Pencarian

Bocah Sakti 15

Bocah Sakti Karya Wang Yu Bagian 15


memburu dan menolongnya. saat itu sebetulnya ia sudah mau
masuk melihat keadaan isterinya, kalau tidak mendengar sian
Tin berkata pada Lo In supaya dirinya dibawa dan diduduki di
atas dipan. Ia mau menunggu perkembangan lebih jauh sebab
sian Tin kelihatan tidak apa-apa. Kemudian ia menyaksikan
adegan-adegan yang membikin darahnya naik ke rambutnya.
Dalam hati ia memaki kegenitan sian Tin minta dicium Lo In
dan menaruh tangan Lo In di atas buah dadanya yang
menonjol menggairahkan. Ia benci pada si bocah yang diam saja seakan-akan tahan
harga untuk mencium isterinya yang sudah menantang
dengan penuh napsu. Ia menduga Lo In akan lantas
memenuhkan tantangan sang isteri, melihat isterinya demikian
menggiurkan. Apalagi ketika ia mendengar sian Tin berkata
bahwa ia tidak keberatan kalau Lo In perlakukan dirinya (sian
Tin) seperti yang diperbuat oleh Coa Keng.
sudah tak tahan Koan Beng menyaksikan adegan yang gila
itu, ia sudah lantas meninggalkan jendela dan menghampiri
pintu, akan tetapi ia hentikan maksudnya ketika ia melihat Lo
In lepaskan pelukannya dan terjadilah 'tarik urat' diantara sian
Tin dan Lo In, dalam mana hati Koan Beng merasa lega bahwa Lo In
bukannya oang yang pantas dihina sebagaimana dugaannya
semula. Dari kata-kata sian Tin dah Lo In yang masuk ke telinganya
Koan Beng, ia dapat menyaringnya secara terang. Ia terharu
melihat isterinya tampak bercucuran air mata menangis dan
mengaku salah terhadap perbuatannya. Kata-kata ksatria dari
Lo In yang menasehatkan sian Tin sehingga si cantik tersadar
dari perbuatannya yang keliaru, membuat Koan Beng tidak
habisnya memuji. Ia sangat berterima kasih kepada Lo In ,
sebaliknya ia merasa kasihan kepada isterinya yang menjadi
korban kesepian dan perbuatannya itu dilakukan oleh karena
ingin mendapat kebahagiaan dalam hidupnya. semua itu
salahnya ia (Koan Beng) yang tidak memperhatikan isterinya
yang selalu kesepian. Dalam hal mana ia dapat memaafkan
akan kelakuan sang isteri yang tidak genah barusan apalagi
sekarang isterinya sudah mengaku salah dan insyaf akan
perbuatannya yang tidak benar.
Maka, dengan tidak ragu-ragu lagi ia sudah mendorong
pintu ruangan latihan kemudian ia menghampiri Lo In dan
memeluknya untuk menyatakan rasa syukurnya dan terima
kasih atas sikap jantan dari si bocah dan perkataannya yang
tajam sehingga membuat pikiran sang isteri yang gelap
menjadi terang. (Bersambung) Jilid 15 Demikianlah, setelah kejadian yang disebutkan di atas,
walau sudah dicapai suatu keakuran bahwa kejadian itu
dianggap seperti tidak terjadi, bagi Lo In rasanya sudah
menjadi janggal untuk berdiam lama-lama dalam rumahnya
Koan Beng. Benar tuan dan nyonya rumah perlakukan dirinya
sebagaimana biasanya, malah lebih menghormat lagi
kelihatannya, akan tetapi Lo In sudah menjadi tidak betah. Ia
takut nanti Sian Tin berubah pikiran dan membikin ia sulit
menghadapinya. Pada suatu pagi-pagi, ketika Sian Tin datang di tempat
latihan, ternyata tidak ada Lo In yang biasanya menantikan ia
disitu. Ia menjadi heran sebab hal itu baru sekali itu saja
terjadi. cepat ia pergi ke kamarnya Lo In sebab si bocah
mendapat kamar spesial untuknya. Ia memanggil-manggil tapi
Lo In tidak kelihatan muncul dari kamarnya. Ia lalu dekati pintu
dan mendorongnya, ternyata tidak dikunci.
Sian Tin masuk sembari memanggil-manggil si bocah tapi
Lo In tidak ada dalam kamar.
"Kemana perginya dia ?" tanya Sian Tin dalam hatinya.
Tidak susah ia mencari Lo In sebab diatas menja ia dapati
suratnya Lo In untuk ia suami isteri. Bunyinya surat :
"ci-de dan ci-hu. Terima kasih atas pelayanan selama aku menumpang
disini. Aku masih ada urusan penting yang harus dibereskan.
Maka dengan tergesa-gesa kau berlalu tanpa pamitan
dahulu. Harap tidak menjadikan Ci-de dan cih u kecil hati.
Untuk Ci-de melanjutkan latihan, aku sudah sediakan
tulisan petunjuk-petunjuk yang harus diyakinkan. Harap jangan
bosan berlatih. Kalau ada ketikanya aku bersama temanteman
akan menyambangi kalian. semoga Ci-de dan cihu
selanjutnya hidup akur dan bahagia.
Lo In " setelah membaca isinya surat, sian Tin jatuhkan diri di atas
kursi dan menghela napas beberapa kali. Ia menggumam,
katanya, "Bocah itu sangat teguh imannya. Tak dapat digugurkan
oleh kecantikan dan rayuan manis malah dengan tubuh yang
menggairahkan. sayang......... Entah kapan aku dapat bersua
kembali." sementara sian Tin berkata-kata sendirian, Lo In ternyata
sudah berapa jauh puluhan lie dari rumahnya Koan Beng. Ia
bermaksud mengunjungi Cit-seng-pay akan menyampaikan
pesannya Lim Kek Ciang kepada ketua dari Partai Tujuh
Bintang itu. selagi Lo In enak-enak jalan, tiba-tiba ada yang menegur,
"Hei, bocah Kau bawa-bawa dua bilah pedang. Apa tidak
kebanyakan " Lekas kasih aku satu "
Lo In menoleh. Kiranya yang menegur itu seorang pria yang
bermuka jelek. "Aku kira siapa, tidak tahunya pecundang dari burung
rajawaliku. Hahaha...."Lo In ketawa ngakak pada orang itu
yang ternyata adalah Toan Bie Lomo siauw Cu Leng.
si iblis Alis Buntung menatap wajahnya Lo In . ia tidak
mengira bocah yang ditegur itu adalah Lo In yang ia benci
tujuh turunan tapi juga yang ia paling takuti seperti melihat
momok. Bagaimana siauw Cu Leng bisa ada disitu "
Baik kita mundur sebentar untuk menceritakan perjalanan
Toan Bie Lomo. Toan Bie Lomo siauw Cu Leng dalam perjalanan pulang
habis menjalankan tugas mengantarkan undangan pada Tui
Hun Lolo dari gua Naga Hitam (Hek Liong tong) berhubung
dengan Hari Ulang Tahunnya Ang Hoa Pay (Partainya Ang
Hoa Lobo) yang ketiga. Dengan tidak terduga-duga dalam perjalanan pulang itu ia
berjumpa dengan bekas isterinya ialah Kong Kim Nio alias Kim
Popo si nenek bandel kenalan itu.
Waktu itu siauw Cu Leng sedang makan dalam sebuah
rumah makan. Tiba-tiba ia lihat ada seorang nenek masuk dan
ia kenali nenek itu adalah bekas isterinya yang sekarang
menamakan dirinya Kim Popo.
Cepat-cepat siauw Cu Leng menundukkan kepala supaya
jangan dikenali oleh Kim Popo.
Ketika Kim Popo habis makan, keluar dari rumah makan
telah dikuntit oleh siauw Cu Leng dari kejauhan. Ketika Kim
Popo sudah berada di luar dusun, siauw Cu Leng cepatkan
tindakannya guna menyusul Kim Popo yang tidak sadar bahwa
dirinya dikuntit orang dari belakangnya.
Waktu itu sudah datang dekat, si iblis Alis Buntung teriak,
Kim Popo, katanya, "sumoay, sumoay, kau dari mana dan mau kemana ?"
Kim Popo kaget ada orang teriak, ia sumoay (panggilan
adik seperguruan wanita). Lalu ia menoleh ke belakang.
Kiranya yang teriak, itu bukannya lain dari bekas suaminya
yang bernama siauw Cu Leng.
sejenak ia ingat akan masa lampau, tatkala mana ia "
dikerjai" lebih dahulu sebelumnya menikah oleh sang suko
(siauw Cu Leng), bagaimana manis dan bahagianya ia
rasakan pada saat itu, hatinya tiba-tiba berdebaran.
"suko, kau sendiri dari maan dan mau kemana ?" Kim Popo
balik menanya ketika siauw cu Leng sudah berada
dihadapannya. "sumoay, jawabanmu sama saja dengan pertanyaanku.
Apa tidak ada kata-kata lain?" ujar siauw Cu Leng dengan
ketawa. sudah tentu sekarang ketawanya menyeramkan, tidak
seperti tempo dahulu waktu wajahnya sangat cakap.
ketawanya bisa bikin Kim Popo lupa makan dan lupa tidur.
"suko, aku lihat kau jelek amat sekarang." kata Kim Popo.
"sumoay juga kulihat jelek amat." sahut siauw Cu Leng.
Kim Popo gedrukan tongkatnya di tanah, sambil tarik muka
asam ia kata, "semua gara-garamu suko Kalau kau tidak berkenalan
dengan si sundel itu, mukaku masih utuh dan mukamu juga
tidak kurang suatu apa. Kita tentu sekarang tidak terlunta-lunta
dalam kalangan Kangouw yang sangat memusingkan kepala."
"sumoay, mari kita duduk kongkouw sambil melepas lelah."
siauw Cu Leng mengundang sambil jalan ke bawah sebuah
pohon, diikuti oleh Kim Popo.
setelah mereka duduki Kim Popo lalu berkata,
"suko, kau mengikuti si sundel, ada urusan apa kau bisa
disini ?" "sumoay, kau rupanya masih marah saja pada enci Goat
Go (Ang Hoa Lobo). sekarang kita sudah sama-sama usia
lanjut, apa tidak bisa dilenyapkan ?"
berkata siauw Cu Leng yang coba meredakan
kekesalannya Kim Popo pada Ang Hoa Lobo yang karena
gara-gara Ang Hoa Lobo ia rusak mukanya dan kehilangan
siauw Cu Leng, suaminya yang sangat ia cintai.
"Aku masih penasaran pada sundel itu satu waktu kalau
aku jumpa, pasti aku akan hantam kepalanya dengan
tongkatku ini " kata Kim Popo sambil acungkan tongkatnya
yang berat 60 kati di depan bekas suaminya.
"Sudahlah, kita sudah jadi begini. Dia juga mukanya rusak,
kita sama-sama rusak, untuk apa urusan dahulu diungkit lagi
?" siauw Cu Leng meredakan kejengkelan Kim Popo.
si nenek masih terus jengkel pada Ang Hoa Lobo. Apalagi
sekarang ketemu dengan bekas suaminya. Kenangan lama
telah berbayang pula di depan mukanya. ibarat pelita yang
sudah padam tetapi telah disulut lagi dengan bersuanya ia
dengan siauw Cu Leng. Marahnya pada Ang Hoa Lobo telah
timbul lagi. Kenapa Kim Popo demikian marah pada Ang Hoa
Lobo " Itu kejadian yang tak dapat dilupakan oleh Kim Popo
seumur hidupnya. Pada waktu itu Kim Nio (Kim Popo) baru saja dua tahun
melewatkan hidup bahagianya dengan siauw Cu Leng yang
sebelum menikah adalah suhangnya. Tiba-tiba saja muncul
Goat Go (Ang Hoa Lobo) yang kecantikannya tidak di sebelah
bawah dari Kim Nio. Goat Go yang tidak jauh dari rumahnya Kim Nio, seringsering
datang ke rumah Kim Nio dengan alasan
perkenalannya dengan Kim Nio supaya lebih rapat.
Kim Nio tidak keberatan dengan kedatangannya Goat Go
sering-sering ke rumahnya. Apalagi Kim Nio pikir bahwa Goat
Go adalah puterinya Hoa-im Tok-jin (Jago racun dari Hoa-im),
yang namanya menggetarkan dalam dunia kejahatan sebab
banyak senjata-senjata rahasia dari kaum penjahat sering
menggunakan racun yang dibuat oleh Hoa-im Tok-jin.
Tapi Kim Nio tidak tahu maksud sebenarnya Goat Go
adalah hendak merampas suaminya (siauw Cu Leng) yang
cakap ganteng. Kim Nio pandang Goat Go seperti encinya sendiri Maka
bersama siauw Cu Leng, mereka sering berkumpul bertigaan,
mengobrol ke barat ke timur, sudah tentu dalam hal ilmu silat
tidak dilupakan. Kim Nio tertarik oleh ceritnya Goat Go bahwa
ia sudah mewarisi kepandaian sang ayah dalam hal membuat
racun. Nona Kim minta sang enci mengajari ia membuat racun.
Katanya untuk jaga-jaga kalau suatu ketika ia membutuhkan.
Goat Go tidak berkeberatan. ia ajari Kim Nio bagaimana
memasaknya dan apa bahan-bahannya. Kim Nio girang
setelah ia pandai membuatnya.
Dua nona itu makin akrab perhubungannya. Kim Nio tidak
mencurigai Goat Go yang diam-diam telah bermain mata
dengan suaminya. Goat Go mendekati Kim Nio memang mempunyai maksud
tertentu, sedang siauw Cu Leng juga pemuda bergajul. Maka
sering-sering mereka berpadu pandangan, lantas dalam hati
masing-masing sama-sama tahu dan tinggal menunggu
saatnya saja mereka dapat bertemu berduaan, artinya tanpa
ada Kim Nio disamping mereka.
Tatkala itu ayahnya Kim Nio, si Tongkat sakti Keng Tok
Liang telah setahun berselang meninggal dunia hingga dalam
rumah yang besar warisan orang tuanya Kim Nio hanya tinggal
berduaan saja dengan suaminya (siauw Cu Leng) bersama
tukang kebun suami isteri dan anaknya bernama sinsin umur
16 tahun yang menjadi pelayannya Kim Nio, di samping bantubantu
ibunya mengurus rumah tangga.
Pada suatu malam, Kim Nio, Goat Go dan siauw Cu Leng
mengadakan sedikit makan-makan, katanya untuk memberi
selamat pada Kim Nio yang sudah lulus dengan pelajaran
membuat racun. Tentu saja dalam perjamuan itu, hidangan
arak tidak dilupakan. Mereka tampak sangat gembira
menghadapi hidangan lezat.
saban-saban satu dengan lain pada menuangi arak dalam
cawan dan diminum kering isinya.
Diantaranya siauw Cu Leng adalah yang paling kuat minum
araknya. "Adik Kim, ini adalah pemberian selamat dari suhengmu."
kata siauw Cu Leng seraya ulurkan tangannya yang
memegang cawan terisi penuh arak kepada isterinya.
Kim Nio ketawa senang. "Terima kasih." katanya seraya menyambuti dan lantas
meminumnya sampai kering kemudian ia ketawa cekikikan.
Di lain saat Goat Go yang menyodorkan secawan arak,
sambil berkata, "Adik Kim, ini pemberian selamat dari encimu. Harap kau
jangan menolak." Kim Nio ragu-ragu untuk menerimanya sebab ia kelihatan
sudah separuh sinting. Tapi tidak enak untuk menolaknya.
Maka ia terima sambil menghaturkan terima kasih. Tampak
penglihatannya Kim Nio sudah mulai kabur lantaran banyak


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

minum arak. siauw Cu Leng ketawa melihat keadaan isterinya, lalu
matanya menatap pada wajahnya Goat Go yang seketika itu
sudah merah karena pengaruhnya arak. Tapi ia tidak mabuk
seperti Kim Nio. Nampak siauw Cu Leng menatap wajahnya,
Goat Go bersenyum lesu dan matanya redup redup seperti
ngantuk. Dalam keadaan demikian Goat Go tampak parasnya
makin cantik dan menggairahkan, tidak heran kalau hatinya
siauw cu Leng seperti tersedot oleh besi berani.
"Minum lagi ya adik Goat." kaat siauw Cu Leng sambil
angkat botol mau menuangi arak dalam cawan Goat Go.
"Terima kasih, sudah cukup, jangan.... " sahut Goat Go
seraya dengan roman lesu tangannya menjauhkan cawannya
yang hendak diisi oleh siauw Cu Leng.
sementara itu, tampak Kim Nio sudah ngelengut dan
kepalanya jatuh diatas meja, tidur, kebanyakan minum arak.
"Ah, adik Kim sudah mabuk. Bawa dia ke kamar." kata Goat
Go dengan suara perlahan. Rupanya ia juga tengah
merasakan pengaruhnya arak.
siauw Cu Leng bangkit dari duduknya. Ia bukan
menghampiri Kim Nio dan pondong sang isteri yang mabuk
untuk direbahkan di atas ranjang dalam kamarnya, sebaliknya,
ia mendekati Goat Go yang matanya redup-redup seperti mau
tidur. si nona kaget tatkala merasakan dirinya dirangkul siauw Cu
Leng dan menciumi bertubi-tubi hingga si nona kewalahan
kelihatannya. Itu memang saat yang sangat diharapkan oleh Goat Go.
Tapi untuk tahan harga jangan sampai ketara sekali menjual
begitu murah, Goat Go beraksi berontak dan bangun berdiri
Dengan mata mendelik, ia berkata,
"Kurang ajar. Kau berani permainkan nonamu" Hm Bagus,
bagus ya kelakuanmu. Akan kuberitahukan pada adik,......."
Hanya sampai di adik saja kata-kata si jelita sebab Siauw
Cu Leng setelah kaget sejenak nampak Goat Go marah,
lantas menerkam tubuh Goat Go yang menggairahkan dan
kembali si nona jatuh dalam pelukan siauw Cu Leng.
Dalam rangkulan si cakap ganteng, terang Goat Go tidak
berdaya dan biarkan bibirnya dan pipinya menjadi mangsa
kecupan siauw Cu Leng seperti ayam matuki gabah.
"sudahlah Leng-kok, nanti adik Kim bangun......" kata si
nona kewalahan. "Adik Goat, kesempatan baik malam ini........." bisik si
bergajul, setelah kenyang mengganyang bibir dan pipi orang,
malah matanya Goat Go yang tadi redup, redup seperti mau
tidur tidak dilewatkan oleh siauw Cu Leng dikecup beberapa
kali. "Leng-koko, kau mau apakan diriku ?" tanya si nona pada
saat mereka bertatapan mata.
"Adik Goat, apa kau tak rindukan saat seperti ini ?" balik
menanya siauw Cu Leng. "Leng-koko, kau nakal " kata si nona bersenyum manis,
seraya mencubit perlahan pipinya siauw Cu Leng sehinga ia
membalasnya dengan memberikan kecupan lama yang
membikin Goat Go rasakan macet napasnya.
"Ehi eh, kau mau bawa kemana..........?" tanya Goat Go
ketika merasakan kakinya enteng dipondong siauw Cu Leng
mau dibawa masuk ke kamar.
"jangan Leng-kok, jangan......... jangan........" si nona purapura
berontak sedang dalam hatinya girang bukan main.
Dengan napsu yang tak dapat dikekang siauw Cu Leng
memondong Goat Go untuk dijadikan mangsanya sebagai
pelampiasan rindunya yang sekian lama hanya menjadi impian
saja. ia sudah membayangkan bagaimana puasnya nanti
dilayani oleh nona cantik seperti Goat Go.
Impiannya akan menjadi kenyataan dalam beberapa detik
lagi. Pada saat itulah, ketika lima langkah lagi siauw Cu Leng
memonding Goat Go masuk ke dalam kamar, tiba-tiba
terdengar suara ketawa mengekeh yang membikin siauw Cu
Leng dan Goat Go kaget bukan main dan semangatnya seperti
terbang seketika. Itu adalah suara Kim Nio yang barusan jatuhkan kepalanya
diatas meja, tidur dalam mabuk keras, tidak ingat akan
keadaan dirinya. "Hehe Dua manusia cabul " kata Kim Nio dengan suara
menghina. "Sudah lama memang aku curiga kalian bermain gila.
Benar-benar sekarang telah menjadi kenyataan."
sementara itu Goat Go sudah diturunkan dari pondongan
siauw Cu Leng yang jadi ketakutan melihat isterinya tidak
mabuk dan tadi hanya pura-pura saja.
"Perempuan cabul " melanjutkan Kim Nio dengan panas.
"Hm Berlagak baik dan berlagak sopan terhadapku. Tidak
tahunya diam-diam kau mau merampas suami orang ?"
Merah selebar mukanya Goat Go dicaci maki Kim Nio.
Ia memang bersalah. Tapi ia adalah seorang gadis yang
tinggi hati, sangat dimanja oleh orang tuanya. Ia boleh
menghian orang tapi sebaliknya, ia tidak mau terima bila
dihina orang. Ia selalu mau menang sendiri Kalau terhadap
Kim Nio ia belum ribut mulut selama pergaulannya, lantaran ia
mempunyai maksud. Kalau tidak, mana ia bisa akur dengan
Kim Nio yang adanya angin-anginan.
sekarang ia dimaki, ia tidak mau terima salah. Maka ia
menjawab dengan lantang, "Kau jangan terlalu menghina Kim Nio. Memang juga kau
mau rampas suamimu, kau mau apa " Hm Macam kau bisa
apa terhadap aku, Teng Goat Go "
Kim Nio tidak mengira kalau Goat Go melawan. ia kira
tadinya Goat Goa akan seperti macan betina yang kehilangan
jantannya, telah menantang padanya. Tidak heran kalau Kim
Nio mengerodok hatinya dan lantas memaki lagi sambil berdiri
tolak pinggang, "Perempuan cabul Kau berani menantang ?"
"Tentu saja berani. siapa takuti kau ?" sahut Goat
Gojumawa. Kim Nio menggerang, "suheng, kau harus
mempertanggungjawabkan perbuatanmu yang tidak benar.
Kau mau bilang apa sekarang ?"
Kim Nio tidak menjawab pada Goat Go, sebaliknya ia
menyemprot pada suaminya sendiri
siauw Cu Leng tidak menjawab, ia hanya tundukkan kepala
seperti terima salah. "Dia sudah berani menyentuh badanku, artinya dia suka
padaku." menyela Goat Go.
"Coba kau tanya padanya, apa dia masih mau sama kau
atau mau ikut aku ?"
Kim Nio melengak mendengar perkataan Goat Go yang
tidak tahu malu. "Perempuan cabul Aku bicara dengan suamiku, kenapa kau
turut campur ?" "Aku harus turut campur, sebab Cu Leng sudah berani
meraba badanku. Artinya dia sudah tidak suka lagi padamu
Ciss orang sudah tidak suka, masih mau ngotot " Kembali Kim
Nio dibikin melengak heran atas perkataan Goat Go.
Ternyata Kim Nio kalah galak oleh Goat Go. Ia tidak mau
layani saingannya, sebaliknya ia kembali menanya pada Cu
Leng, "suheng, apa benar kau mau ikut dia ?"
siauw Cu Leng angkat kepalanya, memandang pada Kim
Nio lalu memandang pada Goat Go seperti sedang memilih.
Tapi sampai lama, tidak ia keluarkan barang sepatah kata pun.
ia tinggal membisu seribu bahasa.
"Leng-koko, memangnya kau takut pada isterimu yang
sudah bosan?" tegur Goat Go.
"Perempuan cabul " bentak Kim Popo.
"Kelakuanmu dan perkataanmu hanya bikin kotor saja
dalam rumahku. Gadis macam kau mana laku buatjadi
isterinya orang baik-baik."
"Hm Kaujuga tidak laku untuk menjadi isterinya orang baikbaik."
sahut Goat "Bagaimana kau bisa bilang begitu ?" tanya Kim Nio heran.
"Buktinya suamimu apa orang baik-baik " Kalau orang baikbaik
juga tak menggerayangi perempuan lain seperti yang kau
lihat sendiri Hm Apa kau pikir kau ada harganya ?"
Kim Nio kedesak. Ia kalah bawel dari Goat Go yang katakatanya
nyerocos seperti petasan disulut.Juga apa yang ia
pikir lantas ia keluarkan, tak pakai malu-malu, apa
perkataannya sopan atau tidak sopan. itulah adatnya Goat Go
yang blak-blakan. "sumoay, semua ini ada salahku." tiba-tiba siauw Cu Leng
berkata. "Harap kaujangan turuti napsu hatimu yang sedang marah.
Aku terima salah. selanjutnya aku akan setia padamu.
sudahlah, kejadian malam ini kau bikin habis saja."
Kim Nio senang hatinya mendengar perkataan siauw Cu
Leng, suami yang sangat ia cintai. Kini sang suami mengaku
salah dan berjanji selanjutnya akan setia padanya, berarti
siauw Cu Leng sayang padanya, tidak akan mengikuti Goat
Go. saking terharu ia jatuhkan dirinya di kursi dan menangis
sesenggukan. siauw Cu Leng mendekatinya dan menghibur dengan ruparupa
perkataan, sehingga pelan-pelan Kim Nio berhentijuga
menangisnya. "suheng, apa aku boleh percaya pada perkataanmu ?"
tanya Kim Nio sambil tundukkan kepala kepada siauw Cu
Leng. "Kau boleh percaya pada janjiku, selanjutnya aku tak akan
membikin kau bersedih lagi lantaran perbuatanku yang tidak
benar. Baik sumoay bikin habis saja pertengkaran dengan enci
Goat." menghibur siauw Cu Leng.
Hatinya Kim Nio senang dan ia terima usulnya sang suami
untuk akur lagi dengan Goat Go. seketika itu ia angkat
kepalanya dan memandang pada Goat go, tapi ternyata
saingannya itu sudah tidak ada di tempatnya, entah sejak
kapan ia sudah berlalu meninggalkan mereka.
Kim Nio menghela napas. Sejak itu, benar saja siauw Cu
Leng lebih memperhatikan isterinya, sehingga Kim Nio merasa
terhibur dan yakin bahwa ia tidak akan kehilangan siauw Cu
Leng, suaminya yang berparas cakap dan ganteng.
Di waktu menghadapi Goat Go yang sangat menantang,
sebenarnya Kim Nio sudah sangat gusar dan ingin menampar
saja saingannya itu untuk mengasih hajaran. Tapi ia tidak
berani lantaran ia tahu bahwa Goat Go kepandaian silatnya
lebih tinggi dari dirinya.
Kalau sampai ia bergebrak, sudah tentu ia akan kalah dan
suaminya paling-paling juga memisahkan. Namun sementara
itu ia sudah babak belur dihajar perempuan cabul itu.
Demikian, merasa dirinya tak ada pegangan kalau belakang
kali ketemu Teng Goat Go dan harus bergebrak juga, maka ia
sudah membuat racun dengan ramuan atas pilihannya sendiri.
Apa mau dikata, ketika ia memasaknya, racun itu telah
menghembus ke mukanya dan mukanya yang cantik telah
berubah menjadi jelek sekali.
Sejak itulah siauw cu Leng yang memang bukan suami
baik-baik, sudah berubah pikirannya. Ia tidak ingin terus
tongkrongi isterinya yang jelek, ia mau mendapat wanita yang
cantik untuk melayaninya.
Pada suatu hari ia keluar rumah dan tidak kembali lagi.
Belakangan Kim Nio mendapat kabar bahwa siauw Cu Leng
sudah menjadi teman hidupnya Goat Go tanpa kawin lagi.
Ia mengutuk dua manusia itu dan mennyumpahi agar dua
manusia itu mukanya juga berubah menjadi jelek seperti
wajahnya sekarang. Rupanya sumpahan Kim Nio telah
menjadi kenyataan. Goa Go juga kena kehembus asap obat
yang dimasak dan berubah wajahnya yang cantik menjadi
jelek. Untuk membikin supaya siauw Cu Leng terus setia
kepadanya, Goat Go sudah merusah juga wajahnya siauw Cu
Leng yang cakap seperti arjuna. Tadinya siauw Cu Leng
menolak keras wajahnya mau dirusak, Tapi Goat Go menotok
dengan tiba-tiba sehingga ia tidak berdaya dan terima nasib
dirusak wajahnya. siauw Cu Leng kepandaiannya dibawah dari Goat Go.
Maka selanjutnya ia sebagai suami diluar kawin yang sangat
takuti isterinya yang galak dan tidak berani main gila.
Belakangan Goat Go merubah namanya menjadi Ang Hoa
Lobo, Kim Nio menjadi Kim Popo dan siauw Cu Leng menjadi
Toan Bie Lomo. Sejak berpisahan, Toa Bie Lomo siauw Cu Leng belum
pernah ketemu lagi dengan Kim Popo alias Kim Nio. sampai
pada hari itu ia melihat Kim Popo masuk dalam rumah makan
dan ia menguntitnya sampai di luar dusun dan memanggilnya
untuk diajak kongkouw dibawah sebuah pohon. Tatkala mana
Kim Popo uring-uringan dan timbul kegusarannya kepada Ang
Hoa Lobo yang telah merampas suaminya.
setelah omong-omong menanyakan kisah perjalanan satu
sama lain sejak berpisahan, tiba-tiba siauw Cu Leng berkata,
"sumoay, aku dengar kau mempunyai buku Tiam-hiat. Kau
tentu sekarang sudah tinggi kepandaiannya."
"Pandai sih belum, tapi kalau untuk mengemplang si sundel
rasanya boleh juga "
"Lagi-lagi kau ungkat-ungkat perkara yang sudah jadi basi.
Kenapa sih kalau dilupakan ?"
"Aku sebenarnya memang sudah melupakannya. cuma
sekarang ketemu suheng, hatiku menjadi panas lagi
terhadapnya." "sudahlahi semua sudah terjadi. Urusan lama diungkatungkat
tidak akan kembali menjadi baru. eh, sumoay, apa aku
bisa lihat buku yang kau dapatkan itu ?"
"Untuk apa kau lihat, kita toh sudah tidak ada sangkutannya
lagi." "Lihat saja apa tidak boleh " Kenapa pakai dibawa
sangkutan-sangkutan segala ?"
"Hehehi waktu dulu aku hormati kau sebagai suami dan
sebagai suheng. Tapi sekarang kita sudah tidak ada sangkut
apa-apa lagi." siauw Cu Leng ketawa mendengar perkataan
Kim Popo. "Apa kau tidak ingat sama perhubungan mesra kita tempo
hari yang begitu mesra " Aku tidak percaya kau begitu pelit,
tidak mau kasih pinjam lihat buku yang kumaksud itu."


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Justru lantaran mengenangkan perhubungan kita tempo
hari, aku jadi sengit dan ingin mengasih hajaran padamu
sebagai suami yang menelantarkan isterinya."
"Kau mau menghajar aku Hahaha Tidak demikian
gampang, sumoay " siauw Cu Leng pikir kepandaiannya sekarang sudah jauh
bedanya dengan dulu. Mana Kim Popo bisa menghajarnya.
Makanya ia mentertawakan bekas isterinya.
Ternyata Kim Popo bukan berkelakar saja mengatakan
hajaran sebab lantas dibuktikan dengan bangkitnya ia dari
duduknya kemudian dengan angkat tongkatnya tinggi-tinggi, ia
bulang- balingkan di depan siauw Cu Leng sambil berkata,
"suheng, paa kau kira aku tidak bisa memberi hajaran pada
bekas suami yang nyeleweng " Mari, rasakan kerasnya
tongkatku ini. sebentar, baharulah kau tahu rasa, siapa si Kim
Nio sekarang." sambil bangun dari duduknya, siauw cu Leng berkakakan
ketawa. Ia berkata, "sumoay, sebaiknya kita jangan bertempur. Mari, kasih lihat
bukumu itu " "Cis, tidak tahu malu Mau lihat buku orang, main seenaknya
saja. Kalau kau mau memaksa, lihat, kau kalahkan dahulu
tongkatku ini " Kim Popo acungkan tongkatnya tinggi-tinggi.
siauw Cu Leng sangat memandang rendah kepandaiannya
Kim Popo. Pikirnya, dulu kepandaiannya Kim Nio (Kim Popo) dua
tingkat dibawahnya. Taruh kata sekarang sudah maju
kepandaiannya, paling-paling juga tingginya sama dengan
kepandaiannya (siauw Cu Leng) pada jaman dahulu. Mana
bisa ia menangkan dirinya sekarang yang kepandaiannya
sudah jauh lebih tinggi dari dahulu "
Maka sambil berkakakan ketawa, ia berkata,
"sumoay, kalau kau memaksa suhengmu bertempur,
baiklah. Tapi dengan perjanjian, kalau kau kalah kau harus
serahkan buku ilmu Tiam-hiat itu padaku. Akur ?"
"Hehe, siauw cu Leng (tidak panggil suheng lagi), kau mana
ada rejeki untuk dapatkan bukuku itu. sebab tongkatku ini akan
bikin kau lari terbirit-birit "
Kembali siauw cu Leng ketawa terbahak-bahak hingga
menyebalkan Kim Popo yang melihatnya. Kalau dulu siauw cu
Leng terbahak-bahak demikian, Kim Popo akan terpesona dan
mendengarnya seperti musik mengalun, tapi sekarang dimana
wajahnya sudah bertukar rupa sangat jelek menyeramkan,
tentu saja ketawanya siauw Cu Leng seperti tertawanya iblis
yang kesiangan. "Cu Leng, kau majulah " tantang Kim Popo.
"sret " terdengar siauw cu Leng menghunus pedangnya.
"Marilah " sahut siauw cu Leng berbareng ia bertindak
mendekati Kim Popo. selama bertindak, ia menyesal telah mencabut pedangnya.
sebab dilawan dengan tangan kosong saja, Kim Popo belum
tentu menang. Tapi penyesalan itu hanya sebentar, kapan ia
memikir lagi bahwa dengan menggunakan gedang berarti ia
tidak membuang tempo untuk melayani bekas isterinya ini.
Tanpa banyak kata-kata lagi, serangan dimulai dari pihak
Kim Popo. Mereka bergebrak seru. Mulai dengan sungkan-sungkan
dari pihaknya siauw cu Leng, tapi setelah melihat Kim Popo
tidak boleh dipandang remeh, si iblis Alis Buntung telah
melayani dengan sungguh-sungguhi malah tidak jarang ia
menjadi kaget kapan tongkatnya Kim Popo dengan
mengeluarkan angin menderu menyabet kepalanya.
Dari memandang rendah, sikap siauw Cu Leng jadi
waspada, kemudian merasa jeri dan akhirnya ketakutan
nampak serangan Kim Popo benar-benar luar biasa dan
berbahaya sekali. Ia hendak membuka mulut mengaku kalah,
hatinya tidak mengijinkan lantaran malu. Maka ia paksakan diri
bertahan.Justru lantaran membandel itu, ia menderita
kekalahan total dari bekas isterinya.
Pada jurus yang ke-50, ketika siauw Cu Leng sudah mandi
keringat, ia menggunakan tipu 'Ngo-seng-boan-goat' (Lima
bintang mengurung rembulan), pedangnya diputar sebentar
lalu menusuk ke arah dada Kim Popo. serangan itu ganas
juga, sebab kalau mengenai sasaran tentu dadanya Kim Popo
akan tersate pedang. siauw cu Leng pada saat itu sudah tidak
memikirkan ganasnya serangan yang ia lakukan, malah ia
harap Kim Popo tidak dapat berkelit dari serangannya dan si
nenek mampus ketusuk pedang. Ternyata Kim Popo bukan
makanan empuk, Melihat bahayanya serangan, tanpa raguragu
ia menangkis dengan tongkatnya dari bawah ke atas.
Benturan dua senjata tak dapat dielakkan lagi hingga
terdengar suara keras dan pedangnya siauw Cu Leng
berbareng meluncur ke angkasa raya sedang orangnya berdiri
gemetaran dengan mata terbelalak.
"Hehehe Cu Leng, sekarang kau saksikan kelihaian bekas
sumoaymu " Kim Popo mentertawakan siauw Cu Leng yang
tengah berdiri dengan badan gemetaran.
siauw cu Leng adalah iblis licik. Ia tahu bahwa
kekalahannya berarti ia akan mendapat hinaan Kim Popo,
maka ia menggunakan ketika Kim Popo sedang terkekehkekeh
ketawa, cepat-cepat ia angkat kaki tanpa menghiraukan
pedangnya lagi. " Lihat dia lari terbirit-birit... Hahaha " siauw Cu Leng dengar
ditertawakan oleh bekas jantung hatinya dahulu.
siauw Cu Leng tidak mau berpaling ke belakang. ia
kencangkan larinya supaya jangan sampai kesusul oleh Kim
Popo. Tapi ia tak usah lari cepat-cepat sebenarnya karena Kim
Popo tidak bermaksud mengejarnya, hanya ia ketawa
terpingkal-pingkal menonton siauw Cu Leng lari terbirit-birit.
setelah merasa bahwa ia lari cukup jauh dan aman, si iblis
Alis Buntung hentikan larinya lalu mencahari tempat untuk
melepaskan lelahnya dibawah sebuah pohon. Di sana ia
memikirkan pertarungan barusan. sungguh tidak dinyana ia
bisa dikalahkan demikian mudah oleh bekas isterinya yang
mula-mula ia pandang enteng. sekarang ia pulang dengan
tanpa pedang, apakah nanti tidak ditegur oleh Ang Hoa Lobo.
Kalau ia bicara terus terang pada Ang Hoa Lobo bahwa ia
dikalahkan mutlak oleh Kim Popo, terang ia akan dicaci maki
tidak punya guna oleh si Nenek Kembang Merah. serba susah
ia saat itu. Kemana ia harus mencari pedang sebagai
gantinya. Tengah ia berpikir-pikir, tiba-tiba ia lihat ada satu bocah
mendatangi dengan membawa dua bilah pedang, satu
digantung dipinggangnya dan yang lainnya pada
bebokongnya. Hatinya kegirangan sebab ia bakal dapat
gantinya gedang yang ia tinggalkan pada Kim Popo. Ia cepat
menyelingkar di balik pohon, setelah Lo In lewat baharulah ia
meneriaki si bocah minta supaya dibagi pedang.
Ia mengira tadinya hanya bocah biasa saja. Tidak menduga
bahwa ia bakal ketemu bocah yang paling ia benci danjuga
paling ia takuti. Maka setelah mendengar Lo In berkata bahwa ia adalah
pecundang di burung rajawali, matanya lantas menatap pada
Lo In dengan tidak berkedip.
Ia melihat Lo In seperti melihat momok, maka saat itu
sebenarnya ia mau lari tapi tidak jadi kapan ia ingat bahwa
kepandaiannya sudah banyak lebih tinggi dari dahulu. Palingpaling
juga ia sebanding denagn Lo In . Apalagi kalau ia
menang, ia akan girang. Bukan saja dua bilah pedang yang
dibawa Lo In akanpindah ke tangannya, juga ia dapat
membalas sakit hati pada si bocah yang sudah pecundangi ia
tempo hari di lembah Tong- hong- gay . setelah hatinya tenang, siauw cu Leng lantas berkata,
"Bocah liar, aku kira kau sudah mampus sungguh kebetulan
kita bersua disini. Memang sudah waktunya kau pulang
menemui Liok sinshemu. Hahaha..... haup oho, oho...."
Tiba-tiba saja tertawanya terputus karena mulutnya
kemasukan benda yang ia tidak tahu. Tapi yang terang ia
sudah menelan benda yang nyangkut di tenggorokannya. Ia
batuk-batuk sambil kotak-kotek mengeluarkan benda yang
nyangkut pada jalanan makanan. Lama ia dalam keadaan
demikian, sampai bercucuran air mata baharulah benda itu
dapat dikeluarkan dari mulutnya. Kiranya itu hanya selembar
daun kecil saja yang menyela dalam tenggorokannya .
"Budak liar, kau berani main gila terhadap tuan besarmu ?"
bentak siauw Cu Leng. Kiranya si iblis Alis Buntung tahu juga
bahwa daun itu dilepas oleh Lo In .
sebenarnya siauw Cu Leng sudah harus tahu diri
mengetahui Lo In kepandaiannya demikian tinggi. Tidak
mudah orang meleparkan daun yang demikian entengnya
masuk persis dalam tenggorokan kalau bukan oleh orang yang
lwekangnya sangat tinggi.
Tapi dasar siauw Cu Leng hanya tahu marah dan tidak tahu
bakal pecundang, tidak memikir demikian jauh, makanya ia
main bentak saja pada jago cilik kita. Demikian temberang ia
membentak Lo In hingga jago cilik kita tertawa terbahakbahak.
"Anak gila, apa yang kau tertawakan ?" bentaknya lagi
dengan gusar. "Aku tertawakan kau, muka jelek. Kalau marah makin jelek
mukamu " "Memangnya mukamu cakap " Berkaca dulu sebelum
mengatai orang " "Kau benar juga. sekarang dimana temanmu si Nenek
Kembang Merah itu ?"
"Mau apa kau tanyakan dia ?"
"Aku mau minta obat pemusnah untuk wajahku yang dia
bikin hitam Dia nenek jahat dan amsih hutang satu gebukan
padaku " "Enak saja kau ngomong Apa memangnya kau mempunyai
kepandaian untuk melawan Ang Hoa Lobo dan Ang Hoa Pay
?" "Aku tidak perduli apakah dia tidak kasih obat pemusnah
Jangan sesalkan aku si bocah akan bikin badannya jadi dua
potong " siauw Cu Leng sekarang yang berkakakan ketawa
mendengar Lo In demikian temberang.
"Kau boleh ketawa, nanti kau buktikan si bocah akan
menghajar nenek-nenek yang menghina kepada satu bocah
yang belum lepas tetek. " berkata lagi Lo In .
"sudah, sudah. Kau jangan banyak lagak." kata siauw Cu
Leng. "Paling baik kau bagi aku satu pedang. Urusan sudah
lantas selesai sampai disini."
"oo, kau mau pedangku ?" tanya Lo In seperti heran.
"Apa kau tidak dengar barusan aku minta padamu ?" sahut
siauw Cu Leng. "Bagus Kalau kau punya kepandaian, ambillah Aku juga
relah mengasihnya kalau kau bisa dapati pedang ditanganku "
"Bocah hitam, kau jangan sombong Lihat, aku nanti ambil
dari tanganmu tanpa menggunakan senjata apa-apa."
"Nah, cobalah kalau bisa."
" Lihat " seru siauw Cu Leng berbareng badannya
berkelebat hendak merampas padang dipunggungnya si
bocah. Mana bisa ia mengibuli Lo In . sebelum serangan sampai,
Lo In tampak sudah berada di belakangnya tanpa diketahui
bagaimana si bocah telah bergerak.
" Celaka." pikir siauw Cu Leng. Lagi-lagi ia menemukan
musuh alot. Cepat ia putar tubuhnya. Pukulannya menyusul dengan
hebat sekali sampai kedengaran suara menderu keras. Nyata
siauw Cu Leng sekarang kepandaiannya sudah maju banyak.
Tapi untuk Lo In tentu saja tidak berarti apa-apa. Kalau mau,
sekali gebrak saja siauw Cu Leng dapat dirobohkan. Tapi ia
tidak mau. Ia bermaksud mau menggodai si iblis Alis Buntung
ini. Berkali-kali siauw Cu Leng memutar tubuh dan
menggempur Lo In dengan pukulan dahsyat, tetap Lo In masih
berada dibelakangnya saja seperti bayangan.
Pikir si iblis Alis Buntung, apakah ia akan roboh pula oleh si
bocah seperti tempo hari di lembah Tong-hong-gay " Rasanya
tidak mungkin, kalau mengingat kepandaiannya sudah jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan dahulu. Ia tidak tahu kalau
dengan kepandaiannya Lo In yang dahulu saja siauw Cu Leng
belum tentu dapat menjatuhkan si bocah, apalagi sekarang Lo
In sudah mendapat ilmu sakti dari It-sin-keng. Dari kenyataan,
si iblis Alis Buntung benar-benar mengharapkan yang tidaktidak.
saking jengkel, belumjuga ia dapat menggempur Lo In ,
maka ia berkaokikaoki katanya,
"Budak liar, kalau berani kau jangan menghilang macam
setan. Lekas kau sambut serangan tuan besarmu secara lakilaki
" Kaokannya tidak dinyana ada pengaruhnya karena tahutahu
Lo In sudah ada di hadapannya sehingga ia kaget.
"lblis Alis Buntung, apa kau kira siaoyamu takut
menghadapi kau " Nah, seranglah sesuka hatimu Asal kau
bisa menyentuh ujung bajuku saja, rejekimu benar-beanr
besar dan aku akan tunduk kepada kepandaianmu "
Meluap amarahnya siauw Cu Leng.
"setan cilik, lihat Toayamu bikin kaujatuh tidak bisa bangun
lagi " bentaknya, disusul oleh serangan dahsyat.
Benar saja Lo In tidak menghilang lagi dari depannya si iblis
Alis Buntung, meskipun demikian siauw Cu Leng tetap tidak
bisa apa-apa. semua serangannya kandas di tempat kosong.
ia lihat Lo In bergerak dengan lincah sekali mengelit semua
serangannya yang dilakukan dengan bertubi-tubi.
siauw Cu Leng adalah seorang licik, Tahu Lo In terlalu kuat,
bukan tandingannya tapi masih mau mencelakakan si bocah
juga. Ia berkata, "Anak setan, kalau kau satu laki-laki, pentangkan dadamu
untuk menyambut seranganku Jangan berkelit sedikit juga.
Kalau kau tahan dengan pukulanku, baru aku merasa takluk
padamu " "oo, itu tidak susah." sahut Lo In sambil berdiri tegak di
depan siauw Cu Leng. "Boleh kau menyerang aku sesuka hatimu. Kalau aku
berkelit, tandanya aku kalah dan kau boleh injak aku sampai
mampus Ha ha ha, siauw Cu Leng, kau kira aku takut


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyambuti pUkulanmU yang sangat kau banggakan ?"
siauw Cu Leng hampir tidak percaya bahwa si bocah mau
saja terima permintaannya, padahal itu sangat
membahayakan jiwanya. Pikirnya, dasar bocah sudah dekat
mampus, bolehnya begitu mudah meluluskan permintaannya
yang bukan-bukan. Ia melihat Lo In sudah pentang dan membusungkan
dadanya, untuk menerima pukulannya.
sambil berseri-seri kegirangan, siauw cu Leng kerahkan
seantero tenaga dalamnya untuk melepaskan pukulan maut
pada si bocah. Hanya sejenak saja ia merasa kasihan, tapi
lantas ia sudah beringas lagi ingat kebenciannya pada Lo In
yang sangat dalam. "Awas pukulan " seru siauw Cu Leng, berbareng
pukulannya yang dahsyat meluncur mengarah dada Lo In .
segera terdengar suara gemuruh dari beradunya pukulan
siauw Cu Leng kearah dada Lo In . suara gemuruh itu
bertanda dari hebatnya serangan lwekang yang dikerahkan
oleh siauw Cu Leng dalam serangan mautnya.
Begitu terdengar suara gemuruh, lantas kelihatan mencelat
satu tubuh sampai tiga tombak jauhnya. Ternyata tubuh yang
mencelat itu bukan tubuhnya Lo In tapi tubuhnya siauw Cu
Leng yang melayang seperti layang yang terlepas dari talinya.
Lo In sendiri tampak tidak apa-apa. Ia berdiri sambil
tertawa-tawa memandang pada siauw Cu Leng yang terkapar
dengan tidak berkutik. Lebih baik barangkali siauw Cu Leng tidak mengerahkan
lwekangnya habis-habisan. Dengan lwekang sederhana yang
ia keluarkan mungkin tidak demikian membahayakan dirinya.
Tapi ia telah mengerahkan lwekangnya berkelebihan, maka
tenaga membalik dari pukulannya yang mengenakan Lo In
makin hebat akibatnya. Kapan Lo In datang mendekati, ia terkejut karena siauw Cu
Leng sudah tidak bernyawa lagi. Dari panca inderanya keluar
darah segar. Matanya melotot seperti penasaran. Lo In tidak
menduga bahwa tenaga membalik dari pukulan siauw Cu
Leng demikian hebat akibatnya.
Ia sebenarnya tidak ada niatan untuk membinasakan si iblis
Alis Buntung. Maka tenaga yang dikerahkan untuk memukul
balik tenaga siauw Cu Leng juga ia tidak kerahkan denga
sepenuhnya. Ia hanya menggunakan lima bagian saja. Benarbenar
ia tidak menduga kalau akibatnya bisa demikian hebat
dan meminta korban jiwa. Dengan siauw Cu Leng, menjadi sudah ada dua orang yang
tewas di tangan Lo In selama dalam perantauannya. Yang
pertama ialah Coa Keng mampus dengan tendangan 'Kaki
ayam emas'. Kematian merka itu semuanya diluar
keinginannya si jago cilik.
Kematian siauw Cu Leng bikin Lo In menyesal juga karena
ia tidak berkesempatan menanyakan halnya Leng siong yang
ada di Coak-kok sekarang.
Lo In adalah bocah berhati lapang. Takpernah ia
mendendam sakit hati kepada siapa juga. Maka mayatnya
siauw Cu Leng ia kebumikan dengan rapi.
setelah selesai mengubur, depan kuburan ia berkemakkemik,
memohon maaf bahwa perbuatannya tadi tidak
disengaja. setelah itu si bocah lantas meneruskan
perjalanannya ke kota Gukwan untuk menemui ketua dari Citseng-
pay. Lo In girang dalam perjalanan selanjutnya ia tidak
menemukan kepusingan apa-apa lagi. sampai di kota yang
dituju, ia lantas tanya-tanya pada orang dimana letaknya pusa
perkumpulan Tujuh Bintang. Dengan mudah Lo In dapat
menemukannya karena perkumpulan tatkala itu sedang
mendapat kemajuan. Ternyata gedung Cit-seng-pay dibangun dengan sangat
mewah. Tidak sembarang orang boleh masuk. Harus lapor
dulu pada dua penjaga dipintu. semuanya berperawakan tinggi
besar dan gagah. Di pinggangnya membawa golok.
Seram kalau orang berurusan dengan Cit-seng-pay,
lantaran penjaga pintunya galak suka main bentak pada yang
datng mau menemuk salah satu orang dari Cit-seng-pay.
Apalagi kalau orang yang hendak menemui ketua atau
wakilnya, mereka sangat teliti menanyakan maksud orang.
Demikian kejadian dengan Lo In . Dua orang jaga itu melihat
Lo In adalah satu bocah dengan wajah hitam legam kayak
pantat kuali. Tiba-tiba telah ketawa berkakakan, bukannya
melayani orang hendak ketemu dengan ketua.
"Para paman, kalian ketawa kenapa ?" tanya Lo In heran.
"Kau bawa-bawa dua pedang itu sampai dua bilah ?" tanya
yang ketawa tadi, sebaliknya dari menjawab pertanyaan Lo In .
"Justru karena pedang yang kubawa ini aku ingin menemui
ketua kalian." jawab Lo In ketawa nyengir, melihat orang
masih ketwa sikapnya lucu.
Lo In perhatikan yang ketawa tadi hidungnya mancung
berlebihan, sementara temannya mulutnya besar dan bibirnya
tebal. "Kau mau ketemu ketua bawa-bawa pedang, mana boleh
Ada urusan apa, kau katakan saja padaku. Aku nanti
sampaikan pada ketua. sebab aturan disini, kalau tidak begitu
penting, tidak mudah orang ketemu dengna ketua kami."
menerangkan si mulut besar yang ternyat lebih baik dari si
hidung mancung. "Tidak bisa. Aku harus menemui ketus sendiri Aku ada satu
urusan penting yang akan disampaikan padanya." sahut Lo In
. "Harap paman suka beri ijin aku masuk ketemu dengan
ketua kalian." "Anak hitam, kau banyak rewel Lekas serahkan dua bilah
pedang itu pada kami. "Kau bawa-bawa pedang masuk memangnya mau
membunuh ketua " Lo In jadi bingung dibentak demikian. ia bermaksud baik
hendak menyampaikan kabar tentang Lim Kek Ciang dengan
saudara-saudaranya yang mati karena hawa racun ular,
makanya maksud baiknya disambut dengan cara yang kasar
sekali. Maka timbullah wataknya yang jail nakal, ia berkata,
"Aku bermaksud menyampaikan kabar tentang tiga
pemimpin kalian yang pergi ke gua ular. Kalau kalian tidak
ijinkan aku menemui ketua kalian, tak apa, aku juga tak usah
menyampaikan kabar. Nah, selamat tinggal " Lo In sambil
putar tubuhnya hendak berlalu.
Dua pengawal itu kaget mendengar perkataan Lo In . cepat
si hidung mancung memanggil,
"Hei, anak hitam, kembali Kasih tahu padaku ada urusan
apa, nanti aku lapor pada ketua. Kau tunggu saja disini."
Lo In hanya mendengus, tak menjawab perkataan si hidung
mancung. Tentu saja si hidung mancung menjadi marah dijawab
dengan dengusan Lo In . ia lompat menyusul dan mencekuk
Lo In . Dengan enteng ia angkat Lo In ke atas seperti hendak
membantingnya. Ia mengancam,
"Anak hitam, kalau kau tidak mau bicara, aku akan banting
kau mampus sekarang juga "
"Bantinglah " Lo In menantang.
"Aku toh tidak mau berurusan dengan sebala orang rendah
seperti kamu orang "
si hidung mancung memang berangasan adatnya dan sok
jagoan lagi. Maka mendengar Lo In menantang, benar-benar
ia sudah membanting Lo In dengan tenaga penuh.
"Mampus kau " serunya dengan gemas.
Tapi Lo In yang dibanting bukannya hancur badannya, tapi
ia tetap berdiri sambil ketawa nyengir. Matanya si hidung
mancung terbelalak heran. ia sudah mengerahkan tenaga
sepenuhnya membanting si bocah, tapi si anak hitam ternyata
tidak apa-apa, malah berdiri dengan ketawa nyengir.
si mulut besar, temannya, juga merasa heran. sebab
barusan ia sudah pejamkan matanya menyaksikan
ketelengasan kawannya. Tak tahunya Lo In tak apa-apa
dibanting temannya yang ia tahu benar tenaganya sangat kuat
dan pernah satu kali ia membanting orang sampai pingsan dan
patah tiga biji tulang iganya.
Ia lalu menghampiri Lo In . Dengan sabar ia berkata,
"Adik kecil, barusan kau bilang mau melaporkan halnya tiga
orang pemimpin kami. Harap kau melapar pada kami saja
untuk disampaikan kepada ketua. Kau diam-diam tunggu di
luar, apa katanya ketua, nanti kami bertahukan padamu.
Bagaimana, akur ?" si mulut besar rupanya rada jeri juga pada Lo In nampak
kejadian barusan, maka tak biasanya ia berkata demikian
halus dan merendah. "Aku dengan baik minta permisi dari kalian, tapi kalian
menghalang-halangi. Apa pantas perbuatan itu terhadap orang
yang hendak berbuat baik ?"
"Anak hitam, kau mau berbuat baik apa " Hm Dengan
bawa-bawa pedang minta ketemu ketua. Kalau bukan
bermaksud jahat, mau apa ?" si hidung mancung menyela
dengan penasaran. "Kalian tak ijinkan aku masuk. Kalau aku mau masuk, kalian
bisa apa terhadap aku " Nah, jagalah kalau bisa bila aku
memasuki perkumpulan kalian tanpa ijin "
Lo In berkata sambil enjot tubuhnya melayang mendekati
pintu, kemudian menghilang masuk ke dalam tanpa dua
penjaga itu dapat mencegahnya.
Bukan main gelisahnya mereka. Lantas menyusul masuk
dan membunyikan kentungan tanda ada bahaya. Tentu saja
semua anggota Cit-seng-pay yang ada dalam gedung itu
semuanya jadi kaget dan masing-masing pada membawa
senjata memburu keluar. Mereka kesomplokan dengan satu bocah wajah hitam yang
membawa-bawa dua bilah pedang menerobos masuk. Lantas
saja mereka mengepung. Lo In memang paling senang
menghadapi lawan yang jumlahnya banyak, sambil haha hihi
ketawa ia mempermainkan orang banyak yang hendak
menangkap dirinya. Perlahan-lahan ia maju terus ke dalam
hingga dapat melewati ruangan kedua. Untuk sampai di ruang
ketiga, repotjuga ia karena orang-orang yang mengepung
jumlahnya tambah banyak. Meskipun demikian, ruangan
ketiga sudah dapat ditembusi. Kiranya ruangan ketiga itu
adalah ruangan tempat rapat. si bocah tak bermaksud
mencelakai orang, makanya juga ia tidak menghunus
pedangnya. sebaliknya, banyak anggota Cit-seng-pay yang
sudah pada mencabut senjatanya, mengeroyok Lo In . Tapi si
bocah tidak takut. Ia gunakan ginkang yang dipelajari dari Itsin-
keng. Dengan kegesitan entengi tubuh itu, membuat orang-orang
cit-seng-pay saban-saban melengak keheran- heranan karena
melek-melek Lo In kelihatan di depan matanya, tapi waktu
ditubruk atau dibacoki bocah itu sudah menghilang dan tahutahu
sudah dikepung di tempat lain,
Melihat lihainya si bocah, ada beberapa anggota Cit-sengpay
telah melaporkan kejadian itu pada ketuanya. segera
ketua dengan diiringi oleh wakil-wakilnya sudah datang ke
tempat itu. Mereka melihat bocah berwajah hitam dengan
membawa dua bilah pedang sedang ketawa haha hihi
mempermainkan orang-orangnya.
"Tahan " seru sang ketua, suaranya keras berkumandang
dalam ruangan itu hingga orang-orang cit-seng-pay pada
hentikan kepungannya, akan tetapi mereka masih terus
mengawasi Lo In yang saat itu sedang ketawa- ketawa berdiri
di atas sebuah meja. Ketua Cit-seng-pay datang menghampiri Lo In . ia berkata,
"Adik kecil, ada urusan apa kau datang ke tempat kami " Apa
sengaja kau mau mengacau dalam perkumpulan kami ?"
Lo In memandang pada ketua Cit-seng-pay. Ia heran sebab
ketua Cit-seng-pay ini bukannya orang biasa tetapi seorang
Tojin (imam). Di sebelahnya juga ada satu imam, rupanya ia
adalah wakil ketuanya. Makin Lo In perhatikan makin ia kenali kedua imam itu ada
kenalan lama ialah siong Leng dan Jin Leng Tojin, dua
pecundangnya Liok sinshe di Tong-hong-gay tempo hari.
Tapi Lo In pura-pura tidak mengenali, sedang kedua imam
itujuga tidak mengenali Lo In yang wajahnya hitam legam
kayak pantat kuali. "Tidak ada tempo aku mengacau perkumpulan kalian."
sahut Lo In . "Aku datang hendak menyampaikan kabar tentang paman
Lim Kek Ciang dan dua saudaranya yang pergi ke gua ular."
Kaget siong Leng Tojin mendengar jawaban Lo In .
" Kalau kau hendak menyampaikan kabar penting, kenapa
tidak masuk dengan jalan sopan, sebaliknya dengan memaksa
masuk cara begini ?" menyela Jin Leng Tojin.
"Hehehe" Lo In ketawa.
"Meskipun aku masih anak-anaki aku tahu aturan. Tapi
orang-orang kalian yang tidak tahu aturan mencegah aku
masuk menghadap ketua kalian."
Jin Leng Tojin tidak senang mendengar jawaban Lo In . ia
berkata lagi, "Apa kau tahu dengan perbuatanmu ini seakan-akan
menghina perkumpulan kami " Hm Kau anak siapa, sebegitu
besar nyalimu. Kabar apa yang kau mau sampaikan, lekas kau
ceritakan " Siong Leng Tojin sebenarnya juga mau memberikan
teguran seperti apa yang saudara mudanya katakan tadi.
cuma saja ia sedang memikirkan hal si bocah yang mau
menyampaikan kabar Lim Kek ciang dan dua saudara lainnya
yang pergi ke gua ular. Entah kabar apa itu. Kabar baik atau
kabar jelek. Mendengan Jin Leng Tojin sudah mendahului ia menegur si
bocah, hatinya sangat setuju. Diam-diam ia kurang senang,
bahwa si bocah masih berdiri terus di atas meja, yang
semestinya turun menghadap padanya sambil berlutut atau
setidak-tidaknya menjura memberi hormat kepada ketua citseng-
pay yang sangat disegani.
Lo In mendongkol mendengar perkataan Jin Leng Tojin
yang jumawa, apalagi ia kenali imam itu adalah salah satu
pengeroyok Liok Sinshe.Hatinya kepingin menggodai sekalian
mengasih hajaran pada si imam sombong.
"Apa begini caranya menyambut tamu yang hendak
melaporkan kabar penting ?" Lo ln jawab perkataan Jin Leng


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tojin. "Kalau kalian tidak menghormati aku sebagai tamu penting,
aku juga tidak perlu menyampaikan kabar yang paman Lim
Kek ciang minta aku sampaikan kepada kalian?"
"Bagaimana kau bisa buktikan bahwa kau utusannya Samte
?" menyela Siong Leng Tojin.
"Untuk apa kau pakai tanyakan bukti segala " Memangnya
aku membawa kabar bohong ?"
"Seharusnya kau memberi bukti. Tanpa bukti dari mana aku
bisa percaya kau adalah utusannya samte kami ?"
"Mau bukti tidak susah." sahut Lo In .
"Tapi kalau kau tidak percaya aku, untuk apa aku mengasih
lihat bukti " "Aku tahu kau memang mau mengacau, bocah. Turun "
bentak Jin Leng To.in mendahului siong Leng Tojin yang
hendak bicara lagi kepada Lo In . Rupanya Jin Leng Tojin
adanya berangasan dan tidak sabaran melihat lagak Lo In .
Dibentak turun, Lo In bukannya menurut, sebaliknya ia
tertawa berkakakan. "Mau suruh siaoyamu turun boleh saja, asal kau bisa
turunkan " kata Lo In ketawa nyengir.
Jin Leng Tojin panas hatinya. ia lantas mau suruh anak
buahnya menyergap tetapi keburu siong Leng Tojin berkata,
"Adik kecil, harap kau tidak bawa adatmu yang nakal. Mari
turun, kita bicara secara baik dan bersahabat."
Jin Leng Tojin heran mendengar perkataan sang ketua. Ia
menatap wajahnya yang telah mengedipi padanya. Lantas ia
tahu maksudnya sang pemimpin.
sebaliknya Lo In berpikir, imam ini tidak sombong seperti
adiknya tadi. Tidak halangan kalau ia turun dari atas meja. Ia
mau lihat apa yang siong Leng Tojin bisa bikin terhadapnya.
Maka setelah memikir demikian, ia lantas lompat turun dengan
melewati beberapa kepala orang.
Mereka yang dilewati kepalanya pada mendelik matanya
pada si bocah, seakan-akan mereka tidak rela kepalanya
dilalui si bocah. Lo In tidak menghiraukan mereka. Ia berjalan leng gangleng
gang saja mengikuti siong Leng Tojin yang jalan
menghampiri kursi di atas mimbar. Di sana sang ketua duduk
dengan diapit oleh Jin Leng Tojin dan saudara-saudara
pemimpin lainnya. Lo In dipersilahkan duduk. si bocah juga tidak main
sungkan-sungkan lagi. Ia duduk dengan tenang menghadapi
orang-orang Cit-seng-pay yang wajahnya pada menunjukkan
permusuhan. Lo In tidak acuhkan mereka. Ia anggap mereka
tidak bisa berbuat apa-apa kepadanya. Dengan
mengandalkan kepandaiannya yang maha tinggi, ia bisa
masuk dan keluar dalam gedung cit-seng-pay itu sesuka
hatinya. "Adik kecil," siong Leng Tojin mulai buka mulut, ketika
mereka sudah berkumpul di atas mimbar.
"sebenarnya kau membawa kabar apa tentang samte,
Ngote dan Lakte kami " Coba kau tuturkan. sebelumnya aku
mohon maaf atas kelakuan orang-orang kami barusan
terhadap adik keci." siong Leng Tojin berkata sambil unjuk
senyuman. Lo In paling jinak dengan sikap yang ramah tamah dan
halus. sebaliknya ia jadi nakal dan liar kalau menghadapi
orang yang sombong dan bertingkah. Maka, menghadapi
siong Leng Tojin yang ramah, ia jadi lemas hatinya. Tidak tega
ia untuk berbuat yang keterlaluan menuruti napsu hatinya.
"Juga aku harap Totiang memaafkan atas kelakuanku
barusan. Apa yang aku lakukan lantaran menuruti napsu
hatiku yang tidak senang melihat orang-orang Totiang yang
jumawa dan mau sewenang-wenang terhadap orang yang
lemah. Aku anak kecil mau dibanting segala di depan pintu
masuki apa- apaan perbuatan begitu?"
"Hahaha " tertawa Leng siong Tojin.
"Kalau baru 'mau' saja tidak apa, jangan sampai benarbenar
dibanting. Itu celaka "
:Barusan aku kesalahan berkata. sebenarnya dia sudah
membanting aku. Cuma saja bantingannya rupanya kurang
bisa maka aku tidak sampai hancur." Lo In menjelaskan sambil
ketawa nyengir kepada siong Leng Tojin yang ketawa
terbahak-bahak. Ketawanya siong Leng Tojin berhenti ketika
mendengar perkataan Lo In .
Pikirnya, kedua penjaganya masing-masing mempunyai
kepandaian silat tinggi, apalagi si hidung mancung itu
tenaganya seperti raksasa, bagaimana Lo In dibanting tidak
kenapa-napa " sungguh ini sangat mengherankan hatinya
siong Leng Tojin. Bocah berwajah hitam ini kalau tidak punya kepandaian
yang berarti, tidak bakalan berani mengacau dalam Cit-sengpay.
Kapan melihat Lo In dikepung oleh banyak orang, tidak
seorang pun yang dapat menowel bajunya saja. Itu
membuktikan kepandaiannya Lo In sangat tinggi, sekalipun ia
masih bocah. Mengingat kesitu, siong Leng Tojin ada hati-hati dalam
bicaranya Jangan sampai menyinggung hatinya si bocah
sehingga menerbitkan onar dan memalukan cit-seng-pay.
"Adik kecil." kata siong Leng Tojin.
"Hal itu nanti aku selidiki dan aku akan memberi hukuman
pada orangku yang kurang ajar terhadapmu. sekarang coba
tolong kau laporkan apa kabar dari samteku Lim Kek Ciang."
Lo In lalu menuturkan tentang kematiannya Lim Kek Ciang
saling susul dengan saudara-saudaranya lantaran terkena
hawa beracun dari gua ular. Lim Kek Ciang pesan supaya ia
menyampaikan kabar itu kepada ketuanya, jangan
mengharap- harap mereka pulang.
siong Leng Tojin dan lain-lain mendengar sangat berduka
hatinya mendapat tahu bahwa Lim Kek Ciang telah menemui
ajalnya dalam menunaikan tugas perkumpulannya. setelah
hening beberapa lama, merenungkan arwahnya Lim Kek
Ciang dan dua saudaranya, siong Leng Tojin berkata pada Lo
In , "Adik kecil, terima kasih atas laporanmu ini. sebelum samte
meninggal, tentu ada peninggalan barang untuk disampaikan
padaku sebagai kenang-kenangan. Apa adik kecil ada terima
?" siong Leng sebenarnya mau minta bukti dari Lo In tentang
kabar yang disampaikan kepadanya. Tapi kalau ia terangterangan
mau bukti, pasti Lo In akan kambuh lagi watak
nakalnya, menganggap orang tidak percaya pada dirinya.
Maka, sebagai orang yang cerdik, si imam telah mengambil
jalan memutar menanyakan pada Lo In apakah Lim Kek Ciang
ada meninggalkan barang untuknya sebagai kenangkenangan.
sungguh pandai si imam, yang biasanya sangat
sombong. Lo In tidak merasa kesinggung. Maka ketika mendengar
perkataan siong Leng Tojin demikian meresap ke dalam hati,
lantas ia loloskan pedang yang tergantung di pinggangnya.
sambil menyerahkan itu pada siong Leng Tojin, ia berkata,
"Totiang, paman Kek Ciang hanya meninggalkan barang ini
untuk disampaikan kepada Totiang sebagai kenangkenangan."
siong Leng Tojin menyambuti tanpa bilang apa-apa yang
seharusnya mengucapkan terima kasih pada si bocah. Ia
tampak termenung-menung, entah apa yang direnungkan.
Lo In juga jadi heran kenapa si imam tidak mengucapkan
terima kasih kepadanya. ia sudah menyerahkan pedangnya
Lim Kek Ciang tapi tidak ada reaksi apa-apa kecuali si iamam
duduk termenung-menung. "Totiang, apa aku kesalahan menyerahkan pedang itu
bukan miliknya paman Kek Ciang ?" tanya Lo In dengan raguragu.
siong Leng Tojin tidak menjawab, sebaliknya Pekihauwkiam
Jin Leng Tojin dengan gusar sambil gebrak meja ia
membentaki "Bocah bernyali besar siapa bilang pedang itu bukan milik
samte " Tapi kematiannya sudah tentu bukannya lantaran
hawa racun, tapi dibunuh olehmu "
Lo In jadi melengak mendengar tuduhan Jin Leng Tojin
yang bukan-bukan. Ia sudah berbuat baik hati, jauh-jauh ia perlukan datang ke
Gukwan, maksudnya menyampaikan pesan Lim Kek Ciang,
tidak tahunya disini ia bukan mendapat terima kasih malah
merampas pedangnya. "Adik kecil." siong Leng Tojin masih bersabar. Diam-diam ia
setuju dengan perkataan Jin Leng Tojin yang menuduh si
bocah jadi pembunuh samtenya.
"Kau memangnya ada permusuhan apa dengan samte
kami " Terus teranglah bicara agar aku dapat memberi
kelonggaran kalau kau mengaku dengan sejujurnya." Katakata
ketua Cit-seng-pay sungguh diluar dugaan sama sekali si
bocah. Dalam mendongkolnya ia bangkit berdiri, katanya,
"sungguh bagus kalian orang-orang Cit-seng-pay.
Kebaikanku kalian balas dengan fitnahan " Hm Tidak kunyana
kalian menghina aku si anak kecil. Aku menyesal sudah
masuk masuk dalam gedung perkumpulan brengsek ini "
"Apa, brengsek " bentak Jin Leng Tojin berbareng
kepalannya menyambar pada kepala Lo In tapi dengan manis
sudah kena dikelit oleh jago cilik kita.
Melihat serangannya gagal Jin Leng TOjin yang hanya
menggunakan tangan kiri, karena tangan kanannya cacat oleh
Liok sinshe sudah menjadi beringas dan menyerang lagi
dengan dahsyat. Angin pukulannya menderu, meskipun
dengan tangan kiri juga. Kecuali Siong Leng Tojin yang tenang-tenang saja duduki
yang lain-lainnya pada bangkit berdiri membantu mengeroyok
Lo In . Meskipun semua jago-jago Cit-seng-pay turun,
dianggap enteng saja oleh si bocah.
"Kau mau menggunakan jumlah banyak untuk mengeroyok
aku anak kecil " Bagus Apa katanya orang dalam dunia
Kangouw nanti atas perbuatan kalian yang tidak tahu dituduh
sudah membunuh Lim Kek Ciang dan malu Mereka akan
katakan kalian bangsa tidak punya guna mendirikan
perkumpulan, beraninya hanya terhadap anak kecil saja.
Hahaha " si bocah bukannya takut, malah ia ketawa terbahakbahak.
sebaliknya siong Leng Tojinn menjadi tidak enak
mendengar perkataan Lo In yang terang-terang menyindirnya.
Lagian hatinya rada-rada bimbang juga nampak Lo In
dikeroyok banyak orang selalu bisa elakkan serangan, malah
kelihatan si bocah tidak membalas.
"Tahan " tiba-tiba ia serukan kawan-kawannya yang
mengeroyok hingga mereka pada lompat mundur mentaati
perintah sang ketua. siong Leng Tojin berbareng bangkit berdiri dan
menghampiri Lo In , "Apa maksud perkataanmu barusan " Kau menantang satu
lawan satu, bukan ?"
"Hehehe " tertawa Lo In .
"satu lawan satu kau toh tidak punya orang untuk
dihadapkan padaku. Maka lebih baik kau turunkan semua
orang Cit-seng-pay, lebih senang aku dapat bermain petak "
sungguh jumawa kata-kata si bocah dalam telinganya siong
Leng Tojin. Imam jagoan itu paling pantang kalau mendengar orang
berkata lebih jumawa dari dirinya. sekarang ia mendengar
kata-kata Lo In yang jumawa, sampai dikatakan Cit-seng-pay
tidak punya orang untuk dihadapkan dengan si bocah, terang
siong Leng Tojin naik pitam. sambil ketawa dingin ia berkata,
"Adik kecil, kau jangan sombong. Mari kita coba dengan
tangan kosong " "Kau yang mau maju sendiri ?" tanya Lo In seperti
keheranan. "Jangan, jangan, kau bukan tandinganku. Merk Cit-sengpay
jatuh lantaran ketuanya tidak becus menjatuhkan satu
anak kecil " Itu hinaan yang keterlaluan. Tidak heran kalau siong Leng
Tojin lantas menyerang dengan pukulan telengasnya. Lo In
berkelit sambil lompat dari atas mimbar ke tempat yang
kosong dan lebar. "mari, mari disini kita main-main, siong Leng Tojin "
menantang si bocah sambil tolak pinggang menanti.
Terkejut si imam mendengar namanya disebut Lo In . Tapi
sejenak, sebab ia pikir tentu si bocah dapat tahu namanya dari
Lim Kek Ciang yang dikatakan mati oleh si bocah. orang-orang
Cit-seng-pay kegirangan melihat ketuanya turun tangan.
Mereka sambut dengan tepukan tangan yang riuh sekali
tatkala siong Leng Tojin lompat turun dari mimbar dengan
gerakan yang manis sekali.
"Hidup ketua Cit-seng-pay " demikian terdengar beberapa
kali seruan mereka. Mereka sedang kebingungan, tadi tidak dapat membekuk si
bocah. sekarang ada ketuanya mau turun tangan sendiri,
sudah tentu saja mereka kegirangan. Mereka tahu lihainya
sang ketua, sudah menghitung pasti bahwa si bocah hanya
beberapa detik saja sudah akan dibekuk oleh sang ketua.
Mereka pada mundur ke belakang, kasih tempat lebih
leluasa untuk mereka bertempur.
"Adik kecil, mulailah dengan seranganmu " mengundang
Siong Leng Tojin setelah mereka berhadap-hadapan. siong
Leng Tojin sangat memandang enteng pada Lo In .
"Aku jauh lebih muda, aku silahkan yang lebih tua
menyerang lebih dahulu " sahut Lo In dengan suara ngeledek.
Tampak Lo In tidak memasang kuda-kuda segala, tidak
seperti siong Leng Tojin menghadapi seorang bocah saja
seperti ketakutan dan telah memasang kuda-kudanya kuatkuat.
Diledek Lo In , siong Leng Tojin tidak banyak omong, ia
lantas menyerang dengan tipu pukulan 'Ki-eng-puk-coa' (Elang
lapar menyambar ular). Kedua tangannya dipentang, dengan
kecepatan kilat ia menyergap Lo In , tapi Lo In sudah
menghilang dari depannya. Cepat ia memutar tubuh dan
menyerang dengan angin pukulan pada Lo In yang ia duga
ada dibelakangnya. "Brak Brak " suara hancurnya meja kursi
yang kena angin pukulan sang ketua, tapi si bocah yang
diarah tidak kelihatan bayangannya.
Demikian kejadian itu telah terulang. Hanya kursi meja yang
hancur lebur oleh angin pukulan siong Leng Tojin yang
dahsyat, sedang Lo In yang diarah masih terus ngeledek bagai
bayangan disekitarnya.

Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari merasa tinggi hati, bangga dengan kepandaiannya
yang tinggi, perlahan-lahan siong Leng Tojin insyaf bahwa ia
bukan tandingan si bocah. Kalau Lo In mau, siang-siang ia
sudah dipecundangi dengan hanya sekali tepukan saja pada
jalan darahnya. Caranya Lo In permainkan dirinya mengingatkan ia kepada
seseorang yang dulu pernah menggocek ia demikian rupa.
Kapan ia ingat akan dirinya Liok sinshe, tanpa dirasa lagi
sekujur badannya telah mandi keringat.
"Kau, kau......?" tiba-tiba siong Leng Tojin berkata terputusputus.
"Asal masih ingat saja." menggoda Lo In dari samping.
Mendengar suara Lo In , si Imam tidak sia-siakan
kesempatan itu Ia berbalik cepat dan melancarkan pukulan
maut pada si bocah. Cuma sayang Lo In lebih cepat lagi untuk
mengelakkan serangan dan kembali ada dibelakangnya.
Tampak si imam sombong kewalahan.
Melihat ketuanya dipermainkan si bocah, tentu saja orangorang
Cit-seng-pay menjadi sangat gusar. Dengan mendapat
komando dari Pekihouw-kiam Jin Leng Tojin, mereka
menyerbu mengeroyok Lo In yang sedang enak-enak
mempermainkan si imam. "Bagus, kalian turun tangan semua " seru Lo In .
Berbareng tubuhnya berkelebatan diantara mereka. Ia
gunakan salah satu jurus dari It-sin-keng yang dinamai 'Ce-yusan-
hoa' atau "menyebar bunga ke kiri dan kanan' suatu
gerakan ilmu entengi tubuh yang tidak ada taranya. Dimana
tubuhnya Lo In berkelebat, disitu mesti roboh tiga- empat
orang, tidak perduli mereka sedang tangan kosong atau
mencekal senjata, rata-rata dirobohkan dengan totokan pada
jalan darah. Dalam tempo sebentaran saja, kecuali siong Leng dan Jin
Leng Tojin, semuanya sudah roboh kena ditotok oleh Bocah
sakti kita. siong Leng Tojin dan Jin Leng Tojin berdiri seperti terpaku,
tidak bergerak seakan-akan yang kena tertotok jalan
darahnya. Tapi yang sebenarnya mereka terpaku berdiri
karena menyaksikan dengan rasa kagum akan kepandaiannya
si bocah. Matanya terbelalak memandang kepada orangorangnya
yang dirobohkan saling susul dengan tidak dapat
bangun kembali. sungguh hebat Mereka memuji dalam
hatinya. Belum pernah dalam benaknya siong Leng Tojin memuji
siapa juga selama hidupnya sebab merasa bahwa dirinya
adalah yang paling tinggi kepandaiannya. Tapi sekarang tanpa
disadari ia telah memuji Lo In benar-benar ada satu bocah
yang luar biasa. Dalam pada itu, keadaan yang tadi ramai dengan suara
bentakan-bentakan dari orang-orang cit-seng-pay, sekarang
berubah menjadi sepi sunyi.
"Hek-bin sin-tong.........." tiba-tiba terdengar suara orang
berkata seperti memecahkan kesunyian pada waktu itu.
siong Leng dan Jin Leng Tojin terkesiap hatinya mendengar
disebutnya 'Hek-bin sin-tong' atau si Bocah sakti Muka Hitam-
Matanya lantas menatap pada Lo In dengan tidak berkedip.
Kemudian, dengan tiba-tiba mereka rasakan badannya
menggigil ketakutan dan mukanya sangat pucat. "Hek-bin sintong......"
mereka menggumam hampir berbareng,
lalu matanya menoleh sana sini mencahari orang yang
berkata tadi. Kiranya orang itu adalah satu paderi yang memelihara
rambut panjang. ia tiada lain adalah Kim Wan Thauto, yang
pada saat itu tengah menghampiri Lo In yang menyambutnya
dengan roman berseri-seri.
"Toako, kau kemana saja meninggalkan adikmu ?" berkata
Lo In sambil menubruk dan merangkul si Thauto. Keduanya
tampak sangat kegirangan telah bersua kembali.
sementara itu, siong Leng dan Jin Leng nampak Lo In dan
si Thauto saling rangkul lantas dapat menebak bahwa mereka
ada hubungan rapat satu dengan lain.
Siong Leng Tojin tidak kenal Kim Wan Thauto, tapi ia
pernah dengar dalam kalangan Kangouw ada bergelandangan
satu pendeta memelihara rambut yang sangat lihai, senjata
rahasianya berupa sepasang anting-anting. Apakah ini dianya
si Thauto yang dimaksudkan " Tanya dalam hati kecilnya.
Kapan ia memperhatikan lebih jauhi ia yakin bahwa memang
benar Thauto yang dimaksudkan itu si Thauto yang dilihatnya
sekarang ada pakai anting-anting pada kedua belah
telinganya. Makin ketakutan siong Leng dan Jin Leng mengenali si
Thauto ada kawannya Lo In .
Melawan Lo In sendiri orang-orang cit-seng-pay tidak
mampu, apalagi ditambah si Thauto yang lihai. Memikir ke
situ, dengan diam-diam kedua imam itu, menggunakan
kesempatan Lo In sedang asyik bicara dengan Kim Wan
Thauto mereka telah angkat kaki untuk kabur menjauhkan diri
siapa sangka si bocah ada demikian lihai, sebab baru saja
mereka bertindak beberapa langkahi tahu-tahu Lo In sudah
menghadang di depannya menegur,
"Mau lari " Hm Urusan Liok sinshe kalian harus tanggung
jawab " siong Leng dan Jin Leng Tojin gemetaran mendengar
disebutnya nama Liok sinshe. sungguh lucu sikapnya dua
imam sombong pada saat itu. Mereka berdiri dengan badan
menggigil seperti diserang penyakit malaria dengan
mendadak. "siaohiap." tiba-tiba siong Leng Tojin memberanikan hati
berkata, "Urusan Liok sinshe, aku tidak bertanggung jawab sebab
aku hanya ikut-ikutan saja diajak oleh siauw-san Nao-ok
Harap siaohiap suka memberi kelonggaran pada kami
berdua......." "Hehehe." Lo In mendengus.
"Gara-gara kalian, aku dengan Liok sinshe telah bercerai
berai. Mana bisa kau terluput dari tanggung jawab atas
kematiannya Liok sinshe ?"
"Aku tidak membunuh Liok sinshe. Itu adalah tanggung
jawabnya Kim Popo." sahut si Imam.
Jin Leng Tojin merasa heran suhengnya bisa berubah
demikian pengecut. Biasanya sang suheng paling angkuh dan
tidak memandang mata kepada siapa juga. Kenapa sekarang
bisa jadi demikian sikapnya " Apakah sang suheng punya
maksud tertentu, sekarang minta dibebaskan dan kemudian
menuntut balas untuk hinaan yang sekarang dideritanya dari si
bocah wajah hitam " Jin Leng Tojin berangasan sifatnya, tapi ia berani untuk
menghadapi tanggung jawab. Maka melihat suhengnya
demikian lemah, ia jadi kurang senang. Katanya,
"suheng, kita sudah menjadi orang tawanannya. Untuk apa
minta kelonggaran segala " Itu tandanya kita minta ampun.
Meskipun kita berlutut minta ampun, sudah terang tak akan
dapat ampun dari dia. Maka jangan merendahkan diri Hei,
bocah" Jin Leng teruskan berkata pada Lo In .
"Kami sudah tidak berdaya di tanganmu. Mau bunuh boleh
bunuh, untuk apa mesti banyak omong ?"
"Hahaha " Lo In tertawa.
"Kau lebih jantan dari kakak seperguruanmu. Ini aku suka
dan aku akan memberi kelonggaran padamu "
Jin Leng heran mendengar perkataan Lo In . sungguh
diluar dugaannya bahwa Lo In akan berkata demikian.
semestinya ia marah dan menghukum ia lebih berat dari
suhengnya sebab ia berani pentang mulut besar. Tidak
tahunya keputusan Lo In begitu menggoncangkan hatinya.
sementara siong Leng Tojin tidak berkata apa-apa, ia
hanya tundukkan kepala. Ia menyesal telah unjuk sikap pengecut barusan. Kalau
dapat bersikap kepala batu seperti saudaranya, tentu ia pun
akan mendapat pengampunan dari si bocah. Tapi, sudah
terlanjur ia mengunjuk sikap pengecut, mau tarik pulang dan
merubah sikapnya sudah tidak perlu, malah akan membuat Lo
In lebih tidak memandang mata dan menghukum dirinya lebih
berat. Memang benar dugaannya Jin Leng Tojin. sang suheng
mengandung maksud tertentu ialah pura-pura merendah dan
mohon pengampunan. Kalau sampai ia dapat kebebasan,
belakang hari, ia akan mencari Lo In pula untuk membikin
pembalasan. Kim Wan Thauto sementara itu sudah ada diantara mereka
dan mendengar pembicaraan Lo In dengan kedua imam itu.
Tiba-tiba ia berkata, "Adik In, biarlah kasih kelonggaran
kepada dua imam itu tapi dengan syarat. ialah mereka harus
bersumpah untuk tidak mendendam permusuhan dengan kau
dan hidup selanjutnya harus dijalan yang betul. Kalau mereka
berbuat jahat lagi dan bersikap bermusuhan dengan kau, pada
waktu itu masih belum terlambat kau mengambil kepalanya."
"Toako ?" Lo In menatap wajah si Thauto dengan heran.
"Urusan ini ada sangat serius, bagaimana Toako dapat
memutuskan dengan cara demikian mudah ?"
"Adik In, kau lepas mereka, aku ada kabar baik untuk
disampaikan padamu." sahut Kim Wan Thauto dengan muka
bersenyum. Lo In tampak ragu-ragu. Meskipun demikian, ia tidak
membantah perintah toakonya.
Kabar baik apa yang akan disampaikan oleh toakonya itu "
Sungguh ia kepingin dengar. Ia menduga bahwa Kim Wan
Thauto sudah menemui Bwee Hiang. ini memang satu kabar
baik, Mungkin sang toako sudah ketemu Eng Lian " ingin ia
mengetahuinya. "Baiklah." kata Lo In . "Dengan memandang pada mukanya
toakoku, maka aku dapat mengampuni kalian berdua.
Toakoku barusan kata dengan syarat kau orang harus
bersumpah tidak akan mendendam permusuhan pada ku dan
hidup selanjutnya dijalan yang betul. Tidak usah bagiku
banyak syarat, asal kalian hidup dalam jalan yang betul,
selanjutnya aku juga sudah merasa senang. Dalam hal kalian
selanjutnya masih mendendam permusuhan itu
terserah. Aku juga tidak takut untuk menghadapinya. Nah,
selamat tinggal " Lo In menutup kata-katanya sambil
menggandeng Kim Wan Thauto berjalan keluar dari ruangan
itu Belum berapa tindak mereka berlalu, terdengar siong Leng
Tojin berseru kepadanya, "siaohiap. tunggu sebentar "
Lo In dan Kim Wan Thauto merandeki Ketika siong Leng
Tojin sudah datang dekat, ia berkata,
"Mohon siaohiap suka capekan hati sedikit untuk menolong
orang-orangku, untuk mana aku imam tidak berguna akan
sangat berterima kasih sekali."
siong Leng Tojin dan Jin Leng Tojin sebenarnya dapat
membebaskan totokan, tapi hanya untuk dua tiga orang saja.
Kalau mereka mesti bekerja menolong begitu banyak orang,
mana dapat mereka lakukan " Mereka dua orang bekerja,
sampai kapan dapat menolong orang-orangnya yang tertotok
itu. Kalau umpamanya totokan Lo In seperti biasa yang
gampang mereka buka, kalau nanti totokannya tidak mudah
orang lain membukanya, apa itu bukan membikin orang jadi
kapiran " Maka, dengan tebalkan muka siong Leng Tojin,
minta Lo In tolong membebaskannya.
"Totokan biasa. Totiang juga tentu gampang
membebaskannya." sahut Lo In merendah.
"Tapi biarlah aku tolong " seraya si bocah datang
menghampiri orang-orang cit-seng-pay yang rebah malang
melintang tak dapat menggerakkan badannya.
Tampak Lo In , bocah sakti kita mengebas-ngebaska
lengan bajunya ke arah orang-orang yang menggeletak
malang melintang itu Suatu angin halus berkesiur dingin
menyentuh tiap-tiapjalan darah pembuka totokan. Dalam
tempo sebentaran saja semua orang itu sudah pada bergerak
dan bangkit berdiri, bebas dari totokan.
siong Leng dan Jin Leng Tojin sangat kagum akan
kepandaiannya si bocah, suatu kepandaian yang tak dapat
dimiliki oleh jago silat yang mana juga, cuma hanya
mengebas-ngebaskan lengan bajunya telah dapat membuka
totokan orang demikian banyaknya.
saking kagum, tanpa merasa lagi siong Leng Tojin berseru,
"semua orang kasih hormat, mengucap terima kasih atas
pertolongan siaohiap"
seruan mana ditaati dengan serentak hingga dalam
ruangan itu berkumandang orang mengucapkan terima kasih
seraya badanya ada yang membungkuki ada yang hanya
manggut-manggut saja, ada yang bersoja beberapa kali ke
arah Lo In . Lo In terharu dan ia membalas hormat dari orangorang
cit-seng-pay. siong Leng dan Jin Leng Tojin cepat mendekati si bocah
dan mengundang supaya Lo In dan Kim Wan Thauto suka
tinggal beberapa lama lagi dalam perkumpulan itu. Mereka
ingin mengucapkan terima kasih dan menghaturkan selamat
jalan dengan mengadakan sedikit perjamuan sederhana. Lo In
dengan halus menolak tapi Kim Wan Thauto telah menerima
baik dan membujuk adik In-nya supaya buang tempo sedikit
untuk mengikat persahabatan dengan kedua Totiang dari Citseng-
pay itu. Akhirnya Lo In terpaksa menurut hingga kedua pemimpin
dari Cit-seng-pay itu merasa sangat gembira. Lekasjuga Jin
Leng Tojin telah memerintahkan pada orang-orangnya untuk
menyiapkan satu meja perjamuan di taman bunga.
siong Leng Tojin memimpin Lo In dan Kim wan Thauto
berjalan ke taman bunga, dimana mereka duduk beristirahat
sambil menanti disiapkannya barang hidangan.
siong Leng To jin dan Jin Leng Tojin berkenalan dengan
Kim wan Thauto. Masing-masing pada mengucapkan pujian
dan merendahkan diri hingga suasana menjadi sangat
gembira. Dari lawan telah berubah menjadi kawan dalam tempo
singkat itu, jarang terjadi. Hal ini Kim Wan Thauto nyatakan
pada siong Leng Tojin. sambil bersenyum ramah, ketua dari Cit-seng-pay
menjawab, " Itulah jodoh, tanpa bertempur, mana kita dapat berkumpul.
Ha ha ha...." Melihat gerak gerik siong Leng Tojin demikian baik dan
ramah, Lo In sangsi bahwa imam itu jahat. Ia menatap ke


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajahnya Kim Wan Thauto seperti minta keterangan, akan
tetapi Kim Wan Thauto bersenyum-senyum saja.
Melihat toakonya demikian tenang, Lo In tidak takut ia
dipersulit oleh si imam. Maka ia pun telah unjuk roman
gembira. Halnya Liok sinshe dalam pertemuan itu tidak disinggungsinggung,
sebaliknya siong Leng Tojin telah menanyakan lebih
jauh soal kematiannya Lim Kek Ciang dan kawan-kawannya
dan halnya gua maut. Lo In tidak keberatan mengulang
ceritanya dan menceritakan sedikit halnya gua maut yang
menyeramkan, banyak telah meminta korban jiwa sampai jauh
jaraknya dua tombak dari mulut gua. Tapi halnya bahwa ia
yang berhasil masuk ke dalam gua maut itu, tidak
diberitahukan kepada si imam, begitu pun tentang
pertempuran ia dengan orang-orang dari sia uw-lim-sie, Butong-
pay, Tong-teng Nao-eng dan lain-lainnya, sedikitpun Lo
In tidak singgung-singgung dalam penuturannya.
Meskipun begitu, tampak siong Leng dan Jin Leng Tojin
sangat puas dengan ceritanya Lo In . Diam-diam bulu
kuduknya mereka beridiri seram mendengar banyak mayat di
depan gua maut sebagai korban dari hawa beracun.
Ketika barang hidangan sudah diatur di meja, tiba-tiba
Siong Leng Tojin menanya,
"Siaohiap. kenapa kau sendiri tidak coba-coba memasuki
gua maut itu " Rasanya dengan kepandaian siaohiap yang
demikian tinggi dengan mudahnya gua itu dapat ditembusi."
Lo In melengak dan agak gugup menjawabnya sebab ia
tidak mengira si imam akan menanyakan hal dirinya tidak
coba-coba masuk ke dalam gua.
"Aku anak-anaki kurang pengalaman. Kalau aku coba-coba
masuk sama juga aku mengantarka jiwa, sedang niatku belum
kesampaian mencari ayah dan ibuku yang aku sangat
rindukan." demikian Lo In memberi alasan yang dapat diterima siong
Leng Tojin dan yang lain-lainnya ialah Jin Leng Tojin, dua
saudaranya (yang ke-4 dan ke-7) serta beberapa orang kuat
dari Cit-seng-pay. Perjamuan makan telah berjalan sangat menggembirakan.
Ketika Lo In dan Kim Wan Thauto memohon diri, siong
Leng Tojin memesan, "siaohiap dan Taysu jikalau kebetulan lewat di gubuk kami,
tolong mampir sebentar untuk kita ngobrol mempererat tali
persahabatan kita. sukalah kalian berjanji."
"ooo, tentu, tentu." jawab Kim Wan Thauto yang
mendahului Lo In . "Kami bersaudara tidak akan melupakan pada To-heng
bersaudara dan saudara-saudara disini. Apabila kita kebetulan
lewat tentu kita mampir, meskipun tidak lewat juga tentu
sewaktu-waktu ada tempo yang senggang kita akan
berkunjung kepada kalian disini. Akur ?" semua orang ketawa
mendengar kata-katanya Kim Wan Thauto yang Jenaka.
setelah mereka berpisah, sembari jalan Lo In
menggandeng lengan Kim Wan Thauto. Tampak si bocah
wajah hitam mukanya berseri-seri kegirangan telah berjumpa
pula dengan toakonya. Ia menanya,
"Toako, selama ini kau dimana saja " Kau bikin adikmu
kebingungan mencarimu. Apa toako sudah berhasil menemui
enci Hiang ?" Ditanya halnya Bwee Hiang, Kim Wan Thauto
kerutkan alisnya. "Adik Hiang, entah dimana adanya dia sebab aku sudah
mencarinya masih juga belum berhasil menemuinya." sahut
Kim Wan Thauto. "Eh, dimana Eng Lian " Aku tidak melihat ada bersamamu
?" balik menanya Kim Wan Thauto.
Lo In berduka hatinya ditanya halnya Eng Lian.
"Aku justru sedang mencari dia, toako Kami berpisah ketika
kami sedang belajar naik kuda dipegunungan."
Kim Wan Thauto melengak heran. "Kau belum lama dapat
berkumpul dengan enci Lianmu, sekarang sudah kembali
berpisahan, sungguh tidak enak sekali. Bagaimana sih
kejadiannya " Masa karena naik kuda saja sampai berpisahan
?" "Aku juga tidak mengira kami akan berpisahan. Toako tahu
sendiri watakku yang ugal-ugalan dan suka menggodai kawan.
Tatkala itu aku mau menggodai enci Lian dan telah
meninggalkan jauh-jauh. Aku kegirangan enci Lian tidak dapat
menyusul aku, tapi belakangan aku menyesal karena
perbuatanku menjadi berpisahan dengan dia. Tapi, eh, toako,
bukan begitu saja halnya. Masih ada sebab lain."
"Sebab lainnya bagaimana ?" tanya Kim Wan Thauto
kepingin tahu. Lo In tidak menjawab tapi ia hanya celingukan sebentar
seperti kuatir didengar orang apa yang ia akan bicarakan
kepada toakonya. Kim Wan Thauto mengerti maksud si bocah.
"Adik In, mari kita mampir dalam rumah makan agar kita
dapat leluasa bicara." Kim Wan Thauto mengajak si bocah.
Dalam usia meningkat 17 tahun, Lo In tampak lebih
jangkung dan langsing, masih dapat meninggi lagi
perawakannya apabila usianya nanti memasuki 18 tahun.
Kalau saja wajahnya tidak hitam legam gara-gara obatnya Ang
Hoa Lobo, pasti wajahnya akan sangat cakap sekali. Namun
meskipun hitam kayak pantat kuali, Lo In populer diantara
wanita teman-temannya seperti Bwee Hiang, Eng Lian dan
Leng siong. Malah hampir-hampir si bocah sakti kejeblos
dalam perangkap si cantik sian Tin dengan gayanya yang
menggairahkan. syukur si bocah tebal imannya, yang
semestinya ia kejeblos dalam perangkap asmara yang
dipasang sian Tin, ia telah membikin si cantik insyaf dan hidup
akur dengan suaminya The Koan Beng.
setelah berada dalam sebuah rumah makan, dimana Kim
Wan Thauto sengaja pilih tempat yang jauh dari pada tamutamu
lainnya, ia minta Lo In menuturkan kisahnya sejak
berpisah dengannya. Lo In lantas saja mendongeng, cara
bagaimana ia berpisahan dengan Eng Lian dan masuk dalam
gua maut untuk mempelajari It-sin-keng dan menjadi muridnya
Kong In sianjin dari gua maut tersebut. Bagaimana ia dicegat
oleh berbagai-bagai jago dalam rimba persilatan ketika keluar
dari gua, bertempur dengan orang-orang dari Ngo-tok-kauw
dan menendang mati Coa Keng dan bikin melayang jiwanya
siauw Cu Leng tanpa disengaja, kemudian mengunjugi citseng-
pay untuk melaporkan kematiannya Lim Ke k Ciang
kepada ketua Cit-seng-pay, yang ia tidak duga kalau ketuanya
bukan lain daripada siong Leng Tojin musuhnya Liok sinshe.
Lo In menutur dengan rapi sekali dan jenaka gayanya
sehingga Kim Wan Thauto tidak memotong pembicaraannya.
Hanya yang Lo In tidak ceritakan adalah kisah roman sian Tin
yang hendak menjebloskan dirinya ke dalam jurang asmara. Ia
malu untuk menceritakan kepada toakonya. Pikirnya, pasti ia
akan ditertawakan sang kakak.
setelah Lo In menutur, tampak Kim Wan Thauto manggutmanggut
kemudian menghela napas. Lo In heran toakonya menghela napas. Ia menanya,
"Toako, apa ada apa-apa yang tidak baik dalam
perjalananku?" "semua baik." sahut Kim Wan Thauto.
"Dua orang yang mati ditanganmu juga, ialah Coa Keng
dan Toan Bie Lomo siauw Cu Leng bukan dengan sengaja kau
membunuhnya. Taruh kata kau sengaja, juga tidak ada orang
yang akan menyalahkan kau karena dosa mereka sudah luber
dari takaran Pantas mereka menemukan ajalnya sebab
dengan lama-lama hidup di dunia juga orang-orang macam
mereka itu hanya menambahkan banyak dosa saja,
sebaliknya dari berbuat kebaikan untuk sesamanya."
" Habis, toako barusan menghela napas beberapa kali, apa
yang kaupikirkan?" "Aku memikirkan kau, adik In. Gara-gara It-sin-keng
selanjutnya kau akan menemukan banyak kepusingan karena
jago-jago dari berbagai partai terutama siauw-lim -sie, mana
mau mengerti bahwa dalam dirimu tidak tersimpan buku
mujizat itu." Lo In ketawa nyengir. ia tidak takut menghadapi
pertempuran dengan siapa juga, hanya kata-kata Kim Wan
Thauto ia bakal menemukan kepusingan gara-gara It-sin-keng
membuat ia ragu-ragu karena ia ingin ketentraman dalam
hidupnya. Namun apa mau dikata kalau karena gara-gara Itsin-
keng ia harus menemui kepusingan. ia menghibur
toakonya, "Toako, kau jangan pikirkan diriku. Kalau memang aku
mesti mati muda karena gara-gara It-sin-keng apa boleh buat,
kita manusia toh tidak bisa menolak maunya takdir. Hanya
sayangnya aku belum dapat menemui ayah dan ibuku yang
menurut toako masih ada dalam dunia ini."
Kim Wan Thauto terkejut mendengar perkataan Lo In paling
belakang. Tampak ia menatap wajahnya Lo In sejenak, kemudian
dengan bersenyum ia kata,
"Adik In, kau jangan berduka. Aku percaya bahwa tidak
lama lagi akan kau akan menemukan kejadian yang
menggembirakan." "Apa aku bakal ketemu dengan ayah dan ibuku ?"
" Kemungkinan besar demikian. Hanya entahlah kapan."
"Toako, kaujangan bikin aku kegirangan tanpa alasan."
"Lihatlah nanti. Aku tak dapat memastikan kapan tapi aku
yakin kau segera akan berjumpa dengan orang-orang yang
paling dekat padamu."
"Dari mana toako dapat keyakinan itu " Ah, toako, kau
hanya berkelakar saja."
Kim Wan Thauto bersenyum. Ia simpangkan pembicaraan
ke lain urusan hingga Lo In tidak menanya lebih jauh hal orang
tuanya yang bakal dijumpai tidak lama lagi.
Itu memang sifatnya si bocah. Asal pembicaraan sudah
berganti arah, lantas ia melupakan apa yang ia bicarakan
barusan. Kim Wan Thauto menanya, "Adik In, kau sekarang hendak
kemana ?" "Aku hendak mencari enci Lian dan enci Hiang." sahut Lo In
. "setelah itu baru aku akan pergi ke Coa- kok untuk
mengambil pulang enci Leng siong."
"Kalau begitu, tak usah kita jalan sama-sama. Kita
berpencar saja untuk masing-masing mencarinya. Bagaimana
adik In pikir?" "Bagus, jalan itu memang paling bagus. Hanya dimana kita
nanti dapat bertemu lagi " Dimisalkan toako sudah menemui
enci Hiang dan aku menemui enci Eng Lian, lantas dimana kita
bisa berjumpa untuk berkumpul ?"
"Bagaimana kalau kita tetapkan di suyangtin di rumahnya
Teng Hauw atau rumahnya Leng siong sebagai tempat
berkumpul kita ?" "Bagus, aku setuju." sahut Lo In .
"Tapi berapa lama temponya ?"
"satu bulan. Kita menemukan orang yang dicari atau belum,
dalam tempo satu bulan kita ketemu disana. Kalau dapat
menemui Bwee Hiang dan Eng Lian sekaligus memang itu
yang diharap. sebaliknya kalau dalam tempo itu masingmasing
belum menemukannya, harus kita berkumpul disana
untuk berdamai bagaimana baiknya." Lo In setuju dengan
pikirannya sang toako "Adik In." kata Kim Wan Thauto ketika mereka mau
berpisahan. "Kepandaianmu sekarang makin hebat saja, susah diukur,
tidak sembarang orang dapat menyulitkan kau. Namun, kau
jangan terlalu mengandalkan kepandaianmu yang tinggi. Kau
harus juga menggunakan otak untuk berpikir menjaga diri.
Pribahasa mengatakan, 'Musuh yang kelihatan kita bisa jaga
tapi yang sembunyi mana kita dapat menjaganya'. Dalam
dunia kangouw bukan sedikit orang licik dan kejam. Maka aku
pesan supaya kau dapat menjaga diri, jangan sampai kena
dibokong orang. Perjalananmu kesananya, seperti aku sudah
katakan, akan menemukan banyak rintangan karena garagara
It-sin-keng. orang tidak percaya kau tidak menyimpan
kitab mujizat itu. Maka untuk membuat mereka jadi percaya
kau harus mencari daya bagaimana baiknya."
"Terima kasih atas nasehatmu, toako." sahut Lo In ketawa
nyengir. "sepak terjangku selanjutnya aku akan mentaati pesan
toako." Kim Wan Thauto tertawa terbahak-bahak. Lalu kedua
saudara itu saling rangkul sebagai tanda selamat berpisahan.
Mari kita ikuti perjalanan Lo In .
Setelah berpisah dengan Kim Wan Thauto, si bocah wajah
hitam juga bingung kemana ia harus ayunkan kakinya untuk
mencari dua encinya. Ia harap akan menemui Eng Lian dulu,
ia percaya si nona tentu masih berada tidak jauh dari tempat
pegunungan mereka berpisahan. Ia tahu wataknya Eng Lian
yang tidak gampang-gampang putus asa untuk mencari
dirinya. Dari sebab itu, maka Lo In balik lagi dengan maksud
mencari si nona disekitar pegunungan tersebut.
Sedang enaknya ia mengayun kaki, tiba-tiba ia dengar ada
suara bentrokan senjata, seperti ada orang yang bertempur.
Dari bunyinya bentrokan itu, Lo In duga bukan sedikit orang
yang tengah bertempur itu Ketika ia selidiki ternyata
pertempuran itu telah terjadi pada sebuah lapangan di bawah
sebuah bukit. Ia melihat ada dua kakek yang tengah dikeroyok oleh 10
orang yang usianya di bawah 50 tahun. semuanya tegap dan
kokoh perawakannya. Lo In datang lebih dekat. Ternyata yang mengeroyok itu
dikepalai oleh seorang yang pakai ikat kepala warna kuning,
sedang teman-temannya mengenakan ikat kepala hitam.
Lo In kenali orang yang pakai ikat kepala warna kuning itu
ada Teng Hui, salah satu Tianglo dari Ngo-tok-kauw. Ia heran
kenapa Teng Hui dan kawan-kawannya mengeroyok dua
kakek yang sudah lanjut usianya itu.
Meskipun dikeroyok banyak orang, dua kakek itu sangat
kosen. sedikitpun tidak terdesak kelihatannya. Berkelahinya
mereka sangat mantap. malah terdengar angin pukulannya
yang menderu- deru hingga debu dan batu kerikil pada
beterbangan kena disapu angin pukulannya. Malah ada
beberapa pohon yang tumbang, tidak tahan menerima angin


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pukulan dua kakek kosen itu.
siapa sepasang kakek itu " Demikian gagah mereka itu
sehingga 10 orang pengeroyoknya tampak tidak berani dekatdekat.
Lincah sekali gerakan mereka untuk melayani 10 orang
dari Ngo-tok-kauw yang kepandaiannya tidak rendah.
Tiba-tiba Lo In dengar Teng Hui berkata,
" Kalian berdua belum lama mendapat kemurahan hati
Kauwcu diangkat menjadi Tianglo (sesepuh). Apa masih
belum puas sekarang kalian mau menganiaya Kauwcu yang
sedang terluka berat dan memeras say-cu-leng, tanda
kekuasaannya seorang Kauwcu " Kalau kalian tidak lekas
menyerah untuk menerima hukuman, jangan sesalkan kami
orang akan menyulitkan yang sudah lanjut usia "
"Ha ha " satu diantara dua kakek itu ketawa.
"Aku dua orang she sim, masuk Ngo-tok-kauw memang
bermaksud merampas kedudukan Kauwcu. Kalau kalian tidak
lekas undurkan diri dan biarkan kami berurusan dengan
Tonghong Kim Kauwcu. Jangan sesalkan kami dua orang tua
akan berlaku kejam kepada kalian Lekas kalian mundur Masih
ada tempat dalam Ngo-tok-kauw apabila kami nanti sudah
duduk menjadi pemimpin disana " Teng Hui bukan main
marahnya mendengar perkataan kakek she sim itu.
"Dua kakek bangkotan " bentak Teng Hui.
"Kalian jangan bermimpi untuk merampas kedudukan
Kauwcu selagi kalian menghadapi kematian konyol diambang
pintu Kalau tidak lekas kalian menyerah, hm Tahu sendiri,
hukuman apa yang kalian akan dapatkan "
"Kalian bukan tandingan kami si orang she sim. Maka aku
mau kasih jalan hidup kau tidak mau. Biarlah kami akan
berlaku tidak sungkan-sungkan lagi pada kalian " kata pula si
kakek she sim yang barusan membuka mulut.
"saudara-saudara, maju semua dan tangkap dua kakek
tidak tahu diri ini " teriak Teng Hui kepada kawan-kawannya
yang sejenak telah menghentikan serangan-serangannya
waktu si kakek dan Teng Hui tarik urat. orang-orang Ngo-tokkauw
memang sangat telengas. Kalau mengeroyok lawan tak
ada ampun. Kalau tidak sampai dekat mati lawannya dihajar,
mereka belum puas. Tampak mereka bergerak dengan serentak menyerang
sepasang kakek itu dengan telengas. Lo In mula-mula merasa
kasihan pada sepasang kakek itu. Tapi sekarang setelah
mendengar perkataan Teng Hui, ia urungkan maksudnya
hendak melerai pertempuran itu. Diam-diam ia menonton
bagaimana kesudahannya nanti.
Ia dengar tadi Teng Hui sebut-sebut Kauwcu Tonghong Kin.
Dimana adanya dia sekarang " Matanya yang tajam
memandang ke sekitar tempat pertempuran. Ia lihat dibawah
sebuah pohon rebah sesosok tubuh. Ia menduga tentu
tubuhnya Tonghong Kauwcu. Lo In heran orang itu tidak
berkutik, mungkin sudah kena ditotok.
Kembali matanya memandang pada pertempuran. Ternyata
pertempuran berjalan dengan sangat seru, dua lawan sepuluh.
Meskipun demikian, kelihatannya sepasang kakek itu tidak
menunjukkan roman jeri, malah sambi ketawa-ketawa mereka
melayani serangan-serangan sepuluh orang Ngo-tok-kauw itu
dengan seenaknya saja. Dari gerak geriknya dua kakek itu, Lo In menduga bahwa
kekalahan akan diderita oleh 10 orang yang mengeroyoknya.
Kepandaian sepasang kakek itu lebih tinggi dari mereka.
Dugaan Lo In tidak meleset sebab dilain detik tampak satu
demi satu dapat dirobohkan oleh dua kakek itu. Paling
belakang dua kakek itu berhadapan dengan Teng Hui yang
berdiri dengan mata terbelalak melihat kawan-kawannya yang
pada roboh saling susul. "Kau masih belum mau menyerah ?" bentak si kakek yang
lebih tua. "sim Liang dan sim Leng, kalian jangan terlalu menghina "
sahut Teng Hui gagah. "Aku orang she Teng pantang menyerah kalau belum
tubuhku hancur jadi debu "
"Kau pandai juga membuka mulut besar ya " bentak sim
Liang seraya melancarkan serangan dahsyat hingga Teng Hui
terpelanting beberapa langkah jauhnya.
Teng Hui roboh dengan memegangi dadanya. Ia rasakan
dadanya seperti bergolak dan mau meledak kena pukulan sim
Liang barusan. "Hehehe " sim Liang ketawa.
"Baru rasakan lihainya si orang she sim. Namun, masih
terbuka kesempatan untuk kau rubah pikiranmu dan sekarang
berpihak pada kami " Teng Hui tak menjawab, ia hanya
mendengus. "Toako, mampusi saja sudah " kata sim Leng, adiknya si
kakek yang bernama sim Liang.
"Jangan. Dia setia pada Kauwcunya. Kalau kita bisa
dapatkan dia sebagai bawahan kita, ada sangat baik kalau kita
nanti berhasil merampas kedudukan Kauwcu " berkata
saudaranya. " Kalian mau membikin aku takluk " Hm Tunggu kalau
matahari sudah silam ke timur, barulah si orang she Teng
dapat ditakluki oleh kalian "
Mendengar demikian sombongnya perkatan Teng Hui, sim
Leng yang sudah hilang sabarnya telah menghunus
pedangnya dan menghampiri Teng Hui yang sudah tidak
berdaya. "Kau mau membunuh aku " Bagus, dengan begitu aku tak
usah menderita hinaan dari kalian orang-orang yang jahat dan
tak tahu terima kasih " berkata Teng Hui.
Mendengar perkataan Teng Hui, Sim Liang sadar bahwa
perbuatan membunuh Teng Hui tak ada faedahnya. Yang
penting menakluki si orang she yang bernyali besar itu, oleh
sebab itu ketika pedang sim Leng mau ditebaskan pada
batang leher orang, sim Liang berteriak,
"Tahan jangan binasakan dia sebab kematiannya terlalu
enak tanpa menderita hukuman lagi. Sekarang sute ikat saja
kencang-kencang pada satu pohon. setelah itu disekitarnya
gunduki dengan rumput alang-alang yang kering dan
membakarnya. Aku mau lihat dia akan takluk atau tidak
kepada kita " "Bagus, ini satu pikiran baik." sahut Sim Leng dan ia pun
lantas bekerja menelikung Teng Hui jadi satu dengan
sebatang p^hon. setelah itu ia lalu mengumpulkan rumput
alang-alang dan ditumpuknya disekitar Teng Hui kemudian
membakarnya. Asap rumput telah bergulung-gulung menutupi
pemandangan Teng Hui, sementara itu hawa panas juga
makin lama dirasakan makin menakutkan. Kedua matanya
mulai perih dan Teng Hui tak dapat menggunakan tangannya
untuk mengucek-ngucek. Bukan main ia rasakan engap dan
pernapasannya seperti macet, sementara api yang berkobarkobar
mulai menyambar pakaiannya.
Teng Hui berkaok-kaok ketakutan, tapi ia benar-benar
bandel. Tak terdengar ia mengeluh minta ampun. sebaliknya
ia memaki habis-habisan pada kedua saudara shesim itu.
"Toako" kata sim Leng.
"Mampusi saja orang she Teng itu. Mulutnya sangat
keterlaluan. Aku tak dapat mendengar ia memaki dengan
perkataan-perkataan kotor "
"Jangan " sim Liang menahan adiknya yang bernapsu
hendak membunuh Teng Hui.
"Biarkan saja, kalau dia belum mau takluki tak usah kita
membunuhnya. Dengan api membakar dirinya sudah cukup
akan membikin jiwanya melayang dengan sangat menderita.
Hahaha " "Hahaha " tiba-tiba terdengar seperti suara membalik dari
tertawanya sim Liang. Mereka jadi sangat kaget. Lebih kaget pula ketika nampak
api yang berkobar-kobar besar yang mulai membakar
pakaiannya Tengh Hui dengan mendadak sudah menjadi
padam sendirinya. Teng Hui dalam pada itu sudah separuh pingsan. Ia terkejut
tatkala melihat api yang berkobar-kobar dan mulai membakar
bajunya telah padam dengan mendadak. Ia buka kedua
matanya yang perih. Bukan main girangnya Teng Hui tatkala
melihat tidak-jauh darinya berdiri Lo In tengah tertawa ke
arahnya. "Hek-bin sin-tong........." ia berkata dengan suara parau
tapijelas kegirangan. Ia tahu bahwa api yang berkobar-kobar tadi telah padam
mendadak adalah gara-gara kebasan lengan baju si bocah
sakti yang menolong dirinya.
sementara Teng Hui dalam kegirangan yang meluap- lupa,
sebaliknya dua kakek she sim itu dengan mata melotot
mengawasi pada jago cilik kita. Mereka tidak mendengar
perkataan 'Hek-bin sin-tong' yang meluncur dari mulutnya
Teng Hui tadi. sim Leng mendahului kakaknya membentak, "Bocah hitam,
sejak kapan kau makan nyalinya harimau. Berani-berani usilan
dalam urusan kami Hek-liong-tong sam-lo ?"
Lo In ketawa nyengir, ia menyahut,
"saban hari aku makan nyalinya harimau. Malah nyalinya
singa juga aku makan setiap tiga hari sekali. Hahaha......"
Dua kakek itu mendelu hatinya mendengar Lo In
mempermainkan dirinya. Mereka itu belum pernah menemukan orang yang kurang
ajar terhadap dirinya, apalagi kata-kata si bocah yang
berlebihan, hampir meledak perut mereka saking menahan
gusarnya. Tapi mereka masih dapat menahan hawa
amarahnya oleh sebab mereka tahu si bocah tentu bukan
sembarang bocah melihat dengan satu kebasan lengan baju
saja, api yang berkobar-kobar tadi dapat dibikin padam.
"Anak kecil." sim Liang seberapa bisa bersabar.
"Kita tidak pernah berurusan satu dengan lain. Kenapa kau
usilan dalam urusan kami sekarang " Apa sangkutannya
denganmu ?" "Siapa bilang tidak ada sangkutannya ?" sahut Lo In .
"Tonghong Kauwcu adalah pamanku. Kalau paman dalam
kesusahan, bagaimana sapat sang keponakan tinggal diam
saja ?" Dua kakek itu tercengang heran. Belum pernah ia
mendengar Kauwcunya ada mengatakan mempunyai
keponakan bocah hitam ini, apakah si bocah hanya main-main
saja " "Anak kecil." kata pula sim Liang.
"Ini adalah urusan orang tua dengan orang tua. sebaiknya
kau anak keciljangan turut campur sebab kepalan tidak ada
matanya, salah-salah bisa nyasar dan celakalah dirimu "
Dengan berkata demikian sim Liang pikir nyalinya si bocah
ciut tapi ternyata dugaannya keliru sebab si bocah dari pada
takut malah ketawa berkakakan.
"Kau ketawakan apa, bocah hitam ?" tegur sim Liang yang
berangasan adatnya. "Aku tertawakan perkataan si kakek barusan." sahut Lo In
kontan. "Aku si bocah sudah biasa berkenalan dengan kepalan,
bagaimana dikatakan aku bisa celaka oleh karenanya " Ini kan
perkataan yang sangat menggelikan hati ?"
sim Leng sudah sangat gusar. sedang sim Liang yang coba
bersabar tak dapat mengendalikan kesabarannya mendengar
perkataan Lo In yang berlebihan.
Maka ketika sim Leng menatapnya, ia mengedipkan
matanya tanda setuju dilakukan penyerangan pada Lo In . Lo
In belagak pilon mereka bermain mata.
sim Leng menggunakan jurus 'ki-eng-pok-tou' (burung
elang lapar menyambar kelinci). serangannya mencengkeram
dada, maksudnya dengan sekali cengkeram si bocah akan
tidak berdaya. Di lain pihak sim Liang membarengi serangan
saudara mudanya dengan gerakan 'Beng-hou-cut-tong'
(Macan liar keluar dari gua). serangannya mengarah pada iga
Lo In sebab ia menyerang dari samping. pikirnya, dengan sekali
remas, tulang iga si bocah akan patah beberapa biji dan ia
tidak dapat bergerak pula.
Maksud dan tujuan serangan mereka memang sudah
diperhitungkan dan cukup ganas kalau mangsanya tak dapat
meluputkan diri Mereka tidak mengira bahwa mereka
berhadapan dengan si bocah sakti yang sekali tubuhnya
berputar sudah menghilang dari depannya. Entah bagaimana
Lo In bergerak, mereka rasakan matanya seperti kabur. Tahutahu
belakang mereka ditepuk perlahan hingga bukan main
kagetnya dan dengan cepat memutar tubuhnya dan
melancarkan serangan hebat.
Tepukan Lo In dari belakang hanya tepukan biasa, tidak
menggunakan lwekang. Kalau menggunakan tenaga dalam,
terang kedua kakek itu sudah berantakan tulang-tulangnya
dan mati seketika itu juga. Lo In hanya kasih peringatan agar
si kakek menyerah. Namun peringatan Lo In bukannya
diterima baik, malah dengan sangat penasaran mereka
melancarkan serangan-serangan dahsyat. Mereka mengira
dengan serangan-serangan hebatnya itu dengan disertai
lwekang yang tinggi akan membuat si bocah mati konyol. Tapi
herannya semua serangannya hanya menemukan sasaran
kosong belaka. Dari sangat gusar dan bernapsu membunuhi perlahanlahan
kedua kakek itu menjadi jeri. Badannya sudah
bermandikan peluh lantaran telah menggunakan tenaga yang
berlebihan tanpa menemui sasarannya seakan-akan mereka
berlatih tiada ada faedahnya mengerahnya tenaga dalamnya
yang maha dahsyat. Mereka kewalahan menghadapi kegesitan Lo In . Dalam
kewalahan dan bingung, sim Liang tiba-tiba serukan adiknya
supaya berhenti bergerak.
Mereka berdiri terpaku di tempatnya, lalu Sim Liang
berkata, "Anak kecil, kau bisanya hanya menggunakan kegesitan
badan. Tidak berani membentur tangan kami untuk berkelahi
secara laki-laki. Coba kau berania menyambut pukulan kami,
pasti akan hancurlah badanmu tanpa ampun lagi "
Lo In sengaja melayai dua kakek itu dengan kegesitannya
tanpa ia balas menyerang dan membuat susah mereka. Lo In
ingin menakluki mereka dengan tidak usah menimbulkan
bentrokan tangan. Tidak tahunya kedua kakek itu tidak tahu


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diri, malah menantang ia untuk mengadu tangan buat
menetapkan siapa unggul. "Baiklah "sahut Lo In yang seketika itu menampilkan dirinya
di depan kedua kakek itu yang sedang mencari-cari dirinya
ada dimana. Girang hatinya mereka bahwa pancingannya sudah
memakan. pikirnya dengan mengadu kekuatan terang mereka
akan unggul dimana- mana. Mereka percaya akan lwekangnya
yang sangat sempurna .Jago Kangouw yang kawakan,
semuanya jatuh kalau mengadu lwekang dengannya. Apalagi
satu bocah yang bau pupuknya saja masih belum hilang,
mana dapat menahan tenaga dalam mereka yang dahsyat.
"Bagus, kau adalah anak yang begini " puji sim Liang
seraya acungkan jempolnya.
"Tak usah memuji muluk-muluk. sekarang kita mengadu
tangan caranya bagaimana " Apa satu demi satu maju atau
kalian maju sekaligus melawan aku si bocah ?" tanya Lo In .
Kembali dua kakek itu mesti mengalami ejekan Lo In .
Dalam hati masing-masing gemas dan berjanji akan
melampiaskan kegemasannya dengan membunuh si anak
kecil. "Anak bau " bentak sim Leng yang jadi sangat gusar
mendengar perkataan Lo In yang sombong.
"Asal kau dapat menyambuti tiga kali seranganku tanpa kau
menghilang mengandalkan kegesitanmu, aku sim Leng akan
berlutut didepanmu mengaku takluk "
"Bagus " sahut Lo In seraya ketawa haha hihi.
"Dan kau, bagaimana ?" ia menanya pada sim Liang yang
tercengang mendengar perkataan adiknya itu kalau ia berhasil
merobohkan si anak kecil, kalau tidak dalam tiga serangannya
itu, bagaimana nanti adiknya berlutut menyatakan takluk
didepannya satu anak kecil yang pantas menjadi cucunya "
Tempat ia gelagapanjuga ditanya oleh Lo In . Akhirnya ia
menyahut, "Aku tidak berjanji demikian, kalau kau tahan dengan tiga
kali seranganku." "Baiklah." sahut Lo In .
"Mari kita mulai "
sim Leng tampak sudah berhadapan dengan Lo In yang
tenang-tenang saja tidak memasang kuda-kuda segala yang
umumnya biasa digunakan dalam menghadapi pertempuran.
"Kau sudah siap ?" tanya sim Leng, suaranya sangat
gemas. "Kau boleh mulai, kakek manis " Lo In menggodai hingga si
kakek melotot matanya. sim Leng mengerahkan lwekangnya yang maha dahsyat,
dengan teleng as ia menyerang ke arah dada lawan. Lo In
Hartanya Penghianat 1 Pendekar Mata Keranjang 14 Dayang Naga Puspa Perserikatan Setan 2
^