabkan kau sudah terlalu lama disiksa
oleh penyakit maka kau jadi kurus dan tinggal kulit
pembungkus tulang, suatu saat penyakitmu telah sembuh,
kecantikan wajahmu akan pulih kembali. bukannya aku
sengaja mengibul, gadis cantik yang ada dikolong langit ini
mungkin sukar untuk menandingi kehebatan dirimu"
"Aaaai.... sejak aku mengerti urusan, wajahku selalu begini,


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekalipun ayah menyanjung diriku setinggi langit, belum tentu
bisa menambah beberapa bagian kecantikan wajahku"
"Wan-jie apa yang aku katakan adalah kata2 sejujurnya,
kenapa kau begitu tak percaya dengan perkataanku?"
Dengan tangannya yang kurus gadis itu meraba wajahnya
sendiri, lalu katanya, "Ayah, engkau kepingin mau
menjodohkan putrimu dengan orang lain bukankah hal ini
disebabkan karena kau membunuh orang itu."
Wan-jie, asal kau mau maka aku bisa merundingkan
persoalan ini dengan diri Siauw Ling."
"Aaai.... jadi kau hendak menjodohkan aku dengan dirinya
yang kemudian akan menggunakan darahnya untuk menolong
jiwanya." "Memang demikian adanya."
"Aku bisa hidup dia mati, bukankah putrimu harus
menjanda terus sampai akhir hayatku!"
Ayah dan anak dua orang ini saling jawab menjawab seolah2
disisi mereka sama sekali tidak ada orang.
Haruslah diketahui sejak kecil ia menderita sakit, selama
belasan tahun sebagian besar waktunya dihabiskan dalam
keadaan tidak sadar jarang pula ia berbicara dengan orang
lain, dengan sendirinya rasa malu yang ada di dalam hatinya
sangat tipis. apa yang ia pikirkan segera diutarakan secara
gamblang. "Seandainya kau benar2 jadi bininya Siauw Ling, dus berarti
aku adalah mertuanya, coba kau pikir masa ada mertua ingin
mencelakai menantunya" tentu saja aku akan berusaha keras
untuk mempertahankan jiwanya!"
Rupanya gadis itu sudah terlalu banyak menggunakan
tenaganya, ia tampak lelah dan tidak bicara lagi, sambil
pejamkan matanya ia bersandar di dinding goa.
Per-lahan-lahan sinar mata si Raja Obat Bertangan Keji itu
dialihkan ke atas wajah Siauw Ling kemudian menegur.
"Siauw Ling, apa yang barusan loohu bicarakan bersama
siauw-li, tentu sudah kau dengar semua bukan?"
"Aku lihat Yok Ong tak perlu buang tenaga dengan
percuma". "Kenapa?" "Walaupun cayhe tidak ingin mencampuri urusan kalian
berdua, tetapi berhubung persoalan ini ada hubungannya
dengan diriku, maka terpaksa cayhe harus ikut
mencampurinya". Aku hendak menjodohkan seorang gadis yang begini cantik
sebagai istrimu, apakah perbuatanku ini salah?"
Siauw Ling tertawa hambar.
"Pada saat ini menyembuhkan penyakit putrimu jauh lebih
penting daripada persoalan lain, labih baik kita tak usah
membicarakan soal yang tak berguna".
"Tidak bisa jadi, kita harus bicarakan dulu sampai jelas".
"Tidak usah dibicarakan!"
"Tidak, harus diterangkan lebih dahulu"
Siauw Ling termenung kemudian berpikir.
"Walaupun Tok Chiu Yok Ong menjengkelkan tetapi
putrinya amat ramah dan penuh welas kasih, aku tak boleh
melukai hatinya...."
Segera ujarnya. "Cayhe telah dijodohkan dengan gadis lain maka maksud
baik ini tak bisa kuterima".
"Aku kira persoalan besar apa yang meragukan hatimu,
kalau soal ini sih gampang sekali bereskan saja dirinya atau
biarlah loohu yang turun tangan menbinasakan gadis itu".
"Suatu akal yang keji...." batin sianak muda itu, namun ia
tersenyum dan berkata ; "Sekalipun akal dari Yok Ong baik, sayang ilmu silat yang
dimiliki orang itu sangat lihay, penjagaan yang ada disekitar
rumahnya pun ketat, sulit untuk didekati."
"Tidak mengapa, asal kau beritahukan kepada loohu
siapakah orang itu, hal itu sudah cukup. sekalipun dia adalah
putri dari sri baginda sekarangpun loohu akan cari akal untuk
membinasakannya." Siauw Ling pejamkan matanya dan membungkam dalam
seribu bahasa. Kiranya jawaban sianak muda itu hanya bermaksud untuk
menghindarkan diri dari desakan lawan, maka tatkala ditanya
namanya ia membungkam dan tak sanggup menjawab.
"Kenapa tidak kau katakan" apakah kau sedang
membohongi diri loohu?" kembali si raja obat bertangan keji
itu menegur dengan nada yang dingin.
"Seandainya urusan ini terbongkar, perasaan putrinya akan
tersinggung." pikir Siauw Ling.
Saking cemasnya buru-buru ia berseru, "Apa yang cayhe
ucapkan adalah kata2 yang sejujurnya.
"Kalau memang jujur, kenapa kau tidak dapat
menyebutkan nama gadis itu!"
"Apakah Yok Ong ingin mengetahuinya?"
"Tentu saja aku ingin tahu!"
"Sekalipun kuucapkan, belum tentu Yok Ong suka percaya
maka aku kira lebih baik tak usah dikatakan saja."
"Haa.... haa.... sudah setengah umur loohu berkelana di
dalam dunia persilatan tidak pernah kubiarkan orang lain
menyebrangi pasir ke dalam kelopak mataku,"
Karena didesak terus menerus Siauw Ling semakin
bingung, dalam keadaan gelisah mendadak ia teringat akan
putri dari Pak-Thian Coen Cu, segera pikirnya, "Urusan sudah
jadi begini, terpaksa aku harus menggunakan namanya untuk
menghindari rasa malu yang bakal kuterima ini hari."
Karena berpikir demikian maka jawabnya, "Yok Ong,
tahukah kau akan Pak Thian Coen Cu?"
"Pernah kudengar namanya, aku rasa orang ini jarang
sekali datang kedaratan Tionggoan....
"Tidak salah, selama ini ia berdiam di dalam istana Es yang
terletak di samudra Pak-Hay, tidak pernah ia mencampuri
pertikaian yang ada didaratan Tionggoan, tetapi belakangan
ini sering kali ia muncul disini, bahkan selama lima tahun
belakangan paling sedikit Pak Thian Coen Cu sudah dua kali
memasuki daratan Tionggoan, entah Yok Ong tahu tidak akan
jejaknya?" "Ehmm, sedikitpun tidak salah" Tok Chiu Yok Ong
mengangguk. "Sejak memasuki daratan Tionggoan untuk kedua kalinya,
hingga detik ini ia belum meninggalkan tempat ini, aku rasa
Yok Ong pun mengetahui bukan akan berita ini?"
"Tidak salah, pada saat ini ia sedang bersiar disekitar
daerah Kanglam...." "Tahukah Yok Ong bahwa dalam perjalanannya kedaratan
Tiongoan kali ini, ia telah membawa serta putrinya?"
"Pembantunya sangat banyak, benarkah dia membawa
serta putri kesayangannya loohu tidak berani memastikan".
"Baik, sekarang cayhe hendak memberitahukan kepada diri
Yok Ong, dia telah datang ke daratan Tionggoan ber-sama2
putrinya". "Kenapa" apakah kau mempunyai hubungan istimewa
dengan putrinya Pak Thian Coen Cu?"
"DItinjau dari nada ucapan Tok Chiu Yok Ong rupanya dia
menaruh rasa jeri dan hormat terhadap diri Pak Thian Coen-
Cu...." pikir Siauw Ling di dalam hati.
"Sedikitpun tidak salah, cayhe kenal dengan putrinya!"
"Kalau sudah kenal lalu bagaimana?"
"Setelah saling mengenal, kami telah jatuh cinta...."
"Jadi yang kau maksudkan sebagai tunanganmu adalah
putri dari Pak Thian Coen Cu ini?"
"Sedikitpun tidak salah!"
"Loohu rada sangsi benarkah ucapanmu itu?"
Siauw Ling menghembuskan napas panjang lalu tertawa
hambar, sementara dalam hati ia berpikir. "Lebih baik sih kau
jangan sungguh2 percaya...."
Namun diluaran ia mengiakan.
"Apabila Yok Ong tidak percaya, akupun tak bisa berbuat
apa2!" Melihat tingkah lakunya yang ringan dan seenak sendiri, Si
Raja Obat Bertangan Keji malah menaruh curiga.
"Orang ini berwajah tampan, lagipula gagah. Seandainya ia
benar2 telah berjumpa dengan putrinya Pak Thian Coen Cu,
memang tidak mengherankan apabila gadis itu tertarik
kepadanya." Karena berpikir demikian, ia lantas berkata.
"Apakah kau anggap loohu benar2 tidak mampu untuk
membinasakan putrinya Pak Thian Coen Cu?"
Dalam pada itu Siauw Ling telah pejamkan sepasang
matanya, mendengar suara itu ia segera membuka matanya
kembali dan mengerling sekejap ke arah si Raja Obat.
"Jadi Yok Ong punya keyakinan bahwa ilmu silatmu jauh
berada diatas kepandaian silat Pak Thian Coen Cu?" serunya.
"Sekalipun ilmu silat yang loohu miliki masih bukan
tandingannya, apakah aku tak dapat melukai dirinya dengan
obat?" Cayhe telah menyanggupi permintaan Yok Ong untuk
menyumbangkan darahku guna menolong putrimu, mati
hidupku sukar diramalkan, sekalipun jiwaku berhasil
diselamatkan dalam waktu singkatpun sulit bagiku untuk
menghalangi kemauan Yok Ong, maka aku rasa bicara lebih
banyakpun tak berguna....!"
Berbicara sampai disitu, ia pejamkan matanya dan tidak
menggubris diri Tok Chiu Yok Ong lagi.
Karena terdesak oleh keadaan ia telah mengucapkan kata2
yang kosong, kini hatinya terasa sangat tidak tenteram,
teringat apabila berita ini sampai tersiar keluar sehingga
merusak nama baik putrinya Pak Thian Coen Cu, entah betapa
besarnya dosa yang telah dibuat.
Terdengar gadis berambut panjang itu menghela napas
panjang lalu berkata ; "Ooouw.... ayah, orang lain sudah mempunyai kekasih hati,
aku rasa ayahpun harus melenyapkan maksud hati tersebut.
"Bocah, sekalipun apa yang ia ucapkan adalah kata
sejujurnya, hal inipun tidak terlalu penting"
"Kenapa?" "Dia kenal dengan putrinya Pak Thian Coen Cu, namun
hubungan cinta mereka berdua belum diketahui oleh Pak
Thian Coen Cu sendiri. Sebaliknya perkawinanmu dengan
dirinya ditunjang sendiri oleh ayahmu, asal kita cari mak
comblang dan mendahuluinya, aku rasa putrinya Pak Thian
Coen Cu pun tak bisa berbuat apa2"
"Ayah, bukankah perbuatanmu ini sama halnya dengan
suatu perkawinan yang dipaksakan."
"Asal kau menyanggupi, aku bisa mengatur bagimu."
Dalam hati gadis berambut panjang itu merasa cemas
bercampur mendongkol, untuk beberapa saat lamanya ia tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Menyaksikan putrinya membungkam, Si Raja Obat
Bertangan Keji segera tertawa ter-bahak2.
"Haa.... haa.... apabila kau tidak menampik, itu berarti kau
sudah setuju untuk diatur olehku...."
Ia merandek sejenak kemudian serunya lantang.
"Kao-heng, Tu-heng silahkan masuk ke dalam gua. Loohu
ada persoalan yang hendak dirundingkan dengan kalian
berdua". Pada waktu itu Tiong Chiu Siang Ku yang menanti diluar
goa sudah mulai merasa gelisah tetapi berhubung persoalan
ini menyangkut mati hidupnya Siauw Ling maka mereka tak
berani menerjang kedalam.
Kini mendengar sapaan dari Tok Chiu Yok Ong, tanpa
membuang waktu lagi mereka segera melayang turun ke
dalam goa. Mula2 Sang Pat melirik dahulu sekejap ke arah Siauw Ling,
kemudian baru bertanya. "Yok Ong mengundang kami sekalian masuk kemari, entah
ada urusan apa?" "Apakah Yok Ong telah berobat niat?" sambung Tu Kioe
dengan suara yang dingin.
"Loohu ingin menanyakan satu persoalan dengan kalian
berdua!" "Silahkan Yok Ong utarakan keluar, kami berdua akan
mendengarkan dengan seksama."
Tok Chiu Yok Ong berpaling dan melirik sekejap ke arah
Siauw Ling, kemudian ujarnya.
"Benarkah kalian menginginkan agar loohu bisa
menyelamatkan selembar jiwa Siauw Ling?"
Masalah ini merupakan syarat yang paling penting" jawab
Tu Kioe. "Bukankah sudah berulang kali kami terangkan,
apabila jiwa toako kami tak bisa dipertahankan maka
putrimulah yang mula pertama harus menanggung
penderitaan." Si Raja Obat Bertangan Keji tertawa hambar.
"Seandainya kalian berdua ingin menolong Siauw Ling,
maka kalian harus pula melakukan suatu pekerjaan bagi
Loohu!" katanya. "Pekerjaan apa?"
"Loohu ingin merepotkan kalian berdua untuk jadi mak
comblang, sebab loohu ingin mengawinkan putriku."
Sang Pat melirik sekejap ke arah gadis berambut panjang
yang kurus kering dan duduk bersandar diatas dinding itu, lalu
tanyanya. "Entah Yok Ong ingin menjodohkan putrimu dengan siapa?"
"Siauw Ling!" "Dengan toako kami?" seru Sang Pat tertegun.
"Sedikitpun tidak salah...."
Tu Kioe mendehem ringan lalu berseru.
"Aku rasa putrimu rada tidak...."
Sebenarnya ia hendak mengatakan bahwa putrinya tidak
sesuai untuk dijodohkan dengan toakonya, tapi sebelum kata2
tersebut sempat meluncur keluar lewat bibirnya mendadak ia
teringat bahwa jiwa Siauw Ling masih berada di dalam
genggaman Tok Chiu Yok Ong, maka buru-buru ia tutup
mulut. "Seandainya siauw-li benar2 telah dikawinkan dengan
Siauw Ling, dus berarti dia adalah menantu loohu."
"Waduhhh.... kalau begitu tingkatan kami jadi makin rendah
setingkat...." pikir Sang Pat dalam hati.
Namun ia mengiakan juga ;
"Sedikitpun tidak salah!"


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak ingin putriku kehilangan suaminya sebelum
menikah sehingga membiarkan dia menjanda sejak muda!"
"Cengli sekali!"
"Maka dari itu, loohu pasti akan berusaha keras untuk
mempertahankan selembar jiwanya Siauw Ling....
"Lebih baik lagi kalau tidak sampai melepaskan darah
segarnya!" sela Tu Kioe.
"Asal kalian berdua suka bertindak jadi mak comblang
sehingga perkawinan putriku dengan toako kalian berhasil,
maka toako kalian pasti tak menderita siksaan akibat
pelepasan darah ini".
"Masalah ini menyangkut persoalan besar, kami tidak
berani mengambil keputusan, hal ini harus dibicarakan dahulu
dengan toako kami" kata Sang Pat.
"Dan alangkah baiknya kalau Yok Ong bisa menyingkir
sebentar, agar pembicaraan kami bersaudara bisa berjalan
dengan leluasa" sambung Tu Kioe.
Tok Chiu Yok Ong melirik sekejap ke arah putri
kesayangannya, melihat ia pejamkan matanya se-olah2 sudah
tertidur pulas si raja obat ini termenung sejenak, akhirnya ia
membopong putri kesayangannya dan meninggalkan gua batu
tersebut. Sepeninggalnya Yok Ong, Sang Pat segera berjongkok dan
berbisik lirih. "Toako, apa yang diucapkan Si raja oabt bertangan keji
apakah telah kau dengar semua?"
"Sudah!" - - - - - - - 41 Apa yang dipikirkan si orang tua itu cuma mementingkan
diri sendiri, ia tidak mau melihat dulu bagaimana sih tampang
putrinya ngomel Tu Kioe. Sang Pat mendehem ringan,
kemudian berkata, "Sejak jaman kuno hingga sekarang ada
banyak orang yang cerdik tidak terlalu memikirkan soal tetek
bengek, kenapa untuk sementara waktu tidak toako sanggupi
permintaannya?" "Masalah ini menyangkut nama baik seorang gadis, mana
boleh kusanggupi permintaannya hanya sebagai suatu
permainan belaka?" "Demikian saja...." akhirnya Sang Pat berbisik "Toako tak
usah bicara, semuanya biarlah siauw-te menanggapi, sehingga
dikemudian hari Tok Chiu Yok Ong menegur, tanggung jawab
ini bisa toako jatuhkan pada diri siauwte".
"Aku lihat hal ini tak bisa dijalankan" sela Tu Kioe. "Si raja
obat bertangan keji adalah seorang manusia pintar yang
berotak panjang, mana dia sudi tertipu" ia tentu akan paksa
toako untuk menyanggupi sendiri persoalan ini".
"Aaai....! perhatian yang kalian berdua berikan kepada
diriku membuat aku Siauw Ling merasa amat berterima kasih
sekali, tetapi sebagai seorang lelaki sejati, berani
menyanggupi harus berani pula bertanggung jawab, kita tak
boleh sembarangan memberikan janji".
Sang Pat menghela napas panjang.
"Siauwte rasa toako terlalu keras kepala dalam menanggapi
masalah ini" katanya.
Pada saat itulah terdengar suara dari Tok Chiu Yok Ong
berkumandang datang ; "Bagaimana dengan hasil pembicaraan kalian bertiga?"
Sang Pat segera menatap wajah Siauw Ling dengan sinar
mata memohon, ujarnya, "Toako, ijinkanlah siauw-te untuk
menanggulangi masalah ini, biarlah aku yang menghadapi si
raja obat tersebut".
"Boleh, asal jangan sampai kau rusak nama baik orang lain,
dan jangan memberikan janji yang tak menentu".
"Loohu akan turun kebawah...." tiba-tiba terdengar Tok
Chiu Yok Ong berseru. Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu2 ia
sudah berada di dalam gua kembali.
"Bagaimana dengan pembicaraan kalian bertiga?" tegurnya
seraya meletakkan tubuh gadisnya ke atas tumpukan rumput
kering. "Toako kami...." kata Sang Pat sambil menggeleng.
"Apakah ia tidak menyanggupi pamitanku?" teriak Tok Chiu
Yok Ong dengan gusarnya. "Apakah putri dari si raja obat
bertangan keji tidak pantas jadi bininya?"
"Aku rasa Yok Ong pasti sudah tahu bukan akan watak dari
toako kami, ia tak suka seenaknya memberi janji, tapi sekali
berjanji sampai matipun tak akan menyesal".
"Tidak salah. Siauw Ling memang mempunyai kegagahan
seorang lelaki sejati dan kejujuran seorang koen-cu."
"Seandainya ia dapat merubah sedikit saja dari tabiatnya,
maka ini hari jangan harap Yok Ong bisa mendapatkan
darahnya" sela Tu Kioe dingin.
"Loohu cuma ingin menanyakan masalah perkawinan
putriku, apakah Siauw Ling sudah menyetujui?"
"Cayhe telah menyampaikan perkataan dari Yok Ong
kepada toako kami." "Apakah ia menolak!"
"Seandainya ia menolak begitu saja, tentu saja persoalan
ini tak usah dibicarakan lagi."
"Lalu apa yang ia katakan!"
"Ia pejamkan mata membungkam dalam seribu bahawa,
se-olah2 sama sekali tidak mendengar akan perkataan kami."
"Heee.... heee.... heee...., arak kehormatan ditampik ingin
cari arak hukuman, kau anggap loohu tidak punya cara untuk
memaksa dia menyanggupi permintaanku ini?" jengek Yok
Ong tertawa dingin. "Cayhe cuma pernah mendengar kaum lelaki yang
memaksakan suatu perkawinan, belum pernah kudengar kalau
ada orang perempuan yang memaksakan perkawinan....
huuu.... sungguh aneh sekali."
"Justru karena itulah sengaja hendak loohu lakukan agar
mata kalian melek semua!"
"Kalau kau hendak memaksakan suatu perkawinan, hal ini
semestinya tiada sangkut pautnya dengan pelepasan darah
toako kami untuk menolong putrimu, rasanya sekalipun kami
turun tanganpun tidak sampai melanggar perintah dari toako"
sambung Tu Kioe dingin. Serentetan cahaya yang menggidikkan hati terpancar
keluar dari mata Tok Chiu Yok Ong, ia menyapu sekejap ke
arah Tiong Chiu Siang Ku kemudian mengancam ;
"Apakah kalian berdua ingin menjajal kelihayan dari loohu?"
Tu Kioe mendengus dingin, dari sakunya ia ambil sebuah
gelang perak lalu berkata.
"Dalam suatu petempuran, kedua belah pihak bebas
menggunakan cara apapun, dan seandainya kami sampai
salah tangan melukai putrimu, hal inipun terjadi karena apa
boleh buat". Ucapan ini membuat Tok Chiu Yok Ong tertegun, lama
sekali ia baru berteriak, "Kalian berdua adalah jago-jago
kenamaan, seandainya kalian sampai memaksa atau melukai
seorang gadis yang lemah dan berpenyakitan, macam
beginikah yang disebut seorang enghiong?"
"Seandainya Yok Ong menggunakan racun, terpaksa
cayhepun harus turun tangan melukai putrimu"
"Jadi kalian berdua hendak menggunakan kelemahan ini
untuk menggertak loohu?"
"Ucapan Yok Ong terlalu berat, kami cuma berharap bisa
membicarakan persoalan ini dengan diri Yok Ong secara
tenang dan damai!" Tok Chiu Yok Ong melirik sekejap ke arah putrinya lalu
berkata; "Silahkan kalian berdua berbicara!"
"Suatu transaksi perdagangan selamanya dimulai dengan
tawar menawar, dan aku orang she Sang boleh dibilang
termasuk salah satu jago yang sudah terbiasa dengan
pekerjaan seperti ini tetapi mengenai masalah jadi
memanjang, belum pernah aku orang she Sang
melakukannya, jadi apabila ada perkataan yang kurang sedap
didengar moga2 Yok Ong bisa memaafkan".
Si raja obat bertangan keji mendengus dingin. bibirnya
bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya
maksud tersebut dibatalkan.
Sang Pat tertawa ter-bahak2 dan berkata, "Perkawinan
anatara lelaki dan perempuan, meskipun terjadi atas perintah
orang tua, namun dalam soal jodoh haruslah didasari dahulu
oleh rasa saling cinta mencintai dari kedua belah pihak yang
bersangkutan...." "Nah itulah dia, sekarang bukankah loohu ada minat dan
kalian berdua jadi mak comblang, apa yang dibutuhkan
lagi...." "Orang lain mencari menantu dasarnya muncul karena suka
terhadap sang pria dan ingin putrinya bahagia, tetapi maksud
Yok Ong mencari menantu adalah didasarkan karena maksud2
lain, maka dari itu aku lihat lebih baik masalah perkawinan kita
bicarakan lagi setelah penyakit yang diderita putrimu telah
sembuh" Sinar mata Tok Chiu Yok Ong berkilat, ia tertawa dingin
dan serunya, "Kalian berdua putar kayun sejauh itu kiranya
mengandung maksud lain, sayang sekali aku si Raja Obat
Bertangan Keji bukanlah seorang bocah yang baru berusia tiga
tahun, tidak gampang aku kena ditipu orang, soal perkawinan
boleh saja tak usah dibicarakan, Loohu akan menggunakan
darah dalam tubuhnya untuk menolong jiwa putriku lebih
dahulu...." Ia merandek sejenak kemudian tambahnya, "Jadi kalian
berduapun tak usah jadi mak comblang lagi, sekarang silahkan
berlalu!" "Bangsat! kau anggap kami berdua bisa dipanggil terus
datang dihardik lantas pergi!" Tu Kioe mencak kegusaran.
"Kau anggap kami adalah budak yang bisa diperintah?"
"Yok Ong, aku harap dalam berbicara tahulah sedikit
kesopanan" tegur Sang Pat pula. kami Tiong Chiu Siang Ku
bukanlah lampu lentera yang kehabisan minyak."
Tu Kioe pun menjengek dingin, "Kami cuma pernah
mendengar kehebatan Tok Chiu Yok Ong dalam penggunaan
racun, belum kudengar kalau ilmu silat Yok Ong sangat lihay,
ini hari kami berdua memang ada maksud untuk mohon
petunjuk dari dirimu...."
Sejak semula Tiong Chiu Siang Ku memang sudah ada
maksud untuk mencari kesempatan bisa bentrok dengan diri si
raja obat ini. Dan kini kesempatan baik yang di-nanti2kan telah tiba.
tentu saja mereka tidak ingin melepaskannya begitu saja.
Air muka Tok Chiu Yok Ong berubah hebat, dengan gusar
teriaknya, "Apabila kalian berdua ingin menjajal kelihayan
loohu, jangan salahkan loohu akan bertindak kejam terhadap
kalian berdua" "Bagus sekali!" Sang Pat tertawa hambar. "Apabila Yok Ong
memang sudah menantang perang secara blak2an. kami dua
bersaudarapun terpaksa harus menerima tantangan tersebut,
namun sebelum kejadian cayhe ingin menerangkan terlebih
dahulu, kami cuma minta petunjuk ilmu silat Yok Ong,
seandainya Yok Ong sampai menggunaka racun maka jangan
salahkan kalau kami dua bersaudara sampai melukai
putrimu...." Dari dalam sakunya ia ambil keluar senjata sie-poa
emasnya dan menambahkan ;
"Silahkan Yok Ong pun mencabut keluar senjatamu kalau
mau bergebrak mari kita bergebrak sampai salah satu pihak
modar." Tok Chiu Yok Ong benar2 amat gusar sehingga sepasang
matanya berapi2 teriaknya seraya tertawa dingin.
"Ruangan dalam gua ini terlalu sempit kalau mau
bertempur ayoh kira laksanakan diluar gua"
Sang Pat menggoyangkan senjata Sie-poa emasnya hingga
menimbulkan suara berisik yang keras, ia geleng kepala.
"Selama maksud jahat orang masih terkandung badan, rasa
was2 harus selalu ada di dalam hati, seandainya putrimu tak
ada disisi kami dan Yok Ong menggunakan racun, bukankah
kami dua bersaudara bakal jatuh kecundang ditanganmu?"
"Loohu berjanji tidak akan menggunakan racun terhadap
kalian berdua." "Tahu orangnya tahu wajahnya belum tentu hatinya, aku
rasa huruf Tok Chiu bertangan keji yang berada didepan Yok
Ong atau Si raja obat bukan diberikan orang secara kosong.
Menurut pendapat cayhe sekalipun bertarung ditempat inipun
tiada salahnya." "Benar" Sang Pat menyambung. "Sekalipun kami berdua,
namun kami tak akan turun tangan berbareng, cayhe akan
mohon petunjukmu terlebih dahulu!"
Seluruh tubuh Tok Chiu Yok Ong gemetar keras, jelas
hatinya merasa amat gusar hingga mencapai pada puncaknya,
dengan nada gemetar teriaknya.
"Ini hari apabila kalian sampai melukai putriku, bukan saja
kalian Tiong Chiu Siang Ku bakal mati konyol, bahkan seluruh
umat Bu-lim pun akan tertimpa bencana yang besar, aku akan
membuat badai berdarah diseluruh kolong langit untuk
mengiringi kematian putriku."
"Siapa menang siapa kalah sukar diduga mulai sekarang,
Yok Ong pun tak usah mengucapkan kata2 semacam itu lebih
dulu." seru Tu Kioe. "Kami Tiong Chiu Siang Ku sudah
berulang kali mengalami badai serta ombak yang bagaimana
dahsyatpun, kami tak akan gentar dengan gertak sambalmu
itu." Sang Pat segera menerjang kedepan dan berkata.
"Yok Ong, untuk menjaga gengsi kau pasti tak sudi turun
tangan lebih dahulu. Nah, biarlah siauw-te mulai lebih dulu."
Senjata sie-poa emasnya segera digetarkan, serentetan
cahaya tajam yang berkilauan dengan cepat menghajar
kedepan. Tok Chiu Yok Ong menyingkir kesamping meloloskan diri
dari ancaman, namun ia tidak melancarkan serangan balasan.
Walaupun dalam hati si raja obat ini merasa mendongkol
setengah mati, namun teringat putrinya berada disitu dan
takut dalam pertarungan nanti putrinya terluka, maka dengan
paksa ia menekan hawa gusar yang berkobar dalam dadanya.
Sang Pat tertawa ter-bahak2.
"Bagaimana?" jengeknya. "Apakah Yok Ong ada maksud
mengalah tiga jurus kepadaku?"


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Senjata sie-poa emasnya diputar, dengan gerakan Burung
bangau mementang sayap, ia hajar kembali tubuh musuhnya
dari samping. Sekali lagi Tok Chiu Yok Ong berkelit kesamping tanpa
melancarkan serangan balasan.
Sementara Sang Pat hendak mendesak lebih jauh, tiba-tiba
Siauw Ling membuka matanya dan menghardik ;
"Tahan!" Sang Pat tidak berani membangkang, ia tarik senjata Siepoanya
dan mundur tiga langkah ke belakang.
"Toako, adakah petunjuk buat siauw-te?" tanyanya.
"Disini sudah tak ada urusan kalian lagi, silahkan kamu
berdua mengundurkan diri,"
"Tapi.... Tok Chiu Yok Ong telah memandang siauw-te
sekalian untuk bergebrak, persoalan ini tiada sangkut pautnya
dengan masalah toako...." bantah Tu Kioe.
"Tak usah bicara lagi, silahkan kalian mengundurkan diri
dari gua batu ini!" Tiong Chiu Siang Ku saling bertukar pandangan, akhirnya
mereka menghela napas panjang dan mengundurkan diri.
Dengan pandangan tajam si Raja Obat bertangan keji
menyaksikan kedua orang mengundurkan diri dari gua setelah
itu ia baru mengundurkan diri ketempat semula.
Jalan darah Siauw Ling tertotok, sulit baginya untuk putar
badan sehingga sulit baginya untuk melihat permainan setan
apakah yang sedang dilakukan si raja obat tersebut, tapi
teringat bahwa orang ini adalah jagoan yang pandai
menggunakan racun, ia lantas menduga dia sudah
membokong kedua orang saudaranya. tak tahan lagi segera
tanyanya. "Yok Ong, apakah kau telah melepaskan racun untuk
membokong kedua orang saudaraku?"
"Kau orang she Siauw adalah seorang Koen-cu yang dapat
dipercaya setiap perkataannya, kau boleh disebut seorang
lelaki sejati, tetapi kedua orang saudaramu itu, loohu tidak
berani menghadapinya."
"Maka dari itu kau telah meracuni mereka secara diam2?"
"Itu sih tidak, hanya saja loohu telah menyebarkan racun
keji disekitar gua batu ini, seandainya mereka hendak masuk
kembali ke dalam gua untuk bikin keonaran lagi, jangan
salahkan loohu kalau mereka bakal keracunan."
Mendengar ucapan itu Siauw Ling menghela napas
panjang. "Aaai....! apabila Yok Ong ingin menolong jiwa putrimu,
kitapun tak usah mengulur waktu lebih jauh, lebih baik totok
saja jalan darah putrimu kemudian secepatnya mengganti
darah rusak yang ada di dalam tubuhnya, setelah itu bawalah
putrimu kesuatu tempat yang terpencil untuk merawat
sakitnya, dengan demikian kesehatannya akan cepat pulih
kembali." "Apabila terlalu cepat loohu melepaskan darahmu jiwamu
bakal terancam mara bahaya"
"Sekalipun darahku dilepaskan secara per-lahan-lahanpun,
cayhe belum tentu bisa hidup, setiap janji yang kuucapkan
tidak pernah kusesalkan kembali, soal mati hidup sudah tidak
pikirkan lagi" Tok Chiu Yok Ong menghela napas panjang.
"Sudah puluhan tahun lamanya loohu melakukan
perjalanan dalam dunia persilatan, banyak pula kujumpai
enghiong hoohan yang dikagumi banyak orang, namun belum
pernah kujumpai manusia yang gagah perkasa dan berjiwa
besar macam dirimu" "Tak usah Yok Ong memuji diriku, aku berbuat
demikianpun disebabkan keadaan yang terpaksa"
Tok Chiu Yok Ong ambil keluar tabung kulitnya, sambil
mengangkat jarum panjang ujarnya.
"Selama beberapa tahun berselang loohu selalu berada
ditengah gunung yang terpencil untuk mencari bahan obat2an
yang mujarab dengan harapan berhasil menemukan obat yang
bisa menyembuhkan penyakit siauwli, siapa sangka jerih
payahku selama banyak tahun sia2 belaka, maka dari itu
terpaksa aku harus siapkan jarum panjang serta tabung kulit
dengan harapan bisa menemukan seseorang yang bisa
digunakan darahnya untuk mengganti darah siauwli yang telah
rusak, orang yang berhasil kujumpai hanya Siauw-heng
seorang. Aaai.... keadaan ini sebenarnya merupakan suatu
keadaan yang terpaksa!"
Siauw Ling tidak menggubris perkataan orang per-lahanlahan
ia pejamkan matanya dan berkata, "Yok Ong, silahkan
mulai melepaskan darah!"
"Perlukah loohu menotok jalan darahmu?"
"Seandainya Yok Ong tidak percaya dengan daya tahan
cayhe, lebih baik totok saja jalan darahku".
"Seandainya pelepasan darah ini hendak dilakukan cepat,
Loohu harus menggunakan tenaga dalam untuk
menggerakkan darah dalam tubuhmu disamping itu akupun
harus mengurut beberapa buah jalan darah ditubuh siauwli,
tatkala jarum menembusi urat walaupun penderitaan tidak
begitu besar, tetapi pelepasan darah yang terlalu cepat bisa
menimbulkan perasaan ngeri terhadap kematian, menurut
pendapat Loohu, lebih baik kutotok saja beberapa buah jalan
darahmu." "Pada saat ini keadaan aku orang she Siauw bagaikan
seekor kambing yang hendak disembelih apa yang hendak Yok
Ong lakukan tak perlu dirundingkan lagi dengan diriku."
Tok Chiu Yok Ong pun tidak bicara lagi, ia menggerakkan
tangan kanannya dan secara beruntun menotok dua buah
jalan darah dari Siauw Ling, setelah itu katanya.
"Seandainya kutotok jalan darah pingsanmu, walaupun kau
tak kenal penderitaan namun hal ini akan mempengaruhi
kelancaran dari peredaran darahmu, terpaksa aku minta
Siauw-heng suka bersabar sebentar."
Jalan darah bisu Siauw Ling sudah tertotok, walaupun ia
dapat mendengar ucapan tersebut namun sulit baginya untuk
menjawab. Terasa lengan kirinya amat sakit, jarum panjang yang
berlubang ditengahnya itu telah ditusukkan ke dalam urat
nadinya. Diikuti sebuah telapak ditekankan ke atas dadanya,
segulung tenaga dalam segera menyerang keisi tubuhnya.
Dengan adanya tekanan ini, peredaran darah dalam
tubuhnya mengalir semakin cepat, segera lapat2 ia dapat
mendengar suara gemerisikan yang halus sekali.
"Mungkin kali ini aku bakal habis sudah...." pikir Siauw Ling
di dalam hati. Sementara ia masih berpikir, mendadak lengan kirinya
terasa mengendor, jarum yang menembusi urat nadinya
mendadak dicabut orang, sedangkan telapak yang menekan
didepan dadanya pun ditarik kembali.
Terdengar suara helaan napas panjang dari si Raja Obat
Bertangan Keji bergema memecahkan kesunyian diikuti ia
menegur. "Bocah, apa yang kau lakukan?"
"Ooouw.... ayah, bukankah kau hendak menjodohkan aku
dengan diri Siauw Ling?" tanya sang gadis dengan suara yang
lemah. "Sedikitpun tidak salah! setelah Siauw Ling setuju untuk
mengawini dirimu sebagai istrinya, kendati kau terima
darahnya dan aku rasa bukan suatu hal yang patut
disesalkan." "Aku tidak percaya dengan perkataan ayah, dia gagah lagi
tampan, mana ia sudi kawin dengan aku yang jelek tak
ketulungan ini." "Wan-jie, kau jangan lupa bahwa ayahmu adalah seorang
tabib sakti yang tiada ada tandingannya dikolong langit, dan
kau adalah putri kesayanganku, asal kau senang dengan
seseorang, orang itu harus kawin dengan dirimu."
"Apabila kau inginkan aku percaya, maka Siauw Ling
mengakui sendiri dihadapanku!"
Permintaan putrinya ini membuat Tok Chiu Yok Ong merasa
serba salah sama sekali ia termenung kemudian baru berkata ;
"Baiklah! tetapi kaupun harus menyetujui lebih dahulu
sebuat syaratku....!"
"Apakah syaratmu itu?"
"Seandainya Siauw Ling telah mengakui dihadapanmu
bahwa dia hendak mengawini dirimu, kau harus menurut
perkataan dari ayahmu dan menerima darahnya. Aaai.... Wanjie,
selamanya kau memikirkan nasib orang, kenapa tidak
memikirkan pula rasa sayang ayahmu terhadap kau?"
"Bebaskan dulu jalan darahnya, biarlah dia mengucapkan
sendiri kata2 tersebut...."
Tok Chiu Yok Ong dibikin apa boleh buat terpaksa ia
bebaskan jalan darah Siauw Ling diikuti ujarnya dengan ilmu
menyampaikan suara ; "Siauw-heng, pepatah kuno mengatakan: mau bunuh orang
bunuhlah sampai mati, mau menolong orang menolonglah
sampai hidup, mau menghantar Buddha hantarlah sampai
See-Thian, setelah kau sanggupi untuk menolong putriku, aku
harap kau suka membantu sampai selesai"
Per-lahan-lahan Siauw Ling membuka matanya
memandang sekejap ke arah si Raja Obat Bertangan Keji,
menyaksikan wajahnya yang penuh dengan nada memohon ia
tidak tega, setelah menghela napas, matanya dipejamkan
kembali. Terdengar gadis itu berkata, "Siauw Ling, ayahku bilang
kau hendak mengawini diriku, perkataannya bohong bukan?"
Sekali lagi Siauw Ling membuka matanya, tampak Tok Chiu
Yok Ong pada waktu itu sedang memandang ke arahnya
dengan keringat dingin yang mengucur keluar tiada hentinya
membasahi seluruh wajahnya, ia lantas menjawab, "Ayahmu
sedikitpun tidak membohongi dirimu"
"Kau suka mengawini diriku sebagai istrimu, tahukah kau
siapa namaku....?" tanya gadis itu sambil tertawa.
"Bukankah kau bernama Wan-jie?" ujar Siauw Ling setelah
termenung sejenak. "Ayah membohongi aku karena dia hendak menolong
jiwaku, agar aku suka menerima darahmu sekarang kenapa
kaupun membohongi aku" Wan-jie, adalah nama kecil yang
diberikan ayah kepadaku, namaku yang sebenarnya adalah
Lam-kong Giok" "Lam-kong Giok. Aaai....! ayahmu pernah memberitahukan
kepadaku, hanya untuk sesaat tak ingat lagi dalam benakku"
"Ooouw.... ayah! bebaskanlah jalan darah diatas lengan
serta tubuhnya, agar ia bisa bangun duduk dan berbicara
dengan aku" "Bukankah ia sudah mengakui dihadapanmu" tak usah
bicara lagi, kini kita harus melanjutkan pelepasan darah!"
"Ayah, kau masih ingat dengan suatu kejadian yang pernah
terjadi dimasa lampau?"
"Kejadian apa?"
"Aku sudah lupa kejadian itu berlangsung ketika aku
berumur berapa, tetapi aku masih ingat ayah memuji diriku.
katanya: Oooh Wan-jie! kau memang amat cerdik sejak
dilahirkan. persoalan yang ada dalam hati ayah selamanya tak
dapat mengelabuhi dirimu."
"Aaah benar putri dari Tok Chiu Yok Ong tentu saja sukar
ditandingi orang lain."
"Apabila ayah sudah tahu bahwa kau tak dapat
membohongi diriku, kenapa setiap kali kau masih
membohongi diriku?" Tok Chiu Yok Ong melengak, untuk beberapa saat lamanya
ia tak sanggup diucapkan sepatah katapun.
"Ayah cuma tahu menolong diriku walau dengan
pengorbanan bagaimana besarpun, seandainya aku mati
bukankah susah payahmu selama ini pun bakal berakhir?"
"Ah...." Tok Chiu Yok Ong menghela napas panjang.
"Sekalipun ayah membohongi dirimu, hal inipun kulakukan
karena aku sayang sekali kepadamu!"
"Ayah, kalau kau benar2 menyayangi putrimu kau harus
bebaskan jalan darah dari Siauw Ling nanti akan
kuberitahukan satu cara untuk menolong diriku!"
"Kau amat cerdik, ayah percaya dengan perkataanmu!"
Tanpa banyak bicara lagi Si Raja Obat Bertangan Keji ini
segera menggerakkan tangan kanannya dan membebaskan
jalan darah Siauw Ling yang tertotok.
Per-lahan-lahan Siauw Ling duduk, tampak Lam-kong Giok
yang kurus sedang bersandar diatas dinding sambil
memandang dirinya dengan senyum dikulum.
"Ayah telah membebaskan jalan darahnya, Nah sekarang
katakanlah apa caramu untuk menyembuhkan penyakit yang
kau derita itu?" Lam kong Giok memutar biji matanya yang bulat gede
untuk memandang sepasang kaki Siauw Ling lalu menegur.
"Bukankah jalan darah pada sepasang kakinya belum
dibebaskan?" Mendengar perkataan ini Tok Chiu Yok Ong segera tertawa
ter-bahak2. "Haa.... haa.... Wan-jie, selama banyak tahun, jarang sekali
kau berada dalam keadaan sadar seperti hari ini".
Seraya berkata ia menepuk bebas jalan darah disepasang
kaki sianak muda itu. "Ilmu pertabiban yang ayah miliki tiada tandingannya
dikolong langit, benarkah itu?"
"Tentu saja benar".
"Aku mempunyai satu persoalan yang tidak kupahami,
dapatkah ayah menerangkan kepadaku?"
"Persoalan apa?"
"Mengapa darah dari Siauw Ling dapat digunakan untuk
menolong jiwaku?" "Gampang sekali, hal ini disebabkan ia pernah makan
sejenis obat sehingga membuat darahnya berbeda dengan
darah orang lain". "Nah, itulah dia, jadi darah yang ada ditubuhnya bukanlah
darah mujarab yang dibawanya sejak lahir, kenapa ayah tidak
menanyakan kepadanya benda apakah yang telah ia makan
dan benda itu tumbuh dimana?"
Tok Chiu Yok Ong berseru tertahan dan menepuk batok
kepala sendiri. "Aaah, sedikitpun tidak salah, kenapa aku tak dapat berpikir
sampai kesana"...."


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sinar matanya segera dialihkan ke arah Siauw Ling,
katanya lebih jauh, "Apa yang diucapkan siauw-li, apakah
sudah Siauw-heng dengar?"
"Sudah kudengar semua!"
"Seandainya Siauw-heng suka mengaku terus terang benda
apakah yang telah kau makan dan benda tersebut tumbuh
dimana, maka Siauw-heng pun tak usah memberikan darahmu
untuk menolong putriku"
Siauw Ling termenung sejenak, kemudian menjawab,
"Benda itu adalah sejenis tumbuhan berwarna abu2 yang
berbentuk seperti payung dan tumbuh didinding sebuah
tebing...." "Aaah, benda itu adalah jamur batu berusia seribu tahun,
benda inilah yang dibutuhkan untuk menyembuhkan penyakit
putriku, entah benda itu tumbuh dimana?"
"Diatas sungai Soh-Kang diantara selat Sam Nia, sulit bagi
cayhe untuk menyebutkan nama tempat itu".
"Masih ingatkah kau dengan tempat itu?"
"Secara lapat2 masih ingat, mungkin tempat itu masih
dapat kita temukan".
"Kalau begitu bagaimana kalau Siauw-heng membawa
loohu pergi kesitu?"
Siauw Ling termenung sejenak lalu mengangguk.
"Baiklah! tetapi cayhepun harus menerangkan lebih dahulu"
serunya. "Loohu akan mendengarkan dengan seksama, nah
katakanlah!" "Jamur batu itu tumbuh diatas dinding tebing yang letaknya
disuatu tempat yang tidak nampak langit juga tidak nampak
bumi, bahkan secara kebetulan telah cayhe makan hingga
habis sebagian besar, sisanya tinggal sedikit sekali, lagipula
daya ingat cayhe tentang tempat itu sudah samar sekali...."
"Tidak mengapa, asal kau masih ingat bahwa jamur batu
itu belum kau makan sampai habis, itu sudah cukup".
"Tempat itu dikelilingi oleh puncak2 gunung yang amat
banyak serta saling bersambungan, dimanakah letak tepat dari
dinding tebing yang ditumbuhi jamur batu itu cayhe sendiri tak
bisa menunjukkan dengan tepat...."
"Apakah kau tak dapat ingat akan letak keistimewaan dari
tempat itu?" tukas Yok Ong.
"Diatas dinding tebing itu terdapat sebuah air terjun yang
amat besar sekali." "Asal ada tanda ini, rasanya tidak terlalu sulit untuk
menemukan." Siauw Ling menghela napas panjang, katanya.
"Apa yang bisa cayhe ingat cuma begini minim, aku rasa
bukan satu dua hari saja tebing curam yang terletak diantara
be-ratus2 puncak itu dapat ditemukan. sedangkan kesehatan
putrimu...." Berbicara sampai disini mendadak ia membungkam.
"Dengan ilmu pertabiban yang loohu miliki, aku masih bisa
menunda usianya selama sebulan lagi, seandainya dalam
sebulan ini kau masih belum berhasil menemukan dinding
tebing yang ditumbuhi jamur batu itu, terpaksa aku harus
menggunakan darahmu untuk menolong jiwa putriku."
"Tidak mengapa" mendadak Lam-kong Giok menyela.
"Jangan dikata sebulan sekalipun dua bulan aku masih
sanggup untuk mempertahankan diri."
"Bocah, janganlah mengucapkan kata2 yang bersifat
gurau," tegur Tok Chiu Yok Ong dengan nada tercengang.
"Kena apa kau berbicara yang bukan2" ilmu pertabiban yang
aku miliki tiada tandingannya dikolong langit, menurut
pemeriksaan nasib yang kulakukan, keadaanmu sudah tiba
pada saat yang dinamakan lampu lentera kehabisan minyak,
seandainya aku tidak mempunyai obat mujarab serta ilmu
jarum, barangkali untuk hidup selama sepuluh haripun sulit
bagimu, batas waktu sebulanpun sudah menguras hampir
seluruh tenaga serta kemampuanku...."
Tidak memberi kesempatan bagi putrinya untuk berbicara,
ia tarik napas panjang2 dan meneruskan.
"Siauw thay-hiap adalah seorang koen-cu yang pegang
janji, ia tidak akan berubah niat sebelum janjinya terpenuhi.
kini kau memberikan batas waktu dua bulan baginya, padahal
aku tidak punya keyakinan untuk mempertahankan usiamu
lebih dari sebulan, bukankah hal ini berarti kau akan
menyusahkan diriku?"
"Ayah. Kau telah melupakan satu hal yang memberi tenaga
bagiku untuk melanjutkan hidup."
"Tenaga apa yang kau maksudkan?"
"Tenaga yang timbul dalam hatiku untuk melanjutkan
hidup...." "Wan-jie, kenapa secara tiba-tiba kau bisa timbul keinginan
yang keras untuk melanjutkan hidup"!" tanya si raja obat
bertangan keji setelah termenung sejenak.
Sepasang mata Lam kong Giok yang sayu mendadak
dialihkan ke atas wajah Siauw Ling kemudian menyahut.
"Aku berbuat demikian agar ayah tidak melepaskan
darahnya lagi untuk menolong jiwaku."
Tok Chiu Yok Ong kembali termenung, kemudian ia tertawa
terbahak2. "Heee.... heee.... aku paham sudah."
Merah jengah selembar wajah Lam-kong Giok yang kurus,
per-lahan-lahan ia menjatuhkan diri ke dalam pelukan
ayahnya dan memejamkan sepasang matanya.
Tok Chiu Yok Ong segera berpaling ke arah Siauw Ling
seraya menegur. "Siauw thayhiap, sudah kau dengar apa yang
dikatakan siauwli?" "Sudah" "Kalau begitu bagus sekali, putriku telah menetapkan batas
waktu dua bulan bagimu, walaupun aku adalah ayahnya
namun akupun tidak ingin mengubah batas waktu yang ia
tetapkan, salama dua bulan mendatang loohu tidak akan
mengambil darahmu, tetapi selewatnya dua bulan apabila
jamur batu berusia seribu tahun ini belum berhasil juga kau
temukan, terpaksa aku harus meminjam darahmu lagi"
"Seandainya putrimu tak dapat hidup lebih dari dua
bulan...." "Hal ini harus dianggap sebagai takdir yang menentukan
batas hidupnya, aku yang jadi ayahnya tak dapat berbuat
apa2 lagi" Tiba-tiba sekilas sinar mata yang amat tajam berkelebat
diatas wajahnya, ia melanjutkan ;
"Tahukah kamu apa sebabnya putriku memberikan batas
waktu selama dua bulan kepadamu?"
"Putrimu berhati welas, ia tidak tega mencelakai orang...."
"Karena ia sendiri tahu bahwa dia tak dapat hidup lebih dari
dua bulan!...." tukas Tok Chiu Yok Ong dengan suara keras.
Siauw Ling jadi tertegun.
"Hal ini membuat cayhe semakin tidak paham"
"Siauw-li telah menaruh bibit cinta terhadap diri anda, ia
rela mati dari pada mencelakai jiwamu."
"Tentang soal ini.... tentang soal ini...."
"Tak usah tentang ini itu lagi, walaupun putriku ada
maksud untuk menolong selembar jiwamu, tetapi aku Tok
Chiu Yok Ong tidak mempunyai kebesaran jiwa untuk berbuat
demikian" "Lalu bagaimanakah menurut pendapat Yok Ong?"
"Apabila dalam sebulan kau gagal untuk menemukan
kembali tebing curam yang ditumbuhi jamur batu tersebut,
berarti putriku bakal mati namun berhubung dia punya janji
lebih dahulu maka sekalipun ia bakal mati jiwanya tak dapat
ditolong kembali, akupun tak bisa mengambil darah dalam
tubuhmu. Oleh sebab itu seandainya putriku mati, jamur
batupun tak usah kau cari lagi. Loohu akan mengubur
tubuhmu dalam satu liang dengan putriku, agar dalam
perjalanannya menuju kealam baka putriku bicara dan teman
bergurau." "Jadi maksud Yok Ong, kau hendak mengubur tubuh cayhe
ber-sama2 jenasah putrimu?" seru Siauw Ling dengan hati
terjelos. "Sedikitpun tidak salah, entah bagaimanakah menurut
pendapatmu?" Siauw Ling tertawa hambar.
"Apa yang Yok Ong pikirkan benar2 bagus, namun belum
tentu bisa cayhe setujui, apabila kau ingin membawa aku
pergi mencari jamur batu berusia seribu tahun itu maka pertama2
kau harus bebaskan dulu jalan darahku yang tertotok
cayhe kan sudah menyetujui untuk memberikan darahku
untuk menolong orang" kenapa kau hendak pula mengubur
diriku bersama jenasahnya" Tetapi, apabila Yok Ong memang
ada maksud berbuat demikian, cayhe pun akan memberikan
satu cara kepadamu" "Apa caramu itu?"
"Dengan mengandalkan kepandaian silat masing-masing.
kita langsungkan susatu pertarungan yang akan menentukan
mati hidup kita." "Ilmu silatmu sangat lihay, terdiri pula kepandaian2 sakti
dari pelbagai perguruan Sekalipun loohu tidak akan sampai
menderita kekalahan namun akupun tidak punya keyakinan
untuk menang. Loohu tidak akan sudi melakukan pekerjaan
yang begini menempuh bahaya...."
"Kecuali andalkan ilmu silat untuk menentukan mati hidup
kita, cayhe belum dapat menemukan suatu cara lain yang bisa
Yok Ong gunakan untuk memaksa aku dikubur bersama
dengan jenasah putrimu".
"Yaah.... bagaimanapun juga pengalaman dan pengetahuan
orang muda memang jauh lebih cetek dari jago kawakan,
apakah loohu tidak dapat membokong dirimu?"
"Membokong?" bagaimana kau hendak membokong?"
"Beritahukan kepadamu pun tidak mengapa, ilmu
melepaskan racun dengan meminjam benda lain yang loohu
miliki sudah tersohor dikolong langit, apabila batas waktu
sebulan untuk menemukan jamur batu tersebut hampir habis
dan kau belum berhasil juga menemukan benda itu, secara
diam2 loohu akan melepaskan racun terlebih dahulu ke dalam
tubuhmu, setelah putriku mati maka aku paksa kau untuk
dikubur bersama putriku. saat itulah racun dalam tubuhmu
bekerja, tentu saja kau takkan sanggup melawan kehendak
loohu." "Tidak sepantasnya kau ceritakan rencanamu ini kepadaku,
setelah cayhe tahu akan soal ini persiapan dan penjagaan atas
keselamatan tubuhku tentu akan kutingkatkan!"
"Apabila kaupun bisa menghindari bokonganku bukankah
gelar Si Raja Obat Bertangan Keji yang diberikan orang lain
kepadaku hanya suatu nama kosong belaka."
"Seandainya apa yang ia katakan adalah sejujurnya
kemampuan orang ini benar2 mengerikan sekali" pikir Siauw
Ling di dalam hati. Diluaran ia lantas berkata.
Yok Ong, kaupun tak usah membual terlebih dahulu,
rasanya belum terlambat apabila kita bicarakan persoalan ini
dikemudian hari." "Loohu percaya kau takkan sanggup untuk menghindarkan
diri...." Ia merandek sejenak lalu katanya.
"Sekarang kita harus menetapkan lebih dahulu satu
masalah penting." "Masalah apa?" Kau belum memberikan persetujuan apakah suka
mengantar loohu serta putriku untuk mencari jamur batu
berusia seribu tahun itu"
"Dengan memandang diatas kebajikan hati putrimu sudah
cukup membat cayhe untuk tidak menampik tawaran ini"
"Jadi kau sudah menyanggupi?"
"Mana.... mana.... apabila ucapanpun tak bisa dipercaya,
dikolong langit tak ada orang yang bisa dipercaya lagi"
Telapak kanannya bergerak berulang kali membebaskan
jalan darah Siauw Ling yang masih tertotok.
Setelah jalan darahnya bebas Siauw Ling pun meloncat
bangun dan melepaskan otot2 kaki dan lengannya, kemudian
bertanya, "Cuma kami bertiga saja?"
"Tiong Chiu Siang Ku mempunyai pengalaman serta
pengetahuan yang luas, apabila kau bisa membawa serta
mereka berdua, hal ini jauh lebih baik lagi".
"Bila kubawa serta kedua orang saudaraku, apakah kalian
ayah dan anak tidak merasa terlalu dipencilkan?"
Tok Chiu Yok Ong tertawa.
"Apabila membicarakan dalam soal ilmu silat, hanya kau
seorangpun sudah cukup untuk menghadapi diriku, jadi
sekalipun ditambah Tiong Chiu Siang Ku berduapun tiada
berbeda bagiku" "Maukah mereka ikut serta dalam perjalanan ini sulit bagi
cayhe untuk menebaknya, aku harus ajak mereka untuk
berunding lebih dahulu".
"Menurut penglihatan loohu, sikap mereka berdua terhadap
dirimu sangat menghormat, jangan dikata hendak kau ajak
untuk ber-sama2 mencari jamur batu berusia seribu tahun,
sekalipun hendak kau ajak mereka naik kegunung golok
masuk kekuali minyak mendidihpun mereka berdua tidak akan
menampik". JILID 29 Cahye cuma ingin memohon kepada mereka dengan kata2
baik, seandainya mereka tidak ingin ikut cayhe pun tidak akan
memaksa." "Baikah, kalau begitu loohu akan bersihkan dahulu racun jahat
yang telah kusebarkan disekeliling mulut gua."
Bicara sampai disitu, Si Raja Obat Bertanan Kejipun segera
melangkah kemulut gua dan membersihkan racun jahat yang
telah disebarkan di situ, kemudian teriaknya lantang, "Tauke
berdua, Liong-tauw toako kalian mengundang kamu berdua
masuk ke dalam gua!"
Dalam pada itu Tiong Chiu Siang Ku sedang menanti dengan
hati cemas, mereka tidak tahu bagaimanakah perubahan yang
telah terjadi di dalam gua. mendengar seruan si raja obat
tersebut, buru-buru mereka meloncat masuk ke dalam gua.
Terlihatlah Siauw Ling berdiri di dalam gua dengan wajah
segar bugar, peristiwa ini benar2 diluar dugaan mereka, setelah
tertegun kedua orang itu segera menjura dalam2.
"Toako baik2kah kesehatanmu?"
"Aku sangat baik!"
"Apakah Yok Ong sudah berubah pikiran?" tanya Sang Pat


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil alihkan sinar matanya ke arah si Raja Obat Keji.
"Loohu telah berjanji dengan Siauw Ling untuk masuk keselat
mencari sejenis obat mujarab guna mengobati putriku, entah
apakah kalian berdua ada kegembiraan untuk ikut?"
Sang Pat kembali alihkan sinar matanya ke arah Siauw Ling
dan bertanya ; "Toako, benarkah yang dikatakan Tok Chiu Yok Ong
barusan?" "Kapan sih Loohu pernah berbohong?" tegur Yok Ong kurang
senang. "Hemmm, sekalianpun apa yang kau ucapkan adalah kata
sejujurnya, kami Tiong Chiu Siang Ku belum tentu mau
percaya" jengek Tu Kioe dingin.
Teringat bahwasanya ia masih membutuhkan bantuan kedua
orang itu, Tok Chiu Yok Ong mendehem ringan dan menahan
sabar. "Apa yang ia ucapkan sedikitpun tidak salah" terdengar Siauw
Ling membenarkan. "Aku sudah menyanggupi tawarannya
untuk pergi mencari obat dengan batas waktu dua bulan,
apabila tak dapat menemukan bahan obat2an tersebut."
"Batas waktu dua bulan adalah janjimu dengan putriku...."
dengan cepat Si Raja Obat Bertangan Keji menukas.
"Apabila batas waktu dua bulan sudah lewat, dan obat yang
dicari belum ketemu apakah kau masih ingin menggunakan
darah toako kami untuk menolong jiwa putrimu!" sambung Tu
Kioe dengan suara yang dingin.
"Menurut pendapat loohu mungkin tiada harapan lagi bagi
loohu untuk minta darah segar Siauw Ling!"
"Kenapa?" "Sebab putriku tak bisa hidup lewat dari dua bulan"
Tu Kioe tertawa dingin. "Sebetulnya keadaan putrimu memang patut dikasihani, sudah
belasan tahun ia hidup dalam keadaan menderita. seandainya ia
sudah mati, Yok Ong bisa melepaskan diri dari suatu ikatan
beban yang sangat berat.... ejeknya.
Air muka Tok Chiu Yok Ong ke atas berubah hebat.
Kau mengharapkan putriku cepat mati.... Hmm, agaknya kau
sudah bosan hidup?" teriaknya.
Sang Pat takut Tu Kioe melanjutkan ejekannya dengan kata2
yang sinis sehingga mengakibatkan bentrokan berkerasan,
buru-buru ia menukas. "Yok Ong, harap jangan marah, dalam dunia persilatan dewasa
ini siapa yang tidak tahu kalau Tu Loo-jie paling sinis dalam
setiap perkataannya" janganlah disebabkan satu persoalan kecil
hingga merusak masalah besar, demi putrimu aku minta Yok
Ong bisa sedikit sabarkan diri."
Si Raja Obat Bertangan Keji mendengus dingin, ia tidak
berbicara lagi lebih jauh.
Terdengar Tu Kioe dengan suaranya yang datar dan dingin
ketus berkata kembali ; "Setelah Liong-tauw toako menyanggupi kami yang jadi
saudaranya tentu saja akan mengikuti toako untuk melakukan
perjalanan." "Aku minta saudara berdua jangan memaksakan diri."
"Ha ha ha ha asal kami bisa mengikuti toako walaupun pergi
keujung langit, terjun kelautan apipun merupakan suatu hal
yang patut digirangkan" tukas Sang Pat seraya tertawa terbahak2.
"Aaaai....! lebih baik saudara berdua jangan pergi, tapi kalau
kalian ingin ikut, siauw-hengpun tak bisa menghalangi"
"Dari mulut orang lain loohu dengar kalian Tiong Chiu Siang
Ku memelihara dua ekor anjing yang amat cerdik entah
dapatkah binatang2 itu dibawa serta?" mohon Tok Chiu Yok
Ong. "Kita bawa seekor saja"
"Kapan kita hendak berangkat?"
"Bagaimana menurut pendapat toako?" Sang Pat segera
berpaling ke arah Siauw Ling.
"Sebenarnya aku hendak mohon pamit lebih dahulu dari orang
tuaku, tapi.... aaai....! mengingat perjalanan kita kali ini sukar
diramalkan bagaimanakah nasib kita selanjutnya, aku rasa tak
perlu kita ganggu mereka berdua lagi...."
"Apakah tiada persoalan yang dikerjakan lagi, bagaimana kalau
kita berangkat sekarang juga?"
Pada saat dan keadaan seperti ini, lebih baik Yok Ong
mendengarkan semua perintah dari toako kami" sela Tu Kioe.
"Dimanakah anjing raksasa kalian berdua?" terdengar Siauw
Ling bertanya. "Harap toako tunggu sebentar disini, cayhe segera pergi
mengambil anjing itu dan kemudian kita segera berangkat".
Tanpa menunggu jawaban lagi Sang Pat putar badan dan loncat
keluar dari dalam gua. Menanti Sang Pat sudah berlalu, Siauw Ling segera berpaling
memandang sekejap ke arah Si Raja Obat Bertangan Keji dan
ujarnya, "Yok Ong, tempat dimana terdapat jamur batu berusia
seribu tahun itu merupakan suatu tebing curam yang dikelilingi
bukit yang terjal, dari puncak bukit tergantunglah sebuah air
terjun yang amat besar, dari atas puncak hingga ke dasar bukit
tingginya ada ribuan tombak, bukan begitu saja bahkan dinding
tebing itu tegak lurus dan penuh ditumbuhi lumut, jangan
dikata sulit ditemukan letaknya, sekalipun beruntung bisa
ditemukanpun sulit untuk menuruni dinding tebing tersebut
guna mengambil jamur batu yang tumbuh disana".
"Seandainya tempat itu letaknya sangat bahaya secara
bagaimana tempo dulu Siauw-heng bisa mendatangi tempat itu
yang kemudian berlalu pula dari sana?"
Siauw Ling termenung sejenak, setelah melirik sekejap ke arah
Tu Kioe ia menjawab ; "Secara kebetulan saja aku tiba ditempat itu!"
Maka iapun lantas menceritakan secara bagaimana Tiong Chiu
Siang Ku memaksa dia untuk menyerahkan anak kunci Istana
Terlarang, kemudian secara bagaimana ia jatuh ke dalam
sungai, ditolong orang, diantar ke dalam sebuah gua yang
letaknya diatas dinding tebing yang curam, dalam gua itu
terdapat kakek kurus yang menahan dia untuk tinggal disitu,
kemudian secara bagaimana ia bentrok dengan pemuda berbaju
hijau sehingga lari kegua bagian belakang, terjatuh ke dalam
jurang, secara kebetulan makan jamur batu dan seterusnya....
"Letak tebing itu amat curam dan berbahaya kemudian secara
bagaimana kau bisa berlalu dari sana?" tanya Yok Ong.
"Kalau dibicarakan mungkin sulit dipercayai orang, kebetulan
sekali ada seekor burung rajawali yang amat besar datang
kesitu untuk makan jamur batu, aku lantas naik ke atas
punggung burung itu dan meninggalkan dinding tebing yang
curam tadi." "Sekalipun Loohu tidak mau percayapun, sekarang rasanya
harus mempercayai juga kisahmu itu."
Dalam pada itu Tu Kioe tunduk ter-sipu2 tatkala mendengar
Siauw Ling mengisahkan kembali pengalamannya ketika
dipaksa sampai tercebur ke dalam sungai, untuk beberapa saat
lamanya ia tidak mengucapkan sepatah katapun.
"Dewasa ini cuma ada satu jalan saja untuk mendapatkan
jamur batu tersebut" terdengar Siauw Ling berkata kembali.
"Yaitu dengan menggunakan tali kita turun dari belakang gua
batu tersebut tetapi.... "Tetapi kenapa?" dengan cepat Yok Ong bertanya. "Kecuali
cara ini, apakah tiada cara lain yang lebih bagus?"
"Apabila Yok Ong mengharap bantuan dari cayhe untuk
menemukan jamur batu berusia seribu tahun itu, lebih baik
sungkanlah sedikit dalam pembicaraan" tegur Siauw Ling
dingin. Tok Chiu Yok Ong mendehem ringan.
"Seandainya kuambil darahmu, sama saja dengan aku bisa
sembuhkan penyakit putriku, dengan selembar jiwamu loohu
tukar dengan petunjukmu untukmu, untuk menemukan obat
mujarab tadi, apakah loohu harus berterima kasih kepadamu?"
ia berseru. Siauw Ling merasa apa yang ia ucapkan sedikitpun tidak salah,
mulutnya langsung membungkam, lama sekali ia tertegun
kemudian baru berkata, "Perkataan Yok Ong sedikitpun tidak
salah, hanya saja pada waktu itu cayhe sama sekali tak
mengerti ilmu silat dan selalu berbaring dalam ruang perahu,
ketika dihantar masuk ke dalam gua itupun kebanyakan lewat
jalan air, hingga kini sulit bagiku untuk mengingatnya
kembali." "Ditengah sungai Soh-kang yang dikelilingi be-ribu2 puncak
terjal, tempat itu tentu saja letaknya diantara selat Sam Nia,
kita bisa menyewa sebuah perahu yang dijalankan disepanjang
sungai, dengan berdiri diluar ruang perahu kita bisa teliti
tebing2 yang ada disana, seandainya tempat itu rada mirip, kita
segera mendakinya dan berusaha menemukan gua yang kau
maksudkan." "Aku rasa memang cuma cara ini saja yang bisa kita gunakan."
Tu Kioe yang selama ini membungkam dalam seribu bahasa,
mendadak menyela, "Puluhan li sekeliling kota Koei-Chiu
banyak tersebar mata2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung,
apabila kita melakukan perjalanan dengan bergerombol, jejak
kita pasti akan diketahui oleh mereka."
"Seandainya ada orang perkampungan Pek Hoa San Cung yang
akan menyusahkan kalian, biar loohu yang hadapi, kalian
Tiong Chiu siang Ku tak perlu ikut turun tangan."
"Tentu saja kami bersaudara akan berpeluk tangan menonton
harimau bertarung, seandainya pada waktu itu Yok Ong ingin
mohon bantuan dari kami bersaudara, maka kita harus
bicarakan dulu untung ruginya!"
"Sepanjang hidup loohu tidak pernah mohon bantuan orang
lain. kalian boleh berlega hati".
"Yok Ong, janganlah mengunggulkan diri sendiri, lihat saja
bagaimana akhirnya nanti"
Sementara kedua orang itu masih bersilat lidah, Sang Pat telah
balik kembali ke dalam gua.
"Apakah anjing raksasa itu sudah kau bawa datang?" Tok Chiu
Yok Ong segera menegur. Terhadap si raja obat itu, Sang Pat sama sekali tidak ambil
gubris. Kepada Siauw Ling ia segera menjura dan berkata,
"Anjing raksasa telah siap, kami menantikan perintah dari
toako untuk berangkat!"
Per-lahan-lahan Siauw Ling bangun berdiri dan mengajak,
"Mari kita berangkat!"
Berjalan keluar dari gua, mendadak ia berhenti dan ujarnya
kembali ; Tidak bisa jadi membiarkan orang tuaku tetap berada
ditengah bukit ini bukan suatu cara yang bagus, Suma-heng
serta Kim Lan, Giok Lan belum tentu sanggup melindungi
keselamatan kedua orang tua itu."
"Tentang soal ini toako boleh berlega hati" Sang Pat
tersenyum. "Dibawah perlindungan para jago yang dipimpin
Siang Hwie, kedua orang tua itu sudah diantar ketempat yang
lebih aman." "Mereka telah dihantar kemana?"
Sang Pat melirik sekejap ke arah Tok Chiu Yok Ong kemudian
tertawa ter-bahak2. "Maksud jahat untuk mencelakai orang boleh ada, pikiran
waspada tak boleh tidak ada. Toako boleh berlega hati, tempat
itu pokoknya aman sekali."
Tok Chiu Yok Ong mendengus dingin, ia bopong tubuh
putrinya dan berlalu lebih dahulu dari sana dengan langkah
lebar. Sang Pat bersuit rendah, dari balik semak belukar meloncat
keluar seekor anjing besar berwarna hitam yang segera
mengikuti dibelakang tubuh Sie-poa emas itu.
Demikianlah, dibawah pimpinan Si Raja Obat Bertangan Keji
mereka telah tiba dimulut lembah, mendadak ia berhenti dan
berkata, "Walaupun loohu tidak takut dengan orang2 dari
perkampungan Pek Hoa San Cung, namun apabila jejakku
diketahui oleh mereka tentu akan dilaporkan ke dalam
perkampungan Pek Hoa San Cung, seumpama Shen Bok Hong
sampai melakukan pengejaran sendiri, keadaan jadi rada repot,
lebih baik kita melakukan perjalanan setelah malam tiba nanti."
"Apakah Yok Ong amat jeri terhadap Shen Bok Hong?" jengek
Tu Kioe. "Loohu dengan dia telah mengikatkan diri jadi saudara angkat,
kenapa aku harus jeri kepadanya.
Tu Kioe masih ada maksud menyindir si raja obat tersebut,
namun kena dibentak Siauw Ling sehingga ia segera
membungkam. Dalam pada itu Sang Pat telah mengambil keluar rangsum
kering dari sakunya lalu dibagikan kepada beberapa orang itu.
Dari dalam sakunya Tok Chiu Yok Ong pun ambil keluar
sebuah botol porselen, ia ambil dua butir pil tersebut dan
dengan sangat hati2 sekali dimasukkan ke dalam mulut
putrinya. Menyaksikan cintanya Yok Ong terhadap putrinya, diam2
Siauw Ling menghela napas panjang pikirnya, "Ia memiliki
ilmu racun yang tiada tandingannya dikolong langit,
seandainya ia tidak mempunyai seorang putri berpenyakitan
yang mengurangi ambisinya untuk menjadi jagoan, mungkin
banyak peristiwa besar yang telah ia lakukan, kejahatannya
mungkin tidak berada dibawah shen Bok Hong...."
Setelah duduk mengatur pernapasan beberapa saat lamanya,
kentongan pertamapun telah tiba dan saat itulah mereka
melakukan perjalanan kembali, dibawah penciuman sang
anjing yang tajam, sepanjang perjalanan mereka berhasil
melepaskan diri dari pengawasan orang2 perkampungan Pek
Hoa San Cung dan tiba ditepi sungai pada kentongan keempat.
Awan mendung menutupi seluruh angkasa cuaca gelap gulita
hingga sulit untuk melihat lima jari sendiri. yang terdengar
hanyalah gulungan ombak yang memecah tepian, tidak nampak
cahaya lampu barang sedikitpun jua.
"Malam gelap angin kencang, sebuah perahu nelayanpun tidak
nampak, agaknya kita harus menunggu sampai fajar
menyingsing" gumam Tu Kioe dengan nada dingin.
"Sedetik lebih lama kita harus menunggu, berarti sedetik pula
harapan toakomu untuk hidup berkurang!" kata Yok Ong.
Sang Pat mendehem ringan, tiba-tiba ia bertanya ;
"Yok Ong, bagaimana dengan ilmu merenangmu?"
"Loohu tidak kenal ilmu dalam air!"
"Kita beberapa ekor itik daratan, apabila sampai berjumpa
dengan perahu penyamun, bukankah bakal runyam dan
berabe?" "Apabila keadaan tidak beres, loohu akan turun tangan
meracuni mereka lebih dahulu."


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cayhe akan pergi adu untung" Sang Pat segera bangun
berdiri. "Coba akan kucari sebuah perahu penumpang yang
suka mengangkut kita beberapa orang...."
Seraya berkata ia lantas berlalu dari situ.
Kurang lebih setengah jam kemudian, Sang Pat muncul
kembali dengan ter-gesa2.
"Cayhe telah berhasil mendapatkan perahu penumpang yang
suka mengangkut kita menuju keselat Sam-Nie, ayoh cepat
naik ke dalam perahu!"
Tok Chiu Yok Ong menggendong tubuh putrinya dengan
mengikut dibelakang sang Pat berjalan disepanjang tepi sungai,
kurang lebih tujuh delapan lie kemudian tidak akan salah lagi
mereka menjumpai sebuah perahu dengan dua tiang layar
berlabuh ditepi sungai. Suasana dalam perahu itu gelap gulita tidak nampak sedikit
cahaya lampupun. Sang Pat segera melompat dulu ke dalam geladak perahu dan
langsung masuk ke dalam ruangan.
Siauw Ling, Tu Kioe, Yok Ong sekalian mengikuti dari
belakang. Tu Kioe membuat obor, tatkala cahaya menerangi ruang
perahu tersebut tampaklah diatas lantai bergelimpangan tujuh
delapan sosok tubuh manusia.
"Sebetulnya apa yang telah terjadi?" tegur Siauw Ling dengan
sepasang alis berkerut. "Orang2 yang menggeletak dilantai perahu semuanya adalah
anak buah dalam perahu itu" sahut Sang Pat sambil tertawa.
"Tatkala aku tiba disini, mereka sedang berkumpul dalam
ruangan sambil berjudi, aku tawarkan mereka untuk
mengangkut kita menuju keselat Sam-Nia, namun ditolak oleh
mereka. Mengingat keadaan yang mendesak terpaksa Saiuw-te totok
jalan darah mereka kemudian datang mohon petunjuk toako".
Siauw Ling menghela napas panjang, bibirnya bergerak seperti
mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya ia batalkan maksud
tersebut. Sebaliknya Si Raja Obat Bertangan Keji segera menunjukkan
jempolnya sambil berseru ;
"Kecerdikan Sang-heng, benar2 membuat siauw-te merasa
sangat kagum....!" "Apabila bukan disebebkan toako kami, aku orang she Sang
tak akan sudi melakukan perbuatan semacam ini." jengek si
Sie-poa emas. Telapak kanannya diayun berulang kali jalan darah para pelaut
yang ada dalam ruanganpun segera bebas semua.
Tok Chiu Yok Ong yang kebentur pada batunya merasa
mendongkol sekali, sambil membopong putrinya ia duduk
disudut ruangan, mulutnya bungkam dalam seribu bahasa.
Tu Kioe menyulut lilin yang ada diatas meja, lalu dari sakunya
ambil keluar sekeping uang emas serta dua butir mutiara yang
segera diletakkan diatas meja, katanya dingin ;
"Kalian ada orang2 yang sering hilir mudik dipelabuhan, dalam
kelopak mata kalian tentu tidak dimasuki pasir, uang emas
serta mutiara ini boleh kalian terima asal saat ini juga jalankan
perahu dan hantar kami kesungai Soh-Kang".
Menyaksikan dua butir mutiara itu besarnya seperti mata
kancing, para pelaut itu tertegun dan berdiri melongo, mereka
tidak menyangka bakal ketiban rejeki....
Seorang lelaki berusia empat puluh tahunan segera bertanya
setelah melirik sekejap ke arah mutiara tersebut ;
"Apakah kalian hendak menuju keselat Sam-Nia?"
"Apakah anda adalah pemilik perahu ini?"
"Hamba adalah Sioe Soen, ada urusan apa silahkan toa-ya
segera berlayar!" "Malam ini sangat gelap dan angin berhembus kencang, ombak
menggulung sangat tinggi, sebenarnya sukar bagi kami untuk
menjalankan perahu. Namun apabila toa-ya memang inginkan
demikian hamba sekalian akan jual nyawa bagimu...."
Setelah merandek sejenak, segera teriaknya ;
"Bocah bocah sekalian, pasang layar tarik jangkar dan kita
segera berlayar....!"
Para pelaut mengiakan dan segera lari keluar dari ruangan
untuk melakukan tugasnya masing-masing.
Terdengar suara seruan saling sahut menyahut berkumandang
memecahkan kesunyian, perahu itu per-lahan-lahan
meninggalkan pantai dan berlayar mengikuti hembusan angin.
Setalah perahu berlayar, Siauw Ling memandang sekejap ke
arah Tok Chiu Yok Ong lalu berkata ;
"Yok Ong harap kau suka meletakkan putrimu ke atas
pembaringan, biarlah ia tidur dengan nyenyak."
Tok Chiu Yok Ong memandang sekejap ke arah Siauw Ling
lalu menghela napas panjang, ia menurut dan membaringkan
tubuh putrinya ke atas pembaringan kayu yang tersedia di
dalam ruang perahu. Perahu yang mereka tumpangi merupakan perahu besar dengan
sepasang layar, lagipula route yang biasa mereka layari adalah
selat Sam-Nia, dengan pengalaman yang dimiliki pelaut2 inilah
walaupun berada ditengah malam buta yang berombak besar,
perahu mereka bisa berlayar dengan tenangnya.
Per-lahan-lahan Siauw Ling berjalan keluar dari ruang perahu,
berdiri digeladak memandang ketempat kejauhan, tampaklah
cahaya terang mulai muncul diufuk Timur menandakan fajar
telah menyingsing. "Jie-ya! masuk dan beristirahatlah didalam." Cioe Soen buruburu
datang menghampiri. "Hembusan angin masih kencang
dan gulungan ombak masih menghebat, kau harus segera
berdiri yang mantap kalau tidak.... waaah! bisa berabe
lhooo...." "Tak usah kau kuatirkan" sahut Siauw Ling sambil tersenyum.
"Cayhe ingin menyaksikan pemandangan fajar menyingsing
dari atas sungai" Cioe Soen masih ingin mengucapkan sesuatu lagi, namun
keburu ditukas Tu Kioe dengan nadanya yang dingin, "Tak
usah kau cemaskan, lebih baik janganlah campuri urusan orang
lain" Raut wajah Tu Kioe yang hijau membesi sangat menakutkan
sekali bagi yang memandang, kena dibentak Cioe Soen pemilik
perahu itu tak berani banyak bicara lagi, buru-buru ia berjalan
ke belakang buritan dan mengawasi anak buahnya bekerja.
Berdiri diatas geladak Siauw Ling alihkan sinar matanya
mengawasi empat penjuru, ia berharap dari pemandangan yang
terbentang didepan mata saat ini bisa mengenang kembali
peristiwa yang pernah terjadi beberapa tahun berselang.
Tampak ombak ditengah sungai saling gulung menggulung,
disamping riak yang memecah tatkala membentur tubuh perahu
sulit baginya untuk mengingat kembali perjalanan yang pernah
ia lakukan pada masa silam.
Tak kuasa lagi sianak muda itu menghela napas panjang dan
kembali ke dalam ruang perahu.
Ia mengatakan gua batu tersebut terletak di antara selat Sam
Nia, hal itu hanyalah menurut dugaannya, bagaimana yang
sebenarnya ia sendiri tak berani ambil keputusan.
Perahu bergerak menentang ombak, walaupun rada lambat
namun arah yang dituju adalah jalan air menuju keselat Sam
Nia. Siauw Ling duduk ditepi jendela sambil memandang ombak
yang saling berkejaran, hatinya bimbang dan kacau bagaikan
naik turunnya ombak ditengah sungai, teringat bahwa
perjalanannya ini masih sulit diramalkan untung ruginya, ia
merasa sedih sekali. Tengah hari telah tiba, pemilik perahu masuk ke dalam ruang
perahu menghidangkan makan siang yang terdiri dari daging
serta arak, hidangannya rata2 amat lezat.
Tok Chiu Yok Ong yang sangat menguatirkan keselamatan
putrinya yang lemah, pada saat ini tak tahan untuk berseru
kepada Cioe Soen, "Hey, sampai kapan kita baru akan
memasuki selat Sam Nia?"
"Sendainya Loo Thian-ya memberikan perjalanan yang lancar
buat kita semua, sebelum matahari terbenam nanti kita sudah
akan memasuki daerah selat itu, tapi seandainya hembusan
angin tetap mengencang dan kita harus bergerak menentang
arus, mungkin besok malam baru akan tiba."
"Sepasang lengan loohu mempunyai tenaga sakti seberat
ribuan kati, entah dapatkah kubantu kalian semua agar perahu
ini bisa bergerak lebih cepat?"
"Kami tidak berani merepotkan kau orang tua!"
"Loohu bukan ada maksud untuk membantu kalian semua,
tetapi berhubung tubuh putriku terlalu lemah ia tidak kuat
untuk merasakan penderitaan yang terlalu panjang diatas
perahu yang terombang ambing oleh ombak.
"Ooouw.... kiranya begitu."
"Jadi bisa dipakai tidak?"
"Kendati tenaga kau orang tua lebih besarpun, percuma saja!
sebab kau orang tua tidak akan berhasil melawan kekuatan
alam." "Kalau begitu loohu tak bisa membantu kalian?"
"Sedikitpun tidak salah, lebih baik kau orang tua beristirahat di
dalam ruang perahu saja."
Selesai berkata, pemilik perahu she Cioe itu buru-buru keluar
dari ruang perahu. Kurang lebih satu jam kemudian, mendadak terlihat Cioe Soen
muncul kembali di dalam ruang perahu dengan wajah penuh
senyuman, kepada Tok Chiu Yok Ong katanya, "Kau orang tua
boleh legakan hati, hembusan angin mendadak terjadi
perubahan besar mungkin malam hari ini juga kita bisa sampai
di mulut selat!" "Apakah kita tak dapat memasuki selat tersebut pada malam ini
juga?" "Tidak bisa, perjalanan disekitar selat Sam Nia amat
berbahaya, bukan saja di-mana2 terdapat dasar sungai yang
cetek, batu cadaspun tersebar di mana2. Kendati hamba hapal
sekali dengan perjalanan air disekitar sana, namun tidak berani
untuk menempuh bahaya melakukan perjalanan pada malam
hari." "Hmmm! apabila putriku yang lemah tak dapat menahan
siksaan dalam perjalanan perahu yang panjang, awas.... jangan
harap kalian bisa hidup lebih lama."
Cioe Soen tertegun, diam-diam ia mengundurkan diri dari
ruang perahu. Arah hembusan angin telah berubah perahu pun bergerak
dengan dorongan angin, sebelum sang surya turun gunung
mereka sudah tiba di mulut selat yang tersohor akan bahayanya
itu. Pada saat itulah Cioe Soen berseru lantang, "Bocah2 sekalian,
gulung layar dan turunkan jangkar....
Malam itu mereka menginap semalam diluar selat Sam Nia,
keesokan harinya pagi2 sekali Si Raja Obat Bertangan Keji
Gelombang Naga 2 Pendekar Bodoh 4 Ratu Perut Bumi Muslihat Para Iblis 3
^