Pencarian

Dendam Sejagad 23

Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung Bagian 23


Empat diantara pendatang tersebut menyoren pedang, selain
Han thian it kiam C ia Cu kim, mereka adalan ketiga orang anak buahnya masing-
masing Hek ki thamcu, Ang ki thamcu serta Lan ki thamcu.
Sebenarnya thamcu ini terdiri dari empat orang, tapi berhubung thamcu panji
putih sudah tewas lebih dahulu ditangan Keng Cin sin maka jumlahnya kini tinggal
tiga orang. Sedangkan tujuh orang lainnya adalah tujuh kakek berbentuk
aneh yang semuanya berbentuk badan aneh, ada yang cebol, ada
yang kurus, ada yang gemuk, ada yang tinggi.
Begitu Keng Cin sin berjumpa dengan ke tujuh orang itu, dalam
hati kecilnya segera dapat menduga kalau mereka tak lain adalah Bu lim jit hun
(tujuh sukma gentayangan dari dunia persilatan) yang pernah mempermainkan
dirinya sewaktu di kuburan tempo hari.
Benar, ketujuh manusia aneh ini memang Bu lim jit hun, mereka
berdiri berjajar menurut urutannya.
Yang berada disebelah kanan adalah sukma gentayangan
pertama, dia berperawakan kurus kering lagi jangkung, namun
kehilangan sebuah mata kirinya, dia menyebut diri sebagai Jiat leng hun (sukma
cacad mata)' 1358 Menyusul kemudian si kakek yang kehilangan telinga dia
bernama Jiat oh hun (sukma cacad telinga).
Setelah itu Jiat pit hun (sukma cacad lengan), Jiat tai hun (sukma cacad kaki),
Jiat cui hun (sukma cacad mulut) seorang kakek aneh yang bermulut sumbing, Hong
lui hun (sukma romantis) seorang
kakek aneh kurus kecil berkepala botak, hanya kakek ini bertubuh utuh dan
terakhir adalah Khi si hun (sukma kematian) dia berwajah lesu, murung seperti
orang mampus. Orang terakhir inipun mempunyai anggota badan yang utuh,
kecuali hidungnya datar seperti kena di papas orang.
Setelah melihat jelas orang orang tersebut Keng Cin sin segera berbisik kepada
Ku See hong: "Ketujuh manusia aneh ini adalah Bu lim jit hun, sedangkan sisinya adalah
manusia-manusia Huan mo kiong di lautan selatan..
Siang khi hun yang mendengar ucapan tersebut, segera
memperdengarkan suara tertawanya yang menyeramkan, kemudian
serunya. "Hiat mo buncu, kaupun kenal dengan Bu lim jit hun"
Heeeeehh... heeeeehhh..... heeeeehhh.... Hong liu hun, kali ini kau akan
menikmati pesta besar. Kalau merasa tidak cocok dengan
perempuan jelek ini, si perempuan berambut putih itu toh cukup montok dan
bahenol.' Mendadak Seng sim cian li Hoa Soat kun mendongakkan
kepalanya, dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu dia
awasi sekejap Siang khi hun yang barusan berbicara.
Betapa terperanjatnya Bu lim jit hun setelah menyaksikan sorot mata Hoat Soat
kun yang tajam menggidikkan hati itu, serentak
mereka berpikir. "Waaah ... tajam amat sepasang mata siperempuan berambut
putih ini ...." 1359 Sementara itu Ku See hong yang mendengar perkataan dari Keng
Cin sin segera berpikir pula.
"Aneh benar perempuan ini, mengapa di dalam sekilas
pandangan saja dia bisa mengenali kalau ke empat orang itu adalah para manusia
laknat dari istana Huan mo kiong...
Han thian it kiam Cia Cu kim dari Huan mo kiong sudah pernah
bertarung melawan Ku See hong, oleh sebab itu dengan cepat
pemuda itu dapat mengenalinya. berhadapan kembali dengan
musuh besarnya Ku See hong segera merasakan darah panas yangg
mengalir di dalam dadanya bergolak keras.
Sepasang alis matanya berkerut, hawa napsu membunuh yang
menggidikkan hati menyelimuti seluruh wajahnya, serentetan sinar tajam seperti
kilauan golok menyapu pula wajah Cia Cu kim dengan penuh kegusaran, tegurnya
dengan suara dingin. "Cia Cu kim, hari ini kau telah menghantarkan dirimu sendiri, dengan begitu
akupun tidak usah bersusah payah pergi
mencarimu..." Han thian it kiam Cia Cu kim tahu, pemuda gagah yang berada di hadapannya
sekarang tak lain adalah orang yang berhasil dihantam sampai mampus olehnya di
pantai pesisir laut selatan.
Mimpipun dia tidak menyangka kalau dia dapat hidup kembali,
bahkan orang tersebut ternyata bukan lain adalah Leng hun koay seng Ku See hong
yang namanya sangat menggetarkan dunia
persilatan. Sementara itu Cia Cu kim telah berkata dengan suara sedingin
salju. "Ku See hong, tidak kusangka kau di berkahi umur panjang, tapi jangan harap kau
bisa lolos dari cengkeraman malaikat elmaut pada malam ini, kendatipun kau
memiliki keampuhan yang diluar dugaan.
Sekarang aku ingin bertanya kepadamu, apakah kau telah
membantai semua jago-jago istana Huan mo kiong kami"'
1360 Yang dia maksudkan sebenarnya adalah kawanan jago istana
Huan mo kiong yang dipimpin si pedang emas Cia Tiong giok dan
kemudian tewas ditangan Keng Cin sin.
Rupanya setibanya dilembah Yu cui kok diluar kota Heng yang, ia tak berhasil
menjumpai si pedang emas Cia Tiong giok sekalian, tapi akhirnya dipuncak tebing
tersebut ia temukan jenasah Pek ki
thamcu sekalian yang telah dibantai secara kejam, namun jenasah Cia Tiong giok
tidak berhasil dijumpai. Menurut perkiraannya, orang yang dapat membantai Cia Tiong
giok sekalian sudah pasti memiliki kepandaian silat yang sangat hebat, padahal
dalam dunia persilatan dewasa ini, hanya Leng hun koay seng Ku See hong serta
Hiat mo buncu yang memiliki
kemampuan demikian, kemudian diapun berpendapat bahwa Hiat
mo buncu tidak pernah mengikat tali permusuhan atau sakit hati dengan Huan mo
kiong, mustahil tokoh silat itu melakukan
pembantaian secara besar-besaran dengan cara yang begitu keji.
Tidak heran kalau kemudian ia mencurigai Ku See hong, sebab
memang pemuda inilah yang mempunyai permusuhan dengan
mereka, lagi pula memiliki kemampuan untuk berbuat demikian.
000de0wi000 BAB 63 PADAHAL dia mana tahu kalau Hiat mo buncu tersebut bukan lain
adalah muridnya Keng Cin sin yang sudah hilang semenjak setahun lewat ......
Rupanya semua anggota Huan mo kiong melakukan aksi
menutup mulut rapat-rapat terhadap peristiwa tragis yang menimpa Keng Cin sin,
oleh sebab itu Cia Cu kim sama sekali tidak
mengetahui akan peristiwa tersebut.
Namun diapun pernah memperoleh kabar yang mengatakan
bahwa Keng Cin sin telah mati.
1361 Sementara itu Keng Cin sin telah menyahut setelah mendengar
pertanyaan itu. "Segenap anggota Huan mo kiong dari laut selatan telah mati ditanganku ...."
Berubah hebat paras muka Cia Cu kim, segera bentaknya dengan
suara menggeledek: "Apakah putraku si pedang emas Cia Tiong giok tewas pula
ditanganmu ....." Keng Cin sin kuatir kalau Ku See hong sampai menaruh curiga
apa sebabnya dia sampai bermusuhan dengan orang-orang Huan
mo kiong, terpaksa sahutnya dingin:
"Darimana aku bisa tahu siapakah putra kesayanganmu itu" Tapi diantara mereka
yang kuhadapi memang ada seorang di antaranya
yang membawa pedang emas, tentu saja dia pun tidak dapat
terhindar dari kematian secara tragis.... '
Tak terlukiskan rasa sedih Cia Cu kim setelah mendengar
perkataan ini, titik air mata segera jatuh berlinang membasahi wajahnya, gemetar
keras sekujur tubuhnya, menunjukkan kalau
batinnya sangat terpukul setelah mendengar kabar buruk yang
menimpa putranya itu. Disaat dia sedang membunuh orang lain, gembong iblis berhati
keji yang gemar membunuh orang tanpa berkedip ini tak pernah
memikirkan bagaimanakah perasaan dari orang tua serta sanak
saudara dari korbannya, tapi sekarang dia baru merasakan akan
kesedihan tersebut. Mencorong sinar buas dari balik mata Cia Cu kim, bentaknya
keras-keras.. "Dendam sakit hati apakah yang terjalin antara kau dengan orang-orang Huan mo
kiong" Mengapa kau bertindak begitu keji
dengan membantai mereka semua" Kau .... kau.... cepat utarakan kepadaku!"
1362 Keng Cin sin tertawa dingin.
"Dendam sakit hati apa" Soal tersebut bukan prasyarat wajib bagiku untuk
membunuh orang, pokoknya setiap manusia laknat
yang banyak melakukan kejahatan dan kekejaman, kami orang-
orang Hiat mo bun tak akan melepaskan dalam keadaan hidup"
mendadak Cia Cu kim tertawa seram, pedangnya segera di putar
membentuk lingkaran-lingkaran hawa pedang yang berlapis-lapis, Seakan-akan
cahaya yang membumbung diangkasa, cahayanya
amat menyilaukan mata. Secara ganas sekali serangan tersebut langsung menggulung
ketubuh Keng Cin sin. Dengan cepat Keng Cin sin memutar telapak tangan kirinya
membentuk suatu gerakan melingkari, gulungan angin pukulan
berpusing seperti angin puyuh yang menyapu tanah, langsung
menyongsong datangnya hawa pedang dari Cia Cu kim.
Begitu Cia Cu kim menggerakkan serangan nya serentak semua
jago yang hadir diarena turut melibatkan diri dalam pertarungan sengit itu.
Mula pertama Seng sim cian li Hoa Soat kun yang bertindak lebih dulu, sepasang
telapak tangannya diputar dan diputar lagi
membentuk gerakan membusur, segulung demi segulung angin
pukulan yang dahsyat sedalam samudra seperti amukannya gelom-
bang samudra yang dihembus topan, dengan hebatnya menyapu
tubuh Bu lim jit hun. Hoa Soat kun merasa gusar dan mendendam sekali atas
kematian yang menimpa adik kandungnya, maka tidak heran kalau
serangan yang dilancarkan olehnya mempergunakan segenap
tenaga dalam yang di milikinya .
Tetapi Bu lim jit hun bukan manusia sembarangan yang lemah
kemampuannya, sambil tertawa dingin dengan seramnya, masing-
masing pihak segera melepaskan pula sebuah pukulan dahsyat ..
1363 Angin pukulan yang maha dahsyat seperti gulungan ombak
ditengah samudra langsung meluncur ke depan diiringi deruan angin yang
memekikkan telinganya, pusaran angin berpusing memancar
ke empat penjuru dan menyapu semua benda yang ditemui.
Hoa Soat kun tidak gentar, mempergunakan gerakan tubuhnya
yang amat cepat seperti sambaran petir, dia menyelinap masuk ke tengah barisan
Bu lim jit hun tin dan menyabet setiap musuh yang dijumpai nya.
Di dalam waktu singkat, ke delapan orang itu sudah terlibat
dalam suatu pertarungan masal yang luar biasa...
Sementara Cia Cu kim memutar pedang nya menyerang Keng Cin
sin secara ganas Ang ki thamcu, Hek ki thamcu serta Lan ki thamcu serentak
meloloskan pula pedang masing-masing...
Ku See hong yang menyaksikan kejadian ini tentu saja tidak
membiarkan lawan-lawannya bertindak sekehendak hati.
Pedang mestika Hu thian seng kiamnya berputar menciptakan
serangkaian cahaya pelangi yang amat menyilaukan mata,
kemudian setelah menciptakan lapisan hawa pedang seperti jaring langsung
menyergap ke tiga orang thamcu tersebut.
Telapak tangan kirinya tidak ambil diam, dengan suatu gerakan
aneh dia berputar sambil meletik ke muka, hawa serangan bagaikan rentetan
ledakan bercampur dengan hawa pedang langsung
menyerang ke tiga orang itu.
Berbicara soal kepandaian silat yang di miliki, ke tiga orang
thamcu dari istana Huan mo kiong ini, boleh dibilang mereka
terhitung jago silat nomor wahid dikolong langit dewasa ini.
Menyaksikan datangnya ancaman yang sangat membahayakan
keselamatan ini, serentak mereka mengayunkan pula telapak tangan kiri masing-
masing melancarkan serangkaian serangan berantai.
Sementara pedang merekapun bersama-sama memancarkan
hawa pedang yang tak kalah tajamnya, menyongsong kedatangan
pedang Hu thian seng kiam itu.
1364 Di dalam waktu singkat seluruh angkasa diliputi bayangan
telapak tangan yang menyilaukan mata, hawa pedang membumbung tinggi ke angkasa, angin serangan menderu-deru
seperti bukit karang yang mau roboh.
Untuk melakukan taktik pertempuran cepat, Ku See hong tidak
menghendaki musuhnya mempunyai waktu untuk ganti napas,
pedang Hu thian seng kiamnya segera melancarkan serangkaian
serangan dahsyat dengan jurus-jurus yang ampuh, bagaikan naga
sakti yang terbang di udara, cahaya pelangi menggulung dan
menyambar ke sana ke mari tiada hentinya.
Tatkala pertempuran berlangsung sampai pada puncaknya, jurus
pedang, angin pukulan, bayangan tendangan secara berantai
dilancarkan beruntun. Seperti jaring langit perangkap bumi yang di sertai kekuatan
maha dahsyat saja, serangan tersebut menggulung keluar dengan
amat hebatnya. Di dalam waktu singkat, sekeliling tempat itu sudah tidak
terdapat tempat luang kosong lagi, bahkan sejengkal tempat kosong yang bisa
dipakai untuk bernrfas dengan leluasa pun tak ada ....
Empat belas jago yang hadir di arena sekarang termasuk jagoan
nomor wahid di kolong langit dewasa ini, dan kini mereka terlibat dalam suatu
pertempuran sepenuh tenaga yang amat mengerikan
hati.. Suasana waktu itu selain menggidikkan hati orang, ketegangannya sanggup mencopot jantung siapa pun.
Bu lim jit hun mengandalkan jumlah anggotanya yang banyak
dengan rata-rata memiliki kepandaian silat yang hebat.
Meskipun Hoa Soat kun terhitung jago kelas satu di dalam dunia parsilatan dewasa
ini, toh untuk beberapa saat lamanya ia dibuat tak berdaya untuk melukai mereka,
bahkan sebaliknya dia kena
terdesak sehingga harus berputar tiada hentinya.


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1365 Dipihak lain, Han thian it kiam Cia Cu kim sangat berhasrat untuk membalaskan
dendam bagi kematian putranya, jurus-jurus pedang
yang dipergunakan otomatis jurus ganas, dahsyat dan mengerikan, serangan demi
serangan dilancarkan secara berantai, namun
semuanya tidak berhasil untuk melukai seujung rambutpun dari
Keng Cin sin .... Keng Cin sin sendiripun agak segan untuk melancarkan serangan
dengan sepenuh tenaga, hal ini disebabkan Cia Cu kim pernah
menjadi gurunya. lagipula banyak melepaskan budi kepadanya
karena memelihara dan mendidiknya semenjak kecil, coba kalau
bukan demikian, niscaya Cia Cu kim sudah dibikin kalang kabut tak karuan ....
Pertarungan antara mati hidup yang berlangsung sekarang
sungguh merupakan suato pertarungan sengit yang belum pernah
terjadi selama beberapa ratus tahun terakhir ini, terutama sekali pertarungan
antara Hoa Soat kun melawan tujuh sukma
gentayangan dari dunia persilatan.
Sedemikian sengitnya pertarungan ini, sehingga dunia seakan-
akan terbalik dan bumi ikut bergoncang keras....
Hawa pukulan dan hawa pedang yang dipancarkan ke empat
belas orang ini saling menyambar dan beradu satu sama lain hingga menimbulkan
pusaran angin kencang serta desingan angin yang
memekikkan telinga. Bukan cuma batuan cadas dipermukaan tanah, rumput, dahan
daun dan aneka tumbuhan lain yang tumbuh disekitar tempat itu
turut bertumbangan ke atas tanah.
Angin serangan yang amat dahsyat itu pun memaksa ke empat
ekor kuda penghela kereta tersebut meringkik panjang tiada
hentinya, tanpa di sadari kereta tersebut sudah bergerak mundur terus sampai
sejauh delapan kaki lebih.
Sedemikian hebatnya ancaman itu, siapa pun yang turut
menyaksikan peristiwa ini tentu akan bergidik dibuatnya.
1366 Telapak tangan kiri, pedang di tangan kanan, kaki kiri serta kaki kanan Ku See
hong bergerak kian kemari tiada habisnya seperti
malaikat bengis yang sedang memperlihatkan keperkasaannya. Dia menerjang ke
kanan, menghantam ke kiri, kemudian berkelebat kian kemari seperti sukma yang
lagi gentayangan.. Mendadak suatu
pekikan keras yang membentot sukma berkumandang memecahkan
keheningan... tiba-tiba Ku See hong menyelinap keluar dari balik lingkaran hawa
pedang yang dipancarkan oleh ketiga orang thamcu tersebut, kemudian berada
ditengah udara, bagaikan seekor burung rajawali raksasa dirinya melayang kian
kemari dengan indahnya. Pedang Hu thian seng kiam yang berada dalam genggamannya
tidak ambil diam pula, dengan memakai jurus ke tiga dari ilmu Cong ciong ciat
mia kiam si yang dinamakan Keng pian cing tee jian kut hui (Topan maut menyapu
bumi, tulang berhamburan seperti abu)
dia melepaskan sebuah serangan yang maha dahsyat dan sungguh
menggidikkan hati .... Cahaya pelangi yang memandang bagaikan seekor naga sakti
yang sedang berpesiar di udara, tiba-tiba saja berputar,
menggulung dan menyelinap berulang kali ditengah udara, cahaya yang memancar dan
membentuk selapis kabut berlapis-lapis seperti bukit, lalu bagaikan air bah yang
menjebolkan bendungan langsung menggulung ke depan.
Ketiga orang Ki thamcu dari istara Huan mo Kiong di lautan
selatan ini segera merasakan betapa sekeliling tubuh Ku See hong diliputi oleh
hawa pedang yang amat tebal, cahaya tajam yang
berkilauan memancar ke empat penjuru, bagaikan matahari senja
yang siap turun gunung, secara aneh dan dahsyat menyelimuti
seluruh angkasa.... Tak terlukiskan rasa terperanjat mereka menghadapi keadaan
seperti ini, sudah barang tentu mereka pun tak berani menyambut tibanya ancaman
tersebut dengan keras lawan keras.
Mendadak mereka bertiga memencarkan diri ke arah yang saling
berlawanan.. Siapa tahu--- 1367 Dari balik bayangan pedang yang memancarkan cahaya pelangi
tersebut, tahu-tahu memancar keluar dua gulung sinar tajam yang aneh sekali.
"Sreeeet...!" "Sreeeet....!" Dua kali desingan angin tajam yang memekikkan telinga,
mendadak memancar ke udara dan langsung menyergap tubuh Ang
ki thamcu (Thamcu bendera merah) serta Lan ki thamcu (Thamcu
berbendera biru). Dua kali jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan
keheningan, teriakan mereka menjelang saat akhir
dari hidupnya itu segera mendengung diseluruh angkasa.
Ke dua orang thamcu itu segera menemui ajalnya tersambar
hawa pedang yang sangat tajam, darah segar menyembur ke luar
dari dada mereka seperti pancuran.
Ku See hong memang tak pernah mengenal ampun terhadap
musuh-musuh besarnya, setiap korban yang tewas ditangannya
selalu diperlakukan sama dan adil, hanya perbedaannya terletak pada soal waktu,
lebih awal atau lebih lambat.
Cahaya pelangi yang menyilaukan mata sekali lagi memancar
ditengah udara, lagi-lagi suatu jeritan ngeri yang menyayat hati bergema
memecahkan keheningan.. Kali ini Hek ki thamcu (thamcu panji hitam) yang menjadi korban berikutnya,
tubuhnya tersayat hancur menjadi tiga empat bagian, ia tewas dalam keadaan yang
sungguh mengenaskan. Dipihak sini jeritan ngeri yang menyayat hati baru saja bergema memecahkan
keheningan, dipihak lain dua kali jeritan ngeri yang menggidikkan hati seperti
tangisan setan ataupun lolongan serigala telah berkumandang pula secara
beruntun. Begitu selesai membinasakan Hek ki thamcu, seenteng kapas Ku
See hong melayang turun keatas permukaan tanah, tapi setelah
1368 mendengar jeritan ngeri tadi, dengan cepat dia berpaling kearah mana berrasalnya
jeritan tersebut. Apa yang kemudianrterlihat membuatnya segera menjerit kaget:
"Aaaah .... Hay jin ciang! Pukulan unggas laut!"
Sementara itu, Keng Cin sin telah berhasil meloloskan diri dari lingkaran cahaya
pedang musuh dan melayang turun di samping Ku See hong.
Han thian it kiam Cia Cu kim yang menemukan ketiga orang Ki
thamcunya telah tewas semua diujung pedang Ku See hong, untuk
beberapa saat lamanya ia tertegun dan berdiri kaku dengan
perasaan amat terkesiap. Dengan demikian, tinggal pertarungan antara Seng sim cian li
Hoa Soat kun melawan Bu lim jit hun (tujuh sukma gentayangan
dari dunia persilatan) yang masih berlangsung dengan seru dan
sengit nya ..... Tapi dari antara tujuh sukma gentayangan dunia persilatan,
sekarang hanya tinggal lima orang yang masih mempertahankan diri secara gigih.
Hong liu hun (sukma romantis) serta Khi si hun (Sukma
kematian) telah tewas ditangan Hoa Soat kun yang mengeluarkan
jurus ampuh Hay jin jut sian (Unggas laut menampakkan diri)
sehingga tubuhnya hancur berantakan tak berwujud lagi.
Ke dua sosok mayat yang berada dalam keadaan rusak tersebut,
kini terkapar di atas tanah lapangan lebih kurang empat kaki
jauhnya dari medan pertempuran.
Hoa Soat kun masih saja melancarkan serangan dengan amat
hebatnya, tubuh yang tinggi semampai bergerak kian kemari
dengan indah dan gesitnya, sementara jurus-jurus serangan
dilepaskan seperti bidadari yang sedang menari ditengah udara
setiap langkah, setiap gerakan semuanya di tujukan ke arah ke lima sukma
gentayangan yang masih tersisa.
1369 Serangan demi serangan yang dilancarkan, nampaknya saja
seolah-olah begitu enteng, begitu ringan dan sama sekali tidak berisi, padahal
setiap gerakan dan setiap geseran tubuhnya selalu disertai dengan tenaga
serangan yang berputar menggidikkan hati.
Sedemikian dahsyatnya dan gencarnya serangan-serangan itu,
hingga memaksa lima sukma gentayangan dari dunia persilatan itu terdesak hebat
dan harus bertahan serta menangkis dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya.
Namun, jurus-jurus serangan yang dipergunakan Hoa Soat kun
saat ini pun tidak mirip jurus-jurus mematikan yang ampuh dan
menggidikkan hati, dia seperti menggunakan taktik pertarungan
bergerilya. Padahal bila orang yang cukup memahami rahasia dari ilmu
pukulan tersebut, akan mengetahui dengan pasti bahwa semua
yang terlihat sekarang sebenarnya hanya permulaan dari kekuatan yang terpancar
dari ilmu pukulan Hay jin ciang, bila serangan sudah meningkat, saat itulah hawa
pembunuhan yang menggidikkan hati
akan berhamburan dengan kuatnya.
Lima sukma gentayangan dari tujuh sukma gentayangan dunia
persilatan yang masih hidup, kini benar-benar sudah dibikin naik pitam, kalau
bisa mereka ingin sekali membinasakan Hoa Soat kun dalam 'sekali pukulan.
Segenap jurus serangan paling ampuh, paling keji dan paling
dahsyat yang mereka miliki telah dipergunakan semua, bahkan
digunakan hingga mencapai puncaknya.
Angin pukulan, tendangan kilat semuanya dipergunakan dengan
tenaga serangan yang tajam bagaikan sayatan pisau dan kecepatan yang memekikkan
telinga, seluruh angkasa telah dipenuhi deruan angin yang menyesakkan napas.
Sedemikian dahsyat dan gencarnya serangan itu, ibaratnya air
bah yang menjebolkan bendungan, sangat menggidikkan hati.
1370 Bentakan nyaring bergema secara tiba-tiba memecahkan
keheningan. Tubuh Hoa Soat kun yang indah menawan itu tahu-tahu
terhembus oleh lima gulung angin serangan yang sangat dahsyat itu sehingga
terlempar sejauh dua kaki lebih ke tengah udara.
Berada ditengah udara, tubuh Hoa Soat kun berputar dan
bergeser secepat kilat lalu berpusing seperti gangsingan...
Diantara perputaran badannya yang cepat tapi sangat aneh itu,
sepasang telapak tangan Hoa Soat kun tidak ambil diam, secara
beruntun dia melancarkan serangkaian pukulan ke sekeliling arena...
Tampak serangan tersebut menyambar secara berlapis-lapis,
angin serangan menderu-deru bagaikan guntur yang menggelegar
di tengah hari bolong, sedang tubuh perempuan itu menari kian
kemari seperti kupu-kupu yang beterbangan ditengah aneka bunga.
Mendadak...... Tubuh Hoa Soat kun yang sedang berputar kencang itu terhenti
ditengah udara, namun sepasang telapak tangannya justru pelan-
pelan ditekan ke arah bawah ....
Dimana gerak serangan itu menyambar ke arah bawah,
sekonyong-konyong... Dari permukaan bumi muncul deruan angin yang sangat kencang
dan dahsyat memenuhi seluruh angkasa, bagaikan selapis cahaya
terang yang pelan-pelan mengurung kearah bawah, seketika itu
juga daya tekanan yang muncul disekeliling tempat itu bertambah besar, lambat
laun semakin berat sehingga akhirnya seperti ditindih dengan bukit karang yang
berat sekali. Bu lim ngo hun (Lima sukma gentayangan dari dunia persilatan)
merasa terperanjat sekali, serentak mereka berlima berjongkok ke atas tanah,
kemudian.... 'Haai ttt ....!" 1371 Di ringi bentakan keras yang memekikkan telinga, lima orang itu bersama-sama
mengayunkan telapak tangannya kedepan, sementara tubuhnya turut berdiri tegak pula.
Lima gulung angin pukulan yang aneh tapi kuat, seperti air bah yang menjebolkan
bendungan, segera meluncur keluar tiada
habisnya.... Tenaga serangan yang kedahsyatannya melebihi keadaan pada
umumnya ini disertai pula dengan kekuatan yang mengerikan
langsung menggulung ke arah atas, kemudian memencarkan diri
kesudut-sudut yang aneh dan menerobos masuk melalui celah-celah udara yang
sempit .... Dalam waktu singkat dua gulung tenaga serangan telah beradu
satu sama lainnya. Suatu ledakan yang memekikkan telinga segera menggelegar
diseluruh angkasa. Angin serangan berpusing dan memancar kemana-mana,
ditengah ledakan yang keras...
Suatu jeritan aneh yang melengking dan menembusi awan
menggema diseluruh lembab bukit itu ......
Jiat cui hun (Sukma cacad mulut), Jiat pit hun (Sukma cacad
lengan) Jiat tui hun (sukma cacad kaki) dan Jiat oh hun (Sukma cacad telinga)
empat sukma gentayangan tahu-tahu dipisahkan satu sama lainnya secara mengerikan
sekali. Percikan darah segar dan hancuran daging badan langsung
berhamburan kemana-mana, seakan-akan dihempaskan saja keatas
batu cadas. Rupanya hanya Jiat leng hun (Sukma cacad mata) seorang yang
berhasil meloloskar diri dari serangan maut jurus Hay jin hui sia (Unggas laut
berpusing) dari ilmu pukulan Hay jin ciang yang
dipergunakan Hoa Soat kun ini.
1372 Mungkin dia dibikin terkesiap oleh keadaan yang sangat
mengerikan itu dan tubuhnya terlempar oleh hawa sakti yang
memancar keempat penjuru di ringi suara pekikan aneh, tubuhnya kembali melejit
ke tengah udara.... Hoa Soat kun yang masih berada ditengah udara segera tertawa
panjang dengan seramnya...
Tiba-tiba tubuhnya meluncur ke arah bawah, ujung bajunya yang
berkibar terhembus angin seperti bintang yang meluncur di tengah angkasa...
Ia seperti seekor burung manyar raksasa yang membentangkah
sayapnya dengan sepasang lengan direntangkan lebar-lebar dan
kecepatan gerak yang amat menyilaukan mata, dengan cepat
meluncur ke arah Jiat leng hun (sukma cacad mata).
Begitu hampir mencapai pada korbannya, sepasang lengannya
yang terpentang itu mendadak dirapatkan satu sama lainnya...
' Weeesss....!" Segulung desingan angin tajam yang menggidikkan hati
berkelebat membelah angkasa..
Menyusul kemudian... Suatu jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memenuhi
seluruh angkasa ... Tubuh Jiat leng hun (Sukma cacad mata) telah terhajar sampai
hancur berkeping-keping, percikan darah segar berhamburan
disekeliling tempat itu. Dalam keadaan yang mengenaskan dan mengerikan inilah Tujuh
sukma gentayangan dari dunia persilstan telah menemui ajalnya
terhajar ilmu Hay jin ciang dari Hoa Soat kun..
Menyaksikan kedahsyatan dan keampuhan ilmu pukulan Hay jin
ciang yang maha dahsyat tersebut, mau tak mau Ku See hong


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghela napas panjang, katanya:
1373 "Aaaai......! Setelah menyaksikan sendiri keampuhan ilmu
pukulan Hay jin ciang, aku baru sadar bahwa ilmu pukulan ini
memang tak malu disebut ilmu pukulan nomor wahid di kolong
langit dewasa ini, tak heran kalau guruku sendiripun agak jeri terhadap
kelihayan ilmu pukulan ini"
Keng Cin sin turut memuji pula tiada hentinya:
"Hoa Soat kun locianpwee, kau memang tak malu disebut jago lihay nomor wahid
dalam dunia persilatan dewasa ini"
Dipihak lain Han thian it kiam Cia Cu kim telah dibuat terkesiap dan berdiri
sambil membelalakkan matanya lebar-lebar setelah
menyaksikan keampuhan dari ilmu pukulan Hay jin ciang tersebut...
Dengan sinar mata memancarkan amarah yang meluap-luap
serta perasaan dendam yang amat tebal, Ku See hong memandang
sekejap kearah Cia Cu kim, kemudian sambil tertawa dingin ujarnya.
"Cia Cu kim, secara keji kau telah membantai tua muda puluhar lembar jiwa
manusia dari perkumpulan Kim to pang, (perkumpulan golok emas), sekarang tibalah
saatmu untuk membayar semua
hutang tersebut" Seraya berkata, bagaikan sukma gentayangan Ku See hong
segera mendesak maju ke depan..
Sekarang, Han thian it kiam Cia Cu kim baru benar-benar
merasakan betapa ngeri dan seramnya menghadapi kematian, dari
balik matanya terpancar keluar sorot mata penuh perasaan kaget dan ngeri,
sementara tubuhnya tanpa terasa mundur terus kearah belakang...
Kalau tadi Keng Cin sin sengaja tidak membunuh Cia Cu kim, hal ini disebabkan
dia ingin melepaskan selembar jiwanya.
Bagaimana pun juga, Cia Cu kim adalah bekas gurunya dan
orang yang telah memeliharanya dari kecil, namun setelah
menyaksikan sikap ketakutan bercampur ngeri yang ditunjukkan
bekas gurunya ini, timbul juga perasaan pedih yang tak terlukiskan dengan kata-
kata .... 1374 Tapi ia sadar banwa dirinya tak mampu menolong bekas gurunya
lagi, sebab dia cukup memahami bahwa Ku See hong dengan
dirinya terpaut suatu dendam berdarah yang tak terkirakan.
Andaikata Keng Cin sin turut menyaksikan adegan ngeri yang
dialami puluhan lembar jiwa anggota Kim to pang, sudah pasti dia tak akan merasa
kasihan. Sekulum senyuman yang dingin dan keji tersungging diujung
bibir Ku See hong, ujarnya:
"Cia Cu kim, sekarang aku ingin menanyakan satu hal kepadamu, apakah murid
perempuanmu Keng Cin sin masih hidup di dunia ini
....?" Ketika mendapat pertanyaan tersebut, Han thin it kiam Cia Cu
kim merasakan hatinya bergetar keras, ia tidak menjawab
pertanyaan dari Ku See hong ini.
Melihat musuhnya tidak menjawab, Ku See hong mengira Keng
Cin sin sudah mati, paras mukanya segera berubah semakin tak
sedap dipandang. Kini, dia telah berada hanya beberapa kaki saja dihadapan Cia Cu kim.
Suasana disekeliling tempat itu segera di cekam oleh suasana
yang amat tegang, hawa pembunuhan yang semakin tebal
menyelimuti seluruh angkasa, begitu tegang dan mengerikannya
keadaan disekitar situ, sehingga mendebarkan hati siapa pun yang menghadirinya.
"Sreeeet...!" Desingan angin tajam yang memekikkan telinga berkumandang
memecahkan keheningan. Pedang Hu thian seng kiam yang berada di tangan Ku See hong
telah berubah menciptakan beribu-ribu jalur sinar tajam yang
semuanya bersama-sama meluncur ke setiap bagian tubuh yang
mematikan di badan Cia Cu kim.
1375 Jurus serangan ini amat aneh, tapi sakti dan kejinya bukan alang kepalang.
Cia Cu kim membentak keras, pedangnya secepat kilat
menciptakan pula selapis cahaya perak yang menyilaukan mata,
di ringi desingan angin tajam, sinar keperak-perakan segera
meluncur ke arah sinar tajam tersebut.
"Blaaamm! Blaaammm! Blaammm ....! '
Beberapa kali letupan keras yang menggetarkan telinga
berkumandang di udara... Tahu-tahu hawa pedang yang dipancarkan oleh Ku See hong
telah dipunahkan sama sekali oleh gerakan pedangnya sehingga
lenyap tak berbekas. Ku See hong tertawa dingin, pedang Hu thian seng kiamnya
bagaikan sambaran kilat menyusup masuk melalui sebuah sudut
yang aneh serta memancarkan serentetan sinar merah yang secara langsung
menyergap jalan darah Sim kan hiat ditubuh Cia Cu kim.
Jurus serangan ini dilancarkan secara mendadak, gerakannya
pun sangat aneh, di tambah lagi jarak diantara mereka berdua
sedemikian dekatnya sampai Cia Cu kim sama sekali tidak sempat untuk
menghindarkan diri. Tapi.... Cia Cu kim tertawa seram secara tiba-tiba, pedangnya mendadak
disambitkan ke arah Ku See hong langsung menusuk jalan darah Khi hay hiatnya.
Tindakan nekad Cia Cu kim yang mempergunakan sistim beradu
jiwa ini mau tak mau membuat Keng Cin sin amat terperanjat
sehingga hampir saja ia menjerit keras.
'Trii nggg! Tri inggg....! Traaang.."
Serentetan suara gemerincingan nyaring segera berkumandang
memecahkan keheningan....
1376 Jeritan ngeri yang memilukan hati kembali berkumandang di
udara .... Pedang yang berada ditangan Cia Cu kim itu tahu-tahu sudah
terhajar oleh pedang Hu thian seng kiam milik Ku See hong
sehingga hancur berkeping-keping...
Dua buah semburan darah segar memancar keluar dari dada Han
thian it kiam Cia Cu kim dan membasahi seluruh permukaan tanah, akan tetapi
tubuhnya masih tetap berdiri kaku ditempat.
Sinar mata yang keji dan penuh kebencian mencorong keluar dari balik matanya dia
memandang wajah Ku See hong dengan gusar,
sementara noda darah membasahi ujung bibirnya, kulit mukanya
yang pucat mengejang keras menciptakan beberapa buah garis-
garis memanjang yang sungguh menggidikkan hati.
Tampaknya manusia yang pernah memimpin kawanan iblis di
istana Huan mo kiong lautan selatan ini merasa tak rela untuk mati dalam keadaan
demikian. Dia berusaha untuk mempertahankan dirinya dengan sepenuh
tenaga, bahkan kalau dapat, dia ingin mempergunakan sisa-sisa
kekuatan yang dimilikinya untuk membalas sakit hati atas tusukan lawan pada
dadanya itu. Dia memang boleh berusaha, ia boleh saja berharap agar apa
yang di harapkan dapat terpenuhi, sayang sekali keadaan tidak
berlangsung seperti apa yang diharapkan.
Mendadak.... Ku See hong tidak ingin memberi kesempatan kepada musuhnya
untuk banyak bertindak, dengan ganas dia maju sambil
mengayunkan pedangnya. Cia Cu kim mendengus tertahan, tubuhnya tahu-tahu sudah
terpapas kutung menjadi tiga bagian.
1377 Keng Cin sin meghela napas sedih, helaan tersebut bisa pula
diartikan dengan leganya perasaan gadis ini, sebab musuh-musuh besarnya telah
berhasil dibasmi semua. Roda kereta berguling, secepat kilat kereta itu bergerak kembali menuju ke
tengah bukit. ooo0dw0ooo BAB 64 BINTANG bintang bertebaran menghiasi langit yang gelap,
malam ini adalah malam yang cerah.
Kini, tengah malam sudah lewat.
Kuil terpencil yang terpisah dbari keramaian mjanusia berdiri
gdalam suasana abngker dan menyeramkan.
Yang memenuhi seluruh angkasa waktu itu hanya irama
keheningan yang cukup mendirikan bulu roma siapa pun jua ....
Angin barat berhembus dengan kencang nya membawa udara
dingin yang menusuk tulang, hembusan tersebut seperti isak tangis seorang gadis
yang ditinggalkan kekasihnya..
Pepohonan cemara yang gundul langsing seperti bayangan setan
yang sedang memen-tangkan cakar mautnya.
Di dalam suasana seperti inilah tiba-tiba keheningan malam itu di cabik-cabik
oleh suara putaran roda yang mengelinding dan
menindih permukaan batu. Dari balik kabut malam yang gelap serta deruan angin dingin
yang mencekam muncul sebuah kereta kuda yang segera terhenti di muka kuil kuno
itu. Ku See hong menghela napas panjang, gumamnya:
"Sekarang tengah malam sudah lewat... aaaai, entah...
entah......." 1378 Seng Sim cian li Hoa Soat kun segera menyelinap keluar dari
balik ruang kereta, selapis hawa sedih dan kemurungan tebal
menyelimuti seluruh wajahnya.
Ia tidak berbicara, membungkam dalam seribu bahasa, seolah-
olah ia mengerti bahwa banyak berbicara pun tak ada gunanya.
Dengan suara pedih Keng Cin sin berkata:
Tengah malam sudah lewat, namun racun perangsang yang
berada dalam tubuhnya belum kambuh, sudah pasti ada suatu
kejadian aneh yang bakal dialaminya...
'Tapi keanehan yang dialaminya dapat memperpanjang masa
hidupnya hingga kapan?" gumam Ku See hong.
"Yaaa. memang sukar untuk di duga, apa lagi dalam suasana begini, terpaksa kita
harus menyerahkannya kepada nasib"
"Ku See hong!'. dengan suara dingin Seng Sim cian li Hoa Soat kun menegur, '
sekarang lindungilah dirinya ditempat ini, berjaga-jagalah terhadap segala
kemungkinan yang bakal terjadi."
Keng Cin sin menghela napas panjang.
"Sekarang, waktunya sudah benar-benar sangat mendesak, Hoa
locianpwee, mari kita masuk ke dalam secepatnya" dia berseru cemas.
Dibawah petunjuk Ku See hong yang bertindak sebagai penunjuk
jalan, Hoa Soat kun dan Keng Cin sin segera berangkat memasuki kuil kuno itu.
Oleh sebab Ku See hong sangat menguasai daerah disekitar
sana, maka tanpa menghadapi sesuatu halangan pun, terutama
sekali ancaman alat jebakan yang maha dahsyat, dengan cepatnya mereka telah tiba
di depan ruang sian si. "Kraakkk ....."
Di ringi suara gemeretak yang memekikkan telinga, pintu
ruangan terpentang lebar..
1379 Dengan suatu gerakan yang sangat cepat Keng Cin sin
menyelinap masuk ke ruang dalam, sementara sorot matanya yang
tajam dengan cepat memandang sekejap sekeliling ruangan
tersebut... Tampak sesosok tulang tengkorak manusia yang utuh berdiri
kaku diatas permukaan tanah, sementara lengannya seakan akan
sedang menuding sesuatu ke arah bawah...
Memandang tulang tengkorak manusia tersebut, keng Cin sin
segera dapat menduga kalau tulang belulang tersebut merupakan
tulang dari Bun ji koan su Him Ci seng, dengan hormat sekali dia menjura dalam-
dalam ke arah tengkorak itu sebagai pertanda dari rasa hormatnya yang sangat
mendalam. Sebaliknya Seng sim cian li Hoa Soat kun yang menyaksikan
bekas kekasihnya dulu, kini telah berubah menjadi sesosok tulang kerangka
manusia, hatinya menjadi pedih dan amat sedih sehingga sekujur badannya gemetar
keras. Jelaslah sudah betapa besarnya gejolak perasaan hatinya pada
saat ini... Yaaa, cinta memang memberikan suatu dorongan tenaga yang
besar sekali, dan kekuatan mana tak pernah dapat dilawan oleh
siapa saja. Tempo dulu, Hoa Soat kun pernah membenci setengah mati
terhadap Bun Ji koan su, ia benci karena ketidaksetiaan kekasihnya itu, terutama
sekali pada peristiwa pematahan pedang yang
berlang-sung lima puluh tahun berselang, kalau bisa dia ingin sekali
membinasakan Bun ji koan su.
Walaupun demikian, sesungguhnya dalam hati kecilnya dia
sangat mencintai orang ini.
Atau dengan perkataan lain, semakin dalam cintanya, semakin
dalam perasaan bencinya. 1380 Dan kini setelah menyaksikan tulang belulang dari kekasihnya,
rasa sedih yang dirasakan olehnya sekarang mungkin tidak
terlukiskan pula dengan kata-kata.
Tapi dari sini pula dapat ditarik kesimpulan kalau cinta Hoa Soat kun terhadap
Bun ji koan su sebetulnya sudah merasuk sampai
ketulang sumsum. Walaupun dalam hidupnya ia tak pernah menerima pernyataan
cinta darinya, namun penyesalan Bun ji koan su sebelum meninggal serta ucapan
tulus yang disuruh Ku See hong menyampaikan
kepadanya, sudah cukup membuat Hoa Soat kun merasa terharu
sekali. Hanya saja dia memang berwatak sangat aneh, perasaan
tersebut enggan dia utarakan keluar.
Namun sekarang, keadaannya sama sekali berbeda, dengan mata
kepala sendiri ia telah menyaksikan jenasah dari Bun ji koan su, otomatis dia
pun tak sanggup untuk mengendalikan perasaan sedih yang mencekam perasaannya
sekarang. Memandang sikap Hoa Soat kun yang mirip orang kehilangan
sukma, Keng Cin sin menghela napas sedih. Pelan-pelan dia
mendekati batu bata merah diatas dinding seperti apa yang dituding kerangka Bun
ji koan su itu, lalu diam diam ia berdoa didalam hati.
"Moga-moga saja rumput Han sia cau tersimpan dibalik batu bata ini sehingga adik
Im Yan cu dapat diselamatkan jiwanya...
Tangan Keng Cin sin yang putih halus telah memegang ujung
batu bata tersebut, sekilas perasaan girang segera menghiasi
wajahnya, ternyata batu bate itu tidak melekat keras diatas dinding tersebut,
"Kraaakkk...!" Bata-bata tersebut sudah diambil olehnya dari atas dinding
tersebut, namun apa yang kemudian terlihat segera membuat Keng Cin sin merasa
kecewa sekali ..... 1381 Rupanya dibalik batu bata yang diambil memang terdapat sebuah
ruang kosong namun isinya bukan rumput Han sia cau, melainkan
segulung kertas kecil. Dengan cepat Keng Cin sin mengambil keluar kertas tersebut dari dalam dinding.
Lalu kertas itu dibuka dan dibaca isinya, kira-kira surat tersebut berbunyi
demikian:

Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bait pertama dari lagu Dendam sejagad memberi petunjuk
tentang tempat penyimpanan kitab pusaka Cang ciong pit kip yang berada di kuil
Ngo siang bio di sungai cho go kang.
Sedanghan pada bait ke dua syair tersebut menunjukkan tentang
terdapatnya sebatang rumput Han sia cau yang langka tapi tak
ternilai harganya, rumput ini bernama Han sia dan merupakan
semacam raja burung gagak.
Oleh karena rumput itu sudah berjuta tahun menghisap sari bumi akhirnya berubah
menjadi benda mestika yang berubah menjadi
semacam rumput biasa, sedemikian biasanya rumput mana
sehingga orang yang tidak mengenalinya tak akan tahu.
Rumput Han sia cau ini memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali orang yang hampir mati, bagi orang belajar silat yang
memakan rumput itu dapat menambah tenaga dalamnya.
Rumput ini bersama Tee liong hiat poh (darah mestika naga
bumi) dan mutiara Thian hong im yang sin cu disebut tiga benda mestika dari
kolong langit. Hanya rumput ini mempunyai kasiat yang jauh lebih luas dari
pada benda-benda lainnya.
Rumput Han sia cau ini tumbuh di dalam lembah Han sia kok
yang terletak di atas salah satu bukit Han ciong san.
Tempat yang persis dan cara untuk mendapatkan rumput Han sia
cau bisa diperiksa pada halaman berikut.
Tertanda: Bun ji koan su Him ci seng"
1382 Selesai membaca surat itu, dengan perasaan gelisah, Keng Cin
sin segera berseru. "Hoa locianpwee, kita harus meninggalkan tempat ini secepatnya, rumput Han sia
cau berada di lembah Han sia kok di bukit Han ciong san ...."
Ketika mendengar teriakan tersebut, Seng sim cian li Hoa Soat
kun segera mendusin dari lamunannya, dia segera menghela napas sedih:
"Aaaai, nona Keng, jarak bukit Han Ciong san dari sini masih ada lima hari
perjalanan, apakah dia mampu untuk bertahan sampai
lima hari lagi?" Buru-buru Keng Cin sin berseru.
"Tengah malam sudah lewat, namun nyatanya racun obat
perangsang tersebut tidak sampai kambuh kembali, ini menandakan kalau sudah
terjadi suatu kejadian yang luar biasa, kita tak boleh membuang waktu lagi.
sekarang juga kita berangkat......"
Hoa Soat kun dan Keng Cin sin dengan cepat berlarian menuju ke pintu depan.
Mendadak ..... Dari arah pintu terdengar suara isak tangis yang amat memilukan hati
berkumandang memecahkan keheningan, suara tangisan
tersebut sedemikian memedihkan hati sehingga dunia seolah-olah turut kiamat.
Isak tangis tersebut dengan cepat menghentikan langkah kaki
kedua orang itu, bagaikan terkena aliran listrik bertegangan tinggi, mereka
berdiri kaku ditempat. "Adik Im... oooh, adik Im....mengapa kau meninggalkan aku.."
Oooh, adik Im.... mengenaskan sekali kematianmu ini ....... "
Suara tangisan tersebut sudah amat parau dan rendah, namun
nadanya betul-betul memilukan hati siapa pun.
1383 Tak tertahankan lagi titik-titik air mata jatuh berlinang
membasahi wajah Seng sim cian li Hoa Soat kun ujarnya dengan
sedih: "Tampaknya inilah kemauan takdir! Nampaknya inilah kemauan takdir... tapi nasib
yang dialami anak Im betul-betul terlalu tragis.".
"Nona Keng, pergilah! Lakukanlah seperti apa yang telah kau sanggupi kepada anak
Im, sepanjang hidup lonio tak akan
kutinggalkan lagi kuil ini, akan kutemani terus tulang belulangnya sampai akhir
dari hidupku nanti..."
Keng Cin sin menjerit keras dengan suatu gerakan yang cepat
bagaikan sambaran petir dia segera menerjang ke arah kereta kuda itu.
Sedangkan Seng sim cian li Hoa Soat kun dengan membawa
tubuhnya yang terasa makin berat dan tua melangkah masuk ke
dalam kuil kuno itu. 000dw000 MATAHARI senja sudah condong ke langit barat, sinar berwarna
kemerah-merahan memancar menyelimuti jagad dan meninggal kan
suasana yang seram. Senja kembali menjelang tiba.
Sinar mata hari senja, memancarkan cahayanya menyoroti
sebuah pemandangan alam nun jauh disana.
Menyinari sebuah bangunan rumah yang sederhana serta sebuah
kuburan baru. Di depan kuburan itu, berdiri seorang pemuda yang sebatang
kara dan nampak kesepian.
Dia masih berusia sangat muda, namun musibah menimpa
dirinya secara beruntun, membuat ia nampak seperti seorang lelaki setengah umur
yang kenyang dengan pengalaman.
1384 Sekarang ia seperti sebatang kayu yang lapuk, setangkai daun
yang mulai layu. Segala macam perbuatan, kedudukan, kegagahan dan nama
besar yang pernah diperolehnya dalam dunia persilatan, kini sudah hilang lenyap
mengikuti air yang mengalir ke samudra, yang
tertinggal kini hanya kenangan yang penuh kedukaan.
Dibawah sorotan cahaya matahari senja yang berwarna kemerah-
merahan, tampak air matanya setetes demi setetes meleleh keluar dan membasahi
pipinya ..... Mendadak ia menghela napas panjang, lalu dengan suara yang
memedihkan hati ia bergumam: "Aaaai, dari dulu hingga sekarang, musibah dan
tragedi seolah-olah datang tiada hentinya. Yang
muncul hanya siksaan dan penderitaan yang seakan-akan tak
pernah berakhir... Oooh,Thian! mengapa kau bersikap tak adil
kepadaku ...." Kini adik Im Yan cu telah meninggal dunia... Keng Cin sin pun
meninggal dunia... Him Ji ijm meninggalkan aku secara diam-diam untuk mencukur
rambut menjadi pendeta..' Perempuan
misterius yang berkerudung warna warni pun pergi meninggalkan
aku... " Nada yang berduka, putus asa dan kecewa, suara yang
memedihkan dan memilukan hati membuat orang lain merasa
terharu dan sedih. Nasibnya memang benar-benar terlalu tragis.
Memandang pohon liu yang tumbuh di depan empang, tanpa
terasa Ku See hong mendongakkan kepalanya, sambil membawa
kan senandung Ku Siu ci. Dulu menanam pohon itu, bersusah, payah ....
Kini memandang pohon bergoyang.
Menghiasi sungai dan empang.
Pohon pun demikian. Bagaimana dengan si manusia"
1385 Pohon pun demikian. Bagaimana dengan si manusia...!
Dunia terasa kosong dan sama sekali tak berarti lagi bagiku,
mengapa aku harus sengsara" Aaaai. lebih baik kuakhiri saja
hidupku yang penuh siksaan ini .......
Sambil berkata, Ku See hong menggerak kan tangan kanannya
dan meraba pedang Hu thian seng kiam yang tersoren dibelakang
bahunya. Mendadak... pada saat itulah..
Dari arah belakang terdengar seseorang memanggil dengan
suara yang merdu dan lembut.
"Engkoh Hong.. kau...."
Suara panggilan itu terasa sangat dikenal olehnya bahkan
memberikan dorongan yang sangat besar bagi Ku See hong untuk
mempertahankan hidupnya. Dengan cepat dia membalikkan badannya, lalu memandang ke
arah mana berasalnya suara itu dengan sorot mata tajam...
Tampak seorang perempuan berkerudung warna warni yang
mengenakan baju putih sedang meluncur datang dengan kecepatan
luar biasa, begitu sampai di depan si anak muda itu, tangan
kanannya cepat melepas kain kerudung yang menutupi wajahnya
hingga terlihatlah raut wajah aslinya yang cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan. Dengan perasaan terkejut Ku See hong segera berteriak:
' Adik Keng, kau ...."
Sekarang ia betul-betul merasa terkejut bercampur gembira,
dengan cepat ia menerjang kemuka menyongsong kedatangan nya,
lalu dengan sepasang tangannya yang kuat memeluk pinggangnya
erat-erat. 1386 Keng Cin sin pun sedapat mungkin menempelkan seluruh
tubuhnya diatas badan kekasihnya, dia seperti terjerumus ke dalam samudra luas
yang tak terkirakan dalamnya, diapun meraba
tubuhnya seakan-akan tidak berada dalam dunia lagi.
Rupanya dua lembar bibir mereka telah saling menempel satu
sama lainnya, mereka sedang berciuman dengan penuh kehangatan
dan kemesraan. Entah berapa lama sudah lewat.
Akhirnya mereka dapat menyelesaikan ciuman yang penuh
kenikmatan. Ku See hong seolah-olah kuatir akan kehilangan kekasih hatinya lagi, dengan
sepasang tangannya yang kuat dia tetap memeluk
pinggang gadis itu erat-erat.
"Adik Sin" dia menggerutu, "mengapa kau membohongi aku selama ini.. atau..
mungkinkah aku sedang bermimpi .... Adik Sin, kau tak boleh meninggalkan diriku
lagi, tentunya kau... kau berjanji bukan?"
Air mata bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh wajah
Keng Cin sin, dia menyahut lembut:
"Engkoh Hong, kau tidak bermimpi, semuanya adalah kenyataan.... kau tak usah kuatir, aku tak akan meninggalkan dirimu lagi,
selamanya aku tak pernah akan meninggalkan dirimu lagi...."
"Oooh, adik Sin....."
"Engkoh Hong...` Sepasang bibir mereka kembali saling menempel satu sama
lainnya kencang-kencang. Angin lembut berhembus lewat menggoyangkan pohon Liu ditepi
empang, suara yang gemerisik menimbulkan serangkaian irama
pada yang lembut dan syahdu, seolah-olah Thian mengucapkan
selamat atas perjumpaan sejoli ini.
1387 Sang arwah yang berada dalam kuburan pun turut tertawa,
arwahnya tak pernah akan kesepian, sebab ada dua orang yang
akan mendampinginya sepanjang masa.
Him Ji im yang berada di biara pun hidup dengan tenang dan
sentausa, dia selalu berdoa agar ke dua orang tersebut dapat
melewati hidup yang penuh kebahagiaan sepanjang jaman.
Walaupun mereka berdua sama-sama pernah mengalami
peristiwa tragis yang amat mengenaskan, namun setelah itu mereka justru
memperoleh kehidupan yang amat bahagia.
Setahun kemudian, Keng Cin sin telah memberikan seorang putra
untuk Ku See hong, mereka bertiga pun melewati kehidupan yang
tenang dan penuh kebahagiaan ditempat tersebut.
Dan sampai disini pula kisah "DENDAM SEJAGAD" ini, semoga pembaca sekalian puas.
T A M A T 1388 Jaka Lola 7 Rajawali Emas 14 Tapak Asmara Iblis Sungai Telaga 25
^