Dyah Ratnawulan 1
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo Bagian 1
Koleksi Kang Zusi DYAH RATNAWULAN Kho Ping Hoo Majapahit, abad ke empat belas.
Setelah Sang Prabu Kertarajasa mangkat pada tahun 1309,
putera mahkota, Raden Kalagement naik tahta Kerajaan
Majapahit menggantikan kedudukan ayahnya, dan bergelar
Sang Parbu Jayanagara. Akan tetapi, raja muda ini banyak menimbulkan perasaan
kecewa dan tidak senang di kalangan para panglima tua, yaitu panglima-panglima
mendiang Prabu Kertarajasa. Banyak hal
yan tidak mereka setujui berhubung dengan penobatan itu.
Pertama menurut faham mereka, Raden Kalagement masih
terlampau muda untuk memikul tugas menjadi raja di
Kerajaan Majapahit yang demikian besar dan jaya dan
mereka menyangsikan apakah pemuda yang baru berusia lima
belas tahun ini akan dapat memberi pimpinan yang bijaksana
seperti mendiang ayahnya.
Kedua, mereka berpendapat bahwa sungguhpun Raden
Kalagemet merupakan putera tunggal karena keturunan yang lain adalah putri-
puteri belaka, namun ibu dari putera mahkota ini adalah seorang puteri dari
Malayu yang bernama Dara Petak atau Sri Indreswari. Hal ini amat mengecewakan
hati para panglima karena menurut pendapat mereka, yang berhak menjadi raja di
Majapahit harus seorang keturunan Majapahit aseli.
Adapun hal ketiga yang amat mendatangkan rasa tidak puas dan tidak senang kepada
mereka adalah bahwa di dalam pemerintahan Jayanagara ini terdapat seorang Kepala
Agama Syiwa yang sangat besar kekuasaannya. Kepala Agama Syiwa ini bernama
Bagawan Mahapati yang amat sakti mandraguna, cerdik pandai lagi kebal terhadap
segala macam senjata. Bagawan Mahapati tidak disukai oleh para panglima yang telah banyak membantu
Raden Wijaya atau Prabu Kertarajasa dalam membangun keraton Majapahit. Menurut
anggapan mereka, Bagawan Mahapati ini adalah seorang pendeta yang mabok akan
kemewahan hidup dan kedudukan tinggi, bahkan mereka menaruh hati syakwasangka
bahwa bukan tak mungkin pendeta itu telah mempergunakan aji kesaktiannya untuk
memasang guna-guna sehingga Prabu Jayanagara yang masih muda itu berada di bawah
pengaruhnya. Telah banyak panglima-panglima tua yang mengajukan usul dan nasihat kepada Prabu
Jayanagara agar supaya mereka itu dienyahkan dari kerajaan. Akan tetapi, segala
nasihat ini tidak dihiraukan oleh Sang Parbu yang masih muda belia itu, terutama
sekali oleh karena ibunya juga berfihak dan membela Bagawan Mahapati.
Tiga hal diatas itu merupakan sebagian daripada sebab-sebab sehingga tak lama
sejak Sang Prabu Jayanagara naik tahta, timbulah pemberontakan-pemberontakan
yang dipimpin oleh para panglima ayahnya dahulu, di antaranya: RanggaLawe, Sora
dan Nambi. Koleksi Kang Zusi RanggaLawe adalah seorang panglima gagah perkasa yang menjadi bupati di Tuban.
Dahulu, panglima ini pernah di janjikan angkat patih oleh mendiangPrabu
Kertarajasa, akan tetapi janji ini tak pernah dipenuhi. Juga Prabu Jayanagara
yang diam-diam mendapat bujukan dan bisikan dari Bagawan Mahapati, tidak mau
memenuhi janji mendiang ayahnya itu. Maka berontaklah Rangga Lawe. Akan tetapi,
masih banyak panglima-panglima gagah perkasa yang membela Prabu Jayanagara,
terutama berkat kesaktian Bagawan Mahapati,maka gagallah pemberontakan Rangga
Lawe itu. Ia tewas oleh panglima tua Kebo Anabrang.
Panglima sora menjadi marah sekali mendengar tentang tewasnya Rangga Lawe dalam
tangan Kebo Anabrang karena sesungguhnya mereka semua itu adalah kawan-kawan
seperjuangan ketika masih membela Prabu Kertarajasa dahulu. Sora mencari Kebo
Anabrang sebagai pembalasan dendam atas kematian Rangga Lawe.
Setelah itu, maka berontaklah pula Panglima Sora yang pada waktu itu menjabat
patih di Daha. Akan tetapi, ternyata Prabu Jayanagara masih dibela oleh orang-orang pandai
sehingga pemberontakan inipun gagal, Patih Sora dapat dibinasakan.Setelah itu,
pemberontakan-pemberontakan susul-menyusul, diantaranya pemberontakan Juru
Demung dalam tahun 1313 dan Gajah Biru dalam tahun 1314. Namun, semua
pemberontakan itu dapat dipadamkan.
Yang paling hebat adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Raden Nambi, putera
dari Aria Wiraraja, karena sebetulnya diantara semua pemberontakan yang timbul,
pemberontakan inilah yang amat menyusahkan hati Sang Prabu Jayanagara
.Hubungannya dengan Aria Wiraraja dan Raden Nambi tadinya amat baiknya dan
mereka ini telah dianggap sebagai keluarga dekat.
Aria Wiraraja adaah seorang panglima yang amat setia dan paling besar jasanya
terhadap mendiang Prabu Kertarajasa,dan jasanya dalam membangun Majapahit
amatlah besarnya. Oleh karena itu mendiang Parabu Kertarajasa membalas jasa Aria
Wirarajadengan mengangkatnya menjadi perdana menteri dan menjadikannya wakil
raja di Lumajang, sedangkan puteranya Raden Nambi, diangkat menjadi patih di
Majapahit. Semenjak terjadi peberontakan-pemberontakan dan tewasnya Rangga Lawe dan lain-
lain panglima tua. Aria Wiraraja merasa tak senang sekali dan ia tidak pernah
datang berkujung menghadap kepada raja di Majapahit, dan pada masa itu, "mogok
sowan" ini dilakukan untuk menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan pemerintahan
Prabu Jayanagara. Raden Nambi yang menjadi patih di Majapahit, juga diam-diam meninggalkan ibukota
dan tinggal di Lumajang bersama-sama ayahnya. Tentu saja hal ini amat
mengecewakan dan menyedihkan hati Prabu Jayanagara. Beberapa kali Bagawan
Mahapati dan lain-lain panglima membujuk kepada raja untuk menggempur Lumajang,
akan tetapi, Sang Prabu masih merasa segan dan malu hati untuk memerangi Aria
Wiraraja, orang tua yang telah banyak berjasa itu.
Akhirnya setelah Aria Wiraraja meninggal dunia, barulah tentara Majapahit
dikerahkan dan di bawah pimpinan raja sendiri, Lumajang digempur.Raden Nambi dan
anak buahnya melakukan perlawanan mati-matian sehingga korban di kedua fihak
jatuh bertumpuk-tumpuk. Betapapun juga, fihak Majapahit lebih kuat dan lebih
banyak, terutama berkat kesaktian Bagawan Mahapati, akhirnya Raden Nambi beserta
seluruh keluarganya dibinasakan.
Dan di dalam geger peperangan di Lumajang itulah maka cerita ini dimulai.
Koleksi Kang Zusi Di antara banyak panglima di Lumajang yang gugur dalam peperangan menghadapi
serbuan tentara Majapahit, terdapat seorang senopati muda yang gagah perkasa
bernama Nagawisena. Senopati ini adalah seorang muda yang menjadi sahabat baik
Raden Nambi dan tadinya juga tinggal di ibukota dan ikut pergi dengan Raden
Nambi dari kotaraja untuk menyatakan tidak senangnya terhadap pemerintahan
terhadap Jayanagara. Isteri Nagawisesa adalah seorang cantik jelita yang berkulit kekuning-kuningan
dan bernama Dara Lasmi, yang sesungguhnya adalah seorang wanita dari Malayu.
Ketika dahulu kedua puteri dari Malayu, Dara Petak dan Dara Jingga yang menjadi
isteri-isteri dari Prabu Kertarajasa, datang di Majapahit, Lasmi menjadi seorang
di antara pelayan-pelayan kedua puteri itu, dan masih kanak-kanak.
Berkat ketangkasan dan jasa Nagawisena, maka akhirnya ia jutuh cinta kepada
Lasmi, mendapat kurnia raja dan dinikahkan dengan Lasmi. Dalam pernikahan ini,
mereka mendapatkan seorang puteri yang diberi nama Ratnawulan.
Ketika Nagawisena gugur dalam perang melawan tentara Majapahit, Dara Lasmi
membawa anaknya lari dari Lumajang. Sambil menahan tangisnya karena kehancuran
hatinya mendengar betapa suaminya yang tercinta itu gugur dalam peperangan dan
ia tidak mempunyai kesempatan untuk menengok jenazah suaminya, Dara Lasmi
menarik tangan puterinya yang baru berusia sepuluh tahun ini, berlari-lari
keluar dari gerbang kota Lumajang sebelah barat.
Sebagaimana sudah lajim terjadi dalam sebuah keributan, terutama keributan yang
ditimbulkan oleh perang, banyak hal-hal yang tak patut terjadi dan dilakukan
oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Demikianpun dalam petempuran di
Lumajang ini, banyak anak buah dari bala tentara Majapahit melakukan
penyelewengan-penyelewengan merampok harta benda penduduk Lumajang, dan bini
orang yang masih muda dan cantik. Oleh karena itu, usaha Dara Lasmi untuk
melarikan diri keluar dari kota bukanlah hal yang mudah. Baru saja keluar dari
rumahnya, ia telah bertemu dengan dua orang tentara Majapahit yang segera
menyerbunya ketika melihat wanita muda yang cantik jelita ini berlari dengan
anaknya. Dara Lasmi berdiri dengan mata terbelalak lebar ketika melihat dua orang tentara
musuh itu maju mendekatkan. Ia mendekap anaknya yang menangis ketakutan, lalu
menghadapi kedua tentara Majapahit itu sambil berkata.
"Jangan kalian menggangguku, aku adalah isteri dari Senopati Nagawisena!"
Ia hendak mempergunakan nama suaminya yang cukup terkenal untuk membikin takut
kedua orang itu. Akan tetapi mereka bahkan tertawa geli mendengar Dara Lasmi menyebut nama ini.
Seorang di antara mereka, yang bermuka bopeng karena dimakan penyakit cacar
berkata. "Ha,ha, ha, jadi kau puteri dari Malayu" Kebetulan sekali, sudah lama aku
mengilar dan merindukan seorang puteri Malayu!" Ia melangkah maju dengan kedua
tangan dibentangkan, siap untuk menubruk.
"Mundur!" teriak Dara Lasmi." Apakah kau tidak takut kepada Senopati Nagawisena"
Akan dihancurkan kepalamu kalau ia mendengar tentang ke kurang ajaranmu!"
Koleksi Kang Zusi Tentara yang seorang lagi, yang bermuka hitam,tertawa mengejek.
"Ha,ha! Jangan kau menakut-nakuti kami, manis! Suamimu, pemberontak Nagawisena
itu,telah mempus dimedanyuda!" Kemudian ia berkata kepada kawannya yang bermuka
bopeng. "Bandu, biarlah kau mendapkan puteri Malayu yang denok ayu ini, dan perawan
kecil yang molek mungil itu bagianku. Aku cukup sabar menanti baranglimatahun
lagi, tentu ia akan menjadi bunga yang lebih harum dan segar daripada ibunya.Ha,
ha,ha,!" Selagi kedua orang itu tertawa-tawa dengan lagak menjemukan, marahlah Dara
Lasmi. Ucapan-ucapan yang amat menghina itu membuat mukanya yang cantik menjadi
merah padam dan kemarahannya tak dapat ditahan lagi. Ia lalu membawa Diah
Ratnawulan ke tepi jalan, kemudian ia mencabut keris yang terselip di ikat
pinggangnya. Gerakannya cepat dan trengginas sekali.
Memang nasib kedua orang tentara Majapahit itu yang sial. Mereka tidak tahu
siapakah adanya wanita cantik yang mereka ganggu. Dara Lasmi bukanlah wanita
sembarangan dan dahulu, ketikaia masih tinggal bersama dengan orang tuanya di
tanah Malayu, ia telah mendapat latihan pencak silat dari ayahnya, seorang
pendekar yang cukup terkenal. Setelah menjadi isteri Nagawisena, Dara Lasmi
bahkan memperdalam ilmu silatnya. Suaminya sendiri, Nagawisena, banyak mendapat
kemajuan dalam ilmu berkelahinya dari isterinya ini.
Kedua orang tentara Majapahit itu makin keras suaranya ketika melihat Dara Lasmi
mencabut keris. Apakah daya seorang wanita lemah lembut dan secantik itu"
Sebagai dua orang perajurit yang kenyang akan pengalaman pertempuran tentu saja
sikap Dara Lasmi tidak menakutkan hati mereka, bahkan menggelikan. Mereka
salingpadang, kemudian si muka bopeng berkata.
"Lihat calon kekasihku ini! Gagah sekali bukan" Biar kutangkap dia!" Sambil
berkata demikian, si muka bopeng itu menubruk maju sambil mengembangkan kedua
lengannya, bagaikan seekor harimau menubruk kambing.
Akan tetapi, dengan padangan matanya yang tajam. Dara Lasmi berlaku waspada dan
cepat sekali ia melangkah kesamping, mengelak dari terkaman laki-laki buas itu.
Begitu tubuh laki-laki itu menyambar lewat, secepat kilat kerisnya menyambar
kearah lambung. Perajurit itu terkejut sekali Koleksi Kang Zusi
dan cepat memiringkan tubuhnya ke samping untuk menghindarkan diri dari tusukan
maut ini, akan tetapi ia kalah cepat dan kulitnya masih tergores keris sehingga
mengucurlah darah dari lambungnya!
Barulah terbuka mata kedua orang perajurit itu! Rasa sakit karena kulit
lambungnya pecah membuat si muka bopeng menjadi marah sekali dan sekaligus
kegairahan hatinya memiliki puteri jelita itu berubah menjadi nafsu untuk
membunuh! Ia mencabut klewangnya yang tergantung di pinggang.
"Kau ingin mampus!" serunya dan klewangnya menyambar kearah leher Dara Lasmi!
Akan tetapi, pada saat itu, DaraLasmi telah berubah menjadi seorang pendekar
wanita. Setiap otot dan urat di dalam tubuhnya menegang, sepasang matanya yang
indah bening itu memancarkan cahaya berapi, hawa yang keluar dari pernapasan
panas! Ketika Klewang ditangan lawannya menyabar kearah leher tanpa berkedip
sedikitpun DaraLasmi mengelak cepat, bukan untuk menjauhi lawan, akan tetapi
bahkan ia menyelinap di bawah sambaran klewang itu dan kaki kanannya melangkah
masuk di barengi dengan luncuran kerisnya yang cepat sekali gerakannya,
maka."cepp!" keris itu menancap perut lawannya sampai ke gagangnya! Sebagai
seorang ahli silat yang mahir, Dara Lasmi secepat itu pula mencabut
kerisnya,dibarengi dengan gerakan tangan kiri mendorong ke depan dan tubuhnya
cepat membalik kebelakang menjauhi lawan.
Untuk beberapa saat tubuh si muka bopeng seperti kejang dan kaku, klewangnya
terlepas dari tangan, matanya memandang terbelalak ke depan. Kemudian ia memekik
ngeri, kedua tangannya mendekap perut yang mengucurkan banyak darah dan tubuhnya
mulai bergoyang-goyang kekanan kiri, kedua kakinya limbung terhuyung-huyung dan
akhirnya ia roboh bagaikan pohon pisang di tumbangkan orang!
Si muka hitam semenjak tadi berdiri kesima dan bengong, hampir tak percaya akan
kejadian yang disaksikannya. Setelah melihat kawannya roboh tak berkutik lagi,
barulah ia sadar bahwa ia bukan sedang mimpi. Dipegangnya tombak di tangan.
Sebenarnya ia telah merasa ngeri dan seram menghadapi seorang puteri yang luar
biasa ini, akan tetapi ia bermaksud untuk merobohkan puteri itu dengan sekali
tusukan tombaknya. Dara Lasmi berlaku tenang sekali. Ketika tombak yang ditujukan kearah dadanya
itu meluncur dengan kencangnya, ia hanya menggeser kakinya dan memiringkan
tubuhnya sehingga tombak yang ditusukkan itu meluncur lewat di samping tubuhnya,
kemudian sebelum lawannya sempat menarik kembali tombak itu, tangan kirinya
cepat menangkap batang tombak dan kakinya melangkah maju dengan keris di tangan
kanan yang masih berlumuran darah itu siap ditusukkan.
Koleksi Kang Zusi Akan tetapi, si muka hitam itu ternyata berhati pengecut dan tiba-tiba ia
melepaskan tombaknya lalu membalikkan tubuh dan lari tunggang langgang! Dara
Lasmi melepaskan tombak itu dan memandang dengan dada masih berombak karena
marah, melihat orang yang berlari cepat dan hanya nampak kedua telapak kaki
orang itu yang seakan-akan menendangi pantatnya sendiri!
Diah Ratnawulan berlari memeluk ibunya. Barulah Dara Lasmi lenyap marahnya dan
ia mengucap syukur kepada Gusti yang Maha Agung bahwa yang menyerangnya hanya
dua orang. Kalau yang menyerangnya berjumlah banyak, sungguhpun ia akan dapat
melindungi diri sendiri, akan tetapi belum tentu ia akan dapat melindungi
anaknya. Pikiran ini membuat ia cepat memasuki rumahnya kembali dan ketika tak
lama kemudian ia keluar, ia telah berubah menjadi seorang wanita yang berpakaian
compang camping dan mukanya penuh dengan Lumpur dan arang, menutupi
kecantikannya. Demikianlah, wanita yang bernasibmalangini,lalu pergi keluar dari pintu gerbang
sebelah barat. Untung baginya bahwa di situsunyi karena peperangan berlangsung disebelah
utarakotadan ia dapat keluar dari Lumajang dengan selamat. Dengan tindakan cepat
ia mengandeng anaknya berlari terus kebarat.
Diah Ratnawulan biarpun baru berusia sepuluh tahun, akan tetapi ia memiliki
kekerasan hati seperti ibunya. Biarpun ia telah merasa betapa kedua kakinya
lelah dan sakit sekali, ia menguatkan hati dan menggigit bibirnya,terus berjalan
setengah berlari di samping ibunya.
Baru setelah mereka berjalan lama dan jauh meninggalkan kota sehingga suara
pekik sorak orang-orang yang bertempur tak kedengaran lagi, Ratnawulan mengeluh
dan berkata perlahan. "Ibu. apakah kita tidak mengaso dulu.?"
Dara Lasmi berhenti dan mnunduk memandang kearah kedua kaki puterinya. Hatinya
terasa perih sepertitertusuk pisauketika melihat betapa kedua kaki anaknya itu
bengkak-bengkak dan pinggirnyatelah pecah-pecah. Dua titik air mata menetes
turun dna ia cepat merangkulanaknya.
"Manis, kita belum boleh mengaso dulu.?"
Koleksi Kang Zusi Dara Lasmi berhenti dan menunduk, memandang ke arah kedua kaki puterinya.
Hatinya terasa perih seperti tertusuk pisau ketika melihat betapa kedua kaki
anaknya itu bengkak-bengkak dan pinggirnya telah pecah-pecah. Dua titik air mata
menetes turun dan ia cepat merangkul anaknya.
"Manis ,kita belum boleh mengaso, belum cukup jauh dari Lumajang. Marilah kau
kugendong, nak!" Setelah berkata demikian, Dara Lasmi lalu menggendong anaknya dan terus berlari
lagi, lurus kearah barat di mana nampak menjulang tinggi Gunung Mahameru.
Sebagai seorang isteri senopati yang dapat disebut bangsawan juga, ia jarang
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali melakukan perjalanan keluar rumah dari rumah, apalagi melakukan
perjalanan sejauh itu, belum pernah ia lakukan.Maka tentu saja telapak kakinya
menjadi lemah dan kulit telapak kakinya yang halus lemas bagaikan sutera. Kini,
melakukan perjalanan jauh melalui tanah berbatu dan menerjang tetumbuhan
berduri, kedua kakinya telah luka-luka dan telapak kakinya bahkan telah bengkak
dan pecah-pecah. Akan tetapi, ia menguatkan diridan sambil menggendong anaknya
yang telah kepayahan, ia berlari terus memasuki hutan dikaki Gunung Mahameru
itu. Haripun mulai menjadi gelap karena senjakala mendatang.
Setelah tiba di dalam hutan yang sunyi, barulah ia berhenti mengaso di dekat
sebatang anak sungai yang amat jernih airnya. Ia menurunkan Diah Ratnawulan yang
segera duduk di atas rumput dan menggosok-gosok kakinya yang amat sakit. Anak
itu mulai menangis perlahan-lahan sambil mengeluh.
"Sakitkah kakimu,Wulan?" Tanya ibunya dengan suara penuh iba.
Ratnawulan hanya mengangguk dan ibunya lalu memeriksa kaki anaknya yang pecah-
pecah kulit telapaknya itu. Ia lalu menggendong anknya kedalam anak sungai dan
mencuci kaki anak itu.Ratnawulan menjerit kesakitan karena luka-luka di telapak
kaki itu ketika terkena air yang dingin terasa sakit dan perih sekali.
"Biarlah sakit sedikit, Wulan. Luka-luka ini harus dicucui,kalau tidak, akan
menjadi bengkak dan menghebat."
Setelah telapak kaki Ratnawulan dicuci bersih, Dara Lasmi lalu memotong ujung
kembennya (kain pengikat pinggang) dengan keris, dan dibalutnyalah kedua
kakianaknya itu. Koleksi Kang Zusi Setelah itu, barulah ia mencuci dan membalut keduakakinya sendiri dan kedua
orang yang bernasibmalangini lalumengaso di bawah sebatang pohon ketapang.
Rasa sakit pada kakinya mengurang dan hal ini membuat Ratnawulan dapat merasai
rasa lapar yang menyerang perutnya. Beberapakali ia memandang ibunya yang duduk
melamun seperti kehilangan semangatitu,akan tetapi ia tidak
membukamulut.Iamaklumbahwa semenjakpagi tadiibunya pun belum makan danmaklum
pula bahwa ibunya tidak membawa makanan apa-apa, maka ia tidak berani menyatakan
bahwa perutnya lapar. "Ibu," akhirnya suara anak itu memecah kesunyian.
Ibunya memandang dan seakan-akan baru sadar dari mimpi,karena ia lalu mendekati
anaknya dan merangkulnya.Kepala anaknya diraih dan didekapdi atas pangkuannya
dan kembali air mata mulai membasahi bulu matanya.
"Adaapakah, Wulan" Masih sakitkah kakimu?" Ia menekan perasaannya agar supaya
anaknya jangansampai mendengar suaranya yang mengandung isak. Ratnawulan
menggeleng diatas pangkuan ibunya, akan tetapianak ini tak dapat menahan lagi
dan mulai menangis tersedu-sedan.Dengan penuh kasih sayang dankeharuan hati,
Dara Lasmi mengelus-elus rambut anaknya yang hitam dan panjangitu,lalu berkata,
"Anakku sayang kau lelah sekali" Biarlah malam inikita mengaso di sini, dan
besok kalau kau tidakkuat berjalan, ibuakan menggendongmu."
Ratnawulan menahan isaknya.
"Ibu besok kitaakan pergi kemanakah?"
Kalau saja orang lain yang mengajukanpertanyaan ini, tentu DaraLasmi takkan kuat
menahan tangisnya, karenasesungguhnya ia sendiri puntidak tahuke manakah ia
harus pergi. Akantetapi ia tidak mau menyusahkan hati anaknya,anak yangmasih
kecil dan belum tahu apa-apa ini, maka iamenjawab sambil memaksabibirnya
terseyum karena anaknya telah memandang wajahnya.
Koleksi Kang Zusi "Wulan, besok kita pergi mendakibukit itu.Disanaindah sekali pemandangannya,
kita selanjutnya tinggal dipuncakgunung,di mana banyak terdapatbinatangyang
indah-indah. Aku akan menangkap kijang, kelinci, danpelanduk untukmu.
Disanabanyak pula kembang yang cantik dan harum baunya, banyak pula buah-buahan
yang lezat rasanya."
Mendengar ibunya menyebut buah, terasa pula lapar didalam perut Ratnawulan.
"Banyak buah-buah, ibu?"
"Ya, na, banyak buah-buahan yang lezat. Pisang,jambu,mangga, jeruk, semua
terdapatdi puncakitu. Maka sekarang tidurlahagar besok pagikita dapat melanjutkan perjalanan."
Hening sejenak. "Ibu.?" "Ya, sayang?" "Betul-betul banyak buah disana,bu?"
"Tentu, nak. Ibu tak pernah membohong, bukan?"
"Dan sekarang.ke manakah kita harus mencari makanan, ibu?"
Dara Lasmi merasaseakan-akanlehernya tercekik dan biarpun ia telah menahannya,
namun dua butir air mata tak dapat dicegah lagi, menitik turun dari kedua
matanya. Koleksi Kang Zusi "Wulan, anakku. Kau. kau laparkah.?"
Ratnawaulan mempereratpelukan kedua tangannya ke pinggang ibunya akantetapi ia
tidak menjawab. Dan dalam kesunyian itu, terdengar jawaban dari perut anak itu yang berkeruyuk
menyatakan kelaparannya. Bukan main terharunya hati Dara Lasmi.Iamemeluk anaknyadan menciumi
mukanya."Wulan. anakku,sayang. tahankanlah untuk malam ini, anakku.Besok akankucarikan makanan
untukmu!" Dan kini iatak dapatmenahan lagi membanjirnya air matanya yang
membasahi rambutanaknya. Ratnawulanjuga menangis lagidan memeluk pinggang ibunyamakin erat.
"Wulan, kau sudah besar, usiamu sudahsepuluh tahun. Kauharus dapat menahan
penderitaan inidengangagah, seperti Pendekar Wanita Halimi yang gagah perkasa
itu!" "Ibu, ceritakanlah tentangPendekar Hamili itu."
Keadaan telah gelap benarkarena malamtelah tiba. Kalau keadaan tidak segelap itu
tentu Dara Lasmi akanmelanjutkan perjalanan, mencari tempat di mana mungkin
terdapat pohon yang berbuah.
Maka ialalu mulaibercerita untuk menghibur anaknya.
"Puteri Hamili dibuang ke dalam hutan belukar olehibutirinya yangkejam, dengan
maksudagar supaya PuteriHamili mati kelaparandi dalam hutan yang hanya penuh
dengan pohonjati dan randu itu.
Telah tiga hari tiga malam Puteri Hamiliberjalan di dalam hutan tak kuasa
mencari jalankeluar, karena hutanitu amat luas dan liar. Selama tiga hari tiga
malam, PuteriHamili tidak makan nasi sebutirpun dan tidak minum air barang
setetespun. Ia merasa amat lapar."
"Tentuia lapar sekali, ibu, danjuga haus."
"Memang, Wulan,lebihlapardan labih haus daripada kita."
"Ia kuat sekali, ibu."
Koleksi Kang Zusi "Memang, PuteriHamili amat kuat dan gagah perkasa. Pada hari keempat, datanglah
seekor srigala jahat dan kejam menjumpainya."
"Srigala itu yang bagaimana, ibu?"
"Srigala adalah anjing hutan, yang jauh lebih kejamdan lebih kotor
daripadaanjing, lagi pula ia besardan kuatsertaliar sekali!"
"Aduh, tentu Puteri Hamiliamat ketakutan."
"Tidak, Wulan. Puetri Hamilitakkenal takut!Ia gagah perkasalagi kuatimannya.
Srigala datang membawa seika tbuah pisang yang sudah masak, dan dengan
suarapenuh bujuk rayu ia mempersembahkan pisang raja itu kepada Puteri Halimi
sambil bernyanyi: "Duhan Hamili yang cantik rupawan
Hamba datang menghibur tuan,
Terimalah seikat pisang raja
Asalkan mau menjadi isteri hamba!"
Dasa Lasmi menceritakan dongeng inisambil menirusuara yang parau danmenyanyikan
lagu itu sehingga anknya amat tertarik.
"Ia menipu! Ia mau membujuk danmenipu! Bagaimana seorang puteri cantik
harusmenjadi isteri srigala?" teriak Ratnawulan dengan gembira,lupa samasekali
akan rasalaparnya! Koleksi Kang Zusi Ibunya tersenyum. "Kalau kau menjadi Hamili,apakah kau akan mau menerima
persembahan itu, Wulan?"
"Tidaksudi, tidak sudi!" jawabanaknya.
"Sungguhpun kauamatlapar?"
"Tidaksudi! Biar kutahan rasalaparku!" jawab pula anak itu penuh semangat.
"Nah, demikianpunPuteriHalimi. Ia menolakkerasdan menjawabdengannyanyian pula:
"Wahai srigala jahanam angkara!
Tiga hari tiga malam aku berpuasa,
Namun bujukanmu ini, tak sudi aku terima! Ketahuilah, Puteri Hamili tahan menderita.
Lapar danhaus gangguan biasa.
Enyahlah kau, srigalam enyahlah!
Puteri Hamili puteri yang gagah!"
"Bagus!" Ratnawulan berteriak sambil tersenyum-senyum dan bertepuk tangan.
"Demi mendengar jawabanini, srigalamenjadi marah lalu ia menyerang puteri
inidengan terkamannya sambil membukamulutnya yang lebarpenuh dengan gigi yang
runcing dan mengerikan."
Koleksi Kang Zusi "Aduh, lalu bagaimana, ibu?" Ratnawulan menggunakan kedua tangannya menekan
kedua pipi dan matanya terbelalak lebar memandang wajahibunya yang hanya nampak
samara-samar di bawah penerangan bintang-bintang yang suram itu.
"Puteri Hamili tak gentar sedikitpun juga. Ia mencabut pandangnya dan dengan
gagah ia melawansehingga srigala itu mati dengan dada tertembus pedang."
Ratnawulan menariknapaspanjang karena lega hatinya.Ia lalu merebahkan tubuhnya
di atas rumput, dan meletakkan kepalanya diatas pangkuan ibunya. DaraLasmi
melanjutkanceritanya diseling nyanyian-nyanyianyang merdu, karena memang
suaranya amat nyaringdan iapandai sekali bernyanyi dan mendongeng. Akhirnya
tertidurlah Ratnawulan tanpa teringat sedikitpun akan kelaparan perutnya.
Setelah tarikan napas anakitu menyatakan bahwaia telahtidur nyenyak barulah Dara
Lasmi menghentikan nyanyian-nyanyiannya dan ialalu duduk melamun sambil menaruh
tangannya diatas kepala anaknya. Ia mengenangkan segala peristiwa pagi tadidan
tak terasa pula ia menangis lagi, yang ditahan-tahannyaagar jangan sampai
menimbulkan suara dan mengganggu anaknya yang sedang tidur.
Hatinya penuh dendam dan sakit hati kepda Kartika yang telah menjadi pembunuh
suaminya. Kalau suaminyasebagai seorang senopati gugur di dalam peperangan
secara sah, ia akan rela karena gugur adalah hal yang tidak memalukan
dansudahsewajarnya bagi seorangpanglima perang. Iatakkan menaruh hati dendam
kepada siapapunjuga, tidak kepadaKerajaan Majapahit, maupun kepada orang-orang
tertentu. Kewajiban seorang panglima danperajurit hanya untuk membela Negara
danbangsa, membela kerajaan dan junjungan, membela pimpinannya,tanpa
memusingkanpikiran tentang urusanyang menimbulkan pertikaian dan peperangan itu.
Kalau ia menang, ia akanmemperoleh jasa dan kedudukan, kalauia gugur, iaakan
menjadi kesumaNegara dan menjadi pahlawan. Akan tetapi, yaitu Kartika, yang
tadinya dianggai sebagai sahabat baik dan setia.
Sepekan sebelum terjadi peprangan, Kartika datang darikota raja mengunjungi
suaminya. Sikapnya ketika memandangnya telah menimbulkan rasa jijik dan tak
senang di dalam hatinya karena sebagai seorangwanita yang berperasaan halus ia
dapat menangkap artisinar mata laki-lakiitu.Akan tetapi oleh karena Kartika dan
suaminya, telahmenjadi sahabatkarib semenjak mereka masih tinggaldi kota raja,
maka ia diam saja dan pura-pura tidak melihat sinar mata yang mengandung
kekurangajaranitu.Kartikaadalah murid tersayang dari Bagawan Mahapati, dan
kedatangannya itu untukmembujuk-bujukNagawisena agar supaya suka membantu
serbuan tentaraMajapahitdan suka membela Prabu Jayanagara. Akan tetapi, suaminya
menjawab dengan suara tetap.
Koleksi Kang Zusi "Kartika, kalausaja yang mengeluarkan ucapan inibukankau, yang telah kuanggap
sebagai saudara sendiri, tentu sekarang juga bukan mulutku yang bicara,
melainkan kerisku. Dengarlah! Aku telah bersumpah setia kepada Raen Nambi dan
sebagai seorang senopati Lumajang, aku akan membela Lumajang dengan jiwa dan
ragaku. Siapapun juga yang mengganggu Lumajang, akan kuhadapi dengan keris di
tangan dan biarpun aku harusberkorbannyawa, aku rela."
"Aduh, sahabatku yangkucinta!" Kartika dengan wajahnya yang tampan itu
membayangkan keharuan hati danmulutnya mengeluarkan ucapanyang amat manis."
Bagaimana hatiku akan rela melihat kau binasa di bawah serbuan tentara
Majapahit?" "Apa boleh buat, Kartika. Kalau sudah tiba masanyakau menjadi perajurit
Majapahit dan menyerbu ke Lumajang, terpaksa aku akan meramkan mata dan
menghadapimu dengan senjata di tangan,denganpendirianbahwa penyerbu Lumajang
adalahmusuh Negara yang harus kulawan dengan gigih."
Kartikamenjadi amatkecewa mendengar pernyataan Nagawisena yang tak tertundukkan
itu, maka sebagai penutup kata ia berkata.
"Nagawisena, sahabatku.Betapapunmenyesal dankecewa rasahatiku, namun apabila
benar-benar barisanMajapahit menyerbu ke sini, akan kuusahakan agar kaujangan
sampai tewas dalam peperangan itu."
"Tewashanyalah berpulang ke tempat asal, Kartika. Dan tiada yang lebih mulia
bagi seorang senopati melainkan tewas dengan tombak tertancapdi dada."
Demikianlah, Kartika kembali kekota raja melaporkan kegagalannya.Danpagi tadi,
ketika perang tanding sedang memuncak dan ramainya.Nagawisena yang mengamuk
hebat tiba-tiba berhadapan dengan Kartika.
"Sayang, Kartika! Terpaksa kita harus berhadapan dengan senjata di tangan!" ata
Nagawisena dengan gagah. Koleksi Kang Zusi Akan tetapi, tiba-tiba Kartikamelemparkan senjatanya ke atas tanah dan berkata
dengan uara berduka. "Ngawisena, benar-benarkahakan sekejam itu hatimu" Tidak ingatkahkau betapa
dahulukita di masa kanak-kanak bersama-sama mandi di Begawan, mencari sarang-
sarang burung dan bermain-main" Ah, kawan, aku tak tega mengangkat senjata
kepadamu!" "Kartika, jangan kauselemah itu!" kataNagawisena sambil mengertak giginya,
mengeraskan ati. "Tidak, Nagawisena, tidak!Kitatak boleh saling meyerangi! Simpanlah kembali
kerismu dan biarkan aku memelukmu sekali lagi!"
"Kita dimedanperang, Kartika,jangan bersikap seperti wanita lemah!"
"Kabulkan permintaanku yangterakhirini, Nagawisena. Simpanlah senjatamu dan
biarkan aku memelukmu sekali lagi. Setelah itu, terserah kepadamu kalau
hendakmelanjutkan pertempuran.
Pelukanterakhir ini berarti banyak bagiku, sahabatku yang baik. Siapa tahu,
kalau bukan kau tentu akuyang akangugur dimedanyuda ini."
Lemah hati Nagawisena mendengar ini. Dimasukkannya kembali kerisnya diwarangka
keris dan mereka lalu saling memeluk sebagai duaorang sahabat karib.
Akan tetapi, ketika dua orang muda itu saling memeluk, tiba-tibasenopati dari
Majapahit cepat memusuk lambung Nagawisena dari belakang dengan kerisnya.
Pelukanterlepas dan Nagawisena terhuyung-huyunglalu roboh mandi darah! Kartika
yang berhati palsu itu hanya tersenyummenyerigai dan berkata kepadaNagawisena
yang menggeletak di atas rumput.
"Salahmusendiri mengapa kau tidak mendegar bujukanku!"
Koleksi Kang Zusi Demikian terjadilah peristiwaitu. Dara Lasmi mengertakgigi, mengepaltangan dan
matanya memancarkan cahaya berapi. Ia mengetahui semua peristiwa ini
dariseorangperajurit Lumajang yang menceritakannya dengan jelaskepadanya,
sekalian menggambarkan tentang tewasnya suaminya.
"Bangsat Kartika, keparatjahanam! Aku bersumpah hendak membalas kekejaman dan
kecurangan ini! Kalau aku sendiri tidak dapat turun tangan membalaskan dendam
suamiku, tentu anakku yang akan membalaskan sakit hati ayahnya!"
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali DaraLasmi telah melanjutkan
perjalanannya mendaki Gunung Mahameruyang amat tinggi itu. Dapat dibayangkan
betapa sukarnya perjalanan itu, akan tetapu puteriyang bersemangat besar ini
biarpun dengan terpincang-pincang,tetap melanjutkan langkahnya sambil
menggendong Ratnawulan di punggungnya. Kadang-kadang anak yang menaruh hati
kasihan kepadaibunya iniminta turundan ikut berjalan terpincang-pincang.
Untung sekali, di lereng bukit itu mereka lewat dalamsebuah hutan di mana banyak
terdapat pohon-pohon berbuah,maka dengan girangDara Lasmi lalu mencari buah-
buahpisang dan lain-lain untuk anaknya dan dia sendiri. Sungguhpun dengan hanya
merasa puas, namun makanan itu cukuplah untuk menentramkancacing-cacing di dalam
perut yang mengeliat-geliat.
Akan tetapi sadar mereka harus mengalami banyak penderitaan. Baru saja perut
mereka terisi dan mereka terhindar balik gerombolan-gerombolan pohon muncul
orang-orang lelaki yang kelihatan kasar dan liar. Jumlah mereka dua belas orang
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan di tangan mereka kelihatan golok-golok yang mengkilap dan tajam!
Dara Lasmi merasa terkejut sekali dan wajahnya menjadi pucat. Kedua kakinya
luka-luka dan sakit sekali sedangkan tubuhnya telah menjadi lemah karena lelah.
Bagaimana harus membela melindungi anaknya"
Karena merasa bahwa ia tidak akan dapat mempertahankan diri apabila ia melawan,
maka Dara Lasmi lalu menggendong anaknya dan cepat berlari pergi dari situ!
Koleksi Kang Zusi Kawanan perampok itu tertawa mengejek dan mereka mulai melakukan pengejaran
sambil terteriak-teriak karenas ungguhpun pakaian Dara Lasmi sudah tak karuan
lagi macamnya, namun kecantikan wanita itu masih amat menggiurkan.
Dara Lasmi tidak menghiraukan lagi kedua telapak kakinya yang pecah-pecah dan
berdarah, tidakmerasakan lagi perih-perih kerikil tajam itu. Akan tetapi, kedua
kakinya makin lemas dan beberapa kali ia terhuyung-huyung hampir jatuh.
Pegejarnya makin dekat saja dan suara teriakan mereka terdengar keras.
Tak lama kemudian ,lagkah kaki pengejar pertama telah berada di dekat Dara
Lasmi. Derap kakinya telah terdengar, bahkan bunyi pernapasannya telah terdengar
pula.Dara Lasmi makin gelisah dan ketika di depannya terdapat sebuah batu yang
agak besar, dalam kegugupannya ia melompati batu itu.Malangbaginya, ia
tergelincir dan tubuhnya terguling di atas tanah berbatu-batu.
Walaupun demikian, ia masih ingat untuk mendekap anaknya dan melindungi kepala
anaknya dengan kedua lengannya.Beberapa kali ia menggelundung dan mendapat luka-
luka dikening dan kedua lengannya. Perih dan sakit sekali tubuhnya terasa
sakit.Ratnawulan menangis karena ketika ibunya terjatuh, kakinya tergencet dan
berdarah, sakitnya bukan main.
"Ha,ha, ha! Kau hendak lari kemana, manis,"pengejar yang paling cepat larinya
tertawa. "Aku yang lebih dahulu menangkapmu, maka akulah yang berhak atas
dirimu!"Sambil tertawa bergelak, perampok itu maju menghampiri.
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar seruan suara yang halus dan berpengaruh,
"Jangan mengganggu orang!"
Mendengar suara yang amat berpengaruh ini, bagaikan ada tenaga yang menahan
gerakan perampok yang hendak menubruk DaraLasmi itu. Ia cepat menengok dan
melihat seorang kakek tua turun dari lereng bukit dengan tindakan kaki tenang.
Sementara itu,Dara Lasmi mengeluh dan merangkak bangun,memijit-mijit kaki
anaknya yang berdarah sambil menghiburnya.
Koleksi Kang Zusi Wanita ini sama sekali tidak memperdulikan luka-lukanya sendiri dan sibuk
mendiamkan Ratnawulan yang menangis.
Perampok itu menjadi marah dan pada saat itu, kawan-kawannya yang tadi mengejar
telah sampai di situ pula. Mereka lalu memandang kepada kakek itu telah turun
dari bukit. Kakek ini telah tua,bajunya berlengan panjang warna putih, celananya
sampai di bawah lutut berwarna hitam, tangan kanan memegang sebatang tongkat
hitam.Rambut kepala dan kumis serta jenggotnya panjang berwarna putih, nampak
mengkilap bagaikan perak ketika tertimpa sinar matahari.
Perampok yang marah itu lalu membentak. "He, kakek tuarenta! Mengapa kau berani
menghalangi maksudku" Apakah kau telah bosan hidup?"
"Semenjak dahulu, sekarang dan kemudian aku selalu hidup, bagaimana dapat
disebut bosan?" kata kakek itu dengan suaranya yang lemah lembut dan
sabar."Kalian janganlah mengganggu wanita ini.
Lihat keadaannya demikian sengsara, tidak kasihan bahkan mau mengganggu, apakah
itu bukan perbuatan yang melanggar prikemanusiaan?"
Berandal-berandal itu adalah orang-orang kasar yang setengah liar,mana tahu
tentang prikemanusiaan" Seorang di antara mereka berkata kepada pemimpinnya yang
tadi mengejar Dara Lasmi,
"Kakang Singo, mengapa perdulikan ocehan seorang kakek yang sudah mau mati"
Tangkap saja perempuan itu!"
Mereka serentak maju hendak menangkap Dara Lasmi,akan tetapi tiba-tiba terdengar
bentakan kakek itu dengan suara gemuruh.
"Jangan bergerak!"
Koleksi Kang Zusi Dan aneh! dua belas orang perampok yang tinggi besar dankuat itu tiba-tiba
berdiri diam dalam gerakan masing-masing, ada yang sedang mengulur tangan, ada
yang sedang berlari, ada pula yang sedang menengok, semua berdiri diam dan kaku
tak dapat bergerak seperti patung batu-batu.
Melihat keanehan ini, Dara Lasmi tertegun dan berdiri dengan bengong, kemudian
ia maklum bahwa ia berhadapan dengan seorangtua yang sakti, maka sambil
menggendong anaknya dan berjalan terpincang-pincang ia lalu menghampiri kakek
itu dan menjatuhkan diri berlutut, menyembah, lalu ibu yang sengsara itu
terjungkal pingsan bersama Ratnawulan di dalam gendongannya.
"Jagad Dewa Batara!" Kakek itu menyebut."Kasihan sekali nasibmu yang buruk ini,
nini!" Ketika Dara Lasmi siuman kebali dari pingsannya, dengan amat heran ia
mendapatkan dirinya telah berada dalam sebuah pondok bilik yangamat sederhana
dan Ratnawulan telah tidur nyenyak di sebelahnya, yaitu di atas sebuah
pembaringan bambu yang bersih.
Ia bangun perlahandan memandang ke kanan kiri. Pondok itu tak berkamar, hanya
kecil saja bagaikan gubuk ditengah sawah. Iaturun dari pembaringan bamboo itu
dan merasa makin terheran ketika merasa betapa kedua kakinya telah sembuhsama
sekali. Ketika keluar dari sebuah pintu yang kecil didepan pondok, angina sejuk
meniup perlahan dan ia merasa tubuhnya menjadi segar dan berbareng perutnya
terasa lapar sekali. Setelah ia keluar dari pondok, ia menahan seruannya karena
merasa amat kagum. Pemandangan di luar pondok benar-benar mengagumkan dan indah
sekali.Ternyata bahwa pondok itu berada di puncak Gunung Mahameru dan didepannya
terbentang luas tamasya alam yang indah menawan hati. Bunga-bunga harum
indahtumbuh di sana-sini, pohon-pohon yang penuh buah-buahan terdapat banyak
sekali disekitar tempat itu. Suara burung yang berkicau membuat ia merasa
seakan-akan berada di alam mimpi.
Ternyata bahwa saat itu metahari baru saja terbit,maka ia merasaheran bagaimana
ia bisa berada di tempat ini. Ia teringat kepada kakaek yang menolongnya, maka
ia menduga bahwa tentu kakekitu yang membawa mereka berdua ketempat ini. Dara
Lasmi mencari-cari dengan matanya,namun kakek itu tidak nampak berada di sekitar
tempat itu. "Ibu.!"tiba-tiba terdengarRatnawulan memanggilnya.Ia kembali ke dalam pondok dan
anaknya telah turun dari pembaringan. Juga keadaan Ratnawulan amat sehat dan
segar.Agaknya hawa gunung yang sejuk mambuat mereka merasa amat segar dan sehat.
Koleksi Kang Zusi "Sudah bangunkah kalian?" tiba-tiba terdengar suara halus bertanya. Suara ini
datangnya dari depan pondok,maka Dara Lasmi lalu mengandeng tangan anaknya dan
segera keluar dari pondok.
Ternyata bahwa yang bicara itu adalah kakek yang kemarin menolong mereka, maka
Dara Lasmilalu mengejak anaknya cepat-cepat berlutut menyembah memberi hormat.
"Sungguh hamba amat bersyukur dan berterimakasih kepada eyang yang telah
menolong kami berdua. Kalau tidakada eyang yang menolon kami, entah bagaiakan
jadinya dengan nasib diriku!"
Tak tertahan lagi, saking terharunya, Dara Lasmi mengucurkan air matanya.
"Bersyukurlah kepada Yang Maha Adil, nini, dan jangan berterima kasih kepadaku.
Memang kau dan anakmu sudah berjodoh untuk bertemu dengan aku, maka sekarang
ceritakanlah mengapa kau seorang wanita muda bersama anakmu sampai tersasar ke
lereng Gunung Mahameru dan berada dalam keadaan yang demikian sengsara?"
Sambil mengucurkanair matanya, Lasmi menceritakan pengalamannya. Akhirnya, ia
menutup penuturannya sambil menyembah.
"Oleh karena hamba telah tertolong oleh eyang dan telah berada di sini, maka
nasib hamba berdua selanjutnya, hamba serahkan pada eyang. Kalau eyang sudi,
biarlah hamba tinggal bersama anak hamba di sini, menjadi pelayan dan
mengerjakan segala keperluan eyang."
Kakek itu mengelus-elus jenggotnya yang panjang sambil menarik napas. "Hm,
Mahapati agaknya yang menjadi gara-gara. Sungguh sayang Majapahit yang jaya
dikotori oleh bagawan itu. Nini, jangan kau berduka, karena betapapun juga,
suamimu gugur sebagai seorang ksatria utama. Kau tinggalah di sini bersama
anakmu dan asal saja kau tidak teringat akan kemewahan hidup dikota dancukup
merasa puas denganapa yang ada, kau tentu akan menemui kebahagiaan hidup
ditempat sunyi ini.Di lereng sebelah utara, takjauh darisini, terdapat beberapa
kelompok dusun sehingga kau tak perlu khawatirakan kesunyian, sungguhpun di sini
kau takkan bertemu dengan orang-orang gunung yang sederhana saja. Adapun anakmu
ini, jiwa ksatria ayahnya menurun kepadanya, maka biarlah ia kudidikdan menjadi
muridku." Bukan main girangnya hati Dara Lasmi,dan kini yang mengalir turun dari matanya
adalah air mata kebahagiaan.
Koleksi Kang Zusi "Terima kasih, eyang. Sungguhkata-kata eyang itu merupakan pendengaran yang
paling indah dan membesarkan hati bagi hamba."
"Kau anak yang baik, nini, dan demi Yang Maha Adil, kebaikan selalu mendatangkan
kebaikan." Kakek tua itu bukan lain ialah Sang Panembahan Mahendraguna, seorang pertapa
sakti yang telah puluhan tahun bertapa di puncak Gunung Mahameru. Orang-orang
dusun yang tinggal di sekitar gunung itu, menyebutnya dengan sederhana saja,
yaitu Eyang semeru. Selain bertapa kakek ini suka bertani, menanam sayur-
sayurdan suka pula berjalan-jalan ke kampong-kampung untuk memberi wejangan-
wejangan kepada orang-orang kampong dan gunung, bahkan tak jarang ia menolong
mereka yang menderita sakit.Tak seorangpun tahu darimana asalnya kakek luar
biasa ini yang hidupnya amat sederhana, akan tetapi tak seorangpun diantara
mereka yang tidakmenaruh hormat terhadap Eyang Semeru.
Demikianlah, semenjak tertolong oleh kakek sakti ini DaraLasmi hidup di puncak
Mahameru, mengatur segala keperluankakekitu dan juga mendidik Ratnawulan anak
tunggalnya yang terkasih.
Tepats ebagaimana yang dikatakan oleh Eyang Semeru, semenjak tinggaldi gunung
itu, Ratnawulan memperlihatkan bahwa ia memiliki ketangkasan dan sifat-sifat
keperwiraan, tiada bedanya dengan seorang anak laki-laki. Ia mendapat latihan-
latihan ilmu pencak silat dari ibunya dan dalam waktu setahun saja, semua
kepandaian ibunya telah diwarisinya sampai tamat!
Dara Lasmimemang sengaja mendidik puterinya agar supaya menjadi seorang pendekat
wanita, karena tidak saja ketangkasan dan kegagahan diperlukan bagi seorang yang
hidup di tempat berbahaya itu, jugaia bercita-cita untuk menyuruh anaknya ini
kelak membalas dendam kepada Kartika! Disamping memberi latihan silat, Dara
Lasmi juga memberi latihan-latihan pekerjaan yang harus diketahui oleh seorang
wanita, yaitu pekerjaan tangan,memasakdan lain.
Alangkah girang hatiDara Lasmi ketika mendapat kenyataan bahwa setelah
menamatkan pelajaran ilmu pencaksilat yang ia berikan kepadanya, Ratnawulan
mulai mendapat pelajaran dari Eyang Semeru sendiri! Dan ketika ia melihat cara
Eyang Semeru memberi latihan keperwiraan kepada anaknya, ia menjadi takjub
karena ternyata bahwa kakek itu adalah seorang ahli yang sukar dicari
bandingannya! Baru mendapat latihan beberapa bulan saja, sudah nampak kehebatan
gerakan Ratnawulan apabila anak itu sedang berlatih pencak.Gerakan-gerakannya
selain cepat,juga amat luar biasa. DaraLasmi ketika masih kecil dan berada di
rumah ayahnya yang menjadi pendekat pencak,sudah sering kali melihat kawan-kawan
ayahnya bermain silat, akan tetapi belum pernah ia Koleksi Kang Zusi
melihat gerakan-gerakan yang secepat dan sehebat ilmu pencak yang diajarkan oleh
Eyang Semeru kepadaRatnawulan. Maka diam-diam wanita muda ini mengucap syukur di
dalam hatinya kepada YangMaha Agung yang telah mempertemukan ia dan anaknya
dengan Eyang Semeru. * Waktu berdear amat cepatnya. Tujuh tahun lewat tak terasa,seakan-akan tujuh
tahun itu hanya tujuh harisaja. Bagaikan sang waktu, segala apa di permukaan
bumiini bergerak maju, berubah dan tumbuh tak terasa pula. Benih bertunas,
menjadi sehelai rumput hijau tak berarti, lalu tumbuh menjadi besar, bercabang,
berdaun, berbunga, berbuah! Yang tadinya belum ada bermunculan, yang kecil
menjadi besar, yang besar menjadi tua akhirnya kembali lenyap ditelan bumi.Semua
ini terjadi bersama peredaran waktu, tak terasa, tahu-tahu sudah terjadi dan
demikian seterusnya, selama dunia masih ada.
Akan tetapi, di antara segala benda di alam dunia, Gunung Mahameru termasuk
benda yang amat kokoh kuat,agknya tak terpengaruh oleh waktu, atau andaikata
terpengaruh, maka perubahannya amat kecil, takkan terlihat oleh mata manusia.
Keadaan Gunung Mahameru tujuh tahun yang lalu dengan keadaan sekarang, masih
sama.Gunung itu masih menjulang tinggi, kepalanya lenyap ditelanawan, bagaikan
raksasa dalam Samadhi. Besar, tinggi, angker dan jaya, saksi mati segala
peristiwa yang melihat semua itu dengan sabar dan diam.Mahameru maklum bahwa
segala peristiwa yang terjadi di permukaan bumi ini memang harus terjadi dan
semestinya demikian, maka ia tidak mau mengganggu gugat, tidak mendorong ataupun
mencegah, menyerahkan segala sesuatunya kepada Pengaturnya.
Bunga-bunga berkembang dan merontok berulang kali di lereng Gunung Mahameru.
Pohon-pohon tua tumbang dan pohon-pohon barutumbuh. Namun keindahan lereng
gunung itu tidak berubah, baik bunga-bunganya yang beraneka ragam dan warna
serta keharumannya yang menyegarkan hawa itu, maupun kehijauan pohon-pohon
yangmemenuhi hutan-hutan di sekitar lambung dan kaki gunung.
Pada suatu pagi yang indah di lereng Gunung Mahameru. Sang Batara Surya baru
saja muncul kembali setelah beristirahat semalam suntuk di belakang Gunung
Mahameru. Cahayanya yang kuning kemerahan bagaikan sinar kencana murni itu
menembus embun pagiyang tebal, seakan-akan merupakan air suci yang dituangkan
dari Surgaloka.Segala sesuatu merasakan kenikmatan hangat yang ditimbulkan oleh
cahayamatahari, kenikmatan yang membuat segala benda merasa bersyukur bahwa ia
masih hidupdi permukaan bumi ini. Suara burung yang ratusan macamnya memnuhi
udara dengan kicau dannyanyi, amat merdu dan membangkitkan suasana gembira, tak
kalah indahnya dengan bunyi nyanyian maupunindahnya dengan bunyi nyanyian maupun
gamelan yang manapun juga.
Koleksi Kang Zusi Sukarlah menuturkanatau menggambarkan keindahan tamasya alamdi pagi hari di
lereng Gunung Mahameruitu, karena bahasa dunia tak cukup kuat untuk
menggambarkan keindahan yang mulusdan suciitu. Kalau ada seseorang kebetulan
berada ditempat itu dan menyaksikan segala keindahan ini, tanpa berdongak
memanang keluasan langit yang maha hebat itu,ia akan merasa betapa kecil tak
berarti adanya dia diantara segala keindahan yangmulia ini.
Setelah matahari naik makin tinggi, dari balik sekelompok pohon mawar gunung
dengan bunganya yang berwarna merahmuda, terdengar suara orang bersenandung.
Dari suara senandung yang makin keras itu dapat diketahui bahwa orangnya tentu
sedang menuju ke lereng itu.
Tak lama kemudian nampaklah orangnya yang bersenandung tadi. Dan kalau suaranya
tadi amat merdu, maka orangnya lebih menarik lagi.Ia adalah seorangdara remaja
yang usianya takkan lebihdari tujh belastahun. Kecantikan wajahnya menyaingi
bunga mawar yang sedang mulai mekar, bahkan bunga melatidan kenanga yang tumbuh
di dekat tempat itu menjadi kemerahan karena maludan iri menyaksian keayuan dara
itu. Rambutnya hitam panjang terurai ke belakang punggung, segar dan gemuk, terhias
kembang melati yang harum dan putih bersih.Di atas sebelah kiri dan didekat
telinga terhias dengan kembang mawar merah. Sepasang matanya lebar dan jernih
sekali, dengan warna pitih pada matanya yang mengingatkan orang akan permata
yang menghias ujng daun di pagihari ini, sedangkan manik matanya hitam
danmengeluarkan sinar tajam berkilat. Sepasang mata yang pada ujungnya
dikanankiri meruncingitu menjadi lebihindah lagi oleh bulu mata yang panjang
melengkung ke atas, ditambah oleh sepasang alis mata yang hitam dan kecilpanjang
berbentuk bulan sabit.Hidungnya kecil mancung dengan ujung yang manis. Dan
alangkah indah bentuk mulutnya. Garis bibirnya membentuk potongan gendewa
terpentang dan kulit bibirnya merah delima, membasah dan segar sehat!
Akan tetapi, di balik segala kecantikan yang benar-benar menggairahkan ini,
tidak nampak kelemahan dan sifat menyerah yang biasanya terdapat pada seorang
wanita, sebaliknya jelas sekali nampak sifat yang perkasa di balik kecantikannya
itu. Terutama sekali sepasang matanya yang tajam itu menyinarkan semangat yang
bernyala-nyala dan ketabahan yang luar biasa. Pakaiannya sederhana saja dan dari
pakaiannya ini nampak pula sifat-sidatnya yang gagah. Baju kutangnya terbuat
daripada kain berwarna hitam, dengan hiasan renda putih dibagian pinggangnya,
atas dan bawah.Baju kutangnya yang hanya membungkus dadanya setinggi bawah
pangkal lengan itu melibat erat, namun masih belum cukup kuat untuk dapat
menyembunyikan keindahan bentuk tubuhnya yang mulai berkembang. Pinggangnya
dikat dengan sabuk berkembang warna kuning dengan kembang-kembang merah di
depannya, bagian penyambung sabuk itu, dihias dengan sebuah kembang perak dengan
permata intan di tengahnya. Sebatangkeris denganwarangkanya yang berukirdan
gagangnya yang berbentuk kepala naga, terselip di baliksabuk, miring ke
kiri.Daripundak kirinya sampai ke pinggang kanannya melintang erat-erat sehelai
tali lawe warna merah, yaitu pengikat tempat anak panah dan gendewanya.
Dipandangdari depan, makayang nampak hanyalah gagang-gagang anak panahnya yang
dipasangi bulu burung srikatan.Di pergelangan tangan kirinya nampak sebuah
gelangemas berukir intan dengan mata intan, sedangkan pergelangan tangan
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kanannya dilingkari sebuah gelang kayu Koleksi Kang Zusi
cendana menghitam yang berbentuk ular. Berbeda dengan kebiasan-kebiasaan puteri
paamasa itu, dara ini mengenakan kain batiknya agak tinggi di atas mata kakinya
yang terhias gelang perak, dan hal inimemang disengaja karena dengan demikian
gerakan langkah kakinya menjadi leluasa, seperti halnya kebiasaan perempuan-
perempuan gunung di sekitar Gunung Mahameru itu mengenakan kainnya.
Inilah Diah Ratnawulan yang kinitelah menjadi seorang dara perkasa yang berilmu
tinggi. Selama tujuh tahun Ratnawulan menerima gembelangan-gemblengan ilmu
pencak silat dari ibunya dan dari eyang gurunya, bahkan iatelah mempelajari ilmu
kebatinan sehingga tidak saja ilmu silatnya tinggi, akan tetapi iapun memiliki
kekuatan batin yang mentakjubkan, yang membuat semangatnya bernyala-nyala,
ketabahannya tak mengenal batas, dangerak-geriknya tenang, penuh kepercayaan
kepada diri sendiri. Pada waktu itu, Panembahan Mahendraguna atau Eyang Semeru, yaitu eyang guru dari
Ratnawulan, telah sebulan lebih meninggalkan puncak Mahameru, melakukan lelana
brata dan katanya hendak mengamankan daerah-daerah di tanah Jawa yang masih
angker. Maka Ratnawulan hanya tinggal berdua dengan ibunya yang kinipun telah
menjadi seorang pertapa. Dara Lasmi telah mempelajari filsafat kebatinan dari
Eyang Semeru dan kini mulai menjalankan tapa brata. Akan tetapi, dendam di dalam
hatinya biarpun kini tidak bernyala-nyala panas, namun api dendam itu masih
belum padam. Ia belum menceritakan hals akit hatinya itu kepada puterinya, oleh
karena sungguhpun ia maklum bahwa kinianaknya telah menjadi seorang pendekar
yang digdaya, jauh melebihi kegagahan mendiang ayahnya, namn ia mengangap
anaknya masih terlampau muda.
Memang ada benarnya keraguan hati Dara Lasmi itu, oleh karena sesungguhnya, di
samping ketenangan dan kepamdaiannya yang tinggi, Ratnawulan memiliki dasar
tabiat yang keras hati dan tidak mau mengalah terhadap siapapun juga. Sifat
inilah yang marupakan dorongan kepadanya sehingga ia dapat mengeduk semua ilmu
dari Eyang Semeru.Tiap kali ia berlatih dengan gurunya itu dan dikalahkan, ia
menjadi penasaran dan merengek-rengek kepada gurunya untuk diberi pelajaran ilmu
baru yang digunakan oleh gurunya dalam mengalahkan tadi.
Seringkali Eyang Semeru berkata sambil tersenyum kepadanya.
"Ratnawulan,kau seperti anak kecil saja! Kau selalu merasa penasaran kalau
dikalahkan dan ingin menambah pengertianmu. Sifat untuk selalu menambah
kepandaian ini memang baik dan dapat memajukan kepandaianmu, akan tetapi jangan
kau terlalu bernafsu oleh keinginan hendak memiliki seluruh kesaktian yang ada
didunia ini.Hasrat hati memang selalu diliputi nafsu angkara murka dan
kehendaknya kalau dapat akan dipeluknya Gunung Mahameru, tanpa mengingat bahwa
sepasang lengannya hanya pendek saja. Ketahuilah, Wulan, manusia tetap makhluk
yang lemah apabila di bandingkan dengan seluruh kebesarannya ini. Kepandaianmu
tidakkenal batas dan tidak habisnya.Tak mungkin ada di dunia ini manusia yang
dianggap paling pandai, karena sepandai-pandainya seseorang, Koleksi Kang Zusi
akan ada yang melebihi lagi. Kalau kau menang dalam sesuatu hal terhadap orang
lain, belum tentu kau akan menang pula darinya dalam hal lain. Dan akhirnya,
sepandai-pandainya orang,ia akan merasa dirinya bodoh dan kecil kalau berhadapan
dengan hukum dan kekuasaan alam!"
Betapapun juga, karena Eyang Semeru amat sayang kepada dara ini, ia turuti juga
permintaannya dan karenanya, Ratnawulan menjadi makin pandai saja. Baik ilmunya
memanah, bersilat tangan kosong, main keris, maupun kekuatan batinnya, membuat
ia menjadi seorang dara perkasa yang jarang terdapat keduanya pada zaman itu.
Selain kerashati dan tidak mau kalah, Ratnawulan juga berwatak riang gembira
danamat jenaka pula sehingga kadang-kadang ia bertingkah kenes dan kewat,
menggemaskan hati dan membuat orang ingin menggigit dengan gemas dan sayang!
Kesukaan Ratnawulan berburu binatang dan ia seringkali merantau di sekitar
Gunung Mahameru, sehingga boleh dibilang semua penduduk di dusun-dusun sekitar
lereng dan kaki gunung itu kenal belaka kepada dara perkasa ini. Karena malum
bahwa dara ini adalah murid terkasihdari Eyang Semeru,maka mereka semua
menghormatinya sebagai seorangdara yang berilmu tinggi.Tidak jarang Ratnawulan
menolong orang-orang dusun yang sedang ditimpa bencana.Pernahia memburu dan
membunuh seekor harimau buas yang mengacau dusun di kaki gunung sebelah selatan,
dan pernah pula ia mengusir seorang laki-laki kasar yang menjagoi dan menghina
penduduk kampong mengandalkan kekuatannya.
Pada hari itu, Ratnawulan seperti biasaturun daripuncak gunung. Iahendak memburu
rusa, karena telah lama ia tida kmakan daging rusa. Sudah beberapa tahun ibunya
tidak makan daging, dan hanya makan sayur-sayuran saja,maka kalau ia mendapatkan
hasil buruan, ia hanya makan bagian yang paling disukainya saja, sedangkan
selebihnya ia berikan kepada orang-orang dusun terdekat.
Ratnawulan telah melalui dua buah hutan, namun belum juga ia melihat seekor rusa
pun. Ia menjadi jengkel dan kegembiraannya banyak berkurang. Mengapa ia demikian
sial, pikirnya. Memang banyak ia melihat binatang-binatang lain, akan tetapi
bukan watak dara itu untuk sembarangan melepas anakpanah dan membunuh binatang
tanpa maksud. Kalau ia ingin membunuh rusa,harus rusalah yang menjadi kurban
anak panahnya, bukan binatang lain.Ratnawulan belum belum pernah membunuh
binatang, kalau ia ingin makan daging itu,atau kalau binatang itu tidak
menyerangnya. Biar bertemu dengan seekor harimau atau ular besar sekalipun,
asalkan binatang ini tidak mengganggunya dan tidak mengganggu penduduk, ia tidak
mau menyerang atau membinasakannya.
Setelah matahari naik tinggi dan tengahhari telah lewat, ia tiba di dalam sebuah
hutan di sebelah utara gunung. Di luar hutanitu terdapat sebuah dusun yang
disebut dusun Jatikembar. Nama ini Koleksi Kang Zusi
diberikan orang kepada dusun itu karena di situ terdapat sepasang pohon jati
yang besardan tua dan yang bentuknya hampir sama, maka dikenal jati kembar.
Ratnawulan telah dikenal baik oleh penduduk di situ, maka dara ini ingin singgah
di situ melepas lelah. Tiba-tiba ia melihat berkelebatnya bayangan rusa. Hatinya berdebar girang dan
bagaikan anak panah terlepas dari busurnya, tubuhnya melesatdan memburu rusa itu
dengan cepatnya. Rusa adalah seekor binatang yang dapat berlari amat cepatnya,
akan tetapi oleh karena tahu bahwa dirinya dikejar orang, rusa itu berlari
sambil sembunyi-sembunyi sehingga sebentar saja Ratnawulan dapat mengejarnya.
Percuma saja binatang itu hendak menyembunyikan dirinya, karena sepasang mata
dara itu yang amat tajam dan erlatih, selalu dapat mengikutinya.
Pada saat yang amat baik, ketika binatang itu hendak berlari lagi keluar dari
serumpun alang-alang, Ratnawulan cepat mengambil gendewa dan anakpanahnya.
Dengan amat cekatan tanpa memandangnya lagi, tangannya bergerak memasang
anakpanah dan"sr!" sebatang anak panah meluncur merupakan sinar keputihan dan
dengan tepat anakpanah itu menembus jantung binatang itu yang roboh tanpa dapat
bergerak atau mengeluarkan suara lagi karenaia mati pada saat anak panah
menancap dan menembus jantungnya.
Bukan main girangnya hati Ratnawulan karena hasil ini.Ia menyimpan gendewa dan
anak panahnya, lalu berlari-lari menghampiri rusa yang menggeletak tak bernyawa
itu. Kegirangannya membuat ia berlaku kurang waspada dan tidak melihat bahwa
diatas cabang pohon lo di deka trusa itu, terdapat seekor macan tutul sedang
mengintai dengan mulut meringis.
Tadinya macan tutulitu hendak menyerang rusadan menjadikan rusa itu sebagai
pengenyang perutnya yang lapar,akan tetapi ketika ia melihat Ratnawulan berlari
mendekat, perhatiannya beralih kepada mangsa yang masih hidup ini.
Ratnawulan membungkuk dan hendak mencabut anak panahnya yang menancap didada
rusa,dan pada saat itulah harimau tutul itu menggereng dengan suara yang amat
dahsyat. Ratnawulan terkejut dan baru ia tahu bahwa di atasnya ada seekor macan
tutul yang kelaparan, akan tetapi terlambat karena pada saat itu, binatang buas
tadi telah menubruk turun dengan kaki depannya mengulur cakar dan mulut
terpentang lebar. Akan tetapi, tidak percuma Ratnawulanlah mendapat gemblengan bertahun-tahun dari
Panembahan Mahendraguna dan ia hanya akan memalukan nama Eyang Semeru apabila ia
menyerah kalaht erhadap serangan hanya seekor macan tutul saja! Biarpun tubuhnya
masih membungkuk dan sedang berada dalam posisi yang kurang baik dan sama sekali
tidak kuat, namun ketabahan dan ketenangannya banyak menolongnya. Dengan amat
sigapnya, ia menjatuhkan diri ke kiri dan Koleksi Kang Zusi
bergulingan cepat bagaikan seekor trenggiling sehingga tubrukan macan tutul itu
mengenai tempat kosong. Ketika macan itu sambil menggereng marah membalikkan
tubuhnya, dara perkasa itu telah berdiri dengan gagah memasang kuda-kuda dan
siap menghadapinya. "Binatang curang!"ia memaki sambilt ersenyum mengejek. "Kalaukau memang berani,
seranglah ke depan, jangan mempergunakan kesempatan selagi orang lengah kau
menubruk." Belum habis ucapannya ini dikeluarkan macantutul yang tidak mengerti ucapan dara
itu, telah menggeram dan menubruk kembali.Akan tetapi kali ini dengan gerakan
amat indah serta gesitnya, Ratnawulan mengelak kekanan dan ketika tubuh
macantutul itu menyambar lewat ia memutar kakinya dan memberi hadiah berupa
dupakan kearah pantat binatang itu sehingga macan itu terdorong maju dan
terjungkal ke depan. Ratnawulan tertawa geli, sedangkan macan itu cepat bangun pula. Ia tidak segera
menyerang, akan tetapi menggereng perlahan, mulutnya ditarik meringis seakan-
akan memperlihatkan keruncingan siungnya kepada lawan. Kedua kaki depannya
menggaruk-garuk tanah sehingga tidaksaja rumput-rumput menjadi jebol karena
kuku-kukunya yang menggaruk kuat, bahkan batu-batu kecil juga ikut tergali ke
luar! Ia seakan-akan hendak memperlihatkan betapa kuatnya kku-kukunya. Tubuhnya
direndahkan sehingga perutnya yang kempis itu menyentuh tanah, seluruh urat
kakinya tegang siap untuk menubruk kembali.
Bagiorang lain, lebih-lebih wanita, baru melihat siung dan gigi yang runcing dan
tajam serta cakar yang ganas dan kuat itu, tentu ia akan menggigil karena merasa
ngeri dan takut. Akan tetapi Ratnawulan bahkan tertawa geli dan berkata seakan-
akan lawannya seorang manusia yang mengerti kata-katanya.
"Macan busuk! Kau mempunyai benda-benda runcing, apa kaukira akupun tidak
mempunyai itu" Kau lihat ini!" Sambil,sekali tangan kanannya bergerak, makakeris pusaka Kyai
Banaspati yang selalu terselip di pinggangnya kini telah berada di tangannya!
Aneh sekali, entah karena keampuhan Kyai Banaspati, keris pusaka pemberian Eyang
Semeru itu, atau karena ketegangan gadis itu yang amat ganjil bagi si macan
tutul, akant etapi buktinya binatang ini seperti merasaragu-ragu untuk
melanjutkan serangannya. Sampailama ia mendekam saja, menggereng perlahan dan
bahkan tubuhnya lalu bergerak mundur perlahan sekali!
Koleksi Kang Zusi "He, binatang pengecut! Apakah kau patut disebut raja hutan?" Ratnawulan
mengejek dan ia memandang sebuah batu yang berada di depannya ke arah macan
tutul itu. Macantutul itu menggerung kesakitan dan dengan kaki depan serta mulutnya, ia
mencoba untuk mencakar atau menggigit buntutnya yang telah hilang sehingga
tubunya berputar-putar sepertibaling-baling. Kemudian, dengan amarah meluap-luap
ia menerjang lag,kini tidak engan melompat ke atas, hanya langsung menerjang ke
depan, tubuhnya diluruskan dan dipanjangkan. Dua buah kaki depannya mencakar
kearah tubuh Ratnawulan. Serangan ini diganda tertawa saja oleh dara pendekar itu yang lalu melompat
keatas melalui tubuh harimau sambil berseru.
"Awas telingamu!" Dan ketika ia menggerakkan kerisnya,maka terbabat putuslah
telinga kiri harimau itu!
Kembali macan tutul itu menggerung-gerung kesakitan dan darah mengucur dari
kepalanya yang kini tinggal bertelinga satu itu. Ia memandang kepala lawannya
dengan marah dan kepalanya digerakkan ke kanan kiri karena terasa amat perih dan
sakit. "Bagaimana, kucng dapur! Masih belum puaskah" Awas, kali ini kedua matamu hendak
kuambil!" Akan tetap iagaknya macan itu telah puas dan kapok. Buktinya, tanpa pamit lebih
dahulu ia lalu membalikkan tubuhnya dan melarikan diri secepat mungkin dengan
terhuyung-huyung karena tanpa buntut, ia kehilangan keseimbangan tubuhnya dan
telinganya yang tinggal satu itu membuat kepalanya terasa berat sebelah.
Ratnawulan tertawa bergelak dengan hati geli. Ia menyimpan kembali kerisnya
didalam warangka dan sambil tersenyum ia memungut telinga dan buntut macan tadi,
dibawanya ke tempat rusa yang menjadi korban anak panahnya.
Pada saat itu,munculah belasan orang dusun Jatikembar.Ada yang membawa arit, ada
yang membawa tombak, kapak, linggis dan bahkan ada yang membawa pacul.Seorang
yang berubah gemuk Koleksi Kang Zusi
bahkan membawa sebatang alu yang potongannya seperti tubuhnya sendiri. Beramai-
ramai mereka menuju ketempat itu dan ketika melhat Ratnawulan, mereka segera
maju menghampiri dengan wajah nampak girang.
"Eh, eh,paman-paman sekalian ini hendakke manakah?"Tanya Ratnawulan sambil
memandang heran. Seorang tua yang memegang tombak,yaitu PakGanjar yang dianggap sebagai kepala
dusun Jatikembar, menarik napas panjang dan menjawab,
"Ah, baiknya ada kau di sini, jeng Wulan." Memang Ratnawulan disebut Raden Ajeng
Ratnwulan yang disingkat jeng Wulan saja, karena sungguhpun DaraLasmi tak pernah
menceritakan pada orang lain bahwa ia adalah isteri seorang senopati, namun
keadaan dan sifat-sifat Dara Lasmidan Ratnawulan membuat semua orang dusun
menduga bahwa mereka tentu berarah bangsawan.
"Adaapakah, Paman Ganjar" Agaknya kalian hendak berangkat perang?"
"Sebenarnya kami sedang dalam keadaan gelisah, bagaikan seekor burung yang baru
saja terhindar ari bahaya maut sebatang anak panah sehingga apa saja yang kami
dengar menimbulkan rasa takut.
Tadi kami sedang berkunpul dan marundingkan sesuatu yang amat penting, yaitu
tentang bahaya yang mengancam dusun kami,tiba-tiba kami mendengar
aumanmacantutul sehinggadengangugup dan ketakutan kami lalu mengambil senjata
seadanya untuk menuju ketempat ini.Tak tahunya kau yang beradadi sini dengan
seekor rusa yang telah kau panah mati. Heran sekali, dimanakah adanya macan
tutul yang tadi kami denga rsuaranya?"
Sambil tersenyum manis Ratnawulan menjawab, "Macan tutul" Ah, ia telah melarikan
diri, paman. Ia memang berada di sini tadi,akan tetapi setelah menyatakan takluk
kepadaku dan memberi tanda mata buntut dan kupingnya, ia lalu pergi. "Sambil
berkata demikian Ratnawulan lalu mengeluarkan buntut dan kuping macan tutul yang
terbabat putus oleh kerisnya tadi.
Semua orang menjadi bengong mendengar betapa seekor macan tutul yang ganas dapat
menyatakan takluk dan bahkan memberi tanda mata berupa buntut dan telinga, akan
tetapi setelah mereka melihat buntut dan telinga yang berdarah itu, bersoraklah
mereka dengan girang dan kagum.
Mereka dapat menduga bahwa dara perkasa ini tentu telah mempermainkan macan itu
sehingga buntut dan telinganya terpotong.
Koleksi Kang Zusi "Kau tadi menyatakan tentang adanya bahaya yang mengancam kampungmu, Paman
Ganjar. Sebetulnya apakah yang telah terjadi?"
Pak Ganjar menarik napas berulang-ulang, kemudian ia menuturkan dengan suara
berat. "Bencana telah menimpa kepada kami, jeng Wulan. Bukanitu saja,yang mengelisahkan
kami adalah bahaya yang mengancam keselamatan penduduk sekitar Mahameru ini.
Beberapa hari yang lalu, beberapa orang kawan kami yang membawa hasil hutan ke
kaki bukit sebelah timur, telah bertemu dengan segerombongan perampok yang
katanya berasal dari para pelarian dari Majapahit, yaitu sisa para pemberontak
yang telah dipukul hancur oleh barisan Majapahit.
Mereka itu tidak saja merampok habis kawan-kawan kami itu, bahkan menyatakan
hendak menyerbu dan merampok habis dusun di sekitar gunung dan hendak memaksa
kami memberi runsum kepala mereka.
Ratnawulan menjadi marah mendengar ini sehingga alisnya terangkat naik.
"Hmm,di manakah adanya perampok-perampok jahanam itu?"
"Mereka berserang dihutan randu di kaki gunung sebelah timur,jeng Wulan,"kata
Pak Ganjar." Akan tetapi bukan itu saja bahaya yang menimpa kami.Ketika kawan-
kawan kami pulang dengan tangan kosong karena sudah diberi andil oleh perampok-
perampok itu, didalam hutan cemara tiba-tiba mereka diserang ular raksasa
sehingga seorang diantara kawan kami itu ditelan habis. Ah, entah dosa apa yang
telah kami dan mendatangkan malapetaka ini."
Semua orang dusuni tu menundukkan kepala dan nampaksedih sekali. Kemarahan
Ratnawulan bertambah dan ia berkata, "Keparat benarular itu. Mari, tunjukkan aku
ke hutan cemara, hendak klihat sampai di mana kekurangajaran ular itu!"
"Akantetapi,jeng Wulan. Ular itu benar-benar besar sekali!" kata seorang di
antaramereka." Aku sendiri ikut dalam rombongan itu dan ketika kami berlima
sedang membicarakan kesialan kami yang telah dirampok habis-habisan, tiba-tiba
kami mendengar desis hebat dari atas pohoncemara dan baru saja kami menengok ke
atas, dariatas menyambar turun kepala ular ituyang besarnya Koleksi Kang Zusi
segentong. Dengan kaki mengigil kami melarikan diri, akan tetapi seorang kawan
kami itu ditelannya bulat-bulat berikut seluruh pakaiannya, semua masuk ke dalam
mulut yang sebesar gua itu. Ketika aku menengok, bukan main! Tubuh ular itu
besarnya sama dengan gelugu (batang pohon kelapa)!"
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua orang menjdi pucat mendengar ini, sungguhpunorang itu pernah bercerita
sampai berkali-kali kepada mereka.Tiap kali mendengar cerita ini kembali mereka
menjadi ketakutan dan ngeri.
Akan tetapi, tanpa gentar sedikitpun Ratnawulan berkata.
"Aku akan membinasakannya! Bawalah aku kesana,atau kalau kalian takut tunjukkan
saja di mana tempat ular itu."
Timbulah semangat PakGanjar menyaksikan sikap gagah ini walaupun ia masih merasa
ragu-ragu ketika bertanya,
"Akantetapi,jeng Wulan. Binatang itu demikian berbahaya,bagaimana kalau sampai
terjadi sesuatu dengan kau" Kami takut akan mendapat marah dari EyangSemeru."
"Jangan takut! Sebaliknya kalau kalian tidak mau memberitahukan dan aku tidak
mau menolong, beliau akan marah kepadaku, juga kepada kalian. Kalau sampai
terjadi sesuatu, biarlah kutanggung sendiri."
"Baik, kalau begitu kami akan mengantarmu ke tempat itu, jeng Wulan! Hayo, siapa
yang berani mengantar?" kata kepala dusun itu dengan gagah.
Ternyata semangat orang tua ini menlar kepada semua orang dan di antara belasan
orangitu, tidakada seorang pun yang tidak mau mengantar, semua hendak ikut dan
hendak menyaksikan betapa dara perkasa itu membinasakan ular!
"Akan tetapi,rusa ini harus dibawa ke dusun Jatikembar lebih dulu, kalau tidak
segera dirawat akan rusak,"kata Ratnawulan.
Koleksi Kang Zusi Demikianlah, beramai-ramaipara penduduk Jatikembar itu mengiringkan Ratnawulan
memasuki dusn Jatikembar sambil memikulrusa yang besar itu. Mereka berseri-seri
bangga seakan-akan rusa yang dipikuln yaitu adalah hasil buruan mereka!
Kegirangan ini bukantak beralasan, oleh karena seperti biasa, gadis pendekar itu
hanya makan sedikit bagian saja, sedangkan selebihnya akan dibagi-bagi dengan
adil! Riuhlah seluruh penduduk Jatikembar, tua mudalaki perempuan, menyambut
kedatangan dara perkasa itu. Rusa itulalu dikuliti, dan beberapa orang wanita
sibuk memasak hati dan buntut rusa karena mereka maklum bahwa hanya itulah
kegemaran Ratnawulan. Taklama kemudian, hatidan buntutrusa yang telah masak
mengebul harum dihidangkan kepada Ratnawulan yang segera memakannya dengan enak
sebagai teman nasi pulen.
Setelah saraperkasa itu selesai makan, ia lalu minta diantar kehutan cemara di
mana terdapat ular besar itu. Kini yang mengantarnya terdiri dari orang-orang
bersenjata parang, tobakdan keris sebanyak duapuluh orang. Mereka berjalan
mengiringkan Ratnawulan yang berjalan bersama Pak Ganjar, kakek yang sudah
lanjut usianya akan tetapi masih bersemangat. Semua orang berbaris dengan
langkah gagah, seakan-akan sepasukan perajurit yang berangkat perang dipimpin
oleh seorang panglima yang gagah perkasa.
Akan tetapi, ketika mereka telah tiba di luar hutan cemara, lenyaplah sebagian
besar kegagahan mereka.Bahkan Pak Ganjar sendiri yangpaling berani kiniberjalan
di belakang Ratnawulan, tidakseperti tadi selalu di samping gadis pendekar itu.
"Di sanalah tempatna, melalui tanjakan itu membelok ke kiri,"kata seorang
diantara mereka, kawan si korban ular.
Tiba-tiba mereka mendengar suara yang menyeramkan menggema dihutan. Suara ini
seperti bunyi burung gagak yang menggoak dengan suara parau dank eras, akan
tetapi suara ini lebih besar dan lebih parau. Suara itu berbunyi berulang-ulang
sampai delapan kali dan tiap kalinya mendatankan gema dan membuat bulu tengkuk
semua orang meremang. "Suara apakah itu?" Tanya Ratnawulan penuh perhatian.
Koleksi Kang Zusi "Itulah suaranya, jeng Wulan!" bisik Pak Ganjar. "Aku tahu benar, ular yang
besar memang dapat menggoak seperti gagak. Dan menilik dari suaranya tadi, ia
tentu amat besar." Suara kepala kampong ini gemetar karena ia menahan rasa
takutnya. "Hmm,kalau begitu, biarlah aku maju sendiri dan kalian berani mendekat,boleh
mengikuti di belakangku, akan tetapi jangan terlalu dekat."
Denganlangkah gagah dan sedikitpun tidak ragu-ragu atau jerih, Ratnawulan menuju
ke tanjakan itu,kemudian ia membelok ke kiri.
Parapengikutnya yang berjumlah duapuluh orang itu saling pandang.Untuk beberapa
lama mereka tidka bergerak maupun bersuara, bahkan bernapas pun mereka tahan-
tahan. Mata mereka ditujukan kepada Ratnawulan sampai gadis itu lenyap dalam
tikungan tanjakan. "Aku mau ikut, jeng Wulan!" tiba-tiba PakGanjar berbisik perlahan, akan tetapi
gagah. Kemudian dengan dada berdebar keras,kakek ini melangkah maju, mendaki
tanjakan, dengan tombaknya terpegang erat-erat ditangan kanan.
Perbuatan ini mendatangkan ketabahan dalam hati semua orang dan kini semua orang
melangkah maju perlahan mendaki tanjakan, di belakang Pak Ganjar.
Ketika Ratnwulan tiba di bawah pohon cemara yang tinggi dari mana suara menggoak
tadi terdengar, ia tertegun juga melihat seekor ular yang membelitkan tubuhnya
pada cabang pohon itu dengan kepala bersembunyi di balik daun cemara. Tubuh ular
itu tidak sebesar yang diceritakan olehorang tadi,dan hanya dibagian perutnya
saja yang benar-benar sebesar pohon kelapa karena agaknya di situlah
terletakmayatorang yang telah ditelannya, akan tetapibagian tubuhnya yang lain
tidak sebesar itu. Kulitnya berwarna coklat kekuning-kuningan dengan kembang-kembang hitam melingkar-lingkar. Inilah semacam
Ular Sanca Kembangy ang jarang ditemukan orang dan sungguhpun penuturan orang
tadi agak dilebih-lebihkan, akan tetapi Ratnawulan harus mengaku bahwa belum
pernah ia melihat ular sebesar itu. Ular itu membelit cabang terendah dan
melihat panjangnya tubugh ular itu, bisa jadi kepalanya menyentuh tanah apabila
ia menggantungkan tubuhnya sambil mempergunakan ekornya untuk melilit cabang dan
menahan tubuhnya. Koleksi Kang Zusi Tadinya Ratnawulan merasa sayang untuk membinasakan binatang yang indah warna
kulitnya ini, akan tetapi ketika pandang matanya tertuju kearah perut yang
gembung itu, ia teringat akan korban manusia yang telah ditelan olehular itu,
maka kemarahannya timbul kembali.
"Ah, paman-paman petani itu terlalu penakut." pikirnya, "apakah susahnya
membinasakan ular itu"
Dengan sebatang anak panah pun ia akan dapat dibinasakan."
Setelah berpikir demikian, ia mencabut sebatang anak panah,menurunkan
gendewanya, memasang anak panahnya dan bagaikan Srikandi melepaskan panah
pusakanya, ia membidik dan menarik tali gendewanya. "sr!" Sebatang anak panah
meluncur cepat ke atas dan tepat mengenai bagian tubuh ular yang menjadi sasaran
bidikan Ratnawulan, yaitu di dekat leher.
Akan tetapi, alangkah terkejut dan herannya hati Ratnawulan ketika menyakskan
betapa anak panahnya itu tidak menembus kulit ular sebagaimana yang ia duga,akan
tetapi anak panahnya itu meleset dan menancap pada cabang pohon itu. Ternyata
bahwa kulit ular itu amat keras dan licin sehingga anakpanahnya tidak mempan dan
meleset. Akan tetapi, serangan anak panah itu cukup mengagetkan binatang itu, oleh karena
tiba-tiba tubuh ular itu bergerak dan kini kepalanya muncul dari balik daun-daun
cemara. Bukan main hebatnya kepala ular itu. Sungguhpun tidak sebesar gentong
sebagaimana yang diceritakan oleh orang besar dan yang mengerikan adalah mulut
dan matanya. Mulutnya lebar dan berwarna merah, lidahnya terjulur keluar dan
siungnya nampak putih dan runcing. Sepasangmatanya melotot dan menjijikkan
sekali. Ratnawulan merasa marah dan penasaran melihat betapa anakpanahnya yang pertama
tadi gagal. Ia mendengar seruan tertahan dari para pengikutnya yang telah berada
di tempat jauh di belakangnya.
Agaknya orang-orang itu melihat pula betapa anak panahnya tak berhasil maka dara
perkasa ini menjadi malu dan gemas. Dengan cepat dipasangnya sebatang anakpanah
lagi dan setelah membidik kearah kepala ular itu, ia menarik lagi gendewa dan
begitu dilepas, meluncurlah anak panah itu menyambar kepala ular. Kepala ular
itu bergerak sedikit akan tetapi ia kalah cepat daripanah itu sehingga karena ia
menarik kepalanya, maka anak panahyang tadinya mengarah mulutnya itu, kini tepat
mengenai tengah mulutnya itu, kini tepat mengenai tengah-tengah kepalanya,
diatas kedua matanya. Kali ini Ratnawulan benar-benar tercengang. Ketika anak panahnya dengan tepat
sekali menusuk kepala ularitu, terdengar bunyi "Tak!" dan anak panahnya jatuh ke
bawah menjadi dua potong.
Koleksi Kang Zusi Demikian keras dan kuat kepala ular itu sehingga tak saja kepala itu tidak
terluka oleh anak panah, bahkan anakpanahnya putus menjadi dua.
Semua penduduk Jatikembar yang berada di situ, menjadi pucat melihat hal ini.
Mereka tidak terasa lagi mundur beberapa tindak,bahkan Pak Ganjar segera
bertindak. "Jeng Wulan.!Larilah saja, ular itu terlalu sakti!"
Orang-orang lain berseru, "Ular siluman.!" Bahkan ada beberapa orangyang
menjatuhkan diri berlutut dan menyembah meminta ampun.
Tadinya ketikamelihat betapa anak panahnya yang kedua tidak berhasil bahkan
patah, Ratnawulan menjadi terkejut dan kesima, akan tetapi jangan sekali-kali
mengira bahwa ia menjadi takut atau gentar. Tidak! Dara perkasa Diah Ratnawulan
tidakmerasa takut. Kini, ketika mendengar seruan Pak Ganjar dan ketika ia
menengok melihat wajah mereka pucat ketakutan, amarahnya timbul dan ia memandang
kepada ular itu dengan mata bernyala.
"Kau ular siluman" Baik, turunlah siluman busuk! Turunlah dan terima
kebinasaanmu!" Sambil berkata demikian, ia melemparkan gendewanya ke atas tanah
dan mencabut Kyai Banaspati, berdiri memandangke atas dengan sikap gagah!
"JengWulan. jangan.!" masih terdengar seruan PakGanjar, akan tetapi Ratnawulan
sama sekali tidak memperdulikannya dan pada saat itu,ular yang merasa kepalanya
sakit tertumbuk anak panah yang kencang sekali jalan itu, tiba-tiba menyambar ke
bawah. Dengan melilitkan ujung ekornya pada cabang pohon, kepalanya menyambar
dengan mulut terbuka lebar ke arah Ratnawulan!
Gadisitu cepat melompat ke samping, menghindarkan diri dari sambaran kepala
ular. Ia belum sempat mengerjakan kerisnya oleh karena gerakan ular itu cepat
sekali, dari atas menyambar ke bawah. Setelah sambaran pertama gagal, kepala itu
terayun-ayun dan menyambar-nyambar dari kanan ke kiri dengan amat cepatnya.
Mulutnya mendesis-desis dan mengeluarkan bau amis sekali.
Akan tetapi Ratnawulan terlampau cepat baginya dan biarpun berkali-kaliia
menyerang, selalu gadis ini dapat melompat ke samping dan mengelak dengan baik
sekali. Bahkan, pada sambaran kelimakalinya, Ratnawulan yang telah mempelajari
gerakan ular itu, cepat mengejar dan menusuk dengan kerisnya. Iamerasa betapa
kulit ular itu benar-benar keras dan licin sekali sehingga kerisnya Kyai
Banaspati juga meleset! Ia maklum bahwa klit ular itu mengeluarkan lender yang
membuat kulititu amat licn,maka makin gemaslah Ratnawulan. Ketika untuk keenam
kalinya ular itu Koleksi Kang Zusi
menyerangnya dengan mulut terbuka lebar dan lidah terjulur keluar,ia tidak
mengelak sambil melompat seperti tadi, akan tetapi dengan amat beraninya ia
hanya menggeser kakinya dan miringkan tubuh, kemudian secepat kilat kerisnya
menyambar kearah lidah ular yang dijulurkan keluar! "Cep!"dan keris itu dengan
ganasnya membabat lidah itu sehingga putus.
Ular ini ketika tadi ditusuk oleh Kyai Banaspati, sungguhpun tidak terluka, akan
tetapi daya keampuhannya keris itu membuat kulitnya terasa panas bagaikan
terbakar, maka ia menjadi marah sekali. Dan kini lidahnya terpotong oleh keris
pusaka itu! Terdengar suara menggoak yang menyeramkan sekali dania lalu
melepaskan belitan ekornya sehingga tubuhnya yang panjang itu kini jatuh menimpa
Ratnawulan! Pak Ganjar dan kawan-kawannya yang semenjak tadi menyaksikan pertempuran hebar
itu dengan hati penuh kengerian dan menahan napas,kini menjadi makin gelisah.
Mereka menjerit ketakutan ketika melihat betapa dengan kecepatan luarbiasa, ular
itu tadi dapat menyapu tubuh Ratnawulan dengan ekornya, sungguhpun gadis itu
tadi dapat mengelak dari terkaman tubuh ular.
Bukan main hebatnya sabetan ekor itu, kekuatannya ratusan kali. Pohon cemara pun
akan roboh kalau disebet oleh ekor itu. Ratnawulan terkena sabetan pada
pinggangnya dan tubuh dara perkasa itu terbanting ke atas tanah! Kalau lain
orang yang terkena sabetan ini, tentu tulang pinggangnya akan patah-patah. Akan
tetapi, Ratnawulan hanya terlempar dan jatuh saja, sama sekali tidak menderita
luka, karenaia telah mempergunakan aji kesaktiannya Liman Murni (Tubuh Gajah),
sehingga ekor ularitu seakan-akan menyabet seekor gajah yang berat dan kuat,
maka tentu saja tak berdaya merusakkannya. Apalagi Ratnawulan memang telah
mempelajari ilmu kekebalan dan tubuhnya telah "berisi" aji kesaktian wejangan
Panembahan Mahendraguna. Lagi pula, keris Kyai Banaspati bukanlah senjata biasa
dan amatlah ampuhnya, maka senjata pusaka inipun mendatangkan pengaruh dan
kekuatan yang mujijat. Orang-orang yang menyaksikan betapa dara perkasa itu terlempar, telah mengeluh
dan menjadi gelisah, akan tetapi hampir saja mereka bersorak girang ketika
melihat betapa dengan cekatan sekali bagaikan bajing melompat, Ratnawulan telah
melompat kembali. Bibirnya masih tersenyum-senyum sungguhpun sepasang matanya
menyinarkan cahaya yang beralamat kurang baik bagi yang dipandangnya. Dan karena
pada saat itu yang dipandangnya adalah ular itu, maka sudah dapat ditentukanakan
nasib binatang ini. Ular yang benar-benarkuat itu biarpun menderita kesakitan hebat karena lidahnya
terpotong, masih dapat bergerak amat cepatnya. Ketika ia melihat bahwa gadis itu
tidak binasa oleh sabetan ekornya, ia bergerak lagi dan tahu-tahu ekornya telah
dapat melilir gadis itu. Koleksi Kang Zusi Ratnawulan hanya merasa jijik dangeli saja, akan tetapi dara perkasaini menanti
saat yang baik. Ia menjaga agar supaya kedua tangannya tetap bebas dan bagian
lain dari tubuhnya ia biarkan saja dililit oleh lawannya. Ular itu mengerahkan
tenaganya dan mempererat lilitannya. Jangankan tubuh manusia, batu karang
sekalipun agaknya akan hancur apabila dililit dan ditekan dengan kekuatan yang
bukan main besar dan hebatnya ini. Namun, untuk mencoba menghancurkan tubuh
Ratnawulan dengan lilitan itu, sama halnya dengan percobaan menghancurkan
sepotong baja murni. Ular itu merasa heran sekali dan mendekatkan kepalanya dan
membuka mulut yang tak berlidah lagi itu untuk menggigit kepala Ratnawulan!
Mulut itu dipentang lebar dan agaknya kelapa Ratnawulan akan dapat dicapoknya
begitu saja! Saat yang dinanti-nanti oleh dara perkasa Ratnawulan. Secepat kilat menyambar,
keris Kyai Banaspati meluncur ke arah mulut itu dan ambles ditenggorokan ular
itu.Ketika Ratnawulan mencambut kembali kerisnya, darah menyembur keluar dari
mulut ular.Akan tetapi dengan cepat Ratnawulan telah mempergunakan kesempatan
selagi ular itu terkejut dan kesaktian sehingga lilitannya mengendur,untuk
melepaskan diridari lilitan dan melompat jauh dari situ sehingga ia tidak
terkena semburan darah dari mulut ular. Kini ular yangtelah terluka parah itu
menggeliat-geliat dan kepalanya tak dapat menyerang lagi, hanya terputar-putar
mengucurkan darah dari mulut.
Parapengiring dari Jatikembar ketika melihat hal ini, dengan girang dan gagah
lalu datang menyerbu. Semua senjata, tombak, parang, kapak, linggis, dans
ebagainya, jatuh bagaikan hujan lebat di atas kepala ular sehingga tak lama
kemudian kepala ular yang keras itu dapat dihancurkan dan matilah binatang itu.
Bangkai ular diseret dan rombongan itu menuju ke kampong mereka sambil bersorak-
sorak dan tertawa-tawa girang. Setibanya di dusun Jatikembar, dengan hati-hati
mereka membedah perut ular itu dan mengeluarkan mayat kawan mereka yang ditelan
ular. Ternyata bahwa mayat itu masih utuh, hanya terluka bekas gigitan ular.
Maka jenazah itu lalu dikebumikan dengan upacara sederhana.
Sementara itu, setelah mendapat penjelasan lagi tentang para perampok yang
mengganggu penduduk Jatikembar, Ratnawulan meninggalkan dusun untuk pulang ke
puncak, karena ia takut kalau-kalau ibunya akan merasa gelisah apabila malam
hari itu ia tidak kembali. Penduduk Jatikembar yang merasa amat berterima kasih,
mengantar dara perkasa itu sampai diluar dusun di mana mereka berdiri memandang
sampai gadis itu lenyap di sebuah tikungan jalan.Mereka kembali ke kampong
sambil tiada hentinya membicarakan kegagahan dara itu.
Di dalam pondok bambu di puncak Mahameru, Dara Lasmiduduk di atas pembaringan
bamboo.Rambutnya telah menjadi putih semua sungguhpun usianya belum tua benar.
Akan tetapi, biarpun kepalanya telah penuh dengan uban, namun wajahnya masih
nampak cantik dan belum ada keriput pada kulit mukanya itu. Bibirnya masih
kelihatan merah dan sepasang matanya bahkan Koleksi Kang Zusi
mengandung cahaya yang tenang berpengaruh.Di hadapannya duduk Ratnawulan yang
menceritakan kepada ibunya akan gangguan perampok dikaki bukit sebelah timur itu
dan dinyatakan pula niat hatinya untuk turun gunung dan membasmi perampok-
perampok itu. Dara Lasmi mengerutkan kening dan berkata dengan suara sungguh-sungguh.
"Anakku Wulan. Kalau memang benar sebagaimana yang dituturkan oleh penduduk
Jatikembar bahwa mereka itu adalah bekas pemberontak yang dipukul mundur oleh
tentara Majapahit, kau sama sekali tak boleh mengganggu mereka, Wulan!"
Ratnawulan memandang kepada ibunya dengan matamengandung keheranan besar. Memang
ia belum pernah diberitahu oleh ibunya tentang riwayat hidupibu dan mendiang
ayahnya. "Mengapa begitu, ibu?" Pertanyaan yang singkat ini mengandung sebuah tuntutan
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tak disadari oleh dara itu, tuntutan kepada Dara Lasmi untuk menceritakan
segala sesuatu mengenai riwayatnya.
"Anakku," katanya setelah menarik napas panjang,"agaknya telah tiba saatnya kini
bagimu untuk mengetahui siapakah sebenarnya kita ini dan siapa pula mendiang
ayahnya serta mengapa kita berdua sampai tinggal di atas puncak yang sunyi ini."
Maka berceritalah DaraLasmi tentang semua pengalaman semenjak suaminya tewas
dalam peperangan akibat kecurangan Kartika. Ratnawulan mendengar engan amat
tertarik.Ia merasa terharu dan juga marah sekali ketika mendengar betapa ayahnya
tewas dalam cara yang amat mengecewakan dan betapa ibunya melarikan diri dalam
keadaan yang amat sengsara.
"Demikianlah,Wulan. Kerajaan Majapahit dalam pengaruh jahat dari Bagawan
Mahapati, dan selama bagawan itu masih berkuasa mempengaruhi Sang Prabu,maka
pemberontakan akan timbul tiada hentinya. Mereka yang memberontak itu bukan
semata-mata membenci raja. Kita takkan membenci keturunan Raden Wijaya atau Sang
Prabu Kertarejasa,akan tetapi yang kita benci adalah bagawan jahat itu.
Ketahuilah bahwa Kartika, jahanam besar yang menjadi musuh kita itu, bukan
lainadalah murid terkasih dari Bagawan Mahapati.Oleh karena itu, tak dapat
kubenarkan apabila kau membinasakan sisa-sisa pemberontak yangtelah terpukul
oleh tentara Majapahit,karena harus kauingat bahwamerekaitu sebenarnya
segolongandengankita. Bukankah ayahmu juga membantu Raden Nambi dari Lumajang,
yang memberontak terhadap Majapahit pula" Mereka itu, sisa-sisa pemberontak itu,
adalah kawan-kawan seperjuangan kita, Wulan!"
Koleksi Kang Zusi Semenjak tadi Ratnawulan menahan-nahan amarahnya terhadap Kartika musuh
besarayahnya itu. Setelahibunya selesai dengan penuturannya, ia berkata.
"Ibu,kalau begitu, ijinkanlah anakmu turun gunung, pergi ke Majapahit dan
membunuh keparat Kartika dan gurunya, pendeta palsu Mahapati itu!"
Mau tak mau ibunya hanya tersenyum juga mendengar ucapan anaknya ini."Wulan, kau
benar-benar seperti seorang anak kecil. Apa kaukira pekerjaan itu akan semudah
kau mengucapkannya" Kartika adalah seorang panglima yang tangguh, dan Bagawan
Mahapati adalah seorang yang sakti mandraguna, memiliki ilmu sihir dan segala
macam ilmu hitam. Selain itu, ia mempunyai pengaruh dan kekuasaan yang amat
besar di Kerajaan Majapahit sehingga andaikata ia mengangkat kari tangannya
memberi isyarat, ribuan orang tentara Majapahit akan menyerbu dan menangkapmu
sebelum kau sempat bergerak."
Tertegunlah Ratnawulan mendengar ucapan ibunya ini. Memang ia samasekali belum
tahu tentang siapakah sebenarnya musuh-musuhnya itu dansampai bagaimana besar
kedudukan mereka.Kini, mendengar ucapan ibunya,walaupun ia tidak merasa gentar,
akan tetapi ia menjadi binggung juga.
"Habis, bagaimana baiknya, ibu" Apakah dendam ayah itu harus dibiarkan saja?"
"Tidak demikian maksudku, Wulan. Dendam ini harus dibalas dan manusia berhati
curang seperti Kartika harus ditumpas.Akan tetapi kita harus mencari jalan yang
baik dan aman." "Kalau begitu, ibu. Aku harus pergi ke hutan randu tempat sisa pemberontak itu
bersarang. Aku hendak mencari keterangan tentang keadaan Majapahit pada waktu
sekarang dari mereka, dan akupun harus membuktikan sendiri apakah benar-benar
mereka ini menjadi perampok-perampok sebagaimana yang dituturkan oleh penduduk
Jatikembar. Karena, menurut pendapatku,betapapun juga keadaan mereka, dan
siapapun juga mereka itu, pekerjaan merampok orang-orang kampong adalah
perbuatan yang amat jahat dan harus dibasmi. Aku tidak rela membiarkan penduduk
Mahameru diganggu,biar siapapun juga yang akan mengganggunya."
Dara Lasmi tak dapat membantah kebenaran dalam kata-kata anaknya ini, dan diam-
diam ia merasa girang karena dari ucapan iniia mendapat kesan bahwa Ratnawulan
memiliki kegagahan dan Koleksi Kang Zusi
kesetiaan.Iapun tidak merasa khawatir akan keselamatan anaknya karena maklum
bahwa anaknya telah memilikiilmu kepandaian yang tinggi. Ia menghela napas dan
berkata dengan suara menyesal.
"Sayang kau eorang wanita, Wulan. Kalau saja kau seorang laki-laki, tentu kau
akan dapat memimpin mereka itu untuk menyerbu Majapahit dan membalas dendam
terhadap Kartika dan gurunya yang jahat."
Ratnawulan diam saja,akan tetapi ucapan ibunya ini merupakan api yang membakar
hatinya yang membuat ia menjadi panas hati,gemas dan penasaran. Mengapa sesuatu
yang hebat" Diam-diam ia berjanji kepada kepada diri sendiri untuk melakukan
pekerjaan yang oleh kaum laki-laki saja.Akan tetapi mulutnya tidak menyatakan
sesuatu oleh karena ia tidak ingin mendatangkan rasa khawatir dalam hati ibunya.
Akhirnya Dara Lasmi memberi perkenan juga kepadaRatnawulan untukmenemui sisa
pemberontak yang kini berada dikaki gunung sebelah timur.
"Berhati-hatilah kau, Wulan, dan dalam sepak terjangmu ingatlah selalu akan
segala wejangan Eyang Semeru, dan terutama sekali ingatlah bahwa ibumu selalu
berdoa untuk keselamatanmu dan selalu menanti-nantidi puncak gunung ini."
Setelah memeluk ibunya dengan mesra,Ratnawulan lalu berangkat, meninggalkan
puncak Mahameru, menuruni lereng sebelah timur yang belum pernah dituruninya
karena ibunya selalu melarangnya turun di bagian itu. Larangan Dara Lasmi ini
hanya untuk menjaga kalau-kalau anaknya bertemu enggan seorang dari Lumajang
sehingga tempat persembunyiannya diketahui orang.
Lereng Mahameru bagian timur penuhd engan hutan-hutan liar yang belum penah
dimasuki manusia. Penduduk-penduduk dusun sekitar tempat itu bahkan menganggap bahwa hutan-hutan
di sekitaritu amat angker dan merupakan tempat-tempat berbahaya di mana
orangdapat masuk tak dapat keluar kembali.
Akan tetapi, Ratnawulan bahkan merasa gembira sekali ketika masuk ke dalam
hutan-hutan ini karena pemandangan di situ jauh berbeda dengan pemandangan di
bagian-bagian lain yang pernah didatanginya.
Koleksi Kang Zusi Ketika Ratnawulan sedang berjalan dengan cepat karena hutan randu yang ditujunya
masih jauh, tiba-tiba dari balik pohon-pohon berlompatan keluar dua belas orang
tinggi besar yang tampak liar dan ganas. Mereka itu sebetulnya adalah perampok-
perampok yang dahulu mengganggu Dara Lasmidan dibuat tidak berdaya oleh Eyang
Semeru. Mereka dipimpin oleh kepala rampok yang dulu,yang bernama SingaPragalba
(Singa Buas), laki-laki kasar yang dulu hampir saja mengganggu Dara Lasmi kalau
tidak keburu datang EyangSemeru yang mencegahnya.
Ratnawulan berdiri dengan kedua kaki terpentang dan kedua tangan bertolak
pinggang. Ia menyangka bahwa inilah orang-orang yang dimaksudkan oleh penduduk
Jatikembar, dan disangkanya bahwa perampok-perampok ini telah keluar dari hutan
dan sedang menuju ke dusun-dusun untuk mengacau. Melihat lagak mereka yang
tersenyum-senyum menyeringai dengan pandangan mata kurang ajar, Ratnawulan
menjadi kecewa. Beginilah mecamnya pemberontak-pemberontakyang oleh ibunya
disebut kawan-kawan seperjuangan itu"
Singa Pragala melangkah maju menghadapi Ratnawulan dan sepasang matanya yang
merah itu memandang seakan-akan seekor singa yang kelaparan memandang kepada
seekor domba muda yang gemuk!
"Eh, eh,manis!" katanya dengan suara parau sambil menyeringai sehingga nampak
giginya yang besar-besar dan kuning. "Kau siapakah dan hendak pergi kemana" Mari
kakang antar, dan lebih baik kakang gendong saja daripada kakimu yang halus itu
menjadi sakit!" Bukan main marah dan mendongkolnya hari Ratnawulan mendengar ucapan yang kuranga
ajar ini, dan makin besarlah kekecewaaannya. Sungguh tak tahu malu! Perampok itu
usianya sedikitnya setengah abad, dan menyebut diri sendiri kakang! Bangsat
benar! Akan tetapi makian ini hanya dikeluarkan di dalam hatinya saja dania
masih menyabarkan hati ketika bertanya.
"Kalianini apakah pemberontak-pemberontak yang dipukul mundur oleh barusan
Majapahit?" Mendengar pertanyaan ini, dua belas orang perampok itu saling pandang dan
kemudian pecahlah suara ketawa, seakan-akan ucapan Ratnawulan itu terdengar amat
lucunya. "Ha-ha-ha, bidadari yang cantik manis! Kami adalah laki-laki sejati, jantan
tulen yang menjagoi hutan sekitar tempat ini,dan bukan harimau yang menjadi raja
hutan, melainkan aku, singa Pragal badan sebelas orang anak buahku ini!
Bagaimana kau menyangka kami pemberontak" Sudah lama aku Koleksi Kang Zusi
Singa Pragalba hidup membujuang belum mempunyai isteri, dan agaknya pantas
sekali menjadi istriku. Ha,ha, ha!"
"Kakang Singa, dara jelita ini wajahnya mengingatkan aku kepada puteri yang
ditolong oleh kakek tua itu!" tiba-tiba seorang diantara berkata. Mendengar
ucapan ini semua perampok memandang penuh perhatian dan Singa Pragalba
sendiripun mengakui bahwa wajah daraini benar-benar mirip dengan puteri yang
dulu mereka ganggu. "Benar, Reksamuka (Si Muka Beruang), memang dia mirip sekali. Akan tetapi yang
ini lebih segar, lebih muda, dan lebih manis!"
"Patut benar menjadi bini kakang Singa!" kata seorang lain.
Sementara itu tanpa diketahui oleh perampok-perampok yang bodoh dan sial itu,
wajah-wajah Ratnawulan mulai berubah kemerah-merahan,sepasang matanya bersinar-
sinar mengeluarkan cahaya panas.Tadinya ia merasa lega bahwa mereka ini
bukanlahorang-orang yang oleh ibunya disebut kawan-kawan seperjuangan, dan ia
hendak meninggalkan mereka begitu saja. Akan tetapi, melihat sikap dan mendengar
kekurangajaran mereka, timbulah amarah dalam hatinya dan ia takkan merasa puas
sebelum memberi hajaran ke pada orang-orang liar ini. Ia pun maklum bahwa yang
mereka bicarakan adalah ibunya, karena ibunya pernah menuturkan bahwa dulu
ketika ibunya mulai mendaki Gunung Mahameru, ibunya diganggu oleh sekawanan
perampok dan kemudian ditolong oleh gurunya.
Jadi inikah gerangan perampok-perampok jahanam yang pernah mengganggu ibunya.
Mendapat kesempatan untuk membalas sakitjati ibunya dengancara demikian mudah
tanpa mencari musuh-musuhnya ini, Ratnawulan menjadi demikian girang sehingga ia
tertawa bergelak.Kawanan perampok itu lagi-lagi saling pandang terheran-heran,
karena bagamanakah anak perawan ini demikian tabah sehingga menghadapi mereka
ini sambil tertawa-tawa" Kalau saja anak gadis ini mejadi ketakutan, melarikan
diri dengan wajah pucat dan menjerit-jerit, mereka akan mengalami kesenangan
mengejar-ngejar gadis yang lari ketakutan itu, berlumba berdulu-duluan untuk
menangkap dan memeluk tubuh muda itu. Akan tetapi, gadis itu bukanlah lari
ketakutan dan menangis, bahkan berdiri dengan gagah, masih bertolak pinggang dan
tertawa bergelak-gelak, seakan-akan tidak sedang berhadapan dengan dua belas
orang perampok tinggi besar, akan tetapi menghadapi dua belas ekor tikus yang
lucu-lucusaja. "Eh, kunyuk-kunyuk bercelana!" Ratnawulan memaki sambil menudingkan telunjuknya
yang runcing kearah mereka."Ingatkah kalian bahwa puteri yang kalian kejar-kejar
dulu itu menggendong seorang anak perempuan" Nah, bukalah matamu lebar-lebar!
Akulah anak itu yang sekarang datang hendak menuntut balas atas kekurangajaran
dahulu terhadap ibuku "
Koleksi Kang Zusi Terkejutlah para perampok itu, terkejut dan memandang kagum. Mereka bukan
terkejut karena takut, akan tetapi terkejut dan kagum melihat betapa anak kecil
dahulu itu kini telah menjadi seorang remaja puteri yang demikian cantiknya.
"Ha, ha, bagus sekali. Kakang Singa, kuntumyang dulu itu kini telah mekar
menjadi kembang." Singa Pragalba menyeringai senang dan ialalu maju menubruk dengan maksud memeluk
Ratnawulan sambil mendengus. "Manis, marilah ikut kakang!"
"Monyet tua! Hari ini adalah hari terkutuk bagi kau dan kawan-kawanmu!"seru
Ratnawulan sambil mengelak ke samping dan ketika tubuh kepala rampok itu memeluk
angin, kaki kiri dara perkasa itu bergerak cepat menterampang kedua kaki Singa
Pragalba sehingga tentu saja tubuh yang tiba-tiba kakinya terangkat itu menjadi
terguling, terdorong kedepan dan jatuh dengan hidung menyentuh tanah lebih dulu.
"Aduh biung!"Singa Pragalba berteriak dan ketikaia merangkak, hidungnya yang
besar itu telah penyok dan berdarah karena mencium batu hitam.
Ratnawulan tertawa geli. "Ha,ha, tak pantas kau bernama singa! Lebih baik ganti
saja namamu dengan Kapi(Monyet) atau Sona (Anjing). Kau seperti monyet makan
teletong (tai lembu)"
Biarpun merasa geli di dalam hati, namun anak-anak buah Singa Pragalda tak
berani tertawa dan mereka memandang dengan mata terbelalak saking herannya.
Kepala mereka adalah seorang yang terkenal kuat dan memiliki kepandaian
berkelahi yang mereka kagumi, akan tetapi kini menghadapi dara itu, baru satu
gebrakan saja telah berdarah hidungnya.
Sementara itu, Singa Pragalba menjadi amat marah. Ia melopat berdiri,
mengeluarkan geraman seperti seekor serigala, lalu mencabut goloknya dan memberi
komando kepada anak buahnya.
Koleksi Kang Zusi "Serbu!"tangannya menuding kearah Ratnawulan.Anak buahnya lalu mencabut golok
masing-masing karena untuk menghadapi dara perkasa itu dengan tangan kosong,
mereka takut kalau mereka pun akan mengalami nasib seperti pemimpin mereka.
Kemudian, sambil bersorak-sorak mereka menyerbu danmenyerang Ratnawulan dari
segala jurusan. Golok mereka yang tiap hari diasah itu berkilap-kilap terkena
cahaya matahari dan diacungkan dengan sikap mengancam.
Akan tetapi Ratnawulan tetap tenangdan sepasang matanya mengerling ke kanan
kiri, sikapnya waspada sekali.Sebelum lawan-lawannya bergerakia telah mendahului
mereka sambil berseru nyaring.
"Awas! Terimalah pembagian hadiah dari Ratnawulan!"
Seruan yang nyaring dan keras itu membuat para perampok itu untuk sedetik
menahan gerakan mereka dan memandang dengan penuh perhatian.Akan tetapi, tiba-
tiba tubuh gadis ditengah-tengah itu lenyap, berubah menjadi sinar yang
menyambar-nyambar mereka. Demikian cepatnya gerakan kaki tanganRatnawulan dan
luar biasa pula terjangannya sehingga sukarlah mengikuti gerakan tubuhnya dengan
mata. Segera terdengar jerit kesakitan susyl-menyusuldan robohlah para perampok
itumalangmelintang dan tumpang tindih. Inilah Ilmu Pukulan Liman Bramantya
(GajahMengamuk Marah) yang dimainkan oleh Ratnawulan dengan baik sekali.Tentu
saja para perampok yang hanya terdiri mengandalkan tenaga otot itu tak dapat
bertahan menghadapi ilmu pukulan yang hebat ini. Mereka itu biasanya berkelahi
mempergunakan tenaga, tanpa disertai kecerdikan otak. Sebenta rsaja dua belas
orang itut telah rebah mengaduh-aduh, ada yang benjol-benjol kepalanya, bocor
hidung dan mulutnya, biru hitam matanya, bahkan ada pula yang patah-patah
tulangnya. Singa Pragalba sendiri untuk kedua kalinya terbanting sehingga kini
pada jidatnya, tepat di tengah atas alisnya, nampak kulitnya benjol sebesar
telur bebek yang berwarna biru.
Semua perampok merangkak dan menjauhkan diri dari dara perkasa itu yang mereka
anggap telah mempergunakan ilmu sihir sehingga mereka menjadi ketakutan ak
berani maju lagi. Akan tetapi Singa Pragalba tidak mau menyerah begitu saja. Ia
melompat bangun lagidan sambil menuding kepada Ratnawulan yang masih berdiri
tersenyum-senyum sambil bertolak pinggang, ia berkata keras.
"Perawan keparat! Kau telah mengandalkan ilmu sihir untuk melawan kami. Kalau
kau memang keturunan pendekar dan bukan seorang pengecut, pergunakan cara
perkelahian yang jujur. Atau, kau tentu takut melawan aku tanpa mempergunakan
ilmusihirmu?" Ratnawulan tersenyum mengejek. "Pembalasanku tadi sebenarnya masih terlampau
lunak, mengingat bahwa kalian hanyalah orang-orang kasar yang tak berotak,maka
aku masih memberi ampun.Akan Koleksi Kang Zusi
tetapi, tidak tahunya kau benar-benarseorang yang bermartabat rendah. Kau ingin
berkelahi" Baik, baik! Memang dosamu telah terlalu banyak maka kau perlu
mendapat hajaran yang lebih berat.Nah, bagaimana kau mau berkelahi" Menggunakan
senjata atau bagaimana" Aku siap sedia menghadapimu dan jangan takut, aku takkan
menggunakan ilmu sihir."
Paraanak buah Singa Pragalba maju mendekat lagiuntuk menyaksikan perkelahian
ini. Mereka mengharapkan agar pemimpin mereka akandapat membekuk perawan yang
telah membuat mereka merasa sakit-sakit seluruh tubuh itu, agar mereka dapat
pula membalas dendam. "Tak perlu aku mempergunakan senjata-senjata." jawab Singa Pragalba, "cukup
dengan kedua tangan ini.Rasakan pukulan!" Sambil berkata demikian, kepala rampok
itumenyerbu sambil mengirim pukulan sebesar buah kelapa itu kearah dada
Ratnawulan! "Hm, tak tahu malu!" seru Ratnawulan yang merasa marah sekali sambil menggeser
kakinya ke belakang dan miringkan tubuhnya sehingga pukulanitu mengenai angin.
"Lihat aku tidak mempergunaan kecepatan dan ilmu berkelahi yang baik!"
Singa Pragalba menjadi penasaran sekali dan kembali ia menyerang. Tingkahnya
seperti seekor babi hutan yang menyeruduk saja, mengandalkan tenaga yang besar.
Pukulan tangannya ini dengan mudah menghancukan sebutir kepala, maka kalau
seandainya pukulannya itu mengenai tubuh Ratnawulan, akan celakalah dara itu.
Akan tetapi serangan Singa Pragalba bukan merupakan apa-apa bagi Ratnawulan dan
sampailimakali ia dapat mengelak dengan amat mudahnya.
"Tangkislah pukulanku! "teriak Singa Pragalba dengan amat marah dan
penasaran."Tangkislah kalau kau berani!"
Bibir Ratnawulan yan gtersenyum itu mengeras. Orang ini benar-benar tak tahu
diri. Memang, siapakah yang takkan merasa penasaran" Menghadapi seorang remaja
puteri yang mulai dewasa, seorang gadis yang berpinggang ramping dan bertubuh
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecil lemah itu,masa seorang kepala perampok yang terkenal sampai kalah dan
dipermainkan" Hampir gila karena marahnya Singa Pragalba memikirkanhal ini.
Sementara itu a menyerang terus dengan pukulan bertubi-tubi sungguhpun
pukulannya selalu mengenai angin, jangan kata dapat menyeramkan kulit tubuh
lawannya, menyentuh ujung kembennyapun tak pernah!
Koleksi Kang Zusi "Kau ingin merasakan tangkisanku" Nah, rasakanlah!" Sambil berkata demikian,
Ratnawulan miringkan tubuhnya dan dengan jari-jari terbuka dan tangan
dimiringkan,ia membabat kearah pergelangan tangan Singa Pragalba.
"Dukk!"terdengar suara ketika pergelangan lengan yangbesar itu ditumbuk oleh
tangan Ratnawulan yang kecil dan berkulit halus. Kalau tidak melihat sendiri,
para perampok itu tentu takkan mimpin mereka berlutut sambil memegangi
tangannya, lalu menjerit-jerit kesakitan. Pergelangan tangan kirinya yang
dipakai memukul tadi telah lumpuh karena tulangnya retak!
Namun,kepala rampok inibenar-benar bendeldan tidak mau menyerah dengan
mudah.Tiba-tiba ia melompat dan tangan kanannya yang tidak terluka itu diulur
merupakan cangkeraman yang menyerang pundak Ratnawulan, agaknya ia hendak
mencekik leher gadis itu. Ratnawulan terkejut dan menangkis kilat tangan kanan
Singa Pragalba menangkap tangan gadis itu dan dengan geraman liar ia membetot
tangan Ratnawulan hendak memeluk tubuh dara perkasa itu.
Akan tetapi, secepat kilat tangan kanan Singa Pragalba menangkap tangan gadis
itu dan dengan geraman liar iamembentot tangan Ratnawulan hendak memeluk tubuh
dara perkasa itu. Akan tetapi, selagi paraanak buah perampok merasa girang,
tiba-tiba terjadilah halyang aneh sekali.
Entahbagaimana daraperkasa itu bergerakkarena tahu-tahu tubuh Singa Pragalba
yang tinggi besaritu mencelat danterlemparjauh, jatuhdi bawah sebatang
pohon.Kebetulansekali di bawah pohonitu terdapat teletong (tai lembu) yang
hitamdan masih empuk, bergunduk seperti bukitkecil.
Tubuh Singa Pragalbajatuh dengan muka lebih dulu,tempat diatas teletongitu
sehingga mukanya masukke dalam tai lembu itu.
Kini menggigilah tubuh para perampok itu dan mereka tidak merasa lucu ketika
melihat betapa Singa Pragalba merangkak-rangka bangun sambil membersihkan
mukanya dari tai lembu dan terdengar ia merintih-rintih kesakitan.
"Nah, biarlah huhuman ini merupakan pelajaran bagi kalian! "kata Ratnawulan."
Dan lain kali janganlah kalian memandang rendah kaum wanita! Kalau aku mendengar
lag itentang kekurangajaranmu terhadap wanita, awaslah! Ratnawulan akan datang
dan menghabiskan nyawa kalian!"
Setelah berkatad emikian, sekali ia berkelebat dengan mengeluarkan Aji Kesaktian
Marga Kenaka (Kijang Emas), tubuhnya melompat jauh dan lenyap di balik pohon-
pohon, sehingga para perampok itu saling pandang dengan mata terbelalak dan
mulut melongo, akhirnya mereka berlutut dan menyembah oleh karena mereka menduga
bahwa gadis itu tentulah sebangsa peri dari kahyangan.
Koleksi Kang Zusi * Menjelang senjakala, sampailah Ratnawulan di hutan randu dikaki Mahameru sebelah
timur itu. Hutan ini besar dan memang di situ tumbuh banyak sekali pohon-pohon randu alas
di samping pohon-pohon raksasa lain. Dari luar,hutan itu nampak angker
sekali,sehingga tidak sembarang orang beranimemasukinya. Kadang-kadang terdengar
auman harimau dan salak anjing serigala yang melolong-lolong mendirikan bulu
tengkuk. Tanpa ragu sedikitpun juga, Ratnawulan memasuki hutan itu dan menuju ke tengah.
Karena hutan itu amat rangkut (penuh tetumbuhan),maka kalau di luarhutan
masihsenja, didalam hutan itu telag gelap sekali.Cahaya matahari Siang sudah
lemah itu hanya sedikit saja dapat menembus celah-celah daun pohon.
Tiba-tiba Ratnawulan menahan langkahnya. Telinganya yang terlatih dan mempunyai
tenaga yang lebih kuat daripada telinga orang biasa itu dapat mendengar suara
orang-orang dari jauh yang hanya terdengar sebagaibisik-bisiksajadiseling suara
ketawa. Bagi oranglain,tentu suara itu akandisangka suara jin dan setan
penghuninya hutan liar akan tetapi Ratnawulan maklum bahwa itu adalah suara
orang-orang bercakap-cakap yang menggema di dalam hutan. Ia lalu mengarahkan
langkahnya ke jurusan suara-suara itu mendatang.
Tak lama kemudian tampaklah olehnya sinar terang dan ternyata bahwadi tempat
terbuka karena pohon-pohonan agaknya telag ditebang, terdapat tiga unggun api
besar bernyala-nyala dan di sekitar api itu terdapat banyak orang laki-
laki.Adayang bercakap-cakap, ada yang bersendau gurau, bahkan ada yang sedang
memanggang daging binatang hutan.
"Hm, inilah mereka!"kata Ratnawulan dalam hatinya dan tanpa takut sedikitpun ia
melangkah maju dengan cepat sehingga sebentar sajaia telah berdiri di dekat
kelompok orang-orang yang jumlahnya kurang lebih tiga puluh orang itu.
Seorang di antara mereka, masih muda berusiadua puluhan, adalah orang pertama
yang melihat kehadiran dara perkasaitu.Pemudainitiba-tiba menggigilseluruh
tubuhnya dan denganjari tangan menuding kearah Ratnawulanyang disangkanya
periatau jinperempuan,ia berdiri dengan kedua kaki wel-welan(menggigil) dan
mulutnya yang hendak berseru "Setan. Setan!" itu hanya dapat mengeluarkan suara,
Koleksi Kang Zusi "Uuh.uuuuh.!" Kawan-kawannya memandangnya dengan heran dan ketika mereka menengok mereka heran
dan juga terkejut sekali.Pada penglihatan pertama, semua orangjuga timbul
persangkaan bahwa yang berdiri dengan kedua kaki terpentang dan tangan
bertolakpinggang itutentulah sebangsa peri atau jin.
Seorang laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun dan agaknya berani dari
kawannya, lalu bangkit berdiri dan melangkah maju,akan tetapi tidak sampai
terlampau dekat Ratnawulan, lalu menegurnya.
"Siapakah di depan" Kalau manusia, datang darimana, siapa nama,dan apa maksud
kedatangan" Kalau makhluk halus, harap pergi dan jangan mengganggu kmi yang
mempunyai niat jahat!"
Ratnawulan menjadi geli hatinya dan terasa lagi ia tersenyum.Mereka menahan
napas ketika melihat senyum ini. Silau mata mereka melihat kecantikan wajah
dengan senyumnya yang amat manis itu.
Melihat pendangan mata mereka, timbul sifat kenakalan Ratnawulan yang hendak
mempermainkan mereka. "Hai para pemberontak! Kalian menyatakan tidak berniat jahat, akan tetapi
mengapa kalian mengganggu penduduk Mahameru danm erampok mereka?"
Benar saja, ucapan ini membuat tiga puluh lebih orang laki-laki itu menjadi
gemetar dan ketakutan.Merekatak syak lagi, wanita initentulah seorang peridari
Mahameru yang datang hendak menghukum mereka! Orangtua yang tadi menegur
Ratnawulan lalu berkata lagi setelah menjilat-jilat bibirnya yang terasa kering.
"Sang Mahadewi, kami terpaksa merampok karena kami harus makan. Mengandalkan
hasil buruansaja tidak cukup untuk memberi ransum kepada kawan-kawan kami yang
puluhan jumlahnya. Kalau kami tidak merampok hasil tani para penduduk, tentu kami akan mati
kelaparan!" Suara Ratnawulan terdengar keras dan berpengaruh ketika ia berat dengan marah.
"Pandir, lemah dan pengecut! Kalian menganggap diri sendiri ksatria-ksatria yang
gagah, yang telah berani memberontak untuk menumbangkan kekauasaan jahat! Apakah
tujuan dari pemberontak kalian itu"
Bukanlah kalian bertujuan untuk membasmi kekuasaan jahat guna membela rakyat
daripada Koleksi Kang Zusi
penindasan" Dan sekarang apakah yang kalian perbuat" Merampoki rakyat jelata
malah! Tahukah kalian bahwa dengan alasan mencegah diri sendiri dari kelaparan
kalian telah membuat penduduk Mahameru terancam bahaya kelaparan kalau padidan
hasil sawahnya kalian rampok" Inikah pahlawan-pahlawan perkasa" Memalukan
sekali!" Pada saat itu,semua orang memandang kepada Ratnawulan dengan melongo, bakan
orang-orang yang tadi memanggang daging juga meninggalkan pekerjaannya sehingga
daging yang terpanggang dan dibiarkan menjadi hangus dan asap bergulung-gulung.
Semenjak berangkat daripuncak gunung, Ratnawulan belum makan apa-apa, maka kini
mencium daging panggang, ia merasalaparsekali.Kemarahan danucapan yangkeras
membuat perutnya terasa makin lapar saja, makatanpa memperdulikan orang-
orangyang berada disitu, ia lalu melangkah maju ketempat pemanggangan daging,dan
membalik-balikkan daging yang dipanggang itu sampai matang benar. Kemudian ia
mulai makan daging tanpa melirik atau menawarkan kepada orang-orangyang masih
berdiri dan mengawasi seluruh gerak-geriknya bagaikan patung.
Melihat betapa "peri" itu makan daging panggang dengan enaknya, mereka mulai
bisik-bisik. "Ia suka daging panggang!" kata seorang.
"Ia bukan peri! Mana adaperi makan dagingpanggang!" terdengar suara lain.
"Mahkluk halus tak pernah makan."kata suara ketiga.
"Dia orang biasa! Dia penipu!" kata orang lain dengan suara marah.
Maka mulai beginilah orang-orang itu dan dengan hati geram mereka mulai bergerak
mendekati Ratnawulan. Akant etapi orang tua yang agaknya menjadi pemimpin itu
berkata. "Jangan ganggu Dia, biarkan dia makan lebih dahulu. Kasihan kelihatannya amat
lapar!" Koleksi Kang Zusi Sambil makan daging panggang, diam-diam Ratnawulan mendengarkan semua percakapan
ini dan ia merasa amat geli. Ia agak merasa amat puas melihat sikap mereka,
karena tidak sekasar parap erampok yang dihajarnya siang tadi. Bahkan didalam
hati ia memanfaatkan perbuatan mereka yang telah merampok setelah mendengar
alasan orangtua tadi. Mereka memang bodoh, akan tetapi kadaaan mereka patut
dikasihani. Setela hselesai makan, Ratnawulan memetik daun pisang bagian pupusnya (daunmuda)
untuk membersihkan bibir,kemudiania berdiri untuk menghadapi mereka.
"Setidaknya aku berterima kasih untuk daging yang baru saja kumakan tadi."
katanya. Kini mereka menghadapinya dengan marah. Orangtua itu berkata sambil tersenyum,
karena ternyata ia adalah seorang penyabar.
"Nini, jangan kau mencoba untuk menipu kami. Kau bukanlah seorang peri, akan
tetapi seorang gadis biasa. Sebetulnya siapakah kau dan mengapa kau seorang
remaja puteri seorang diri datang dihutan berlukar pada malam hari?"
Ratnawulan tersenyum manis. "Siapakah yang menipu kalian dan siapa pula yang
mengaku menjadi peri siluman" Kalian sendirilah yang bodoh dan tahyul
,menganggap aku sebagai peri! Aku adalah seorang biasa dan kedatanganku ini
untuk menghentikan kesesatan kalian yang telah berani menganggu pendudukGunung
Mahameru!" Mendengar pengakuan bahwa dara ini bukanlah seorang peri, kembalilah keberanian
semua orang dankini mereka terheran-heran mendengar pernyataan Ratnawulan yang
hendak melarang mereka! Timbul geli dalam hati mereka, bahkan seorang di antara mereka yang tinggi besar
lalu melangkah maju dan bertanya dengan suara mengejek.
"Nona manis, ucapanmu sombong sekali! Dengan jalan apakah engkau hendak
menghentikan perbuatankami?"
"Mungkin dengan senyumnya yang manis!" terdengar seorang mengejek.
Koleksi Kang Zusi "Lirikan mata yang tajam memikat memang dapat melumpuhkan semangat kita!" seru
seorang lain. "Kalau diamenjadi punyaku, disuruh apapun juga saya akan rela!" katapula seorang
lain yang agak kurangajar.
Akan tetapi jawaban dara itu benar-benar membuat semua orang tertegun, karena
dengan sikap tenang dan suara keren. Ratnawulan berkata.
"Aku akan menghentikan kesesatan kalian dengan jalan melarang kalian melakukan
perampokan kepada orang-orang dusun!"
Untuk beberapa lama semua orang terdiam karena suara ini biarpun halus dan
merdu, namun amat berpengaruh dan mengejutkan. Aka tetapi, hal itu hanya
berlangsung sebentar, karena segera meledaklah suara ketawa mereka. Bahkan orang
tua yang sabar itupun tersenyum geli melihat kecongkakan gadis ini.
"Nini," kanta sambil menahansenyum, "kau benar-benar gagah berani.Akan tetapi,
kau adalah seorang gadis lemah lembut dan cantik jelita, tak kalah oleh puteri-
puteri Majapahit. Sedangkan kami adalah orang-orang kasar, perajurit-perajurit
yangt angkas dan kuat. Dengan cara bagaimanakah kau dapat melarang kami?"
Semua orang terdiam sambil tersenyum dan memperhatikan dara itu karena ingin
Pendekar Guntur 7 Wiro Sableng 102 Bola Bola Iblis Pedang Hati Suci 1
Koleksi Kang Zusi DYAH RATNAWULAN Kho Ping Hoo Majapahit, abad ke empat belas.
Setelah Sang Prabu Kertarajasa mangkat pada tahun 1309,
putera mahkota, Raden Kalagement naik tahta Kerajaan
Majapahit menggantikan kedudukan ayahnya, dan bergelar
Sang Parbu Jayanagara. Akan tetapi, raja muda ini banyak menimbulkan perasaan
kecewa dan tidak senang di kalangan para panglima tua, yaitu panglima-panglima
mendiang Prabu Kertarajasa. Banyak hal
yan tidak mereka setujui berhubung dengan penobatan itu.
Pertama menurut faham mereka, Raden Kalagement masih
terlampau muda untuk memikul tugas menjadi raja di
Kerajaan Majapahit yang demikian besar dan jaya dan
mereka menyangsikan apakah pemuda yang baru berusia lima
belas tahun ini akan dapat memberi pimpinan yang bijaksana
seperti mendiang ayahnya.
Kedua, mereka berpendapat bahwa sungguhpun Raden
Kalagemet merupakan putera tunggal karena keturunan yang lain adalah putri-
puteri belaka, namun ibu dari putera mahkota ini adalah seorang puteri dari
Malayu yang bernama Dara Petak atau Sri Indreswari. Hal ini amat mengecewakan
hati para panglima karena menurut pendapat mereka, yang berhak menjadi raja di
Majapahit harus seorang keturunan Majapahit aseli.
Adapun hal ketiga yang amat mendatangkan rasa tidak puas dan tidak senang kepada
mereka adalah bahwa di dalam pemerintahan Jayanagara ini terdapat seorang Kepala
Agama Syiwa yang sangat besar kekuasaannya. Kepala Agama Syiwa ini bernama
Bagawan Mahapati yang amat sakti mandraguna, cerdik pandai lagi kebal terhadap
segala macam senjata. Bagawan Mahapati tidak disukai oleh para panglima yang telah banyak membantu
Raden Wijaya atau Prabu Kertarajasa dalam membangun keraton Majapahit. Menurut
anggapan mereka, Bagawan Mahapati ini adalah seorang pendeta yang mabok akan
kemewahan hidup dan kedudukan tinggi, bahkan mereka menaruh hati syakwasangka
bahwa bukan tak mungkin pendeta itu telah mempergunakan aji kesaktiannya untuk
memasang guna-guna sehingga Prabu Jayanagara yang masih muda itu berada di bawah
pengaruhnya. Telah banyak panglima-panglima tua yang mengajukan usul dan nasihat kepada Prabu
Jayanagara agar supaya mereka itu dienyahkan dari kerajaan. Akan tetapi, segala
nasihat ini tidak dihiraukan oleh Sang Parbu yang masih muda belia itu, terutama
sekali oleh karena ibunya juga berfihak dan membela Bagawan Mahapati.
Tiga hal diatas itu merupakan sebagian daripada sebab-sebab sehingga tak lama
sejak Sang Prabu Jayanagara naik tahta, timbulah pemberontakan-pemberontakan
yang dipimpin oleh para panglima ayahnya dahulu, di antaranya: RanggaLawe, Sora
dan Nambi. Koleksi Kang Zusi RanggaLawe adalah seorang panglima gagah perkasa yang menjadi bupati di Tuban.
Dahulu, panglima ini pernah di janjikan angkat patih oleh mendiangPrabu
Kertarajasa, akan tetapi janji ini tak pernah dipenuhi. Juga Prabu Jayanagara
yang diam-diam mendapat bujukan dan bisikan dari Bagawan Mahapati, tidak mau
memenuhi janji mendiang ayahnya itu. Maka berontaklah Rangga Lawe. Akan tetapi,
masih banyak panglima-panglima gagah perkasa yang membela Prabu Jayanagara,
terutama berkat kesaktian Bagawan Mahapati,maka gagallah pemberontakan Rangga
Lawe itu. Ia tewas oleh panglima tua Kebo Anabrang.
Panglima sora menjadi marah sekali mendengar tentang tewasnya Rangga Lawe dalam
tangan Kebo Anabrang karena sesungguhnya mereka semua itu adalah kawan-kawan
seperjuangan ketika masih membela Prabu Kertarajasa dahulu. Sora mencari Kebo
Anabrang sebagai pembalasan dendam atas kematian Rangga Lawe.
Setelah itu, maka berontaklah pula Panglima Sora yang pada waktu itu menjabat
patih di Daha. Akan tetapi, ternyata Prabu Jayanagara masih dibela oleh orang-orang pandai
sehingga pemberontakan inipun gagal, Patih Sora dapat dibinasakan.Setelah itu,
pemberontakan-pemberontakan susul-menyusul, diantaranya pemberontakan Juru
Demung dalam tahun 1313 dan Gajah Biru dalam tahun 1314. Namun, semua
pemberontakan itu dapat dipadamkan.
Yang paling hebat adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Raden Nambi, putera
dari Aria Wiraraja, karena sebetulnya diantara semua pemberontakan yang timbul,
pemberontakan inilah yang amat menyusahkan hati Sang Prabu Jayanagara
.Hubungannya dengan Aria Wiraraja dan Raden Nambi tadinya amat baiknya dan
mereka ini telah dianggap sebagai keluarga dekat.
Aria Wiraraja adaah seorang panglima yang amat setia dan paling besar jasanya
terhadap mendiang Prabu Kertarajasa,dan jasanya dalam membangun Majapahit
amatlah besarnya. Oleh karena itu mendiang Parabu Kertarajasa membalas jasa Aria
Wirarajadengan mengangkatnya menjadi perdana menteri dan menjadikannya wakil
raja di Lumajang, sedangkan puteranya Raden Nambi, diangkat menjadi patih di
Majapahit. Semenjak terjadi peberontakan-pemberontakan dan tewasnya Rangga Lawe dan lain-
lain panglima tua. Aria Wiraraja merasa tak senang sekali dan ia tidak pernah
datang berkujung menghadap kepada raja di Majapahit, dan pada masa itu, "mogok
sowan" ini dilakukan untuk menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan pemerintahan
Prabu Jayanagara. Raden Nambi yang menjadi patih di Majapahit, juga diam-diam meninggalkan ibukota
dan tinggal di Lumajang bersama-sama ayahnya. Tentu saja hal ini amat
mengecewakan dan menyedihkan hati Prabu Jayanagara. Beberapa kali Bagawan
Mahapati dan lain-lain panglima membujuk kepada raja untuk menggempur Lumajang,
akan tetapi, Sang Prabu masih merasa segan dan malu hati untuk memerangi Aria
Wiraraja, orang tua yang telah banyak berjasa itu.
Akhirnya setelah Aria Wiraraja meninggal dunia, barulah tentara Majapahit
dikerahkan dan di bawah pimpinan raja sendiri, Lumajang digempur.Raden Nambi dan
anak buahnya melakukan perlawanan mati-matian sehingga korban di kedua fihak
jatuh bertumpuk-tumpuk. Betapapun juga, fihak Majapahit lebih kuat dan lebih
banyak, terutama berkat kesaktian Bagawan Mahapati, akhirnya Raden Nambi beserta
seluruh keluarganya dibinasakan.
Dan di dalam geger peperangan di Lumajang itulah maka cerita ini dimulai.
Koleksi Kang Zusi Di antara banyak panglima di Lumajang yang gugur dalam peperangan menghadapi
serbuan tentara Majapahit, terdapat seorang senopati muda yang gagah perkasa
bernama Nagawisena. Senopati ini adalah seorang muda yang menjadi sahabat baik
Raden Nambi dan tadinya juga tinggal di ibukota dan ikut pergi dengan Raden
Nambi dari kotaraja untuk menyatakan tidak senangnya terhadap pemerintahan
terhadap Jayanagara. Isteri Nagawisesa adalah seorang cantik jelita yang berkulit kekuning-kuningan
dan bernama Dara Lasmi, yang sesungguhnya adalah seorang wanita dari Malayu.
Ketika dahulu kedua puteri dari Malayu, Dara Petak dan Dara Jingga yang menjadi
isteri-isteri dari Prabu Kertarajasa, datang di Majapahit, Lasmi menjadi seorang
di antara pelayan-pelayan kedua puteri itu, dan masih kanak-kanak.
Berkat ketangkasan dan jasa Nagawisena, maka akhirnya ia jutuh cinta kepada
Lasmi, mendapat kurnia raja dan dinikahkan dengan Lasmi. Dalam pernikahan ini,
mereka mendapatkan seorang puteri yang diberi nama Ratnawulan.
Ketika Nagawisena gugur dalam perang melawan tentara Majapahit, Dara Lasmi
membawa anaknya lari dari Lumajang. Sambil menahan tangisnya karena kehancuran
hatinya mendengar betapa suaminya yang tercinta itu gugur dalam peperangan dan
ia tidak mempunyai kesempatan untuk menengok jenazah suaminya, Dara Lasmi
menarik tangan puterinya yang baru berusia sepuluh tahun ini, berlari-lari
keluar dari gerbang kota Lumajang sebelah barat.
Sebagaimana sudah lajim terjadi dalam sebuah keributan, terutama keributan yang
ditimbulkan oleh perang, banyak hal-hal yang tak patut terjadi dan dilakukan
oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Demikianpun dalam petempuran di
Lumajang ini, banyak anak buah dari bala tentara Majapahit melakukan
penyelewengan-penyelewengan merampok harta benda penduduk Lumajang, dan bini
orang yang masih muda dan cantik. Oleh karena itu, usaha Dara Lasmi untuk
melarikan diri keluar dari kota bukanlah hal yang mudah. Baru saja keluar dari
rumahnya, ia telah bertemu dengan dua orang tentara Majapahit yang segera
menyerbunya ketika melihat wanita muda yang cantik jelita ini berlari dengan
anaknya. Dara Lasmi berdiri dengan mata terbelalak lebar ketika melihat dua orang tentara
musuh itu maju mendekatkan. Ia mendekap anaknya yang menangis ketakutan, lalu
menghadapi kedua tentara Majapahit itu sambil berkata.
"Jangan kalian menggangguku, aku adalah isteri dari Senopati Nagawisena!"
Ia hendak mempergunakan nama suaminya yang cukup terkenal untuk membikin takut
kedua orang itu. Akan tetapi mereka bahkan tertawa geli mendengar Dara Lasmi menyebut nama ini.
Seorang di antara mereka, yang bermuka bopeng karena dimakan penyakit cacar
berkata. "Ha,ha, ha, jadi kau puteri dari Malayu" Kebetulan sekali, sudah lama aku
mengilar dan merindukan seorang puteri Malayu!" Ia melangkah maju dengan kedua
tangan dibentangkan, siap untuk menubruk.
"Mundur!" teriak Dara Lasmi." Apakah kau tidak takut kepada Senopati Nagawisena"
Akan dihancurkan kepalamu kalau ia mendengar tentang ke kurang ajaranmu!"
Koleksi Kang Zusi Tentara yang seorang lagi, yang bermuka hitam,tertawa mengejek.
"Ha,ha! Jangan kau menakut-nakuti kami, manis! Suamimu, pemberontak Nagawisena
itu,telah mempus dimedanyuda!" Kemudian ia berkata kepada kawannya yang bermuka
bopeng. "Bandu, biarlah kau mendapkan puteri Malayu yang denok ayu ini, dan perawan
kecil yang molek mungil itu bagianku. Aku cukup sabar menanti baranglimatahun
lagi, tentu ia akan menjadi bunga yang lebih harum dan segar daripada ibunya.Ha,
ha,ha,!" Selagi kedua orang itu tertawa-tawa dengan lagak menjemukan, marahlah Dara
Lasmi. Ucapan-ucapan yang amat menghina itu membuat mukanya yang cantik menjadi
merah padam dan kemarahannya tak dapat ditahan lagi. Ia lalu membawa Diah
Ratnawulan ke tepi jalan, kemudian ia mencabut keris yang terselip di ikat
pinggangnya. Gerakannya cepat dan trengginas sekali.
Memang nasib kedua orang tentara Majapahit itu yang sial. Mereka tidak tahu
siapakah adanya wanita cantik yang mereka ganggu. Dara Lasmi bukanlah wanita
sembarangan dan dahulu, ketikaia masih tinggal bersama dengan orang tuanya di
tanah Malayu, ia telah mendapat latihan pencak silat dari ayahnya, seorang
pendekar yang cukup terkenal. Setelah menjadi isteri Nagawisena, Dara Lasmi
bahkan memperdalam ilmu silatnya. Suaminya sendiri, Nagawisena, banyak mendapat
kemajuan dalam ilmu berkelahinya dari isterinya ini.
Kedua orang tentara Majapahit itu makin keras suaranya ketika melihat Dara Lasmi
mencabut keris. Apakah daya seorang wanita lemah lembut dan secantik itu"
Sebagai dua orang perajurit yang kenyang akan pengalaman pertempuran tentu saja
sikap Dara Lasmi tidak menakutkan hati mereka, bahkan menggelikan. Mereka
salingpadang, kemudian si muka bopeng berkata.
"Lihat calon kekasihku ini! Gagah sekali bukan" Biar kutangkap dia!" Sambil
berkata demikian, si muka bopeng itu menubruk maju sambil mengembangkan kedua
lengannya, bagaikan seekor harimau menubruk kambing.
Akan tetapi, dengan padangan matanya yang tajam. Dara Lasmi berlaku waspada dan
cepat sekali ia melangkah kesamping, mengelak dari terkaman laki-laki buas itu.
Begitu tubuh laki-laki itu menyambar lewat, secepat kilat kerisnya menyambar
kearah lambung. Perajurit itu terkejut sekali Koleksi Kang Zusi
dan cepat memiringkan tubuhnya ke samping untuk menghindarkan diri dari tusukan
maut ini, akan tetapi ia kalah cepat dan kulitnya masih tergores keris sehingga
mengucurlah darah dari lambungnya!
Barulah terbuka mata kedua orang perajurit itu! Rasa sakit karena kulit
lambungnya pecah membuat si muka bopeng menjadi marah sekali dan sekaligus
kegairahan hatinya memiliki puteri jelita itu berubah menjadi nafsu untuk
membunuh! Ia mencabut klewangnya yang tergantung di pinggang.
"Kau ingin mampus!" serunya dan klewangnya menyambar kearah leher Dara Lasmi!
Akan tetapi, pada saat itu, DaraLasmi telah berubah menjadi seorang pendekar
wanita. Setiap otot dan urat di dalam tubuhnya menegang, sepasang matanya yang
indah bening itu memancarkan cahaya berapi, hawa yang keluar dari pernapasan
panas! Ketika Klewang ditangan lawannya menyabar kearah leher tanpa berkedip
sedikitpun DaraLasmi mengelak cepat, bukan untuk menjauhi lawan, akan tetapi
bahkan ia menyelinap di bawah sambaran klewang itu dan kaki kanannya melangkah
masuk di barengi dengan luncuran kerisnya yang cepat sekali gerakannya,
maka."cepp!" keris itu menancap perut lawannya sampai ke gagangnya! Sebagai
seorang ahli silat yang mahir, Dara Lasmi secepat itu pula mencabut
kerisnya,dibarengi dengan gerakan tangan kiri mendorong ke depan dan tubuhnya
cepat membalik kebelakang menjauhi lawan.
Untuk beberapa saat tubuh si muka bopeng seperti kejang dan kaku, klewangnya
terlepas dari tangan, matanya memandang terbelalak ke depan. Kemudian ia memekik
ngeri, kedua tangannya mendekap perut yang mengucurkan banyak darah dan tubuhnya
mulai bergoyang-goyang kekanan kiri, kedua kakinya limbung terhuyung-huyung dan
akhirnya ia roboh bagaikan pohon pisang di tumbangkan orang!
Si muka hitam semenjak tadi berdiri kesima dan bengong, hampir tak percaya akan
kejadian yang disaksikannya. Setelah melihat kawannya roboh tak berkutik lagi,
barulah ia sadar bahwa ia bukan sedang mimpi. Dipegangnya tombak di tangan.
Sebenarnya ia telah merasa ngeri dan seram menghadapi seorang puteri yang luar
biasa ini, akan tetapi ia bermaksud untuk merobohkan puteri itu dengan sekali
tusukan tombaknya. Dara Lasmi berlaku tenang sekali. Ketika tombak yang ditujukan kearah dadanya
itu meluncur dengan kencangnya, ia hanya menggeser kakinya dan memiringkan
tubuhnya sehingga tombak yang ditusukkan itu meluncur lewat di samping tubuhnya,
kemudian sebelum lawannya sempat menarik kembali tombak itu, tangan kirinya
cepat menangkap batang tombak dan kakinya melangkah maju dengan keris di tangan
kanan yang masih berlumuran darah itu siap ditusukkan.
Koleksi Kang Zusi Akan tetapi, si muka hitam itu ternyata berhati pengecut dan tiba-tiba ia
melepaskan tombaknya lalu membalikkan tubuh dan lari tunggang langgang! Dara
Lasmi melepaskan tombak itu dan memandang dengan dada masih berombak karena
marah, melihat orang yang berlari cepat dan hanya nampak kedua telapak kaki
orang itu yang seakan-akan menendangi pantatnya sendiri!
Diah Ratnawulan berlari memeluk ibunya. Barulah Dara Lasmi lenyap marahnya dan
ia mengucap syukur kepada Gusti yang Maha Agung bahwa yang menyerangnya hanya
dua orang. Kalau yang menyerangnya berjumlah banyak, sungguhpun ia akan dapat
melindungi diri sendiri, akan tetapi belum tentu ia akan dapat melindungi
anaknya. Pikiran ini membuat ia cepat memasuki rumahnya kembali dan ketika tak
lama kemudian ia keluar, ia telah berubah menjadi seorang wanita yang berpakaian
compang camping dan mukanya penuh dengan Lumpur dan arang, menutupi
kecantikannya. Demikianlah, wanita yang bernasibmalangini,lalu pergi keluar dari pintu gerbang
sebelah barat. Untung baginya bahwa di situsunyi karena peperangan berlangsung disebelah
utarakotadan ia dapat keluar dari Lumajang dengan selamat. Dengan tindakan cepat
ia mengandeng anaknya berlari terus kebarat.
Diah Ratnawulan biarpun baru berusia sepuluh tahun, akan tetapi ia memiliki
kekerasan hati seperti ibunya. Biarpun ia telah merasa betapa kedua kakinya
lelah dan sakit sekali, ia menguatkan hati dan menggigit bibirnya,terus berjalan
setengah berlari di samping ibunya.
Baru setelah mereka berjalan lama dan jauh meninggalkan kota sehingga suara
pekik sorak orang-orang yang bertempur tak kedengaran lagi, Ratnawulan mengeluh
dan berkata perlahan. "Ibu. apakah kita tidak mengaso dulu.?"
Dara Lasmi berhenti dan mnunduk memandang kearah kedua kaki puterinya. Hatinya
terasa perih sepertitertusuk pisauketika melihat betapa kedua kaki anaknya itu
bengkak-bengkak dan pinggirnyatelah pecah-pecah. Dua titik air mata menetes
turun dna ia cepat merangkulanaknya.
"Manis, kita belum boleh mengaso dulu.?"
Koleksi Kang Zusi Dara Lasmi berhenti dan menunduk, memandang ke arah kedua kaki puterinya.
Hatinya terasa perih seperti tertusuk pisau ketika melihat betapa kedua kaki
anaknya itu bengkak-bengkak dan pinggirnya telah pecah-pecah. Dua titik air mata
menetes turun dan ia cepat merangkul anaknya.
"Manis ,kita belum boleh mengaso, belum cukup jauh dari Lumajang. Marilah kau
kugendong, nak!" Setelah berkata demikian, Dara Lasmi lalu menggendong anaknya dan terus berlari
lagi, lurus kearah barat di mana nampak menjulang tinggi Gunung Mahameru.
Sebagai seorang isteri senopati yang dapat disebut bangsawan juga, ia jarang
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali melakukan perjalanan keluar rumah dari rumah, apalagi melakukan
perjalanan sejauh itu, belum pernah ia lakukan.Maka tentu saja telapak kakinya
menjadi lemah dan kulit telapak kakinya yang halus lemas bagaikan sutera. Kini,
melakukan perjalanan jauh melalui tanah berbatu dan menerjang tetumbuhan
berduri, kedua kakinya telah luka-luka dan telapak kakinya bahkan telah bengkak
dan pecah-pecah. Akan tetapi, ia menguatkan diridan sambil menggendong anaknya
yang telah kepayahan, ia berlari terus memasuki hutan dikaki Gunung Mahameru
itu. Haripun mulai menjadi gelap karena senjakala mendatang.
Setelah tiba di dalam hutan yang sunyi, barulah ia berhenti mengaso di dekat
sebatang anak sungai yang amat jernih airnya. Ia menurunkan Diah Ratnawulan yang
segera duduk di atas rumput dan menggosok-gosok kakinya yang amat sakit. Anak
itu mulai menangis perlahan-lahan sambil mengeluh.
"Sakitkah kakimu,Wulan?" Tanya ibunya dengan suara penuh iba.
Ratnawulan hanya mengangguk dan ibunya lalu memeriksa kaki anaknya yang pecah-
pecah kulit telapaknya itu. Ia lalu menggendong anknya kedalam anak sungai dan
mencuci kaki anak itu.Ratnawulan menjerit kesakitan karena luka-luka di telapak
kaki itu ketika terkena air yang dingin terasa sakit dan perih sekali.
"Biarlah sakit sedikit, Wulan. Luka-luka ini harus dicucui,kalau tidak, akan
menjadi bengkak dan menghebat."
Setelah telapak kaki Ratnawulan dicuci bersih, Dara Lasmi lalu memotong ujung
kembennya (kain pengikat pinggang) dengan keris, dan dibalutnyalah kedua
kakianaknya itu. Koleksi Kang Zusi Setelah itu, barulah ia mencuci dan membalut keduakakinya sendiri dan kedua
orang yang bernasibmalangini lalumengaso di bawah sebatang pohon ketapang.
Rasa sakit pada kakinya mengurang dan hal ini membuat Ratnawulan dapat merasai
rasa lapar yang menyerang perutnya. Beberapakali ia memandang ibunya yang duduk
melamun seperti kehilangan semangatitu,akan tetapi ia tidak
membukamulut.Iamaklumbahwa semenjakpagi tadiibunya pun belum makan danmaklum
pula bahwa ibunya tidak membawa makanan apa-apa, maka ia tidak berani menyatakan
bahwa perutnya lapar. "Ibu," akhirnya suara anak itu memecah kesunyian.
Ibunya memandang dan seakan-akan baru sadar dari mimpi,karena ia lalu mendekati
anaknya dan merangkulnya.Kepala anaknya diraih dan didekapdi atas pangkuannya
dan kembali air mata mulai membasahi bulu matanya.
"Adaapakah, Wulan" Masih sakitkah kakimu?" Ia menekan perasaannya agar supaya
anaknya jangansampai mendengar suaranya yang mengandung isak. Ratnawulan
menggeleng diatas pangkuan ibunya, akan tetapianak ini tak dapat menahan lagi
dan mulai menangis tersedu-sedan.Dengan penuh kasih sayang dankeharuan hati,
Dara Lasmi mengelus-elus rambut anaknya yang hitam dan panjangitu,lalu berkata,
"Anakku sayang kau lelah sekali" Biarlah malam inikita mengaso di sini, dan
besok kalau kau tidakkuat berjalan, ibuakan menggendongmu."
Ratnawulan menahan isaknya.
"Ibu besok kitaakan pergi kemanakah?"
Kalau saja orang lain yang mengajukanpertanyaan ini, tentu DaraLasmi takkan kuat
menahan tangisnya, karenasesungguhnya ia sendiri puntidak tahuke manakah ia
harus pergi. Akantetapi ia tidak mau menyusahkan hati anaknya,anak yangmasih
kecil dan belum tahu apa-apa ini, maka iamenjawab sambil memaksabibirnya
terseyum karena anaknya telah memandang wajahnya.
Koleksi Kang Zusi "Wulan, besok kita pergi mendakibukit itu.Disanaindah sekali pemandangannya,
kita selanjutnya tinggal dipuncakgunung,di mana banyak terdapatbinatangyang
indah-indah. Aku akan menangkap kijang, kelinci, danpelanduk untukmu.
Disanabanyak pula kembang yang cantik dan harum baunya, banyak pula buah-buahan
yang lezat rasanya."
Mendengar ibunya menyebut buah, terasa pula lapar didalam perut Ratnawulan.
"Banyak buah-buah, ibu?"
"Ya, na, banyak buah-buahan yang lezat. Pisang,jambu,mangga, jeruk, semua
terdapatdi puncakitu. Maka sekarang tidurlahagar besok pagikita dapat melanjutkan perjalanan."
Hening sejenak. "Ibu.?" "Ya, sayang?" "Betul-betul banyak buah disana,bu?"
"Tentu, nak. Ibu tak pernah membohong, bukan?"
"Dan sekarang.ke manakah kita harus mencari makanan, ibu?"
Dara Lasmi merasaseakan-akanlehernya tercekik dan biarpun ia telah menahannya,
namun dua butir air mata tak dapat dicegah lagi, menitik turun dari kedua
matanya. Koleksi Kang Zusi "Wulan, anakku. Kau. kau laparkah.?"
Ratnawaulan mempereratpelukan kedua tangannya ke pinggang ibunya akantetapi ia
tidak menjawab. Dan dalam kesunyian itu, terdengar jawaban dari perut anak itu yang berkeruyuk
menyatakan kelaparannya. Bukan main terharunya hati Dara Lasmi.Iamemeluk anaknyadan menciumi
mukanya."Wulan. anakku,sayang. tahankanlah untuk malam ini, anakku.Besok akankucarikan makanan
untukmu!" Dan kini iatak dapatmenahan lagi membanjirnya air matanya yang
membasahi rambutanaknya. Ratnawulanjuga menangis lagidan memeluk pinggang ibunyamakin erat.
"Wulan, kau sudah besar, usiamu sudahsepuluh tahun. Kauharus dapat menahan
penderitaan inidengangagah, seperti Pendekar Wanita Halimi yang gagah perkasa
itu!" "Ibu, ceritakanlah tentangPendekar Hamili itu."
Keadaan telah gelap benarkarena malamtelah tiba. Kalau keadaan tidak segelap itu
tentu Dara Lasmi akanmelanjutkan perjalanan, mencari tempat di mana mungkin
terdapat pohon yang berbuah.
Maka ialalu mulaibercerita untuk menghibur anaknya.
"Puteri Hamili dibuang ke dalam hutan belukar olehibutirinya yangkejam, dengan
maksudagar supaya PuteriHamili mati kelaparandi dalam hutan yang hanya penuh
dengan pohonjati dan randu itu.
Telah tiga hari tiga malam Puteri Hamiliberjalan di dalam hutan tak kuasa
mencari jalankeluar, karena hutanitu amat luas dan liar. Selama tiga hari tiga
malam, PuteriHamili tidak makan nasi sebutirpun dan tidak minum air barang
setetespun. Ia merasa amat lapar."
"Tentuia lapar sekali, ibu, danjuga haus."
"Memang, Wulan,lebihlapardan labih haus daripada kita."
"Ia kuat sekali, ibu."
Koleksi Kang Zusi "Memang, PuteriHamili amat kuat dan gagah perkasa. Pada hari keempat, datanglah
seekor srigala jahat dan kejam menjumpainya."
"Srigala itu yang bagaimana, ibu?"
"Srigala adalah anjing hutan, yang jauh lebih kejamdan lebih kotor
daripadaanjing, lagi pula ia besardan kuatsertaliar sekali!"
"Aduh, tentu Puteri Hamiliamat ketakutan."
"Tidak, Wulan. Puetri Hamilitakkenal takut!Ia gagah perkasalagi kuatimannya.
Srigala datang membawa seika tbuah pisang yang sudah masak, dan dengan
suarapenuh bujuk rayu ia mempersembahkan pisang raja itu kepada Puteri Halimi
sambil bernyanyi: "Duhan Hamili yang cantik rupawan
Hamba datang menghibur tuan,
Terimalah seikat pisang raja
Asalkan mau menjadi isteri hamba!"
Dasa Lasmi menceritakan dongeng inisambil menirusuara yang parau danmenyanyikan
lagu itu sehingga anknya amat tertarik.
"Ia menipu! Ia mau membujuk danmenipu! Bagaimana seorang puteri cantik
harusmenjadi isteri srigala?" teriak Ratnawulan dengan gembira,lupa samasekali
akan rasalaparnya! Koleksi Kang Zusi Ibunya tersenyum. "Kalau kau menjadi Hamili,apakah kau akan mau menerima
persembahan itu, Wulan?"
"Tidaksudi, tidak sudi!" jawabanaknya.
"Sungguhpun kauamatlapar?"
"Tidaksudi! Biar kutahan rasalaparku!" jawab pula anak itu penuh semangat.
"Nah, demikianpunPuteriHalimi. Ia menolakkerasdan menjawabdengannyanyian pula:
"Wahai srigala jahanam angkara!
Tiga hari tiga malam aku berpuasa,
Namun bujukanmu ini, tak sudi aku terima! Ketahuilah, Puteri Hamili tahan menderita.
Lapar danhaus gangguan biasa.
Enyahlah kau, srigalam enyahlah!
Puteri Hamili puteri yang gagah!"
"Bagus!" Ratnawulan berteriak sambil tersenyum-senyum dan bertepuk tangan.
"Demi mendengar jawabanini, srigalamenjadi marah lalu ia menyerang puteri
inidengan terkamannya sambil membukamulutnya yang lebarpenuh dengan gigi yang
runcing dan mengerikan."
Koleksi Kang Zusi "Aduh, lalu bagaimana, ibu?" Ratnawulan menggunakan kedua tangannya menekan
kedua pipi dan matanya terbelalak lebar memandang wajahibunya yang hanya nampak
samara-samar di bawah penerangan bintang-bintang yang suram itu.
"Puteri Hamili tak gentar sedikitpun juga. Ia mencabut pandangnya dan dengan
gagah ia melawansehingga srigala itu mati dengan dada tertembus pedang."
Ratnawulan menariknapaspanjang karena lega hatinya.Ia lalu merebahkan tubuhnya
di atas rumput, dan meletakkan kepalanya diatas pangkuan ibunya. DaraLasmi
melanjutkanceritanya diseling nyanyian-nyanyianyang merdu, karena memang
suaranya amat nyaringdan iapandai sekali bernyanyi dan mendongeng. Akhirnya
tertidurlah Ratnawulan tanpa teringat sedikitpun akan kelaparan perutnya.
Setelah tarikan napas anakitu menyatakan bahwaia telahtidur nyenyak barulah Dara
Lasmi menghentikan nyanyian-nyanyiannya dan ialalu duduk melamun sambil menaruh
tangannya diatas kepala anaknya. Ia mengenangkan segala peristiwa pagi tadidan
tak terasa pula ia menangis lagi, yang ditahan-tahannyaagar jangan sampai
menimbulkan suara dan mengganggu anaknya yang sedang tidur.
Hatinya penuh dendam dan sakit hati kepda Kartika yang telah menjadi pembunuh
suaminya. Kalau suaminyasebagai seorang senopati gugur di dalam peperangan
secara sah, ia akan rela karena gugur adalah hal yang tidak memalukan
dansudahsewajarnya bagi seorangpanglima perang. Iatakkan menaruh hati dendam
kepada siapapunjuga, tidak kepadaKerajaan Majapahit, maupun kepada orang-orang
tertentu. Kewajiban seorang panglima danperajurit hanya untuk membela Negara
danbangsa, membela kerajaan dan junjungan, membela pimpinannya,tanpa
memusingkanpikiran tentang urusanyang menimbulkan pertikaian dan peperangan itu.
Kalau ia menang, ia akanmemperoleh jasa dan kedudukan, kalauia gugur, iaakan
menjadi kesumaNegara dan menjadi pahlawan. Akan tetapi, yaitu Kartika, yang
tadinya dianggai sebagai sahabat baik dan setia.
Sepekan sebelum terjadi peprangan, Kartika datang darikota raja mengunjungi
suaminya. Sikapnya ketika memandangnya telah menimbulkan rasa jijik dan tak
senang di dalam hatinya karena sebagai seorangwanita yang berperasaan halus ia
dapat menangkap artisinar mata laki-lakiitu.Akan tetapi oleh karena Kartika dan
suaminya, telahmenjadi sahabatkarib semenjak mereka masih tinggaldi kota raja,
maka ia diam saja dan pura-pura tidak melihat sinar mata yang mengandung
kekurangajaranitu.Kartikaadalah murid tersayang dari Bagawan Mahapati, dan
kedatangannya itu untukmembujuk-bujukNagawisena agar supaya suka membantu
serbuan tentaraMajapahitdan suka membela Prabu Jayanagara. Akan tetapi, suaminya
menjawab dengan suara tetap.
Koleksi Kang Zusi "Kartika, kalausaja yang mengeluarkan ucapan inibukankau, yang telah kuanggap
sebagai saudara sendiri, tentu sekarang juga bukan mulutku yang bicara,
melainkan kerisku. Dengarlah! Aku telah bersumpah setia kepada Raen Nambi dan
sebagai seorang senopati Lumajang, aku akan membela Lumajang dengan jiwa dan
ragaku. Siapapun juga yang mengganggu Lumajang, akan kuhadapi dengan keris di
tangan dan biarpun aku harusberkorbannyawa, aku rela."
"Aduh, sahabatku yangkucinta!" Kartika dengan wajahnya yang tampan itu
membayangkan keharuan hati danmulutnya mengeluarkan ucapanyang amat manis."
Bagaimana hatiku akan rela melihat kau binasa di bawah serbuan tentara
Majapahit?" "Apa boleh buat, Kartika. Kalau sudah tiba masanyakau menjadi perajurit
Majapahit dan menyerbu ke Lumajang, terpaksa aku akan meramkan mata dan
menghadapimu dengan senjata di tangan,denganpendirianbahwa penyerbu Lumajang
adalahmusuh Negara yang harus kulawan dengan gigih."
Kartikamenjadi amatkecewa mendengar pernyataan Nagawisena yang tak tertundukkan
itu, maka sebagai penutup kata ia berkata.
"Nagawisena, sahabatku.Betapapunmenyesal dankecewa rasahatiku, namun apabila
benar-benar barisanMajapahit menyerbu ke sini, akan kuusahakan agar kaujangan
sampai tewas dalam peperangan itu."
"Tewashanyalah berpulang ke tempat asal, Kartika. Dan tiada yang lebih mulia
bagi seorang senopati melainkan tewas dengan tombak tertancapdi dada."
Demikianlah, Kartika kembali kekota raja melaporkan kegagalannya.Danpagi tadi,
ketika perang tanding sedang memuncak dan ramainya.Nagawisena yang mengamuk
hebat tiba-tiba berhadapan dengan Kartika.
"Sayang, Kartika! Terpaksa kita harus berhadapan dengan senjata di tangan!" ata
Nagawisena dengan gagah. Koleksi Kang Zusi Akan tetapi, tiba-tiba Kartikamelemparkan senjatanya ke atas tanah dan berkata
dengan uara berduka. "Ngawisena, benar-benarkahakan sekejam itu hatimu" Tidak ingatkahkau betapa
dahulukita di masa kanak-kanak bersama-sama mandi di Begawan, mencari sarang-
sarang burung dan bermain-main" Ah, kawan, aku tak tega mengangkat senjata
kepadamu!" "Kartika, jangan kauselemah itu!" kataNagawisena sambil mengertak giginya,
mengeraskan ati. "Tidak, Nagawisena, tidak!Kitatak boleh saling meyerangi! Simpanlah kembali
kerismu dan biarkan aku memelukmu sekali lagi!"
"Kita dimedanperang, Kartika,jangan bersikap seperti wanita lemah!"
"Kabulkan permintaanku yangterakhirini, Nagawisena. Simpanlah senjatamu dan
biarkan aku memelukmu sekali lagi. Setelah itu, terserah kepadamu kalau
hendakmelanjutkan pertempuran.
Pelukanterakhir ini berarti banyak bagiku, sahabatku yang baik. Siapa tahu,
kalau bukan kau tentu akuyang akangugur dimedanyuda ini."
Lemah hati Nagawisena mendengar ini. Dimasukkannya kembali kerisnya diwarangka
keris dan mereka lalu saling memeluk sebagai duaorang sahabat karib.
Akan tetapi, ketika dua orang muda itu saling memeluk, tiba-tibasenopati dari
Majapahit cepat memusuk lambung Nagawisena dari belakang dengan kerisnya.
Pelukanterlepas dan Nagawisena terhuyung-huyunglalu roboh mandi darah! Kartika
yang berhati palsu itu hanya tersenyummenyerigai dan berkata kepadaNagawisena
yang menggeletak di atas rumput.
"Salahmusendiri mengapa kau tidak mendegar bujukanku!"
Koleksi Kang Zusi Demikian terjadilah peristiwaitu. Dara Lasmi mengertakgigi, mengepaltangan dan
matanya memancarkan cahaya berapi. Ia mengetahui semua peristiwa ini
dariseorangperajurit Lumajang yang menceritakannya dengan jelaskepadanya,
sekalian menggambarkan tentang tewasnya suaminya.
"Bangsat Kartika, keparatjahanam! Aku bersumpah hendak membalas kekejaman dan
kecurangan ini! Kalau aku sendiri tidak dapat turun tangan membalaskan dendam
suamiku, tentu anakku yang akan membalaskan sakit hati ayahnya!"
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali DaraLasmi telah melanjutkan
perjalanannya mendaki Gunung Mahameruyang amat tinggi itu. Dapat dibayangkan
betapa sukarnya perjalanan itu, akan tetapu puteriyang bersemangat besar ini
biarpun dengan terpincang-pincang,tetap melanjutkan langkahnya sambil
menggendong Ratnawulan di punggungnya. Kadang-kadang anak yang menaruh hati
kasihan kepadaibunya iniminta turundan ikut berjalan terpincang-pincang.
Untung sekali, di lereng bukit itu mereka lewat dalamsebuah hutan di mana banyak
terdapat pohon-pohon berbuah,maka dengan girangDara Lasmi lalu mencari buah-
buahpisang dan lain-lain untuk anaknya dan dia sendiri. Sungguhpun dengan hanya
merasa puas, namun makanan itu cukuplah untuk menentramkancacing-cacing di dalam
perut yang mengeliat-geliat.
Akan tetapi sadar mereka harus mengalami banyak penderitaan. Baru saja perut
mereka terisi dan mereka terhindar balik gerombolan-gerombolan pohon muncul
orang-orang lelaki yang kelihatan kasar dan liar. Jumlah mereka dua belas orang
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan di tangan mereka kelihatan golok-golok yang mengkilap dan tajam!
Dara Lasmi merasa terkejut sekali dan wajahnya menjadi pucat. Kedua kakinya
luka-luka dan sakit sekali sedangkan tubuhnya telah menjadi lemah karena lelah.
Bagaimana harus membela melindungi anaknya"
Karena merasa bahwa ia tidak akan dapat mempertahankan diri apabila ia melawan,
maka Dara Lasmi lalu menggendong anaknya dan cepat berlari pergi dari situ!
Koleksi Kang Zusi Kawanan perampok itu tertawa mengejek dan mereka mulai melakukan pengejaran
sambil terteriak-teriak karenas ungguhpun pakaian Dara Lasmi sudah tak karuan
lagi macamnya, namun kecantikan wanita itu masih amat menggiurkan.
Dara Lasmi tidak menghiraukan lagi kedua telapak kakinya yang pecah-pecah dan
berdarah, tidakmerasakan lagi perih-perih kerikil tajam itu. Akan tetapi, kedua
kakinya makin lemas dan beberapa kali ia terhuyung-huyung hampir jatuh.
Pegejarnya makin dekat saja dan suara teriakan mereka terdengar keras.
Tak lama kemudian ,lagkah kaki pengejar pertama telah berada di dekat Dara
Lasmi. Derap kakinya telah terdengar, bahkan bunyi pernapasannya telah terdengar
pula.Dara Lasmi makin gelisah dan ketika di depannya terdapat sebuah batu yang
agak besar, dalam kegugupannya ia melompati batu itu.Malangbaginya, ia
tergelincir dan tubuhnya terguling di atas tanah berbatu-batu.
Walaupun demikian, ia masih ingat untuk mendekap anaknya dan melindungi kepala
anaknya dengan kedua lengannya.Beberapa kali ia menggelundung dan mendapat luka-
luka dikening dan kedua lengannya. Perih dan sakit sekali tubuhnya terasa
sakit.Ratnawulan menangis karena ketika ibunya terjatuh, kakinya tergencet dan
berdarah, sakitnya bukan main.
"Ha,ha, ha! Kau hendak lari kemana, manis,"pengejar yang paling cepat larinya
tertawa. "Aku yang lebih dahulu menangkapmu, maka akulah yang berhak atas
dirimu!"Sambil tertawa bergelak, perampok itu maju menghampiri.
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar seruan suara yang halus dan berpengaruh,
"Jangan mengganggu orang!"
Mendengar suara yang amat berpengaruh ini, bagaikan ada tenaga yang menahan
gerakan perampok yang hendak menubruk DaraLasmi itu. Ia cepat menengok dan
melihat seorang kakek tua turun dari lereng bukit dengan tindakan kaki tenang.
Sementara itu,Dara Lasmi mengeluh dan merangkak bangun,memijit-mijit kaki
anaknya yang berdarah sambil menghiburnya.
Koleksi Kang Zusi Wanita ini sama sekali tidak memperdulikan luka-lukanya sendiri dan sibuk
mendiamkan Ratnawulan yang menangis.
Perampok itu menjadi marah dan pada saat itu, kawan-kawannya yang tadi mengejar
telah sampai di situ pula. Mereka lalu memandang kepada kakek itu telah turun
dari bukit. Kakek ini telah tua,bajunya berlengan panjang warna putih, celananya
sampai di bawah lutut berwarna hitam, tangan kanan memegang sebatang tongkat
hitam.Rambut kepala dan kumis serta jenggotnya panjang berwarna putih, nampak
mengkilap bagaikan perak ketika tertimpa sinar matahari.
Perampok yang marah itu lalu membentak. "He, kakek tuarenta! Mengapa kau berani
menghalangi maksudku" Apakah kau telah bosan hidup?"
"Semenjak dahulu, sekarang dan kemudian aku selalu hidup, bagaimana dapat
disebut bosan?" kata kakek itu dengan suaranya yang lemah lembut dan
sabar."Kalian janganlah mengganggu wanita ini.
Lihat keadaannya demikian sengsara, tidak kasihan bahkan mau mengganggu, apakah
itu bukan perbuatan yang melanggar prikemanusiaan?"
Berandal-berandal itu adalah orang-orang kasar yang setengah liar,mana tahu
tentang prikemanusiaan" Seorang di antara mereka berkata kepada pemimpinnya yang
tadi mengejar Dara Lasmi,
"Kakang Singo, mengapa perdulikan ocehan seorang kakek yang sudah mau mati"
Tangkap saja perempuan itu!"
Mereka serentak maju hendak menangkap Dara Lasmi,akan tetapi tiba-tiba terdengar
bentakan kakek itu dengan suara gemuruh.
"Jangan bergerak!"
Koleksi Kang Zusi Dan aneh! dua belas orang perampok yang tinggi besar dankuat itu tiba-tiba
berdiri diam dalam gerakan masing-masing, ada yang sedang mengulur tangan, ada
yang sedang berlari, ada pula yang sedang menengok, semua berdiri diam dan kaku
tak dapat bergerak seperti patung batu-batu.
Melihat keanehan ini, Dara Lasmi tertegun dan berdiri dengan bengong, kemudian
ia maklum bahwa ia berhadapan dengan seorangtua yang sakti, maka sambil
menggendong anaknya dan berjalan terpincang-pincang ia lalu menghampiri kakek
itu dan menjatuhkan diri berlutut, menyembah, lalu ibu yang sengsara itu
terjungkal pingsan bersama Ratnawulan di dalam gendongannya.
"Jagad Dewa Batara!" Kakek itu menyebut."Kasihan sekali nasibmu yang buruk ini,
nini!" Ketika Dara Lasmi siuman kebali dari pingsannya, dengan amat heran ia
mendapatkan dirinya telah berada dalam sebuah pondok bilik yangamat sederhana
dan Ratnawulan telah tidur nyenyak di sebelahnya, yaitu di atas sebuah
pembaringan bambu yang bersih.
Ia bangun perlahandan memandang ke kanan kiri. Pondok itu tak berkamar, hanya
kecil saja bagaikan gubuk ditengah sawah. Iaturun dari pembaringan bamboo itu
dan merasa makin terheran ketika merasa betapa kedua kakinya telah sembuhsama
sekali. Ketika keluar dari sebuah pintu yang kecil didepan pondok, angina sejuk
meniup perlahan dan ia merasa tubuhnya menjadi segar dan berbareng perutnya
terasa lapar sekali. Setelah ia keluar dari pondok, ia menahan seruannya karena
merasa amat kagum. Pemandangan di luar pondok benar-benar mengagumkan dan indah
sekali.Ternyata bahwa pondok itu berada di puncak Gunung Mahameru dan didepannya
terbentang luas tamasya alam yang indah menawan hati. Bunga-bunga harum
indahtumbuh di sana-sini, pohon-pohon yang penuh buah-buahan terdapat banyak
sekali disekitar tempat itu. Suara burung yang berkicau membuat ia merasa
seakan-akan berada di alam mimpi.
Ternyata bahwa saat itu metahari baru saja terbit,maka ia merasaheran bagaimana
ia bisa berada di tempat ini. Ia teringat kepada kakaek yang menolongnya, maka
ia menduga bahwa tentu kakekitu yang membawa mereka berdua ketempat ini. Dara
Lasmi mencari-cari dengan matanya,namun kakek itu tidak nampak berada di sekitar
tempat itu. "Ibu.!"tiba-tiba terdengarRatnawulan memanggilnya.Ia kembali ke dalam pondok dan
anaknya telah turun dari pembaringan. Juga keadaan Ratnawulan amat sehat dan
segar.Agaknya hawa gunung yang sejuk mambuat mereka merasa amat segar dan sehat.
Koleksi Kang Zusi "Sudah bangunkah kalian?" tiba-tiba terdengar suara halus bertanya. Suara ini
datangnya dari depan pondok,maka Dara Lasmi lalu mengandeng tangan anaknya dan
segera keluar dari pondok.
Ternyata bahwa yang bicara itu adalah kakek yang kemarin menolong mereka, maka
Dara Lasmilalu mengejak anaknya cepat-cepat berlutut menyembah memberi hormat.
"Sungguh hamba amat bersyukur dan berterimakasih kepada eyang yang telah
menolong kami berdua. Kalau tidakada eyang yang menolon kami, entah bagaiakan
jadinya dengan nasib diriku!"
Tak tertahan lagi, saking terharunya, Dara Lasmi mengucurkan air matanya.
"Bersyukurlah kepada Yang Maha Adil, nini, dan jangan berterima kasih kepadaku.
Memang kau dan anakmu sudah berjodoh untuk bertemu dengan aku, maka sekarang
ceritakanlah mengapa kau seorang wanita muda bersama anakmu sampai tersasar ke
lereng Gunung Mahameru dan berada dalam keadaan yang demikian sengsara?"
Sambil mengucurkanair matanya, Lasmi menceritakan pengalamannya. Akhirnya, ia
menutup penuturannya sambil menyembah.
"Oleh karena hamba telah tertolong oleh eyang dan telah berada di sini, maka
nasib hamba berdua selanjutnya, hamba serahkan pada eyang. Kalau eyang sudi,
biarlah hamba tinggal bersama anak hamba di sini, menjadi pelayan dan
mengerjakan segala keperluan eyang."
Kakek itu mengelus-elus jenggotnya yang panjang sambil menarik napas. "Hm,
Mahapati agaknya yang menjadi gara-gara. Sungguh sayang Majapahit yang jaya
dikotori oleh bagawan itu. Nini, jangan kau berduka, karena betapapun juga,
suamimu gugur sebagai seorang ksatria utama. Kau tinggalah di sini bersama
anakmu dan asal saja kau tidak teringat akan kemewahan hidup dikota dancukup
merasa puas denganapa yang ada, kau tentu akan menemui kebahagiaan hidup
ditempat sunyi ini.Di lereng sebelah utara, takjauh darisini, terdapat beberapa
kelompok dusun sehingga kau tak perlu khawatirakan kesunyian, sungguhpun di sini
kau takkan bertemu dengan orang-orang gunung yang sederhana saja. Adapun anakmu
ini, jiwa ksatria ayahnya menurun kepadanya, maka biarlah ia kudidikdan menjadi
muridku." Bukan main girangnya hati Dara Lasmi,dan kini yang mengalir turun dari matanya
adalah air mata kebahagiaan.
Koleksi Kang Zusi "Terima kasih, eyang. Sungguhkata-kata eyang itu merupakan pendengaran yang
paling indah dan membesarkan hati bagi hamba."
"Kau anak yang baik, nini, dan demi Yang Maha Adil, kebaikan selalu mendatangkan
kebaikan." Kakek tua itu bukan lain ialah Sang Panembahan Mahendraguna, seorang pertapa
sakti yang telah puluhan tahun bertapa di puncak Gunung Mahameru. Orang-orang
dusun yang tinggal di sekitar gunung itu, menyebutnya dengan sederhana saja,
yaitu Eyang semeru. Selain bertapa kakek ini suka bertani, menanam sayur-
sayurdan suka pula berjalan-jalan ke kampong-kampung untuk memberi wejangan-
wejangan kepada orang-orang kampong dan gunung, bahkan tak jarang ia menolong
mereka yang menderita sakit.Tak seorangpun tahu darimana asalnya kakek luar
biasa ini yang hidupnya amat sederhana, akan tetapi tak seorangpun diantara
mereka yang tidakmenaruh hormat terhadap Eyang Semeru.
Demikianlah, semenjak tertolong oleh kakek sakti ini DaraLasmi hidup di puncak
Mahameru, mengatur segala keperluankakekitu dan juga mendidik Ratnawulan anak
tunggalnya yang terkasih.
Tepats ebagaimana yang dikatakan oleh Eyang Semeru, semenjak tinggaldi gunung
itu, Ratnawulan memperlihatkan bahwa ia memiliki ketangkasan dan sifat-sifat
keperwiraan, tiada bedanya dengan seorang anak laki-laki. Ia mendapat latihan-
latihan ilmu pencak silat dari ibunya dan dalam waktu setahun saja, semua
kepandaian ibunya telah diwarisinya sampai tamat!
Dara Lasmimemang sengaja mendidik puterinya agar supaya menjadi seorang pendekat
wanita, karena tidak saja ketangkasan dan kegagahan diperlukan bagi seorang yang
hidup di tempat berbahaya itu, jugaia bercita-cita untuk menyuruh anaknya ini
kelak membalas dendam kepada Kartika! Disamping memberi latihan silat, Dara
Lasmi juga memberi latihan-latihan pekerjaan yang harus diketahui oleh seorang
wanita, yaitu pekerjaan tangan,memasakdan lain.
Alangkah girang hatiDara Lasmi ketika mendapat kenyataan bahwa setelah
menamatkan pelajaran ilmu pencaksilat yang ia berikan kepadanya, Ratnawulan
mulai mendapat pelajaran dari Eyang Semeru sendiri! Dan ketika ia melihat cara
Eyang Semeru memberi latihan keperwiraan kepada anaknya, ia menjadi takjub
karena ternyata bahwa kakek itu adalah seorang ahli yang sukar dicari
bandingannya! Baru mendapat latihan beberapa bulan saja, sudah nampak kehebatan
gerakan Ratnawulan apabila anak itu sedang berlatih pencak.Gerakan-gerakannya
selain cepat,juga amat luar biasa. DaraLasmi ketika masih kecil dan berada di
rumah ayahnya yang menjadi pendekat pencak,sudah sering kali melihat kawan-kawan
ayahnya bermain silat, akan tetapi belum pernah ia Koleksi Kang Zusi
melihat gerakan-gerakan yang secepat dan sehebat ilmu pencak yang diajarkan oleh
Eyang Semeru kepadaRatnawulan. Maka diam-diam wanita muda ini mengucap syukur di
dalam hatinya kepada YangMaha Agung yang telah mempertemukan ia dan anaknya
dengan Eyang Semeru. * Waktu berdear amat cepatnya. Tujuh tahun lewat tak terasa,seakan-akan tujuh
tahun itu hanya tujuh harisaja. Bagaikan sang waktu, segala apa di permukaan
bumiini bergerak maju, berubah dan tumbuh tak terasa pula. Benih bertunas,
menjadi sehelai rumput hijau tak berarti, lalu tumbuh menjadi besar, bercabang,
berdaun, berbunga, berbuah! Yang tadinya belum ada bermunculan, yang kecil
menjadi besar, yang besar menjadi tua akhirnya kembali lenyap ditelan bumi.Semua
ini terjadi bersama peredaran waktu, tak terasa, tahu-tahu sudah terjadi dan
demikian seterusnya, selama dunia masih ada.
Akan tetapi, di antara segala benda di alam dunia, Gunung Mahameru termasuk
benda yang amat kokoh kuat,agknya tak terpengaruh oleh waktu, atau andaikata
terpengaruh, maka perubahannya amat kecil, takkan terlihat oleh mata manusia.
Keadaan Gunung Mahameru tujuh tahun yang lalu dengan keadaan sekarang, masih
sama.Gunung itu masih menjulang tinggi, kepalanya lenyap ditelanawan, bagaikan
raksasa dalam Samadhi. Besar, tinggi, angker dan jaya, saksi mati segala
peristiwa yang melihat semua itu dengan sabar dan diam.Mahameru maklum bahwa
segala peristiwa yang terjadi di permukaan bumi ini memang harus terjadi dan
semestinya demikian, maka ia tidak mau mengganggu gugat, tidak mendorong ataupun
mencegah, menyerahkan segala sesuatunya kepada Pengaturnya.
Bunga-bunga berkembang dan merontok berulang kali di lereng Gunung Mahameru.
Pohon-pohon tua tumbang dan pohon-pohon barutumbuh. Namun keindahan lereng
gunung itu tidak berubah, baik bunga-bunganya yang beraneka ragam dan warna
serta keharumannya yang menyegarkan hawa itu, maupun kehijauan pohon-pohon
yangmemenuhi hutan-hutan di sekitar lambung dan kaki gunung.
Pada suatu pagi yang indah di lereng Gunung Mahameru. Sang Batara Surya baru
saja muncul kembali setelah beristirahat semalam suntuk di belakang Gunung
Mahameru. Cahayanya yang kuning kemerahan bagaikan sinar kencana murni itu
menembus embun pagiyang tebal, seakan-akan merupakan air suci yang dituangkan
dari Surgaloka.Segala sesuatu merasakan kenikmatan hangat yang ditimbulkan oleh
cahayamatahari, kenikmatan yang membuat segala benda merasa bersyukur bahwa ia
masih hidupdi permukaan bumi ini. Suara burung yang ratusan macamnya memnuhi
udara dengan kicau dannyanyi, amat merdu dan membangkitkan suasana gembira, tak
kalah indahnya dengan bunyi nyanyian maupunindahnya dengan bunyi nyanyian maupun
gamelan yang manapun juga.
Koleksi Kang Zusi Sukarlah menuturkanatau menggambarkan keindahan tamasya alamdi pagi hari di
lereng Gunung Mahameruitu, karena bahasa dunia tak cukup kuat untuk
menggambarkan keindahan yang mulusdan suciitu. Kalau ada seseorang kebetulan
berada ditempat itu dan menyaksikan segala keindahan ini, tanpa berdongak
memanang keluasan langit yang maha hebat itu,ia akan merasa betapa kecil tak
berarti adanya dia diantara segala keindahan yangmulia ini.
Setelah matahari naik makin tinggi, dari balik sekelompok pohon mawar gunung
dengan bunganya yang berwarna merahmuda, terdengar suara orang bersenandung.
Dari suara senandung yang makin keras itu dapat diketahui bahwa orangnya tentu
sedang menuju ke lereng itu.
Tak lama kemudian nampaklah orangnya yang bersenandung tadi. Dan kalau suaranya
tadi amat merdu, maka orangnya lebih menarik lagi.Ia adalah seorangdara remaja
yang usianya takkan lebihdari tujh belastahun. Kecantikan wajahnya menyaingi
bunga mawar yang sedang mulai mekar, bahkan bunga melatidan kenanga yang tumbuh
di dekat tempat itu menjadi kemerahan karena maludan iri menyaksian keayuan dara
itu. Rambutnya hitam panjang terurai ke belakang punggung, segar dan gemuk, terhias
kembang melati yang harum dan putih bersih.Di atas sebelah kiri dan didekat
telinga terhias dengan kembang mawar merah. Sepasang matanya lebar dan jernih
sekali, dengan warna pitih pada matanya yang mengingatkan orang akan permata
yang menghias ujng daun di pagihari ini, sedangkan manik matanya hitam
danmengeluarkan sinar tajam berkilat. Sepasang mata yang pada ujungnya
dikanankiri meruncingitu menjadi lebihindah lagi oleh bulu mata yang panjang
melengkung ke atas, ditambah oleh sepasang alis mata yang hitam dan kecilpanjang
berbentuk bulan sabit.Hidungnya kecil mancung dengan ujung yang manis. Dan
alangkah indah bentuk mulutnya. Garis bibirnya membentuk potongan gendewa
terpentang dan kulit bibirnya merah delima, membasah dan segar sehat!
Akan tetapi, di balik segala kecantikan yang benar-benar menggairahkan ini,
tidak nampak kelemahan dan sifat menyerah yang biasanya terdapat pada seorang
wanita, sebaliknya jelas sekali nampak sifat yang perkasa di balik kecantikannya
itu. Terutama sekali sepasang matanya yang tajam itu menyinarkan semangat yang
bernyala-nyala dan ketabahan yang luar biasa. Pakaiannya sederhana saja dan dari
pakaiannya ini nampak pula sifat-sidatnya yang gagah. Baju kutangnya terbuat
daripada kain berwarna hitam, dengan hiasan renda putih dibagian pinggangnya,
atas dan bawah.Baju kutangnya yang hanya membungkus dadanya setinggi bawah
pangkal lengan itu melibat erat, namun masih belum cukup kuat untuk dapat
menyembunyikan keindahan bentuk tubuhnya yang mulai berkembang. Pinggangnya
dikat dengan sabuk berkembang warna kuning dengan kembang-kembang merah di
depannya, bagian penyambung sabuk itu, dihias dengan sebuah kembang perak dengan
permata intan di tengahnya. Sebatangkeris denganwarangkanya yang berukirdan
gagangnya yang berbentuk kepala naga, terselip di baliksabuk, miring ke
kiri.Daripundak kirinya sampai ke pinggang kanannya melintang erat-erat sehelai
tali lawe warna merah, yaitu pengikat tempat anak panah dan gendewanya.
Dipandangdari depan, makayang nampak hanyalah gagang-gagang anak panahnya yang
dipasangi bulu burung srikatan.Di pergelangan tangan kirinya nampak sebuah
gelangemas berukir intan dengan mata intan, sedangkan pergelangan tangan
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kanannya dilingkari sebuah gelang kayu Koleksi Kang Zusi
cendana menghitam yang berbentuk ular. Berbeda dengan kebiasan-kebiasaan puteri
paamasa itu, dara ini mengenakan kain batiknya agak tinggi di atas mata kakinya
yang terhias gelang perak, dan hal inimemang disengaja karena dengan demikian
gerakan langkah kakinya menjadi leluasa, seperti halnya kebiasaan perempuan-
perempuan gunung di sekitar Gunung Mahameru itu mengenakan kainnya.
Inilah Diah Ratnawulan yang kinitelah menjadi seorang dara perkasa yang berilmu
tinggi. Selama tujuh tahun Ratnawulan menerima gembelangan-gemblengan ilmu
pencak silat dari ibunya dan dari eyang gurunya, bahkan iatelah mempelajari ilmu
kebatinan sehingga tidak saja ilmu silatnya tinggi, akan tetapi iapun memiliki
kekuatan batin yang mentakjubkan, yang membuat semangatnya bernyala-nyala,
ketabahannya tak mengenal batas, dangerak-geriknya tenang, penuh kepercayaan
kepada diri sendiri. Pada waktu itu, Panembahan Mahendraguna atau Eyang Semeru, yaitu eyang guru dari
Ratnawulan, telah sebulan lebih meninggalkan puncak Mahameru, melakukan lelana
brata dan katanya hendak mengamankan daerah-daerah di tanah Jawa yang masih
angker. Maka Ratnawulan hanya tinggal berdua dengan ibunya yang kinipun telah
menjadi seorang pertapa. Dara Lasmi telah mempelajari filsafat kebatinan dari
Eyang Semeru dan kini mulai menjalankan tapa brata. Akan tetapi, dendam di dalam
hatinya biarpun kini tidak bernyala-nyala panas, namun api dendam itu masih
belum padam. Ia belum menceritakan hals akit hatinya itu kepada puterinya, oleh
karena sungguhpun ia maklum bahwa kinianaknya telah menjadi seorang pendekar
yang digdaya, jauh melebihi kegagahan mendiang ayahnya, namn ia mengangap
anaknya masih terlampau muda.
Memang ada benarnya keraguan hati Dara Lasmi itu, oleh karena sesungguhnya, di
samping ketenangan dan kepamdaiannya yang tinggi, Ratnawulan memiliki dasar
tabiat yang keras hati dan tidak mau mengalah terhadap siapapun juga. Sifat
inilah yang marupakan dorongan kepadanya sehingga ia dapat mengeduk semua ilmu
dari Eyang Semeru.Tiap kali ia berlatih dengan gurunya itu dan dikalahkan, ia
menjadi penasaran dan merengek-rengek kepada gurunya untuk diberi pelajaran ilmu
baru yang digunakan oleh gurunya dalam mengalahkan tadi.
Seringkali Eyang Semeru berkata sambil tersenyum kepadanya.
"Ratnawulan,kau seperti anak kecil saja! Kau selalu merasa penasaran kalau
dikalahkan dan ingin menambah pengertianmu. Sifat untuk selalu menambah
kepandaian ini memang baik dan dapat memajukan kepandaianmu, akan tetapi jangan
kau terlalu bernafsu oleh keinginan hendak memiliki seluruh kesaktian yang ada
didunia ini.Hasrat hati memang selalu diliputi nafsu angkara murka dan
kehendaknya kalau dapat akan dipeluknya Gunung Mahameru, tanpa mengingat bahwa
sepasang lengannya hanya pendek saja. Ketahuilah, Wulan, manusia tetap makhluk
yang lemah apabila di bandingkan dengan seluruh kebesarannya ini. Kepandaianmu
tidakkenal batas dan tidak habisnya.Tak mungkin ada di dunia ini manusia yang
dianggap paling pandai, karena sepandai-pandainya seseorang, Koleksi Kang Zusi
akan ada yang melebihi lagi. Kalau kau menang dalam sesuatu hal terhadap orang
lain, belum tentu kau akan menang pula darinya dalam hal lain. Dan akhirnya,
sepandai-pandainya orang,ia akan merasa dirinya bodoh dan kecil kalau berhadapan
dengan hukum dan kekuasaan alam!"
Betapapun juga, karena Eyang Semeru amat sayang kepada dara ini, ia turuti juga
permintaannya dan karenanya, Ratnawulan menjadi makin pandai saja. Baik ilmunya
memanah, bersilat tangan kosong, main keris, maupun kekuatan batinnya, membuat
ia menjadi seorang dara perkasa yang jarang terdapat keduanya pada zaman itu.
Selain kerashati dan tidak mau kalah, Ratnawulan juga berwatak riang gembira
danamat jenaka pula sehingga kadang-kadang ia bertingkah kenes dan kewat,
menggemaskan hati dan membuat orang ingin menggigit dengan gemas dan sayang!
Kesukaan Ratnawulan berburu binatang dan ia seringkali merantau di sekitar
Gunung Mahameru, sehingga boleh dibilang semua penduduk di dusun-dusun sekitar
lereng dan kaki gunung itu kenal belaka kepada dara perkasa ini. Karena malum
bahwa dara ini adalah murid terkasihdari Eyang Semeru,maka mereka semua
menghormatinya sebagai seorangdara yang berilmu tinggi.Tidak jarang Ratnawulan
menolong orang-orang dusun yang sedang ditimpa bencana.Pernahia memburu dan
membunuh seekor harimau buas yang mengacau dusun di kaki gunung sebelah selatan,
dan pernah pula ia mengusir seorang laki-laki kasar yang menjagoi dan menghina
penduduk kampong mengandalkan kekuatannya.
Pada hari itu, Ratnawulan seperti biasaturun daripuncak gunung. Iahendak memburu
rusa, karena telah lama ia tida kmakan daging rusa. Sudah beberapa tahun ibunya
tidak makan daging, dan hanya makan sayur-sayuran saja,maka kalau ia mendapatkan
hasil buruan, ia hanya makan bagian yang paling disukainya saja, sedangkan
selebihnya ia berikan kepada orang-orang dusun terdekat.
Ratnawulan telah melalui dua buah hutan, namun belum juga ia melihat seekor rusa
pun. Ia menjadi jengkel dan kegembiraannya banyak berkurang. Mengapa ia demikian
sial, pikirnya. Memang banyak ia melihat binatang-binatang lain, akan tetapi
bukan watak dara itu untuk sembarangan melepas anakpanah dan membunuh binatang
tanpa maksud. Kalau ia ingin membunuh rusa,harus rusalah yang menjadi kurban
anak panahnya, bukan binatang lain.Ratnawulan belum belum pernah membunuh
binatang, kalau ia ingin makan daging itu,atau kalau binatang itu tidak
menyerangnya. Biar bertemu dengan seekor harimau atau ular besar sekalipun,
asalkan binatang ini tidak mengganggunya dan tidak mengganggu penduduk, ia tidak
mau menyerang atau membinasakannya.
Setelah matahari naik tinggi dan tengahhari telah lewat, ia tiba di dalam sebuah
hutan di sebelah utara gunung. Di luar hutanitu terdapat sebuah dusun yang
disebut dusun Jatikembar. Nama ini Koleksi Kang Zusi
diberikan orang kepada dusun itu karena di situ terdapat sepasang pohon jati
yang besardan tua dan yang bentuknya hampir sama, maka dikenal jati kembar.
Ratnawulan telah dikenal baik oleh penduduk di situ, maka dara ini ingin singgah
di situ melepas lelah. Tiba-tiba ia melihat berkelebatnya bayangan rusa. Hatinya berdebar girang dan
bagaikan anak panah terlepas dari busurnya, tubuhnya melesatdan memburu rusa itu
dengan cepatnya. Rusa adalah seekor binatang yang dapat berlari amat cepatnya,
akan tetapi oleh karena tahu bahwa dirinya dikejar orang, rusa itu berlari
sambil sembunyi-sembunyi sehingga sebentar saja Ratnawulan dapat mengejarnya.
Percuma saja binatang itu hendak menyembunyikan dirinya, karena sepasang mata
dara itu yang amat tajam dan erlatih, selalu dapat mengikutinya.
Pada saat yang amat baik, ketika binatang itu hendak berlari lagi keluar dari
serumpun alang-alang, Ratnawulan cepat mengambil gendewa dan anakpanahnya.
Dengan amat cekatan tanpa memandangnya lagi, tangannya bergerak memasang
anakpanah dan"sr!" sebatang anak panah meluncur merupakan sinar keputihan dan
dengan tepat anakpanah itu menembus jantung binatang itu yang roboh tanpa dapat
bergerak atau mengeluarkan suara lagi karenaia mati pada saat anak panah
menancap dan menembus jantungnya.
Bukan main girangnya hati Ratnawulan karena hasil ini.Ia menyimpan gendewa dan
anak panahnya, lalu berlari-lari menghampiri rusa yang menggeletak tak bernyawa
itu. Kegirangannya membuat ia berlaku kurang waspada dan tidak melihat bahwa
diatas cabang pohon lo di deka trusa itu, terdapat seekor macan tutul sedang
mengintai dengan mulut meringis.
Tadinya macan tutulitu hendak menyerang rusadan menjadikan rusa itu sebagai
pengenyang perutnya yang lapar,akan tetapi ketika ia melihat Ratnawulan berlari
mendekat, perhatiannya beralih kepada mangsa yang masih hidup ini.
Ratnawulan membungkuk dan hendak mencabut anak panahnya yang menancap didada
rusa,dan pada saat itulah harimau tutul itu menggereng dengan suara yang amat
dahsyat. Ratnawulan terkejut dan baru ia tahu bahwa di atasnya ada seekor macan
tutul yang kelaparan, akan tetapi terlambat karena pada saat itu, binatang buas
tadi telah menubruk turun dengan kaki depannya mengulur cakar dan mulut
terpentang lebar. Akan tetapi, tidak percuma Ratnawulanlah mendapat gemblengan bertahun-tahun dari
Panembahan Mahendraguna dan ia hanya akan memalukan nama Eyang Semeru apabila ia
menyerah kalaht erhadap serangan hanya seekor macan tutul saja! Biarpun tubuhnya
masih membungkuk dan sedang berada dalam posisi yang kurang baik dan sama sekali
tidak kuat, namun ketabahan dan ketenangannya banyak menolongnya. Dengan amat
sigapnya, ia menjatuhkan diri ke kiri dan Koleksi Kang Zusi
bergulingan cepat bagaikan seekor trenggiling sehingga tubrukan macan tutul itu
mengenai tempat kosong. Ketika macan itu sambil menggereng marah membalikkan
tubuhnya, dara perkasa itu telah berdiri dengan gagah memasang kuda-kuda dan
siap menghadapinya. "Binatang curang!"ia memaki sambilt ersenyum mengejek. "Kalaukau memang berani,
seranglah ke depan, jangan mempergunakan kesempatan selagi orang lengah kau
menubruk." Belum habis ucapannya ini dikeluarkan macantutul yang tidak mengerti ucapan dara
itu, telah menggeram dan menubruk kembali.Akan tetapi kali ini dengan gerakan
amat indah serta gesitnya, Ratnawulan mengelak kekanan dan ketika tubuh
macantutul itu menyambar lewat ia memutar kakinya dan memberi hadiah berupa
dupakan kearah pantat binatang itu sehingga macan itu terdorong maju dan
terjungkal ke depan. Ratnawulan tertawa geli, sedangkan macan itu cepat bangun pula. Ia tidak segera
menyerang, akan tetapi menggereng perlahan, mulutnya ditarik meringis seakan-
akan memperlihatkan keruncingan siungnya kepada lawan. Kedua kaki depannya
menggaruk-garuk tanah sehingga tidaksaja rumput-rumput menjadi jebol karena
kuku-kukunya yang menggaruk kuat, bahkan batu-batu kecil juga ikut tergali ke
luar! Ia seakan-akan hendak memperlihatkan betapa kuatnya kku-kukunya. Tubuhnya
direndahkan sehingga perutnya yang kempis itu menyentuh tanah, seluruh urat
kakinya tegang siap untuk menubruk kembali.
Bagiorang lain, lebih-lebih wanita, baru melihat siung dan gigi yang runcing dan
tajam serta cakar yang ganas dan kuat itu, tentu ia akan menggigil karena merasa
ngeri dan takut. Akan tetapi Ratnawulan bahkan tertawa geli dan berkata seakan-
akan lawannya seorang manusia yang mengerti kata-katanya.
"Macan busuk! Kau mempunyai benda-benda runcing, apa kaukira akupun tidak
mempunyai itu" Kau lihat ini!" Sambil,sekali tangan kanannya bergerak, makakeris pusaka Kyai
Banaspati yang selalu terselip di pinggangnya kini telah berada di tangannya!
Aneh sekali, entah karena keampuhan Kyai Banaspati, keris pusaka pemberian Eyang
Semeru itu, atau karena ketegangan gadis itu yang amat ganjil bagi si macan
tutul, akant etapi buktinya binatang ini seperti merasaragu-ragu untuk
melanjutkan serangannya. Sampailama ia mendekam saja, menggereng perlahan dan
bahkan tubuhnya lalu bergerak mundur perlahan sekali!
Koleksi Kang Zusi "He, binatang pengecut! Apakah kau patut disebut raja hutan?" Ratnawulan
mengejek dan ia memandang sebuah batu yang berada di depannya ke arah macan
tutul itu. Macantutul itu menggerung kesakitan dan dengan kaki depan serta mulutnya, ia
mencoba untuk mencakar atau menggigit buntutnya yang telah hilang sehingga
tubunya berputar-putar sepertibaling-baling. Kemudian, dengan amarah meluap-luap
ia menerjang lag,kini tidak engan melompat ke atas, hanya langsung menerjang ke
depan, tubuhnya diluruskan dan dipanjangkan. Dua buah kaki depannya mencakar
kearah tubuh Ratnawulan. Serangan ini diganda tertawa saja oleh dara pendekar itu yang lalu melompat
keatas melalui tubuh harimau sambil berseru.
"Awas telingamu!" Dan ketika ia menggerakkan kerisnya,maka terbabat putuslah
telinga kiri harimau itu!
Kembali macan tutul itu menggerung-gerung kesakitan dan darah mengucur dari
kepalanya yang kini tinggal bertelinga satu itu. Ia memandang kepala lawannya
dengan marah dan kepalanya digerakkan ke kanan kiri karena terasa amat perih dan
sakit. "Bagaimana, kucng dapur! Masih belum puaskah" Awas, kali ini kedua matamu hendak
kuambil!" Akan tetap iagaknya macan itu telah puas dan kapok. Buktinya, tanpa pamit lebih
dahulu ia lalu membalikkan tubuhnya dan melarikan diri secepat mungkin dengan
terhuyung-huyung karena tanpa buntut, ia kehilangan keseimbangan tubuhnya dan
telinganya yang tinggal satu itu membuat kepalanya terasa berat sebelah.
Ratnawulan tertawa bergelak dengan hati geli. Ia menyimpan kembali kerisnya
didalam warangka dan sambil tersenyum ia memungut telinga dan buntut macan tadi,
dibawanya ke tempat rusa yang menjadi korban anak panahnya.
Pada saat itu,munculah belasan orang dusun Jatikembar.Ada yang membawa arit, ada
yang membawa tombak, kapak, linggis dan bahkan ada yang membawa pacul.Seorang
yang berubah gemuk Koleksi Kang Zusi
bahkan membawa sebatang alu yang potongannya seperti tubuhnya sendiri. Beramai-
ramai mereka menuju ketempat itu dan ketika melhat Ratnawulan, mereka segera
maju menghampiri dengan wajah nampak girang.
"Eh, eh,paman-paman sekalian ini hendakke manakah?"Tanya Ratnawulan sambil
memandang heran. Seorang tua yang memegang tombak,yaitu PakGanjar yang dianggap sebagai kepala
dusun Jatikembar, menarik napas panjang dan menjawab,
"Ah, baiknya ada kau di sini, jeng Wulan." Memang Ratnawulan disebut Raden Ajeng
Ratnwulan yang disingkat jeng Wulan saja, karena sungguhpun DaraLasmi tak pernah
menceritakan pada orang lain bahwa ia adalah isteri seorang senopati, namun
keadaan dan sifat-sifat Dara Lasmidan Ratnawulan membuat semua orang dusun
menduga bahwa mereka tentu berarah bangsawan.
"Adaapakah, Paman Ganjar" Agaknya kalian hendak berangkat perang?"
"Sebenarnya kami sedang dalam keadaan gelisah, bagaikan seekor burung yang baru
saja terhindar ari bahaya maut sebatang anak panah sehingga apa saja yang kami
dengar menimbulkan rasa takut.
Tadi kami sedang berkunpul dan marundingkan sesuatu yang amat penting, yaitu
tentang bahaya yang mengancam dusun kami,tiba-tiba kami mendengar
aumanmacantutul sehinggadengangugup dan ketakutan kami lalu mengambil senjata
seadanya untuk menuju ketempat ini.Tak tahunya kau yang beradadi sini dengan
seekor rusa yang telah kau panah mati. Heran sekali, dimanakah adanya macan
tutul yang tadi kami denga rsuaranya?"
Sambil tersenyum manis Ratnawulan menjawab, "Macan tutul" Ah, ia telah melarikan
diri, paman. Ia memang berada di sini tadi,akan tetapi setelah menyatakan takluk
kepadaku dan memberi tanda mata buntut dan kupingnya, ia lalu pergi. "Sambil
berkata demikian Ratnawulan lalu mengeluarkan buntut dan kuping macan tutul yang
terbabat putus oleh kerisnya tadi.
Semua orang menjadi bengong mendengar betapa seekor macan tutul yang ganas dapat
menyatakan takluk dan bahkan memberi tanda mata berupa buntut dan telinga, akan
tetapi setelah mereka melihat buntut dan telinga yang berdarah itu, bersoraklah
mereka dengan girang dan kagum.
Mereka dapat menduga bahwa dara perkasa ini tentu telah mempermainkan macan itu
sehingga buntut dan telinganya terpotong.
Koleksi Kang Zusi "Kau tadi menyatakan tentang adanya bahaya yang mengancam kampungmu, Paman
Ganjar. Sebetulnya apakah yang telah terjadi?"
Pak Ganjar menarik napas berulang-ulang, kemudian ia menuturkan dengan suara
berat. "Bencana telah menimpa kepada kami, jeng Wulan. Bukanitu saja,yang mengelisahkan
kami adalah bahaya yang mengancam keselamatan penduduk sekitar Mahameru ini.
Beberapa hari yang lalu, beberapa orang kawan kami yang membawa hasil hutan ke
kaki bukit sebelah timur, telah bertemu dengan segerombongan perampok yang
katanya berasal dari para pelarian dari Majapahit, yaitu sisa para pemberontak
yang telah dipukul hancur oleh barisan Majapahit.
Mereka itu tidak saja merampok habis kawan-kawan kami itu, bahkan menyatakan
hendak menyerbu dan merampok habis dusun di sekitar gunung dan hendak memaksa
kami memberi runsum kepala mereka.
Ratnawulan menjadi marah mendengar ini sehingga alisnya terangkat naik.
"Hmm,di manakah adanya perampok-perampok jahanam itu?"
"Mereka berserang dihutan randu di kaki gunung sebelah timur,jeng Wulan,"kata
Pak Ganjar." Akan tetapi bukan itu saja bahaya yang menimpa kami.Ketika kawan-
kawan kami pulang dengan tangan kosong karena sudah diberi andil oleh perampok-
perampok itu, didalam hutan cemara tiba-tiba mereka diserang ular raksasa
sehingga seorang diantara kawan kami itu ditelan habis. Ah, entah dosa apa yang
telah kami dan mendatangkan malapetaka ini."
Semua orang dusuni tu menundukkan kepala dan nampaksedih sekali. Kemarahan
Ratnawulan bertambah dan ia berkata, "Keparat benarular itu. Mari, tunjukkan aku
ke hutan cemara, hendak klihat sampai di mana kekurangajaran ular itu!"
"Akantetapi,jeng Wulan. Ular itu benar-benar besar sekali!" kata seorang di
antaramereka." Aku sendiri ikut dalam rombongan itu dan ketika kami berlima
sedang membicarakan kesialan kami yang telah dirampok habis-habisan, tiba-tiba
kami mendengar desis hebat dari atas pohoncemara dan baru saja kami menengok ke
atas, dariatas menyambar turun kepala ular ituyang besarnya Koleksi Kang Zusi
segentong. Dengan kaki mengigil kami melarikan diri, akan tetapi seorang kawan
kami itu ditelannya bulat-bulat berikut seluruh pakaiannya, semua masuk ke dalam
mulut yang sebesar gua itu. Ketika aku menengok, bukan main! Tubuh ular itu
besarnya sama dengan gelugu (batang pohon kelapa)!"
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua orang menjdi pucat mendengar ini, sungguhpunorang itu pernah bercerita
sampai berkali-kali kepada mereka.Tiap kali mendengar cerita ini kembali mereka
menjadi ketakutan dan ngeri.
Akan tetapi, tanpa gentar sedikitpun Ratnawulan berkata.
"Aku akan membinasakannya! Bawalah aku kesana,atau kalau kalian takut tunjukkan
saja di mana tempat ular itu."
Timbulah semangat PakGanjar menyaksikan sikap gagah ini walaupun ia masih merasa
ragu-ragu ketika bertanya,
"Akantetapi,jeng Wulan. Binatang itu demikian berbahaya,bagaimana kalau sampai
terjadi sesuatu dengan kau" Kami takut akan mendapat marah dari EyangSemeru."
"Jangan takut! Sebaliknya kalau kalian tidak mau memberitahukan dan aku tidak
mau menolong, beliau akan marah kepadaku, juga kepada kalian. Kalau sampai
terjadi sesuatu, biarlah kutanggung sendiri."
"Baik, kalau begitu kami akan mengantarmu ke tempat itu, jeng Wulan! Hayo, siapa
yang berani mengantar?" kata kepala dusun itu dengan gagah.
Ternyata semangat orang tua ini menlar kepada semua orang dan di antara belasan
orangitu, tidakada seorang pun yang tidak mau mengantar, semua hendak ikut dan
hendak menyaksikan betapa dara perkasa itu membinasakan ular!
"Akan tetapi,rusa ini harus dibawa ke dusun Jatikembar lebih dulu, kalau tidak
segera dirawat akan rusak,"kata Ratnawulan.
Koleksi Kang Zusi Demikianlah, beramai-ramaipara penduduk Jatikembar itu mengiringkan Ratnawulan
memasuki dusn Jatikembar sambil memikulrusa yang besar itu. Mereka berseri-seri
bangga seakan-akan rusa yang dipikuln yaitu adalah hasil buruan mereka!
Kegirangan ini bukantak beralasan, oleh karena seperti biasa, gadis pendekar itu
hanya makan sedikit bagian saja, sedangkan selebihnya akan dibagi-bagi dengan
adil! Riuhlah seluruh penduduk Jatikembar, tua mudalaki perempuan, menyambut
kedatangan dara perkasa itu. Rusa itulalu dikuliti, dan beberapa orang wanita
sibuk memasak hati dan buntut rusa karena mereka maklum bahwa hanya itulah
kegemaran Ratnawulan. Taklama kemudian, hatidan buntutrusa yang telah masak
mengebul harum dihidangkan kepada Ratnawulan yang segera memakannya dengan enak
sebagai teman nasi pulen.
Setelah saraperkasa itu selesai makan, ia lalu minta diantar kehutan cemara di
mana terdapat ular besar itu. Kini yang mengantarnya terdiri dari orang-orang
bersenjata parang, tobakdan keris sebanyak duapuluh orang. Mereka berjalan
mengiringkan Ratnawulan yang berjalan bersama Pak Ganjar, kakek yang sudah
lanjut usianya akan tetapi masih bersemangat. Semua orang berbaris dengan
langkah gagah, seakan-akan sepasukan perajurit yang berangkat perang dipimpin
oleh seorang panglima yang gagah perkasa.
Akan tetapi, ketika mereka telah tiba di luar hutan cemara, lenyaplah sebagian
besar kegagahan mereka.Bahkan Pak Ganjar sendiri yangpaling berani kiniberjalan
di belakang Ratnawulan, tidakseperti tadi selalu di samping gadis pendekar itu.
"Di sanalah tempatna, melalui tanjakan itu membelok ke kiri,"kata seorang
diantara mereka, kawan si korban ular.
Tiba-tiba mereka mendengar suara yang menyeramkan menggema dihutan. Suara ini
seperti bunyi burung gagak yang menggoak dengan suara parau dank eras, akan
tetapi suara ini lebih besar dan lebih parau. Suara itu berbunyi berulang-ulang
sampai delapan kali dan tiap kalinya mendatankan gema dan membuat bulu tengkuk
semua orang meremang. "Suara apakah itu?" Tanya Ratnawulan penuh perhatian.
Koleksi Kang Zusi "Itulah suaranya, jeng Wulan!" bisik Pak Ganjar. "Aku tahu benar, ular yang
besar memang dapat menggoak seperti gagak. Dan menilik dari suaranya tadi, ia
tentu amat besar." Suara kepala kampong ini gemetar karena ia menahan rasa
takutnya. "Hmm,kalau begitu, biarlah aku maju sendiri dan kalian berani mendekat,boleh
mengikuti di belakangku, akan tetapi jangan terlalu dekat."
Denganlangkah gagah dan sedikitpun tidak ragu-ragu atau jerih, Ratnawulan menuju
ke tanjakan itu,kemudian ia membelok ke kiri.
Parapengikutnya yang berjumlah duapuluh orang itu saling pandang.Untuk beberapa
lama mereka tidka bergerak maupun bersuara, bahkan bernapas pun mereka tahan-
tahan. Mata mereka ditujukan kepada Ratnawulan sampai gadis itu lenyap dalam
tikungan tanjakan. "Aku mau ikut, jeng Wulan!" tiba-tiba PakGanjar berbisik perlahan, akan tetapi
gagah. Kemudian dengan dada berdebar keras,kakek ini melangkah maju, mendaki
tanjakan, dengan tombaknya terpegang erat-erat ditangan kanan.
Perbuatan ini mendatangkan ketabahan dalam hati semua orang dan kini semua orang
melangkah maju perlahan mendaki tanjakan, di belakang Pak Ganjar.
Ketika Ratnwulan tiba di bawah pohon cemara yang tinggi dari mana suara menggoak
tadi terdengar, ia tertegun juga melihat seekor ular yang membelitkan tubuhnya
pada cabang pohon itu dengan kepala bersembunyi di balik daun cemara. Tubuh ular
itu tidak sebesar yang diceritakan olehorang tadi,dan hanya dibagian perutnya
saja yang benar-benar sebesar pohon kelapa karena agaknya di situlah
terletakmayatorang yang telah ditelannya, akan tetapibagian tubuhnya yang lain
tidak sebesar itu. Kulitnya berwarna coklat kekuning-kuningan dengan kembang-kembang hitam melingkar-lingkar. Inilah semacam
Ular Sanca Kembangy ang jarang ditemukan orang dan sungguhpun penuturan orang
tadi agak dilebih-lebihkan, akan tetapi Ratnawulan harus mengaku bahwa belum
pernah ia melihat ular sebesar itu. Ular itu membelit cabang terendah dan
melihat panjangnya tubugh ular itu, bisa jadi kepalanya menyentuh tanah apabila
ia menggantungkan tubuhnya sambil mempergunakan ekornya untuk melilit cabang dan
menahan tubuhnya. Koleksi Kang Zusi Tadinya Ratnawulan merasa sayang untuk membinasakan binatang yang indah warna
kulitnya ini, akan tetapi ketika pandang matanya tertuju kearah perut yang
gembung itu, ia teringat akan korban manusia yang telah ditelan olehular itu,
maka kemarahannya timbul kembali.
"Ah, paman-paman petani itu terlalu penakut." pikirnya, "apakah susahnya
membinasakan ular itu"
Dengan sebatang anak panah pun ia akan dapat dibinasakan."
Setelah berpikir demikian, ia mencabut sebatang anak panah,menurunkan
gendewanya, memasang anak panahnya dan bagaikan Srikandi melepaskan panah
pusakanya, ia membidik dan menarik tali gendewanya. "sr!" Sebatang anak panah
meluncur cepat ke atas dan tepat mengenai bagian tubuh ular yang menjadi sasaran
bidikan Ratnawulan, yaitu di dekat leher.
Akan tetapi, alangkah terkejut dan herannya hati Ratnawulan ketika menyakskan
betapa anak panahnya itu tidak menembus kulit ular sebagaimana yang ia duga,akan
tetapi anak panahnya itu meleset dan menancap pada cabang pohon itu. Ternyata
bahwa kulit ular itu amat keras dan licin sehingga anakpanahnya tidak mempan dan
meleset. Akan tetapi, serangan anak panah itu cukup mengagetkan binatang itu, oleh karena
tiba-tiba tubuh ular itu bergerak dan kini kepalanya muncul dari balik daun-daun
cemara. Bukan main hebatnya kepala ular itu. Sungguhpun tidak sebesar gentong
sebagaimana yang diceritakan oleh orang besar dan yang mengerikan adalah mulut
dan matanya. Mulutnya lebar dan berwarna merah, lidahnya terjulur keluar dan
siungnya nampak putih dan runcing. Sepasangmatanya melotot dan menjijikkan
sekali. Ratnawulan merasa marah dan penasaran melihat betapa anakpanahnya yang pertama
tadi gagal. Ia mendengar seruan tertahan dari para pengikutnya yang telah berada
di tempat jauh di belakangnya.
Agaknya orang-orang itu melihat pula betapa anak panahnya tak berhasil maka dara
perkasa ini menjadi malu dan gemas. Dengan cepat dipasangnya sebatang anakpanah
lagi dan setelah membidik kearah kepala ular itu, ia menarik lagi gendewa dan
begitu dilepas, meluncurlah anak panah itu menyambar kepala ular. Kepala ular
itu bergerak sedikit akan tetapi ia kalah cepat daripanah itu sehingga karena ia
menarik kepalanya, maka anak panahyang tadinya mengarah mulutnya itu, kini tepat
mengenai tengah mulutnya itu, kini tepat mengenai tengah-tengah kepalanya,
diatas kedua matanya. Kali ini Ratnawulan benar-benar tercengang. Ketika anak panahnya dengan tepat
sekali menusuk kepala ularitu, terdengar bunyi "Tak!" dan anak panahnya jatuh ke
bawah menjadi dua potong.
Koleksi Kang Zusi Demikian keras dan kuat kepala ular itu sehingga tak saja kepala itu tidak
terluka oleh anak panah, bahkan anakpanahnya putus menjadi dua.
Semua penduduk Jatikembar yang berada di situ, menjadi pucat melihat hal ini.
Mereka tidak terasa lagi mundur beberapa tindak,bahkan Pak Ganjar segera
bertindak. "Jeng Wulan.!Larilah saja, ular itu terlalu sakti!"
Orang-orang lain berseru, "Ular siluman.!" Bahkan ada beberapa orangyang
menjatuhkan diri berlutut dan menyembah meminta ampun.
Tadinya ketikamelihat betapa anak panahnya yang kedua tidak berhasil bahkan
patah, Ratnawulan menjadi terkejut dan kesima, akan tetapi jangan sekali-kali
mengira bahwa ia menjadi takut atau gentar. Tidak! Dara perkasa Diah Ratnawulan
tidakmerasa takut. Kini, ketika mendengar seruan Pak Ganjar dan ketika ia
menengok melihat wajah mereka pucat ketakutan, amarahnya timbul dan ia memandang
kepada ular itu dengan mata bernyala.
"Kau ular siluman" Baik, turunlah siluman busuk! Turunlah dan terima
kebinasaanmu!" Sambil berkata demikian, ia melemparkan gendewanya ke atas tanah
dan mencabut Kyai Banaspati, berdiri memandangke atas dengan sikap gagah!
"JengWulan. jangan.!" masih terdengar seruan PakGanjar, akan tetapi Ratnawulan
sama sekali tidak memperdulikannya dan pada saat itu,ular yang merasa kepalanya
sakit tertumbuk anak panah yang kencang sekali jalan itu, tiba-tiba menyambar ke
bawah. Dengan melilitkan ujung ekornya pada cabang pohon, kepalanya menyambar
dengan mulut terbuka lebar ke arah Ratnawulan!
Gadisitu cepat melompat ke samping, menghindarkan diri dari sambaran kepala
ular. Ia belum sempat mengerjakan kerisnya oleh karena gerakan ular itu cepat
sekali, dari atas menyambar ke bawah. Setelah sambaran pertama gagal, kepala itu
terayun-ayun dan menyambar-nyambar dari kanan ke kiri dengan amat cepatnya.
Mulutnya mendesis-desis dan mengeluarkan bau amis sekali.
Akan tetapi Ratnawulan terlampau cepat baginya dan biarpun berkali-kaliia
menyerang, selalu gadis ini dapat melompat ke samping dan mengelak dengan baik
sekali. Bahkan, pada sambaran kelimakalinya, Ratnawulan yang telah mempelajari
gerakan ular itu, cepat mengejar dan menusuk dengan kerisnya. Iamerasa betapa
kulit ular itu benar-benar keras dan licin sekali sehingga kerisnya Kyai
Banaspati juga meleset! Ia maklum bahwa klit ular itu mengeluarkan lender yang
membuat kulititu amat licn,maka makin gemaslah Ratnawulan. Ketika untuk keenam
kalinya ular itu Koleksi Kang Zusi
menyerangnya dengan mulut terbuka lebar dan lidah terjulur keluar,ia tidak
mengelak sambil melompat seperti tadi, akan tetapi dengan amat beraninya ia
hanya menggeser kakinya dan miringkan tubuh, kemudian secepat kilat kerisnya
menyambar kearah lidah ular yang dijulurkan keluar! "Cep!"dan keris itu dengan
ganasnya membabat lidah itu sehingga putus.
Ular ini ketika tadi ditusuk oleh Kyai Banaspati, sungguhpun tidak terluka, akan
tetapi daya keampuhannya keris itu membuat kulitnya terasa panas bagaikan
terbakar, maka ia menjadi marah sekali. Dan kini lidahnya terpotong oleh keris
pusaka itu! Terdengar suara menggoak yang menyeramkan sekali dania lalu
melepaskan belitan ekornya sehingga tubuhnya yang panjang itu kini jatuh menimpa
Ratnawulan! Pak Ganjar dan kawan-kawannya yang semenjak tadi menyaksikan pertempuran hebar
itu dengan hati penuh kengerian dan menahan napas,kini menjadi makin gelisah.
Mereka menjerit ketakutan ketika melihat betapa dengan kecepatan luarbiasa, ular
itu tadi dapat menyapu tubuh Ratnawulan dengan ekornya, sungguhpun gadis itu
tadi dapat mengelak dari terkaman tubuh ular.
Bukan main hebatnya sabetan ekor itu, kekuatannya ratusan kali. Pohon cemara pun
akan roboh kalau disebet oleh ekor itu. Ratnawulan terkena sabetan pada
pinggangnya dan tubuh dara perkasa itu terbanting ke atas tanah! Kalau lain
orang yang terkena sabetan ini, tentu tulang pinggangnya akan patah-patah. Akan
tetapi, Ratnawulan hanya terlempar dan jatuh saja, sama sekali tidak menderita
luka, karenaia telah mempergunakan aji kesaktiannya Liman Murni (Tubuh Gajah),
sehingga ekor ularitu seakan-akan menyabet seekor gajah yang berat dan kuat,
maka tentu saja tak berdaya merusakkannya. Apalagi Ratnawulan memang telah
mempelajari ilmu kekebalan dan tubuhnya telah "berisi" aji kesaktian wejangan
Panembahan Mahendraguna. Lagi pula, keris Kyai Banaspati bukanlah senjata biasa
dan amatlah ampuhnya, maka senjata pusaka inipun mendatangkan pengaruh dan
kekuatan yang mujijat. Orang-orang yang menyaksikan betapa dara perkasa itu terlempar, telah mengeluh
dan menjadi gelisah, akan tetapi hampir saja mereka bersorak girang ketika
melihat betapa dengan cekatan sekali bagaikan bajing melompat, Ratnawulan telah
melompat kembali. Bibirnya masih tersenyum-senyum sungguhpun sepasang matanya
menyinarkan cahaya yang beralamat kurang baik bagi yang dipandangnya. Dan karena
pada saat itu yang dipandangnya adalah ular itu, maka sudah dapat ditentukanakan
nasib binatang ini. Ular yang benar-benarkuat itu biarpun menderita kesakitan hebat karena lidahnya
terpotong, masih dapat bergerak amat cepatnya. Ketika ia melihat bahwa gadis itu
tidak binasa oleh sabetan ekornya, ia bergerak lagi dan tahu-tahu ekornya telah
dapat melilir gadis itu. Koleksi Kang Zusi Ratnawulan hanya merasa jijik dangeli saja, akan tetapi dara perkasaini menanti
saat yang baik. Ia menjaga agar supaya kedua tangannya tetap bebas dan bagian
lain dari tubuhnya ia biarkan saja dililit oleh lawannya. Ular itu mengerahkan
tenaganya dan mempererat lilitannya. Jangankan tubuh manusia, batu karang
sekalipun agaknya akan hancur apabila dililit dan ditekan dengan kekuatan yang
bukan main besar dan hebatnya ini. Namun, untuk mencoba menghancurkan tubuh
Ratnawulan dengan lilitan itu, sama halnya dengan percobaan menghancurkan
sepotong baja murni. Ular itu merasa heran sekali dan mendekatkan kepalanya dan
membuka mulut yang tak berlidah lagi itu untuk menggigit kepala Ratnawulan!
Mulut itu dipentang lebar dan agaknya kelapa Ratnawulan akan dapat dicapoknya
begitu saja! Saat yang dinanti-nanti oleh dara perkasa Ratnawulan. Secepat kilat menyambar,
keris Kyai Banaspati meluncur ke arah mulut itu dan ambles ditenggorokan ular
itu.Ketika Ratnawulan mencambut kembali kerisnya, darah menyembur keluar dari
mulut ular.Akan tetapi dengan cepat Ratnawulan telah mempergunakan kesempatan
selagi ular itu terkejut dan kesaktian sehingga lilitannya mengendur,untuk
melepaskan diridari lilitan dan melompat jauh dari situ sehingga ia tidak
terkena semburan darah dari mulut ular. Kini ular yangtelah terluka parah itu
menggeliat-geliat dan kepalanya tak dapat menyerang lagi, hanya terputar-putar
mengucurkan darah dari mulut.
Parapengiring dari Jatikembar ketika melihat hal ini, dengan girang dan gagah
lalu datang menyerbu. Semua senjata, tombak, parang, kapak, linggis, dans
ebagainya, jatuh bagaikan hujan lebat di atas kepala ular sehingga tak lama
kemudian kepala ular yang keras itu dapat dihancurkan dan matilah binatang itu.
Bangkai ular diseret dan rombongan itu menuju ke kampong mereka sambil bersorak-
sorak dan tertawa-tawa girang. Setibanya di dusun Jatikembar, dengan hati-hati
mereka membedah perut ular itu dan mengeluarkan mayat kawan mereka yang ditelan
ular. Ternyata bahwa mayat itu masih utuh, hanya terluka bekas gigitan ular.
Maka jenazah itu lalu dikebumikan dengan upacara sederhana.
Sementara itu, setelah mendapat penjelasan lagi tentang para perampok yang
mengganggu penduduk Jatikembar, Ratnawulan meninggalkan dusun untuk pulang ke
puncak, karena ia takut kalau-kalau ibunya akan merasa gelisah apabila malam
hari itu ia tidak kembali. Penduduk Jatikembar yang merasa amat berterima kasih,
mengantar dara perkasa itu sampai diluar dusun di mana mereka berdiri memandang
sampai gadis itu lenyap di sebuah tikungan jalan.Mereka kembali ke kampong
sambil tiada hentinya membicarakan kegagahan dara itu.
Di dalam pondok bambu di puncak Mahameru, Dara Lasmiduduk di atas pembaringan
bamboo.Rambutnya telah menjadi putih semua sungguhpun usianya belum tua benar.
Akan tetapi, biarpun kepalanya telah penuh dengan uban, namun wajahnya masih
nampak cantik dan belum ada keriput pada kulit mukanya itu. Bibirnya masih
kelihatan merah dan sepasang matanya bahkan Koleksi Kang Zusi
mengandung cahaya yang tenang berpengaruh.Di hadapannya duduk Ratnawulan yang
menceritakan kepada ibunya akan gangguan perampok dikaki bukit sebelah timur itu
dan dinyatakan pula niat hatinya untuk turun gunung dan membasmi perampok-
perampok itu. Dara Lasmi mengerutkan kening dan berkata dengan suara sungguh-sungguh.
"Anakku Wulan. Kalau memang benar sebagaimana yang dituturkan oleh penduduk
Jatikembar bahwa mereka itu adalah bekas pemberontak yang dipukul mundur oleh
tentara Majapahit, kau sama sekali tak boleh mengganggu mereka, Wulan!"
Ratnawulan memandang kepada ibunya dengan matamengandung keheranan besar. Memang
ia belum pernah diberitahu oleh ibunya tentang riwayat hidupibu dan mendiang
ayahnya. "Mengapa begitu, ibu?" Pertanyaan yang singkat ini mengandung sebuah tuntutan
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tak disadari oleh dara itu, tuntutan kepada Dara Lasmi untuk menceritakan
segala sesuatu mengenai riwayatnya.
"Anakku," katanya setelah menarik napas panjang,"agaknya telah tiba saatnya kini
bagimu untuk mengetahui siapakah sebenarnya kita ini dan siapa pula mendiang
ayahnya serta mengapa kita berdua sampai tinggal di atas puncak yang sunyi ini."
Maka berceritalah DaraLasmi tentang semua pengalaman semenjak suaminya tewas
dalam peperangan akibat kecurangan Kartika. Ratnawulan mendengar engan amat
tertarik.Ia merasa terharu dan juga marah sekali ketika mendengar betapa ayahnya
tewas dalam cara yang amat mengecewakan dan betapa ibunya melarikan diri dalam
keadaan yang amat sengsara.
"Demikianlah,Wulan. Kerajaan Majapahit dalam pengaruh jahat dari Bagawan
Mahapati, dan selama bagawan itu masih berkuasa mempengaruhi Sang Prabu,maka
pemberontakan akan timbul tiada hentinya. Mereka yang memberontak itu bukan
semata-mata membenci raja. Kita takkan membenci keturunan Raden Wijaya atau Sang
Prabu Kertarejasa,akan tetapi yang kita benci adalah bagawan jahat itu.
Ketahuilah bahwa Kartika, jahanam besar yang menjadi musuh kita itu, bukan
lainadalah murid terkasih dari Bagawan Mahapati.Oleh karena itu, tak dapat
kubenarkan apabila kau membinasakan sisa-sisa pemberontak yangtelah terpukul
oleh tentara Majapahit,karena harus kauingat bahwamerekaitu sebenarnya
segolongandengankita. Bukankah ayahmu juga membantu Raden Nambi dari Lumajang,
yang memberontak terhadap Majapahit pula" Mereka itu, sisa-sisa pemberontak itu,
adalah kawan-kawan seperjuangan kita, Wulan!"
Koleksi Kang Zusi Semenjak tadi Ratnawulan menahan-nahan amarahnya terhadap Kartika musuh
besarayahnya itu. Setelahibunya selesai dengan penuturannya, ia berkata.
"Ibu,kalau begitu, ijinkanlah anakmu turun gunung, pergi ke Majapahit dan
membunuh keparat Kartika dan gurunya, pendeta palsu Mahapati itu!"
Mau tak mau ibunya hanya tersenyum juga mendengar ucapan anaknya ini."Wulan, kau
benar-benar seperti seorang anak kecil. Apa kaukira pekerjaan itu akan semudah
kau mengucapkannya" Kartika adalah seorang panglima yang tangguh, dan Bagawan
Mahapati adalah seorang yang sakti mandraguna, memiliki ilmu sihir dan segala
macam ilmu hitam. Selain itu, ia mempunyai pengaruh dan kekuasaan yang amat
besar di Kerajaan Majapahit sehingga andaikata ia mengangkat kari tangannya
memberi isyarat, ribuan orang tentara Majapahit akan menyerbu dan menangkapmu
sebelum kau sempat bergerak."
Tertegunlah Ratnawulan mendengar ucapan ibunya ini. Memang ia samasekali belum
tahu tentang siapakah sebenarnya musuh-musuhnya itu dansampai bagaimana besar
kedudukan mereka.Kini, mendengar ucapan ibunya,walaupun ia tidak merasa gentar,
akan tetapi ia menjadi binggung juga.
"Habis, bagaimana baiknya, ibu" Apakah dendam ayah itu harus dibiarkan saja?"
"Tidak demikian maksudku, Wulan. Dendam ini harus dibalas dan manusia berhati
curang seperti Kartika harus ditumpas.Akan tetapi kita harus mencari jalan yang
baik dan aman." "Kalau begitu, ibu. Aku harus pergi ke hutan randu tempat sisa pemberontak itu
bersarang. Aku hendak mencari keterangan tentang keadaan Majapahit pada waktu
sekarang dari mereka, dan akupun harus membuktikan sendiri apakah benar-benar
mereka ini menjadi perampok-perampok sebagaimana yang dituturkan oleh penduduk
Jatikembar. Karena, menurut pendapatku,betapapun juga keadaan mereka, dan
siapapun juga mereka itu, pekerjaan merampok orang-orang kampong adalah
perbuatan yang amat jahat dan harus dibasmi. Aku tidak rela membiarkan penduduk
Mahameru diganggu,biar siapapun juga yang akan mengganggunya."
Dara Lasmi tak dapat membantah kebenaran dalam kata-kata anaknya ini, dan diam-
diam ia merasa girang karena dari ucapan iniia mendapat kesan bahwa Ratnawulan
memiliki kegagahan dan Koleksi Kang Zusi
kesetiaan.Iapun tidak merasa khawatir akan keselamatan anaknya karena maklum
bahwa anaknya telah memilikiilmu kepandaian yang tinggi. Ia menghela napas dan
berkata dengan suara menyesal.
"Sayang kau eorang wanita, Wulan. Kalau saja kau seorang laki-laki, tentu kau
akan dapat memimpin mereka itu untuk menyerbu Majapahit dan membalas dendam
terhadap Kartika dan gurunya yang jahat."
Ratnawulan diam saja,akan tetapi ucapan ibunya ini merupakan api yang membakar
hatinya yang membuat ia menjadi panas hati,gemas dan penasaran. Mengapa sesuatu
yang hebat" Diam-diam ia berjanji kepada kepada diri sendiri untuk melakukan
pekerjaan yang oleh kaum laki-laki saja.Akan tetapi mulutnya tidak menyatakan
sesuatu oleh karena ia tidak ingin mendatangkan rasa khawatir dalam hati ibunya.
Akhirnya Dara Lasmi memberi perkenan juga kepadaRatnawulan untukmenemui sisa
pemberontak yang kini berada dikaki gunung sebelah timur.
"Berhati-hatilah kau, Wulan, dan dalam sepak terjangmu ingatlah selalu akan
segala wejangan Eyang Semeru, dan terutama sekali ingatlah bahwa ibumu selalu
berdoa untuk keselamatanmu dan selalu menanti-nantidi puncak gunung ini."
Setelah memeluk ibunya dengan mesra,Ratnawulan lalu berangkat, meninggalkan
puncak Mahameru, menuruni lereng sebelah timur yang belum pernah dituruninya
karena ibunya selalu melarangnya turun di bagian itu. Larangan Dara Lasmi ini
hanya untuk menjaga kalau-kalau anaknya bertemu enggan seorang dari Lumajang
sehingga tempat persembunyiannya diketahui orang.
Lereng Mahameru bagian timur penuhd engan hutan-hutan liar yang belum penah
dimasuki manusia. Penduduk-penduduk dusun sekitar tempat itu bahkan menganggap bahwa hutan-hutan
di sekitaritu amat angker dan merupakan tempat-tempat berbahaya di mana
orangdapat masuk tak dapat keluar kembali.
Akan tetapi, Ratnawulan bahkan merasa gembira sekali ketika masuk ke dalam
hutan-hutan ini karena pemandangan di situ jauh berbeda dengan pemandangan di
bagian-bagian lain yang pernah didatanginya.
Koleksi Kang Zusi Ketika Ratnawulan sedang berjalan dengan cepat karena hutan randu yang ditujunya
masih jauh, tiba-tiba dari balik pohon-pohon berlompatan keluar dua belas orang
tinggi besar yang tampak liar dan ganas. Mereka itu sebetulnya adalah perampok-
perampok yang dahulu mengganggu Dara Lasmidan dibuat tidak berdaya oleh Eyang
Semeru. Mereka dipimpin oleh kepala rampok yang dulu,yang bernama SingaPragalba
(Singa Buas), laki-laki kasar yang dulu hampir saja mengganggu Dara Lasmi kalau
tidak keburu datang EyangSemeru yang mencegahnya.
Ratnawulan berdiri dengan kedua kaki terpentang dan kedua tangan bertolak
pinggang. Ia menyangka bahwa inilah orang-orang yang dimaksudkan oleh penduduk
Jatikembar, dan disangkanya bahwa perampok-perampok ini telah keluar dari hutan
dan sedang menuju ke dusun-dusun untuk mengacau. Melihat lagak mereka yang
tersenyum-senyum menyeringai dengan pandangan mata kurang ajar, Ratnawulan
menjadi kecewa. Beginilah mecamnya pemberontak-pemberontakyang oleh ibunya
disebut kawan-kawan seperjuangan itu"
Singa Pragala melangkah maju menghadapi Ratnawulan dan sepasang matanya yang
merah itu memandang seakan-akan seekor singa yang kelaparan memandang kepada
seekor domba muda yang gemuk!
"Eh, eh,manis!" katanya dengan suara parau sambil menyeringai sehingga nampak
giginya yang besar-besar dan kuning. "Kau siapakah dan hendak pergi kemana" Mari
kakang antar, dan lebih baik kakang gendong saja daripada kakimu yang halus itu
menjadi sakit!" Bukan main marah dan mendongkolnya hari Ratnawulan mendengar ucapan yang kuranga
ajar ini, dan makin besarlah kekecewaaannya. Sungguh tak tahu malu! Perampok itu
usianya sedikitnya setengah abad, dan menyebut diri sendiri kakang! Bangsat
benar! Akan tetapi makian ini hanya dikeluarkan di dalam hatinya saja dania
masih menyabarkan hati ketika bertanya.
"Kalianini apakah pemberontak-pemberontak yang dipukul mundur oleh barusan
Majapahit?" Mendengar pertanyaan ini, dua belas orang perampok itu saling pandang dan
kemudian pecahlah suara ketawa, seakan-akan ucapan Ratnawulan itu terdengar amat
lucunya. "Ha-ha-ha, bidadari yang cantik manis! Kami adalah laki-laki sejati, jantan
tulen yang menjagoi hutan sekitar tempat ini,dan bukan harimau yang menjadi raja
hutan, melainkan aku, singa Pragal badan sebelas orang anak buahku ini!
Bagaimana kau menyangka kami pemberontak" Sudah lama aku Koleksi Kang Zusi
Singa Pragalba hidup membujuang belum mempunyai isteri, dan agaknya pantas
sekali menjadi istriku. Ha,ha, ha!"
"Kakang Singa, dara jelita ini wajahnya mengingatkan aku kepada puteri yang
ditolong oleh kakek tua itu!" tiba-tiba seorang diantara berkata. Mendengar
ucapan ini semua perampok memandang penuh perhatian dan Singa Pragalba
sendiripun mengakui bahwa wajah daraini benar-benar mirip dengan puteri yang
dulu mereka ganggu. "Benar, Reksamuka (Si Muka Beruang), memang dia mirip sekali. Akan tetapi yang
ini lebih segar, lebih muda, dan lebih manis!"
"Patut benar menjadi bini kakang Singa!" kata seorang lain.
Sementara itu tanpa diketahui oleh perampok-perampok yang bodoh dan sial itu,
wajah-wajah Ratnawulan mulai berubah kemerah-merahan,sepasang matanya bersinar-
sinar mengeluarkan cahaya panas.Tadinya ia merasa lega bahwa mereka ini
bukanlahorang-orang yang oleh ibunya disebut kawan-kawan seperjuangan, dan ia
hendak meninggalkan mereka begitu saja. Akan tetapi, melihat sikap dan mendengar
kekurangajaran mereka, timbulah amarah dalam hatinya dan ia takkan merasa puas
sebelum memberi hajaran ke pada orang-orang liar ini. Ia pun maklum bahwa yang
mereka bicarakan adalah ibunya, karena ibunya pernah menuturkan bahwa dulu
ketika ibunya mulai mendaki Gunung Mahameru, ibunya diganggu oleh sekawanan
perampok dan kemudian ditolong oleh gurunya.
Jadi inikah gerangan perampok-perampok jahanam yang pernah mengganggu ibunya.
Mendapat kesempatan untuk membalas sakitjati ibunya dengancara demikian mudah
tanpa mencari musuh-musuhnya ini, Ratnawulan menjadi demikian girang sehingga ia
tertawa bergelak.Kawanan perampok itu lagi-lagi saling pandang terheran-heran,
karena bagamanakah anak perawan ini demikian tabah sehingga menghadapi mereka
ini sambil tertawa-tawa" Kalau saja anak gadis ini mejadi ketakutan, melarikan
diri dengan wajah pucat dan menjerit-jerit, mereka akan mengalami kesenangan
mengejar-ngejar gadis yang lari ketakutan itu, berlumba berdulu-duluan untuk
menangkap dan memeluk tubuh muda itu. Akan tetapi, gadis itu bukanlah lari
ketakutan dan menangis, bahkan berdiri dengan gagah, masih bertolak pinggang dan
tertawa bergelak-gelak, seakan-akan tidak sedang berhadapan dengan dua belas
orang perampok tinggi besar, akan tetapi menghadapi dua belas ekor tikus yang
lucu-lucusaja. "Eh, kunyuk-kunyuk bercelana!" Ratnawulan memaki sambil menudingkan telunjuknya
yang runcing kearah mereka."Ingatkah kalian bahwa puteri yang kalian kejar-kejar
dulu itu menggendong seorang anak perempuan" Nah, bukalah matamu lebar-lebar!
Akulah anak itu yang sekarang datang hendak menuntut balas atas kekurangajaran
dahulu terhadap ibuku "
Koleksi Kang Zusi Terkejutlah para perampok itu, terkejut dan memandang kagum. Mereka bukan
terkejut karena takut, akan tetapi terkejut dan kagum melihat betapa anak kecil
dahulu itu kini telah menjadi seorang remaja puteri yang demikian cantiknya.
"Ha, ha, bagus sekali. Kakang Singa, kuntumyang dulu itu kini telah mekar
menjadi kembang." Singa Pragalba menyeringai senang dan ialalu maju menubruk dengan maksud memeluk
Ratnawulan sambil mendengus. "Manis, marilah ikut kakang!"
"Monyet tua! Hari ini adalah hari terkutuk bagi kau dan kawan-kawanmu!"seru
Ratnawulan sambil mengelak ke samping dan ketika tubuh kepala rampok itu memeluk
angin, kaki kiri dara perkasa itu bergerak cepat menterampang kedua kaki Singa
Pragalba sehingga tentu saja tubuh yang tiba-tiba kakinya terangkat itu menjadi
terguling, terdorong kedepan dan jatuh dengan hidung menyentuh tanah lebih dulu.
"Aduh biung!"Singa Pragalba berteriak dan ketikaia merangkak, hidungnya yang
besar itu telah penyok dan berdarah karena mencium batu hitam.
Ratnawulan tertawa geli. "Ha,ha, tak pantas kau bernama singa! Lebih baik ganti
saja namamu dengan Kapi(Monyet) atau Sona (Anjing). Kau seperti monyet makan
teletong (tai lembu)"
Biarpun merasa geli di dalam hati, namun anak-anak buah Singa Pragalda tak
berani tertawa dan mereka memandang dengan mata terbelalak saking herannya.
Kepala mereka adalah seorang yang terkenal kuat dan memiliki kepandaian
berkelahi yang mereka kagumi, akan tetapi kini menghadapi dara itu, baru satu
gebrakan saja telah berdarah hidungnya.
Sementara itu, Singa Pragalba menjadi amat marah. Ia melopat berdiri,
mengeluarkan geraman seperti seekor serigala, lalu mencabut goloknya dan memberi
komando kepada anak buahnya.
Koleksi Kang Zusi "Serbu!"tangannya menuding kearah Ratnawulan.Anak buahnya lalu mencabut golok
masing-masing karena untuk menghadapi dara perkasa itu dengan tangan kosong,
mereka takut kalau mereka pun akan mengalami nasib seperti pemimpin mereka.
Kemudian, sambil bersorak-sorak mereka menyerbu danmenyerang Ratnawulan dari
segala jurusan. Golok mereka yang tiap hari diasah itu berkilap-kilap terkena
cahaya matahari dan diacungkan dengan sikap mengancam.
Akan tetapi Ratnawulan tetap tenangdan sepasang matanya mengerling ke kanan
kiri, sikapnya waspada sekali.Sebelum lawan-lawannya bergerakia telah mendahului
mereka sambil berseru nyaring.
"Awas! Terimalah pembagian hadiah dari Ratnawulan!"
Seruan yang nyaring dan keras itu membuat para perampok itu untuk sedetik
menahan gerakan mereka dan memandang dengan penuh perhatian.Akan tetapi, tiba-
tiba tubuh gadis ditengah-tengah itu lenyap, berubah menjadi sinar yang
menyambar-nyambar mereka. Demikian cepatnya gerakan kaki tanganRatnawulan dan
luar biasa pula terjangannya sehingga sukarlah mengikuti gerakan tubuhnya dengan
mata. Segera terdengar jerit kesakitan susyl-menyusuldan robohlah para perampok
itumalangmelintang dan tumpang tindih. Inilah Ilmu Pukulan Liman Bramantya
(GajahMengamuk Marah) yang dimainkan oleh Ratnawulan dengan baik sekali.Tentu
saja para perampok yang hanya terdiri mengandalkan tenaga otot itu tak dapat
bertahan menghadapi ilmu pukulan yang hebat ini. Mereka itu biasanya berkelahi
mempergunakan tenaga, tanpa disertai kecerdikan otak. Sebenta rsaja dua belas
orang itut telah rebah mengaduh-aduh, ada yang benjol-benjol kepalanya, bocor
hidung dan mulutnya, biru hitam matanya, bahkan ada pula yang patah-patah
tulangnya. Singa Pragalba sendiri untuk kedua kalinya terbanting sehingga kini
pada jidatnya, tepat di tengah atas alisnya, nampak kulitnya benjol sebesar
telur bebek yang berwarna biru.
Semua perampok merangkak dan menjauhkan diri dari dara perkasa itu yang mereka
anggap telah mempergunakan ilmu sihir sehingga mereka menjadi ketakutan ak
berani maju lagi. Akan tetapi Singa Pragalba tidak mau menyerah begitu saja. Ia
melompat bangun lagidan sambil menuding kepada Ratnawulan yang masih berdiri
tersenyum-senyum sambil bertolak pinggang, ia berkata keras.
"Perawan keparat! Kau telah mengandalkan ilmu sihir untuk melawan kami. Kalau
kau memang keturunan pendekar dan bukan seorang pengecut, pergunakan cara
perkelahian yang jujur. Atau, kau tentu takut melawan aku tanpa mempergunakan
ilmusihirmu?" Ratnawulan tersenyum mengejek. "Pembalasanku tadi sebenarnya masih terlampau
lunak, mengingat bahwa kalian hanyalah orang-orang kasar yang tak berotak,maka
aku masih memberi ampun.Akan Koleksi Kang Zusi
tetapi, tidak tahunya kau benar-benarseorang yang bermartabat rendah. Kau ingin
berkelahi" Baik, baik! Memang dosamu telah terlalu banyak maka kau perlu
mendapat hajaran yang lebih berat.Nah, bagaimana kau mau berkelahi" Menggunakan
senjata atau bagaimana" Aku siap sedia menghadapimu dan jangan takut, aku takkan
menggunakan ilmu sihir."
Paraanak buah Singa Pragalba maju mendekat lagiuntuk menyaksikan perkelahian
ini. Mereka mengharapkan agar pemimpin mereka akandapat membekuk perawan yang
telah membuat mereka merasa sakit-sakit seluruh tubuh itu, agar mereka dapat
pula membalas dendam. "Tak perlu aku mempergunakan senjata-senjata." jawab Singa Pragalba, "cukup
dengan kedua tangan ini.Rasakan pukulan!" Sambil berkata demikian, kepala rampok
itumenyerbu sambil mengirim pukulan sebesar buah kelapa itu kearah dada
Ratnawulan! "Hm, tak tahu malu!" seru Ratnawulan yang merasa marah sekali sambil menggeser
kakinya ke belakang dan miringkan tubuhnya sehingga pukulanitu mengenai angin.
"Lihat aku tidak mempergunaan kecepatan dan ilmu berkelahi yang baik!"
Singa Pragalba menjadi penasaran sekali dan kembali ia menyerang. Tingkahnya
seperti seekor babi hutan yang menyeruduk saja, mengandalkan tenaga yang besar.
Pukulan tangannya ini dengan mudah menghancukan sebutir kepala, maka kalau
seandainya pukulannya itu mengenai tubuh Ratnawulan, akan celakalah dara itu.
Akan tetapi serangan Singa Pragalba bukan merupakan apa-apa bagi Ratnawulan dan
sampailimakali ia dapat mengelak dengan amat mudahnya.
"Tangkislah pukulanku! "teriak Singa Pragalba dengan amat marah dan
penasaran."Tangkislah kalau kau berani!"
Bibir Ratnawulan yan gtersenyum itu mengeras. Orang ini benar-benar tak tahu
diri. Memang, siapakah yang takkan merasa penasaran" Menghadapi seorang remaja
puteri yang mulai dewasa, seorang gadis yang berpinggang ramping dan bertubuh
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecil lemah itu,masa seorang kepala perampok yang terkenal sampai kalah dan
dipermainkan" Hampir gila karena marahnya Singa Pragalba memikirkanhal ini.
Sementara itu a menyerang terus dengan pukulan bertubi-tubi sungguhpun
pukulannya selalu mengenai angin, jangan kata dapat menyeramkan kulit tubuh
lawannya, menyentuh ujung kembennyapun tak pernah!
Koleksi Kang Zusi "Kau ingin merasakan tangkisanku" Nah, rasakanlah!" Sambil berkata demikian,
Ratnawulan miringkan tubuhnya dan dengan jari-jari terbuka dan tangan
dimiringkan,ia membabat kearah pergelangan tangan Singa Pragalba.
"Dukk!"terdengar suara ketika pergelangan lengan yangbesar itu ditumbuk oleh
tangan Ratnawulan yang kecil dan berkulit halus. Kalau tidak melihat sendiri,
para perampok itu tentu takkan mimpin mereka berlutut sambil memegangi
tangannya, lalu menjerit-jerit kesakitan. Pergelangan tangan kirinya yang
dipakai memukul tadi telah lumpuh karena tulangnya retak!
Namun,kepala rampok inibenar-benar bendeldan tidak mau menyerah dengan
mudah.Tiba-tiba ia melompat dan tangan kanannya yang tidak terluka itu diulur
merupakan cangkeraman yang menyerang pundak Ratnawulan, agaknya ia hendak
mencekik leher gadis itu. Ratnawulan terkejut dan menangkis kilat tangan kanan
Singa Pragalba menangkap tangan gadis itu dan dengan geraman liar ia membetot
tangan Ratnawulan hendak memeluk tubuh dara perkasa itu.
Akan tetapi, secepat kilat tangan kanan Singa Pragalba menangkap tangan gadis
itu dan dengan geraman liar iamembentot tangan Ratnawulan hendak memeluk tubuh
dara perkasa itu. Akan tetapi, selagi paraanak buah perampok merasa girang,
tiba-tiba terjadilah halyang aneh sekali.
Entahbagaimana daraperkasa itu bergerakkarena tahu-tahu tubuh Singa Pragalba
yang tinggi besaritu mencelat danterlemparjauh, jatuhdi bawah sebatang
pohon.Kebetulansekali di bawah pohonitu terdapat teletong (tai lembu) yang
hitamdan masih empuk, bergunduk seperti bukitkecil.
Tubuh Singa Pragalbajatuh dengan muka lebih dulu,tempat diatas teletongitu
sehingga mukanya masukke dalam tai lembu itu.
Kini menggigilah tubuh para perampok itu dan mereka tidak merasa lucu ketika
melihat betapa Singa Pragalba merangkak-rangka bangun sambil membersihkan
mukanya dari tai lembu dan terdengar ia merintih-rintih kesakitan.
"Nah, biarlah huhuman ini merupakan pelajaran bagi kalian! "kata Ratnawulan."
Dan lain kali janganlah kalian memandang rendah kaum wanita! Kalau aku mendengar
lag itentang kekurangajaranmu terhadap wanita, awaslah! Ratnawulan akan datang
dan menghabiskan nyawa kalian!"
Setelah berkatad emikian, sekali ia berkelebat dengan mengeluarkan Aji Kesaktian
Marga Kenaka (Kijang Emas), tubuhnya melompat jauh dan lenyap di balik pohon-
pohon, sehingga para perampok itu saling pandang dengan mata terbelalak dan
mulut melongo, akhirnya mereka berlutut dan menyembah oleh karena mereka menduga
bahwa gadis itu tentulah sebangsa peri dari kahyangan.
Koleksi Kang Zusi * Menjelang senjakala, sampailah Ratnawulan di hutan randu dikaki Mahameru sebelah
timur itu. Hutan ini besar dan memang di situ tumbuh banyak sekali pohon-pohon randu alas
di samping pohon-pohon raksasa lain. Dari luar,hutan itu nampak angker
sekali,sehingga tidak sembarang orang beranimemasukinya. Kadang-kadang terdengar
auman harimau dan salak anjing serigala yang melolong-lolong mendirikan bulu
tengkuk. Tanpa ragu sedikitpun juga, Ratnawulan memasuki hutan itu dan menuju ke tengah.
Karena hutan itu amat rangkut (penuh tetumbuhan),maka kalau di luarhutan
masihsenja, didalam hutan itu telag gelap sekali.Cahaya matahari Siang sudah
lemah itu hanya sedikit saja dapat menembus celah-celah daun pohon.
Tiba-tiba Ratnawulan menahan langkahnya. Telinganya yang terlatih dan mempunyai
tenaga yang lebih kuat daripada telinga orang biasa itu dapat mendengar suara
orang-orang dari jauh yang hanya terdengar sebagaibisik-bisiksajadiseling suara
ketawa. Bagi oranglain,tentu suara itu akandisangka suara jin dan setan
penghuninya hutan liar akan tetapi Ratnawulan maklum bahwa itu adalah suara
orang-orang bercakap-cakap yang menggema di dalam hutan. Ia lalu mengarahkan
langkahnya ke jurusan suara-suara itu mendatang.
Tak lama kemudian tampaklah olehnya sinar terang dan ternyata bahwadi tempat
terbuka karena pohon-pohonan agaknya telag ditebang, terdapat tiga unggun api
besar bernyala-nyala dan di sekitar api itu terdapat banyak orang laki-
laki.Adayang bercakap-cakap, ada yang bersendau gurau, bahkan ada yang sedang
memanggang daging binatang hutan.
"Hm, inilah mereka!"kata Ratnawulan dalam hatinya dan tanpa takut sedikitpun ia
melangkah maju dengan cepat sehingga sebentar sajaia telah berdiri di dekat
kelompok orang-orang yang jumlahnya kurang lebih tiga puluh orang itu.
Seorang di antara mereka, masih muda berusiadua puluhan, adalah orang pertama
yang melihat kehadiran dara perkasaitu.Pemudainitiba-tiba menggigilseluruh
tubuhnya dan denganjari tangan menuding kearah Ratnawulanyang disangkanya
periatau jinperempuan,ia berdiri dengan kedua kaki wel-welan(menggigil) dan
mulutnya yang hendak berseru "Setan. Setan!" itu hanya dapat mengeluarkan suara,
Koleksi Kang Zusi "Uuh.uuuuh.!" Kawan-kawannya memandangnya dengan heran dan ketika mereka menengok mereka heran
dan juga terkejut sekali.Pada penglihatan pertama, semua orangjuga timbul
persangkaan bahwa yang berdiri dengan kedua kaki terpentang dan tangan
bertolakpinggang itutentulah sebangsa peri atau jin.
Seorang laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun dan agaknya berani dari
kawannya, lalu bangkit berdiri dan melangkah maju,akan tetapi tidak sampai
terlampau dekat Ratnawulan, lalu menegurnya.
"Siapakah di depan" Kalau manusia, datang darimana, siapa nama,dan apa maksud
kedatangan" Kalau makhluk halus, harap pergi dan jangan mengganggu kmi yang
mempunyai niat jahat!"
Ratnawulan menjadi geli hatinya dan terasa lagi ia tersenyum.Mereka menahan
napas ketika melihat senyum ini. Silau mata mereka melihat kecantikan wajah
dengan senyumnya yang amat manis itu.
Melihat pendangan mata mereka, timbul sifat kenakalan Ratnawulan yang hendak
mempermainkan mereka. "Hai para pemberontak! Kalian menyatakan tidak berniat jahat, akan tetapi
mengapa kalian mengganggu penduduk Mahameru danm erampok mereka?"
Benar saja, ucapan ini membuat tiga puluh lebih orang laki-laki itu menjadi
gemetar dan ketakutan.Merekatak syak lagi, wanita initentulah seorang peridari
Mahameru yang datang hendak menghukum mereka! Orangtua yang tadi menegur
Ratnawulan lalu berkata lagi setelah menjilat-jilat bibirnya yang terasa kering.
"Sang Mahadewi, kami terpaksa merampok karena kami harus makan. Mengandalkan
hasil buruansaja tidak cukup untuk memberi ransum kepada kawan-kawan kami yang
puluhan jumlahnya. Kalau kami tidak merampok hasil tani para penduduk, tentu kami akan mati
kelaparan!" Suara Ratnawulan terdengar keras dan berpengaruh ketika ia berat dengan marah.
"Pandir, lemah dan pengecut! Kalian menganggap diri sendiri ksatria-ksatria yang
gagah, yang telah berani memberontak untuk menumbangkan kekauasaan jahat! Apakah
tujuan dari pemberontak kalian itu"
Bukanlah kalian bertujuan untuk membasmi kekuasaan jahat guna membela rakyat
daripada Koleksi Kang Zusi
penindasan" Dan sekarang apakah yang kalian perbuat" Merampoki rakyat jelata
malah! Tahukah kalian bahwa dengan alasan mencegah diri sendiri dari kelaparan
kalian telah membuat penduduk Mahameru terancam bahaya kelaparan kalau padidan
hasil sawahnya kalian rampok" Inikah pahlawan-pahlawan perkasa" Memalukan
sekali!" Pada saat itu,semua orang memandang kepada Ratnawulan dengan melongo, bakan
orang-orang yang tadi memanggang daging juga meninggalkan pekerjaannya sehingga
daging yang terpanggang dan dibiarkan menjadi hangus dan asap bergulung-gulung.
Semenjak berangkat daripuncak gunung, Ratnawulan belum makan apa-apa, maka kini
mencium daging panggang, ia merasalaparsekali.Kemarahan danucapan yangkeras
membuat perutnya terasa makin lapar saja, makatanpa memperdulikan orang-
orangyang berada disitu, ia lalu melangkah maju ketempat pemanggangan daging,dan
membalik-balikkan daging yang dipanggang itu sampai matang benar. Kemudian ia
mulai makan daging tanpa melirik atau menawarkan kepada orang-orangyang masih
berdiri dan mengawasi seluruh gerak-geriknya bagaikan patung.
Melihat betapa "peri" itu makan daging panggang dengan enaknya, mereka mulai
bisik-bisik. "Ia suka daging panggang!" kata seorang.
"Ia bukan peri! Mana adaperi makan dagingpanggang!" terdengar suara lain.
"Mahkluk halus tak pernah makan."kata suara ketiga.
"Dia orang biasa! Dia penipu!" kata orang lain dengan suara marah.
Maka mulai beginilah orang-orang itu dan dengan hati geram mereka mulai bergerak
mendekati Ratnawulan. Akant etapi orang tua yang agaknya menjadi pemimpin itu
berkata. "Jangan ganggu Dia, biarkan dia makan lebih dahulu. Kasihan kelihatannya amat
lapar!" Koleksi Kang Zusi Sambil makan daging panggang, diam-diam Ratnawulan mendengarkan semua percakapan
ini dan ia merasa amat geli. Ia agak merasa amat puas melihat sikap mereka,
karena tidak sekasar parap erampok yang dihajarnya siang tadi. Bahkan didalam
hati ia memanfaatkan perbuatan mereka yang telah merampok setelah mendengar
alasan orangtua tadi. Mereka memang bodoh, akan tetapi kadaaan mereka patut
dikasihani. Setela hselesai makan, Ratnawulan memetik daun pisang bagian pupusnya (daunmuda)
untuk membersihkan bibir,kemudiania berdiri untuk menghadapi mereka.
"Setidaknya aku berterima kasih untuk daging yang baru saja kumakan tadi."
katanya. Kini mereka menghadapinya dengan marah. Orangtua itu berkata sambil tersenyum,
karena ternyata ia adalah seorang penyabar.
"Nini, jangan kau mencoba untuk menipu kami. Kau bukanlah seorang peri, akan
tetapi seorang gadis biasa. Sebetulnya siapakah kau dan mengapa kau seorang
remaja puteri seorang diri datang dihutan berlukar pada malam hari?"
Ratnawulan tersenyum manis. "Siapakah yang menipu kalian dan siapa pula yang
mengaku menjadi peri siluman" Kalian sendirilah yang bodoh dan tahyul
,menganggap aku sebagai peri! Aku adalah seorang biasa dan kedatanganku ini
untuk menghentikan kesesatan kalian yang telah berani menganggu pendudukGunung
Mahameru!" Mendengar pengakuan bahwa dara ini bukanlah seorang peri, kembalilah keberanian
semua orang dankini mereka terheran-heran mendengar pernyataan Ratnawulan yang
hendak melarang mereka! Timbul geli dalam hati mereka, bahkan seorang di antara mereka yang tinggi besar
lalu melangkah maju dan bertanya dengan suara mengejek.
"Nona manis, ucapanmu sombong sekali! Dengan jalan apakah engkau hendak
menghentikan perbuatankami?"
"Mungkin dengan senyumnya yang manis!" terdengar seorang mengejek.
Koleksi Kang Zusi "Lirikan mata yang tajam memikat memang dapat melumpuhkan semangat kita!" seru
seorang lain. "Kalau diamenjadi punyaku, disuruh apapun juga saya akan rela!" katapula seorang
lain yang agak kurangajar.
Akan tetapi jawaban dara itu benar-benar membuat semua orang tertegun, karena
dengan sikap tenang dan suara keren. Ratnawulan berkata.
"Aku akan menghentikan kesesatan kalian dengan jalan melarang kalian melakukan
perampokan kepada orang-orang dusun!"
Untuk beberapa lama semua orang terdiam karena suara ini biarpun halus dan
merdu, namun amat berpengaruh dan mengejutkan. Aka tetapi, hal itu hanya
berlangsung sebentar, karena segera meledaklah suara ketawa mereka. Bahkan orang
tua yang sabar itupun tersenyum geli melihat kecongkakan gadis ini.
"Nini," kanta sambil menahansenyum, "kau benar-benar gagah berani.Akan tetapi,
kau adalah seorang gadis lemah lembut dan cantik jelita, tak kalah oleh puteri-
puteri Majapahit. Sedangkan kami adalah orang-orang kasar, perajurit-perajurit
yangt angkas dan kuat. Dengan cara bagaimanakah kau dapat melarang kami?"
Semua orang terdiam sambil tersenyum dan memperhatikan dara itu karena ingin
Pendekar Guntur 7 Wiro Sableng 102 Bola Bola Iblis Pedang Hati Suci 1