Pusaka Jala Kawalerang 3
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto Bagian 3
Carangsari mempunyai tempat tersendiri di dalam hatinya seperti Diah Mustika
Perwita dan Lukita Wardhani. Diah Mustika Perwita seorang gadis yang lembut.
Terhadap dirinya, gadis itu sangat menaruh perhatian dan telaten pula.
Perilakunya lembut, malahan tiada bedanya dengan seorang kakak baginya.
Sebaliknya, Lukita Wardhani lebih galak daripada Carangsari.
Selain galak, otaknya cerdas, kepandaiannya tinggi dan peribadinya agung.
Terhadap Lukita Wardhani tidak berani Pangeran Jayakusuma main sembarangan. Ia
menaruh hormat dan sedikit takut. Beda dengan Carangsari. Meskipun galak, masih
berani ia mempermainkan. Selagi demikian, ia mendengar Nayaka Madu berseru bangga kepada adik
seperguruannya Durgampi: "Janapati, apakah kau sudah hafal ?"
"Kau sendiri bagaimana ?"
"Lumayan. Coba dengarkan ! Dalam malam seorang gadis menganyam bunga.........."
"Salah ! Kurang duduklah."
"Masakan begitu " Coba ucapkan !"
"Duduklah malam sejuk sunyi.........."
"Hohaaa ha haa.........." Nayaka Madu tertawa terbahak-bahak. "Bukan begitu!
Bukan begitu! Dalam malam seorang....."
"Harus ada malam sejuk sunyi." Durgampi memotong.
"Oh begitu ?" Nayaka Madu mengennyitkan dahinya. "Dalam malam sejuk sunyi...
begitu ?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rasanya kaya begitu." Durgampi ragu-ragu. "Coba tambahkan duduklah..........-
"Dalam malam sejuk sunyi duduklah seorang gadis menganyam bunga..... begitu ?"
"Ya ya ya..... rasanya begitu !" seru Durgampi membenarkan.
Mendengar pembenaran Durgampi, wajah Nayaka Madu
memancarkan rasa bahagia yang tak terlukiskan. Kedua tangan dan kakinya ingin
berjingkrak hendak menandak-nandak. Tiba-tiba saja ia menjerit kesakitan : "
dddooooo.........h, mana pangeran bangsat itu..........-
Pangeran Jayakusuma tidak menyahut. Carangsari jadi penasaran melihat wajah
Nayaka Madu yang memancarkan rasa bahagia. Menegas kepada Pangeran Jayakusuma :
"Eh tolol ! Apakah memang benar begitu ?"
Pangeran Jayakusuma mengangguk membenarkan. Melihat anggukan pembenaran
Jayakusuma, hati Carangsari tercekat.
Serunya tertahan : "Kalau mereka sampai hafal bukankah..........."
"Jangan khawatir ! Taruhkata mereka hafal, tiada gunanya sama sekali," Pangeran
Jayakusuma menenangkan. "Sebab kunci sambungannya berada di Prabasini"
"O begitu ?" Carangsari terhibur. "Kau sendiri bagaimana ?"
"Secara kebetulan kakang Mijil Pinilih menjelaskan semuanya kepadaku."
"Kalau kau sudah memahami, apa perlu mencari mayat Prabasini ?"
"Dalam saat-saat terakhir, kakang Mijil Pinilih minta agar abunya ditanam
bersama abu Prabasini. Begitu pula harapan Prabasini." Pangeran Jayakusuma
menjelaskan. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pantas, kau mengancam akan membakar semuanya. Kiranya kau hanya membutuhkan abu
tulang-belulang Prabasini."
Carangsari mulai mengerti .Tetapi tatkala ia menyebutkan tulang-belulang
Prabasini, hatinya terharu sehingga suaranya terdengar agak menggeletar. Memang,
dari luar ia kelihatan galak. Namun hatinya sesungguhnya hati seorang wanita
sejati. Artinya halus, lembut dan penuh keibuan. "Di mana kini abu kakang Mijil
Pinilih ?" Carangsari menirukan Pangeran Jayakusuma yang menyebut kakang Mijil Pinilih.
Selagi Pangeran Jayakusuma hendak menjawab, sekonyong-konyong terdengar suara
sorak sorai dan suara langkah puluhan orang mengarah ke tempat mereka berada.
Pangeran Jayakusuma memalingkan kepalanya. Pada saat itu terdengar suara Lukita Wkrdhani
untuk yang pertama kalinya :
"Ooooh.... selamat, selamat !" Pangeran Jayakusuma mengucapkan selamat kepada
Carangsari. Mendengar ucapan selamat Pangeran Jayakusuma, wajah Carangsari berubah-ubah.
Kandang bersemu merah, kadang memancarkan rasa berbahagia. Pada saat itu,
timbullah pikiran Pangeran Jayakusuma untuk membuat sepasang mempelai baru itu
bertambah berbahagia. Pikirnya : "Kiranya Panglima Wirawardhana yang menyerbu
perkampungan Nayaka Madu, sehingga membuat Nayaka Madu dan Durgampi melarikan
diri. Rupanya mereka berdua kena hadang Lukita Wardhani. Sekaiang sudah kupukul roboh.
Kalau mereka berdua kini kuhadiahkan kepada Wirawardhana, bukankah kedudukannya
akan jadi lebih mantap dalam pemerintahan " Ia tidak usah kalah lagi
dibandingkan dengan jasa Panglima Angragani" Memperoleh pikiran demikian,
hatinya jadi girang. Sebentar saja lapangan sekitar petak hutan itu, sudah penuh dengan laskar
kerajaan yang segera berhenti dengan teratur setelah melihat Lukita Wkrdhani.
Dari jauh terdengar derap kuda bergemuruh. Tidak lama kemudian muncul tiga
pasukan berkuda Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang membawa panji-panji kebesaran: Seorang pemuda yang mengenakan busana
kebesaran panglima perang berada di bawah kibaran panji-panji laskar kerajaan.
Dialah Panglima Wirawardhana yang gagah dan ganteng. Dengan pandang mata yang
tajam ia menyapukan penglihatannya. Tatkala melihat Carangsari berada di antara
orang-orang yang mengerumuni Nayaka Madu dan Durgampi, ia berseru tertahan
menyatakan rasa herannya. Perlahan-lahan ia menghampiri. Lalu menegor sambil
melompat dari kudanya. "Apakah adik ikut membantu tuanku puteri Lukita Wardhani mengejar Nayaka Madu
dan Durgampi yang melarikan diri ke arah hutan ini ?"
"Ya. Bahkan atas pertolongan dan bantuannya, kita akhirnya dapat membekuk dua
jahanam itu." Pangeran Jayakusuma mendahului Carangsari menjawab pertanyaan
Wirawardhana. Mula-mula Panglima Wirawardhana perlu mengenal siapa yang menjawab
pertanyaannya. Begitu mengenal wajah Pangeran Jayakusuma, wajahnya segera
berubah. Terhadap pemuda itu, ia merasa berhutang budi sedalam-dalamnya.
Pertama, oleh jasa pemuda itu, kedudukan Panglima Panji Angragani yang
diperebutkan orang jatuh sebagai durian runtuh kepadanya.
Kedua, gara-gara kenakalan dan akalnya ia dapat mempersunting Carangsari yang
cantik dan berkepandaian tinggi. Ketiga, selain kepandaiannya maha tinggi,
Pangeran Jayakusuma pantas menjadi majikannya karena diapun putera Sri Baginda.
Itulah sebabnya begitu mengenal siapa pemuda yang memoles wajahnya, segera ia
menghampiri seraya membungkuk hormat.
Serunya dengan gembira: "Pangeran! Ah, kalau pangeran berada di sini semuanya akan menjadi beres. Nayaka
Madu dan Durgampi boleh mempunyai sayap. Akan tetapi bertemu dengan pangeran,
mereka berdua bisa apa ?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun putera raja, Pangeran Jayakusuma biasa hidup di luar istana semenjak
kanak-kanak. Jiwanya sudah terlanjur bebas, bahkan membenci adat-istiadat dan
tata-tertib pergaulan yang dirasakan berlebihan. Namun dasar otaknya cerdas luar
biasa, pada detik itu ia dapat memahami makna ucapan Panglima Wirawardhana.
Beberapa tahun yang lalu, dia tidak
menggunakan sebutan apapun terhadapnya. Kini mendadak sontak memanggilnya dengan
sebutan pangeran. Tentunya berhubungan erat dengan kedudukannya sebagai seorang
panglima perang. Memperoleh pikiran demikian, Pangeran Jayakusuma
menyahut: "Bukan, bukan ! Semuanya ini berkat rejekimu yang besar.
Kedua orang itu layak menjadi tawananmu." sampai disini ia berhenti sejenak.
Dengan langkah panjang ia menghampiri Lukita Wardhani. Katanya setengah berbisik
kepada Lukita Wardhani: "Wardhani ! Apakah engkau setuju bila kedua jahanam itu kita hadiahkan kepada
Wirawardhana sebagai hadiah perkawinannya
?" Pangeran Jayakusuma mempunyai alasannya sendiri. Ia menyaksikan sendiri, betapa
gigih Lukita Wardhani ingin menangkap Nayaka Madu dan Durgampi hidup atau mati.
Ia malahan kena dilukai. Menurut pantasnya, mereka berdua layak dipersembahkan
kepada Lukita Wardhani. Teringat betapa tinggi hati gadis itu, ia merasa
ketelanjuran menuruti kata hatinya sendiri. Karena itu, ia perlu meminta
persetujuannya dengan hati kebat-kebit.
Lukita Wardhani belum pulih kesehatannya, walaupun racun Nayaka Madu dan
Durgampi sudah dapat dimusnahkan Ki Ageng Cakrabhuwana. Wajahnya pucat namun
masih saja ia nampak agung dan berwibawa. Mendengar kata-kata Pangeran
Jayakusuma, Lukita Wardhani menyahut dengan suara dingin : Dendam Empu Bharada
http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedua orang itu, engkau sendiri yang menawannya. Kau berikan kepada siapapun
adalah hakmu." Ucapan Lukita Wardhani tidak sedap dalam pendengaran siapapun. Namun mereka yang
sudah mengenal watak Lukita Wbrdhani tahu, bahwa gadis itu sudah bersikap
mengalah kepada Pangeran Jayakusuma. Sebaliknya Pangeran Jayakusuma yang
berwatak panas bagaikan bara api, tidak mau mengerti.
Memang ia seorang pemuda yang tiba-tiba bisa mengalah bila diperlakukan dengan
lemah lembut. Sebaliknya mendadak sontak bisa berkepala batu dan keras hati,
apabila dilawan dengan kekerasan. Ucapan Lukita wardhani bagi pendengarannya
dinilainya terlalu berlebihan. Maklum, selamanya Retno Marlangen
memperlakukannya dengan lemah lembut dan penuh pengertian. Maka dengan sedikit
menyindir ia menjawab : "Oh begitu " Kalau begitu biarlah kuhadiahkan kepadamu."
"Hadiah " Siapa yang mengharapkan hadiah darimu ?"
"Eh, apakah salah " Ah ya, aku salah ucap. Mestinya, kupersembahkan ke duli
tuanku puteri." Lukita Wardhani tahu benar, mulut Pangeran Jayakusuma jahil bukan main. Kalau
dilawan makin menjadi-jadi. Karena sudah biasa hidup bebas, ia dapat berbicara
seenaknya sendiri terhadap siapapun. Ia menyaksikan sendiri betapa pemuda itu
mempermainkan Ganggeng Kanyut, Keswari, Durgampi,
Narasinga dan lain-lainnya, dengan mulut dan pekertinya.
Menuruti kata hatinya, ingin ia mendampratnya sesengit-sengit-nya. Mendadak saja
teringatlah dia, bahwa pemuda itu habis menderita batin yang begitu hebat.
Menurut tutur katanya sendiri, Pemuda itu rela kehilangan Retno Marlangen
setelah berkenalan dengan Ki Ageng Mijil Pinilih. Peribadi Prabasini ternyata
menang jauh bila dibandingkan dengan Retno Marlangen. Pernyataan itu bermakna
besar bagi dirinya. Pada detik itu pula, ia bersedia mengalah terhadap Pangeran
Jayakusuma. Apa alasannya, hanya dia seorang yang tahu Dendam Empu Bharada
http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan tepat Terus saja ia mengubah nada suara dan sikapnya.
Jawabnya dengan lemah lembut:
"Kangmas, racun Pacar Kuning terlalu hebat bagiku. Maka tak perlulah kangmas
memikirkan tentang hadiah."
Mendengar ucapan Lukita Wardhani, Pangeran Jayakusuma terperanjat. Memang,
Lukita Wardhani mempunyai tempat sendiri di dalam hatinya, di samping Retno
Marlangen, Carangsari dan Diah Mustika perwita. Retno Marlangen sudah hilang
dari pelukannya. Carangsari sudah menjadi isteri Wirawardhana, sedang Diah
Mustika Perwita tak ubah adik-kandungnya sendiri.
Kini tinggal Lukita Wardhani yang masih memiliki peribadi tegas.
Dasar ia seorang pemuda yang berpembawaan romantis, langsung saja dapat
menyesuaikan diri. Sahutnya dengan suara gugup :
"Lukita Wardhani! Apakah racun jahanam itu belum musnah dari dalam dirimu ?"
Tanpa menunggu perkenan Lukita Wbrdhani, segera ia melompat menghampiri. Itulah
watak dan sifat Pangeran Jayakusuma. Dia bisa berkobar-kobar bagaikan api
menyala, tetapi dalam detik berikutnya dapat tenang kembali tak ubah permukaan
telaga. Karena semuanya itu tergantung belaka kepada sikap seseorang terhadap
dirinya. Sebaliknya, Carangsari yang mempunyai kesan sendiri terhadap pemuda
itu, terus saja mendamprat:
"Hai, hai, hai tolol! Kata-katamu belum tuntas, tetapi engkau cari kesibukan
sendiri. Kau..... kau..... kau....."
Mendengar suara Carangsari, hampir saja Pangeran
Jayakusuma memanggilnya dengan 'isteriku' seperti yang dilakukannya dulu. Syukur
pada detik itu teringatlah dia, bahwa Carangsari kini sudah menjadi nyonya
Wirawardhana. Segera ia tertawa lebar sambil memanggil Diah Mustika Perwita :
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik kecil, coba kuperiksa keadaanmu !"
Dengan langkah tenang, Diah Mustika Perwita menghampiri dan berdiri di samping
Lukita Wardhani Pangeran Jayakusuma tahu, Carangsari menaruh hormat terhadap
Diah Mustika Perwita. Ia sengaja memanggilnya untuk mengalihkan kesannya sendiri terhadap Carangsari
dan sebaliknya. Sebagai seorang pemuda yang romantis, ia dapat menebak keadaan
hati Carangsari. Pastilah Carangsari terbakar rasa cemburunya, karena ia akan menyentuh tubuh
Lukita Wardhani. Dahulu iapun pemah berbuat demikian terhadap nyonya yang galak
itu. Nyonya yang memiliki pandang mata mirip Retno Marlangen. Apalagi bila
sedang dalam keadaan marah dan cemberut. Dahulu ia sengaja menggoda Carangsari
agar selalu uring-uringan dani melepaskan rasa rindunya terhadap Retno
Marlangen. Kini, kecuali Carangsari sudah menjadi nyonya Wirawardhana, ia
sendiri takut membayangkan wajah bibinya yang sangat dicintainya. Itulah
sebabnya, peranan Diah Mustika Perwita sangat menentukan.
Tetapi dasar watak Carangsari beradat panas dan berani, masih saja ia mengumbar
adatnya meskipun agak kurang. Teriaknya :
"Tolol ! Guruku sudah menolong mereka berdua. Masakan sampai gagal ?"
Diingatkan tentang hadirnya Ki Ageng Cakrabhuwana, Pangeran Jayakusuma merandek,
terhadap orang tua itu, ia merasa hutang budi. Bahkan hutang hidup. Andaikata
orang tua itu tidak menolongnya, ia sudah berada di dalam baka. Maka dengan agak
segan ia berpaling kepada Ki Ageng Cakrabhuwana.
Tetapi pada saat itu Ki Ageng Cakrabhuwana berkata kepada Carangsari dan Diah
Mustika Perwita : "Anakku, pada saat ini ilmu kepandaian Pangeran Jayakusuma berada di atas
diriku. Dia baru dapat kita kalahkan, bila kami kerubut. Otaknya tak usah kalah
dengan Ulupi. Kenakalannya sejajar dengan Singkir. Ilmu kepandaiannya melebihi
diriku. Dan kesaktiannya kini melebihi Paweling dan Mijil Pinilih. Apa Dendam
Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebabnya " Karena dia sudah berhasil memanunggalkan lima unsur ilmu kepandaian
kami yang terbagi Itulah Pancasila."
Keterangan Ki Ageng Cakrabhuwana menggirangkan hati Pangeran Jayakusuma. Ia jadi
merasa berhutang budi kepada Ulupi, karena gadis itulah yang sesungguhnya
menjadi arsiteknya. Meskipun demikian, terhadap orang tua itu ia tetap menaruh
hormat. Selagi hendak menyahut, Carangsari mendahuluinya.
"Kenakalannya..... huh ! Tolol, kau memang bocah nakal banget. Dulu kau.....
kau....." sampai disini wajahnya menjadi merah sendiri karena teringat
kenakalannya Pangeran Jayakusuma tatkala menggelendot kakinya. Diapun sempat
melihat kulit tubuhnya sewaktu menyambung tulangnya yang patah.
"Haha ha....." Ki Ageng Cakrabhuwana tertawa geli. Lalu berkata seolah-olah
kepada dirinya sendiri : "Siapa yang dapat melihat hati seorang puteri, dialah
yang berhak menonton dunia.
Dalam hal ini, aku harus berguru kepada Pangeran Jayakusuma."
Ucapan Ki Ageng Cakrabhuwana bagaikan ribuan lebah menyengat tubuh Pangeran
Jayakusuma. Itulah suatu peringatan keras baginya. Ia jadi teringat akan
janjinya kepada Ki Ageng Mail Pinilih untuk mencari jenazah Prabasini. Terus
saja ia berkata kepada Panglima Wirawardhana:
"Wirawardhana, baiklah sampai disini saja kita berpisah. Pada saat ini, musuh
negara sudah berhasil kita lumpuhkan. Maka kita wajib bersyukur kepada Hyang
Widdhi Wisesa. Bawalah mereka menghadap ayahanda Baginda."
Peralihan ucapan Pangeran Jayakusuma terasa melompat.
Panglima Wirawardhana menjadi gugup. Sahutnya :
"Pangeran sendiri mau ke mana ?"
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ada yang harus kuselesaikan."
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah pangeran tidak ikut serta menghadap Sri Baginda ?"
"Tidak." "Oh begitu " Kalau boleh bertanya, ke mana lagi pangeran hendak pergi ?"
"Ke perkampungan Nayaka Madu."
"Ah." Panglima Wirawardhana ternganga. "Perkampungan Nayaka Madu sudah kita
bakar habis." "Apa ?" Kini Pangeran Jayakusuma yang terkejut
"Itulah perintah Sang Nayaka Rangga Permana setelah menerima laporan betapa
perkampungan Nayaka Madu penuh dengan berbagai racun yang berbahaya."
Alasan dan perintah Perdana Menteri Rangga Permana sebenarnya sangat tepat. Akan
tetapi Pangeran Jayakusuma mempunyai kepentingannya sendiri. Kalau perkampungan
terbakar habis, berarti jenazah Prabasini ikut terbakar pula.
Sementara itu Panglima Wirawardhana melanjutkan
keterangannya: "Itulah sebabnya, kami berhasil menggebah laskar Nayaka Madu. Di luar dugaan
Nayaka Madu dan Durgampi terusir pula dari perkampungannya. Hanya
saja.........." "Hanya saja apa ?" potong Pangeran Jayakusuma dengan bernafsu.
"Ada laporan yang masuk.........."
"Laporan apa ?"
"Pada puncak sebatang pohon terlihat sebuah peti mati.
Mungkin sekali, itulah tempat penyimpanan senjata tuah Nayaka Madu atau harta
kekayaannya yang ingin diselamatkan........."
"Bukan ! Justru itu yang.........."
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah pangeran mempunyai kepentingan dengan harta itu
?" potong Wirawardhana. "Peti mati itu pasti termasuk benda yang sangat
berharga. Namun karena mempertimbangkan bahwa kita harus menangkap kedua jahanam
itu, maka untuk sementara hanya kuperintahkan untuk mengamankannya."
"Mengamankan bagaimana ?"
"Sepasukan laskar kuperintahkan untuk memadamkan api yang sekiranya akan
membakar batang pohon itu."
Wirawardhana memberi keterangan. "Baiklah kita atur begini saja. Aku akan
membawa dua tawanan ini pulang ke kotaraya.
Biarlah sebagian laskar kami mengawal pangeran memasuki perkampungan itu."
"Tidak usah. Aku bisa pergi sendiri" ujar Pangeran Jayakusuma dengan wajah
suram. "Biarlah aku yang menyertai." Tiba-tiba Lukita Wardhani menengahi.
"Tepat sekali. Laskar Kerajaan akan segera mengenal tuanku puteri Lukita
Wardhani." Panglima Wirawardhana membenarkan.
"Akupun akan ikut serta." sambung Diah Mustika Perwita.
Mendengar keputusan dua gadis itu, Carangsari jadi kebingungan sendiri. Ia
ibarat seekor cacing yang kepanasan di dekar perapian. Menuruti kata hatinya,
diapun tidak mau ketinggalan.
Tetapi teringat bahwa dirinya kini sudah menjadi nyonya Wirawardhana, tak dapat
ia membawa suara hatinya sendiri.
Apalagi beradi di depan seluruh laskar kerajaan pimpinan suaminya. Karena tidak
mengerti apa yang harus dilakukan, akhirnya hatinya menjadi kesal. Lantas ia
berpaling kepada Harya Demung Panular untuk melampiaskan atau tepatnya untuk
menyembunyikan rasa penasarannya. Serunya setengah menghardik:
"Panular ! Kau ikut atau tidak ?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaannya mengejutkan Harya Demung Panular. Syukur Ki Ageng Cakrabhuwana
yang bijaksana menolong menjawab pertanyaan Carangsari:
"Biarlah dia ikut aku !"
-o0~DewiKZ~0o- DI SIMPANG JALAN Karena Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita belum pulih kembali seperti
sediakala, Panglima Wirawardhana segera menyediakan sebuah kereta. Tetapi
Pangeran Jayakusuma menolak. Kata pemuda itu :
"Kereta itu lebih penting untuk mengangkut Nayaka Madu dan Durgampi. Kecuali
lebih aman, akan menjadi jaminan yang berharga. Ingat, meskipun ilmu
kepandaiannya sudah punah dan beberapa sendi tulangnya patah, tetapi ingatannya
masih tajam. Bisa saja mereka berbuat sesuatu diluar dugaan. Misalnya berhubungan dengan
eyang Wijayarajasa."
"Mengapa tuanku Ratu Wengker dibawa-bawa ?"
Wirawardhana minta penjelasan.
"Menurut si tolol, dialah adik-seperguruan kedua durhaka itu."
Carangsari menimpali. "Ah, betulkah itu ?" Wirawardhana tak percaya dan ia menatap wajah Pangeran
Jayakusuma. Terpaksalah Pangeran Jayakusuma mengulangi tutur-kata Ki Ageng Mijil Pilih.
Meskipun ringkas, namun memakan waktu juga.
Syukur, mereka yang hadir di situ mau mengerti karena keterangan Pangeran
Jayakusuma perlu didengar seorang panglima. Sebaliknya bagi Wirawardhana,
keterangan Pangeran Jayakusuma tak ubah bagaikan geledek meledak di sianghari
bolong. Mustahil karangan Pangeran Jayakusuma adalah isapan Dendam Empu Bharada
http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jempol Apalagi semua hadiran tiada yang mencoba membantah.
Baik isterinya maupun Lukita Wardhani yang garang, agung dan berwibawa. Namun
karena harus didukung dengan bukti yang nyata, di dalam hati ia masih
berbimbang-bimbang juga. Sekonyong-konyong terdengarlah suara teriakan kalap.
"Hai.....! Aku sudah bisa! Sudah bisa..... hai coba dengarkan."
"Akupun sudah hafal"
Yang berteriak kalap adalah Nayaka Madu dan Durgampi Mereka berdua kemudian
berseru-seru saling menimpali. Mula-mula Nayaka Madu, kemudian ditimpali
Durgampi Dan tanpa menunggu perkenan siapapun, Nayaka Madu dan Durgampi kemudian
menyanyi lantang: Dalam malam sejuk sunyi Duduklah seorang gadis menganyam bunga
Dia menengadah tangannya terkulai
Tiada dapat memanggil kekasih tiba
Bisiknya : kau tak datang kini aku pergi
Pergi sangat jauh melalui ladang tiada bertepi
Sekarang biarlah kuuntai juga bunga ini
Siapa tahu kekasihku datang mendekap hati
Tapi kehidupan lalu laksana kejapan kilat
Waktu pilu dan masa ria silih berganti
Seumpama piala penuh anggur di hadapanmu
Kenapa tak kau teguk tak kau minum
Apa yang kau tunggu, sayang
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa yang kau tunggu............
Minumlah pialamu minumlah anggurmu
Minumlah................ Betapapun juga semua orang memuji kecerdasan Nayaka Madu dan Durgampi. Mereka
ulet, tabah dan tak mengenal putus asa. Dalam keadaan luka parah masih sanggup
mereka berkutat untuk menghafal. Kalau saja tidak memiliki kekerasan hati yang
istimewa, siapapun ddakkan mampu. Maka diam-diam, Pangeran Jayakusuma mulai
dapat memahami watak, sifat dan semua yang dilakukan Nayaka Madu serta kedua
adik-seperguruannya demi memperoleh rahasia Ilmu Sakti Pancasila dan Sasanti
Manu. Dimulai dari pengkhianatan mereka terhadap guru sampai membunuh puterinya
sendiri. "Hai bocah edan ! Benar atau tidak bunyi sajak Ilmu Sakti Pancasila ?"
"Hm, apanya yang betul ?" ejek Pangeran Jayakusuma.
"Mengapa tidak betul ?" Nayaka madu terperanjat. Lalu ia mulai menghitung dengan
menggerak-gerakkan kesepuluh jari tangannya. Selang beberapa waktu ia meledak:
"Bohong! Dusta! Kau mau mempermainkan aku. Semuanya ada 84 kata.
Bukankah begitu ?" Diam-diam Pangeran Jayakusuma memuji ingatannya yang tajam. Jadi sewaktu
Pangeran Jayakusuma menyanyikan sajak itu, ia sama sekali tidak terpengaruh oleh
indahnya suara dan nada lagunya. Sebaliknya, sambil menghafal ia menghitung pula
jumlah kata-katanya. Benar-benar cemerlang otaknya.
Sayangnya, kecemerlangan otaknya dipergunakan untuk suatu tujuan yang tidak
baik. "Taruh kata benar, tetapi yang sebagian Amerta." Sahut Pangeran Jayakusuma.
Pemuda yang cerdas itu mempunyai dua tujuan. Selain untuk menghancurkan mental
Nayaka Madu dan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Durgampi juga untuk mendukung kesaksian yang diperlukan Panglima Wirawardhana.
"Mengapa pada dia ?" teriak Nayaka Madu dan Durgampi dengan berbareng.
Pangeran Jayakusuma tertawa terbahak-bahak. Sahutnya :
"Kalian mengaku pintar, tetapi nyatanya goblok melebihi keledai. Bukankah kalian
tahu, bahwa Kuda Amerta adalah Wijayarajasa " Dan dia adalah kakekku. Dengan
sendirinya sudah semestinya aku mempersembahkan terlebih dulu daripada kamu
berdua." "Tidak bisa! Tidak bisa!" teriak Nayaka Madu dengan tubuh bergemetaran.
"Meskipun dia kakekmu, tetapi di dalam perguruan dia adalah adikku seperguruan
yang termuda. Sewaktu mengerubut guru, dia hanya setengah hati."
"Justru dialah yang menyarankan."
"Ah, yang benar !"
"Benar !" Nayaka Madu terengah-engah. "Baiklah kuakui terus-terang. Terjadinya
perang Bubat, memang aku yang menciptakan meskipun pelaksananya dia. Tetapi
dalam hal mengkhianati guru, dialah yang menyarankan."
"Kalau begitu, mengapa dia setengah hati ?"
"Dia mengharapkan kami berdua mati di tangan guru. Hm, dia boleh merasa pandai.
Dia boleh merasa menjadi penguasa tinggi karena kedudukannya di kalangan istana.
Akan tetapi jangan bermimpi bisa mengingusi aku."
Sebenarnya Pangeran Jayakusuma sudah dapat menduga latar belakang lika-liku tipu
muslihat mereka bertiga. Masing-masing, meskpun nampaknya bersatu padu tetapi
sebenarnya saling curiga-mencurigai. Namun ia berlagak dungu. Katanya minta
keterangan: Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, mengapa kakekku mengharapkan kalian berdua mati di tangan gurumu ?"
"Sekiranya kami berdua mati, tentunya semua warisan ilmu sakti guru akan
diberikan kepadanya. Pada saat itu, tentunya dia bisa melagui guru. Bahwasanya
perbuatannya semata-mata kami paksa. Karma dia murid guru yang termuda, lagipula
termasuk keluarga raja, kata-katanya akan didengarkan. Itulah sebabnya, sewaktu
dia tinggal menembus punggung guru dengan telak, ia melahan meloncat mundur.
Dengan bukti itu pula, alasannya akan dapat meyakinkan guru. Tetapi
sekarang..... ha ha ha haaaa..... nyatanya, ilmu Sakti Pancasila sudah kami
kuasai Hai! Bukankah justru kami berdua yang berhasil ?"
Setelah berseru demikian, kembali lagi Nayaka Madu tertawa terbahak-bahak. Aneh
bunyi suara tertawanya sehingga dapat menggeridikkan bulu kuduk. Itulah bunyi
tertawa yang memancarkan perasaan dan pergolakkan hati yang luar biasa hebat.
Sedih, duka, bangga, berbesar hati, dendam, penasaran, merasa menang dan rasa
putus asa yang bercampur aduk menjadi satu pengucapan. Panglima Wirawardhana
terlongong-longong. Inilah suatu kisah yang terlalu hebat baginya. Tak pernah
terlintas di dalam benaknya, bahwa peristiwa Bubat yang menggoncangkan keadaan
negara sebenarnya adalah hasil pekerti mereka. Tak pernah terlintas pula di
dalam benaknya, bahwa Ratu Wengker Wijayarajasa justru memegang peranan penting
dalam persekongkolan mereka.
"Ah!" dia mengeluh di dalam hati. "Karena peristiwa Bubat, Mapatih Gajah Mada
musnah. Dia tidak hanya dienggani keluarga raja saja, tetapi didakwa menanam
benih permusuhan dengan keluarga Raja Pajajaran. Hm, siapa mengira bahwa justru
ketiga jahanam ini yang menghancurkan sendi-sendi persatuan bangsa yang dibina
Mapatih Gajah Mada dengan telaten dan sungguh-sungguh."
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menuruti kata hatinya, ingin ia memecahkan kepala Nayaka Madu dan Durgampi
dengan tangannya sendiri. Syukur pada saat itu, suatu penglihatan jauh merasuk
menjadi pertimbangan hati.
Mereka berdua sudah tertangkap hidup-hidup. Untuk dapat menyeret Wijayarajasa ke
depan meja pengadilan, mereka berdua tidak boleh mati. Dengan kesaksian mereka
berdua, raja akan dapat bertindak sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Rupanya Pangeran Jayakusuma menghendaki demikian pula. Itulah sebabnya, ia
sengaja memanaskan hati mereka berdua. Tentunya dengan maksud agar mereka berdua
mampu bertahan sampai dapat di hadapkan kepada Raja untuk diadili.
Oleh pengertian dan pertimbangan demikian, ia menahan diri.
Perhatiannya kini kembali kepada Pangeran Jayakusuma. Diluar dugaan, Pangeran
Jayakusuma berpaling kepadanya sambil berkata: .
"Tentunya Wirawardhana tidak habis mengerti, mengapa mereka masih mengharapkan
memperoleh kunonya. Memang, kunci Ilmu sakti Pancasila yang disebut pula dengan
Sasanti Manu, selain membuka rahasia harta karun Kebo Anabrang, sebenarnya
mempunyai kekuatan gaib. Dahulu, kedua pundak dan kakiku pernah ditembusi
rantai. Juga kakang Mijil Pinilih mengalami nasib yang sama. Pada saat itu,
musnahlah semua ilmu kepandaiannya. Tetapi berkat ilmu sakti Pancasila, kakang
Mijil Pinilih dapat merebut ilmu kepandaiannya kembali. Bahkan lebih hebat.
Akupun demikian juga. Bedanya, kakang Mijil Pinilih tidak mempunyai kesempatan
untuk memulihkan cacat tubuhnya.
Tetapi aku mempunyai kesempatan lebih lama. Dan sekarang....
lihatlah !" berkata demikian, Pangeran Jayakusuma membuka bajunya. Tubuhnya
kembali mulus seperti sediakala. Juga kedua kakinya yang dulu ditembusi rantai.
Kemudian meneruskan : "Karena itu, mereka berdua akan berusaha sekuat tenaganya untuk dapat memperoleh
kunci yang diinginkannya. Hm......hai Nayaka Madu dan kau Durgampi! Sudah
kukatakan tadi, sebagian kuncinya berada di tangan kakekku Wijayarajasa. Dan aku
akan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberikan kunci Sasanti Manu itu kepada kalian berdua, asalkan kakek
Wijayarajasa mengijinkan. Karena itu, tinggal kalian berdua saja yang bisa
menentukan. Buatlah agar kakek Wijayarajasa mengakui perbuatannya dan mengaku
pula sudah mengantongi sebagian kunci Sasanti Manu yang kuberikan kepadanya.
Nah, selamat tinggal sampai bertemu kembali. Aku akan mencari jenazah puterimu.
Sebab dengan sesungguhnya kuncinya berada padanya."
"Hai, hai! Berada padanya bagaimana ?" teriak Nayaka Madu kalap.
Pangeran Jayakusuma tidak melayani. Memang dalam hal mengadu kepandaian otak,
Pangean Jayakusuma tidak usah kalah melawan Nayaka Madu. Ia seperti dapat
membaca keadaan hati Nayaka Madu seperti membaca hatinya sendiri. Perlahan-lahan
ia mendekati Lukita Wardhani. Berkata lembut:
"Mari kita berangkat!"
Lukita Wardhani memanggut. Dan dengan penuh hormat, Wirawardhana menyerahkan
kudanya sendiri kepadanya.
"Hai tolol !" seru Carangsari. "Kau benar-benar akan membawa Perwita pula ?"
"Tentu." sahut Pangeran Jayakusuma dengan tersenyum lebar. "Aku hanya titip
kepala mereka berdua. Usahakanlah, agar mereka tetap bisa bernafas sampai
bertatap muka dengan kakek Wijayarajasa. Kau mengerti, bukan ?"
Carangsari mendongkol Sebenarnya bukan itu yang
diharapkan. Bila saja Pangeran Jayakusuma mengajaknya ikut pula, suaminya
tentunya tidak akan berani melarang. Tetapi Pangeran Jayakusuma berlagak dungu.
Hatinya gemas, namun tidak dapat berbuat sesuatu.
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan perintah pendek dan tegas, Wirawardhana
memerintahkan laskarnya menyiapkan dua buah kereta berkuda.
Sebuah kereta diperuntukkan bagi Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita dan
kereta kedua untuk mengangkut Nayaka Madu dan Durgampi. Kereta yang terakhir ini
tanpa atap dan tanpa dinding penutup. Lebih mirip sebuah kerangkeng binatang
buas. Sebaliknya kereta yang diperuntukkan bagi Lukita Wardhani dan Diah Mustika
Perwita benar-benar sebuah kereta kebesaran. Selain tertutup beratap pula. Kuda
penariknya dua ekor. Saisnya seorang dan didampingi oleh dua orang binatara
bersenjata lengkap. Lukita Wardhani yang belum pulih kesehatannya terpaksa menerima kenyataan itu.
Dengan kepala setengah menunduk ia Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memasuki kereta itu bersama Diah Mustika Perwita. Semua orang tahu keadaan hati
gadis yang angkuh tetapi agung berwibawa itu. Meskipun Lukita Whardhani Komandan
Tertinggi pasukan Bhayangkari Kerajaan, belum pemah ia naik kereta. Ia senang
menggunakan kuda hadiah raja yang lebih lincah dan leluasa.
Menumpang kereta berkuda baginya, tak lebih daripada seorang tawanan perang.
Pangeran Jayakusuma sendiri memperoleh kuda tunggangan Panglima Wirawardhana.
Bulunya hitam mulus dan termasuk seekor kuda jempolan. Dengan hati tegar ia
mendahului jauh ke depan seolah-olah seorang pembuka jalan yang siap tempur
menghadapi segela kemungkinan.
Tatkala mereka berangkat meninggalkan tempat, Carangsari, Demung Panular dan Ki
Ageng Cakrabhuwana berdiri berjajar di samping Panglima Wirawardhana. Masing-
masing terlibat dalam pikirannya sendiri. Carangsari jelus terhadap nasib baik
Lukita Wbrdhani da Diah Mustika Perwita yang dapat berjalan bersama-sama dengan
Pangeran Jayakusuma. Sedang Wirawardhana mengantarkan kepergian mereka dengan
rasa penuh hormat dan kagum. Lalu tersentak Ingatannya terhadap kedua
tawanannya. Merekalah Nayaka Madu dan Durgampi yang harus tetap selamat sampai dihadapkan ke
depan Pengadilan Kerajaan. Tanggung-jawab ini tidak enteng. Sebab Nayaka Madu
dan Durgampi dalam keadaan Luka parah. Belum tentu mereka dapat
mempertahankan hidupnya. Kalau sampai demikian, ia tidak akan mampu meyakinkan
raja bahwa Ratu Wengker harus segera ditangkap. Beda pula dengan Demung Panular
yang terluka akibat tergetar oleh Ilmu Sakti Pangeran Jayakusuma. Demi
kesembuhannya ia harus mengiringkan Ki Ageng Cakrabhuwana.
Entah akan dibawa kemana, hanya setan yang tahu.
Waktu itu matahari sudah sepenggalah tingginya. Bahkan sudah melampaui tengah
hari. Sinarnya sudah terasa menyengat tubuh. Naf ini terjadi sewaktu kereta
sudah meninggalkan petak Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hutan. Perlahan-lahan kereta mulai menuruni tanjakan. Dua bintara yang berada di
samping sais, mulai mengusap peluhnya.
Syukur, meskipun sinar matahari menyengat tubuh, namun hawa pegunungan masih
pandai menghibur dengan kesejukannya. Lalu hati mereka tiba-tiba merasa lapang.
Mereka merasa seperti terbebas dari suatu perasaan yang menindih hatinya. Tiada
lagi rasa cemas. Tiada lagi suatu pergulatan mengadu untung. Dan seperti
biasanya, pcrajurit di manapun dan pada jaman apapun, pandai menggunakan saat-
saat istirahatnya dengan bercanda dan berbicara berkepanjangan tak keruan
juntrungannya. Lukita Wardhani yang hidup sebagai seorang hulubalang bhayangkari, paham akan
kehidupan mereka. Akan tetapi bunyi canda perajurit laki-laki dan perempuan,
betapapun jauh berbeda. Setidak-tidaknya canda perajurit laki-laki lebih berani,
bernada kasar dan jauh lebih berisik. Tanpa persetujuan penumpangnya, lantas
saja mereka menyanyi-nyanyi asal jadi saja. Barangkali untuk mengusir rasa
tegangnya sendiri yang selama ini selalu menghantuinya. Mula-mula saling susul-
menyusul. Lalu bisa berirama. Lambat laun masing-masing dapat menyesuaikan diri.
Beginilah nyanyian mereka:
" Hoee ! Heeei ! Bakarlah badanku ! Basmilah tubuhku !
Aku perajurit yang tak tahu apa arti menang
Aku ibarat seekor kerbau Kemana dibawa terserah sang gembala
Hanya saja berilah aku keterangan
Kesenangan macam apa kalau hidup panjang
Penderitaan apa sesudah mati
Hoeee ! Heeei! Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Basmi kejahatan, sukaduka dan kebimbangan
Aku perajurit yang tak tahu apa arti menang "
Diah Mustika Perwita yang mudah tergetar oleh nada sebuah lagu, diam-diam
memperhatikan bunyi kalimat-kalimatnya.
Sejenak ia tertegun. Memang kasar kata-katanya. Akan tetapi mengandung makna
yang dalam. Tak terasa ia memanggut perlahan seakan-akan menyetujui.
Pangeran Jayakusuma sendiri waktu itu sudah berada tigapuluh meter di depan
kereta. Kudanya dilarikan perlahan-lahan mengambah rerumputan setinggi ilalang.
Diah Mustika Perwita yang mengenal tabiat pemuda itu segera tahu bahwa dia
merasa tediambat oleh lajunya kereta berkuda yang tidak selincah kudanya.
Sebaliknya Lukita Wardhani yang angkuh dan agung berwibawa memandangnya dengan
pandang acuh tak acuh. lapun kenal perangai Pangeran Jayakusuma. Memang kini
pemuda itu sudah jauh matang dibandingkan dengan masa sekian tahun yang lalu.
Namun sisa-sisa keberandalannya masih saja belum sirna semua. Benar saja. Selagi
berpikir begitu, tiba-tiba terdengar suara Pangeran Jayakusuma menimpali
nyanyian dua bintara yang bernyanyi dengan semangat berkobar-kobar itu.
Kedua bintara itu kemudian menghentikan nyanyian. Mereka saling pandang dengan
kagum. Memang, Pangeran Jayakusuma memiliki suara emas
semenjak jaman kanak-kanak. Itulah anugerah sendiri di samping kebagusannya dan
kepandaiannya yang tinggi. Suaranya mengalun tinggi. Kadang melayah reAdah.
Lantang dan tiba-tiba mengharukan. Diah Mustika Perwita dahulu pernah tertegun-
tegun mendengar suaranya, tatkala untuk yang pertama kalinya turun gunung (baca
kembali Pangeran Jasakusuma jilid 1).
Sekarang, demikian pula. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang dinyanyikan Pangeran Jayakusuma adalah bait-bait syair Ilmu Sakti Pancasila
yang sempat memusingkan Nayaka Madu dan Durgampi. Bedanya, kali ini Pangeran
Jayakusuma menghayati makna syairnya. Sebagai seorang gadis yang berperasaan
halus, Diah Mustika Perwita dapat menangkap dan membaca keadaan hati Pangeran
Jayakusuma. Pemuda itu merindukan sesuatu, tetapi bukan makna asmara yang
menggebu-gebu. Bahkan dibalik alunan suaranya terdengar rasa dendam dan geram.
Terhadap siapa " Dengan Retno Marlangen, pemuda itu jelas merasa dikhianati atau ditinggalkan.
Akan tetapi ditinggalkan oleh suatu kekuasaan di atas kekuatannya sendiri. Bisa
dimengerti apa sebab Pangeran Jayakusuma mendendam sesuatu dan akan menuntut
perhitungan tertentu. Sebaliknya tokoh Prabasini membuka hatinya dan
kesadarannya. Kalau dipikir, Prabasini pun berhadapan dengan sualu kekuasaan di
atas kekuatannya sendiri.
Tetapi dia tidak berkhianat terhadap kekasihnya. Dia rela mati terbunuh oleh
ayahnya. Dengan perbandingan itu, rupanya Pangeran Jayakusuma memuja Prabasini
di atas Retno Marlangen. Barangkali hanya dia seorang yang dapat mentaklukkan
dan menyingkirkan tokoh Retno Marlangen dari lubuk hati pemuda itu. Padahal
tadinya hatinya tertutup terhadap kehadiran gadis-gadis lainnya.
Tak dikehendaki sendiri, tiba-tiba Diah Mustika Perwita menghela nafas. Diluar
dugaan, Lukita Wardhani menghela nafas pada waktu yang bersamaan pula. Kedua-
duanya terkejut. Lalu menundukkan kepalanya. Mereka berdua jadi perasa sehingga
tidak berani saling pandang.
Di dunia ini, memang ada makhluk yang tetap menjadi suatu misteri. Dialah
manusia. Tetapi di antara manusia terdapat jenis yang sulit dimengerti. Itulah
hati seorang wanita, hati seorang wanita sulit dimengerti akan tetapi
sesungguhnya tidak sulit untuk ditundukkan. Hal itu terjadi bila wanita tadi
jatuh hati. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
- Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Secara kebetulan, Lukita TMirdhani yang angkuh sebenarnya menaruh perhatian
terhadap Pangeran Jayakusuma. Keadaan hatinya tiada beda dengan Diah Mustika
Perwita. Hanya saja caranya membawakan keadaan hatinya berbeda.
Keperbedaannya berada pada watak, perangai dan tabiat masing-masing. Lukita
Wardhani seorang gadis yang berwatak agung, dan angkuh. Pekertinya dibentuk oleh
kedudukannya sebagai seorang hulubalang pula. Itulah sebabnya, ia bersikap
tertutup. Sebaliknya Diah Mustika Perwita seorang gadis lembut hati dan pendiam.
Ia lebih banyak berbicara dengan hatinya sendiri daripada menggunakan pikiran.
Tak mengherankan pula, ia bersikap menutup hati seperti Lukita Wardhani.
Sekarang, dengan diam-diam dan dengan caranya sendiri mereka mengamat-amati
tingkah-laku Pangeran Jayakusuma. Kedua-duanya mengambil kesimpulan yang sama.
Hati Pangeran Jayakusuma yang romantis kini terengut oleh kehadiran seorang
gadis yang membuat dirinya kagum luar biasa. Dialah Prabasini.
Timbul suatu pikiran di dalam hati mereka berdua. Dapatkah diri mereka
menggantikan kedudukan Prabasini " Artinya Prabasini yang berani dan rela mati
demi dia" Dalam malam sejuk sunyi Duduklah seorang gadis menganyam bunga
Dia menengadah tangannya terkulai
Tiada dapat memanggil kekasih tiba
Bisiknya : Kau tak datang kini aku pergi
Pergi sangat jauh melalui ladang tiada bertepi
Sekarang biarlah kuuntai juga bunga ini
Siapa tahu kekasihku datang mendekap hati
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi kehidupan lalu laksana kejapan kilat
Waktu pilu dan masa ria silih berganti
Seumpama piala penuh anggur di hadapanmu
Kenapa tak kau teguk tak kau minum
Apa yang kau tunggu, sayang
Apa yang kau tunggu............
Minumlah pialamu minumlah anggurmu
Minumlah................"
Baik Diah Mustika Perwita maupun Lukita Wardhani sudah sekian kali mendengar
bunyi syair itu semenjak Pangeran Jayakusuma mengabarkannya kepada Nayaka Madu
dan DurgampL Sabentar tadi, mereka tidak begitu memperhatikan bunyi kalimat-
kalimatnya karena tidak berkepentingan. Bahkan seringkali merasa sebal bila
Nayaka Madu dan Durgampi saling bertengkar mempermasalahkannya. Tetapi kini,
entah apa sebabnya, mereka mulai memperhatikan bunyi maknanya.
Mungkin karena yang melagukan memiliki suara emas. Mungkin pula karena Pangeran
Jayakusuma menempati sebagian hatinya.
Bukan mustahil pula terpengaruh oleh perjalanan hidup pemuda itu yang gagal
memiliki Retno Marlangen. Sehingga kedua gadis itu jadi perasa. Soalnya kini,
dapatkah mereka mengharapkan Pangeran Jayakusuma menjadi kekasihnya " Dapatkah
mereka menggantikan Retno Marlangen " Dapatkah mereka merebut hati pemuda itu "
Sekiranya dapat, sanggupkah mereka berkorban seperti Prabasini " Rasanya,
manakala bal itu benar, masing-masing sanggup menjadi tokoh Prabasini Mengapa
tidak " Mati Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demi mengabdi kepada sesuatu yang dicintainya, agaknya bukan termasuk mati sia-
sia. Dalam pada itu suasana seberang-menyeberang kini berubah dengan mendadak. Di
depan matanya, terbentang suatu lapangan luas tidak bertepi Tiada lagi sebatang
pohonpun yang tumbuh, kecuali rerumputan pendek Sedang begitu sinar matahari
makin teasa menyengat tubuh, karena hawa
pegunungan sudah jauh tertinggal. Itulah wilayah perkampungan Nayaka Madu.
Untuk yang pertama kali itu, Diah Mustika Perwita memasuki wilayah perkampungan
Nayaka Madu. Semuanya serba asing.
Kesannya aneh dan mengerikan. Tidak demikian halnya bagi Lukita Wardhani dan
Pangeran Jayakusuma. Lukita Wardhani pemah memimpin pengepungan di sekitar
wilayah itu. Ia tahu benar, sekitar perkampungan yang dibangun Nayaka Madu
dikelilingi lapangan luas tiada berpohon. Maksudnya untuk dapat mengawasi
siapapun yang akan memasuki perkampungan.
Dengan demikian, ia tidak merasakan sesuatu yang aneh atau asing. Apalagi bagi
Pangeran Jayakusuma yang malahan pemah mendekam di dalam perkampungan ini. Tanah
sekitar perkampungan baginya tidak beda seperti wilayahnya sendiri. Ia dapat keluar
masuk bila menghendaki. Ini ada sebabnya. Selain pemah mendekam di dalam
perkampungan ini, pemah bertempur mengadu jiwa dengan berlari-larian dan
bersembunyi demi menyelamatkan jenazah Ki Ageng Mijil Pinilih. Semua penjuru
anginnya pemah dijelajahi. Pemah pula bermalam dan mengembara mencari makanan
dan minuman. Bersembunyi di sebuah goa, di balik batu pegunungan dan bertiarap
di bawah rerumputan. Juga mengenal hawanya yang panas dan dingin silih berganti.
Meskipun demikian, masih saja terjadi sesuatu hal diluar dugaan. Itulah perkara
racun Nayaka Madu yang bertebaran di dalam wilayahnya. Racun mematikan yang
bersembunyi di mana-Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mana. Orang boleh memiliki mata dewa, namun mustahil dapat melihat aneka macam
racun yang jumlahnya tak terhitung lagi.
Kalau saja orang dapat mencapai perkampungan Nayaka Madu dengar selamat adaah
berkat kepandaiannya. Seperti yang dilakukannya sekarang ini Semenjak mulai
mendekati wilayah perkampungan Nayaka Madu ia sudah melindungi dirinya dan
kudanya dengan hawa sakti Ilmu Pancasila dan Sasanti Manu.
Benar saja. Belum sempat ia mengabarkan kemungkinan bahaya itu kgpada Lukita
Wbrdhani dan Diah Mustika Perwita, tiba-tiba dua ekor kuda penarik kereta jatuh
terjungkal. Sais dan dua bintara yang mendampingi, terlempar keluar dan jatuh
bergedebrukan di atas tanah. Senjata mereka masing-masing terpelanting dari
tangannya. Dengan hati berdebar-debar, Pangeran Jayakusuma memutar kudanya dan bergegas
menghampiri. Sekali melihat tahulah ia, bahwa ketiga orang itu sudah mati
setelah berkelojotan beberapa saat macam ayam terpotong kepalanya. Gugup,
Pangeran Jayakusuma melompat turun dari kudanya. Sambil menjenguk-kan kepalanya
ke dalam kereta yang terjatuh miring, ia berkata setengah berseru :
"Lukita Wardhani ! Mustika ! Bagaimana kalian ?"
Syukur mereka berdua tidak kurang sesuatu berkat berada didalam sebuah kereta
yang tertutup rapat. Hanya Diah Mustika Perwita yang sempat memekik terkejut.
"Kalian masih dapat mengerahkan tenaga saktimu ?"
Pangeran Jayakusuma menegas.
Lukita Wardhani mengangguk pendek, sedang Diah Mustika Perwita sedang sibuk
menegakkan badannya. Hati Pangeran Jayakusuma terhibur. Ia tahu, Lukita Wardhani
belum pulih tenaganya. Namun tenaga saktinya masih cukup untuk menolak hawa
beracun yang datang dari luar. Ia percaya akan hal itu, mengingat kepandaian
Lukita Wardhani sudah tergolong kelas Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu. Diah Mustika Perwita sendiri, pemah menerima hawa saktinya dan ditambah
pula tenaga sakti Ki Ageng
Cakrabhuwana. Diapun akan dapat bertahan terhadap serangan hawa beracun. Akan
tetapi sifat racun Nayaka Madu kadangkala aneh. Seseorang bisa bertahan kena
serangan racun yang datang dari luar, manakala ia berada dalam suatu tempat
tertutup. Apalagi diwaktu malam harL Sebaliknya di sianghari bisa berubah sifatnya. Bila
dia terlalu lama berada di dalam tempat tertutup, tiba-tiba jadi keracunan.
Padahal dia tadi terbebas dari serangan racun yang menyerang dari luar. Jadi
keadaan hawa dapat merubah sifat racunnya.
Pangeran Jayakusuma tahu akan hal itu. Maka Lukita Wardhani dan Diah Mustika
Perwita harus secepat-cepatnya ke luar dari dalam kereta, mengingat hawa panas
sangat menyengat. Namun ia kenal watak Lukita Wardhani yang angkuh dan terlalu
agung. Pastilah dia akan menolak uluran tangannya.
Padahal dia harus segera naik ke atas kuda. Sebab bukan mustahil hawa racun
merembes dari tanah. Didalam keadaan sehat Lukita Wardhani dapat bertahan
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terhadap hawa beracun yang dari dalam tanah. Tetapi dia sedang teruka dan
keadaan dirinya belum pulih. Maka dia harus digendong untuk langsung dinaikkan
ke atas pelana kuda. Daripada bakal kena semprot, Pangeran Jayakusuma hanya
membuka pintu kereta. Lalu berkata kepada Diah Mustika Perwita :
"Adik ! Keadaan dirimu jauh lebih baik daripada Lukita Wardhani. Cepat-cepatlah
ke luar dan terus saja langsung melompat ke atas pelana kuda."
"Mengapa ?" Diah Mustika Perwita heran.
"Pokoknya, jangan sampai kakimu menginjak tanah !"
Selamanya Diah Mustika Perwita menaruh percaya kepada Pangeran Jayakusuma. Ia
percaya, pemuda itu pasti mempunyai alasannya. Menimbang demikian, segera ia
mendahului Lukita Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wardhani ke luar kereta dan langsung melompat ke atas kuda Pangeran Jayakusuma.
"Lukita Wardhani ! Apakah....." Pangeran Jayakusuma berkata dengan hati-hati.
Diluar dugaan mulut Lukita Wardhani menyungging senyum.
Dan melihat senyum itu, entah apa sebabnya hati Pangeran Jayakusuma berdebaran.
Sebelum pikirannya sempat membaca kesan hatinya, Lukita Wardhani mengulurkan
tangannya. "Tetapi engkau harus kugendong !" Pangeran Jayakusuma terkejut.
Lukita Wardhani tidak menyahut Ia hanya memanggut kecil dengan pandang mata
bening mengkilat. Sekarang Pangeran Jayakusuma dapat membaca kata hatinya.
Itulah rasa terima kasih yang merayap masuk ke dalam lubuk kalbunya. Terus saja
ia menggendong Lukita Wardhani dan didudukkan dengan hati-hati di belakang Diah
Mustika Perwita. Hanya sebentar saja Pangeran Jayakusuma menggendong dan
mendudukkan Lukita Wardhani ke atas pelana kudanya. Akan tetapi ia sempat
menyentuh bahkan memeluk tubuh Lukita Wardhani berbareng mencium bau keringatnya
yang khas. Itulah bau keringat seorang gadis yang dapat menggelarkan hati
seorang pria. Dan benar-benar hati Pangeran Jayakusuma pada saat itu tergetar
lembut yang sempat membuatnya terlongong sedetik dua detik.
Empat orang gadis yang memiliki kecantikan dan kelebihannya masing-masing,
pernah digendongnya. Merekalah Retno Marlangen, Carangsari, Diah Mustika Perwita
dan kini Lukita Wardhani. Carangsari yang galak pernah memiliki kesan sendiri
dalam lubuk hatinya. Dia tidak hanya cantik saja, tetapi kegalakannya justru
dapat menggugah birahi serta menimbulkan rangsangan nalsu. Pandang matanya
mengingatkannya kepada pandang mata Retno Marlangen bila sedang marah. Tetapi
karena waktu itu hatinya sudah terpenuhi oleh kehadiran Retno Marlangen, maka
kesan hatinya terhadap Carangsari hanya Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhenti sampai disitu saja. Apalagi, kini dia sudah bersuami.
Meskipun Retno Marlangen sudah mulai pudar dari hatinya, ia dapat membatasi
diri. Lalu bagaimana terhadap Diah Mustika Perwita " Sebenarnya gadis itu sama
sekali tiada cacatnya. Dia tidak hanya lembut hati, tetapi cantik jelita pula.
Sayang, ia sudah terlanjur menganggapnya sebagai adik sendiri. Barangkali karena
usianya terpaut jauh. Alangkah beda, bila dibandingkan dengan Lukia Wardhani.
Kehadirannya kini mempunyai bobot Mungkin karena kekosongan hatinya memerlukan
isi. Tetapi terhadap Lukita Wardhani sendiri, sesungguhnya ia sudah menaruh
perhatian semenjak dulu. Selain cantik jelita, anggun, agung dan berwibawa,
peribadinya angker. Dan semenjak dulu pula, ia segan dan agak takut terhadapnya.
Tetapi senyum yang diterimanya tadi, tiba-tiba saja membuyarkan kesan takutnya.
Apalagi setelah membiarkan dirinya berkenan digendongnya. Ah, benar-benar suatu
peristiwa yang terlalu hebat
Dengan berbagai pikiran itu, ia menuntun kudanya perlahan-lahan menyeberangi
wilayah Nayaka Madu yang berbahaya.
Sadar akan bahaya yang bukan mustahil dapat mengancam jiwa, segera ia memusatkan
perhatiannya. Ia menoleh mengamati wajah Lukia Wardhani yang agak bersembunyi di
belakang punggung Diah Mustika Perwita. Memang Lukita Wardhani belum pulih
seperti sediakala. Meskipun Ki Ageng Cakrabhuwana sudah dapat merebut jiwanya,
namun racun Pacar Kuning tidak mudah disingkirkan dengan begitu saja. Apalagi
kini dia berada di tengah wilayah perkampungan Nayaka Madu yang menjadi ibu
negeri berbagai racun berbahaya. Ibarat kerbau kembali ke kandangnya, sisa-sisa
racun yang masih mengeram dalam tubuh Lukita Wardhani seakan-akan terbangun
tenaganya. Untung saja, himpunan tenaga sakti Lukita Wardhani amat kuat Meskipun
yang tiga bagian dipergunakan untuk melindungi serangan hawa beracun yang datang
dari luar, sisanya masih cukup untuk menindih kebangkitan racun yang mengeram di
dalam tubuhnya. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik ! Bantulah Lukita Wardhani melindungi dirinya dari hawa racun yang datang
dari luar. Dengan begitu, dia dapat menindih amukan racun dari dalam dengan
sepenuh-penuhnya. Wilayah ini memang terkutuk ! Majikannya tinggal menunggu
ajalnya. Akan tetapi warisan kepandaiannya memasak racun masih dapat mengancam
maut." ujar Pangeran Jayakusuma dengan sungguh-sungguh.
Di bawah terik matahari Pangeran Jayakusuma lari mendaki sebuah bukit.
Sebenarnya, matahari sudah condong ke baraL
Akan tetapi hawa panas masih sangat panas seolah-olah kuasa membakar tanah.
Tiba-tiba dari atas bukit ia melihat sederet pepohonan. Kira-kira jumlahnya
tidak melebihi limabelas batang.
Dan melihat pepohonan itu, hati Pangeran Jayakusuma girang.
Segera ia balik menghampiri kudanya.
"Mari !" serunya. "Kita bisa berteduh di sana menunggu malam hari tiba. Pada
saat itu, segala macam racun yang berbahaya mulai sirap. Kecuali racun terkutuk
Pacar Kuning." Dengan penuh semangat ia membawa kudanya setengah
berlari mendaki bukit. Begitu tiba di atas bukit mereka bertiga memperoleh
penglihatan lain. Sembilan laki-laki yang berdandan sebagai pemburu ke luar dari
pepohonan itu. Mereka menunggang kuda dan bersenjata panah. Dengan melarikan
kudanya mereka berputdr-putar membuat lingkaran bujur telur.
Setelah itu mengarah ke utara dan baru menjurus ke arah bukit.
Pangeran Jayakusuma adalah seorang pemuda yang encer otaknya. Timbul pikirannya,
apa sebab mereka tidak langsung saja mengarah ke bukit " Tentunya ada alasannya.
Jangan-jangan demikianlah seharusnya bila menghendaki luput dari ancaman bahaya
hawa beracun. Kalau benar demikian, pastilah mereka mengenal wilayah
perkampungan Nayaka Madu seperti wilayahnya sendiri
"Haha..... kalian boleh menyamar sebagai pemburu. Masakan aku dapat kalian
kelabui ?" Pangeran Jayakusuma tertawa di Dendam Empu Bharada http://dewi-kz.inco/
Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hati. Ia jadi teringat akan penyamarannya sendiri sewaktu mengelabui
Durgampi, Kulisadara dan Nayaka Madu. Rupanya sisa-sisa laskar Nayaka Madu
berbuat begitu pula. Tiba-tiba suatu ingatan menusuk benaknya. Menurut
Wirawardhana, perkampungan Nayaka Madu masih terkepung rapat oleh laskar kerajaan. Mungkinkah
mereka masih dapat meloloskan diri "
"Wardhani !" Akhirnya ia minta pertimbangan Lukita Wardhani. "Apakah laskar
kerajaan perlu menyamar sebagai pemburu ?"
-o0~DewiKZ~0o- baca jilid III Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Document Outline Jilid 2 JILID 2 JURUS ADU DOMBA DI SIMPANG JALANHerman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 3 Persembahan : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ & http://dewi-kz.info/
Dengan Truno Penyak & Ismoyo
Gagakseta 2 http://cersilindonesia.wordpress.com/
Editor : Dewi KZ Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID III Lukita Wardhani mengamat-amati mereka. Kedua alisnya berdiri tegak, tetapi ia
tidak berkata sepatahpun. Bagi Pangeran Jayakusuma, sikap Lukita Wardhani sudah
merupakan isyarat yang cukup jelas. Karena itu ia tidak mengambil suatu
keputusan. Lalu dengan sikap acuh tak acuh, ia melanjutkan perjalanannya menuruni bukit.
Tiba di kaki bukit, ia melihat sembilan pemburu itu beihenti menepi. Dengan
sekilas pandang Pangeran Jayakusuma sempat mengamati mereka. Perawakan mereka,
rata-rata sama tegapnya kecuali seorang yang berdandan singsat. Pandang mata
Pangeran Jayakusuma bertemu dengan sorot matanya. Sorot mata yang tajam
berkilat-kilat dan berwibawa. Buru-buru Pangeran Jayakusuma mengalihkan
pandangnya. Sedetik kemudian, ia mencoba melirik. Kali ini kesannya lain. Paras
pemburu itu mendadak berkesan lemah lembut. Cantik luar biasa seperti lukisan
wajah bidadari dalam dongeng perwayangan.
Selagi memperoleh kesan demikian, sekonyong-konyong terdengar suara hiruk-pikuk
dari balik bukit Pangeran Jayakusuma menghentikan kudanya. Timbul rasa
curiganya, karena suara hiruk-pikuk itu datangnya terlalu mendadak. Tetapi yang
dilihatnya membuat pikirannya sibuk. Kira-kira lima belas perempuan dusun
dipaksa berlari-lari kencang oleh empat orang penunggang kuda, yang mengenakan
pakaian seragam. Melihat seragam pakaiannya, segera Pangeran Jayakusuma mengenal
siapa mereka. Itulah laskar atau katakan saja anak-buah Nayaka Madu yang dulu
sangat berkuasa di wilayahnya. Sekarang mereka agaknya berhasil menawan kira-
kira limabelas perempuan yang akan dibawanya masuk ke dalam wilayah
perkampungan. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh !" Pangeran Jayakusuma heran. "Kabarnya wilayah perkampungan sudah diduduki
laskar kerajaan. Mengapa mereka justru datang dari luar dan akan memasuki
wilayahnya ?" Tak terasa Pangeran Jayakusuma menoleh kepada Lukita Wardhani yang masih saja
bercokol di atas kudanya. Dengan wajah dingin Lukita Wardhani berkata :
"Jangan hiraukan mereka."
Pangeran Jayakusuma mengangguk. Masih sempat ia melihat wajah Diah Mustika
Perwita yang gelisah. Tak usah dijelaskan lagi, bahwa ia tidak sependapat dengan
Lukita Wardhani. Tetapi mengingat kedudukan Lukita Wardhani tidak berani ia
membuka suara. Pada saat itu, terdengar pemburu berpakaian singsat tadi berkata agak lantang :
"Bebaskan mereka !"
Dua orang laki-laki di antara mereka mengiakan dan melarikan kudanya. Dengan
berdampingan mereka menghampiri Lalu berhenti menghalang jalan. Serunya
nyaring : "Hai ! Kalian berani menculik penduduk di luar wilayah kekuasaanmu " Hayo,
bebaskan mereka !" Empat laskar penunggang kuda itu menahan kendali kudanya dengan wajah merah
padam. Bentaknya : "Ini bukan urusan kalian. Hei, kalian berani memasuki wilayah kami atas perintah
siapa ?" Rupanya mereka berempat belum mengetahui, bahwa
kekuasaan Nayaka Madu atas wilayah itu sudah tumbang.
Mungkin sekali, diwaktu perkampungannya diserbu laskar kerajaan, mereka sedang
berada di luar wilayah. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm.....kekuasaan kalian sudah runtuh. Tidak dapat lagi kalian berbuat sewenang-
wenang terhadap siapapun. Kalian bebaskan atau tidak ?"
Empat laskar penunggang kuda itu mengembarakan pandang matanya dengan heran.
Ucapan kedua pemburu itu menggelitik hatinya. Bentaknya:
"Kau maksudkan kekuasaan Mapatih Nayaka Madu ?"
"Benar." Dan mendengar jawaban kedua pemburu itu, mereka tertawa terbahak-bahak. Serunya
dengan suara geli: "Wilayah Untara Segara selamanya tidak mudah dilalui orang luar. Kalian mau
berburu apa ?" "Berburu kepala kalian."
"Apa?" Dengan serentak mereka berempat menghunus pedangnya dan menegang dengan bengis.
Tetapi pada saat itu terdengar suara anak-panah terlepas dari empat penjuru. Dan
empat laskar Nayaka Madu mati tergelimpang dari atas kudanya masing-masing.
Pangeran Jayakusuma, Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita adalah pendekar-
pendekar yang berkepandaian sangat tinggi. Tidak perlu mereka heran menyaksikan
kepandaian pemburu-pemburu itu melepaskan anak-panahnya. Mereka hanya heran
tatkala mendengar suara pemburu yang berdandan singsat. Jelas sekali suaranya
mirip seorang perempuan. "Lukita Wardhani! Apakah dia salah seorang perwiramu ?"
Pangeran Jayakusuma mencoba mencari keterangan.
"Tidak." jawab Lukita Wardhani dengan pendek tegas.
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka membunuh laskar Nayaka Madu yang sempat lolos dari pengamatan laskar
kerajaan. Paling tidak mereka membantu laskar kerajaan."
"Jangan hiraukan mereka !" potong Lukita Wardhani.
Pangeran Jayakusuma menuntun kudanya lagi. Munculnya perempuan yang menyandang
sebagai pemburu itu sebenarnya menarik hatinya. Menuruti wataknya yang asli
ingin ia memperoleh kejelasan dulu. Biasanya tidak mau sudah, sebelum semuanya
jadi terang. Dan rupanya Lukita Wardhani terlalu mengenal dirinya. Pada saat itu
Lukita Wardhani berkata lagi:
"Bukankah kita kemari demi abu almarhumah " Menyanyilah seperti tadi, agar
perhatianmu tidak terbagi-bagi"
Ucapan Lukita Wardhani bagaikan guntur meledak di siang-hari bagi pendengaran
Pangeran Jayakusuma. Ia tidak hanya merasa mati kutu saja, tetapi merasa malu
juga. Terus saja ia memaki dirinya sendiri di dalam hati:
"Ih, kau keledai tua yang tidak tahu malu. Kau sudah diiringkan dua orang gadis
pilihan, masih saja matamu membagi pandang".
Kali ini Lukita Wardhani yang cerdas tidak dapat membaca hati Pangeran
Jayakusuma. Yang terasa, pemuda itu menuntun kudanya dengan sungguh-sungguh dan
sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap sembilan pemburu maupun
segerombolan perempuan dusun yang terculik kawanan laskar Nayaka Madu. Suatu
perasaan lembut menyelusuri kalbunya.
Perasaan yang membuat hatinya tiba-tiba terselimut rasa bahagia. Ia seperti
merasa menang dan bisa menguasai kebinalan Pangeran Jayakusuma. Apakah karena
dirinya bersikap seorang Ibu " Memang, selamanya Pangeran Jayakusuma akan selalu
tunduk terhadap kata-kata lembut. Itulah sebabnya, ia mau menerima semua kata-
kata Diah Mustika Perwita meskipun usia gadis itu terpaut jauh. Sebab Diah
Mustika Perwita berpembawaan seorang Ibu Sejati. Hanya saja dalam hal ini Dendam
Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kurang wibawa. Kehadirannya belum dapat membangunkan rasa birahinya. Sebaliknya,
bila saja Lukita Wardhani dapat membawakan diri seperti yang baru saja
dilakukannya tadi, pasti dia dapat merebut hati Pangeran Jayakusuma. Sebab dia
memenuhi syarat-syaratnya. Selain cantik jelita, anggun, agung dan berwibawa,
dia berkepandaian sangat tinggi. Pada saat ini kepandaiannya berada di atas
Retno Madangen yang sudah dibawa orang ke wilayah Barat. Dialah Pangeran Anden
Loano, putera Bathara Karawelang atau Singgela.
Pangeran Jayakusuma tidak mau main coba-coba. Ia
mengikuti bekas tapak-tapak kuda sembilan pemburu tadi.
Memang memakan waktu, akan tetapi keamanan terjadi Itulah sebabnya, sewaktu tiba
di deretan pepohonan, hari sudah petang.
Dengan hati-hati Pangeran Jayakusuma menurunkan Lukita Wardhani dan digendongnya
ke tempat yang aman. Diah Mustika Perwita dapat menolong diri. Ia membawa
kudanya ke tengah-tengah pepohonan dan ditambatkan pendek-pendek karena takut
memakan rerumputan yang mungkin sekali mengandung racun.
"Kusuma, kau sekarang pandai merawat orang." Lukita Wardhani tersenyum.
"Itulah berkat ajaranmu." sahut Pangeran Jayakusuma.
"Sewaktu di selatan Singasari dahulu, bukankah engkau mengulurkan tanganmu
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga ?" Lukita WardhaniUdak membantah maupun membenarku Ia membiarkan pemuda itu merawat
dirinya. Setelah didudukkan di bawah rindang pohon, mulailah ia menyalurkan
tenaga saktinya untuk menindih sisa-sisa racun yang masih mengeram dalam
dirinya. Pangeran Jayakusuma sendiri menghampiri Diah Mustika Perwita yang duduk
pula di atas tanah hendak melepaskan lelah.
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik!" kata Pangeran Jayakusuma. "Aku akan memulihkan himpunan tenaga Lukita
Wardhani. Dapatkah engkau menjaga dirimu ?"
Diah Mustika Perwita tersenyum. Sahutnya lembut:
"Jangan cemaskan diriku. Aku bisa menjaga diri. Hanya saja kuda kita perlu
rerumputan." "Benar. Tetapi kurasa dia masih tahan menahan lapar untuk satu malam ini saja.
Kau sendiri, tentunya lapar pula."
Diah Mustika Perwita tertawa perlahan. Sahutnya :
"Pusatkan perhatianmu demi membantu ayunda Lukita Wardhani Akupun tidakkan mati,
meskipun tidak makan dan minum selama tiga hari lagi"
"Bagus!" Pangeran Jayakusuma gembira. Sekarang dapatlah ia memusatkan
perhatiannya kepada Lukita Wardhani. Terus saja ia duduk di belakang Lukita
wardhani menempelkan tangannya pada punggungnya.
Dua jam lamanya ia membantu menyalurkan tenaga saktinya yang dahsyat luar biasa.
Tenaga sakti yang tiada habis-habisnya.
Selagi demikian, telinganya yang tajam menangkap bunyi derap kuda. Namun tak
berani ia membagi perhatian. Diah Mustika Perwita yang sedang tenggelam dalam
semadi, mendengar pula bunyi derap kaki kuda. Sadar akan bahaya, segera ia
menghela nafas panjang dan dilepaskan dengan perlahan-lahan. Kemudian berdirilah
ia di ujung deret pohon untuk menghadapi segala kemungkinan.
Yang datang berkuda dua orang pemburu yang berpapasan senja hari tadi. Mereka
turun dengan serempak dari kudanya.
Kemudian membungkuk hormat kepada Diah Mustika Perwita.
Yang berada di depan berkata :
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf bila kedatangan kami berdua sangat mengganggu. Kami hanya akan
mengantarkan rumput dan sekedar makanan."
Diah Mustika Perwita tercengang. Menegas :
"Siapa yang menyuruhmu datang kemari ?"
"Majikan kami" "Siapa majikanmu ?"
"Tidak berani kami menyebut nama beliau. Akan tetapi menjelang pagihari nanti,
beliau akan datang menghadap." sahut orang itu. Kemudian kepada temannya:
"Makankan rumput kita kepada kudamu!"
Dengan sigap dan cekatan, pemburu kedua mencabut
segenggam rumput yang ditumpuk rapih di atas pelana kudanya.
Kemudian dimakankan kepada kudanya. Binatang itu segera melahap dengan bernafsu.
Diah Mustika Perwita menyaksikan uji coba itu dengan berdiam diri. Ia tahu
maksud mereka berdua. Lalu berkata tetap seramah tadi:
"Terima kasih. Karena engkau keberatan menyebut nama majikanmu, maka tak dapat
aku menghaturkan rasa terima kasih kami bertiga kepadanya."
"Tak apalah." sahut pemburu itu dengan tertawa. "Sekarang masih perlu kami
menunjukkan jenis makanan dan minuman yang kami bawa."
Setelah berkata demikian, ia menjumput bungkusan makanan dan dimasukkan ke dalam
mulutnya. Ia menjumput beberapa kali. Lalu meneguk botol minuman yang dibawanya.
"Sudahlah." ujar Diah Mustika Perwita. "Aku tahu maksud baik majikanmu. Semuanya
kuterima dengan senang hati"
Kedua pemburu itu kelihatan berlega hati. Dengan cekatan mereka menurunkan
seonggok rumput dan sekantong air dan dibawanya ke kuda Pangeran Jayakusuma.
Setelah melonggarkan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tali pengekang, mereka membiarkan kuda itu menggerumiti rerumputan dengan
bernafsu. Kemudian mereka berbalik mengantarkan makanan dan minuman yang sudah
dicobanya kepada Diah Mustika Perwita. Berkatalah yang seorang :
"Kami berdua sudah melakukan perintah. Perkenankan kami mengundurkan diri."
Diah Mustika Perwita hanya mengangguk. Kedua orang itu rupanya tidak memerlukan
jawaban Diah Mustika Perwita. Sepati tadi, dengan cekatan mereka melompat ke
atas kudanya masing-masing. Lalu meninggalkan tempat berteduh Diah Mustika
Perwita dengan cepat. Sebentar saja suara derap kaki kuda mereka sudah
menghilang dari pendengaran.
Dengan menyenak nalas, Diah Mustika Perwita membawa makanan dan botol minuman ke
dekat Pangeran Jayakusuma dan Lukita Wardhani berada. Lalu memeriksa kudanya
yang sedang bernafsu menggerumiti seonggok rumput pemberian majikan delapan
pemburu. Ia mengamat-amati beberapa waktu lamanya, kemudian membuka kantong air
dan didekatkan. Binatang itu benar-benar kehausan. Begitu melihat cahaya air,
terus saja ia mencelupkan mulutnya ke dalam kantongnya. Dan seperti peminum
besar yang sedang ketagihan. ia menyedot kantong air dengan tegukan menggelegak.
Cekok, cekok, cekok..............
Semua yang terjadi sebentar tadi tidak luput dari perhatian Pangeran Jayakusuma
Sebenarnya ia mau ikut menimbrung.
Kalau nama majikan mereka tidak mau disebut, mengapa Diah Mustika Perwita tidak
menanyakan perkampungannya " Tetapi karena dirinya sedang menyalurkan tenaga
saktinya, tidak boleh ia berbuat begitu. Mau tak mau ia harus menunggu saatnya
yang tepat. Demikianlah kira-kira menjelang tengah malam, perlahan-lahan ia
menarik telapak tangannya. Dan pada saat itu, Lukita Wardhani benar-benar pulih
seperti sediakala. Maka betapa hebat dan sakti ilmu Pancasila dan Sasanti Manu,
susah terlukiskan lagi. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa segan-segan lagi, Pangeran Jayakusuma mendahului mencicipi kiriman makanan
dari seseorang yang tidak mau disebut namanya Diah Mustika Perwita menunggu
sampai Lukita Wardhani berkena berbicara. Tetapi gadis yang agung berwibawa itu
tetap tenang-tenang saja, seakan-akan tidak perlu makan satu tahun lamanya.
Pangeran Jayakusuma jadi perasa juga.
Memang, selamanya belum pernah ia makan bersama-sama dengan Lukita Wardhani di
tengah alam terbuka. Apalagi di tengah malam. Maka dengan membawakan sebungkus
nasi yang lengkap dengan lauk-pauknya, ia berkata dengan suara lembut:
"Wardhani, engkau perlu mengisi perutmu."
Lukita Wardhani mengangguk. Sahutnya :
"Kau sendiri bagaimana ?"
"Cukup, cukup ! Aku cukup satu bungkus. Rupanya yang mengirimkan sebungkus nasi
ini dapat mengukur perutku." ujar Pangeran Jayakusuma dengan tertawa.
Melihat keramahan Pangeran Jayakusuma yang membersit dari hatinya yang tulus,
Lukita Wardhani berkenan menerima sebungkus nasi itu. Lalu ia memberi isyarat
mata dengan menyungging senyum kepada Diah Mustika Perwita. Diah Mustika Perwita
mau mengerti akan sikap Lukita Wardhani. Selamanya Pangeran Jayakusuma bersikap
sengit terhadap Lukita Wardhani.
Dan selama itu, Lukita Wardhani tidak mau mengalah pula.
Sekarang agaknya Lukita Wardhani mau mengubah sikapnya, akan tetapi merasa masih
perlu berhati-hati demi menjajaki sikap Pangeran Jayakusuma. Memang dunia cinta-
kasih memiliki bahasanya sendiri. Seringkali orang terpeleset bila main coba-
coba dan bersikap gegabah. Maka sikap Lukita Wardhani yang mengenal tabiat dan
perangai Pangeran Jayakusuma, dapat dibenarkan.
Ketiga-tiganya, baik Pangeran Jayakusuma, Lukita Wardhani dan Diah Mustika
Perwita belum sempat makan maupun minum Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semenjak fajarhari tadi. Bahkan mereka terlibat dalam suatu pertempuran yang
menentukan. Karena itu, makanan kiriman itu terasa nikmat luar biasa. Sebentar
saja mereka sudah menyapu habis. Bahkan botol minuman yang berisikan air putih
tidak tersisa setetespun. Kemudian mereka perlu beristirahat menunggu pagihari.
Setelah masing-masing bersemadi melancarkan darah dan irama nafas, mereka
tertidur lelap. Fajarhari tiba dengan diam-diam. Dingin hawa
membangunkan mereka dengan perlahan-lahan. Tepat pada saat itu, terdengar suara
derap kaki kuda memecahkan kesunyian alam. Empat orang yang berdandan sebagai
pemburu turun ke tanah dengan cekatan. Dua orang maju memberi hormat kepada
Pangeran Jayakusuma. Kata mereka hampir berbareng :
"Majikan kami mengundang tuanku seorang kesatria yang luhur budi datang
mengunjungi penampungan kami. Barangkali sebelum melanjutkan perjalanan, tuanku
perlu membersihkan diri dulu."
"Ah ! Apakah majikanmu pula yang mengirimkan makanan, minuman dan seonggok mmput
buat kuda kan " Sampaikan rasa terima kasihku kepada majikanmu."
"Tak berani kami berbuat demikian. Lebih baik tuanku sendiri berbicara langsung
kepadanya." Pangeran Jayakusuma menoleh kepada Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita
menunggu persetujuan mereka berdua.
Diah Mustika Perwita selamanya bersikap menurut. Tetapi kali ini Lukita Wardhani
yang sudah pulih kesehatannya, memperlihatkan sikap seorang wanita yang sudi
menunggu perintah pihak pria.
Pangeran Jayakusuma heran bukan main. Cepat-cepat ia berkata kepada kedua
pemburu itu : "Baiklah. Undangan majikanmu kuterima."
"Bagus !" seru mereka setengah bersorak. "Kalau begitu, silahkah ! Kami sudah
mempersiapkan dua ekor kuda pula."
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang mana ?" Dua pemburu lainnya yang mendampingi kudanya masing-masing, segera
mempersembahkan kudanya sambil berkata :
"Silahkan ! Kami berdua sudah biasa melintasi wilayah berbahaya ini. Kalau perlu
kami berdua akan menumpang kuda kedua rekan kami"
Pangeran Jayakusuma memang ingin mengetahui dengan jelas, siapakah majikan
mereka. Kebetulan malah, dia malahan mengundang dirinya. Maka bersama-sama
dengan Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita, ia berangkat mengikuti keempat
pemburu yang saling berboncengan mendahului penjalanan sebagai penunjuk jalan.
Ternyata mereka tidak menempuh jalan yang diambahnya kemarin sore. Mereka
mengambil jalan pintas ke kiri. Dan tak lama kemudian, dua orang pemburu datang
menghampiri dengan membawa empat ekor kuda. Dari jauh mereka berdua turun dan
kudanya masing-masing dan berdiri menunggu di tepi jalan. Merekapun termasuk
anggauta delapan pemburu. Setelah dua rekannya yang membonceng menerima kuda
kiriman, kedua orang itu mengawal perjalanan Pangeran Jayakusuma bertiga dengan
sikap hormat. Sebentar lagi empat orang datang menyambut Mereka pun bersikap hormat. Dan
melihat sikap mereka yang tiada tereda, diam-diam Pangeran Jayakusuma merasa
girang. Mudah-mudahan majikannya bersikap demikian pula.
Akhirnya setelah melalui jalan yang berkelok-kelok, sampailah mereka di sebuah
perkampungan yang dikelilingi parit buatan berair jernih. Seberang-
menyeberangnya berdiri pohon-pohon berdaun segar-bugar menghijau, sehingga
berkesan sejuk. Apalagi pada waktu itu, matahari belum sempat memancarkan cahayanya ke seluruh
alam. Pangeran Jayakusuma tercengang.
Ia merasa sudah menjelajahi seluruh perkampungan Nayaka Madu, tetapi belum
pernah menginjak perkampungan itu. Apakah di balik perkampungan Nayaka Madu
terdapat semacam Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkampungan yang tersembunyi " Ia jadi tidak percaya, kalau perkampungan ini
adalah perkampungan para pemburu. Pastilah perkampungan orang-orang yang
berkepandaian. Hanya saja belum jelas di pihak mana mereka berdiri.
Dugaan Pangeran Jayakusuma tidak salah. Ia melihat sebuah gapura mentereng.
Jelas gapura meniru hiasan gerbang Istana Majapahit. Kalau begitu, tentu
penghuninya bersikap bersahabat dengan dirinya. Tetapi andaikata hanya suatu
tipu-muslihat, ia tidak perlu khawatir. Lukita Wardhani sudah pulih kembali,
sedang kepandaian Diah Mustika Perwita tidak tercela lagi semenjak menerima
petunjuk-petunjuk dari Lawa Ijo.
Dalam pada itu, delapan pemburu mendahului turun dari kudanya masing-masing.
Enam orang berebut menyambar kendali kuda Pangeran Jayakusuma, Lukita Wardhani
danDiah Mustika Perwita. Mereka menambatkan kuda mereka bertiga menepi pada tiga
batang pohon yang berdiri berjajar dengan pagar dinding, lalu mempersalahkan
ketiga tetamunya masuk ke serambi depan.
Seorang gadis yang cantik luar biasa menyambut kedatangan mereka. Dengan suara
merdu ia berkata : "Silahkan Yang Mulia Lukita Wardhani, Diah Mustika Perwita dan Sang Pangeran
Jayakusuma." Pangeran Jayakusuma tercengang-cengang. Tidak hanya karena gadis itu mengenal
nama mereka bertiga, tetapi suaranya seperti pernah mendengamya. Tetapi siapa"
Ia mencoba mengamati paras wajahnya. Benar-benar ia merasa kagum luar biasa.
Sebab pada paras wajahnya ia menemukan kesan-kesan wajah Retno Marlangen, Diah
Mustika Perwita, Diah Carangsari dan Diah Lukita Wardhani. Benar-benar aneh!
Masakan dunia melahirkan seorang puteri yang berwajah aduan dari paras muka
gadis-gadis termolek pada jaman itu "
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran ! Mengapa Pangeran memandang wajahku seperti belum pernah
mengenalku ?" tegur gadis itu.
Dan ditegur demikian, Pangeran Jayakusuma jadi malu sendiri.
Tetapi dasar cerdik dan berpembawaan romantis, pada detik itu pula dapatlah ia
mempunyai dalih yang masuk akal. Sahutnya dengan setengah percaya :
"Darimana engkau mengenal nama kami bertiga ?"
"Apa sih sulitnya ?" sahut gadis itu dengan cepat "Di seluruh penjuru dunia ini
siapakah yang tidak mengenal nama tuanku yang termashur " Siapa pula yang tidak
mengenal Sang Diah Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita ?"
Inilah jawaban yang sama sekali diluar dugaan Pangeran Jayakusuma, karena
dibawakan dengan suara yang wajar dan bersahabat. Kesannya gas itu benar-benar
sudah mengenal diri mereka bertiga. Tetapi sekali lagi dasar pembawaan romantis,
ia mencoba menggelitik hati
"Kalau begitu, biarlah aku menatap wajahmu. Boleh, bukan ?"
"Kenapa ?" "Katamu aku sudah mengenalmu."
"Memang." sahut si jelita. Dan ia membalas menatap wajah Pangeran Javakusuma
dengan pandang cemerlang. Bukan main cantiknya. Sama sekali tiada cacatnya dari
mulai perawakan tubuhnya sampai kepada warna rambutnya. Dan memperoleh kesan
yang terlalu hebat itu, hati Pangeran Jayakusuma tergetar.
Tiba-tiba suatu bayangan berkelebat di calam benaknya. Apakah dia Prabasini "
Ah, mustahil! Prabasini sudah meninggal. Atau yang mati tersimpan di dalam peli
mati berlumur racun sesungguhnya bukan Prabasini " Ah. tidak mungkin kakang
Mijil Pinilih salah pilih.
"Pada satu hari seorang satria yang berkepandaian tinggi menyeberang wilayah
Perkampungan Nayaka Madu yang penuh Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
racun berbahaya." Gadis itu berkata lagi. "Ia tidak menghiraukan semuanya itu
demi kekasihnya yang akan direbut orang. Seorang gadis sederhana datang menemui.
Kemudian.............- "Ah !" potong Pangeran Jayakusuma dengan bernafsu.
"Apakah engkau Ulupi ?"
Gadis itu tidak segera menjawab. Ia hanya tersenyum.
Tersenyum yang manis luar biasa. Setelah membiarkan Pangeran Jayakusuma berteka-
teki, berkatalah ia dengan lemah lembut :
"Benar. Akulah Ulupi."
"Ulupi ?" "Ya, Ulupi." "Ah, tidak mungkin." Pangeran Jayakusuma setengah berseru.
Pandangan matanya memancarkan cahaya yang aneh luar biasa.
Tetapi hanya sekejap mata. Setelah itu, ingin ia mengucak-ucak kedua matanya.
Benarkah penglihatannya kini " Ulupi dulu seorang gadis yang sama sekali tidak
menarik. Ataukah kedua matanya dulu lamur karena mabuk asmara sehingga tidak
mengenal Ulupi yang sesungguhnya " Sungguh ! Tak dapat ia memperoleh ketetapan.
Ia merasa menghadapi suatu teka-teki yang berlapis-lapis. Ia merasa seperti
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlibat suatu muslihat Tetapi muslihat apa. dia tidak tahu sendiri.
-o0~DewiKZ~0o- Ulupi! Ih, bukan main. Nama gadis itu benar-benar menimbulkan teka-teki silang
yang sulit ditebak. Kadang-kadang berkesan mengagumkan, tetapi kerapkali
menakutkan pula. Siapapun yang kenal dirinya, pasti memperoleh kesan demikian.
Akan tetapi Pangeran Jayakusuma seorang pemuda yang berpembawaan romantis.
Terhadap gadis-gadis yang menarik perhatiannya, pandai ia menyesuaikan diri dan
melayani. Meskipun demikian, berkat pengalamannya yang pahit, kali ini Dendam Empu Bharada
http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak berani ia gegabah. Apalagi berada disamping Diah Lukita Wardhani yang
dahulu menjadi biang keladi terpisahnya Retno Marlangen dengan dirinya.
Ulupi memang gadis istimewa. Andaikata tidak teringat akan pesan Ki Ageng Mijil
Pinilih yang dihormati, ingin saja Pangeran Jayakusuma melampiaskan dendamnya.
Betapa tidak" Mula-mula Ulupi muncul sebagai kemenakan Pangeran Anden Loano yang
mengabdikan diri kepada Nayaka Madu. Dialah peran utama yang menjodohkan
Pangeran Anden Loano dengan Retno Marlangen.
Tetapi tidak lama kemudian, dia berperan lagi sebagai seorang tokoh yang
membantu dirinya. Sudah barang tentu ia merasa sangat bersyukur. Di luar dugaan,
tiba-tiba ia muncul sebagai seorang tokoh yang justru memfitnahnya. Dia berpura-
pura berperan sebagai gadis yang kena perkosa. Bukan main ! Dengan berani ia
membiarkan dadanya yang montok setengah terbuka.
Begitu juga betis dan pupunya yang halus dibiarkan tersibak, sehingga siapa pun
percaya dirinya baru saja kena perkosaan.
Dan oleh pekertinya itu, ia kejeblos dalam penjara dua tahun lebih.
Pada waktu itu, ingin sekali ia merobek-robek Ulupi. Namun hari-hari berikutnya
ia tidak diperkenankan mempunyai pikiran demikian. Itulah berkat munculnya Ki
Ageng Mijil Pinilih sebagai juru selamatnya. Bahkan dikesankan, bahwa Ilmu
Pancasila dan Sasana Manu yang sudah manunggal dalam dirinya itu, justru berkat
jasa Ulupi. Dialah arsiteknya. Sebab Ulupi tahu, Ki Ageng Mijil Pinilih tidak
dapat diharapkan lagi, karena hatinya sudah terenggut kehadiran Prabasini.
Padahal Prabasini puteri Nayaka Madu musuh besar Gajah Mada dan Lawa Ijo. Maka
perhatiannya beralih kepada dirinya sebagai pewaris Ilmu Pancasila dan Sasanti
Manu yang kini sudah manunggal. Tujuannya agar dirinya dapat melanjutkan
perjuangan Gajah Mada mempersatukan bangsa dan negara. Mula-mula Nayaka Madu dan kawan-kawannya harus
dihancurkan. Setelah itu, mengembalikan kewibawaan almarhum Gajah Mada yang
sudah Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil membentuk Negara Kesatuan. Itulah sebabnya pula, Ki Ageng Mijil Pinilih
berpesan agar dirinya mempersembahkan Kunci rahasia harta karun kepadanya.
Dibalik itu terdapat suatu makna. Ia harus bekerja-sama dengan Ulupi, mungkin
untuk selama-lamanya. Baiklah, taruhlah semuanya itu dapat diterimanya. Akan tetapi ada satu masalah
yang tidak mudah memperoleh jawabannya.
Waktu untuk yang pertama kalinya, Ulupi kelihatan sebagai seorang gadis yang
tergolong cantik. Tidak kurang dan tidak lebih. Kemudian berubah menjadi seorang
gadis yang jahat dan licin sehingga kesannya berubah menjadi seorang gadis yang
jelek, Ki Ageng Mijil Pinilih mengesankan, bahwa Ulupi berparas lumayan. Akan
tetapi apa yang dilihatnya sekarang sungguh-sungguh menakjubkan ! Ulupi tidak
hanya cantik saja, melainkan cantik luar biasa. Pada wajahnya dapat diketemukan
kecantikan Diah Mustika Perwita, Diah Carangsari, Diah Lukita Wardhani dan Retno
Marlangen. Benarkah dia Ulupi yang dulu" Kalau bukan, suaranya adalah suara
Ulupi. la yakin dan tidak sangsi lagi.
Diapun puteri Ki Ageng Cakrabhuwana. Maka diam-diam ia mengamati wajahnya.
Barangkali ada yang mirip wajah ayahnya.
Dalam pada itu, Diah Lukita Wardhani mempunyai kesannya sendiri. Semenjak
memasuki perkampungan Ulupi yang berkesan aneh, ia tidak membuka mulutnya.
Dengan berdiam diri ia duduk di atas kursi didampingi Diah Mustika Perwita.
Memang, setelah bertatap muka dengan Pangeran Jayakusuma, ia berubah menjadi
biang keladi memisahkan hubungan Retno Marlangen dengan Pangeran Jayakusuma,
meskipun bermaksud baik demi masa depan Pangeran Jayakusuma sendiri. Sekarang ia
bertemu muka dengan seseorang yang bernama Ulupi. Belum banyak ia mendengar
kisah dan pribadinya. Akan tetapi sebagai seorang Panglima Bhayangkari, rasa
waspadanya terbangun dengan sendirinya. Mula-mula perhatiannya menyiasati pada
bentuk gapura yang bercorak Majapahit. Inilah aneh! Betapa tidak"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkampungan itu berada dalam wilayah kekuasaan Nayaka Madu. Padahal
perkampungan Ulupi bukan sebuah
perkampungan baru. Taruhkata perkampungan itu terlalu bersembunyi di balik bukit
sehingga tidak mudah diketahui orang, masakan dapat luput dari pengamatan Nayaka
Madu yang licin dan cerdik luar biasa" Pemilik kampung itu pantas untuk
dicurigai. Hanya saja, Diah Lukita Wardhani belum menemukan bukti-bukti untuk
memperkuat rasa curiganya. Itulah sebabnya, ia hanya bersikap diam saja dan
ingin menjadi pendengar yang baik.
Tidak lama kemudian beberapa pelayan datang membawa minuman dan hidangan.
Kesempatan itu dipergunakan Diah Lukita Wardhani untuk mengamati semuanya. Mula-
mula kepada macam hidangan yang disajikan. Kemudian kepada tempat hidangan dan
minuman. Sama sekali tiada yang perlu dicurigai.
Setelah itu, ia memperhatikan dinding. Tiba-tiba ia melihat serumpun deretan
kalimat yang terukir rapih. Bunyinya begini:
"Sajna Bhatara! Hwanya tikang cakra si Sanggabhuwana.
Sambuten i ranak Bhatara, daglakna tkeng legek i ranak Bhatara pwangkulun! Tan
penenguh alara suka pjahna de ning kadi sira.
Erang-erang ahuripa ranak Bhatara pwangkulun."
Itulah bait dialog Purnawijaya yang sangat terkena! dalam cerita Kunjarakama.
Ucapan seorang gandarwa kepada seorang pendeta sakti bernama : Buddha
AWairocana. Cerita Kunjarakama sangat terkenal pada jaman itu sampai kini.
Bedanya, pada jaman itu hampir semua orang bisa menghafal kata-kata (dialog)
peranan-peranannya. Sebab cerita itu sendiri dipandang suci oleh para penganut
Agama Hindu dan Buddha. Kisahnya menceritakan riwayat seorang raja raksasa bernama Kunjarakama yang
ingin meruwat diri Ia ingin diruwat (baca diubah atau dilahirkan kembali)
menjadi seorang satria. Alasannya, karena ayahnya seorang satria pula dan ibunya seorang Ratu Bidadari
Buddha Wairocana berkenan mengabulkan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan syarat dia harus mendapat izin dari Dewa Yama untuk melihat neraka lebih
dahulu. Maksud Buddha Wairocana, bila Kunjarakama dapat menyaksikan bemacam-
macam siksaan di neraka, dia akan dapat mengerti akan makna karunia Hyang Wisesa
Tunggal. Maka berangkatlah Kunjarakama ke neraka.
Ringkasnya ia mendapat izin Dewa Yama. Di tempat penyiksaan itu, ia bertemu
dengan sahabatnya bangsa gandarwa bernama Purnawijaya. Sahabatnya itu akan
menjalankan hukum siksa sepanjang jaman karena kamapala. Oleh rasa iba, ia
membawa Purnawijaya menghadap Buddha Wairocana agar dibebaskan nian dari siksa
neraka. Begitu bertatap muka dengan Buddha Wairocana, tekat Purnawijaya sudah
bulat. Ingin dia dibunuh oleh pendeta suci sang pendeta akan bisa membebaskannya
dari semua bentuk siksa. Maka dengan memegang senjata
pemunahnya berbentuk cakra ia berkata seperti bunyi tulisan yang terukir pada
dinding tempat Ulupi dengan Pangeran Jayakusuma. Terjamahannya begini:
"Hyang Bhatara! Inilah senjata cakra Sanggabhuwana.
Sambutlah oh Hyang Bhatara! Sambitkan ke batang leher hamba.
Tiada hamba merasa sakit, rela mati oleh tangan Bhatara. Malu rasanya hamba akan
memperpanjang hidup"
Membaca bunyi ucapan Pumawijaya itu, Lukita Wardhani mengerutkan dahinya.
Sebagai seorang keluarga raja yang berpendidikan tinggi, tentu saja ia faham
akan bunyi bait ucapan Pumawijaya sebatang cakra bernama Sudarsana. Mengapa
diubah dengan nama Sanggabhuwana" Di bawah tulisan itu tergambar pula sebilah
pedang tajam luar biasa. Sedangkan senjata cakra berbentuk semacam roda. Apa
maksudnya merubah nama dan bentuk pusaka Pumawijaya yang aseli itu"
Dalam pada itu Ulupi sudah mengangkat cangkir minuman dan diteguknya hampir
setengah. Mungkin ia bermaksud untuk membuktikan bahwa hidangan minuman yang
disajikan tidak mengandung racun apapun. Hal ini rupanya perlu dikesankan,
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengingat perkampungannya berada di lengah wilayah Nayaka Madu yang terkenal
dengan ribuan macam racun berbahaya.
"Silahkan!" Ulupi mempersalahkan ketiga tamunya dengan ramah.
Pangeran Jayakusuma sebenarnya masih menaruh curiga kepada Ulupi. Teringat dia
betapa dirinya kena diingusi seolah-olah memperkosanya. Dan akibatnya, ia
mendekam dalam penjara selama dua tahun lebih. Itulah sebabnya, tatkala meneguk
minumannya ia berjaga-jaga diri. Seluruh tubuhnya di lindunginya dengan hawa
sakti Ilmu Manunggal. Pikirnya di dalam hati:
"Aku sudah berhasil memanunggalkan dua Ilmu Sakti terpun-cak pada jaman ini.
Masakan masih bisa tertembus oleh racun?"
Dengan pikiran itu ia menghirup minumannya sambil diam-diam mengerahkan hawa
sakti tenaga penolak tingkat tinggi.
Ternyata tiada suatu yang pantas dicurigakan. Karena itu ia memberi isyarat mata
kepada Diah Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita. Dan kedua gadis itu segera
meneguk minumannya dengan berani.
"Pangeran Jayakusuma! Meskipun pangeran bersikap membungkam, namun di dalam dada
pangeran merumun berbagai pertanyaan yang ingin memperoleh keteranganku, bukan" Paling tidak,
pangeran mengharapkan suatu kejelasan."
Ulupi memecahkan kesunyian. Lalu tersenyum manis luar biasa.
"Tidak salah. Sikap pangeran sama sekali tidak salah. Hanya saja,karena begitu
babaknya penjelasan-penjelasan yang harus kuberikan, biarlah kumulai dari satu
per satu dulu. Yang Mulia Diah Lukita Wardhani sudah memperoleh pertolongan
ayahku. Dengan meneguk minuman segar itu, kesehatan tuanku puteri akan segera pulih.".
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana engkau tahu bahwa Diah Lukita Wardhani memperoleh pertolongan
ayahmu?" Pangeran Jayakusuma setengah tercengang.
"Barangkali di dunia ini hanya aku seorang yang akan segera mengenal jejak
ayahku." sahut Ulupi dengan tersenyum.
"Sewaktu pangeran bertempur melawan Nayaka Madu dan Durgampi, akupun
menyaksikan." "Di mana kau berada?" Pangeran Jayakusuma menegas.
Tetapi setelah pertanyaan itu terucapkan, Pangeran Jayakusuma menyesal. Itulah
pertanyaan tolol. Waktu itu yang menyaksikan tidak hanya terdiri dari Carangsari
bertiga, Diah Lukita Wardhani dan Ki Ageng Cakrabhuwana saja. Akan tetapi
ditambah dengan Kebo Sapta dan laskar Diah Lukita Wardhani. Bila Uhipi berada di
antara mereka, siapapun tidak akan menduga. Syukur, Ulupi pandai menjaga
kehormatannya. Dengan suara datar ia menjawab tak langsung:
"Pangeran terlalu murah hati terhadap Nayaka Madu dan Durgampi. Tetapi setelah
kupikir, itulah pelampiasan dendam yang setepat-tepatnya."
"Hm, apakah engkau benar-benar menghendaki matinya mereka berdua?" Pangeran
Jayakusuma mendengus. "Kenapa" Jangan lupa, akupun termasuk salah seorang yang berhak disebut Lawa
Ijo." Sahut Ulupi dengan suara tegas dan cepat "Ki Ageng Mijil Pinilih tentunya
sudah banyak cerita tentang diriku."
Pangeran Jayakusuma tidak membenarkan maupun
membantah. Ia sadar, sedang berhadapan dengan seorang gadis luar biasa. Maka
perlu ia menghemat tanggapannya.
"Pangeran !Tentunya pangeran masih mendongkol teringat pengalaman dulu. Menurut
pangeran, apakah benar-benar aku yang melakukan tipu muslihat itu?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau bukan dirimu, siapa lagi?" Pangeran Jayakusuma setengah mendamprat
Ulupi mendehem. Berkata: "Muslihat itu, memang aku yang mengatur. Akan tetapi yang meringkus pangeran,
apakah aku?" Pangeran Jayakusuma berbimbang-bimbang. Jelas sekali yang berperan sebagai gadis
yang diperkosa adalah Ulupi. Akan tetapi Ulupi sekarang sama sekali tidak mirip
Ulupi yang dahulu. Sebaliknya kalau bukan dia, siapa lagi"
"Barangkali tidak perlu kukatakan lagi, bahwa aku puteri Ki Ageng Cakrabhuwana.
Dan pangeran Anden Loano adalah pamanku. Dengan begitu mudah sekali aku
memperoleh kepercayaan Nayaka Madu." Ulupi melanjutkan.
"Hm." sekali lagi Pangeran Jayakusuma mendengus. "Dengan guru sendiri, Nayaka
Madu sampai hati membunuhnya. Masakan begitu mudah mempercayai seseorang yang
belum dikenalnya semenjak kanak-kanak" Bahkan terhadap anaknya sendiri, Nayaka
Madu tega mengambil jiwanya."
Hebat kata-kata Pangeran Jayakusuma. Siapapun akan merasakan berapa tajam
ucapanya. Akan tetapi wajah Ulupi tidak berubah. Dengan tenang ia menjawab :
"Alasan pangeran tepat sekali. Hanya saja jangan lupa, Nayaka Madu bersedia
tunduk pada pola angan-angannya.
Seperti pangeran ketahui, ia memerlukan dukungan paman Pangeran Anden Loano dani
mencapai angan-angannya hendak mengangkat diri menjadi majikan besar. Begitu
pulalah alasannya apa sebab dia sampai hati membunuh gurunya dan puterinya
sendiri." Pangeran Jayakusuma sudah mendengar kisah Prabasini dan menyaksikan sendiri
betapa puteri itu meninggal demi cinta dan kesetiaannya kepada Ki Ageng Mijil
Pinilih. Namun mendengarkan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penegasan Ulupi tentang diri Prabasini, tak urung hatinya tercekat juga.
Sahutnya: "Apakah Nayaka Madu benar-benar membunuh puterinya sendiri?"
"Setidak-tidaknya dialah penyebabnya." ujar Ulupi dengan suara datar. Lalu ia
membungkam mulut beberapa waktu lamanya. Setelah menyenak nafas, ia
melanjutkan : "Watak dan perangai Nayaka Madu tentu saja sudah kita ketahui
semenjak lama. Itulah sebabnya, aku perlu bantuan beberapa orang yang setia pada
panggilan hidupnya. Maka pada suatu hari, aku mempersembahkan guruku sendiri
kepada Nayaka Madu. Guruku seorang ahli racun yang tiada keduanya di dunia.
Secara kebetulan, guru adalah adik ayahku. Dan dengan kepandaiannya itu, guru
dapat menawan hati Nayaka Madu dan meratakan jalanku menunaikan tugas suci.
Ayahku sedikit banyak mengenal pula kepandaian paman. Sekiranya tidak demikian,
betapa mungkin dapat mengusir pukulan racun Nayaka Madu dan Durgampi dari badan
tuanku puten." Yang dimaksudkan dengan tuanku puteri siapa lagi kalau bukan Diah
Lukita Wardhani. Akan tetapi. Dia tetap saja membungkam mulut. Sebenarnya dia
seorang gadis yang berhati panas bagaikan nyala bara api. Akan tetapi menghadapi
tokoh Ulupi yang masih belum jelas baginya, ia bersikap hati-hati dan
berwaspada. Dengan cermat ia mengikuti pembicaraan Pangaan Jayakusuma dan Ulupi.
Meskipun bersifat menyerang, namun Pangeran Jayakusuma sudah bersedia untuk mau
mengerti. Karena itu, ia merasa diri berada di persimpangan jalan. Terhadap
Ulupi tidak dapat ia main keras dan tegas. Siapa tahu, Ulupi benar-benar puteri
Ki Ageng Cakrabhuwana yang sudah menolong jiwanya dari racun maut.
-o0~DewiKZ~0o- Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TEKA-TEKI PETI MATI Yang merasa berada di simpang jalan, sebenarnya tidak hanya Diah Lukita Wardhani
seorang. Tetapi Pangeran Jayakusuma juga. Terhadap tokoh Ulupi sebenarnya
menaruh dendam. Namun mengingat pesan Ki Ageng Mijil Pinilih, ia justru harus menyerahkan
rahasia Sasanti Manu kepada Ulupi. Ki Ageng Mijil Pinilih berkata juga, bahwa
berkat siasat Ulupi yang bisa menjangkau penglihatan jauh, Pangeran Jayakusuma
dapat mewarisi Ilmu Sakti Manunggal yang memanunggalkan Ilmu Pancasila dan
Sasanti Manu. Dalam hal ini, ia harus merasa berhutang budi padanya. Baiklah, ia
sudah memutuskan melupakan semuanya. Akan tetapi tokoh Ulupi yang berada di
depannya ini benar-benar belum jelas apakah dia benar-benar Ulupi Puteri Ki
Ageng Cakrabhuwana. Sebab kecantikannya melebihi apa yang sudah pernah
dikenalnya dan didengarkan dari tutur-kata Ki Ageng Mail Pinilih.
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ulupi sendiri rupanya sudah dapat membaca keadaan hati kedua tetamunya kecuali
Diah Mustika Perwita. Sebab gadis yang satu ini berada di luar garis
permasalahan. Menurut ayahnya, dia termasuk salah seorang muridnya. Hatinya
bersih dan lemah lembut. Diapun tidak terlibat dalam masalah Ulupi dan Retno
Marlangen. "Ki Ageng Mijil Pinilih tentunya sudah banyak bercerita tentang diriku." Ulupi
melanjutkan kata-katanya. "Akan tetapi, kukira dia belum sempat mengabarkan
bahwa aku mempunyai seorang adik yang hampir mirip. Dia bernama Ulupi pula."
"Apa?" Pangeran Jayakusuma terkejut sampai berjingkrak.
"Kau maksudkan engkau mempunyai saudara kembar?"
"He-e." Ulupi tertawa. "Yang sering bertemu dan berbicara dengan pangeran adalah
adikku. Dia jauh lebih berani daripadaku."
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu!" potong Pangeran Jayakusuma. Tiba-tiba saja ia merasa puyeng. Tidak
tahu lagi apa yang harus dikatakan.
Namun ia seperti memperoleh suatu kecerahan tak ubah seseorang yang tiba-tiba
dapat muncul di atas permukaan air.
Berbagai bayangan berkelebatan di dalam benaknya. Kalau begitu, yang menulis
pada peti adalah Ulupi ini. Sedangkah yang ikut mati, tentunya Ulupi yang lain.
Sewaktu hendak dipertanyakan, Ulupi berkata lagi:
"Biarlah kuceritakan pelahan-lahan agar semuanya jadi jelas.
Kami berenam yang menamakan Lawa Ijo adalah murid Pangeran Semono. Pastilah hal
itu pernah dikabarkan Ki Ageng Mijil Pinilih. Kecuali kami berenam di bekali
Ilmu Sakti Sasanti Manu, masing-masing harus memiliki kepandaian atau
keistimewaan sendiri yang khusus. Untuk ini kami diperkenankan untuk mencari
guru tambahan. Begitulah, aku mempunyai seorang guru yang kuanggap memiliki
suatu keistimewaan. Kecuali ahli racun, guru mewariskan ilmu merubah diri. Dan dengan kepandaian
itu, siapapun tidak akan dapat membedakan diriku dan Ulupi yang dikenal Ki Ageng
Mijil Pinilih maupun Pangeran Jayakusuma sendiri. Bahkan ayah sendiri tidak
mudah membedakan. Apalagi kami berdua dilahirkan sebagai anak kembar." ia
berhenti mengesankan. Melanjutkan: "Dengan demikian, Nayaka Madu bisa kukelabui
pula. Seperti kataku tadi, guru dapat menawan hati Nayaka Madu dengan
kepandaiannya mengenal racun. Untuk itu, kami memperoleh kediaman ini. Di rumah
ini, guru membuat percobaan-percobaan dengan berbagai tanaman bunga yang
dibuatnya ramuan-ramuan tertentu. Dan semuanya dipersembahkan pada Nayaka Madu.
Tentu saja Nayaka Madu girang luar biasa. Berbulan-bulan lamanya dia datang
kemari untuk ikut melihat berbagai tanaman guru.
Khawatir Nayaka Madu akan memergoki diriku, maka aku merubah diri menjadi
seorang perempuan berperawakan istimewa, lihatlah betapa hebat kepandaian guru.
Inilah Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perawakan tubuhku yang aseli. Tetapi disulap guru menjadi seorang perempuan
mirip kuli pelabuhan."
"Ah! Kau maksudkan engkaulah yang menjadi Maruti?" potong Pangeran Jayakusuma.
Ulupi tidak menjawab. Ia hanya tersenyum lebar. Dan melihat senyum Ulupi
sepasang alis Pangeran Jayakusuma berdiri tegak.
Itulah tanda hatinya penuh kesangsian. Ujarnya :
"Merubah wajah, mungkin sekali aku percaya. Tetapi betapa mungkin dengan merubah
bentuk tubuh?" Ulupi tidak juga menjawab. Ia menepuk tangan beberapa kali.
Seorang pelayan datang menghampiri. Dengan berbisik Ulupi berkata:
"Ambilkan alat penyamaranku !"
Pelayan itu dengan cepat mengundurkan diri dan datang kembali dengan membawa
setumpuk lapisan karet yang dilipat semacam tumpukan kain. Setelah tumpukan
kulit itu diletakkan di atas meja, Ulupi berkata:
"Pangeran, tolong perhatikan benar-benar!" Dengan cekatan, Ulupi melapisi kedua
lengannya dengan lapisan karet. Lengannya yang berwarna putih kuning tiba-tiba
saja berubah menjadi hitam keruh. Ukuran lengahnya bertambah kekar. Dan melihat
kekekaran lengan itu, teringatlah Pangeran Jayakusuma kepada warna kulit dan
lengan Maruti. "Bagaimana?" desak Ulupi. "Memang, waktu sudah berjalan lama. Hampir lima tahun,
Pangeran Jayakusuma meninggalkan lembah ini. Tentunya sudah lupa. Tetapi
Pbngeran Jayakusuma memiliki ingatan yang melebihi ingatan manusia lumrah. Aku
percaya, pangeran masih dapat mengingat-ingat lengan Maruti Apakah aku harus
dandan sebagai Maruti kembali?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak usah." cegah Pangeran Jayakusuma. "Selanjutnya rasanya aku bisa mengerti
apa sebab perawakan tubuhmu jadi berubah."
Ulupi mengangguk. Pelahan-lahan ia melepaskan lapisan karet yang membalut kedua
lengannya. Lalu berkata: "Dan dengan merubah bentuk tubuhku, aku mengaku sebagai anak guru. Karena hati
Nayaka Madu sudah tertawan oleh kepandaian guru, aku diakuinya sebagai anaknya
sendiri. Selanjutnya aku berada di kediaman Nayaka Madu sebagai puterinya. Hampir saja
aku gagal memerankan perananku, sewaktu aku bertatap muka dengan Pangeran.
Rasanya aku tidak sampai hati mengorbankan pangeran. Tetapi mengingat Ki Ageng
Mijil Pinilih bakal gagal mengemban tugasnya, maka satu-satunya harapan kami
hanyalah pangeran. Ternyata harapan kami meleset, karena kami tahu racun yang
mengeram dalam diri pangeran akan kami musnahkan. Tentu pangeran ingin tahu
dengan cara apa aku menolong merebut tenaga sakti pengeran kembali."
"Ya." Pangeran Jayakusuma membenarkan dengan anggukan pendek.
"Baiklah kuulangi lagi ceritaku yang hampir melompat" Ulupi mendehem sambil
menyilakan ketiga tamunya menghirup minumannya. "Selain kami berdua dan guru,
pamanku ikut serta pula. Pamanku berdiam pula di sini dan menjadi salah seorang
kepercayaan Nayaka Madu. Paman berkepandaian tinggi, sehingga tenaganya sangat
diperlukan. Pangeran Jayakusuma kenal dengan pamanku."
"Siapa?" "Dandung Gumilar."
"Ah!" Pangeran Jayakusuma terperanjat. Pantas pendekar berjanggut panjang itu
selalu menolong dirinya pada saat-saat dirinya terancam jalan buntu. Bahkan pada
suatu saat berani Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengulurkan tangan dengan terang-terangan di hadapan Nayaka Madu. Dia pulalah
yang membekali dirinya tatkala melarikan diri dari wilayah Nayaka Madu dengan
memanggul Ki Ageng Mijil Pinilih. Tetapi Dandung Gumilar sempat terkena
pukulannya dan punah sebagian besar tenaganya. Ia berjanji pada suatu kali akan
menolong memulihkannya. Teringat akan janji itu, ia berseru: "Ulupi! Pamanmu
dulu berjanji akan pulang kampung. Di mana dia kini berada?"' "
"Kemana lagi perginya kalau bukan berada di rumah ini."
"Hei!" seru Pangeran Jayakusuma dengan terharu sampai terloncat dari tempajt
duduknya. "Bolehkah aku bertemu dengannya?"
"Tentu saja. Sebentar lagi, paman akan segera ke luar kamar.
Akan tetapi ceritaku belum tammat. Bagaimana pendapat tuanku puteri" Apakah
sampai disini saja?"
Diah Lukita Wardhani sudah memperoleh kesan baik. Kesang-siannya sudah terjawab
tujuh bagian. Maka ia menjawab dengan suara wajar:
"Barangkali yang terbaik apabila cerita tuan rumah didengarkan sampai selesai."
"Nah, bagaimana pangeran?" Ulupi beralih kepada Pangeran Jayakusuma dengan
tertawa. "Kalau begitu, aku akan duduk kembali dengan manis." sahut Pangeran Jayakusuma
dengan tertawa pula. Ulupi meneguk minumannya. Lalu melanjutkan ceritanya :
"Pada suatu hari tiba-tiba aku mempunyai firasat buruk.
Ternyata firasatku benar."
"Firasat apa?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nayaka Madu sampai hati membunuh gurunya sendiri demi memperoleh kepandaian
puncak. Masakan tidak berlaku terhadap guruku?"
"Apakah jahanam itu membunuh gurumu pula setelah memperoleh kepandaian mengenal
racun?" Ulupi tidak segera menjawab. Setelah berenung-renung beberapa saat lamanya, ia
berkata lagi: "Kalau tidak salah, waktu itu hari Rabu. Aku dipanggil guru datang ke rumah ini.
Wajah guru berseri-seri. Guru membicarakan penemuannya yang baru. dan bermaksud
hendak mempersembahkannya kepada Nayaka Madu."
"Penemuan apa?" Pangeran Jayakusuma menyela.
"Tentu saja perkara racun. Racun istimewanya yang dapat menyita seluruh tenaga
sakti seseorang. Hanya saja obat penunahnya belum diperolehnya."
"Kau maksudkan Sirnagalu?"
"Benar. Racun lintah hijau." Ulupi mengangguk. "Karena obat pemunahnya belum
diketemukan, maka aku menganjurkan agar jangan dipersembahkan dulu. Tunggu
sampai obat pemunahnya diketemukan. Tetapi guru tidak mendengarkan saranku.
Bahkan guru akan mempersembahkan pula khasiat sakti Bunga Cacar Kuning Calon
Arang." "Hm." Pangeran Jayakusuma mendengus.
"Seorang diri guru menghadap Nayaka Madu. Sewaktu pulang, guru nampak kuyu.
Wajahnya bersemu hijau tanda keracunan hebat Dengan isyarat tangannya ia
memanggilku. Belum lagi aku sempat bolanya, guru berkata dengan suara setengah
berbisik: "Tak pernah kusangka hatinya sangat keji. Mendengar ramuan obat pemunah belum
kutemukan, ia justru memaksaku untuk mencoba. Kelinci percobaannya adalah aku
sendiri." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa begitu?" aku minta keterangan."Ah, tentunya dia menuduh guru berdusta."
"Tepat. Maka terpaksalah aku memenuhi permintaannya."
sahut guru dengan suara pilu. Wajah guru nampak bertambah muram. Tetapi pada
detik berikutnya, guru jadi beringas. Berkata dengan suara agak lantang: "Ulupi,
masih ada satu hal yang belum di ketahuinya. Itulah ilmu Menyamar yang
kuwariskan kepadamu. Aku menghendaki dengan penyamaranku ini..."
"Apakah guru menghendaki aku membalas dendam?" aku menegas.
"Begitulah yang tepal Sungguh! Aku mati penasaran..." dan setelah berkata
demikian guru mulai kehilangan kesadarannya.
Betapa pedih hatiku, kiranya tidak perlu kukatakan lagi.
Meskipun demikian ada satu hal yang tidak panah terhapus dari ingatanku. Itulah
saat guru menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dengan tubuh tak berdaya, ia
memandangku seakan-akan ingin menyampaikan pesan. Namun mulut guru rupanya tidak
dapat digerakkan lagi. Juga kedua tangannya. Tiba-tiba aku melihat tangan guru
menggenggam sesuatu. Segera aku membuka tangannya dan kutemukan secarik lontar
(baca: kertas). Dan begitu aku membacanya, guru menutup matanya.
Guru pergi untuk selama-lamanya ..."
"Apa bunyi lontar itu?" Pangeran Jayakusuma minta keterangan dengan bernafsu.
"Tentang ramuan penemuannya dan dua buah pesan." Ulupi memberi keterangan.
"Pesan yang pertama, mengabarkan obat pemunahnya sudah diketemukan. Yang kedua,
agar guru dikabarkan selamat tak kurang suatu apa."
"Tentunya tidak begitu, bukan?"
"Maksud pangeran?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentang diketemukannya obat pemunahnya itu semata-mata untuk mengelabui Nayaka
Madu, bukan?" Ulupi tersenyum. Sahutnya dengan pandang mata berseri-seri:
"Benar. Kecerdasan pangeran dapat menebak keadaan hati guru dengan tepat sekali.
Memang, obat pemunahnya belum diketemukan. Andaikata sudah diketemukan, tentunya
guru tidak akan membiarkan dirinya meninggal oleh ramuan racun yang
dipersembahkan kepada Nayaka Madu."
"Lalu?" "Empat orang kepercayaanku keperintahkan membawa jenazah guru ke luar wilayah.
Untuk mengelabui pengamatan Nayaka Madu, terpaksalah aku mengorbankan salah
seorang pelayanku. Dia kudandani sebagai guru dan kutugaskan agar bersikap
membandel terhadap Nayaka Madu manakala dia bertanya tentang obat pemunahnya.
Perhitunganku tepat Nayaka Madu datang kemari pada malam harinya. Segera ia
disambut oleh guruku tiruan. Akibatnya guru tiruan dituduh berdusta.
Sewaktu Nayaka Madu minta pendapatku harus berbuat bagaimana, aku menganjurkan
agar meracunnya lagi dan tidak dapat diperkenankan pulang. Guru tiruanku segera
ditangkap dan diracun kembali. Agar mengurangi penderitaanya, dengan diam-diam
aku memasukkan obat bius dalam minumannya. Dengan begitu, ia mati dengan
perasaan aman. Pengaruh racun sama sekali tidak dirasakan. Sebaliknya Nayaka
Madu menjadi geram oleh sikap bandelnya. Tetapi segeta kuhibur bahwa racun tanpa
obat pemunahnya akan ditakuti lawan. Rupanya kata-kataku benar-benar dapat
menghibur hatinya. Dan semenjak hari itu, ia giat memelihara lintah hijau dan
benih bunga Cacar Kuning Calon Arang."
"Ulupi! Apakah racun Sirnagalu dan Cacar Kuning benar-benar tiada pemunahnya?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setidak-tidaknya baru kami temukan beberapa tahun kemudian. Itulah berkat
bantuan guru kami Pangeran Semono."
Pangeran Jayakusuma manggut-manggut. Berkata tidak jelas:
"Gurumu yang satu itu agaknya manusia tersakti pada jaman ini."
"legakan hatimu, pengeran. Pada suatu kali pangeran akan dapat bertatap muka
dengan guru kami" Ulupi menyahut Lalu mengalihkan pembicaraan: "Berkat obat
pemunah itu, aku dapat merebut kembali tenaga sakti K Ageng Mijil Pinilih bahkan
tenaga sakti pangeran."
"Eh, dengan cara apa?" Pangeran Jayakusuma tercengang.
Sebab ia merasa tidak pernah berhubungan dengan Ulupi maupun Maruti dalam hal
memulihkan tenaga saktinya.
Kembali lagi Ulupi tersenyum. Katanya:
"Pernahkah Ki Ageng Mijil Pinilih bercerita tentang setangkai bunga yang selalu
hadir di atas loteng kediaman puteri Prabasini?"
"Ya ya ya ya..."
"Itulah bunga pemunah racun penghisap tenaga sakti"
Misteri Dewa Seribu Kepalan 1 Pendekar Slebor 08 Pengejaran Ke Cina Anting Mustika Ratu 2
Carangsari mempunyai tempat tersendiri di dalam hatinya seperti Diah Mustika
Perwita dan Lukita Wardhani. Diah Mustika Perwita seorang gadis yang lembut.
Terhadap dirinya, gadis itu sangat menaruh perhatian dan telaten pula.
Perilakunya lembut, malahan tiada bedanya dengan seorang kakak baginya.
Sebaliknya, Lukita Wardhani lebih galak daripada Carangsari.
Selain galak, otaknya cerdas, kepandaiannya tinggi dan peribadinya agung.
Terhadap Lukita Wardhani tidak berani Pangeran Jayakusuma main sembarangan. Ia
menaruh hormat dan sedikit takut. Beda dengan Carangsari. Meskipun galak, masih
berani ia mempermainkan. Selagi demikian, ia mendengar Nayaka Madu berseru bangga kepada adik
seperguruannya Durgampi: "Janapati, apakah kau sudah hafal ?"
"Kau sendiri bagaimana ?"
"Lumayan. Coba dengarkan ! Dalam malam seorang gadis menganyam bunga.........."
"Salah ! Kurang duduklah."
"Masakan begitu " Coba ucapkan !"
"Duduklah malam sejuk sunyi.........."
"Hohaaa ha haa.........." Nayaka Madu tertawa terbahak-bahak. "Bukan begitu!
Bukan begitu! Dalam malam seorang....."
"Harus ada malam sejuk sunyi." Durgampi memotong.
"Oh begitu ?" Nayaka Madu mengennyitkan dahinya. "Dalam malam sejuk sunyi...
begitu ?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rasanya kaya begitu." Durgampi ragu-ragu. "Coba tambahkan duduklah..........-
"Dalam malam sejuk sunyi duduklah seorang gadis menganyam bunga..... begitu ?"
"Ya ya ya..... rasanya begitu !" seru Durgampi membenarkan.
Mendengar pembenaran Durgampi, wajah Nayaka Madu
memancarkan rasa bahagia yang tak terlukiskan. Kedua tangan dan kakinya ingin
berjingkrak hendak menandak-nandak. Tiba-tiba saja ia menjerit kesakitan : "
dddooooo.........h, mana pangeran bangsat itu..........-
Pangeran Jayakusuma tidak menyahut. Carangsari jadi penasaran melihat wajah
Nayaka Madu yang memancarkan rasa bahagia. Menegas kepada Pangeran Jayakusuma :
"Eh tolol ! Apakah memang benar begitu ?"
Pangeran Jayakusuma mengangguk membenarkan. Melihat anggukan pembenaran
Jayakusuma, hati Carangsari tercekat.
Serunya tertahan : "Kalau mereka sampai hafal bukankah..........."
"Jangan khawatir ! Taruhkata mereka hafal, tiada gunanya sama sekali," Pangeran
Jayakusuma menenangkan. "Sebab kunci sambungannya berada di Prabasini"
"O begitu ?" Carangsari terhibur. "Kau sendiri bagaimana ?"
"Secara kebetulan kakang Mijil Pinilih menjelaskan semuanya kepadaku."
"Kalau kau sudah memahami, apa perlu mencari mayat Prabasini ?"
"Dalam saat-saat terakhir, kakang Mijil Pinilih minta agar abunya ditanam
bersama abu Prabasini. Begitu pula harapan Prabasini." Pangeran Jayakusuma
menjelaskan. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pantas, kau mengancam akan membakar semuanya. Kiranya kau hanya membutuhkan abu
tulang-belulang Prabasini."
Carangsari mulai mengerti .Tetapi tatkala ia menyebutkan tulang-belulang
Prabasini, hatinya terharu sehingga suaranya terdengar agak menggeletar. Memang,
dari luar ia kelihatan galak. Namun hatinya sesungguhnya hati seorang wanita
sejati. Artinya halus, lembut dan penuh keibuan. "Di mana kini abu kakang Mijil
Pinilih ?" Carangsari menirukan Pangeran Jayakusuma yang menyebut kakang Mijil Pinilih.
Selagi Pangeran Jayakusuma hendak menjawab, sekonyong-konyong terdengar suara
sorak sorai dan suara langkah puluhan orang mengarah ke tempat mereka berada.
Pangeran Jayakusuma memalingkan kepalanya. Pada saat itu terdengar suara Lukita Wkrdhani
untuk yang pertama kalinya :
"Ooooh.... selamat, selamat !" Pangeran Jayakusuma mengucapkan selamat kepada
Carangsari. Mendengar ucapan selamat Pangeran Jayakusuma, wajah Carangsari berubah-ubah.
Kandang bersemu merah, kadang memancarkan rasa berbahagia. Pada saat itu,
timbullah pikiran Pangeran Jayakusuma untuk membuat sepasang mempelai baru itu
bertambah berbahagia. Pikirnya : "Kiranya Panglima Wirawardhana yang menyerbu
perkampungan Nayaka Madu, sehingga membuat Nayaka Madu dan Durgampi melarikan
diri. Rupanya mereka berdua kena hadang Lukita Wardhani. Sekaiang sudah kupukul roboh.
Kalau mereka berdua kini kuhadiahkan kepada Wirawardhana, bukankah kedudukannya
akan jadi lebih mantap dalam pemerintahan " Ia tidak usah kalah lagi
dibandingkan dengan jasa Panglima Angragani" Memperoleh pikiran demikian,
hatinya jadi girang. Sebentar saja lapangan sekitar petak hutan itu, sudah penuh dengan laskar
kerajaan yang segera berhenti dengan teratur setelah melihat Lukita Wkrdhani.
Dari jauh terdengar derap kuda bergemuruh. Tidak lama kemudian muncul tiga
pasukan berkuda Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang membawa panji-panji kebesaran: Seorang pemuda yang mengenakan busana
kebesaran panglima perang berada di bawah kibaran panji-panji laskar kerajaan.
Dialah Panglima Wirawardhana yang gagah dan ganteng. Dengan pandang mata yang
tajam ia menyapukan penglihatannya. Tatkala melihat Carangsari berada di antara
orang-orang yang mengerumuni Nayaka Madu dan Durgampi, ia berseru tertahan
menyatakan rasa herannya. Perlahan-lahan ia menghampiri. Lalu menegor sambil
melompat dari kudanya. "Apakah adik ikut membantu tuanku puteri Lukita Wardhani mengejar Nayaka Madu
dan Durgampi yang melarikan diri ke arah hutan ini ?"
"Ya. Bahkan atas pertolongan dan bantuannya, kita akhirnya dapat membekuk dua
jahanam itu." Pangeran Jayakusuma mendahului Carangsari menjawab pertanyaan
Wirawardhana. Mula-mula Panglima Wirawardhana perlu mengenal siapa yang menjawab
pertanyaannya. Begitu mengenal wajah Pangeran Jayakusuma, wajahnya segera
berubah. Terhadap pemuda itu, ia merasa berhutang budi sedalam-dalamnya.
Pertama, oleh jasa pemuda itu, kedudukan Panglima Panji Angragani yang
diperebutkan orang jatuh sebagai durian runtuh kepadanya.
Kedua, gara-gara kenakalan dan akalnya ia dapat mempersunting Carangsari yang
cantik dan berkepandaian tinggi. Ketiga, selain kepandaiannya maha tinggi,
Pangeran Jayakusuma pantas menjadi majikannya karena diapun putera Sri Baginda.
Itulah sebabnya begitu mengenal siapa pemuda yang memoles wajahnya, segera ia
menghampiri seraya membungkuk hormat.
Serunya dengan gembira: "Pangeran! Ah, kalau pangeran berada di sini semuanya akan menjadi beres. Nayaka
Madu dan Durgampi boleh mempunyai sayap. Akan tetapi bertemu dengan pangeran,
mereka berdua bisa apa ?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun putera raja, Pangeran Jayakusuma biasa hidup di luar istana semenjak
kanak-kanak. Jiwanya sudah terlanjur bebas, bahkan membenci adat-istiadat dan
tata-tertib pergaulan yang dirasakan berlebihan. Namun dasar otaknya cerdas luar
biasa, pada detik itu ia dapat memahami makna ucapan Panglima Wirawardhana.
Beberapa tahun yang lalu, dia tidak
menggunakan sebutan apapun terhadapnya. Kini mendadak sontak memanggilnya dengan
sebutan pangeran. Tentunya berhubungan erat dengan kedudukannya sebagai seorang
panglima perang. Memperoleh pikiran demikian, Pangeran Jayakusuma
menyahut: "Bukan, bukan ! Semuanya ini berkat rejekimu yang besar.
Kedua orang itu layak menjadi tawananmu." sampai disini ia berhenti sejenak.
Dengan langkah panjang ia menghampiri Lukita Wardhani. Katanya setengah berbisik
kepada Lukita Wardhani: "Wardhani ! Apakah engkau setuju bila kedua jahanam itu kita hadiahkan kepada
Wirawardhana sebagai hadiah perkawinannya
?" Pangeran Jayakusuma mempunyai alasannya sendiri. Ia menyaksikan sendiri, betapa
gigih Lukita Wardhani ingin menangkap Nayaka Madu dan Durgampi hidup atau mati.
Ia malahan kena dilukai. Menurut pantasnya, mereka berdua layak dipersembahkan
kepada Lukita Wardhani. Teringat betapa tinggi hati gadis itu, ia merasa
ketelanjuran menuruti kata hatinya sendiri. Karena itu, ia perlu meminta
persetujuannya dengan hati kebat-kebit.
Lukita Wardhani belum pulih kesehatannya, walaupun racun Nayaka Madu dan
Durgampi sudah dapat dimusnahkan Ki Ageng Cakrabhuwana. Wajahnya pucat namun
masih saja ia nampak agung dan berwibawa. Mendengar kata-kata Pangeran
Jayakusuma, Lukita Wardhani menyahut dengan suara dingin : Dendam Empu Bharada
http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedua orang itu, engkau sendiri yang menawannya. Kau berikan kepada siapapun
adalah hakmu." Ucapan Lukita Wardhani tidak sedap dalam pendengaran siapapun. Namun mereka yang
sudah mengenal watak Lukita Wbrdhani tahu, bahwa gadis itu sudah bersikap
mengalah kepada Pangeran Jayakusuma. Sebaliknya Pangeran Jayakusuma yang
berwatak panas bagaikan bara api, tidak mau mengerti.
Memang ia seorang pemuda yang tiba-tiba bisa mengalah bila diperlakukan dengan
lemah lembut. Sebaliknya mendadak sontak bisa berkepala batu dan keras hati,
apabila dilawan dengan kekerasan. Ucapan Lukita wardhani bagi pendengarannya
dinilainya terlalu berlebihan. Maklum, selamanya Retno Marlangen
memperlakukannya dengan lemah lembut dan penuh pengertian. Maka dengan sedikit
menyindir ia menjawab : "Oh begitu " Kalau begitu biarlah kuhadiahkan kepadamu."
"Hadiah " Siapa yang mengharapkan hadiah darimu ?"
"Eh, apakah salah " Ah ya, aku salah ucap. Mestinya, kupersembahkan ke duli
tuanku puteri." Lukita Wardhani tahu benar, mulut Pangeran Jayakusuma jahil bukan main. Kalau
dilawan makin menjadi-jadi. Karena sudah biasa hidup bebas, ia dapat berbicara
seenaknya sendiri terhadap siapapun. Ia menyaksikan sendiri betapa pemuda itu
mempermainkan Ganggeng Kanyut, Keswari, Durgampi,
Narasinga dan lain-lainnya, dengan mulut dan pekertinya.
Menuruti kata hatinya, ingin ia mendampratnya sesengit-sengit-nya. Mendadak saja
teringatlah dia, bahwa pemuda itu habis menderita batin yang begitu hebat.
Menurut tutur katanya sendiri, Pemuda itu rela kehilangan Retno Marlangen
setelah berkenalan dengan Ki Ageng Mijil Pinilih. Peribadi Prabasini ternyata
menang jauh bila dibandingkan dengan Retno Marlangen. Pernyataan itu bermakna
besar bagi dirinya. Pada detik itu pula, ia bersedia mengalah terhadap Pangeran
Jayakusuma. Apa alasannya, hanya dia seorang yang tahu Dendam Empu Bharada
http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan tepat Terus saja ia mengubah nada suara dan sikapnya.
Jawabnya dengan lemah lembut:
"Kangmas, racun Pacar Kuning terlalu hebat bagiku. Maka tak perlulah kangmas
memikirkan tentang hadiah."
Mendengar ucapan Lukita Wardhani, Pangeran Jayakusuma terperanjat. Memang,
Lukita Wardhani mempunyai tempat sendiri di dalam hatinya, di samping Retno
Marlangen, Carangsari dan Diah Mustika perwita. Retno Marlangen sudah hilang
dari pelukannya. Carangsari sudah menjadi isteri Wirawardhana, sedang Diah
Mustika Perwita tak ubah adik-kandungnya sendiri.
Kini tinggal Lukita Wardhani yang masih memiliki peribadi tegas.
Dasar ia seorang pemuda yang berpembawaan romantis, langsung saja dapat
menyesuaikan diri. Sahutnya dengan suara gugup :
"Lukita Wardhani! Apakah racun jahanam itu belum musnah dari dalam dirimu ?"
Tanpa menunggu perkenan Lukita Wbrdhani, segera ia melompat menghampiri. Itulah
watak dan sifat Pangeran Jayakusuma. Dia bisa berkobar-kobar bagaikan api
menyala, tetapi dalam detik berikutnya dapat tenang kembali tak ubah permukaan
telaga. Karena semuanya itu tergantung belaka kepada sikap seseorang terhadap
dirinya. Sebaliknya, Carangsari yang mempunyai kesan sendiri terhadap pemuda
itu, terus saja mendamprat:
"Hai, hai, hai tolol! Kata-katamu belum tuntas, tetapi engkau cari kesibukan
sendiri. Kau..... kau..... kau....."
Mendengar suara Carangsari, hampir saja Pangeran
Jayakusuma memanggilnya dengan 'isteriku' seperti yang dilakukannya dulu. Syukur
pada detik itu teringatlah dia, bahwa Carangsari kini sudah menjadi nyonya
Wirawardhana. Segera ia tertawa lebar sambil memanggil Diah Mustika Perwita :
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik kecil, coba kuperiksa keadaanmu !"
Dengan langkah tenang, Diah Mustika Perwita menghampiri dan berdiri di samping
Lukita Wardhani Pangeran Jayakusuma tahu, Carangsari menaruh hormat terhadap
Diah Mustika Perwita. Ia sengaja memanggilnya untuk mengalihkan kesannya sendiri terhadap Carangsari
dan sebaliknya. Sebagai seorang pemuda yang romantis, ia dapat menebak keadaan
hati Carangsari. Pastilah Carangsari terbakar rasa cemburunya, karena ia akan menyentuh tubuh
Lukita Wardhani. Dahulu iapun pemah berbuat demikian terhadap nyonya yang galak
itu. Nyonya yang memiliki pandang mata mirip Retno Marlangen. Apalagi bila
sedang dalam keadaan marah dan cemberut. Dahulu ia sengaja menggoda Carangsari
agar selalu uring-uringan dani melepaskan rasa rindunya terhadap Retno
Marlangen. Kini, kecuali Carangsari sudah menjadi nyonya Wirawardhana, ia
sendiri takut membayangkan wajah bibinya yang sangat dicintainya. Itulah
sebabnya, peranan Diah Mustika Perwita sangat menentukan.
Tetapi dasar watak Carangsari beradat panas dan berani, masih saja ia mengumbar
adatnya meskipun agak kurang. Teriaknya :
"Tolol ! Guruku sudah menolong mereka berdua. Masakan sampai gagal ?"
Diingatkan tentang hadirnya Ki Ageng Cakrabhuwana, Pangeran Jayakusuma merandek,
terhadap orang tua itu, ia merasa hutang budi. Bahkan hutang hidup. Andaikata
orang tua itu tidak menolongnya, ia sudah berada di dalam baka. Maka dengan agak
segan ia berpaling kepada Ki Ageng Cakrabhuwana.
Tetapi pada saat itu Ki Ageng Cakrabhuwana berkata kepada Carangsari dan Diah
Mustika Perwita : "Anakku, pada saat ini ilmu kepandaian Pangeran Jayakusuma berada di atas
diriku. Dia baru dapat kita kalahkan, bila kami kerubut. Otaknya tak usah kalah
dengan Ulupi. Kenakalannya sejajar dengan Singkir. Ilmu kepandaiannya melebihi
diriku. Dan kesaktiannya kini melebihi Paweling dan Mijil Pinilih. Apa Dendam
Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebabnya " Karena dia sudah berhasil memanunggalkan lima unsur ilmu kepandaian
kami yang terbagi Itulah Pancasila."
Keterangan Ki Ageng Cakrabhuwana menggirangkan hati Pangeran Jayakusuma. Ia jadi
merasa berhutang budi kepada Ulupi, karena gadis itulah yang sesungguhnya
menjadi arsiteknya. Meskipun demikian, terhadap orang tua itu ia tetap menaruh
hormat. Selagi hendak menyahut, Carangsari mendahuluinya.
"Kenakalannya..... huh ! Tolol, kau memang bocah nakal banget. Dulu kau.....
kau....." sampai disini wajahnya menjadi merah sendiri karena teringat
kenakalannya Pangeran Jayakusuma tatkala menggelendot kakinya. Diapun sempat
melihat kulit tubuhnya sewaktu menyambung tulangnya yang patah.
"Haha ha....." Ki Ageng Cakrabhuwana tertawa geli. Lalu berkata seolah-olah
kepada dirinya sendiri : "Siapa yang dapat melihat hati seorang puteri, dialah
yang berhak menonton dunia.
Dalam hal ini, aku harus berguru kepada Pangeran Jayakusuma."
Ucapan Ki Ageng Cakrabhuwana bagaikan ribuan lebah menyengat tubuh Pangeran
Jayakusuma. Itulah suatu peringatan keras baginya. Ia jadi teringat akan
janjinya kepada Ki Ageng Mail Pinilih untuk mencari jenazah Prabasini. Terus
saja ia berkata kepada Panglima Wirawardhana:
"Wirawardhana, baiklah sampai disini saja kita berpisah. Pada saat ini, musuh
negara sudah berhasil kita lumpuhkan. Maka kita wajib bersyukur kepada Hyang
Widdhi Wisesa. Bawalah mereka menghadap ayahanda Baginda."
Peralihan ucapan Pangeran Jayakusuma terasa melompat.
Panglima Wirawardhana menjadi gugup. Sahutnya :
"Pangeran sendiri mau ke mana ?"
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ada yang harus kuselesaikan."
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah pangeran tidak ikut serta menghadap Sri Baginda ?"
"Tidak." "Oh begitu " Kalau boleh bertanya, ke mana lagi pangeran hendak pergi ?"
"Ke perkampungan Nayaka Madu."
"Ah." Panglima Wirawardhana ternganga. "Perkampungan Nayaka Madu sudah kita
bakar habis." "Apa ?" Kini Pangeran Jayakusuma yang terkejut
"Itulah perintah Sang Nayaka Rangga Permana setelah menerima laporan betapa
perkampungan Nayaka Madu penuh dengan berbagai racun yang berbahaya."
Alasan dan perintah Perdana Menteri Rangga Permana sebenarnya sangat tepat. Akan
tetapi Pangeran Jayakusuma mempunyai kepentingannya sendiri. Kalau perkampungan
terbakar habis, berarti jenazah Prabasini ikut terbakar pula.
Sementara itu Panglima Wirawardhana melanjutkan
keterangannya: "Itulah sebabnya, kami berhasil menggebah laskar Nayaka Madu. Di luar dugaan
Nayaka Madu dan Durgampi terusir pula dari perkampungannya. Hanya
saja.........." "Hanya saja apa ?" potong Pangeran Jayakusuma dengan bernafsu.
"Ada laporan yang masuk.........."
"Laporan apa ?"
"Pada puncak sebatang pohon terlihat sebuah peti mati.
Mungkin sekali, itulah tempat penyimpanan senjata tuah Nayaka Madu atau harta
kekayaannya yang ingin diselamatkan........."
"Bukan ! Justru itu yang.........."
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah pangeran mempunyai kepentingan dengan harta itu
?" potong Wirawardhana. "Peti mati itu pasti termasuk benda yang sangat
berharga. Namun karena mempertimbangkan bahwa kita harus menangkap kedua jahanam
itu, maka untuk sementara hanya kuperintahkan untuk mengamankannya."
"Mengamankan bagaimana ?"
"Sepasukan laskar kuperintahkan untuk memadamkan api yang sekiranya akan
membakar batang pohon itu."
Wirawardhana memberi keterangan. "Baiklah kita atur begini saja. Aku akan
membawa dua tawanan ini pulang ke kotaraya.
Biarlah sebagian laskar kami mengawal pangeran memasuki perkampungan itu."
"Tidak usah. Aku bisa pergi sendiri" ujar Pangeran Jayakusuma dengan wajah
suram. "Biarlah aku yang menyertai." Tiba-tiba Lukita Wardhani menengahi.
"Tepat sekali. Laskar Kerajaan akan segera mengenal tuanku puteri Lukita
Wardhani." Panglima Wirawardhana membenarkan.
"Akupun akan ikut serta." sambung Diah Mustika Perwita.
Mendengar keputusan dua gadis itu, Carangsari jadi kebingungan sendiri. Ia
ibarat seekor cacing yang kepanasan di dekar perapian. Menuruti kata hatinya,
diapun tidak mau ketinggalan.
Tetapi teringat bahwa dirinya kini sudah menjadi nyonya Wirawardhana, tak dapat
ia membawa suara hatinya sendiri.
Apalagi beradi di depan seluruh laskar kerajaan pimpinan suaminya. Karena tidak
mengerti apa yang harus dilakukan, akhirnya hatinya menjadi kesal. Lantas ia
berpaling kepada Harya Demung Panular untuk melampiaskan atau tepatnya untuk
menyembunyikan rasa penasarannya. Serunya setengah menghardik:
"Panular ! Kau ikut atau tidak ?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaannya mengejutkan Harya Demung Panular. Syukur Ki Ageng Cakrabhuwana
yang bijaksana menolong menjawab pertanyaan Carangsari:
"Biarlah dia ikut aku !"
-o0~DewiKZ~0o- DI SIMPANG JALAN Karena Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita belum pulih kembali seperti
sediakala, Panglima Wirawardhana segera menyediakan sebuah kereta. Tetapi
Pangeran Jayakusuma menolak. Kata pemuda itu :
"Kereta itu lebih penting untuk mengangkut Nayaka Madu dan Durgampi. Kecuali
lebih aman, akan menjadi jaminan yang berharga. Ingat, meskipun ilmu
kepandaiannya sudah punah dan beberapa sendi tulangnya patah, tetapi ingatannya
masih tajam. Bisa saja mereka berbuat sesuatu diluar dugaan. Misalnya berhubungan dengan
eyang Wijayarajasa."
"Mengapa tuanku Ratu Wengker dibawa-bawa ?"
Wirawardhana minta penjelasan.
"Menurut si tolol, dialah adik-seperguruan kedua durhaka itu."
Carangsari menimpali. "Ah, betulkah itu ?" Wirawardhana tak percaya dan ia menatap wajah Pangeran
Jayakusuma. Terpaksalah Pangeran Jayakusuma mengulangi tutur-kata Ki Ageng Mijil Pilih.
Meskipun ringkas, namun memakan waktu juga.
Syukur, mereka yang hadir di situ mau mengerti karena keterangan Pangeran
Jayakusuma perlu didengar seorang panglima. Sebaliknya bagi Wirawardhana,
keterangan Pangeran Jayakusuma tak ubah bagaikan geledek meledak di sianghari
bolong. Mustahil karangan Pangeran Jayakusuma adalah isapan Dendam Empu Bharada
http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jempol Apalagi semua hadiran tiada yang mencoba membantah.
Baik isterinya maupun Lukita Wardhani yang garang, agung dan berwibawa. Namun
karena harus didukung dengan bukti yang nyata, di dalam hati ia masih
berbimbang-bimbang juga. Sekonyong-konyong terdengarlah suara teriakan kalap.
"Hai.....! Aku sudah bisa! Sudah bisa..... hai coba dengarkan."
"Akupun sudah hafal"
Yang berteriak kalap adalah Nayaka Madu dan Durgampi Mereka berdua kemudian
berseru-seru saling menimpali. Mula-mula Nayaka Madu, kemudian ditimpali
Durgampi Dan tanpa menunggu perkenan siapapun, Nayaka Madu dan Durgampi kemudian
menyanyi lantang: Dalam malam sejuk sunyi Duduklah seorang gadis menganyam bunga
Dia menengadah tangannya terkulai
Tiada dapat memanggil kekasih tiba
Bisiknya : kau tak datang kini aku pergi
Pergi sangat jauh melalui ladang tiada bertepi
Sekarang biarlah kuuntai juga bunga ini
Siapa tahu kekasihku datang mendekap hati
Tapi kehidupan lalu laksana kejapan kilat
Waktu pilu dan masa ria silih berganti
Seumpama piala penuh anggur di hadapanmu
Kenapa tak kau teguk tak kau minum
Apa yang kau tunggu, sayang
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa yang kau tunggu............
Minumlah pialamu minumlah anggurmu
Minumlah................ Betapapun juga semua orang memuji kecerdasan Nayaka Madu dan Durgampi. Mereka
ulet, tabah dan tak mengenal putus asa. Dalam keadaan luka parah masih sanggup
mereka berkutat untuk menghafal. Kalau saja tidak memiliki kekerasan hati yang
istimewa, siapapun ddakkan mampu. Maka diam-diam, Pangeran Jayakusuma mulai
dapat memahami watak, sifat dan semua yang dilakukan Nayaka Madu serta kedua
adik-seperguruannya demi memperoleh rahasia Ilmu Sakti Pancasila dan Sasanti
Manu. Dimulai dari pengkhianatan mereka terhadap guru sampai membunuh puterinya
sendiri. "Hai bocah edan ! Benar atau tidak bunyi sajak Ilmu Sakti Pancasila ?"
"Hm, apanya yang betul ?" ejek Pangeran Jayakusuma.
"Mengapa tidak betul ?" Nayaka madu terperanjat. Lalu ia mulai menghitung dengan
menggerak-gerakkan kesepuluh jari tangannya. Selang beberapa waktu ia meledak:
"Bohong! Dusta! Kau mau mempermainkan aku. Semuanya ada 84 kata.
Bukankah begitu ?" Diam-diam Pangeran Jayakusuma memuji ingatannya yang tajam. Jadi sewaktu
Pangeran Jayakusuma menyanyikan sajak itu, ia sama sekali tidak terpengaruh oleh
indahnya suara dan nada lagunya. Sebaliknya, sambil menghafal ia menghitung pula
jumlah kata-katanya. Benar-benar cemerlang otaknya.
Sayangnya, kecemerlangan otaknya dipergunakan untuk suatu tujuan yang tidak
baik. "Taruh kata benar, tetapi yang sebagian Amerta." Sahut Pangeran Jayakusuma.
Pemuda yang cerdas itu mempunyai dua tujuan. Selain untuk menghancurkan mental
Nayaka Madu dan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Durgampi juga untuk mendukung kesaksian yang diperlukan Panglima Wirawardhana.
"Mengapa pada dia ?" teriak Nayaka Madu dan Durgampi dengan berbareng.
Pangeran Jayakusuma tertawa terbahak-bahak. Sahutnya :
"Kalian mengaku pintar, tetapi nyatanya goblok melebihi keledai. Bukankah kalian
tahu, bahwa Kuda Amerta adalah Wijayarajasa " Dan dia adalah kakekku. Dengan
sendirinya sudah semestinya aku mempersembahkan terlebih dulu daripada kamu
berdua." "Tidak bisa! Tidak bisa!" teriak Nayaka Madu dengan tubuh bergemetaran.
"Meskipun dia kakekmu, tetapi di dalam perguruan dia adalah adikku seperguruan
yang termuda. Sewaktu mengerubut guru, dia hanya setengah hati."
"Justru dialah yang menyarankan."
"Ah, yang benar !"
"Benar !" Nayaka Madu terengah-engah. "Baiklah kuakui terus-terang. Terjadinya
perang Bubat, memang aku yang menciptakan meskipun pelaksananya dia. Tetapi
dalam hal mengkhianati guru, dialah yang menyarankan."
"Kalau begitu, mengapa dia setengah hati ?"
"Dia mengharapkan kami berdua mati di tangan guru. Hm, dia boleh merasa pandai.
Dia boleh merasa menjadi penguasa tinggi karena kedudukannya di kalangan istana.
Akan tetapi jangan bermimpi bisa mengingusi aku."
Sebenarnya Pangeran Jayakusuma sudah dapat menduga latar belakang lika-liku tipu
muslihat mereka bertiga. Masing-masing, meskpun nampaknya bersatu padu tetapi
sebenarnya saling curiga-mencurigai. Namun ia berlagak dungu. Katanya minta
keterangan: Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, mengapa kakekku mengharapkan kalian berdua mati di tangan gurumu ?"
"Sekiranya kami berdua mati, tentunya semua warisan ilmu sakti guru akan
diberikan kepadanya. Pada saat itu, tentunya dia bisa melagui guru. Bahwasanya
perbuatannya semata-mata kami paksa. Karma dia murid guru yang termuda, lagipula
termasuk keluarga raja, kata-katanya akan didengarkan. Itulah sebabnya, sewaktu
dia tinggal menembus punggung guru dengan telak, ia melahan meloncat mundur.
Dengan bukti itu pula, alasannya akan dapat meyakinkan guru. Tetapi
sekarang..... ha ha ha haaaa..... nyatanya, ilmu Sakti Pancasila sudah kami
kuasai Hai! Bukankah justru kami berdua yang berhasil ?"
Setelah berseru demikian, kembali lagi Nayaka Madu tertawa terbahak-bahak. Aneh
bunyi suara tertawanya sehingga dapat menggeridikkan bulu kuduk. Itulah bunyi
tertawa yang memancarkan perasaan dan pergolakkan hati yang luar biasa hebat.
Sedih, duka, bangga, berbesar hati, dendam, penasaran, merasa menang dan rasa
putus asa yang bercampur aduk menjadi satu pengucapan. Panglima Wirawardhana
terlongong-longong. Inilah suatu kisah yang terlalu hebat baginya. Tak pernah
terlintas di dalam benaknya, bahwa peristiwa Bubat yang menggoncangkan keadaan
negara sebenarnya adalah hasil pekerti mereka. Tak pernah terlintas pula di
dalam benaknya, bahwa Ratu Wengker Wijayarajasa justru memegang peranan penting
dalam persekongkolan mereka.
"Ah!" dia mengeluh di dalam hati. "Karena peristiwa Bubat, Mapatih Gajah Mada
musnah. Dia tidak hanya dienggani keluarga raja saja, tetapi didakwa menanam
benih permusuhan dengan keluarga Raja Pajajaran. Hm, siapa mengira bahwa justru
ketiga jahanam ini yang menghancurkan sendi-sendi persatuan bangsa yang dibina
Mapatih Gajah Mada dengan telaten dan sungguh-sungguh."
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menuruti kata hatinya, ingin ia memecahkan kepala Nayaka Madu dan Durgampi
dengan tangannya sendiri. Syukur pada saat itu, suatu penglihatan jauh merasuk
menjadi pertimbangan hati.
Mereka berdua sudah tertangkap hidup-hidup. Untuk dapat menyeret Wijayarajasa ke
depan meja pengadilan, mereka berdua tidak boleh mati. Dengan kesaksian mereka
berdua, raja akan dapat bertindak sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Rupanya Pangeran Jayakusuma menghendaki demikian pula. Itulah sebabnya, ia
sengaja memanaskan hati mereka berdua. Tentunya dengan maksud agar mereka berdua
mampu bertahan sampai dapat di hadapkan kepada Raja untuk diadili.
Oleh pengertian dan pertimbangan demikian, ia menahan diri.
Perhatiannya kini kembali kepada Pangeran Jayakusuma. Diluar dugaan, Pangeran
Jayakusuma berpaling kepadanya sambil berkata: .
"Tentunya Wirawardhana tidak habis mengerti, mengapa mereka masih mengharapkan
memperoleh kunonya. Memang, kunci Ilmu sakti Pancasila yang disebut pula dengan
Sasanti Manu, selain membuka rahasia harta karun Kebo Anabrang, sebenarnya
mempunyai kekuatan gaib. Dahulu, kedua pundak dan kakiku pernah ditembusi
rantai. Juga kakang Mijil Pinilih mengalami nasib yang sama. Pada saat itu,
musnahlah semua ilmu kepandaiannya. Tetapi berkat ilmu sakti Pancasila, kakang
Mijil Pinilih dapat merebut ilmu kepandaiannya kembali. Bahkan lebih hebat.
Akupun demikian juga. Bedanya, kakang Mijil Pinilih tidak mempunyai kesempatan
untuk memulihkan cacat tubuhnya.
Tetapi aku mempunyai kesempatan lebih lama. Dan sekarang....
lihatlah !" berkata demikian, Pangeran Jayakusuma membuka bajunya. Tubuhnya
kembali mulus seperti sediakala. Juga kedua kakinya yang dulu ditembusi rantai.
Kemudian meneruskan : "Karena itu, mereka berdua akan berusaha sekuat tenaganya untuk dapat memperoleh
kunci yang diinginkannya. Hm......hai Nayaka Madu dan kau Durgampi! Sudah
kukatakan tadi, sebagian kuncinya berada di tangan kakekku Wijayarajasa. Dan aku
akan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberikan kunci Sasanti Manu itu kepada kalian berdua, asalkan kakek
Wijayarajasa mengijinkan. Karena itu, tinggal kalian berdua saja yang bisa
menentukan. Buatlah agar kakek Wijayarajasa mengakui perbuatannya dan mengaku
pula sudah mengantongi sebagian kunci Sasanti Manu yang kuberikan kepadanya.
Nah, selamat tinggal sampai bertemu kembali. Aku akan mencari jenazah puterimu.
Sebab dengan sesungguhnya kuncinya berada padanya."
"Hai, hai! Berada padanya bagaimana ?" teriak Nayaka Madu kalap.
Pangeran Jayakusuma tidak melayani. Memang dalam hal mengadu kepandaian otak,
Pangean Jayakusuma tidak usah kalah melawan Nayaka Madu. Ia seperti dapat
membaca keadaan hati Nayaka Madu seperti membaca hatinya sendiri. Perlahan-lahan
ia mendekati Lukita Wardhani. Berkata lembut:
"Mari kita berangkat!"
Lukita Wardhani memanggut. Dan dengan penuh hormat, Wirawardhana menyerahkan
kudanya sendiri kepadanya.
"Hai tolol !" seru Carangsari. "Kau benar-benar akan membawa Perwita pula ?"
"Tentu." sahut Pangeran Jayakusuma dengan tersenyum lebar. "Aku hanya titip
kepala mereka berdua. Usahakanlah, agar mereka tetap bisa bernafas sampai
bertatap muka dengan kakek Wijayarajasa. Kau mengerti, bukan ?"
Carangsari mendongkol Sebenarnya bukan itu yang
diharapkan. Bila saja Pangeran Jayakusuma mengajaknya ikut pula, suaminya
tentunya tidak akan berani melarang. Tetapi Pangeran Jayakusuma berlagak dungu.
Hatinya gemas, namun tidak dapat berbuat sesuatu.
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan perintah pendek dan tegas, Wirawardhana
memerintahkan laskarnya menyiapkan dua buah kereta berkuda.
Sebuah kereta diperuntukkan bagi Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita dan
kereta kedua untuk mengangkut Nayaka Madu dan Durgampi. Kereta yang terakhir ini
tanpa atap dan tanpa dinding penutup. Lebih mirip sebuah kerangkeng binatang
buas. Sebaliknya kereta yang diperuntukkan bagi Lukita Wardhani dan Diah Mustika
Perwita benar-benar sebuah kereta kebesaran. Selain tertutup beratap pula. Kuda
penariknya dua ekor. Saisnya seorang dan didampingi oleh dua orang binatara
bersenjata lengkap. Lukita Wardhani yang belum pulih kesehatannya terpaksa menerima kenyataan itu.
Dengan kepala setengah menunduk ia Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memasuki kereta itu bersama Diah Mustika Perwita. Semua orang tahu keadaan hati
gadis yang angkuh tetapi agung berwibawa itu. Meskipun Lukita Whardhani Komandan
Tertinggi pasukan Bhayangkari Kerajaan, belum pemah ia naik kereta. Ia senang
menggunakan kuda hadiah raja yang lebih lincah dan leluasa.
Menumpang kereta berkuda baginya, tak lebih daripada seorang tawanan perang.
Pangeran Jayakusuma sendiri memperoleh kuda tunggangan Panglima Wirawardhana.
Bulunya hitam mulus dan termasuk seekor kuda jempolan. Dengan hati tegar ia
mendahului jauh ke depan seolah-olah seorang pembuka jalan yang siap tempur
menghadapi segela kemungkinan.
Tatkala mereka berangkat meninggalkan tempat, Carangsari, Demung Panular dan Ki
Ageng Cakrabhuwana berdiri berjajar di samping Panglima Wirawardhana. Masing-
masing terlibat dalam pikirannya sendiri. Carangsari jelus terhadap nasib baik
Lukita Wbrdhani da Diah Mustika Perwita yang dapat berjalan bersama-sama dengan
Pangeran Jayakusuma. Sedang Wirawardhana mengantarkan kepergian mereka dengan
rasa penuh hormat dan kagum. Lalu tersentak Ingatannya terhadap kedua
tawanannya. Merekalah Nayaka Madu dan Durgampi yang harus tetap selamat sampai dihadapkan ke
depan Pengadilan Kerajaan. Tanggung-jawab ini tidak enteng. Sebab Nayaka Madu
dan Durgampi dalam keadaan Luka parah. Belum tentu mereka dapat
mempertahankan hidupnya. Kalau sampai demikian, ia tidak akan mampu meyakinkan
raja bahwa Ratu Wengker harus segera ditangkap. Beda pula dengan Demung Panular
yang terluka akibat tergetar oleh Ilmu Sakti Pangeran Jayakusuma. Demi
kesembuhannya ia harus mengiringkan Ki Ageng Cakrabhuwana.
Entah akan dibawa kemana, hanya setan yang tahu.
Waktu itu matahari sudah sepenggalah tingginya. Bahkan sudah melampaui tengah
hari. Sinarnya sudah terasa menyengat tubuh. Naf ini terjadi sewaktu kereta
sudah meninggalkan petak Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hutan. Perlahan-lahan kereta mulai menuruni tanjakan. Dua bintara yang berada di
samping sais, mulai mengusap peluhnya.
Syukur, meskipun sinar matahari menyengat tubuh, namun hawa pegunungan masih
pandai menghibur dengan kesejukannya. Lalu hati mereka tiba-tiba merasa lapang.
Mereka merasa seperti terbebas dari suatu perasaan yang menindih hatinya. Tiada
lagi rasa cemas. Tiada lagi suatu pergulatan mengadu untung. Dan seperti
biasanya, pcrajurit di manapun dan pada jaman apapun, pandai menggunakan saat-
saat istirahatnya dengan bercanda dan berbicara berkepanjangan tak keruan
juntrungannya. Lukita Wardhani yang hidup sebagai seorang hulubalang bhayangkari, paham akan
kehidupan mereka. Akan tetapi bunyi canda perajurit laki-laki dan perempuan,
betapapun jauh berbeda. Setidak-tidaknya canda perajurit laki-laki lebih berani,
bernada kasar dan jauh lebih berisik. Tanpa persetujuan penumpangnya, lantas
saja mereka menyanyi-nyanyi asal jadi saja. Barangkali untuk mengusir rasa
tegangnya sendiri yang selama ini selalu menghantuinya. Mula-mula saling susul-
menyusul. Lalu bisa berirama. Lambat laun masing-masing dapat menyesuaikan diri.
Beginilah nyanyian mereka:
" Hoee ! Heeei ! Bakarlah badanku ! Basmilah tubuhku !
Aku perajurit yang tak tahu apa arti menang
Aku ibarat seekor kerbau Kemana dibawa terserah sang gembala
Hanya saja berilah aku keterangan
Kesenangan macam apa kalau hidup panjang
Penderitaan apa sesudah mati
Hoeee ! Heeei! Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Basmi kejahatan, sukaduka dan kebimbangan
Aku perajurit yang tak tahu apa arti menang "
Diah Mustika Perwita yang mudah tergetar oleh nada sebuah lagu, diam-diam
memperhatikan bunyi kalimat-kalimatnya.
Sejenak ia tertegun. Memang kasar kata-katanya. Akan tetapi mengandung makna
yang dalam. Tak terasa ia memanggut perlahan seakan-akan menyetujui.
Pangeran Jayakusuma sendiri waktu itu sudah berada tigapuluh meter di depan
kereta. Kudanya dilarikan perlahan-lahan mengambah rerumputan setinggi ilalang.
Diah Mustika Perwita yang mengenal tabiat pemuda itu segera tahu bahwa dia
merasa tediambat oleh lajunya kereta berkuda yang tidak selincah kudanya.
Sebaliknya Lukita Wardhani yang angkuh dan agung berwibawa memandangnya dengan
pandang acuh tak acuh. lapun kenal perangai Pangeran Jayakusuma. Memang kini
pemuda itu sudah jauh matang dibandingkan dengan masa sekian tahun yang lalu.
Namun sisa-sisa keberandalannya masih saja belum sirna semua. Benar saja. Selagi
berpikir begitu, tiba-tiba terdengar suara Pangeran Jayakusuma menimpali
nyanyian dua bintara yang bernyanyi dengan semangat berkobar-kobar itu.
Kedua bintara itu kemudian menghentikan nyanyian. Mereka saling pandang dengan
kagum. Memang, Pangeran Jayakusuma memiliki suara emas
semenjak jaman kanak-kanak. Itulah anugerah sendiri di samping kebagusannya dan
kepandaiannya yang tinggi. Suaranya mengalun tinggi. Kadang melayah reAdah.
Lantang dan tiba-tiba mengharukan. Diah Mustika Perwita dahulu pernah tertegun-
tegun mendengar suaranya, tatkala untuk yang pertama kalinya turun gunung (baca
kembali Pangeran Jasakusuma jilid 1).
Sekarang, demikian pula. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang dinyanyikan Pangeran Jayakusuma adalah bait-bait syair Ilmu Sakti Pancasila
yang sempat memusingkan Nayaka Madu dan Durgampi. Bedanya, kali ini Pangeran
Jayakusuma menghayati makna syairnya. Sebagai seorang gadis yang berperasaan
halus, Diah Mustika Perwita dapat menangkap dan membaca keadaan hati Pangeran
Jayakusuma. Pemuda itu merindukan sesuatu, tetapi bukan makna asmara yang
menggebu-gebu. Bahkan dibalik alunan suaranya terdengar rasa dendam dan geram.
Terhadap siapa " Dengan Retno Marlangen, pemuda itu jelas merasa dikhianati atau ditinggalkan.
Akan tetapi ditinggalkan oleh suatu kekuasaan di atas kekuatannya sendiri. Bisa
dimengerti apa sebab Pangeran Jayakusuma mendendam sesuatu dan akan menuntut
perhitungan tertentu. Sebaliknya tokoh Prabasini membuka hatinya dan
kesadarannya. Kalau dipikir, Prabasini pun berhadapan dengan sualu kekuasaan di
atas kekuatannya sendiri.
Tetapi dia tidak berkhianat terhadap kekasihnya. Dia rela mati terbunuh oleh
ayahnya. Dengan perbandingan itu, rupanya Pangeran Jayakusuma memuja Prabasini
di atas Retno Marlangen. Barangkali hanya dia seorang yang dapat mentaklukkan
dan menyingkirkan tokoh Retno Marlangen dari lubuk hati pemuda itu. Padahal
tadinya hatinya tertutup terhadap kehadiran gadis-gadis lainnya.
Tak dikehendaki sendiri, tiba-tiba Diah Mustika Perwita menghela nafas. Diluar
dugaan, Lukita Wardhani menghela nafas pada waktu yang bersamaan pula. Kedua-
duanya terkejut. Lalu menundukkan kepalanya. Mereka berdua jadi perasa sehingga
tidak berani saling pandang.
Di dunia ini, memang ada makhluk yang tetap menjadi suatu misteri. Dialah
manusia. Tetapi di antara manusia terdapat jenis yang sulit dimengerti. Itulah
hati seorang wanita, hati seorang wanita sulit dimengerti akan tetapi
sesungguhnya tidak sulit untuk ditundukkan. Hal itu terjadi bila wanita tadi
jatuh hati. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
- Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Secara kebetulan, Lukita TMirdhani yang angkuh sebenarnya menaruh perhatian
terhadap Pangeran Jayakusuma. Keadaan hatinya tiada beda dengan Diah Mustika
Perwita. Hanya saja caranya membawakan keadaan hatinya berbeda.
Keperbedaannya berada pada watak, perangai dan tabiat masing-masing. Lukita
Wardhani seorang gadis yang berwatak agung, dan angkuh. Pekertinya dibentuk oleh
kedudukannya sebagai seorang hulubalang pula. Itulah sebabnya, ia bersikap
tertutup. Sebaliknya Diah Mustika Perwita seorang gadis lembut hati dan pendiam.
Ia lebih banyak berbicara dengan hatinya sendiri daripada menggunakan pikiran.
Tak mengherankan pula, ia bersikap menutup hati seperti Lukita Wardhani.
Sekarang, dengan diam-diam dan dengan caranya sendiri mereka mengamat-amati
tingkah-laku Pangeran Jayakusuma. Kedua-duanya mengambil kesimpulan yang sama.
Hati Pangeran Jayakusuma yang romantis kini terengut oleh kehadiran seorang
gadis yang membuat dirinya kagum luar biasa. Dialah Prabasini.
Timbul suatu pikiran di dalam hati mereka berdua. Dapatkah diri mereka
menggantikan kedudukan Prabasini " Artinya Prabasini yang berani dan rela mati
demi dia" Dalam malam sejuk sunyi Duduklah seorang gadis menganyam bunga
Dia menengadah tangannya terkulai
Tiada dapat memanggil kekasih tiba
Bisiknya : Kau tak datang kini aku pergi
Pergi sangat jauh melalui ladang tiada bertepi
Sekarang biarlah kuuntai juga bunga ini
Siapa tahu kekasihku datang mendekap hati
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi kehidupan lalu laksana kejapan kilat
Waktu pilu dan masa ria silih berganti
Seumpama piala penuh anggur di hadapanmu
Kenapa tak kau teguk tak kau minum
Apa yang kau tunggu, sayang
Apa yang kau tunggu............
Minumlah pialamu minumlah anggurmu
Minumlah................"
Baik Diah Mustika Perwita maupun Lukita Wardhani sudah sekian kali mendengar
bunyi syair itu semenjak Pangeran Jayakusuma mengabarkannya kepada Nayaka Madu
dan DurgampL Sabentar tadi, mereka tidak begitu memperhatikan bunyi kalimat-
kalimatnya karena tidak berkepentingan. Bahkan seringkali merasa sebal bila
Nayaka Madu dan Durgampi saling bertengkar mempermasalahkannya. Tetapi kini,
entah apa sebabnya, mereka mulai memperhatikan bunyi maknanya.
Mungkin karena yang melagukan memiliki suara emas. Mungkin pula karena Pangeran
Jayakusuma menempati sebagian hatinya.
Bukan mustahil pula terpengaruh oleh perjalanan hidup pemuda itu yang gagal
memiliki Retno Marlangen. Sehingga kedua gadis itu jadi perasa. Soalnya kini,
dapatkah mereka mengharapkan Pangeran Jayakusuma menjadi kekasihnya " Dapatkah
mereka menggantikan Retno Marlangen " Dapatkah mereka merebut hati pemuda itu "
Sekiranya dapat, sanggupkah mereka berkorban seperti Prabasini " Rasanya,
manakala bal itu benar, masing-masing sanggup menjadi tokoh Prabasini Mengapa
tidak " Mati Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demi mengabdi kepada sesuatu yang dicintainya, agaknya bukan termasuk mati sia-
sia. Dalam pada itu suasana seberang-menyeberang kini berubah dengan mendadak. Di
depan matanya, terbentang suatu lapangan luas tidak bertepi Tiada lagi sebatang
pohonpun yang tumbuh, kecuali rerumputan pendek Sedang begitu sinar matahari
makin teasa menyengat tubuh, karena hawa
pegunungan sudah jauh tertinggal. Itulah wilayah perkampungan Nayaka Madu.
Untuk yang pertama kali itu, Diah Mustika Perwita memasuki wilayah perkampungan
Nayaka Madu. Semuanya serba asing.
Kesannya aneh dan mengerikan. Tidak demikian halnya bagi Lukita Wardhani dan
Pangeran Jayakusuma. Lukita Wardhani pemah memimpin pengepungan di sekitar
wilayah itu. Ia tahu benar, sekitar perkampungan yang dibangun Nayaka Madu
dikelilingi lapangan luas tiada berpohon. Maksudnya untuk dapat mengawasi
siapapun yang akan memasuki perkampungan.
Dengan demikian, ia tidak merasakan sesuatu yang aneh atau asing. Apalagi bagi
Pangeran Jayakusuma yang malahan pemah mendekam di dalam perkampungan ini. Tanah
sekitar perkampungan baginya tidak beda seperti wilayahnya sendiri. Ia dapat keluar
masuk bila menghendaki. Ini ada sebabnya. Selain pemah mendekam di dalam
perkampungan ini, pemah bertempur mengadu jiwa dengan berlari-larian dan
bersembunyi demi menyelamatkan jenazah Ki Ageng Mijil Pinilih. Semua penjuru
anginnya pemah dijelajahi. Pemah pula bermalam dan mengembara mencari makanan
dan minuman. Bersembunyi di sebuah goa, di balik batu pegunungan dan bertiarap
di bawah rerumputan. Juga mengenal hawanya yang panas dan dingin silih berganti.
Meskipun demikian, masih saja terjadi sesuatu hal diluar dugaan. Itulah perkara
racun Nayaka Madu yang bertebaran di dalam wilayahnya. Racun mematikan yang
bersembunyi di mana-Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mana. Orang boleh memiliki mata dewa, namun mustahil dapat melihat aneka macam
racun yang jumlahnya tak terhitung lagi.
Kalau saja orang dapat mencapai perkampungan Nayaka Madu dengar selamat adaah
berkat kepandaiannya. Seperti yang dilakukannya sekarang ini Semenjak mulai
mendekati wilayah perkampungan Nayaka Madu ia sudah melindungi dirinya dan
kudanya dengan hawa sakti Ilmu Pancasila dan Sasanti Manu.
Benar saja. Belum sempat ia mengabarkan kemungkinan bahaya itu kgpada Lukita
Wbrdhani dan Diah Mustika Perwita, tiba-tiba dua ekor kuda penarik kereta jatuh
terjungkal. Sais dan dua bintara yang mendampingi, terlempar keluar dan jatuh
bergedebrukan di atas tanah. Senjata mereka masing-masing terpelanting dari
tangannya. Dengan hati berdebar-debar, Pangeran Jayakusuma memutar kudanya dan bergegas
menghampiri. Sekali melihat tahulah ia, bahwa ketiga orang itu sudah mati
setelah berkelojotan beberapa saat macam ayam terpotong kepalanya. Gugup,
Pangeran Jayakusuma melompat turun dari kudanya. Sambil menjenguk-kan kepalanya
ke dalam kereta yang terjatuh miring, ia berkata setengah berseru :
"Lukita Wardhani ! Mustika ! Bagaimana kalian ?"
Syukur mereka berdua tidak kurang sesuatu berkat berada didalam sebuah kereta
yang tertutup rapat. Hanya Diah Mustika Perwita yang sempat memekik terkejut.
"Kalian masih dapat mengerahkan tenaga saktimu ?"
Pangeran Jayakusuma menegas.
Lukita Wardhani mengangguk pendek, sedang Diah Mustika Perwita sedang sibuk
menegakkan badannya. Hati Pangeran Jayakusuma terhibur. Ia tahu, Lukita Wardhani
belum pulih tenaganya. Namun tenaga saktinya masih cukup untuk menolak hawa
beracun yang datang dari luar. Ia percaya akan hal itu, mengingat kepandaian
Lukita Wardhani sudah tergolong kelas Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu. Diah Mustika Perwita sendiri, pemah menerima hawa saktinya dan ditambah
pula tenaga sakti Ki Ageng
Cakrabhuwana. Diapun akan dapat bertahan terhadap serangan hawa beracun. Akan
tetapi sifat racun Nayaka Madu kadangkala aneh. Seseorang bisa bertahan kena
serangan racun yang datang dari luar, manakala ia berada dalam suatu tempat
tertutup. Apalagi diwaktu malam harL Sebaliknya di sianghari bisa berubah sifatnya. Bila
dia terlalu lama berada di dalam tempat tertutup, tiba-tiba jadi keracunan.
Padahal dia tadi terbebas dari serangan racun yang menyerang dari luar. Jadi
keadaan hawa dapat merubah sifat racunnya.
Pangeran Jayakusuma tahu akan hal itu. Maka Lukita Wardhani dan Diah Mustika
Perwita harus secepat-cepatnya ke luar dari dalam kereta, mengingat hawa panas
sangat menyengat. Namun ia kenal watak Lukita Wardhani yang angkuh dan terlalu
agung. Pastilah dia akan menolak uluran tangannya.
Padahal dia harus segera naik ke atas kuda. Sebab bukan mustahil hawa racun
merembes dari tanah. Didalam keadaan sehat Lukita Wardhani dapat bertahan
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terhadap hawa beracun yang dari dalam tanah. Tetapi dia sedang teruka dan
keadaan dirinya belum pulih. Maka dia harus digendong untuk langsung dinaikkan
ke atas pelana kuda. Daripada bakal kena semprot, Pangeran Jayakusuma hanya
membuka pintu kereta. Lalu berkata kepada Diah Mustika Perwita :
"Adik ! Keadaan dirimu jauh lebih baik daripada Lukita Wardhani. Cepat-cepatlah
ke luar dan terus saja langsung melompat ke atas pelana kuda."
"Mengapa ?" Diah Mustika Perwita heran.
"Pokoknya, jangan sampai kakimu menginjak tanah !"
Selamanya Diah Mustika Perwita menaruh percaya kepada Pangeran Jayakusuma. Ia
percaya, pemuda itu pasti mempunyai alasannya. Menimbang demikian, segera ia
mendahului Lukita Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wardhani ke luar kereta dan langsung melompat ke atas kuda Pangeran Jayakusuma.
"Lukita Wardhani ! Apakah....." Pangeran Jayakusuma berkata dengan hati-hati.
Diluar dugaan mulut Lukita Wardhani menyungging senyum.
Dan melihat senyum itu, entah apa sebabnya hati Pangeran Jayakusuma berdebaran.
Sebelum pikirannya sempat membaca kesan hatinya, Lukita Wardhani mengulurkan
tangannya. "Tetapi engkau harus kugendong !" Pangeran Jayakusuma terkejut.
Lukita Wardhani tidak menyahut Ia hanya memanggut kecil dengan pandang mata
bening mengkilat. Sekarang Pangeran Jayakusuma dapat membaca kata hatinya.
Itulah rasa terima kasih yang merayap masuk ke dalam lubuk kalbunya. Terus saja
ia menggendong Lukita Wardhani dan didudukkan dengan hati-hati di belakang Diah
Mustika Perwita. Hanya sebentar saja Pangeran Jayakusuma menggendong dan
mendudukkan Lukita Wardhani ke atas pelana kudanya. Akan tetapi ia sempat
menyentuh bahkan memeluk tubuh Lukita Wardhani berbareng mencium bau keringatnya
yang khas. Itulah bau keringat seorang gadis yang dapat menggelarkan hati
seorang pria. Dan benar-benar hati Pangeran Jayakusuma pada saat itu tergetar
lembut yang sempat membuatnya terlongong sedetik dua detik.
Empat orang gadis yang memiliki kecantikan dan kelebihannya masing-masing,
pernah digendongnya. Merekalah Retno Marlangen, Carangsari, Diah Mustika Perwita
dan kini Lukita Wardhani. Carangsari yang galak pernah memiliki kesan sendiri
dalam lubuk hatinya. Dia tidak hanya cantik saja, tetapi kegalakannya justru
dapat menggugah birahi serta menimbulkan rangsangan nalsu. Pandang matanya
mengingatkannya kepada pandang mata Retno Marlangen bila sedang marah. Tetapi
karena waktu itu hatinya sudah terpenuhi oleh kehadiran Retno Marlangen, maka
kesan hatinya terhadap Carangsari hanya Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhenti sampai disitu saja. Apalagi, kini dia sudah bersuami.
Meskipun Retno Marlangen sudah mulai pudar dari hatinya, ia dapat membatasi
diri. Lalu bagaimana terhadap Diah Mustika Perwita " Sebenarnya gadis itu sama
sekali tiada cacatnya. Dia tidak hanya lembut hati, tetapi cantik jelita pula.
Sayang, ia sudah terlanjur menganggapnya sebagai adik sendiri. Barangkali karena
usianya terpaut jauh. Alangkah beda, bila dibandingkan dengan Lukia Wardhani.
Kehadirannya kini mempunyai bobot Mungkin karena kekosongan hatinya memerlukan
isi. Tetapi terhadap Lukita Wardhani sendiri, sesungguhnya ia sudah menaruh
perhatian semenjak dulu. Selain cantik jelita, anggun, agung dan berwibawa,
peribadinya angker. Dan semenjak dulu pula, ia segan dan agak takut terhadapnya.
Tetapi senyum yang diterimanya tadi, tiba-tiba saja membuyarkan kesan takutnya.
Apalagi setelah membiarkan dirinya berkenan digendongnya. Ah, benar-benar suatu
peristiwa yang terlalu hebat
Dengan berbagai pikiran itu, ia menuntun kudanya perlahan-lahan menyeberangi
wilayah Nayaka Madu yang berbahaya.
Sadar akan bahaya yang bukan mustahil dapat mengancam jiwa, segera ia memusatkan
perhatiannya. Ia menoleh mengamati wajah Lukia Wardhani yang agak bersembunyi di
belakang punggung Diah Mustika Perwita. Memang Lukita Wardhani belum pulih
seperti sediakala. Meskipun Ki Ageng Cakrabhuwana sudah dapat merebut jiwanya,
namun racun Pacar Kuning tidak mudah disingkirkan dengan begitu saja. Apalagi
kini dia berada di tengah wilayah perkampungan Nayaka Madu yang menjadi ibu
negeri berbagai racun berbahaya. Ibarat kerbau kembali ke kandangnya, sisa-sisa
racun yang masih mengeram dalam tubuh Lukita Wardhani seakan-akan terbangun
tenaganya. Untung saja, himpunan tenaga sakti Lukita Wardhani amat kuat Meskipun
yang tiga bagian dipergunakan untuk melindungi serangan hawa beracun yang datang
dari luar, sisanya masih cukup untuk menindih kebangkitan racun yang mengeram di
dalam tubuhnya. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik ! Bantulah Lukita Wardhani melindungi dirinya dari hawa racun yang datang
dari luar. Dengan begitu, dia dapat menindih amukan racun dari dalam dengan
sepenuh-penuhnya. Wilayah ini memang terkutuk ! Majikannya tinggal menunggu
ajalnya. Akan tetapi warisan kepandaiannya memasak racun masih dapat mengancam
maut." ujar Pangeran Jayakusuma dengan sungguh-sungguh.
Di bawah terik matahari Pangeran Jayakusuma lari mendaki sebuah bukit.
Sebenarnya, matahari sudah condong ke baraL
Akan tetapi hawa panas masih sangat panas seolah-olah kuasa membakar tanah.
Tiba-tiba dari atas bukit ia melihat sederet pepohonan. Kira-kira jumlahnya
tidak melebihi limabelas batang.
Dan melihat pepohonan itu, hati Pangeran Jayakusuma girang.
Segera ia balik menghampiri kudanya.
"Mari !" serunya. "Kita bisa berteduh di sana menunggu malam hari tiba. Pada
saat itu, segala macam racun yang berbahaya mulai sirap. Kecuali racun terkutuk
Pacar Kuning." Dengan penuh semangat ia membawa kudanya setengah
berlari mendaki bukit. Begitu tiba di atas bukit mereka bertiga memperoleh
penglihatan lain. Sembilan laki-laki yang berdandan sebagai pemburu ke luar dari
pepohonan itu. Mereka menunggang kuda dan bersenjata panah. Dengan melarikan
kudanya mereka berputdr-putar membuat lingkaran bujur telur.
Setelah itu mengarah ke utara dan baru menjurus ke arah bukit.
Pangeran Jayakusuma adalah seorang pemuda yang encer otaknya. Timbul pikirannya,
apa sebab mereka tidak langsung saja mengarah ke bukit " Tentunya ada alasannya.
Jangan-jangan demikianlah seharusnya bila menghendaki luput dari ancaman bahaya
hawa beracun. Kalau benar demikian, pastilah mereka mengenal wilayah
perkampungan Nayaka Madu seperti wilayahnya sendiri
"Haha..... kalian boleh menyamar sebagai pemburu. Masakan aku dapat kalian
kelabui ?" Pangeran Jayakusuma tertawa di Dendam Empu Bharada http://dewi-kz.inco/
Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hati. Ia jadi teringat akan penyamarannya sendiri sewaktu mengelabui
Durgampi, Kulisadara dan Nayaka Madu. Rupanya sisa-sisa laskar Nayaka Madu
berbuat begitu pula. Tiba-tiba suatu ingatan menusuk benaknya. Menurut
Wirawardhana, perkampungan Nayaka Madu masih terkepung rapat oleh laskar kerajaan. Mungkinkah
mereka masih dapat meloloskan diri "
"Wardhani !" Akhirnya ia minta pertimbangan Lukita Wardhani. "Apakah laskar
kerajaan perlu menyamar sebagai pemburu ?"
-o0~DewiKZ~0o- baca jilid III Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Document Outline Jilid 2 JILID 2 JURUS ADU DOMBA DI SIMPANG JALANHerman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 3 Persembahan : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ & http://dewi-kz.info/
Dengan Truno Penyak & Ismoyo
Gagakseta 2 http://cersilindonesia.wordpress.com/
Editor : Dewi KZ Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID III Lukita Wardhani mengamat-amati mereka. Kedua alisnya berdiri tegak, tetapi ia
tidak berkata sepatahpun. Bagi Pangeran Jayakusuma, sikap Lukita Wardhani sudah
merupakan isyarat yang cukup jelas. Karena itu ia tidak mengambil suatu
keputusan. Lalu dengan sikap acuh tak acuh, ia melanjutkan perjalanannya menuruni bukit.
Tiba di kaki bukit, ia melihat sembilan pemburu itu beihenti menepi. Dengan
sekilas pandang Pangeran Jayakusuma sempat mengamati mereka. Perawakan mereka,
rata-rata sama tegapnya kecuali seorang yang berdandan singsat. Pandang mata
Pangeran Jayakusuma bertemu dengan sorot matanya. Sorot mata yang tajam
berkilat-kilat dan berwibawa. Buru-buru Pangeran Jayakusuma mengalihkan
pandangnya. Sedetik kemudian, ia mencoba melirik. Kali ini kesannya lain. Paras
pemburu itu mendadak berkesan lemah lembut. Cantik luar biasa seperti lukisan
wajah bidadari dalam dongeng perwayangan.
Selagi memperoleh kesan demikian, sekonyong-konyong terdengar suara hiruk-pikuk
dari balik bukit Pangeran Jayakusuma menghentikan kudanya. Timbul rasa
curiganya, karena suara hiruk-pikuk itu datangnya terlalu mendadak. Tetapi yang
dilihatnya membuat pikirannya sibuk. Kira-kira lima belas perempuan dusun
dipaksa berlari-lari kencang oleh empat orang penunggang kuda, yang mengenakan
pakaian seragam. Melihat seragam pakaiannya, segera Pangeran Jayakusuma mengenal
siapa mereka. Itulah laskar atau katakan saja anak-buah Nayaka Madu yang dulu
sangat berkuasa di wilayahnya. Sekarang mereka agaknya berhasil menawan kira-
kira limabelas perempuan yang akan dibawanya masuk ke dalam wilayah
perkampungan. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh !" Pangeran Jayakusuma heran. "Kabarnya wilayah perkampungan sudah diduduki
laskar kerajaan. Mengapa mereka justru datang dari luar dan akan memasuki
wilayahnya ?" Tak terasa Pangeran Jayakusuma menoleh kepada Lukita Wardhani yang masih saja
bercokol di atas kudanya. Dengan wajah dingin Lukita Wardhani berkata :
"Jangan hiraukan mereka."
Pangeran Jayakusuma mengangguk. Masih sempat ia melihat wajah Diah Mustika
Perwita yang gelisah. Tak usah dijelaskan lagi, bahwa ia tidak sependapat dengan
Lukita Wardhani. Tetapi mengingat kedudukan Lukita Wardhani tidak berani ia
membuka suara. Pada saat itu, terdengar pemburu berpakaian singsat tadi berkata agak lantang :
"Bebaskan mereka !"
Dua orang laki-laki di antara mereka mengiakan dan melarikan kudanya. Dengan
berdampingan mereka menghampiri Lalu berhenti menghalang jalan. Serunya
nyaring : "Hai ! Kalian berani menculik penduduk di luar wilayah kekuasaanmu " Hayo,
bebaskan mereka !" Empat laskar penunggang kuda itu menahan kendali kudanya dengan wajah merah
padam. Bentaknya : "Ini bukan urusan kalian. Hei, kalian berani memasuki wilayah kami atas perintah
siapa ?" Rupanya mereka berempat belum mengetahui, bahwa
kekuasaan Nayaka Madu atas wilayah itu sudah tumbang.
Mungkin sekali, diwaktu perkampungannya diserbu laskar kerajaan, mereka sedang
berada di luar wilayah. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm.....kekuasaan kalian sudah runtuh. Tidak dapat lagi kalian berbuat sewenang-
wenang terhadap siapapun. Kalian bebaskan atau tidak ?"
Empat laskar penunggang kuda itu mengembarakan pandang matanya dengan heran.
Ucapan kedua pemburu itu menggelitik hatinya. Bentaknya:
"Kau maksudkan kekuasaan Mapatih Nayaka Madu ?"
"Benar." Dan mendengar jawaban kedua pemburu itu, mereka tertawa terbahak-bahak. Serunya
dengan suara geli: "Wilayah Untara Segara selamanya tidak mudah dilalui orang luar. Kalian mau
berburu apa ?" "Berburu kepala kalian."
"Apa?" Dengan serentak mereka berempat menghunus pedangnya dan menegang dengan bengis.
Tetapi pada saat itu terdengar suara anak-panah terlepas dari empat penjuru. Dan
empat laskar Nayaka Madu mati tergelimpang dari atas kudanya masing-masing.
Pangeran Jayakusuma, Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita adalah pendekar-
pendekar yang berkepandaian sangat tinggi. Tidak perlu mereka heran menyaksikan
kepandaian pemburu-pemburu itu melepaskan anak-panahnya. Mereka hanya heran
tatkala mendengar suara pemburu yang berdandan singsat. Jelas sekali suaranya
mirip seorang perempuan. "Lukita Wardhani! Apakah dia salah seorang perwiramu ?"
Pangeran Jayakusuma mencoba mencari keterangan.
"Tidak." jawab Lukita Wardhani dengan pendek tegas.
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka membunuh laskar Nayaka Madu yang sempat lolos dari pengamatan laskar
kerajaan. Paling tidak mereka membantu laskar kerajaan."
"Jangan hiraukan mereka !" potong Lukita Wardhani.
Pangeran Jayakusuma menuntun kudanya lagi. Munculnya perempuan yang menyandang
sebagai pemburu itu sebenarnya menarik hatinya. Menuruti wataknya yang asli
ingin ia memperoleh kejelasan dulu. Biasanya tidak mau sudah, sebelum semuanya
jadi terang. Dan rupanya Lukita Wardhani terlalu mengenal dirinya. Pada saat itu
Lukita Wardhani berkata lagi:
"Bukankah kita kemari demi abu almarhumah " Menyanyilah seperti tadi, agar
perhatianmu tidak terbagi-bagi"
Ucapan Lukita Wardhani bagaikan guntur meledak di siang-hari bagi pendengaran
Pangeran Jayakusuma. Ia tidak hanya merasa mati kutu saja, tetapi merasa malu
juga. Terus saja ia memaki dirinya sendiri di dalam hati:
"Ih, kau keledai tua yang tidak tahu malu. Kau sudah diiringkan dua orang gadis
pilihan, masih saja matamu membagi pandang".
Kali ini Lukita Wardhani yang cerdas tidak dapat membaca hati Pangeran
Jayakusuma. Yang terasa, pemuda itu menuntun kudanya dengan sungguh-sungguh dan
sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap sembilan pemburu maupun
segerombolan perempuan dusun yang terculik kawanan laskar Nayaka Madu. Suatu
perasaan lembut menyelusuri kalbunya.
Perasaan yang membuat hatinya tiba-tiba terselimut rasa bahagia. Ia seperti
merasa menang dan bisa menguasai kebinalan Pangeran Jayakusuma. Apakah karena
dirinya bersikap seorang Ibu " Memang, selamanya Pangeran Jayakusuma akan selalu
tunduk terhadap kata-kata lembut. Itulah sebabnya, ia mau menerima semua kata-
kata Diah Mustika Perwita meskipun usia gadis itu terpaut jauh. Sebab Diah
Mustika Perwita berpembawaan seorang Ibu Sejati. Hanya saja dalam hal ini Dendam
Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kurang wibawa. Kehadirannya belum dapat membangunkan rasa birahinya. Sebaliknya,
bila saja Lukita Wardhani dapat membawakan diri seperti yang baru saja
dilakukannya tadi, pasti dia dapat merebut hati Pangeran Jayakusuma. Sebab dia
memenuhi syarat-syaratnya. Selain cantik jelita, anggun, agung dan berwibawa,
dia berkepandaian sangat tinggi. Pada saat ini kepandaiannya berada di atas
Retno Madangen yang sudah dibawa orang ke wilayah Barat. Dialah Pangeran Anden
Loano, putera Bathara Karawelang atau Singgela.
Pangeran Jayakusuma tidak mau main coba-coba. Ia
mengikuti bekas tapak-tapak kuda sembilan pemburu tadi.
Memang memakan waktu, akan tetapi keamanan terjadi Itulah sebabnya, sewaktu tiba
di deretan pepohonan, hari sudah petang.
Dengan hati-hati Pangeran Jayakusuma menurunkan Lukita Wardhani dan digendongnya
ke tempat yang aman. Diah Mustika Perwita dapat menolong diri. Ia membawa
kudanya ke tengah-tengah pepohonan dan ditambatkan pendek-pendek karena takut
memakan rerumputan yang mungkin sekali mengandung racun.
"Kusuma, kau sekarang pandai merawat orang." Lukita Wardhani tersenyum.
"Itulah berkat ajaranmu." sahut Pangeran Jayakusuma.
"Sewaktu di selatan Singasari dahulu, bukankah engkau mengulurkan tanganmu
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga ?" Lukita WardhaniUdak membantah maupun membenarku Ia membiarkan pemuda itu merawat
dirinya. Setelah didudukkan di bawah rindang pohon, mulailah ia menyalurkan
tenaga saktinya untuk menindih sisa-sisa racun yang masih mengeram dalam
dirinya. Pangeran Jayakusuma sendiri menghampiri Diah Mustika Perwita yang duduk
pula di atas tanah hendak melepaskan lelah.
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik!" kata Pangeran Jayakusuma. "Aku akan memulihkan himpunan tenaga Lukita
Wardhani. Dapatkah engkau menjaga dirimu ?"
Diah Mustika Perwita tersenyum. Sahutnya lembut:
"Jangan cemaskan diriku. Aku bisa menjaga diri. Hanya saja kuda kita perlu
rerumputan." "Benar. Tetapi kurasa dia masih tahan menahan lapar untuk satu malam ini saja.
Kau sendiri, tentunya lapar pula."
Diah Mustika Perwita tertawa perlahan. Sahutnya :
"Pusatkan perhatianmu demi membantu ayunda Lukita Wardhani Akupun tidakkan mati,
meskipun tidak makan dan minum selama tiga hari lagi"
"Bagus!" Pangeran Jayakusuma gembira. Sekarang dapatlah ia memusatkan
perhatiannya kepada Lukita Wardhani. Terus saja ia duduk di belakang Lukita
wardhani menempelkan tangannya pada punggungnya.
Dua jam lamanya ia membantu menyalurkan tenaga saktinya yang dahsyat luar biasa.
Tenaga sakti yang tiada habis-habisnya.
Selagi demikian, telinganya yang tajam menangkap bunyi derap kuda. Namun tak
berani ia membagi perhatian. Diah Mustika Perwita yang sedang tenggelam dalam
semadi, mendengar pula bunyi derap kaki kuda. Sadar akan bahaya, segera ia
menghela nafas panjang dan dilepaskan dengan perlahan-lahan. Kemudian berdirilah
ia di ujung deret pohon untuk menghadapi segala kemungkinan.
Yang datang berkuda dua orang pemburu yang berpapasan senja hari tadi. Mereka
turun dengan serempak dari kudanya.
Kemudian membungkuk hormat kepada Diah Mustika Perwita.
Yang berada di depan berkata :
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf bila kedatangan kami berdua sangat mengganggu. Kami hanya akan
mengantarkan rumput dan sekedar makanan."
Diah Mustika Perwita tercengang. Menegas :
"Siapa yang menyuruhmu datang kemari ?"
"Majikan kami" "Siapa majikanmu ?"
"Tidak berani kami menyebut nama beliau. Akan tetapi menjelang pagihari nanti,
beliau akan datang menghadap." sahut orang itu. Kemudian kepada temannya:
"Makankan rumput kita kepada kudamu!"
Dengan sigap dan cekatan, pemburu kedua mencabut
segenggam rumput yang ditumpuk rapih di atas pelana kudanya.
Kemudian dimakankan kepada kudanya. Binatang itu segera melahap dengan bernafsu.
Diah Mustika Perwita menyaksikan uji coba itu dengan berdiam diri. Ia tahu
maksud mereka berdua. Lalu berkata tetap seramah tadi:
"Terima kasih. Karena engkau keberatan menyebut nama majikanmu, maka tak dapat
aku menghaturkan rasa terima kasih kami bertiga kepadanya."
"Tak apalah." sahut pemburu itu dengan tertawa. "Sekarang masih perlu kami
menunjukkan jenis makanan dan minuman yang kami bawa."
Setelah berkata demikian, ia menjumput bungkusan makanan dan dimasukkan ke dalam
mulutnya. Ia menjumput beberapa kali. Lalu meneguk botol minuman yang dibawanya.
"Sudahlah." ujar Diah Mustika Perwita. "Aku tahu maksud baik majikanmu. Semuanya
kuterima dengan senang hati"
Kedua pemburu itu kelihatan berlega hati. Dengan cekatan mereka menurunkan
seonggok rumput dan sekantong air dan dibawanya ke kuda Pangeran Jayakusuma.
Setelah melonggarkan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tali pengekang, mereka membiarkan kuda itu menggerumiti rerumputan dengan
bernafsu. Kemudian mereka berbalik mengantarkan makanan dan minuman yang sudah
dicobanya kepada Diah Mustika Perwita. Berkatalah yang seorang :
"Kami berdua sudah melakukan perintah. Perkenankan kami mengundurkan diri."
Diah Mustika Perwita hanya mengangguk. Kedua orang itu rupanya tidak memerlukan
jawaban Diah Mustika Perwita. Sepati tadi, dengan cekatan mereka melompat ke
atas kudanya masing-masing. Lalu meninggalkan tempat berteduh Diah Mustika
Perwita dengan cepat. Sebentar saja suara derap kaki kuda mereka sudah
menghilang dari pendengaran.
Dengan menyenak nalas, Diah Mustika Perwita membawa makanan dan botol minuman ke
dekat Pangeran Jayakusuma dan Lukita Wardhani berada. Lalu memeriksa kudanya
yang sedang bernafsu menggerumiti seonggok rumput pemberian majikan delapan
pemburu. Ia mengamat-amati beberapa waktu lamanya, kemudian membuka kantong air
dan didekatkan. Binatang itu benar-benar kehausan. Begitu melihat cahaya air,
terus saja ia mencelupkan mulutnya ke dalam kantongnya. Dan seperti peminum
besar yang sedang ketagihan. ia menyedot kantong air dengan tegukan menggelegak.
Cekok, cekok, cekok..............
Semua yang terjadi sebentar tadi tidak luput dari perhatian Pangeran Jayakusuma
Sebenarnya ia mau ikut menimbrung.
Kalau nama majikan mereka tidak mau disebut, mengapa Diah Mustika Perwita tidak
menanyakan perkampungannya " Tetapi karena dirinya sedang menyalurkan tenaga
saktinya, tidak boleh ia berbuat begitu. Mau tak mau ia harus menunggu saatnya
yang tepat. Demikianlah kira-kira menjelang tengah malam, perlahan-lahan ia
menarik telapak tangannya. Dan pada saat itu, Lukita Wardhani benar-benar pulih
seperti sediakala. Maka betapa hebat dan sakti ilmu Pancasila dan Sasanti Manu,
susah terlukiskan lagi. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa segan-segan lagi, Pangeran Jayakusuma mendahului mencicipi kiriman makanan
dari seseorang yang tidak mau disebut namanya Diah Mustika Perwita menunggu
sampai Lukita Wardhani berkena berbicara. Tetapi gadis yang agung berwibawa itu
tetap tenang-tenang saja, seakan-akan tidak perlu makan satu tahun lamanya.
Pangeran Jayakusuma jadi perasa juga.
Memang, selamanya belum pernah ia makan bersama-sama dengan Lukita Wardhani di
tengah alam terbuka. Apalagi di tengah malam. Maka dengan membawakan sebungkus
nasi yang lengkap dengan lauk-pauknya, ia berkata dengan suara lembut:
"Wardhani, engkau perlu mengisi perutmu."
Lukita Wardhani mengangguk. Sahutnya :
"Kau sendiri bagaimana ?"
"Cukup, cukup ! Aku cukup satu bungkus. Rupanya yang mengirimkan sebungkus nasi
ini dapat mengukur perutku." ujar Pangeran Jayakusuma dengan tertawa.
Melihat keramahan Pangeran Jayakusuma yang membersit dari hatinya yang tulus,
Lukita Wardhani berkenan menerima sebungkus nasi itu. Lalu ia memberi isyarat
mata dengan menyungging senyum kepada Diah Mustika Perwita. Diah Mustika Perwita
mau mengerti akan sikap Lukita Wardhani. Selamanya Pangeran Jayakusuma bersikap
sengit terhadap Lukita Wardhani.
Dan selama itu, Lukita Wardhani tidak mau mengalah pula.
Sekarang agaknya Lukita Wardhani mau mengubah sikapnya, akan tetapi merasa masih
perlu berhati-hati demi menjajaki sikap Pangeran Jayakusuma. Memang dunia cinta-
kasih memiliki bahasanya sendiri. Seringkali orang terpeleset bila main coba-
coba dan bersikap gegabah. Maka sikap Lukita Wardhani yang mengenal tabiat dan
perangai Pangeran Jayakusuma, dapat dibenarkan.
Ketiga-tiganya, baik Pangeran Jayakusuma, Lukita Wardhani dan Diah Mustika
Perwita belum sempat makan maupun minum Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semenjak fajarhari tadi. Bahkan mereka terlibat dalam suatu pertempuran yang
menentukan. Karena itu, makanan kiriman itu terasa nikmat luar biasa. Sebentar
saja mereka sudah menyapu habis. Bahkan botol minuman yang berisikan air putih
tidak tersisa setetespun. Kemudian mereka perlu beristirahat menunggu pagihari.
Setelah masing-masing bersemadi melancarkan darah dan irama nafas, mereka
tertidur lelap. Fajarhari tiba dengan diam-diam. Dingin hawa
membangunkan mereka dengan perlahan-lahan. Tepat pada saat itu, terdengar suara
derap kaki kuda memecahkan kesunyian alam. Empat orang yang berdandan sebagai
pemburu turun ke tanah dengan cekatan. Dua orang maju memberi hormat kepada
Pangeran Jayakusuma. Kata mereka hampir berbareng :
"Majikan kami mengundang tuanku seorang kesatria yang luhur budi datang
mengunjungi penampungan kami. Barangkali sebelum melanjutkan perjalanan, tuanku
perlu membersihkan diri dulu."
"Ah ! Apakah majikanmu pula yang mengirimkan makanan, minuman dan seonggok mmput
buat kuda kan " Sampaikan rasa terima kasihku kepada majikanmu."
"Tak berani kami berbuat demikian. Lebih baik tuanku sendiri berbicara langsung
kepadanya." Pangeran Jayakusuma menoleh kepada Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita
menunggu persetujuan mereka berdua.
Diah Mustika Perwita selamanya bersikap menurut. Tetapi kali ini Lukita Wardhani
yang sudah pulih kesehatannya, memperlihatkan sikap seorang wanita yang sudi
menunggu perintah pihak pria.
Pangeran Jayakusuma heran bukan main. Cepat-cepat ia berkata kepada kedua
pemburu itu : "Baiklah. Undangan majikanmu kuterima."
"Bagus !" seru mereka setengah bersorak. "Kalau begitu, silahkah ! Kami sudah
mempersiapkan dua ekor kuda pula."
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang mana ?" Dua pemburu lainnya yang mendampingi kudanya masing-masing, segera
mempersembahkan kudanya sambil berkata :
"Silahkan ! Kami berdua sudah biasa melintasi wilayah berbahaya ini. Kalau perlu
kami berdua akan menumpang kuda kedua rekan kami"
Pangeran Jayakusuma memang ingin mengetahui dengan jelas, siapakah majikan
mereka. Kebetulan malah, dia malahan mengundang dirinya. Maka bersama-sama
dengan Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita, ia berangkat mengikuti keempat
pemburu yang saling berboncengan mendahului penjalanan sebagai penunjuk jalan.
Ternyata mereka tidak menempuh jalan yang diambahnya kemarin sore. Mereka
mengambil jalan pintas ke kiri. Dan tak lama kemudian, dua orang pemburu datang
menghampiri dengan membawa empat ekor kuda. Dari jauh mereka berdua turun dan
kudanya masing-masing dan berdiri menunggu di tepi jalan. Merekapun termasuk
anggauta delapan pemburu. Setelah dua rekannya yang membonceng menerima kuda
kiriman, kedua orang itu mengawal perjalanan Pangeran Jayakusuma bertiga dengan
sikap hormat. Sebentar lagi empat orang datang menyambut Mereka pun bersikap hormat. Dan
melihat sikap mereka yang tiada tereda, diam-diam Pangeran Jayakusuma merasa
girang. Mudah-mudahan majikannya bersikap demikian pula.
Akhirnya setelah melalui jalan yang berkelok-kelok, sampailah mereka di sebuah
perkampungan yang dikelilingi parit buatan berair jernih. Seberang-
menyeberangnya berdiri pohon-pohon berdaun segar-bugar menghijau, sehingga
berkesan sejuk. Apalagi pada waktu itu, matahari belum sempat memancarkan cahayanya ke seluruh
alam. Pangeran Jayakusuma tercengang.
Ia merasa sudah menjelajahi seluruh perkampungan Nayaka Madu, tetapi belum
pernah menginjak perkampungan itu. Apakah di balik perkampungan Nayaka Madu
terdapat semacam Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkampungan yang tersembunyi " Ia jadi tidak percaya, kalau perkampungan ini
adalah perkampungan para pemburu. Pastilah perkampungan orang-orang yang
berkepandaian. Hanya saja belum jelas di pihak mana mereka berdiri.
Dugaan Pangeran Jayakusuma tidak salah. Ia melihat sebuah gapura mentereng.
Jelas gapura meniru hiasan gerbang Istana Majapahit. Kalau begitu, tentu
penghuninya bersikap bersahabat dengan dirinya. Tetapi andaikata hanya suatu
tipu-muslihat, ia tidak perlu khawatir. Lukita Wardhani sudah pulih kembali,
sedang kepandaian Diah Mustika Perwita tidak tercela lagi semenjak menerima
petunjuk-petunjuk dari Lawa Ijo.
Dalam pada itu, delapan pemburu mendahului turun dari kudanya masing-masing.
Enam orang berebut menyambar kendali kuda Pangeran Jayakusuma, Lukita Wardhani
danDiah Mustika Perwita. Mereka menambatkan kuda mereka bertiga menepi pada tiga
batang pohon yang berdiri berjajar dengan pagar dinding, lalu mempersalahkan
ketiga tetamunya masuk ke serambi depan.
Seorang gadis yang cantik luar biasa menyambut kedatangan mereka. Dengan suara
merdu ia berkata : "Silahkan Yang Mulia Lukita Wardhani, Diah Mustika Perwita dan Sang Pangeran
Jayakusuma." Pangeran Jayakusuma tercengang-cengang. Tidak hanya karena gadis itu mengenal
nama mereka bertiga, tetapi suaranya seperti pernah mendengamya. Tetapi siapa"
Ia mencoba mengamati paras wajahnya. Benar-benar ia merasa kagum luar biasa.
Sebab pada paras wajahnya ia menemukan kesan-kesan wajah Retno Marlangen, Diah
Mustika Perwita, Diah Carangsari dan Diah Lukita Wardhani. Benar-benar aneh!
Masakan dunia melahirkan seorang puteri yang berwajah aduan dari paras muka
gadis-gadis termolek pada jaman itu "
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran ! Mengapa Pangeran memandang wajahku seperti belum pernah
mengenalku ?" tegur gadis itu.
Dan ditegur demikian, Pangeran Jayakusuma jadi malu sendiri.
Tetapi dasar cerdik dan berpembawaan romantis, pada detik itu pula dapatlah ia
mempunyai dalih yang masuk akal. Sahutnya dengan setengah percaya :
"Darimana engkau mengenal nama kami bertiga ?"
"Apa sih sulitnya ?" sahut gadis itu dengan cepat "Di seluruh penjuru dunia ini
siapakah yang tidak mengenal nama tuanku yang termashur " Siapa pula yang tidak
mengenal Sang Diah Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita ?"
Inilah jawaban yang sama sekali diluar dugaan Pangeran Jayakusuma, karena
dibawakan dengan suara yang wajar dan bersahabat. Kesannya gas itu benar-benar
sudah mengenal diri mereka bertiga. Tetapi sekali lagi dasar pembawaan romantis,
ia mencoba menggelitik hati
"Kalau begitu, biarlah aku menatap wajahmu. Boleh, bukan ?"
"Kenapa ?" "Katamu aku sudah mengenalmu."
"Memang." sahut si jelita. Dan ia membalas menatap wajah Pangeran Javakusuma
dengan pandang cemerlang. Bukan main cantiknya. Sama sekali tiada cacatnya dari
mulai perawakan tubuhnya sampai kepada warna rambutnya. Dan memperoleh kesan
yang terlalu hebat itu, hati Pangeran Jayakusuma tergetar.
Tiba-tiba suatu bayangan berkelebat di calam benaknya. Apakah dia Prabasini "
Ah, mustahil! Prabasini sudah meninggal. Atau yang mati tersimpan di dalam peli
mati berlumur racun sesungguhnya bukan Prabasini " Ah. tidak mungkin kakang
Mijil Pinilih salah pilih.
"Pada satu hari seorang satria yang berkepandaian tinggi menyeberang wilayah
Perkampungan Nayaka Madu yang penuh Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
racun berbahaya." Gadis itu berkata lagi. "Ia tidak menghiraukan semuanya itu
demi kekasihnya yang akan direbut orang. Seorang gadis sederhana datang menemui.
Kemudian.............- "Ah !" potong Pangeran Jayakusuma dengan bernafsu.
"Apakah engkau Ulupi ?"
Gadis itu tidak segera menjawab. Ia hanya tersenyum.
Tersenyum yang manis luar biasa. Setelah membiarkan Pangeran Jayakusuma berteka-
teki, berkatalah ia dengan lemah lembut :
"Benar. Akulah Ulupi."
"Ulupi ?" "Ya, Ulupi." "Ah, tidak mungkin." Pangeran Jayakusuma setengah berseru.
Pandangan matanya memancarkan cahaya yang aneh luar biasa.
Tetapi hanya sekejap mata. Setelah itu, ingin ia mengucak-ucak kedua matanya.
Benarkah penglihatannya kini " Ulupi dulu seorang gadis yang sama sekali tidak
menarik. Ataukah kedua matanya dulu lamur karena mabuk asmara sehingga tidak
mengenal Ulupi yang sesungguhnya " Sungguh ! Tak dapat ia memperoleh ketetapan.
Ia merasa menghadapi suatu teka-teki yang berlapis-lapis. Ia merasa seperti
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlibat suatu muslihat Tetapi muslihat apa. dia tidak tahu sendiri.
-o0~DewiKZ~0o- Ulupi! Ih, bukan main. Nama gadis itu benar-benar menimbulkan teka-teki silang
yang sulit ditebak. Kadang-kadang berkesan mengagumkan, tetapi kerapkali
menakutkan pula. Siapapun yang kenal dirinya, pasti memperoleh kesan demikian.
Akan tetapi Pangeran Jayakusuma seorang pemuda yang berpembawaan romantis.
Terhadap gadis-gadis yang menarik perhatiannya, pandai ia menyesuaikan diri dan
melayani. Meskipun demikian, berkat pengalamannya yang pahit, kali ini Dendam Empu Bharada
http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak berani ia gegabah. Apalagi berada disamping Diah Lukita Wardhani yang
dahulu menjadi biang keladi terpisahnya Retno Marlangen dengan dirinya.
Ulupi memang gadis istimewa. Andaikata tidak teringat akan pesan Ki Ageng Mijil
Pinilih yang dihormati, ingin saja Pangeran Jayakusuma melampiaskan dendamnya.
Betapa tidak" Mula-mula Ulupi muncul sebagai kemenakan Pangeran Anden Loano yang
mengabdikan diri kepada Nayaka Madu. Dialah peran utama yang menjodohkan
Pangeran Anden Loano dengan Retno Marlangen.
Tetapi tidak lama kemudian, dia berperan lagi sebagai seorang tokoh yang
membantu dirinya. Sudah barang tentu ia merasa sangat bersyukur. Di luar dugaan,
tiba-tiba ia muncul sebagai seorang tokoh yang justru memfitnahnya. Dia berpura-
pura berperan sebagai gadis yang kena perkosa. Bukan main ! Dengan berani ia
membiarkan dadanya yang montok setengah terbuka.
Begitu juga betis dan pupunya yang halus dibiarkan tersibak, sehingga siapa pun
percaya dirinya baru saja kena perkosaan.
Dan oleh pekertinya itu, ia kejeblos dalam penjara dua tahun lebih.
Pada waktu itu, ingin sekali ia merobek-robek Ulupi. Namun hari-hari berikutnya
ia tidak diperkenankan mempunyai pikiran demikian. Itulah berkat munculnya Ki
Ageng Mijil Pinilih sebagai juru selamatnya. Bahkan dikesankan, bahwa Ilmu
Pancasila dan Sasana Manu yang sudah manunggal dalam dirinya itu, justru berkat
jasa Ulupi. Dialah arsiteknya. Sebab Ulupi tahu, Ki Ageng Mijil Pinilih tidak
dapat diharapkan lagi, karena hatinya sudah terenggut kehadiran Prabasini.
Padahal Prabasini puteri Nayaka Madu musuh besar Gajah Mada dan Lawa Ijo. Maka
perhatiannya beralih kepada dirinya sebagai pewaris Ilmu Pancasila dan Sasanti
Manu yang kini sudah manunggal. Tujuannya agar dirinya dapat melanjutkan
perjuangan Gajah Mada mempersatukan bangsa dan negara. Mula-mula Nayaka Madu dan kawan-kawannya harus
dihancurkan. Setelah itu, mengembalikan kewibawaan almarhum Gajah Mada yang
sudah Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil membentuk Negara Kesatuan. Itulah sebabnya pula, Ki Ageng Mijil Pinilih
berpesan agar dirinya mempersembahkan Kunci rahasia harta karun kepadanya.
Dibalik itu terdapat suatu makna. Ia harus bekerja-sama dengan Ulupi, mungkin
untuk selama-lamanya. Baiklah, taruhlah semuanya itu dapat diterimanya. Akan tetapi ada satu masalah
yang tidak mudah memperoleh jawabannya.
Waktu untuk yang pertama kalinya, Ulupi kelihatan sebagai seorang gadis yang
tergolong cantik. Tidak kurang dan tidak lebih. Kemudian berubah menjadi seorang
gadis yang jahat dan licin sehingga kesannya berubah menjadi seorang gadis yang
jelek, Ki Ageng Mijil Pinilih mengesankan, bahwa Ulupi berparas lumayan. Akan
tetapi apa yang dilihatnya sekarang sungguh-sungguh menakjubkan ! Ulupi tidak
hanya cantik saja, melainkan cantik luar biasa. Pada wajahnya dapat diketemukan
kecantikan Diah Mustika Perwita, Diah Carangsari, Diah Lukita Wardhani dan Retno
Marlangen. Benarkah dia Ulupi yang dulu" Kalau bukan, suaranya adalah suara
Ulupi. la yakin dan tidak sangsi lagi.
Diapun puteri Ki Ageng Cakrabhuwana. Maka diam-diam ia mengamati wajahnya.
Barangkali ada yang mirip wajah ayahnya.
Dalam pada itu, Diah Lukita Wardhani mempunyai kesannya sendiri. Semenjak
memasuki perkampungan Ulupi yang berkesan aneh, ia tidak membuka mulutnya.
Dengan berdiam diri ia duduk di atas kursi didampingi Diah Mustika Perwita.
Memang, setelah bertatap muka dengan Pangeran Jayakusuma, ia berubah menjadi
biang keladi memisahkan hubungan Retno Marlangen dengan Pangeran Jayakusuma,
meskipun bermaksud baik demi masa depan Pangeran Jayakusuma sendiri. Sekarang ia
bertemu muka dengan seseorang yang bernama Ulupi. Belum banyak ia mendengar
kisah dan pribadinya. Akan tetapi sebagai seorang Panglima Bhayangkari, rasa
waspadanya terbangun dengan sendirinya. Mula-mula perhatiannya menyiasati pada
bentuk gapura yang bercorak Majapahit. Inilah aneh! Betapa tidak"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkampungan itu berada dalam wilayah kekuasaan Nayaka Madu. Padahal
perkampungan Ulupi bukan sebuah
perkampungan baru. Taruhkata perkampungan itu terlalu bersembunyi di balik bukit
sehingga tidak mudah diketahui orang, masakan dapat luput dari pengamatan Nayaka
Madu yang licin dan cerdik luar biasa" Pemilik kampung itu pantas untuk
dicurigai. Hanya saja, Diah Lukita Wardhani belum menemukan bukti-bukti untuk
memperkuat rasa curiganya. Itulah sebabnya, ia hanya bersikap diam saja dan
ingin menjadi pendengar yang baik.
Tidak lama kemudian beberapa pelayan datang membawa minuman dan hidangan.
Kesempatan itu dipergunakan Diah Lukita Wardhani untuk mengamati semuanya. Mula-
mula kepada macam hidangan yang disajikan. Kemudian kepada tempat hidangan dan
minuman. Sama sekali tiada yang perlu dicurigai.
Setelah itu, ia memperhatikan dinding. Tiba-tiba ia melihat serumpun deretan
kalimat yang terukir rapih. Bunyinya begini:
"Sajna Bhatara! Hwanya tikang cakra si Sanggabhuwana.
Sambuten i ranak Bhatara, daglakna tkeng legek i ranak Bhatara pwangkulun! Tan
penenguh alara suka pjahna de ning kadi sira.
Erang-erang ahuripa ranak Bhatara pwangkulun."
Itulah bait dialog Purnawijaya yang sangat terkena! dalam cerita Kunjarakama.
Ucapan seorang gandarwa kepada seorang pendeta sakti bernama : Buddha
AWairocana. Cerita Kunjarakama sangat terkenal pada jaman itu sampai kini.
Bedanya, pada jaman itu hampir semua orang bisa menghafal kata-kata (dialog)
peranan-peranannya. Sebab cerita itu sendiri dipandang suci oleh para penganut
Agama Hindu dan Buddha. Kisahnya menceritakan riwayat seorang raja raksasa bernama Kunjarakama yang
ingin meruwat diri Ia ingin diruwat (baca diubah atau dilahirkan kembali)
menjadi seorang satria. Alasannya, karena ayahnya seorang satria pula dan ibunya seorang Ratu Bidadari
Buddha Wairocana berkenan mengabulkan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan syarat dia harus mendapat izin dari Dewa Yama untuk melihat neraka lebih
dahulu. Maksud Buddha Wairocana, bila Kunjarakama dapat menyaksikan bemacam-
macam siksaan di neraka, dia akan dapat mengerti akan makna karunia Hyang Wisesa
Tunggal. Maka berangkatlah Kunjarakama ke neraka.
Ringkasnya ia mendapat izin Dewa Yama. Di tempat penyiksaan itu, ia bertemu
dengan sahabatnya bangsa gandarwa bernama Purnawijaya. Sahabatnya itu akan
menjalankan hukum siksa sepanjang jaman karena kamapala. Oleh rasa iba, ia
membawa Purnawijaya menghadap Buddha Wairocana agar dibebaskan nian dari siksa
neraka. Begitu bertatap muka dengan Buddha Wairocana, tekat Purnawijaya sudah
bulat. Ingin dia dibunuh oleh pendeta suci sang pendeta akan bisa membebaskannya
dari semua bentuk siksa. Maka dengan memegang senjata
pemunahnya berbentuk cakra ia berkata seperti bunyi tulisan yang terukir pada
dinding tempat Ulupi dengan Pangeran Jayakusuma. Terjamahannya begini:
"Hyang Bhatara! Inilah senjata cakra Sanggabhuwana.
Sambutlah oh Hyang Bhatara! Sambitkan ke batang leher hamba.
Tiada hamba merasa sakit, rela mati oleh tangan Bhatara. Malu rasanya hamba akan
memperpanjang hidup"
Membaca bunyi ucapan Pumawijaya itu, Lukita Wardhani mengerutkan dahinya.
Sebagai seorang keluarga raja yang berpendidikan tinggi, tentu saja ia faham
akan bunyi bait ucapan Pumawijaya sebatang cakra bernama Sudarsana. Mengapa
diubah dengan nama Sanggabhuwana" Di bawah tulisan itu tergambar pula sebilah
pedang tajam luar biasa. Sedangkan senjata cakra berbentuk semacam roda. Apa
maksudnya merubah nama dan bentuk pusaka Pumawijaya yang aseli itu"
Dalam pada itu Ulupi sudah mengangkat cangkir minuman dan diteguknya hampir
setengah. Mungkin ia bermaksud untuk membuktikan bahwa hidangan minuman yang
disajikan tidak mengandung racun apapun. Hal ini rupanya perlu dikesankan,
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengingat perkampungannya berada di lengah wilayah Nayaka Madu yang terkenal
dengan ribuan macam racun berbahaya.
"Silahkan!" Ulupi mempersalahkan ketiga tamunya dengan ramah.
Pangeran Jayakusuma sebenarnya masih menaruh curiga kepada Ulupi. Teringat dia
betapa dirinya kena diingusi seolah-olah memperkosanya. Dan akibatnya, ia
mendekam dalam penjara selama dua tahun lebih. Itulah sebabnya, tatkala meneguk
minumannya ia berjaga-jaga diri. Seluruh tubuhnya di lindunginya dengan hawa
sakti Ilmu Manunggal. Pikirnya di dalam hati:
"Aku sudah berhasil memanunggalkan dua Ilmu Sakti terpun-cak pada jaman ini.
Masakan masih bisa tertembus oleh racun?"
Dengan pikiran itu ia menghirup minumannya sambil diam-diam mengerahkan hawa
sakti tenaga penolak tingkat tinggi.
Ternyata tiada suatu yang pantas dicurigakan. Karena itu ia memberi isyarat mata
kepada Diah Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita. Dan kedua gadis itu segera
meneguk minumannya dengan berani.
"Pangeran Jayakusuma! Meskipun pangeran bersikap membungkam, namun di dalam dada
pangeran merumun berbagai pertanyaan yang ingin memperoleh keteranganku, bukan" Paling tidak,
pangeran mengharapkan suatu kejelasan."
Ulupi memecahkan kesunyian. Lalu tersenyum manis luar biasa.
"Tidak salah. Sikap pangeran sama sekali tidak salah. Hanya saja,karena begitu
babaknya penjelasan-penjelasan yang harus kuberikan, biarlah kumulai dari satu
per satu dulu. Yang Mulia Diah Lukita Wardhani sudah memperoleh pertolongan
ayahku. Dengan meneguk minuman segar itu, kesehatan tuanku puteri akan segera pulih.".
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana engkau tahu bahwa Diah Lukita Wardhani memperoleh pertolongan
ayahmu?" Pangeran Jayakusuma setengah tercengang.
"Barangkali di dunia ini hanya aku seorang yang akan segera mengenal jejak
ayahku." sahut Ulupi dengan tersenyum.
"Sewaktu pangeran bertempur melawan Nayaka Madu dan Durgampi, akupun
menyaksikan." "Di mana kau berada?" Pangeran Jayakusuma menegas.
Tetapi setelah pertanyaan itu terucapkan, Pangeran Jayakusuma menyesal. Itulah
pertanyaan tolol. Waktu itu yang menyaksikan tidak hanya terdiri dari Carangsari
bertiga, Diah Lukita Wardhani dan Ki Ageng Cakrabhuwana saja. Akan tetapi
ditambah dengan Kebo Sapta dan laskar Diah Lukita Wardhani. Bila Uhipi berada di
antara mereka, siapapun tidak akan menduga. Syukur, Ulupi pandai menjaga
kehormatannya. Dengan suara datar ia menjawab tak langsung:
"Pangeran terlalu murah hati terhadap Nayaka Madu dan Durgampi. Tetapi setelah
kupikir, itulah pelampiasan dendam yang setepat-tepatnya."
"Hm, apakah engkau benar-benar menghendaki matinya mereka berdua?" Pangeran
Jayakusuma mendengus. "Kenapa" Jangan lupa, akupun termasuk salah seorang yang berhak disebut Lawa
Ijo." Sahut Ulupi dengan suara tegas dan cepat "Ki Ageng Mijil Pinilih tentunya
sudah banyak cerita tentang diriku."
Pangeran Jayakusuma tidak membenarkan maupun
membantah. Ia sadar, sedang berhadapan dengan seorang gadis luar biasa. Maka
perlu ia menghemat tanggapannya.
"Pangeran !Tentunya pangeran masih mendongkol teringat pengalaman dulu. Menurut
pangeran, apakah benar-benar aku yang melakukan tipu muslihat itu?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau bukan dirimu, siapa lagi?" Pangeran Jayakusuma setengah mendamprat
Ulupi mendehem. Berkata: "Muslihat itu, memang aku yang mengatur. Akan tetapi yang meringkus pangeran,
apakah aku?" Pangeran Jayakusuma berbimbang-bimbang. Jelas sekali yang berperan sebagai gadis
yang diperkosa adalah Ulupi. Akan tetapi Ulupi sekarang sama sekali tidak mirip
Ulupi yang dahulu. Sebaliknya kalau bukan dia, siapa lagi"
"Barangkali tidak perlu kukatakan lagi, bahwa aku puteri Ki Ageng Cakrabhuwana.
Dan pangeran Anden Loano adalah pamanku. Dengan begitu mudah sekali aku
memperoleh kepercayaan Nayaka Madu." Ulupi melanjutkan.
"Hm." sekali lagi Pangeran Jayakusuma mendengus. "Dengan guru sendiri, Nayaka
Madu sampai hati membunuhnya. Masakan begitu mudah mempercayai seseorang yang
belum dikenalnya semenjak kanak-kanak" Bahkan terhadap anaknya sendiri, Nayaka
Madu tega mengambil jiwanya."
Hebat kata-kata Pangeran Jayakusuma. Siapapun akan merasakan berapa tajam
ucapanya. Akan tetapi wajah Ulupi tidak berubah. Dengan tenang ia menjawab :
"Alasan pangeran tepat sekali. Hanya saja jangan lupa, Nayaka Madu bersedia
tunduk pada pola angan-angannya.
Seperti pangeran ketahui, ia memerlukan dukungan paman Pangeran Anden Loano dani
mencapai angan-angannya hendak mengangkat diri menjadi majikan besar. Begitu
pulalah alasannya apa sebab dia sampai hati membunuh gurunya dan puterinya
sendiri." Pangeran Jayakusuma sudah mendengar kisah Prabasini dan menyaksikan sendiri
betapa puteri itu meninggal demi cinta dan kesetiaannya kepada Ki Ageng Mijil
Pinilih. Namun mendengarkan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penegasan Ulupi tentang diri Prabasini, tak urung hatinya tercekat juga.
Sahutnya: "Apakah Nayaka Madu benar-benar membunuh puterinya sendiri?"
"Setidak-tidaknya dialah penyebabnya." ujar Ulupi dengan suara datar. Lalu ia
membungkam mulut beberapa waktu lamanya. Setelah menyenak nafas, ia
melanjutkan : "Watak dan perangai Nayaka Madu tentu saja sudah kita ketahui
semenjak lama. Itulah sebabnya, aku perlu bantuan beberapa orang yang setia pada
panggilan hidupnya. Maka pada suatu hari, aku mempersembahkan guruku sendiri
kepada Nayaka Madu. Guruku seorang ahli racun yang tiada keduanya di dunia.
Secara kebetulan, guru adalah adik ayahku. Dan dengan kepandaiannya itu, guru
dapat menawan hati Nayaka Madu dan meratakan jalanku menunaikan tugas suci.
Ayahku sedikit banyak mengenal pula kepandaian paman. Sekiranya tidak demikian,
betapa mungkin dapat mengusir pukulan racun Nayaka Madu dan Durgampi dari badan
tuanku puten." Yang dimaksudkan dengan tuanku puteri siapa lagi kalau bukan Diah
Lukita Wardhani. Akan tetapi. Dia tetap saja membungkam mulut. Sebenarnya dia
seorang gadis yang berhati panas bagaikan nyala bara api. Akan tetapi menghadapi
tokoh Ulupi yang masih belum jelas baginya, ia bersikap hati-hati dan
berwaspada. Dengan cermat ia mengikuti pembicaraan Pangaan Jayakusuma dan Ulupi.
Meskipun bersifat menyerang, namun Pangeran Jayakusuma sudah bersedia untuk mau
mengerti. Karena itu, ia merasa diri berada di persimpangan jalan. Terhadap
Ulupi tidak dapat ia main keras dan tegas. Siapa tahu, Ulupi benar-benar puteri
Ki Ageng Cakrabhuwana yang sudah menolong jiwanya dari racun maut.
-o0~DewiKZ~0o- Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TEKA-TEKI PETI MATI Yang merasa berada di simpang jalan, sebenarnya tidak hanya Diah Lukita Wardhani
seorang. Tetapi Pangeran Jayakusuma juga. Terhadap tokoh Ulupi sebenarnya
menaruh dendam. Namun mengingat pesan Ki Ageng Mijil Pinilih, ia justru harus menyerahkan
rahasia Sasanti Manu kepada Ulupi. Ki Ageng Mijil Pinilih berkata juga, bahwa
berkat siasat Ulupi yang bisa menjangkau penglihatan jauh, Pangeran Jayakusuma
dapat mewarisi Ilmu Sakti Manunggal yang memanunggalkan Ilmu Pancasila dan
Sasanti Manu. Dalam hal ini, ia harus merasa berhutang budi padanya. Baiklah, ia
sudah memutuskan melupakan semuanya. Akan tetapi tokoh Ulupi yang berada di
depannya ini benar-benar belum jelas apakah dia benar-benar Ulupi Puteri Ki
Ageng Cakrabhuwana. Sebab kecantikannya melebihi apa yang sudah pernah
dikenalnya dan didengarkan dari tutur-kata Ki Ageng Mail Pinilih.
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ulupi sendiri rupanya sudah dapat membaca keadaan hati kedua tetamunya kecuali
Diah Mustika Perwita. Sebab gadis yang satu ini berada di luar garis
permasalahan. Menurut ayahnya, dia termasuk salah seorang muridnya. Hatinya
bersih dan lemah lembut. Diapun tidak terlibat dalam masalah Ulupi dan Retno
Marlangen. "Ki Ageng Mijil Pinilih tentunya sudah banyak bercerita tentang diriku." Ulupi
melanjutkan kata-katanya. "Akan tetapi, kukira dia belum sempat mengabarkan
bahwa aku mempunyai seorang adik yang hampir mirip. Dia bernama Ulupi pula."
"Apa?" Pangeran Jayakusuma terkejut sampai berjingkrak.
"Kau maksudkan engkau mempunyai saudara kembar?"
"He-e." Ulupi tertawa. "Yang sering bertemu dan berbicara dengan pangeran adalah
adikku. Dia jauh lebih berani daripadaku."
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu!" potong Pangeran Jayakusuma. Tiba-tiba saja ia merasa puyeng. Tidak
tahu lagi apa yang harus dikatakan.
Namun ia seperti memperoleh suatu kecerahan tak ubah seseorang yang tiba-tiba
dapat muncul di atas permukaan air.
Berbagai bayangan berkelebatan di dalam benaknya. Kalau begitu, yang menulis
pada peti adalah Ulupi ini. Sedangkah yang ikut mati, tentunya Ulupi yang lain.
Sewaktu hendak dipertanyakan, Ulupi berkata lagi:
"Biarlah kuceritakan pelahan-lahan agar semuanya jadi jelas.
Kami berenam yang menamakan Lawa Ijo adalah murid Pangeran Semono. Pastilah hal
itu pernah dikabarkan Ki Ageng Mijil Pinilih. Kecuali kami berenam di bekali
Ilmu Sakti Sasanti Manu, masing-masing harus memiliki kepandaian atau
keistimewaan sendiri yang khusus. Untuk ini kami diperkenankan untuk mencari
guru tambahan. Begitulah, aku mempunyai seorang guru yang kuanggap memiliki
suatu keistimewaan. Kecuali ahli racun, guru mewariskan ilmu merubah diri. Dan dengan kepandaian
itu, siapapun tidak akan dapat membedakan diriku dan Ulupi yang dikenal Ki Ageng
Mijil Pinilih maupun Pangeran Jayakusuma sendiri. Bahkan ayah sendiri tidak
mudah membedakan. Apalagi kami berdua dilahirkan sebagai anak kembar." ia
berhenti mengesankan. Melanjutkan: "Dengan demikian, Nayaka Madu bisa kukelabui
pula. Seperti kataku tadi, guru dapat menawan hati Nayaka Madu dengan
kepandaiannya mengenal racun. Untuk itu, kami memperoleh kediaman ini. Di rumah
ini, guru membuat percobaan-percobaan dengan berbagai tanaman bunga yang
dibuatnya ramuan-ramuan tertentu. Dan semuanya dipersembahkan pada Nayaka Madu.
Tentu saja Nayaka Madu girang luar biasa. Berbulan-bulan lamanya dia datang
kemari untuk ikut melihat berbagai tanaman guru.
Khawatir Nayaka Madu akan memergoki diriku, maka aku merubah diri menjadi
seorang perempuan berperawakan istimewa, lihatlah betapa hebat kepandaian guru.
Inilah Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perawakan tubuhku yang aseli. Tetapi disulap guru menjadi seorang perempuan
mirip kuli pelabuhan."
"Ah! Kau maksudkan engkaulah yang menjadi Maruti?" potong Pangeran Jayakusuma.
Ulupi tidak menjawab. Ia hanya tersenyum lebar. Dan melihat senyum Ulupi
sepasang alis Pangeran Jayakusuma berdiri tegak.
Itulah tanda hatinya penuh kesangsian. Ujarnya :
"Merubah wajah, mungkin sekali aku percaya. Tetapi betapa mungkin dengan merubah
bentuk tubuh?" Ulupi tidak juga menjawab. Ia menepuk tangan beberapa kali.
Seorang pelayan datang menghampiri. Dengan berbisik Ulupi berkata:
"Ambilkan alat penyamaranku !"
Pelayan itu dengan cepat mengundurkan diri dan datang kembali dengan membawa
setumpuk lapisan karet yang dilipat semacam tumpukan kain. Setelah tumpukan
kulit itu diletakkan di atas meja, Ulupi berkata:
"Pangeran, tolong perhatikan benar-benar!" Dengan cekatan, Ulupi melapisi kedua
lengannya dengan lapisan karet. Lengannya yang berwarna putih kuning tiba-tiba
saja berubah menjadi hitam keruh. Ukuran lengahnya bertambah kekar. Dan melihat
kekekaran lengan itu, teringatlah Pangeran Jayakusuma kepada warna kulit dan
lengan Maruti. "Bagaimana?" desak Ulupi. "Memang, waktu sudah berjalan lama. Hampir lima tahun,
Pangeran Jayakusuma meninggalkan lembah ini. Tentunya sudah lupa. Tetapi
Pbngeran Jayakusuma memiliki ingatan yang melebihi ingatan manusia lumrah. Aku
percaya, pangeran masih dapat mengingat-ingat lengan Maruti Apakah aku harus
dandan sebagai Maruti kembali?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak usah." cegah Pangeran Jayakusuma. "Selanjutnya rasanya aku bisa mengerti
apa sebab perawakan tubuhmu jadi berubah."
Ulupi mengangguk. Pelahan-lahan ia melepaskan lapisan karet yang membalut kedua
lengannya. Lalu berkata: "Dan dengan merubah bentuk tubuhku, aku mengaku sebagai anak guru. Karena hati
Nayaka Madu sudah tertawan oleh kepandaian guru, aku diakuinya sebagai anaknya
sendiri. Selanjutnya aku berada di kediaman Nayaka Madu sebagai puterinya. Hampir saja
aku gagal memerankan perananku, sewaktu aku bertatap muka dengan Pangeran.
Rasanya aku tidak sampai hati mengorbankan pangeran. Tetapi mengingat Ki Ageng
Mijil Pinilih bakal gagal mengemban tugasnya, maka satu-satunya harapan kami
hanyalah pangeran. Ternyata harapan kami meleset, karena kami tahu racun yang
mengeram dalam diri pangeran akan kami musnahkan. Tentu pangeran ingin tahu
dengan cara apa aku menolong merebut tenaga sakti pengeran kembali."
"Ya." Pangeran Jayakusuma membenarkan dengan anggukan pendek.
"Baiklah kuulangi lagi ceritaku yang hampir melompat" Ulupi mendehem sambil
menyilakan ketiga tamunya menghirup minumannya. "Selain kami berdua dan guru,
pamanku ikut serta pula. Pamanku berdiam pula di sini dan menjadi salah seorang
kepercayaan Nayaka Madu. Paman berkepandaian tinggi, sehingga tenaganya sangat
diperlukan. Pangeran Jayakusuma kenal dengan pamanku."
"Siapa?" "Dandung Gumilar."
"Ah!" Pangeran Jayakusuma terperanjat. Pantas pendekar berjanggut panjang itu
selalu menolong dirinya pada saat-saat dirinya terancam jalan buntu. Bahkan pada
suatu saat berani Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengulurkan tangan dengan terang-terangan di hadapan Nayaka Madu. Dia pulalah
yang membekali dirinya tatkala melarikan diri dari wilayah Nayaka Madu dengan
memanggul Ki Ageng Mijil Pinilih. Tetapi Dandung Gumilar sempat terkena
pukulannya dan punah sebagian besar tenaganya. Ia berjanji pada suatu kali akan
menolong memulihkannya. Teringat akan janji itu, ia berseru: "Ulupi! Pamanmu
dulu berjanji akan pulang kampung. Di mana dia kini berada?"' "
"Kemana lagi perginya kalau bukan berada di rumah ini."
"Hei!" seru Pangeran Jayakusuma dengan terharu sampai terloncat dari tempajt
duduknya. "Bolehkah aku bertemu dengannya?"
"Tentu saja. Sebentar lagi, paman akan segera ke luar kamar.
Akan tetapi ceritaku belum tammat. Bagaimana pendapat tuanku puteri" Apakah
sampai disini saja?"
Diah Lukita Wardhani sudah memperoleh kesan baik. Kesang-siannya sudah terjawab
tujuh bagian. Maka ia menjawab dengan suara wajar:
"Barangkali yang terbaik apabila cerita tuan rumah didengarkan sampai selesai."
"Nah, bagaimana pangeran?" Ulupi beralih kepada Pangeran Jayakusuma dengan
tertawa. "Kalau begitu, aku akan duduk kembali dengan manis." sahut Pangeran Jayakusuma
dengan tertawa pula. Ulupi meneguk minumannya. Lalu melanjutkan ceritanya :
"Pada suatu hari tiba-tiba aku mempunyai firasat buruk.
Ternyata firasatku benar."
"Firasat apa?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nayaka Madu sampai hati membunuh gurunya sendiri demi memperoleh kepandaian
puncak. Masakan tidak berlaku terhadap guruku?"
"Apakah jahanam itu membunuh gurumu pula setelah memperoleh kepandaian mengenal
racun?" Ulupi tidak segera menjawab. Setelah berenung-renung beberapa saat lamanya, ia
berkata lagi: "Kalau tidak salah, waktu itu hari Rabu. Aku dipanggil guru datang ke rumah ini.
Wajah guru berseri-seri. Guru membicarakan penemuannya yang baru. dan bermaksud
hendak mempersembahkannya kepada Nayaka Madu."
"Penemuan apa?" Pangeran Jayakusuma menyela.
"Tentu saja perkara racun. Racun istimewanya yang dapat menyita seluruh tenaga
sakti seseorang. Hanya saja obat penunahnya belum diperolehnya."
"Kau maksudkan Sirnagalu?"
"Benar. Racun lintah hijau." Ulupi mengangguk. "Karena obat pemunahnya belum
diketemukan, maka aku menganjurkan agar jangan dipersembahkan dulu. Tunggu
sampai obat pemunahnya diketemukan. Tetapi guru tidak mendengarkan saranku.
Bahkan guru akan mempersembahkan pula khasiat sakti Bunga Cacar Kuning Calon
Arang." "Hm." Pangeran Jayakusuma mendengus.
"Seorang diri guru menghadap Nayaka Madu. Sewaktu pulang, guru nampak kuyu.
Wajahnya bersemu hijau tanda keracunan hebat Dengan isyarat tangannya ia
memanggilku. Belum lagi aku sempat bolanya, guru berkata dengan suara setengah
berbisik: "Tak pernah kusangka hatinya sangat keji. Mendengar ramuan obat pemunah belum
kutemukan, ia justru memaksaku untuk mencoba. Kelinci percobaannya adalah aku
sendiri." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa begitu?" aku minta keterangan."Ah, tentunya dia menuduh guru berdusta."
"Tepat. Maka terpaksalah aku memenuhi permintaannya."
sahut guru dengan suara pilu. Wajah guru nampak bertambah muram. Tetapi pada
detik berikutnya, guru jadi beringas. Berkata dengan suara agak lantang: "Ulupi,
masih ada satu hal yang belum di ketahuinya. Itulah ilmu Menyamar yang
kuwariskan kepadamu. Aku menghendaki dengan penyamaranku ini..."
"Apakah guru menghendaki aku membalas dendam?" aku menegas.
"Begitulah yang tepal Sungguh! Aku mati penasaran..." dan setelah berkata
demikian guru mulai kehilangan kesadarannya.
Betapa pedih hatiku, kiranya tidak perlu kukatakan lagi.
Meskipun demikian ada satu hal yang tidak panah terhapus dari ingatanku. Itulah
saat guru menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dengan tubuh tak berdaya, ia
memandangku seakan-akan ingin menyampaikan pesan. Namun mulut guru rupanya tidak
dapat digerakkan lagi. Juga kedua tangannya. Tiba-tiba aku melihat tangan guru
menggenggam sesuatu. Segera aku membuka tangannya dan kutemukan secarik lontar
(baca: kertas). Dan begitu aku membacanya, guru menutup matanya.
Guru pergi untuk selama-lamanya ..."
"Apa bunyi lontar itu?" Pangeran Jayakusuma minta keterangan dengan bernafsu.
"Tentang ramuan penemuannya dan dua buah pesan." Ulupi memberi keterangan.
"Pesan yang pertama, mengabarkan obat pemunahnya sudah diketemukan. Yang kedua,
agar guru dikabarkan selamat tak kurang suatu apa."
"Tentunya tidak begitu, bukan?"
"Maksud pangeran?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/
-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentang diketemukannya obat pemunahnya itu semata-mata untuk mengelabui Nayaka
Madu, bukan?" Ulupi tersenyum. Sahutnya dengan pandang mata berseri-seri:
"Benar. Kecerdasan pangeran dapat menebak keadaan hati guru dengan tepat sekali.
Memang, obat pemunahnya belum diketemukan. Andaikata sudah diketemukan, tentunya
guru tidak akan membiarkan dirinya meninggal oleh ramuan racun yang
dipersembahkan kepada Nayaka Madu."
"Lalu?" "Empat orang kepercayaanku keperintahkan membawa jenazah guru ke luar wilayah.
Untuk mengelabui pengamatan Nayaka Madu, terpaksalah aku mengorbankan salah
seorang pelayanku. Dia kudandani sebagai guru dan kutugaskan agar bersikap
membandel terhadap Nayaka Madu manakala dia bertanya tentang obat pemunahnya.
Perhitunganku tepat Nayaka Madu datang kemari pada malam harinya. Segera ia
disambut oleh guruku tiruan. Akibatnya guru tiruan dituduh berdusta.
Sewaktu Nayaka Madu minta pendapatku harus berbuat bagaimana, aku menganjurkan
agar meracunnya lagi dan tidak dapat diperkenankan pulang. Guru tiruanku segera
ditangkap dan diracun kembali. Agar mengurangi penderitaanya, dengan diam-diam
aku memasukkan obat bius dalam minumannya. Dengan begitu, ia mati dengan
perasaan aman. Pengaruh racun sama sekali tidak dirasakan. Sebaliknya Nayaka
Madu menjadi geram oleh sikap bandelnya. Tetapi segeta kuhibur bahwa racun tanpa
obat pemunahnya akan ditakuti lawan. Rupanya kata-kataku benar-benar dapat
menghibur hatinya. Dan semenjak hari itu, ia giat memelihara lintah hijau dan
benih bunga Cacar Kuning Calon Arang."
"Ulupi! Apakah racun Sirnagalu dan Cacar Kuning benar-benar tiada pemunahnya?"
Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setidak-tidaknya baru kami temukan beberapa tahun kemudian. Itulah berkat
bantuan guru kami Pangeran Semono."
Pangeran Jayakusuma manggut-manggut. Berkata tidak jelas:
"Gurumu yang satu itu agaknya manusia tersakti pada jaman ini."
"legakan hatimu, pengeran. Pada suatu kali pangeran akan dapat bertatap muka
dengan guru kami" Ulupi menyahut Lalu mengalihkan pembicaraan: "Berkat obat
pemunah itu, aku dapat merebut kembali tenaga sakti K Ageng Mijil Pinilih bahkan
tenaga sakti pangeran."
"Eh, dengan cara apa?" Pangeran Jayakusuma tercengang.
Sebab ia merasa tidak pernah berhubungan dengan Ulupi maupun Maruti dalam hal
memulihkan tenaga saktinya.
Kembali lagi Ulupi tersenyum. Katanya:
"Pernahkah Ki Ageng Mijil Pinilih bercerita tentang setangkai bunga yang selalu
hadir di atas loteng kediaman puteri Prabasini?"
"Ya ya ya ya..."
"Itulah bunga pemunah racun penghisap tenaga sakti"
Misteri Dewa Seribu Kepalan 1 Pendekar Slebor 08 Pengejaran Ke Cina Anting Mustika Ratu 2