Pencarian

Bayangan Berdarah 20

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 20


telah memerintahkan pemilik perahu itu untuk melanjutkan
perjalanan memasuki selat.
Cioe Soen tak berani membangkang, perahu pun bergerak
kembali memasuki mulut selat, tampak jalan air yang mereka
tempuh makin lama semakin bahaya, aliran sungai amat deras
dan batu cadas yang besar dan tajam berserakan di mana2.
Dua belah samping jalan air itu adalah dinding bukit yang
tinggi, curam dan terjal.
Si Raja Obat bertangan keji serta Siauw Ling berdiri berjajar
didepan geladak, memandang dinding tebing yang terbentang
sepanjang perjalanan, si orang tua itu tiada hentinya bertanya
kepada Siauw Ling dimana letak gua batu tersebut.
Walaupun Siauw Ling mempunyai sepasang mata yang tajam,
namun untuk sesaat itupun tak sanggup untuk menemukan
letak gua batu itu, ia cuma bisa mengandalkan sedikit
ingatannya dalam benak untuk bergerak lebih jauh, walaupun
tiada keyakinan namun ia berusaha terus untuk mengingat2nya
kembali.... Sehari telah lewat dengan cepatnya, senja haripun menjelang
tiba.... Cioe Soen tidak berani menempuh bahaya ditengah kegelapan
malam, kembali ia mencari suatu tempat yang beraliran air rada
tenang untuk buang sauh disana.
Dalam keadaan seperti ini, walaupun si Raja Obat Bertangan
Keji merasa amat gelisah, namun iapun tak bisa berbuat lain
kecuali bersabar. Siauw Ling sendiri walaupun tidak buka suara rasa gelisah
yang bergolak dalam hatinya jauh melebihi Tok Chiu Yok
Ong, sambil berdiri diujung perahu ia putar otak tiada hentinya.
Haruslah diketahui, tatkala lima tahun berselang Siauw Ling
dihantar masuk ke dalam gua batu yang misterius oleh
seseorang, tubuhnya amat lemah dan berpenyakitan, selama itu
ia berbaring terus di dalam ruang perahu. Menanti orang itu
menghentikan perahunya dan melanjutkan perjalanan dengan
jalan kaki, ia baru dapat melihat sejenak keadaan sekitar tempat
itu kendati begitu kejadian yang sudah lewat lama, mana
sanggup ia ingat kembali"
Sementara ia masih merasa gelisah, mendadak terdengar suara
dayung menyampok air sebuah sampan kecil berkelebat lewat
dari sisi perahu mereka meluncur kedepan.
Walaupun ditengah kegelapan malam, Siauw Ling sempat
menyaksikan orang yang berada diatas sampan kecil itu adalah
seorang lelaki yang memakai caping lebar dengan baju jas
hujan, pada jenggotnya memelihara jenggot kambing yang
panjang. Hatinya segera bergerak.
"Bukankah manusia macam inilah yang menghantar aku
datang kemari pada lima tahun berselang?" pikirnya.
Kenangan lama segera berkelebat dalam benaknya, ia merasa
sampan kecil itu persis seperti sampan yang pernah mereka
tumpangi pada beberapa tahun berselang.
Sungguh cepat gerakan sampan kecil itu, tatkala Siauw Ling
masih berpikir sampan kecil tadi sudah berada puluhan tombak
dari sisi perahunya. Siauw Ling merasa kesempatan baik ini tak boleh dibuang saja,
tanpa berpikir panjang lagi ia enjotkan badannya melayang ke
arah sampan kecil itu. Tok Chiu Yok Ong yang sedang menjaga putrinya dalam ruang
perahu, kendati ia ada didalam, sepasang matanya terus
menerus mengawasi gerak gerik Siauw Ling, ia kuatir sianak
muda itu secara mendadak melarikan diri.
Kini menjumpai ia meloncat ketengah udara meninggalkan
perahu, hatinya jadi sangat gelisah tanpa banyak bicara lagi
tubuhnya pun berkelebat menerjang keluar dari ruang perahu.
Dimana sinar matanya memandang, tampaklah Siauw Ling
sedang melayang ke arah sebuah sampan kecil yang sedang
bergerak cepat ke arah depan, ia segera menghempos tenaga
dan ikut mengejar kedepan.
Tindak tanduk Si Raja Obat Bertangan Keji yang secara
mendadak ini dengan cepat memancing perhatian dari Tiong
Chiu Siang Ku, mereka berduapun buru-buru lari keluar dari
ruang perahu. Dalam pada itu Siauw Ling serta Tok Chiu Yok Ong telah
melayang ke atas sampan kecil sedangkan sampan kecil itu
sudah berada tiga empat tombak dari perahu besar yang mereka
tumpangi. Bercerita tentang Siauw Ling tatkala tubuhnya sedang
melayang ke atas sampan kecil, si kakek tua berbaju rumput
kering itu waspada sekali, mendadak tangan kanannya dibalik
melancarkan sebuah babatan.
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur
ke arah depan.... Siauw Ling tahu apabila ia bersikeras
menyambut datangnya serangan tersebut niscaya tubuhnya
akan dipaksa tercebur ke dalam sungai, segera ia mengempos
tenaga ia melayang keangkasa dan menyingkir tiga depa
kesamping, segulung angin pukulan segera menyambar lewat
sisinya. Ambil kesempatan itulah ia segera melayang ke atas sampan
kecil itu. "Ilmu kepandaian yang amat bagus" puji si-kakek tua itu
sedikitpun tidak menunjukkan rasa jeri.
Dengan tangan kiri menggerakkan dayungnya untuk menahan
sang sampan kecil jangan sampai bergerak mengikuti aliran
sungai, telapak kanannya membali, dengan menggunakan
sebuah bambu panjang ia sapu tubuh musuhnya memakai jurus
"Heng-Sauw-Ciam-Kim" atau Menyapu rontok selaksa
prajurit. Setelah sepasang kaki Siauw Ling menginjak diatas sampan,
nyalinya semakin besar, kaki kanan diangkat lantas ditekuk dan
menghantam tubuh kakek tua itu, sementara telapak kirinya
diiringi segulung angin pukulan yang dahsyat didorong keluar.
Semakin dekat ia menerjang kemuka, makin kecil tenaga
serangan dari bambu panjang itu, tatkala bambu tadi mendekati
tubuhnya Siauw Ling telah tiba kurang lebih dua depa disisi
kakek tua itu, tubuhnya segera mundur sempoyongan termakan
tenaga dorongan Siauw Ling.
Pada saat itulah, Tok Chiu Yok Ong dengan menggunakan
kesempatan tersebut telah melayang pula ke atas sampan,
tegurnya dingin ; "Siauw Ling, kau akan melarikan diri?"
Tangan kanan Siauw Ling laksana kilat mencengkeram bambu
panjang pihak lawan, tidak sempat menjawab teguran dari Yok
Ong lagi, buru-buru serunya kepada kakek tua berbaju rumput
kering tadi ; "Heng-thay, cayhe ada urusan hendak ditunjukan kepada
dirimu!" Dari kecepatan Siauw Ling dalam mencengkeram bambu
panjangnya tadi, si kakek tua itu sadar bahwa ia telah berjumpa
dengan musuh tangguh sambil meloncat bangun hardiknya
dingin ; "Ada urusan apa?"
"Aliran sungai terlalu deras, tidak leluasa bagi kita berdua
untuk bercakap-cakap dalam keadaan seperti ini, dapatkan
Heng-thay menjalankan sampan kecilmu ketempat yang lebih
aman kemudian baru kita berbicara lebih jauh?"
Selama ini Tok Chiu Yok Ong selalu berdiri dibelakang Siauw
Ling dengan tangan kanan menggenggam racun, sepasang
matanya mengawasi gerak gerik sianak muda itu tajam2, asal
Siauw Ling ada maksud melarikan diri, ia segera akan
melepaskan racun. Dengan sepasang mata yang tajam si kakek tua bercaping lebar
tadi mengawasi wajah Siauw Ling beberapa saat, ketika ia
merasa bahwa dirinya tidak kenal dengan sang anak muda yang
berada dihadapannya, ia merasa tercengang.
"Kita tidak pernah saling mengenal!" serunya dengan sepasang
alis berkerut. "Cayhe sama sekali tidak ada maksud jahat, harap Heng-thay
suka menenangkan sampanmu terlebih dahulu kemudian kita
bicara lebih jauh". "Heeh.... heeh.... sekalipun kau punya maksud jahat, akupun
tidak akan takut" jengek sang kakek tua tadi sambil tertawa
dingin. Sepasang tangannya menggerakkan dayung dan menghentikan
sampan kecil itu pada aliran sungai yang rada tenang, lalu
terusnya, "Siapakah anda" ada urusan apa?"
"Seandainya daya ingat cayhe tidak salah, kecuali sampan kecil
milih Heng-thay ini semestinya masih ada soerang rekan lagi"
kata Siauw Ling seraya mengawasi sekejap keadaan diempat
penjuru. "Sebenarnya siapakah anda?" tegur kakek tua itu tidak sabaran.
"Kalau anda cuma mengajukan kata2 yang tak berguna kepada
diri cayhe jangan salahkan kalau cayhe tidak akan berlaku
sungkan2 lagi," Siauw Ling tertawa.
Lima tahun berselang kita pernah saling berjumpa muka, atas
bantuan anda serta rekan anda itulah aku berhasil kalian
selamatkan dari dasar sungai."
Si kakek tua itu mengawasi Siauw Ling dari atas hingga
kebawah, namun dengan cepat ia menggeleng kembali.
"Cayhe sudah tidak ingat lagi" katanya.
"Heng-thay masih belum dapat mengingatnya kembali."
"Tidak ingat" Haruslah diketahui lima tahun berselang perawakan tubuh
Siauw Ling kecil lagi kurus dan lama berpenyakitan,
sedangkan kini ia tumbuh jadi dewasa dengan badan yang
kekar dan gagah sekalipun benak si kakek tua ini dibelah pun
belum tentu ia dapat mengingatnya kembali.
Siauw Ling berpaling memandang sekejap ke arah Si Raja
Obat Bertangan Keji, kemudian ujarnya kepada si kakek tua itu
; "Lima tahun berselang, setelah anda serta teman anda
menolong cayhe dari sungai, kalian telah membawa aku ke
dalam sebuah gua yang dihuni oleh seorang kakek tua yang
menderita sakit, orang itu berdiam dalam sebuah gua yang
letaknya jauh diatas tebing bukit, kecuali itu kalian sering kali
menawan bocah2 berusia belasan tahun untuk dikirim kemari.
ucapan cayhe ini tentu bisa anda pahami bukan?"
Sepasang mata orang itu berkedip, ia memandang kembali
Siauw Ling sekejap kemudian menjawab, "Tidak salah, lima
tahun berselang benar2 pernah terjadi peristiwa ini, seandainya
orang itu adalah kau maka kau pastilah Siauw Ling bukan?"
"Sedikitpun tidak salah, cayhe memang Siauw Ling adanya."
Si kakek tua itu menarik napas panjang.
"Bukankah kau telah mati terjatuh ke dalam jurang?" tanyanya.
Siauw Ling tidak ingin menceritakan kisah yang sebenarnya,
maka ia menyahut sekenanya ;
"Cayhe belum ditakdirkan untuk mati, secara kebetulan saja
jiwaku berhasil diselamatkan orang".
"Pada saat ini dunia persilatan sedang digemparkan oleh nama
Siauw Ling, aku rasa orang itu pastilah anda bukan?"
Perduli siapapun yang mengungkap persoalan ini, Siauw Ling
tentu merasakan serba salah dan sulit untuk memberi
penjelasan, maka ia berkata, "Dewasa ini banyak orang yang
punya nama kembar, mungkin saja orang itu adalah Siauw
Ling yang lain!" Si Kakek tua itu mendengus dingin.
"Benarkah anda adalah Siauw Ling atau bukan , cayhe tidak
ingin bertanya lebih jauh, entah apa maksudmu datang kemari
dengan membawa serta begitu banyak orang?"
Aku tak boleh membocorkan niat kami untuk mengambil jamur
batu berusia seribu tahun" pikir sianak muda itu. "Lebih baik
kurangi saja pembicaraan yang tak berguna dengan dirinya."
Segera ia berkata ; "Pertama. cayhe ingin mengenang kembali kejadian masa
lampau, kedua. aku ingin menyambangi si kakek tua yang
berpenyakitan itu sekalian mengucapkan terima kasih
kepadanya." "Seandainya kau benar2 bermaksud demikian, datanglah
seorang diri kan sudah cukup, mengapa kau bawa serta orang
yang begitu banyak?" jengek si kakek tua itu sambil tertawa
dingin. Habis berkata sinar matanya beralih memandang sekejap ke
arah Sepasang pedagang dari Tiong Chiu yang berdiri diujung
geladak. "Walaupun cayhe datang bersama beberapa orang sahabat,
namun kami tidak mengandung maksud jahat...."
"Tidak bisa!" Tok Chiu Yok Ong yang selama ini membungkam diri
mendadak berseru dengan nada yang dingin, "Siapa bilang
tidak bisa" bisa juga harus bisa tak bisapun harus bisa...."
"Siapa kau?" bentak kakek tua itu.
"Loohu adalah si raja obat bertangan keji."
Mendadak telapaknya berkelebat kedepan mencengkeram
tubuh si kakek tua itu dengan suatu serangan kilat.
Si kakek tua itu tidak jadi gugup ia mundur sambil silangkan
bambu panjangnya didepan dada.
"Tok Ciu Yok Ong" serunya "Sudah lama cayhe dengar akan
kehebatanmu menggunakan racun yang dikatakan tiada
tandingan dikolong langit sungguh beruntung kita bisa
berjumpa muka pada ini hari."
Si Raja Obat Bertangan Keji tertawa hambar, "Kau sudah
terkena racun dari loohu!" serunya.
Mula2 kakek itu tampak tertegun, kemudian tertawa hambar
pula. "Apakah Yok Ong hendak menggertak diriku?"
"Hmm, kalau kau tidak percaya silahkan kerahkan hawa
murnimu untuk mencoba."
Orang itu menurut dan salurkan hawa murninya mengelilingi
seluruh badan, sedikitpun tidak salah ia temukan dalam
badannya menunjukkan tanda-tanda keracunan, wajahnya
segera berubah hebat "Nama besar menggunakan racun benar2 bukan nama kosong
belaka!" Ia putar badan dan siap terjun ke dalam sungai.
"Heng-thay, tunggu sebentar!" buru-buru Siauw Ling berseru.
"Seandainya lima tahun berselang aku tidak menolong dirimu
dari dalam sungai ini, ini hari aku tidak akan menderita
keracunan ditangan orang itu" teriak kakek tadi dengan penuh
kegusaran. Tok Chiu Yok Ong mendengus dingin,
"Bukan saja loohu memiliki ilmu melepaskan racun yang tiada


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tandingannya dikolong langit, loohu pun mempunyai
kepandaian untuk menguasahi sifat serta daya kerja suatu jenis
racun. Pada saat ini tubuhmu sudah keracunan, bukan saja sifat
racun tadi amat ganas bahkan termasuk jenis yang paling ganas
diantara racun-racun yang loohu miliki, setelah daya kerja
racun itu mulai menunjukkan reaksinya, seluruh tubuhmu akan
berkerut, setelah merasakan siksaan hebat selama tiga hari tiga
malam ajalmu baru tiba...."
Ia merandek sejenak. kemudian tambahnya ;
"Orang yang terkena racun jenis ini paling takut dengan air,
apabila tubuhmu tergenang oleh air dingin maka racun dalam
tubuhmu akan segera bekerja...."
"Berendam di dalam air bisa mengakibatkan racun dalam tubuh
mulai bekerja, cayhe merasa rada sangsi" kata kakek itu sambil
mengelus jenggot kambingnya.
Walaupun ia bicara tidak percaya namun sikap si kakek tua
tersebut benar2 tidak berani terjun ke dalam air lagi, sebab ia
percaya dengan kemampuan si Raja Obat Bertangan Keji yang
sudah tersohor akan kelihayan serta kekejamannya.
"Selama hidup loohu tidak pernah bicara bohong, mau percaya
atau tidak terserah kepadamu!"
Siauw Ling yang ikut menyaksikan kejadian itu merasa sangat
tidak senang hati dengan perubahan si Raja Obat itu, terdengar
ia menegur, "Yok Ong, sebenarnya apa maksudmu melepaskan
racun melukai dirinya?"
"Apabila aku tidak melepaskan racun keji ke dalam tubuhnya,
mungkin pada saat ini ia sudah loncat ke dalam air dan
melarikan diri". "Cayhe membawa serta diri Yok Ong datang kemari adalah
bermaksud mencari obat, aku toh tidak suruh kau melukai
orang cari permusuhan perbuatanmu ini...."
Tok Chiu Yok Ong tahu kata2 selanjutnya dari sianak muda ini
pasti tidak enak didengar, buru-buru ia menukas ;
Loohu cuma bermaksud menghalangi niatnya untuk melarikan
diri belaka.... aku sama sekali tiada maksud lain".
Mendadak dari sakunya ia ambil keluar sebutir obat penawar
dan dilemparkan ke arah si kakek tua itu sambil berkata ;
"Sambut obat penawar ini. dan cepat telan maka racun dalam
tubuhmu segera akan punah".
Orang itu tidak banyak bicara. ia sambut obat penaawar tadi
dan segera dimasukkan ke dalam mulut.
"Pejamkan mata dan atur pernapasan" suara Yok Ong
berkumandang kembali. Rupanya orang itu sudah dibikin jeri oleh kehebatan Tok Chiu
Yok Ong dalam menggunakan racun ternyata ia menurut dan
segera pejamkan mata untuk mengatur pernapasan.
Pada saat itulah dalam ilmu menyampaikan suara Tok Chiu
Yok Ong berbisik kepada Siauw Ling, "Mumpung ia sedang
pejamkan matanya, cepatlah totok jalan darahnya!"
Dengan dingin Siauw Ling melirik sekejap ke arah si raja obat
bertangan keji, tubuhnya tetap tak berkutik.
Pada saat ini rasa kagum Tok Chiu Yok Ong terhadap
kegagahan serta kejujuran Siauw Ling telah makin menebal.
melihat sianak muda itu tidak menggubris ucapannya ia tertawa
riku namun mulutnya segera membungkam dalam seribu
bahasa. Setelah mengatur pernapasan beberapa saat lamanya, si kakek
tua itupun perlahan-lahan membuka matanya kembali, setelah
menandang sekejap ke arah Siauw Ling serta si raja obat
bertangan keji bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan
sesuatu. Namun dengan cepat Siauw Ling telah berkata lebih dulu.
"Apakah racun yang bersarang ditubuh Heng-thay telah bebas
sama sekali?" "Racun yang bersarang ditubuhnya adalah racun yang loohu
lepaskan, kemudian obat penawar yang ia telanpun obat
penawarku. tentu saja racun yang bersarang ditubuhnya telah
punah sama sekali" sambung Yok Ong dengan cepat.
Sedangkan si kakek tua itu mengangguk.
"Agaknya sudah punah sama sekali."
"Bagus sekali!" seru Siauw Ling, "Lima tahun berselang anda
telah menyelamatkan selembar jiwaku dari dasar sungai,
namun hingga kini siauw te belum pernah menanyakan nama
dari Heng-thay, entah sukakah anda memberi tahukan
namamu?" Cayhe adalah Song Poo!"
"Ooouw.... kiranya Song-heng....! cayhe ada satu urusan entah
dapatkah anda menolongnya?"
"Harus dilihat dulu persoalan apakah itu?"
"Lima tahun berselang setelah siauwte berhasil kalian tolong
dan dihantar ke dalam gua batu itu hingga kini kenangan lama
telah terhapus sama sekali dari benakku, entah sudikah kiranya
Song heng mengantar kami kesitu."
"Lebih baik membawa kami semua" Tok Chiu Yok Ong
menambahkan dari samping.
"Seandainya Song-heng sudi membawa serta kami semua, hal
ini tentu saja kebenaran sekali tetapi apabila kau punya
kesulitan siauw-tepun tidak akan memaksa."
Song Poo termenung sejenak, setelah itu ia menjawab.
"Tabiat kongcu kami kurang baik, sekalipun cuwi sekalian
tidak bermaksud jahat, apabila kunjungan kalian tiba secara
mendadak mungkin bisa membangkitkan kegusarannya."
"Apabila ia berani bersikap kurang ajar terhadap diri Loohu
sekalian, akan kusuruh dia merasakan pula bagaimanakah
kalau badan keracunan" sambung Yok Ong cepat.
Siauw Ling melirik sekejap ke arah si raja obat bertangan keji,
kemudian bertanya, "Bagaimana menurut pendapat Songheng?"
"Seandainya kehadiran Siauw-heng memang tiada maksud
jahat, siauw-te sih mempunyai satu cara untuk digunakan."
"Harap Song-heng suka memberi petunjuk!"
"Aku minta cuwi sekalian menanti beberapa waktu di dalam
perahu, cayhe akan pergi melaporkan kunjungan kalian kepada
kongcu kami lebih dahulu, kemudian cuwi sekalian baru
datang kesitu." "Apabila kau telah pergi lantas tidak kembali lagi, kemanakah
kami harus pergi mencari dirimu?" sela Yok Ong.
"Setelah cayhe menyanggupi, tidak akan kuingkari janji
dengan tidak munculkan diri kembali."
"Seandainya kongcu kalian tidak mengijinkan?"
Song Poo termenung lagi beberapa waktu, lalu menjawab ;
"Seandainya memang demikian halnya, cayhe pun tak bisa
berbuat lain. Seandainya kongcu kami tidak mau menerima
kunjungan kalian, cayhe akan datang kemari untuk
memberitahukan penolakan tersebut kepada cuwi sekalian."
Mendadak Siauw Ling teringat kembali akan si kakek kurus
kering yang berpenyakitan itu.
"Bukankan di dalam gua masih ada seorang kakek tua yang
berpenyakitan"...." tanyanya.
Song Poo menghela napas panjang.
"Aaaaaiiii....! dia adalah majikan tua kami, tahun berselang
beliau telah menghembuskan napasnya yang terakhir!"
Mendengar kabar ini, Siauw Ling pun ikut menghela napas
sedih, pikirnya, "Lima tahun berselang tatkala aku diantar
masuk ke dalam gua itu, hanya si orang tua itu saja bersikap
baik kepadaku , sebenarnya aku ada maksud memberikan
beberapa potong jamur batu berusia seribu tahun apabila
berhasil kudapatkan nanti agar penyakitnya bisa sembuh,
sungguh tak nyana ia sudah keburu mati lebih dulu...."
Terdengar Song Poo berkata kembali ;
"Sejak majikan tua menghembuskan napasnya yang terakhir,
kongcu lah yang meneruskan jabatan majikan tua!"
"Kongcu yang kaku maksudkan apakah sipemuda berbaju hijau
yang pernah kujumpai lima tahun berselang itu?"
"Majikan tua kami cuma punya seorang putra tunggal belaka,
seandainya kau pernah bertemu, aku rasa tidak bakal salah
lagi...." "Seumpama kata aku sekalian melepaskan kau pulang, tapi
kemudian kau ditahan oleh kongcu kalian dan tidak
membiarkan kau datang kemari.... bagaimana jadinya?"
"Kalau sampai terjadi begitu keadaanlah yang memaksa aku
tak berkutik, namun menurut pendapat cayhe hal ini tak
mungkin terjadi." "Walaupun begitu, tetapi kami sekalianpun mau tak mau harus
bikin persiapan. Cayhe sih punya satu cara yang sempurna dan
sama2 tidak merasa dirugikan".
"Apakah caramu itu?"
"Kami sekalian mengikuti dibelakangmu mendatangi gua batu
tadi dan bersembunyi ditempat kegelapan, Song-heng boleh
masuk untuk melaporkan kunjungan kami terlebih dahulu
kepada kongcu kalian, apabila ia sudi menyambut kedatangan
kami tentu saja kami akan menyambangi dirinya dengan
peraturan dunia persilatan, tetapi seandainya ia tak mau
menyambut kedatangan kami, maka kamipun tidak berani
merepotkan diri Song-heng lagi, setengah jam kemudian kami
sekalian bisa mendatangi sendiri gua batu tersebut."
"Tentang soal ini.... aku rasa kurang leluasa...."
"Apabila terlalu bagimu berarti mengurangi satu bagian
kesempatan bagi kami untuk menang" tukas Tok Chiu Yok
Ong. "Menurut pendapat loohu, lebih baik kerjakan saja
persoalan ini menurut cara tersebut, apabila kau tidak setuju,
terpaksa kami akan menggunakan kekerasan."
Diam2 Song Poo berpikir dalam hati ;
"Entah orang ini telah belajar silat dari siapa" dahulu badannya
lemah dan menderita penyakit parah sekarang penyakitnya
telah sembuh bahkan memikili pula serangkaian ilmu silat yang
maha dahsyat...." Terdengar Siauw Ling berkata, "Pada saat ini waktu berharga
bagaikan emas aku minta andapun jangan mengulur waktu
lebih jauh." Mendadak Song Poo menggertak gigi dan berkata;
"Apabila cayhe tidak berhasil mendapatkan persetujuan dari
kongcu, silahkan cuwi sekalian masuk sendiri ke dalam gua
batu untuk berjumpa dengan kongcu kami."
"Kalau memang demikian adanya, terpaksa kami harus
merepotkan diri Song-heng"
Si Raja Obat Bertangan Keji segera membopong putrinya,
sambil memandang bukit karang yang menjulang tinggi
keangkasa katanya; "Dapatkah kau jalankan sampan kecil ini ketepian?"
Song Poo menggerakkan dayungnya menjalankan sampan kecil
menuju ketepi sungai. Siauw Ling pun mengundang datang Tiong Chiu Siang Ku
kemudian ber-sama2 naik kedaratan dan langsung mendaki
bukit karang. Dinding tebing tersebut bukan saja tegak lurus bahkan curam
sekali para jago harus menggunakan tangan serta kakinya baru
bisa mendaki ke atas. Si Raja Obat Bertangan Keji harus menggendong putrinya, tak
mungkin baginya mendaki dengan bantuan sepasang telapak,
maka Siauw Ling pun dengan menggunakan seutas tali
menarik tubuh Yok Ong naik ke atas.
Sang Pat mengikuti terus dibelakang Song Poo secara diam2 ia
mengawasi gerak geriknya.
Tatkala mereka sudah mendaki hampir seratus tombak
tingginya dari permukaan tanah, tibalah rombongan tersebut
disebuah jalan gunung yang kecil.
Pada saat itulah Song Poo berpaling memandang sekejap ke
arah Siauw Ling sekalian kemudian berkata, "Berjalan seratus
tombak kesebelah Barat merupakan goa batu tempat tinggal
kongcu kami, bagaimana kalau cuwi sekalian berhenti lebih
dahulu disini?" "Aku rasa sama saja bukan seandainya kita berhenti diluar goa
batu itu saja?" "Aaai....! sepuluh tombak disekitar goa sudah dipasang alat
jebakan, buat apa sih cuwi sekalian pergi menempuh bahaya?"
"Apabila benar2 ada jebakan disana, terpaksa kita harus
membutuhkan bantuan anda untuk menunjukkan jalan" sela
Yok Ong. Rupanya Song Poo menyadari ia sudah salah bicara, maka
mulutnya segera membungkam dalam seribu bahasa, tanpa
banyak cakap lagi ia meneruskan langkahnya kedepan.
Setelah berada dijalan gunung yang datar, Siauw Ling tak perlu
membantu diri si raja obat bertangan keji lagi. ia segera
berjalan lebih cepat mengikuti dibelakang Song Poo, ujarnya;
"Song-heng, tahukah kau disekitar sepuluh tombak dari gua
telah dipasang beberapa banyak alat jebakan?"
- - - - - - - 42 Bukan jebakan berupa jagoan berupa jagoan yang tersembunyi,
di dalam goa batu kecuali kongcu kami cuma ada dua orang
budak serta cayhe berempat saja, tidak cukup jumlah orang
kita, mana bisa dikirim jagoan untuk membokong kalian?"
"Kalau bukan berupa jagoan, lalu berupa apa?"
"Berbagai jenis binatang beracun!"
"Ber-jenis2 binatang beracun" jadi maksudmu termasuk
banyak jenis binatang?"
"Tidak salah. diantaranya tentu saja terdapat ular beracun serta
kelabang dan lain2nya".
Mendengar perkataan itu Siauw Ling segera berpikir di dalam
hatinya, "Ular beracun serta kelabang walaupun tidak termasuk
binatang yang menakutkan, tetapi ditengah malam yang buta
apabila binatang2 itu membokong secara mendadak, hal ini
memang sangat berbahaya sekali bagi keselamatan kami
semua...." Sementara itu Sang Pat telah ambil keluar senjata sie-poa
emasnya, terdengar ia berseru ;
"Loo-jie, loloskan senjatamu, menghadapi ular beracun serta
kelabang kita tak perlu sungkan2"
Mendadak Tok Chiu Yok Ong dengan langkah lebar berjalan
kedepan, sambil mengejar ke belakang tubuh Song Poo
serunya ; "Loohu tidak takut ular beracun!"
Song Poo berpaling memandang sekejap ke arah Yok Ong, lalu
berkata ; "Apabila cuwi sekalian mau percaya kepada cayhe, biarkanlah
cayhe berjalan lebih dahulu agar cayhe bisa berusaha untuk
mengundurkan ular2 beracun itu".
"Nah, silahkan anda berjalan lebih dahulu" sahut Yok Ong.
Song Poo tidak bicara banyak, ia segera berjalan lebih dahulu
beberapa tombak kedepan, mendadak dari sakunya ia ambil


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keluar sebuah genta tembaga dan membunyikannya ber-talu2.
Ditengah malam yang sunyi, suara keleningan itu
berkumandang hingga ketempat yang amat jauh sekali.
"Aduuuh celaka.... kita tertipu!" bisik Sang Pat lirih "Ia telah
menyampaikan tanda bahaya dengan suara keleningan itu!"
"Bukankah kedatangan kita kesini bukan bermaksud untuk
mencari gara2?" jawab Siauw Ling. "Sekalipun ia sudah
mengirimkan tanda bahaya, rasanya juga tidak mengapa."
Sementara itu secara diam2 Tok Chiu Yok Ong telah
menyiapkan racunnya untuk melancarkan serangan, namun
sepanjang perjalanan mereka benar2 tidak menjumpai adanya
serangan dari binatang2 beracun.
Setelah berjalan puluhan tombak jauhnya, mendadak Song Poo
berhenti dan berkata ; "Kita sudah tiba ditempat tujuan."
Buru-buru Siauw Ling maju kedepan dan mendongakkan
kepalanya ke atas, ia lihat disisi sebuah batu cadas yang tinggi
besar benar2 terdapat sebuah pintu batu yang tertutup rapat.
"Benarkah tempat ini adalah gua batu yang pernah kau
kunjungi tempo dulu?" tegur Yok Ong.
Siauw Ling memperhatikan sekejap keadaan disekeliling
tempat itu, kemudian menyahut, "Berhubung kejadian itu
sudah berlangsung lama, lagipula ditengah kegelapan malam,
sulit bagiku untuk mengingatnya kembali"
"Kalau begitu mari kita berusaha untuk membuka pintu batu
itu terlebih dahulu."
Diam2 Siauw Ling salurkan hawa murninya keseluruh badan,
telapak kanannya segera ditempelkan ke atas pintu batu. lalu
bisiknya kepada diri Song Poo, "Song-heng yang akan
membuka pintu" atau cayhe membukanya sendiri."
"Pintu batu ini kuatnya luar biasa, sekalipun kekuatan lengan
anda mempunyai tenaga sakti sebesar ribuan katipun mungkin
sulit untuk membukanya."
Diam2 Siauw Ling kerahkan tenaganya untuk mencoba,
sedikitpun tidak salah pintu tersebut benar2 sangat kuat.
"Apabila cayhe tidak dapat mendorong buka pintu ini, terpaksa
aku akan berusaha untuk menghancurkannya" ia berseru.
Sang Pat segera membopong sebuah batu gunung yang besar
dan berat kemudian berseru.
"Toako, harap menyingkir kesamping!"
Ia angkat batu besar tadi siap menghantamkan ke atas batu
besar itu. "Tunggu sebentar!" terdengar Song Poo berseru.
"Pada waktu itu Tu Kioepun sudah mengangkat sepotong batu
cadas siap disambitkan ke arah pintu, mendengar seruan song
Poo segera tegurnya dengan nada dingin, "Sekalipun pintu batu
ini lebih kuat lagipun aku rasa tak akan sanggup menahan
tenaga gempuran kami."
"Apabila cuwi sekalian tiada maksud memusuhi kongcu kami,
aku harap sebelum melakukan suatu perbuatan pikirlah tiga
kali lebih dahulu!" "Kini persoalannya sudah bagaikan anak panah yang berada
diatas busur, sekalipun tak bisa dimaafkan oleh kongcu kalian,
hal inipun merupakan suatu kejadian yang apa boleh buat."
Mendadak Song Poo maju selangkah kedepan, jari tangannya
tahu2 menutup kesisi sebuah batu cadas yang ada disamping
pintu batu itu. Gelegaaar.... terdengar suara yang memekakkan telinga,
berkumandang dari atas menuju ke bawah lama sekali baru
sirap. Menyaksikan hal itu Siauw Ling berpikir di dalam hati,
"Kiranya mereka menggunakan gelindingan batu
menyampaikan suara untuk memberi isyarat guna minta
pintu!" Kurang lebih sepertanak nasi telah berlalu, suara gelindingan
batu sudah lama sirap namun belum nampak juga pintu batu itu
terbuka. Per-tama2 Si Raja Obat Bertangan Keji lah yang merasa tidak
sabaran, dengan penuh kegusaran serunya kepada Song Poo.
"Apabila kau berani memperlihatkan permainan setan
dihadapanku, loohu akan suruh kau merasakan siksaan yang
paling hebat." "Istana Batu letaknya sangat dalam sekali, bagaimanapun juga
kita harus memberi kesempatan bagi mereka untuk membuka
pintu setelah mendengar isyarat tersebut" sahut Song Poo
dingin. Sementara mereka masih berbicara.... krraaak.... tiba-tiba
pintu batu terbentang lebar.
Cuaca amat gelap, apalagi suasana dalam gua walaupun
beberapa orang itu memiliki ketajaman mata yang luar biasa
namun pemandangan yang berhasil mereka lihatpun hanya
benda2 yang berada beberapa tombak didepan saja.
"Pintu batu telah terbuka, silahkan cuwi sekalian masuk
kedalam!" seru Song Poo dingin.
Siauw Ling tidak banyak bicara, ia segera maju kedepan masuk
ke dalam goa lebih dahulu.
"Biarlah cayhe yang membawa jalan!" serunya.
Tapi dengan cepat Tu Kioe berebut maju kedepan lebih dahulu
sambil berseru, "Jangan, biarlah siauw-te yang membuka
jalan!" Ia cabut keluar senjata pit bajanya dan bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan.
Terasa jalan kecil yang berada di dalam goa batu itu ber-liku2
terus menembus kelambung bukit, namun jalannya rata
sehingga siapapun bisa menduga bahwa goa alam yang semula
ada disana telah diperbaiki oleh tenaga manusia.
Sang Pat dengan kencang mengikuti dibelakang Song Poo,
terdengar ia berkata, "Song-heng, seandainya di dalam goa
batu ini terjadi suatu perubahan maka orang pertama yang akan
siauwte celakai adalah diri Song-heng sendiri"
Sementara pembicaraan sedang berlangsung, mendadak
tampak cahaya lampu secara lapat2 memancar datang.
Dengan ketajaman pandangan mata beberapa orang itu,
walaupun hanya sekilas cahaya yang amat lirih namun cukup
memberikan penerangan bagi mereka se-olah2 berada disuatu
tempat yang terang benderang.
Tu Kioe segera mempercepat langkah kakinya berbelok pada
suatu tikungan, ketika ia angkat kepala tampaklah sebuah
lampu lentera tergantung kedalam.
Dibawah sorotan sinar lentera, terbaca pula dua hurup "Pek"
terukir diatas sebuah dinding batu yang rata dan licin.
"Song-heng!" seru Sang Pat dengan suara mendalam. "Sumbu
dalam lentera ini masih kelihatan baru, agaknya baru saja
disulut?" "Sedikitpun tidak salah".
"Jadi ini berarti sebelum kami tiba disini, telah ada orang
menyulut lampu lentera tersebut, kemudian mengundurkan
diri?" "Memang demikian adanya".
"Kedua huruf tersebut ditulis diatas dinding tebing pada sebuah
tikungan, apakah tulisan itupun menandakan suatu
peringatan?" sambung Tu Kioe dari samping.
"Apabila dibunuh sebelum diperingatkan perbuatan itu
merupakan suatu perbuatan yang salah besar. Apabila cuwi
sekalian tidak mau berhenti juga setelah membaca peringatan
tersebut, maka seandainya bertemu, dengan mara bahaya maka
kalian harus menanggung resikonya sendiri."
Sang Pat mendongak memperhatikan sekejap jalan gua itu,
tampak luas gua tersebut ada lima tombak tingginya dengan
luas empat depa, seandainya dalam lorong tersebut dipasang
alat jebakan, memang sulit bagi seseorang untuk
menghindarkan diri. "Toako, untuk sementara waktu harap menanti disini,
bagaimana kalau biar siauw-te melakukan pemeriksaan lebih
dahulu?" terdengar Tu Kioe bertanya.
"Urusan sudah jadi begini, kita cuma punya jalan maju dan
tiada jalan mundur, sekalipun di dalam lorong itu telah
dipasangi alat jebakan yang bagaimana bahayanyapun terpaksa
harus kita terjang terus sampai kedalam."
Sementara mereka masih berbicara, mendadak lampu lentera
itu ber-goyang2 lalu padam.
Tu Kioe langsung mendengus dingin, jengeknya ;
"Bertindak sembunyi2 macam cucu kura2 begitukah yang
disebut seorang enghiong" seorang lelaki gagah!"
Tiba-tiba terdengar Sang Pat mendongak tertawa ter-bahak2.
"Haaa.... haaa.... bagus sekali! setelah lampu dipadamkan,
kalian anggap kami Tiong Chiu Siang Ku lantas terhadang
jalan perginya?" Terasa cahaya tajam berkilauan memenuhi seluruh ruangan,
dalam lorong batu yang gelap tadi seketika terang benderang
oleh sorotan cahaya hijau yang amat cemerlang.
Kiranya pada saat itulah Sang Pat telah ambil keluar sebuah
mutiara sebesar buah lengkeng yang memancarkan cahaya
tajam, sinar berwarna ke-hijau2an tersebut bukan lain adalah
cahaya yang terpancar dari mutiara itu,
"Aaah, mutiara Ya-Beng-Coe" teriak Tok Chiu Yok Ong
kegirangan. "Tidak salah, memang mutiara Ya-Beng-Coe!" sahut Sang Pat
sambil tertawa "Kami Tiong Chiu Siang Ku tersohor sebagai
pedagang yang terkaya dikolong langit, hanya sebutir mutiara
macam begini belumlah terhitung sebagai suatu benda yang
mustika." Terdengar suara Song Poo yang dingin berkumandang kembali
; "Sekalipun gua batu ini berhasil kalian terangi hingga jelas
bayangan disiang hari, namun apabila cuwi ingin
menghindarkan diri dari pelbagai perangkap yang ada disini,
masih tetap bukanlah merupakan suatu pekerjaan gampang."
Tiba-tiba Tu Kioe ulur tangan kirinya serta mencengkeram
pergelangan kanan Song Poo, kemudian menjenek, "Mereka
telah melupakan satu persoalan, yaitu sebelum kami menemui
ajalnya masih cukup ada kesempatan bagi kami beberapa orang
untuk membinasakan diri Song-heng".
"Ha ha ha ha apabila aku Song Poo masih memikirkan tentang
soal mati hidupku, tidak nanti kubawa kalian masuk ke dalam
lorong batu ini. Tok Chiu Yok Ong yang berdiri disisi kalangan selama ini
membungkam terus dalam seribu bahasa mendadak tangan
kanannya bergetar keras.... sreeet! sreeeet! secara beruntun ia
telah menepuk sepasang bahu Song Poo. kemudian berkata,
"Tu-heng, sekarang kau boleh lepaskan dirinya, aku sudah
melepaskan tulang sendi pada sepasang bahunya."
Dibawah sorotan sinar mutiara, tampaklah Song Poo kesakitan
sehingga keringat mengucur membasahi seluruh tubuhnya,
namun ia tetap menggertak gigi menahan sakit, mengerang
sedikitpun tidak. Menyaksikan kejantanan orang itu, dalam hati Sang Pat
memuji, pikirnya, "Daya tahan orang ini terhadap siksaan
benar2 mengagumkan sekali, dia tidak malu dikatakan sebagai
seorang lelaki sejati".
Tiba-tiba Siauw Ling melangkah maju kesisi tubuh Song Poo,
sepasang tangannya bergerak cepat menyambung kembali
tulang sendi pada bahunya, kemudian ia berseru, "Song-heng,
silahkan berangkat!"
Tindakan ini rupanya jauh berada diluar dugaan Song Poo, ia
lantas berpaling memandang sekejap ke arah sianak muda itu.
"Sebenarnya apa maksudmu?" ia bertanya.
"Bukankah diantara kita tak pernah saling mengikat tali
permusuhan" cayhe tidak tega menyaksikan Song-heng
menahan penderitaan akibat tulang sendi yang dilepas".
"Seorang lelaki sejati tidak akan takut terhadap suatu kematian,
apalagi hanya sedikit penderitaan akibat tulang sendi yang
terlepas, tak usah kau cemaskan!"
"Bagaimanapun juga diantara kita berdua tidak pernah terikat
tali permusuhan, lagipula kedatangan kami kesinipun tidak
mengandung maksud untuk memusuhi kongcu kalian, maka
tidaklah beralasan bagi kami untuk menyiksa dirimu. Terus
terang saja cayhe utarakan, kedatangan kami kesini hanyalah
bermaksud ingin menikmati pemandangan air terjun yang ada
dibelakang gua sana...."
"Maksud tujuan kalian membuat cayhe merasa sangat tidak
percaya". "Apabila Song-heng tidak percaya, cayhepun tak bisa memaksa
dirimu untuk mempercayainya, dan kini Song-heng boleh
berlalu dari sini". "Sungguhkah aku boleh pergi?" tanya Song Poo rada
tercengang. "Selamanya belum pernah cayhe bicara bohong"
Diam2 Song Poo salurkan hawa murninya keseluruh tubuh
untuk memeriksa apabila terdapat suatu tanda yang aneh,
ternyata semuanya lancar dan tiada tanda-tanda yang
mencurigakan. Terdengar Siauw Ling menghela napas panjang, ujarnya lebih
jauh dengan nada lirih ; "Apabila kau berjumpa dengan kongcu kalian nanti, sampaikan
salamku kepadanya". "Cayhe pasti akan berusaha keras untuk menundukkan kongcu
kami sehingga beliau memberi ijin bagi cuwi sekalian untuk
memasuki gua ini". "Kalau memang demikian adanya, tentu saja hal ini lebih bagus
lagi. Daripada diantara kedua belah pihak sampai terjadi hal2
yang tidak menggembirakan".
"Tetapi akupun hendak menerangkan terlebih dahulu, sudikah
kongcu kami memberi ijin kepada kalian, cayhe sendiri tidak
berani menjamin seratus persen".
"Apabila kongcu kalian tidak memberi ijin kepada kami, itu
berarti dia hendak mendesak cayhe sekalian untuk mengambil
langkah kekerasan". Song Poo tidak banyak bicara lagi, ia segera menjura seraya
berseru, "Baik2lah cuwi sekalian menjaga diri!"
Dengan langkah lebar ia berlalu dari sana.
Siauw Ling berdiri dipaling depan, memandang hingga
bayangan punggung Song Poo lenyap dari pandangan ia baru
berkata dengan suara berat, "Cayhe akan membuka jalan bagi
kalian, harap Yok Ong berjalan ditengah rombongan".
"Siauw-heng, loohu ada satu persoalan yang makin kupikir
makin tidak kumengerti, dapatkah kau menjelaskannya
kepadaku?" "Persoalan apa?" walaupun Siauw Ling sudah tahu apa yang
hendak ditanyakan si raja obat ini, namun tak tahan ia bertanya


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pula. "Mengapa kau lepaskan orang she Song itu" tindakanmu ini
bukankah suatu tindakan yang bodoh" apabila ia masih berada
disini, seandainya kita sampai bertemu dengan mara bahaya,
bukankah tak perlu kita coba sendiri?"
"Semua tanggung jawab serahkan saja kepada aku orang she
Siauw, harap Yok Ong tak usah menguatirkan tentang
persoalan ini". Selesai berbicara, ia segera melangkah maju kedepan.
Tok Chiu Yok Ong tidak berbicara apa2 lagi, dengan langkah
lebar ia menyusul dibelakang Siauw Ling, dan sebagai penutup
barisan adalah Tiong Chiu Siang Ku yang jalan bersanding.
Kurang lebih setelah mereka masuk empat lima tombak ke
dalam lorong tersebut dan telah melewati empat lima buah
tikungan, tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring
berkumandang datang, "Berhenti!"
Siauw Ling menurut dan segera berhenti. sesuai dengan
peraturan Bu-lim dengan cepat ia menjura lalu berkata ;
"Cayhe Siauw Ling, ada urusan hendak mohon dengan tuan
rumah ini." Perempuan di dalam gua ini rupanya merasa tercengang atas
sikap Siauw Ling yang sungkan, ia rada tertegun sejenak
kemudian baru menyahut ; "Apabila Cuwi sekalian ada maksud hendak bertemu dengan
majikan kami sudah sepantasnya kalau menunggu diluar gua,
perbuatan kalian yang menerjang masuh ke dalam gua
terang2an ini menunjukkan apabila kalian mengandung
maksud tertentu". "Hemmm, anggap saja kami punya maksud lain, kalian mau
apa?" sela Tok Chiu Yok Ong.
"Siapa kau" begitu tak tahu adat dalam pembicaraan?" bentak
suara tadi dengan gusar. "Loohu adalah si Raja Obat Bertangan Keji!"
"Belum pernah kami dengar nama anda!"
JILID 29 Cahye cuma ingin memohon kepada mereka dengan kata2
baik, seandainya mereka tidak ingin ikut cayhe pun tidak akan
memaksa." "Baikah, kalau begitu loohu akan bersihkan dahulu racun
jahat yang telah kusebarkan disekeliling mulut gua."
Bicara sampai disitu, Si Raja Obat Bertanan Kejipun segera
melangkah kemulut gua dan membersihkan racun jahat yang
telah disebarkan di situ, kemudian teriaknya lantang, "Tauke
berdua, Liong-tauw toako kalian mengundang kamu berdua
masuk ke dalam gua!"
Dalam pada itu Tiong Chiu Siang Ku sedang menanti
dengan hati cemas, mereka tidak tahu bagaimanakah
perubahan yang telah terjadi di dalam gua. mendengar seruan
si raja obat tersebut, buru-buru mereka meloncat masuk ke
dalam gua. Terlihatlah Siauw Ling berdiri di dalam gua dengan wajah
segar bugar, peristiwa ini benar2 diluar dugaan mereka,
setelah tertegun kedua orang itu segera menjura dalam2.
"Toako baik2kah kesehatanmu?"
"Aku sangat baik!"
"Apakah Yok Ong sudah berubah pikiran?" tanya Sang Pat
sambil alihkan sinar matanya ke arah si Raja Obat Keji.
"Loohu telah berjanji dengan Siauw Ling untuk masuk
keselat mencari sejenis obat mujarab guna mengobati putriku,
entah apakah kalian berdua ada kegembiraan untuk ikut?"
Sang Pat kembali alihkan sinar matanya ke arah Siauw Ling
dan bertanya ; "Toako, benarkah yang dikatakan Tok Chiu Yok Ong
barusan?" "Kapan sih Loohu pernah berbohong?" tegur Yok Ong
kurang senang. "Hemmm, sekalianpun apa yang kau ucapkan adalah kata
sejujurnya, kami Tiong Chiu Siang Ku belum tentu mau
percaya" jengek Tu Kioe dingin.
Teringat bahwasanya ia masih membutuhkan bantuan
kedua orang itu, Tok Chiu Yok Ong mendehem ringan dan
menahan sabar. "Apa yang ia ucapkan sedikitpun tidak salah" terdengar
Siauw Ling membenarkan. "Aku sudah menyanggupi
tawarannya untuk pergi mencari obat dengan batas waktu dua
bulan, apabila tak dapat menemukan bahan obat2an
tersebut." "Batas waktu dua bulan adalah janjimu dengan putriku...."
dengan cepat Si Raja Obat Bertangan Keji menukas.
"Apabila batas waktu dua bulan sudah lewat, dan obat yang
dicari belum ketemu apakah kau masih ingin menggunakan
darah toako kami untuk menolong jiwa putrimu!" sambung Tu
Kioe dengan suara yang dingin.
"Menurut pendapat loohu mungkin tiada harapan lagi bagi
loohu untuk minta darah segar Siauw Ling!"
"Kenapa?" "Sebab putriku tak bisa hidup lewat dari dua bulan"
Tu Kioe tertawa dingin. "Sebetulnya keadaan putrimu memang patut dikasihani,
sudah belasan tahun ia hidup dalam keadaan menderita.
seandainya ia sudah mati, Yok Ong bisa melepaskan diri dari
suatu ikatan beban yang sangat berat.... ejeknya.
Air muka Tok Chiu Yok Ong ke atas berubah hebat.
Kau mengharapkan putriku cepat mati.... Hmm, agaknya
kau sudah bosan hidup?" teriaknya.
Sang Pat takut Tu Kioe melanjutkan ejekannya dengan
kata2 yang sinis sehingga mengakibatkan bentrokan
berkerasan, buru-buru ia menukas.
"Yok Ong, harap jangan marah, dalam dunia persilatan
dewasa ini siapa yang tidak tahu kalau Tu Loo-jie paling sinis
dalam setiap perkataannya" janganlah disebabkan satu
persoalan kecil hingga merusak masalah besar, demi putrimu
aku minta Yok Ong bisa sedikit sabarkan diri."
Si Raja Obat Bertangan Keji mendengus dingin, ia tidak
berbicara lagi lebih jauh.
Terdengar Tu Kioe dengan suaranya yang datar dan dingin
ketus berkata kembali ; "Setelah Liong-tauw toako menyanggupi kami yang jadi
saudaranya tentu saja akan mengikuti toako untuk melakukan
perjalanan." "Aku minta saudara berdua jangan memaksakan diri."
"Ha ha ha ha asal kami bisa mengikuti toako walaupun
pergi keujung langit, terjun kelautan apipun merupakan suatu
hal yang patut digirangkan" tukas Sang Pat seraya tertawa
ter-bahak2. "Aaaai....! lebih baik saudara berdua jangan pergi, tapi
kalau kalian ingin ikut, siauw-hengpun tak bisa menghalangi"
"Dari mulut orang lain loohu dengar kalian Tiong Chiu Siang
Ku memelihara dua ekor anjing yang amat cerdik entah
dapatkah binatang2 itu dibawa serta?" mohon Tok Chiu Yok
Ong. "Kita bawa seekor saja"
"Kapan kita hendak berangkat?"
"Bagaimana menurut pendapat toako?" Sang Pat segera
berpaling ke arah Siauw Ling.
"Sebenarnya aku hendak mohon pamit lebih dahulu dari
orang tuaku, tapi.... aaai....! mengingat perjalanan kita kali ini
sukar diramalkan bagaimanakah nasib kita selanjutnya, aku
rasa tak perlu kita ganggu mereka berdua lagi...."
"Apakah tiada persoalan yang dikerjakan lagi, bagaimana
kalau kita berangkat sekarang juga?"
Pada saat dan keadaan seperti ini, lebih baik Yok Ong
mendengarkan semua perintah dari toako kami" sela Tu Kioe.
"Dimanakah anjing raksasa kalian berdua?" terdengar
Siauw Ling bertanya. "Harap toako tunggu sebentar disini, cayhe segera pergi
mengambil anjing itu dan kemudian kita segera berangkat".
Tanpa menunggu jawaban lagi Sang Pat putar badan dan
loncat keluar dari dalam gua.
Menanti Sang Pat sudah berlalu, Siauw Ling segera
berpaling memandang sekejap ke arah Si Raja Obat Bertangan
Keji dan ujarnya, "Yok Ong, tempat dimana terdapat jamur
batu berusia seribu tahun itu merupakan suatu tebing curam
yang dikelilingi bukit yang terjal, dari puncak bukit
tergantunglah sebuah air terjun yang amat besar, dari atas
puncak hingga ke dasar bukit tingginya ada ribuan tombak,
bukan begitu saja bahkan dinding tebing itu tegak lurus dan
penuh ditumbuhi lumut, jangan dikata sulit ditemukan
letaknya, sekalipun beruntung bisa ditemukanpun sulit untuk
menuruni dinding tebing tersebut guna mengambil jamur batu
yang tumbuh disana".
"Seandainya tempat itu letaknya sangat bahaya secara
bagaimana tempo dulu Siauw-heng bisa mendatangi tempat
itu yang kemudian berlalu pula dari sana?"
Siauw Ling termenung sejenak, setelah melirik sekejap ke
arah Tu Kioe ia menjawab ;
"Secara kebetulan saja aku tiba ditempat itu!"
Maka iapun lantas menceritakan secara bagaimana Tiong
Chiu Siang Ku memaksa dia untuk menyerahkan anak kunci
Istana Terlarang, kemudian secara bagaimana ia jatuh ke
dalam sungai, ditolong orang, diantar ke dalam sebuah gua
yang letaknya diatas dinding tebing yang curam, dalam gua
itu terdapat kakek kurus yang menahan dia untuk tinggal
disitu, kemudian secara bagaimana ia bentrok dengan pemuda
berbaju hijau sehingga lari kegua bagian belakang, terjatuh ke
dalam jurang, secara kebetulan makan jamur batu dan
seterusnya.... "Letak tebing itu amat curam dan berbahaya kemudian
secara bagaimana kau bisa berlalu dari sana?" tanya Yok Ong.
"Kalau dibicarakan mungkin sulit dipercayai orang,
kebetulan sekali ada seekor burung rajawali yang amat besar
datang kesitu untuk makan jamur batu, aku lantas naik ke
atas punggung burung itu dan meninggalkan dinding tebing
yang curam tadi." "Sekalipun Loohu tidak mau percayapun, sekarang rasanya
harus mempercayai juga kisahmu itu."
Dalam pada itu Tu Kioe tunduk ter-sipu2 tatkala mendengar
Siauw Ling mengisahkan kembali pengalamannya ketika
dipaksa sampai tercebur ke dalam sungai, untuk beberapa
saat lamanya ia tidak mengucapkan sepatah katapun.
"Dewasa ini cuma ada satu jalan saja untuk mendapatkan
jamur batu tersebut" terdengar Siauw Ling berkata kembali.
"Yaitu dengan menggunakan tali kita turun dari belakang gua
batu tersebut tetapi.... "Tetapi kenapa?" dengan cepat Yok Ong bertanya. "Kecuali
cara ini, apakah tiada cara lain yang lebih bagus?"
"Apabila Yok Ong mengharap bantuan dari cayhe untuk
menemukan jamur batu berusia seribu tahun itu, lebih baik
sungkanlah sedikit dalam pembicaraan" tegur Siauw Ling
dingin. Tok Chiu Yok Ong mendehem ringan.
"Seandainya kuambil darahmu, sama saja dengan aku bisa
sembuhkan penyakit putriku, dengan selembar jiwamu loohu
tukar dengan petunjukmu untukmu, untuk menemukan obat
mujarab tadi, apakah loohu harus berterima kasih kepadamu?"
ia berseru. Siauw Ling merasa apa yang ia ucapkan sedikitpun tidak
salah, mulutnya langsung membungkam, lama sekali ia
tertegun kemudian baru berkata, "Perkataan Yok Ong
sedikitpun tidak salah, hanya saja pada waktu itu cayhe sama
sekali tak mengerti ilmu silat dan selalu berbaring dalam ruang
perahu, ketika dihantar masuk ke dalam gua itupun
kebanyakan lewat jalan air, hingga kini sulit bagiku untuk
mengingatnya kembali."
"Ditengah sungai Soh-kang yang dikelilingi be-ribu2 puncak
terjal, tempat itu tentu saja letaknya diantara selat Sam Nia,
kita bisa menyewa sebuah perahu yang dijalankan
disepanjang sungai, dengan berdiri diluar ruang perahu kita
bisa teliti tebing2 yang ada disana, seandainya tempat itu rada
mirip, kita segera mendakinya dan berusaha menemukan gua
yang kau maksudkan."
"Aku rasa memang cuma cara ini saja yang bisa kita
gunakan." Tu Kioe yang selama ini membungkam dalam seribu
bahasa, mendadak menyela, "Puluhan li sekeliling kota Koei-
Chiu banyak tersebar mata2 dari perkampungan Pek Hoa San
Cung, apabila kita melakukan perjalanan dengan bergerombol,
jejak kita pasti akan diketahui oleh mereka."
"Seandainya ada orang perkampungan Pek Hoa San Cung
yang akan menyusahkan kalian, biar loohu yang hadapi, kalian
Tiong Chiu siang Ku tak perlu ikut turun tangan."
"Tentu saja kami bersaudara akan berpeluk tangan
menonton harimau bertarung, seandainya pada waktu itu Yok
Ong ingin mohon bantuan dari kami bersaudara, maka kita
harus bicarakan dulu untung ruginya!"
"Sepanjang hidup loohu tidak pernah mohon bantuan orang
lain. kalian boleh berlega hati".
"Yok Ong, janganlah mengunggulkan diri sendiri, lihat saja
bagaimana akhirnya nanti"
Sementara kedua orang itu masih bersilat lidah, Sang Pat
telah balik kembali ke dalam gua.
"Apakah anjing raksasa itu sudah kau bawa datang?" Tok
Chiu Yok Ong segera menegur.
Terhadap si raja obat itu, Sang Pat sama sekali tidak ambil
gubris. Kepada Siauw Ling ia segera menjura dan berkata,
"Anjing raksasa telah siap, kami menantikan perintah dari
toako untuk berangkat!"
Per-lahan-lahan Siauw Ling bangun berdiri dan mengajak,
"Mari kita berangkat!"
Berjalan keluar dari gua, mendadak ia berhenti dan ujarnya
kembali ; Tidak bisa jadi membiarkan orang tuaku tetap
berada ditengah bukit ini bukan suatu cara yang bagus, Sumaheng
serta Kim Lan, Giok Lan belum tentu sanggup
melindungi keselamatan kedua orang tua itu."
"Tentang soal ini toako boleh berlega hati" Sang Pat
tersenyum. "Dibawah perlindungan para jago yang dipimpin
Siang Hwie, kedua orang tua itu sudah diantar ketempat yang
lebih aman." "Mereka telah dihantar kemana?"
Sang Pat melirik sekejap ke arah Tok Chiu Yok Ong


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian tertawa ter-bahak2.
"Maksud jahat untuk mencelakai orang boleh ada, pikiran
waspada tak boleh tidak ada. Toako boleh berlega hati,
tempat itu pokoknya aman sekali."
Tok Chiu Yok Ong mendengus dingin, ia bopong tubuh
putrinya dan berlalu lebih dahulu dari sana dengan langkah
lebar. Sang Pat bersuit rendah, dari balik semak belukar meloncat
keluar seekor anjing besar berwarna hitam yang segera
mengikuti dibelakang tubuh Sie-poa emas itu.
Demikianlah, dibawah pimpinan Si Raja Obat Bertangan
Keji mereka telah tiba dimulut lembah, mendadak ia berhenti
dan berkata, "Walaupun loohu tidak takut dengan orang2 dari
perkampungan Pek Hoa San Cung, namun apabila jejakku
diketahui oleh mereka tentu akan dilaporkan ke dalam
perkampungan Pek Hoa San Cung, seumpama Shen Bok Hong
sampai melakukan pengejaran sendiri, keadaan jadi rada
repot, lebih baik kita melakukan perjalanan setelah malam tiba
nanti." "Apakah Yok Ong amat jeri terhadap Shen Bok Hong?"
jengek Tu Kioe. "Loohu dengan dia telah mengikatkan diri jadi saudara
angkat, kenapa aku harus jeri kepadanya.
Tu Kioe masih ada maksud menyindir si raja obat tersebut,
namun kena dibentak Siauw Ling sehingga ia segera
membungkam. Dalam pada itu Sang Pat telah mengambil keluar rangsum
kering dari sakunya lalu dibagikan kepada beberapa orang itu.
Dari dalam sakunya Tok Chiu Yok Ong pun ambil keluar
sebuah botol porselen, ia ambil dua butir pil tersebut dan
dengan sangat hati2 sekali dimasukkan ke dalam mulut
putrinya. Menyaksikan cintanya Yok Ong terhadap putrinya, diam2
Siauw Ling menghela napas panjang pikirnya, "Ia memiliki
ilmu racun yang tiada tandingannya dikolong langit,
seandainya ia tidak mempunyai seorang putri berpenyakitan
yang mengurangi ambisinya untuk menjadi jagoan, mungkin
banyak peristiwa besar yang telah ia lakukan, kejahatannya
mungkin tidak berada dibawah shen Bok Hong...."
Setelah duduk mengatur pernapasan beberapa saat
lamanya, kentongan pertamapun telah tiba dan saat itulah
mereka melakukan perjalanan kembali, dibawah penciuman
sang anjing yang tajam, sepanjang perjalanan mereka berhasil
melepaskan diri dari pengawasan orang2 perkampungan Pek
Hoa San Cung dan tiba ditepi sungai pada kentongan
keempat. Awan mendung menutupi seluruh angkasa cuaca gelap
gulita hingga sulit untuk melihat lima jari sendiri. yang
terdengar hanyalah gulungan ombak yang memecah tepian,
tidak nampak cahaya lampu barang sedikitpun jua.
"Malam gelap angin kencang, sebuah perahu nelayanpun
tidak nampak, agaknya kita harus menunggu sampai fajar
menyingsing" gumam Tu Kioe dengan nada dingin.
"Sedetik lebih lama kita harus menunggu, berarti sedetik
pula harapan toakomu untuk hidup berkurang!" kata Yok Ong.
Sang Pat mendehem ringan, tiba-tiba ia bertanya ;
"Yok Ong, bagaimana dengan ilmu merenangmu?"
"Loohu tidak kenal ilmu dalam air!"
"Kita beberapa ekor itik daratan, apabila sampai berjumpa
dengan perahu penyamun, bukankah bakal runyam dan
berabe?" "Apabila keadaan tidak beres, loohu akan turun tangan
meracuni mereka lebih dahulu."
"Cayhe akan pergi adu untung" Sang Pat segera bangun
berdiri. "Coba akan kucari sebuah perahu penumpang yang
suka mengangkut kita beberapa orang...."
Seraya berkata ia lantas berlalu dari situ.
Kurang lebih setengah jam kemudian, Sang Pat muncul
kembali dengan ter-gesa2.
"Cayhe telah berhasil mendapatkan perahu penumpang
yang suka mengangkut kita menuju keselat Sam-Nie, ayoh
cepat naik ke dalam perahu!"
Tok Chiu Yok Ong menggendong tubuh putrinya dengan
mengikut dibelakang sang Pat berjalan disepanjang tepi
sungai, kurang lebih tujuh delapan lie kemudian tidak akan
salah lagi mereka menjumpai sebuah perahu dengan dua
tiang layar berlabuh ditepi sungai.
Suasana dalam perahu itu gelap gulita tidak nampak sedikit
cahaya lampupun. Sang Pat segera melompat dulu ke dalam geladak perahu
dan langsung masuk ke dalam ruangan.
Siauw Ling, Tu Kioe, Yok Ong sekalian mengikuti dari
belakang. Tu Kioe membuat obor, tatkala cahaya menerangi ruang
perahu tersebut tampaklah diatas lantai bergelimpangan tujuh
delapan sosok tubuh manusia.
"Sebetulnya apa yang telah terjadi?" tegur Siauw Ling
dengan sepasang alis berkerut.
"Orang2 yang menggeletak dilantai perahu semuanya
adalah anak buah dalam perahu itu" sahut Sang Pat sambil
tertawa. "Tatkala aku tiba disini, mereka sedang berkumpul
dalam ruangan sambil berjudi, aku tawarkan mereka untuk
mengangkut kita menuju keselat Sam-Nia, namun ditolak oleh
mereka. Mengingat keadaan yang mendesak terpaksa Saiuw-te
totok jalan darah mereka kemudian datang mohon petunjuk
toako". Siauw Ling menghela napas panjang, bibirnya bergerak
seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya ia
batalkan maksud tersebut.
Sebaliknya Si Raja Obat Bertangan Keji segera
menunjukkan jempolnya sambil berseru ;
"Kecerdikan Sang-heng, benar2 membuat siauw-te merasa
sangat kagum....!" "Apabila bukan disebebkan toako kami, aku orang she Sang
tak akan sudi melakukan perbuatan semacam ini." jengek si
Sie-poa emas. Telapak kanannya diayun berulang kali jalan darah para
pelaut yang ada dalam ruanganpun segera bebas semua.
Tok Chiu Yok Ong yang kebentur pada batunya merasa
mendongkol sekali, sambil membopong putrinya ia duduk
disudut ruangan, mulutnya bungkam dalam seribu bahasa.
Tu Kioe menyulut lilin yang ada diatas meja, lalu dari
sakunya ambil keluar sekeping uang emas serta dua butir
mutiara yang segera diletakkan diatas meja, katanya dingin ;
"Kalian ada orang2 yang sering hilir mudik dipelabuhan,
dalam kelopak mata kalian tentu tidak dimasuki pasir, uang
emas serta mutiara ini boleh kalian terima asal saat ini juga
jalankan perahu dan hantar kami kesungai Soh-Kang".
Menyaksikan dua butir mutiara itu besarnya seperti mata
kancing, para pelaut itu tertegun dan berdiri melongo, mereka
tidak menyangka bakal ketiban rejeki....
Seorang lelaki berusia empat puluh tahunan segera
bertanya setelah melirik sekejap ke arah mutiara tersebut ;
"Apakah kalian hendak menuju keselat Sam-Nia?"
"Apakah anda adalah pemilik perahu ini?"
"Hamba adalah Sioe Soen, ada urusan apa silahkan toa-ya
segera berlayar!" "Malam ini sangat gelap dan angin berhembus kencang,
ombak menggulung sangat tinggi, sebenarnya sukar bagi kami
untuk menjalankan perahu. Namun apabila toa-ya memang
inginkan demikian hamba sekalian akan jual nyawa bagimu...."
Setelah merandek sejenak, segera teriaknya ;
"Bocah bocah sekalian, pasang layar tarik jangkar dan kita
segera berlayar....!"
Para pelaut mengiakan dan segera lari keluar dari ruangan
untuk melakukan tugasnya masing-masing.
Terdengar suara seruan saling sahut menyahut
berkumandang memecahkan kesunyian, perahu itu per-lahanlahan
meninggalkan pantai dan berlayar mengikuti hembusan
angin. Setalah perahu berlayar, Siauw Ling memandang sekejap
ke arah Tok Chiu Yok Ong lalu berkata ;
"Yok Ong harap kau suka meletakkan putrimu ke atas
pembaringan, biarlah ia tidur dengan nyenyak."
Tok Chiu Yok Ong memandang sekejap ke arah Siauw Ling
lalu menghela napas panjang, ia menurut dan membaringkan
tubuh putrinya ke atas pembaringan kayu yang tersedia di
dalam ruang perahu. Perahu yang mereka tumpangi merupakan perahu besar
dengan sepasang layar, lagipula route yang biasa mereka
layari adalah selat Sam-Nia, dengan pengalaman yang dimiliki
pelaut2 inilah walaupun berada ditengah malam buta yang
berombak besar, perahu mereka bisa berlayar dengan
tenangnya. Per-lahan-lahan Siauw Ling berjalan keluar dari ruang
perahu, berdiri digeladak memandang ketempat kejauhan,
tampaklah cahaya terang mulai muncul diufuk Timur
menandakan fajar telah menyingsing.
"Jie-ya! masuk dan beristirahatlah didalam." Cioe Soen
buru-buru datang menghampiri. "Hembusan angin masih
kencang dan gulungan ombak masih menghebat, kau harus
segera berdiri yang mantap kalau tidak.... waaah! bisa berabe
lhooo...." "Tak usah kau kuatirkan" sahut Siauw Ling sambil
tersenyum. "Cayhe ingin menyaksikan pemandangan fajar
menyingsing dari atas sungai"
Cioe Soen masih ingin mengucapkan sesuatu lagi, namun
keburu ditukas Tu Kioe dengan nadanya yang dingin, "Tak
usah kau cemaskan, lebih baik janganlah campuri urusan
orang lain" Raut wajah Tu Kioe yang hijau membesi sangat
menakutkan sekali bagi yang memandang, kena dibentak Cioe
Soen pemilik perahu itu tak berani banyak bicara lagi, buruburu
ia berjalan ke belakang buritan dan mengawasi anak
buahnya bekerja. Berdiri diatas geladak Siauw Ling alihkan sinar matanya
mengawasi empat penjuru, ia berharap dari pemandangan
yang terbentang didepan mata saat ini bisa mengenang
kembali peristiwa yang pernah terjadi beberapa tahun
berselang. Tampak ombak ditengah sungai saling gulung menggulung,
disamping riak yang memecah tatkala membentur tubuh
perahu sulit baginya untuk mengingat kembali perjalanan
yang pernah ia lakukan pada masa silam.
Tak kuasa lagi sianak muda itu menghela napas panjang
dan kembali ke dalam ruang perahu.
Ia mengatakan gua batu tersebut terletak di antara selat
Sam Nia, hal itu hanyalah menurut dugaannya, bagaimana
yang sebenarnya ia sendiri tak berani ambil keputusan.
Perahu bergerak menentang ombak, walaupun rada lambat
namun arah yang dituju adalah jalan air menuju keselat Sam
Nia. Siauw Ling duduk ditepi jendela sambil memandang ombak
yang saling berkejaran, hatinya bimbang dan kacau bagaikan
naik turunnya ombak ditengah sungai, teringat bahwa
perjalanannya ini masih sulit diramalkan untung ruginya, ia
merasa sedih sekali. Tengah hari telah tiba, pemilik perahu masuk ke dalam
ruang perahu menghidangkan makan siang yang terdiri dari
daging serta arak, hidangannya rata2 amat lezat.
Tok Chiu Yok Ong yang sangat menguatirkan keselamatan
putrinya yang lemah, pada saat ini tak tahan untuk berseru
kepada Cioe Soen, "Hey, sampai kapan kita baru akan
memasuki selat Sam Nia?"
"Sendainya Loo Thian-ya memberikan perjalanan yang
lancar buat kita semua, sebelum matahari terbenam nanti kita
sudah akan memasuki daerah selat itu, tapi seandainya
hembusan angin tetap mengencang dan kita harus bergerak
menentang arus, mungkin besok malam baru akan tiba."
"Sepasang lengan loohu mempunyai tenaga sakti seberat
ribuan kati, entah dapatkah kubantu kalian semua agar perahu
ini bisa bergerak lebih cepat?"
"Kami tidak berani merepotkan kau orang tua!"
"Loohu bukan ada maksud untuk membantu kalian semua,
tetapi berhubung tubuh putriku terlalu lemah ia tidak kuat
untuk merasakan penderitaan yang terlalu panjang diatas
perahu yang terombang ambing oleh ombak.
"Ooouw.... kiranya begitu."
"Jadi bisa dipakai tidak?"
"Kendati tenaga kau orang tua lebih besarpun, percuma
saja! sebab kau orang tua tidak akan berhasil melawan
kekuatan alam." "Kalau begitu loohu tak bisa membantu kalian?"
"Sedikitpun tidak salah, lebih baik kau orang tua
beristirahat di dalam ruang perahu saja."
Selesai berkata, pemilik perahu she Cioe itu buru-buru
keluar dari ruang perahu.
Kurang lebih satu jam kemudian, mendadak terlihat Cioe
Soen muncul kembali di dalam ruang perahu dengan wajah
penuh senyuman, kepada Tok Chiu Yok Ong katanya, "Kau
orang tua boleh legakan hati, hembusan angin mendadak
terjadi perubahan besar mungkin malam hari ini juga kita bisa
sampai di mulut selat!"
"Apakah kita tak dapat memasuki selat tersebut pada
malam ini juga?" "Tidak bisa, perjalanan disekitar selat Sam Nia amat
berbahaya, bukan saja di-mana2 terdapat dasar sungai yang
cetek, batu cadaspun tersebar di mana2. Kendati hamba hapal
sekali dengan perjalanan air disekitar sana, namun tidak
berani untuk menempuh bahaya melakukan perjalanan pada
malam hari." "Hmmm! apabila putriku yang lemah tak dapat menahan
siksaan dalam perjalanan perahu yang panjang, awas....
jangan harap kalian bisa hidup lebih lama."
Cioe Soen tertegun, diam-diam ia mengundurkan diri dari
ruang perahu. Arah hembusan angin telah berubah perahu pun bergerak
dengan dorongan angin, sebelum sang surya turun gunung
mereka sudah tiba di mulut selat yang tersohor akan


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahayanya itu. Pada saat itulah Cioe Soen berseru lantang, "Bocah2
sekalian, gulung layar dan turunkan jangkar....
Malam itu mereka menginap semalam diluar selat Sam Nia,
keesokan harinya pagi2 sekali Si Raja Obat Bertangan Keji
telah memerintahkan pemilik perahu itu untuk melanjutkan
perjalanan memasuki selat.
Cioe Soen tak berani membangkang, perahu pun bergerak
kembali memasuki mulut selat, tampak jalan air yang mereka
tempuh makin lama semakin bahaya, aliran sungai amat deras
dan batu cadas yang besar dan tajam berserakan di mana2.
Dua belah samping jalan air itu adalah dinding bukit yang
tinggi, curam dan terjal.
Si Raja Obat bertangan keji serta Siauw Ling berdiri
berjajar didepan geladak, memandang dinding tebing yang
terbentang sepanjang perjalanan, si orang tua itu tiada
hentinya bertanya kepada Siauw Ling dimana letak gua batu
tersebut. Walaupun Siauw Ling mempunyai sepasang mata yang
tajam, namun untuk sesaat itupun tak sanggup untuk
menemukan letak gua batu itu, ia cuma bisa mengandalkan
sedikit ingatannya dalam benak untuk bergerak lebih jauh,
walaupun tiada keyakinan namun ia berusaha terus untuk
meng-ingat2nya kembali....
Sehari telah lewat dengan cepatnya, senja haripun
menjelang tiba.... Cioe Soen tidak berani menempuh bahaya ditengah
kegelapan malam, kembali ia mencari suatu tempat yang
beraliran air rada tenang untuk buang sauh disana.
Dalam keadaan seperti ini, walaupun si Raja Obat
Bertangan Keji merasa amat gelisah, namun iapun tak bisa
berbuat lain kecuali bersabar.
Siauw Ling sendiri walaupun tidak buka suara rasa gelisah
yang bergolak dalam hatinya jauh melebihi Tok Chiu Yok Ong,
sambil berdiri diujung perahu ia putar otak tiada hentinya.
Haruslah diketahui, tatkala lima tahun berselang Siauw Ling
dihantar masuk ke dalam gua batu yang misterius oleh
seseorang, tubuhnya amat lemah dan berpenyakitan, selama
itu ia berbaring terus di dalam ruang perahu. Menanti orang
itu menghentikan perahunya dan melanjutkan perjalanan
dengan jalan kaki, ia baru dapat melihat sejenak keadaan
sekitar tempat itu kendati begitu kejadian yang sudah lewat
lama, mana sanggup ia ingat kembali"
Sementara ia masih merasa gelisah, mendadak terdengar
suara dayung menyampok air sebuah sampan kecil berkelebat
lewat dari sisi perahu mereka meluncur kedepan.
Walaupun ditengah kegelapan malam, Siauw Ling sempat
menyaksikan orang yang berada diatas sampan kecil itu
adalah seorang lelaki yang memakai caping lebar dengan baju
jas hujan, pada jenggotnya memelihara jenggot kambing yang
panjang. Hatinya segera bergerak.
"Bukankah manusia macam inilah yang menghantar aku
datang kemari pada lima tahun berselang?" pikirnya.
Kenangan lama segera berkelebat dalam benaknya, ia
merasa sampan kecil itu persis seperti sampan yang pernah
mereka tumpangi pada beberapa tahun berselang.
Sungguh cepat gerakan sampan kecil itu, tatkala Siauw
Ling masih berpikir sampan kecil tadi sudah berada puluhan
tombak dari sisi perahunya.
Siauw Ling merasa kesempatan baik ini tak boleh dibuang
saja, tanpa berpikir panjang lagi ia enjotkan badannya
melayang ke arah sampan kecil itu.
Tok Chiu Yok Ong yang sedang menjaga putrinya dalam
ruang perahu, kendati ia ada didalam, sepasang matanya
terus menerus mengawasi gerak gerik Siauw Ling, ia kuatir
sianak muda itu secara mendadak melarikan diri.
Kini menjumpai ia meloncat ketengah udara meninggalkan
perahu, hatinya jadi sangat gelisah tanpa banyak bicara lagi
tubuhnya pun berkelebat menerjang keluar dari ruang perahu.
Dimana sinar matanya memandang, tampaklah Siauw Ling
sedang melayang ke arah sebuah sampan kecil yang sedang
bergerak cepat ke arah depan, ia segera menghempos tenaga
dan ikut mengejar kedepan.
Tindak tanduk Si Raja Obat Bertangan Keji yang secara
mendadak ini dengan cepat memancing perhatian dari Tiong
Chiu Siang Ku, mereka berduapun buru-buru lari keluar dari
ruang perahu. Dalam pada itu Siauw Ling serta Tok Chiu Yok Ong telah
melayang ke atas sampan kecil sedangkan sampan kecil itu
sudah berada tiga empat tombak dari perahu besar yang
mereka tumpangi. Bercerita tentang Siauw Ling tatkala tubuhnya sedang
melayang ke atas sampan kecil, si kakek tua berbaju rumput
kering itu waspada sekali, mendadak tangan kanannya dibalik
melancarkan sebuah babatan.
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera
meluncur ke arah depan.... Siauw Ling tahu apabila ia
bersikeras menyambut datangnya serangan tersebut niscaya
tubuhnya akan dipaksa tercebur ke dalam sungai, segera ia
mengempos tenaga ia melayang keangkasa dan menyingkir
tiga depa kesamping, segulung angin pukulan segera
menyambar lewat sisinya. Ambil kesempatan itulah ia segera melayang ke atas
sampan kecil itu. "Ilmu kepandaian yang amat bagus" puji si-kakek tua itu
sedikitpun tidak menunjukkan rasa jeri.
Dengan tangan kiri menggerakkan dayungnya untuk
menahan sang sampan kecil jangan sampai bergerak
mengikuti aliran sungai, telapak kanannya membali, dengan
menggunakan sebuah bambu panjang ia sapu tubuh
musuhnya memakai jurus "Heng-Sauw-Ciam-Kim" atau
Menyapu rontok selaksa prajurit.
Setelah sepasang kaki Siauw Ling menginjak diatas
sampan, nyalinya semakin besar, kaki kanan diangkat lantas
ditekuk dan menghantam tubuh kakek tua itu, sementara
telapak kirinya diiringi segulung angin pukulan yang dahsyat
didorong keluar. Semakin dekat ia menerjang kemuka, makin kecil tenaga
serangan dari bambu panjang itu, tatkala bambu tadi
mendekati tubuhnya Siauw Ling telah tiba kurang lebih dua
depa disisi kakek tua itu, tubuhnya segera mundur
sempoyongan termakan tenaga dorongan Siauw Ling.
Pada saat itulah, Tok Chiu Yok Ong dengan menggunakan
kesempatan tersebut telah melayang pula ke atas sampan,
tegurnya dingin ; "Siauw Ling, kau akan melarikan diri?"
Tangan kanan Siauw Ling laksana kilat mencengkeram
bambu panjang pihak lawan, tidak sempat menjawab teguran
dari Yok Ong lagi, buru-buru serunya kepada kakek tua
berbaju rumput kering tadi ;
"Heng-thay, cayhe ada urusan hendak ditunjukan kepada
dirimu!" Dari kecepatan Siauw Ling dalam mencengkeram bambu
panjangnya tadi, si kakek tua itu sadar bahwa ia telah
berjumpa dengan musuh tangguh sambil meloncat bangun
hardiknya dingin ; "Ada urusan apa?"
"Aliran sungai terlalu deras, tidak leluasa bagi kita berdua
untuk bercakap-cakap dalam keadaan seperti ini, dapatkan
Heng-thay menjalankan sampan kecilmu ketempat yang lebih
aman kemudian baru kita berbicara lebih jauh?"
Selama ini Tok Chiu Yok Ong selalu berdiri dibelakang
Siauw Ling dengan tangan kanan menggenggam racun,
sepasang matanya mengawasi gerak gerik sianak muda itu
tajam2, asal Siauw Ling ada maksud melarikan diri, ia segera
akan melepaskan racun. Dengan sepasang mata yang tajam si kakek tua bercaping
lebar tadi mengawasi wajah Siauw Ling beberapa saat, ketika
ia merasa bahwa dirinya tidak kenal dengan sang anak muda
yang berada dihadapannya, ia merasa tercengang.
"Kita tidak pernah saling mengenal!" serunya dengan
sepasang alis berkerut. "Cayhe sama sekali tidak ada maksud jahat, harap Hengthay
suka menenangkan sampanmu terlebih dahulu kemudian
kita bicara lebih jauh".
"Heeh.... heeh.... sekalipun kau punya maksud jahat,
akupun tidak akan takut" jengek sang kakek tua tadi sambil
tertawa dingin. Sepasang tangannya menggerakkan dayung dan
menghentikan sampan kecil itu pada aliran sungai yang rada
tenang, lalu terusnya, "Siapakah anda" ada urusan apa?"
"Seandainya daya ingat cayhe tidak salah, kecuali sampan
kecil milih Heng-thay ini semestinya masih ada soerang rekan
lagi" kata Siauw Ling seraya mengawasi sekejap keadaan
diempat penjuru. "Sebenarnya siapakah anda?" tegur kakek tua itu tidak
sabaran. "Kalau anda cuma mengajukan kata2 yang tak
berguna kepada diri cayhe jangan salahkan kalau cayhe tidak
akan berlaku sungkan2 lagi," Siauw Ling tertawa.
Lima tahun berselang kita pernah saling berjumpa muka,
atas bantuan anda serta rekan anda itulah aku berhasil kalian
selamatkan dari dasar sungai."
Si kakek tua itu mengawasi Siauw Ling dari atas hingga
kebawah, namun dengan cepat ia menggeleng kembali.
"Cayhe sudah tidak ingat lagi" katanya.
"Heng-thay masih belum dapat mengingatnya kembali."
"Tidak ingat" Haruslah diketahui lima tahun berselang perawakan tubuh
Siauw Ling kecil lagi kurus dan lama berpenyakitan,
sedangkan kini ia tumbuh jadi dewasa dengan badan yang
kekar dan gagah sekalipun benak si kakek tua ini dibelah pun
belum tentu ia dapat mengingatnya kembali.
Siauw Ling berpaling memandang sekejap ke arah Si Raja
Obat Bertangan Keji, kemudian ujarnya kepada si kakek tua
itu ; "Lima tahun berselang, setelah anda serta teman anda
menolong cayhe dari sungai, kalian telah membawa aku ke
dalam sebuah gua yang dihuni oleh seorang kakek tua yang
menderita sakit, orang itu berdiam dalam sebuah gua yang
letaknya jauh diatas tebing bukit, kecuali itu kalian sering kali
menawan bocah2 berusia belasan tahun untuk dikirim kemari.
ucapan cayhe ini tentu bisa anda pahami bukan?"
Sepasang mata orang itu berkedip, ia memandang kembali
Siauw Ling sekejap kemudian menjawab, "Tidak salah, lima
tahun berselang benar2 pernah terjadi peristiwa ini,
seandainya orang itu adalah kau maka kau pastilah Siauw Ling
bukan?" "Sedikitpun tidak salah, cayhe memang Siauw Ling
adanya." Si kakek tua itu menarik napas panjang.
"Bukankah kau telah mati terjatuh ke dalam jurang?"
tanyanya. Siauw Ling tidak ingin menceritakan kisah yang
sebenarnya, maka ia menyahut sekenanya ;
"Cayhe belum ditakdirkan untuk mati, secara kebetulan saja
jiwaku berhasil diselamatkan orang".
"Pada saat ini dunia persilatan sedang digemparkan oleh
nama Siauw Ling, aku rasa orang itu pastilah anda bukan?"
Perduli siapapun yang mengungkap persoalan ini, Siauw
Ling tentu merasakan serba salah dan sulit untuk memberi
penjelasan, maka ia berkata, "Dewasa ini banyak orang yang
punya nama kembar, mungkin saja orang itu adalah Siauw
Ling yang lain!" Si Kakek tua itu mendengus dingin.
"Benarkah anda adalah Siauw Ling atau bukan , cayhe tidak
ingin bertanya lebih jauh, entah apa maksudmu datang kemari
dengan membawa serta begitu banyak orang?"
Aku tak boleh membocorkan niat kami untuk mengambil
jamur batu berusia seribu tahun" pikir sianak muda itu. "Lebih
baik kurangi saja pembicaraan yang tak berguna dengan
dirinya." Segera ia berkata ; "Pertama. cayhe ingin mengenang kembali kejadian masa
lampau, kedua. aku ingin menyambangi si kakek tua yang
berpenyakitan itu sekalian mengucapkan terima kasih
kepadanya." "Seandainya kau benar2 bermaksud demikian, datanglah
seorang diri kan sudah cukup, mengapa kau bawa serta orang
yang begitu banyak?" jengek si kakek tua itu sambil tertawa
dingin. Habis berkata sinar matanya beralih memandang sekejap
ke arah Sepasang pedagang dari Tiong Chiu yang berdiri
diujung geladak. "Walaupun cayhe datang bersama beberapa orang sahabat,
namun kami tidak mengandung maksud jahat...."
"Tidak bisa!" Tok Chiu Yok Ong yang selama ini membungkam diri
mendadak berseru dengan nada yang dingin, "Siapa bilang
tidak bisa" bisa juga harus bisa tak bisapun harus bisa...."
"Siapa kau?" bentak kakek tua itu.
"Loohu adalah si raja obat bertangan keji."
Mendadak telapaknya berkelebat kedepan mencengkeram
tubuh si kakek tua itu dengan suatu serangan kilat.
Si kakek tua itu tidak jadi gugup ia mundur sambil
silangkan bambu panjangnya didepan dada.
"Tok Ciu Yok Ong" serunya "Sudah lama cayhe dengar
akan kehebatanmu menggunakan racun yang dikatakan tiada
tandingan dikolong langit sungguh beruntung kita bisa
berjumpa muka pada ini hari."
Si Raja Obat Bertangan Keji tertawa hambar, "Kau sudah
terkena racun dari loohu!" serunya.
Mula2 kakek itu tampak tertegun, kemudian tertawa
hambar pula. "Apakah Yok Ong hendak menggertak diriku?"
"Hmm, kalau kau tidak percaya silahkan kerahkan hawa
murnimu untuk mencoba."
Orang itu menurut dan salurkan hawa murninya
mengelilingi seluruh badan, sedikitpun tidak salah ia temukan
dalam badannya menunjukkan tanda-tanda keracunan,
wajahnya segera berubah hebat


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nama besar menggunakan racun benar2 bukan nama
kosong belaka!" Ia putar badan dan siap terjun ke dalam sungai.
"Heng-thay, tunggu sebentar!" buru-buru Siauw Ling
berseru. "Seandainya lima tahun berselang aku tidak menolong
dirimu dari dalam sungai ini, ini hari aku tidak akan menderita
keracunan ditangan orang itu" teriak kakek tadi dengan penuh
kegusaran. Tok Chiu Yok Ong mendengus dingin,
"Bukan saja loohu memiliki ilmu melepaskan racun yang
tiada tandingannya dikolong langit, loohu pun mempunyai
kepandaian untuk menguasahi sifat serta daya kerja suatu
jenis racun. Pada saat ini tubuhmu sudah keracunan, bukan
saja sifat racun tadi amat ganas bahkan termasuk jenis yang
paling ganas diantara racun-racun yang loohu miliki, setelah
daya kerja racun itu mulai menunjukkan reaksinya, seluruh
tubuhmu akan berkerut, setelah merasakan siksaan hebat
selama tiga hari tiga malam ajalmu baru tiba...."
Ia merandek sejenak. kemudian tambahnya ;
"Orang yang terkena racun jenis ini paling takut dengan air,
apabila tubuhmu tergenang oleh air dingin maka racun dalam
tubuhmu akan segera bekerja...."
"Berendam di dalam air bisa mengakibatkan racun dalam
tubuh mulai bekerja, cayhe merasa rada sangsi" kata kakek itu
sambil mengelus jenggot kambingnya.
Walaupun ia bicara tidak percaya namun sikap si kakek tua
tersebut benar2 tidak berani terjun ke dalam air lagi, sebab ia
percaya dengan kemampuan si Raja Obat Bertangan Keji yang
sudah tersohor akan kelihayan serta kekejamannya.
"Selama hidup loohu tidak pernah bicara bohong, mau
percaya atau tidak terserah kepadamu!"
Siauw Ling yang ikut menyaksikan kejadian itu merasa
sangat tidak senang hati dengan perubahan si Raja Obat itu,
terdengar ia menegur, "Yok Ong, sebenarnya apa maksudmu
melepaskan racun melukai dirinya?"
"Apabila aku tidak melepaskan racun keji ke dalam
tubuhnya, mungkin pada saat ini ia sudah loncat ke dalam air
dan melarikan diri".
"Cayhe membawa serta diri Yok Ong datang kemari adalah
bermaksud mencari obat, aku toh tidak suruh kau melukai
orang cari permusuhan perbuatanmu ini...."
Tok Chiu Yok Ong tahu kata2 selanjutnya dari sianak muda
ini pasti tidak enak didengar, buru-buru ia menukas ;
Loohu cuma bermaksud menghalangi niatnya untuk
melarikan diri belaka.... aku sama sekali tiada maksud lain".
Mendadak dari sakunya ia ambil keluar sebutir obat
penawar dan dilemparkan ke arah si kakek tua itu sambil
berkata ; "Sambut obat penawar ini. dan cepat telan maka racun
dalam tubuhmu segera akan punah".
Orang itu tidak banyak bicara. ia sambut obat penaawar
tadi dan segera dimasukkan ke dalam mulut.
"Pejamkan mata dan atur pernapasan" suara Yok Ong
berkumandang kembali. Rupanya orang itu sudah dibikin jeri oleh kehebatan Tok
Chiu Yok Ong dalam menggunakan racun ternyata ia menurut
dan segera pejamkan mata untuk mengatur pernapasan.
Pada saat itulah dalam ilmu menyampaikan suara Tok Chiu
Yok Ong berbisik kepada Siauw Ling, "Mumpung ia sedang
pejamkan matanya, cepatlah totok jalan darahnya!"
Dengan dingin Siauw Ling melirik sekejap ke arah si raja
obat bertangan keji, tubuhnya tetap tak berkutik.
Pada saat ini rasa kagum Tok Chiu Yok Ong terhadap
kegagahan serta kejujuran Siauw Ling telah makin menebal.
melihat sianak muda itu tidak menggubris ucapannya ia
tertawa riku namun mulutnya segera membungkam dalam
seribu bahasa. Setelah mengatur pernapasan beberapa saat lamanya, si
kakek tua itupun perlahan-lahan membuka matanya kembali,
setelah menandang sekejap ke arah Siauw Ling serta si raja
obat bertangan keji bibirnya bergerak seperti mau
mengucapkan sesuatu. Namun dengan cepat Siauw Ling telah berkata lebih dulu.
"Apakah racun yang bersarang ditubuh Heng-thay telah
bebas sama sekali?" "Racun yang bersarang ditubuhnya adalah racun yang
loohu lepaskan, kemudian obat penawar yang ia telanpun obat
penawarku. tentu saja racun yang bersarang ditubuhnya telah
punah sama sekali" sambung Yok Ong dengan cepat.
Sedangkan si kakek tua itu mengangguk.
"Agaknya sudah punah sama sekali."
"Bagus sekali!" seru Siauw Ling, "Lima tahun berselang
anda telah menyelamatkan selembar jiwaku dari dasar sungai,
namun hingga kini siauw te belum pernah menanyakan nama
dari Heng-thay, entah sukakah anda memberi tahukan
namamu?" Cayhe adalah Song Poo!"
"Ooouw.... kiranya Song-heng....! cayhe ada satu urusan
entah dapatkah anda menolongnya?"
"Harus dilihat dulu persoalan apakah itu?"
"Lima tahun berselang setelah siauwte berhasil kalian
tolong dan dihantar ke dalam gua batu itu hingga kini
kenangan lama telah terhapus sama sekali dari benakku,
entah sudikah kiranya Song heng mengantar kami kesitu."
"Lebih baik membawa kami semua" Tok Chiu Yok Ong
menambahkan dari samping.
"Seandainya Song-heng sudi membawa serta kami semua,
hal ini tentu saja kebenaran sekali tetapi apabila kau punya
kesulitan siauw-tepun tidak akan memaksa."
Song Poo termenung sejenak, setelah itu ia menjawab.
"Tabiat kongcu kami kurang baik, sekalipun cuwi sekalian
tidak bermaksud jahat, apabila kunjungan kalian tiba secara
mendadak mungkin bisa membangkitkan kegusarannya."
"Apabila ia berani bersikap kurang ajar terhadap diri Loohu
sekalian, akan kusuruh dia merasakan pula bagaimanakah
kalau badan keracunan" sambung Yok Ong cepat.
Siauw Ling melirik sekejap ke arah si raja obat bertangan
keji, kemudian bertanya, "Bagaimana menurut pendapat
Song-heng?" "Seandainya kehadiran Siauw-heng memang tiada maksud
jahat, siauw-te sih mempunyai satu cara untuk digunakan."
"Harap Song-heng suka memberi petunjuk!"
"Aku minta cuwi sekalian menanti beberapa waktu di dalam
perahu, cayhe akan pergi melaporkan kunjungan kalian
kepada kongcu kami lebih dahulu, kemudian cuwi sekalian
baru datang kesitu."
"Apabila kau telah pergi lantas tidak kembali lagi,
kemanakah kami harus pergi mencari dirimu?" sela Yok Ong.
"Setelah cayhe menyanggupi, tidak akan kuingkari janji
dengan tidak munculkan diri kembali."
"Seandainya kongcu kalian tidak mengijinkan?"
Song Poo termenung lagi beberapa waktu, lalu menjawab ;
"Seandainya memang demikian halnya, cayhe pun tak bisa
berbuat lain. Seandainya kongcu kami tidak mau menerima
kunjungan kalian, cayhe akan datang kemari untuk
memberitahukan penolakan tersebut kepada cuwi sekalian."
Mendadak Siauw Ling teringat kembali akan si kakek kurus
kering yang berpenyakitan itu.
"Bukankan di dalam gua masih ada seorang kakek tua yang
berpenyakitan"...." tanyanya.
Song Poo menghela napas panjang.
"Aaaaaiiii....! dia adalah majikan tua kami, tahun berselang
beliau telah menghembuskan napasnya yang terakhir!"
Mendengar kabar ini, Siauw Ling pun ikut menghela napas
sedih, pikirnya, "Lima tahun berselang tatkala aku diantar
masuk ke dalam gua itu, hanya si orang tua itu saja bersikap
baik kepadaku , sebenarnya aku ada maksud memberikan
beberapa potong jamur batu berusia seribu tahun apabila
berhasil kudapatkan nanti agar penyakitnya bisa sembuh,
sungguh tak nyana ia sudah keburu mati lebih dulu...."
Terdengar Song Poo berkata kembali ;
"Sejak majikan tua menghembuskan napasnya yang
terakhir, kongcu lah yang meneruskan jabatan majikan tua!"
"Kongcu yang kaku maksudkan apakah sipemuda berbaju
hijau yang pernah kujumpai lima tahun berselang itu?"
"Majikan tua kami cuma punya seorang putra tunggal
belaka, seandainya kau pernah bertemu, aku rasa tidak bakal
salah lagi...." "Seumpama kata aku sekalian melepaskan kau pulang, tapi
kemudian kau ditahan oleh kongcu kalian dan tidak
membiarkan kau datang kemari.... bagaimana jadinya?"
"Kalau sampai terjadi begitu keadaanlah yang memaksa
aku tak berkutik, namun menurut pendapat cayhe hal ini tak
mungkin terjadi." "Walaupun begitu, tetapi kami sekalianpun mau tak mau
harus bikin persiapan. Cayhe sih punya satu cara yang
sempurna dan sama2 tidak merasa dirugikan".
"Apakah caramu itu?"
"Kami sekalian mengikuti dibelakangmu mendatangi gua
batu tadi dan bersembunyi ditempat kegelapan, Song-heng
boleh masuk untuk melaporkan kunjungan kami terlebih
dahulu kepada kongcu kalian, apabila ia sudi menyambut
kedatangan kami tentu saja kami akan menyambangi dirinya
dengan peraturan dunia persilatan, tetapi seandainya ia tak
mau menyambut kedatangan kami, maka kamipun tidak
berani merepotkan diri Song-heng lagi, setengah jam
kemudian kami sekalian bisa mendatangi sendiri gua batu
tersebut." "Tentang soal ini.... aku rasa kurang leluasa...."
"Apabila terlalu bagimu berarti mengurangi satu bagian
kesempatan bagi kami untuk menang" tukas Tok Chiu Yok
Ong. "Menurut pendapat loohu, lebih baik kerjakan saja
persoalan ini menurut cara tersebut, apabila kau tidak setuju,
terpaksa kami akan menggunakan kekerasan."
Diam2 Song Poo berpikir dalam hati ;
"Entah orang ini telah belajar silat dari siapa" dahulu
badannya lemah dan menderita penyakit parah sekarang
penyakitnya telah sembuh bahkan memikili pula serangkaian
ilmu silat yang maha dahsyat...."
Terdengar Siauw Ling berkata, "Pada saat ini waktu
berharga bagaikan emas aku minta andapun jangan mengulur
waktu lebih jauh." Mendadak Song Poo menggertak gigi dan berkata;
"Apabila cayhe tidak berhasil mendapatkan persetujuan dari
kongcu, silahkan cuwi sekalian masuk sendiri ke dalam gua
batu untuk berjumpa dengan kongcu kami."
"Kalau memang demikian adanya, terpaksa kami harus
merepotkan diri Song-heng"
Si Raja Obat Bertangan Keji segera membopong putrinya,
sambil memandang bukit karang yang menjulang tinggi
keangkasa katanya; "Dapatkah kau jalankan sampan kecil ini ketepian?"
Song Poo menggerakkan dayungnya menjalankan sampan
kecil menuju ketepi sungai.
Siauw Ling pun mengundang datang Tiong Chiu Siang Ku
kemudian ber-sama2 naik kedaratan dan langsung mendaki
bukit karang. Dinding tebing tersebut bukan saja tegak lurus bahkan
curam sekali para jago harus menggunakan tangan serta
kakinya baru bisa mendaki ke atas.
Si Raja Obat Bertangan Keji harus menggendong putrinya,
tak mungkin baginya mendaki dengan bantuan sepasang
telapak, maka Siauw Ling pun dengan menggunakan seutas
tali menarik tubuh Yok Ong naik ke atas.
Sang Pat mengikuti terus dibelakang Song Poo secara
diam2 ia mengawasi gerak geriknya.
Tatkala mereka sudah mendaki hampir seratus tombak
tingginya dari permukaan tanah, tibalah rombongan tersebut
disebuah jalan gunung yang kecil.
Pada saat itulah Song Poo berpaling memandang sekejap
ke arah Siauw Ling sekalian kemudian berkata, "Berjalan
seratus tombak kesebelah Barat merupakan goa batu tempat
tinggal kongcu kami, bagaimana kalau cuwi sekalian berhenti
lebih dahulu disini?"
"Aku rasa sama saja bukan seandainya kita berhenti diluar
goa batu itu saja?" "Aaai....! sepuluh tombak disekitar goa sudah dipasang alat
jebakan, buat apa sih cuwi sekalian pergi menempuh bahaya?"
"Apabila benar2 ada jebakan disana, terpaksa kita harus
membutuhkan bantuan anda untuk menunjukkan jalan" sela
Yok Ong. Rupanya Song Poo menyadari ia sudah salah bicara, maka
mulutnya segera membungkam dalam seribu bahasa, tanpa
banyak cakap lagi ia meneruskan langkahnya kedepan.
Setelah berada dijalan gunung yang datar, Siauw Ling tak
perlu membantu diri si raja obat bertangan keji lagi. ia segera
berjalan lebih cepat mengikuti dibelakang Song Poo, ujarnya;
"Song-heng, tahukah kau disekitar sepuluh tombak dari gua
telah dipasang beberapa banyak alat jebakan?"
- - - - - - - 42 Bukan jebakan berupa jagoan berupa jagoan yang
tersembunyi, di dalam goa batu kecuali kongcu kami cuma
ada dua orang budak serta cayhe berempat saja, tidak cukup
jumlah orang kita, mana bisa dikirim jagoan untuk
membokong kalian?" "Kalau bukan berupa jagoan, lalu berupa apa?"
"Berbagai jenis binatang beracun!"
"Ber-jenis2 binatang beracun" jadi maksudmu termasuk
banyak jenis binatang?"
"Tidak salah. diantaranya tentu saja terdapat ular beracun
serta kelabang dan lain2nya".
Mendengar perkataan itu Siauw Ling segera berpikir di
dalam hatinya, "Ular beracun serta kelabang walaupun tidak
termasuk binatang yang menakutkan, tetapi ditengah malam
yang buta apabila binatang2 itu membokong secara
mendadak, hal ini memang sangat berbahaya sekali bagi
keselamatan kami semua...."
Sementara itu Sang Pat telah ambil keluar senjata sie-poa


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

emasnya, terdengar ia berseru ;
"Loo-jie, loloskan senjatamu, menghadapi ular beracun
serta kelabang kita tak perlu sungkan2"
Mendadak Tok Chiu Yok Ong dengan langkah lebar berjalan
kedepan, sambil mengejar ke belakang tubuh Song Poo
serunya ; "Loohu tidak takut ular beracun!"
Song Poo berpaling memandang sekejap ke arah Yok Ong,
lalu berkata ; "Apabila cuwi sekalian mau percaya kepada cayhe,
biarkanlah cayhe berjalan lebih dahulu agar cayhe bisa
berusaha untuk mengundurkan ular2 beracun itu".
"Nah, silahkan anda berjalan lebih dahulu" sahut Yok Ong.
Song Poo tidak bicara banyak, ia segera berjalan lebih
dahulu beberapa tombak kedepan, mendadak dari sakunya ia
ambil keluar sebuah genta tembaga dan membunyikannya
ber-talu2. Ditengah malam yang sunyi, suara keleningan itu
berkumandang hingga ketempat yang amat jauh sekali.
"Aduuuh celaka.... kita tertipu!" bisik Sang Pat lirih "Ia telah
menyampaikan tanda bahaya dengan suara keleningan itu!"
"Bukankah kedatangan kita kesini bukan bermaksud untuk
mencari gara2?" jawab Siauw Ling. "Sekalipun ia sudah
mengirimkan tanda bahaya, rasanya juga tidak mengapa."
Sementara itu secara diam2 Tok Chiu Yok Ong telah
menyiapkan racunnya untuk melancarkan serangan, namun
sepanjang perjalanan mereka benar2 tidak menjumpai adanya
serangan dari binatang2 beracun.
Setelah berjalan puluhan tombak jauhnya, mendadak Song
Poo berhenti dan berkata ;
"Kita sudah tiba ditempat tujuan."
Buru-buru Siauw Ling maju kedepan dan mendongakkan
kepalanya ke atas, ia lihat disisi sebuah batu cadas yang tinggi
besar benar2 terdapat sebuah pintu batu yang tertutup rapat.
"Benarkah tempat ini adalah gua batu yang pernah kau
kunjungi tempo dulu?" tegur Yok Ong.
Siauw Ling memperhatikan sekejap keadaan disekeliling
tempat itu, kemudian menyahut, "Berhubung kejadian itu
sudah berlangsung lama, lagipula ditengah kegelapan malam,
sulit bagiku untuk mengingatnya kembali"
"Kalau begitu mari kita berusaha untuk membuka pintu
batu itu terlebih dahulu."
Diam2 Siauw Ling salurkan hawa murninya keseluruh
badan, telapak kanannya segera ditempelkan ke atas pintu
batu. lalu bisiknya kepada diri Song Poo, "Song-heng yang
akan membuka pintu" atau cayhe membukanya sendiri."
"Pintu batu ini kuatnya luar biasa, sekalipun kekuatan
lengan anda mempunyai tenaga sakti sebesar ribuan katipun
mungkin sulit untuk membukanya."
Diam2 Siauw Ling kerahkan tenaganya untuk mencoba,
sedikitpun tidak salah pintu tersebut benar2 sangat kuat.
"Apabila cayhe tidak dapat mendorong buka pintu ini,
terpaksa aku akan berusaha untuk menghancurkannya" ia
berseru. Sang Pat segera membopong sebuah batu gunung yang
besar dan berat kemudian berseru.
"Toako, harap menyingkir kesamping!"
Ia angkat batu besar tadi siap menghantamkan ke atas
batu besar itu. "Tunggu sebentar!" terdengar Song Poo berseru.
"Pada waktu itu Tu Kioepun sudah mengangkat sepotong
batu cadas siap disambitkan ke arah pintu, mendengar seruan
song Poo segera tegurnya dengan nada dingin, "Sekalipun
pintu batu ini lebih kuat lagipun aku rasa tak akan sanggup
menahan tenaga gempuran kami."
"Apabila cuwi sekalian tiada maksud memusuhi kongcu
kami, aku harap sebelum melakukan suatu perbuatan pikirlah
tiga kali lebih dahulu!"
"Kini persoalannya sudah bagaikan anak panah yang
berada diatas busur, sekalipun tak bisa dimaafkan oleh kongcu
kalian, hal inipun merupakan suatu kejadian yang apa boleh
buat." Mendadak Song Poo maju selangkah kedepan, jari
tangannya tahu2 menutup kesisi sebuah batu cadas yang ada
disamping pintu batu itu.
Gelegaaar.... terdengar suara yang memekakkan telinga,
berkumandang dari atas menuju ke bawah lama sekali baru
sirap. Menyaksikan hal itu Siauw Ling berpikir di dalam hati,
"Kiranya mereka menggunakan gelindingan batu
menyampaikan suara untuk memberi isyarat guna minta
pintu!" Kurang lebih sepertanak nasi telah berlalu, suara
gelindingan batu sudah lama sirap namun belum nampak juga
pintu batu itu terbuka. Per-tama2 Si Raja Obat Bertangan Keji lah yang merasa
tidak sabaran, dengan penuh kegusaran serunya kepada Song
Poo. "Apabila kau berani memperlihatkan permainan setan
dihadapanku, loohu akan suruh kau merasakan siksaan yang
paling hebat." "Istana Batu letaknya sangat dalam sekali, bagaimanapun
juga kita harus memberi kesempatan bagi mereka untuk
membuka pintu setelah mendengar isyarat tersebut" sahut
Song Poo dingin. Sementara mereka masih berbicara.... krraaak.... tiba-tiba
pintu batu terbentang lebar.
Cuaca amat gelap, apalagi suasana dalam gua walaupun
beberapa orang itu memiliki ketajaman mata yang luar biasa
namun pemandangan yang berhasil mereka lihatpun hanya
benda2 yang berada beberapa tombak didepan saja.
"Pintu batu telah terbuka, silahkan cuwi sekalian masuk
kedalam!" seru Song Poo dingin.
Siauw Ling tidak banyak bicara, ia segera maju kedepan
masuk ke dalam goa lebih dahulu.
"Biarlah cayhe yang membawa jalan!" serunya.
Tapi dengan cepat Tu Kioe berebut maju kedepan lebih
dahulu sambil berseru, "Jangan, biarlah siauw-te yang
membuka jalan!" Ia cabut keluar senjata pit bajanya dan bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan.
Terasa jalan kecil yang berada di dalam goa batu itu berliku2
terus menembus kelambung bukit, namun jalannya rata
sehingga siapapun bisa menduga bahwa goa alam yang
semula ada disana telah diperbaiki oleh tenaga manusia.
Sang Pat dengan kencang mengikuti dibelakang Song Poo,
terdengar ia berkata, "Song-heng, seandainya di dalam goa
batu ini terjadi suatu perubahan maka orang pertama yang
akan siauwte celakai adalah diri Song-heng sendiri"
Sementara pembicaraan sedang berlangsung, mendadak
tampak cahaya lampu secara lapat2 memancar datang.
Dengan ketajaman pandangan mata beberapa orang itu,
walaupun hanya sekilas cahaya yang amat lirih namun cukup
memberikan penerangan bagi mereka se-olah2 berada disuatu
tempat yang terang benderang.
Tu Kioe segera mempercepat langkah kakinya berbelok
pada suatu tikungan, ketika ia angkat kepala tampaklah
sebuah lampu lentera tergantung kedalam.
Dibawah sorotan sinar lentera, terbaca pula dua hurup
"Pek" terukir diatas sebuah dinding batu yang rata dan licin.
"Song-heng!" seru Sang Pat dengan suara mendalam.
"Sumbu dalam lentera ini masih kelihatan baru, agaknya baru
saja disulut?" "Sedikitpun tidak salah".
"Jadi ini berarti sebelum kami tiba disini, telah ada orang
menyulut lampu lentera tersebut, kemudian mengundurkan
diri?" "Memang demikian adanya".
"Kedua huruf tersebut ditulis diatas dinding tebing pada
sebuah tikungan, apakah tulisan itupun menandakan suatu
peringatan?" sambung Tu Kioe dari samping.
"Apabila dibunuh sebelum diperingatkan perbuatan itu
merupakan suatu perbuatan yang salah besar. Apabila cuwi
sekalian tidak mau berhenti juga setelah membaca peringatan
tersebut, maka seandainya bertemu, dengan mara bahaya
maka kalian harus menanggung resikonya sendiri."
Sang Pat mendongak memperhatikan sekejap jalan gua itu,
tampak luas gua tersebut ada lima tombak tingginya dengan
luas empat depa, seandainya dalam lorong tersebut dipasang
alat jebakan, memang sulit bagi seseorang untuk
menghindarkan diri. "Toako, untuk sementara waktu harap menanti disini,
bagaimana kalau biar siauw-te melakukan pemeriksaan lebih
dahulu?" terdengar Tu Kioe bertanya.
"Urusan sudah jadi begini, kita cuma punya jalan maju dan
tiada jalan mundur, sekalipun di dalam lorong itu telah
dipasangi alat jebakan yang bagaimana bahayanyapun
terpaksa harus kita terjang terus sampai kedalam."
Sementara mereka masih berbicara, mendadak lampu
lentera itu ber-goyang2 lalu padam.
Tu Kioe langsung mendengus dingin, jengeknya ;
"Bertindak sembunyi2 macam cucu kura2 begitukah yang
disebut seorang enghiong" seorang lelaki gagah!"
Tiba-tiba terdengar Sang Pat mendongak tertawa terbahak2.
"Haaa.... haaa.... bagus sekali! setelah lampu dipadamkan,
kalian anggap kami Tiong Chiu Siang Ku lantas terhadang
jalan perginya?" Terasa cahaya tajam berkilauan memenuhi seluruh
ruangan, dalam lorong batu yang gelap tadi seketika terang
benderang oleh sorotan cahaya hijau yang amat cemerlang.
Kiranya pada saat itulah Sang Pat telah ambil keluar sebuah
mutiara sebesar buah lengkeng yang memancarkan cahaya
tajam, sinar berwarna ke-hijau2an tersebut bukan lain adalah
cahaya yang terpancar dari mutiara itu,
"Aaah, mutiara Ya-Beng-Coe" teriak Tok Chiu Yok Ong
kegirangan. "Tidak salah, memang mutiara Ya-Beng-Coe!" sahut Sang
Pat sambil tertawa "Kami Tiong Chiu Siang Ku tersohor
sebagai pedagang yang terkaya dikolong langit, hanya sebutir
mutiara macam begini belumlah terhitung sebagai suatu
benda yang mustika."
Terdengar suara Song Poo yang dingin berkumandang
kembali ; "Sekalipun gua batu ini berhasil kalian terangi hingga jelas
bayangan disiang hari, namun apabila cuwi ingin
menghindarkan diri dari pelbagai perangkap yang ada disini,
masih tetap bukanlah merupakan suatu pekerjaan gampang."
Tiba-tiba Tu Kioe ulur tangan kirinya serta mencengkeram
pergelangan kanan Song Poo, kemudian menjenek, "Mereka
telah melupakan satu persoalan, yaitu sebelum kami menemui
ajalnya masih cukup ada kesempatan bagi kami beberapa
orang untuk membinasakan diri Song-heng".
"Ha ha ha ha apabila aku Song Poo masih memikirkan
tentang soal mati hidupku, tidak nanti kubawa kalian masuk
ke dalam lorong batu ini.
Tok Chiu Yok Ong yang berdiri disisi kalangan selama ini
membungkam terus dalam seribu bahasa mendadak tangan
kanannya bergetar keras.... sreeet! sreeeet! secara beruntun
ia telah menepuk sepasang bahu Song Poo. kemudian
berkata, "Tu-heng, sekarang kau boleh lepaskan dirinya, aku
sudah melepaskan tulang sendi pada sepasang bahunya."
Dibawah sorotan sinar mutiara, tampaklah Song Poo
kesakitan sehingga keringat mengucur membasahi seluruh
tubuhnya, namun ia tetap menggertak gigi menahan sakit,
mengerang sedikitpun tidak.
Menyaksikan kejantanan orang itu, dalam hati Sang Pat
memuji, pikirnya, "Daya tahan orang ini terhadap siksaan
benar2 mengagumkan sekali, dia tidak malu dikatakan sebagai
seorang lelaki sejati".
Tiba-tiba Siauw Ling melangkah maju kesisi tubuh Song
Poo, sepasang tangannya bergerak cepat menyambung
kembali tulang sendi pada bahunya, kemudian ia berseru,
"Song-heng, silahkan berangkat!"
Tindakan ini rupanya jauh berada diluar dugaan Song Poo,
ia lantas berpaling memandang sekejap ke arah sianak muda
itu. "Sebenarnya apa maksudmu?" ia bertanya.
"Bukankah diantara kita tak pernah saling mengikat tali
permusuhan" cayhe tidak tega menyaksikan Song-heng
menahan penderitaan akibat tulang sendi yang dilepas".
"Seorang lelaki sejati tidak akan takut terhadap suatu
kematian, apalagi hanya sedikit penderitaan akibat tulang
sendi yang terlepas, tak usah kau cemaskan!"
"Bagaimanapun juga diantara kita berdua tidak pernah
terikat tali permusuhan, lagipula kedatangan kami kesinipun
tidak mengandung maksud untuk memusuhi kongcu kalian,
maka tidaklah beralasan bagi kami untuk menyiksa dirimu.
Terus terang saja cayhe utarakan, kedatangan kami kesini
hanyalah bermaksud ingin menikmati pemandangan air terjun
yang ada dibelakang gua sana...."
"Maksud tujuan kalian membuat cayhe merasa sangat tidak
percaya". "Apabila Song-heng tidak percaya, cayhepun tak bisa
memaksa dirimu untuk mempercayainya, dan kini Song-heng
boleh berlalu dari sini".
"Sungguhkah aku boleh pergi?" tanya Song Poo rada
tercengang. "Selamanya belum pernah cayhe bicara bohong"
Diam2 Song Poo salurkan hawa murninya keseluruh tubuh
untuk memeriksa apabila terdapat suatu tanda yang aneh,
ternyata semuanya lancar dan tiada tanda-tanda yang
mencurigakan. Terdengar Siauw Ling menghela napas panjang, ujarnya
lebih jauh dengan nada lirih ;
"Apabila kau berjumpa dengan kongcu kalian nanti,
sampaikan salamku kepadanya".
"Cayhe pasti akan berusaha keras untuk menundukkan
kongcu kami sehingga beliau memberi ijin bagi cuwi sekalian
untuk memasuki gua ini".
"Kalau memang demikian adanya, tentu saja hal ini lebih


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagus lagi. Daripada diantara kedua belah pihak sampai
terjadi hal2 yang tidak menggembirakan".
"Tetapi akupun hendak menerangkan terlebih dahulu,
sudikah kongcu kami memberi ijin kepada kalian, cayhe sendiri
tidak berani menjamin seratus persen".
"Apabila kongcu kalian tidak memberi ijin kepada kami, itu
berarti dia hendak mendesak cayhe sekalian untuk mengambil
langkah kekerasan". Song Poo tidak banyak bicara lagi, ia segera menjura
seraya berseru, "Baik2lah cuwi sekalian menjaga diri!"
Dengan langkah lebar ia berlalu dari sana.
Siauw Ling berdiri dipaling depan, memandang hingga
bayangan punggung Song Poo lenyap dari pandangan ia baru
berkata dengan suara berat, "Cayhe akan membuka jalan bagi
kalian, harap Yok Ong berjalan ditengah rombongan".
"Siauw-heng, loohu ada satu persoalan yang makin kupikir
makin tidak kumengerti, dapatkah kau menjelaskannya
kepadaku?" "Persoalan apa?" walaupun Siauw Ling sudah tahu apa
yang hendak ditanyakan si raja obat ini, namun tak tahan ia
bertanya pula. "Mengapa kau lepaskan orang she Song itu" tindakanmu ini
bukankah suatu tindakan yang bodoh" apabila ia masih
berada disini, seandainya kita sampai bertemu dengan mara
bahaya, bukankah tak perlu kita coba sendiri?"
"Semua tanggung jawab serahkan saja kepada aku orang
she Siauw, harap Yok Ong tak usah menguatirkan tentang
persoalan ini". Selesai berbicara, ia segera melangkah maju kedepan.
Tok Chiu Yok Ong tidak berbicara apa2 lagi, dengan
langkah lebar ia menyusul dibelakang Siauw Ling, dan sebagai
penutup barisan adalah Tiong Chiu Siang Ku yang jalan
bersanding. Kurang lebih setelah mereka masuk empat lima tombak ke
dalam lorong tersebut dan telah melewati empat lima buah
tikungan, tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring
berkumandang datang, "Berhenti!"
Siauw Ling menurut dan segera berhenti. sesuai dengan
peraturan Bu-lim dengan cepat ia menjura lalu berkata ;
"Cayhe Siauw Ling, ada urusan hendak mohon dengan tuan
rumah ini." Perempuan di dalam gua ini rupanya merasa tercengang
atas sikap Siauw Ling yang sungkan, ia rada tertegun sejenak
kemudian baru menyahut ; "Apabila Cuwi sekalian ada maksud hendak bertemu
dengan majikan kami sudah sepantasnya kalau menunggu
diluar gua, perbuatan kalian yang menerjang masuh ke dalam
gua terang2an ini menunjukkan apabila kalian mengandung
maksud tertentu". "Hemmm, anggap saja kami punya maksud lain, kalian mau
apa?" sela Tok Chiu Yok Ong.
"Siapa kau" begitu tak tahu adat dalam pembicaraan?"
bentak suara tadi dengan gusar.
"Loohu adalah si Raja Obat Bertangan Keji!"
"Belum pernah kami dengar nama anda!"
JILID 30 Walaupun dalam hati Tok Chiu Yok Ong merasa sangat
gusar, tetapi ia tidak sanggup untuk mengumbarnya keluar,
terpaksa sambil mendengus dingin serunya kembali, "SiauwTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
heng, apakah hanya seorang gadis pun dapat menghalangi
perjalanan kita?" "Selamanya cayhe utamakan adat istiadat lebih dahulu
sebelum menggunakan kekerasan...."
Tiba-tiba ia pertinggi suaranya dan bersru, "Nona bila kau
ada perkataan cepatlah diutarakan, seandainya tuan rumah
gua ini tidak sudi berjumpa dengan kami, terpaksa kami
sekalian akan menerjang masuk dengan kekerasan."
"Apabila kalian berani maju selangkah lagi kedepan, aku
segera akan menggerakkan alat2 rahasia yang dipasang
disekitar sini." Dengan cermat Siauw Ling membedakan arah suara gadis
itu , setelah menentukan arah yang tepat mendadak ia
membentak. "Nona, ber-hati2lah...."
Ia enjotkan badan dan menubruk kemuka dengan
hebatnya. Terasa cahaya dingin berkelebat lewat, angin sedang menderu2
menyambar kemuka, bersamaan itu pula dari dinding
lorong berkumandang suara gemericikan yang nyaring.
Baik si Raja Obat Bertangan Keji maupun Sepasang
Pedagang dari Tiong Chiu semuanya merupakan jago-jago
kawakan yang sudah punya pengalaman luas dalam
menghadapi musuh tangguh, mendengar suara tersebut
kewaspadaan mereka dipertingkat, seluruh perhatian
dipusatkan ke arah depan dan dengan langkah lebar
menerjang kemuka. Siauw Ling ayunkan telapak kanannya melancarkan
segulung angin pukulan yang maha dahsyat, pedang yang
menyerang datang dari sisi tubuhnya seketika terbendung.
sementara jari kirinya menotok kemuka melancarkan sebuah
serangan balasan. Terdengar jeritan tertahan yang amat nyaring menggema
dalam lorong, tiba-tiba gadis itu menarik kembali pedangnya
dan melarikan diri dari situ.
Melihat musuhnya ngacir, Siauw Ling segera mengejar
kedepan walaupun harus menempuh bahaya.
Tok Chiu Ong serta Tiong Chiu Siang Ku pun pada saat
yang bersamaan dengan suatu gerakan tubuh paling cepat
mengejar ke belakang tubuh Siauw Ling.
Blummm! Blummm! ditengah dua ledakan dahsyat, dari
atas atap lorong se-konyong2 meluncur jatuh dua buah batu
cadas yang luar biasa besarnya.
Seandainya Siauw Ling tidak melancarkan serangan
dahsyat sehingga memaksa gadis itu rada lambat
menggerakkan alat rahasia tersebut, sekalipun Tok Chiu Yok
Ong serta Tiong Chiu Siang Ku memiliki gerakan tubuh yang
amat cepatpun, tak bisa dihindari lagi mereka pasti akan
terluka oleh tindihan batu cadas itu.
Si Sie poa emas Sang Pat berpaling memandang sekejap ke
arah batu cadas tersebut. tampaklah seluruh lorong telah
tersumbat penuh oleh batu tersebut, asal gerakan mereka
lebih lambat sedetik saja niscaya dia serta Tu Kioe sudah mati
konyol. Terkenang peristiwa yang baru saja berlangsung, tak kuasa
lagi ia berseru lirih, "Sungguh berbahaya! sungguh
berbahaya." Sang-heng, harap kau memimpin jalan dengan andalkan
cahaya mutiara tersebut." terdengar Tok Chiu Yok Ong
berseru dengan suara cemas. Keadaan yang kita hadapi
sekarang terlalu kritis, apabila mereka sempat menggerakkan
seluruh alat rahasia yang dipasang disekitar lorong ini, niscaya
kita bakal celaka. Mari kita terjang terus ke dalam dan tak
perlu sungkan2 lagi".
"Ucapan Yok Ong sedikitpun tidak salah" sahut Sang Pat
seraya meloncat kehadapan Siauw Ling, kemudian dari
sakunya ia ambil keluar senjata sie-poa emasnya dan
melangkah maju kedepan dengan langkah lebar.
"Saudara Sang, kau harus ber-hati2" teriak Siauw Ling
memberi peringatan. "Tak usah toako kuatirkan.
Belum habis ia menjawab, tiba-tiba tercium bau amis
berhembus datang dari arah depan.
Dibawah sorotan cahaya mutiara, tampaklah seekor ular
kecil laksana anak panah meluncur datang dengan kecepatan
luar biasa. Dengan sebat Sang Pat menghentikan langkahnya, senjata
Sie-poa emas yang telah dipersiapkan ditanganpun segera
dibabat ke arah muka. Cahaya putih berkelebat lewat, tahu2 pedang Siauw Ling
telah bergerak lebih duluan.... Crasss....! ular kecil yang
meluncur datang dengan amat cepatnya itupun sudah
terbabat jadi dua bagian.
Pada saat itulah dari permukaan tanah berkumandang
datang suara gemerisik yang amat nyaring, pelbagai jenis ular
beracun yang jumlahnya mencapai ratusan ber-sama2
bergerak datang.... Luas lorong gua itu tidak mencapai beberapa depa, dengan
kedatangan rombongan ular beracun ini maka dalam waktu
singkat seluruh ruangan kosong dalam lorong itupun telah
dipenuhi dengan binatang2 tersebut.
Dalam keadaan seperti ini, kendati Sang Pat memiliki
pengalaman yang luas pengetahuan yang banyak serta akal
yang lihaypun tak urung dibikin gelagapan juga sehingga
untuk beberapa saat ia tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun. Laksana kilat Siauw Ling melancarkan sebuah serangan
udara kosong ke arah depan, angin pukulan yang dahsyat
dengan cepat menggulung rombongan ular yang berada
dipaling depan. Termakan angin pukulan yang maha dahsyat tadi,
beberapa puluh ekor ular berbisa itu mencelat dan hancur
binasa. namun dengan adanya serangan ini ular2 yang ada
Lembah Nirmala 13 Jodoh Rajawali 06 Sumur Perut Setan Si Kangkung Pendekar Lugu 11
^