Pencarian

Bujukan Gambar Lukisan 3

Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 3


Dengan begini ia berhasil membikin tujuh buah senjata
rahasia " bintang hitam" lewat di dadanya.
Leng Bwee melihat serangannya gagal, ia berteriak "Meski
kau bebas, di sini masih ada sebelas biji lagi. Dan berbareng
dengan teriakannya itu, bintang bintang hitamnya itu sudah
menyambar saling ganti. Kie Hong berkuatir berbareng gusar, kembali ia perlihatkan
kegesitannya ia bebas pula dari sebelas senjata rahasia itu, ia
mengertak gigi, sambil berlompat ia maju dengan kedua
tangannya, guna membalas menyerang.
"Kamu berhenti" tiba-tiba terdengar bentakan, yang disusul
dengan penolakan keras. Kie Hong berdua Leng Bwee mundur hingga lima kaki lebih
kurang, Tak sanggup mereka bertahan dari dorongan. sebelas
butir senjata rahasia menghajar pohon bambu disamping
mereka. Segeralah muncul seorang tua bertubuh tinggi dan besar,
yang rambutnya telah putih semua, yang romannya keren,
Dialah Hoan-thian-ciang Yan Loei. majikan dari Yan Kee Po.
Ketika tadi Yan Loei bersama Hauw Boen Thong semua
kembali ke toa-thia, ruang besar, ia tak enak hatinya, dan
makin ia berpikir, hatinya makin tak enak.
"Tidak disangka karena satu kealpaan kita mengundang
ancaman bencana," berkata Khong Jiang. "Pocu, daya apakah
yang kau dapat pikir" Menurut aku baiklah kau mengundang
isterimu keluar, Biar bagaimana, kamutoh suami isteri untuk
banyak tahun, tak mungkin dia duduk diam saja tak sudi
menolongi...." Yan Loei tak dapat berpikir lain kecuali menyetujui pikiran
itu, maka itu ia lantas pergi ke Coei-tek -hian. sampai tepat selagi Leng Bwee
menempur Pek Kie Hong. la tahu perkelahian itu dapat
mengakibatkan suasana buruk. maka ia lantas datang sama
tengah. Kemudian selagi ketiga orang itu melengak. la mengawasi
Leng Bwee dan Cioe Kiok. alisnya sendiri berkerut.
"Pergi kau memberitahukan hoejin." katanya. "Bilang
loohoe mempunyai urusan penting untuk mana aku ingin
bertemu dengannya." Kedua budak itu memberi hormat, tanpa membilang apaapa
mereka lantas memutar tubuh, lari masuk ke dalam
rimba. Yan Loei tidak berani lancang turut masuk. la sekarang
menghadapi Kie Hong, tegurannya sungguh-sungguh.
"Keponakan Hong, mengapa kau begini sembrono?" ia
tanya, suaranya dalam, "Loo-hoe sendiri tidak berani main gila
terhadapnya, maka beranikah kau" Tak perduli siapa benar
siapa salah, perbuatanmu ini dapat membikin anak Hee
menjadi semakin benci padamu. Kau harus ingat, tak sabar
bisa mengacaukan urusan besar, kalau sampai terjadi begitu,
pasti loohoe tak dapat berbuat apa-apa lagi..."
Orang tua ini menghela napas, tapi ia lantas bersenyum.
"Sekarang pergilah kau menemani si Hong," katanya,
menambahkan " kalau badai ini sudah sirap nanti lohoe
mendayakan agar jodohmu terangkap dengan jodohnya si
Hee..." Mukanya Kie Hong menjadi merah, Lekas-lekas ia
menjura. "Baiklah." sahutnya sambit terus berlompat pergi.
Yan Loei menghela napas pula. "Anak ini..." katanya. Atau
ia terperanjat. Dari dalam rimba itu mendadak muncul sebuah tubuh yang
langsing dan lincah. Itulah Yan Hee.
"Ah, anak Hee" katanya, tertawa, "Apakah ibumu
mengijinkan ayahmu bertemu dengannya untuk satu kali
saja?" Yan Hee memperlihatkan sinarmata guram. ia menggeleng
kepala. "lbu tidak dapat melanggar janjinya sendiri, tidak dapat ibu
menemui ayah," ia menyahut, "lbu kata ia telah mengetahui
semua. ibu menasihati untuk membayar pulang Ngo sek Kimbo
kepada pemiliknya. Dengan begitu, katanya, ancaman
bencana dapat di lenyapkan-"
Tanpa merasa, tubuh Yan Loei menggigil
"Cara bagaimana ibumu ketahui urusan Ngo-sek Kim-bo
itu" " ia tanya, herannya bukan buatan-
Puteri itu sangat bersusah hati, ia menghela napas,
"Ibu bilang, kalau orang mau perbuatannya tak dapat
diketahui lain oiang, tak ada lain jalan yang terlebih baik
daripada tak melakukan perbuatan itu." ia menyahut.
"Di mana ada perbuatan yang dapat dirahasiakan" Tidak
demikian darimana datangnya demikian banyak musuh" ibu
bilang bahwa selama beberapa tahun ini semua perbuatan
ayah adalah perbuatan-perbuatan yang tak mentaati undangundang
dan tak menghormati Thian. tumpukan kedosaan
sampai tak dapat di-hitung jumlahnya, maka karenanya, mesti
datang satu hari yang ayah bakal menerima pembalasan
karenanya, Dari itu ibu menasehati agar ayah lekas-lekas
bertobat, untuk seterusnya berlaku dermawan, supaya ayah
masih dapat melindungi sisa penghidupan ayah selanjutnya..."
Jilid 5. Dari celaka mendapat kawan liehay
Habis berkata begitu, anak itu berhenti sebentar, lantas dia
tertawa dan kata: "Aku masih hendak bicara dengan ibu,
maka itu maafkanlah aku" ia memberi hormat, lantas ia
menghilang pula kedalam rimba.
Yan Loei berdiri melengak. mukanya merah dan pucat
bergantian ia malu dan mendongkol dan bersusah hati juga,
Akhirnya dia mendamprat: "Perempuan hina Kau tidak suka
menemui aku, sudah Perlu apa kau menyuruh anakmu ngoceh
tidak keruan" Apakah maksudmu?"
saking gusar, ia lantas menyerang ke arah pohon-pohon
bambu, hingga disitu terdengarlah suara berisik dari robohnya
beberapa batang p^hon itu. Maka itu nyatalah liehay nya
majikan dari Yan Kee Po ini.
Hampir Hoan Thian ciang berlompat ke dalam rimba itu,
atau didetik terakhir, dapat ia menguasai diri, bukan karena
saking sabarnya, hanya disebabkan iajeripada Cian cioe Koan i
m, isterinya, yang liehay itu, ia membanting kaki, lantas ia
memutar tubuh, meninggalkan hutan itu.
Di antara sinar matahari, dari antara rumpun bambu itu,
terdengar suara tertawa ejekan yang tawar
ooooo LAMA Lie Tiong Hoa dipermainkan hawa amarah, menyesal
dan berduka, akhirnya ia dapat juga berpikir. setelah menjadi
sabar ia ingat pembilangan bahwa bangsa pendeta dapat
menguasai diri dengan duduk berdiam menghadapi tembok,
tanpa dahar dan tanpa minum,
karena ada yang sampai bertapa di dalam guha batu
sampai bertahun-tahun, setelah keluar dari pertapaan, dia
lantas memperoleh ilmu kepandaian yang mujijat, dia
mencapai kesempurnaan Lalu ia ingat, mendiang gurunya juga
pernah mengatakan demikian-" Kenapa aku tidak mau
mencoba?" pikirnya, "Lain orang dapat, kenapa aku tidak"
Baiklah aku bersemedhi menurut ajaran guruku, barangkali
saja aku dapa^ h^dup terus sampai aku dapat melihat pula
langit dan matahari..."
Karena ini, segera ia mengambil keputusanny a, lantas ia
duduk bersila. ia merapatkan kedua matanya, ia memusatkan
pikirannya, lalu ia berdiam sambil menyalurkan napasnya
dengan beraturan, perlahan tetapi tentu, inilah pelajaran la ykee,
atau ahli tenaga dalam, yang sejati. ia hanya tak
mengertijelas bahwa itupun dasar pokok ilmu silat sejati.
Gurunya tidak menjelaskan itu. guru itu cuma membilang i
ia, pelajaran bersamadhi itu dapat membantu memperkokoh
tubuh... Lama Tiong Hoa duduk berdiam mematung itu, pikirannya
dipusatkan terus, untuk tidak memikirkan urusan lain ada
juga. Mulanya ia merasa pegal, ia tidak menghiraukannya, ia
menguatkan hatinya. Kekuatan hatinya itu segera juga
mendapat bayarannya yang setimpal, ia merasa napasnya
tersalur baik, b eg itupun seluruh jalan darahnya.
Yang menggirangkan ia yalah ketika ia tak merasa
berdahaga lagi, sedang tadinya ia ingin sangat minum. Len ap
hawa panas, itu terganti dengan hawa dingin dan nyaman,
bantu bekerjanya sisa obat.
Latihan semedhi ini membantu bekerjanya sisa obat Pouwthian-
wan dari Thian Yoe sioe, si orang tua penjelajah langit. Tiong Hoa terkejut, ia
merasa tubuhnya bergerak-gerak. seperti juga ada tenaga
hebat yang menolaknya dari dalam. Beberapa kali ia seperti
mau mental naik, ia mengendalikan diri, ia, lawan itu, ia lantas
ingat inilah mungkin yang dinamakan godaan.
Katanya setiap pertapaan ada penggodanya, yang dapat
membikin orang memasukijalan sesat, inilah tak ia kehendaki,
Maka ia mempertahankan hatinya.
Akhir-akhirnya datanglah saat yang membikin Tiong Hoa
kaget tidak terkira, ia bagaikan mendengar guntur
menggelegar di-telinganya, lantas matanya menjadi kabur,
lalu kepalanya terasa sangat pusing. Kali ini ia merasa tak
dapat mempertahankan lagi tubuhnya, ia merasa ia jatuh
menyender ke-tembok besi.. Ia lantas tak ingat apa-apa lagi.
Di dalam gelap. di mana tidak ada sinar matahari atau
rembulan, orang tak mengetahui sang waktu. Demikian Tiong
Hoa. Tak tahu ia berapa lama ia telah pingsan, Kerika ia
tersadar dan membuka matanya perlahan-lahan dalam tempo
yang pendek. hatinya menjadi terbuka, hingga ia merasa
girang luar biasa, kalau tadinya ia tidak dapat melihat apa
juga, sekarang matanya menjadi terang sekali.
Hanyalah ia merasa letih, tulang-tulang seperti ngilu. ia
menduga itulah tentu disebabkan pengalamannya tadi, hingga
ia kehabisan tenaganya. Maka lekas-lekas ia berduduk pula
dengan tegak, guna bersemedhi lagi, Matanya pun dirapatkan
pula. Kali ini Tiong Hoa tak usah bersemedhi lama, ia lantas
merasa lenyap semua keletihannya, tubuhnya menjadi segar
sekali, Tak lagi terasa ngilu di tulang-tulang. Bahkan ia merasa
tubuhnya enteng sekali mencoba menyalurkan jalan darahnya,
ia menjadi bertambah girang, ia merasa nyaman seluruhnya.
Inilah perubahan kemajuan yang tidak di-sangka-sangka,
Kalau Thian Yoe Sioe menghadapinya, mungkin dia tak mau
percaya, perubahan semacam itu tak nanti datang demikian
cepat, kalau itu terjadi atas diri lain orang.
Sekarang Tiong Hoa membuka pula matanya. Seperti tadi,
ia bisa melihat di tempat gelap mirip seperti di tempat terang.
Maka sekarang ia bisa melihat tegas seluruh liang perangkap
itu, yang luas hampir satu babu, Di sebelah kanan ada sebuah
pintu ia berbangkit menghampirkan itu sesudah itu ia melihat
kesekitarnya. Pintu itu membawa ia ke sebuah ruang lain- Ruang disini
agaknya lebih gelap lagi, Maka di sini ia cuma bisa melihat
sejauh sepuluh tombak. "Inilah hebat," pikirnya Terus ia menghela napas, Ruang ini
pun tidak berhawa udara, ia heran ada liang semacam itu,
Apakah perlunya" Adakah itu dibikin cuma untuk
membinasakan orang" Sebab sekali masuk. orang, tak dapat
keluar lagi. Karena dari luar orang tak dapat masuk untuk
melihat atau memeriksa "Kalau Yan Kee Po hendak menyingkirkan orang, tak
cukupkah itu bila orang dibunuh saja?" pikirnya pula.
perangkap itu dalam kira limapuluh tombak, tak nanti orang
dapat lompat keluar dari situ, ilmu ringan tubuh atau lompat
tinggi pun tak setinggi itu
Sekian lama Tiong Hoa berdiam. Ketika ia menyedot napas,
ia dapat mencium bau bacin, hingga ia ingin tumpah-tumpah.
ia heran, ia bertindak maju perlahan-lahan, Dengan begitu,
matanya dapat melihat ke tempat yang terlebih jauh lagi, Baru
ia melalui belasan tindak, lantas ia menyaksikan pemandangan
yang membikin bulu-romanya pada berdiri.
Belasan tengkorak atau tulang belulang berbayang di
depan matanya, Tulang-tulang yang putih di antara sisa
pakaian yang sudah hancur dan lapuk. Di antaranya pun
terletak pelbagai macam senjata tajam.
Seumurnya baru kali ini Tiong Hoa menyaksikan
penglihatan yang sangat mengerikan ini, yang sangat
mengiriskan hati. Maka untuk sesaat itu, ia berdiri diam saja.
Tiba-tiba ia ingat halnya ia membinasakan Goei Loo-hoecoe,
pemegang kas di rumahnya. Ketika itu iapun pernah
merasa ngeri seperti ini, ^api di sini bukan hanya satu Goei
Loo-hoecu... Perlahan-lahan Tiong Hoa mendapat menenangkan hatinya,
ia melihat ke sekitarnya, Di tembok ia melihat samar-samar
dari ada nya tulisan. ia bertindak menghampirkan, itulah
bukan tulisan dengan pit, hanya ukiran dengan ujuog pedang
atau golok. setelah membaca, ia mendapatkan nama-nama orang
berikut bulan dan tahun yang merupakan catatan mereka
yang bersangkutan terkurung di dalam liang jebakan itu.
Ia menghitung-hitung, maka ia mendapat kenyataan,
tanggal yang paling belakang saja sudah lewat delapan tahun
Tanpa merasa, Tiong Hoa membaca nama-nama orang itu,
ia mengingat ingatnya diluar kepala. ialah seorang Kang ouw
hijau, maka tak ada nama yang ia kenal.
Tapi ia menduga musuh-musuhnya Yan Loei mestilah
orang-orang Kang ouw ternama, ia mengharap di antaranya
ada orang-orang lurus, agar kalau nanti ia bisa keluar dari
liang neraka dunia ini, ia berhasil mendengar tentang
keluarganya, supaya keluarga itu bisa datang untuk mengurus
tulang-tulang belulang ini, ia percaya perbuatannya ini adalah
amal yang baik. Setelah mengapalkan nama-nama itu, Tiong Hoa
mengawasi semua tulang manusia itu, ia menghela napas,
kemudian ia bertindak untuk pergi ke sebuah ruang yang
berada di sebelah itu, ia melihat tidak ada apa apa di situ, ia
berjalan terus hingga ia terpisah jauh dari semua tulang itu
serta di situ tak ada bau bacin. ia lantas duduk. pikirannya
bekerja. sekarang ini pastilah saat indahnya musim semi, ia
ngelamun- Di dunia bebas, orang tentu lagi beriang gembira,
ia menyesal yang dulu ia tidak menghiraukan nasehat ayah
dan ibunya, buat belajar surat, untuk maju di medan ujian,


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk memperoleh gelaran dan pangkat, pikirannya melayang
lebih jauh. Maka ia lantas ingat Cek In Nio yang cantik menggiurkan
dan Yan Hee yang manis dan lincah. Di balik itu, ia
membayaogi Pek Kie Hong yang manis di mulut tapi hatinya
jahat bukan main, ia merasa ngeri sendirinya kalau ingat ia
mesti menghadapi manusia pais u itu, Maka juga ia tambah
pengalamannya. Setelah lelah berpikir keras, Tiong Hoa merabah kitabnya
Thian Yoe sioe ia keluarkan itu, ia membalik lembarannya
yang pertama, itulah penjelasannya Thian Yoe sioe kenapa dia
menciptakan ilmu silatnya itu, "Kioe Yauw seng Hosi sip sam
sin, yang didapat ilhamnya setelah dia bertanding melawan
Hok in siangjin- Tiong Hoa tidak tahu Thian-yoe-sioe dan Hok in siangjin itu
orang-orang macam apa, ia menduga saja merekalah ahli-ahli
silat kenamaan, mestinya mereka ketua sesuatu partai
persilatan- Halaman kedua menjelaskan pokok dasarnya ilmu silat itu,
pertentangan antara Im dan Yang, yaitu pos itip dan negatip.
antara langit dan bumi, bagaimana Ngo-heng, yala h emas,
kayu, air, api dan tanah, saling menakluki, begitupun
hubungan antara jantung danpeparu dan lainnya.
Sebagai seorang cerdik, Tiong Hoa dapat menangkap
artinya semua itutakperduli sebenarnya sulit, setelah itu, ia
dapat juga memahamkan tig a belas lukisan gambarnya. Maka
sesudah mengerti, ia lantas berbangkit, untuk melatih diri
menurut gerak gerik gambar serta petunjuk-petunjuknya.
Mulanya ia merasakan kesukaran sebab semuanya
bertentangan dengan ilmu silat biasa yang ia pernah dapat
dari gurunya. oleh karena pelbagai pertentangan itu maka jug
a Kioe-yauw seog Hoei sip sam sie disebut juga Houn Ngoheng
I m- yang Cioe HOM. artinya, ilmu silat yang
bertentangan di antara ngo-heng dan im-yang.
Tiong Hoa belajar dengan sabar tetapi ulet, ia tidak
mengenal letih, tanpa merasa ia telah melewati tempo dua
hari dua malam, lantas juga ia dapat menguasainya. Ketika
mulanya ia menggeraki tangan dan kakinya seperti biasa,
tanpa suara apa apa, setelah paham, angin atau samberannya
setiap tangan atau kakinya itu berbunyi nyaring dan
mendengung didalam liang tanah itu.
"Tapi." katanya kemudian, sesudah ia paham itu, "Buat apa
aku dengan kepandaianku ini" Bukanlah lagi beberapa hari,
tanpa dapat melihat matahari dan langit, aku juga bakal
menjadi kawannya semua tulang-tulang ini, menjadi
setumpukan tulang-tulang putih, rebah bersama penasaranku
ini".." Maka ia lantas ingat baiklah ia jika mengukir nananya,
untuk jadi tanda peringatan supaya namanya itu diketahui
oleh orang, atau orang-orang yang bakal bernasib celaka
seperti dirinya. Pemuda ini masih belum insyaf bahwa semedhinya dapat
menolong padanya. Dengan dua jari tangannya, Tiong Hoa menotok dan
menggurat ke tembok besi, Mendadak ia terkejut. Totokan itu
menyelelikkan lelatu api, di tenbok besi itu lantas berpeta
huruf huruf yang ia ukirkan ia menjadi melengak sendirinya.
Demikian hebat tangannya itu.
Tatkala ia sadar, ia girang hingga ia tertawa berkakak.
hingga tertawanya itu seperti menggulingkan ruang dalam
tanah itu, Tanpa merasa, ia mengeluarkan airmata. Tiba-tiba.
"He, siapa itu tertawa berkakak di sana?" demikian
terdengar satu suara pertanyaan, 2Apakah kau tidak puas
dengan kematianmu kurang cepat?"
suara itu dingin dan menggetar juga, Mulanya Tiong Hoa
terperanjat akhirnya ia menjadi girang, Kiranya masih ada
orang lain di dalam liang itu, itu artinya ia dapat kawan bicara
ditempat yang sepi itu. Karena ia tahu dari mana datangnya suara itu, Tiong Hoa
lantas bertindak dengan berlari, ia masuk ke kamar
sebelahnya lagi. Begitu ia sampai, begitu ia tercengang. Dalam
kamar ini, yang terlebih luas lagi, kembali terlihat
berserakannya tulang belulang lainnya. Hatinya menjadi giris
pula. inilah bukti lain kejahatan dari Yan Loei.
"siapa di dalam kamar ini?" katanya sembari ia bertindak.
sekarang ia tidak berlari
lari lagi. "Aku di pojok sini." demikian ia memperoleh jawaban,
"Apakah kau tidak dapat datang kesini?"
Suara itu tetap dingin dan menggetar.
Tiong Hoa bertindak terus, segera ia melihat seorang duduk
menyender di tembok, rambutnya panjang hingga menutupi
mukanya. Kedua matanya orang itu celong akan tetapi
sinarnya tajam, mata itu bersinar tak hentinya. Maka dilihat
seluruhnya, dia beroman bengis, Tapt ia tidak takut,
orang tua itu mengawasi lantas dia menanya: "Bocah, kau
pun mendapat bahaya di luar tahumu?"
Tiong Hoa mengangguk ia mengawasi tajam.
"Loojinkee, sudah berapa lama kau berada di sini?" ia balik
menanya. orang itu tertawa tawar, sekarang sinar matanya
menunjuki dia puas. "Aku?" sahutnya, "Mungkiu sudah sepuluh tahun, Lihat
mereka itu.." dia menunjuk ke arah tulang belulang, lantas dia
meneruskan: "Mereka yang datang belakangan- mereka mati
satu demi satu, tetapi aku si tua bangka, di luar dugaanku,
aku masih hidup sampai sekarang ini, Hanya aku terlalu
kesepian, sudah lama sekali aku tidak mendengar suara
manusia lainnya.... sekarang barulah datang kau, maka aku
menegurmu, untuk di ajak bicara... Kaupasti tidak bakal hidup
lama.... Mereka itu, tak ada diantaranya yang hidup lebih
daripada tujuh hari..."
Tiong Hoa heran, Benarkah orang dapat hidup sepuluh
tahun" Maka ia mengawasi orang
itu, Hal ini membuatnya semakin keras keinginannya untuk
tidak mati, la tertawa. "Loojinkee. kau tentulah seorang Rimba Persilatan yang
luar biasa." ia kata, " Kalau tidak. mana bisa dapat hidup
selama sepuluh tahun di sini"..." orang itu mengangguk,
"Kau benar." bilangnya, "Tidak malu aku mendapat nama
orang Rimba persilatan yang luar biasa. Hanyalah mereka itu,
dari mula mula hingga akhirnya, mereka menyebut aku
seorang memedijahat, tapi itulah tak dapat disalahkan. Aku si
orang tua, aku biasa membawa tabiatku sendiri, kesukaanku
membunuh orang tak ada batasnya, cuma siapa yang aku
binasakan, dia tentulah manusia busuk. tidak pernah aku
kesalahan membunuh manusia baik-baik."
Di waktu mengucap demikian, mata orang tua itu bersinar
tajam. Tiong Hoa pandai berpikir, maka ia tidak menyebut hal
kebaikan atau kejahatan, untuk membilang orang jahat atau
baik. ia cuma kata: "Di dalam dunia itu hal benar dan tidak
benar, haljahat dan baik, tak ada kepastiannya, maka itu tak
usahlah loojinkee buat pikiran, Aku ingin ketahui dengan cara
apa loojinkee dapat memperpanjang umurmu di sini..."
Mendengar itu, si orang tua bertepuk tangan, dia tertawa
lebar. "Kata-katamu ini cocok dengan hatiku, anak." ia berkata,
"Rupanya kaulah orang satu-satunya dalam seumurku yang
mengenal aku, Bukankah kau menanya kenapa aku dapat
hidup terus" inilah sangat sederhana, Aku mengerti pelajaran
mahir dari ilmu semedhi, Kecewa mereka itu, bukan saja
mereka tidak menghormati aku, bahkan mereka mengutuk
aku tak mati siang-siang, Karena itu selagi tadinya hendak aku
mengabari mereka ilmu itu, kemudian aku membatalkan nya."
Tiong Hoa heran, lalu ia menghela napas.
"Loojinkee begini lihai, kenapa loojinkee tidak berdaya
untuk lolos dari sini?" ia tanya. " Kenapa loojinkee kerasan
hidup lama-lama disini?"
"Hm" orang tua itu mengasi dengar suara di hidungnya,
"Pernah beberapa kali yang aku bosen berdiam disini sampai
hampir-hampir aku menghajar remuk batok kepalaku." ia
tertawa dingin, ia melonjorkan dengannya yang kurus kering,
kemudian ia menyingkap pakaian sebelah bawahnya, Dari situ
tersiar bau kotoran yang sangat
Tiong Hoa memandang, menjadi kaget sekali, ia
mendapatkan kaki yang buntung sebatas dengkul, ujungnya
itu kering dan hitam. .seka rang barulah kau mengerti." kata
orang tua itu, "jikalau aku tidak dirintangi kakiku ini sudah
tentu aku telah kabur sedari siang-siang." ia tertawa terus ia
kata pula: "Sementara itu, dengan berdiam bertahun-tahun di sini,
aku si orang tua telah mendapat ilham. Aku telah memperoleh
kesadaran, Yalah menindih kegusaran sukar. lebih sukar lagi
menindih rasa takut. Menakluki diri sendiri maka dengan
begitu hawa amarah dapat dikendalikan. sadar akan
kenyataan maka rasa takut dapat disingkirkan.
Sebenarnya tabiatku keras sekali. Ketika aku baru terjeblos
dalam perangkap. kemurkaanku tak kepalang hingga aku
memikir, kalau nanti aku dapat bebas, hendak aku mendobrak
dunia, Lama-lama, tanpa aku merasa, dapat aku
mengendalikan diriku. Ini juga yang membikin aku insaf dunia itu hanya tempat
mondok. sedang sang tempo
yalah tetamu yang berlalu dalam seratus tahun-orang hidup
dalam dunia cuma untuk menumpang, Maka itu, kalau hidup,
apa yang harus dibuat syukur dan kalau mati, apa yang
ditakuti" Melainkan penasaran saja yang sukar
dilampiaskannya." Tiong Hoa kagum, ia mengerti orang tua ini adalah seorang
yang Boen Boe Coan cay, Dia lengkap pengetahuannya ilmu
surat dan ilmu silat, ia mengawasi orang itu, ia melihat sinar
kepuasan pada matanya. Jikalau nanti aku dapat pulang ke Kang-lam" kata dia,
"Haha saudara-saudaraku bakal mendapatkan tabiat ku sudah
berubah sekali, hingga aku bakaljadi seperti dua orang, Pasti
mereka bakal menjadi sangat heran-"
Tiong Hoa berduka, Terang orang tua itu berkata-kata
begitu untuk menghibur diri Kapan dia bakal dapat pulang ke
Kang la m" ia mengawasi lebih jauh, maka samar-samar ia
nampak sedikit airmata yang mengembeng.
Jikalau kita depat melihat pula matahari dan langit,
sungguh beruntung," ia kata. ia menghela napas "Lojinkee,
aku masih belum mengetahui she dan nama loojinkee yang
mulia, sudikah loojinkee memberitahukannya?"
Ditanya begitu, parasnya orang itu berubah, ia dongak.
akan mengawasi ke sini. "Sepuluh tahun telah lewat, jikalau kau tidak tanya, hampir
aku lupa," ia menyahut kemudian. Mendadak ia tertawa b erg
elak. lalu matanya memandang tajam kepada anak muda
dihadapannya, "Eh?" ia tanya, "apakah kaupernah dengar
dalam Rimba Hijau namanya sin-gan Tok-kak Koei-Kian cioe
Cee cit?" Tiong Hoa menggeleng kepala. Memang tidak pernah ia
mendengar nama itu apapula
gelarannya yang demikian panjang, yang berarti Ce Cit si
orang dengan mata malaikat dan kaki tunggal yang seperti
iblis yang apa bila diketemui, membikin orang berduka." "Aku
yang muda masuk dalam dunia Kang ouw baru beberapa hari
saja," ia bilang. "Aku tidak tahu apa-apa mengenai sekalian orang gagah
dan luar biasa dari dunia Kangouw itu..." Mendadak ia ingat
disebutnya "kaki tunggal" itu, maka ia menatap dan
menambahkan- "Apakah loojinkee bukannya Cee..."
"Tidak salah" berkata orang tua itu, mengangguk. "Aku
yalah Cee Cit, Kau tentunya tidak dapat memikir kenapa aku
roboh di tangannya Yan Loei... Baiklah, dengan menutur
halku, dapat juga aku mengeluarkan sedikit rasa
mendongkolku ini juga akan memecahkan kesunyian kita..."
Tiong Hoa berdiam, ia mengawasi- atas sin-gan Tok-kak
Koei-KJan-Cioe mulai dengan keterangannya.
Cee Cit yalah orang gagah luar biasa untuk Kang lam,
wilayah selatan. Dia liehay ilmu silatnya, orang luar tak tabu
dia berasal partai persilatan yang mana. selama hidupnya, dia
paling benci kejahatan Hanya mengenai huruf "jahat," ia
mempunyai semacam pengertian, Ya la h kejahatan tulen
dapat dimaafkan kejahatan pais u tak dapat diberi ampun.
Menurut dia ada banyak koen-cu palsu, untuk memakai
nama koen-coe itu buat dengan diam-diam melakukan
pelbagai kejahatan yang dapat membikin bangun bulu roma
orang, Begitulah terhadap penjahat Rimba hijau sekali ia
masih mengira-ngira, terhadap orang Rimba hijau paisu, dia
bertangan besi. Kalau ia mendapatkan seorang paisu, tak ampun lagi dia
membunuhnya. Maka juga si
palsu pada membenci dia, hanya mereka tidak berani
sembarang turun mangan- Dia lihai, dia ditakuti.
Dalam umur empatpuluh, Cee-cit kesohor di seluruh Kang
la m, bagian selatan dan Utara, Kemudian, setahu kenapa, dia
suka diangkat menjadi ketua dari Coan Pang, yalah partai
pengusaha perahu. Karena itu, dia membikin jalan atau pengangkatan di air
menjadi aman, Hanya karena ini, dia dibenci sangat oleh Looliong
sin Pek Liang si Naga Tua dari Tong Teng cuw. Bagaikan
paku di mata, Dia diarah, dia hendak disingkirkan
Beberapa kali Pek Liang mengirim orangnya yang lihai
untuk membinasakan cee-cit. semua percobaannya itu gagal
sebaliknya, orang-orangnya itu yang kena dibikin mati. Hingga
kebenciannya jago Tong Teng itu menjadi-jadi.
Di lain pihak. Cee cit tidak ketahui bahwa musuh di
belakang layarnya yalah Pek Liang. Ketika itu, kebenciannya
Pek Liang menjadi berlapis susun.
Pada waktu Cee cit berumur lima puluh tahun, ia
mengunjungi seorang sahabatnya yang tinggal di atas sebuah
bukit, Lacur untuknya, kaki kirinya terpagut ular berbisa.
Siapa digigit ular itu biasanya dia mesti mati, Tapi Cee Cit
lain. Dia tahu bahaya dia mau tolong dirinya, Tanpa sangsi,
dia membacok kutung kaki kirinya itu. Karena ini, ludaslah
ilmu silatnya, dia menjadi tawar hati.
Tapi dia keras hati, Dia penasaran, Lantas dia bergulingan


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke sebuah pohon kayu. dengan bacokan tangan, dia membikin
pohon kayu itu roboh. Dengan bantuan ilmu Kim Kong Cioe
Hoat, dia membuat sebatang tongkat, lantas dengan
menggunai itu, dia melatih silat
dengan kaki tunggalnya. Di dalam dunia tidak ada soal sukar, yang dikuatirkan yalah
tak ada kekerasan hati, demikian sering dibilang. Demikian cee
cit, Lewat tiga bulan- berhasil dia dengan latihannya itu,
bahkan dia menjadi terlebih liehay. Dia kurang gesit tetapi
tangannya, pukulan Kim Kong ciang, menjadi terlebih mahir,
begitupun pukulan Hoei Wan cioe, si Kera Terbang.
Cee Cit pulang dengan kaki buntung, Dia lantas tak disukai
oleh ketua mudanya, Tiat Tek CoeJie siong Gan si seruling
Besi, Memangnya hu-pangcu ini telah memikir merampas
kedudukan pang cu itu, sekarang niatnya makin mantap. Maka
diam diam Jie siong Gan bersekongkol dengan Loo- Liong sim
Pek Liang dan mencari akal buat mencelakai Cee cit.
Lain tahunya di bulan ketiga, Cee Cit kehilangan lenghoe
lambang partainya, Tanpa leng-hoe, tidak dapat ia
menjalankan kekuasaannya sebagai ketua, sebab tak bisa ia
memberikan titah-titahnya. Leng-hoe itu terbuat dari cula
badak yang tertaburkan sebutir mutiara mustika Lionggan cioe
yang harganya seperti seharga sebuah kota.
Begitu leng-hoe itu lenyap. kedudukannya Cee Cit menjadi
guncang, Dengan lantas Coan Pang terpecah menjadi dua
rombongan Rombongan pertama tetap bersedia kepada Cee
cit, yang dihargai kejujurannya, yang putusannya selalu adil.
Mereka ini anggap tidak apa lenghoe lenyap. itu boleh
dicari dengan perlahan-lahan, terutama untuk mencari
pencurinya Rombongan lain mengikut pada siong Gan. Mereka
ini berkeras lenghoe harus dihormati, tanpa itu katanya Partai
hilang pengaruh, dan tanpa itu, Partai bakal bubar, itulah
berarti ancaman, kalau lenghoe tak dapat dicari pulang,
Cee Cit bakal kehilangan kedudukannya sebagai pangcu.
Jie Siong Gan sangat cerdik, dia dapat mengelabui Cee Cit
yang liehay dan bermata tajam. Cee Cit tidak pernah
menyangka wakilnya itu berpikir jahat terhadapnya.
Sebagai laki laki Cee Cit berjanji, karena lenghoe lenyap di
tangannya, dialah yang bertanggung jawab, Maka dia berjanji
akan mencarinya pulang, Dia suka pergi mencari. Dia memberi
tempo setengah tahun, Selain itu, partai diserahkan padaJie
Siong Gan sebagai wakil pangcu.
oee Cit menduga pada penjahat dari luar wilayah
kekuasaannya. sebab orang bisa mencurinya, ia menduga juga
pencuri itu mesti orang liehay^ Lenghoe terbuat dari cula
badak dan ada mutiara mustikanya.
Cula itu dapat menjadi obat mujarab dan mutiara
mustikanya Pia-soei-Coe - dapat menolong orang dari bahaya
kelelap. Maka ia percaya, leng hoe berharga itu mesti jatuh di
tangannya orang orang bangsawan atau berpangkat besar di
Yan-khia, kota raja, maka ia
menu. u ke Utara. Markas Coan Pang berada di gunung siauw Koh Sau, dari
sana Cee Cit berangkat dengan cepat, belum dua hari ia sudah
sampai di kota Kimleng. Karena tugasnya itu, ia jadi
mempunyai tempo senggang.
Demikian itu hari, di waktu lohor, dia berdiri di Yan Coo Kie,
memandangi keindahan sungai di waktu lohor.
Yan Coe Kie berada di utara kota Kim-leng, di luar kota, di
tepi sungai Tiang Kang, Satu bagiannya darat, tiga bagiannya
air. maka romannya mirip dengan burung walet
menyamber ke sungai. Itu pula yang menyebabkan
didapatkan nama itu, "Yan-coe" nya, itu burung walet, dan
"kie" yala h gunung kecil di tengah sungai yang sebagiannya
nempel dengan daratan- Di atas itu pada sebuah paseban yaog dikitari pepohonan,
itulah tempat pesiar atau permandian di musim panas, dari
atas itu orang dapat memandang laut dan tempat yang jauh,
yang indah. Tengah Cee-cit tersengsam, tiba-riba ia mendengar orang
tertawa dan berkata di belakangnya: "Cee Pangcu, bagaimana
gembira kau dapatpesiar di sini Kau membuat nya pintoo
kagum sekali untukmu."
Pang cu itu terperanjat. Tidak ia sangka ada orang datang
kepadanya, ia lantas berpaling, ia melihat seorang tojin, atau
imam yang menggondol sebatang pedang panjang dengan
jubah abu abunya tertiup angin- Dia itu mendatangi sambil
berlari cepat, ia lantas mengenali imam itu, yala h It Tim-coe
Coe Soe Hoei, yang ia kenal.
" Kiranya Coe Cinjin-" ia menyambut tertawa, ia memberi
hormat, "Kapan cinjin datang ke Kim-Ieng?"
Imam itu mengurut kumis jeng gotnya yang hitam dan
panjang, ia pun tertawa. "Pintoo sampai di kota Kim-Ieng sedari tiga hari yang lalu,"
dia menyahut, "Pintoo gemar pesiar, pintoo juga menyukai
pemandangan alam, maka itu pintoo suka mengunjungi
berbagai gunung kenamaan, Tidak d i-s angka, di Yan coe Kie
ini pintoo bertemu pula dengan Pa ngcu."
sehabis berkata begitu, dia mengawasi tajam ketua Coan
^ang itu. Cee Cit tertawa. "Sungguh tak banyak orang yang bebas sebagai cinjin," ia
berkata. "Tidak beruntung yalah aku si orang bercacad, yang
masih tak dapat membebaskan diri dari usaha nama dan
penghidupan, setiap hari aku mesti menghadapi banyak
urusan yang membikin ruwet pikiran." ia lantas menghela
napas. Coe see Hoei nampak heran. "Pangcu," katanya, -jikalau
pintoo tidak salah menduga, sekarang ini mestinya Pangcu lagi
berduka sangat, Dapatkah pangcu memberitahukan aku
apakah kesulitan Pangcu itu?"
Cee cit terperanjat dia menatap tajam, "Bagaimana kau
dapat melihatnya, cinjin?" dia tanya heran-
Imam itu memperlihatkan sikap sungguh-sungguh.
"Pintoo tidak mempunyai kepandaian apa-apa, hanya
tentang meramalkan, pintoo mengerti juga sedikit." jawabnya
"Pintoo melihatnya dari garis alismu, Pangeoe."
Cee cit bersuara "oh" ia menatap terus imam itu, ia melihat
roman orang, Maka ia lantas berpikir "lt Tim coe dari Heng
San ini luas pergaulannya dia terkenaljujur, mungkin dia dapat
memberi petunjuk padaku, ia terus melihat, ke sekitarnya, lalu
ia bersenyum dan berkata: "oleh karena cinjin telah
melihatnya, baiklah, suka aku memberi keterangan- Aku
sekalian ingin minta petunjuk cinjin-" coe See Hoei tertawa.
"Di antara kita bangsa jujur, janganlah Pangeoe menyebut
soal meminta." katanya. "Mungkin Pangcoe belum bersantap.
karena pintoo tidak pantang, mari kita pergi ke Lia Kang Lauw
untuk minum bersama."
Cee-cit menerima undangan itu, maka lantas keduanya
beriari-lari ke lauwteng, atau rumah makan, yang disebutkan
itu. coe See Hoei lari mengikuti, ia melihat orang berkaki satu
tapi dengan dibantu tongkatnya, cee-cit dapat beriari keras
sekali sebab sekali melesat dia dapat melalui
lima atau enam tombak jauhnya, ia menjadi heran.
Tiba di Lim Kang Lauw, kedua sahabat ini memilih meja
yang menghadapi jendela, hingga dengan begitu mereka pun
dapat melihat sungai, Ketika itu sudah sore.
sembari bersantap Cee-cit menuturkan perihal lenyapnya
leng-hoe, Coanpang hingga ia menjadi mengalami kesulitan ia
pun mengutarakan dugaannya karena mana sekarang ia lagi
menuju ke Utara, untuk menyeIidiki-nya. setelah mendengar
keterangan itu, Coe see Hoei tunduk.
"Dugaan Pangeoe benar, mustika itu tak nanti balik ke
dalam dunia Kang ouw." katanya kemudian "Memang itu
mestinya jatuh di dalam istana atau gedung besar, kalau
tidak..." "Siapakah kiranya lain orang yang dapat menadah
barang itu?" Cee-cit memotong.
"lnilah bukan kepastian, baru dugaan saja," sahut imam itu
tertawa, "Pintoo mempunyai seorang sahabat di kota raja,
Dialah Hoei yan PokBeng. Dia ahli barang kuno, dia biasa
keluar masuk kedalam rumah-rumah orang bangsawan, dia
pula banyak orangnya, maka kalau ada barang baru,
kebanyakan dia mendapat tahu, Pinto kenal dia baik sekali,
nanti pintoo tulis surat untuknya, untuk minta dia membantu
Pangcoe, Mudah-mudahan Pangcoe berhasil."
Cee cit girang, senang ia menerima bantuan itu.
"Bagus Tjinjin" ia kata, "Kalau aku dapat pulang leng-hoe
itu, budimu nanti aku kuatir di dalam hatiku. Begitu lekas aku
mendapat pulang dan membawanya kembali, aku akan
meletakijabatanku sebagai ketua, nanti aku terus menemani
cinjin pesiar ke mana saja cinjin suka "
Coe Soe Hoei agaknya berkasihan terhadap sahabatnya ini.
ia lantas memanggil pelayan, akan minta pinjam perabot tulis,
Di situ juga ia menulis surat untuk Huei-yan PokBeng si Walet
Terbang, ia menulis cepat dan lantas menyerahkannya.
Cee-cit menyambuti surat untuk disimpan di dalam
sakunya, Terus ia berbangkit dan berkata sambil tertawa: "Tak
dapat aku menahan dorongan hatiku, sekarang juga aku
hendak berangkat ke kota raja, sepulangnya nanti aku akan
membalas budimu ini" ia memberi hormat, lantas ia ambil
tongkat-nya, untuk berlalu dari Lim Kang Lauw, ia bukannya
mengambil pintu hanya lompat melewati jendela.
Ketika itu sudah malam maka ia menghilang jauh diantara
sinar rembulan bagaikan perak.
Coe soe Hoei mengawasi orang berlalu itu, habis ia kata
seorang diri: "Ceo Cit, pinto tahu kaulah satu laki-laki sejati,
maka sayang sekali tanganmu terlalu jahat, tanpa sebab, adikangkatku
kau hajar hingga gempur anggauta-anggauta dalam
tiibuhnya, hingga dia muntah darah dan mati karenanya. Aku
bukanlah koencoe apabila aku tidak membalaskan sakit hati
adik angkatku itu. Maka itu j anganlah kau sesalkan pintoo
kejam. Pintoo pun telah menerima pesan dari liat Tek Coe..."
Habis berkata, ia bersenyum tawar, kemudian setelah
membayar uang kepada pelayan, ia berlalu dari rumah makan
itu dengan senyuman puas ....
Cea cit sendiri telah melakukan perjalanan cepat siang dan
malam, ia cuma singgah seperlunya, ia berhasil mencari HoeiyanPokBeng,
seorang kepala pencuri. Dia menyambut hormat
dan manis kepada Cee- cit. Dia kata, asal lenghoe berada
dikota raja, pasti dia akan berhasil mencarinya.
Lalu beruntun selama tiga hari, dia pergi keluar untuk
mencari. selama itu tapinya dia tidak peroleh hasil.
Cee-cit menanti dengan sabar, sedang hati nya bingung
sekali. "Pastilah lenghoe tidak ada dikota raja," kata PokBeng
kemudian, "Sekarang ada dua tempat untuk mencarinya. Yang
satu adalah le Kee Poo di Hoai ho-kauw, di rumahnya say bin
Thian-ong le Kioe, dan yang lainnya Ya n Kee Po di siang Kiam
Hoa, Tuk-lok. di rumahnya Hoa n thian-ciang Yan Loei. Di
tempatnya le Kioe rasanya tak mungkin. Puteranya Ie Kioe
menjadi hokswie dalam istana pangeran Tokeh, pernah aku
mencari di sana, aku mendengar tak ada yang tahu.
Maka itu, aku pikir, baiklah Cee Pangcu pergi ke Yan Kee Po
saja. Inilah perangkapnya Jie siong Gan dan Pek Liang, Cee Cit
tidak menyangka apa-apa, walaupun ia pintar, ia terjebak. ia
turut saran si raja pencuri, ia berangkat ke Yan Kee Po. ia
cerdas dan banyak pengalamannya tetapi ia tidak tahu Yan
Loei si tukang hitam makan hitam, sebaliknya Yan Loei
mencurigai ia datang untuk menyelidiki rahasianya, maka tuan
rumah ini segera mendapat keinginan menyingkirkan padanya.
Dengan berpura-pura baik hati, Yan Loei menjanjikan
membantu mencari lenghoe Coan Pang itu, Dia menjanjikan
tempo lima hari. Dengan sikapnya sebagai tuan rumah yang
ramah tamah dia mengajak tetamunya melihat lihat rumahnya
dan sekitarnya, diam-diam dia mengajak orang ke
liang^ebakannya itu di mana sang tetamu terjeblos ke dalam
ruang dalam tanah. Cee-cit tertawa setelah menutur sampai di situ, katanya
nyaring: "Aku tidak sangka aku Gee- cit mengalami kejadian
yang cocok dengan julukanku, Kwie Kian-cioe. Di sini
kumelihat setan-setan sebab di sinilah aku hidup seorang diri."
Habis berkata, jago tua ini memperlihatkan mata bersinar
tajam dan bengis. Sinar matanya Lie Tiong Hoa pun bersorot, jikalau begitu
tidak bisa salah lagi, leng hoe mesti ada pada Yan Loei." ia
kata, "Mestinya dialah s i pencuri, jika la u tidak. tidak nanti
dia membikin loojinkee celaka."
"Kenapa kan dapat memikir demikian?" tanya Cee-cit, dia
heran, tapi dia tertawa. Karena dialah orang yang biasa hitam makan hitam, sahut
si anak muda, ia beber peranan terahasia dari Yan Loei, ia pun
menyatakan kecurigaannya bahwa Yan Loei si orang yang
menyuruh Pek Kie Hong menjebaknya masuk perangkap ini.
Pek Kie Hong itu apa bukan anaknya Lo liong-sin Pek Liang
dari benteng air di Tong Teng ouw?" tanya Coe cit, Agaknya
dia terperanjat. "Benar." Tiong Hoa mengangguk Cee Cit merapatkan kedua
matanya, ia berdiam, Agaknya ia berpikir. Kemudiau ia melek
tertawa dingin, ia kata: "selama sepuluh tahun aku
menyangka Hoei- Ya n PokBeng yang mencuri lenghoe dan dia
bersekongkol dengan Yan Loei untuk mencelakai aku, supaya
aku mati dan perkara habis. Tapi sekarang mendengar
keterangan kau ini, dugaanku itu nyata meleset, sekarang aku
memikir lain lain. Mestinya Jie siong Gan ingin merampas
kedudukan Pangeoe, dia mencuri lenghoe, lantas dia
bersekongkol dengan Pek Liang untuk mencelakai aku, Hm.
Hm, Mana mungkinjusteru di Yan Coe Kie aku bertemu si
imam dari Heng san" Akulah orang yang gusar dan girang tak terkentarakan,
kenapa dia justeru dapat melihat aku bingung dan berduka"
Haha. jikalau aku si orang tua dapat melihat pula langit dan
matahari, mesti aku akan binasakan itu manusia-manusia
dengan hati serigala danpeparu anjing."
Keras suaranya jago tua ini, terdengarnya itu
menyeramkan. setelah itu, mendadak romannya menjadi
guram, terus ia menghela napas. "Ah, aku memikir yang
bukan-bukan..." katanya perlahan. Lie Tiong Hoa berdiam,


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka berdua sama penyakitnya Maka itu, dengan keduanya
berdiam, ruang menjadi sangat sunyi
Setelah sekian lama, sekonyong-konyong cee-cit menanya
.Sudah berapa ia tua teman jak kau terjebak di sini?"
Tiong Hoa tercengang, ia sebenarnya tak mengingat itu, ia
lantas mengusut-ungsut dagunya yang tumbuh jenggot
"Mungkin sudah empat atau lima hari...." sahutnya tertawa.
"Bagus." mendadak Cee-cit berseru seraya tangan
kanannya meny amber. Tiong Hoa berdiri terpisah kira sekaki, ia terkejut, ia melihat
tangan Gee cit terulur tiga kaki lebih panjang dari semestinya.
ia lantas lompat mundur sedang tangan kirinya meluncur,
untuk menangkap tangan orang itu.
Cee Cit Iiehay, Tangan kanannya itu di tarik pulang dengan
cepat, tangan kirinya menyusul menyambar Dia dapat
bergerak cepat luar biasa.
Kembali Tiong Hoa terkejut, ia menyangka Cae Cit seperti
ciptaan kera, Tapi ia tak
takut, Tangan kirinya meluncur terus, guna menyambut
tangan kiri orang itu. serangan Hoei Wan cioe, atau "Tangan Kera Tarbang" Cee
Cit itu. gertakan belaka, ketika^eriji tangannya si anak muda
hampir mengenai tangannya itu, ia cepat menariknya pulang,
habis mana ia tertawa terbabak-bahak.
"Kita mempunyai harapan untuk melihat langit dan
matahari pula" ia kata nyaring. "Aku tidak sangka kau begini
liehay" Tiong Hoa melengak mengawasi orang Tanpadaksa itu, ia
tidak dapat menerka apa perlunya Ceecit menyerang ia. Tapi
lantas ia mengerti orang lagi menguji padanya, Akan tetapi ia
heran mendengar yang mereka bakal dapat melihat lagi langit
dan matahari "Apakah kau pernah mempelajari Pek- bouw kang?" Ceecit
tanya, itulah ilmu cicak merayap ditembok.
Tiong Hoa menggeleng kepala, Didalam hatinya, ia kata: "
Guruku belum pernah mengajari aku ilmu itu, aku juga tidak
memikir untuk mempelajarinya, ilmu itu terutama penting
untuk bangsa pencuri, Laginya, pelajaran itu cuma bisa
membawa diri naik setinggi lima belas tombak. sedang di sini,
lowongan tingginya limapuluh tombak. Apakah gunanya Pekhouw-
kang?" Oleh karena heran, ia terus mengawasi jago Coan-pang itu,
Cee- Cit bersenyum. "Kau tak bisa, bukan?" katanya. "tapi
bagimu, mempela jari itu cuma soal tempo satu siang dan satu
malam, Baiklah kau ketahui, pada lima tahun dulu aku telah
melepas kata-kata, jikalau ada orang yang bisa menolongi aku
keluar dari sini, akan aku wariskan akupunya ilmu "Hoei Wan
cioe kepadanya. Maka kau, dapatkah kau menolongi aku
keluar dari sini?" Tiong Hoa heran bukan main- ia mengawasi melongo.
kemudian- ia menggeleng kepala. Katanya: "Aku bukannya
tidak mau menolongi, tetapi, walaupun kita pandai Pek Houw
Kang. mana dapat kita naik sampai limapuluh tombak"
Apapula aku mesti naik sambil menggendong kau, loojinkee,
mana dapat..." Cee-cit tertawa berkelak.
"Tentang itu j angan kau buat kuatir." kata dia. "Asal kau
sendiri dapat keluar maka taklah sukar untuk menoongi aku si
orang tua. itulah mudah sekali, selama ber-tahun-tahun aku
berdiam di sini bersama kawanan setan itu, aku telah berhasil
membuat dadung rumput panjangnya sampai tigapuluh
tombak, maka jika la u kau pandai Hoei Wan cioe, pasti kau
dapat menolong aku keluar dari sini"
Lie Tiong Hoa lantas berpikir: "Daripada aku berdiam saja,
baiklah aku berdaya" Maka ia lantas mengangguk "Baiklah."
katanya. Sampai di situ, tanpa bersangsi lagi Cee Cit lantas
memberikan pelajaran ilmunya itu, "Hooi Wan Tjioe" atau si
"Kera Terbang" itulah pelajaran yang sangat sulit, Untuk itu
lebih dulu orang mesti mempela jari ilmu " melunakkan
tulang-tulang." habis mana lalu mempela jari pula ilmu "
menyiutkan tubuh". setelah tulang dan tubuh dapat diciutkan
maka berhasilkah orang mengulur tangannya lebih panjang
daripada mestinya. Ilmu ini tidak dapat dipahamkan dalam waktu satu hari satu
malam akan tetapi untuk Lie Tiong Hoa tidak ada apa-apa
yang sulit. Kecerdasannya dibantu khasiat obatnya Thian Yoe
sioe Membikin ia menjadi suatu bahan yang bagus sekali. Dia
menjadi mempunyai tubuh yang disebutkan " lepas dari
kandung-dan bertukar tulang." ia tidak perlu tempo
berhari-hari, cuma tiga jam, lantas ia mengerti.
Cee-cit heran hingga dia melengak. Tanpa merasa di
menggeleng kepala dan berkata: Ah, anak muda ini sungguh
harus dibuat jerih. Aku berbakat baik, aku telah menemui
jodoh ku", aku toh tak dapat belajar secepat dia." Tapi dia
menjadi girang. "Sekarang mari pelajari Pek Houw Kang." katanya, Dan ia
menga jari teorinya. sebab untuk menga jari prakteknya, dia
tidak sanggup, dia terhalang cacad kakinya itu.
Juga pelajaran cicak Merayap ini tak sukar untuk Tiong
Hoa, Bahkan Tiong Hoa mempelajarinya terus dengan dicoba,
Dia memang ringan tubuhnya dan pandai berlompat tinggi,
dibantu ilmu merayap itu, dengan lekas ia bisa manjat tiga
puluh tombak kira-kira, kemajuan itu didapat karena di tengah
perjalanan naik itu ia dapat menukar napas.
Cee-cit gembira sekali, ia sering-sering tertawa girang.
"Asal kau menggunai saatmu belum menukar napas lebih
jauh kau menghajar papan penutup jebakan ini, pasti kau
dapat mencarinya." dia kata, "Asal kau dapat menjambret dan
membukanya, lantas kau berada di atas."
"Baiklah, nanti aku coba." kata Tiong Hoa.
Kali ini anak muda ini mengawasi keatas, setelah
mengumpulkan semangatnya, ia berlompat, lantas ia
mengguna i kedua kaki dan tangannya, untuk merayap di
tembok. Namanya merayap. sebenarnya ia memanjat.
Dengan cepat ia mencapai tiga puluh tombak. la tidak
menanti menukar napas, ia
menjejak dengan kedua kakinya, selagi tubuhnya mencelat
kedua tangannya diulur, untuk meny amber ke atas, Bagatkan
terbang, tubuhnya mencelat naik. Karena ia terpisah lagi
belasan tombak. la lantas sampai di atas, maka kedua
tangannya segera menggempur.
suara nyaring adalah akibatnya itu, disusul dengan
terlihatnya sinar terang, papan jebakan, yang menjadi
penutup liang, telah pecah, maka dengan pecahnya itu, sinar
terang lantas masuk ke dalam liang.
Dengan masuknya sinar terang serta hawa, hawa buruk di
dalam liang lantas mulai lenyap karenanya.
Tepat serangannya Tiong Hoa mengenai papan penutup
itu, yang terbuat dari lembaran besi. saking tuanya papan itu,
pesawat rahasianya sudah karatan, maka itu, gempuran hebat
dari si anak muda membikin alat itu tak dapat bertahan dan
rusak karenanya. ooooo BAB 8 SEKONYON G - Konyong Cee Cit tertawa berkakak- kakak
dan berseru berulang-ulang. "Sudah sepuluh tahun sudah
sepuluh tahuni Aku Cee Cit, aku tidak sangka bahwa hari ini
aku bakal dapat melihat pula langit dan matahari" Dan saking
girangnya itu, dia mengucurkan airmata, dia menangis terisakisak
Ketika itu Tiong Hoa sudah turun pula, ia menyaksikan
kegirangan dan kesedihannya Cee-cit itu, ia menjadi terharu,
ia turut merasa sedih juga, hingga ia hampir mengeluarkan
airmata, ia sama girangnya seperti si orang tua, ia kata dalam
hatinya: "Sepuluh tahunjalan tempo yang sangat lama, siapa
dapat bertahan demikian lama jikalau dia tidak memiliki
kekuatan hati yang luar biasa" Cuma Cee cit seorang yang
tangguh demikian-" Hanya sebentar, lenyap sudah kesedihannya Cee-cit. Dia
lantas menunjuk pada tumpukan dadung di sisinya.
"Laotee, kau ikatlah dadung itu di punggungmu." ia
berkata, " Kau pun geser aku ke mulut liang itu, untuk aku
berduduk di situ.seperti aku telah bilang i kau, kau boleh
lantas manjat naik, Kau mesti manjat terus hingga kau berada
di atas, di luar." Cee cit bicara dengan gembira, sampai napasnya seperti
tertabas Di balik kegirangannya itu matanya bersinar sangat
tajam. Tiong Hoa melakukan apa yang dikatakan orang tua itu, ia
pondong tubuh orang untuk dipindahkan tepat ke bawahan
mulut liang jebakan itu, ia telah mengikat dadung
dipunggungnya, ia lantas bersiap siap. tenaga dalamnya
dikerahkan Tak usah disebut lagi bahwa ia pun mengempos
semangatnya. Kalau tadi ia mau menggempur, sekarang ia mau ke luar,
guna merebut kebebasannya.
Hanya sedetik, anak muda she Lie itu sudah lantas manjat
naik, Kali ini ia bergerak jauh terlebih cepat, Benar seperti
katanya Cee cit, tinggal lagi dua kaki ia bakal sam pai di mulut
liang, napasnya sudah habis tubuhnya lantas turun
pulaJusteru itu, ia mengempos tenagannya yang terakhir, ia
meoggunai Hoei Wan cioe, Tiba tiba saja tangannya terulur
panjang, hingga ia dapat menyambar pinggiran liang.
"Bersemangat, laotee Bersemangat"
Cee cit berseru menganjuri, ia melihat orang telah tiba
dimulut liang itu. Tepat ia memegang pinggiran papan besi itu, Tiong Hoa
menukar napas, maka kalau tadi ia menjambret dengan
kanan- sekarang ia dibantu dengan tangan kirinya. Dengan
dua tangan berpegangan, tak sukar untuknya bergelayutan,
guna mengayun tubuhnya, maka di lain saat, denganjungkir
baiik, tibalah ia di atas.
Melihat sinar matahari, Tiong Hoa melengak. la segera
memandang ke sekitarnya, ia melihat rumah besar terpisah
tiga puluh tombak dari liang perangkap itu, ia mendapat
kenyataan matahari sudah turun ke barat dan burung-burung
lagi mengoceh ber kicau. "Loojinkee, bagaimana sekarang?" ia kata. ia berdiri
dimulut liang, ia berjongkok untuk memandang ke bawah,
kedalam liang itu, cee cit berdongak.
"Laotee, kau turunkan dadung" dia berkata "Kaupeganglah
dengan kedua tangan mu biar keras, jangan bikin terlepas"
Tiong Hoa nenurut, ia mengulur dadung itu, ia tahu apa
artinya dadung dan apa maksudnya ketua Coan Pang itu, ia
memegang erat erat ia memasang kuda-kudanya, ia heran
sebab ujung dadung masih terpisah cukupjauh dari si orang
bercacad, ia tidak tahu, dengan cara bagaimana orang akan
menyampaikan dadung itu. Cee Cit tahu apa yang ia mesti lakukan. inilah saatnya yang
terakhir, ia hidup atau ia mendekam terus didalam neraka
dunia itu" Maka ia berduduk dengan mata meram, tapi
otaknya bekerja, ia mengempos semangat, ia " mengumpul
tenaganya, Tepat ia merasa bahwa ia sudah mengerahkan
segala apa, mendadak ia menahan napasnya, mendadak ia
menjejak dengan kaki buntungnya, dibantu dengan tekanan
kedua tangannya pada tanah. Menyusul itu
maka tubuhnya lantas melesat naik, Barbareng dengan itu,
kedua tangannya terus diluncurkan lempang keatas.
Hebat keadaannya waktu itu, kalau dia gagal, kalau dia
jatuh kembali maka sebelah kakinya itu mesti patah juga...
Tiong Hoa di atas memasang mata. Mendadak ia merasa
ujung dadungnya ada yang s amber, dadung itu lantas terasa
menjadi berat, hampir ia membuatnya terlepas. ia tahu apa
artinya itu. Maka terus ia bertahan.
Dadung terasa bergoyang goyang, Telinganya pun lantas
mendengar tertawanya si orang tua, yang terus berkata :
"Laotee, kau tariklah perlahan-lahan"
Tanpa menjawab, Tiong Hoa bekerja, ia menarik dadung, ia
mengerek naik, ia mesti berlaku hati-hati. ia insaf tuanya
dadung itu, sementara itu ia tidak tahu, larahan dadung sudah
ada yang putus sendirinya, disebabkan beratnya, tubuh Cee
cit. Cee-cit sudah naik tinggal lagi sepuluh tombak kira-kira
waktu Tiong Hoa mendapat tahu larahan dadung pada putus,
ia kaget tidak terkira, tanpa merasa ia berseru: "Dadung mau
putus" Cee Cit mendengar itu, dia kaget bukan main. celakalah
kalau dadung putus dan dia jatuh. Tapi dia tabah, dia menjadi
nekad. "Tahan" dia berseru, Lantas dia menarik dengan keras,
untuk membikin tubuhnya melesat naik.
Di bawah menarik. diatas bertahan, tidak ampun lagi,
dadung itu benar-benar putus, Tiong Hoa kaget, Cee Cit pun
kaget, tapi Cee Cit insaf. Meski dadung putus, tubuhnya tidak
jatuh hanya melesat terus naik, kedua tangannya diulur dan
diluncurkan, "Laotee, sambut" dia berteriak
Tiong Hoa cerdas. dia tabah, takperduli dia kaget, dia tahu
harus berbuat apa. sambil berjongkok itu ia mengulurkan
tangannya ke bawah, ia mengulur dengan ilmu Hoei Wan cioe,
Maka tangannya itu terulurlah, tangannya Cee Cit juga terulur,
Dengan begitu ke dua pasang tangan terulur sama-sama
menjadi lebih panjang daripada biasanya, lantas tangan kedua
pihak beradu, lalu keduanya saling jambret, Tiong Hoa
menarik dengan g entakan cee Cit pun meminjam tenaga
orang. Maka terlihatlah sebuah tubuh melesat ke luar dari
dalam liang. Tubuh Tiong Hoa melengak, Untuk ber-tahan- kecuali
memasang kuda kuda. ia mesti mendapat bantuan tubuhnya
itu. Dengan itu cara ia menarik tubuh kawannya. ia
sebenarnya merasa tangannya sakit terpegang tangan cee-cit
tapi ia mengertak gigi, ia menahannya
Cee-cit numprah ditanah, Dia melongo, dia menghela
napas, lantas dia tertawa, Dia tertolong. dia bebas. Di
depannya dia melihat pepohonan. Langit dan matahari yang
dia kenang- kena ngka n bertahun-tahun. Di tempat terbuka
ini, dia dapat bernapas lega. Dia seperti menjelma pula.
Juga perasaannya Lie Tiong Hoa serupa, untuk sejenak
mereka saling mengawasi dan melongo, matanya Cee-cit
penuh air mata, tapi segera dia tertawa.
"Laote," dia berkata, "aku bukannya penasaran, tetapi aku


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mesti memuja kepada sang Buddha Aku berjanji, habis ini, aku
tidak bakal memperdulikanpula urusan kaum Kang-ouw,
Laotee, coba kau hajar kutung secabang p^hon itu"
Tiong Hoa mengangguk- Untuk sejenak itu, tak dapat ia
berkata-kata, ia menghampirkan sebuah pohon, dengan
gempuran tangannya, ia mematahkan secabang yang cukup
besar, habis membuangi cabang-cabang kecil dan daunnya, ia
bawa itu pada si orang tua dan menyerahkannya.
Cee- cit menyambuti dengan cepat, dengan cepat juga dia
bekerja, Dengan tangannya dia memapas berulang-ulang,
tangan itu bekerja bagaikan golok. Maka dengan lekas ia
berhasil membuat sebatang tongkat panjang. Ketika ia tertawa
nyaring, lantas ia bangun berdiri dibantu tongkatnya ini.
"Laotee, mari." ia berkata. Tiong Hoa menyambut. Tapi. . .
Belum lagi kedua orang ini mengangkat kaki, atau
mengangkat tongkat, untuk berlalu, mendadak mereka
mendengar suara angin meny amber, angin dari datangnya
senjata rahasia. "Setan" berseru sin Gan Tok kak Kwi-Kian-Cioe sambil ia
memutar tubuhnya cepat bagaikan angin, tongkatnya turut
berputar, maka dengan terdengarnya suara nyaring be berapa
kali, tandanya bentrokan senjata dengan senjata, beberapa
buah senjata rahaia terlempar jatuh ke tanah di dekat mereka,
Akan tetapi Cee cit tidak lantas berhenti, dia masih berputar
terus, hingga dia kena menghajar beberapa pohon di dekatnya
Tiong Hoa kagum menyaksikannya liehaynya orang dengan
kaki satu itu. Ketika itu, dengan berhentinya serangan senjata rahasia, di
situ lantas muncul satu orang yang lompatannya pesat sekali,
Dia pun membawa sinar putih mengkilap seperti rantai.
Tiong Hoa lompat mundur, matanya dipasang, Maka ia
melihat di depannya berdiri seorang muda tampan dengan
pedang ditangan. matanya dia itu bersinar tajam, ia heran
kenapa di Yan Keo Po ada seorang muda semacam dia ini.
"Kau siapa?" Kwie Kian cioe menegur, suaranya dalam.
"Cara bagaimana kau berani main gila dengan kuningan
rongsokan dan besi karatanmu di depannya Kwie Kian cioe?"
orang muda itu heran- ia lantas mengawasi ke tanah. "Kwie
Kian cioe..." ia mengulangi
Hanya sebentar, ia mengangkat kepalanya, untuk
mengawasi, dengan alis dikerutkan, ia berkata: "Tuan, adakah
kau Cee Pangeoe dari coan Pang yang telah lenyap sepuluh
tahun, yang dulunya namanya sangat kesohor dissiatan dan
Utara sungaiBesar?" "Ya, itulah aku si orang she Cee" sahut Cee-cit dengan
suara di hidung. Anak muda itu lantas memandang Tiorig Hoa,
agaknya dia heran. "Kalau begitu," katanya aku mohon tanya, bukankah kawan
cee Pangcu ini bernama Lie Cie Tiong?"
Cee Cit belum pernah menanya namanya Lie Tiong Hoa,
ditanya begitu dia lantai berpaling kepada kawannya.
Tiong Hoa heran, tapi ia maju satu tindak "Benar, aku yang
rendah adalah Lie Cie Tiong," ia menyebut terus terang. "Aku
tidak tahu untuk urusan apakah tuan mencari aku yang
rendah ini" Mendengar jawaban itu, muka si anak muda menjadi
merah, tanpa membilang apa-apa
lagi, ia menikam dengan pedangnya, inilah jurus tok bong
coet biat atou" ular beracun keluar dari guha, sasarannya
punjalan darah thian-kie di dada si anak muda.
Cee Cit heran, ia terutama heran karena ia melihat pemuda
itu mestinya orang lurus. kenapa dia menyerang cie Tiong
secara begitu" Apakah salahnya orang she Lie ini" Tak tahu ia
siapa salah siapa benar, tetapi Cie Tioog itu penolongnya, tak
dapat ia berpeluk tangan saja, Maka ia maju sambil
meluncurkan tangan kanannya dengan tiga jarinya ia menjepit
ujung pedang orang" Anak muda itu terkejut ia melihat tangan kanan orang
meluncur panjang luar biasa, sedang tangan kirinya tertarik
ringkas. Ketika ia mencoba menarik pedangnya, pedang itu
tak bergeming Kembali ia terkejut, sekarang dengan mukanya
lantas menjadi merah hingga ke telinganya.
Terang ia tidak dapat melepaskan senjatanya itu. Maka ia
mengawasi dengan sinar mata berapi.
Tiong Hoa mendongkol untuk kegalakannya orang itu, yang
menyerang ia secara hebat.
"Tuan, aku tidak kenal kau, kita tidak bermusuhan,
mengapa kau menyerang begini hebat?" ia tanya dingin, "
Kenapakah?" Belum orang menjawab, Cee cit sudah melepas
kanjepitanny a. ia tertawa dan berkata "Aku si orang she Cee
selalu berlaku jujur maka itu, tidak mau aku berat sebelah,
Anak muda, kau coba jelaskan, buat urusan apa kau mencari
saudara Lte ioi" Percayalah, aku si orang she Cee, aku nanti
berikan keadilan kepada kau."
Anak muda itu tertawa dingin. "Cee pangcu." katanya, "Asal
kau berlaku adil, tenanglah hatiku Aku yang rendah bernama
soew Leng Hoei dan guruku ini yalah Im san le-soe."
Cee- cit heran juga, tidak ia sangka bahwa anak muda ini
muridnya Boe seng atau Nabi Persilatan dari tanah
perbatasan, tengah ia mau menanya tegas, mendadak ia
melihat bayangan berkelebat di depannya, maka di situ
tambah satu orang -- adalah seorang imam, yang matanya
hitam, yang romannya tampan, sedang kumisnya panjang
sampai di dadanya. Nampak imam itu agung, Karena gesitnya,
dia mesti berilmu silat tinggi. selain dari Cee- cit, Tiong Hoa
pun heran . Imam itu menghadapi Souw Leng Hoei, untuk segera
menanyai "Leng Hoei, siapakah dua orang ini" apakah kau
berhasil mencari si orang she Cie?" Mendengar pertanyaan itu,
Tiong Hoa gusar sekali, alisnya bangun berdiri
"Aku tidak tahu apakah salah aku si orang she Lie terhadap
kamu berdua, tuan-tuan?" ia tanya, " Kenapa kamu tidak mau
memberikan penjelasan" Kenapa kamu sembrono begini
macam" Apakah kamu tidak menyalahi tingkah- lakunya orang
orang sopan- santun?"
Orang muda yang bernama Souw Leng Hoei itu tetap
gusar. "Lie cie Tiong " dia membentak, di Kee-beng-ek kau telah
rampas mustika Ngo-sek Kim-bo kami serta kau menganjurkan
orang orangmu berlaku kurang ajar terhadap adikku
perempuan, Kau telah ketahui itu tetapi kau masih berani
mengajukan pertanyaan."
Jilid 6. Ilmu Kera Terbang Cee-cit
Bukan main mendongkolnya Tiong Hoa. ia merasa sangat
terfitnah. "Aku si orang she Lie, aku laki-laki sejati." ia berseru,
"Mana dapat aku melakukan itu macam perbuatan jahat dan
busuk" Kenapa kau menuduh begini rupa" Lekas kamu
jelaskan tuduhan kau ini"
Cee Cit melihat sikapnya Tiong Hoa, ia mau percaya anak
muda ini tidak melakukan perbuatan seperti dituduh itu,
bahwa dia telah terfitnah. Maka ia lantas merangkap kedua
tangannya akan memberi hormat pada si imam, sembari
tertawa ia kata: "Loocianpwee, loocianpwee tentulah Boe seng
im seng Loocianpwee dari tanah perbatasan?" Imam itu
bersenyum, ia mengangguk perlahan.
"Benar, itulah pintoo adanya." ia menyahut "Pintoo biasa
merantau maka itu pintoo telah mendengar banyak tentang
nama Cee Pangcoe yang sangat terkenal sebagai ketua Thian
Hoo Pangcu, Pintoo telah mendengar juga bahwa Pangcoe
sangat menjunjung keadilan-maka itu pintoo sangat
mengagumi kau." Kwie Kian cioe bersenyum.
"Tidak berani aku menerima pujian lo-cianpwee," katanya
merendah. Imam itu lantai berpaling kepada Souw Leng Hoei, "Leng
Hoei, dalam segala hal tak dapat kita mendengar satu pihak
saja, ia berkata. Aku lihat Lie cie Tiong ini bukan miripnya
orang jahat, maka itu baiklah kau berlaku teliti, sesudah ada
kepastian baru dapat kau bertindak."
Anak muda itu agaknya jengah, dia berdiam, Menampak
sikapnya dua orang itu, yang mulai berubah, dada Tiong Hoa
lega sedikit. "Locianpwee," berkata Cee cit pula, "ijinkanlah aku bicara
sedikit. Aku ini telah di celakai Hoao-thian ciang Yan Loei pada
sepuluh tahun yang lampau, aku telah dipincuk dan dijebak
masuk dalam perangkap yang merupakan rumah dalam tanah
di sana itu. syukur aku dapat bersemedhi menurut ajaran
guruku, aku dapat hidup sampai sekarang ini. Aku telah
ditolongi Lie Laotee ini, yang pun telah dijebak dalam
perangkap seperti aku. Enam hari sudah dia berada di dalam kurungan baru saja
barusan kami dapat keluar, oleh karena itu aku percaya Lie
Laotee telah dituduh karena fitnah belaka dan si tukang fitnah
yalah bangsat she Yan itu, jikalau loocianpwee tidak percaya
silahkan kau masuk ke dalam liang dijebakan itu untuk
memeriksa." Sembari berkata, Cee Cit menunjuk ke liang beberapa
tombak dekat mereka. Im san le-soe suka mendengar keterangan itu, bersama
Souw Leng Hoei ia pergi ke mulut liang jebakan. Lantas saja si
imam menjadi gusar. "Yan Loei demikianjahat, tidak
seharusnya dia dibiarkan lolos" katanya sengit.
Lie Tiong Hoa lantas menduga dari perkataan imam ini
bahwa Yan Kee Po pasti telah mengalamkan penyerbuan dan
kabur, karena mana tentulah sarangnya Yan Loei sudah
pecah. "soehoe," berkata Leng Hoei, yang menghampirkan si
imam, "habis bagaimana keterangannya Lao san sam Eng"
Mendengar perkataan orang ini, Tiong Hoa lantas
mendusin. "Jikalau begitu, aku yang muda dapat memberi
keterangan." ia lantas berkata, ia terus menuturkan halnya di
rumah makan ia bertemu Yan Hong dan seterusnya selama ia
berkenalan dengan anaknya Yan Loei itu.
Souw Leng Hoei mau percaya keterangan itu, lantas ia
menghampirkan Tiong Hoa dengan roman likat, ia mamberi
hormat untuk berkata: "Aku masih muda sekali, aku kurang
pengalaman Aku minta maaf yang aku sembarang percaya
perkataan orang jahat."
Lie Tiong Hoa menyingkir tak mau ia menerima hormat itu,
Bahkan ia kata "tidak berani aku menerima hormatmu ini"
Dingin suaranya itu, ia masih mendongkol selain di fitnah ia
telah diserang secara keterialuan
Im San le-soe tertawa, dia lantas berkata: "Sudah lama
pintoo mengundurkan diri. karena gara-gara Ngo-sek Kim-bo
ini, terpaksa aku mesti muncul pula dalam dunia Kang ouw,
Ngo-sek Kim-bo terjatuh didalam tangannya Yan Loei, itulah
berbahaya, Kalau dia bekerja sama kaum sesat dan dengan
segera itu ia membuat pedang mustika, sungguh hebat
ancaman buat dibela kang hari."
Ia bersenyum, lalu dia menambahkan: "Cee Pangcu,
sekarang ini kau hendak pergi ke mana?"
Cee cit tertawa tak wajar, ia rupanya menahan
kegusarannya. "Sepuloh tahun aku terpenjarakan, sepuluh tahun aku
tersiksa dalam neraka dunia." menyahut ketua Coan Pang,
"Maka itu, setelah sekarang aku berhasil melihat pula langit
dan matahari, tak dapat aku melupakan kejahatannya bangsat
she Yan itu. Loocian^wee, suka aku turut kau pergi mencari
rtia, tapi di dalam Partaiku mesti telah terbit urusan oleh
karenanya perlu aku pulang lebih dahulu untuk melihat dan
mengurusnya, setelah itu barulah dapat aku pergi merantau."
Ia bersenyum, terus ia menambahkan Juga sekarang ini
aku mesti lekas mencari rumah makan karena sudah sepuluh
tahun aku belum pernah dahar sebutir nasi juga..." Im San lesoe
tertawa, "Sungguh Cee Pangcu seorang jujur dan baik hati" ia
memuji. ia lantas mengeluarkan sebuah peles kecil, dari dalam
situ ia menuang keluar dua butir pel marah, yang baunya
harum, sembari memegang itu di telapakan tangannya, ia
tertawa dan menambahkan " Kalau begitu, Pangcu, perlu
Pangcu mendapat obat, Kedua pelku ini bukan obat dewa
tetapi aku percaya bakal ada faedabnya untuk membikin kuat
tubuh pangeoe, silahkan pangeoe berdua memakannya . "
Cee cit percaya imam itu, ia menjadi girang. "Terima kasih"
ia kata, ia lantas makan obat itu.
Lie Tiong Hoa pun buyar kemendongkolannya, maka ia
ambil obat itu dan makan, ia merasakan bau harum dan
dadanya menjadi nyaman. Im san le-soe bersenyum, dia kata, "Kami berdua perlu
lekas menyusul Yan Loei maka itu ijinkanlah kami berangkat
lebih dulu semoga kita akan lekas bertemu pula"
Lantas ia mengajak Souw Leng Hoei pergi. oalam sekejab
saja mereka sudah pergi jauh dan menghilang didalam rimba.
Tiong Hoa kagum untuk kegesitan si imam.
Kwie Kian Cioe menggeleng kepaia, dia kata perlahan:
"Tidak kecewa Im san Ie-soe dinamakan Boe seng dari
wilayah perbatasan, ilmu ringan tubuhnya itu sudah mencapai
puncak kemahiran." Kemudian ia berpaling pada Tiong Hoa, untuk berkata:
"Lao-tee. kaulah sahabatku satu-satunya, maka itu kalau kau
tidak mempunyai urusan lain, mari kau turut aku si tua ke
selatan untuk kau membantu aku."
Tiong Hoa tidak berpikir lama untuk menerima baik ajakan
itu, ia memangnya sebatang kara dan tanpa tujuan lain
kecuali mencari lukisan. "Yoe san Goat Eng" serta sekalian
mencari Cek In Nio yang bayangannya seperti senantiasa
berpeta di depan matanya. "Baiklah," sahutnya. Cee- cit
girang sekali, "Kau nampaknya berduka laotee, kau mesti mempunyai
suatu urusan penting," ia berkata, "Maka itu aku berjanji,
sebagai ketua Coan Pang, setelah urusan Partaiku beres. aku
nanti membantu kau memecahkan kesulitanmu itu.
Bagaimana, apakah kau suka menerima bantuanku?"
"Saudara Cee sudi membantu aku, suka sekali aku terima,"
sahut Tiong Hoa. "Hanya urusanku itu masih terlalu pagi untuk
di beritahukan kepada kau, Lain kali saja ku menjelaskannya
Lebih dulu aku menghaturkan terima kasih." ia lantas memberi


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hormat sambil menjura. Cee Cit, terima hormat itu sambil tertawa bergelak.
"Kita orang Kang-ouw, kita harus menyingkirkan segala
macam adat-istiadat." katanya. "jikalau kau tidak terjebak.
laotee, mana dapatjiwa saudaramu ini ditolongi kau" Boleh
dibilang, jiwa itu terserah kepada takdir tetapi aku tetap sudah
menerima pertolongan kau, Maka itu, aku juga berhutang budi
kepadamu, Bagaimana aku harus membalasmu" sekarang
sudah sore, mari kita berangkat,"
Memang juga matahari sudah turun rendah di arah barat
dan cuaca mulai guram sedang angin meniup keras. Burungburung
telah pada terbang pulang dan mengasi dengar
kicauannya. Rumah Yan Loei besar tapi sekarang rumah itu gelap gulita,
Ketika mereka berdua pergi ke hutan bambu, hutan itu tidak
keruan macamnya. Pohon-pohon bambu patah dan rebah,
daunnya berhamburan. Bahkan tempat kediamannya Cian cioe Koan Im juga tak
luput dari serbuan, sebab tamannya, rimbanya, kacau juga.
Mereka keluar dari Yan Kee Po, terus mereka lari, selagi
sang Puteri malam muncul mereka masih berlari-lari di tega la
n yang bersinar seperti perak.
ooo Bulan keempat di Kanglam yalah akhir musim semi
danpermulaan musim panas, Ketika itu pohon-pohon yangliu
lagi berombak-ombak burung burung kepodang lagi
bernyanyi-nyanyi, pemandangan alam indah nya bukan
buatan. Justeru begitu maka itu hari ditepi telaga Hian Boe ouw
diluar kota Kim-leng, di dusun Hang Hoa Coen, terlihat
munculnya dua orang. Yang satu adalah seorang tua yang
rambutnya panjang terurai sampai d i pundaknya, jalannya
dibantu tongkat karena kakinya tinggal sebelah, yang lainnya
seorang pemuda tampan. Oleh karena mereka merupakan pasangan yang tak
setimpal, dengan sendirinya mereka menarik pandangan
banyak orang. Merekalah Kwie- kian- cioe Cee-cit dan Lie Tiong Hoa,
Mereka lantas duduk bersantap berdua. Gembira nampaknya
mereka. Mereka bicara perlahan satu dengan lain, kadang
kadang mereka tertawa, tangan mereka menunjuk kepada
kepermaian sang alam. Telaga Hiao Boe ouw, yang pun disebut Houw Guw atau
Telaga Belakang, memang indah sekali, hingga disitu orang
suka pesiar berjalan-jalan atau main perahu.
Bertetangga dengan mereka itu berdua ada sebuah meja
serta empat orang yang duduk mengitarinya. Yang seorang
sudah ubanan semua rambutnya, tiga yang lain dari usia lebih
kurang tiga puluh tahun. "Keponakan Eng," kemudian terdengar si orang tua, "aku
tidak sangka dalam usia lanjut ku ini aku memperoleh nasib
buruk begini Kim-Ieng Jie Pa keterlaluan. Didalam tempo tiga
hari, mereka memastikan aku mengganti uang tiga puluh
laksa tahil perak. Benar aku telah membuka dan mengurus
piauw-kiok dua puluh tahun lebih akan tetapi tidak dapat aku
menyimpan uang demikian banyak. Walaupun rumah
tanggaku dijual, tidak nanti aku dapat mengumpulkan jumlah
itu... Ah" Air matanya orang tua itu lantas turun meleleh, hingga tak
dapat ia bicara lebih jauh.
Tiong Hoa heran, kata-kata itu tak ada kepalanya, tak ada
ekornya. "Coba Thie sie Tayhiap ada disini, pasti urusan mudah
dibereskan?" kata seorang yang lain agak keras. "Maka
sekarang ini tidak ada lainjalan daripada mengangkat kaki,
Lain kali barulah kita kembali..."
Tiong Hoa melirik diam-diam, ia melihat alisnya si orang tua
rapat satu dengan lain, dia itu menghela napas dan berkata:
"sekarang ini kita sudah diawasi Kimleng Jie Pa, tak dapat kita
menyingkir. Kita cuma dapat menunggu." Romannya orang
tua itu membangunkan simpati orang.
Kwie Kian cioe pun melihatnya. dia tertawa dan kata
perlahan pada kawannya: "Laote, jikalau kau ingin
mengangkat namamu maka kau harus membantu empat
orang itu. Baiklah kau melakukan, sesuatu yang
menggemparkan dunia Kang ouw"
Lie Tiong Hoa bersenyum. "Berbuat baik adalah
keinginanku tetapi nama kosong bukanlah yang aku harap"
katanya tertawa. ia lantas mengawasi tajam empat orang itu,
Terus ia menanya, "Apakah saudara Cee kenal mereka itu?"
Matanya Kwie Kian cioe memain. "setelah lewat sepuluh
tahun, romanku telah menjadi berubah sekali." berkata Ceecit,
yang seterusnya dipanggil saudara atau kakak Cee,
"Melainkan kaki tunggalku ini yang tak turut berubah Aku
mengenali dia, dia sebaliknya, Apa aku bisa bilang?" ia lantas
tertawa nyaring hingga ia menarik perhatian banyak orang.
Tepat itu waktu dari luar bertindak masuk seorang dengan
tubuh besar, gede roman-nya jumawa, Di punggung dia itu
tergendol sepasang tombak cagak yang dipanggil In-yang-kek,
Lantas dia mengawasi tajam pada tiga orang tua, terus dia
tertawa dingin dan berkata seram.
"Sekarang ini untuk mengurus jenazah sendiri saja masih
tak ada temponya, toh orang masih mempunyai kegembiraan
untuk minum arak. He, di kolong langit ini dimana ada
seorang manusia yang kegilaan hidup hingga dia lupa pada
kematian?" Seorang muda di sisi kiri si orang tua menepuk meja keras
sekali hingga cangkir arak menari nari terus dia berbangkit
dan berkata dengan nyaring: Khoe Ho, di dalam tempo tiga
hari kami akan mengganti uangnya KimlengJie Pa Buat apa
kau bertingkah di sini, seperti lagaknya si rase yang meminjam
pengaruhnya si raja hutan?" orang yang baru datang itu
terbangun sepasang alisnya
"Setelah mengerti uang, apakah kau kira kamu dapat
melarikan jiwa kamu?" berkata dia jumawa, " Kapannya
Kimleng Jie Pa pernah mengampuni orang?"
Itu waktu para tetamu lainnya bergegas-gegas
meninggalkan rumah makan itu, Mereka rupanya jeri karena
melihat suasana buruk itu.
Tiong Hoa dan Cee-cit tidak mengangkat kaki, Bahkan si
anak muda jemu melihat lagaknya orang yang dipanggil Khoe
ho itu, Cuma sayang ia belum tahu siapa kedua pihak.
Khoe Ho berdiri di pinggir meja Tiong Hoa terpisah lima
kaki, sebatang tombaknya terlihat bercahaya mengkilap.
Melihat itu, hati si anak muda tergerak. Segera ia mengambil
keputusan, Mendadak ia mengulur sebelah tangannya, yang
bergerak bagaikan kilat, bahkan meluncur panjang luar biasa.
Karena itu di lain detik, Sepotong seniata itu berpindah ke
tangan anak muda ini. Cee Cit melihat kejadian itu, Dia melirik terus menoleh,
untuk melihat keluar. Lie Tiong Hoa mendapat lihat lirikan itu, ia dapat membaca
maksudnya, Tanpa ber-sangsi lagi, ia ayun tangannya kearah
telaga. maka teriemparlah sepotong Im-yangkek itu ke
permukaan air untuk terus tenggelam.
Semua itu terjadi dengan cepat, akan tetapi si orang tua
yang bersusah hati itu lihai matanya, dia dapat melihat,
karena itu dia menjadi kaget berbareng girang, Kaget karena
heran, girang sebab pindahnya senjata orang itu.
Khoe Ho terkejut ia merasa angin bersiur, lalu pundaknya
terasa enteng, ia lantas ber curiga, Tangan kanannya segera
di balik, dipakai meraih. Kembali ia terkejut, tangannya itu
meraih sesuatu yang kosong. Segera ia melirik.
Lie Tiong Hoa bersama Cee cit tetap duduk minum sambil
memasang omong berdua saja, mereka bicara periahan,
perlahan juga tertawanya. Agaknya mereka berdua gembira
sekali. Sebaliknya adalah si orang tua yang agak tak tenang.
Mendadak orang she Khoe itu memperlihatkan roman
bengis. "Yo Eng Pioe." ia membentak. "Kau berani main gila di
depan aku Khoe Ho, jangan kau menyesaikan kalau tanganku
telengas." Tapi sekarang ini Yo Eng Pioe, demikian orang tua
itu, tidak lagijeri seperti nampak semula. Rupanya ia
mendapat hati karena melihat Tiong Hoa dan kawannya itu. ia
tertawa dan menyahut: "Khoo Ho, kau sendiri yang
mempertontonkan kejelekanmu, jangan kau sesalkan siapa
juga." Sementara itu orang she Khoe itu melengak. diam-diam
hatinya jeri. ia menduga tentulah itu dua orang, Tiong Hoa
atau Cee Cit yang ia tidak kenal, yang sudah menyamber
tombaknya. Justeru itu dari gili-gili telaga terlihat datangnya dua orang,
wajahnya ramai dengan senyuman. segera terdengar
suaranya gembira dari si orang she Khoe: "Im cianpwee lekas"
Ketika itu Cee Cit tak berbicara atau tertawa lagi dengan
Tiong Hoa, dengan bengis dia bentak Khoe Ho: "He, kenapa
kau bikin banyak berisik di sini " Kau mengganggu
kesenanganku ya" lalu menyusul itu, ia menerbangkan cangkir
araknya. Khoe Ho kaget, dia bingung, sampai tak sempat dia berkelit
Tepat cangkir itu mampir di batang hidungnya. Dia kesakitan.
sampai matanya kabur. Tanpa dapat dicegah dia menjerit dan
hidungnya berboran darah.
Berbareng dengan itu ke dalam rumah makan itu bertindak
masuk dua orang, yang pesat tindakannya, Mereka bertubuh
kurus kering, bajunya panjang sampai di dengkul, baju itu
berwarna abu-abu dan lebar, memain di antara sang angin.
Mereka beroman bengis juga sinarmatanya. Yang luar biasa
yala h mereka berdua sama wajah dan potongan mukanya,
hingga sulit untuk membedakannya satu dari lain, kecuali yang
satunya, d ia lis nya yang kiri ada setitik tai lalat hitam.
Yo Eng Pioe berempat melihat dua orang itu, muka mereka
lantas berubah menjadi pucat, terus mereka mengawasi Ceecit.
berdua, agaknya mereka seperti mau minta pertolongan.
Cee- cit pun melihat kepada dua orang yang baru datang
itu. Mulanya dia agak heran tetapi lekas juga dia menjadi
tenang lagi seperti biasa, bahkan diam-diam dia bersenyum
orang yang tak bertai lalat meoghampirkan Khoe Ho, dia
merabah ke muka orang, maka pecahan cangkir tadi lantas
tercabut dari batang hidung orang galak itu. "Siapa yang
menyerang kau?" orang itu tanya, suaranya seram. Khoo Ho
mengusap-usap hidungnya, dia menoleh dan menunjuk. "Dia"
dia menyahut. Dia menunjuk Cee- cit. sepasang mata yang
galak lantas menatap si orang bercacad.
Orang yang diawasi lantas tertawa dan berkata: "Aku
sangka siapa, tak tahunya Im Kee siang Koay dariBokhoe yang
pada tiga- belas tahun dulu telah lolos dari kematian dari
tangannya Khong Taysoe dari Siauw Lim sie"
Dua orang itu mendelik, romannya menjadi semakin
bengis, tanpa mengucap apa-apa, keduanya berlompat maju,
tangan mereka masing-masing yang kulit membungkus tulang
dan kering dilonjori, menghanjar ke masing-masing
pundaknya si kaki buntung sebelah,
Yo Eng Pioe berempat kaget hingga mereka menjerit. Im
Kee siang Koay -- sepasang
siluman Keluarga Im bergerak dengan sangat cepat akan
tetapi gerakannya Cee- cit lebih cepat pula, takperduli dia
terintang kakinya yang tinggal satu sebelah tangannya
bergerak berbareng dengan mendaknya tubuhnya, terus
tubuh itu mencelat hingga dia jadi berada disampingnya Khoe
Ho Celaka ialah siluman yang satu, Gerakan nya Cee cit
membikin dia terhuyung hampir dia menubruk saudaranya dan
melukainya. Atas semua kejadian itu, Lie Tiong Hoa bercokol tetap
dikursinya, romannya angkuh cuma wajahnya yang
bersenyum berseri-seri. Dengan satu lompatan, kedua siluman
tiba di depan Cee Cit. "Siapa kau, setan tua" mereka membentak. "Bagaimana
kau kenal kami persaudaraan Im?" Kwie Kian cioe tertawa
bergelak, "Biarnya kamu berdua berubah menjadi abu, aku siorang
tua pasti mengenali kamu" jawabnya keras, ia mengulur
tangannya, menunjuk siluman yang bertahi lalat, berkata:
"Kau toh Im siauw Im Han si Memedi Gunung" Dan kau," ia
menunjuk siluman yang satunya. " kaulah Bok-Kek Im Leng si
setan Kayu, Tentang diriku, kamu rupa nya tak dapat meng
ingatnya . " Khoe Ho sementara itu sudah melampiaskan murka dan
penasarannya. selagi Cee Cit berbicara itu. diam diam dia
menyerang dengan timpukan paku rahasianya paku touw simteng.
dia bahkan menggunai seraup banyaknya.
Cee cit liehay, ia melihat orang membokong ia lantas
menyampok dengan tangan kirinya dengan begitu ia
membikin semua paku itu terpental ke lain arah. Berbareng
dengan itu, dengan tangan kanannya, yang mendadak terulur
lebih panjang tiga kali, ia menjambak punggung orang.
Suara berkeretek adalah akibat sambitan itu, disusul
dengan jeritan menyayatkan hati yang keluar dari mulutnya si
pembokong .Tulang-tulang nya Kho Ho remuk tercengkeram
dan darahnya mengucur keluar.
Kwie Kian cioe tidak bekerja kepalang tanggung, ia
mengangkat tubuh orang selagi Khoe Ho menjerit pula, tubuh
itu dilemparkan keluar, hingga orang tercebur di permukaan
telaga Hian Boe ouw, yang airnya muncrat keempat penjuru.
Im Kee siang Koay kaget sampai mereka menjerit .
ooooo BAB 9 DENGAN kedua matanya seperti mau berlompat keluar,
san-siauw Im Han danBok Kek Im Leng mengawasi Cee cit.
Orang yang diawasi itu tidak takut, ia berdiri bersenyum
dingin dengan tubuhnya di tunjang tongkat kayunya, ia
berbalik mengawasi dengan angkuh.
Im Kee-siang-koay gusar bukan main, meski begitu,
mereka rada jeri, Mereka heran menyaksikan gerakan gesit
darisipincang dan tangannya demikian cepat dan panjang.
Mereka tidak menginsafi "Hoei Wan cioe" dari Cee- Cit.
Mulanya Cee cit memperoleh ilmu "Kera Terbang" itu dari
seorang pendeta bangsa India. sulit untuk mempelajari itu,
yang mesti digabung dengan ilmu yoga, Benar ia pernah


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjagoi tapi pad a sepuluh tahun yang lampau itu, ilmunya
belum sempurna adalah selama dipenjarakan di dalam tanah,
ia meyakinkannya lebih jauh hingga sekarang ia menjadi
mahir sekali, ia mempelajari itu bertahun-tahun tapi Tiong Hoa
dapat menyangkut dalam tempo tiga jam maka mengertilah ia
bahwa si anak muda berbakat luar biasa.
Selama sepuluh tahun cee-cit bisa mengendalikan diri,
tetapi sekarang, setelah melihat langit dan matahari pula, tak
puas ia menyaksikan kegalakannya Khoe Ho, maka itu,
bersama sama Tiong Hoa, ia turun tangan, hingga ia mesti
menghadapi dua siluman she Im itu.
Melihat orang masih berdiam saja, Cee cit tertawa.
" Hebat, segala memedi muncul di siang hari." dia kata
mengecek. "Hari ini kamu bertemu aku si penakluk setan." dia
tertawa pula. Habis sabarnya san siauw Im Han- Mendadak dia
menggeser tubuh ke kiri, lantas tangan kirinya meluncur,
dengan lima jarinya dia menjambak ke arah Cee- cit,
mengarah rusuk kiri dimana ada jalan darah kieboen, Dapat
dimengerti berapa cepatnya gerakan-nya itu,
Tiba-tiba terdengarlah suara memberebet pecahnya baju.
itulah bajunya Im Han, Dia menyerang tetapi belum dia
mengenakan sasarannya, tangannya itu telah ditarik pulang
dengan kaget seperti dia dipagut ular segera dia berpaling,
mengawasi Tiong Hoa dengan bengis. Bajunya di bagian
punggung robek hingga terlihat punggungnya yang bagatkan
tulang hitam. Cee- cit tertawa tak hentinya.
Yo Eng Pioe berempat juga tertawa terpaksa.
Tiong Hoa tertarik hatinya seperti Cce-cit karena sepak
terjangnya kawan itu, maka sekali si siluman menyerang sang
kawan, ia menjambret punggung orang itu.
Kedua siluman menjadi kaget dan heran. Keduanya lantas
berpikir: " Siapakah dua orang ini" Baik romannya, baik ilmu
silatnya, belum pernah aku mendengarnya."
San siauw lm Han bingung, mendongkol dan berkuatir,
Dialah jago kecuali roboh di tangan Khong Taysoe, belum
pernah dia menghadapi musuh lainnya yang tangguh, dia
tidak sangka, hari ini dia menghadapi si anak muda dan si
orang tua yang liehay itu, Kalah dari Khong Taysoe, dia masih
mempunyai alasan, tetapi sekarang"
Seperti yang telah berjanji, sekonyong-konyong keduanya
berlompat menyerang Lie Tiong Hoa, tangan mereka
mengarah empat jalan darah pek-hoay, kinceng thian-kie dan
samyang dari si anak muda.
Itulah pukulan yang hebat dan ditempat yang hebat pula.
Lie Tiong Hoa dapat melihat serangan itu, sepasang alisnya
terbangun. Mendadak tubuhnya mencelat mumbul, berkelit
dari ancaman bahaya maut itu, Tapi ia tidak menyingkir jauh,
ketika tubuhnya turun, kedua tangannya diluncurkan ke
bawah ke arah kedua siluman itu menggunai salah satu jurus
dari Kioe Yauw seng Hoei cip sam s ie yala h jurus
bergeraknya bintang Lo-auw-chee. Jurus ini ia baru pelajari
mahir enam bagian. Kedua siluman menjadi kaget, mendadak mereka merasai
dada mereka sesak. Maka tahulah mereka bahwa mereka
benar-benar lagi menghadapi lawan lawan tangguh, keduanya
lantas menjejak. untuk lompat mundur tiga tombak. keempat
mata mereka melototi mulut mereka mengasi dengar suara
dingin dan seram: "Setan cilik"
Orang belum sempat berbicara terus, Cee-cit sudah
mencelat dengan tongkatnya untuk menyerang dengan
tangan kanannya tangan yang dapat terulur panjang lebih
daripada biasanya, untuk menyengkeram pundaknya Bok Kek.
Im Leng kaget sekali, Dia kena tercekal, Lantas dadanya
menjadi sesak pula. Dia pun merasakan nyeri seperti ditusuktusukjarum.
Yang tercekal itu ialah jalan darah kin-ceng, ia
merasa sangat tersiksa hingga untuk menahan sakit ototototjidatnya
menjadi matang biru dan matanya melotot seperti
mau lompat keluar. Im Han kaget dan bingung. segera ia memutar tubuh dan
menyerang, ingin ia menolongi saudaranya itu.
Tiong Hoa melepaskan tekanannya, ia lompat kedepan m
Han dengan begitu ia dapat menangkis serangan itu, Dengan
begitu juga ia dapat membantu Cee Cit, hingga saudara ini tak
usah repot menangkis atau berkelit.
Maka bentroklah tangan mereka berdua, Dua-duanya
mundur masing masing satu tindak.
Im Han bergidik, Musuh liehay, tak dapat dia melawan
terus. Tapi tak tega dia meninggalkan adiknya, Maka dengan
mendelik dia mengawasi Tiong Hoa dan Cee-cit bergantian
Kembali dia bertanya-tanya dalam hatinya:
"Siapakah dua orang ini?" Lama dia menduga-duga, lalu
nampak dia terperanjat. "Tuan" dia menegur Cee-cit, yang ia tatap terus, "bukankah
kau sie Gan Tok-kak Kwie Kian cioe yang pada sepuluh tahun
yang lampau menggemparkan sungai Tiang Kang bagian
selatan dan utara" Bukankah kau Cee Pangcu dari Thian Hong
pang Coan?" Ketika dia menanya begitu, mendadak lenyap
sikap garangnya. Cee cit tertawa berkakak,
"Benar, itulah aku si orang tua" dia menyahut "Kamu
tentunya tidak memikirnya bukan" Aku si orang tua tidak
memiliki kepandaian apa-apa kecuali menggayang setan dan
menelan iblis siapa suruh kamu mengantarkan dirimu" Maka
kamu tak dapat menyesalkan siapa juga"
Im Han merasakan seperti hatinya hancur remuk dan
semangatnya seperti terbang. Dia tahu benar ketelengasannya
Cee-cit, tidak biasanya orang lolos dengan mudah dari
tangannya orang itu -- orang mestinya tersiksa atau sedikitnya
mendapat malu besar bila orang berurusan dengannya, Maka,
tak ada lainjalan, dia lantas menanya: "Cee pangcu, dengan
apa kau hendak menghukum kami?"
"Mudah sekali" sahut Cee-cit, perlaban, sembarangan
"Lebih dulu biarlah adikmu tnerasai penderitaan Souw Im Pek
hiat," baru dia menyicipi nyeri dan ngilunya tulang-tulangnya
remuk dan otot-ototnya putus, akan kemudian, sesudah keluar
darah dan mata, hidung, mulut dan telinganya semua, baru
dia kering darahnya dan musnah tulang nya dan akhirnya
berangkat ke lain dunia. Semua itu akan mengambil tempo cuma dua jam, lantas
adikmu akan merasa sangat berbahagia." ia berhenti sebentar,
lalu ia menambahkan sembari bersenyum: "Kau sekarang
masih bebas merdeka, maka kau dapat lekas-lekas
mengangkat kaki lari menyingkir dari sini, jikalau kau ayalayalan
maka kau nanti terlambat." Wajahnya Im Han menjadi
geram, airmata nya lantas menetes jatuh.
Tiong Hoa mengawasi san sia uw, kemudian ia memandang
Bok-kek. Muka Bok-kek si setan kayu mandi keringat, yang
turun deras seperti hujan, tubuhnya menggigil bergemetaran.
im Han si Memedi Gunung mengawasi adiknya, airmata nya
mengucur. Tanpa merasa, ia menjadi merasa kasihan, ia lantas
berpikir: "Aku orang baru, aku tak tahu halnya Im Kee siang
Koay ini. Nama mereka menyeramkan, pantas kalau mereka
jahat dan kejam, pantas mereka terhukum. Tapi sang kakak
begini menyayangi adiknya, nyatalah sifatnya belum terlalu
rusak. sayangnya dia belum insaf dan memperbaiki diri."
Ia menjadi tidak tega, maka ia kata pada kawannya
"saudara Cee, aku lihat mereka ini tidak terlalu buruk. baiklah
mereka diberi ampun, asal mereka suka berjanji tak akan
berbuat jahat pula . "
Cee cit tertawa, lantas ia melepaskan cekalannya.
Bok-kek Im Leng sudah merapatkan matanya, ia tinggal
menanti siksaannya Kwie- kian Cioe, tetapi begitu musuh
melepaskan tangannya, ia lantas tak merasakan sakit lagi
kecuali sisanya tadi, tinggal tenaganya yang tak lantas pulih.
San-tauw lm Han mengawasi Tiong Hoa dengan
sinarmatanya yang berterima kasih, ia lantas merangkap
kedua tangannya memberi hormat seraya berkata: "Kami dua
saudara Im, kami dapat membedakan budi dan sakit bati,
maka itu selama kami masih hidup, selamanya juga kami akan
ingat baik baik budi yang besar ini."
Ia terus memandang Cee cit. untuk menambahkan: "Kami
alpa, kami kena didului, maka itu kami kena dipengaruhkan
Cee pangcu, walaupun demikian, teranglah memang kami
kalah kepandaian, dan itu di belakang hari kami masih hendak
meminta pengajaran dari pangcu." Habis berkata begitu, dia
berkata pada Bok kek: "Mari kita berangkat."
Im Leng menurut, Dua saudara itu mengibas tangan baju
mereka, lantas mereka berlompaian turun, bukan kedarat
hanya ke telaga di mana ada banya k pohon teratai, dengan
menginjak itu, mereka tiba di sebrang untuk melenyapkan diri
diantara pepohonan yang lebat.
Kwie Kian cioe mengawasi Tiong Hoa.
"Aku tidak sangka kau berhati begini pemurah, laotee," ia
berkata bersenyum, Kemudian ia menambahkan: "Benar apa
yang Im Han bilang barusan, kepandaian mereka dengan
kepandaian kita berimbang, hanya mereka telah kena
didahului Mereka menyerah untuk Hoei Wan cioe kita, hingga
mereka tak keburu berdaya, Coba mereka sabar dan waspada,
entah bagaimanalah kesudahannya."
Ketika itu Yo Eng pioe datang menghampirkan, Dia
memberi hormat. "Cee Tayhiap." katanya, " belasan tahun dulu pernah aku
mengunjungi kau, lalu kemudian aku mendengar berita bahwa
kau telah menutup mata, maka sungguh di luar dugaan hari
ini aku dapat bertemu kau dengan kau tak kurang suatu apa,
kecuali wajah tayhiap yang telah berubah hingga aku tidak
lantas dapat mengenali."
Habis berkata kepada Kwie Kian cioe itu, ia berpaling
kepada Lie Tiong Hoa, buat memberi hormat juga seraya
menghaturkan terima kasih.
Tiong Hoa ramah-tamah, ia merendahkan diri, katanya tak
dapat ia menerima ucapan terima kasih itu.
Kemudian Eng pioe kata pula pada Ceo Cit: "Aku minta
sukalah tayhiap berdua berjamu bersama-sama kami, Pula ada
suatu urusan yang aku minta tayhiap suka bantu
membereskanny a . " Cee Cit tidak mengatakan apa apa akan tetapi alisnya
berkerut. Yo Eng Pioe melihat kesulitan orang, ia lantas berkata pula:
"inilah bukan melulu urusanku pribadi, ini pun mengenai
tayhiap. karena mana aku menjadi berkuatir, Karena itu aku
jadi membesarkan hati mengundang tayhiap sudi bersantap
bersamaku." Menampak kesungguhan hati orang, Cee Cit tertawa.
"Kelihatannya aku si orang she cee mesti mencampuri pula
urusan Kang ouw yang ruwet" katanya. "ia tidak berduka
hanya sebaliknya, walaupun ia masih belum tahu urusan itu
menyangkut dirinya secara bagaimana, "Baiklah, mari kita
pergi" Yo Eng Pioe menjadi girang sekali, lantas ia
mendahuluijalan dimuka, ia panggil pemilik rumah makan
"Heng Hoa coen" itu, untuk memberikan uang sepotong
perak, katanya guna mengganti segala kerugian barusan,
sekalian supaya dia lekas menyajikan sama barang hidangan-
Uang dapat menyelesaikan segala apa demikianlah pemilik
Hang Haa coen itu, yang tadinya berdiri diam dengan hati
kebat kebit, Dia tertawa, dia mengucapkan terima kasih,
lantas dia pergi guna menyiapkan barang hidangan yang
diminta itu. Sebentar saja orang sudah duduk berkumpul.
Yo Eng Pioe menghela napas ketika ia mulai membuka
pembicaraan, ia kata. "Sudah dua puluh tahun lebih aku si
orang she Yo membuka Hiong Hoei Piauw Kiok di kota
Kimleng, selama itu aku bersyukur kepada bantuannya
sesama kaum Kang ouw hingga aku memperoleh kemajuan,
luas pergaulanku dan sangat sedikit mengalami gangguan-
Baru kira-kira setengah bulan yang lalu, aku mendapatkan
kesulitan, Kim-lengJie Pa telah datang kepada kami buat minta
dilindungi barangnya untuk kota raja, Mereka gagah
dan kesohor, mereka toh minta bantuan kami, sendirinya
perbuatannya itu sudah mendatangkan kecurigaan, tetapi
kami membuka piauwkiok. tidak dapat kami menampik
pekerjaan maka juga besokannya pagi aku sudah berangkat
mengantarpiauw itu. Begitu kita melewati kota kaug-ouw, lantas barang itu
lenyap tanpa ketahuan, tiga hari kami mencari dengan sia sia
tanpa ada endusannya. Terpaksa kami pulang ke Kimleng
untuk berdamai dengan Kimleng Jie Pa.
Mereka menjadi sangat gusar, sekali mereka menuduh
kami hilap dan menelan piauw itu, Lantas mereka minta
supaya barang itu dikembalikao, atau kami mengganti
sebanyak tiga puluh laksa tahilperak.
Atau kalau dua-duanya tak dapat kami penuhkan, kami
disuruh menyerahkan piauwkiok kami..."
"Apakah KimlengJie Pa itu orang-orang yang baru muncul?"
Cee Cit tanya. "jikalau mereka mau mengusahakan piauwkiok.
mereka dapat membuka yang baru, tak ada perlunya mereka
mesti merampas Hiong Hoei Piauw Kiok."
"Begitulah kalau menurut pikiran umum," kata Yo Eng Pioe
"Tayhiap tak ketahui bahwa mereka mengandung maksud,
Aku sendiri baru kemarin aku ketahui maksud apa adanya itu.
Baiklah tayhiap ketahui, Kim-lengJie pa terdiri dari dua
saudara Sian namanya yalah Couw dan Wat.
Tak jelas asal usul mereka, cuma diketahui mereka gagah
Duduknya perkara yalah begini: "Aku murid Boe tong-pay,
sekarang ini Tiat tek coe Jie siong Gan, pangcu dari Thian
Hong Pang Coan, bentrok dengan Bu tong pay, Mulanya tahun
yang sudah, karena itu Jie siong Gan hendak mengganggu
aku. Buat itu dia pakai tenaganya Kim-leng jie Pa. Dengan
mengganggu aku Jie siong Gan ingin memancing keluar
guruku, supaya sekalian mereka dapat tumpas. jikalau mereka
berhasil, Thian Hong Pang hendak menancap kaki di wilayah
kang-lam..." Mendengar namanya Jie siong Gan, kumat kemarahannya
Cee cit, hingga alisnya berdiri matanya mendelik, dadanya
berombak. Jikalau begitu dua saudara sian itu pastilah orang Thian
Hong Pang," dia kata keras "Terang sudah, piauw kamu itu
dirampas oleh orang Jie siong Gan. Hmm, jikalau aku tidak


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bikin tubuh siong Gan ludas menjadi abu, tak nanti aku puas
Yo Loosoe, jangan kuatir aku nanti bantu kau."
Yo Eng Pioe girang mendengar janji itu, ia menghaturkan
terima kasih, ia memang percaya, kali ini cee-cit muncul tentu
untuk bereskan urusan coan Pang yang selama tahun-tahun
yang belakangan ini sepak terjangnya kacau, tak lagi rapi
seperti dulu, hingga telah terbit juga keruwetan dalam
kalangan Rimba Persilatan.
sebaliknya banyak orang Rimba persilatan yang berpeluk
dagu saja, untuk tidak terlibat dalam kekacauan yang
membahayakan itu. Selama Eng Pioe bercerita itu, perhatiannya Tiong Hoa
tidak ketarik, bukannya ia memasang telinga, ia justeru
memandang selalu ke muka telaga yang indah, yang menarik
perhatiannya. Kalau toh ia berpikir, ia memikirkan
pengalamannya, hingga ia menjadi ruwet pikirannya .
Cee-cit bersenyum melihat kawannya itu.
"Laotee, apakah ada sesuatu yang kau pikir kan keras" Dia
tanya, "Nanti setelah urusan ini beres, kakakmu akan
membantu kau menyelesaikan atau memecahkan itu." Tiong
Hoa bersenyum, ia tidak menjawab,
Ketika itu barang santapan telah disajikan atas undangan
Yo Eng Pioe, Cee-cit lantas bersantap. Dia dabar dan minum
dengan bernapsu. Tengah mereka berjamu itu, tiba-tiba empat orang muncul
untuk terus menghampirkan Yo Piauwsoe. Mereka itu
bertubuh besar dan pakaiannya sings at, satu di antaranya
terus berkata kepada Eng Pioe, keras: "sian Tan-coe menanya
Yo Loosoe tentang piauw yang hilang itu, bagaimana hendak
dibereskannya, sekarang juga kami menantikan jawaban"
Belum lagi orang berhenti bicara, Eng Pioe sudah
memotong Dia gusar hingga kumisnya bangun berdiri, Dia
kata: "Buat apa kamu terburu naps u, Bukankah masih ada
tempo tiga hari" Kamu pergi beri tahu sian Tao-coe, di dalam
tempo tiga hari aku akan selesaikan itu, tidak nanti aku
membikin majikan kamu menyesal" orang itu tidak mau pergi,
bahkan dia tertawa dingin.
"Sian Tan coe memikirkan saja urusan itu hingga dia tidak
dapat tidur nyenyak" dia kata. "oleh karena itu batas tempo
yang di berikan itu di rubah menjadi hari ini, itu sebabnya
kenapa kami diperintah datang ke mari untuk menanyakan
dengan mendesak." "PIak plok" demikian terdengar dua suara nyaring, terus
tubuh orang galak itu terhuyung hingga hampir dia roboh
terguling. sedang kedua belah pipinya lantas menjadi merah
dan bengap. olehnya dirasai sakit dan panas.
Cee- cit tidak puas orang begitu galak dan mulutnya kasar,
ia terganggu saat bersantapnya itu, Maka tanpa membilang apa-apa ia
mengulur kedua tangannya dan ditamparkan di kedua pipi
orang Orang itu berdiri sambil memegangi kedua belah pipinya,
Untuk sejenak dia merasa kepalanya pusing dan matanya
berkunang-kunang, rasa panas dan sakit dipipinya juga tidak
lantas hilang, ia memandang Yo Eng Pioe, s ambil paksakan
tertawa-- hingga ia jadi tertawa meringis-- ia kata: "Yo
Loosoe, aku cuma orang suruhan, taruh kata kau robohkan
aku, namamu tidak bakat menjadi tersohor. Baiklah, aku nanti
sampaikan ucapan loosoe kepada sian Tan-coe."
Habis berkata dia mengajak tiga kawannya berlalu dengan
cepat. sampai itu waktu dia masih belum tahu bahwa yang
menghajarnya yalah Cee-cit, yang mengulur tangan nya
panjang luar biasa, Seberlalunya empat orang itu, di meja tetangga terdengar
suara ini -- suara yang berat: "Sayang sayang Dua gaplokan
itu pasti bakal mendatangkan bencana."orang heran, orang
menoleh, Mereka melihat orang itu yalah seorang pelajar usia
pertengahan yang tubuhnya sedikit gemuk. dia berkata-kata
itu sambit dongak mengawasi langit, romannya tenang
.tenang saja sedang sebelah tangannya menggoyang-goyang
sebuah kipas hitam. Itulah aneh, karena tadi tak ada orang yang melihat dia
datang ke meja sebelah itu. Bahkan Cee Cit menjadi Iikat
sendirinya, ia liehay, ia pun tak tahu datangnya orang itu, ia
menjadi mendongkol hingga ia hendak mengumbar hawa
amarahnya, syukur Tiong Hoa lekas mencegah.
"Hm" ia bersuara sengit, ia menyangka Tiong Hoa kenal
orang itu, sedang sebenarnya orang itu asing bagi si anak
muda Tiong Hoa mencegah kawannya sebab ia melihat orang
mempunyai pelipis yang tinggi, tanda dari pemilikan ilmu silat
yang mahir. ia jug a, kalau orang bukannya orangnya Kimleng
Jie Pa, mungkin dia orang sama tengah.
Selama berkenalan dengan cee Cit. Tiong Hoa dapat
kenyataan kawannya ini bertabiat keras. Di dalam guha dia
dapat bersabar tetapi di kolong langit dan matahari, timbul
pula tabiat lamanya, sebab segera dia menghadapi urusan
partainya yang di kangkangi Jie siong Gan. Tiong Hoa
berpegangan sabar, sebab tanpa kesabaran urusan kecil bisa
menjadi besar, ia bukan cuma mencegah dengan kedipan
mata, ia pun menarik ujung baju orang.
Orang itu masih mengoceh sendirian, katanya: "sebenarnya
Kimleng Jie Pa bukan orang yang luar biasa, yang sukar
dilayani yalah Boe Eng Hoei Long, hingga aku si orang tua,
acap kali tak sanggup mengalahkan padanya, Kembalinya
kamu bakal mati hingga tidak ada liang kubur buat kamu..."
lalu dia menghela napas. Cee Cit mendengar disebutnya gelaran Boe eng Hoei Long
itu, yaitu si serigala Terbang Tanpa Bayangan, ia terperanjat,
ia ingat Boe Eng Hoei long toh orang yang pada empat puluh
tahun dulu sudah mendaki sendiri gunung-gunung Ngo Bie
san, Koen Loen san dan Ceng shia san di mana dengan
tangannya, ia menghajar mati lebih daripada tujuh puluh
orang kosen, hingga dia diberikan orang-orang kaum sesat
dan lurus. Karena kegagahannya itu orang Rimba persilatan
menyebutnya Thian Gwa li shia adalah si sesat Nomor satu di
Luar Langit." Hanya semenjak itu dia benar tak nampak lagi
dalam dunia Kang ouw hingga orang perlahan-lahan
melupakannya. sekarang ia mendengarnya dari mulutnya
pelajar ini, ia lantas kata dalam hatinya: "Bukankah Kimleng
Jie Pa muridnya Boe Eng Hoei Long?"
Lie Tiong Hoa tidak tahu siapa Boe Eng Hoei Long, tetapi
melihat sinar matanya Cee Cit, ia dapat menduga, di lain
pihak, ia tertawa sendirinya mendengar pelajar itu
menyebutkan dirinya "si orang tua " sedang dia masih muda...
Yo Eng Pioe juga berpikir keras, menduga-duga siapa
pelajar ini yang ia tidak kenal, sedang kata-kata orang jelas
ditujukan kepada mereka. Tatkala itu satu orang datang ke situ, gesit sekali
tindakannya hingga dia datang secara tiba-tiba. Nyatalah dia
seorang bocah yang mukanya hitam, dan usianya dari lima
atau enam belas tahun Dia lantas menjura dalam pada si
pelajar, matanya melirik kepada rombongannya Yo Eng Pioe,
terus dia berkata perlahan: "soehoe, telah dijanjikan tempo
pertemuan dengan KimlengJie Pa, ialah sebentar malam jam
dua dan tempatnya panggung ie Hoa Tay.
Tiba-tiba pelajar ini tertawa, terus dia berkata: " Kimleng
Jie Pa itu boleh kau layani sendiri, supaya kau dapat bereskan
hutang darah seluruh keluargamu dari delapan tahun yang
lalu -- Nah, mari kita pergi."
Terus dia berbangkit dan berlompat, hingga tahu-tahu dia
sudah berada jauhnya tujuh atau delapan tombak, di jalanan
lantai batu ditepi telaga. Kelihatan kedua kakinya orang itu
bergerak sangat cepat demikian juga si bocah yang menjadi
muridnya, yang sembari mengikuti berteriakan: "soehoe,
tunggu..." Tiba-tiba Yo Eng Pioe menepuk meja dan berkata nyaring:
"Dia Ah, benar dia si orang tua"
"Siapa?" Cee-cit tanya, heran-
"Cee Tayhiap" sahut Eng Pioe, "mungkin tay hiap juga
kenal dia. Dialah sin-heng sioe-soe Kim som."
Cee-cit mengerutkan alisnya.
"Oh, kiranya dia." dia kata. "Pantas dia angkuh." sebentar
jam dua, hendak aku saksikan kepandaiannya, untuk
mengetahui dia jauh terlebih lihai beberapa tinggi daripada
aku si orang she Cee." Lalu dia memesan, "Yo Laotee aku
harap sangat supaya kau jangan menyebut-nyebut bahwa aku
Cee-cit telah muncul pula. Tentang urusanmu, suka aku
membantu kau." Yo Eng Pioe girang sekali.
"Terima kasih," ia kata, "Aku janji tidak akan menyebut
nama tayhiap." Tidak lama mereka sudah berjamu cukup,
"Sekarang pergi kau pulang ke Piauw- kiok" kata Cee-cit.
Eng Pioe menurut, ia meminta diri, terus ia pergi bersama
ketiga kawannya, "Laotee," kata Cee-cit pada Tiong Hoa, "Hiong Hoei Piauw
Kiok terletak di barat Keuw-lauw, dan di dekat Kauw-lauw itu
ada sebuah losmen yang memakai nama hian-siang-kie,
silahkan kau pergi dulu ke sana, untuk mengawasi piauw- kiok
itu, aku sendiri mau pergi meronda, Umpama kata kau tidak
dapat menemukan aku di thian-siang-kie, sebentar malam kau
susullah ke Ie Hoa-tay."
Habis berkata itu, dengan bantuan tongkatnya Kwie Kiancioe
pergi dengan cepat. Tiong Hoa suka menerima pesan itu,
ketika ia mengawasi orang berlalu, ia tertawa.
"Saudara Cee sudah lanjut usianya, tabiatnya masih keras
seperti api meledak." Pikirnya. "ini dia yang dibilang,
Kebiasaan sukar dirubah."
Lantas seorang diri anak muda ini berjalan menuju ke kota
Kim-leng. Ditengah jalan ia menikmati pelbagai pemandangan
alam yang indah, ia berlaku tenang .Memang semenjak di
Yan-khia, ia telah berkeinginan melihat-lihat kota di selatan
ini. Dengan tindakan perlahan, Tiong Hoa berjalan terus hingga
ia mendekati pintu kota, ia terus bertindak masuk diantara
banyak orang yang berlalu lintas. Kota ramai sekali, Kota Kimleng
asing baginya, maka itu, untuk mendapat tahu dimana
letaknya Kouw lauw, ia tanya tanya orang, dengan begitu
seterusnya ia berjalan menurut pelbagai petunjuk.
Tiba-tiba ia sampai di satu bagian jalanan di mana orang
pada menyingkir kedua samping, tengah ia menduga-duga
apa sebabnya itu, ia mendengar tindakan kaki kuda yang
nyaring, terus ia melihat debu mengepul naik di sebelah
depan. sekarang tahulah ia sebabnya orang pada membuka
jalan itu. segera ia melihat mendatanginya tiga penunggang
kuda, kudanya dilarikan keras, cambuknya menjeter berulangulang,
mereka itu berpakaian hitam dan sings at.
"Mereka pasti orang rimba persilatan, kenapa mereka
begini sewenang-wenang?" pikirnya, heran dan mendongkol
"Mengaburkan kuda ditempat seramai ini toh berbahaya untuk
umum" Belum pernah aku menemui orang begini tidak tahu
aturan." Justeru ia lagi berpikir itu, justeru ketiga penunggang kuda
sudah sampai. orang banyak lantas pada menjerit. Mereka itu melihat ia bakal
segera ditabrak ketiga penunggang kuda itu yang sambil
berteriak-teriak membentak mengaburkan keras kudanya.
segera juga Tiong Hoa ditabrak, atau mendadak terlihat
seekor kuda terangkat tinggi dan terpental, penunggangnya
jatuh karenanya, hingga dia terbanting keras dan berjupalitan,
sedang dua penunggang kuda lainnya lewat terus, sang kuda
sendiri ialah kuda yang terpental itu -- roboh terbanting. rebah
di tanah sambil meringkik sedih.... Tiong Hoa tetap berdiri di
tengah jalan, sikapnya tenang.
Kedua penunggang kuda yang lain itu lari sampai tujuh
atau delapan tombak jauhnya, lantas, mereka menahan kuda
mereka dan kembali. Mereka gusar melihat nasib kawannya
itu, mereka membentak. keduanya lompat turun didepan
Tiong Hoa. "Aku tidak sangka kau mengerti silat," kata yang satu
sambil tertawa dingin, Tiong Hoa bersenyum.
Jikalau tidak demikian, bukankah aku sudah mampus
diinjak kaki kuda kamu?" Katanya, tenang tetapi tajam. "
Kamulah yang tidak punya mata, maka jugakalau kamu
mampus, bukankah itu selayaknya saja"
Orang itu sudah gusar, sekarang kegusarannya menjadi
bertambah. "Binatang, apakah kau telah makan jantung naga atau hati
macan tutul?" dia tanya bengis, "Apakah kau tidak mencari
tahu kami orang macam apa."
"Siapa perduli kamu siapa?" sahut Tiong Hoa, dingin,
Mendadak ia mengulur sebelah tangannya, menyamber dada
orang itu, terus ditarik dan diangkat, untuk dilemparkan,
hingga dia jatuh menindih kawannya yang terjungkal dari
kuda itu. Orang yang ketiga kaget, dia lompat kepada kedua
kawannya, untuk mengasi bangun, kemudian dia menoleh dan
berkata dengan bengis: "Kalau kau berani, jangan kau pergi."
Tiong Hoa tertawa, dia kata: "sekalipun kau minta tuan
mudamu pergi, tidak nanti tuan mudamu berlalu dari sini.
Tuan mudamu akan menantikan kamu." Tanpa merasa, Tiong
Hoa membawa tabiatnya si anak orang berpangkat.
Tiga orang itu lantas ngeloyor pergi sampai mereka tak
menghiraukan lagi kuda mereka. Mereka pergi dengan cepat.
"Bagus" mendadak terdengar suara memuji dari tepi
jalanan. Tiong Hoa segera menoleh. Maka ia melihat seorang muda
yang bermuka hitam, yang ia ketemukan dalam rumah makan
Hong Hoa Coen di tepi telaga Hian Boo ouw ialah muridnya
sin-heng sioe-soe Kim som.
Hanya habis memuji, dia itu berjalan pergi dengan cepat,
tak ayal lagi, pemuda ini menyusu, ia ingat suatu apa, ia
melihat orang masuk ke hotel Thian sian Kie, Ketika ia sampai
di situ, orang muda itu tak nampak lagi, ia mengangkat
pundak seraya bersenyum sendirinya.
Pelayan lantas menghampirkan- Dia menyangka kepada
Misteri Bayangan Setan 5 Pendekar Rajawali Sakti 73 Perempuan Siluman Pendekar Aneh Dari Kanglam 3
^