Pencarian

Pendekar Tanpa Tanding 2

Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera Bagian 2


belum menemukan murid pengkhianat yang menabur racun
pelemas tulang. Ia belum membalas dendam meski setiap
mengingat tragedi berdarah itu, amarahnya berkobar. Cuma
satu hal yang membuatnya senang, Wisang Geni telah
menguasai seluruh ilmu silatyang dia ajarkan, duabelas jurus
Garudamukha yang berintikan tenaga gama (amarah) dan
tujuh jurus Garudamukha Prasidha.
Hari itu setelah kejadian di reruntuhan rumah tua, Padeksa
menyerahkan Wisang Geni kepada Manjangan Puguh untuk
menyempurnakan ilmu andalan Merapi, pukulan Bang Bang
Alum Alum dan ilmu ringan tubuh Waringin Sungsang.
"Geni, ada dua murid kakang Bergawayang selamat, namun
entah berada di mana sekarang. Lembu Agra, tak mungkin
mencapai kesempurnaan ilmu silat lantaran cedera tenaga
dalam. Walang Wulan, ia seorang wanita sehingga
kemajuannya terbatas. Mereka adalah adik perguruan ayah
ibumu Dibanding keduanya, kamu calon paling kuat untuk
menjadi ketua Lemah Tulis. Tapi kamu harus berlatih keras.
Ingat kamu harus temukan rahasia Kinanti Prasidha yang
berada di tangan keturunan Ny i Ageng K ili Suci, kamu gabung
dengan tujuh jurus Garudamukha Prasidha yang kuajarkan,
maka Garudamukha Prasidha akan sempurna dan menjadi
jurus dahsyat, jurus yang menjadi pusaka perguruan kita.
Kamu cari dan temukan pusaka itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padeksa sebenarnya adalah kakek guru bagi W isang Geni
namun belakangan justru menjadi guru Orangtua Geni, Gajah
Kuning dan Sukesih, murid Bergawa yakni kakak perguruan
Padeksa. Duapuluh lima tahun lalu, setelah menyelamatkan
Geni dari kepungan pasukan Tumapel, Puguh menyerahkan
Geni untuk dididik Padeksa. Itu sebab Geni terbiasa
memanggil Padeksa dengan kakek meski terkadang
menyebutnya guru Jika melihat hubungan lewat orangtuanya,
Geni memang pantas memanggil kakek guru Tapi jika melihat
bahwa selama duapuluh lima tahun Padeksa mengajarinya
ilmu s ilat, maka Geni boleh saja memanggil guru
"Kakek, kau sudah seperti kakek sungguhan yang
memelihara aku sejak kecil, kamu juga guruku, maka sudah
kewajibanku melayani dan meladenimu Setelah selesai berlatih
dengan guru Puguh aku akan mencarimu Tetapi guru, kamu
kan masih ketua Lemah Tulis, kenapa harus mencari ketua
lain." "Aku hanya ketua sementara, itu peraturan perguruan kita
bahwa ketua hanya diturunkan dalam setiap generasi. Setelah
Bergawa dan aku, maka generasi berikut adalah generasi
kamu, Agra dan Wulan. Tapi sudah kukatakan tadi, kamu yang
paling berbakat, cerdas dan memang sudah dipersiapkan sejak
kecil oleh orangtua dan paman-pamanmu Hanya kamu harus
berjuang dan berlatih keras untuk jabatan terhormat itu."
Wisang Geni merunduk. Malu-ma lu dia berkata lirih, "Aku
belum tahu banyak asal-usul perguruan kita juga perihal
Eyang Sepuh Suryajagad dan Nyi Ageng Kili Suci, siapa
mereka?" dia melanjutkan. Garudamukha Prasidha itu apakah
sedemikian hebatnya sehingga menjadi ilmu pusaka perguruan kita. Kek, cerita guru Puguh tentang pertarungan
Eyang Sepuh Suryajagad di Ganter itu, tentu beliau
menggunakan jurus Prasidha."
"Benar. Itu sebab sangat penting untuk menemukan
separuh Prasidha itu, sebab tanpa jurus Garudamukha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prasidha yang utuh sempurna sulit bag; kamu menjadi
pendekar utama dan mengangkat kembali nama dan citra
Lemah Tulis. Pergilah Geni, jangan ragu, lelaki sejati hanya
punya satu tujuan hidup. Pandanganmu harus ke depan,
jangan melihat belakang, jangan melihat samping, tetapi
pandang ke depan, di situ tujuanmu ke situ kamu pergi
Pergilah, gurumu Puguh sudah menantimu di luar. Ada satu
yang penting, sekarang ini jangan mengaku murid Lemah
Tulis, sebab banyak musuh, aku yakin suatu waktu nanti kita
semua akan bangga sebagai murid Lemah Tulis saat di mana
kita sudah memiliki seorang ketua yang ilmu silatnya disegani
banyak orang. Sekarang pergilah."
---ooo0dw0ooo--- Daerah belahan Timur di kaki gunung Arjuno jarang
dikunjungi orang. Hutannya rapat padat dengan pepohonan
yang menjulang tinggi. Pagi itu udara masih dingin. Kabut pun
masih tebal. Suasana sunyi dan sepi. Hanya terdengar suara
kicau burung dan gemuruh air terjun. Air terjun mencurah dari
tempat yang cukup tinggi dan terjal. Curah air itu bagai
tonggak langit, membentuk sungai yang airnya mengalir
deras. Uap air menutupi pemandangan di sekitar air terjun,
sehingga tidak terlihat adanya seorang lelaki sedang berlatih
silat di pusaran air terjun. Dia Wisang Geni.
Geni bergerak lincah berloncatan di bebatuan. Sekali-sekali
ia menerjang curah air yang bagaikan tembok tebal
Menerobos tirai air yang deras, sepertinya ia tak mengalami
kesulitan. Padahal air yang terjun dari tebing puluhan tombak
tingginya tentu sangat dahsyat kekuatannya. Ia berlatih
seharian. Ketika matahari sudah bergeser ke Barat, senja
semakin mendekat, Geni melompat ke sebuah batu Ia semedi
di tengah uap air yang tebal, basah kuyup. Ia bertelanjang
dada, hanya mengenakan celana sebatas lutut.
Setelah berpisah dari Padeksa, Manjangan Puguh
membawa Geni berlatih di air terjun. Satu minggu ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengajarkan ilmunya, Puguh kemudian meninggalkan Geni.
"Kamu tinggal membiasakan jurus-jurus itu menyatu dengan
gerakanmu Paling tidak kamu harus berlatih satu bulan lagi di
sini. Dan aku tidak bisa menemanimu terus, aku harus pergi
mencari Eyang Sepuh Suryajagad dan keturunan Nyi Ageng
Kili Suci, jika ketemu, aku akan membawa kamuke sana.
Sekarang kamu berlatih saja, setelah satu bulan berlatih,
kamu boleh pergi mengembara ke mana kamu mau. Tetapi
ingat pesan kakekmu Padeksa, jangan memperkenalkan
dirimu sebagai murid Lemah Tulis."
Batas waktu satu bulan yang diberikan Manjangan Puguh
malah menantang Geni untuk menambah waktu latihannya.
Dua bulan Geni berdiam di kaki gunung Arjuno. Meskipun
tidak sehebat gurunya, tetapi Geni sudah menguasai ilmu
ringan tubuh yang tidak ada duanya di kolong langit Waringin
Sungsang dan jurus tangan kosong Bang Bang Alum Alum.
Ilmu andalan Manjangan Puguh, yang ditenmanya dari guru
Sagotra, pendekar dari gunung Merapi.
Setelah semedi, Geni bangkit lagi meneruskan lalihaiuiya.
Ia tidak melihat kehadiran seorang gadis di tepi sungai.
Gadis itu me langkah santai di tepi sungai. Ia duduk di
sebuah batu di pinggir sungai Kakinya dijulurkan ke dalam air.
Ia menjerit kecil, dinginnya air terasa nikmat. Ia berdiri sambil
merentang tangan, menengadah memandang air terjun dan
menikmati pemandangan indah di sekelilingnya. Ia tidak
melihat Geni yang berada di dalam kumpulan uap air yang
tebal. Gadis itu masih berdiri di batu di tepi sungai merasakan
sejuknya angin pegunungan. Wajahnya yang cantik basah
dielus angin sepoi yang membawa serta uap air. Hidungnya
yang bangir kembang kempis menghirup nafas panjang
seakan hendak menelan semua udara basah itu ke dalam
parunya. Udara itu dihembuskan dari mulurnya yang indah
berbentuk gondewa. Lehernya yang jenjang tertutup rambut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang basah yang terjulai sampai di pundaknya. Ia seorang
gadis muda usia sekitar duapuluh tahun, jangkung dengan
kaki langsing dan agak panjang. Tubuhnya kuning sawo,
tampak langsing, sintal dan berisi. Ia benar-benar cantik
alamiah. Tak ada suara lain kecuali gemuruh air terjun dan suara
binatang dari hutan sekitar. Mendadak terdengar suara
tertawa keras diikuti kesiuran angin. Sosok bayangan bergerak
pesat. Bagai turun dari langit seorang lelaki sudah berdiri di
depan si gadis. Ia kurus, kepalanya botak. Kumis dan
cambangnya lebat. Sikapnya kurang ajar. Matanya jelalatan
menelusuri sekujur tubuh si gadis.
"Wong ayu, wong ayu, sudah lama kubuntuti kamu Nah
sekarang hanya kita berdua di tempat sunyi dan sepi ini.
Bagaimana dengan lamaranku tempo hari, kamu jangan malu-
malu, apalagi di s ini kan tak ada orang, kangmas ini sudah tak
sanggup menahan rindu."
Si gadis terkejut sesaat. Tetapi bagai tersentak ia lantas
menyerang gencar. Dua jurus berturutan dilepasnya. "Bangsat
keparat busuk, rupanya kamu belum mati waktu itu. Hari ini
kubikin kamu menyesali hidupmu, matilah kamu bangsat!" Ia
menyerang dengan serentetan pukulan dan tendangan yang
mendatangkan angin keras pertanda besarnya tenaga yang
digunakan. Lelaki brewok itu tertawa. "Ajal belum mau mencabut
nyawaku, wong ayu. Dewa maut itu berkata, ia baru akan
mencabut nyawaku setelah aku mengawini kamu yang cantik
dan montok. Sekarang saatnya aku mengawini dan menikmati
tubuhmu, wong ayu" Gadis itu tidak meladeni omongan lawan. Ia terus
mencecer dengan serangan dahsyat. Tetapi lelaki brewok itu
berkelit lincah meskipun batu besar tempat ia berpijak, licin
dan berlumut. Lelaki itu juga tak bisa berbuat banyak. Tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmu silat keduanya imbang. Si gadis lebih unggul dalam
ringan tubuh, namun masih kalah dalam tenaga pukulan.
"Tak usah heran wong ayu, sekarang ilmu silat kangmas-
mu ini, Kalamasura, makin maju. Sengaja aku memperdalam
ilmu dari Romo Guru, supaya sebagai suami aku bisa meladeni
kemauanmu tiap malam, iya kan wong ayu"
Tigapuluh jurus berlalu. Perkelahian berlanjut ke dekat air
terjun, namun masih di tepi sungai Keduanya basah kuyup,
kecipratan uap air. Baju si gadis basah nempel ketat di tubuh
memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Lelaki itu
semakin terangsang. "Hai wong ayu, setahun kita berpisah,
ternyata kamu semakin montok, setahun aku kasmaran
memikirkan kamu, sekarang aku harus memiliki kamu Harus!
Oh wong ayu, aku makin kasmaran."
Dua kali tamparan menerpa bahu dan pundak Kalamasura
membuatnya meringis kesakitan. Mendadak ia mengubah
jurus silatnya, "Wong ayu, sudah cukup kita main-ma in."
Berkata demikian ia menyambut pukulan si gadis dengan
kepalan. Kalah tenaga dalam, si gadis tak mau adu pukulan. Ia
mengubah jurus, kepalan berubah menjadi telapak tangan
terbuka. Ia niat menampar pergelangan tangan lawan. Tiba-
tiba si gadis melihat sinar gemerlap di tangan Kalamasura
Paku yang berkilat oleh matahari senja. Jarak sudah terlampau
dekat, ia sulit menghindar.
Si gadis dengan cerdik dan sebat menggerakkan
pergelangan tangan ke bawah lalu ke atas, niat menyampok
tangan lawan. Kalamasura licik, ia sudah memikirkan
perangkap ini. Ia membiarkan gerakan si gadis. Saat yang
tepat ia menggentak telapak tangannya, dua paku melayang
secepat kilat. Gadis itu tak pernah mengira lawan akan
menyambit dengan paku. Ia mengelak, tetapi terlambat. Satu
paku lolos, satu lainnya nancap di dada dekat pundak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalamasura berteriak girang, "Kena kamu wong ayu, dan
ini paku berikutnya supaya kamu tak bisa lari." Tiga paku
melayang ke arah kaki. Si gadis mengelak dengan gerak tubuh
limbung. Dua lolos, satu lainnya nancap di paha.
"Tak usah takut wong ayu, itu memang paku racun laba-
laba, tapi kangmas punya pemunahnya Tanpa obat pemunah
kamu akan mati dalam waktu satu hari. Sekarang, menyerah
saja. Memang tidak enak mengawini orang pingsan, tetapi apa
boleh buat daripada membiarkan kamu lolos lagi."
Gadis itu merasa gerak kakinya agak kaku, rupanya racun
sudali mulai bekerja. Sungguh cepat sekali proses kerja racun
itu. Gadis berpikir lebih baik mati daripada diperkosa. "Aku
adu jiwa denganmu, lebih baik aku mati, kamu bangsat
biadab." Sambil berkata ia melancarkan dua jurus menyerang
tanpa mempedulikan pertahanan lagi. Tujuannya cuma satu,
membunuh lelaki bernama Kalamasura itu. "Lebih baik mati
daripada ternoda," gumamnya.
Meski ilmunya setingkat, mau tak mau Kalamasura terdesak
hebat. Ia cuma bisa menangkis. Dua pukulan menghantam
telak dadanya T erasa gejolak darah, rasanya mual. Ia tahu ia
terluka dalam. Sebenarnya tak semudah itu ia terluka
Keduanya imbang, si gadis sudah terluka kena paku beracun
namun dengan serangan nekad justru kekuatannya berlipat.
Di lain pihak Kalamasura tarung setengah hati, tak mau
menurunkan tangan maut. Lelaki brewok ini terhuyung
limbung. Dadanya sakit, nafas sesak. Tapi ia tersenyum,
dilihatnya si gadis ikut terhuyung sempoyongan. Racun sudah
bekerja. "Ia segera akan jatuh tak berdaya," gumam
Kalamasura dengan menahan sakit di dadanya.
Racun sudah bekerja. Gadis
itu merasa pusing. Pandangannya berputar dan kabur. Ia menggigit bibirnya,
"Aku tak boleh pingsan, aku harus tetap sadar."
Pada saat kritis bagi si gadis, mendadak sebuah bayangan
masuk pertarungan. "Laki-laki pengecut. Tidak pantas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertarung dengan perempuan, menggunakan cara membokong." Tanpa basa-basi Wisang Geni melancarkan
jurus Gora Andaka (Banteng Besar Hamuk) dari Bang Bang
Alum Alumyang sudah sempurna ia kuasai.
Hebat! Kalamasarura yang sudah terluka, kaget setengah
mati, dia berupaya menangkis serangan Geni. Tetapi sia-sia,
pukulan Geni menerpa bahunya. Ia kaget. Belum sempat ia
bebenah diri, jurus susulan Geni Nyakra Manggilingan (Selalu


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berputar Bagai Kincir) telak menghajar perut dan lengannya.
Kalamasura muntah darah! Seketika nyalinya terbang. Gila!
Hanya dalam dua jurus ia dihajar tanpa sempat membela diri.
Lawan ini bisa membunuhnya. Ia tak berpikir dua kali lagi, ia
kabur secepatnya. Ada alasan mengapa Geni begitu cepat memetik hasil,
hanya dua jurus, Kalamasura langsung terluka dan kabur.
Pertama, Kalamasura sudah terluka oleh pukulan si gadis.
Kedua, Geni menyerang ganas tanpa memberi kesempatan.
Ketiga, hebatnya jurus Bang Bang Alum Alum yang baru
selesai ia kuasai. Wisang Geni terpesona akan ilmunya tadi. Ia baru pertama
kali menggunakan jurus ciptaan pendekar Merapi dan hasilnya
sungguh luar biasa. Dari gerakannya bisa diukur bahwa
lawannya tadi bukan sembarang orang namun toh bisa ia lukai
dalam dua jurus. Saat itu Geni melihat si gadis sempoyongan.
Sebelum terjungkal ke dalam sungai, Geni sigap menangkap
lengannya. Mendadak gadis itu menyerangnya dengan pukulan ganas,
mengarah mata. Geni terkesiap, sama sekali tak menduga
akan diserang. Untung saja keracunan membuat pukulan si
gadis tak bertenaga. Geni menangkis dengan tenaga ringan,
takut si gadis terluka. Si gadis sempoyongan. Pingsan. Geni meraih pinggangnya,
mendudukkannya di atas batu dengan hati-hati Ia menotok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa titik jalan darah di punggung dan leher. Gadis itu
sadar. Ia berontak. Geni berkata lirih. "Nona, kamu tenang,
aku bukan musuhmu, musuhmu yang tadi sudah kuusir pergi."
Gadis itu masih mengigau, "Aku tak mau pingsan."
Geni menjawab sambil menyalurkan tenaga dalam ke
punggungnya. "Iya, kamu tak boleh pingsan, aku akan
membantumu dengan tenaga dalam"
Kesadaran si gadis mulai pulih. Ia mengerti bahwa orang
yang berada di belakangnya sedang menolongnya. Kalamasura sudah pergi. Mendadak ia merasa perutnya mual,
pusingnya makin memabukkan. Ia ingat terkena serangan
paku Kalamasura "Aku, aku kena senjata rahasia paku
beracun, katanya racun laba-laba."
Geni terkejut. Ia melompat ke depan si gadis. "Di mana ?"
Gadis itu melihat samar-samar seorang lelaki yang tidak
dikenalnya. Ia menunjuk dada dan pahanya. Ia sudah
setengah sadar. Bibirnya pucat agak membiru Di bawah
pelupuk matanya, agak gelap.
Memegang nadi dan memandang mata si gadis, sekejap
saja, Geni mengenal racun yang menyerang si gadis adalah
racun ganas. "Ulurkan dua tanganmu" Katanya dalam nada
memerintah. Gadis itu mengikuti perintahnya. Tanpa
membuang waktu lagi Geni segera mengempos tenaga
dalamnya. Tangannya bergetar penuh tenaga menempel
tangan si gadis. Mereka duduk berhadapan di atas batu besar
dekat air terjun. Keduanya saling menatap. Lalu Geni
memejamkan mata Gadis itu merasa tenaga yang hangat menerobos
tangannya. Tenaga itu berputar dan menyelusur seluruh
tubuhnya. Tadi agak pusing kini ia merasa lebih baik. T adi dia
sangat berkeinginan untuk tidur, kini rasa kantuknya perlahan-
lahan lenyap. Ia melihat darahnya yang warnanya hitam
merembes keluar dari lukanya. Tidak lama kemudian senjata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semacam paku meloncat keluar dari luka di dadanya. Agak
lama kemudian satu paku lagi terlempar keluar dari luka di
pahanya. Diam-diam dia memuji hebatnya tenaga dalam laki-
laki penolong ini. Gadis itu meneliti pemuda di hadapannya. Lelaki itu basah
kuyup. Ia bertelanjang dada, tampak bulu dadanya yang
lebat. Wajahnya penuh keringat bercampur air sungai. Hidung
besar agak bangir. Mulurnya lebar, bibirnya tipis. Tanda ia
punya semangat tinggi dan agak kejam. Rambut setengah
keriting, gondrong sampai leher. Alisnya tebal. Secara
keseluruhan ia tidak tergolong tampan, tetapi punya daya
tarik. Dan dengan tubuhnya yang kekar atletis, justru lebih
nampak jantan. Geni membuka mata, si gadis menangkap seberkas sinar
tajam. Ada kilatan yang membuat si gadis bergidik. "Orang ini
kejam," pikirnya. Sesaat kemudian sinar mata itu kembali
ramah dan penuh kedamaian. Ia mengubah penilaian dalam
hatinya tadi, "Pemuda ini baik dan luhur budi". Tanpa terasa
gadis itu merasa suka, "Terimakasih, pendekar, kamu telah
menolong aku," katanya.
"Tunggu dulu, nona, kau belum sembuh Racun masih
mengeram dalam tubuhmu, berbahaya. Racun segera
mengganas lagi jika tidak cepat ditolong, tetapi... bagaimana
ya." "Kenapa" Katakan saja, aku tidak takut mati, tadi memang
aku takut, aku takut diperkosa lelaki bejat itu. Kalau mati, aku
tidak takut mati" "Bukan mati, tetapi kamu bisa lumpuh. Racun itu ganas,
harus dikeluarkan dari tubuhmu, setelah itu kamu minum obat
untuk membersihkan darahmu"
"Bagaimana mengobatinya, apakah kamu bisa" Apakah
kamu punya obatnya?" Saat itu si gadis merasa perutnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mual, "Aku mual, rasanya mau muntah." Saat berikutnya ia
muntah. Lendir mengandung sedikit darah.
Geni merasa serba salah. "Racun mulai mengganas. Aku
bisa menolongmu, aku murid seorang ahli pengobatan,
tetapi..." Gadis itu semakin bingung. "Katakan, apakah ada syarat
untuk pertolonganmu" Katakan!"
Wajah Geni memerah, agak tersinggung. "Kamu salah,
nona. Aku menolongmu karena kebetulan ingin menolong, itu
saja. Aku tidak minta apa-apa sebagai imbalan, tetapi aku
khawatir kamu salah sangka. Soalnya aku harus mengisap
darah dari luka kamu, dan luka itu ada di paha dan dada"
Waktu menyebut paha dan dada, suara Gali rnenjadi lirih.
"Tetapi kalau tidak ditolong, kamu bisa lumpuh atau mati."
Wajah gadis ini memerah. Malu. Ia baru tahu mengapa
pemuda itu kikuk. Lukanya tepat di perbatasan payudara dan
bahu, untuk mengisap luka artinya pemuda itu harus meraba
dan melihat buah dadanya. Luka di paha tempatnya sejengkal
di atas lutut. Ini juga daerah tersembunyi dari kaum wanita. Ia
berpikir, "Jika lelaki ini tidak datang menolong tentu aku sudah
diperkosa Kalamasura, dan sudah tentu harganya jauh
lebihmahal dibanding harus mati. Tetapi memperlihatkan
bagian tubuh, itu juga perkara besar, aku bisa malu setiap
ketemu dia." Mendadak suara Geni terdengar tegas. "Cepat ambil
keputusan nona, terlambat sedikit saja, akan semakin sulit
menolongmu" "Keputusan apa?"
"Mau ditolong atau tidak?"
"Mau, aku mau ditolong."
"Tetapi aku harus mengisap lukamu, tidak ada jalan lain."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu kerjakan cepat." Gadis itu menutup mata.
Geni berkata, "Maaf, aku harus membopongmu ke bawah
pohon." Ia menyambar tubuh si gadis, melarikanke tepi hutan.
Senja sudah mulai beralih ke malam. Gadis itu bersandar di
pangkal pohon, tangannya meraba baju di bagian dada,
merobeknya sedikit, Ia menunjuk tempat luka di dadanya,
"Lakukan, tepat di sini lukanya."
Geni menoreh luka dengan keris milik si gadis. T angannya
gemetar memegang bagian dekat buah dada, menempelkan
mulutnya ke bagian yang terluka kemudian mengisap
darahnya. Aroma keringat tubuh gadis itu dan bentuk buah
dadanya yang montok kencang membuat perasaan Geni
menjadi tidak karuan. Geni memantapkan pikirannya,
mengisap dan menyemburkan darah warna hitam dan bau
bacin. Dia lakukan itu berulang kali sampai darah beracun itu
lenyap berganti darah merah normal. Geni memegang tangan
si gadis, "Kau pijat dan urut di bagian ini, supaya sisa-sisa
racun keluar semuanya."
Gadis itu memejam mata. "Lakukan sendiri, kamu lebih
tahu caranya, toh kamu sudah melihat semuanya, buat apa
aku harus malu-malu lagi. Lakukan saja, eh siapa namamu
pendekar." Geni tanpa sadar menjawab, "Ambara." Geni saat itu
sedang menahan gelora birahinya. Ia menyebut asal sebut.
Ambara, artinya angkasa. "Aku sedang melayang di angkasa,
memegang dan mengurut luka di bagian buah dada yang
kenyal ini," katanya dalam hati.
Gadis itu sedang memejam mata. "Namaku Sari." Ia
berdiam Nafasnya mulai terasa panas. Sari mulai terangsang
birahi Ia berusaha memikirkan hal lain untuk mengalihkan
pikiran. Tiba-tiba Geni berbisik, "Sudah selesai, kamu tunggu
di s ini, aku mencari rumput obat, sebelum hari gelap."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sari melihat lelaki itu pergi. Hari memang sudah hampir
gelap. Tak lama lagi malam akan tiba. Sari memejamkan
mata. Bagian paling sulit telah dilaluinya. Ia masih merasa
mukanya panas, nafasnya juga panas. Dadanya bergemuruh.
Jantungnya berdegup kencang. Ia masih membayangkan
wajah pemuda penolong itu. "Namanya Ambara, orangnya
lugu, tidak tampan, tetapi kelihatan jantan, perkasa." Tanpa
sadar Sari meraba lukanya, seakan mulut yang panas itu
masih menempel di situ dan tangan itu masih menekan buah
dadanya. Dia mencoba mengusir wajah Ambara dengan menghadirkan wajah pria lain, wajah seorang lelaki berusia
limapuluhan. "Kangmas Agra, di mana kamu sekarang, apakah
kamu tidak rindu kepada adikmu ini?" bisiknya dalam hati.
Tetapi sia-sia, sesaat kemudian wajah W isang Geni hadir
kembali mengusir wajah lelaki tadi. Sari menggumam "Untung
saja tadi aku belum nyebur mandi, kalau tidak, wuah apa
jadinya." Tiba-tiba saja ia teringat seseorang, muncul wajah lelaki
botak, brewok dan berkumis lebat. Kalamasura! Tanpa sadar
ia berseru "Laki-laki bejat, aku akan mencarimu, kamu harus
membayar perbuatanmu Tak ada ampun, aku akan
menggunakan segala macam cara untuk membunuhmu" Ia
bicara sendiri untuk mengusir bayangan Geni.
Tak sampai sepenanakan nasi, saat malam sudah mulai
gelap, Wisang Geni muncul. "Aku agak sulit menemukan
rumput yang dua jenis, tetapi untunglah masih bisa
kutemukan. Ini kamu kunyah, airnya kautelan, ampasnya
kamu balur di luka. Sekarang aku akan mengisap luka di
pahamu" Tanpa disengaja dua pasang mata saling menatap. Hutan
sudah mulai gelap namun keduanya merasa rikuh, jantung
berdegup kencang. Ada perasaan tersembunyiyang dirasakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keduanya. Geni mengalihkan bicara, "Aku akan mengobati
luka di pahamu" Berkata demikian, ia merobek celana di batas paha,
mengisap lukanya. Seperti cara mengobati luka di dada,
setelah menyedot darah beracun, ia melabur dengan obat
dedaunan. "Ki Ambara, kau mahir dalam ilmu pengobatan dan
juga ilmu silat, tentu guiumu bukan sembarang orang. Dia
pasti pendekar bernama besar."
Geni merasa gugup. Ia masih terpesona setelah memegang
paha mulus yang kenyal berotot. Ia berupaya mengendalikan
birahinya. "Iya," jawabnya sembarangan.
"Siapa nama gurumu yang hebat, kalau aku boleh tahu."
Tanpa sadar Sari membekap mulutnya. Ia merasa kelepasan
bertanya. Pada jaman itu, pergaulan di dunia pendekar tidak
terikat norma adat istiadat bahkan juga aturan agama,
hubungan intim lelaki dan wanita bisa terjadi begitu saja.
Tetapi menanyakan guru seseorang yang baru dikenal adalah
pertanyaan yang janggal dan aneh, bahkan agak tabu "Maaf,
tak sengaja," katanya.
"Tidak apa-apa, nona." Mendadak Geni ingat pesan
Padeksa. "Jangan sembarangan memperkenalkan diri, jangan
juga memperlihatkan ilmu silatmu Ingat Lemah Tulis banyak
diintai musuh gelap, musuh yang kita sendiri tidak tahu."
Tetapi Geni tak mau mengecewakan si gadis, apalagi si
gadis merasa bersalah menanyakan hal yang buat sebagian
orang, masih tabu "Ilmuku ini kuperoleh dari seorang
pendekar aneh, namanya Waragang. Kamu pasti tak pernah
tahu nama itu sebab memang guruku tak pernah muncul di
muka umum" Ia memang tidak berbohong. Waragang, memang gurunya,
seorang tabib ahli pengobatan di istana Kediri. Ia mengajar
Geni ilmu pengobatan, meramu dan meminumkan obat
padanya sejak bayi Itu sebab ketika dewasa, darahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengandung kekuatan anti racun. Karenanya Geni tidak
merasa takut mengisap darah beracun dari luka Sari.
Waragang memang tidak terkenal. Tetapi apa yang diajarkan
belakangan baru diketahui sebagai ilmu pengobatan kelas
atas. "Kamu sendiri berasal dari perguruan mana?"
Sari merasa rikuh. Ia sedang menyembunyikan jati diri.
"Seorang kakek pertapa dari desa Panawijen, ia yang
mengajari ilmu silat padaku." Ia tidak berbohong, ia belajar
ilmu Karma Amamadang dari pertapa itu. T etapi yang tidak ia
ceritakan, adalah bahwa ia murid dari perguruan Lemah Tulis.
Suasana menjadi rikuh dan kaku. Dia menyodorkan
ramuan, rumput dan daun-daunan. "Nona, kamu sudah tahu
menggunakan obat ini, dua lembar daun bersama satu


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kumpulan rumput, kamu kunyah, airnya kamu telan dan
ampasnya labur ke lukamu Ia akan membersihkan sisa-sisa
racun jikalau memang masih ada."
Selesa i menolong s i gadis, Geni berpikir untuk pergi. Tetapi
ada sesuatu yang menghalangi langkahnya. Ia tak tahu apa
sebabnya. Namun sepertinya ia merasa berat meninggalkan
gadis bernama Sari itu, atau lebih tepatnya ia merasa enggan
berpisah. Tampaknya Sari merasakan hal yang sama, ada rasa
enggan berpisah. "Setelah ini, setelah selesai menolong
mengobati aku, apakah dia akan pergi begitu saja?"
Pertanyaan ini dijawabnya sendiri. "Ya tentu saja dia harus
pergi, mungkin dia punya urusan yang harus ia selesaikan,
sedang di s ini tak ada lagi yang harus diperbuatnya, dia sudah
selesai menolong aku, tetapikenapa dia harus pergi?" Berpikir
begitu wajah Sari memerah. Ia malu. Dalam hatinya ia
berharap, lelaki itu tetap di sini, menemaninya.
Sari segera sadar dari pengembaraan pikirannya,
mendengar suara Geni. "Nona, seharusnya aku pergi
sekarang, tetapi kata guruku, menolong orang itu harus
sampai tuntas. Kamu memang sudah sembuh dari keracunan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun tenaga dalam belum pulih, paling tidak kamu butuh
dua hari lagi untuk memulihkan tenagamu Aku khawatir
musuhmu akan kembali lagi. Apalagi hari sudah gelap, jadi
kupikir aku akan temani kamu sampai besok pagi, asal kamu
tidak keberatan dan tidak curiga padaku."
Sari hampir berteriak saking gembiranya. Untung saja
karena hari sudah gelap, air mukanya yang girang tidak
terlihat. Namun tetap saja Sari merasa malu. "Ki Ambara aku
sangat berterimakasih atas pertolonganmu Jika kamu tidak
datang, entah apa jadinya aku diperlakukan penjahat bejat
tadi. Terimakasih kamu telah mengobati lukaku dan juga
bersedia menemani aku, tetapi apakah tidak mengganggu
perjalananmu?" "Ah tidak, aku tidak terburu waktu. Tak ada sesuatu yang
harus kukerjakan dengan segera. Aku bisa menemanimu
sepanjang kamu tidak keberatan. Lagipula pertemuan
Mahameru masih lama, masih ada waktu lima atau enam
purnama lagi." Sari memandang lekat lelaki di hadapannya. "Terus terang
saja aku sangat menyukai lelaki ini, apakah aku sudah jatuh
cinta" Begitu mudahnya, padahal baru pertama kali jumpa?"
Pikiran ini membuat wajahnya memerah. Ia merunduk malu.
Tiba-tiba ia melihat baju di bagian dadanya robek, hampir
separuh payudaranya nyembul keluar. Ia ingin menutup
dengan tangannya. Tetapi batal, biarlah, toh lelaki itu sudah
melihatnya. "Apakah ia menyukai aku, jatuh cinta padaku?"
Tanpa sadar ia membantah pikirannya tadi, kata-katanya
keluar begitu saja, "Gila, mana mungkin!"
Geni terkejut. "Apanya yang gila?"
Sari juga terkejut. "Tidak, aku t.adi mendengar kamu
hendak pergi ke Mahameru, benarkah" Sebab aku juga
bertujuan yang sama, ke Mahameru?" Kata-kata itu meluncur
begitu saja. Sari menatap tajam mata lelaki itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wisang Geni kaget melihat sinar mata si gadis yang begitu
tajam, berkilat di tengah gelapnya malam "Aku memang mau
ke Mahameru, benarkah Sari, kamu juga mau ke sana"
Mendadak Sari merasa malu. Itu pertama kali lelaki itu
menyebut nama Sari. Dan nama itu diucapkan dengan lancar,
seperti sudah akrab. "Aku memang mau ke Mahameru,
apakah kau diundang ke pertemuan itu?"
"Diundang" Aku bukan pendekar yang dikenal orang, siapa
yang mau mengundang aku, tetapi Sari apakah semua yang
hadir harus orang yang diundang artinya yang tidak diundang
tak boleh hadir. Apakah kamu juga diundang, Sari?"
Hatinya berbunga-bunga. Dua kali sudah namanya disebut
begitu akrabnya. "Tidak. Aku tidak diundang, aku juga bukan
pendekar terkenal, kalau aku hebat tentu tidak akan terluka
sampai begini. Aku mendengar omongan orang, pertemuan
Mahameru boleh dihadiri oleh semua orang, tetapi perguruan
itu hanya melayani makan minum dan nginap bagi mereka
yang diundang. Artinya bagi yang tidak diundang, ya bawa
makanan sendiri." Geni diam. Sari memecah kesunyian "Ambara, hari sudah
gelap, apakah tidak lebih baik jika kita menyalakan api." Sari
terkejut dengan dirinya sendiri, menyebut nama lelaki itu
begitu saja, seperti sudah akrab.
Namun Geni tidak memerhatikan perubahan sebutan itu.
"Kamu benar. Kita memang harus mencari tempat untuk tidur.
Di situ di balik air terjun ada sebuah goa, aku sudah
menempatinya selama beberapa hari. Kita ke sana saja, ayo."
Sari berdiri, agak lemas ia melangkah tertatih-tatih. Geni
tersenyum, menggoda. "Kelihatannya kamu sulit me langkah,
kamu masih luka dan tenaga belum pulih. Biar aku papah
saja." Geni membawa tangan Sari ke pundaknya, sedang
tangannya memeluk pinggang si gadis. T iba-tiba Sari berteriak
pelan. Rupanya buah dadanya yang masih belum sembuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menimbulkan rasa sakit ketika bersinggungan dengan tubuh
Geni. Lelaki itu berpindah, kini Sari di kanan. Tetapi Sari juga
kesakitan ketika pahanya bersinggungan dengan paha Geni.
Geni mengeluh, "Sari, kamu tak bisa dipapah, dadamu luka di
bagian kanan, pahamu luka di bagian kiri, bagaimanapun juga
akan tetap bersinggungan dan akan sakit. Kalau kamu jalan
pelan begini, mungkin besok pagi baru sampai di goa, aku
bopong saja, mau?" Godaan Geni memperoleh sambutan. Gadis itu tertawa
senang. "Kalau mau membopong aku, bopong saja, tidak
perlu pura-pura bertanya?"
Tidak menunggu lagi, Geni menyambar tubuh Sari.
Membopongnya ke air terjun Keduanya sama merasakan
adanya kesenangan dalam persinggungan tubuh. Tanpa sadar
Sari merapat tubuhnya ke dada Geni. Lelaki ini memeluk erat.
Ada perasaan bahagia nyelip di hati dua insan itu. T anpa sadar
Sari memeluk dada Geni, berbisik, "Aku tak bisa berenang."
Geni memindahkan Sari di punggungnya. Ia merasakan
dada Sari yang lunak menghimpit punggungnya. Sari merasa
luka dadanya sakit, tetapi kini ia diam. Tangannya melingkar
erat di leher Geni. "Tahan napasmu, kita akan menyelam,"
teriak Geni di antara gemuruh suara air terjun.
Goa itu cukup besar. Selama dua bulan berlatih di air
terjun, Geni telah membersihkan goa itu. Tadinya basah,
lembab dan kumuh, Geni menjadikannya tempat tinggal yang
bersih dan nyaman. Ada tumpukan kayu kering untuk
menghangatkan tubuh. Ada obor damar untuk penerangan.
Ada tumpukan jerami di atas papan dirancang untuk tempat
tidur. Ia menyalakan obor. Cahaya obor menerangi goa, samar-
samar. Geni menatap Sari. Lekuk dan liuk tubuh gadis itu
tampak jelas, pinggangnya yang kecil ramping, buah dadanya
yang montok dan pinggulnya yang semok, membentuk
bayangan indah. Geni tadinya sudah tahu Sari seorang gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda yang cantik. Namun di goa ini, segalanya makin jelas.
Sari ibarat seorang dewi dengan kecantikan yang membuat
lelaki mana pun bisa mabuk kepayang.
Mendadak saja Sari berseru "Ambara, bajuku basah kuyup,
tadi gara-gara lelaki keparat itu, buntalan pakaianku jatuh dan
hilang di sungai. Sekarang aku perlu api unggun untuk
mengeringkan baju ini."
Geni tersadar dari lamunan dan perhatiannya pada tubuh
molek Sari. "Aku punya beberapa baju di sini, kamu boleh
pakai salah satunya, sedang kepunyaanmu bisa dikeringkan.
Kau mau?" Gadis itu mengangguk. Geni menuju pojokan goa,
membuka buntalan dan mengeluarkan ce lana panjang sebatas
lutut dan baju dari kain kasar. Sari mencium pakaian itu,
teruar bebauan lelaki seperti bau yang diciumnya waktu Geni
mengisap darah dari luka di dadanya. "Kamu balik badan,
jangan lihat, aku mau ganti baju."
Geni memalingkan tubuh, ia tidak me lihat namun
pikirannya seakan bisa melihat tubuh Sari. Ia membayangkan
tubuh molek gadis itu. Untuk menghilangkan pikiran liarnya,
Geni berkata, "Sari, kamu pasti sudah lapar, aku juga lapar,
kamu tunggu di sini, aku akan cari makanan untuk santap
malam" "Hei, kamu pergi ke mana, aku tak mau sendirian di s ini."
"Aku tidak jauh dan tidak lama. rianya menangkap ikan, di
luar." Tak lama kemudian Geni kembali ke dalam goa membawa
enam ekor ikan yang besarnya setelapak tangan. "Kamu
makan ikan ini, bagus untuk memulihkan tenagamu" Geni
memerhatikan. Sari sudah ganti baju. Ia mengenakan baju
milik Geni. Tubuhnya lebih kecil, maka pakaian itu nampak
besar dan kedodoran. Sari tertawa melihat Geni memerhatikan
pakaiannya. "Pakaianmu besar, lihat, aku kelihatan kecil."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sari meraut sepotong ranting dengan pisau kecilnya. Geni
memerhatikan. "Mau kau panggang ikannya?" Sari mengangguk. "Jangan, Sari. Maksudku tadi, kamu makan mentah-mentah
saja, rasanya enak, manis dan segar."
Sari memandang Geni dengan perasaan geli. "Aku belum
pernah makan ikan mentah, amis."
"Namanya, ikan marong. Khasiatnya merangsang tubuh
memperbanyak darah. Kamu banyak kehilangan darah, itu
sebab kamu lemas dan untuk memulihkan tenagamu biasanya
perlu waktu cukup lama. Kalau ikan itu kau masak, khasiat
ikan marong itu akan hilang. Coba dulu, enak dan segar!"
Geni memberi contoh. Ia mencomot seekor, melahapnya
dengan enak. Darah ikan meleleh dari mulutnya. Sudah dua
bulan berlatih di air terjun, setiap hari Geni melahap ikan
marong. Sari nyengir melihat Geni melahap ikan. Hati-hati dia
membawa ikan itu ke mulutnya. Digigitnya dengan enggan.
Rasanya enak. Manis dan hangat. Sari tertawa, Geni pun
tertawa. Ia merasa perutnya hangat Tanpa malu-ma lu, saking
laparnya, ia tertawa lepas sambil melahap tiga ekor ikan. Geni
terpesona memandang wajah Sari yang tampak cantik saat
tertawa tadi. Cahaya api unggun yang agak redup, sudah
cukup untuk menonjolkan kecantikan alamiah itu. Tanpa sadar
Geni menghela nafas. "Kenapa kamu ?" tanya Sari.
Geni terkejut. Seakan ia takut isi pikirannya terbaca Sari. Ia
menggeleng kepala. "Tidak ada apa-apa. Tidurlah. Aku akan
menjagamu." Sari merebahkan diri di tumpukan jerami dekat api unggun.
Baju Geni yang dikenakannya terlalu besar, menyembunyikan
semua keindahan tubuhnya. Tak lama kemudian ia tertidur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nafasnya teratur. Lama Geni meneliti wajah cantik itu. Bulu
matanya lentik, sepasang matanya agak sipit, alis mata yang
juga tipis. Hidungnya bangir dan mungil. Mulutnya berukuran
sedang berbentuk busur gendewa dengan bibir penuh dan
tebal. Cantik, sangat cantik. "Ia jujur dan polos, buktinya ia
percaya kepadaku, orang yang baru dikenalnya. Ia masih
muda dan cantik, alangkah bahagianya aku seandainya bisa
menyuntingnya menjadi isteri," bisiknya dalam hati.
Tiba-tiba saja sepasang mata Sari terbuka, menatap Geni
dengan sinar yang teduh. Ia tersenyum kemudian merapatkan
mata lagi. "Kamu suka memandangi aku," katanya. Geni tidak
tahu apakah gadis itu sedang bermimpi atau dalam keadaan
sadar. "Iya Sari, aku suka menikmati kecantikanmu" Sambil
menjawab, Geni melompat ke ayunan yang membentang
tegang dari dinding ke dinding lain. Ayunan itu terbuat dari
kulit pohon yang keras dan kasar. Ia biasa tidur di ayunan.
Pada mulanya ia hampir tak bisa bergerak, sebab begitu
bergerak, ia langsung jatuh. Lama kelamaan ia bahkan bisa
tidur lelap. Itu memang cara melatih ilmu ringan tubuh
Waringin Sungsang. Sejak mewarisi ilmu itu Geni selalu tidur di atas ayunan
atau dahan pohon. Untuk menguasai Waringin Sungsang
seseorang harus bisa menyatukan antara syaraf otak, batin
dan jasad kasar. Karenanya keseimbangan tubuh harus tetap
terpelihara meskipun saat tidur, misalnya. Itu sebab siapa
yang sedang memperdalam Waringin Sungsang harus tidur di
atas pohon. Keesokan pagi, Geni terbangun. Ia tak melihat Sari di
tempatnya. Matanya mencari-cari ketika telinganya mendengar suara. Di antara gemuruh air terjun, ada suara
lain. Ia mendengar kecipak air dan lantunan kidung wanita.
Suaranya merdu, suara Sari. Diam-diam ia menuju pintu goa.
Di mulut goa, di balik air terjun, terdapat kolam. Air kolam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beriak dan berkecipak. Pagi itu kolam terselimuti kabut dan
uap air. Geni me lihat samar-samar tubuh telanjang Sari yang
berenang kian kemari. "Oh, kemarin itu, ia pura-pura tidak
bisa berenang, supaya aku menggendongnya. Nyatanya dia
mahir berenang." Geni mengintip dan melahap sepuasnya
tubuh molek Sari Kulit kuning sawo yang begitu indahnya.
"Ambara, kalau sudah puas ngintip, tolong kamu ambilkan
kain sarung milikmu itu," katanya dengan suara cekikikan.
Geni ikut tertawa. "Sari, kamu cantik dan tubuhmu indah."
Keduanya duduk di mulut goa sambil melahap ikan marong.
Pagi itu matahari bersinar garang. Sinarnya memantul
menembus tirai air terjun menerangi goa. Goa itu terasa
hangat. Sari menyukai goa tersembunyi ini. "Eh Ambara, kalau
kita hendak keluar goa, bagaimana caranya supaya pakaian


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak basah?" "Tidak ada jalan lain kecuali berenang. Kamu harus
berenang dengan berpakaian, kemudian mengeringkan
pakaianmu di panas matahari. Bisa juga kau berenang
telanjang, membungkus pakaianmu supaya tidak basah."
Sari termenung. Geni memandang wajah cantik itu. Tiba-
tiba terlintas dalam pikirannya, pertemuan Mahameru "Sari,
dalam percakapan kita yang lalu, tampaknya kau banyak
mengetahui tentang pertemuan Mahameru Aku tidak tahu
maksud pertemuan itu, tetapi aku mendengar omongan
orang, pertemuan itu akan dihadiri banyak pendekar dengan
ilmu s ilat yang tinggi. Apa tujuan dan maksud pertemuan itu?"
Belum lama berselang tersiar berita ke semua penjuru
dunia kependekaran tanah Jawa, bahwa akan ada pertemuan
besar di perguruan Mahameru pada hari pertama bulan
Bhadrapada. Undangan sudah disebar ke semua pendekar
kelas utama tanah Jawa. Semua diundang, tidak peduli
apakah dari golongan putih atau golongan hitam Pertemuan
itu untuk menentukan dan memilih lima pendekar paling jago
di tanah Jawa yang akan mewakili tanah Jawa menghadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tantangan para pendekar Kuangchou Lima pendekar tanah
Jawa lawan lima jagoan Kuangchou, pada tengah bulan
Aswina, empatpuluh lima hari setelah pertemuan di Mahameru
Asal muasal tantangan itu menurut cerita dari mulut ke
mulut, lantaran orang-orang Kuangchou menuduh para
pendekar tanah Jawa bertanggungjawab membunuh dan
merampok sekelompok pedagang Kuangchou di dekat desa
Bareng sekitar kali Ginting pada bulan Phalguna tahun lalu.
Rombongan pedagang Kuangchou dirampok, tujuhbelas orang
Kuangchou dibunuh, hanya empat orang yang lolos. Mereka
yang lolos pulang membawa berita ke Kuangchou. Di antara
yang mati, salah seorangnya adalah pendekar muda, putra
tunggal pendekar yang paling dihormati dan disegani di
daratan Cina, Sam Hong. Sampai sekarang ini, para pelaku perampokan dan
pembunuhan itu belum ketahuan, siapa dan dari kelompok
mana. Lantaran tidak tahu kepada siapa harus menuntut
tanggngjawab dan membalas dendam, maka orang-orang
Kuangchou melayangkan surat tantangan. Perjanjian yang
disertakan cukup sederhana, jika para pendekar Kuangchou
kalah, maka urusan selesa i sampai di situ. Jika Kuangchou
menang, maka semua pendekar tanah Jawa harus mencari
dan menemukan pelakunya kemudian menyerahkan kepada
pihak Kuangchou untuk diadili.
Selama gadis itu bercerita, Geni tak sesaat pun melepas
pandangan dari kecantikan yang terpampang di depan
matanya. Cara gadis itu bertutur melalui gerak mulutnya yang
indah membuat Geni semakin terpesona.
Sari selesa i bertutur, ia menegur Geni. "Hei, kenapa kamu
memandangi aku terus-terusan?"
"Kamu cantik Sari, aku menyukaimu, aku, aku mencintaimu" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sari terkejut. Tidak menduga kalimat itu keluar dari mulut
Geni. Ia terpana memandang lelaki di hadapannya itu. Ia tidak
bisa berkata-kata, mulurnya seakan terkunci. Ia diam saja,
ketika tangan Geni yang kekar memeluknya. "Sari, kenapa kau
diam?" Geni memegang dagunya, menatap matanya. Sari
memejam mata, malu. Geni mengecup bibirnya. Gadis itu diam tak bereaksi, saat
berikut Sari bernafsu. Ia memegang kepala dan menjambak
rambut Geni. Mulutnya yang tadinya diam, berubah liar. Nafas
kedua insan itu semakin panas. Keduanya bergumul
bergulingan di lantai goa. Tangan Geni merambah ke seluruh
tubuhnya. Sari terengah-engah, mendadak ia mendorong
tubuh Geni, melepaskan diri dari pelukan.
Geni terengah-engah menahan birahi, bertanya, "Kenapa,
kamu tidak suka ?" Masih terengah-engah, Sari tertawa. "Kamu bodoh, apakah
barusan tadi itu tandanya aku tidak suka atau tandanya aku
suka?" Geni memeluk Sari, menciumnya lagi. Sari merapatkan
tubuhnya, balas mencium dengan bernafsu. Sesaat kemudian
ia melepaskan din. "Ambara, jangan sekarang, lukaku masih
sakit. Terutama luka di bagian dada. Lukanya belum kering."
Ia tertawa sambil mendorong tubuh Geni. Lelaki ini
memegang tangannya, sekali lagi ia menggumuli tubuh si
gadis. "Jangan sekarang," kata Sari. Ia berbisik di telinga Geni.
"Tunggu tiga malam lagi, saat itu lukaku pasti sudah kering,
tidak perih lagi." Melewati dua hari Geni berlatih silat di air terjun. Seperti
biasa, ia tidak berlatih jurus Garudamurkha, ia memperlancar
jurus Bang Bang Alam Alam dan Waringin Sungsang. Ia
menyembunyikan asal-usulnya. Sementara Sari lebih sering
menghabiskan waktu di dalam goa, berlatih tenaga dalam.
Sesungguhnya tenaga dalamnya sudah pulih. Namun ia perlu
waktu memikirkan hubungannya dengan lelaki bernama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ambara itu. "Ini hubungan yang aneh dan unik. Baru satu hari
berkenalan dia sudah menyatakan mencintaiku, apakah
bukannya nafsu birahi, mungkin juga dia mengatur s iasat dan
tipuan. Dia hanya mengincar tubuhku, setelah menikmati
tubuhku, dia akan pergi meninggalkan aku. Ia akan
menertawakan aku. Tetapi mungkinkah dia selicik itu?"
Dua hari dilalui Geni dan Sari hanya dalam batas
percakapan. Geni sudah tergila-gila akan pesona wajah dan
tubuh Sari. Tiap saat memandang Sari, nafsu birahinya
bergejolak. Tetapi hasratnya tak pernah terpenuhi. Beberapa
kali keduanya berciuman, berpelukan dan bergumul Hanya
sebatas itu. Pada akhirnya Sari mendorong dan menolak
secara halus. Malam ku, ketika Sari sudah lelap dalam tidur, ia
terbangun. Ia merasa seseorang menciumi kakinya. "Ambara,
apa yang kau lakukan, mengapa menciumi kakiku?"
Geni tetap menciumi betis dan dengkul si gadis. Sari
merasa geli tetapi tidak berniat menarik kakinya, tidak juga
menertawakan karena khawatir lelaki itu tersinggung. Geni
berkata lirih. "Sari, aku mohon maaf. Aku sudah kasmaran,
tidak ada obatnya kecuali mendapatkan kau sebagai isteriku."
Malam itu setelah selama tiga hari tinggal bersama Geni
dalam goa, Sari telah memantapkan keputusannya. "Malam ini
saatnya aku berterus-terang, agar semuanya tidak menjadi
kacau," katanya dalam hati Ia lalu mengumpulkan
keberaniannya "Ambara, aku mengerti perasaanmu. Tetapi
kita baru tiga hari berkenalan, aku belum mengenal kamu dan
kamu juga belum mengenal aku secara keseluruhan. Aku pikir
mungkin kamu hanya terpengaruh nafsu. Kita perlu waktu
untuk lebih mengenal diri masing-masing."
Lelaki itu tersentak. "Apakah memang aku terpengaruh
nafsu birahi seperti yang ia katakan?" Geni membantah
pikirannya. "Sari aku tidak terpengaruh nafsu, aku benar-
benar mencintaimu, aku tidak main-ma in."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ambara, kamu tidak mengenal aku, kamu tidak tahu
bahwa aku sebenarnya lebih tua usia dari kamu Aku juga
bukan gadis perawan seperti bayanganmu, aku sudah tua."
Geni tertawa lirih, agak tersinggung. "Tak mungkin. Usiaku
tigapuluh lima tahun, kamu kutaksir sekitar duapuluh, bahkan
mungkin delapanbelas atau sembilanbelas. Kau jangan
mencari-cari alasan. Aku tahu kamu juga mencintaiku, aku
melihat itu di matamu Kau tak bisa menipu dirimu sendiri."
"Kamu harus percaya! Apa yang kukatakan adalah
sesungguhnya, usiaku empatpuluh dua tahun. Memang aku
tampak muda, awet muda karena aku berlatih ilmu Karma
Amamadang dari pendekar tua asal desa Panawijen. Aku juga
sudah tidak perawan lagi, sudah dua lelaki yang pernah
meniduriku." Geni tertawa geli. "Kenapa tertawa" Kamu menertawakan aku?" Sari
cemberut. "Tidak, aku tidak menertawakan kamu Aku geli mendengar
alasan itu. Bagiku, semua itu tidak ada artinya. Aku tetap
mencintaimu, apakah kamu berusia empatpuluh dua tahun,
apakah kamu lebih tua dari aku, apakah kamu sudah tidak
perawan lagi, apakah kamu sudah pernah bercinta dengan
dua orang lelaki sebelumnya, semua itu aku tidak peduli. Aku
mencintaimu karena keadaanmu sekarang ini dan tak ada
hubungannya dengan masa lalumu"
"Kamu gila!" "Ya memang aku gila, sudah kukatakan padamu, aku
kasmaran dan mencintaimu, tak ada obatnya kecuali
menjadikan kamu isteriku, aku bersungguh-sungguh."
Sari menatap lelaki itu dengan pandangan penuh arti cinta.
"Sini Ambara, kekasihku, peluk aku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Geni mendekap tubuh molek itu, menciumi wajahnya.
"Kamu mau menjadi isteriku" Apakah kamu juga mencintaiku?" Sari mengangguk, membalas ciuman dengan bernafsu.
Namun saat Geni sudah tak mampu mengendalikan diri,
seperti biasa Sari menolak tubuhnya.
Geni bertanya, "Kenapa?"
Sari mencium dada lelaki itu, merasakan keringat dan bau
khas lelaki bernama Ambara. "Aku pernah dikecewakan lelaki,
mereka hanya menginginkan tubuhku, setelah puas mereka
pergi dan tak pernah kembali. Ambara, kuharap kamu
mengerti keadaanku, aku percaya kamu mencintaiku, aku pun
mencintaimu, tetapi aku masih bingung apakah ini yang
disebut cinta ataukah hanya nafsu birahi belaka."
Geni mengecup mulurnya. "Aku akan sabar menunggu
sampai kau siap menerimaku. Aku sangat mencintaimu Sari."
Sari memeluk lelaki itu "Aku juga mencintaimu Ambara,
apakah sudah ada wanita lain dalam hidupmu ?"
"Tidak ada yang istimewa, tidak ada yang membuat aku
jatuh cinta dan kasmaran seperti kepadamu sekarang ini.
Memang ada beberapa perempuan yang singgah dalam
hidupku, tetapi mereka hanya melintas, tidak ada yang
istimewa. Hanya kamu yang istimewa, Sari "
Setelah lima hari berdiam di goa, tenaga Sari sudah pulih
seperti sediakala. Pagi itu, kedua insan yang sedang jatuh
cinta itu sepakat bepergian bersama. Mereka menuju Selatan
menyusur kali Bangu. Di jaman itu, sungai merupakan lalu
lintas paling mudah dan murah bagi para pelancong dan
pedagang. Di sekitar kak Porong dan kak Brantas, perairan
sungai sangat aman. Orang hanya perlu menyewa perahu
milik perguruan Brantas dan keamanan mereka pasti terjamin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang kekasih itu menyewa perahu berukuran sedang
yang cukup untuk tujuh delapan orang penumpang. Di bagian
tengah ada gubuk beratap daun nyiur, tempat penumpang
berlindung dari panas mentari. Tukang perahu seorang lelaki
kurus berusia separuh baya dibantu seorang anak remaja.
"Kami hanya sampai di batas desa Gadang saja, anak muda,"
kata pemilik perahu ketika Geni minta diantar sampai daerah
yang terdekat dengan desa Wajak.
"Kenapa Pak, kami akan membayar lebih," kata Sari.
Orangtua itu menggeleng. "Itu daerah perbatasan
kekuasaan perguruan Brantas. Di daerah itu jika seseorang
mau naik perahu harus menyewa milik perguruan Brantas. Itu
sebab kami hanya mengantar sampean sampai batas daerah
itu saja." Perjalanan air ke desa Gadang biasanya tiga hari. Malam
hari, istirahat. Memang berbahaya di malam gelap pekat
mengarungi sungai yang penuh buaya pemakan manusia.
Pemilik perahu berdua cucunya nginap di daratan di rumah
kerabatnya. Wisang Geni berdua Sari tetap di perahu yang
ditambat di tepi sungai. Berada hanya dua-duaan dalam gubuk perahu yang sempit
dibuai ayunan kendaraan air, mendatangkan perasaan yang
sulit dilukiskan bagi pasangan kekasih itu. Mereka berpelukan.
Ada rasa bahagia dan rasa enggan berpisah. Tak bisa
dilukiskan dengan kata-kata. Geni semakin terperosok ke
jurang cinta, kasmaran. Begitu juga Sari yang merasa tak mungkin bisa hidup tanpa
Geni di sampingnya. "Aku sudah mencintai Ambara, ia telah
merebut seluruh hatiku, Ambara tidak cuma telah
menyelamatkan aku dari aib besar, tetapi telah memberiku
kehangatan cinta." Banyak lelaki menyatakan cinta, tetapi ia tak pernah tei
gila-gila seperti saat Geni berbisik di telinganya. "Sari aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencintaimu, aku sudah jatuh di bawah pesona kecantikanmu. Cintailah aku, jika tidak aku pasti mati
memelas." Waktu itu Sari membalas dengan bernafsu. "Ambara, aku
juga mencintaimu" Dia mengenal beberapa lelaki tapi belum seorang pun
membuatnya merasa enggan berpisah. Tetapi entah mengapa
ia merasa enggan berpisah dengan Geni. Bukan cuma enggan
berpisah. Lebih dari itu Geni telah mendatangkan perasaan
yang membingungkan. Ia dibuatnya lupa alam sekeliling.
"Tidak salah orang bilang cinta itu nikmat. Aku tak perlu


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyesal mencintai Ambara Aku tahu, ia tergila-gila dan
sangat mencintaiku. Bisa kulihat dan kurasakan."
Bagi Geni, Sari ibarat rembulan di tengah gelapnya malam.
Selama ini ia tak pernah dicintai dan mencintai perempuan. Ia
pernah meniduri beberapa perempuan tetapi hanya sebatas
kebutuhan jasmani. Inilah pertama kali ia kasmaran pada
perempuan. Cinta memang aneh. Cinta bisa datang dengan tiba-tiba.
Pada saat lain, cinta bisa berubah menjadi kebencian, juga
secara mendadak. Kalau cinta sudah datang, mekar dan
tumbuh subur maka manusia sulit mengendalikannya dan sulit
menghentikannya. Segala sesuatu tak pernah tidak mengikuti hukum alam,
selalu bila seseorang mengalami saat-saat paling getir dalam
hidupnya, waktu berjalan serasa lama dan panjang.
Sebaliknya jika mengalam i saat yang paling menggembirakan
dan membahagiakan, rasanya waktu berjalan begitu cepat dan
singkat. Bahagia, itulah yang dirasakan dua insan yang mabuk
cinta, Sari dan Ambara. Hari itu, hari pertama dalam
perjalanan. Sejak siang hari, dua insan itu sudah dirangsang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nafsu birahi. Namun ada rasa malu terhadap pemilik perahu
dan cucunya. Tetapi malam harinya, ketika kakek dan cucunya itu nginap
di desa, dua kekasih itu tak mampu lagi mengekang diri.
Keduanya berbaring berdempetan. Sari menatap Geni dengan
sinar mata cinta dan nafsu. Nafasnya terasa panas. Ia
mengelus dada Geni, pahanya melingkar di atas paha Geni.
"Ambara, aku sangat mencintaimu, berjanjilah kamu tidak
mempermainkan aku, kamu tidak akan pergi meninggalkan
aku." Geni mengelus buah dadanya. Nafasnya memburu "Aku
akan mati dan mayatku dimakan binatang, jika aku
membohongimu, Sari aku sangat mencintaimu" Geni melucuti
pakaian Sari, menciumi sekujur tubuhnya membuat gadis itu
menggelinjang. "Ambara, aku tidak perawan lagi. Sudah dua lelaki
sebelumnya." Geni memeluk erat, seakan hendak melumat dan menelan
tubuh molek itu. "Sudah kukatakan beberapa kali bahwa aku
tak peduli soal itu, aku hanya butuh cintamu"
Sari berbisik dengan bernafsu, "Kau butuh cintaku dan
tubuhku. Malam ini, kamu boleh mengambil semuanya, tetapi
berjanjilah akan memberikan cintamu hanya untuk aku."
Tanpa terasa tiga hari perjalanan sungai. Setiap malam,
pemilik perahu dan cucunya tidur di daratan. Setiap malam
dua kekasih itu bercinta di atas perahu, memadu cinta dan
merenangi nafsu birahi. Dari ma lam sampai pagi hari. Cinta
dan nafsu sepertinya menyatu dalam nafas dua kekasih itu.
---ooo0dw0ooo--- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perpisahan Desa Gadang cukup ramai. Kebanyakan pendatang adalah
para pedagang yang singgah bermalam sebelum melanjutkan
perjalanan esok harinya. Siang hari itu di warung makan Mbok
Lemu dipenuhi pengunjung. Semua bangku dan kursi sudah
terisi. Bahkan sebagian orang rela berdiri menunggu giliran
tempat kosong. Masakan Mbok Lemu memang terkenal enak
dan murah. Wisang Geni dan Sari beruntung. Datang lebih pagi
sehingga mendapat tempat di dekat jendela menghadap
sungai. Warung itu tidak jauh dari sungai di mana banyak
perahu ditambat. Sudah tiga hari mereka menyantap makanan
seadanya, kini ada masakan lezat, tak heran mereka makan
dengan lahap. Mendadak Geni menunda makannya. Ia
menatap lama ke sungai. Melihat lagak kekasihnya, Sari ikut
memandang ke arah sungai.
Terlihat pemandangan ganjil. Seorang lelaki tinggi besar
dengan tongkat panjang melompat-lompat dari satu perahu ke
perahu lain. Ia memburu seorang gadis. Lucu. Setiap hampir
kena hantaman tongkat, gadis itu me lompat dengan pesat.
Tongkat menghantam angin Saat itu si gadis kurus berlari
pesat ke arah warung makan. Ia menerobos dan menyelinap
di antara kursi dan meja. Geraknya sangat pesat. Pengejarnya
seorang lelaki tinggi besar. Tampaknya si pengejar itu sangat
marah, dia mendorong dan menabrak pengunjung sambil
berteriak-teriak murka. Geni memuji akal cerdik si gadis. Pasti sulit menangkap
gadis itu di antara begitu banyak orang, kursi dan meja.
Pengejar itu pasti kewalahan. Benar! Seorang lelaki
pengunjung yang didorong dengan kasar, memaki maki.
"Kamu pendekar macam apa, tingkahmu kasar dan biadab."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum sempat orang itu melanjutkan makiannya, tongkat
lelaki itu menghantam kepalanya. Batok kepalanya pecah.
Orang-orang geger, serabutan lari menghindar. Seketika saja
warung makan itu sunyi sepi. Gadis kurus ikut menghilang.
Di warung hanya tinggal beberapa orang termasuk Geni
dan Sari. Lelaki itu memandang berkliling. Ia tinggi besar
dengan perut gendut, tampangnya buruk. Sorot matanya
tajam menatap dua sejoli itu. Sari merasa rikuh ditatap.
Tatapan yang kurang ajar. "Ini pasti pendekar gadungan,"
pikir Sari. Lelaki berwajah buruk itu menghampiri meja Geni. Ia
tersenyum kepada Sari. Tampak giginya yang hitam dan
jarang. "Eh wong ayu, kamu lihat gadis kurus yang tadi masuk
warung ini?" Sari enggan menjawab. Geni menjawab. "Dia lari ke
sungai!" Lelaki itu menggebrak tongkat ke tanah. "Aku tidak tanya
kamu, aku tanya wong ayu itu."
Belum sempat Geni atau Sari menjawab, dari arah sungai s i
gadis kurus datang berlari. "Hei Tambapreto, pendekar cabul,
pemerkosa perempuan, aku ada di sini, dasar orang jelek,
goblok, ayo kejar aku, Tambapreto jelek, gendut, bangkotan."
Lelaki yang bernama Tambapreto sangat murka Ia
berteriak keras saking murkanya. "Aku bunuh kamu, bangsat
kurus." Sambil menyumpah serapah ia melompati jendela dan
mengejar si gadis kurus. Tubuhnya besar tetapi gerakannya
gesit. Ilmu ringan tubuhnya tinggi Jelas dia bukan orang
sembarangan. Sepasang mata Geni bersinar. Sari sempat menangkap
sorot mata kekasihnya. "Sari kamu tunggu di sini, aku ada
urusan dengan bajingan Tambapreto itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wisang Geni melompat jendela mengejar Tambapreto. Sari
tidak membuang waktu, ikut mengejar setelah sebelumnya
melempar uang logam ke meja Mbok Lemu Terjadi kejar-
kejaran, menuju ke hutan. Gadis kurus itu paling depan, di
belakangnya berurutan Tambapreto, disusul W isang Geni dan
Sari. Tiba di hutan pinggir desa. Gadis kurus berhenti.
Tambapreto menyerbu langsung mengemplang dengan
tongkat. Tidak mirip tongkat, karena ukurannya lebih besar
dari tongkat biasa. Di ujungnya ada ukiran kepala ular, terbuat
dari logam Gadis itu mengelak gesit sambil memaki,
"Tambapreto, hari ini ajalmu tiba, bersiaplah untuk mati"
"Kamu bangsat mulut lancang, siapa kamu sebenarnya" Aju
urusanmu dengan aku" Katakan sebelum kuhancurkan
kepalamu!" "Kamu pendekar cabul. Sudah banyak anak gadis dan isteri
orang yang kamu perkosa dan kamu hancurkan hidup mereka.
Kamu juga ikut dalam rombongan yang menghancurkan
Lemah Tulis. Dosamu sudah bertumpuk, cuma bisa dicuci
dalam neraka jahanam!"
"Ha... ha... ha... jadi kamu sisa-sisa orang Lemah Tulis.
Kebetulan aku memang sudah bersumpah membasmi semua
orang Lemah Tulis. Tetapi aku tak perlu cepat-cepat
membunuhmu, aku memang lagi mencari gadis kurus untuk
jadi selirku" "Bangsat mulut busuk!" Keduanya langsung tarung.
Tambapreto menyerang ganas dengan tongkat kepala ularnya.
Si gadis dengan gesit melompat mundur sambil menghunus
kerisnya. Keris itu mengeluarkan cahaya warna warni dan
mengkilat dijilat sinar matahari. Itu keris pusaka!
Wisang Geni terkesiap mendengar dialog keras dua seteru
itu. Tak disangkanya si gadis berasal dari Lemah Tulis. "Siapa
dia, murid siapa" Tak peduli siapa dia, aku harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantunya. Tanpa alasan itu pun, aku harus membunuh
Tambapreto, hutang nyawa bayar nyawa. Dia telah
membunuh paman Gubar Baleman," gumamnya.
Hanya sejenak Tambapreto tertegun. Agak gentar ia
melihat keris pusaka itu. "Tetapi apa hebatnya keris itu di
tangan anak ingusan, tak lama lagi keris itu akan menjadi
milikku." Berpikir demikian ia maju menggebrak dengan
tongkat mautnya. Pertarungan berlangsung seru Tambapreto menyerang
ganas, memanfaatkan tongkatnya yang panjang, berat serta
dikendalikan tenaga dalam yang sudah dilatih puluhan tahun.
Gadis kurus mengandalkan ringan tubuh dan keris pusakanya.
Tambapreto tidak leluasa memainkan jurus tongkatnya karena
dia harus menghindari benturan senjata. Tahu gelagat, gadis
itu menyerang makin gencar mengandalkan kehebatan
kerisnya. Tetapi lambat laun kelihatan Tambapreto masih lebih
lihai. Seandainya tak ada keris pusaka itu sudah dari tadi gadis
kurus itu kena hajar. Wisang Geni melompat masuk arena. "Tambapreto kamu
hutang darah orang-orang Lemah Tulis, hari ini kamu harus
mati!" Tambapreto dan juga gadis itu terkejut. Dari tadi mereka
sudah melihat adanya dua pendatang, Wisang Geni dan Sari.
Kalau Tambapreto menyumpah serapah, si gadis justru girang
dengan datangnya bantuan. Pertarungan kian seru. Tambapreto bukan pendekar sembarangan. Ia memang segan
akan keampuhan keris pusaka di tangan si gadis. Tetapi
terhadap Geni yang bertangan kosong, ia tak segan segan
menyerang dengan jurus maut andalannya Saraslamba
(Tangkai Panah). Tongkat bergerat ibarat ular hidup. Kadang
mematuk dan menyodok kemudian menyabet dan mengemplang. Ia tetap saja menghindari benturan dengan
keris si gadis. Setiap diserang si gadis, Tambapreto
menghindar sambil tetap menyerang Geni dengan gencar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lambat laun, Geni tampak terdesak dan terancam.
Rupanya si gadis tak mengerti siasat tarung Tambapreto.
Semakin ia menekan Tambapreto, semakin besar serangan
Tambapreto mengarah Geni. Karuan saja Geni kalang kabut.
Geni mengeluh, "Gadis ini tak kenal terimakasih, sudah
kubantu malah ia ikut menekanku."
Tambapreto berseru, "Sebut namamu sebelum kepalamu
pecah berantakan!" Tongkatnya mematuk dan mengemplang
ke arah kepala dan pundak Geni.
Wisang Geni tak menjawab. Ia memusatkan perhatian pada
serangan lawan. Masuk ke dalam pertarungan tanpa
persiapan, itu kesalahannya yang membuatnya terdesak
hebat. Kini ia cuma bisa bertahan sambil menanti kesempatan
memperbaiki posisi. Akhirnya kesempatan itu pun datang.
Tongkat mengemplang dari atas ke bawah. Ia berlaku nekad.
Ia menanti sampai tongkat hanya berjarak satu jengkal dari
kepalanya. Sari terkejut. T anpa sadar ia menjerit. Tidak cuma
menjerit, ia bergerak cepat menerobos pertarungan.
Pada saat itu Geni merasakan angin tongkat menerpa
kepalanya mendatangkan rasa pedih. Tenaga dalam
Tambapreto ternyata kuat melebihi perkiraannya. Tindakan
nekad itu dilakukan Geni dengan perhitungan matang. Ia tahu
melawan Tambapreto yang ilmunya demikian tinggi, salah
hitung sedikit saja, kepala bisa pecah. Geni membuat gerakan
setengah jungkir ke belakang sambil memutar tubuh, itulah
jurus indah Sumpetitut (Jungkir dan Berputar) dari
Garudamukha. Gerakan yang cukup berani, salah hitung sedikit kepala bisa
pecah berantakan. Tongkat itu menerpa angin. Wisang Geni lolos. Gerakan itu
telah memisahkan Geni dari lawannya sekitar satu tombak.
Tak buang waktu lagi, Geni merentang dua tangan ke
samping, mirip burung garuda mengepak sayap, mirip juga
gerak penari. Kaku dan luwes. Dua sifat yang bertentangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi dirangkum dalam satu gerak, jurus Makanjaran (Menari
dengan Lengan Terkembang) dari Garudamukha.
Saat bersamaan Sari ikut menyerang Tambapreto,
membokong dari belakang. Tambapreto merasa kesiuran
angin keras mengancam punggungnya. Serangan keris si
gadis kurus itu mengincar empat titik mati di tubuh bagian
kirinya. Tambapreto terkesiap. Dua gadis itu menyerang
dengan jurus mematikan. Terpaksa untuk selamat ia harus
menarik tongkatnya yang tadi luput menghantam kepala Geni.
Ia menarik tongkat sambil memutar badan dan menyodok
pangkal tongkat ke arah Sari. Sementara tubuhnya melangkah
ke kanan, melayangkan tendangan ke pergelangan tangan
gadis kurus yang menggenggam keris.
Kini W isang Geni yang terkejut. Dari mana Sari mempelajari
Warayangungas (Anak Panah Tembus) jurus bersahaja dari
Garudamukha yang unik dan punya banyak perubahan. Jurus
itu ampuh. Sodokan dua tangan bergantian ibarat patokan
paruh garuda, mengeluarkan tenaga yang saling mendukung.
"Ini rame, seru, sungguh rame, ayo mari kita mainkan jurus
Garudamukha bersama-sama," seru gadis kurus itu. Seruan
yang mengejutkan Sari dan Geni, namun keduanya tidak


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpikir lama untuk menyatakan kesepakatan dalam gerak.
Dua tangan Wisang Geni tidak berhenti, ia memainkan
jurus Makanjaran (Menari dengan Lengan Terkembang),
menyerang dengan amarah dan kebencian membuat
tenaganya berlipat ganda.
Gadis kurus tidak tinggal diam, kerisnya menyerang bagai
patok garuda dalam jurus Dekungpulir (Berputar dan Bengkok
Tak Beraturan), mengarah tujuh titik kematian lawan. Saat itu
juga Sari setelah mengelak dari serangan tongkat lawan,
mengulang lagi jurus Warayangungas mengarah dua kaki
lawan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tambapreto tak pernah menyangka akan mengalami hari
senaas itu dalam hidupnya. Umu silat tiga anak muda itu jauh
di bawah kepandaiannya. Kalau satu lawan satu tak sampai
limapuluh jurus, ia sudah akan memukul remukkepala mereka.
Itu sebab ia setengah main-main menghadapi si gadis kurus.
Tetapi apa yang dialam inya sekarang sungguh luar biasa.
Tiga anak muda itu pun tak pernah menyangka bahwa
jurus Garudamukha yang dimainkan bersama ternyata sangat
ampuh. Serangan gabungan itu ternyata telah mengunci semua
jalan keluar T ambapreto.
Tetapi Tambapreto bukan pendekar sembarangan. Ia
sudah malang melintang puluhan tahun di dunia kependekaran, sering menghadapi ancaman bahaya yang tak
terbilang banyaknya. Ia mengemplang kepala Sari, sambil
memutar tubuh ia melayangkan sapuan tongkat ke gadis
kurus dan tendangan berantai ke dada Geni. Ia memunahkan
serangan dengan serangan.
Dalam satu gebrakan ia sudah melayangkan serangan ke
tiga penjuru Tambapreto hebat. Tetapi Sari tak kurang
lihainya. Ia tak menarik serangan. Agaknya tongkat akan
menghantam kepalanya, ternyata tidak. Sari mengubah
kedudukan jongkok menjadi merata tanah, ketika tongkat
lewat di kepalanya. Ia melenting, memburu dan menghajar
selangkangan lawan. Itu jurus Manusup (Masuk Nyelinap)
digabung Sumpetutit (Jungkir dan Berputar).
Tambapreto terkesiap. "Celaka!" serunya. Memang ia
celaka. Serangan Sari membuatnya terkejut sehingga
serangannya ke gadis kurus tertahan. Si gadis dengan jurus
Mangapeksa (Menanti) berhasil menebas tongkat dan terus
menikam dada. Geni mematahkan tendangan berantainya,
balas menghantam pundaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tambapreo tak sempat mengelak. Perut dan dadanya robek
di tiga tempat oleh tusukan keris. Pundaknya patah dihajar
Geni. Dia bisa menyelamatkan selangkangannya tetapi
serangan susulan Sari mengena telak tulang punggungnya. Ia
menjerit. Lengkingnya mendirikan bulu roma. Ia melempar
diri, ingin menghindar dari serangan susulan. Tetapi
gerakannya sudah lamban. Tubuhnya tak lagi mau menurut
perintah. Tiga anak muda itu seperti mengikuti satu perintah,
serempak memburu lawan. Tendangan Geni, pukulan Sari dan
tusukan keris gadis kurus itu susul menyusul menerpa tubuh
Tambapreto. Tubuh lelaki tinggi besar itu jatuh berdebum di
tanah. Darah muncrat dari mulut dan luka-lukanya. Matanya
melotot, memandang tiga anak muda itu dengan penuh sesal.
"Kenapa tidak sejak awal aku berlaku telengas dan
bersungguh-sungguh mungkin tak senaas ini nasibku." Tetapi
sesal kemudian tak berguna. Saat berikut rubuhnya
mengejang, seluruh urat tubuhnya mencuat. Ia mati
penasaran. Sesaat tiga pendekar itu memandang mayat Tambapreto.
Gadis kurus itu menghela nafas. Seakan baru sadar, Sari
memandang Geni dan gadis kurus itu bergantian. "Kita pasti
satu perguruan, sama-sama dari Lemah Tulis. Siapa guru
kalian?" Gadis kurus tertawa, suaranya merdu. "Kau yang bertanya,
maka kamu yang harus memperkenalkan diri lebih dahulu."
Sari dengan wajah kemerahan memandang tajam
kekasihnya. "Ambara, siapa gurumu yang sesungguhnya,
kamu tak bisa mengelabui aku sebab setahuku tak ada
pendekar Lemah Tulis yang bernama Waragang."
Wisang Geni tersenyum Ia merasa lucu melihat wajah Sari
tampak serius dan tegang. "Pesan guru, aku harus hati-hati
sebab Lemah Tulis banyak musuhnya, maaf terpaksa aku
menggunakan nama Ambara, itu pun tidak sengaja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itu lima bayangan berkelebat dan berdiri di depan tiga
anak muda itu. Mereka memberi hormat kepada si gadis.
"Maaf kami terlambat, tuan putri."
Gadis kurus itu tertawa, ia memberi hormat kepada Geni
dan Sari. "Maaf aku tak banyak waktu, lain kali saja kita
berkenalan." Ia melenggang pergi diikuti lima orang itu. Dua
muda mudi itu tak sempat mencegah. Keduanya saling
pandang. Wisang Geni tersenyum senang. "Maafkan aku, Sari,
jika selama ini aku tidak berterusterang. Tetapi Waragang
memang salah seorang guruku, ia mengajari aku ilmu
pengobatan. Namaku Wisang Geni."
Sari memotong penuturan Geni. "Oh jadi kamu putranya
kakang Gajah Kuning dan mbak Sukesih. Kamu yang ditolong
kakakku Manjangan Puguh dari keraton duapuluh lima tahun
lalu itu!" "Tetapi kamu sendiri murid siapa, Sari?"
Sari tertawa. Tak urung ia malu, wajahnya kemerahan.
"Namaku bukan Sari, namaku Walang Wulan, adik perguruan
ayahmu, jadi aku ini bibi gurumu." Tiba-tiba saja gadis itu
terkejut. Ia mengucapkan kata "bibi" dengan nada biasa.
Tetapi ketika mendengar ucapannya sendiri, ia terkejut. Ada
sesuatu yang terbang dari sanubarinya. "Jika aku bibinya,
berarti ia keponakan muridku, bagaimana mungkin bisa ada
hubungan cinta di antara kita?"
Berpikir demikian, tiba-tiba Wulan memutar tubuh dan
berlari sambil mendekap wajahnya. Geni terkejut. Karuan saja
ia lantas mengejar. "Sari, tunggu, tunggu dulu."
Walang Wulan berhenti. Ia menoleh dan memandang Geni
dengan wajah bersimbah air mata. "Jangan panggil aku Sari,
aku Wulan, aku bibimu, panggil aku bibi, bibi Wulan."
Geni bingung. Ia tidak tahu mengapa Wulan menangis.
Apakah sebab ia menggunakan nama samaran Ambara. Tetapi
Wulan juga menyamar dengan nama Sari. "Baiklah Sari, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang bersalah menggunakan nama Ambara. Tetapi kamu
juga menyembunyikan nama aslimu, sebenarnya kita impas.
Lantas mengapa kamu menangis, tidak perlu sakit hati, Sari eh
Wulan." Geni tertawa.
Pelan-pelan Wulan berhasil menguasai diri. Ia memandang
Geni. Dilihatnya Geni biasa-biasa saja, artinya lelaki itu tak
terpengaruh adanya fakta hubungan bibi guru dan murid
keponakan. Diam-diam wulan merasa heran. Penasaran dan
aga kkecewa, dia menatap Geni. "Kamu tak tahu ataukah
pura-pura tidak tahu, atau kamu tak peduli karena kamu tidak
sungguh-sungguh mencintaiku. Kamu tidak tahu apa yang
kurasakan sekarang ini."
Kini Wisang Geni sungguh-sungguh bingung. "Ada apa"
Apa salahku. Kenapa kamu marah?" Geni melangkah dan
memegang lengan Wulan Wulan menarik lengannya. T etapi Geni memegangnya erat
Wulan berontak tetapi ia tak berdaya ketika Geni menarik
tubuhnya dan memeluknya. Wulan berkata dengan terisak.
"Geni, tak boleh, kamu tak boleh memeluk aku, aku ini bibi
guru, kamu bahkan tak boleh memegang tanganku, kamu tak
boleh meniduriku lagi."
Geni mendesah, "Tidak ada aturan seperti itu." Geni
memegang kepala Wulan dan menciumi wajah kekasihnya itu.
Ia menjilati air mata dan mencium mulurnya. Wulan membalas
ciuman dengan bernafsu. Ia terengah-engah. "Geni, tidak
boleh begini, tidak boleh, aku ini bibimu"
Geni menjawab dengan suara bergetar. Ada sedikit
ketakutan akan kehilangan perempuan yang dicintainya ini.
"Perasaanmu itu tidak benar, aku murid Padeksa, kamu murid
paman Bergawa. Kita setara sesama saudara seperguruan.
Kamu juga bukan bibiku, bukan saudara orangtuaku, kita tak
ada hubungan apa-apa."
"Aku lebih tua!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah kukatakan berulangkali, bahwa aku tak peduli
masalah usia, lagi pula kamu lebih cantik dan lebih muda
dibanding gadis remaja. Sudahlah Wulan, ayo kita cari tempat
nginap, hari sudah senja, tak lama lagi malam tiba."
Wulan merasa bangga dan senang. Ia bangga akan
keteguhan cinta Geni. Ia senang Geni sungguh-sungguh
mencintanya. Tetapi bagaimana tanggapan orang terhadap
hubungan ini, percintaan bibi guru dengan keponakan murid"
Wulan berkata dengan nada getir. "Geni, adat melarang kita
untuk bercinta, bibi guru tak boleh menjadi isteri keponakan
muridnya. Ini sudah kodrat dewata."
Sambil me langkah masuk desa dia menggandeng lengan
Wulan "Kenapa kamu keras kepala. Kita saudara seperguruan,
Wulan, kamu kakak seperguruan, aku adik, cuma itu. T ak ada
hubungan apa-apa, tak ada hubungan bibi guru dan
keponakan murid Mengapa kamu masih ngotot soal bibi dan
keponakan." Geni berhenti, memegang dua lengan Wulan,
menatap mata gadis itu. "Apakah kamu tidak mencintaiku
lagi" Coba, katakan kamu tidak mencintaiku lagi."
Wulan menggeleng kepala. "Aku mencintaimu, Geni." Ia
terisak, menangis lagi. "Mengapa kau bukan Ambara, benar-
benar Ambara yang sudah meniduri aku, Ambara yang
mencintaiku dari malam sampai pagi di atas perahu. Mengapa
tiba-tiba kamu beralih menjadi Wisang Geni putra kakang
Gajah Kuning dan mbak Sukesih?"
Geni memeluk kekasihnya. "Supaya aku lebih mencintaimu,
menjaga dan melindungimu sampai hari tua."
Dua sejoli itu bermalam di desa. Pembicaraan masih
berkisar pada keraguan Walang Wulan akan hubungan bibi
guru dan keponakan mund. Ia masih merasa bahwa
percintaan ini salah. Namun di ma lam hari ia tak kuasa
menolak ketika Geni memeluk, melucuti pakaian dan
menciumi sekujur tubuhnya. Ia tak kuasa menahan gejolak
birahi dan api cintanya yang membara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Esok paginya, masih di kamar penginapan, Walang Wulan
sambil memeluk Geni, berbisik di telinga "Geni, kita berpisah
untuk sementara. Biarkan aku berpikir sendirian, beri aku
kesempatan memikirkan bagaimana tanggapan orang terutama sesama murid Lemah Tulis, tentang hubungan kita
ini. Kita pasti akan bertemu lagi."
Wajah Geni berubah. "Bagaimana mungkin aku harus
berpisah dengan kamu Wulan, aku tak sanggup berpisah
denganmu, jangan Wulan, jangan lakukan itu, mengapa kamu
harus peduli dengan tanggapan orang, tidak, aku tak mau
berpisah." Geni memeluk erat tubuh kekasihnya "Wulan,
sebaiknya kita berdua mencari guruku, Padeksa, minta dia
mengawinkan kita." Wulan menciumi leher Geni. "Kita berpisah untuk
sementara, biarkan aku sendiri, kita akan jumpa lagi. Tentang
perkawinan, aku pasti mau jika sudah tiba saatnya. Geni,
ijinkan aku pergi, tidak lama lagi kita akan berjumpa di
Mahameru" 'Wulan, kamu harus tahu, tidak ada kekuatan apa pun yang
bisa menghentikan aku mencintaimu Aku tahu kamu juga
mencintaiku, jadi aku akan mencarimu, aku akan mengawini
kamu, menjadikan kamu isteriku. Ingat itu Wulan," ujar Geni
Wulan menjawab lirih, "Aku ingat, akan selalu kuingat."
Pagi itu Wa lang Wulan pergi. Ia tidak memberitahu
tujuannya Wisang Geni sangat terpukul. Dia tak pernah
membayangkan kejadian seperti itu. Beberapa hari hidup
bersama di dalam goa air terjun di kaki gunung Arjuna,
kemudian bercinta berkasih mesra di atas perahu. Pada saat-
saat itu rasanya Wulan sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Lalu mendadak saja perempuan itu pergi, rasanya seperti ada
bagian tubuhnya yang hilang terbawa pergi bersama Wulan.
Sepanjang hidupnya, Geni tak pernah mendapat perhatian
seorang perempuan, apalagi dicintai. Bahkan kasih sayang ibu
pun hanya mengelusnya di masa kecil. Dan ketika nasib
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempertemukan dia dengan perempuan yang begitu
memerhatikan dan mencintainya, ia merasa dialah lelaki paling
bahagia di kolong langit. Dicintai dan mencintai. Tak ada yang
lebih bahagia dari itu. Sepanjang perjalanan berperahu ia sangat bahagia.
Mendadak saja kebahagiaan itu sirna begitu saja. Hanya
lantaran Sari perempuan yang dicintai dan mencintainya itu
adalah Walang Wulan, adik perguruan dari ayah dan ibunya.
Akal sehatnya mengakui Walang Wulan sebagai bibi guru,
tetapi kekerasan hati dan dahaganya akan kasih sayang dan
cinta seorang perempuan membuatnya tidak bisa menerima
kejadian itu dengan wajar. Ia menolak kenyataan itu!
"Itu tidak adil! Tidak bisa! Kau bukan bibi guruku, Wulan,
kau adalah Sari kekasihku!" W isang Geni berteriak sambil
berlari. Ia berlari terus, berlari dan berlari.
Ketika senja berubah menjadi malam. Ketika hutan menjadi
pekat ditelan gelapnya malam, dia berhenti di tengah hutan.
Ia tidak tahu berada di mana. Tetapi Geni tak peduli. Karena
sebenarnya dia hanya ingin lari menjauh dari persoalan yang
begitu meng goncang hatinya. "Mengapa kita harus berpisah,
Wulan?" Malamnya dia tidur di atas pohon. Dia berpikir dan
merenung. Terjadi pertentangan dalam dirinya. Di satu sisi dia


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengakui Wulan adalah bibi guru, di sisi lain dia menolak
keras. "Memang Wulan adalah adik perguruan ayah dan ibuku.
Wulan juga adik dari guruku Manjangan Puguh. Dari dua
alasan ini, benarlah Wulan adalah bibi guru Tetapi setahuku
tak ada aturan yang melarang perkawinan antara keponakan
murid dengan bibi guru Hanya memang aneh dan janggal
apalagi jika usia bibi guru lebih tua beberapa tahun. Dan itu
tidak seluruhnya benar, guruku adalah Padeksa, sedang guru
Wulan adalah Bergawa, maka jelas aku dan Wulan adalah
saudara seperguruan. Jadi sebenarnya tak ada sesuatu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi hambatan, lalu mengapa tiba-tiba Wulan begitu panik
dan memutuskan untuk pergi meskipun hanya sementara. Dia
pergi hanya sementara waktu, sampai aku menemuinya nanti
di pertemuan Mahameru"
Di atas pohon itu, Geni tidak bisa tidur. Wajah Sari alias
Wulan terbayang-bayang. Tubuhnya yang molek, bibirnya
yang basah dan cintanya yang hangat membara, membuat
Geni hampir gila. T etapi diam-diam Geni merasa kagum. Ilmu
tenaga dalam Karma Amamadang membuat Wulan awet
muda, tubuhnya masih sintal seperti gadis remaja. Padahal
menurut pengakuannya usianya sekitar empatpuluh dua
tahun. Ilmu apa itu, yang bisa membuat dia begitu awet
muda" Selama beberapa hari W isang Geni melangkah tak tentu
arah, tak punya tujuan yang jelas. Suatu siang ia tiba di desa
kecil T ajinan. Ia mencari warung makan. Warung itu sepi saja,
ketika ia masuk. Di pojok dekat pintu belakang duduk empat
orang. Di meja dekat jendela duduk sepasang lelaki
perempuan. Geni tidak memerhatikan orang-orang di situ. Ia langsung
memilih tempat duduk dekat jendela. Agak lama ia menanti
pesanannya. Saat itu ia melihat seorang wanita muda
melangkah masuk warung. Seorang lelaki pendek gemuk,
rupanya pemilik warung menghentikan langkah si gadis di
depan pintu "Kamu tak boleh masuk, tolong nona jangan
masuk, nanti semua orang pergi takut karena penyakitmu itu
bisa menular, nanti warung makan ini sepi tak ada yang
makan." "Siapa bilang aku membawa penyakit. Aku sehat," kata
wanita muda itu. Empat orang yang duduk di dekat pintu belakang, tertawa.
Salah seorang berseru. "Gadis itu cantik, sayang wajahnya
burik." Temannya tertawa, lalu berseru kepada pemilik
warung. "Pak T ua, biarkan gadis itu makan bersama kami, biar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajahnya burik tetapi aku kan butuh tubuhnya bukan
wajahnya, ayo kemari sini, kamu dekat sama kangmas-mu
ini." Lelaki itu menghampiri si gadis, tangannya terjulur
hendak mencengkeram lengan.
Geni me lihat itu, ia membungkuk mencari-cari batu kerikil.
Geni menjentik kerikil. Tiba-tiba laki-laki itu menjerit, batu
kerikil menghantam siku tangannya. Ia menoleh ke sana
kemari. Tak ada siapa-siapa. Sepasang lelaki perempuan
sedang asyik ngobrol. Di dekat jendela, Geni. Ia masih hendak
meneruskan niatnya ketika kerikil yang kedua menghantam
dahinya yang langsung bocor darah. "Gila, pasti ada dedemit
atau pendekar lihai yang melindungi gadis ini," katanya sambil
melangkah kembali ke teman-temannya.
Geni melangkah mendekati gadis burik itu. "Ayo adik,
makan bersamaku, kebetulan aku tak punya kawan ngobrol."
Geni menatap dengan mata melotot ke pemilik warung. "Adik
ini makan bersamaku, atas undanganku, kamu keberatan?"
Gadis itu masih muda. Tubuhnya langsing dengan dada
yang agak menonjol. Benar kata lelaki penggoda tadi,
tubuhnya cukup molek hanya wajahnya burik. Gadis itu bekas
terkena penyakit cacar. Bekas cacar berupa bintik-bintik hitam
menghiasi sekujur tubuh dan wajahnya. Rambutnya panjang
tidak terawat. Pemilik warung itu geleng-geleng kepala.
Gadis burik itu malu-malu menatap Geni. "Tuan,
terimakasih, kamu sudah menolong aku. Tetapi aku tidak
pantas duduk bersama kamu, biar aku pergi saja, sekali lagi
terimakasih." Geni memegang tangan gadis itu. "Jangan, jangan pergi,
makan dulu, baru kamu pergi. Ayolah."
Gadis itu memang lapar. Ia makan dengan lahap. Geni ikut
terbawa suasana, juga makan dengan lahap. "Namaku Wisang
Geni, kalau aku boleh tahu namamu siapa, adik?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Namaku Sekar."
Geni hendak bicara, tetapi batal Karena pada saat itu ia
melihat tiga lelaki memasuki warung. Ia mengenal salah
seorang adalah lelaki yang melukai Wulan di air terjun,
Kalamasura. Kalamasura juga mengenal Geni. "Ha... ha... ha... dicari-
cari tak ketemu, tidak dicari justru bertemu Hari ini kamu
harus membayar hutangmu!"
Tidak menanti sampai Kalamasura mendekat, Geni
melompat keluar lewat jendela. Ia tak mau melibatkan Sekar
dalam urusannya. Kalamasura ikut menerobos jendela, diikuti
dua temannya. Tak jauh berlari, Geni berhenti. Karena ia
memang tak berniat melarikan diri. Ia tertawa. "Hari itu kamu
merengek minta ampun, jadi kubiarkan kau pergi, sekarang
kamu malah mencari aku minta digebuk"
Olok-olok Geni itu menyulut amarah Kalamasura. Ia
menggeram hebat sambil menerjang dan melepas pukulan
yang mendatangkan angin kencang. Geni menghindar.
Kalamasura mendesak hebat. Tetapi Geni dengan Waringin
Sungsangmudah. saja mengelak. Ia juga tidak manda
diserang, mulai membalas. Tanpa terasa puluhan jurus
berlalu. Kalamasura makin berang karena semua jurusnya dengan
mudah bisa dikelit. Malahan serangan balik Geni mulai
mempersulitnya. Melihat posisi Kalamasura terdesak, dua
temannya ikut mengepung dan mengeroyok Geni. "Dimas
Sura, hayo kita hajar rame-rame."
Karuan saja Geni kewalahan. "Hei mana ada aturan begini,
main keroyokan." Tetap mengepung dengan serangan terarah, salah seorang
kawan Kalamasura berseru, "Kita bertiga selalu bersatu, tak
peduli lawan hanya satu orang atau sepuluh orang. Kamu
siap-siap saja mati di tangan kami."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perlawanan Geni hampir tak ada artinya. Di antara tiga
lawan itu, Kalamasura adalah yang paling rendah ilmu
silatnya. Tak heran hanya dalam beberapa jurus saja, Geni
sudah jatuh di bawah angin. Geni mencium bahaya. Harus ada
jalan keluar. Kabur! Itu perbuatan rendah. Tetapi kalau tidak
kabur, ia bisa mati. Ia bimbang. Perhatian terpecah. Akibatnya fatal! Pukulan
lawan telak menghajar pundaknya. Dalam keadaan sempoyongan Geni melihat tendangan Kalamasura mengancam pinggangnya. Lawan lain memukul batang
lehernya. Geni mengelak. Sikunya ditekan di samping
pinggang, menangkis tendangan. Kepala ditekuk sampai rapat
ke dada. Tangan kanan melingkar ke belakang leher. Dua
kakinya merentang rapat di tanah. Tanpa sadar Geni telah
memainkan jurus Nanawidha (Beraneka Warna) dari Bang
Bang Alum Alum yang digabung dengan jurus Mangapeksa
(Menanti) dari Garudamukha.
Memainkan dua jurus dari dua ilmuyang berlainan ini
sebelumnya tak pernah dipelajari Geni. Namun dalam keadaan
darurat di mana jiwanya terancam ia justru memainkannya
dengan sempurna. Terjadi benturan, siku tangan Geni bergetar menerima
tendangan Kalamasura. Sikap "menanti" dari jurus Mangapeksa berhasil meredam tendangan lawan, lalu
meminjam tenaga lawan, tangan Geni menyampok lutut
lawan. Kalamasura menjerit. Masih untung bagi Kalamasura,
tenaga Geni telah hilang sebagian akibat benturan di siku.
Kalau tidak, lututnya bisa remuk
Saat berikut dua kaki Geni yang merentang rata di tanah,
membuat posisi tubuhnya turun sehingga tebasan lawan ke
leher tidak mengena. Tetapi lawan yang ketiga yang tadi
memukul dadanya kembali berhasil menggampar punggung
Geni. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Duuukkk!" Geni terlempar. Darah dalam tubuhnya
bergolak. Mulut berasa asin. Keadaannya kritis, karena dua
lawannya memburu dengan sengit.
Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda mendatangi. Tiga ekor
kuda berlari cepat menuju arena pertarungan. Ketiga kuda
dalam formasi berjajar, kuda yang di tengah ditunggangi
Sekar si gadis berwajah burik tadi. Gadis itu berseru, "Cepat
lompat!" Geni tak membuang waktu lagi, dengan Waringin Sungsang
ia me lontarkan diri ke atas punggung kuda. Semua serba
cepat, sukar diikuti mata. Lari kuda sangat cepat, tetapi gerak
Wisang Geni tak kalah cepatnya. Begitu duduk di punggung
kuda, Geni muntah darah. Tetapi ia tetap bertahan di
punggung kuda. Ia terkejut melihat penolongnya tak lain
adalah Sekar. "Tak salah dugaanku kau pasti dari kalangan pendekar,"
kata Geni. Ketika menyaksikan Geni dikeroyok tiga orang,
Sekar tahu gelagat tidak menguntungkan bagi pemuda itu.
Diam-diam ia menyelinap ke istal di belakang warung dan
mencuri tiga ekor kuda. Sigap ia menggiring tiga ekor kuda itu
ke arena pertarungan. Dan ia tiba pada saat yang tepat.
Kalamasura tergeletak di tanah. Lututnya parah, nyaris
remuk Dua kawannya hendak mengejar Geni dan Sekar,
namun urung karena memikirkan Kalamasura. Tiga orang ini
memandang kepergian Geni dengan mendongkol. Tampaknya
memang Geni dan Sekar akan lolos. Tetapi belum jauh
berkuda, mendadak Sekar berteriak, "Hei minggir, pak tua,
minggir!" Geni melihat seorang tua kurus menyeberang jalan. Karena
begitu mendadak, kuda-kuda itu tak bisa dikendalikan.
Tampaknya kuda akan menabrak si orangtua. Namun ketika
kuda-kuda itu hanya terpaut tiga tombak, orangtua membalik
tubuhnya Dua tangannya terkembang macam burung
membentang sayap. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Debu beterbangan di depan Sekar dan Geni. Kuda kuda itu
seperti menabrak tenaga misterius. Kaki-kakinya tertekuk.
Sesaat kemudian tiga kuda tersuruk Sekar dan Geni
terpelanting. Dalam keadaan luka parah dan tidak siap, Geni
tak mampu menguasai tubuhnya sehingga terbanting keras ke
tanah. Sekar bersalto dengan lincah dan mendarat dalam
posisi berdiri. "Ha... ha... ha...," Orangtua itu tertawa Suaranya kering,
nyaring dan bergelombang seperti ringkik kuda. Ia
memandang Geni dan Sekar dengan mimik aneh. "Kamu anak
ingusan, tetapi kamu bisa lolos dari tiga muridku, artinya
kamu cukup jago. Siapa kamu, sebut gurumu supaya aku
tidak kesalahan membunuh orang."
Pada saat itu terdengar teriakan. "Guru!" Ternyata
Kalamasura dan dua temannya sudah tiba di situ.
Geni mengeluh. "Celaka, tiga muridnya saja aku tak
ungkulan, apalagi ditambah gurunya Mungkin sudah takdir
dewata, aku harus mati di sini." Tahu dirinya tak bakal lolos
dari maut, Geni berdiri tegap. Lukanya tak lagi dirasakan.
Kalau memang harus mati, matilah sebagai laki laki. Dia
menatap orangtua kurus itu. Tak ada rasa gentar sedikit pun.
Orangtua itu kurus kering seperti tengkorak hidup.
Pakaiannya serba hitam, celana sebatas lutut, telanjang dada
dengan jubah longgar yang terjulai sampai batas lutut
memperlihatkan tubuhnya yang kurus tinggal tulang dibalut
kulit. Rambutnya panjang riap-riapan. Wajahnya tiris dihiasi
kumis dan jengot jarang. Sebelah matanya hanya tinggal
kelopak tanpa bola mata Tampangnya seram dan tak enak
dipandang. Geni berkata lantang, "Semua ini urusanku sendiri, tidak
ada sangkut pautnya dengan temanku ini." Ia menoleh
memandang Sekar dan mendorong gadis itu pergi, "pergilah
kamu" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orangtua itu tertawa "Baru hari ini kutemui orang yang
berani memerintah di hadapanku Bocah gila, kamu belum tahu
bahwa semua orang yang pernah ketemu aku, hanya boleh
pergi jika kusuruh dia pergi."
Di luar dugaan Sekar bukannya pergi ma lah tertawa
mengejek. "Huh Kalayawana yang hebat, Penguasa Kegelapan
dari Gondomayu yang kesohor dan ditakuti, ternyata cuma
cacing kurus yang tak punya malu, beraninya cuma menghina
orang muda yang tak punya nama. Kamu memalukan,
Kalayawana sebaiknya kau pulang ke Gondomayu dan kubur
namamu yang hebat itu."
Semua orang terkejut. Wisang Geni terkesiap lantaran tidak
menyangka ketemu Kalayawana pembunuh dua orangtuanya.
"Kau pembunuh orangtuaku, kau punya hutang pada Lemah
Tulis, kamu harus mati di tanganku!"
Kalayawana dan tiga muridnya terkejut. Rupanya pemuda
itu orang Lemah Tulis. Dan si gadis punya nyali harimau,
berani

Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengolok-olok meski sudah tahu hebatnya Kalayawana. Ejekan itu membangkitkan amarah Kalayawana
yang menghentak kakinya ke tanah. Tanah bergetar bagai
dilanda gempa. Itulah pameran tenaga dalam yang dahsyat.
"Kamu mulut lancang, dan kamu orang Lemah Tulis, harus
kupelintir batang lehermu, biar mampus."
Kalayawana mengangkat tangan hendak mencengkeram
Sekar, tetapi tangannya terhenti di udara. Sekar tertawa.
"Benar kataku, Kalayawana itu pengecut, hanya berani tarung
lawan orang kecil, kalau memang jago kamu cari lawan yang
sepadan." Kalayawana kalap. "Gadis mulut busuk, coba siapa
pendekar yang kau hadapkan padaku, panggil kakek
moyangmu, panggil gurumu,
biar kupecahkan batok kepalanya, ayo bawa dia kemari."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, kamu pintar dan licik, sudah tahu aku sendirian,
kamu gembor-gembor nantang guruku, jangan-jangan
matamu yang tinggal sebelah akan copot lagi atau kepalamu
yang kecil kayak kepala udang itu pecah berantakan digebuk
guruku." Sekar mengejek dengan pemikiran Kalayawana akan
malu turun tangan dan membiarkan mereka pergi. Tetapi
ejekannya kelewat batas. Kalayawana tak bisa menahan diri lagi Selama ini tak ada
orang berani menghina dirinya sepertiyang dilakukan Sekar. Ia
marah dan berteriak keras, tubuhnya melayang ke arah Sekar.
Pada saat itu Wisang Geni sudah memutuskan akan adu
jiwa. Orang ini adalah musuh utamanya yang membunuh
orangtuanya. Hutang nyawa bayar nyawa. Ia tak memikirkan
lagi keselamatan diri. Juga tak peduli ilmu silat musuh lebih
tinggi di atasnya. Dalam keadaan terluka, Geni menggigit
lidahnya sendiri. Itu cara menghimpun seantero tenaga dalam.
Tidak ada lagi tenaga yang tersisa. Sikap ini sangat
berbahaya. Hampir sama dengan bunuh diri. Tak ada tenaga
cadangan dalam tubuh, akibatnya fatal. Jika terluka, sulit
untuk sembuh. Geni memang nekad, "Kamu mati atau aku
yang mati," teriaknya sambil menyerang dengan jurus
Shuhdrawa (Hancur Luluh) dari Garudamukha.
Sekar sejak awal sudah menggenggam pasir di tangannya.
Ketika datang serangan Kalayawana, ia mengelak sambil
melempar wajah lawan dengan pasir.
Kalayawana terkesiap. Serangan dua anak muda itu cukup
berbahaya. Tetapi dasar dia memang lihai. Ia menggerakkan
tangan kiri menolak serangan Geni, adu tenaga. Tangan
kanan mengibas pasir mengembalikan kepada Sekar. Ia
bergerak seperti ayal-ayalan tetapi akibatnya luar biasa. Pasir
itu kembali menyerang Sekar yang terpaksa bergulingan.
Sebagian pasir menerpa tubuhnya, rasanya panas. Geni
menerima akibat yang jauh lebih parah. Adu tenaga itu berat
sebelah. Tenaga dingin Kalayawana menghantam telak Geni,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerobos sampai ke tulang sumsum. Mata Geni melotot. Ia
muntah darah, tiga kali. Tubuhnya bergetar kedinginan.
"Kalian akan mati dengan perlahan-lahan, karena aku tadi
hanya menggunakan sebagian tenaga saja." Ia lalu tertawa
keras, lengking suaranya bergelombang, nyaring tajam dan
kering. Suara ku menusuk telinga Sekar dan Geni. Itulah
tertawa Begananta yang bisa membuat lawan hilang ingatan
atau mati Dalam keadaan sehat pun belum tentu Sekar dan
Geni bisa mengatasi tertawa iblis apalagi dalam kondisi luka
parah. Sesaat kemudian jantung mereka berdegup kencang,
wajah kemerahan karena sedikit demi sedikit darah mulai
berkumpul di kepala. Wajah Sekar merah membara, keringat membasahi
tubuhnya. Dari mata mengalir air. Pada puncaknya nanti,
bukan air yang keluar dari pori dan lubang tubuh melainkan
darah. Wisang Geni lebih sengsara, ia rubuh. Ia merasa ribuan
semut menggerogoti tubuh terutama kepala. Ia memusatkan
pikiran, kalau harus mati maka matilah sebagai laki-laki.
Jangan menjerit, jangan mengeluh dan jangan mengemis
kepada lawan. Pada saat kritis itu terdengar suara perempuan tertawa.
Tawa itu menindih tawa Kalayawana, terdengar merdu dan
meringankan penderitaan Geni dan Sekar. "Memang hebat
tertawa Begananta dari kuburan Gondomayu, mana bisa dua
orang muda itu melawanmu," seru perempuan itu.
Suasana mendadak lengang. Kalayawana menghentikan
tawanya. Sepasang lelaki dan perempuan mendatangi. Geni
mengenalnya sebagai dua orang yang duduk di warung makan
tadi. Kalayawana bercekat hatinya. Tawa perempuan itu telah
mampu menerobos dan mengganggu lengkingnya. Itu saja
sudah hebat. Apalagi itu dilakukan dari jarak jauh. Tak
disangkal menilik ukuran tenaga dalamnya, orang itu jelas
pendekar dari kalangan atas.
"Siapa sampean?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalabendana dan Kalayuda tadinya hendak memaki dan
menghajar perempuan itu. Tetapi mendengar nada pertanyaan sang guru, mereka urung. Kalau gurunya sampai
peduli siapa orang itu, artinya cuma satu, ilmu silat orang itu
cukup tinggi. "Selamat bertemu Kalayawana, aku Malini dan ini suamiku
Kumara. Kami orang asing di tanah Jawa ini, sengaja kami
datang untuk berkenalan dengan para pendekar tanah Jawa."
Dua orang asing itu melangkah santai. Langkahnya ringan
namun geraknya pesat. Saat berikut mereka sudah berdiri dua
tombak dari Kalayawana. Ilmu ringan tubuh mereka nyaris
sempurna. Malini berusia sekitar tigapuluh, suaminya mungkin
lima tahun lebih tua. Kalayawana memandang tajam. Malini berpakaian aneh.
Bagian bawah, celana longgar. Bagian atas sepertinya dililit
kain sutera berlapis-lapis. Kulit tubuhnya putih pucat kontras
dengan warna pakaiannya yang hijau tua. Ia cantik,
hidungnya mancung, mulut agak lebar, rambut panjang
disanggul rapi dan bergelung di atas pundaknya. Matanya
bening dan berkilat-kilat. Suaminya yang bernama Kumara
juga berdandan aneh. Celana longgar, panjang sekilas kaki.
Bajunya sempit tanpa lengan dan terbuka di bagian dada
memperlihatkan bulu dada yang hitam. Rambutnya hitam
keriting digelung di atas kepala. Kulit tubuhnya sawo matang.
Ia juga berhidung mancung, wajahnya membersit kekerasan.
Diam-diam Kalayawana mengatur pernafasannya. Kalau
terjadi pertarungan, jelas dua orang itu bukan lawan ringan.
Tiba-tiba ia teringat seseorang. "Apa hubungan kalian dengan
Lahagawe?" "Bagus kamu masih ingat akan paman guruku. Ia kini
bertapa di kaki gunung Hima laya. Meskipun kamu mengaku
kenal dengan paman guruku itu, tetapi jika kamu
menyombongkan diri, tetap akan kuhajar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalayawana penasaran. "Tetapi bagaimana bisa kamu
mengetahui aku Kalayawana dan jurus ketawa Begananta,
kamu juga bisa bahasa Jawa, sudah lama tinggal di Jawa?"
Malini tertawa melihat Kalayawana penasaran. "Aku enam
bulan belajar bahasa Jawa, aku tahu semua nama pendekar
kosen di negeri Jawa berikut ilmunya. Aku sudah satu tahun di
tanah Jawa, nah kini kamu serahkan dua anak muda ini
kepadaku, aku punya urusan dengan mereka. Serahkan, itu
lebih baik bagimu" "Tidak bisa semudah itu Anak muda perguruan Lemah Tulis
ini adalah urusanku, tak ada sangkutan dengan kamu,
pergilah!" Berkata demikian Kalayawana menoleh ke Geni dan Sekar.
Dua muda mudi ini dalam keadaan luka parah. Sekar berusaha
mengatur pernafasan, meski pun agak sesak namun bisa
berjalan lancar. Adapun Geni, luka tenaga dalamnya sangat
parah. Bangkit atau bergerak pun sulit. Ia tak lagi punya
tenaga. Jalan darahnya sudah tidak karuan. Menurut tata cara
dan ilmu pengobatan yang dipelajarinya dari guru Waragang,
ia tahu lukanya sulit untuk bisa disembuhkan. Tenaga
dalamnya rusak. Awalnya tenaga dalamnya terluka kena hajar
Kalayuda. Tetapi paling parah adalah pukulan Kalayawanayang menggunakan jurus Ghandarwapati pada
saat Geni mengeluarkan seluruh tenaga dalamnya.
Tiba-tiba Malini tertawa, lengkingnya tinggi dan nyaring.
Makin lama makin bergelombang. Udara di sekitar terasa
bergetar. Itu pameran tenaga dalam tingkat tinggi.
Kalayawana terkesiap, belum tentu ia bisa mengungguli
tenaga Malini. "Aku sebenarnya ingin menguji pukulan
Ghandarwapati dan ketawa Begananta tetapi aku tidak yakin
kamu akan bersedia, mungkin kamu letih setelah tarung
dengan dua anak muda ini." Malini menghentikan tertawanya.
Tampaknya Kalayawana tersinggung, tetapi belum juga
memutuskan sikap, terdengar suara Kumara. "Kalayawana si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jago tua, berbaik hati kepada isteriku adalah bijaksana."
Selesa i kata-katanya ia merogoh saku, mengeluarkan gelang
perak, melemparnya dengan asal-asalan ke udara Gelang
meluncur pesat mengeluarkan suara mencicit dan tepat
membelenggu seekor burung yang sedang terbang. Burung
jatuh agak jauh. Kumara menggerakkan tangan, burung itu
tersedot ke telapak tangannya. Ia membuka belenggu gelang
kemudian melepas burung itu mengudara lagi. "Itu mainan
anak-anak di kampung kami," kata Kumara dingin.
Kalayawana terdiam "Gila, mereka sengaja ingin membentur aku, tetapi terus terang belum tentu aku bisa
menang meski seandainya tiga muridku ikut bertarung.
Lagipula, mereka inginkan dua anak muda itu, apa peduliku,"
katanya dalam hati Kalayawana menoleh ke tiga muridnya.
"Ayo kita pergi, masih ada urusan lain yang lebih penting,
kebetulan aku sudah tak ada kepentingan lagi dengan dua
anak muda itu, Malini kamu ambillah."
Geni me lotot menatap Kalayawana. "Suatu hari kelak, kau
akan menyesal tidak membunuhku hari ini, karena pada hari
itu aku akan membunuhmu"
Orangtua yang dijuluki Iblis Gondomayu itu tertawa keras.
"Kamu harus menghindar jangan sampai ketemu aku lagi.
Akan kucincang tubuhmu dan kuberikan kepada anjing. Kamu
jangan mimpi me lawanku, meski sepuluh tahun kamu
berlatih!" Geni melihat semua kejadian. Ia tahu ilmu silat dua
pendekar asing ini telah membuat Kalayawana ciut nyalinya.
Ia tidak kenal kedua suami isteri itu. "Katanya ia ada urusan
dengan aku, urusan apa" Aku belum pernah jumpa dengan
keduanya." Malini menghampiri Geni. Ia berjongkok memeriksa denyut
nadi. Saat berikut ia memeriksa Sekar. Geni memandang
Malini. Tadi ketika wanita itu jongkok di dekatnya ia mencium
aroma harum Bau tubuh perempuan. Anehnya bau itu seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak asing, ia merasa pernah mencium bau yang sama. Tetapi
di mana, ia lupa. "Anak muda, temanmu cuma luka ringan, tidak sulit
mengobatinya. Tetapi lukamu parah, tenaga dalammu luka
berat, kukira tak ada tabib yang bisa mengobatimu Kupikir
kamu sudah mendekati ajalmu, kasihan, padahal kamu masih
muda." Suara Geni nadanya getir. "Aku tahu."
Kumara berkata dalam bahasa India. Suaranya ketus dan
kasar. Malini membalas tak kalah sengitnya. Dua orang itu
bertengkar. Sesaat kemudian keduanya diam. Malini
menghampiri Geni. "Kata suamiku, ia bisa mengobati kamu'"
Wisa Geni berseri, "Terimakasih, mau menolong aku."
Suami isleri itu diam. Geni heran. Suasana lengang. Tiba-
tiba Sekar memecah kesunyian. "Kamu mau menolong
kawanku, tetapi tidak secara cuma-cuma, begitu kan" Katakan
apa bayarannya?" Malini senyum "Adik kecil ini cerdas. Memang kami akan
minta kau menolong kami, setelah kamu sembuh nanti, kamu
bersedia?" Wisang Geni memandang Malini. Ia mengagumi kecantikannya, yang tampak makin cantik jika tersenyum Saat
dia akan mengiyakan, Sekar mencegah. "Jangan sembarang
janji, tanya dulu, apa yang ia maui dari kamu"
"Siapa gadis ini, apa dia isterimu?"
Geni menggeleng. "Kami hanya teman biasa. Memang
begitu lebih adil, kamu katakan apa yang harus kukerjakan
jika kamu sudah menyembuhkan aku."
"Baiklah!" kata Malini, mulurnya kemudian komat-kamit.
Sekar melihat Geni memerhatikan penuh perhatian. Ia hendak
bersuara tetapi batal, teringat sesuatu. "Rupanya ia bicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan ilmu memendam suara, baru hari ini aku
menemui orang yang menguasai ilmu hebat ini. Jelas ia hanya


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mau bicara dengan Geni, dia tidak mau aku mendengar."
Geni mendengarkan. "Tak usah heran aku tahu, namamu
Wisang Geni, kamu murid Lemah Tulis. Kami sedang mencari
tokoh sakti Lemah Tulis, Ki Suryajagad. Dia kawan karib
paman guruku, Lahagawe. Ada pesan yang harus
kusampaikan pada tokoh sakti Suryajagad. Kau bantu
mengantar kami menemuinya, itu saja."
Hanya sekilas mendengar Geni lantas mengerti persoalannya. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan
Malini. Dalam hati ia tertawa, "Dia pikir bisa menipuku.
Lahagawe adalah orang yang dikalahkan Eyang Sepuh
Suryajagad di perang Ganter, tak mungkin dia seorang
sahabat. Ini pasti urusan dendam. Ternyata mereka adalah
musuh Lemah Tulis." Wisang Geni menjawab ia tak bisa membantu. Kontan
wajah Malini berubah. Kulit mukanya yang putih berubah
merah lantaran marah. Kumara menghampiri Geni. 'Jika kamu
tak mau membantu maka telanlah racun ular salju ini." Ia
menjejalkan satu butir obat ke mulut Geni. Malini juga
menjejalkan obat serupa ke mulut Sekar. Dua anak muda ini
tak kuasa menolak Dengan logat asing, Kumara menjelaskan racun itu mulai
bereaksi besok, penderitaan akan meningkat setiap hari. Pada
hari ketujuh sudah tak bisa ditolong lagi dan akan mati pada
hari kedelapan. "Kami menunggu di warung makan tadi, sampai malam
nanti. Esok pagi kami sudah pergi jauh, jika mau memenuhi
syarat, kamu boleh datang menemuiku dan akan kuobati,
bukan cuma menyembuhkan racun ular salju juga luka
dalammu Jika tidak datang artinya kamu memilih mati sendiri,
jangan salahkan kami!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matahari mulai doyong ke barat. Geni dan Sekar masih
terkapar di hutan. Geni memandang Sekar dengan iba. "Gadis
ini tak tahu apa yang terjadi, tapi ia sudah terlibat urusanku
Bahkan nyawanya kini terancam, bakal mati sengsara jika tak
memperoleh obat penawar racun."
Sebenarnya Geni sudah bulat tekad tak mau menerima
pertolongan dua pendekar asing itu, apalagi dengan syarat
seperti itu. Itu kan sama dengan mengkhianati perguruannya.
Lagipula mengemis pertolongan bukan sikap pendekar. Tetapi
bagaimana dengan keselamatan Sekar yang tak berdosa"
Geni bimbang. "Biarlah aku tak perlu diobati, Sekar saja
Para Ksatria Penjaga Majapahit 21 Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong Karya Okt Kisah Sepasang Rajawali 23
^