Bulan Jatuh Dilereng Gunung 3
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno Bagian 3
Sondong Landeyan menggelengkan kepalanya. Lalu
menyahut : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Anak muda dalam kelenteng itulah yang menyebutkan
namanya. - - Kalau begitu, adik berada dalam kelenteng itu " -
- Ya. Bukankah kakang Suratenung menemukan kudaku di
belakang ... - - Ah - Suratenung tercengang. - Kalau begitu aku tidak
mempunyai mata. Hm, benar-benar lamur Benar-benar goblok
Anak kemarin sore saja sudah bisa mengelabui aku.-
- Hm, taruh kata kau tahu itu kuda adik Sondong Landeyan,
kau bisa apa" - tegor Surapringga.
Suratenung tergugu. A hhirnya hanya meringis seperti orang
sedang menahan rasa ingin membuang hajat besar.
- Baiklah. - ujar Sondong Landeyan yang tidak pandai
bergurau pula. - Kakang Surasekti berkata bahwa sekarang ini
sudah kasep. Kalau begitu, apakah Haria Girl berada di dekat
tempat kita berada" -
- Benar. Tidak jauh dari sini. - sahut Surasekti sambil
menunjuk ke arah timur. - Kalau begitu, sampai di sini saja kita berpisah. Aku mohon
maaf, karena terpaksa membunuh kuda kakang Suratenung. -
- Tak apa. Kita masih mempunyai dua ekor. Cukup untuk
kita bertiga.- buru-buru Surasekti bertiga menungkas.
Hari sudah pagi, karena itu dengan mudah Sondong
Landeyan dapat mengikuti jejak Sarayuda suami-isteri yang
meninggalkan bekasnya di atas tanah basah. Menjelang
matahari sepenggalah tingginya, ia tiba di sebuah desa
persinggahan. Karena semalam ia tidak sempat makan atau
minum, maka ia merasa perlu untuk singgah di sebuah rumah
makan pedusunan yang sederhana namun cukup luas.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Apakah ada yang dapat mengurus kudaku" - ia bertanya
kepada seorang pelayan. - Ada. - sahut orang itu.
- Siapa" - Aku sendiri. - Sondong Landeyan merogoh sakunya. Tiba-tiba tersentuh
uang ringgit Suratenung. - lh - ia terkejut. - Mengapa aku lupa mengembalikannya" -
Memikirkan hal itu ia terlongong sejenak. Lalu mengangsurkan uangnya sendiri kepada orang itu. Kebetulan
dalam rumah makan tidak begitu banyak jumlah tetamunya.
Maka ia dapat memilih tempat duduk yang mempunyai
penglihatan leluasa. - Mudah-mudahan aku masih mempunyai kesempatan
untuk bertemu lagi. - ia setengah berdoa di dalam hati -
Tetapi mengapa aku bisa lupa" Jangan-jangan ada
pengamatanku yang kurang puIa. Semenjak berumah tangga,
Sondong Landeyan sebenarnya tergolong seorang pendekar
besar yang sudah mengundurkan diri dari percaturan
masyarakat, Kalau raja ia masih bertempur mengadu
kepandaian, lantaran terpaksa melayani kehendak tetamunya.
Beda dengan yang harus dilakukan sekarang ini. Dulu
mengadu tenaga semata, sekarang ketajaman pikiran harus
ikut serta. (yang dimaksudkan ki dalang, selama dua atau tiga
tahun terbiasa hidup pasif - sekarang harus aktif karena dia
yang mengambil inisiatif ).
Sambil menunggu makanan yang disediakan, ia menyelusuri perjalanannya mulai dari saat meninggalkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah sampai memasuki kelenteng. Tiba-tiba suatu ingatan
membuat darahnya tersirap.
- Hai ! Mengapa Wigagu bersikap tidak senang terhadap
Haria Giri" Dia bersedia menolong Sarayuda. Padahal
Sarayuda bekeua untuk Haria Girl. Sikapnya yang aneh perlu
dipertanyakan.Kalau dipikir-pikir aneh juga tindakan Haria Giri
- pikirnya lagi. - Mestinya dia harus selalu berada di tengah
Ratu Sumarsa dan kedua puteranya. Mengapa ia seperti
memisah" - Memikir sampai disini, Sondong Landeyan merasa seperti
menghadapi teka-teki yang tidak mudah dijawabnya.
Nampaknya sederhana, tetapi terasa ruwet. Demikianlah
setelah mengisi perut, segera ia hendak melanjutkan
perjalanannya. Sekonyong-konyong ia melihat berkelebatnya
suami-isteri Sarayuda. Rupanya merekapun memerlukan
mengisi perut setelah melalui malam yang tegang. Hanya saja
mereka singgah di sebuah kedai lain.
Buru-buru Sondong Landeyan membayar harga makanan
dan minuman. Lalu menitipkan kudanya. Setelah itu ia
mengejar Sarayuda dan isterinya. Agaknya Sarayuda dan
isterinya lain sekali keadaannya bila dibandingkan dengan
semalam. Mereka dapat bergerak cepat dan leluasa. Dan
setelah berada di luar dusun, mereka melanjutkan
perjalanannya dengan berlari-larian kencang.
Dengan gesit dan tangkas mereka menyeberangi pengempangan sawah yang berlika-liku dan menerobos semak
belukar. Tak usah diterangkan lagi, bahwa mereka semalam
hanya berpura-pura menderita luka berat .
Beberapa orang muncul dari balik ilalang yang tumbuh lebat
di sekitar rumah terpencil itu. Mereka mengenakan pakaian
seragam berwarna kemerah-merahan. Sondong Landeyan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berada di belakang Sarayuda tercengang. Inilah seragam
pakaian kepatihan. Mengapa anak buah Patih Danureja berada
di wilayah Jawa Timur"
- Sarayuda Kau berhasil" - tegor seorang tinggi besar.
- Ya, ini di sini.- sahut Sarayuda sambil mengacungkan
bungkusan yang di bawanya.
- Bagus Nah, kau boleh membawa majikanmu. Tetapi kalau
palsu, kalian bertiga jangan harap bisa melihat matahari lagi.-
Perlahan-lahan Sarayuda berdiri. Dengan membimbing
tangan isterinya ia melangkah ke depan. Lalu berteriak nyaring
: - Tuan Haria Giri Aku Sarayuda. -
Tak lama kemudian terdengar jawaban seorang dengan
suara lemah : - Aku lebih senang bila mereka pergi. -
- Baik. - Dengan serta merta Sarayuda mencabut kelewangnya
(semacam pedang berbentuk agak lengkung) lalu menerjang
orang besar itu. isterinya tidak mau ketinggalan pula.
- Kurangajar ! - orang itu mengelak. Lalu berseru : -
Tangkap pengkhianat ini Bacok mulut Haria Girl ! -
Rupanya orang tinggi besar itu pemimpin mereka.
Mendengar aba-abanya, mereka memencar menjadi tiga
bagian. Dua orang masuk ke dalam rumah dengan menghunus
senjata. Lainnya bergerak mengepung Sarayuda dan isterinya.
Sondong Landeyan sempat mendengar orang yang berkata
dari dalam rumah. Itulah suara orang yang sangat dikenalnya.
Siapa lagi kalau bukan Haria Giri. Seketika itu juga, ia sudah
dapat menarik kesimpulan. Agaknya Haria Giri tertawan oleh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasukan kepatihan. Apa penyebabnya, tentu saja belum
diketahui. Yang jelas, Haria Giri adalah salah seorang
pengawal andalan raja. Kalau sampai bermusuhan dengan
orang-orang kepatihan, bukan suatu hal yang mengherankan.
Barangkali masalah berebut pengaruh. orang-orang
kepatihan tentunya mendongkol apa sebab bukan mereka
yang bertugas menyongsong Ratu Sumarsa pulang ke ibukota
kerajaan. Mereka lupa, bahwa selain menjadi pengawal
andalah Sri Baginda, Haria Giri adalah salah seorang yang ikut
serta merebut hati Ayu Sumarsa. Sudah sepantasnya, dia
pulalah yang tepat sekali dipilih menjadi utusan raja yang
bertugas menjemput Ratu Ayu Sumarsa dari Blitar.
Haria Giri sendiri adalah sahabat Sondong Landeyan
semenjak jaman mudanya. Mereka berdua sama-sama
menjadi pengawal andalan raja. Selalu bekerja sama dan
saling membantu. Kalau saja kini berpisah adalah masalah
lain. Itulah sebabnya begitu melihat bahaya mengancam Haria
Girl, tanpa berpikir panjang lagi Sondong Landeyan melompat
ke arah pintu masuk sambil melepaskan pukulan geledeknya.
- Tahan - Melihat berkelebatnya bayangan Sondong Landeyan, lima
orang yang berjaga-jaga di depan pintu membalikkan
tubuhnya untuk menyambut Tangan mereka beradu dengan
tenaga gempuran Sondong Landeyan.
Seketika itu juga, mereka terbang menghantam dinding.
Bres ! Dinding rumah ambrol menindih dua orang temannya
yang masuk. Dan di ruang tengah terlihat Haria Girl duduk
terikat erat di atas kursi.
Serbuan Sondong Landeyan sempat membuat semua yang
siaga bertempur berhenti gerakannya. Namun hanya beberapa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saat saja. Sebab Sondong Landeyan lantas saja menerjang
siapa saja bagaikan kerbau gila. Yang menjadi korban kedua
adalah dua orang yang diperintahkan pemimpinnya membacok
mulut Haria Giri . Dengan sekali sambar, mereka berdua sudah kehilangan
senjatanya. Sewaktu hendak melarikan diri, masing-masing
sudah kebagian tendangan telak.
Sementara itu suami-isteri Sarayuda sedang bertempur sera
melawan lima orang. Dalam sekejap saja, Sarayuda dan
isterinya sudah terdesak mundur. Merasa tidak mempunyai
harapan lagi, Sarayuda mengambil keputusan cepat.
Bungkusan yang dibawanya diacung-acungkan. Lalu dilemparkan masuk ke dalam rumah sambil berseru :
- Tuanku Haria Giri Aku Sarayuda benar-benar tidak
berguna lagi. Hanya dengan ini kupersembahkan apa yang
dapat kulakukan. - Pemimpin laskar kepatihan naik pitam. Dengan suara
meledak ia memberi perintah : -Bakar!
Dari beberapa penjuru panah api melayang membidik
rumah. Karena rumah itu beratap ijuk dan berdinding bambu
tua, sebentar saja sudah termakan api. Kesempatan itu
dipergunakan Sarayuda suami-isteri untuk melarikan diri.
Mereka mengarah ke utara. Tetapi sial. Surasekti bertiga
muncul dari arah utara. - Tinggalkan - bentak Suratenung. Yang dimaksudkan
adalah bungkusan yang berisi racun berbahaya.
Sarayuda tidak menggubris. Ia bahkan menyerang dengan
kalap. Tentu saja, Surasekti bertiga tidak tinggal diam. Hanya
dengan melepaskan senjata roda bergiginya sekali saja,
Sarayuda yang sudah parah terhantam telak. Dengan menjerit
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi ia roboh di atas tanah. Isterinya menuntut balas, namun
termakan oleh senjata Suratenung yang istimewa. Dan
berakhirlah sejarah hidup Sarayuda suami-isteri.
Dalam pada itu, bungkusan racun yang dilemparkan
Sarayuda sebentar tadi menghantam tiang rumah dan jatuh
berceceran. Debu mengepul dari celah bungkusan yang
terobek. Sekarang ditambah dengan sengat api yang mulai
membakar rumah. Sebentar saja asapnya merata memenuhi
ruangan. Sondong Landeyan tadinya masih berusaha menggebah
batang-batang panah berapi. Sewaktu melihat bungkusan
racun berceceran teringatlah dia kepada tutur kata Surasekti
bertiga. Terus saja ia berbalik menolong Haria Giri .
- Bukankah kakang Sondong Landeyan" - tegur sapa Haria
Giri dengan nada gembira.
- Jangan berbicara ! - Sondong Landeyan memperingatkan
sambil melepaskan ikatan. Tetapi Haria Giri sudah sempat
berbatuk-batuk. Itu suatu tanda, bahwa asap racun mulai
merasuk melalui hidung dan tenggorokannya.
- Celaka - Sondong Landeyan mengeluh di dalam Kati.
Dengan cepat ia membobol dinding rumah dan melesat ke luar
melintasi api. Gesit luar biasa ia membuang diri diatas rimbun
ilalang. Setelah meletakkan Haria Giri di atas rerumputan
ilalang, segera ia balik kembali. Memang watak Sondong
Landeyan tidak mau sudah, kalau belum dapat mentaklukkan
musuh... Setidak-tidaknya harus ada kejelasan.
Pemimpin laskar kepatihan terperanjat melihat datangnya
Sondong Landeyan. Semua anak buah nya seperti tersapu
kalangkabut. Sekarang ia melihat datangnya Surasekti bertiga.
Terus saja ia berseru : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Munduuuur - Dengan serentak anak buahnya lari berserabutan. Tetapi
dua orang yang sebentar tadi tertendang Sondohg Landeyan
nyaris tidak sanggup berkisar dan tempatnya. Maka dengan
mudah Sondong Landeyan mencekuknya dan dibawa mundur
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke tempat Haria Girl berada.
Di depan Haria Giri, mereka bertiarap mencium tanah
memohon betas kasihan. Katanya :
- Kami hanya taat pada perintah.-
- Perintah apa" - bentak Sondong Landeyan.
- Untuk merampas barang bawaan Sarayuda.
- Siapa yang memberimu perintah" -
Diwaktu mereka akan memberi keterangan, Haria Giri
mendahului : - Kakang Sondong Landeyan. Mereka hanya patuh pada
perintah. Bebaskan ! - Mereka berdua semenjak dahulu mengutamakan sifat
satria. Karena Haria Girl merninta agar membebaskan mereka
yang justru hendak mencelakakannya, Sondong Landeyan
tidak banyak berbicara lagi. Segera ia membebaskannya. Akan
tetapi racun yang sudah terlanjur terhisap Haria Giri
mempunyai akibatnya sendiri.
Tiba-tiba saja ia tidak pandai berbicara selancar biasanya.
Tatkala hendak berdiri, pada saat itu pula jatuh terduduk.
- Hai, mengapa" - ia heran bercampur cemas.
- Itulah kehebatan racun buatan kami. - sahut seseorang.
Dialah Surasekti yang datang dengan diikuti kedua saudara-
seperguruannya. - Sarayuda terlalu jahat Dia mencelakakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
majikannya sendiri. Untung, kita sudah sempat membereskan.- - Membereskan bagaimana" - Haria Giri minta keterangan
dengan suara patah-patah.
- Mereka berdua sudah kami bunuh mati.- Suratenung
menjawab. Haria Giri tertegun sejenak, lalu berpaling kepada Sondong
Landeyan. Minta keterangan :
- Siapa mereka" - - Sahabatku Surasekti, Surapringga dan Suratenung.-
- Oh. - Haria Giri terkejut. Kemudian tidak berbicara lagi.
Surasekti bertiga maju memeriksa urat nadi Haria Giri.
Setelah saling pandang, mereka mengeluarkan obat pemunahnya. Kata Surasekti :
- Kami sengaja memisahkan obat pemunahnya. Masing-
masing satu jenis. Harus diramu jadi satu. Bila kurang,
tidakkan berhasil jadi, andaikata seseorang dapat memaksa
dua orang di antara kita menyerahkan obat pemunah, tetap
tiada gunanya.- - Terima kasih. - Sondong Landeyan mengangguk lalu
mengangsurkan limabelas ringgit milk Suratenung.
- Hai, apa artinya ini" - Suratenung tercengang.
- Aku lupa mengembalikan. Terimalah -
Suratenung berpaling kepada kedua saudara-perguruannya.
Surasekti memberi isyarat mata. Dan oleh isyarat mata itu,
Suratenung menerima uangnya kembali. Mereka bertiga
kemudian mengundurkan diri, dan balik kembali dengan
menuntun seekor kuda. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Adik tentunya membutuhkan seekor kuda untuk tuan
Haria Giri. - ujar Surasekti. - Adik tidak akan menolak, kan" -
Sondong Landeyan memang membutuhkan seekor kuda
untuk sampai ke kedai makan. Syukur, selamanya ia dapat
menerima suatu kenyataan. Maka pemberian itu, diterimanya
dengan anggukkan. - Terima kasih. - katanya. - Entah kapan kita bisa bertemu
lagi.- Sondong Landeyan kemudian mengangkat Haria Giri ke
atas pelana kuda dan ia sendiri duduk di belakangnya. Sekali
lagi ia mengucapkan terima kasih kepada Surasekti bertiga,
lalu menjalankan kudanya perlahan-lahan menyeberang hutan
ilalang. Tatkala tiba di kedai tempat ia menitipkari kudanya, pelayan
yang mengurusi dihadiahi satu ringgit. Dan dengan menuntun
kudanya berjalan di belakang kuda tunggangannya, ia
melanjutkan perjalanannya pulang ke kampung. Karena
perjalanan itu tidak dapat dilakukan dengan cepat, ia baru tiba
di rumahnya pada keesokan harinya. Haria Giri nampak makin
payah. la perlu ditolong secepat-cepatnya.
Sekar Mulatsih heran melihat suaminya membawa pulang
seorang asing tetapi berparas cakap. Dengan tergopoh-gopoh
ia menyongsongnya. Lalu menyapa ;
- Siapa dia " - - Dialah sahabatku. Tolong siapkan tempat tidurnya. Dia
harus kita rawat sampai sembuh kembali. -
Hati-hati ia turun ke tanah lalu menggendong Haria Giri ma-
suk ke dalam rumah. Haria Giri belum kehilangan
kesadarannya, akan tetapi ia sudah tidak dapat bergerak sama
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali. Setelah ditidurkan, segera Sondong Landeyan
mengeluarkan tiga botol ramuan pemunah racun. Selagi
hendak meminumkannya, Pitrang datang menghampiri dengan
tertatih-tatih . - Ayah...! - Kedua mata si bocah bersinar terang Sondong Landeyan
memutar badan dan memondong anaknya erat-erat.
- Pitrang ! Kau tentunya mencari ayah. - katanya penuh
haru. - Ayah....ayamnya mati satu. - Pitrang mengadu.
Sondong Landeyan tertawa gelak. Lalu berkata kepada
Sekar Mulatsih : - Tolong campurkan ramuan tiga botol ini menjadi satu.
Setelah kau aduk menjadi satu kesatuan, minumkan sedikit
demi sedikit. Bagilah tiga kali sehari dalam waktu empatbelas
hari. Aku akan membawa Pitrang bermain sebentar -
Dengan mendekap Pitrang, Sondong Landeyan menghampiri kuda pemberian Surasekti bertiga. Melihat kuda
asing, Pitrang memekik-mekik senang. Serunya :
- Ayah...! Da..da..da... -
- Ya, kuda. Kuda baru. - ayahnya menciumi pipinya. - Turun
dulu, ya Ayah akan melepaskan pelananya. -
Pitrang mengangguk. Dan setelah diturunkan di atas tanah,
Sondong Landeyan kemudian melepaskan pelananya. Begitu
diangkat, ia terkejut. Di balik pelana tergantung tiga kantong
uang. Buru-buru ia meletakkan pelana di atas palang kandang,
kemudian memeriksa kantong. Ternyata masing-masing
berisikan lemabelas ringgit. Sondong Landeyan tercenung
sebentar. Akhirnya tersenyum lebar. Siapa lagi yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menaruhkan tiga kantong uang itu, kalau bukan Surasekti
bertiga. Tentunya dimaksudkan untuk membantu beaya
perawatan Haria Giri, karena betapapun juga mereka merasa
ikut bertanggung jawab. Kedua kuda itu kemudian dimasukkan dalam satu kandang.
Bukankah kedua binatang itu sudah saling mengenal" Setelah
itu, kembali lagi ia menggendong Pitrang sambil menyimpan
tiga kantong uang pemberian Surasekti bertiga ke dalam
almari yang terbuat dari bambu (grobog).
Sekar Mulatsih sendiri saat itu sedang disibukkan oleh
tugasnya. Hati-hati ia menyenduk adukan ramuan obat
pemunah, kemudian menolong Haria Giri meneguknya. Pada
saat itu, ia mempunyai kesempatan menatap wajah orang
yang dirawatnya. Entah apa sebabnya, hatinya bergetar
lembut. Dengan kata hatinya, ia menyelimutinya mengingat
hawa pegunungan mungkin terlalu sejuk dan dingin bagi
orang kota. la menunggu sampai Haria Giri tertidur, lalu
mengundurkan diri dengan bedingkit-jingkit .
Tiba di ruang tengah, ia menjadi gelisah. Tak tahu lagi apa
yang harus dilakukan. Akhirnya menyusul suaminya yang
sedang bermain dengan Pitrang di halamari depan.
- Kakang ! Sebenarnya siapa dia" -
Seperti biasanya, Sondong Landeyan tidak pandai
berbicara. Tanggapannya dingin dan selalu menjawab
seperlunya saja. sahutnya :
- Namanya Haria Giri. Dulu temanku sepekeijaan. Sama-
sama pengawal Sri Baginda Amangkurat IV. -
- Kenapa dia" - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Menghisap racun. Rawatlah baik-baik. Dua minggu lagi
akan sembuh. Mudah-mudahan dia sudah bisa berbicara satu
minggu lagi. - Sekar Mulatsih tercenung. Lalu balik kembali ke dalam ru-
mah. Hati-hati ia menjenguk Haria Giri yang tertidur dengan
tenteram. Setelah itu ia ke dapur menyiapkan makan siang.
Tetapi sianghari itu, Haria giri tidak boleh terganggu. Dia
harus beristirahat benar-benar. Karena itu, ia hanya melayani
suami dan anaknya makan. Ia sendiri tidak bernafsu makan.
Rasanya seperti harus menunggu sampai Haria Giri
menyenakkan mata. Ia percaya, menjelang malam hari dia
akan bangun. Kalau tidak, harus dibangunkan. Bukankah dia
harus minum obat penawar lagi"
Malam hari yang ditunggu akhirnya datang juga. Namun
Haria Giri masih belum bergerak. Ia menghampiri lalu
mencoba membangunkan. Ternyata tidak mudah. Sebab
selain oleh pengaruh racun, ia terlalu capai. Syukur, Sekar
Mulatsih selalu telaten bila merawat orang sakit Dulu, diapun
telaten sewaktu merawat Sondong Landeyan.
Penyebabnya juga racun buatan Surasekti bertiga.
Mengapa harus sama" Akhirnya, ia berhasil membangunkan Haria Giri. Kemudian
dengan penuh pengamatan, ia menegukkan sebagian obat
pemunah racun. Setelah itu ia menyuapinya dengan bubur
yang diaduk dengan telur. Hanya beberapa kali saja,namun
lumayan daripada sama sekali tidak. Setelah di tidurkan
kembali, ia menunggu di tepi pembaringan.
Larut malam telah lewat, tatkala Haria Giri tiba-tiba
menggigil dan menggigau. Sekar Mulatsih yang duduk
menunggu di tepi pembaringan terkejut sampai terlompat. Ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lari ke kamar suaminya. Tetapi suaminya sudah tertidur lelap
di samping Pitrang karena sudah dua hari dua malam tidak
sempat memejamkan matanya. Maka terpaksa ia menolong
Haria Giri seorang diri dengan menyeka wajahnya dengan air
hangat. Tak lupa pula ia mengucuri ubun-ubun dan tengkuk
Haria Giri dengan air dingin. Lalu mengusap keringat nya yang
meruap dengan derasnya dari pori-pori. Hampir dua jam ia
berkutat dan ber juang. Akhirnya, Haria Giri tenang kembali
dan terlena tidur 0, alangkah bahagianya.
Semenjak saat itu, ia merasa dirinya menjadi bagian
hidupnya Haria Giri. Hatinya ikhlas dan penuh pengabdian
dalam merawat dan menyuapi makan minumnya. Di sianghari
ia selalu menilik dan di malam hari ia kurang tidur. Sekalipun
demikian, sepercik rasa yang syandu menyelimuti sekujur
badannya. Sondong Landeyan sendiri sudah mempercayakan
perawatan Haria Giri kepada isterinya. Diapun kembali
disibukkan oleh tugasnya sehari-hari. Yalah menggarap sawah
dan ladang sambil membawa Pitrang bermain.
Ladangnya penuh dengan tanaman-tanaman yang berguna
bagi keperluan dapur. Bawang merah dan putih, kubis, bayem,
lombok dan sejenisnya. Tanah pegunungan selain subur,
cocok dengan macam sayuran yang ditanam. Biasanya
hasilnya sudah dapat dipetik dalam jangka waktu sebulan
sampai tiga bulan. Bila pulang dari sawah dan ladangnya, Sondong Landeyan
selalu menjenguk keadaan sahabatnya. Melihat isterinya
begitu telaten merawatnya, hatinya terhibur dan bersyukur.
Beberapa hari lagi, tentunya sahabatnya itu akan dapat
diajaknya berbincang-bincang. Benar saja. Setelah satu
minggu, Haria Giri mulai pulih kembali. Ia mulai dapat
berbicara dengan lancar. Seperti biasanya kata-kata dan lagu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaranya mempunyai daya tarik. Kalau tidak, mustahil dulu ia
berhasil menggaet ayah Ratu Sumarsa sampai rela
menyerahkan puterinya. Yang dibicarakan selain warta berita
di ibukota, sebagian besar berkisar soal berbagai ragam ilmu
kepandaian. Aneh adalah sikap Sekar Mulatsih. Biasanya ia paling sebal
bila mendengar suaminya berbincang-bincang dengan tetamunya mengenai ilmu tempur macam apapun. Tetapi kali
ini, tidak. Bahkan sama sekali tidak. Apalagi bila Haria Giri
membicarakan masalah kesenian, agama, tata-negara, filsafat
dan peri kehidupan penduduk ibu kota: Sekar Mulatsih seperti
wajib mempersolek diri, suatu hal yang tidak pernah dilakukan
semenjak menjadi isteri Sondong Landeyan. Dasar ia sudah
dilahirkan sebagai wanita cantik, kini mau bersolek ditambah
hatinya tegar gembira. Maka kecantikannya ibarat bunga merekah di pagi hari,
sedap dilihat segar dipandang.
Pada suatu hari ia menemukan kantong uang Surasekti
bertiga. Tatkala suaminya datang dari sawah segera ia minta
keterangan dari mana ia memperoleh uang sebanyak itu.
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seperti biasanya Sondong Landeyan menjawab singkat dan
sederhana saja. Dari orang untuk membantu kesehatan Haria
Giri, katanya. Ah, pikir Sekar Mulatsih. Bukankah bisa dibuat membeli
ayam atau kambing atau sapi" itu terjadi pada hari ke
tujuhbelas, setelah Haria Giri pulih seperti sediakala.
Berkatalah ia kepada suaminya :
- Belilah sepuluh ekor ayam dan anak sapi untuk
disembelih. Aku akan merayakan hari kesehatan sahabatmu
Haria Giri. Biarlah aku yang menjaga Pitrang. - katanya
dengan suara manis dan bersemangat.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sondong Landeyan mengangguk. Dengan menunggang
kuda ia berangkat meninggalkan rumah untuk memenuhi
permintaan isterinya. Ia membawa uang lima ringgit. Uang
Surasekti yang tak pernah disentuhnya, Tetapi kini
diterimanya melalui pemberian isterinya. Dengan membawa
uang sebanyak itu, ia tidak hanya mampu membeli 10 ekor
ayam saja, tetapi seekor kambing dan anak sapi. Dan ia balik
pulang sewaktu matahari sudah condong ke barat.
Tetapi suasana rumahnya nampak sepi. Hatinya tersirap,
sewaktu mendengar tangis Pitrang yang bersedu-sedan.
Kenapa" Mengapa" Bergegas ia melompat turun dari kudanya.
Begitu masuk ke dalam rumah,Pitrang lari menyambutnya
dengan berisak-isak : - Ayah .... Ibu nakaaalll.... -
Ia menggendong Pitrang dan memeriksa seluruh rumah
dengan tanya tanya. kamar sunyi sepi. Isterinya tiada. Haria
Giri tiada. Ia lari ke luar. Kuda pemberian Surasekti bertiga
tiada di tempatnya. Sejenak ia tertegun. lalu kembali ke dalam
rumah. Dengan tegas ia melihat almari Sekar Mulatsih
terjeblak lebar. Tiada lagi terdapat sehelai pakaiannya. Dan
yang membuat jantungnya berdegupan adalah almari tempat
ia menyimpan uang Surasekti. isinya lenyap. Juga pedang
Sangga Buwana. o-dw-o ENTAH SUDAH berapa kali Sondong Landeyan bertempur
melawan musuh-musuh tangguh. Dalam sekian banyaknya
pertempuran itu, beberapa kali ia pernah berada dalam
bahaya. Akan tetapi berkat kepercayaan diri sendiri selalu ia
dapat mengatasi dan akhirnya menang. Tetapi kali ini, ia
benar-benar merasa terpukul. Dia merasa gugup, bingung,
cemas dan takut.Hebatnya, ia tidak tabu apa yang harus
dilakukan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pitrang yang berada dalam gendongannya, tiba-tiba
memberontak-berontak. Menangis sambil menggeliat-geliatkan
tubuhnya seakan-akan ingin meloncat untuk mencari,
mengejar atau menubruk ibunya.
- Ibuuuu ibuuu ibu nakal.... - si anak menangis mengadu.
Sondong Landeyan tertegun beberapa saat lamanya. Ia
merasakan sesuatu yang hilang dari dirinya. sesuatu yang
merupakan kekuatan utama untuk melintasi badai kehidupan
apapun. Itulah isterinya alias ibu dari Pitrang yang berontak
dalam pelukannya. Bahkan melebihi hal itu. Andai kata Sekar
Mulatsih mati tertembus pedang oleh sekawanan musuh yang
tangguh, ia masih mudah untuk memutuskan tindakannya.
Hanya dengan berbekal dendam kesumat ia akan mencari
musuh-musuh itu. Tetapi sekarang keadaannya lain. Orang yang berperan
sebagai musuhnya justru adalah sahabatnya yang dirindukan.
Selain itu, ia tidak dapat terlalu menyalahkan, karena mungkin
sekali....mungkin sekali....nah, inilah yang membuatnya tidak
tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin sekali, isterinya yang
mengajak Haria Giri meninggalkan rumah. Kalau benar
demikian, apakah ia hendak membunuh isterinya" bagaimana.
dengan Pitrang" Di kemudian hari, Pitrang pasti akan
membencinya setinggi langit. Bukan mustahil sampai turun-
temurun. - Ibuuuuu .....ibuuu.......nakaaaaall ...... - tangis Pitrang
menyayatkan hati. - Ya, diam sayang Ibu tidak nakal. Nanti kuusulkan.- bujuk
Sondong Landeyan. Mengucapkan kata-kata ibu, hatinya terasa teriris-iris.
Akhirnya dengan menggendong Pitrang ia melompat ke atas
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelana kudanya. Lalu pelahan-lahan turun gunung dengan
pikiran kacau-balau. Sore hari telah tiba dengan diam-diam.
Sorehari yang cerah, namun tidak merasuk dalam perhatian
Sondong Landeyan. Sepanjang jalan, Sondong Landeyan mencoba membujuk
Pitrang. Dengan suatu kesabaran dan ketelatenan, lambat-
laun Pitrang dapat dikuasainya. Si kecil tertidur dalam
pelukannya. Mungkin oleh rasa kesal dan lelah. Sondong
Landeyan jadi perasa. - Sayang, ayah pasti dapat menyusul ibu. tidurlah yang nye-
nyak. Begitu bangun, kau akan berada dalam gendongan ibu.
- Sondong Landeyan membujuk Pitrang dengan berkomat-
kamit. Akan tetapi bujukan itu sendiri, sesungguhnya pantas
disebut menghibur hatinya sendiri. Terus-terang sap sampai
saat itu, hatinya masih sangsi luar biasa. Sebagai seorang
pendekar, ia akan dapat dengan mudah menjejak bekas tapak
kuda. Tetapi entah apa sebabnya, ia justru merasa takut bila
dapat menyusulnya. Apa yang harus dilakukan manakala
isterinya yang mengambil prakarsa" Tentunya Sekar Mulatsih
tidak sudi dibawa pulang. Kalau sampai begitu, maka bukan
hanya dirinya seorang yang kalah, tetapi si kecil Pitrang pula.
Benar-benar menakutkan . Selagi hatinya terombang-ambing oleh gelombang kesangsian yang tiada menentu, tiba-tiba ia melihat seorang
gadis sedang memeluk seorang pemuda yang luka
bermandikan darah. Melihat gadis itu, hati Sondong Landeyan
tercekat Bukankah dia Sukesi " siapakah pemuda yang
dipeluknya itu" Bergegas ia menghampiri. Ternyata pemuda
itu si Wigagu. Kenapa"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Paman Sondong Landeyan, bukan" - tegur Sukesi dengan
suara pelahan. Sondong Landeyan mengangguk dari atas kudanya.
Pikimya, bagaimana gadis itu mengenal dirinya"
- Setelah kami bertempur mengadu pedang, kami
bersembunyi di depan kuil. Semua yang terjadi kemudian,
kami ketahui dengan jelas. Sebenamya, Wigagu bukan
sepekerjaan dengan paman Sarayuda. Wigagu ingin mengabdikan diri kepada raja. Sedang paman Sarayuda dan
Haria Giri kaki-tangan Patih Danureja.-
- Bukan begitu.- bantah Wigagu dengan suara parau. -
Paman Sarayuda dan aku sarna-sama mengabdi raja. Sayang,
paman Sarayuda tidak tahu kalau akhir-akhir ini Haria Giri
mata-mata Patih Danureja. -
Mendengar keterangan Wigagu, hati Sondong Landeyan
tertarik. Pelahan-lahan ia turun ke tanah sambil menggendong
Pitrang dengan memelukkan tangan kirinya. Melihat luka
Wigagu tahulah dia, bahwa pemuda itu kena tikaman pedang.
Untung, tidak berbahaya. Segera ia menolong menghentikan
darahnya yang mengalir. Lalu berpaling kepada Sukesi.
Menegas : - Haria Giri mata-mata Patih Danureja" -
Sukesi menyenak nafas. Menjawab :
- Wigagu, biar aku yang berbicara. Kalau salah, kau
betulkan !- Wigagu mengangguk. - Sebenamya Wigagu baru mengetahui permainan
sandiwara mereka dirumah terpencil itu. - Sukesi berhenti
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebentar mencari pembenaran Wigagu. Karena Wigagu tidak
membantah keteranggannya, ia melanjutkan :
- Paman Sarayuda suami-isteri sudah mempertaruhkan jiwa
raganya demi mengabdi Sri Baginda , Ia masih mengira,
bahwa Haria Giri masih pengawal Sri Baginda seperti pada
jaman mudanya. Sama sekali tidak diketahui, ia terperangkap
permainan Haria Giri. Sewaktu hendak menyerahkan
bungkusan yang dicurinya, ia dikepung oleh laskar Kepatihan.
Diluar perhitunggan, begitu merasa dirinya terjepit paman
Sarayuda melemparkan bungkusan racun ke dalam rumah.
Akibatnya, paman sendiri tahu. Itulah yang dinamakan senjata
makan majikan sendiri. Hm....- sayang sampai pada saat-saat
terakhir, paman Sarayuda belum juga menyadari dirinya
diperalat atasannya. Padahal, Wigagu sudah berusaha
memperingatkan dengan berlagak menyamakan dirinya
sebagai paman. Maksudnya, ingin mengingatkan semuanya
bahwa - ia merasakan sesuatu yang tidak beres. Dengan
membawa-bawa nama paman, ia bermaksud mencanangkan
kesetiaan paman yang tulus sewaktu menjadi pengawal Sri
Baginda. - - Aku sendiri kurang jelas. Sebab aku orang asal Blitar.
sahut Sukesi - Tetapi aku sempat mendengarkan tutur-kata
Wigagu. Menurut dia, Patih Danureja berfihak kepada Kompeni
(V.O.C.) Pemberontakan Pangeran Blitar adalah gara-gara akal
adudomba Kompeni. Sekarang raja ingin menjemput
permaisuri pulang. Tentu saja, pihak Kepatihan berusaha
manghalang-halangi.- Sondong Landeyan tercenung-cenung beberapa saat
lamanya. Setelah menarik nafas, ia berkata :
- Kalian sungguh pandai bermain sandiwara. Akupun kena
kalian kelabui. Bagus ! Lalu siapakah yang melukai Wigagu" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Wigagu pengagum paman. - sahut Sukesi. - Apalagi dia
sudah menaruh curiga kepada Haria Giri. Celakanya, justru
paman melindungi dan mau menolong akibat dari ulahnya
sendiri. Maka dengan diam-diam ia mengajak aku mengintai
gerak-gerik Haria Giri dan apa yang terjadi di padepokan
paman. Ternyata....ternyata....-
Sukesi tidak sanggup menyelesaikan kata-katanya. Wajahnya berubah menjadi merah muda.
Dengan tajam, Sondong Landeyan menatap wajah Sukesi
menunggu lanjutan ucapannya. Tetapi Sukesi justru menundukkan kepalanya. Sesaat kemudian, Sukesi merasa
memperoleh jalan keluar. Katanya :
- Tetapi andaikata tidak ada bibi, Wigagu pasti sudah mati
tertembus pedang. Untung sewaktu Haria Giri hendak
menikamkan pedangnya karena marah, buru-buru bibi
berkata. Kakang, mengapa kau ributkan omongan kanak-
kanak" Kalau sampai terluka parah, Sondong Landeyan
mempunyai alasan untuk membunuh kita. Lebih baik kita
kabur sejauh mungkin, sebelum dia sempat menyusul. -
Sondong Landeyan mengenal tabiat dan watak isterinya.
Sekar Mulatsih memang halus perasaannya. Dia benci
terhadap tindak kekerasan macam apapun. Tetapi mendengar
kesan percakapan tiruan Sukesi, hati Sondong Landeyan
seperti tersayat. Kedengarannya sudah mesra dan seperti
sudah scaling berkenalan. Apakah....apakah....mereka sudah
bergaul terlalu jauh, manakala dia sedang berada di tengah
sawah atau ladang bersama Pitrang"
- Hm, inilah yang dinamakan mata melek dibutakan orang. -
ia setengah mengutuk di dalam hati.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sondong Landeyan tidak pandai berbicara. Akan tetapi
bukan berarti dungu, bodoh, tolol atau tidak pandai berpikir.
Sekiranya demikian, mustahil dia memiliki ilmu sakti yang
sangat tinggi. Keterangan Sukesi kurang lengkap. Meskipun
demikian, ia sudah memperoleh pegangan delapan atau
sembilan bagian. Setelah berpikir sejenak, berkatalah ia :
- Temanmu boleh kau rawat di rumahku. Bawalah kudaku !-
Sukesi tercengang. Sebaliknya wajah Wigagu yang tadinya
nampak keruh jadi girang. Sebelum mereka sempat membuka
mulut, Sondong Landeyan sudah melanjutkan perjalanannya
dengan menggendong anaknya. Bukan main cepat ia
melangkahkan kakinya. Sebentar saja sudah hilang di batik
tikungan jalan Tetapi setelah memasuki tikungan ketiga, ia
memperlambat langkahnya. Lalu ia mulai berpikir lagi.
- Ah, Sondong Landeyan ! Ternyata kepandaian yang kau
miliki, belum cukup untuk mengetahui segala permasalah
hidup. - suara hatinya mengiang-iang pedih.
Samar-samar terbayanglah ia kembali pada saat pertemuannya dengan Sekar Mulatsih. Gadis itu telaten
merawat dirinya yang terluka. Tatkala bertempur melawan
Surasekti bertiga, ia tetap berada dalam ruang dalam. Namun
sewaktu rumah terbakar, ia melarikan diri. Alangkah beda
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan cerita pewayangan, dimana sang isteri bersedia mati
terbakar demi menjunjung tinggi kesetiaan hati. Tetapi itu
bukankah cerita pewayangan" Di dalam kenyataan hidup ,
berbeda jauh. Sekar Mulatsih seorang gadis yang tidak memiliki
kepandaian ragawi. Sudah tentu, harus menyelamatkan diri
demi menjaga keselamatan jiwanya. Lagipula, dia belum
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terikat suatu apapun dengan dirinya. Meskipun demikian, dia
berkenan merawat dirinya begitu tekun, sabar dan telaten.
- A h, Sondong Landeyan Engkau terlalu banyak menuntut !
- lagi-lagi ia menyesali diri. - Manusia bukan benda mati.
Manusia mempunyai akal pikiran dan hidup. Dengan akal dan
pikirannya dia pandai memilih, membandingkan dan menyerap
semua pengalaman hidup. Dan kodrat hidup sendiri bergetar
dan bergerak maju. Kau sendiri pemah memberikan apa
terhadapnya" Agakknya, cinta saja bagi manusia ini, belum
cukup.- Dengan pikiran serta pertimbangan hati yang saling
mengendapkan, ia berjlan terus, Sementara itu, waktu
berjalan terus tanpa memperdulikan permasalahan hidup.
Melihat tirai malam yang hampir jatuh, hatinya tercekat. Kalau
tidak ingin kehilangan jejak, ia harus dapat mencapai ujung
pedalanan sejauh mungkin. Maka segera ia berlari-larian
kencang sambil melindungi anaknya dari tiupan angin Magrib.
Sebentar kemudian tibalah ia di sebuah desa persinggahan.
Tentunya mereka tidak akan menginap di sini. - pikir Son-
dong Landeyan. - Mereka pasti mencari tempat yang
menyendiri. - la berputar-putar untuk mencari kepastian arah pelacakan.
Untung, desa persinggahan itu hanya memiliki sebuah jalan
yang layak dilalui kuda. Setelah menyusuri jalan beberapa
waktu lamanya, teringatlah dia kepada si Pitrang. Dia harus
makan dan minum dulu. Maka pelahan-lahan ia membangunkan si kecil.- Pitrang tersentak bangun. Melihat tirai malam yang gelap,
dia menggeliat ketakutan. Tetapi merasa dalam dekapan
ayahnya, hatinya terhibur. Syukur, ia lebih sering bergaul
dengan ayahnya daripada ibunya. Sebab ayahnya selalu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawanya serta bekerja di tengah sawah dan ladang. Baru
pada malam hari, ia tidur bersama ibunya. Bahkan, kadang-
kadang ia minta tidur di samping ayahnya .
- Mana ibu" - la merengek.
- Ibu lagi pergi. Kita makan dulu, ya" -
- Sama ayah.- - Tentu saja. Yo, kita cari ayam goreng. Tempe dan tahu.
Pitrang mau makan apa" - bujuk Sondong Landeyan .
Pitrang tertarik perhatiannya. Ia mencoba menegakkan
badannya. Sementara itu, ayahnya berjalan dengan langkah
panjang mencari kedai nasi. Tidak terlalu lama, kedai nasi itu
telah diperolehnya. Sondong Landeyan memesan nasi dengan
lauk-pauknya. Si Pitrang sendiri di berdirikan di atas kursi. Lalu
minta pipis. (kencing). - Ibunya mana, nak" - sapa pemilik kedai. Dia seorang ibu
berumur kira-kira limapuluh tahunan.
Sondong Landeyan tidak menjawab. Ia hanya tersenyum.
Dan setelah menolong anaknya kencing di halaman segera ia
hendak balik ke kursinya. Tiba-tiba penciumannya yang tajam
mencium bau kuda. - Rupanya banyak orang berkuda singgah kemari , bu. -
ujarnya sambil berjalan masuk.
- Kadangkala. - sahut pemilik waning ramah. - Seperti sore
tadi,tiba-tiba ibu kejatuhan rejeki. Sepasang Kamajaya Ratih
singgah ke ...... - - Kamajaya Ratih" - Sondong Landeyan terperanjat.
- Yang laki-laki cakap. Yang perempuan cantik. Apa
namanya, kalau bukan Kamajaya dan Ratih" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kamajaya dan Ratih adalah nama dewa-dewi lambang
kecantikan wanita dan kecakapan pria. Kamajaya adalah
putera Hyang Ismaya. Kecakapannya sempat membuat para
dewa iri. Namun. mereka tidak dapat berbuat apa-apa, karena
takut terhadap Hyang Ismaya. Di kemudian hari, Dewa
Kamajaya mengasuh Arjuna sebagai anak-angkatnya. Kedua-
duanya merupakan lambang kecakapan pria yang membuat
puteri di seluruh dunia tergila-gila kepadanya.
- Apakah mereka menginap di desa ini" - Sondong
Landeyan menegas dengan nafas memburu.
- Ah, mana mungkin. Desa ini tentunya terlalu amat
sederhana bagi mereka berdua. Mereka melanjutkan
perjalanannya ke barat - ujar pemilik kedai.
Tiba-tiba ia seperti teringat sesuatu. - Ah ya....- mungkin
sekali mereka menginap di pesanggrahan Sang Adipati. -
Sondong Landeyan tidak bertanya lagi. la menyibukkan diri
dengan menyuapi anaknya. Setelah selesai makan dan minum,
berkatalah ia : - Bu, apakah aku boleh beristirahat barang satu jam disini"-
- Tentu Tentu saja Mengapa tidak" - sahut pemilik warung
dengan cepat - Kebetulan, malah. Ibu lantas mempunyai
teman. Apakah dia anakmu sendiri" -
- Ya.- - Kalau perlu bolehkau tidurkan di situ ! -
Pada waktu itu, pemilik kedai tidur di dalam kedainya yang
terdiri dari satu ruangan. Ruang itu dibagi menjadi dua. Yang
satu untuk tempat usahanya. Yang lain diisi sebuah balai-balai
panjang cukup untuk tidur lima orang. Karena cukup luas,
biasanya disediakan bagi sanak-keluarganya bila datang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjenguknya. Atau kepada siapapun yang perlu beristirahat
barang sebentar, sebelum meneruskan perjalanannya.
Sondong Landeyan tidak bermaksud menidurkan Pitrang,
tetapi mengharapkan si kecil mengantuk. Karena Pitrang baru
saja terbangun dari tidurnya, lalu kesempatan buang air,
makan dan minum, maka Sondong Landeyan harus menunggu
sampai dua jam lamanya. Begitu anaknya mengantuk dan merengek minta pulang,
segera ia meninggalkan kedai dan meneruskan pelacakannya.
Kira-kira menjelang larut malam, Pitrang sudah terlena tidur
dalam gendongannya. Pada saat itu, ia melihat api menyala di
dalam ruang pesanggrahan. Beberapa bayangan orang
bergerak-gerak pada dinding oleh pantulan nyala api. Sondong
Landeyan mendekati dengan hati-hati. Dari jauh ia mengamat-
amati ruang dalam. Enam buah lentera menyala buram namun
cukup memberi penerangan.
Tiba-tiba bulu kuduknya meremang tatkala mendengar kikik
tertawa seorang wanita. Itulah, suara tertawa Sekar Mulatsih
bila sedang gembira melihat tingkah-laku Pitrang yang lucu
menggemaskan. la melongokkan kepalanya.
Benar-benar Sekar Mulatsih. Dengan manja dan mesra ia
menyesapkan kepalanya dalam pelukan Haria Giri yang
sedang bercerita di atas tempat tidur. Pandang matanya
begitu hebat. Itulah pandang mata seorang wanita yang jatuh
hati, penuh cinta, penuh kasih, dan bersedia melakukan apa
saja dan diperlakukan apapun. Selama menjadi isterinya, Son
dong Landeyan belum pemah melihat pandang mata yang
begitu mendebarkan hatinya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Inilah bayangan yang ditakutkannya semenjak berangkat
dari rumah. Sekarang, bayangan itu menjadi kenyataan. Tak
bisa dipungkiri lagi. Sekar Mulatsih yang membuka pintu.
Sekar Mulatsih yang mengambil prakarsa. Dan laki-laki
mana yang tidak rontok imannya bila diberi kesempatan begitu
leluasa oleh seorang wanita secantik isterinya. Sebaliknya,
laki-laki betapa beranipun akan kuncup hatinya, bila seorang
wanita bersikap tegas dan menutup pintu. Maka ia tidak dapat
terlalu menyalahkan Haria Giri.
Oleh rasa kaget, kecewa, pahit dan getir, ia membalikkan
badannya dengan sedikit menggentakkan diri. Akibatnya,
gerakan itu membangunkan himpunan tenaga saktinya dan
menyakiti si kecil yang berada dalam gendongannya.
- Ibuuuuu... - Pitrang menjerit oleh rasa sakit dan terkejut.
Sondong Landeyan cepat-cepat membungkam mulut
anaknya sambil melarikan diri secepat-cepatnya menembus
tirai malam. Namun jerit Pitrang sempat membangunkan
perhatian penghuni pesanggrahan yang terdiri dari beberapa
orang pelayan, penjaga dan pengurusnya. Sekar Mulatsih
tersentak dari pelukan Haria Giri. Betapapun juga, hubungan
naluriah antara ibu dan anak adalah kodrat Illahi sendiri.
- Pitrang" - wajahnya pucat lesi.
Bergegas ia melompat dari tempat tidurnya dan memburu
keluar kamar. Haria Giri ikut pula turun dari tempat tidur
dengan gerakan hati-hati dan cemas. Ia melirik kepada
pedang Sangga Buwana yang disandarkan pada kursi yang
berada di samping tempat tidur. Wajahnya gelisah.
Di depan pintu Sekar Mulatsih terlongong-longong. Ia
memasang pendengarannya. Jantungnya berdegupan. Hatinya
tergetar. Tetapi hanya sejenak. Berbareng dengan lenyapnya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara jeritan, ia menarik nafas panjang. Dan semua kesannya
sirna dari lubuk hatinya. Kemudian dengan tersenyum, ia
membalikkan badannya. Katanya lembut kepada Haria Giri :
- Kakang, lanjutkan ceritamu -
Dengan langkah anggun ia menghampiri kekasihnya. Lalu
melompat ke atas tempat tidur. Syukur, semuanya itu tidak
sempat disaksikan Sondong Landeyan. Sebab setelah itu
semua lentera padam. Tinggal letikan api yang menyala redup
buram. 0odwo0 SAMPAI disini, ki dalang Gunacarita menutup mulutnya.
Pelahan-lahan ia menghirup minumarmya yang sudah menjadi
dingin Ceritanya sudah selesai. Tetapi mereka yang ikut
mendengarkan masih terbenam dalam pikirannya masing-
masing. Itulah sebabnya suasana dalam ruang tengah sunyi
mengharukan. Di luar penginapan, fajar hari telah tiba Suara
kokok ayam sudah terdengar sambung-menyambung semenjak tadi. - Hebat - ujar Bogel memecahkan kesunyian. - Hai nek,
bagaimana kesanmu" Perempuan itu terlalu hebat, bukan" -
Nenek Saminten tidak segera menjawab. Wajahnya
kelihatan prihatin. Setelah selesai memilin-milin tembakau
mulutnya, baru ia berkata :
- Apa yang harus kukatakan" Semua itu takdir. -
Bogel tertawa terbahak-bahak. Serunya :
- Semua itu takdir Takdir yang mana" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Mencari laki-laki seperti Sondong Landeyan sudah susah.
Pendek kata seribu orang cuma satu. Atau satu di antara
seribu orang. Berkepandaian tinggi, cinta pada anak, setia
pada isteri, berhati sederhana dan lapang dada. Sebaliknya,
Sekar Mulatsih keturunan priyayi. (priyayi : orang menak).
Lambat laun merasa tidak pantas hidup berdampingan dengan
orang dusun. Yaah.... ibarat bunga anggrek hidup di pinggir
dusun.- - Bagus Tak kukira, penilaianmu adil. Tetapi bukankah dia
sudah melahirkan anaknya"-
- Eh, kau mau menyalahkan Sekar Mulatsih, ya" - bentak si
nenek. - Huuuu.... laki-laki memang mau menang sendiri.-
- Sebaliknya, apa salahnya Sondong Landeyan" - debat
Bogel dengan bersemangat.
- Aku kan tidak menyalahkan Sondong Landeyan" Aku
hanya berkata, semua itu takdir.-
Yang mendengarkan memanggut-manggutkan kepalanya.
Mereka seperti mau mengerti alasan nenek Saminten, namun
merasa kurang puas. Sebaliknya untuk mengutarakan apa
penyebabnya, mereka tak tahu. Tiba-tiba terdengar suara Diah
Windu Rini: - Hm, apa sih enaknya menjadi isten seorang pendekar
dusun" Dia boleh memiliki kepandaian setinggi langit Dia boleh
cinta setengah mati. Tetapi itu belum cukup. -
Bogel mau membuka mulutnya, tetapi batal sendiri karena
teringat kegalakan Windu Rini. Namun ia tak kehilangan akal.
Ia mengalihkan pandangnya kepada Kartamita dan Lembu
Tenar. Serunya minta pertimbangan :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Bagaimana menurut pendapat kalian" -
- A ku bisa menerima pertimbangan nona Windu Rini.- sahut
Kartamita dengan hati-hati.
- Kau orang kasar, karena itu belum pandai menyelami hati
seorang wanita. Orang hidup bersuami isteri ibarat jantung
yang berbentuk dua belah. Masing-masing harus bisa seia-
sekata, sefaham, sependirian, secita-cita, senafas, sehati....
pendek kata masing-masing merasa menjadi bagian hidupnya.
Untuk mencapai hal itu, harus dibangun sedikit demi sedikit.
Sayang, Sondong Landeyan terlalu kaku. Bisanya cuma
berkelahi. Diajak berbi cara perkara kesenian, tata-
pemerintahan, kesusasteraan, tidak menyambung. Tentunya
mempunyai akibatnya sendiri,-
- Betul potong nenek Saminten dengan semangat tempur. -
Seperti suamiku yang ke lima. Kebisaannya cuma main perem-
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
puan. Yang dibicarakan cuma soal perempuan. Perempuan,
perempuan melulu. Diajak berbicara cara mencari rejeki, tidak
sambung. Diajak berbicara mengenai bibit padi, bibit ketela,
bibit jagung, tidak sambung. Ah, kutendang saja ke luar
rumah. Sana, sana, sana cariluh perempuan sampai mampus
!- Mendengar ujar nenek Saminten mereka semua tertawa
bergegaran. Kini suasananya menjadi enak kembali. Tetapi
Bogel jadi penasaran. Ia menganggap ucapan nenek Saminten
memotong pembicaraan orang yang belum selesai. Maka
buru-buru ia berkata kepada Kartamita :
- Kakang Kartamita teruskan kata-katamu ! -
Kartamita mendeham. Setelah mengerling kepada Diah
Windu Rini, ia berkata melanjutkan :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Riwayat pertemuannya memang tidak semestinya. Sekar
Mulatsih seperti dipaksa harus menerima nasibnya dengan
rasa terima kasih. Jangan lagi seorang gadis, laki-lakipun akan
terpaksa menerima paksaan itu. Coba pikir ! Dia anak seorang
pemberontak. Kemudian jiwanya ditolong orang yang sama
sekali tidak mempermasalahkan asal-usulnya. Apakah pertimbangan demikian harus diabaikan" Sebaliknya, apakah
anak seorang pemberontak memang harus kehilangan hak
asasinya" Nah, disinilah kodrat Tuhan mulai berbicara. Orang
boleh mencapnya sebagai anak seorang pemberontak yang
harus dibenci, dimusuhi dan disingkirkan. Tetapi sebagai
mahluk Tuhan, dia tidak bisa kehilangan hak hidupnya jiwanya
berontak, karena tidak memperoleh keserasian, keselarasan
dan keseimbangan. Cara berpikir dan selera hatinya tidak
serasi dengan Sondong Landeyan, ibarat minyak dan air. Bekal
pengetahuannya tidak selaras dengan Sondong Landeyan,
ibarat kecapi yang kendor dawainya. Asal-usul dan kecantikan
peribadinya tidak seimbang dengan Sondong Landeyan yang
kasar dan kaku. Akibatnya, tatkala bertemu dengan Haria Giri
tiba-tiba saja dirinya ibarat arus air yang menemukan saluran
pembuangannya. Tanggul air jebol ! Mengapa tidak" Cara
berpikir dan selera hatinya serasi dengan cara berpikir dan
selera hati Haria Giri. Dia mengenal kesusasteraan, kesenian,
tata-pemerintahan dan sejenisnya. Dan Haria Giri kebetulan
memiliki kepandaian demikian berkat pengalamannya hidup
dalam pemerintahan dan bergaul dengan orang cerdik pandai
di Ibukota. Dia cantik jelita dan Haria Giri cakap. Kecuali itu,
Haria Giri orang pemerintahan. Sekaligus akan dapat
mengangkat nasibnya yang buruk dari lumpur kehinaan. Demi
ini, siapapun berani mempertaruhkan segalanya. Termasuk
jiwa dan anaknya sendiri. Sebab anak itu sebenarnva lahir di
luar kemauannya sendiri.-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Bagus Kedengarannya masuk akal. - ujar Bogel. -
Bagaimana pendapatmu, Lembu Tenar"
- A ku" - sahut Lembu Tenar. - Aku sih orang dusun. Otakku
butek. Tetapi aku setuju dengan pendapat ki dalang, bahwa
betapapun juga Sondong Landeyan memiliki jiwa besar. Dia
berani menerima kenyataan dengan lapang dada. Maka
pantaslah dia disebut seorang pendekar yang berjiwa besar
dan sakti. Disebut sakti, karena dia justru bisa menguasai diri
pada saat ia dihadapkan pada suatu tindak yang serba salah.-
- Hee....Kau bisa berpikir bagus - Bogel berseru kagum.
- Ya,memang membunuh Haria Giri atau Sekar Mulatsih
atau....kedua-duanya, bukan merupakan penyelesaian yang
tepat. Juga bukan perilaku yang pantas dipuji, bila melakukan
bunuh diri.Ah, hebat ! Penilaianmu hebat -
- Loo bukan aku Ki dalang yang mendahului. Aku hanya
menirukan, mempertimbangkan, lalu menyetujui. - ujar Lembu
Tenar. - Benar. Manusia lumrah memang tidak akan tahan
menghadapi kenyataan demikian.- Kartamita mendukung.
Semua yang berada dalam ruang itu memanggutkan
kepalanya. Bogel diam-diam mencuri pandang kepada Diah
Windu Rini. Ia ingin melihat bagaimana reaksi gadis galak itu.
Tetapi gadis itu ternyata bersikap acuh. Pandang matanya
mengarah ke luar penginapan. Lalu berkata kepada Gemak
Ideran : - Kau sudah puas" Berangkat -
Gemak Ideran rupanya kalah perbawa. Dengan hati berat ia
berdiri. Setelah mengepriki dan rnembetulkan letak pakaiannya ia meruntuhkan pandang kepada Niken Anggana
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang belum bergeser tempat. Gadis muda remaja itu masih
terbenam dalam kesan hatinya. Pandang matanya tidak
beralih pula dari ki dalang Gunacarita yang pandai bercerita.
- Hai - bentak Diah Windu Rini. - Kau mau menginap di
sini"- Niken Anggana mengangguk.
- Apa" - Diah Windu Rini tercengang yang sama sekali tidak
mengharapkan memperoleh anggukan demikian.
- Ceritanya belum selesai.- ujar Niken Anggana.
Lalu minta benaran Gunacarita :
- Belum selesai, bukan" -
Ki dalang Gunacarita mendongakkan kepalanya memandang Diah Windu Rini, Gemak Ideran dan kemudian
kepada Niken Anggana. Sahutnya bijaksana :
- Babak ini sudah selesai. Lihat sebentar lagi pagihari tiba.
Di luar sudah terang benderang.-
- Tetapi cerita itu sendiri belum selesai, bukan" - Niken
Anggana menegas. - Ah, kalau diceritakan seluruhnya belum tentu satu bulan
selesai. Sebab setelah Wigagu sembuh, Sondong Landeyan
berangkat dengan membawa Pitrang mencari Sekar Mulatsih .
Kali ini , Wigagu dan Sukesi ikut serta. Pengalamannya bukan
main banyaknya. Mereka tersesat di goa hantu, di sarang
penyamun, di kerajaan jin. Pendek kata....ah hebat Itulah
sebabnya aku berkata, bahwa Sondong Landeyan adalah
seorang pendekar tersakti pada jaman ini.-
O0-OdwO-0O http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid III - Waoo hebat ! - Niken Anggana kagum.
- Anggana, berangkat ! - bentak Diah Windu Rini. Di mana
saja. seorang dalang pandai hercerita Tiada bedanya dengan
tukang jual jamu Kau mau jadi anteknya"
- Tetapi .... - - Berangkat ! - potong Diah Windu Rini. - Kau mau
berangkat atau tidak"-
Gemak Ideran menengahi. Dengan lembut ia menarik
lengan gadis . Berkata membujuk :
- Kalau engkau ingin mendengar centa lanjutannya, biarlah
kita undang saja ki dalang Gunacarita ke rumah. -
- Ah ya ..... - pandang mata Niken Anggana berseri-seri.
Lalu minta pembenaran kepada ki dalang: -Paman mau kami
panggil kerumah " - - Ah tentu saja dengan senang hati. - Sahut ki dalang
Gunacarita dengan cepat. - Hanya saja upah tanggapannya
agak mahal sedikit. - - Tak apa. Berapa" -
- Untuk satu cerita dua-ringgit.-
- Satu bulan tammat " -
- Mungkin kurang satu bulan. Mungkin lebih. - sahut
Gunacarita dengan suara kering.
- Baik. Hitung saja tiga puluh kali. Artinya dua ringgit kali
tiga puluh. Hanya enampuluh ringgit, bukan" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Ya. - Gunacarita ternganga. Ia hampir tidak mempercayai
pendengarannya sendiri. Apakah benar dara itu akan
menanggapnya satu bulan penuh"
- Bagus, aku mempunyai uang sendiri. Uangku sendiri.
Tidak perlu minta siapapun..-
Sekarang benar-benar Gunacarita ternganga-nganga. Ia
tidak saiah tangkap lagi. Dengan terbata-bata ia berkata :
- Nona eh ndoro jeng....tetapi dimana kediaman ...... -
- Anggana ! - potong Diah Windu Rini sambil menyambar
lengan Niken Anggana. Dan dengan satu hentakan, ia
menyeret Niken Anggana setengah berlari. Tetapi Niken
Anggana tidak mau mengalah.
- Akulah nanti yang menjemput paman. - serunya.
Sebentar saja mereka bertiga sudah menghilang di balik
dinding penyekat. Kemudian terdengar suara gerakan kaki
kuda. Pengurus rumah penginapan memburu meminta uang
sewa. Diah Windu Rini terdengar ribut sejenak.
- Apakah kau masih merasa kurang" Kami sudah
memborong tujuhpuluh minuman dan makanan. Kau biarkan
kami bergadang satu malam suntuk rumah penginapan inilah
yang justru harus membayar kami. - bentaknya garang .
- Nona......ini lain lain .- ujar pengurus. Rumah Penginapan.
- ini lain lain bagaimana " -
- Urusan makan minum jangan disamakan urusan pengina-
pan. Lain-lain urusannya.-
Agaknya Diah Windu Rini akan menbentak lantang tetapi
terdengar suara Gagak Ideran menengahi Kata pernuda itu :
- Cukup" - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Oh, Cukup,...,.cukup. Lebih dari cukup -
Sebentar kemudian terdengar derap kuda meninggalkan
halaman Rumah Penginapan. Suasana ruang tengah yang ikut
menjadi tegang dapat bernafas kembali. Penghuni ruang itu
seolah-olah terlepas dari suatu malapetaka. Ujar Bogel :
- Guna ! Kau tahu siapa. mereka bertiga " - -Bagaimana aku tahu" Rumahnya saja belum jelas. -
sahut Gunacarita. - Hai ! Jangan-jangan mereka
anak-keturunan Haria Giri. - Bo-
gel. tertawa menggoda . Godaan Bogel sempat membuat wajah Gunacarita pias.
Lembu Tenar dan lain-lainnya
tak kecuali. Ujar Bogel lagi :
- Gadis yang satu itu bersikap
garang dan acuh.. Bukankah
begitu " - - Tetapi yang laki-laki dan yang muda tidak. - Lembu Tenar
menyumbangkan pendapatnya.
- Bagatmana menurut pendapatmu, nek" -
Nenek Saminten mendeham, Lalu menjawab :
- Menurut pendapatku, mereka bukan satu ayah satu ibu.
Kecuali watak, tingkah-laku dan perangainya berbeda, wajah
dan perawakan tubuh mereka tidak sama pula. Mungkin sekali
mereka teman seperjalanan, -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendapat nenek Saminten memperoleh dukungan yang
berada dalam ruang tengah itu. Kesan mereka terhadap Diah
Windu Rini memang tidak berbeda jauh. Semenjak tiba di
Rumah Penginapan, Diah Windu Rini bersikap angkuh, garang
dan sengit. sewaktu Gunacarita menyinggung-nyinggung kisah
Haria Giri dan Sekar Mulatsih .
Sebaliknya, Gemak Ideran seorang pernuda berpembawaan
tenang berwibawa dan pandai menyesuaikan diri. Sikapnya
terlepas dari jalur cerita ki dalang yang mengajak penden-
garnya terlibat di dalam nya. Dan Niken Anggana" Ah, gadis
remaja itu bukan main cantiknya. la anggun, agung dan
merakyat. Dialah satu-satunya di antara mereka bertiga yang
ingin mendengarkan kisah Sondong Landeyan dan Haria Giri
lebih banyak Lagi. - Hm. - Kartamita menggumam seorang din. - Kalau Diah
Windu Rini benar-benar anak-keturunan Haria Giro, bakal
hebat Menilik watak dan perangainya, dia tidak akan mau
sudah Kita semua bakal tersangkut urusan polisi. -
Wajah, mereka semua berubah. Selagi demikian, masuklah
pengurus Rumah Penginapan sambil berseru-seru :
- Hai dengarkan Aku disuruh mengabarkan dan kalian
disuruh menyebar luaskan Barang siapa yang ingin memiliki
pedang Sangga Buwana harap berurusan dengan dia. -
- Dia siapa" - hampir berbareng mereka menegas.
- Puteri cantik itu. - - Diah Windu Rini" -
Pengurus Rumah Penginapan tidak menyahut. Seperti
kanak-kanak takut kena gebuk, ia memasuki kamar kerjanya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan suasana dalam ruang itu makin tegang. Mereka saling
melemparkan pandang dengan kepala berteka-teki.
0odwo0 http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
4. MALAM BERBINTANG SATU MUSIM HUJAN masih merata. Dan bila malamhari tiba,
suasana alarn gelap-gulita. Di angkasa yang luas hanya
nampak satu dua bintang bergetar malas. Angin membawa
rasa sejuk dingin menyakitkan tubuh.
Suara gemeresak dan desah mahkota belukar mengusik
kesenyapan. Malam-malam demikian, jarang sekali penduduk
ke luar jalan. Tetapi Gunacarita sudah terlanjur sanggup
mencari rumah Niken Anggana yang belum jelas letaknya.
Ini terjadi beberapa hari setelah peristiwa di rumah
penginapan. Ia disertai Bogel, Kartamita dan Lembu Tenar,
yang mempunyai kepentingan sendiri. Kepentingan ingin tahu,
siapakah sebenarnya Diah Windu Rini, Gemak Ideran dan
Niken Anggana. Dari arah barat berjalan satu rombongan orang Pula yang
membawa obor berwarna biru. Melihat warna obor itu,
Kartamita yang berpengalaman segera membawa Gunacarita,
Bogel dan Lembu Tenar bersembunyi. bisiknya dengan wajah
berubah hebat - Jangan bergerak, jangan berisik ! Bahaya ...... -
- Bahaya apa " - Lembu Tenar minta keterangan.
- Jangan bertanya. Kau nanti tahu sendiri. -
Dengan mendekam, mereka bertiga berada di balik belukar
yang tumbuh lebat di depan sebuah rumah gedung
berhalaman luas. Sedang mereka memperhatikan rombongan
yang datang dari arah barat, masuk pulalah tiga orang
berpedang panjang dari timur. Tiga orang itu mengenakan
pakaian hitam dengan sulaman bunga merekah warna kuning
emas. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah memasuki halaman depan, mereka duduk di atas
lantai seperti cara seseorang menghadap raja atau bupati.
Rombongan sebelah kiri yang terdiri dari sebelas orang
dipimpin oleh seorang laki-laki berperawakan ramping
berpakaian hijau. Dan yang duduk di sebelah kanan adalah
tiga laki-laki berpakaian hitam dengan sulaman bunga
merekah warna kuning emas.
Mereka saling menatap dengan wajah tegang.
Sebentar kemudian pintu besar yang menutup rumah
gedung itu terbuka lebar. Keluarlah enam orang gadis
berpakaian putih bersih. Di antara mereka adalah. Diah Windu
Rini. - Siapa yang datang " - tegur Diah Windu Rini dengan suara
kering. - A ku Srenggana, pemimpin rombongan anak-murid Mahesa
Rekta.- jawab pemimpin rombongan sebelas orang.
- Dan kamu bertiga" - Diah Windu Rini beralih pandang
kepada tiga orang yang mengenakan pakaian hitam bersulam
bunga mekar warna kuning emas.
- Aku Lingsir, Puthut dan Wisada.-
- Kalian mau apa" - - Mau bertemu Niken Anggana. - sahut mereka hampir
berbareng. - Hm. - Diah Windu Rini mendengus. - Apakah semudah
mencari kakekmu" - Mendengar serentetan pembicaraan mereka, darah ki
dalang Gunacarita mendesir. Hatinya berdebaran. Jantungnya
berdegup. Ah, kalau begitu ia terlalu semberono. Memang,
Niken Anggana tidak menghendaki dirinya datang ke
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumahnya. Niken Anggana sendirilah nanti yang akan
menjemputnya. tetapi uang enampuluh ringgit itu bukan
jumlah yang sedikit. Upah untuk Kartamita dan Bogel yang
sudi mengiringkan, masing-masing lima ringgit. Lembu Tenar
tidak mengharapkan upah. Jadi masih sisa limapuluh ringgit.
Artinya bisa dibuat menghidupi sampai ke anak cucunya.
Selagi ia hendak minta pertimbangan ketiga temannya,
tiba-tiba di tengah udara melesat dua sosok bayangan dan
turun bagai dua dewa di depan Diah Windu Rini.
- Siapa kalian" - bentak Diah Windu Rini.
Kedua orang itu tertawa lantang. Mereka mengenakan
pakaian singsat berwama hitam. Biasanya orang yang
mengenakan seragam hitam datang dari Jawa Timur.
Sahut yang berdiri di sebelah kiri :
- Kau berhadapan dengan Guntur dan Geludug.-
- Hm , kaupun berangan-angan ingin bertemu dengan
Niken Anggana" - - Buat apa" Perempuan yang melebihi kecantikannya, tidak
kurang. - sahut Guntur dengan ketus.
- Lalu " - - Mana pedang Sangga Buwana" Pedang itu berasal dari
Jawa Timur. Jadi harus kembali ke kandang nya.-
- Eh, enak saja engkau menggoyangkan lidahmu. - sahut
Diah Windu Rini dengan sengit. - Dari mana asal-usul pedang
itu, tiada seorangpun yang tahu. Yang jelas pedang itu sudah
ada semenjak jaman Sri Wijaya.-
- Baik, nah serahkan padaku ! -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi demikian, Lingsir dan Puthut melompat ke depan
dengan pedang terhunus. Tanpa berkata apapun, mereka
berdua maju menerjang. Yang berada di samping Diah Windu
Rini menangkis dengan gesit. Dan pada detik itu pula Diah
Windu Rini menabaskan pedangnya. Terdengar suara tak !
Dan kedua pedang Lingsir dan Puthut terkutung menjadi dua
bagian. - Ah ! - hadirin berseru kaget.
Dengan berjumpalitan Lingsir dan Puthut mundur ke
tempatnya semula. Guntur yang menyaksikan serangan kilat
dan akibatnya, berseru mengandung suara penasaran :
- Kau pakai pedang Sangga Buwana" -
- Masakan sampai perlu menggunakan pedang pusaka itu
hanya untuk menghadapi dua cecurut pasaran" - bentak Diah
Windu Rini seraya melemparkan kutungan pedang yang
dirampasnya. Gunacarita, Kartamita dan Lembu Tenar yang menyaksikan
perangai dan tingkah laku Diah Windu Rini jadi tambah tidak
mengerti. Mereka tahu, Diah Windu Rini semenjak di Rumah
Penginapan bersikap garang, angkuh dan sengit Malam inipun
ia bahkan membuktikan kebisaannya yang tinggi.
Apakah latar belakangnya " Benar-benarkah dia anak-
keturunan Haria Giri " Menilik pembicaraannya menyinggung-
nyinggung nama pedang Sangga Buwana, setidak-tidaknya ia
ikut terlibat di dalamnya.
Hanya saja kedudukannya kurang jelas. Apalagi bila
dihubungkan dengan kedudukan Niken Anggana yang lemah
lembut, ramah tamah dan menyenangkan. Dan gadis itu
rupanya menjadi incaran para tetamu seolah-olah dialah yang
justru menentukan masalahnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Gunacarita. - bisik Kartamita, - Inilah kediaman Niken
Anggana bertiga, Gedung besar berhalaman luas, tetapi mirip
sebuah pesanggrahan. A pakah Haria Giri berdiarn di sini " -
- Tentang itu .... tentang itu .... - Gunacarita berbimbang-
bimbang. - Menurut cerita, tempat tinggalnya susah dicari.
Gurunya banyak. Sondong Landeyan sampai menjelajah
hampir seluruh Jawa.- - Oh, begitu" - dan Kartamita tidak berbicara lagi.
Sementara itu, Lingsir dan Puthut yang sudah kehilangan
pedang tidak sudi menyerah kalah. dengan berbareng mereka
berkata: - Kalian mau minggir atau tidak" Kalau tidak, kami bisa
masuk tanpa permisi lagi. -
- Apakah kalian bisa" - ejek Diah Windu Rini .
Dengan suatu kecepatan yang susah dikatakan, Lingsir dan
Puthut melesat terbang bagaikan bayangan memasuki
ambang pintu yang terbuka lebar.
- Hai - seru Guntur dan Geludug terkejut. -Tangkas amat -
Mereka semua kemudian ikut memasuki ambang pintu.
Mula-mula Diah Windu Rini dengan pembantu - pembantunya.
Kemudian Wisada, Guntur, Geludug dan Srenggana. Setelah
itu, anak buah mereka yang membawa obor berlari-larian ikut
menyusul. Suasana di batik pintu jadi terang benderang. Lingsir dan
Puthut sudah mendarat di tanah dengan membawa senjata
andalannya. Kali ini bukan sebilah pedang panjang. Akan
tetapi masing-masing dua batang pedang pendek yang terbuat
dari baja mengkilat. Di depannya berdiri seorang laki-laki
setengah umur berpakaian singsat, berkumis pendek dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjenggot. Pandang matanya berkilat-kilat seolah-olah bisa
menembus hati. - Kamu mau bertemu siapa" - bentaknya dengan suara
menggeledeg. - Siapa yang menyimpan pedang Sangga Buwana" - gertak
Lingsir. - Hm, lalui dulu bangkai Pulunggana -
Rupanya, Lingsir dan Puthut adalah dua pendekar yang
tidak senang berbicara berkepanjangan. Begitu ditantang
Pulunggana, terus saja mereka menyerbu dengan berbareng.
Mereka lantas bertempur dengan serunya.
Sementara itu, Bogel yang mencari tempat persembunyiannya sendiri jadi penasaran. Memang ia orang
kasar yang tidak dapat memendam keadaan hatinya. Ia
mendengar suara pertempuran seru.
Segera ia uncul dari persembunyiannya dan menghampiri
ambang pintu dengan berjingkit-jingkit Semua orang yang
berada di halaman tengah sibuk dengan perhatiannya masing-
masing. Maka kedatangan Bogel sama
sekali tidak dihiraukannya. Tetapi aneh adalah tingkah Bogel. Begitu
menjengukkan kepalanya, cepat-cepat ia balik kembali seperti
diuber hantu. Dengari suara tak jelas ia berkata kepada ketiga
temannya : - Celaka Mereka sudah mampus.-
- Siapa yang mati" - Lembu Tenar minta keterangan.
- Dua orang tadi yang terbang memasuki ambang pintu. -
- Eh, masakan begitu mudah " Lembu Tenar tercengang. -
Mereka berkepandaian tinggi. Ketangkasannya melebihi setan.
Siapa yang bisa membunuhnya dengan mudah"-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Orang itu Orang gagah perkasa yang berada di tengah
halaman. - Bogel memberi keterangan.
Memang pada saat itu, tidak lagi terdengar suara
pertempuran! Lingsir dan Puthut mati terjengkang tertembus
dua panah bor yang mungkin sekali mengandung bisa
berbahaya. Dengan tenang Pulunggana menyapu sekalian yang
memasuki halaman dengan pandang matanya. Mula-mula
kepada Srenggana, Guntur, Geludug dan Wisada. Setelah itu
kepada Diah Windu Rini dengan teman-temannya. Menilik
kesannya, ia bersikap tidak bersahabat dengan Diah Windu
Rini. Diah Windu Rini Sendiri sedang memperhatikan mayat
Lingsir dan Puthut yang tergolek di atas tanah. Dia tadi
sempat terkejut menyaksikan ketangkasannya. Tetapi nyatanya mereka mati dengan mudah sekali. Hanya saja ia
belum jelas, siapakah yang membunuhnya. Pulunggana
memang gagah perkasa. Akan tetapi dia bertempur dengan
tangan kosong. Apakah diam-diam ia melepaskan panah bor
dari balik tengan bajunya " Atau ada seseorang yang
membantunya dengan diam-diam"
Guntur bergeser tempat menghampiri Geludug untuk minta
pertimbangan. Katanya dengan berbisik :
- Bagaimana menurut pendapatmu" Kelihatannya dia terlalu
hebat - - Hm. - Geludug mendengus. - Apakah engkau hendak
membiarkan pedang Sangga Buwana menjadi miliknya" -
Guntur berpikir sejenak. Menyahut :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Guru kita, paman Surasekti menghendaki pedang itu
kembali ketangannya. Guru tidak rela pedang itu jatuh ke
tangan Haria Gi ri. Apalagi dengan seenaknya saja diwariskan
kepada keturunannya. - - Apakah Niken Anggana anak Haria Giri" -
- ltupun belum jelas. Akan tetapi menurut kabar di luaran,
pedang Sangga Buwana berada di tangan nya. Kalau bukan
anak-keturunannya betapa mungkin bisa berpindah tangan.-
- Hm. - Geludug memanggut. - Alasanmu masuk akal. Kalau
begitu, mari kita mencoba mengadu untung, A pakah kau takut
mati" - - Mati" - Guntur tertawa terbahak-bahak. - Kalau aku takut
mati, apa perlu sampai keluyuran di sini. Soalnya sekarang,
kita mampu atau tidak menghadapi Pulunggana -
Selagi berkata demikian, Diah Windu Rini menimbrung :
- Hai, coba kemari Aku ingin berbicara kepada kalian
berdua.- Guntur dan Geludug saling pandang. Kemudian dengan
ragu-ragu mereka mendekat. Dalam jarak tiga langkah mereka
menghentikan langkahnya untuk menjaga segala kemungkinan. Diah Windu Rini kemudian menggapai Geludug
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berkata : - Aku mernpunyai rahasia. Kau mau dengar atau tidak " -
- Rahasia apa " - sahut Geludug tak senang.
- Kalian ingin membawa pedang Sangga Buwana pulang,
bukan" Memang, menurut sejarah pedang Sangga Buwana
tadinya berada di Belambangan. Tetapi bukan berarti milik
orang Belambangan. Meskipun demikian, kalau engkau mau
mendengarkan atau tidak saranku" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Geludug berbimbang-bimbang sejenak. Akhimya melangkah
mau mengharnpiri. Diah Windu Rini kemudian membisikkan
sesuatu ditelinganya. - Nah, kau sampaikan kepada kawanmu Begitulah caranya
agar kalian bisa pulang dengan membawa pedang Sangga
Buwana. Hanya saja, kawanmu itu harus hati-hati dan ber-
waspada. - Geludug tercengang beberapa detik. Lalu berputar
menghadap Guntur. Setelah itu ia memberi isyarat agar
mengikuti dirinya yang melangkah ke luar pintu. Tiba di
halaman depan, Geludug menarik lengan Guntur dan
dibawanya berlindung di bawah pohon. Rupanya apa yang
akan dibisikkan begitu rahasia, sehingga sedapat mungkin
jangan terlihat siapapun. Tetapi ia tidak tahu, bahwa di balik
belukar bersembunyi empat orang. Gunacarita" Bogel, Karta-
mita dan Lembu Tenar yang mengawaskan gerak-geriknya
dengan kepala berteka-teki.
- Kau mau berkata apa" - Guntur menegas.
Geludug menempelkan mulutnya kepada telinga Guntur.
tiba-tiba ia menjerit tinggi. Darah mengucur deras dari ulu
hatinya. Dengan tangan menuding dan wajah penuh tanda
tanya ia berteriak tertahan .
- Kau ... kau ..... mengapa kau ..... -
Guntur mengulum senyum sambil memperlihatkan sebilah
belati pendek di tangannya. Kemudian menyahut :
- Kau baru tahu sekarang, bukan" Kau lihat sendiri. ini
badik Belambangan yang berlumuran bisa jahat. Jadi kau tahu
sendiri. - - Tapi ..... tapi ..... mengapa kau berbuat begini " -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Guntur tidak menjawab. Pada waktu itu Diah Windu Rini
keluar pula dari pintu. Dengan langkah pelahan ia
menghampiri Geludug. Berkata dengan suara sayang :
- Biarlah aku yang menjelaskan agar engkau tidak mati
penasaran. Kawanmu ini sengaja memancing di air keruh. Dia
abdi yang setia yang ditugaskan apakah orang Belambangan
masih bernafsu mencari pedang Sangga Buwana. Ternyata
kau terpancing. Nah, selamat jalan.-
- Oh. - terdengar Geludug melepaskan ucapannya yang
penghabisan. Lalu roboh terkapar di alas tanah seperti ayam
terpotong. Pandang matanya tentunya melotot menatap udara
karena hatinya benar-benar penasaran dan penuh dendam.
Guntur membungkuki. Badiknya yang berlumuran darah
dibersihkan dengan ujung baju Geludug yang sudah tidak
bernyawa lagi. Sewaktu ia menegakkan badannya hendak
memasukkan badiknya ke dalam sarungnya, tiba-tiba dadanya
terasa sakit. Ia hanya melihat sebatang pedang berkelebat di
depan matanya. Itulah pedang Diah Windu Rini yang menikam
tepat di ulu hatinya pula.
- Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik. Maka kaupun
boleh pergi. - ujar Diah Windu Rini.
Guntur menggerung oleh rasa sakit, penasaran, kaget,
heran dan mendongkol. Dengan menguatkan diri ia melompat
mundur untuk membebaskan diri dari ujung pedang yang
menancap di dadanya. Tetapi tentu saja Diah Windu Rini tidak sudi memberinya
peluang. Diapun maju sambil menyodokkan pedangnya.
Karena pedangnya tajam luar biasa, ujungnya menembus
dada Guntur sampai di punggungnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Guntur roboh bermandikan darah. Dan pada saat itu, Diah
Windu Rini mencabut pedangnya dan dimasukkan ke dalam
sarungnya. Tenang saja sikapnya, seolah-olah tidak pernah
terjadi sesuatu. Tiga orang pembantunya yang terdiri dari puteri pula berdiri
di belakangnya mengambil sikap siap tempur.
Dengan matinya Lingsir, Puthut, Geludug dan Guntur, kini
tinggal Wisada dan Srenggana dengan orang-orangnya. Kedua
orang itu jelas dari aliran lain, tetapi mempunyai tujuan yang
sama. Mereka kini muncul lagi di halaman depan. Sebentar
mereka terlongong menyaksikan mayat Guntur dan Geludug.
Lalu berpaling kepada Diah Windu Rini dengan mulut
membungkam. - Bagaimana" - hardik Diah Windu Rini.
- Hm.- Srenggana tertawa melalui dadanya. - Rupanya,
kaupun menaksir pedang pusaka itu. Kau bisa menjebak
mereka, akan tetapi jangan bermimpi bisa berbuat semudah
itu terhadapku.- - O , begitu" - Diah Windu Rini tertawa geli. Lalu menatap
Wisada.- Bagaimana dengan engkau " -
Wisada tidak segera menjawab. Beberapa waktu lamanya ia
menatap wajah Diah Windu Rini. Baik wajah dan perawakan
gadis itu memang agung berwibawa. Akan tetapi berkesan
mengerikan juga. Dia tidak hanya pandai menggertak orang.
Tangannya gapah pula. - Nona,- akhirnya Wisada membuka mulutnya. - Sebenamya
engkau bisa dengan cara lain untuk menolong membebaskan
kedua saudaramu dari cengkeraman Pulunggana, Tidak usah
menyebar-luaskan perkara pedang Sangga Buwana sehingga
menarik perhatian orang. Akibatnya rumah ini didatangi para
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar dari semua jurusan. Aku percaya, lambat-laun nona
akan terlibat dalam suatu kesulitan lain. -
- Hm , masakan aku tidak tahu" - potong Diah Windu Rini
dengan sengit.- Apakah kalian datang kemari bukan karena
ingin memperoleh pedang pusaka itu"-
- Memang. Aku tadi sudah mengatakan. Tetapi ..... -
- Kalau aku hanya membunyikan kentungan tanda bahaya,
masakan kalian mau datang" -
Wisada berpikir sejenak. Menyahut :
- Baiklah, anggap saja alasanmu benar. Tetapi mengapa
nona justru merintangi untuk bisa maju bersama mengkerubut
Pulunggana " - - Apakah engkau tidak mengerti maksud baikku " -
- Maksud baik yang mana " - Wisada penasaran.
- Kalian begitu ceroboh. Kalian anggap Pulunggana secerpih
tembakau yang bisa kalian pilin-pilin Dia sakti luar biasa. Maka
sebelum mencoba-coba, kalian kuuji dulu. Kalau lulus, nah
barulah mempunyai arti melawan dia. Lihatlah nasib Lingsir
dan Puthut yang semberono itu !, Hanya dengan
mengandalkan suatu kegesitan mereka berani menerjang
masuk. Padahal hanya dengan sekali tabas, pedang mereka
dapat kami kutungkan. Akibatnya mereka seperti mencari
matinya sendiri. Apakah kegesitan Pulunggana hanya bisa
dilawan kegesitan semata " Otak, akal dan perhitungan harus
menjadi pegangan utama sebelum bertindak. Kalau kalian
berani mengadu untung, silahkan ! -
Srenggana tertawa terbabak-bahak. Serunya :
- Nona, engkau benar-benar pandai bemain sandiwara
Setelah kini tinggal dua orang, kau persilahkan kami memasuki
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruang dalam untuk bertempur melawan Pulunggana.
Bukankah sama halnya engkau mengadu domba Guntur dan
Geludug " - - Ah benar. - Wisada tersadar. - Sebenarnya apa sebab
mereka bisa saling membunuh" -
- Saling membunuh " - Diah Windu Rini tertawa lebar -
Akulah yang membunuh Guntur. Sebenarnya aku bermaksud
baik pula. Geludug kusuruh membisiki agar salah seorang mau
mengalah. Rupanya Guntur terlalu serakah. Khawatir akan
tidak kebagian rejeki ia membunuh Geludug selagi sedang
rnembisikinya. Orang semacam dia harus kubunuh pula. -
-Eh, enak saja engkau mengarang cerita. - Srenggana
membentak dengan wajah penasaran. - Kami belum buta.
nona. Guntur adalah kaki-tanganmu. Dia sengaja kau kirim ke
Belambangan untuk membuat desas-desus perkara pedang
Sangga Buwana, bukan " Dan ia engkau bunuh untuk
menghilangkan jejak. - Sreng ! Diah Windu Rini menghunus pedangnya. Lalu
melompat maju seraya menghardik :
- Kau terlalu banyak mengetahui. Maka kedua-duanva harus
kusingkirkan.- - Hm, apakah mudah" - ejek Srenggana. Lalu memberi aba-
aba kepada anak-buahnya : - Maju -
Sebelas orang anak buahnya berlari-larian dengan
membawa obornya. Setelah mengepung rapat, obor mereka
ditancapkannya di atas tanah. Dengan berbareng mereka
menghunus senjatanya masing-masing yang terdiri dari
kelewang, penggada, tongkat besi, tombak dan pedang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketiga pembantu Diah Windu Rini tidak tinggal diam saja.
Mereka beradu punggung, lalu maju dua langkah. Setelah
maju dua langkah, seorang demi seorang mundur selangkah.
Bila yang pertama mundur, yang kedua maju. Lalu disusul
yang ketiga dan pada saat itu pula yang kedua mundur dalam
jurusan lain. Maka siapapun tahu, itulah jurus-jurus kerjasama
yang rapih. Kelihatannya seperti maju-mundurnya sekawanan
penari, akan tetapi sesungguhnya menggenggam ancaman
yang berbahaya. sebab dengan tiba-tiba saja, kelembutan itu
bisa berubah dengan suatu kegesitan yang garang seperti
gerakan majikannya. Wisada untuk sementara tidak sudi melibatkan diri.
Rupanya dia seorang pemuda yang berhati-hati. Ia
membiarkan Srenggana dan anak-buahnya mengadu untung
dan memutuskan untuk menjadi seorang penonton yang baik.
- Tujuh maju empat lari - perintah Srengana yang
merupakan aba-aba sandi. Tujuh orang lantas saja menerjang sambil berteriak
nyaring. Yang empat lari berputaran makin lama makin cepat.
Karena itu, Diah Windu Rini di paksa pula untuk berputar
mengikuti gerakan mereka.
Celakanya yang tujuh orang menyerang maju mundur
sehingga merepotkan kedudukannya. Menyaksikan Diah
Windu Rini dan ketiga pembantunya keripuhan, Srenggana
kelihatan puas. Ia tertawa gelak. Lalu berseru
- Nona ! Kau masih berani mengangkat kepala" -
Mendongkol hati Diah Windu Rini diejek demikian.
Sekonyong-konyong ia melesat tinggi dan menyerang empat
orang yang lari berputaran. Itulah serangan kilat diluar
dugaan. Namun agaknya mereka sudah bersiaga menghadapi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemungkinan demikian, tiga orang ikut membantu. Sedang
ketiga pembantu Diah Windu Rini cukup direpotkan empat
orang dan Srenggana. - Bagus!- seru Diah Windu - Kalian sebenarnya rombongan
tetamu yang harus kusuguh minuman dan makanan dulu.-
- Siapa kesudian minum suguhan nenek-moyangmu. -
bentak Srenggana. - Ah ! Aku sudah berusaha seramah mungkin tetapi
nampaknya, kalian tidak sudi menghargai keramahan orang.
Baik. - Berkata demikian ia menikam salah seorang yang maju
menerjang. Tangan kirinya bergerak pula menghantam iga-
iga. Inilah serangan diluar dugaan orang itu lantas saja roboh
terjengkang. Menyaksikan hal itu, Srenggana mendongkol. Namun diam--
diam ia terkejut melihat kepandaian Diah Windu Rini yang
dapat merobohkan seorang anak-buahnya yang sudah terlatih
bertahun-tahun lama nya. Dengan cara yang sederhana.
Dengan mengangkat tangannya ia memberi aba-aba untuk
membalas menyerang. Sembilan orang anak-buahnya menerjang dari empat penjuru.
- Mustahil engkau bisa melawan sepuluh orang - seru
Srenggana.Dan iapun segera menggabungkan diri .
Diah Windu Rini dan ketiga pembantunya menangkis
dengan berbareng.. Suatu benturan senjata memekakkan
telinga. Akibatnya para penyerbunya tergentak mundur.
Srenggana kernbali terperanjat lagi. Pikirnya, benarkah tenaga
perempuan bisa mempunyai kekuatan begini hebat" Ia
penasaran dan ingin mengadu tenaga melawan Diah Windu
Rini. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Mengalahkan mereka harus menangkap kepalanya dulu. -
pikirnya. Retapi lagi-lagi ia tertumbuk batu. Diah Windu Rini tidak
sudi mengadu tenaga. Dengan sedikit menggeserkan letak
kakinya, ia mengelak. Akibatnya diluar dugaan. Sebab Diah
Windu Rini tidak membalas menyerang. Sebaliknya menikam
seorang anak-buahnya yang sama sekali tidak berjaga-jaga.
Cres ! Ujung pedang Diah Windu Rini menikam bawah
pundak. Yang kena tikam menjerit kaget. Tongkatnya
terpental dari genggaman. Dan tepat pada saat itu salah
seorang pernbantu Diah Windu Rini menendang tongkat dan
balik memukul majikannya dengan telak. Tak ! Dan orang itu
roboh terkapar tanpa ampun lagi.
Dua orang telah roboh. Srenggana tidak patah semangat. Ia
terus merangsak layak orang hendak bunuh diri. Justru
demikian, Dua orang roboh lagi. Dengan demikian anak-
buahnya kini tinggal lima orang. Kini dia jadi kalap. tetapi
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam keadaan terjepit, biasanya seseorang menemukan jalan
keluar. Mengapa tidak menyerang pembantu-pembantunya Diah
Windu Rini yang kepandaiannya tentunya tidak setinggi
majikannya" Memperoleh pikiran demikian, segera ia merobah
cara berkelahinya. Sekarang, ia menghadapi Diah Windu Rini seorang diri,
sedang lima anak buahnya menerjang tiga orang pembantunya. Ternyata berhasil. Salah seorang pembantu
Diah Windu Rini tertikam roboh dan mati terbanting di atas
tanah. - Kau berani membunuh pembantuku " - bentak Diah
Windu Rini. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Apakah hanya engkau saja yang berhak membunuh
orang" - balas Srenggana tidak kalah sengitnya.
Tiga orang berlawanan enam orang. Meskipun demikian
keadaannya tidak seimbang. Diah Windu Rini yang dibantu
dua orang dayangnya berkelahi bagaikan bayangan. Lambat-
laun Srenggana merasa kuwalahan. Selagi demikian, tiba-tiba
Pulunggana muncul di ambang pintu. la mengamati mereka
yang sedang berkelahi dengan menyungging senyum. Lalu
duduk di atas lantai seperti seorang penonton wayang golek.
Bogel, Kartamita, Gunacarita dan Lembu Tenar memperhatikan orang itu dengan jantung berdebar-debar.
Entah apa sebabnya, bulu kuduk mereka meremang.
Terutama Bogel yang menyaksikan betapa mudah Pulunggana
membunuh Lingsir dan Puthut dengan sekejap mata saja.
Kalau orang itu sampai ikut masuk ke dalam gelanggang
pertempuran, Srenggana dan sekalian anakbuahnya akan
kehilangan nyawanya. Wisada yang semenjak tadi menonton di luar gelanggang,
tahu diri. Pelahan-lahan ia mengundurkan diri. Lalu lari
terbirit-birit mengarah ke barat. Srenggana yang terlibat dalam
suatu pertempuran antara mati dan hidup, mendongkol bukan
main. Justru demikian cara bertempurnya jadi kacau. Dua
orang pembantunya terluka. Syukur tidak membahayakan
jiwanya. tetapi di pihak lawan, seorang dayang Diah Windu
Rini terluka Pula. Bahkan kelihatan parah.
- Hm. - Pulunggana menggerutu. - Mengapa memanjakan
lawan" - Tangannya bergerak dan belasan panah bor beracun
menyabar secepat kilat. Pada saat itu pula terdengar suara
teriakan menyayatkan hati. Srenggana dan sekalian anak
buahnya mati terjengkang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anehnya, juga kedua dayang Diah Windu Rini tidak luput
dari kematian. - Hai ! - bentak Diah Windu Rini dengan suara sengit. -
kenapa kau bunuh sekalian dayangku " -
Dengan pelahan-lahan Pulunggana berdiri. Ia tertawa
melalui hidungnya. Lalu menjawab dengan suara di antara
bunyi tertawanya : - Kaupun sudah cukup melakukan perananmu. -
Tiga buah panah bor melesat bagaikan kejapan kilat Diah
Windu Rini melompat tinggi sambil menabaskan pedangnya.
Ia berhasil meruntuhkan dua buah, akan tetapi yang sebuah
tepat menancap di tumitnya. Dengan memekik kesakitan ia
turun ke tanah dengan beriumpalitan. Hebat puteri cantik
jelita itu. Meskipun sudah terluka pedangnya masih saja dapat
mengancam dada lawan . Pulunggana memiringkan badannya sambil tertawa pelahan.
Dan sebelum Diah Windu Rini sempat menarik pedangnya, ia
roboh menubruk ke depan. - Kau.... ! Kau ..... ! - ia menudingkan pedangnya.
- Ah, mulutmu memang kelewat cerewet Nih, sekali lagi. -
potong Pulunggana. Sebuah panah bornya melesat dan
menghantam tenggorokan Diah Windu Rini dengan tepat . Kali
ini, gadis itu tidak dapat lagi membuka mulutnya. Pelahan-
lahan ia roboh tergo lek di atas tanah dengan pandang mata
penasaran. Pulunggana menunggu sampai jiwa gadis itu melayang
Kemudian dengan santai ia memasuki ambang pintu dan
menutup daun pintunya dengan rapat. Suasana di halaman
jadi sunyi mengerikan. Belasan mayat bertebaran http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermandikan darah di bawah cahaya belasan obor yang sudah
mulai buram. Bogel yang beradat panas dan sedikit urakan, kali ini
kehilangan keberaniannya. Wajahnya pucat lesi. Mulutnya
terbungkam. Bahkan kedua kakinya menggigil diluar
kehendaknya sendiri. Apalagi Lembu Tenar. Ia merasa diri
seperti terlolosi seluruh sendi tulangnya. Kartamita yang
biasanya pandai berpikir kehilangan peribadinya. Ia merasa
kehilangan akal. Tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.
Dan yang paling mengharukan adalah ki dalang gunacarita.
Orang ini hanya pandai mendalang. Dia seorang seniman
tulen. selama hidupnya belum pernah menyaksikan orang
saling membunuh. tetapi di malam gelap gulita itu, ia
menyaksikan tidak hanya seorang yang terbunuh. Melainkan
belasan orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Keruan saja ia sampai terkencing-kencing. Akhirnya jatuh
pingsan tak sadarkan diri .
Sementara itu, waktu berjalan terus. Sekalian obor telah
padam suasana malam tambah gelap pekat. Di udara hanya
nampak sebuah bintang bergetar payah di antara barisan
awan hitam yang berarak-arak. Angin sama sekali tidak
meniup. Suasana sunyi menjadi hening. Hening yang
menggeridikkan bulu roma. Sebab di depan rumah gedung itu
berserakan mayat-mayat yang belum dikebumikan.
Akhirnya Kartamita dan Bogel dapat merebut kesadarannya
kembali. Segera mereka meraba Lembu Tenar agar beralih
tempat. Kemudian kepada Gunacarita. Tetapi ki dalang masih
saja jatuh pingsan. - Celaka - bisik Kartamita cemas.- Ayo kita bawa beramai-
ramai. Kalau ketahuan, kita bakal kehilangan jiwa. -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Peringatan Kartamita tidak perlu diulangi lagi. Semua
temannya sadar akan bahaya yang mengancam. Maka dengan
memaksa diri, mereka menggotong gunacarita. Lembu Tenar
dan Kartamita masing-masing mengangkat kakinya, sedang
Bogel bagian punggung sampai kepala. Bau kencing yang
teruar dari celananya yang basah kuyup tidak dihiraukan lagi.
Setelah kira-kira duaratus meter meninggalkan tempat,
Bogel menegas : - Mau dibawa ke mana " -
- Jalan terus - ajak Kartamita. - Yang jelas, kita tidak bisa
balik pulang ke penginapan. Kita mencari sebuah gubuk untuk
istirahat.- - Hm - nafas Bogel memburu. - Babi ini kenapa terkencing-
kencing" Hai, bangun ! -
Gunacarta tidak terusik. Bahkan ia seperti orang mampus.
Punggungnya yang terkatung-katung nyaris mengesek tanah,
namun tetap saja ia kehilangan kesadarannya.
- Kita berhenti dulu ! - usul Bogel.
Dengan hati-hati mereka meletakkan Gunacarita di alas re-
rumputan. Kemudian beristirahat melepaskan lelah. bukan
main pengalaman sebentar tadi. Berbagai kesan bercampur
aduk menjadi butiran-butiran perasaan yang tidak menentu.
Karena itu, lama mereka berdiam diri.
Kira-kira limapuluh meter di seberang jalan terdengar suara
air bergemericik. Itulah suara arus anak sungai yang
menumbuk-numbuk batu-batu penghalangnya.
- Kartamita, sekarang kita ke mana" - Bogel minta
pendapatnya. Itu berarti ia mengakui Kartamita yang pandai
berpikir di antara mereka berempat.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Kita tunggu dulu sampai Guna sadar kembali. - sahut
Kartamita dengan suara kering. - Lalu kita kembali ke
penginapan. Seterusnya kularang kalian membicarakan
penglihatan malam ini, kalau masih sayang pada jiwa sendiri.-
Lembu Tenar menghela nafas. la mendongak ke udara
merenungi bintang yang satu itu. Bintang yang bergelar
sendirian. beberapa waktu kemudian ia meruntuhkan
pandang. Mencoba minta pendapat teman-temannya .
- Andaikata aku terpaksa atau dipaksa untuk berbicara
perkara ini, apa yang harus kukatakan selain hanya
menyaksikan peristiwa saling membunuh" Apa lagi" -
- Bagaimana kalau engkau dipaksa mengisahkan mula-mula
kita mengenal Diah Windu Rini sampai sampai.... - ujar Bagel
dengan suara bergemetar. - Ya....aku cuma bisa berkata, dia mati terbunuh. Yang
membunuh orang bernama Pulunggana. - jawab Lembu Tenar
sulit. Bagel tidak puas dengan jawaban Lembu Tenar. akan tetapi
apa yang membuatnya merasa tidak puas, ia tidak tahu
sendiri. Kartamita rupanya dapat membaca keadaan hatinya
Katanya hati-hati : - Aku tahu, kau ingin Lembu Tenar mengutarakan kesan
hatinya perkara Diah Windu Rini, bukan " -
- Benar, benar Aku mernang manusia yang tidak bisa
menyimpan hati. - sahut Bagel cepat. - Sebenarnya bagaimana
dia" - - Kau maksudkan siapakah dia sebenarnya " -
- Ya, ya, ya..... - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Dengan sesungguhnya, akupun tidak tahu.- Kartamita
menghela nafas setengah mengeluh. - Kita melihat suatu
pertempuran. Jelas sekali, kita semua menyaksikan. Akan
tetapi anehnya, justru jadi tidak jelas. -
- Tidak jelas bagaimana" -
- Kau bisa menjawab, siapa yang datang meluruk rumah
Diah Wtndu Rini" - Kartamita menguji.
Bagel dan Lembu Tenar saling pandang. Lalu terlongong--
longong. Akhirnya mereka mengaku tidak mengerti.
- Tidak jelas, bukan" - Kartamita,rnenegas.
- Ya.- mereka menjawab berbareng.
- Apakah kalian yakin Pula, bahwa rumah itu adalah
kediaman Diah Windu Rini " -
Bagel dan Lembu Tenar menggelengkan kepalanya:
Sejenak kernudian Lembu Tenar menjawab :
- Yang bisa menjelaskan kukira hanya Guna. Sebab Guna
yang membawa kita kemari. -
Kartamita menimbang-nimbang sejenak. Lalu membenarkan. Katanya lagi :
- Pihak yang datang sudah jelas. Mereka mempunyai
maksud tertentu. Yang satu ingin merebut pusaka pedang
Sangga Buwana.Yang lain datang untuk bertemu dengan
Niken Anggana. Ada lagi yang mengesankan, bahwa Niken
Anggana Tertawan. Tertawan oleh siapa " -
- Benar. Tertawan oleh Siapa " - Lembu Tenar mengulang
permasalahan itu. - Padahal, bukankah Niken Anggana
setidak-tidaknya termasuk keluarga Diah Windu Rini " Ingat di
penginapan dulu Dia di bawa lari Diah Windu Rini. Dara yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik luar biasa itu tidak membantah. Jadi menurut akal
sehat, Diah Windu Rini yang menawan Niken Anggana dengan
maksud tertentu. - - Tetapi mengapa dia membiarkan orang yang bernama
Pulunggana berada di dalam" - bantah Bogel.
- Akulah yang menyaksikan, bahwa orang itu berdiri tegak
bagaikan patung di depan pintu masuk ruang dalam. Lalu
dengan sekali menggerakkan tangan membunuh dua orang
pendekar yang menerobos masuk ke dalam. -
- Lebih hebat lagi, Pulunggana kemudian membunuh Diah
Windu Rini dengan sisa dayang-dayang nya. Siapakah yang
bisa memecahkan teka-teki yang rumit ini " - sambung
Kartamita. Bogel berpikir sebentar. Latu menjawab seperti diingatkan
sesuatu : - Eh, bukankah Diah Windu Rini berkata bahwa sebelum
mereka bertanding melawan Pulunggana harus diujinya dulu"
Maksudnya agar mereka tidak mati Kalau ditilik ucapannya, ia
sendiri perlu teman untuk diajak mengkerubut Pulunggana.
Jadi ia bermaksud baik. Tetapi mengapa dia tiba-tiba mengadu
domba antara Guntur dan Geludug agar saling membunuh "
Setelah Guntur membunuh Geludug, dia sendiri yang
membunuh Guntur. Ah, entahlah entahlah....aku memang
orang kasar yang tidak pandai rnelihat yang jauh-jauh.-
- Bogel ! - tungkas Kartamita. - Kau tak perlu menyalahkan
dirimu sendiri. Aku sendiri tidak dapat menebak teka-teki yang
rumit ini. Kita tunggu dulu penjelasan Gunacarita. Yang
pertama, siapakah yang menyuruh dia datang ke rumah itu.
Kedua, perihal pedang Sangga Buwana. Ketiga, bagaimana
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nasib pendekar Sondong Landeyan. Keempat , bagaimana
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Haria Giri dan Sekar Mulatsih. kelima, Pitrang anak Sondong
landeyan dan Sekar Mulatsih masih hidup atau sudah mati"
Setelah menjadi jelas, barulah kita kembali ke Rumah
Penginapan di Ngawi. Kita perlu minta penjelasan, benar-
benarkah Diah Windu Rini yang menyuruh dia menyebar
luaskan perkara beradanya pedang Sangga Buwana" -
- Kartamita ! - Lembu Tenar menyela. - Pikiranmu benar-
benar cemerlang. Aku takluk. Kau seperti bisa menyingkap
tabirnya selembar demi selembar. Ya, kukira kita akan jadi
jelas untuk dapat membaca peristiwa malam ini setelah
memperoleh penjelasan Gunacarita. Cuma, babi ini masih saja
kehilangan kesadarannya. Bagaimana kalau dia kita rendam di
anak sungai itu " Kalau tidak, sampai kapan kita menunggu
dia siuman kembali. - - Itu perkara mudah. - kartamita tidak setuju. - Yang
penting, aku mengulangi peringatanku. Kita jangan membicarakan peristiwa malam ini kepada siapapun. Kalau
tidak, kita bakal kehilangan jiwa. Alasanku begini. Kita ini
sebenarnya sedang tercekam oleh suatu peristiwa yang layak
berlaku dalam mimpi buruk atau khayal yang indah. Sebab
kita melihat bermacam-macam kepandaian orang. Memang, di
dunia ini banyak orang yang berkepandaian Tetapi kita cuma
mendengar ceritanya dan bukan kenyataannya. Dan malam ini
kita melihat berbagai macam pendekar yang memperlihatkan
kepandaiannya Selain tangkas menggunakan senjata, kaki dan
tangannya, mereka bisa melesat bagaikan sosok baya ngan
Menyaksikan penglihatan demikian, hati kita tergugu. Kita
kagum luar biasa. Dan yang kedua kita ketakutan sewaktu
melihat mereka saling membunuh. Harga jiwa manusia tidak
melebihi jiwa ayam potong. Apa lagi sikap orang yang
bernama Pulunggana. Kalau dia bisa memperlakukan para
pendekar demikian kejam, apalagi terhadap kita yang tidak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai bobot hidup. Sebab kesaksian kita bisa dianggap
membahayakan dirinya. Kecuali dia, masih ada satu orang lagi
yang lolos. Dialah pendekar Wisada. Kita tidak tahu, dia
manusia baik atau tidak. Yang jelas, dia mempunyai otak.
Melihat musuhnya terlalu perkasa dengan diam-diam ia
melarikan diri. Artinya, ia berharap siapapun jangan
mengetahui ke mana atau di mana dia bersembunyi. Bahkan
dia berharap, semoga Pulunggana menganggap dirinya sudah
mati di tangan Diah Windu Rini. Karena itu, bila kita
membongkar rahasianya .... -
- Membongkar rahasianya" - seru Lembu Tenar
menyangkal. - Maksudku dengan tidak sengaja kita membicarakan dia
yang lari meninggalkan gelanggang, kita bakal diancam
bahaya maut dari dua jurusan. Yang pertama dari dia sendiri.
Yang kedua dari orang yang menghendaki dia harus mati dan
yang ingin menyimpan atau merahasiakan peristiwa pembunu
han sebentar tadi., Kahan mengerti " -
- Mengerti.- Bogel dan Lembu Tenar mengangguk dengan
berbareng. - Karena itu, kita jangan membicarakan coal itu lagi. -
Kembali lagi dua orang itu mengangguk dengan sungguh--
sungguh. Tiba-tiba Gunacarita memperoleh Kesadarannya
kembali. Seperti terhentak ia menegakkan badan dan hendak
berseru nyaring. Cepat-cepat Kartamita membekap mulutnya.
- Ssst ! Jangan keras-keras Kau dengarkan saja
keteranganku. Kita sudah berada di luar halaman rumah maut
itu. - Setelah berkata demikian pelahan-lahan Kartamita melepas-
kan bekapannya. Gunacarita lantas saja minta keterangan :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Di mana kita sekarang " -
- Di tengah hutan. Lihat sendiri -
- Aku mau berak. - ujar Gunacarita.
Bogel dan Lembu Tenar yang setengah rnendongkol
menyahut hampir berbareng :
- Kau babi yang membuat kita susah saja. Kau sudah satu
jam setengah mampus. Sudah begitu, bau kencingmu luar
biasa. Sekarang mau berak Pula. Sana ! Tuuu .... ada anak
sungai - Dengan membungkuk-bungkuk Gunacarita turun ke sungai.
Lalu berjongkok membuang hajatnya. Crot, crot, crot ! Tepak
tepung. Suasana malam yang sunyi hening jadi agak ricuh.
Trot, dut, tutuuuut .... brot !
- Buseeettt....! Sudah berak kentutmu nerocos. - Maki Bogel
gemas. - Biarkan dulu Biar lega dulu perutnya- Lembu Tenar mau
mengerti - Siapa tahu pikirannya jadi jernih-
- Dia makan apa saja sih tadi " - Bogel masih saja
menggerutu. Sebab dialah yang merasa tersiksa karena harus
mengangkat bagian kepala sampai punggungnya seorang diri.
- Daripada dia berak sepanjang jalan, bukanlah lebih baik
nongkrong di situ " -
- Ya betul. - akhirnya Bogel mengamini. Lalu berseru : - H ai
Guna Celanamu cuci dulu Kau tadi makan jengkol, ya" Bau
kencingmu kaya kentut kuda, -
Lembu Tenar dan Kartamita terpaksa menyabarkan diri
menunggu Gunacarita melaksanakan permintaan Bogel. Mula-
mula dengan setengah telanjang Gunacarita memeriksa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
celananya. Karena gelap malam, ia terpaksa merabanya
Benar, pipa celananya basah. Ia jadi heran. Minta penjelasan :
- Kapan aku kencing" -
Lernbu Tenar dan Kartamita bisa memaidurni keadaan
Gunacarita, Dia terkencing-kencing oleh rasa takut yang
menyengat segenap perasaannya. Barangkali dilakukan diluar
kesadarannya. Sebaliknya Bogel yang berperangai kasar menggerutu
panjang-pendek. Sahutnya setengah memaki :
- Kau sunati saja anumu, biar tidak kencing di sembarang
tempat. - Lambat-laun Gunacarita bisa mengingat apa yang sudah
terjadi. Maka dengan berdiam diri, ia mencuci celananya
bersih-bersih lalu diperasnya. sekuat tenaga. Karena tidak
membawa pakaian lain, terpaksalah ia mengenakannya. Lalu
dengan terbata-bata ia menghampiri ketiga temannya.
- Sungguh mati Maaf....sekali lagi maaf Selama hidupku be-
lum pernah menyaksikan peristiwa demikian. Aku....aku.... - ia
berkata tergagap-gagap - Sudahlah - tungkas Kartamita. - Semua orang termasuk
kita ini pasti ketakutan setengah mati menyaksikan peristiwa
yang mengerikan itu. Sebenarnya, siapakah yang menyuruh
engkau datang ke rumah itu " -
- Terus terang, tidak ada. - sahut Gunacarita dengan suara
merasa salah. - Tidak ada" - Kartamita dan Lembu Tenar menegas.
- Tidak ada. - - Sumpah" - gertak si Bogel yang kasar.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Sumpah. - - Berani bersumpah" - Bogel masih perlu yakin.
- Berani bersumpah.- sahut Gunacarita dengan suara tegas.
Mendengar lagu suara Gunacarita, Kartamita, Lembu Tenar
dan Bogel mau percaya. Kartamita kemudian membawa Gunacarita berjalan. Lalu
berkata seperti sedang membujuk anak kemarin sore :
- Lalu apa yang membuatmu datang ke rumah itu " -
Gunacarita tidak segera menjawab. Setelah berdiam
menimbang-nimbang akhirnya mengaku. Katanya
- Terus terang aku kemaruk uang.-
- Karena jumlah uang, maksudmu " -
- Ya. Bukankah enampuluh ringgit jumlah yang tidak sedikit.
Kalau hemat bisa kubuat penopang selama hidupku. Aku bisa
beli sawah, ladang dan rumah. Kukira tidak sampai sepuluh
ringgit. lainnya bisa kubelikan ternak, kebon kelapa .....
pendek kata .... - - Jadi hanya disebabkan jumlah uang itu" - potong
Kartamita. - He-e. Demi Tuhan ! Demi Malaikat ! Demi semuanya.-
Gunacarita bersumpah. - Karena sudah tiga hari tidak ada
kabar beritanya, aku mencoba-coba mencari keterangan di
mana rumah Raden Ajeng Diah Windu Rini atau kediaman
Raden Ajeng Niken Anggana, Pada suatu kali seseorang
membawaku ke sini. Itulah sebuah gedung besar yang
sebentar tadi kita kunjungi. Lalu aku membawa kalian. Apakah
ada yang aneh " - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Siapa yang membawamu kemari " - Kartamita minta
penjelasan. - Dia berkereta dan dengan ramah aku diperkenankan
duduk di samping sais.- - Apakah dia berdiam di rumah itu pula " -
- Dia melanjutkan perjalanan ke Sukawati. (baca : Sragen).-
Kartamita tidak berbicara lagi. Bogel dan Lembu Tenar
kemudian berpesan peristiwa sebentar tadi jangan di
bicarakan lagi. Pendek kata jangan sekali-kali disinggung-
singgung. Sebab jiwa bisa jadi taruhan. Dan Gunacarita mau
mengerti. - Kau masih mengharapkan enampuluh ringgit itu lagi atau
tidak" - Bogel menegas.
- Biar disambar geledek, tidak lagi. - jawab Gunacarita
dengan sungguh-sungguh. - Esok pagi aku mau melanjutkan
perjalanan ke Kediri.- - Bagus - Bogel setuju Lalu minta pendapat Kartamita : -
Bagaimana pendapatmu" -
Sambil berjalan pelahan-lahan, Kartamita berkata kepada
Gunacarita : - Sebenarnya, bagaimana riwayat pendekar besar Sondong
Landeyan setelah berpisah dari Sekar Mulatsih" Apakah
pedang Sangga Buwana masih berada di tangan Haria Giri"
Bagaimana pula nasib Wigagu yang terluka dan Sukesi " -
- Tentang mereka semua hanyalah kuketahui menurut tutur
kata pakem pedalangan. Jadi aku tidak menyaksikan sendiri. -
ujar Gunacarita. - Tutur pedalangan bagaimana" - Bogel menegas.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Artinya dari pakem pedalangan yang kuwarisi dari
guruku.- - Apa kata gurumu" - desak Bogel.
- Bukan aku pernah berkata satu bulan belum tentu selesai
" - - Baiklah, ! - Kartamita menengahi. - Sebenarnya kami
semua ini ingin memperoleh kejelasan latar belakang
terjadinya peristiwa tadi. Mereka saling berbunuhan karena
ingin memperebutkan pedang Sangga Buwana. Benarkah itu
"- - Bagaimana aku tahu" -
Mendengar bunyi jawaban Gunacarita, Bogel hampir tidak
sabar lagi. Syukur, Kartamita buru-buru mendahului. Ia
memaklumi jalan pikiran Gunacarita. Dia hanya seorang
dalang. Bukan saksi mata atau polisi yang bertugas melacak
suatu peristiwa sampai tuntas. Maka dengan suara sabar dan
mau mengalah, ia berkata :
- Baiklah, biarkan kita sendiri yang menggerayangi
terjadinya peristiwa itu. Sekarang maukah engkau bercerita
tentang sepak terjang pendekar Sondong Landeyan sebagai
upah kita mengiringkan engkau sampai di sini " Cerita apa
sajalah, asalkan mengenai pendekar Sondong Landeyan dan
Pitrang. - Gunacarita berhenti melangkahkan kakinya. Beberapa
waktu lamanya ia berdiri tegak bagaikan patung yang tidak
pandai berbicara. Kartamita yang pandai berpikir tahu, bahwa
Gunacarita sedang mengumpulkan daya ingatannya untuk
meringkas rangkaian cerita yang tentunya panjang sekali.
Kalau tidak mungkin barangkali dia sedang rnemilih bagian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cerita yang mungkin jadi penerangan terjadinya peristiwa
sebentar tadi. Sebaliknya Bogel yang berperangai kasar tidak bisa
memahami. Dengan setengah mendongkol ia mengancam:
- Kau jangan membuat kita jengkel. Lihat kau berada di
tengah hutan. Kalau kita lari cerai-berai, kau bakal berjalan
seorang diri.- - Hei ! hei! Bukan begitu! bukan begitu ! - Gunacarita
gugup. - Cerita itu mungkin sekali tidak cukup sate bulan.
Sekarang kalian menghendaki aku memilih sekian rangkaian
cerita jadi sebuah cerita saja. Hayo katakan padaku dari mana
aku harus mulai - - Mana aku tahu" - Bogel tidak mau mengalah.
Gunacarita meruntuhkan pandang. Ia tahu, dirinya harus
meluluskan permintaan Kartamita. Kalau tidak, dia bakal
ditinggal seorang diri. Akhirnya ia berkata acak-acakan :
- Baiklah ! Aku akan mulai sewaktu Pitrang sudah berurnur
lima tahun saja. Singkatnya, pendekar Sondong Landeyan
sudah hidup setengah pendekar. Ia menjauhi pergaulan. Dan
Pitrang diasuh oleh Wigagu dan Sukesi yang sudah menjadi
muridnya. - - Ah Jadi mereka kemudian menjadi murid pendekar
Sondong Landeyan" - Lembu Tenar berseru setengah
bersyukur. - Ya. Bukankah Wigagu pemuja Sondong Landeyan" Tentu
saja ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang bagus.
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah sembuh ia bersujud kepada Sondong Landeyan agar
pendekar besar itu berkenan menerimanya sebagai murid.
Sukesi demikian Pula. Karena Sondong Landeyan memerlukan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga mereka berdua untuk ikut serta menjaga Pitrang, ia
menerima permintaan mereka dengan senang hati. Hanya
dalam waktu kurang dari empat tahun, mereka memiliki
kepandaian yang tinggi. Kemudian Sondong Landeyan
menerima seorang murid baru lagi, Namanya Puruhita. Ketiga-
tiganya menjadi ahli pedang dengan keahliannya masing-
masing. Pada suatu hari, mereka bertiga disuruh menjemput
Pitrang pulang dari pertapaan Jalatunda. Di pertapaan itu
bermukim paman guru Sondong Landeyan yang sakti luar
biasa. Pertapa itu bernama Ki Ageng Telaga Warih. Seorang
pertapa yang aneh tabiatnya. Pada jaman mudanya ia banyak
membunuh musuh-musuhnya. setelah berusia tujuhpuluh
tahun ia bersembunyi di sebuali goa yang hanya diketahui oleh
Sondong Landeyan dan ketiga muridnya. Tempat tinggalnya
harus dirahasiakan. Dan Pitrang tinggal dalam pertapaan itu
selama dua tahun untuk meneri ma ajaran-ajaran dasar. Nah,
dari sini raja aku mulai. -
- Bagus Kartamita bertiga berseru berbareng. - Jadi usia Pi-
trang sudah Jadi tujuh tahun, bukan" -
- Ya,- - Hayolah mulai ! - Bogel tidak sabar lagi.
- Tetapi sampai di mana aku harus berhenti " -
- Sampai kita kembali ke Rumah Penginapan di Ngawi.-
- Setelah itu kita tidak boleh berbicara lagi. Kukira waktu
belum lewat tengah malam. Usahakan begitu matahari terbit,
cerita itu sudah selesai. Maksudku bagian yang akan kau
ceritakan ini. - Ki dalang Gunacarita mengangguk. Kemudian ia memperbaiki diri seperti gayanya tatkala bercerita di Rurnah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penginapan dulu. Ia mendeham tiga kali. Mendongak udara
yang gelap gulita Lalu mulai membuka mulutnya.
0odwo0 http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
5. TAMU YANG MENGEJUTKAN SUNGGUH Semenjak Amangkurat IV naik tahta, di dalam
negeri terasa terjadi perpecahan kekuasaan. Blok Raja, Blok
Patih Danurejo dan Kompeni Belanda. Lalu disusul pecahnya
para penguasa daerah yang jadi saling curiga dan saling
mengamati. Pangeran Cakraningrat dari Madura, Adipati
Jayaningrat di Pekalongan, Adipati Citrasoma Jepara, Arya
Jayasentika Kudus dan Tumenggung Puspanagara Adipati
Batang. Masih ditambah lagi dengan permaisuri Ratu Pakubuwana
dan selir-selirnya. Dan karena merasa bermusuhan, masing-
masing membuat kekuasaan dan menyusun kekuatan secara
diam-diam. Orang-orang pandai, para pendekar dan dukun-dukun sakti
dihimpun dan ikut memegang peranan. Bahkan begal-begal,
perompak, maling dan bangsat tak terkecuali. Dan yang jadi
korban tentunya rakyat jelata yang tidak tahu menahu .
Mereka saling memfitnah. Saling membunuh. Saling
membegal. Saling menipu. Dan yang menjadi korban pertama
adalah Pangeran Blitar, Pangeran Purbaya dan Arya
Mangkunagara Putera sulung Ratu Mas Ayu Sumarsa. Arya
Mangkunegara diasingkan dan akhirnya meninggal di
pengasingan pula. Dan kekuasaan Patih Danureja makin
menjadi-jadi. Siapa yang tidak tunduk dan patuh padanya,
disingkirkan atau hilang begitu saja dari peredaran hidup.
Dalam hal ini pendekar Sondong Landeyan adalah salah
seorang yang terkena getahnya pula. Isterinya dilarikan orang.
Pedang Sangga Buwana lenyap dari pinggangnya. Padahal dia
seorang ahli pedang satu-satunya yang pantas menyoren
pedang pusaka tersebut. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Syukur, ia seorang pendekar yang berwatak sederhana dan
tidak berambisi. Dilupakan semua kepedihan hatinya yang
memukul dirinya dengan mendaki gunung lebih tinggi lagi
agar dapat mengasuh Pitrang, anak satu-satunya, dengan
aman damai. Sebaliknya, pamannya yang bemama Ki Ageng
TelagaWarih tidak demikian. Tanpa permisinya, ia turun
gunung dan melakukan pencarian terhadap pedang Sangga
Buwana Sekar Mulatsih boleh dirampok orang, akan tetapi di
dunia ini hanya ada sebatang pedang pusaka yang pantas
diperebutkan dengan darah dan jiwa.
Telaga Warih adalah seorang sakti yang mempunyai watak
aneh Kecuali ilmu kepandaiannya sangat tinggi, orangnya
rada-rada sinting. Apalagi dia sedang turun untuk mewakil
balas dendam kemenakan-muridnya. Tangan dan kakinya jadi
gapah. Siapa yang dicurigai dipaksa mengaku. Setelah
Titisan Pamungkas 1 Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi Pendekar Pemetik Harpa 28
Sondong Landeyan menggelengkan kepalanya. Lalu
menyahut : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Anak muda dalam kelenteng itulah yang menyebutkan
namanya. - - Kalau begitu, adik berada dalam kelenteng itu " -
- Ya. Bukankah kakang Suratenung menemukan kudaku di
belakang ... - - Ah - Suratenung tercengang. - Kalau begitu aku tidak
mempunyai mata. Hm, benar-benar lamur Benar-benar goblok
Anak kemarin sore saja sudah bisa mengelabui aku.-
- Hm, taruh kata kau tahu itu kuda adik Sondong Landeyan,
kau bisa apa" - tegor Surapringga.
Suratenung tergugu. A hhirnya hanya meringis seperti orang
sedang menahan rasa ingin membuang hajat besar.
- Baiklah. - ujar Sondong Landeyan yang tidak pandai
bergurau pula. - Kakang Surasekti berkata bahwa sekarang ini
sudah kasep. Kalau begitu, apakah Haria Girl berada di dekat
tempat kita berada" -
- Benar. Tidak jauh dari sini. - sahut Surasekti sambil
menunjuk ke arah timur. - Kalau begitu, sampai di sini saja kita berpisah. Aku mohon
maaf, karena terpaksa membunuh kuda kakang Suratenung. -
- Tak apa. Kita masih mempunyai dua ekor. Cukup untuk
kita bertiga.- buru-buru Surasekti bertiga menungkas.
Hari sudah pagi, karena itu dengan mudah Sondong
Landeyan dapat mengikuti jejak Sarayuda suami-isteri yang
meninggalkan bekasnya di atas tanah basah. Menjelang
matahari sepenggalah tingginya, ia tiba di sebuah desa
persinggahan. Karena semalam ia tidak sempat makan atau
minum, maka ia merasa perlu untuk singgah di sebuah rumah
makan pedusunan yang sederhana namun cukup luas.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Apakah ada yang dapat mengurus kudaku" - ia bertanya
kepada seorang pelayan. - Ada. - sahut orang itu.
- Siapa" - Aku sendiri. - Sondong Landeyan merogoh sakunya. Tiba-tiba tersentuh
uang ringgit Suratenung. - lh - ia terkejut. - Mengapa aku lupa mengembalikannya" -
Memikirkan hal itu ia terlongong sejenak. Lalu mengangsurkan uangnya sendiri kepada orang itu. Kebetulan
dalam rumah makan tidak begitu banyak jumlah tetamunya.
Maka ia dapat memilih tempat duduk yang mempunyai
penglihatan leluasa. - Mudah-mudahan aku masih mempunyai kesempatan
untuk bertemu lagi. - ia setengah berdoa di dalam hati -
Tetapi mengapa aku bisa lupa" Jangan-jangan ada
pengamatanku yang kurang puIa. Semenjak berumah tangga,
Sondong Landeyan sebenarnya tergolong seorang pendekar
besar yang sudah mengundurkan diri dari percaturan
masyarakat, Kalau raja ia masih bertempur mengadu
kepandaian, lantaran terpaksa melayani kehendak tetamunya.
Beda dengan yang harus dilakukan sekarang ini. Dulu
mengadu tenaga semata, sekarang ketajaman pikiran harus
ikut serta. (yang dimaksudkan ki dalang, selama dua atau tiga
tahun terbiasa hidup pasif - sekarang harus aktif karena dia
yang mengambil inisiatif ).
Sambil menunggu makanan yang disediakan, ia menyelusuri perjalanannya mulai dari saat meninggalkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah sampai memasuki kelenteng. Tiba-tiba suatu ingatan
membuat darahnya tersirap.
- Hai ! Mengapa Wigagu bersikap tidak senang terhadap
Haria Giri" Dia bersedia menolong Sarayuda. Padahal
Sarayuda bekeua untuk Haria Girl. Sikapnya yang aneh perlu
dipertanyakan.Kalau dipikir-pikir aneh juga tindakan Haria Giri
- pikirnya lagi. - Mestinya dia harus selalu berada di tengah
Ratu Sumarsa dan kedua puteranya. Mengapa ia seperti
memisah" - Memikir sampai disini, Sondong Landeyan merasa seperti
menghadapi teka-teki yang tidak mudah dijawabnya.
Nampaknya sederhana, tetapi terasa ruwet. Demikianlah
setelah mengisi perut, segera ia hendak melanjutkan
perjalanannya. Sekonyong-konyong ia melihat berkelebatnya
suami-isteri Sarayuda. Rupanya merekapun memerlukan
mengisi perut setelah melalui malam yang tegang. Hanya saja
mereka singgah di sebuah kedai lain.
Buru-buru Sondong Landeyan membayar harga makanan
dan minuman. Lalu menitipkan kudanya. Setelah itu ia
mengejar Sarayuda dan isterinya. Agaknya Sarayuda dan
isterinya lain sekali keadaannya bila dibandingkan dengan
semalam. Mereka dapat bergerak cepat dan leluasa. Dan
setelah berada di luar dusun, mereka melanjutkan
perjalanannya dengan berlari-larian kencang.
Dengan gesit dan tangkas mereka menyeberangi pengempangan sawah yang berlika-liku dan menerobos semak
belukar. Tak usah diterangkan lagi, bahwa mereka semalam
hanya berpura-pura menderita luka berat .
Beberapa orang muncul dari balik ilalang yang tumbuh lebat
di sekitar rumah terpencil itu. Mereka mengenakan pakaian
seragam berwarna kemerah-merahan. Sondong Landeyan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berada di belakang Sarayuda tercengang. Inilah seragam
pakaian kepatihan. Mengapa anak buah Patih Danureja berada
di wilayah Jawa Timur"
- Sarayuda Kau berhasil" - tegor seorang tinggi besar.
- Ya, ini di sini.- sahut Sarayuda sambil mengacungkan
bungkusan yang di bawanya.
- Bagus Nah, kau boleh membawa majikanmu. Tetapi kalau
palsu, kalian bertiga jangan harap bisa melihat matahari lagi.-
Perlahan-lahan Sarayuda berdiri. Dengan membimbing
tangan isterinya ia melangkah ke depan. Lalu berteriak nyaring
: - Tuan Haria Giri Aku Sarayuda. -
Tak lama kemudian terdengar jawaban seorang dengan
suara lemah : - Aku lebih senang bila mereka pergi. -
- Baik. - Dengan serta merta Sarayuda mencabut kelewangnya
(semacam pedang berbentuk agak lengkung) lalu menerjang
orang besar itu. isterinya tidak mau ketinggalan pula.
- Kurangajar ! - orang itu mengelak. Lalu berseru : -
Tangkap pengkhianat ini Bacok mulut Haria Girl ! -
Rupanya orang tinggi besar itu pemimpin mereka.
Mendengar aba-abanya, mereka memencar menjadi tiga
bagian. Dua orang masuk ke dalam rumah dengan menghunus
senjata. Lainnya bergerak mengepung Sarayuda dan isterinya.
Sondong Landeyan sempat mendengar orang yang berkata
dari dalam rumah. Itulah suara orang yang sangat dikenalnya.
Siapa lagi kalau bukan Haria Giri. Seketika itu juga, ia sudah
dapat menarik kesimpulan. Agaknya Haria Giri tertawan oleh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasukan kepatihan. Apa penyebabnya, tentu saja belum
diketahui. Yang jelas, Haria Giri adalah salah seorang
pengawal andalan raja. Kalau sampai bermusuhan dengan
orang-orang kepatihan, bukan suatu hal yang mengherankan.
Barangkali masalah berebut pengaruh. orang-orang
kepatihan tentunya mendongkol apa sebab bukan mereka
yang bertugas menyongsong Ratu Sumarsa pulang ke ibukota
kerajaan. Mereka lupa, bahwa selain menjadi pengawal
andalah Sri Baginda, Haria Giri adalah salah seorang yang ikut
serta merebut hati Ayu Sumarsa. Sudah sepantasnya, dia
pulalah yang tepat sekali dipilih menjadi utusan raja yang
bertugas menjemput Ratu Ayu Sumarsa dari Blitar.
Haria Giri sendiri adalah sahabat Sondong Landeyan
semenjak jaman mudanya. Mereka berdua sama-sama
menjadi pengawal andalan raja. Selalu bekerja sama dan
saling membantu. Kalau saja kini berpisah adalah masalah
lain. Itulah sebabnya begitu melihat bahaya mengancam Haria
Girl, tanpa berpikir panjang lagi Sondong Landeyan melompat
ke arah pintu masuk sambil melepaskan pukulan geledeknya.
- Tahan - Melihat berkelebatnya bayangan Sondong Landeyan, lima
orang yang berjaga-jaga di depan pintu membalikkan
tubuhnya untuk menyambut Tangan mereka beradu dengan
tenaga gempuran Sondong Landeyan.
Seketika itu juga, mereka terbang menghantam dinding.
Bres ! Dinding rumah ambrol menindih dua orang temannya
yang masuk. Dan di ruang tengah terlihat Haria Girl duduk
terikat erat di atas kursi.
Serbuan Sondong Landeyan sempat membuat semua yang
siaga bertempur berhenti gerakannya. Namun hanya beberapa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saat saja. Sebab Sondong Landeyan lantas saja menerjang
siapa saja bagaikan kerbau gila. Yang menjadi korban kedua
adalah dua orang yang diperintahkan pemimpinnya membacok
mulut Haria Giri . Dengan sekali sambar, mereka berdua sudah kehilangan
senjatanya. Sewaktu hendak melarikan diri, masing-masing
sudah kebagian tendangan telak.
Sementara itu suami-isteri Sarayuda sedang bertempur sera
melawan lima orang. Dalam sekejap saja, Sarayuda dan
isterinya sudah terdesak mundur. Merasa tidak mempunyai
harapan lagi, Sarayuda mengambil keputusan cepat.
Bungkusan yang dibawanya diacung-acungkan. Lalu dilemparkan masuk ke dalam rumah sambil berseru :
- Tuanku Haria Giri Aku Sarayuda benar-benar tidak
berguna lagi. Hanya dengan ini kupersembahkan apa yang
dapat kulakukan. - Pemimpin laskar kepatihan naik pitam. Dengan suara
meledak ia memberi perintah : -Bakar!
Dari beberapa penjuru panah api melayang membidik
rumah. Karena rumah itu beratap ijuk dan berdinding bambu
tua, sebentar saja sudah termakan api. Kesempatan itu
dipergunakan Sarayuda suami-isteri untuk melarikan diri.
Mereka mengarah ke utara. Tetapi sial. Surasekti bertiga
muncul dari arah utara. - Tinggalkan - bentak Suratenung. Yang dimaksudkan
adalah bungkusan yang berisi racun berbahaya.
Sarayuda tidak menggubris. Ia bahkan menyerang dengan
kalap. Tentu saja, Surasekti bertiga tidak tinggal diam. Hanya
dengan melepaskan senjata roda bergiginya sekali saja,
Sarayuda yang sudah parah terhantam telak. Dengan menjerit
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi ia roboh di atas tanah. Isterinya menuntut balas, namun
termakan oleh senjata Suratenung yang istimewa. Dan
berakhirlah sejarah hidup Sarayuda suami-isteri.
Dalam pada itu, bungkusan racun yang dilemparkan
Sarayuda sebentar tadi menghantam tiang rumah dan jatuh
berceceran. Debu mengepul dari celah bungkusan yang
terobek. Sekarang ditambah dengan sengat api yang mulai
membakar rumah. Sebentar saja asapnya merata memenuhi
ruangan. Sondong Landeyan tadinya masih berusaha menggebah
batang-batang panah berapi. Sewaktu melihat bungkusan
racun berceceran teringatlah dia kepada tutur kata Surasekti
bertiga. Terus saja ia berbalik menolong Haria Giri .
- Bukankah kakang Sondong Landeyan" - tegur sapa Haria
Giri dengan nada gembira.
- Jangan berbicara ! - Sondong Landeyan memperingatkan
sambil melepaskan ikatan. Tetapi Haria Giri sudah sempat
berbatuk-batuk. Itu suatu tanda, bahwa asap racun mulai
merasuk melalui hidung dan tenggorokannya.
- Celaka - Sondong Landeyan mengeluh di dalam Kati.
Dengan cepat ia membobol dinding rumah dan melesat ke luar
melintasi api. Gesit luar biasa ia membuang diri diatas rimbun
ilalang. Setelah meletakkan Haria Giri di atas rerumputan
ilalang, segera ia balik kembali. Memang watak Sondong
Landeyan tidak mau sudah, kalau belum dapat mentaklukkan
musuh... Setidak-tidaknya harus ada kejelasan.
Pemimpin laskar kepatihan terperanjat melihat datangnya
Sondong Landeyan. Semua anak buah nya seperti tersapu
kalangkabut. Sekarang ia melihat datangnya Surasekti bertiga.
Terus saja ia berseru : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Munduuuur - Dengan serentak anak buahnya lari berserabutan. Tetapi
dua orang yang sebentar tadi tertendang Sondohg Landeyan
nyaris tidak sanggup berkisar dan tempatnya. Maka dengan
mudah Sondong Landeyan mencekuknya dan dibawa mundur
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke tempat Haria Girl berada.
Di depan Haria Giri, mereka bertiarap mencium tanah
memohon betas kasihan. Katanya :
- Kami hanya taat pada perintah.-
- Perintah apa" - bentak Sondong Landeyan.
- Untuk merampas barang bawaan Sarayuda.
- Siapa yang memberimu perintah" -
Diwaktu mereka akan memberi keterangan, Haria Giri
mendahului : - Kakang Sondong Landeyan. Mereka hanya patuh pada
perintah. Bebaskan ! - Mereka berdua semenjak dahulu mengutamakan sifat
satria. Karena Haria Girl merninta agar membebaskan mereka
yang justru hendak mencelakakannya, Sondong Landeyan
tidak banyak berbicara lagi. Segera ia membebaskannya. Akan
tetapi racun yang sudah terlanjur terhisap Haria Giri
mempunyai akibatnya sendiri.
Tiba-tiba saja ia tidak pandai berbicara selancar biasanya.
Tatkala hendak berdiri, pada saat itu pula jatuh terduduk.
- Hai, mengapa" - ia heran bercampur cemas.
- Itulah kehebatan racun buatan kami. - sahut seseorang.
Dialah Surasekti yang datang dengan diikuti kedua saudara-
seperguruannya. - Sarayuda terlalu jahat Dia mencelakakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
majikannya sendiri. Untung, kita sudah sempat membereskan.- - Membereskan bagaimana" - Haria Giri minta keterangan
dengan suara patah-patah.
- Mereka berdua sudah kami bunuh mati.- Suratenung
menjawab. Haria Giri tertegun sejenak, lalu berpaling kepada Sondong
Landeyan. Minta keterangan :
- Siapa mereka" - - Sahabatku Surasekti, Surapringga dan Suratenung.-
- Oh. - Haria Giri terkejut. Kemudian tidak berbicara lagi.
Surasekti bertiga maju memeriksa urat nadi Haria Giri.
Setelah saling pandang, mereka mengeluarkan obat pemunahnya. Kata Surasekti :
- Kami sengaja memisahkan obat pemunahnya. Masing-
masing satu jenis. Harus diramu jadi satu. Bila kurang,
tidakkan berhasil jadi, andaikata seseorang dapat memaksa
dua orang di antara kita menyerahkan obat pemunah, tetap
tiada gunanya.- - Terima kasih. - Sondong Landeyan mengangguk lalu
mengangsurkan limabelas ringgit milk Suratenung.
- Hai, apa artinya ini" - Suratenung tercengang.
- Aku lupa mengembalikan. Terimalah -
Suratenung berpaling kepada kedua saudara-perguruannya.
Surasekti memberi isyarat mata. Dan oleh isyarat mata itu,
Suratenung menerima uangnya kembali. Mereka bertiga
kemudian mengundurkan diri, dan balik kembali dengan
menuntun seekor kuda. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Adik tentunya membutuhkan seekor kuda untuk tuan
Haria Giri. - ujar Surasekti. - Adik tidak akan menolak, kan" -
Sondong Landeyan memang membutuhkan seekor kuda
untuk sampai ke kedai makan. Syukur, selamanya ia dapat
menerima suatu kenyataan. Maka pemberian itu, diterimanya
dengan anggukkan. - Terima kasih. - katanya. - Entah kapan kita bisa bertemu
lagi.- Sondong Landeyan kemudian mengangkat Haria Giri ke
atas pelana kuda dan ia sendiri duduk di belakangnya. Sekali
lagi ia mengucapkan terima kasih kepada Surasekti bertiga,
lalu menjalankan kudanya perlahan-lahan menyeberang hutan
ilalang. Tatkala tiba di kedai tempat ia menitipkari kudanya, pelayan
yang mengurusi dihadiahi satu ringgit. Dan dengan menuntun
kudanya berjalan di belakang kuda tunggangannya, ia
melanjutkan perjalanannya pulang ke kampung. Karena
perjalanan itu tidak dapat dilakukan dengan cepat, ia baru tiba
di rumahnya pada keesokan harinya. Haria Giri nampak makin
payah. la perlu ditolong secepat-cepatnya.
Sekar Mulatsih heran melihat suaminya membawa pulang
seorang asing tetapi berparas cakap. Dengan tergopoh-gopoh
ia menyongsongnya. Lalu menyapa ;
- Siapa dia " - - Dialah sahabatku. Tolong siapkan tempat tidurnya. Dia
harus kita rawat sampai sembuh kembali. -
Hati-hati ia turun ke tanah lalu menggendong Haria Giri ma-
suk ke dalam rumah. Haria Giri belum kehilangan
kesadarannya, akan tetapi ia sudah tidak dapat bergerak sama
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali. Setelah ditidurkan, segera Sondong Landeyan
mengeluarkan tiga botol ramuan pemunah racun. Selagi
hendak meminumkannya, Pitrang datang menghampiri dengan
tertatih-tatih . - Ayah...! - Kedua mata si bocah bersinar terang Sondong Landeyan
memutar badan dan memondong anaknya erat-erat.
- Pitrang ! Kau tentunya mencari ayah. - katanya penuh
haru. - Ayah....ayamnya mati satu. - Pitrang mengadu.
Sondong Landeyan tertawa gelak. Lalu berkata kepada
Sekar Mulatsih : - Tolong campurkan ramuan tiga botol ini menjadi satu.
Setelah kau aduk menjadi satu kesatuan, minumkan sedikit
demi sedikit. Bagilah tiga kali sehari dalam waktu empatbelas
hari. Aku akan membawa Pitrang bermain sebentar -
Dengan mendekap Pitrang, Sondong Landeyan menghampiri kuda pemberian Surasekti bertiga. Melihat kuda
asing, Pitrang memekik-mekik senang. Serunya :
- Ayah...! Da..da..da... -
- Ya, kuda. Kuda baru. - ayahnya menciumi pipinya. - Turun
dulu, ya Ayah akan melepaskan pelananya. -
Pitrang mengangguk. Dan setelah diturunkan di atas tanah,
Sondong Landeyan kemudian melepaskan pelananya. Begitu
diangkat, ia terkejut. Di balik pelana tergantung tiga kantong
uang. Buru-buru ia meletakkan pelana di atas palang kandang,
kemudian memeriksa kantong. Ternyata masing-masing
berisikan lemabelas ringgit. Sondong Landeyan tercenung
sebentar. Akhirnya tersenyum lebar. Siapa lagi yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menaruhkan tiga kantong uang itu, kalau bukan Surasekti
bertiga. Tentunya dimaksudkan untuk membantu beaya
perawatan Haria Giri, karena betapapun juga mereka merasa
ikut bertanggung jawab. Kedua kuda itu kemudian dimasukkan dalam satu kandang.
Bukankah kedua binatang itu sudah saling mengenal" Setelah
itu, kembali lagi ia menggendong Pitrang sambil menyimpan
tiga kantong uang pemberian Surasekti bertiga ke dalam
almari yang terbuat dari bambu (grobog).
Sekar Mulatsih sendiri saat itu sedang disibukkan oleh
tugasnya. Hati-hati ia menyenduk adukan ramuan obat
pemunah, kemudian menolong Haria Giri meneguknya. Pada
saat itu, ia mempunyai kesempatan menatap wajah orang
yang dirawatnya. Entah apa sebabnya, hatinya bergetar
lembut. Dengan kata hatinya, ia menyelimutinya mengingat
hawa pegunungan mungkin terlalu sejuk dan dingin bagi
orang kota. la menunggu sampai Haria Giri tertidur, lalu
mengundurkan diri dengan bedingkit-jingkit .
Tiba di ruang tengah, ia menjadi gelisah. Tak tahu lagi apa
yang harus dilakukan. Akhirnya menyusul suaminya yang
sedang bermain dengan Pitrang di halamari depan.
- Kakang ! Sebenarnya siapa dia" -
Seperti biasanya, Sondong Landeyan tidak pandai
berbicara. Tanggapannya dingin dan selalu menjawab
seperlunya saja. sahutnya :
- Namanya Haria Giri. Dulu temanku sepekeijaan. Sama-
sama pengawal Sri Baginda Amangkurat IV. -
- Kenapa dia" - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Menghisap racun. Rawatlah baik-baik. Dua minggu lagi
akan sembuh. Mudah-mudahan dia sudah bisa berbicara satu
minggu lagi. - Sekar Mulatsih tercenung. Lalu balik kembali ke dalam ru-
mah. Hati-hati ia menjenguk Haria Giri yang tertidur dengan
tenteram. Setelah itu ia ke dapur menyiapkan makan siang.
Tetapi sianghari itu, Haria giri tidak boleh terganggu. Dia
harus beristirahat benar-benar. Karena itu, ia hanya melayani
suami dan anaknya makan. Ia sendiri tidak bernafsu makan.
Rasanya seperti harus menunggu sampai Haria Giri
menyenakkan mata. Ia percaya, menjelang malam hari dia
akan bangun. Kalau tidak, harus dibangunkan. Bukankah dia
harus minum obat penawar lagi"
Malam hari yang ditunggu akhirnya datang juga. Namun
Haria Giri masih belum bergerak. Ia menghampiri lalu
mencoba membangunkan. Ternyata tidak mudah. Sebab
selain oleh pengaruh racun, ia terlalu capai. Syukur, Sekar
Mulatsih selalu telaten bila merawat orang sakit Dulu, diapun
telaten sewaktu merawat Sondong Landeyan.
Penyebabnya juga racun buatan Surasekti bertiga.
Mengapa harus sama" Akhirnya, ia berhasil membangunkan Haria Giri. Kemudian
dengan penuh pengamatan, ia menegukkan sebagian obat
pemunah racun. Setelah itu ia menyuapinya dengan bubur
yang diaduk dengan telur. Hanya beberapa kali saja,namun
lumayan daripada sama sekali tidak. Setelah di tidurkan
kembali, ia menunggu di tepi pembaringan.
Larut malam telah lewat, tatkala Haria Giri tiba-tiba
menggigil dan menggigau. Sekar Mulatsih yang duduk
menunggu di tepi pembaringan terkejut sampai terlompat. Ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lari ke kamar suaminya. Tetapi suaminya sudah tertidur lelap
di samping Pitrang karena sudah dua hari dua malam tidak
sempat memejamkan matanya. Maka terpaksa ia menolong
Haria Giri seorang diri dengan menyeka wajahnya dengan air
hangat. Tak lupa pula ia mengucuri ubun-ubun dan tengkuk
Haria Giri dengan air dingin. Lalu mengusap keringat nya yang
meruap dengan derasnya dari pori-pori. Hampir dua jam ia
berkutat dan ber juang. Akhirnya, Haria Giri tenang kembali
dan terlena tidur 0, alangkah bahagianya.
Semenjak saat itu, ia merasa dirinya menjadi bagian
hidupnya Haria Giri. Hatinya ikhlas dan penuh pengabdian
dalam merawat dan menyuapi makan minumnya. Di sianghari
ia selalu menilik dan di malam hari ia kurang tidur. Sekalipun
demikian, sepercik rasa yang syandu menyelimuti sekujur
badannya. Sondong Landeyan sendiri sudah mempercayakan
perawatan Haria Giri kepada isterinya. Diapun kembali
disibukkan oleh tugasnya sehari-hari. Yalah menggarap sawah
dan ladang sambil membawa Pitrang bermain.
Ladangnya penuh dengan tanaman-tanaman yang berguna
bagi keperluan dapur. Bawang merah dan putih, kubis, bayem,
lombok dan sejenisnya. Tanah pegunungan selain subur,
cocok dengan macam sayuran yang ditanam. Biasanya
hasilnya sudah dapat dipetik dalam jangka waktu sebulan
sampai tiga bulan. Bila pulang dari sawah dan ladangnya, Sondong Landeyan
selalu menjenguk keadaan sahabatnya. Melihat isterinya
begitu telaten merawatnya, hatinya terhibur dan bersyukur.
Beberapa hari lagi, tentunya sahabatnya itu akan dapat
diajaknya berbincang-bincang. Benar saja. Setelah satu
minggu, Haria Giri mulai pulih kembali. Ia mulai dapat
berbicara dengan lancar. Seperti biasanya kata-kata dan lagu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaranya mempunyai daya tarik. Kalau tidak, mustahil dulu ia
berhasil menggaet ayah Ratu Sumarsa sampai rela
menyerahkan puterinya. Yang dibicarakan selain warta berita
di ibukota, sebagian besar berkisar soal berbagai ragam ilmu
kepandaian. Aneh adalah sikap Sekar Mulatsih. Biasanya ia paling sebal
bila mendengar suaminya berbincang-bincang dengan tetamunya mengenai ilmu tempur macam apapun. Tetapi kali
ini, tidak. Bahkan sama sekali tidak. Apalagi bila Haria Giri
membicarakan masalah kesenian, agama, tata-negara, filsafat
dan peri kehidupan penduduk ibu kota: Sekar Mulatsih seperti
wajib mempersolek diri, suatu hal yang tidak pernah dilakukan
semenjak menjadi isteri Sondong Landeyan. Dasar ia sudah
dilahirkan sebagai wanita cantik, kini mau bersolek ditambah
hatinya tegar gembira. Maka kecantikannya ibarat bunga merekah di pagi hari,
sedap dilihat segar dipandang.
Pada suatu hari ia menemukan kantong uang Surasekti
bertiga. Tatkala suaminya datang dari sawah segera ia minta
keterangan dari mana ia memperoleh uang sebanyak itu.
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seperti biasanya Sondong Landeyan menjawab singkat dan
sederhana saja. Dari orang untuk membantu kesehatan Haria
Giri, katanya. Ah, pikir Sekar Mulatsih. Bukankah bisa dibuat membeli
ayam atau kambing atau sapi" itu terjadi pada hari ke
tujuhbelas, setelah Haria Giri pulih seperti sediakala.
Berkatalah ia kepada suaminya :
- Belilah sepuluh ekor ayam dan anak sapi untuk
disembelih. Aku akan merayakan hari kesehatan sahabatmu
Haria Giri. Biarlah aku yang menjaga Pitrang. - katanya
dengan suara manis dan bersemangat.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sondong Landeyan mengangguk. Dengan menunggang
kuda ia berangkat meninggalkan rumah untuk memenuhi
permintaan isterinya. Ia membawa uang lima ringgit. Uang
Surasekti yang tak pernah disentuhnya, Tetapi kini
diterimanya melalui pemberian isterinya. Dengan membawa
uang sebanyak itu, ia tidak hanya mampu membeli 10 ekor
ayam saja, tetapi seekor kambing dan anak sapi. Dan ia balik
pulang sewaktu matahari sudah condong ke barat.
Tetapi suasana rumahnya nampak sepi. Hatinya tersirap,
sewaktu mendengar tangis Pitrang yang bersedu-sedan.
Kenapa" Mengapa" Bergegas ia melompat turun dari kudanya.
Begitu masuk ke dalam rumah,Pitrang lari menyambutnya
dengan berisak-isak : - Ayah .... Ibu nakaaalll.... -
Ia menggendong Pitrang dan memeriksa seluruh rumah
dengan tanya tanya. kamar sunyi sepi. Isterinya tiada. Haria
Giri tiada. Ia lari ke luar. Kuda pemberian Surasekti bertiga
tiada di tempatnya. Sejenak ia tertegun. lalu kembali ke dalam
rumah. Dengan tegas ia melihat almari Sekar Mulatsih
terjeblak lebar. Tiada lagi terdapat sehelai pakaiannya. Dan
yang membuat jantungnya berdegupan adalah almari tempat
ia menyimpan uang Surasekti. isinya lenyap. Juga pedang
Sangga Buwana. o-dw-o ENTAH SUDAH berapa kali Sondong Landeyan bertempur
melawan musuh-musuh tangguh. Dalam sekian banyaknya
pertempuran itu, beberapa kali ia pernah berada dalam
bahaya. Akan tetapi berkat kepercayaan diri sendiri selalu ia
dapat mengatasi dan akhirnya menang. Tetapi kali ini, ia
benar-benar merasa terpukul. Dia merasa gugup, bingung,
cemas dan takut.Hebatnya, ia tidak tabu apa yang harus
dilakukan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pitrang yang berada dalam gendongannya, tiba-tiba
memberontak-berontak. Menangis sambil menggeliat-geliatkan
tubuhnya seakan-akan ingin meloncat untuk mencari,
mengejar atau menubruk ibunya.
- Ibuuuu ibuuu ibu nakal.... - si anak menangis mengadu.
Sondong Landeyan tertegun beberapa saat lamanya. Ia
merasakan sesuatu yang hilang dari dirinya. sesuatu yang
merupakan kekuatan utama untuk melintasi badai kehidupan
apapun. Itulah isterinya alias ibu dari Pitrang yang berontak
dalam pelukannya. Bahkan melebihi hal itu. Andai kata Sekar
Mulatsih mati tertembus pedang oleh sekawanan musuh yang
tangguh, ia masih mudah untuk memutuskan tindakannya.
Hanya dengan berbekal dendam kesumat ia akan mencari
musuh-musuh itu. Tetapi sekarang keadaannya lain. Orang yang berperan
sebagai musuhnya justru adalah sahabatnya yang dirindukan.
Selain itu, ia tidak dapat terlalu menyalahkan, karena mungkin
sekali....mungkin sekali....nah, inilah yang membuatnya tidak
tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin sekali, isterinya yang
mengajak Haria Giri meninggalkan rumah. Kalau benar
demikian, apakah ia hendak membunuh isterinya" bagaimana.
dengan Pitrang" Di kemudian hari, Pitrang pasti akan
membencinya setinggi langit. Bukan mustahil sampai turun-
temurun. - Ibuuuuu .....ibuuu.......nakaaaaall ...... - tangis Pitrang
menyayatkan hati. - Ya, diam sayang Ibu tidak nakal. Nanti kuusulkan.- bujuk
Sondong Landeyan. Mengucapkan kata-kata ibu, hatinya terasa teriris-iris.
Akhirnya dengan menggendong Pitrang ia melompat ke atas
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelana kudanya. Lalu pelahan-lahan turun gunung dengan
pikiran kacau-balau. Sore hari telah tiba dengan diam-diam.
Sorehari yang cerah, namun tidak merasuk dalam perhatian
Sondong Landeyan. Sepanjang jalan, Sondong Landeyan mencoba membujuk
Pitrang. Dengan suatu kesabaran dan ketelatenan, lambat-
laun Pitrang dapat dikuasainya. Si kecil tertidur dalam
pelukannya. Mungkin oleh rasa kesal dan lelah. Sondong
Landeyan jadi perasa. - Sayang, ayah pasti dapat menyusul ibu. tidurlah yang nye-
nyak. Begitu bangun, kau akan berada dalam gendongan ibu.
- Sondong Landeyan membujuk Pitrang dengan berkomat-
kamit. Akan tetapi bujukan itu sendiri, sesungguhnya pantas
disebut menghibur hatinya sendiri. Terus-terang sap sampai
saat itu, hatinya masih sangsi luar biasa. Sebagai seorang
pendekar, ia akan dapat dengan mudah menjejak bekas tapak
kuda. Tetapi entah apa sebabnya, ia justru merasa takut bila
dapat menyusulnya. Apa yang harus dilakukan manakala
isterinya yang mengambil prakarsa" Tentunya Sekar Mulatsih
tidak sudi dibawa pulang. Kalau sampai begitu, maka bukan
hanya dirinya seorang yang kalah, tetapi si kecil Pitrang pula.
Benar-benar menakutkan . Selagi hatinya terombang-ambing oleh gelombang kesangsian yang tiada menentu, tiba-tiba ia melihat seorang
gadis sedang memeluk seorang pemuda yang luka
bermandikan darah. Melihat gadis itu, hati Sondong Landeyan
tercekat Bukankah dia Sukesi " siapakah pemuda yang
dipeluknya itu" Bergegas ia menghampiri. Ternyata pemuda
itu si Wigagu. Kenapa"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Paman Sondong Landeyan, bukan" - tegur Sukesi dengan
suara pelahan. Sondong Landeyan mengangguk dari atas kudanya.
Pikimya, bagaimana gadis itu mengenal dirinya"
- Setelah kami bertempur mengadu pedang, kami
bersembunyi di depan kuil. Semua yang terjadi kemudian,
kami ketahui dengan jelas. Sebenamya, Wigagu bukan
sepekerjaan dengan paman Sarayuda. Wigagu ingin mengabdikan diri kepada raja. Sedang paman Sarayuda dan
Haria Giri kaki-tangan Patih Danureja.-
- Bukan begitu.- bantah Wigagu dengan suara parau. -
Paman Sarayuda dan aku sarna-sama mengabdi raja. Sayang,
paman Sarayuda tidak tahu kalau akhir-akhir ini Haria Giri
mata-mata Patih Danureja. -
Mendengar keterangan Wigagu, hati Sondong Landeyan
tertarik. Pelahan-lahan ia turun ke tanah sambil menggendong
Pitrang dengan memelukkan tangan kirinya. Melihat luka
Wigagu tahulah dia, bahwa pemuda itu kena tikaman pedang.
Untung, tidak berbahaya. Segera ia menolong menghentikan
darahnya yang mengalir. Lalu berpaling kepada Sukesi.
Menegas : - Haria Giri mata-mata Patih Danureja" -
Sukesi menyenak nafas. Menjawab :
- Wigagu, biar aku yang berbicara. Kalau salah, kau
betulkan !- Wigagu mengangguk. - Sebenamya Wigagu baru mengetahui permainan
sandiwara mereka dirumah terpencil itu. - Sukesi berhenti
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebentar mencari pembenaran Wigagu. Karena Wigagu tidak
membantah keteranggannya, ia melanjutkan :
- Paman Sarayuda suami-isteri sudah mempertaruhkan jiwa
raganya demi mengabdi Sri Baginda , Ia masih mengira,
bahwa Haria Giri masih pengawal Sri Baginda seperti pada
jaman mudanya. Sama sekali tidak diketahui, ia terperangkap
permainan Haria Giri. Sewaktu hendak menyerahkan
bungkusan yang dicurinya, ia dikepung oleh laskar Kepatihan.
Diluar perhitunggan, begitu merasa dirinya terjepit paman
Sarayuda melemparkan bungkusan racun ke dalam rumah.
Akibatnya, paman sendiri tahu. Itulah yang dinamakan senjata
makan majikan sendiri. Hm....- sayang sampai pada saat-saat
terakhir, paman Sarayuda belum juga menyadari dirinya
diperalat atasannya. Padahal, Wigagu sudah berusaha
memperingatkan dengan berlagak menyamakan dirinya
sebagai paman. Maksudnya, ingin mengingatkan semuanya
bahwa - ia merasakan sesuatu yang tidak beres. Dengan
membawa-bawa nama paman, ia bermaksud mencanangkan
kesetiaan paman yang tulus sewaktu menjadi pengawal Sri
Baginda. - - Aku sendiri kurang jelas. Sebab aku orang asal Blitar.
sahut Sukesi - Tetapi aku sempat mendengarkan tutur-kata
Wigagu. Menurut dia, Patih Danureja berfihak kepada Kompeni
(V.O.C.) Pemberontakan Pangeran Blitar adalah gara-gara akal
adudomba Kompeni. Sekarang raja ingin menjemput
permaisuri pulang. Tentu saja, pihak Kepatihan berusaha
manghalang-halangi.- Sondong Landeyan tercenung-cenung beberapa saat
lamanya. Setelah menarik nafas, ia berkata :
- Kalian sungguh pandai bermain sandiwara. Akupun kena
kalian kelabui. Bagus ! Lalu siapakah yang melukai Wigagu" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Wigagu pengagum paman. - sahut Sukesi. - Apalagi dia
sudah menaruh curiga kepada Haria Giri. Celakanya, justru
paman melindungi dan mau menolong akibat dari ulahnya
sendiri. Maka dengan diam-diam ia mengajak aku mengintai
gerak-gerik Haria Giri dan apa yang terjadi di padepokan
paman. Ternyata....ternyata....-
Sukesi tidak sanggup menyelesaikan kata-katanya. Wajahnya berubah menjadi merah muda.
Dengan tajam, Sondong Landeyan menatap wajah Sukesi
menunggu lanjutan ucapannya. Tetapi Sukesi justru menundukkan kepalanya. Sesaat kemudian, Sukesi merasa
memperoleh jalan keluar. Katanya :
- Tetapi andaikata tidak ada bibi, Wigagu pasti sudah mati
tertembus pedang. Untung sewaktu Haria Giri hendak
menikamkan pedangnya karena marah, buru-buru bibi
berkata. Kakang, mengapa kau ributkan omongan kanak-
kanak" Kalau sampai terluka parah, Sondong Landeyan
mempunyai alasan untuk membunuh kita. Lebih baik kita
kabur sejauh mungkin, sebelum dia sempat menyusul. -
Sondong Landeyan mengenal tabiat dan watak isterinya.
Sekar Mulatsih memang halus perasaannya. Dia benci
terhadap tindak kekerasan macam apapun. Tetapi mendengar
kesan percakapan tiruan Sukesi, hati Sondong Landeyan
seperti tersayat. Kedengarannya sudah mesra dan seperti
sudah scaling berkenalan. Apakah....apakah....mereka sudah
bergaul terlalu jauh, manakala dia sedang berada di tengah
sawah atau ladang bersama Pitrang"
- Hm, inilah yang dinamakan mata melek dibutakan orang. -
ia setengah mengutuk di dalam hati.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sondong Landeyan tidak pandai berbicara. Akan tetapi
bukan berarti dungu, bodoh, tolol atau tidak pandai berpikir.
Sekiranya demikian, mustahil dia memiliki ilmu sakti yang
sangat tinggi. Keterangan Sukesi kurang lengkap. Meskipun
demikian, ia sudah memperoleh pegangan delapan atau
sembilan bagian. Setelah berpikir sejenak, berkatalah ia :
- Temanmu boleh kau rawat di rumahku. Bawalah kudaku !-
Sukesi tercengang. Sebaliknya wajah Wigagu yang tadinya
nampak keruh jadi girang. Sebelum mereka sempat membuka
mulut, Sondong Landeyan sudah melanjutkan perjalanannya
dengan menggendong anaknya. Bukan main cepat ia
melangkahkan kakinya. Sebentar saja sudah hilang di batik
tikungan jalan Tetapi setelah memasuki tikungan ketiga, ia
memperlambat langkahnya. Lalu ia mulai berpikir lagi.
- Ah, Sondong Landeyan ! Ternyata kepandaian yang kau
miliki, belum cukup untuk mengetahui segala permasalah
hidup. - suara hatinya mengiang-iang pedih.
Samar-samar terbayanglah ia kembali pada saat pertemuannya dengan Sekar Mulatsih. Gadis itu telaten
merawat dirinya yang terluka. Tatkala bertempur melawan
Surasekti bertiga, ia tetap berada dalam ruang dalam. Namun
sewaktu rumah terbakar, ia melarikan diri. Alangkah beda
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan cerita pewayangan, dimana sang isteri bersedia mati
terbakar demi menjunjung tinggi kesetiaan hati. Tetapi itu
bukankah cerita pewayangan" Di dalam kenyataan hidup ,
berbeda jauh. Sekar Mulatsih seorang gadis yang tidak memiliki
kepandaian ragawi. Sudah tentu, harus menyelamatkan diri
demi menjaga keselamatan jiwanya. Lagipula, dia belum
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terikat suatu apapun dengan dirinya. Meskipun demikian, dia
berkenan merawat dirinya begitu tekun, sabar dan telaten.
- A h, Sondong Landeyan Engkau terlalu banyak menuntut !
- lagi-lagi ia menyesali diri. - Manusia bukan benda mati.
Manusia mempunyai akal pikiran dan hidup. Dengan akal dan
pikirannya dia pandai memilih, membandingkan dan menyerap
semua pengalaman hidup. Dan kodrat hidup sendiri bergetar
dan bergerak maju. Kau sendiri pemah memberikan apa
terhadapnya" Agakknya, cinta saja bagi manusia ini, belum
cukup.- Dengan pikiran serta pertimbangan hati yang saling
mengendapkan, ia berjlan terus, Sementara itu, waktu
berjalan terus tanpa memperdulikan permasalahan hidup.
Melihat tirai malam yang hampir jatuh, hatinya tercekat. Kalau
tidak ingin kehilangan jejak, ia harus dapat mencapai ujung
pedalanan sejauh mungkin. Maka segera ia berlari-larian
kencang sambil melindungi anaknya dari tiupan angin Magrib.
Sebentar kemudian tibalah ia di sebuah desa persinggahan.
Tentunya mereka tidak akan menginap di sini. - pikir Son-
dong Landeyan. - Mereka pasti mencari tempat yang
menyendiri. - la berputar-putar untuk mencari kepastian arah pelacakan.
Untung, desa persinggahan itu hanya memiliki sebuah jalan
yang layak dilalui kuda. Setelah menyusuri jalan beberapa
waktu lamanya, teringatlah dia kepada si Pitrang. Dia harus
makan dan minum dulu. Maka pelahan-lahan ia membangunkan si kecil.- Pitrang tersentak bangun. Melihat tirai malam yang gelap,
dia menggeliat ketakutan. Tetapi merasa dalam dekapan
ayahnya, hatinya terhibur. Syukur, ia lebih sering bergaul
dengan ayahnya daripada ibunya. Sebab ayahnya selalu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawanya serta bekerja di tengah sawah dan ladang. Baru
pada malam hari, ia tidur bersama ibunya. Bahkan, kadang-
kadang ia minta tidur di samping ayahnya .
- Mana ibu" - la merengek.
- Ibu lagi pergi. Kita makan dulu, ya" -
- Sama ayah.- - Tentu saja. Yo, kita cari ayam goreng. Tempe dan tahu.
Pitrang mau makan apa" - bujuk Sondong Landeyan .
Pitrang tertarik perhatiannya. Ia mencoba menegakkan
badannya. Sementara itu, ayahnya berjalan dengan langkah
panjang mencari kedai nasi. Tidak terlalu lama, kedai nasi itu
telah diperolehnya. Sondong Landeyan memesan nasi dengan
lauk-pauknya. Si Pitrang sendiri di berdirikan di atas kursi. Lalu
minta pipis. (kencing). - Ibunya mana, nak" - sapa pemilik kedai. Dia seorang ibu
berumur kira-kira limapuluh tahunan.
Sondong Landeyan tidak menjawab. Ia hanya tersenyum.
Dan setelah menolong anaknya kencing di halaman segera ia
hendak balik ke kursinya. Tiba-tiba penciumannya yang tajam
mencium bau kuda. - Rupanya banyak orang berkuda singgah kemari , bu. -
ujarnya sambil berjalan masuk.
- Kadangkala. - sahut pemilik waning ramah. - Seperti sore
tadi,tiba-tiba ibu kejatuhan rejeki. Sepasang Kamajaya Ratih
singgah ke ...... - - Kamajaya Ratih" - Sondong Landeyan terperanjat.
- Yang laki-laki cakap. Yang perempuan cantik. Apa
namanya, kalau bukan Kamajaya dan Ratih" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kamajaya dan Ratih adalah nama dewa-dewi lambang
kecantikan wanita dan kecakapan pria. Kamajaya adalah
putera Hyang Ismaya. Kecakapannya sempat membuat para
dewa iri. Namun. mereka tidak dapat berbuat apa-apa, karena
takut terhadap Hyang Ismaya. Di kemudian hari, Dewa
Kamajaya mengasuh Arjuna sebagai anak-angkatnya. Kedua-
duanya merupakan lambang kecakapan pria yang membuat
puteri di seluruh dunia tergila-gila kepadanya.
- Apakah mereka menginap di desa ini" - Sondong
Landeyan menegas dengan nafas memburu.
- Ah, mana mungkin. Desa ini tentunya terlalu amat
sederhana bagi mereka berdua. Mereka melanjutkan
perjalanannya ke barat - ujar pemilik kedai.
Tiba-tiba ia seperti teringat sesuatu. - Ah ya....- mungkin
sekali mereka menginap di pesanggrahan Sang Adipati. -
Sondong Landeyan tidak bertanya lagi. la menyibukkan diri
dengan menyuapi anaknya. Setelah selesai makan dan minum,
berkatalah ia : - Bu, apakah aku boleh beristirahat barang satu jam disini"-
- Tentu Tentu saja Mengapa tidak" - sahut pemilik warung
dengan cepat - Kebetulan, malah. Ibu lantas mempunyai
teman. Apakah dia anakmu sendiri" -
- Ya.- - Kalau perlu bolehkau tidurkan di situ ! -
Pada waktu itu, pemilik kedai tidur di dalam kedainya yang
terdiri dari satu ruangan. Ruang itu dibagi menjadi dua. Yang
satu untuk tempat usahanya. Yang lain diisi sebuah balai-balai
panjang cukup untuk tidur lima orang. Karena cukup luas,
biasanya disediakan bagi sanak-keluarganya bila datang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjenguknya. Atau kepada siapapun yang perlu beristirahat
barang sebentar, sebelum meneruskan perjalanannya.
Sondong Landeyan tidak bermaksud menidurkan Pitrang,
tetapi mengharapkan si kecil mengantuk. Karena Pitrang baru
saja terbangun dari tidurnya, lalu kesempatan buang air,
makan dan minum, maka Sondong Landeyan harus menunggu
sampai dua jam lamanya. Begitu anaknya mengantuk dan merengek minta pulang,
segera ia meninggalkan kedai dan meneruskan pelacakannya.
Kira-kira menjelang larut malam, Pitrang sudah terlena tidur
dalam gendongannya. Pada saat itu, ia melihat api menyala di
dalam ruang pesanggrahan. Beberapa bayangan orang
bergerak-gerak pada dinding oleh pantulan nyala api. Sondong
Landeyan mendekati dengan hati-hati. Dari jauh ia mengamat-
amati ruang dalam. Enam buah lentera menyala buram namun
cukup memberi penerangan.
Tiba-tiba bulu kuduknya meremang tatkala mendengar kikik
tertawa seorang wanita. Itulah, suara tertawa Sekar Mulatsih
bila sedang gembira melihat tingkah-laku Pitrang yang lucu
menggemaskan. la melongokkan kepalanya.
Benar-benar Sekar Mulatsih. Dengan manja dan mesra ia
menyesapkan kepalanya dalam pelukan Haria Giri yang
sedang bercerita di atas tempat tidur. Pandang matanya
begitu hebat. Itulah pandang mata seorang wanita yang jatuh
hati, penuh cinta, penuh kasih, dan bersedia melakukan apa
saja dan diperlakukan apapun. Selama menjadi isterinya, Son
dong Landeyan belum pemah melihat pandang mata yang
begitu mendebarkan hatinya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Inilah bayangan yang ditakutkannya semenjak berangkat
dari rumah. Sekarang, bayangan itu menjadi kenyataan. Tak
bisa dipungkiri lagi. Sekar Mulatsih yang membuka pintu.
Sekar Mulatsih yang mengambil prakarsa. Dan laki-laki
mana yang tidak rontok imannya bila diberi kesempatan begitu
leluasa oleh seorang wanita secantik isterinya. Sebaliknya,
laki-laki betapa beranipun akan kuncup hatinya, bila seorang
wanita bersikap tegas dan menutup pintu. Maka ia tidak dapat
terlalu menyalahkan Haria Giri.
Oleh rasa kaget, kecewa, pahit dan getir, ia membalikkan
badannya dengan sedikit menggentakkan diri. Akibatnya,
gerakan itu membangunkan himpunan tenaga saktinya dan
menyakiti si kecil yang berada dalam gendongannya.
- Ibuuuuu... - Pitrang menjerit oleh rasa sakit dan terkejut.
Sondong Landeyan cepat-cepat membungkam mulut
anaknya sambil melarikan diri secepat-cepatnya menembus
tirai malam. Namun jerit Pitrang sempat membangunkan
perhatian penghuni pesanggrahan yang terdiri dari beberapa
orang pelayan, penjaga dan pengurusnya. Sekar Mulatsih
tersentak dari pelukan Haria Giri. Betapapun juga, hubungan
naluriah antara ibu dan anak adalah kodrat Illahi sendiri.
- Pitrang" - wajahnya pucat lesi.
Bergegas ia melompat dari tempat tidurnya dan memburu
keluar kamar. Haria Giri ikut pula turun dari tempat tidur
dengan gerakan hati-hati dan cemas. Ia melirik kepada
pedang Sangga Buwana yang disandarkan pada kursi yang
berada di samping tempat tidur. Wajahnya gelisah.
Di depan pintu Sekar Mulatsih terlongong-longong. Ia
memasang pendengarannya. Jantungnya berdegupan. Hatinya
tergetar. Tetapi hanya sejenak. Berbareng dengan lenyapnya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara jeritan, ia menarik nafas panjang. Dan semua kesannya
sirna dari lubuk hatinya. Kemudian dengan tersenyum, ia
membalikkan badannya. Katanya lembut kepada Haria Giri :
- Kakang, lanjutkan ceritamu -
Dengan langkah anggun ia menghampiri kekasihnya. Lalu
melompat ke atas tempat tidur. Syukur, semuanya itu tidak
sempat disaksikan Sondong Landeyan. Sebab setelah itu
semua lentera padam. Tinggal letikan api yang menyala redup
buram. 0odwo0 SAMPAI disini, ki dalang Gunacarita menutup mulutnya.
Pelahan-lahan ia menghirup minumarmya yang sudah menjadi
dingin Ceritanya sudah selesai. Tetapi mereka yang ikut
mendengarkan masih terbenam dalam pikirannya masing-
masing. Itulah sebabnya suasana dalam ruang tengah sunyi
mengharukan. Di luar penginapan, fajar hari telah tiba Suara
kokok ayam sudah terdengar sambung-menyambung semenjak tadi. - Hebat - ujar Bogel memecahkan kesunyian. - Hai nek,
bagaimana kesanmu" Perempuan itu terlalu hebat, bukan" -
Nenek Saminten tidak segera menjawab. Wajahnya
kelihatan prihatin. Setelah selesai memilin-milin tembakau
mulutnya, baru ia berkata :
- Apa yang harus kukatakan" Semua itu takdir. -
Bogel tertawa terbahak-bahak. Serunya :
- Semua itu takdir Takdir yang mana" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Mencari laki-laki seperti Sondong Landeyan sudah susah.
Pendek kata seribu orang cuma satu. Atau satu di antara
seribu orang. Berkepandaian tinggi, cinta pada anak, setia
pada isteri, berhati sederhana dan lapang dada. Sebaliknya,
Sekar Mulatsih keturunan priyayi. (priyayi : orang menak).
Lambat laun merasa tidak pantas hidup berdampingan dengan
orang dusun. Yaah.... ibarat bunga anggrek hidup di pinggir
dusun.- - Bagus Tak kukira, penilaianmu adil. Tetapi bukankah dia
sudah melahirkan anaknya"-
- Eh, kau mau menyalahkan Sekar Mulatsih, ya" - bentak si
nenek. - Huuuu.... laki-laki memang mau menang sendiri.-
- Sebaliknya, apa salahnya Sondong Landeyan" - debat
Bogel dengan bersemangat.
- Aku kan tidak menyalahkan Sondong Landeyan" Aku
hanya berkata, semua itu takdir.-
Yang mendengarkan memanggut-manggutkan kepalanya.
Mereka seperti mau mengerti alasan nenek Saminten, namun
merasa kurang puas. Sebaliknya untuk mengutarakan apa
penyebabnya, mereka tak tahu. Tiba-tiba terdengar suara Diah
Windu Rini: - Hm, apa sih enaknya menjadi isten seorang pendekar
dusun" Dia boleh memiliki kepandaian setinggi langit Dia boleh
cinta setengah mati. Tetapi itu belum cukup. -
Bogel mau membuka mulutnya, tetapi batal sendiri karena
teringat kegalakan Windu Rini. Namun ia tak kehilangan akal.
Ia mengalihkan pandangnya kepada Kartamita dan Lembu
Tenar. Serunya minta pertimbangan :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Bagaimana menurut pendapat kalian" -
- A ku bisa menerima pertimbangan nona Windu Rini.- sahut
Kartamita dengan hati-hati.
- Kau orang kasar, karena itu belum pandai menyelami hati
seorang wanita. Orang hidup bersuami isteri ibarat jantung
yang berbentuk dua belah. Masing-masing harus bisa seia-
sekata, sefaham, sependirian, secita-cita, senafas, sehati....
pendek kata masing-masing merasa menjadi bagian hidupnya.
Untuk mencapai hal itu, harus dibangun sedikit demi sedikit.
Sayang, Sondong Landeyan terlalu kaku. Bisanya cuma
berkelahi. Diajak berbi cara perkara kesenian, tata-
pemerintahan, kesusasteraan, tidak menyambung. Tentunya
mempunyai akibatnya sendiri,-
- Betul potong nenek Saminten dengan semangat tempur. -
Seperti suamiku yang ke lima. Kebisaannya cuma main perem-
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
puan. Yang dibicarakan cuma soal perempuan. Perempuan,
perempuan melulu. Diajak berbicara cara mencari rejeki, tidak
sambung. Diajak berbicara mengenai bibit padi, bibit ketela,
bibit jagung, tidak sambung. Ah, kutendang saja ke luar
rumah. Sana, sana, sana cariluh perempuan sampai mampus
!- Mendengar ujar nenek Saminten mereka semua tertawa
bergegaran. Kini suasananya menjadi enak kembali. Tetapi
Bogel jadi penasaran. Ia menganggap ucapan nenek Saminten
memotong pembicaraan orang yang belum selesai. Maka
buru-buru ia berkata kepada Kartamita :
- Kakang Kartamita teruskan kata-katamu ! -
Kartamita mendeham. Setelah mengerling kepada Diah
Windu Rini, ia berkata melanjutkan :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Riwayat pertemuannya memang tidak semestinya. Sekar
Mulatsih seperti dipaksa harus menerima nasibnya dengan
rasa terima kasih. Jangan lagi seorang gadis, laki-lakipun akan
terpaksa menerima paksaan itu. Coba pikir ! Dia anak seorang
pemberontak. Kemudian jiwanya ditolong orang yang sama
sekali tidak mempermasalahkan asal-usulnya. Apakah pertimbangan demikian harus diabaikan" Sebaliknya, apakah
anak seorang pemberontak memang harus kehilangan hak
asasinya" Nah, disinilah kodrat Tuhan mulai berbicara. Orang
boleh mencapnya sebagai anak seorang pemberontak yang
harus dibenci, dimusuhi dan disingkirkan. Tetapi sebagai
mahluk Tuhan, dia tidak bisa kehilangan hak hidupnya jiwanya
berontak, karena tidak memperoleh keserasian, keselarasan
dan keseimbangan. Cara berpikir dan selera hatinya tidak
serasi dengan Sondong Landeyan, ibarat minyak dan air. Bekal
pengetahuannya tidak selaras dengan Sondong Landeyan,
ibarat kecapi yang kendor dawainya. Asal-usul dan kecantikan
peribadinya tidak seimbang dengan Sondong Landeyan yang
kasar dan kaku. Akibatnya, tatkala bertemu dengan Haria Giri
tiba-tiba saja dirinya ibarat arus air yang menemukan saluran
pembuangannya. Tanggul air jebol ! Mengapa tidak" Cara
berpikir dan selera hatinya serasi dengan cara berpikir dan
selera hati Haria Giri. Dia mengenal kesusasteraan, kesenian,
tata-pemerintahan dan sejenisnya. Dan Haria Giri kebetulan
memiliki kepandaian demikian berkat pengalamannya hidup
dalam pemerintahan dan bergaul dengan orang cerdik pandai
di Ibukota. Dia cantik jelita dan Haria Giri cakap. Kecuali itu,
Haria Giri orang pemerintahan. Sekaligus akan dapat
mengangkat nasibnya yang buruk dari lumpur kehinaan. Demi
ini, siapapun berani mempertaruhkan segalanya. Termasuk
jiwa dan anaknya sendiri. Sebab anak itu sebenarnva lahir di
luar kemauannya sendiri.-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Bagus Kedengarannya masuk akal. - ujar Bogel. -
Bagaimana pendapatmu, Lembu Tenar"
- A ku" - sahut Lembu Tenar. - Aku sih orang dusun. Otakku
butek. Tetapi aku setuju dengan pendapat ki dalang, bahwa
betapapun juga Sondong Landeyan memiliki jiwa besar. Dia
berani menerima kenyataan dengan lapang dada. Maka
pantaslah dia disebut seorang pendekar yang berjiwa besar
dan sakti. Disebut sakti, karena dia justru bisa menguasai diri
pada saat ia dihadapkan pada suatu tindak yang serba salah.-
- Hee....Kau bisa berpikir bagus - Bogel berseru kagum.
- Ya,memang membunuh Haria Giri atau Sekar Mulatsih
atau....kedua-duanya, bukan merupakan penyelesaian yang
tepat. Juga bukan perilaku yang pantas dipuji, bila melakukan
bunuh diri.Ah, hebat ! Penilaianmu hebat -
- Loo bukan aku Ki dalang yang mendahului. Aku hanya
menirukan, mempertimbangkan, lalu menyetujui. - ujar Lembu
Tenar. - Benar. Manusia lumrah memang tidak akan tahan
menghadapi kenyataan demikian.- Kartamita mendukung.
Semua yang berada dalam ruang itu memanggutkan
kepalanya. Bogel diam-diam mencuri pandang kepada Diah
Windu Rini. Ia ingin melihat bagaimana reaksi gadis galak itu.
Tetapi gadis itu ternyata bersikap acuh. Pandang matanya
mengarah ke luar penginapan. Lalu berkata kepada Gemak
Ideran : - Kau sudah puas" Berangkat -
Gemak Ideran rupanya kalah perbawa. Dengan hati berat ia
berdiri. Setelah mengepriki dan rnembetulkan letak pakaiannya ia meruntuhkan pandang kepada Niken Anggana
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang belum bergeser tempat. Gadis muda remaja itu masih
terbenam dalam kesan hatinya. Pandang matanya tidak
beralih pula dari ki dalang Gunacarita yang pandai bercerita.
- Hai - bentak Diah Windu Rini. - Kau mau menginap di
sini"- Niken Anggana mengangguk.
- Apa" - Diah Windu Rini tercengang yang sama sekali tidak
mengharapkan memperoleh anggukan demikian.
- Ceritanya belum selesai.- ujar Niken Anggana.
Lalu minta benaran Gunacarita :
- Belum selesai, bukan" -
Ki dalang Gunacarita mendongakkan kepalanya memandang Diah Windu Rini, Gemak Ideran dan kemudian
kepada Niken Anggana. Sahutnya bijaksana :
- Babak ini sudah selesai. Lihat sebentar lagi pagihari tiba.
Di luar sudah terang benderang.-
- Tetapi cerita itu sendiri belum selesai, bukan" - Niken
Anggana menegas. - Ah, kalau diceritakan seluruhnya belum tentu satu bulan
selesai. Sebab setelah Wigagu sembuh, Sondong Landeyan
berangkat dengan membawa Pitrang mencari Sekar Mulatsih .
Kali ini , Wigagu dan Sukesi ikut serta. Pengalamannya bukan
main banyaknya. Mereka tersesat di goa hantu, di sarang
penyamun, di kerajaan jin. Pendek kata....ah hebat Itulah
sebabnya aku berkata, bahwa Sondong Landeyan adalah
seorang pendekar tersakti pada jaman ini.-
O0-OdwO-0O http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid III - Waoo hebat ! - Niken Anggana kagum.
- Anggana, berangkat ! - bentak Diah Windu Rini. Di mana
saja. seorang dalang pandai hercerita Tiada bedanya dengan
tukang jual jamu Kau mau jadi anteknya"
- Tetapi .... - - Berangkat ! - potong Diah Windu Rini. - Kau mau
berangkat atau tidak"-
Gemak Ideran menengahi. Dengan lembut ia menarik
lengan gadis . Berkata membujuk :
- Kalau engkau ingin mendengar centa lanjutannya, biarlah
kita undang saja ki dalang Gunacarita ke rumah. -
- Ah ya ..... - pandang mata Niken Anggana berseri-seri.
Lalu minta pembenaran kepada ki dalang: -Paman mau kami
panggil kerumah " - - Ah tentu saja dengan senang hati. - Sahut ki dalang
Gunacarita dengan cepat. - Hanya saja upah tanggapannya
agak mahal sedikit. - - Tak apa. Berapa" -
- Untuk satu cerita dua-ringgit.-
- Satu bulan tammat " -
- Mungkin kurang satu bulan. Mungkin lebih. - sahut
Gunacarita dengan suara kering.
- Baik. Hitung saja tiga puluh kali. Artinya dua ringgit kali
tiga puluh. Hanya enampuluh ringgit, bukan" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Ya. - Gunacarita ternganga. Ia hampir tidak mempercayai
pendengarannya sendiri. Apakah benar dara itu akan
menanggapnya satu bulan penuh"
- Bagus, aku mempunyai uang sendiri. Uangku sendiri.
Tidak perlu minta siapapun..-
Sekarang benar-benar Gunacarita ternganga-nganga. Ia
tidak saiah tangkap lagi. Dengan terbata-bata ia berkata :
- Nona eh ndoro jeng....tetapi dimana kediaman ...... -
- Anggana ! - potong Diah Windu Rini sambil menyambar
lengan Niken Anggana. Dan dengan satu hentakan, ia
menyeret Niken Anggana setengah berlari. Tetapi Niken
Anggana tidak mau mengalah.
- Akulah nanti yang menjemput paman. - serunya.
Sebentar saja mereka bertiga sudah menghilang di balik
dinding penyekat. Kemudian terdengar suara gerakan kaki
kuda. Pengurus rumah penginapan memburu meminta uang
sewa. Diah Windu Rini terdengar ribut sejenak.
- Apakah kau masih merasa kurang" Kami sudah
memborong tujuhpuluh minuman dan makanan. Kau biarkan
kami bergadang satu malam suntuk rumah penginapan inilah
yang justru harus membayar kami. - bentaknya garang .
- Nona......ini lain lain .- ujar pengurus. Rumah Penginapan.
- ini lain lain bagaimana " -
- Urusan makan minum jangan disamakan urusan pengina-
pan. Lain-lain urusannya.-
Agaknya Diah Windu Rini akan menbentak lantang tetapi
terdengar suara Gagak Ideran menengahi Kata pernuda itu :
- Cukup" - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Oh, Cukup,...,.cukup. Lebih dari cukup -
Sebentar kemudian terdengar derap kuda meninggalkan
halaman Rumah Penginapan. Suasana ruang tengah yang ikut
menjadi tegang dapat bernafas kembali. Penghuni ruang itu
seolah-olah terlepas dari suatu malapetaka. Ujar Bogel :
- Guna ! Kau tahu siapa. mereka bertiga " - -Bagaimana aku tahu" Rumahnya saja belum jelas. -
sahut Gunacarita. - Hai ! Jangan-jangan mereka
anak-keturunan Haria Giri. - Bo-
gel. tertawa menggoda . Godaan Bogel sempat membuat wajah Gunacarita pias.
Lembu Tenar dan lain-lainnya
tak kecuali. Ujar Bogel lagi :
- Gadis yang satu itu bersikap
garang dan acuh.. Bukankah
begitu " - - Tetapi yang laki-laki dan yang muda tidak. - Lembu Tenar
menyumbangkan pendapatnya.
- Bagatmana menurut pendapatmu, nek" -
Nenek Saminten mendeham, Lalu menjawab :
- Menurut pendapatku, mereka bukan satu ayah satu ibu.
Kecuali watak, tingkah-laku dan perangainya berbeda, wajah
dan perawakan tubuh mereka tidak sama pula. Mungkin sekali
mereka teman seperjalanan, -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendapat nenek Saminten memperoleh dukungan yang
berada dalam ruang tengah itu. Kesan mereka terhadap Diah
Windu Rini memang tidak berbeda jauh. Semenjak tiba di
Rumah Penginapan, Diah Windu Rini bersikap angkuh, garang
dan sengit. sewaktu Gunacarita menyinggung-nyinggung kisah
Haria Giri dan Sekar Mulatsih .
Sebaliknya, Gemak Ideran seorang pernuda berpembawaan
tenang berwibawa dan pandai menyesuaikan diri. Sikapnya
terlepas dari jalur cerita ki dalang yang mengajak penden-
garnya terlibat di dalam nya. Dan Niken Anggana" Ah, gadis
remaja itu bukan main cantiknya. la anggun, agung dan
merakyat. Dialah satu-satunya di antara mereka bertiga yang
ingin mendengarkan kisah Sondong Landeyan dan Haria Giri
lebih banyak Lagi. - Hm. - Kartamita menggumam seorang din. - Kalau Diah
Windu Rini benar-benar anak-keturunan Haria Giro, bakal
hebat Menilik watak dan perangainya, dia tidak akan mau
sudah Kita semua bakal tersangkut urusan polisi. -
Wajah, mereka semua berubah. Selagi demikian, masuklah
pengurus Rumah Penginapan sambil berseru-seru :
- Hai dengarkan Aku disuruh mengabarkan dan kalian
disuruh menyebar luaskan Barang siapa yang ingin memiliki
pedang Sangga Buwana harap berurusan dengan dia. -
- Dia siapa" - hampir berbareng mereka menegas.
- Puteri cantik itu. - - Diah Windu Rini" -
Pengurus Rumah Penginapan tidak menyahut. Seperti
kanak-kanak takut kena gebuk, ia memasuki kamar kerjanya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan suasana dalam ruang itu makin tegang. Mereka saling
melemparkan pandang dengan kepala berteka-teki.
0odwo0 http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
4. MALAM BERBINTANG SATU MUSIM HUJAN masih merata. Dan bila malamhari tiba,
suasana alarn gelap-gulita. Di angkasa yang luas hanya
nampak satu dua bintang bergetar malas. Angin membawa
rasa sejuk dingin menyakitkan tubuh.
Suara gemeresak dan desah mahkota belukar mengusik
kesenyapan. Malam-malam demikian, jarang sekali penduduk
ke luar jalan. Tetapi Gunacarita sudah terlanjur sanggup
mencari rumah Niken Anggana yang belum jelas letaknya.
Ini terjadi beberapa hari setelah peristiwa di rumah
penginapan. Ia disertai Bogel, Kartamita dan Lembu Tenar,
yang mempunyai kepentingan sendiri. Kepentingan ingin tahu,
siapakah sebenarnya Diah Windu Rini, Gemak Ideran dan
Niken Anggana. Dari arah barat berjalan satu rombongan orang Pula yang
membawa obor berwarna biru. Melihat warna obor itu,
Kartamita yang berpengalaman segera membawa Gunacarita,
Bogel dan Lembu Tenar bersembunyi. bisiknya dengan wajah
berubah hebat - Jangan bergerak, jangan berisik ! Bahaya ...... -
- Bahaya apa " - Lembu Tenar minta keterangan.
- Jangan bertanya. Kau nanti tahu sendiri. -
Dengan mendekam, mereka bertiga berada di balik belukar
yang tumbuh lebat di depan sebuah rumah gedung
berhalaman luas. Sedang mereka memperhatikan rombongan
yang datang dari arah barat, masuk pulalah tiga orang
berpedang panjang dari timur. Tiga orang itu mengenakan
pakaian hitam dengan sulaman bunga merekah warna kuning
emas. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah memasuki halaman depan, mereka duduk di atas
lantai seperti cara seseorang menghadap raja atau bupati.
Rombongan sebelah kiri yang terdiri dari sebelas orang
dipimpin oleh seorang laki-laki berperawakan ramping
berpakaian hijau. Dan yang duduk di sebelah kanan adalah
tiga laki-laki berpakaian hitam dengan sulaman bunga
merekah warna kuning emas.
Mereka saling menatap dengan wajah tegang.
Sebentar kemudian pintu besar yang menutup rumah
gedung itu terbuka lebar. Keluarlah enam orang gadis
berpakaian putih bersih. Di antara mereka adalah. Diah Windu
Rini. - Siapa yang datang " - tegur Diah Windu Rini dengan suara
kering. - A ku Srenggana, pemimpin rombongan anak-murid Mahesa
Rekta.- jawab pemimpin rombongan sebelas orang.
- Dan kamu bertiga" - Diah Windu Rini beralih pandang
kepada tiga orang yang mengenakan pakaian hitam bersulam
bunga mekar warna kuning emas.
- Aku Lingsir, Puthut dan Wisada.-
- Kalian mau apa" - - Mau bertemu Niken Anggana. - sahut mereka hampir
berbareng. - Hm. - Diah Windu Rini mendengus. - Apakah semudah
mencari kakekmu" - Mendengar serentetan pembicaraan mereka, darah ki
dalang Gunacarita mendesir. Hatinya berdebaran. Jantungnya
berdegup. Ah, kalau begitu ia terlalu semberono. Memang,
Niken Anggana tidak menghendaki dirinya datang ke
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumahnya. Niken Anggana sendirilah nanti yang akan
menjemputnya. tetapi uang enampuluh ringgit itu bukan
jumlah yang sedikit. Upah untuk Kartamita dan Bogel yang
sudi mengiringkan, masing-masing lima ringgit. Lembu Tenar
tidak mengharapkan upah. Jadi masih sisa limapuluh ringgit.
Artinya bisa dibuat menghidupi sampai ke anak cucunya.
Selagi ia hendak minta pertimbangan ketiga temannya,
tiba-tiba di tengah udara melesat dua sosok bayangan dan
turun bagai dua dewa di depan Diah Windu Rini.
- Siapa kalian" - bentak Diah Windu Rini.
Kedua orang itu tertawa lantang. Mereka mengenakan
pakaian singsat berwama hitam. Biasanya orang yang
mengenakan seragam hitam datang dari Jawa Timur.
Sahut yang berdiri di sebelah kiri :
- Kau berhadapan dengan Guntur dan Geludug.-
- Hm , kaupun berangan-angan ingin bertemu dengan
Niken Anggana" - - Buat apa" Perempuan yang melebihi kecantikannya, tidak
kurang. - sahut Guntur dengan ketus.
- Lalu " - - Mana pedang Sangga Buwana" Pedang itu berasal dari
Jawa Timur. Jadi harus kembali ke kandang nya.-
- Eh, enak saja engkau menggoyangkan lidahmu. - sahut
Diah Windu Rini dengan sengit. - Dari mana asal-usul pedang
itu, tiada seorangpun yang tahu. Yang jelas pedang itu sudah
ada semenjak jaman Sri Wijaya.-
- Baik, nah serahkan padaku ! -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi demikian, Lingsir dan Puthut melompat ke depan
dengan pedang terhunus. Tanpa berkata apapun, mereka
berdua maju menerjang. Yang berada di samping Diah Windu
Rini menangkis dengan gesit. Dan pada detik itu pula Diah
Windu Rini menabaskan pedangnya. Terdengar suara tak !
Dan kedua pedang Lingsir dan Puthut terkutung menjadi dua
bagian. - Ah ! - hadirin berseru kaget.
Dengan berjumpalitan Lingsir dan Puthut mundur ke
tempatnya semula. Guntur yang menyaksikan serangan kilat
dan akibatnya, berseru mengandung suara penasaran :
- Kau pakai pedang Sangga Buwana" -
- Masakan sampai perlu menggunakan pedang pusaka itu
hanya untuk menghadapi dua cecurut pasaran" - bentak Diah
Windu Rini seraya melemparkan kutungan pedang yang
dirampasnya. Gunacarita, Kartamita dan Lembu Tenar yang menyaksikan
perangai dan tingkah laku Diah Windu Rini jadi tambah tidak
mengerti. Mereka tahu, Diah Windu Rini semenjak di Rumah
Penginapan bersikap garang, angkuh dan sengit Malam inipun
ia bahkan membuktikan kebisaannya yang tinggi.
Apakah latar belakangnya " Benar-benarkah dia anak-
keturunan Haria Giri " Menilik pembicaraannya menyinggung-
nyinggung nama pedang Sangga Buwana, setidak-tidaknya ia
ikut terlibat di dalamnya.
Hanya saja kedudukannya kurang jelas. Apalagi bila
dihubungkan dengan kedudukan Niken Anggana yang lemah
lembut, ramah tamah dan menyenangkan. Dan gadis itu
rupanya menjadi incaran para tetamu seolah-olah dialah yang
justru menentukan masalahnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Gunacarita. - bisik Kartamita, - Inilah kediaman Niken
Anggana bertiga, Gedung besar berhalaman luas, tetapi mirip
sebuah pesanggrahan. A pakah Haria Giri berdiarn di sini " -
- Tentang itu .... tentang itu .... - Gunacarita berbimbang-
bimbang. - Menurut cerita, tempat tinggalnya susah dicari.
Gurunya banyak. Sondong Landeyan sampai menjelajah
hampir seluruh Jawa.- - Oh, begitu" - dan Kartamita tidak berbicara lagi.
Sementara itu, Lingsir dan Puthut yang sudah kehilangan
pedang tidak sudi menyerah kalah. dengan berbareng mereka
berkata: - Kalian mau minggir atau tidak" Kalau tidak, kami bisa
masuk tanpa permisi lagi. -
- Apakah kalian bisa" - ejek Diah Windu Rini .
Dengan suatu kecepatan yang susah dikatakan, Lingsir dan
Puthut melesat terbang bagaikan bayangan memasuki
ambang pintu yang terbuka lebar.
- Hai - seru Guntur dan Geludug terkejut. -Tangkas amat -
Mereka semua kemudian ikut memasuki ambang pintu.
Mula-mula Diah Windu Rini dengan pembantu - pembantunya.
Kemudian Wisada, Guntur, Geludug dan Srenggana. Setelah
itu, anak buah mereka yang membawa obor berlari-larian ikut
menyusul. Suasana di batik pintu jadi terang benderang. Lingsir dan
Puthut sudah mendarat di tanah dengan membawa senjata
andalannya. Kali ini bukan sebilah pedang panjang. Akan
tetapi masing-masing dua batang pedang pendek yang terbuat
dari baja mengkilat. Di depannya berdiri seorang laki-laki
setengah umur berpakaian singsat, berkumis pendek dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjenggot. Pandang matanya berkilat-kilat seolah-olah bisa
menembus hati. - Kamu mau bertemu siapa" - bentaknya dengan suara
menggeledeg. - Siapa yang menyimpan pedang Sangga Buwana" - gertak
Lingsir. - Hm, lalui dulu bangkai Pulunggana -
Rupanya, Lingsir dan Puthut adalah dua pendekar yang
tidak senang berbicara berkepanjangan. Begitu ditantang
Pulunggana, terus saja mereka menyerbu dengan berbareng.
Mereka lantas bertempur dengan serunya.
Sementara itu, Bogel yang mencari tempat persembunyiannya sendiri jadi penasaran. Memang ia orang
kasar yang tidak dapat memendam keadaan hatinya. Ia
mendengar suara pertempuran seru.
Segera ia uncul dari persembunyiannya dan menghampiri
ambang pintu dengan berjingkit-jingkit Semua orang yang
berada di halaman tengah sibuk dengan perhatiannya masing-
masing. Maka kedatangan Bogel sama
sekali tidak dihiraukannya. Tetapi aneh adalah tingkah Bogel. Begitu
menjengukkan kepalanya, cepat-cepat ia balik kembali seperti
diuber hantu. Dengari suara tak jelas ia berkata kepada ketiga
temannya : - Celaka Mereka sudah mampus.-
- Siapa yang mati" - Lembu Tenar minta keterangan.
- Dua orang tadi yang terbang memasuki ambang pintu. -
- Eh, masakan begitu mudah " Lembu Tenar tercengang. -
Mereka berkepandaian tinggi. Ketangkasannya melebihi setan.
Siapa yang bisa membunuhnya dengan mudah"-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Orang itu Orang gagah perkasa yang berada di tengah
halaman. - Bogel memberi keterangan.
Memang pada saat itu, tidak lagi terdengar suara
pertempuran! Lingsir dan Puthut mati terjengkang tertembus
dua panah bor yang mungkin sekali mengandung bisa
berbahaya. Dengan tenang Pulunggana menyapu sekalian yang
memasuki halaman dengan pandang matanya. Mula-mula
kepada Srenggana, Guntur, Geludug dan Wisada. Setelah itu
kepada Diah Windu Rini dengan teman-temannya. Menilik
kesannya, ia bersikap tidak bersahabat dengan Diah Windu
Rini. Diah Windu Rini Sendiri sedang memperhatikan mayat
Lingsir dan Puthut yang tergolek di atas tanah. Dia tadi
sempat terkejut menyaksikan ketangkasannya. Tetapi nyatanya mereka mati dengan mudah sekali. Hanya saja ia
belum jelas, siapakah yang membunuhnya. Pulunggana
memang gagah perkasa. Akan tetapi dia bertempur dengan
tangan kosong. Apakah diam-diam ia melepaskan panah bor
dari balik tengan bajunya " Atau ada seseorang yang
membantunya dengan diam-diam"
Guntur bergeser tempat menghampiri Geludug untuk minta
pertimbangan. Katanya dengan berbisik :
- Bagaimana menurut pendapatmu" Kelihatannya dia terlalu
hebat - - Hm. - Geludug mendengus. - Apakah engkau hendak
membiarkan pedang Sangga Buwana menjadi miliknya" -
Guntur berpikir sejenak. Menyahut :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Guru kita, paman Surasekti menghendaki pedang itu
kembali ketangannya. Guru tidak rela pedang itu jatuh ke
tangan Haria Gi ri. Apalagi dengan seenaknya saja diwariskan
kepada keturunannya. - - Apakah Niken Anggana anak Haria Giri" -
- ltupun belum jelas. Akan tetapi menurut kabar di luaran,
pedang Sangga Buwana berada di tangan nya. Kalau bukan
anak-keturunannya betapa mungkin bisa berpindah tangan.-
- Hm. - Geludug memanggut. - Alasanmu masuk akal. Kalau
begitu, mari kita mencoba mengadu untung, A pakah kau takut
mati" - - Mati" - Guntur tertawa terbahak-bahak. - Kalau aku takut
mati, apa perlu sampai keluyuran di sini. Soalnya sekarang,
kita mampu atau tidak menghadapi Pulunggana -
Selagi berkata demikian, Diah Windu Rini menimbrung :
- Hai, coba kemari Aku ingin berbicara kepada kalian
berdua.- Guntur dan Geludug saling pandang. Kemudian dengan
ragu-ragu mereka mendekat. Dalam jarak tiga langkah mereka
menghentikan langkahnya untuk menjaga segala kemungkinan. Diah Windu Rini kemudian menggapai Geludug
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berkata : - Aku mernpunyai rahasia. Kau mau dengar atau tidak " -
- Rahasia apa " - sahut Geludug tak senang.
- Kalian ingin membawa pedang Sangga Buwana pulang,
bukan" Memang, menurut sejarah pedang Sangga Buwana
tadinya berada di Belambangan. Tetapi bukan berarti milik
orang Belambangan. Meskipun demikian, kalau engkau mau
mendengarkan atau tidak saranku" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Geludug berbimbang-bimbang sejenak. Akhimya melangkah
mau mengharnpiri. Diah Windu Rini kemudian membisikkan
sesuatu ditelinganya. - Nah, kau sampaikan kepada kawanmu Begitulah caranya
agar kalian bisa pulang dengan membawa pedang Sangga
Buwana. Hanya saja, kawanmu itu harus hati-hati dan ber-
waspada. - Geludug tercengang beberapa detik. Lalu berputar
menghadap Guntur. Setelah itu ia memberi isyarat agar
mengikuti dirinya yang melangkah ke luar pintu. Tiba di
halaman depan, Geludug menarik lengan Guntur dan
dibawanya berlindung di bawah pohon. Rupanya apa yang
akan dibisikkan begitu rahasia, sehingga sedapat mungkin
jangan terlihat siapapun. Tetapi ia tidak tahu, bahwa di balik
belukar bersembunyi empat orang. Gunacarita" Bogel, Karta-
mita dan Lembu Tenar yang mengawaskan gerak-geriknya
dengan kepala berteka-teki.
- Kau mau berkata apa" - Guntur menegas.
Geludug menempelkan mulutnya kepada telinga Guntur.
tiba-tiba ia menjerit tinggi. Darah mengucur deras dari ulu
hatinya. Dengan tangan menuding dan wajah penuh tanda
tanya ia berteriak tertahan .
- Kau ... kau ..... mengapa kau ..... -
Guntur mengulum senyum sambil memperlihatkan sebilah
belati pendek di tangannya. Kemudian menyahut :
- Kau baru tahu sekarang, bukan" Kau lihat sendiri. ini
badik Belambangan yang berlumuran bisa jahat. Jadi kau tahu
sendiri. - - Tapi ..... tapi ..... mengapa kau berbuat begini " -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Guntur tidak menjawab. Pada waktu itu Diah Windu Rini
keluar pula dari pintu. Dengan langkah pelahan ia
menghampiri Geludug. Berkata dengan suara sayang :
- Biarlah aku yang menjelaskan agar engkau tidak mati
penasaran. Kawanmu ini sengaja memancing di air keruh. Dia
abdi yang setia yang ditugaskan apakah orang Belambangan
masih bernafsu mencari pedang Sangga Buwana. Ternyata
kau terpancing. Nah, selamat jalan.-
- Oh. - terdengar Geludug melepaskan ucapannya yang
penghabisan. Lalu roboh terkapar di alas tanah seperti ayam
terpotong. Pandang matanya tentunya melotot menatap udara
karena hatinya benar-benar penasaran dan penuh dendam.
Guntur membungkuki. Badiknya yang berlumuran darah
dibersihkan dengan ujung baju Geludug yang sudah tidak
bernyawa lagi. Sewaktu ia menegakkan badannya hendak
memasukkan badiknya ke dalam sarungnya, tiba-tiba dadanya
terasa sakit. Ia hanya melihat sebatang pedang berkelebat di
depan matanya. Itulah pedang Diah Windu Rini yang menikam
tepat di ulu hatinya pula.
- Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik. Maka kaupun
boleh pergi. - ujar Diah Windu Rini.
Guntur menggerung oleh rasa sakit, penasaran, kaget,
heran dan mendongkol. Dengan menguatkan diri ia melompat
mundur untuk membebaskan diri dari ujung pedang yang
menancap di dadanya. Tetapi tentu saja Diah Windu Rini tidak sudi memberinya
peluang. Diapun maju sambil menyodokkan pedangnya.
Karena pedangnya tajam luar biasa, ujungnya menembus
dada Guntur sampai di punggungnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Guntur roboh bermandikan darah. Dan pada saat itu, Diah
Windu Rini mencabut pedangnya dan dimasukkan ke dalam
sarungnya. Tenang saja sikapnya, seolah-olah tidak pernah
terjadi sesuatu. Tiga orang pembantunya yang terdiri dari puteri pula berdiri
di belakangnya mengambil sikap siap tempur.
Dengan matinya Lingsir, Puthut, Geludug dan Guntur, kini
tinggal Wisada dan Srenggana dengan orang-orangnya. Kedua
orang itu jelas dari aliran lain, tetapi mempunyai tujuan yang
sama. Mereka kini muncul lagi di halaman depan. Sebentar
mereka terlongong menyaksikan mayat Guntur dan Geludug.
Lalu berpaling kepada Diah Windu Rini dengan mulut
membungkam. - Bagaimana" - hardik Diah Windu Rini.
- Hm.- Srenggana tertawa melalui dadanya. - Rupanya,
kaupun menaksir pedang pusaka itu. Kau bisa menjebak
mereka, akan tetapi jangan bermimpi bisa berbuat semudah
itu terhadapku.- - O , begitu" - Diah Windu Rini tertawa geli. Lalu menatap
Wisada.- Bagaimana dengan engkau " -
Wisada tidak segera menjawab. Beberapa waktu lamanya ia
menatap wajah Diah Windu Rini. Baik wajah dan perawakan
gadis itu memang agung berwibawa. Akan tetapi berkesan
mengerikan juga. Dia tidak hanya pandai menggertak orang.
Tangannya gapah pula. - Nona,- akhirnya Wisada membuka mulutnya. - Sebenamya
engkau bisa dengan cara lain untuk menolong membebaskan
kedua saudaramu dari cengkeraman Pulunggana, Tidak usah
menyebar-luaskan perkara pedang Sangga Buwana sehingga
menarik perhatian orang. Akibatnya rumah ini didatangi para
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar dari semua jurusan. Aku percaya, lambat-laun nona
akan terlibat dalam suatu kesulitan lain. -
- Hm , masakan aku tidak tahu" - potong Diah Windu Rini
dengan sengit.- Apakah kalian datang kemari bukan karena
ingin memperoleh pedang pusaka itu"-
- Memang. Aku tadi sudah mengatakan. Tetapi ..... -
- Kalau aku hanya membunyikan kentungan tanda bahaya,
masakan kalian mau datang" -
Wisada berpikir sejenak. Menyahut :
- Baiklah, anggap saja alasanmu benar. Tetapi mengapa
nona justru merintangi untuk bisa maju bersama mengkerubut
Pulunggana " - - Apakah engkau tidak mengerti maksud baikku " -
- Maksud baik yang mana " - Wisada penasaran.
- Kalian begitu ceroboh. Kalian anggap Pulunggana secerpih
tembakau yang bisa kalian pilin-pilin Dia sakti luar biasa. Maka
sebelum mencoba-coba, kalian kuuji dulu. Kalau lulus, nah
barulah mempunyai arti melawan dia. Lihatlah nasib Lingsir
dan Puthut yang semberono itu !, Hanya dengan
mengandalkan suatu kegesitan mereka berani menerjang
masuk. Padahal hanya dengan sekali tabas, pedang mereka
dapat kami kutungkan. Akibatnya mereka seperti mencari
matinya sendiri. Apakah kegesitan Pulunggana hanya bisa
dilawan kegesitan semata " Otak, akal dan perhitungan harus
menjadi pegangan utama sebelum bertindak. Kalau kalian
berani mengadu untung, silahkan ! -
Srenggana tertawa terbabak-bahak. Serunya :
- Nona, engkau benar-benar pandai bemain sandiwara
Setelah kini tinggal dua orang, kau persilahkan kami memasuki
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruang dalam untuk bertempur melawan Pulunggana.
Bukankah sama halnya engkau mengadu domba Guntur dan
Geludug " - - Ah benar. - Wisada tersadar. - Sebenarnya apa sebab
mereka bisa saling membunuh" -
- Saling membunuh " - Diah Windu Rini tertawa lebar -
Akulah yang membunuh Guntur. Sebenarnya aku bermaksud
baik pula. Geludug kusuruh membisiki agar salah seorang mau
mengalah. Rupanya Guntur terlalu serakah. Khawatir akan
tidak kebagian rejeki ia membunuh Geludug selagi sedang
rnembisikinya. Orang semacam dia harus kubunuh pula. -
-Eh, enak saja engkau mengarang cerita. - Srenggana
membentak dengan wajah penasaran. - Kami belum buta.
nona. Guntur adalah kaki-tanganmu. Dia sengaja kau kirim ke
Belambangan untuk membuat desas-desus perkara pedang
Sangga Buwana, bukan " Dan ia engkau bunuh untuk
menghilangkan jejak. - Sreng ! Diah Windu Rini menghunus pedangnya. Lalu
melompat maju seraya menghardik :
- Kau terlalu banyak mengetahui. Maka kedua-duanva harus
kusingkirkan.- - Hm, apakah mudah" - ejek Srenggana. Lalu memberi aba-
aba kepada anak-buahnya : - Maju -
Sebelas orang anak buahnya berlari-larian dengan
membawa obornya. Setelah mengepung rapat, obor mereka
ditancapkannya di atas tanah. Dengan berbareng mereka
menghunus senjatanya masing-masing yang terdiri dari
kelewang, penggada, tongkat besi, tombak dan pedang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketiga pembantu Diah Windu Rini tidak tinggal diam saja.
Mereka beradu punggung, lalu maju dua langkah. Setelah
maju dua langkah, seorang demi seorang mundur selangkah.
Bila yang pertama mundur, yang kedua maju. Lalu disusul
yang ketiga dan pada saat itu pula yang kedua mundur dalam
jurusan lain. Maka siapapun tahu, itulah jurus-jurus kerjasama
yang rapih. Kelihatannya seperti maju-mundurnya sekawanan
penari, akan tetapi sesungguhnya menggenggam ancaman
yang berbahaya. sebab dengan tiba-tiba saja, kelembutan itu
bisa berubah dengan suatu kegesitan yang garang seperti
gerakan majikannya. Wisada untuk sementara tidak sudi melibatkan diri.
Rupanya dia seorang pemuda yang berhati-hati. Ia
membiarkan Srenggana dan anak-buahnya mengadu untung
dan memutuskan untuk menjadi seorang penonton yang baik.
- Tujuh maju empat lari - perintah Srengana yang
merupakan aba-aba sandi. Tujuh orang lantas saja menerjang sambil berteriak
nyaring. Yang empat lari berputaran makin lama makin cepat.
Karena itu, Diah Windu Rini di paksa pula untuk berputar
mengikuti gerakan mereka.
Celakanya yang tujuh orang menyerang maju mundur
sehingga merepotkan kedudukannya. Menyaksikan Diah
Windu Rini dan ketiga pembantunya keripuhan, Srenggana
kelihatan puas. Ia tertawa gelak. Lalu berseru
- Nona ! Kau masih berani mengangkat kepala" -
Mendongkol hati Diah Windu Rini diejek demikian.
Sekonyong-konyong ia melesat tinggi dan menyerang empat
orang yang lari berputaran. Itulah serangan kilat diluar
dugaan. Namun agaknya mereka sudah bersiaga menghadapi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemungkinan demikian, tiga orang ikut membantu. Sedang
ketiga pembantu Diah Windu Rini cukup direpotkan empat
orang dan Srenggana. - Bagus!- seru Diah Windu - Kalian sebenarnya rombongan
tetamu yang harus kusuguh minuman dan makanan dulu.-
- Siapa kesudian minum suguhan nenek-moyangmu. -
bentak Srenggana. - Ah ! Aku sudah berusaha seramah mungkin tetapi
nampaknya, kalian tidak sudi menghargai keramahan orang.
Baik. - Berkata demikian ia menikam salah seorang yang maju
menerjang. Tangan kirinya bergerak pula menghantam iga-
iga. Inilah serangan diluar dugaan orang itu lantas saja roboh
terjengkang. Menyaksikan hal itu, Srenggana mendongkol. Namun diam--
diam ia terkejut melihat kepandaian Diah Windu Rini yang
dapat merobohkan seorang anak-buahnya yang sudah terlatih
bertahun-tahun lama nya. Dengan cara yang sederhana.
Dengan mengangkat tangannya ia memberi aba-aba untuk
membalas menyerang. Sembilan orang anak-buahnya menerjang dari empat penjuru.
- Mustahil engkau bisa melawan sepuluh orang - seru
Srenggana.Dan iapun segera menggabungkan diri .
Diah Windu Rini dan ketiga pembantunya menangkis
dengan berbareng.. Suatu benturan senjata memekakkan
telinga. Akibatnya para penyerbunya tergentak mundur.
Srenggana kernbali terperanjat lagi. Pikirnya, benarkah tenaga
perempuan bisa mempunyai kekuatan begini hebat" Ia
penasaran dan ingin mengadu tenaga melawan Diah Windu
Rini. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Mengalahkan mereka harus menangkap kepalanya dulu. -
pikirnya. Retapi lagi-lagi ia tertumbuk batu. Diah Windu Rini tidak
sudi mengadu tenaga. Dengan sedikit menggeserkan letak
kakinya, ia mengelak. Akibatnya diluar dugaan. Sebab Diah
Windu Rini tidak membalas menyerang. Sebaliknya menikam
seorang anak-buahnya yang sama sekali tidak berjaga-jaga.
Cres ! Ujung pedang Diah Windu Rini menikam bawah
pundak. Yang kena tikam menjerit kaget. Tongkatnya
terpental dari genggaman. Dan tepat pada saat itu salah
seorang pernbantu Diah Windu Rini menendang tongkat dan
balik memukul majikannya dengan telak. Tak ! Dan orang itu
roboh terkapar tanpa ampun lagi.
Dua orang telah roboh. Srenggana tidak patah semangat. Ia
terus merangsak layak orang hendak bunuh diri. Justru
demikian, Dua orang roboh lagi. Dengan demikian anak-
buahnya kini tinggal lima orang. Kini dia jadi kalap. tetapi
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam keadaan terjepit, biasanya seseorang menemukan jalan
keluar. Mengapa tidak menyerang pembantu-pembantunya Diah
Windu Rini yang kepandaiannya tentunya tidak setinggi
majikannya" Memperoleh pikiran demikian, segera ia merobah
cara berkelahinya. Sekarang, ia menghadapi Diah Windu Rini seorang diri,
sedang lima anak buahnya menerjang tiga orang pembantunya. Ternyata berhasil. Salah seorang pembantu
Diah Windu Rini tertikam roboh dan mati terbanting di atas
tanah. - Kau berani membunuh pembantuku " - bentak Diah
Windu Rini. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Apakah hanya engkau saja yang berhak membunuh
orang" - balas Srenggana tidak kalah sengitnya.
Tiga orang berlawanan enam orang. Meskipun demikian
keadaannya tidak seimbang. Diah Windu Rini yang dibantu
dua orang dayangnya berkelahi bagaikan bayangan. Lambat-
laun Srenggana merasa kuwalahan. Selagi demikian, tiba-tiba
Pulunggana muncul di ambang pintu. la mengamati mereka
yang sedang berkelahi dengan menyungging senyum. Lalu
duduk di atas lantai seperti seorang penonton wayang golek.
Bogel, Kartamita, Gunacarita dan Lembu Tenar memperhatikan orang itu dengan jantung berdebar-debar.
Entah apa sebabnya, bulu kuduk mereka meremang.
Terutama Bogel yang menyaksikan betapa mudah Pulunggana
membunuh Lingsir dan Puthut dengan sekejap mata saja.
Kalau orang itu sampai ikut masuk ke dalam gelanggang
pertempuran, Srenggana dan sekalian anakbuahnya akan
kehilangan nyawanya. Wisada yang semenjak tadi menonton di luar gelanggang,
tahu diri. Pelahan-lahan ia mengundurkan diri. Lalu lari
terbirit-birit mengarah ke barat. Srenggana yang terlibat dalam
suatu pertempuran antara mati dan hidup, mendongkol bukan
main. Justru demikian cara bertempurnya jadi kacau. Dua
orang pembantunya terluka. Syukur tidak membahayakan
jiwanya. tetapi di pihak lawan, seorang dayang Diah Windu
Rini terluka Pula. Bahkan kelihatan parah.
- Hm. - Pulunggana menggerutu. - Mengapa memanjakan
lawan" - Tangannya bergerak dan belasan panah bor beracun
menyabar secepat kilat. Pada saat itu pula terdengar suara
teriakan menyayatkan hati. Srenggana dan sekalian anak
buahnya mati terjengkang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anehnya, juga kedua dayang Diah Windu Rini tidak luput
dari kematian. - Hai ! - bentak Diah Windu Rini dengan suara sengit. -
kenapa kau bunuh sekalian dayangku " -
Dengan pelahan-lahan Pulunggana berdiri. Ia tertawa
melalui hidungnya. Lalu menjawab dengan suara di antara
bunyi tertawanya : - Kaupun sudah cukup melakukan perananmu. -
Tiga buah panah bor melesat bagaikan kejapan kilat Diah
Windu Rini melompat tinggi sambil menabaskan pedangnya.
Ia berhasil meruntuhkan dua buah, akan tetapi yang sebuah
tepat menancap di tumitnya. Dengan memekik kesakitan ia
turun ke tanah dengan beriumpalitan. Hebat puteri cantik
jelita itu. Meskipun sudah terluka pedangnya masih saja dapat
mengancam dada lawan . Pulunggana memiringkan badannya sambil tertawa pelahan.
Dan sebelum Diah Windu Rini sempat menarik pedangnya, ia
roboh menubruk ke depan. - Kau.... ! Kau ..... ! - ia menudingkan pedangnya.
- Ah, mulutmu memang kelewat cerewet Nih, sekali lagi. -
potong Pulunggana. Sebuah panah bornya melesat dan
menghantam tenggorokan Diah Windu Rini dengan tepat . Kali
ini, gadis itu tidak dapat lagi membuka mulutnya. Pelahan-
lahan ia roboh tergo lek di atas tanah dengan pandang mata
penasaran. Pulunggana menunggu sampai jiwa gadis itu melayang
Kemudian dengan santai ia memasuki ambang pintu dan
menutup daun pintunya dengan rapat. Suasana di halaman
jadi sunyi mengerikan. Belasan mayat bertebaran http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermandikan darah di bawah cahaya belasan obor yang sudah
mulai buram. Bogel yang beradat panas dan sedikit urakan, kali ini
kehilangan keberaniannya. Wajahnya pucat lesi. Mulutnya
terbungkam. Bahkan kedua kakinya menggigil diluar
kehendaknya sendiri. Apalagi Lembu Tenar. Ia merasa diri
seperti terlolosi seluruh sendi tulangnya. Kartamita yang
biasanya pandai berpikir kehilangan peribadinya. Ia merasa
kehilangan akal. Tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.
Dan yang paling mengharukan adalah ki dalang gunacarita.
Orang ini hanya pandai mendalang. Dia seorang seniman
tulen. selama hidupnya belum pernah menyaksikan orang
saling membunuh. tetapi di malam gelap gulita itu, ia
menyaksikan tidak hanya seorang yang terbunuh. Melainkan
belasan orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Keruan saja ia sampai terkencing-kencing. Akhirnya jatuh
pingsan tak sadarkan diri .
Sementara itu, waktu berjalan terus. Sekalian obor telah
padam suasana malam tambah gelap pekat. Di udara hanya
nampak sebuah bintang bergetar payah di antara barisan
awan hitam yang berarak-arak. Angin sama sekali tidak
meniup. Suasana sunyi menjadi hening. Hening yang
menggeridikkan bulu roma. Sebab di depan rumah gedung itu
berserakan mayat-mayat yang belum dikebumikan.
Akhirnya Kartamita dan Bogel dapat merebut kesadarannya
kembali. Segera mereka meraba Lembu Tenar agar beralih
tempat. Kemudian kepada Gunacarita. Tetapi ki dalang masih
saja jatuh pingsan. - Celaka - bisik Kartamita cemas.- Ayo kita bawa beramai-
ramai. Kalau ketahuan, kita bakal kehilangan jiwa. -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Peringatan Kartamita tidak perlu diulangi lagi. Semua
temannya sadar akan bahaya yang mengancam. Maka dengan
memaksa diri, mereka menggotong gunacarita. Lembu Tenar
dan Kartamita masing-masing mengangkat kakinya, sedang
Bogel bagian punggung sampai kepala. Bau kencing yang
teruar dari celananya yang basah kuyup tidak dihiraukan lagi.
Setelah kira-kira duaratus meter meninggalkan tempat,
Bogel menegas : - Mau dibawa ke mana " -
- Jalan terus - ajak Kartamita. - Yang jelas, kita tidak bisa
balik pulang ke penginapan. Kita mencari sebuah gubuk untuk
istirahat.- - Hm - nafas Bogel memburu. - Babi ini kenapa terkencing-
kencing" Hai, bangun ! -
Gunacarta tidak terusik. Bahkan ia seperti orang mampus.
Punggungnya yang terkatung-katung nyaris mengesek tanah,
namun tetap saja ia kehilangan kesadarannya.
- Kita berhenti dulu ! - usul Bogel.
Dengan hati-hati mereka meletakkan Gunacarita di alas re-
rumputan. Kemudian beristirahat melepaskan lelah. bukan
main pengalaman sebentar tadi. Berbagai kesan bercampur
aduk menjadi butiran-butiran perasaan yang tidak menentu.
Karena itu, lama mereka berdiam diri.
Kira-kira limapuluh meter di seberang jalan terdengar suara
air bergemericik. Itulah suara arus anak sungai yang
menumbuk-numbuk batu-batu penghalangnya.
- Kartamita, sekarang kita ke mana" - Bogel minta
pendapatnya. Itu berarti ia mengakui Kartamita yang pandai
berpikir di antara mereka berempat.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Kita tunggu dulu sampai Guna sadar kembali. - sahut
Kartamita dengan suara kering. - Lalu kita kembali ke
penginapan. Seterusnya kularang kalian membicarakan
penglihatan malam ini, kalau masih sayang pada jiwa sendiri.-
Lembu Tenar menghela nafas. la mendongak ke udara
merenungi bintang yang satu itu. Bintang yang bergelar
sendirian. beberapa waktu kemudian ia meruntuhkan
pandang. Mencoba minta pendapat teman-temannya .
- Andaikata aku terpaksa atau dipaksa untuk berbicara
perkara ini, apa yang harus kukatakan selain hanya
menyaksikan peristiwa saling membunuh" Apa lagi" -
- Bagaimana kalau engkau dipaksa mengisahkan mula-mula
kita mengenal Diah Windu Rini sampai sampai.... - ujar Bagel
dengan suara bergemetar. - Ya....aku cuma bisa berkata, dia mati terbunuh. Yang
membunuh orang bernama Pulunggana. - jawab Lembu Tenar
sulit. Bagel tidak puas dengan jawaban Lembu Tenar. akan tetapi
apa yang membuatnya merasa tidak puas, ia tidak tahu
sendiri. Kartamita rupanya dapat membaca keadaan hatinya
Katanya hati-hati : - Aku tahu, kau ingin Lembu Tenar mengutarakan kesan
hatinya perkara Diah Windu Rini, bukan " -
- Benar, benar Aku mernang manusia yang tidak bisa
menyimpan hati. - sahut Bagel cepat. - Sebenarnya bagaimana
dia" - - Kau maksudkan siapakah dia sebenarnya " -
- Ya, ya, ya..... - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Dengan sesungguhnya, akupun tidak tahu.- Kartamita
menghela nafas setengah mengeluh. - Kita melihat suatu
pertempuran. Jelas sekali, kita semua menyaksikan. Akan
tetapi anehnya, justru jadi tidak jelas. -
- Tidak jelas bagaimana" -
- Kau bisa menjawab, siapa yang datang meluruk rumah
Diah Wtndu Rini" - Kartamita menguji.
Bagel dan Lembu Tenar saling pandang. Lalu terlongong--
longong. Akhirnya mereka mengaku tidak mengerti.
- Tidak jelas, bukan" - Kartamita,rnenegas.
- Ya.- mereka menjawab berbareng.
- Apakah kalian yakin Pula, bahwa rumah itu adalah
kediaman Diah Windu Rini " -
Bagel dan Lembu Tenar menggelengkan kepalanya:
Sejenak kernudian Lembu Tenar menjawab :
- Yang bisa menjelaskan kukira hanya Guna. Sebab Guna
yang membawa kita kemari. -
Kartamita menimbang-nimbang sejenak. Lalu membenarkan. Katanya lagi :
- Pihak yang datang sudah jelas. Mereka mempunyai
maksud tertentu. Yang satu ingin merebut pusaka pedang
Sangga Buwana.Yang lain datang untuk bertemu dengan
Niken Anggana. Ada lagi yang mengesankan, bahwa Niken
Anggana Tertawan. Tertawan oleh siapa " -
- Benar. Tertawan oleh Siapa " - Lembu Tenar mengulang
permasalahan itu. - Padahal, bukankah Niken Anggana
setidak-tidaknya termasuk keluarga Diah Windu Rini " Ingat di
penginapan dulu Dia di bawa lari Diah Windu Rini. Dara yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik luar biasa itu tidak membantah. Jadi menurut akal
sehat, Diah Windu Rini yang menawan Niken Anggana dengan
maksud tertentu. - - Tetapi mengapa dia membiarkan orang yang bernama
Pulunggana berada di dalam" - bantah Bogel.
- Akulah yang menyaksikan, bahwa orang itu berdiri tegak
bagaikan patung di depan pintu masuk ruang dalam. Lalu
dengan sekali menggerakkan tangan membunuh dua orang
pendekar yang menerobos masuk ke dalam. -
- Lebih hebat lagi, Pulunggana kemudian membunuh Diah
Windu Rini dengan sisa dayang-dayang nya. Siapakah yang
bisa memecahkan teka-teki yang rumit ini " - sambung
Kartamita. Bogel berpikir sebentar. Latu menjawab seperti diingatkan
sesuatu : - Eh, bukankah Diah Windu Rini berkata bahwa sebelum
mereka bertanding melawan Pulunggana harus diujinya dulu"
Maksudnya agar mereka tidak mati Kalau ditilik ucapannya, ia
sendiri perlu teman untuk diajak mengkerubut Pulunggana.
Jadi ia bermaksud baik. Tetapi mengapa dia tiba-tiba mengadu
domba antara Guntur dan Geludug agar saling membunuh "
Setelah Guntur membunuh Geludug, dia sendiri yang
membunuh Guntur. Ah, entahlah entahlah....aku memang
orang kasar yang tidak pandai rnelihat yang jauh-jauh.-
- Bogel ! - tungkas Kartamita. - Kau tak perlu menyalahkan
dirimu sendiri. Aku sendiri tidak dapat menebak teka-teki yang
rumit ini. Kita tunggu dulu penjelasan Gunacarita. Yang
pertama, siapakah yang menyuruh dia datang ke rumah itu.
Kedua, perihal pedang Sangga Buwana. Ketiga, bagaimana
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nasib pendekar Sondong Landeyan. Keempat , bagaimana
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Haria Giri dan Sekar Mulatsih. kelima, Pitrang anak Sondong
landeyan dan Sekar Mulatsih masih hidup atau sudah mati"
Setelah menjadi jelas, barulah kita kembali ke Rumah
Penginapan di Ngawi. Kita perlu minta penjelasan, benar-
benarkah Diah Windu Rini yang menyuruh dia menyebar
luaskan perkara beradanya pedang Sangga Buwana" -
- Kartamita ! - Lembu Tenar menyela. - Pikiranmu benar-
benar cemerlang. Aku takluk. Kau seperti bisa menyingkap
tabirnya selembar demi selembar. Ya, kukira kita akan jadi
jelas untuk dapat membaca peristiwa malam ini setelah
memperoleh penjelasan Gunacarita. Cuma, babi ini masih saja
kehilangan kesadarannya. Bagaimana kalau dia kita rendam di
anak sungai itu " Kalau tidak, sampai kapan kita menunggu
dia siuman kembali. - - Itu perkara mudah. - kartamita tidak setuju. - Yang
penting, aku mengulangi peringatanku. Kita jangan membicarakan peristiwa malam ini kepada siapapun. Kalau
tidak, kita bakal kehilangan jiwa. Alasanku begini. Kita ini
sebenarnya sedang tercekam oleh suatu peristiwa yang layak
berlaku dalam mimpi buruk atau khayal yang indah. Sebab
kita melihat bermacam-macam kepandaian orang. Memang, di
dunia ini banyak orang yang berkepandaian Tetapi kita cuma
mendengar ceritanya dan bukan kenyataannya. Dan malam ini
kita melihat berbagai macam pendekar yang memperlihatkan
kepandaiannya Selain tangkas menggunakan senjata, kaki dan
tangannya, mereka bisa melesat bagaikan sosok baya ngan
Menyaksikan penglihatan demikian, hati kita tergugu. Kita
kagum luar biasa. Dan yang kedua kita ketakutan sewaktu
melihat mereka saling membunuh. Harga jiwa manusia tidak
melebihi jiwa ayam potong. Apa lagi sikap orang yang
bernama Pulunggana. Kalau dia bisa memperlakukan para
pendekar demikian kejam, apalagi terhadap kita yang tidak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai bobot hidup. Sebab kesaksian kita bisa dianggap
membahayakan dirinya. Kecuali dia, masih ada satu orang lagi
yang lolos. Dialah pendekar Wisada. Kita tidak tahu, dia
manusia baik atau tidak. Yang jelas, dia mempunyai otak.
Melihat musuhnya terlalu perkasa dengan diam-diam ia
melarikan diri. Artinya, ia berharap siapapun jangan
mengetahui ke mana atau di mana dia bersembunyi. Bahkan
dia berharap, semoga Pulunggana menganggap dirinya sudah
mati di tangan Diah Windu Rini. Karena itu, bila kita
membongkar rahasianya .... -
- Membongkar rahasianya" - seru Lembu Tenar
menyangkal. - Maksudku dengan tidak sengaja kita membicarakan dia
yang lari meninggalkan gelanggang, kita bakal diancam
bahaya maut dari dua jurusan. Yang pertama dari dia sendiri.
Yang kedua dari orang yang menghendaki dia harus mati dan
yang ingin menyimpan atau merahasiakan peristiwa pembunu
han sebentar tadi., Kahan mengerti " -
- Mengerti.- Bogel dan Lembu Tenar mengangguk dengan
berbareng. - Karena itu, kita jangan membicarakan coal itu lagi. -
Kembali lagi dua orang itu mengangguk dengan sungguh--
sungguh. Tiba-tiba Gunacarita memperoleh Kesadarannya
kembali. Seperti terhentak ia menegakkan badan dan hendak
berseru nyaring. Cepat-cepat Kartamita membekap mulutnya.
- Ssst ! Jangan keras-keras Kau dengarkan saja
keteranganku. Kita sudah berada di luar halaman rumah maut
itu. - Setelah berkata demikian pelahan-lahan Kartamita melepas-
kan bekapannya. Gunacarita lantas saja minta keterangan :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Di mana kita sekarang " -
- Di tengah hutan. Lihat sendiri -
- Aku mau berak. - ujar Gunacarita.
Bogel dan Lembu Tenar yang setengah rnendongkol
menyahut hampir berbareng :
- Kau babi yang membuat kita susah saja. Kau sudah satu
jam setengah mampus. Sudah begitu, bau kencingmu luar
biasa. Sekarang mau berak Pula. Sana ! Tuuu .... ada anak
sungai - Dengan membungkuk-bungkuk Gunacarita turun ke sungai.
Lalu berjongkok membuang hajatnya. Crot, crot, crot ! Tepak
tepung. Suasana malam yang sunyi hening jadi agak ricuh.
Trot, dut, tutuuuut .... brot !
- Buseeettt....! Sudah berak kentutmu nerocos. - Maki Bogel
gemas. - Biarkan dulu Biar lega dulu perutnya- Lembu Tenar mau
mengerti - Siapa tahu pikirannya jadi jernih-
- Dia makan apa saja sih tadi " - Bogel masih saja
menggerutu. Sebab dialah yang merasa tersiksa karena harus
mengangkat bagian kepala sampai punggungnya seorang diri.
- Daripada dia berak sepanjang jalan, bukanlah lebih baik
nongkrong di situ " -
- Ya betul. - akhirnya Bogel mengamini. Lalu berseru : - H ai
Guna Celanamu cuci dulu Kau tadi makan jengkol, ya" Bau
kencingmu kaya kentut kuda, -
Lembu Tenar dan Kartamita terpaksa menyabarkan diri
menunggu Gunacarita melaksanakan permintaan Bogel. Mula-
mula dengan setengah telanjang Gunacarita memeriksa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
celananya. Karena gelap malam, ia terpaksa merabanya
Benar, pipa celananya basah. Ia jadi heran. Minta penjelasan :
- Kapan aku kencing" -
Lernbu Tenar dan Kartamita bisa memaidurni keadaan
Gunacarita, Dia terkencing-kencing oleh rasa takut yang
menyengat segenap perasaannya. Barangkali dilakukan diluar
kesadarannya. Sebaliknya Bogel yang berperangai kasar menggerutu
panjang-pendek. Sahutnya setengah memaki :
- Kau sunati saja anumu, biar tidak kencing di sembarang
tempat. - Lambat-laun Gunacarita bisa mengingat apa yang sudah
terjadi. Maka dengan berdiam diri, ia mencuci celananya
bersih-bersih lalu diperasnya. sekuat tenaga. Karena tidak
membawa pakaian lain, terpaksalah ia mengenakannya. Lalu
dengan terbata-bata ia menghampiri ketiga temannya.
- Sungguh mati Maaf....sekali lagi maaf Selama hidupku be-
lum pernah menyaksikan peristiwa demikian. Aku....aku.... - ia
berkata tergagap-gagap - Sudahlah - tungkas Kartamita. - Semua orang termasuk
kita ini pasti ketakutan setengah mati menyaksikan peristiwa
yang mengerikan itu. Sebenarnya, siapakah yang menyuruh
engkau datang ke rumah itu " -
- Terus terang, tidak ada. - sahut Gunacarita dengan suara
merasa salah. - Tidak ada" - Kartamita dan Lembu Tenar menegas.
- Tidak ada. - - Sumpah" - gertak si Bogel yang kasar.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Sumpah. - - Berani bersumpah" - Bogel masih perlu yakin.
- Berani bersumpah.- sahut Gunacarita dengan suara tegas.
Mendengar lagu suara Gunacarita, Kartamita, Lembu Tenar
dan Bogel mau percaya. Kartamita kemudian membawa Gunacarita berjalan. Lalu
berkata seperti sedang membujuk anak kemarin sore :
- Lalu apa yang membuatmu datang ke rumah itu " -
Gunacarita tidak segera menjawab. Setelah berdiam
menimbang-nimbang akhirnya mengaku. Katanya
- Terus terang aku kemaruk uang.-
- Karena jumlah uang, maksudmu " -
- Ya. Bukankah enampuluh ringgit jumlah yang tidak sedikit.
Kalau hemat bisa kubuat penopang selama hidupku. Aku bisa
beli sawah, ladang dan rumah. Kukira tidak sampai sepuluh
ringgit. lainnya bisa kubelikan ternak, kebon kelapa .....
pendek kata .... - - Jadi hanya disebabkan jumlah uang itu" - potong
Kartamita. - He-e. Demi Tuhan ! Demi Malaikat ! Demi semuanya.-
Gunacarita bersumpah. - Karena sudah tiga hari tidak ada
kabar beritanya, aku mencoba-coba mencari keterangan di
mana rumah Raden Ajeng Diah Windu Rini atau kediaman
Raden Ajeng Niken Anggana, Pada suatu kali seseorang
membawaku ke sini. Itulah sebuah gedung besar yang
sebentar tadi kita kunjungi. Lalu aku membawa kalian. Apakah
ada yang aneh " - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Siapa yang membawamu kemari " - Kartamita minta
penjelasan. - Dia berkereta dan dengan ramah aku diperkenankan
duduk di samping sais.- - Apakah dia berdiam di rumah itu pula " -
- Dia melanjutkan perjalanan ke Sukawati. (baca : Sragen).-
Kartamita tidak berbicara lagi. Bogel dan Lembu Tenar
kemudian berpesan peristiwa sebentar tadi jangan di
bicarakan lagi. Pendek kata jangan sekali-kali disinggung-
singgung. Sebab jiwa bisa jadi taruhan. Dan Gunacarita mau
mengerti. - Kau masih mengharapkan enampuluh ringgit itu lagi atau
tidak" - Bogel menegas.
- Biar disambar geledek, tidak lagi. - jawab Gunacarita
dengan sungguh-sungguh. - Esok pagi aku mau melanjutkan
perjalanan ke Kediri.- - Bagus - Bogel setuju Lalu minta pendapat Kartamita : -
Bagaimana pendapatmu" -
Sambil berjalan pelahan-lahan, Kartamita berkata kepada
Gunacarita : - Sebenarnya, bagaimana riwayat pendekar besar Sondong
Landeyan setelah berpisah dari Sekar Mulatsih" Apakah
pedang Sangga Buwana masih berada di tangan Haria Giri"
Bagaimana pula nasib Wigagu yang terluka dan Sukesi " -
- Tentang mereka semua hanyalah kuketahui menurut tutur
kata pakem pedalangan. Jadi aku tidak menyaksikan sendiri. -
ujar Gunacarita. - Tutur pedalangan bagaimana" - Bogel menegas.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Artinya dari pakem pedalangan yang kuwarisi dari
guruku.- - Apa kata gurumu" - desak Bogel.
- Bukan aku pernah berkata satu bulan belum tentu selesai
" - - Baiklah, ! - Kartamita menengahi. - Sebenarnya kami
semua ini ingin memperoleh kejelasan latar belakang
terjadinya peristiwa tadi. Mereka saling berbunuhan karena
ingin memperebutkan pedang Sangga Buwana. Benarkah itu
"- - Bagaimana aku tahu" -
Mendengar bunyi jawaban Gunacarita, Bogel hampir tidak
sabar lagi. Syukur, Kartamita buru-buru mendahului. Ia
memaklumi jalan pikiran Gunacarita. Dia hanya seorang
dalang. Bukan saksi mata atau polisi yang bertugas melacak
suatu peristiwa sampai tuntas. Maka dengan suara sabar dan
mau mengalah, ia berkata :
- Baiklah, biarkan kita sendiri yang menggerayangi
terjadinya peristiwa itu. Sekarang maukah engkau bercerita
tentang sepak terjang pendekar Sondong Landeyan sebagai
upah kita mengiringkan engkau sampai di sini " Cerita apa
sajalah, asalkan mengenai pendekar Sondong Landeyan dan
Pitrang. - Gunacarita berhenti melangkahkan kakinya. Beberapa
waktu lamanya ia berdiri tegak bagaikan patung yang tidak
pandai berbicara. Kartamita yang pandai berpikir tahu, bahwa
Gunacarita sedang mengumpulkan daya ingatannya untuk
meringkas rangkaian cerita yang tentunya panjang sekali.
Kalau tidak mungkin barangkali dia sedang rnemilih bagian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cerita yang mungkin jadi penerangan terjadinya peristiwa
sebentar tadi. Sebaliknya Bogel yang berperangai kasar tidak bisa
memahami. Dengan setengah mendongkol ia mengancam:
- Kau jangan membuat kita jengkel. Lihat kau berada di
tengah hutan. Kalau kita lari cerai-berai, kau bakal berjalan
seorang diri.- - Hei ! hei! Bukan begitu! bukan begitu ! - Gunacarita
gugup. - Cerita itu mungkin sekali tidak cukup sate bulan.
Sekarang kalian menghendaki aku memilih sekian rangkaian
cerita jadi sebuah cerita saja. Hayo katakan padaku dari mana
aku harus mulai - - Mana aku tahu" - Bogel tidak mau mengalah.
Gunacarita meruntuhkan pandang. Ia tahu, dirinya harus
meluluskan permintaan Kartamita. Kalau tidak, dia bakal
ditinggal seorang diri. Akhirnya ia berkata acak-acakan :
- Baiklah ! Aku akan mulai sewaktu Pitrang sudah berurnur
lima tahun saja. Singkatnya, pendekar Sondong Landeyan
sudah hidup setengah pendekar. Ia menjauhi pergaulan. Dan
Pitrang diasuh oleh Wigagu dan Sukesi yang sudah menjadi
muridnya. - - Ah Jadi mereka kemudian menjadi murid pendekar
Sondong Landeyan" - Lembu Tenar berseru setengah
bersyukur. - Ya. Bukankah Wigagu pemuja Sondong Landeyan" Tentu
saja ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang bagus.
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah sembuh ia bersujud kepada Sondong Landeyan agar
pendekar besar itu berkenan menerimanya sebagai murid.
Sukesi demikian Pula. Karena Sondong Landeyan memerlukan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga mereka berdua untuk ikut serta menjaga Pitrang, ia
menerima permintaan mereka dengan senang hati. Hanya
dalam waktu kurang dari empat tahun, mereka memiliki
kepandaian yang tinggi. Kemudian Sondong Landeyan
menerima seorang murid baru lagi, Namanya Puruhita. Ketiga-
tiganya menjadi ahli pedang dengan keahliannya masing-
masing. Pada suatu hari, mereka bertiga disuruh menjemput
Pitrang pulang dari pertapaan Jalatunda. Di pertapaan itu
bermukim paman guru Sondong Landeyan yang sakti luar
biasa. Pertapa itu bernama Ki Ageng Telaga Warih. Seorang
pertapa yang aneh tabiatnya. Pada jaman mudanya ia banyak
membunuh musuh-musuhnya. setelah berusia tujuhpuluh
tahun ia bersembunyi di sebuali goa yang hanya diketahui oleh
Sondong Landeyan dan ketiga muridnya. Tempat tinggalnya
harus dirahasiakan. Dan Pitrang tinggal dalam pertapaan itu
selama dua tahun untuk meneri ma ajaran-ajaran dasar. Nah,
dari sini raja aku mulai. -
- Bagus Kartamita bertiga berseru berbareng. - Jadi usia Pi-
trang sudah Jadi tujuh tahun, bukan" -
- Ya,- - Hayolah mulai ! - Bogel tidak sabar lagi.
- Tetapi sampai di mana aku harus berhenti " -
- Sampai kita kembali ke Rumah Penginapan di Ngawi.-
- Setelah itu kita tidak boleh berbicara lagi. Kukira waktu
belum lewat tengah malam. Usahakan begitu matahari terbit,
cerita itu sudah selesai. Maksudku bagian yang akan kau
ceritakan ini. - Ki dalang Gunacarita mengangguk. Kemudian ia memperbaiki diri seperti gayanya tatkala bercerita di Rurnah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penginapan dulu. Ia mendeham tiga kali. Mendongak udara
yang gelap gulita Lalu mulai membuka mulutnya.
0odwo0 http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
5. TAMU YANG MENGEJUTKAN SUNGGUH Semenjak Amangkurat IV naik tahta, di dalam
negeri terasa terjadi perpecahan kekuasaan. Blok Raja, Blok
Patih Danurejo dan Kompeni Belanda. Lalu disusul pecahnya
para penguasa daerah yang jadi saling curiga dan saling
mengamati. Pangeran Cakraningrat dari Madura, Adipati
Jayaningrat di Pekalongan, Adipati Citrasoma Jepara, Arya
Jayasentika Kudus dan Tumenggung Puspanagara Adipati
Batang. Masih ditambah lagi dengan permaisuri Ratu Pakubuwana
dan selir-selirnya. Dan karena merasa bermusuhan, masing-
masing membuat kekuasaan dan menyusun kekuatan secara
diam-diam. Orang-orang pandai, para pendekar dan dukun-dukun sakti
dihimpun dan ikut memegang peranan. Bahkan begal-begal,
perompak, maling dan bangsat tak terkecuali. Dan yang jadi
korban tentunya rakyat jelata yang tidak tahu menahu .
Mereka saling memfitnah. Saling membunuh. Saling
membegal. Saling menipu. Dan yang menjadi korban pertama
adalah Pangeran Blitar, Pangeran Purbaya dan Arya
Mangkunagara Putera sulung Ratu Mas Ayu Sumarsa. Arya
Mangkunegara diasingkan dan akhirnya meninggal di
pengasingan pula. Dan kekuasaan Patih Danureja makin
menjadi-jadi. Siapa yang tidak tunduk dan patuh padanya,
disingkirkan atau hilang begitu saja dari peredaran hidup.
Dalam hal ini pendekar Sondong Landeyan adalah salah
seorang yang terkena getahnya pula. Isterinya dilarikan orang.
Pedang Sangga Buwana lenyap dari pinggangnya. Padahal dia
seorang ahli pedang satu-satunya yang pantas menyoren
pedang pusaka tersebut. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Syukur, ia seorang pendekar yang berwatak sederhana dan
tidak berambisi. Dilupakan semua kepedihan hatinya yang
memukul dirinya dengan mendaki gunung lebih tinggi lagi
agar dapat mengasuh Pitrang, anak satu-satunya, dengan
aman damai. Sebaliknya, pamannya yang bemama Ki Ageng
TelagaWarih tidak demikian. Tanpa permisinya, ia turun
gunung dan melakukan pencarian terhadap pedang Sangga
Buwana Sekar Mulatsih boleh dirampok orang, akan tetapi di
dunia ini hanya ada sebatang pedang pusaka yang pantas
diperebutkan dengan darah dan jiwa.
Telaga Warih adalah seorang sakti yang mempunyai watak
aneh Kecuali ilmu kepandaiannya sangat tinggi, orangnya
rada-rada sinting. Apalagi dia sedang turun untuk mewakil
balas dendam kemenakan-muridnya. Tangan dan kakinya jadi
gapah. Siapa yang dicurigai dipaksa mengaku. Setelah
Titisan Pamungkas 1 Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi Pendekar Pemetik Harpa 28