Pencarian

Dendam Sejagad 8

Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung Bagian 8


hembusan angin puyuh, dengan membawa deruan yang memekikkan telinga langsung meluncur
kemuka. "Blaaaa! Blaaam! Blaaam . . . ....!"
Ditengah serangkaian benturan keras, desingan angin pukulan
yang tajam segera memancar ke empat penjuru...
Tiba-tiba saja Ku See hong merasakan datangnya segulung
tenaga tak berwujud yang menembusi jaringan hawa murninya
sendiri dan menekan amat dahsyat sehingga sukar untuk bernapas, tak kuasa lagi
tubuhnya mencelat setinggi satu kaki lebih dari pososi semula, namun ia tidak mengalami cedera apa-apa.
Sementara itu pemuda berbaju putih itu pun merasakan hawa
darah didalam dadanya bergolak keras ketika dua gulung tenaga
pukulan itu saling membentur satu sama lainnya, hal mana
membuat hatinya amat terperanjat.
Dalam gugupnya, secepat kilat telapak tangan kirinya melancarkan tiga puluh serangan nerantai melalui suatu sudut yang aneh.
Ketiga jurus serangan itu merupakan jurus pembunuh yang amat
dahsyat dan mematikan dari pemuda berbaju putih itu, dia tak
mengira kalau ketiga gulung hawa pukulan yang begitu dahsyatnya itu, sama sekali
tidak menimbulkan cendera apa-apa meski sudah bersarang telak dibadan Ku See
hong .. .! Tiba-tiba saja paras muka si pemuda berbaju putih yang dingin
kaku itu berubah menjadi menyeringai seram, ....berubah bukan
lantaran terluka melainkan berobah karena tarperanjat.
Mendadak. . . . . paras muka pemuda terbaju putih itu pulih
kembali seperti sedia kala, dengan suara yang dingin memasuk
ketulang sungsum dia berkata.
"Orang she Ku, sinkang apakah yang barusan kau pergunakan"
Beranikah kau sambut lagi tiga buah pukulan dari aku orang she Ciu?"
416 "Ku See hong cukup sadar, seandainya dia tidak memiliki hawa Kan-kun mi-siu
khikang yang melindungi badannya sehingga ketiga gulung hawa pukulan tersebut
kena dipunahkan, mungkin semenjak tadi pula dia sudah menemui ajalnya.
Sekalipun demikian, diam-diam dia pun merasa dendam atas
kekejaman pemuda berbaju putih itu, mendengar perkataan
tersebut dia lantas mendengus dingin, kemudian sambil tertawa
sinis katanya: "Aaah, cuma ilmu silat biasa dari daratan Tionggoan, tidak
terhitung sesuatu ilmu sinkang yang ajaib, maaf kalau aku tak dapat
memberitahukannya kepadamu, . . . . kini menang kalah belum
ketahuan, rasanya kita pun tak usah mengulur waktu lagi."
Berapa patah kata ini diucapkan dengan nada menyindir, kontan
saja membuat sekujur badan pemuda berbaju putih itu gemetar
keras, giginya saling beradu gemerutukan, sementara sinar matanya memancarkan
kebencian yang meluap. "Orang she Ku, kau jangan kelewat tekebur, sebentar aku orang she Ciu pasti akan
membuat kau berlutut sambil minta ampun! "
serunya. Ku See hong berkerut kening, hawa napsu membunuh
menyelimuti seluruh wajahnya, dengan suara dingin ia menukas:
"Tak usah banyak bicara, kalau punya kepandaian cepat saja dikeluarkan biar aku
orang she Ku saksikan, sebenarnya ilmu silat dari aliran Cing-hay pay itu
memiliki kelihayan sampai dimana..."
Dalam hati kecilnya pemuda berbaju putih itu benar benar
merasa marahnya luar biasa, tapi diluaran sikapnya masih tetap santai, sambil
tertawa hambar katanya: "Orang she Ku, nampaknya sebelum melihat peti mati kau tak akan mengucurkan air
mata, barusan kita telah mencoba ilmu
pukulan, sekarang tak ada salahnya jika kita saling beradu
kepandaian diujung senjata!"
417 Biau'ki siangsu In Han im adalah seorang jago kawakan yang
luas pengetahuannya dan cerdas otaknya, tadi diapun menyaksikan betapa tubuh Ku
See hong termakan oleh serangan dahsyat si
pemuda berbaju putih, tapi nyatanya dia tak mengalami luka
apapun, halmana segera menbuat hatinya tertegun.
Maka sewaktu pemuda berbaju putih itu bertanya kepada Ku
See hong tadi, dalam benaknya dia pun memutar otak untuk
menemukan ilmu silat apakah yang diandalkan Ku-See-hong
tersebut. Mendadak ia menjerit kaget didalam hati:
`Jangan-jangan ilmu sinkang yang dimiliki Bun-ji koan-su dimasa lalu" Aaah, tapi
mustahil... dia masih muda, mana mungkin ilmu sakti yang penuh kerahasiaan itu
bisa dipelajarinya"`
Dipihak lain, Ku See hong merasakin hatinya bergear keras
setelah mendengar tantangan pihak lawan uktuk beradu senjata,
dengan cepat dia berpikir,
`Bila pedang Hu-thian-seng-Kiam ini diloloskan keluar, niscaya indentiatasnya
akan segera dikenal orang, setiap jago persilatan pasti akan tahu kalau pedang
itu tak lain adalah pedang Ang-soat-kiam yang digilai umat persilatan selama
ini, padahal dari posisiku sakarang, tidak seharusnya mendatangkan banyak
kesulitan buat diriku sendiri, aai.... paling baik kalau jangan diperlihatkan untuk sementara
waktu.... !` Berpikir sampai disini, sekulum senyuman dingin segera
menghiasi ujung bibirnya, lalu berkata:
"Pedangku ini bila diloloskan dari sarung tentu akan membunuh orang, padahal aku
belum membencimu sampai merasuk ke tulang
sumsum, maka aku rasa lebih baik kuhadapi dirimu dengan
sepasang kepalan kosong saja!"
Pemuda berbaju putih itu adalah seorang pemuda yang angkuh,
aneh dan tinggi hati, malam ini dia sudah banyak kail melakukan 418
tindakan yang bertentangan dengan kebiasaannya, hal ini
dikarenakan ia dibikin keder oleh ilmu silat Ku See hong.
Akan tetapi sewaktu didengarnya pihak
lawan hendak mempergunakan sepasang telapak tangan kosong untuk menghadapi senjatanya, dia segera menganggap hal ini sebagai
suatu penghinaan, suato cemoohan..., seketika itu juga timbul hawa napsu
membunuh didalam dadanya.
Mencorong sinar buas yang menggidikkan hati dari balik
matanya, setelah tertawa seram katanya:
"Orang she Ku, kau sendiri yang memberi jalan kematian bagimu sendiri, sampai
waktunya jangan salahkan kalau aku orang she Ciu akan bertindak kejam kepadamu."
Ku See hong tertawa dingin, "Mana, mana.... bila aku orang she Ku tak becus
sehingga tewas diujung pedangmu sudah pasti aku tak akan menyesal atau
menyalahkan kepada orang lain!"
Mendengar perkataan itu, kembali pemuda berbaju putih itu
terperanjat, segera pikirnya:
`Bagaimanapun lihaynya ilmu silat yang dimiliki orang itu,
mustahil baginya untuk berhasil menanggulangi kelihayan sinkangku serta ilmu
pedangku yang tiada taranya didunia ini. Tapi kalau dilihat dari sikap lawan
yang begitu acuh, seakan-akan sudah
mempunyai suatu rencana yang matang didalam hati jangan-jangan dia telah
persiapkan suatu tipu daya. Aku tak boleh gegabah, aku harus menghadapinya
dengan amat berhati-hati.`
Padahal Ku See hong sendiri pun merasa gelisah sekali, ia tahu dengan tangan
kosong sulit baginya untuk menahan sepuluh jurus serangan pedang dari pemuda
berbaju putih itu, tapi diapun merasa enggan untuk segera meloloskan pedang Hu-
thian seng-kiam tersebut. Dasar wataknya memang angkuh, setelah mendengar kalau Ku
See hong akan menghadapinya dengan tangan kosong belaka,
meski pemuda berbaju putih itu tahu bahwa menangpun bukan
419 sesuatu yang patut di banggakan baginya, terkulum senyuman
dingin juga diujung bibirnya.
"Orang she Ku...!" katanya kemudian ".. ..aku tahu kau gagah dan berjiwa jantan,
lapi akupun ingin memberitahukan kepadamu, bila kau harus menghadapi pedang Gin-
coa-kiam (Pedang Ular Perak) -ku dengan tangan kosong, sebelum sepuluh gebrakan kau
pasti akan tewas diujung pedangku, meski aku orang she Ciu
memang menganggap kemenangan itu kurang mengena bagiku,
maka sebelum pertarungan dimulai, terlebih dulu aku tidak
menetapkan suatu peraturan dengan dirimu."
Kagum juga Ku See hong oleh kegagahan orang, mendengar
ucapan itu segera katanya:
"Orang she Ciu, kau mempunyai peraturan apa, silahkan
diutarakan, aku orang she Ku akan
mendengarkan dengan seksama." Paras muka pemuda berbaju putih itu berubah menjadi serius
sekali, katanya dengan suara dalam:
"Sekarang aku hendak menggunakan nyawaku sebagai barang
taruhan, bila aku tak dapat melukai dirimu dalam sepuluh
gebrakkan, akan kugorok leherku di hadapanmu detik itu juga..., tapi bila kau
tak kuasa menahan diri, maka dalam sepuluh gebrakan ini setiap saat kau boleh
loloskan senjatamu untuk menghadapiku, .
. . Cuma saja begitu senjata kau loloskan, atas sepuluh jurus pun menjadi batal,
pertarungan baru akan berakhir bila salah seorang diantara kita terluka !"
Mencorong sinar terang dari balik mata Ku See hong setelah
mendengar perkataan itu, katanya dengan wajah bersungguh
sungguh: "Bilamana dalam sepuluh jurus aku Ku See hong sampai
meloloskan senjataku, maka dalam sepuluh jurus kemudian aku
akan melukaimu, . . . . kalau gagal, akupun akan menggorok
leherku dihadapanmu!"
420 Biau-ki siang-su In Han im menjadi gelisah setengah mati
menyaksikan kedua orang pemuda itu siap-siap bersua jiwa...,
serunya tiba-tiba dengan cemas:
"Ku Sauhiap..., Cu Sauhiap..., diantara kalian tidak terikat dendam sakit hati,
buat apa mesti bercekcok tanpa suatu alasan tertentu" Aku lihat lebih baik
pertarungan tersebut diakhiri sampai disini saja, entah bagaimana menurut
pendapat kalian?" Mendengar perkataan itu, Ku See hong lantas teringat kembali
dengan tugas berat yang sedang dipikul sekarang serta dendam
kesumat yang musti dituntut balas, dengan cepat dia merasa
ucapan dari Biau-ki siang-su tepat sekali.
Membayangkan kecerobohan sendiri, peluh dingin bercucuran
deras, diam-diam ia mendamprat ke-sembrono-an sendiri.
Tapi ucapan seorang lelaki sejati lebih cerat dari sebuah bukit karang...,
apalagi nasi telah menjadi bubur, apa boleh buat"
Terpaksa harus pasrah pada nasib.
Melihat kedua orang itu hanya membungkam, Biau ki siang-su In
Han im segera berkata lagi:
"Ku Sauhiap.., Ciu Sauhiap.., kalian berdua adalah bakat aneh yang sukar
dijumpai dalam seratus tahun mendatang, apalagi
memiliki ilmu silat yang begitu sempurna, . . . . apa artinya beradu jiwa gara-
gara soal sepele" Berpikilah tiga kali sebelum bertindak."
Ku See hong hanya membungkam dengan wajah hambar, sama
sekali tanpa emosi. Sebalikya pemuda baju putih itu merenung sebentar, tiba-tiba
katanya dengan suara sedingin es :
"Orang she Ku, lancarkan seranganmu!"
"Hati-hatilah kau orang she Cu!" Ku See hong terpaksa menanggapi sambil tertawa
getir. 421 Begitu selesai berkata, Ku See hong lantas mengayunkan
sepasang telapak tangannya kemuka, kesepuluh jari tangannya
yang dipentangkan lebar-lebar, disentil sambil digetarkan. . . .
Sepuluh gulung desingan angin tajam yang disertai hembusan
angin puyuh serentak menyergap jalan jalan darah kematian
ditubuh pemuda berbaju putih itu dengan kecepatan seperti kilat.
Sementara Ku See hong melancarkan serangannya, pemuda
berbaju putih itu pun telah meloloskan pedang ular peraknya,
sekilas cahaya tajam yang berkilauan bak rembulan diudara segera memancar
keempat penjuru. Kilatan yang tajam menunjukkan kalau senjata itu adalah sebuah
senjata mestika yang amat tajam.
Begitu pedang ular peraknya di loloskan, pemuda berbaju putih
itu segera menggetarkan lengan kanannya..., lapisan cahaya yang berkilauan
segera memancar keluar, dari tubuh pedang itu dan
berhamburan kemana-mana, hawa pedang yang merasuk, tulangpun seperti gulungan ombak ditengah samudra, menyapu
keluar menyongsong datangnya kesepuluh gulung desingan angin
jari tangan tadi. Berapa kali benturan keras ditengah udara menimbulkan suara
desisan yang amat memekikkan telinga, tatkala hawa serangan
yang dipancarkan Ku See hong membentur hawa pedang yang
rapat, seperti batu kecebur di samudra luas, lenyap dan musnah dengan begitu
saja... Pedang ular perak dari pemuda berbaju putih itu segara
membentuk lingkaran lingkaran hawa pedang yang amat tebal,
jurus serangan yang kedua dengan membawa desisan yang tajam
membelah angkasa, langsung menyerang ketubuh Ku See hong.
Serangan ini benar-benar amat ganas dahsyat dan mengerikan,
dimana pedang berwarna perak itu menyambar lewat,.... bagaikan air bah saja
segera menerjang kemana-mana dan menyusup masuk
kedalam setiap lubang pori-pori yang ada.
Ku See hong tahu kalau pemuda berbaju putih itu terhitung
jagoan lihay kelas satu didalam dunia persilatan dewasa ini, oleh 422
sebab itu tatkala tenaga serangannya kena dipunahkan tadi. dia lantas tahu kalau
hal ini pasti akan memancing pihak lawan untuk melancarkan serangan dengan jurus
pedang yang lebih ganas. Begitu menjumpai gerak pedang lawan, paras mukanya berubah
hebat, ia tak berani berayal lagi, tubuhnya dengan cepat merendah kebawah, lalu
dengan mengerahkan ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong yang sangat di andalkan
kemampuan-nya untuk berkelit
kesamping secara aneh. Menyaksikan Ku See hong mempergunakan ilmu gerakan tubuh
Mi-khi biau-tiong, diatas wajah sipemuda berbaju putih yang


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampan segera terlintas suatu perubahan yang sukar untuk
dilukiskan dengan kata-kata.... sepertinya dia sudah mendapat
firasat bakal kalah. Sorot mara bengis dengan cepat memancar keluar dari balik
matanya, ia membentak keras, jurus demi jurus serangan yang
mematikan segera berhamburan keluar tak terbendung, sebab dia
tahu bila dia tidak menggunakan jurus2 serangan yang keji dan
dahsyat untuk mendesak musuhnya, mustahil baginya untuk
memaksa lawan meloloskan senjatanya sebelum sepuluh jurus...!
Sambil membentak nyaring, seperti bayangan tubuh saja pemuda
berbaju putih itu menempel terus dibelakang tubuh Ku See hong
yang berusaha menghindarkan diri dari lingkaran pengaruh
pedangnya itu. Suatu ketika telapak tangan kirinya secepat sambaran kilat
menciptakan beribu-ribu sosok bayangan telapak tangan yang
secara tiba-tiba menggulung dan meluncur keluar dengan cepat.
Selapis hawa pukulan yang dahsyat ibadat beribu-ribu ekor Kuda yang lari
bersama,berhembus pula menyusul serangan tersebut.
Mendadak...... Pemuda berbaju putih itu melejit ketengah udara, pedang ular
peraknya berputar membentuk gerak lingkaran, cahaya tajam
423 berlapis-lapis seperti bukit, lalu berhamburan keluar seperti air yang
menjebolkan bendungan. Ditengah bayangan pedang yang datang secara bergelombang,
pedang ular perak itu meluncur dan melejit menciptakan tiga gulung hawa pedang,
yang tajam bagaikan tiga jalur tongkat panjang,
sungguh membuat bulu roma orang berdiri.
Dalam waktu singkat, jurus ketiga dan jurus ke empat meluncur
ke depan bersama-sama, . . ..kedasyatannya cukup menggetarkan
perasaan siapapun jua. Ku See hong berdiri tegak di posisi semula, melihat datangnya
pukulan dan serangan pedang yang tiba secara bertubi-tubi itu, terkesiaplah
hatinya, ia tahu tiga jalur hawa pedang lawan itu semuanya merupakan serangan
yang mematikan, bila dirinya tidak memiliki jurus serangan yang tangguh, niscaya
sulit untuk lolos dari kematian.
Ku See-hong segera berkerut kening, matanya memancarkan
cahaya dingin yang menggidikan hati, sambil mendongakkan
kepalanya dia segera berpekik nyaring...
Menyusul suatu gerakan yang sangat aneh, tubuhnya menerjang
masuk ke balik gulungan angin pukulan yang menderu-deru seperti gulungan ombak
samudra itu, kemudian tubuhnya melengkung
sambil melejit,sepasang kakinya meninggalkan permukaan tanah,
....seperti seekor udang bago lagi meletik, tahu-tahu ia sudah melambung sejauh
tiga depa !! Bersama dengan gerakan tadi, sepasang lengan Ku See hong
telah menggapai secara ngawur, cahaya berkilauan membias
kemana-mana, seluruh tubuhnya memancarkan sinar seperti
teriknya matahari. . . . Tatkala hawa pedang serta angin pukulan yang dilancarkan
pemuda berbaju putih itu membentur diatas dinding cahaya yang
membara itu, bergemalah suara ledakan demi ledakan yang
memekikkan telinga . . . . . .
424 Tiba-tiba Ku See-hong merentangkan sepasang tangannya ke kiri
dan kanan, dua gulung hawa pukulan yang kuat dari kiri dan kanan langsung
melesat kedepan mengancam bagian mematikan ditubuh
pemuda berbaju putih itu.
Inilah jurus kedua dari ilmu Hoo-han-seng-huan yang benamakan
Jin-hay-hu-seng (lautan manusia timbul tenggelam).
Pemuda berbaju putih itu memang bermata jeli, tatkala ia
saksikan sepasang lengan Ku See-bong memancarkan cahaya
berkilauan tadi, kulit mukanya segera mengejang keras, . . . dengan memaksakan
diri dia himpun segenap hawa murni yang berada
dalam tubuhnya untuk melindungi sekujur badannya, lalu, secara tiba-tiba saja
bagaikan pusaran angin berpusing dia menggelinding keluar.
Ditengah putaran tubuhnya yang mengguling, hawa murni dalam
tubuhnya segera memancar keluar secara beruntun menciptakan
selapis hawa khi-kang yang kuat; sementara telapak tangan kirinya secepat kilat
pula melancarkan beberapa buah pukulan dahsyat
yang memekikkan telinga. Hawa pedang membumbung tinggi ke
angkasa dan berbunyi gemerincing.
"Blaamm, blaaamm....!" dua kali ledakan dahsyat
bergema memecahkan keheningan. Jurus Jin-hay-hu-seng yang maha lihay dari Ku See hong tadi,
akhirnya berhasil dipatahkan oleh pancaran hawa murni yang
mengerikan dari pemuda berbaju putih itu.
Ku See hong betul2 merasa terperanjar sekali menyaksikan ilmu
silat lawan, ia tak mengira jurus Hoo-han seng-huan yang tiada taranya itu
akhirnya berhasil dipatahkan orang.
Pemuda berbaju putih itu sendiri, meski diluaran dia seperti
berhasil meloloskan diri dari jurus Hoo-han seng-huan tersebut secara aman dan
sempurna, padahal isi perutnya telah mengalami luka dalam yang cukup parah...!
Seandainya ia tidak cepat
menyadari akan bahaya, sehingga tak sempat mengerahkan hawa
Tay-sih kun-goan khikang yang dipelajarinya hingga mencapai pada 425
puncaknya, niscaya selembar jiwanya sudah melayang menunggalkan raganya sedari tadi. . . .
Kekalahan yang berulang kali segera membangkitkan hawa
napsu membunuh dalam hati pemuda berbaju putih itu, dengan
cepat dia mundur kebelakang, lalu secara tiba-tiba menerjang
kembali kedepan bagaikan gulungan ombak samudra, tubuhnya
berputar kencang secara aneh dan menggidikkann hati mereka yang melihatnya.....
Ditengah perputaran yang cepat, aneh dan mempesonakan hati
itu, gulungan hawa khikang Tay-ih kun-goan yang panas dan
menyengat badan memancar keluar dari pori pori tubuhnya, yang
mana terhimpun menjadi dua gulung angin puyuh yang dahsyat
menerjang tubuh Ku See hong.
Ku See hong amat terkejut menyaksikan ancaman itu, hawa
murni yang terhimpun dalam tubuhnya segera disalurkan memenuhi seluruh dada,
kemudian sepasang telapak tangannya digetarkan
dengan tenaga pukulan yang berat dan dalam, bagaikan samudra,
langsung menyambar ke muka menyongsong datangnya ancaman
tersebut. Ketika gulungan hawa panas dan hawa dingin itu saling
menumbuk menjadi satu ditengah udara..., bergemalah suara
ledakan dahsyat yang amat memekikkan telinga !
Dengusan tertahan bergema diantara pusaran angin tajam yang
menyebar keempat penjuru . . . . .
Ku See hong merasakan hawa darah didalam dadanya bergolak
keras, peredaran darahnya membara seperti disengat panas,
sakitnya bukan alang-kepalang.
Seluruh badannya terasa terangkat dan terpental tinggi tinggi
oleh segulung hawa pukulan yang dahsyat, dia harus berjumpalitan beberapa kali
sebelum dapat turun kembali ke atas tanah dengan selamat . . . , namun peluh
sudah membasahi jidatnya, noda darah pun mengotori ujung bibirnya.
426 Pemuda berbaju putih itu makin terperanjat lagi setelah
mengetahui Ku See hong tidak tewas seketika meski sudah terkena pukulan Tay-ih
kun-goan khikang-nya yang maha dahsyat itu..., Dia mulai berpikir-pikir,
mungkinkah pihak lawan telah berhasil melatih ilmu kebal terhadap senjata hingga
tak kuatir ditembusi tenaga pukulan"
Tay-ih kun-goan khikang adalah suatu ilmu sinkang yang ganas
dan dahsyat dari aliranl Cing-hay pay, keistimewaan dari ilmu sakti ini adalah
memiliki tenaga pantulan yang maha besar, semakin
besar menghadapi tenaga tekanan dari luar, semakin besar pula
tenaga pantulan yang dihasilkan....
Ilmu khikang semacam ini sepuluh kali lipat lebih dahsyat
daripada ilmu Boan-yok sinkang atau kepandaian sederajat lainnya.
Bagaimanapun sempurnanya tenaga dalam seseorang, bilamana
sampai terkena serangan hawa khikang yang sangat panas itu,
seketika jiwanya akan melayang, isi perutnya akan hhancur dan
nadinya akan pecah. Sedemikian dahsyatnya ilmu tersebut boleh dibilang tiada
khikang lainnya yang sanggup menandingi kelihayannya itu.
Maka tatkala Ku See hong terhajar telak oleh pukulan Tay-ih kun-goan khikang
tapi tak sampai menewaskannya, peristiwa ini segera mendatangkan perasaan
tandatanya besar dalam hatinya.
Padahal darimana dia tahu kalau Ku See hong telah berhasil
menguasai semacam ilmu rahasia yang maha sakti, yakni Kan-kun
mi-siu khikang! Ilmu sakti ini secara kebetulan juga merupakan ilmu tandingan
dari ilmu Tay-ih kun-goan khikang sehingga tatkala hawa pukulan yang panas
menyengat badan itu menyentuh dibadan Ku See hong,
ilmu Kan-kun mi-siu khikang segera menghasilkan suatu daya
kekuatan yang luar biasa.
427 Apalagi ketika tenaga Im dan tenaga Yang saling membaur jadi
satu dalam suatu keadaan yang tak terduga, hawa panas yang
menyengat tersebut segera dipunahkan hingga tak berbekas.!
Kendatipun demikian, Ku See hong toh tak tahan juga
menghadapi sisa sergapan dan tenaga pantulan yang tersebar
keempat penjuru itu. Sekuat tenaga Ku See hong menahan siksaan hawa panas yang
membakar didalam badannya. Ketika hampir saja dia tak mampu
menahan diri, mendadak dari arah pusarnya, segulung hawa dingin yang membumbung
naik keatas ubun-ubunnya seperti gulungan
ombak samudra, seketika itu juga hawa panas yang menyengat
badan itu lenyap tak berbekas....
Menggunakah kesempatan yang amat singkat, ia segera
menghimpun hawa murninya untuk mengitari semua jalan darah
penting didalam badannya, kemudian sambil mendengus dingin,
sepasang telapak tangannya dilontarkan kembali kemuka dengan
kecepatan tinggi. Hawa pukulan yang dahsyat bagaikan selapis dinding lawa yang
dingin dan tak berwujud mendesak kedepan menyelimuti seluruh
badan pemuda berbaju putih itu dan menyusup kedalam seluruh
bagian badannya. Dalam waktu singkat hawa dingin yang merasuk tulang
mendekam diseluruh arena, sedemikian dinginnya sampai Lan ciau dan Pak siang
mundur beberapa langkah kebelakang.
Suasana disekitar tempat itu segera terjadi perubahan yang amat besar, tiga
gulung hawa panas yang amat
dahsyat itu menggelinding kedepan menghajar tubuh Ku See hong, sementara
pukulan yang datang dari arah tengah seperti air yang menjebol bendungan, dengan
disertai kekuatan yang mengerikan segera
meluncur kemuka. "Blaaammmm . . . . .!?" sekali lagi terjadi ledakan dahsyat yang memekikkan
telinga..... 428 Paras muka Ku See hong berubah menjadi mengerikan,
rambutnya kusut, darah segar muntah keluar dari mulutnya, secara beruntun dia
mundur sejauh tiga empat langkah kebelakang.
Pemuda berbaju putih itu sama sekali tidak berbelas kasihan
begitu berhasil dengan serangannya, dia segera membentak keras:
"Jurus ke tujuh !!"
Kakinya melangkah ke tengah lalu menyerobot ke muka, tangan
dan kaki diayunkan bersama seperti kelabang berkaki seribu, dia melepaskan
serangkaian pukulan dan tendangan yang berantai.
Gerakan yang cepat, kekuatan yang dahsyat, dalam sekejap
mata mengancam keselamatan jiwa musuhnya.!
Merah membara sepasang mata Ku See hong menahan geram
dan marah, tiba-tiba dia melontarkan pula sepasang tangannya ke depan . . .
Selapis angin pukulan berhawa dingin dengan kekuatan yang
melebihi ukuran biasa, langsung menerjang tubuh si anak muda
berbaju putih yang sedang bergerak kedepan...., serangan inipun mengerikan
sekali.! Sebetulnya pemuda berbaju putih itu amat bernapsu untuk
melukai Ku See hong dalam sepuluh gebrakan, tapi setelah
menyaksikan ancaman yang tiba, ia tak berani menyambut
serangan tersebut dengan kekerasan, seperti sukma gentangan ia segera berkelit
kesamping, begitu lolos dari ancanan yang tiba, bentaknya lagi:
"Jurus ke delapan !"
Pedang ular perak bergetar keras meletupkan selapis cahaya
tajam yang amat menyilaukan mata, di ringi suara desingan angin tajam serangan
itu segera meluncur ke muka dan menyusup
kedalam setiap celah-celah disekitar badan Ku See hong.
429 Paras muka Ku See hong mengejang keras menahan
penderitaan, tiba-tiba kakinya memainkan lagi ilmu gerakan tubuh Mi-khi-biau-
tiong dan mengegos kesamping secara aneh dan jitu.
Sayang gerakan ini terlalu lambat . . . . ,
"Sreet..." Bunyi sambaran pedang yang tajam telah berkelebat lewat, tahu-
tahu di atas bahu kiri Ku See hong telah muncul sebuah robekan panjang bekas
tersambar pedang..., darah kental dengan cepat
mengucur keluar membasahi seluruh pakaiannya.
Ternyata pemuda berbaju putih itu tidak berbenti sampai disitu saja, kakinya
segera berputar kencang lalu menyusul kedepan
sambil membentak gusar: "Jurus ke sembilan !!"
Pedang ular perak itu kembali digetarkan keras-keras, cahaya
pedang semakin menyilaukan mata, hawa pedang yang tajam
dengan membawa desingan angin yang memekikkan telinga,
meluncur kemuka secepat kilat.
Sedemikian cepatnya serangan itu meluncur datang, boleh
dibilang belum pernah dijumpainya sebelumnya.
Tiba-tiba Ku See hong tertawa panjang dengan suara yang
mengerikan, suaranya keras bagaikan pekikan monyet di selat Wusia, seperti juga
lolongan serigala ditengah malam, sungguh
memekikkan telinga. Dari balik matanya memancar keluar sinar tajam yang
menggidikkan hati..., ia nampak stpertl orang kalap, orang buas yang tak
berperasaan sama sekali. "Cri ingg . . . . .!" serentetan suara gemerincing yang memekikkan telinga
menyayat keheningan angkasa.
Tahu-tahu dalam genggaman Ku See hong telah bertambah
dengan sebilah pedang..!!
430 Pedang mestika yang memancarkan cahaya berkilauan, . . . inilah pedang Hu-thian
seng-kiam yang maha sakti itu.
Begitu pedang Hu-thian seng-kiam diloloskan dari sarungnya...., paras muka
pemuda berbaju putih itu berubah hebat! Dengan cepat pedang ular perak yang


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada ditangan kanannya berputar
kencang menciptakan selapis dinding cahaya yang amat menyilaukan mata, berlapis-lapis hawa pedang yang tajam dengan cepat menyelimuti
seluruh badannya. Ku See hong segera mengangkat pedang Hu-thian seng-kiam
sambil mengebasnya ke belakang, kakinya berputar setengah
lingkaran, lalu . . . "Cri itt...!" pedang mestika itu sudah meluncur ke depan menusuk dada lawan. . .
. Tutulan pedang itu di lancarkan dengan mempergunakan sebuah
gerakan jurus serangan yang ditinggalkan kakek Si-hong lo jin, tampaknya seperti
sederhana, datar, biasa dan enteng sama sekali tak bertenaga....
Padahal dibalik serangan tersebut justru terkandung suatu
ancaman mematikan yang luar biasa sekali, bahkan kedahsyatannya sanggup
menembusi baja. "Cri ing!" pedang sakti Hu-thian seng-kiam telah menembusi kabut pedang
pelindung badan yang dipancarkan oleh pedang ular perak dari pemuda berbaju
putih itu. Serentetan cahaya merah yang menyilaukan mata tiba-tiba
memancar ke empat penjuru dan langsung menyergap duabelas
buah jalan darah penting ditubuh pemuda berbaju putih itu. Arah sasarannya tidak
menentu. Perubahan jurusnya begitu sakti dan hebat sehingga sukar
diduga dengan tepat. Pucat pias paras muka pemuda berbaju putih itu menghadapi
ancaman tersebut..., dia tahu kalau jiwanya sudah berada diambang kematian!
431 Dia pun tahu apa sebabnya Ku See hong tidak mencabut
pedangnya sedari tadi..., sekarang dia baru menyesal kejumawaan serta kepongahan
sendiri. Bila seorang sedang menghadapi kematian sudah pasti dia akan
memberikan perlawanan dengan sekuat tenaga..., dengan cepat
pemuda berbaju putih itu menyusut mundur ke belakang, pedang
ular perak-nya segera menciptakan berjuta-juta titik cahaya bintang untuk
menyosong datangnya ancaman dari Ku See hong. Hawa
napsu membunuh telah menggelora dalam dada Ku See hong, sekali lagi dia berpekik
panjang dengan suara yang memekikkan
telinga...... ". . . Inilah jurus yang ke-Sepuluh ! .....Hu-hong-cha-ki-hiat-seng-wi
(Bianglala Terbang Muncul tiba-tiba Anyir Darah Menyebar) . . .!"
bentak Ku See hong menggelegar.
Tubuhnya melambung keatas, setelah berputar satu persatu
lingkaran, kemudian berjumpalitan tiga kali, persis seperti naga sakti turun
dari langit. Pedang Hu-thian seng-kiam ditangannya memancarkan cahaya
tajam yang m.enyilaukan mata, bagaikan sebuah bianglala panjang segera
membentang ditengah angkasa. . . .
Sewaktu mengundurkan diri tadi, pemuda berbaju putih itu
sempat menyaksikan serentetan cahaya bintang yang menyilaukan
mata, bagaikan sambaran kilat meluncur datang. Dalam kejutnya, pedang ular
peraknya disentak kebelakang, cahaya pedang
membalik berputar kencang dan menciptakan kabut pedang yang
melingkar-lingkar serta berlapis-lapis.
Dalam waktu singkat dua bilah pedang saling membentur . . . . . .
Mendadak Biau-ki-siang-su In Han im menjerit keras:
"Ku sauhiap, berbelas kasihanlah dengan seranganmu...!"
"Trii ng! Trii ing....!" terdengar dua kali dentingan nyaring berakumandang di
angkasa. 432 Menyusul kemudian jerit kesakitan yang memilukan berkumandang diudara, cahaya bianglala yang tajam dari pedang
Hu-thian seng-kiam pun segera sirap dan lenyap.............
Ku See hong berdiri kaku dengan sepasang matanya
memancarkan cahaya membunuh yang menggidikkan, paras
mukanya sangat aneh, sukar dilukiskan dengan kata-kata......
Pemuda berbaju putih itu berdiri dengan badan penuh berlepotan darah, pakaiannya
yang berwarna putih sudah robek belasan
bagian, dari setiap mulut luka itu, darah jatuh becucuran.
Wajahnya berubah menjadi mengerikan, sekujur badannya
gemetar keras, bibirnya terkatup membentuk satu garis lengkung.
Ia sedang merasa sakit yang luar biasa, sementara sepasang
tangannya memegang pedang ular perak yang menancap ditanah
guna menahan badannya yang lemah.
Kulit mukanya mengejang keras, sambil menahan rasa sakit yang
menghebat katanya dengan suara gemetar:
"Orang she Ku, walaupun aku Ciu Heng thian baru muncul dalam dunia persilatan,
namun selama beberapa bulan ini secara beruntun telah mengalahkan puluhan orang
jago lihay dalam dunia persilatan!
Aku yakin ilmu silatku sudah tiada tandingannya didunia ini..., tak kusangka
hari ini harus menelan kekalahan ditanganmu. Cuma
meski aku kalah pada malam ini, aku kalah dengan bangga, karena jurus serangan
yang kau gunakan adalah jurus pedang Cang-Ciong-ciat-mia-kiam yang merupakan
ilmu paling rahasia dari Cing-hay pay kami, bahkan pedang yang kau gunakan pun
merupakan pedang Ang-soat-kiam milik Si-hong lo jin, seorang tokoh aneh dari Cing-hay pay !"
"Setelah menderita kalah ditanganmu malam ini, aku Ciu Heng thian, sudah tak
punya muka lagi untuk hidup didunia ini, mau
dijatuhi hukuman apa terserah kepadamu..., aku orang she Ciu tak akan berkerut
kening. Tapi sebelum mati, aku orang she Ciu ingin memohon sesuatu kepadamu, dan
ini pun merupakan permintaan
433 yang kuajukan untuk pertama kalinya kepada orang lain..., aku rasa kau pasti
akan meluluskannya bukan...?"
Paras muka Ku See hong dingin seperti es, sikapnya kaku tanpa
perasaan namun sepasang matanya justru memancarkan sinar yang
sangat aneh. Biau-ki siang-su In Han im, sebagai seorang jago yang
berpengalaman, dengan cepat dapat memahami makna yang
sebenarnya dari sorot mata Ku See hong tersebut.
Si pedang ular perak Ciu Heng thian berhenti sejenak, lalu
setelah menghela napas sedih lanjutnya:
"Sejak dulu sampai sekarang, perguruan Cing-hay pay selalu mewariskan kepandaian
silatnya kepada murid tunggal, setelah aku orang she Ciu meninggal nanti, ilmu
silat Cing-hay pay juga akan turut musnah dari dunia persilatan. Maka dari itu
persolan yang kupinta sekarang adalah melanjutkan perkembangan ilmu silat Cing-
hay pay kami, mengingat hubunganmu dengan Si-hong lo jin,
tentunya kau dapat menerima permintaanku ini bukan" Untuk budi kebaikanmu itu,
biar aku orang she Ciu bayar dalam penitisan yang akan datang ...!"
Begitu selesai berkata, Ciu Heng thian segera menggerakkan
pedang ular peraknya untuk menggorok leher sendiri....
Tiba-tiba tampak bayangan manusia berkelebat lewat..., tubuh
Ku See hong bagaikan sambaran sukma gentayangan telah
meluncur ke depan, tangan kanannya mencengkeram tepi pedang
ular perak itu erat-erat, sementara paras mukanya yang dingin dan kaku tanpa
perasaan tadi, kini berubah menjadi lembut.
Ujarnya kemudian dengan suara lantang:
"Saudara Ciu, mengapa kau harus menghabisi nyawa sendiri
tanpa menyelidiki dulu duduknya persoalan..." Sesungguhnya
siaute-pun masih terhitung murid perguruan Cing-hay bun kalian..!
Aaai..., semuanya ini memang kesalahan siaute... mengapa tidak menerangkan
duduknya persoalan sejak semula dan tetap
434 mengumbar napsu dengan mengajakmu melangsungkan pertarungan yang tak berguna ini" Siaute harap saudara Ciu suka memakluminya dan
menyelesaikan persoalan secara damai, untuk
itu sebelumnya siaute ucapkan banyak terima kasih..."
Sejak bertemu dengan Ku See hong untuk pertama kalinya, si
Pedang ular perak Ciu Heng thiam pun menaruh rasa kagum
terhadap lawannya, tapi dasar wataknya memang dingin dan
angkuh, hal ini memaksanya untuk mencoba kemampuan dari Ku
See hong...... Berbicara menurut keadaan semula, maka kesalahan sebetulnya
terletak dipihaknya karena memang dialah yang terlalu memaksa
musuhnya untuk melangsungkan pertarungan tersebut siapa tahu
Ku See hong menunjukkan kebesaran jiwanya dengan mengakui
kesalahan tersebut dipihaknya, cukup dilihat dari hal ini saja, dari hati
kecilnya segera muncul suatu perasaan terharu yang tak
terlukiskan dengan kata-kata.
Tanpa terasa sepasang matanya berkaca-kaca, dengan amat
terharu ujarnya: "Saudara Ku, tidak kusangka kau adalah seorang pemuda yang berilmu tinggi
berjiwa besar, tidak suka mencari kemenangan dan senang berteman, siaute benar-
benar amat berterima kasih, sekali atas kebesaran jiwamu itu. Kebaikan ini tak
akan kulupakan untuk selamanya!"
Ku See hong memang seorang pemuda yang mengangkat tinggi
soal persahabatan, pada mulanya dia hanya mendongkol oleh
kesombongan serta kejumawaan Ciu Heng thian, menyusul
kemudian dia merasa kalau Ciu Heng thian memiliki semangat
jantan seorang lelaki sejati yang hebat, yang mana segera membuat pandangannya
sama sekali berubah. Kini dia malah merasa kalau
lawannya adalah seorang yang berperasaan hangat.
Selama berkelana dalam dunia persilatan Ku See hong memang
ingin sekali dapat teman seorang jagoan yang bernyali, berjiwa besar dan
pemberani seperti pemuda itu.
435 Maka didorong oleh luapan emosi, dia segera menggemgam
tangan, Ciu Heng-thian sambil katanya dengan suara gemetar:
"Saudara Ciu, kita sama-sama orang perantauan, walaupun hari ini kita tanpa
sengaja, bila kau tidak keberatan, siaute bersiap sedia untuk mengikat diri
menjadi Sahabat karib denganmu."
"Saudara Ku adalah seorang pendekar besar yang berjiwa besar, sedang aku Ciu
Heng thian hanya manusia apa" Untung bisa
berteman dengan sahabat seperti kau, masa aku akan menolaknya"
Apalagi saudara Ku telah melimpahkan budi kebaikan kepadaku,
sekalipun harus menyebrangi lautan api, aku Ciu Heng-thian tak akan menampik,
apalagi cuma berteman?"
Ku See hong menggenggam pergelangan tangan kanannya
semakin kencang, katanya penuh luapan emosi:
"Kebesaran jiwa saudara Ciu sungguh membuat siaute merasa
kagum, bila kau berkata begini terus, aku jadi merasa malu untuk berkata lebih
jauh. Kini situasi dalam dunia persilatan telah
berubah, kaum kurcaci mencari untung dengan menindas rakyat,
kaum perampok menguasai wilayah orang dan saat kiamat bagi
dunia persilatan sudah hampir mendekat, bila saudara Ciu bersedia untuk bersatu
padu denganku dan..........."
Mencorong sinar mata tajam dari balik mata si pedang ular perak Ciu Heng thian,
dengan cepat dia menukas ucapan dari Ku See hong sambil berkata dengan lantang:
"Saudara Ku, sampai mati pun siaute bersedia mendampingimu untuk bersama-sama
membuat pekerjaan besar dengan menumpas
kaum durjana dan: menegakkan keadilan didunia, biarlah langit dan matahari
menjadi saksi bagi sumpah keadilanku ini!"
Setelah menyaksikan keadaan berkembang begitu jauh Biau ki
siangsu In Han Im segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh....... haaahhh...... haaahhh....... selama seratus tahun belakangan
ini. dunia persilatan penuh segala macam perubahan, satu peristiwa belum padam
muncul persoalan lain, bagaikan
436 gelombang air pasang saja, satu belum mundur, yang lain sudah
menyusul, tapi akhirnya keadilan juga yang akan meredekan hal
ini." "Haaahhh..... haaahh..... haaahh.... akhirnya beribu-ribu jiwa umat persilatan
dapat ditolong juga, haaahhh ....haaahhh......
haaahh.... Ku Sauhiap, Lam ciau Pak siang yakin selama hidup
belum pernah melakukan kesalahan, maka bila Sauhiap berdua tidak menampik, pada
malam ini juga kami berdua manusia tak berguna
bersedia untuk mendampingi kalian."
Ku See hong berpaling dan segera tertawa:
"Kita mempunyai cita-cita yang sama dan tujuan yang sama pula, apalagi kita
merasa cocok sekali satu dan lainnya dalam perjumpaan ini, sayang aku orang she
Ku masih mempunyai dendam kesumat
yang musti dituntut balas, selain itu akupun mempunyai pedang Hu thian seng-
kiam, sumber dari segala kekalutan dan bencana..., aku tak berani meramalkan
bagaimanakah untung atau bencanaku di
kemudian hari........"
oooOdwOooo Bab 20 SIN HONG HWEE CIAU LUI KI segera tertawa terbahak-bahak,
"Hu-thian seng-kiam telah muncul kembali dalam dunia
persilatan, tujuannya tak lain adalah hendak membasmi kaum
durjana dari muka bumi. Seandainya kawanan siluman itu datang
mencari gara-gara, sudah barang tentu kitapun akan melangsungkan pembunuhan secara besar-besaran!"
Mendadak Si pedang ular perak Ciu Heng thian berteriak kaget:
"Saudara Ku, beberapa hari berselang aku telah membunuh
seorang anggota perkumpulan Jian khi pang, sewaktu kuperiksa
orang itu, dapat diketahui bahwa perkumpulan Ban-shia-kau telah melaksanakan
tujuan kejinya untuk menumpas umat persilatan dan 437
menguasai seluruh jagad, selain itu mereka pun merencanakan
suatu pembasmian secara besar-besaran terhadap pendekar-
pendekar dari golongan putih!"
Mendengar perkataan itu, paras muka Biau ki Siangsu In Han im
segera berubah hebat, buru-buru serunya:
"Ciu sauhiap, tahukah kau cakar iblis mereka telah direntangkan ke mana saja?"
Si pedang ular perak Ciu Heng thian tidak menjawab sebaliknya
malah bertanya: "Aku ingin bertanya mengapa kawanan Liok-lim yang berada
diwilayah Kang-lam berbondong-bondong berangkat kepuncak Hoat
hong diwilayah Ou-lam untuk mengadakan suatu pertemuan besar
pemilihan Bengcu pada bulan sembilan - tanggal enam nanti?"


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Waah kalau begitu pihak Ban shia kau hendak turun tangan terhadap para
pendekatr di Kanglam?" seru Biau ki siangsu In Han Im dengan suara agak gemetar.
Pedang ular perak Ciu Heng thian manggut-manggut,
"Pendapat In tayhiap memang benar, rupanya Ban-shia-kau
bermaksud hendak mengembangkan wilayah kekuasaannya dengan
menjaring lebih banyak benggolan-bengeolan Liok-lim untuk
berpihak kepadanya. Dalam pemilihan Bengcu yang mereka
selenggarakan diwilayah Kanglam kali ini pun telah ditentukan suatu rencana
busuk, yaitu bermaksud untuk menjaring semua orang
gagah yang berada di wilayah Kanglam, bila diantara mereka ada yang tidak
bersedia untuk bekerja sama, maka secara keji mereka akan membunuhnya, hingga
apa yang dicita-citakan dapat tercapai."
Hu thian seng kia m Ku See hong yang mendengar perkataan itu
menjadi marah sekali, mencorong sinar buas dari balik matanya.
"Ban-shia-kau, perkumpulan kaum bedebah! Aku bersumpah tak akan membiarkan
mereka untuk melaksanakan rencana rencana
busuk tersebut!" teriaknya.
438 Biau ki siangsu In Han Im menghela napas sedih, ucapnya:
"Kemungkinan besar diantara kawanan jago kaum Liok-lim yang berada di wilayah
Kanglam pun kini sudah disusupi oleh anjing-anjing Ban-shia-kau, bisa
dibayangkan bagaimanakah akibat dari pemilihan besar, pemilihan Bengcu yang
diselenggarakan pada bulan sembilan pada tanggal enam nanti."
Tiba-tiba Sin hong hwee ciu Lui Ki berpaling kearah Ku See hong sambil bertanya:
"Ku lote, siapakah Kaucu dari perkumpulan Ban-shia-kau
tersebut" Mungkin kau sudah mempunyai gambarannya bukan?"
Ku See hong merasa amat terkejut setelah mendengar
pertanyaan itu. Segera pikirnya:
`Cermat betul jalan pemikiran orang ini, betul aku sudah
menduga kalau ketua dari perkumpulan Ban-shia-kau adalah
perempuan jalang itu...,tapi peristiwa ini menyangkut ke-aib-an dari guruku,
apakah harus ku ungkapkan secara blak-blakkan"`
Ternyata Ku See hong telah menduga kalau ketua dari
perkumpulan Ban-shia-kau adalah istri gurunya, Bun ji koan-su, yang bernama Ceng
Lan Hiang tersebut.... Sebagaimana diketahui, peristiwa berdarah yang terjadi diatas
puncak Ciat-hong di bukit Soat-san tempo hari merupakan suatu
peristiwa pengeroyokan yang amat dirahasiakan oleh pelaku-
pelakunya, sementara mereka yang tersangkut dalam peristiwa itu pun sebagian
besar adalah manusia-manusia munafik yang berlagak sok suci dan sok
bijaksana, ...andaikata diantara mereka terdapat pendekar sejati, maka setelah
terjadinya peristiwa itu, kalau bukan lenyap ...tentulah mati secara mengenaskan
sehingga diantara kaum pendekar sejati yang ada didunia ini dan mengetahui duduk persolan yang
sebenarnya, boleh dibilang tinggal Ku See hong
seorang...... Ceng Lan hiang sebetulnya adalah putri dari Thi Kiam Kim Ciang (Pedang Baja
Telapak Tangan Emas) Cong Ih huang....., demi
439 rencananya untuk mencelakai Bun-ji koan-su ,dia telah menikah
dengan tokoh persilatan tersebut.
Tapi, peristiwa ini tak ada seorang manusia pun yang tahu,
karenanya hingga kini orang tak pernah menyangka kalau Bun-ji
koan-su sebenarnya sudah beristri, lebih-lebin tak ada yang tahu kalau kehidupan
tokoh sakti itu sesungguhnya berakhir ditangan istri kesayangannya sendiri.
Peristiwa semacam ini boleh dibilang merupakan peristiwa yang
amat memalukan, Ku See hong sebagai muridnya sudah barang
tentu enggan untuk menyiarkan kisah yang memalukan ini kepada
semua orang. Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak Ku See hong,
akhirnya dia mengambil keputusan untuk tidak membongkar rahasia tadi.
"Saudara bertiga..." ujarnya kemudian "Walaupun pada saat ini aku orang she Ku
sudah tahu siapa gerangan ketua dari Ban-shia-kau tersebut, namun berhubung
persoalan ini menyangkut nama
baik guruku, maka sulit bagiku untuk mengutarakannya keluar,
...untuk itu harap kalian maklum."
"Padahal, nama Ban-shia Kaucu pun merupakan nama yang
masih asing bagi pendengaran kaum pendekar golongan putih dari dunia persilatan,
hingga sekalipun nama itu kusebutkan, belum
tentu kalian akan mengenali orangnya.`
"Aku dengan orang-orang dari Ban-shia-kau mempunyai dendam kesumat yang lebih
dalam daripada samudra, aku tak akan
membiarkan kaum durjana itu berbuat semena-mena didalam dunia
ini, suatu hari, aku pasti akan menyuruh mereka semua rasakan
pembalasan yang paling mengenaskan!"
Si pedang ular perak Ciu Heng thian segera berkata dengan
suara lantang: "Kini pengaruh iblis sudah meraja-lela, mereka sudah bersekongkol dengan berbagai perguruan besar di dunia ini,
440 sementara kaum yang dianggap sebagai golongan murni boleh
dibilang sangat minim sehingga cuma terdiri dari beberapa orang, bila kita
berempat harus menghadapi khalayak yang begitu banyak, jelas hal ini mustahil
bagi kita untuk meraih kemenangan, aku pikir, tindakan paling penting yang harus
kita laksanakan sekarang adalah mencari tahu markas besar pihak lawan, kalau
bisa kita langsung menyerbu ke sarangnya dan melenyapkan pentolannya. Demikian
ancaman bahaya baru bisa disingkirkan, kini saudara Ku sudah
mengetahui siapa gerangan Kaucu dari perkumpulan Ban-shia-kau, terangkan kepada
kami dimanakah letak sarang iblis mereka?"
Ku See hong menghela napas panjang,
"Aaai.... di manakah letak markas besar Ban-shia-kau tidak begitu jelas bagiku,
tapi bila kita mau mengorbankan sedikit tenaga dan pikiran, rasanya tidak sulit
untuk mengetahuinya."
Pada saat itulah mendadak...........
Dari arah sebelah barat tanah pekuburan itu berkumandang
datang suara pekikan panjang yang amat memekikan telinga, suara pekikan tersebut
kedengaran aneh sekali. Ketika berkumandang mengikuti hembusan angin malam, lamat-
lamat terasanya bagaikan isak tangis setan, seperti juga suara lolongan
serigala, membuat siapa saja yang mendengarnya segera merasakan bulu kuduknya
pada bangun berdiri. Menyusul suara yang mengerikan tadi, terdengar seorang
tertawa dingin lalu berkata:
"Bocah keparat she Ku, Ban-shia-seng-kau merupakan pemimpin tertinggi didalam
dunia persilatan saat ini..., kau anggap nama baik kami boleh dinodai dengan
begitu saja olehmu" Hmmm....hmmm....
bocah keparat, jika kau merasa punya kepandaian ayolah ikuti aku, mari kita
saksikan sampai dimanakan kelihayan dari Lian-hun ki-ong dari perkumpulan suci
kami heeemm....heemmm...."
441 Suara bisikan itu lirih seperti nyamuk, namun setiap patah
katanya dapat terdengar jelas, bahkan sangat menggetarkan
telinga. Dari balik mata Ku See hong segera memancar keluar sorot mata
tajam yang menggidikkan hati, diiringi suara pekikan nyaring,
tubuhnya melejit ke udara dan meluncur kedepan, diantara
berkibarnya ujung baju, terhembus angin dengan kecepatan luar
biasa ia meluncur ke arah mana berasalnya suara tadi.
Waktu itu sudah mendekati kentongan ke empat; bintang
bertaburan di angkasa, angin dingin berhembus menusuk tulang,
diantara heningnya suasana terdengar suara tertawa menyeramkan bergema dari
balik tanah pekuburan sana, kemudian muncullah
sesosok bayangan manusia berwarna abu-abu yang meluncur keluar bagaikan burung
elang. Ditinjau dari kecepatan gerak orang itu, dapat diketahui kalau ilmu
meringankan tubuhnya telah mencapai puncak kesempurnaan.
Tatkala bayangan tubuh Ku See hong lenyap dibalik kegelapan
malam tadi, mendadak Si Pedang ular perak Ciu Heng thian
mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan suara tertawa
panjang yang seram memekikkan telinga......
Dibalik tertawanya itu jelas tercermin nada yang begitu licik, begitu busuk dan
menyeramkan. Itulah suatu penampilan yang amat buas, ganas, keji dan
menggidikkan hati.... Begitu menangkap suara tertawa panjang yang amat mengerikan
itu Biau ki Siangsu In Kan im dan Sin hong hwee ciau Lui Ki segera merasakan
hatinya bergetar keras, dengan empat mata mereka
yang tajam bagaikan sembilu, mereka bersama-sama memandang
kearah wajah Ciu Heng thian yang licik dan buas itu... ...
Kontan paras muka mereka berubah hebat, dengan cepat kedua
orang itu tahu bahwa mereka sudah berada diambang pintu
kematian.! 442 Ya, cuaca dilangitpun gampang berubah-ubah, apalagi kehidupan
manusia di dunia ini. Tahu wajah, tahu orangnya ... tak akan tahu hatinya, siapakah
yang bisa menduga akan, kebusukan, kelicikan serta kemunafikan seseorang yang
tersembunyi dibalik hatinya?"
Diam-diam Biau ki Siangsu In Ham im sangat menyesali
kekhilafan sendiri , selama ini dia selalu merasa bangga karena kemampuannya
untuk menilai orang dari raut wajahnya..., sungguh tak disangka pada malam ini
dia harus melakukan suatu kesalahan yang amat besar.
Si pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa licik beberapa saat lamanya,
....mendadak ia berhenti tertawa.
Dengan sekulum senyaman menyeringai menghiasi ujung
bibirnya, bagaikan bayangan setan dia menerjang kearah Lam ciau Pak Siang,
wajahnya nampak begitu menyeramkan, begitu licik dan menggidikkan hati. Sepasang
mata Sin hong hwee ciau Lui Ki
segera memancarkan cahaya berapi-api, dengan suara keras dia
membentak: "Bocah keparat she Ciu, kau............. kau sungguh amat licik dan rendah,
aku.... aku akan beradu jiwa denganmu !"
Sambil berkata dia siap menerjang kedepan.
Biau ki Siangsu In Ham Im lebih cerdik daripada rekannya,
sekalipun dia dihadapkan pada ancaman bahaya maut yang
menyeramkan, namun pikirannya tak sampai menjadi kalut. Sambil menarik tangan
Sin hong hwee ciau, bisiknya lirih:
"Lui lote, cepat tenangkan pikiranmu pertarungan yang bakal berlangsung
merupakan suatu pertarungan yang akan menentukan
mati hidup kita, jangan bertindak kelewat gegabah!"
Walaupun Sin hong hwee ciau Lui Ki merupakan seorang yang
berangasan, namun dia cukup tahu betapa gawat dan seriusnya
persoalan yang dihadapinya sekarang, sebab bilamana mereka
berdua sampai tewas ditangan manusia laknat ini, bisa jadi dendam 443
sakit hatinya tak pernah akan terbalas untuk selamanya, bahkan keselamatan jiwa
Ku See hong pun terancam oleh bahaya maut!
Karena itu setelah pelbagai ingatan berkecamuk didalam
benaknya, dengan segala kemampuan yang dimilikinya dia berusaha keras untuk
mengendalikan gejolak perasaan dalam hatinya dan
berusaha untuk menenangkan kembali pikirannya.
Terdengar si Pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa seram
lagi belulang kali, lalu berkata:
"In Ham Im, percuma kau disebut orang sebagai Biau-ki
Siangsu,' heehhh...... heeeehhh..... heeehhh...... siapa sangka kalau kau telah
menyerahkan nyawamu sendiri ketangan raja akhirat,
heehhh...... heeeehhh..... heeehhh......"
-oo0dw0oo- Jilid 14 DIAM-DIAM Biau-ki-siang-su In Han-im menghimpun segenap
tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap sedia menghadapi
segala kemungkinan yang tak di nginkan, sedang diluar wajahnya ia tetap bersikap
tenang, sahutnya pelan; "Ciu Heng-thian, perubahan drastis semacam ini tak akan bisa diduga siapapun
juga, yang bakal mati pada malam inipun masih
merupakan tanda tanya besar, bila liangsim pun masih mampu
berbicara, saat inilah merupakan saat yang paling baik bagimu
untuk melepaskan kesesatan dan kembali kejalan kebenaran, karena kau masih
mempunyai kesempatan untuk menolong dirimu sendiri"
"In Han im!" kata si pedang ular perak Ciu Heng thian sinis, "hati bajik dan
perasaan welasmu itu lebih baik kau dermakan kepada
sukma-sukma gentayangan di alam baka nanti saja!"
Walaupun Biau-ki-siangsu In Han im tahu kalau usahanya untuk
menyadarkan kembali pemuda ini agar kembali ke jalan yang benar tak nanti
menjadi kenyataan, namun satu-satunya jalan baginya
444 sekarang adalah berusaha untuk mengulur waktu sebisanya sambil menunggu
kedatangan Ku See hong. Maka dengan sikap yang masih tetap tenang Biau ki siang su In
Han im berkata: ' Ciu Heng-thian, tahukah kau bahwa karma tetap berlaku bagi
umat manusia, apakah kau tidak takut terhadap pembalasan karma dikemudian hari?"
Sekali lagi si Pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa seram.
'Heeehhh...heeehhh...heeehhh... In Han Im, sekarang aku sudah
mengetahui akan siasat busukmu itu, hmmmm, hmmm, sayang
percuma saja kau menanti, Ku See hong tak bakal kembali lagi
kemari!" Mendengar perkataan itu paras muka Biau ki siang su In Han im
segera berubah hebat, tapi hanya sejenak kemudian telah pulih
kembali seperti sedia kala, kembali dia berkata:
"Sejak dulu sampai sekarang, kaum dujana tak ada yang bisa lolos dari keadilan
dan kebenaran, hanya persoalannya, berbeda waktu belaka, cepat atau lambat
akhirnya kau pasti akan terkena pembalasannya juga"
"Hmmm, In Han im! Kematian sudah berada didepan mata, tapi kau masih sempat
berkhotbah terus, hmmm . . . . hmmm . . .
sungguh merupakan suatu perbuatan yang sangat menggelikan'
Kini, Biau-ki siang su In Han im betul-betul sudah merasa putus asa, tapi dia
toh tak mau menyerah dengan begitu saja, kembali ujarnya:
' Pintu Buddha terbuka lebar bagi orang yang mau bertobat,
lepaskan golok pembunuhmu dan bertobatlah atas dosa dan
kesalahanmu, Aku harap kau suka berpikir tiga kali sebelum
mengambil tindakan' Paras muka si Pedang ular perak Ciu Heng thian telah berubah
menjadi mengerikan sekali, kelicikan dan kebusukan sudah semakin 445
menyelimuti wajahnya, suara tertawa dingin yang menggidikkan hati sekali lagi
bergema memenuni angkasa:
"In Han im, kematian sudah berada di depan matamu, lebih baik padamkan saja
keinginanmu itu!" Heeehhh-heeehhh-heehhh bagi manusia yang berpengalaman picik
semacam kau juga ingin berkecimpungan dalam dunia persilatan. Hmm! Pada hakekatnya
perbuatan kalian itu benar-benar tak tahu diri.
' Terus terang saja kuberitahukan padamu, Sejak setengah bulan berselang aku Ciu
Heng thian sudah menggabungkan diri dengan
perkumpulan Ban shia kau kini, kedudukan ku adalah wakil ketua dari Ban shia
kau, adapun kedatanganku sekarang adalah untuk


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melaksanakan perintah dari kaucuku guna menyelidiki asal mula
munculnya suara nyanyian dari Bun ji koan su, sekarang segala
sesuatunya sudah kuterangkan sejelasnya kepadamu, aku rasa
kalian pun boleh mampus dengan mata terpejam rapat. Heehh. . .
heeehhh ..... Sampai disitu sekali lagi dia perdengarkan suara tertawa licik-nya yang penuh
disertai dengan perasaan bangga.
Dalam keadaan seperti ini, Biau ki siang su In Han im sudah
benar-benar putus asa, sekarang dia hanya bisa menyesali dirinya yang bermata
tak berbiji sehingga terjebak dalam perangkap
manusia durjana. Oooh Thian, mengapa manusia-manusia durjana itu dibiarkan
memperoleh kedudukan dan kesempatan untuk melakukan
kejahatannya" Si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera tertawa seram
dengan nada yang amat licik:
"In Han im, tadi mengapa kalian ingin mengetahui siapakah kaucu kami itu?"
Setelali berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Heeehhhh . . . heeehhh. . . heeehhh. . . bagaimanapun sebentar lagi kalian akan
berangkat meninggalkan dunia ini, beritahu kepada 446
kalian pun tak menjadi soal . . Ketahuilah, kaucu dari Ban shia kau tak lain
adalah istrinya Bun ji koan su si setan tua itu yang bernama Ceng Lan hiang.
'Heeehhh...heeehhh... nama ini amat asing bukan bagi kalian"
Tentunya kalian tak pernah menyangka bukan, kalau Bun ji koan su yang dianggap
sebagai jagoan oleh kalian ternyata punya bini"
Padahal kalian mana tahu kalau Bun ji koan su sesungguhnya
adalah seorang manusia histeris yang menyeramkan?"
Betapa gusarnya Biau ki siangsu In Han im ketika mendengar
orang itu mencemooh dan menghina Bun ji koan su, sambil melotot besar bentaknya
keras-keras: "Bocah keparat she Ciu, tutup bacot anjingmu, seorang lelaki sejati boleh
dibunuh pantang dihina, seandainya kami Lam ciau pak siang mati ditanganmu pada
hari ini, sekalipun jadi setan kami tetap akan menyeretmu ke dalam neraka"
Mencorong sinar keji dan buas dari balik mata pedang ular perak Ciu Heng thian,
serunya: "In Han im, sekarang serahkanlah nyawa kalian! Aku orang she Ciu akan siang
malam menantikan kedatangan kalian sebagai setan iblis, tapi kalian musti ingat,
jika sebagai setan iblis sekali lagi kalian mampus, maka kalian akan berubah
menjadi bayangan setan yang
tak bakal bisa menitis kembali untuk selamanya, heeehhh. . .
heeehhh. . ." Suara tertawa dingin yang menyeramkan kembali bergema
menggetarkan sukma... Tubuh Ciu Heng thian bagaikan bayangan sukma menerjang
maju ke muka, telapak tangan kanannya secepat kilat diayunkan ke depan
melepaskan sebuah pukulan dahsyat..
Dimana serangan tersebut dilancarkan, hawa pukulan yang maha
dahsyat disertai gerakan berputar segera meluncur ke muka
bagaikan gulungan ombak samudra, pasir dan batu segera
447 beterbangan memenuhi angkasa dan menerjang ke arah Lam ciau
pak siang dengan sangat hebatnya.
Tadi, Lam ciau pak siang telah menyaksikan kelihayan ilmu silat yang dimiliki
Ciu Heng thian,, maka begitu dilihatnya angin serangan yang maha dahsyat itu
meluncur datang, serentak mereka
membentak keras kemudian bersama-sama melejit ke samping
untuk menghindarkan diri.
Sambil tertawa dingin tiba-tiba Ciu Heng thian mementangkan
sepasang telapak tangannya ke kiri dan ke kanan, dua gulung angin pukulan yang
sangat hebat seperti hembusan angin topan, dengan disertai suara desingan tajam
yang memekikkan telinga langsung menyergap tubuh Lami Ciau dan Pak Siang.
Perubahan jurus serangan ini dilakukan dengan kecepatan luar
biasa, jauh berbeda dengan jurus serangan pertama, selisih antrara kedua buah
serangan itupun kecil sekali.
Waktu itu Lam ciau pak siang masih melambung di udara, dan
belum sempat melayang turun ke atas tanah, tahu-tahu gulungan
angin pukulan yang menyesakkan napas telah meluncur tiba dengan hebatnya.
Menghadapi ancaman yang begitu dahsyatnya itu Lam ciau pak
siang merasa amat terperanjat, masing-masing pihak segera
menggunakan jurus serangan yang paling hebat untuk melejit
kesamping, seluruh badannya segera berputar bagaikan gangsingan, secara drastid sekali mereka meloloskan diri dari
ancaman maut tersebut. Sin-hong hwee ciau segera membentak nyaring begitu tubuhnya
mencapai permukaan tanah, tubuhnya yang tinggi besar itu dengan membawa gulungan
angin yang kencang menerkam kedepan,
sepasang telapak tangannya dengan disertai desingan angin tajam yang menggidikan
hati secepat kilat melepaskan tiga buah pukulan berantai ke tubuh C iu Heng
thian. Ketiga buah serangan itu dilancarkan dalam keadaan gusar,
kedahsyatannya bukan alang kepalang.
448 Begitu pukulannya dilepaskan, seperti gelombang dahsyat yang
mangamuk ditengah samudra saja, dengan hebatnya segera
menggulung kedepan .... Dipihak lain, Biau-ki-siang-su In han im pun melancarkan
serangan dengan kepandaian saktinya pada saat yang bersamaan,
bayangan kaki, pukulan tangan bagaikan jaring
laba-laba mengurung musuhnya secara ketat dan rapat.
Semua jurus serangan yang dahsyat itu tertuju ke bagian-bagian tubuh yang
mematikan disekujur badan lawan, bagaimanapun lihay Ciu Heng-thian, dalam
keadaan seperti ini buru-buru dia gunakan ilmu gerakan tubuh yang lihay untuk
menghindarkan diri. Biau ki-siang-su In Han-im tahu, soal mati hidup dirinya adalah urusan kecil,
tapi nasib dunia persilatan merupakan masalah besar, bila mereka berdua tak bisa
bertahan hingga kembalinya Ku See-hong, sudah pasti sampai di akhirat pun mereka
akan menanggung penderitaan.
Maka setelah memperdengarkan suara tertawa panjangnya yang
mengenaskan, angin pukulan serta bayangan kaki seperti angin
puyuh menerjang tiada hentinya....
Bila seseorang sudah nekad untuk beradu jiwa maka semua
serangan yang dilancarkan otomatis memiliki kekuatan yang
mengerikan. Dalam waktu singkat bayangan telapak tangan menyelimuti
seluruh angkasa, sedemikian berlapis-lapisnya kekuatan serangan itu hingga
hampir setiap ruang kosong tertutup rapat...
Diteter secara ganas dan dahsyat oleh Lam-ciau pak-siang, si
Pedang ular perak Ciu Heng thian terdesak mundur berulang kali, lama kelamaan
kejadaian ini membangkitkan sifat buasnya.
Mendadak ia mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan
suara pekikan keras yang membetot sukma..
Dengan cepat ia menghimpun tenaga Tay ih kun goan
khikangnya yang maha dahsyat itu kedalam telapak tangannya.
449 Segulung demi segulung tenaga pukulan yang dalam bagaikan
samudra meluncur kedepan, dalam waktu singkat udara disekeliling tempat itu
sudah berubah menjadi panas menyengat badan.
Sepuluh gebrakan kemudian walaupun ilmu silat yang dimiliki
Biau ki siangsu In Han im sangat lihay, namun semua gerakannya terhadang oleh
hawa murni yang dipancarkan Ciu Heng thian
sehingga semua kelihayannya tak sanggup dipancarkan.
Sebaliknya, Ciu Heng thian yang khusus meneter In Han im
justru makin menyerang semakin menghebat, serangan demi
serangannya yang dahsyat memaksa In Han im mundur terus tiada
hentinya, bahkan keselamatan jiwanya makin terancam.
Sementara itu Sin hong hwee ciau Lui Ki yang terlibat pula
didalam pertarungan itu secara diam-diam telah menghimpun pula tenaga dalam yang
dimilikinya, dia telah mengeluarka ilmu Ceng pit kang yang paling diandalkan
seumur hidupnya untuk melaku kan
perlawanan. Tampak sepasang lengannya membesar satu kali lipat, dibalik
warna merah muncul warna kehitam-hitaman yang amat
mengerikan, di ringi bentakan nyaring, menda-dak sepasang
lengannya didorong ke muka secara aneh, segulung angin kencang yang berputar
dengan cepatnya meluncur ke tubuh lawan.
Si pedang ular perak C iu Heng thian segera meningkatkan
kewaspadaannya begitu menyaksikan sepasang lengan Sin hong
hwee ciau berubah menjadi hitam membengkak, ia tahu serangan
yang dilancarkan itu sudah pasti amat beracun dan mematikan.
Baru saja ingatan tersebut melintas lewat dalam benak Ciu Heng thian, angin
pukulan yang menyesakkan napas itu bagaikan jaring langit dan perangkap bumi
meluncur kedepan dan mengurung
seluruh tubuhnya rapat-rapat..
Diam-diam Ciu Heng thian merasa terkesiap, ia tak mengira kalau kepandaian silat
yang dimiliki Lam ciau pak siang sudah mencapai taraf
yang begitu hebatnya, tanpa terasa hawa napsu membunuhnya berkobar. 450 Diam-diam hawa khikang Tay ih kun goan sinkangnya dikerahkan
mencapai sepuluh bagian, kemudian sepasang tangannya di
getarkan semakin kencang, memaksa Biau ki siang su In Han im
menjadi keteter hebat dan keadaannya makin mengenaskan.
Ketika angin pukulan Ceng pit kang yang dilancarkan Sin hong
hwe ciau Lui ki menyentuh satu depa didepan badan Ciu Heng
thian, tahu-tahu dia seperti merasa membentur diatas sebuah
dinding baja yang tak berwujud yang amat kuat, ternyata daya
kekuatannya tak sanggup menerjang lebih ke depan.
"Blaaamm!" terdengar bunyi benturan keras yang memekikkan telinga bergema
memecahakn keheningan, tenaga pukulan maha
dahsyat yang dilontarkan oleh Sin hong hwee ciau itu tahu-tahu sudah dipunahkan
hingga tak berbekas oleh angin pukulan Tay ih kun goan khikang yang tak berwujud
dari Ciu Heng thian. Menyusul kemudian terdengarlah suara pekikan ngeri yang
memilukan hati bergema memenuhi seluruh angkasa.
Tubuh Sin hong hwee ciau Lui ki yang tinggi besar itu bagaikan layang-layang
yang putus tali segera mencelat sejauh tiga kaki dengan nadi yang putus, darah
segar memancar keluar dari lubang indranya, ia mati secara mengenaskan.
Begitulah seorang pendekar sejati akhirnya harus berpulang
kealam baka karena dianiaya dan dicelakai oleh seorang manusia laknat yang
berhati busuk. Mendadak. . . sekali lagi terdengar suara pekikan keras yang
membetot sukma bergema memenuhi angkasa,
Biau ki siangsu In Han im bagaikan gulungan angin berpusing
menerjang maju kesamping tubuh Ciu Heng thian, sepasang telapak tangannya yang
penuh dengan tenaga dalam segera melancarkan
bacokan dari suatu sudut yang aneh sekali.
Dimana serangan dari In Han im dilancarkan, beberapa gulung
angin pukulan yang tajam di ringi suara desingan tajam telah
meluncur kedepan dan menerjang tubuh C iu Heng thian.
451 Betapa sedih dan hancurnya perasaan Biau ki siangsu In Han im
setelah menyaksikan adik angkatnya mati secara mengenaskan,
sambil menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
dengan mempergunakan jurus serangan yang paling tangguh dia
lepaskan serangan mematikan.
Sedemikian dahsyatnya serangan itu, ibaratnya bendungan yang
jebol diterjang air bah. Si pedang ular perak Ciu Heng thian tak pernah mengira kalau
jurus serangan yang dilancarkar In Han im bisa sedemikian cepat nya, lagipula
arah serangannya adalah bagian tubuh yang harus
diselamatkan, padahal tenaga dalamnya waktu itu belum sempat
terhimpun kembali. Segulung angin pukulan yang dahsyat dan menyesakkan napas
seperti ambruknya bukit Tay san segera menekan keatas kepalanya.
Kontan dia merasakan kepalanya menjadi pusing tujuh keliling,
nadinya seperti membengkak besar, sakitnya bukan kepalang.
Tak terlukiskan rasa terkesiap dalam hati Ciu Heng thian, buru-buru sepasang
tangannya disilangkan kemudian di ringi bentakan gusar mendadak sepasang tangan
nya didorong kemuka. "Plaaakkk. ...!" suatu benturan nyaring segera bergema memecahkan keheningan.
Angin pukulan tajam segera berputar kencang sambil menimbulkan suara desingan tajam, dengan cepatnya hembusan
angin itu di memancar keempat penjuru.
Ciu Heng thian merasakan kuda-kudanya tergempur, dengan
sempoyongan dia mundur sejauh tiga empat langkah, wajahnya
berubah menjadi pucat pias seperti mayat.
Biau ki Siangsu In Han im sendiripun kena dilemparkan tubuhnya sejauh satu kaki
lebih, tapi ketika terjatuh kembali ke tanah ia berdiri tegak dengan tubuh kaku.
452 Kulit wajahnya segera mengejang keras dengan pancaran garis-
garis kebencian yang dalam, rambutnya terurai kalut, mata nya
merah membara sehingga keadaannya tampak sangat mengerikan.... Si Pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa seram, katanya
dengan suata yang dingin:
"In Han iln, sebenarnya aku orang she Ciu hendak menghabisi nyawamu dengan
begitu saja, heeehhh... heeehhh...heeehhh... tapi sekarang aku telah merubah
maksudku semula, aku hendak
menyuruh kau untuk merasakan siksaan yang paling keji lebib dulu sebelum mampus
secara mengerikan" Biau ki siang su In Han im tahu kalau kekuatan yang dimilikinya sudah punah,
nadi yang berada didalam tubuhnya telah
membengkak besar seperti mau meledak, sementara hawa darah
yang bergolak dalam dadanya membuat dia tak sanggnp untuk
menghimpun sedikit tenagapun, apa yang bisa dilakukan sekarang tak lebih
hanyalah melototkan sepasang matanya yang merah
membara dengan penuh kebencian.


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera menunjukkan wajah
seram dan buasnya yang mengerikan, lalu sambil senyum tak
senyum dia berkata: "In Han im, mungkin kau pernah mendengar bukan bahwa
didalam ilmu silat terdapat semacam ilmu yang disebut khi im ciok meh hoat (ilmu
membalikkan nadi) bukan"
Begitu mendengar ucapan tersebut, paras muka Biau ki siangsu
In Han im segera berubah menjadi pucat pias dan makin
mengerikan. Sekali lagi si Pedang uiar perak Ciu Heng thian tertawa seram:
"Heeehhh... heeehhh...heeehhh.... bagaimana" Apakah kaupun memahami kepan-daian
semacam ini?" Seluruh badan Biau ki siang su In Han im sudah lemas tak
bertenaga, dia hanya bisa menerima cemoohan dan penghinaan
453 manusia laknat itu dengan pasrah, ia betul-betul putus asa dan tidak mempunyai
harapan lagi untuk meloloskan diri.
Mendadak Ciu Heng thian mendongakkan kepalanya dan tertawa
seram, suara tertawa nya bagaikan tangisan setan, seperti juga suara lolongan
serigala hingga kedengaran nya amat menusuk
pendengaran. Ditengah gelak tertawanya itu, tubuhnya seperti bayangan sukma segera menerjang
kemuka dan berhenti disamping kiri Biau ki siang su In Han im, kelima jari
tangan kanannya dipentangkan lebar-lebar, kemudian secara beruntun melepaskan
serangkaian totokan berantai. .
Gerak serangannya aneh tapi cepat, sekalipun In Han im berada
dalam keadaan sehat juga jangan harap bisa menghindarkan diri.
Apalagi isi perutnya sekarang sudah menderita luka dalam yang
amat parah, sakitnya bukan alang kepalang!! sudah barang tentu ia tak dapat
meloloskan dari dari ancaman tersebut.
Tak ampun lagi semua ancamannya segera bersarang diatas
badannya. Begitu berhasil menotok semua jalan darah dan urat penting
ditubuh In Han im, Ciu Heng thian segera menggerakkan telapak
tangan kirinya membuat musuhnya roboh terkapar kembali.
Memandangi lawannya yang terkapar, si Pedang ular perak Ciu
Heng thian tertawa seram.
'Heeehhh... heeehhh... heeehhh... In Han im, sekarang kau boleh rasakan siksaan
yang paling keji didunia ini, kemudian nantikan lah nadi-nadimu meledak sebelum
ajalmu tiba, haaahhh... haaahhh...
haaahhh, inilah akhir yang akan kau alami"
Terhajar oleh totokan berantai dari C iu Heng thian tersebut Biau ki siangsu In
Han im merasakan seluruh urat nadi didalam tubuhnya melilit menjadi satu,
peredaran darahnya berbalik sehingga
menyumbat jalan darahnya, sementara aliran hawa panas mengalir terbalik dan
menerjang ke atas otak. Seketika itu juga dia
454 merasakan seluruh badannya mengejang keras, seolah-olah
terdapat beribu-ribu ekor ulat dan semut yang menggigit disekujur badannya,
selain gatal sakit juga amat menyiksa badan. Penderitaan semacam itu pada
hakekatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata, seperti ada sebilah pedang tajam
yang sedang menyongkel setiap bagian badannya. Peluh sebesar kacang kedelai
jatuh bercucuran membasahi seluruh badannya, mata yang membelalak besar kini
hampir melotot keluar, muka yang pucat pun berubah semakin
mengerikan. Tapi dia masih berusaha keras untuk menahan penderitaan dan
siksaan yang maha dahsyat itu, sebab dia tak ingin merintih serta menunjukkan
kelemahannya didepan musuhnya.
Si pedang ular perak Ciu Heng thian betul-betul berhati buas dan kejam melebihi
binatang, melihat musuhnya tersiksa, dia malah
makin kegirangan, sambil tertawa keji katanya dingin menyeramkan: "In Han im, sekarang aku akan memotongi semua otot didalam badan agar saat
kematian yang bakal merengut nyawamu makin
panjang, tapi juga akan menambah siksaan yang akan menggilas
tubuhmu. Heeehhh. . . heeehh. ."
Seraya berkata, ia lantas melolos pedang ular peraknya dari
pungggung, kemudian diantara berkelebatnya cahaya tajam, mata
pedang yang tajam itu bekerya keras membetoti semua otot dalam tubuh In Han-im.
Bayangkan saja betapa menderitanya In Han-im menghadapi
siksaan brutal seperti itu, tapi dia tidak mengeluarkan sedikit suarapun, meski
badahnya gemetar keras, darah mengucur deras,
namun ia tetap mempertahankan diri dengan sekuat tenaga.
Dalam waktu singkat, In Han-im telah berubah menjadi manusia
darah, wajahnya lebih pucat daripada mayat.
Penderitaan yang menyiksa tubuhnya sekarang betul-betul sukar
dilukiskan dengan kata-kata, ia sampai berguling- gulingan diatas tanah untuk
menahan penderitaan tersebut.
455 Sayangnya, gerakan itu bukan saja tidak mengurangi penderitaannya, malah sebalik nya justeru menambah hebat
penderitaan. Si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera menarik kembali
pedangnya dan tertawa seram.
"Heeeehhh...heeeehhh In Han-im, sekarang kau pasti telah
menikmati kebahagiaan bukan" Nah aku boleh memberitahukan
kepadamu, apa yang kau rasakan sekarang baru suatu permulaan,
kenikmatan yang lebih mengasikkan justru akan kau rasakan
dibelakang nanti" 'Kemudian setelah tertawa dingin dia melanjutkan:
"Silahkan berbaring disini sambil merasakan kenikmatan hidup, maaf aku orang she
Ciu tak bisa menemani lebih lama"
Di ringi suara tertawa yang amat nyaring, bayangan tubuh Ciu
Heng-thian berkelebat di udara dan lenyap tak berbekas.
Yaa, apa yang dikatakan memang benar nasib tragis dari In Han-
im memang masih berada dibelakang.
Tatkala bayangan iblis dari Ciu Heng hian sudah lenyap dari
pandangan mata, penderitaan yang menyerang tubuhnya ternyata
beratus kali lipat lebih dahsyat. .
Ia mulai memperdengarkan suara pekikan keras bagaikan
binatang yang terluka, begitu mengenaskan, begitu menusuk
pendengaran. Sambil menjerit dan berguling dan mencoba untuk mengurangi
penderitaan, tapi rasa sakit makin mengurung dirinya, bahkan makin lama semakin
dahsyat dan hebat. . . Penderitaan yang makin lama semakin menghebat ini, membuat
ia tak sanggup untuk menahan lebih jauh, diapun merasakan daya tekanan yang
menghimpit tubuhnya makin dahsyat seperti hendak
menghimpitnya menjadi cairan darah, seperti hendak meremukkan
badannya dan meng-hancurkannya menjadi beribu-ribu keping.
456 Penderitaan semacam ini sukar untuk dilukiskan dengan kata-
kata. Tapi Biau ki siangsu In Han im masih tetap mempergunakan
kecerdasan otaknya serta kemauan yang besar untuk menahan
penderitaan tersebut dengan sepenuhi tenaga.
Kekuatan apakah yang sebenarnya menunjang dia sehingga
membuat In Han im sanggup untuk mempertahankan diri"
Itulah Ku See hong, dendam kusumat serta nasib dunia
persilatan dimasa mendatang.
Bagaimanapun juga, dia berusaha keras untuk mempertahankan
diri, menahan diri sehingga Ku See hong balik kesana dan
menceriterakan segala sesuatunya kepada permuda itu, kemudian ia baru bisa
meninggalkan dunia yang fana ini untuk kembali ke alam baka.
Ia tak ingin cepat-cepat menghabisi nyawanya, sebab ia tahu
betapa pentingnya arti kehidupan yang tak seberapa lama itu bagi semua orang,
yaa buat keselamatan dunia persilatan.
Sseandainya ia sampai mati, maka semua rahasia besar itu akan
dibawa masuk ke liang kubur, itu berarti manusia laknat Ciu Heng thian akan
meraja lela, keselamatan Ku See hong akan terancan, dan nasib dunia persilatan
bisa terjatuh ke tangan mereka.
Sungguhpun tersiksa hebat, ia bertekad untuk mempertahankan
diri selama mungkin, syukur kalau bisa menanti hingga Ku See hong kembali ke
sana..... ooo0dw0ooo BAB 21 SEMENTARA itu Ku See hong dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuh yang paling sempurna mengejar bayangan
manu-sia tersebut sepenuh tenaga, sedemikian cepatnya ia
457 bergerak, dalam sekilas pandangan saja sudah lenyap dibalik
kegelapan sana. Tapi gerakan tubuh orang itupun tak kalah cepatnya, hanya
didalam beberapa kali lompatan, ia sudah hilang dibalik kegelapan sana bagaikan
segulung asap. Ku See hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat
terperanjat, pikirnya: Orang-orang yang tergabung dalam perkumpulan Ban shia kau
benar-benar tak boleh dipandang enteng, ditinjau dari ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki orang ini, jelas ia merupakan jago kelas satu
didalam dunia persilatan, tak heran perkumpulan Thi kiong pang dan Jian khi pang
yang amat besarpun bersedia
menerima perintah dari Ban shia kau. Sebelum meninggal suhu
pernah berkata kalau si perempuan terkutuk Ceng Lan hiang telah berhasil
mendapatkan sejilid kitab Ban shia cinkeng, ucapan itu jelas bukan gertak sambel
belaka, itu berarti ilmu silat yang dimllikinya pasti lihay sekali.
"Disamping itu kedua orang murid murtad suhu sudah pasti akan membantu perbuatan
Ceng Lan hiang pula, aaai. . . untuk
menghadapi kekuatan yang begitu besar, mustahil aku bisa bekerja sendiri.
'Entah Ciu Heng thian bersedia untuk membantuku atau tidak"
Bila ia bisa membantu usahaku, tak lama kemudian siluman-siluman iblis itu tentu
bisa ditaklukan!' Walaupun dalam benaknya dipenuhi oleh pelbagai macam
pikiran, namun gerakan tubuhnya sama sekali tidak mengendor,
malahan makin lama semakin cepat, akhirnya dia seperti tak
menyentuh tanah saja, bagaikan burung elang yang terbang
diangkasa, tubuhnya bergerak ke depan dengan kecepatan tinggi.
Tenaga dalam yang dimilikinya sekarang telah mencapai puncak
kesempurnaan yang luar biasa, apalagi tenaga murni itu sudah
saling bergabung dengan tenaga im dan yang dalam badannya,
maka hawa murni tersebut dapat beredar tiada hentinya bagaikan 458
gulungan ombak yang saling mengejar di tengah samudra, seolah-
olah bersambung tiada hentinya.
Kurang lebih setengah perminuman the kemudian, dari jarak
seratus kaki Ku See hong telah berhasil memperkecil jaraknya
menjadi beberapa puluh kaki, sementara seratus kaki dihadapannya terbentang
sebuah hutan yang amat lebat.
Bayangan manusia yang berlarian di depan itu nampak amat
terperanjat sekali sewaktu dilihatnya Ku See hong telah mengejar semakin dekat,
padahal dia menganggap ilmu meringankan tubuh
yang dilikinya sekarang sudah terhitung jago kelas satu dalam dunia persilatan,
malah dalam perguruannyapun dia cuma kalah dengan
kaucunya, dua orang penanggung jawab serta wakil ketuanya.
Ku See hong takut kalau orang yang berada dihadapannya itu
keburu masuk kedalam hutan, ia segera berteriak keras:
"Setan kaparat yang berada didepan, tadi kau masih berani berbicara sesumbar
mengapa saat ini malah kabur terbirit-birit'
Hanya dalam waktu singkat bayangan manusia yang berada
didepan itu sudah berada tiga puluh kaki dari hutan.
Terdengar bayangan manusia yang berada didepan itu
memperdengarkan suara tertawa anehnya yang menyeramkan,
begitu suara tertawa berkumandang dalam dua tiga kali lompatan saja badannya
sudah melompat sepuluh kaki lebih kedepan.
Sekarang Ku See hong sudah berada sepuluh kaki dibelakangnya,
melinat ini dia menjadi panik, sambil membentak keras kecepatan badannya
ditingkatkan, bagaikan seekor burung alap-alap badannya mener-kam ke bawah
dengan dahsyat. Sesungguhnya bayangan manusia yang berada didepan itu bukan
berniat masuk ke dalam hutan, melainkan cuma menjalankan siasat busuknya untuk
menjebak lawan, maka sewaktu badannya
melompat ke depan untuk kedua kalinya, mendadak ia menghentikan gerakan badannya, kaki kiri nya membuat gerakan
setengah lingkaran, secara lincah badannya telah berputar kembali.
459 Pada saat itulah secara kebetulan Ku See hong menerjang tiba
dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Sesaat ketika badannya berputar, orang itu sudah mengayunkan
sepasang telapak tangannya ke muka dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat, tenaga pukulan mendesing bagaikan pisau dan
menderu-deru di tengah udara.
Ku See hong sama sekali tak menyangka kalau musuhnya begitu
licik dan keji, sebelum ia menyadari akan datangnya bahaya
tampaklah bayangan telapak tangan telah menyelimuti seluruh
angkasa dan menggulung tiba dengan ketatnya, begitu dahsyatnya ancaman tadi
sehingga menggidikkan bulu roma setiap orang.
Kedua belah pihak sama-sama bergerak dengan kecepatan
tinggi, apa yang terjadi pun berlangsung dalam sekejap mata.
Ku See hong memang lihay, dalam cemasnya satu ingatan segera
melintas dalam benaknya, mendadak ia menggunakan tak tik Biau
siu ji siu (terbang melayang bagaikan tipuan) dari ilmu gerakan tubuh Mi khi
biau tiong guna menyelamatkan diri.
Ketika tubuhnya yang menerjang tiba menyentuh pada gulungan
angin puyuh yang maha dahsyat itu, badannya secara aneh
melayang ke samping seenteng bulu.
Ternyata ilmu Biau siu ji siu tersebut merupakan sejenis ilmu
gerakan badan yang khusus mengandalkan tenaga dalam untuk
membuat badannya seenteng bulu, bagai-manapun dahsyatnya
angin pukulan orang, bila terkena badannya tenaga itu akan lenyap seperti
menghantam kapas, melayang ke udara dengan sangat
entengnya. Ilmu gerakan tubuh ini pernah dipraktekkan oleh Ku See hong
sewaktu tubuhnya terjatuh dari atas puncak tebing di laut lam hay dari
ketinggian lima enam puluh kaki itu.
Begitulah, seenteng bulu tubuh Ku See hong melayang sejauh


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lima enam kaki dari tempat semula dengan sorot mata yang tajam dia mengawasi
orang itu tak berkedip. 460 Waktu itu kentongan kelima sudah menjelang tiba, sang surya
sudah mulai muncul dari ufuk sebelah timur, tampaklah orang itu adalah seorang
lelaki berbaju abu-abu yang berperawakan kurus
kering, ia memiliki muka berbentuk kuda dengan kulit badan yang putih hampir
tidak berwarna darah, dari balik matanya yang cekung terpancar keluar serentetan
sinar mata yang tajam bagaikan
sembilu membuat orang yang memandang terasa menjadi ngeri.
Orang ini tak lain adalah salah seorang diantara empat thamcu
yang berada dalam perkumpulan Ban-shia-kau, yakni thamcu dari
ruang Tee- hun-thiam, orang menyebut nya sebagai To-soat-bu-
liang (menginjak salju tanpa bekas) Tham Hun-ki.
Perlu diketahui, ke empat ruangan yang dimaksudkan dalam Ban
shia-kau terdiri dari ruang Sin-hwee-thiam, Im-hong-tham dan Tee-hun thiam.
Kiranya organisasi Ban-shia-kau tersusun amat rapi, dibawah
kedudukan Kaucu adalah dua orang penanggung jawab yang
menguasahi mati hidup segenap anggota perkumpulan, mereka
berdua dibantu oleh empat orang pelindung hukum.
Dibawah mereka berdua adalah Hu-kaucu atau wakil ketua,
dibawahnya lagi adalah Empat kau-tham dengan setiap bagian
terdapat satu orang thamcu dibantu, empat orang Hiangcu, dibawah hiangcu adalah
anggota biasa. Bisa dilihat betapa luasnya organisasi tersebut sehingga boleh dibilang melebihi
perkumpulan manapun. Tee hun-thamcu ..... menginjak salju tanpa bekas Tham Hunlki
nampak terkejut sekali setelah menyaksikan demontrasi ilmu
gerakan tubuh yang dilakukan Ku See hong, paras mukanya
berubah hebat, tapi hanya sejenak kemudian sikapnya telah
berubah menjadi tenang kembali.
Ia segera tertawa dingin dengan suara yang rendah dan berat,
kemudian katanya: 461 "Orang she Ku, sekalipun kau amat cerdik, tapi kali ini kau pun termakan juga
oleh siasat wakil kaucu kami, heeehhh. . . heeehhh. .
. heeehhh. . . aku lihat umurmu pun tak akan bertahan lebih lama lagi"
Ku See-hong yang menyaksikan peristiwa itu pun menjadi
kebingungan, ia tidak habis mengerti apa yang dimaksudkan,
setelah mendengus dingin dengan nada sinis katanya:
"Manusia laknat berhati busuk, bila mengandalkan kepandaian secetek itu pun kau
sudah ingin merenggut nyawaku, Hmm..
perbuatan itu betul-betul tak tahu diri. . ."
Tentu saja si menginjak salju tanpa bekas Tahm Hun khi cukup
mengetahui sampai dimanakah kelihayan dari Ku See hong, tapi dia tetap yakin
kalau masih sanggup untuk bertarung dengan lawannya, maka sambil tertawa seram
katanya: ?rang she Ku, kau harus sedikit tahu diri, ketahuilah orang Ban shia kau adalah
manusia-manusia yang tidak gampang diusik, bila kau masih saja tak tahu diri,
hmmm .... sekarang juga kau boleh rasakan kelihayanku!'
Ku See hong mengerutkan dahinya kencang-kencang, mencorong
sinar mata yang menggidikkan hati dari balik matanya, ia berseru dengan suara
dingin: ' Setiap manusia yang tergabung dalam perkumpulan Ban shia
kau, cepat atau lambat pasti akan kubunuh diujung pedangku!'
"Haaahhh. . . haahhh . . . . . haaahhh . . . . mana, mana...' Si Menginjak salju
tanpa bekas Tham Hun khi mendongakkan
kepalanya dan tertawa seram, "saat kematianmu sudah didepan mata, tapi kau masih
saja tak tahu diri, betul-betul manusia yang bermata tak berbiji!"
Tujuan dari To soat bu liang Tham Hun-khi pada saat ini adalah mengulur waktu
selama mungkin agar Ciu Heng thian mempunyai
waktu yamg cukup untuk membunuh Lam ciau pak siang, maka ia
462 sengaja membawa pembicaraan tersebut ke sana kemari tanpa
tujuan. Sekali lagi Ku See hong memperdengarkan suara tertawa
dinginnya yang mengerikan:
' Heeehhh. . . heeehhh. . . heeehhh. . . kau tak usah banyak
berbicara lagi, kini malaikat maut telah mementangkan cakar
setannya, bersiap-siaplah kau untuk berangkat menghadapnya!"
To soat bu liang Tham Hun khi mendongak kan kepala dan
memeriksa keadaan cuaca, ketika ia merasa Ciu Heng thian sudah berhasil dengan
serangannya, sekulum senyuman yang mengerikan
segera tersungging di ujung bibirnya, disusul kemudian menggemalah suara gelak tertawa nyaring. .
Mendadak ia menerjang maju ke muka, sepasang telapak
tangannya didorong bersama melancarkan pukulan dahsyat dengan
membawa deruan angin tajam secepat kilat angin pukulan itu
menerjang ke muka. Ilmu silat yang paling diandalkan To soat bu liang Tham Hun khi adalah ilmu
meringankan tubuh, tak heran kalau gerak serangannya ini dilakukan dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Ku See hong hanya merasakan pandangan matanya menjadi
kabur, tahu-tahu sesosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa telah
menerkam kearahnya. Paras muka Ku See hong segera berubah hebat, telapak tangan
kanannya diayunkan kemuka, serentetan cahaya tajam yang
berbentuk bintang, bagaikan serentetan mercon yang meledak,
dengan cepatnya menyongsong ke muka.
To soat bu liang Tham Hun khi adalah seorang manusia licik yang berakal panjang,
sekilas pandangan saja ia telah melihat kilau dibalik serangan yang dilancarkan
Ku See hong terselip suatu
kekuatan yang luar biasa, tentu dia tak berani menyambut dengan kekerasan.
463 Tiba-tiba terasa serangannya dibuyarkan lalu sambil berputar
setengah lingkaran, ia membentak keras.
Sekali lagi badannya menerjang maju ke muka, angin pukulan
bayangan kaki seolah-olah berubah menjadi beribu-ribu banyak nya, di mbangi
dengan hawa pukulan yang dahsyat, langsung menerjang kebagian mematikan ditubuh
Ku See hong dari sudut yang aneh.
Berada dibawah serangan berantai Tham Hun khi yang
memancar bagaikan gulungan samudra, Ku See hong segera
memutar sepasang tangannya membentuk gerakan melingkar dan
tiba-tiba mendorongnya kemuka.
Selapis angin pukulan yang dahsyat, bagaikan selembar jaring
yang tebal menggulung kemuka menyongsong datang nya ancaman
lawan. To soat bu liang Tham Hun khi memang tak malu disebut jagoan
lihay, ia benar-benar memiliki ilmu silat yang dahsyat, sekali lagi dia
membentak keras, seluruh badannya seperti pusaran angin
berpusing menerobos masuk kedalam celah kosong dari pukulan
berantai lawan, sepasang tangan dijojoh kemuka bagaikan tombak.
Kali ini dia mengancam jalan darah Yan noo hiat dan Ciang tay
hiat di badan Ku- See hong, sementara kaki kirinya secepat kilat menyambar jalan
darah Hee im hiat ditubuh anak muda itu.
Serangan semacam ini selain ganas dahsyat juga teramat keji. .
Ku See hong mendengus dingin mendadak kaki kanannya
berbalik menendang jalan darah wi tiong hiat diatas kaki kiri lawan, kemudian
sepasang telapak tangannya saling menyilang mengunci
datangnya ancaman lawan dengan kekerasan.
Jurus serangan ini dilancarkan dengan mengkombinasikan suatu
gerakan tubuh yang sangat indah, bahkan serangan yang
dilancarkan dengan kakinya itu selain berhasil mengunci serangan musuh, dapat
pula melancarkan serangan balasan, benar-benar
merupakan satu jurus serangan yang amat lihay.
464 Semenjak terjun kedalam dunia persilatan, belum pernah To soat bu liang Tham Hun
khi menjumpai jago sedemikian lihaynya,
dimana setiap jurus serangannya selalu tertuju untuk menekannya dalam keadaan
apa boleh buat mendadak ia buyarkan serangan
ditengah jalan kemudian melompat keluar dari arena.
Terhadap manusia buas semacam ini Ku See hong tak pernah
berbelas kasihan, sambil membentak nyaring tubuhnya seperti turut menerjang
kemuka, sementara sepa-sang telapak tangannya
menyerang secara bergantian.
Serangan demi serangan dengan jurus membabat, membacok
mendorong menyam-but dan memotong, semuanya digunakan
secara berganti-gantian. Semua ancaman dilancarkan dengan dahsyat, ganas dan gencar
seperti hujan badai. Ternyata To soat bu liang Tham Hun khi termasuk seorang
jagoan yang ulet. Dia tidak menyerah dengan begitu saja, badannya berkelebat
secara aneh, dan serangannyapun meluncur keluar seperti air bah yang menggulung
lewat, dibawah serangan Ku See hong yang maha
dahsyat itu ternyata diapun membawa tenaga ancaman yang hebat
menggulung keluar. Malahan ancaman tersebut tibanya dari suatu sudut yang aneh
dengan ruang gerak yang sempit tapi sama sekali tidak mengurangi kedahsyatannya.
Begitulah dua orang jago lihay dari dunia persilatan segera
mengandalkan kepandaian silat
yang dimiliki untuk saling
menyerang dan mendesak lawannya.
Pertempuran ini betul-betul merupakan suatu pertempuran yang
amat seru. Hawa puseran yang dahsyat seperti geledek berhembus kencang
disekeliling hutan itu dan merubah wilayah seluas tujuh delapan kaki itu menjadi
tempat amukan badai 465 Dua pulu jurus begitu saja lewat, seluruh jidat To soat buliang Tham Hun-khi
sudah dibasahi oleh keringat, namun serangan demi serangan yang dilancarkan
musuh tetap gencar dan dahsyat.
Sementara pertempuran masih berlang-sung amat sengit
mendadak .... Suara pekikan keras yang memekikkan telinga berkumandang
datang dari arah sisi hutan.
Suara pekikkan yang memekikkan telinga itu seperti suara
panggilan seseorang. Tapi kalau didengar lebih seksama maka terasa pula seperti
suara teriakan seseorang yang sedang bergembira.
Begitu pekikkan tadi sirap terdengarlah seseorang berseru dari tempat kejauhan:
"Te- hun thamcu, kau diperintahkan segera kembali!"
Ku See hong telah merasakan seperti suara pekikan dan suara
pembicaraan orang itu seperti amat dikenal olehnya, hal ini
membuatnya merasa amat terkejut, suatu firasat tak enak
mendadak melintas di dalam benaknya.
Sebaliknya Ta soat bu liang Tham Hun khi yang mendengar
seruan tersebut segera tahu kalau Ciu Heng thian telah berhasil melaksanakan
tugasnya, ingatan untuk mengundurkan diri dari sana segera terlintas dalam
benaknya. Sambil tertawa seram, Ta soat bu liang Tham Hun ki segera
memperketat serangan nya, secara beruntun dia lancarkan empat
gulung pukulan dahsyat yang memaksa Ku See hong terdesak
mundur sejauh rmpat langkah.
Menggunakan kesempatan inilah dengan cepat tubuhnya melejit
ke tengah udara dan melesat kearah hutan, dalam waktu singkat
bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan.
Sepasang mata Ku See hong berubah menjadi merah membara
dan memancarkan sinar kebuasan, saking mendongkolnya dia
466 sampai mendepak-depakkan kakinya keatas tanah, akhirmya dia
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan meluncur balik
ketempat semula. Waktu itu hatinya betul-betul merasa gelisah sekali, dia segera mempercepat
langkahnya menuju ke tempat semula.
Tak selang beberapa saat kemudian, tibalah pemuda itu di
kompleks tanah pekuburan itu.
Sang surya telah berada diatas udara, sinar yang keemas-
emasan memancarkan sinar terangnya menyoroti seluruh jagad.
Dengan sorot mata yang tajam Ku See hong mencoba untuk
memperhatikan sekeliling tempat itu, namun bayangan tubuh dari Lam ciau pak
siang serta Ciu Heng thian sudah tak nampak lagi..
Tiba-tiba Ku See hong menangkap suara rintihan lirih
berkumandang dari sisi tanah pekuburan itu, tak berani berayal lagi secepat
kilat dia melompat turun ke bawah dengan kecepatan
tinggi. Dengan cepat ia menangkap mayat Sin hong hwee ciau Lui Ki
yang tergeletak kaku di tanah, kemudian diapun menyaksikan tubuh Biau ki siangsu
In Han im yang sedang berguling-guling di tanah dengan sekujur badannya
bermandikan darah. Merah membara sepasang mata Ku See hong setelah
menyaksikan kejadian itu, sambil membentak keras dia segera
menerjang ke samping tubuh Biau ki siangsu In Han im sambil
tegurnya: "Paman In, Paman In! Siapa yang telah mencelakai kalian" Cepat katakan, cepat
katakan!" Waktu itu sekujur badan Biau ki siangsu In Han im seperti
diremuk menjadi berkeping-keping, tersiksanya bukan kepalang,
namun dia masih tetap memper-tahankan diri sambil menantikan
datanganya Ku See hong. 467 Akhirnya dengan wataknya yang keras kepala dia berhasil
mencapai apa yang diharapkan, namun saat itu ajalnya sudah
semakin dekat, dalam keadaan sadar tidak sadar ia seperti
mendengar suara panggilan Ku See hong, pelan-pelan diapun
membuka kembali matanya yang penuh berdarah dan mengawasi
Ku See hong dengan pandangan mata yang sayu.
Jelas dia tak percaya kalau orang yang berada dihadapannya
adalah Ku See hong, mungkin dia mengira apa yang dilihat hanyalah pandangan semu
menjelang tibanya ajal. Dengan sepasang mata berkaca, Ku See hong berteriak keras:
"Paman In, aku yang telah datang! Aku adalah Ku See hong, kau.
. . apakah kau sudah melihat jelas?"
Wajah Biau ki siangsu In Han im yang mengenaskan itu tampak
mengejang keras, titik air mata berlinang dari wajahnya, tidak bukan air mata,
melainkan darah! Setelah menggerakkan bibirnya sekian lama, akhirnya dia berbisik dengan suara
yang lemah: "Ku. . . Ku lote, kaukah yang datang?"
"Paman In, aku yang datang, betul aku Ku See hong, oooh ....
apa yang telah terjadi disini" Sedang bermimpikah aku?"
Suara dari Ku See hong kedengaran gemetar dan keras, nadanya
parau sehingga mendatangkan suasana yang amat pedih bagi
siapapun yang mendengarnya.


Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah merasa yakin kalau yang datang adalah Ku See hong, In
Han im nampak gembira sekali, jauh melebihi rasa sakit yang
sedang menyiksa tubuhnya"
' Ku lote" katanya kemudian dengan suarta gemetar, "harap kau suka maafkan lohIu
yang telah salah menilai orang, sungguh
menggemaskan kawanan laknat itu berhati keji ...'
"Paman In, cepat katakan! Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
sela Ku See hong cemas. 468 Biau ki siangsu In Han im menghela napas sedih, katanya:
"Ku lote, lohu dan adik angkatku telah terbunuh oleh si Pedang ular perak Ciu
Heng thian, si manusia berhati binatang, manusia laknat tersebut, dia adalah
wakil ketua dari Ban shia thian kau, sungguh menggemaskan ternyata lohu pun kena
dikelabuhi olehnya" ' Ooh... rupanya perbuatan dari Ciu Heng thian!" seru Ku See hong dengan
pancaran sinar kebencian yang amat tebal, "binatang keparat, aku bersumpah akan
mencincang tubuhnya menjadi
berkeping-keping'' "Ku lote, cepatlah berangkat ke lembah Yu-ming-kok dibukit Soat-hong-san, kalau
sampai terlambat, beberapa ratus lembar
nyawa manusia tentu akan musnah pula di tangan manusia durjana tersebut"
Saat itu, Ku Seng-hong tak dapat mengendalikan perasaan sedih
yang menyerang tubuhnya, dia tahu In Han im adalah seorang
ksatria sejati, tapi Thian telah menjatuhkan siksaan yang begitu keji kepadanya,
apakah Thian tidak mengingin kan keadilan dan
kebenaran ditegakkan dibumi ini"
Setelah menghela napas sedih, ia berkata:
Paman In, sekalipun tubuhku bakal hancur, keadilan dan
kebenaran tetap akan kutegakkan, aku ingin membasmi semua
manusia laknat tersebut dari muka bumi"
Tampaknya ajal sudah semakin dekat buat Biau ki-siang-su In
Han-im, seperti juga lentera yang hampir padam, cahayanya pasti akan menjadi
terang benderang sebelum akhirnya mati.
Tiba-tiba saja Biau-ki-siang-su In Han-im nampak jauh lebih
segar, dengan nada yang halus dan penuh perhatian dia berkata:
"Ku lote, kau mempunyai bait nyanyian dari Bun-ji-koan-su serta pedang Ang-soat
kiam dari Si hong lo jin, kedua berita ini sudah pasti telah tersebar luas dalam
dunia persilatan, ini berarti
keselamatan jiwamu terancam bahaya maut. Meski ilmu silat yang 469
kau miliki sangat lihay, namun sepasang tangan tak bisa
mengalahkan empat tangan . . . aaai.....
Berbicara sampai disitu Biau-ki-siang-su In Han-im tak dapat
mengendalikan rasa pedih dalam hatinya lagi, dia menghela napas panjang.
"Aai .... para pendekar sejati penegak keadilan dalam dunia persilatan banyak
yang telah mati dan lenyap tak ujung rimbanya, boleh dibilang kau harus hidup
sebatang kara didunia ini tanpa bantuan orang lain, aaai .... gunakanlah
kecerdikanmu untuk mengatasi semua kesulitan yang kau hadapi."
Ku lote, kau harus memahami betapa berbahaya dan liciknya
umat persilatan didunia ini, mereka lebih banyak menipu orang
dengan kemunafikannya dari pada membantumu, ketahuilah
kelicikan tak bisa dihadapi dengan ilmu silat, maka kau harus selalu waspada
terhadap setiap manusia yang ada disekelilingmu'
Ku See hong tahu bahwa kesempatan In Han im hidup didunia ini
sudah tak banyak lagi, tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya, ia mengangguk: "Paman In, aku tahu tentang hal itu, kau tak usah kuatir, sebelum semua
perempuan durjana didunia ini kupunahkan, aku
bersumpah tak akan berhenti membunuh. ."
Ketika mengucapkan perkataan itu dari balik matanya segera
terpancar keluar hawa napsu membunuh yang mengerikan ....
Hal ini melambangkan kalau badai yang penuh dengan genangan
darah sudah mulai melanda dunia persilatan.
Tiba-tiba In Han im mengeluh pelan sambil menahan tubuhnya
yang gemetar keras, wajahnya mengejang keras menahan
penderitaan yang hebat, tapi ia tidak berdiam diri, kembali katanya:
"Ku lote, sejak kini keadilan.. dan kebenaran di dalam dunia persilatan harus
kau tegakkan seorang diri, baik-baiklah berjuang, arwah kami berdua dialam baka
pasti akan merestuimu, semoga
kau bisa menegakkan kebenaran dalam dunia persilatan dan
470 melenyapkan semua durjana dari muka bumi, lohu..,. lohu mohon
pamit lebih dahulu' Akhirnya In Han im, seorang pendekar besar yang berjiwa
kesatria ini mengakhiri perjalanan hidupnya di alam semesta ini dan kembali
keakhirat. Ia meninggal dengan begitu tentram, meninggal dunia setelah
selesai mengucapkan pesannya.
Walaupun In Han im telah meninggal, namun kegagahan,
kebajikan serta kemuliaan budinya akan tetap tinggal di dunia ini.
Ku See hong merasakan kesedihan yang tak terlukiskan dengan
kata-kata setelah menyaksikan kematian In Han im, dia membenci kawanan manusia
laknat itu, merasa tidak terima atas ketidak adilan Thian.
Terdengar ia bergumam: 'Tampaknya nasib buruk selalu membuntuti diriku, sejak kecil aku harus
kehilangan kedua orang tuaku, lalu menyusul guruku Bun ji koan su, empek
Sangkoan It, kekasihku Keng Cin sin, dan sekarang sahabat Sin hong hwee ciau
serta Biau ki siangsu.."
Bergumam sampai disini, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya
lalu berseru lagi dengan lantang:
"Oooh Thian! Selanjutnya masih ada peristiwa tragis apalagi yang hendak kau
limpahkan kepadaku ...."'
Aku bersumpah akan membunuh dan menumpas segenap
manusia laknat itu dari muka bumi, aku tidak perduli caci maki orang lain, aku
hendak melakukan pembantaian secara besar-besaran, dengan pedang Hu thian seng
kiam, aku akan melumuri seluruh dunia ini dengan darah kental dari kawanan manusia
jahanam itu" Berbicara sampai disitu, ' Cri ng!" dia telah meloloskan pedang Hu thian seng
kiam tersebut. 471 Cahaya tajam berwarna merah yang amat menyilaukan mata
dengan cepat memancar ke empat penjuru. membuat seluruh jagad
tiba-tiba saja berubah menjadi merah padam.
Kabut tebal berwarna merah yang terpancar keluar dari pedang
Hu thian seng kiam makin lama semakin menebal, lamat-lamat
diseluruh angkasa terasa terendus bau amis yang amat
memuakkan. Nasib dunia persilatan pun ditentukan, mulai sekarang badai
pembunuhan paling brutal sepanjang sejarah sudah akan dimulai.
oooo0dw0oooo BULAN sembilan tanggal enam waktunya tengah malam buta,
tempatnya lembah Yu beng kok, dipuncak Soat hong propinsi Ou-
lam. Suatu pertempuran berdarah yang sangat mengerikan telah
berlangsung disana. dua ratusan lembar jiwa manusia tewas secara mengerikan
didalam pertempuran berdarah tersebut.
Lembah Yu beng kok penuh dengan noda darah, mayat
bergeleparan dimana-mana, darah yang mengalir menganak sungai, pemandangan waktu
itu mengerikan sekali. Ketika itu tengah malam sudah lewat, waktu sudah mendekati
kentongan keempat. Ditengah lembah Yu beng kok tampak sesosok
beyangan manusia meluncur datang dengan kecepatan bagaikan
petir, dia adalah seorang pemuda yang tampan Ku See hong
adanyal Rembulan yang berbentuk bulan sabit memancarkan sinarnya
yang bening diamgkasa, Ku See hong hanya berdiri diluar lembah Yu beng kok, tak
berani melangkah masuk ke lembah barang
selangkahpun, karena dia tahu bahwa kedatangannya terlambat,
pembantaian brutal telah berlangsung ditempat tersebut.
Angin dingin yang menggidikkan hati berhembus lewat, tiba-tiba Ku See hong
mengendus bau amisnya darah yang amat tebal.
472 Kesemuanya itu sudah memberi kete-rangan yang amat jelas
kepada Ku See hong, dalam sebuah Yu beng kok sudah penuh
bergelepar mayat-mayat manusia dalam keadaan mengerikan.
Ku See hong dengan membawa perasaan hati yang berat pelan-
pelan berjalan masuk kedalam lembah tersebut.
Apa yang kemudian terpapar dihadapan matanya adalah suatu
pemandangan yang begitu kejam, begitu buas dan mendirikan bulu roma.
Darah mulai meleleh keluar dari balik mata Ku See hong, darah
yang menggantikan air mata. Dendam kesumat yang membara
hatinya hampir saja membuatnya mata gelap.
Ia merasa amat sedih, amat menyesal .......
Disisi telinganya, dia seakan-akan mende-ngar pesan dari Biau ki siangsu In Han
Im: "Ku lote, segera berangkatlah ke lembah Yu beng kok di bukit Soat hong, kalau
sampai terlambat, beratus lembar jiwa akan
berakhir pula ditangan kaum laknat ....'
Air mata berderai-derai membasahi pipinya, ia tak sanggup
mengendalikan perasaan sedih didalam hatinya lagi, dia berpekik penuh kepedihan:
' Oooh paman In! Gara-gara Ku See hong kembali ada dua
ratusan lembar jiwa manusia punah. Makilah aku! Dampratlah aku!
Aku benar-benar berdosa, aku benar-benar telah melakukun suatu kesalahan
besar!". Ku See hong menyalahkan diri sendiri, malu kepada diri sendiri, dia merasa
hatinya seolah-olah mengucurkan darah .... rasa
menyesal menyelimuti seluruh perasaannya.
Dia benci! Mendendam sampai merasuk ketulang .... Ban shia
kau adalah pembunuh biadab, pembunuh kejam yang tidak berperi
kemanusiaan. 473 Kesedihan dan kepedihan yang meluap-luap akhirnya menggetarkan perasaannya tanpa sadar ia lantas mendongakkan
kepala nya dan membawakan lagu Dendam sejagad.
Bukit tinggi berhutan lebat disisi kuil. . .
Suara nyanyian yang membetot sukma diimbangi dengan suara
sedih dan duka yang membara, membawa suara tersebut mengalun
sampai di tempat yang jauh sekali. . . jauh ke tengah awang-awang.
. Mendadak ..... Dari balik keheningan malam berkuman-dang datang suara
petikan harpa yang nyaring dan membawakan lagu pedih.
Irama harpa tersebut segera menyadarkan kembali Ku See hong
dari kepedihan yang membara. .
Tapi, pada saat itu pula suara permainan harpa yang merdu pun
secara tiba-tiba terhenti pula di tengah jalan.
Mendadak..... ' Cri ng. . . cri ng. . .tingg. . . tti ing. . ." kembali bergema suara petikan
harpa tersebut. Serta merta Ku See hong menghimpun seluruh perhatiannya
untuk mendengarkan dengan seksama.
Mula-mula irama harpa itu membawakan lagu yang rendah, berat
dan sedih kemudian makin lama suaranya bertambah berat dan
memedihkan hati, membuat siapapun yang mendengar irama
tersebut segera merasakan sesuatu perasaan yang tak enak.
Ku See hong memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu
memasang telinganya baik-baik mendengarkan permainan harpa
tersebut, akhirnya selangkah demi selangkah dia dekati sumber dari suara itu.
Setelah diamatinya sekian lama,
Ku See hong dapat menyimpulkan bahwa permainan harpa itu dipancarkan lewat suatu 474
kepandaian sim hoat tenaga dalam yang sangat lihay, sehingga
irama yang dipancarkan oleh permainan harpa itu mendatangkan
suara yang keras, nyaring, dan sangat berpengaruh bagi yang
mendengarkan. Ku See hong merasa walau irama harpa itu memedihkan, namun
lagu yang dibawakan justru bagaikan rintihan seseorang, keluhan sedih dari
seseorang .... ' Siapakah yang membawakan permainan harpa ini", Ku See hong
segera bergumam, Siapakah orang itu" Mengapa dia dapat
membawakan irama harpanya menjadi begitu sedih dan memedihkan hati......." Siapakah dia" Siapakah dia?"
Perasaan ingin tahu membuat
anak muda itu segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya berkelebat kedepan sana.
Ku See hong seringkali membawakan lagu Dendam sejagad
dengan irama yang menyebar ke empat penjuru agar lawan-
lawannya tak berhasil menemukan sumber suara tersebut, maka
sekarang walaupun permainan irama harpa itupun memancar ke
angkasa, tapi setelah didengarnya sejenak dengan seksama, ia
segera mengetahui dari manakah sumber dari suara tersebut.
Waktu itu, tengah malam sudah semakin larut...
Rembulan masih memancarkan cahaya yang lembut menyinari
Petualang Asmara 18 Jaka Sembung 2 Si Gila Dari Muara Bondet Bayi Titisan 1
^