Pencarian

Budi Kesatria 15

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 15


membutikan bahwa ia tidak berharap kalau toako membawa
bila bantuan" Siau Ling tertawa ewa. "Justru disinilah letak kelihayan dari Shen bok hong,
jebakan yang dia persiap kan kelihatan sederhana dan jelas
sekali membuat siapapun yang melihat segera akan
mengetahuinya, tapi justru karena kesederha naantya itu
membuat orang mau tak mau terpaksa harus memenuhinya
juga!" Sang pat termenung berpikikir beberapa saat lamanya,
kemudian berkata lagi: "Setelah nona Pek-li tertimpa musibah, bagaimanapun juga
kita harus menolong dirinya, tapi jika toako pergi seorang diri,
bukankah hal itu sama artinya dengan memenuhi harapan dari
Shen bok hong?" "Kalau tidak pergi seorang diri, Shen bok hong tidak akan
mengirim orang untuk menyambut diriku, dan diapun tak akan
munculkan diri, apakah kita harus periksa setiap pelosok
tempat diatas gunung Soat-bong san yang bu2 li panjangnya
itu?" "Sepanjang jalan asal toako tinggalkan tanda rahasia, kami
toh bisa menyusul dengan andalkan tanda tersebut ?" seru
Sang Pat Siau Ling menghela napas panjang. "aaaii...! shen bok
hong bukan seorang manusia bodoh, ia bisa mempersiapkan
siasat semacam itu berarti pula bahwa ia telah menduga
sampat kesitu. mungkin ia sudah menaruh mata2nya
sepanjang jalan" "Kendatipun begitu, kamipun tak akan menguntit jejak
toako secara terang2an. Kami akan menyaru sedemikian rupa
sehingga tak dikenal lagi oleh siapapun."
Siau Ling termenung sebentar akhirnya ia mengangguk.
"Baiklah! dia menjawab dalam keadaan seperti ini akupun
tak bisa temukan siasat lain yang jauh lebih baik tapi aku
harap jangan. terlalu banyak orang yang mengetahui akan
peristiwa ini. beritahu saja kepada Bu wi tootiang dan Be bun
hui dua orang" setelah berhenti sebentar ia melanjutkan :
"Orang yang menyusul diriku juga jangan terlalu banyak
pilih saja lima orang jago yang paling lihay mengerti?"."
"Menurut pendapat toako siapa saja yang pantas dipilih
untuk menyusul dirimu?"."
"kalau Sun put shia sun loocianpwee sudah kembali hal itu
lebih bagus lagi kemudian kalau Bu wi tootiang bisa ikut
ajaklah dia tapi kalau tak bisa jangan terlalu memaksa selain
itu ajaklah panah sakti yang menggetarkan seluruh jagad
Tong gom kie, peluru sakti Liok kui ciang dan kau sendiri.
Luka yang diderita Tu heng sangat parah, lebih baik dia
jangan ikut, ajaklah dia kesuatu tempat yang terpencil untuk
merawat lukanya itu dan jangan lupa beritahu kepada Be bun
hui agar semua jago persilatan yang telah berkumpul disekitar
sungai Tiang kang untuk menyembunyikan diri untuk
sementara waktu jangan adu kekuatan dahulu dengan pihak
perkampungan Pek Hoa san cung"
"Andaikata Sun put shia belum kembali?" tanya Sang pat.
''Kurang seorangpun tidak jadi soal..!" sahut Siau Ling.
Setelah berhenti sebentar ujarnya lagi:
"Engkau harus bersusah payah untuk melakukan perjalanan
lebih dahulu kekuil Len-ie-si dikota Hciu katakan kepada It-bun
too akan maksud hatiku dan undanglah dia untuk membantu
para jago persilatan dalam perjuangannya melawan kelaliman
She bok hong" "Apakah dia juga diminta untuk menyusul toako kebukit
soat-hong-san.." "Beri tahukan saja peristiwa ini kepadanya mau pergi atau
tidak terserah pada keputusan sendiri"
'Siaute akan mengingat selalu semua pesan dari toako!"
"ooh yaa... masih ada satu urusan hampir saja aku luka
untuk disampaikan kepadamu. Seandainya engkau berjumpa
muka dengan Kim hoa hujin, maka beritahukan juga peristiwa
ini kepadanya" Sang pat mengangguk " Siaute mengerti..-!'-
Siau Ling lantas alihkan sorot matanya kearah Tu kiu,
sesudah mengawasi wajahnya ia menegur :
"Saudara Tu kiu, bagaimana keadaanmu pada saat ini?"
'Kalau dipaksakan sih masih dapat melanjutkan
perjalanan...!" ''Baik, kalau begitu mari kita lakukan perjalanan bersama2..."
kata Siau Ling. "toako!" bisik Sang pat tiba2. "kita harus menjanjikan
sebuah tanda rahasia khusus buat pergerakan kali ini. Dan
tanda itu harus tanda yang aneh sehingga tidak gampang
diketahui ataupun dikenali oleh orang lain"
"Menurut pendapatku, lebih baik kita gunakan benda dari
alam bebas saja sebagai tanda, asal diberi suatu perubahan
khusus rasa nya sukar untuk dikenali orang"
Setelah berunding beberapa saat lamanya dua orang itu
segera menetapkan suatu tanda rahasia khusus untuk
mengadakan kontak kemudian, sambil memayang Tu kiu
berangkatlah mereka tinggalkan rumah penginapan itu.
Setelah mengantar Sang pat keluar dari kota Tiang , Siau
segera mengajak kedua orang saudaranya itu berangkat
menuju kepantai pasir ditengah sungai. Setelah bertemu
dengan para peronda dari jago persilatan dibawah pimpinan
Be bun hut ia baru berbisik lirih:
"Setelah berjumpa dengan para peronda aku rasa tak
mungkin kalian sampai berjumpa dengan Shen bok hong,
Siau heng akan berangkat selangkah lebih dulu. Jika aku bisa
mendahului mereka dan menghadang mereka ditengah jalan
bukankah hal ini jauh lebih bagus?""
Sang pat menyadari betapa gelisah dan terburu burunya
sianak muda itu, dia sama sekali tidak berusaha mencegah
hanya pesannya dengan suara lirih:
"toako, baik2 lah jaga diri !!"
"Aku bisa berhati2...." jawab Siau Ling, ketika kata2 yang
terakhir diutarakan keluar, tubuhnya sudah berada beberapa
tombak jauhnya dari tempat semula.
Memandang bayangan punggung Siau Ling yang makin
menjauh, Sang Pat menghela napas panjang, sekali
membopong tubuh Tu kiu ia berangkat menuju ketepi sungai.
Sementara itu Siau Ling yang sudah memahami betapa
kejam dan telengasnya Shen bok hong, sepanjang perjalanan
ia berlari cepat, dia kuatir Pek li peng yang sudah terjatuh
ketangannya akan mengalami banyak penderitaan dan
siksaan, pemuda itu berharap sebelum mereka berhasil
memasuki bukit Soat san. ia berhasil menghalangi jalan pergi
orang2 itu. Melakukan perjalanan setengah malaman. entah berapa
jauh sudah ia tempuh, dengan dasar tenaga dalam yang
begitu sempurna pun keringat sebesar kacang kedelai telah
membasahi seluruh tubuhnya.
Tatkala fajar baru saja menyingsing, ia sudah tiba di
sebuah persimpangan jalan.
Sebuah rumah kecil bertegger disisi jalan.
Dari bendera kain yang berkibar terhembus angin, ia kenali
tempat itu sebagai suatu warung arak.
Seorang kakek tua berusia lima puluh tahunan dengan
pakaian yang amat sederhana sedang membersihkan meja.
Siau Ling segera maju menghampiri dan menegur:
"Kakek apakah ada makanan yang bisa di hidangkan?"
Setelah melakukan perjalanan cepat setengah malaman
bukan saja sianak muda itu merasa amat lelah bahkan
perutnya sangat lapar sekali.
Kakek tua itu menengadah keatas dan mengawasi Siau
Ling, sekejap kemudian sahutnya
"Kek-koan sepagi ini engkau sudah tiba disini"
"aku telah kemalaman ditengah jalan apa boleh buat
terpaksa semalaman suntuk aku harus meneruskan
perjalanan" sahut pemuda itu sambil per-lahan2 duduk
dibangku. Kakek desa itu tersenyum. "Silahkan duduk sebentar kekkoan
aku akan siapkan sepoci arak lebih dahulu" kata nya
"Ooh yaa kakek bolehkah aku menanyakan sesuatu"
apakah jalan ini adalah jalan raya yang harus dilalui jika aku
hendak pergi kebukit Soat hoang san
Pada waktu itu kakek desa tersebut sudah putar badan
hendak pergi, mendengar pertanyaan tersebut ia segera
berhenti dan menjawab: "Jika kek koan melanjutkan perjalanan cepat sebelum hari
menjadi gelap nanti mungkin sudah dapat mencapai kaki bukit
Soat san, Cuma saja... "cuma kenapa?" "Bukit soat hoang san panjangnya sampai beberapa ribu li
entah kek koan akan pergi kemana?"
"aaah benar aku hendak pergi kemana?" pikir Siau Ling
dalam hati. Walaupun dalam hati berpikir demikian ia menjawab.
"Yang kakek katakan barusan adalah tempat apa?"
"haabbh hashhh haaahb pertanyaan dari kek koan benar"
membingungkan hatiku.." seru kakek itu sambil tertawa terbahak2.
"Yang kukatakan tadi adalah kaki bukit Soat hong
san, kalau engkau hendak menuju kepuncak bukit tsrsebut
maka paling sedikit harus menempuh lima ratus li lagi!"
Untuk beberapa saat lamanya Siau Ling membungkam
sementara dalam hati kecilnya dia berpikir:
"perjalanan yang kutempuh sepanjang malam paling sedikit
dua ratus li, sekalipun Shen bok hong sambil menggusur
peng-ji berangkat satu jam lebih cepat, sepantasnya kalau aku
telah berhasil menyusul dirinya ... kenapa bayangan tubuh
mereka tak nampak" jangan2 aku telah salah memilih jalan?"
Berpikir sampai disitu ia lantas berkata :
"Dari kota Tiang sih menuju kebukit soat hong san apakah
cuma ada satu jalan ini saja?"
Rupanya kakek itu merasa keheranan atas cara Siau
mengajukan pertanyaannya ia gelengkan kepalanya berulang
kali. "Kek-koan aku lihat seakan2 kau sendiripun tak tahu pada
saat ini hendak pergi ke mana" bukankah begitu?"
Siau Ling tertawa getir: "Sedikitpun tidak salah," jawabnya, "seorang sahabatku
mengajak aku untuk berjumpa muka dibukit soat hong san
tapi karena ter-buru2 ia lupa menerangkan letak dari tempat
pertemuan itu" "Betul2 tolol... betul2 ceroboh...." seru kakek desa itu
sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku tak mengira
kalau dikolong langit bisa terjadi peristiwa yang tolol."
Berbicara sampai disitu. tiba2 ia merasa bahwa ucapannya
tidak pantas untuk diutarakan didepan tamunya, dengan cepat
ia berseru: "kek koan. jika engkau hendak berangkat menuju kepuncak
utama bukit Soar hong san. maka engkau telah salah ambil
jalan, tapi kalau engkau hendak menuju ketelaga Jit seng tam
maka jalan ini tepat sekali."
Mendengar perkataan tersebut, satu ingatan segera
berkelebat dalam benak Siau Ling dengan cepat ia bertanya.
"Macam apa sih telaga Jit seng tam tersebut?""
"Telaga Jit seng tam adalah suatu tempat kenamaan diatas
bukit Soat bong san. Telaga tersebut merupakan muara dari
tujuh buah sumber mata air yang berkumpul menjadi satu.
ditengah telaga tersebut sebuah jaluran air berwarna hijau
bersih, bila digabungkan maka bentuknya mirip sekali dengan
tujuh bintang, karena itulah telaga tersebut dinamakan telaga
tujuh bintang" "Kakek. pengetahuanmu benar2 sangat luas"
Kakek desa itu tertawa. "Tempo hari sewaktu aku masih jejaka, banyak tempat
kenamaan yang telah kukunjungi. Paling sedikit lima enam
buah propinsi telah kujelajahi hingga rata sedang telaga jit
seng tam tersebut jangan dibilang baru satu kali mungkin
puluhan kali aku pernah pergi kesana, sayang aku sudah tua,
kalau tidak mungkin setiap tahun aku masih suka pergi
kesana" "Dari kota Tiang-sah untuk menuju ketelaga tujuh bintang
apa musti lewati tempat ini"' .
"Sedikitpun tidak salah?".
Dalam hati sianak muda itu segera berpikir:
"Kalau jalan yang kutempuh pada saat ini adalah jalan yang
keliru sekalipun balik lagi kekota tiang-sah rasanya sudah tak
sempat untuk menyusul gembong iblis itu lagi, sebaliknya
kalau jalan yang kutempuh benar maka paling sedikit aku
sudah jauh melampaui mereka, lebih baik aku menanti disini
saja. Selain bisa istirahat untuk memulihkan kembali tenagaku,
disamping itu akupun bisa menyusun rencana dengan lebih
matang lagi.,.." Kakek tua itu masuk keruang dalam beberapa saat
kemudian ia muncul kembali sambil membawa sepoci air teh.
Siau Ling memenuhi cawannya sebelum ia teguk isi cawan
itu mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya
pemuda itu segera berpikir:
"Kelicikan orang persilatan luar biasa sekali dan lagi Shen
bok hong punya mata2 yang tersebar luas di mana2 alangkah
baiknya kalau aku bertindak lebih hati2 terhadap kakek tua
ini..." Ketika ia berpaling, tampaklah kakek tua itu sudah masuk
kembali kedalam ruang belakang.
Meskipun lapar dan dahaga, Siau Ling tidak berani minum
air teh dihadapannya dengan gegabah.
Lewat beberapa saat kemudian kakek tua itu dengan
membawa sepiring bakpao telah muncul kembali dihadapan
sianak muda itu sambil menghidangkan makanan tersebut
diatas meja, ia berkata: "'Kek-koan, engkau toh sudah melakukan perjalanan
semalam suntuk" aku rasa perutmu tentu lapar sekali,
silahkan mendahar bakpao yang masih panas ini,"
Siau Ling tertawa. "Kakek silahkan duduk! bagaimana kalau kita ber cakap2."
Kakek tua itu melirik sekejap kearah Siau Ling kemudian
per-lahan2 duduk dihadapannya.
"Kek koan, apa yang hendak kau bicarakan."
"Sejak pagi2 sudah bekerja. " Kupikir loo-tiang pasti sudah
lapar sekali, mari... mari santaplah beberapa biji bakpao lebih


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dahulu." "Aaah. hal ini mana boleh jadi, aku toh sang pemilik rumah
makan ini." "Aku yang akan menjamu lo tiang, tak usah kuatir silahkan
saja makan dengan hati lega!"
Dengan muka kebingungan dan tak habis mengerti kakek
desa tua mengawasi Siau-ling beberapa saat lamanya,
sekaligus ia habiskan dua biji bak-pao kemudian sambil
tertawa tergelak ia berkata:
"haaahh haahh-haahh . . . loo te. apakah engkau curiga
bahwa aku sedang membuka kedai gelap yang khusus
menjual daging manusia."
Siau Ling tersenyum. "Mana. mana., loo tiang pandai bergurau, bagaimana kalau
kau teguk pula isi cawan teh ini"!"
Kakek desa itu gelengkan kepalanya berulang kali.
"Waah.. cilaka nih! rupanya loo-te benar2 sudah menaruh
curiga kepadaku.." Dia ambil cawan air teh itu dan sekali teguk menghabiskan
isinya. Melihat pemilik kedai itu sudah meneguk habis isi cawan
tersebut. Siau Ling baru tertawa ewa dan berkata :
"Aku pernah mendengar suatu cerita," katanya "bila
seseorang menginap dalam sebuah kedai gelap maka orang
itu akan dibunuh dan dagingnya dibikin isi bak pao untuk
kemudian dijual kembali, meskipun dikemudian hari banyak
kedai gelap yang tertangkap basah, tapi entah sudah berapa
banyak jiwa manusia yang keburu melayang, oleh sebab itulah
selama melakukan perjalanan aku selalu bertindak hati2..."
Kakek desa itu tiba2 bangkit berdiri dan berkata :
"Jika aku masih muda, ini hari aku pasti akan memberi
pelajaran yang setimpal kepadamu, bukankah perbuatanmu
itu sama artinya menuding hweesio memaki sebagai keledai
gurdul?" Selesai berkata, ia segera bangkit dan masuk kedalam
kedainya. Siau Ling masih tetap membungkam dalam seribu bahasa,
pikirnya didalam hati : "'ucapanku mungkin sudah menyinggung perasaan
halusnya, sebelum berlalu dari sini nanti biarlah kuhadiahkan
beberapa tahil perak sebagai ganti rugi..."
Berpikir sampai disitu. diapun segera mengambil bak pao
itu untuk muiai bersantap.
Setelah masuk kedalam kedainya, kakek desa itu tak
pernah munculkan diri kembali, entah apa yang menyebabkan
ia tak mau muncul lagi"
Setelah habis bersantap. Siau Ling memenuhi cawannya
dengan air teh. tapi sebelum ia sempat meneguk air tersebut.
tiba2 dari tempat kejauhan muncul dua ekor kuda yang berlari
dengan cepatnya. Kuda itu berlari dengan cepatnya, dalam waktu singkat
kedua ekor kuda tadi sudah berhenti didepan kedai.
Orang pertama yang duduk diatas pelana kuda itu
berperawakan tinggi kekar dan berjenggot putih sepanjang
dada, sepasang senjata roda baja cing kang jit-gwat siang-lun
tergantung pada punggungnya kantong senjata rahasia
tergantung di pinggang. Orang itu bukan lain adalah Sengji
Tiat tan atau tangan sakti peluru besi Cu kun san.
Tempo dulu, jago tua tersebut pernah menghadang Gak
siau cha dan berusaha hendak merampas anak kunci istana
terlarang, setelah banyak tahun tak berjumpa ternyata jago
tua itu masih tetap kekar dan sehat, (untuk mengetahui kisah
tersebut, silahkan membaca : rahasia kunci wasiat.)
Diatas pelana kuda yang kedua duduklah seorang pemuda
baju hijau yang berdandan seperti imam, orang itu bukan lain
adalah peramal sakti dari lautan timur Suma kan adanya.
0000odwo0000 Menyaksikan kemunculan dua orang jago itu Sling jadi
keheranan tak habis mengerti pikirnya didalam hati:
"Kenapa dua orang jago itu bisa melakukan perjalanan
bersama?" Sementara itu terdengarlah Suma kan sedang berkata.
'Cu heng bagaimana kalau kita beristirahat dahulu ditempat
ini... tidak keberatan bukan?"
Tangan sakti baja Cu kun Sa menyapu sekejap sekeliling
tempat itu lalu menjawab:
''Sudah hampir setengah bulan lamanya aku mengikuti
dirimu luntang lantung kesana kemari tapi hingga sekarang
bayangan tubuh dari Siau Lingpun masih belum nampak."
sambil ngomel ia loncat turun dari atas kudanya.
Suma kan tertawa. "Sewaktu aku beri tahu kepada Cu heng apa yang telah
kukatakan" coba ingatlah lagi"
"Engkau bilang dalam waktu satu bulan Siau Ling pasti
berhasil ditemukan!"
"Benar! dan sekarang baru mencapai hari keberapa?""
"Hari ketujuh belas! dalam satu bulan toh ada tiga puluh
hari itu berarti aku masih punya kesempatan selama tiga belas
hari, Cu heng mengapa engkau musti terburu napsu?""
"Kita sudah mencari selama tujuh belas hari lamanya
selama ini jangan dibilang ketemu dengan orangnya bahkan
kabar berita tetang dirinyapun tak kedengaran sama sekali,
masa dalam tiga belas hari mendatang engkau benar2 akan
berhasil temukan jejak dari Siau Ling?"
Siau Ling yang selama itu duduk disamping dapat
menangkap semua pembicaraan mereka dengan jelas tetapi
berhubung ia sudah menyaru dengan wajah lain sulit untuk
mengenali dirinya Kemunculan yang sangat mendadak dari dua orang itu
amat mengejutkan hati Siau Ling tapi ia tetap membungkam
sambil pura pura pejamkan matanya ia perbatikan
pembicaraan dari dua orang itu lebih jauh
Terdengar Cu kun berteriak dengan suara lantang
"Hey pemilik kedai apakah kalian tak punya pelayan untuk
melayani tamunya?""
Walaupun seruan tersebut diulang sampai beberapi kali
namun dari bilik kedai masih sunyi senyap tiada jawaban yang
kedengaran. Suatu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling pikirnya
"Aneh benar, dengan jelas aku lihat pemilik kedai ini masuk
keruang dalam kenapa tiada jawaban apapun yarg diberikan"
masa ia ngambek dan marah sehingga tak sudi berdagang
lagi?"" Blaammmm..! Cu kun San mendeprak meja keras2
kemudian teriaknya dengan suara lantang:
"Selama hidup aku malang melintang ke-utara ataupun
keselatan belum pernah kutemui kedai makan semacam ini....
hmmm' kalau bikin aku jadi naik darah kuhancurkan papan
merekmu itu." "Kejadian ini memang aneh sekali" bisik Suma Kan
kemudian "Cu heng silahkan duduk sebentar disini biar aku
periksa kedalam" "Apa yang perlu diperiksa lagi" aku tidak percaya kalau
teriakanku yang begitu keras sama sekali tak kedengaran
olehnya." "Siapa tahu kalau pemilik kedai ini sudah ketimpa nasib
malang." "Ehmm! betul juga ucapan iiu. coba periksalah keadaan
didalam kedai." Suma kan bangkit berdiri dan masuk ke dalam ruangan
dengan langkah lebar. Ketika tiba didepan pintu. tiba2 ia berhenti dan berpaling
kearah Siau Ling Sementara itu pemuda tersebut sedang memandang
kearah ruang dalam, ketika empat mata saling bertemu, buru2
Siau Ling melengos kearah lain.
Dengan langkah lebar suma kan segera masuk kedalam
ruang dalam, beberapa saat kemudian ia muncul kembali
sambil membopng tubuh kakek tua itu.
Cu Kun San segera bangkit berdiri dan menegur:
"loo te. sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Ia kena obat pemabuk" jawab Suma Kan. Sorot matanya
dialihkan keatas wajah Siau Ling, sambil baringkan kakek desa
itu keatas lantai ia melanjutkan:
'Sudah lama engkau tiba disini?""
Per-lahan2 Siau Ling turunkan topi rumputnya kebawah
hingga hampir menutupi bagian besar wajahnya sambil
bangkit berdiri ia memandang sekejap kearah kakek desa itu
kemudian balik bertanya. "dia sudah mati?"
"Mati sih belum, apakah perbuatan ini adalah hasil
karyamu" tegur Suma kan dengan dahi berkerut. Siau Ling
menggeleng. "Bukan, kenapa aku musti mencelakai dirinya?""
"Tentu saja mengincar harta kekayaannya" sahut Suma kan
"tempat ini jauh dari rumah tetangga, jauh dari kota empat
penjuru sunyi sepi tiada seorang manusiapun aku rasa tempat
ini memang paling cocok untuk turun tangan."
Siau Ling tertawa ewa. "Mungkin dia sendiri yang mencari penyakit buat diri
sendiri" katanya. "Hmmm! sudah lamakah 'engkau datang ke mari?""
"Ehmm kurang-lebih setengah jam berselang!"
Memandang sekejap kearah baki berisi bakpao dan teko air
teh diatas meja kemudian ujarnya:
"Sewaktu engkau tiba disini pemilik kedai ini masih berada
dalam keadaan sehat wal'afiat!"
Siau Ling mengangguk. "Benar ia siapkan air teh bagiku lalu menyuguhkan pula
sebaki bak pao panas."
"Kemudian?" "Kemudian ia meneguk air teh dalam cawanku dan kembali
kedalam kamarnya tak nyana ia sudah terkena obat pemabok
yang begitu lihay oooh! benar2 menakutkan sungguh
mengerikan." "Jadi maksudmu racunnya berada didalam teko air teh itu?"
Bicara sampai disitu sang peramal sakti dari timur segera
mengambil teko air teh itu dan penuhi secawan lalu dibauinya
dengan seksama sesudah itu barulah dia berkata.
"Oooouw..! obat pemabok yang sangat lihay tidak berbau
tidak berasa dan sama sekali tiada tanda yang mencurigakan
ternyata engkau bisa menduga akan bahaya yang sedang
mengancam. Ketajaman matamu betul2 mengagumkan
sekali." "Terima kasih atas pujianmu!,"
"Kalau begitu pemilik kedai yang tak tahu diri ini pastilah
telah mengincar barang bawaanmu" kata Suma Kan,
Kemudian timbul niat jahat dengan mencampurkan obat
pemabuk kedalam teko air teh tak nyana bukan engkau yang
dirobohkan justru dialah yang kena kau robohkan itu namanya
senjata makan tuan! "Ada satu hal yang tidak benar" ujar Siau Ling sambil
tertawa. "Bagaimana yang tidak benar?"
"Aku sama sekali tidak memaksa dirinya untuk minum air
teh itu. sebaliknya dialah yang pura2 hendak membuktikan
bahwa di air teko itu tak ada campuran racunnya dan sengaja
minum seteguk." "Orang ini betul2 tolol sekali, sudah terang terangan tahu
kalau dalam air teh sudah di campuri obat pemabuk, ternyata
ia masih berlagak pilon pura2 tak tahu betul2 manusia
goblok!..." dalam hati kecilnya Siau Ling tertawa geli
sedangkan diluaran ia menjawab:
"Mungkin dia ingin pulang kekamarnya untuk mengambil
obat penawaraya. Siapa tahu obat pemabok itu bekerja
sebelum waktunya hingga membuat dia jadi pingsan dan tak
sadarkan diri" Suma kan mengangguk tanda membenarkan.
"Ehmmm penilaianmu memang tepat dan betul semua."
Tiba2 ia tertawa dingin dan meneruskan: 'jadi kalau begitu
sedari permulaan engkau sudah tahu kalau dilam air teh itu
telah di campuri obat pemabuk?"
"Aku cuma curiga saja karena itu air teh dalam cawan sama
sekali tidak kuminum menanti aku sudah bertemu lagi dengan
dirinya, pada waktu itulah aku bisa membuktikan bahwa
kecurigaanku ternyata sama sekali tidak keliru cuma andai
kata kalian berdua datang terlambat satu langkah saja
mungkin aku sudah minum air teh sang beracun ini dan jatuh
tak sadarkan diri" "Kenapa dia bendak meracuni dirimu?" tanya Suma kan
dengan perasaan ingin tahu
''Pemilik kedai itu toh belum mampus apa salahnya kalau
kita sadarkan drinya lalu menanyakan sebab musababnya?"
sahut Siau Ling. "Ehmm! benar juga perkataan itu" sambung Cu kun san
dengan cepat, "Suma loo te, mari kita sadarkan dulu pemilik
kedai tersebut!" Suma kan segera mengambil sebaskom air dingin dan
diguyurkan keatas wajah kakek itu, sementara telapaknya
ditabokkan keatas batok kepalanya.
Terguyur oleh air dingin, kakek desa itu sadar kembali dari
pingsanya dan perlahan duduk.
Setelah memandang sekejap kearah Siau Ling, kemudian
memandang pula kearah Suma kan dan Cu kun san, serunya
berulang kali : "Peristiwa ini tak ada sangkut pautnya dengan diriku.,
urusan ini tak ada sangkut pautnya dengan aku...."
Siau Ling tertawa ewa, selanya dengan cepat :
"Asal engkau bersedia menerangkan duduk perkara yang
sebenarnya, tentu saja urusan ini tak ada sangkut pautnya
dengan dirimu" Sesudah termenung sebentar, kakek pemilik kedai itu
berkata : "Sebelum engkau tiba disini, ada seorang tamu yang tiba
disini lebih duluan...." serahkan sebuah bungkusan obat
kepadaku dan memerintahkan aku untuk membius engkau.
"Sekarang orang itu berada dimana?""
"Bersembunyi didalam kamarku, sebenarnya aku tak mau
tapi ia menyandera istriku dan mengancam akan bunuh bini
tuaku jika aku tak mau turuti perintahnya, dalam keadaan
demikian mau tak mau terpaksa aku harus menuruti


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perintahnya." Mendengar keterangan tersebut, Siau Ling segera
menengadah dan memandang sekejap kearah Suma kan.
kemudian katanya: 'Suma heng. sewaktu engkau menyelamatkan kakek tua ini.
apakah kau sempat melihat sesuatu yang tak beres" "
Suma kan terperangah. "Siapa kau" darimana engkau bisa tahu namaku?" serunya
keheranan. Siau Ling tersenyum. ''Aku bukan lain adalah Siau Ling yang sedang dicari oleh
Suma heng serta Cu locianpwee."
Cu kun san kontan membelalakkan mata nya lebar2. sambil
menatap wajah Siau Ling beberapa saat lamanya ia berseru:
"Engkau adalah Siau Ling"!"
"Sedikitpun tak salah!?"
Suma kan segera tertawa terbahak2.
"haahh.haahh..haahh. tak aneh kalau nada suaramu sangat
kukenal." Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Cu kun san.
kemudian menambahkan: "Cu-beng. coba lihat bagaimana dengan ramalanku"!"
Cu kun san tetap gelengkan kepalanya.
"Kejadian ini sama sekali tak masuk diakal. Aku setengah
percaya setengah tidak!"
Mendengar perkataan orang itu. tanpa banyak bicara Siau
Ling segera melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi
wajahnya, setelah itu dia baru bertanya :
"Sekarang, apakah locianpwee sudah percaya"!"
Suma kan tertawa keras, sambungnya dengan cepat :
"Kalau ini hari kami gagal berjumpa lagi dengan Siau heng,
mungkin aku masih harus menahan dongkol selama beberapa
hari lagi" Dalam pada itu dengan langkah terburu2 Cu kun san sudah
maju menghampiri pemuda tersebut, sambil menggenggam
tangan Siau Ling katanya :
"Loo te, ternyata benar2 adalah engkau! sejak dahulu aku
sudah menduga bahwa engkau bukan manusia sembarangan,
ternyata dugaanku itu memang sama sekali tidak meleset"
Habis berkata ia menengadah dan tertawa ter-bahak2.
"Locianpwee memuji, aku hanya bernasib lebih baik saja
dari kebanyakan orang, kalau dibilang hebat sih tidak.."
Kembali Cu kun san tertawa tergelak.
"haah..haahh..haahh.. siau lote tak usah merendahkan diri,
seandainya engkau tidak memiliki kecerdasan, tak mungkin
bisa menghasilkan suatu karya yang demikian besar!".
Sementara kedua orang itu masih ber-cakap2, tiba2
terlihatlah Suma kan menggerakkan tubuhnya dan langsung
menerjang masuk kedalam ruang belakang kedai itu.
Siau Ling tahu bahwa sahabat karibnya itu sedang mencari
jejak musuh ditempat persembunyiannya, karena itu dia tak
binyak bicara. Lain halnya dengan Cu kun san, ia segera berteriak dengan
suara lantang : 'Hey! saudara Suma kan, sepanjang hari engkau selalu
menggerutu karena tak bisa berjumpa dengan Siau , sekarang
setelah siau ditemukan mengapa engkau malah kabur tak
ujung pangkalnya." Suma kan berlalu dengan cepatnya, dia sama sekali tidak
menggubris teriakan dari Cu kun san tersebut.
Siau Ling yang melihat tindakan sahabat nya itu segera
tersenyum. "Dia sedang pergi mencari orang "katanya.
Dalam pada itu dari tempat kejauhan terlibatlah debu
mengepul keangkasa kembali ada beberapa ekor kuda
dikaburkan menuju kearah kedai tersebut.
Buru2 Siau Ling mengenakan topeng kulit manusianya,
kepada Cu kun san ia berkata:
"Locianpwee, pada saat ini aku merasa kurang leluasa
untuk berjumpa orang dengan muka asliku, aku harap
locianpwee suka maklumi keadaanku ini!"
Sambil tertawa Cu kun san mengangguk.
"Aku tahu. sekarang engkau adalah musuh besar nomor
satu dalam pandangan Shen bok hong, demi kebenaran dan
keadilan dalam dunia persilatan engkau memang tidak
sepantasnya kalau berjumpa muka dengan mereka dalam
muka yang sebenarnya"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, keempat ekor
kuda itu sudah tiba didepan kedai tersebut.
Siau Ling segera menengadah dan memandang kearah
penunggang2 kuda itu. ia lihat orang yang berada dipaling
depan adalah se orang kakek tua baju hijau yang berusia
enam puluh empat lima tahunan, dia bukan lain adalah Cu ban
ciang dari kota lokyang, salah satu diantara empat pujangga
dunia persilatan. Dibelakang kakek itu mengikuti pula Chin su teng dari
Klam, Yu cu cing dari kota Kim leng serta Kho Su thong dari
kota Kang ciu. Sewaktu Cu kun san masih aktif melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan tempo hari. ia kenal baik dengan
keempat orang pujangga besar dari dunia persilatan ini,
melihat kehadiran orang2 itu dia segera maju dan memberi
hormat. "waah.. sungguh kebetulan, sungguh kebetulan sekali, ini
hari entah angin apa yang telah menghembus empat erang
pujangga besar hingga muncul disini"'
Cu bun ciang balas memberi hormat dari atas kudanya,
kemudian menjawab. "oooh! rupanya saudara Cu kun san juga berada disinisudah
banyak tahun kita tak pernah saling berjumpa muka.
"haaahh haahh haahh..! selamanya empat pujangga besar
tak pernah mencampuri urusan mengenai dunia persilatan,
apakah pada saat ini kalian sedang berpesiar kebukit
kenamaan. Cu bun ciang menghela napas panjang.
"Aaai. sebenarnya kami empat orang punya tujuan yang
sama yakni tidak akan mencampuri urusan dunia persilatan
dan sepanjang hidup hanya berpesiar ketempat kenamaan:
"Benar, kita Cu kun san. dalam dunia memang banyak
terdapat jago2 persilatan yang sudah lama mengasingkan diri
ditempat sunyi. tapi terdesak oleh keadaan kadang2 harus
munculkan diri kembali kedalam dunia persilatan, tapi kalian
berempat toh memiliki ilmu silat yang sangat tinggi dan lagi
sudah puluhan tahun lamanya tak pernah mencampuri urusan
apapun, orang persilatan memang tak salah kalau memberi
julukan empat pujangga besar kepada kalian semua'
Cu bu ciang gelengkan kepala berulang kali dengan sedih ia
berkata: "Tidak terlibat dalam dunia persilatan merupakan cita2
kami berempat selama puluhan tabun meskipun seringkali
dimainkan oleh keadaan namun kami semua bisa
menempatkan diri sebaik baiknya dan tak mau ambil tahu.
Tapi sejak Shen bok hong muncul dalam dunia persilatan dan
membuat keonaran di mana2 kemudian muncul Siau Ling
yang lemah tapi bersemangat besar untuk mendobrak
kelaliman dan kekejaman iblis tersebut semangat dan
kebranian nya yang luar biasa itu sangat mengetuk perasaan
kami berempat karena itu setelah runding dan berdebat
selama tujuh hari tujuh malam..."
"Bagus sekali! "seru Cu kun san sambil tertawa '' ternyata
kalian berempatpun pandai berkelahi sendiri?"
Cu bun ciang gelengkan kepalanya berulang kali.
'Oooh! bukan, begitu' serunya."kami tidak berkelahi, tapi
berunding dan cari kemufakatan dalam masalah yarg sedang
kami hadapi." "Apakah kalian berempat sudah berhasil mendapat
mufakat?" "Benar!" sahut Chin Su Teng dari kota Ki lam "hasil dari
musyawarah itu memutus kan bahwa kami tak boleh berpeluk
tangan belaka, kami sudah sepantasnya kalau membantu Siau
Ling untuk menanggulangi bencana yang sedang menimpa
dunia persilatan. "Jadi kalau begitu, kalian berempat sudah mengambil
keputusan untuk melibatkan diri dalam perselisihan ini.
"Tidak salah," sahut Yu cu cing dari kota Kimleng "Kami
empat bersaudara telah memutuskan untuk mengerahkan
segenap kemampuan yang kami miliki demi tegaknya keadilan
dan kebenaran didalam dunia persilatan."
Mendengar sampai disitu. Cu kun san segera mendongak
dan tertawa ter-babak2 "haahh-haahh haahh.. aneh, aneh., sungguh aneh."
"Cu heng. apa yang kau herankan?"" tanya Kho su thong
dari kota kang ciu. "Empat pujangga besar dari dunia persilatan ternyata
melibatkan diri dalam urusan orang lain jika berita ini
diberitahukan orang lain belum tentu orang lain sudi untuk
mempercayai!" "Meskipun kami sudah mengambil keputusan untuk
mencampuri urusan dunia persilatan tapi masih ada satu hal
yang masih belum selesai," kata Cu bu ciang lagi.
'Persoalan apakah itu?""
"Persoalan ini harus dibicarakan dulu setelah bertemu
dengan Siau Ling kemudian baru mengambil keputusan."
Cu kun san tanpa sadar melirik sekejap kearah Siau Ling
kemudian ia bertanya lagi:
"Apa yang hendak kalian berempat bicara kan dengan Siau
Ling?" Bagaimana kalau beritahukan saja kepadaku bila aku
bertemu dengan Siau Ling nanti, persoalan itu akan
kusampaikan kepadanya"
Chia so teng gelengkan kepalanya.
"Tak mungkin!" ia menjawab, "Persoalan ini harus kami
tanyakan sendiri setelah bertemu muka dengan Siau Ling".
Tiba2 Yu cu ciang dari kota leng. menyela dari samping:
"Kalau didengar dari nada pembicaraan Cu heng, seakan2
engkau mengetahui akan jejak dari Siau Ling.
"Jejak Siau Ling memang sedikit banyak kuketahui, tapi
apakah kalian berjumpa dengan dirinya, aku tak berani
memastikan." "Kami sudah beberapa bulan lamanya mencari diri Siau"
Kho su menerangkan 'Tapi selalu tidak berhasil, dan kebetulan sekali kemarin
malam sewaktu ada dikota Tiang san kami sempat mendengar
babwa selama dua hari berselang Siau Ling pernah munculkan
diri disekitar kota tersebut, karena itulah kami empat
bersaudara terpaksa harus mencari jejaknya disekitar kota
thiang sah." "Benar," sambung Cu bun ciang pula. "Telaga tujuh bintang
adalah suatu telaga yang sangat kenamaan, mungkin Siau
Ling akan ngunjungi tempat itu. Karenanya kami hendak
berangkat ketelaga tujuh bintang untuk beradu nasib."
Cu kun san dibikin serba salah oleh keadaan yang
terbentang didepan matanya pada saat itu. Diam2 ia berpikir.
''Sekarang Siau Ling justru berada dihadapan mereka tapi
sampai detik ini dia tak pernah mengatakan sepatah katapun
hal itu menunjukan bahwa ia bersedia untuk unjukan diri
kepada tempat pujangga besar dan dengan sendirinya akupun
kurang leluasa untuk menerangkan duduk persoalan...aaai!
entah begaimana baiknya?"
Berpikir sampai disitu ia lantas berkata: " saudara berempat
sekalipun terburu2 aku rasa perjalanan juga tak usah
dilakukan tanpa beristirahat bagaimana kalau beristirahat
diwarung sambil mengisi perut?"
Cu bun ciang termenung sebentar kemudikepada ketiga
orang saudaranya ia berkata:
'Hian-te bertiga bagaimana pendapat kalian?""
"Ada baiknya juga kita biarkan kuda2 itu beristirahat
sebentar kemudian baru meneruskan perjalanan " sahut Chin
su teng dari kota ki lam dengan cepat
Maka turunlah keempat orang pujangga besar dari dunia
persilatan itu dari atas kudanya setelah mengikat kuda
tunggangan diistal mereka be-ramai2 mencari tempat duduk.
Sementara itu pemilik kedai masih berdiri ter-mangu2 disisi
Siau Ling tanpa mengucapkan sepatah katapun pikirannya
kalut dan ia tak tahu apa yang musti dilakukan pada saat itu.
baru saja keempat orang itu ambil tempat duduk kebetulan
Suma kan sedang keluar dari dalam kedai dengan langkah
lebar ditangan kiri ia membawa teko air teh sedang ditangan
kanan membawa bak pao panas sambil menghidangkan
kemeja katanya: 'Kedai kecil ditempat terpencil tak ada makanan lezat untuk
melayani tamu silahkan kalian mendahar sedikit bak pao saja'.
Kho su thong dari lota Lang cu dengan sorot mata yang
tajam mengawasi Suma kan sekejap lalu tegurnya:
"Engkau tidak mirip seperti pemilik kedai ini!'
Cu kun san yang berada didepannya segera tertawa dan
menjawab. 'Dia memang bukan pemilik kedai ini, saudara itu bernama
Suma kan dia adalah sahabat karibku.."
setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh:
"Suma lote cepat kemari! Mari kuperkenalkan dirimu
dengan saudara2 ini mereka berempat adalah empat pujangga
besar yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan!"
Suma kan segera memberi hormat.
'Selamat berjumpa muka. selamat berjumpa muka, aku
bernama Suma kan" serunya.
Peramal sakti dari lautan timur Suma kan belum terlalu
lama muncul didaratan tionggoan, jarang sekali orang
persilatan yang mengetahui namanya apalagi empat pujangga
besar amat jarang berkelana dalam dunia kangou dengan
sendirinya mereka sama sekali tidak pernah mendengar
namanya walaupun begitu mereka segera menganguk sambiil
berseru: "oooh kiranya adalah suma heng!'
Suma kan tersenyum kepada Cu kun san ia segera berseru
"Bu heng orang itu sudah kabur sambil membawa lari bini
tua pemilik kedai ini.' Mendengar seruan tersebut tiba2 kakek pemilik kedai itu
lari pontang panting sambi! berteriak sepanjang jalan.
"Hek niu! oooh! Hek niu.. dimana engkau" suaranya keras
dan tajam hingga berkumandang diseluruh pelosok tempat,


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari sikapnya yang gelisah dan cemas bisa dibayangkan
bahwa hubungan suami istri diantara kedua orang itu amat
erat dan akrab sekali. Siau Ling yang selama ini membungkam terus, tiba2
menyela: "Suma heng, pemilik kedai itu kasihan sekali. mari kita
bantu untuk menemukan kembali bininya"
Cu kun san sebaliknya menghela napas panjang dan
menggerutu: "Semasa muda jadi suami istri, semasa tua adalah kawan
senasib, orang ini hidup terpencil ditengab hutan sambil
membuka warung, bininya merupakan satu2nya orang yang
mendampingi dia selama ini, tak aneh kalau ia jadi kalap
setelah mengetahui bahwa bininya dibawa kabur orang."
Sementara itu Siau Ling sudah angkat kaki menyusul
dibelakang pemilik kedai .
Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya
Suma kan. dia segera berseru:
"Silahkan kalian bersantap dahulu, aku akan membantu
saudara itu untuk menemukan kembali bininya sang pemilik
kedai." Habis berkata ia segera enjotkan badan nya menyusul Siau
Ling. Tampaklah pemilik kedai itu kabur dengan cepatnya, dalam
beberapa waktu kemudian ia sudah lari masuk kedalam
sebuah hutan lebar dibelakang kedainya.
Setelah melepaskan diri dari pengawasan empat pujangga
besar dunia persilatan. Siau Ling mempercepat larinya
menyusul kakek pemikedai itu.
Suma kan dengan cepat telah menyusul kesamping Siau
Ling, sambil berlarian ia bertanya :
"bagaimanakah tabiat dari empat pujangga besar itu?"'
"keempat oragg itu suka menyindiri dan tak pernah
mencampuri urusan orang lain. tapi mereka harus menelan
kerugian yang besar ditangan Shen bok hong akibat dari
perbuatan mereka itu"
"Mereka sedang mencari engkau"!"
"Aku tahu, keempat orang itu sudah keracunan buku dan
filsafat, jika aku muncul kan diri pada saat ini maka suatu
perdebatan sengit tak bisa dihindari lagi. padahal pada saat ini
aku sama sekali tak punya waktu untuk ribut apalagi berdebat
dengan mereka..." "Rupanya engkau sedang menghadapi suatu masalah
berat"., benarkah itu?"
"benar aku hendak mencari orang?"
"apakah siau-heng bersedia memberi tahu kepadaku
siapakah yang sedang kau cari?"
Tiba2 Siau Ling teringat akan kelihayan dari sahabatnya
dalam ilmu meramal dalam keadaan kepepet dan kehabisan
akal timbullah ingatan untuk minta penolong dan sahabatnya
ini guna meramalkan nasibnya maka ia segera berkata:
"Suma-beng aku herdak mencari seorang nona apakah
suma heng bersedia untuk meramalkan bagiku"
"Siapa percaya ramalan pasti cocok, jika saudara siau
dengan sungguh hati mempercayai diriku aku yakin ramalauku
tak akan membuat siau heng jadi kecewa"
"tentu saja aku percaya dengan sungguh hati dan
setulusnya." "baik mari kira menuju kedalam hutan disebelah hutan
sana" Dua orang itu masuk dalam hutan dan meneruskan
perjalanannya kearah depan, sementara itu pemilik kedai
sedang lari kedalam sebuah gubuk ditengah hutan tersebut
Siau Ling segera mengempos tenaga, dengan gerakan
burung walet menuntut pemukaair tiga kali. laksana kilat ia
menerobos masuk kedalam gubuk itu mendahului kakek
pemilik kedai tersebut. Rupanya Siau Ling kuatir kalau didalam gubuk itu
tersembunyi musuh tangguh yang akan mengakibatkan
kerugian besar bagi pemilik kedai itu. maka itu mendahuluinya
dengan harapan bisa selamatkan jiwa orang itu dari segala
kemungkinan yang tidak diinginkan.
Terlihatlah seorang nenek tua berbaju sederhana roboh
terkapar diatas tanah, perempuan tua itu sudah berada dalam
keadaan tak bernyawa lagi.
Setelah menubruk masuk kedalam gubuk, pemilik kedai itu
segera memeluk tubuh bininya yang menggeletak diatas
tanah dan menangis terisak dengan sedihnya.
Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa
menghela napas panjang, katanya;
"Lo tiang tak usah menangis lagi, manusia yang telah mati
tak bisa hidup kembali. disini ada dua tahil emas murni, harap
lo-tiang terima sebagai ongkos untuk kabur dari sini!"
Kakek pemilik kedai itu membopong jenasah istrinya dan
menerima uang emas tersebut dari tangan Siau Ling.
kemudian katanya : "Aku menyesal sekali dengan semua perbuatan yang
kulakukan selama ini..!"
"Salam peristiwa ini. loo tiang tak dapat disalahkan!!"
"Orang itu memakai baju yang kumal dan combang
camping seperti pengemis" pemilik kedai itu menerangkan,
"usianya antara empat puluh tahunan, mukanya hitam dengan
alis tebal. ditengah kening sebelah kiri terdapat sebuah tahi
lalat merah sebesar kacang hijau"
Siau Ling mengangguk. "Akan kuingat didalam hati" hiburnya, "dikemudian hari bila
aku berjumpa dengan orang itu, pasti akan kubalaskan
dendam sakit hali dari istrimu"
"terima kasih aku permisi dahulu" sambil membopong
jenazah istrinya berangkatlah pemilik kedai itu tinggalkan
gubuk tersebut. Suma kan yang berdiri didepan pintu ruangan segera
memperingatkan dengan suara lirih :
"Kakek engkau harus berhati2"
"Lohan sudah tua dan tiada sanak tiada keluarga!" ujar
pemilik kedai dengan sedih, "selama ini aku hanya hidup
berdampingan dengan bini tuaku itu, sekarang biniku sudah
mati, kehidupanku pun jadi sama sekali tak berarti lagi"
Bicara sampai disitu dengin kepala didongakan dada
dibusungkan, ia maju ke depan dengan langkah lebar.
Per-lahan2 Siau Ling berjalan keluar dari ruangan itu.
katanya dengan cepat. "suma heng, tolong ramalkan buat aku!"
Suma kan tersenyum, ia berjongkok dan ambil keluar kotak
ramalannya, sambil mengocok kotak tadi katanya dengan
suara lirih: "Jikalau kita dapat menemukan pembunuh yang telah
membinasakan bini pemilik kedai itu, maka hasil tersebut akan
jauh lebih manjur daripada hasil ramalanku"
"Tapi saat ini sang pembunuh tersebut berada dimana?"
selanya. "Menurut dugaanku sang pembunuh itu masih berada
disekeliling tempat ini, ia takut pemilik kedai bocorkan bentuk
badan serta paras mukanya karena itu pembunuh tersebut
sudah pasti akan berusaha keras untuk membinasakan dirinya
dan hilangkan jejak, asal kita bisa tidak tinggal bekas, rasanya
jauh lebih baik kalau kita mengikut dibelakang orang tua itu
saja." "Benar perkataanmu memang tepat sekali," sambung Siau
Ling menyanjung usul tersebut.
"Kalau memang begitu harap Siau heng tunggu sebentar!"
seru Suma kan. Tiba2 ia loncat kedepan dan menyusul ke arah pemilik
kedai tersebut. Sesaat kemudian, tampaklah Suma kan telah muncul
kembali didalam rumah gubuk itu.
Setelah orang itu berada sangat dekat dengan mereka.
Siau Ling baru kenal orang yang dianggap sebagai Suma kan
tadi ternyata adalah pemilik kedai itu, dengan cepat ia telah
memahami apa yang sudah terjadi, pikirnya:
"Ahh! benar Suma kan pasti telah bertukar pakaian dengan
dirinya, dan ia pinjam jenasah dari perempuan tua itu guna
memancing kemunculan dari pembunuh tersebut."
Sementara itu pemilik kedai tadi telah berkata.
"Pendekar tadi memerintahkan aku untuk mengenakan
pakaiannya dan membelikan pakaianku kepadanya, dia akan
berusaha untuk balaskan dendam bagiku."
"Apa yang dia katakan memang tak salah, mari kita tunggu
kemunculannya didalam kedai" ajak Siau Ling.
Bersama kakek tua itu berangkatlah mereka tinggalkan
gubuk tadi dan kembali kekedai.
Siau Ling takut kakek tua itu menunjukkan kelemahan
sehingga penyaruanya ketahuan orang, sambil menggandeng
tangannya untuk melakukan perjalanan bersama, tanyanya:
"Too tiang dari mana engkau bisa tahu kalau jenasah
istrimu berada disini" begitu cepat engkau bisa datang kemari
untuk mencarinya"'' "Empat penjuru disekeliling tempat ini hanya merupakan
tanah pegunungan yang jauh dari keramaian orang, hanya
dalam hutan belantara inilah terdapat sebuah rumah gubuk.
karena aku teringat akan rumah gubuk ini maka buru2 aku
datang kesini." "oooh! kiranya begitu'
Tatkala dua orang itu tiba kembali diluar kedai' tampaklah
Cu kun san serta empat pujangga besar dunia persilatan telah
menghabiskan separuh bagian dari bak-pao yang dihidangkan
diatas meja! Dari tempat kejauhan cu kun san segera berteriak keras:
"Suma loo te. kemarilah cepat dan ayoh makan dulu
beberapa biji bak pao."
Pemilik kedai itu memandang sekejap kearah Siau Ling
dengan pandangan kebingungan. untuk beberapa saat
lamanya dia jadi gelagapan dua tak tahu apa yang musti
dilakukan. Ketika tak mendengar jawaban dari Suma kan. Dengan
Cepat Cu kun san bangkit berdiri dan menghampiri kedua
orang itu. Setelah dekat ia baru tahu kalau orang itu bukan suma kan,
dengan dahi berkerut ia segera menegur.
"apa yang sebenarnya telah terjadi?""
"loocianpwee lebih baik temanilah empat pujangga besar
dunia persilatan lebih dahulu untuk bercakap2, Suma heng
sebentar lagi akan muncul kembali disini."
Cu kun san terperangah namun ia tak banyak bicara
dengan mulut membungkam ia balik kembali ketempat
duduknya Baru saja dia duduk kembali Cu bun ciang dari kota Lokyang
telah berpaling dan sekejap kearah Siau Ling dan pemilik
kedai itu kemudian katanya:
''Cu heng kenapa sih suma-heng telah menyamar sebagai
pemilik kedai " apa yang sudah terjadi?"
Cu kun san tidak segera menjawab diam2 pikirnya dihati:
"Tenaga dalam yang dimiliki empat pujangga besar dunia
persilatan betul2 sudah mencapai puncak kesempurnaan
untuk melihat jelas paras mukanya aku harus berjalan itu
sedangkan mereka bisa melibat jelas dari tempat kejauhan
benar2 luar biasa!" Berpikir sampai disitu ia segera menengadah dan tertawa
ter-bahak2. 'haahhh haahhh haahhh persoalan ini sama sekali tak ada
sangkut pautnya dengan kalian berempat mari kita minum teh
saja." Tidak menanti jawaban ia sambar cawan air teh
didepannya dan sekali teguk menghabiskan seluruh isinya
hingga sama sekali tanpa tersisa barang setetespun
Jawaban semacam itu amat sulit untuk membuat orang jadi
paham artinya, andai kata berganti dengan orang lain maka
pertanyaan itu pasti akau diulangi terus hingga akhirnya
mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Tetapi lain halnya dengan empat pujangga besar dunia
persilatan, mereka selamanya tak pernah ribut dengan orang
lain. belum pernah mencampuri urusan dunia persilatan,
lebih2 tak suka mencari tahu rahasia orang, mendengar
jawaban tersebut mereka hanya tertawa ewa belaka dan tidak
banyak bertanya 1agi. Diluaran walaupun Siau Ling tidak menunjukkan perbuatan
sikap apapun, tapi dalam hati kecilnya dia merasa sangat
kuatir dan sangat mengharapkan jawaban dari Suma kan.
Ia berharap pembunuh itu bisa ditangkap sehingga latar
belakang persoalan itu dapat diketahui andaikata
pembunuhnya tak berhasil ditangkap maka dia akan segera
melanjutkan perjalanannya sebab menurut pendapat pemuda
ini menanti disitu bukanlah suatu tindakan yang benar.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian muncullah sesosok
bayangan manusia dan orang itu bukan lain adalah Suma Han
dengan langkah cepat ia menghampiri pemuda itu.
Siau Ling segera bangkit berdiri sambil bertanya:
"Suma-heng apikah orang itu berhasil ditangkap?"
Suma Han mengangguk ia kibaskan bahu kanannya dan
"bluum' orang yang berada dalam punggungnya dibanting
keras2 diatas tanah sahutnya:
"lebih baik tanyailah sendiri''
Kepada pemilik kedai itu ia menambahkan
"jenasah istrimu pada saat ini berada di bawah sebuah
pohon tepat sebelah barat tem ini engkau boleh ambil jenasah
itu untuk dikebumikan."
Tapi milik kedai itu tidak langsung pergi ia mendekati orang
itu dan mencengkeramnya setelah mengawasi sekejap ia
berseru: "Dialah orangnya!"
Tiba2 hidung orang itu digigit keras2 hingga putus, darah
segar mengacur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Suma Han tarik badan pemilik kedai itu dan berseru:
"Setelah hidungnya kau gigit hingga putus aku rasa
perasaan benci dan dendam yang menyelimuti hatimu juga
sudah agak terlampiaskan, kami pun akan balaskan dendam
bagi kematian istrimu itu."
Persoalan ini menyangkut masalah perselisihan dunia
persilatan, lebih baik engkau jangan menceburkan diri dalam
masalah ini nah! cepatlah pergi!.


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan pandangan penuh kebencian pemilik kedai itu
melotot kembali kearah orang itu kemudian ia baru putar
badan dan berlalu dari sana.
Sepeninggalnya pemilik kedai itu, suma kan menepuk
bebas jalan darah sang pria kekar yang tertotok kepada Siau
bisiknya. "ia bersembunyi diatas sebuah pohon besar dan tiba2
lancarkan sergapan kearahku karena orang ini terlalu bahaya
maka kutotok beberapa jalan darahnya'
Siau Ling alihkan sorot matanya dan memperhatikan paras
muka orang itu ia lihat pria tersebut memakai baju compang
ping dengan dandanan seperti anggota kaypang ramputnya
pendek dan awut2tan diatas alis kirinya terdapat sebuah tahi
lalat berwarna merah Segera ujarnya dengan lantang:
"kami sudah tahu kalau engkau adalah anggota
perkampungan pek-hoa-san-cung."
Pria kekar itu membungkam dalam seribu bahasa tiba2 dia
ayun telapaknya dan melancarkan satu babatan dahsyat
keatas tubuh pemuda Siau Ling.
Dengan cekatan sianak muda itu menghindar kesamping
dan meloloskan diri dari serangan tersebut tangan kananya
segera berkelebat mencengkeram pergelangan tangan pria
tadi, ketika hawa murninya disalurkan keujung jari,. kraak!
tulang pergelangan pria itu tahu2 sudah dilepaskan dari
sendinya. Ilmu melepaskan sendi tulang merenggangkan otot badan
mendatangkan siksaan dan penderitaan yang luar biasa bagi
penderitaannya. Rasa sakit itu melebihi sakitnya hidung yang
digigit sampai putus. Pria kekar itu segera menjerit kesakitan keringat sebesar
kacang kedelai mengalir ke luar membasahi tubuhnya.
Siau Ling tertawa dingin, ujarnya lebih jauh:
"Aku tak punya banyak waktu untuk menanyai engkau asal
engkau yakin bahwa siksaan melepaskan otot dan sendi yang
kulancarkan masih dapat kau tahan, pertanyaanku tak usah
kau jawab lagi. Setelah pergelanganmu menyusul kulepaskan
sendi tulang pergelangan kirimu, kemudian bahumu, sepasang
kakimu ..." Sekarang pria kekar itu baru menyadari bila ia telah
berjumpa dengan jago lihay yang ampuh, tak kuasa lagi orang
itu menghela nafas panjang.
''aaaai____! apabila aku bersedia untuk memberi jawaban
atas pertanyaan yang kau ajukan, hukuman apa yang hendak
kalian timpakan kepadaku?""
"'akan kuberi kematian yang sama sekali tak ada rasa sakit
bagimu." jawab Siau Ling.
Pria itu segera menggelengkan kepalanya
"Semut yang merupakan binatang kecil-pun masih
menginginkan hidup apa lagi aku adalah seorang manusia?""
Siau Ling termenung beberapa saat lama nya kemudian
ujarnya kembali: "semua ilmu silatmu akan kupunahkan sama sekali jiwanya
akan kuampuni dan selesai memberi jawaban kepada kami
maka engkau akan kami lepaskan hingga dengan demikian
engkau tak akan mampu membantu kaum durjana melakukan
kejahatan lagi" "baik kini tentukan dengan sepatah kata itu. nah sekarang
kalian boleh mengajukan pertanyaan"
"siapa yang mengutus engkau datang keman" dan apa
maksud tujuan dari kedatanganmu itu"
"shen bok hong mengutus aku dengan membawa banyak
macam obat pemabuk untuk secara diam2 menghadapi Siau
Ling" Begitu mendengar nama Siau Ling, Cu ciang dari kota lok
yang segera berseru: "sekarang Siau Ling ada dimana?"
Pria itu dengan cepat gelengkan kepalanya.
"Entahlah, she toa cungcu telah mengutus delapan orang
jago dengan menyebarnya dalam delapan penjuru yang
berbeda untuk nantikan kedatangan Siau Ling"
"engkau kenal dengan manusia yang bernama Siau Ling ?"
"tidak!" "kalau tidak kenal bagaimana caramu untuk menemukan
orang itu?"?" "kami mendapat perintah untuk meroboh kan setiap orang
yang mencurigakan!' "hmmm! '' Siau Ling mendengus dingin "cara ini betul2
amat keji, lebih baik salah nangkap seribu orang dari pada
melepaskan satu orang manusiapun."
setelah berhenti sebentar ia melanjutkan
"kapan mereka baru tiba disini"'
"siapa yang kau maksudkan?"
"masa kalian tidak tahu apa sebabnya shen bok hong
mengutus kalian berdelapan untuk ber-jaga2 pada delapan
tempat yang berbeda..?""
Tiba2 ia cengkerami pergilangan kiri lelaki itu.
Merasakan pergelangannya dicengkeram orang, pria
tersebut jadi sangat gelisah. Dengan muka pucat karena
ketakutan ia segera menjawab.
"kami dengar sebelum sang surya tenggelam dibalik bukit
nanti, ada sebuah kereta kuda yang bakal lewati tempat ini,
apa isi kereta kuda itu kami benar2 tak tahu!"
"ehmm..! apakah kereta kuda itu pasti akan melalui jalan
ini..?" tanya Siau Ling, sambil mengangguk.
"benar. shen toa cungcu yang memberitahukan sendiri
rahasia tersebut kepada kami!"
'Hey! kalau seandainya tiada kejadian semacam itu,
sekarang masih ada waktu bagimu untuk meralat!" sela suma
kan dari samping, sebab dengan begitu jiwamu dapat kami
ampuni, sebaliknya kalau sampai senja nanti tak ada kereta
kuda yang lewati tempat ini. berarti engkau akan merasakan
siksaan badan yang amat memberatkan dirimu"
"Aku tidak bohong..aku tidak bobong., setiap perkataan
yang kuucapkan adalah kata2 yang jujur!" sahut pria itu
dengan amat gelisah. Siau Ling tidak banyak bicara, ia cengkeram pergelangan
kanannya yang lepas sendi, sekali sentak persendian yang
lepas tadi telah menyambung kembali, namun dengan suatu
gerakan cepat dia lancarkan pula dua totokan diatas
tubuhnya. "Sekarang aku hendak memberitahu kepada mu!" serunya
dengan ketus, "jika engkau berbohong maka itu berarti engkau mencari
penyakit buat diri sendiri."
"Beberapa ratus tombak disebelah timur terdapat sebuah
pohon besar, bila diatas pohon besar itu kita gantung
selembar kain berwarna kuning, itu berarti mereka pasti akan
melewati tempat ini"'
"Sekarang kain itu berada dimana?"!'
"Dalam saku ku!!' Siau Ling merogoh kedalam sakunya, dan ia temukan
selembar kain kuning seperti apa yang dikatakan tadi.
Suma kan menyambut kain tadi seraya berkata :
"Biar aku yang menggantungkan kain kuning ini diatas
pohon besar tersebut"
Setelah menyambut kain kuning dari tangan Siau Ling,
dengan langkah cepat ia berlalu dari sana.
Siau Ling menotok jalan darah bisu diatas tubuh pria kekar
itu dan disembunyikan dalam ruang kedai, kemudian sambil
menjura kearah eupat pujangga besar dunia persilatan
katanya : "Apakah locianpwee berempat sedang mencari Siau Ling"!"
"Apa engkau tahu sekarang dia berada di mana"!" Cu bun
ciang dan kota Lok-yang balas bertanya.
Siau Ling lepaskan topeng kulit manusia yang menutupi
paras muka aslinya, lalu jawab :
"Akulah Siau Ling, ada urusan apa locianpwee berempat
datang mencari diriku?"
Delapan buah mata dari empat pujangga besar dunia
persilatan menatap wajah Siau Ling tanpa berkedip, beberapa
saat kemudian ia mereka mengangguk.
"Ehmm ...engkau benar2 adalah tayhap"
Chin su teng dari kota Lam segera tampil dan berkata:
"Siau tayhap selama ini berada disini kami tak nyana
ternyata kami semua tak ada yang tahu!"
Habis berkata ia segera memberi hormat.
Cu bon ciang. yu cu cing serta Kho su tong sama2 bangkit
dan memberi hormat pula. Siau Ling bangkit berdiri dan balas mberi hormat, katanya
dengan nada merendah "Aku yang muda tak berani menerima penghormatan
sebesar ini dari locianpwee berempat !"
"aaaai....! sungguh tak nyana kami bersusab payah mencari
disegala penjuru, akhirnya toh berjumpa dalam suatu
pertemuan yang sama sekali tak terduga" kata Cu bun ciang.
---ooo0dw0ooo--- Jilid: 27 Perlahan lahan Siau Ling kenakan kembali topeng kulit
manusianya, ia berkata; "Aku sedang bentrok dan main kucing2an dengan pihak
perkampungan pek hoa san cung, Mau tak mau untuk
sementara waktu jejakku harus dirahasiakan aku harap
locianpwee berempat sudi kiranya uotuk memakklumi
keadaanku" "Aaaai!" Chin su teng menghela napas panjang "Siau Ling
tayhiap nasib muda belia bukan terpengaruh oleh nama
maupun kedudukan ternyata engkau lebih suka memerangi
kelaliman serta kekejaman dari pihak perkampungan pek hoa
san cung, perjuanganmu ini benar2 merupakan suatu
perjuangan yang suci dan mulia. Kami telah hidup puluhan
tahun lamanya bukan saja tak dapat melakukan kebajikan
bagi umat manusia bahkan tak dapat pula memupuk perasaan
bijaksana dalam hati kami sendiri kalau dipikir kembali hidup
kita selama ini boleh dibilang merupakan suatu kehidupan
yang sia2" Cu kun san yang mendengarkan tersebut dari samping
merasa geli pikirnya: "Sungguh aneh! Siau Ling benar2 memiliki daya iblis yang
sangat mengejutkan hati sampai2 empat orang pujangga
besar dunia persilatan yang tak pernah mencampuri urusan
dunia persilatanpun tertarik hatinya untuk membantu
perjuangannya itu" Dalam pada itu Yu cu cing telah berkata pula:
"Setelah melakukan beberapa kali perundingan dan
pembahasan yang cermat akhirnya kami berempat merasa
bahwa sudah menjadi kewajiban kami untuk membantu
perjuangan Siau Ling tayhiap guna menanggulangi kejahatan
dan kelaliman yang mencengkram dunia persilatan dewasa ini.
Tapi sebelum itu masih ada beberapa persoalan yang kurang
di pahami oleh kami dapatkah Siau Ling tayhiap memberi
keterangan serta penjelasan dahulu kepada kami?"?"
Siau Ling membungkam dalam seribu bahasa dalam hati,
kecilnya ia berpikir. "Meskipun keanehan watak empat orang ini belum tentu
bisa dikatakan luar biasa. namun dapat diakui sebagai sesuatu
keanehan yang belum pernah kujumpai sebelumnya, mereka
sudah pernah merasakan siksaan serta penderitaan ditangan
shen bok hong. Kendatipun tidak memikirkan kepentingan
umum. Sepantasnya kalau mereka mencari balas kepada shen
bok hong demi dendam pribadi, tapi nyatanya meskipun reka
telah membahas dan merundingkan persoalan itu, sampai
beberapa hari beberapa malam, akhirnya toh belum ada
keputusan, juga sebaliknya malahan hendak bertanya ke
padaku, entah apa yang hendak mereka tanyakan...?""
Berpikir sampai disitu. iapun bertanya: "persoalan apa yang
hendak kalian berempat tanyakan?" silahkan diutarakan
keluar!" Empat pujangga besar dunia persilatan saling
berpandangan sekejap, kemudian jawabnya berbareng:
"sebenarnya kami ingin menggunakan tingkah laku kami
yang tawar terhadap nama dan kedudukan untuk
mempengaruhi daya pikir umat persilatan sehingga tidak lagi
melakukan perselisihan dan pertikaian hanya disebabkan
nama serta kedudukan, kemudian berharap setelah itu maka
rasa ingin menang dan saling mencari nadan kedudukan dapat
lenyap dari dunia persilatan, oleh sebab itulah kami berempat
lantas berunding untuk tidak melakukan pertikaian dengan
orang jika cuma kena hantam sedikit, kecuali ancaman jiwa,
apalagi mencampuri urusan pertikaian dan perselisihpaham
didalam dunia persilatan"
Terkesiap hati Siau Ling mendengar perkataan itu, diam2
pikirnya, dihati: "Tak nyana mereda mempunyai cita2 luhur yang begitu
besar dan agung, nama besar empat pujangga besar dunia
persilatan betul2 bukan nama kosong belaka"
Terdengar cu bin ciang melanjutkan kem bali kata2nya:
"Ketika permulaan kala kami melakukan pergerakan
tersebut, seringkali kami diejek dan diolok2 orang sebagai
tindakan seorang manusia bodob. tapi kami berempat sama
sekali tidak memikirkan persoaan itu didalam hati kecilnya,
kami tetap bertindak atas perbuatan kami sen diri dan tak
kami gubris ejekan maupun olokon orang. Sepuluh tahun
kemudian usaha kami ternyata berhasil orang persilatan
menyebut kami sebagai empat pujangga besar dunia
persilatan." "Cita2 kalian berempat yang begitu agung dan luhur
memang merupakan sifat dari seorang pujangga besar, usaha
kalian itu benar2 patut dipuji."
"Terima kasih atas pujian dari Siau Ling tay hiap!" kata Kho
su tong cepat. "Aku bukan sedang memuji, apa yang ku ucapkan timbul
dari dasar hati kecilku!"
Kho su tong menghela napas panjang.
"Setelah nama empat pujangga besar dunia persilatan
tersiar dalam dunia persilatan diam2 dalam hati kecil kami
merasa amat gembira. Kami mengira setelah lewat dua tiga
puluh tahun kemudian perebutan nama dan kedudukan dalam
dunia persilatan pasti akan makin tawar dan akhirnya sama
sekali lenyap, siapa tahu kenyataan membuktikan bahwa cita2


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami menemui kegagalan total kecuali mendapat penghargaan
sebagai empujangga besar dunia persilatan, usaha kami
semuanya sama sekali tidak membantu umat persilatan
apalagi mendatangkan manfaat bagi mereka, Pertumpahan
darah, perselisihan pabam, perebutan nama dan kedudukan
masih sering kali terjadi di-mana2."
"Sudah terlalu banyak peristiwa seram yang kami lihat,
sudah banyak berita mengerikan yarg kami dengar, banyak
persoalan membuat orang mau tak mau terpaksa harus turut
campur. Tapi berhubung kami telah bersumpah untuk tidak
mencampuri urusan orang lain, maka tak tega kami tinggalkan
sumpah tersebut ditengah jalan, agar tidak terlalu menyolok
dalam rencana kami dimasa mendatang, terpaksa kami harus
mencari suatu cara agar tindakan yang kami lakukan tidak
terlalu menyolok serta menyinggung perasaan hati orang lain"
Mendengar pembicaraan sampai disitu, dalam hati Siau
Ling segera berpikir : 'Rupanya mereka juga merupakan manusia2 yang berdarah
panas, aku masih menganggap mereka sebagai manusia tanpa
emosi yang sudah kering perasaan hatinya?"
Terdengar chin su teng melanjutkan kembali kata2nya :
"Tapi sejak kami semua mendapat penderitaan dan siksaan
dari shen bok hoag ketua perkumpulan pek hoa san cung,
kemudian membuktikan pula situasi dalam dunia persilatan
selama sepuluh tabun terakhir, dapat kami rasakan bahwa
harapan dan cita2 kami selama ini sama sekali tak ada
gunanya, pertumpahan darah dan perselisihan masih terus
berlangsung dalam dunia persilatan, bahkan kian lama kian
menghebat. Oleh karena itulah mau tak mau terpaksa kita
harus meninjau kembali kebijakan yang kami anut selama ini,
apakah mungkin keliru atau tidak"
"Bagaimanakah hasil dari pembahasan cianpwee berempat
selama ini. " aku boleh tahu?"
Cu ban ciang dari kota lok yang menghela napas panjang.
"Kami merasa sayang kalau harus tinggalkan jerih payah
kami selama puluhan tahun belakangan ini, tapi kamipun tak
dapat berdiam diri lebih jauh menghadapi pembantaian
manusia dan perebutan sewenang2 yang dilakukan sementara
manusia, shen bok hong memang kami akui sebagai seorang
jago persilatan yang lihay dalam ilmu silat maupun pikiran,
tapi sayang ia tak mau berbuat kebajikan. Kalau toh kami tak
dapat mempengaruhi pandangan orang persilatan dengan
cara halus apa boleh buat lagi" terpaksa kita harus tampil
kedepan dan menggunakan sisa tenaga yang kami miliki
selama ini untuk menegakkan keadilan dan kebenaran bagi
umat persilatan" Cu cun san segera bertepuk tangan memuji.
'Bagus.. . bagus sekali" seandainya sejak dua puluh tahun
berselang kalian berempat sudah mempunyai pandangan
seperti ini mungkin situasi dunia persilatan dewasa ini tidak
akan sekalut dan sekacau sekarang ini! tapi meskipun kita
berjuang dengan ngerahkan segenap kemampuan yang kami
miliki belum tentu sanggup menandingi kedahsyatan dari shen
hok bong " ujar chin su teng
Siau Ling tersenyum. ''Bagaimanapun juga kalian berempat sudah pasti
mengambil suatu kesepakatan bukan" aku ingin sekali
mengetahui keputcsan kalian itu apa aku boleh tahu ?""
Kho su tong yang selama ini berdiam diri segera menjawab:
"Jika kami sudah mengambil keputusan tak nanti akan kami
jelajahi seluruh penjuru dunia untuk menemukan diri Siau Ling
tayhiap" "sebenarnya soal apa sih sehingga cian pwee berempat
mencari2 aku orang she-siau?"" tanya Siau Ling keheranan.
"Kami ingin menanyakan dua macam masalah kepada diri
Siau Ling tayhiap." "Baik. katakanlah apa yang menjadi masalah bagi kalian
berempat?" selama aku orang she Siau Ling dapat menjawab
pasti akan kujawab dengan sejujurnya."
"Kami ingin tahu sebabnya Siau Ling tayhiap memusuhi
shen bok hong sehingga berulang kali terjadi bentrokan secara
kekerasan?"" "Pertanyaanmu itu kok-lucu amat?" sela Cu kun sio dengan
cepat. "Shen bok hong toh seorang bibit bencana bagi dunia
persilatan" ia seringkah melakukan kejahatan di-mana2
dengan tujuan hendak menguasai seluruh kolong langit Siau
Ling tayhiap ymg berjiwa mulia dan bijaksana tampilkan diri
untuk merentang segala kelaliman dan kejahatan yang
dilakukan oleh shen bok hong, yang satu lurus dan yang lain
sesat bukankah soal ini sudah terlihat amat jelas."
"Tentang soal ini kami sudah tahu, tapi bagi seseorang
yang berakal tajam seringkali tidak membiarkan orang lain
mengetahui maksud serta tujuannya sebelum mencapai pada
akhirnya. Selama kami berbicara dengan Siau Ling tayhiap aku
harap cu heng jangan ikut nimbrung"
Perlahan2 Siau Ling alihkan sorot matanya menyapu
sekejap kearah empat pujangga besar dunia persilatan
kemudaan katanya "Ketika untuk pertama kalinya aku terjun kedalam dunia
penilaian aku pernah terjerumus kedalam perkampungan pek
hoa san cung berkat penilaian dan pandangan yang tinggi dari
shen bok ho akhirnya aku ditawari untuk menduduki jabatan
sebagai cung cu" Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan "andaikata aku
orang she Siau Ling masih tetap bercokol dalam
perkampungan pek hoa san cung paling sedikit aku bisa
mempertahankan kedudukanku sebagai cungcu, tapi akhirnya
aku telah meninggalkan perkampungan pek hoa san cung
bahkan putus hubungan bok hong. Selama berkelana
persilatan seringkali aku harus menjumpai marabahaya dan
berbagai ancaman jiwa, bila engkau bertanya apa sebabnya
maka aku hanya bisa menjawab bahwa aku tak tahan
menyaksikan kekejaman dan kelaliman tingkah laku shen bok
hong." "Persoalan pertama telah kami ketahui sekarang masih ada
satu masalah lagi yang ingin kami tanyakan keparda kepada
Siau Ling tayhiap." "Persoalan apa lagi yang hendak cianpwee berempat
tanyakan?" " tanya Siau Ling dengan alis berkenyit
"apabila shen bok hong berhasil membinasakan Siau Ling
taybiup maka kejadian ini akan merupakan peristiwa yang
belum pernah dijumpai sebelumnya dalam dunia persilatan,
seluruh kolong langit akan berubah jadi gelap ketegangan dan
keseraman akan menyelimuti dimana2. Bolehkah kami tahu
apa rencana Siau Ling tayhiap apabila engkau berhasil
menangkan shen bok hong"'"
Siau Ling tertawa ewa. "Andaikata aku benar2 menjumpai hari bahagia seperti itu,
maka itu berarti sudah tiba saatnya bagi dunia persilatan
untuk tidak membutuhkan bantuan dan aku orang she Siau
Ling lagi. Pada saat itu aku akan mengundurkan diri dan
mengasingkan diri ditempat yang terpencil."
"Aaaai ..! sebenarnya saja perjalanan yang yang telah aku
lakukan selama ini sudah cukup membuat aku orang she-Siau
Ling jadi jemu dan muak menyaksikan kelicikan dan
kebengisan orang persilatan"
Cu bun ciang tidak banyak bertanya lagi, ia ulapkan
tangannya dan Chin su eng, Yu cu cing serta Kho su tong
bersama mengerumun kedepan.
Empat orang itu ber-bisik2 merundingkan persoalan itu,
beberapa waktu kemudian mereka menghampiri Siau Ling dan
memberi hormat dalam2. "Cianpwee berempat, ada urusan apa" harap katakan saja
secara terus terang " seru Siau Ling dengan gelisah.
"Mulai detik ini kami berempat siap menunggu perintah dari
Siau Ling tayhiap!" ujar Cu ciang.
Sebelum Siau Ling sempat menjawab Chia su teng telah
menyambung lebih jauh "Sekalipun harus terjun kelautan api kami tak akan
menolak!" "Apa bila ada perintah kami akan melaksanakan dengan
segenap kekuatan yang dimiliki" sambung Yu cu cing.
Dan terakhir Kho su tong yang berkata
"Setiap patah kata yang kami ucapkan merupakan kata2
yang sejujurnya semoga Siau Ling tayhiap jangan menolak
tapi menyetujuinya keputusan yang telah kami ambil ini,
andaikata Siau Ling tayhiap menolak itu berarti engkau tak
sudi mempercayai diriku karena nya kami akan bunuh diri
dihadapanmu sebagai pernyataan bahwa keputusan kami ini
diambil yang sejujur2nya"
"Kalau kalian suruh aku main perintah, main kuasa lebih
baik aku orang she Siau Ling tolak keputusan kalian itu, tapi
kalau kita bekerja sama untuk masalah dunia persilatan maka
dengan segala senang hati akan kusambut tawaran itu"
"Setiap perkataan yang telah kami ucapkan harus
dilaksanakan tanpa bantahan, jikalau Siau Ling tayhiap tidak
bersedia menerima tawaran kami ini, aku orang she Kho
akan membelah dada sendiri untuk memperlihatkan bahwa
hatiku berwarna merah!"
Tangan kanannya berkelebat dan tahu2 ia sudah cabut
keluar sebilah pisau tajam, yang mana langsung ditusukan
kearah dada sendiri. Siau Ling jadi amat terperanjat menyaksii kan kejadian itu,
segera teriaknya : "Eeei... tunggu sebentar, tunggu sebentar, Baiklah! Aku
orang she-Siau Ling menerima tawaran dari kalian itu"
Kho su tong tarik kembali pisau belatinya.
Kemudian berkata : "Mulai detik ini kami akan menjalankan semua perintah dari
siu tayhiap. Satu hari shen bok hong belum mati, maka kami
satu hari pula mengikuti Siau Ling tayhiap hingga akhirnya
pihak perkumpulan pek-hoa san cung mengalami kehancuran
total" "Selama beberapa bulan belakangan ini persoalan yang
paling menyusahkan hati kami adalah dikuatirkan lenyapnya
seseorang shen bok hong akan muncul Shen bok hong lagi,"
kata cu bun ciang, Sebab daya tarik suatu kekuatan jauh
melebihi daya tarik seorang gadis cantik, setelah ini hari
engkau utarakan perasaan hati yang jujur, maka kamipun tak
usah merasa sangsi atau ragu lagi"
Siau Ling tersenyum. "Kecurigaan dan kesangsian kalian berempat memang tak
dapat disalahkan, dalam kenyataan memang terlalu banyak
manusia yang lebih mengutamakan nama serta kedudukan
daripada kebajikan."
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan,
"Sebelum kalian berempat terseret dalam kancah massal
dunia persilatan yang serba rumit, terlebih dahulu aku
hendak mengucapkan sepatah dua patah kata lebih dahulu."
"Apa yang hendak kau katakan?"'*
"Shen bok hong adalah seorang pemimpin persilatan yang
lihay baik didalam ilmu silat maupun dalam kecerdikan, dalam
menghadapi setiap musuhnya seringkali akal muslihat dan tipu
licik yang digunakan, Cianpwee berempat sudah terbiasa
dengan kehidupan seorang manusia bijaksana, aku rasa bila
ditandingkan maka kalian masih ketinggalan jauh sekali"
"Tentang persoalan itu sudah lama kami pikirkan,
menggunakan tentara memang harus mengutamakan siasat,
makin lihay siasatnya semakin besar hasilnya"
"Akupun mengerti bahwa kecerdasan maupun ilmu silat
yang kalian betempat miliki merupakan kelas wahid dalam
dunia persilatan. Tapi karena budi pekerti yang baik serta hati
yang mulia membuat kalian tak tega untuk membunuh orang,
kebiasaan tersebut harus diubah, apalagi menghadapi
manusia licik seperti shen bok hong. asal kalian bisa
menyesuaikan diri dengan keadaan dalam perjuangan ini, aku
percaya shen bok hong telah menjumpai empat musuh
tangguh lagi" Tiba2 Cu kun san tertawa ter bahak2.
"haahh. ,haahb i.haahh... empat pujangga besar bersedia
meninggalkan pengasingan diri untuk mencampuri urusan
dunia persilattan, kejadian ini benar2 merupakan suatu
keuntungan bagi umat persilatan dikolong langit, aku akan
gunakan air teh menggantikan arak untuk menghormati kalian
berempat dengan tiga cawan teh"
Habis berkata ia benar2 meneguk tiga cawan air teh.
Tiba2 Suma Kan berbisik dengan suara lirih :
"Siau Ling tayhiap, waktu sudah tidak pagi, engkau harus
mulai memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi
musuh yang bakal datang!"
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah enam
ekor kuda yang ditambat dekat kedai, kemudian katanya .
"Kalian harus singkirkan dahulu kuda2 tersebut dari tempat
ini...!'' "Bagaimana kalau kita tambat dalam hutan belantara dekat
rumah gubuk itu?" Siau Ling mengangguk, "Harap Suma heng suka
mengerjakannya!" Tanpa banyak bicara lagi Suma kan segera menuntun
keenam ekor kuda itu dan diajak masuk kedalam hutan.
Sepeninggal peramal sakti dari laut tang hay tiba2 cu ciang
bertanya "Siau Ling tayhiap, dari persiapan2 yang sedang kau
lakukan disekitar tempat ini rupanya ada seorang yang kau
nantikan kedatanganya?""
"Shen bok hong telah menculik sahabatku, dia menyandera
temanku itu dan mengguna keselamatan jiwanya mendesak
aku untuk mengadakan pertemuan pribadi dengan dia."
"Bila Siau Ling tayhiap hendak memerintahkan sesuatu
kami semua bersedia untuk melaksanakannya,"
Sementara pembicaraan masih berlangsung suma kan telah
muncul kembali disana. Cu kun san segera berkata...
'Untuk menghadapi shen bok hong kita musti mengadakan
persiiapan yang masak dan cermat, aku rasa baiklah kita
rundingkan suatu cara yang baik."
"Per-tama2 yang harus kita perhatikan adalah
menyembunyikan jejak kita semua karena jumlah kita pada
saat ini terlalu banyak."


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku sih mempunyai satu akal cuma tak tahu apakah siasat
ini dapat dilaksanakan atau tidak" kata suma kan.
"Coba utarakan rencanamu itu!"
Perlahan! suma kan membeberkan rencananya yang ia
susun barusan... Selesai mendengar rencana tersebut. Cu kun san segera
berteriak. "Bagus! siasat ini bagus sekali! ayoh kita kerjakan sekarang
juga." Beberapa saat kemudian, suasana dalam rumah makan itu
telah mengalami perubahan besar.
Cu bun ciang menyaru sebagai pemilik kedai, Siau Ling , cu
kun san menyaru sebagai pedagang yang sedang mampir
dikedai itu, mereka berdua masing2 mengambil tempat duduk
yang berbeda Chin su teng dan suma kan masing2 bersembunyi diatas
sebuah pohon besar kurang lebih dua puluh tombak dari
rumah penginapan itu untuk mengawasi gerak gerik dalam
kedai makan, karena pohon2 disana tinggal lebat dan rimbun
daunnya maka pemandangan disekitar beberapa li disekeliling
kedai berada dalam pengawasan mereka semua.
Yu cu cing dan Kho su tong menyembunyikan diri dalam
ruang kedai sambil menjaga pria kekar yang ditotok jalan
darahnya itu. Waktu berlalu dengan cepatnya, beberapa waktu kemudian
sang surya telah condong kelangit sebelah barat, sen ja pun
menjelang tiba. Dengan penuh kegelisahan dan hati tak tenang Siau Ling
meneguk secawan air teh, pikirnya dalam hati.
"Shen bok hong sangat licik dan banyak akalnya, mungkin
siasat setan ini memang sengaja diatur olehnya untuk
menjebak orang?""
Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat dalam
benaknya, tiba2 dari arah timur muncul debu yang
beterbangan di angkasa, pemandangan semacam itu dengan
cepat membangkitkan kembali semangatnya, ia memenuhi
kembali cawannya dengan air teh.
Ketika sorot matanya dialihkan kearah mana berasalnya
debu itu, tampaklah sebuah kereta kuda sedang dilarikan
mendekat dengan kecepatan penuh.
Seketika kereta kuda itu ditutup dengan kain hitam, ditinjau
dari keadaan tersebut jelas menunjukkan bahwa sang pemilik
kereta itu tidak ingin orang lain mengetahui isi dalam kereta
tersebut. Beberapa saat kemudian, kereta kuda itu sudah makin
mendekat kedai makan itu.
Dengan gerakan se-akan2 tidak sengaja, Siau Ling melirik
sekejap kearah mana berasalnya kereta kuda itu munculkan
diri. Ia lihat empat orang pria kekar bersenjata lengkap.
Dibelakang kedelapan orang pria bersenjata lengkap itu
masih mengikuti pula dua buah kereta kuda, Cuma dua buah
kereta kuda yarg berjalan paling belakang itu mempunyai
bentuk yang jauh lebih kecil daripada kereta pertama, kereta2
itu hanya dihela oleh dua ekor kuda sedang kereta pertama di
hela empat ekor kuda jempolan.
Cu kun ssn melirik sekejap pula kearah kereta kuda itu, lalu
berpikir dalam hati kecilnya.
"Andaikata kereta kuda ini tidak mau berhenti, maka segala
persiapan yang telah kami atur selama ini akan menemui
kegagalan total." Sementara ingatan tersebut masih berputar dalam
benaknya tiba2 kereta kuda itu berhenti.
Hordeng nampak tersingkap kesamping, seorang kakek tua
berbaju serba hitam meloncat keluar dari dalam kereta.
Siau Ling segera menyapu sekejap paras muka kakek tua
baju hitam itu. ia lihat sepasang matanya memancarkan sorot
cahaya yang sangat tajam, kedua telah pelipisnya menonjol
sangat tinggi sekali, Sekilas memandang dapat diketahui
bahwa orang itu adalah seorang jago lihay yang sempurna
dalam hal tenaga dalam, cuma saja pemuda itu tak pernah
menjumpai jago tua ini sebelum nya.
Setelah loncat turun dari kereta kuda tersebut, kakek tua
baju hitam itu mengamati sekejap wajah Cu kun san serta
Siau Ling , kemudian serunya dengan suara lantang.
"Hey pemilik kedai! dimana kau?""
Cu bun ciang yang menyaru sebagai pemilik kedai segera
mengiakan dan menjawab dari tempat kejauhan.
"Kek koan, ada perasaan apa?"
Sambil menjawab! ia berlarian menghampiri tamunya.
"Berhenti"!" mendadak kakek tua baju hitam itu
membentak dengan suara dingin.
Cu bun ciang menuruti perkataannya dan segera
menghentikan langkah kakinya.
"Ada sesuatu yang tidak beres?" tegurnya
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran petir
kakek tua baju hitam itu menatap wajah Cu ciang. Beberapa
saat lamanya, kemudian ia berseru:
"Hey pemilik kedai usiamu benar2 panjang sekali!!"
"Kesehatan badan loo han memang masih terhitung segar
bugar dan sehat wal'afiat."
Kakek tua baju hitam itu mengerutkan dahinya rapat2 ,
sesaat kemudian kembali dia berseru:
"Fajar tadi aku telah mengirim orang datang kemari,
apakah sayur dan arak yang ku pesan telah disiapkan
semua?"" "Sudah kusiapkan semua silahkan duduk !! silahkan
duduk!!" "Dimanakah ketiga orang utusan yang kukirim datang
kemari fajar tadi ...?" suruh dia keluar untuk berjumpa dengan
aku!" "Kek koan maksudkan toa-ya yang memakai pakaian
rombeng dan dekil itu?""
"Benar, sekarang ia berada dimana"
"Sudah pergi" "Pergi" aku toh memerintahkan padanya untuk menunggu
disini kenapa ia sudah pergi dari sini"
Cu bun ciang menunjukan apa boleh buat ia
menggelengkan kepalanya berulang kali'
"Yaa tabiat toa ya itu terlalu busuk dan jelek, sedikit2 maki
orang habis2an lohan tak berari banyak bertanya atas segala
tindak tanduknya" "Ia pergi seorang diri?"
Kembali cu bun ciang menggelengkan kepalanya.
"Tidak ia pergi berduaan?"
"Macam apakah orang yang melakukan perjalanan ber
sama2 dirinya itu?" "'Loo Han tak kenal siapakah orang itu tapi yang jelas dia
adalah seorang pemuda yang baru berusia tujuh delapan
tahunan." Sesudah berhenti sebentar sambungnya lagi
"Pada waktu itu looban sedang berada didapur, aku
sendiripun tak tahu sejak kapan orang muda itu tiba disini,
sewaktu aku keluar dari dapur toa-ya itu sudah berangkat
bersama orang muda tersebut, waktu itu loohan hanya
sempat melihat bayangan punggung mereka berdua saja."
Kakek tua baju hitam itu tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeh heeehh heeehh bagus bagusl sekarang cepatlah
siapkan sayur dan arak buat kita"
Meskipun dalam kedai itu sudah siap banyak sekali sayur
dan arak, tapi berhubung bini pemilik kedai telah lenyap tak
berbekas semua makanan maupun sayuran belum disiapkan
sama sekali, dan sekarang kakek tua baju hitam itu
memerintahkan cu bun ciang untuk menghidangkan sayur
serta arak sudah tentu jago dari empat pujangga besar ini tak
mungkin bisa memenuhi permintaan nya itu.
Tapi sebelum kejadian, beberapa orang itu sudah
merundingkan masalah ini secermat cermatnya, dengan
adanya persiapan didalam hati Cu ciang tidak dibikin bingung
atau gugup oleh permintaan . Ia segera tersenyum.
Sebelum toaya itu pergi ia sama sekali tak meninggalkan
pesan apa" Loo ban tak berani turun tangan untuk
menyiapkan sayur. "Sekarang engkau toh bisa segera turun tangan untuk
mengerjakan?"' tukas kakek tua baju hitam itu dengan cepat.
"Sekalipun segera dikerjakan, paling sedikit harus
menunggu beberapa waktu lamanya sebelum bisa
dihidangkan." 'Kurang lebih engkan butuhkan waktu berapa lama?" tanya
kakek tua baju hitam itu kemudian.
"Paling sedikit satu jam lamanya.!
"Baik !" seru kakek tua baju hitam itu dengan suara dingin,
"kami akan menunggu satu jam lamanya disini!!
Jawaban ini bukan saja sama sekali diluar dugaan Cu bun
ciang. Bahkan Siau Ling yang menyaru sebagai tamupun
merasakan hatinya amat terperanjat, pikirnya:
"Andaikata orang yang duduk dalam kereta kuda itu adalah
peng-ji, tidak mungkin mereka berhenti begitu lama ditempai
ini." "Jangan2 persiapan kereta kuda ini termasuk salah satu
siasat setan yang disiapkan shen bok hong untuk mengibuli
aku.," Sementara itu cu bun cing telah mendehem ringan sambil
bertanya. "tolong tanya berapa orang rombongan kek koan ini?""
"heeeh-heehh heehh..! apa sangkut pautnya urusan ini
dengan engkau?"" tegur kakek baju hitam itu sambil tertawa
dingin tiada hentinya. "Setelah mengetahui jumlah rombongan kek koan, akupun
bisa mengira-ngira berapa banyak sayur dan nasi yang harus
dipersiapkan." Kakek tua baju hitam itu segera menengadah dan tertawa
ter bahak2. "haahh haahh baahh. ! didalam kereta kuda itu terdapat
beberapa orang gadis..."
Mendadak tangan kanannya menyambar kedepan dan
secepat kila dia cengkeram pergelangan kanan Cu ciang.
Empat pujanggu besar dunia persilatan adalah masing
masing jujur yang sama sekali tak mempunyai pandangan
jelek terhadap pihak lawan, apalagi menghadapi sergapan
yang dilakukan secara tiba2, tentu saja ia sama sekali tak
mengadakan persiapan apa2.
Serangan yang dilancarkan deogan kecepatan luar biasa
sertia sama sesali tak terduga itu sulit untuk dihindari lagi. Cu
bun ciang ingin berkelit kesamping tapi terlambat, tak bisa
dihindari lagi pergelangan kanannya kena dicengkeram
dengan telak. Siau Ling yang dapat mengikuti serangan cepat kakek tua
baju hitam itu diam2 merasa terperanjat juga. pikirnya :
"Ilmu silat yang dimiliki orang ini betul2 lihay dan tak boleh
dipandang enteng. Aku tak boleh bersikap terlalu gegabah
dalam menghadapi manuusia semacam ini."
Berpikir sampai disitu diam2 ia segera menghimpun
segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap siaga
melancarkan serangan guna selamatkan Cu bun Ciang dari
ancaman mara bahaya. Sementara itu cu bun ciang dari kota lok yang telah
menegur dengan nada datar :
"Apa maksud anda berbuat begini?"' kakek tua baju hitam
tertawa ter-bahak2 "haahh...Haah.laahh dalam mataku masih belum
kemasukan pasir, permainansiasat yang begitu rendah
mutunya masih belum cakup tangguh untuk membohongi
aku..." Setelah berhenti sebentar, lanjutnya lebih jauh :
"Siapakah engkau yang sebenarnya" ayoh cepat sebutkan
namamu, kalau engkau coba2 untuk mengulur waktu lagi,
jangan salahkan kalau sekali gaplok kuhajar engkau sampai
mampus" Cu ban ciang merasakan jari2 tangan lawan yang
mencengkeram pergelangan tangan kanannya kian lama kian
mengencang, se-akan2 jepitan sebuah penjapit baja. Untuk
menyalurkan tenaga pun sama sekali tak mampu lagi.
Dengan terjadinya peristiwa ini berarti pula jejak
penyaruanya sudah ketahuan lawan, diapun tidak ber-pura2
lebih jauh. Dengan suara dingin sahutnya :
"Aku adalah cu bun ciang dari kota lok yang!'
Kakek tua baju hitam itu terperangah. "empat pujangga
besar dunia persilatan?"
"tepat sekali ucapanmu itu. Kami empat bersaudara hadir
semua ditempai ini!! Kakek tua baju hitam itu tertawa sinis. 'Hmm! bagus.,
bagus sekali. Nama besar empat punjangga besar dunia
persilatan amat tersohor dikolong langit, entah bagaimanakah
dengan ilmu silat yang kalian miliki" Aku akan binasakan
engkau lebih dahulu. Kemudian baru akan kujajal Ilmu silat
dari beberapa orang saudaramu yang lain'.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, kelima jari
tangannya yang mencengkeram pergelangan kanan Cu ciang
kian lama kian bertambah kencang.
Dengan cepat Cu bun ciang merasakan separuh badannya
jadi kaku dan linu, tenaga untuk melancarkan serangan
balasan seketika punah sama sekali.
Kakek tua baju hitam itu angkat tangan kanannya ketengah
udara, dibawah sorot cahaya sang surya dikala senja
tampaklah telapak tangan orang itu dilapisi oleh cahaya hitam
yang amat menyolok pandangan mata.
Meskipun Cu bun ciang tak pernah bertempur melawan
orang2 persilatan, akan tetapi perjalanannya selama puluhan
tahun dalam bu lim membuat jago tua ini berpengetahuan
amat luas. Terutama sekali terhadap manusia2 yang seringkali
berkelana di dunia, karenanya begitu menjumpai telapak nya
yang berwarna hitam pekat dia segera berseru keras:
"Oooh! Rupanya engkau adalah Hek sat jiu malaikat telapak
hitam siang peng" "Benar, akulah orangnya..!" sahut kakek tua baju hitam ttu
dengan suara ketus. Tiba2 ia mendengus berat, celah pada pergelangan kanan
Cu bun ciang tiba2 mengendor dan kemudian sama sekali
terlepas. Kiranya Siau Ling telah melancarkan sebuah sentilan maut


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan ilmu sakti Sian ci sinkang nya ketika ia lihat keadaan
Cu ciang kian lama semakin terancam bahaya maut.
Segulung angin desiran tajam dengan cepat menembusi
udara dan langsung menghantam jalan darah 'gwaa-hiat' pada
pergelangan kanan malaikat tangan hitam Siang Peng.
Agar supaya serangan yang dilancarkan itu mengena pada
sasarannya dengan tepat, Siau Ling tak berani mengerahkan
segenap kekuatan yang dimilikinya, ia kuatir serangan yang
dilancarkan terlalu kuat akan menimbulkan kewaspadaan
dalam hati malaikat telapak hitam siang !
Setelah urat nadinya yang dicekal musuh terlepas, dengan
cekatan Cu bun ciang mengundurkan diri sejauh tiga langkah
kebela-kang. Sorot matanya mengawasi wajah siang tajam2.
Sambil ber-jaga2 atas sergapan berikutnya, dia salurkan hawa
murninya untuk memperlancar peredaran darah pada
pergelangan kanannya, Mula pertama siang peng mengira jalan darah gwaa hiat
nya kena dilukai oleh sebangsa senjata rahasia, ia segera
memeriksa jalan darah yang terluka itu.
Ternyata disekitar pergelangan kanannya sama sekali tak
nampak mulut luka ataupun noda darah, sebaliknya
membengkak besar dan berwarna merah, kejadian ini sangat
mengagetkan hatinya. "Ilmu silat apakah yang telah melukai diriku ini?" pikirnya
dalam hati. Sambil menyalurkan hawa murni untuk memperlancar
peredaran darah, sorot matanya segera berputaran
mengawasi daerah disekeliling tempat itu.
Dengan pengalamannya yang amat luas serta
pengetahuannya yang banyak, jago tua ini tahu bahwa
serangan dahsyat tersebut berasal dari tempat duduk yang
ditempat Siau Ling, dalam hati kecilnya segera timbul ke
waspada, namun perasaan tersebut tidak segera diutarakan
keluar sebaliknya dia malah mundur empat langkah
kebelakang. Dari keadaan tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
luka yang dideritanya pada jalan darah gwaa bun hiat diatas
pergelangan itu cukup parah, sebelum peredaran darahnya
pulih kembali seperii sedia kala, ia tak berani mengambil
tindakan apapun. Dalam pada itu para pria kekar yang ber jaga2 disekitar
kereta kuda nampaknya sudah merasakan pula gelagat yang
makin menegang. Empat pria kekar bersenjata lengkap yang
berada didepan kereta segera loncat turun dan kudanya dan
memburu kebelakang kakek tua itu.
Tenaga dalam yang dimiliki siang peng cukup tangguh
sembari menyalurkan hawa murninya perlahan2 ia menguruti
jalan darah gwaa hiatnya yang terluka itu.
Ilmu sentilan sian ci sinkang yang dipelajari Siau Ling
masih belum mencapai puncak kesempurnaan Ditambah pula
serangan tersebut tidak dilancarkan dengan sepenuh tenaga
hal itu membuat luka yang diderita siang peng tidak seberapa
parah. Setelah dituruti beberapa waktu lamanya peredaran
darahpun dapat berjalan kembali dengan lancar.
Sementara itu empat orang pria kekar bersenjata lengkap
tadi telah menyebarkan diri dan berdiri sejajar dibelakang
siang peng Semua jago yang hadir dalam kedai makan dewasa ini
rupanya merupakan jago2 pilihan yang sudah banyak
pengalaman dalam menghadapi serangan musuh tangguh,
setelah terjun kedalam gelanggang mereka sama sekali tidak
membentak ataupun melancarkan serangan secara gegabah.
Orang orang itu cuma berdiri dengan tenang dibelakang
kakek tua baju hitam siang itu.
Siau Ling sendiri sebelum yakin kalau pek li betul2 berada
diialam kereta kuda itu, diapun tak ingin turun tangan secara
gegabah, karena itulah untuk sementara waktu suasana masih
tetap tenang meskipun ketegangan mulai menyelimuti paras
muka setiap orang. Kesempatan bagus semacam ini merupakan suatu
kesempatan yang sangat menguntungkan bagi Siang Peng
untuk menyembuhkan luka yang dideritanya pada jalan darah
gwaa- hiat. Kurang lebih seperminum teh kemudian, siang peng
merasakan luka yang dideritanya sudah sembuh sama sekali,
ketika itulah keberaniannya muncul kembali, dengan suara
lirih perintahnya kepada dua orang pria kekar yang berdiri
dibelakang tubuhnya : "Bekuk orang itu!*' sambil berkata ia menuding kearah Siau Ling .
Cahaya tajam berkilauan, dua orang pria kekar yang
berdiri diujung timur segera meloloskan senjata golok mereka,
satu dari kiri yang lain dari kanan mereka ber-sama2
mendekati diri Siau Ling .
Rupanya hingga detik itu siang peng masih belum habis
mengerti dengan ilmu silat apakah pergelangan kirinya dapat
terlukai dalam hati kecilnya timbul rasa jeri dan segan untuk
menghadapi Siau Ling , karena ke-ragu2annya itulah maka dia
perintahkan dua orang anak buabnya untuk mencoba sampai
dimanakah taraf kepandaian yang dimiliki sianak muda itu.
Sementara itu senja sudah semakin kelam namun dengan
ketajaman mata dari Siau Ling ia dapat mengawasi wajah dua
orang lawannya dengan seksama, meskipun hawa muminya
diam2 dipersiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan, namun tubuhnya masih tetap duduk di
tempat semula tanpa bergerak barang sedikit pun jua.
Setelah mendekati lawannya, dua orang pria kekar itu
ayunkan goloknya keudara dan menegur dengan suara dingin
'Engkau hendak menyerah dangan begitu saja, ataukah
memaksa kami berdua harus turun tangan sendiri?"
"Oooh kalian berdua adalah opas pengadilan?""
Pria kekar bersenjata golok yang berada disebelah kiri
segera menjawab dengan ketus:
"Kalau opas pengadilan yang menangkap engkau, paling2
kamu hanya diganjar empat puluh kali pukulan."
"Waah! kalau begitu kalian berdua tentunya lebih galak dari
opas pengadilan, Benar, kalau opas pengadilan cuma memukul orang maka
kami berdua inginkan jiwa mu!"
Hawa amarah segera berkobar dalam benak Siau Ling ,
tiba2 ia ayunkan sepasang telapaknya dengan sepuluh jari
tangannya yang amat ampuh serentak mencengkeram golok
baja ditangan kedua orang itu.
Sekarang, dua orang pria kekar itu baru sadar bahwa
mereka telah bertemu dengan musuh tanggub. Buru2 mereka
salurkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk cabut
kembali goloknya. Sekalipun kedua orang itu telah mencoba dengan cara
apapun. semua usahanya tetap mengalami kegagalan, dua
bilah golok mereka bagaikan terjepit oleh sebuah jepitan
baja yang amat besar, ternyata sama sekali tak dapat
digerakan barang sedikitpun juga.
Diam2 Siau Ling salurkan hawa murninya kedalam golok
baja itu. Dua orang pria kekar tersebut kontan rasakan pergelangan
tangan mereka bergetar keras, tanpa disadari cekalan mereka
menjadi kendor dan golok2 merekapun jadi lepas dari cekalan.
Menggunakan kesempatan itu, Siau Ling membetot
tangannya kebelakang, dengan satu sentakan dua bilah
senjata musuh telah berpindah tangan.
Dalam pada itu cu ban ciang yang melihat Siau Ling telah
turun tangan, dia sendiripun tak membuang banyak waktu
lagi. Sesudah siapkan tenaga tubuhnya langsung menerjang
kearah malaikat telapak hitam siang peng,
Sudah lama kau dengat orang berkata bahwa telapak hitam
anda mampu menghancurkan batu nisan, Sekarang ingin
buktikan apakah berita yang tersiar dalam dunia persilatan
benar2 demikian ataukah cuma isapan jempol belaka,
serunya. Telapak kanan bergerak kedepan dan langsung menghajar
dada lawan. Siang peng putar tangan kanannya menyambut datangnya
serangan cu ciang dengan keras, ia menyahut.
" Kalau engkau tidak percaya, tak ada halangannya bagimu
untuk mencoba kehebatanku ini."
Sementara pembicaraan masih berlangsung. blaam!
bentrokan nyaring yang memekikkan telinga telah
menggeletar diangkasa, kedua belah pihak saling beradu
tenaga satu kali. Siang peng amat yakin dengan kemauan ilmu pukulan san
ciang nya, ditambah pula dengan tenaga dalam yang begitu
sempurna, kendatipun dalanm serangan tersebut tidak
berbasil melukai cu ciang, paling sedikit ia berhasil menghajar
tubuhnya sampai sakit dan linu.
Siapa tahu apa yang terjadi bentrokan sama sekait berada
diluar dugaan siang peng, setelah terjadi bentrokan tersebut
cu ciang segera menerjang kembali kedepan, telapak kirinya
diayun kemuka dan sebuah pukulan dahsyat kembali
dilepaskan. Siang peng jadi amat terperanjat menghadapi serangan
tersebut, serunya dengan suara dingin.
"Nama besar empat pujangga besar dunia persilatan
benar2 bukan nama kosong belaka" sepasang telapaknya
diayun kedepan untuk menyambut datangnya ancaman
tersebut dan suatu pertarungan serupun segera terjadi.
Malaikat telapak hitam siang peng merupakan seorang jago
kenamaan dari kalangan hitam kesempurnaan ilmu
pukulannya sudah tersohor di mana2 pertarungan yang
berlangsung antara kedua orang itu boleh dibilang paling
ramai dan serem. Dalam pada itu setelah Siau Ling berhasil merebut dua
bilah golok dari tangan dua orang pria tersebut Sepasang
goloknya segera dikibaskan kearah samping kiri maupun
kanan. Gerakan serangan ini dilancarkan dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat meskipun hanya merupakan suatu
jurus serangan yang amat biasa namun setelah digunakan
ternytia jauh berbeda dergan keadaan pada umumnya.
Setelah goloknya kena dirampas dua orang pria kekar itu
berdiri tanpa mengetahui apa yang musti dilakukan.
Pada saat itulah babatan golok dari Siau Ling te lah datang
dari samping kiri maupun kanan. Untuk menghindarkan diri
jelas tidak mungkin lagi, kedua orang itu terhajar telak oleh
babatan golok tadi. Walaupun Siau Ling telah membenci terhadap orang2 dari
perkampunga pek hoa san cun namun ia masih tetap tak tega
untuk melukai jiwa dua orang itu goloknya dibabat dengan
gerakan mendatar sehingga yang bersarang dibadan
musuhnya hanyalah badan golok itu.
Meskipun begitu karena Siau Ling menggunakan tenaga
yang sangat berat maka luka yang diderita dua orang itu tetap
parah sekali. Mereka telah kehilangan daya kemampuannya
untuk bertempur lebih jauh.
Tiba2 Siau Ling loncat kedepan dan langsung menerjang
kearah kereta kuda itu. dua orang pria kesar lainnya segera cabut goloknya dan
menyambut terjangan sianak muda itu, mereka bermaksud
menghajalan pergi Siau Ling , tapi gerakan tubuh pemuda itu
jauh lebih cepat dari dugaan mereka, dalam sekali kelebatan
saja tahu2 ia sudah mendekati kereta kuda itu.
Udara telah gelap, pandangan disekitar tempat itu mulai
remang2. Delapan orang pria bersenjata lengkap yang berada
dibelakang kereta segera loncat turun dari kuda mereka dan
menerjang kearah Siau Ling , tatkala mereka saksikan sesosok
bayangan manusia sedang menerjang kearah kereta kuda itu.
Siau Ling bergerak cekatan, ia enjotkan badan dan
langsung loncat naik keatas kereta kuda itu.
Dalam pada itu seorang pria kekar yang mempunyai
gerakan tubuh paling cepat telah tiba, goloknya langsung
diayun kedepan me lepaskan sebuah bacokan.
Dari tempat kejauhan Siau Ling melepaskan sebuah
pukulan keudara kosongi angin pukulan yang maha dahsyat
meluncur kedepan dan menggulung setiap benda yang berada
dihadapannya. Sebelum pria kekar itu sempat mendekati Siau Ling , angin
pukulan telah meluncur tiba, termakan oleh pukulan udara
kosong yang begitu berat dan dahsyat pria tadi mendengus
tertahan dan rontok kembali keatas tanah.
Blaaamm. ...!! Benturan nyaring bergema menuhi angkasa,
debu pasir beterbangan di mana2.
Sementara telapak kanannya melancarkan serangan. Siau
Ling menggerakan tangan kirinya untuk menyingkap horden
dan melongok kedalam kereta kuda itu.
Cahaya tajam yang berkilauan berkelebat lewat, serentetan
cahaya putih mendadak meluncur keluar dari dalam kereta itu.
Selisih jarak kedua belah pihak amat dekat sekali, apalagi
serangan tersebut dilancarkan dengan suatu gerakan yang tak
terduga, sebelum ingatan kedua sempat berkelebat dalam
benak Siau Ling tahu2 cahaya pedang itu sudah mengancam
tenggorokannya. Dalam keadaan ter-buru2 dan sama sekali tak menduga itu
tak mungkin bagi Siau Ling untuk melancarkan serangan
balasan terpaksa ia harus menyelamatkan diri lebih dulu, dari
ancaman marabahaya mulutnya dipentangkan dan secepat
kilat menggigit ujung pedang yang sedang meluncur datang
itu. Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu
sekejap mata, baru saja Siau Ling lolos dari ancaman bahaya
maut dua orang pria kekar yang sedang mengejar kedepan
telah sampai disitu. Siau Ling tak berani bertindak gegabah lagi, setelah
menggigit ujung pedang yang menyergap tubuhnya barusan
dengan cepat tangan kanannya bergerak kedepan
mencengkeram pedang mustika itu.
Tangannya terlindung oleh sarung tangan kulit ular naga
berusia ribuan tahun karena itu ia tak mempan menghadapi
segala bacokan selelah mencengkeram pedang tadi dengan
sekuat tenaga senjata tersebut dibetot keluar.
Pada saat yang bersamaan pula sepasang kakinya menjejak


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

permukaan kereta dan tubuhnya melayang keangkasa.
Tenaga dalam yang dimiliki sang penyer gap dalam kereta
ternyata amat sempurna, Siau Ling gagal untuk merebut
pedang tersebut dari cekalannya tapi karena pada saat itu dia
harus menghindarkan diri dari kerubutan para pria kekar
bersenjata golok maka diputuskan untuk menyingkirkan diri
lebih dahulu dari sana, Dalam keadaan begini sudah 'tentu tiada kesempatan lagi
baginya untuk merampas pedang orang itu.
Craat! craat dua bacokan polok bergema diangkasa dua
bilah senjata tahu2 membacok palangan kayu di sisi kereta.
Ternyata dua orang pria yang menyusul datang dari
belakang tadi sedang melancarkan bacokan kearah Siau Ling
dengan sepenuh tenaga karena sasarannya mendadak lenyap
dan bacokan itu tak dapat dikuasahi lagi maka serangan
tersebut bersarang dipalangan kayu kereta.
Dengan terjadinya pertarungan yang amat seru itu empat
ekor kuda jempolan yang menghela kereta itu jadi terkejut
tiba2 binatang itu meringkik keras dan kabur kedepan.
Lari kuda2 yang sedang kaget itu sungguh cepat sekali,
dalam sekejap mata kereta kuda itu sudah kabur sejauh
beberapa tombak dari tempat semula.
Meskipun Siau Ling sudah tahu kalau orang yang
melancarkan serangan pedang dan balik kereta itu bukan pekli
peng. tapi sebelum jelas keadaan dalam kereta itu ia masih
merasa tak lega hati. Tanpa memperdulikan para pria yang membacok dirinya
barusan, pemuda itu segera mengepos tenaga dan mengejar
kereta kuda tersebut. Dalam keadaan gelisah bercampur cemas si anak muda itu
segera mengerahkan ilmu meringankan tubuh "pat poh teng
gong" atau delapan langkah mendaki kelangit untuk mengejar
musuhnya, ibarat kuda semberani yang melayang diangkasa,
dalam dua tiga lompatan badannya sudah mencapai lima
enam tombak jauhnya dari tempat semula.
Beberapa orang pria yang mengejar Siau Ling dari
belakang, walaupun segera kegagalan tiga tombak jauhnya
dibelakang, namun jaraknya dengan kereta kuda itu masih
ada beberapa depa. Pada waktu itulah, mendadak berkelebat lewat dua sosok
bayangan manusia bagaikan burung elang yang sedang
menyambar mangsanya, dua sosok bayangan manusia itu
langsung menghadang jalan pergi kereta kuda itu.
Dua orang manusia tersebut bukan lain adalah suma kan
serta Ching su teng dari kota ki lam.
Kiranya dua orang itu bersembunyi diatas pohon yang
besar dan rimbun daunnya, karena udara sudah gelap maka
sulit bagi mereka untuk melibat pemandangan disekitar
tempat itu dengan jelas, secara lapat2 mereka hanya sempat
melihat kalau kedua belah pihak telah saling bergebrak,
dengan tergesa2 mereka segera memburu ketempat kejadian.
Suma kan langsung menghadang jalan pergi kereta kuda
itu, sambil membentak keras telapaknya langsung membabat
kedepan. "blaaamm..!" benturan keras terjadi diudara, seekor kuda
jempolan yang menghela kereta itu segera terbacok oleh
pukulan suma kan dan menggelepar diatas tanah tak bangun
kembali. Kuda yang menghela kereta itu semuanya berjumlah empat
ekor, dengan matinya seekor berarti masih ada tiga ekor
lainnya yang menerjang dengan kecepatan penuh, kendatipun
suma kan adalah seorang jago lihay yang sempurna dalam
tenaga dalam, ia tak berani menghalangi terjangan kereta itu
dengan kekerasan. Badannya segera berkelebat kesamping dan
menghindarkan diri dari terjangan kereta itu.
Chin su teng yang telah menyusul kesana segera
melancarkan sebuah pukulan pula ke arah lambung seekor
kuda yang lain sebelah ia merasa ragu2 sejenak.
Kuda itu meringkik panjang, kemudian roboh terkapar
diatas ranah. Setelah kehilangan dua ekor kuda penghelanya lari kereta
tersebut seketika jauh lebih lambat.
Bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya. Siau
Ling menyusul kedepan dan melancarkan sebuah pukulan
pula. "Duuk! ' kuda ketiga termakan pukulan berat itu dan roboh
binasa. Pada saat yang bersamaan pemuda itu menggerakkan
tangan kirinya menangkap roda kanan kereta itu. Dalam satu
sentakan keras lari kereta itu segera tertahan hingga tak bisa
bergerak lebih jauh. Ia segera alihkan sorot matanya keatas wajah Chin sa teng
serta suma kan. lalu katanya :
"Hadang para pengejar yang ada dibelakang. Jangan
Lepaskan dua buah kereta kuda yang lain. tempat ini serahkan
saja kepadaku. biar aku yang menghadapi seorang diri "
Suma kan rnengiakan. Ia segera loncat kedepan dan
menyambut kedatangan para pengejar yang sementara itu
sudah makin mendekat dengan tempat itu.
Chin su teng terperangah sebentar kemudian dengan cepat
menyusul dibelakang suma kan.
Dalam waktu singkat, beberapa orang pria kekar yang
mengejar jejak Siau Ling itu, sudah bentrok dengan suma
kan. Seorang pria kekar baju hitam yang berada dipaling depan,
langsung ayunkan goloknya melepaskan sebuah bacokan.
Suma kan menyingkir kesamping. tangan kanannya
bergerak menyambar pergelangan kanan pria itu, lima jarinya
menekan keras2 dan segera merampas golok ditangan nya.
Sementara telapak kiri segera melepas kan sebuah sodokan
keras kedepan yang mana dengan telak bersarang d atas dada
pria itu. Lelaki tersebut mendengus kesakitan, sesudah muntah
darah badannya segera roboh terjengkang keatas tanah.
Pada saat itulah seorang pria baju hitam yang lain telah
menyusul tiba. Goloknya berkelebat kedepan langsung
menusuk punggung peramal sakti dari laut tang- hay itu.
Kebetulan Chin su teng tiba ditempat kejadian, dia segera
membentak keras dan melancarkan sebuah bacokan
kedepan...Duuk! pukulan itu bersarang telak diatas lengan
kanan sang pria yang menggenggam senjata.
Lelaki baju bitam itu mendengus berat, golok baja dalam
genggamannya seketika terlepas dari cekalan dan rontok
keatas tanah. Chin suteng maju ke depan melepaskan satu tendangan
kilat.. Duuuk! lambung pria itu terhajar keras, ditengah jerit
perih yang mendirikan bulu roma, tubuhnya mencelat sejauh
tujuh delapan depa dari tempat semula.
Begitu pertarungan berlangsung dua orang itu secara
beruntun telah membinasakan musuh. Bukan saja gerakan
tubuhnya cepat bahkan serangannya tepat, kejadian ini
membuat pria2 yang menyusul dibelakang jadi terperangah
dan sama2 menghentikan langkah kaki mereka.
Buat Chin su teng dari kota ki lam. Walaupun ia berilmu
tinggi namun sebagian besar hidupnya belum pernah
bertempur melawan orang lain apalagi membunuh orang
sekarang setelah secara beruntun ia binasakan seorang
manusia dan seekor kuda, perasaan batinya jadi tak tenang
dan untuk beberapa saat lamanya ia berdiri termangu2.
Dalam pada itu suma kan telah memainkan golok hasil
rampasannya dengan sebat ia hajar kaum penjahat itn
habis2an. Ia mengetahui betapa keji dan telengasnya orang2
perkampungan pek hoa-san cung karena dari itu di dalam
serangan serangan yang dia lancarkan semuanya merupakan
jurus2 ampuh yang mematikan .
Ia sama sekali tidak menaruh belas kasihan pada lawannya,
cahaya golok berkilauan ke-sana kemari hingga memenuhi
seluruh kalangan. Setelah termangu2 sebentar, Chin su teng sadar kemtali
dari lamunannya, ia segera menerjang maju kedepan.
Sementara itu dipihak Siau Ling telah melancarkan sebuah
pukulan dansyat ke atas badan kereta kuda itu setelah ia
berha sil mengbentikan gerak lari kereta tersebut.
Kayu jati yang menyelubungi kereta itu tentu saja tak
mampu menahan hajaran tenaga murni dari Siau Ling ...
Kraaak !! sebuah lubang besar segeta muncul diatas badan
kereta itu. Cahaya berkilauan kembali berkelebat lewat dari balik
kereta, sebilah pedang mustika langsung menusuk kearah
badannya. Ketika Siau Ling berkelit kesamping, pedang itupun tiba2
ditarik kembali kedalam kereta.
Pada saat ini pengalaman maupun pengetahuan yang
dimiliki Siau Ling sudah luas sekali. Dari gerak tusukan yang
dilancarkan orang itu. ia mengetahui bahwa orang yang
bersembunyi didalam kereta itu merupakan seorang jago yang
memiliki ilmu silat amat tinggi, atau paling sedikit dalam ilmu
pedang ia memiliki kesempurnaan yang luar biasa.
Yang aneh. ternyata orang itu tak mau unjukkan diri,
sebaliknya hanya bersembunyi terus didalam kereta. Ia tak
tahu apa sebab nya orang itu berbuat demikian?"
Sementara otaknya berputar terus, diluaran ia segera
menegur: "Siapakah engkau?" apa salahnya kalau unjukkan diri dan
bertemu muka diluaran kereta?""
Pertanyaan itu diulangi sampai beberapa kali, akan tetapi
orang yang berada dalam kereta itu masih tetap
membungkam terus dalam seribu bahasa.
Lama kelamaan Siau Ling jadi mendongkol bercampur
gusar juga kendatipun rasa heran masih menyelimuti perasaan
hatinya, ia segera membentak keras:
Pedang Dan Kitab Suci 13 Dewi Ular 97 Ada Apa Dengan Setan Pendekar Lembah Naga 30
^