Pencarian

Bocah Sakti 11

Bocah Sakti Karya Wang Yu Bagian 11


sama dengan Lo In. ternyata si bocah begitu akur dengan enci
Liannya. Demikian Kim Wan Thauto berkata-kata dalam hati
kecilnya selama berhadapan dengan Eng Lian.
Lo In di lain pihak sangat senang hatinya karena enci
Liannya tidak mengecewakan baik dalam kepandaiannya yang
istimewa maupun dalam ucap katanya kepada orang yang
dipecundangi olehnya. "Enci Lian, kaujangan enak-enakan duduk. Ada kerjaan
yang meminta bantuanmu " kata Lo In tiba-tiba.
"Adik In, kau kejam menegur encimu selagi makan." sahut
Eng Lian mesem. Lo In ketawa nyengir.
"Bukannya kejam. Enci Lian, hayo tolongi orang "
"Kau sendiri dapat menolongnya, kenapa mesti minta
bantuanku ?" Lo In kerutkan keningnya.
"Baiklah, siapa yang kuharus tolong ?" kata Eng Uan
ketawa melihat adik In- ny a seperti mendongkol.
"Enci Lian berlagak pilon lagi-" kata Lo In nyengir seraya
menunjuk Tan Him dan song Cie Liang yang masih rebah di
lantai dirubung oleh saudara-saudaranya
Eng Lian bangkit dari duduknya lalujalan menghampiri dua
korban totokannya. Ia berkata ada Kie Giok Tong,
"Lopek, bicara terus terang, kalau aku masih jadi siancu,
kedua paman ini jangan harap sekarang masih bisa
bernapas." "Nona Lian, kenapa kau begitu marah kepada mereka ?"
tanya Kie Giok Tong. "Lantaran aku tidak sengaja menggebrak meja." sahut si
nona. "sayur menyiram bajunya mereka. Rupanya mereka tidak
senang terus-terusan, matanya selalu melotot kalau berpaling
ke arahku, siapa tidak jadi dongkol " Aku toh sudah memohon
maaf, bukan " Dengan sedikit kepandaian, aku bikin mereka
tahu rasa " Kie Giok Tong sekarang baru tahu duduknya urusan, si
nona tidak terlalu disalahkan dalam tindakannya, karena
saking gemasnya ia dipelototi terus menerus, Ia sesalkan
perbuatan dua saudaranya.,
"Nona Lian, biarlah aku lebih dulu minta maaf atas
kekasaran saudara-saudaraku. Kapan mereka sudah bebas
dari totokan akan kusuruh mereka minta maaf pada nona.
sekarang, tolonglah nona bebaskan mereka dari totokan."
Belum habis Kie Giok Tong berkata, Tan Him dan song cie
Lian sudah mendapat kebebasannya. Tampak Eng Lian hanya
mengetuk jidatnya masing-masing, mie yang menempel
dijidatpada copot melompat dan dua saudara dari suyangtin
Ngo-houw kontan bebas dari totokan. Rupanya mie yang
nempel tadi merupakan kunci dari totokan Eng Lian karena
ketika si nona ketuk jidatnya orang dan mie copot dari
melekatnya, lantas saja Tan Him dan song cie Liang dapat
kembali kemerdekaannya. Lo In bukannya tidak bisa membebaskan totokan Eng Lian
meskipun dengan lain caranya. Ia sengaja mengaku tidak bisa
karena ia ingin orang minta pertolongannya Eng Lian, supaya
Eng Lian mendapat nama dan dihormati seperti Bwee Hiang.
sebelumnya ia telah majukan syarat, maksudnya supaya
Lima Harimau dari suyangtin tidak mendendam kepada enci
Liannya. Ia tidak mengira kalau Kim Wan Thautojuga mau
coba-coba kepandaiannya Eng Lian. Syukur enci Liannya
menyimpan kepandaian hebat hingga kembali menggirangkan
hatinya si bocah melihat Kim Wan Thauto dapat ditakluki oleh
Eng Lian. Melihat dua saudaranya sudah merdeka kembali, Kie Giok
Tong dengan cepat menyuruh mereka minta maaf kepada Eng
Lian. Tan Him dan song cie Liang tidak sampai disuruh untuk
kedua kalinya, mereka sudah lantas melakukan apa yang
diingin oleh toakonya. " Kedua saudara masih belum kenal dengan watakku yang
setengah liar." kata Eng Lian merendah-
"Tidak heran kalau dengan secara tak disadari sudah
Jengkel kepadaku. Tapi satu dua kali paman-paman sudah
tahu watak aku Eng Lian, pasti akan memaafkan dan
menyayangku." Tan Him dan song cie Hiang kagum akan kata-kata si nona
yang mengandung banyak arti. Mereka pun lantas menghapus
rasa dendamnya pada Eng Lian. sambil omong-omong dan
ketawa-ketawa gembira, orang-orang sudah pada duduk pula
mengitari meja perjamuan dimana mereka meneruskan makan
minumnya dengan gembira. Eng Lian dan Leng siong yang sudah makan kenyang, tidak
turut makan-makan lagi, hanya mereka menonton saja orang
yang sedang makan. "Anak Lian dan siong, kenapa kalian tidak makan ?" tanya
nyonya Teng ketika melihat dua dara itu hanya asyik
kongkouw saja. "Aku sudah kenyang, ibu." sahut Leng siong. Kemudian ia
kutik tangannya Eng Lian dan berkata,
"Mari kita ke Giok Lie Teng. Di sana kita bisa omong-omong
dengan leluasa, tidak campur dengan orang tua-tua."
"Adik siong ini pikirannya sehat. Mari" sahut Eng Lian. Ia
pun sudah lantas bangkir dari duduknya, permisi pada para
hadirin untuk mengundurkan diri-
Kim Wan Thauto dengan Lima Harimau termasuk nyonya
Teng tidak keberatan mereka meninggalkan perjamuan,
kecuali Lo In yang matanya tak kedip-kedip mengikuti
berlalunya Eng Lian dan Leng siong.
Lo In masih sempat melihat Eng Lian melemparkan
senyuman ke arahnya, ketika lenyap dibalik pintu. si bocah
hatinya tidak tenang, Ia kepingin menyusul dua dara itu tapi
perasaan malu menahan dirinya. Apalagi perjamuan itu
diadakan spesial untuk kehormatan ia dan Eng Lian, maka
kalau ia juga meninggalkannya tidak baik sikapnya terhadap
tuan rumah dan lain-lainnya. Terpaksa si bocah menjublek di
kursinya. sebenarnya ia paling tidak senang kalau kongkouw dengan
para orang tua, tapi pada waktu itu ia kepaksa melayaninya.
"Anak In, sekarang kau sudah berkumpul pula dengan enci
Eng Lian-mu, tapi bagaimana dengan enci Bwee Hiang-mu ?"
tiba-tiba Kim Wan Thauto menimbulkan soal Bwee Hiang.
Lo In terkejut mendengar disebutnya Bwee Hiang. Ia seperti
yang baru tersadar dari tidurnya, seperti diketahui, wataknya
Lo In ada aneh- Dalam sesuatu hal ia anggap remeh, tidak
suka memikirkan dengan serius kecuali terhadap Liok sinshe,
orang yang ia sangat puja-puja. Meskipun demikian, dengan
ditimbulkannya soal Bwee Hiang, mau tidak mau ia harus
memikirkannya juga. "Toako, bagaimana pendapatmu soal enci Hiang ?"ia malah
balik menanya pada Kim Wan Thauto-
"sampai sekarang belumjuga dia kembali, kemana saja dia
perginya ?" "Bwee Hiang pergi dari rumahnya, gara-gara kau yang ajak-
" kata Kim Wan Thauto, seperti menyesalkan pada si bocah.
"Sekarang dia menghilang, kau tinggal enak-enakan saja
lantaran sudah ada enci Lian. Mana dapat begitu, anak In "
(Bersambung) Jilid 11 Lo In tidak menjawab, ia hanya duduk dengan termenungmenung,
Ia pun bingung, kemana ia harus mencari enci
Hiangnya. "Begini saja." kata Lo In kemudian.
"Kalau dalam dua tiga hari ini belum juga enci Hiang
pulang, kita bersama-sama mencarinya. Bagaimana toako
pikir?" Kim Wan Thauto diam saja, tidak meniawab.
Mendengar kata-katanya si bocah, Kim Wan Thauto
menduga Lo In malas mencarinya lantaran berat untuk
meninggalkan Eng Lian. "Lo Hiantit." kata nyonya Teng campur bicara.
"Perkataan Taysu adalah perkataan seorang tua yang
menyayangi pada anak-anaknya, harus Hiantit perhatikan.
Tidak ada jeleknya diwaktu senggang selama Hiantit ada disini
pergi mencari nona Hiang. Aku pun sangat kuatir, kalau-kalau
nona Hiang mendapat halangan."
Juga Kie Giok Tong menimbrung menasehati Lo In
sehingga si bocah tak dapat alasan untuk dalam, dua tiga hari
ia menanti di Suyangtin tinggal enak-enakan saja dengan Eng
Lian. Pikirnya, ia akan berdamai dengan enci Liannya,
bagaimana baiknya soal Bwee Hiang yang hilang itu.
Sementara itu, perjamuan pun sudah selesai.
Lo In permisi pada nyonya Teng untuk pergi menemui enci
Liannya. Nyonya Teng tersenyum, katanya,
"Pergilah, jangan sungkan-sungkan disini- Anggap saja
seperti rumah sendiri"
sambil ngeloyor masuk ke dalam, hatinya Lo In merasa
senang atas kebaikannya nyonya rumah- sementara Kim Wan
Thauto tinggal duduk bertigaan dengan ruan (Teng Hauw) dan
nyonya rumah sebab Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya
sudah pada pulang ke masing-masing rumahnya dengan
urusannya sendiri-sendiri
"Anak In sebenarnya adalah satu anak baik, kepandaiannya
susah diukur, cuma wataknya aneh. Kalau ada yang baru suka
melupakan yang lama, inilah cacatnya. Aku kuatir dengan
berkumpulnya kembali ia dengan Eng Lian, ia akan melupakan
Bwee Hiang." Kim Wan Thauto menyatakan kuatirnya kepada tuan dan
nyonya rumah- Teng Hauw tidak bisa bicara, isterinya yang mewakili,
katanya, "Taysu, kau benar. Tapi, aku nanti coba turut campur dalam
urusan ini dan akan membujuknya langsung atau melalui Eng
Lian dan Leng siong. Aku percaya Lo Hiantit akan ingat pada
nona Hiang yang belum pulang sampai sekarang."
"Bagus." kata Kim Wan ThautoTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Inilah yang aku harap. Kalau Hujin mau turun tangan,
rasanya urusan dapat berjalan lancar. Aku mengharap sekali
bantuan Hujin- Di samping anak In, aku juga tidak tinggal
diam- Akan kucari Bwee Hiang sampai ketemu- Kasihan anak
itu sudah piatu, meskipun ada mempunyai kekayaan yang
berlimpah-limpah yang untuknya ada lebih baik tinggal di
rumah daripada merantau dalam dunia Kangouw yang banyak
berbahanya." Teng Hauw dan isterinya kaget mendengar Kim Wan
Thauto mengatakan kekayaan Bwee Hiang berlimpah-limpah.
Nyonya Teng lalu menanya,
"Nona Hiang itu anaknya siapa, Taysu ?"
"Dia adalah anaknya Liu In Ciang, seorang hartawan
terkenal di Kunhiang-" sahut Kim Wan Thauto- Kemudian ia
cerita dengan ringkas halnya Liu Wangwee dan puterinya
Bwee Hiang- Tentang permusuhan dengan sucoan sam-sat
sehingga Liu Wangwee serumah tangga dibasmi oleh tiga
algojo dari sucoan. "Perginya nona Hiang dari rumah tentu akan mencari
musuh-musuhnya." kata nyonya Teng yang sangat tertarik
dengan riwayat Liu Wangwee dan hatinya merasa kasihan
kepada Bwee Hiang yang sudah piatu.
"Aku kira demikian maksudnya-" jawab Kim Wan Thauto-
"Anak itu mengandalkan Lo In untuk menuntut balas- Aku
kuatir ia gagal dengan niatannya, bila melihat anak In adatnya
angin- anginan." Nyonya Teng tersenyum. "Taysu," katanya.
"Kita jangan bicara demikian dahulu, siapa tahu Lo In sudah
menyanggupi. Kalau tidak, tentu nona Hiang juga tidak berani
keluar rumah mencari musuh-musuhnya yang ganas itu-
Juga......." "Juga apa, Hujin ?" potong Kim Wan Thauto.
"Juga, sekarang ada tambahan tenaga dari Eng Lian."
sahut nyonya Teng- "Empat orang termasuk Taysu, rasanya
bukan main kuatnya untuk menghadapi Sucoan sam-sat yang
kesohor buas itu. Malah disini aku sekeluarga pun akan
mendoakan akan berhasilnya kalian menumpas kejahatan "
Kim Wan Thauto ketawa mendengar perkataan nyonya
rumah- Dengan alasan hendak jalan-jalan mencari keterangan
halnya Bwee Hiang disekitar suyangtin, Kim Wan Thauto
mengundurkan diri dari Teng Hauw suami isteri-
Kim Wan Thauto kesal hatinya, memikirkan Bwee Hiang. Ia
kuatirsi gadis mendapat halangan yang sukar diatasi karena
Bwee Hiang sebagai gadis hartawan baru saja menginjakkan
kakinya dalam dunia Kangouw yang banyak bahayanya.
si Thauto pikir, meskipun Bwee Hiang ada berkepandaian
tinggi, ia hanya satu wanita tanpa pengawal. Romannya yang
cantik, lebih banyak mengundang bahaya daripada
keselamatan. Bagaimana ia dapat membela dirinya " orang
licik dan jahat terlalu banyak dalam kalangan Kangouw, inilah
yang sangat menguatirkan hatinya si Thauto-Diam-diam Kim
Wan Thauto berdoa supaya Tuhan melindungi si gadisTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia jalan tanpa disadari kemana kakinya membawa dirinya,
tahu-tahu ia sudah duduk bercokol dalam sebuah warung
arak- sebagai pendeta, ia tidak pantang minum arak- Maka ia
minta pelayan supaya menyediakan arak baik untuknya-
Ia pasang kuping kalau-kalau ia mendapat kabar tentang
dirinya Bwee Hiang. Tapi luput, ia tidak mendengar apa-apa
yang dikira dapat mencari jejaknya si gadissetelah
minum satu dua cawan, karena tadi di dalam
perjamuan ia sudah minum banyak arak, ia lalu keluar lagi dari
warung itu dengan maksud hendakputar kayun.
"Hehehe, ada disini ?" tiba-tiba ia dengar orang berkata
sambil menepuk bahunya. Kim Wan Thauto berpaling, kiranya
di depannya ada berdiri kenalan lama.
"sudah lupa ?" tanya orang itu, sambil tertawa ngekeh-
"Masa lupa, nenek yang kujemur dua jam di panasnya
matahari-" sahutnya-
"Benar tajam ingatanmu-" kata si nenek, yang tiada lain
adalah Kim Popo yang sudah lama kita tinggalkan dalam
cerita ini. "Mau apa kau datang kesini ?" tanya Kim Wan Thauto-


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku mencari kau sudah lama-" sahut Kim Popo-
"Aku toh bukan suamimu, kenapa kau mencari aku ?" goda
Kim Wan Thauto- " Kurang ajar" bentak Kim Popo merengut hingga
tampangnya tambah jelekTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau kira mukamu kebagusan diuber-uber aku si nenek "
Hm Taruh kata aku masih muda, untuk dijadikan isterimu nanti
dahulu." Kim Wan Thauto tertawa terbahak-bahak-
"Thauto edan, kau tertawakan apa ?" bentak Kim Popo
melotot matanya- "Hatiku geli mendengar kata-katamu barusan." sahut Kim
Wan Thauto- " gelinya ?" Kim Popo membentak lagi. Rupanya Kim Wan
Thauto sudah gemas sekali pada Kim Wan Thauto sebab
suaranya main bentak saja.
.Justeru dibentak-bentak malah Kim Wan Thauto makin
suka menggodainya. "gelinya " Tampangmu sekarang jelek, apalagi masih
mudanya tentu brengsek " Kim Wan Thauto menggodai si
nenek lagi. Meluap amarahnya Kim Popo- Memang ia paling tidak
sabaran menghadapi sesuatu soal, apalagi menghadapi Kim
Wan Thauto yang jail. "Aku mencari kau untuk menagih hutang, kau tahu ?" kata
si nenek gemas. " Aku tidak punya uang, bagaimana kau mau menagih
hutangku?" "Kau bukan hutang duit, Thauto brengsek"
"Habis, aku hutang apa padamu, nenek jahat ?"
"Wut Wut " terdengar sambaran angin tongkat Kim Popo
yang menyambar pada tubuhnya Kim Wan Thauto, saking
gemas digodai, Ia suruh tongkatnya yang bicara.
"Bagus " seru Kim Wan Thauto seraya kelit sana sini hingga
tongkat si nenek saban-saban tidak mengenakan sasarannya.
"Thauto kurang ajar Kalau tidak dikasih rasa, memang
mulutmu terus-terusan bocor-Rasakan kemplangan tongkat
nenekmu " berkata Kim Popo seraya menyerang bertubi-tubi.
Kim Wan Thauto kaget juga melayani Kim Popo karena
kepandaiannya beda dengan dua tahun yang lalu. Tadi ia
begitu memandang rendah pada si nenek, sekarang setelah
dicecar dengan tongkat si nenek, la tidak berani lengah lagi.
Bingung juga si Thauto karena ia harus melayani Kim Popo
dengan tangan kosong. "Nenek bagus " tiba-tiba ia membentak-
"Kalau berani kau berkelahi, jangan pakai tongkat Mari kita
berkelahi dengan tangan kosong "
"Hehe, takut ya " Baik, nenekmu penuhi keinginanmu "
sahut Kim Popo seraya melemparkan tongkatnya ke samping.
sementara itu, sudah banyak orang yang menonton mengitari
mereka. "Nanti dulu " kata Kim Popo seraya lompat ke samping,
memungut lagi tongkatnya dan ia lantas usir-usir penonton
yang mulai banyak jumlahnya.
Kim Wan Thauto sudah lantas siap sedia mendengar Kim
Popo berkata 'nanti dulu' mengira si nenek akan mengirim
pukulan maut Tidak tahunya Kim Popo mengambil tongkatnya
untuk melabrak para penonton, tidak mau ia bertempur
ditonton orang banyak- "Memang aku orang gila ditonton kalian ?" teriak Kim Popo,
seraya putar tongkatnya hingga bersuara gemuruh dan
anginnya menyambar-nyambar bukan main kerasnya.
Penonton pada ketakutan dan lari tumpang siur, mengira si
nenek itu adalah nenek sinting, tidak boleh didekati.
Kim Wan Thauto terkejut melihat si nenek memutar
tongkatnya mengeluarkan suara gemuruh, Ia tidak sangka Kim
Popo sekarang jauh bedanya dengan Kim Popo pada dua
tahun yang lalu. Pikirnya, Kim Popo rupanya berlatih keras
selama dua tahun itu untuk pertemuan dengannya yang kedua
kali. setelah mengusir bubar penonton, Kim Popo lemparkan
pula tongkatnya dan menghampiri Kim Wan Thauto- Ia
berkata, "Mari kita menguji, siapa unggul ?"
"Sudah tentu aku yang unggul " sahut Kim Wan Thauto-Kim
Popo deliki matanya, "Hehe, mau menang ?" katanya mengejek.
Kim Wan Thauto ketawa- Tapi diam-diam hatinya rada jeri
juga menghadapi nenek ini yang kepandaiannya berubah jauh
dari tempo hari- Kim Popo buka serangan dengan 'Kim tiau tian ci' (garuda
emas pentang sayapnya), tampak dua tangannya dipentang,
mendadak kecepatan kilat telah menyergap Kim Wan Thauto
yang coba berkelit dengan memutar tubuh, tapi tak urung
terdengar suara 'bret' itulah baju Kim Wan Thauto di bagian
dekat dadanya kena dicengkeram robek oleh si nenek.
"Hehe, ini baru bajunya " katawa Kim Popo seraya unjukkan
robekan bajupada lawannya- Lain kali dadamu kubikin remuk
dan isinya berantakan" Kim Wan Thauto hanya tersenyum
saja- "Masih berani " Lekas tekuk lutus dan jemur dirimu d ipa
nasnya matahari dua jam seperti aku tempo hari, barulah aku
ampunkan jiwamu" berkata lagi Kim Popo dengan congkaknya
hingga lawan tertawa terbahak-bahak-
"Masih sempat ketawa sedang kekalahan sudah nyata ?"
bentak Kim Popo- "Kau masih belum menang, lihat ini apa ?" kata Kim Wan
Thauto sambil membuka telapakan tangannya, diunjukkan
pada Kim Poposi nenek terbelalak matanya. Cepat ia meraba kondenya,
memang sudah tidak ada bunga yang diselipkan disitu, sudah
pindah di telapak tangan Kim Wan Thauto.
"Kurang ajar, kau berani main-main pada Kim Popo?"
"Kurang ajar, kau berani main-mainpada Kim Wan Thauto?"
si nenek gemas betul pada lawan yang mulutnya paling
bisa menggodai orang. Dalam gusarnya, kembali ia
menyerang lawannya. Kim Wan Thauto melayani dengan waspada, ia tidak berani
memandang rendah pada lawannya seperti tempo hari. oleh
karenanya pertempuran menjadi seru sekali.
Kim Popo mainkan ilmu pukulan 'Thian lok sin kun'
(Kepalan sakti jatuh dari langit) warisan dari ayahnya si
Tongkat sakti Kong Tek Liang.
sejak dipecundangi Kim Wan Thauto, Kim Popo telah
memperdalam kepandaiannya dengan membaca buku
pelajaran ilmu Tongkat sakti dan Kepalan sakti, yang dulu ia
abaikan karena terlalu dimanja oleh ayahnya.
Kekalahan tempo hari dari Kim Wan Thauto seolah-olah
merupakan cambuk untuk ia belajar tekun ilmu saktinya, ialah
ilmu turunan untuk memperdalam kepandaiannya-
Memang otaknya si nenek tua tidak tumpul. Maka dalam
ketekunan memperdalam ilmunya Kim Popo telah berhasil
seperti kenyataannya sekarang dihadapkan pada musuh lama
(Kim Wan Thauto), membuat lawan-lawannya rada-rada keder
menghadapinya. Ilmu pukulan Thian loksin kun banyak perubahannya yang
membingungkan. Kim Wan Thauto repot juga mengelakan
serangan-serangan Kim Popo-
Untuk kekurangannya, Kim Wan Thauto coba gunakan akal
cerdiknya ialah membuat musuh panas hatinya sehingga
mengacaukan pikirannya. "Nenek bagus." ia menggoda,
"sebaiknya kita berhenti saja berkelahi-"
"Aku bukannya takut, nenek bagus." sahut Kim Wan Thauto
tenang-tenang saja. "Kalau tidak takut, kenapa minta berhenti berkelahi ?"
"sebab, aku tahu kau toh tidak bisa menang "
Kim Popo makin bertubi-tubi menyerangnya hingga Kim
Wan Thauto gelagapan. "Nenek je - . eh, nenek bagus." kata lagi Kim Wan Thauto-
"Meskipun kau keluarkan isi perutmu semua, tak mungkin
dapat menjatuhkan aku si Thauto-"
Kim Popo masih tetap dengan serangan-serangannya, juga
tidak kelihatan panas hatinya mendengar kata-katanya Kim
Wan Thauto yang hendak memancing kemarahan orang.
"Hehe, tidak tahu malu" tiba-tiba Kim Popo menyemprot si
Thauto- "Kenapa aku malu " Memangnya aku kenapa ?"
"Akal bulusmu tidak laku- Biarpun kau mengoceh sampai
mulutmu robek, tak nanti Kim Popo kejebak dengan tipu
muslihatmu. Hm " Kim Wan Thauto terkejut. Kiranya akalnya sudah kena
diraba siang-siang oleh si nenek- Pantasan seranganserangan
Kim Popo tidak ada perubahan, terus mantap.
Makin lama Kim Popo bertempur makin gagah hingga Kim
Wan Thauto agak gelisah juga sebab akalnya sudah dapat
diketahui oleh lawan. Kalau sampai ia kena dirubuhkan si nenek, benar-benar
runyam. Terang si nenk akan menghinanya dengan suruh
menjemur dipanasnya matahari barang dua jam, seperti dulu
ia pernah berbuat atas dirinya si nenek.
yang membuat ia lebih bingung, tangannya si nenek bisa
memanjang dan mengkeret. Kalau tangan kanan diulur, tangan kirinya mengkeret. Itu
yang menyulitkan Kim Wan Thauto untuk berkelit dari
serangan Kim Popo-Entah ilmu apa yang dimainkan Kim
Popo- Kim Wan Thauto bingung. Tapi lama-lama ia kenali juga
itulah yang dinamakan 'Thong pie-kong' ilmu mengkerat dan
memanjangkan tangan. Kim Wan Thauto menanya pada dirinya sendiri, dari mana
si nenek belajar yang begituan, Ia tidak tahu bahwa Kim Popo
selama galang gulung dengan The sam, ex darlingnya, ia
sudah menjiplok juga ilmu 'Thong pie-kong' bekas kekasihnya
itu. Ia sudah pelajarkan ilmu itu hingga mahir- Mungkin The
sam sendirinya sekarang kalah pandai menggunakan ilmu
'Thong-pie-kong' itu. Melihat lawannya keteter, Kim Popo
ketawa terkekeh-kekeh. "Thauto bagus-" ia balik menggoda Kim Wan Thauto yang
sudah kepayahan. "sebentar, sebentar kalau sudah kujemur kau dipanasnya
matahari, baru boleh obral kentut busukmu Hehehe......"
Kim Wan Th auto mendongkol. Biasanya ia paling Jenaka
menggodai orang. Belum pernah ia kerutkan alisnya apabila ia
menghadapi musuh yang bagaimana pun tangguhnya. Tapi
kali ini betul-betul ia kewalahan. Tambahan modalnya
memancing kemarahan lawan sudah tidak laku, Kim Popo
barusan sudah menelanjangi akal bulusnya.
Tapi ia masih terhibur juga, karena ia masih mengandal
pada 'Tiat-pou-san', ilmu kebalnya baju besi. Pikirnya, si nenek
tidak bisa berbuat banyak atas diriya- Melihat dirinya terusterusan
kedesak, Kim Wan Th auto nekad juga. Tangan
kanannya tiba-tiba diputar, tahu-tahu tangan kirinya dengan
kecepatan kilat nyelonong ke muka, dua jarinya telunjuk dan
tengah bagaikan kaitan besi hendak copoti lentera (biji mata)
orang, itulah gerakan 'siang liong coan tah' (Dua naga
menembusi menara) yang sangat diandalkan oleh Kim Wan
Th auto, jarang lawannya dapat mengelit serangannya yang
dilakukan laksana kilat itu.
Tapi Kim Popo bukan si nenek pada dua tahun yang lalu.
Kim Popo egoskan serangan berbahaya itu sambil memutar
tubuh ke kiri Dalam terkejutnya melihat si nenek demikian
gesit memusnahkan serangannya, tahu-tahu Kim Wan Thauto
rasakan 'gudang makanan' (perut) digedor sepatunya si
nenek- Persis ujung sepatu Kim Popo menotok 'tiong-kek hiat',
jalan darah diperut hingga siThauto tak berkuasa lagi akan
tubuhnya yang roboh mendeprok di tanah- Indah sekali
gerakan Kim Popo yang dinamai 'Ko hong liu sui' atau 'Air
mengalir burung hong lewat'-
"Hehe, Thauto bagus " kata Kim Popo melihat lawannya
sudah tidak berdaya. "Rasakan panasnya matahari dua jam dan boleh keluarkan
kentut busukmu. Kim Wan Thauto hanya kedap kedip matanya, tak dapat ia
mengeluarkan suara. Dalam hatinya ia mendongkol, tapi hanya sejenak saja.
sebagai kesatria, ia harus menerima kekalahannya dengan
rela. Ia dulu pernah menjemur Kim Popo dipanasnya matahari.
Kalau si nenek sekarang berbuat demikian atas dirinya, itu
jamak saja. Mereka jadi tidak punya hutang satu dengan yang
lain. orang banyak yang menonton dari kejauhan perlahanlahan
pada bubaran, karena pertempuran sudah habis. Hanya
mereka heran, si paderi rambut panjang tinggal mendeprok di
tanah, tidak bangun berdiri menghadapi si nenek yang sedang
memaki-maki rupanya. Mereka tidak tahu kalau Kim Wan
Thauto sudah kena ditotok oleh Kim Popo-
"Di sini banyak yang berlalu lalang, mungkin ada orang
yang hendak mendong membebaskan kau. Maka aku akan
menunggui kau selama dua jam, baru akan kutinggalkan kau
dan dengan begitu hutangmu sudah terbayar lunas. Kita satu
sama lain tidak punya sangkutan apa-apa lagi. Nah, selamat
menjemur badan " berkata Kim Popo seraya terpingkal-pingkal
ketawa meninggalkan Kim Wan Thauto di bawah matahari
siang yang sedang panasnya.
Kim Wan Thauto hanya senyum-senyum saja ketika si
nenek meninggalkan dirinya.
"Benar tidak enak-" kata Kim Wan Thauto dalam hatinya-
"Belum lama dijemur sudah begini panasnya. Entahlah
kalau sebentar sudah dua jam lewat- Apa aku masih bisa
tahan untuk tidak pingsan."
sementara itu, Kim Popo sudah ada di warung arak di sana,
meneduh sambil mengawasi ke arah Kim Wan Thauto yang
sudah berlepotan keringat kepanasan.
orang banyak yang berlalu lalang tapi tidak ada yang berani
menanyakan apa-apa kepada Kim Popo yang duduk dengan
keren sambil memegangi tongkat besinya. Kim Wan Th auto
sudah mulai merasakan tenggorokannya kering, haus sekali
rasanya.- Diam-diam ia membayangkan bagaimana Kim Popo tempo


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hari ia hukum dua jam dipanasnya matahari, kepanasan dan
kehausan, seperti yang sekarang ia alami, sangat menyesal ia
akan perbuatannya yang kelewatan dulu, terlalu menuruti
emosi hatinya. Pada waktu itu ia anggap dirinya jagoan, belum
menemukan tandingan, dapat berlaku sedikit sewenangwenang
menghukum si nenek- Tidak tahunya belakangan ini
banyak kejadian yang membuka matanya, Ia melihat
kepandaian si kerudung merah yang membikin sucoan samsat
jatuh bangun, suatu kepandaian yang tak dapat dimiliki
olehnya. Kemudian ia ketemu Lo In, dijatuhkan mutlah oleh si
bocah sehingga tujuh senjata rahasia anting-anting emasnya
tidak berdaya dihadapkan pada anak kecil itu, lalu ia mencoba
kepandaiannya Bwee Hiang, gagal. Hampir-hampir ia
dijatuhkan dengan konyol, sekarang pertandingan ulang
dengan Kim Popo, kembali ia keok.
Mengingat itu semua, kalau mula-mula ia bangga dengan
kepandaiannya kini rasanya kepandaiannya terlalu rendah-
Terlalu berlebih-lebihan orang Kangouw menjunjung dirinya
sebagai jagoan diantara jago kelas wahidTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
sebenarnya ia sudah tidak tahan, ketika lewat satu jam ia
dijemur. Tapi ia keraskan hatinya, tidak mau ia kalah oleh Kim
Popo yang tahan dua jam. Ia pejamkan matanya menerima
nasibnya yang malang. "Thauto bagus, bagaimana kau rasakan " Hehe, enak ya ?"
sekonyong-konyong ia mendengar pula suaranya Kim Popo.
Kim Wan Thauto tidak mau ladeni si nenek, la diam
memeramkan matanya. "Sebenarnya, enak banget sekarang aku kemplang
kepalanya berantakan, tapi kita tak bermusuhan bukan?"
terdengar pula suaranya Kim Popo-
"Masih ada setengah jam kau harus lunasi hutangmu,
setelah itu akan kutinggalkan kau"
Matahari menyorot keras, untuk omong-omong beberapa
patah kata saja Kim Popo tidak tahan akan panasnya,
sebenarnya ia merasa kasihan pada Kim Wan Thauto, tapi
karena adanya yang sableng hanya sekilas saja perasaan
kasihan itu timbul dalam hatinya. Tetapi ia mau balas Kim Wan
Thauto dengan dua jam seperti yang dlalami oleh dirinya
tempo hari- Kapan ia sudah kepanasan dan memutar tubuh untuk
meneduh pula di warung arak tadi, ia terkejut di depannya ada
menghadang bocah berwajah hitam, ketawa ke arahnya.
sambil bertolak pinggang.
Entah berapa lama si bocah berada disitu, tentu sudah
mendengarkan percakapannya dengan Kim Wan Thauto- Kim
Popo terkejut karena ia mempunya kepandaian mendengar
yang tajam tapi tidak sadar akan kehadirannay si bocahTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bocah hitam, kau mau apa datang ke sini " bentak Kim
Popo- Justru disebutnya 'bocah hitam', matanya Kim Wan Thauto
yang meram saja dengan mendadak dibuka lebar, Ia melihat
Lo In yang datang. Hatinya kegirangan bukan main sebab
pikirnya ia tidak harus menunggu setengah jam lagi dijemur.
Lo In tidak menjawab si nenek, hanya lengan bajunya
mengebas ke arah Kim Wan Thauto-Kontan sipaderi rambut
panjang sudah terbebas dari totokan si nenek-
Kim Popo terkejut bukan main melihat anak kecil itu, hanya
dengan sekali kebas dengan lengan bajunya, si Thauto sudah
terbebas dari totokan. Itu adalah kepandaian yang jarang
terlihat. Dari terkejut si nenek menjadi gusar. sambil melotot
matanya mengawasi Lo In, ia berkata,
"Anak - . kau berani turut campur dalam urusanku ?"
"Hahaha " Lo In tertawa terbahak-bahak hingga Kim Popo
heran. "Anak sinting, kau tertawakan apa ?" bentaknya keras.
"Kau katakan aku sinting, apa Popo tidak sinting " sahut Lo
In masih ketawa. "Aku sinting kenapa ?"
"Menjemur orang di panasnya matahari. Bukan itu
perbuatan orang sinting "
"Itu urusanku dengan si Thauto brengsek, tidak ada
sangkutan dengan kau"
"siapa bilang tidak ada sangkutan denganku ?"
Kim Popo melengak mendengar perkataan Lo In. pikirnya,
apa bisa jadi anak hitam ini ada urusan dengannya " Tapi ia
tidak mau menanya lebih jauh, hanya tongkatnya yang bicara,
Ia kemplang Lo In tidak menggunakan Iwekang, takut si bocah
mati dibawah tongkatnya, Ia tidak menyangka, kemplangan
tongkatnya mengemplang angin, karena si bocah sudah
berkelit dengan tangkasnya.
"Popo, tongkatmu terlalu berbahaya.Jangan main-main,
nanti nimpa kepalaku " Lo In menggodai si nenek yang sedang
keheranan kemplangannya tidak mengenakan sasaranya.
"Nenek bagus." menimbrung Kim Wan Thauto-
"Sekarang ketemu adikku, asal kau bisa menyentuh ujung
bajunya saja, dengan rela aku hadiahkan kepalaku padamu "
Heran Kim Popo mendengar anak kecil disebut adiknya-
Sejak kapan paderi berambut panjang itu punya adik hitam
kayak pantat kuali "
"Heheh, adikmu dia ?" tertawa Kim Popo-
"Terlalau kelebihan, kalau kau mengatakan aku tak dapat
menyentuh ujung bajunya saja. Bukan saja ujung bajunya, tapi
akan kukemplang mampus dia " berbareng tongkatnya
menyabet disertai Iwekang hingga bersuara. Menyusul suara
'bat bet bat bet' beberapa kali. Itulah suara tongkat Kim Popo
yang menyabet berulang-ulang, sayang sabat kali sabetan
yang dahsyat itu saban kali juga menyabet tempat kosong.
Kim Popo heran saban-saban kehilangan sasarannya, Ia
membentak, "Bocah hitam, siapa kau " Lekas kasih tahu sebelum Popo
kirim jiwamu menghadap Giam-lo-ong " Kata-kata Kim Popo
bukan membikin takut lawan, malah Lo In tertawa terbahakbahak-
"Masih terlalu pagi aku menghadap Giam-lo-ong, aku masih
anak-anak- Mau juga Popo yang sudah usia lanjut menghadap
raja akherat- Hahaha "
Kim Popo melengak- Memang juga lebih pantas ia yang
menghadap Giam-lo-ong di banding si bocah yang masih
anak-anak- Ia tahu anak kecil itu mengejek dirinya, justru
lantaran itu ia menjadi marah- Tongkatnya diputar. Kali ini
bukan hanya menyabet, tapi mengemplang dan menusuk,
tongkatnya bergerak lihai sekali.
Dalam gusarnya ia menyerang bertubi-tubi. Tiba-tiba ia
rasakan ada angin dingin berkesiur seperti menghembus di
pinggangnya, ia lompat mundur, Ia periksa pinggangnya tidak
apa-apa, bajunya juga tidak kurang suatu apa. Lalau ia
memandang Lo In yang ketawa ke arahnya.
"Bocah hitam, kau main gila ?" bentaknya, kembali
tongkatnya bekerja. Kim Popo sekarang insyaf ia menghadapi lawan alot,
meskipun lawannya hanya satu bocah hitam saja. Maka ia
keluarkan ilmu tongkatnya yang dinamai 'Thian-lok-sin-koay1'
(flmu Tongkat sakti jatuh dari langit).
Tampak Lo In bergerak cepat untuk menghindarkan
serangan Kim Popo yang hebat.
Makin lama Kim Popo mainkan tongkatnya makin cepat dan
mengurung Lo In yang melayani ia dengan kegesitannya saja,
tidak mau si bocah balas menyerang.
Kim Popo gelak-gelak ketawa melihat Lo In seperti yang
kesurupan. Sampai ia lengah, ketika tiba-tiba Lo In meraba
dadanya yang kemudian lompat mundur.
"Hehehe, takut ya ?" ejek Kim Popo, masih ketawa ia.
"Terima kasih, barusan aku usut di pinggang takut kotak
yang baru aku usut dari dadamu jatuh. Hahaha......"
Lo In ketawa, terpingkal-pingkal.
"Bocah hitam, apa kau kata ?" tanya Kim Popo seraya
meraba dadanya. Bukan main kagetnya Kim Popo, sebab barang yang sangat
dijaga-jaga sudah terbang dari dadanya. Lalu matanya
memandang pada Lo In yang saat itu sedang main-mainkan
sebuah kotak kecil, Hulah kotak kecil yang berisi Tiam-hiat Pitkoat,
buku pelajaran menotok darah karangan The Leng Tong,
jago Thiam-hiat (menotok jalan darah) pada 80 tahun
berselang. Buku yang tak ternilai harganya. Dengan susah payah ia
berusaha mendapatkannya dari tangan Lo In, jatuh pada Kim
Wan Thauto, jatuh pada The sam, jatuh padanya (Kim Popo),
lalu sekarang kembali jatuh di tangan Lo In.
"Hei, itu adalah kotakku yang hilang di hotel " kata Kim Wan
Thauto ketika melihat Lo In sambil ketawa-ketawa mainkan
kotak mungil itu. "Kentut busuk " bentak Kim Popo-
"Kau yang merebut dari aku, mau mengatakan punyamu "
sungguh tidak tahu malu "
Kim Wan Thauto ketawa nyengir, Ia berasa salah sebab
memang juga kotak itu ketika ia memiliki adalah dari tangan si
neneksementara itu Kim Popo sudah memandang dengan tajam
pada Lo In. "oo, kalau begitu kau ada si bocah dari Tong-hong-gay ?"
berkata Kim Popo- "Bagus, bagus, kalau Popo masih kenali aku yang rendah-"
sahut Lo In. selama melayani Kim Popo, Lo In ingat akan buku 'Tiamhiat
Pit-koat'. Maka dengan kepandaiannya yang sakti ia
mengusut orang punya pinggang. Ketika disini tidak
kedapatan, maka Lo In sudah cari di dada orang. Benar saja,
kotak mungil itu ada di situ dan ia sudah comot tanpa Kim
Popo merasa sedikit pun. Itulah menandakan kepandaiannya
Lo In ada luar biasa. Mengetahui siapa si bocah hitam, Kimpopo membayangkan
pada kejadian yang sudah lalu. Dulu ia bisa puntir tangan si
bocah dan paksa ia keluarkan kotak 'Tiam-hiat Pit-koat'-
sekarang, kepandaiannya malah sudah tambah, tidak bisa
menangkap si bocah, Itu menandakan bahwa ia bukan
tandingan Lo In. Meskipun wataknya angin-anginan, Kim Popo tahu juga
gelagat. Cuma sayangnya ia punya cacat, bandel, sudah
terang ia melihat gelagat tidak menguntungkan kalau masih
mau melawan Lo In, tapi tidak rela buku pentingnya dirampas
si bocah dan ia mau coba-coba lagi sekali bertarung, Inilah
sifat bandelnya, yang sering membikin ia kejeblos seperti
tempo hari ia melawan Liok sinshe.
"Bocah-" tiba-tiba Kim Popo berkata, setelah termenung
sebentaran. "Asal kau mau menyerahkan kembali barang itu padaku,
urusan akan Popo bikin habis sampai disini saja. sebaliknya,
kau tahu sendiri, Kim Popo tak akan gentar menghadapi siapa
juga. Apalai kau cuma satu anak kecil yang bau tetek emakmu
sja belum hilang " "sudah terang keok. masih banyak lagak lagi " menyela Kim
Wan Tiiauto. Mata Kim Popo mendelik pada Kim Wan Thauto-
"Nah, bocah, nenekmu akan layani kau dengan sungguhsungguh.
Lekas cabut pedangmu. " menantang Kim Popo
dengan tidak merasa malu-malu atas jengekan Kim Wan
Thauto tadi- "Pedang Liok sinshe, mana aku berani sembarang gunakan
" sahut Lo In. Kim Popo terkejut bukan main disebutnya nama 'Liok
sinshe', tiba-tiba saja badannya menggigil seperti yang panas
dingin. "Bocah, apa Liok.....Liok........" kata Kim Popo gugup,
suaranya gemetar. "ya, Liok sinshe, Liok sin.... she " Lo In dengan sengaja
menandaskan. Tanpa mengucapkan kata-kata lagi, Kim Popo putar
tubuhnya dan enjot kakinya melayang jauh, dari mana ia lari
terbirit-birit ketakutan. Kim Wan Thauto ketawa terbahakbahak
melihat lagaknya Kim Popo-sebaliknya Lo In telah
menundukkan kepala sambil memainkan kotak mungilnyasetelah
habis tertawa enaknya, Kim Wan Thauto
menghampiri Lo In yang masih berdiri sambil menundukkan
kepala. "Anak In," katanya seraya pegang dagu orang dan
didongaki mukanya, "Hei, kenapa kau menangis ?" Kim Wan Thauto melihat
matanya Lo In berkaca-kaca.
"Hatiku terkenang kepada Liok sinshe-" sahutnya seraya
menyusut air matanya dengan tangan bajunya, Ia
menyambung, "Entahlah, Liok sinshe sekarang ada dimana. Dia adalah
orang baik, yang menyayangi aku seperti anaknya........"
"Anak In." kata Kim Wan Thauto menghibur.
"Kalau Liok sinshe masih hidup, satu waktu kau akan
menjumpainya. Kenapa mesti disedihkan " Bukankah kau kata
bahwa kau tidak percaya Liok sinshe mati karena dia
mempunyai kepandaian sangat tinggi " Nah, buat apa kau
bersedih. Berdoalah supaya satu waktu Tuhan akan ajak kau
menjumpai Liok sinshe dengan sehat walafiat. Hahaha."
Kesedihan Lo In pun lantas lenyap tanpa bekas mendengar
kata-kata Kim Wan Thauto yang ditutup terbahak-bahak
gembira, Hulah wataknya si bocah yang aneh- Berduka karena
sedih seketika, bergembira karena ketawa seketika, Hulah
rupanya ada "motto" Lo In dalam hidupnya.
sementara itu suyangtin Ngo Houw juga sudah ada disitu
dan beberapa orang yang menonton tadi kelihatan masih
penasaran ingin melihat wajahnya si bocah dari dekat. Mereka
sangat kagum akan kepandaian Lo In yang dengan tangan
kosong menggempur si nenek yang bertongkat besi sangat
berat. "Tidak ada apa-apa yang harus ditonton, hayo kalian pada
pergi " mengusir Kie Giok Tong hingga orang-orang yang
sangat menghargai pada suyangtin Ngo Houw pada bubaran
tanpa diusir sampai dua kali.
Bagaimana Lo In dapat tahu kalau Kim Wan Tiiauto dapat
kesulitan dari Kim Popo " Itulah gara-gara si bocah A Kong,
anak tanggung yang menjadi orang kepercayaan suyangtin
Ngo Houw- Dengan cara kebetulan mendapat tahu kesulitan


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dialami Kim Wan Thauto setelah si Thauto dijemur satu
jam lebih lama. Buru-buru A Kong kasih tahu pada Kie Giok Tong yang
sudah lantas pergi ke rumahnya Teng Hauw untuk
mengabarkan kejadian itu pada Lo In yang waktu itu sedang
Eng Lian dan Leng siong. Mendapat tahu toakonya dalam kesulitan, tidak buang
tempo lagi Lo In sudah lantas menyusul, Ia tidak mengira
bahwa si nenek yang mempersulit itu adalah Kim Popo,
kenalan lamanya. Dengan diam-diam menggunakan ilmu
entengi tubuhnya ia sudah dekati Kim Popo yang sedang
menggodai Kim Wan Thauto-.
Dalam perjalanan pulang Kim Wan Thauto menanya pada
Lo In, "Anak In, kau kata Kim Popo yang membokong Liok sinshe
hingga jatuh kejurang. Kenapa tadi kau tidak menuntut balas
akan jarumnya yang jahat itu ?"
Lo In ketawa nyengir jawabnya,
"Aku sangsi Liok sinshe mati. Maka aku sangsi mengambil
jiwa Popo, apalagi aku lihat Popo bukannya orang jahat "
"Bagus, bagus." kata Kim Wan Thauto seraya menepuknepuk
pundak Lo In. "Mungkin tidak ada anak keduanya yang mempunyai jiwa
luhur sepertimu. Kaupantas nanti akan menjadi satu Tayhiap
(pendekar besar) seperti Kwee Cu Gie ayahmu."
"Toako, apa Kwee Cu Gie itu ayahku ?" tanya Lo In heran.
"Aku yakin benar kau adalah anaknya Kwee Cu Gie-"
"Lalu, dimana ibuku " Dimana ayahku sekarang ?" Kim
Wan Thauto bungkam diberondong pertanyaan Lo In.
sementara itu, mereka sudah sampai di rumahnya Teng
Hauw, dimana mereka disambut oleh Eng Lian dan Leng
siong, malah nyonya Teng juga ada serta.
"Adik In, bagaimana " Kau sudah usir si nenek yang
mengganggu Taysu?" tanya Eng Lian, ramai mulutnya,
sedang Leng siong hanya tersenyum-senyum saja ke arah si
bocah wajah hitam yang tengah ketawa-tawa nyengir.
"Dia bukan diusir oleh anak In." menyela Kim Wan Thauto
ketawa. "Wah, habis siapa yang bisa usir dia ?" tanya Eng Lian.
"Dia lari terbirit-birit mendengar namanya Liok sinshe
disebut anak In" "Masa sampai begitu ketakutan ?"
"Dia yang membokong Liok sinshe dengan 'touw-kut tok
ciam', mungkin dia kira Liok sinshe ada berserta kita, makanya
dia lari ketakutan."
Eng Lian ketawa terpingkal-pingkal.
"Ah, dia takut sama bayangannya sendiri" katanya setelah
enak ia ketawa. sementara Kim Wan Thauto bercakap-cakap di ruang tamu,
Eng Lian dan Leng siong diikuti Lo In sudah kembali ke Giok
Lie Teng, dimana mereka teruskan kongkouwnya yang
tertunda karena urusan Kim Wan Thauto dijemur Kim Popo.
Kiranya yang mereka percakapkan adalah urusan
menghilangnya Bwee Hiang.
"Enci Lian." kata Leng siong.
"Enci Hiang orangnya sangat riang, macam enci juga. siapa
yang kenal dia, dalam tempo singkat seperti sudah kenal
lama." "sayangnya dia tidak ada disini, kalau tidak- kita bisa
bercakap-cakap dengannya." sahut Eng Lian tersenyum.
Kemudian ia menyambung berkata pada Lo In,
"Adik In, bagaimana kau dapat berkenalan dengan enci
Hiang ?" Lo In lalu menuturkan riwayat Ia tengah mencari-cari Eng
Lian dengan cara kebetulan ketemu dengan Liu Wangwee
dalam rumah penginapan yang lalu membawanya ke
rumahnya. Di sana ia berkenalan dengan Bwee Hiang.
Panjang lebar ia menutur, bagaimana ia kasih hajaran pada
Sucoan sam-sat, tentang pembunuhan oleh Sucoan sam-sat
di markas cabang Ceng Gee Pang, dibunuhnya seisi rumah
Liu Wangwee- Hanya tentang ia membuka selimut yang
menutupi mayatnya Ling Ling, ia tidak sebut-sebut. Rupanya
ia ngeri enci Liannya akan melotot padanya.
"Untung enci Hiang ikut aku ke markas cabang ceng Gee
Pang. Kalau tidak, ia pun tidak akan luput mendapat bahaya."
LoIn menutup penuturannya.
"Lalu seterusnya bagaimana adik In dengan Bwee Hiang ?"
tanya Eng Lian ketawa. setelah nyengir sebentar, Lo In berkata,
"Aku tidak bisa meninggalkan dia karena dia minta aku
mengajari ilmu silat sebab katanya untuk bekal menuntut balas
pada sucoan sam-sat. Dia mau supaya dengan tangannya
sendiri membunuh orang-orang jahat yang membasmi
serumah tangganya " "Ringkasnya, adik kecil ini menjadi guru cilik dari enci
Hiang," menyela Leng siong sambil tersenyum melirik ke
arahnya Lo In. "Ai, aku kurang hormat pada siao suhu (guru cilik)-" kata
Eng Lian seraya bangkit dari duduknya dan menjura pada Lo
In. "Jangan seeji (sungkan) Liehiap-" Lo In menyambuti
hormatnya Eng Lian. Lucu gerak geriknya muda mudi itu sehinga Leng siong
terpingkal-pingkal ketawa.
"Enci dan adik kecil." kata Leng siong setelah ia berhenti
ketawa. "Benar-benar aku akan kehilangan kalau kalian sudah pergi
meninggalkan rumahku. Aku ingin kalian tinggal tetap saja
disini, bagaimana ?"
"Adik siong boleh kalau suka ke tempat bocah hitam."
membanyol Eng Lian, "Hitam juga bukan sembaran hitam, nona." sahut Lo In
ketawa. "sudah buktinya hitam, disikat juga toh tinggal hitam "
"Bagaimana kalau dibedaki" kan jadi putih."
Geerr Leng siong ketawa sampai terbahak-bahak diikuti
oleh Eng Lian. "Dia ini memang paling bisa, rasakan ya " Eng Lian
berbareng mencubit lengan Lo In hingga si bocah teraduhaduh.
"Ah, sayang......." berkata Lo In seraya mengusap-usap
lengannya yang dicubit. "Sayang" Sayang apa ?" semprot Eng Lian tapi manis air
mukanya. "Kalau dicubit begini sudah biasa." sahut Lo In.
"Jangan digigit, kaya tikut menggigit kucing......"
Kembali Leng siong tertawa terpingkal-pingkal sampai
memegangi perutnya. Kata-kata Lo In mengingatkan kembali
ketika Kim Coa siancu menggigit lengannya si bocah sampai
berboran darahsementara Leng siong tertawa enak, dua tangan Eng Lian
berbareng menyergap lengan Lo In dan dicubitnya kuat-kuat
sambil berkata, "Kalau tidak dikasih hajaran begini, memang anak nakal ini
main sindir-sindir saja."
Tiba-tiba Eng Lian menjerit, lengan Lo In yang dicubitnya
sekuat-kuatnya dirasakan jari-jarinya yang kepanasan.
"Kau mainkan encimu, hah " bentak Eng Lian cemberut,
berbareng tangannya diulur mencubit pipi Lo In hingga si
bocah teraduh-aduh kesakitan.
sebenarnya Lo In juga bisa salurkan tenaga saktinya
(siauw-thian-sin-kang) untuk membikin pipinya panas
membara macam tadi, tapi tidak berani melihat Eng Lian
cemberut. Maka ia antapkan enci Liannya mencubit pipinya
hingga matang biru-setelah begitu, baru si nona puas- Tapi toh
ia kelab akan. "Adik In, oh, sakit " sakit ?" Eng Lian cepat mengusap-usap
pipi Lo In yang bekas dicubit, wajahnya seperti ketakutan.
Dasar anak nakal, bukannya menghibur sang enci yang
ketakutan malah dia membanyol, katanya,
"Tidak apa, hilang sakitnya kalau sudah ada ini" seraya
pegang tangan Eng Lian yang putih halus ditekankan pada
bibirnya. "Ah, adik In, kau sudah angot " kata Eng Lian seraya tarik
pulang tangannya, disusul oleh mulutnya yang dimonyongkan
ke arahnya Lo In. geli hatinya Leng siong nampak lagak
lagunya Lo In dan Eng Lian.
"Makanya jadi adik jangan suka nakal." berkata Leng siong.
"Kalau enci sudah marah dan mencubit, nah, baru tahu
rasa " "Dicubit sih tidak apa, asal " Ah, sudahlah......." sahut Lo In
ketawa. Leng siong penasaran perkataan Lo In setengah-setengah.
"Adik kecil, kau mau bilang apa " Asal apa sih ?" tanya
Leng siong kepingin tahu-
"Asal jangan nangis.......orang sudah gede nangis jelek kan
?" sahut Lo In ketawa.
Kontan bersemu merah seluruh muka nona Leng siong.
wajahnya yang berseri-seri memikat, berubah cemberut, si
nona merasa tersinggung karena dialah yang dicubit Lo In
menangis dan mengaku kalau orang sudah gede, menangis itu
jelekTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Eng Lian ketawa terpingkal-pingkal melihat Leng siong
cemberuti Lo In yang mengolok-oloknya tadi- Tapi Lo In
berlagak pilon dicemberuti enci Leng siong ny a.
"Hajar, jangan kasih hati Cubit yang keras, biar dia teraduhaduh
" kata Eng Lian pada Leng siong yang mengawasi si
bocah dengan penasaran. "Adik kecil, kau menyindir aku barusan ?" tanya Leng siong
penasaran. "cubitanku mungkin lebih keras dari enci Lian dan dapat
bikin kau semaput semalaman"
"Biar, aku nangis juga tidak kenapa, sebab aku anak kecil.
Hehehe" sahut si nakal.
Dari tadi memang Leng siong kepingin menggasak
lengannya si bocah nakal, ketika mendengar dirinya disindir-
Tapi ia malu pada Eng Lian. Tapi setelah mendapat anjuran
Eng Lian, ia jadi berani. Maka ia mengancam akan mencubit
lebih keras. Dalam emasnya, benar-benar ia mencubit Lo In sekeraskerasnya.
Pikirnya, biar si bocah hitam terkuing-kuing
kesakitan. Mula-mulai ia rasakan benar daging yang dicubit
hingga ia kegirangan dan berkata,
"Adik kecil, enak ya ?" Tiba-tiba ia terkejut, daging lengan
Lo In mendadak berubah lunak seperti juga mencubit kapas.
Cepat si nona tarik pulang tangannya, ketika mau dipegang si
nakal. "Bagaimana, sudah puas ?" tanya Eng Lian ketika melihat
Leng Siong menarik pulang tangannya, mengira orang sudah
melampiaskan penasarannya. Leng siong dengan muka
merah mengangguk. "Jangan malu-malu, kita orang sendiri" menghibur Eng Lian
melihat Leng siong seperti merasa sangat malu sehabis
mencubit Lo In. "oh, tidak, tidak, cuma........." sahut Leng siong.
"Cuma apa ?" tanya Eng Lian ketawa.
"Cuma daging adik kecil kenapa kayak kapas ?" sahut Leng
siong. sementara Lo In ketawa nyengir, sebaliknya Eng Lian
ketawa ngikik, mentertawakan Leng siong yang duduk
keheran-heranan. sementara itu...........
" Celaka " tiba-tiba saja Eng Lian hentikan ketawa ngikiknya
berbareng ia sudah lompat turun dari paseban disusul oleh Lo
In hingga Leng siong tinggal sendirian.
Ketika Lo In dapat menyandak Eng Lian di dalam rumah, si
bocah hitam lihat enci Liannya pucat pasi wajahnya, Ia heran,
lalu menanya, "Enci Lian, kau kenapa ?" Eng Lian tidak menyahut,
romannya seperti ketakutan.
"Mari duduk " kata Lo In seraya tuntun tangan si nona
diajak duduk pada sebuah bangku panjang.
"Tenangi dulu pikiranmu, enci." menghibur Lo In sementara
dalam hatinya tidak habis mengerti, mengapa dengan tiba-tiba
saja sang enci menyebut "celaka " lalu lompat turun dari
paseban. "Adik In, kau tidak lihat barusan ada sinar keemas-emasan
berkeredep di udara ?" kata Eng Lian setelah hilang kagetnya.
"Aku tidak begitu perhatikan." sahut Lo In.
"Memangnya kenapa ?"
"Itu adalah 'Lamhay-sian' (Benang emas dari Lautan Kidul),
alamat kedatangannya sucouw." kata Eng Lian.
" Aku tidak pulang, rupanya sucouw telah mencari aku."
"Ah, kenapa kau begitu ketakutan, enci Lian ?" kata Lo In.
"Sudah tentu aku ketakutan. Aku tentu akan disuruh pulang
olehnya. Habis bagaimana " Aku tentu akan berpisah lagi
dengan kau " "Wah, celaka " kali ini LoIn yang kaget, dengan sekonyongkonyong
tubuhnya berbareng melompat keluar rumah- Dalam
sekejapan saja ia sudah ada diatas paseban.
Eng Lian tidak berani tongolkan dirinya. Maka ketika Lo In
lompat pergi ia tidak turut pergi, hanya dalam hatinya
bertanya-tanya adik In-nya ada urusan apa sampai Ia menanti
pulangnya Lo In. Tidak lama Lo In sudah kembali dengan
paras lesu- "Adik In, kau kenapa ?" tanya Eng Lian melihat Lo In lesu.
"Dia sudah tidak ada-" sahutnya dengan tidak bernafsu-
"siapa yang tidak ada, adik In?" tanya Eng Lian pula-
"Enci Leng siong........."
"Hah Adik siong tidak ada ?"
"ya, dia sudah tidak ada di paseban."
"Mungkin dia sudah pulang."
" kalau pulang tentu dia lewat sini dan mencari kita."
"Habis, kemana dia sudah pergi ?"
"Terang sudah dibawa sucouwmu."
"Ah, adik In, mana bisa jadi- Leng siong toh bukannya aku
?" "Memang betul bukan enci, tapi wajahnya yang sama, siapa
bisa bedakan ?" Baru sekarang Eng Lian mengerti kenapa Lo In barusan
tergopoh-gopoh pergi ke paseban. Kiranya si bocah


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menguatirkan Leng siong disambar sucouwnya. Eng Lian
menjadi tidak enak hatinya menghadapi soal Leng siong.
"Habis, sekarang bagaimana baiknya, adik In ?" Ia
menanya dengan gelisah- "Lain kali," kata Lo In.
"Menghadapi kesulitan jangan kesusu......"
"Habis, aku takut terhadap sucouw. Kenapa kau ikut-ikutan
lari ?" "Aku menyusul enci lantaran kuatir enci menghadapi
sesuatu yang tak dapat diatasi oleh enci."
Eng Lian melirikan matanya yang tajam, Ia tersenyum
senang atas perhatian sang adik. Tapi ia heran adik In-nya
tidak menyambut senyuman sebagaimana biasanya, wajahnya
Lo In agak tegang. "Jadi bagaimana sekarang ?"tanya Eng Lian.
"Kalau aku tahu sucouwmu yang datang, barusan aku tidak
tinggal pergi." kata Lo In.
"Tidak sampai enci Leng siong hilang "
"Kau berani lawan sucouw" Dia sukar dilawan, mana kau
bisa menang ?" "Menang atau kalah, itu urusan belakang, setidak-tidaknya
aku sudah membela enci Leng siong sehingga tidak akan
disalahkan oleh paman dan bibi Teng." Eng Lian tundukkan
kepalanya. Ia menyesal atas perbuatannya tadi, sehingga
menyebabkan hilangnya anak orang.
sementara Lo In dan Eng Lian belum dapat pemecahan
dalam soal Leng siong, tiba-tiba muncul nyonya Teng dan
menanya, "Kemana anak siong " Kenapa tidak bersama-sama kalian"
Lo In kebingungan untuk memberi Jawabannya, tapi Eng
Lian sebaliknya- Ia berkata,
"Adik siong dibawa sucouwku ke Coa-kok "
"Ah, anak Lian, jangan main-main." nyonya Teng
tersenyum lirih- "Buat apa aku main-main. Memang adik siong dibawa
sucouw." menegaskan Eng Lian yang sedikit pun ia tidak
memikirkan akan kekagetannya seorang ibu manakala
mendapat tahu kalau anaknya dalam bahaya.
Nyonya Teng hanya senyum-senyum saja mengira
perkataan Eng Lian sebab mengira si nona yang pintar
membanyol tengah menggodai dirinya. Tapi setelah Eng Lian
menuturkan duduknya urusan, sekonyong-konyong saja
nyonya Teng jatuh terkulai dan rubuh dilantai kalau tidak Lo In
dengan cepat sudah datang menyangga.
"Wah, dia pingsan" berkata Eng Lian, sedikit juga ia tidak
unjukkan rasa kaget atas kejadian itu.
"Bawa, hayo bawa ke dalam " ia suruh Lo In memondong
nyonya Teng dibawa masuk ke dalam.
Lo In lantas memondong si nyonya yang sudah tidak ingat
orang. oleh Lo In, seorang pelayan disuruah mengabarkan pada
Teng Hauw dan Kim Wan Thauto-Tidak lama lagi masuk Teng
Hauw, sedang Kim Wan Thauto tidak turut datang.
Bingung Teng Hauw melihat istrinya jatuh pingsan, Ia lalu
menanya pada Lo In, "Lo Hiantit, kenapa bibimu " Eh, mana Leng siong ?"
Belum Lo In menjawab, Eng Lian sudah nyeletuk
mendahului, "Aku kasih tahu bibi, adik siong dibawa sucouw lantas dia
jatuh pingsan, antahlah, apa memang bibi ada punya penyakit
ayan ?" Mendengar Leng siong dibawa sucouwnya Kim Coa siancu,
kagetnya Teng Hauw bukan kepalang dan ia jatuh duduk
dikursi. Termenung-menung ia dan kedua matanya berkacakaca
hingga Lo In merasa kasihan, sebaliknya Eng Lian
tinggal tenang-tenang saja. Betul-betul watak Eng Lian lebih
aneh dari si bocah wajah hitam.
"Hiantit, bagaimana ini.............?" berkata Teng Hauw
dengan suara lirih. "Paman Teng." sahut Lo In.
"Kita sudah tahu siapa ujang culik enci Leng siong. Aku
harus menyusul ke Coa-kok untuk mengambil kembali enci
Leng siong dari tangannya Lam-hay Mo-lie-"
"Hei, kau jangan ke sana " Eng Lian mencegah-
"Kalau ke sana, bisa masuk tak bisa keluar, kau tahu
Apalagi sekarang ada sucouw yang sangat lihai "
Lo In ketawa hambar. "Enci Liang." katanya "Kita harus
tanggung jawab atas hilangnya enci Leng siong. Kalau kau
tidak maupergi, biar aku sendiri yang kesana "
"Tidak- tidak, aku mau ikut " kata Eng Lian, seperti anak
kecil lagaknya. sementara itu nyonya Teng sudah siuman dan menangis
tersedu-sedu sambil sesambatan memanggil-manggil Leng
siong, puterinya yang hilang.
Lo In melihat itu menjadi tidak enak hatinya.
Sebentar lagi Kie Giok Tong yang mendapat kabar Teng
Hauw dalam kesulitan, sudah datang bersama-sama
saudaranya yang lain. Mendapat kabar dari Lo In tentang hilangnya Leng Siong,
Kie Giok Tong dan lain-lainnya juga menjadi kaget. Toako dari
Lima Harimau itu sebisa-bisanya menghibur hati nyonya Teng
yang menangis saja. "Hilangnya anak Siong," kata Kie Giok Tong. Justru sedang
bersama-sama Lo Hiantit. Maka untuk mendapatkan dia
kembali pun sebaiknya Lo Hiantit yang berusaha. Kami
mengharap sekali bantuan Lo Hiantit. Kami percaya dengan
kepandaian Lo Hiantit yang tidak ada taranya, rasanya tidak
susah untuk merampas pulang Leng Siong "
Kie Giok Tong dalam kata-katanya ada menyesalkan Lo In.
Tapi ia atur perkataannya demikian rupa, supaya tidak
menyinggung perasaannya Lo In. Tapi biar bagaimana juga,
Lo In yang cerdik sudah dapat menangkap bahwa dirinya
disesalkan. "Kie Lopek bicara dari hal yang wajar." kata Lo In.
"Baik, aku nanti berusaha sebisanya mendapatkan kembali
enci Leng Siong meskipun apa pun yang akan terjadi atas
diriku yang tidak berguna "
"Lo Hiantit, kau jangan salah paham." berkata Kie Giok
Tong yang pandai melihat gelagat.
"Apa yang aku barusan bilang, bukannya menyesalkan kau.
Hanya kami dari suyangtin Ngo-houw mau minta bantuanmu.
Habis, kalau tidak minta bantuan Hiantit yang berkepandaian
tinggi, sama siapa kita dapat minta bantuan lagi ?"
Lo In tidak mau debat, ia hanya anggukkan kepalanya.
Kapan ia melihat ke sekitarnya, ia tidak nampak Kim Wan
Thauto- Lalu ia menanya pada tuan rumah,
"Paman Teng, kemana perginya toako ?"
" Entah dia pergi kemana, hanya dia ada menitipkan surat
ini untuk Hiantit." sahut Teng Hauw seraya keluarkan sebuah
sampul dari kantongnya dan diberikan pada Lo In. Ketika Lo In
sobek sampul dan baca surat Kim Wan Thauto, hanya pendek
saja bunyinya : "Anak In, toako tidak berguna. Mengikuti anak In hanya
membuat berabe saja. sampai disini saja, kita berpisahan.
Toako akan berusaha mencari anak Hiang, semoga toako
berhasil. Harap anak In bisa jaga diri dalam perjalanan. Kim
Wan Thauto" Benar-benar pusing kepalanya Lo In. urusan yang satu
belum beres, muncul lagi yang lain. Lo In menduga perginya
Kim Wan Thauto lantaran tidak begitu cocok dengan tabiatnya
Eng Lian, tidak seperti terhadap Bwee Hiang. Memang
tabiatnya dua gadis ini sangat jauh bedanya seperti langit dan
bumi. Kalau Eng Lian berandalan dan tidak begitu
memandang pada orang yang lebih tuaan, sebaliknya dengan
Bwee Hiang yang halus tutur katanya dan bisa menyesuaikan
diri hingga orang menaruh simpati bergaul dengannya.
Mungkin disebabkan usianya Bwee Hiang ada lebih tua dan
lebih 'matang'. Tapi bagaimana pun, Bwee Hiang memang
seorang gadis yang terdidik (terpelajar) dan arahnya bergaul
ada sangat simpatik, hingga orang suka kepadanya.
sampai pada waktu malam, baru nyonya Teng kelihatan
reda sedihnya- Ia panggil Lo In dan Eng Lian berkumpul, juga
Teng Hauw ada hadir- "Anak Lian." kata nyonya Teng-
" Aku panggil kau berkumpul ada satu hal yang ingin
kusampaikan padamu- soal apa, kau tahu ?"
"Mana aku tahu, bibi belum omong." sahut Eng Lian
ketawa. Nyonya Teng tersenyum lirih-
"Sebenarnya yang aku ingin ceritakan padamu, anak siong
turut serta mendengarkan ada terlebih baik. Tapi dia tidak ada,
tidak apalah kuceritakan padamu-"
"Urusan apa itu, bibi Teng ?" tanya Eng Lian.
"Urusan hubungan kita bersama." sahut nyonya Teng
tersenyum. Eng Lian mendesak supaya nyonya Teng lekas bercerita.
Lantas nyonya Teng mengisahkan satu kejadian yang cukup
menarik untuk dituturkan disini-Itu kejadian kira-kira delapan
belas tahun yang lalu. Di suatu dusun yang bernama Cenghiang, kira-kira 200 lie
di sebelah barat dari suyangtin, masa itu ada hidup seorang
gadis bersama kakeknya, si kakek bernama Tan Giok siong
dan si gadis namanya Lie Gin Hoa.
Hidupnya Gin Hoa sangat tertekan oleh kakeknya yang
bengis. Tidak diperbolehkan ia berpakaian rapih dan merawat
dirinya hingga kecantikannya mengumpat dibalik wajahnya
yang kotor dan pakaian yang kumal.
Biasanya seorang kakek sangat memanjakan cucunya dan
kepingin cucunya lekas-lekas lalu, tapi Giok siong sebaliknya,
ia menekan kemerdekaan cucunya seakan-akan sang cucu
tidak boleh kawin dan sampai mati terus merawat dirinya.
Entahlah, dalam dunia yang lebar ini ada macam kakek
yang begituan. Untunglah Gin Hoa bukannya gadis yang suka dimanja, ia
dapat menyesuaikan dirinya terhadap kakeknya yang bengis.
Cuma saja, parasnya yang kotor dan pakaiannya yang kumal
membuat Gin Hoa sampai usia lewat 20 tahun belum ada yang
naksir. Pada suatu hari, ketika ia habis mencuci pakaian di kali
yang letaknya agak jauh juga dari rumahnya, ia turun mandi di
kali dengan hanya bagian bawahnya saja yang tertutup
sedang bagian atas tubuhnya telanjang. Tampak tubuhnya
yang halus putih mempesonakanpada yang melihatnya, Ia ada
bersama dua orang temannya mencuci di kali itu. Terdengar
satu diantara temannya itu berkata kepadanya,
"Enci Gin, tubuhmu begini halus putih macam sutera,
kenapa wajahmu kotor amat ?"
"ya, enci Gin. Bersihkan sekali, aku ingin lihat kecantikan
aslimu " menimpali temennya yang lain.
Gin Hoa hanya tersenyum sambil mandi terus.
"Kakekmu terlalu kejam, menekan enci- sampai begini"
"Rupanya kakek enci Gin tidak senang melihat wanita
cantik " "Dengan romanmu yang sembarangan, mana dapat
pasaran?" "Aku sendiri yang jelek, sudah 3 tahun laku."
"Hihi, bisa saja enci Soen jangan gitu dong "
" Emang, kalau enci Gin unjukkan kecantikan aslinya, 3
tahun yang lalu sudah tentu disambar orang. Tidak seperti
sekarang, sudah masuk 23 tahun masih belum punya pacar
satu juga." "Emangnya kalau berpacaran mesti punya dua tiga pacar?"
"Tentu, kalau yang ini lolos, yang itu, kalau yang itu gagal,
ada yang ini." "Hihi, enci soen bisa saja- Mari kita pulang, kita kan sudah
selesai-" "Baru aku mau ajaki kau pulang- Biar kita tinggal enci Gin
sendirian merendam dirinya lama-lama. Biar daki-dakimu pada
rontok- Hihihi - -" Demikian 3 orang itu mengocok Gin Hoa yang sedang
merendam diri dalam kali yang jernih.
"Hei, kalian tega amat meninggalkan aku sendirian" teriak
Gin Hoa, ketika melihat dua kawannya sehabis mengocok
dirinya (Gin Hoa) pada meninggalkan pgrgiTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi teriakannya tidak dihiraukan, malah mereka ngikik
ketawa sambiljalan terus meninggalkan Gin Hoa yang masih
mandi- "Biar mereka pergi, aku boleh merendam badan lamalamaan."
kata Gin Hoa ketawa. Tiba-tiba ia mendengar suara
seruling menggema di bawa sang bayu.
"Lebih enak lagi aku merendam diri diiringi seruling." kata si
gadis sambil gosoki tubuhnya yang putih halus, cuma
herannya mukanya sendiri ia tak ambil pusing. Malah ketika
tangannya kesalahan waktu mau menggosok pipinya, dia
menggumam, "Hei, di sini kakek tidak mau " Lucu lagaknya si gadis.
Ia dengar suara seruling makin lama makin dekat, akan
kemudian......lenyap tak terdengar pula.
Kesal mendengar lenyapnya suara seruling Gin Hoa
menggerutu, "Siapa sih yang meniup seruling " Lagi enak-enak nonamu
mendengarkan, lantas dihentikan"
Gin Hoa berkata seraya naik ke darat. Tapi.........alangkah
kagetnya nampak pakaiannya tidak ada di tempatnya tadi-
"Celaka " pikirnya. "Aku dalam keadaan telanjang begini,
dari mana aku dapat penutup tubuhku" Kurang ajar, siapa sih
yang begitu jail" Akan kugasak dia kalau aku ketemukan
orang jail itu " Tubuh yang berdiri dalam pakaian..........ehm Tentu saja
bikin pria yang lihat bisa jatuh lemas mendadak- Tapi Gin Hoa
tidak memikir ke situ, pikirnya ditempat itu jarang atau belum
pernah ia lihat kaum pria yang lalu lalang.
Dalam kebingungan mencari penutup badan, ia ingat akan
cuciannya tadi- Maka ia buka bakul cuciannya dan mengambil
pakaiannya yang basah dan dipakainya seketika itu sedang
mulutnya menggerutu, "Tidak salah, tentu si soen dan si sin tadi yang main gila
menggodai orang terlalu kelewatan. Masa pakaian orang
dibawa pergi diam-diam. Baik, kalau kuketemu mereka, akan


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kumaki habis-habisan"
Dengan mengenakan pakaian yang barusan dicuci,
entenganjuga bobot bakul yang dikempit dipinggangnya, Ia
pulang dengan perasaan mendongkol pada dua temannya
yang ia anggap menggodainya keterlaluan.
Belum berapa tindak ia berjalan, ia nampak di sebelah
depan ada sepotong kain yang terpancang dipokoknya pohon.
Kapan ia dekati, alangkah terkejutnya, sebab itu adalah
baju dan celananya yang hilang. Cepat ia menjambret, kiranya
pakaian itu terpancang pada sebatang seruling yang nancap
pada pokoknya pohon. Ia coba cabut seruling itu tapi sampai berkutatan, ia tak
dapat mencabutnya hingga ia uring-uringan. Katanya,
"orang yang punya seruling, kenapa kau jail amat sama
nonamu " Awas Kalau sampai jumpa dengan nonamu, akan
kuhajar batang hidungmu yang kaya
ser......." Ia terperanjat ketika sekonyong-konyong menempel ke
mulutnya yang sedang nyerocos hingga terputus kata-katanya,
Ia coba mengelak, percuma, malah hidung tadi makin
melengket di mulutnya dan tubuhnya dipeluk prang erat-erat
hingga rasanya 'ngap'. Ketika ia sadar, siapa orang yang berlaku kurang ajar itu,
bukannya Gin Hoa marah malah dari menronta keras ia jadi
jinak dan kasihkan bibirnya dicium lama-lama.
"Koko, kau bikin aku rasanya "ngap " kata Gin Hoa setelah
terlepas dari pelukan orang sambil tundukkan kepala.
"Adik Gin, kalau tidak dengan cara begini, selalu kau mau
lari saja dari aku." sahut orang itu dengan suara halus dan
ramah- Di balik wajahnya yang kotor, matanya melirik tajam pada
orang itu yang juga telah tergetar hatinya. Dengan tiba-tiba ia
lantas ulur tangannya hendak memeluk lagi.
"Jangan, koko" kata si gadis seraya mundur satu tindak-
"Adik Gin, lama aku mimpikan kau. sayang selalu kau
menjauhkan diri saja dari aku. Barusan aku sudah saksikan
keindahan tubuhmu, membikin aku hampir jatuh dari pohon,
sudah lama kutahu kau umpatkan kecantikanmu di balik
wajahmu yang kotor. Tapi untuk menyaksikan tubuhmu yang
menggiurkan tadi, belum pernah aku mengimpi.........."
"Koko," memotong si gadis, seraya tundukkan kepala. Malu
rupanya ia tubuhnya yang indah ditonton orang di depannya.
"Kau bikin aku penasaran atas kelakuanmu."
"AKu Gouw Tay Lie, tak bakal bikin kau penasaran.
sekarang juga aku akan pergi pada kakekmu untuk melamar
dirimu. Dikasih atau tidak- aku akan memaksanya "
Gouw Tay Lie adalah pemuda umur tiga puluhan, wajahnya
cakap dan tampan. Entah dari mana datangnya dia sebab
dalam dusun cenghian itu ia tinggal belum berapa lama. Ia
sering-sering perhatikan Gin Hoa kalau pergi cuci di kali
bersama-sama temannya. Teman-teman Gin Hoa sering ketemu si pemuda dalam
perjalanan mencuci ke kali, mengira bahwa Gouw Tay Lie
naksir pada dirinya, sudah unjuk kegenitannya kepada si muka
tampan. Tapi Gouw Tay Lie tidak meladeni mereka, hanya
matanya berpusat kepada Gin Hoa.
Dari gerak gerik dan lirikan Gin Hoa yang tajam, Tay Lie
mengerti bahwa perhatiannya pada si nona mendapat
sambutan, Ia sudah berusaha mendekati, tapi selalu si nona
menjauhkan diri Malah kalau pergi cuci di kali tanpa ada yang
temani, Gin Hoa tidak mau pergi. Tay Lie tahu bahwa si nona
bukan tidak mau melayani, ia hanya takut pada kakeknya yang
bengis dan mengekang dirinya.
setelah berkali-kali untuk mendekati si gadis berwajah kotor
tidak berhasil, akhirnya ia ambil jalan nekad seperti yang
dilukiskan diatas. Mendengar kata-kata si pemuda yang hendak melamar
dirinya dan akan memaksanya kalau si kakek tetap bertahan,
Gin Hoa jadi kaget, Ia berkata. "Jangan, jangan. Kakek adanya
luar biasa. Kalau dia marah, aku yang jadi korban nanti."
Tay Lie mau percaya akan keterangan si nona.
Pemuda itu sudah mencari keterangan halnya si kakekmemang
adanya luar biasa. Ada beberapa tetangganya
diminta perantaranya untuk melamarkan Gin Hoa, tidak ada
yang berani. Malah menasehatkan Tay Lie untuk jangan dekati
si nona, lebih baik cari yang lain saja.
Malah pernah ada kejadian, si nona dipukuli si kakek
karena ada orang yang meminang si gadis untuk dijadikan
istrinya yang sah. orang yang melamar itu kedudukannya
dalam dusun itu boleh juga. sengaja ia mencari wanita yang
romannya tidak berapa cantik, asal boleh
dipakai'Pendaringan', dimaksudkan yang setia dan sabar
untuk merawat dua anaknya yang masih kecil, belum lama
ditinggal mati oleh ibunya. Lantaran ini, maka segan orang
berurusan dengan si kakek dalam hal cucunya itu.
gara-gara si kakek yang adatnya aneh, bisa-bisa Gin Hoa
jadi perawan tua. Tadinya Tay Lie sudah nekad dan mau datangi si kakek
untuk minta dirinya Gin Hoa. Mendengar kata-kata Gin Hoa
yang separuh meratap, ia menjadi kasihan pada si nona dan
urungkan niatnya- Tapi, ia mencintai Gin Hoa- Cara
bagaimana ia dapatkan si gadis " Inila h yang membuat
kepalanya pusing. sejak dari mulutnya kena ditempel hidung Tay Lie, si nona
jadi berpikiran. orang demikian tampan, mau sama dirinya yang berwajah
kotor menjijikkan, sungguh ia tidak habis mengerti, Ia tidak
sadar kalau Tay Lie sudah tahu bahwa dibalik wajah yang
kotor itu ada mengumpat kecantikan yang bercahayaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
sejak itulah Tay Lie dan Gin Hoa makin rapat hubungannya
di luar tahunya sang kakek yang bengis, sering mereka bikin
pertemuan rahasia di tempat-tempat yang sunyi.
Hari lewat hari, Giok siong (si kakek) lihat badannya sang
cucu berubah- sering tiduran siang, biasanya tidak pernah
dilakukan Gin Hoa, malah terkadang tampaknya si nona
sangat lesu, tidak bersemangat untuk mengerjakan apa-apa.
Giok siong menjadi heran. Dari heran ia menjadi curiga
ketika nampak perutnya sang cucu seperti melembung.
Pada suatu malam tampak romannya Giok siong sangat
tegang, kadang-kadang beringas. Entah kenapa si kakek
mendadak berubah demikian menakutkan, sebentar lagi ia
masuk ke dapur, dimana ia ambil golok, piranti membelah
kayu. Ketika melihat golok itu puntul, lalu ia dekati batu asahan,
dimana ia mengasah golok itu sampai tajam benar. Kalau
orang yang melihat tingkah lakunya si kakek malam-malam
mengasah golok, tentu orang akan menanya : Apa-apaan dia
mengasah golok malam-malam " Memangnya tidak ada waktu
siang untuk membuat golok tajam "
sebentar lagi, setelah melihat golok sudah tajam, Giok
siang tampak pentil-pentil bagian tajamnya, Ia ketawa, tidak
sampai terbahak-bahak, seakan-akan takut ada orang dengar.
Dengan golok itu ia masuk lagi ke dalam, Ia duduk pada
sebuah dipan, piranti tidurnya.
"Gin Hoa, Gin Hoa Kemari sebentar" tiba-tiba si kakek
teriaki cucunya yang belum lama masuk kamarnya untuk tidur.
Gin Hoa yang memang belum pulas, kaget mendengar
panggilan sang kakek- Cepat ia turun dari pembaringan, keluar menghampir
kakeknya yang tengah duduk ditepi pembaringannya.
"yaya (kakek), ada perintah apa kau memanggil aku ?"
tanyanya. "Gin Hoa, bukan tidak ada alasannya aku memanggil kau."
"yaya mau suruh apa " Katakanlah, aku lantas akan
mengerjakannya." "Hehehe, cucuku yang manis." si kakek ketawa asem.
Gin Hoa tidak enak hatinya melihat gerak g erik sang kakek
yang aneh. "Aku mau tanya kau, harus kau mengaku terus terang."
berkata Giok siong. "Aku memangnya kenapa, yaya?" tanya si gadis ketakutan.
"Kau sudah berhubungan dengan siapa " Lekas mengaku "
"Tidak, aku selalu merawati yaya, tidak berhubungan
dengan siapa juga." "Bagus " kata Giok siong seraya bangkit mendekati
cucunya yang tengah gemetaran.
"Weekk " tiba-tiba terdengar suara robeknya kain. Kiranya
pakaian bagian perutnya Gin Hoa kena dijambret oleh si
kakek. "Hahahaha, tidak ada hubungan " ini apa ?" si kakek kata
sambil menunjuk pada perutnya Gin Hoa yang sudah mulai
mengembung. Tersipu-sipu Gin Hoa coba menutupi perutnya yang
telanjang, sambil menangis, ia putar tubuhnya lari ke kamar
dengan maksud mau tukaran. Tapi satu tendangan dari Giok
siong bikin Gin Hoa jatuh meloso- Kembali terdengar suara
"wekk wekk1 beberapa kali. pakaian Gin Hoa yang sudah
robek bertambah robek lagi di sana sini hingga si nona
separuh telanjang. "Hehe, bagus ya berani kelabui yayamu " kata Giok, siong
seraya mengambil golok dari dekat bantal tidurnya.
"Kau lihat ini apa ?" berkata Giok siong seraya acungkan
goloknya. Gin Hoa tengah merang kak-rangka k bangun sambil
menangis, Ia singkap rambutnya yang terurai ke mukanya
untuk melihat barang apa yang si kakek suruh lihat, Ia menjerit
nampak Giok siong memegang golok tajam.
"yaya, kau mau apakan aku " uh.....uh.....uh......." ia
menangis keras. "Aku mau belah, keluarkan anak haram dari perutmu "
sahut Giok siong bengis. Mendengar perkataan si kakeksekali
menjerit lantas Gin Hoa pingsan-,
"Bagus-" kata Giok siong ketika melihat cucunya pingsan.
"Aku tak usah menelikung tanganmu lagi untuk
mengeluarkan anak haram dari perutmu " Ia berkata sambil
mendekati Gin Hoa yang menggeletak separuh telungkup,. si
kakek kelihatan cucunya jadi rebah terlentang hingga tergetar
juga hatinya si tua tampak tubuhnya Gin Hoa separuh terttup.
Perutnya yang melembung dibungkus oleh kulit yang putih
halus, membikin Giok siong jongkok termangu-mangu.
"Kurang ajar." tiba-tiba ia menggerutu.
"Siapa manusianya yang berani ganggu cucuku " Betulbetul
dia berani main-main dengan kumis "
Nyata si kakek sudah ambil keputusan tetap untuk
mengeluarkan bayi dari dalam perutnya Gin Hoa, melihat ia
sudah menyobek lagi pakaian si nona sehingga sekarang
tampak jelas perutnya Gin Hoa yang sedang mengandung.
Kasihan Gin Hoa akan menjadi korban kekejaman
kakeknya sendiri Isi perutnya akan dikeluarkan dengan paksa-
Gin Hoa matanya masih terus tertutup ketika golok dapur yang
sudah diasah tajam mulai menyentuh pusarnya. Rupanya si
kakek hendak mulai membelah perut cucunya dari situ.
"Trang " huara golok terbentur benda keras, berbareng
goloknya Giok siong juga sudah terlempar diluar kemaunnya si
kakek- Kiranya benda yang membentur golok si kakek adalah
sebuah batu yang sebesar jempol tangan, yang jatuh persis
diatas perutnya Gin Hoa- Bukan main kagetnya Giok siong.
cepat ia bangun berdiri dan membentak.
"Bangsat, kau berani main gila pada orang she Tan " Lekas
unjukan cecongormu "
"Aku ada disini-" terdengar orang menyahut dari belakang.
Cepat cilik, siong memutar tubuh. Kiranya dia seorang
muda dari usia tiga puluhan yang menyahut bentakan tadi-
Wajahnya tampan, tinggi kurus, tengah berseri-seri ke arahnya
sambil menjura hormat. si kakek bukannya senang melihat pemuda sopan dan
berwajah tampan, sebaliknya ia sangat gusar. Bentaknya,
"Anak sialan, tentu kau yang bikin cucuku jadi melembung
perutnya. Hm, bagus, bagus "
Meskipun ia sangat gusar dan memaki si pemuda yang
tiada lain adalah Gouw Tay Lie adanya, tidak berani ia
sembarang bergerak melihat si pemuda dengan sebuah batu
sudah bikin golok terlempar dari cekalannya.
"Mohon maaf pada kakek-" kata Tay Lie.
"Urusan adik Gin, aku yang tanggung jawab. Aku tidak akan
sia-siakannya." "Hm, bagus-bagus." kata si kakek sambil anggukanggukkan
kepalanya. "Adat kakek ada luar biasa. Maka terpaksa aku ambil jalan
seperti yang sekarang kakek sudah tahu untuk aku dapatkan
dirinya adik Gin," "Hm Bagus, bagus...."
"selanjutnya, adik Gin akan menjadi istriku"
"Hm Bagus, bagus........"
"Apa yang bagus ?" tanya Tay Lie yang jengkel bicaranya
hanya dijawab dengan 'bagus, bagus' saja.
"Memang bagus, kau sudah bikin melembung perut cucuku
tanpa permisi dulu dari aku. Apa perbuatanmu itu aku harus
bilang jelek ?" Tay Lie melengak mendengar jawaban si kakek seperti
sinting. Ia melirik pada Gin Hoa yang tengah telentang tidak ingat
orang dengan badan hampir kehilangan tutupnya sama sekali.
Hatinya sangat kasihan, cepat ia jongkok, kemudian
memondong si nona. "Hei, kau mau bawa kemana cucuku ?" Giok siong tiba-tiba
menanya. "Aku mau rebahkan dia diatas pembaringan dan
menolongnya." sahut Tay Lie seraya terus bertindak
menghampiri dipan si kakek-
"Hei, itu tempat tidurku, tak boleh ditaruh disitu, kotor " kata
Giok siong. Tay Lie tidak meladeni si kakek- sambil mendengus ia
bawa si nona ke dalam kamarnya, dimana ia rebahkan dan.
menutupi badan Gin Hoa yang telanjang.
Ia segera mulai mengurut-urut urat-urat dari jalan darah
yang ia tahu untuk membikin Gin Hoa tersadar. Lama juga ia
berusaha menyadarkan si gadis.


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hei, kau lama-lama dalam kamar lagi apa-apaan ?"
kedengaran suara si kakek dari sebelah luar.
Tay Lie melengak- jadi melengak keheranan ia jadi geli
ketawa sendiri menyaksikan tindak tanduk si kakek- Pikirnya,
orang sedang repot menolong gin Hoa, bukannya bantu
menolongi, ini malah menanya yang bukan-bukan. Benarbenar
orang tua itu sudah sinting atau linglung.
Tay Lie tidak meladeni si kakek- terus ia berusaha
menolong Gin Hoa. "sudah tanpa permisi bikin perut cucuku kembung,
sekarang lama-lamaan di dalam kamar cucuku. Betul-betul
kau bikin si kakek jadi penasaran" kedengaran Giok siong
kembali mengucapkan kata-kata yang melantur, sebentar lagi
tampak Gin Hoa siuman. "Koko, kau juga datang ?" tanya si gadis lemah-
"Adik Gin, aku datang unuk melindungi kau." sahut si
pemuda, ketawa. "Memangnya aku kenapa ?" tanya si gadis, seperti
mengigau. "Adik Gin, anak kita mau dikeluarkan dari perutmu oleh
kakekmu." "Koko" menjerit Gin Hoa sambil bangun dan menubruk Tay
Lie yang duduk di tepi pembaringan.
"AKu takut.....aku takut......" katanya dalam pelukan si
pemuda. Gin Hoa lupa akan pakaian yang sudah koyak-koyak-
"Adik Gin, tenang, tenang " menghibur Tay Lie seraya
membelai-belai rambutnya si gadis yang hitam jengat bagus.
"Hei, lagi apa-apaan ?" si kakek berkata sambil tongolkan
kepalanya dari balik muilie (terai pintu) sebab kamarnya Gin
Hoa tidak berpintu. Gin Hoa kaget- Ia dorong Tay Lie dan masuk lagi ke dalam
selimut- Kini ia sadar bahwa dirinya hanya berpakaian
separuh- "Koko, itu kakek datang mau membelah perutku.........."
meratap Gin Hoa dari dalam selimut, Ia sudah menutup
seluruh badannya dengan selimut saking ketakutan-
Tay Lie tidak menjawab, sebaliknya ia bangkit dan berjalan
keluar dimana Giok siong sudah duduk menantinya di ruang
tengah, seraya tangannya memegang golok yang tadi mau
dipakai membelah perut cucunya. Tay Lie tidak gentar si kakek
memegang golok- Ia jalan menghampiri dan duduk di depannya- Ia berkata,
"Urusan sudah jadi begini, kau sekarang mau apa ?"
" urusan tidak jadi begini kalau tidak gara-garamu tanpa
permisi melembungkan perut cucuku." sahut Giok siong
dengan mata bersinar rasa penasaran.
Tay Lie anggap orang tua ini benar-benar sinting. Masa
saban-saban menyebut kehamilan cucunya tanpa permisi.
Kalau tidak sinting, orang ini tentu kakek cabul. Dalam
jengkelnya Tay Lie berkata kasar, katanya,
"ya sudah, aku tanpa permisi melembungkan perut cucumu.
Kau mau apa ?" "Heheh, kau mau ngaku juga kesalahanmu, ya " Giok siong
ketawa aneh- "Aku Gouw Tay Lie, berani berbuat tentu berani tanggung
jawab " "Tanggung jawab apa " mendengus si kakek- matanya
melotot. "Aku tanggung jawab buat kehidupannya adik Gin. Aku
tidak nanti sia-siakan dan akan menjadikan istri yang
tersayang " "Hahaha " giok siong tertawa terbahak-bahak-
"Kau lihat ini ?"
Tay Lie lihat cilik, siong acungkan goloknyasebelum
ia bicara, cilik, siong sudah mendahulu,
"Aku Tan.........."
".........Giok siong " terdengar orang menyambung dari
sebelah luar. Lalu disusul dengan tertawa yang terbahakbahak,
si kakek dengan mendadak saja agak bergidik
badannya- Tay Lie heran, dengan mendadak sontak setelah
mendengar tertawanya orang diluar rumah si kakek bergidik
sampai badannya gemetaran. Entah siapa orang yang datang
itu. "Brak " tiba-tiba pintu ditendang terbuka.
Tampak berjalan masuk seorang pria bermuka persegi dan
gemuk badannya. Dari muka dan perawakannya, Tay Lie
heran, tidak ada yang harus ditakuti- Kenapa si kakek
bolehnya bergidik sampai gemetaran badannya "
orang itu tidak memandang pada Tay Lie yang ada disitu,
hanya langsung berkata kepada Giok siong,
" Kakek sinting, tidak nyana kau mengumpat disini Tujuh
tahun sudah aku mencari-cari kau. Mana cucu perempuanmu"
Lekas keluarkan" si kakek tidak menyahut, hanya matanya saja memandang
pada orang gemuk itu dengan roman agak pucat, seakan-akan
melihat setan. "Aku ciu-kui Gouw TOa (si setan Arak) belum pernah
mengampuni anak buahnya yang berkhianat Tapi untukmu,
aku bisa kasih kelonggaran, asal cucu perempuanmu lekas
kasih keluar. Dimana dia, lekas Hahaha, sekarang kau tak
punya alasan untuk mengatakan cucumu masih di bawah
umur" Gin Hoa dikamar mendengar suara Gouw Toa juga
ketakutan, ia tutup rapat-rapat semua badannya dengan
selimut, takut orang itu nanti masuk ke dalam kamarnya dan
melihat dirinya. Diam-diam ia jengkel, kemana sih perginya
Tay Lie, tidak kedengaran suaranya.
Ia barusan saja tukaran pakaiannya yang koyak-koyak dan
mau memanggil Tay Lie masuk untuk menasehati supaya si
anak muda jangan kasar-kasar bercakap dengan yayanya, tapi
niatannya urung karena ia mendengar suara yang ia kenali
betul. "Patung, kau diam saja " bentak Gouw Toa, si setan Arak-
Untung Giok siong sudah menguasai keadaan maka ketika
dibentak demikian, bukan makin menggigil ketakutan malah
tiba-tiba ia ketawa dan tampangnya berubah tidak ketakutan
lagi seakan-akan dalam benaknya sudah mendapat
pemecahan untuk menghadapi Gouw Toa.
Bukan Tay Lie saja yang heran, juga Gouw Toa jadi
melengak sejenak nampak si kakek tidak bergemetaran
mendengar bentakannya yang nyaring
"orang she Gouw, kau sudah terlambat datang." sahut Giok
siong ketawa. "Apanya yang terlambat datang ?" tanya Gouw Toa heran.
"Cucuku sudah melembung. Hahaha...."
"Apanya yang melembung "
"Sudah tentu perutnya, hahaha "
Gouw Toa memang pandang Giok siong ada satu kakek
yang sinting, ucap katanya suka melantur ketika si kakek
masih menjadi anak buahnya. Tapi mendengar kata-kata
melembung perut cucu perempuannya si kakek- mau tak mau
ia menjadi terkejut dan memandang ke arahnya si kakek
dengan muka bengis. "Jadi, cucu perempuanmu sudah punya suami?" ia
menanya, cemas hatinya. "Punya suami sih belum, cuma dia sudah melembung."
sahut si kakek haha hihi.
"siapa yang bikin dia melembung ?" bertanya Gouw Toa
sangat gusar. Giok siong tidak menjawab, hanya matanya saja melirik
pada Tay Lie yang enak-enakan mendengari orang bertanya
jawab. "Brak Prang Preng Prong....."
Itulah suara meja terbalik diatas mana ada ditaruh piring
mang kok, tempat teh dan lain-lain hingga ramai
kedengarannya. Meja itu terbalik ditendang sekerasnya oleh Gouw Toa,
yang seketika itu meluap amarahnya kepada Tay Lie- si setan
Arak penasaran, bakal miliknya didahului oleh si pemuda yang
tak dikenal dan juga tidak dipandang mata olehnya, cilik, siong
kembali gemetaran nampak si setan Arak mulai umbar
amarahnya. Tapi Tay Lie tinggal tenang-tenang saja dan memandang
pada Gouw Toa dengan tersenyum sinis. Tampaknya ia tidak
gentar kepada si setan Arak-si kakek tidak menjawab, hanya
matanya kedap kedip pada Tay Lie.
" Lekas katakan" kembali si setan Arak membentak-
Giok siong dengan muka ketakutan, melihat ke kamar Gin
Hoa yang tidak berpintu "Hahaha " si setan Arak tertawa keras, tubuhnya berbareng
melompat ke pintu kamar dan ia akan menerobos masuk kalau tidak tertahan oleh
suara halus dari dalam kamar. "Jangan.. Jangan masuk- Aku
lagi tukar pakaian, segera aku keluar"
"Hehehe, nona manis, kau masih kenali juga pada Gouw
Toaya ?" kata Gouw Toa ketawa.
"Aku tahu Gouw Toaya yang datang, tunggu sebentar"
sahut Gin Hoa, empuk suaranya.
si setan Arak yang merangkap juga jabatan setan
Perempuan, tampak berseri-seri kegirangan, menunggu
keluarnya si elok dari kamarnya.
Tay Lie sudah muak melihat lagaknya Gouw Toa. Tadi
ketika si setan Arak mau menerobos ke kamarnya sang
kekasih, ia sudah mau menghadang tapi urung ketika
mendengar suara Gin Hoa yang dapat menyetop kelakuan si
setan Arak yang kasar. Ia masih mau lihat, apa yang Gin Hoa bisa bikin untuk
menghadapi Gouw Toa Juga ia masih samar-samar untuk
mengetahui duduknya urusan. Maka ia tidak mau turun tangan
dulu. Hanya yang sudah terang baginya adalah Giok siong,
memang dia ada seorang kakek sinting. Bagaimana
lantarannya Giok siong mengekang kemerdekaan cucunya,
inilah yang ia kepingin tahu.
Tidak lama Gin Hoa telah keluar dari kamar.
Ia tertawa kepada Gouw Toa, sebaliknya Gouw Toa
terbelalak matanya memandang kepada si nona.
"Apa kau si Gin dari tujuh tahun yang lalu ?"
"siapa bilang bukan si Gin yang dulu " Waktu itu aku baru
berumur lima belas, sudah tentu sekarang lain rupanya. Lain
dulu lain sekarang, Gouw Toa y a Hihihi......" Gin Hoa ketawa
tapi tidak membuat guncang hatinya si setan ciila Perempuan,
malah ia seram rupanya, matanya kedap kedip seperti orang
tolol. Tadinya Gouw Toa mengira dari dalam kamar akan keluar
satu gadis yang cantik jelita dengan senyuman yang memikat
dan lagak lagunya yang Jenaka, tidak tahunya di depannya
sekarang berdiri satu wanita yang mukanya buruk bagaikan
restan penyakit cacar. Matanya belekan (tai mata di sana sini),
pakaiannya kumel seperti yang sudah tahunan lantaran tidak
dicuci-cuci, mulutnya juga seperti mengok ke kiri seketika
berbayang di depan Gouw Toa roman cantik jelita Gin Hoa
pada usianya yang mulai mangkat dewasa. Luwes dan
cekatan, omongannya serba Jenaka penghibur lara. Tapi
sekarang kenapa jadi begini " Dalam usia dewasa Gin Hoa
semestinya lebih cantik dan mempesonakan. Ini malah lebih
buruk dari wanita yang disebut jelek-
Tak dapat Gouw Toa memecahkan persoalan itu sebab
buktinya memang si nona berwajah buruk menyeramkan.
"Kalau benar si Gin, kenapa wajahmu berubah seburuk ini
?" si setan Arak menanya perlahan, seperti cemas hatinya.
"Kalau dulu wajahku cantik dan sekarang buruk, itu
perubahan yang wajar." sahut Gin Hoa, melirik pada Gouw
Toa seraya tersenyum, Gouw Toa main muak melihat lirikan
dan senyuman Gin Hoa- Kenapa " Gouw Toa lihat lirikan Gin Hoa bukan memikat
tapi seperti berjatuhan tai matanya, senyumannya
menyeramkan sebab mulutnya yang mengok seperti lebih
mengok lagi. Tapi betul seperti katanya cilik, siong, cucunya
sudah melembung perutnya.
Mungkin si nona sudah mengandung tujuh delapan bulan.
Dalam keadaan mengandung, tubuhnya Gin Hoa berubah
makin menggiurkan sebenarnya. Tapi si setan Arak tidak
melihat itu, hanya yang dibuat pikiran wajah si nona yang
buruk. Dari merasa cemas dan heran, ia menjadi marah,
"Kau bilang perubahan yang wajar, apa artinya itu " Lekas
katakan" setelah tersenyum yang memuakkan Gouw Toa, si nona
menjawab, "Aku diserang penyakit cacar, makanya wajahku jadi
berubah begini- Kapan Gouw Toaya pulang Jangan lupa ajak
aku, ya" "Ajak kau pulang ?" kata si setan Arak dengan sinis.
"ya, sejak aku pulang ke rumahmu ?"
"siapa yang mau bawa orang macam kau ?"
"Dari jauh kau cari aku, kenapa sekarang berubah
pikiranmu " "siapa yang cari kau, budak buruk "
"Lho, kenapa kau jadi memaki si Gin ?"
"Memaki maish bagus, sebagai ganti tendangan Gouw
Toaya " "Ajak dong, kan kau mencari aku ?" Gin Hoa dengan berani
mendekati si setan Arak dan hendak mencekal tangan orang
dengan tangannya yang kotor.
"Kurang ajar Kau berani..........?" kakinya pun melayang
hendak menendang Gin Hoa.
Tendangan itu berat ratusan kati, tambahan mengarah
perut. Kalau saja mengenai sasarannya terang perutnya Gin
Hoa akan berantakan dan bayi didalamnya mati seketika. Hal
mana membuat Gin Hoa sangat kaget, sebab perbuatan si
setan Arak ada diluar perhitungan, Ia sudah pejamkan
matanya untuk terima binasa. "Bluk " terdengar suara tubuh
yang jatuh. Gin Hoa terkejut, cepat dia membuka matanya.
Kiranya suara "bluk1 tadi adalah suara tubuhnya Gouw Toa
yang berat, jatuh meloso di lantai dan sedang merangkak
bangun. Di dekatnya kelihatan Tay Lie berdiri sambil senyumsenyum.
Apakah yang sudah terjadi " Gin Hoa tak usah putar
otak untuk mencari tahu, karena lantas terdengar bentakan
Gouw Toa kepada Gouw Tay Lie,
"Binatang Hm Bagus, bagus, bagus......."


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa yang bagus ?" tanya Gouw Tay Lie keheranan.
"Bagus perbuatanmu bikin bunting anak orang tanpa
dinikah " sahut Gouw Toa.
"Itu ada urusan pribadiku, ada sangkut apa dengan kau?"
"sangkutan apa " Hm Kau tidak tahu Gin Hoa kepunyaanku
?" "Kalau kepunyaanmu, kenpa kau tidak mau bawa kau,
malah ini menendang kayak kuda kelaparan" menyela Gin
Hoa dengan berani. Gouw Toa melengak- Ia tidak menduga Gin Hoa berani
mengejek demikian. "Kau kira wajahmu kebagusan untuk dibawa oleh Gouw
Toaya ?" bentaknya. "Hihi, orang sinting." kata gin Hoa.
"Kakekku kau katakan sinting, tidak tahunya kau lebih
sinting lagi........."
"Kau berani.......?" mengancam Gouw Toa, tangannya
diulur hendak memukul. "Nah, pukullah " menantang Gin Hoa dengan lucu sebab ia
berkata sambil sodorkan perutnya yang barusan mau
ditendang si setan Arak- Bukan main gusarnya Gouw toa,
"Budak hina, kau menantang " katanya nyaring, kepalanya
juga sudah lantas melayang hendak menghantam dadanya si
nona. sayang, sebelum tinju sampai pada sasarannya, ditengah
jalan sudah dipegang oleh Gouw Tay Lie- Entah bagaimana
Tay Lie, bergerak- Rupanya ia pandai kuntauw, tahu-tahu
tubuhnya si setan Arak disengkilit dan untuk kedua kalinya
terdengar suara -'bluk', tampak Gouw Toa meloso-loso lagi di
lantai. Dengan susah payah baru ia bisa bangun berdiri
"Anak muda, siapa namamu ?" tanyanya.
"Aku Gouw Tay Lie- Kalau masih penasaran, boleh lain kali
cari aku" sahutnya. "Bagus, kali ini kau menang. Lain kali giliranku yang
menang." kata Gouw Toa. Ia berkata sambil kebas-kebas
pakaiannya yang berdebu, barusan jatuh sampai dua kali.
"Kali ini aku menang, lain kalijuga aku pasti tetap menang."
Tay Lie menyindir. "Baiklah, kita sama-sama she Gouw. Lain kali kita tetapkan
si Gouw yang mana yang unggul." kata Gouw Toa seraya jalan
ngeloyor ke pintu, akan kemudian ia menghilang dalam
kegelapan sang malam. Tay Lie tidak perdulikan Gouw Toa yang ngeloyor pergi,
sebaliknya ia menghampiri Gin Hoa yang sedang ketawa,
mulutnya mengok dan wajahnya buruk- Ia berkata,
"Adik Gin, kau pandai benar membuat wajahmu seburuk ini
" sambil menowel pipi orang hingga si nona ngikik tertawa.
"Koko, bagaimana kalau wajahku lebih buruk dari ini, tentu
kau muak ?" tanya Gin Hoa.
"Lebih buruk lagi tidak berarti bagiku." sahut Tay Lie tegas.
"Cintaku padamu sebesar gunung. Mang dapat digoyang
oleh wajahmu yang buruk."
"Betul ?" "Kenapa tidak betul ?"
"TUnggu sebentar, ya ?" kata Gin Hoa seraya terus
ngeloyor ke belakang. Lama juga si nona dibelakang. Membuat Tay Lie tidak
sabaran. Ia lalu menyusul, baru saja ia mendekati pintu
belakang, ia kesomplokan dengan seorang gadis yang luar
biasa cantiknya hingga ia berdiri bengong.
Kalau Tay Lie tidak mengenali pakaiannya si gadis cantik
jelita itu kumel menjijikan, pemuda itu tentu tidak mengenali
kalau gadis yang berdiri di depannya sambil tersenyum
memikat adalah Gin Hoa, sang kekasih.
"Adik Gin, kau....." Tay Lie berkata perlahan sambil
menyergap si gadis dan segera si cantik jatuh dalam
pelukannya. "Koko, kau suka sama wajah seburuk ini ?" bisik si gadis
mesra. "Adik Gin, aku sudah duga kau adalah satu bidadari." Tay
Lie balas berbisik, "Kalau aku bidadari, habis kau apa ?"
"AKu bataranya.........."
"Ah, koko, kau bisa saja. Mana ada batara segala "
"Adik Gin, kalau ada bidadari mesti ada bataranya. Kapan
ada wanita mesti ada pria, bukan begitu ?"
"Koko........." Gin Hoa seraya dongaki mukanya,
memandang paras Tay Lie yang tampan.
"Pintar sekali kau ini..........." Gin Hoa melanjutkan sambil
jari telunjuknya yang mungil ditempelkan pada bibirnya Tay
Lie- "Adik Gin.........." suara Tay Lie agak gemetaran.
"Ko......ko..........." Gin Hoa suaranya hanya sampai disitu
sebab dua pasang bibir sudah melekat tak terpisahkan.
Hangat dan aman si nona rasakan dalam pelukan sang
kekasih. Mungkin hanya bayi yang ada dalam perut Gin Hoa yang
menonton ayah dan ibunya bermain asmara. oh, tidak Masih
ada si kakek sinting yang menyaksikan adegan itu.
Kiranya si kakek tidak sesinting seperti anggapan orang.
Karena seketika melihat dua anak muda itu ada demikian
besar cintanya satu sama lain, pikirannya yang gila-gilaan
telah berubah- Ia tertawa terkekeh-kekeh sambil berkata,
"Bagus, bagus......."
Terkejut sepasang muda mudi yang tengah menikmati
kebahagiaannya. Dua pasang bibir terpisahkan dan masingmasing
dengan sendirinya melepaskan pelukannya. Dua
pasang mata memandang ke arah si kakek yang terkekehkekeh
ketawa. "Bagus, apa maksudmu bilang bagus, kakek ?" tanya Tay
Lie agak kasar. "Bagus, kalian berdua setimpal betul buat jadi suami isteri.
Ha ha ha ha........"
Gin Hoa dan Tay Lie melengak- Mereka heran si kakek
mengatakan demikian. "yaya, kau suka aku diambil istri oleh koko ?" tanya Gin
Hoa. "suka, suka, hahaha "si kakek ketawa kegirangan.
Tay Lie dan Gin Hoa saling bertukar pandang seraya
tersenyum. Apa yang dikatakan Giok Siong memang keluar dari hati
yang tulus sebab selanjutnya si kakek tidak mengungkatungkat
lagi soal perut melembung1 dari cucunya.
Di samping senang bahwa cucunya mendapat jodoh yang
setimpal, juga cilik, siong ada menghargai kepandaiannya Tay
Lie yang dengan mudah dapat menyengkilit jatuh dua kali si
setan Arak dan ngeloyor dengan ketakutan.
Tay Lie selanjutnya tinggal bersama-sama dalam satu
rumah. Dalam omong-omong, Tay Lie ada menanyakan halnya si
kakek kepada Gin Hoa- Kiranya si kakek itu adatnya memang
ada sedikit sinting, bicaranya rada linglung. Tapi tidak sejahat
sebagaimana orang duga. Tentang dirinya dikekang dalam
soal bersolek dan berpakaian rapih, atas keinginannya si
kakek karena ia takut cucunya diambil Gouw Toa, seorang
jagoan dari sebuah dusun yang jaraknya kira-kira Go lie dari
tempat tinggalnya yang sekarang.
Gouw Toa banyak anak buahnya, termasuk kakeknya yang
pada waktu itu tidak selinglung seperti sekarang, Giok siong
ada punya kepandaian membuat panah tangan, maka ia
dipekerjakan sebagai anak buahnya oleh Gouw Toa. Waktu
itu, Gin Hoa usianya baru lima belas tahun, nakal dan Jenaka,
sering berkunjung ke tempat kakeknya bekerja. Disitulah
Gouw Toa melihat Gin Hoa yang sedang meningkat dewasa
cantik parasnya, Jenaka orangnya, lalu meminang pada Giok
siong. Gouw Toa menduga Giok siong dengan senang akan
menerima lamarannya, cucunya dijadikan bininya yang
keempat. Kenyataannya ia hanya dikasih janji bahwa soal
lamarannya baru akan dipertimbangkan kalau Gin Hoa sudah
berumur dua puluh tahun, sekarang masih terlalu kecil.
Gouw Toa sangat berpengaruh, Ia mengancam si kakekkatanya
kalau mesti tunggu sampai Gin Hoa umur dua puluh
tahun, ia keburu mampus, Ia mendesak si kakek supaya
dalam usia 17 - l8 tahun, Gin Hoa sudah diserahkan
kepadanya. Lantaran takut si kakek muIakat akan menyerahkan Gin
Hoa kalau sudah berumur l8 tahun. Tapi diam-diam Giok siong
sudah berdamai dengan cucunya untuk melarikan diri dari
kekuasaannya gouw Toa yang jahat, Ia tidak mau cucunya
dikorbankan kepada seorang bandot seperti gouw Toa yang
tidak kenyang punya tiga istri.
Maka itu, Gin Hoa dengan kakeknya pindah dengan diamdiam
ke kampung yang sekarang mereka tinggal, Giok siong
suruh cucunya umpatkan kecantikannya dibalik wajahnya
yang kotor dan pakaian kumel, takut dikenali oleh Gouw Toa,
sedang si kakek sendiri tidak suka bertetangga atau
bercampur dengan teman-teman sekampungnya, Giok siong
terkenal galak dan kejam pada cucunya, malah ada yang
melamar ditolak dan dimaki-maki, bukannya ia tidak mau lepas
cucunya kawin, ia sebenarnya sayang pada cucunya dan mau
cucunya dapatkan jodohnya yang setimpal.
Gin Hoa juga salah sangka bahwa kakeknya benar-benar
tidak kasih dirinya menikah, maka ketika Tay Lie mau majukan
lamarannnya sudah dicegah oleh si nona. Ia tidak tahu kalau
benar-benar Tay Lie datang melamar, belum tentu ditolak si
kakek yang sedang mengharapjodohnya sang cucu yang
setimpal. Mungkin si kakek akan memukuli Gin Hoa ketika ia
mengembalikan wajah buruknya ke wajah aslinya, kalau tidak
ada Tay Lie yang cakap ganteng disampingnya.
Giok siong diam-diam merasa beruntung dengan
perjodohan cucunya. Meskipun mereka "menikah" tanpa ijin
dahulu darinya. Ia percaya Tay Lie dapat melindungi isterinya,
melihat kepandaian Tay Lie yang ia saksikan.
Demikian, Tay Lie dan Gin Hoa mencicipkan
kebahagiaannya bersama-sama Giok siong yang tidak begitu
sinting lagi setelah melihat keberuntungan cucunya.
Kegirangan memuncak tatkala Gin Hoa telah melahirkan
anak kembar perempuan. Anak kembar itu mungil-mungil, hingga bukan saja Tay Lie
dan Gin Hoa sebagai ayah ibunya yang menyayang mereka,
juga si kakek Giok siong bukan main sayangnya.
Tay Lie ada mempunyai teman Teng Hauw, anak orang
hartawan, dengan siapa ia bergaul rapat. Bukan jarang Teng
Hauw suka datang ke rumah Tay Lie hingga dengan Gin Hoa,
tamunya tidak kikuk-kikuk lagi bergaul.
Kalau datang ke rumah Tay Lie, mesti Teng Hauw
membawakan oleh-oleh untuk dua anak kembarnya yang Gin
Hoa namakan Leng siong dan Leng sian.
Dasar ibunya lincah Jenaka, maka anak-anaknya juga
menuruni. Kecil-kecil dalam usia hampir dua tahun, mereka
sudah bisa mengirik urat ketawa ayah ibunya.
Apa lagi Leng sian, selain mulutny bawel, ia ada lebih
Jenaka dari adiknya Leng siong. Teng Hauw kelihatan sangat
sayang pada dua anak kembar itu.
Pada suatu hari kedukaan telah menimpa pada keluarga
Teng Hauw. Istrinya telah meninggal dunia lantaran sakit, Ia
meninggalkan dua anak laki-laki umur lima dan enam tahun.
Dengan istrinya Teng Hauw, Gin Hoa kenal baik hampir
seperti saudara, gara-gara perkenalan yang akrab antara Teng
Hauw dan Tay Lie- Maka berhubung dengan kematian nyonya Teng, Gin Hoa
pergi bantu di rumahnya Teng Hauw dengan membawa Leng
siong sedang Leng sian ditinggalkan di rumah karena
kelihatan Leng sian lebih rapat pada kongconya.
Hulah malam yang gelap petang ketika Gin Hoa dan Leng
siong tidak ada di rumah-
Pada waktu itu Leng Sian sudah tidur bersama kongconya,
sedang Tay Lie masih duduk membaca buku dipertengahan
rumah- Tiba-tiba ia dibikin kaget mendengar pintu digedor dari
sebelah luar, disusul dengan suara menantang,
"Hei, gouw Tay Lie lekas keluar sini untuk menentukan si
orang she Gouw yang mana yang unggul"
Lantas saja Tay Lie menduga akan kedatangannya gouw
Toa yang hendak menuntut balas, Ia tadinya mengira urusan
sudah habis saja sebab sudah hampir dua tahun tidak ada
kabarnya ceritanya tentang gouw Toa. Mendadak sekarang si
setan Arak datang, sedikitnya ia tentu tidak bersendirian,
makanya berani datang menantang.
sebenarnya ia tidak mau sembarangan keluar kalau tidak
Gouw Toa berteriak lagi menantang yang bukan-bukan,
katanya, "Gouw Tay Lie, kalau tidak berani keluar, potong saja
kepalamu untuk jadi wanita Keluar kau bakal mati, tinggal di
dalamjuga kau bakal mampus sama saja "
Di dorong oleh kegusarannya yang meluap seketika, Tay
Lie sudah sambar sebatang golok dan membuka pintu keluar.
Benar saja dugaan Tay Lie- si setan Arak datang tidak
sendirian, ia ada membawa kira-kira sepuluh kawannya-
Bagaimana gagahnya juga Gouw Tay Lie, dikepung oleh
banyak orang, ia tidak bisa berbuat banyak- Malah setelah ia
keletihan melakukan perlawanan, ia sudah kena dibacok
Gouw Toa pundaknya sehingga membikin Tay Lie roboh tak
ampun lagi. segera ia dihujani bacokan, setelah ia
mengeluarkan teriakan yang menyayatkan hati, lalu nyawanya
melayang. Giok siong di dalam bersama buyutnya, Leng sian sudah
mendusin dan mendengarkan pertarungan di sebelah luar
rumah- badannya si kakek menggigil ketika mendengar
teriakan cucu mantunya yang menyayatkan hati-
"Dia mati dibunuh " menggumam si kakek-
Belum sempat ia memikir lain, tampak di depan
pembaringannya sudah berdiri Gouw Toa dengan golok
terhunus hingga si kakek mukanya pucat ketakutan.
"Sebenarnya aku mau tebas kutung batang lehernya, tapi
biarlah aku kasih ampun" berkata Gouw Toa. Berbareng
punggung goloknya menghajar pundaknya si kakek hingga ia


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jatuh pingsan seketika. "Hei, kau jangan pukul kongco " kata Leng sian tiba-tiba.
"siapa kau ?" bentak Gouw Toa.
"Aku anak kecil " sahut Leng sian.
"Anak siapa kau ?"
"Baru kenal, buat apa tanya ?"
"Kau anak siapa " Tidak takut ini ?" kata Gouw Toa sambil
sodorkan ujung golok yang masih berlepotan darah pada
mukanya Leng sian. "Hei, golokmu ada darahnya. Kau habis potong ayam ?"
tanya si kecil lucu. Gouw Toa sebaliknya dari marah, ia ketawa terbahakbahak
nampak Leng siang begitu lucu dan tidak gentar sedikit
pun dengan golok mengkilatnya, Ia tinggalkan Leng sian dan
masuk ke kamar Gin Hoa tanpa permisi.
Dari mata-matanya, ia dapat kabar bahwa Gin Hoa tidak
buruk rupanya seperti yang ia lihat, malah sangat cantik dan
hidup bahagia dengan Gouw Tay Lie.
Kabar itulah yang membuat Gouw Toa naik darah- Ia
merasa dirinya sudah kena ditipu Gin Hoa. Entahlah, si gadis
waktu itu sudah melabur mukanya dengan bahan apa
sehingga kelihatan wajahnya begitu buruk- banyak tai
matanya, mulutnya mengok dan ada terotolan di wajahnya
seperti restan penyakit cacarTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedatangannya sekarang, ia sudah membayangkan akan
dapat memeluk Gin Hoa yang cantik menggiurkan, biar si nona
sudah bekas orang juga. Tapi, ketika ia masuk dalam kamar,
tidak ada si cantik yang dibayangkan, Ia aduk-aduk orang
punya tempat tidur, malah memeriksa ke kolong pembaringan,
mengira si nona mengumpat, luput ia dapatkan Gin Hoa sebab
memang juga si nona tidak ada di rumah lagi, ke tempat
kematian di rumahnya Teng Hauw.
Dengan marah-marah Gouw Toa balik lagi ke tempatnya
Giok Siong pingsan. "Hei, kau masuk ke kamar tadi cari apa ?" tanya Leng sian,
ketawa nyengir. Gouw Toa melengak ditanya si gadis cilik demikian.
"Kemana ibumu ?" tanya gouw Toa dengan sabar-
"Mana aku tahu. Aku sedang main-main sama kongcoku-"
"Eh, anak. kasih tau kemana ibumu, nanti aku kasih mainan
bagus-" "Mana aku tahu, aku sedang main-main sama kongcoku-"
"Betul, aku nanti kasih mainan yang begini untukmu." gouw
Toa membujuk seraya acungkan jempolnya
"Manan aku tahu, aku sedang main-main sama kongco-"
Jengkel Gouw Toa melihat Leng sian saban dibujuk
jawabannya serupa saja. Ia ganti taktik, ia membentak,
"Kau tidak mau kasih tahu " Awas "
"Hihi, paling banyak aku pukul aku tidur seperti kongco-"
Kewalahan Gouw Toa, ia hampiri lagi Giok Siong.
"Hei, kau mau apakan lagi kongco ?" tanya Leng sian
melihat Gouw Toa menghampiri Giok Siong yang menggeletak
pingsan. Mendengar perkataan si nona cilik, timbul dalam pikirannya
Gouw Toa suatu akal untuk bikin Leng sian membuka
mulutnya mengasih tahu kemana pergi ibunya.
"Anak kecil, aku lihat kongcomu akan kupotong kepalanya "
Gouw Toa berkata sambil beraksi dengan goloknya mau
menyembelih batang lehernya Giok siong.
"Hihi, boleh juga aku nonton orang dipotong " kata si nona
cilik hingga Gouw Toa jadi berdiri melongo- Ia mengira tadinya
Leng sian bakalan nangis ketakutan kongconya mau dipotong,
tidak tahunya malah ketawa ngikik dan mau nonton kepala
orang dipotong. Pikirnya, lebih baik ia culik Leng sian untuk
dijadikan anaknya- Begitu berpikir, begitu ia bekerja sebab Leng sian dilain
detik sudah dipondong pergi meskipun ia menjerit-jerit tidak
mau meninggalkan kongconya-sampai diluar, Gouw Toa ajak
kawan-kawannya berlalu. setelah yakin kawanan penjahat sudah berlalu, Giok Siong
yang pura-pura pingsan sudah bangun berdiri- Ia menangis
sedih buyutnya dibawa penjahat- Lalu ia keluar untuk melihat
keadaan cucu mantunya. Kaget bukan main ia melihat Tay Lie
rebah dengan badan hancur dicincang golok kawanan
penjahat. Giok Siong lalu pergi lapor pada Gin Hoa yang segera
pulang dengan diantar oleh Teng Hauw. Tidak menghiraukan
Tay Lie yang berlepotan darah, Gin Hoa sudah menubruk
suaminya dan menangis gegerungan.
Dengan susah payah Teng Hauw dapat meredakan
kesedihannya Gin Hoa. Teng Hauw lalu suruh urus mayatnya
Tay Lie untuk dikebumikan.
Ketika sembahyang di depan kuburan Tay Lie, Teng Hauw
berkata, "Toako, legakan hatimu. Toaso dan anak-anak akan
kurawat serta melindunginya................"
Benar-benar saja Teng Hauw telah merawat dan
melindungi Gin Hoa. setelah dapat kecocokan kedua fihak.
mereka mengikat menjadi suami istri, Inilah kejadian yang
kebetulan. Teng Hauw kehilangan isteri yang dapat mendidik
dua anaknya yang masih kecil, Gin Hoa kehilangan suami dan
memerlukan perlindungan. Kedua fihak sama menutup
kebutuhannya. Maka setelah berdamai dan mendapat
kecocokan, mereka mengikat jodoh setelah tiga tahun
berselang Gin Hoa lepas putih atas kematian suaminya yang
tercinta.............. "Jadi, aku ini Leng sian, ibu ?" kata Eng Lian dengan mata
berkaca-kaca setelah nyonya Teng menutur habis ceritanya
yang panjang. "siapa lagi kalau bukan anakku Leng sian yang hilang ?"
sahut nyonya Teng ketawa sedih.
"oh, ibu......." tiba-tiba saja Eng Lian alias Leng sian
menubruk nyonya Teng dan menjatuhkan diri dalam
pelukannya sang ibu. Kedua-duanya jadi menangis sedih-
"Anakku." bisik nyonya Teng alias Gin Hoa dengan suara
sedih- "Ibumu siang malam mengharap akan bertemunya kita
kembali- syukur Tuhan sudah melindungi dan kita bisa
berkumpul pula, ibu dan anak yang sudah tujuh belas tahun
berpisah- oh. Tuhan, terima kasih atas kemurahanMu..........."
nyonya Teng menangis sedih.
Eng Lian tidak menyahut, ia masih terisak-isak menangis.
Teng Hauw berseri-seri kegirangan, stelah ia juga menepas
Pendekar Tanah Seberang 1 Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja Mawar Maut Perawan Tua 2
^