Pencarian

Bocah Sakti 18

Bocah Sakti Karya Wang Yu Bagian 18


dibikin sempowak oleh gigitanmu." sahut Lo In.
Eng Lian ketawa. sedang Leng siong merasa kikuk
kelihatannya sebab gara-gara gigitannya, kata enci Liannya,
Lo In sampai meringis-ringis kesakitan.
"Adik In, kau tentu sakit ketika aku gigit, ya ?" tanya Leng
siong ketawa manis. "sakit sih memang sakit, tapi tidak menangis. Karena orang
sudah gede menangis jelek kelihatannya, bukan ?" Lo In
dengan jenaka menyahut. Leng siong mendelik matanya pada si bocah nakal sebab
jawaban Lo In itu mengingatkan Leng siong pada kata-katanya
sendiri tempo hari di Glok Lie Teng.
Leng siong melirik pada Bwee Hiang yang diam saja sebab
Bwee Hiang mendengar ketika Leng siong mengatakan orang
sudah gede kalau menangis jelek (Eng Lian), tampak Eng Lian
sedang menekap mulutnya menahan ketawa hingga Leng
siong merasa kikuk dibuatnya.
Coba tidak ada Bwee Hiang disitu, tentu Leng siong sudah
mencubit si bocah nakal. Empat anak muda itu ngobrol dengan gembira, sebelum
mereka memasuki lagi ruangan pesta. Atas anjuran ketiga
dara, Lo In berjanji akan menanyakan halnya ayah dan ibunya
sampai kehilangan anaknya dan Liok sinshe yang tidak mati
kena jarum beracunnya Kim Popo yang sangat jahat.
Demikian utnuk meyakinkan Lo In bahwa ia benar-benar
adalah anaknya yang hilang, Kwee Cu Gie telah menuturkan
kisahnya. satu kisah yang hendak dituturkan Liok sinshe (Kwee cu
Gie) kepada Lo In di Tong-hong-gay. Urung dituturkan karena
waktu itu Liok sinshe kedatangan musuh-musuhnya yang
mengeroyok dirinya (Baca permulaan cerita ini. Red.)
Kisah dimulai ketika Kwee cu Gie meninggalkan Teng Goat
Go (Ang Hoa Lobo) yang hendak memonopoli Kwee cu Gie
dengan meloloh si anak muda dengan arak yang dicampuri
obat bius. Ia tidak jadi menemui ayahnya Goat Go yang
menjadi pamannya, saudara piau dari ibunya untuk menanyakan keadaannya
dan menyampaikan salam hangat dari ibunya lantaran garagara
Goat Go yang genit. Kwee cu Gie meneruskan perjalanannya. Ketika ia berada
diluar kota Hoa-lim, sedang enaknya dia berjalan, tiba-tiba ia
merandek dan memasang kupingnya. Kiranya tidak jauh dari
ia berdiri terdengar seperti ada bentrokan senjata, ada orangorang
sedang bertempur seru rupanya. Ia lalu cepatkan
jalannya. Pada Suatu tempat yang merupakan lembah ia lihat
ada beberapa orang sedang bertempur, sudah ada beberapa
orang yang telah roboh dan merangkak-rangkak hendak
bangun berdiri. "Bangsat, kau berani membunuh ayah dan ibuku " tiba-tiba
Kwee Cu Gie mendengar suara anak kecil memaki pada
seorang brewokan yang barusan saja telah menewaskan
lawannya. Menyusul anak itu keluar dari joli, ternyata ia adalah
satu anak perempuan yang kira-kira umurnya dua belas tahun.
Anak itu telah menubruk ibunya yang sudah mandi darah
dan menangis gererungan. Kwee Cu Gie merasa kasihan, ia datang menghampiri lebih
dekat.Justru pada saat itu si brewokan lagi mengangkat
goloknya hendak ditabaskan pada lehernya si anak kecil.
Dengan sekali lompat, Kwee Cu Giu sudah sempat menangkis
golok yang nyaris memisahkan kepalanya si anak kecil tadi.
Tangkisan itu keras sebab kenyataannya golok dari si
brewokan telah terbang tinggi dan orangnya berdiri mematung
saking terkejutnya. "Kau berani usilan ?" bentak si brewokan, ketika melihat
yang menangkis goloknya tadi adalah seorang pemuda.
"Hahaha Benar-benar kau sudah bosan hidup berani
membentur urusannya Hek-nia sam-long "
Mendengar disebutnya Hek-nia sam-long (Tiga serigala dari
bukit hitam), hati Kwee Cu Gie terkejut juga. Karena ia
mendengar sepak terjangnya tiga serigala itu sangat kejam
dan kepandaiannya sangat tinggi.
Tetapi sebagai pemuda yang suka melindungi si lemah,
Kwee cu Gie tidak gentar menghadapinya tiga serigala itu,
apalagi hendak menolongi anak kecil.
Kwee cu Gie tidak melayani perkataan tersebut, sebaliknya,
ia menyambar anak kecil tadi untuk dibawa lari. Apa mau,
sebelum ia pergi jauh, tiba-tiba ada tiga orang yang
mencegatnya. Mereka adalah Hek-nia sam-long yang
bernama Thio Kin, Thio Kian dan Thio siang, tiga saudara she
Tio. "sahabat, kau mau lari kemana ?" menyindir Thio Kin.
"Aku bukannya lari, aku mau bawa keponakanku pulang."
sahut Kwee Cu Gie. "Hahaha, anak orang diaku keponakan. Lebih benar kau
dipanggil culik anak kecil " berkata Thio Kian dengan suara
mengejek. Kwee Cu Gie tidak senang. "Kau jangan terlalu menghinaku
" sahutnya. "Apa " Kata-kataku itu menghina, sedang kau benar-benar
menculik anak orang ?" kata lagi Thio Kian, sama sekali tidak
memandang mata pada Kwee Cu Gie. Kwee Cu Gie marah, ia
melolos pedangnya. "Bagus " mendengus Thio siang, si bontot yang juga sudah
mencabut pedangnya. Mereka jadi bertempur. Thio Kian dan
Thio Kin hanya menonton saja adiknya bertempur. Permainan
pedang Kwee Cu Gie sangat cepat, hingga Thio siang
kewalahan. Melihat saudaranya kepepet, Thio Kian lantas
turun tangan. Dengan membawa beban anak kecil itu, Kwee Cu Gie
masih diatas angin menggempur dua musuhnya hingga Thio
Kin terpaksa turun tangan membantu dua saudaranya.
Ternyata Thio Kinjauh lebih pandai dari dua saudaranya.
Tidak heran kalau Kwee Cu Gie keteter dikeroyok tiga orang.
Adik kecil yang menjadi beban itu berteriak-teriak minta
diturunkan. Katanya ia mau lihat ayah dan ibunya. Kwee Cu
Gie jadi goncang hatinya mendengar teriakan itu.
"Adik kecil, kau jangan berteriak-teriak, nanti aku
dikalahkan dan kau celaka jatuh ditangan mereka yang sangat
kejam " kata Kwee Cu Gie, sedang pedangnya tidak berhenti
dimainkan dengan cepat melawan tiga musuh.
Anak itu rupanya mengerti juga akan maksud orang, maka
tidak berteriak-teriak lagi.
Kwee Cu Gie memberi perlawanan kurang leluasa karena
satu tangannya memangku si anak kecil tadi, ia hanya
gunakan tangan kanan melawan tiga orang yang
berkepandaian bukannya rendah.
" Celaka " Pikir Kwee cu Gie ketika melihat gelagat kurang
baik. Perlawanannya makin lemah dikeroyok oleh tiga lawan
berat. segera juga akibatnya runyam, pundaknya keserempet
pedangnya Thio Kian hingga berlumuran darah.
"Hei, tanganmu berdarah " kata si bocah ketakutan.
Kwee Cu Gie sedang repot, tak sempat ia melayani si
bocah bicara. Melihat gelagat tidak menguntungkan, Kwee cu Gie pikir
lebih baik ia mengalah dulu. Lain kali ia boleh datang lagi
membuat perhitungan. Begitu ambil keputusan, ia lantas kelebatkan pedangnya,
menyusul diputar seperti titiran. Tiba-tiba diluar dugaan
musuh-musuhnya, Kwee Cu Gie enjot tubuhnya melayang
jauh ke belakang. Begitu kakinya menotol tanah, ia sudah
melambung tinggi lagi. Begitu beberapa kali ia lakukan hingga
tiga saudara Thio kewalahan untuk menyandaknya.
"Ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi. Biarlah dia
kabur. Lain kali ketemu lagi, kita jangan kasih ampun " berkata
Thio Kin kepada dua saudaranya.
Mereka memutar tubuh untuk kembali berkumpul dengan
kawan-kawannya. Dalampada itu, Kwee Cu Gie sudah berada
jauh dari mereka. Kwee Cu Gie berhenti dibawahnya sebuah pohon. Ia
menurunkan si dara cilik dan menanya : "Namamu siapa, adik
kecil ?" "Namaku Lan Ing she sie." sahut anak kecil itu bersenyum.
Kwee Cu Gie terkejut melihat senyuman si dara cilik demikian
manis meresap. "Dan kau siapa ?" menyambung si dara cilik ketika melihat
Kwee Cu Gie menatap wajahnya dengan tidak berkedip.
"Aku Kwee Cu Gie." sahut si orang she Kwee.
"oh, engko Gie. Namamu bagus ya ?" kata Lan Ing jenaka.
"Kau jangan panggil engko, harus panggil paman." kata
Kwee Cu Gie. "Kau masih muda begini, tidak pantas aku panggil paman."
"Usiamu sekarang sudah berapa ?"
" Umurku sekarang, kata ibu sudah dua belas tahun hitung
shio." "Aku sekarang sudah dua puluh dua tahun hitung shio.
sepuluh tahun lebih tua dari kau. Pantas saja kalau kau
panggil paman padaku."
"Aku tidak mau, lebih enak panggil engko Gie." sahut si
gadis cilik manja. Kwee Cu Gie tercengang. Gayanya sangat lucu, luwes dan
cekatan. Pikirnya, gadis cilik ini pasti akan sangat cerdik. Beruntung
sekali kalau ia mendapat adik seperti Lan Ing ini. Tanpa
merasa ia menanya : "Adik kecil, kau suka menjadi adikku ?"
Lang Ing menatap wajahnya Kwee Cu Gie dengan
bersenyum-senyum. "Aku anak jelek. mana mau kau jadi
kakakku." ujarnya kemudian.
"Kau anak bagus. Aku mau jadi kakakmu." kata Kwee Cu
Gie. Kembali si gadis cilik menatap wajah Kwee Cu Gie, yang
balas menatap pada si dara cilik.
"sinar mata yang bagus......" si dara cilik menggumam
perlahan. "Apanya yang bagus?" tanya Kwee Cu Gie ketawa ramah.
"oh, tidak. tidak." sahut si gadis, agak gugup ia
menyahutinya. Kwee Cu Gie ketawa gelak-gelak. justru ketawa ia rasakan
pundaknya sakit bekas tadi keserempet pedang. Kontan ia
meringis-ringis sambil pegangi pundaknya yang luka.
"Engko Gie, kau sakit" oo, kasihan. Mari kaupijati....." kata
si dara cilik seraya tangannya yang kecil meraba pundaknya
Kwee Cu Gie dan memijatinya.
Ia kira dengan dipijati begitu, lukanya Kwee Cu Gie bisa
sembuh. Nampak kelakuannya si gadis licik, Kwee Cu Gie merasa
lucu dan geli ketawa. "Hei, engko Gie. Barusan kau meringis-ringis kesakitan,
kenapa sekarang ketawa ?" tanya Lan Ing heran, matanya
yang bagus mencilak lucu.
"Aku ketawakan kau, adik kecil." sahut Kwee Cu Gie.
"Memangnya aku kenapa ?" Lan Ing menanya kepingin
tahu. "Adikku, kau sungguh baik sekali. Lantaran pijatanmu,
lukaku kurangan sakitnya."
"Aku senang kau berkata begitu. sebentar, kalau lukamu
sudah sembuh, kau bawa aku untuk melihat ayah dan ibuku,
ya " Kwee Cu Gie tidak menyahut, sebaliknya ia menatap wajah
Lan Ing yang cantik mungil. si bocah juga balas menatap
dengan tersenyum. Entah bagaimana, Kwee Cu Gie rasakan
hatinya berdebaran beradu pandangan dengan si dara cilik, Ia
merasa kasihan pada anak kecil itu, tapi cara bagaimana ia
membawanya ke sana untuk melihat mayat-mayat dari orang
tuanya " Di sana tentu masih ada Hek-nia sam-long dengan
kawan-kawannya. Ia tidak takut untuk menggempur orang
jahat itu. Namun, kalau ia harus berkelahi dengan membawabawa
beban sidara cilik, tidak mungkin ia peroleh
kemenangan. "Adik kecil, akan kubawa kau menemukan ayah dan ibumu
sebentar." Kwee Cu Gie menghibur.
"sekarang kau tunggu dahulu disini, jangan kemana-mana."
"Kau mau kemana " Tidak. aku mau ikut " kata Lan Ing,
seraya bangkit berdiri ketika melihat Kwee Cu Gie berdiri dan
mau ngeloyor pergi. Kwee Cu Gie sebenarnya ingin mencari kali kecil untuk ia
bersihkan darah pada pundaknya. Ia tidak ingin si dara cilik
melihat itu. Maka ia mau tinggalkan Lan Ing sebentaran disitu. Ia tidak
kira kalau si nona cilik tidak mau ia tinggalkan.
"Aku mau mandi sebentar." Kwee Cu Gie membohong.
"Anak kecil tidak boleh lihat orang tua mandi. Makanya kau
tunggu saja sebentar disini."
Meskipun masih kecil, Lan Ing cerdik. Ia mengerti maksud
Kwee Cu Gie. Maka ia berdiri saja, tidak jadi mengikuti Kwee
Cu Gie. "Engko Gie, kau jangan lama-lama pergi. Aku takut
sendirian disini." kata Lan Ing.
"Sebentar aku kembali, kau jangan kemana-mana adik
kecil." sahut Kwee Cu Gie, seraya terus jalan mencari kali kecil
untuk membersihkan lukanya.
Lama juga ia mencari-cari, akhirnya ia menemukan juga
kali yang dicarinya. Tidak lama ia membersihkan darah yang berlepotan,
segera ia kembali ke tempat Lan Ing ditinggal. Tapi, alangkah
kagetnya ia sebab si dara cilik sudah tidak ada dibawah pohon
dimana ia ditinggalkan. Kemana Lan Ing " Apa sudah diculik oleh orang-orangnya
Hek-nia sam-long " Kwee Cu Gie kebingungan. Ia menjadi nekad. Biar
bagaimana juga, Lan In akan ia rebut pulang dari tangannya
Hek-nia sam-long. Demikian ia mengambil keputusan.
Dengan menggunakan lari cepat, tidak lama, Kwee Cu Gie
sudah berada di tempat pertempuran tadi. Ia melihat mayat
bergelimpangan. Diantaranya ada wanita cantik dengan mata
melotot, terlentang sudah tidak bernyawa. Tidak jauh
daripadanya ada seorang setengah umur memelihara jenggot
panjang rebah dengan leher hampir putus. Kwee Cu Gie


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menduga, mereka tentu adalah suami isteri dan ayah ibu dari
Lan Ing. Mayat lainnya ia lihat dua tukang gotong joli dan beberapa
pengawalnya suami isteri yang bernasib malang itu dan ada
dua-tiga orang Hek-nia sam-long yang menggeletak tidak
bernyawa. Kwee Cu Gie geleng-geleng kepala. Hatinya sangat
terharu melihat mayat ayah dan ibunya Lan Ing dalam
keadaan tidak terurus. oleh sebab itu, maka ia gunakan
pedangnya menggali tanah, maksudnya mau mengubur
mereka itu. Belum sampai Kwee Cu Gie beres buat lubang, tiba-tiba ia
mendengar suara ketawa dibelakangnya dan berkata seram :
"Masih berani datang, tandanya menghantarkan jiwa "
Cepat Kwee Cu Gie lompat keluar dari lubang yang belum
rampung digali. Kiranya yang berkata-kata tadi adalah si berewokan yang
goloknya kena ditangkis terbang olehnya. Pikir Kwee Cu Gie,
kebetulan ada orang ini untuk ia mengompes keterangan
halnya si dara cilik yang lenyap itu.
"Aku memang berani datang, tapi untuk menghantarkan
jiwa tidak betul." kata Kwee Cu Gie dengan suara Jenaka.
"Haha, berani omong besar ya di depan Toaya Tadi kau
dengan cara kebetulan dapat menangkis golokku. sekarang
mari bertempur dengan Toaya sampai tiga ratus jurus untuk
menetapkan siapa unggul. Mari, mari datang dekat "
"Siapa sebenarnya namamu, sahabat ?" kata Kwee Cu ie,
tak melayani tantangan orang.
"Haha, kau belum tahu nama Toayamu " Aku adalah Thian
lui-ciang Gouw In, tangan kanan dari Hek-nia sam-long. Aku
sebutkan namaku supaya kau jangan mati penasaran."
"Aku sebenarnya tak bermaksud berkelahi, aku hanya mau
menanya pada Gouw-heng, apakah noan cilik yang kubawa
tadi telah ditangkap pula oleh Hek-nia sam-long ?"
"Ada sangkut paut apa nona kecil itu denganmu?" balik
menanya Gouw- In. "Tentu saja ada sangkut pautnya, dia adalah keponakanku "
"Kau pamannya " Hahaha, kau boleh cari keponakanmu itu
di akherat " Terkejut Kwee Cu Gie mendengar perkataan Thian- luiciang
Gouw In, si Pukulan Geledek. Apa benar anak manis
yang lincah luwes itu telah dibunuh oleh Hek-nia Sam-long "
Hampir tak percaya akan pendengarannya tadi, maka Kwee
Cu Gie menanya : "sahabat, kau jangan main-main. Apa betul nona kecil itu
dibunuh " Kalau dibunuh, siapa pembunuh kejam itu " Tolong
Gouw-heng kasih tahu."
si Pukulan Geledek tercengang mendengar kata-kata Kwee
Cu Gie, yang semestinya marah dan menyerangnya
mendengar keponakannya sudah dibunuh mati.
"Anak muda." sahutnya kemudian. "Kau jangan recoki
perkara anak kecil itu. sekarang kau lawan aku tiga ratus jurus,
kalau aku kalah baru kita bicara tentang anak bau itu."
"Apa bicara Gouw-heng dapat dipegang ?" kata Kwee Cu
Gie, yang ada harapan bahwa anak kecil mungil itu jiwanya tak
dihabiskan manakala mendengar perkataan si Pukulan
Geledek tadi. "Thian- lui-ciang belum pernah tak pegang janji " sahut si
Pukulan Geledek. seraya tepuk-tepuk dadanya.
"Bagus " kata Kwee Cu Gie. "Mari kita mulai "
Gouw In lantas saja mulai menyerang dengan golok
besarnya. Pantasan Gouw In mendapat julukan si Pukulan Geledek.
karena tenaganya besar. Golok yang dimainkannya
menghembuskan angin yang menderu- deru, menandakan
bahwa tenaganya sangat hebat. Tapi, Kwee Cu Gie melayani
ia dengan tenang-tenang saja.
Jurus demi jurus telah dilewati, setelah jurus kelima belas,
tampak Thian- lui-ciang Gouw In sudah mulai kendur
serangannya. Ia sudah mulai capek. terlalu banyak mengobral
tenaganya untuk menjatuhkan lawannya.
Pada jurus ketujuh belas dengan enak saja, pedang Kwee
Cu Gie menyontek pergelangan tangan Gouw In yang
mencekal golok hingga senjata berat itu, jatuh ditanah.
sambil pegangi pergelangan tangannya yang berlumuran
darah, si Pukulan Geledek berdiri bengong mengawasi Kwee
Cu Gie yang bersenyum-senyum ke arahnya.
Thian- lui-ciang Gouw In merasa berterima kasih kepada
lawannya sebab kalau Kwee Cu Gie berlaku telengas, siangsiang
ia sudah dirobohkan dengan mandi darah.
" Gouw-heng, aku harap kau buktikan perkataanmu." kata
Kwee Cu Gie ketawa. "Ini buktikan " terdengar orang berkata di belakang Kwee
Cu Gie, bacokan golok menyusul dengan dahsyat sekali. Lain
golok menyapu lambungnya.
Untung Kwee Cu Gie lihai. Golok yang membacok
pundaknya, ia kelit dengan mengelakkan diri. Berbareng ia
enjot kakinya melambung ke atas hingga sabetan golok ke
lambungnya dapat dihindarkan. Begitu ia turun menginjak
tanah, penyerang pertama sudah tidak kasih kesempatan
padanya. Goloknya berkelebat mengarah dada, tapi Kwee Cu
Gie tidak gugup. Pedangnya dipakai menangkis dari bawah ke
atas hingga dua senjata beradu mengeluarkan suara keras
sekali. Tangannya orang yang memegang golok tergetar.
Kwee Cu Gie tidak sia-siakan kesempatan ini. Pedangnya
nampak menusuk dan 'cres ' menusuk perut. Darah keluar
sebagai air mancur ketika pedangnya Kwee Cu Gie ditarik
pulang untuk menangkis serangan golok kawannya si korban
yang membabat pinggangnya.
orang itu menarik pulang goloknya. Kwee Cu Gie
merangsek dengan jurus Tok-coa-sim-hiat atau 'Ular berbisa
mencari lubang'. Pedangnya Kwee Cu Gie bersarang di dada lawannya
hingga arwahnya orang itu juga menyusul arwah kawannya
yang barusan pergi. Gouw In berdiri bengong saja. Ia tidak membantu dua
kawannya yang mengeroyok Kwee Cu Gie. Kenapa " Karena
meskipun ia seorang kasar, Gouw In tidak mau melanggar
janjinya kepada Kwee Cu Gie.
sambil membersihkan pedangnya yang meminta dua
korban, Kwee Cu Gie ketawa pada Gouw In dan berkata : "
Gouw-heng, sekarang kau boleh cerita tentang anak kecil itu."
"Anak muda." sahut isi Pukulan Geledek.
"Meskipun aku kasar, aku belum pernah merusak
perjanjian. Kau lihat, barusan kalau aku tidak pegang janji,
tentu aku ikut mengeroyok kau. Terus terang kukatakan
padamu bahwa nona kecil itu tidak jatuh dalam tangan kami.
Percayalah pada omongan Gouw In. Kalau kau tidak mau
percaya juga, itu terserah "
Kwee Cu Gie berdiri bengong. Ia percaya pada keterangan
si Pukulan Geledek. Pikirannya jadi bingung, kemana dia
harus mencari si nona cilik itu siapa yang sudah membawanya
pergi. Kwee Cu Gie menjadi lesu oleh karenanya.
Ketika ia menanyakan halnya suami isteri yang dibunuh itu,
Kwee Cu Gie hanya dapat keterangan bahwa mereka adalah
hartawan dari sie-ke-chung. soal lainnya Gouw In tidak mau
cerita sebab itu adalah urusan Hek-nia sam-long katanya. Ia
orang bawahan hanya menurut perintah atasan saja.
Kwee Cu Gie mengucapkan terima kasih atas keterangan
Gouw In. Kemudian mereka berpisahan. Gouw In berlalu dari
situ, sementara Kwee Cu Gie meneruskan menggali kuburan
untuk mengubur mayat hartawan suami-isteri.
setelah selesai, ia berdiri sejenak di depan kuburan dan
mulutnya kemak-kemik, entah apa yang ia katakan. Rupanya
ia berjanji bahwa bagaimana juga ia akan mencari sampai
dapat Lan Ing yang entah dibawa oleh siapa.
sejak itulah Kwee Cu Gie mencahari Lan Ing. sayang dara
cilik itu terus menghilang tak meninggalkan jejak. Meskipun
demikian, ia percaya satu waktu ia akan berjumpa pula
dengan gadis cilik lindah dan menarik hatinya itu. Karena
setiap saat belum pernah menghilang senyumannya yang
manis menari-nari dalam kelopak matanya. Tempat itu berada
di luar kota Hoa-im..... Dalam perantauannya, sekali ia ingat akan tempat yang
berkesan baginya itu. Pasti Kwee Cu Gie menyediakan tempo
untuk menengoki tempat tersebut. Di s a nan untuk beberapa
hari lamanya ia membuang tempo pergi sana sini, seakanakan
ingin menjumpai pula si dara cilik yang sangat menarik
hatinya itu. sang tempo berjalan cepat. Lima tahun kemudian tempat itu
masih tak terlupakan oleh Kwee Cu Gie yang namanya
sekarang telah menjulang tinggi dalam rimba persilatan.
Kwee Cu Gie Tayhiap menjadi buah bibir diantara orangorang
kuat yang baik dan jahat, malah diantara orang-orang
miskin, nama itu sangat populer karena perbuatan-perbuatan
Kwee Cu Gie yang banyak menolong orang-orang susah.
Pada suatu hari ketika Kwee Cu Gie untuk kesekian kalinya
mengunjungi tempat yang mengesankan di luar kota Hoa-Im
itu. setelah ia berjalan sana sini dengan harapan kosong dapat
menemui pula Lan Ing, si mungil, ia duduk mengaso di atas
sebuah batu yang terdapat tidak jauh dari sebuah pohon
besar. Ia memandang jauh, jauh ke depan dengan pikiran
melayang-layang. Terbayang si mungil pada kelopak matanya, sujennya pada
pipi kanannya yang kalau ketawa memikat siapa yang
melihatnya, membuat Kwee Cu Gie terkenang. sekalipun
pertemuan ia dengan si dara cilik dahulu itu hanya sebentaran
saja. Entah bagaimana, ia sendiri juga tidak tahu kenapa hatinya
terpikat oleh si dara cilik yang mungil itu, sampai berkali-kali ia
datang ke tempat itu seakan-akan ia tidak percaya bahwa ia
tidak akan menemui pula Lan Ing, si mungil.
Lima tahun sudah lewat, entah si dara cilik sekarang
bagaimana keadaannya. Pasti ia akan merupakan 'sweet
seventeen', yang kecantikannya tiada taranya.
Kwee Cu Gie heran atau tidak habis mengerti. Dalam
perantauannya ia menemukan banyak gadis-gadis yang
cantik-cantik, tetapi tidak membikin hatinya tergerak. sejak ia
menemui Lan Ing, seakan-akan hatinya membeku gara-gara si
dara mungil, yang sepantasnya menjadi adiknya.
Matanya berkaca-kaca, entah apa yang membikin hatinya
menjadi sedih dan menangis.
Pada saat itulah tiba-tiba Kwee Cu Gie dibikin kaget
mendengar suara ketawa ngikik di balik pohon. sekali enjot
tubuhnya mencelat ke arah pohon. Di lain detik ia sudah
berhadapan dengan dara kecil langsing yang cantik luar biasa
bersenyum-senyum kearahnya.
"Kau, oh, kau........ " Kwee Cu Gie terbelalak matanya.
"Ya, aku Lan Ing........." sahut suara empuk mengaduk
kalbu. Kwee Cu Gie kenali Lan Ing, melihat sujen pada pipi kanan
yang bergerak-gerak ketika si cantik bersenyum manis.
Hampir saja ia menubruk dan merangkul Lan Ing seketika,
saking girangnya. Kalau saja ia tidak ingat bahwa Lan Ing
sekarang bukannya Lan Ing yang berusia dua belas tahun
dulu. Ia hanya menatap wajah Lan Ing yang sangat cantik itu.
"Engko Gie, kenapa kau menangis ?" tanya Lan Ing, ketika
melihat matanya Kwee Cu Gie berkaca-kaca.
"Aku menangisi kau, adik Ing." Kwee Cu Gie mengaku blakblakan.
"Kenapa engko Gie tangisi aku, aku toh tidak mati ?" sahut
si cantik lucu. "Adik Ing, kau bikin pamanmu putus harapan mencarimu."
ujar Kwee Cu Gie halus. "Engko Gie, asal kau berani bahasakan diri paman lagi,
akan kucubit kau " mengancam si jelita seraya unjukkan jari
jempol dan telunjuknya yang putih halus.
Kwee Cu Gie melengak. tapi sejenak kemudian dengan
bersenyum ia berkata : "Adik Ing, kau jangan main-main
dengan pa...... aduh "
"Memangnya aku tidak berani buktikan ancamanku "
Hihihi........" si dara cilik ketawa geli seraya tarik pulang
tangannya yang barusan mencubit lengannya Kwee Cu Gie
sampai teraduh-aduh. "Sekali lagi kau membahasakan diri paman, lihat saja nanti
" Lan Ing menambahkan, sehabisnya ia ketawa ngikik, Kwee
Cu Gie jadi berdiri bagai terpaku, menyaksikan keberanian
Lan Ing dan gayanya yang lucujenaka. sebaliknya si dara cilik
ketawa ngikik lagi melihat Kwee Cu Gie sikapnya pada saat itu
seperti orang yang tolol.
Pada saat itulah tumbuhnya cinta murni dari Kwee Cu Gie
terhadap Lan Ing. Ia sekarang sadar bahwa kenangan dan
perasaan rindunya pada Lan Ing lantaran cinta dalam artian
mengambil Lan Ing sebagai kawan hidupnya.
sejak itulah Kwee Cu Gie dan Lan Ing perhubungannya
makin akrab. Pada suatu hari Kwee Cu Gie blak-blakan
menyatakan cintanya pada Lan Ing dan minta Lan Ing suka
menjadi isterinya. Tapi Lan Ing mengajukan syarat yang Kwee
Cu Gie menemukan kesulitan. Syarat itu ialah Kwee Cu Gie
harus keluarkan semua kepandaiannya untuk menjatuhkan
Lan Ing. Kalau si dara jelita dapat dikalahkan, baharu Lan Ing
dengan rela di jadikan isterinya Kwee Cu Gie.
Kwee Cu Gie adalah satu Tayhiap (pendekar besar). Untuk
mengalahkan Lan Eng tidak akan menemukan kesukaran,
pikirnya. Cuma kalau Lan Ing sudah kalah, apa si nona cantik tidak
jadi uring-uringan " Maklumlah orang perempuan suka
menang sendiri Untuk dapatkan si cantik, terpaksa Kwee Cu
Gie ikutkan kemauannya Lan Ing.
Mereka telah pilih suatu tempat yang baik untuk
pertandingan. Dibawah terangnya sang rembulan, mereka
pada suatu malam telah bertempur hebat. Kwee Cu Gie yang
mengira dengan mudah saja mengalahkan Lan Ing, ternyata
meleset perhitungannya. Perlawanan Lan Ing sangat gigih, malah hampir-hampir
Kwee Cu Gie jadi pecundang kalau ia tidak sangat lihai
meluputkan diri dari serangan Lan Ing yang berbahaya.
sampai tiga ratus jurus yang ditetapkan, mereka tidak ada
yang kalah dan menang. Mereka bertanding seri. Hal mana
membuat Kwee Cu Gie sangat heran. Dari mana Lan Ing
mempunyai kepandaian demikian ampuhnya. Ketika Kwee Cu


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gie menanyakan hal ini, Lan Ing hanya menjawab dengan
senyuman saja. Ia tidak mau menerangkan siapa gurunya.
Untuk menyenangkan hatinya si cantik, Kwee Cu Gie tidak
mendesak dalam hal itu. Sebenarnya, dengan pertandingan seri itu berarti cita-cita
Kwee Cu Gie untuk memperisterikan Lan Ing menjadi buyar.
Namun, oleh karena si jelita kasihan kepada si pemuda yang
sungguh-sungguh hendak mengambil dirinya sebagai kawan
hidup, akhirnya si jelita rela juga di jadikan isterinya Kwee Cu
Gle. Suami isteri itu hidup akur dan beruntung.
Pada suatau hari ketika suami isteri pendekar itu lewat
diluar dusun Kunhiang, mereka menemukan dua pria yang
sedang bertempur seru. Tidak jauh dari mereka ada satu
wanita cantik yang sedang memegangi anak perempuan kirakira
berusia empat- lima tahun. Tampak romannya sangat
gelisah menyaksikan dua pria itu yang berkelahi mati-matian.
"Engko Gle, mari kita pisahkan mereka " mengajak Lan Ing.
"Tunggu dulu " kata Kwee Cu Gle, menyusul ia
perdengarkan tertawanya yang melengking nyaring
mengandung lwekang hingga dua orang yang sedang
bertempur tadi lompat memisahkan diri seperti ketakutan.
Itulah suara ketawanya Kwee Cu Gie yang sangat terkenal
dikalangan Kang-ouw. orang jahat yang mendengar suara
ketawa itu akan lari terbirit-birit, sedang orang baik-baik akan
berdiri terpaku seperti mentaati perintah.
Tampak dua bayangan melesat saling susul, begitu suara
ketawa berhenti. Mereka itu adalah Lan Ing dan Kwee Cu Gie. Terlambat
ketika mereka sampai di tempat perkelahian. Karena salah
satu pria yang berkelahi tadi, dengan kecepatan kilat sudah
menyambar tubuhnya si wanita cantik dibawa kabur.
Anaknya menangis memanggil : "Ibu....... ibu......... "
Pria yang ada disitu menghampiri si bocah sambil
mengelus-elus kepalanya. Ia berkata : "Anak Hiang, biarkan
ibu durjana itu dibawa gendaknya. Ayah nanti cari ibu lain
yang lebih menyayangi anak Hiang............"
"Adik Ing, kau kejar manusia itu " kata Kwee Cu Gie pada
isterinya, yang lantas enjot tubuhnya melesat menyusul pria
yang lari tadi membawa si cantik, sedang Kwee Cu Gie
menghampiri pria yang tengah mengelus-elus kepala anaknya.
Ketika Kwee Cu Gie belajar kenal, ternyata pria itu bernama
Liu In Ciang, penduduk dari dusun Kunhiang. Perempuan yang
dibawa lari itu adalah isterinya dan pria yang menculik
isterinya itu bernama oey Hoan Ciang.
"Liu Heng, kau jangan khawatir. Isterimu akan kembali
dengan pria jahat itu" Kwee Cu Gie menghibur.
"Isteriku pasti dapat menyusul mereka dan membawa
pulang." "Terima kasih Kwee-heng. Tapi rasanya aku tidak begitu
perlu lagi dengan perempuan begituan yang rela dibawa lari
oleh lelaki laini" sahut Liu In ciang tawar.
Liu In ciang sebenarnya sangat gusar pada saat itu.
Menuruti hatinya, ia kepingin mencaci maki sang isteri dan oey
Hoan ciang, pria yang membawanya lari. Namun, seberapa
bisa ia tekan kegusarannya itu dihadapan Kwee Cu Gie yang
sangat dihormati orang. Lama ditunggu tidak kelihatan bayangannya Lan Ing. Kwee
Cu Gie menjadi heran. ia lalu menyusul setelah permisi pada
Liu In Ciang. Di sana ia lihat Hoan ciang sudah ditotok roboh oleh
isterinya. sedang si wanita cantik, isterinya Liu In ciang tampak
sedang berlutut di depan Lan Ing.
Kwee Cu Gie heran. cepat ia menghampiri isterinya, justru
wanita itu sedang berkata pada Lan ing : "Nona, kaujangan
bunuh dia. Tunggu aku kasih keterangan, baharu nona dapat
mempertimbangkan duduknya perkara."
"Adik In, kasih kesempatan dia bicara." menyela Kwee Cu
Gie. Wanita itu menerangkan di depan suami isteri pendekar kita
bahwa oey Hoan ciang adalah pemuda pujaannya dan mereka
berjanji akan menjadi suami isteri. Apa mau, pada enam tahun
berselang oey Hoan Ciang pergi merantau tidak terdengar
kabar beritanya hingga putuslah harapan wanita itu, yang
bernama Lie Ceng Hoa bahwa kekasihnya akan kembali
dengan selamat. Maka ketika keluarga Liu datang meminang,
ceng Hoa tidak punya alasan untuk menolak dan lamaran
diterima oleh orang tuanya Ceng Hoa.
Ian ciang dan ceng Hoa menikah kira-kira hampir dua
tahun, lahirlah seorang anak perempuan yang dinamai Bwee
Hiang. Mereka sangat beruntung dengan lahirnya sang puteri.
Apa mau, tiba-tiba oey Hoan ciang muncul kembali dari
perantauannya dan telah menagih janji pada Ceng Hoa untuk
sehidup semati. Ceng Hoa jadi serba salah. Ia memang
mencintai Hoan ciang, tapi sekarang ia sudah punya suami.
Bagaimana ia harus mengambil keputusan " Ceng Hoa
didesak Hoan ciang, ragu-ragu ia untuk meninggalkan Liu In
ciang, suaminya. sampailah pada hari itu, ketika Ceng in Hoa
dan suami serta anaknya pulang, habis menghadiri pernikahan
salah satu familinya, telah terjadi perampasan terang-terangan
oleh oey Hoan ciang atas dirinya Ceng Hoa.
"Sekarang bagaimana kau ambil keputusan ?" tanya Lan
Ing, ketika Ceng Hoa habis menutur dan ia menangis
sesenggukan. "Kejadian sudah jadi begini. Aku akan mengikut Hoan
ciang." sahut Ceng Hoa.
Lan Ing melirik pada Kwee Cu Gie seperti yang minta
advisnya sang suami. " Kau pikir bagaimana ?" Kwee Cu Gie tak dapat
mengambil keputusan. "Enci Ceng pulang lagi pada suaminya tentu tak bakal
hidup tentram untuk selanjutnya karena ia pasti akan
mendapat rupa-rupa hinaan. Malah belum tentu suaminya
akan menerima ia kembali, setelah adanya Kejadian begini.
Aku pikir, biarkan saja dia ikut orang she oey. sebab orang she
oey sangat mencintai enci Ceng, sehingga berani menempuh
bahaya untuk merampas kekasihnya. Aku rasa dia tak akan
membuat terlantar dirinya enci Eng. Coba, apa betul
putusanku ini, engko Gie?" demikian pendapat si jelita, yang
ternyata lebih cerdik dari suaminya dalam soal mengambil
keputusan. Kwee cu Gie ketawa. "Adik Ing." katanya. "Aku setuju
dengan keputusanmu."
oey Hoan Ciang segera dibebaskan dari totokan lalu
menghampiri Ceng Hoa yang masih berlutut dan sama-sama
Ceng Hoa berlutut didepannya Kwee Cu Gie suami isteri untuk
mengucapkan terima kasihnya atas kemurahan hati mereka.
Kwee cu Gie merasa tidak enak, cepat ia suruh mereka
bangun . Lan Ing senang pada Ceng Hoa yang tidak genit seperti
diduga semula. "sekarang kalian hendak tinggal dimana ?" tanya Lan Ing.
"Masih belum ada ketetapan." sahut Hoan Ciang yang
mendahului Ceng Hoa. "sebab kalau aku kembali ke
Kunhiang, aku kuatir akan mendapat gangguan dari Liu In
Ciang yang pasti masih panas hatinya."
" Kalau begitu." kata Lan Ing sambil melirik pada Kwee Cu
Gie. " Untuk sementara sampai kalian dapat tempat yang tetap.
mari ikut kami saja, tinggal sama-sama."
"Terima kasih, nona. Kau sungguh baik sekali." sahut Ceng
Hoa lantas. Kwee cu Gie ketawa pada isterinya sebab ia tahu maksud
Lan Ing yang pada saat itu sedang mengandung tujuh bulan.
sudah dekat temponya ia melahirkan dan memerlukan
bantuan orang. Ia setuju sang isteri memilih Ceng Hoa
sebagai teman dan yang nanti akan menolong Lan Ing diwaktu
sampai temponya sang isteri melahirkan.
Kwee Cu Gie tidak kembali pada Liu In Ciang, sebaliknya,
ia ajak isterinya pulang bersama-sama dengan Ceng Hoa dan
oey Hoan Ciang. Betul tajam penglihatannya Lan Ing. Ceng Hoa adalah
merupakan teman dan pembantu yang memuaskan diwaktu ia
bersaling. Kwee cu Gie dan Lan Ing bukan main girangnya anak yang
pertama dilahirkan itu lelaki.
oey Hoan ciang dan Ceng Hoa sayang pada anak itu
seperti pada anaknya sendiri hingga suami isteri pendekar kita
merasa sangat berterima kasih.
Makin erat saja perhubungan mereka, sampai kemudian
mereka telah angkat saudara.
Kwee Cu gie dan Lan Ing memberi nama satu huruf 'sin'
(mujizat) pada anaknya . jadi bernama Kwee sin. Pemberian
nama itu berdasarkan perjodohan Kwee Cu Gie dan Lan Ing
yang boleh dikatakan 'mujizat', berpisahan lima tahun,
perbedaan umur jauh dan melalui pertarungan untuk
merangkap jodoh. Ketika Kwee sin sudah berumur satu tahun lebih, tiba-tiba
pada satu hari oey Hoan Ciang membawa pulang satu anak
perempuan kira-kira berusia dua tahun. Entah anak siapa,
menurut oey Hoan ciang ia dapat merebut dari seorang ok-pa
(jagoan) melalui pertarungan hebat. Ia merebut anak itu
didorong oleh perasaan kasihan karena anak itu menangis
saja dan dibentak-bentak oleh jagoan tersebut, yang
belakangan diketahui bernama Houw Toa.
Ketika Hoan ciang menanya anak siapa itu menangis saja,
Gouw Toa menjadi marah hingga mereka jadi bertengkar
disusul oleh perkelahian seru. oey Hoan ciang dikeroyok oleh
Gouw Toa dan kawan-kawan.
Untung ia dapat merobohkan Gouw Toa dan kawankawannya,
kemudian merampas anak itu
"Kalian belum punya anak, baik sekali kalau merawat anak
itu sebagai anak kalian." berkata Lan Ing kepada oey Hoan
ciang dan isterinya. Ceng Hoa sangat senang pada anak itu yang ternyata
sangat Jenaka dan berani. setelah beberapa saat saja mereka
berkumpul. Dengan persetujuan Kwee Cu Gie dan isteri, Ceng Hoa
kasih nama anak itu Eng Lian. Dalam usia dua tahun, Eng Lian
sudah mulai melucu hingga menarik simpati Lan Ing.
Pada suatu hari untuk menghadiri pesta pernikahan dan
seorang sahabatnya, Kwee Cu Gie dan Lan Ing telah
membawa Eng Lian ikut serta, sedang ceng Hoa diwajibkan
menjaga Kwee sin. oey Hoan ciang pada hari itu tidak ada di rumah, sedang
keluar menemui sahabatnya.
Ketika Kwee Cu Gie dan Lan Ing pulang, alangkah
terkejutnya mereka sebab Ceng Hoa kedapatan tangannya
ditelikung sedang mulutnya disumpal kain-kainan atau kain
popek dari Kwee sin hingga ia tidak bisa buka suara berteriak.
sementara Kwee Cu Gie melihat Kwee sin, sang isteri telah
membukai ikatan ceng Hoa dan dikeluarkan kain-kainan yang
menyelot mulutnya Ceng Hoa.
Kwee cu Gie disana sudah berteriak "celaka" sebelum
Ceng Hoa dapat menuturkan apa-apa ketika ditanya Lan Ing.
Kaget si cantik mendengar teriakan suaminya. Cepat ia masuk
ke kamar, dimana ia dapatkan Kwee Cu Gie berdiri menjublak,
sedang Kwee sin sudah tidak kelihatan diatas tempat tidurnya.
Lan Ing menubruk tempat tidur kosong sambil menangis
gegerungan. Menurut Ceng Hoa yang menculik Lo In adalah dua orang
yang tubuhnya pendek dan satu jangkung. wajah mereka tidak
kelihatan karena mereka mengenakan kedok.
Ceng Hoa tidak pandai silat, maka ia tidak dapat
memberikan perlawanan. Ketika ia hendak berteriak sudah
keburu ditekap mulutnya kemudian disumpal kain-kainan dan
tangan serta kakinya diikat kencang.
Kwee Cu Gie lantas keluar mencari keterangan dan minta
bantuan kawan-kawan, tapi luput diketemukan kawanan
penculik itu Ia pulang waktu sore dengan muka lesu.
Lan Ing terus-terusan menangis, meskipun Kwee Cu Gie
dan Ceng Hoa bergiliran menghiburnya .
oey Hoan ciang juga kaget ketika pulang menemukan
Kejadian yang tidak diinginkan itu. Ia pun turut menghibur si
cantik, akan tetapi si cantik tetap menangisi anaknya yang
hilang. oey Hoan ciang juga tidak tinggal diam, ia juga keluar
dan mencari keterangan di sana sini, tapi hasilnya nihil.
sejak hilangnya Kwee sin rumah tangga Kwee Cu Gie
nampak tidak bahagia. Tiap hari kelihatan Lan Ing bersusah
hati. Kwee Cu Gie menjadi bingung. Ia lalu ambil keputusan
untuk mencari ke lain tempat.
Ketika mau berangkat, ia pesan isterinya supaya menjaga
diri Jangan menangis saja. Ia akan mencari anaknya di lain
tempat dan minta teman-teman tolong mencarikannya.
Lan Ing tidak kata apa-apa. sedang pada Ceng Hoa, Kwee
Cu Gie juga tinggalkan pesan supaya tolong menjagai
isterinya dan seberapa bisa menghiburnya, jangan terlalu
berduka, dikuatir kesehatannya nanti terganggu.
Tapi, ketika semua sudah diatur beres, ternyata Kwee Cu
Gie menghadapi kebingungan lagi. Karena ketika ia pulang
ternyata isterinya sudah pergi. Ia hanya dapat secarik kertas
yang tertulis : "DAPATKAN KEMBALI ANAK KITA. BARU AKU
MAU BERKUMPUL LAGI".
Nyaris gila Kwee Cu Gie ditinggal pergi oleh Lan Ing si
mungil. Sejak itulah pikiran Kwee Cu Gie seperti orang iinglung. ia
telah meninggalkan rumahnya dengan tidak diketahui oleh oey
Hoan Ciang dan isterinya.
Kwee Cu Gie telah merobah namanya menjadi Liok sinshe
untuk menyerep-nyerepi anaknya.
Ia menjalankan pekerjaan tukan khoamia (tukang ramal
nasib) dan mengobati orang sakit (sinseh). Hatinya kosong
sejak kehilangan anak dan isterinya.
Kwee Cu Gie mengumpatkan namanya menjadi Liok
sinshe, ini sebenarnya hanya bermaksud menghindarkan
banyak musuhnya yang mengarah dirinya. Dalam keadaan
iinglung, ia tidak ungkulan melayani musuh-musuhnya yang
berkepandaian tidak rendah.
Ia tahu adat isterinya sangat keras. Meskipun ia
menemukan isterinya dan diajak berkumpul kembali tak akan


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhasil. Ia toh masih terus mencari. Pikirnya, kalau nanti
sudah ketemu, bagaimana baiknya saja ia mengambil sikap
supaya hati Lan Ing menjadi lemah dan bersedia berkumpul
lagi untuk mencari anaknya bersama-sama.
Akan tetapi bertahun-tahun dicari, jangan lagi anak sedagn
isterinya tidak kelihatan batang hidungnya. Makin kesepian
Kwee Cu Gie sehingga ia menjadi putus asa. Nyaris ia
membunuh diri kalau tidak tiba-tiba kupingnya seperti ada
yang membisiki : "Percuma kau jadi Tayhiap. untuk mencari anak dan isteri
saja tidak becus " Entah siapa yang membisiki kupingnya, mungkin salah satu
Loocianpwee yang menaruh perhatian atas dirinya.
semangatnya timbul lagi. Pada suatu hari, ketika ia iseng-iseng memasuki kuil
Thiang-oug-sie untuk mencabut ciamsi, waktu ia keluar lagi
dengan tiba-tiba perhatiannya tertarik pada seorang bocah
kurus kering yang lincah dan gesit sedang bermain petak
bersama teman-temannya. Makin diperhatikan, ia makin tertarik pada si bocah dari
kalangan jembel itu. Anak itu ternyata Lo In adanya yang
belakang Kwee Cu Gie yakin betul bahwa anak ini ada
puteranya yang hilang. Karena selain tanda daging menjendil
dibelakang telinganya, yang merupakan tanda khas dari
puteranya yang hilang dan anak itu makin meningkat
usianya makin nyata wajahnya menyerupai dirinya (Kwee Cu
Gie). oleh sebab itu, bukan main girangnya Kwee Cu Gie.
Karena dengan diketemukannya Kwee sin, maka isterinya
akan dengan mudah dipanggil pulang, manakala diketahui Lan
Ing ada dimana. Kwee Cu Gie belum mau mengaku bahwa ia adalah
ayahnya pada Lo In karena ia belum menemuijalan untuk
meyakinkan Lo In bahwa dirinya adalah ayahnya. Lain
daripada itu, juga Kwee Cu Gie tidak mau pelajaran Lo In
terganggu oleh pertemuan mereka sehingga Lo In nanti tidak
begitu tekun dalam belajarnya lantaran menganggap dirinya
adalah ayahnya sendiri, sebagaimana kebiasaan anak-anak
yang suka manja kepada ayahnya.
Kwee Cu Gie terus menurunkan semua kepandaiannya
dalam ilmu silat dan surat sehingga kepandaian Lo in sudah
berimbang dengan dirinya dan hanya memerlukan
penggemblengan lwekang saja dan setelah itu si bocah akan
menjadi seorang bocah yang luar biasa kepandaian silatnya.
Pada malam itu, Kwee Cu Gie sudah tak tahan menutup
rahasianya. Maka ia hendak menceritakan satu kisah kepada
Lo In. Akan tetapi justru saat itu ia telah disatroni oleh
siauwsan Ngo-ok yang diperkuat oleh siong Leng dan jin Leng
Tojin serta Tiat Ci Hweeshio (si Pendeta Jari Besi) .
Dan pada akhirnya Liok sinshe (Kwee Cu Gie) kena
dibokong oleh KimPopo dan jatuh di jurang.
Kwee Cu Gie adalah orang yang sangat lihai. Tidak mudah
ia mati jatuh kejurang. Waktu ia terpelanting, dengan
kepandaiannya menggunakan ilmu meringankan tubuh, ia
mendarat pada satu dahan pohon dengan selamat. Ia tahu
bahwa ia terkena racun jarumnya si nenek. Cepat ia menelan
lima biji obat pilnya sekaligus, hingga menjalarnya racun
tertahan. Kemudian ia mencari tempat untuk bersemedhi, dimana ia
mengerahkan lwekangnya dan berhasil mengeluarkan racun
serta jarum Kim Popo melalui jari jempolnya yang ia kupas
sedikit sebagai jalannya darah.
Tenaganya sudah hampir habis diperas untuk
mengeluarkan racun dan jarum jahat, maka Liok sinshe (Kwee
cu Gie) tidak berani lagi naik ke atas jurang untuk
menggempur musuh-musuhnya lagi. sedang Lo In, ia percaya
tentu sudah menyelamatkan diri.
Ia tahu bahwa Lo In adalah satu bocah cerdik. Ia percaya
dalam perantauan bocah itu tidak bakal menemui kesulitan.
Maka, setelah ia merasakan badannya mulai mempunyai
tenaga lagi, Liok sinshe memutari lembah dan mencari buahbuahan
untuk mengisi perutnya yang lapar.
Dengan tidak diduga-duga dalam lembah itu ketemu oey
Hoan ciang dan nyonya, yang menetap disitu. Bukan main
menggirangkan pertemuan mereka dan melihat Eng Lian
sudah besar dan ia perkenalkan namanya "Tan sianseng".
Ia beristirahat dirumahnya oey Hoan cian dan sangat
dihormati oleh tuan dan nyonya rumah seperti yang Eng Lian
pernah tuturkan pada Lo In.
Pada suatu hari oey Hoan ciang pulang dari bepergian, ia
sampaikan kabar pada Kwee Cu Gie bahwa ia melihat satu
wanita cantik yang romannya persis seperti Lan Ing dalam
sebuah rumah penginapan. ia tidak berani menegur, karena
adatnya Lan Ing yang istimewa, salah-salah ia bisa kena
semprot. Kwee Cu Gie tahu bahwa Lan Ing sangat sayang pada
Ceng Hoa, maka ia ajak Ceng Hoa pergi untuk menemui
isterinya karena ia sendiri tentu tidak ungkulan membujuknya.
Itulah Kejadian yang Eng Lian tuturkan pada Lo In, katanya
Tan sianseng menghilang, ibunya juga turut menghilang.
Ternyata kedatangan Kwee Cu Gie dan ceng Hoa ke rumah
penginapan sudah terlambat. Lan Ing sudah pergi entah
kemana. Kwee Cu Gie coba mencari disekitar rumah penginapan
tersebut, Lan Ing tetap tidak dapat dijumpai. Dengan begitu
Kwee Cu Gie menjadi lesu, ia ajak Ceng Hoa pulang kembali.
Di tengah perjalanan, Kwee Cu Gie ketemu oey Hoan ciang
yang sedang menolong orang yang terluka parah. Kiranya
yang terluka itu adalah Ngo-tok sian-jin dari Ngo-tok-kauw.
Kauwcu dari Ngo-tok-kauw itu dikeroyok oleh musuhmusuhnya.
Untung ia lihai dan dapat memukul mundur lawanlawannya.
Cuma saja ia sendiri mendapat luka di dalam yang sangat
parah, hingga jalan belum berapa tindak ia sudah ambruk.
Untunglah musuh-musuhnya tidak datang kembali, kalau tidak,
celakalah Ngo-tok sian-jin menemukan ajalnya yang terhina.
Ngo-tok sian-jin merasa berterima kasih kepada oey Hoan
ciang yang coba menolong dirinya dengan sungguh-sungguh
tapi tidak bisa tertolong karena lukanya sangat parah.
Di waktu mau menarik napasnya yang penghabisan, Ngotok
sian-jin serahkan say-cu-leng pada oey Hoan ciang. Ia
minta dengan sangat supaya orang she oey itu suka
menggantikan ia sebagai Kauwcu dari Ngo-tok-kauw. Ia kuatir
tanpa ada pimpinan dari seorang baik, Ngo-tok-kauw tentu
bisa berantakan karena orang-orangnya Agama Panca Bisa
itu terlalu fanatik. oey Hoan Ciang hobinya menyelidiki racun ular. Maka
banyak ular berbisa ia dapat takluki. Kint ia diminta untuk
mengepalai Agama Panca Bisa (Ngo-tok-kauw), hatinya
tertarik untuk mengetahui empat macam racun lainnya kecuali
ular. Maka permohonannya Ngo-tok sian-jin ia terima dengan
baik. Dengan dihantar oleh Kwee Cu Gie, oey Hoan ciang dan
isterinya langsung pergi ke markas Ngo-tok-kauw. Dengan
mudah, setelah menunjukkan lambang Kauwcu yang berupa
say-cu-leng, oey Hoan ciang diterima menjadi Kauwcu.
Kwee Cu Gie tinggal lama juga dalam markas Ngo-tokkauw
untuk melindungi oey Hoan Ciang Kalau- Kalau ada
pengikutnya Ngo-tok-kauw yang tidak senang pada Kauwcu
yang baru dan berontak. Akan tetapi sebegitu jauh, ia lihat
orang-orang Ngo-tok-kauwpada menghormati ketuanya. oleh
sebab itu pada suatu hari, ia mohon berpisah dengan oey
Hoan ciang suami isteri. Katanya ia mau menyerep-nyerepi
isterinya (Lan Ing). ia juga memesan pada oey Hoan ciang
supaya tolong juga menyerep-nyerepi hanya Lan Ing, yang
mana disanggupi oleh Kauwcu baru dari agama Panca Bisa
itu. Berbareng dengan itu, oey Hoan ciang telah mengirim
orang untuk mengambil Eng Lian tapi ternyata si dara cilik
sudah tidak ada lagi dirumahnya, sudah kosong.
oey Hoan ciang dan ceng Hoa menyesal dan berduka
dengan lenyapnya Eng Lian yang mereka pandang seperti
anaknya sendiri. Atas permintaan Ngo-tok sian-jin, oey Hoan ciang telah
merubah namanya menjadi TOnghong Kin. Maka nama inilah
yang terkenal diantara orang-orangnya Ngo-tok-kauw.
Dalam pada itu rimba persilatan telah digemparkan oleh
munculnya Lamhay Mo Lie yang telah membinasakan Hek-nia
sam-long dan mengubrak-abrik sarangnya.Bukan itu saja,
beberapa perkumpulan jahat juga sudah disikat oleh Lamhay
Mo Lie. Kwee Cu Gie tertarik hatinya sebab bukan saja sepak
terjangnya membasmi kejahatan, malah menurut cerita orang,
Lamhay Mo Lie orangnya sangat cantik. Ia jadi terkenang akan
isterinya yang sangat cantik.
Ia ragu-ragu kalau Lamhay Mo Lie itu Lan Ing adanya.
Tidak mungkin Lan Ing yang cantik lemah gemulai itu
menggunakan nama seram seperti Lamhay Mo Lie (Wanita
Hantu dari Laut Kidul). Meskipun demikian, ia terus melakukan
penyelidikan. Ketika ia jalan sampai di dusun Kunhiang, ia mendapat
kabar tentang bentrokan Liu Wangwee dan Tan wangwee,
dimana Tan Wangwee telah mengundang sucoan sam-sat.
Ia ingat bahwa Liu Wangwee adalah suaminya Ceng Hoa.
Ia lantas mempunyai ingatan untuk menolongnya diwaktu
perlu, karena ia tahu benar bahwa Sucoan Sam-sat itu
berkepandaian tinggi, anak murid dari Thie-tauw-eng ie Jie Lo
dari daerah sucoan. sejak berpisah dengan Tonghong Kin (oey Hoan ciang),
Kwee Cu Gie telah mengenakan kerudung merah waktu
membasmi kejahatan. Maka dalam tempo pendek sepak
terjangnya telah menggemparkan dan orang sangat memuji
kepada kepandaian si kerudung merah.
Kwee Cu Gie bukannya takut dengan pembalasan. ia
hanya kuatir menambah banyak musuh kalau ia muncul
dengan wajah aslinya. Dirinya sudah sangat terkenal dan
sedang dicari-cari oleh banyak musuh-musuhnya, seperti
Kejadian di Tong-hong-gay tempo hari disatroni oleh siauwsan
Nao-ok hingga ia terpaksa bertempur untuk membela diri.
Demikian, ia telah mengikuti perkembangan bentrokan
antara Liu danTan Wangwee.
Di dalam saat yang genting, ialah diwaktu Bwee Hiang
hendak menabaskan pedang pada lehernya sendiri, Kwee Cu
Gie muncul dan menakluki tiga orang jahat dari sucoan.
Ketika berpisahan dengan Liu Wangwee, Kwee Cu Gie
meneruskan perjalanan mencari Lo In dan Lamhay Mo Lie. Ia
mendengar tentang munculnya satu bocah muka hitam yang
berkepandaian luar biasa hingga menduga bocah itu tentu Lo
In adanya. Tapi, kapan ia ingat bahwa Lo In tidak berwajah
hitam, hatinya menjadi ragu-ragu. jadi terhadap Lamhay Mo
Lie dan Hek-bin sin-tong, Kwee Cu Gie ragu-ragu untuk
menetapkan bahwa kedua orang itu adalah isteri dan anaknya.
setelah banyak waktu dibuang untuk menyelidik dua orang
tadi, Kwee Cu Gie akhirnya mendapat laporan dari Tonghong
Kauwcu yang mendebarkan hatinya ialah Lamhay Mo Lie yang
diduga isterinya itu ada di Coa-kok sedang Hek-bin sin-tong
sedang menuju ke sana. Entah bagaimana saat itu Kwee Cu
Gie sangat gelisah, tidak pernah sebelumnya pada saat itu ia
rasa pasti bahwa Lamhay Mo Lie dan Hek-bin sin-tong adalah
isteri dan anaknya, dua makhluk yang ia sangat rindukan
untuk menemukannya. Perasan kuatir seketika itu timbul, bahwa ibu dan anak itu
akan bertempur mati-matian. Ia kenal tabiatnya Lo In tidak
kejam, ia tidak begitu kuatirkan. sebaliknya, Lan Ing isterinya
sangat telengas dan suka mau unggul saja. Kalau Lo In nanti
menimbulkan kemarahannya, pasti anak itu akan tewas
jiwanya di tangan ibunya sendiri oleh sebab itu, Kwee Cu Gie
lantas menyusul ke Coa Kok. Ia tidak menemukan kesulitan
karena semua benteng penjagaan sudah kena dirobohkan
oleh Lo In serta barisan ular jahat sebelumnya telah dilewati
dengan ilmu entengi tubuhnya yang lihai. Cepat luar biasa,
Kwee Cu Gie menotok bebas korban- korban totokan Lo In.
Di waktu baru saja ia menembusi benteng kelima, ia lihat
senjata kebutan Lamhay Mo Lie sedang menurun hendak
menghajar kepalanya Lo In. ia kenali Lan Ing, isterinya. Cepat
ia berseru menggunakan lweekangnya untuk mencegah
Lamhay Mo Lie membunuh anaknya sendiri
Demikian penuturan Kwee Cu Gia yang membikin Lo In
sekarang yakin benar bahwa dirinya adalah anaknya Kwee Cu
Gie dan Lamhay Mo Lie. Meskipun demikian ia masih penasaran kenapa ibunda
masih begitu muda belia, maka ia lalu menanya :
"ibu, anak menanyakan keheranan saja, tapi harap ibu
jangan marah." Lamhay Mo Lie bersenyum, lalu menyahut : "Kau tanyalah
nak. ibu tak akan marah."
"ibu begini muda dan sangat cantik. Paling-paling juga
umurnya tidak berjauhan dengan enci Hiang. Bagaimana anak
yang sudah berumur belasan bisa menjadi anak ibu ?" Lo In
blak-blakan menyatakan isi hatinya. Lamhay Mo Lie
melenggak mendengar perkataan anaknya.
Kwee Cu Gie bersenyum-senyum sambil anggukanggukkan
kepala, sedang para hadirin menahan ketawanya.
semua mata disorotkan kepada Lamhay Mo Lie. Ingin mereka
ketahui apa jawaban si cantik dari Lamhay itu.
Lamhay Mo Lie tahu bahwa semua mata ditujukan
kepadanya, menantikan jawabannya.
Dengan bersenyum ia menjawab pertanyaan anaknya :
"Anak. memang mengherankan kalau kau tidak tahu
sebabnya. Usia ibu sekarang sudah tiga puluh enam tahun.
Kalau wajah ibu masih tetap seperti gadis berusia dua puluhan
tidaklah heran karena itu adalah pengaruh obat dari guru ibu di
Lamhay. Nanti, kapan kita ada kesempatan akan ibu ajak
kaujalan-jalan ke Lamhay untuk menemui sucouw, yang tentu
akan merasa tertarik sekali pada dirimu."
"Dan ibu, itu Ang Hoa Lobo kenapa jadi murid ibu ?" tanya
lagi Lo In. Lamhay Mo Lie kembali bersenyum, tetapi setelah
itu ia lalu menutur singkat.
Lan Ing adalah muridnya Ceng Lian suthay dari kuil Cenglian-
am di Lamhay, yang telah membawa Lan Ing ketika
ditinggalkan oleh Kwee Cu Gie di bawah pohon.
Lan Ing adalah satu anak yang cerdik dan berbakat untuk


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerima pelajaran ilmu silat. Maka ia sudah membawa si
dara cilik di luar tahunya Kwee Cu Gie. Ia bukan sengaja
menculik, tetapi ia segan berurusan dengan Kwee Cu Gie
yang tidak rela Lan Ing dibawa olehnya, sebab Kwee Cu Gie
kelihatannya sangat tertarik oleh si dara cilik.
Lima tahun Lan Ing dalam gemblengan Ceng Lian suthay
dan kemudian atas izinnya sang guru, Lan Ing diperbolehkan
pulang untuk menuntut balas pada Hek-nia Sam-long. Apa
mau Lan Ing terlibat dalam urusan asmara dengan Kwee Cu
Gie hingga niatnya menuntut balas jadi tertunda dan
membentuk keluarga bersama-sama Kwee Cu Gie.
Dalamputus asa untuk mendapatkan kembali anaknya, Lan
Ing sudah pulang ke tempat gurunya di Ceng-lian-am. ceng
Lian suthay pandai juga meramal. Maka ia hiburi muridnya
bahwa ia akan berjumpa pula dengan anaknya setelah sang
anak memasuki usia tujuh belas tahun. Meskipun tempo itu
sangat lama, ialah sampai enam belas tahun, ia menunggu,
Lan Ing toh merasa terhibur juga dan selama menantikan
sampainya tempo itu, Lan Ing belajar lebih giat dibawah
didikannya Ceng Lian suthay hingga bukan saja ilmu silatnya,
juga lweekangnya meningkat banyak. Pada suatu hari Lan Ing
mendapat izin dari gurunya untuk mencari anaknya.
Lan Ing kegirangan dan segera saja ia pamintan pada
gurunya dan melakukan perjalanan. Pertama-tama yang ia
satroni Hek-nia sam-long, yang menjadi musuh besarnya.
Lan Ing tidak menemukan kesulitan menghadapi Tiga
serigala dari bukit hitam- itu. semuanya ia bunuh mati dan
meng ubrak- abrik sarangnya. Di sana ia meninggalkan
namanya Lamhay Mo Lie. Lantaran itu nama Lamhay Mo Lie
menjadi buah bibir karena dengan sekaligus dapat
membinasakan 'tiga orang kuat' dari kalangan Hek-to (jahat)
yaitu Hek-nia sam-long. Dalam perjalanan sehabis membasmi musuh-musuhnya,
Lan Ing berpapasan dengan Ang Hoa Lobo yang sedang
bertengkar dengan siauw Cu Leng di lereng gunung.
Diam-diam Lan Ing mencuri dengar apa yang
dipertengkarkan si nenek.
"Kau belakangan ini tak punya guna melayani aku. Mana
aku tak marah-marah saja ?" terdengar Ang Hoa Lobo ketus.
"cici, kau terlalu kuat hingga aku jadi kewalahan." sahut
siauw Cu Leng. "Dulu kau begitu hebat melayani aku hingga aku puas. Tapi
sekarang, sekarang apa " Baru maju yang kedua kali sudah
bilang lemas segala, mengapa begitu ?"
"Cici, kau terlalu menuruti napsu saja. Mana aku tahan ?"
"Cu Leng, aku bilang terus terang. Kalau kau tak bisa
memberi kepuasan, jangan sesalkan enci Goat- mu akan
mengambil jalan lain "
"Jalan lain bagaimana kau maksudkan ?"
"Hm Belagak pilon " Aku ambil lelaki lain yang dapat
memberi kesenangan " siauw Cu Leng tak menyahut,
kepalanya menunduk seperti berpikir.
sementara itu Lan Ing bingung apa yang dipertengkarkan
oleh mereka itu, tapi tak lama sebab ia lantas cekikikan
ketawa. Rupanya ia sudah dapat memecahkan rahasia
pembicaraan antara Ang Hoa Lobo dan siauw Cu Leng.
"Siapa disitu?" bentak Ang Hoa Lobo yang menjadi gusar
percakapannya didengar orang.
"Aku disini " sahut Lan Ing, seraya muncul dari balik pohon.
siauw Cu Leng mencilak matanya nampak tiba-tiba muncul
seorang bidadari di depannya.
Melihat itu, Ang Hoa Lobopelototi matanya hingga si iblis
Alis Buntung tak berani memandang wajahnya Lan Ing yang
cantik jelita. "Bagus " mendengus Ang Hoa Lobo. "Kau berani mencuri
dengar percakapan kami, berarti jiwamu bakal mati "
Ang Hoa Lobo berkata sambil mendekati Lan Ing.
"Budak liar, kau datang dari mana ?" Ang Hoa Lobo
menanya, sebelum Lan Ing menyahuti perkataannya terlebih
dahulu. "Aku bakalan mati, untuk apa kau menanya aku datang dari
mana ?" jengek Lan Ing.
"Apa kau kira aku tak bisa bikin kau bicara ?" bentak si
Nenek Kembang Merah, menyusul tangannya berkelebat
mencengkeram dada Lan Ing.
"Nenek jahat, kau mau berkelahi dengan nonamu ?" Lan
Ing balas membentak seraya mengelak dari cengkeraman Ang
Hoa Lobo. Melihat serangannya gagal, si nenek ketawa nyaring.
"Bagus, kau mempunyai sedikit kepandaian, ya ?" katanya
dengan nada mengejek. "Berkelahi tidak halangan, asal dengan syarat lebih
dahulu." sahut Lan Ing.
"Aku mau membunuh kau seperti gampangnya
membalikkan tangan, kenapa pakai syarat sebala " Hehehe....
lucu ini budak liar "
"Membunuh aku tidak semudah yang kaupikir, makanya
aku mau dengan syarat "
"Syarat apa yang kau mau majukan, budak liar ?"
"Kalau aku bertempur kalah, kau boleh punya suka atas
diriku. Mau tangkap boleh tangkap. mau bunuh boleh bunuh,
tanpa aku melawan. sebaliknya, kalau kau kalah bagaimana ?"
Ang Hoa Lobo melengak mendengar perkataan Lan Ing.
"Kalau aku kalah, kau boleh berlalu tanpa aku ganggu."
akhirnya ia menyahut. Tiba-tiba saja Lan Ing ketawa ngikik,
hingga Ang Hoa Lobo heran.
"Apa yang kau ketawakan, budak liar ?" bentak Ang Hoa
Lobo bengis. "Aku ketawakan perkataanmu tadi." sahut Lan Ing. "sudah
tentu kau kalah aku boleh angkat kaki dengan tidak takut apaapa,
tapi bagaimana dengan kau?"
otaknya Ang Hoa Lobo bekerja. "Baiklah, kalau aku kalah
aku akan menjura minta maaf padamu, kau akur ?"
"Tidak akur." sahut Lan Ing ketawa, seperti ngeledek.
"Tidak akurnya bagaimana ?" tanya Ang Hoa Lobo kepingin
tahu. "Tidak akurnya, aku tidak mau kau menjura. Namun aku
mau kau berlutut dan mengangkat aku sebagai pemenang
menjadi gurumu " "Mana ada aturan nenek menyembah gadis yang barusan
lepas tetek." "Aturansudah tentu ada. Yang kalah harus menurut pada
yang menang, mana ada aturan yang menang harus menurut
pada yang kalah ?" Kembali Ang Hoa Lobo putar otak.
"Kalau begitu, begini saja." sahut Ang Hoa Lobo. "Aku
menang kau harus jadi muridku, kalau aku kalah aku rela
menjadi muridmu dan menyebut suhu seraya berlutut "
"Bagus, bagus. Ini usul baik dan aku setuju." berkata Lan
Ing. "Mari kita mulai " menantang Ang Hoa Lobo, kali ini ia
goyangkan tongkatnya. "Kita bertempur dengan tangan kosong saja." kata Lan Ing
ketawa. " Kenapa, kau takut ?" jengek Ang Hoa Lobo bengis.
"Bukannya takut." sahut Lan Ing tenang-tenang saja.
"senjata tidak ada matanya, kalau salah tangan bisa
mencelakai orang. Apa kau senang kalau muridmu cacad ?"
"Ya, ya, kau betul " Ang Hoa Lobo ketawa sekarang. Ang
Hoa Lobo berkata sambil melemparkan tongkatnya.
"Popo boleh mulai sekarang " berkata Lan Ing bersenyum
manis hingga siauw Cu Leng yang melihatnya menjadi
berdebaran hatinya. Ang Hoa Lobo yang hendak menyingkatkan waktu sudah
tidak main tawar menawar lagi, lantas mulai menyerang lagi.
Tangan kanannya mengarah mata, sedang tangan kirinya
menyambar iga mengarah 'thian-ki-hiat'. Ini adalah serangan
yang dinamai 'Dibalik daun mencuri buah toh'. Satu serangan
yang cepat untuk mengalahkan lawan.
Ang Hoa Lobo sudah memperhitungkan serangannya akan
berhasil. Namun, tirtak tahunya kecepatan tangan si nenek tak
dapat menguasai kecepatan bergerak badannya Lan Ing.
Si nenek terkesip juga nampak Lan Ing demikian gesit. Tapi
karena ia sudah kawakan menghadapi pertempuran, maka ia
tidak jerih. Ia merangsek lagi, segera menyusul beberapa
serangannya yang berbahaya.
Entah bagaimana Lan Ing bergerak sebab kenyataannya
semua serangan dapat dikelit oleh Lan Ing yang gesit luar
biasa. Ang Hoa Lobo mulai keder. Sebelum ia menenangkan
pikirannya, tahu-tahu ia rasakan di bawah ketiaknya
kesemutan. Itulah 'thian-coan-hiat' jalan darah dibawah ketiak)
kena ditotok oleh Lan Ing yang gesit.
Seketika itu juga si Nenek Kembang Merah berdiri bagaikan
patung, tidak bisa bergerak, hanya matanya saja kedap kedip
menyorotkan kebencian. Siauw Cu Leng melihat isterinya dirobohkan, tidak tinggal
diam. Ia lantas maju menyerang Lan Ing sambil membentak :
"Budak kurang ajar, kau berani permainkan orang tua "
Rasakan nih kepalanku "
sambaran kepalan siauw Cu Leng sia-sia saja sebab Lan
Ing keburu berkelit. "Lelaki tidak punya guna " menyindir si cantik ketawa.
"Kau berani usilan dalam urusan nonamu " Lihat nonamu
akan kasih hajaran "
siauw Cu Leng melengak sebentar kena disindir Lan Ing.
selanjutnya ia menyerang lagi dengan pukulannya yang
mengeluarkan angin menderu. Herannya, makin siauw Cu
Leng perhebat serangannya, makin tidak kelihatan bayangan
Lan m. sampai kemudian tahu-tahu ia rasakan lututnya lemas
ditendang Lan Ing. ia jatuh berlutut di depan si cantik, Matanya
mencilak bengis penuh kegusaran.
Tapi Lan Ing berlagak pilon, ia menghampiri Ang Hoa Lobo.
"Popo, bagaimana dengan janji kita ?" tanya si cantik,
seraya menotok bebas urat bisunya Ang Hoa Lobo hingga
sekarang ia bisa bicara, sekalipun badannya masih belum
bebas dari totokan. Ang Hoa Lobopikir ia tidak bisa menang lawan si nona,
maka ia mengaku kalah dan rela menjadi muridnya Lan Ing.
Ketika totokannya dibebaskan, Ang Hoa Lobo memenuhi
janjinya berlutut di depan Lan Ing dan berseru : "suhu "
Lan Ing senang hatinya dan suruh si nenek membebaskan
siauw Cu Leng dari totokan. siauw Cu Leng kini tidak berani
banyak lagak karena melihat 'cicinya' sudah takluk dan
menjadi muridnya Lan Ing.
Ang Hoa Lobo menanyai siapa adanya si cantik, Lan Ing
menyahut : "Kau barangkali sudah dengar namanya Lamhay
Mo Lie, itulah aku adanya."
si Nenek Kembang Merah dan siauw Cu Leng kaget
mendengar namanya Lamhay Mo Lie tapi juga tidak luput dari
merasa heran, kenapa namanya begitu seram sedang
orangnya begitu cantik mempersonakan " sejak itu mereka
takluk betul kepada Lan Ing alias Lamhay Mo Lie, terutama
ketika Lan Ing belakangan mengasih banyak petunjuk dalam
hal ilmu silat dan obat-obatan membuat Ang Hoa Lobo lebih
tunduk pula. sebaliknya si nenek tidak tahu kalau Lamhay Mo Lie adalah
isterinya Kwee Cu Gie, orang yang menjadi pujaan dari dahulu
sampai sekarang. Demikianlah penuturan Lamhay Mo Lie. Tapi Lo In masih
penasaran, ia menanya : "lbu, kenapa ibu menggunakan nama
Lamhay Mo Lie " Bukankah nama Lamhay Mo Lie
menyeramkan ?" Lamhay Mo Lie ketawa ngikik. "Anakku, aku menggunakan
nama itu untuk menghindarkan diri dari uberan ayahmu " kata
si cantik, sambil bibirnya yang halus menjebirpada Kwee Cu
Gie yang segera tertawa terbahak-bahak.
"Sudah anak. kau jangan bikin pusing ibumu " berkata
Kwee Cu Gie ketika melihat Lo In sudah gerakkan mulutnya
seperti hendak menanya pula pada ibunya.
Lo In ketawa nyengir mendengar perkataan ayahnya.
sementara itu perjamuan sudah dimulai. Eng Lian dan
Bwee Hiang pikirannya tidak tentram, setelah mendengar
penuturan Kwee Cu Gie. Eng Lian sekarang lebih jelas lagi tentang keadaan dirinya
bahwa oey Hoan ciang dan Ceng Hoa yang mengaku ayah
dan ibunya bukan orang tuanya yang asli, yang asli Gin Hoa
ibunya yang menjadi ibunya Leng siong. Pantasan ia dan Leng
siong wajahnya seperti pinang dibelah dua lantaran mereka
adalah anak kembar. Meskipun demikian ia kepingin ketemu
dengan ayah dan ibu angkatnya itu, tapi belum berani untuk
menanyakan kepada Kwee Cu Gie mereka itu sekarang ada
dimana. Bwee Hiang ada lebih tidak tenteram pula hatinya sebab
menurut penuturan Kwee Cu Gie ibu kandungnya sekarang
masih ada, ialah Ceng Hoa yang menjadi isterinya oey Hoan
ciang. sekarang dimana mereka " Bwee Hiang juga tidak
berani memajukan pertanyaan kepada Kwee Cu Gie yang
sekarang terang menjadi ayahnya Lo In.
Tengah perjamuan berjalan tiba-tiba ada pelayan datang
mengabarkan pada Lamhay Mo Lie tentang kedatangannya
Ngo-tok-kauw Kauwcu bersama isteri. Bukan main girangnya
Lamhay Mo Lie sebab menurut perhitungan suaminya (Kwee
Cu Gie), Ngo-tok-kauw Kauwcu itu adalah oey Hoan Ciang
dan isterinya adalah Ceng Hoa, teman akrabnya.
Dengan segera Lamhay Mo Lie menyuruh orangnya untuk
antar masuk tamu dari Ngo-tok-kauw. Tidak lama, mereka
kelihatan muncul dikawal oleh lima orang kuat dari Agama
Panca Bisa. Begitu masuk ruangan, Ceng Hoa sudah
disambut oleh Lamhay Mo Lie dengan rangkulan mesra dan
keduanya berkaca-kaca matanya lantaran menangis
kegirangan. setelah mereka lepaskan rangkulannya, Ceng
Hoa lihat ada dua gadis di dekatnya. Ia kenali Eng Lian yang
sudah besar, tapi ia tidak kenali Bwee Hiang yang menatapnya
dengan tidak berkedip. "Kau siapa, nona ?" tanya Ceng Hoa halus suaranya.
"Dia adalah anakmu Bwee Hiang, adik Hoa " menyelak
Kwee Cu Gie ketawa berkakakan.
Ceng Hoa tergetar hatinya. Ia hanya sempat berkata :
"oh....." karena Bwee Hiang sudah merangkul dan berseru :


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ibu......" ibu dan anak menangis sambil berpelukan.
Lamhay Mo Lie meredakan mereka dan akhirnya dapat
diajak duduk diantara banyak tamu yang hadir. Kiranya
kedatangan Tonghong Kin (oey Hoan Ciang) dengan isteri ke
Coa-kok memang datang dengan maksud khusus untuk
memberi selamat kepada Lamhay Mo Lie dan Kwee Cu Gie
yang sudah menemukan anaknya kembali.
Lo In diperkenalkan kepada Ceng Hoa dan suaminya.
Mereka sangat kagum melihat Lo In yang berparas cakap
menandingi ayahnya. Ceng Hoa terkenang pada waktu Lo In
diculik masih bayi, sekarang ketemu-ketemu anak itu sudah
menjadi jejaka ganteng. Banyak soal urusan Lo in, Bwee Hiang dan Eng Lian yang
ceng Hoa ingin bicarakan dengan Lamhay Mo Lie. Akan tetapi
ia tidak punya kesempatan dalam pesat yang meriah itu. Yang
lucu Tong hong Kauwcu dari Ngo-tok-kauw tidak mengenali Lo
In, si engko kecil yang pernah menolongi dirinya tempo karena
Lo In sekarang sudah berubah rupa.
Lo In sendiri belagakpilon, seakan-akan baru saja kenal
dengan Tonghong Kauwcu. Pesta berjalan terus dengan penuh kegembiraan sampai
banyak orang yang mabuk...........
= = = TA M A T = = = KITAB MUJIZAT Apakah Bwee Hiang berhasil menuntut balas pada sucoan
sam-sat " Apakah si tiga dara, Bwee Hiang, Eng Lian dan Leng siong
sekaligus oleh si bocah sakti "
Kemana perginya Ang Hoa Lobo "
semua pertanyaan ini ada dapat pecahkan dalam KITAB
MUJIZAT, sambungan BOCAH SAKTI. Lebih seru, tegang,
jenaka dan............."
Kuda Kudaan Kumala 1 Pendekar Naga Putih 51 Petaka Kuil Tua Lembah Nirmala 23
^