Pencarian

Dendam Sejagad 6

Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung Bagian 6


membentak keras dengan suara menggeledek:
"Lihat seranganku yang kedua!"
Mendadak sepasang telapak tangannya direntangkan ke
samping, kesepuluh jari tangannya yang berapi-api segera disentil dan
digetarkan, segulung tenaga pukulan yang dahsyat bagaikan
amukan gelombang dahsyat di tengah samudra sekali lagi
menghantam tubuh Ku See-hong.
Namun pukulan dahsyat itu bukan serangan yang mematikan,
sebab serangan inti yang sesungguhnya terletak pada kesepuluh
jalur desingan angin dingin yang berada di balik gulungan angin puyuh tersebut.
Cahaya merah yang berapi segera terpancar keluar dari balik
mata Ku See-hong, sambil membentak keras, dengan menahan
gejolak hawa darah yang menggelora dalam dadanya, ia salurkan
297 tenaga murni itu ke dalam telapak tangan. Setelah itu sepasang tangannya
didorong bersama ke depan.
Segulung angin pukulan yang tak kalah dahsyatnya dengan cepat
menggulung pula ke depan. Dalam jurus serangannya kali ini Ku
See-hong telah menghimpun segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, tak terlukiskan kedahsyatannya.
"Blaaamm...!" di tengah ledakan keras yang memekikkan telinga,
dua gulung hawa murni itu saling bertumbukan satu sama lainnya, desingan angin
berpusing segera memancar ke empat penjuru.
Di tengah desingan angin tajam itulah... terdengar Ku See-hong
mendengus dingin, kepalanya terasa pusing tujuh keliling, hawa darah di dalam
rongga dadanya bergolak keras, kakinya menjadi
gemetar dan secara beruntun ia mundur sejauh tujuh delapan
langkah lebih. Tubuhnya gontai dan wajahnya memucat, tak tahan lagi dia
muntah darah berulang kali.
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim benar-benar merasa terperanjat
sekali, di dalam serangan yang terakhir dilancarkan itu, dia telah sertakan
tenaganya sebesar tujuh bagian... bahkan diam-diam ia
sertakan pula satu jurus serangan yang mematikan, tapi alhasil dia gagal
membinasakan si anak muda itu.
Menghadapi kenyataan tersebut, timbul niat jahat dalam hatinya, ia bersumpah
hendak membunuh Ku See-hong dengan cara apapun
juga. Sebab, dengan usianya yang begitu muda pun dia telah memiliki
kesempurnaan tenaga dalam yang begitu sempurna bila pada
malam ini ia sampai kabur dalam keadaan hidup, tak sampai
beberapa tahun kemudian sudah pasti pemuda itu akan menjadi
seorang musuh yang mengerikan.... Bila sampai begitu maka cita-
citanya untuk menguasai seluruh dunia persilatan pasti akan
menjumpai tantangan. 298 Han-thian it-kiam Cia Cu-kim tertawa licik, kemudian bentaknya keras-keras:
"Lihatlah seranganku yang ketiga... Hun-huan kiu-gi!"
Kali ini dia telah menghimpun tenaga dalamnya sebesar sembilan bagian... tiba-tiba
sepasang telapak tangannya didorong ke muka
sejajar dengan dada, gulungan angin pukulan yang dahsyat dan
menyesakkan napas dengan cepat menyelimuti seluruh angkasa, di balik kesemuanya
itu terselip pula kekuatan tersembunyi yang
membetot sukma, langsung menggulung ke tubuh Ku See-hong.
Ketika menyambut serangan musuh untuk kedua kalinya tadi, Ku
See-hong telah merasakan isi perutnya menderita luka yang cukup parah, selain
lengannya menjadi lemas, dia pun merasa kehabisan tenaga, padahal ia bisa
berdiri tegak di sana pun tak lain karena kekerasan hatinya yang menunjang
kesemuanya itu. Kini, ketika dilihatnya angin pukulan yang menderu-deru telah
menggulung datang, sepasang telapak tangannya segera didorong
ke depan dengan mengerahkan sisa kekuatan yang masih
dimilikinya. Seketika itu juga terdengarlah suara deruan angin tajam yang
memekikkan telinga berkumandang memenuhi angkasa....
Ku See-hong merasakan pandangan matanya menjadi gelap,
seluruh tubuhnya terlempar sejauh empat kaki lebih dari tempat semula oleh
segulung pukulan kekuatan yang maha dahsyat....
"Blaaamm...!" ketika badannya membentur tanah, pasir dan debu
segera beterbangan memenuhi angkasa.
Namun Ku See-hong sama sekali tidak digetarkan sampai
pingsan, pelan-pelan dia mendongakkan kepalanya dengan wajah
yang pucat, noda darah yang membasahi ujung bibirnya dan
rambutnya yang awut-awutan tak karuan, membuat pemuda itu
tampak mengerikan sekali.
Ketika Han-thian it-kiam Cia Cu-kim menyaksikan Ku See-hong
sama sekali tidak terbunuh oleh serangannya yang maha dahsyat
299 itu, diam-diam rasa kaget dan bergidik menyelimuti seluruh
benaknya. Mendadak.... Sekulum senyuman licik yang buas dan menyeramkan tersungging di ujung bibir Han -thian it-kiam Cia Cu-kim.
Tubuhnya bagaikan sesosok bayangan sukma selangkah demi
selangkah pelan-pelan mendekati tubuh Ku See-hong....
Agaknya Ku See-hong telah mengerti apa yang bakal terjadi,
sepasang matanya berubah menjadi merah membara seperti darah,
itulah perasaan seram yang mencekam perasaannya menghadapi
ancaman kematian yang telah muncul di depan mata.
"Cia Cu-kim...!" teriaknya kemudian dengan suara parau,
"Sebenarnya kau... kau... adalah manusia atau bii... binatang...?"
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim terkekeh dengan seramnya, ia
menjengek sinis: "Bocah keparat she Ku, serahkan saja selembar jiwa anjingmu
itu. Sekalipun kau telah menyambut tiga buah pukulanku, heeehh...
heeehh... heeehh... tapi, untuk menghadapi seorang musuh besar
yang mungkin akan mengancam keselamatan diriku, selamanya aku
tak pernah memegang janji, sebab prinsipku, terhadap orang-orang yang berbahaya
bagiku adalah tindakan yang makin keji merupakan tindakan yang paling baik."
Waktu itu, Ku See-hong sudah merasakan jantungnya berdebar
keras, peredaran darahnya kacau, sepasang matanya menjadi
gelap, keempat anggota badannya lemas seperti tak berkekuatan
lagi, tentu saja mustahil baginya untuk melakukan perlawanan.
Tak terlukiskan rasa pedih yang mencekam perasaan ketika itu,
lamat-lamat muncul jalur darah di dalam kelopak matanya, dia
segera meraung keras, sekarang dia sudah tahu manusia yang
hidup di dunia ini memang tiada yang bisa dipercaya....
Mendadak.... 300 Han-thian it-kiam Cia Cu-kim mengayunkan tangan kanannya ke
depan, segulung desingan angin dingin segera berhembus lewat.
Ku See-hong segera mendengus dingin, tubuhnya bergulingan
tiga empat kali di atas tanah kemudian tergeletak kaku dan tak berkutik lagi.
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim kuatir kalau Ku See-hong belum
putus napas... sekali lagi dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat yang menggulung
tubuh Ku See-hong sehingga terpental lagi sejauh
empat kaki lebih dari posisi semula.
Setelah itu dia baru mendongakkan kepala dan memperdengarkan suara pekikan nyaring yang menggidikkan hati....
Sambil membopong tubuh Si Pedang Emas Cia Tiong-giok, Han-
thian it-kiam Cia Cu-kim segera melompat dan berlalu dari situ.
Beberapa saat kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap di balik kegelapan sana.
Tak lama kemudian di sekeliling tempat itu telah pulih kembali dalam keheningan,
sepi senyap, tak kedengaran sedikit suarapun.
Angin masih berhembus kencang ombak pun menggulung dan
saling berkejaran.... Ku See-hong tergeletak di atas tanah, ia nampak begitu
mengenaskan dan memedihkan hati....
Benarkah ia telah tewas di ujung telapak tangan Han-thian it-
kiam C ia Cu-kim" Benar-benar kasihan sekali Ku See-hong yang hidup penuh
penderitaan itu, tampaknya dia sudah berada di tepi jurang
kematian. Dalam keadaan tak sadar tadi ia telah termakan oleh dua buah pukulan
dahsyat dari Cia Cu-kim, hal mana membuat nadinya telah tergetar putus.
Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba Ku See-hong
menggerakkan tubuhnya lagi... kemudian berpekik dengan suara
yang mengenaskan. 301 "Haus... haus... aku minta air... air...."
Tubuhnya gemetar keras sekali, dia ingin meronta bangun
namun tiada tenaga yang mampu dikerahkan, akhirnya setelah
mendengus tertahan, ia terkapar kembali di atas tanah dan tak
berkutik, agaknya pemuda itu telah jatuh tak sadarkan diri lagi.
Sesaat kemudian pelan-pelan ia mendusin kembali, sekali lagi dia berseru dengan
suara parau: "Air... air... aku minta air...."
Jawaban yang diperoleh hanya deruan angin tajam serta deburan
ombak yang mengerikan. Pada saat ini kesadaran Ku See-hong hampir punah, apa yang
diketahui olehnya hanya air, sekarang yang dibutuhkan dengan
segera adalah air. Dengan napas tersengkal-sengkal dan wajah
mengerikan seperti iblis dia berteriak terus dengan suara parau.
Akhirnya dia menggerakkan tubuhnya. Seluruh jari tangannya
dipentangkan lebar-lebar, kemudian dengan sepenuh tenaga
berusaha untuk merangkak maju ke depan....
Sepanjang hidupnya, Ku See-hong memang selalu diliputi oleh
kemisteriusan, setelah merangkak sekian lama dengan penuh
penderitaan, tampaknya kesadaran yang semula hilang lambat laun menjadi sadar
kembali. Kini dia merasa hausnya setengah mati,
pemuda itu ingin mencari air untuk menghilangkan dahaganya. Dia tahu air laut
tak boleh diminum, maka ia merangkak menuju ke arah sebuah bukit yang tak jauh
letaknya dari tepi pantai.
Lambat-laun kesadarannya semakin pulih kembali, dia merasa
aliran hawa aneh yang berada dalam pusarnya kembali menyebar
keluar. Walaupun peredaran darahnya yang membalik sudah jauh
membaik, namun seluruh tulang belulangnya yang terkena pukulan terasa sakitnya
bukan kepalang, seakan-akan satu demi satu telah rontok semua, selain daripada
itu, dia pun merasa tubuhnya
kepanasan seperti dibakar, hausnya sukar ditahan lagi.
302 Ternyata di dalam melancarkan kedua buah pukulannya yang
terakhir tadi, Han-thian it-kiam Cia Cu-kim telah mengerahkan ilmu Tee-sat-ciang
yang paling beracun untuk menghantam pemuda itu.
Ilmu pukulan Tee-sat-ciang merupakan semacam ilmu pukulan
beracun yang amat lihay sekali, sekalipun sulit untuk dipelajari, tapi asal bisa
dikuasai maka kelihayannya bukan kepalang.
Bagaimanapun lihaynya seorang jago, asal kena terserang oleh
angin pukulannya itu sehingga hawa panas beracun menyerang ke
badan, maka korban itu akan menderita lebih dahulu, sebelum
akhirnya akan mati dalam keadaan yang mengenaskan.
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim amat takut terhadap Ku See-hong,
terutama sekali beberapa macam kepandaian sakti yang dimilikinya.
Dia kuatir anak muda itu tetap hidup di dunia ini hingga menyulitkan dirinya di
kemudian hari, maka tadi secara beruntun dia lepaskan dua buah pukulan Tee-sat-
ciang yang beracun dengan maksud
untuk membunuhnya. Siapa tahu Ku See-hong telah berhasil mempelajari ilmu Kan-kun mi-siu khi-kang
yang amat dahsyat itu... tanpa disadarinya sebelum serangan itu tiba, banyak sudah
pengaruh pukulan beracun itu
dipunahkan oleh ilmunya tersebut, selain jantungnya dilindungi agar tidak
tergetar putus. Coba kalau bukan lantaran begitu, sekalipun Ku See-hong
memiliki sepuluh lembar nyawa pun akan tewas semua di tangan
lawan. Pelan-pelan hawa darah dalam tubuh Ku See-hong berhasil
dihimpun kembali, sekarang secara memaksakan diri dia sudah
sanggup untuk berdiri. Setelah itu dengan sempoyongan berjalan ke depan.
Lebih kurang seperminum teh kemudian, Ku See-hong telah tiba
di bawah kaki bukit, saat inilah segulung angin gunung berhembus lewat... mendadak
pemuda itu mengendus bau harum yang lamat-lamat terbawa pula bau amis darah.
303 Begitu mengendus bau harum yang sangat aneh itu, Ku See-
hong segera merasakan hatinya bergetar keras, semangatnya
segera berkobar kembali, satu ingatan dengan cepat melintas di dalam benaknya.
Sambil menelusuri sebuah jalan kecil usus kambing, dengan
mengerahkan tenaga yang paling besar, pemuda itu merangkak
maju ke depan. Hasratnya yang besar untuk mencari hidup membuat dia harus
menahan penderitaan dengan sekuat tenaga, menuju ke arah mana
arahnya bau harum tadi, dia berjalan maju ke depan.
Napasnya segera tersengkal-sengkal dan sepasang matanya
berubah menjadi merah darah.
Kembali seperempat jam sudah lewat, sekarang Ku See-hong
telah tiba di bawah sebuah tebing karang yang curam dan
menjulang tinggi ke angkasa.
Ia mendongakkan kepalanya memperhatikan sekejap keadaan
dari tebing curam itu. Tampak bukit tersebut menjulang ke angkasa, kaki bukit tersebut tidak begitu
curam tapi dari punggung bukit ke atas, curamnya
bukan kepalang tanggung. Bukit tersebut betul-betul curam dan
tegak lurus, jangankan manusia, monyet serta burung pun sukar
untuk melewatinya. Ku See-hong mengalihkan sinar matanya memperhatikan sebuah
tonjolan bukit karang berbentuk aneh yang menjulang lima
enampuluh kaki tingginya dari permukaan. Ternyata bau harum
yang semerbak tadi berasal dari atas tonjolan batu karang itu, malah dari atas
bukit tadi seakan-akan memancar keluar asap
berwarna merah yang segera menyebar ke angkasa.
Itulah sebabnya Ku See-hong menduga bahwa benda mustika
tersebut kemungkinan besar berada di atas bukit karang yang
enampuluh kaki tingginya dari permukaan tanah itu.
304 Di atas wajah Ku See-hong yang mengenaskan segera terlintas
suatu perasaan sulit, kini tubuhnya sudah menderita luka yang
cukup parah, untuk mendaki ke atas bukit karang yang enam puluh kaki tingginya
di atas permukaan, pada hakekatnya hal ini jauh lebih sulit daripada mendaki ke
langit.... Dengan termangu-mangu dia berdiri tertegun di situ, sampai


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lama kemudian, Ku See-hong baru mengerahkan hawa murninya
dan mencoba untuk menghimpunnya kembali.
Tapi dengan cepat sekujur badannya terasa sakitnya bukan
kepalang, seolah-olah tulang-belulangnya sudah lepas semua.
Tiba-tiba... di atas wajah Ku See-hong terlintas keteguhan
hatinya yang membara, sambil menggigit bibir ia segera berusaha keras untuk
merangkak naik ke atas tebing karang tadi.
"Aduh...!" di tengah jeritan tertahan, tubuh Ku See-hong
terbungkuk ke bawah, tapi sambil menahan rasa sakit yang luar
biasa, dia lari lagi ke depan. Tapi gejolak hawa darah yang bergolak di dalam
dadanya menimbulkan rasa sakit yang menusuk-nusuk
tulang, hal mana membuat dia terjatuh sekali lagi ke tanah.
Sementara itu, tubuhnya sudah berada duapuluh kaki di atas
punggung bukit itu, namun keadaan medan makin lama makin
curam. Ku See-hong segera menghembuskan napas panjang, sambil
mengerahkan tenaga yang dimilikinya selangkah demi selangkah dia merambat terus
ke atas. Dalam waktu singkat, dia sudah mencapai sepuluh kaki lebih
tinggi daripada tempat semula. Sekarang kakinya sudah menginjak di atas sebuah
batu karang yang menonjol ke luar.
Berada di situ Ku See-hong baru mencoba untuk memperhatikan
keadaan di sekitar sana, empat penjuru keadaan amat berbahaya, kini jalan yang
terbentang di depan matanya adalah sebuah dinding karang yang tegak lurus,
tingginya mencapai duapuluh kaki lebih.
305 Untuk mencapai batu raksasa yang berbentuk aneh dan menonjol
keluar itu, mau tak mau ia harus melewati dinding karang yang
tegak lurus itu lebih dahulu.
Walaupun jaraknya hanya duapuluh kaki, namun bagi pandangan
Ku See-hong saat ini hakekatnya jauh lebih berat daripada mendaki ke langit.
Seandainya tidak terluka parah, jarak sejauh duapuluh kaki itu bukan suatu
rintangan yang sukar, apalagi dengan
kepandaian silat yang dimilikinya, asal di tengahnya ada tempat berpijak untuk
berganti napas, dalam sekejap mata ia bisa mencapai tempat tujuan.
"Aaaai..." Tak kuasa lagi Ku See-hong menghela napas sedih.
Ternyata dinding batu tersebut selain tegak lurus dan licin, lagi pula penuh
dengan lumut hijau yang amat licin, sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa
tempat itu sukar untuk dilewati.
Andaikata ia nekad dan mendaki ke atas dengan menyerempet
bahaya, seandainya di atas tiada tempat berpijak atau tempat yang dipakai
sebagai tempat berpegangan licin dan sukar dipegang, maka saat itu tubuhnya
pasti akan terjatuh ke bawah dan berubah
menjadi segumpal daging remuk.
Ku See-hong mendongakkan kepalanya memandang dinding
tebing yang licin dan curam itu, tiba-tiba muncul suatu ingatan yang berani... dia
bertekad hendak mendaki ke atas puncak tonjolan batu itu.
Nasib manusia ada di tangan Thian, seandainya dia gagal di
dalam perjuangannya untuk mempertahankan hidup, apalagi yang
bisa dia katakan" Diam-diam Ku See-hong mengerahkan sisa tenaga dalam yang
dimilikinya, kemudian dengan cepat tubuhnya melompat ke atas.
Ketika mencapai ketinggian tiga kaki, mendadak hawa murninya
membuyar... dalam terkejutnya dia menahan rasa sakit yang
membuat tubuhnya gemetar dan tiba-tiba menempelkan badannya
di atas dinding tebing. 306 Tangan kanannya segera diayunkan ke depan berusaha
berpegangan pada dinding tersebut, siapa tahu dinding itu sama sekali tiada
tempat untuk berpegangan lagi... lumut hijau segera berjatuhan ke atas tanah.
Ku See-hong memang seorang pemuda yang tangguh, dalam
keadaan terancam jiwanya, dia sama sekali tidak menjadi gugup, tangan kirinya
yang disaluri tenaga segera membentangkan kelima jari tangannya, kemudian
secepat kilat ditusukkan ke atas dinding batu itu....
"Cri ing...!" kelima jari tangannya menancap ke dalam dinding
batu yang berlumut tebal itu, dengan begitu maka tubuhnya
menjadi tergantung di atas awang-awang.
Sesungguhnya tindakan yang dilakukan Ku See-hong ini benar-
benar berbahaya sekali, seandainya ia tidak sedang terluka, dengan tenaga dalam
yang sempurna, tentu saja menancapkan jari
tangannya ke atas dinding bukanlah suatu pekerjaan yang sukar, tapi dalam tenaga
dalam yang tersendat-sendat, tindakan dari Ku See-hong ini betul-betul amat
berbahaya sekali. Mungkin nasibnya memang lagi mujur, ternyata tepat di mana
tangan kirinya ditusukkan tadi tak lain adalah sebuah celah-celah yang ada di
antara dinding batu yang satu dengan dinding batu
lainnya. Agaknya Ku See-hong juga tahu kalau tangan kirinya menancap
di antara celah-celah dinding karang, ia menjadi girang sekali.
Setelah mengatur napas sebentar, dengan menelusuri celah-
celah dinding tadi, selangkah demi selangkah dia merangkak naik lagi ke atas.
Dalam waktu singkat dia telah tiba di atas batu tonjolan besar yang berbentuk
aneh itu, tapi setelah menyaksikan keadaan di situ, mendadak ia menjadi amat
terperanjat. Ternyata tonjolan batu cadas itu bentuknya seperti naga,
besarnya bukan kepalang. Batu cadas itu menempel menjadi satu
307 dengan dinding bukit itu sehingga bentuknya menyerupai kepala
naga yang menerobos masuk ke dalam dinding karang.
Yang lebih mengagumkan lagi adalah batu cadas yang menonjol
keluar itu entah terdiri dari batuan apa, selain licin dan halus, juga
memancarkan cahaya kemerah-merahan yang sanat indah, seakan-akan batu itu adalah
sebuah batu mustika yang amat besar.
Sedang asap merah yang menguap di atas batu mustika tersebut
datangnya dari empat arah delapan penjuru yang terhimpun
menjadi satu, tempat itu adalah sebuah mulut lorong yang luasnya beberapa depa
di tengah batu cadas berbentuk naga tadi.
Di dalam lorong yang sempit itu terdapat sebuah celah sepanjang tiga inci...
cairan berwarna merah kehijau-hijauan yang tampaknya kental seperti lem, meleleh
keluar dari sana. Bau harum semerbak tadi tak lain berasal dari cairan merah
kehijau-hijauan tersebut, tapi anehnya terendus pula bau anyir darah.
Saat itu, Ku See-hong sedang merasakan hausnya setengah mati,
dengan termangu-mangu dia mengawasi cairan merah itu,
kemudian pikirnya: "Cairan merah kehijau-hijauan itu sudah pasti adalah obat
mustika yang langka dan tak ternilai harganya...."
Dengan susah payah mendaki bukit terjal, mempertaruhkan
selembar jiwanya, memanjat karang yang licin itu, tak lain tujuan Ku See-hong
adalah untuk mendapatkan cairan merah itu.
Dalam keadaan demikian, dia sudah tak ambil peduli lagi cairan apakah yang ada
di situ. Diapun tak ambil peduli apakah cairan itu boleh diminum atau tidak....
Ku See-hong segera membungkukkan badannya, ketika hidungnya mengendus bau asap harum yang menguap, tubuhnya
terasa menjadi segar tak terlukiskan.
Tanpa berpikir panjang lagi ia segera membuka mulutnya dan
menghirup cairan merah tadi.
308 Dengan cepat seluruh tubuhnya menjadi segar, harum semerbak
hawa dingin yang menyegarkan segera meluncur masuk ke dalam
tubuhnya, langsung menembusi pusar. Kenyataan ini, seketika itu juga membuat
hatinya girang setengah mati.
Bagaikan orang yang menemukan sumber air di tengah gurun
pasir dengan sekuat tenaga dia menghirup cairan merah itu. Dalam waktu singkat
cairan merah yang tiga inci dalamnya itu sudah
berpindah ke dalam perut Ku See-hong, setetespun tak ada yang
bersisa lagi. Ku See-hong segera menggerakkan lidahnya untuk menjilati sisa
cairan yang masih ada, setelah itu menarik napas panjang-panjang, seakan-akan
dia belum merasa puas dengan apa yang telah
diperolehnya. Segulung hawa murni yang hangat pelan-pelan mulai bergerak
naik dari dalam pusar, tak selang berapa lama kemudian, nadi
penting yang menguasai hidup matinya berhasil ditembusi lalu
mengaliri Jin dan Tok-meh, lalu balik lagi ke bawah.
Seluruh tubuhnya menjadi segar bugar semua, penderitaan dan
rasa sakit yang dialaminya tadi seketika lenyap tak berbekas. Hawa murninya
menjadi penuh dan tubuhnya menjadi enteng dan segar,
betul-betul suatu kenyamanan yang tak terlukiskan dngan kata-kata.
Tegasnya Ku See-hong merasakan keempat anggota badannya
segar dan nyaman, tak kuasa lagi dia mendongakkan kepalanya dan berpekik
panjang. Suara yang keras dan yaring bagaikan pekikan naga segera
menggetarkan seluruh ngkasa, suaranya cukup menggetarkan
siapapun yang mendengarkannya.... Tapi, sebelum pekikan tersebut selesai
diutarakan, tiba-tiba Ku See-hong menjerit kaget.
Ternyata batu cadas yang semula indah dan berwarna merah
bercahaya itu mendadak berubah menjadi kelabu... sedangkan asap
merah yang semula membumbung ke angkasa, tiba-tiba lenyap tak
berbekas. Ku See-hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi
amat terkesiap. 309 Setelah tertegun beberapa saat
lamanya, mendadak ia mendongakkan kepalanya. Lebih kurang sepuluh kaki di atas cadas berbentuk kepala naga
itu, ia jumpai sebatang pohon kecil dengan daun yang rimbun,
ternyata rimbunnya pohon itu persis menutup mulut sebuah gua.
Menyaksikan kejadian ini, Ku See-hong kembali berpikir:
"Di atas batu naga ini terdapat benda mestika yang tak ternilai harganya,
mungkin di sekeliling gua itupun akan kujumpai mustika yang lain" Kenapa tidak
kuperiksa?" Ku See-hong bermaksud hendak melayang naik ke atas gua itu,
maka diam-diam pikirnya: "Dengan ilmu meringankan tubuh yang kumiliki sekarang, tak
mungkin dalam sekali lompatan sepuluh kaki bisa kucapai... tapi
barusan aku makan cairan merah itu dan agaknya tenaga dalamku
telah memperoleh kemajuan yang pesat, kenapa tidak kucoba untuk melompat ke
situ?" Berpikir sampai di situ, Ku See-hong segera berpekik nyaring,
tubuhnya secepat kilat melayang naik ke atas seperti seekor burung elang yang
terbang di angkasa. Tampaknya tenaga yang digunakan terlalu besar, sehingga dalam
lompatan itu tubuh Ku See-hong mencapai ketinggian sepuluh kaki lebih.
Dalam keadaan begini, mendadak telapak tangan kanannya
menekan ke atas dinding tebing lalu tubuhnya berputar cepat di tengah udara dan
membalik ke bawah. Dengan suatu gerakan yang
enteng dan lincah, tahu-tahu ia telah melayang turun di depan gua.
-oo0dw0oo- Jilid: 10 310 DEMONSTRASI ilmu meringankan tubuh yang dilakukannya
barusan boleh dibilang sangat lihay, belum tentu umat persilatan sanggup
melakukannya. Mimpi-pun Ku See hong tidak menyangka kalau tingkatan yang
dicapai dalam ilmu meringankan tubuhnya telah mencapai tingkatan yang begitu
hebatnya, untuk mencapai ketinggian sepuluh kaki,
pada hakekatnya hal mana bisa dilakukan dengan santai.
Setelah masuk kedalam gua itu, dia makin terkejut bercampur
tercengang, ternyata gua itu begitu luas dan panjangnya sehingga sama sekali
diluar dugaannya semula, Luas gua saja mencapai dua puluh kaki lebih, cuma saja
makin kedalam semakin menyempit, tapi tidak diketahui berapa dalamnya.
Udara dalam gua itu dingin sekali, bisa diketahui bahwa gua itu pasti
berhubungan langsung dengan puncak tebing tersebut.
Didalam gua itu banyak terdapat batu batuan, ada yang duduk
ada yang berdiri, bentuknya aneh sekali. Bahkan diantara sekian banyak batu-
batuan tersebut, adapula batuan yang berbentuk putih dan bercahaya terang.
Dengan ketajaman mata yang dimiliki Ku See hong sekarang, dia
dapat menyaksikan semua benda yang berada dalam gua itu
dengan teramat jelasnya....
Diam-diam Ku Sue hong berpikir: 'Batuan ini bisa memancarkan
cahaya sendiri, jangan-jangan ada bintang sebangsa ular beracun atau lain
lainnya yang berada disitu"'
Sambil berpikir sambil berjalan, tanpa terasa dia sudah mencapai kedalaman tiga
puluh kaki lebih, tiba-tiba muncul kembali sebuah gua lain yang letaknya
tersembunyi dibelakang sebuah batu cadas berbentuk aneh.
Ku See hong adalah pemuda yang bernyali besar, setelah berpikir sejenak dia
lantas menghampirinya. 311 Satu kaki setelah memasuki gua tersebut, maka yang tampak
hanya pasir putih yang halus, selain kering juga rata, tak sepotong batu pun
yang ditemukan disitu. Benda yang berada didalam semesta memang beraneka ragam,
kadangkala terdapat pula keanehan yang sama sekali diluar dugaan orang.
'Didalam gua ada gua, diluar langit ada langit, diatas manusia masih ada manusia
yang lain'; tampaknya ucapan tersebut memang sama sekali tidak keliru.
Ku See hong segera tersenyum pikirnya: 'Gua ini paling bersih, mungkin dimasa
silam ada pertapa yang berdiam di sini. Bila
sekarang didalam situ ada penghuninya, maka sudah pasti
penghuninya, adalah bangsa binatang yang suka akan kebersihan.
Setelah sampai disini, kenapa aku tidak mencoba untuk
memasukinya sekalian melihat-lihat keadaan disana"'
Begitu ingat tadi melintas lewat dia lantas melangkah masuk
kedalam gua itu. Tampak gua itu tingginya mencapai dua kaki,
bukan saja dindingnya merupakan batuan putih yang berkilat,
bahkan lantai pun beralaskan batuan putih yang berkilauan.
Tiba tiba.... Ku See hong menarik napas panjang, dia seakan-akan
mengeadus sejenis bau harum bunga yang semerbak....
Padahal gua itu amat bersih, tiada rumput atau bunga yang
tumbuh disitu lalu dari mana datangnya bau harum tersebut"
Dia lantas memasuki kembali sebuah lorong yang terpertang
dibelakanig gua itu, dalam anggapannya bau harum tadi tentu
berasal dari belakang sana.
Tanpa lagu lagi dia melangkah masuk kedalam lorong tersebut.
Lorong itu terletak disebelah kiri dinding batu yang terbelakang, panjangnya dua
kaki kemudian melebar, rupanya disana terdapat
kembali sebuah ruangan batu.
312 Ruangan inipun seperti juga ruangan yang berada diluar, kosong melompong tiada
suatu bendapun, sementara keempat belah
dindingnya terbuat dari batuan putih yang berkilauan.
Disebelah kiri depan pintu masuk, terdapat sebuah pot bunga
yang terbuat dari batu putih, Pot itu letaknya lima depa dari
permukaan tanah. Didalam pot bunga tersebut terdapat tanah dan tumbuh
sebatang rumput hijau yang panjangnya hanya tiga empat' inci,


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namun dalam pot tersebut hanya terdapat tanah merah tanpa air, mungkin airnya
sudah lama mengering... Anehnya, walaupun tanpa air rumput hijau itu tidak menjadi layu dan mati. Bau
harum semerbak yang terendus sedari tadi ternyata berasal dari rumput hijau
tersebut. Timbul rasa ingin tahu dalam hati kecil Ku See hong, dia segera meneliti pot
bunga itu lebih seksama. Ternyata pot bunga tadi terbuat dalam delapan sudut, satu
bagian menempel diatas dinding tanpa cacad. Oleh karena itu dia lantas mengambil
kesimpulan bahwa pot bunga tersebut tentu
dibuat oleh pendiri gua itu ketika dilihatnya ada sebagian batu putih yang
menonjol keluar dibagian sana.
Tapi yang lebih aneh lagi adalah diseluruh ruangan batu itu tidak dijumpai
sebuah kursi atau mejapun. Sekalipun pemilik gua itu
sudah pindah atau meninggal dunia, paling tidak disana harus
tertinggal perabot-perabot yang besar seperri meja, kursi atau pembaringan.
Tiba-tiba muncul perasaan ingin tahu dalam hatinya, diapun
lantas berpikir: 'Ruangan ini bentuknya persis dengan ruangan batu diluar sana,
apakah sejak dulu memang begitu bentuknya" Arsitek yang membangun gua ini betul-
betul hebat....! Aaah betul, pot
bunga itu bisa berbentuk segi delapan, itu berarti tempat ini bukan bersifat
alam, melainkan memang buatan manusia...!'
313 Satu ingatan segera melindas dalam benak Ku See hong, dengan
cepat dia memegang pot bunga bersegi delapan itu dan didorong ke kiri. Ketika
sama sekali tak bergerak, dia menggerakannya lagi ke
kanan. "Kraaak....!" kali ini pot bunga bersegi delapan itu bergeser beberapa inci dari
tempat semula. Tapi diatas dinding batu itu sama sekali tidak ditemukan pintu, hal mana membuat
Ku See hong menjadi tertegun, mendadak dia
menggoyangkan dengan gerakan sekenanya, tanpa disengaja dia
menekan pot bunga itu kebawah.
"Kraak....!" kembali bergema suara keras, agaknya ada engsel pintu yang sedang
membuka. Mencorong sinar aneh dari balik mata Ku See hong, dengan
wajah tertegun dia menarik pot itu ke belakang.
"Kraaakkk....... !"
ternyata pot bunga yang terbuat dari batu
putih itu tak lebih adalah tempat berpegangan diatas pintu, dengan cepat
terpentanglah sebuah pintu.
Dibalik pintu tersebut kembali terdapat sebuah ruangan lain yang luasnya dua
kaki dengan tinggi satu setengah kaki, seluruh dinding ruangan terdiri dari batu
kemala putih yang berkilauan.
Ditempat ini terdapat meja kursi dan pembaringan komplit
dengan perkakas lainnya. Semua alat itupun terbuat dari batu
kemala putih dengan ukiran-ukiran yang beraneka ragam, betul-
betul sangat indah sekali.
Dengan sorot mata yang tajam, mendadak Ku
See hong memandang sekejap keatas pembaringan batu, ...ternyata disana
duduk bersila seorang kakek yang matanya sudah cekung kedalam
dengan punggung bersandar diatas dinding ruangan.
Diatas pembaringan dimana kakek itu duduk bersila, terletak
sebilah pedang antik yang berwarna hitam..., di bawah pedang tadi tampak sejilid
kitab yang tipis ! 314 Ku See hong tahu kakek ini pastilah seorang tokoh persilatan
yang berilmu tinggi, tapi yang menjadi pertanyaan baginya adalah tubuh kekek
itu; mengapa tidak membusuk sebaliknya mirip orang yang masih hidup saja. Apakah
dia mati belum lama"
Ku See hong menghela napas panjang, ia merasa kematain kakek
itu sungguh mengenaskan, begitu sepi, begitu menyendiri, coba
kalau dia tidak memasuki gua tersebut tanpa sengaja, mungkin saja beberapa ratus
tahun kemudianpun betum tentu jasadnya akan
ditemukan orang. Padahal, darimana dia tahu kalau kakek ini telah meninggal dunia sejak tigaratus
tahun berselang, lagipula merasakan (merupakan) seorang manusia aneh yang luar
biasa hebatnya, selain mengerti ilmu perbintangan, ilmu bangunan, ilmu alam dan
tanah, ilmu barisan Pat-kwa, juga memiliki kepandaian silat yang tak terlukiskan
hebatnya...." Dengan sikap yang sangat hormat Ku See hong memberi hormat
kepada kakek itu, kemudian maju mendekat dan mengambil kitab
kecil yang tipis itu. Diatas kitab tadi terlukis beberapa huruf yang tersembunyi:
"Tiada teman dalam jagad, dunia ini hanya kuseorang"
Kemudian dibawah tertera pula empat huruf kecil:
"HU-THIAN SENG-KIAM" !!
Gaya tulisannya kuat dan tegas, indah dan megah....
Ku See hong segera merasa, walaupun ucapan kakek ini terlalu
besar namun terkandung kepedihan yang tak terlukiskan dengan
kata-kata, sambil menghela napas segera gumamnya:
'Dunia amat luas, umat manusiapun tak terhitung jumlahnya,
namun orang ini tidak menemukan seorang temanpun sehingga ia
menyebut dirinya sebagai Hu-thian Seng-kiam (Malaikat Pedang
Menyendiri).' 315 'Mungkin keanehan watak Orang ini jauh melebihi watak suhuku
Bun-ji koan-su ,...kalau tidak, mengapa tiada teman didunia ini"
Atau mungkin dalam jagad hanya dia seorang yang baik sedang
lainnya orang jahat"'
Tentu saja Ku See hong tidak mengetahui sejarah dari Hu-thian
seng-kiam tersebut, kalau tidak, ia pasti akan terperanjat, lagipula tak akan
curiga terhadap apa yang ditulisnya itu.
Tapi Ku See hong memang seorang yang perasa, apalagi setelah
membaca tulisan yang berbunyi: ' Tiada teman dalam jagad, dunia ini hanya aku
seorang!' makin dikenal ia merasa ikut bersedih untuk kemalangan kakek itu.
Dalam sedihnya itu, Ku See hong lantas membuka halaman
pertama dari kitab itu, maka terbacalah tulisan yang
berbunyi demikian: "Catatan dari Hu-Thian Seng-Kiam menjelang saat Ajal ! " :
"Dalam kehidupan ini, kau telah ditakdirkan menjadi orang yang berjodoh untuk
menemukan hasil karyanya ini tiga ratus tahun
kemudian...! Benar-benar rejekimu amat besar!"
Membaca tulisan tadi, diam-diam Ku See hong amat terperanjat,
mungkinkah kakek ini benar-benar sudah mati tiga ratus tahun
berselang..." Kalau ditinjau dari tulisan dalam kitab itu, agaknya
dia sudah menduga kalau hari ini ada orang yang bakal memasuki gua ini !"
"Hu-thian seng-kiam! Wahai Hu-thian seng-kiam! Sebetulnya
siapakah kau" Mungkin kau benar-benar seorang jago lihay yang
amat tersohor pada tiga ratus tahun berselang" Mungkin para jago yang hidup pada
seratus tahun berselang pernah mendengar nama
besarnya?" Dengan sorot mata yang berkilauan, Ku See hong membaca lebih
jauh, 316 "Aaaih..., tampaknya semua telah menjadi takdir, setelah Hu-thian seng-kiam
lenyap selama tiga ratus tahun, dia akan muncul kembali dalam dunia
persilatan...! Dikala pedang ini mulai keluar dari sarung, jeritan kesakitan akan melanda jagad
!! Darah bercucuran sederas genangan sungai, bangkai berserakan
menusuk hidung, bagai pembunuhan yang melanda dunia persilatan tempo dulu, pasti
akan terulang kembali..., Sungguh mengenaskan, sungguh memedihkan.....!
Ku See hong tahu, yang dimaksudkan Hu-thian seng-kiam adalah
nama pedang mestika itu, lagipula orang yang memperoleh pedang tersebut harus
menyebut pula dirinya sebagai Hu-thian seng-kiam.
Bila ditinjau kembali apa yang tertulis begitu serius dan
mengandung amisnya darah, tampaknya pedang tersebut merupakan sebuah pedang yang sangat lihay.
Berpikir demikian, tanpa terasa Ku See hong memperhatikan
pedang antik itu dengan seksama. Tampak sarung pedang itu hitam pekat dan
bercahaya terang, selain gagang pedangnya memang
tampak aneh, sama sekali tidak ditemukan ciri-ciri lain....
Maka diapun membaca tulisan dalam kitab itu lebih jauh:
"Takdir telah menetapkan demikian, maka Hu-thian seng-kiam angkatan pertama
menghadiahkan pedang ini bagi mereka yang
berjodoh! Selain juga mewariskan tiga jurus ilmu pedang yang tiada tandingannya
didunia ini... Catatan tentang ilmu pedang itu ada di belakang, aku percaya
dengan kecerdasanmu untuk membuka
ruang rahasia ini, terbukti kalau kau berotak cerdas, pasti rahasia ilmu pedang
itu dapat kau ketahui. 'Dimasa silam, dengan mengandalkan pedang Hu-thian seng-
kiam ini, lohu telah menciptakan suatu badai pembunuhan yang tak terkirakan
sehingga melanggar hukum langit. Suatu hari ketika
317 menelusuri lautan, tanpa disengaja telah menemukan bukit tinggi ini dimana
terdapat Tee-liong-hiat-meh (Naga tanah nadi darah)!'
'Tee-liong-hiat-meh, merupakan tempat pemusatan dari inti
langit dan bumi yang berlangsung seribu tahun sekali, yang disebut gua mestika!
Letak gua itu berada ditengah punggung bukit ini.
Perlu diketahui lohu pandai melihat hong-sui dan aneka ragam
kepandaian lain, lohu tahu kalau gua mestika ini tak ternilai
harganya! Barang siapa yang meneguk Sari Kekuatan tersebut, maka dia
akan kuat dan panjang usia.
Bila orang persilatan yang meneguknya, walaupun seluruh inti
kekuatannya tak bisa terhisap dalam waktu singkat, tapi asal bisa mendapat
sedikit saja, manfaatnya tak terlukiskan dengan kata
kata...! Itulah sebabnya kukatakan kalau benda itu merupakan benda
mestika yang tiada ternilai harganya.
Walaupun lohu sudah tidak berniat untuk hidup terus di alam
ramai, tapi aku dapat menghitung apa yang bakal terjadi
dikemudian hari. Telah kuperhitungkan bahwa pedang Hu-thian seng-kiam ini
memancarkan hawa pembunuhan yang luar biasa, ...tiga ratus
tahun kemudian benda ini pasti akan muncul kembali dalam dunia persilatan...!
Maka secara diam-diam lohu bertekad untuk membantu pemilik
pedang Hu-thian-seng-kiam "angkatan kedua" untuk menciptakan suatu keajaiban
yang belum pernah terjadi selama ini.
Sengaja kupancing keluar Tee-liong-hiat-meh itu untuk kau
terima! Ditengah 'batu naga' diatas sana, dengan sengaja aku telah
membuat sebuah celah gua yang dalam dan meletakkan sepotong
Batu Kemala Hijau,'Ban-nian pek-giok' disitu. Selewatnya tiga ratus tahun
kemudian, hawa sakti dari Tee-liong-hiat-meh itu pasti akan 318
terhimpun oleh Ban-nian pek-giok tersebut hingga terwujud menjadi cairan yang
dinamakan Tee-liong-hiat-poo (Mestika Darah Naga
Bumi) !! Hawa sakti itu akan muncul dalam waktu yang singkat, yakni
selama dua jam (tiga ratus tahun dari saat ini), bila kesempatan dua jam itu
terlewatkan, maka saat munculnya kembali Hiat-meh-liong-khi itu akan terjadi
lagi setelah tiga ratus tahun kemudian.
Mestika alam hanya akan diperoleh untuk mereka yang berjodoh,
yang tidak berjodoh jangan harap bisa menemukan benda ini.
Pada tiga ratus tahun berselang, lohu telah menghitungkan
kejadian yang akan datang, telah lohu ketahui pemilik pedang Hu-thian seng-kiam
angkatan kedua mempunyai rejeki yang besar, dia akan menerima mestika Tee-liong-
hiat-poo itu. Bila kau telah mendapatkan Tee-liong-hiat po itu..., lohu anjurkan cepat-
cepatlah kau tinggalkan bukit ini...!!!
Bukit karang ini bisa berdiri tegak selama puluhan laksa tahun karena ada hawa
sakti yang menunjang dari dalamnya, begitu hawa sakti tersebut terambil pergi,
ibarat manusia yang kehabisan darah, tujuh hari kemudian pasti akan runtuh dan
hancur. Manusia maupun binatang yang berada dalam jarak satu Li
disekitar tempat ini akan tertimpa akibatnya dan musnah, ...ingat!
Ingat...! Cepat tinggalkan bukit ini sejauh-jauhnya...!
Rumput Hijau didepan pintu itu, merupakan sebuah benda yang
berusia sepuluh laksa tahun, kasiatnya dapat mencegah keracunan, mencegah hawa
sesat, air dan api tak tembus, benar-benar
merupakan suatu benda mestika yang tiada taranya.
Dimasa lalu benda ini dinamakan orang sebagai Pek-liok-cau!
Pertumpahan darah terjadi dimana-mana gara-gara benda itu.
Akhirnya, lohu yang telah berhasil memperolehnya, sekarang akan kuberikan pula
untukmu. 319 Umat manusia didunia ini banyak yang licik dan berhati busuk,
banyak ksatria yang harus mengorbankan jiwanya ditangan mereka.
Kau telah ditakdirkan sebagai bintang penolong dunia persilatan pada tiga ratus
tahun kemudian. Aku harap kau jangan membunuh
orang seperti membabat rumput; dimana bisa diampuni, ampunilah mereka yang mau
bertobat. Jenasahku tak usah kau geser, karena lohu telah membuka
rahasia langit dan menghancurkan bukit ini. Untuk dosaku, lohu rela dijebloskan
kedalam neraka, biarlah jazadku terkubur bersama bukit ini.
Ingatlah apa yang kupesankan dan laksanakan baik-baik, jangan
berbuat kejahatan yang melanggar hukum sehingga menyia-nyiakan harapanku.....!!
Tertanda: Hu-Thian-Seng-Kiam "Angkatan Pertama"!
oooooo0dw0ooooooo Bab 15 SELESAI membaca tulisan itu, Ku See hong menjadi termangu
mangu dan tenggelam dalam lamunannya sendiri. Diam-diam
diapun bersyukur karena ia telah menerima banyak keajaiban alam.
Selama hidup, belum pernah Ku See hong menerima budi
kebaikan orang lain, tapi sekarang, bukan saja dia telah
memperoleh kebaikan orang, bahkan siapa nama kakek itupun tak
diketahui olehnya. Selain itu, kakek tersebut juga tidak meninggalkan pesan agar
dia melakukan sesuatu baginya, kesemuanya ini membuat Ku See
hong merasa amat tidak tenang, Diam-diam pikirnya:
'Semasa masih hidupnya dulu, locianpwe ini tak pernah
menemukan seorang sahabat pun; setelah mati, jenasahnya akan
320 terkubur dalam perut bumi,
benar-benar suatu nasib yang
mengenaskan.... Mumpung masih ada enam hari enam malam
sebelum bukit ini hancur, lebih baik kutemani dirinya disini selama beberapa
hari, sekalian menghibur sukmanya yang kesepian.'


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak..., pada saat itulah Ku See hong mendengar suara
gemuruh yang amat keras bergema memecahkan keheningan,
menyusul kemudian seluruh ruangan batu itu bergoncang keras.
Paras muka Ku See hong berubah hebat, ia tahu ucapan
locianpwe tersebut amat tepat, kalau dilihat dari gempa yang begitu hebat
melanda seluruh bukit ,kini sudah pasti ia tak bisa mengendon terus dalam
ruangan tersebut. "Blaaamm.....! Blaaamm.....!" setelah berkumandang suara gemuruh yang memikikkan
telinga, gemeratak bumi yang menggoncangkan ruangan itu semakin menghebat, menyusul
kemudian terdengar bunyi tanah longsor yang memekikkan telinga, mungkin ada
sebagian dari tanah perbukitan itu yang telah ambruk.
Gemuruh keras yang menggelegar di angkasa itu berbunyi sekali
tiap semenit, waktunya pun makin lama semakin pendek,
sedangkan gempa yang terjadi makin lama makin kencang. Ku See
hong sudah tak sanggup lagi untuk berdiri tegak.
Yang lebih aneh lagi adalah jenazah dari kakek itu, walaupun
bumi bergoncang dengan hebatnya, namun ia masih tetap duduk
dengan tebang ditempat semula.
Dalam perkiraan Ku See hong semula, bunyi gemuruh dan
getaran gempa yang berlangsung selama ini hanya akan terjadi
beberapa saat lalu akan berhenti dengan sendirinya, siapa tahu makin lama malah
menghebat, seakan-akan dunia mau kiamat saja, saluruh ruangan dalam gua itu
bagaikan diputar balikkan, betul-betul menggetarkan hati.
' Blaaamm...!" setelah berkumandang suara gemuruh yang luar biasa dahsyatnya,
menyusul kemudian muncul segulung tenaga
getaran yang sangat kuat melanda seluruh ruangan, kuda-kuda Ku 321
See hong kontan menjadi gempur dan ia terpental sejauh tiga
empat depa dari posisi semula.
' Kraaak...blaaamm!" bunyi tanah yang merekah bergema disitu, dinding batu putih
dalam ruangan yang begitu kuat dan keras kini sudah muncul retakan-retakan yang
banyak, disusul kemudian dari luar gua sana bergema suara batuan cadas yang
berguguran. "Aduh celaka" pikir Ku See hoag kemudian,"bila gua ini tak kuat menahan golakan
tenaga yang menggetarkan bumi sehingga roboh
lebih dulu, niscaya akupun akan turut terkubur hidup-hidup
ditempat ini! " Berpikir sampai disitu, dia lantas masukkan kitab kecil itu
kedalam sakunya, kemudian tak sempat untuk memperhatikan
pedang mustika itu lagi, buru-buru digembolnya pedang itu diatas bahunya.
Setelah itu, dengan sikap yang sangat hormat dia menjura
dihadapan jenasah kakek itu ujarnya dengan lantang; "Setelah menerima budi
kebaikan dari cianpwe, sesungguhnya boanpwe Ku
See hong berhasrat untuk menemani layon cianpwe selama
beberapa hari sebagai tanda rasa terima kasihku, tapi berhubung gejala gempa
yang menimpa bukit ini sudah mulai dan boanpwe
kuatir terjadi hal yang tak di nginkan, terpaksa boanpwe akan
mohon diri lebin dahulu. Boanpwe pasti akan mempergunakan Hu-
thian seng-kiam yang cianpwe hadiahkan kepadaku ini, untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran didalam dunia persilatan...!"
Selesai berdoa, Ku See hong segera melompat keluar dari
ruangan itu, tapi apa yang kemudian terlihat olehnya hampir saja membuat pemuda
itu menjerit keras. Tampaklah dalam lorong yang berada sepuluh kaki dari ruang
batu itu telah dipenuhi oleh belalang beracun yang jumlahnya begitu banyak
sehingga menyerupai sebuah awan hitam, bukan saja telah menyumbat lorong yang
luasnya beberapa kaki itu, lagi pula
suaranya memekikkan telinga.
322 Agaknya semua binatang beracun yang selama ini bersembunyi
dalam gua tersebut telah dikacaukan oleh terjadinya gempa kuat, sehingga sama
sama kabur menyelamatkan diri.
Gua yang dilewati Ku-See-hong ketika masuk kedalam ruangan
tadi merupakan sebuah celah alam yang ada dicelah bukit, dimana gua tersebut
memanjang sampai kepuncak tebing, panjangnya
paling tidak mencapai ratusan kaki, didalamnya tersebarlah gua besar maupun
kecil yang puluhan ribu banyaknya, disana menghuni pelbagai binatang beracun
yang tak terhitung jumlahnya. Tak heran kalau binatang beracun itu segera
berdesakan menuju kegua yang berhubungan langsung dengan alam bebas.
"Aduh celaka!" pekik Ku See hong setelah menyaksikan kejadian itu.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, hawa murninya
segera dihimpun kedalam telapak tangannya, menanti belalang
beracun itu bergerombol mendekat, diapun akan lepaskan sebuah
pukulan dahsyat. Siapa tahu, belalang beracun yang berpuluh ribu jumlahnya itu
hanya bergerombol didalam lorong tersebut bagaikan selapis awan gelap, bukan
saja menutupi cahaya yang masuk, juga tak seekorpun yang terbang masuk kedalam
gua. Ku See hong yang cerdik dan cekatan tiba-tiba menunjukkan
wajah berseri, rupanya teringat bahwa cianpwe itu pernah
menyinggung bahwa rumput Pek-lik-cau yang berada diatas pot
bunga itu merupakan benda mustika yang sanggup digunakan untuk melawan racun.
Berpikir sampai disitu, dia lantas melompat kesamping pot bunga tadi dan
memegang akar rumput Pek-lik-cau tersebut.
Segera itu juga dia merasakan ada segulung hawa dingin yang
merambat naik lewat celah-celah tangannya dan masuk ke
tubuhnya, sementara bau harum semerbak menyegarkan badan,
tampaknya rumput tersebut benar benar merupakan sebatang
rumput mustika. 323 "Sreeet.....!" di ring suara desingan, Ku See hong telah berhasil mencabut
keluar rumput Pek-lin-cau itu.
Batang berikut akarnya yang berwarna merah kehijau hijauan itu hanya mencapai
lima inci saja, cahaya hijau yang terpancar keluar tampak indah menawan.
Begitulah dengan tangan kiri memegang rumput Pek lik cau,
tangan kanan menyiapkan serangan dahsyat untuk menjaga segala
kemungkinan yang tak di nginkan, pelan-pelan Ku See hong berjalan mendekati
gerombolan belalang beracun itu.
Kalau dibicarakan memang sangat aneh ketika kawanan belalang
beracun itu menyaksikan Ku See hong berjalan mendekat, ternyata binatang itu
serentak menggerakkan sayapnya dan mundur ke
belakang. Ku See hong menjadi amat gembira, secepat kilat telapak tangan kanannya
melancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat
bagaikan hembusan angin topan, kawanan belalang beracun yang
berada dibarisan depan segera tersapu oleh pukulan dahsyat itu hingga hancur dan
tercerai berai diatas permukaan tanah.
Semenjak makan cairan merah Tee liong-hiat-po, tenaga dalam
yang dimiliki Ku See hong telah memperoleh kemajuan pesat,
serangan yang dilancarkan barusan betul betul mengerikan sekali.
Tak selang berapa saat kemudian, bangkai belalang beracun itu
sudah membukit, sementara belalang beracun yang masih terbang
diudara dan tak kena terhajar mampus itu serentak melarikan diri ke empat
penjuru. Dalam waktu singkat, Ku See hong telah mencapai pintu masuk
gua tersebut. Mendadak...... kembali terendus bau busuk yang lembab dan
menyengat hidung dari arah depan, pemuda itu cepat menjadi
sadar, pastilah seekor binatang beracun kembali telah munculkan diri.
324 Dengan cekatan dia menempelkan punggungnya diatas dinding
gua, kemudian dengan sepasang matanya yang tajam melakukan
pemeriksaan di sekeliling tempat itu, hawa murni dihimpun ke dalam telapak
tangan kanannya dan bersiap sedia melancarkan serangan setiap saat.
Waktu itu suasana didepan gua itu amat gelap dan remang
remang karena udara dipenuhi oleh belalang beracun yang sedang melarikan diri.
Rupanya rombongan belalang beracun tersebut hanya mengikuti
arah terbang pemimpinnya yang ada dipaling depan, andaikata
pemimpinnya terjun ke lautan api, maka yang berada dibelakangnya turun pula
menerjunkan diri ke dalam lautan api.
Cepat nian gerak terbang dari kawanan belalang beracun itu,
suara dengungan nyaring yang mmekikkan telinga itu kian lama kian bertambah
melemah, tak lama kemudian binatang tersebut sudah
lenyap tak berbekas. Dalam pada itu, dari mulut gua telah muncul seekor ular raksasa yang berperut
amat panjang dengan sisik yang berwarna-warni,
dengan menelusuri dinding gua tanpa menimbulkan sedikit
suarapun, bergerak mendekat.
Ditinjau dari kepalanya yang berbentuk segi tiga serta tubuhnya yang berwarna
warni, dapat diketahui bahwa ular beracun raksasa itu sudah pasti seekor ular
yang berbahaya sekali, barang siapa terpangut, niscaya jiwanya akan melayang.
Terkesiap Ku See hong menyaksikan kejadian ini, telapak tangan kanannya segera
digetarkan ke muka, lima gulung desingan angin tajam yang memekikkan telinga
segera dilontarkan ke muka
menyergap kepala aneh dari ular beracun itu.
"Sreeet..! Sreeet..! Sreeet..! Sreeet..! Sreeet..!" lima gulung desingan angin
tajam yang sanggup membelah batu cadas,
bersarang telak diatas kepala aneh si ular berbisa itu, tapi anehnya ternyata
binatang itu sama sekali tidak menderita luka apa-apa.
325 Ketika ular berbisa berwarna warni itu menyaksikan ada orang
menyergapnya, sepasang mata anehnya yang mirip lampu lentera
segera memancarkan semerbak sinar hijau yang menggidikkan hati, lalu sambil
mengangkat kepalanya ia memperdengarkan pekikan
nyaring yang mendirikan bulu roma, mulutnya dipentangkan lebar lebar dan
menyemburkan segumpal asap beracun yang berwarna
warni. Secepat sambaran petir, kabut beracun itu menyambar kewajah
Ku See long. Mimpi pun Ku See bong tidak menyangka kalau ular
berbisa itu begitu ganas dan berbahaya, tubuhnya cepat-cepat
berkelit kesamping dan melompat kearah dinding tebing lainnya, sementara telapak
tangan kirinya kembali diayunkan
kemuka. Segulung angin pukulan yang tak kalah hebatnya sekali lagi
menggulung kedepan. Agaknya ular berbisa yang berwarna warni itu cukup mengerti
akan kelihayan ilmu pukulan yang dilancarkan Ku See hong,
kepalanya yang aneh segera dimiringkan ke samping, kemudian
tubuh bagian depannya diangkat keatas.
'Plaak!' dengan diiringi suara nyaring, pukulan tadi bersarang telak diatas
badan ular bebisa yang keras bagaikan baja itu, al-hasil ular tadi masih juga
tidak menderita apa apa. Kembali suara pekikan aneh yang memekikkan telinga
berkumandang memecah keheningan, ular berbisa yang tubuhnya
amat besar itu membalikkan badannya, kemudian ekornya yang
panjang langsung menggulung ke tubuh Ku See hong.
Kekuatan yang menyertai sabetan ekor ini betul-betul
mengerikan hati, deruan angin dahsyat menggetarkan seluruh
angkasa. Dengan kecepatan yang luar biasa, Ku See hong melompat
kemuka. "Blaaam....!" suatu benturan keras berkumandang, dinding karang dalam gua itu
segera bergetar keras, pasir dan batu
326 beterbangan diangkasa, ternyata sudut dinding gua itu sudah
tersapu ambruk sebagian. Ku See hong segera terkesiap sekali, mendadak satu ingatan
melintas didalam benaknya. "Cri ing..." di ringi suara dentingan yang sangat
nyaring, Ku See hong telah meloloskan sebilah pedang
mestika yang memancarkan cahaya merah.
Cahaya tajam yang memancar keluar dari pedang itu berwarna
bening, tapi lamat-lamat memancar selapis kabut tipis yang
berwarna merah menyelimuti senjata tersebut, tampak indah dan
menawan. Ketika ular beracun berwarna warni itu, menyaksikan Ku See
hong meloloskan pedang Hu-thian seng-Kiam, mulutnya segera
dipentangkan lebar-lebar, kemudian sambil berpekik nyaring,
gumpalan asap beracun segera disemburkan keluar.
Akan tetapi, ketika mendapat tiga depa dari kabut merah yang
menyelimuti pedang mestika Hu-thian seng-kiam tersebut, tahu-
tahu kabut racun itu menyebar keempat penjuru dan menguap ke
atas. Kabut beracun berwarna hijau tua, sedang cahaya pedang
berwarna merah darah, ketika kedua macam warna itn saling
membentur satu sama lainnya, segera timbullah beraneka warna
yang amat indah. Lambat laun, kabut beracun yang disemburkan ular berwarna
warni itu makin menipis, seluruh badannya makin lemah dan
kepalanya yang anehpun turut terkulai ketanah, dua biji mata
anehnya yang berwarna hijau kian lama kian bertambah lemah.
Sebaliknya kabut merah yang menyelimuti pedang Hu-thian
seng-kiam tersebut kian lama kian bertambah tebal hampir saja
menyelimuti seluruh badan Ku See hong sedemikian aneh dan
saktinya keadaan tersebut, sehingga tak malu kalau disebut sebagai pedang
mustika paling aneh didunia ini.
327 Cahaya gembira segera terpancar keluar dari balik mata Ku See
hong, sedemikian girangnya dia sehingga matanya hanya
mengamati pedang Hu-thian seng-kiam tersebut tanpa berkedip, dia lupa untuk
turun tangan, juga lupa untuk membunuh ular beracun tersebut.
"Blaaaam.....! Blaaammm.....!" ledakan demi ledakan yang memekikkan telinga
segera menggetarkan angkasa, menyusul
kemuaian seluruh gua itu bergoncang keras.
Tak lama kemudian tampak batu dan pasir berguguran ke atas
tanah dengan menimbulkan suara nyaring. Mungkin ada sebagian
besar batu karang yang telah ambruk.
Mendengar suara tadi, Ku See hong baru merasa terkejut dan
tersentak kaget pedang Hu-thian Seng-kiamnya digetarkan keras
menciptakan berlapis lapis gulungan garis busur yang melingkar, seolah-olah
cahaya bianglala yang menyebar ke angkasa.
Kemudian diiringi suara gemerincingan nyaring, laksana kilatan cahaya tajam,
pedang itu segera membacok keatas kepala
berbentuk segi tiga dari ular beracun itu.
Anehnya, kali ini ular beracun itu tidak menghindar ataupun
memberi perlawanan, namun dalam kenyataannya bacokan yang
dilancarkan Ku See hong itu memang dilakukan dengan kecepatan
luar biasa. Dalam keadaan tak mampu menghindarkan diri,"Crii ng...!" mata pedang itu segera
menembusi kepala ular beracun tersebut
bagaikan sedang memotong tahu saja. Pekikan keras berkumandang memecahkan keheningan, percikan darah segar


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memancar kemana-mana. kepala si ular yang berbentuk segi tiga itu segera kena
terbacok oleh senjata Ku See hong sehingga hancur tak karuan lagi bentuknya.
Ku See hong segera merendahkan badannya, sekilas cahaya
bianglala segera memancar keluar, hawa pedang mendesir, ular
raksasa yang panjangnya empat kaki itu sudah terpotong potong
328 menjadi puluhan bagian oleh ayunan pedang Hu-thian seng-kiam
tersebut, bau amis segera memenuhi seluruh gua.
Sambil menggenggam pedang Hu-thian seng-kiam, Ku See hong
melompat keluar dari gua itu. Ketika sorot matanya memperhatikan keadaan
disekitar sana, tampak lebih kurang dua kaki dihadapannya telah muncul dua buah
batu karang yang sangat besar menyumpal
jalan lewat, yang tersisa tinggal ruang kosong selewat satu kaki.
Tapi, pada ruang kosong yang satu kaki lebarannya itu kini
berdiri seekor laba-laba raksasa yang membentuk selapis sarang laba-laba yang
besar dan berwarna putih, diatas sarang tadi
tertempel banyak sekali belalang beracun, sedang laba-laba tersebut lagi sibuk
melalap belalang belalang beracun tersebut.
Diam diam Ku See hong merasa terperanjat, pikirnya: "Paling tidak aku harus
menempuh perjalanan sejauh tiga puluh kaki
melewati gua ini sebelum lolos dari tempat ini, tampaknya didalam gua yang lebar
didepan sanapun banyak terdapat binatang-binatang beracun. Aaai... tampaknya
bila aku tidak segera berusana untuk meninggalkan gua ini, bila sampai saatnya
ambruk, saat itu meski aku berilmu silat amat hebat pun, jangan harap bisa
meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat..."
Berpikir sampai disitu, dengan mementangkan sepasang matanya
bulat-bulat, telapak tangan kirinya segera didorong kemuka
melepaskan segulung angin pukulan yang maha dahsyat untuk
membayar sarang laba laba tersebut...
Tapi, Ku See hong segera merasakan telapak tangannya seolah-
olah menyentuh segumpal benda yang amat lunak dan mempunyai
daya pental yang kuat, tak ampun badannya mencelat kebelakang.
Dengan terkesiap dia mundur dua langkah, tampak sarang laba-
laba itu hanya sedikit bergerak, namun sama sekali tidak menderita kerusakan
apa-apa. Tampaknya laba-laba raksasa itu sudah memiliki sifat yang tajam dan pintar,
melihat orang yang manyergapnya, tubuh yang besar
segera melompat turun keatas tanah.
329 "Blaaam...!" di ringi getaran keras, ketika cakar panjang laba-laba raksasa itu
mencengkeram diatas sebuah batu cadas yang besar,
seketika itu juga batu cadas itu hancur tak karuan lagi bentuknya, bisa
dibayangkan betapa dahsyatnya kekuatan yang dimiliki
binatang tersebut. Ku See hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat
terperanjat, dia tak berani berayal lagi. Pedang Hu-thian seng-kiamnya segera
digetarkan membentuk garis bianglala panjang
yang secepat kilat membalik ke bawah dan menusuk tubuh laba-
laba raksasa tersebut. Laba-laba raksasa itu berpekik aneh, cairan hijau segera
memancar kemana-mana. Dalam waktu singkat tubuhnya sudah
kena dicincang oleh Ku See hong hingga tak karuan lagi bentuknya.
Ku See hong kembali menggetarkan pedangnya, cahaya senjata
berputar lewat ketika ia mengayunkan senjatanya berulang kali
diatas sang laba-laba tadi, menyusul tangan kirinya melepaskan sebuah pukulan
dasyat, serentak serangan laba-laba itu sudah kena tersapu bersih.
Dia tak berani berdiam terlalu lama lagi disitu, dengan kecepatan luar biasa
tubuhnya segera melompat masuk ke dalam gua yang
sangat besar itu, namun ketika matanya memandang sekeliling
tempat itu seketika itu juga tubuhnya mundur beberapa langkah
dengan perasaan terkesiap.
Ternyata banyak batu cadas telah berguguran didalami gua yang
lebarnya mencapai dua puluhan kaki itu, diantara bongkahan2 batu karang itu
penuh dengan sarang laba2 yang membentang kian
kemari, dipusat tiap lingkaran sarang laba2 itu, tampaklah seekor laba2 berkaki
delapan yang berwarna hijau kerabu-abuan.
Yang lebih mengerikan lagi adalah diatas tanah disekeliling
permukaan gua itu diliputi oleh selapis gelombang
merah yang bergolak kian kemari. Ternyata yang dimaksudkan sebagai gelombang merah itu adalah
sekelompok semut-semut berwarna merah yang amat besar sekali.
330 Semut-semut raksasa tersebut berkaki panjang dan berjuta-juta
ekor banyaknya, permukaan gua yang paling tidak dua puluh kaki luasnya itu
hampir dipenuhi oleh semut-semut tadi.
Rupanya gerombolan semut-semut raksasa berwarna merah itu
bermunculan dari sebuah celah dinding batu yang merekah dan
berhamburan keluar. Ku See hong terkesiap sekali, ia tahu kelompok semut merah
bertubuh raksasa ini pasti mengandung racun yang sangat jahat, seandainya sampai
tergigit, tak ayal lagi nyawanya pasti akan
melayang meninggalkan raga kasarnya.
Apalagi setelah pemuda itu melihat jelas keadaan disekitar sana, dia semakin
mengeluh lagi, ternyata sedemikian banyaknya semut2
merah itu berhamburan keluar dari sarangnya, membuat seluruh
permukaan maupun dinding batu yang ada disitu dipenuhi oleh
binattng itu, bahkan mulut gua didepan sanapun dilapisi jutaan semut merah.
Hakekatnya mustahil lagi baginya untuk melangkah keluar dari
tempat itu. Seandainya disana hanya ada semut-semut merah saja, dengan
mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, paling banter dia hanya perlu berganti
napas sekali saja untuk mencapai mulut gua.
Tapi kenyataannya tidak segampang itu, hampir seluruh celah
dan tempat kosong dalam gua dipenuhi oleh sarang laba-laba yang kuat, untuk bisa
melompat keluar dari situ, paling tidak dia harus menghancurkan empat lapis
sarang laba-laba terlebih dahulu,
padahal apabila badannya sampai terperosok kedalam rombongan
semut merah raksasa itu, niscaya habis sudah jiwanya.
Ku See hong menjadi sangat gelisah, ia betul betul kehilangan
akal dalam keadaan begitu, padahal semut
merah masih berhamburan keluar dari sarangnya dan kini mulai merambat ke
arah mana ia berdiri sekarang.
Mendadak.... 331 Ku See hong mengambil sarung pedangnya ditangan kiri,
kemudian tubuhnya meluncur ke depan, serentetan cahaya
gemerlapan yang menyilaukan mata secepat kilat menerjang ke
arah sarang laba-laba pertama.
"Sreeet... Sreeet....!" desingan tajam membelah angkasa, sarang laba-laba yang
pertama telah tersayat menjadi beberapa bagian.
Sementara itu tubuh Ku See hong telah meluncur ke bawah
tanah, dalam keadaan begini sarung pedang ditangan kirinya
secepat kilat menutul diatas permukaan tanah, badannya segera
melambung kembali dan meluncur ke arah sarang laba-laba kedua.
Perbuatan yang dilakukan tadi segera diulangi kembali, dan
menghancurkan sarang laba-laba tersebut dengan pedang mustika
Hu-thian seng-kiam yang berada ditangan kanannya.
Hanya didalam waktu singkat, secara beruntun Ku See hong
telah berhasil menghancurkan lapisan sarang laba-laba, kini sarung pedangnya
sekali lagi menutul diatas permukaan tanah dan
tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya
meluncur keluar dari gua.
Tiba-tiba Ku See hong menyadari akan sesuatu pikirnya: 'Aduuuh celaka..! Gua ini
berjarak lebih kurang tujuh puluhan kaki dari permukaan tanah, jika aku meluncur
dengan begini saja kebawah, walaupun sudah mengerahkan segenap rawa murni yang
kumiliki, kendatipun tak sampai mati paling tidak juga akan terluka parah.'
Ingatan tersebut baru saja melintas lewat, tubuhnya telah
meluncur sejauh lima kaki lebih dari mulut gua, kemudian dengan cepat badannya
merosot turun kebawah. Dengan sepasang mata terpentang lebar, dia mengawasi sekejap
sekeliling tempat itu namun tiada tempat yang bisa dipakai untuk berganti napas,
padahal badannya telah meluncur kebawah dengan kecepatan bagaikan sambaran
petir....... Waktu itu senja telah menjelang tiba matahari sore sedang
memancarkan cahaya ke empat penjuru...
332 Mendadak Ku See hong teringat kembali dengan taktik
melambung didalam ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong, dengan cepat ia menghimpun tenaga
dalamnya, lalu seperti segumpal kapas lunak pelan pelan badannya melayang turun
ke bawah. Ku See hong segera membentangkan sepasang lengannya, kedua
ujung kakinya saling berpijak pada punggung kaki, tubuhnya
bagaikan segumpal kapas melayang turun dengan ringan.
Angin berhembus kencang mengibarkan bajunya, di bawah
timpaan cahaya matahari sore yang menyoroti badannya, gerakan
tubuh tersebut nampak indah menawan.
Hanya didalam sekejap mata saja Ku See hong telah berhasil
mencapai permukaan tanah dengan selamat. Dia mendongakkan
kepalanya dan menghembuskan napas panjang, gumamnya sambil
menghela napas: "Tak kusangka ilmu meringankan tubuh yang kumiliki telah
mencapai ke tingkatan yang begitu tinggi..."
Memandang bukit karang yang menjulang tinggi keangkasa,
tanpa terasa ia menghela napas sedih, dalam benaknya terbayang kembali akan si
kakek yang seorang diri. Dimasa hidupnya dulu dia sudah hidup menyendiri, sesudah mati
mayatnya akan tenggelam kedalam bumi, dalam dunia yang luas,
mungkin hanya dia seorang yang mempunyai nasib seburuk itu.
Sementara itu, dari atas puncak batu karang itu seakan akan
bergoncang keras dan tiap saat bakal ambruk ketanah. Sedangkan dari permukaan
sekeliling batu karang itu telah muncl retakan-retakan besar yang dalam sekali.
"Aaaai....!" sekali lagi Ku See hong menghela napas sedih, benaknya terkenang
kembali semua pengalaman yang dialaminya
selama dua bulan terakhir ini.
Semua kejadian serasa bagaikan impian, terutama diantaranya
pengalaman yang menimpa Bun-ji koan-su, Keng Cin sin dan Kakek Yang Menyendiri
tadi. Ketiga orang itu merupakan orang yang tak 333
akan terlupakan sepanjang hidupnya, tapi ketiga-tiganya sudah
tiada lagi didunia ini....
Teringat diri Keng Cin sin, air matanya jatuh bercucuran bagaikan hujan gerimis,
ia merasa sedih sekali. Selama hidup belum pernah dia alami kesedihan seperti ini, ia tak pernah
bersikap lemah dengan mengucurkan air mata, hanya
kepadanya Keng Cin sin, bayangan gadis itu serasa melekat selalu didalam
benaknya. Selama berkelana dalam dunia persilatan dimasa lalu, walaupun
banyak kesulitan telah dialaminya, namun dia melewati sambil
menggertak gigi, tapi sekarang tidak, tepatnya belakangan ini. Dia baru mengerti
kalau kehidupan manusia itu sebenarnya tidak
gampang, bagaimana pun juga didunia ini banyak terdapat
persoalan yang bisa menghancur lumatkan perasaan orang.
Tapi, justru karena pelbagai pengalaman dan penderitaan yang
dialami inilah dia menjadi lebih matang, bahkan jauh lebih
pengalaman dari pada orang yang berusia setengah umur.
Dalam suasana dan keadaan seperti ini, ia sudah memikirkan lagi ucapan yang
selalu merupakan kebanggaannya, yakni 'Enghiong
hanya melelehkan darah tidak melelehkan air mata!'....Dia
membiarkan air matanya jatih bercucuran dengan derasnya.
Ia mendongakkan kepalanya memandang langit yang gelap,
hanya bintang yang bertaburan tiada rembulan.
Dengan penuh kesedihan Ku See hong berpekik nyaring lalu
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya bergerak menuju ke arah
barat. Dia ingin mencari puncak bukit lain pada jarak satu Li dari sana dan
melatih ketiga jurus pedang yang tercantum pada dalam kitab kecil peninggalan
Kakek Menyendiri itu, disamping ia ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri,
bukit karang yang menjulang tinggi keangkasa itu longsor dan ambruk.
Ditengah gelapnya malam, keempat penjuru hanya penuh
dengan pepohonan serta batu karang, angin menghembus kencang,
334 bayangan hitam bergerak gerik seolah-olah kawanan iblis yang
menanti mangsanya menghantarkan kematian....
Semenjak minum cairan darah Naga Bumi, tenaga dalam yang
dimiliki Ku See hong telah mencapai kemajuan yang pesat sekali.
Oleh karena gabungan dari beberapa macam sari mustika yang
bercampur didalam tubuhnya, hawa murni yang dimilikinya
sekarang dapat beredar tiada habisnya, kekuatan yang sangat kuat itu bagaikan
gulungan ombak ditengah samudra yang menggulung
tiada habisnya. Tubuhnya bergerak begitu enteng bagaikan segumpal kapas
yang tak berbobot, setiapkali lompatan tubuhnya mencapai sejauh sepuluh kaki
lebih dari posisi semula, tak ubahnya bagaikan burung walet yang sedang terbang
di angkasa. Kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya
sekarang boleh dibilang telah mencapai pada puncaknya, mungkin dalam dunia
persilatan dewasa ini sudah tiada banyak orang lagi yang dapat menandingi
kehebatan ilmu meringankan tubuhnya.
Dibawah sorot cahaya bintang, seperti sambaran petir saja
badannya bergerak kemuka, makin lama gerakan tubuhnya semakin
cepat, seakan akan kakinya tidak menempel pada permukaan tanah, membuat orang
hanya melihat sekilas cahaya berkelebat lewat, tahu tahu bayangan tubuhnya sudah
lenyap tak berbekas. Dalam waktu singkat, Ku See hong telah tiba diatas sebuah
puncak bukit sejauh satu Li dari tempat semula dan berdiri di
puncak bukit karang tersebut. Sekeliling tempat itu tampak
pepohonan yang rindang tumbuh dengan amat suburnya, dengan
amat jelas sekali ia dapat menyaksikan keadaan dari bukit
diseberang itu. Betul Ku See hong telah makan cairan Tee liong hiat-poo
sehingga kekuatannya bertambah, namun setelah beberapa malam
tak pernah beristirahat, begitu suasana menjadi tenang rasa lelah segera
menyerang seluruh tubuhnya.
335 Maka diapun duduk bersila diatas tanah untuk mengatur napas,
tak selang berapa saat kemudian ia sudah berada dalam keadaan
lupa segala galanya. Tatkala sadar kembali dari semedinya, fajar telah menyingsing, hari ini
goncangan yang menimpa bukit seberang bergema semakin keras, bahkan puncak bukit
dimana ia berada sekarangpun turut
dilanda goncangan yang amat keras.
Dari dalam sakunya Ku See hong mengeluarkan kitab kecil
peninggalan Kakek Yang Menyendiri itu, lalu mulai mempelajari
ketiga jurus ilmu pedang tersebut.


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Walaupun tulisan yang tercantum dalam kitab itu telah dipelajari dan dikupas
dengan penuh ketelitian, bahkan diterangkan pula oleh gambar, tapi berhubung
jurus pedang itu terlalu dalam artinya, lagipula sangat lihay, ia belum berhasil
juga untuk memahami makna yang sesunggunnya. Setelah melalui pemikiran yang seksama selama dua hari dua
malam, akhirnya Ku See hong berhasil memahami garis besar dari Jurus pertama.
Kejut dan heran segera menyelimuti seluruh perasaannya,
ternyata jurus pedang ini dengan jurus Hoo-han seng-huan yang
diwariskan Bun ji koan su kepadanya, seakan-akan memiliki
kekuatan dan kehebatan yang hampir sejalan, namun kedua macam
kepandaian itu tak bisa digunakan secara bersamaan, melainkan
hanya bisa digunakan secara terpisah pisah..., kalau tidak, kekuatan yang
dihasilkan pasti akan beberapa kali lipat lebih dahsyat lagi..!
Pada dasarnya, Ku See hong memang seorang yang gila ilmu
silat, begitu menemukan rahasia dari kepandaian tersebut, ia
menjadi girang setengah mati. Sepanjang hari, segenap pikiran dan perhatiannya
tercurahkan pada ketiga jurus pedang itu.
Hanya saja selama ini dia tidak mempraktekan secara langsung,
melainkan hanya memikirkannya didalam benak nya.
336 Ada kalanya dia garuk kepala sambil memandang awan
diangkasa dengan wajah termangu, tapi saperti juga orang yang
semedi, tiap kali ia termangu maka hal ini berlangsung sampai
setengah harian lamanya. Akan tetapi setiap kali berhasil memecahkan persoalan pelik yang sedang
dihadapinya, ia menjadi kegirangan setengah mati sehingga lupa daratan. Pekikan
nyaring dikumandangkan berulang kali,
seakan-akan orang yang lagi tertawa tergelak.
Setelah menghabiskan waktu selama lima hari lima malam, Ku
See hong baru berhasil mengingat sebagian kecil saja dari gerakan ketiga jurus
ilmu pedang itu. Pagi itu merupakan hari ke tujuh setelah Ku See hong minum
cairan mestika Tee liong hiat poo. Hari ini cuaca tampak agak luar biasa, fajar
belum lagi menyingsing diufuk sebelah timur, langit sudah diliputi oleh cahaya
terang, awan diangkasa tidak lagi
berwarna putih seperti sedia kala, melainkan berwarna kuning
keemas-emasan. Suasana dipagi hari itu ibaratnya suasana senja dikala matahari hendak tenggelam
dilangit barat, sedemikian suramnya suasana
ketika itu, sehingga orang yang tak tahu keadaan, tentu akan
mergira senja telah menjelang tiba.
Gemuruh keras yang semula berkumandang dari bukit sebelah,
kini berubah menjadi hening sepi..., sedemikian sepinya sehingga mendatangkan
suasana yang menyeramkan, tiada angin yang
berhembus lewat, pohon dan dedaunan tiada yang tergoncang,
seakan-akan dunia sudah kiamat.
Seluruh jagad seakan akan diliputi oleb keseraman, kengerian
dan kemurungan....... Ku See hong berdiri tegak dipuncak bukit itu sambil memandang
kearah tebing karang yang menjulang keangkasa diseberang sana.
Bukit ini nampak berdiri kokoh dengan angkernya, siapapun tak-
akan percaya kalau bukit yang begitu kokoh akan longsor dan
tenggelam kedalam bumi. 337 Mendadak..... Peristiwa yang mengerikan telah mulai berlangsung, tanah mulai retak retak,
gempa dahsyat menggoncangkan seluruh permukaan
bumi.... "Blaaammm......blaaammm.....blaaamm!" ledakan demi ledakan dahsyat menggema dari
puncak bukit karang itu, demkian kerasnya suara ledakan tersebut serasa
memekikkan telinga, dan lagi ledakan demi ledakan menggelegar tiada putusnya.
Menyusul ledakan keras itu, bumi bergoncang keras dan batu
serta tanah pun mulai berguguran.
Ku See houg dapat menyaksikan timbulnya retakan retakan besar
diatas dinding karang yang tegak lurus dan menjulang tinggi ke angkasa itu......
"Blaaammm...! Blaaammm...! Ggrrrr........"
Suatu kekuatan getaran gempa yang maha dasyat melanda tiba.
Ku See hong segera merasakan kepalanya pusing tujuh keliling,
kakinya tak mampu berdiri tegak lagi sehingga tak ampun tubuhnya segera roboh
terjengkang ke atas tanah, akan tetapi dengan cepat dia melompat bangun lagi.
"Kraaai....! Kraaakk..........!"
Retakan demi retakan membelah seluruh permukaan bukit itu,
dengan jelas Ku See hong dapat melihat pepohonan bertumbangan, lalu diatas
permukaan bikit yang semula menghijau itu muncul
beribu ribu buah retakan yang merekah.
"Blaaamm.....! Blaaamm......! Blaamn...,
Kraak..... pleetakk....!" Pelbagai bunyi keras menggelegar saling menyusul, bumi
bergoncang semakin keras, dunia serasa berputar kencang. Ku See hong dengan
mengandalkan kekuatan tubuhnya
yang tinggi segera mempertahankan diri sekuat tenaga untuk
melawan getaran demi getaran yang menghebat itu.
338 Diantara getaran demi getaran serta ledakan demi ledakan yang
memekikan telinga inilah, puncak bukit yang menjulang tinggi
keangkasa itu mendadak retak dan berguguran kebawah, ketika
menyentuh bumi segera bergema suara ledakan yang tak
terlukiskan dengan kata kata, pasir dan batu segera bertebangan kemana mana.
Dinding bukit yang tegak lurus turut merekah menjadi dua
bagian, kemudian diiringi gemuruh yang amat nyaring, mulai
berguguran keatas tanah, seluruh bukit pun mulai amblas kedalam tanah di kuti
beterbangannya pasir dan batu sehingga langit serasa berubah menjadi gelap
gulita. "Aaaai.... daratan telah tenggelam kedalam perut bumi........!"
pekik Ku See hong dengan perasaan terkejut.
Rupanya sekitar satu Li disekeliling bukit karang itu mendadak merekah dan
muncul sebuah lingkaran yang besar sekali, kemudian seluruh permukaan disekitar
lingkaran tadi amblas ke dalam bumi.
Seketika itu juga, angin puyuh menderu-deru, segulung desingan angin, yang
sangat kuat menyapu seluruh jagad.
Paras muka Ku See hong berubah hebat, cepat-cepat ia
mendekam atas tanah untuk melindungi diri.
Ledakan demi ledakan masih berkumandang silih beganti,
gemuruh yang memekikkan telinga menggema diseluruh angkasa.
Semua perpohonan yang tumbuh diatas bukit dimana Ku See
hong berdiri sekarang turut bertumbangan diatas tanah dan
berguguran kedalam jurang.
Bukit dan seluruh permukaannya
makin bergoncang semakin keras, mengikuti getaran itu, pelan pelan permukaan tanah tenggelam ke dasar bumi di ringi desingan angin puyuh yang luar biasa
dahsyatnya. Ku See hong mendekam rapat rapat diatas bumi,peluh dingin
telah membasahi seluruh jidntnya. Dia tahu walaupun bukit dimana ia berada
sekarang tidak turut tenggelam, namun tekanan udara
339 disekeliling bukit itu sangat kuat dan berat sehingga membuat
napas menjadi sesak dan peredaran darah didalam tubuhnya
mengembang kencang, sungguh merupakan suatu penderitaan
yang menyiksa badan. Tiba-tiba.... Ku See hong menghimpun segenap tenaga dalam
yang dimilikinya ke seluruh badan, lalu seenteng kapas dia
melambung keudara mengikuti gulungan angin puyuh yang sedang
menderu2 itu dan meleset ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Dengan suatu gerakan yang sangat indah, dia meloloskan diri dari pusingan angin
puyuh yang menenggelamkan daratan itu.
Dengan tenggelamnya bukit karang itu kedalam perut bumi,
maka semua tumbuhan maupun kehidupan yang berada satu Li
diseputar tempat itu turut terkubur pula kedasar tanah, dalam
waktu singkat bekas tanah dimana bukit itu berdiri tadi berubah menjadi sebuah
telaga lumpur yang amat besar.
Lumpur didalam telaga itu mendidih seperti bubur, udara panas
yang menyengat membuat asap putih membumbung tinggi
keangkasa. Peristiwa ini benar-benar sangat mengerikan sekali
seakan-akan dunia baru saja tercipta.
Matahari telah tenggelam ke langit barat, remang remangnya
udara senja telah menyelimuli seluruh jagad. Semua tumbuhan dua li di seputar
telaga berlumpur mendidih itu telah layu dan mati, suatu pemandangan yang
tragis..... Terhembus angin malam yang dingin, udara makin lama makin
gelap, suasana pun makin lama semakin suram....
Pemuda yang baru saja mengalami suatu pemandangan
menyeramkan dan lolos dari kematian itu menghela napas pedih,
pelan-pelan dia beranjak dan meninggalkan tempat yang suram dan mengerikan itu,
lenyap dibalik kegelapan nun jauh didepan sana....
Kini yang tertinggal hanyalah sebuah telaga yang luas dengan
lumpur yang mendidih...... Yaa, kecuali itu hanya batu-batu cadas serta tanah
yang gersang, tiada tumbuhan, tiada kehidupan.....
340 Tempat disitu seakan-akan sudah mati, seakan-akan sudah
kiamat dan tiada kehidupan lagi........
Angin malam berhembus lewat, langit semakin gelap...... suasana terasa makin
mengenaskan. 00000OdwO00000 Bab 16 PERMULAAN musim salju yang dingin, mengikuti bergugurannya
daun dan bebungaan telah menjelang tiba dalam kehidupan
manusia tanpa menimbulkan suara........
Matahari dipermulaan musim begini sama sekali tidak menyengat
tubuh, malah sebaliknya mendatangkan perasaan hangat dan
nyaman bagi umat manusia......
Disebuah jalan raya di Gi-keh-wan yang merupakan jalan penting menuju ke kota
Tiang-sah, tampak seorang pemuda berpedang
antik sedang melakukan perjalanan ditengah sorot matahari yang hangat.....
Sepasang matanya memancarkan sinar tajam yang menggidikkan, memandang pepohonan yang gundul disepanjang
jalan, terlintas perasaan murung dan sedih diatas wajahnya.
"Aaaai ...!" tiba-tiba ia menghela napas panjang.
Apa arti dari helaan napas itu"
Apakah melambangkan kesepian dan sebatang kara"
Mendadak..... Sepasang alis matanya berkenyit, mukanya
menjadi dingin kaku dan keketusan serta keteguhan hati
tersungging diujung bibirnya, hal mara membuat kegagahan serta kangkuhan semakin
memancar diwajahnya. Dia.... tak lain adalah Ku See hong!
341 Gi-keh-wan merupakan kota terakhir sebelum tiba dikota Tiang-
sah. Kebanyakan saudagar dan pelancong yang tidak berhasil
mencapai kota Tiang sah, sebagian besar akan menginap disini.
Itulah sebabnya, kota ini jauh berbeda dengan kora kota yang lain.
Tampak bangunan berloteng berdiri sepanjang jalan kota, bukan
saja ramai penduduknya, perdagangan ditempat itupun amat
makmur. Waktu itu adalah menjelang tengah hari,itulah saatnya orang
bersantap siang. Hampir semua rumah makan penuh dengan tamu.
Pelan pelan Ku See hong berjalan kedepan sebuah rumah makan
yang agak sepi. Ia mendongakkan kepalanya keatas, tampak
olehnya rumah makan itu memakai merek "Cui-Sian cui-loo".
Sementara itu dua orang pelayan telah
menyongsong kedatangannya, sambil membungkukkan badan dan tertawa
katanya: "Tuan silahkan masuk! Dirumah makan kami tersedia arak paling baik serta sayur
kenamaan dari selatan maupun utara. pelayan baik, servis memuaskan, tanggung
tuan akan merasa puas........"
Ku See hong mendengus dingin, pelan-pelan dia naik keatas
loteng. Rumah makan Ciu-sian ciu-loo merupakan rumah makan
yang masuk hitungan dalam kota Gi-keh-wan, tempat duduknya
luas dan bisa mencapai dua tiga ratus orang,apa lagi sekarang
adalah tengah hari, pelbagai macam manusia berkumpul disana
membuat suasana yang ramai.
Ku See hong segera memilih sebuah tempat duduk yang dekat
dengan jendela.... Pelayan menyodorkan daftar makanan, Ku See hong minta sekati
arak Cong goan-ciu dan beberapa macam sayur, lalu dahar dengan kepala tertunduk.
Waktu itu perasaannya sedang gundah dan sedih, hal ini
membuat pemuda yang dasarnya memang angkuh semakin segan
untuk memperhatikan tamu-tamu disekitarnya. Padahal, suasana
342 didalam rumah makan Cui-sian ciu-loo pada hari ini sedikit berbeda dengan
keadaan dihari-hari biasa.
Dilihat dari senjata tajam yang mereka bawa, serta sorot mata
mereka yang tajam, setiap orang dapat segera mengetahui kalau
mereka merupakan jago jago silat yang berilmu tinggi.
Sebenarnya para tamu yang berada diatas loteng itu sedang
berbincang-bincang dengan suara yang ramai, akan tetapi,
semenjak menyasikan kemunculan Ku See hong, seketika itu juga
suasana berubah menjadi hening. Beratus pasang mata serentak
dialihkan ke wajahnya dengan perasaan kaget dan tercengang.
Mungkin mereka telah dibuat terpesona oleh sikap Ku See hong
yang angkuh, gagah dan luar biasa itu.
Dihadapan Ku See hong duduk dua orang manusia yang aneh,
mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh keangkuhan diri Ku See hong. Setelah
melirik sekejap dengan sinar mata sinis, mereka
lanjutkan kembali pembicaraannya.
Seorang diantara mereka berdua adalah seorang lelaki
bercambang yang memakai baju biru sepatu rumput dan berdandan
sebagai seorang penebang kayu, tubuhnya tinggi besar dan
mengerikan sekali, mukanya hitam pekat bagaikan pantat kuali.
Duduk disitu, perawakannya persis seperti sebuah pagoda kecil.
Sedangkan orang yang lain adalah seorang lelaki setengah umur
yang berwajah putih dan berdandankan seorang peramal, tubuhnya kecil dan pendek
hingga merupakan kebalikan dari rekannya namun wajahnya menampilkan kecedasan
serta kemampuan yang luar
biasa. Sekilas pandangan saja, siapa pun akan tahu kalau dua orang
manusia itu adalah jago-jago persilatan yang sudah lama
berkecimpungan didalam dunia persilatan, sehingga pengalamannya luas sekali.
Terdengar lelaki tinggi besar yang berdandan sebagai penebang
kayu itu sedang berkata dengan suaranya yang serak, bagaikan
343 gembrengan bobrok: "Saudara In...!, Barusan kau bilang dalam dunia persilatan


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan mengalami lagi suatu badai pembunuhan,
sebenarnya apa maksudmu?"
Peramal berbaju putih itu mengangkat cawan araknya dan
meneguk setegukan, lalu sahutnya: "Lui lote..., dengan watakmu yang berangasan
serta pengalamanmu berkelana dalam dunia
persilatan selama banyak tahun, masa tidak kau ketahui akan
beberapa macam persoalan penting yang telah terjadi dalam dunia persilatan
belakangan ini" Kalau cuma itu saja tidak tahu, sia-sia saja kau disebut Sin-
hong hwe-ciau (Penembang Kayu Api Berangin Sakti)...!"
Lelaki yang disebut si Penebang kayu Api itu segera meraung
gusar, teriaknya lantang: "In heng, siapa .yang tak tahu kalau kau disebut orang
sebagai Biau-ki-siangsu (Peramal Sakti Berotak
Pintar), sudah sepantasnya, kalau pengetahuanmu lebih luas
daripada pengetahuanku, apa yang perlu dibanggakan" Sudanlah,
tak usah jual mahal, cepat katakan!"
Begitu dua orang manusia aneh itu 'melaporkan' namanya,
kontan semua tamu yang berada disekeliling tempat itu merasakan hatinya bergetar
keras, siapapun tak ada yang menyangka kalau
dua orang manusia aneh itu tak lain adalah Lam-ciau Pak-siang...!
(Penebang Kayu dari Selatan, Peramal dari Utara) yang amat
termashur itu. Yang dimaksudkan sebagai Lam-ciau (Penebang Kayu dari
Selatan) dan Pak-siang (si Peramal dari utara) tak lain adalah Siu-hong hui-ciau
(Penebang kayu Api) Lui-Ki serta Biau-ki siang-su (Peramal Sakti Berotak Cerdas)
In-Han-im. Kedua orang ini, yang satu hidup di selatan, yang lain hidup di utara. Dalam
satu pertarungan sengit yang mereka lakukan selama satu hari satu malam dan
berakhir dengan keadaan seri..., dari lawan mereka jadi teman dan terikatlah
suatu persahabatan yang sangat akrab.
344 Cara kerja mereka amat setia kawan, namun terhadap kaum
sesat, merekapun turun tangan amat keji. Sedemikian anehnya
watak kedua orang itu, sehingga boleh dibilang sama sekali tak punya hubungan
dengan umat persilatan......
Biau-ki siang-su, In Han-im, memandang sekejap adik angkatnya
yang sedang amat gelisah itu, kemudian tertawa terbahak-bahak, katanya pelan:
"Lui lote, kalau dilihat dari kegelisahanmu itu, tampaknya kaupun takut kalau
sampai beberapa peristiwa itu
melibatkan pula dirimu?"
"Saudara In, jangan terlalu menghina kemampuan sendiri!", teriak Sin hong hwee-
ciau Lui-Ki dengan lantang; "Sudah dua puluhan tahun lebih Sin-hong hwee-ciau
malang melintang dalam dunia persilatan, bukit golok, kuali minyak telah kujelajahi semua, masa aku
bisa kuatir terlibat" Hmm....siaute tak lain hanya ingin mengetahui persoalan
apa saja sehingga dapat menimbulkan
kegoncangan hebat didalam dunia persilatan ?"
Tanpa terasa semua tamu yang berada dalam ruangan rumah
makan itu sama-sama memasang telinga dan mendengarkan
dengan seksama, mereka ingin tahu peristiwa apakah yang hendak diucapkan oleh
Biau-ki siang-su tersebut.
-oo0dw0oo- Jilid: 11 KU SEE HONG sendiri, walaupun menunjukkan sikap yang acuh,
seakan-akan dunia mau kiamatpun dia tak ambil perduli,
sesungguhnya dengan sepasang mata yang tajam, dia telah awasi
setiap tamu yang berada diruangan itu. Menyaksikan perhatian
orang yang begitu serius, diam-diam diapun turut merasa terkesiap.
Telinganya yang tajam telah menangkap jelas semua pembicaraan dari Lam-ciau serta Pak-siang, dia pun ingin tahu
peristiwa apakah yang telah menimbulkan kegugupan bagi umat
persilatan. 345 Tampak Biau-ki siang-su In Han im menarik muka, lalu berkata
dengan serius: "Lui lote..., persoalan ini bukan hanya satu saja, bahkan setiap peristiwa
merupakan kejadian yang cukup menggetarkan hati
orang..!" Setelah berhenti sebentar untuk menarik napas panjang, ia
melanjutkan lebih jauh, "Peristiwa aneh yang PERTAMA adalah: Tentang suara nyanyian aneh yang diketahui
setiap orang semenjak tiga belas tahun
berselang itu......."
"Sebenarnya setiap umat persilatan menaruh curiga kalau
nyanyian itu merupakan nyanyian dari Bun-ji koan-su, s?manusia sakti dari dunia
persilatan`, untuk membalas dendam atas
dikurubutinya dia dipuncak Toa-soat-san pada dua puluh tahun
berselang!.., Dia dengan menggunakan nyanyian itu untuk
memancing kaum laknat tersebut masuk ke dalam perangkapnya
dan membunuh mereka satu persatu.!"
"Siapa tahu dugaan umat persilatan selama ini ternyata tidak benar! . . .
,karena nyanyian aneh itu bukan dibawakan oleh Bun-ji-koan-su,
melainkan oleh seorang pemuda yang tidak dikenal.............!"
Baik Lam-ciau maupun Pak-siang adalah manusia manusia yang
luar biasa, ternyata pandangan serta penilaian mereka terhadap para Bu-lim
cianpwee pun lain daripada yang lain. Tidak seperti orang lainnya, mereka tidak
ingin pandangan tersebut terpengaruh oleh kesan-kesan sampingan lainnya....
Sebagaimana diketahui, Bun-ji-koan-su dianggap oleh umat
persilatan sebagai seorang gembong iblis yang amat keji,
tapi sekarang Biau-ki-siang-su
telah menyebutnya sebagai seorang
`Manusia Sakt?, sedangkan terhadap para jago yang mengajar
Bun-ji-koan-su dianggapny?kawanan laknat`!.., penilaian yang
amat berani ini segera menimbulkan rasa kaget dan tercekat oleh semua jago
persilatan yang hadir disitu.
346 Ku See-hong merasa terharu sekali, dia sama sekali tidak
menyangka kalau didalam dunia persilatan masih terdapat dua
orang manusia gagah seperti Lam-ciau dan Pak-siang yang berani mengemukakan
pandangan yang jujur dan adil terhadap gurunya .
Sementara itu, terdengar Sin-hong-hwee ciau Lui-Ki menyela:
"Saudara In, siapakah pemuda itu" Menurut perkataanmu itu belum tentu pandangan
umat persilatan terhadap persoalan ini
salah, siapa tahu kalau pemuda ini adalah murid atau ahli waris dari Bun-ji
koan-su" Ku See hong yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa
terperanjat, ia tak menyangka kalau Sin hong hwee ciau yang
tampaknya kasar dan berangasan ini, sesungguhnya terhitung pula seorang manusia
yang cermat dan luar biasa, hal ini menunjukkan kalau nama besar mereka bukanlah
nama kosong belaka. Biau-ki siang-su In Han im meneguk secawan arak, lalu berkata:
"AKu kurang begitu jelas tentang nama dan julukan pemuda itu, tapi menurut
dugaanku, dia memang ahli waris dari Bun-ji koansu.!"
Sin hong hwee ciau Lui-Ki menghela napas panjang.
"Aaaai...... kalau memang begitu, . . . teka-teki sekitar hilangnya sekawanan
jago persilatan pada delapan belas tahun berselang bisa kita selidiki lewat
muridnya Bun-ji koan-su ini?"
"Lui lote, jangan kau anggap semua persoalan bisa diselesaikan dengan gampang."
kata Biau ki siang-su menggeleng, "Kawanan jago yang hilang lenyap itu sama
sekali TIADA hubungannya dengan Bun-ji koan-su, tapi dia pasti tahu hasil
perbuatan siapakah itu..!"
Sin hong hwee ciau Lui-Ki semakin terkejut bercampur
keheranan, katanya satelah termenung sebentar:
"Saudara In, perkataanmu makin lama semakin tidak kupahami, betul-betul membuat
bingung hati orang saja."
347 Sikap Biau ki siangsu In Han im berubah makin misterius lagi,
katanya lebih jauh: "Sesungguhnya peristiwa lenyapnya kawanan jago pada delapan belas tahun
berselang adalah suatu rencana keji untuk
menghilangkan saksi-saksi yang amat licik . . . ., adapun orang yang melakukan
perbuatan terkutuk ini tak lain adalah kawanan manusia laknat yang berhati
busuk...!" Baru saja berbicara sampai disitu, mendadak dari sudut rumah
makan itu meluncur datang beberapa rentetan cahaya tajam yang
disertai dengan desingan angin tajam, secepat sambaran kilat
beberapa titik cahaya itu menyambar keatas jalan darah penting di punggung Biau-
ki siang-su. Serangan senjata rahasia yang dilancarkan itu amat mendesak
sifatnya, lagi pula memiliki kecepatan yang luar basa. Dalam waktu singkat
senjata rahasia tadi sudah berada tiga depa didepan Biau-ki siangsu, tampaknya
Peramal dari utara ini segera akan kena
terserang..... Disaat yang kritis itulah, Biau-ki siang-su merasakan datangnya segulung angin
yang sangat aneh membuat beberapa titik cahaya
tajam itu berputar di angkasa dan . . . . , "Sreeet..!" di ringi desingan angin
tajam telah meluncur balik ke tempat asalnya.
Dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan
keheningan, lalu dari sudut ruang loteng itu tampak ada sosok
tubuh roboh terkapar diatas tanah, diatas jalan darah mereka
masing masing tertancap tiga batang paku bersegi delapan, yang memancarkan
cahaya tajam, darah kental bercucuran dari ketujuh lubang
inderanya, sedang jiwa mereka telah melayang meninggalkan raganya. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat semua
orang merasa amat terperanjat, bahkan semua orang mengira Biau-ki siang-su lah
yang telah melancarkan serangan balasan tersebut, diam-diam mereka memuji
setinggi langit atas kelihayan kungfu dari Lam-ciau pak-siang.
348 Sementara semua orang terpecah pikirannya, disudut meja
didepan Ku See hong telah melayang datang seorang pemuda
berbaju putih. Diatas punggung pemuda itu tersoreng sebuah pedang perak
berbentuk ular, wajahnya terhitung amat tampan, alis matanya
lenting dengan mata yang jeli, bibirnya tipis menbengkok kebawah, gerak geriknya
angkuh dan dingin. Dengan sorot mata penuh rasa terima kasih, Biau-ki siang-su In Han im memandang
sekejap kearah pemuda tampan berbaju putih
itu. Paras muka pemuda berbaju putih itu dingin seperti salju dan
sama sekali tanpa perasaan, dangan suara yang dingin merasuk
tulang katanya: "Lanjutkan perkataanmu itu!"
Melihat keangkuhan dan keketusan sang pemuda berbaju putih
itu, timbul perasaan yang bercampur aduk dalam hati Biau-ki siangsu serta Sin
hong hwee ciau sehingga paras mukanya berubah
hebat. Ku See hong memiliki ketajaman mata yang luar biasa, sewaktu
senjata rahasia menyerang ketubuh Bu khi siang-su tadi, dia sudah mengetahuinya
dengan jelas. Tapi baru saja dia hendak turun tangan untuk membantu,
ternyata pemuda berbaju putih yang aneh itu sudah mendahuluinya, menyaksikan
kemampuannya untuk merontokkan senjata rahasia
tadi, dia merasa amat terkesiap sekali.
Betul dia juga seorang yang angkuh, namun setelah menyaksikan
kepongahan pemuda berbaju putih itu timbul juga perasaan tak
sedap dalam hatinya, tanpa terasa dengan sorot mata yang tajam dia melirik
sekejap kearah pemuda berbaju putih itu.
Kebetulan sekali, pemuda barbaju putih itu pun sedang
memperhatikan Ku See hong dengan sorot matanya yang tajam
349 menggidikkan begitu sepasang mata mereka saling bertemu, kedua belah pihak sama-
sama mendengus dingin dengan nada sinis.
Sekalipun demikian, diam-diam mereka merasa terkesiap juga
oleh keketusan dan sikap dingin lawannya, tanpa terasa mereka
lantas berpikir. 'Tak nyana kalau dikolong langit masih terdapat manusia yang
begini angkuh dan dingin seperti aku, tapi siapakah dia....." Yaa,
siapakan orang ini...."'
Kejadian aneh itu hanya berlangsung dalam waktu singkat,
menanti semua jago yang berada dalam ruangan itu mendengar
dua kali dengusan dingin dan mengalihkan sorot matanya ke wajah Ku See hong
serta pemuda berbaju putih itu, kedua orang pemuda itu, sudah termenung dengan
pikirannya sendiri-sendiri, seakan akan mereka tidak merasakan pandangan
terkejut dan keheranan dari orang orang itu. Tiba-tiba Sin hong hwee ciau Lui-ki berteriak dengan suara
lantang: "Saudara In, bagaimana selanjutnya" Cepat lanjutkan!"
Biau Ki siang-su adalah orang yang cerdas, sekerangpun dia
sudah tahu kalau dua orang pemuda yang berada di hadapannya ini masing-masing
memiliki ilmu silat yang amat lihay.
Sebagai peramal diapun dapat melihatkan kalau dua orang
pemuda ini masing-masing memancarkan hawa kelurusan dan
kejujuran, sudah pasti bukan anggota kaum sesat..., hanya saja mereka memiliki
sikap angkuh dan dingin saja . . . . .
Mendadak satu ingatan melintasi dalam benak Biau ki siangsu In Han im, pekiknya
kemudian didalam hati: 'Aaaah,... mungkinkah kedua orang ini.."'
Ketika Sin hong hwee ciau Lui-Ki menyaksikan paras muka Biau-
ki siang-su berubah-ubah tak menentu, dengan cemas kembali dia berseru:
350 "Saudara In, siaute ingin cepat cepat mengetahui keadaan yang sebenarnya, kenapa
kau tidak berbicara?"
Biau-ki siang-su In Han im segera tersentak bangun dari
lamunannya, diam-diam pekiknya dalam hati:
'Sungguh menyesal...' Dasar memang berotak cerdas, buru-buru katanya sambil
tertawa: "Lui lote, kenapa kau musti gelisah" Barusan aku sedang
memikirkan satu persoalan, baru saja pikiranku kebingungan, kau telah berteriak
sehingga aku teringat kembali. Intrik keji yang kubicarakan tadi


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memang sesungguhnya benar-benar telah
terjadi...! Beberapa hari lagi sudah pasti semuanya akan terungkap, pokoknya
peristiwa itu menyangkut soal dendam kesumat didalam
dunia persilatan serta rencana busuk sekawanan manusia laknat
yang ingin menguasai seluruh dunia persilatan...!"
Ku See hong tahu kalau Biau-ki siang-su tidak mau
mengungkapkan duduknya persoalan pada saat ini, dia lantas
berpikir: 'Agaknya bila ingin mencari tahu masalah tentang guruku Bun-ji koan-su serta
musuh besar kedua orang tuaku, mungkin hanya dia seorang yang tahu. Aku harus
melindungi keselamatan jiwanya
secara diam-diam....!' 'Tapi siapakah pemuda berbaju putih ini" Kalau benar demikian, sudah pasti dia
adalah seorang musuh yang tangguh.'
Sementara itu Bian-ki siang-su In Han im, telah menyumpit sayur dan disuap
kedalam mulutnya, kemudian melanjutkan:
"Peristiwa KEDUA adalah:
Peristiwa yang menyangkut sisa-sisa anggota setia dari Kim-to-
pang. Suatu perkumpulan paling besar dalam dunia persilatan telah dibasmi orang!
Ternyata Sin tong tongcu San tian han jiu (Cakar 351
Dingin Sambaran Kilat), Sangkoan-Ik, sekalian tiga empat ratus orang telah
dibantai orang secara kejam...!"
Ku See hong segera merasakan darah didalam tubuhnya
mendidih paras mukanya berubah hebat, tapi
dia masih tetap berusaha keras untuk menahan diri agar wajahnya tidak berubah.
Sebaliknya pemuda berbaju putih itu masih tetap bersikap dingin dan kaku,
wajahnya sama sekali tanpa perubahan emosi.
Sementara itu Biau-ki siang-su secara diam-diam memperhatikan
pula paras muka kedua orang muda itu, ketika Ku See hong
terpengaruh oleh gejolak emosi, hal itupun diketahui olehnya
dengan jelas, dengan begitu, dia semakin jelas mengetahui akan asal usul Ku See
hong serta pemuda berbaju putih itu.
Terdengar Sin hong hwee ciau Lui-Ki berteriak dengan gusar:
"Saudara In, siapakah pembunuh keji itu..." Brutal amat
perbuatannya, siaute bersumh akan membalas dendam bagi korban
yang telah tewas secara mengerikan itu!"
Biau-ki siang-su In Han im segera tertawa terbahak-bahak.
"Huaahh..... haahh...... haaahh..... Lui lote, sudah ada orang yang hendak
membalaskan dendam bagi kematian mereka, cuma
sayang dia hanya seorang diri, mungkin kekuatannya masih tidak cukup, maka boleh
saja bila kita hendak membantu usaha orang
itu..." Setelah meneguk secawan arak, dia melanjutkan:
"Pembunuh keji itu tak lain adalah orang-orang istana Huan-mo-kiong dari Lam-hay
yang sudah seratus tahun tak pernah
menginjakkan kakinya didaratan Tionggoan.!"
Setelah mendengar perkataan itu Ku See hong baru merasa
terperanjat, ternyata Biau-ki siang-su memang bukan bernama
kosong belaka! .....mungkinkah dia adalah seorang dewa" Kalau
tidak, kenapa dia bisa mengetahui semua peristiwa ini dengan jelas 352
lagipula seperti tahu kalau dari Kim-to-pang sudah mempunyai ahli waris.
Biau-ki siang-su tertawa ringan, seakan2 dia hendak menghilangkan kecurigaan dalam hati Ku See hong, katanya lagi:
"Perkumpulan Kim-to-pang sudah dibasmi orang pada dua puluh tahun berselang,
sisa anggotanya yang masih setia telah
mengasingkan diri ketempat terpencil dan tidak mencampuri urusan dunia
persilatan lagi. Dalam anggapan mereka, sekejam-kejamnya para manusia laknat
yang telah membasmi Kim-to-pang pada dua
puluhan tahun berselang, juga tak akan membunuh mereka lagi."
"Sebagaimana diketahui dalam suatu pertarungan yang berlangsung pada seratus tahun berselang antara jago pedang
nomor wahid dari dunia persilatan, Hu-hay it-kiam melawan pemilik Huan mo kiong
di Lam-hay dulu...., Hu-hay it-kiam telah berhasil menangkan sebilah pedang
(Huan-mo-kiam, dan orang2) Huan-mo-kiong untuk tidak melakukan perjalanan lagi
dalam dunia persilatan! Konon pedang pendek itu kemudian diwariskan kepada ketua Kim-
to-pang Ku siam cong . . . . ! Ketika perguruan Kim-to-pang dibasmi orang, Ku
Kiam cong telah menyerahkan pula pedang Huan-mo-kiam
itu kepada San-tian han-jiau Sangkoan-Ik untuk menyimpannya." "Setelah banyak tahun hidup terasing dilaut selatan, belakangan ini rupanya Han-
thian it-kiam Cia Cu Kim, telah berambisi kembali untuk merajai dunia
persilatan. Dia telah mengumpulkan sampah-sampah masyarakat dari dunia
persilatan, untuk menunjangnya
guna mencapai apa yang dia harapkan."
"Akan tetapi niat tersebut belum bisa diwujudkan berhubung pedang Huan-mo-kiam
masih berada ditangan umat persilatan
didaratan Tionggoan, karena menurut perjanjian dulu, barang siapa yang memegang
pedang tersebut, dia berhak untuk membunuh
setiap anggota istana Huan-mo kiong yang berani memasuki
daratan Tionggoa." 353 "Oleh karena itu, sebelum orang-orang Huan-mo kiong
melakukan penyerbuan atas daratan Tionggoan, maka pekerjaan
pertama yang harus dilakukan lebih dulu adalah merebut kembali pedang Huan mo
kiong tersebut.!" "Nah, ditinjau dari sini, bukankah jelas terbebaskan bahwa orang yang telah
membantai para anggota setia dari perkumpulan Kim-to-pang itu tak lain adalah
orang-orang Huan mo kiong?"
Setelah mendengar penjelasan tersebut Ku See hong merasa
kagum sekali atas kecerdasan serta kepandaian Biau-ki siang-su untuk memecahkan
persoalan itu. Sambil tertawa Sin hong hwee ciau Lui-Ki berkata:
"Saudata In, kau memang hebat sekali, tapi... bukankah kau pernah bilang kalau
Kim-to-pang sudah mempunyai keturunan . . . .
. " Siapakah orang itu....?"
"Sebelum (lama)berselang, dari Huan mo kiong di Lam-hay telah tersiar keluar
suatu kabar berita yang menggemparkan. Konon ada seorang pemuda yang gagah
perkasa telah menyerbu ke dalam
Huan-mo-kiong seorang diri dan membunuh banyak sekali jago
lihay istana Huan mo kiong. Kemudian ia kena dibekuk oleh pihak Huan mo kiong
dengan siasat yang busuk..., tapi dia berhasil hidup meski sudah menderita 'Lima
Macam Siksaan' hebat, sehingga
akhirnya berhasil kabur dari Huan mo kiong."
"Andaikata orang ini tidak memiliki dendam kesumat sedalam
lautan dengan orang-orang Huan mo kiong di Lam-hay,.. siapakah yang kesudian
untuk bermusuhan dengan mereka" Konon pemuda
itu she Ku, bernama See-hong dan mengaku sebagai ahli waris dari Bun-ji koan-su,
si Pendekar aneh dari dunia persilatan itu!"
"Sebagaimana diketahui, ketua Kim-to-pang dulu bernama Ku-
Kiam-cong, sedangkan pemuda ini pun she Ku, . . . . bukankah hal ini menandakan
kalau Ku-Kiam-cong mempunyai keturunan?"
Kembali Ku See-hong merasakan hatinya terkesiap setelah
mendengar uraian itu... Dia tidak mengira kalau Biau-ki siang-su 354
bisa memperoleh semua berita tersebut dengan begitu cepat dan
jelas..... Sementara itu Biau-ki siangsu In Han-im telah menghela napas
sedih, lanjutnya: "Huan-mo-kiong dari Lam-hay telah memiliki kekuatan serta pengaruh yang besar
sekali, seandai-kata dia sampai melakukan
penyerangan ke daratan Tionggoan, entah reberapa banyak umat
persilatan yang bakal mengalami musibah tersebut" ......Padahal didaratan
Tionggoan sendiripun terdapat kawanan manusia laknat yang telah membentuk suatu
organisasi yang amat kuat,
(dan)mungkin beberapa waktu lagi mereka akan mulai melakukan
pembataian secara terang-terangan dalam dunia persilatan!
Bayangkan saja, betapa berbahayanya keadaan dunia persilatan
pada saat ini!" Sim-hong-hwee-ciau Lui-Ki menghela napas pula dengan hati
yang sedih, katanya kemudian:
"Seandainya Bu-lim-koy-kiat,
(Pendekar aneh dari dunia
persilatan) Bun-ji koan-su masih hidup didunia ini, kawanan iblis dan badut-
badut dunia persilatan itu pasti tak akan berani bertindak dengan begitu berani,
aaa.i..... sayang benar kematian dari Bun- ji-koan-su!"
Dengan nada yang misterius kembali Biau-ki siang-su In Han im
berkata: "Semua peristiwa ini masih belum begitu aneh!, Belakangan ini didalam dunia
persilatan telah muncul pula seorang pemuda yang aneh, ilmu silatnya tiada
tandingan didunia ini...! dan pemuda itu kerjanya justru menantang jago-jago
kenamaan untuk beradu kepandaian. Setiap kali berhasil mengalahkan musuhnya, dia selalu bertanya kepada pihak
lawannya dengan sepatah kata: 'Apakah kau sudah
takluk dengan ilmu silat aliran Cing hay-pay"'..."
355 "Bila lawannya mengatakan tidak puas, dia segera melancarkan seranganya lebih
lanjut untuk membunuh orang itu.., sebaliknya jika mengatakan takluk, dia
melepakan orang itu begitu saja."
Paras muka Sin-hong hwee-ciau Lui-Ki berubah menjadi hijau
membesi, serunya kemudian dengan gusar:
"Benarkah didunia ini terdapat bocah keparat yang gila seperti itu" Aku orang
she-Lui ingin sekali bertemu dengannya, ingin
kuketahui apakah dia mempunyai tiga kepala enam lengan atau
tidak!" 'Aduh celaka..!' pekik Biau-ki Siang-su In Han im diam-diam,
'Seandainya pemuda berbaju putih itu adalah dia.., ... pemuda aneh dari Cing-
hay, sudah pasti besar sekali kesulitan yang bakal
dihadapinya.' Ku See hong sendiripun merasa gusar sekali, diam-diam ia
bertekad untuk menjumpainya, dia ingin tahu pemuda macam
apakah pemuda aneh dari Cing-hay yang latah itu.
Terdengar Biau-ki siang-su In Han im kembali melanjutkan kata-
katanya: "Ilmu silat yang dimiliki pemuda aneh dari Cing-hay ini konon mirip sekali
dengan ilmu silat dari aliran Hu-thian seng-kiam yang termasyur pada tiga tatus
tahun berselang itu, selain aneh juga saktinya luar biasa...!!"
Mendengar nama Hu-thian Seng-kiam disinggung, paras muka Ku
See hong berubah hebat,... sebab dia ingin cepat-cepat mengetahui segala sesuatu
Pewaris Keris Naga Emas 1 Jaka Sembung 8 Menumpas Gerombolan Lalawa Hideung Bajingan Gunung Merapi 2
^