Dyah Ratnawulan 2
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo Bagian 2
sekali mereka mendengar jawabannya.
"Aku melarang kalian mengganggu penduduk di sini, dan dengan cara apa saja yang
akan kaluan kehendaki. Dengan cara halus,aku hanya memberi nasihat dan
peringatan saja, akan tetapi andaikata kalian menghendaki cara kasar, suruhlah
maju orang yang terkuat di antara kalian untuk melawanku mengadu ketangkasan dan
kegagahan!" Orang yang tinggi besar tadi lalu melangkah maju dan mengangkat dadanya yang
membusung ke depan. Ia memang nampak kuat sekali dan seluruh tubuhnya dilingkari
otot-otot yang menonjol keluar dibawah kulitnya. Ia terkenal sebagai jagoan di
antara rombongan orang itu dan namanya Koleksi Kang Zusi
adalah Bejo. Orang ini belum tua benar, usianya kurang lebih tigapuluh tahun dan
dahulu adalah anak buah tentara yang dipimpin oleh RanggaLawe di Tuban.Ia dahulu
bekerja menjadi jagal (Pemotong hewan)dan selain tangannyabesar, juga ia amat
pandai berkelahi, mengenal banyak macam ilmu pukulan dan gulat.Orangnya besar,
akan tetapi hatinya jujur. Ketika Bupati Rangga Lawe memberontak terhadap
Majapahit, ia measuk menjadi menjadi anggota barisan dan sepak terjangnyad alam
peprangan amat mengejutkan musuh-musuhnya. Akan tetapi akhirnya, barisan Rangga
Lawe hancur sehingga Bejo terpaksa melarikan diri dengan beberapa orang
kawannya. Kini melihat seorang dara yang demikian gagah dan sombongnya, ia menjadi tidak
sabar lagi karena merasa bahwa kehormatan rombongannya disinggung dan dihina.
"Akulah orang terkuat diantara kawan-kawanku. Namanya Bejo asal dari Tuban. Kau
ini anak perempuan ringkih (lemah) ternyata bermulut lancing. Apakah kegagahanmu
menyamai Srikandi" Nah, aku telah maju,hayo, kau boleh bertindak apa saja untuk mencoba
kepandaian!" Sambil berkata demikian ia melembungkand adanya dan berdiri di
depan Ratnawulan sambil bertolak pnggang,seakan-akania menawarkan dadanya untuk
dipukul. Karena Bejo melangkah maju sampai dekat sekali dengan Ratnawulan, gadis itu
melangkah mundur setindak sambil berkata menyindir.
"Namamu Bejo (mujur), akan tetapi dengan sikapmu yang kasar dan sombong ini kau
mendatangkan kemalangan bagi dirimu. Dalam dua hal kau mungkin melebihi kerbau,
akan tetapi dalam satuhal kaukalah oleh kerbau itu!"
Bejo memandang bodoh. "Eh, apa maksudmu?"
"Kau masih melebihi kerbau dalam hal tenaga dan bau tak enak, akan etapi otakmu
lebih bodoh dari pada kerbau. Binatang itu masih dapat mengenal orang yang lebih
kuat daripadanya, akan tetapi kau menyeruduk saja seperti kerbau gila."
Semua orang tertawa mendengar ini dan Bejo menjadi marah sekali.
"Bocah kurangajar! Jagalah lidahmu baik-baik. Kalau aku sudah marah, mungkin aku
lupa bahwa kau adalah seorang gadis muda yang ringkih dan cantik!"
Koleksi Kang Zusi "Ringkih" Boleh kucoba! Nah, makanlah pukulanku ini!" Sambil berkata demikian,
Ratnawulan mengirimpukuan kearah dada Bejo yang tersenyum mengejek sambil
memasang dadanya! Ratnawulan membuka jari tangannya dan menebak (memukul dengan
telapak tangan) kearah dada itu sambil berseru.
"Robohlah kau kerbau!"
Ketika telapak tangan yang berkulit halus itu menumbuk dada ejo, terdengar
suara"buk!" bagaikan bedug ditabuh dan alangkah herannya semua orang ketika melihat betapa
tubuh Bejo yang tinggi besar itu mencelat dan terlempar kebelakang dua tombak
lebih seakan-akan terbawa oleh angina puyuh! Inilah dorongan yang dilakukan
dengan Aji Lesus (Angin Putar) yang dahsyat sekali.
Bejomerasa demikian terheran-herandan terkejut sehingga ketika pantatnya
berdebuk menimpa tanah, ia terkejut dan sehingga ketika pantantnya berdebuk
menimpa tanah, ia terkejut dan memandang dengan bengong. Ia tidak merasa sakit
pada dadanya yang dipukul tadi, akan tetapi tenaga mendorong itu benar-benar
luar biasa hebatnya, lebih kuat dari pada serudukan seekor kerbau jantan. Akan
tetapi ia adalah seorang laki-laki yang kuat dan berani,maka setelah melihat
bahwa dara itu bukanlah seorang biasa dan benar-benar memiliki ilmu
kepandaiannya, ia lalu melompat dan sambil mengeluarkan suara keras seperti
lembu menguak, ia menerkam ke depan mengirim pukulan dengan kepalan tangannya
yang besardan mengerikan itu.
Namun Ratnawulan memperlihatkan ketangkasan dan kegesitannya.Mudah saja ia
mengelak dan biarpun Bejo mengeluarkan seluruh kepandaiannya dan memukul dengan
bertubi-tubi. Namun selalu pukulannya mengenai angin belaka. Beberapakali
kepalannya telah hampir mengenai sasaran,akan tetapi dengan terampil sekali,
jari-jaritangan Ratnawulanyang mengebut dengan perlahan telah cukupuntuk membuat
pukulannya menjadi mencong arahnya dan tidak mengenai sasaran.
"Hai,kerbau gila! Coba kaukejar aku!" tiba-tiba Ratnawulan mentertawakannya dan
tubuhdara perkasa itu berkelebat ke sanake Mari mengelilingi tubuhBejo yang
menjadi pening karena ia harus berputar-putar mengejar bayangan lawannya yang
gesit itu. Belumpernah ia mengalamihal luar biasa seperti ini, makas ebentar
saja kepalannya menjadi pening dan pandangan matanya berkunang-kunang. Terpaksa
ia menghentikanserangannya dan biarpunia berdiri tegak, namun tubuhnya
bergoyang-goyang seakan-akan bumi yang dipijaknya terputar atau seakan-akan ia
merasa ada lindu besar saat itu.
Ketika Ratnawulan juga menghentikan gerakannya dan berdiri sambil tersenyum-
senyumdi depannya, Bejo yangtelah dapat memenangkan pikirannya itu tiba-tiba
menyerang dengan seluruh Koleksi Kang Zusi
tenaga yang ada padanya. Ia maju menubruk dengan kedua tangan dipentang bagaikan
seekor alap-alap menyambar anak ayam. Iamaklum bahwaia kalah gesitdan lalau
iamain pukulsaja,ia takkan berhasil, maka kini hendak menggunakan ilmu gulat,
hendakmenangkapdan memiting tubuh lawannya sampai gadis itu menjerit-jerit minta
ampun. Akan tetapi kembali ia salah hitung. Mana Ratnawulan mau membiarkan tubuhnya
ditangkap dan.didekap oleh orang yang bau keringatnya saja telah membuat
kepalanya pusing itu. Dengan amat cekatania melompat ke sampingdan ketika tubuh
Bejo menubruk lewat ,ia menggerakkan kakinya dan menjegal kedua kaki Bejo yang
tak dapat ditahannyalagi jatuh tersungkurdengan tubuhtertelungkup
sehinggaketikaia merangkak bangundenganterheran-heran, jidat dan dadanya
menjadimerah karena kulitnya lecet dan darah mengalir keluar. Bejo merangkak
bangun dengan perasaan malu dan terheran-heran, sedangkan para penonton kini tak
dapat ditahan lagi bersorak gemuruh karena kagum sekali melihat kehebatan
Ratnawulan. Sebelum Bejo jatuh tersungkur, semuaorang menahan napas dan tak
dapatmengeluarkan suarasaking herannya, akan tetapi kinibaru terbuka mata mereka
bahwadara jelita itu ternyata adalah seorang pendekar wanita yang benar-benar
mengingatkan mereka dan pahlawan wanita yang gagah perkasa itu.
Sementara itu,Bejo yang merasa amat marah dan malu, cepat bangun lagi dan kini
ia menarik keluar kelewangnya, yaitugolok pemotong kerbau yang lebar dan tajam!
"Keparat perempuan! Berani kau menghina Bejo, awas, tubuhmu akan kucacah-cacah
sampai hancur lebur!" Ia hendak menyerang dengan kelewangnya, akan tetapi tiba-
tiba orang tua tadi berseru.
"Bejo,tahan!" Ternyata Bejo kalah pengaruh dan ia lalu mengurungkan niatnya serta melangkah
mundur dengan kepala tunduk, kembali ketempat kawan-kawannya.
"Wanita digdaya ini bukanlah lawanmu!" kata pula orangtua itu, lalu ia
menghadapi Ratnawulan sambil berkata dengan mata memandang kagum.
"Sungguh hebat ilmu kepandaianmu. Kulihat kau membawa anakpanah dan busur,
maukah kau memperlihatkan kepandaianmu dalam ilmu memanah?" Sebelum Ratnawulan
menjawab, ia telah memandang ke arah kelompok anak buahnya dan memanggil.
Koleksi Kang Zusi "Parta,coba kau ujiilmu memanahmu dengan wanita digdaya ini."
Melompatlah keluar seorang anak muda yang usianya kira-kira dua puluhlimatahun,
berwajah tampan dan berkulit langsat. Ia membawa sebuah gendewa dan pada
punggungnya terdapat tempat anakpanah yang penuh dengan anak panah berbulu
putih. Tanpa banyak bicara ia menurunkan anak panah tiga batang, dan kakek tadi
lalu berkata kepada Ratnawulan.
"Lihatlah kepandaian memanah anak buahku ini dan kalau kau memang dapat menyamai
kepandaiannya, benar-benar kau seorang gadis pendekar!"
Ratnawulan tersenyum dan iapun mengambil tiga batang anak panah dan
mempersiapkan gendewanya, memandang kepada Parta dengan mulut tersenyum dan
sikap tenang sekali. "Aku siap sedia!" katanya singkat.
Parta lalu memasang anak panah pertama pada gendewanya dan ketika ia menarik
gendewanya lalu melepaskannya,terdengar bunyi angin angina anak panah yang
meluncur keatas itu, lenyap ditelan malam gelap. Akan tetapikarena bulunya putih
dan langit diterangi oleh bulan, orang masih dapat melihat anak panah kedua yang
cepat sekali meluncur ke atas menyusulanak panah pertama dan tepat sekali anak
panah itu bersambung dan terus menta lke atas dengan lurus! Kembali terdengar
angina anak panah ke tiga melesatlebihcepat lagi, menyusulkedua anak panah itu
dankini anak panah kedua sehingga di udara terdapat tiga batang anak panah yang
sambung-menyambung! Pecahlah tampik sorak memuji dari para anak buah rombongan itu sambil memandang
kea rah tiga batang anakp anah yang telah habis tenaga luncurannya dan melayang
turun kembali. Akan tetapi tiba-tiba terdengar darap erkasa itu berseru.
"Lihatlah anak panahku!"Sekaligus Ratnawulan memasang tiga batang anak panah
pada tali gendewanya dan setelah membidik dan mulutnya bergerak membaca mantra
(doa), ia menarik gendewanya dan melesatlah tiga batang anakpanah itu bagaikan
kilat menyambar. Terdengar lengking yang nyaring ketiga tiga batang anak panah
itu menembus udara dan menyambar ke arahtiga batang anak panah.Parta yang
sambung-menyambung dan sedang meluncur turun itu.Parapenonton memandang dengan
mata terbelalak dan mereka melihat betapa tiga batang anak Koleksi Kang Zusi
panah dara pendekar itu menyambar anak panah Parta sehingga anak-anak panah yang
pertama itu terputus menjadi tiga lagid an jatuh melayang ke bawah bersama-sama
anak-anak panah Ratnawulan.
Parta menjadi amat penasaran dan marah,akan tetapi ketika ia dan kawan-kawannya
menghampiri anak-anakp anahnya dan melihat,ia menjadi pucat, sedangkan kawan-
kawannya melenggong dengan penuh keheranan. Ternyata bahwa ketiga batang anak
panah Parta itu semuatelah kehilangan kepalanya, terputus oleh anak-anak panah
gadisitu. "Bukan main!" Parta berbisik takjub, "guruku sendiri belum tentu dapat melakukan
hal ini!" Pernyataan Parta yang sekaligus menyatakan kekalahannya ini merupakan pujian
terbesar, karena semua orang disitu telah tahu akan kepandiannya dan kini pemuda
itu menyatakan bahwa ilmu memanah gadis itu bahkan lebih unggul dari pada
gurunya sendiri. Tentu saja semua orang menjadi kagum dan bersorak gembira.
Kakek yang memimpin rombongan itu lalu melangkah maju menghadapi Ratnawulan
sambil mengembalikan tiga batang anak panahnya.
"Nona, kau benar-benar memiliki kesaktian yang mengagukan. Belum pernah aku
melihat seorang wanita seperti kau, demikian gagah perkasa sunguhpun masih amat
muda sekali. Nona yang gagah,jangan membuat kami menjadipensaran. Ketahuilah
bahwa diantara pasukan kami ini, yang paling kuat tenaganya adalah Bejo, dan
yang paling pandai mempergunakan anak panah adalah Parta.Sedangkan orang ketiga
yang paling pandai berkelahi mempergunakan senjata adalah aku sendiri, maka
sekarang kuharap kau suka memperlihatkan kepadakami bahwa selain kepandaianmu
luar biasa tadi, engkaupun pandai mainkan senjata sebagai seorang santika (ahli
main senjata)yang sakti mandraguna."Sambil berkata demikian, kakek itu lalu
mencabut kerisnya dan mengambil sebuah perisai yang bundar bentuknya.
"Paman, kau mengajak main-maind engan pusaka, apakah itu tidak berbahaya?" kata
Ratnawulan, "kata-kataku ini bukan berarti bahwa aku takut bermain keris, akan tetapi
kulihat pusakamu itu baik juga, maka sayang sekali kalau sampai rusak."
Kakek itu memandang heran. "Rusak" Bocah ayu (anak cantik), ketahuilah, pusakaku
ini adalah pusaka dari Luamajang yang amat ampuhnya, bagaimana bisa
rusak?"katanya sambil mengacung-acungkan kerisnya yang berluk tiga.
Koleksi Kang Zusi Berdebarlah dada Ratnawulan mendengar disebutnya Lumajang ini.
"Bolehlah saya mengetahui,paman ini siapakah?"
Orang tua itu tersenyum lalu menjawab setelah menarik napas panjang, "Dahulu aku
adalah seorang di antara pemimpin pasukan Lumajang, akan tetapi sekarang
hanyalahs eorang kepala rombongan pelarian ini. Namaku Waluyo, maka berhati-
hatilah kau menghadapi permainan kerisku, karena kau berhadapan dengan seorang
bekas panglima perang diLumajang."
Makin gembiralah hati Ratnawulan mendengar ini, akan tetapi sebelum bicara
terlebih lanjut, ia hendak menguji dahulu sampai di mana kepandaian orang tua
ini. Maka ia lalu mencabut kerisnya Kyai Banaspati dan berkata.
"Marilah kita main-main sebentar Paman Waluyo. Akan tetapi sekali lagi
kuperingatkan, jangan kau terlalu berani mengadu kesaktian pusakamu dengan
kerisku ini.Banyak kemungkinan pusakamu akan rusak karenanya!"
Pak Waluyo memandang pusakanya dan menjawab.
"Pusaka ini adalah senjataku semenjak pertama-tama menjadi perajurit. Kalau
sekarang pusaka ini sampai rusak, itu berarti bahwa aku tak cakap pula memimpin
pasukan. Hayo,majulah, dan ka uboleh meminjam sebuah tameng (Perisai) kepada
seorang kawanku. " "Tak usah paman, bukanlah kita hanya main-main saja?"
Sikap yang agaknya memandang remeh ini membuat Waluyo merasa penasaran juga,
maka ia lalu berseru dan menyerang dengan kerisnya. Ratnawulan cepat menggeser
kakinya dan mengelak dengan cepat, lalu dari samping ia membalas dengan
serangannya. Waluyo tidak mau berlaku lambat dan sambil majukan perisai untuk
menangkis serangan lawan ini, ia membarengi dengan sodokan keris pada lambung
lawannya! Gerakan ini cepat sekali dan otomatis datangnya.
Koleksi Kang Zusi sehingga merupakan serangan balasan yang amat berbahaya. Kalau sekiranya
Ratnawulan memegang perisai,tentu ia dapat mempergunakan perisainya untuk
menangkis. Akan tetapi gadis ini tidak mengkhawatirkan serangan lawan, bahkan ia
khawatir ketika melihat lawannya menangkis dengan perisai, oleh karena ia maklum
bahwa tidak ada perisai yang akan sanggup menangkis Kyai Banaspati!
Oleh karena itu, secepat kilat ia memutar tubuhnya dan memapaki perisai itu
dengan pukulan telapak tangannya,sedangkan keris dari Waluyoitu terpaksa ia
tangkis dengan kerisnya sendiri.
"Brak! Trang!" Dua suara ini berbunyi hampir berbareng ketika perisai itu
menjadi pecah terkena pukulan telapak tangan Ratnawulan, sedangkan ketika kedua
pusaka itu beradu, memancarkan bunga api dan terdengar serua kaget dari Waluyo
karena keris pusakanya telah patah ujungnya! Bekas penglima ini berdiri dengan
muka pucat sekali dan memandang kepada perisainya yang telah pecah dan kerisnya
yang telah patah. Melihat kesedihan danmuka yang menunjukkan rasa malu besar itu, Ratnawulan lalu
berkata menghibur. "PamanWaluyo, jangan kau merasa penasaran, karena kau bukan dikalahkan oleh
orang lain. Aku adalah Ratnawulan juga seorang Lumajang! kenalkah kau kepada
Senapati Nagawisena?"
"Tentu saja aku mengenal mendiang Nagawisena dengan baik, karena dahulu aku
berada di dalam pasukan yang dipimpinnya." kata Waluyo dengan heran
"Kau siapakah?"
"Aku adalah puteri tunggalnya!"
Bukan main girangnya hati Waluyo dan lain-lain kawannya mendengar inidan semua
orang lalu mengerumuni dara perkasa itu sambil memandang dengan penuh kekaguman.
Lebih-lebih Waluyo,seakan-akania bertemu kembali dengan peminpinnya yang telah
meinggal dunia, sehingga iasegera berlutut hendak menyembah Ratnawulan! Akan
tetapi gadis itu cepat memegangt angan kakek itu dan menariknya bangun kembali.
Koleksi Kang Zusi "Jangan begitu, paman.Akuhanyaorang biasasaja yang bodoh dan sama sekali tak
patut mendapat penghormatan besar. Kedatanganku ini sebenarnya karena tertarik
hatiku mendengar bahwa disini terdapat sisa-sisa pemberontak yang dipukul mundur
oleh tentara majapahit,dan terutama sekali karena mendengar betapa kalian telah
melakukan perampokan terhadap penduduk gunung ini. Ibuku menganggap kalian
sebagai kawan-kawan seperjuangan, dantentu saja aku merasa malu kalau mempunyai
kawan-kawan yang menjadiperampok dan mengganggu rakyat di sini."
"Ibumu masih hidup?" kata Waluyo dengan muka girang,kemudian ia menghela napas
ketika mendengar celaan Ratnawulan tentang perampok itu. "Memang kami telah
melakukan perampokan keberapa kali, akan tetapi percayalah, hal itukamilakukan
dalam keadaaan terpaksa karena kami telahkehabisan ransum. Kamisedang
mengumpulkan tenagauntuk mengabungkan diri dengan pemberontak-pemberontaklain
yang akan dipimpin oleh panglima-panglima Kuti dan Sumi!"
KemudianWaluyo menceritakan bahwa sebagian besar daripada kawan-kawannya itu
adalah bekas anakbauhRangga Lawe danRaden Sora, dua orang panglimayang telah
gagal dan tewas dalam usaha mereka menumbangkan kekuasaan Prabu Jayanagara yang
dipengaruhi oleh Begawan Mahapati.
"Bertahun-tahun kamimenjadi orang buruandan menjadi pelarian yang hidup dihutan-
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
huta, emncari kesempatan untukmembalas dendam kepada Bagawan Mahapati yang
merupakan musuhbesar sekalian pemberontak,oleh karena pendeta itulah
sesungguhnya yang mendatangan kebencian dalam hati kami."
"Dan tahukahkau akan seorang yang bernama Kartika, paman?"
"Siapa yang tidak tahu akan bedebah itu!" Sepasang mata Waluyo memancarkan api
kemarahan. "Dia lebih jahat daripada gurunya dan aku telah bersumpah bahwa
sekali waktu akan kubelek perutnya dan akan kukeluarkan jantungnya!"
Melihat kebencian orang tua itu terhadap Kartika, Ratnawulan merasa heran,
menceritakan bahwa anak gadisnya telah ditawan oleh Kartika dan dipaksa menjadi
selirnya! Manusia busuk itu dengan kejamnya menghancurkan seluruh keluarga pemimpin-
pemimpin pemberontak.Celakalah orang-orang yang diketahui menjadi anggota
keluarga orang yang telah memberontak, karena mereka takkan diberi ampun.Kalau
mereka bukan perempuan-perempuan muda dan cantik, pasti mereka dibunuh,
sedangkan perempuan-perempuan muda mereka tawan untuk Koleksi Kang Zusi
menjadi bahan penghinaan!" Setelah berkata demikian, Waluyo berdiri mengepal
tinju dan mengertakkan giginya.
"Paman Waluyo, kau tentu tahu tentang tewasnya mendiang ayahku."
Waluyo mengangguk. "ayahmu binasa dalam tangan Kartika pula, memang manusia itu
amat curang danj ahat."
"Karena itulah ,paman, maka aku mempelajari semua kepandaian ini. Aku akan
mencari mereka dan membalas dendam kepada keparat itu berikut gurunya."
"Bagus, kami akan membantumu, jeng Ratna. Kau memiliki ilmu kepandaian yang
hebat dan luar biasa, maka sudah sepatutnya kalau kau menjadi pemimpin kami!
Bagaimana, kawan-kawan, setujukah kalau kita mengangkat dara perkasa ini menjadi
pemimpin dara perkasa ini menjadi pemimpin kita?"
"Akur! Akur!" "Setuju sekali!"
Ratnawulan mengangkat kedua tangannya ke atas, dan menggelengkan kepalanya.
"Sabar, saudara-saudara! Sungguhpun aku menaruh hati dendam kepada Kartika dan
Mahapati, akan tetapi aku tidak tahu-menahu tentang pemberontakan terhadap
Kerajaan Majapahit. Hal itu bukan urusaku. Aku hanya ingin mencari dan membalas
dendam terhadap kedua orang itu, dan sama sekali tidak ingin menyerang Kerajaan
Majapahit." Semua orangyang tadinya merasa gembira sekali karena mereka telah menaruh
pengharapan besar kepada dara perkasa ini,menjadi diam dan bungkam. Akan tetapi
Waluyo mencelanya. "Jeng Ratna! Mengapa kau berkata demikian" Bukankah mendiang ayahmu juga seorang
Koleksi Kang Zusi pemberontak terhadap Kerajaan Majapahit?"
Ratnawulan menggelengkan kepala lagi. "Bukan, paman. Dalam pandanganku,juga
menurut seorang senapati Lumajang, seorang perajurit yang memenuhi tugasnya
sebagai ksatria sejati. Tentang pemberontakan-pemberontakan itu, biarlah hal itu
diserahkan dan dipimpin oleh mereka yang memang mempunyai kepentingan dengan
pemberontakan itu. Bagiku, asal saja aku sudah dapat membalas dendam kepada
kedua orang itu, cukuplah. Lagipula, agaknya akan lebih mudah dan leluasa bagiku
untuk bekerja seorang diri saja melakukan pembalasan dendam itu, daripada harus
bersama dengan kalian!"
Kecewalah semua orang mendengar ini, karena mereka ingin sekali berperang lagi
melawan tentara Majapahit,dan mereka akan berbesar hati apabila mereka berperang
di bawah pimpinan seorang yang gagah perkasa seperti daraini.
"Aku mengerti maksudmu, Jeng Ratna. Akan tetapi,demi pertalian batin yang ada di
antara kita, kuharapkau suka menurunkansedikit kepandaian kepada kami,agar
pasukan kami mejadi lebih teratur juga ke Majapahit, oleh karena ketahuilah
bahwa Majapahit memiliki panglima-panglima yang amat sakti, di samping Mahapati
dan Kartika.Menurut pendapatku, akan lebih baiklahkalau kaumenanti sampai
meletusnya pemberontakan baru yang jauh lebih besar dan kuat daripadayang sudah-
sudah,dan dalam keadaaankacau-balau itu, akanlebihmudah bagimu mencari Kartika
dan Mahapati, karena mereka tentu akan maju di medan yuda. Kalausekarangkau
pergike ibukotaMajapahit sengaja mencari mereka, maka kau bukan hanya akan
menghadapi Kartika dan gurunya, akan tetapi kau akan berhadapan dengan seluruh
panglima Majapahit."
Diam-diam Ratnawulan membenarkan pendapat yang bijaksana ini, dan melihat betapa
semua mata memandangnya dengan penuh harapan, ia tidak tega untuk menolak
permintaan ini. "Baiklah, aku akan melatih kaliand engan sedikit ilmu kepandaian yang telah
kupelajari, akan tetapi mulaisaat ini, kalian tidak boleh lagi merampok penduduk
di gunung ini. Untuk ransum kita harus membanturakyatterdekat denganpekerjaan
mereka di sawahagar hasil lading bertambah dan dengan demikian, maka kita akan
dapat mengambil bagian kitadenganadil dan bersih. Pejuang-pejuang yang baik dan
benar hanya mereka yang mendapat dukungan dan simpati dari rakyat kecil. Tanpa
dukungan rakyat, usahamu akan gagal. Apalagi kalau sampai memusuhi dan
mengganggu rakyat,maka kalian bukanlah pejuang-pejuang lagi namanya bahkan patut
disebut penjahat dan pengkhiana bangsa."
Koleksi Kang Zusi Diam-diam Waluyo merasa tunduk dan kagum sekali. Bagaimanaseoranggadis muda
remaja ini dapatmengucapkakata-katayang demikian bijaksana" Sementara itu,
melihat Ratnawulan bersedia melatih dan memimpin mereka, bersoraklah semua orang
yangberadadi situdan suasana menjadi gembira sekali. KetikaRatnawulan, tas
pertanyaan Waluyo, menjawab bahwa ia adalah murid dari
PanembahanMahendragunaatau Eyang Semeru,makin runduklahmereka karena Eyang
Semeru terkenal sebagai manusiasetengahdewa yangsuci dansakti.
Demikianlah, orang-orangitu lalu memberikan pondokyang terbaik sebagai tempat
tinggal Ratnawulan, sedangkan pada keesokan harinya Waluyo danbeberapaorang yang
tadinya menjadianak buah Nagawisena, naikke puncak Mahameru untuk menjumpai Dara
Lasmi, menghadap ibu pemimpin mereka itu untuk memberi hormat dan menyampaikan
warta tentang keadaan Ratnawulan yang kinitelah mereka angkat sebagai pemimpin
untuk melatih ilmu kepandaian danaji kesaktian kepada tiga puluh dua orang yang
berada di hutan randu, di kaki Gunung Mahameru sebelah timur.
Pada suatu hari, Ratnawulan seorang diri membawa anak panahnya hendak mencari
binatang buruan. Didalamhutanrandu itu sunyi oleh karena semua orang dibawahpimpinan Waluyo telah
berangkat ke dusun-dusun terdekatuntuk membantu mencangkul tanahladang. Semenjak
Ratnawulan berada disitu, keadaan mereka amat berubah.Tidak lagi mereka
bermalas-malasan di waktu siang hari, akantetapi semenjak matahari terbit,
mereka bekerjadi sawahdan pada sore harinyabarulahmerekamenerima latihan-latihan
dari Ratnawulan, bermain lembing, bermain keris, memanah dan pencak silat,
sesuai dengan bakat masing-masing.Bahkan Ratnawulan lalu menyuruh semua orang
membuat pedang yang sama bentuk dan ukurannya, bermata dua(tajam kedua bagian),
lalu ia melatih mereka bermain pedang. Maka terbentuklah pasukanpadangyang
mereka beri nama Pasukan Candrasa Bayu(Pedang angin) karena menurut pendapat
mereka,permainanpedangyang diajarkanmemiliki kecepatan bagaikan angin puyuh!
Tentus aja permainan mereka tidak sehebat permainan dara perkasa itu, walaupun
mereka memang mendapatkan kemajuan yang cepat sekali.
Ratnawulan merasa suka melihat kemajuan mereka, dania kini mendapat kenyataan
bahwa anak buanya memang bukanlah sebangsa perampok yangjahat. Mereka itu
kesemunya bekas perajurit-perajurit yang patuh akan perintah pemimpin dan rata-
rata memiliki sifat ksatria yang mengagumkan. Oleh karenaitu bercita-citauntuk
kelak maju menyerbu ke Majapahit lagi, maka ia bersungguh hati untuk melatih
mereka sehingga Pasukan Candrasa Bayu menjadisebuah pasukan pedang yang benar-
benar kuatsekali. Perjalanannya memburu binatang hutan, Ratnawulan menuju ke hutan sebelah utara
yang belum pernahdidatanginya. Hutan ini amat luas dan liar,penuh dengan pohon-
pohon tinggibesar yang telah berabad usianya. Juga disitu terdapat banya kpohon
waringin yangluar biasabesarnyasehingga untuk dapat memeluk batangnya,agaknya
dibutuhkan belasan orang yangberdiri dengan tangan saling bergandengan. Pohon-
pohon raksasainientah sudah berapa ratus tahun umurnya. Akar-akarnyayang panjang
dan besarsebagian timbul di atastanah merupakan raksasa. Akar-akargantung
berjuntaike bawah seperti tambang-tambang yang sengaja dikatkan orang pada
cabang-cabang pohon itu, kuat danuletsekali. Daun-daunnya lebat, memenuhi
puluhan cabang-cabang dan ranting-ranting yang rata Koleksi Kang Zusi
tumbuhnya mengelilingi batang pohon membuat pohon raksasa itu nampak seperti
sebuah payung yang amat besar.
Auman harimau dan suara binatang-binatang lain menggembirakan hati Ratnawulan
benar karena ternyata bahwa hutan liar ini amat banyak penghuninya.Memang,
sebagaimana biasanya, makin liar hutannya,makin banyaklah binatangnya dan makin
senanglah hati para pemburu yang memasuk ihutan itu.
Tiba-tiba mata Ratnawulan yang awas itu melihat seekor kelinci putih yang gemuk
lari ke bawah pohon. Cepat ia mengambil anak panah dan memasangnya pada busur
yang telah dipegang semenjak tadi, akan tetapisebelum ia melepaskan anak
panahnya, ia mendengar suara lain yang lebih menarik perhatianya. Suara Kijang!
Ratnawulan membatalkan niatnya memanah kelinci dan segera jalan dengan hati-
hatikea rahsuara kijang itu.Benar saja, seekorkijang betina yang bagus dan
gemuksedang berjalan perlahan dibawah pohon waringin yang amat besar. Kijang itu
makan rumput di bawahwaringinitu, makandenganasyiknya, tidak tahu bahwa bahaya
maut telah mengintainya darisebelah kiri. Olehkarena anginayang bersilir
perlahan itu datang darijurusan depan, makakijangitu tidak tahu bahwa Ratnawulan
telah berdiri dibalik tetumbuhan dan telah membidikkan anak panah kepadanya.
Terdengarsuara gendewa menjepret dan sebatang anak panah meluncur bagaikan
burung srikatanke arahkijang itu.Ratnawulan memandang denganmatagembira. Akan
tetapi tak terasa lagiia mengangkat tangan kirinya menutupi mulutnya yang hampir
saja mengeluarkan seruan karena terkejut dan heranya ketika melihat sinar putih
berkelebatdari atas pohon beringin itu! Ia melihat betapa tubuh kijang itu
terlempar kedepan sehinggaanak panahnyayang tadi dibidikkan kea rah leher,
kinimenancap pada perut binatang itu.
Ratnawulan cepatmelompat mendekati tubuh kijang yang telah rebah tak bernyawa
lagidan mukanya menjadi merah karena marah ketika melihat betapa pada leher
kijangitu menancap sebatanganak panahlain yang mendahului anak panahnya dan yang
ternyata lebih tepat kenanya dan yang mendatangkan kematianpadabinatang itu.
Ternyata adaorang lain yang telah mendahuluinya!Siapakah gerangan orang yang
berani berbuat ini" Siapakah dia yang begitu kurang ajarberani
mendahuluiRatnawulan yanghendak merobohkan buruannya"
Akan tetapi, sebelum iamelihat orang yang berani berlancang tangan ini, tiba-
tiba ia mendengar auman hebat dari belakangnya dan ketika ia cepat
membalikkantubuhnya, ternyata bahwa seekormacan gembong yang besar sekali,
sebesarlembumuda, telahberdiri dibelakangnya dan tiba-tibaharimauitu menubruk
sambilmenggerengdengan suarayang dahsyat sekali! Ratnawulan cepatmelompat
kesamping untuk megelak,akan tetapi oleh karena harimau itugerakannya cepat
sekali, hampirsajapundaknya kena dicakar.Bukanmain marahnya Ratnawulan,
karenasebelum diserang Koleksi Kang Zusi
olehharimaugembong itu, iamemang telah marah sekali kepada orangyang mendaghului
memanah kijang. Kinidenganhatigeramia mencabut keris pusaka Banaspati
danmenghadapi harimau itudenganmata berapi-api! Tidak biasaRatnawulan
menghadapiseekor harimau saja dengan kemarahan demikian besar.
Pada saatitu terdengar jepretan jemparing (busur) dan tiba-tiba dariatas pohon
beringin itumenyabar turuntigabatang anak panah dengan kecepatan bagaikan kilat
menyambar dan dengan tepat sekali tiga batang anak panah itu menancap di
tubuhharimauyang telah siaphendak menerkam Ratnawulan lagi, menancap di leher
punggung, dan lambung! Sambilmengeluarkan gerengan keras danpanjang
robohlahmacan ituberguling-guling, mengeliatdan akhirnya keempat kakinya
berkelojotan laludiam! Kalau tadi kemarahan Ratnawulan laksanaapiberkobar panas, kinimakin kejatuhan
hujan, mendidih Kawah Candradikuma kejatuhan hujan, mendidihdan menggelora
sehingga dadanya naik turun amat hebatnya. Kalautadi si pelepas panah yang
mendahuluinya membunuhkijangdianggaphanyalancing tangan, kini melihat anak panah
pembunuh harimau yang samabentuknyaitu, ia menganggap bahwaorang ini telah
menghinanya! Dengan kerisBanaspati di tangan, ia memandang ke atas pohon dan
membentak kertas. "Keparat rendah dari manakah beranimenghina Ratnawulan?"
Tiba-tiba terdengar suara ketawa di ataspohon dandisusul oleh suara seorang
laki-laki yang tenang, "Alangkahindah namaitu. Sesuai benar denganorangnya!" Ucapan ini disusul pula
oleh melayangnya bayangan seorangpemuda dari atascabang pohon itu.
Ketikakeduakakinya menginjak tanah,tak terdengar suara sedikitpun sehingga diam-
diam Ratnawulan terkejut melihat ilmu lompatorang itu dan memandang
penuhperhatian. Orang itumasih muda,paling banyak duapuluh satuatau dua puluh dua
tahunusianya,berkulithitam manis dan wajahnya amat gagahdan tampan. Alis matanya
sehitamrambutnya, tebal dan mengingatkan orangakan alis Raden Gatotkaca.
Sepasang matanya bercahaya-cahaya bagaikan bintangpagi, lebar danbersinar tajam. Bola mata yang tak mau diamitu menandakan
bahwa dia adalah seorang periang.Hidungnya mancung danbagusbentuknya, sedangkan
mulutnya yangmanis itu membayangkan kekerasan hatinya, terutama dagunya yang
kuat dengan lekuk di tengah-tengahnya.Tubuhnya sedang saja, yakni potongan
bambang. Pakaiannya sederhana,seperti yang biasadi pakai oleh petani-petani
muda.Ikatkepalanya sempit dan hanya dikatkan secarasembarangan di ataskeningnya.
Gagang keris terselip pada pinggangnya.Sedangkan dipunggungnya nampak tempat
anak panah dikalungi busur yang besarberwarna putih.
Koleksi Kang Zusi Mendengar pemuda itu memuji namanya, Ratnawulanmenjadimarahdan jugaheran.
Bagaimana adaorang seberani ini" Belum pernah dara perkasa ini melihat
orangberani bermain-mainpadanya,dan melihat pemuda ini tersenyum-
senyummemandangnya rendah, ia menjadigemas sekali.
"Benar-benar nama yangindah,dan orangnyalebihayu lagi!" katapemuda itu pula
sambil memandang dengan mata jujur,sama sekali tidak menyembunyikan
kekagumannya. "Tutup mulutmuyang kotor!" Ratnawulanmembentak dengan bibirmerengut dan mata
memancarkan api. "Kaumanusia sombong, manusia kurang ajar."
"Lho, bagaimanapula ini"Mengapa kau marah-marahdan menyebutkusombong dan kurang
ajar?" "Kau. kau telah berani memanah mati harimau itu!" Ratnawulan mengigit bibir
menahan kemarahannyaoleh karenadipanahnya harimau tadi benar-benar menyakitkan
hatinya. Pemuda itu menggaruk-garuk kepalanyayang tidak gatal. "Kalau kau tidaksedang
bicara danberadadi depanku sehinggaakumelihatjelas bahwa kedua kakimu mengambah
(menginjak) tanah, tentu aku akan kusangka peri!"
"Gila!"Ratnawulan memaki.
"Memang mungkin aku sudah menjadi gila, atau memang kau yang bukan manusia!Di
dalam hutanliarseperti ini, dimana orang-oranglelaki biasapunbelumtentuada
yangebrani memasukinya, aku bertemu dengan seorang dara seperti engkau seorang
diri! Inisudahamataneh namanya. Kemudian kau menghadapi harimau dengan keris di
tangan dan samasekali tidaktakut, bahkandapat mengelak dari terkaman harimau
tadi. Ini lebih aneh nemanya. Kemudianaku menolongmu daribahaya maut, dengan
anak panahkukubinasakanharimau busa itu, dan apakah bunyiterima kasihmu"Kau
memberi hadiahmakian! Ini namanyalebihanehdari sekalian yanganeh!" Biarpun
katanya menunjukkan bahwa ia merasa penasaran melihat sikap yang tak tahuakan
terimakasihitu, namun wajah pemuda itu masih saja memperlihatkan keriangan
hatinya. Ratnawulan cemberut."Siapa butuh pertolonganmu" Siapa tadi melihat kau
berlancang tangan membantuku" Aku tidak butuhakan bantuanmu!Kau telahberlaku
lancing, memanahbinatang buruanku, kemudian kau membunuh pulaharimau yang sedang
hendak kubunuh! Kau telah Koleksi Kang Zusi
sombongmemperlihatkansedikitkepandaianmu, apakah kaukira di dunia ini hanya kau
seorang saja yang paling gagah" Tanpa bantuanmu,akupun akandapat membinasakan
harimau itu dengan mata meram.Jangankan baru seekor harimau,biarpun ada sepuluh
ekorpun aku tak takut. Kaumenghinaku,bukanlaku seorangksatria untuk menghina orang lainmengandalkan
kepandaiannya!" Semenjak tadi pemuda itu memandang dengankagum sambil tersenyum, seakan-akan
melihat gadis berkata-kata dengan muka merah danmatabersinar-sinaritu merupakan
pemandangan yang amat menarikhatidan menyenangkan. Ia sama sekalitidak perduli
melihat kemarahan orang. Bahkankini ia lalu bersedekap (menyilangkan lengan di
depan dada) danbertanya. "Habis, kalau kau menganggap aku kurang ajar, sombong dan sebagainya lagi, kau
hendak memberi hukuman apakah kepadaku?"
"Aku bukan algojoyang berwenang menghukum orang, apalagi orang macam
engkau!"jawabRatnawula dengan marah sekali.
"Kalau begitu, apakah kehendakmu selanjutnya"Biarlahkauketahuibahwa akubernama
Adiprana, masih jejakaberusia duapuluh satutahun, baru saja turunGunung Bromo
danhendak pergike." "Aku tidak perduli!Akutidak perduli kau bernama setanatau iblis, tidak
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perdulikau baru turun dari neraka pula!" Ratnawulan memotong dengansuara
keraskarena hatinya mendongkol sekali, akan tetapi diam-diam namaAdiprana itu
terukir di dalam hatinya. "Kauharus mintamaafkepadaku karena segala
kelancanganmu tadi!"
"Kalau aku tidak mau?"
"Aku akanmembinasakanmu dengan kerisku!"
Pemuda itu mengangguk-anggukkan kepala danbibirnya berbisik, "Aduh,galak dan
ganasnya.! Biarlahakuminta maaf saja." Kemudian ia membungkuk sambil berkata,"Padukaputeri
yang mulia, semogasudimelimpahkan maaf sebesarnya kepada hamba yangrendah."
Koleksi Kang Zusi Makin panas hati Ratnawulanmelihatbetapa pemuda itu sengaja megejeknya,maka ia
lalu membentak, "Kalau kau tidak berlutut dan menyembah, aku tak maumemaafkankau!"
Kini sepasang mata pemuda itumemandang tajam dan suaranyaterdengar penasaran
sekali ketikaberkata. "Ah, bagus sekali! Kaukirakau hanya main-main saja,tidaktahunya kau bersunguh-
sungguh! Sayang, seorang gadis yang cantik dangagah seperti kau
inimemilikikesombongan seperti itu. Aku kulihat sampai di mana sih tingginya
kepandaianmu makaakuberani bersikapdemikian terhadap anak Gunung Bromo!"
"Kaupun belum kenal sepak-terjang anak Mahameru!"
Ratnawulanmembalas"Majulah!"Sambil berkata demikian, ia berdiri dengantubuh agak
merendah, tangan kanan memegangkerisyang ditarik sampai kesamping pinggangnya,
sedangkantangan kirinyaditaruh didepan dada dengan jari tangan terbuka.
Adipranayang melihat sikap ini maklumbahwa gadisitu memilikikepandaian, dan pula
iadapat mengenal keris pusaka di tangan gadis itu, maka ia tidak mau berlaku
sembronodan cepat mencabutpula kerisnya yangjuga mengeluarkan cahaya tanda keris
pusaka ampuh. "Tidak pantas seorang pria menyerang lebih dulu," jawab Adiparana yangbetapapun
juga masih memandang ringan, "Kau majulah hendakkulihat sampai dimana
kepandaianmu!" Ratnawulan tak dapat menahan sabarlagi dan segeramengirimserangan dengan
kerisnya meluncurdengan tusukanke arah dada lawan. Adiprana berlakuwaspadadan
kagum melihatkecepatangerakandara perkasaini, makaia cepat menggerakkan kerisnya
untukmenangkis. "Trangg!"Ketika duabilahkeris itu salingmembentur, memerciklah bunga api dan
keduanyamerasa betapa telapak tanganmerekayang menggenggamgagangkeris, menjadi
panas dansakit. Keduanyaterkejut sekalidan cepat memeriksa keris masing-masing, akantetapi
senjata mereka tidak rusak, maka mereka menjadi legadan mulaiserang-menyerang
lagidengan lebih hati-hati.
Koleksi Kang Zusi Bukan main kagum danherannya Adiprana ketika ia menyaksikanketangkasan dan
kehebatan ilmu keris gadis itu.Hal ini sama sekalitak pernahdisangkanya.
Tidaksajadalamhal tenaga lawanya tidka kalah olehnya, bahkan
kecepatannyapunhanyadapat mengimbangi dara ini!Iakagumsekali dan mengerahkan
seluruhkepandaiannya yang ia warisidari gurunya, yaituPanembahan
Bromosakti,seorang pertapa yangsakti mandraguna di puncak Gunung Bromo.
Sebaliknya, Ratnawulan jugamerasaterkejut dankagum. Baru kali ini semenjak turun
gunung ia menjumpai lawan yangbenar-benar berat dan tinggiilmukepandaiannya. Ia
telahmenyerang dengan hebatdan telahmengeluarkan segala aji kesaktian,akan
tetapi tak berhasil mendobrak dan membobolkan pertanahan lawannya. Tipu dilawan
tipu,kegesitan dilawan kecepatan,dan ilmu dengan ilmu telahia pergunakantanpa
hasil sehingga ia menjadi makin penasaran dan gemas.
Kedua orang itu benar-benar hebat. Pertempuranyang terjadi kali
inisayangtidakada yang menyaksikannya, karena kalau ada orangketiga
yangmenyaksikan, ia tentu akan berdiri bengong saking takjubnya. Tubuhkeduaorang
mudaitu berkelebatankesanakemari, keris mereka menyambar-nyambarbagaikan kilat,
kadang-kadang terdengarbunyi nyaring kalau sepasang senjata beradu dan
nampakbunga api berpijar.
Akan tetapi, setelah bertempur puluhan juruslamanya, akhirnya pemuda itumerasa
betapa tangannya yangmemegangkeris mulai gemetar dan panas sekali. Ia maklum
bahwa hal ini terjadi oleh karena kerispusakanya kalah ampuh dan kalau
diteruskan,banyakkemungkinan ia akan kalah.Makin meninggi rasakagumnyadan tiba-
tiba ia melompatke belakang sambil berseru.
"Tahan!" Bagaikan seekor banteng mencium darah, Ratnawulan berdirid engan keris di tangan
kanan dan tangan kirinya menolak pinggang, kakinya terpentang dan matanya
menatap lawannya dengan pandang mata beapi, dadanya naik turun dan dari jidatnya
yang berkulit kuning langsat danhalus itu menitik keluar beberapa butir peluh.
"Mau apa lagi" Hayo majulah, keluarkanlah semua kepandaianmu, Adiprana! Jangan
kauanggap dirimu sendiri saja yang gagah perkasa. Keluarkan kesaktianmu dan coba
jatuhkan aku kalau kaubisa!" Ia menggunakan tangan kirinya menepuk-nepuk dadanya
dan berkata, "Kerahkan kejantanmu, karena kau baru patut memandang rendah dan
berlaku sombong kalau kau sudah bisa mengalahkan aku. Inilah anak Mahameru yang
tak sudi dihina oleh siapapun juga!" Dalam sumbar dan tantangannya ini
Ratnawulan melepaskan semua kegemasannya dan kemarahannya terhadap pemuda itu,
pemuda yang begitu bertemu telah menimbulkan benci, marah dan juga kagum di
dalam hatinya. Koleksi Kang Zusi Mendengar sumbar dan tantangan ini, Adiprana tersenyum dan sambil menghapus
peluhnya yang membasahi muka,ia berkata, "Ratnawulan, kau benar-benar gagah
perkasa. Tak pernah aku melihat atau mendengar, bahkan dalam mimpipun tidak,
bahwa di dunia ada seorang dara segagah engkau!
Tak dapat diragukan lagi, kau tentulah anak murid Panembahan Mahendraguna yang
disebut Eyang Semeru, bukan?"
Ratnawulan tertegun."Bagaimana kau bisa tahu?"
Adiprana menarik napas panjang dan memasukkan kerisnya ke dalam warangka. "Lebih
dahulu kita harus berdamai, maukah kau" Tak enak untuk bercakap-cakap dengan
seorang yang masih marah-marah kepadaku. Maukah kau berdamai dengan aku?"
"Itu tergantung."
"Tergantung bagaimana?"
"Tergantung kepadamu sendiri apakah kau masih sombong dan memandang rendah
kepadaku! Kau telah berlaku lancing dan menyakiti hatiku dengan perbuatanmu yang
sombong tadi.Apakah kini kau masih merasa bahwa aku pantas ditolong dari harimau
ini?"Ia menunjuk kepada bangkai harimau.
"Memang aku bersalah, Ratnawulan. Memang kau tadi benar, jangan baru seekor
harimau, dengan kepandaianmu itu, biarpun kau dikepung lima ekor harimau pun,
rasanya kau belum berada dalam bahaya. Aku telah salah duga tadi."
"Nah, kalausaja sikapmutadiseperti sekarang, siap ayang akanmenjad marah-marah"
Tadi akuketerlaluan, minta maaf sajatidakmaubahkan mengejek.
Begitukahsikapseorangksatria terhadap waita" Memalukan sekali!"
Adipranamenarik napas panjang. "Aku minta maaf, Ratnawula, kala memang
kaukehendaki, biarlahaku berlututdan menyembah kepadamu."
Koleksi Kang Zusi "Cih!Siapa yangingin disembah-sembah" Asal kau benar-benar merasa menyesal
dengan kesombonganmu tadi, tak perlu hal itu dibongar-bongkarlagi. Kau sudah
membuktikansendiri bahwa dalam hal ketangkasanbermain keris danolah yuda,aku
tidak kalah olehmu. Ataukalau masih penasaran, boleh kitateruskan lagi sampai
salah seorangmenggeletakdi sini!"
"Tidak, tidak! Aku sudah cukup puas. Kau benar digdaya!"
"Namun aku masih belum puas kalau belum bertandingpanah denganmu, Adiprana!Anak
panahmulahyang melukai danmenyinggunghatiku tadi,maka sekarang akau ingin
kausaksikan bahwa dalam hal ilmu memanah, anakMahameru juga tidak perlumenyerah
kalahterhadap anak Bromo!"
Dari ucapan dan nada suaranya ini, Adiprana maklum bahwa gadis inimasih merasa
panas hatinya,maka sambil tersenyum ia lalumenurunkan gendewanyadan memasang
anak panah. Sekali pasang ia telah menggunakan limabatang anak panah dan ia
segera berkata. "Baiklah, marikita berlomba panah.Dengananak-anak panahku aku akan membuat
lingkaran dipohon waringin depan itu!" Baru saja ucapannya habislima batang
anakpanahnya telah melucur dari gendewadengansekali tariksaja dan anak-anakpanah
itumenancap dengan rapinya merupakansetengah bulatan pada batang pohon waringin
yang besar. Sekali lagi diprana mengeluarkan lima batang anak panah dan sekali
lagilimabatang anak panah itu meluncur cepat melengkapi dan menyempurnakan
lingkaranyang baru jadi setengahnya. Kini di atasbatang pohonitu nampak sepuluh
batanganak panahyang teratur rapi, berderet-deret merupakansebuah
lingkarankecil. "Nah, kau keluarkan anak panahmu dan coba kauusahakan untuk memasukkan sepuluh
batanganak panah ke dalam lingkarananak panahku itu!"
Ratnawulan memandangke arah lingkaran itudan iamerasabahwa ilmu memanah pemuda
ini benar-benar hebat.Iamelihat betapa lingkaranitu kecilsajasehingga takkan
cukupdimasuki oleh sepuluh batanganak panah, makaia tahu akan kelicikan ini.Akan
tetapi, iatetaptenang, bahkan kini tersenyummengejek.
Koleksi Kang Zusi "Apakah susahnya memasukkansepuluh batang anak panah dalamlingkaran itu"
Kaulihatlah!" Sambil berkata demikian iamemasang lima batang anakpanah pada
gendewanyadan setelah membidik, terdengartali gendewanya menjepret dan
limabatang anak panah dengan kecepatan luar biasa meluncurke arah batang
pohonitu. Adipranamemandang penuh perhatian dan ia merasa heran melihat ketenangan gadis
itu. Ia tahu betul bahwaruang lingkaran itutakkan mungkindapat dimasukisepuluh
batang anak panah akan tetapi setelahanak-anak panahdara perkasaitu
menyambarkearah lingkaran, ia menjadi terkejut sekalidan jugakagum oleh
karenaanak-anak panahitu bukannya menancap di dalam lingkaran, melainkan
menyambar tepat pada gagang anak-anak panahnya sehingga patah-patahdan lima
batanganak panahnya jatuh keatas tanah bersama lima batang anak panah
Ratnawulan. Kembali lima batanganak panahgadis itumenyambar danhabislahanak
panahnyayang tadi menancappadabatang pohon itu!
Sambil melangkah tenang, Ratnawulanmengambil kesepuluhbatang anak panahnya,
sedangkan anak-anak panah Adiprana telah patahkepalanya dan tak dapat dipakai
lagi! Akan tetapipemudaitu tidak menjadimarah. Iamaklum bahwadenganjalanitu,Ratnawulan
hendak membalas dendam dan melampiaskan amarah dan kegemasannya. Ia bahkan memji
dan tersenyumramah. "Hebatsekali!Ilmu panahmu memang lebih unggul daripada kepandaianku!"
Mendengar pujianini dan melihat sikap Adiprana, timbulah rasa menyesal dalam
hati Ratnawulan. Memang hati seorangwanita ituperasa sekali, mudah tersinggungdan mudah terharu,
gampang marahdan gampang menyesal, sebentargirang sebentar berduka. Kalau saja
Adipranamenjadi marah karena anak-anak panahnya dirusak dan menegur Ratnawulan,
daraini tentu akan menjadi marah sekali dan mengingatkania akankelancangannya
mempergunakan anak panah untuk membunuhkijangdan harimau tadi.Akan tetapi karena
Adipranatidakmenjadi marah bukan memujinya, luhlah hati dara perkasa itu dan ia
menjadimenyesal mengapaia telah merusak semuaanak panahdan menyerahkannyakepada
Adiprana sambilberkata. "Aku telahmerusakkan sepuluhbatang anak panahmu.Terimalah lima batang sebagai
penggantinya, sehingga kita masing-masingkehilanganlima batang!"
Adipranamemandang dengan mata kagum dan hatinya makin sukakepada dara perkasa
yang aneh ini. Kalautadipadapertemuan pertamaia berlakukurang ajar dan menggoda, hal
iniadalahkarena ia Koleksi Kang Zusi
mengira bahwa Ratnawulan hanyalah seorang gadis gunung yangmempunyai
sedkitkepandaian danmenjadi sombong karenanya. Akan tetapi setelah kini ia tahu
betul bahwagadis ini ilmu kepandaiannya tidak beradadi sebelah bawah
kepandaiannya sendiri, maka iamenjaditertarik,kagum, suka, dan
menganggapnyasebagai seorang sederajat dan segolongan.
Mereka duduk di atas rumput dan Ratnawulan bertanya.
"Adiparana, bagaimana kau bisa tahubahwa aku adalahmurid EyangSemeru" Siapakah
kau sebenarnya dan siapa pulagurumu?"
"Sepertitelah kukatakan tadi, namaku Adiparana dan aku adalah murid tunggal dari
Eyang Bromo sakti yang bertapa di puncak GunungBromo.Tadi aku hanya menduga saja
bahwakauadalahmurid Eyang Semeru oleh karena gurukupenah memberi pesan bahwa
Eyang Semeru mempunyai seorang murid wanitayang sakti dan yang ilmu
kepandaiannya tinggisekali. Maka begitu melihatkepandaianmu bermain keris,mudah
saja menerkasiapa adanya kau.Ketahuilah, Ratnawulan, gurukumasih
terhitungadikangkatgurumu sendiri, maka kitabukanlah orang lain dan masihdapat
disebut saudara seperguruan."
Ratnawulan girang sekali mendengarini.
"Sayang bahwa eyang guru tak pernah menceritakanperihal gurumu itu, akantetapi
melihat kepandaianmu, aku percaya bahwa kau tentulahmurid seorang sakti,"
kataRatnawulan, pandang matanyamenatap wajah yangtampan itu. Meliaht sinar mata
gadis itu memandang sengan terbukadan jujur, tanpa sedikit pun sungkan dan malu-
malu sebagaimana pandang mata lain gadis,Adiprana merasa suka dan kagum. Benar-
benar seorangdarayang sukar ditemukan keduanya,pikirnya.Seperti inilah agaknya
Srikandidi zaman pewayangan itu.Tidak,Ratnawulan lebihgagah lagi, lebih cantik
jelita dan mengagumkan. "Kautinggal di manakah, Ratnawulan" Kalaugurumu bertapa di puncak Mahameru,
mengapa kauberadadi tempat sejauhini?"
"Aku sedangbertugas memimpin Pasukan Candrasa Bayuyang bersarang di hutan
randu." Mata Adipranaterbelalaj memandang. "Memimpin. apa.?"
Koleksi Kang Zusi Ratnawulan tersenyum bangga."Aku memiliki sebuah pasukan yang gagah berani,
terdiri daritigapuluh orang, yaitu PasukanCandrasa Bayu. Mereka bersarang
ditengah hutan randu di kaki Gunung Mahamerusebelah timur."
Bukan main heranahtipemuda itu."Melatih pasukan" Mengapa dan untuk apa?"
Melihat wajahpemudaitu demikianterheran, Ratnawulan tertawageli. "Kau tidak
tahu, Adiprana, pasukan itu bukanlah pasukan sembarangan, akan tetapi pasukan
istimewa danpara anggotanya terdiridari sisa-sisapemberontak Majapahit,dahulu
anak buah Panglima Nambi diLumajang dan lain-lain. Mereka bercita-citauntuk
membalas dendamdan mengempur Majapahit lagi, maka kini aku melatih mereka dengan
ilmu pedang dan olah yuda."
Adipranatertegun dan memandang dengan muka menunjukkan bahwaia hampir takdapat
percaya akanpenuturan ini. "Kau. Kau menjadi pemimpin pemberontakyang
hendakmenggempur Majapahit" "
"Aah, panjang ceritanya, Adiprana.Sekarang haritelah hampir senja dan kedua
bangkai binatang inikalau tidak lekas dirawat akan menjadirusak.Maukah kau
kehutan randuuntuk kuperkenalkandenganPasukan Candrasa Bayu dan mendengar
lanjutanceritaku" Aku akan menceritakanriwayatku, asal sajakau
maumenceriakanriwayat hidupmu lebih dahulu padaku. Setelah saling mengadu
kesaktian dan saling berkenalan, kemudian ternyata masih saudara seperguruan,
sudah sepatutnya kalau kita saling mengetahui riwayat hidup masing-masing pula."
Mendengar bahwa dara perkasa itu memimpinsepasukan sisa para pemberontak, mula-
mulaAdipranamerasaragu-raguuntuk ikut, akantetapi entahmengapa, ada sesuatu pada
gadis itu yang membuatia tidak kuasauntuk menolak ajakanini. Entah sepasang mata
yangjernih dan indah itu, entah bibiryang merah danmanis itu. Akantetapi, ia
bangunberdiri bagaikan terdorong oleh pengaruh yang jauh lebih kuatdaripada
tenaga batinnya sendiri, memanggul bangkaimacan sambil berkata.
"Kijangitu bagianmu karena lebih ringan."
"Kaukiraaku tidak kuat untuk memanggul macan itu?" Kembali sepasang mata
Ratnawulan memancarkan sinar berapi.
Koleksi Kang Zusi Adipranatersenyum. Dalampekealan yang tak berapa lamaini ia telahtahu akan sifat
gadis ini,maka iamenjawab.
"Tentu sajakau kuat memanggulnya, akan tetapi sudahmenjadikelaziman umum bahwa
kaum pria harus memanggul yang lebih berat.Dan pula, sekarang sudah
hampirgelap,kalau tidak lekas-lekaskita akan kemalaman di jalan."
"Mungkinbagi oranglain, akan tetapibagi kita, jarakitu tak berapa jauh.Mari kita
berlombalari!"kata Ratnawulan sambil memanggul kijang itu.
Keduanyalalu menggunakan aji kesaktian mereka dan berlari cepat sambil memanggul
kijangdan macan itu, berlari-lari bagaikanterbang cepatlah menujuke hutansebelah
timur. Di sepanjangjalan, mereka tidak banyak bicara dan diam-diam Ratnawulan
merasa gembira sekali oleh karena barukali inilah ia dapat berlari cepat dengan
seorang yang memiliki ilmu kepandaian yang tinggi dan tidak kalah olehnya. Dalam
diri Adiprana ia merasa mendapat seorang kawan yang amat baik dan cocok.
Sementara itu,senja mulai mendatangdan Sang Batarasurya telah bersembunyi di
balik puncak Bukit Mahameru, sungguhpun cahayanya masihmenghambatsatangnyasang
malam gelap.Dan di dalam cahaya yang suram itu,di mana anginatak bertiup
dansegala sesuatuagaknya diam dansunyikarena ditinggalkan oleh matahari, nampak
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dua bayangan berkelebat cepat.Darijauh merekatidak kelihatan seperti
manusiabiasa, karenabiarpuntubuh bagian bawah seperti orang biasa,akan tetapi
bagian atasnya kelihatanbesar dan aneh bentuknya.Kalau adaorang yang kebetulan
melihat dua sosokbayangan ini, tentu mengira bahwa mereka adalah setan-setan
pertama yang keluar dari persembunyiannya setelahSang Batara surya yang mereka
takuti itu mengundurkan diri.
Padahal kedua sosok bayangan inibukan lain ialah Ratnawulan dan Adipranayang
memanggul kijangdan macan,sehingga dilihat dari jauh memangbentuk pundak dan
kepalamereka aneh,menjadisatu dengan kedua ekor binatangyang telahmati itu!
Sebelum hari menjadi gelap benar,merekatelah memasuki hutan randudi kakiMahameru
sebelahtimur, dan kecepatanlari mereka agaknyatakkankalah apabila dibandinkan
dengan kedua ekor binatang yangkini mereka panggul,andaikatakeduaekor binatang
itu masih dapatberlari! Karena mereka telahmempergunakan aji kesaktian mereka,
yaitu IlmuLari CepatMarutoBajra (AnginKilat)!
Koleksi Kang Zusi Kedatangan Ratnawulan disambut dengan girang oleh kawan-kawannya, dan semua
anggota Pasukan Candrasa Bayu yang tadinya merasa gelisah karena tidak melihat
dara perkasa itu, menjadi gembira melihat pemimpin atau pelatih mereka itu
datang membawakijangdan harimau.Akan tetapi, mereka memandang kepada Adiprana
dengan curiga dan tak senang. Terutama sekali Bejo dan Parta, dua oranggagah
yangdiam-diam menaruh hati cinta kasih terhadap Ratnawulan, merasa cemburu
melihat pemuda yang tampan itu.
Bejoyang wataknya jujur dan terbuka serta kasarlalu melangkahmaju, menatapwajah
Adiprana dan bertanya kepada Ratnawulan.
"Jeng Ratna, siapakah saudara ini dan apa kepentingannya datang ke tempat kita?"
Ratnawulan tersenyum lalu memperkenalkanpemuda itu.
"Ini adalah saudara Adiprana,seorangkelana mudayang memiliki ilmu kepandaian
tinggi. Kami telah bertanding mengadukepandaian danbekenalan, dan tidakt ahunya
bahwa dia ini adalah murid dari Eyang Bromo sakti yang menjadi saudara angkat
guruku sendiri. Kalian boleh banyak belajar ilmud ari saudara Adiprana ini!"
Parta berkatadengansuara menyatakan ketidak-puasannya.
"Bagaimana kami dapat mengetahui bahwa ia boleh dipercaya dan benar-benar
digdaya kalau kamibelummenyaksikannya sendiri"Jeng Ratna, apakah ilmu
panahnyadapat menandingi Kukiladanu (Gendewa Burung) kita?"
"Apakah ia dapat menandingi Candrasa Banyu?" Tanya pula Bejo dengan sikap
menantang. Ratnawulan tersenyum lagi. "Jadi kalian hendak memuji kesaktiannya"Tunggulah
sampai esok hari, biarlah dia memperlihatkan kepandaiannya."
Adipranamelihatsikaporang-orang itu, didalamhatinyamemenarkan
pernyataanRatnawulan bahwa anggota-anggota pasukan istimewaini benar-
benarbersikap gagahdan jantan. Maka timbulah Koleksi Kang Zusi
kegembiraannya dania maklum bahwa kalaumereka initidakdiberibuktiakan
kepandaiannya, tentu mereka akanmemandang rendah dan merasatidak puas.Maka ia
lalu melangkah maju dan berkata.
"Saudara-saudara yanggagah! aku adalahseorangpemuda gunug yang bodoh dan hanya
memiliki sedikit kepandaian saja. Apakah kalian inginkan, biarlah aku yang muda
memperlihatkan sedikit kebodohanku." Ia memandang kepada Parta yang selalu
memegang sebuah gendewa yang besar lalu berkata.
"Agaknya saudaraadalah ahli panah yang pandaidalampasukan ini.Pernahkan
saudaramendengar tentang ilmu memanahtanpa melihatsasarannya dan dapat emngenai
sasaran dengan tepat hanya dengan mendengar suara saja?"
Memang Parta pernah mendengar ilmu memanahini dari Ratnawulan. Ilmu memanah ini
dari Ratnawulan disebut Isu Destarata(Anak Panah Destarata). Sebagaimana
diketahuioleh para penggemar cerita pewayangan,Destarataadalahseorang yang buta,
akan tetapi kesaktiannya menggiriskan hati pahlawan-pahlawan seluruh permukaan
bumi. Destarata inilah menggiriskan hati pahlawan-pahlawan seluruh permukaan
bumi. Destarata inilah yang menjadinenekmoyang parasaudara Kurawa. Ilmumemanah
itu disebut Anak PanahDestarata, karenadilakukan tanpamelihat sasaran, seakan-
akan pemanahnya seorang butayang memiliki pendengaran yang akan menentukandi
mana letak sasaran itu sehingga bidikan akanmengenai tepat.
Mendengar pertayaan Adiprana, Partamengangguk danberkata.
"Aku tahu tentang ilmumemanah itu sungguh punakutakdapat melakukankarena amat
sukar dan sulit." Adiprana menurunkan gendewanya dan mengambilsebatang anak panah. "Nah,biarlah
aku memperlihatkansedikit kebodohanku!"Sambil membawa gendewa dananak panah,
Adiprana lalu menghampirisebatangpohon randu yang besardan tinggi.Di ataspohon
itu terdengar suara burunggagakyang kadang-kadang berbunyi,akan tetapi oleh
karena burung gagak bulunya hitam dan pohon itu amat tinggi serta diselumuti
olehkegelapan malam, tentu saja daribawahorang tak dapat melihat apa-apa dan
tidak tahu dimana tempat burung itu bertengger. Semua orang mengikuti gerakan
Adiprana dengan penuh perhatian.
Setelah tiba di bawah pohon randu itu, Adiprana menundukkan mukanya dan diam tak
bergerak bagaikan patung. Ia sedang menghening cipta dan mengerahkan seluruh
tenaga batinnya ke arah Koleksi Kang Zusi
telinga untuk menentukan di mana gerakan burung yang hendak dijadikan sasaran
anak panahnya itu, sebentar saja ia dapat menangkap suara burung itu dengan
jelas, jangankan suara menggaoknya, bahkan suara burung itu membersihan
bulunyapun terdengar jelas olehnya. Tiba-tibaia menggerakkan gendewa tanpa
mendongakkan kepalanya dan ketika ia menarik tali gendewa, terdengarlah suara
menjepret. Akan tetapi, tepat setelah anak panahnya meluncur, dari belakangnya
ia mendengar suara tali gendewa lain ditarik dan anak panah dilepaskan sehingga
hampir berbareng dua batang anak panah melesat kearah gerombolan daun randu yang
hitam gelap itu. Terdengar bunyi daun-daun gemersik dan seekor burung gagak yang melayang jatuh.
Ketika orang ramai mengambil bangkai burung itu, ternyata bahwa dadanya telah
tertusuk oleh dua batang anak panah!
Adiparana berpaling dan tersenyum kepada Ratnawulan yang tadi juga melepas anak
panahnya.Ia malum bahwa dengan perbuatannya itu, Ratnawulan hendak
memperlihatkan pula kepada anak buahnya bahwa ia tidak kalah pandai oleh
Adiprana! Bukan main gembiranya orang-orang yang berada disitu ketika mengetahui bahwa
anak panah ke dua adalah anak panah Ratnawulan. Mereka amat kagum kepada pemuda
itu, dan Parta diam-diam mengeluh karena ia harus mengakui bahwa Adiprana benar-
benar lebih pandai dari padanya,dan sudah pantaslah kalau pemuda itu menjadi
gurunya! Adipranalalu memandang kepada Bejo sambil tersenyum dan berkata, "Saudara yang
gagah perkasa seperti Gatotkaca. Kautentulah ahli pedang yang tinggi ilmunya dan
kuat tenaganya. Marilah kita main-main sebentar dan memang hendak kubuktikan
bagaimana hebatnya permainkan pedang dari jago Paskan Candrasa Bayu!"
Betapapaun juga, Bejo adalah seorang yang patuh dan akan disiplin,dan karena
Adiprana adalah tamu dari Ratnawulan, maka ia memandang kepada dara perkasa itu
dengan mata minta keputusan.
Ratnawulan menganggukdan berkata.
"Bejo,kau boleh kerahkan seluruh ilmu kepandaian dan tenagamu! Kalau kaud apat
bertahan sampai sepuluh jurus saja menghadapi saudara Adiprana,sudahcukup
memuaskan hatiku." Mendengar ucapan pelatihnya ini, Bejo merasa makin penasaran.Benar-benarkah ia
hanya dapat melawan selama sepuluh jurussaja" Ah, jangan-jangan pemuda ini
takkan dapat bertahan sampai lima jurus.
Koleksi Kang Zusi Bejo dan Adiprana lalu masuk kedalam lingkaran yang disediakan untuk mereka,
yaitu lingkaran orang-orang yang menjadi penonton, diterangi oleh api unggun
yang dipasang di empat penjuru. Bejo segera mencabut pedangnya, sedangkan Waluyo
lalu meminjamkan pedangnya kepada Adiprana.
Disaksikan oleh semua orang yang berada disitu, ada yang berjongkok dan ada pula
yang berdiri mengelilingi lapangan seolah-olah mereka sedang menyaksikan adu
ayam, kedua pendekar pedang itu mulai berlagak. Bejo memasang kuda-kudanya
dengan kaki kiri dibelakang, tubuh agak condng kemuka, kaki kanan di depan
dengan tumit di angkat, tangan kiri terbuka jarinya dimiringkan melintang dada
sedangkan tangan kanan memegang pedang melintang ditempelkan di atas pundak
kiri. Inilah sebuah gerak pembukaan yang dalam Ilmu Pedang Candrasa Bayu disebut
Kukila Nendra (Burung Tidur). Pembukaan ini dilakukan dengan berat tubuh di
tengah-tengah dan tenaga kaki dipusatkan pada kaki kiri yang berada di belakang,
sehingga kaki kirilah yang merupakan tiang penyangga tubuh, sedangkan kaki kanan
hanya ujungnya saja menyentuhtanah. Sikap tubuh ini memungkinkan ia membuka
serangan dengan berbagai cara dan jalan. Tanpa mengubah kedudukan lawan agak
jauh, ia dapat mengalihkan tenaga dari kaki kanan ke kaki kiri untuk melangkah
maju dan membarengi gerakan itu dengan sebuah tusukan serong.
Melihat kuda-kuda lawan ini,Adiprana tersenyum dan ia pun lalu membuka kuda-
kudanya yang indah. Ia memasang kuda-kudanya dengan merendahkan tubuhnya,kaki kiri ditekuk lututnya
dan bagian belakang tubuh diturunkan sampai hampir menyenyuh tumit sedangkan
kaki kanan dilonjorkan ke depan. Tubuhnya lurus dengan mata memandang ke depan,
tangan kiri diangkat ke atas kepala dengan telapak tangan di atas sedangkan
pedang di tangan kanannya dilonjorkan pula di atas kaki kanan. Bejo tertegun
melihat pembukaan lawannya ini oleh karena sikap dan kedudukan tubuh Adiprana
itu sekaligusmemecahkan pembukaan Kukila Nendra! Dengan kedudukan macam itu,
maka Adiprana boleh dibilang telah berada "di atas", lebih mudah melancarkan
serangan berbahaya daribawah dan menempatkan kedudukan Bejo pada kedudukan yang
amat sukar karena memang sulit baginya untuk dapat memulai serangan dengan baik
apabila ia tidak merobah kuda-kudanya.
Oleh karena itu, iaberseru keras dan merobah kedudukannya, dengan menarik kaki
kiri maju sejajar dengan kakikanan, tubuh direndahkan dan kedua kutut ditekuk
sedikit, tangan kiri tetap bersilang didada sedangkan pedangnya kini ditaruh di
pinggir pinggang! Dengankuda-kuda ini,ia dapat menyerang lawannya dengan mudah,
mengirim tusukan atau bacokan ke bawah!
Akan tetapi Adiprana tidak merobah kedudukannya, bahkan lalu tersenyum dan
berkata. "Bagus, kini kau dapat menyerang! Mulailah Bima!" Pemuda itu sengaja menyebut
Bima, yaitu seorang tokoh pewayangan yang bertubuh tinggi besar sehingga dengan
sebutan ituia Koleksi Kang Zusi
mengumpamakan Bejo yang tinggi besar itu sebagai Bima! Sebutan ini bukan
merupakan hinaan, bahkan pujian, olehkarena Bima adalah seorang ksatria gagah
perkasa, akan tetapi tetap saja suaranya mengandung nada mengejek.
Bejo berseru keras, "Awas pedang!" Dan bagaikan petir menyambar, pedangnya
meluncur kearah tenggorokan Adiprana dalam sebuah tusukan yang dahsyat.
"Jurus pertama!" Adiprana berseru tak kalah nyaringnya sambil mernggeser kedua
kakinya. Sungguh mengagumkan dan indah dipandang, oleh karena dengan amat lemas dan
cekatan sekali, ia telah berpindah tempat dengangerak kai amat indah. Tanpa
menangkis telahdapat mengelak bahaya tusukan itu. Akan tetapi tidak percumaBejo
mendapatlatihan ilmu pedang dari Ratnawulan, karena biarpun tusukannya mengenai
tempat kosong, pedangnya itu tidak ditariknya kembali, bahkan laludiubah
luncurannya bagaikan burung sedang melayang. Pedangnya itu membelok ke kanan
mengejar lawannya.dan kinidengan majukan kaki kiriia mengirim bacokanke arah
leher Adiprana dibarengi dengan bentakan keras, lalu kaki kanannya menyusul
dengan sebuah tendangan yang kuat kearah lambung lawan itu!
"Jurus kedua yang bagus!"Adiprana masih sempatberseru sambil cepat-cepat
menggerakkan pedangnya menangkis dantangan kirinya dengan jari-jari terbuka
cepat meluncur ke arah lambung sendiri untuk menangkap tendangan itu!
Bukan main hebatnya gerakannya ini! Semua orangmenahan nafas karenamereka
menganggap pemuda itu terlalu sembrono untuk mencoba menangkap tendangan kaki
Bejo yang tenaganya mungkin akan dapat melemparkan seekor kerbau! Kalau saja
lengan atau jari tangan pemudaitu terkena tendangan kakiBejo, tentu akan
remuklah tulang-tulangnya!
Akan tetapi, Adiprana telah membuat perhitungan yang amat tepat. Tidak saja ia
dapat menaksir sampai di mana kehebatan tenaga tenangan lawan, bahkan iapun
maklumakan kecepatannya sendiri yang jauh lebih menang.Berbareng dengan bunyinya
kedua pedang bertumbuk, iatelah berhasil menyangga tumit kaki Bejo yang
menendang, dansambil berseru,"Maaf" ia menggerakkantangannya keatas sehinggaBejo
yang kakinya didorong keatas itu tentusajatak dapat mempertahankan tubuhnya lagi
yang terjengkang ke belakang!
"Buk!" Bejo meringis-ringis ketika pantatnya bertemu dengan tanah keras!
Terdengar sorakan memuji dari semua orang, akan tetapi Bejo masih belum puas. Ia
meloncat bangun dan kini menyerang dengan hebat bagaikan harimau hausdarah!
Pedangnya berkelebatan Koleksi Kang Zusi
cepat dan iatelah mengeluarkan Ilmu Pedang Angin itu sehingga pedangnya benar-
benar menderu-deru bagaikan angin puyuh mengamuk!
Namun Adiprana tetap tenang dan tiada hentinya mulutnya menghitung sambil
menangkis atau mengelak. "Jurus ketiga! Jurus ke empat!"
Pada serangan juruske delapan, tiba-tiba Adiprana menangkis sambil memutar-mutar
pedangnya. Bejokalah tenaga sehingga terpaksa pedangnya ikut berputar-putar.Kemudian Bejo
mengerahkan tenaganya sehingga dua batang pedang itu saling temple dan mulailah
adu tenagauntuk menindas pedang lawan. Urat-urat diseluruh tubuh Bejo
menggembung, tanda bahwa ia mengeluarkan semuatenaganya untuk menindas pedang
Adiprana. Akantetapi pemuda Gunung Bromo itu hanya tersenyum dan nampaknya tidak
sukar menahan tekanan ini. Tiba-tiba Adiprana berseru.
"Awas, Bima!" Dan iamenarik pedangnya ke bawah sambil miringkan tubuh, akan
tetapi tangan kirinya dengan jari-jari terbuka dia "masukkan" melalui bawah
lengan kanan lawan untuk "makan"
lempengnya. "Heeit.!"Bejo berseru keras dan "Ngek"perutnya telahtermakan oleh sodokan jari-
jari tangan Adiprana yang amat kuat!
"Aduh.!"Tubuh Bejo terhuyung-huyung kebelakang dan roboh terlentang dengan
pedang terlepas dari tangannya! Ia lalu merangkak sambil memegangi perutnya yang
tiba-tiba menjadi mulas. Masih untung baginya bahwa Adiprana tidak bermaksud
mencelakakannya dan hanya mempergunakan sebagian kecil tenaganya saja. Kalau
sodokan pada perut itu dilakukan dengan seperempat tenaganya saja,kecil sekali
harapan Bejo akan dapat bangun lagi!
"Hebat." Bejo berkata sambil terengah-engah, "aku mengaku kalah."
Ratnawulan tersenyum dan semua orang bergembira mendapatkan seorang pemuda yang
demikian pandai di tengah mereka. Juga Adiprana merasa girang sekali melihat
kejuran Bejo.Ia makin tertarik kepada orang-orang ini sehingga ia memutuskan
untuk tinggal bersama mereka di dalam hutan.
Koleksi Kang Zusi * Telah tiga pecan Adiprana tinggal bersama Pasukan Candrasa Bayudi hutan randu.
Ia disukai oleh semua orangkarena ramah tamahdan sikapnya yang amat sederhana
itu menimbulkan penghormatan dari semua orang. Diam-daim Parta danBejo
mengakuibahwa pemuda ini jauh lebih sesuai untuk menjadi sisihan Ratnawulan,
sama muda, sama rupawan dan sama saktinya.
Akan tetapi, Ratnawulan sendiri menganggap tak lebih. Ia memang suka sekali
bercakap-cakap membicarakan ilmu kepandaian dengan pemuda itu dan dalam
percakapan itu mereka saling menuturkan riwayat masing-masing. Secara singkat
Adiprana menuturkan riwayatnya. Ia adalah putera tunggal dari seorang empu
(pembuat keris atau pandai besi yang pandai) di kota raja. Akan tetapi malang
baginya bahwa ayahnya telah meninggal dunia karenasakit ketika ia masih berusia
lima tahun. Ibunya yang masih mudamenjanda dan akhirnya, memenuh ipesan mendiang
suaminya, ibunya itu mengirimkannya kepada Eyang Bromo untu kmengejar ilmu.
Semenjak berusia delapan tahun, ia telah ikut pertapa itu di puncak Bromodan
selama itu ia tidakpernahbertemu dengan ibunya yang tinggal seorang diri dikota
raja. Ketika ia bertemu dengan Ratnawulan, ia sedang dalam perjalanan ke kota
raja mencari ibunya, akan tetapi dasar anak muda yang ingin meluaskan pengalaman
dan ingin berkelana, ia singah di kaki Mahameru dan bertemu dengan Ratnawulan.
Ia mengambil keputusan untuk berangkat kekota raja setelah tinggal barang
sepekan di hutan itu. Tidak tahunya, hatinya tuntuh oleh kecantikan dan
kegagahan dara perkasa Ratnawulan sehingga beratlah rasanya untuk meninggalkan
tempat itu. Sebaliknya, Ratnawlan juga menceritakan riwayatnya secara singkat saja. Ia
menuturkan bahwa ayahnya tewas dalam perang, dan bahwaia dan ibunya diganggu
oleh perampok-perampok. Tidak iaceritakan kepada Adiprana secara jelas siapakah
yangmenimbulkan semua kesengsaraan ibunyaitu,karena ia menganggap hal itu tidak
perlu diceritakan kepada seorang yang belum dikenalnya benar.
Diam-diam Ratnawulan mengakui bahwa Adiprana adalah satu-satunya pemuda yang
dapat menarik hatinya. Ia kagum melihat pemuda yang selain tampan dan gagah,
jugaberwatak baik ini, lemah lembut dan halus sopan sikapnya, tak pernah
memperhatikan kekurangajaran dan sukarlah untuk mendapatkan seorang sahabat yang
lebih baik daripada pemuda GunungBromo ini.
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada suatu pagi tiga pecan kemudian. Anak-anak buah Pasukan Candrasa Bayu telah
pergi ke lading untuk bekerja. Mereka ini telah mendapat kemajuan pesat berkat
pimpinan Ratnawulan yang dibantu dengan sungguh-sungguh oleh Adiprana. Tanpa
terasa,pasukan itu kini benar-benar merupakan pasukan pedangy ang amat sukar
dicari bandingannya pada waktu itu.
Koleksi Kang Zusi Menurut petunjuk dari Ratnawulan dan Adiprana, mereka itu kini tak pernah
membawa perisai dan hanya bersenjatakan sebilah pedang. Kedua orang muda yang
pandai itumenyatakan bahwa perisai selain kurang praktis, juga malahan
memperlambat gerakan sendiridan sebagai pengganti perisai, diberi pelajaran
kegesitan dancara-cara mengelak dengan secepat mungkn dari serangan senjata
musuh. Dengan cara ini, selain gerakan tubuh tak terganggu, juga sambil mengelak
mereka dapat melakuan serangan balasan yang lebih cepat lagi, sedangkan tangan
kiri yang tadinya memegangp erisai,dapat dipergunakan untuk mengirim pukulanatau
merampassenjata lawan, terutama apabila lawannya mepergunakan lembing. Juga
mereka semua rata-rata diberi pelajaran ilmu memanah sehingga kini, termasuk
juga Waluyo sendiri, semua mempunyai sebuah gendewa dan belasan anakpanah yang
selalu dibawa sebagai senjata ke dua.
Seperti biasa, apabilas emua orang telah pergi bekerja,Adiprana dan Ratnawulan
bercakap-cakap sambil duduk di bawah pohon atau pergi berdua memburu binatang.
Pada pagi hariitu,mereka tidak pergi berburu binatang dan dudukdi tempat terbuka
menikmati cahaya mataharipagi yang hangat dan sehat.
"Adiprana," terdengar Ratnawulan berkata. "Apakah kau telah merasa suka dan
cocok tinggal ditempat sunyi bersama kawan-kawan kita itu?"
"Terus terang saja Ratnawulan, aku merasa amat krasan dan agaknya belum pernah
aku merasa segembira sekarang. Aku merasa senang tinggal di sini, kawan-kawan
kita itu amat baik dan amat menyenangkan hati melihat kemajuan mereka, ikut
bangga hatiku menyaksikan betapa pejuang-pejuang itu kini menjadi pasukan yang
amat kuat." "Kausetuju dengan cita-cita mereka hendak melakukan pemberontakan terhadap
Kerajaan Majapahit?"
Mendengar pertanyaan ini, Adiprana diam saja dan sampai lama tak dapat
menjawab.Akhirnya ia menjawab juga.
"Ratna, hal ini sungguh sukar bagi ku untuk menjawabnya. Mereka adalah orang-
orang yang pernah mengalami perang melawan Majapahit dan tentu saja cita-cita
mereka itu bukannya tanpa dasar.
Adapunaku ini, semenjak kecil aku berada dipuncak gunung ,aku tidak tahu akan
keadaan Majapahit, tidak tahu pula akan kebaikan-kebaikannya, maka bagaimana aku
dapat memiliki cita-cita tentang pemberontakan" Pemberontakan hanya mungkin
timbul dalam hati orang-orang yang sakit hati, yang merasa dirugikan dan yang
tidak merasa senang dengan pemerintah yang ada. Sedangkan aku yang tidak
mengalami semua ini, bagaimana aku dapat menyatakan pendapatku?"
Koleksi Kang Zusi Ratnawulan dapat menginsafi hal ini. "Akan tetapi, setidak-tidaknya kau tentu
akan suka untuk memimpin terus mereka itu, bukan?"
"Tentu saja, Ratna!" jawab Adiprana cepat dan tanpa ragu-ragu. "Kalau tidak
suka, masa aku mau tinggal di sinis ampai tiga pekan."
"Kalau aku minta kepadamu untuk tetap memimpin dan melatih mereka sampai tiba
masanya mereka melakukan pemberontakan itu, menggabungkan diri dengan pasukan-
pasukan peberontakan."
"Demikianlah, Adiprana. Ibuku terlunta-lunta, ayah tewas dalam keadaaan
penasaran, semua akibat perbuatan Kartika keparat itu. Dan menurut
penuturananak-anak Pasukan Candrasa Bayu, Kartika tinggal di kota raja,menduduki
pangkat senopati dan orang itu selalu berada dekat dengan Bagawan Mahapati yang
berkuasabesar. Oleh karenaitu,akudapat menduga bahwa untuk membunuh Kartika,
mungkin aku harus menghadapi Bagawan Mahapati.Aku hendak naik kepuncak Mahameru
lebih dulu untuk memberitahukan hal ini kepada ibu dan untuk minta diri karena
telah lima pecan lebih aku meninggalkan ibu."
Dengan pikiran asyik membayangkan masa depannya, Ratnawulan menundukan muka dan
memandang rumput yang dicabutnya. Keadaan hening dansunyi. Ketika ia mengangkat
muka memandang kepada Adiprana, ia menjadi terkejut. Sinar mata pemuda yang
sedang menatapnya itu berbeda dari biasanya dan sinar mata ini membingungkan
hati dara perkasa itu. "Adiprana. kau kenapakah."Kenapa kau memandangku seperti itu?"
Biarpun Ratnawulan sudah berusia hampir depalan belas tahun, aku tetapi oleh
karena selalu bertempat tinggal ditempat sunyi, maka iabelummengerti akan makna
pandangan mata pria seperti itu.
"Ratna. ijinkanlah aku ikut kau pergi ke kota raja! Aku pun hendak mencari ibuku
dan.dan aku akan membantumu membalas dndam terhadapmusuh-musuhmu!aku khawatir
kalau-kalau kau akan menemui bencana ditempat itu, Ratna. Aku harus
mengantarkaupergi! Ucapan ini dikeluarkan dengan suara bernafsu sehingga
Ratnawulan memandang makin heran.
Koleksi Kang Zusi "Ah, Adiprana, halini tak mungkin!"
"Mengapatak mungkin, Ratnawulan?" Tanya Adiprana dengan suara gemetar.
"Pertama, karena iniadalah urusanku pribadi yang tiada sangkut-pautnya dengan
kau dan tak perlu akan membawa orang lain terseret dalam permusuhan ini. Kedua,
kau harus tinggal di sini memberi bimbingan dan latihan kepada Pasukan Candrasa
Bayu,dan ketiga, karena betapapun juga, tidak pantas dan melanggar tata susila
bagi seorang gadis melakukan perjalanan jauh berduasaja dengan seorang pria!"
Adiprana menggeser duduknya mendekati Ratnawulan dan suaranya makin hemetar
ketika ia menjawab penuh nafsu.
"Ratnawulan, ketiga soal itu dapat kujawab sekarang juga. Pertama, urusan
pribadimu telah kuanggap sebagai urusanku sendiri, bahkan kuanggap lebih mulia
dan penting daripadaurusankupribadi. Kedua,akutakkan tahantinggal di tempatini
tanpa adanya kaudisini, seakan-akan sunyi senyap dunia ini tanpa adanyakaudi
dekatlu! Ketiga, kelak setiba kitadikotaraja, akuakan mintaibuku melamarku
sebagai jodohku, maka apa salahnya bagi seorangcalon jodohmu untuk mengantar kau
ke mana kau pergi?"Melihat betapa gadisitu memandangnya dengan pucat dan mata
terbelalak, Adiprana melanjutkan ucapannya, "Ratna.Ratna. tak tahukah betapa
sinar matamu yang tajam melebihi Dewandanu itu telah mematahkan pertahanan
imanku semenjak pertemuan kita pertama, sebagaimana anak-anak panahmu mematahkan
ujung anak-anak panahku" Taktahukah kau betapa senyum dan kerling matamu itu
merupakan belenggu baja yang telah mengikat kedua kaki tanganku sehingga aku
tidak kuasalagi melepaskan diridan tak kuasameninggalkantempat ini" Ratna.
Ratnawulan,dewi pujaan hatiku, aku. hambamu yang rendah ini. aku bersedia
mengorbankan apa saja, jiwaku sekalianpun, untukmu karena. karena aku cinta
padamu Ratna.! Mendengar pernyataan kasih ini, Ratnawulan melompat berdiri bagaikan diserang
oleh seekor ular berbisa.Ia memandang dengan muka sebentar pucat sebentar merah
dan sepasang matanya terbelalak lebar memandang wajah pemuda yangmasih duduk
berlutut di depannya. "Adiprana. jangan. jangan kau mengeluarkan kata-kata seperti itu!"
Koleksi Kang Zusi "Ratnawulan, kekasih hati pujaan kalbu, kau boleh melarang aku makan minum,
boleh melarang aku tidur, boleh pula melarang aku bernafas, akan tetapi kau
tidak bisa melarang aku menyatakan suara hatiku, bisikan kalbuku.!"
"Kaugila, Adiprana!"kata Ratnawulan sambil melangkah mundur dua tindak,akan
tetapi Adiprana juga berdiri melangkah maju, merungrum (merayu) dara itu dengan
cumbu rayu dan kata-kata bermadu.
"Memang aku sudah gila, Ratnawulan! Aku telah gila, tergila-gila oleh
kecantikanmu. Kau cantik jelita melebihi Dewi Ratih! Kaugagah perkasa melebihi
Wara Srikandi! Kau lemah lembut dan setia melebihi Diah Setiawati! Kau melati
sucidi antara segala puspita!"
Wanita manakah yang takkan luluh imannya menhadapi cumburayu dari orang teruna
setampan dan segagah Adiprana"Kalau saja yang dirungrum itu seorang wanita lain,
tentu ia akan melempar perisai danmenyerah dengan hati bangga. Akan
tetapiRatnawulan adalah seorang dara perkasa yang teguh imannya,dan pulaia masih
asing dengan suaraasmaraini, maka cemburayu itu sungguh-sungguhpun membuat
dadanya berdebar bangga, namun mendatangkan kekagetan besar.
"Tidak, tidak, Adiprana! Sadarlah kau, hai ksatria utama! Demikian lemahnya
imanmu" Ucapanmu itu mencemarkan kegagahanmu."
"Apa, Ratnawulan" Jangan salah sangka! Kasih sayangku kepadamu bukanlah kasih
sayang terdorong nafsu semata. Aku mencintaimu dengantulus
ikhlas,denganhatisuci, dengan seluruhjiwaragaku. Cinta murni seperti
inibukanmencemarkan kegagahan, bahkan membuat nama seorang ksatria dijunjung
tinggi sepanjang masa. Cintaku kepadamu bagaikan cinta Palgunadi terhadap
Anggraeni, cinta yang akan kubawa sampai mati!"
"Cukup.Adiprana. Tetapkanlah hatimu dan sadarlah!"
"Kau menolak cintaku, Ratnawulan" Kau tega menghancurkan hidupku" Penolakanmu
berarti hancurnya hidupku, seakan-akan dunia ditinggalkan Dewangkara (matahari).
Aku akan binasa, tak kuat menghadapi gelombang hidup di mayapada."
Koleksi Kang Zusi "Adiprana, sekarang belum tiba saatnya bagiku untuk bicara tentang hal itu. Aku
belum dapat membuka pintu hatiku kepada siapapun juga,tidakkepada priayang
manapunjuga. Aku masih mempunyai tugas yang maha penting, Adiprana,dan aku tidak
sudi memikirkan tentang. Jodoh dan lain-lain seperti itu sebelum tugas
kewajibanku membalas dendam mendiang ayahku terlaksana!"
Sadarlah Adiprana dari keadaannya yang seakan-akan mabuk dan gandrung tadi.Ia
berkata lemah. "Maafkan sikapku tadi, Ratnawulan. Apakah kata-katamu tadi bukan hanya merupakan
alasan untuk menolak cintaku?"
"Tidak, Adiprana.Aku tidak. menerima maupun menolak! Aku bersumpah bahwa sebelum
terlaksana tugasku, aku takkan mengikat janji hati terhadap pria yang manapun
juga." "Jadi aku masihmempunyai harapan, Ratna?"
"Harapan selalu ada, Adiprana. Siapa tahu" Jodoh adalah kehendak Hyang Agung."
"Terima kasih, Ratnawulan! Besar hatiku mendengar kata-katamu ini. Selama masih
ada harapan aku akan kuat menahan derita asmara, aku akan berbantal rindu
berguling dendam. Aku takkan meraba-raba di dalam gelap karena harapan itu
merupakan lampu yang menjadi sumber penerangan bagiku."
"Sudahlah Adiprana,jangan terlalu lemah, kau mengecewakan hatiku. Sekarang
jawablah sungguh-sungguh, apakah kau bersedia menggantikan kedudukan dan
memimpin kawan-kawandari Pasukan Candrasa Bayu."
"Aku bersedia, Ratna, bahkan aku akan membawa ibuku tinggal bersamaku di tempat
ini. Aku akan membantu bahkan akan ikut dalam perjuangan mereka, kewajiban ini
masih terlampau ringan bagiku, biarlah kujadikan pemanis harapanku."
"Kalau begitu, sekarang juga aku hendak pergi, Adiprana, aku hendak naik
keMahameru Koleksi Kang Zusi
menemui ibuku, kemudian aku akan berangkat mencari musuhku di kotaraja."
"Mengapa demikian tergesa-gesa, Ratnawulan?"
"Telah terlampau lama waktunya tertunda disini, Adiprana." Gadis ini tak dapat
menyatakan isi hatinya,ia merasa tadak enak untuk berdiam lebih lama di dekat
Adiprana. "Kalau begitu, selamat jalan,Ratnawulan. Semangat dan doaku menyertaimu!"
"Selamat tinggal,Adiprana, danjangan terlalu banyak melamun yang bukan-bukan!"
Maka pergilah Ratnawulan,keluar dari hutan randu di manaia tinggal selama lima
pecan. Dalam perjalanannya merupakan sawahladang di mana ia bertemu dengan
beberapa orang anggota pasukan Camdrasa Bayu. Ia berhenti sebentar dan dengan
singkat memberitahukan maksudnya meninggalkan pasukan itudan menyerahkan tugas
para anggota itu merasa kecewa, akan tetapi mereka tidak putusasa karena
Adiprana yangmengantikan daraperkasa itu.
Karena menggunakan aji kesaktiannya,maka sebelum matahari terbenam, ia sampai di
tempat tinggal ibunya, yaitu di puncak Mahameru. Dengan hati girang ia mendapat
kenyataan bahwa gurunya, EyangS emeru, telah kembali dari perjalanannya puladan
telah berada di dalam gua pertapaannya.
Dengansingkat Ratnawulan menceritakan pengalamannya kepada ibunya tanpa
menyembunyikan sesuatu, bahkan ia menuturkan pula tentang pinangan Adiprana.
Ibunya menghela napas dan berkata.
"Itulah yang memberatkan pikiranku, anakku. Kau telah dewasa dan selain tugasmu
membalas musuhitu sudah cukup berat, kaupun menghadapi penggoda lainyang lebih
berbahaya, yaitu dari kaum pria yang tentu takkan membiarkan kau lalu begitu
saja tanpa menggoda. Ketahuilah bahwa kau memiliki kecantikan yang membanggakan
hatiku, dan hal ini amat berbahaya bagi seorang wanita muda dalam perjalanan,
sungguhpun aku cukup maklum bahwa kau cukup kuat untuk menjaga dirimu.
Kauberlaku benar telah menolak pinangan pemuda itu, karenamemang cita-cita tak
boleh terganggu oleh keinginan hendak mempersenang diri dan menurutkan kata
nafsu hati.Orang bercita-cita harusmantap dan harus mencurahkan segenapperhatian
ke arah pelaksanaan cita-citanyaitu, barulah ada kemungkinancita-cita itu
berhasil.Sekalisaja orang berlaku lemah terhadap pengoda, terutama godaan
yangbersifat asmara, maka besar sekali kemungkinan cita-citanya Koleksi Kang
Zusi takkanterlaksanadengansempurna bahkan akan berhenti di tengah jalan, oleh karena
pikirannya telah bercabang dan tidakdipusatkan.Memang cita-citamu untuk membalas
dendam ayahmu,yang menjadi cita-cita ibumu adalah cita-cita yang luhur, anakku.
Tidak saja kau akan membalaskan sakit hatiorang tua, akan tetapi kalau kau
berhasil membinasakan keparat Kartika, berarti bahwakau telah menolong banyak
orang pula, membebaskan mereka dari kekejaman dan kecurangan hati penjahat itu!"
"Segala petuahmu akan kuperhatikan dan kujunjung tinggi, ibu." jawab Ratnawulan
sambil memeluk ibunya. "Akan tetapi, kauharus mintaizin dan doa restu lebih dahulu dari eyangmu, Wulan.
Tak ada yang lebihberharga untukbekal perjalanan melaksanakan cita-cita
melainkan doa restu dari orang-orang tua,terutama dari gurumu yang bijaksana."
Maka pergilah Ratnawulan dalam gurupertapaan Panembahan Mahendraguna yang kini
telah nampak tua sekali. Pertapaitu sedang bersamadhi ketika Ratnawulan masuk
kedalam guanya. Ratnawulan tidak berani mengganggu, bahkan lalududukbersila
tidak jauh dari gurunya dan ikut bersamadhi mengheningkancipta.
Belum lama ia tenggelam dalam alam hening, terdengar gurunya memanggil dan
melihat gurunya telah duduk memandangnyadengan matanya yang berpengaruh dan
penuh kesabaran. "Ratnawulan,bilakah kau kembali dari hutan randu?"
Ratnawulan telah maklumbahwa gurunyaini waspada akan segala hal, akan tetapi
selalu tidak menampakkannya sungguhpun kadang-kadang kewaspadaannya itutanpa
sengaja dan tanpa disadarinya bahwa di dalam kalimat itu terlihat bahwa kakek
sakti ini telah tahu akan keadaannya, tahu bahwa ia selama iniberadadi hutan
randu, sungguhpun tak seorangpun memberitahu kepada kakek itu.
"Baru saja kemarin sore hamba datang, eyang Panembahan. Sekarang datang
menghadap untuk mohon izin dandoa restu dari eyang karena hamba hendak pergi ke
kota raja Majapahit untuk mencari musuh besar ayah hambadan membalas dendam."
Koleksi Kang Zusi Kakek itu menhela napas dan bibirnya bergerak-gerak. "Muridku ya cucuku yang
ayu. Dengan dasar apakah kau hendakmembalas dendam kepada Kartika?"
"Berdasarkan kebaktian hamba kepada ayah yang telah dicurangioleh Kartika
sehingga ibu menderita sengsara karenanya dan mengingat pula bahwa seorang
jahatseperti Kartika harus dibasmi untuk mencegahnya mendatangkan malapetaka
kepada orang lain, selain dengan watak pendekar utama telah eyang ajarkan
kepadahamba." Eyang Semeru tersenyum dan menghela napas lagi. "KehendakHyang Agung takkan
berubah. Kau masih terbawa oleh pergerakan Triloka dan terpengaruh olehJanaloka
atauArcapada, oleh karena itu kau masih terikat oleh Karma, masih terikat oleh
segala sesuatu yang berputar dijagat raya ini.Akutidakberhak mencegah atau
mendorongmu. Ratnawulan, hanya kesadaran dan batinmu sendirilah yang harus
memegang kendali dan memutuskanke mana kauhendak menuju. Sebagaiorang tua, aku
hanya memberi doa restu, semogakau selalu akandapat memilih mana yang benarmana
yang salah, dan dapatmelalui jalan kebenaran jangansampai kesasar. Hanya
satupesanku, Ratnawulan, semoga Hyang agung mengampuniaku akrena pesan iniyang
timbul dari kasih sayangku kepadamu sebagai cucu dan murid, yaitu, berhati-
hatilah kau apabila berhadapan dengan Mahapati! Dewa kebenaran akan melindungimu
dan akan memperkuat kau sehingga kau tak perlu kalah menghadapi kesaktiannya,
akan tetapi. kau waspadalah terhadap lembing bagawan itu! Lembingnya itu ampuh
sekali dan kebetulan sekali lembing pusakanya itu bernama Nyi Ratnawulan! Sekali
lagi, kau tak usahtakut berhadapan dengan Mahapati,akan tetapi apabila ia
mengeluarkan lembingnya yang ampuhitu,akan lebih baik apabila kau menjauhkan
dirimu, muridku!" Sambil menyembah Ratnawulan menjawab.
"Segala wejangandan nasihat eyang akanhamba perhatikan dan junjung tinggi
sebagai jimat hamba."
"Berangkatlah,Ratnawulan, kuberi bekalpengestu kepadamu."
Setelah menyambah lagi, keluarlah daraperkasa itu darigua pertapaan Panembahan
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mahendraguna.Kakek yangsakti itu lalu menghela napas dan berbisik perlahan.
"Duh gusti, ampunilah kiranyaSi Ratnawulan itu."
Koleksi Kang Zusi Kemudiania melanjutkan samadhinyayang tadi tergangguoleh kedatangan muridnya.
* Pada keesokan harinya, dari puncak Mahameru turunlah seorang pemuda yang amat
elok dan rupawan. Sungguhpun tubuhnya tidak besar dan kakitangannya
nampaklemahdan berkulit kuning halus, namun gerak-geriknyacekatandan larinya
bagakan kijang dikejar harimau. Pemuda inidemikian halus dan tampannya sehingga
orang yang melihatnya tentu akan bertanya apakah Sang Arjuna yang terkenal
sebagaipria paling menandingi ketampanan pemuda yang sedang turun dari Mahameru
itu. Memang luar biasasekali pemuda itu. Wajah dangerak-geriknya yanghalus tak
sesuaidenganketangkasannya ketika ia menuruni gunung, melompati batu karang dan
jurang. Melihat matanya yang bening dan bibirnya yang merah, ia kelihatan
seperti Batara Kamajaya Dewa Asmara, akan tetapi melihat ketangkasannya, ia
menyamai Raden Gatotkaca yang dapatngambah jumantara (terbang)!
Siapakah dia ini" Lihatlah baik-baik dananda akan mengenalnya! Ya,diabukanlain
adalah daraperkasa Ratnawulan! Gadis ini telah menyamar sebagai seorang pemuda
atas nasehat ibunda. "Wulan". Kata ibunya sebagainasehat terakhir ketika anaknyahendak berangkat
kokota raja,"Seorang daraseperti kau melakukan perjalanan seorang diri keluar
masuk hutan masih tidak terlalu menarik perhatianpara penduduk gunung dandusun.
Akan tetapi, apabila kau mamasuki kota raja, kauakan menimbulkan kegemparan di
kalangan penduduk. Amat langka terdapat dan amat ganjilah apabila mereka melihat
seorang dara muda berjalan seorang diri tanpa pengiring di kota raja. Apa akan
kata orang" Halitu hanya akan menimbulkan kesulitan bagimu, nak, dan akubahkan
khawatir kalau-kalau engkau akan akan menemui bahaya sebelumcita-citamu
tercapai. Oleh karena itu, janganlah kau masuk ke kota raja sebagaiwanita,
akantetapi sebagai seorangpria, sebagais eorang jakalelana. Dengand emikian,
takkan ada orang yang menaruh perhatian kepadamu dank au takkan menimbulkan
kecurigaan." Demikianlah, dengan pertolongan ibunya, Ratnawulanl alu menyamar sebagai seorang
pemuda. Ibunya berlinang air mata ketika memandang puterinya dalam penyamaran itu.
"Anaku, Wulan," bisiknya sambil memeluk pundakanaknya, "kau mengingatkan ibunya
kepada mendiang ayahmu pada waktu kamu mula-mula bersuara."
Koleksi Kang Zusi Amat terharulah Ratnawulan mendengar keluhan ibunyaini, dania dapat memaklumi
kesedihan hati ibunya.Dipeluknya ibunya dengana kasih sayang yang amat besar dan
untuk beberapa lamanya keduanyaterbenam dalamlaut keharuan.
"Sekali lagi, Wulan. Berhati-hatilah kau menjaga dirimu sendiri, tertama sekali
teguhkanlah imanmu menghadapi godaanasmaradidalam hatimu sendiri, oleh karena
tiada musuhyang lebih berbahaya daripada musuh didalam dada sendiri!"
Maka berangkatlah Ratnawulan meninggalkan ibunya, berangkatlah menuju keKota
Raja Majapahit ,menuju kearah pelaksanaan cita-citanya, yaitu membalas dendam kepada musuh
besarnya, Kartika! Benar sebagaimana kata ibunya,dengan menyamar sebagaiseorang pria, dengan mudah
tanpa menimbulkan kecurigaan orang, Ratnawulan dapat masuk kekotaraja. Memang ia
menarik perhatian karenake elokan wajahnya, akan tetapi keelokan wajah seorang
priahanyamembuat orang menengokdan mengagumi sekilas saja. Begitu ia lewat,
orang telah melupakan lagi.
Karena hari sudah malam ketika ia tiba di kotaraja, maka Ratnawulan menunda
niatnya mencari rumah Kartika.Ia tidak mau menimbulkan kecurigaan orang yang
akan membuat usahanya menemui rintangan, oleh karena itu ia sengaja berjalan-
jalan sekeliling kota, melihat-lihat dan mengagumi bangunan gedung-gedung
besaryang amat indah dan yang belum pernah dilihat seumur hidupnya. Di dusun-
dusun sekitar Gunung Mahameru hanya melihat bangunan-bangunan dari bamboo
yangberatap daun, palingbesarhanyalah rumah-rumah lurah yang terbuat daripada
kayu gunung beratap genteng.Di kotaraja melihat bangunan-bangunan raksasa dengan
pilar-pilar terukir dan tercat indah merupakan bangunan yang besarnya seperti
anak bukit! Tiba-tiba ia mendengar suara gamelan ramai menggema di gelap malam. Suara kenong
dangongnya bertalu-taluseperti memanggil-manggil semua orang untuk datang
menonton. Ah, tentu pertunjukan wayang kulit, piker Ratnawulan dengangembira.
Lumayan juga untuk melewatkan malamini. Ia pernah menonton pertunjukan wayang
kulit yang sering diadakan didusun-dusun dan ia gemar sekali akancerita
pewayangan, terutama ceritayang mengisahkan perjalanan pahlawan wanita
Srikandi.Biasanyaia tidak kuat sampai semalam untuk menonton wayang kecualikalau
ceritaya mengisahkan pengalaman pahlawanwanita itu, terutama cerita yang
mengisahkan pengalaman wanita itu, terutama sekali ia paling suka menonton
cerita Srikandi Belajar memanah!
Dengan langkah lebar ia menuju ke arah suara gamelan itudan darijauh ia telah
melihat penerangan tempat pertunjukan itu. Ternyata bahwa gamelan itu keluar
dari sebuah gedung tumenggungan dan pertujukan diadakan di halaman depangedung
itu. Melihat banyak orang menonton berjubel di luar panggungyang dibangun di
depan gedung, Ratnawulan juga mendesak maju dan mencari tempat di Koleksi Kang
Zusi depan. Akan tetapi alangkah herannya ketia ia tidak melihat layer wayang di
situ, juga tidak ada batangpohon pisang melintang untuk tempat wayang-wayang
kulit ituditancapkan. Yang ada hanyalah para yogo penabuh gamelan dandi atas
panggng itu kelihatan seorang ledek tengah menaridan menyanyi dengangerak kaki
tangan yang amat lemasdan suaranya amat merdu. Ledek itu tidak muda lagi,
akantetapi jelas bahwa ia memiliki potongan tubuh yang menggairahkan dan wajah
yang amat cantiknya. Lirikan matanya tajam menggurat kalbu sedangkan senyumnya
mengalahkan bunga yang mengharum. Di sekeliling panggung itu penuh dengan tamu-
tamududukdi kursi. Mereka ini semuanya kaum pria dantidakada seorang pundi
antara mereka yang tersenyum dantertawa-tawa gembira.
Diatas meja tersedia kendi-kendi arak yang menyiarkan bau keras, sedangkan
beberapa buah cawan menggeletak di sana-sini.Dengan heran Ratnawulan melihat
betapa wajahpara tamu itu berbeda dengan orangbiasa, dan ketawa mereka juga
ketawa tidak sewajarnya. Bahkan ada orang yang berdiri dengan tubuh bergoyang-
goyang seakan-akan hendak jatuh. Ia tidak tahu bahwa sebagian besar para tamu
itu telah mabok! Pesta malam itu adalah pesta tayuban, yaitu pesta malam gembira dengan tari-
tarian dan nyanyianledek, dandi dalam pesta tayubanini para tamu yang "ketiban
sampur" diharuskan menari bersama ledek itu.Ketiban sampur
berartikejatuhanselendang, dan ledek itulah yang menetapkan siapa-siapa orangnya
yang hendak diajak menari. Sambil menari-nariia berjalan lenggang-lenggok ke
arah para tamu dengan mata tajam mengerling ke kanan kiri, mencari-cari
"korbannya" yang hendak dijatuhi selendangnya. Biasanya ledek ini memilih
seorang tamu yang kantongnya padat, olehkarena sehabis menari, sudah menjadi
kelaziman bahwa tamu itu memberi hadiah uang beberapa realkepada si ledek.Akan
tetapi ada pulaledek yang tidak begitu mementingkan uang dansengaja memilih
tamu-tamu yang muda dant ampan, terutama yang pandai untuk memenuhi kesenangan
sendiri. Ledek inipun agaknya hendak mencari seorang lawan yang baik, karena ia tidak
menghampiri tamu-tamu tua yang berpakaian mewah, akan tetapi menghampiri seorang
tam umuda yang amat menarik perhatian. Pemuda ini usianya dua puluh tahun lebih,
tubuhnya tubuh ksatria, kuat tegap tidak dempel atau tinggi besar, rambutnya
keriting dan sepasang matanya bercahaya tajam. Wajahnya amat tampan dan
menunjukkan kegagahan, terutama sepasang alisnya yangtebal danbulu matanya yang
lentik melengkung keatas yaitu bulu mata yang biasanya hanya terdapat pada kaum
bangsawan atau darah keraton. Pakaiannya jugaindah dan mahal, tanda bahwa
iabenar-ronta dan memekik-mekik ketakutan, sedangkan para tamu bermacam-macam
sikapnya melihat peristiwa ini. Ada yang melindungi sambil tertawa terkekeh-
kekeh ada yang berdiri dan membujuk sigemuk itu untuk turun kembali dan jangan
merusak suasana, akan tetapi tidakada orang yang berani naikke panggung untuk
menghalanginya. Sementara itu, para yogo masih tetap menabuh gamelannya dengan
riuh. Raden Indrajaya yang melihat perbuatan si gemuk ini,segera mengeluarkan tangan
dan sekali renggut saja, terlepaslah pelukan tangan si gemuk itu ari tubuh
Puspamirah. Sambil menangkis Puspamirah lalu berlari ke tempat yogo dan duduk
sambil menutupi mukanya dengan selendang yang berwarna merah jingga.
Koleksi Kang Zusi "Mas Bei Bajrabumi, jangan melanggar kesusilaan di tempat ini! Mundurlah dan
jangan membikin kacau!" pemuda itu membentakdengan halus, mukanya merah tanda
bahwa ia marah, akan tetapi iakan Arjuna itu.Geraktarian pemuda itu benar-benar
hebat dan indah, tidak saja lemas dan sesuai batul dengan Irama lagu, akan
tetapi juga hidup dan seakan-akan setiap gerakannya menyatakan sesuatu yang
berarti. Sepasang matanya memancarkan cahaya gemilang, bibirnya tersenyum dan
wajahnya berseri-seri. Sungguh seorang pemuda yang akan meruntuhkan iman setiap
orangdara, danbenar-benar tariannyaitu tarian yang indahdan bermutu. Orang-
orangyang berada disitu tidak merasa heran oleh karena pemuda ini memang seorang
ahli tariyang kenamaan di Majapahit dan seringkali ia memperlihatkan keahliannya
di depan sang prabu sendiri dengan seluruh keluarga keraton.Akan tetapi bagi
Ratnawulan yang tidak tahu siapa adanya pemuda ini, memandangnya bagaikan
memandang kepada seorang dewata yang baru melayang turun dari Swargaloka! Benar-
benar hatinya terpikatdan jari-jari tangan muda yang bergerak-gerak dalam
tariannya itu seakan-akan menjentik-jentik kalbunya, membuat mukanya terasa
panas dan matanya memandang sayu.
Akantetapi,dara perkasa ini segera teringat akan petuah ibundanya, maka ialalu
menahan napas, memusatkan panca inderanya dan berhasil mengusirgodaan itu.
Pada saatia berdiridi antara sekian banyak orang sambil mengheningkan cipta
untuk menekan perasaannya yang menggelora, tiba-tiba ia menangkap bisikan tiga
orang yang berdiri tak jauh dari tempatnya.
"Saat yang baik untuk mulai gerakan kita!" terdengar bisikan itu. "Sudah
seharusnya mas bei melihat kesempatan ini dan mulai beraksi.Banyak tamu telah
mabok, maka kalau ia berpura-pura mabok dan menyerang Raden Indrayana membuat
keributan, takkan ada yang mengira bahwa ia melakukan dengan sengaja. Dan
kitaakan lebih mudah lagi bergerak."
"Dengan alasan seperti yang sudah diatur semula?" terdengar orang kedua
berbisik. "Bodoh! Masih kurang jelaskah perintah mas bei" Kita berpura-pura merasa cemburu
kepada Raden Indrayana dan kita mengaku menjadi kekasih-kekasih Puspamirah! Sst,
diam, itu kulihat mas bei sudah berdiri dari kursinya! Benar. Ia berdiri
terhuyung-huyung seperti orang mabok. Awas, siap!"
Ratnawulan berdebar hatinya mendengar bisikan-bisikan yang terdengar oleh orang
lain itu. Ia maklumbahwa yang handak diserang adalah pemuda yang menawan hatinya
itu, karena tadipun orang menyebut nama pemuda itu Raden Indra.Tiga orang ini
menyebut nama Raden Indrayana, tentu pemuda yang sedang menari dengan asyiknya
itu. Dan ia mengerling ke arah tigaorang yang berbisik tadi. Ternyata bahwa
mereka adalah orang tingg ibesar yang brengosnya sekepal melintang
dansikapmereka jelas menunjukkan bahwa mereka adalahorang-orang kasar yang
berlagak seperti seorang cabang atas! Ketika Ratnawulan mengerling ke atas
panggung, ke arahketiga orang itumenujukan pandang maramereka, ia melihat
seorang setengah tua yang bertubuh gemuk pendek, berpakaian mewah, berdiri dari
kursinya dandengan tubuhterhuyung-huyung menghampiri kedua Koleksi Kang Zusi
orang yang asyik menari di tengah panggung itu.Denganpandang matanya yang amat
tajam Ratnawulan dapat melihat bahwa biarpun orang gemuk ini kelihatan
mabok,akan tetapi sepasang matanya masih bersinar cerdik dan beberapa
kalisigemuk itu mengerling ke arah tiga orang yang berdiri di sebelah kiri
Ratnawulan. Ratnawulan memandang dengan penuh perhatian dan diam-diam ia mengambil keputusan
untuk mebantu Raden Indrajayaitu apabila benar-benar menghadapi bahaya. Entah
apa ang menggerakkan hatinya untuk mencampuri urusan lain orang ini, hanya ia
menghibur hatinya sendiri dengan bisikan,
"Ada orang dalam bahaya, tak perduli siapa adanya orang itu, baik kakek tua
buruk maupun teruna yang elok rupanya, harus kubantu dia."
Orang gemuk itu setelah berada di dekat puspamirah, tiba-tiba tertawa dan
menangkap lengan tangan ledek itu, menarik dan memeluknya lalu berusaha hendak
menciumnya. Ledek itu meronta benar putera bangsawan yang kayaraya.
Ketika ledek itu telah melangkah sampai di hadapan pemuda ini, ia lalu
mengalungkan selendagnya kepada pemuda itu yang menolak dengan kedua tangannyas
ambil berkata halus. "Puspamirah, pilihlah orang lain, sekali saja sudah cukup bagiku!"
Akan tetapi banyak tamu ikut membujuknya dan berkata.
"Raden Indra,menarilah sekalilagi.Tidak saja Puspa akanmerasa girang,
kamipunamat gembiramelihattarianmu yang indah!"
Terpaksa pemuda itu bangkit dari tempat duduknya dan melangkahle tengah panggung
bersama ledek itu.Gamelan dipukul dengan irama merdu danmenarilah pemuda
itubersama pasangannya. Kalau semua tamu dan semua penonton di bawah panggung merasa gembiradan kagum,
adalah Ratnawulan merasa takjubdan memandang denganmataterbelalak. Dadanya
berdebaraneh, dan sepasang matanya tidak bosannya memandang kepada pemuda yang
tampan bagai menahan kemarahannya karena melihat bahwa Bajrabumi dalam keadaan
mabok. Koleksi Kang Zusi "Ha, ha, ha! Raden Indrayana, aku Raden Mas Ngabei Bajrabumi, tidak tunduk
kepada siapa juga kecuali sang prabu! Kalau aku tidak mau mundur, kaumau apa"
Ha, ha, ha! Kau hendak memborong Puspamirah" Tidak boleh. tidak boleh. Haimenari
dengan aku sampai pagi!"
"Mas bei, kalau tidak mau kelur terpaksa akan kulontarkan kau keluar dari sini!"
Raden Indrayana berkata marah.
"Ha, ha, ha! Dengar ocehan anak kemarin sore! Indrayana! Kau anak kecil masih
bau pupuk ubun-ubunmu, hendak melontarkan aku" Ha, ha, ha!Boleh kau coba!" Si
gemuk itu lalumencabut kerisnya yang dihias ronce kembang melati.
"Raden Indra! Mundurlah dan jangan melayanidia yang mabok!" terdengar orang
berserudari rombongan tamu.
Akan tetapi Raden Indrajaya sama sekali tidak merasa gentar menghadapi keris
ditangan Bajrabumi itu. Ratnawulan memandang dengan kagum dan gembira ketika melihat betapa pemuda
tampan itu ternyata tidak saja pandai menari,akan tetapi pandai pulailmu pencak
silat. Biarpun ia bertangan kosongdan menghadapi seorang lawan yang bersenjata
keris, ia tidak gugup dan tidak pula mencabut kerisnyasendiri.Ternyata bahwa
Bajrabumi juga bukan seorang lemah. Ilmu kerisnya cukup tinggi dan dari
gerakantangannya ternyata bahwa ia telah mempelajariilmu pencakdari pesisir
utara, ilmu kerisnya adalahilmu kerisdari daerah Tuban. Tusukannya bertenaga
dancepat sekali danpekembangannya serangannya selain bagus juga amat
cekatan.Bertubi-tubiia menusukkan kerisnya kepada pemuda lawannya itu, sehingga
marahlah Indrayana karena dari pergerakan lawannya yang tangkas dan cepat ini
sama sekali ia tidak melihat sifat-sifat orang mabok. Orang mabok takkan dapat
bermain keris sebaik ini!
"Bajrabumi, kau benar gila!" bentaknya dan dengan cepat ia mengelak sambil
mengirim serangan balasan. Dengan tangankiri iamenangkappergelangan tangan lawan
yang memegang keris, sedangkan tangan kanannya memukul dengan telapak tangan,
menebakdada. Bajrabumi tak kurang gesitnya, dengan cepat ia dapat metenggut
tangannya yang tepegang dan tangan kirinya menangkis pukulan tangan lawan dari
samping. Koleksi Kang Zusi Ternyata dalam hal ini kecepatan gerakan, Bajrabumi yang gemuk pendek itu masih
kalah oleh Indrayana yang gesit seperti burung srikatan.Begitu serangan
balasannya gagal, kaki kirinya menyapukaki lawan lalu di sini pergelangan
tanganyang memegang keris.
Bajrabumi melompat untuk menghindarkan diri dari sapuan kaki lawan, akan tetapi
ia tidakmenyangka akan datangnya tendangan lawan yangcepat itu sehingga
pergelangannya kena tendangan keras. Ia memekik kesakitan dan kerisnya terlepas
dari pegangan. Pada saat itu, tiga bayangan tubuh yang tinggi besar melompat naik ke atas
punggung. Seorang yang terdepan berseru.
"Indrayana, kau berani merebut Puspamirah dari tangan kami"Kau benar-benar sudah
rindu kepada kuburan!" Tiga orang yang berkumis tebal itulalu maju menyerang
dengan kelewang mereka yang berkilauan saking tajamnya.
Bukan main ributnya suasana di situ.
"Celaka. Perampok-perampok datang!" terdengar teriakan orang, sedangkan
Bajrabumi yang masih berpura-pura mabok melanjutkan serangannya pula dengan
tangan kosong. Akan tetapi ketika melihat Indrayana mencabutkerisnya, ngabei
yang bertubuh gemuk itu lalu mengundurkan diri dari pertempuran, oleh karena
tadi ia pun hanya hendak memperlihatkan bahwa ia benar-benar "mabok"
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saja dan memang hendak menyerahkan pemuda itu ke pada tiga orang"perampok"yang
sebenarnya adalah tiga orang cabang atas dari Madurayang telah disewanya untuk maksud ini.
Setelah berhadapan dengan tiga orang cabang atas dariMadura ini, baru
kelihatanlah kepandaian Indrajaya, seakan-akan sebatang keris yang baru
kelihatan pamornya. Tiga orang itu bersenjata kelewang yang panjang dan tajamdan
gerakan mereka menunjukkan bahwa mereka benar-benar memiliki ilmu kepandaian
pencak silat yangtakboleh dipandang ringan.Dengan lincahnya kaki mereka bergerak
secara teratur sekali, juga kelewang-kelewang di tangan mereka melakukan
serangan menurut gerakan seorang ahli,bukan secara sembarangan atau akan hal
ini, maka iapun mengerahkan seluruh kepandaiannya.Dengan amat terampil dan
cekatan bagaikan seekor burung Srikatan dikeroyok tiga oleh burung Alap-alap,
tubuhnya bergerak menyelinapdi antara sinar tiga batang kelewang, berlompatan
kesana ke mari mengelak golok sambil melakukanserangan balasan. Kadang-kadang
kerisnya beradu dengan golok sehingga terdengar bunyi nyaring dan berpancarlah
bunga api.Sementara itu, masih saja gamelan dipukul bertalu-talu dengan amat
ramainya sehingga bagipendatangbaru, mungkin pertempuran itu disangkanya sebuah
permainan atau sebuah adegan daricerita Bhatarayuda!
Koleksi Kang Zusi Ratnawulan masih berdiri dan belumturun tangan oleh karena ia asyik
memperhatikan gerakan empat orang itu. Ia mendapat kenyataan bahwa Raden
Indrayana memiliki ilmu pencak silat yang cukup tinggi dan andaikata ia tidak
memegang sebatang keris yang kecils aja, akan tetapi juga memegang senjata yang
panjang, tentu pemuda itu takkan memiliki ilmu kepandaian "halus"sehingga
gerakannya demikian indah bagaikansedang menari saja, hanya mengandalkan
keawasan mata dan kelincahan tubuh. Tidak seperti ketigaorang pengeroyokannya
yang biarpun memilikigolok yang hebat, akan tetapi kehebatannya itu hanya nampak
pada luarnya saja karena ketiga orangcabang atas ini memiliki ilmu pencak kasar
dan yangh anya mengandalkan besarnya tenaga dan tajamnya kelewang. Namun harus
diakui bahwa kepandaian mereka sudah cukup tinggi dan merupakan lawan yang amat
berbahaya bagi pemuda itu.
Indrayana agaknya maklum akan hal ini, makaia lalu menyerang dengan amat
cepatnya dengan maksud merobohkan seorang pengeroyok lebih dahulu untuk
mengurangi jumlah lawan. Ketika dua batanggolok menyambar dari kanan kiri,ia
tidak mengelak ke belakang,bahkan lalu menerjang ke depan dengan kecepatan
melebihi datangnya golok lawanke tiga yang menusuknya daridepan yangdapat
dielakkannya dengan tubuh dimiringkan, secepat kilat kerisnya menusuk dada orang
itu! Akan tetapi alangkah kagetnya ketika kerisnya bertemu dengan dadayang bidang
dari orangitu, kerisnya terpental kembalidan orang ituhanya tertawa mengejek!
Ternyata bahwa orang itu kebal dan memiliki AjiKesaktian Lulang Warak (Kulit
Badak) yang membuat kulitnya kebal tak terluka oleh senjata tajam! Hal ini
menggoncangkan semangatnya dan kini perlawanannya menjadi lemah dan kacau.
Ratnawlan dapatmelihatakan hal ini,maka kinidara perkasa ini setelah melihat
keadaan pemuda itu amat terdesak danberada dalam dalam bahaya, cepat menjejakkan
kakinya ke atas tanah dan tubuhnya mencelat keatas panggung!
"Mengasolah, Raden, biarkan aku menggantikanmu dan membereskan tiga ekor babi
hutan ini!" kata Ratnawulan yang telah melompatdi hadapan Indrajaya.
Tidak saja semua penonton menjadi kagum dan heran,juga Indrajaya sendiri
tertegun melihat betapa seorang pemuda bersikap lemah-lembut dan elok
sekalitahu-tahu muncul dari bawah, bagaikan Raden Antasena muncul keluar dari
permukaan bumi! Ia memang telah lelah sekali dan melihat munculnya pemudayang
aneh ini, ia menaruh kepercayaan dan segera melangkah mundur.
Akan tetapi ia masih memgang kerisnya, siap membantu apabila pemuda yang hendak
membantunya init ernyata tak dapat mengalahkan tiga orangp engeroyok itu.
Koleksi Kang Zusi Sementara itu,ketiga orang pengeroyok tadi telah merasa amat gelisah ketika
mendapat kenyataan betapa Raden Indrajaya amat sukar dikalahkan. Mereka telah
merasa gelisah kalau-kalau tugas mereka akan gagal. Kini melihat munculnya
seorang pemuda tampan dengan tiba-tiba, mereka menjadi marah dan hendak
menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, maka tanpa banyak bicara lagi mereka lalu
menyerbu dan menyerang Ratnawulan yang masih berdiri dengan tenang!
Akan tetapi, alangkah terkejut hati mereka ketika tiba-tiba tubuh pemuda elok
itu sekali berkelebat saja lenyap dari depan mereka dan tahu-tahu pemuda merdu
di belakang mereka! Mereka tercengang sejenak, akan tetapi segera menyerang lagi dan seorang
diantara mereka membentak.
"Keparat! Jangan kau kira kami takut kepada aji silumanmu!"
Ratnawulan tersenyum dan sekali tangannya bergerak kearah pinggang, keris pusaka
Banaspasti telah tercabut dan ia menyambut serangan tiga buah kelewang itu
dengan memutar kerisnya. "Trang! Trang!Trang!" tersengar bunyinyaring ketika kerisnya sekaligus
menyambar-nyambar ke arah senjata lawan dan suasana di situ menjadi sunyi senyap
karena kini gamelan tiba-tiba menjadibidu. Semua yogo duduk dengan melongo dan
lupa untuk menabuh gamelan mereka ketika menyaksikan betapa tiga batang golok
besar itu tela putus semua sampai tinggal gagangnya saja yang masih berada di
tangan ketiga orang pengacau itu! Kemudian pecahlah suara sorak-sorai menyatakan
kagum kepada pemuda tampan yang aneh itu.
"Siapakah dia?" terdenga rsuara di mana-mana akan tetapi siapakah yang dapat
menjawab" Semua orang hanya menduga-duga sambil memandang ke arah pemuda itu.
Tiga orang lawan Ratnawulan jugaterkejut sekalis ehingga wajah mereka menjadi
pucat.Akan tetapi ketakutan mereka akan ampuhnya keris lawan itu lenyap ketika
mereka melihat betapa Ratnawulan dengan amat tenangnya menyimpan kembali
kerisnya dan menghadapi mereka dengan tangan kosong.
"Bagaimana sekarang" Apakah akan kita lanjutkan dengan kedua tangan saja?"
tantangnya. Kemudiania berkata kepada orang yang mempunyai kekebalan tadi dan berkata,"Kau
kebal dan kuat menahan tusukan curiga (keris), hendak kulihat apakah kuat
menerima pukulan tanganku!"
Koleksi Kang Zusi Biarpun merasa takjub melihat ampuhnya keris di tangan pemuda yang nampak lemah
ini, akan tetapi ketiga orang itu memiliki aji kekebalan, maka mereka maju lagi
dengan berani, bahkan orang yangtadi memperlihatkan kekebalannya lalu berkata.
"Keparat! Kalau kau tidak mengandalkan keampuhan curigamu, dalam dua jurus saja
kami akan menhancurkan kepalamu!"
"Aduh mudah amat!" Ratnawulan mengejek. "Jangan hanya memperbesar sumbarmu,
kawan! Kalian coba sajalah!"
Tiga orang itulalu maju menyerbu dan memukul dengan buah kelapa besarnya. Akan
tetapi, tanpa bergerak atau berpindah dari tempatnya, Ratnawulan mengangkat
kedua lengannya dan menangkis semua pukulan itu dengan gerakan yang cepat
sekali.Ketika lengan tangan mereka beradu dengan lengan Ratnawulan yang kecil
dan berkulit halusitu, ketiga orang tadi menahan seruan, karena mereka betapa
kulit lengan mereka amat pedih dan sakit. Mereka menduga bahwa pemuda aneh ini
tentu mempergunakan aji Kesaktian Srigunting,maka mereka menjadi jerih dan
merasa ragu-ragu untuk memukul lagi.
Ratnawulan tersenyum lagi."Apakah kedua tanganku masih terlampau ampuh bagimu"
Nah, kalau begitu, aku takkan menangkis, kalian pukulah sesukamu, asal saja
jangan memukul kepala!" Setelah berkata demikian,Ratnawulan lalu bersedekap,
melindungi dadanya dengan kedua lengan, dan berdiri tak bergerak bagaikan
patung, mengerahkan aji kesaktiannya.Hal ini memang di luar kebiasaannya,akan
tetapi entah mengapa, di hadapan Indrayana, ia ingin sekali memamerkan
kepandaian dan kesaktiannya, terutama ketikaia mengerling dan melihat betapa
Indrayana memandangnya dengan mata penuh takjub dan kagum.
Tiga orang cabang atasdari Maduraitu saling pandang dengan heran, kemudian
mereka lalu melangkah maju dan memukul tubuh Ratnawulan. Aneh sekali! Semua
pukulan mereka itu seakan-akan mengenai segumpal karet mentah yang membuat
pukulan-pukulan mereka mental kembali. Ke manasaja mereka memukul, tak sebuahpun
pukuan mereka dapat menggoyangkan tenaga yang disertai ilmu dalam, akan tetapi
tak ada kesaktian yang dapat mengalahkan kekebalan pemuda ini.
Seorang diantara mereka lalu melakukan kecurangan dan mengirim pukulan ke arah
kepala pemuda itu. Sebetulnya Ratnawulan tidak takut akan pukulan ini dan
kepalanya takkan terluka oleh pukulan orang, akan tetapi, ia tidak sudi
kepalanya tersentuh tangan lawannya, maka sambil berseru kerasia mengerahkan
tangannya ke arah sambungan siku lawan.
Koleksi Kang Zusi "Krek!" ketika pukulan orang itu melayang ke arah kepalanya, lengan tangan yang
besar itu telah didahului dan disambar oleh jari-jari tangan Ratnawulan yang
dibuka dan dipukulan miring ke arah tulang siku sehingga tulang siku itu patah!
Orangitu menjerit kesakitan dan membungkuk-bingkuk sambil memgangi sikunya yang
telah lumpuh dan patah. Ratnawulan takmau memberihati lagi."Coba pergunakan kekebalanmu!" serunya sambil
menggerakkan tubuh menyerang dua orang yang lainnya. Mereka masih mencoba
menangkis dan mempertahankan diri, akan tetapi percuma saja Ratnawulan terlalu
gesit dan cepat bagi mereka sehingga ketika dada mereka kena ditebak oleh
telapak tangan gadis itu mereka mencelat dan roboh tunggang-langgang di atas
panggung. Ratnawulan menyepak tiga kali tubuh yang tinggi besaritu melayang
turun ke bawah panggung, di mana mereka merangkak-rangkak bangun lalu berlari
sipat kuping bagaikan sedang adu balap lari!
Bukan main riuhnya orang-orang yang menyaksikan kehebatan ini. Tadi mereka tak
bersuara sedikitpun menyaksikan sepak terjang yang luar biasa gagahnya itu, dan
pecahlah tampik sorak dan tepuk tangan memuji.
Raden Indrajaya sendiri lalu menghampiri Ratnawulandan dengan mesra ia memgang
lengan tangan dara perkasa itu, yang disangkanyas eorang pria.
"Kesatria yang gagah perkasa tanpa tanding!" katanya memuji sambil memandang
dengan penuh kasih sayang."Jangankan melihat dengan mata sendiri, mendengarpun
belum pernah bahwa didunia ini ada seorang muda teruna sehebat engkau! Sungguh
mentakjubkan! Tubuhmu begini kecil, tanganmu begini halus dan lunak, akan tetapi
tenagamu dapat menggugurkan Mahameru!" Sambil berkata demikian,dengan kagum
dipandangnya lengan tangan Ratnwulan yang berkulit putihkuning dan amat halus
itu. Indrajaya benar-benart ertegun karena lengan itu begitu halus dan
sentuhannya membuat dadanya berdebar aneh. Ia melihat sebuah tahi lalat hitam
bulat di dekat pergelangan tangan Ratnawulan, jelas kelihatan di atas kulit yang
putih kuning dan bersih itu.
Adikku yang gagah, adiku yang elok. Siapakah gerangan adik yang gagah perkasa
ini" Marilah kita duduk bercakap-cakap di sana!"
Akan tetapi, digandeng dan dipegang lengannya sedemikian rupa dan melihat sikap
Indrajaya yang amat mesra itu, tiba-tiba muka Ratnawulan menjadi merah sekali
merenggutkan tangannya, maka terlepaslah tangannya dari pegangan Indrajaya.
Koleksi Kang Zusi "Aku.akuharus pergi sekarang juga!" katanya seperti pada diri sendiri dan
tubuhnya melompat, hanya merupakan bayangan berkelebat dan lenyaplah ia dari
hadapan Indrajaya dan lain-lain tamu yang memandang dengan bengong.
Indrajaya menghela napas. "Sayang sekaliia pergi tanpa mau memperkenalkan diri.
dia gagah perkasa!" Sementara itu, Mas Ngabei! Bajrabumi dengan langkah sempoyongan menghampiri
Raden Indrajayadan dengan muka merah ia berkata.
"RadenIndra, harap kau sudi memaafkan padaku. aku tadi entah mengapa kepalaku
Pedang Naga Kemala 1 Keturunan Pendekar Karya Rajakelana Asmara Bernoda Darah 2
sekali mereka mendengar jawabannya.
"Aku melarang kalian mengganggu penduduk di sini, dan dengan cara apa saja yang
akan kaluan kehendaki. Dengan cara halus,aku hanya memberi nasihat dan
peringatan saja, akan tetapi andaikata kalian menghendaki cara kasar, suruhlah
maju orang yang terkuat di antara kalian untuk melawanku mengadu ketangkasan dan
kegagahan!" Orang yang tinggi besar tadi lalu melangkah maju dan mengangkat dadanya yang
membusung ke depan. Ia memang nampak kuat sekali dan seluruh tubuhnya dilingkari
otot-otot yang menonjol keluar dibawah kulitnya. Ia terkenal sebagai jagoan di
antara rombongan orang itu dan namanya Koleksi Kang Zusi
adalah Bejo. Orang ini belum tua benar, usianya kurang lebih tigapuluh tahun dan
dahulu adalah anak buah tentara yang dipimpin oleh RanggaLawe di Tuban.Ia dahulu
bekerja menjadi jagal (Pemotong hewan)dan selain tangannyabesar, juga ia amat
pandai berkelahi, mengenal banyak macam ilmu pukulan dan gulat.Orangnya besar,
akan tetapi hatinya jujur. Ketika Bupati Rangga Lawe memberontak terhadap
Majapahit, ia measuk menjadi menjadi anggota barisan dan sepak terjangnyad alam
peprangan amat mengejutkan musuh-musuhnya. Akan tetapi akhirnya, barisan Rangga
Lawe hancur sehingga Bejo terpaksa melarikan diri dengan beberapa orang
kawannya. Kini melihat seorang dara yang demikian gagah dan sombongnya, ia menjadi tidak
sabar lagi karena merasa bahwa kehormatan rombongannya disinggung dan dihina.
"Akulah orang terkuat diantara kawan-kawanku. Namanya Bejo asal dari Tuban. Kau
ini anak perempuan ringkih (lemah) ternyata bermulut lancing. Apakah kegagahanmu
menyamai Srikandi" Nah, aku telah maju,hayo, kau boleh bertindak apa saja untuk mencoba
kepandaian!" Sambil berkata demikian ia melembungkand adanya dan berdiri di
depan Ratnawulan sambil bertolak pnggang,seakan-akania menawarkan dadanya untuk
dipukul. Karena Bejo melangkah maju sampai dekat sekali dengan Ratnawulan, gadis itu
melangkah mundur setindak sambil berkata menyindir.
"Namamu Bejo (mujur), akan tetapi dengan sikapmu yang kasar dan sombong ini kau
mendatangkan kemalangan bagi dirimu. Dalam dua hal kau mungkin melebihi kerbau,
akan tetapi dalam satuhal kaukalah oleh kerbau itu!"
Bejo memandang bodoh. "Eh, apa maksudmu?"
"Kau masih melebihi kerbau dalam hal tenaga dan bau tak enak, akan etapi otakmu
lebih bodoh dari pada kerbau. Binatang itu masih dapat mengenal orang yang lebih
kuat daripadanya, akan tetapi kau menyeruduk saja seperti kerbau gila."
Semua orang tertawa mendengar ini dan Bejo menjadi marah sekali.
"Bocah kurangajar! Jagalah lidahmu baik-baik. Kalau aku sudah marah, mungkin aku
lupa bahwa kau adalah seorang gadis muda yang ringkih dan cantik!"
Koleksi Kang Zusi "Ringkih" Boleh kucoba! Nah, makanlah pukulanku ini!" Sambil berkata demikian,
Ratnawulan mengirimpukuan kearah dada Bejo yang tersenyum mengejek sambil
memasang dadanya! Ratnawulan membuka jari tangannya dan menebak (memukul dengan
telapak tangan) kearah dada itu sambil berseru.
"Robohlah kau kerbau!"
Ketika telapak tangan yang berkulit halus itu menumbuk dada ejo, terdengar
suara"buk!" bagaikan bedug ditabuh dan alangkah herannya semua orang ketika melihat betapa
tubuh Bejo yang tinggi besar itu mencelat dan terlempar kebelakang dua tombak
lebih seakan-akan terbawa oleh angina puyuh! Inilah dorongan yang dilakukan
dengan Aji Lesus (Angin Putar) yang dahsyat sekali.
Bejomerasa demikian terheran-herandan terkejut sehingga ketika pantatnya
berdebuk menimpa tanah, ia terkejut dan sehingga ketika pantantnya berdebuk
menimpa tanah, ia terkejut dan memandang dengan bengong. Ia tidak merasa sakit
pada dadanya yang dipukul tadi, akan tetapi tenaga mendorong itu benar-benar
luar biasa hebatnya, lebih kuat dari pada serudukan seekor kerbau jantan. Akan
tetapi ia adalah seorang laki-laki yang kuat dan berani,maka setelah melihat
bahwa dara itu bukanlah seorang biasa dan benar-benar memiliki ilmu
kepandaiannya, ia lalu melompat dan sambil mengeluarkan suara keras seperti
lembu menguak, ia menerkam ke depan mengirim pukulan dengan kepalan tangannya
yang besardan mengerikan itu.
Namun Ratnawulan memperlihatkan ketangkasan dan kegesitannya.Mudah saja ia
mengelak dan biarpun Bejo mengeluarkan seluruh kepandaiannya dan memukul dengan
bertubi-tubi. Namun selalu pukulannya mengenai angin belaka. Beberapakali
kepalannya telah hampir mengenai sasaran,akan tetapi dengan terampil sekali,
jari-jaritangan Ratnawulanyang mengebut dengan perlahan telah cukupuntuk membuat
pukulannya menjadi mencong arahnya dan tidak mengenai sasaran.
"Hai,kerbau gila! Coba kaukejar aku!" tiba-tiba Ratnawulan mentertawakannya dan
tubuhdara perkasa itu berkelebat ke sanake Mari mengelilingi tubuhBejo yang
menjadi pening karena ia harus berputar-putar mengejar bayangan lawannya yang
gesit itu. Belumpernah ia mengalamihal luar biasa seperti ini, makas ebentar
saja kepalannya menjadi pening dan pandangan matanya berkunang-kunang. Terpaksa
ia menghentikanserangannya dan biarpunia berdiri tegak, namun tubuhnya
bergoyang-goyang seakan-akan bumi yang dipijaknya terputar atau seakan-akan ia
merasa ada lindu besar saat itu.
Ketika Ratnawulan juga menghentikan gerakannya dan berdiri sambil tersenyum-
senyumdi depannya, Bejo yangtelah dapat memenangkan pikirannya itu tiba-tiba
menyerang dengan seluruh Koleksi Kang Zusi
tenaga yang ada padanya. Ia maju menubruk dengan kedua tangan dipentang bagaikan
seekor alap-alap menyambar anak ayam. Iamaklum bahwaia kalah gesitdan lalau
iamain pukulsaja,ia takkan berhasil, maka kini hendak menggunakan ilmu gulat,
hendakmenangkapdan memiting tubuh lawannya sampai gadis itu menjerit-jerit minta
ampun. Akan tetapi kembali ia salah hitung. Mana Ratnawulan mau membiarkan tubuhnya
ditangkap dan.didekap oleh orang yang bau keringatnya saja telah membuat
kepalanya pusing itu. Dengan amat cekatania melompat ke sampingdan ketika tubuh
Bejo menubruk lewat ,ia menggerakkan kakinya dan menjegal kedua kaki Bejo yang
tak dapat ditahannyalagi jatuh tersungkurdengan tubuhtertelungkup
sehinggaketikaia merangkak bangundenganterheran-heran, jidat dan dadanya
menjadimerah karena kulitnya lecet dan darah mengalir keluar. Bejo merangkak
bangun dengan perasaan malu dan terheran-heran, sedangkan para penonton kini tak
dapat ditahan lagi bersorak gemuruh karena kagum sekali melihat kehebatan
Ratnawulan. Sebelum Bejo jatuh tersungkur, semuaorang menahan napas dan tak
dapatmengeluarkan suarasaking herannya, akan tetapi kinibaru terbuka mata mereka
bahwadara jelita itu ternyata adalah seorang pendekar wanita yang benar-benar
mengingatkan mereka dan pahlawan wanita yang gagah perkasa itu.
Sementara itu,Bejo yang merasa amat marah dan malu, cepat bangun lagi dan kini
ia menarik keluar kelewangnya, yaitugolok pemotong kerbau yang lebar dan tajam!
"Keparat perempuan! Berani kau menghina Bejo, awas, tubuhmu akan kucacah-cacah
sampai hancur lebur!" Ia hendak menyerang dengan kelewangnya, akan tetapi tiba-
tiba orang tua tadi berseru.
"Bejo,tahan!" Ternyata Bejo kalah pengaruh dan ia lalu mengurungkan niatnya serta melangkah
mundur dengan kepala tunduk, kembali ketempat kawan-kawannya.
"Wanita digdaya ini bukanlah lawanmu!" kata pula orangtua itu, lalu ia
menghadapi Ratnawulan sambil berkata dengan mata memandang kagum.
"Sungguh hebat ilmu kepandaianmu. Kulihat kau membawa anakpanah dan busur,
maukah kau memperlihatkan kepandaianmu dalam ilmu memanah?" Sebelum Ratnawulan
menjawab, ia telah memandang ke arah kelompok anak buahnya dan memanggil.
Koleksi Kang Zusi "Parta,coba kau ujiilmu memanahmu dengan wanita digdaya ini."
Melompatlah keluar seorang anak muda yang usianya kira-kira dua puluhlimatahun,
berwajah tampan dan berkulit langsat. Ia membawa sebuah gendewa dan pada
punggungnya terdapat tempat anakpanah yang penuh dengan anak panah berbulu
putih. Tanpa banyak bicara ia menurunkan anak panah tiga batang, dan kakek tadi
lalu berkata kepada Ratnawulan.
"Lihatlah kepandaian memanah anak buahku ini dan kalau kau memang dapat menyamai
kepandaiannya, benar-benar kau seorang gadis pendekar!"
Ratnawulan tersenyum dan iapun mengambil tiga batang anak panah dan
mempersiapkan gendewanya, memandang kepada Parta dengan mulut tersenyum dan
sikap tenang sekali. "Aku siap sedia!" katanya singkat.
Parta lalu memasang anak panah pertama pada gendewanya dan ketika ia menarik
gendewanya lalu melepaskannya,terdengar bunyi angin angina anak panah yang
meluncur keatas itu, lenyap ditelan malam gelap. Akan tetapikarena bulunya putih
dan langit diterangi oleh bulan, orang masih dapat melihat anak panah kedua yang
cepat sekali meluncur ke atas menyusulanak panah pertama dan tepat sekali anak
panah itu bersambung dan terus menta lke atas dengan lurus! Kembali terdengar
angina anak panah ke tiga melesatlebihcepat lagi, menyusulkedua anak panah itu
dankini anak panah kedua sehingga di udara terdapat tiga batang anak panah yang
sambung-menyambung! Pecahlah tampik sorak memuji dari para anak buah rombongan itu sambil memandang
kea rah tiga batang anakp anah yang telah habis tenaga luncurannya dan melayang
turun kembali. Akan tetapi tiba-tiba terdengar darap erkasa itu berseru.
"Lihatlah anak panahku!"Sekaligus Ratnawulan memasang tiga batang anak panah
pada tali gendewanya dan setelah membidik dan mulutnya bergerak membaca mantra
(doa), ia menarik gendewanya dan melesatlah tiga batang anakpanah itu bagaikan
kilat menyambar. Terdengar lengking yang nyaring ketiga tiga batang anak panah
itu menembus udara dan menyambar ke arahtiga batang anak panah.Parta yang
sambung-menyambung dan sedang meluncur turun itu.Parapenonton memandang dengan
mata terbelalak dan mereka melihat betapa tiga batang anak Koleksi Kang Zusi
panah dara pendekar itu menyambar anak panah Parta sehingga anak-anak panah yang
pertama itu terputus menjadi tiga lagid an jatuh melayang ke bawah bersama-sama
anak-anak panah Ratnawulan.
Parta menjadi amat penasaran dan marah,akan tetapi ketika ia dan kawan-kawannya
menghampiri anak-anakp anahnya dan melihat,ia menjadi pucat, sedangkan kawan-
kawannya melenggong dengan penuh keheranan. Ternyata bahwa ketiga batang anak
panah Parta itu semuatelah kehilangan kepalanya, terputus oleh anak-anak panah
gadisitu. "Bukan main!" Parta berbisik takjub, "guruku sendiri belum tentu dapat melakukan
hal ini!" Pernyataan Parta yang sekaligus menyatakan kekalahannya ini merupakan pujian
terbesar, karena semua orang disitu telah tahu akan kepandiannya dan kini pemuda
itu menyatakan bahwa ilmu memanah gadis itu bahkan lebih unggul dari pada
gurunya sendiri. Tentu saja semua orang menjadi kagum dan bersorak gembira.
Kakek yang memimpin rombongan itu lalu melangkah maju menghadapi Ratnawulan
sambil mengembalikan tiga batang anak panahnya.
"Nona, kau benar-benar memiliki kesaktian yang mengagukan. Belum pernah aku
melihat seorang wanita seperti kau, demikian gagah perkasa sunguhpun masih amat
muda sekali. Nona yang gagah,jangan membuat kami menjadipensaran. Ketahuilah
bahwa diantara pasukan kami ini, yang paling kuat tenaganya adalah Bejo, dan
yang paling pandai mempergunakan anak panah adalah Parta.Sedangkan orang ketiga
yang paling pandai berkelahi mempergunakan senjata adalah aku sendiri, maka
sekarang kuharap kau suka memperlihatkan kepadakami bahwa selain kepandaianmu
luar biasa tadi, engkaupun pandai mainkan senjata sebagai seorang santika (ahli
main senjata)yang sakti mandraguna."Sambil berkata demikian, kakek itu lalu
mencabut kerisnya dan mengambil sebuah perisai yang bundar bentuknya.
"Paman, kau mengajak main-maind engan pusaka, apakah itu tidak berbahaya?" kata
Ratnawulan, "kata-kataku ini bukan berarti bahwa aku takut bermain keris, akan tetapi
kulihat pusakamu itu baik juga, maka sayang sekali kalau sampai rusak."
Kakek itu memandang heran. "Rusak" Bocah ayu (anak cantik), ketahuilah, pusakaku
ini adalah pusaka dari Luamajang yang amat ampuhnya, bagaimana bisa
rusak?"katanya sambil mengacung-acungkan kerisnya yang berluk tiga.
Koleksi Kang Zusi Berdebarlah dada Ratnawulan mendengar disebutnya Lumajang ini.
"Bolehlah saya mengetahui,paman ini siapakah?"
Orang tua itu tersenyum lalu menjawab setelah menarik napas panjang, "Dahulu aku
adalah seorang di antara pemimpin pasukan Lumajang, akan tetapi sekarang
hanyalahs eorang kepala rombongan pelarian ini. Namaku Waluyo, maka berhati-
hatilah kau menghadapi permainan kerisku, karena kau berhadapan dengan seorang
bekas panglima perang diLumajang."
Makin gembiralah hati Ratnawulan mendengar ini, akan tetapi sebelum bicara
terlebih lanjut, ia hendak menguji dahulu sampai di mana kepandaian orang tua
ini. Maka ia lalu mencabut kerisnya Kyai Banaspati dan berkata.
"Marilah kita main-main sebentar Paman Waluyo. Akan tetapi sekali lagi
kuperingatkan, jangan kau terlalu berani mengadu kesaktian pusakamu dengan
kerisku ini.Banyak kemungkinan pusakamu akan rusak karenanya!"
Pak Waluyo memandang pusakanya dan menjawab.
"Pusaka ini adalah senjataku semenjak pertama-tama menjadi perajurit. Kalau
sekarang pusaka ini sampai rusak, itu berarti bahwa aku tak cakap pula memimpin
pasukan. Hayo,majulah, dan ka uboleh meminjam sebuah tameng (Perisai) kepada
seorang kawanku. " "Tak usah paman, bukanlah kita hanya main-main saja?"
Sikap yang agaknya memandang remeh ini membuat Waluyo merasa penasaran juga,
maka ia lalu berseru dan menyerang dengan kerisnya. Ratnawulan cepat menggeser
kakinya dan mengelak dengan cepat, lalu dari samping ia membalas dengan
serangannya. Waluyo tidak mau berlaku lambat dan sambil majukan perisai untuk
menangkis serangan lawan ini, ia membarengi dengan sodokan keris pada lambung
lawannya! Gerakan ini cepat sekali dan otomatis datangnya.
Koleksi Kang Zusi sehingga merupakan serangan balasan yang amat berbahaya. Kalau sekiranya
Ratnawulan memegang perisai,tentu ia dapat mempergunakan perisainya untuk
menangkis. Akan tetapi gadis ini tidak mengkhawatirkan serangan lawan, bahkan ia
khawatir ketika melihat lawannya menangkis dengan perisai, oleh karena ia maklum
bahwa tidak ada perisai yang akan sanggup menangkis Kyai Banaspati!
Oleh karena itu, secepat kilat ia memutar tubuhnya dan memapaki perisai itu
dengan pukulan telapak tangannya,sedangkan keris dari Waluyoitu terpaksa ia
tangkis dengan kerisnya sendiri.
"Brak! Trang!" Dua suara ini berbunyi hampir berbareng ketika perisai itu
menjadi pecah terkena pukulan telapak tangan Ratnawulan, sedangkan ketika kedua
pusaka itu beradu, memancarkan bunga api dan terdengar serua kaget dari Waluyo
karena keris pusakanya telah patah ujungnya! Bekas penglima ini berdiri dengan
muka pucat sekali dan memandang kepada perisainya yang telah pecah dan kerisnya
yang telah patah. Melihat kesedihan danmuka yang menunjukkan rasa malu besar itu, Ratnawulan lalu
berkata menghibur. "PamanWaluyo, jangan kau merasa penasaran, karena kau bukan dikalahkan oleh
orang lain. Aku adalah Ratnawulan juga seorang Lumajang! kenalkah kau kepada
Senapati Nagawisena?"
"Tentu saja aku mengenal mendiang Nagawisena dengan baik, karena dahulu aku
berada di dalam pasukan yang dipimpinnya." kata Waluyo dengan heran
"Kau siapakah?"
"Aku adalah puteri tunggalnya!"
Bukan main girangnya hati Waluyo dan lain-lain kawannya mendengar inidan semua
orang lalu mengerumuni dara perkasa itu sambil memandang dengan penuh kekaguman.
Lebih-lebih Waluyo,seakan-akania bertemu kembali dengan peminpinnya yang telah
meinggal dunia, sehingga iasegera berlutut hendak menyembah Ratnawulan! Akan
tetapi gadis itu cepat memegangt angan kakek itu dan menariknya bangun kembali.
Koleksi Kang Zusi "Jangan begitu, paman.Akuhanyaorang biasasaja yang bodoh dan sama sekali tak
patut mendapat penghormatan besar. Kedatanganku ini sebenarnya karena tertarik
hatiku mendengar bahwa disini terdapat sisa-sisa pemberontak yang dipukul mundur
oleh tentara majapahit,dan terutama sekali karena mendengar betapa kalian telah
melakukan perampokan terhadap penduduk gunung ini. Ibuku menganggap kalian
sebagai kawan-kawan seperjuangan, dantentu saja aku merasa malu kalau mempunyai
kawan-kawan yang menjadiperampok dan mengganggu rakyat di sini."
"Ibumu masih hidup?" kata Waluyo dengan muka girang,kemudian ia menghela napas
ketika mendengar celaan Ratnawulan tentang perampok itu. "Memang kami telah
melakukan perampokan keberapa kali, akan tetapi percayalah, hal itukamilakukan
dalam keadaaan terpaksa karena kami telahkehabisan ransum. Kamisedang
mengumpulkan tenagauntuk mengabungkan diri dengan pemberontak-pemberontaklain
yang akan dipimpin oleh panglima-panglima Kuti dan Sumi!"
KemudianWaluyo menceritakan bahwa sebagian besar daripada kawan-kawannya itu
adalah bekas anakbauhRangga Lawe danRaden Sora, dua orang panglimayang telah
gagal dan tewas dalam usaha mereka menumbangkan kekuasaan Prabu Jayanagara yang
dipengaruhi oleh Begawan Mahapati.
"Bertahun-tahun kamimenjadi orang buruandan menjadi pelarian yang hidup dihutan-
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
huta, emncari kesempatan untukmembalas dendam kepada Bagawan Mahapati yang
merupakan musuhbesar sekalian pemberontak,oleh karena pendeta itulah
sesungguhnya yang mendatangan kebencian dalam hati kami."
"Dan tahukahkau akan seorang yang bernama Kartika, paman?"
"Siapa yang tidak tahu akan bedebah itu!" Sepasang mata Waluyo memancarkan api
kemarahan. "Dia lebih jahat daripada gurunya dan aku telah bersumpah bahwa
sekali waktu akan kubelek perutnya dan akan kukeluarkan jantungnya!"
Melihat kebencian orang tua itu terhadap Kartika, Ratnawulan merasa heran,
menceritakan bahwa anak gadisnya telah ditawan oleh Kartika dan dipaksa menjadi
selirnya! Manusia busuk itu dengan kejamnya menghancurkan seluruh keluarga pemimpin-
pemimpin pemberontak.Celakalah orang-orang yang diketahui menjadi anggota
keluarga orang yang telah memberontak, karena mereka takkan diberi ampun.Kalau
mereka bukan perempuan-perempuan muda dan cantik, pasti mereka dibunuh,
sedangkan perempuan-perempuan muda mereka tawan untuk Koleksi Kang Zusi
menjadi bahan penghinaan!" Setelah berkata demikian, Waluyo berdiri mengepal
tinju dan mengertakkan giginya.
"Paman Waluyo, kau tentu tahu tentang tewasnya mendiang ayahku."
Waluyo mengangguk. "ayahmu binasa dalam tangan Kartika pula, memang manusia itu
amat curang danj ahat."
"Karena itulah ,paman, maka aku mempelajari semua kepandaian ini. Aku akan
mencari mereka dan membalas dendam kepada keparat itu berikut gurunya."
"Bagus, kami akan membantumu, jeng Ratna. Kau memiliki ilmu kepandaian yang
hebat dan luar biasa, maka sudah sepatutnya kalau kau menjadi pemimpin kami!
Bagaimana, kawan-kawan, setujukah kalau kita mengangkat dara perkasa ini menjadi
pemimpin dara perkasa ini menjadi pemimpin kita?"
"Akur! Akur!" "Setuju sekali!"
Ratnawulan mengangkat kedua tangannya ke atas, dan menggelengkan kepalanya.
"Sabar, saudara-saudara! Sungguhpun aku menaruh hati dendam kepada Kartika dan
Mahapati, akan tetapi aku tidak tahu-menahu tentang pemberontakan terhadap
Kerajaan Majapahit. Hal itu bukan urusaku. Aku hanya ingin mencari dan membalas
dendam terhadap kedua orang itu, dan sama sekali tidak ingin menyerang Kerajaan
Majapahit." Semua orangyang tadinya merasa gembira sekali karena mereka telah menaruh
pengharapan besar kepada dara perkasa ini,menjadi diam dan bungkam. Akan tetapi
Waluyo mencelanya. "Jeng Ratna! Mengapa kau berkata demikian" Bukankah mendiang ayahmu juga seorang
Koleksi Kang Zusi pemberontak terhadap Kerajaan Majapahit?"
Ratnawulan menggelengkan kepala lagi. "Bukan, paman. Dalam pandanganku,juga
menurut seorang senapati Lumajang, seorang perajurit yang memenuhi tugasnya
sebagai ksatria sejati. Tentang pemberontakan-pemberontakan itu, biarlah hal itu
diserahkan dan dipimpin oleh mereka yang memang mempunyai kepentingan dengan
pemberontakan itu. Bagiku, asal saja aku sudah dapat membalas dendam kepada
kedua orang itu, cukuplah. Lagipula, agaknya akan lebih mudah dan leluasa bagiku
untuk bekerja seorang diri saja melakukan pembalasan dendam itu, daripada harus
bersama dengan kalian!"
Kecewalah semua orang mendengar ini, karena mereka ingin sekali berperang lagi
melawan tentara Majapahit,dan mereka akan berbesar hati apabila mereka berperang
di bawah pimpinan seorang yang gagah perkasa seperti daraini.
"Aku mengerti maksudmu, Jeng Ratna. Akan tetapi,demi pertalian batin yang ada di
antara kita, kuharapkau suka menurunkansedikit kepandaian kepada kami,agar
pasukan kami mejadi lebih teratur juga ke Majapahit, oleh karena ketahuilah
bahwa Majapahit memiliki panglima-panglima yang amat sakti, di samping Mahapati
dan Kartika.Menurut pendapatku, akan lebih baiklahkalau kaumenanti sampai
meletusnya pemberontakan baru yang jauh lebih besar dan kuat daripadayang sudah-
sudah,dan dalam keadaaankacau-balau itu, akanlebihmudah bagimu mencari Kartika
dan Mahapati, karena mereka tentu akan maju di medan yuda. Kalausekarangkau
pergike ibukotaMajapahit sengaja mencari mereka, maka kau bukan hanya akan
menghadapi Kartika dan gurunya, akan tetapi kau akan berhadapan dengan seluruh
panglima Majapahit."
Diam-diam Ratnawulan membenarkan pendapat yang bijaksana ini, dan melihat betapa
semua mata memandangnya dengan penuh harapan, ia tidak tega untuk menolak
permintaan ini. "Baiklah, aku akan melatih kaliand engan sedikit ilmu kepandaian yang telah
kupelajari, akan tetapi mulaisaat ini, kalian tidak boleh lagi merampok penduduk
di gunung ini. Untuk ransum kita harus membanturakyatterdekat denganpekerjaan
mereka di sawahagar hasil lading bertambah dan dengan demikian, maka kita akan
dapat mengambil bagian kitadenganadil dan bersih. Pejuang-pejuang yang baik dan
benar hanya mereka yang mendapat dukungan dan simpati dari rakyat kecil. Tanpa
dukungan rakyat, usahamu akan gagal. Apalagi kalau sampai memusuhi dan
mengganggu rakyat,maka kalian bukanlah pejuang-pejuang lagi namanya bahkan patut
disebut penjahat dan pengkhiana bangsa."
Koleksi Kang Zusi Diam-diam Waluyo merasa tunduk dan kagum sekali. Bagaimanaseoranggadis muda
remaja ini dapatmengucapkakata-katayang demikian bijaksana" Sementara itu,
melihat Ratnawulan bersedia melatih dan memimpin mereka, bersoraklah semua orang
yangberadadi situdan suasana menjadi gembira sekali. KetikaRatnawulan, tas
pertanyaan Waluyo, menjawab bahwa ia adalah murid dari
PanembahanMahendragunaatau Eyang Semeru,makin runduklahmereka karena Eyang
Semeru terkenal sebagai manusiasetengahdewa yangsuci dansakti.
Demikianlah, orang-orangitu lalu memberikan pondokyang terbaik sebagai tempat
tinggal Ratnawulan, sedangkan pada keesokan harinya Waluyo danbeberapaorang yang
tadinya menjadianak buah Nagawisena, naikke puncak Mahameru untuk menjumpai Dara
Lasmi, menghadap ibu pemimpin mereka itu untuk memberi hormat dan menyampaikan
warta tentang keadaan Ratnawulan yang kinitelah mereka angkat sebagai pemimpin
untuk melatih ilmu kepandaian danaji kesaktian kepada tiga puluh dua orang yang
berada di hutan randu, di kaki Gunung Mahameru sebelah timur.
Pada suatu hari, Ratnawulan seorang diri membawa anak panahnya hendak mencari
binatang buruan. Didalamhutanrandu itu sunyi oleh karena semua orang dibawahpimpinan Waluyo telah
berangkat ke dusun-dusun terdekatuntuk membantu mencangkul tanahladang. Semenjak
Ratnawulan berada disitu, keadaan mereka amat berubah.Tidak lagi mereka
bermalas-malasan di waktu siang hari, akantetapi semenjak matahari terbit,
mereka bekerjadi sawahdan pada sore harinyabarulahmerekamenerima latihan-latihan
dari Ratnawulan, bermain lembing, bermain keris, memanah dan pencak silat,
sesuai dengan bakat masing-masing.Bahkan Ratnawulan lalu menyuruh semua orang
membuat pedang yang sama bentuk dan ukurannya, bermata dua(tajam kedua bagian),
lalu ia melatih mereka bermain pedang. Maka terbentuklah pasukanpadangyang
mereka beri nama Pasukan Candrasa Bayu(Pedang angin) karena menurut pendapat
mereka,permainanpedangyang diajarkanmemiliki kecepatan bagaikan angin puyuh!
Tentus aja permainan mereka tidak sehebat permainan dara perkasa itu, walaupun
mereka memang mendapatkan kemajuan yang cepat sekali.
Ratnawulan merasa suka melihat kemajuan mereka, dania kini mendapat kenyataan
bahwa anak buanya memang bukanlah sebangsa perampok yangjahat. Mereka itu
kesemunya bekas perajurit-perajurit yang patuh akan perintah pemimpin dan rata-
rata memiliki sifat ksatria yang mengagumkan. Oleh karenaitu bercita-citauntuk
kelak maju menyerbu ke Majapahit lagi, maka ia bersungguh hati untuk melatih
mereka sehingga Pasukan Candrasa Bayu menjadisebuah pasukan pedang yang benar-
benar kuatsekali. Perjalanannya memburu binatang hutan, Ratnawulan menuju ke hutan sebelah utara
yang belum pernahdidatanginya. Hutan ini amat luas dan liar,penuh dengan pohon-
pohon tinggibesar yang telah berabad usianya. Juga disitu terdapat banya kpohon
waringin yangluar biasabesarnyasehingga untuk dapat memeluk batangnya,agaknya
dibutuhkan belasan orang yangberdiri dengan tangan saling bergandengan. Pohon-
pohon raksasainientah sudah berapa ratus tahun umurnya. Akar-akarnyayang panjang
dan besarsebagian timbul di atastanah merupakan raksasa. Akar-akargantung
berjuntaike bawah seperti tambang-tambang yang sengaja dikatkan orang pada
cabang-cabang pohon itu, kuat danuletsekali. Daun-daunnya lebat, memenuhi
puluhan cabang-cabang dan ranting-ranting yang rata Koleksi Kang Zusi
tumbuhnya mengelilingi batang pohon membuat pohon raksasa itu nampak seperti
sebuah payung yang amat besar.
Auman harimau dan suara binatang-binatang lain menggembirakan hati Ratnawulan
benar karena ternyata bahwa hutan liar ini amat banyak penghuninya.Memang,
sebagaimana biasanya, makin liar hutannya,makin banyaklah binatangnya dan makin
senanglah hati para pemburu yang memasuk ihutan itu.
Tiba-tiba mata Ratnawulan yang awas itu melihat seekor kelinci putih yang gemuk
lari ke bawah pohon. Cepat ia mengambil anak panah dan memasangnya pada busur
yang telah dipegang semenjak tadi, akan tetapisebelum ia melepaskan anak
panahnya, ia mendengar suara lain yang lebih menarik perhatianya. Suara Kijang!
Ratnawulan membatalkan niatnya memanah kelinci dan segera jalan dengan hati-
hatikea rahsuara kijang itu.Benar saja, seekorkijang betina yang bagus dan
gemuksedang berjalan perlahan dibawah pohon waringin yang amat besar. Kijang itu
makan rumput di bawahwaringinitu, makandenganasyiknya, tidak tahu bahwa bahaya
maut telah mengintainya darisebelah kiri. Olehkarena anginayang bersilir
perlahan itu datang darijurusan depan, makakijangitu tidak tahu bahwa Ratnawulan
telah berdiri dibalik tetumbuhan dan telah membidikkan anak panah kepadanya.
Terdengarsuara gendewa menjepret dan sebatang anak panah meluncur bagaikan
burung srikatanke arahkijang itu.Ratnawulan memandang denganmatagembira. Akan
tetapi tak terasa lagiia mengangkat tangan kirinya menutupi mulutnya yang hampir
saja mengeluarkan seruan karena terkejut dan heranya ketika melihat sinar putih
berkelebatdari atas pohon beringin itu! Ia melihat betapa tubuh kijang itu
terlempar kedepan sehinggaanak panahnyayang tadi dibidikkan kea rah leher,
kinimenancap pada perut binatang itu.
Ratnawulan cepatmelompat mendekati tubuh kijang yang telah rebah tak bernyawa
lagidan mukanya menjadi merah karena marah ketika melihat betapa pada leher
kijangitu menancap sebatanganak panahlain yang mendahului anak panahnya dan yang
ternyata lebih tepat kenanya dan yang mendatangkan kematianpadabinatang itu.
Ternyata adaorang lain yang telah mendahuluinya!Siapakah gerangan orang yang
berani berbuat ini" Siapakah dia yang begitu kurang ajarberani
mendahuluiRatnawulan yanghendak merobohkan buruannya"
Akan tetapi, sebelum iamelihat orang yang berani berlancang tangan ini, tiba-
tiba ia mendengar auman hebat dari belakangnya dan ketika ia cepat
membalikkantubuhnya, ternyata bahwa seekormacan gembong yang besar sekali,
sebesarlembumuda, telahberdiri dibelakangnya dan tiba-tibaharimauitu menubruk
sambilmenggerengdengan suarayang dahsyat sekali! Ratnawulan cepatmelompat
kesamping untuk megelak,akan tetapi oleh karena harimau itugerakannya cepat
sekali, hampirsajapundaknya kena dicakar.Bukanmain marahnya Ratnawulan,
karenasebelum diserang Koleksi Kang Zusi
olehharimaugembong itu, iamemang telah marah sekali kepada orangyang mendaghului
memanah kijang. Kinidenganhatigeramia mencabut keris pusaka Banaspati
danmenghadapi harimau itudenganmata berapi-api! Tidak biasaRatnawulan
menghadapiseekor harimau saja dengan kemarahan demikian besar.
Pada saatitu terdengar jepretan jemparing (busur) dan tiba-tiba dariatas pohon
beringin itumenyabar turuntigabatang anak panah dengan kecepatan bagaikan kilat
menyambar dan dengan tepat sekali tiga batang anak panah itu menancap di
tubuhharimauyang telah siaphendak menerkam Ratnawulan lagi, menancap di leher
punggung, dan lambung! Sambilmengeluarkan gerengan keras danpanjang
robohlahmacan ituberguling-guling, mengeliatdan akhirnya keempat kakinya
berkelojotan laludiam! Kalau tadi kemarahan Ratnawulan laksanaapiberkobar panas, kinimakin kejatuhan
hujan, mendidih Kawah Candradikuma kejatuhan hujan, mendidihdan menggelora
sehingga dadanya naik turun amat hebatnya. Kalautadi si pelepas panah yang
mendahuluinya membunuhkijangdianggaphanyalancing tangan, kini melihat anak panah
pembunuh harimau yang samabentuknyaitu, ia menganggap bahwaorang ini telah
menghinanya! Dengan kerisBanaspati di tangan, ia memandang ke atas pohon dan
membentak kertas. "Keparat rendah dari manakah beranimenghina Ratnawulan?"
Tiba-tiba terdengar suara ketawa di ataspohon dandisusul oleh suara seorang
laki-laki yang tenang, "Alangkahindah namaitu. Sesuai benar denganorangnya!" Ucapan ini disusul pula
oleh melayangnya bayangan seorangpemuda dari atascabang pohon itu.
Ketikakeduakakinya menginjak tanah,tak terdengar suara sedikitpun sehingga diam-
diam Ratnawulan terkejut melihat ilmu lompatorang itu dan memandang
penuhperhatian. Orang itumasih muda,paling banyak duapuluh satuatau dua puluh dua
tahunusianya,berkulithitam manis dan wajahnya amat gagahdan tampan. Alis matanya
sehitamrambutnya, tebal dan mengingatkan orangakan alis Raden Gatotkaca.
Sepasang matanya bercahaya-cahaya bagaikan bintangpagi, lebar danbersinar tajam. Bola mata yang tak mau diamitu menandakan
bahwa dia adalah seorang periang.Hidungnya mancung danbagusbentuknya, sedangkan
mulutnya yangmanis itu membayangkan kekerasan hatinya, terutama dagunya yang
kuat dengan lekuk di tengah-tengahnya.Tubuhnya sedang saja, yakni potongan
bambang. Pakaiannya sederhana,seperti yang biasadi pakai oleh petani-petani
muda.Ikatkepalanya sempit dan hanya dikatkan secarasembarangan di ataskeningnya.
Gagang keris terselip pada pinggangnya.Sedangkan dipunggungnya nampak tempat
anak panah dikalungi busur yang besarberwarna putih.
Koleksi Kang Zusi Mendengar pemuda itu memuji namanya, Ratnawulanmenjadimarahdan jugaheran.
Bagaimana adaorang seberani ini" Belum pernah dara perkasa ini melihat
orangberani bermain-mainpadanya,dan melihat pemuda ini tersenyum-
senyummemandangnya rendah, ia menjadigemas sekali.
"Benar-benar nama yangindah,dan orangnyalebihayu lagi!" katapemuda itu pula
sambil memandang dengan mata jujur,sama sekali tidak menyembunyikan
kekagumannya. "Tutup mulutmuyang kotor!" Ratnawulanmembentak dengan bibirmerengut dan mata
memancarkan api. "Kaumanusia sombong, manusia kurang ajar."
"Lho, bagaimanapula ini"Mengapa kau marah-marahdan menyebutkusombong dan kurang
ajar?" "Kau. kau telah berani memanah mati harimau itu!" Ratnawulan mengigit bibir
menahan kemarahannyaoleh karenadipanahnya harimau tadi benar-benar menyakitkan
hatinya. Pemuda itu menggaruk-garuk kepalanyayang tidak gatal. "Kalau kau tidaksedang
bicara danberadadi depanku sehinggaakumelihatjelas bahwa kedua kakimu mengambah
(menginjak) tanah, tentu aku akan kusangka peri!"
"Gila!"Ratnawulan memaki.
"Memang mungkin aku sudah menjadi gila, atau memang kau yang bukan manusia!Di
dalam hutanliarseperti ini, dimana orang-oranglelaki biasapunbelumtentuada
yangebrani memasukinya, aku bertemu dengan seorang dara seperti engkau seorang
diri! Inisudahamataneh namanya. Kemudian kau menghadapi harimau dengan keris di
tangan dan samasekali tidaktakut, bahkandapat mengelak dari terkaman harimau
tadi. Ini lebih aneh nemanya. Kemudianaku menolongmu daribahaya maut, dengan
anak panahkukubinasakanharimau busa itu, dan apakah bunyiterima kasihmu"Kau
memberi hadiahmakian! Ini namanyalebihanehdari sekalian yanganeh!" Biarpun
katanya menunjukkan bahwa ia merasa penasaran melihat sikap yang tak tahuakan
terimakasihitu, namun wajah pemuda itu masih saja memperlihatkan keriangan
hatinya. Ratnawulan cemberut."Siapa butuh pertolonganmu" Siapa tadi melihat kau
berlancang tangan membantuku" Aku tidak butuhakan bantuanmu!Kau telahberlaku
lancing, memanahbinatang buruanku, kemudian kau membunuh pulaharimau yang sedang
hendak kubunuh! Kau telah Koleksi Kang Zusi
sombongmemperlihatkansedikitkepandaianmu, apakah kaukira di dunia ini hanya kau
seorang saja yang paling gagah" Tanpa bantuanmu,akupun akandapat membinasakan
harimau itu dengan mata meram.Jangankan baru seekor harimau,biarpun ada sepuluh
ekorpun aku tak takut. Kaumenghinaku,bukanlaku seorangksatria untuk menghina orang lainmengandalkan
kepandaiannya!" Semenjak tadi pemuda itu memandang dengankagum sambil tersenyum, seakan-akan
melihat gadis berkata-kata dengan muka merah danmatabersinar-sinaritu merupakan
pemandangan yang amat menarikhatidan menyenangkan. Ia sama sekalitidak perduli
melihat kemarahan orang. Bahkankini ia lalu bersedekap (menyilangkan lengan di
depan dada) danbertanya. "Habis, kalau kau menganggap aku kurang ajar, sombong dan sebagainya lagi, kau
hendak memberi hukuman apakah kepadaku?"
"Aku bukan algojoyang berwenang menghukum orang, apalagi orang macam
engkau!"jawabRatnawula dengan marah sekali.
"Kalau begitu, apakah kehendakmu selanjutnya"Biarlahkauketahuibahwa akubernama
Adiprana, masih jejakaberusia duapuluh satutahun, baru saja turunGunung Bromo
danhendak pergike." "Aku tidak perduli!Akutidak perduli kau bernama setanatau iblis, tidak
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perdulikau baru turun dari neraka pula!" Ratnawulan memotong dengansuara
keraskarena hatinya mendongkol sekali, akan tetapi diam-diam namaAdiprana itu
terukir di dalam hatinya. "Kauharus mintamaafkepadaku karena segala
kelancanganmu tadi!"
"Kalau aku tidak mau?"
"Aku akanmembinasakanmu dengan kerisku!"
Pemuda itu mengangguk-anggukkan kepala danbibirnya berbisik, "Aduh,galak dan
ganasnya.! Biarlahakuminta maaf saja." Kemudian ia membungkuk sambil berkata,"Padukaputeri
yang mulia, semogasudimelimpahkan maaf sebesarnya kepada hamba yangrendah."
Koleksi Kang Zusi Makin panas hati Ratnawulanmelihatbetapa pemuda itu sengaja megejeknya,maka ia
lalu membentak, "Kalau kau tidak berlutut dan menyembah, aku tak maumemaafkankau!"
Kini sepasang mata pemuda itumemandang tajam dan suaranyaterdengar penasaran
sekali ketikaberkata. "Ah, bagus sekali! Kaukirakau hanya main-main saja,tidaktahunya kau bersunguh-
sungguh! Sayang, seorang gadis yang cantik dangagah seperti kau
inimemilikikesombongan seperti itu. Aku kulihat sampai di mana sih tingginya
kepandaianmu makaakuberani bersikapdemikian terhadap anak Gunung Bromo!"
"Kaupun belum kenal sepak-terjang anak Mahameru!"
Ratnawulanmembalas"Majulah!"Sambil berkata demikian, ia berdiri dengantubuh agak
merendah, tangan kanan memegangkerisyang ditarik sampai kesamping pinggangnya,
sedangkantangan kirinyaditaruh didepan dada dengan jari tangan terbuka.
Adipranayang melihat sikap ini maklumbahwa gadisitu memilikikepandaian, dan pula
iadapat mengenal keris pusaka di tangan gadis itu, maka ia tidak mau berlaku
sembronodan cepat mencabutpula kerisnya yangjuga mengeluarkan cahaya tanda keris
pusaka ampuh. "Tidak pantas seorang pria menyerang lebih dulu," jawab Adiparana yangbetapapun
juga masih memandang ringan, "Kau majulah hendakkulihat sampai dimana
kepandaianmu!" Ratnawulan tak dapat menahan sabarlagi dan segeramengirimserangan dengan
kerisnya meluncurdengan tusukanke arah dada lawan. Adiprana berlakuwaspadadan
kagum melihatkecepatangerakandara perkasaini, makaia cepat menggerakkan kerisnya
untukmenangkis. "Trangg!"Ketika duabilahkeris itu salingmembentur, memerciklah bunga api dan
keduanyamerasa betapa telapak tanganmerekayang menggenggamgagangkeris, menjadi
panas dansakit. Keduanyaterkejut sekalidan cepat memeriksa keris masing-masing, akantetapi
senjata mereka tidak rusak, maka mereka menjadi legadan mulaiserang-menyerang
lagidengan lebih hati-hati.
Koleksi Kang Zusi Bukan main kagum danherannya Adiprana ketika ia menyaksikanketangkasan dan
kehebatan ilmu keris gadis itu.Hal ini sama sekalitak pernahdisangkanya.
Tidaksajadalamhal tenaga lawanya tidka kalah olehnya, bahkan
kecepatannyapunhanyadapat mengimbangi dara ini!Iakagumsekali dan mengerahkan
seluruhkepandaiannya yang ia warisidari gurunya, yaituPanembahan
Bromosakti,seorang pertapa yangsakti mandraguna di puncak Gunung Bromo.
Sebaliknya, Ratnawulan jugamerasaterkejut dankagum. Baru kali ini semenjak turun
gunung ia menjumpai lawan yangbenar-benar berat dan tinggiilmukepandaiannya. Ia
telahmenyerang dengan hebatdan telahmengeluarkan segala aji kesaktian,akan
tetapi tak berhasil mendobrak dan membobolkan pertanahan lawannya. Tipu dilawan
tipu,kegesitan dilawan kecepatan,dan ilmu dengan ilmu telahia pergunakantanpa
hasil sehingga ia menjadi makin penasaran dan gemas.
Kedua orang itu benar-benar hebat. Pertempuranyang terjadi kali
inisayangtidakada yang menyaksikannya, karena kalau ada orangketiga
yangmenyaksikan, ia tentu akan berdiri bengong saking takjubnya. Tubuhkeduaorang
mudaitu berkelebatankesanakemari, keris mereka menyambar-nyambarbagaikan kilat,
kadang-kadang terdengarbunyi nyaring kalau sepasang senjata beradu dan
nampakbunga api berpijar.
Akan tetapi, setelah bertempur puluhan juruslamanya, akhirnya pemuda itumerasa
betapa tangannya yangmemegangkeris mulai gemetar dan panas sekali. Ia maklum
bahwa hal ini terjadi oleh karena kerispusakanya kalah ampuh dan kalau
diteruskan,banyakkemungkinan ia akan kalah.Makin meninggi rasakagumnyadan tiba-
tiba ia melompatke belakang sambil berseru.
"Tahan!" Bagaikan seekor banteng mencium darah, Ratnawulan berdirid engan keris di tangan
kanan dan tangan kirinya menolak pinggang, kakinya terpentang dan matanya
menatap lawannya dengan pandang mata beapi, dadanya naik turun dan dari jidatnya
yang berkulit kuning langsat danhalus itu menitik keluar beberapa butir peluh.
"Mau apa lagi" Hayo majulah, keluarkanlah semua kepandaianmu, Adiprana! Jangan
kauanggap dirimu sendiri saja yang gagah perkasa. Keluarkan kesaktianmu dan coba
jatuhkan aku kalau kaubisa!" Ia menggunakan tangan kirinya menepuk-nepuk dadanya
dan berkata, "Kerahkan kejantanmu, karena kau baru patut memandang rendah dan
berlaku sombong kalau kau sudah bisa mengalahkan aku. Inilah anak Mahameru yang
tak sudi dihina oleh siapapun juga!" Dalam sumbar dan tantangannya ini
Ratnawulan melepaskan semua kegemasannya dan kemarahannya terhadap pemuda itu,
pemuda yang begitu bertemu telah menimbulkan benci, marah dan juga kagum di
dalam hatinya. Koleksi Kang Zusi Mendengar sumbar dan tantangan ini, Adiprana tersenyum dan sambil menghapus
peluhnya yang membasahi muka,ia berkata, "Ratnawulan, kau benar-benar gagah
perkasa. Tak pernah aku melihat atau mendengar, bahkan dalam mimpipun tidak,
bahwa di dunia ada seorang dara segagah engkau!
Tak dapat diragukan lagi, kau tentulah anak murid Panembahan Mahendraguna yang
disebut Eyang Semeru, bukan?"
Ratnawulan tertegun."Bagaimana kau bisa tahu?"
Adiprana menarik napas panjang dan memasukkan kerisnya ke dalam warangka. "Lebih
dahulu kita harus berdamai, maukah kau" Tak enak untuk bercakap-cakap dengan
seorang yang masih marah-marah kepadaku. Maukah kau berdamai dengan aku?"
"Itu tergantung."
"Tergantung bagaimana?"
"Tergantung kepadamu sendiri apakah kau masih sombong dan memandang rendah
kepadaku! Kau telah berlaku lancing dan menyakiti hatiku dengan perbuatanmu yang
sombong tadi.Apakah kini kau masih merasa bahwa aku pantas ditolong dari harimau
ini?"Ia menunjuk kepada bangkai harimau.
"Memang aku bersalah, Ratnawulan. Memang kau tadi benar, jangan baru seekor
harimau, dengan kepandaianmu itu, biarpun kau dikepung lima ekor harimau pun,
rasanya kau belum berada dalam bahaya. Aku telah salah duga tadi."
"Nah, kalausaja sikapmutadiseperti sekarang, siap ayang akanmenjad marah-marah"
Tadi akuketerlaluan, minta maaf sajatidakmaubahkan mengejek.
Begitukahsikapseorangksatria terhadap waita" Memalukan sekali!"
Adipranamenarik napas panjang. "Aku minta maaf, Ratnawula, kala memang
kaukehendaki, biarlahaku berlututdan menyembah kepadamu."
Koleksi Kang Zusi "Cih!Siapa yangingin disembah-sembah" Asal kau benar-benar merasa menyesal
dengan kesombonganmu tadi, tak perlu hal itu dibongar-bongkarlagi. Kau sudah
membuktikansendiri bahwa dalam hal ketangkasanbermain keris danolah yuda,aku
tidak kalah olehmu. Ataukalau masih penasaran, boleh kitateruskan lagi sampai
salah seorangmenggeletakdi sini!"
"Tidak, tidak! Aku sudah cukup puas. Kau benar digdaya!"
"Namun aku masih belum puas kalau belum bertandingpanah denganmu, Adiprana!Anak
panahmulahyang melukai danmenyinggunghatiku tadi,maka sekarang akau ingin
kausaksikan bahwa dalam hal ilmu memanah, anakMahameru juga tidak perlumenyerah
kalahterhadap anak Bromo!"
Dari ucapan dan nada suaranya ini, Adiprana maklum bahwa gadis inimasih merasa
panas hatinya,maka sambil tersenyum ia lalumenurunkan gendewanyadan memasang
anak panah. Sekali pasang ia telah menggunakan limabatang anak panah dan ia
segera berkata. "Baiklah, marikita berlomba panah.Dengananak-anak panahku aku akan membuat
lingkaran dipohon waringin depan itu!" Baru saja ucapannya habislima batang
anakpanahnya telah melucur dari gendewadengansekali tariksaja dan anak-anakpanah
itumenancap dengan rapinya merupakansetengah bulatan pada batang pohon waringin
yang besar. Sekali lagi diprana mengeluarkan lima batang anak panah dan sekali
lagilimabatang anak panah itu meluncur cepat melengkapi dan menyempurnakan
lingkaranyang baru jadi setengahnya. Kini di atasbatang pohonitu nampak sepuluh
batanganak panahyang teratur rapi, berderet-deret merupakansebuah
lingkarankecil. "Nah, kau keluarkan anak panahmu dan coba kauusahakan untuk memasukkan sepuluh
batanganak panah ke dalam lingkarananak panahku itu!"
Ratnawulan memandangke arah lingkaran itudan iamerasabahwa ilmu memanah pemuda
ini benar-benar hebat.Iamelihat betapa lingkaranitu kecilsajasehingga takkan
cukupdimasuki oleh sepuluh batanganak panah, makaia tahu akan kelicikan ini.Akan
tetapi, iatetaptenang, bahkan kini tersenyummengejek.
Koleksi Kang Zusi "Apakah susahnya memasukkansepuluh batang anak panah dalamlingkaran itu"
Kaulihatlah!" Sambil berkata demikian iamemasang lima batang anakpanah pada
gendewanyadan setelah membidik, terdengartali gendewanya menjepret dan
limabatang anak panah dengan kecepatan luar biasa meluncurke arah batang
pohonitu. Adipranamemandang penuh perhatian dan ia merasa heran melihat ketenangan gadis
itu. Ia tahu betul bahwaruang lingkaran itutakkan mungkindapat dimasukisepuluh
batang anak panah akan tetapi setelahanak-anak panahdara perkasaitu
menyambarkearah lingkaran, ia menjadi terkejut sekalidan jugakagum oleh
karenaanak-anak panahitu bukannya menancap di dalam lingkaran, melainkan
menyambar tepat pada gagang anak-anak panahnya sehingga patah-patahdan lima
batanganak panahnya jatuh keatas tanah bersama lima batang anak panah
Ratnawulan. Kembali lima batanganak panahgadis itumenyambar danhabislahanak
panahnyayang tadi menancappadabatang pohon itu!
Sambil melangkah tenang, Ratnawulanmengambil kesepuluhbatang anak panahnya,
sedangkan anak-anak panah Adiprana telah patahkepalanya dan tak dapat dipakai
lagi! Akan tetapipemudaitu tidak menjadimarah. Iamaklum bahwadenganjalanitu,Ratnawulan
hendak membalas dendam dan melampiaskan amarah dan kegemasannya. Ia bahkan memji
dan tersenyumramah. "Hebatsekali!Ilmu panahmu memang lebih unggul daripada kepandaianku!"
Mendengar pujianini dan melihat sikap Adiprana, timbulah rasa menyesal dalam
hati Ratnawulan. Memang hati seorangwanita ituperasa sekali, mudah tersinggungdan mudah terharu,
gampang marahdan gampang menyesal, sebentargirang sebentar berduka. Kalau saja
Adipranamenjadi marah karena anak-anak panahnya dirusak dan menegur Ratnawulan,
daraini tentu akan menjadi marah sekali dan mengingatkania akankelancangannya
mempergunakan anak panah untuk membunuhkijangdan harimau tadi.Akan tetapi karena
Adipranatidakmenjadi marah bukan memujinya, luhlah hati dara perkasa itu dan ia
menjadimenyesal mengapaia telah merusak semuaanak panahdan menyerahkannyakepada
Adiprana sambilberkata. "Aku telahmerusakkan sepuluhbatang anak panahmu.Terimalah lima batang sebagai
penggantinya, sehingga kita masing-masingkehilanganlima batang!"
Adipranamemandang dengan mata kagum dan hatinya makin sukakepada dara perkasa
yang aneh ini. Kalautadipadapertemuan pertamaia berlakukurang ajar dan menggoda, hal
iniadalahkarena ia Koleksi Kang Zusi
mengira bahwa Ratnawulan hanyalah seorang gadis gunung yangmempunyai
sedkitkepandaian danmenjadi sombong karenanya. Akan tetapi setelah kini ia tahu
betul bahwagadis ini ilmu kepandaiannya tidak beradadi sebelah bawah
kepandaiannya sendiri, maka iamenjaditertarik,kagum, suka, dan
menganggapnyasebagai seorang sederajat dan segolongan.
Mereka duduk di atas rumput dan Ratnawulan bertanya.
"Adiparana, bagaimana kau bisa tahubahwa aku adalahmurid EyangSemeru" Siapakah
kau sebenarnya dan siapa pulagurumu?"
"Sepertitelah kukatakan tadi, namaku Adiparana dan aku adalah murid tunggal dari
Eyang Bromo sakti yang bertapa di puncak GunungBromo.Tadi aku hanya menduga saja
bahwakauadalahmurid Eyang Semeru oleh karena gurukupenah memberi pesan bahwa
Eyang Semeru mempunyai seorang murid wanitayang sakti dan yang ilmu
kepandaiannya tinggisekali. Maka begitu melihatkepandaianmu bermain keris,mudah
saja menerkasiapa adanya kau.Ketahuilah, Ratnawulan, gurukumasih
terhitungadikangkatgurumu sendiri, maka kitabukanlah orang lain dan masihdapat
disebut saudara seperguruan."
Ratnawulan girang sekali mendengarini.
"Sayang bahwa eyang guru tak pernah menceritakanperihal gurumu itu, akantetapi
melihat kepandaianmu, aku percaya bahwa kau tentulahmurid seorang sakti,"
kataRatnawulan, pandang matanyamenatap wajah yangtampan itu. Meliaht sinar mata
gadis itu memandang sengan terbukadan jujur, tanpa sedikit pun sungkan dan malu-
malu sebagaimana pandang mata lain gadis,Adiprana merasa suka dan kagum. Benar-
benar seorangdarayang sukar ditemukan keduanya,pikirnya.Seperti inilah agaknya
Srikandidi zaman pewayangan itu.Tidak,Ratnawulan lebihgagah lagi, lebih cantik
jelita dan mengagumkan. "Kautinggal di manakah, Ratnawulan" Kalaugurumu bertapa di puncak Mahameru,
mengapa kauberadadi tempat sejauhini?"
"Aku sedangbertugas memimpin Pasukan Candrasa Bayuyang bersarang di hutan
randu." Mata Adipranaterbelalaj memandang. "Memimpin. apa.?"
Koleksi Kang Zusi Ratnawulan tersenyum bangga."Aku memiliki sebuah pasukan yang gagah berani,
terdiri daritigapuluh orang, yaitu PasukanCandrasa Bayu. Mereka bersarang
ditengah hutan randu di kaki Gunung Mahamerusebelah timur."
Bukan main heranahtipemuda itu."Melatih pasukan" Mengapa dan untuk apa?"
Melihat wajahpemudaitu demikianterheran, Ratnawulan tertawageli. "Kau tidak
tahu, Adiprana, pasukan itu bukanlah pasukan sembarangan, akan tetapi pasukan
istimewa danpara anggotanya terdiridari sisa-sisapemberontak Majapahit,dahulu
anak buah Panglima Nambi diLumajang dan lain-lain. Mereka bercita-citauntuk
membalas dendamdan mengempur Majapahit lagi, maka kini aku melatih mereka dengan
ilmu pedang dan olah yuda."
Adipranatertegun dan memandang dengan muka menunjukkan bahwaia hampir takdapat
percaya akanpenuturan ini. "Kau. Kau menjadi pemimpin pemberontakyang
hendakmenggempur Majapahit" "
"Aah, panjang ceritanya, Adiprana.Sekarang haritelah hampir senja dan kedua
bangkai binatang inikalau tidak lekas dirawat akan menjadirusak.Maukah kau
kehutan randuuntuk kuperkenalkandenganPasukan Candrasa Bayu dan mendengar
lanjutanceritaku" Aku akan menceritakanriwayatku, asal sajakau
maumenceriakanriwayat hidupmu lebih dahulu padaku. Setelah saling mengadu
kesaktian dan saling berkenalan, kemudian ternyata masih saudara seperguruan,
sudah sepatutnya kalau kita saling mengetahui riwayat hidup masing-masing pula."
Mendengar bahwa dara perkasa itu memimpinsepasukan sisa para pemberontak, mula-
mulaAdipranamerasaragu-raguuntuk ikut, akantetapi entahmengapa, ada sesuatu pada
gadis itu yang membuatia tidak kuasauntuk menolak ajakanini. Entah sepasang mata
yangjernih dan indah itu, entah bibiryang merah danmanis itu. Akantetapi, ia
bangunberdiri bagaikan terdorong oleh pengaruh yang jauh lebih kuatdaripada
tenaga batinnya sendiri, memanggul bangkaimacan sambil berkata.
"Kijangitu bagianmu karena lebih ringan."
"Kaukiraaku tidak kuat untuk memanggul macan itu?" Kembali sepasang mata
Ratnawulan memancarkan sinar berapi.
Koleksi Kang Zusi Adipranatersenyum. Dalampekealan yang tak berapa lamaini ia telahtahu akan sifat
gadis ini,maka iamenjawab.
"Tentu sajakau kuat memanggulnya, akan tetapi sudahmenjadikelaziman umum bahwa
kaum pria harus memanggul yang lebih berat.Dan pula, sekarang sudah
hampirgelap,kalau tidak lekas-lekaskita akan kemalaman di jalan."
"Mungkinbagi oranglain, akan tetapibagi kita, jarakitu tak berapa jauh.Mari kita
berlombalari!"kata Ratnawulan sambil memanggul kijang itu.
Keduanyalalu menggunakan aji kesaktian mereka dan berlari cepat sambil memanggul
kijangdan macan itu, berlari-lari bagaikanterbang cepatlah menujuke hutansebelah
timur. Di sepanjangjalan, mereka tidak banyak bicara dan diam-diam Ratnawulan
merasa gembira sekali oleh karena barukali inilah ia dapat berlari cepat dengan
seorang yang memiliki ilmu kepandaian yang tinggi dan tidak kalah olehnya. Dalam
diri Adiprana ia merasa mendapat seorang kawan yang amat baik dan cocok.
Sementara itu,senja mulai mendatangdan Sang Batarasurya telah bersembunyi di
balik puncak Bukit Mahameru, sungguhpun cahayanya masihmenghambatsatangnyasang
malam gelap.Dan di dalam cahaya yang suram itu,di mana anginatak bertiup
dansegala sesuatuagaknya diam dansunyikarena ditinggalkan oleh matahari, nampak
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dua bayangan berkelebat cepat.Darijauh merekatidak kelihatan seperti
manusiabiasa, karenabiarpuntubuh bagian bawah seperti orang biasa,akan tetapi
bagian atasnya kelihatanbesar dan aneh bentuknya.Kalau adaorang yang kebetulan
melihat dua sosokbayangan ini, tentu mengira bahwa mereka adalah setan-setan
pertama yang keluar dari persembunyiannya setelahSang Batara surya yang mereka
takuti itu mengundurkan diri.
Padahal kedua sosok bayangan inibukan lain ialah Ratnawulan dan Adipranayang
memanggul kijangdan macan,sehingga dilihat dari jauh memangbentuk pundak dan
kepalamereka aneh,menjadisatu dengan kedua ekor binatangyang telahmati itu!
Sebelum hari menjadi gelap benar,merekatelah memasuki hutan randudi kakiMahameru
sebelahtimur, dan kecepatanlari mereka agaknyatakkankalah apabila dibandinkan
dengan kedua ekor binatang yangkini mereka panggul,andaikatakeduaekor binatang
itu masih dapatberlari! Karena mereka telahmempergunakan aji kesaktian mereka,
yaitu IlmuLari CepatMarutoBajra (AnginKilat)!
Koleksi Kang Zusi Kedatangan Ratnawulan disambut dengan girang oleh kawan-kawannya, dan semua
anggota Pasukan Candrasa Bayu yang tadinya merasa gelisah karena tidak melihat
dara perkasa itu, menjadi gembira melihat pemimpin atau pelatih mereka itu
datang membawakijangdan harimau.Akan tetapi, mereka memandang kepada Adiprana
dengan curiga dan tak senang. Terutama sekali Bejo dan Parta, dua oranggagah
yangdiam-diam menaruh hati cinta kasih terhadap Ratnawulan, merasa cemburu
melihat pemuda yang tampan itu.
Bejoyang wataknya jujur dan terbuka serta kasarlalu melangkahmaju, menatapwajah
Adiprana dan bertanya kepada Ratnawulan.
"Jeng Ratna, siapakah saudara ini dan apa kepentingannya datang ke tempat kita?"
Ratnawulan tersenyum lalu memperkenalkanpemuda itu.
"Ini adalah saudara Adiprana,seorangkelana mudayang memiliki ilmu kepandaian
tinggi. Kami telah bertanding mengadukepandaian danbekenalan, dan tidakt ahunya
bahwa dia ini adalah murid dari Eyang Bromo sakti yang menjadi saudara angkat
guruku sendiri. Kalian boleh banyak belajar ilmud ari saudara Adiprana ini!"
Parta berkatadengansuara menyatakan ketidak-puasannya.
"Bagaimana kami dapat mengetahui bahwa ia boleh dipercaya dan benar-benar
digdaya kalau kamibelummenyaksikannya sendiri"Jeng Ratna, apakah ilmu
panahnyadapat menandingi Kukiladanu (Gendewa Burung) kita?"
"Apakah ia dapat menandingi Candrasa Banyu?" Tanya pula Bejo dengan sikap
menantang. Ratnawulan tersenyum lagi. "Jadi kalian hendak memuji kesaktiannya"Tunggulah
sampai esok hari, biarlah dia memperlihatkan kepandaiannya."
Adipranamelihatsikaporang-orang itu, didalamhatinyamemenarkan
pernyataanRatnawulan bahwa anggota-anggota pasukan istimewaini benar-
benarbersikap gagahdan jantan. Maka timbulah Koleksi Kang Zusi
kegembiraannya dania maklum bahwa kalaumereka initidakdiberibuktiakan
kepandaiannya, tentu mereka akanmemandang rendah dan merasatidak puas.Maka ia
lalu melangkah maju dan berkata.
"Saudara-saudara yanggagah! aku adalahseorangpemuda gunug yang bodoh dan hanya
memiliki sedikit kepandaian saja. Apakah kalian inginkan, biarlah aku yang muda
memperlihatkan sedikit kebodohanku." Ia memandang kepada Parta yang selalu
memegang sebuah gendewa yang besar lalu berkata.
"Agaknya saudaraadalah ahli panah yang pandaidalampasukan ini.Pernahkan
saudaramendengar tentang ilmu memanahtanpa melihatsasarannya dan dapat emngenai
sasaran dengan tepat hanya dengan mendengar suara saja?"
Memang Parta pernah mendengar ilmu memanahini dari Ratnawulan. Ilmu memanah ini
dari Ratnawulan disebut Isu Destarata(Anak Panah Destarata). Sebagaimana
diketahuioleh para penggemar cerita pewayangan,Destarataadalahseorang yang buta,
akan tetapi kesaktiannya menggiriskan hati pahlawan-pahlawan seluruh permukaan
bumi. Destarata inilah menggiriskan hati pahlawan-pahlawan seluruh permukaan
bumi. Destarata inilah yang menjadinenekmoyang parasaudara Kurawa. Ilmumemanah
itu disebut Anak PanahDestarata, karenadilakukan tanpamelihat sasaran, seakan-
akan pemanahnya seorang butayang memiliki pendengaran yang akan menentukandi
mana letak sasaran itu sehingga bidikan akanmengenai tepat.
Mendengar pertayaan Adiprana, Partamengangguk danberkata.
"Aku tahu tentang ilmumemanah itu sungguh punakutakdapat melakukankarena amat
sukar dan sulit." Adiprana menurunkan gendewanya dan mengambilsebatang anak panah. "Nah,biarlah
aku memperlihatkansedikit kebodohanku!"Sambil membawa gendewa dananak panah,
Adiprana lalu menghampirisebatangpohon randu yang besardan tinggi.Di ataspohon
itu terdengar suara burunggagakyang kadang-kadang berbunyi,akan tetapi oleh
karena burung gagak bulunya hitam dan pohon itu amat tinggi serta diselumuti
olehkegelapan malam, tentu saja daribawahorang tak dapat melihat apa-apa dan
tidak tahu dimana tempat burung itu bertengger. Semua orang mengikuti gerakan
Adiprana dengan penuh perhatian.
Setelah tiba di bawah pohon randu itu, Adiprana menundukkan mukanya dan diam tak
bergerak bagaikan patung. Ia sedang menghening cipta dan mengerahkan seluruh
tenaga batinnya ke arah Koleksi Kang Zusi
telinga untuk menentukan di mana gerakan burung yang hendak dijadikan sasaran
anak panahnya itu, sebentar saja ia dapat menangkap suara burung itu dengan
jelas, jangankan suara menggaoknya, bahkan suara burung itu membersihan
bulunyapun terdengar jelas olehnya. Tiba-tibaia menggerakkan gendewa tanpa
mendongakkan kepalanya dan ketika ia menarik tali gendewa, terdengarlah suara
menjepret. Akan tetapi, tepat setelah anak panahnya meluncur, dari belakangnya
ia mendengar suara tali gendewa lain ditarik dan anak panah dilepaskan sehingga
hampir berbareng dua batang anak panah melesat kearah gerombolan daun randu yang
hitam gelap itu. Terdengar bunyi daun-daun gemersik dan seekor burung gagak yang melayang jatuh.
Ketika orang ramai mengambil bangkai burung itu, ternyata bahwa dadanya telah
tertusuk oleh dua batang anak panah!
Adiparana berpaling dan tersenyum kepada Ratnawulan yang tadi juga melepas anak
panahnya.Ia malum bahwa dengan perbuatannya itu, Ratnawulan hendak
memperlihatkan pula kepada anak buahnya bahwa ia tidak kalah pandai oleh
Adiprana! Bukan main gembiranya orang-orang yang berada disitu ketika mengetahui bahwa
anak panah ke dua adalah anak panah Ratnawulan. Mereka amat kagum kepada pemuda
itu, dan Parta diam-diam mengeluh karena ia harus mengakui bahwa Adiprana benar-
benar lebih pandai dari padanya,dan sudah pantaslah kalau pemuda itu menjadi
gurunya! Adipranalalu memandang kepada Bejo sambil tersenyum dan berkata, "Saudara yang
gagah perkasa seperti Gatotkaca. Kautentulah ahli pedang yang tinggi ilmunya dan
kuat tenaganya. Marilah kita main-main sebentar dan memang hendak kubuktikan
bagaimana hebatnya permainkan pedang dari jago Paskan Candrasa Bayu!"
Betapapaun juga, Bejo adalah seorang yang patuh dan akan disiplin,dan karena
Adiprana adalah tamu dari Ratnawulan, maka ia memandang kepada dara perkasa itu
dengan mata minta keputusan.
Ratnawulan menganggukdan berkata.
"Bejo,kau boleh kerahkan seluruh ilmu kepandaian dan tenagamu! Kalau kaud apat
bertahan sampai sepuluh jurus saja menghadapi saudara Adiprana,sudahcukup
memuaskan hatiku." Mendengar ucapan pelatihnya ini, Bejo merasa makin penasaran.Benar-benarkah ia
hanya dapat melawan selama sepuluh jurussaja" Ah, jangan-jangan pemuda ini
takkan dapat bertahan sampai lima jurus.
Koleksi Kang Zusi Bejo dan Adiprana lalu masuk kedalam lingkaran yang disediakan untuk mereka,
yaitu lingkaran orang-orang yang menjadi penonton, diterangi oleh api unggun
yang dipasang di empat penjuru. Bejo segera mencabut pedangnya, sedangkan Waluyo
lalu meminjamkan pedangnya kepada Adiprana.
Disaksikan oleh semua orang yang berada disitu, ada yang berjongkok dan ada pula
yang berdiri mengelilingi lapangan seolah-olah mereka sedang menyaksikan adu
ayam, kedua pendekar pedang itu mulai berlagak. Bejo memasang kuda-kudanya
dengan kaki kiri dibelakang, tubuh agak condng kemuka, kaki kanan di depan
dengan tumit di angkat, tangan kiri terbuka jarinya dimiringkan melintang dada
sedangkan tangan kanan memegang pedang melintang ditempelkan di atas pundak
kiri. Inilah sebuah gerak pembukaan yang dalam Ilmu Pedang Candrasa Bayu disebut
Kukila Nendra (Burung Tidur). Pembukaan ini dilakukan dengan berat tubuh di
tengah-tengah dan tenaga kaki dipusatkan pada kaki kiri yang berada di belakang,
sehingga kaki kirilah yang merupakan tiang penyangga tubuh, sedangkan kaki kanan
hanya ujungnya saja menyentuhtanah. Sikap tubuh ini memungkinkan ia membuka
serangan dengan berbagai cara dan jalan. Tanpa mengubah kedudukan lawan agak
jauh, ia dapat mengalihkan tenaga dari kaki kanan ke kaki kiri untuk melangkah
maju dan membarengi gerakan itu dengan sebuah tusukan serong.
Melihat kuda-kuda lawan ini,Adiprana tersenyum dan ia pun lalu membuka kuda-
kudanya yang indah. Ia memasang kuda-kudanya dengan merendahkan tubuhnya,kaki kiri ditekuk lututnya
dan bagian belakang tubuh diturunkan sampai hampir menyenyuh tumit sedangkan
kaki kanan dilonjorkan ke depan. Tubuhnya lurus dengan mata memandang ke depan,
tangan kiri diangkat ke atas kepala dengan telapak tangan di atas sedangkan
pedang di tangan kanannya dilonjorkan pula di atas kaki kanan. Bejo tertegun
melihat pembukaan lawannya ini oleh karena sikap dan kedudukan tubuh Adiprana
itu sekaligusmemecahkan pembukaan Kukila Nendra! Dengan kedudukan macam itu,
maka Adiprana boleh dibilang telah berada "di atas", lebih mudah melancarkan
serangan berbahaya daribawah dan menempatkan kedudukan Bejo pada kedudukan yang
amat sukar karena memang sulit baginya untuk dapat memulai serangan dengan baik
apabila ia tidak merobah kuda-kudanya.
Oleh karena itu, iaberseru keras dan merobah kedudukannya, dengan menarik kaki
kiri maju sejajar dengan kakikanan, tubuh direndahkan dan kedua kutut ditekuk
sedikit, tangan kiri tetap bersilang didada sedangkan pedangnya kini ditaruh di
pinggir pinggang! Dengankuda-kuda ini,ia dapat menyerang lawannya dengan mudah,
mengirim tusukan atau bacokan ke bawah!
Akan tetapi Adiprana tidak merobah kedudukannya, bahkan lalu tersenyum dan
berkata. "Bagus, kini kau dapat menyerang! Mulailah Bima!" Pemuda itu sengaja menyebut
Bima, yaitu seorang tokoh pewayangan yang bertubuh tinggi besar sehingga dengan
sebutan ituia Koleksi Kang Zusi
mengumpamakan Bejo yang tinggi besar itu sebagai Bima! Sebutan ini bukan
merupakan hinaan, bahkan pujian, olehkarena Bima adalah seorang ksatria gagah
perkasa, akan tetapi tetap saja suaranya mengandung nada mengejek.
Bejo berseru keras, "Awas pedang!" Dan bagaikan petir menyambar, pedangnya
meluncur kearah tenggorokan Adiprana dalam sebuah tusukan yang dahsyat.
"Jurus pertama!" Adiprana berseru tak kalah nyaringnya sambil mernggeser kedua
kakinya. Sungguh mengagumkan dan indah dipandang, oleh karena dengan amat lemas dan
cekatan sekali, ia telah berpindah tempat dengangerak kai amat indah. Tanpa
menangkis telahdapat mengelak bahaya tusukan itu. Akan tetapi tidak percumaBejo
mendapatlatihan ilmu pedang dari Ratnawulan, karena biarpun tusukannya mengenai
tempat kosong, pedangnya itu tidak ditariknya kembali, bahkan laludiubah
luncurannya bagaikan burung sedang melayang. Pedangnya itu membelok ke kanan
mengejar lawannya.dan kinidengan majukan kaki kiriia mengirim bacokanke arah
leher Adiprana dibarengi dengan bentakan keras, lalu kaki kanannya menyusul
dengan sebuah tendangan yang kuat kearah lambung lawan itu!
"Jurus kedua yang bagus!"Adiprana masih sempatberseru sambil cepat-cepat
menggerakkan pedangnya menangkis dantangan kirinya dengan jari-jari terbuka
cepat meluncur ke arah lambung sendiri untuk menangkap tendangan itu!
Bukan main hebatnya gerakannya ini! Semua orangmenahan nafas karenamereka
menganggap pemuda itu terlalu sembrono untuk mencoba menangkap tendangan kaki
Bejo yang tenaganya mungkin akan dapat melemparkan seekor kerbau! Kalau saja
lengan atau jari tangan pemudaitu terkena tendangan kakiBejo, tentu akan
remuklah tulang-tulangnya!
Akan tetapi, Adiprana telah membuat perhitungan yang amat tepat. Tidak saja ia
dapat menaksir sampai di mana kehebatan tenaga tenangan lawan, bahkan iapun
maklumakan kecepatannya sendiri yang jauh lebih menang.Berbareng dengan bunyinya
kedua pedang bertumbuk, iatelah berhasil menyangga tumit kaki Bejo yang
menendang, dansambil berseru,"Maaf" ia menggerakkantangannya keatas sehinggaBejo
yang kakinya didorong keatas itu tentusajatak dapat mempertahankan tubuhnya lagi
yang terjengkang ke belakang!
"Buk!" Bejo meringis-ringis ketika pantatnya bertemu dengan tanah keras!
Terdengar sorakan memuji dari semua orang, akan tetapi Bejo masih belum puas. Ia
meloncat bangun dan kini menyerang dengan hebat bagaikan harimau hausdarah!
Pedangnya berkelebatan Koleksi Kang Zusi
cepat dan iatelah mengeluarkan Ilmu Pedang Angin itu sehingga pedangnya benar-
benar menderu-deru bagaikan angin puyuh mengamuk!
Namun Adiprana tetap tenang dan tiada hentinya mulutnya menghitung sambil
menangkis atau mengelak. "Jurus ketiga! Jurus ke empat!"
Pada serangan juruske delapan, tiba-tiba Adiprana menangkis sambil memutar-mutar
pedangnya. Bejokalah tenaga sehingga terpaksa pedangnya ikut berputar-putar.Kemudian Bejo
mengerahkan tenaganya sehingga dua batang pedang itu saling temple dan mulailah
adu tenagauntuk menindas pedang lawan. Urat-urat diseluruh tubuh Bejo
menggembung, tanda bahwa ia mengeluarkan semuatenaganya untuk menindas pedang
Adiprana. Akantetapi pemuda Gunung Bromo itu hanya tersenyum dan nampaknya tidak
sukar menahan tekanan ini. Tiba-tiba Adiprana berseru.
"Awas, Bima!" Dan iamenarik pedangnya ke bawah sambil miringkan tubuh, akan
tetapi tangan kirinya dengan jari-jari terbuka dia "masukkan" melalui bawah
lengan kanan lawan untuk "makan"
lempengnya. "Heeit.!"Bejo berseru keras dan "Ngek"perutnya telahtermakan oleh sodokan jari-
jari tangan Adiprana yang amat kuat!
"Aduh.!"Tubuh Bejo terhuyung-huyung kebelakang dan roboh terlentang dengan
pedang terlepas dari tangannya! Ia lalu merangkak sambil memegangi perutnya yang
tiba-tiba menjadi mulas. Masih untung baginya bahwa Adiprana tidak bermaksud
mencelakakannya dan hanya mempergunakan sebagian kecil tenaganya saja. Kalau
sodokan pada perut itu dilakukan dengan seperempat tenaganya saja,kecil sekali
harapan Bejo akan dapat bangun lagi!
"Hebat." Bejo berkata sambil terengah-engah, "aku mengaku kalah."
Ratnawulan tersenyum dan semua orang bergembira mendapatkan seorang pemuda yang
demikian pandai di tengah mereka. Juga Adiprana merasa girang sekali melihat
kejuran Bejo.Ia makin tertarik kepada orang-orang ini sehingga ia memutuskan
untuk tinggal bersama mereka di dalam hutan.
Koleksi Kang Zusi * Telah tiga pecan Adiprana tinggal bersama Pasukan Candrasa Bayudi hutan randu.
Ia disukai oleh semua orangkarena ramah tamahdan sikapnya yang amat sederhana
itu menimbulkan penghormatan dari semua orang. Diam-daim Parta danBejo
mengakuibahwa pemuda ini jauh lebih sesuai untuk menjadi sisihan Ratnawulan,
sama muda, sama rupawan dan sama saktinya.
Akan tetapi, Ratnawulan sendiri menganggap tak lebih. Ia memang suka sekali
bercakap-cakap membicarakan ilmu kepandaian dengan pemuda itu dan dalam
percakapan itu mereka saling menuturkan riwayat masing-masing. Secara singkat
Adiprana menuturkan riwayatnya. Ia adalah putera tunggal dari seorang empu
(pembuat keris atau pandai besi yang pandai) di kota raja. Akan tetapi malang
baginya bahwa ayahnya telah meninggal dunia karenasakit ketika ia masih berusia
lima tahun. Ibunya yang masih mudamenjanda dan akhirnya, memenuh ipesan mendiang
suaminya, ibunya itu mengirimkannya kepada Eyang Bromo untu kmengejar ilmu.
Semenjak berusia delapan tahun, ia telah ikut pertapa itu di puncak Bromodan
selama itu ia tidakpernahbertemu dengan ibunya yang tinggal seorang diri dikota
raja. Ketika ia bertemu dengan Ratnawulan, ia sedang dalam perjalanan ke kota
raja mencari ibunya, akan tetapi dasar anak muda yang ingin meluaskan pengalaman
dan ingin berkelana, ia singah di kaki Mahameru dan bertemu dengan Ratnawulan.
Ia mengambil keputusan untuk berangkat kekota raja setelah tinggal barang
sepekan di hutan itu. Tidak tahunya, hatinya tuntuh oleh kecantikan dan
kegagahan dara perkasa Ratnawulan sehingga beratlah rasanya untuk meninggalkan
tempat itu. Sebaliknya, Ratnawlan juga menceritakan riwayatnya secara singkat saja. Ia
menuturkan bahwa ayahnya tewas dalam perang, dan bahwaia dan ibunya diganggu
oleh perampok-perampok. Tidak iaceritakan kepada Adiprana secara jelas siapakah
yangmenimbulkan semua kesengsaraan ibunyaitu,karena ia menganggap hal itu tidak
perlu diceritakan kepada seorang yang belum dikenalnya benar.
Diam-diam Ratnawulan mengakui bahwa Adiprana adalah satu-satunya pemuda yang
dapat menarik hatinya. Ia kagum melihat pemuda yang selain tampan dan gagah,
jugaberwatak baik ini, lemah lembut dan halus sopan sikapnya, tak pernah
memperhatikan kekurangajaran dan sukarlah untuk mendapatkan seorang sahabat yang
lebih baik daripada pemuda GunungBromo ini.
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada suatu pagi tiga pecan kemudian. Anak-anak buah Pasukan Candrasa Bayu telah
pergi ke lading untuk bekerja. Mereka ini telah mendapat kemajuan pesat berkat
pimpinan Ratnawulan yang dibantu dengan sungguh-sungguh oleh Adiprana. Tanpa
terasa,pasukan itu kini benar-benar merupakan pasukan pedangy ang amat sukar
dicari bandingannya pada waktu itu.
Koleksi Kang Zusi Menurut petunjuk dari Ratnawulan dan Adiprana, mereka itu kini tak pernah
membawa perisai dan hanya bersenjatakan sebilah pedang. Kedua orang muda yang
pandai itumenyatakan bahwa perisai selain kurang praktis, juga malahan
memperlambat gerakan sendiridan sebagai pengganti perisai, diberi pelajaran
kegesitan dancara-cara mengelak dengan secepat mungkn dari serangan senjata
musuh. Dengan cara ini, selain gerakan tubuh tak terganggu, juga sambil mengelak
mereka dapat melakuan serangan balasan yang lebih cepat lagi, sedangkan tangan
kiri yang tadinya memegangp erisai,dapat dipergunakan untuk mengirim pukulanatau
merampassenjata lawan, terutama apabila lawannya mepergunakan lembing. Juga
mereka semua rata-rata diberi pelajaran ilmu memanah sehingga kini, termasuk
juga Waluyo sendiri, semua mempunyai sebuah gendewa dan belasan anakpanah yang
selalu dibawa sebagai senjata ke dua.
Seperti biasa, apabilas emua orang telah pergi bekerja,Adiprana dan Ratnawulan
bercakap-cakap sambil duduk di bawah pohon atau pergi berdua memburu binatang.
Pada pagi hariitu,mereka tidak pergi berburu binatang dan dudukdi tempat terbuka
menikmati cahaya mataharipagi yang hangat dan sehat.
"Adiprana," terdengar Ratnawulan berkata. "Apakah kau telah merasa suka dan
cocok tinggal ditempat sunyi bersama kawan-kawan kita itu?"
"Terus terang saja Ratnawulan, aku merasa amat krasan dan agaknya belum pernah
aku merasa segembira sekarang. Aku merasa senang tinggal di sini, kawan-kawan
kita itu amat baik dan amat menyenangkan hati melihat kemajuan mereka, ikut
bangga hatiku menyaksikan betapa pejuang-pejuang itu kini menjadi pasukan yang
amat kuat." "Kausetuju dengan cita-cita mereka hendak melakukan pemberontakan terhadap
Kerajaan Majapahit?"
Mendengar pertanyaan ini, Adiprana diam saja dan sampai lama tak dapat
menjawab.Akhirnya ia menjawab juga.
"Ratna, hal ini sungguh sukar bagi ku untuk menjawabnya. Mereka adalah orang-
orang yang pernah mengalami perang melawan Majapahit dan tentu saja cita-cita
mereka itu bukannya tanpa dasar.
Adapunaku ini, semenjak kecil aku berada dipuncak gunung ,aku tidak tahu akan
keadaan Majapahit, tidak tahu pula akan kebaikan-kebaikannya, maka bagaimana aku
dapat memiliki cita-cita tentang pemberontakan" Pemberontakan hanya mungkin
timbul dalam hati orang-orang yang sakit hati, yang merasa dirugikan dan yang
tidak merasa senang dengan pemerintah yang ada. Sedangkan aku yang tidak
mengalami semua ini, bagaimana aku dapat menyatakan pendapatku?"
Koleksi Kang Zusi Ratnawulan dapat menginsafi hal ini. "Akan tetapi, setidak-tidaknya kau tentu
akan suka untuk memimpin terus mereka itu, bukan?"
"Tentu saja, Ratna!" jawab Adiprana cepat dan tanpa ragu-ragu. "Kalau tidak
suka, masa aku mau tinggal di sinis ampai tiga pekan."
"Kalau aku minta kepadamu untuk tetap memimpin dan melatih mereka sampai tiba
masanya mereka melakukan pemberontakan itu, menggabungkan diri dengan pasukan-
pasukan peberontakan."
"Demikianlah, Adiprana. Ibuku terlunta-lunta, ayah tewas dalam keadaaan
penasaran, semua akibat perbuatan Kartika keparat itu. Dan menurut
penuturananak-anak Pasukan Candrasa Bayu, Kartika tinggal di kota raja,menduduki
pangkat senopati dan orang itu selalu berada dekat dengan Bagawan Mahapati yang
berkuasabesar. Oleh karenaitu,akudapat menduga bahwa untuk membunuh Kartika,
mungkin aku harus menghadapi Bagawan Mahapati.Aku hendak naik kepuncak Mahameru
lebih dulu untuk memberitahukan hal ini kepada ibu dan untuk minta diri karena
telah lima pecan lebih aku meninggalkan ibu."
Dengan pikiran asyik membayangkan masa depannya, Ratnawulan menundukan muka dan
memandang rumput yang dicabutnya. Keadaan hening dansunyi. Ketika ia mengangkat
muka memandang kepada Adiprana, ia menjadi terkejut. Sinar mata pemuda yang
sedang menatapnya itu berbeda dari biasanya dan sinar mata ini membingungkan
hati dara perkasa itu. "Adiprana. kau kenapakah."Kenapa kau memandangku seperti itu?"
Biarpun Ratnawulan sudah berusia hampir depalan belas tahun, aku tetapi oleh
karena selalu bertempat tinggal ditempat sunyi, maka iabelummengerti akan makna
pandangan mata pria seperti itu.
"Ratna. ijinkanlah aku ikut kau pergi ke kota raja! Aku pun hendak mencari ibuku
dan.dan aku akan membantumu membalas dndam terhadapmusuh-musuhmu!aku khawatir
kalau-kalau kau akan menemui bencana ditempat itu, Ratna. Aku harus
mengantarkaupergi! Ucapan ini dikeluarkan dengan suara bernafsu sehingga
Ratnawulan memandang makin heran.
Koleksi Kang Zusi "Ah, Adiprana, halini tak mungkin!"
"Mengapatak mungkin, Ratnawulan?" Tanya Adiprana dengan suara gemetar.
"Pertama, karena iniadalah urusanku pribadi yang tiada sangkut-pautnya dengan
kau dan tak perlu akan membawa orang lain terseret dalam permusuhan ini. Kedua,
kau harus tinggal di sini memberi bimbingan dan latihan kepada Pasukan Candrasa
Bayu,dan ketiga, karena betapapun juga, tidak pantas dan melanggar tata susila
bagi seorang gadis melakukan perjalanan jauh berduasaja dengan seorang pria!"
Adiprana menggeser duduknya mendekati Ratnawulan dan suaranya makin hemetar
ketika ia menjawab penuh nafsu.
"Ratnawulan, ketiga soal itu dapat kujawab sekarang juga. Pertama, urusan
pribadimu telah kuanggap sebagai urusanku sendiri, bahkan kuanggap lebih mulia
dan penting daripadaurusankupribadi. Kedua,akutakkan tahantinggal di tempatini
tanpa adanya kaudisini, seakan-akan sunyi senyap dunia ini tanpa adanyakaudi
dekatlu! Ketiga, kelak setiba kitadikotaraja, akuakan mintaibuku melamarku
sebagai jodohku, maka apa salahnya bagi seorangcalon jodohmu untuk mengantar kau
ke mana kau pergi?"Melihat betapa gadisitu memandangnya dengan pucat dan mata
terbelalak, Adiprana melanjutkan ucapannya, "Ratna.Ratna. tak tahukah betapa
sinar matamu yang tajam melebihi Dewandanu itu telah mematahkan pertahanan
imanku semenjak pertemuan kita pertama, sebagaimana anak-anak panahmu mematahkan
ujung anak-anak panahku" Taktahukah kau betapa senyum dan kerling matamu itu
merupakan belenggu baja yang telah mengikat kedua kaki tanganku sehingga aku
tidak kuasalagi melepaskan diridan tak kuasameninggalkantempat ini" Ratna.
Ratnawulan,dewi pujaan hatiku, aku. hambamu yang rendah ini. aku bersedia
mengorbankan apa saja, jiwaku sekalianpun, untukmu karena. karena aku cinta
padamu Ratna.! Mendengar pernyataan kasih ini, Ratnawulan melompat berdiri bagaikan diserang
oleh seekor ular berbisa.Ia memandang dengan muka sebentar pucat sebentar merah
dan sepasang matanya terbelalak lebar memandang wajah pemuda yangmasih duduk
berlutut di depannya. "Adiprana. jangan. jangan kau mengeluarkan kata-kata seperti itu!"
Koleksi Kang Zusi "Ratnawulan, kekasih hati pujaan kalbu, kau boleh melarang aku makan minum,
boleh melarang aku tidur, boleh pula melarang aku bernafas, akan tetapi kau
tidak bisa melarang aku menyatakan suara hatiku, bisikan kalbuku.!"
"Kaugila, Adiprana!"kata Ratnawulan sambil melangkah mundur dua tindak,akan
tetapi Adiprana juga berdiri melangkah maju, merungrum (merayu) dara itu dengan
cumbu rayu dan kata-kata bermadu.
"Memang aku sudah gila, Ratnawulan! Aku telah gila, tergila-gila oleh
kecantikanmu. Kau cantik jelita melebihi Dewi Ratih! Kaugagah perkasa melebihi
Wara Srikandi! Kau lemah lembut dan setia melebihi Diah Setiawati! Kau melati
sucidi antara segala puspita!"
Wanita manakah yang takkan luluh imannya menhadapi cumburayu dari orang teruna
setampan dan segagah Adiprana"Kalau saja yang dirungrum itu seorang wanita lain,
tentu ia akan melempar perisai danmenyerah dengan hati bangga. Akan
tetapiRatnawulan adalah seorang dara perkasa yang teguh imannya,dan pulaia masih
asing dengan suaraasmaraini, maka cemburayu itu sungguh-sungguhpun membuat
dadanya berdebar bangga, namun mendatangkan kekagetan besar.
"Tidak, tidak, Adiprana! Sadarlah kau, hai ksatria utama! Demikian lemahnya
imanmu" Ucapanmu itu mencemarkan kegagahanmu."
"Apa, Ratnawulan" Jangan salah sangka! Kasih sayangku kepadamu bukanlah kasih
sayang terdorong nafsu semata. Aku mencintaimu dengantulus
ikhlas,denganhatisuci, dengan seluruhjiwaragaku. Cinta murni seperti
inibukanmencemarkan kegagahan, bahkan membuat nama seorang ksatria dijunjung
tinggi sepanjang masa. Cintaku kepadamu bagaikan cinta Palgunadi terhadap
Anggraeni, cinta yang akan kubawa sampai mati!"
"Cukup.Adiprana. Tetapkanlah hatimu dan sadarlah!"
"Kau menolak cintaku, Ratnawulan" Kau tega menghancurkan hidupku" Penolakanmu
berarti hancurnya hidupku, seakan-akan dunia ditinggalkan Dewangkara (matahari).
Aku akan binasa, tak kuat menghadapi gelombang hidup di mayapada."
Koleksi Kang Zusi "Adiprana, sekarang belum tiba saatnya bagiku untuk bicara tentang hal itu. Aku
belum dapat membuka pintu hatiku kepada siapapun juga,tidakkepada priayang
manapunjuga. Aku masih mempunyai tugas yang maha penting, Adiprana,dan aku tidak
sudi memikirkan tentang. Jodoh dan lain-lain seperti itu sebelum tugas
kewajibanku membalas dendam mendiang ayahku terlaksana!"
Sadarlah Adiprana dari keadaannya yang seakan-akan mabuk dan gandrung tadi.Ia
berkata lemah. "Maafkan sikapku tadi, Ratnawulan. Apakah kata-katamu tadi bukan hanya merupakan
alasan untuk menolak cintaku?"
"Tidak, Adiprana.Aku tidak. menerima maupun menolak! Aku bersumpah bahwa sebelum
terlaksana tugasku, aku takkan mengikat janji hati terhadap pria yang manapun
juga." "Jadi aku masihmempunyai harapan, Ratna?"
"Harapan selalu ada, Adiprana. Siapa tahu" Jodoh adalah kehendak Hyang Agung."
"Terima kasih, Ratnawulan! Besar hatiku mendengar kata-katamu ini. Selama masih
ada harapan aku akan kuat menahan derita asmara, aku akan berbantal rindu
berguling dendam. Aku takkan meraba-raba di dalam gelap karena harapan itu
merupakan lampu yang menjadi sumber penerangan bagiku."
"Sudahlah Adiprana,jangan terlalu lemah, kau mengecewakan hatiku. Sekarang
jawablah sungguh-sungguh, apakah kau bersedia menggantikan kedudukan dan
memimpin kawan-kawandari Pasukan Candrasa Bayu."
"Aku bersedia, Ratna, bahkan aku akan membawa ibuku tinggal bersamaku di tempat
ini. Aku akan membantu bahkan akan ikut dalam perjuangan mereka, kewajiban ini
masih terlampau ringan bagiku, biarlah kujadikan pemanis harapanku."
"Kalau begitu, sekarang juga aku hendak pergi, Adiprana, aku hendak naik
keMahameru Koleksi Kang Zusi
menemui ibuku, kemudian aku akan berangkat mencari musuhku di kotaraja."
"Mengapa demikian tergesa-gesa, Ratnawulan?"
"Telah terlampau lama waktunya tertunda disini, Adiprana." Gadis ini tak dapat
menyatakan isi hatinya,ia merasa tadak enak untuk berdiam lebih lama di dekat
Adiprana. "Kalau begitu, selamat jalan,Ratnawulan. Semangat dan doaku menyertaimu!"
"Selamat tinggal,Adiprana, danjangan terlalu banyak melamun yang bukan-bukan!"
Maka pergilah Ratnawulan,keluar dari hutan randu di manaia tinggal selama lima
pecan. Dalam perjalanannya merupakan sawahladang di mana ia bertemu dengan
beberapa orang anggota pasukan Camdrasa Bayu. Ia berhenti sebentar dan dengan
singkat memberitahukan maksudnya meninggalkan pasukan itudan menyerahkan tugas
para anggota itu merasa kecewa, akan tetapi mereka tidak putusasa karena
Adiprana yangmengantikan daraperkasa itu.
Karena menggunakan aji kesaktiannya,maka sebelum matahari terbenam, ia sampai di
tempat tinggal ibunya, yaitu di puncak Mahameru. Dengan hati girang ia mendapat
kenyataan bahwa gurunya, EyangS emeru, telah kembali dari perjalanannya puladan
telah berada di dalam gua pertapaannya.
Dengansingkat Ratnawulan menceritakan pengalamannya kepada ibunya tanpa
menyembunyikan sesuatu, bahkan ia menuturkan pula tentang pinangan Adiprana.
Ibunya menghela napas dan berkata.
"Itulah yang memberatkan pikiranku, anakku. Kau telah dewasa dan selain tugasmu
membalas musuhitu sudah cukup berat, kaupun menghadapi penggoda lainyang lebih
berbahaya, yaitu dari kaum pria yang tentu takkan membiarkan kau lalu begitu
saja tanpa menggoda. Ketahuilah bahwa kau memiliki kecantikan yang membanggakan
hatiku, dan hal ini amat berbahaya bagi seorang wanita muda dalam perjalanan,
sungguhpun aku cukup maklum bahwa kau cukup kuat untuk menjaga dirimu.
Kauberlaku benar telah menolak pinangan pemuda itu, karenamemang cita-cita tak
boleh terganggu oleh keinginan hendak mempersenang diri dan menurutkan kata
nafsu hati.Orang bercita-cita harusmantap dan harus mencurahkan segenapperhatian
ke arah pelaksanaan cita-citanyaitu, barulah ada kemungkinancita-cita itu
berhasil.Sekalisaja orang berlaku lemah terhadap pengoda, terutama godaan
yangbersifat asmara, maka besar sekali kemungkinan cita-citanya Koleksi Kang
Zusi takkanterlaksanadengansempurna bahkan akan berhenti di tengah jalan, oleh karena
pikirannya telah bercabang dan tidakdipusatkan.Memang cita-citamu untuk membalas
dendam ayahmu,yang menjadi cita-cita ibumu adalah cita-cita yang luhur, anakku.
Tidak saja kau akan membalaskan sakit hatiorang tua, akan tetapi kalau kau
berhasil membinasakan keparat Kartika, berarti bahwakau telah menolong banyak
orang pula, membebaskan mereka dari kekejaman dan kecurangan hati penjahat itu!"
"Segala petuahmu akan kuperhatikan dan kujunjung tinggi, ibu." jawab Ratnawulan
sambil memeluk ibunya. "Akan tetapi, kauharus mintaizin dan doa restu lebih dahulu dari eyangmu, Wulan.
Tak ada yang lebihberharga untukbekal perjalanan melaksanakan cita-cita
melainkan doa restu dari orang-orang tua,terutama dari gurumu yang bijaksana."
Maka pergilah Ratnawulan dalam gurupertapaan Panembahan Mahendraguna yang kini
telah nampak tua sekali. Pertapaitu sedang bersamadhi ketika Ratnawulan masuk
kedalam guanya. Ratnawulan tidak berani mengganggu, bahkan lalududukbersila
tidak jauh dari gurunya dan ikut bersamadhi mengheningkancipta.
Belum lama ia tenggelam dalam alam hening, terdengar gurunya memanggil dan
melihat gurunya telah duduk memandangnyadengan matanya yang berpengaruh dan
penuh kesabaran. "Ratnawulan,bilakah kau kembali dari hutan randu?"
Ratnawulan telah maklumbahwa gurunyaini waspada akan segala hal, akan tetapi
selalu tidak menampakkannya sungguhpun kadang-kadang kewaspadaannya itutanpa
sengaja dan tanpa disadarinya bahwa di dalam kalimat itu terlihat bahwa kakek
sakti ini telah tahu akan keadaannya, tahu bahwa ia selama iniberadadi hutan
randu, sungguhpun tak seorangpun memberitahu kepada kakek itu.
"Baru saja kemarin sore hamba datang, eyang Panembahan. Sekarang datang
menghadap untuk mohon izin dandoa restu dari eyang karena hamba hendak pergi ke
kota raja Majapahit untuk mencari musuh besar ayah hambadan membalas dendam."
Koleksi Kang Zusi Kakek itu menhela napas dan bibirnya bergerak-gerak. "Muridku ya cucuku yang
ayu. Dengan dasar apakah kau hendakmembalas dendam kepada Kartika?"
"Berdasarkan kebaktian hamba kepada ayah yang telah dicurangioleh Kartika
sehingga ibu menderita sengsara karenanya dan mengingat pula bahwa seorang
jahatseperti Kartika harus dibasmi untuk mencegahnya mendatangkan malapetaka
kepada orang lain, selain dengan watak pendekar utama telah eyang ajarkan
kepadahamba." Eyang Semeru tersenyum dan menghela napas lagi. "KehendakHyang Agung takkan
berubah. Kau masih terbawa oleh pergerakan Triloka dan terpengaruh olehJanaloka
atauArcapada, oleh karena itu kau masih terikat oleh Karma, masih terikat oleh
segala sesuatu yang berputar dijagat raya ini.Akutidakberhak mencegah atau
mendorongmu. Ratnawulan, hanya kesadaran dan batinmu sendirilah yang harus
memegang kendali dan memutuskanke mana kauhendak menuju. Sebagaiorang tua, aku
hanya memberi doa restu, semogakau selalu akandapat memilih mana yang benarmana
yang salah, dan dapatmelalui jalan kebenaran jangansampai kesasar. Hanya
satupesanku, Ratnawulan, semoga Hyang agung mengampuniaku akrena pesan iniyang
timbul dari kasih sayangku kepadamu sebagai cucu dan murid, yaitu, berhati-
hatilah kau apabila berhadapan dengan Mahapati! Dewa kebenaran akan melindungimu
dan akan memperkuat kau sehingga kau tak perlu kalah menghadapi kesaktiannya,
akan tetapi. kau waspadalah terhadap lembing bagawan itu! Lembingnya itu ampuh
sekali dan kebetulan sekali lembing pusakanya itu bernama Nyi Ratnawulan! Sekali
lagi, kau tak usahtakut berhadapan dengan Mahapati,akan tetapi apabila ia
mengeluarkan lembingnya yang ampuhitu,akan lebih baik apabila kau menjauhkan
dirimu, muridku!" Sambil menyembah Ratnawulan menjawab.
"Segala wejangandan nasihat eyang akanhamba perhatikan dan junjung tinggi
sebagai jimat hamba."
"Berangkatlah,Ratnawulan, kuberi bekalpengestu kepadamu."
Setelah menyambah lagi, keluarlah daraperkasa itu darigua pertapaan Panembahan
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mahendraguna.Kakek yangsakti itu lalu menghela napas dan berbisik perlahan.
"Duh gusti, ampunilah kiranyaSi Ratnawulan itu."
Koleksi Kang Zusi Kemudiania melanjutkan samadhinyayang tadi tergangguoleh kedatangan muridnya.
* Pada keesokan harinya, dari puncak Mahameru turunlah seorang pemuda yang amat
elok dan rupawan. Sungguhpun tubuhnya tidak besar dan kakitangannya
nampaklemahdan berkulit kuning halus, namun gerak-geriknyacekatandan larinya
bagakan kijang dikejar harimau. Pemuda inidemikian halus dan tampannya sehingga
orang yang melihatnya tentu akan bertanya apakah Sang Arjuna yang terkenal
sebagaipria paling menandingi ketampanan pemuda yang sedang turun dari Mahameru
itu. Memang luar biasasekali pemuda itu. Wajah dangerak-geriknya yanghalus tak
sesuaidenganketangkasannya ketika ia menuruni gunung, melompati batu karang dan
jurang. Melihat matanya yang bening dan bibirnya yang merah, ia kelihatan
seperti Batara Kamajaya Dewa Asmara, akan tetapi melihat ketangkasannya, ia
menyamai Raden Gatotkaca yang dapatngambah jumantara (terbang)!
Siapakah dia ini" Lihatlah baik-baik dananda akan mengenalnya! Ya,diabukanlain
adalah daraperkasa Ratnawulan! Gadis ini telah menyamar sebagai seorang pemuda
atas nasehat ibunda. "Wulan". Kata ibunya sebagainasehat terakhir ketika anaknyahendak berangkat
kokota raja,"Seorang daraseperti kau melakukan perjalanan seorang diri keluar
masuk hutan masih tidak terlalu menarik perhatianpara penduduk gunung dandusun.
Akan tetapi, apabila kau mamasuki kota raja, kauakan menimbulkan kegemparan di
kalangan penduduk. Amat langka terdapat dan amat ganjilah apabila mereka melihat
seorang dara muda berjalan seorang diri tanpa pengiring di kota raja. Apa akan
kata orang" Halitu hanya akan menimbulkan kesulitan bagimu, nak, dan akubahkan
khawatir kalau-kalau engkau akan akan menemui bahaya sebelumcita-citamu
tercapai. Oleh karena itu, janganlah kau masuk ke kota raja sebagaiwanita,
akantetapi sebagai seorangpria, sebagais eorang jakalelana. Dengand emikian,
takkan ada orang yang menaruh perhatian kepadamu dank au takkan menimbulkan
kecurigaan." Demikianlah, dengan pertolongan ibunya, Ratnawulanl alu menyamar sebagai seorang
pemuda. Ibunya berlinang air mata ketika memandang puterinya dalam penyamaran itu.
"Anaku, Wulan," bisiknya sambil memeluk pundakanaknya, "kau mengingatkan ibunya
kepada mendiang ayahmu pada waktu kamu mula-mula bersuara."
Koleksi Kang Zusi Amat terharulah Ratnawulan mendengar keluhan ibunyaini, dania dapat memaklumi
kesedihan hati ibunya.Dipeluknya ibunya dengana kasih sayang yang amat besar dan
untuk beberapa lamanya keduanyaterbenam dalamlaut keharuan.
"Sekali lagi, Wulan. Berhati-hatilah kau menjaga dirimu sendiri, tertama sekali
teguhkanlah imanmu menghadapi godaanasmaradidalam hatimu sendiri, oleh karena
tiada musuhyang lebih berbahaya daripada musuh didalam dada sendiri!"
Maka berangkatlah Ratnawulan meninggalkan ibunya, berangkatlah menuju keKota
Raja Majapahit ,menuju kearah pelaksanaan cita-citanya, yaitu membalas dendam kepada musuh
besarnya, Kartika! Benar sebagaimana kata ibunya,dengan menyamar sebagaiseorang pria, dengan mudah
tanpa menimbulkan kecurigaan orang, Ratnawulan dapat masuk kekotaraja. Memang ia
menarik perhatian karenake elokan wajahnya, akan tetapi keelokan wajah seorang
priahanyamembuat orang menengokdan mengagumi sekilas saja. Begitu ia lewat,
orang telah melupakan lagi.
Karena hari sudah malam ketika ia tiba di kotaraja, maka Ratnawulan menunda
niatnya mencari rumah Kartika.Ia tidak mau menimbulkan kecurigaan orang yang
akan membuat usahanya menemui rintangan, oleh karena itu ia sengaja berjalan-
jalan sekeliling kota, melihat-lihat dan mengagumi bangunan gedung-gedung
besaryang amat indah dan yang belum pernah dilihat seumur hidupnya. Di dusun-
dusun sekitar Gunung Mahameru hanya melihat bangunan-bangunan dari bamboo
yangberatap daun, palingbesarhanyalah rumah-rumah lurah yang terbuat daripada
kayu gunung beratap genteng.Di kotaraja melihat bangunan-bangunan raksasa dengan
pilar-pilar terukir dan tercat indah merupakan bangunan yang besarnya seperti
anak bukit! Tiba-tiba ia mendengar suara gamelan ramai menggema di gelap malam. Suara kenong
dangongnya bertalu-taluseperti memanggil-manggil semua orang untuk datang
menonton. Ah, tentu pertunjukan wayang kulit, piker Ratnawulan dengangembira.
Lumayan juga untuk melewatkan malamini. Ia pernah menonton pertunjukan wayang
kulit yang sering diadakan didusun-dusun dan ia gemar sekali akancerita
pewayangan, terutama ceritayang mengisahkan perjalanan pahlawan wanita
Srikandi.Biasanyaia tidak kuat sampai semalam untuk menonton wayang kecualikalau
ceritaya mengisahkan pengalaman pahlawanwanita itu, terutama cerita yang
mengisahkan pengalaman wanita itu, terutama sekali ia paling suka menonton
cerita Srikandi Belajar memanah!
Dengan langkah lebar ia menuju ke arah suara gamelan itudan darijauh ia telah
melihat penerangan tempat pertunjukan itu. Ternyata bahwa gamelan itu keluar
dari sebuah gedung tumenggungan dan pertujukan diadakan di halaman depangedung
itu. Melihat banyak orang menonton berjubel di luar panggungyang dibangun di
depan gedung, Ratnawulan juga mendesak maju dan mencari tempat di Koleksi Kang
Zusi depan. Akan tetapi alangkah herannya ketia ia tidak melihat layer wayang di
situ, juga tidak ada batangpohon pisang melintang untuk tempat wayang-wayang
kulit ituditancapkan. Yang ada hanyalah para yogo penabuh gamelan dandi atas
panggng itu kelihatan seorang ledek tengah menaridan menyanyi dengangerak kaki
tangan yang amat lemasdan suaranya amat merdu. Ledek itu tidak muda lagi,
akantetapi jelas bahwa ia memiliki potongan tubuh yang menggairahkan dan wajah
yang amat cantiknya. Lirikan matanya tajam menggurat kalbu sedangkan senyumnya
mengalahkan bunga yang mengharum. Di sekeliling panggung itu penuh dengan tamu-
tamududukdi kursi. Mereka ini semuanya kaum pria dantidakada seorang pundi
antara mereka yang tersenyum dantertawa-tawa gembira.
Diatas meja tersedia kendi-kendi arak yang menyiarkan bau keras, sedangkan
beberapa buah cawan menggeletak di sana-sini.Dengan heran Ratnawulan melihat
betapa wajahpara tamu itu berbeda dengan orangbiasa, dan ketawa mereka juga
ketawa tidak sewajarnya. Bahkan ada orang yang berdiri dengan tubuh bergoyang-
goyang seakan-akan hendak jatuh. Ia tidak tahu bahwa sebagian besar para tamu
itu telah mabok! Pesta malam itu adalah pesta tayuban, yaitu pesta malam gembira dengan tari-
tarian dan nyanyianledek, dandi dalam pesta tayubanini para tamu yang "ketiban
sampur" diharuskan menari bersama ledek itu.Ketiban sampur
berartikejatuhanselendang, dan ledek itulah yang menetapkan siapa-siapa orangnya
yang hendak diajak menari. Sambil menari-nariia berjalan lenggang-lenggok ke
arah para tamu dengan mata tajam mengerling ke kanan kiri, mencari-cari
"korbannya" yang hendak dijatuhi selendangnya. Biasanya ledek ini memilih
seorang tamu yang kantongnya padat, olehkarena sehabis menari, sudah menjadi
kelaziman bahwa tamu itu memberi hadiah uang beberapa realkepada si ledek.Akan
tetapi ada pulaledek yang tidak begitu mementingkan uang dansengaja memilih
tamu-tamu yang muda dant ampan, terutama yang pandai untuk memenuhi kesenangan
sendiri. Ledek inipun agaknya hendak mencari seorang lawan yang baik, karena ia tidak
menghampiri tamu-tamu tua yang berpakaian mewah, akan tetapi menghampiri seorang
tam umuda yang amat menarik perhatian. Pemuda ini usianya dua puluh tahun lebih,
tubuhnya tubuh ksatria, kuat tegap tidak dempel atau tinggi besar, rambutnya
keriting dan sepasang matanya bercahaya tajam. Wajahnya amat tampan dan
menunjukkan kegagahan, terutama sepasang alisnya yangtebal danbulu matanya yang
lentik melengkung keatas yaitu bulu mata yang biasanya hanya terdapat pada kaum
bangsawan atau darah keraton. Pakaiannya jugaindah dan mahal, tanda bahwa
iabenar-ronta dan memekik-mekik ketakutan, sedangkan para tamu bermacam-macam
sikapnya melihat peristiwa ini. Ada yang melindungi sambil tertawa terkekeh-
kekeh ada yang berdiri dan membujuk sigemuk itu untuk turun kembali dan jangan
merusak suasana, akan tetapi tidakada orang yang berani naikke panggung untuk
menghalanginya. Sementara itu, para yogo masih tetap menabuh gamelannya dengan
riuh. Raden Indrajaya yang melihat perbuatan si gemuk ini,segera mengeluarkan tangan
dan sekali renggut saja, terlepaslah pelukan tangan si gemuk itu ari tubuh
Puspamirah. Sambil menangkis Puspamirah lalu berlari ke tempat yogo dan duduk
sambil menutupi mukanya dengan selendang yang berwarna merah jingga.
Koleksi Kang Zusi "Mas Bei Bajrabumi, jangan melanggar kesusilaan di tempat ini! Mundurlah dan
jangan membikin kacau!" pemuda itu membentakdengan halus, mukanya merah tanda
bahwa ia marah, akan tetapi iakan Arjuna itu.Geraktarian pemuda itu benar-benar
hebat dan indah, tidak saja lemas dan sesuai batul dengan Irama lagu, akan
tetapi juga hidup dan seakan-akan setiap gerakannya menyatakan sesuatu yang
berarti. Sepasang matanya memancarkan cahaya gemilang, bibirnya tersenyum dan
wajahnya berseri-seri. Sungguh seorang pemuda yang akan meruntuhkan iman setiap
orangdara, danbenar-benar tariannyaitu tarian yang indahdan bermutu. Orang-
orangyang berada disitu tidak merasa heran oleh karena pemuda ini memang seorang
ahli tariyang kenamaan di Majapahit dan seringkali ia memperlihatkan keahliannya
di depan sang prabu sendiri dengan seluruh keluarga keraton.Akan tetapi bagi
Ratnawulan yang tidak tahu siapa adanya pemuda ini, memandangnya bagaikan
memandang kepada seorang dewata yang baru melayang turun dari Swargaloka! Benar-
benar hatinya terpikatdan jari-jari tangan muda yang bergerak-gerak dalam
tariannya itu seakan-akan menjentik-jentik kalbunya, membuat mukanya terasa
panas dan matanya memandang sayu.
Akantetapi,dara perkasa ini segera teringat akan petuah ibundanya, maka ialalu
menahan napas, memusatkan panca inderanya dan berhasil mengusirgodaan itu.
Pada saatia berdiridi antara sekian banyak orang sambil mengheningkan cipta
untuk menekan perasaannya yang menggelora, tiba-tiba ia menangkap bisikan tiga
orang yang berdiri tak jauh dari tempatnya.
"Saat yang baik untuk mulai gerakan kita!" terdengar bisikan itu. "Sudah
seharusnya mas bei melihat kesempatan ini dan mulai beraksi.Banyak tamu telah
mabok, maka kalau ia berpura-pura mabok dan menyerang Raden Indrayana membuat
keributan, takkan ada yang mengira bahwa ia melakukan dengan sengaja. Dan
kitaakan lebih mudah lagi bergerak."
"Dengan alasan seperti yang sudah diatur semula?" terdengar orang kedua
berbisik. "Bodoh! Masih kurang jelaskah perintah mas bei" Kita berpura-pura merasa cemburu
kepada Raden Indrayana dan kita mengaku menjadi kekasih-kekasih Puspamirah! Sst,
diam, itu kulihat mas bei sudah berdiri dari kursinya! Benar. Ia berdiri
terhuyung-huyung seperti orang mabok. Awas, siap!"
Ratnawulan berdebar hatinya mendengar bisikan-bisikan yang terdengar oleh orang
lain itu. Ia maklumbahwa yang handak diserang adalah pemuda yang menawan hatinya
itu, karena tadipun orang menyebut nama pemuda itu Raden Indra.Tiga orang ini
menyebut nama Raden Indrayana, tentu pemuda yang sedang menari dengan asyiknya
itu. Dan ia mengerling ke arah tigaorang yang berbisik tadi. Ternyata bahwa
mereka adalah orang tingg ibesar yang brengosnya sekepal melintang
dansikapmereka jelas menunjukkan bahwa mereka adalahorang-orang kasar yang
berlagak seperti seorang cabang atas! Ketika Ratnawulan mengerling ke atas
panggung, ke arahketiga orang itumenujukan pandang maramereka, ia melihat
seorang setengah tua yang bertubuh gemuk pendek, berpakaian mewah, berdiri dari
kursinya dandengan tubuhterhuyung-huyung menghampiri kedua Koleksi Kang Zusi
orang yang asyik menari di tengah panggung itu.Denganpandang matanya yang amat
tajam Ratnawulan dapat melihat bahwa biarpun orang gemuk ini kelihatan
mabok,akan tetapi sepasang matanya masih bersinar cerdik dan beberapa
kalisigemuk itu mengerling ke arah tiga orang yang berdiri di sebelah kiri
Ratnawulan. Ratnawulan memandang dengan penuh perhatian dan diam-diam ia mengambil keputusan
untuk mebantu Raden Indrajayaitu apabila benar-benar menghadapi bahaya. Entah
apa ang menggerakkan hatinya untuk mencampuri urusan lain orang ini, hanya ia
menghibur hatinya sendiri dengan bisikan,
"Ada orang dalam bahaya, tak perduli siapa adanya orang itu, baik kakek tua
buruk maupun teruna yang elok rupanya, harus kubantu dia."
Orang gemuk itu setelah berada di dekat puspamirah, tiba-tiba tertawa dan
menangkap lengan tangan ledek itu, menarik dan memeluknya lalu berusaha hendak
menciumnya. Ledek itu meronta benar putera bangsawan yang kayaraya.
Ketika ledek itu telah melangkah sampai di hadapan pemuda ini, ia lalu
mengalungkan selendagnya kepada pemuda itu yang menolak dengan kedua tangannyas
ambil berkata halus. "Puspamirah, pilihlah orang lain, sekali saja sudah cukup bagiku!"
Akan tetapi banyak tamu ikut membujuknya dan berkata.
"Raden Indra,menarilah sekalilagi.Tidak saja Puspa akanmerasa girang,
kamipunamat gembiramelihattarianmu yang indah!"
Terpaksa pemuda itu bangkit dari tempat duduknya dan melangkahle tengah panggung
bersama ledek itu.Gamelan dipukul dengan irama merdu danmenarilah pemuda
itubersama pasangannya. Kalau semua tamu dan semua penonton di bawah panggung merasa gembiradan kagum,
adalah Ratnawulan merasa takjubdan memandang denganmataterbelalak. Dadanya
berdebaraneh, dan sepasang matanya tidak bosannya memandang kepada pemuda yang
tampan bagai menahan kemarahannya karena melihat bahwa Bajrabumi dalam keadaan
mabok. Koleksi Kang Zusi "Ha, ha, ha! Raden Indrayana, aku Raden Mas Ngabei Bajrabumi, tidak tunduk
kepada siapa juga kecuali sang prabu! Kalau aku tidak mau mundur, kaumau apa"
Ha, ha, ha! Kau hendak memborong Puspamirah" Tidak boleh. tidak boleh. Haimenari
dengan aku sampai pagi!"
"Mas bei, kalau tidak mau kelur terpaksa akan kulontarkan kau keluar dari sini!"
Raden Indrayana berkata marah.
"Ha, ha, ha! Dengar ocehan anak kemarin sore! Indrayana! Kau anak kecil masih
bau pupuk ubun-ubunmu, hendak melontarkan aku" Ha, ha, ha!Boleh kau coba!" Si
gemuk itu lalumencabut kerisnya yang dihias ronce kembang melati.
"Raden Indra! Mundurlah dan jangan melayanidia yang mabok!" terdengar orang
berserudari rombongan tamu.
Akan tetapi Raden Indrajaya sama sekali tidak merasa gentar menghadapi keris
ditangan Bajrabumi itu. Ratnawulan memandang dengan kagum dan gembira ketika melihat betapa pemuda
tampan itu ternyata tidak saja pandai menari,akan tetapi pandai pulailmu pencak
silat. Biarpun ia bertangan kosongdan menghadapi seorang lawan yang bersenjata
keris, ia tidak gugup dan tidak pula mencabut kerisnyasendiri.Ternyata bahwa
Bajrabumi juga bukan seorang lemah. Ilmu kerisnya cukup tinggi dan dari
gerakantangannya ternyata bahwa ia telah mempelajariilmu pencakdari pesisir
utara, ilmu kerisnya adalahilmu kerisdari daerah Tuban. Tusukannya bertenaga
dancepat sekali danpekembangannya serangannya selain bagus juga amat
cekatan.Bertubi-tubiia menusukkan kerisnya kepada pemuda lawannya itu, sehingga
marahlah Indrayana karena dari pergerakan lawannya yang tangkas dan cepat ini
sama sekali ia tidak melihat sifat-sifat orang mabok. Orang mabok takkan dapat
bermain keris sebaik ini!
"Bajrabumi, kau benar gila!" bentaknya dan dengan cepat ia mengelak sambil
mengirim serangan balasan. Dengan tangankiri iamenangkappergelangan tangan lawan
yang memegang keris, sedangkan tangan kanannya memukul dengan telapak tangan,
menebakdada. Bajrabumi tak kurang gesitnya, dengan cepat ia dapat metenggut
tangannya yang tepegang dan tangan kirinya menangkis pukulan tangan lawan dari
samping. Koleksi Kang Zusi Ternyata dalam hal ini kecepatan gerakan, Bajrabumi yang gemuk pendek itu masih
kalah oleh Indrayana yang gesit seperti burung srikatan.Begitu serangan
balasannya gagal, kaki kirinya menyapukaki lawan lalu di sini pergelangan
tanganyang memegang keris.
Bajrabumi melompat untuk menghindarkan diri dari sapuan kaki lawan, akan tetapi
ia tidakmenyangka akan datangnya tendangan lawan yangcepat itu sehingga
pergelangannya kena tendangan keras. Ia memekik kesakitan dan kerisnya terlepas
dari pegangan. Pada saat itu, tiga bayangan tubuh yang tinggi besar melompat naik ke atas
punggung. Seorang yang terdepan berseru.
"Indrayana, kau berani merebut Puspamirah dari tangan kami"Kau benar-benar sudah
rindu kepada kuburan!" Tiga orang yang berkumis tebal itulalu maju menyerang
dengan kelewang mereka yang berkilauan saking tajamnya.
Bukan main ributnya suasana di situ.
"Celaka. Perampok-perampok datang!" terdengar teriakan orang, sedangkan
Bajrabumi yang masih berpura-pura mabok melanjutkan serangannya pula dengan
tangan kosong. Akan tetapi ketika melihat Indrayana mencabutkerisnya, ngabei
yang bertubuh gemuk itu lalu mengundurkan diri dari pertempuran, oleh karena
tadi ia pun hanya hendak memperlihatkan bahwa ia benar-benar "mabok"
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saja dan memang hendak menyerahkan pemuda itu ke pada tiga orang"perampok"yang
sebenarnya adalah tiga orang cabang atas dari Madurayang telah disewanya untuk maksud ini.
Setelah berhadapan dengan tiga orang cabang atas dariMadura ini, baru
kelihatanlah kepandaian Indrajaya, seakan-akan sebatang keris yang baru
kelihatan pamornya. Tiga orang itu bersenjata kelewang yang panjang dan tajamdan
gerakan mereka menunjukkan bahwa mereka benar-benar memiliki ilmu kepandaian
pencak silat yangtakboleh dipandang ringan.Dengan lincahnya kaki mereka bergerak
secara teratur sekali, juga kelewang-kelewang di tangan mereka melakukan
serangan menurut gerakan seorang ahli,bukan secara sembarangan atau akan hal
ini, maka iapun mengerahkan seluruh kepandaiannya.Dengan amat terampil dan
cekatan bagaikan seekor burung Srikatan dikeroyok tiga oleh burung Alap-alap,
tubuhnya bergerak menyelinapdi antara sinar tiga batang kelewang, berlompatan
kesana ke mari mengelak golok sambil melakukanserangan balasan. Kadang-kadang
kerisnya beradu dengan golok sehingga terdengar bunyi nyaring dan berpancarlah
bunga api.Sementara itu, masih saja gamelan dipukul bertalu-talu dengan amat
ramainya sehingga bagipendatangbaru, mungkin pertempuran itu disangkanya sebuah
permainan atau sebuah adegan daricerita Bhatarayuda!
Koleksi Kang Zusi Ratnawulan masih berdiri dan belumturun tangan oleh karena ia asyik
memperhatikan gerakan empat orang itu. Ia mendapat kenyataan bahwa Raden
Indrayana memiliki ilmu pencak silat yang cukup tinggi dan andaikata ia tidak
memegang sebatang keris yang kecils aja, akan tetapi juga memegang senjata yang
panjang, tentu pemuda itu takkan memiliki ilmu kepandaian "halus"sehingga
gerakannya demikian indah bagaikansedang menari saja, hanya mengandalkan
keawasan mata dan kelincahan tubuh. Tidak seperti ketigaorang pengeroyokannya
yang biarpun memilikigolok yang hebat, akan tetapi kehebatannya itu hanya nampak
pada luarnya saja karena ketiga orangcabang atas ini memiliki ilmu pencak kasar
dan yangh anya mengandalkan besarnya tenaga dan tajamnya kelewang. Namun harus
diakui bahwa kepandaian mereka sudah cukup tinggi dan merupakan lawan yang amat
berbahaya bagi pemuda itu.
Indrayana agaknya maklum akan hal ini, makaia lalu menyerang dengan amat
cepatnya dengan maksud merobohkan seorang pengeroyok lebih dahulu untuk
mengurangi jumlah lawan. Ketika dua batanggolok menyambar dari kanan kiri,ia
tidak mengelak ke belakang,bahkan lalu menerjang ke depan dengan kecepatan
melebihi datangnya golok lawanke tiga yang menusuknya daridepan yangdapat
dielakkannya dengan tubuh dimiringkan, secepat kilat kerisnya menusuk dada orang
itu! Akan tetapi alangkah kagetnya ketika kerisnya bertemu dengan dadayang bidang
dari orangitu, kerisnya terpental kembalidan orang ituhanya tertawa mengejek!
Ternyata bahwa orang itu kebal dan memiliki AjiKesaktian Lulang Warak (Kulit
Badak) yang membuat kulitnya kebal tak terluka oleh senjata tajam! Hal ini
menggoncangkan semangatnya dan kini perlawanannya menjadi lemah dan kacau.
Ratnawlan dapatmelihatakan hal ini,maka kinidara perkasa ini setelah melihat
keadaan pemuda itu amat terdesak danberada dalam dalam bahaya, cepat menjejakkan
kakinya ke atas tanah dan tubuhnya mencelat keatas panggung!
"Mengasolah, Raden, biarkan aku menggantikanmu dan membereskan tiga ekor babi
hutan ini!" kata Ratnawulan yang telah melompatdi hadapan Indrajaya.
Tidak saja semua penonton menjadi kagum dan heran,juga Indrajaya sendiri
tertegun melihat betapa seorang pemuda bersikap lemah-lembut dan elok
sekalitahu-tahu muncul dari bawah, bagaikan Raden Antasena muncul keluar dari
permukaan bumi! Ia memang telah lelah sekali dan melihat munculnya pemudayang
aneh ini, ia menaruh kepercayaan dan segera melangkah mundur.
Akan tetapi ia masih memgang kerisnya, siap membantu apabila pemuda yang hendak
membantunya init ernyata tak dapat mengalahkan tiga orangp engeroyok itu.
Koleksi Kang Zusi Sementara itu,ketiga orang pengeroyok tadi telah merasa amat gelisah ketika
mendapat kenyataan betapa Raden Indrajaya amat sukar dikalahkan. Mereka telah
merasa gelisah kalau-kalau tugas mereka akan gagal. Kini melihat munculnya
seorang pemuda tampan dengan tiba-tiba, mereka menjadi marah dan hendak
menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, maka tanpa banyak bicara lagi mereka lalu
menyerbu dan menyerang Ratnawulan yang masih berdiri dengan tenang!
Akan tetapi, alangkah terkejut hati mereka ketika tiba-tiba tubuh pemuda elok
itu sekali berkelebat saja lenyap dari depan mereka dan tahu-tahu pemuda merdu
di belakang mereka! Mereka tercengang sejenak, akan tetapi segera menyerang lagi dan seorang
diantara mereka membentak.
"Keparat! Jangan kau kira kami takut kepada aji silumanmu!"
Ratnawulan tersenyum dan sekali tangannya bergerak kearah pinggang, keris pusaka
Banaspasti telah tercabut dan ia menyambut serangan tiga buah kelewang itu
dengan memutar kerisnya. "Trang! Trang!Trang!" tersengar bunyinyaring ketika kerisnya sekaligus
menyambar-nyambar ke arah senjata lawan dan suasana di situ menjadi sunyi senyap
karena kini gamelan tiba-tiba menjadibidu. Semua yogo duduk dengan melongo dan
lupa untuk menabuh gamelan mereka ketika menyaksikan betapa tiga batang golok
besar itu tela putus semua sampai tinggal gagangnya saja yang masih berada di
tangan ketiga orang pengacau itu! Kemudian pecahlah suara sorak-sorai menyatakan
kagum kepada pemuda tampan yang aneh itu.
"Siapakah dia?" terdenga rsuara di mana-mana akan tetapi siapakah yang dapat
menjawab" Semua orang hanya menduga-duga sambil memandang ke arah pemuda itu.
Tiga orang lawan Ratnawulan jugaterkejut sekalis ehingga wajah mereka menjadi
pucat.Akan tetapi ketakutan mereka akan ampuhnya keris lawan itu lenyap ketika
mereka melihat betapa Ratnawulan dengan amat tenangnya menyimpan kembali
kerisnya dan menghadapi mereka dengan tangan kosong.
"Bagaimana sekarang" Apakah akan kita lanjutkan dengan kedua tangan saja?"
tantangnya. Kemudiania berkata kepada orang yang mempunyai kekebalan tadi dan berkata,"Kau
kebal dan kuat menahan tusukan curiga (keris), hendak kulihat apakah kuat
menerima pukulan tanganku!"
Koleksi Kang Zusi Biarpun merasa takjub melihat ampuhnya keris di tangan pemuda yang nampak lemah
ini, akan tetapi ketiga orang itu memiliki aji kekebalan, maka mereka maju lagi
dengan berani, bahkan orang yangtadi memperlihatkan kekebalannya lalu berkata.
"Keparat! Kalau kau tidak mengandalkan keampuhan curigamu, dalam dua jurus saja
kami akan menhancurkan kepalamu!"
"Aduh mudah amat!" Ratnawulan mengejek. "Jangan hanya memperbesar sumbarmu,
kawan! Kalian coba sajalah!"
Tiga orang itulalu maju menyerbu dan memukul dengan buah kelapa besarnya. Akan
tetapi, tanpa bergerak atau berpindah dari tempatnya, Ratnawulan mengangkat
kedua lengannya dan menangkis semua pukulan itu dengan gerakan yang cepat
sekali.Ketika lengan tangan mereka beradu dengan lengan Ratnawulan yang kecil
dan berkulit halusitu, ketiga orang tadi menahan seruan, karena mereka betapa
kulit lengan mereka amat pedih dan sakit. Mereka menduga bahwa pemuda aneh ini
tentu mempergunakan aji Kesaktian Srigunting,maka mereka menjadi jerih dan
merasa ragu-ragu untuk memukul lagi.
Ratnawulan tersenyum lagi."Apakah kedua tanganku masih terlampau ampuh bagimu"
Nah, kalau begitu, aku takkan menangkis, kalian pukulah sesukamu, asal saja
jangan memukul kepala!" Setelah berkata demikian,Ratnawulan lalu bersedekap,
melindungi dadanya dengan kedua lengan, dan berdiri tak bergerak bagaikan
patung, mengerahkan aji kesaktiannya.Hal ini memang di luar kebiasaannya,akan
tetapi entah mengapa, di hadapan Indrayana, ia ingin sekali memamerkan
kepandaian dan kesaktiannya, terutama ketikaia mengerling dan melihat betapa
Indrayana memandangnya dengan mata penuh takjub dan kagum.
Tiga orang cabang atasdari Maduraitu saling pandang dengan heran, kemudian
mereka lalu melangkah maju dan memukul tubuh Ratnawulan. Aneh sekali! Semua
pukulan mereka itu seakan-akan mengenai segumpal karet mentah yang membuat
pukulan-pukulan mereka mental kembali. Ke manasaja mereka memukul, tak sebuahpun
pukuan mereka dapat menggoyangkan tenaga yang disertai ilmu dalam, akan tetapi
tak ada kesaktian yang dapat mengalahkan kekebalan pemuda ini.
Seorang diantara mereka lalu melakukan kecurangan dan mengirim pukulan ke arah
kepala pemuda itu. Sebetulnya Ratnawulan tidak takut akan pukulan ini dan
kepalanya takkan terluka oleh pukulan orang, akan tetapi, ia tidak sudi
kepalanya tersentuh tangan lawannya, maka sambil berseru kerasia mengerahkan
tangannya ke arah sambungan siku lawan.
Koleksi Kang Zusi "Krek!" ketika pukulan orang itu melayang ke arah kepalanya, lengan tangan yang
besar itu telah didahului dan disambar oleh jari-jari tangan Ratnawulan yang
dibuka dan dipukulan miring ke arah tulang siku sehingga tulang siku itu patah!
Orangitu menjerit kesakitan dan membungkuk-bingkuk sambil memgangi sikunya yang
telah lumpuh dan patah. Ratnawulan takmau memberihati lagi."Coba pergunakan kekebalanmu!" serunya sambil
menggerakkan tubuh menyerang dua orang yang lainnya. Mereka masih mencoba
menangkis dan mempertahankan diri, akan tetapi percuma saja Ratnawulan terlalu
gesit dan cepat bagi mereka sehingga ketika dada mereka kena ditebak oleh
telapak tangan gadis itu mereka mencelat dan roboh tunggang-langgang di atas
panggung. Ratnawulan menyepak tiga kali tubuh yang tinggi besaritu melayang
turun ke bawah panggung, di mana mereka merangkak-rangkak bangun lalu berlari
sipat kuping bagaikan sedang adu balap lari!
Bukan main riuhnya orang-orang yang menyaksikan kehebatan ini. Tadi mereka tak
bersuara sedikitpun menyaksikan sepak terjang yang luar biasa gagahnya itu, dan
pecahlah tampik sorak dan tepuk tangan memuji.
Raden Indrajaya sendiri lalu menghampiri Ratnawulandan dengan mesra ia memgang
lengan tangan dara perkasa itu, yang disangkanyas eorang pria.
"Kesatria yang gagah perkasa tanpa tanding!" katanya memuji sambil memandang
dengan penuh kasih sayang."Jangankan melihat dengan mata sendiri, mendengarpun
belum pernah bahwa didunia ini ada seorang muda teruna sehebat engkau! Sungguh
mentakjubkan! Tubuhmu begini kecil, tanganmu begini halus dan lunak, akan tetapi
tenagamu dapat menggugurkan Mahameru!" Sambil berkata demikian,dengan kagum
dipandangnya lengan tangan Ratnwulan yang berkulit putihkuning dan amat halus
itu. Indrajaya benar-benart ertegun karena lengan itu begitu halus dan
sentuhannya membuat dadanya berdebar aneh. Ia melihat sebuah tahi lalat hitam
bulat di dekat pergelangan tangan Ratnawulan, jelas kelihatan di atas kulit yang
putih kuning dan bersih itu.
Adikku yang gagah, adiku yang elok. Siapakah gerangan adik yang gagah perkasa
ini" Marilah kita duduk bercakap-cakap di sana!"
Akan tetapi, digandeng dan dipegang lengannya sedemikian rupa dan melihat sikap
Indrajaya yang amat mesra itu, tiba-tiba muka Ratnawulan menjadi merah sekali
merenggutkan tangannya, maka terlepaslah tangannya dari pegangan Indrajaya.
Koleksi Kang Zusi "Aku.akuharus pergi sekarang juga!" katanya seperti pada diri sendiri dan
tubuhnya melompat, hanya merupakan bayangan berkelebat dan lenyaplah ia dari
hadapan Indrajaya dan lain-lain tamu yang memandang dengan bengong.
Indrajaya menghela napas. "Sayang sekaliia pergi tanpa mau memperkenalkan diri.
dia gagah perkasa!" Sementara itu, Mas Ngabei! Bajrabumi dengan langkah sempoyongan menghampiri
Raden Indrajayadan dengan muka merah ia berkata.
"RadenIndra, harap kau sudi memaafkan padaku. aku tadi entah mengapa kepalaku
Pedang Naga Kemala 1 Keturunan Pendekar Karya Rajakelana Asmara Bernoda Darah 2