Pencarian

Tjeng Hong Kie Su 1

Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karya : Chin Yung Saduran : Nie Kuang Sumber : T.A.H di Indozone
Ebook pdf oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info/ http://cerita-silat.cc/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daftar Isi DAFTAR ISI BAGIAN KE - 1 BAGIAN KE - 2 BAGIAN KE - 3 BAGIAN KE - 4 BAGIAN KE - 5 BAGIAN KE - 6 BAGIAN KE - 7 BAGIAN KE - 8 BAGIAN KE - 9 BAGIAN KE - 10 BAGIAN KE - 11 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BAGIAN KE - 12 BAGIAN KE - 13 BAGIAN KE - 14 BAGIAN KE - 15 BAGIAN KE - 16 - TAMAT Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BAGIAN KE - 1 KOTA GO-SAN yang terletak ditepi telaga Tong-teng,
sebenarnya bukanlah sebuah kota yang ramai. tapi pada
petang hari itu meski hari telah larut ma lam, orang2 yang
berjalan hilir mudik ternyata masih sangat banyak. Apabila
orang coba memperhatikan dengan seksama, orang segera
mendapat kenyataan, bahwa orang2 itu keluar dari sebuah
gedung bangunan tinggi dan mentereng. Dimuka pintu
gedung itu yang sisi-sisinya di cat dengan air mas, tampak dua
buah singa-singaan batu yang besar dan sama tingginya
dengan manusia, mata-matanya terbuka lebar, kuku-kukunya
runcing dan mulut-mulutnya ternganga menunjukkan gigi
yang panjang dan menakuti orang.
Jikalau kita coba menindak masuk keruangan tamu yang
luas dibagian dalam gedung ini, kita segera menyaksikan
seratus lebih lilin-lilin besar yang dipasang buat menerangi
ruangan tersebut, memancarkan sinar-sinarnya yang terang
bederang bagaikan disiang hari.
Dibagian sama tengah ruangan itu dipajang sepasang huruf
HIE (sukacita) yang besar sekali, dan dikiri-kanannya tampak
meja-meja, perjamuan bekas dihadiri para tamu tadi, tapi
yang sekarang telah kosong dan hanya ketinggalan piring-
mangkok bekas makan yang belum diangkat, sedang diantara
para tamu yang sebagian besar telah meninggalkan ruangan
itu, masih terdapat sebuah meja perjuangan dimana para
tamu masih duduk makan-minum dengan rupa yang gembira
sekali. Barang siapa memperhatikan suasana dalam ruangan itu,
sudah barang tentu akan segera mengetahui, bahwa disitu
baru saja selesai dirayaikan upacara dan pesta pernikahan,
kedua mempelainya telah masuk kamar. Para tamu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yangmenjadi sahabat-sahabat kedua mempelai, lalu dengan
beramai-ramai melakukan lauw phang*, sedang mareka yang
hubungannya kurang intiem dengan kedua mempunyai, siang-
siang telah meminta diri dan pulang kerumah masing-masing.
Maka kalau toh disitu masih ada, orang yang berkkumpul,
sudah barang tentu orang2 itu tersangkut pamili dekat atau
sahabat-sahabat yang sangat akrab pada orang yang
mengadakan pesta pernikahan tersebut.
lauw phang*: lauw phang atau nao-pang adalah satu kebiasaan diantara
rakyat Tiong-kok dijaman dahulu, untuk menggoda mempelai
pria dan wanita pada malam mereka.
Tatkala itu pada sebuah meja perjamuan tampak dua
pasang suami isteri yang berusia sudah agak lanjut, karena
usia mereka telah melebihi 50 tahun, mereka ini tengah
melayani makan minum, seorang laki-laki sebaya mereka. Dua
orang prianya masih tampak gagah dan penuh semangat,
namun yang seorang pula, yang bertubuh kurus dan lebih
katai daripada dua orang kawannya yang lainnya, romannya
agak muram, se-olah2 hatinya tidak bergembira menghadapi
pesta pernikahan yang baru berakhir itu. Sedang dua orang
wanitanya, yang tubuhnya kurus kering, sehinggga ia lebih
tepat dikatakan rangka yang terbungkus kulit, dari pada
manusia yang terdiri daripada darah dan daging. Hal mana,
justru menjadi kebalikannya daripada wanita yang lainnya itu,
yang bertubuh gemuk terokmok bagaikan beduk, yang selalu
tampak berseri-seri dan berbicara dengan tidak henti-
hentinya. Sementara orang pria ketiga tadi yang rambutnya telah
berubah dan nampak telah agak sinting, masih saja
menganjurkan orang lain minum arak dan berkata: "Mari,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mari! kamu besan laki-laki dan perempuan, rasanya sudah
sepatutnya jika kalian memberi selamat minum arak kepadaku
yang menjadi comblang. Ayoh kita minum kering arak ini !"
Kemudian, tanpa menghiraukan pula pada orang lain, ia
segera minum kering araknya dan mempergunakan lengan
bajunya untuk menyeka bibirnya.
"Sejak hari ini dan selanjutnya," ia melanjutkan, "dua
keluarga, cabang atas kenamaan dikalangan Kang-ouw telah
saling berbesan, dengan terangkapnya perjodohan putera dan
puteri kalian yang sangat setimpal itu. Semoga mereka berdua
hidup rukun dan bahagia sampai dihari tua! Ha,ha,
ha............." Oleh karena kata-kata ini disusul dengan suara tertawa dan
gerak-gerakan kaki dan tangan yang sangat gembira, maka
kedua wanita dan seorang pria itupun jadi turut juga tertawa,
tapi, sungguh aneh sekali, orang tua yang bertubuh kurus itu
tinggal tetap mengunjukkan sikap yang kecut dan tidak
bergembira, hingga si wanita teromok yang menyaksikan
suaminya masih selalu mengunjukkan roman yang kurang
senang, dengan lantas ia berkata : ''Hai, mengapakah kau
tinggal membisu saja bagaikan sebuah patung" Hari ini adalah
hari bahagia bagi anak perempuan kita yang merayakan hari
nikahnya tapi mengapa kau hanya tinggal bermuram durja,
hingga tepat sekali dengan nama julukanmu Kouw-bian-sin
yang telah orang berikan kepadamu itu?" (Kouw-bian-sin
berarti Malaikat yang beroman muram).
"Memang tepat sekali!" bersorak si comblaang itu.
"Memang sesunguhnya setimpal sekali akan Kouw-bian-sin
menjadi pasangan Say-giok-hoan!" (Say-giok-hoan berarti Yo
Kwie Hui Kedua). Wanita montok yang diberi orang gelar Say giok hoan itu,
meski usianya telah mencapai 50 tahun, tapi wajahmya tidak
tampak terlalu tua dan masih memberikan bayangan yang
jelas akan kecantikan parasnya pada masa masa lampau. Hal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mana, sungguh tepat sekali jika orang telah memberikan ia
gelar tersebut. Hampir dalam saat itu juga, Say-giok-hoan yang jika sudah
agak sinting telah menyambitkan cangkir araknya pada si
comblang, hingga orang tua itu lekas-lekas berkelit dan
berkata : "Say-giok hoan, janganlah kau berkelakar!"
Sambitan itu luput, tapi cangkinya jatuh berserakan diatas
jubin. "Kawan, apakah kau sudah mabuk?" Kouw-bian-sin yang
selalu tampak bermuram durja, akhirnya telah mencampuri
juga berbicara. Say-giok-hoan segera bangun berdiri dan membentak :
''Siapa berani bilang bahwa aku mabuk?"
"Jangan bertengkar, jangan bertengkar!" menasehati
orang-orang yang berkumpul disitu.
Seketika itu dari bagian gedung itupun terdengar suara
hiruk pikuk dan tindakan kaki bebrapa banyak orang yang
terdengar berlarian menuju keruangan tamu disitu.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tiba-tiba Say-giok-hoan
memasang-telinga buat mendengar, hal mana, pun dituruti
oleh orang-orang yang berkumpul di sekitar meja perjamuan
itu. Tidak antara lama muncul dua orang pemuda yang masuk
kedalam dengan wajah pucat dan tergesa-gesa. "Suhu.....
Suhu ...... celaka!" kata mereka dengan suara yang hampir
berbareng. Wanita kurus dan suaminya yang menjadi tuan rumah
disitu sudah tentu menjadi terkejut sekali menyaksikan
kedatangannya kedua orang murid itu. Kedua suami-isteri itu
bukan lain dari dua orang pendekar2 kenamaan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikalangan Kang-ouw dikenal orang sebagai Tong-teng-siang-
hiap, atau sepasang pendekar dari telaga Tong-teng. Yang
laki2 bernama, Liok Keng, sedang si wanita, bernama Bun So
Giok. Orang yang menjadi mempelai pria pada hari itu, bukan
lain daripada putera mereka yang bernama Liok Kong, yang
dikalangan Kang-ouw diberikan orang nama julukan Siauw-
thiat-kauw, atau si Kera Besi Kecil. Mereka suami-isteri ketika
melihat kedua murid itu masuk dengan ter-gopoh2, sudah
barang tentu segera bertanya : "Ada urusan apa " "
Pertanyaan ini membuat para tamu yang belum bubaran
menjadi tercengang, kecuali Kauw-bian-sin Teng Tin yang
tetap tinggal duduk dikursinya, tidak bergerak, juga tidak
berkata-kata. Tapi Say-giok-hoan Wan Ho yang hatinya tidak
sabaran, buru-buru melompat berdiri dan menyekal kedua
orang murid tuan rumah itu sambil turut bertanya : "Ada
urusan apa" jikalau kera kecil itu berani menerbitkan
kerusuhan, ia harus berlaku hati-hati menjaga kepalanya!"
Kedua murid itu belum lagi menjawab pertanyaan Say-giok-
hoan, ketika 12 atau 13 orang masuk kedalam ruangan tamu
bagaikan sekawanan lebah yang berterbangan kalang kabut
karena sarangnya dibakar orang. Diantara mereka ada
seorang yang telah menderita Iuka-Iuka agak parah. Mereka
ini, dengan kacau berlomba-lomba melaporkan sesuatu pada
induk semang mereka, hingga sukar dibedakan laporan siapa
yang benar atau kurang benar.
Tong-teng-siang-hiap yang menyaksikan seoang anak
buahnya telah terluka, tidak tertahan pula buat tidak menoleh
pada Say-giok-hoan dan mengajukan pertanyaan sambil
tersenyum simpul : "Pada waktu malam pernakahannya, anak
perempuanmu tidak Iupa membawa juga senjatanya kedalam
kamar. Apakah artinya ini?"
Say-bian-hoan lain menatap wajah kedua orang yang
pertama muncul itu sambil menanyakan : "Sebenarnya telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjadi apa, hingga membuat kalian berlarian begitu tergesa-
gesa"..... lekas bilang! "
Tapi bukannya menjawab pertanyaan itu, sebaliknya
mereka menoIeh pada. Tong-teng-siang-hiap dan berkata :
''Suko telah dilukai oleh berandal perempuan itu, hingga
belum diketahui apakah ia hidup atau mati !"
Kata-kata "Suko" atau kakak seperguruan yang diucapkan
kedua orang itu, sudah jelas dimaksudkan terhadap orang
yang mentjadi mempelai pria itu, yaitu Siauw-thiat-kauw Liok
Kong. Oleh karena mendengar laporan ini, sudah tentu banyak
orang yang menjadi sangat terkejut.
Liok Keng suami-isteri hampir tak percaya pendengaran
telinga mereka. "Berandal perempuan mana yang kalian maksudkan itu ?"
kata mereka dengan suara yang hampir berbarengan. "Apakah
kalian anggap begitu mudah untuk setiap orang membuat
kerusuhan tanpa alasan ?"
Dengan pertanyaan itu, beberapa banyak orang segera
mengajukan laporan2 menurut apa yang mereka masing2
ketahui, hingga suaranya hiruk pikuk dan tidak jelas siapa
diantara mereka yang laporannya lebih benar dan patut
dipercaya. Maka Bun So Giaok yang mendengar anak laki-
lakinya telah dilukai orang, sudah tentu saja hatinya jadi kaget
bercampur gusar, hingga dalam keadaan tidak sabaran ia
telah menggebrak meja dengan begitu keras, hingga piring,
mangkok dan cawan diatasnya telah mencelat dan tidak
sedikit yang berjatuhan kelantai dan hancur ........ berantakan.
"Aku tidak mengerti laporan apa yang kalian sampaikan
kepadaku" bentak sinyonya pendekar itu. "Aku hanya
membutuhkan laporan yang cukup jelas dan dapat dimengerti
orang!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang itu yang menyaksikan induk semang mereka
menjadi gusar, dengan mencelos segera mempersilahkan
kedua orang yang datang duluan itu untuk memberikan
laporan mereka. "Subo," kata salah seorang murid itu ...... "itulah anak
perempuan mereka ini, yang telah melukai Suko!" Katanya
sambil menunjukkan Say-giok-hoan dan Kouw-bian-sin Teng
Tin. "Apa" Kau memaki aku berandal perempuan ?" Selak Say-
giok-hoan sambil mendelikkan matanya, sedang kakinya lalu
ditendangkan pada bangku yang dibuat dari pada porselen
biru, hingga bangku itu mencelat dan jatuh diatas lantai
lengan mengeluarkan suara gredombrangan...... keras sekali.
Sedang pecahan bangku porselen tersebut hancur dan
muncrat dan tergerak kian-kemari.
"Sabar dahulu, kawan!" kata Say-giok-hoan dan Kouw-bian-
sin Teng Tin pada isterinya. "Paling benar dengarlah dahulu
apa kata dia itu," ia melanjulkan sambil menunjuk pada. murid
Liok Keng itu. "Jangan kau bicara sembarangan !" Say-giok-hoa seolah-
olah mengacam pada orang yang melaporkan pada induk
semang dan guru mereka itu.
"Memang benar," selak murid yang kedua, bahwa anak


Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perempuan mereka inilah yang telah melukai suko !"
"Bohong!" bentak lagi Say-giok-hoan Wan Ho.
"Kami tidak berdusta," kata orang itu pada Liok Keng dan
Bun So Giok suami-isteri. "Itulah Pek-hoa-sian-cu yang telah
melukai Liok Suko! Suhu dan Subo boleh pergi periksa dan
menyatakan sendiri kebenarannya kata murid itu !"
Pek-hoa-sian-cu atau Dewi Beratus Bunga itulah nama
gelar Teng Siauw Eng, puteri Kouw-bian-sin dan Say-giok-
hoan yang menjadi mempelai wanita pada petang hari itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu, Wan Ho dan Kouw-bian-sin jadi terbengong-
bengong sejenak, tidak dapat mengucapkan barang sepatah
katapun. "Kau dengar !" Bun So Giok menuding pada Say-giok-hoan
dan suaminya. "Itulah sesungguhnya anak perempuanmu
yang telah melukai anakku !"
Say-giok-hoan yang sudah agak sinting dan mudah naik
darah, segera berlompat maju sambil berseru : "Jikalau benar
demikian halnya, kau hendak berbuat apa terhadap anak
perempuan kami itu " "
"Jadi kau menantang padaku ?" kata Bun So Giok yang
juga tidak mudah digertak orang. "Jikalau anak perempuanmu
membunuh anak laki-lakilku, dia harus mengganti dengan
jiwanya sendiri! Kau mengerti ?"
"Kurang ajar!" damprat Say-giok-hoan. "Akan kusasikan
sampai dimana kelihayanmu!" Sambil berkata begitu, la segera
gerakkan kedua-dua kakinya dan menendang dua buah
bangku porselen dikedua s isinya, hingga bangku-bangku yang
mungkin juga akan merintangi gerak-geriknya dengan secara
leluasa berterbangan kekiri-kanan. Yang sebuah membentur
dinding tembok dan hancur menjadi berkeping-keping disaat
itu yuga meluncur keIuar gedung dan jatuh dilapetaran
babaikan daun yang gugur dari tangkainya, hingga, bangku
inipun hancur lebur dengan memuncratkan pecahan-
pecahannya kian-kemari. Tapi pada sebelum Say-giok-hoan dan Bun So Giok turun
tangan buat menentukan kepandaian masing-masing, tiba-tiba
diantara mereka berdua berkelebat sesosok bayangan
manusia yang gerak geriknya melapaui sinar kilat, menarik
tangan Say-giok-hoan Wan Ho sambil berkata : "mari kita
berlalu ! " Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bersamaan dengan diucapkannya kata-kata itu, Say-giok-
hoan pun telah ditarik keluar dari ruangan yang seyogyanya
akan diperkirakan sebagai medan pertempuran itu.
Sementara Liok keng yang melihat Kauw-bian-sin Teng Tin
hendak mengajak isterinya berlalu dari situ, buru-buru ia
berseru : "Teng heng, tunggu dulu !"
Begitupun Say-giok-hoan yang merasa dirinya telah
dirintangi maksudnya akan bertempur dengan Bun So Giok
oleh suamimya, dengan lantas ia mendelikkan matanya dan
membentak : "Fui! Kau mau mengajak aku berlalu dari sini,
tapi bagaimana, dengan anak peremptuan kita itu ?"
Benar juga apa kata pendekar wanita mudah naik darah
itu. Jikalau anak perempuan mereka yang menjadi mempelai
melukai bakal suaminya, apakah pihak keluarga si mempelai
laki-laki tak akan mengepungnya buat menuntut balas"
Seketika itu juga dari sebelah luar telah mendatangi pula
beberapa banyak orang dengan sikap tergopoh-gopoh.
"Barusan Pek-hoa-sian-cu telah melarikan diri dengan jalan
melayang keatas genting," kata orang yang menderita luka
itu. "Ketika kami sekalian hendak merintanginya, ia segera
turun tangan dan melukai bahu kami dengan gembolannya! "
Say-giok-hoan sangat gusar mendengar omongan orang
itu, hingga ia memotong pembicaraannya dengan suara keras
: "Tutup bacotmu! Anak perempuanku berani berbuat, berani
yuga menanggung akibatnya, dimanakah ada aturan kabur
sebagai seorang pengecut."
Karena menduga pasti bahwa anak laki-laki mereka telah
dilukai anak perempuan Teng Tin suami-isteri, maka Liok Keng
lelas-lekas menyeIak dengan suara yang menandakan sangat
gusar dan berseru : "Kalian berdua jangan pergi dahulu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jikalau kami berdua telah menyaksikan keadaan luka anak
kami, barulah kita coba berunding pula! "
"Tidak usah mengulur-ulur waktu," kata Say-giok-hoan
dengan sengit, "jika kalian sesungguhnya berhati tabah,
bolehlah segera kita lanjutkan pertempuran ini; kalau tidak,
apa perlunya kau minta kami menunggu ?"
Bun So Giok jadi sangat mendongkol, hingga ia sembat
sebuah kursi didekatnya, dengan mana ia segera pukulkan
kearah Yo Kwie Hui kedua itu, yang segera menangkis dan
memukul kursi itu dengan telapak tangannya. Brak!.....
Begitulah terdengar suara, bagaikan kapak yang membelah
balok, hingga dilain saat kursi itu telah terpukul hancur dan
kepingan-kepingannya melayang kesana-sini. Kemudian, cepat
bagaikan kilat, ia. sambar bekas kaki kursi tersebut, dengan
mana Say-giok-hoan telah mempergunakan untuk menotok
jalan darah Leng-tay-hiat Liok Keng yang berada disebelah
kirinya, sedang Bun So Giok yang mernerjang dari sebelalh
kanan hendak di totok jalan darah Kian-ceng-hiat pada bagian
bahunya. Tapi mereka berdua suami-isteri tidak berlaku lengah dan
membiarkan Say-giok-hoan, berbuat punya suka atas diri
mereka. Maka sesudah berhasil menghindarkan diri dari pada
serangan itu, Liok Kong segera melompat kesisi pintu ruangan
tamu dan memanggil : "T eng Heng, jangan berlalu dahulu!"
Tapi sebelum Liok Keng datang menghampiri, Kouw-bian-
sin Tong Tin telah menendangkan kedua kakinya ketanah dan
melayang keatas genting bagaikan seekor burung kepinis
cepatnya, hingga dalam waktu sekejapan saja ia telah
rnenghilang ditelan oleh kegelapan.
Liok Keng yang memang telah ketahui betapa tingginya
ilmu mengentengkan badan si besan itu, terpaksa
membatalkan maksud untuk mengejarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena meski ia dapat mengejar dengan gerakan
bagaimana cepatnya juga, sudah pasti amat sukar untuk
dapat menyusulnya. Selain itu, iapun belum mengetahui, hal
apa yang telah menerbitkan kehebohan itu. la kenal Teng T in
sebagai salah seorang gagah yang terkenal dikalangan Kang-
ouw, tapi sama sekali belum pernah bersahabat akrab
dengannya. Sekarang karena mereka berdua telah mempunyai
hubungan sebagai besan, maka ia anggap tidak selayaknya
mengejar-ngejar orang bagaikan seorang musuh. Lebih-lebih
duduk persoalannya belum jelas bagi dirinya. Maka setelah
berdiri bengong sesaat lamanya, buru-buru ia membalikkan
badannya dan menuju keruangan tamu, dimana isterinya
tengah bertempur dengan Say-giok-hoan Wan Ho.
Pertempuran itu telah berlangsung antara, 20 atau 30 jurus
Iamanya, tapi kedua pihak sama unggul kepandaiannya, dan
amat lincah gerak-gerakannya. Dua puluh orang keluarga Liok
telah terdesak dan terpaksa mundur kekiri-kanan ruangan
tamu itu. Bun So Giok meski kurus perawakannya, ternyata
amat gesit gerak geriknya. begitupun Say-giok-hoan yang
bertubuh gemuk teromok, ternyata tidak menjadi halangan
untuk ia meladeni bertempur dengan besannya dengan sama
gesit dan gagahnya. Jika seorang maju menyerang, maka
yang lain segera berkelit dan maju kembali untuk
menyerangnya lagi .... terus saling serang, berkelit, membalas
dengan tunai. Hal mana membuat rasa kekaguman pada anak
buah keluarga Liok yang masih berkumpul disitu.
Hanya amat disayangkan, bahwa pertengkaran yang terjadi
antara kedua pendekar bleh dikatakan agak membuta .....
karena belum diketahui sebab musabab yang sebenarnya
terjadi. Karena kalau yang seorang merasa berwajb akan membela
anak laki-lakinya yang terkabar dilukai orang, adalah yang
lainnya, sebaliknya hendak membela anak perempuannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang selalu dianggapnya berada dalam kedudukan yang harus
diibenarkan. Oleh karena itu, tidaklah heran kalau kedua pihak telah
mengadu tenaga dengan sia-sia saja, bagaikan orang-orang
yang memperebutkan bungkusan yang belum ketentuan
apakah isi yang ada didalamnya berharga atau tidak untuk
dijadikan barang rebutan !
Tatkala Bun So Giok melihat Liok Keng telah kembali
keruang tamu dan berdiri disalah satu pinggiran tanpa
membantui kepadanya. segera juga ia mendelikkan matanya
dan berseru :"Apakah perlunya kau berdiri menonton disitu "
Ayoh, segeralah kau maju buat mengepung lawan kita ini !"
Liok Keng yang berpikiran panjang, tidak mau bergerak
dengan secara semberono. Karena iapun telah berpikir, bahwa
suatu peristiwa pastilah ada sebab musababnya yang cukup
kuat untuk kemudian menimbulkan sengketa serupa ini.
Kedua pihak ini percaya telah bertindak secara semberono
dan salah paham, dari itu ia tidak mau sembarangan campur
tangan dengan cara membabi buta. Lebih-l:ebih buat
mengerubuti orang dengan berduaan. Ia enggan melakukan
perbuatan pengecut ini dan lalu berkata : "Akan kupergi
melihat sendiri keadaan Kong-jie disana, barulah nanti kita
berunding pula! " Tapi Say-giok-hoan yang mendengar pembicaraan tuan
rumah itu, dengan lantas ia berseru : "Jangan pergi!,
kembalikan anak perempuanku! Aku tak suka menikahkan dia
pada anakmu!" Sementara Bun So Giok yang diliputi kemarahan, wajahnya
yang putih seakan-akan berubah biru. la menggerakkan
kedua-dua telapak tangannya bagaikan baling-baling yang
hendak menghambat terjangan angin taufan.
Ketika telapak tangan kirinya membacok bahu Say-giok-
hoan, si harimau betina yang tersebut belakangan segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkelit untuk menghindarkan diri dari pukulan itu, tapi
telapak tangan kanannya lalu disodokkan kearah dada orang
bagaikan kilat cepatnya. Say-giok-hoan lekas miringkan badannya untuk melewatkan sodokan itu. Dan kemudian ia mempergunakan
kaki kursi yang dicekal ditangannya untuk menghantam
lengan orang yang menyambar kepadanya itu.
Melihat pukulannya gagal, Say-giok-hoan jadi semangkin
sengit dan menerjang Bun So Giok dengan gerak-gerakan
yang hebih cepat dan nekat.
"Kurang ajar !" seru Bun So Giok tiba-tiba "Akan kubikin kau menyaksikan dengan
mata kepalamu sendiri, betapa
lihaynya ilmu pukulanku dengan tetapak tangan ini! Sekarang
aku tak akan berlaku sungkan lagi !"
Sambil berkata begitu, pendekar wanita dari telaga Tong-
teng ini segera merubah cara, penyerangannya, hingga ketika
pertampuran ini berlangsung beberapa jurus lamanya, Say-
giok-hoan kelihatan terkejut dan baru mengetahui, betapa
dahsyatnya ilmu pukulan telapak tangan murid biarawan
wanita Touw Jie Lo-nie ini. Dan jika pertempuran ini
dilanjutkan, ia harus menggunakan senjata pusakanya untuk
menghadapi besannya yang dengan secara tiba-tiba telah
menjadi musuhnya itu. Begitulah sesudah menyambitkan kaki kursi itu pada Bun
So Giok, yang Ialu mengibaskan lengan bajunya buat
menyapu kaki kursi yang disambitkan untuk menusuk ulu
hatinya, Say-giok-hoan Wan Ho segera menyambut sepasang
Pan-koan-pit dari gegernya, dengan mana ia telah mulai
membuka serangan-serangan baru dengan senjata yang ia
biasa pakai dan sangat mahir untuk memainkannya.
(oOo-dwkz-TAH-oOo) Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BAGIAN KE - 2 Dengan begitu perternpuran itu seolah-olah dimulai lagi
dengan babak-babak baru yang tak kalah dahsyat dan
ramainya daripada tadi. "Sungguh tidak kunyana, bahwa hari ini aku beruntung
dapat menjajal kelihayannya salah seorang pendekar dari
telaga Tong-teng," kata Say-giok-hoan Wan Ho dengan
tertawa menyindir. Tetapi Bun So Giok tidak menghirauhannya dan tinggal
tetap meluncurkan pukulan-pukulannya dengan tidak banyak
bicara pula. Dalam keadaan begitu, tiba-tiba Liok Keng telah kelihatan
balik kembali dan segera berniat memisahkan kedua orang
pendekar wanita dengan yalan melompat ketengah medan
pertempuran. Tapi Say-giok-hoan yang menyangka jelek atas kedatangan
tuan rumah itu, segera mengayunkan sepasang Pan-koan-
pitnya dan menerjang pada Liok Keng dengan siasat Pek-ho-
liang-cie, atau bangau putih mementangkan sayap.
Kedua-dua tangannya mula-mula dibentangkan, kemudian
dengan gerakan secepat kilat ia menerjang untuk menusuk
perut orang yang baru datang itu, hingga Liok Keng terpaksa
berkelit sambil menggerakkan kakinya buat menendang,
dengan gerakan yang hampir tidak terlihat karena, amat
cepatnya. Sementara Say-giok-hoan yang tidak keburu
menarik pulang pan-koan-pitnya yang ditusukkan pada Liok
Keng, sudah barang tentu senjatanya telah kena tertendang
sehingga mencelat keatas dan menancap dalam sekali pada
tiang rumah ditengah ruangan tamu itu.
"Celaka !" pilkir Say-giok-hoan di-dalam haltinya. Tapi
keberaniannya yang dapat menyaingi besarnya gunung Thay-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
san tidak membikin ia mundur barang setapakpun dari medan
pertempturan. Begitulah dengan hanya bersenjatakan sebuah
Pan-koan-pit dlitangannya, ia melanjutkan pertempuran itu
untuk menghadapi dua lawan dengan sekaligus. Tapi Liok
Keng yang memang tidak berniat buat mengerubuti besannya
itu, lekas-lekas ia mundur dan menjauhkan diri disisi medan


Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertempuran. Bun So Giok kelihatan mendongkol sekali menyaksikan
suaminya mengunjukkan kelemahan kepada pihak lawannya,
tapi tak dapat berbuat lain daripada mengomel : "Goblok kau
!" yang mana cukup dipahami oleh Liok Keng sendiri, yang
tinggal menunjukkan sikap passif sambil menghela napas dan
tinggal berdiri menonton disuatu pinggiran.
Selagi pertempuran masih berlangsung dengan serunya,
tiba-tiba ada beberapa orang yang datang menggotong
seseorang yang rupanya terluka parah sambil berkata :
"Suko datang! .... Suko datang! .........."
Dengan ini, pertempuran itupun mendadak terhenti
sejenak. Bun So Giok dan Liok Keng lekas-lekas menoleh pada
orang-orang yang baru datang itu, sedang Say-giok-hoan yang
mengambil kesempatan selagi pertempuran tertunda, dengan
secara tiba-tiba ia me lompat Keatas dan menjambret
senjatanya yang menancap diatas tiang, hingga dilain saat ia
telah siap meladeni bertempur melawan Bun So Giok dengan
menggunakan sepasang senjatanya itu.
Tubuh orang yang digotong itu berlumuran darah itu
ternyata adalah mempelai pria putera Tong-teng-siang-hiap
sendiri, yang bernama Siauw-thiat-kauw Liok Kong. Hal mana
telah membuat kekagetan yang bukan alang kepalang bagi
kedua orang tuanya. "Aiii...... kau kenapa, nak ?" kata Bun So Giok yang segera
menghampiri pada anaknya yang terluka parah itu. Pakaian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw-thiat-kaw tampak merah karena busah oleh darah yang
keluar dari beberapa luka yang terdapat diatas tubulnya.
Menyaksikan bahwa bagian luka-luka itu besar-besar
bekasnya dan mengeluarkan darah tidak henti-hentinya, maka
Say-giok-hoan segera mengetahui, kalau-kalau si pemuda itu
telah dilukai oleh gembolan Liu-seng-houw-jiaw-tui anak
perempuannya Siauw Eng, semacam gembolan berantai ,yang
dapat dipergunakan untuk menyerang musuh dari jarak yang
agak jauh. Hal mana telah membuat Bun So Giok yang segera
juga mengetahui hal ini, segera menuding pada Say-giok-hoan
Wan Ho sambil mendamprat : "Perempuan geladak, kau
jangan lari !" Say-giok-hoan sendiri yang melihat dengan mata kepala
sendiri luka-luka Liok Kong itu, diam-diam tidak membenarkan
atas perbuatan anak perempuannya yang dianggapnya sangat
katerlaluan itu, tapi buat tidak membikin harga diri merosot
dimata orang banyak yang mendengar ia dicaci maki
"perempuan geladak" oleh pihak besannya, sudah barang
tentu ia tidak sudi mengunjukkan kelemahan dirinya dan Ialu
tersenyum dingin sambil balas menjengeki : "Bukan salah
anak perempuanku jikalau ia mampu turun tangan melukai
anak laki-lakimu sampai begitu, tetapi anakmulah yang
ternyata tidak becus berbuat apa-apa. Kau anggap aku takut
kepadamu" Hm, aku tidak akan lari, tetapi hendak
rnenyaksikan sendiri sampai dimana keunggulan ilmu silatmu
yang sangat kau banggakan itu"
Bun So Giok yang sudah merasa amat gemas dengan
kecaman Say-giok-hoan yang dirasakannya amat pedas itu,
keruan saja jadi amat guar dan lalu maju menerjang buat
menyodok dada lawan yang bertubuh montok teromok itu
dengan limajari tangannya yang runcing bagaikan ujung
tombak, hingga Liok Kong yang kabetulan baru mernbuka
matanya, dengan napas yang terengah-engah lalu coba
berseru : "Ayah..... ! Ibu..... !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun So Giok terpaksa menunda serangannya dan menoleh
pada anaknya dengan perasaan hati yang hancur. "Kong-jie,"
katanya, "ada, urusan apa yang hendak kau sampaikan pada
ibu ?" "Aku memohon ....... agar supaya kalian........... jangan
bertengkar," kata Liok Kong dengan suara lemah.
Bun So Giok tertegun sejenak dengan halisnya yang tebal
tampak berkerut. "Apa katamu ?" seolah-olah ia hendak
mengulangi. "Kau telah menderita luka-luka sedemikian
parahnya, apakah itu boleh dibiarkan begitu saja tanpa
mengajukan sesuatu tuntutan ?"
Liok Kong yang tampaknya sudah sangat lemah, tak
mampu melanjutkan bicaranya, sedang Liok Keng yang
melihat luka-luka anaknya, segera totok urat darah anaknya
itu untuk menghentikan darahnya yang masih mengucur
keluar. "Jikalau anakku sampai kenapa-napa," kata Bun So Giok
dengan hati penasaran, "kau harus ganti jiwa anakku dengan
jiwa anakmu, atau dengan jiwamu si tua bangka!"
Sambil mencetuskan ancaman itu, si nyonya pendekar ini
lekas-lekas menoleh kearah Say-giok-hoan, tapi lekas juga ia
berubah kaget dan menyebut : "Dasar si celaka!" Karena
selagi ia sibuk menolong Liok Kong, si Kwie Hui Kedua telah
kabur entah kemana perginya. Dan meskipun kemudian Bun
So Giok telah mengejar keluar ruangan tamu itu dan mencari
kemana-mana, ternyata tidak tampak pula bayang bayangannya si nyonya pendekar yang bertubuh montok
terokmok itu. Oleh karena itu, apa boleh buat kedua suami-isteri itu lalu
menggotong anak laki-laki mereka kedalam kamar untuk
diobati dan dirawat luka-lukanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kong telah jatuh pingsan sehingga hampir setengah
jam lamanya, kemudian barulah lambat laun tersadar dan
dapat tidur dengan nyenyak setelah luka-lukanya
Liok Keng yang telah menjadi jago kawakan dikalangan
Kang-ouw sekian tahun lamamya, mengetahui bahwa luka-
luka anaknya itu tidak berapa berbahaya, karena luka-luka itu
hanya luka-luka diluar saja, hinggaa setelah berobat beberapa
hari lamanya, pasti akan dapat sembuh dan hanya
meninggalkan bekas-bekas yang tidak ada artinya samasekali.
Begitulah dengan mengambil kesempatan selagi isterinya
mengobati luka-luka anaknya itu. Liok Keng lalu panggill
kedua anak muridnya yang menghadap tadi buat ditanyakan
keterangan-keterangannya mengenai terjadinya kehebohan
antara anaknya dengan si nona mempelai tadi.
"Kamu boleh tuturkan tentang terjadinya peristiwa ini dari
mula sehingga di akhirnya, tanpa memihak pada kami atau
mempelai perempnan itu" kata orang tua itu.
Demikianlah menurut Penuturan kedua anak murid
tersebut: "Sesudah melakukan lauw-phang, kami sekalian telah
keluar dari kamar pengantin dalam suasana yang gembira,
baik dipihak kita maupun dipihak suko dan isteri. Malah
sesudah kita berlalu dan diam mendengar mereka berbicara
dari luar kamar, kami masih bisa mendengar suko dan isteri
saling menggeda dan berkelakar serta tertawa terkekeh-
kekeh. Tapi kemudian entah bagaimama suasana yang
gembira itu mendadak terganti dengan kerusuhan. Seingat
kami, diwaktu kami sekalian masuk kekamar pengantin buat
melakukan lauw-phang, kami melihat gembolan nona
mempelai yang bernama Liu Seng-houw-jiauw-tui dihiaskan
dua buah rumbai-rumbai dengan tambang yang berwarna
merah, maka kami sekalian lalu mentertawai suko sambil
berkata : "Suko, kau harus berhati-hati dengan Houw-jiauw-tui
ini, yang sesungguhnya yuga tidak boleh dibuat gegabah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kami mengatakan itu sekedar kelakar belaka, tidak tahunya
kecelakaan benar-benar telah menimpah atas diri suko!"
Liok Keng yang tidak suka mendengar penuturan yang
dilakukan secara ber-larut2 itu, segera dengan tidak sabaran
membentak : "Jangan melantur! Kau boleh menuturkan
dengan singkat tapi cukup jelas, aku tidak punya waktu cukup
untuk mendencarkan segala dongenganmu!"
Mula2 suko terdengar tertawa dan berkata : "Kau punya
gembolan, tapi aku punya pedang yang juga tidak kalah
hebatnya!" Kami diluar kamar turut tertawa dan menganggap
ini sebagai suatu lelucon belaka. "Jikalau aku telah berumah
tangga," demikianlah suko me lanjutkan, ayah akan memberikan aku sebilah pedang Ceng-hong-kiam. Bukankah
kau juga mernganggap bahwa pedang itu hebat sekali2" Suhu,
apakah benar suhu mempunyai pedang yang bernama Ceng-
hong-kiam itu?" "Tak usah kau banyak bacot mencampur-adukkan
persoalan yang benar dengan segala urusan tetek bengek"
bentak Liok Keng dengan perarsaan mendongkol, "Ayoh, kau
lanjutkan!" Kedua orang itu jadi terkejut dan lalu memulai pula : "Mula-
mula nona mempelai hanya tertawa saja, tetapi kemudian..........entah bagaimana ......... mendadak ia berhenti
tertawa dan balik bertanya: "Kong-ko, pedang apakah itu yg
kau katakan tadi'." Suko terdengar berbicara gugup dan tak
mau memberikan keterangan apa-apa. Ada kemungkinan ia
salah omong dan mengucapkan sesuatu rahasia dengan
secara tidak disengaja. Nona mempelai coba meminta
keterangan selanjutnya, tetapi suko menolak buat memberikan keterangan yang dimintanya itu. Dengan begitu,
maka mulailah terjadinya kerusuhan itu. Kami sendiri tidak,
menduga sama sekali, bahwa persoalan yang sekecil ini bisa
mengakibatkan kesudahan yang begitu mengerikan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ketika mengetahui bahwa diluar kamar masih banyak
orang yang berkumpul disitu sambil mendengarkan pembicaraan mereka, maka suko berhenti sebentar kemudian
memperendah suara bicaranya dan coba, melanjutkan dengan
cara yang lebih tenang. "Dalam keadaan begini, rasanya
paling baik kita jangan me-nyebut2 pula persoalan tadi," kata
Suko dengan suara membujuk. Tapi rupanya nona mempelai
tidak mau mengerti, hingga kami mendadak mendengar ia
membentak : "Aku tidak perduli! Kau harus ceritakan itu
kepadaku!" Kemudian suko menghiburnya dengan suara yang
begitu pelahan, sehingga kami diluar kamar tak dapat
mendengar jelas pembicaraan itu. Begitulah setelah keadaan
sudah agak sunyi dan tidak terdengar pula mereka berbicara
untuh beberapa detik lamanya, lalu kami mengajak kawan-
kawan buat berlalu dan masuk tidur. Tidak tahunya sebegitu
lekas kami hendak berlalu, tiba-tiba dari dalam kamar
terdengar sinona mempelai bertengkar dengan suko dengan
suara yang sengit sekali.
"Siauw Eng," kami mendengar suko ber-kata2, "Tampaknya
kau ter-gesa2 sekali untuk mengetahui persoalan ini!
Bersabarlah hingga beberapa hari pula lamanya, niscaya kau
akan ketahui hal ini dengan sepantasnya!"
"Nona mempelai tampaknya gusar sekali, karena kami
mendengar ia memhentak : Tidak bisa! Aku, mesti ketahui itu
sekarang juga, dan kau mesti menerangkan kepadaku dengan
se-jelas2-nya, cara bagaimana pedang itu bisa terjatuh
kedalam tangan keluargamu !"
"Aku sendiripun kurang jelas mengenai hal-ihwal pedang
ini," suko memberikan keterangannya. Dan jikalau aku me-
nyebut2 nama pedang itu hanyalah sekadar apa yang
kudengar dari penuturan orang lain saja. Sedangkan ayahku
sendiri, pernah mengatakan tentang pedang itu baru dua kali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sesaat kemudian kami mendengar suara sesuatu bagaikan
barang yang dirobek, yang dibarengi dengan bentakan suara
nona mempelai :"Kau tengok! "
Gambar - 01: ............. Kemudian nona mempelai lompat keatas genting
dan menghilang diantara kegelapan.........
Suko didalam kamar rupanya terkejut sekali, karena sesaat
lamanya kami tidak mendengar ia berkata-kata. Setelah itu
kami mendengar suko berkata-kata dengan suara separuh
membujuk. "Sudahlah," katanya, "tak usah kita membicarakan
persoalan dengan berlarut-larut. Eh, eh, cara bagaimana kau
........?" Belum lagi suko selesai bicara, tiba-tiba nona mempelai
menyelak dan membentak : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, jangan banyak bicara, dan jangan salahkan aku
jika aku mengambil tindakan sesuatu !"
"Sesudah mendengar kata-kata itu, selanjutnya kami
mendengar suko meratap-ratap, hingga kami menertawakannya dan menganggap ia seorang laki-laki yang
takut isterinya". Dari meratap, kemudian suko menjerit-jerit dan mengeluh :
"Sudah, Siauw Eng, sudah, janganlah kau memukuli aku! "


Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tatkala kami berdua hendak menghampiri kedepan pintu
kamar pengantin, tiba-tiba kami melihat pintu jendela terbuka
dan menyaksikan nona mempelai tengah menjinjing gembolan
Liu-seng-houw-jiauw-tui hendak melompat keluar dari situ.
Wajahnya gusar pakaiannya berlumuran darah, sedang suko
didalam kamar seolah-olah membiarkan dia pergi dengan
begitu saja. "Kan Sute hendak coba merintanginya, tapi ia telah
dihantam bahunya oleh gembolan nona mempelai, hingga ia
jatuh roboh dengan menderita luka-luka. Kemudian nona
mempelai lompat keatas genting dan menghilang diantara
kegelapan entah kemana perginya. Selanjutnya, karena ingin
mengetahui hal apa yang telah terjadi dikamar pengantin
selama ini, murid segera masuk kesana dan mendapatkan
suko terlentang diatas ranjang dalam keadaan pingsan dan
mandi darah. Hal ini, sudah barang tentu, sangat mengejutkan
sekali hati kami, hingga dengan pikiran bingung kami lekas
melaporkan pada suhu. Tetapi belum tahu apakah keadaan
luka-luka suko tidak membahayakan bagi dirinya" Dan
bagaimana persoalan ini harus diselesaikannya?"
Liok Keng terbengong sejenak, dahinya segera berkerut
bagaikan orang yang sedang berpikir keras, kedua tangannya
diletakkan seenaknya saja diatas punggunya, suatu tanda
bahwa ada sesuatu hal yang menindih perasaanya dengan
secara hebat. Kemudian ia berpesan pada kedua muridnya itu
sambil berkata : "Kamu sekarang boleh pergi dahulu, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jangan sekali-kali kamu menerbitkan heboh dan membicarakan tentang peristiwa yang baru terjadi ini diluaran.
Kamu mengerti " "
Kedua murid itu berjanji akan mentaati pesan itu dengan
sebaik-baiknya, barulah kemudian meninggalkan guru mereka
dengan laku yang hormat sekali.
(oOo-dwkz-TAH-oOo) BAGIAN KE - 3 "Aneh benar," kata Liok Keng didalam hatinya. "Apakah itu
sesungguhnya ........... dia itu?" Tapi lain pikiran telah
menyusul dan membuat ia merobah pikirannya. "Dimanakah
ada urusan serupa ini" Ia berkata-kata pada dirinya sendiri :
"Tidak mungkin, tidak mungkin. Ini semua adalah pikiran yang
bukan2! " Dari situ ia menuju kedalam kamar dimana ia menjumpai
isterinya tengah mengucurkan air mata sambil duduk ditepi
ranjang menjagai Liok Kong yang tampaknya sudah lebih
segar, tapi disaat itu telah dapat tidur tanpa merintih pula
seperti barusan. "Jikalau aku belum cincang si budak Siauw Eng yang hina
dina itu." kata Bun So Giok dengan sengit, "belumlah puas
perasaan hatiku !" Liok yang tidak mau membikin kegusaran isterinya
menjadi-jadi, mula-mula ia berkata-kata : "Luka-lukanya Kong
jie tidak berbahaya, nanti besok ia tersadar dari tidurnya,
bolehIah kita menanyai mengen.i peristiwa tidak enak yang
telah dialam inya itu. la tentu dapat menerangkan segala
sesuatu dengan sejelas-jelasnya. Seharian ini kau tentunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah letih me layani tamu dan berbareng juga mengalami
kerusuhan ini. Pergilah beristirahat."
"Aku tak mau tidur sahut Bun So Giok." Jikalau kau masih
ada urusan, pergilah kau bereskan sendiri urusanmu itu!"
Liok Keng tidak menyuruh orang2 sebawahannya untuk
memasang lampion, tetapi ia segera menuju keluar, berjalan
dalam kegelapan. Tatkala melaui beberapa belokan, ia
berhenti didepan sebuah kamar. Kamar ini tidak mempunyai
ciri-ciri yang luar biasa selain, pada kedua daun pintunya
dipasangi sepasang gelang kuningan yang bentuknya agak
besar. Liok Keng menyekal kedua gelang itu dengan kedua
tangannya. Tangannya yang kiri memutar gelang yang
dicekalnya itu dua kali, sedang tangan kanannya memutargelang yang dicekalnya itu tiga kali, kemudian kedua-
dua tangannya itu digerakkan dengan berbareng untuk
membuka pintu tersebut. Pintu itu tampaknya berat dan tebal
sekali, hingga meminta banyak tenaga untuk dapat
membukanya. Tapi tidak diketahui daun-daun pintu itu dibuat
dari bahan apa. Sesudah membuka pintu itu, dan menutupnya pula dari
sebelah dalam dengan dengan laku yang sangat hati-hati, Liok
Keng lalu menyalakan api untuk memasang lampu, hingga
sesaat kemudian orang baru mengetahui, bahwa kamar itu
bukan lain adalah sebuah perpustakaan, dimana orang tua itu
menghampiri pada kursi disisi meja tulis dan duduk termenung
disitu sehingga beberapa saat lamanya.
Sesudah berselang sekian lamanya, tiba-tiba ia bangun
berdiri, menghampiri kelemari buku, dimana tertimbun buku-
buku sehingga tidak kurang dari empat ciok tingginya. Disitu,
seteIah merogo kebelakan timbunan buku-buku dan meraba-
raba beberapa kali, akhirnya telah dikeluarkannya dari situ
sebilah pedang yang berserangka dan panjang bentuknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada baglan belakang lemari buku itu, ternyata dindingnya
telah dibobok untuk tempat menyimpan pedang tersebut,
sehingga jika dilihat dengan sepintas lalu saja, orang tak akan
menduga, bahwa dibelakang timbunan buku-buku itu terdapat
sebuah tempat yang sangat rahasia untuk menyimpan pedang
tadi. Orang tua itu lalu mengangkat pedang itu untuk diperiksa
dibawah sinar api lampu, tetapi tidak mencoba untuk
menghunusnya. Pada gagang pedang itu digantungkan sehelai
kertas yang warnanya telah berubah kuning, dimana tertera
beberapa huruf yang masih dapat dibaca dan berbunyi :
Disegel pada akhir musim dingin dalam tahun Kie-bie
(1499). Liok Keng membuat main pedang itu beberapa lamanya.
Beberapa kali ia berniat akan merobek kertas yang tengantung
pada gagang pedang itu, tetapi tampaknya ia se-olah-olah
ragu-ragu dan saban-saban membatalkan niatannya. Lama-
lama, selagi jari-jari tangannya memain atas gagang pedang
itu, tiba-tiba kertas itu memperdengaran bunyi bergeresekan,
dan bersamaan dengan itu, pedang itupun tercabutlah dari
serangkanya. Bunyi pedang itu menandakan, bahwa itulah sesungguhnya
sebilah pedang yang baik, tapi anehnya tidak mengeluarkan
sinar dan warnanya kehitam-hitaman bagaikan sepotong besi
biasa yang berkarat. Pada badan pedang itu terdapat bintik-
bintik kemerah-merahan yang berbentud lonjong yang
besarnya kurang-Iebih hampir sama dengan kuiku-kuku jari
tagan. Jari-jari tangan Liok Keng meraba-raba pada bagian
bintik-bintik pedang itu, dari satu pada yang lainnya,
kemudian jari tangan yang meraba itu terhenti pada bintik
yang ketujuh dan berkata-kata seorang diri : "Apakah ini
bukan dia?" Setelah itu, buat kesekian kalinya, ia
membungkuk buat memperhatikan terlebih jelas pula atas
huruf-huruf yang tertera pada gagang pedang itu sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghela napas : "Aiii ....., sunguh tidak kunyana, bahwa
pedang yaaig sudah disegel sekian lamanya ini, ada
kemungkinan akan dipergunakan orang pada jaman ini !"
Kemudian ia pergunakan singa-singaan batu kumala untuk
menindih kertas yang terlepas dari gagang pedang itu.
Tapi ketika baru saja ia bangun berdiri dan hendak
menyimpan pedanq itu kedalam kerangkanya, tiba-tiba diluar
jendela kamar ini terdengar suara orang yang dibarengi
detngan berkelebatnya sesosok bayangan manusia, hingga
Liok Kong yang telah banyak tahun keliaran dikalangan Kang-
ouw, segera timbul rasa curiga dan lekas-lekas memadamkan
api lampu. Dan berbarengan dengan terdengarnya suara
angin yang berdesir masuk, Liok Keng ditempat gelap melihat
dengan samar-samar sesuatu benda yang menyambar
kejurusannya dengan sangat dahsyat sekali.
Mula-mula ia berkelit untuk mengasih lewat benda aneh
yang menyambar kepadanya, sambil melompat kedepan
lemari buku dan menyimpan kerangka pedang itu ditempat
asalnya, sedang pedang yang dicekalnya, lalu dipergunakan
unituk membela dirinya sendiri. Setelah itu, ia pergunakan
siasat Yau-cu-hwan-sin, atau alap-alam membalikkan badan,
melayang keluar kamar itu dengan melalui jendela yang
ternyata telah dibongkar orang dari sebelah luar.
Syukur juga jendela itu tidak memakai ruji-ruji, hingga
sesaat kemudian Liok Keng telah berada diluar dari teras
melayang keatas genting untuk coba memperhatikan,
kejurusan mana kaburnya tamu yang tidak diundang itu. T api
ternyata tidak tampak tanda-tanda, bahwa orang itu telah
kabur dengan melalui tempat-tempat yang termasuk bagian
pekarangan disitu. Begitulah ia segera melompat turun pula
kelataran. Selagi berdiri tertegun sejenak, tiba-tiba Liok Keng
merasakan ada sesuatu benda yang menyambar kearah
bahunya dengan mengeluarkan suara desiran angin yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lembut sekali. Orang tua ini yang telah kenyang makan asam
garam dikalangan Kang-ouw sehingga bertahun-tahun
lamanya, sudah tentu saja tidak menjadi gugup mengalami
serangan gelap itu. Dengan memperhatikan bentuk senjata
yang sepintas lalu merupakan cengkraman binatang itu, ia
segera dapat menerka siapa orang yang hendak membokong
kepadanya itu. Dari itu dengan suara pelahan ia mengomel : "Ternyata kau
masih ada disini?" Kemudian dengan mempergunakan siasat Kwan-kong-toat-
tay-pauw, atau Kwan Kong menanggalkan jubah, lekas-lekas
ia berkelit sambil memutarkan badannya, setelah itu ia maju
mendesak dengan jurus Chit-seng-pouw atau langkah bintang
tujuh, sedang pedang ditangannya lain disabetkan kearah
musuh gelap itu dengan gerakan-gerakan secepat kilat.
Orang itu lekas-lekas menarik pulang genggamannya yang
teah tidak berhasil mengenai pada sasarannya, tapi berbareng
pula meluncurkan senjatanya itu.
Ketika melihat Liok Keng maju mendesak, Ia melakukan
perlawanan dengan cepat sekali terhadap orang tua itu.
Liok Keng segera mempergunakan pedangnya yang sudah
ditarik pulang itu untuk menebas gegaman musuh yang
bentuknya sangat aneh itu. Tapi pihak lawan yang tidak ingin
genggamannya kena tertebas oleh pedang Liok Keng, lekas-
lekas menarik pulang gegaman itu dan me lompat keluar dari
medan pertempuran. Ia bergerak dengan lincah dan segera
panjangkan langkahnya untuk kabur, tapi Liok Keng tak mau
melepaskannya dan lalu mengejar terus sambil menyerukan :
"Kau sebenarnya siapa ", lekas kau beri tahukan kepadaku
!" Tapi orang itu masih saja lari terus dengan cepatnya,
sehingga Liok Keng tidak dapat menyusulnya, sedangkan
orang itu terdengar tertawa dingin dan berkata :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau masih belum mengenali aku" "
Mendengar suara itu, Liok Kong jadi terkejut dan diam-
diam berkata : "Ah....., itulah ternyata benar dia?" Kemudian
dengan suara perlahan ia melanjutkan : "Siauw Eng, kami
sekeluarga tidak pernah memperlakukan kau tidak baik, tetapi
mengapakah kau telah melakukan perbuatan serupa ini " "
(oOo-dwkz-TAH-oOo) Bagian Ke - 4 Ya! benar. Orang itu memang bukan lain dari pada Teng
Siauw Eng nona mempelai yang telah melukai mempelai pria,
yang ternyata belum meninggalkan gedung itu, dan sesudah
melukai Siaw-thiat-kauw Liok Kong, ia sekarang masih
mendapat kesentpatan untuk coba menyerang Liok Keng
dengan secara bergelap. Siauw Eng tidak memberi kesempatan pada Liok Keng akan
bicara terus ia putar liu-seng-hauw-jiauw-tui ditangannya,
dengan mana ia menerjang orang tua itu bagaikan angin tofan
yang menyerbu ombak. Syukur juga Liok Keng cukup waspada
dan bermata celi, hingga ia dapat selalu siap siaga untuk
menghadapi segala kemungkinan. Maka sebegitu lekas Siaw
Eng meluncurkan gembolannya kepadanya, lekas-lekas ia
miringkan sedikit badannya, dengan lengan bajunya yang kiri
ia kebutkan kearah gembolan itu, sedang pedang Ceng-hong-
kiam ditangannya lalu dipergunakan buat menebas tali
gembolan tersebut. Tapi si nonapun yang tidak berlaku
lengah, sudah lantas menarik pulang gembolannya, yang
setelah diputar bagaikan baling-baling cepatnya kemudian
diluncurkan kearah Liok Keng dengan mengeluarkan suara
angin yang menderu-deru. Karena disamping yakin bahwa
ilmu s ilat orang tua itu sangat lihay, iapun mesti selalu berlaku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
licin agar supaya tali gembolannya jangan sampai tertabas
putus. Maka kalau tali itu putus, dengan sendirinya dia tak
berdaya, dan ia sudah harus mengucap syukur, jika Liok Keng
menyudahi pertempuran itu. Kalau tidak, putusnya tali
gembolan itu akan berarti sama dengan putusnya juga
nyawanya sendiri. Tapi Siauw Eng memang bukan lawan Liok Keng yang
setimpal, sehingga meski bagaimanapun ia mempertahankan
dirinya, tidak urung dia tak sanggup meladeni orang tua itu
untuk bertempur lebih lama lagi.
Maka Liok Keng sendiripun telah melihat kelemahan-
kelemahan pada bagian-bagian ilmu silat si nona, sambil
melakukan perlawanan segera berkata :
"Siauw Eng, kau bukan lawanku yang setimpal. Oleh sebab


Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, paling betul kau segera menjelaskan siapa sebenarnya
dirimu sendiri. Kalau tidak, janganlah dianggap aku
keterlaluan, apabila aku mengambil tindakan keras dengan
serangan-serangan yang tak berampun."
Siauw Eng tampaknya gentar juga mendengar ancaman itu.
Maka sesudah berkelit tiga kali dari serangan Liok Keng" dan
balas menggertak dengan serangan-serangan kosong untuk
memudahkan ia keluar dari gelanggang pertempuran, nona itu
segera putar gembolannya untuk melindungi dirinya,
kemudian ia meloncat keatas genting dan melenyapkan diri
dalam kegelapan. Orang tua itu sangat memuji tinggi atas Keng-sin-kang atau
ilmu meringankan badan menantunya itu, suatu tanda bahwa
dia sesungguhnya telah mampu menerima ilmu keturunan
keluarganya dengan cara yang semurna sekali. Demikianlah,
akhirnya ia sendiripun turut me lesat keatas genting,
memperhatikan kearah mana menantunya yang luar biasa itu
kabur. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia sebenarnya tidak berniat akan mengejarnya, dan jikalau
dan sekarang jika ia mengejarnya juga, tak lain tak bukan
hanya untuk menanyakan serta meminta penjelasan, apakah
latar belakang dari pada keributan yang telah terjadi pada
petang hari itu antara si nona dengan puteranya itu. Dari
kejauhan ia melihat Siauw Eng menuju ketepi telaga Tong-
teng, dimana terdapat hutan welingi yang lebat sekali.
Dibagian atas boleh dikatakan bahwa Siauw Eng itu adalah
menantu Liok Keng yang resmi, berhubung pernikahan antara
si nona dengan anaknya telah dilangsungkan menurut upacara
yang sudah laz im, tetapi mengapakah orang tua ini
menanyakan "Kau sebenarnya siapa ?"
Pertanyaan ini memang agak aneh, kalau diingat bahwa
Liok Keng sendiri memang telah kenal pada Siauw Eng, sejak
lama. Tapi karena mengalami peristiwa yang amat aneh dan
kurang dimengertinya ini, maka rasa curiga segera timbul
didalam hatinya. Hal apakah yang telah membuat Siauw Eng
begitu kalap, sehingga tak segan2 pula ia melukai pada
anaknya yang menjadi suaminya yang sah"
Dari sejak tadi ia telah memutar otak buat coba menduga-
duga, cara bagaimana pertengkaran itu bisa terjadi dengan
secara tiba-tiba, tetapi tidak dapat diketemukan dimana
letaknya kesalahan-kesalahan itu. Tatkala sekarang ia
menghadapi sendiri persoalan yang sesunggudnya amat sulit
ini, tiiba-tiba teringatlah olehnya akan penuturan kedua orang
muridnya, yang selama dimintakan penjelasannya, telah
menanyankan juga kepadanya, kalau-kalau orang tua itu
sesungguhnya mempunyai pedang yang bernama Ceng-hong-
kiam itu" Tapi pada saat itu Liok Keng telah tidak
menghiraukannya dan minta supaya muridnya itu melanjutkan
penuturannya. Oleh sebab itu, maka sekarang telah muncul
suatu dugaan baru didalam pikirannya, kalau-kalau pertengkaran antara Siauw Eng dengan anaknya itu
mempunyai sangkut paut dengan pedang Ceng-hong-kiam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rahasia apakah yang tersembunyi dibalik pedang kuno itu "
Liok Keng telah memperoleh pedang Ceng-hong-kiam itu
dikala usianya baru dua puluh tahun lebih. Sejak ia
memperoleh pedang itu dan merantau dikalangan Kang-ouw,
telah duabelas orang yang tewas dibawah barang tajam itu.
Setiap kali satu jiwa melayang, maka pada pedang itu segera
tampak sebuah bintik yang tak dapat dihilangkan untuk
selama-lamanya. Pada jaman dua puluh tahun lebih yang
Iampau itu, Liok Keng pernah bersua dengan seorang toosu
tua yang telah merampas pedang itu dari dalam tangannya,
hingga Liok Keng tak mampu mengambilnya pulang. Si toosu
telah melemparkan pedang itu jauh sekali, dan tatkala Liok
Keng meminta dengan sangat, barulah si toosu mengembalikan pula pedang itu sambil berkata : "Jikalau kau
sungguh-sungguh suka pada pedang itu, tidak ada
halangannya, akan kukembalikan kepadamu, hanya kalau
dapat janganlah kau pergunakan itu terlebih jauh pula!"
Oleh karena itu, maka sadarlah pikiran Liok Keng, akan
akibat-akibat tidak baik yang dapat diapaminya kelak, dari itu
ia te lah menyegel sendiri pedang tersebut dan menyimpannya
baik-baik dalam tempat yang istimewa didalam lemari
bukunya. Maka sejak hari itu dan selanjutnya, tak pernah ia
mempergunakan pedang itu dalam perantauannya diikalangan
Kang-ouw. Tapi peristiwa itu seolah-olah baru saja terjadi beberapa
waktu lamanya, ketika buat pertama kalinya ia meraba pula
dan mempergunakannya dalam pertempuran untuk melindungi diri dari pada serangan menantunya Pek-hoa-sian-
cu Teng Siauw Eng. Pedang itu telah ia perolehnya saat sebelum Siauw Eng
diliahirkan, oleh karena itu tidak mungkin menjadi latar
belakang yang langsung mengenai pertengkaran yang terjadi
antara si nona dengan anaknya Siauw-thiat-kauw Liok Kong
itu. Dan jikalau pedang itu benar menjadi gara-gara dari pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertengkaran itu, maka itupun bukan Iangsung mengenai diri
Siauw Eng pribadi tetapi ada kemungkinan mengenai
persoalan pihak leluhurnya pada jaman yang lampau itu.
Ayah bunda Siauw Eng - Kauw-bian-sin Teng T in dan Say-
giok-hoan Wan Ho meski hanya bertemu beberapa kali, tetapi
belum sama sekali pernah terbit permusuhan apa-apa. Liok
Kong dan Siauw Eng! memang pernah bertemu dikalangan
Kang-ouw dan semulanya saling bertengkaran, tetapi
kemudian mereka saling bersahabat dan cinta-mencintai satu
sama lain, dan tidak jarang berkunjung kerumah keluarga Liok
pada sebelum mereka menjadi suami-isteri. Akan tetapi
setelah pernikahan mereka dilangsungkan, apakah yang
menjadi sebab musabab timbulnya peristiwa Iuar biasa dan
menyedihkan itu" Lama-lama timbulla!h rasa curiga yang dalam hati orang
tua itu. Mungkinkah Siauw Eng yang ia ketahui begitu lemah-
lembut dan manis budi bahasanya itu menerbitkan kehebohan
yang menggemparkan orang "
"Tidak mungkin ......, tidak mungkin ......" pikir pendekar tua
dari telaga Tong-teng itu. "Orang perempuan itu pasti bukan
Teng Siauw Eng, hingga teka-teki ini tak dapat tidak
dipecahkan selekas mungkin ! "
Bersamaan dengan itu, pikiran Liok Keng jadi teringat pada
Kouw-bian-sin Teng Tin, yang ketika kerusuhan itu mulai
terbit, sikapnya tinggal tetap adem tidak menunjukkan aksi
apa-apa. Apakah dia inipun menyimpan sesuatu rahasia yang ada
sangkut pautnya dengan kerusuhan ini "
Dengan hati masygul dan segala macam, persoalan yang
sulit menindih pikirannya, Liok Keng melanjutkan pengejarannya ketepi telaga dan membabat utan welingi yang
lebat kemana Siauw Eng telah nyelusup tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku mesti cari dia untuk minta penjelasan mengenai
peristitwa yang menggemparkan ini!" pikirnya.
Sinar rembulan telah mulai mengintai dari balik awan
kemuka bumi, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa si nona
bersembunyi dibagian hutan welingi yang dibabatnya itu.
Sematamxn suntuk ia mencari kian kemari, tetapi ternyata
Siauw Eng tidak dapat diketemukannya, sehingga akhirnya ia
agak putus asa dan membatalkan maksudnya akan mengejar
terus menantunya itu, meski kecurigaannya belum hilang
sampai disitu saja. Maka untuk meredakan sedikit rasa penasarannya, Liok
Keng lalu menuju kebawah sebuah pohon Liu yang besar,
dimana ia duduk dengan mengharap untuk menantikan
sampai Siauw Eng keluar dari tempat persembunyiannya. Tapi
meski ditunggu-tunggu sehingga hari terang tanah, tidak juga
tampak bayangan-bayangannya si menantu itu. Hal mana
membuat ia khawatir akan diamat-amati oleh isterinya. Yang
telah semalaman suntuk keliaran diluar mengejar-ngejar
Siauw Eng dengan sia-sia. Begitulah ia bangun berdiri dan
hendak pulang kerumahnya, ketika dengan secara tidak
disengaja ia menoleh kebawah sebuah pohon tua yang
tumbuh kira-kira beberapa belas kaki jauhnya dari bawah
pohon Liu dimana ia duduk beristirahat tadi, dimana ia melihat
seseorang yang telah menerbitkan kekagetannya yang bukan
alang kepalang besarnya. Orang itu tampak duduk-duduk disitu dengan tenang, tidak
bergerak, juga tidak menoleh kekiri-kanan, sedang kedua
matanya memandangi air telaga yang berombak-ombak
karena tertiup oleh angin fajar yang baru menyingsing. Liok
Kong yang telah menyaksikan orang itu berada disitu dengan
tidak diketahui apa maksud tujuannya, sudah tentu saja jadi
berlompat mundur dengan pedang Ceng-hong-kiam ditangannya siap-sedia akan dipergunakan jika dirasa perlu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena orang itu pun bukan lain daripada Kouw-bian-sin T eng
Tin adanya ! Tapi Kouw-bian-sin yang seolah-olah tidak menyadari akan
bahaya yang sedang mengancam pada dirinya, tinggal tetap
duduk bersila dengan sorot matanya yang muram ditujukan
ketengah telaga Tong-teng dihadapannya.
Menurut aturan, mereka berdua sekarang telah terikat
sebagai besan dan terhitung bukan orang Iuar lagi. Tapi
berhubung kekeluargaan itu retak dan berbalik menjadi
permusuhan karena Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng telah
melukai anaknca Siauw-thiat-kauw Liok Kong, maka Liok Keng
terpaksa mengejar-ngejar si nona sehingga semalaman
suntuk, dan akhirnya datang juga ketepi telaga Tong-teng
disitu. Si menantu yang dikejar-kejar tidak dapat diketemukan,
tetapi sekarang Kauw-bian-sinlah yang seakan-akan menggantikan Siauw Eng sebagai sasaran dari pengejarannya.
Oleh karena itu dengan langkah yang besar ia menghampiri
kejurusan pohon tua itu, dengan derapan kakinya sengaja
diperkerasnya untuk menarik perhatian orang tua itu.
Ia bermaksud akan segera menerjang pada Kauw-bian-sin
Tong Tin, tetapi orang tua itu se-akan tidak mendengar derap
langkahnya, hingga bukan saja ia tidak coba menoleh, malah
bergerarakpun sama sekali tidak terlihat tanda-tandanya. Hal
mana, sudah barang tentu, telah menimbulkan rasa sungkan
Liok Keng yang terpaksa batalkan maksudnya akan
menyerang dan berkata : "Teng Heng, ternyata, kau berada
disini. Apakah kau tidak mendengar kabar tentang terjadinya
kecelakaan itu?" Teng Tin tinggal membisu, meski ia menoleh sejenak
kearah pedang Ceng-hong-kiam yang dicekal oleh Liok Keng
itu, kemudian ia mengalihkan pandangannya ketengah telaga,
sambil tinggal tetap duduk tepekur sebagaimana sediakala.
Sinar mata hari pagi yang ke-emas2-an, seakan-akan
menabur segala sesuatu yang terdapat dimuka bumi. Gunung-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gunung, pohon- pohon, tumbuh-tumbuhan dan air telaga.
Tidak antara lama dosiran angin pun terasa tiba dan seakan-
akan hendak menyampaikan salam selamat paginya, tetapi
Kauw-bian-sin seolah-olah tidak merasakan atau menghiraukan itu semua. Hal mana, telah membuat Liok Keng tidak sabaran dan
bertanya : "Teng Heng apakah persoalan puterimu dengan
Kong-jie tidak kau ketahui olehmu, dan bagaimana duduknya
persoalan yang sebenar-benarnya. ?"
(Oo-dwkz^Tah-oO) BAGIAN KE - 5 Teng Tin tidak menjawab atas pertanyaan itu, selain
berkata-kata dengan tak tentu kemana tujuannya : "Sungguh
pedang yang baik sekali Kau memang pandai menyimpan
rahasia, sehingga orang-orang dikalangan Kang-ouw mengatakan, bahwa pedang itu telah lama hilang entah
kemana! Ha, ha, ha .......! nyatanya masih dapat bertemu pula
disini!" Liok Keng, yang menyaksikan T eng T in tak mau menjawab
pertanyaan, tetapi toh mau bicara juga mengeinai pedang
yang dicekalnya itu, sudah barang tentu timbul sangkaan,
kalau2 pedang itu ada sangkut pautnya dengan drinya sendiri.
Dengan begitu, jika nanti Teng Tin berlalu dari situ, sudah


Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

barang tentunya akan menyiarkan kabar dikalangan Kang-
ouw, bahwa pedang yang umum dikatakan telah lama lenyap
itu, sebenarnya, masih berada didalam tangannya. Oleh sebab
itu, apakah kabar itu tidak akan menerbitkan bencana baginya
dikemiudian hari" Liok Keng yang berpikir begitu, tiba-tiba
merasa tidak enak didalam hatinya dan berkata dengan sikap
dingin :"Aku mengucapkan trima kasih atas pujianmu itu. Kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarga Liok dan Teng Heng tidak pernah terbit permusuhan
apa-apa, tapi mengapakah kau memperlakukan aku
sedemikian tawarnya, sehingga aku seolah-olah pernah
berbuat kesalahan sesuatu kepadamu"''
Orang tua, she Likk itu telah mengucapkan kata-katanya
yang terakhir dengan suara yang agak keras.
Teng Tin menolehkan kepalanya, dengan sikap acuh tak
acuh dan berkata : "Apa katamu itu memang sesungguhnya
tidak bersalah. Aku dan Tong-teng-siang-hiap memang pernah
saling bertemu sehingga beberapa kali, oleh sebab itu, ada
kesalahan apakah yang telah diperbuat oleh kita kedua
pihak?" Liok Kong mendongkol sekali melihatt sikap Teng T in yang
selain berlagak tidak tahu. Maka sesudah berpikir sejenak ia
berkata : "Tong-jie telah kena terpukul 4 atau 5 kali oleh
gembolan Houw-jiaw-tui puterimu. Apabila ilmu dalam anakku
masih hijau, apakah ia masih bisa hidup hingga saat ini?"
Teng Tin menoleh kembali ketengah telaga dan menjawab
dengan sembarangan, katanya : "Sungguh aneh sekali!
Gembolan itu tob bukan milikku, bukan ?"
Liok Keng yang mendengar jawaban sembarangan itu,
sudah barang tentu jadi sengit dan lain maju menghampri
sambil berseru : "Tapi itu tob milik anak perempuanmu
bukan?" "Begitu?", kata Teng Tin. "Anak, perempuanku telah
menikah dengan secara resmi, dari itu, dia sekarang termasuk
dalam keluargamu, mengapakah urusan rumah tanggamu kau
tanyakan kepadaku?""
Mendengar jawaban itu, Liok Keng jadi terbengong sejurus.
Karena meski jawaban Teng Tin itu hampir menyamai orang
yang berdebat, tetapi ia harus akui juga kebenarannya. Oleh
karena itu, ia terpaksa tinggal membisu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Tin tampak tertawa dan lalu mengebut-ngebut
pakaiannya hendak berlalu dari s itu.
"Liok Keng, ketahui, bahwa ilmu mengentengkan badan
Teng Tin sangat lihay, hingga jika ia dibiarkan pergi dengan
begitu saja, sudah barang tentu ia akan berlalu, dan
menghilang dari situ dalam waktu sejapan mata, hal mana,
akan membuat ia tak mampu akan mengejarnya." Oleh sebab
itu, lekas-lekas ia mengejar sambil menghunus pedang Ceng-
hong kiam ditangannya. "Jikalau kau belum mau bicara
dengan sejelas-jelasnya," serunya, "janganlah kau harap akan
bisa berlalu dari s ini!"
Kata-kata itu lain dilbarengi dengan berkelebatnya sinar
pedang Ceng-hong-kiam yang hendak ditusukkan kearah
orang tua she Teng itu, tetapi Kouw-bian-sin tinggal tetap
berlaku tenang, seolah-olah tidak ada sesuatu yang amat
berat sedang dipikirkannya didalam hatinya. Sementara, Liok
Keng yang melihat Teng Tin tidak melakukan perlawanan apa-
apa, iapun jadi tertegun dan tidak mengerti apa maksudnya.
Kemudian ini mencoba pula akan menyerang dengan sikap
yang lebih sunguh-sungguh.
Tapi Teng Tin tinggal tetap berlaku tenang dan berkata
:"Keterangan apakah yang kau butuhkan dari itu" Dan ada
omongan apakah yang kau anggap aku perlu katakan
kepadamu ?" Liok Keng yang menggap dirinya dicemoahkan orang,
suidah barang tentu jadi amat gusar dan segera menusukkan
pedangnya kedada T eng T in sambil membentak "Jangan kau
berlagak bodoh! Aku minta supaya segera menerangkan
duduk persoalan yang sesungguhnya, kalau tidak, aku anggap
kau hendak sengaja mencari permusuhan denganku. Aku
orang she Liok tak akan gentar buat bertempur denganmu!"
Tapi bebegitu lekas pedang itu ditujukan pada dirinya,
Teng Tin segera menggerakkan jari tangannya yang tengah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menyentil pedang itu sampai mengeluarkan suara
"Tring......." yang nyaring sekali.
Liok Keng terkejut dan segera menarik pulang pedangnya
itu sambil berlompat dan segera menarik pulang pedangnya
sambil melompat kepinggiran, dengan maksud akan membuat
serangan ulang terhadap Kauw-bian-sin Teng Tin.
Tapi orang She Teng itu bukan saja tidak membuat
perlawanan, malah sebaliknya berkata : "Itulah sesungguhnya
sebilah pedang yang baik sekali!"
Liok Keng yang merasa dirinya dianggap "sepi", keruan saja
menjadi sangat gusar dan segera mengayunkan pedangnya
buat memaksa Teng Tin melakukan perlawanan dengan
membentak : "Hai orang She Teng. apakah artinya ini semua"
Ayo lekaslah kau jelaskan !"
Tapi T eng Tin tinggal tetap tidak meladeninya dan berkata-
kata seorang diri: "Pada badan pedang itu terdapat dua belas
bintik-bintik, yang mana menandakan jelas sekali tentang
kebaikannya pedang itu!"
Liok keng tak dapat menahan sabar lagi dan segera
melompat maju sambil berseru "Kouw-bian-sin, aku
mendatangi! " Dengan ini, sudah jelaslah bahwa orang tua she Liok telah
menyerang dengan sunguh2, dengan harapan bahwa Kouw-
bian-sin yang terkenal sebagai salah seorang jagoan kawakan
dikalangan kang-ouw sudah barang tentu akan terpaksa
melakukan perlawanan juga. Tapi kenyatannya sungguh
membuat orang terkejut dan heran.
Karena Kouw-bian-sin tidak mau mundur atau berkelit,
maka iganya telah kena tertusuk pedang Ceng-hong-kiam
yang dicekal Liok Keng itu, hingga darahnya menyembur
bagaikan air yang menyemprot keluar dari sebuah pipa yang
mendadak patah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hal mana, telah memibuat Kouw-bian-sin ter-huyung2 dan
matanya terbalik beberapa kali.
Liok Keng jadi sangat terkejut dan berkata : "Teng Heng,
mengapakah kau tidak balas menyerang atu mengadakan
perlawanan apa-apa" Maksud Liok Keng yang sebenar-benarnya, ialah hendak
menanyakan pada Teng Tin, hal apa yang telah menyebabkan
anaknya bertengkar dengan Pek-hoa-siancu,
sehingga kemudian sampai menimbulkan pertumpahan darah, tetapi
Kouw-bian-sin selalu tinggal membisu dan tidak mau
membicarakan sebab musababnya, yang mana hal ini telah
membuat amat jengkel dan lain coba menggertak untuk
memaksa dia bicara dan melakukan perlawanan, kalau saja,
hal itu dianggapnya patut. Tidak tahunya Teng T in yang lebih
suka mati dari pada membuka rahasia, tidak gentar karena
ancaman pendekar dari telaga T ong-Teng itu.
Liok Keng menyesal bukan ma in, tatkala melihat Teng T in
luka parah karena perbuatannya. Tapi Kouw-bian-sin
sebaliknya merasa malu didalam hati dan seakan-akan hendak
coba melangkah maju. ketika dengan sekonyong-konyong ia
terhuyung dan hampir saja jatuh mengusruk, kalau saja Liok
Keng tidak lekas berlompat maju dan memapahnya. Teng Tin
mendekap luka2-nya dengan mempergunakan kedua-dua
tangannya, sedang pandangannya dialihkan pada wajah Liok
Keng, yang mendapat kenyataan baltwa Kouw-bian-sin tidak
mengandung sikap yang bermusuh atau penasaran karena
mengalauni kecelakaan itu. Tapi pada sebelum ia menotok
jalan darah Teng Tin untuk menghentikan mengucurnya darah
itu, Kouw-biasin telah terkulai dan jatuh roboh, menghembuskan napasnya yang terakhir.
Liok Keng sesalkan Kouw-bian-sin yang tidak menerangkan
duduk persoalan yang dimintanya, tapi berbareng juga
menyesalkan juga atas sikapnya sendiri yang tidak bisa
menahan sabar dan semberono itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beras sudah jadi nasi, maka hendak menyesalpun sudah
kasip. Tak ada jalan untuk memperbaiki perkara yang sudah
terjadi. Maka sementara ia pulang buat menanyakan
duduknya persoalan tidak enak yang telah terjadi pada
kemarin malam itu kepada Liok Kong, orang tua itu lalu
memotong cabang-cabang pohan Liu untuk sementara,
menutupi mayatnya Kouw-bian-sin. Kemudian lekas-lekas ia
pulang kerumahnya, karena jika ternyata bahwa kesalahan-
kesalahan itu berpokok pada diri anaknya, iapun rela
mengorbanikan jiwanya dihadapan Say-giok-hoan Wan Ho
sebagai penebusan dosa bagi jiwa Teng Tin yang telah
dibinasakannya tanpa didengaja itu.
Tapi ketika baru saja ia membalikkan tubuhnya hendak
meninggalkan tempat itu, tiba-tiba dari dalam hutan welingi
terdengar suara berkerisik, yang sewaktu diperhatikan oleh
Liok Keng, ternyata dari sana telah muncul Pek-hoa Sian-cu
Teng Siauw Eng yang masih mengenakan pakaian pengantin
dengan sekujur badannya basah kuyup, lekas2 kabur menuju
kelain yurusan. Hal mana,telah membuat Liok Keng kemekmek
dan berdiri tertegun sesaat lammanya. Dalam hatinya itu
berpikir, bahwa selama peristiwa tadi terjadi, niscaya Siauw
Eng dari tempat persembunyiannya dapat menyaksikan
dengan mata kepala sendiri, cara bagaimana ia telah
membunuh ayah sinona dengan tidak disengaja, tetapi
mengapakah Siauw Eng tidak keluar buat menolong, atau
menuntut balas, tapi sebalihnya segera kabur dengan begitu
saja" Kalau ia mengejar nona itu, kesudahannya pasti akan ada
selembar diiwa yang melayang. Apakah Siauw Eng berniat
akan mengundang orang pandai yang lainnya buat bantu
menempurnya" Banyak persoalan2 yang ruwet telah muncul
dengan silih berganti untuk mengganggu pikirannya, hingga
ahirnya ia telah mengambil keputusan untuk kembali saja
dahulu kerumahnya di Go-san-tin, untuk meredakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikirannya yang, bekerja keras tapi sia-sia untuk dapat
memecahkan teka-teki yang amat sulit itu.
Ditengah jalan ia berpapasan dengan, dua orang bujangnya
yang berjalan mendatangi dengan rupa yang ter-gopoh-
gopoh. "Ada urusan apa lagi yang terjadi didalam rumah kita ?"
Liok Keng lekas bertanya.
"Tidak ada apa-apa," sahut seorang diantaranya, "hanya
karena Liok-ya belum juga pulang, maka cu-bo telah
memerintahkan kami berdua untuk pergi mencari tuanku."
Mendengar jawaban itu, Liok Keng lalu mempertenang
suaranya dan bertanya ''Apakah siauw ya telah mendusin dari
tidurnya?" Bujang itu lalu menggelengkan kepalanya dan menjawab :
"Kami tidak mengetahui."
Liok Keng yang tidak sabaran buat berbicara dengan
bujang-bujangnya itu, lekas-lekas mempercepat langkahnya
dan pulang kerumahnya dengan tidak banyak bicara pula.
Ditengah jalan ia berpapasan dengan beberapa orang
penduduk kota kecil itu, yang dengan diam-diam berbisik-bisik
satu sama lain dibelakangnya, menduga-duga tentang hal
ihwal kerusuhan yang terjadi pada kemarin malam antara
pengantin pria, dan wanita. Tapi mereka tidak mengetahui
jelas, sebab musabab yang menjadi pokok dari pada keributan
itu. Liok Keng sendiri seolah-olah mengetahui, bahwa para
pendnduk disitu tengah membicarakan persoalan yang telah
terjadi dirumah tangganya, tetapi dia tak menghiraukan hal ini
dan lekas-lekas puling kerumahnya sendiri. Sesampainya
dimuka pintu gerbang, Liok Keng melihat pintu itu masih
tertutup, sehingga dengan tidak sabaran ia mencelat keatas
pagar tembok, dari mana ia melayang -turun ke cimche.
Tatkala itu Bun So Giok yang melihat suaminya kembali
dengan wajah yang muram, dengan jengkel lantas bertanya :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau pergi kemana, sehingga terang hari holong bolong baru
pulang kerumah ?" Tapi Liok Kong bukan saja tidak menjawab pertanyaan itu,
malah sebaliknya ia bertanya : "Apakah Kong-jie sudah
bangun tidur?" Sambil berkata begitu, terus saja ia masuk kedalam.
"Bangun sih sudah," sahut isterinya," tetapi ia masih
tampak Iemah sekali, hingga kuatir ia baru sembuh betul
setelah berselang dua atau tiga bulan lamanya."
"Kau ini memang terlampau bawel !" kata Liok Keng uring-
uringan." Apakah dia sekarang sudah dapat berbicara ?"
Bun So Giok jadi sengit mendengar dirinya disemprot.
"Sudah barang tentu dia dapat berbicara,"katanya. "Jika dia tidak mampu
berbicara, dia tentunya sudah mati !"
Liok Keng tak mau meladeninya mengadu lidah, hanya
lekas-lekas bertanya : "Dia mengatakan apa ?"
"Dia tak mau mengatakan sesuatu," sahut Bun So Giok.
"Telah kucoba tanyakan hal ihwal dari kerusuhan itu, tetapi
nyatanya sia-sia saja. Dia tak mau bicara, pergilah kau coba
tanyakan sendiri kepadanya. Dari pagi hingga sekarang, dia
hanya mengucapkan sepatahkata!"
(Oo-DewiKZ^Tah-oO) BAGIAN KE - 6 "Dia tak mau mengatakan sesuatu," sahut Bun So Giok.
"Telah kucoba tanyakan hal ihwal dari kerusuhan itu, tetapi
nyatanya sia-sia saja. Dia tak mau bicara, pergilah kau coba
tanyakan sendiri kepadanya. Dari pagi hingga sekarang, dia
hanya mengucapkan sepatah kata!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah katanya ....?" Liok Keng mendesak buat meminta


Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keteraugan. Bun So Giok tersenyum dingin. "Si dogol ini ternyata sangat
tergila-gila pada si budak jahat itu .............."
"Apakah yang dikatakannya" Cobalah kau jelaskan !" orang
tua itu mendesak dengan tidak sabaran.
"Ia minta supaya kita jangan mempersukar Teng Siauw
Eng,jyuga Ayah bundanya!" kata isterinya. "Aiii....., hal ini
sesungguhnya sulit sekali untuk dapat disudahi dengan begitu
saja!" Liok Keng terbengong sejenak, kemudian dengan sikap
dingin ia, berkata: "Untuk maksud apa kau membuat ribut-
ribut" - Kouw-bian-sin Teng Tin telah terbinasa dibawah
pedang Ceng-hong-kiam ini !"
Bun So Giak jadi kamemek. "Apa, benar ".... akhirnya
bertanya pada siaminya."
"Kenapa tidak benar ?" kata Liok Keng sambil menghunus
pedangnya dan menunjukkannya pada isterinya. "Cobalah kau
periksa ini !" Tatkala Bun So Giok memperhatikan pada badan pedang
itu, ternyata benar saja disitu tampak telah bertambah sebuah
titik merah yang masih berdarah !
"Akan aku coba tanyakan pula persoalan ini, pada. Kong-
jie" kata Liok Keng sambil menghela napas.
Sesudah begitu orang tua itu lalu masuk kedalam dengan
langkah yang besar. Didalam kamar ia lihat Liok Kong berbaring diatas ranjang
dan dengan menghadapi dinding tembok, tidak menoleh juga
tidak berbicara kepadanya barang sepatah katapun.
Liok Keng yang pernah merantau dikalangan Kang-ouw
sehingga ber-tahun2 lamanya, sudah barang tentu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengalamannya pun tidak dapat dikatakan sedikit. Maka
sebegitu lekas masuk kekamar tidur Liok Kong dan mcndengar
suara napas sang anak itu, ia segera tahu, bahwa keadaan
luka-luka anaknya itu telah mulai sembuh. Dan tatkala melihat
isterinya pun hendalk masuk juga kesitu, Liok Keng lalu
menoleh kepadanya dan berkata dengan suara pelahan : "Kau
jangan masuk dahulu. Aku hendak menanyakan padanya
mengenai persoalan yang cilaka itu"
Bun Su Giok yang melihat suaminya menarik muka bengis,
mau tak mau-jadi menggerutu dau segera membalikkan pula
badannya, membatalkan maksudnya akan turut masuk
kedalam kamar anak mereka itu.
Kemudian Liok Kong dengan pelahan-lahan meng-goyang2-
kan tubuh anaknya, tetapi Liok Kong tetap berbaring dengan
menghadapi dinding tembok, tidak mau menoleh, juga tidak
mau berbicara dengan ayahnya. Sementara orang tua itu yang
mengetahui bahwa Liok Kong tidak tidur, sudah tentu saja jadi
sengit dan membentak : "Kong-jie !"
Siauw-thiat-kauw Liok Kong biasanya sangat mengindahkan
dengan takut sekali pada ayahnya, tapi nada kali ini ia tinggal
tetap membisu yuga tak coba menolehkan kepalanya. Kepada
ayahnya. Liok Keng yang berdarah panas jadi mendongkol dan
segera menghampiri kedepan ranjang dan menarik lengan
anaknya, agar supaya anaknya itu bisa berhadap-hadapan
dengnnnya. Tapi karena tarikan itu dilakukan agak keras
karena terdorong rasa mendongkol, maka Liok Kong mengeluh
dan meringis karena tak tertahan pula rasa sakitnya, hingga
peluh yang sebesar biji-biji kacang tanah tampak mengucur
dan jatuh menetes dari dahinya. Dan untuk mencegah agar
luka-lukanya tidak melrkah akibat goncangan tubuhnya yang
diseret oleh ayahnya, maka sedapat mungkin Liok Kong telah
coba mempertahankan dirinya dengan sekuat tenaganya.
Syukur juga Liok Keng segera menyadari atas perbuatannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang semberono itu, hingga lekas-lekas ia melepaskan
cekalannya terhadap lengan analknya itu.
Begitulah ayah dan anak itu akhinya telah dapat.juga saling
ber-hadap2-an, tetapi Liok Kong tinggal tetap tak mau bicara
barang sepatah katapun. Melihat sikap Liok Kong yang agak keras kepala dan
berbeda dari pada biasa yang dikenalnya sebagai seorang
anak penurut, sudah barang tentu membuat Liok Keng jadi
semakin curiga. Lalu ia menarik sebuah kursi dan duduk
didepan ranjang sambil berkata: "Kong-jie, cobalah kau
tuturkan peristiwa kemarin ma lam yang telah kau alami itu
dengan sejelas-jelasnya. Ayah kepingin. dengar bagaimana
duduknya persoalan yang se-benar2-nya."
Tapi ketika Liok Kong masih juga tak mau bicara, meski dia
ditanyakan hingga berkali-kali, sudah barang tentu Liok Keng
jadi gusar dan membentak: "Apakah kau tidak mau bicara
juga !" Liok Kong segera memaksakan diri untuk duduk dengan
wajah pucat pasi. "Apakah ayah tidak tahu" katanya dengan
suara yang hampir berteriak. "Dari itu, hal apakah pula yang
akan kau tanyakan kepada ku?"
Permbicaraan itu tidak sekali-kali mirip dengan pembicaraan antara anak dan ayah, arena karena ke-dua2nya
sama keras kepala dan sengit.
Dalam kesengitanya, Liok Keng tclah memukul sisi ranjang
dengan telapak tangannya, hingga kedua kaki itu telah patah
dan miring, hingga Liok Kong yang berbaring diartasnya
terperosok kebawah. Tatkala ia mencoba bangan berdiri dan
berjalan menuju kesisi pintu, Liok Kong hanya dapat
melangkah dua tindak, kemudian ia jatuh mengusruk, dengan
luka2-nya tampak mengeluarkan darah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan menahan rasa sakit dan gusar. Liok Keng, hendak
coba merangkak bangun, ketika dari sebelah luar ia
mendengar derap kaki beberapa orang bujang,
Liok Kong yang telah dirongrong oleh segala persoalan
yang sulit dan menjengkelkan hati dari kemarin malam
sehingga pagi hari itu, lekas-lekas meninggalkan kamar itu
dan menuju ke kamarnya sendiri untuk beristirahat.
Sementara Ban So Giok yang melihat suaminya telah
berlalu jauh, Lekas-lekas menolong Liok Kong naik pula keatas
ranjang, setelah dua buah kursi dipcrgunakan sebagai
ganjelan sementara untuk ranjang yang patah dua kakinya itu
karena akibat pukulan telapak tanggan Liok Keng yang maha
dahsyat itu. "Tiong-jie," kata Bun So Giok pada, anaknya, "ayahmu
memang sudah kodratnya bertabiat aseran dan keras kepala,
dari itu mengapakah kau berani menentang kehendaknya."
Liok Hong merangkul ibunya sambil menangis bagaikan
seorang anak yang masih kecil.
"Jikalau kau menemui sesuatu kesulitan" kata Bun So Giok
pula "segeralah kau beritahukan itu pada ibu, sudah barang
tentu ibu akan dapat menolongmu untuk memecahkan
persoalan itu. Sambil berbaring di ranjang dan memegang tangan ibunya
erat-erat, Liok Kong lalu bertanya : "Bu, apakah Siauw Eng
tidak menderita luka apa-apa ?"
Bun So Giok menghela napas dan berkata :
"Siang2 dia te lah kabur entah kemana perginya!"
Liok Kong menggigit bibirnya sambil kemudian berkata :
"Kalau begitu, maka legalah sudah pikiranku. Dan jilkalau
nanti luka2-ku telah sembuh seluruhnya akan kupergi
mencarinya kemanapun, tidak perduli meskii ia merantau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keujung langit sekalipun." Sambil berkata demikian, ia
berhenti sejenak bagaikan orang yang ragu-ragu untuk
menyatakan pikirannya. Kemudian ia memaksakan diri berkata
juga : "Bu. apakah kau bersedia akan mengabulkan suatu
permintaanku?" Bun So Giok meski tergolong pada seorang ahli silat yang
keras tetapi ia hanya seorang perempuan, dan seorang ibu
dari seorang anak satu-satunya, sudah barang tentu berhati
lemah dan sangat menyayangi anaknya itu. Oleh karena itu,
dengan tidak ragu-ragu pula ia menjawab : "lbu pasti akan
mengabulkan permintaanmu. Cobalah kau segera utarakan
itu." "Pada saat luka-lukaku belum sembuh," kata Liok Kong
"janganlah ambil tindakan apapun terhadap Siauw Eng,
seumpama nanti dia datang dan melakukan sesuatu disini.
Apakah ibu bisa mengabulkan permintaanku ini."
Bun So Giok jadi teebengong mendengar omongan
anaknya itu. Karena ia sama sekali tidak menduga, bahwa Liok
Kong yang nyata2 sangat tergila-gila pada Siauw Eng akan
mengajukan permintaan tersebut, maka ia tinggal membisu
sesaat lamanya, tidak mampu memberikan keputusan atau
jawaban terhadap permintaan anaknya itu.
Paras muka Liok Kong agak berubah dan berkata: "Bu!,
apakah kau masih belum suka mengabulkan permintaanku"
Kita telah cukup banyak melakukan kedosaan!"
Bun Su Giok yang melihat anaknya berbicara sungguh2
terpaksa menyawab: "Kalau begitu, baiklah! Meskipun
umpama ia membunuh maupun membakar rumah, niscaya
kami tidak akan merintangi atau mempersulitnya!"
Pada hal ia tak mendengar atau memperhatikan kata2 Liok
Kong yang terakhir, yaitu "K ita telah cukup banyak melakukan
kedosaan!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena mendengar kesanggupan ibunya itu, maka
Liok Kong pun baru merasa lega hatinya dan segera
beristirahat, hingga ibunya pun lalu berjalan keluar dari dalam
kamar itu dengan hati yang sangat masgul.
Selanjutnya karena terjadinya kerusuhan ini, maka dalam
kalangan keluarga Liok tua dan muda tampaknya merasa
kurang tenteram. Bun Su Giok tidak enak makan atau tidur,
sedang pada Liok Keng ia hampir tak banyak bicara, seperti
biasanya. Mereka suami-isteri tampak muram dan susah hati.
Petang hari itu tatkala Liok Kong tidur layap-layap, tiba-tiba
ia mendengar suara seseorang yang se-olah2 menanyakan
tentang keadaan lukanya. Udara sudah agak dingin karena
hari telah larut malam. Ia merasakan tenggorokannya kering
dan berniat akan memanggil buyangnya akan meminta
minum, ketika dengan se-konyong2 dari luar jendela
terdengar suara berkeresek yang dibarengi dengan berkelebatnya sosok bayangan manusia.
Mula-mula Liok Kong agak terkesiap juga hatinya, tapi
ketika memperhatikan bentuk bayangan itu yang kecil molek
sesaat lamanya, segera ia kenali itulah bukan lain anak dara
yang telah dicintainya sejak dua tahun lamanya, yang
kemudian mereka dapat juga menjadi suami isteri pada
kemarin ma lam, tatkala dengan sekonyong-konyong terjadi
keributan yang akhirnya mengakibatkan tewasnya jiwa Kouw-
bian-sin Teng Tin dalam tangan ayahnya. Dia itulah bukan lain
lain daripada Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng adanya!
Liok Kong girang bukan buatan, hingga jadi kemekmek dan
tak mampu mengucap barang sepatah katapun.
Hampir dalam saat itu juga, Teng Siauw Eng telah berhasil
menolak daun pintu jendela dan me lompat masuk kedalam
kamar dengan senjatanya Liu-seng-houw jiauw-tui dicekal
ditangannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka sebegitu lekas si nona masuk, Liok Kongpun segera
memanggil: "Siauw Eng !"
Siauw Eng terkesiap hatinya dan lekas-lekas membalikkan
tubuhnya. Tapi sinar lampu yang cukup terang membuat ia
melihat dengan jelas wajah si nona yang mengandung
kesedihan dengan sinar matanya yang terang, halis yang
panjang dan gerak-gerik yang mempesonakan hati.
Maka tidak kelirulah jika dikatakan orang, bahwa Siauw Eng
itu adalah seorang anak dara yang berwajah cantik dan gagah
berani. Setelah bengong sesaat lamanya, lalu ia kertakan giginya
dan berkata : "Kau menghendaki aku akan berbuat apa pula
?" Sambil berkata begitu, dengan gerakan yang sebat sekali ia
telah mengerakkan gembolan ditangannya.
Liok Kong tampak gugup dan segera mengulurkan tangan
buat menahan gembolan yang hendak dihantamkan si nona
kepadanya itu. "Siauw Eng," katanya, "kau boleh turun tangan
buat menyerang kepadaku tapi aku harap kau suka dengarkan
dahulu sedikit omonganku ini !"
Dengan hati berdebar-debar Siauw Eng menjawab :
"Cobalah kau segera ceritakan!"
(Oo-dwkz^Tah-oO) BAGIAN KE - 7 Liok Kong menghela napas dan berkata : "Siauw Eng,
meski apapun yaing terjadi, aku menganggap pada petang
hari ini aku mesti mati dibawah gembolanmu. Aku akan rela
dan mati dengan mata terpejam, Siauw Engku sayang".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hati T eng Siauw Eng merasa pedih sekali mendengar kata-
kata itu, hingga air-matanya mengucur hampir tak terasa.
"Kong-ko!" katanya. Dengan kata-kata itu, si nona pun
merasakan tangannya lemas, terkulai sehingga gembolan
ditangannya jatuh diatas lantai.
"Siauw Eng" kata Liok Kong pula, "lelakon percintaan kita ini boleh dikatakan
merupakan suatu kegetiran yang tiada
taranya, apa mau jika sang nasib telah mengatur jalan hidup
kita begini rupa, kita beruntung menjadi suami isteri,
tapi.........sungguh tidak kunyana............"


Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil berkata begitu. ia telah mengangkat tinjunya dan
menumbuk dahinya sendiri.
Siauw Eng merasakan hatinya tersayat karena melihat
keadaan Liok Kong begitu menyedihkan. Apakah ia tidak
mencintai si pemuda itu" Itu tidak mungkin, si nona menolak
bisikan yang se-olah2 terdengar berkumandang didalam
telinganya. Ia maju dua langkah, dan merangkul pada Liok
Kong sambil menangis dan berkata :
"Kong-ko! Apakah yang kau hendaki aku perbuat
selanjutnya" Liok Kong mengangkat dagu si nona dan menyapu
airmatanya yang membasahi kedua belahan pipi Sinona Eng
dengan lengan bajunya. "Siauw Eng." katanya pelahan,
"apakah kau masih mencintai aku ?"
Airmata si nona turun semakin deras dan menjawab :
"Sudah barang tentu aku mencintaimu ! Kong-ko apakah kau
belum mengetahui itu"
Liok Kong menghela napas. "Aku ada sepatah dua kata-
kata yang headak disampaikan kepadamu," katanya, "apakah
kau bersedia untuk mendengarkannya?"
Tapi pada sebelum Siauw Eng menjawabnya Lok Kong
telah mendahului melanjutkan bicaranya : "Dengarkanlah apa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kataku. T idak Perduli apapun yang akan terjadi!, setelah luka
lukaku sembuh seluruhnya, kita boleh kabur kelain tempat
yang sukar diketemukan orang, dimana kita boleh hidup
bersama sama dengan rukun dan bahagia. Bukankah itu
merupakan rencana hidup kita yang baik sekali ?"
Si nona tampaknya sangat mupakat dengan "rencana"
Siauw-thiat-kauw itu. Tetapi kemudian dengan sekonyong-
konyong ia menjawab "Tidak mungkin ! Tidak mungkin !
Dimanalah hatiku bisa merasa tenang " Aku anggap semua itu
memang telah di tentukan oleh Sang Takdir. Kalau bukan
begitu, cara bagaimana dari dahulu kau tidak pernah
mengatakan demikian " Baru setelah dimalaman pernikahan
kita kau mengatalan itu dengan secara tdak sengaja! Oleh
karena itu, biarlah kita menjadi suami-isteri dilain penitisan
dilain jaman saja !"
Gambar - 02: (Gambar Ilustrasi diatas)
........ sebegitu lekas gembolan Siauw Eng menyambar
kepada si pemuda, serupa benda telah menyambar dari luar
jendela ...... Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah berkata demikian. Teng Siauw Eng, merasa tidak
tahan untuk tidak menangis tersedu-sedu.
Liok Kong mengusap-ngusap nambut si nona yang bagus
sambil menghela napas dan berkata: "Siauw Eng, aku
memang harus akui kebenarannya bicaramu itu. Atau sudah
nasib kita berdua yang amat buruk itu, sehingga persoalan
kita bisa menjadi berantakan begini rupa. Oleh karena itu,
segeralah kau turuti apa kataku itu, hingga dengan begitu aku
masih menganggap kau seorang pendekar wanita yang
berhati baja! Maka bersamaan dengan itu, akupun sudah
barang tentu tidak dapat mencintaimu !"
Sesudah berkata-kata, ia segera memejamkan matanya.
Siauw Eng mundur dua langkah, kemudian ia putar gembolan
Houw-jiauw-tui ditangannya, akan dihantamkan kearah Liok
Kong ! Sungguh aneh sekali ! Baru saja mereka selesai saling
mengurcapkan kata-kata yang menandakan kasih sayang
mereka, atau dalam waktu sekejapan saja Siauw Eng telah
mengunjukkan kekejaman untuk mencelakai orang yang
dikasihinya itu ! Apakah artinya semua ini.
Sedang didalam hati s i nona itu telah berjanji, bahwa kalau
nanti si pemuda telah meninggal dunia pasti akan mencari
Liok Kong untuk membikin perhitungan. Maka seperti juga
Liok Kong, dia sendiripun nyatanya tak sampai hati untuk
melakukan itu. Oleh karena itu, ketika gembolannya datang
menyambar terhadap Liok Kong, Teng Siauw Eng sendiripun
telah memejamkan matanya.
Dalam keadaan begitu, jiwa Liok Kong bagaikan tergantung
diatas selembar rambut. Tapi sebegitu lekas gembolan Siauw
Eng menyamber kedada si pemuda, serupa benda telah
menyamber masuk dari luar jendela dengan kecepatan yang
melampoi kecepatan sinar kilat. Benda itu telah berhasil dapat
menagkis gembolan si nona dengan mengeluarkan suara
"Dak....... !" yang keras sekali. Dan bersama dengan itu, si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nona yang masih memejamkan matanya tiba-tiba mendengar
Liok Kong berseru : "Siauw Eng, lekas lari !"
Tatkala Siauw Eng membuka matanya, ia melihat dari luar
jendela melayang masuk sesosok bayangan manusia yang
bergerak bagaikan seekor burung kepinis gesitnya, yang
ketika diperhatikan sekejap lamanya, ternyata bukan lain
daripada Liok Keng yang dikenal orang sebagai salah seorang
antara sepasang penidekar dari telaga Tong-teng itu Maka
Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng yang telah terlanjur berjanji
didalam hati akan membunuh Liok Keng, segera ia putar
gembolannya untuk menyerang, meskipun ia tahu bahwa ia
bukan lawan yang setimpal dari jago kawakan itu.
Liok Keng yang pada petang hari itu tidak bisa tidur
memikirkan peristiwa tidak enak yang baru dialaminya itu,
tiba-tiba teringat akan keadaan luka-luka anaknya, yang ia
belum tahu apakah sudah menjadi baikan atau belum. Oleh
karena itu, ia segera mengenakan baju luar dan berniat akan
menjambangi anaknya. Tidak diduga ketika baru saja ia
berjalan sampai diluar kamar, dengan secara kebstulan ia
msndengar dua orang yang sedang bercakap-cakap. Orang
tua itu jadi bercekat hatinya dan lalu pasang kuping,
mendengari didepan jendela, yang ternyata hanya dirapatkan
saja. Tapi tidak dikunci dari sebelalh dalam. Di situ ia
mendapat kenyataan, bahwa orang-orang yang sedang
bercakap-cakap itu bukan lain daripada anaknya sendiri Liok
Kong dan Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng yang pada malam
kemarin telah menerbitkan kerusuhan didalam rumah
tangganya. Hal mana, sudah barang tentu, telah menerbitkan
rasa heran dan tidak mengertinya orang tua itu.
Karena jika pada kemarin malam mereka saling bertengkar,
mengapakah mereka sekarang begitu akrab dan saling
menyintai satu sama lain sedemikian mesranya
"Pasti disana ada kepiting dibalik batu." pikir s i jago tua itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi dalam kekagetan dan keheranannya, pembicaraan
Sang sedemikian mesranya akhirnya hendak disudani dengan
Liok Kong rela mati menyerahkan dirinya untuk dibunuh oleh
si nona. Maka Liok Keng yang tidak pernah terpisah dari
senjata-senjata rahasia yang ia biasa dipergunakan diwaktu
kesusu, sudah barang tentu segera merogo sebuah senjata
rahasia To-beng-kim-koan, atau gelang emas perampas jiwa,
dengan mana ia telah sambitkan kedalam kamar untuk
mnenagkis gembolan Teng Siauw Eng yang melayang hendak
menghantam dada Liok Kong yang mandah dibunuh si nona
dengan mata dipejamkan. Siauw Eng yang melihat kedatangan orang tua itu dengan
secara tiba-tiba, sudah barang tentu jadi sangat terperanjat
dan segera menyerangnya dengan gembolannya itu. T api Liok
Keng yang selalu berlaku waspada, tidak mudah kena
diselomoti oleh pihak lawannya maka sebegitu lekas melilhat
gembolan Liu-seng-houw-jiauw-tui Teng Siauw Eng menyambar kejurusannya, Liok Keng segera menggerakkan
telapak tangannya yang kiri buat menangkis hingga gembolan
itu luput mengenai sasarannya dan terpental jauh sekali.
Dalam keadaan begitu, sifat Liok Keng dimasa muda, dikala
ia masih meratau dikalangan Kang ouw dengan selalu
bertanding dengan musuh-musuhnya dengan menggunakan
pedang Ceng-hong-kiam, tiba-tiba timbul pula dengan
serentak, sehingga ia me lupakan bahaya ia telah menyegel
dan tidak akan mempergunakan pedang itu pula dalam
pertempuran-pertempuran selanjutnya.
Dan dengan timbulnya sifatnya yang asli dan ganas,
sekarang orang tua itu tidak akan segan-segan pula untuk
melukai Teng Siauw Eng. Bahkan untuk membunuhpun ia
bersedia akan lakukan, kalau saja itu ternyata perlu.
Liok Kong waspada akan sifat-sifat ayahnya dan cemas
bukan main akan keselamatan diri orang yang sangat
dicintainya itu. Oleh karena iapun yakin bahwa Siauw Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan lawan ayahnya, maka dengan suara separuh meratap ia
telah memperingati si nona : "Siauw Eng, lekas lari !" katanya.
Sementara si nona yang juga melihat gelagat tidak baik
bagi dirinya, lekas-lekas kelebatkan gembolannya menggertak
Liok Keng akan berlompat mundur kemudian ........ bagaikan
lakunya seekor burung yang lepas dari dalam sangkar - ia
mencelat keluar dan kabur dengan mempergunakan ilmu Hui-
heng-sut atau berjalan separuh terbang.
Kali ini Liok Keng pun tampaknya tidak mau mengasih hati
pula pada si nona, maka ia mengejar terus bagaikan kucing
yang mengejar tikus. Liok Kong yang merasa amat cemas melihat ayahnya
menempur dan mendesak Siauw Eng denugan secara hebat
sekali diluar pekarangan rumah, dengan susah payah ia
bersandar pada sisi pintu dan memanggil dengan sekeras-
keras suaranya : "Ibu...........!, Ibu..........! "
Pek-hoa-sian-cu memutar gembolannya bagaikan baling-
baling cepatnya, tapi Liok Keng meski hanya bertangan
kosong saja, tidak menjadi gentar dan lalu melakukan
perlawanan dengan siasat Kong-siu-jip-pek-jim, atau dengan
tangan kosong melawan ratusan senjata.
Tatkala Bun So Giok mendengar suara ribut2 itu, sudah
barang tentu menjadi tersadar dari tidurnya dan lekas-lekas
memburu kekamar anaknya. Dan begitu ia muncul disitu,
Siauw-thiat-lauw Liok Kong lalu menyambutnya dengan kata-
kate : "Bu, barusan kau telah mengabulkan permintaanku!."
Bun So Giok yang melihat suaminya tengah bertempur
dengan Teng Siauw Eng diluar pekarangan rumah, sudah
barang tentu hatinya jadi sangat terkejut. Pertempuran itu
berlangsung dengan dahsyat sekali. Siauw Eng pergunakan
gembolannya begitu cepat, sehingga tubuhnya sendiri
terbungkus oleh sinar senjatanya dan angin yang menderu-
deru. Liok Keng melakukan perlawanan dengam tenang, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah jelas ia berada diatas angin. Kalau pertempuran itu
berlangsung beberapa jurus pula lamanya, ia tahu bahwa jiwa
si nona akan terancam bahaya maut. Karena dalam sikap yang
tenang, dan tanpa begerak terlampau banyak, Liok Keng
dapat membunuh musuhnya dengan mata tidak berkedip.
Siauw Eng sendiri mungkin tidak mengetahui ini, tapi Bun So
Giok dan Liok Kong cukup mengetahui akan sifaf orang tua
itu. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika Liok Kong amat cemas
dan ketakutan, sehingga keringat dingin telah membasahi
sekujur badannya dengan hampir tak terasa.
Bun So Giok sendiri sebenarnya membenci Siauw Eng
karena si nona telah menerbitkan kerusuhan dan melukai
anaknya. Oleh karena itu, iapun tidak bisa menyalahkan
suaminya, jika kemudian ia me lukai nona mantu itu. "Kong-
jie," kata si nyonya berpura-pura tidak paham akan maksud
pembicaraan anaknya itu, "apakah maksud pembicaraanmu itu
?" Liok Kong yang cukup paham akan sikap ibunya yang
berpura-pura bodoh itu, keruan saja ia mendongkol bukan
buatan. Karena marahnya, ia tak dapat berkata-kata selain
menuding ibunya dengan jari tangannya Sesaat kemudian
barulah ia berseru buat melampiaskan rasa jengkelnya :
"Kalian benar-benar terlampau kejam!.......aduh!" Si pemuda
jatuh pingsan dengan memuntahkan banyak darah dari
mulutnya. Bun So Giok lokas menolong dan memapah anaknya keatas
ranjang, karena sakarang ia telah ketahui, bahwa Liok Kong
yang semula menderita luka-luka luar, sekarang luka-lukanya
telah bertambah berat dengan timbulnya luka-luka, baru
didalam badan. la, tidak tahu mengapa Liok Kong begitu
menyayangi Siauw Eng yang telah mencelakainya. Maka dari
itu Bun So Giok pun timbul rasa benci pada si nona dan segera
menyerukan suaminya : "Lekaslah kau bunuh si budak hina
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu! Kalau tidak, kelak ia akan menerbitkan ke-onaran-onaran
yang tidak habis-habisnya!"
Disebelah sana Liok Keng tengah mengejar Teng Siauw Eng
dengan siasat Pat-pouw-kan-ciam, atau dengan delapan
langkah mengejar katak puru. Orang tua itu bergerak
sedemikian gesitnya, hingga dilain saat ia telah berhasil
menyusul si nona yang kabur dengan ilmu berjalan separuh
terbang. (Oo-dwkz^Tah-oO) BAGIAN KE - 8 Liok Keng telah me luncurkan serangan menurut siasat-
siasat ilmu pedang yang bernama Lian-hoan-sam-kiam, atau
serangan berantai dengan menggunakan tiga bilah pedang.
Serangan itu dipusatkan pada bagian-bagian atas, tengah
dan bawah tubuh dengan sekaligus.
Serangan ini terkenal amat cepat dan berbahaya, karena
serangan pada bagian tubuh yang mana saja, jika kena
terpukul, niscaya dapat mematikan orang seketika itu juga.
Liok Keng berhasil dapat meyakinkan ilmu ini pada saat
yang bersamaan dengan diperolehnya pedang mustika Ceng-
hong-kiam itu. Ilmu tersebut tercatat dalam buku pelajaran ilmu pedang
Ceng-hong-kiam-hoat, atau siasat-siasat yang khusus untuk
ilmu pedang Ceng-hong-kiam.
Sejak 20 tahun yang lampau, atas nasihat seorang toosu,
Liok Keng telah menyegel dan tidak mempergunakan pula
pedang itu dalam pertempuran-pertemupuran selanjutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka sebagai pengganti dari pada pedang itu, ia telah
mencipta suatu himpunan ilmu tinju atau Bun-hoat dengan


Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengambil bahan-bahan dari buku Ceng-hong-kiam-hoat tadi.
Dan sebagai suatu ilmu tinju yang chusus, maka ilmu yang
chusus! ini dibawakan oleh si penciptanya sendiri.
Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika Siauw Eng yang
masih muda dan tak paham seluk beluk ilmu tinju itu, menjadi
kelabakan bagaikan cacing yang kena abu.
Pek-hoa-sian-cu Tang Siauw Eng merasa sukar sekali akan
dapat meloloskan dirinya.
Ia bertempur dengan mati-matian, gembolannya menyambar ke arah tubuh orang tua itu bagaikan air hujan
yang menimpah dengan hebatnya kemuka bumi.
Sesaat kemudian, tiba-tiba Liok Keng bertanya bengis :
"Kau dengan Go-bie-kim-teng Cee T ie Siansu pada masa yang
lampau, ada apakah sangkutpautnya?"
"Aku tidak kenal siapa adanya Cee Tie Siansu yang kau
katakan itu!" bentak Teng Siauw Eng.
Sambil bertempur, Liok Keng berpikir didalam hatinya.
Dimasa ia muda, ia pernah melukai Cee Tie Siansu yang
terbilang sebagai salah seorang lawanmya yang terkuat dan
tertinggi ilmu kepandaian silatnya.
Tatkala Cee Tie hampir menutup mata, ia pernah
mengatakan, balhwa kalau ia akan mengirim orang untuk
menuntut balas. Maka diwaktu terbit kerusuhan dikamar pengantin, Liok
Keng segera kembali kekamar perpustakaan, dimana ia telah
mengambil pedang Ceng-hong-kiam yang telah disimpannya
disitu sehingga sekian tahun lamanya.
Karena selama memperhatikan laporan kedua orang
muridnya, ia saolah-olah me lihat sendiri sinar terang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah menimbulkan rasa curiganya, bahwa kerusuhan yang
ditimbulkan oleh Teng Siauw Eng ini, mempunyai latar
belakang yang ada sangkut-pautnya dengan Cee Tie Siansu
yang telah marhum itu. Orangnya boleh mati, tetapi semangatnya ternyata belum
padam, maka ia harus berhati-hati dan berjaga-jaga,
disembarang waktu ia keluar berpergian atau berada
dirumahmya sendiri sekalipun.
"Kalau begitu," kata Liok Keng pula, "ada permusuhan
apakah kau dan aku" ........ ayoh, kau lekas ceritakan!"
Teng Siauw Eng sete lah tiga kali menyerang dengan sia-
sia, barulah dengan terpaksa ia menahan serangannya dan
menjawab: "Tidak usah kau menanyakan aku, karena kau
sendiri!pun pasti tahu apa jawabannya!"
Mendengar jawaban itu, diam-diam ia, mendapat
kenyataan, bahwa itulah sama saja dengan kata-kata yang
diucapkan oleh Liok Kong sendiri yang menjadi anaknya.
"Rahasia apakah yang tersembunyi dibalik persoalan yang
aneh ini?" Orang tua itu bertanya pada dirinya sendiri.
Bersamaan dengan itu, Liok Kong yang merasa tertipu oleh
ibunya yang telah mengingkari janjinya, jatuh pingsan dengan
memuntahkan banyak darah dari mulutnya.
Sementara Liok Keng yang mendengar anaknya menuduhnya melakulkan terlampau banyak kedosaan, diam-
diam ia jadi terbengong dengan hati penasaran.
Karena sejak sekian tahun lamanya ia merantau dikalangan
Kang-ouw, ia merasa, belum pernah melukai hati rekan-
rekannya dalam rimba persilatan, juga hingga sebegitu jauh
yang ia pernah ingat ........ belum pernah ia melakukan suatu
yang boleh dikatakan kedosaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang yanrg terbinasa dibawah pedang Ceng-hong-
kiam yang mnenjadi kawan, satu-satunya dalam perantauan,
boleh dikatakan telah menemui ajal mereka karena perbuatan-
perbuatan mereka yang tidak patut atau melanggar
perikemanusiaan. Sedangkan Kouw-bian-sin Teng Tin yang baru saja
terbinasa dibawah pedangnya, bukanlah karena ia sengaja
membunuhnya tanpa sebab, tetapi telah terjadi karena suatu
kekhilapan. Lebih-lebih karena dia sendiripun tidak menyangka sam
sekali, bahwa gertakannya itu dapat mengakibatkan peristiwa
sedih yang ia sendiri sangat sesalkan sekali terjadinya.
Sedang sikap Siauw Eng yang bermusuhan itu, telah
dinyatakan si nona pada sebelum Teng T in terbunuh dengan
secara thidak sengaja. Oleh sebab itu, apakah latar belakang yang telah
menyebabkan Siauw Eng memusuhinya sedemikian getirnya
itu " Liok Keng justeru tengah "dikeroyok" oleh persoalan-
persoalan sulit itu, ketika Bun So Giok menganjurkannya akan
lekas membunuh Teng Siauw Eng.
Tapi dia tak suka mengabulkan permintaan isterinya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
GAMBAR 03 Bun-Su-Giok lalu mempergunakan senjata rahasia Thian-
hoa-lian-tui untuk melukai T eng Siauw Eng.
Teng Siauw Eng yang barusan mendengar anjuran, Liok
Kong dan terdesak disisi pagarw tembok. Lekas-Iekas
mempergunakan siasat Pek-houw-yu-ciang, atau cecak
keliaran di-dinding tembok, menyusuri dinding tembok untuk
kemudian menjambret tepi atap dan melemparkan dirinya
keatasnya dengan gerak-gerakan yang gesit sekali. Dari situ ia
berlari-lari menuju keatas wuwungan rumah.
Sementara Bun So Giok yang telah meninggalkan Liok Kong
diatas ranjang, segera melompat juga keluar, dan tatkala,
melihat si nona hendak kabur, iapun lekas-lekas mencelat
keatas genting untuk mengejarnya. Begitupun Liok Keng turut
juga mengejarnya, untuk menyelaskannya pada Siauw Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang duduknya perkara yang benar mengenai kerusuhan
ini. Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng yang melihat dirinya di-
kejar-kejar, Ialu mencabut 7 atau 8 buah genting, dengan
mana ia menyambit pada Tong-teng siang-hiap yang masih
melakukan pangejaran terus, kedua suami-istri pendekar itu
dengan jalan mengegos atau berIompat kesamping.
Tatkala ia berlaku sedikit lengah, Bun So Giok lalu
mempergunakan senjata rahasia yang bernama Thian-hoa-
lian-tui, atau bunga dewata tercerai-berai, untuk melukainya.
Syukur juga ia berlaku sebat, hingga ia keburu
menghindarkan diri dengan jalan melontarkan gembolannya
bagaikan baling-baling cepatnya, hingga senjata-senjata
rahasia nenek pendekar itu benar-benar telah terpukul jatuh
sehingga serabutan kian-kemari.
---oo^DewiKZ-0-Tah^oo--- BAGIAN KE - 9 Tapi Bun So Giok tidak menjadi kecil hati oleh karenanya, ia
percaya, dengan melakukan pengepungan berdua suaminya,
niscaya akhirnya Siauw Eng akan kena juga tertangkap.
Kecuali ia bisa terbang kelangit atau menyusup kedalam
tanah. Hampir dalam saat itu juga, tiba-tiba sesosok bayangan
yang bertubuh agak gemuk telah melayang naik keatas
genting sambil membentak dengan suara nyaring :
"Kembalikan suamiku!"
Dengan kata-kata yang mengandung tuntutan itu, orang
segera kenali s iapa adanya orang yang baru datang itu.
Dia itu memang bukan lain daripada Say-giok-hoan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekarang Siauw Eng telah mempunyai pembantu yang
boleh diandelkan, hingga semangat bertempurnya yang
barusan telah mulai menurun, tiba-tiba telah bangkit kembali
dan maju menerjang Liok Keng dengan sekuat-kuat tenaga
dan mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk dapat lekas
menyudahi pertempuran tersebut.
Barusan selagi Siauw Eng memutar gembolannya buat
menyapu senjata-senjata rahasia yang disambitkan oleh Bun
So Giok, ada tiga buah senjata yang menyambar belakangan
dan hampir tak terlihat oleh si nona yang sedang sibuk
menangkis serangan senjata-senjata itu.
Syukur juga Say-giok-hoan yang bermata celi dan dapat
melihat jelas ditempat gelap, telah dapat melihat itu dari
kejauhan, hingga ia keburu mempergunakan It-siu am-kie,
atau tiga senjata rahasia yang disambitkan dengan sekaligus,
untuk menangkisnya, hingga si nona terluput dari bahaya
maut. Bun So Giok sama sekali tak menyangka bahwa Say-giok-
hoan akan datang pada petang hari itu, dan pada waktu yang
tepat ketika Teng Siauw Eng telah mulai keteter, hingga tiga
senjata rahasianya yang melayang belakangan itu, satu-
persatu telah dijatuhkan tanpa memberikan hasil sebagaimana
yang diharap. Seketika itu Liok Keng yang melihat gelagat kurang baik,
segera merogo sakunya dan mengambil senjata rahasia, dan
busurnya yang sangat diandalinya itu, To-beng-kim-koan,
yang bentuk dan besarnya hampir menyerupai simpai kepala,
kedua sisi senjata rahasia itu amat tajam, hingga kalan
disambitkan pada musuh, dapat membuat musuh luka atau
binasa. Maka dengan tidak berpikir sampai dua kali, Liok Keng
segera sambitkan dua buah To-beng-kim-koan kearah Teng
Siauw Eng dan Say-giok-hoan, yang segera bergerak gesit,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menghindarkan diri dari pada senjata rahasia yang
mereka tahu sangat berbahaya itu.
Say-giok-hoan lekas mengegos buat mengasih lewat
senjata tersebut, tetapi si nona lalu menghantamnya dengan
gembolannya, hingga senjata rahasia itu mencelat jauh sekali
kearah Bun So Giok. Dan dalam pertempuran yang sedang berlangsung dengan
ramainya ini, Liok Keng melihat istrinya jatuh terjungkal diatas
genting, hingga dengan gugup ia bertanya : "So Giok, apakah
tidak terjadi apa2 atas diri kau?"
"Senjata2 rahasiamu itu telah mengenai bagian atas
pahaku," kata si nyonya.
"Lekas tutup jalan darahmu!" Liok Keng menganjurkan,
karena dia khawatirkan bahwa senjata itu mengandung bisa.
Belum habis ia berkata begitu, tiba2 Say-giok-hoan
menerjang maju dengan rambut kusut dan terurai, romannya
bengis sekali dan membentak dengan suara nyaring : "Liok
Keng.....! Kau ini apakah manusia atau siluman jejadian2.
Dibagian mana yang Kouw-bian-sin telah berbuat kesalahan
terhadap dirimu?" Tanpa menunggu sampai pendekar tua itu memberikan
jawabannya, Wan Ho telah menggerahkan sepasang Pan-
koan-pitnya dan melakukan serangan maut terhadap jalan-
jalan darah yang berhahaya atas diri Liok Keng yang
dibencinya sehingga menembus kedalam sumsum, hingga
kalau ia mendadak dapat merubah menjadi harimau, niscaya
ia sudah terkam si pendekar tua itu dan menelannya bulat-
bulat. Demikianlah rasa panas hatinya Say-giok-hoan terhadap
pendekar pria dari telaga. Tong-teng itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng dilain pihak,
iapun tidak tinggal diam untuk membiarkan ibunya bertempur
dengan Liok Keng seorang diri saja.
Dari kejauhan ia me lihat Bun So Giok tiba-tiba duduk
bersila diatas genting, hingga dengan ini diketahuinya cukup
jelas bahwa pendekar wanita telaga Tong-teng telah
menderita luka dari senjata rahasia Liok Keng yang telah
disambitkan kepadanya dan berhasil dapat ditangkisnya tadi.
"Senjata makan tuan!" pikir si nona dengan perasaan puas.
"Bu," Siauw Eng menyerukan ibunya, "tidak usauh kau
banyak bicara pula dengan binatang itu! Segeralah turun
tangan dahulu, baru kemudian kita, berunding pula!.......
Petang ini Thian pasti mengabulkan kehendak ibu akan
membantu anak!" Maka sambil berkata begitu si nona segera putar
gembolannya dan menerjang pada Liok Keng, yang ternyata
telah diserang terlebih dahulu oleh Say-giok-hoan Wan Ho.
Tapi meski ia dikepung oleh kedua orang ibu-anak itu,
pendekar pria dari telaga Tong-teng itu tidak tampak gentar
atau mau mundur barang setapak pun, meski kedua-dua
lawannya masing2 menyerbu dengan senjata ditangan.
Gambar - 04 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Keng meladeni bertempur melawan Say-Giok-hoan ibu
dan anak dalam pertempuran dua lawan satu
Say-giok-hoan Wan Ho yang ternyata telah berpapasan
ditengah jalan dengan Teng Siauw Eng, telah diberitahukan,
bahwa Kouw-bian-sin Teng Tin telah terbinasa dalam tangan
Liok Keng. Sebagai seorang isteri yang telah hidup belasan n
dengan rukun dan bahagia sebagai suami-isteri dengan Kouw-
bian-sin, sudah barang tentu menerima kabar celaka itu
dengan hati mencelos. Maka dengan bercucuran airmata ia
Tiga Dara Pendekar 10 Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Lembah Tiga Malaikat 17
^