Budi Kesatria 11
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 11
"Persoalan ini sudah berkembang menjadi demikian rupa,
rasanya akupun tak usah memperdulikan perbedaan antara
laki dan perempuan lagi, pikir Siau Ling dalam hatinya.
Ia segera berjongkok, dengan tangan kiri merangkul Wu
Yong, tangan kanannya alihkan wajah gadis itu kearahnya, ia
lihat sepasang matanya terpejam rapat2, agaknya sedang
merasakan suatu penderitaan yang sangat hebat.
Pemandangan yang tertera didepan mata pada waktu itu
benar2 mengenaskan sekali. Dua orang nenek dan cucu yang
satu telah mati sedang yang lain menderita luka parah,
sekalipun mereka pernah merasakan kerugian ditangan
mereka berdua, namun tak urung membuat hati Siau Ling
berdua ikut merasa iba juga.
"Peng ji apakah engkau membawa api?" bisik Siau Ling.
Pek li Peng gelengkan kepalanya.
"Aku rasa nona Wu pasti membawa batu api!" jawabnya.
Ia segera menggeledah sakunya, tidak salah dalam saku
Wu Yong dia benar2 telah menemukan batu apai dan segera
disundutkan. Setelah suasana jadi terang benderang, Siau Ling pun
menepuk bebas jalan darah Wu Yong yang tertotok, membuka
mulut dara itu dan memeriksa keadaan lukanya.
Tampaklah darah dan hancuran daging bergumpal menjadi
satu dalam mulut gadis itu, hamper sebagian besar lidahnya
sudah hancur. Darah segar mengucur keluar tiada hentinya membasahi
ujung bibir gadis she Wu tersebut.
"Ooooh... benar2 mengerikan!" seru Pek li Peng sambil
menghela napas panjang. Perlahan-lahan Siau Ling melepaskan mulut Wu Yong yang
penuh berlepotan darah itu, kemudian ujarnya.
"Nona apakah engkau bersedia mendengarkan beberapa
patah perkataanku..."
Wu Yong alihkan sinar matanya memandang sekejap
kearah Siau Ling kemudian mengangguk.
Siau Ling berbatuk ringan, kemudian sambungnya lebih
jauh. "Luka yang kau derita amat parah, tetapi bukannya berarti
bahwa aku tidak mampu untuk selamatkan jiwamu. Hanya
saja nona harus mempunyai hasrat yang besar untuk
melanjutkan hidupmu itu, dengan begitu aku baru dapat
menolong engkau." Sementara pembicaraan masih berlangsung kembali
segumpal darah segar mengucur keluar membasahi bibir Wu
Yong. Dengan cepat Siau Ling turun tangan menotok duah buah
jalan darah diatas leher Wu Yong, kemudian sambungnya
lebih jauh, "Nona aku harap engkau suka melindungi hawa murnimu,
janganlah sampai mengalami kerusakan kembali,"
Tiba2 Wu Yong goyangkan tangannya berulang kali,
kemudian menuding kearah leher sendiri, seakan2 dia suruh
Siau Ling membebaskan jalan darah diatas lehernya yang
tertotok. Siau Ling menghela napas panjang, ujarnya.
"Nona, engkau sudah kehilangan banyak darah, janganlah
membiarkan darah segar mengalir terlalu banyak"
Wu Yong goyangkan tangan kanannya berulang kali, biji
matanya berputar tiada hentinya seakan2 ia sedang menyuruh
Siau Ling secepatnya membebaskan jalan darahnya yang
tertotok. Siau Ling dibikin apa boleh buat, terpaksa ia membebaskan
jalan darahnya yang tertotok itu.
Wu Yong tarik napas panjang2, tiba-tiba ia bangkit berdiri
dan berjalan menuju kehadapan Wu popo, kemudian jatuhkan
diri berlutut diatas tanah.
Walaupun Siau Ling ingin sekali memayangnya bangun,
akan tetapi ia merasa tindakanya itu kurang pantas, maka
akhirnya dia hentikan gerakan tubuhnya dan berdiri
ditempat semula. Wu Yong setelah memberi hormat kepada mayat neneknya,
ia segera menyingkap baju luar yang dikenakan oleh Wu
popo. Dalam pada itu fajar telah menyingsing, pemandangan
dalam kuil dapat terlihat dengan jelas sekali.
Dibalik baju yang dikenakan Wu popo penuh berisikan
botol2 obat yang tak terhitung jumlahnya.
Dari antara puluhan botol obat2an itu Wu Yong
menemukan sebuah botol kecil. membuka penutup botolnya
dan menuangkan obat tadi kedalam mulutnya yang mana
segera ditelan bersama darah yang mengalir keluar.
Siau Ling serta Pek-li Peng yang berada dikedua belah
sisinya hanya bisa berdiri dengan hati melongo, untuk
beberapa saat lamanya mereka belum dapat menentukan apa
yang hendak dilakukan oleh gadis itu, maka dibiarkanlah gadis
itu berbuat sesuka hatinya.
Setelah itu terlihatlah Wu Yong memilih kembali beberapa
macam botol kecil dari dalam saku Wu Popo lalu dimasukkan
kedalam sakunya, diatas permukaan tanah dia menulis
"Aku sudah tak bertenaga lagi untuk mengubur nenekku,
tolong kalian berdua suka mengebumikan jenasahnya
sebagaimana mestinya, budi kebaikan setinggi gunung ini tak
akan kulupakan untuk selamanya!"
Membaca tulisan itu, Siau Ling segera mengangguk
jawabnya "Meskipun nenekmu mati, akan tetapi sepasang iblis dari
wilayah Leng-lam pun berhasil di beresin jiwanya, itu berarti
dendam sakit hatinya sudah dituntut balas harap nona jangan
terlalu sedih hingga mengganggu kesehatan badanmu,
tentang jenasah nenekmu pasti akan kami kebumikan
sebagaimana layaknya, tentang soal ini engkau tak usah
kuatir" "Terima kasih atas kebaikan kalian berdua" kembali Wu
Yong menulis diatas tanah.
Selesai meninggalkan pesannya ia segera keluar dari kuil
itu dan berlalu dengan cepatnya dari sana.
Pek-li Peng yang menyaksikan semua kejadian itu segera
berkata dengan sedih, "Ia sedang menderita luka parah, baik tubuh maupun jiwa
sedang mengalami penderitaan apabila ia dibiarkan pergi
seorang diri apakah tidak terlalu berbahaya ?" biarlah kukejar
kembali dirinya" "Aaaaai....! biarkanlah dia pergi" kata Siau Ling sambil
gelengkan kepalanya, "mereka sudah terbiasa hidup bersama,
kematian neneknya amat memukul perasaan dan batinnya,
biarlah dia pergi seorang diri sehingga disuatu tempat yang
terpencil dapat menangis sepuas puasnya, hal itu hanya ada
keuntungan baginya dan sama sekali tidak merugikan !"
"Tetapi dia menderita luka yang sangat parah. Aaai...!
seorang gadis muda menderita luka yang demikian parahnya
kemudian harus melakukan perjalanan seorang diri di tengah
kegelapan kalau tidak ditemani sebenarnya amat kasihan
sekali" "Justru karena ia sedang menderita luka dalam yang amat
parah maka timbullah semangatnya untuk mempertahankan
hidup dan tetap bersikap tabah menghadapi semua perubahan
ini, coba kalau ia sama sekali tidak terluka, tak mungkin ia
bisa menghadapi pukulan batin yang demikian beratnya ini..."
Setelah menyapu sekejap kearah mayat dari Wu popo,
sambungnya lebih lanjut "Peng ji, dengarkanlah perkataanku, biarkanlah dia pergi!
sekarang kita harus mengubur jenasah dari Wu Popo lebih
dahulu" Pek li Peng mengiakan, dua orang itu segera bekerja
membuat liang dibelakang kuil kemudin mengebumikan
jenasah dari Wu Popo ditempat itu
Setelah memandang sekejap kearah mayat dari sepasang
iblis itu kembali Siau Ling berkata
"Mari kita buat sebuah liang lagi untuk mengubur jenasah
dari Leng lam siang mo ini !"
"kedua orang itu sudah terlalu banyak melakukan
kejahatan biarlah mayat mereka terlantar ditengah hutan, biar
mayat mereka jadi santapan anjing2 liar ..."
"Mereka toh sudah mati" meskipun semasa hidupnya sudah
terlalu banyak kejahatan yang mereka lakukan tetapi setelah
mereka mati rasanya kita dengan terlantarnya kedua sosok
mayat tersebut ditempat itu, dengan cepaat beritanya akan
tersiar lua, kalau sampai diketahui oleh mata-matanya Shen
Bok Hong, maka iblis itu pasti akan mengetahui kalau
usahanya mengundang kedatangan Wu Popo guna
menghadapi kita sudah menemui kegagalan dia pasti akan
memikirkan siasat keji lainnya lagi untuk mencelakai kita!"
"Perkataan toako sedikitpun tidak salah, nampaknya
engkau memang jauh lebih cerdik daripada diriku"
Dua orang itu segera bekerja kembali membuat sebuah
liang, kemudian mengubur jenasah sepasang iblis dari wilayah
Leng lam di saman. Selesai bekerja sambil membersihkan tubuhnya dari debu
Pek li Peng berkata "Toako, sekarang kita harus pergi kemana?"
Siau Ling termenung sebentar kemudian menjawab,
"Lebih baik untuk sementara waktu kita jangan munculkan
diri lebih dahulu tapi secara diam-diam menyelidiki gerak gerik
dari Shen Bok Hong serta Su Hay kuncu, kita harus berusaha
sedapat mungkin untuk lebih banyak mengetahui gerak gerik
mereka serta latar belakang mereka, dengan begitu akan jauh
lebih mudah untuk mencari akal guna menghadapi kerja sama
mereka" "Lalu apakah kita harus menyaru lagi?"
"Shen Bok Hong menganggap aku sebagai musuh besarnya
yang nomor satu, mata-mata yang disebar olehnya rata2 pasti
membawa lukisan tentang wajahku, kalau tidak menyamar
maka sulitlah bagi kita untuk meloloskan diri dari
pengawasannya" Pek li Peng mengangguk, ujarnya.
"Kali ini kita tidak menyaru sebagai toosu tua lagi bukan?""
"Lalu baiknya kita harus menyaru sebagai apa?""
Pek li Peng termenung dan berpikir sebentar, kemudian
jawabnya. "Engkau menyamar sebagai seorang pelajar berusia
pertengahan, biarlah aku menyamar sebagai kacungnya saja,
bagaimana ?" "Wah...! Kalau begitu, engkau bakal menderita rugi?"?"
Pek li Peng tertawa manis, serunya.
"Engkau toh toakoku..."
Bicara sampai disini ia berhenti sebentar kemudian dengan
suara sedih ia menambahkan .
"Lain kali, kalau engkau kawin dengan nona Gak, janganlah
lupa untuk menerima aku sebagai dayangmu"
Meskipun ia berusaha untuk menenangkan hatinya, namun
tak urung tak berhasil menyembunyikan pergolakan hatinya,
sekalipun senyuman menghiasi bibirnya namun air mata jatuh
bercucuran dengan derasnya.
Siau Ling segera menggenggam tangan gadis itu, ujarnya
dengan suara yang amat lembut.
"Peng ji, janganlah berkata demikian, kita sudah sering kali
menghadapi kesusahan dan bahaya secara bersama-sama,
aku tak akan melupakan dirimu untuk selama-lamanya
Selama ini Pek li Peng selalu menyembunyikan perasaan
cinta dan sayangnya terhadap sianak muda itu didalam hati
sekarang ia sudah tak dapat menahan diri lagi sambil
menjatuhkan diri kedalam pelukan Siau Ling, gadis itu
menangis tersedu-sedu Siau Ling jadi amat terperanjat, sambil mengangkat wajah
Pek li Peng, serunya. "Peng ji, dimanakah letak kesalahanku?""
Pek li Peng menangis tersedu-sedu, air matanya jatu
bercucuran membasahi seluruh pakaian yang dikenakan
sianak muda itu, terhadap pertanyaan tadi dia sama sekali tak
menjawab. Siau Ling jadi semakin cemas serunya kembali,
"Peng ji, sebenarnya urusan apakah yang telah membuat
engkau jadi demikian sedihnya?""
---oo0dw0oo--- Jilid 19 Pek li Peng menengadah keatas, menyeka air mata yang
membasahi pipinya lalu berkata dengan lembut,
"Aku bukan sedang merasa sedih, aku merasa amat
gembira karena engkau sangat baik terhadap diriku,
sedangkan aku sama sekali tidak merasakannya..."
Habis berkata, ia lepaskan diri dari pelukan Siau Ling dan
mulai menari-nari didalam kuil tersebut.
Fajar baru saja menyingsing diufuk sebelah timur,
menyoroti wajahnya yang masih basah oleh air mata,
membuat wajah gadis itu nampak semakin cantik dan
menawan hati. Siau Ling sendiri sambil bergendong tangan, menikmati
tariannya yang indah menawan itu.
Selesai menari Pek li Peng tiba-tiba meloncat kedepan dan
menubruk kedalam pelukan Siau Ling.
Sianak muda itu segera merentangkan tangannya dan
memeluk tubuh gadis itu sambil ujarnya,
"Peng ji tarianmu indah sekali"
"Kalau engkau suka, setiap hari aku akan menari
dihadapanmu!" "Setelah dunia persilatan aman tenteram, aku pasti akan
suruh engkau mengenakan pakaian yang berwarna warni,
kemudian menari dengan diiringi tabuhan musik yang
merdu...." Pek li Peng mengiakan, setelah melepaskan diri dari
pelukan Siau Ling, ia berseru,
"Mari kita pergi!"
Siau Ling mengajak Pek li Peng memberi hormat lebih
dahulu dihadapan kuburan Wu Popo, kemudian berangkat
meninggalkan tempat itu, Kemudian tengah hari menjelang tiba, diatas jalan raya
menuju kota Tiang sah muncullah seorang pelajar berusia
setengah baya serta seorang kacung cilik berbaju hijau.
Kedua orang itu bukan lain adalah Siau Ling serta Pek li
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Peng. Terdengar pemuda itu berkata,
"Peng ji, kita harus memperhatikan jejak Teng It Lui serta
Ceng Yap Ching, apabila jejaknya ditemukan maka kita tak
perlu menyapa mereka, melainkan secara diam-diam lindungi
saja keselamatan jiwanya"
"Racun yang mengeram ditubuh mereka belum lenyap, ilmu
silatnya masih punah, andaikata bertemu musuh tangguh,
entah bagaimana jadinya?"
"Aaai...." Siau Ling menghela napas panjang, "seandainya
sepasang iblis dari Leng lam tidak kemaruk harta dan ingin
menelan pahala tersebut seorang diri sehingga mereka turun
tangan keji terhadap Wu Popo berdua, kitapun belum tentu
bisa loloskan diri dari cengkeramannya"
"Itulah yang dinamakan orang budiman selalu dilindungi
Thian!" jawab Pek li Peng sambil tertawa. "toako jadi orang
berperasaan halus, budiman dan suka menolong kaum lemah,
tentu saja Thian selalu melindungi keselamatanmu"
"Aaai...! Sekalipun begitu, andaikata Leng lam siang mo
tidak kemaruk pahala, kitapun tak mungkin bisa lolos dari
bahaya maut" Berbicara sampai disini tiba-tiba dia iang mo tidak kemaruk
pahala, kitapun tak mungkin bisa lolos dari bahaya maut"gi
keselamatanmu"turun membungkam.
Dari tempat kejauhan berkumandanglah suara derap kaki
kuda yang amat ramai disusul munculnya seekor kuda dari
tempat kejauhan. Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah orang itu, ia
lihat penunggang kuda tadi berbadan kate, tapi warna hijau
yang dikenakannya ditarik kebawah hingga menutupi sebagian
besar wajahnya, dengan cepat kuda itu sudah berkelebat
lewat dari sisi mereka berdua.
Dalam waktu singkat, kuda itu sudah kabur jauh dari sisi
tubuh mereka dan lenyap diujung jalan.
Sambil memandang kearah lenyapnya bayangan kuda itu,
Siau Ling berbisik lirih,
"Orang itu sangat pandai menunggang kuda, lagi pula kuda
yang ditunggangi juga merupakan kuda jempolan, jelas ia
bukan kaum pelancongan bisaa... kita harus lebih waspada!"
"Apakah orang itu adalah mata-mata dari Shen Bok Hong?"
Tanya Pek li Peng. Siau Ling termenung dan berpikir sebentar, kemudian
menjawab. "Sulit untuk dikatakan, sebelum mendapat bukti yang nyata
aku tak berani secara sembarangan, akan tetapi kalau kita
tinjau dari persoalannya jelas Shen Bok Hong tak akan merasa
lega untuk melepaskan sepasang iblis dari wilayah Leng lam
itu untuk bergerak sendiri, dibelakang sepasang iblis itu pasti
terdapat orang yang mengawasinya.."
"Maksud toako, apakah Shen Bok Hong sekalian sudah tahu
tentang kematian yang menimpa sepasang iblis dari Leng
lam?" sela Pek li Peng.
"Soal kematian sepasang iblis itu, mungkin saja mereka
tidak tahu, tetapi mereka pasti mengetahui tentang
berhasilnya sepasang iblis itu menemukan Wu Popo"
"Darimana toako bisa tahu"
"Menurut penilaian sendiri, Shen Bok Hong telah
menyebarkan mata-matanya disemua pelosok tempat,
peristiwa Wu Popo meracuni semua orang yang ada di rumah
makan dilakukan dihadapan umum, diantaranya siapa tahu
kalau terdapat pula mata-mata dari Shen Bok Hong..."
Sesudah berhenti sebentar, ia sambung lebih jauh,
"Setiap orang persilatan pada jeri terhadap Shen Bok Hong
se akan-akan semua persoalan diketahui olehnya dan semua
urusan tak ada yang dilewatkan olehnya, hal ini dikarenakan
tugas mata-mata yang dilaksanakan oleh anak buahnya
dilakukan terlalu baik, hampir boleh dibilang dalam setiap
partai serta perguruan yang ada didalam dunia persilatan pada
saat ini terdapat penghianat yang berhasil dibeli olehnya,
cuma sayang aku tak dapat mengingat-ingat wajah orangorang
itu" "Seandainya semua mata-mata dan penghianat yang diatur
oleh Shen Bok Hong berhasil kita lenyapkan, sehingga sama
halnya dengan membutakan matanya menulikan
pendengarannya, aku rasa tidak sulit untuk menghadapi
gembong iblis itu" "Sedikitpun tidak salah, andaikata kita bisa lenyapkan
mata-mata yang ia sebar di dunia persilatan dan penghianat
dalam tubuh partai besar, ia memang dapat kita bikin tak
berkutik, oleh sebab itulah sesudah berjumpa Sun Put Shia
locianpwee serta Bu Wi Tootiang, aku hendak ajak mereka
untuk merundingkan bagaimana caranya untuk melenyapkan
mata-mata dari Shen Bok Hong ini"
Pek li Peng termenung beberapa saat lamanya, kemudian
berkata, "Aku rasa persoalan ini tidak gampang untuk dilakukan,
dimana toako bisa tahu tentang keadaan serta gerakan matamata
yang diatur oleh Shen Bok Hong?"
"Aku tahu bahwa pekerjaan ini adalah suatu pekerjaan
yang sulit dan memusingkan kepala, tetapi bukan berarti tak
bisa dikerjakan sama sekali, aku pikir jaringan mata-mata
mereka pasti diatur dari suatu markas besar yang tertentu di
setiap daerah, asal kita berhasil mengetahui pusat jaringan
tersebut maka tidak sulitlah untuk mengacaukan sepak terjang
mereka, paling sedikit kita bisa bikin kacau pengawasan
mereka hingga info yang diperoleh sama sekali tidak benar"
Ia berpaling memandang sekejap kearah Pek li Peng,
kemudian sambil tersenyum sambungnya.
"Meskipun pekerjaan ini amat penting namun tidak perlu
dilakukan terlalu cepat, setelah berjumpa dengan Bu Wi
Tootiang sekalian nanti barulah kita rundingkan kembali, aku
rasa dengan kecerdasan Bu Wi Tootiang serta luasnya
pengalaman dari Sun Put Shia locianpwee, siapa tahu kalau
kita berhasil menemukan suatu cara yang jitu?"
Pek li Peng mengangguk dan tidak banyak bicara lagi ia
segera meneruskan perjalanannya menuju kedepan.
Perjalanan yang dilakukan kali ini amat perlahan sekali,
selama beberapa hari mereka tidak menemukan kejadian
apapun. Sepanjang perjalanan Siau Ling pun tidak berhasil
menemukan jejak Teng It Lui serta Ceng Yap Ching.
Siang hari itu sampailah mereka disebuah kota kecil dalam
distrik Tiangsah hu. Dari letak kota itu Siau Ling tahu bahwa tempat itu
merupakan jalur terpenting yang menghubungkan kota Tiang
sah, dalam hati segera pikirnya,
"Andaikata Teng It Lui serta Ceng Yap Ching sekalian telah
berjumpa dengan Bu Wi Tootiang serta menceritakan kejadian
yang menimpa kami kepada orang-orang itu, Bu Wi Tootiang
serta Sun Put Shia pasti akan kirim orang untuk menelusuri
jejakku aku rasa sekarang tidak perlu terburu-buru untuk
berjumpa mereka, sebaliknya Shen Bok Hong yang kehilangan
jejak dari sepasang iblis dari Leng lam, pasti akan bingung dan
kalut sekali, apa salahnya kalau kugunakan kesempatan ini
untuk menyelidiki gerak gerik mereka...?""
Berpikir demikian, dia lantas mengajak Pek li Peng
memasuki sebuah rumah makan yang paling besar.
Ketika itu tengah hari sudah menjelang tiba, delapan
bagian kursi dalam rumah makan sudah terisi tamu.
Siau Ling yang mempunyai tujuan, diam-diam segera
mengawasi setiap tamu yang ada didalam rumah makan tadi.
Pada sudut utara dekat jendela duduklah seorang pria baju
hijau berusia setengah baya, orang itu paling mencurigakan
diantara tamu yang lain, pemuda itu segera mencari tempat
yang gampang untuk mengawasi gerak gerik orang itu dan
duduk disana. Pelayan menghidangkan air teh, dan Siau Ling pun
memesan beberapa macam sayur.
Beberapa saat kemudian, sayur telah dihidangkan, sambil
bersantap diam-diam Siau Ling mengawasi terus gerak-gerik
orang baju hijau tadi. Pria baju hijau itu sama sekali tidak merasakan akan
pengawasan ini, dia masih bersantap dan minum arak dengan
santainya. Beberapa waktu kemudian Siau Ling telah selesai
bersantap, akan tetapi pria baju hijau itu masih tetap duduk
tenang ditempat semula, hal ini membuat pemuda itu berpikir
"Aku tak dapat duduk termenung terus disini..."
Belum sempat ia menghadapi orang itu, tiba-tiba tampaklah
seorang bocah dusun sambil membawa sebuah kain panjang
berwarna putih berjalan masuk kedalam rumah makan.
Diatas kain putih itu tertuliskan empat huruf yang berbunyi:
"Siang Thian Hee Su"
Membaca tulisan itu, Siau Ling segera menggape bocah
dusun itu sambil serunya,
"Saudara cilik, silahkan datang kemari"
Bocah dusun itu segera datang menghampiri, tanyanya,
"Toa ya, apakah engkau mau lihat nasib?"
Pek li Peng berpaling, ia lihat bocah dusun itu baru berusia
dua tiga belas tahunan, mukanya dekil dengan rambut yang
kusut, sedikitpun tidak mirip dengan orang yang pandai
melihat nasib, hal ini membuat hatinya jadi keheranan,
pikirnya, "Kenapa toako bersedia mempercayai seorang bocah dusun
yang belum tahu urusan itu" Apakah ia berhasil menemukan
sesuatu yang mencurigakan?""
Ketika tulisan diatas kain itu diperhatikan, ia tidak berhasil
menemukan sesuatu yang mencurigakan.
Sementara itu , Siau Ling telah berkata,
"Tukang ramal cilik, coba lihatlah bagaimanakah nasib
peruntunganku?" Tanpa memandang Siau Ling barang sekejappun, bocah itu
berkata, "Menurut pengamatanku, wajah anda merupakan wajah
seorang pemimpin, hanya sayang tersembunyi tiga mara
bahaya, kalau tiga mara bahaya itu tidak dilenyapkan maka
selamanya tak dapat unjukkan diri, cuma kepandaianku tidak
mencukupi hingga tak mampu untuk menolong engkau
hilangkan tiga bua bencana tersebut"
"Lalu siapakah yang mampu?""
"Suhuku" "Sekarang, suhumu berada dimana?"
"Tidak jauh diluar kota ini!"
"Baik!" ujar Siau Ling kemudian sambil bangkit berdiri,
"harap saudara cilik suka membawa kau untuk menemui
gurumu" Bocah dusun itu segera menggulung kain putihnya dan
berjalan lebih dahulu kedepan.
Sedang Siau Ling segera mengikuti dibelakangnya.
Dalam keadaan demikian terpaksa Pek li Peng mengikuti
dibelakang Siau Ling berlalu dari sana.
Dari arah belakang suara gelak tawa keras bergema
memecah kesunyian, jelas para tamu yang hadir dalam rumah
makan itu sedang mentertawakan ketololan Siau Ling yang
bersedia ditipu mentah-mentah oleh bocah dusun tersebut.
Pek li Peng jadi amat gusar sehingga tanpa terasa berpaling
kebelakang dan melotot sekejap kearah orang-orang itu,
namun akhirnya ia menahan gusar dan tidak mengumbar
hawa amarahnya lagi. Setelah keluar dari kota dan berjalan kurang lebih dua li
jauhnya, sampailah bocah dusun itu kedepan sebuah gubuk
yang tertutup oleh pohon bambu yang lebat.
Pek-li Peng menyapu sekejap sekeliling tempat itu, suasana
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, kecuali bocah
dusun itu tiada orang yang lain lagi, buru buriu ia maju
kedepan menyusul sianak muda itu sambil bisiknya
"Benarkah engkau hendak bertemu dengan rukang ramal
itu?" Siau Ling tersenyum, sahutnya,
"Bersabarlah sebentar, sesaat kemudian duduknya
persoalan akan kau ketahui"
Sesudah berada didepan rumab gubuk iyu. bocah dusun
tadi segera mendorong pintu ruangan sambil berkata,
"Suhuku berdiam disini!"
Diam diam Siau Ling salurkan hawa murninya bersiap
sedia, kemudian selangkah demi selangkah berjalan masuk
kedalam gubuk. Ketika ia menengadah keatas, maka tampaklah seorang
kakek tua berambut putih berjenggot putih dengan memakai
kacamata duduk dibelakang sebuah meja kayu.
Meskipun menyamaran yang dilakukan orang itu amat
sempurna, namun tak dapat menyembunyikan perutnya yang
besar. Sesudah memperhatikan kakek tua itu beberapa saat
lamanya, Siau Ling mendehem ringan sambil sapanya,
"Saudara Sang!"
Kakek tua itu melepaskan kaca matanya dan dan bangkit
berdiri, lalu tegurnya nyaring.
"Siapa engkau?"
"Aku!" jawab Siau Ling sambil melepaskan penyaruannya.
Sesudah mengetahui siapakah orang yang berada
dihadapannnya, kakek tua itu mendadak jatuhkan diri berlutut
diatas tanah. Buru-buru Siau Ling membimbingnya bangun sembari
berkata, "Jangan, saudara Sang!"
Ternyata kakek tua itu bukan lain adalah penyaruan dari
Sie poa emas Sang pat. Sambil melepaskan jenggot dan rambut palsunya, Sang Pat
berkata, "Kabar berita tentang tertangkapnya toako oleh Wu Popo
begitu tersiar luas, Bu Wi Tootiang serta Sun locianpwee jadi
amat terperanjat sekali hingga pada malam itu juga diadakan
perundingan, semua jago lihai sudah disebar luaskan untuk
mencari jejak toako, sungguh tak nyana toako telah terlepas
dari bahaya maut" Siau Ling tertawa ewa, ujarnya,
"Caramu ini memang baik, cuma tindakanmu ini hanya
bersifat untung-untungan, andaikata aku tidak memasuki
rumah makan itu, tetapi secara langsung berangkat kekota
Tiang sah shia, bukankah engkau tak bakal bertemu dengan
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku?" "Siau te telah membuat dua belas buah kain putih yang
disebarkan oleh dua belas orang bocah, mereka tersebar luas
diseluruh kota dan rumah makan, dari pagi mereka berjalan
sampai senja, aku rasa kemungkinan untuk berjumpa dengan
dirimu besar sekali."
"Ooooh.....! perkiraannya begitu" kata Siau Ling sambil
mengangguk, "kalau begitu tentu saja aku pasti akan
berjumpa dengan salah seorang diantara mereka."
"Toako" sela Pek li Peng, darimana engkau bisa tahu kalau
bocah dusun itu diutus oleh Sang tayhiap?""
Sebelum Siau Ling sempat menjawab, Sang Pat telah
keburu berseru, "Dia tentulah nona Pek li Peng bukan?"
"Benar darimana engkau bisa tahu kalau aku" seru sang
dara. Sang pat tertawa "Aku hanya menduga saja..."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh
"Sebelum diterangkan memang cara kerja ku nampak aneh
sekali, padahal setelah dikatakan sama sekali tidak nampak
aneh, di atas kain putih itu aku sudah terakan tanda
rahasiaku, asal orang yang mengenali tanda rahasiaku itu
pasti akan menetahui siapakah aku"
"Caramu ini walaupun tidak sulit, namun aku tak
menyangka kalau engkau dapat menemukan cara tersebut!"
"Siapa yang bertanggung jawab didalam kota Tiang sah?"
tanya Siau Ling kemudian.
"Saudara Tu serta Bu Wi tootiang"
"Lalu Sun Put Shia locianpwee?"
"Sun locianpwee dengan memimpin anak murid anggota
Kay pang serta beberapa orang jago lihay dari partai Bu tong
telah membagi diri jadi empat rombongan untuk mencari jejak
Wu Popo" "Teng It Lui serta Ceng Yap Ching telah dilukai oleh racun
keji sehingga kepandaian silatnya sama sekali punah.
Darimana mungkin mereka dapat menyampaikan kabar berita
tersebut dengan begitu cepat?""
"Apakah saat ini Teng It Lui serta Ceng Yap Ching sudah
kembali kekota Tiang sah aku kurang begitu tahu jawab Sang
Pat, tetapi sewaktu Bu Wi Tootiang menyampaikan berita
tersebut kepadaku mereka belum kembali, mendengar berita
buruk itu hatiku jadi kacau akupun tak sempat bertanya
kepada Bu Wi tootiang ia dapatkan kabar berita tersebut dari
mana" "Apakah ada cara lain untuk mengejar kembali Sun
locianpwee ?" "Aku rasa Bu Wi tootiang pasti sudah mejanjikan cara
berhubungan dengan mereka"
"Kalau begitu bagus sekali lebih baik berusahalah secepat
mungkin memberi kabar kepada Bu Wi tootiang agar mereka
undang kembali Sun Locianpwee serta sekalian para jago
lainnya mereka tak usah membuntuti jejak dari Wu Popo lagi"
"Apakah Wu Popo telah mati ditangan toako ?"
"Wu popo yang berada dalam keadaan luka parah telah
menemui ajalnya ditangan sepasang iblis dari Leng-lam !"
"Dan sepasang iblis dari Leng-lam ?"
"Iblis-iblis itu berhati keji dan bahaya kalau dibiarkan hidup
lebih lanjut, karena itu aku telah membinasakan mereka
berdua !" "Apakah toako hendak menjumpai Bu Wi Tootiang ?"
"Untuk sementara waktu lebih baik jangan bertemu lebih
dahulu dengan dirinya, aku ingin secara diam diam menyelidiki
gerak gerik dari Shen Bok Hong"
Sesudah berhenti sehentar, sambungnya lebih jauh:
"Apakah kalian sudah mendengar berita tentang kerja
samanya Shen Bok Hong dengan Su hay kuncu ?"
"Sudah mendengar kabar beritanya, cuma tidak begitu jelas
!" "Bagaimanakah gerak gerik anak buah Shen Bok Hong
dihari-hari belakangan ini?"
"Beberapa hari berselang, Shen Bok Hong pernah
munculkan diri satu kali dikota Tiang sah, tapi dalam sekejap
mata lenyap tak berbekas, entah ia sudah menyembunyikan
diri kemana" orang2 dari pihak perkampungan Pek hoa-san
cung kadang2 melakukan pula suatu pergerakan, tapi dua hari
belakangan ini mendadak jadi sepi dan tiada gerakan2 seperti
dihari hari biasa" Siau Ling mengangguk dan berkata
"Mungkin mereka sedang menantikan kabar berita dari Wu
Popo serta sepasang Iblis dari Leng lam.."
Sesudah termenung berpikir beberapa saat lamanya, dia
menyambung lebih jauh "Menurut dugaanku, disekitar wilayah Tiang-sah ini Shen
Bok Hong pasti mempunyai suatu kantor cabang yang
tersembunyi letaknya, semua jaringan mata2 yang tersebar
disekitar ratusan li disekitar tempat ini pastilah dikendalikan
dan kantor cabang tersebut, siapa tahu kalau gembong iblis
itupun bersembunyi disitu.."
Berbicara sampai disini, tiba tiba ia termenung dan
membungkam dalam seribu bahasa.
"Maksud toako....?" seru Sang Pat;
"Andakata kita bisa lenyapkan kantor cabangnya didaerah
Tiang sah tersebut, berarti pula kita sudah kecil mata Shen
Bok Hong bagi wilayah sekitar seratus li ditempat ini,
sekalipun kantor cabang tersebut tak usah kita usik, asalkan
bisa sudah tahu letak markasnya aku rasa tidak susah untuk
mengendalikan gerak mereka dan bilamana perlu kita bisa
jebak mereka dengan siasat"
"Pendapat toako benar2 mengagumkan, siaute pasti akan
rundingkan persoalan ini dengan Bu Wi tootiang setelah
berjumpa muka nanti, kemudian mengirim orang untuk
mengobrak abrik sarangnya"
''Baik! kita bekerja secara terpisah, aku serta Peng ji akan
tetap berusaha untuk menyusup masuk kekota Tiang sah!"
"Setiap saat perlukah siau te utus orang untuk
berhubungan dengan toako....?"
"Apabila tidak terlalu penting, lebih baik jangan terlalu
sering mengadakan kontak, ketahuilah orang2 dari pihak
perkampungan Pek hoa san-cung bukannya sama sekali sudah
berherti bergerak, hanya saja dari posisi terang sekarang
mereka pindah keposisi gelap, hingga gerak geriknya jauh
lebih rahasia, karena itulah aku harap kedatangan Siau heng
ketempat ini jangan sampai diketahui oleh muereka, lebih baik
lagi kalau engkau memberikan bisikan kepada Bu Wi tootiang
serta saudara Tu agar jangan terlalu banyak orang yang
mengetahui akan persoalan ini daripada rahasia kita
bocor..karena hanya tindakan yang sangat rahasialah baru
bisa membuat Shen Bok Hong kalang kabut dan kelabakan
sendiri" Sang Pat hanya membungkam terus, ia merasa
pcrpisahannya selama beberapa bulan dengan pemuda
tersebut telah membuat Siau Ling jauh lebih berpengalaman
dan matang daripada dahulu, caranya mnengatur siasatpun
tidak kalah dengan jago pengalaman lainnya maka ia lantas
menyahut, "Siau te akan mengingatnya!"
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah bocah
dusun itu, ujarnya lebih jauh
"Bocah ini adalah kunci yang paling penting didalam
memegang rahasia ini. tetapi sudah tentu kita tak boleh
lenyapkan dirinya dengan begitu saja, hadiahkan saja
beberapa tahil emas murni dan suruh dia secepatnya pindah
dari tempat ini" "Toako tak usah kuatir, siau te akan menyelesaikan tugas
ini sebaik2nya" Siau Ling segena mengenakan kembali jenggot palsu dari
peyamarannya, kemudian berpesan kembali
"Saudara Sang, engkau tidak diperkenankan mencelakai
jiwa bocah dusun ini!!"
"Baiklah siau-heng akan berangkat lebih dahulu!"
Sang Pat membuntuti dibelakang Siau Ling dengan suara
lirih dia segera menerangkan bagaimana caranya mengadakan
kontak rahasia dengan Bu Wi Tootiang.
Siau Ling berhenti, menunggu ia sudah menyelesaikan
kata-katanya pemuda itu baru mengangguk dan berkata
"Bagus sekali, akan kuingat selalu!"
Sang Pat tersenyum, ujarnya kemudian
"Rumah makan Hui-Sian loo dikota Tiang sah serta kebun
teh Jit ci-The wan selama ini merupakan tempat yang sering
kali dikumnjungi orang2 dari perkumpulan Pek-hoa.san cung
"Baik! kami akan pergi mengunjungi kedua tempat itu lebih
dahulu" "Sang Pat segera memberi hormat
"Siau-te tak akan mengantar lebih jauh.." serunya.
Siau Ling ulapkan tangannya, dengan langkah lebar
bersama Pek li Peng dia segera berlalu dari situ.
---ooo0dw0ooo--- DENGAN melalui jalan raya mereka berangkat langsung
menuju kekota Tiang sah. Suatu ketika tiba2 Pek ii Peng merasa perjalanan mereka
dibuntuti orang, ia segera berpaling kebelakang ternyata
sedikitpun tidak Salah seorang pria setengah baya memakai
pakaian ringkas warna hitam yang ketat sedang membuntuti
dibelakang mereka kurang lebih pada jarak tiga empat
tombak, baru saja ia akan memberitahukan perbuatan ini
kepada Siau Ling, sianak muda itu sudah keburu berkata
"Peng ji jangan melihat kearah mereka, anggaplah se-olah2
sama sekali tak tahu akan kejadian tersebut"
"Oooi...kiranya dia sudah tahu! " pikir Pek-li Peng didalam
hati. Agaknya Siau Ling sudah mempunyai rencana yang
matang, dia langsung menuju kearah jalanan dalam kota yang
paling ramai. Sesudah melewati dua buah jalan besar, dan kejauhan
tampaklah sebuah merek papan nama yang besar, pada
papan nama itu tertera empat tulisan yang berbunyi
Kebun teh Jit ci-teh wan.
"Oooh....rupanya dia sudah mengetahui akan jalan
ditempat ini" kembali Pek-li Peng berpikir, "aku masih mengira
dia sengaja berjalan sesuka hatinya..."
Siau Ling menengadah kedepan ia lihat kebun teh Jit-citeh-
wan luas sekali, setelah masuk pintu gerbang sampailah
mereka didalam suatu halaman yang sangat luas. bunga
aneka warna tumbuh di-mana2, meja dengan kursi bambu
teratur sangat rapih. Didepan pintu berdirilah seorang pelayan baju hijau bertopi
kcil, sambil memberi hormat katanya
"Apakah kalian berdua akan duduk didalam?"
Siau Ling mengangguk. "Harap membawa jalan!"
"Engkau terlalu merendah, hamba tak berani menerimanya!
Dengan membawa kedua orang itu pelayan tadi berjalan
menuju kesudut barat laut, dan berhenti disuatu meja yang
dikelilingi pot pot beraneka ragam bunga.
Siau Ling menyapu sekejap sekeliling tem pat itu. Ia lihat
ditengah halaman yang begitu luas sudah ada enam bagian
tempat itu sudah ada enam bagian tempat duduk diisi oleh
para tetamu yang berjumlah hampir lima puluh orang lebih.
Ada banyak diantaranya hanya memesan secawan teh
wangi sambil minum sambil membaringkan diri dikursi malas,
benar2 nampak amat santai, ada pula beberapa diantaranya
memesan beberapa macam sayur dan sepoci arak.
Rupanya kebun teh Jit ci teh wan tersebut juga merangkap
sebagai rumah makan. Sambil mengawasi keadaan disekitar tempat itu, Siau Ling
segera bertanya: "Pelayan apakah disebelah belakang kebun
sana masih ada tempat duduk. . ?"
"Ada, kebun teh Jit ci teh wan kami ini semuanya terdiri
dari tiga buah halaman luas, kecuali ruangan bagian dalam
masih ada tiga halaman lainnya lagi, jadi andaikata semua
kursi didalam kedua teh Jit ci teh wan ini penuh maka
jumlahnya kurang lebih ada seribu orang lebih."
Siau Ling tertawa ewa katanya
"Sudah lama aku mendengar tentang nama besar dari
kebun teh Jit ci teh wan ini setelah ini hari melihat sendiri
ternyata memang luar biasa sekali"
"Kalian berdua harap duduk sebentar ! aku akan
menyiapkan air teh untuk kalian berdua!"
"Tunggu sebentar"
Pelayan itu berpaling dan bertanya
"Toa ya masih ada pesan apa lagi ?"
"Nama besar kebun teh Jit ci teh wan sudah amat tersohor
diseluruh kolong langit aku ingin sekali meninjau kedalam
apakah keinginanku ini dapat dikabulkan ?"
"Aaah ! ucapan toa ya terlalu serius" seru pelayan teh itu,
sambil tertawa, "kebun Teh Jit ci teh wan adalah tempat untuk
berdagang yang memakai aturan tamu ingin minum teh dalam
ruang manapun boleh bebas mengikuti seleranya masing
masing, tentu saja, boleh "
"KaIau memang begitu harap engkau suka membawa jalan
bagiku" Pelayan teh itu segera gelengkan kepalanya berulang kali.
"Dalam setiap halaman dalam kebun teh Jit ci teh wan ini
dilayani oleh para pelayan yang berbeda2 aku hanya bertugas
melayani ruangan paling depan saja"
"Sebuah kebun teh mempunyai peraturan yang begini
ketat, kejadian ini benar2 luar biasa sekali'' pikir Siau Ling
didalam hati, "bagaimanapun juga aku harus selidiki dengan
seksama..!" Berpikir demikian diapun lantas berkata
"Terima kasih atas petunjukmu itu!"
Perlahan lahan ia berjalan maju kedepan.
Selama ini Pek li Peng membungkam terus dalam seribu
bahasa, melihat Siau Lingg berlalu diapun segera mengikuti
dibelakang tubuhnya. Sesudah melewati halaman yang penuh dengan tumbuhan
bunga itu mereka melewati sebuah pintu dan sampailah
disebelah ruangan yang dilengkapi dengan barang barang
yang nampak jauh lebih mewah.
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekeliling ruangan itu berwarna putih, meja dengan kain
putih, kursi berwarna putih hingga mangkuk teh, poci teh
semuanya berwarna putih salju.
Kecuali pakaian yang dikenakan para tamu, boleh dibilang
dalam ruangan ini tidak ditemukan warna kedua.
Dalam hati kecilnya Siau Ling lantas berpikir
"Didepan sana disebut tenda teh, tempat ini merupakan
ruangan pertama... mungkin di sinilah yang dinamakan ruang
depan?" Sementara dia masih berpikir, seorang pelayan berbaju
putih telah maju menghampiri mereka sambil berkata
"Saudara berdua silahkan duduk!"
Siau Ling alihkan sorot matanya kearah pelayan itu, usianya
kurang lebih dua puluh tiga, empat tahunan, berbaju putih,
ikat kepala putih dan tidak nampak pandai bersilat.
Maka diapun lantas berkata
"Apakah tempat ini adalah ruang depan!"
"Sedikitpun tidak salah, apakah kek koan berdua akan
menuju keruang tengah?"
Mendengar ucapan itu Siau Ling kembali berpikir
"Ada ruang depan ruang tengah tentu ada pula ruang
belakang, bersama dengan tenda teh maka jumlahnya
memang genap jadi empat bagian...."
Sementara itu sang peayan baju putih telah berkata
"Silahkan lewat disini!"
Sambil memberi hormat ia segera membawa jalan menuju
kedepan. Sesudah melewati sudut ruang depan sampailah mereka
didepan sebuah pintu berbentuk bulat, kemudan mereka harus
melewati sebuah jalan beralaskan batu putih yang di kedua
belah sisinya penuh dengan pot pot bunga yang menyiarkan
bau harum. "Ruangan depan sudah begini megah apalagi ruangan
tengah, tentu tempat itu jauh lebih mewah lagi...." pikir Siau
Ling. Pelayan baju putih itu mengantar Siau Ling berdua
melewati lorong beralas batu putih itu, setelah mencapai pada
ujung jalan ia segera berkata lirih
"Silahkan . .!" tanpa banyak bicara pelayan itu balik kembali
keruang depan. Diluar wajahnya Siau Ling bersikap seolah olah sama sekali
tak ada urusan apapun, perlahan2 ia masuk kedalam ruangan
padahal dalam hati kecilnya dengan penuh seksama
memperhatikan setiap benda yang ada didalam ruangan itu.
Secara tiba2 dia merasakan bahwa keadaan bangunan
serta ruangan disitu seakan akan pernah dilihat olehnya
disuatu tempat, hanya saja ia lupa pernah melihatnya dimana.
Selesai melewati jalanan beralaskan batu putih itu, mereka
naiki anak tangga batu dan sampailah diruang tengah.
Pemandangan dalam ruang tengah jauh lebih megah,
keempat belah dindingnya berwarna kuning emas, meja kursi
berwarna kuning dan keenam tujuh orang pelayanpun
memakai baju warna kuning.
Sebelum masuk kedalam pintu ruangan seorang pelayan
telah menyambut kedatanga? mereka dengan penuh hormat.
Pek li Peng alihkan sorot matanya mengawasi sekeliling
tempat itu, ia lihat ditengah ruangan yang lebar hanya
berisikan lima enam belas buah meja belaka, diantaranya ada
tiga buah meja yang sudah berisi orang dan itupun tamu yang
ada cuma empat belas orang belaka.
Siau Ling segera mendehem, lalu bertanya:
"Kalau ingin menuju keruang belakang, aku harus lewat
mana?" Pelayan itu nampak agak tertegun, kemudian sambil
mengawasi Siau Ling berdua serunya
"Kalian berdua adalah...."
"Kami hanya secara kebetulan saja lewat ditempat ini,
karena sudah lama mendengar akan nama besar dari kebun
teh Jit ci-teh wan, maka sengaja kami datang untuk
mengunjunginya" "Oooh...! kedatangan saudara berdua sangat tidak
kebetulan" ujar pelayan itu sambil tertawa.
"Kenapa?""
"Ruangan belakang sudah penuh, terpaksa kalian berdua
harus kembali Lagi kemari besok agak lebih pagian!"
"Kebun teh Jit ci-teh wan ini diiengkapi dengan
kemewahan, mungkin selapis lebih kedalam keadaan
ruangannya semakin megah, entah bagaimanakah macam
ruang belakang" bagaimanapun juga aku harus berusaha
untuk memasukinya!" pikir Siau Ling didalam hati.
Berpikir sampai disini ia lantas mengawasi keadaan dalam
ruangan itu dengan seksama.
Tiba2 ia saksikan warna emas diatas dinding ruangan, serta
gorden dan meja kursi yang ada disitu ketihatan se akan2
masih baru dan dipergunakan belum lama, satu ingatan
dengan cepat berketebit didalam benaknya.
"Engkau adalah...."
"Oooh! tidak berani, hamba hanya seorang pelayan yang
melayani sayur dan teh ditempat ini"
"Sudah lama engkau bekerja disini?"
Pelayan itu nampak tertegun, kemudian bukan menjawab
dia balik berkata : "Apakah kek-koan seringkali berkunjung kemari ?"
"Kebun teh Jit-ci-teh wan ini kelihatannya rada aneh aku
harus menggunakan akal untuk menggertak dirinya pikir Siau
Ling didalam hati. Berpikir demikian diapun berkata:
"Satu tahun berselang aku seringkali berkunjung kesini
kenapa pada waktu itu aku tak pernah berjumpa dengan
dirimu ?" Pelayan baju kuning itu memutar sepasang biji matanya
lalu menjawab: "Hamba baru tiga bulan lamanya bekerja disini !"
"Sekalipun Shen Bok Hong mempunyai sarang rahasia lain
didalam kota Tiang sah ini kemungkinan juga kebun teh Jit citeh
wan itu adalah salah satu sarang rahasianya", pikir Siau
Ling didalam hati, "apalagi kebun teh Jit ci teh wan
merupakan tempat tersohor dikota Tiang sah yang seringkali
dikunjungi orang persilatan tempat ini memang merupakan
suatu tempat yang sangat baik untuk menyadap pembicaraan
orang serta mencari berita .. .aku harus selidiki tempat ini
baik baik...." "Kalau memang ruang belakang tak ada tempat, baiklah
kami akan duduk dalam ruangan tengah saja!"
"Kek-koan berdua silahkan duduk", ujar pelayan baju
kuning itu sambil memberi
hormat. Siau Ling masuk kedalam ruang tengah dan memilih satu
tempat lalu duduk. Sinar matanya menyapu sekeliling tempat itu, ia lihat
diruangan yang luas itu berisikan enam belas meja, tiga
diantaranya sudah diisi tamu yaitu satu meja diisi dua orang
saja sedangkan dua meja lamanya masing2 ditempati enam
orang. Ruang besar diisi tamu yang sedikit, suasana terasa amat
sepi dan tenang, ditambah pula pembiearaan orang2 itu amat
lirih membuat suasana terasa santai dan tenang.
Pelahan lahan pelayan baju kuning itu maju menghampiri,
lalu bertanya dengan suala lirih
"Kekkoan berdua akan pesan apa?"
"Sediakan dahulu dua cawan air teh Liong keng!"
Pelayan baju kuning itu mengiakan, setelah menuju
kesudut ruangan dia menyingkap sebuah horden warna
kuning dan berjalan masuk kedalam.
Diluar Siau Ling masih tetap bersikap santai, seolah2 tidak
pernah terjadi suatu apapun, sementara secara diam2 ia
perhatikan terus semua gerak gerik dan pelayan tadi.
Beberapa saat kemudian pelayan baju kuning muncul
kembali sambil membawa sebuah baki yang berisi dua cawan
air teh, lalu dihidangkan didepan Siau Ling serta Pek-Li Peng.
Sejak mendapat serangan bokongan dari Wu popo sikap
Siau Ling maupun Pek-li Peng telah berubah jadi sangat hati2,
sianak muda itu memandang sekejap kearah air teh dalam
cawannya lalu berkata, "Pelayan, sediakan secawan air teh lagi!" Pelayan baju
kuning itu tertegun. kemudian serunya
"Kek-koan, kalian toh cuma dua orang buat apa engkau
pesan tiga cawan air teh?"
"Aku mempunyai sesuatu kebiasaan aneh yaitu tidak minun
air teh yang dihidangkan pertama kali!"
Pelayan baju kuning itu mengiakan, ia segera siapkan
secawan air teh lagi. Sesudah menerima air teh baru itu Siau Ling mendorong
cawan air teh yang berada dihadapannya itu kehadapan orang
baju kuning itu kemudian katanya:
"Pelayan bagaimana kalau engkau menemani aku untuk
minum secawan air teh....?""
"Hamba tidak berani!"
"Tidak menjadi soal tamu mengundang minum sekalipun
sang taukee mengetahui juga tak jadi soal pokoknya engkau
tak akan dimarahi!" Pelayan baju kuning itu termenung sebentar kemudian
sahutnya dengan suara Iirih
"Aah benar apakah kek-koan menaruh curiga kalau dalam
air teh ini terdapat kotorannya ?"
Tidak menampik lagi ia menerima cawan air teh itu dan
segera meneguk habis isinya setelah itu sambil memberi
hormat diri segera mengundurkan diri dan sana;
Dengan tajam Siau Ling mengawasi terus pelayan baju
kuning itu dia lihat setelah orang itu masuk kedalam ruangan
lama sekali belum nampak juga munculkan diri kembali
dengan ilmu menyampaikan suara segera serunya :
"Peng ji setelah masuk kedalam ruangan pelayan itu tak
pernah memunculkan diri kembali, hal ini membuktikan kalau
dalam air teh ada setannya. setelah siasat mereka ketahuan
aku duga mereka pasti tak akan berpeluk tangan dengan
begitu saja, setelah siasatnya gagal mereka pasti akan
menggunakan siasat yang lebih keji untuk menghadapi kita,
marilah kita makan siasat mereka itu dan berusaha menyusup
masuk kedalam! aku rasa dengan kecerdasan otakmu engkau
pasti sudah memahami bukan tanda rahasia yang pernah di
terangkan oleh Sang Pat tadi " nah sekarang engkau keluarlah
dahulu dari sini dan tunggulah diluar, kalau dalam sepertanak
nasi lamanya aku masih belum juga unjukkan diri maka
pergilah bergabung dengan mereka dan tuturkan apa yang
telah terjadi kepada mereka"
Pek-li Peng mengerutkan dahinya seperti mau membantah,
tapi akhirnya ia tetap bersadar diri, bangkit berdiri dan
memberi hormat lalu berlalu dari sana.
Memandang bayangan punggung dan Pek li Peng sudah
lenyap dari pandangan, Siau Ling baru menggape lagi kearah
seorang pelayan Pelayan baju kuning yang lain buru2 maju menghampiri
sambil bertanya lirih "Kek koan, ada pesan apa?""
Sengaja Siau Ling memandang sekejap ke arah orang itu,
kemudian serunya keheranan:
"Aku rasa tadi bukanlah engkau yang melayani kami?"
"Toh sama saja...! kek-koan mau apa?" katakan saja!"
Siau Ling tertawa ewa, kemudian menjawab
"Aku hendak menanyakan satu persoalan dengan pelayan
yang melayani diriku tadi!"
"Urusan tentang kebun teh Jit ci-teh wan ini aku
mengetahui paling banyak, apa yang ingin kau tanyakan"
katakan saja!" Siau Ling segera angkat cawan air tehnya dan berkata
"Baiklah! kalau begitu silahkan minum secawan air teh ini!"
Pelayan baju kuning itu nampak tertegun, kemudian
katanya "Peraturan dalam kebun teh kami tidak memperkenankan
berbuat demikian hamba ti dak berani!"
Siau Ling tersenyum. "Tidak mengapa" katanya. "minum saja air teh ini!"
Pelayan itu siap hendak mengundurkar diri tapi segera kena
ditangkap oleh Siau Ling dan diseret ketempat duduknya
kemudian memaksa orang itu untuk meneguk air teh dalam
cawannya itu. Meskipun para tamu dalam ruangan itu melihat bagaimana
Siau Ling menarik tangan pelayan baju kuning itu, namun
berhubung pembicaraan mereka dilangsungkan dengan suara
lirih dan tidak minip orang yang sedang cekcok, tentu saja tak
ada orang yang mengurusi lagi.
Begitulah kejadian semacam itu berulang terus sampai
beberapa kali, tidak selang beberapa saat kemudian kelima
orang palayan baju kuning yang melayani ruangan tersebut
sudah dicekoki Siau Ling dengan secawan air teh hingga
terpaksa orang2 itu mengundurkan diri kedalam ruang
belakang dan tak pernah muncul kembali.
Menyaksikan orang2 itu lebih rela minum teh racun
daripada ribut2 dengan dirinya, Siau Ling segera berpikir
didalam hati "Mungkin dalam kebun teh ini memang ada peraturan
semacam ini untuk menghindari percekcokan sehingga terjadi
kehebohan dan urusan pun sampai tersiar diluaran, rupanya
mereka lebih rela minum teh racun daripada nibut dengan
orang ....." Sementana ia masih berpikir tiba tiba horden tersingkap
dan muncullah seorang pria setengah baya berbaju kuning
langsung menghampiri dirinya, sesudah memberi hormat ia
berkata "Pelayan kami masih muda belia dan tak mengerti urusan,
sekarang atas kesalahan yang telah dilakukan itu mereka
sedang dicaci maki oleh taukee kami, tapi lima orang pelayan
telah menyalahi engkau semua kejadian ini benar benar
membuat aku tak habis mengerti...."
"Ada apa ?" seru Siau Ling sambil tertawa ewa.
"Kami orang yang membuka rumah makan bertemu orang
harus membawa senyuman dibibir aku tak habis mengerti
kesalahan apakah yang telah dilakukan terhadap dirimu..."
cuma saja... dalam gusarnya kemungkinan besar majikan kami
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bisa memecat kelima orang pelayan itu, urusan menyangkut
masalah kehidpan mereka oleh karena itu aku harap....."
"Urusan ini toh persoalan kebun teh Jit ci teh wan kalian
sendiri, apa sangkut pautnya dengan diriku?" tukas Siau Ling
cepat. "Tentu saja sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan
dirimu, cuma saja urusan ini toh timbul lantaran engkau,
karenanya aku harap engkau suka mintakan ampun buat
kelima orang pelayan ini"
"Hmmm! siasat yang begitu sederhana juga hendak
dipergunakan dihadapanku?" diam2 Siau Ling memaki dalam
hatinya. Sesudah berpikir sebentar, tanyanya
"Apakah aku mampu untuk menolong mereka?""
"Untuk melepaskan belenggu harus dilepaskan oleh orang
yang memasangnya sendiri, meskipun engkau tidak kenal
dengan majikan kami, tetapi dengan kehadiranmu sendiri
maka perkataanmu pasti akan jauh lebih manjur"
"Undang keluar majikanmu biar aku terangkan kepadanya
disini juga" "Majikan kami sedang gusar, aku tidak berani berbicara
dengan dirinya, karena itu terpaksa harus merepotkan engkau
untuk berkunjung sebentar kesana...."
Siau Ling segera bangkit lalu bertanya
"Saat ini majikanmu berada dimana ?"
"Sekarang ia berada diruang dalam !"
"Kalau memang majikanmu tak mau berkunjung datang
kemari terpaksa aku harus pergi kesitu sendiri"
"Engkau begitu besar hati andaikata kau adalah orang Bu
lim maka dirimu pastilah seorang pendekar yang besar!" kata
pria baju kuning itu kemudian sambil berjalan lebih dahulu,
Siau Ling tertawa ewa "Aku hanya seorang manusia gelandangan yang berkelana
didunia tanpa tempat tinggal tetap, aku bukanlah seorang
pendekar besar seperti itu " sambil mengikuti dibelakangnya
diam diam Siau Ling berpikir dalam hati kecilnya.
"Mereka dapat melepaskan racun dalam air tehku itu
berarti bahwa mereka ahli dalam hal racun aku harus bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan"
Berpikir sampai disitu sepasang tangannya segera
dimasukkan kedalam saku diam-diam mengenakan sarung
tangan kulit ularnya. Setelah berada didepan pintu masuk pria baju kuning itu
menyingkap kain horden sambil berkata
"Saudara silahkan masuk kedalam"
Diam diam Siau Ling mengepos tenaga mempersiapkan diri
kemudian selangkah demi selangkah masuk kedalam ruangan.
Setelah melewati sebuah lorong sempit yang panjangnya
mencapai beberapa tombak sampailah pemuda itu pada ujung
lorong yang merupakan sebuah pintu besi.
"Sahabat silahkan masuk kedalam", dari balik pintu
berkumandang datang suara teguran dingin.
Siau Ling melongok kedalam ia lihat ruangan itu remang
dengan sinar yang redup membuat pandangan disitu tidak
nampak jelas tetapi dengan andalkan nyalinya yang besar
serta kepandaian silatnya yang tinggi dengan langkah tegap ia
berjalan masuk kedalam. Baru saja ia melangkah masuk kedalam pintu, segulung
desiran angin tajam menyambar lewat dari sisi tubuhnya, dan
laksana sambaran kilat cepatnya langsung menghajar jalan
darah Tiong ho hiat diatas badannya.
Siau Ling sambil miringkan badan segera menerobos masuk
kedalam, ia membiarkan badannya kena tersambar oleh ujung
jari lawan, kemudian tarik napas panjang dan pura-pura roboh
keatas tanah. Terdengar suara gelak tentawa yang amat nyaring
berkumandang memecahkan kesunyian
"Haaah....haaah...haaah... kita sudah menilai terlalu tinggi
terhadap dirinya!" Diam2 Siau Ling meliirk sekejap kearah orang yang barusan
melancarkan serangan totokan terhadap dirinya itu, ia
saksikan orang tersebut mengenakan jubah warna hitam dan
dia bukan lain adalah murid tertua dari Shen Bok Hong yang
bernama Tan Hiong Ciang. Seorang lelaaki berjubah hitam berkerudung kain hitam
mengikuti dibelakang tubuh orang she-Tan tersebut.
Siau Ling dengan sorot mata yang tajam segera mengawasi
orang baju hitam itu, walaupun cahaya dalam ruangan
remang2 akan tetapi ia menyaksikan kesemuanya itu dengan
jelas, ia merasa pakaian jubah hitam yang dikenakan itu
terlalu ketat, terutama sekati kain kerudung hitam yang
menutupi kepalanya, boleh dibilang tidak keruan.
Kejadian itu mencengangkan hatinya, segera pemuda she
Siau itu berpikir "Dandanan orang ini benar2 luar biasa sekali, kalau
dikatakan ia sedang menyaru maka boleh dibilang
penyaruannya itu adalah penyaruan yang terjelek dikolong
langit" Dalam pada itu terdengar manusia jubah hitam itu
mendehem ringan dan berkata
"ilmu silat yang dimiliki sau cungcu benar2 amat sempurna,
totokan jarimu itu cepat bagaikan sambaran kilat, sekalipun
seseorang memiliki ilmu silat sangat lihaypun tak akan mampu
untu meloloskan diri"
"Taysu terlalu memuji" jawab Tan Hiong Ciang " bukannya
ilmu silat yang kumiliki terlalu tinggi, sebenarnya kitalah yang
sudah menilai orang ini terlalu tinggi"
"Bagus sekali" batin Siau Ling, " rupanya dia adalah
seorang hweesio, tidak aneh kalau pakaian yang dikenakan
olehnya luar biasa sekali"
Terdengar manusia berjubah hitam itu berkata kembali
"Pinceng tak dapat berdiam terlalu lama disini, aku hendak
mohon diri terlebih dahulu, semoga saja bilamana sau cungcu
berjumpa dengan Shen Toa cungcu sampaikanlah perkataanku
tadi" "Taysu tak usah kuatir, bilamana aku berjumpa dengan
guruku malam nanti pasti akan kusampaikan perkataan dari
caysu itu" "Kalau memang begitu pinceng mohon diri terlebih dahulu "
kata orang baju hitam itu sambil memberi hormat.
Tan Hiong Ciang balas sambil hormat dan berkata kembali
"Suhu telah berkata, bilamana dunia persilatan sudah
berada dibawah kekuasaannya maka taysulah ciangbunjin Siau
Lim!" "Semoga sau cungcu suka membantu dari samping,
sekalian sampaikan salam Pinceng untuk Toa cungcu!" habis
berkata orang baju hitam itu segera berlalu.
Menungu orang itu sudah lenyap dan pandangan mata Tan
Hiong Ciang baru menggape kearah tempat kegelapan dan
muncullah dua orang pria kekar yang segera menggusur Siau
Ling menuju keruang rahasia yang lain.
Setelah menyaksikan dan mendengar apa yang barusan
terjadi mengertilah Siau Ling bahwa kebun teh Jit ci teh wan
adalah salah satu markas dari Shen Bok Hong, akan tetapi
bukan merupakan tempat penting jika didengar dari
pembicaraan Tan hong Ciang barusan rupa-rupanya Shen Bok
Hong berdiam ditempat lain.
Ia lihay dan bernyali besar dibiarkannya sang badan
digotong masuk oleh kedua orang pria kekar itu kedalam
sebuah ruangan rahasia. Ruang rahasia itu besarnya menyerupai kamar biasa cuma
suasananya gelap gulita Tan Hiong Ciang mengikuti dibelakang tubuh dua orang
pria yang menggotong tubuh Siau Ling setelah berada didalam
kamar ia segera berseru "Pasang lampu lentera aku hendak memeriksa manusia
keparat ini" Pria yang ada disebelah kiri segera mengiakan dan
memasang lampu, dalam waktu singkat suasana dalam
ruangan itu sudah berubah jadi terang benderang.
Siau Ling melirik sekejap kearah sekeliling ruangan itu,
dalam hati segera pikirnya
"Mungkin tempat ini merupakan ruang siksa yang biasa
digunakan oleh mereka untuk memeriksa tawanannya...."
Tampaklah Tan Hiong Ciang menutup pintu besi lalu
mengirim satu pukulan keatas badannya.
Siau Ling tahu bahwa dia hendak membebaskan jalan
darahnya, karena itu badannya sama sekali tidak bergerak.
Setelah pukulan tadi menghajar bahu Siau Ling, pemuda itu
segera berpura2 baru saja bebas dari pengaruh totokan.
Kedua orang pria kekar itu memuntir lengan Siau Ling dan
berdiri tegak dibelakang tubuhnya.
Siau Ling sama sekali tidak melawan, ia biarkan tangannya
dipuntir kebelakang namun hawa murninya diam2 sudah
disebarkan mengelilingi seluruh tubuhnya.
Terdengar Tan Hiong Ciang berseru dengan dingin
"Saudara nyalimu benar2 amat besar !"
Siau Ling melirik sekejap kearah Tan Hiong Ciang, lain
sambil pura-pura kebingungan katanya
"Aku toh sama sekali tiada ikatan dendam ataupun sakit
hati dengan kalian semua, perselisihanpun tak pernah terjadi,
mengapa kalian bersikap demikian terhadap diriku "
sebenarnya apa maksud kalian ?""
Tan Hiong Ciang tertawa dingin kemudian berkata
Dihadapan orang budiman tak usahlah bicara bohong,
dalam sepasang mata aku orang she-Tan belum pernah
kemasukan sebutir pasirpun kalau sahabat tidak ingin
merasakan siksaan badan lebih baik jawablah sejujurnya
semua pertanyaanku !"
"Apa yang harus kukatakan ?"
"Apa yang kutanyakan jawab dengan sejujurnya, ingat !
jangan coba-coba berbohong"
"Ajukanlah pertanyaanmu asal aku tahu pasti akan kujawab
dengan sejujurnya !"
"Siapa namamu " apa julukanmu " mau apa datang kemari
" mendapat perintah dari siapa ?"
"Aku bernama Ciau Tong dalam persilatan punya sedikit
nama aku datang kemari karena sedang berpesiar dan
kedatanganku adalah muncul dari hati serta keinginanku
sendiri" "Ciau Tong ?" gumam Tan Hiong Ciang seorang diri,
"kenapa aku belum pernah mendengar nama ini ?""
"Selamanya aku bergerak diatas air " Siau Ling
menerangkan. "Jadi kalau begitu engkau juga sahabat dari kalangan
persilatan ?" "Benar selamanya aku bekerja dan cari untung diatas air,
diatas daratan jarang sekali beroperasi karena itu aku tak
kenal dengan dirimu"
Tan Hiong Ciang segera tertawa dingin.
"Oooh... rupanya engkau adalah bandit air aku gembira
sekali dapat bertemu dengan engkau"
Sambil mempertinggi suaranya ia menyambung lebih jauh
"Saudara kalau memang engkau cari keuntungan diatas air
lalu apa sangkut pautnya dengan kebun teh Jit ci teh wan
kami ini" Toh kita bagaikan air sumur tak pernah mengganggu
air sungai" ada urusan apa engkau datang kemari?"
"Tiada tujuan apa2, aku hanya merasa ingin tahu saja"
"Barang apa saja yang kau bawa dalam sakumu?"
perlahan2 Tan Hiong Ciang bertanya.
"Kecuali beberapa tahil uang perak, tiada benda lainnya
lagi!" "Bagaimana kalau sampai kugeledah?"
"Kecuali beberapa setel pakaian, yang lain adalah barang
keperluan sehari2" Tan hong Ciang segera ulapkan tangannya.
"Periksa yang teliti!" perintahnya.
Kedua orang pria itu mengiakan, tangan kiri mencekal
lengan Siau Ling sementara tangan yang lain merogoh
kedalam sakunya. Siau Ling berdiam diri beberapa saat lanka nya, setelah itu
ujarnya "Apakah sau cungcu menaruh curiga kalau maksud
kedatanganku adalah untuk bikin kekacauan.."
"Tutup mulut!" hardik Tan Hiong Ciang dengan keras, kalau
engkau tidak bermaksud mengacau, apa sebabnya kau paksa
pelayan dalam ruangan kami secara beruntun minum teh
berisi obat pemabok?",
Siau Ling segera tersenyum.
"Hal ini harus salahkan pada sau cungcu sendiri mengapa
gunakan pelayan2 tolol untuk melakukan tugas tersebut"
lagipula mereka kurang mampu untuk menahan diri, baru saja
aku bercakap2 beberapa patah kata dengan mereka, mereka
sudah meracuni air tehku bahkan wajahnya menunjukan sikap
tidak tenang, itulah sebabnya dengan cepat aku dapat
membongkar maksud jahatnya."
Tan Hiong Ciang termenung dari berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian berkata
"Meskipun kedatanganmu tanpa maksud apa2, tetapi
engkau toh sudah kami tangkap" pepatah mengataan
menangkap harimau mudah, untuk melepaskannya kembali
susah, selamanya kebun teh Jit ci teh wan adalah tempat
berdagang yang pakai aturan, setelah engkau mengetahui
latar belakang yang sebenarnya tentu saja tak dapat
dilepaskan kembali?"
"Lalu apa yang hendak engkau lakukan terhadap diriku?"
Tan Hiong Ciang menyeringai seram, katanya
"Tentu saja membinasakan dirimu, karena hanya itulah
satu2nya jalan yang paling aman"
Mendengar perkataan tersebut, dalam hati kecilnya Siau
Ling segera berpikir "Rupanya suatu pertempuran sengit sudah tak dapat
dihindarkan diri lagi perduli pertarungan macam apapun juga
aku harus berhasil menangkap Tan Hiong Ciang dalam
keadaan hidup, dengan begitulah Shen Bok Hong baru tidak
akan memperoleh kabar hingga tindakanku ini tidak sampai
memukul rumput mengejutkan ular.."
Sementara itu Tan Hiong Ciang telah berkata kembali
dengan suara dingin "Engkau tak perlu takut, meskipun aku telah menganbil
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keputusan untuk membinasakan dirimu, akan tetapi aku akan
suruh engkau mati dalam keadaan nyaman, sedikitpun tidak
merasakan penderitaan apapun
"Engkau amat baik hati!"
Tan Hiong Ciang tertawa. "Asal kuhajar jalan darah Tat an-Leng hiatmu diatas ubun2
maka engkau akan jatuh tak sadarkan diri kemudian menemui
ajalnya, tubuhmu sama sekali tak akan mengalami
penderitaan apapun" Telapak kanannya segera diayun langsung menghajar
batok kepala sianak muda itu.
Walaupun dihari-hari belakangan ini tenaga dalam yang
dimiliki Siau Ling telah mendapatkan kemajuan yang amat
pesat, namun ia tak berani membiarkan jalan darah "Thian
leng hiat" pada ubun2nya dihajar oleh Tan Hiong Ciang, dalam
keadaan yang mendesak mau tak mau dia harus melakukaa
perlawanan. Sepasang telapaknya segera bekerja cepat masing2
mencengkeram jalan darah penting dipersendian dua orang
pria yang memuntir lengannya sementara kaki kanannya
mengirim satu tendangan kilat menghajar lambung orang she
Tan tersebut. Murid tertua Shen Bok Hong ini mimpipun tak pernah
menyangka kalau pihak lawan memiliki ilmu silat yang begitu
lihay, dalam posisi saling berhadapan tiada kesempatan lagi
baginya untuk berkelit kesamping terpaksa telapak kanannya
ditabok kedepan memaksa sianak muda itu terpaksa harus
menarik kembali serangannya.
Walaupun begitu telapaknya tak urung mengena juga
diatas bahu seorang pria anak buahnya yang ada disamping
membuat orang itu mendengus berat dan tulang bahunya
seketika patah. Bagaimana pun juga dia adalah seorang tokoh kelas satu
dalam dunia persilatan. sekalipun serangannya mengena
tubuh kawan, namun tubuhnya sempat melayang mundur dua
depa kebelakang. Melihat tendangannya gagal, Siau Ling segera
mendorongkan sepasang telapaknya ke depan, tanpa bisa
dikuasai tubuh kedua orang lelaki itu segera menumbuk
kearah Tan Hiong Ciang. Orang she Tan itu buru2 rentangkan sepasang telapaknya
kedepan...plok! plok! dua orang pria itu tertumbuk diatas
angin pukulannya sehingga terpental kesamping.
Menggunakan kesempatan itulah Siau Ling meloncat maju
kedepan, telapak kanannya diayun kedepan dan menghajar
dada lawan. Tan Hiong Ciang tahu lihay, buru buru telapak kanannya
diayun pula kedepan menyambut datangnya ancaman tersebit
dengan keras lawan keras.
Bentrokan sepasang telapak menimbulkan suara ledakan
yang memekikkan telinga, termakan oleh dahsyatnya angin
pukulan dari Siau Ling, tubuh Tan Hiong Ciang terge tar
mundur tiga langkah kebelakang, darah panas dalam rongga
dadanya bergolak keras membuat hatinya merasa amat
terperanjat Dengan cepat ia merogoh keluar sepasang senjata
garpunya, sambil dicekal dalam genggaman, serunya dingin
"Siapakah engkau?"
"Pencabut nyawa!" jawab Siau Ling sambil tertawa dingin.
Tangan kirinya diayun, dengan jurus Kim liong tam jiau
atau naga emas unjukkan cakar ia cengkeram pergelangan
lawan. Setelah menyambut datangnya serangan tadi, Tan Hiong
Ciang telah mengetahui bahwa ilmu silatnya masih belum
mampu menandingi lawan kalau tidak menggunakan senjata
pasti tak akan mampu untuk menandingi lawannya, tangan
kanan segera diayun dan senjata garpunya yang
memancarkan cahaya kilat langsung menusuk tangan Siau
Ling. Sianak muda itu putar tangan kanannya, kelima jari
tangannya digenggam dan segera mencengkeram senjata
garpu itu kencang2. "Siau Ling..." jerit Tan Hiong Ciang dengan terperanjat.
Tangan kanan Siau Ling bekerja cepat dalam sebuah
kelebatan ia sudah totok jalan darah Poh long hiat ditubuh
orang she Tan tersebut. Baru saja Tan Hiong Ciang meneriakan nama Siau Ling,
jalan darahnya sudah tertotok, tangan kanannya mengendor
dan senjata tajamnya terlepas dari genggaman.
Siau Ling segena pungut senjata garpu itu, kaki kirinya
menginjak diatas dada Tan hiong Ciang serta menendang
bebas jalan darahnya yang tertotok, dengan dingin serunya:
"Sekarang aku sudah belajar bagaimana caranya turun
tangan keji, kalau engkau berani berteriak maka akan
kucongkel keluar sepasang biji matamu itu"
Tan Hiong Ciang benar2 tak berani berteriak.
Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah salah
seorang diantara dua pria kekar yang dihajar oleh Tan Hiong
Ciang tadi hingga roboh dan waktu itu sedang merangkak
bangun, pikirnya didalam hati
"Kalau aku tidak turun tangan menghabisi nyawa kedua
orang ini pastilah Tan Hiong Ciang tak akan merasa takut
terhadap diriku...!"
Berpikir demikian senjata garpu ditangannya segera
diayunkan kearah depan....
"Creeet..! darah segar muncrat keluar membasahi seluruh
wajah dan tubuh Tan Hiong Ciang.
Ketika sorot matanya beralih kembali kearah pria kekar itu
tampaklah dadanya sudah merekah besar sedangkan isi
perutnya berhamburan keluar.
Pelahan-lahan Siau Ling menyeka darah segar diatas
senjata garpunya itu pada wajah Tan Hiong Ciang, kemudian
ujarnya dengan dingin "Mungkin..., engkau sudah percaya bukan kalau aku sudah
belajar bagaimana caranya membunuh orang ?"
"Engkau adalah Sam cungcu.... kau benar-benar adalah
Paman Siau "Hmm ! hubunganku dengan Shen Bok Hong sudah lama
putus diantara kami berdua sudah tiada ikatan apa-apa lagi
orang tak usah menyebut aku sebagai Sam cungcu lagi, sebab
dewasa ini kita adalah musuh bebuyutan...."
Setelah membuktikan bahwa orang yang sedang
dihadapinya pada saat ini benar2 adalah Siau Ling, Tan Hiong
Ciang tak berani melakukan perlawanan lagi, perasaan hati
pun jauh lebih tenang, tanyanya lirih
"Engkau ingin berbuat apa?"
"Berapa banyak orang yang berada didalam ruang kecil
ini?"" "Dalam ruang siksa ini hanya ada tiga orang dua
diantaranya sudah kau bunuh mati dan tinggal aku seorang
yang masih hidup" "Kalau engkau tidak bicara sejujurnya, siksaan badan saja
yang akan kau dapatkan...."
"Ruangan ini toh kecil sekali dan sekilas memandang sudah
dapat dilihat semua, mengapa aku harus membohongi
dirimu?"" Siau Ling berpaling sebentar, dan ujarnya
"Aku bertujuan melenyapkan Shen Bok Hong serta
menghancurkan perkampungan Pek hoa san cung sehingga
bibit bencana bagi dunia persilatan dapat disingkirkan, sedang
engkau tidak lebih hanya seorang budak bayaran yang
dipergunakan tenaganya untuk berbuat kejahatan sekalipun
dibunuh juga tak perlu disayangkan, kalau engkau berani
berbohong sekaIi bacok kucabut selembar jiwamu,...."
"Seorang lelaki sejati tak takut mati dibunuh" sela Hong
Ciang dengan cepat, "kalau Siau tayhiap ingin membunuh,
bunuh sajalah dengan cepat engkau tak perlu menakut nakuti
diriku lagi" Siau Ling tertawa dingin.
"Hmmm! rupanya engkau sudah keracunan terlalu
mendalam sehingga tak bisa diselamatkan lagi jiwanya,
baiklah ! dari gurumu aku memang sudah terlatu banyak
mempelajari cara untuk turun tangan secara keji kalau suruh
aku membinasakan drimu dengan cara yang enak, mungkin
saja sulit bagiku untuk melakuknnya
"Lalu apa yang enak kau lakukan ?"" Aku akan suruh
engkau merasakan penderitaan yang hebat secara perlahanlahan
kemudian baru menemui ajal.
"Engkau seorang pendekar besar, apakah engkau tidak
takut siksaan cara keji yang kau gunakan itu akan menodai
nama besarmu?" "Hal itu harus dilihat siapakah yang sedang kuhadapi
gurumu berhati kejam dan tak kenal perikemanusiaan, kalau
aku tidak menggunakan cara racun lawan racun, siapakah
yang mampu untuk menbendung kekejamannya itu?"
Sesudah berhenti, sambungnya lebih jauh:
"Perduli bagaimana akhirnya sekarang hanya ada satu jalan
saja yang dapat kau tempuh"
"Jalan apa?""
"Bekerja sama dengan aku serta mendengarkan
perintahku!!" "Kemudian" "Akan kuberikan semua jalan kehidupan bagimu dan kali ini
jiwamu tak akan kuganggu, tapi lain kali jangan coba2 untuk
terjatuh lagi ditanganku"
---oo0dw0oo--- Jilid 20 MENDADAK dari luar ruangan berkumandang datang suara
panggilan yang rendah dan berat :
"Sau cungcu!" "Selamanya aku tak pernah mengingkari janji" bisik Siau
Ling dengan suara lirih, "setelah aku menjanjikan sesuatu
kepadamu maka selamanya tak akan kusesali kembali, setelah
kujanjikan pengampunan bagimu janji itu pasti akan kupenuhi,
tetapi jikalau engkau berani main gila dengan aku, maka itu
berarti hanya akan mencari kematian buat diri sendiri"
Tan Hiong Ciang mengangguk dan membungkam dalam
seribu bahasa. "Suruh dia masuk" bisik Siau Ling kembali.
Tan Hiong Ciang mengangguk, dan segera serunya
"Siapa diluar?""
"Aku Sam in jiu tangan pencabut nyawa Tiau Coan!!" jawab
orang diluar ruangan. "Apakah Tiau heng cuma seorang diri."
"Aku datang bersama Tok hwee api racun Keng Gak, cuma
Keng Gak berada diruang depan!"
Siau Ling segera memberi tanda kepada Tan Hiong Ciang
agar menyuruh Tiau Coan masuk kedalam ruangan.
Tan Hiong Ciang termenung sebentar, kemudian serunya
"Tiau- heng, silahkan masuk kedalam!"
Bayangan manusia berkelebat lewat, Tiau Coan sambil
mendorong pintu besi tahu-tahu sudah menerobos masuk
kedalam ruangan. Sebenarnya Siau Ling akan melancarkan sebuah totokan
dikala orang itu masuk kedalam ruangan, akan tetapi Tiau
Coan adalah seorang manusia licik yang banyak pengalaman,
sikap ragu ragu dari Tan Hiong Ciang telah menimbulkan
perasaan was was didalam hati kecilnya.
Dengan telapak kiri melindungi dada, tetapak kanan siap
menghadapi segala kemungkinan dengan gerakan yang cepat
bagaikan sambararan kilat ia segera menerjang masuk
kedalam ruangan, begitu masuk telapak kanannya mengirim
satu pukulan dahsyat kearah belakang.
Meskipun Siau Ling sudah banyak pengalaman dan sering
kali menemui peristiwa besar, tetapi terhadap cara untuk
menghindari serangan bokongan seperti ini boleh dibilang
sama sekali diluar dugaan, tahu2 Tiau Coan telah berhasil
menerobos masuk kedalam ruangan.
Cahaya api lirih dalam ruangan telah dipadamkan oleh Siau
Ling, ditengah kegelapan yang luar biasa tubuh Tiau Coan
yang sedang menerobos masuk kedalam ruangan segera
tersandung oleh kaki kiri Tan Hiong Ciang yang berbaring
diatas tanah sehingga tubuhnya tergelincir dan roboh
kesamping. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu Siau Ling
segera menerjang maju kedepan, angin pukulannya yang
tajam langsung menghajar bahu kanan Tangan pencabut
nyawa. Tiau Coan tangan pencabut nyawa segera putar telapak
kirinya menyambut datangnya ancaman dari Siau Ling,
sedangkan tangan kanannya menghajar lambung bagian
bawah dari sianak muda itu. Siau Ling segera mengerahkan
tenaga dalamnya lebih hebat ditangan kanan sementara
badannya bergeser dua langkah kesamping meloloskan dari
dari ancaman yang datang dari arah bawah.
Tiau Coan disebut orang Tangan pencabut nyawa, hal ini
dikarenakan ilmu telapaknya luar biasa sekali asal orang
berani beradu tenaga dengan dirinya niscaya pihak lawan
akan terluka diujung telapaknya, akan tetapi musuh yang
sedang dihadapnya pada saat ini adalah Siau Ling, tentu saja
dialah yang mengalami kerugian besar.
Sepasang telapak tangan saling beradu satu sama lainnya
sehingga menimbulkan suara benturan keras.
Pada telapak Siau Ling mengenakan sarung tangan kulit
naga, ia tak takut keracunan, dalam bentrokan tersebut
seketika itu juga Tiau Coan merasakan darah panas dalam
dadanya bergolak keras ia mendengus berat dan tubuhnya
tergetar mundur dua langkah kebelakang.
Tan Hiong Ciang yang berbaring diatas tanah dapat
menyaksikan jalannya pertarungan itu dengan amat jelas,
diam-diam hatinya merasa amat terkejut, pikirnya
"Oooh .... ilmu silat yang dimilikinya ternyata sudah
bertambah maju dengan pesatnya ..."
Sesudah ayunan telapak kanan Siau Ling berhasil melukai
Tiau Coan, tangan kirinya laksana kilat melancarkan sebuah
totokan menghantam jalan darah jit gwat hiat diiga kanan
Tiau Coan. Sementara Tangan pencabut nyawa sedang merasakan
kepalanya pening tujuh keliling. Totokan jari tangan kiri Siau
Ling sudah meluncur datang membuat ia sama sekali tak
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat berkutik lagi. "Tiau Coan!", bentak Siau Ling dengan ketus, "engkau ingin
mati atau ingin hidup!"
Sambil berkata pergelangan kanan orang she Tiau itu
segera dicengkeram dengan kencang.
Tiau Coan merasakan matanya masih berkunang-kungan
dan kepalanya pusing tujuh keliling, lama sekali golakan darah
dalam tubuhnya baru bisa ditenangkan kembali, ia segera
menjawab, "Kalau ingin mati bagaimana" Dan kalau ingin hidup
bagaimana?" "Kalau engkau ingin mati, sekali hantam kubinasakan
dirimu, sebaliknya kalau engkau ingin hidup, haruslah
mendengar perkataanku!"
Dalam keadaan yang jauh lebih tenang Tangan pencabut
nyawa Tiau Coan dapat pula melihat keadaan disekelilingnya
dengan jauh lebih jelas, ketika menyaksikan Tan Hiong Ciang
roboh terkapar diatas tanah segera tegurnya..
"Apakah sau cungcu?"
Tan Hiong Ciang segera berpikir didalam hati kecilnya,
"Peristiwa yang amat memalukan ini dapat dilihat olehnya,
sesudah tinggalkan tempat ini aku harus berusaha keras untuk
melenyapkan dirinya dari muka bumi, daripada kejelekanku ini
tersiar sampai dimana-mana.."
Berpikir sampai disini, iapun menjawab,
"Sedikitpun tidak salah"
Siau Ling segera menarik tangan kanan lawan dengan
sekuatnya membuat tulang pergelangan Tiau Coan patah jadi
dua, saking sakitnya keringat sebesar kacang kedelai
mengucur keluar membasahi wajah orang she Tiau itu
membuat ia berseru tertahan.
"Aah....! Rupanya ia jauh lebih tersiksa daripada diriku"
kembali Tan Hiong Ciang berpikir.
Dalam pada itu sambil menahan sakit Tiau Coan telah
menengadah memandang wajah Siau Ling, kemudian
tegurnya : "Siapakah engkau?"
"Pencabut nyawa!"
Tiau Coan tertegun, kemudian serunya kembali,
"Sau cungcu, siapakah orang ini?"
Meskipun ia merasakan kesakitan yang luar biasa, namun
berhubung Tan Hiong Ciang berada disitu, ia tak berani
mengutarakan kata-kata untuk minta diampuni jiwanya.
Tan Hiong Ciang sendiripun dalam hatinya berpikir.
"Siau Ling tak mau menyebut namanya itu berarti ia tak
ingin asal usulnya diketahui orang, terpaksa aku harus ikut
merahasiakannya..." Berpikir demikian, diapun lantas berkata..
"Aku sendiripun kurang jelas, panggil saja pencabut nyawa
bukankah sudah beres.....?"
"Pencabut nyawa" Sungguh tak enak didengar...." pikir Tiau
Coan, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa serunya,
"Pencabut nyawa..."
Siau Ling memperkencang cekalannya membuat Tiau Coan
kesakitan hingga membungkam dalam seribu bahasa.
"Perlahan sedikit kalau bicara!" seru Siau Ling.
"Sau cungcu, apa yang harus kulakukan pada saat ini"
Harap sau cungcu suka memberi petunjuk" pinta Tiau Coan
kemudian. "Peraturan dari perkampungan Pek hoa san cung kita amat
ketat dank eras, barang siapa berani membocorkan rahasia
dapat berakibat dijatuhi hukuman siksaan yang terkejam
dikolong langit, lagipula engkau toh tidak banyak mengetahui
rahasia, kalau pihak lawan gagal untuk memperoleh
keterangan yang benar, engkau pun pasti akan disiksa pula
mati-matian, kalau engkau tidak ingin merasakan yang kejam,
aku rasa lebih baik engkau mencari kematian buat dirimu
sendiri saja" Ucapan ini benar-benar amat keji sekali, meskipun diluaran
nampaknya ia merasa kasihan terhadap rekannya dan takut
Tiau Coan tak kuat menahan siksaan, diam-diam dia memberi
kisikan kepada Tiau Coan agar bunuh diri saja.
Dan yang paling kejam lagi ia telah memberi kisikan kepada
Siau Ling bahwasanya tidak banyak rahasia yang diketahui
oleh Tiau Coan, dia anjurkan kepada pemuda itu agar
membinasakan dirinya saja.
Siau Ling sendiri walaupun cerdik, namun dia adalah
seorang manusia jujur karena itu ucapan dari Tan Hiong Ciang
tersebut tak dapat ditangkap arti sebenarnya.
Lain halnya dengan Tiau Coan yang licik dan banyak
pengalaman, tentu saja dia dapat menangkap maksud dari
ucapan orang she Tan itu.
Sambil tertawa dingin segera sindirnya,
"Siau cungcu apakah engkau suruh aku bunuh diri?"
"Kalau engkau merasa yakin bisa menahan siksaan tidak
matipun tidak mengapa!"
Siau Ling segera menggoyangkan tangan kanannya,
kembali Tiau Coan merasakan kesakitan hebat sehingga
keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh
tubuhnya. "Tiau Coan!" ia berseru, "pada saat ini mati hidupmu
berada dalam genggamanku, engkau tak usah minta petunjuk
dari sau cungcumu lagi!"
Jalan darah Tiau Coan tertotok sehingga tak mampu
baginya untuk menggerakkan tenaga melawan rasa sakit yang
menyerang tubuhnya, terpaksa dia berkata..
"Sau cungcu, pada saat ini aku sudah sama sekali
kehilangan daya kemampuan untuk bunuh diri..."
Setelah berhenti sebentar, terusnya,
"Pencabut nyawa, apa yang kau inginkan?""
"Sekarang Shen Bok Hong berada dimana?"
"Tentang hal ini aku kurang begitu tahu!"
"Berapa banyak orang yang berada dalam kota Tiang sah
ini?" kembali Siau Ling bertanya dengan alis mata berkernyit.
"Tentang soal ini akupun kurang begitu jelas!"
"Benarkah engkau tidak tahu apa2"
Sambil berkata, tangan kanannya kembali menggoyang
tulang pergelangan Tiau Coan yang patah.
Orang she Tiau itu kontan saja kesakitan hebat sehingga
napasnya terengah-engah, serunya
"Aku benar-benar tidak tahu berapakah jumlah
keseluruhannya..." "Lalu apa yang kau ketahui?"
"Aku hanya tahu tentang beberapa orang yang berada satu
rombongan dengan diriku saja..."
"Baik! Katakanlah, berapa jumlah anggota rombonganmu,
dan siapakah komandannya?"
"Kami semuanya dua belas orang, Seng Sam Koay
locianpwee yang menjadi komandan kami"
"Sekarang mereka berada dimana?"
"Dalam kuil Pek in koan sebelah barat kota Tiang sah..."
"Kuil Pek in koan...."
Benar aku serta Keng Gak mendapat tugas dari Seng Sam
Koay untuk datang kemari menghadap sau cungcu..."
Mendadak Tan Hiong Ciang berbatuk beberapa kali.
Mendengar suara batu itu buru-buru Tiau Coan tutup mulut
Siau Ling segera tertawa dingin, ejeknya.
"Sau cungcu, rupanya engkau sudah bosan hidup?""
Sebuah tendangan keras segera dilancarkan keatas tubuh
orang she Tan tersebut. Tubuh Tan Hiong Ciang segera berguling guling sejauh
empat depa lebih dan menumbuk diatas dinding tembok,
namun mulutnya tetap membungkam.
Rupanya Siau Ling menotok jalan darah bisunya.
"Apakah dia sudah mati?" Tanya Tiau Coan setelah suasana
hening sejenak. "Mungkin saja dia sudah mampus!" jawab Siau Ling dengan
nada dingin dan kaku, "lanjutkan perkataanmu apa tujuan
kalian datang kemari dan apa yang hendak diserahkan kepada
Tan Hiong Ciang?""
"Seng Sam Koay serahkan kami sepucuk surat dan
diperintahkan kepada kami untuk menyerahkan langsung
kepada sau cungcu" "Serahkan kepadaku!"
Tiau Coan merasakan tulang pergelangan kanannya amat
sakit akibat dipatahkan oleh Siau Ling tadi, terpaksa dengan
menggunakan tangan kirinya, ia rogoh kedalam saku dan
ambil keluar sepucuk surat yang diserahkan kepada pemuda
itu.. Dalam pada itu, Tiau Coan mengira Tan Hiong Ciang sudah
mati ditendang oleh Siau Ling, karena itu rasa takut dan waswasnya
jauh sudah lebih berkurang.
Mimpipun ia tak menyangka kalau Tan Hiong Ciang Cuma
ditendang jalan darah bisunya saja sehingga tak dapat
berbicara, sementara sepasang matanya sedang melotot
tajam kearah dirinya. Siau Ling menerima sampul surat itu lantas bertanya,
"Engkau membawa korek api?"
"Bawa" "Baik, pasang lilin itu!"
Setelah merasakan pahit getirnya serangan dari Siau Ling,
terhadap pemuda ini boleh dibilang Tiau Coan menaruh jeri
dan segan yang luar biasa, dalam keadaan begini tentu saja ia
tak berani mempergunakan akal licik atau siasat buruk untuk
mempermainkan pemuda itu setelah ambil keluar korek api, ia
segera memasang lilin. Mempergunakan kesempatan dikala Tiau Coan memasang
api lilin, Siau Ling menutup kembali pintu baja tersebut..
Kemudian dibawah sorot cahaya lilin, ia membaca sampul
surat tersebut, terbaca olehnya,
"Surat ditujukan kepada Shen toa cungcu dengan perantara
sau cungcu" Siau Ling segera merobek sampul tadi dan membaca isinya,
"Dipersembahkan kepada yang mulia Shen Bok Hong toa
cungcu... kecerdasan toa cungcu luar biasa dan
benar2 patut dipuja, ketika hamba sekalian melaksanakan
siasat seperti apa yang dipesan, ternyata hasil yang diperoleh
sangat diluar dugaan, Siau yau cu telah mengutus para jago
lihaynya untuk bergerak, apabila urusan berjalan lancer dan
sesuai dengan rencana, dalam dua hari mendatang mereka
pasti sudah akan saling bertempur dengan serunya melawan
orang2 dari pihak partai Bu tong..."
Isi surat tersebut amat singkat dan hanya terdiri dari
beberapa patah kata, namun penuh dengan siasat busuk dan
kekejian hati yang luar biasa.
Selesai membaca isi surat tadi, Siau Ling segera tertawa
dingin dan berkata, "Hmmm! Suatu siasat yang keji dan telengas...."
Setelah masukan kembali surat tadi kedalam sampul, ia
masukan kedalam sakunya. Tiau Coan menyaksikan hal itu jadi tertegun, serunya,
"Engkau hendak membawa pergi surat tersebut?"
Siau Ling tidak menanggapi pertanyaan tersebut,
sebaliknya dia malahan balik bertanya,
"Engkau tahu apa isi surat tersebut?"
Tiau Coan menggeleng. "Aku toh belum membacanya, darimana bisa tahu?"
sahutnya. "Apa yang engkau ketahui" Aku harap engkau bersedia
untuk mengakuinya secara terus terang!"
"Apa yang kuketahui tak terlalu banyak...."
"Engkau tahu sepatah katakan saja sepatah kata..."
"Dalam hal yang bagaimana?"
"Mengenai gerakan yang kau ikuti hingga sekarang!"
"Kedudukanku rendah sekali, tiada kesempatan bagiku
untuk ikut serta membahas rencana dan siasat, oleh karena
itu bagaimanakah rencana mereka, aku sama sekali tak tahu!"
Mendengar jawaban tersebut, Siau Ling berpikir didalam
hati, "Shen Bok Hong berhasil mencapai kejayaan seperti apa
yang dimilikinya sekarang, sebagian besar adalah
mengandalkan ilmu silatnya yang lihay, cara kerjanya yang
keji dan telengas, namun kerahasiaan cara gerak merekapun
merupakan salah satu alasan yang terpenting, ditinjau dari isi
surat yang tiada ujung pangkalnya itu sudah dapat diketahui
betapa rahasianya cara mereka bekerja, mungkin orang yang
bernama Tiau Coan itu memang benar2 tidak tahu duduknya
perkara...." Berpikir sampai disitu, diapun tidak bertanya lebih jauh lagi,
setelah mendehem ringan katanya,
"Tiau Coan, sepanjang hidupmu sudah terlalu banyak
kejahatan yang pernah kau lakukan, orang yang kau
bunuhpun sudah tak terhitung jumlahnya, ini hari setelah
engkau terjatuh ketanganku, rasanya itulah saatnya bagimu
untuk menerima pembalasan!"
"Kenapa?" teriak Tiau Coan dengan wajah berubah hebat,
"engkau hendak membinasakan diriku?"
"Jadi engkau tidak ingin mati?"
"Semut, makhluk paling kecil dikolong langitpun ingin hidup
lebih lanjut apalagi aku adalah manusia.?"
Siau Ling pun lantas berpikir.
"Manusia-manusia semacam ini sekalipun kubinasakan
delapan atau sepuluh orang rasanya tidak akan mendatangkan
pengaruh apa-apa bagi diri Shen Bok Hong aku harus cari akal
untuk mengendalikan pikirannya dengan begitu maka
perbuatanku ini jauh lebih bagus daripada membinasakan
dirinya..." Pemuda itu segera berkata,
"Kalau engkau tidak ingin mati hanya ada satu jalan yang
bisa ditempuh!" "Coba katakanlah apa caramu itu?"
"Mulai sekarang engkau harus mendengarkan perintahku!"
"Kendatipun aku setuju belum tentu engkau bersedia untuk
mempercayai diriku!"
"Tentu saja aku tak akan mempercayai dirimu dengan
begitu saja!" "Lalu apa yang harus kulakukan sehingga dapat membuat
engkau mempercayai diriku ?"
"Serahkan saja mati hidupmu itu ketanganku !"
"Bagaimana caranya untuk menyerahkan kepadamu ?"
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siau Ling termenung dan berpikir beberapa saat lamanya
setelah itu menjawab "Akan kutotok sebuah jalan darah anehmu yang letaknya
diluar garis otot lainnya, setiap tujuh hari satu kali engkau
harus mendapat urutan dariku untuk memperpanjang masa
hidupmu jika didalam tujuh hari engkau tidak memperoleh
rawatan maka darah yang mengalir dalam tubuhmu akan
tersumbat hingga mengeras dan menggumpal separuh
tubuhmu akan jadi lumpuh hingga akhirnya mati secara
perlahan lahan" "Masa begitu lihay akibatnya ?"
"Aku harap engkau bersedia untuk mempercayai
perkataanku untung lima hari kemudian engkau akan
merasakan sendiri apa yang kukatakan barusan, pada waktu
itulah engkau akan mempercayai dengan sendirinya.
Selesai berkata, ia segera melancarkan sebuah totokan
keatas tubuh Tiau Coan serta membebaskan jalan darah Jit
gwat hiatnya yang tertotok, setelah menyambung kembali
pergelangannya yang patah dan serahkan kembali surat tadi
ketangan Tiau Coan, ia padamkan lampu lilin, berpesan
beberapa patah kata dengan suara lirih kemudian orang itu
baru dilepaskan dari ruangan tersebut.
Selesai melepaskan Tiau Coan, pemuda Siau Ling baru
memasang lampu kembali dan menepuk bebas jalan darah
bisu dari Tan Hong Tiang, tegurnya
"Sudah kau lihat semua yang terjadi?"
"Sudah!" "Bagaimana perasaanmu?"
"Tiau Coan maupun Keng Gak cuma kurcaci2 depan pintu
yang sama sekali tidak berperanan besar, kematian mereka
sama sekali takkan mempengaruhi keadaan situasi dalam
dunia persilatan, Siau tayhiap ! aku benar2 merasa tidak habis
mengerti, apa sebab nya engkau malah melepaskan mereka
untuk pergi dari sini"
"Karena membinasakan mereka sama sekali tidak
mendatangkan keuntungan apa apa bagiku, karena itu hendak
kusuruh mereka untuk melakukan pekerjaan yang jauh lebih
penting daripada membinasakan mereka"
"Dengan kedudukan mereka dalam perkampungan tak
mungkin ada kesempatan baik bagi orang-orang semacam itu
untuk ikut serta dalam perundingan rahasia, lagipula
perkampungan Pek hoa san cung kami memnpunyai peraturan
rumah tangga yang amat ketat, asal mereka berani berhianat
maka hukuman mati yang mengerikan sudah siap akan
mereka terima Hmm! kalau engkau hendak gunakan mereka
sebagai mata-mata maka pilihanmu itu sama sekali tidak
sesuai" "Karena itulah, aku hendak mengandalkan jasamu",
sambung Siau Ling dengan cepat.
"Apa rencanamu"
"Bagaimana dengan ilmu penyaruanku ini ?""
Tan Hiong Ciang mengamati Siau Ling beberapa saat
lamanya, kemudian menjawab:
"Lihay dan sempurna sekali !"
"Engkau boleh beritahu kepadaku baiknya aku menyamar
sebagai manusia macam apa sehingga bisa mengikuti dirimu
untuk pergi menemui Shen Bok Hong...."
Tan Hiong Ciang tersenyum.
"Engkau tidak takut kalau aku menghianati dirimu?"
"Engkau tak usah kuatir, aku bisa berjaga jaga terhadap
penghianatanmu itu!"
Tan Hiong Ciang termenung dan berpikir sebentar,
kemudian jawabnya "Baiklah! kalau engkau memang mempunyai keberanian
untuk berbuat demikian, terpaksa akupun harus mengabulkan
permintaanmu itu" Siau Ling pun segera menepuk bebas jalan darah Tan
Hiong Ciang yang tertotok, katanya
"Ada satu persoalan, aku harus menerang kan lebih dahulu
kepadamu!" "Persoalan apa!" "
"Aku mengikuti dirimu untuk berjumpa dengan suhumu, itu
sama artinya memasuki sarang naga gua harimau bagi
diriku...." "Kalau engkau menyesal sekarang masih ada kesempatan
bagimu untuk berubah pikiran" seru orang she Tan itu dengan
cepat. "Persoalan yang telah kuputuskan selamanya tak pernah
kusesalkan kembali cuma di bawah kurungan berpuluh puluh
orang jago lihay membuat aku sendiri mau tak mau terpaksa
harus melakukan sedikit persiapan"
Kendatipun seluruh jalan darah ditubuh Tan Hiong Ciang
sudah dibebaskan semua namun ia tahu bahwa ilmu silatnya
masih bukan tandingan dari Siau Ling, maka ia tak berani
berkutik secara sembarangan
Mendengar perkataan itu, dengan alis mata berkernyit,
tanyanya, "Persiapin apa yang hendak kau lakukan?"
"Mula-mula akan kutotok dahulu dua buah jalan darahmu
sehingga engkau tak mampu untuk mengerahkan tenaga
dalam" "Apa manfaatnya hal itu bagimu ?"
"Kalau engkau berani menghianati diriku maka engkau
akan kubinasakan lebih dahulu, dalam keadaan tak bisa
mengerahkan tenaga tentu saja engkau tak dapat meloloskan
diri dari seranganku itu"
Tan Hiong Ciang mengangguk tanda membenarkan,
tanyanya lagi, "Disamping itu, apa yang hendak kau lakukan lagi?""
"Sesudah itu, dengan cara menotok jalan darah yang
istimewa akan kutotok dua buah urat anehmu, dalam dua jam
kalau tidak mendapat pengobatan maka uratnya akan kaku
dan tegang dimana akhirnya jiwamu akan melayang"
"Kenapa engkau lakukan tindakan semacam itu?" tanya Tan
Hiong Ciang dengan hati terperanjat,
"Dengan begitu, bagaimana pun juga engkau terpaksa
harus datang untuk mencari aku"
"Sempurna amat jalan pikiranmu," puji Tan Hiong Ciang.
Baru berbicara sampai disitu, mendadak terdengar suara
ketukan pintu yang gencar berkumandang dari arah depan
pintu besi. Mendengar suara ketukan itu, Siau Ling mengerutkan
dahinya, dengan suara lirih dia bertanya,
"Siapa yang mengeruk pintu diluar?"
Tan Hiong Ciang gelengkan kepalanya tanda tidak mengerti
"Aku mana tahu siapa orang itu?" katanya, "engkau sih
bertindak terlalu gegabah, tidak sepantasnya kau lepaskan
Tiau Coan dari sini"
"Aku rasa dia tak akan punya nyali untuk berkunjung
ketempat ini!" Suara ketukan bergema semakin santer, dan suara itupun
kian lama kian bertambah keras.
"Apakah kita perlu membukakan pintu baginya?" tanya Tan
Hiong Ciang dengan suara rendah.
Dengan tangan kirinya Siau Ling segera mencengkeram
urat nadi pada pergelangan kanan Tan Hiong Ciang, bisiknya
dengan suara lirih "Lebih baik jangan biarkan orang itu masuk kedalam
ruangan, tapi seandainya orang itu bersikeras untuk masuk
kedalam maka engkau harus berusaha untuk menotok jalan
darahnya secara tiba2!"
Tan Hiong Ciang menatap tajam wajah Siau Ling, kemudian
mengangguk. Sementara itu suara ketukan pintu dari luar telah berhenti,
rupanya sedang menunggu reaksi dari daLam ruangan.
Siau Ling tuding kearah pintu besi itu memberi tanda
kepada pria she Tan itu untuk membuka pintu.
Dengan tangan kirinya Tan Hiong Ciang membuka pintu
besi itu separuh bagian. sedang tubuhnya segera menghadang
didepan pintu seraya berseru
"Oooh...aku kira siapa, tak tahunya adalah hujin"
Dan luar dugaan berkumandang datang suara gelak
tertawa merdu, disusul suara seorang perempuan menyahut,
"Sau cungcu kenapa sih pintu besi itu kau tutup begitu
rapat" sudah setengah harian lamanya aku mengetuk pintu
namun sampai sekarang engkau baru membukakan bagiku
apa yang sedang kau lakukan dalam ruangan ini....?""
Nada ucapan tersebut penuh mengandung ejekan dan
sindiran, sama sekali tak ada tanda sikap kehormatan ataupun
segan, dan suara itu ternyata suara dari Kim Hoa hujin
Satu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling, pikirnya.
Malam itu Kim Hoa hujin dan Tong lo thay thay dari
propinsi Suchuan mengejar Shen Bok Hong dengan maksud
untuk membinasakan gembong iblis tersebut kenapa sekarang
mereka bisa muncul kembali dipihak perkampungan Pek hoa
san cung " Shen Bok Hong adalah seorang manusia berpikiran
sempit setelah Kim Hoa Hujin berhianat kepadanya secara
terang terangan masa ia bisa menahan sabar?"
Dia merasa bahwa persoalan ini mencurigakan sekali
meskipun sudah putar otak beberapa waktu lamanya namun
gagal untuk memperoleh jawabannya.
Sementara itu Tan Hiong Ciang telah berkata
"Aku sedang membicarakan suatu masalah yang
menyangkut rahasia perkampungan dengan seorang sahabat
apa maksudmu kemari"
"Oooh....! siapa sih sahabatmu itu, bolehkah diperkenalkan
kepadaku ?" "Nona tak usah melihat lagi siapakah orang itu aku harus
segera lanjutkan perundinganku dengan orang itu", sambil
berkata ia menarik kembali pintu besi itu dan siap menutupnya
kembali. Tiba tiba Kim Hoa Hujin mengulurkan tangan kanannya
menahan pintu besi tersebut ujarnya perlahan-lahan,
"Sau cungcu, kedatanganku kemari adalah sedang
melaksanakan perintah resmi"
"Perintah siapa ?"
"Tentu saja perintah dari Shen Toa cung cu!"
Tan Hiong Ciang termenung sebentar, lalu tanyanya,
"Ada urusan apa kau datang kemari?"
"Bagaimana kalau tunggu sampai aku masuk kedalam
ruangan lebih dahulu kemudian kita baru berbicara?" kata Kim
Hoa hujin sambil tertawa.
Hawa murninya disalurkan ketangan kanan untuk
mendorong pintu besi itu, kemudian sekali berkelebat ia
menerjang masuk ke dalam ruangan secara paksa.
Urat nadi pada pergelangan kanan Tan Hiong Ciang
dicengkeram Siau Ling, dengan andalkan tangan kiri belaka
sudah tentu bukan tandingan dari Kim Hoa hujin, melihat
perempuan itu berhasil menerjang masuk ke dalam ruangan,
terpaksa ia tarik kembali tangan kirinya dan secepat kilat
menotok dada kanan lawannya.
Kim Hoa hujin putar tangan kanan menyambut datangnya
pukulan dari Tan Hiong Ciang, lalu sambil tertawa ujarnya
"Sau cungcu kenapa sih engkau turun tangan sekeji ini
terhadap diriku...?""
Tan Hiong Ciang mengirim satu tendangan dengan kaki
kirinya untuk menutup pintu besi itu, membuat suasana dalam
ruangan itu jadi gelap gulita.
Tetapi ia tidak melancarkan serangan lagi kearah Kim Hoa
Hujin. Kiranya ia menyadari bahwa kekuatannya telah ludas dan
Siau Ling tak mungkin akan melepaskan Kim Hoa hujin
dengan begitu saja, dengan kepandaian silat yang dimiliki
perempuan itu, belum tentu Siau Ling bisa menangkan dirinya
dalam dua tiga puluh gebrakkan, asal pemuda itu sudah
mengerahkan tenaganya untuk melawan Kim Hoa hujin maka
dengan sendirinya cengkeraman atas urat nadi dirinya pun
akan dilepaskan. Siap tahu apa yang terjadi sama sekali berada diluar
dugaannya, Siau Ling hanya berpeluk tangan belaka berdiri
disamping, sementara cengkeramannya atas nadi dirinya sama
sekali tak berubah. Ruangan itu gelap gulita, walau pun Kim Hoa hujin memiliki
ketajaman mata yang melebihi orang pun susah untuk melihat
pandangan dalam ruangan itu, apalagi baru saja ia masuk dari
tempat yang terang benderang.
Ketika Tan Hiong Ciang tidak melihat sesuatu gerakan
apapun dari Siau Ling, terpaksa sambil keraskan kepala dia
berseru "Hujin, aku harap engkau suka melepaskan lengan kiriku!"
"Hmm! Gaya sau cungcumu boleh saja kau pamerkan
dihadapan orang lain, tetapi aku tak sudi menerima
perlakuanmu yang unik tersebut, sebenarnya apa maksudmu
turun tangan melukai jalan darahku?"
"Dengan tangan kanan dia balas mencengkeram urat nadi
pada pergelangan kiri Tan Hiong Ciang, sedangkan tangan
kirinya memasang api. Dibawah sorot cahaya api, pemandangan dalam ruangan
kelihatan amat jelas, terlihat olehnya lengan kanan Tan Hiong
Ciang ternyata kena dicengkeram oleh seseorang.
Wajah Siau Ling sudah dirubah dengan obat penyamar
sekilas memandang sudah tentu Kim Hoa Hujin tak bisa kenali
siapakah lawannya, tetapi reaksinya ternyata sangat cepat,
sesudah mengetahui keadaan yang terpapar didepan mata, ia
segera melepaskan cengkeramannya pada nadi orang she Tan
itu, kemudian telapaknya bagaikan hembusan angin
melancarkan serangan kearah Siau Ling.
Pemuda itu dengan cepat menghindar kesamping untuk
meloloskan diri dari ancaman tersebut sementara Tan Hiong
Ciang ditarik kedepan untuk menghadang didepan tubuhnya.
Kim hoa hujin putar tangan kirinya menyambar dengan lilin
didalam genggamannya, sedang tangan yang lainpun pada
saat yang bersamaan menyerang secara berbareng.
Siau Ling tetap berkelit dan menghindari itu, dengan tubuh
Tan Hiong Ciang ia tangkis dan mengunci semua serangan
dari Kim Hoa hujin yang ditujukan kearahnya, tak satu jurus
seranganpun yang dilancarkan.
Secara beruntun Kim Hoa hujin melancarkan puluhan jurus
serangan, namun semua ancamannya gagal untuk melukai
Siau Ling, sekarang dia baru menyadari bahwa musuh yang
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sedang dihadapi tangguh sekali, serangannya segera ditarik
kembali sambil mundur kebelakang, tegurnya dengan suara
dingin, "Siapa engkau?""
"Aku adalah Siau Ling!"
"Engkau adalah Siau Ling" tanya Kim Hoa Hujin tertegun.
"Benar, apakah hujin tidak percaya?"
Dengan pandangan tajam Kim Hoa hujin menatap tajam
wajah Siau Ling, sesudah mengamatinya beberapa waktu ia
berkata "Ehmm...! suaranya memang mirip"
"Hujin, rupanya hidupmu kembali makmur dan senang...."
"Aaaai ..! " Kim Hoa hujin menghela napas panjang, " mati
karena keinginan hati gampang, mati karena membela
kebenaran susah sekarang cici sudah dapat memahami kata2
tersebut" "Kematian hanya akan dialami manusia sekali dalam
seumur hidup, dan sedari dahulu orang kuno sudah saling
mengatakan demikian, karena itulah Sau cungcu ini setelah
berpikir dengan seksama, ia beranggapan lebih baik mengalah
daripada mati..." Tan Hiong Ciang segera mendehem ringan, tcgurnya
"Ehmm...! hubungan kalian berdua sungguh akrab sekali"
"Sedikitpun tidak salah" jawab Siau Ling sambil tertawa
dingin, "sau cungcu tak usah kuatir Kim Hoa hujin tak akan
membocorkan rahasia yang terjadi pada hari ini, bagaimana
kalau kita tetap melasanakan rencana seperti apa yang
disusun semula?" "Kim Hoa hujin mendapat perintah dari guruku untuk
datang kemari, itu berarti bahwa ia membawa tugas penting,
mungkin sudah terjadi perubahan besar dan guruku telah
meninggatkan kota Tiang sah"
Mendengar perkataan itu, Siau Ling mengerutkan dahinya,
?a berkata, "Seandainya Shen Bok Hong memang benar2 sudah
tinggalkan kota Tiang sah, itu berarti perjanjian kita semula
juga batal, rasanya akupun tak usah menahan kehidupanmu
lebih jauh dikolong langit ini"
Tan Hiong Ciang tak berani banyak bicara, bibirnya yang
bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu segera tertutup
kembali "Apa yang diucapkan Tan Hiong Ciang sedikitpun tidak
salah" sambung Kim Hoa Hujin, "Shen Bok Hong benar-benar
akan meninggalkan kota Tiang sah
"Sudah berangkat ?"
"Ketika aku berangkat kemari dia sih belum berangkat !"
"Apakah cici tahu kemana dia akan pergi ?"
Kim hujin gelengkan kepalanya.
"Aku rasa ia berhasil mendapatkan kabar penting sehingga
secara tiba tiba berubah rencana dan segera tinggalkan kota
Tiang sah" Siau Ling mengangguk sorot matanya perlahan-lahan
diaLihkan kearah pria she Tan itu dan serunya,
"Tan Hiong Ciang, sekarang katakanlah sendiri hukuman
apa yang sepantasnya dijatuhkan atas dirimu ?"
"Apa yarng kusanggupi semuanya telah kulakukan dengan
sepenuh tenaga, jika tidak berhasil toh bukannya aku yang tak
mau berusaha, tapi karena kekuatankulah yang terbatas
hingga tak bisa berbuat apa apa, Siau tayhiap engkau harus
berpikir secara bijaksana !"
"Jadi kalau begitu apa yang kita bicarakan tadi masih
berlaku?" "Tentu saja masih berlaku!"
"Baik! kalau memang Shen Bok Hong sudah pergi, akupun
sudah sepantasnya untuk berkunjung beberapa tempat kantor
cabang yang terletak amat rahasia itu, bsgaimana
pendapatmu" bersedia untuk mengantar bukan...?"
"Kenapa Kim Hoa Hujin," ujarnya lebih jauh
"Apakah beberapa orang pentolan penting dari
perkampungan Pek hoa-san cung telah meninggalkan kota
Tiang sah semua?" "Tidak" jawab Kim Hoa Hujin sambil menggeleng, " hanya
Shen Bok Hong seorang yang tinggalkan tempat ini"
Siau Ling segera alihkan pula sorot matanya keatas wajah
Tan Hiong Ciang dan berkata
"Setelah Shen Bok Hong meninggalkan kota Tiang sah,
bukankah engkau dengan kedudukanmu sebagai sau cungcu
dapat memberi perintah kepada semua pihak"!"
Tan Hiong Ciang menggeleng.
"Tidak, dalam mengatur semua masalah suhuku bekerja
secara teliti dan cermat, kalau dihitung maka kawanan jago
dari pe kampungan Pek hoa san cung yang rata2 memiliki ilmu
silat sangat lihay itu adalah angkatan yang lebih tua semua
daripada diriku, kalau suruh mereka semua mendengarkan
perintahku sudah tentu tidak mungkin terjadi"
"Hmn! aku sih tidak bermaksud untuk memerintah mereka,
aku hanya mengharap agar engkau bersedia membawa aku
untuk melihat-lihat penjaggan yang diatur dikota gurumu
Tiang sah ini serta berapa besar kekuatan yang ditinggalkan
disini, selama Shen Bok Hong masih ada dikota Tiang sah
mungkin engkau agak jeri dan segan terhadap dirinya,
sekarang setelah ia pergi, dengan kedudukan sebagai sau
cungcu rasanya kita bisa pergi mengadakan pemeriksaan
secara terang2an bukan?"
Tan Hiong Ciang melirik sekejap kearah Kim Hoa Hujin, lalu
berkata "Tapi sayang hujin tak bersedia untuk bekerja sama dengan
aku, kalau bisa bekerja sama mungkin tidak susah buat kita
untuk menaklukan Siau Ling"
"Kalau aku bekerja sama dengan dirimu, itu berarti hanya
akan mengantar nyawamu belaka"
"Apa maksud perkataanmu itu?"
"llmu silat yang dimiliki Siau Ling lihay sekali, kita berdua
bukan tandingannya, kalau kita terlalu memaksa dirinya maka
dia pasti akan membinasakan dirimu lebih dahulu"
"Benar juga perkataan dan hujin..."
Sorot matanya segera dialihkan kearah Siau Ling dan
menyambung lebih lanjut "Siau tayhiap, memang tidak sulit bagiku untuk membawa
engkau berkunjung kemarkas penjagaan yang diatur oleh
guruku, tetapi tindakan kita ini makin rahasia semakin baik,
kalau sampai rahasianya bocor maka bukan saja tidak akan
menguntungkan diriku, bagi Siau tayhiap pun tiadk
mengunungkan" "Maksud dari perkataan itu sudah jelas sekali, yakni dia
menganjurkan kepada Siau Ling agar membunuh Kim Hoa
hujin untuk melenyapkan saksi.
Sudah tentu Siau Ling dapat memahami perkataanya itu,
namun ia pura2 berlagak bodoh, tanyanya
"Oooh...! jadi maksudmu, engkau hendak suruh aku
membinasakan Kim Hoa Hujin untuk melenyapkan saksi?"
Ucapan yang diutarakan secara blak-blakan dan dan terus
terang ini sama sekali berada diluar dugaan Tan Hiong Ciang,
tanpa terasa berdiri tertegun.
"Aku sih hanya ingin memperingatkan diri Siau tayhiap
belaka " katanya kemudian, ''Bagaimana cara
penyelesaiannya, itu sih terserah pada keputusan Siau tayhiap
sendiri" "Aku rasa hal itu tidak perlu!" kata Siau Ling sambil tertawa
ewa. Tan Hiong Ciang segera berpaling dan memandang sekejap
kearah Kim Hoa hujin, nampak olehnya wajah perempuan itu
seperti sedang tertawa tapi bukan tertawa, sedang dipikirkan
olehnya maka diapun berkata:
"Kalau, memang begitu, mari kita berangkat sekarang
juga!" "Baik, tetapi sebelum itu aku hendak menerangkan kembali
beberapa persoalan kepadamu"
"Akan kudengarkan dengan baik2!"
"Sesudah Shen Bok Hong berlalu dari kota ini, maka jago2
perkampungan Pek hoa san cung kalian yang mampu
menandingi diriku boleh dibilang jarang sekali aku harap Saucungcu
suka menyayangi jiwamu secara baik-baik, janganlah
berusaha untuk main gila atau tunjukkan hal2 yang lain sebab
setelah kutinjau kekuatan kalian yang benarnya maka aku
akan segera berlalu tanpa mengganggu mereka barang
seujung rambutpun" "Apabila sebelum kedatangan kita rahasia tersebut sudah
keburu bocor hingga terjadi perubahan diluar dugaan, engkau
jangan menyalahkan diriku lho...!"
"Aku punya mata bisa melihat asal persoalan itu tiada
sangkut pautnya dengan dirimu tentu saja aku tidak akan
menyalahkan engkau" "Persoalan tak dapat ditunda-tunda lagi bagaimana kalau
sekarang juga kita berangkat?"
"Apakah aku mengenakan pakaian saja?"
Tan Hiong Ciang termenung dan berpikir sebentar
kemudian menjawab, "Apabila engkau bersedia membuang jenggot palsumu dan
berganti dengan pakaian ringkas lalu membubuhi kembali obat
penyamar diatas wajahmu selama melakukan perjalanan
bersama aku rasa siapaun tak akan menduga akan asal
usulmu yang sebenarnya"
Siau Ling tidak banyak bicara, dia segera melepaskan jubah
panjangnya dan membersihkan wajahnya dari jenggot palsu.
"Aku akan carikan pakaian untukmu!" seru Kim hoa hujin
kemudian, dengan cepat tubuhnya berkelebat keluar dari
ruangan itu. Memandang bayangan punggung Kim hoa hujin yang
lenyap dari pandangan Tan Hiong Ciang berbisik lirih,
"Siau tayhiap, engkau tidak takut Kim hoa hujin akan
membocorkan rahasiamu?"
Siau Ling tersenyum "Sekalipun dia membocorkan rahasia ini, belum tentu orang
lain bersedia untuk mempercayai perkataannya"
"Kenapa" "Pertama orang lain tak akan percaya kalau Sau cungcu
bisa menghianati perkampungan Pek hoa sancung, kedua,
orang lainpun tak akan percaya kalau aku, Siau Ling bersedia
melakukan perjalanan bersama dirimu!"
Sungguh cepat gerak gerik Kim hoa hujin dalam waktu
singkat ia telah kembali sambil membawa seperangkat baju.
Setelah tukar pakaian Siau Ling berkata
"Sau cungcu bagaimana sebutan antara engkau dengan
diriku" "Engkau sebut aku dengan Tan heng dan aku akan
memanggil engkau sebagai Pak heng!"
"Apakah sau cungcu mempunyai seorang sahabat yang
memakai she Pak" "Ada dan orang itu jauh ada dilautan timur tidak banyak
yang kenal dengan dirinya"
"Bagaimana dengan mayat dalam ruangan ini?"
"Akan aku suruh mereka membereskan sekarang kita boleh
berlalu dari sini" Dengan langkah lebar ia bermaksud keluar dari ruangan
tersebut. Tiba-tiba Siau Ling menggerakan tangan kanannya
mencengkeram bahu Tan Hiong Ciang, ketika tangan kirinya
bergetar maka dua buah jalan darah anehnya sudah kena
ditotok katanya, "Sekarang kita boleh berangkat!"
"Adik Siau Ling" bisk Kim hoa hujin dengan suara lirih,
"apakah engkau butuhkan perlindungan dariku setiap saat?"
"Tidak perlu!" jawab pemuda itu sambil menggeleng.
Dengan langkah lebar ia segera mengikuti dibelakang Tan
Hiong Ciang berlalu dari situ.
Sesudah keluar dari kebun teh Jit ci teh wan, tiba-tiba Tan
Hiong Ciang bertepuk tangan tiga kali, seorang pria kekar baju
hijau bertopi kecil maju menyongsong sambil memberi
hormat. "Sau cungcu ada pesan apa?"
"Siapkan dua ekor kuda!"
Orang itu mengiakan, beberapa saat kemudian ia sudah
muncul kembali sambil menuntun dua ekor kuda jempolan.
Tan Hiong Ciang segera menekan pelana kuda, mengepos
tenaga untuk loncat naik, tiba-tiba kedua belah iganya terasa
sakit sekali bagaikan ditusuk oleh pisau tajam, keringat
sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya, hal ini
membuat hatinya jadi terkesiap.
Sekarang ia baru menyadari bahwa Siau Ling benar2
memiliki kemampuan untuk mencari letak jalan darah aneh
hingga membuat orang lain tak dapat menyalurkan tenaga,
iapun tak tahu bagaimana cara untuk membebaskan jalan
darah tersebut, dari situ bisa diketahui bahwa tidak semua
orang bisa menyelamatkan jiwanya.
Dendam Empu Bharada 37 Pendekar Mabuk 07 Utusan Siluman Tujuh Nyawa Pedang Sinar Emas 29
"Persoalan ini sudah berkembang menjadi demikian rupa,
rasanya akupun tak usah memperdulikan perbedaan antara
laki dan perempuan lagi, pikir Siau Ling dalam hatinya.
Ia segera berjongkok, dengan tangan kiri merangkul Wu
Yong, tangan kanannya alihkan wajah gadis itu kearahnya, ia
lihat sepasang matanya terpejam rapat2, agaknya sedang
merasakan suatu penderitaan yang sangat hebat.
Pemandangan yang tertera didepan mata pada waktu itu
benar2 mengenaskan sekali. Dua orang nenek dan cucu yang
satu telah mati sedang yang lain menderita luka parah,
sekalipun mereka pernah merasakan kerugian ditangan
mereka berdua, namun tak urung membuat hati Siau Ling
berdua ikut merasa iba juga.
"Peng ji apakah engkau membawa api?" bisik Siau Ling.
Pek li Peng gelengkan kepalanya.
"Aku rasa nona Wu pasti membawa batu api!" jawabnya.
Ia segera menggeledah sakunya, tidak salah dalam saku
Wu Yong dia benar2 telah menemukan batu apai dan segera
disundutkan. Setelah suasana jadi terang benderang, Siau Ling pun
menepuk bebas jalan darah Wu Yong yang tertotok, membuka
mulut dara itu dan memeriksa keadaan lukanya.
Tampaklah darah dan hancuran daging bergumpal menjadi
satu dalam mulut gadis itu, hamper sebagian besar lidahnya
sudah hancur. Darah segar mengucur keluar tiada hentinya membasahi
ujung bibir gadis she Wu tersebut.
"Ooooh... benar2 mengerikan!" seru Pek li Peng sambil
menghela napas panjang. Perlahan-lahan Siau Ling melepaskan mulut Wu Yong yang
penuh berlepotan darah itu, kemudian ujarnya.
"Nona apakah engkau bersedia mendengarkan beberapa
patah perkataanku..."
Wu Yong alihkan sinar matanya memandang sekejap
kearah Siau Ling kemudian mengangguk.
Siau Ling berbatuk ringan, kemudian sambungnya lebih
jauh. "Luka yang kau derita amat parah, tetapi bukannya berarti
bahwa aku tidak mampu untuk selamatkan jiwamu. Hanya
saja nona harus mempunyai hasrat yang besar untuk
melanjutkan hidupmu itu, dengan begitu aku baru dapat
menolong engkau." Sementara pembicaraan masih berlangsung kembali
segumpal darah segar mengucur keluar membasahi bibir Wu
Yong. Dengan cepat Siau Ling turun tangan menotok duah buah
jalan darah diatas leher Wu Yong, kemudian sambungnya
lebih jauh, "Nona aku harap engkau suka melindungi hawa murnimu,
janganlah sampai mengalami kerusakan kembali,"
Tiba2 Wu Yong goyangkan tangannya berulang kali,
kemudian menuding kearah leher sendiri, seakan2 dia suruh
Siau Ling membebaskan jalan darah diatas lehernya yang
tertotok. Siau Ling menghela napas panjang, ujarnya.
"Nona, engkau sudah kehilangan banyak darah, janganlah
membiarkan darah segar mengalir terlalu banyak"
Wu Yong goyangkan tangan kanannya berulang kali, biji
matanya berputar tiada hentinya seakan2 ia sedang menyuruh
Siau Ling secepatnya membebaskan jalan darahnya yang
tertotok. Siau Ling dibikin apa boleh buat, terpaksa ia membebaskan
jalan darahnya yang tertotok itu.
Wu Yong tarik napas panjang2, tiba-tiba ia bangkit berdiri
dan berjalan menuju kehadapan Wu popo, kemudian jatuhkan
diri berlutut diatas tanah.
Walaupun Siau Ling ingin sekali memayangnya bangun,
akan tetapi ia merasa tindakanya itu kurang pantas, maka
akhirnya dia hentikan gerakan tubuhnya dan berdiri
ditempat semula. Wu Yong setelah memberi hormat kepada mayat neneknya,
ia segera menyingkap baju luar yang dikenakan oleh Wu
popo. Dalam pada itu fajar telah menyingsing, pemandangan
dalam kuil dapat terlihat dengan jelas sekali.
Dibalik baju yang dikenakan Wu popo penuh berisikan
botol2 obat yang tak terhitung jumlahnya.
Dari antara puluhan botol obat2an itu Wu Yong
menemukan sebuah botol kecil. membuka penutup botolnya
dan menuangkan obat tadi kedalam mulutnya yang mana
segera ditelan bersama darah yang mengalir keluar.
Siau Ling serta Pek-li Peng yang berada dikedua belah
sisinya hanya bisa berdiri dengan hati melongo, untuk
beberapa saat lamanya mereka belum dapat menentukan apa
yang hendak dilakukan oleh gadis itu, maka dibiarkanlah gadis
itu berbuat sesuka hatinya.
Setelah itu terlihatlah Wu Yong memilih kembali beberapa
macam botol kecil dari dalam saku Wu Popo lalu dimasukkan
kedalam sakunya, diatas permukaan tanah dia menulis
"Aku sudah tak bertenaga lagi untuk mengubur nenekku,
tolong kalian berdua suka mengebumikan jenasahnya
sebagaimana mestinya, budi kebaikan setinggi gunung ini tak
akan kulupakan untuk selamanya!"
Membaca tulisan itu, Siau Ling segera mengangguk
jawabnya "Meskipun nenekmu mati, akan tetapi sepasang iblis dari
wilayah Leng-lam pun berhasil di beresin jiwanya, itu berarti
dendam sakit hatinya sudah dituntut balas harap nona jangan
terlalu sedih hingga mengganggu kesehatan badanmu,
tentang jenasah nenekmu pasti akan kami kebumikan
sebagaimana layaknya, tentang soal ini engkau tak usah
kuatir" "Terima kasih atas kebaikan kalian berdua" kembali Wu
Yong menulis diatas tanah.
Selesai meninggalkan pesannya ia segera keluar dari kuil
itu dan berlalu dengan cepatnya dari sana.
Pek-li Peng yang menyaksikan semua kejadian itu segera
berkata dengan sedih, "Ia sedang menderita luka parah, baik tubuh maupun jiwa
sedang mengalami penderitaan apabila ia dibiarkan pergi
seorang diri apakah tidak terlalu berbahaya ?" biarlah kukejar
kembali dirinya" "Aaaaai....! biarkanlah dia pergi" kata Siau Ling sambil
gelengkan kepalanya, "mereka sudah terbiasa hidup bersama,
kematian neneknya amat memukul perasaan dan batinnya,
biarlah dia pergi seorang diri sehingga disuatu tempat yang
terpencil dapat menangis sepuas puasnya, hal itu hanya ada
keuntungan baginya dan sama sekali tidak merugikan !"
"Tetapi dia menderita luka yang sangat parah. Aaai...!
seorang gadis muda menderita luka yang demikian parahnya
kemudian harus melakukan perjalanan seorang diri di tengah
kegelapan kalau tidak ditemani sebenarnya amat kasihan
sekali" "Justru karena ia sedang menderita luka dalam yang amat
parah maka timbullah semangatnya untuk mempertahankan
hidup dan tetap bersikap tabah menghadapi semua perubahan
ini, coba kalau ia sama sekali tidak terluka, tak mungkin ia
bisa menghadapi pukulan batin yang demikian beratnya ini..."
Setelah menyapu sekejap kearah mayat dari Wu popo,
sambungnya lebih lanjut "Peng ji, dengarkanlah perkataanku, biarkanlah dia pergi!
sekarang kita harus mengubur jenasah dari Wu Popo lebih
dahulu" Pek li Peng mengiakan, dua orang itu segera bekerja
membuat liang dibelakang kuil kemudin mengebumikan
jenasah dari Wu Popo ditempat itu
Setelah memandang sekejap kearah mayat dari sepasang
iblis itu kembali Siau Ling berkata
"Mari kita buat sebuah liang lagi untuk mengubur jenasah
dari Leng lam siang mo ini !"
"kedua orang itu sudah terlalu banyak melakukan
kejahatan biarlah mayat mereka terlantar ditengah hutan, biar
mayat mereka jadi santapan anjing2 liar ..."
"Mereka toh sudah mati" meskipun semasa hidupnya sudah
terlalu banyak kejahatan yang mereka lakukan tetapi setelah
mereka mati rasanya kita dengan terlantarnya kedua sosok
mayat tersebut ditempat itu, dengan cepaat beritanya akan
tersiar lua, kalau sampai diketahui oleh mata-matanya Shen
Bok Hong, maka iblis itu pasti akan mengetahui kalau
usahanya mengundang kedatangan Wu Popo guna
menghadapi kita sudah menemui kegagalan dia pasti akan
memikirkan siasat keji lainnya lagi untuk mencelakai kita!"
"Perkataan toako sedikitpun tidak salah, nampaknya
engkau memang jauh lebih cerdik daripada diriku"
Dua orang itu segera bekerja kembali membuat sebuah
liang, kemudian mengubur jenasah sepasang iblis dari wilayah
Leng lam di saman. Selesai bekerja sambil membersihkan tubuhnya dari debu
Pek li Peng berkata "Toako, sekarang kita harus pergi kemana?"
Siau Ling termenung sebentar kemudian menjawab,
"Lebih baik untuk sementara waktu kita jangan munculkan
diri lebih dahulu tapi secara diam-diam menyelidiki gerak gerik
dari Shen Bok Hong serta Su Hay kuncu, kita harus berusaha
sedapat mungkin untuk lebih banyak mengetahui gerak gerik
mereka serta latar belakang mereka, dengan begitu akan jauh
lebih mudah untuk mencari akal guna menghadapi kerja sama
mereka" "Lalu apakah kita harus menyaru lagi?"
"Shen Bok Hong menganggap aku sebagai musuh besarnya
yang nomor satu, mata-mata yang disebar olehnya rata2 pasti
membawa lukisan tentang wajahku, kalau tidak menyamar
maka sulitlah bagi kita untuk meloloskan diri dari
pengawasannya" Pek li Peng mengangguk, ujarnya.
"Kali ini kita tidak menyaru sebagai toosu tua lagi bukan?""
"Lalu baiknya kita harus menyaru sebagai apa?""
Pek li Peng termenung dan berpikir sebentar, kemudian
jawabnya. "Engkau menyamar sebagai seorang pelajar berusia
pertengahan, biarlah aku menyamar sebagai kacungnya saja,
bagaimana ?" "Wah...! Kalau begitu, engkau bakal menderita rugi?"?"
Pek li Peng tertawa manis, serunya.
"Engkau toh toakoku..."
Bicara sampai disini ia berhenti sebentar kemudian dengan
suara sedih ia menambahkan .
"Lain kali, kalau engkau kawin dengan nona Gak, janganlah
lupa untuk menerima aku sebagai dayangmu"
Meskipun ia berusaha untuk menenangkan hatinya, namun
tak urung tak berhasil menyembunyikan pergolakan hatinya,
sekalipun senyuman menghiasi bibirnya namun air mata jatuh
bercucuran dengan derasnya.
Siau Ling segera menggenggam tangan gadis itu, ujarnya
dengan suara yang amat lembut.
"Peng ji, janganlah berkata demikian, kita sudah sering kali
menghadapi kesusahan dan bahaya secara bersama-sama,
aku tak akan melupakan dirimu untuk selama-lamanya
Selama ini Pek li Peng selalu menyembunyikan perasaan
cinta dan sayangnya terhadap sianak muda itu didalam hati
sekarang ia sudah tak dapat menahan diri lagi sambil
menjatuhkan diri kedalam pelukan Siau Ling, gadis itu
menangis tersedu-sedu Siau Ling jadi amat terperanjat, sambil mengangkat wajah
Pek li Peng, serunya. "Peng ji, dimanakah letak kesalahanku?""
Pek li Peng menangis tersedu-sedu, air matanya jatu
bercucuran membasahi seluruh pakaian yang dikenakan
sianak muda itu, terhadap pertanyaan tadi dia sama sekali tak
menjawab. Siau Ling jadi semakin cemas serunya kembali,
"Peng ji, sebenarnya urusan apakah yang telah membuat
engkau jadi demikian sedihnya?""
---oo0dw0oo--- Jilid 19 Pek li Peng menengadah keatas, menyeka air mata yang
membasahi pipinya lalu berkata dengan lembut,
"Aku bukan sedang merasa sedih, aku merasa amat
gembira karena engkau sangat baik terhadap diriku,
sedangkan aku sama sekali tidak merasakannya..."
Habis berkata, ia lepaskan diri dari pelukan Siau Ling dan
mulai menari-nari didalam kuil tersebut.
Fajar baru saja menyingsing diufuk sebelah timur,
menyoroti wajahnya yang masih basah oleh air mata,
membuat wajah gadis itu nampak semakin cantik dan
menawan hati. Siau Ling sendiri sambil bergendong tangan, menikmati
tariannya yang indah menawan itu.
Selesai menari Pek li Peng tiba-tiba meloncat kedepan dan
menubruk kedalam pelukan Siau Ling.
Sianak muda itu segera merentangkan tangannya dan
memeluk tubuh gadis itu sambil ujarnya,
"Peng ji tarianmu indah sekali"
"Kalau engkau suka, setiap hari aku akan menari
dihadapanmu!" "Setelah dunia persilatan aman tenteram, aku pasti akan
suruh engkau mengenakan pakaian yang berwarna warni,
kemudian menari dengan diiringi tabuhan musik yang
merdu...." Pek li Peng mengiakan, setelah melepaskan diri dari
pelukan Siau Ling, ia berseru,
"Mari kita pergi!"
Siau Ling mengajak Pek li Peng memberi hormat lebih
dahulu dihadapan kuburan Wu Popo, kemudian berangkat
meninggalkan tempat itu, Kemudian tengah hari menjelang tiba, diatas jalan raya
menuju kota Tiang sah muncullah seorang pelajar berusia
setengah baya serta seorang kacung cilik berbaju hijau.
Kedua orang itu bukan lain adalah Siau Ling serta Pek li
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Peng. Terdengar pemuda itu berkata,
"Peng ji, kita harus memperhatikan jejak Teng It Lui serta
Ceng Yap Ching, apabila jejaknya ditemukan maka kita tak
perlu menyapa mereka, melainkan secara diam-diam lindungi
saja keselamatan jiwanya"
"Racun yang mengeram ditubuh mereka belum lenyap, ilmu
silatnya masih punah, andaikata bertemu musuh tangguh,
entah bagaimana jadinya?"
"Aaai...." Siau Ling menghela napas panjang, "seandainya
sepasang iblis dari Leng lam tidak kemaruk harta dan ingin
menelan pahala tersebut seorang diri sehingga mereka turun
tangan keji terhadap Wu Popo berdua, kitapun belum tentu
bisa loloskan diri dari cengkeramannya"
"Itulah yang dinamakan orang budiman selalu dilindungi
Thian!" jawab Pek li Peng sambil tertawa. "toako jadi orang
berperasaan halus, budiman dan suka menolong kaum lemah,
tentu saja Thian selalu melindungi keselamatanmu"
"Aaai...! Sekalipun begitu, andaikata Leng lam siang mo
tidak kemaruk pahala, kitapun tak mungkin bisa lolos dari
bahaya maut" Berbicara sampai disini tiba-tiba dia iang mo tidak kemaruk
pahala, kitapun tak mungkin bisa lolos dari bahaya maut"gi
keselamatanmu"turun membungkam.
Dari tempat kejauhan berkumandanglah suara derap kaki
kuda yang amat ramai disusul munculnya seekor kuda dari
tempat kejauhan. Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah orang itu, ia
lihat penunggang kuda tadi berbadan kate, tapi warna hijau
yang dikenakannya ditarik kebawah hingga menutupi sebagian
besar wajahnya, dengan cepat kuda itu sudah berkelebat
lewat dari sisi mereka berdua.
Dalam waktu singkat, kuda itu sudah kabur jauh dari sisi
tubuh mereka dan lenyap diujung jalan.
Sambil memandang kearah lenyapnya bayangan kuda itu,
Siau Ling berbisik lirih,
"Orang itu sangat pandai menunggang kuda, lagi pula kuda
yang ditunggangi juga merupakan kuda jempolan, jelas ia
bukan kaum pelancongan bisaa... kita harus lebih waspada!"
"Apakah orang itu adalah mata-mata dari Shen Bok Hong?"
Tanya Pek li Peng. Siau Ling termenung dan berpikir sebentar, kemudian
menjawab. "Sulit untuk dikatakan, sebelum mendapat bukti yang nyata
aku tak berani secara sembarangan, akan tetapi kalau kita
tinjau dari persoalannya jelas Shen Bok Hong tak akan merasa
lega untuk melepaskan sepasang iblis dari wilayah Leng lam
itu untuk bergerak sendiri, dibelakang sepasang iblis itu pasti
terdapat orang yang mengawasinya.."
"Maksud toako, apakah Shen Bok Hong sekalian sudah tahu
tentang kematian yang menimpa sepasang iblis dari Leng
lam?" sela Pek li Peng.
"Soal kematian sepasang iblis itu, mungkin saja mereka
tidak tahu, tetapi mereka pasti mengetahui tentang
berhasilnya sepasang iblis itu menemukan Wu Popo"
"Darimana toako bisa tahu"
"Menurut penilaian sendiri, Shen Bok Hong telah
menyebarkan mata-matanya disemua pelosok tempat,
peristiwa Wu Popo meracuni semua orang yang ada di rumah
makan dilakukan dihadapan umum, diantaranya siapa tahu
kalau terdapat pula mata-mata dari Shen Bok Hong..."
Sesudah berhenti sebentar, ia sambung lebih jauh,
"Setiap orang persilatan pada jeri terhadap Shen Bok Hong
se akan-akan semua persoalan diketahui olehnya dan semua
urusan tak ada yang dilewatkan olehnya, hal ini dikarenakan
tugas mata-mata yang dilaksanakan oleh anak buahnya
dilakukan terlalu baik, hampir boleh dibilang dalam setiap
partai serta perguruan yang ada didalam dunia persilatan pada
saat ini terdapat penghianat yang berhasil dibeli olehnya,
cuma sayang aku tak dapat mengingat-ingat wajah orangorang
itu" "Seandainya semua mata-mata dan penghianat yang diatur
oleh Shen Bok Hong berhasil kita lenyapkan, sehingga sama
halnya dengan membutakan matanya menulikan
pendengarannya, aku rasa tidak sulit untuk menghadapi
gembong iblis itu" "Sedikitpun tidak salah, andaikata kita bisa lenyapkan
mata-mata yang ia sebar di dunia persilatan dan penghianat
dalam tubuh partai besar, ia memang dapat kita bikin tak
berkutik, oleh sebab itulah sesudah berjumpa Sun Put Shia
locianpwee serta Bu Wi Tootiang, aku hendak ajak mereka
untuk merundingkan bagaimana caranya untuk melenyapkan
mata-mata dari Shen Bok Hong ini"
Pek li Peng termenung beberapa saat lamanya, kemudian
berkata, "Aku rasa persoalan ini tidak gampang untuk dilakukan,
dimana toako bisa tahu tentang keadaan serta gerakan matamata
yang diatur oleh Shen Bok Hong?"
"Aku tahu bahwa pekerjaan ini adalah suatu pekerjaan
yang sulit dan memusingkan kepala, tetapi bukan berarti tak
bisa dikerjakan sama sekali, aku pikir jaringan mata-mata
mereka pasti diatur dari suatu markas besar yang tertentu di
setiap daerah, asal kita berhasil mengetahui pusat jaringan
tersebut maka tidak sulitlah untuk mengacaukan sepak terjang
mereka, paling sedikit kita bisa bikin kacau pengawasan
mereka hingga info yang diperoleh sama sekali tidak benar"
Ia berpaling memandang sekejap kearah Pek li Peng,
kemudian sambil tersenyum sambungnya.
"Meskipun pekerjaan ini amat penting namun tidak perlu
dilakukan terlalu cepat, setelah berjumpa dengan Bu Wi
Tootiang sekalian nanti barulah kita rundingkan kembali, aku
rasa dengan kecerdasan Bu Wi Tootiang serta luasnya
pengalaman dari Sun Put Shia locianpwee, siapa tahu kalau
kita berhasil menemukan suatu cara yang jitu?"
Pek li Peng mengangguk dan tidak banyak bicara lagi ia
segera meneruskan perjalanannya menuju kedepan.
Perjalanan yang dilakukan kali ini amat perlahan sekali,
selama beberapa hari mereka tidak menemukan kejadian
apapun. Sepanjang perjalanan Siau Ling pun tidak berhasil
menemukan jejak Teng It Lui serta Ceng Yap Ching.
Siang hari itu sampailah mereka disebuah kota kecil dalam
distrik Tiangsah hu. Dari letak kota itu Siau Ling tahu bahwa tempat itu
merupakan jalur terpenting yang menghubungkan kota Tiang
sah, dalam hati segera pikirnya,
"Andaikata Teng It Lui serta Ceng Yap Ching sekalian telah
berjumpa dengan Bu Wi Tootiang serta menceritakan kejadian
yang menimpa kami kepada orang-orang itu, Bu Wi Tootiang
serta Sun Put Shia pasti akan kirim orang untuk menelusuri
jejakku aku rasa sekarang tidak perlu terburu-buru untuk
berjumpa mereka, sebaliknya Shen Bok Hong yang kehilangan
jejak dari sepasang iblis dari Leng lam, pasti akan bingung dan
kalut sekali, apa salahnya kalau kugunakan kesempatan ini
untuk menyelidiki gerak gerik mereka...?""
Berpikir demikian, dia lantas mengajak Pek li Peng
memasuki sebuah rumah makan yang paling besar.
Ketika itu tengah hari sudah menjelang tiba, delapan
bagian kursi dalam rumah makan sudah terisi tamu.
Siau Ling yang mempunyai tujuan, diam-diam segera
mengawasi setiap tamu yang ada didalam rumah makan tadi.
Pada sudut utara dekat jendela duduklah seorang pria baju
hijau berusia setengah baya, orang itu paling mencurigakan
diantara tamu yang lain, pemuda itu segera mencari tempat
yang gampang untuk mengawasi gerak gerik orang itu dan
duduk disana. Pelayan menghidangkan air teh, dan Siau Ling pun
memesan beberapa macam sayur.
Beberapa saat kemudian, sayur telah dihidangkan, sambil
bersantap diam-diam Siau Ling mengawasi terus gerak-gerik
orang baju hijau tadi. Pria baju hijau itu sama sekali tidak merasakan akan
pengawasan ini, dia masih bersantap dan minum arak dengan
santainya. Beberapa waktu kemudian Siau Ling telah selesai
bersantap, akan tetapi pria baju hijau itu masih tetap duduk
tenang ditempat semula, hal ini membuat pemuda itu berpikir
"Aku tak dapat duduk termenung terus disini..."
Belum sempat ia menghadapi orang itu, tiba-tiba tampaklah
seorang bocah dusun sambil membawa sebuah kain panjang
berwarna putih berjalan masuk kedalam rumah makan.
Diatas kain putih itu tertuliskan empat huruf yang berbunyi:
"Siang Thian Hee Su"
Membaca tulisan itu, Siau Ling segera menggape bocah
dusun itu sambil serunya,
"Saudara cilik, silahkan datang kemari"
Bocah dusun itu segera datang menghampiri, tanyanya,
"Toa ya, apakah engkau mau lihat nasib?"
Pek li Peng berpaling, ia lihat bocah dusun itu baru berusia
dua tiga belas tahunan, mukanya dekil dengan rambut yang
kusut, sedikitpun tidak mirip dengan orang yang pandai
melihat nasib, hal ini membuat hatinya jadi keheranan,
pikirnya, "Kenapa toako bersedia mempercayai seorang bocah dusun
yang belum tahu urusan itu" Apakah ia berhasil menemukan
sesuatu yang mencurigakan?""
Ketika tulisan diatas kain itu diperhatikan, ia tidak berhasil
menemukan sesuatu yang mencurigakan.
Sementara itu , Siau Ling telah berkata,
"Tukang ramal cilik, coba lihatlah bagaimanakah nasib
peruntunganku?" Tanpa memandang Siau Ling barang sekejappun, bocah itu
berkata, "Menurut pengamatanku, wajah anda merupakan wajah
seorang pemimpin, hanya sayang tersembunyi tiga mara
bahaya, kalau tiga mara bahaya itu tidak dilenyapkan maka
selamanya tak dapat unjukkan diri, cuma kepandaianku tidak
mencukupi hingga tak mampu untuk menolong engkau
hilangkan tiga bua bencana tersebut"
"Lalu siapakah yang mampu?""
"Suhuku" "Sekarang, suhumu berada dimana?"
"Tidak jauh diluar kota ini!"
"Baik!" ujar Siau Ling kemudian sambil bangkit berdiri,
"harap saudara cilik suka membawa kau untuk menemui
gurumu" Bocah dusun itu segera menggulung kain putihnya dan
berjalan lebih dahulu kedepan.
Sedang Siau Ling segera mengikuti dibelakangnya.
Dalam keadaan demikian terpaksa Pek li Peng mengikuti
dibelakang Siau Ling berlalu dari sana.
Dari arah belakang suara gelak tawa keras bergema
memecah kesunyian, jelas para tamu yang hadir dalam rumah
makan itu sedang mentertawakan ketololan Siau Ling yang
bersedia ditipu mentah-mentah oleh bocah dusun tersebut.
Pek li Peng jadi amat gusar sehingga tanpa terasa berpaling
kebelakang dan melotot sekejap kearah orang-orang itu,
namun akhirnya ia menahan gusar dan tidak mengumbar
hawa amarahnya lagi. Setelah keluar dari kota dan berjalan kurang lebih dua li
jauhnya, sampailah bocah dusun itu kedepan sebuah gubuk
yang tertutup oleh pohon bambu yang lebat.
Pek-li Peng menyapu sekejap sekeliling tempat itu, suasana
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, kecuali bocah
dusun itu tiada orang yang lain lagi, buru buriu ia maju
kedepan menyusul sianak muda itu sambil bisiknya
"Benarkah engkau hendak bertemu dengan rukang ramal
itu?" Siau Ling tersenyum, sahutnya,
"Bersabarlah sebentar, sesaat kemudian duduknya
persoalan akan kau ketahui"
Sesudah berada didepan rumab gubuk iyu. bocah dusun
tadi segera mendorong pintu ruangan sambil berkata,
"Suhuku berdiam disini!"
Diam diam Siau Ling salurkan hawa murninya bersiap
sedia, kemudian selangkah demi selangkah berjalan masuk
kedalam gubuk. Ketika ia menengadah keatas, maka tampaklah seorang
kakek tua berambut putih berjenggot putih dengan memakai
kacamata duduk dibelakang sebuah meja kayu.
Meskipun menyamaran yang dilakukan orang itu amat
sempurna, namun tak dapat menyembunyikan perutnya yang
besar. Sesudah memperhatikan kakek tua itu beberapa saat
lamanya, Siau Ling mendehem ringan sambil sapanya,
"Saudara Sang!"
Kakek tua itu melepaskan kaca matanya dan dan bangkit
berdiri, lalu tegurnya nyaring.
"Siapa engkau?"
"Aku!" jawab Siau Ling sambil melepaskan penyaruannya.
Sesudah mengetahui siapakah orang yang berada
dihadapannnya, kakek tua itu mendadak jatuhkan diri berlutut
diatas tanah. Buru-buru Siau Ling membimbingnya bangun sembari
berkata, "Jangan, saudara Sang!"
Ternyata kakek tua itu bukan lain adalah penyaruan dari
Sie poa emas Sang pat. Sambil melepaskan jenggot dan rambut palsunya, Sang Pat
berkata, "Kabar berita tentang tertangkapnya toako oleh Wu Popo
begitu tersiar luas, Bu Wi Tootiang serta Sun locianpwee jadi
amat terperanjat sekali hingga pada malam itu juga diadakan
perundingan, semua jago lihai sudah disebar luaskan untuk
mencari jejak toako, sungguh tak nyana toako telah terlepas
dari bahaya maut" Siau Ling tertawa ewa, ujarnya,
"Caramu ini memang baik, cuma tindakanmu ini hanya
bersifat untung-untungan, andaikata aku tidak memasuki
rumah makan itu, tetapi secara langsung berangkat kekota
Tiang sah shia, bukankah engkau tak bakal bertemu dengan
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku?" "Siau te telah membuat dua belas buah kain putih yang
disebarkan oleh dua belas orang bocah, mereka tersebar luas
diseluruh kota dan rumah makan, dari pagi mereka berjalan
sampai senja, aku rasa kemungkinan untuk berjumpa dengan
dirimu besar sekali."
"Ooooh.....! perkiraannya begitu" kata Siau Ling sambil
mengangguk, "kalau begitu tentu saja aku pasti akan
berjumpa dengan salah seorang diantara mereka."
"Toako" sela Pek li Peng, darimana engkau bisa tahu kalau
bocah dusun itu diutus oleh Sang tayhiap?""
Sebelum Siau Ling sempat menjawab, Sang Pat telah
keburu berseru, "Dia tentulah nona Pek li Peng bukan?"
"Benar darimana engkau bisa tahu kalau aku" seru sang
dara. Sang pat tertawa "Aku hanya menduga saja..."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh
"Sebelum diterangkan memang cara kerja ku nampak aneh
sekali, padahal setelah dikatakan sama sekali tidak nampak
aneh, di atas kain putih itu aku sudah terakan tanda
rahasiaku, asal orang yang mengenali tanda rahasiaku itu
pasti akan menetahui siapakah aku"
"Caramu ini walaupun tidak sulit, namun aku tak
menyangka kalau engkau dapat menemukan cara tersebut!"
"Siapa yang bertanggung jawab didalam kota Tiang sah?"
tanya Siau Ling kemudian.
"Saudara Tu serta Bu Wi tootiang"
"Lalu Sun Put Shia locianpwee?"
"Sun locianpwee dengan memimpin anak murid anggota
Kay pang serta beberapa orang jago lihay dari partai Bu tong
telah membagi diri jadi empat rombongan untuk mencari jejak
Wu Popo" "Teng It Lui serta Ceng Yap Ching telah dilukai oleh racun
keji sehingga kepandaian silatnya sama sekali punah.
Darimana mungkin mereka dapat menyampaikan kabar berita
tersebut dengan begitu cepat?""
"Apakah saat ini Teng It Lui serta Ceng Yap Ching sudah
kembali kekota Tiang sah aku kurang begitu tahu jawab Sang
Pat, tetapi sewaktu Bu Wi Tootiang menyampaikan berita
tersebut kepadaku mereka belum kembali, mendengar berita
buruk itu hatiku jadi kacau akupun tak sempat bertanya
kepada Bu Wi tootiang ia dapatkan kabar berita tersebut dari
mana" "Apakah ada cara lain untuk mengejar kembali Sun
locianpwee ?" "Aku rasa Bu Wi tootiang pasti sudah mejanjikan cara
berhubungan dengan mereka"
"Kalau begitu bagus sekali lebih baik berusahalah secepat
mungkin memberi kabar kepada Bu Wi tootiang agar mereka
undang kembali Sun Locianpwee serta sekalian para jago
lainnya mereka tak usah membuntuti jejak dari Wu Popo lagi"
"Apakah Wu Popo telah mati ditangan toako ?"
"Wu popo yang berada dalam keadaan luka parah telah
menemui ajalnya ditangan sepasang iblis dari Leng-lam !"
"Dan sepasang iblis dari Leng-lam ?"
"Iblis-iblis itu berhati keji dan bahaya kalau dibiarkan hidup
lebih lanjut, karena itu aku telah membinasakan mereka
berdua !" "Apakah toako hendak menjumpai Bu Wi Tootiang ?"
"Untuk sementara waktu lebih baik jangan bertemu lebih
dahulu dengan dirinya, aku ingin secara diam diam menyelidiki
gerak gerik dari Shen Bok Hong"
Sesudah berhenti sehentar, sambungnya lebih jauh:
"Apakah kalian sudah mendengar berita tentang kerja
samanya Shen Bok Hong dengan Su hay kuncu ?"
"Sudah mendengar kabar beritanya, cuma tidak begitu jelas
!" "Bagaimanakah gerak gerik anak buah Shen Bok Hong
dihari-hari belakangan ini?"
"Beberapa hari berselang, Shen Bok Hong pernah
munculkan diri satu kali dikota Tiang sah, tapi dalam sekejap
mata lenyap tak berbekas, entah ia sudah menyembunyikan
diri kemana" orang2 dari pihak perkampungan Pek hoa-san
cung kadang2 melakukan pula suatu pergerakan, tapi dua hari
belakangan ini mendadak jadi sepi dan tiada gerakan2 seperti
dihari hari biasa" Siau Ling mengangguk dan berkata
"Mungkin mereka sedang menantikan kabar berita dari Wu
Popo serta sepasang Iblis dari Leng lam.."
Sesudah termenung berpikir beberapa saat lamanya, dia
menyambung lebih jauh "Menurut dugaanku, disekitar wilayah Tiang-sah ini Shen
Bok Hong pasti mempunyai suatu kantor cabang yang
tersembunyi letaknya, semua jaringan mata2 yang tersebar
disekitar ratusan li disekitar tempat ini pastilah dikendalikan
dan kantor cabang tersebut, siapa tahu kalau gembong iblis
itupun bersembunyi disitu.."
Berbicara sampai disini, tiba tiba ia termenung dan
membungkam dalam seribu bahasa.
"Maksud toako....?" seru Sang Pat;
"Andakata kita bisa lenyapkan kantor cabangnya didaerah
Tiang sah tersebut, berarti pula kita sudah kecil mata Shen
Bok Hong bagi wilayah sekitar seratus li ditempat ini,
sekalipun kantor cabang tersebut tak usah kita usik, asalkan
bisa sudah tahu letak markasnya aku rasa tidak susah untuk
mengendalikan gerak mereka dan bilamana perlu kita bisa
jebak mereka dengan siasat"
"Pendapat toako benar2 mengagumkan, siaute pasti akan
rundingkan persoalan ini dengan Bu Wi tootiang setelah
berjumpa muka nanti, kemudian mengirim orang untuk
mengobrak abrik sarangnya"
''Baik! kita bekerja secara terpisah, aku serta Peng ji akan
tetap berusaha untuk menyusup masuk kekota Tiang sah!"
"Setiap saat perlukah siau te utus orang untuk
berhubungan dengan toako....?"
"Apabila tidak terlalu penting, lebih baik jangan terlalu
sering mengadakan kontak, ketahuilah orang2 dari pihak
perkampungan Pek hoa san-cung bukannya sama sekali sudah
berherti bergerak, hanya saja dari posisi terang sekarang
mereka pindah keposisi gelap, hingga gerak geriknya jauh
lebih rahasia, karena itulah aku harap kedatangan Siau heng
ketempat ini jangan sampai diketahui oleh muereka, lebih baik
lagi kalau engkau memberikan bisikan kepada Bu Wi tootiang
serta saudara Tu agar jangan terlalu banyak orang yang
mengetahui akan persoalan ini daripada rahasia kita
bocor..karena hanya tindakan yang sangat rahasialah baru
bisa membuat Shen Bok Hong kalang kabut dan kelabakan
sendiri" Sang Pat hanya membungkam terus, ia merasa
pcrpisahannya selama beberapa bulan dengan pemuda
tersebut telah membuat Siau Ling jauh lebih berpengalaman
dan matang daripada dahulu, caranya mnengatur siasatpun
tidak kalah dengan jago pengalaman lainnya maka ia lantas
menyahut, "Siau te akan mengingatnya!"
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah bocah
dusun itu, ujarnya lebih jauh
"Bocah ini adalah kunci yang paling penting didalam
memegang rahasia ini. tetapi sudah tentu kita tak boleh
lenyapkan dirinya dengan begitu saja, hadiahkan saja
beberapa tahil emas murni dan suruh dia secepatnya pindah
dari tempat ini" "Toako tak usah kuatir, siau te akan menyelesaikan tugas
ini sebaik2nya" Siau Ling segena mengenakan kembali jenggot palsu dari
peyamarannya, kemudian berpesan kembali
"Saudara Sang, engkau tidak diperkenankan mencelakai
jiwa bocah dusun ini!!"
"Baiklah siau-heng akan berangkat lebih dahulu!"
Sang Pat membuntuti dibelakang Siau Ling dengan suara
lirih dia segera menerangkan bagaimana caranya mengadakan
kontak rahasia dengan Bu Wi Tootiang.
Siau Ling berhenti, menunggu ia sudah menyelesaikan
kata-katanya pemuda itu baru mengangguk dan berkata
"Bagus sekali, akan kuingat selalu!"
Sang Pat tersenyum, ujarnya kemudian
"Rumah makan Hui-Sian loo dikota Tiang sah serta kebun
teh Jit ci-The wan selama ini merupakan tempat yang sering
kali dikumnjungi orang2 dari perkumpulan Pek-hoa.san cung
"Baik! kami akan pergi mengunjungi kedua tempat itu lebih
dahulu" "Sang Pat segera memberi hormat
"Siau-te tak akan mengantar lebih jauh.." serunya.
Siau Ling ulapkan tangannya, dengan langkah lebar
bersama Pek li Peng dia segera berlalu dari situ.
---ooo0dw0ooo--- DENGAN melalui jalan raya mereka berangkat langsung
menuju kekota Tiang sah. Suatu ketika tiba2 Pek ii Peng merasa perjalanan mereka
dibuntuti orang, ia segera berpaling kebelakang ternyata
sedikitpun tidak Salah seorang pria setengah baya memakai
pakaian ringkas warna hitam yang ketat sedang membuntuti
dibelakang mereka kurang lebih pada jarak tiga empat
tombak, baru saja ia akan memberitahukan perbuatan ini
kepada Siau Ling, sianak muda itu sudah keburu berkata
"Peng ji jangan melihat kearah mereka, anggaplah se-olah2
sama sekali tak tahu akan kejadian tersebut"
"Oooi...kiranya dia sudah tahu! " pikir Pek-li Peng didalam
hati. Agaknya Siau Ling sudah mempunyai rencana yang
matang, dia langsung menuju kearah jalanan dalam kota yang
paling ramai. Sesudah melewati dua buah jalan besar, dan kejauhan
tampaklah sebuah merek papan nama yang besar, pada
papan nama itu tertera empat tulisan yang berbunyi
Kebun teh Jit ci-teh wan.
"Oooh....rupanya dia sudah mengetahui akan jalan
ditempat ini" kembali Pek-li Peng berpikir, "aku masih mengira
dia sengaja berjalan sesuka hatinya..."
Siau Ling menengadah kedepan ia lihat kebun teh Jit-citeh-
wan luas sekali, setelah masuk pintu gerbang sampailah
mereka didalam suatu halaman yang sangat luas. bunga
aneka warna tumbuh di-mana2, meja dengan kursi bambu
teratur sangat rapih. Didepan pintu berdirilah seorang pelayan baju hijau bertopi
kcil, sambil memberi hormat katanya
"Apakah kalian berdua akan duduk didalam?"
Siau Ling mengangguk. "Harap membawa jalan!"
"Engkau terlalu merendah, hamba tak berani menerimanya!
Dengan membawa kedua orang itu pelayan tadi berjalan
menuju kesudut barat laut, dan berhenti disuatu meja yang
dikelilingi pot pot beraneka ragam bunga.
Siau Ling menyapu sekejap sekeliling tem pat itu. Ia lihat
ditengah halaman yang begitu luas sudah ada enam bagian
tempat itu sudah ada enam bagian tempat duduk diisi oleh
para tetamu yang berjumlah hampir lima puluh orang lebih.
Ada banyak diantaranya hanya memesan secawan teh
wangi sambil minum sambil membaringkan diri dikursi malas,
benar2 nampak amat santai, ada pula beberapa diantaranya
memesan beberapa macam sayur dan sepoci arak.
Rupanya kebun teh Jit ci teh wan tersebut juga merangkap
sebagai rumah makan. Sambil mengawasi keadaan disekitar tempat itu, Siau Ling
segera bertanya: "Pelayan apakah disebelah belakang kebun
sana masih ada tempat duduk. . ?"
"Ada, kebun teh Jit ci teh wan kami ini semuanya terdiri
dari tiga buah halaman luas, kecuali ruangan bagian dalam
masih ada tiga halaman lainnya lagi, jadi andaikata semua
kursi didalam kedua teh Jit ci teh wan ini penuh maka
jumlahnya kurang lebih ada seribu orang lebih."
Siau Ling tertawa ewa katanya
"Sudah lama aku mendengar tentang nama besar dari
kebun teh Jit ci teh wan ini setelah ini hari melihat sendiri
ternyata memang luar biasa sekali"
"Kalian berdua harap duduk sebentar ! aku akan
menyiapkan air teh untuk kalian berdua!"
"Tunggu sebentar"
Pelayan itu berpaling dan bertanya
"Toa ya masih ada pesan apa lagi ?"
"Nama besar kebun teh Jit ci teh wan sudah amat tersohor
diseluruh kolong langit aku ingin sekali meninjau kedalam
apakah keinginanku ini dapat dikabulkan ?"
"Aaah ! ucapan toa ya terlalu serius" seru pelayan teh itu,
sambil tertawa, "kebun Teh Jit ci teh wan adalah tempat untuk
berdagang yang memakai aturan tamu ingin minum teh dalam
ruang manapun boleh bebas mengikuti seleranya masing
masing, tentu saja, boleh "
"KaIau memang begitu harap engkau suka membawa jalan
bagiku" Pelayan teh itu segera gelengkan kepalanya berulang kali.
"Dalam setiap halaman dalam kebun teh Jit ci teh wan ini
dilayani oleh para pelayan yang berbeda2 aku hanya bertugas
melayani ruangan paling depan saja"
"Sebuah kebun teh mempunyai peraturan yang begini
ketat, kejadian ini benar2 luar biasa sekali'' pikir Siau Ling
didalam hati, "bagaimanapun juga aku harus selidiki dengan
seksama..!" Berpikir demikian diapun lantas berkata
"Terima kasih atas petunjukmu itu!"
Perlahan lahan ia berjalan maju kedepan.
Selama ini Pek li Peng membungkam terus dalam seribu
bahasa, melihat Siau Lingg berlalu diapun segera mengikuti
dibelakang tubuhnya. Sesudah melewati halaman yang penuh dengan tumbuhan
bunga itu mereka melewati sebuah pintu dan sampailah
disebelah ruangan yang dilengkapi dengan barang barang
yang nampak jauh lebih mewah.
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekeliling ruangan itu berwarna putih, meja dengan kain
putih, kursi berwarna putih hingga mangkuk teh, poci teh
semuanya berwarna putih salju.
Kecuali pakaian yang dikenakan para tamu, boleh dibilang
dalam ruangan ini tidak ditemukan warna kedua.
Dalam hati kecilnya Siau Ling lantas berpikir
"Didepan sana disebut tenda teh, tempat ini merupakan
ruangan pertama... mungkin di sinilah yang dinamakan ruang
depan?" Sementara dia masih berpikir, seorang pelayan berbaju
putih telah maju menghampiri mereka sambil berkata
"Saudara berdua silahkan duduk!"
Siau Ling alihkan sorot matanya kearah pelayan itu, usianya
kurang lebih dua puluh tiga, empat tahunan, berbaju putih,
ikat kepala putih dan tidak nampak pandai bersilat.
Maka diapun lantas berkata
"Apakah tempat ini adalah ruang depan!"
"Sedikitpun tidak salah, apakah kek koan berdua akan
menuju keruang tengah?"
Mendengar ucapan itu Siau Ling kembali berpikir
"Ada ruang depan ruang tengah tentu ada pula ruang
belakang, bersama dengan tenda teh maka jumlahnya
memang genap jadi empat bagian...."
Sementara itu sang peayan baju putih telah berkata
"Silahkan lewat disini!"
Sambil memberi hormat ia segera membawa jalan menuju
kedepan. Sesudah melewati sudut ruang depan sampailah mereka
didepan sebuah pintu berbentuk bulat, kemudan mereka harus
melewati sebuah jalan beralaskan batu putih yang di kedua
belah sisinya penuh dengan pot pot bunga yang menyiarkan
bau harum. "Ruangan depan sudah begini megah apalagi ruangan
tengah, tentu tempat itu jauh lebih mewah lagi...." pikir Siau
Ling. Pelayan baju putih itu mengantar Siau Ling berdua
melewati lorong beralas batu putih itu, setelah mencapai pada
ujung jalan ia segera berkata lirih
"Silahkan . .!" tanpa banyak bicara pelayan itu balik kembali
keruang depan. Diluar wajahnya Siau Ling bersikap seolah olah sama sekali
tak ada urusan apapun, perlahan2 ia masuk kedalam ruangan
padahal dalam hati kecilnya dengan penuh seksama
memperhatikan setiap benda yang ada didalam ruangan itu.
Secara tiba2 dia merasakan bahwa keadaan bangunan
serta ruangan disitu seakan akan pernah dilihat olehnya
disuatu tempat, hanya saja ia lupa pernah melihatnya dimana.
Selesai melewati jalanan beralaskan batu putih itu, mereka
naiki anak tangga batu dan sampailah diruang tengah.
Pemandangan dalam ruang tengah jauh lebih megah,
keempat belah dindingnya berwarna kuning emas, meja kursi
berwarna kuning dan keenam tujuh orang pelayanpun
memakai baju warna kuning.
Sebelum masuk kedalam pintu ruangan seorang pelayan
telah menyambut kedatanga? mereka dengan penuh hormat.
Pek li Peng alihkan sorot matanya mengawasi sekeliling
tempat itu, ia lihat ditengah ruangan yang lebar hanya
berisikan lima enam belas buah meja belaka, diantaranya ada
tiga buah meja yang sudah berisi orang dan itupun tamu yang
ada cuma empat belas orang belaka.
Siau Ling segera mendehem, lalu bertanya:
"Kalau ingin menuju keruang belakang, aku harus lewat
mana?" Pelayan itu nampak agak tertegun, kemudian sambil
mengawasi Siau Ling berdua serunya
"Kalian berdua adalah...."
"Kami hanya secara kebetulan saja lewat ditempat ini,
karena sudah lama mendengar akan nama besar dari kebun
teh Jit ci-teh wan, maka sengaja kami datang untuk
mengunjunginya" "Oooh...! kedatangan saudara berdua sangat tidak
kebetulan" ujar pelayan itu sambil tertawa.
"Kenapa?""
"Ruangan belakang sudah penuh, terpaksa kalian berdua
harus kembali Lagi kemari besok agak lebih pagian!"
"Kebun teh Jit ci-teh wan ini diiengkapi dengan
kemewahan, mungkin selapis lebih kedalam keadaan
ruangannya semakin megah, entah bagaimanakah macam
ruang belakang" bagaimanapun juga aku harus berusaha
untuk memasukinya!" pikir Siau Ling didalam hati.
Berpikir sampai disini ia lantas mengawasi keadaan dalam
ruangan itu dengan seksama.
Tiba2 ia saksikan warna emas diatas dinding ruangan, serta
gorden dan meja kursi yang ada disitu ketihatan se akan2
masih baru dan dipergunakan belum lama, satu ingatan
dengan cepat berketebit didalam benaknya.
"Engkau adalah...."
"Oooh! tidak berani, hamba hanya seorang pelayan yang
melayani sayur dan teh ditempat ini"
"Sudah lama engkau bekerja disini?"
Pelayan itu nampak tertegun, kemudian bukan menjawab
dia balik berkata : "Apakah kek-koan seringkali berkunjung kemari ?"
"Kebun teh Jit-ci-teh wan ini kelihatannya rada aneh aku
harus menggunakan akal untuk menggertak dirinya pikir Siau
Ling didalam hati. Berpikir demikian diapun berkata:
"Satu tahun berselang aku seringkali berkunjung kesini
kenapa pada waktu itu aku tak pernah berjumpa dengan
dirimu ?" Pelayan baju kuning itu memutar sepasang biji matanya
lalu menjawab: "Hamba baru tiga bulan lamanya bekerja disini !"
"Sekalipun Shen Bok Hong mempunyai sarang rahasia lain
didalam kota Tiang sah ini kemungkinan juga kebun teh Jit citeh
wan itu adalah salah satu sarang rahasianya", pikir Siau
Ling didalam hati, "apalagi kebun teh Jit ci teh wan
merupakan tempat tersohor dikota Tiang sah yang seringkali
dikunjungi orang persilatan tempat ini memang merupakan
suatu tempat yang sangat baik untuk menyadap pembicaraan
orang serta mencari berita .. .aku harus selidiki tempat ini
baik baik...." "Kalau memang ruang belakang tak ada tempat, baiklah
kami akan duduk dalam ruangan tengah saja!"
"Kek-koan berdua silahkan duduk", ujar pelayan baju
kuning itu sambil memberi
hormat. Siau Ling masuk kedalam ruang tengah dan memilih satu
tempat lalu duduk. Sinar matanya menyapu sekeliling tempat itu, ia lihat
diruangan yang luas itu berisikan enam belas meja, tiga
diantaranya sudah diisi tamu yaitu satu meja diisi dua orang
saja sedangkan dua meja lamanya masing2 ditempati enam
orang. Ruang besar diisi tamu yang sedikit, suasana terasa amat
sepi dan tenang, ditambah pula pembiearaan orang2 itu amat
lirih membuat suasana terasa santai dan tenang.
Pelahan lahan pelayan baju kuning itu maju menghampiri,
lalu bertanya dengan suala lirih
"Kekkoan berdua akan pesan apa?"
"Sediakan dahulu dua cawan air teh Liong keng!"
Pelayan baju kuning itu mengiakan, setelah menuju
kesudut ruangan dia menyingkap sebuah horden warna
kuning dan berjalan masuk kedalam.
Diluar Siau Ling masih tetap bersikap santai, seolah2 tidak
pernah terjadi suatu apapun, sementara secara diam2 ia
perhatikan terus semua gerak gerik dan pelayan tadi.
Beberapa saat kemudian pelayan baju kuning muncul
kembali sambil membawa sebuah baki yang berisi dua cawan
air teh, lalu dihidangkan didepan Siau Ling serta Pek-Li Peng.
Sejak mendapat serangan bokongan dari Wu popo sikap
Siau Ling maupun Pek-li Peng telah berubah jadi sangat hati2,
sianak muda itu memandang sekejap kearah air teh dalam
cawannya lalu berkata, "Pelayan, sediakan secawan air teh lagi!" Pelayan baju
kuning itu tertegun. kemudian serunya
"Kek-koan, kalian toh cuma dua orang buat apa engkau
pesan tiga cawan air teh?"
"Aku mempunyai sesuatu kebiasaan aneh yaitu tidak minun
air teh yang dihidangkan pertama kali!"
Pelayan baju kuning itu mengiakan, ia segera siapkan
secawan air teh lagi. Sesudah menerima air teh baru itu Siau Ling mendorong
cawan air teh yang berada dihadapannya itu kehadapan orang
baju kuning itu kemudian katanya:
"Pelayan bagaimana kalau engkau menemani aku untuk
minum secawan air teh....?""
"Hamba tidak berani!"
"Tidak menjadi soal tamu mengundang minum sekalipun
sang taukee mengetahui juga tak jadi soal pokoknya engkau
tak akan dimarahi!" Pelayan baju kuning itu termenung sebentar kemudian
sahutnya dengan suara Iirih
"Aah benar apakah kek-koan menaruh curiga kalau dalam
air teh ini terdapat kotorannya ?"
Tidak menampik lagi ia menerima cawan air teh itu dan
segera meneguk habis isinya setelah itu sambil memberi
hormat diri segera mengundurkan diri dan sana;
Dengan tajam Siau Ling mengawasi terus pelayan baju
kuning itu dia lihat setelah orang itu masuk kedalam ruangan
lama sekali belum nampak juga munculkan diri kembali
dengan ilmu menyampaikan suara segera serunya :
"Peng ji setelah masuk kedalam ruangan pelayan itu tak
pernah memunculkan diri kembali, hal ini membuktikan kalau
dalam air teh ada setannya. setelah siasat mereka ketahuan
aku duga mereka pasti tak akan berpeluk tangan dengan
begitu saja, setelah siasatnya gagal mereka pasti akan
menggunakan siasat yang lebih keji untuk menghadapi kita,
marilah kita makan siasat mereka itu dan berusaha menyusup
masuk kedalam! aku rasa dengan kecerdasan otakmu engkau
pasti sudah memahami bukan tanda rahasia yang pernah di
terangkan oleh Sang Pat tadi " nah sekarang engkau keluarlah
dahulu dari sini dan tunggulah diluar, kalau dalam sepertanak
nasi lamanya aku masih belum juga unjukkan diri maka
pergilah bergabung dengan mereka dan tuturkan apa yang
telah terjadi kepada mereka"
Pek-li Peng mengerutkan dahinya seperti mau membantah,
tapi akhirnya ia tetap bersadar diri, bangkit berdiri dan
memberi hormat lalu berlalu dari sana.
Memandang bayangan punggung dan Pek li Peng sudah
lenyap dari pandangan, Siau Ling baru menggape lagi kearah
seorang pelayan Pelayan baju kuning yang lain buru2 maju menghampiri
sambil bertanya lirih "Kek koan, ada pesan apa?""
Sengaja Siau Ling memandang sekejap ke arah orang itu,
kemudian serunya keheranan:
"Aku rasa tadi bukanlah engkau yang melayani kami?"
"Toh sama saja...! kek-koan mau apa?" katakan saja!"
Siau Ling tertawa ewa, kemudian menjawab
"Aku hendak menanyakan satu persoalan dengan pelayan
yang melayani diriku tadi!"
"Urusan tentang kebun teh Jit ci-teh wan ini aku
mengetahui paling banyak, apa yang ingin kau tanyakan"
katakan saja!" Siau Ling segera angkat cawan air tehnya dan berkata
"Baiklah! kalau begitu silahkan minum secawan air teh ini!"
Pelayan baju kuning itu nampak tertegun, kemudian
katanya "Peraturan dalam kebun teh kami tidak memperkenankan
berbuat demikian hamba ti dak berani!"
Siau Ling tersenyum. "Tidak mengapa" katanya. "minum saja air teh ini!"
Pelayan itu siap hendak mengundurkar diri tapi segera kena
ditangkap oleh Siau Ling dan diseret ketempat duduknya
kemudian memaksa orang itu untuk meneguk air teh dalam
cawannya itu. Meskipun para tamu dalam ruangan itu melihat bagaimana
Siau Ling menarik tangan pelayan baju kuning itu, namun
berhubung pembicaraan mereka dilangsungkan dengan suara
lirih dan tidak minip orang yang sedang cekcok, tentu saja tak
ada orang yang mengurusi lagi.
Begitulah kejadian semacam itu berulang terus sampai
beberapa kali, tidak selang beberapa saat kemudian kelima
orang palayan baju kuning yang melayani ruangan tersebut
sudah dicekoki Siau Ling dengan secawan air teh hingga
terpaksa orang2 itu mengundurkan diri kedalam ruang
belakang dan tak pernah muncul kembali.
Menyaksikan orang2 itu lebih rela minum teh racun
daripada ribut2 dengan dirinya, Siau Ling segera berpikir
didalam hati "Mungkin dalam kebun teh ini memang ada peraturan
semacam ini untuk menghindari percekcokan sehingga terjadi
kehebohan dan urusan pun sampai tersiar diluaran, rupanya
mereka lebih rela minum teh racun daripada nibut dengan
orang ....." Sementana ia masih berpikir tiba tiba horden tersingkap
dan muncullah seorang pria setengah baya berbaju kuning
langsung menghampiri dirinya, sesudah memberi hormat ia
berkata "Pelayan kami masih muda belia dan tak mengerti urusan,
sekarang atas kesalahan yang telah dilakukan itu mereka
sedang dicaci maki oleh taukee kami, tapi lima orang pelayan
telah menyalahi engkau semua kejadian ini benar benar
membuat aku tak habis mengerti...."
"Ada apa ?" seru Siau Ling sambil tertawa ewa.
"Kami orang yang membuka rumah makan bertemu orang
harus membawa senyuman dibibir aku tak habis mengerti
kesalahan apakah yang telah dilakukan terhadap dirimu..."
cuma saja... dalam gusarnya kemungkinan besar majikan kami
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bisa memecat kelima orang pelayan itu, urusan menyangkut
masalah kehidpan mereka oleh karena itu aku harap....."
"Urusan ini toh persoalan kebun teh Jit ci teh wan kalian
sendiri, apa sangkut pautnya dengan diriku?" tukas Siau Ling
cepat. "Tentu saja sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan
dirimu, cuma saja urusan ini toh timbul lantaran engkau,
karenanya aku harap engkau suka mintakan ampun buat
kelima orang pelayan ini"
"Hmmm! siasat yang begitu sederhana juga hendak
dipergunakan dihadapanku?" diam2 Siau Ling memaki dalam
hatinya. Sesudah berpikir sebentar, tanyanya
"Apakah aku mampu untuk menolong mereka?""
"Untuk melepaskan belenggu harus dilepaskan oleh orang
yang memasangnya sendiri, meskipun engkau tidak kenal
dengan majikan kami, tetapi dengan kehadiranmu sendiri
maka perkataanmu pasti akan jauh lebih manjur"
"Undang keluar majikanmu biar aku terangkan kepadanya
disini juga" "Majikan kami sedang gusar, aku tidak berani berbicara
dengan dirinya, karena itu terpaksa harus merepotkan engkau
untuk berkunjung sebentar kesana...."
Siau Ling segera bangkit lalu bertanya
"Saat ini majikanmu berada dimana ?"
"Sekarang ia berada diruang dalam !"
"Kalau memang majikanmu tak mau berkunjung datang
kemari terpaksa aku harus pergi kesitu sendiri"
"Engkau begitu besar hati andaikata kau adalah orang Bu
lim maka dirimu pastilah seorang pendekar yang besar!" kata
pria baju kuning itu kemudian sambil berjalan lebih dahulu,
Siau Ling tertawa ewa "Aku hanya seorang manusia gelandangan yang berkelana
didunia tanpa tempat tinggal tetap, aku bukanlah seorang
pendekar besar seperti itu " sambil mengikuti dibelakangnya
diam diam Siau Ling berpikir dalam hati kecilnya.
"Mereka dapat melepaskan racun dalam air tehku itu
berarti bahwa mereka ahli dalam hal racun aku harus bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan"
Berpikir sampai disitu sepasang tangannya segera
dimasukkan kedalam saku diam-diam mengenakan sarung
tangan kulit ularnya. Setelah berada didepan pintu masuk pria baju kuning itu
menyingkap kain horden sambil berkata
"Saudara silahkan masuk kedalam"
Diam diam Siau Ling mengepos tenaga mempersiapkan diri
kemudian selangkah demi selangkah masuk kedalam ruangan.
Setelah melewati sebuah lorong sempit yang panjangnya
mencapai beberapa tombak sampailah pemuda itu pada ujung
lorong yang merupakan sebuah pintu besi.
"Sahabat silahkan masuk kedalam", dari balik pintu
berkumandang datang suara teguran dingin.
Siau Ling melongok kedalam ia lihat ruangan itu remang
dengan sinar yang redup membuat pandangan disitu tidak
nampak jelas tetapi dengan andalkan nyalinya yang besar
serta kepandaian silatnya yang tinggi dengan langkah tegap ia
berjalan masuk kedalam. Baru saja ia melangkah masuk kedalam pintu, segulung
desiran angin tajam menyambar lewat dari sisi tubuhnya, dan
laksana sambaran kilat cepatnya langsung menghajar jalan
darah Tiong ho hiat diatas badannya.
Siau Ling sambil miringkan badan segera menerobos masuk
kedalam, ia membiarkan badannya kena tersambar oleh ujung
jari lawan, kemudian tarik napas panjang dan pura-pura roboh
keatas tanah. Terdengar suara gelak tentawa yang amat nyaring
berkumandang memecahkan kesunyian
"Haaah....haaah...haaah... kita sudah menilai terlalu tinggi
terhadap dirinya!" Diam2 Siau Ling meliirk sekejap kearah orang yang barusan
melancarkan serangan totokan terhadap dirinya itu, ia
saksikan orang tersebut mengenakan jubah warna hitam dan
dia bukan lain adalah murid tertua dari Shen Bok Hong yang
bernama Tan Hiong Ciang. Seorang lelaaki berjubah hitam berkerudung kain hitam
mengikuti dibelakang tubuh orang she-Tan tersebut.
Siau Ling dengan sorot mata yang tajam segera mengawasi
orang baju hitam itu, walaupun cahaya dalam ruangan
remang2 akan tetapi ia menyaksikan kesemuanya itu dengan
jelas, ia merasa pakaian jubah hitam yang dikenakan itu
terlalu ketat, terutama sekati kain kerudung hitam yang
menutupi kepalanya, boleh dibilang tidak keruan.
Kejadian itu mencengangkan hatinya, segera pemuda she
Siau itu berpikir "Dandanan orang ini benar2 luar biasa sekali, kalau
dikatakan ia sedang menyaru maka boleh dibilang
penyaruannya itu adalah penyaruan yang terjelek dikolong
langit" Dalam pada itu terdengar manusia jubah hitam itu
mendehem ringan dan berkata
"ilmu silat yang dimiliki sau cungcu benar2 amat sempurna,
totokan jarimu itu cepat bagaikan sambaran kilat, sekalipun
seseorang memiliki ilmu silat sangat lihaypun tak akan mampu
untu meloloskan diri"
"Taysu terlalu memuji" jawab Tan Hiong Ciang " bukannya
ilmu silat yang kumiliki terlalu tinggi, sebenarnya kitalah yang
sudah menilai orang ini terlalu tinggi"
"Bagus sekali" batin Siau Ling, " rupanya dia adalah
seorang hweesio, tidak aneh kalau pakaian yang dikenakan
olehnya luar biasa sekali"
Terdengar manusia berjubah hitam itu berkata kembali
"Pinceng tak dapat berdiam terlalu lama disini, aku hendak
mohon diri terlebih dahulu, semoga saja bilamana sau cungcu
berjumpa dengan Shen Toa cungcu sampaikanlah perkataanku
tadi" "Taysu tak usah kuatir, bilamana aku berjumpa dengan
guruku malam nanti pasti akan kusampaikan perkataan dari
caysu itu" "Kalau memang begitu pinceng mohon diri terlebih dahulu "
kata orang baju hitam itu sambil memberi hormat.
Tan Hiong Ciang balas sambil hormat dan berkata kembali
"Suhu telah berkata, bilamana dunia persilatan sudah
berada dibawah kekuasaannya maka taysulah ciangbunjin Siau
Lim!" "Semoga sau cungcu suka membantu dari samping,
sekalian sampaikan salam Pinceng untuk Toa cungcu!" habis
berkata orang baju hitam itu segera berlalu.
Menungu orang itu sudah lenyap dan pandangan mata Tan
Hiong Ciang baru menggape kearah tempat kegelapan dan
muncullah dua orang pria kekar yang segera menggusur Siau
Ling menuju keruang rahasia yang lain.
Setelah menyaksikan dan mendengar apa yang barusan
terjadi mengertilah Siau Ling bahwa kebun teh Jit ci teh wan
adalah salah satu markas dari Shen Bok Hong, akan tetapi
bukan merupakan tempat penting jika didengar dari
pembicaraan Tan hong Ciang barusan rupa-rupanya Shen Bok
Hong berdiam ditempat lain.
Ia lihay dan bernyali besar dibiarkannya sang badan
digotong masuk oleh kedua orang pria kekar itu kedalam
sebuah ruangan rahasia. Ruang rahasia itu besarnya menyerupai kamar biasa cuma
suasananya gelap gulita Tan Hiong Ciang mengikuti dibelakang tubuh dua orang
pria yang menggotong tubuh Siau Ling setelah berada didalam
kamar ia segera berseru "Pasang lampu lentera aku hendak memeriksa manusia
keparat ini" Pria yang ada disebelah kiri segera mengiakan dan
memasang lampu, dalam waktu singkat suasana dalam
ruangan itu sudah berubah jadi terang benderang.
Siau Ling melirik sekejap kearah sekeliling ruangan itu,
dalam hati segera pikirnya
"Mungkin tempat ini merupakan ruang siksa yang biasa
digunakan oleh mereka untuk memeriksa tawanannya...."
Tampaklah Tan Hiong Ciang menutup pintu besi lalu
mengirim satu pukulan keatas badannya.
Siau Ling tahu bahwa dia hendak membebaskan jalan
darahnya, karena itu badannya sama sekali tidak bergerak.
Setelah pukulan tadi menghajar bahu Siau Ling, pemuda itu
segera berpura2 baru saja bebas dari pengaruh totokan.
Kedua orang pria kekar itu memuntir lengan Siau Ling dan
berdiri tegak dibelakang tubuhnya.
Siau Ling sama sekali tidak melawan, ia biarkan tangannya
dipuntir kebelakang namun hawa murninya diam2 sudah
disebarkan mengelilingi seluruh tubuhnya.
Terdengar Tan Hiong Ciang berseru dengan dingin
"Saudara nyalimu benar2 amat besar !"
Siau Ling melirik sekejap kearah Tan Hiong Ciang, lain
sambil pura-pura kebingungan katanya
"Aku toh sama sekali tiada ikatan dendam ataupun sakit
hati dengan kalian semua, perselisihanpun tak pernah terjadi,
mengapa kalian bersikap demikian terhadap diriku "
sebenarnya apa maksud kalian ?""
Tan Hiong Ciang tertawa dingin kemudian berkata
Dihadapan orang budiman tak usahlah bicara bohong,
dalam sepasang mata aku orang she-Tan belum pernah
kemasukan sebutir pasirpun kalau sahabat tidak ingin
merasakan siksaan badan lebih baik jawablah sejujurnya
semua pertanyaanku !"
"Apa yang harus kukatakan ?"
"Apa yang kutanyakan jawab dengan sejujurnya, ingat !
jangan coba-coba berbohong"
"Ajukanlah pertanyaanmu asal aku tahu pasti akan kujawab
dengan sejujurnya !"
"Siapa namamu " apa julukanmu " mau apa datang kemari
" mendapat perintah dari siapa ?"
"Aku bernama Ciau Tong dalam persilatan punya sedikit
nama aku datang kemari karena sedang berpesiar dan
kedatanganku adalah muncul dari hati serta keinginanku
sendiri" "Ciau Tong ?" gumam Tan Hiong Ciang seorang diri,
"kenapa aku belum pernah mendengar nama ini ?""
"Selamanya aku bergerak diatas air " Siau Ling
menerangkan. "Jadi kalau begitu engkau juga sahabat dari kalangan
persilatan ?" "Benar selamanya aku bekerja dan cari untung diatas air,
diatas daratan jarang sekali beroperasi karena itu aku tak
kenal dengan dirimu"
Tan Hiong Ciang segera tertawa dingin.
"Oooh... rupanya engkau adalah bandit air aku gembira
sekali dapat bertemu dengan engkau"
Sambil mempertinggi suaranya ia menyambung lebih jauh
"Saudara kalau memang engkau cari keuntungan diatas air
lalu apa sangkut pautnya dengan kebun teh Jit ci teh wan
kami ini" Toh kita bagaikan air sumur tak pernah mengganggu
air sungai" ada urusan apa engkau datang kemari?"
"Tiada tujuan apa2, aku hanya merasa ingin tahu saja"
"Barang apa saja yang kau bawa dalam sakumu?"
perlahan2 Tan Hiong Ciang bertanya.
"Kecuali beberapa tahil uang perak, tiada benda lainnya
lagi!" "Bagaimana kalau sampai kugeledah?"
"Kecuali beberapa setel pakaian, yang lain adalah barang
keperluan sehari2" Tan hong Ciang segera ulapkan tangannya.
"Periksa yang teliti!" perintahnya.
Kedua orang pria itu mengiakan, tangan kiri mencekal
lengan Siau Ling sementara tangan yang lain merogoh
kedalam sakunya. Siau Ling berdiam diri beberapa saat lanka nya, setelah itu
ujarnya "Apakah sau cungcu menaruh curiga kalau maksud
kedatanganku adalah untuk bikin kekacauan.."
"Tutup mulut!" hardik Tan Hiong Ciang dengan keras, kalau
engkau tidak bermaksud mengacau, apa sebabnya kau paksa
pelayan dalam ruangan kami secara beruntun minum teh
berisi obat pemabok?",
Siau Ling segera tersenyum.
"Hal ini harus salahkan pada sau cungcu sendiri mengapa
gunakan pelayan2 tolol untuk melakukan tugas tersebut"
lagipula mereka kurang mampu untuk menahan diri, baru saja
aku bercakap2 beberapa patah kata dengan mereka, mereka
sudah meracuni air tehku bahkan wajahnya menunjukan sikap
tidak tenang, itulah sebabnya dengan cepat aku dapat
membongkar maksud jahatnya."
Tan Hiong Ciang termenung dari berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian berkata
"Meskipun kedatanganmu tanpa maksud apa2, tetapi
engkau toh sudah kami tangkap" pepatah mengataan
menangkap harimau mudah, untuk melepaskannya kembali
susah, selamanya kebun teh Jit ci teh wan adalah tempat
berdagang yang pakai aturan, setelah engkau mengetahui
latar belakang yang sebenarnya tentu saja tak dapat
dilepaskan kembali?"
"Lalu apa yang hendak engkau lakukan terhadap diriku?"
Tan Hiong Ciang menyeringai seram, katanya
"Tentu saja membinasakan dirimu, karena hanya itulah
satu2nya jalan yang paling aman"
Mendengar perkataan tersebut, dalam hati kecilnya Siau
Ling segera berpikir "Rupanya suatu pertempuran sengit sudah tak dapat
dihindarkan diri lagi perduli pertarungan macam apapun juga
aku harus berhasil menangkap Tan Hiong Ciang dalam
keadaan hidup, dengan begitulah Shen Bok Hong baru tidak
akan memperoleh kabar hingga tindakanku ini tidak sampai
memukul rumput mengejutkan ular.."
Sementara itu Tan Hiong Ciang telah berkata kembali
dengan suara dingin "Engkau tak perlu takut, meskipun aku telah menganbil
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keputusan untuk membinasakan dirimu, akan tetapi aku akan
suruh engkau mati dalam keadaan nyaman, sedikitpun tidak
merasakan penderitaan apapun
"Engkau amat baik hati!"
Tan Hiong Ciang tertawa. "Asal kuhajar jalan darah Tat an-Leng hiatmu diatas ubun2
maka engkau akan jatuh tak sadarkan diri kemudian menemui
ajalnya, tubuhmu sama sekali tak akan mengalami
penderitaan apapun" Telapak kanannya segera diayun langsung menghajar
batok kepala sianak muda itu.
Walaupun dihari-hari belakangan ini tenaga dalam yang
dimiliki Siau Ling telah mendapatkan kemajuan yang amat
pesat, namun ia tak berani membiarkan jalan darah "Thian
leng hiat" pada ubun2nya dihajar oleh Tan Hiong Ciang, dalam
keadaan yang mendesak mau tak mau dia harus melakukaa
perlawanan. Sepasang telapaknya segera bekerja cepat masing2
mencengkeram jalan darah penting dipersendian dua orang
pria yang memuntir lengannya sementara kaki kanannya
mengirim satu tendangan kilat menghajar lambung orang she
Tan tersebut. Murid tertua Shen Bok Hong ini mimpipun tak pernah
menyangka kalau pihak lawan memiliki ilmu silat yang begitu
lihay, dalam posisi saling berhadapan tiada kesempatan lagi
baginya untuk berkelit kesamping terpaksa telapak kanannya
ditabok kedepan memaksa sianak muda itu terpaksa harus
menarik kembali serangannya.
Walaupun begitu telapaknya tak urung mengena juga
diatas bahu seorang pria anak buahnya yang ada disamping
membuat orang itu mendengus berat dan tulang bahunya
seketika patah. Bagaimana pun juga dia adalah seorang tokoh kelas satu
dalam dunia persilatan. sekalipun serangannya mengena
tubuh kawan, namun tubuhnya sempat melayang mundur dua
depa kebelakang. Melihat tendangannya gagal, Siau Ling segera
mendorongkan sepasang telapaknya ke depan, tanpa bisa
dikuasai tubuh kedua orang lelaki itu segera menumbuk
kearah Tan Hiong Ciang. Orang she Tan itu buru2 rentangkan sepasang telapaknya
kedepan...plok! plok! dua orang pria itu tertumbuk diatas
angin pukulannya sehingga terpental kesamping.
Menggunakan kesempatan itulah Siau Ling meloncat maju
kedepan, telapak kanannya diayun kedepan dan menghajar
dada lawan. Tan Hiong Ciang tahu lihay, buru buru telapak kanannya
diayun pula kedepan menyambut datangnya ancaman tersebit
dengan keras lawan keras.
Bentrokan sepasang telapak menimbulkan suara ledakan
yang memekikkan telinga, termakan oleh dahsyatnya angin
pukulan dari Siau Ling, tubuh Tan Hiong Ciang terge tar
mundur tiga langkah kebelakang, darah panas dalam rongga
dadanya bergolak keras membuat hatinya merasa amat
terperanjat Dengan cepat ia merogoh keluar sepasang senjata
garpunya, sambil dicekal dalam genggaman, serunya dingin
"Siapakah engkau?"
"Pencabut nyawa!" jawab Siau Ling sambil tertawa dingin.
Tangan kirinya diayun, dengan jurus Kim liong tam jiau
atau naga emas unjukkan cakar ia cengkeram pergelangan
lawan. Setelah menyambut datangnya serangan tadi, Tan Hiong
Ciang telah mengetahui bahwa ilmu silatnya masih belum
mampu menandingi lawan kalau tidak menggunakan senjata
pasti tak akan mampu untuk menandingi lawannya, tangan
kanan segera diayun dan senjata garpunya yang
memancarkan cahaya kilat langsung menusuk tangan Siau
Ling. Sianak muda itu putar tangan kanannya, kelima jari
tangannya digenggam dan segera mencengkeram senjata
garpu itu kencang2. "Siau Ling..." jerit Tan Hiong Ciang dengan terperanjat.
Tangan kanan Siau Ling bekerja cepat dalam sebuah
kelebatan ia sudah totok jalan darah Poh long hiat ditubuh
orang she Tan tersebut. Baru saja Tan Hiong Ciang meneriakan nama Siau Ling,
jalan darahnya sudah tertotok, tangan kanannya mengendor
dan senjata tajamnya terlepas dari genggaman.
Siau Ling segena pungut senjata garpu itu, kaki kirinya
menginjak diatas dada Tan hiong Ciang serta menendang
bebas jalan darahnya yang tertotok, dengan dingin serunya:
"Sekarang aku sudah belajar bagaimana caranya turun
tangan keji, kalau engkau berani berteriak maka akan
kucongkel keluar sepasang biji matamu itu"
Tan Hiong Ciang benar2 tak berani berteriak.
Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah salah
seorang diantara dua pria kekar yang dihajar oleh Tan Hiong
Ciang tadi hingga roboh dan waktu itu sedang merangkak
bangun, pikirnya didalam hati
"Kalau aku tidak turun tangan menghabisi nyawa kedua
orang ini pastilah Tan Hiong Ciang tak akan merasa takut
terhadap diriku...!"
Berpikir demikian senjata garpu ditangannya segera
diayunkan kearah depan....
"Creeet..! darah segar muncrat keluar membasahi seluruh
wajah dan tubuh Tan Hiong Ciang.
Ketika sorot matanya beralih kembali kearah pria kekar itu
tampaklah dadanya sudah merekah besar sedangkan isi
perutnya berhamburan keluar.
Pelahan-lahan Siau Ling menyeka darah segar diatas
senjata garpunya itu pada wajah Tan Hiong Ciang, kemudian
ujarnya dengan dingin "Mungkin..., engkau sudah percaya bukan kalau aku sudah
belajar bagaimana caranya membunuh orang ?"
"Engkau adalah Sam cungcu.... kau benar-benar adalah
Paman Siau "Hmm ! hubunganku dengan Shen Bok Hong sudah lama
putus diantara kami berdua sudah tiada ikatan apa-apa lagi
orang tak usah menyebut aku sebagai Sam cungcu lagi, sebab
dewasa ini kita adalah musuh bebuyutan...."
Setelah membuktikan bahwa orang yang sedang
dihadapinya pada saat ini benar2 adalah Siau Ling, Tan Hiong
Ciang tak berani melakukan perlawanan lagi, perasaan hati
pun jauh lebih tenang, tanyanya lirih
"Engkau ingin berbuat apa?"
"Berapa banyak orang yang berada didalam ruang kecil
ini?"" "Dalam ruang siksa ini hanya ada tiga orang dua
diantaranya sudah kau bunuh mati dan tinggal aku seorang
yang masih hidup" "Kalau engkau tidak bicara sejujurnya, siksaan badan saja
yang akan kau dapatkan...."
"Ruangan ini toh kecil sekali dan sekilas memandang sudah
dapat dilihat semua, mengapa aku harus membohongi
dirimu?"" Siau Ling berpaling sebentar, dan ujarnya
"Aku bertujuan melenyapkan Shen Bok Hong serta
menghancurkan perkampungan Pek hoa san cung sehingga
bibit bencana bagi dunia persilatan dapat disingkirkan, sedang
engkau tidak lebih hanya seorang budak bayaran yang
dipergunakan tenaganya untuk berbuat kejahatan sekalipun
dibunuh juga tak perlu disayangkan, kalau engkau berani
berbohong sekaIi bacok kucabut selembar jiwamu,...."
"Seorang lelaki sejati tak takut mati dibunuh" sela Hong
Ciang dengan cepat, "kalau Siau tayhiap ingin membunuh,
bunuh sajalah dengan cepat engkau tak perlu menakut nakuti
diriku lagi" Siau Ling tertawa dingin.
"Hmmm! rupanya engkau sudah keracunan terlalu
mendalam sehingga tak bisa diselamatkan lagi jiwanya,
baiklah ! dari gurumu aku memang sudah terlatu banyak
mempelajari cara untuk turun tangan secara keji kalau suruh
aku membinasakan drimu dengan cara yang enak, mungkin
saja sulit bagiku untuk melakuknnya
"Lalu apa yang enak kau lakukan ?"" Aku akan suruh
engkau merasakan penderitaan yang hebat secara perlahanlahan
kemudian baru menemui ajal.
"Engkau seorang pendekar besar, apakah engkau tidak
takut siksaan cara keji yang kau gunakan itu akan menodai
nama besarmu?" "Hal itu harus dilihat siapakah yang sedang kuhadapi
gurumu berhati kejam dan tak kenal perikemanusiaan, kalau
aku tidak menggunakan cara racun lawan racun, siapakah
yang mampu untuk menbendung kekejamannya itu?"
Sesudah berhenti, sambungnya lebih jauh:
"Perduli bagaimana akhirnya sekarang hanya ada satu jalan
saja yang dapat kau tempuh"
"Jalan apa?""
"Bekerja sama dengan aku serta mendengarkan
perintahku!!" "Kemudian" "Akan kuberikan semua jalan kehidupan bagimu dan kali ini
jiwamu tak akan kuganggu, tapi lain kali jangan coba2 untuk
terjatuh lagi ditanganku"
---oo0dw0oo--- Jilid 20 MENDADAK dari luar ruangan berkumandang datang suara
panggilan yang rendah dan berat :
"Sau cungcu!" "Selamanya aku tak pernah mengingkari janji" bisik Siau
Ling dengan suara lirih, "setelah aku menjanjikan sesuatu
kepadamu maka selamanya tak akan kusesali kembali, setelah
kujanjikan pengampunan bagimu janji itu pasti akan kupenuhi,
tetapi jikalau engkau berani main gila dengan aku, maka itu
berarti hanya akan mencari kematian buat diri sendiri"
Tan Hiong Ciang mengangguk dan membungkam dalam
seribu bahasa. "Suruh dia masuk" bisik Siau Ling kembali.
Tan Hiong Ciang mengangguk, dan segera serunya
"Siapa diluar?""
"Aku Sam in jiu tangan pencabut nyawa Tiau Coan!!" jawab
orang diluar ruangan. "Apakah Tiau heng cuma seorang diri."
"Aku datang bersama Tok hwee api racun Keng Gak, cuma
Keng Gak berada diruang depan!"
Siau Ling segera memberi tanda kepada Tan Hiong Ciang
agar menyuruh Tiau Coan masuk kedalam ruangan.
Tan Hiong Ciang termenung sebentar, kemudian serunya
"Tiau- heng, silahkan masuk kedalam!"
Bayangan manusia berkelebat lewat, Tiau Coan sambil
mendorong pintu besi tahu-tahu sudah menerobos masuk
kedalam ruangan. Sebenarnya Siau Ling akan melancarkan sebuah totokan
dikala orang itu masuk kedalam ruangan, akan tetapi Tiau
Coan adalah seorang manusia licik yang banyak pengalaman,
sikap ragu ragu dari Tan Hiong Ciang telah menimbulkan
perasaan was was didalam hati kecilnya.
Dengan telapak kiri melindungi dada, tetapak kanan siap
menghadapi segala kemungkinan dengan gerakan yang cepat
bagaikan sambararan kilat ia segera menerjang masuk
kedalam ruangan, begitu masuk telapak kanannya mengirim
satu pukulan dahsyat kearah belakang.
Meskipun Siau Ling sudah banyak pengalaman dan sering
kali menemui peristiwa besar, tetapi terhadap cara untuk
menghindari serangan bokongan seperti ini boleh dibilang
sama sekali diluar dugaan, tahu2 Tiau Coan telah berhasil
menerobos masuk kedalam ruangan.
Cahaya api lirih dalam ruangan telah dipadamkan oleh Siau
Ling, ditengah kegelapan yang luar biasa tubuh Tiau Coan
yang sedang menerobos masuk kedalam ruangan segera
tersandung oleh kaki kiri Tan Hiong Ciang yang berbaring
diatas tanah sehingga tubuhnya tergelincir dan roboh
kesamping. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu Siau Ling
segera menerjang maju kedepan, angin pukulannya yang
tajam langsung menghajar bahu kanan Tangan pencabut
nyawa. Tiau Coan tangan pencabut nyawa segera putar telapak
kirinya menyambut datangnya ancaman dari Siau Ling,
sedangkan tangan kanannya menghajar lambung bagian
bawah dari sianak muda itu. Siau Ling segera mengerahkan
tenaga dalamnya lebih hebat ditangan kanan sementara
badannya bergeser dua langkah kesamping meloloskan dari
dari ancaman yang datang dari arah bawah.
Tiau Coan disebut orang Tangan pencabut nyawa, hal ini
dikarenakan ilmu telapaknya luar biasa sekali asal orang
berani beradu tenaga dengan dirinya niscaya pihak lawan
akan terluka diujung telapaknya, akan tetapi musuh yang
sedang dihadapnya pada saat ini adalah Siau Ling, tentu saja
dialah yang mengalami kerugian besar.
Sepasang telapak tangan saling beradu satu sama lainnya
sehingga menimbulkan suara benturan keras.
Pada telapak Siau Ling mengenakan sarung tangan kulit
naga, ia tak takut keracunan, dalam bentrokan tersebut
seketika itu juga Tiau Coan merasakan darah panas dalam
dadanya bergolak keras ia mendengus berat dan tubuhnya
tergetar mundur dua langkah kebelakang.
Tan Hiong Ciang yang berbaring diatas tanah dapat
menyaksikan jalannya pertarungan itu dengan amat jelas,
diam-diam hatinya merasa amat terkejut, pikirnya
"Oooh .... ilmu silat yang dimilikinya ternyata sudah
bertambah maju dengan pesatnya ..."
Sesudah ayunan telapak kanan Siau Ling berhasil melukai
Tiau Coan, tangan kirinya laksana kilat melancarkan sebuah
totokan menghantam jalan darah jit gwat hiat diiga kanan
Tiau Coan. Sementara Tangan pencabut nyawa sedang merasakan
kepalanya pening tujuh keliling. Totokan jari tangan kiri Siau
Ling sudah meluncur datang membuat ia sama sekali tak
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat berkutik lagi. "Tiau Coan!", bentak Siau Ling dengan ketus, "engkau ingin
mati atau ingin hidup!"
Sambil berkata pergelangan kanan orang she Tiau itu
segera dicengkeram dengan kencang.
Tiau Coan merasakan matanya masih berkunang-kungan
dan kepalanya pusing tujuh keliling, lama sekali golakan darah
dalam tubuhnya baru bisa ditenangkan kembali, ia segera
menjawab, "Kalau ingin mati bagaimana" Dan kalau ingin hidup
bagaimana?" "Kalau engkau ingin mati, sekali hantam kubinasakan
dirimu, sebaliknya kalau engkau ingin hidup, haruslah
mendengar perkataanku!"
Dalam keadaan yang jauh lebih tenang Tangan pencabut
nyawa Tiau Coan dapat pula melihat keadaan disekelilingnya
dengan jauh lebih jelas, ketika menyaksikan Tan Hiong Ciang
roboh terkapar diatas tanah segera tegurnya..
"Apakah sau cungcu?"
Tan Hiong Ciang segera berpikir didalam hati kecilnya,
"Peristiwa yang amat memalukan ini dapat dilihat olehnya,
sesudah tinggalkan tempat ini aku harus berusaha keras untuk
melenyapkan dirinya dari muka bumi, daripada kejelekanku ini
tersiar sampai dimana-mana.."
Berpikir sampai disini, iapun menjawab,
"Sedikitpun tidak salah"
Siau Ling segera menarik tangan kanan lawan dengan
sekuatnya membuat tulang pergelangan Tiau Coan patah jadi
dua, saking sakitnya keringat sebesar kacang kedelai
mengucur keluar membasahi wajah orang she Tiau itu
membuat ia berseru tertahan.
"Aah....! Rupanya ia jauh lebih tersiksa daripada diriku"
kembali Tan Hiong Ciang berpikir.
Dalam pada itu sambil menahan sakit Tiau Coan telah
menengadah memandang wajah Siau Ling, kemudian
tegurnya : "Siapakah engkau?"
"Pencabut nyawa!"
Tiau Coan tertegun, kemudian serunya kembali,
"Sau cungcu, siapakah orang ini?"
Meskipun ia merasakan kesakitan yang luar biasa, namun
berhubung Tan Hiong Ciang berada disitu, ia tak berani
mengutarakan kata-kata untuk minta diampuni jiwanya.
Tan Hiong Ciang sendiripun dalam hatinya berpikir.
"Siau Ling tak mau menyebut namanya itu berarti ia tak
ingin asal usulnya diketahui orang, terpaksa aku harus ikut
merahasiakannya..." Berpikir demikian, diapun lantas berkata..
"Aku sendiripun kurang jelas, panggil saja pencabut nyawa
bukankah sudah beres.....?"
"Pencabut nyawa" Sungguh tak enak didengar...." pikir Tiau
Coan, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa serunya,
"Pencabut nyawa..."
Siau Ling memperkencang cekalannya membuat Tiau Coan
kesakitan hingga membungkam dalam seribu bahasa.
"Perlahan sedikit kalau bicara!" seru Siau Ling.
"Sau cungcu, apa yang harus kulakukan pada saat ini"
Harap sau cungcu suka memberi petunjuk" pinta Tiau Coan
kemudian. "Peraturan dari perkampungan Pek hoa san cung kita amat
ketat dank eras, barang siapa berani membocorkan rahasia
dapat berakibat dijatuhi hukuman siksaan yang terkejam
dikolong langit, lagipula engkau toh tidak banyak mengetahui
rahasia, kalau pihak lawan gagal untuk memperoleh
keterangan yang benar, engkau pun pasti akan disiksa pula
mati-matian, kalau engkau tidak ingin merasakan yang kejam,
aku rasa lebih baik engkau mencari kematian buat dirimu
sendiri saja" Ucapan ini benar-benar amat keji sekali, meskipun diluaran
nampaknya ia merasa kasihan terhadap rekannya dan takut
Tiau Coan tak kuat menahan siksaan, diam-diam dia memberi
kisikan kepada Tiau Coan agar bunuh diri saja.
Dan yang paling kejam lagi ia telah memberi kisikan kepada
Siau Ling bahwasanya tidak banyak rahasia yang diketahui
oleh Tiau Coan, dia anjurkan kepada pemuda itu agar
membinasakan dirinya saja.
Siau Ling sendiri walaupun cerdik, namun dia adalah
seorang manusia jujur karena itu ucapan dari Tan Hiong Ciang
tersebut tak dapat ditangkap arti sebenarnya.
Lain halnya dengan Tiau Coan yang licik dan banyak
pengalaman, tentu saja dia dapat menangkap maksud dari
ucapan orang she Tan itu.
Sambil tertawa dingin segera sindirnya,
"Siau cungcu apakah engkau suruh aku bunuh diri?"
"Kalau engkau merasa yakin bisa menahan siksaan tidak
matipun tidak mengapa!"
Siau Ling segera menggoyangkan tangan kanannya,
kembali Tiau Coan merasakan kesakitan hebat sehingga
keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh
tubuhnya. "Tiau Coan!" ia berseru, "pada saat ini mati hidupmu
berada dalam genggamanku, engkau tak usah minta petunjuk
dari sau cungcumu lagi!"
Jalan darah Tiau Coan tertotok sehingga tak mampu
baginya untuk menggerakkan tenaga melawan rasa sakit yang
menyerang tubuhnya, terpaksa dia berkata..
"Sau cungcu, pada saat ini aku sudah sama sekali
kehilangan daya kemampuan untuk bunuh diri..."
Setelah berhenti sebentar, terusnya,
"Pencabut nyawa, apa yang kau inginkan?""
"Sekarang Shen Bok Hong berada dimana?"
"Tentang hal ini aku kurang begitu tahu!"
"Berapa banyak orang yang berada dalam kota Tiang sah
ini?" kembali Siau Ling bertanya dengan alis mata berkernyit.
"Tentang soal ini akupun kurang begitu jelas!"
"Benarkah engkau tidak tahu apa2"
Sambil berkata, tangan kanannya kembali menggoyang
tulang pergelangan Tiau Coan yang patah.
Orang she Tiau itu kontan saja kesakitan hebat sehingga
napasnya terengah-engah, serunya
"Aku benar-benar tidak tahu berapakah jumlah
keseluruhannya..." "Lalu apa yang kau ketahui?"
"Aku hanya tahu tentang beberapa orang yang berada satu
rombongan dengan diriku saja..."
"Baik! Katakanlah, berapa jumlah anggota rombonganmu,
dan siapakah komandannya?"
"Kami semuanya dua belas orang, Seng Sam Koay
locianpwee yang menjadi komandan kami"
"Sekarang mereka berada dimana?"
"Dalam kuil Pek in koan sebelah barat kota Tiang sah..."
"Kuil Pek in koan...."
Benar aku serta Keng Gak mendapat tugas dari Seng Sam
Koay untuk datang kemari menghadap sau cungcu..."
Mendadak Tan Hiong Ciang berbatuk beberapa kali.
Mendengar suara batu itu buru-buru Tiau Coan tutup mulut
Siau Ling segera tertawa dingin, ejeknya.
"Sau cungcu, rupanya engkau sudah bosan hidup?""
Sebuah tendangan keras segera dilancarkan keatas tubuh
orang she Tan tersebut. Tubuh Tan Hiong Ciang segera berguling guling sejauh
empat depa lebih dan menumbuk diatas dinding tembok,
namun mulutnya tetap membungkam.
Rupanya Siau Ling menotok jalan darah bisunya.
"Apakah dia sudah mati?" Tanya Tiau Coan setelah suasana
hening sejenak. "Mungkin saja dia sudah mampus!" jawab Siau Ling dengan
nada dingin dan kaku, "lanjutkan perkataanmu apa tujuan
kalian datang kemari dan apa yang hendak diserahkan kepada
Tan Hiong Ciang?""
"Seng Sam Koay serahkan kami sepucuk surat dan
diperintahkan kepada kami untuk menyerahkan langsung
kepada sau cungcu" "Serahkan kepadaku!"
Tiau Coan merasakan tulang pergelangan kanannya amat
sakit akibat dipatahkan oleh Siau Ling tadi, terpaksa dengan
menggunakan tangan kirinya, ia rogoh kedalam saku dan
ambil keluar sepucuk surat yang diserahkan kepada pemuda
itu.. Dalam pada itu, Tiau Coan mengira Tan Hiong Ciang sudah
mati ditendang oleh Siau Ling, karena itu rasa takut dan waswasnya
jauh sudah lebih berkurang.
Mimpipun ia tak menyangka kalau Tan Hiong Ciang Cuma
ditendang jalan darah bisunya saja sehingga tak dapat
berbicara, sementara sepasang matanya sedang melotot
tajam kearah dirinya. Siau Ling menerima sampul surat itu lantas bertanya,
"Engkau membawa korek api?"
"Bawa" "Baik, pasang lilin itu!"
Setelah merasakan pahit getirnya serangan dari Siau Ling,
terhadap pemuda ini boleh dibilang Tiau Coan menaruh jeri
dan segan yang luar biasa, dalam keadaan begini tentu saja ia
tak berani mempergunakan akal licik atau siasat buruk untuk
mempermainkan pemuda itu setelah ambil keluar korek api, ia
segera memasang lilin. Mempergunakan kesempatan dikala Tiau Coan memasang
api lilin, Siau Ling menutup kembali pintu baja tersebut..
Kemudian dibawah sorot cahaya lilin, ia membaca sampul
surat tersebut, terbaca olehnya,
"Surat ditujukan kepada Shen toa cungcu dengan perantara
sau cungcu" Siau Ling segera merobek sampul tadi dan membaca isinya,
"Dipersembahkan kepada yang mulia Shen Bok Hong toa
cungcu... kecerdasan toa cungcu luar biasa dan
benar2 patut dipuja, ketika hamba sekalian melaksanakan
siasat seperti apa yang dipesan, ternyata hasil yang diperoleh
sangat diluar dugaan, Siau yau cu telah mengutus para jago
lihaynya untuk bergerak, apabila urusan berjalan lancer dan
sesuai dengan rencana, dalam dua hari mendatang mereka
pasti sudah akan saling bertempur dengan serunya melawan
orang2 dari pihak partai Bu tong..."
Isi surat tersebut amat singkat dan hanya terdiri dari
beberapa patah kata, namun penuh dengan siasat busuk dan
kekejian hati yang luar biasa.
Selesai membaca isi surat tadi, Siau Ling segera tertawa
dingin dan berkata, "Hmmm! Suatu siasat yang keji dan telengas...."
Setelah masukan kembali surat tadi kedalam sampul, ia
masukan kedalam sakunya. Tiau Coan menyaksikan hal itu jadi tertegun, serunya,
"Engkau hendak membawa pergi surat tersebut?"
Siau Ling tidak menanggapi pertanyaan tersebut,
sebaliknya dia malahan balik bertanya,
"Engkau tahu apa isi surat tersebut?"
Tiau Coan menggeleng. "Aku toh belum membacanya, darimana bisa tahu?"
sahutnya. "Apa yang engkau ketahui" Aku harap engkau bersedia
untuk mengakuinya secara terus terang!"
"Apa yang kuketahui tak terlalu banyak...."
"Engkau tahu sepatah katakan saja sepatah kata..."
"Dalam hal yang bagaimana?"
"Mengenai gerakan yang kau ikuti hingga sekarang!"
"Kedudukanku rendah sekali, tiada kesempatan bagiku
untuk ikut serta membahas rencana dan siasat, oleh karena
itu bagaimanakah rencana mereka, aku sama sekali tak tahu!"
Mendengar jawaban tersebut, Siau Ling berpikir didalam
hati, "Shen Bok Hong berhasil mencapai kejayaan seperti apa
yang dimilikinya sekarang, sebagian besar adalah
mengandalkan ilmu silatnya yang lihay, cara kerjanya yang
keji dan telengas, namun kerahasiaan cara gerak merekapun
merupakan salah satu alasan yang terpenting, ditinjau dari isi
surat yang tiada ujung pangkalnya itu sudah dapat diketahui
betapa rahasianya cara mereka bekerja, mungkin orang yang
bernama Tiau Coan itu memang benar2 tidak tahu duduknya
perkara...." Berpikir sampai disitu, diapun tidak bertanya lebih jauh lagi,
setelah mendehem ringan katanya,
"Tiau Coan, sepanjang hidupmu sudah terlalu banyak
kejahatan yang pernah kau lakukan, orang yang kau
bunuhpun sudah tak terhitung jumlahnya, ini hari setelah
engkau terjatuh ketanganku, rasanya itulah saatnya bagimu
untuk menerima pembalasan!"
"Kenapa?" teriak Tiau Coan dengan wajah berubah hebat,
"engkau hendak membinasakan diriku?"
"Jadi engkau tidak ingin mati?"
"Semut, makhluk paling kecil dikolong langitpun ingin hidup
lebih lanjut apalagi aku adalah manusia.?"
Siau Ling pun lantas berpikir.
"Manusia-manusia semacam ini sekalipun kubinasakan
delapan atau sepuluh orang rasanya tidak akan mendatangkan
pengaruh apa-apa bagi diri Shen Bok Hong aku harus cari akal
untuk mengendalikan pikirannya dengan begitu maka
perbuatanku ini jauh lebih bagus daripada membinasakan
dirinya..." Pemuda itu segera berkata,
"Kalau engkau tidak ingin mati hanya ada satu jalan yang
bisa ditempuh!" "Coba katakanlah apa caramu itu?"
"Mulai sekarang engkau harus mendengarkan perintahku!"
"Kendatipun aku setuju belum tentu engkau bersedia untuk
mempercayai diriku!"
"Tentu saja aku tak akan mempercayai dirimu dengan
begitu saja!" "Lalu apa yang harus kulakukan sehingga dapat membuat
engkau mempercayai diriku ?"
"Serahkan saja mati hidupmu itu ketanganku !"
"Bagaimana caranya untuk menyerahkan kepadamu ?"
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siau Ling termenung dan berpikir beberapa saat lamanya
setelah itu menjawab "Akan kutotok sebuah jalan darah anehmu yang letaknya
diluar garis otot lainnya, setiap tujuh hari satu kali engkau
harus mendapat urutan dariku untuk memperpanjang masa
hidupmu jika didalam tujuh hari engkau tidak memperoleh
rawatan maka darah yang mengalir dalam tubuhmu akan
tersumbat hingga mengeras dan menggumpal separuh
tubuhmu akan jadi lumpuh hingga akhirnya mati secara
perlahan lahan" "Masa begitu lihay akibatnya ?"
"Aku harap engkau bersedia untuk mempercayai
perkataanku untung lima hari kemudian engkau akan
merasakan sendiri apa yang kukatakan barusan, pada waktu
itulah engkau akan mempercayai dengan sendirinya.
Selesai berkata, ia segera melancarkan sebuah totokan
keatas tubuh Tiau Coan serta membebaskan jalan darah Jit
gwat hiatnya yang tertotok, setelah menyambung kembali
pergelangannya yang patah dan serahkan kembali surat tadi
ketangan Tiau Coan, ia padamkan lampu lilin, berpesan
beberapa patah kata dengan suara lirih kemudian orang itu
baru dilepaskan dari ruangan tersebut.
Selesai melepaskan Tiau Coan, pemuda Siau Ling baru
memasang lampu kembali dan menepuk bebas jalan darah
bisu dari Tan Hong Tiang, tegurnya
"Sudah kau lihat semua yang terjadi?"
"Sudah!" "Bagaimana perasaanmu?"
"Tiau Coan maupun Keng Gak cuma kurcaci2 depan pintu
yang sama sekali tidak berperanan besar, kematian mereka
sama sekali takkan mempengaruhi keadaan situasi dalam
dunia persilatan, Siau tayhiap ! aku benar2 merasa tidak habis
mengerti, apa sebab nya engkau malah melepaskan mereka
untuk pergi dari sini"
"Karena membinasakan mereka sama sekali tidak
mendatangkan keuntungan apa apa bagiku, karena itu hendak
kusuruh mereka untuk melakukan pekerjaan yang jauh lebih
penting daripada membinasakan mereka"
"Dengan kedudukan mereka dalam perkampungan tak
mungkin ada kesempatan baik bagi orang-orang semacam itu
untuk ikut serta dalam perundingan rahasia, lagipula
perkampungan Pek hoa san cung kami memnpunyai peraturan
rumah tangga yang amat ketat, asal mereka berani berhianat
maka hukuman mati yang mengerikan sudah siap akan
mereka terima Hmm! kalau engkau hendak gunakan mereka
sebagai mata-mata maka pilihanmu itu sama sekali tidak
sesuai" "Karena itulah, aku hendak mengandalkan jasamu",
sambung Siau Ling dengan cepat.
"Apa rencanamu"
"Bagaimana dengan ilmu penyaruanku ini ?""
Tan Hiong Ciang mengamati Siau Ling beberapa saat
lamanya, kemudian menjawab:
"Lihay dan sempurna sekali !"
"Engkau boleh beritahu kepadaku baiknya aku menyamar
sebagai manusia macam apa sehingga bisa mengikuti dirimu
untuk pergi menemui Shen Bok Hong...."
Tan Hiong Ciang tersenyum.
"Engkau tidak takut kalau aku menghianati dirimu?"
"Engkau tak usah kuatir, aku bisa berjaga jaga terhadap
penghianatanmu itu!"
Tan Hiong Ciang termenung dan berpikir sebentar,
kemudian jawabnya "Baiklah! kalau engkau memang mempunyai keberanian
untuk berbuat demikian, terpaksa akupun harus mengabulkan
permintaanmu itu" Siau Ling pun segera menepuk bebas jalan darah Tan
Hiong Ciang yang tertotok, katanya
"Ada satu persoalan, aku harus menerang kan lebih dahulu
kepadamu!" "Persoalan apa!" "
"Aku mengikuti dirimu untuk berjumpa dengan suhumu, itu
sama artinya memasuki sarang naga gua harimau bagi
diriku...." "Kalau engkau menyesal sekarang masih ada kesempatan
bagimu untuk berubah pikiran" seru orang she Tan itu dengan
cepat. "Persoalan yang telah kuputuskan selamanya tak pernah
kusesalkan kembali cuma di bawah kurungan berpuluh puluh
orang jago lihay membuat aku sendiri mau tak mau terpaksa
harus melakukan sedikit persiapan"
Kendatipun seluruh jalan darah ditubuh Tan Hiong Ciang
sudah dibebaskan semua namun ia tahu bahwa ilmu silatnya
masih bukan tandingan dari Siau Ling, maka ia tak berani
berkutik secara sembarangan
Mendengar perkataan itu, dengan alis mata berkernyit,
tanyanya, "Persiapin apa yang hendak kau lakukan?"
"Mula-mula akan kutotok dahulu dua buah jalan darahmu
sehingga engkau tak mampu untuk mengerahkan tenaga
dalam" "Apa manfaatnya hal itu bagimu ?"
"Kalau engkau berani menghianati diriku maka engkau
akan kubinasakan lebih dahulu, dalam keadaan tak bisa
mengerahkan tenaga tentu saja engkau tak dapat meloloskan
diri dari seranganku itu"
Tan Hiong Ciang mengangguk tanda membenarkan,
tanyanya lagi, "Disamping itu, apa yang hendak kau lakukan lagi?""
"Sesudah itu, dengan cara menotok jalan darah yang
istimewa akan kutotok dua buah urat anehmu, dalam dua jam
kalau tidak mendapat pengobatan maka uratnya akan kaku
dan tegang dimana akhirnya jiwamu akan melayang"
"Kenapa engkau lakukan tindakan semacam itu?" tanya Tan
Hiong Ciang dengan hati terperanjat,
"Dengan begitu, bagaimana pun juga engkau terpaksa
harus datang untuk mencari aku"
"Sempurna amat jalan pikiranmu," puji Tan Hiong Ciang.
Baru berbicara sampai disitu, mendadak terdengar suara
ketukan pintu yang gencar berkumandang dari arah depan
pintu besi. Mendengar suara ketukan itu, Siau Ling mengerutkan
dahinya, dengan suara lirih dia bertanya,
"Siapa yang mengeruk pintu diluar?"
Tan Hiong Ciang gelengkan kepalanya tanda tidak mengerti
"Aku mana tahu siapa orang itu?" katanya, "engkau sih
bertindak terlalu gegabah, tidak sepantasnya kau lepaskan
Tiau Coan dari sini"
"Aku rasa dia tak akan punya nyali untuk berkunjung
ketempat ini!" Suara ketukan bergema semakin santer, dan suara itupun
kian lama kian bertambah keras.
"Apakah kita perlu membukakan pintu baginya?" tanya Tan
Hiong Ciang dengan suara rendah.
Dengan tangan kirinya Siau Ling segera mencengkeram
urat nadi pada pergelangan kanan Tan Hiong Ciang, bisiknya
dengan suara lirih "Lebih baik jangan biarkan orang itu masuk kedalam
ruangan, tapi seandainya orang itu bersikeras untuk masuk
kedalam maka engkau harus berusaha untuk menotok jalan
darahnya secara tiba2!"
Tan Hiong Ciang menatap tajam wajah Siau Ling, kemudian
mengangguk. Sementara itu suara ketukan pintu dari luar telah berhenti,
rupanya sedang menunggu reaksi dari daLam ruangan.
Siau Ling tuding kearah pintu besi itu memberi tanda
kepada pria she Tan itu untuk membuka pintu.
Dengan tangan kirinya Tan Hiong Ciang membuka pintu
besi itu separuh bagian. sedang tubuhnya segera menghadang
didepan pintu seraya berseru
"Oooh...aku kira siapa, tak tahunya adalah hujin"
Dan luar dugaan berkumandang datang suara gelak
tertawa merdu, disusul suara seorang perempuan menyahut,
"Sau cungcu kenapa sih pintu besi itu kau tutup begitu
rapat" sudah setengah harian lamanya aku mengetuk pintu
namun sampai sekarang engkau baru membukakan bagiku
apa yang sedang kau lakukan dalam ruangan ini....?""
Nada ucapan tersebut penuh mengandung ejekan dan
sindiran, sama sekali tak ada tanda sikap kehormatan ataupun
segan, dan suara itu ternyata suara dari Kim Hoa hujin
Satu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling, pikirnya.
Malam itu Kim Hoa hujin dan Tong lo thay thay dari
propinsi Suchuan mengejar Shen Bok Hong dengan maksud
untuk membinasakan gembong iblis tersebut kenapa sekarang
mereka bisa muncul kembali dipihak perkampungan Pek hoa
san cung " Shen Bok Hong adalah seorang manusia berpikiran
sempit setelah Kim Hoa Hujin berhianat kepadanya secara
terang terangan masa ia bisa menahan sabar?"
Dia merasa bahwa persoalan ini mencurigakan sekali
meskipun sudah putar otak beberapa waktu lamanya namun
gagal untuk memperoleh jawabannya.
Sementara itu Tan Hiong Ciang telah berkata
"Aku sedang membicarakan suatu masalah yang
menyangkut rahasia perkampungan dengan seorang sahabat
apa maksudmu kemari"
"Oooh....! siapa sih sahabatmu itu, bolehkah diperkenalkan
kepadaku ?" "Nona tak usah melihat lagi siapakah orang itu aku harus
segera lanjutkan perundinganku dengan orang itu", sambil
berkata ia menarik kembali pintu besi itu dan siap menutupnya
kembali. Tiba tiba Kim Hoa Hujin mengulurkan tangan kanannya
menahan pintu besi tersebut ujarnya perlahan-lahan,
"Sau cungcu, kedatanganku kemari adalah sedang
melaksanakan perintah resmi"
"Perintah siapa ?"
"Tentu saja perintah dari Shen Toa cung cu!"
Tan Hiong Ciang termenung sebentar, lalu tanyanya,
"Ada urusan apa kau datang kemari?"
"Bagaimana kalau tunggu sampai aku masuk kedalam
ruangan lebih dahulu kemudian kita baru berbicara?" kata Kim
Hoa hujin sambil tertawa.
Hawa murninya disalurkan ketangan kanan untuk
mendorong pintu besi itu, kemudian sekali berkelebat ia
menerjang masuk ke dalam ruangan secara paksa.
Urat nadi pada pergelangan kanan Tan Hiong Ciang
dicengkeram Siau Ling, dengan andalkan tangan kiri belaka
sudah tentu bukan tandingan dari Kim Hoa hujin, melihat
perempuan itu berhasil menerjang masuk ke dalam ruangan,
terpaksa ia tarik kembali tangan kirinya dan secepat kilat
menotok dada kanan lawannya.
Kim Hoa hujin putar tangan kanan menyambut datangnya
pukulan dari Tan Hiong Ciang, lalu sambil tertawa ujarnya
"Sau cungcu kenapa sih engkau turun tangan sekeji ini
terhadap diriku...?""
Tan Hiong Ciang mengirim satu tendangan dengan kaki
kirinya untuk menutup pintu besi itu, membuat suasana dalam
ruangan itu jadi gelap gulita.
Tetapi ia tidak melancarkan serangan lagi kearah Kim Hoa
Hujin. Kiranya ia menyadari bahwa kekuatannya telah ludas dan
Siau Ling tak mungkin akan melepaskan Kim Hoa hujin
dengan begitu saja, dengan kepandaian silat yang dimiliki
perempuan itu, belum tentu Siau Ling bisa menangkan dirinya
dalam dua tiga puluh gebrakkan, asal pemuda itu sudah
mengerahkan tenaganya untuk melawan Kim Hoa hujin maka
dengan sendirinya cengkeraman atas urat nadi dirinya pun
akan dilepaskan. Siap tahu apa yang terjadi sama sekali berada diluar
dugaannya, Siau Ling hanya berpeluk tangan belaka berdiri
disamping, sementara cengkeramannya atas nadi dirinya sama
sekali tak berubah. Ruangan itu gelap gulita, walau pun Kim Hoa hujin memiliki
ketajaman mata yang melebihi orang pun susah untuk melihat
pandangan dalam ruangan itu, apalagi baru saja ia masuk dari
tempat yang terang benderang.
Ketika Tan Hiong Ciang tidak melihat sesuatu gerakan
apapun dari Siau Ling, terpaksa sambil keraskan kepala dia
berseru "Hujin, aku harap engkau suka melepaskan lengan kiriku!"
"Hmm! Gaya sau cungcumu boleh saja kau pamerkan
dihadapan orang lain, tetapi aku tak sudi menerima
perlakuanmu yang unik tersebut, sebenarnya apa maksudmu
turun tangan melukai jalan darahku?"
"Dengan tangan kanan dia balas mencengkeram urat nadi
pada pergelangan kiri Tan Hiong Ciang, sedangkan tangan
kirinya memasang api. Dibawah sorot cahaya api, pemandangan dalam ruangan
kelihatan amat jelas, terlihat olehnya lengan kanan Tan Hiong
Ciang ternyata kena dicengkeram oleh seseorang.
Wajah Siau Ling sudah dirubah dengan obat penyamar
sekilas memandang sudah tentu Kim Hoa Hujin tak bisa kenali
siapakah lawannya, tetapi reaksinya ternyata sangat cepat,
sesudah mengetahui keadaan yang terpapar didepan mata, ia
segera melepaskan cengkeramannya pada nadi orang she Tan
itu, kemudian telapaknya bagaikan hembusan angin
melancarkan serangan kearah Siau Ling.
Pemuda itu dengan cepat menghindar kesamping untuk
meloloskan diri dari ancaman tersebut sementara Tan Hiong
Ciang ditarik kedepan untuk menghadang didepan tubuhnya.
Kim hoa hujin putar tangan kirinya menyambar dengan lilin
didalam genggamannya, sedang tangan yang lainpun pada
saat yang bersamaan menyerang secara berbareng.
Siau Ling tetap berkelit dan menghindari itu, dengan tubuh
Tan Hiong Ciang ia tangkis dan mengunci semua serangan
dari Kim Hoa hujin yang ditujukan kearahnya, tak satu jurus
seranganpun yang dilancarkan.
Secara beruntun Kim Hoa hujin melancarkan puluhan jurus
serangan, namun semua ancamannya gagal untuk melukai
Siau Ling, sekarang dia baru menyadari bahwa musuh yang
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sedang dihadapi tangguh sekali, serangannya segera ditarik
kembali sambil mundur kebelakang, tegurnya dengan suara
dingin, "Siapa engkau?""
"Aku adalah Siau Ling!"
"Engkau adalah Siau Ling" tanya Kim Hoa Hujin tertegun.
"Benar, apakah hujin tidak percaya?"
Dengan pandangan tajam Kim Hoa hujin menatap tajam
wajah Siau Ling, sesudah mengamatinya beberapa waktu ia
berkata "Ehmm...! suaranya memang mirip"
"Hujin, rupanya hidupmu kembali makmur dan senang...."
"Aaaai ..! " Kim Hoa hujin menghela napas panjang, " mati
karena keinginan hati gampang, mati karena membela
kebenaran susah sekarang cici sudah dapat memahami kata2
tersebut" "Kematian hanya akan dialami manusia sekali dalam
seumur hidup, dan sedari dahulu orang kuno sudah saling
mengatakan demikian, karena itulah Sau cungcu ini setelah
berpikir dengan seksama, ia beranggapan lebih baik mengalah
daripada mati..." Tan Hiong Ciang segera mendehem ringan, tcgurnya
"Ehmm...! hubungan kalian berdua sungguh akrab sekali"
"Sedikitpun tidak salah" jawab Siau Ling sambil tertawa
dingin, "sau cungcu tak usah kuatir Kim Hoa hujin tak akan
membocorkan rahasia yang terjadi pada hari ini, bagaimana
kalau kita tetap melasanakan rencana seperti apa yang
disusun semula?" "Kim Hoa hujin mendapat perintah dari guruku untuk
datang kemari, itu berarti bahwa ia membawa tugas penting,
mungkin sudah terjadi perubahan besar dan guruku telah
meninggatkan kota Tiang sah"
Mendengar perkataan itu, Siau Ling mengerutkan dahinya,
?a berkata, "Seandainya Shen Bok Hong memang benar2 sudah
tinggalkan kota Tiang sah, itu berarti perjanjian kita semula
juga batal, rasanya akupun tak usah menahan kehidupanmu
lebih jauh dikolong langit ini"
Tan Hiong Ciang tak berani banyak bicara, bibirnya yang
bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu segera tertutup
kembali "Apa yang diucapkan Tan Hiong Ciang sedikitpun tidak
salah" sambung Kim Hoa Hujin, "Shen Bok Hong benar-benar
akan meninggalkan kota Tiang sah
"Sudah berangkat ?"
"Ketika aku berangkat kemari dia sih belum berangkat !"
"Apakah cici tahu kemana dia akan pergi ?"
Kim hujin gelengkan kepalanya.
"Aku rasa ia berhasil mendapatkan kabar penting sehingga
secara tiba tiba berubah rencana dan segera tinggalkan kota
Tiang sah" Siau Ling mengangguk sorot matanya perlahan-lahan
diaLihkan kearah pria she Tan itu dan serunya,
"Tan Hiong Ciang, sekarang katakanlah sendiri hukuman
apa yang sepantasnya dijatuhkan atas dirimu ?"
"Apa yarng kusanggupi semuanya telah kulakukan dengan
sepenuh tenaga, jika tidak berhasil toh bukannya aku yang tak
mau berusaha, tapi karena kekuatankulah yang terbatas
hingga tak bisa berbuat apa apa, Siau tayhiap engkau harus
berpikir secara bijaksana !"
"Jadi kalau begitu apa yang kita bicarakan tadi masih
berlaku?" "Tentu saja masih berlaku!"
"Baik! kalau memang Shen Bok Hong sudah pergi, akupun
sudah sepantasnya untuk berkunjung beberapa tempat kantor
cabang yang terletak amat rahasia itu, bsgaimana
pendapatmu" bersedia untuk mengantar bukan...?"
"Kenapa Kim Hoa Hujin," ujarnya lebih jauh
"Apakah beberapa orang pentolan penting dari
perkampungan Pek hoa-san cung telah meninggalkan kota
Tiang sah semua?" "Tidak" jawab Kim Hoa Hujin sambil menggeleng, " hanya
Shen Bok Hong seorang yang tinggalkan tempat ini"
Siau Ling segera alihkan pula sorot matanya keatas wajah
Tan Hiong Ciang dan berkata
"Setelah Shen Bok Hong meninggalkan kota Tiang sah,
bukankah engkau dengan kedudukanmu sebagai sau cungcu
dapat memberi perintah kepada semua pihak"!"
Tan Hiong Ciang menggeleng.
"Tidak, dalam mengatur semua masalah suhuku bekerja
secara teliti dan cermat, kalau dihitung maka kawanan jago
dari pe kampungan Pek hoa san cung yang rata2 memiliki ilmu
silat sangat lihay itu adalah angkatan yang lebih tua semua
daripada diriku, kalau suruh mereka semua mendengarkan
perintahku sudah tentu tidak mungkin terjadi"
"Hmn! aku sih tidak bermaksud untuk memerintah mereka,
aku hanya mengharap agar engkau bersedia membawa aku
untuk melihat-lihat penjaggan yang diatur dikota gurumu
Tiang sah ini serta berapa besar kekuatan yang ditinggalkan
disini, selama Shen Bok Hong masih ada dikota Tiang sah
mungkin engkau agak jeri dan segan terhadap dirinya,
sekarang setelah ia pergi, dengan kedudukan sebagai sau
cungcu rasanya kita bisa pergi mengadakan pemeriksaan
secara terang2an bukan?"
Tan Hiong Ciang melirik sekejap kearah Kim Hoa Hujin, lalu
berkata "Tapi sayang hujin tak bersedia untuk bekerja sama dengan
aku, kalau bisa bekerja sama mungkin tidak susah buat kita
untuk menaklukan Siau Ling"
"Kalau aku bekerja sama dengan dirimu, itu berarti hanya
akan mengantar nyawamu belaka"
"Apa maksud perkataanmu itu?"
"llmu silat yang dimiliki Siau Ling lihay sekali, kita berdua
bukan tandingannya, kalau kita terlalu memaksa dirinya maka
dia pasti akan membinasakan dirimu lebih dahulu"
"Benar juga perkataan dan hujin..."
Sorot matanya segera dialihkan kearah Siau Ling dan
menyambung lebih lanjut "Siau tayhiap, memang tidak sulit bagiku untuk membawa
engkau berkunjung kemarkas penjagaan yang diatur oleh
guruku, tetapi tindakan kita ini makin rahasia semakin baik,
kalau sampai rahasianya bocor maka bukan saja tidak akan
menguntungkan diriku, bagi Siau tayhiap pun tiadk
mengunungkan" "Maksud dari perkataan itu sudah jelas sekali, yakni dia
menganjurkan kepada Siau Ling agar membunuh Kim Hoa
hujin untuk melenyapkan saksi.
Sudah tentu Siau Ling dapat memahami perkataanya itu,
namun ia pura2 berlagak bodoh, tanyanya
"Oooh...! jadi maksudmu, engkau hendak suruh aku
membinasakan Kim Hoa Hujin untuk melenyapkan saksi?"
Ucapan yang diutarakan secara blak-blakan dan dan terus
terang ini sama sekali berada diluar dugaan Tan Hiong Ciang,
tanpa terasa berdiri tertegun.
"Aku sih hanya ingin memperingatkan diri Siau tayhiap
belaka " katanya kemudian, ''Bagaimana cara
penyelesaiannya, itu sih terserah pada keputusan Siau tayhiap
sendiri" "Aku rasa hal itu tidak perlu!" kata Siau Ling sambil tertawa
ewa. Tan Hiong Ciang segera berpaling dan memandang sekejap
kearah Kim Hoa hujin, nampak olehnya wajah perempuan itu
seperti sedang tertawa tapi bukan tertawa, sedang dipikirkan
olehnya maka diapun berkata:
"Kalau, memang begitu, mari kita berangkat sekarang
juga!" "Baik, tetapi sebelum itu aku hendak menerangkan kembali
beberapa persoalan kepadamu"
"Akan kudengarkan dengan baik2!"
"Sesudah Shen Bok Hong berlalu dari kota ini, maka jago2
perkampungan Pek hoa san cung kalian yang mampu
menandingi diriku boleh dibilang jarang sekali aku harap Saucungcu
suka menyayangi jiwamu secara baik-baik, janganlah
berusaha untuk main gila atau tunjukkan hal2 yang lain sebab
setelah kutinjau kekuatan kalian yang benarnya maka aku
akan segera berlalu tanpa mengganggu mereka barang
seujung rambutpun" "Apabila sebelum kedatangan kita rahasia tersebut sudah
keburu bocor hingga terjadi perubahan diluar dugaan, engkau
jangan menyalahkan diriku lho...!"
"Aku punya mata bisa melihat asal persoalan itu tiada
sangkut pautnya dengan dirimu tentu saja aku tidak akan
menyalahkan engkau" "Persoalan tak dapat ditunda-tunda lagi bagaimana kalau
sekarang juga kita berangkat?"
"Apakah aku mengenakan pakaian saja?"
Tan Hiong Ciang termenung dan berpikir sebentar
kemudian menjawab, "Apabila engkau bersedia membuang jenggot palsumu dan
berganti dengan pakaian ringkas lalu membubuhi kembali obat
penyamar diatas wajahmu selama melakukan perjalanan
bersama aku rasa siapaun tak akan menduga akan asal
usulmu yang sebenarnya"
Siau Ling tidak banyak bicara, dia segera melepaskan jubah
panjangnya dan membersihkan wajahnya dari jenggot palsu.
"Aku akan carikan pakaian untukmu!" seru Kim hoa hujin
kemudian, dengan cepat tubuhnya berkelebat keluar dari
ruangan itu. Memandang bayangan punggung Kim hoa hujin yang
lenyap dari pandangan Tan Hiong Ciang berbisik lirih,
"Siau tayhiap, engkau tidak takut Kim hoa hujin akan
membocorkan rahasiamu?"
Siau Ling tersenyum "Sekalipun dia membocorkan rahasia ini, belum tentu orang
lain bersedia untuk mempercayai perkataannya"
"Kenapa" "Pertama orang lain tak akan percaya kalau Sau cungcu
bisa menghianati perkampungan Pek hoa sancung, kedua,
orang lainpun tak akan percaya kalau aku, Siau Ling bersedia
melakukan perjalanan bersama dirimu!"
Sungguh cepat gerak gerik Kim hoa hujin dalam waktu
singkat ia telah kembali sambil membawa seperangkat baju.
Setelah tukar pakaian Siau Ling berkata
"Sau cungcu bagaimana sebutan antara engkau dengan
diriku" "Engkau sebut aku dengan Tan heng dan aku akan
memanggil engkau sebagai Pak heng!"
"Apakah sau cungcu mempunyai seorang sahabat yang
memakai she Pak" "Ada dan orang itu jauh ada dilautan timur tidak banyak
yang kenal dengan dirinya"
"Bagaimana dengan mayat dalam ruangan ini?"
"Akan aku suruh mereka membereskan sekarang kita boleh
berlalu dari sini" Dengan langkah lebar ia bermaksud keluar dari ruangan
tersebut. Tiba-tiba Siau Ling menggerakan tangan kanannya
mencengkeram bahu Tan Hiong Ciang, ketika tangan kirinya
bergetar maka dua buah jalan darah anehnya sudah kena
ditotok katanya, "Sekarang kita boleh berangkat!"
"Adik Siau Ling" bisk Kim hoa hujin dengan suara lirih,
"apakah engkau butuhkan perlindungan dariku setiap saat?"
"Tidak perlu!" jawab pemuda itu sambil menggeleng.
Dengan langkah lebar ia segera mengikuti dibelakang Tan
Hiong Ciang berlalu dari situ.
Sesudah keluar dari kebun teh Jit ci teh wan, tiba-tiba Tan
Hiong Ciang bertepuk tangan tiga kali, seorang pria kekar baju
hijau bertopi kecil maju menyongsong sambil memberi
hormat. "Sau cungcu ada pesan apa?"
"Siapkan dua ekor kuda!"
Orang itu mengiakan, beberapa saat kemudian ia sudah
muncul kembali sambil menuntun dua ekor kuda jempolan.
Tan Hiong Ciang segera menekan pelana kuda, mengepos
tenaga untuk loncat naik, tiba-tiba kedua belah iganya terasa
sakit sekali bagaikan ditusuk oleh pisau tajam, keringat
sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya, hal ini
membuat hatinya jadi terkesiap.
Sekarang ia baru menyadari bahwa Siau Ling benar2
memiliki kemampuan untuk mencari letak jalan darah aneh
hingga membuat orang lain tak dapat menyalurkan tenaga,
iapun tak tahu bagaimana cara untuk membebaskan jalan
darah tersebut, dari situ bisa diketahui bahwa tidak semua
orang bisa menyelamatkan jiwanya.
Dendam Empu Bharada 37 Pendekar Mabuk 07 Utusan Siluman Tujuh Nyawa Pedang Sinar Emas 29