Bujukan Gambar Lukisan 19
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 19
mereka yang berisik. Rupanya mereka pergi kelain arah, guna mencari jalan
untuk turun kedalam jurang itu. Pouw Lim berjongkok, kedua
tangannya meraba raba kedepan-Ketika itu mata mereka tak
dapat melihat apa-apa. "Encie, tahukah kau kita berada di mana ini?" tanya ia
perlahan pada kakaknya. "Aku rasa iniiah jalanan buatan
manusia buat orang turun ke jurang dan naik dari jurang ini,
iantaran tertutup kabut, jalanan ini tak nampak. Mari kita
turun terus kebawah."
Pouw Lim tidak gusar pada kakaknya itu, meski muiamuianya
ia tahu, ia dibawa terjun karena kakak itu sudah jadi
nekad. ia tahu sang kakak berhati keras, kakak itu lebih suka
binasa daripada tertawan. Maka ia girang yang mereka jatuh
tetapi tidak mati atau terluka.
Pouw Keng meraba-raba, ia mendapat bukti dari perkataan
adiknya itu. ia pun berhati lega.
"Mari.." kata kakak ini.
Keduanya lantas bergerak perlahan, turun mengikuti
tangga batu. "Encie, tahan" mendadak berkata Pouw Lim. sesudah
mereka merayap turun sekian lama. ia merasa tangannya,
yang diulur ke-depan tak mengenai sesuatu.
"Ada apa. adik?" Pouw Keng tanya. Pouw Lim kaget dan
girang. "Rupanya sebuah gua" sahut sang adik, ia menarik
tangan kakaknya, terus ia bertindak maju, ia menaruh kaki
dengan perlahan- Setelah dua tindak. mereka sudah muiai
memasuki gua. Terowongan sempit, cuma satu orang dapat berjalan, dari
itu mereka jalan berbaris. Makin dalam, terowongan itu terasa
makin sempit, kira-kira dua puluh tombak. Pouw Lim berhenti.
Sekarang ia ingat pada api. maka ia menyalakannya.
Terowongan masih dalam, maka itu keduanya maju terus.
Sesudah jalan lagi enam tombak jauhnya, mendadak Pouw
Lim berseru sendirinya. Sekarang mereka berada dalam sebuah kamar batu yang
bercahaya terang. Disitu ada kursi dan meja lengkap. semua
terbuat dari batu hijau. Hawa didalam kamar ltupun hangat.
Anehnya tak ada orang disitu.
Adik itu mendorong kakaknya, ia mendapatkan sang kakak
berduka, sepasang alis nya seperti nempel satu dengan lain-
"Encie, kau kenapa ?" tanya adik ini, tak mengerti.
"Bukankah kiia sudah lolos dari tangan-tangan jahat.
Seharusnya kita bergirang."
"Kau bicara enak saja" kata kakak itu "Apakah kita mesti
berdiam terus didalam kamar ini " Sekarang kita lolos, tetapi
siapa berani jamin sebentar atau besok mereka tak datang
mencari kita " Laginya disini dimana kita bisa dapatkan barang
makanan ?" Tanpa merasa, nona Pouw berlinang air matanya.
Pouw Lim tahu baik keberanian kakak itu. ia mengerti,
sekarang kakak ini berduka karena dia memikirkan Tiong Hoa.
"Encie." kata ia, menghela napas. "Pasti Thian tidak bakal
menutup jalan kita. Tadi kita lolos dari bahaya, sekarang
belum tahu... Mustahil tak ada jalan keluar disini " Encie tentu
letih, baik encie beristirahat disini. sebentar kita menyelidiki
lebih jauh kamar ini"
Pouw Keng memang merasa letih sekali, maka ia
menghampirkan pembaringan di atas mana ia merebahkan
diri. ia pun menutup matanya.
Pouw Lim turut beristirahat. ia hanya duduk sambil
menyender ditembok. Setahu berapa lama ia berdiam saja, tiba-tiba Pouw Lim
terkejut. ia mendengar suara orang diluar kamar itu. ia lantas
memasang mata, ia mendengari terlebih jauh, hatinya
berdebaran- Pouw Keng dapat tidur, ia tak mendengar apa-apa.
Pouw Lim tak tega mengasi bangun kakak itu, ia berdiam
saja, ia hanya menghadang didepan si kakak. tombaknya siap
sedia. "Dua saudara Pouw itu tentu bersembunyi didalam gua ini"
terdengar suara satu orang. Sungguh diluar dugaan didalam
jurang dari gunung Hok Gu San ada ini gua rahasia. Sudah
sepuluh tahun boanpwee tinggal di-gunung ini, boanpwee
kenal baik keletakan gunung, tetapi gua ini baru sekarang
dapat ditemukan- Syukur barusan sang angin telah meniup
bersih kabut disini hingga jurang nampak segalanya " itulah
sebabnya kenapa gua ini dapat di ketemukan secara
kebetulan" Pouw Lim dapat dengar suara itu meski sebenarnya ia
terpisah dari mereka kira tiga puluh tombak lebih. Ia
mendengar suaranya orang muda. Kemudian ia mendengar
suara seorang tua. "Siau-sancoe mau tunggu apa lagi, lekas
menyerang dengan peluru kedalam gua itu Biarlah kedua
bocah itu mampus. setelah mana kita ambil kitab dari
tubuhnya Supaya kitab Thian Kong Pit Kip menjadi lengkap"
orang tua itu bicara nyaring dan sambil tertawa keras juga.
Bukan main panas hatinya Pouw Lim.
"Tua-bangka itu sangat kejam" pikirnya.
"Siapa itu siauw-sancoe, si tuan muda. Apakah dia anaknya
Seng coe Pek Wan Hang Soe Koen " Sama sekali belum
pernah aku mendengar soe Koen mempunyai anak"
Selagi berpikir begitu, puteranya Pouw Llok-it juga
memikirkan daya untuk-membebaskan diri dari asap peluru api
musuh itu. Terutama asap itu mesti dicegah dapat nelusup
masuk kedalam gua.. . Ketika itu Pouw- Keng telah disadarkan tertawanya si orang
tua. Dia lompat turun dari pembaringan, untuk berdiri disisi
adiknya. Sambil berbisik ia tanya kalau-kalau musuh sudah
mengetahui adanya gua mereka ini. Pouw Lim mengangguk...
"Tidak nanti mereka berani lancang masuk." kata ia.
"Mereka ditempat terang, kita sebaliknya ditempat gelap. Yang
sukar peluru apinya yang berasap jahat ini."
Pouw Keng berduka sekali hingga kembali ia mengerutkan
alis, ia menarik napas panjang.
Diluar itu terdengar pula suara orang bicara. tegas
terdengar nya: "Aku tidak takut loocianpwee menertawakan
Aku telah mendengar Pouw Liok It mempunyai seorang anakdara
yang cantik manis. dan juga liehay ilmu siiatnya, maka
itu ingin aku mendapatkan dia. Tadi telah aku meminta
perkenan dari ayahku untuk dapat menangkap hidup nona itu,
dari itu tidak dapat sembarang menggunai Ngo Tok Tan yang
amat jahat. Sekarang ini kita sabar dulu. aku masih belum
dapat jalan sama tengah."
Panas Pouw Keng mendengar perkataan ini, sendirinya
mukanya menjadi merah. ia-sampai membanting kaki karena mesti menahan
gusarnya. Matanya bersinar bengis sekali.
Dari luar terdengar lagi suara nyaring si orang tua: "Kiranya
siauw san-coe memikirkan si manis. Pantasiah kau ragu-ragu
Baik begini saja, aku si orang tua nanti membikin minat siauw
san-coe kesampaian Nanti aku masuk kedalam gua ini untuk
membujuki mereka menakluk Dengan begitu aku juga nanti
dapat minum arak pengantin "
"Jangan semberono locianpwee," kata sianak muda
mencegah. "Baikiah kita pikirkan dulu cara yang sempurna."
"Hm" terdengar suara si orang tua jumawa, "Baik siau sancoe
ketahui, aku si-orang tua pernah mengaiami ratusan kali
bertempur. gelombang bagaimana besar juga pernah aku
saksikan. dari itu. jangan kau buat kuatir Biarnya dua saudara
Pouw itu terlebih pandai daripada sekarang. tidak nanti dia
dapat mengaiahkan aku Laginya sekarang hati mereka itu
sudah ciut pasti mereka tidak berani berbuat apa-apa atas
diriku" "Jikalau begitu, baikiah aku si orang she Gan menemani
loocianpwee" kata seorang yang ketiga.
Si siauw-sancoe tuan muda, kata: "Kalau kedua
loocianpwee masuk bersama, itulah baik sekali jikalau
loocianpwee berhasil bukan main aku berhutang budi cuma
aku minta sukalah loocianpwee berdua berhati-hati."
Orang tua itu tertawa berkakak.
Habis berhenti tertawa itu, lantas terdengar tindakan kaki.
Pouw Keng dan Pouw Lim kaget sekali. Mereka seperti
melihat dua bayangan orang lagi mendatangi. Dengan
masuknya dua orang itu mulut gua yang terang menjadi
seperti ketutupan- Suara tindakan kaki terdengar satu demi satu, bagaikan
bunyi martil, suara itu menggoncangkan hati si muda-mudi
kakak beradik. Dua orang itu berjalan sampai jauhnya tujuh kaki dari
kamar, mereka berhenti. "Aku si orang she Gan ingin bicara dengan Seng Loosoe,"
berkata orang yang satu," Dapatkah aku membuka mulut?" Si
orang tua agaknya heran- "Aku si pengemis tua ada satu
tabiatku." kata dia, ialah tabiat keras dan suka menang sendiri
Tabiat itu membikin aku tak sudi mendengar kata-kata orang
Tapi pun aku memiliki kebaikanku yaitu aku senang bicara
terus terang tak suka aku mencurangi orang"
Orang itu batuk-batuk perlahan- "Aku justeru menghargai
sifatmu itu. Seng Loosoe," dia kata. "Karena itu juga aku jadi
berani omong terus terang. Seng Loosoe. bagaimana
penglihatanmu mengenai Seng cie Pek Wan Hang Soe Koen"
Bagaimana sikapnya Hang Soe Koen terhadap kita?"
Orang tua itu rupanya berdiam untuk berpikir. Sekian lama
tak terdengar suaranya. Kemudian-
"Hang Soe Koen itu nampak lemah-lembut dan sangat
ramah tamah dalam pergauian- kata ia, "cuma sinar matanya
yang sedikit luar biasa lenyap secara tiba-tiba. Toh aku si
orang tua, aku melihatnya nyata sekali."
Gan Loo-soe. mungkinkah kau mendapat lihat sesuatu dari
sikapnya Hang Soe Koen itu - sesuatu yang tak baik untuk
kita?" "Benar demikian, seng Loo-soe," sahut si orang she Gan
itu. "Dimataku terang sekali dia mengandung maksud tidak
baik terhadap kita, bahkan sangat jahat dan kejam Dia berniat
membikin celaka pada kita Kecuali yang sangat erat
hubungannya, tak ada yang ketahui maksud jahat Soe Koen
itu. Tak beruntung bagi soe Koen kita mendapat tahu halnya
kitab Thian Kong Pit Kip yang dia arah itu. Jikalau kita berhasil
mendapatkan kitab itu, apa Seng Loosoe mau percaya dia
akan memberi ampun kepada kita " Buat aku, aku tidak
percaya Loosoe tahu kenapa Mo Kan Soe coe dan Siang Tong
Siang Ho lenyap tidak keruan paran" Mereka itu telah jadi
kurban geiap dari Hang Soe Koen " Karena kekejaman dia,
aku kuatir kita bakal menjadi contohnya mereka itu berenam.
Kasihan empatjago dari Mo Kan San Im serta itu sepasang
jago dari Siang Tong, Ouw-iam timur... Maka itu. Seng Loosoe
lekas berdaya untuk menyelamatkan diri kita."
Suara si orang she Gan perlahan tetapi sungguh-sungguh.
Mendengar suara orang itu. Pouw Keng dan Pouw Lim
mendapat harapan, itulah nasihat si orang tua she Seng
supaya dia jangan mengganggu mereka. Mereka berdiam,
untuk memasang telinga terlebih jauh.
"Gan Loosoe," kata si orang she Seng, suaranya kaget, "
mengapa kau tidak bicara begini dari siang-siang " Bagaimana
kau ketahui tentang Soe coe dan Siang Ho, enam orang itu?"
"Tentang itu baru saja aku ketahui," sahut orang she Gan-
"Karena itu aku mengajaki Seng Loosoe keluar dari Hok Gu
San. Sayang pengawas mereka itu sangat keras, tidak ada
ketika untuk aku bicara dengan loosoe. orang tanya kenapa
aku keluar. Aku bilang aku mau cari Hang San coe buat satu
urusan penting. Seng loosoe, tujuh jagonya Hang Soe Koen
senantiasa mengawasi kita, terang mereka mengandung
maksud buruk. sembarang waktu mereka dapat turun tangan"
"Dimataku si -orang she Seng, tujuh orang itu tidak ada
artinya sama sekali" kata orang she Seng. " Dengan sekali
hajar saja dapat aku merobohkan mereka"
"Tak dapat-kita bicara seperti caramu ini, Seng loosoe."
kata si Gan batuk-batuk. " Ingatiah, Ngo Tok Tan mereka itu
bukannya lawan kita."
Si orang she -Seng bungkam.
"Sekarang mari kita masuk lebih jauh, sebentar kita bicara
lagi" kata si Gan dan ia menarik tangan orang.
Kedua saudara Pouw memisahkan diri ke kiri dan kanan,
siap untuk setiap serangan-Mereka tak mau mati konyol.
Dua orang diluar itu bertindak terus. Mereka sampai
diambang pintu, masih mereka berjalan-
Orang yang satu yaiah seorang pengemis tua. tubuhnya
kecil dan kurus, mukanya dekil, rambutnya awut-awutan,
tetapi sepasang matanya sangat tajam dan berpengaruh. Dia
mengenakan pakaian yang banyak tambaiannya. Di tangannya
ia memegang tongkat bambu sebesar jempol panjang lima
kaki. orang yang lainnya bermuka bersih, matanya bersinar,
rambutnya panjang sampai diperut. Keduanya harus
memandang tajam kekiri dan kanan kepada sepasang muda
mudi itu. Mereka lantas tersenyum.
"Jiewie, jangan kaget," kata si Gan. "Dalam kejadian hari
ini, bergabung kita beruntung, bercerai kita runtuh Bukankah
barusan kamu telah mendengar pembicaraan kami berdua."
Dua saudara itu terus memasang mata.
"Jiewie Loo enghiong, maukah jiewie memperkenalkan diri
kepada kami?" Pouw Lim tanya. Dia berhati-hati sekali.
"Baikiah jiewie ketahui kami lebih suka terbinasa dari pada
terhina, maka itu janganiah jiewie membujuki kami" Si orang
tua she Gan tertawa. "Aku si orang tua Gan Tok" dia menjawab. Dia menunjuk
kawannya untuk mengajar kenal. "Ini jago nomor satu dari
Klong Kee Pang, Partai Pengemis, iaiah Pek Houw Tong-coe
Seng Kiat yang di dunia persialtannya disebut Pek Kiat Wie To,
mata ikan Wie To Seratus Tambalan-"
Pouw Lim pernah dengar namanya Gan Tok ini, yang
bergeiar Kheng-boen It Loo, jago tua satu-satunya dari
Kheng-boen, yang terkenal ilmu siiatnya bertangan kosong
teiapakan dan kepalan serta pedangnya. Karena ini, ia lantas
mengubah sikapnya. Ia memberi hormat kepada dua orang itu
seraya berkata ramah: "Kiranya kedua loo-cianpwe Aku yang muda minta diberi
maaf.. Karena kami lagi berada dalam kesukaran, kami tak
dapat menghunjuk hormat sebagaimana seiayaknya."
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gan Tok bersenyum. "Aku si tua juga tak rewel urusan adat istiadat." katanya
bersenyum. ia terus berpaling pada Seng Kiat, untuk terus
berkata: "Seng Loosoe, baiklah kau membiarkan Pouw Siauw
hiap membikin robek babumu ditiga tempat serta membikin
lecet kulitmu hingga keluar darah."
Pek-kiat Wie To heran, hingga ia mengawasi kawannya itu.
"Tak dapat kita main ayal-ayaian lagi" kata Gan Tok. "Kalau
Seng loosoe percaya aku, lakukaniah apa yang aku katakan-"
Pouw Lim dan Pouw Keng juga mendelong. Tak dapat
mereka membade hatinya orang she Gan itu.
Tapi si pengemis lantas tertawa. Dia kata: "Baikiah, aku si
orang tua percaya kau Pouw Siau hiap- mari, mari, kau serang
aku." "Siiahkan Siauw hiap" kata Gan Tok.. " Lekas..."
Didalam keadaan terpaksa. walaupun ia tak mengerti.
Pouw-Lim turut perkataan siorang tua jago dari Kheng-boen
itu. Tiga kali ia menusuk membikin robek baju tambaian dari
ketua kaum pengemis, untuk keempat kalinya ia menyontek
membikin orang tua itu terluka, hingga darahnya lantas
mengucur deras. "Hm " seru, si pengemis, agaknya kaget.
Jilid 34 : Menjemput Pouw Keng (Tamat)
(MISTERI LAMBANG MAUT Jilid 15) Tamat
Baru setelah itu, Gan Tok mengutarakan tipudayanya,
mendengar mana Pouw Keng dan Pouw Lim menjadi girang,
sedang Seng Kiat, yang matanya bersinar, menunjuki
jempolnya dan kata kagum:
"Gan Loosoe, aku si Seng tua kagum padamu Sekarang
juga aku keluar" ia sudah memutar tubuh dan bertindak ketika
mendadak ia merandak. sambil memutar tubuh, ia menarik
keluar dua bungkusan dari dalam sakunya, sembari tertawa ia
kata: "Isi bungkusan ini adalah daging ayam yang cukup untuk
menahan lapar beberapa hari lamanya"
Baru setelah itu ia bertindak keluar cepat.
"seng Loocianpuee, tunggu dulu" memanggil Pouw Keng.
tersenyum. Si maiaikat Wie To Seratus Tambalan heran, dia menoleh
dengan melengak. "Ada apa. Nona Pouw?" dia tanya.
Pouw Keng mengasi keluar serupa barang. "inilah milik
loocianpwee, aku harus mengembalikannya" kata ia.
Melihat barang itu si ketua pengemis heran- itulah naganagaan
dari kemala merah. "Nona dari mana kau dapatkan
ini?" dia tanya. Pouw Keng menggeleng kepala.
"Bukannya boanpwee yang mendapatkan ini." sahutnya
mukanya merah agaknya ia likat. "Sebenarnya..."
Melihat begitu Pouw Lim mewakilkan kakaknya itu
menjelaskan: Kemala ini didapatkan digunung Ngo Bie San
oleh Lie Tiong Hoa yang menjadi tunangan dari kakakku ini.
Ketika loocianpwee berdua lagi berlatih tak disengaja
loocianpwee membuatnya jatuh dan ketinggaian diatas
rumput." Seng Kiat tertawa. "Oh, jadinya dia itu?" katanya, ia sudah mengulurkan
tangannya untuk menyambuti ketika mendadak ia menariknya
pulang. ia lantas kata: "Kemaia ini mempunyai khasiat
memunahkan beratus macam racun, maka itu nona, kau
simpanlah dahulu. Seumpama mereka menimpuk kamu
dengan Ngo Tok Tan. pakailah ini untuk melawan racunnya
peluru itu" Habis berkata, sipengemis memutar tubuh. Sekarang ia
berjalan terus. setelah orang pergi jauh, Khong boen It Loo
mengheia napas. "Harap saja mereka itu percaya pengakuannya pengemis
she Seng itu." katanya, "jikalau tidak. kita mungkin bakal
terbinasa didalam gua ini..." ia mengheia napas pula.
Lalu ia menambahkan: "Selama di Kwie In chung, aku si
orang tua pernah melihat Lie Siauwhiap. pemuda yang
menggetarkan Rimba Persiiatan itu. Dia tampan dan ramah
tamah, pengetahuannya luas, bukan main kagum ku
terhadapnya. Harap saja dia mendapat kabar hal kita ini,
supaya dia lantas datang menolongi. Biar bagaimana, manusia
berusaha, Thian berkuasa, sekarang kita mengandal kepada
kemurahan hati Thian saja."
Pouw Keng terharu, hampir ia menangis .Jago dari Khengboen
itu mengingatkan ia kepada pemuda pujaannya....
ooo BAB 1 MULUT GUA tertutup dengan kabut tipis. Dimuka situ
berbaris beiasan orang dengan pakaian singkat, lengkap
dengan aiat senjatanya. Mereka lagi menjaga dengan tak
menerbitkan suara apa-apa.
Seorang muda berdiri hampir dimulut gua, dia berpakaian
serba putih, romannya berduka. Beberapa kali dia menggosokgosok
kedua tangannya. Tak sabaran dia menantikan
keluarnya Seng Kiat dan Gan Tok, kedua kawannya itu.
Akhir-akhirnya Tok-kiat Wie to Seng Kiat, ketua Klong Kee
Pang, muncul dengan tindakan limbung-pakaiannya robek.
darah berlepotan sampai dipahanya. Kelihatannya dia berduka
dan bingung sekali. Si anak muda kaget.
"Seng Loocianpwee " dia berseru. "Kau kenapa kah ?" Mana
Gan Loocianpwee ?" Seng Kiat tertawa meringis. "Kami lacur." katanya masgul
dan malu.. "Ketika kami masuk kedalam, kami disangka
bermaksud buruk. Mendadak mereka menyerang kami. Gan
loosoe kena terbokong, dia ditotok jalan darahnya. Aku gusar,
hendak aku menolongi dia.
Bocah laki-laki itu gesit sekali, dia menyerang padaku
dengan sengit sekali Dia menang diatas angin, dia berhasil
merobek bajuku dan melukai kulitku. Saking gusar, aku hajar
padanya. Aku sudah menang dan hendak membinasakan dia,
sayang Gan Loosoe sudah terjatuh kedalam tangan Si bocah
wanita. Dia mengancam dari memaksa aku, hingga aku tidak berani
menyerang terlebih jauh. Kita lantas membuat pembicaraan-
Aku telah kasi tahu dianya tentang hatimu, siauw sancoe. Dia
nyatakan setuju, tetapi dia mengajukan sembilan syarat, kalau
semua itu diterima, suka menikah dengan sancoe."
Si anak muda kelihatan ketarik hati.
"Apakah sembiian syaratnya itu?" dia tanya. "Asal yang
dapat diterima, jangan kata baru sembiian sembiian puluh
juga akan aku mengabulkannya" Didalam hatinya, Seng Kiat
mengutuk: "celaka anak yang telah gila paras elok ini"
ia lantas memberikan keterangannya. Kata ia: "Bocah she
Pouw itu benar cantik luar biasa, kulitnya halus seumpama
batu kemaia, jangan kata kau. siauw sancoe, sekalipun aku,
aku tertarik hati sekali, sampai hatiku goncang. cuma sembilan
permintaannya itu. semuanya sulit, sedang batas waktu yang
diberikan buatjawabannya cuma tiga jam Sekarang tak dapat
kita teriambat lagi. Nanti aku pergi mengundang sancoe."
"Sebenarnya apakah sembiian syarat itu" tanya si anak
muda. "Dapatkah loocianpwee beritahukan dulu padaku"
Bukankah sama saja jikalau aku mengirim orang mengundang
ayahku, tak usah locianpwee yang pergi sendiri " Sekarang itu
ayah lagi kedatangan tetamu dipusat, jikalau tidak. ia tentu
saja sudah datang kemari..."
"Aku si tua ketahui itu, memang tak selayaknya aku
mencapekan diri." kata ia "tetapi aku ingin sekali merecoki
jodoh ini, jadi perlulah aku yang pergi sendiri, harus aku dapat
membujuki ayahmu itu. jikalau aku yang pergi sendiri dan
bicara iangsung, sebagai orang yang menjaga keagungannya,
pasti ayahmu tak dapat menolak jikalau aku tidak pergi sendiri
dan urusan menjadi gagal, tak mau aku nanti dipersalahkan
dan disesalkan..." Pemuda itu tercengang. Seng Kiat menggunai ketikanya, ia berkata pula: "Syaratpertama
dari si nona yalah ayahmu mesti pergi sendiri ke
siauw Lim Sie digunung siong San guna menghaturkan maaf.
Katanya jodoh bukanlah urusan permainan anak kecil, tanpa
persetujuan ayahnya, biarnya ia mati, tak mau ia menikah
dengan siauw san coe. Lihat syarat pertama ini saja sudah
sulit bukan main-" Pemuda itu nampak berduka^
"Aku kuatir ayahku tak dapat menerima baik syarat itu,
katanya. "ia lantas menyerahkan sehelai bendera kecil segi
tiga, bendera mana tersuiamkan kera putih, sambil
menerangkan: Dengan membawa bendera ini- loocianpwee
dapat pergi kemana loocianpwee suka tanpa rintangan- Maaf,
aku tak dapat mengantarkan-"
Seng Kiat tertawa riang. Jangan kuatir aku si tua
mempunyai daya buat membikin ayahmu memberikan
persetujuannya" katanya. "Sekarang tak dapat aku ayalayalan,
atau urusan jodoh kau ini bisa gagal. juga jiwa Gan
Loosoe terancam di tangannya nona itu..."
Habis berkata, ia lantas berlalu dengan cepat.
Melihat orang tua itu diberikan bendera, orang-orangnya si
siauw sancoe tidak menghaiangi bahkan mereka lekas-lekas
membuka jalan- Maka itu Seng Kiat dengan cepat dapat naik
keatas jurang untuk beriari-iari keras, hingga diiain saat ia
sudah sampai didalam kota Lou san dimana ia cari ketua
cabang Klong Kee Pang disitu, untuk memberikan perintah
rahasianya sambil ia memesan, titah itu mesti dijalankan
tanpa kegagaian-Setelah itu, dengan sama cepatnya ia iari
balik ke Hok Gou San. ooooooo Didalam kota Yan-khia, kota raja, diwaktu matahari turun,
keadaan ramai sekali. Orang dan kereta mundar-mandir
memenuhkan jalan umum. Orang pada pesiar diwaktu Malam.
Justeru itu diluar gedungnya Liong Hoei Giok. kepala Sie-wie.
terpisah kira sepanahan dari muka gedung, terlihat tiga orang
pengemis tua dengan pakaiannya penuh tambalan, lagi duduk
bersemedhi, kedua mata mereka dirapatkan, mulut mereka
tertutup rapat. Tak lama dari itu, di gang terdengar tindakan kaki kuda
yang nyaring. lalu tertampak lima penunggang kuda lagi
mendatangi, semua mengasi kudanya iari cepat. Melihat
demikian ketiga pengemis itu membuka matanya, lantas
mereka berlompat bangun, untuk iari memapaki.
Semua penunggang kuda itu terperanjat, dengan lantas
mereka menghentikan kuda mereka sambil mengawasi tajam.
Pengemis yang tertua sudah lantas menanya: "Apakah
Liong tayjin pulang dari kantor" Aku si pengemis tua hendak
bertemu dengan tayjin buat urusan sangat penting."
Orang itu memang Liong Hoei Giok. Tapi segera ia
mengenali ketiga pengemis itu. ia lantas menyapa: "Bukankah
ini Pok Tong- cue Jari Ga Sin long dari Kiong Kee Pang" Nah
silahkan datang kegubukku untuk kita memasang omong"
Habis berkata, kepala Hokwie ini serta empat kawannya
lompat turun dari kuda mereka, untuk mengajak ketiga
pengemis itu berjalan kaki memasuki gedungnya.
Begitu tiba didalam pengemis itu lalu menyampaikan berita
pentingnya, ialah halnya dua saudara Pouw anak-anaknya
Pouw Llok It terkurung musuh didalam gua di- gunung Hok
Gou San- Setelah itu anggauta Gwa Sam Tong Kiong Kee Pang
itu menambahkan: Hang Soe Koen sudah lama mengandung
niat menjagoi Rimba Persiiatan dibawah perintahnya ia
memiliki banyak jago jalan Hitam, sedang orang-orangnya
Bouw Sin Gan, semuanya sudah menghambat kepadanya.
Pangcoe kami memesan supaya Tayjin lekas berangkat
memberikan pertolongan karena dikuatir keburu kasip"
Hoei Giok kaget. "Apakah Lie Siauwhiap ketahui kejadian itu?" ia tanya.
"Warta sudah dikirimkan, mungkin tak lama lagi Lie
Siauwhiap pun datang," sahut pengemis she Pok itu yang
berkedudukan san-coe atau ketua Gwa Sam Tang dari Partai
Pengemis. "Baik." kata Hoei Giok cepat. "Sekarang juga aku akan
pergi kepada Pangeran Tokeh untuk memohon cuti, supaya
aku bisa bawa sebagian dari orang-orangku berangkat ke
gunung itu" Pengemis itu mengucap terima kasih, mereka terus
memohon diri, lantas mereka berangkat pergi.
Hoei Giok mengawasi kepergian tetamu-tetamunya itu,
setelah itu ia memandang empat orangnya, untuk
memberikan perintahnya " Lekas kamu mengumpulkan enam
puluh tiga anggauta dari pasukan Hoei Eng Twie kita, kamu
tunggu disini, sekembalinya aku dari istana, kita lantas
berangkat" Keempat bawahannya itu, semuanya anggauta dari Hoei
Eng Twie. barisan Garuda Terbang, menerima perintah
dengan lantas mengundurkan diri, sedang Liong Hoei Giok
sendiri tak berayal buat lantas meninggalkan rumahnya. Tapi
ia tidak pergi dengan menunggang kuda, hanya ia lompat naik
ke atas genteng, hingga ia lenyap didalam kegeiapan sang
Malam. Tak lama setelah si Puteri Malam berada ditengah-tengah
langit, dimana banyak bintang seperti menggantung berkeiakkelik,
diatas jembatan Louw Kouw Klo tampak lewatnya satu
pasukan tentara pelindung istana yang berangkat dengan
sangat cepatnya. Itulah barisan terdiri dari enam puluh tiga hok-wie di bawah
pimpinan Liong Hoei Glok yang berangkat menuju ke propinsi
Holam. kegunung Hok Goe San. Mereka dapat kabar dengan
cepat karena kuda mereka semuanya pilihan-
Karena itu besoknya pagi mereka sudah tiba dikota Kayhong.
Dikota ini Hoei Giok pergi seorang diri ke kantor soenboe
gubernur kota itu, guna menyampaikan surat titah rahasia
dari Pangeran Tokeh, pangeran mana selainnya orang
bangsawan terkemuka pula merangkap jabatan Koen Kie
Taysin. yaitu Menteri Perang. Maka itu, semua gubernur
propinsi mesti tunduk kepada perintahnya.
Setelah itu, Liong Hoei Giok melanjuti perjalanannya ke Hok
Goe San. Sementara itu didepan gua rahasia, seberlalunya Seng Kiat.
si anak muda menjadi bergelisah, hingga alisnya berkerut
rapat. Dia berduka dan berkuatir. Dia merasa tempo tiga jam
itu iambat sekali jalannya...
"Eh, tiga jam sudah tiba atau belum ?" mendadak dia tanya
seorang disisinya. Dia seperti tidak tahu jam lagi...
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sekarang ini sudah hampir lewat dua jam, siauw san-coe."
Sahut orang yang ditanya yang didalam hatinya
mentertawakan tuan muda itu. Pada wajahnya dia tidak berani
mengentarakan sesuatu perasaan-Pemuda dengan pakaian
putih itu mengheia napas.
Sembari berjalan-jalan dengan perlahan," katanya. Dia
bingung. menjadi tak keruan-rasa. Dia mengharap-harap
putusan dari ayahnya. Dia memikirkan bagaimana jadinya jika
ayahnya menolak. Dia mengatakan jam lambat jalannya, di
sebelah itu, dia kuatir lewatnya batas waktu yang diberikan si
nona. Tepat selagi pemuda ini bingung itu, ia mendengar
beberapa kali suara siulan yang berkumandang di lembah
lembah. Dengan lantas dia nampak terbangun semangatnya,
sepasang alisnya tak lagi nempel satu dengan iain-
"Sudah sampai" dia berseru. Dia terus mengawasi kearah
datangnya siulan itu. Tak lama atau suara Seng Kiat sudah terdengar. Pengemis
itu berbicara dengan beberapa orang, yang sudah lantas
muncul diatas jurang, berjalan turun diundakan tangga batu.
Si anak muda terus mengawasi, tapi dia tak melihat Seng
Kiat ada bersama ayahku Seng cioe Pek Wan Hang soe Koen,
jago Rimba Persiiatan yang bercita-cita dan berambekan besar
itu. Dengan lantas dia kehilangan kegembiraannya, hingga dia
menjadi putus asa. Seng Kiat datang bersama enam orang, satu diantaranya
salah seorang jago dari Hok Goe San. Lima yang lainnya tak
dikenal si anak muda, maka itu, dia menjadi heran-
"Sayang aku si orang she Seng datang disaat yang tidak
tepat," berkata Seng Kiat si Pengemis selagi ia
menghampirkan tuan muda itu. "Benar seperti katamu siauwsancoe,
sancoe lagi berbicara dengan tetamunya yang
terhormat. Aku cuma dapat sedikit waktu untuk
menyampaikan urusan- Sancoe memberitahukan tak dapat
segera dia memisahkan diri, maka itu dia cuma berjanji akan
datang kemari selekasnya bisa."
Kemudian ia berpaling kepada kawan-kawannya, untuk
memperkenaikan- Katanya. "inilah siauw sancoe kami. Hang
Kie couw yang dibelakang hari pasti bakal menjadi kepala
Rimba Persiiatan-" Kie couw mengangkat tangannya, untuk memberi hormat.
"Loocianpwee memuji aku" katanya. Dia merendah tetapi
didalam hatinya dia girang sekali diumpak-umpak itu.
Lima kawannya Seng Kiat itu yalah jago Kwan gwa, Leng
kwan Pian Sin Tlo Pa. Hok houw ciang Soen Goan Hoe. Siauwyauw-
Tojin Lek Hok Hian. Toan-hoanpiauw Iauw Tay Peng,
serta jago Kwan-lok, cit san Sin-Koen Thio Loei.
"Apakah Kheng-boen it Loo can Tok masih ada didalam
gua?" tanya Thio Loei habis mereka berkenaian Dia melirik kemulut
gua dimana kabut tebal hingga disitu tak nampak apa
juga. Seng Kiat mengasi lihat roman berduka.
"Sekarang ini tentulah Gan Loosoe berada dalam keadaan
mati tak dapat, hidup menderita." katanya, masgul. "Batas
tempo tiga jam bakal segera lewat, karenanya itu bagaimana
aku tidak menjadi berkuatir" Mudah-mudahan san-coe dapat
segera tiba disini."
"Tetapi siapa itu yang ayahku lagi menyambutnya?" si sancoe
muda tanya. "Adakah dia orang kenamaan Rimba
Persiiatan atau jago Sungai Teiaga?"
"Merekalah Boe-Eng Hoei Liong Khioe Tin Koen dan Koelouw-
sin Pek Yang, dari gunung Tay Liang San," jawab si
ketua Partai Pengemis. Seorang lagi yaitu Jie Siong Gan yang
dulu hari menjadi ketua Hoei Liong Peng disungai Tiang
Kang." Hang Kie couw mengheia napas. "Apakah loocianpwee
telah sampaikan kepada ayahku, bunyinya sembiian syarat itu"
tanyanya. "Belum." sahut Seng Kiat ringkas sembari tertawa. "Tak
mau aku menyebutkan itu dihadapan tetamu-tetamu
terhormat dari ayah siauw-sancoe itu. Tapi sancoe sudah
ketahui dua sandara Pouw terkurung didalam gua ini dan aku
diperintah lekas balik kemari."
Tak tenteram hati Kie couw, dia menghela napas berulang
kali. "Tidak dapat kita membiarkan Gan Loo-soe terbinasa
ditangannya kedua bocah itu." kata Thio Loei. suaranya keras.
"Kita harus lekas berdaya menolonginya."
Seng Kiat menyeringai. "Apa daya sekarang?" dia tanya. " Kedua bocah itu liehay
sekali, aku sendiri kena dilukakan mereka."
"Aku tidak percaya tidak ada daya sama sekali" kata pula
Thio Loei dingin. Dia menjadi jago Kwa-lok dan gelarnya pun
cin San Sin Koen- Kepalan sakti yang Menggempur Gunung,
maka itu, dia bertabiat keras. "Biia kita menyalakan api
dimulut gua itu. supaya asapnya masuk kedalam Mustahil
mereka tidak akan lari keluar"
"Gua ini dalam beberapa puluh tombak." kata Seng Kiat.
Mana dapat asap masuk sampai diujungnya" Kalau mereka
dari dalam menyerang dengan pukuian udara Kosong, kita
sendiri yang bakal terserang asap yang berbalik itu.^ Thio
Loei berdiam kedua matanya mendelong.
"Menurut pintoo," berkata Lok liok Hiun, si imam yang
semenjak tadi berdiam saja dan bicaranya pun sambil tertawa
tawar, "baiklah kita menggunai racun. Kita masuk Kedalam
gua, sampai ditengah tengah, baru kita menyerang dengan
racun itu. Pintoo mempunyai serupa barang yang dapat
dicoba." Mendengar itu, Seng Kiat tertawa, ia pun kata: "Lek cinjin,
pikiran kau ini bagus sekali. Jikalau aku si pengemis tidak
menerka keliru, racunmu itu pasti racun yang berupa pasir
coengo Hoe see yang didalam batas sepuluh tombak
sekitarnya racun yang seperti ini dapat membinasakan setiap
sasaran, cuma sebelum kau menggunai itu, kau mesti tanya
dulu siauw-sancoe, siauw-sancoe-setuju atau tidak..."
"cara itu terlalu hebat," kata Kie couw yang mengerutkan
alis. "Baiklah kita pikir lain jalan lagi..."
Lek Hok Bian menduga san-coe muda itu menyukai si nona
didalam gua. dia tertawa.
"Maksudku yalah serupa barang lain," berkata dia.
"Barangku ini. kalau mengenai sasarannya, manusia atau
binatang, akan menyebabkan si sasaran menjadi lemas habis
tenaganya, tak perduli dialah seorang jago. dia mesti manda
ditelikung." Mendengar itu, Kie couw lantas girang, dia niat membuka
mulutnya, tetapi Seng Kiat sudah mendahului. Pengemis itu
kata: "Aku tahu, itulah tentu bubuk siauw-auw Bie Hoen San
yang dapat memusingkan kepala orang Lek cinjin biasa
mengandalkan bubuk mu itu, entah sudah berapa banyak kali
kau menderita karenanya..."
Seng Kiat terus omong dengan keras, membikin suaranya
itu terdengar sampai di dalam kamar dalam gua. ia memang
bermaksud agar dua saudara Pouw mengetahui dan bersiap
sedia karenanya. Muka imam itu merah sendirinya. Ia merasa si pengemis
menyindir terhadapnya. Ia lantas mengawasi tajam, matanya
bersinar kemarahan-Kie couw menjadi girang.
"Daya ini dapat digunakan," kata dia. Hanya cinjin harus
berhati-hati..." "Siauw-sancoe jangan kuatir" imam itu kata, tertawa.
"Pintoo tanggung, asal pintoo turun tangan, kita bakal
berhasil" Seng Kiat bersenyum. Dia tidak kuatir. Pouw Keng dan
Pouw Lim memiliki naga kemaia yang mujijat, mereka dapat
menoiak serangan pelbagai macam racun-Ketika itu, Lek cinjin
sudah lantas berduduk kemulut gua, untuk masuk.
Dengan kepergiannya ini, Lek cinjin akan lebih banyak
menghadapi bencana daripada keselamatan, berkata ketua
Kiong Kee Pang kepada si tuan muda, yang ia awasi. Kie couw
heran, dia tercengang. "Mengapa loocianpwee berpendapat
begini" dia tanya. Seng Kiat menghela napas.
"Dua saudara Pouw itu mirip dengan siauw sancoe."
sahutnya. Mereka muda dan gagah dan pintar, banyak akal
muslihatnya.Jikalau cinjin gagal, dia pasti bakal binasa, tak
bisa iain-" Kata-kata ini membuat kuatir orang-orang iainnya.
Ketika itu didalam kamar dalam gua, Pouw Keng kakakberadik
dan Gan Tok menanti sang kakak ini. Mereka
mengharap- harap Seng Kiat dipercaya dan akan berhasil
mencari bala- bantuan- Mereka menanti dengan waspada.
Rasa lamanya tiga jam, maka itu hati mereka lega waktu
pertama kali mendengar suaranya si pengemis. Seianjutnya
mereka terus memasang telinga, hingga mereka mendapat
dengar semua pembicaraan diluar gua itu. Mereka tahu si
pengemis bicara demikian untuk mengisiki pada mereka .
Pouw Keng sudah lantas menggenggam naga kemaia, cekhong
Giok cie, untuk bersiap sedia menangkis serangan setiap
macam racun- ia memasang mata dan telinga.
Pouw Lim juga siap untuk menyerang.
Gan Tok telah melihat sekitar ruang, maka itu ia bersiap
dengan merebahkan diri, tubuhnya sedikit miring, kaki
kanannya ditekuk sedikit, ujung kakinya nempel dengar lantai,
untuk gampang menjejak. sedang matanya separuh
dipejamkan, untuk bisa mengintai.
Didalam terowongan sudah lantas terdengar suara perlahan
dari ujung baju yang membentur- bentur tembok terowongan-
Ketika kemudian suara itu berhenti, sebagai gantinya terlihat
semacam uap putih mengepul masuk seperti asap.
Melihat demikian, Pouw Keng lantas mengangsurkan
tangannya yang mencekal kemala mustika, kemana-mana
lantas dengan sendirinya mengeluarkan sinar merah, atas
mana bubuk putih itu lantas buyar-sirna.
Sesudah mana sorot merah pun lenyap pula, hingga
terowongan menjadi guram seperti sediakaia. Mereka berdiam
terus, untuk menanti terlebih jauh. Mereka percaya orang
diluar itu lagi menunggu ketikanya guna memasuki kamar.
Biar bagaimana, suasana tegang sekali.
Kira sehirupan teh maka sesosok tubuh nampak muncul
diambang pintu kamar. itulah tubuh yang jangkung dan kurus.
cepat sekali tubuh itu sudah sampai didepannya Gan Tok
yang lagi rebah itu, rebah mirip orang terluka tak berdaya.
"Asal aku gunai obat bubukku, siapapun tak berdaya."
berkata orang itu, seorang imam, yalah Lek Hok Hian. Dia
agaknya puas, hingga dia menjadi jumawa. Hanya ketika dia
menoleh kekiri dan kanan, dia terperanjat. Dia melihat
sepasang muda-mudi lagi mengawasinya dengan sorot mata
bengis dan sikap mengancam.
"Eh, kenapa kamu..." katanya, lalu merandak. Dia rupanya
heran mendapatkan orang tak roboh terkena asapnya yang
jahat itu. "Kenapa kita belum roboh, bukan?" Pouw Lim kata tertawa.
"Diluar terkaanmu, bukan?"
Anak muda ini tidak cuma mengejek ia lantas menyerang
dengan pukuian cit chee ciang atau Tujuh Bintang.
"Tahan- si imam berseru, tangan kanannya menggenggam
keras. "Tanganku ini membekal pasir beracun, kalau aku
menyerang, siapa pun tak bakal luput dari kebinasaan Tapi
pintoo masih ingat akan kasihan, maka itu pintoo suka
memberi nasihat untuk kamu menyerah saja."
Oleh karena mengawasi Pouw Keng dan Pouw Lim
bergantian, untuk bersiaga. Lek Hok Hian jadi membaliki
belakang kepada Gan Tok. Mendadak jago tua itu meletik
bangun, sambil bangun itu, dia menggempur punggung orang
Imam itu terkejut. Dia merasa ada orang bergerak dan
menyerang, dengan lantas dia memutar tubuh, guna membeia
diri. Nyatanya dia sudah ke terlambat. Dia terhajar hebat,
hingga tulang-tulang punggungnya pada patah, maka sambil
menjerit keras, dia roboh, tubuhnya terpental, kepalanya
membentur tembok. hingga kepala itu pecah hancur, darah
dan polonya muncrat keluar Dalam sedetik itu, terbanglah
jiwanya. Jeritan si imam terdengar sampai diluar. semua orang
kaget, muka mereka berubah menjadi pucat.
Seng Kiat menarik napas panjang, dia nampak sangat
berduka. "Apa kataku si pengemis tua?" katanya masgul. Lauw
Tay Peng heran- "Seng Loosoe, bagaimana loosoe berani menetapkan jeritan
itu jeritannya Lek cin-jin?" dia tanya. Seng Kiat tertawa.
"Aku mempunyai kepercayaan bahwa aku tak akan salah
menerka," sahutnya, "jikalau kau menyangsikan aku, Louw
Loosoe, silahkan kau masuk untuk membuktikan sendiri"
Ta Peng bermuka merah. Dia sudah bertindak. atau
mendadak dia merandak. Dia menghentikan tindakannya
dengan jengah. Thio Loei pun tidak percaya. Dia kata keras: "Aku tidak
percaya segala kesesatan Nanti aku lihat" Dan dia bertindak
sebat, masuk kedalam terowongan gua. orang she Thio ini
bertabiat keras, sebagai jago Kwan-lok. dia tak kenal takut.
Dia berjalan masuk dengan tindakan lebar, tindakannya
pun berat. Dengan lekas dia sampai diambang pintu. Sebelum
masuk terus, ia menghajar dengan pukuian Udara Kosong.
Karena itu, tembok kamar seperti gempa rasanya
Dari dalam kamar lantas terdengar suara menanya yang
dalam: "Apakah saudara Thio disana" Aku minta jangan
saudara sembarang menyerang, silahkan masuk untuk kita
membuat pertemuan- Thio Loei melengak, tapi hanya sejenak. dia lantas lompat
masuk. Samar-samar dia melihat Gan Tok memandangnya
sambil bersenyum. Kemudian ia melihat sepasang muda-mudi
di masing- masing dua pojokan kamar. Kamar itu gelap tetapi
menjadi terang guram karena adanya glok-cie ditangan Pouw
Keng. Sinar itu merah muda.
"Kelihatannya kau tak terluka, saudara Gan?" katanya raguragu.
"Kenapa...." Mendadak dia menghentikan kata-katanya. karena
bercelingukan, dia lantas mendapat lihat mayatnya Lek cinjin-
Muia-muia tadi ia tak melihatnya. Dia mendelong dengan
roman kaget. Gan Tok bersenyum. "Aku si orang she Gan tidak kurang suatu apa," katanya,
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perlahan, Kau menempuh bahaya masuk kemari, saudara
Thio, untuk kebaikan hatimu ini, aku sangat bersyukur."
ia berhenti sebentar, baru ia menambahkan: "Saudara Thio,
ingin aku menanya: Selama hidupmu ini, orang siapakah yang
kau paling kagumi?" Kembali Thio Loei melengak. Dia tidak menyangka, didalam
keadaan tegang begitu, Gan Tok menanya demikian macam.
Tidak dapat dia berdiam lama tanpa memberikanjawa bannya.
"Orang yang aku kagumi yalah si anak muda yang aku
ketemui di Kwie In chung itu." demikian jawabannya.
Gan Tok lantas bersenyum. ia menyela, sambil menunjuk
dua saudara Pouw. "Ini sepasang pemudi dan pemuda yalah
tunangan dan iparnya Lie Siauwhiap itu. Nah. apakah saudara
pikir mengenai mereka ini?"
Thio Loei heran hingga ia mementang lebar kedua
matanya, mukanya lantas menjadi berubah merah.
"Sungguh aku tidak tahu," katanya kemudian- "Kalau
begitu, mari ikut aku, akan aku membuka jalan supaya kamu
dapat keluar dari sini."
Gan Tok tertawa. "Terima kasih, saudara Thio." katanya. "Tapi kita disini
aman seperti gunung Tay San Mereka itu mengurung kami,
mereka tidak bakal berhasil.Jikalau kami memaksa keluar, nah
itulah artinya kami menempuh bahaya.. Apakah saudara Thio
tidak melihat bagaimana Hang soe Koen sudah memencar
orang-orangnya disekitar gua dan jurang ini."
Thio Loei berpikir sejenak lantas ia mengangguk.
"Kau benar saudara Gan, katanya. Akan tetapi tak dapat
kau bercokol saja disini menanti kebinasaan jikalau mereka
mengurung terus, selama sepuluh hari umpamanya,
bagaimana kamu dapat bertahan" Tubuh kamu bukan terbuat
dari besi atau tembaga..."
Orang tua she Gan itu tertawa. Dia tenang sekali.
"Tak akan terjadi keburukan semacam yang kau pikir itu,
saudara Thio" katanya. "Marilah duduk, untuk kita bicara
terlebih jauh." Thio Loei tak tahu apa yang orang pikir, Dia
menggeleng kepala. "Saudara Gan, kau membikin aku bingung sekali," katanya
kemudian- "Baiklah suka aku menemani kamu..."
Maka berduduklah mereka dengan tenang sedang diluar
orang tetap merasa tegang... si anak muda bingung
menunggui si orang she Thio tak muncul kembali, tak ada
tandanya apa-apa... Seorang berumur empat puluh tahun yang mengenakan
pakaian hitam berkata: "Menurut aku, siauw-sancoe. baik kita
menyerang saja dengan Ngo Tok Tan-kedalam gua ini,
bukannya suatu daya untuk kita terus berdiam menjaga begini
macam. . ." "Ngacoh" kata si anak muda. untuk menjawab itu dia
berpikir sekian lama. "Kalau tidak ada yang aku berarti, buat
apa aku menanti sampai- kau mengatakan begini." orang itu
tercengang. Dia tak mengerti, dia menjadi bingung. Tentu
sekali dia menjadi jengah. Dia tak tahu pemuda itu tergila-giia
kepada Pouw Keng... Itu waktu: Seng Kiat berbisik ditelinga Kie couw "Sekarang
ini batas tempo tiga jam sudah lewat, sampai sekarang sancoe
masih belum datang. Pasti sekali nona Pouw gusar
karenanya. Dia tentu menyangka aku si pengemis tua
mendustakannya. Kalau dia gusar dan timbul ingatannya
meiakukan pembunuhan, itulah berbahaya.
Bagaimana kalau sekarang kita meiakukan percobaan " Aku
akan menemani siauw-sancoe masuk kedalam gua ini. Aku
mengharap pikiran Nona Pouw berubah begitu lekas dia
melihat siauw-sancoe datang sendiri menemui padanya."
Hati Kie couw tergerak. "Sempurnakah jalan ini ?" dia tanya. "Tidakkan ini terlalu
berbahaya ?" Si pengemis tua menyeringai.
"Mengenai itu aku si pengemis tua tidak berani mengasi
kepastian-" kata ia. "Aku cuma mau mencoba. Sekarang ini
terserah kepada keputusan siauw-sancoe sendiri."
Kie couw bersangsi. "Benar-benar ini berbahaya," katanya. "Kalau aku terjatuh
kedalam tangan mereka celakalah aku, habis pengharapan
sudah...." Seng Kiat menarik napas panjang. ia berdiam, matanya
mengawasi Langit. Pikiran Kie couw kusut sekali. Dia berpikir keras tanpa
keputusannya. Dia ingat dulu ketika dia pergi menjenguk
ayahnya di Hek LiOng Thoa, pernah dia melihat Pouw Keng.
Nona itu benar-benar cantik dan menggiurkan hati. Bagaimana
beruntung kalau dia dapatkan nona itu sebagai isterinya.
"cianpwee" kata dia kemudian- "Sekarang aku dapat
mengambil keputusan- Hendak aku memadamkan hatiku,
maka hendak aku menggunai Ngo Tok Tan"
Perkataan tuan muda ini membangunkan semangat orangorangnya.
Dengan serempak mereka menyiapkan peluru
beracun itu ditangan mereka masing-masing, menanti perintah
untuk melemparkannya. "Sabar, siauw-sancoe" kata Seng Kiat. "Didalam gua masih
ada Gan Tok dan Thio Loei. Apakah siauw-sancoe tega
mencelakai mereka berdua?"
Sebelum Kie conw menjawab maka Thio Pa telah lantas
maju kedepannya. Dia nampak gelisah.
"Rupanya diatas jurang ada datang orang" kata dia.
"Apakah itu san coe?" Jago Kwan LOk ini seperti juga sangat
liehay telinganya. Semua orang dongak memandang keatas jurang, Pek-houw
ciang Soen Goan Hoe juga tak menjadi kecuali.
Tepat orang lagi mengawasi keatas itu, Thio Pa mendadak
bertindak. sebat dan hebat. Dengan satu serangan merubuh,
ia membikin Soen Goan Hoe dan orang-orangnya Hang Kie
couw roboh kebawah jurang, jeritan-jeritan mereka itu
mengharukan- Melihat demikian- Hang Kie couw menjadi kaget. Tak
mengerti dia akan perbuatan si orang she Thio. justeru dia
melengak justeru Seng Kiat menotok jalan darah beng boen
dipunggungnya. Sembari menotok itu, Seng Kiat kata
perlahan- "Siauw sancoe, maaf Silahkan masuk kedalam gua"
Kie couw kaget, tenaganya lenyap seketika.
Lantas dia insaf. Maka dia mengheLa napas.
Dia kata menyesal: "Sering ayahku menasihati aku untuk
jangan sembarang percaya orang, sekArang aku mendapatkan
buktinya pesan itu. Tentu sekali sekarang, aku mau menyesal
pun sudah kasip..." Seng Kiat tertawa. "Jangan kuatir, siauw sancoe, aku sipengemis tua tidak
memikir mencelakai jiwa mu" katanya. Aku cuma mengantari
kau bertemu dengan Nona Pouw. Memang, apakah jeleknya?"
Lantas ketua Klong Kee Pang menoleh pada Tio Pa, untuk
berkata: " Saudara Tio, mari kita masuk kedalam"
Habis berkata, Seng Kiat menekan tubuh Kie couw dengan
dua jeriji tangannya, atas mana tanpa berdaya lagi puteranya
Hang soe Koen bertindak masuk kedalam gua. Hanya
sebentar, lenyaplah tubuh mereka bertiga berbalik kabut.
Sementara itu diatas jurang terlihat Hang soe Koen serta
sejumlah kawannya. Diatas itu ada sejumlah orang-orang
yang telah menjaga sejak sekian lama. "Mana siauw -sancoe?"
begitu suara keren- "Harap san-coe ketahui, sudah sekian lama siauw sancoe
beramai menantikan di bawah jurang." seorang menyahut.
"Barusan ada terdengar banyak suara jeritan, mungkin di-sana
sudah terjadi pertempuran- Tapi...."
"Tapi apa?" tanya suara bengis tadi.
"Tapi sekarang ini tidak terdengar suara apa-apa lagi. Baru
saja kami hendak pergi memeriksa san coe telah keburu
tiba...." "suara jeritan siapa itu?"
"Letaknya dasar jurang jauh dari sini, jeritan itu tak
terdengar tegas." "Hm" terdengar satu suara mendongkol. lalu
jurang sunyi. Hang Soe Koen beramai sudah lantas turun kedasar jurang.
Dia diikuti diantaranya oleh Khioe cin Koen. Hek Yung dan Jie
Siong Gan- sejumlah deiapan jago.
Wajah Soe Koen nampak muram karena dia tidak melihat
Hang Kie couw puteranya itu. Dia muiai berkuatir.
"Mana puteramu?" Khioe cin Koen tanya. Dia inipun heran.
"Entah kenapa dia tak nampak." sahut Soe Koen
menggeleng kepala. Ketika itu satu orang dari atas jurang lari turun dengan
bergegas-gegas, lantas dia meiaporkan: "Harap sancoe
ketahui, barusan saudara-saudara yang berjaga-jaga didasar
jurang memberitahukan disana kedapatan banyak mayat,
diantaranya mayatnya Loosoe Soen coan Poe..."
Soe Koen kaget tidak terkira.
"Apa diantara ada juga siauw san-coe?" dia tanya cepat
suaranya bengis. "Tidak..."
Soe Koen membanting kaki.
"Kalau begitu anak itu terancam bahaya" katanya, berkuatir
dan mendongkol. "Habis dimana adanya puteramu sekarang?" tanya Pek
Yang si hantu Tengkorak atau Kouw-louw Mo. Aku rasa kita
dapat menolong dia."
"Rupanya anak itu berada didalam gua itu," kata Soe Koen-
Dia tertawa tawar. ^Aku menyesal sekali, karena kemurahan
hati di satu saat, aku telah melepaskan kedua bocahnya Pouw
Llok It itu, hingga sekarang berbalik, anakkulah yang
terancam bahaya." "Asal dia belum hilang jiwanya, pinto dapat menolongnya."
kata Pek Yan- "Apa sih kepandaiannya sepasang bocah itu?"
Lantas dia bertindak untuk memasuki gua. Alis Soe Koen
bergerak meng kerut. Dia mau mencegah, atau mulutnya
rapat pula. Karena tidak ada yang cegah, Pek Yang bertindak terus
masuk diterowongan. Kira ditengah jalan, dia lantas
mendengar bentakan- "Siapa itu yang datang" Berhenti dulu"
Bentakan itu menulikan telinga bagaikan guntur. Pek Yang
tercengang, lantas dia tertawa dinginTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Tak sulit jikalau kamu menghendaki pintoo menghentikan
tindakan pintoo" kata dia keras dan jumawa. "Lekas kamu
keluarkan Hang Kie couw Sebentar kita nanti bicara terlebih
jauh" Dari dalam gua terdengar pula pertanyaan- "Apakah kau
bukannya Hang Soe Koen?"
"Aku Pek Yang" si imam menjawab.
"Kau tak dapat menjadi wakil." kata suara didalam gua
keras. "Suruh Hang soe Koen sendiri datang kemari untuk
berbicara. Jikalau tidak. Hang Kle couw bakal hilang jiwanya"
Ketika itu Hang Soe Koen telah menyusul masuk. Tak
tenteram ia membiarkan Pek Yang masuk seorang diri. Maka
itu ia mendapat dengar pembicaraan Pek Yang dan orang
didalam gua itu. "Aku si orang she Hang disini," dia lekas menjawab. "Seng
leng-coe, kau ingin bicara apa" Aku tidak sangka kaulah
seorang hina dina, yang pandai berpura-pura dan menukar
haluan Sungguh malu"
Sancoe ini sudah lantas mengenali suaranya si ketua Kiong
Kee Peng. Seng Kiat tertawa lebar. "Hang San-coe" Kata dia nyaring, "kau benar-benar
seorang hina-dina yang berisi perut seorang kesatria Kau tahu
apa yang sebenarnya sudah terjadi" Anakmu sudah lama
tergila-gila sendiri terhadap Nona Pouw, aku si pengemis
hendak berbuat baik aku ingin merecoki jodoh mereka
berdua..." Nona Pouw telah melihat wajah puteramu, dia agak tertarik
hati, cuma dia hendak mengajukan satu syarat."
"Syarat apa itu?" Hang Soen Koen kata keras. Dia masih
mendongkol. "Anak itu terpincuk paras elok, dia mampus pun
tak harus di-sayangi...."
"Benarkah itu?" Seng Kiat bertanya. Kalau begitu putuslah
hubungan diantara ayah dan anaknya orang yang tak
berprikemanusiaan sebagai kau dapatkah kau membangun
usaha besar?" Selagi orang memasang omong itu. Pek Yang bertindak
perlahan untuk maju terus.
Tiba-tiba ia merasai toiakan yang berat ke-arah dadanya,
mendadak darahnya bergolak terus dengan sendirinya dia
mundur dua tindak. Dia berdiri merandak dengan napas
mandek. "Ketahui oleh kamu" terdengar suara-nyaring dari dalam
gua. "Aku si orang she Thio baru menggunai tenagaku lima
bagian- Hidung kerbau, kalau mau kau berani maju lagi satu
tindak... hm... nanti tubuhmu roboh disini sebagai mayat yang
berlumuran darah" Muka Pek Yang menjadi pucat, ia tidak pernah menyangka
didalam gua itu bersembunyi Thio Loei si jago Kwan-lok yang
kepalannya biasa menggentarkan gunung. Tentu sekali ia
menjadi sangat mendongkol.
Justru itu ia merasakan darahnya jalan tak wajar, napasnya
sesak. hingga ia mesti lekas-lekas menyalurkannya.
"Ayah..." demikian teriakan Hang Kie- couw yang menyusuli
ancamannya Thio Loei itu. Suara itu menggetar dan parau.
Hatinya Soe Koen goncang keras, mukanya menjadi pucat.
Biar bagaimana, itulah panggiian darah. Mau atau tidak.
aChirnya dia mengheia napas.
"Seng Tongeoe...." dia berkata, memanggil Seng Kiat si Wie
To Seratus Tambalan-"Apakah syarat Nona Pouw itu" Lekas
kau baritahukan Asal aku si orang she Hang sanggup, pasti
aku akan menerima baik...."
Seng Kiat menjawab: "Nona Pouw bilang, kalau ayahnya
menyetujui, akan ia menurut saja menikah dengan putera mu
itu. Karena itu perlu san-coe pergi menemui Pouw Leng coe,
lantas san-coe balik kemari dengan membawa suratnya, surat
mana mesti ditulis dengan tangan Leng- coe sendiri."
Mendengar itu, mata Hang Soe Koen bercahaya, seperti
apa marong. Dia sangat gusar. "Bukankah itu berarti
paksaan?" dia tanya keras.
"Tapi inilah bukannya keberatan-" kata Seng Kiat tenang.
"Sinona hendak menjaga kebahagiaan seumur hidupnya, dia
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mesti berlaku hati-hati, Mengenai ini. aku si pengemis tua
mempunyai satu jalan. Dengan begitu tak usah san-coe sendiri
yang pergi ke Siauw Lim Sie menemui Pouw Leng-coe. cukup
asal san-coe mengirim seorang utusan yang pandai bicara.
Sekarang ini Pouw Leng coe sudah menjadi pendeta, dia telah
bersumpah tak akan campur lagi urusan kaum Kang ouw.
Apakah kau masih takut Pauw Leng-coe nanti
memusuhkanmu" "
Hang Soe Koen berdiam. Dia merasa serba salah. sekarang
dia lagi mengharapi Thian Kong Pit Kip. Kalau dia berhasil
memahamkan ilmu siiat itu, pasti sudah dia bakal menjadi
jogo nomor satu di jamannya ini. Kalau dia menampik, selain
jiwa anaknya terancam, dia pun tak akan dapat melengkapi
kitab ilmu siiat itu. Sebaliknya, kalau dia menerima syarat itu.
kemana nama baiknya " Maka itu, dia membenci sangat
kepada Seng Kiat. "San-coe. baiklah kau terima syaratnya itu." kata Pek Yang,
berbisik, "San-coe pergi ke Siong San atau tidak. mana
mereka itu ketahui " Kalau sebentar kita mundur dari sini,
kami beramai akan berbuat sebisa Kami untuk menolongi
siauw-sancoe" Hang soe Koen berpikir keras.
Akhir-akhirnya: "Seng Tong coe, baiklah, aku terima syaraf
ini" katanya nyaring terpaksa.
Lantas terdengar suara tertawanya ketua Kiong Kee Pang.
"Kalau begitu, aku mohon san-coe berdua suka mundur
dulur kata dia. "Aku si pengemis tua akan menjamin siauw
san-coe takkan terganggu sekalipun sehelai rambutnya"
Soe Koen mengajak Pek Yang mundur sampai diluar gua.
Khioe cin Koen dan Jie Siong Gan tak tahu apa yang
dibicarakan di dalam, mereka cuma menampak roman san-coe
itu kucai sekali, tanda dari kedukaan yang sangat dan malu.
Mereka dapat menduga, tetapi mereka toh menanya juga
sebenarnya telah terjadi apa.
Hang Soe Ken memberi keterangan, ia pun menuturkan
siasatnya Pek Yang. Lantas mereka bermupakatan terlebih
jauh. Setelah itu diambil putusan buat mengirim utusan ke
Siong San- Karena itu, urusan menjadi seperti buntu...
Dengan tak terjadi sesuatu satu Malam dikasi lewat.
Selama itu utusan Soe Koen ke Siong San tak juga kunjung
balik. soe Koen mendongkol dan berduka akan tetapi dia
mencoba menguasai hatinya untuk terus bersikap tenang.
Boe Eng Hoei Long Khioe cin Koen dan Tiat Tek coe Jie
Siong Gan penasaran, diam-diam mereka mencoba nyelusup
masuk ke dalam gua tetapi saban-saban mereka dipukul
mundur. Di luar tahu mereka, mereka disambut pukuian Udara
Kosong yang dahsyat. hingga mau atau tidak. mereka mesti
mundur sendirinya. Kejadian ini membikin mereka menjadi tak berani
menerjang bahaya terlebih jauh.
Sang waktu terus berjalan- Sang sore datang pula.
Tiba-tiba diatas jurang terjadi hal yang mengejutkan-
Berulang-ulang terdengar jeritan-jeritan yang menyeramkan,
berulang-ulang terlihat jatuhnya tubuh-tubuh orang kedalam
jurang... tubuh dari mereka yang pada menjerit itu. Bukan
kepalang kagetnya Hang Soe Koen-
"Kamu menantikan disini" ia memberi perintah kepada
orangnya, ia sendiri berlompatan, berlari-lari keatas jurang, diikuti Khice cin
Koen sekalian- Tiba diatas ia menjadi terlebih kaget sekali, ia
menyaksikan sesuatu yang tidak disangka-sangka.
Diatas jurang itu terlihat teraturnya puluhan hok-wie
dengan seragam mereka yang mentereng. Tubuh mereka itu
besar-besar dan romannya semua keren. Didepan mereka itu
terlihat mayat-mayat yang bergelimpangan- yalah mayatnya
orang-orangnya Seng cice Pek Wan, si Kera Putih Tangan
Sakti. Dia kaget hingga mukanya menjadi pucat pias, sedang
alis dan kumisnya berbangkit berdiri
Itulah Liong Hoei Giok yang telah tiba bersama barisannya.
Diatas jurang itu mereka dirintangi oleh orang-orangnya Soen
Koen, dari itu mereka lantas turun tangan- Musuh semua
dihajar roboh danada yang terlempar kedasar jurang.
Kawanan penjahat itu tak dapat meiakukan perlawanan
berarti. Datangnya lawan secara tiba-tiba membuat mereka
kaget dan nyalinya menjadi ciut. Barisan hok-wie sendiri terdiri
dari orang-orang pilihan-
Melihat Liong Hoei Gick. Hang soe Koen tertawa dingin.
"Tuan, apakah kau Tayjin Liong Hoei Giok dari pasukan
hok-wie istana dikota raja?" dia tanya. "Apakah salahnya aku
si orang she Hang maka juga pihak negara sampai mengirim
tayjin beramai datang ke mari" Rasanya aku belum pernah
melakukan sesuatu yang menentang Pemerintah Agung."
Hoei Giok tertawa, dia mengurut kumisnya.
"Benar, akulah si orang she Liong" ia menjawab. "
Datangku kemari bukan lain daripada disebabkan aku
menerima laporan bahwa putra dan puterinya Pouw Liok It
telah kedapatan digunung Hok Gou San ini, maka aku hendak
menangkapnya untuk membawa mereka kekota raja, supaya
perkaranya dapat diperiksa."
Hang Soe Koen tertawa dingin. "Liong Tayjin, mengapa kau
mendapat tahu anak-anaknya orang she Pouw itu berada
disini?" dia tanya. Hoei-Giok juga tertawa dingin.
"Tuan jangan kau lupa bahwa aku juga asal orang Rimba
Persiiatan- jawab dia.. "Aku memangku pangkat tetapi mataku
tajam dan pendengaranku jauh, maka orang-orang yang
hendak ditangkap pemerintah Agung, mereka tak lolos dari
pengawasanku, gerak-geriknya selalu aku ikuti."
Hang Soe Keen tertawa pula.
"Liong Tayjin- kau lagi menjalankan tugas. aku tidak berani
menentang kau" kata ia. "Aku hanya ingin menanya, apa
salahnya orang-orangku ini maka Tayjin pun menumpasnya."
"Siapa menentang hamba negara, dia sama dengan
sipemberontak" Hoei Giok jawab. "Kenapa mereka menentang
sepak terjangku " Aku lagi menjalankan tugas, terpaksa aku
meiawan mereka. Sekarang ini aku cuma mau membekuk dua
orang she Pouw itu, aku hendak lantas berangkat pulang."
Air mukanya Hang Soe Koen berubah, ia tetap gusar.
"Aku orang hutan, aku tidak tunduk kepada aturan negara"
dia kata keras. "Maka itu hari ini aku hendak menegur kau
buat keganasan kau membinasakan orang-orangku ini "
Habis berkata, Soe Koen lantas menyerang. Dia lompat
maju sambil meluncurkan dua buah lengannya yang berjeriji
sepuluh yang tajam dan kuat. Semua jeriji tangannya itu
mencari pelbagai jalan darah.
Melihat ketuanya sudah turun tangan- Khice cin Koen
semua turut turun tangan juga.
Liong Hoei Giok gusar, dia berseru: "Hang Soe Koen. kau
tahu atau tidak yang sekarang ini Hok Goe San sudah
dikurung tentara negeri?" Sambil berseru itu, ia
menyelamatkan diri dari serangan jago Kang ouw itu.
Khioe cin Koen semua liehay tetapi sukar mereka
mengempur barisan hok-wie yang telah terlatih sempurna.
Didaiam hal perorangan, ilmu siiat mereka juga mahir.
Hebat pertempuran itu. Soe Koen seperti nekad, maka Hoei
Giok mesti melayani sama kerasnya Demikian juga hok-wie
yang mengepung Khioe cin Koen semua.
Tengah orang bertempur kacau dan seru itu, maka diatas
sebuah pohon kayu yang tinggi dan besar luar biasa didekat
mereka terdengar suara tertawa yang nyaring, menyusul itu
sesosok tubuh terlihat lompat turun, meiayang bagaikan
burung terbang, menuju kearah Khioe cin Koen.
Boe Eng Hoei Long, si Serigaia Terbang Tanpa Bayangan,
sedang merabuh seorang "hok-wie," dia kaget ketika dia
melihat orang meiayang menerjang padanya. Dia lantas
memutar tubuh, niatnya menyambut serangan itu.
celaka untuknya, dia kalah sebat. Tahu-tahu dia telah
terhajar pundaknya, sedangkan tangan si penyerang menotok
tepat jalan darahnya Ketika sosok tubuh itu sudah menaruh kaki ditanah.
ternyata dialah Lie Tiong Hoa si pemuda gagah. Dia lantas
melemparkan tubuh Khioe cin Koen, buat dia lompat pula
menyerang Jie Siong Gan si Seruling Besi.
Siong Gan kaget melihat munculnya si anak muda. Untuk
memberikan perlawanan, ia memutar tubuh, ia menyambut
dengan seruling besinya yang liehay itu. ia menubruk kedada
si penyerang. "Hm " Tiong Hoa mengasi dengar suaranya. ia tak mundur
atau berkelit atas ancaman seruling itu, ia bahkan maju terus.
Dengan tangan kirinya ia menoiak seruling dengan tangan
kanannya ia menyerang dengan satu jurus "Ie Hoa ciat Bok"
yang liehay sekali. Jie Siong Gan terkejut, tanpa dia berdaya, dadanya
merasakan pukuian seperti hebatnya gembolan besi yang
besar dan berat. tubuhnya lantas terpental, mulutnya
menyemburkan darah hidup, Dia roboh terbanting dibatu
gunung dadanya remuk bekas hajaran si anak muda, rohnya
terbang pergi. Tlong Hoa berlaku telengas karena ia bersakit hati untuk
cee cit. saudara-angkatnya-yang dibikin celaka orang she Jie
itu. Dengan begini ia membuat pembalasan guna kakakangkatnya
itu. Ko-louw Mo Pek Yang kaget sekali, dia lantas lompat
meninggalkan lawannya, untuk lari menyingkir kebawah
jurang. Tiba-tiba dia mendengar tertawa nyaring ditelinganya,
Terus dia merasakan hajaran keras pada tubuhnya, hingga dia
tak berdaya lagi. Satu tangan yang bisa mulur menyambar
padanya, membikin dia roboh terguling.
Kembali Tiong Hoa, yang berlaku sebat yang mengeluarkan
tangan kera-nya. Hampir itu waktu disitu muncul beberapa orang lagi, yalah
Kwie kian-cioe Cee Cit bersama-sama Sin Song Kie serta Tiong
Tiauw Ngo Mo. Hang Soe-koen yang menempur Liong Hoei Giok telah
menyaksikan sepak terjangnya si anak muda, dia melihat
robohnya pahlawan-pahlawannya, hatinya menjadi ciut. Tanpa
bersangsi lagi dia lompat meninggalkan kepala hok-wie Liong
Hoei Giok untuk menyelamatkan diri.
Tiong Hoa mendapat lihat aksi orang itu, ia berseru:
"Apakah kau masih memikirkan untuk lari kabur" Hm!" Lantas
ia lompat melesat guna menyusul itu, ia membarengi
menyerang dengan dua tangannya.
Di dalam keadaan terpaksa itu, Hang Soe Koen tidak sudi
manda menerima binasa. Dia berhenti lari,dia memutar
tubuhnya guna mengangkat kedua tangannya guna
menangkis serangan dahsyat itu. Dengan begitu dia melawan
dengan kekerasan. Tiong Hoa berlaku bengis, dia menyerang hebat/ Ketika
tangan mereka berdua bentrok, tulang-tulangnya Hang Soe
Koen berbunyi nyaring, sebab kedua lengannya kontan patah
dan ringsak, sembari menjerit hebat, tubuhnya mencelat ke
dalam jurang. Tiong Hoa mengawasi, ia melengak terus ia menghela
napas. Tak tahu ia, orang terbinasa atau tidak.
Sampai disitu selesai sudah penumpasan rombongan Hang
Soe Koen itu, sisa penjahat mati kutunya, mereka dibekuk.
Bahkan beberapa diantaranya lalu jadi penunjuk jalan
memeimpin Liong Tayjin semua turun ke dasar jurang, ke
dalam gua. Seng Kiat semua keluar dari kamar dan gua, mereka
mendaki jurang. Kapan Pouw Keng melihat Lie Tiong Hoa tak sanggup dia
menahan goncangan hatinya, selain air matanya lantas saja
bercucuran deras, ia pun lompat menubruk pemuda itu. Ia
merasa sudah mati tetapi hidup pula...Ia menangis terisak
tanpa perdulikan disitu ada banyak orang lain.
Tiong Hoa jengah sendirinya, mukanya menjadi merah,
tetapi ia menghiburi, katanya perlahan:
"Sudahlah! Enci tahu, Sekarang ini adikmu sudah berhasil
mendapatkan gambar lukisan Yoe San Goat Eng. lukisan mana
cocok dengan keletakan sebuah tempat di Boe Ie San- maka
juga, dengan menuruti peta gambar itu, adikmu berhasil juga
memperoleh kitab Ie lie cin Keng. sekarang kitab itu ada pada
encie In dan encie In mengharap harap tibanya encie untuk
bersama-sama memahamkannya ... "
Selagi berkata begitu, Tlong Hoa mengangkat kepalanya,
maka ia melihat semua mata orang diarahkan kepada mereka
berdua, semua memperlihatkan wajah yang tersungging
senyuman- ia likat tetapi ia toh bersenyum terhadap mereka
itu. Kemudian ia menolak tubuh Pouw Keng, untuk ia
menghampirkan Seng Kiat didepan siapa ia memberi hormat
dengan menjura dalam. ia kata, "Budi loocianpwee sangat
besar, tak tahu aku bagaimana aku harus menghaturkan
terima kasih kami, maka itu sukalah loocianpwee menerima
hormatku ini." Seng Kiat tertawa terbahak.
"Lie Siauwhiap." katanya gembira, "bagaimana dengan janji
kita tiga tahun dipaseban Liong Teng, itu termasuk hitungan,
atau tidak?" "Segala apa aku meniru kepada locianpwee." Tiong Hoa
menjawab. Seng Kiat tertawa pula, terbahak-bahak. Tiong Hoa
berpaling pada Pouw Keng.
"Encie, cek-hong Gio cie-sudah selayaknya dikembalikan
pada pemiliknya." katanya pada tunangannya itu.
Mukanya Nona Pouw merah, tetapi dengan kedua
tangannya, ia menghaturkan kemala naga-nagaan yang
mujijad itu kepada ketua pengemis. Seng Kiat menggoyanggoyang
kedua tangannya, lagi-lagi dia tertawa. "Aku tidak
memiliki barang lainnya saja aku haturkan untuk hari nikah
kamu." katanya. Kembali mukanya Pouw Keng bersemu dadu.
Tiong Hoa sebaliknya menghaturkan terima kasih berulangulang.
"Hah, mana Hang-kie couw" mendadak Pouw Lim tanya.
Tiba-tiba saja ia ingat anaknya Hang soe- kiat, yang ia tak ada
di antara mereka. Seng Kiat tertawa, dia menyambung. "Memotong rumput
mesti berikut akarnya, agar rumput itu tak tumbuh lagi, maka
itu tadi selagi keluar dari gua, aku si tua telah menotok dia
pada jalan darah kematiannya "
Puteranya Pouw Llok It mengheia napas lega, tapi ia
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdiam saja. Ketika itu si Puteri Malam telah naik tinggi, pohon-pohon
berbayang, angin meniupnya bergoyang-goyang, diwaktu
begitu semua orang berbaris meninggalkan jurang-yang
membawa peristiwa itu. Kemudian juga diwaktu fajar yang tenang dan nyaman,
kelihatan belasan penunggang- kuda berderet ke arah Yansan,
diantaranya ada sepasang muda-mudi yang
merendengkan kuda mereka, saban-saban mereka saling
memandang, wajah mereka ramai tersungging senyuman
manis dari mereka. Mereka itulah rombongan Tlong Hoa, yang pulang ke Boe
Ie San, untuk tinggal menetap di Toh Gan Kok. lembah Bunga
Toh yang tenteram dan permai.
TAMAT Imam Tanpa Bayangan 1 Beruang Salju Karya Sin Liong Ratu Maksiat 1
mereka yang berisik. Rupanya mereka pergi kelain arah, guna mencari jalan
untuk turun kedalam jurang itu. Pouw Lim berjongkok, kedua
tangannya meraba raba kedepan-Ketika itu mata mereka tak
dapat melihat apa-apa. "Encie, tahukah kau kita berada di mana ini?" tanya ia
perlahan pada kakaknya. "Aku rasa iniiah jalanan buatan
manusia buat orang turun ke jurang dan naik dari jurang ini,
iantaran tertutup kabut, jalanan ini tak nampak. Mari kita
turun terus kebawah."
Pouw Lim tidak gusar pada kakaknya itu, meski muiamuianya
ia tahu, ia dibawa terjun karena kakak itu sudah jadi
nekad. ia tahu sang kakak berhati keras, kakak itu lebih suka
binasa daripada tertawan. Maka ia girang yang mereka jatuh
tetapi tidak mati atau terluka.
Pouw Keng meraba-raba, ia mendapat bukti dari perkataan
adiknya itu. ia pun berhati lega.
"Mari.." kata kakak ini.
Keduanya lantas bergerak perlahan, turun mengikuti
tangga batu. "Encie, tahan" mendadak berkata Pouw Lim. sesudah
mereka merayap turun sekian lama. ia merasa tangannya,
yang diulur ke-depan tak mengenai sesuatu.
"Ada apa. adik?" Pouw Keng tanya. Pouw Lim kaget dan
girang. "Rupanya sebuah gua" sahut sang adik, ia menarik
tangan kakaknya, terus ia bertindak maju, ia menaruh kaki
dengan perlahan- Setelah dua tindak. mereka sudah muiai
memasuki gua. Terowongan sempit, cuma satu orang dapat berjalan, dari
itu mereka jalan berbaris. Makin dalam, terowongan itu terasa
makin sempit, kira-kira dua puluh tombak. Pouw Lim berhenti.
Sekarang ia ingat pada api. maka ia menyalakannya.
Terowongan masih dalam, maka itu keduanya maju terus.
Sesudah jalan lagi enam tombak jauhnya, mendadak Pouw
Lim berseru sendirinya. Sekarang mereka berada dalam sebuah kamar batu yang
bercahaya terang. Disitu ada kursi dan meja lengkap. semua
terbuat dari batu hijau. Hawa didalam kamar ltupun hangat.
Anehnya tak ada orang disitu.
Adik itu mendorong kakaknya, ia mendapatkan sang kakak
berduka, sepasang alis nya seperti nempel satu dengan lain-
"Encie, kau kenapa ?" tanya adik ini, tak mengerti.
"Bukankah kiia sudah lolos dari tangan-tangan jahat.
Seharusnya kita bergirang."
"Kau bicara enak saja" kata kakak itu "Apakah kita mesti
berdiam terus didalam kamar ini " Sekarang kita lolos, tetapi
siapa berani jamin sebentar atau besok mereka tak datang
mencari kita " Laginya disini dimana kita bisa dapatkan barang
makanan ?" Tanpa merasa, nona Pouw berlinang air matanya.
Pouw Lim tahu baik keberanian kakak itu. ia mengerti,
sekarang kakak ini berduka karena dia memikirkan Tiong Hoa.
"Encie." kata ia, menghela napas. "Pasti Thian tidak bakal
menutup jalan kita. Tadi kita lolos dari bahaya, sekarang
belum tahu... Mustahil tak ada jalan keluar disini " Encie tentu
letih, baik encie beristirahat disini. sebentar kita menyelidiki
lebih jauh kamar ini"
Pouw Keng memang merasa letih sekali, maka ia
menghampirkan pembaringan di atas mana ia merebahkan
diri. ia pun menutup matanya.
Pouw Lim turut beristirahat. ia hanya duduk sambil
menyender ditembok. Setahu berapa lama ia berdiam saja, tiba-tiba Pouw Lim
terkejut. ia mendengar suara orang diluar kamar itu. ia lantas
memasang mata, ia mendengari terlebih jauh, hatinya
berdebaran- Pouw Keng dapat tidur, ia tak mendengar apa-apa.
Pouw Lim tak tega mengasi bangun kakak itu, ia berdiam
saja, ia hanya menghadang didepan si kakak. tombaknya siap
sedia. "Dua saudara Pouw itu tentu bersembunyi didalam gua ini"
terdengar suara satu orang. Sungguh diluar dugaan didalam
jurang dari gunung Hok Gu San ada ini gua rahasia. Sudah
sepuluh tahun boanpwee tinggal di-gunung ini, boanpwee
kenal baik keletakan gunung, tetapi gua ini baru sekarang
dapat ditemukan- Syukur barusan sang angin telah meniup
bersih kabut disini hingga jurang nampak segalanya " itulah
sebabnya kenapa gua ini dapat di ketemukan secara
kebetulan" Pouw Lim dapat dengar suara itu meski sebenarnya ia
terpisah dari mereka kira tiga puluh tombak lebih. Ia
mendengar suaranya orang muda. Kemudian ia mendengar
suara seorang tua. "Siau-sancoe mau tunggu apa lagi, lekas
menyerang dengan peluru kedalam gua itu Biarlah kedua
bocah itu mampus. setelah mana kita ambil kitab dari
tubuhnya Supaya kitab Thian Kong Pit Kip menjadi lengkap"
orang tua itu bicara nyaring dan sambil tertawa keras juga.
Bukan main panas hatinya Pouw Lim.
"Tua-bangka itu sangat kejam" pikirnya.
"Siapa itu siauw-sancoe, si tuan muda. Apakah dia anaknya
Seng coe Pek Wan Hang Soe Koen " Sama sekali belum
pernah aku mendengar soe Koen mempunyai anak"
Selagi berpikir begitu, puteranya Pouw Llok-it juga
memikirkan daya untuk-membebaskan diri dari asap peluru api
musuh itu. Terutama asap itu mesti dicegah dapat nelusup
masuk kedalam gua.. . Ketika itu Pouw- Keng telah disadarkan tertawanya si orang
tua. Dia lompat turun dari pembaringan, untuk berdiri disisi
adiknya. Sambil berbisik ia tanya kalau-kalau musuh sudah
mengetahui adanya gua mereka ini. Pouw Lim mengangguk...
"Tidak nanti mereka berani lancang masuk." kata ia.
"Mereka ditempat terang, kita sebaliknya ditempat gelap. Yang
sukar peluru apinya yang berasap jahat ini."
Pouw Keng berduka sekali hingga kembali ia mengerutkan
alis, ia menarik napas panjang.
Diluar itu terdengar pula suara orang bicara. tegas
terdengar nya: "Aku tidak takut loocianpwee menertawakan
Aku telah mendengar Pouw Liok It mempunyai seorang anakdara
yang cantik manis. dan juga liehay ilmu siiatnya, maka
itu ingin aku mendapatkan dia. Tadi telah aku meminta
perkenan dari ayahku untuk dapat menangkap hidup nona itu,
dari itu tidak dapat sembarang menggunai Ngo Tok Tan yang
amat jahat. Sekarang ini kita sabar dulu. aku masih belum
dapat jalan sama tengah."
Panas Pouw Keng mendengar perkataan ini, sendirinya
mukanya menjadi merah. ia-sampai membanting kaki karena mesti menahan
gusarnya. Matanya bersinar bengis sekali.
Dari luar terdengar lagi suara nyaring si orang tua: "Kiranya
siauw san-coe memikirkan si manis. Pantasiah kau ragu-ragu
Baik begini saja, aku si orang tua nanti membikin minat siauw
san-coe kesampaian Nanti aku masuk kedalam gua ini untuk
membujuki mereka menakluk Dengan begitu aku juga nanti
dapat minum arak pengantin "
"Jangan semberono locianpwee," kata sianak muda
mencegah. "Baikiah kita pikirkan dulu cara yang sempurna."
"Hm" terdengar suara si orang tua jumawa, "Baik siau sancoe
ketahui, aku si-orang tua pernah mengaiami ratusan kali
bertempur. gelombang bagaimana besar juga pernah aku
saksikan. dari itu. jangan kau buat kuatir Biarnya dua saudara
Pouw itu terlebih pandai daripada sekarang. tidak nanti dia
dapat mengaiahkan aku Laginya sekarang hati mereka itu
sudah ciut pasti mereka tidak berani berbuat apa-apa atas
diriku" "Jikalau begitu, baikiah aku si orang she Gan menemani
loocianpwee" kata seorang yang ketiga.
Si siauw-sancoe tuan muda, kata: "Kalau kedua
loocianpwee masuk bersama, itulah baik sekali jikalau
loocianpwee berhasil bukan main aku berhutang budi cuma
aku minta sukalah loocianpwee berdua berhati-hati."
Orang tua itu tertawa berkakak.
Habis berhenti tertawa itu, lantas terdengar tindakan kaki.
Pouw Keng dan Pouw Lim kaget sekali. Mereka seperti
melihat dua bayangan orang lagi mendatangi. Dengan
masuknya dua orang itu mulut gua yang terang menjadi
seperti ketutupan- Suara tindakan kaki terdengar satu demi satu, bagaikan
bunyi martil, suara itu menggoncangkan hati si muda-mudi
kakak beradik. Dua orang itu berjalan sampai jauhnya tujuh kaki dari
kamar, mereka berhenti. "Aku si orang she Gan ingin bicara dengan Seng Loosoe,"
berkata orang yang satu," Dapatkah aku membuka mulut?" Si
orang tua agaknya heran- "Aku si pengemis tua ada satu
tabiatku." kata dia, ialah tabiat keras dan suka menang sendiri
Tabiat itu membikin aku tak sudi mendengar kata-kata orang
Tapi pun aku memiliki kebaikanku yaitu aku senang bicara
terus terang tak suka aku mencurangi orang"
Orang itu batuk-batuk perlahan- "Aku justeru menghargai
sifatmu itu. Seng Loosoe," dia kata. "Karena itu juga aku jadi
berani omong terus terang. Seng Loosoe. bagaimana
penglihatanmu mengenai Seng cie Pek Wan Hang Soe Koen"
Bagaimana sikapnya Hang Soe Koen terhadap kita?"
Orang tua itu rupanya berdiam untuk berpikir. Sekian lama
tak terdengar suaranya. Kemudian-
"Hang Soe Koen itu nampak lemah-lembut dan sangat
ramah tamah dalam pergauian- kata ia, "cuma sinar matanya
yang sedikit luar biasa lenyap secara tiba-tiba. Toh aku si
orang tua, aku melihatnya nyata sekali."
Gan Loo-soe. mungkinkah kau mendapat lihat sesuatu dari
sikapnya Hang Soe Koen itu - sesuatu yang tak baik untuk
kita?" "Benar demikian, seng Loo-soe," sahut si orang she Gan
itu. "Dimataku terang sekali dia mengandung maksud tidak
baik terhadap kita, bahkan sangat jahat dan kejam Dia berniat
membikin celaka pada kita Kecuali yang sangat erat
hubungannya, tak ada yang ketahui maksud jahat Soe Koen
itu. Tak beruntung bagi soe Koen kita mendapat tahu halnya
kitab Thian Kong Pit Kip yang dia arah itu. Jikalau kita berhasil
mendapatkan kitab itu, apa Seng Loosoe mau percaya dia
akan memberi ampun kepada kita " Buat aku, aku tidak
percaya Loosoe tahu kenapa Mo Kan Soe coe dan Siang Tong
Siang Ho lenyap tidak keruan paran" Mereka itu telah jadi
kurban geiap dari Hang Soe Koen " Karena kekejaman dia,
aku kuatir kita bakal menjadi contohnya mereka itu berenam.
Kasihan empatjago dari Mo Kan San Im serta itu sepasang
jago dari Siang Tong, Ouw-iam timur... Maka itu. Seng Loosoe
lekas berdaya untuk menyelamatkan diri kita."
Suara si orang she Gan perlahan tetapi sungguh-sungguh.
Mendengar suara orang itu. Pouw Keng dan Pouw Lim
mendapat harapan, itulah nasihat si orang tua she Seng
supaya dia jangan mengganggu mereka. Mereka berdiam,
untuk memasang telinga terlebih jauh.
"Gan Loosoe," kata si orang she Seng, suaranya kaget, "
mengapa kau tidak bicara begini dari siang-siang " Bagaimana
kau ketahui tentang Soe coe dan Siang Ho, enam orang itu?"
"Tentang itu baru saja aku ketahui," sahut orang she Gan-
"Karena itu aku mengajaki Seng Loosoe keluar dari Hok Gu
San. Sayang pengawas mereka itu sangat keras, tidak ada
ketika untuk aku bicara dengan loosoe. orang tanya kenapa
aku keluar. Aku bilang aku mau cari Hang San coe buat satu
urusan penting. Seng loosoe, tujuh jagonya Hang Soe Koen
senantiasa mengawasi kita, terang mereka mengandung
maksud buruk. sembarang waktu mereka dapat turun tangan"
"Dimataku si -orang she Seng, tujuh orang itu tidak ada
artinya sama sekali" kata orang she Seng. " Dengan sekali
hajar saja dapat aku merobohkan mereka"
"Tak dapat-kita bicara seperti caramu ini, Seng loosoe."
kata si Gan batuk-batuk. " Ingatiah, Ngo Tok Tan mereka itu
bukannya lawan kita."
Si orang she -Seng bungkam.
"Sekarang mari kita masuk lebih jauh, sebentar kita bicara
lagi" kata si Gan dan ia menarik tangan orang.
Kedua saudara Pouw memisahkan diri ke kiri dan kanan,
siap untuk setiap serangan-Mereka tak mau mati konyol.
Dua orang diluar itu bertindak terus. Mereka sampai
diambang pintu, masih mereka berjalan-
Orang yang satu yaiah seorang pengemis tua. tubuhnya
kecil dan kurus, mukanya dekil, rambutnya awut-awutan,
tetapi sepasang matanya sangat tajam dan berpengaruh. Dia
mengenakan pakaian yang banyak tambaiannya. Di tangannya
ia memegang tongkat bambu sebesar jempol panjang lima
kaki. orang yang lainnya bermuka bersih, matanya bersinar,
rambutnya panjang sampai diperut. Keduanya harus
memandang tajam kekiri dan kanan kepada sepasang muda
mudi itu. Mereka lantas tersenyum.
"Jiewie, jangan kaget," kata si Gan. "Dalam kejadian hari
ini, bergabung kita beruntung, bercerai kita runtuh Bukankah
barusan kamu telah mendengar pembicaraan kami berdua."
Dua saudara itu terus memasang mata.
"Jiewie Loo enghiong, maukah jiewie memperkenalkan diri
kepada kami?" Pouw Lim tanya. Dia berhati-hati sekali.
"Baikiah jiewie ketahui kami lebih suka terbinasa dari pada
terhina, maka itu janganiah jiewie membujuki kami" Si orang
tua she Gan tertawa. "Aku si orang tua Gan Tok" dia menjawab. Dia menunjuk
kawannya untuk mengajar kenal. "Ini jago nomor satu dari
Klong Kee Pang, Partai Pengemis, iaiah Pek Houw Tong-coe
Seng Kiat yang di dunia persialtannya disebut Pek Kiat Wie To,
mata ikan Wie To Seratus Tambalan-"
Pouw Lim pernah dengar namanya Gan Tok ini, yang
bergeiar Kheng-boen It Loo, jago tua satu-satunya dari
Kheng-boen, yang terkenal ilmu siiatnya bertangan kosong
teiapakan dan kepalan serta pedangnya. Karena ini, ia lantas
mengubah sikapnya. Ia memberi hormat kepada dua orang itu
seraya berkata ramah: "Kiranya kedua loo-cianpwe Aku yang muda minta diberi
maaf.. Karena kami lagi berada dalam kesukaran, kami tak
dapat menghunjuk hormat sebagaimana seiayaknya."
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gan Tok bersenyum. "Aku si tua juga tak rewel urusan adat istiadat." katanya
bersenyum. ia terus berpaling pada Seng Kiat, untuk terus
berkata: "Seng Loosoe, baiklah kau membiarkan Pouw Siauw
hiap membikin robek babumu ditiga tempat serta membikin
lecet kulitmu hingga keluar darah."
Pek-kiat Wie To heran, hingga ia mengawasi kawannya itu.
"Tak dapat kita main ayal-ayaian lagi" kata Gan Tok. "Kalau
Seng loosoe percaya aku, lakukaniah apa yang aku katakan-"
Pouw Lim dan Pouw Keng juga mendelong. Tak dapat
mereka membade hatinya orang she Gan itu.
Tapi si pengemis lantas tertawa. Dia kata: "Baikiah, aku si
orang tua percaya kau Pouw Siau hiap- mari, mari, kau serang
aku." "Siiahkan Siauw hiap" kata Gan Tok.. " Lekas..."
Didalam keadaan terpaksa. walaupun ia tak mengerti.
Pouw-Lim turut perkataan siorang tua jago dari Kheng-boen
itu. Tiga kali ia menusuk membikin robek baju tambaian dari
ketua kaum pengemis, untuk keempat kalinya ia menyontek
membikin orang tua itu terluka, hingga darahnya lantas
mengucur deras. "Hm " seru, si pengemis, agaknya kaget.
Jilid 34 : Menjemput Pouw Keng (Tamat)
(MISTERI LAMBANG MAUT Jilid 15) Tamat
Baru setelah itu, Gan Tok mengutarakan tipudayanya,
mendengar mana Pouw Keng dan Pouw Lim menjadi girang,
sedang Seng Kiat, yang matanya bersinar, menunjuki
jempolnya dan kata kagum:
"Gan Loosoe, aku si Seng tua kagum padamu Sekarang
juga aku keluar" ia sudah memutar tubuh dan bertindak ketika
mendadak ia merandak. sambil memutar tubuh, ia menarik
keluar dua bungkusan dari dalam sakunya, sembari tertawa ia
kata: "Isi bungkusan ini adalah daging ayam yang cukup untuk
menahan lapar beberapa hari lamanya"
Baru setelah itu ia bertindak keluar cepat.
"seng Loocianpuee, tunggu dulu" memanggil Pouw Keng.
tersenyum. Si maiaikat Wie To Seratus Tambalan heran, dia menoleh
dengan melengak. "Ada apa. Nona Pouw?" dia tanya.
Pouw Keng mengasi keluar serupa barang. "inilah milik
loocianpwee, aku harus mengembalikannya" kata ia.
Melihat barang itu si ketua pengemis heran- itulah naganagaan
dari kemala merah. "Nona dari mana kau dapatkan
ini?" dia tanya. Pouw Keng menggeleng kepala.
"Bukannya boanpwee yang mendapatkan ini." sahutnya
mukanya merah agaknya ia likat. "Sebenarnya..."
Melihat begitu Pouw Lim mewakilkan kakaknya itu
menjelaskan: Kemala ini didapatkan digunung Ngo Bie San
oleh Lie Tiong Hoa yang menjadi tunangan dari kakakku ini.
Ketika loocianpwee berdua lagi berlatih tak disengaja
loocianpwee membuatnya jatuh dan ketinggaian diatas
rumput." Seng Kiat tertawa. "Oh, jadinya dia itu?" katanya, ia sudah mengulurkan
tangannya untuk menyambuti ketika mendadak ia menariknya
pulang. ia lantas kata: "Kemaia ini mempunyai khasiat
memunahkan beratus macam racun, maka itu nona, kau
simpanlah dahulu. Seumpama mereka menimpuk kamu
dengan Ngo Tok Tan. pakailah ini untuk melawan racunnya
peluru itu" Habis berkata, sipengemis memutar tubuh. Sekarang ia
berjalan terus. setelah orang pergi jauh, Khong boen It Loo
mengheia napas. "Harap saja mereka itu percaya pengakuannya pengemis
she Seng itu." katanya, "jikalau tidak. kita mungkin bakal
terbinasa didalam gua ini..." ia mengheia napas pula.
Lalu ia menambahkan: "Selama di Kwie In chung, aku si
orang tua pernah melihat Lie Siauwhiap. pemuda yang
menggetarkan Rimba Persiiatan itu. Dia tampan dan ramah
tamah, pengetahuannya luas, bukan main kagum ku
terhadapnya. Harap saja dia mendapat kabar hal kita ini,
supaya dia lantas datang menolongi. Biar bagaimana, manusia
berusaha, Thian berkuasa, sekarang kita mengandal kepada
kemurahan hati Thian saja."
Pouw Keng terharu, hampir ia menangis .Jago dari Khengboen
itu mengingatkan ia kepada pemuda pujaannya....
ooo BAB 1 MULUT GUA tertutup dengan kabut tipis. Dimuka situ
berbaris beiasan orang dengan pakaian singkat, lengkap
dengan aiat senjatanya. Mereka lagi menjaga dengan tak
menerbitkan suara apa-apa.
Seorang muda berdiri hampir dimulut gua, dia berpakaian
serba putih, romannya berduka. Beberapa kali dia menggosokgosok
kedua tangannya. Tak sabaran dia menantikan
keluarnya Seng Kiat dan Gan Tok, kedua kawannya itu.
Akhir-akhirnya Tok-kiat Wie to Seng Kiat, ketua Klong Kee
Pang, muncul dengan tindakan limbung-pakaiannya robek.
darah berlepotan sampai dipahanya. Kelihatannya dia berduka
dan bingung sekali. Si anak muda kaget.
"Seng Loocianpwee " dia berseru. "Kau kenapa kah ?" Mana
Gan Loocianpwee ?" Seng Kiat tertawa meringis. "Kami lacur." katanya masgul
dan malu.. "Ketika kami masuk kedalam, kami disangka
bermaksud buruk. Mendadak mereka menyerang kami. Gan
loosoe kena terbokong, dia ditotok jalan darahnya. Aku gusar,
hendak aku menolongi dia.
Bocah laki-laki itu gesit sekali, dia menyerang padaku
dengan sengit sekali Dia menang diatas angin, dia berhasil
merobek bajuku dan melukai kulitku. Saking gusar, aku hajar
padanya. Aku sudah menang dan hendak membinasakan dia,
sayang Gan Loosoe sudah terjatuh kedalam tangan Si bocah
wanita. Dia mengancam dari memaksa aku, hingga aku tidak berani
menyerang terlebih jauh. Kita lantas membuat pembicaraan-
Aku telah kasi tahu dianya tentang hatimu, siauw sancoe. Dia
nyatakan setuju, tetapi dia mengajukan sembilan syarat, kalau
semua itu diterima, suka menikah dengan sancoe."
Si anak muda kelihatan ketarik hati.
"Apakah sembiian syaratnya itu?" dia tanya. "Asal yang
dapat diterima, jangan kata baru sembiian sembiian puluh
juga akan aku mengabulkannya" Didalam hatinya, Seng Kiat
mengutuk: "celaka anak yang telah gila paras elok ini"
ia lantas memberikan keterangannya. Kata ia: "Bocah she
Pouw itu benar cantik luar biasa, kulitnya halus seumpama
batu kemaia, jangan kata kau. siauw sancoe, sekalipun aku,
aku tertarik hati sekali, sampai hatiku goncang. cuma sembilan
permintaannya itu. semuanya sulit, sedang batas waktu yang
diberikan buatjawabannya cuma tiga jam Sekarang tak dapat
kita teriambat lagi. Nanti aku pergi mengundang sancoe."
"Sebenarnya apakah sembiian syarat itu" tanya si anak
muda. "Dapatkah loocianpwee beritahukan dulu padaku"
Bukankah sama saja jikalau aku mengirim orang mengundang
ayahku, tak usah locianpwee yang pergi sendiri " Sekarang itu
ayah lagi kedatangan tetamu dipusat, jikalau tidak. ia tentu
saja sudah datang kemari..."
"Aku si tua ketahui itu, memang tak selayaknya aku
mencapekan diri." kata ia "tetapi aku ingin sekali merecoki
jodoh ini, jadi perlulah aku yang pergi sendiri, harus aku dapat
membujuki ayahmu itu. jikalau aku yang pergi sendiri dan
bicara iangsung, sebagai orang yang menjaga keagungannya,
pasti ayahmu tak dapat menolak jikalau aku tidak pergi sendiri
dan urusan menjadi gagal, tak mau aku nanti dipersalahkan
dan disesalkan..." Pemuda itu tercengang. Seng Kiat menggunai ketikanya, ia berkata pula: "Syaratpertama
dari si nona yalah ayahmu mesti pergi sendiri ke
siauw Lim Sie digunung siong San guna menghaturkan maaf.
Katanya jodoh bukanlah urusan permainan anak kecil, tanpa
persetujuan ayahnya, biarnya ia mati, tak mau ia menikah
dengan siauw san coe. Lihat syarat pertama ini saja sudah
sulit bukan main-" Pemuda itu nampak berduka^
"Aku kuatir ayahku tak dapat menerima baik syarat itu,
katanya. "ia lantas menyerahkan sehelai bendera kecil segi
tiga, bendera mana tersuiamkan kera putih, sambil
menerangkan: Dengan membawa bendera ini- loocianpwee
dapat pergi kemana loocianpwee suka tanpa rintangan- Maaf,
aku tak dapat mengantarkan-"
Seng Kiat tertawa riang. Jangan kuatir aku si tua
mempunyai daya buat membikin ayahmu memberikan
persetujuannya" katanya. "Sekarang tak dapat aku ayalayalan,
atau urusan jodoh kau ini bisa gagal. juga jiwa Gan
Loosoe terancam di tangannya nona itu..."
Habis berkata, ia lantas berlalu dengan cepat.
Melihat orang tua itu diberikan bendera, orang-orangnya si
siauw sancoe tidak menghaiangi bahkan mereka lekas-lekas
membuka jalan- Maka itu Seng Kiat dengan cepat dapat naik
keatas jurang untuk beriari-iari keras, hingga diiain saat ia
sudah sampai didalam kota Lou san dimana ia cari ketua
cabang Klong Kee Pang disitu, untuk memberikan perintah
rahasianya sambil ia memesan, titah itu mesti dijalankan
tanpa kegagaian-Setelah itu, dengan sama cepatnya ia iari
balik ke Hok Gou San. ooooooo Didalam kota Yan-khia, kota raja, diwaktu matahari turun,
keadaan ramai sekali. Orang dan kereta mundar-mandir
memenuhkan jalan umum. Orang pada pesiar diwaktu Malam.
Justeru itu diluar gedungnya Liong Hoei Giok. kepala Sie-wie.
terpisah kira sepanahan dari muka gedung, terlihat tiga orang
pengemis tua dengan pakaiannya penuh tambalan, lagi duduk
bersemedhi, kedua mata mereka dirapatkan, mulut mereka
tertutup rapat. Tak lama dari itu, di gang terdengar tindakan kaki kuda
yang nyaring. lalu tertampak lima penunggang kuda lagi
mendatangi, semua mengasi kudanya iari cepat. Melihat
demikian ketiga pengemis itu membuka matanya, lantas
mereka berlompat bangun, untuk iari memapaki.
Semua penunggang kuda itu terperanjat, dengan lantas
mereka menghentikan kuda mereka sambil mengawasi tajam.
Pengemis yang tertua sudah lantas menanya: "Apakah
Liong tayjin pulang dari kantor" Aku si pengemis tua hendak
bertemu dengan tayjin buat urusan sangat penting."
Orang itu memang Liong Hoei Giok. Tapi segera ia
mengenali ketiga pengemis itu. ia lantas menyapa: "Bukankah
ini Pok Tong- cue Jari Ga Sin long dari Kiong Kee Pang" Nah
silahkan datang kegubukku untuk kita memasang omong"
Habis berkata, kepala Hokwie ini serta empat kawannya
lompat turun dari kuda mereka, untuk mengajak ketiga
pengemis itu berjalan kaki memasuki gedungnya.
Begitu tiba didalam pengemis itu lalu menyampaikan berita
pentingnya, ialah halnya dua saudara Pouw anak-anaknya
Pouw Llok It terkurung musuh didalam gua di- gunung Hok
Gou San- Setelah itu anggauta Gwa Sam Tong Kiong Kee Pang
itu menambahkan: Hang Soe Koen sudah lama mengandung
niat menjagoi Rimba Persiiatan dibawah perintahnya ia
memiliki banyak jago jalan Hitam, sedang orang-orangnya
Bouw Sin Gan, semuanya sudah menghambat kepadanya.
Pangcoe kami memesan supaya Tayjin lekas berangkat
memberikan pertolongan karena dikuatir keburu kasip"
Hoei Giok kaget. "Apakah Lie Siauwhiap ketahui kejadian itu?" ia tanya.
"Warta sudah dikirimkan, mungkin tak lama lagi Lie
Siauwhiap pun datang," sahut pengemis she Pok itu yang
berkedudukan san-coe atau ketua Gwa Sam Tang dari Partai
Pengemis. "Baik." kata Hoei Giok cepat. "Sekarang juga aku akan
pergi kepada Pangeran Tokeh untuk memohon cuti, supaya
aku bisa bawa sebagian dari orang-orangku berangkat ke
gunung itu" Pengemis itu mengucap terima kasih, mereka terus
memohon diri, lantas mereka berangkat pergi.
Hoei Giok mengawasi kepergian tetamu-tetamunya itu,
setelah itu ia memandang empat orangnya, untuk
memberikan perintahnya " Lekas kamu mengumpulkan enam
puluh tiga anggauta dari pasukan Hoei Eng Twie kita, kamu
tunggu disini, sekembalinya aku dari istana, kita lantas
berangkat" Keempat bawahannya itu, semuanya anggauta dari Hoei
Eng Twie. barisan Garuda Terbang, menerima perintah
dengan lantas mengundurkan diri, sedang Liong Hoei Giok
sendiri tak berayal buat lantas meninggalkan rumahnya. Tapi
ia tidak pergi dengan menunggang kuda, hanya ia lompat naik
ke atas genteng, hingga ia lenyap didalam kegeiapan sang
Malam. Tak lama setelah si Puteri Malam berada ditengah-tengah
langit, dimana banyak bintang seperti menggantung berkeiakkelik,
diatas jembatan Louw Kouw Klo tampak lewatnya satu
pasukan tentara pelindung istana yang berangkat dengan
sangat cepatnya. Itulah barisan terdiri dari enam puluh tiga hok-wie di bawah
pimpinan Liong Hoei Glok yang berangkat menuju ke propinsi
Holam. kegunung Hok Goe San. Mereka dapat kabar dengan
cepat karena kuda mereka semuanya pilihan-
Karena itu besoknya pagi mereka sudah tiba dikota Kayhong.
Dikota ini Hoei Giok pergi seorang diri ke kantor soenboe
gubernur kota itu, guna menyampaikan surat titah rahasia
dari Pangeran Tokeh, pangeran mana selainnya orang
bangsawan terkemuka pula merangkap jabatan Koen Kie
Taysin. yaitu Menteri Perang. Maka itu, semua gubernur
propinsi mesti tunduk kepada perintahnya.
Setelah itu, Liong Hoei Giok melanjuti perjalanannya ke Hok
Goe San. Sementara itu didepan gua rahasia, seberlalunya Seng Kiat.
si anak muda menjadi bergelisah, hingga alisnya berkerut
rapat. Dia berduka dan berkuatir. Dia merasa tempo tiga jam
itu iambat sekali jalannya...
"Eh, tiga jam sudah tiba atau belum ?" mendadak dia tanya
seorang disisinya. Dia seperti tidak tahu jam lagi...
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sekarang ini sudah hampir lewat dua jam, siauw san-coe."
Sahut orang yang ditanya yang didalam hatinya
mentertawakan tuan muda itu. Pada wajahnya dia tidak berani
mengentarakan sesuatu perasaan-Pemuda dengan pakaian
putih itu mengheia napas.
Sembari berjalan-jalan dengan perlahan," katanya. Dia
bingung. menjadi tak keruan-rasa. Dia mengharap-harap
putusan dari ayahnya. Dia memikirkan bagaimana jadinya jika
ayahnya menolak. Dia mengatakan jam lambat jalannya, di
sebelah itu, dia kuatir lewatnya batas waktu yang diberikan si
nona. Tepat selagi pemuda ini bingung itu, ia mendengar
beberapa kali suara siulan yang berkumandang di lembah
lembah. Dengan lantas dia nampak terbangun semangatnya,
sepasang alisnya tak lagi nempel satu dengan iain-
"Sudah sampai" dia berseru. Dia terus mengawasi kearah
datangnya siulan itu. Tak lama atau suara Seng Kiat sudah terdengar. Pengemis
itu berbicara dengan beberapa orang, yang sudah lantas
muncul diatas jurang, berjalan turun diundakan tangga batu.
Si anak muda terus mengawasi, tapi dia tak melihat Seng
Kiat ada bersama ayahku Seng cioe Pek Wan Hang soe Koen,
jago Rimba Persiiatan yang bercita-cita dan berambekan besar
itu. Dengan lantas dia kehilangan kegembiraannya, hingga dia
menjadi putus asa. Seng Kiat datang bersama enam orang, satu diantaranya
salah seorang jago dari Hok Goe San. Lima yang lainnya tak
dikenal si anak muda, maka itu, dia menjadi heran-
"Sayang aku si orang she Seng datang disaat yang tidak
tepat," berkata Seng Kiat si Pengemis selagi ia
menghampirkan tuan muda itu. "Benar seperti katamu siauwsancoe,
sancoe lagi berbicara dengan tetamunya yang
terhormat. Aku cuma dapat sedikit waktu untuk
menyampaikan urusan- Sancoe memberitahukan tak dapat
segera dia memisahkan diri, maka itu dia cuma berjanji akan
datang kemari selekasnya bisa."
Kemudian ia berpaling kepada kawan-kawannya, untuk
memperkenaikan- Katanya. "inilah siauw sancoe kami. Hang
Kie couw yang dibelakang hari pasti bakal menjadi kepala
Rimba Persiiatan-" Kie couw mengangkat tangannya, untuk memberi hormat.
"Loocianpwee memuji aku" katanya. Dia merendah tetapi
didalam hatinya dia girang sekali diumpak-umpak itu.
Lima kawannya Seng Kiat itu yalah jago Kwan gwa, Leng
kwan Pian Sin Tlo Pa. Hok houw ciang Soen Goan Hoe. Siauwyauw-
Tojin Lek Hok Hian. Toan-hoanpiauw Iauw Tay Peng,
serta jago Kwan-lok, cit san Sin-Koen Thio Loei.
"Apakah Kheng-boen it Loo can Tok masih ada didalam
gua?" tanya Thio Loei habis mereka berkenaian Dia melirik kemulut
gua dimana kabut tebal hingga disitu tak nampak apa
juga. Seng Kiat mengasi lihat roman berduka.
"Sekarang ini tentulah Gan Loosoe berada dalam keadaan
mati tak dapat, hidup menderita." katanya, masgul. "Batas
tempo tiga jam bakal segera lewat, karenanya itu bagaimana
aku tidak menjadi berkuatir" Mudah-mudahan san-coe dapat
segera tiba disini."
"Tetapi siapa itu yang ayahku lagi menyambutnya?" si sancoe
muda tanya. "Adakah dia orang kenamaan Rimba
Persiiatan atau jago Sungai Teiaga?"
"Merekalah Boe-Eng Hoei Liong Khioe Tin Koen dan Koelouw-
sin Pek Yang, dari gunung Tay Liang San," jawab si
ketua Partai Pengemis. Seorang lagi yaitu Jie Siong Gan yang
dulu hari menjadi ketua Hoei Liong Peng disungai Tiang
Kang." Hang Kie couw mengheia napas. "Apakah loocianpwee
telah sampaikan kepada ayahku, bunyinya sembiian syarat itu"
tanyanya. "Belum." sahut Seng Kiat ringkas sembari tertawa. "Tak
mau aku menyebutkan itu dihadapan tetamu-tetamu
terhormat dari ayah siauw-sancoe itu. Tapi sancoe sudah
ketahui dua sandara Pouw terkurung didalam gua ini dan aku
diperintah lekas balik kemari."
Tak tenteram hati Kie couw, dia menghela napas berulang
kali. "Tidak dapat kita membiarkan Gan Loo-soe terbinasa
ditangannya kedua bocah itu." kata Thio Loei. suaranya keras.
"Kita harus lekas berdaya menolonginya."
Seng Kiat menyeringai. "Apa daya sekarang?" dia tanya. " Kedua bocah itu liehay
sekali, aku sendiri kena dilukakan mereka."
"Aku tidak percaya tidak ada daya sama sekali" kata pula
Thio Loei dingin. Dia menjadi jago Kwa-lok dan gelarnya pun
cin San Sin Koen- Kepalan sakti yang Menggempur Gunung,
maka itu, dia bertabiat keras. "Biia kita menyalakan api
dimulut gua itu. supaya asapnya masuk kedalam Mustahil
mereka tidak akan lari keluar"
"Gua ini dalam beberapa puluh tombak." kata Seng Kiat.
Mana dapat asap masuk sampai diujungnya" Kalau mereka
dari dalam menyerang dengan pukuian udara Kosong, kita
sendiri yang bakal terserang asap yang berbalik itu.^ Thio
Loei berdiam kedua matanya mendelong.
"Menurut pintoo," berkata Lok liok Hiun, si imam yang
semenjak tadi berdiam saja dan bicaranya pun sambil tertawa
tawar, "baiklah kita menggunai racun. Kita masuk Kedalam
gua, sampai ditengah tengah, baru kita menyerang dengan
racun itu. Pintoo mempunyai serupa barang yang dapat
dicoba." Mendengar itu, Seng Kiat tertawa, ia pun kata: "Lek cinjin,
pikiran kau ini bagus sekali. Jikalau aku si pengemis tidak
menerka keliru, racunmu itu pasti racun yang berupa pasir
coengo Hoe see yang didalam batas sepuluh tombak
sekitarnya racun yang seperti ini dapat membinasakan setiap
sasaran, cuma sebelum kau menggunai itu, kau mesti tanya
dulu siauw-sancoe, siauw-sancoe-setuju atau tidak..."
"cara itu terlalu hebat," kata Kie couw yang mengerutkan
alis. "Baiklah kita pikir lain jalan lagi..."
Lek Hok Bian menduga san-coe muda itu menyukai si nona
didalam gua. dia tertawa.
"Maksudku yalah serupa barang lain," berkata dia.
"Barangku ini. kalau mengenai sasarannya, manusia atau
binatang, akan menyebabkan si sasaran menjadi lemas habis
tenaganya, tak perduli dialah seorang jago. dia mesti manda
ditelikung." Mendengar itu, Kie couw lantas girang, dia niat membuka
mulutnya, tetapi Seng Kiat sudah mendahului. Pengemis itu
kata: "Aku tahu, itulah tentu bubuk siauw-auw Bie Hoen San
yang dapat memusingkan kepala orang Lek cinjin biasa
mengandalkan bubuk mu itu, entah sudah berapa banyak kali
kau menderita karenanya..."
Seng Kiat terus omong dengan keras, membikin suaranya
itu terdengar sampai di dalam kamar dalam gua. ia memang
bermaksud agar dua saudara Pouw mengetahui dan bersiap
sedia karenanya. Muka imam itu merah sendirinya. Ia merasa si pengemis
menyindir terhadapnya. Ia lantas mengawasi tajam, matanya
bersinar kemarahan-Kie couw menjadi girang.
"Daya ini dapat digunakan," kata dia. Hanya cinjin harus
berhati-hati..." "Siauw-sancoe jangan kuatir" imam itu kata, tertawa.
"Pintoo tanggung, asal pintoo turun tangan, kita bakal
berhasil" Seng Kiat bersenyum. Dia tidak kuatir. Pouw Keng dan
Pouw Lim memiliki naga kemaia yang mujijat, mereka dapat
menoiak serangan pelbagai macam racun-Ketika itu, Lek cinjin
sudah lantas berduduk kemulut gua, untuk masuk.
Dengan kepergiannya ini, Lek cinjin akan lebih banyak
menghadapi bencana daripada keselamatan, berkata ketua
Kiong Kee Pang kepada si tuan muda, yang ia awasi. Kie couw
heran, dia tercengang. "Mengapa loocianpwee berpendapat
begini" dia tanya. Seng Kiat menghela napas.
"Dua saudara Pouw itu mirip dengan siauw sancoe."
sahutnya. Mereka muda dan gagah dan pintar, banyak akal
muslihatnya.Jikalau cinjin gagal, dia pasti bakal binasa, tak
bisa iain-" Kata-kata ini membuat kuatir orang-orang iainnya.
Ketika itu didalam kamar dalam gua, Pouw Keng kakakberadik
dan Gan Tok menanti sang kakak ini. Mereka
mengharap- harap Seng Kiat dipercaya dan akan berhasil
mencari bala- bantuan- Mereka menanti dengan waspada.
Rasa lamanya tiga jam, maka itu hati mereka lega waktu
pertama kali mendengar suaranya si pengemis. Seianjutnya
mereka terus memasang telinga, hingga mereka mendapat
dengar semua pembicaraan diluar gua itu. Mereka tahu si
pengemis bicara demikian untuk mengisiki pada mereka .
Pouw Keng sudah lantas menggenggam naga kemaia, cekhong
Giok cie, untuk bersiap sedia menangkis serangan setiap
macam racun- ia memasang mata dan telinga.
Pouw Lim juga siap untuk menyerang.
Gan Tok telah melihat sekitar ruang, maka itu ia bersiap
dengan merebahkan diri, tubuhnya sedikit miring, kaki
kanannya ditekuk sedikit, ujung kakinya nempel dengar lantai,
untuk gampang menjejak. sedang matanya separuh
dipejamkan, untuk bisa mengintai.
Didalam terowongan sudah lantas terdengar suara perlahan
dari ujung baju yang membentur- bentur tembok terowongan-
Ketika kemudian suara itu berhenti, sebagai gantinya terlihat
semacam uap putih mengepul masuk seperti asap.
Melihat demikian, Pouw Keng lantas mengangsurkan
tangannya yang mencekal kemala mustika, kemana-mana
lantas dengan sendirinya mengeluarkan sinar merah, atas
mana bubuk putih itu lantas buyar-sirna.
Sesudah mana sorot merah pun lenyap pula, hingga
terowongan menjadi guram seperti sediakaia. Mereka berdiam
terus, untuk menanti terlebih jauh. Mereka percaya orang
diluar itu lagi menunggu ketikanya guna memasuki kamar.
Biar bagaimana, suasana tegang sekali.
Kira sehirupan teh maka sesosok tubuh nampak muncul
diambang pintu kamar. itulah tubuh yang jangkung dan kurus.
cepat sekali tubuh itu sudah sampai didepannya Gan Tok
yang lagi rebah itu, rebah mirip orang terluka tak berdaya.
"Asal aku gunai obat bubukku, siapapun tak berdaya."
berkata orang itu, seorang imam, yalah Lek Hok Hian. Dia
agaknya puas, hingga dia menjadi jumawa. Hanya ketika dia
menoleh kekiri dan kanan, dia terperanjat. Dia melihat
sepasang muda-mudi lagi mengawasinya dengan sorot mata
bengis dan sikap mengancam.
"Eh, kenapa kamu..." katanya, lalu merandak. Dia rupanya
heran mendapatkan orang tak roboh terkena asapnya yang
jahat itu. "Kenapa kita belum roboh, bukan?" Pouw Lim kata tertawa.
"Diluar terkaanmu, bukan?"
Anak muda ini tidak cuma mengejek ia lantas menyerang
dengan pukuian cit chee ciang atau Tujuh Bintang.
"Tahan- si imam berseru, tangan kanannya menggenggam
keras. "Tanganku ini membekal pasir beracun, kalau aku
menyerang, siapa pun tak bakal luput dari kebinasaan Tapi
pintoo masih ingat akan kasihan, maka itu pintoo suka
memberi nasihat untuk kamu menyerah saja."
Oleh karena mengawasi Pouw Keng dan Pouw Lim
bergantian, untuk bersiaga. Lek Hok Hian jadi membaliki
belakang kepada Gan Tok. Mendadak jago tua itu meletik
bangun, sambil bangun itu, dia menggempur punggung orang
Imam itu terkejut. Dia merasa ada orang bergerak dan
menyerang, dengan lantas dia memutar tubuh, guna membeia
diri. Nyatanya dia sudah ke terlambat. Dia terhajar hebat,
hingga tulang-tulang punggungnya pada patah, maka sambil
menjerit keras, dia roboh, tubuhnya terpental, kepalanya
membentur tembok. hingga kepala itu pecah hancur, darah
dan polonya muncrat keluar Dalam sedetik itu, terbanglah
jiwanya. Jeritan si imam terdengar sampai diluar. semua orang
kaget, muka mereka berubah menjadi pucat.
Seng Kiat menarik napas panjang, dia nampak sangat
berduka. "Apa kataku si pengemis tua?" katanya masgul. Lauw
Tay Peng heran- "Seng Loosoe, bagaimana loosoe berani menetapkan jeritan
itu jeritannya Lek cin-jin?" dia tanya. Seng Kiat tertawa.
"Aku mempunyai kepercayaan bahwa aku tak akan salah
menerka," sahutnya, "jikalau kau menyangsikan aku, Louw
Loosoe, silahkan kau masuk untuk membuktikan sendiri"
Ta Peng bermuka merah. Dia sudah bertindak. atau
mendadak dia merandak. Dia menghentikan tindakannya
dengan jengah. Thio Loei pun tidak percaya. Dia kata keras: "Aku tidak
percaya segala kesesatan Nanti aku lihat" Dan dia bertindak
sebat, masuk kedalam terowongan gua. orang she Thio ini
bertabiat keras, sebagai jago Kwan-lok. dia tak kenal takut.
Dia berjalan masuk dengan tindakan lebar, tindakannya
pun berat. Dengan lekas dia sampai diambang pintu. Sebelum
masuk terus, ia menghajar dengan pukuian Udara Kosong.
Karena itu, tembok kamar seperti gempa rasanya
Dari dalam kamar lantas terdengar suara menanya yang
dalam: "Apakah saudara Thio disana" Aku minta jangan
saudara sembarang menyerang, silahkan masuk untuk kita
membuat pertemuan- Thio Loei melengak, tapi hanya sejenak. dia lantas lompat
masuk. Samar-samar dia melihat Gan Tok memandangnya
sambil bersenyum. Kemudian ia melihat sepasang muda-mudi
di masing- masing dua pojokan kamar. Kamar itu gelap tetapi
menjadi terang guram karena adanya glok-cie ditangan Pouw
Keng. Sinar itu merah muda.
"Kelihatannya kau tak terluka, saudara Gan?" katanya raguragu.
"Kenapa...." Mendadak dia menghentikan kata-katanya. karena
bercelingukan, dia lantas mendapat lihat mayatnya Lek cinjin-
Muia-muia tadi ia tak melihatnya. Dia mendelong dengan
roman kaget. Gan Tok bersenyum. "Aku si orang she Gan tidak kurang suatu apa," katanya,
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perlahan, Kau menempuh bahaya masuk kemari, saudara
Thio, untuk kebaikan hatimu ini, aku sangat bersyukur."
ia berhenti sebentar, baru ia menambahkan: "Saudara Thio,
ingin aku menanya: Selama hidupmu ini, orang siapakah yang
kau paling kagumi?" Kembali Thio Loei melengak. Dia tidak menyangka, didalam
keadaan tegang begitu, Gan Tok menanya demikian macam.
Tidak dapat dia berdiam lama tanpa memberikanjawa bannya.
"Orang yang aku kagumi yalah si anak muda yang aku
ketemui di Kwie In chung itu." demikian jawabannya.
Gan Tok lantas bersenyum. ia menyela, sambil menunjuk
dua saudara Pouw. "Ini sepasang pemudi dan pemuda yalah
tunangan dan iparnya Lie Siauwhiap itu. Nah. apakah saudara
pikir mengenai mereka ini?"
Thio Loei heran hingga ia mementang lebar kedua
matanya, mukanya lantas menjadi berubah merah.
"Sungguh aku tidak tahu," katanya kemudian- "Kalau
begitu, mari ikut aku, akan aku membuka jalan supaya kamu
dapat keluar dari sini."
Gan Tok tertawa. "Terima kasih, saudara Thio." katanya. "Tapi kita disini
aman seperti gunung Tay San Mereka itu mengurung kami,
mereka tidak bakal berhasil.Jikalau kami memaksa keluar, nah
itulah artinya kami menempuh bahaya.. Apakah saudara Thio
tidak melihat bagaimana Hang soe Koen sudah memencar
orang-orangnya disekitar gua dan jurang ini."
Thio Loei berpikir sejenak lantas ia mengangguk.
"Kau benar saudara Gan, katanya. Akan tetapi tak dapat
kau bercokol saja disini menanti kebinasaan jikalau mereka
mengurung terus, selama sepuluh hari umpamanya,
bagaimana kamu dapat bertahan" Tubuh kamu bukan terbuat
dari besi atau tembaga..."
Orang tua she Gan itu tertawa. Dia tenang sekali.
"Tak akan terjadi keburukan semacam yang kau pikir itu,
saudara Thio" katanya. "Marilah duduk, untuk kita bicara
terlebih jauh." Thio Loei tak tahu apa yang orang pikir, Dia
menggeleng kepala. "Saudara Gan, kau membikin aku bingung sekali," katanya
kemudian- "Baiklah suka aku menemani kamu..."
Maka berduduklah mereka dengan tenang sedang diluar
orang tetap merasa tegang... si anak muda bingung
menunggui si orang she Thio tak muncul kembali, tak ada
tandanya apa-apa... Seorang berumur empat puluh tahun yang mengenakan
pakaian hitam berkata: "Menurut aku, siauw-sancoe. baik kita
menyerang saja dengan Ngo Tok Tan-kedalam gua ini,
bukannya suatu daya untuk kita terus berdiam menjaga begini
macam. . ." "Ngacoh" kata si anak muda. untuk menjawab itu dia
berpikir sekian lama. "Kalau tidak ada yang aku berarti, buat
apa aku menanti sampai- kau mengatakan begini." orang itu
tercengang. Dia tak mengerti, dia menjadi bingung. Tentu
sekali dia menjadi jengah. Dia tak tahu pemuda itu tergila-giia
kepada Pouw Keng... Itu waktu: Seng Kiat berbisik ditelinga Kie couw "Sekarang
ini batas tempo tiga jam sudah lewat, sampai sekarang sancoe
masih belum datang. Pasti sekali nona Pouw gusar
karenanya. Dia tentu menyangka aku si pengemis tua
mendustakannya. Kalau dia gusar dan timbul ingatannya
meiakukan pembunuhan, itulah berbahaya.
Bagaimana kalau sekarang kita meiakukan percobaan " Aku
akan menemani siauw-sancoe masuk kedalam gua ini. Aku
mengharap pikiran Nona Pouw berubah begitu lekas dia
melihat siauw-sancoe datang sendiri menemui padanya."
Hati Kie couw tergerak. "Sempurnakah jalan ini ?" dia tanya. "Tidakkan ini terlalu
berbahaya ?" Si pengemis tua menyeringai.
"Mengenai itu aku si pengemis tua tidak berani mengasi
kepastian-" kata ia. "Aku cuma mau mencoba. Sekarang ini
terserah kepada keputusan siauw-sancoe sendiri."
Kie couw bersangsi. "Benar-benar ini berbahaya," katanya. "Kalau aku terjatuh
kedalam tangan mereka celakalah aku, habis pengharapan
sudah...." Seng Kiat menarik napas panjang. ia berdiam, matanya
mengawasi Langit. Pikiran Kie couw kusut sekali. Dia berpikir keras tanpa
keputusannya. Dia ingat dulu ketika dia pergi menjenguk
ayahnya di Hek LiOng Thoa, pernah dia melihat Pouw Keng.
Nona itu benar-benar cantik dan menggiurkan hati. Bagaimana
beruntung kalau dia dapatkan nona itu sebagai isterinya.
"cianpwee" kata dia kemudian- "Sekarang aku dapat
mengambil keputusan- Hendak aku memadamkan hatiku,
maka hendak aku menggunai Ngo Tok Tan"
Perkataan tuan muda ini membangunkan semangat orangorangnya.
Dengan serempak mereka menyiapkan peluru
beracun itu ditangan mereka masing-masing, menanti perintah
untuk melemparkannya. "Sabar, siauw-sancoe" kata Seng Kiat. "Didalam gua masih
ada Gan Tok dan Thio Loei. Apakah siauw-sancoe tega
mencelakai mereka berdua?"
Sebelum Kie conw menjawab maka Thio Pa telah lantas
maju kedepannya. Dia nampak gelisah.
"Rupanya diatas jurang ada datang orang" kata dia.
"Apakah itu san coe?" Jago Kwan LOk ini seperti juga sangat
liehay telinganya. Semua orang dongak memandang keatas jurang, Pek-houw
ciang Soen Goan Hoe juga tak menjadi kecuali.
Tepat orang lagi mengawasi keatas itu, Thio Pa mendadak
bertindak. sebat dan hebat. Dengan satu serangan merubuh,
ia membikin Soen Goan Hoe dan orang-orangnya Hang Kie
couw roboh kebawah jurang, jeritan-jeritan mereka itu
mengharukan- Melihat demikian- Hang Kie couw menjadi kaget. Tak
mengerti dia akan perbuatan si orang she Thio. justeru dia
melengak justeru Seng Kiat menotok jalan darah beng boen
dipunggungnya. Sembari menotok itu, Seng Kiat kata
perlahan- "Siauw sancoe, maaf Silahkan masuk kedalam gua"
Kie couw kaget, tenaganya lenyap seketika.
Lantas dia insaf. Maka dia mengheLa napas.
Dia kata menyesal: "Sering ayahku menasihati aku untuk
jangan sembarang percaya orang, sekArang aku mendapatkan
buktinya pesan itu. Tentu sekali sekarang, aku mau menyesal
pun sudah kasip..." Seng Kiat tertawa. "Jangan kuatir, siauw sancoe, aku sipengemis tua tidak
memikir mencelakai jiwa mu" katanya. Aku cuma mengantari
kau bertemu dengan Nona Pouw. Memang, apakah jeleknya?"
Lantas ketua Klong Kee Pang menoleh pada Tio Pa, untuk
berkata: " Saudara Tio, mari kita masuk kedalam"
Habis berkata, Seng Kiat menekan tubuh Kie couw dengan
dua jeriji tangannya, atas mana tanpa berdaya lagi puteranya
Hang soe Koen bertindak masuk kedalam gua. Hanya
sebentar, lenyaplah tubuh mereka bertiga berbalik kabut.
Sementara itu diatas jurang terlihat Hang soe Koen serta
sejumlah kawannya. Diatas itu ada sejumlah orang-orang
yang telah menjaga sejak sekian lama. "Mana siauw -sancoe?"
begitu suara keren- "Harap san-coe ketahui, sudah sekian lama siauw sancoe
beramai menantikan di bawah jurang." seorang menyahut.
"Barusan ada terdengar banyak suara jeritan, mungkin di-sana
sudah terjadi pertempuran- Tapi...."
"Tapi apa?" tanya suara bengis tadi.
"Tapi sekarang ini tidak terdengar suara apa-apa lagi. Baru
saja kami hendak pergi memeriksa san coe telah keburu
tiba...." "suara jeritan siapa itu?"
"Letaknya dasar jurang jauh dari sini, jeritan itu tak
terdengar tegas." "Hm" terdengar satu suara mendongkol. lalu
jurang sunyi. Hang Soe Koen beramai sudah lantas turun kedasar jurang.
Dia diikuti diantaranya oleh Khioe cin Koen. Hek Yung dan Jie
Siong Gan- sejumlah deiapan jago.
Wajah Soe Koen nampak muram karena dia tidak melihat
Hang Kie couw puteranya itu. Dia muiai berkuatir.
"Mana puteramu?" Khioe cin Koen tanya. Dia inipun heran.
"Entah kenapa dia tak nampak." sahut Soe Koen
menggeleng kepala. Ketika itu satu orang dari atas jurang lari turun dengan
bergegas-gegas, lantas dia meiaporkan: "Harap sancoe
ketahui, barusan saudara-saudara yang berjaga-jaga didasar
jurang memberitahukan disana kedapatan banyak mayat,
diantaranya mayatnya Loosoe Soen coan Poe..."
Soe Koen kaget tidak terkira.
"Apa diantara ada juga siauw san-coe?" dia tanya cepat
suaranya bengis. "Tidak..."
Soe Koen membanting kaki.
"Kalau begitu anak itu terancam bahaya" katanya, berkuatir
dan mendongkol. "Habis dimana adanya puteramu sekarang?" tanya Pek
Yang si hantu Tengkorak atau Kouw-louw Mo. Aku rasa kita
dapat menolong dia."
"Rupanya anak itu berada didalam gua itu," kata Soe Koen-
Dia tertawa tawar. ^Aku menyesal sekali, karena kemurahan
hati di satu saat, aku telah melepaskan kedua bocahnya Pouw
Llok It itu, hingga sekarang berbalik, anakkulah yang
terancam bahaya." "Asal dia belum hilang jiwanya, pinto dapat menolongnya."
kata Pek Yan- "Apa sih kepandaiannya sepasang bocah itu?"
Lantas dia bertindak untuk memasuki gua. Alis Soe Koen
bergerak meng kerut. Dia mau mencegah, atau mulutnya
rapat pula. Karena tidak ada yang cegah, Pek Yang bertindak terus
masuk diterowongan. Kira ditengah jalan, dia lantas
mendengar bentakan- "Siapa itu yang datang" Berhenti dulu"
Bentakan itu menulikan telinga bagaikan guntur. Pek Yang
tercengang, lantas dia tertawa dinginTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Tak sulit jikalau kamu menghendaki pintoo menghentikan
tindakan pintoo" kata dia keras dan jumawa. "Lekas kamu
keluarkan Hang Kie couw Sebentar kita nanti bicara terlebih
jauh" Dari dalam gua terdengar pula pertanyaan- "Apakah kau
bukannya Hang Soe Koen?"
"Aku Pek Yang" si imam menjawab.
"Kau tak dapat menjadi wakil." kata suara didalam gua
keras. "Suruh Hang soe Koen sendiri datang kemari untuk
berbicara. Jikalau tidak. Hang Kle couw bakal hilang jiwanya"
Ketika itu Hang Soe Koen telah menyusul masuk. Tak
tenteram ia membiarkan Pek Yang masuk seorang diri. Maka
itu ia mendapat dengar pembicaraan Pek Yang dan orang
didalam gua itu. "Aku si orang she Hang disini," dia lekas menjawab. "Seng
leng-coe, kau ingin bicara apa" Aku tidak sangka kaulah
seorang hina dina, yang pandai berpura-pura dan menukar
haluan Sungguh malu"
Sancoe ini sudah lantas mengenali suaranya si ketua Kiong
Kee Peng. Seng Kiat tertawa lebar. "Hang San-coe" Kata dia nyaring, "kau benar-benar
seorang hina-dina yang berisi perut seorang kesatria Kau tahu
apa yang sebenarnya sudah terjadi" Anakmu sudah lama
tergila-gila sendiri terhadap Nona Pouw, aku si pengemis
hendak berbuat baik aku ingin merecoki jodoh mereka
berdua..." Nona Pouw telah melihat wajah puteramu, dia agak tertarik
hati, cuma dia hendak mengajukan satu syarat."
"Syarat apa itu?" Hang Soen Koen kata keras. Dia masih
mendongkol. "Anak itu terpincuk paras elok, dia mampus pun
tak harus di-sayangi...."
"Benarkah itu?" Seng Kiat bertanya. Kalau begitu putuslah
hubungan diantara ayah dan anaknya orang yang tak
berprikemanusiaan sebagai kau dapatkah kau membangun
usaha besar?" Selagi orang memasang omong itu. Pek Yang bertindak
perlahan untuk maju terus.
Tiba-tiba ia merasai toiakan yang berat ke-arah dadanya,
mendadak darahnya bergolak terus dengan sendirinya dia
mundur dua tindak. Dia berdiri merandak dengan napas
mandek. "Ketahui oleh kamu" terdengar suara-nyaring dari dalam
gua. "Aku si orang she Thio baru menggunai tenagaku lima
bagian- Hidung kerbau, kalau mau kau berani maju lagi satu
tindak... hm... nanti tubuhmu roboh disini sebagai mayat yang
berlumuran darah" Muka Pek Yang menjadi pucat, ia tidak pernah menyangka
didalam gua itu bersembunyi Thio Loei si jago Kwan-lok yang
kepalannya biasa menggentarkan gunung. Tentu sekali ia
menjadi sangat mendongkol.
Justru itu ia merasakan darahnya jalan tak wajar, napasnya
sesak. hingga ia mesti lekas-lekas menyalurkannya.
"Ayah..." demikian teriakan Hang Kie- couw yang menyusuli
ancamannya Thio Loei itu. Suara itu menggetar dan parau.
Hatinya Soe Koen goncang keras, mukanya menjadi pucat.
Biar bagaimana, itulah panggiian darah. Mau atau tidak.
aChirnya dia mengheia napas.
"Seng Tongeoe...." dia berkata, memanggil Seng Kiat si Wie
To Seratus Tambalan-"Apakah syarat Nona Pouw itu" Lekas
kau baritahukan Asal aku si orang she Hang sanggup, pasti
aku akan menerima baik...."
Seng Kiat menjawab: "Nona Pouw bilang, kalau ayahnya
menyetujui, akan ia menurut saja menikah dengan putera mu
itu. Karena itu perlu san-coe pergi menemui Pouw Leng coe,
lantas san-coe balik kemari dengan membawa suratnya, surat
mana mesti ditulis dengan tangan Leng- coe sendiri."
Mendengar itu, mata Hang Soe Koen bercahaya, seperti
apa marong. Dia sangat gusar. "Bukankah itu berarti
paksaan?" dia tanya keras.
"Tapi inilah bukannya keberatan-" kata Seng Kiat tenang.
"Sinona hendak menjaga kebahagiaan seumur hidupnya, dia
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mesti berlaku hati-hati, Mengenai ini. aku si pengemis tua
mempunyai satu jalan. Dengan begitu tak usah san-coe sendiri
yang pergi ke Siauw Lim Sie menemui Pouw Leng-coe. cukup
asal san-coe mengirim seorang utusan yang pandai bicara.
Sekarang ini Pouw Leng coe sudah menjadi pendeta, dia telah
bersumpah tak akan campur lagi urusan kaum Kang ouw.
Apakah kau masih takut Pauw Leng-coe nanti
memusuhkanmu" "
Hang Soe Koen berdiam. Dia merasa serba salah. sekarang
dia lagi mengharapi Thian Kong Pit Kip. Kalau dia berhasil
memahamkan ilmu siiat itu, pasti sudah dia bakal menjadi
jogo nomor satu di jamannya ini. Kalau dia menampik, selain
jiwa anaknya terancam, dia pun tak akan dapat melengkapi
kitab ilmu siiat itu. Sebaliknya, kalau dia menerima syarat itu.
kemana nama baiknya " Maka itu, dia membenci sangat
kepada Seng Kiat. "San-coe. baiklah kau terima syaratnya itu." kata Pek Yang,
berbisik, "San-coe pergi ke Siong San atau tidak. mana
mereka itu ketahui " Kalau sebentar kita mundur dari sini,
kami beramai akan berbuat sebisa Kami untuk menolongi
siauw-sancoe" Hang soe Koen berpikir keras.
Akhir-akhirnya: "Seng Tong coe, baiklah, aku terima syaraf
ini" katanya nyaring terpaksa.
Lantas terdengar suara tertawanya ketua Kiong Kee Pang.
"Kalau begitu, aku mohon san-coe berdua suka mundur
dulur kata dia. "Aku si pengemis tua akan menjamin siauw
san-coe takkan terganggu sekalipun sehelai rambutnya"
Soe Koen mengajak Pek Yang mundur sampai diluar gua.
Khioe cin Koen dan Jie Siong Gan tak tahu apa yang
dibicarakan di dalam, mereka cuma menampak roman san-coe
itu kucai sekali, tanda dari kedukaan yang sangat dan malu.
Mereka dapat menduga, tetapi mereka toh menanya juga
sebenarnya telah terjadi apa.
Hang Soe Ken memberi keterangan, ia pun menuturkan
siasatnya Pek Yang. Lantas mereka bermupakatan terlebih
jauh. Setelah itu diambil putusan buat mengirim utusan ke
Siong San- Karena itu, urusan menjadi seperti buntu...
Dengan tak terjadi sesuatu satu Malam dikasi lewat.
Selama itu utusan Soe Koen ke Siong San tak juga kunjung
balik. soe Koen mendongkol dan berduka akan tetapi dia
mencoba menguasai hatinya untuk terus bersikap tenang.
Boe Eng Hoei Long Khioe cin Koen dan Tiat Tek coe Jie
Siong Gan penasaran, diam-diam mereka mencoba nyelusup
masuk ke dalam gua tetapi saban-saban mereka dipukul
mundur. Di luar tahu mereka, mereka disambut pukuian Udara
Kosong yang dahsyat. hingga mau atau tidak. mereka mesti
mundur sendirinya. Kejadian ini membikin mereka menjadi tak berani
menerjang bahaya terlebih jauh.
Sang waktu terus berjalan- Sang sore datang pula.
Tiba-tiba diatas jurang terjadi hal yang mengejutkan-
Berulang-ulang terdengar jeritan-jeritan yang menyeramkan,
berulang-ulang terlihat jatuhnya tubuh-tubuh orang kedalam
jurang... tubuh dari mereka yang pada menjerit itu. Bukan
kepalang kagetnya Hang Soe Koen-
"Kamu menantikan disini" ia memberi perintah kepada
orangnya, ia sendiri berlompatan, berlari-lari keatas jurang, diikuti Khice cin
Koen sekalian- Tiba diatas ia menjadi terlebih kaget sekali, ia
menyaksikan sesuatu yang tidak disangka-sangka.
Diatas jurang itu terlihat teraturnya puluhan hok-wie
dengan seragam mereka yang mentereng. Tubuh mereka itu
besar-besar dan romannya semua keren. Didepan mereka itu
terlihat mayat-mayat yang bergelimpangan- yalah mayatnya
orang-orangnya Seng cice Pek Wan, si Kera Putih Tangan
Sakti. Dia kaget hingga mukanya menjadi pucat pias, sedang
alis dan kumisnya berbangkit berdiri
Itulah Liong Hoei Giok yang telah tiba bersama barisannya.
Diatas jurang itu mereka dirintangi oleh orang-orangnya Soen
Koen, dari itu mereka lantas turun tangan- Musuh semua
dihajar roboh danada yang terlempar kedasar jurang.
Kawanan penjahat itu tak dapat meiakukan perlawanan
berarti. Datangnya lawan secara tiba-tiba membuat mereka
kaget dan nyalinya menjadi ciut. Barisan hok-wie sendiri terdiri
dari orang-orang pilihan-
Melihat Liong Hoei Gick. Hang soe Koen tertawa dingin.
"Tuan, apakah kau Tayjin Liong Hoei Giok dari pasukan
hok-wie istana dikota raja?" dia tanya. "Apakah salahnya aku
si orang she Hang maka juga pihak negara sampai mengirim
tayjin beramai datang ke mari" Rasanya aku belum pernah
melakukan sesuatu yang menentang Pemerintah Agung."
Hoei Giok tertawa, dia mengurut kumisnya.
"Benar, akulah si orang she Liong" ia menjawab. "
Datangku kemari bukan lain daripada disebabkan aku
menerima laporan bahwa putra dan puterinya Pouw Liok It
telah kedapatan digunung Hok Gou San ini, maka aku hendak
menangkapnya untuk membawa mereka kekota raja, supaya
perkaranya dapat diperiksa."
Hang Soe Koen tertawa dingin. "Liong Tayjin, mengapa kau
mendapat tahu anak-anaknya orang she Pouw itu berada
disini?" dia tanya. Hoei-Giok juga tertawa dingin.
"Tuan jangan kau lupa bahwa aku juga asal orang Rimba
Persiiatan- jawab dia.. "Aku memangku pangkat tetapi mataku
tajam dan pendengaranku jauh, maka orang-orang yang
hendak ditangkap pemerintah Agung, mereka tak lolos dari
pengawasanku, gerak-geriknya selalu aku ikuti."
Hang Soe Keen tertawa pula.
"Liong Tayjin- kau lagi menjalankan tugas. aku tidak berani
menentang kau" kata ia. "Aku hanya ingin menanya, apa
salahnya orang-orangku ini maka Tayjin pun menumpasnya."
"Siapa menentang hamba negara, dia sama dengan
sipemberontak" Hoei Giok jawab. "Kenapa mereka menentang
sepak terjangku " Aku lagi menjalankan tugas, terpaksa aku
meiawan mereka. Sekarang ini aku cuma mau membekuk dua
orang she Pouw itu, aku hendak lantas berangkat pulang."
Air mukanya Hang Soe Koen berubah, ia tetap gusar.
"Aku orang hutan, aku tidak tunduk kepada aturan negara"
dia kata keras. "Maka itu hari ini aku hendak menegur kau
buat keganasan kau membinasakan orang-orangku ini "
Habis berkata, Soe Koen lantas menyerang. Dia lompat
maju sambil meluncurkan dua buah lengannya yang berjeriji
sepuluh yang tajam dan kuat. Semua jeriji tangannya itu
mencari pelbagai jalan darah.
Melihat ketuanya sudah turun tangan- Khice cin Koen
semua turut turun tangan juga.
Liong Hoei Giok gusar, dia berseru: "Hang Soe Koen. kau
tahu atau tidak yang sekarang ini Hok Goe San sudah
dikurung tentara negeri?" Sambil berseru itu, ia
menyelamatkan diri dari serangan jago Kang ouw itu.
Khioe cin Koen semua liehay tetapi sukar mereka
mengempur barisan hok-wie yang telah terlatih sempurna.
Didaiam hal perorangan, ilmu siiat mereka juga mahir.
Hebat pertempuran itu. Soe Koen seperti nekad, maka Hoei
Giok mesti melayani sama kerasnya Demikian juga hok-wie
yang mengepung Khioe cin Koen semua.
Tengah orang bertempur kacau dan seru itu, maka diatas
sebuah pohon kayu yang tinggi dan besar luar biasa didekat
mereka terdengar suara tertawa yang nyaring, menyusul itu
sesosok tubuh terlihat lompat turun, meiayang bagaikan
burung terbang, menuju kearah Khioe cin Koen.
Boe Eng Hoei Long, si Serigaia Terbang Tanpa Bayangan,
sedang merabuh seorang "hok-wie," dia kaget ketika dia
melihat orang meiayang menerjang padanya. Dia lantas
memutar tubuh, niatnya menyambut serangan itu.
celaka untuknya, dia kalah sebat. Tahu-tahu dia telah
terhajar pundaknya, sedangkan tangan si penyerang menotok
tepat jalan darahnya Ketika sosok tubuh itu sudah menaruh kaki ditanah.
ternyata dialah Lie Tiong Hoa si pemuda gagah. Dia lantas
melemparkan tubuh Khioe cin Koen, buat dia lompat pula
menyerang Jie Siong Gan si Seruling Besi.
Siong Gan kaget melihat munculnya si anak muda. Untuk
memberikan perlawanan, ia memutar tubuh, ia menyambut
dengan seruling besinya yang liehay itu. ia menubruk kedada
si penyerang. "Hm " Tiong Hoa mengasi dengar suaranya. ia tak mundur
atau berkelit atas ancaman seruling itu, ia bahkan maju terus.
Dengan tangan kirinya ia menoiak seruling dengan tangan
kanannya ia menyerang dengan satu jurus "Ie Hoa ciat Bok"
yang liehay sekali. Jie Siong Gan terkejut, tanpa dia berdaya, dadanya
merasakan pukuian seperti hebatnya gembolan besi yang
besar dan berat. tubuhnya lantas terpental, mulutnya
menyemburkan darah hidup, Dia roboh terbanting dibatu
gunung dadanya remuk bekas hajaran si anak muda, rohnya
terbang pergi. Tlong Hoa berlaku telengas karena ia bersakit hati untuk
cee cit. saudara-angkatnya-yang dibikin celaka orang she Jie
itu. Dengan begini ia membuat pembalasan guna kakakangkatnya
itu. Ko-louw Mo Pek Yang kaget sekali, dia lantas lompat
meninggalkan lawannya, untuk lari menyingkir kebawah
jurang. Tiba-tiba dia mendengar tertawa nyaring ditelinganya,
Terus dia merasakan hajaran keras pada tubuhnya, hingga dia
tak berdaya lagi. Satu tangan yang bisa mulur menyambar
padanya, membikin dia roboh terguling.
Kembali Tiong Hoa, yang berlaku sebat yang mengeluarkan
tangan kera-nya. Hampir itu waktu disitu muncul beberapa orang lagi, yalah
Kwie kian-cioe Cee Cit bersama-sama Sin Song Kie serta Tiong
Tiauw Ngo Mo. Hang Soe-koen yang menempur Liong Hoei Giok telah
menyaksikan sepak terjangnya si anak muda, dia melihat
robohnya pahlawan-pahlawannya, hatinya menjadi ciut. Tanpa
bersangsi lagi dia lompat meninggalkan kepala hok-wie Liong
Hoei Giok untuk menyelamatkan diri.
Tiong Hoa mendapat lihat aksi orang itu, ia berseru:
"Apakah kau masih memikirkan untuk lari kabur" Hm!" Lantas
ia lompat melesat guna menyusul itu, ia membarengi
menyerang dengan dua tangannya.
Di dalam keadaan terpaksa itu, Hang Soe Koen tidak sudi
manda menerima binasa. Dia berhenti lari,dia memutar
tubuhnya guna mengangkat kedua tangannya guna
menangkis serangan dahsyat itu. Dengan begitu dia melawan
dengan kekerasan. Tiong Hoa berlaku bengis, dia menyerang hebat/ Ketika
tangan mereka berdua bentrok, tulang-tulangnya Hang Soe
Koen berbunyi nyaring, sebab kedua lengannya kontan patah
dan ringsak, sembari menjerit hebat, tubuhnya mencelat ke
dalam jurang. Tiong Hoa mengawasi, ia melengak terus ia menghela
napas. Tak tahu ia, orang terbinasa atau tidak.
Sampai disitu selesai sudah penumpasan rombongan Hang
Soe Koen itu, sisa penjahat mati kutunya, mereka dibekuk.
Bahkan beberapa diantaranya lalu jadi penunjuk jalan
memeimpin Liong Tayjin semua turun ke dasar jurang, ke
dalam gua. Seng Kiat semua keluar dari kamar dan gua, mereka
mendaki jurang. Kapan Pouw Keng melihat Lie Tiong Hoa tak sanggup dia
menahan goncangan hatinya, selain air matanya lantas saja
bercucuran deras, ia pun lompat menubruk pemuda itu. Ia
merasa sudah mati tetapi hidup pula...Ia menangis terisak
tanpa perdulikan disitu ada banyak orang lain.
Tiong Hoa jengah sendirinya, mukanya menjadi merah,
tetapi ia menghiburi, katanya perlahan:
"Sudahlah! Enci tahu, Sekarang ini adikmu sudah berhasil
mendapatkan gambar lukisan Yoe San Goat Eng. lukisan mana
cocok dengan keletakan sebuah tempat di Boe Ie San- maka
juga, dengan menuruti peta gambar itu, adikmu berhasil juga
memperoleh kitab Ie lie cin Keng. sekarang kitab itu ada pada
encie In dan encie In mengharap harap tibanya encie untuk
bersama-sama memahamkannya ... "
Selagi berkata begitu, Tlong Hoa mengangkat kepalanya,
maka ia melihat semua mata orang diarahkan kepada mereka
berdua, semua memperlihatkan wajah yang tersungging
senyuman- ia likat tetapi ia toh bersenyum terhadap mereka
itu. Kemudian ia menolak tubuh Pouw Keng, untuk ia
menghampirkan Seng Kiat didepan siapa ia memberi hormat
dengan menjura dalam. ia kata, "Budi loocianpwee sangat
besar, tak tahu aku bagaimana aku harus menghaturkan
terima kasih kami, maka itu sukalah loocianpwee menerima
hormatku ini." Seng Kiat tertawa terbahak.
"Lie Siauwhiap." katanya gembira, "bagaimana dengan janji
kita tiga tahun dipaseban Liong Teng, itu termasuk hitungan,
atau tidak?" "Segala apa aku meniru kepada locianpwee." Tiong Hoa
menjawab. Seng Kiat tertawa pula, terbahak-bahak. Tiong Hoa
berpaling pada Pouw Keng.
"Encie, cek-hong Gio cie-sudah selayaknya dikembalikan
pada pemiliknya." katanya pada tunangannya itu.
Mukanya Nona Pouw merah, tetapi dengan kedua
tangannya, ia menghaturkan kemala naga-nagaan yang
mujijad itu kepada ketua pengemis. Seng Kiat menggoyanggoyang
kedua tangannya, lagi-lagi dia tertawa. "Aku tidak
memiliki barang lainnya saja aku haturkan untuk hari nikah
kamu." katanya. Kembali mukanya Pouw Keng bersemu dadu.
Tiong Hoa sebaliknya menghaturkan terima kasih berulangulang.
"Hah, mana Hang-kie couw" mendadak Pouw Lim tanya.
Tiba-tiba saja ia ingat anaknya Hang soe- kiat, yang ia tak ada
di antara mereka. Seng Kiat tertawa, dia menyambung. "Memotong rumput
mesti berikut akarnya, agar rumput itu tak tumbuh lagi, maka
itu tadi selagi keluar dari gua, aku si tua telah menotok dia
pada jalan darah kematiannya "
Puteranya Pouw Llok It mengheia napas lega, tapi ia
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdiam saja. Ketika itu si Puteri Malam telah naik tinggi, pohon-pohon
berbayang, angin meniupnya bergoyang-goyang, diwaktu
begitu semua orang berbaris meninggalkan jurang-yang
membawa peristiwa itu. Kemudian juga diwaktu fajar yang tenang dan nyaman,
kelihatan belasan penunggang- kuda berderet ke arah Yansan,
diantaranya ada sepasang muda-mudi yang
merendengkan kuda mereka, saban-saban mereka saling
memandang, wajah mereka ramai tersungging senyuman
manis dari mereka. Mereka itulah rombongan Tlong Hoa, yang pulang ke Boe
Ie San, untuk tinggal menetap di Toh Gan Kok. lembah Bunga
Toh yang tenteram dan permai.
TAMAT Imam Tanpa Bayangan 1 Beruang Salju Karya Sin Liong Ratu Maksiat 1