Pencarian

Kucing Ditengah Burung Dara 3

Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie Bagian 3


seorang yang benar-benar mengerikan. Demikian angkuh dan pesoleknya dia hingga
kami tak tahu apa yang sedang diajarkannya."
Ibu guru yang kemudian muncul adalah Eileen Rich. Kesan Inspektur Kelsey yang
pertama tentang dia adalah bahwa dia jelek sekali. Kemudian diperlembutnya
kesannya itu, ada juga sedikit daya tariknya. Dia mulai menanyakan pertanyaan-
pertanyaan rutinnya, tapi jawabnya tidak serutin
150 yang diharapkannya. Setelah mengatakan bahwa dia tidak mendengar atau melihat
sesuatu yang khusus yang telah dikatakan seseorang tentang Bu Springer atau yang
telah dikatakan Bu Springer sendiri, jawaban Eileen Rich berikutnya adalah
sesuatu yang sama sekali tidak diharapkannya. Inspektur berkata,
"Sepanjang pengetahuan Anda, apakah tak ada seorang pun yang benci padanya?"
"Oh, tak ada," kata Eileen Rich cepat-cepat. "Tak mungkin. Saya rasa itulah yang
menyedihkan mengenai almarhum. Bahwa dia bukanlah seseorang yang bisa membuat
orang membencinya." "Ah, apa maksud Anda dengan kata-kata itu, Bu Rich?"
"Maksud saya, dia bukanlah seseorang yang bisa membuat orang ingin
menghancurkannya. Semua perbuatannya adalah sah. Dia membuat orang jengkel
memang. Orang sering harus mengucapkan kata-kata tajam terhadapnya, tapi itu tak
berarti apa-apa. Tak ada sesuatu yang mendalam. Saya rasa dia telah dibunuh
bukan karena dirinya sendiri, mengertikah Anda maksud saya?"
"Saya tak yakin apakah saya betul-betul mengerti, Bu Rich."
"Maksud saya begini, dalam suatu perampokan bank umpamanya, dia bisa diumpamakan
kasirnya yang tertembak. Tapi itu adalah karena dia seorang kasir bukan karena
dia Grace Springer pribadi. Tak ada seorang pun yang begitu cinta atau begitu
benci padanya hingga ingin membunuhnya. Saya pikir mungkin dia merasakan hal itu
tanpa menyadarinya, dan itulah yang membuatnya suka bersikap seenaknya. Juga
suka mencari-cari kesalahan orang lain umpamanya, dan memaksakan peraturan-
peraturan 151 serta mencari tahu apa yang sebenarnya sedang dilakukan orang, lalu membeberkan
kesalahan itu." "Memata-matai?" tanya Kelsey. "Bukan, tidak tepat memata-matai,"
kata Eileen Rich. "Dia bukan modelnya orang yang memakai sepatu karet,
mengendap-endap, dan mengintip orang. Tapi jika dia menemukan sesuatu yang
menurut pendapatnya tak wajar, dia akan berusaha mengusutnya sampai tuntas. Dan
dia akan membongkarnya."
"Oh, begitu." Inspektur itu diam sebentar. "Anda tidak begitu suka padanya kan,
Bu Rich?" "Saya rasa saya tak pernah memikirkan dia. Dia hanya guru olahraga. Ah! Jahat
sekali rasanya harus berkata begitu tentang seseorang! Hanya ini hanya itu! ?Tapi begitulah anggapan dia tentang pekerjaannya. Pekerjaannya itu adalah
kebanggaannya dan tugasnya dilakukannya dengan baik. Dia tidak menganggapnya
menyenangkan. Dia tidak terlalu menaruh perhatian bila dia menemukan seorang
gadis yang pandai sekali main tenis, atau pandai sekali dalam salah satu cabang
atletik. Dia tidak ikut gembira, tidak pula merasa telah berhasil melatih."
Kelsey memandanginya penuh rasa ingin tahu. Aneh benar wanita muda ini,
pikirnya. "Kelihatannya Anda punya gagasan sendiri mengenai semua soal, Bu Rich," katanya.
"Ya, ya, saya rasa memang begitu." "Sudah berapa lama Anda berada di Meadowbank
ini?" "Satu setengah tahun lebih sedikit." "Apakah sebelum ini tak pernah ada
kesulitan apa-apa?" "Di Meadowbank?" Bu Rich kedengaran terkejut.
152 "Ya." "Oh, tidak. Segala-galanya baik-baik saja sampai semester ini."
Kelsey menangkap kesempatan itu.
"Apa yang tak beres dalam semester ini" Maksud Anda bukan pembunuhan itu, bukan"
Maksud Anda sesuatu yang lain...."
"Tidak..." dia berhenti. "Ya, mungkin tapi semuanya begitu kabur."?"Tolong lanjutkan."
"Bu Bulstrode akhir-akhir ini kurang senang," kata Eileen lambat-lambat. "Itu
salah satu di antaranya. Memang tak kelihatan jelas. Saya rasa tak ada orang
lain yang melihatnya. Tapi saya melihatnya. Padahal tak biasa dia tak senang.
Tapi bukan itu yang Anda ingin tahu, bukan" Itu pikiran manusia biasa. Itulah
kalau kita terkurung bersama dan terlalu banyak berpikir tentang satu hal. Yang
ingin Anda ketahui adalah apakah ada sesuatu yang tak beres dalam semester ini"
Begitu, bukan?" "Ya," kata Kelsey, sambil melihat kepadanya dengan rasa ingin tahu, "ya, memang
itu. Nah, bagaimana tentang hal itu?"
"Saya rasa memang ada sesuatu yang tak beres di sini," kata Eileen Rich lambat-
lambat. "Rasanya seolah-olah ada seseorang yang tak pantas berada di antara
kami." Dia memandang Inspektur, tersenyum, hampir-hampir tertawa, lalu berkata.
"Perasaan saya seolah-olah ada kucing di tengah-tengah burung dara, begitulah.
Kami ini burung daranya, kami semuanya, dan kucing itu ada di tengah-tengah
kami. Tapi kami tak bisa melihat kucing itu."
"Itu sama sekali tak jelas, Bu Rich."
153 "Begitu, ya" Kedengarannya bodoh sekali, ya" Saya sendiri pun menyadarinya. Saya
rasa, maksud saya adalah bahwa ada sesuatu, ada sesuatu yang kecil yang saya
lihat tapi saya tak tahu apa yang saya lihat itu."
"Khusus mengenai seseorang?"
"Tidak. Sudah saya katakan, itulah soalnya. Saya tak tahu siapa dia. Satu-
satunya yang dapat saya simpulkan adalah saya bisa mengatakan bahwa ada
seseorang di sini, yang entah bagaimana tidak pada tempatnya berada di
?sini entah siapa dia yang telah membuat saya merasa tak tenang. Bukan kalau
? ?saya sedang melihat kepadanya, tapi kalau dia sedang melihat kepada saya, karena
kalau dia yang sedang melihat kepada saya hal itu kelihatan, entah apa itu. Ah,
saya jadi makin bingung. Dan bagaimanapun juga, itu hanya perasaan saya saja.
Bukan itu yang Anda inginkan. Itu bukan barang bukti."
"Bukan," kata Kelsey, "itu memang bukan barang bukti. Belum. Tapi itu menarik,
dan bila perasaan Anda menjadi lebih pasti, Bu Rich, saya akan senang
mendengarnya." Bu Rich mengangguk. "Ya," katanya, "karena itu serius, bukan" Maksud saya,
seseorang telah terbunuh kita tak tahu mengapa dan pembunuhnya mungkin berada
? ?di tempat yang bermil-mil jauhnya, atau sebaliknya, pembunuhnya ada dalam gedung
sekolah ini. Dan kalau demikian halnya maka pistol itu atau revolver itu atau
entah apa lagi, tentu ada di sini pula. Itu suatu pikiran yang tidak terlalu
menyenangkan, bukan?"
Dia keluar setelah mengangguk sedikit. Sersan Bond berkata,
"Dia agak miring atau salahkah dugaan saya?"
?154 "Tidak," kata Kelsey, "kurasa otaknya tidak miring. Saya rasa dia tergolong pada
orang-orang yang boleh disebut peka. Seperti orang-orang yang tahu bahwa dalam
suatu ruangan ada seekor kucing lama sebelum dia melihatnya. Seandainya dia
lahir dalam suatu suku Afrika mungkin dia akan menjadi dukun sihir."
"Mereka pergi kian kemari mencium-cium kejahatan, bukan?" kata Sersan Bond.
"Benar, Percy," kata Kelsey. "Dan itu pulalah yang akan kucoba lakukan sendiri.
Tak seorang pun datang dengan fakta-fakta nyata, maka aku akan harus kian kemari
mencium-cium apa-apa. Berikutnya wanita Prancis itu yang akan kita tanyai."
155 10. Kisah yang Fantastis Mademoiselle Angele Blanche diduga berumur tiga puluh lima tahun. Dia tidak
memakai make-up, rambutnya yang berwarna cokelat tua ditata dengan rapi tapi
kurang pantas. Dia mengenakan jas dan rok yang kolot.
Baru semester itulah Mademoiselle Blanche mengajar di Meadowbank, dia
menjelaskan. Dia tak yakin apakah dia mau bertahan sampai semester berikutnya.
"Tak enak mengajar di suatu sekolah di mana terjadi pembunuhan," katanya dengan
nada mencela. Apalagi, agaknya di seluruh bangunan itu tak ada alarem pencegah pencuri itu ?berbahaya sekali.
"Di sini tak ada satu pun yang berharga yang menarik para pencuri, Mademoiselle
Blanche." Mademoiselle Blanche mengangkat bahunya.
"Mana kita tahu" Gadis-gadis yang datang bersekolah kemari, beberapa diantaranya
ayahnya kaya sekali. Mungkin mereka memiliki sesuatu yang sangat berharga.
Mungkin seorang pencuri tahu akan hal itu, lalu dia datang kemari karena
sangkanya ini merupakan tempat yang mudah untuk mencurinya."
"Bila seorang gadis memiliki sesuatu yang berharga tentu tak disimpannya dalam
ruang olahraga." 156 "Mana Anda tahu?" kata Mademoiselle. "Gadis-gadis itu masing-masing punya lemari
kecil, bukan?" "Hanya untuk menyimpan peralatan olahraga mereka, atau barang-barang semacam
itu." "Ya, memang itu gunanya. Tapi seorang gadis bisa saja menyembunyikan sesuatu di
ujung sepatunya, atau membungkusnya dalam sehelai jas wol yang tebal atau dalam
sehelai scarf." "Benda seperti apa umpamanya, Mademoiselle?"
Mademoiselle Blanche sendiri tak tahu benda apa.
"Seorang ayah yang paling memanjakan sekalipun tidak akan memberikan kalung-
kalung berlian pada putrinya untuk dibawa ke sekolah," kata Inspektur.
Mademoiselle Blanche lagi-lagi mengangkat bahunya.
"Mungkin sesuatu yang lain nilainya semacam permata, umpamanya, atau sesuatu
? yang disukai oleh seorang kolektor hingga dia akan mau membayar banyak untuk
itu. Salah seorang gadis itu ayahnya seorang arkeolog."
Kelsey tersenyum. "Saya rasa itu tak mungkin, Mademoiselle Blanche."
Wanita itu mengangkat bahunya. "Yah, sudahlah, saya hanya mengemukakan suatu
kemungkinan." "Pernahkah Anda mengajar di sebuah sekolah Inggris sebelum di sini, Mademoiselle
Blanche?" "Pernah. Di sebuah sekolah di Inggris Utara beberapa waktu yang lalu. Saya lebih
sering mengajar di Swiss dan di Prancis. Juga di Jerman. Saya datang ke Inggris
ini terutama untuk meningkatkan bahasa Inggris saya. Saya punya seorang sahabat
di sini. Sahabat saya itu sakit dan dikatakannya bahwa saya boleh
menggantikannya, karena Bu Bulstrode ingin mendapatkan penggantinya secepatnya.
Jadi saya 157 datang. Tapi saya tidak begitu senang. Seperti telah saya katakan, saya rasa
saya tidak akan menetap."
"Mengapa Anda tak senang?" desak Kelsey terus.
"Saya tak suka tempat-tempat di mana telah terjadi penembakan," kata
Mademoiselle Blanche. "Dan anak-anak di sini tak sopan."
"Mereka tak bisa disebut anak lagi, bukan?"
"Beberapa di antara mereka perangainya masih seperti bayi, beberapa di antaranya
berkelakuan seolah-olah mereka sudah berumur dua puluh lima tahun. Banyak macam
mereka di sini. Mereka punya banyak kebebasan di sini. Saya lebih suka tempat
yang lebih ketat disiplinnya."
"Apakah Anda kenal baik pada Bu Springer?"
"Boleh dikatakan saya tak kenal padanya. Dia berpembawaan jahat dan saya
berbicara dengan dia sesedikit mungkin. Tulangnya besar-besar dan mukanya penuh
bintik-bintik hitam serta suaranya jelek lagi nyaring. Dia persis dengan
gambaran karikatur tentang wanita-wanita Inggris. Dia sering kasar pada saya dan
saya tak suka itu." "Mengenai apa dia kasar terhadap Anda?"
"Dia tak suka saya pergi ke Pavilyun Olahraga-nya itu. Agaknya begitulah
perasaannya maksud saya tentu sebelum dia meninggal dia merasa bahwa Pavilyun ? ?Olahraga itu adalah miliknya* Pada suatu hari saya pergi ke sana karena saya
merasa tertarik. Saya belum pernah memasukinya, apalagi itu bangunan baru.
Bangunan itu telah diatur dan direncanakan dengan baik sekali, dan saya hanya
melihat-lihat saja. Lalu Bu Springer datang dan berkata, 'Apa yang Anda lakukan
di sini" Tak ada urusan Anda datang kemari.' Begitu katanya pada
158 saya saya seorang guru di sekolah ini! Apa pikirnya saya ini, seorang murid?"
?"Ya, ya, menjengkelkan sekali tentu," kata Kelsey menenangkan.
"Adat babi, itulah yang dimilikinya. Lalu dia berteriak lagi, 'Jangan pergi
membawa anak kunci itu.' Dia membuat saya marah sekali. Waktu saya menarik pintu
itu untuk membukanya anak kuncinya terjatuh dan saya memungutnya. Saya sampai
lupa mengembalikannya, karena dia telah menghina saya. Lalu dia berteriak pada
saya dari belakang, seolah-olah disangkanya saya akan mencurinya. Saya pikir dia
merasa itu kunci-"_y^, sebagaimana bangunan itu adalah Pavilyun 01ahraga->ry"Hal itu kelihatan aneh, bukan?" kata Kelsey. "Maksud saya bahwa dia sampai
merasa begitu terhadap bangsal olahraga itu. Seolah-olah itu adalah milik
pribadinya, seolah-olah dia takut orang akan menemukan sesuatu yang telah
disembunyikannya di situ." Dia memancing perasaan wanita itu, tapi Angele
Blanche hanya tertawa. "Menyembunyikan sesuatu di sana apa yang bisa kita sembunyikan di tempat ?seperti itu" Apakah Anda pikir dia menyembunyikan surat-surat cintanya di sana"
Tapi saya yakin tak pernah ada orang yang mau mengirimkan surat cinta padanya!
Para ibu guru yang lain, sekurang-kurangnya mereka sopan. Bu Chadwick itu kolot
dan suka ribut-ribut. Bu Vansittart manis sekali, grande dame* dan simpatik. Bu
Rich, saya rasa dia agak kurang waras, tapi dia ramah. Sedang ibu-ibu guru yang
muda cukup menyenangkan."
"Wanita yang anggun 159 Setelah menjawab beberapa pertanyaan yang tidak begitu penting lagi, Angele
Blanche diizinkan pergi. "Mudah tersinggung," kata Bond. "Semua orang Prancis memang mudah tersinggung."
"Bagaimanapun juga, keterangannya menarik," kata Kelsey. "Bu Springer tak suka
orang melihat Pavilyun Olahraga-w^d. Nah, mengapa}"
"Mungkin pikirnya wanita Prancis itu sedang memata-matainya," Bond mengeluarkan
pendapatnya. "Ya, tapi mengapa dia berpikir begitu" Maksudku, apakah ada pengaruhnya atas
dirinya bila Angele Blanche memata-matainya, atau apakah dia takut Angele
Blanche akan menemukan sesuatu?"
"Masih ada siapa lagi yang harus kita periksa?" tambahnya.
"Kedua orang ibu guru yunior itu, Bu Blake dan Bu Rowan, lalu sekretaris Bu
Bulstrode." Bu Blake masih muda dan bersungguh-sungguh, wajahnya bulat dan selalu ramah. Dia
mengajar ilmu tumbuh-tumbuhan dan fisika. Kata-katanya tak banyak membantu. Dia
jarang sekali bertemu dengan Bu Springer dan sama sekali tak mengerti apa yang
mungkin merupakan penyebab kematiannya.
Bu Rowan, sebagaimana seharusnya seseorang yang memiliki gelar dalam psikologi,
punya pandangan-pandangan yang ingin dinyatakannya. Katanya, besar kemungkinan
Bu Springer telah bunuh diri.
Inspektur Kelsey mengangkat alisnya.
"Mengapa begitu" Apakah dia merasa tak senang akan suatu hal?"
"Dia punya sifat agresif," kata Bu Rowan, sambil menyandarkan tubuhnya ke depan
dan melihat 160 dengan penuh semangat melalui lensa kaca matanya yang tebal. "Dia sangat
agresif. Saya rasa sifatnya yang itulah yang menonjol. Itu semacam dorongan
kompensasi untuk menyembunyikan rasa rendah diri."
"Segala-galanya yang telah saya dengar selama ini," kata Inspektur Kelsey,
"menunjukkan betapa yakinnya dia akan dirinya."
"Terlalu yakin akan dirinya," kata Bu Rowan dengan wajah masam. "Dan beberapa
kata yang diucapkannya membuktikan kebenaran kesimpulan saya."
"Seperti?" "Dengan sindiran dikatakannya bahwa orang-orang 'kelihatannya tidak seperti
seharusnya.' Dikatakannya bahwa di sekolah terakhir tempatnya mengajar, dia
telah berhasil 'membuka kedok' seseorang. Namun Kepala Sekolah tak mau percaya,
dan tak mau mendengarkan apa yang telah ditemukannya. Beberapa di antara ibu
guru lainnya pun ada yang disebutnya 'menentangnya'."
"Mengertikah Anda apa maksudnya itu, Inspektur?" Bu Rowan hampir jatuh karena
membungkuk terlalu bersemangat. Beberapa helai rambutnya yang lurus jatuh ke
depan, ke wajahnya. "Itu adalah awal dari apa yang disebut kompleks kompensasi
semu-aktif." Inspektur Kelsey berkata dengan sopan bahwa Bu Rowan mungkin benar dalam
kesimpulannya, tetapi dia tak bisa menerima teori tentang bunuh diri, kecuali
kalau Bu Rowan bisa menjelaskan bagaimana Bu Springer bisa menembak dirinya dari
jarak sekurang-kurangnya satu meter dua puluh, dan juga
161 bisa membuat pistolnya menghilang tanpa bekas setelah itu.


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan muka masam Bu Rowan menyembur bahwa polisi memang terkenal suka tak
percaya pada psikologi. Kemudian dia digantikan oleh Ann Shapland.
"Nah, Nona Shapland," kata Inspektur Kelsey, sambil memandangi penampilannya
yang rapi dan praktis dengan senang, "penjelasan apa yang bisa Anda berikan
sehubungan dengan peristiwa ini?"
"Saya rasa sama sekali tak ada. Saya diberi ruang duduk tersendiri, dan saya tak
banyak bertemu dengan para anggota staf pengajar lainnya. Seluruh kejadian ini
rasanya tak bisa dipercaya."
"Dalam soal apa yang tak bisa dipercaya?"
"Yah, pertama-tama bahwa Bu Springer sampai tertembak. Katakanlah seseorang
telah masuk dengan paksa ke dalam ruang olahraga dan Bu Springer keluar untuk
melihat siapa orang itu. Saya rasa itu masuk akal, tapi siapa yang mau masuk
dengan paksa ke ruang olahraga itu?"
"Seorang anak muda, mungkin beberapa orang anak muda di sekitar sini yang ingin
mencuri perlengkapan olahraga atau sesuatu yang lain, atau melakukannya hanya
untuk iseng saja." "Bila demikian halnya, maka saya rasa yang akan dikatakan oleh Bu Springer
padanya paling-paling, 'Nah, nah, apa yang kaulakukan di sini" Cepat pergi!'
lalu mereka pun akan lari."
"Pernahkah Anda beranggapan bahwa Bu Springer punya sikap tertentu tentang
Pavilyun Olahraga itu?"
Ann Shapland kelihatan heran, "Sikap?"
162 "Maksud saya, apakah dia menganggapnya sebagai wilayah khususnya dan tak suka
orang lain pergi ke sana?"
"Sepengetahuan saya tidak. Mengapa" Bukankah itu merupakan bagian dari bangunan-
bangunan sekolah?" "Apakah Anda tidak melihat sesuatu" Apakah Anda tidak mengalami bahwa bila Anda
pergi ke sana dia benci akan kehadiran Anda itu atau bersikap begitu?"?Ann Shapland menggeleng. "Saya hanya satu atau dua kali saja ke sana. Saya tidak
punya waktu. Saya ke sana satu atau dua kali untuk menyampaikan pesan bagi salah
seorang siswi dari Bu Bulstrode. Itu saja."
"Tak tahukah Anda bahwa Bu Springer keberatan bila Mademoiselle Blanche ke
sana?" "Tidak, saya tak pernah mendengar hal itu. Oh, ya, saya rasa saya ingat.
Mademoiselle Blanche marah tentang sesuatu pada suatu hari, tapi dia memang agak
mudah tersinggung. Kemarahannya waktu itu sehubungan dengan kepergiannya ke
kelas di mana sedang diberikan pelajaran menggambar, dan dia marah mendengar apa
yang dikatakan guru gambar padanya. Mademoiselle Blanche itu eh maksud saya
? ?tidak terlalu banyak kerjanya. Dia hanya mengajarkan satu mata pelajaran bahasa
?Prancis, dan dia punya banyak waktu luang. Saya pikir..." dia bimbang sebentar,
"saya pikir dia orang yang suka usil dengan urusan orang lain."
"Apakah menurut Anda mungkin bahwa waktu dia pergi ke Pavilyun Olahraga dia
membongkar lemari kecil murid-murid?"
163 "Lemari kecil murid-murid" Yah, baginya saya rasa ada saja kemungkinannya. Dia
bisa saja menghibur dirinya dengan berbuat begitu."
"Apakah Bu Springer sendiri punya lemari kecil di sana?"
"Tentu ada." "Bila Mademoiselle Blanche kedapatan sedang membongkar lemari kecil Bu Springer,
maka saya bisa mengerti mengapa Bu Springer marah."
"Pasti dia marah!"
"Apakah Anda tak tahu apa-apa tentang kehidupan pribadi Bu Springer?"
"Saya rasa tak seorang pun tahu," kata Ann. "Saya ingin tahu apakah dia punya
kehidupan pribadi?" "Lalu tak adakah sesuatu yang lain lagi tak adakah sesuatu yang berhubungan
?dengan Pavilyun Olahraga, umpamanya, yang belum Anda ceritakan pada saya?"
"Yah..." Ann bimbang.
"Apa, Nona Shapland, tolong ceritakan pada kami."
"Sebenarnya bukan apa-apa," kata Ann lambat-lambat. "Tapi salah seorang tukang
kebun itu bukan Briggs, tapi yang muda itu. Saya melihatnya keluar dari
?Pavilyun Olahraga, pada suatu hari, padahal sama sekali bukan urusannya untuk
berada di situ. Mungkin itu hanya rasa ingin tahunya saja atau mungkin akalnya
?untuk melalaikan tugasnya dia seharusnya memaku kasa kawat di sekeliling
?lapangan tenis. Saya rasa itu sebenarnya tak apa-apa."
"Namun, Anda tetap mengingatnya," kata Kelsey tajam. "Mengapa?"
164 "Saya pikir..." dia mengerutkan alisnya. "Ya, karena sikapnya agak aneh.
Menentang. Dan dia mencemooh karena begitu banyak uang yang telah dihambur-
? hamburkan untuk siswi-siswi di sini."
"Oh, sikap yang begitu.... Saya mengerti."
"Saya rasa sebenarnya tak ada apa-apa dalam hal itu."
"Mungkin tidak namun demikian saya akan tetap membuat catatan mengenai hal ?itu."
"Berputar-putar di lingkaran setan," kata Bond setelah Ann Shapland pergi.
"Selalu hal itu ke itu juga! Demi Tuhan, mudah-mudahan kita menemukan sesuatu
dari para pelayan." Tetapi sedikit sekali keterangan yang mereka peroleh dari para pelayan.
"Tak ada gunanya menanyai saya, Anak muda," kata Bu Gibbons, juru masak.
"Pertama-tama, saya tak bisa mendengar apa yang Anda katakan, dan kedua, saya
tak tahu apa-apa. Saya pergi tidur kemarin malam dan tidur nyenyak sekali. Sama
sekali tak saya dengar semua kekacauan itu. Tak ada pula orang yang membangunkan
saya dan mengatakan apa-apa tentang itu." Suaranya terdengar seperti orang
tersinggung. "Baru pagi ini saya mendengarnya."
Kelsey memekikkan beberapa pertanyaan lagi dan mendapat jawaban yang tak
berarti. Bu Springer baru datang semester ini, dan dia tidak begitu disukai seperti Bu
Jones yang memegang jabatan yang sama sebelumnya. Nona Shapland juga baru, tapi
dia wanita muda yang manis. Mademoiselle Blanche sama saja dengan wanita-wanita
Prancis lainnya menyangka bahwa ibu-ibu guru lainnya tidak menyukainya dan para
?murid disuruhnya 165 memperlakukan dirinya dalam kelas dengan cara yang mengerikan. "Tapi dia tidak
sampai suka berteriak-teriak," Bu Gibbons mengakui. "Saya sudah pernah bekerja
di beberapa sekolah, guru-guru Prancis-nya selalu suka berteriak-teriak,
mengerikan!" Sebagian besar dari petugas rumah tangga tidak menginap, mereka datang setiap
hari. Hanya ada satu orang pelayan yang menginap di gedung sekolah itu, dan dia
pun ternyata juga tak bisa memberi informasi apa-apa, meskipun bisa mendengar
apa yang dikatakan orang padanya. Dia yakin bahwa dia tak bisa mengatakan apa-
apa. Dia tak tahu apa-apa. Bu Springer memang agak keras tabiatnya, tapi dia tak
tahu apa-apa tentang Pavilyun Olahraga, dan tak tahu pula tentang barang-barang
yang tersimpan di situ, dan dia tak pernah melihat pistol.
Banjir informasi yang tak bermanfaat itu diganggu oleh kedatangan Bu Bulstrode.
"Salah.seorang siswi ingin berbicara dengan Anda, Inspektur Kelsey," katanya.
Kelsey menengadah dengan tajam. "Begitukah" Apakah dia tahu sesuatu?"
"Mengenai hal itu saya agak ragu," kata Bu Bulstrode, "tapi sebaiknya Anda
berbicara sendiri dengan dia. Dia salah seorang siswi kami yang dari luar
negeri. Putri Shaista kemenakan Emir Ibrahim. Mungkin dia cenderung akan
?menilai dirinya lebih penting daripada keadaan sebenarnya. Anda mengerti maksud
saya, bukan?" Kelsey mengangguk menyatakan pengertiannya. Lalu Bu Bulstrode keluar dan seorang
gadis yang berkulit gelap serta tinggi badannya sedang masuk.
166 GTadis itu melihat kepada mereka dengan matanya yang berbentuk buah badam agak
kemalu-maluan. "Apakah Anda polisi?"
"Ya," kata Kelsey sambil tersenyum, "kami polisi. Silakan duduk dan tolong
ceritakan apa yang Anda tahu tentang Bu Springer?"
"Ya, akan saya ceritakan pada Anda."
Dia duduk, dibungkukkannya dirinya ke depan, lalu berbicara dengan suara yang
direndahkan secara dramatis.
"Ada orang-orang yang mengintai tempat ini. Mereka memang tidak menampakkan
dirinya, tapi mereka itu ada!"
Putri itu menganggukkan kepalanya kuat-kuat.
Inspektur Kelsey berpikir bahwa dia mengerti apa maksud kata-kata Bu Bulstrode
tadi. Gadis itu sedang menjadikan dirinya hebat dan dia merasa senang.?"Lalu mengapa mereka mengintai sekolah ini?"
"Karena ada saya! Mereka ingin menculik saya."
Apa pun yang diharapkan Inspektur Kelsey, tentunya bukan itu. Alisnya terangkat.
"Mengapa mereka ingin menculik Anda?"
"Untuk menyandera saya tentu. Mereka akan menyuruh keluarga saya membayar uang
tebusan yang banyak."
"Eh yah barangkali," kata Kelsey agak bingung. "Tapi eh bila memang demikian,
? ? ? ?lalu apa hubungannya dengan kematian Bu Springer?"
"Dia pasti telah mencium rencana mereka," kata Shaista. "Mungkin dia berkata
pada mereka bahwa rencana mereka telah diketahuinya. Mungkin dia mengancam
mereka. Lalu mereka memberikan uang untuk menutup mulut. Dan dia percaya saja.
Jadi 167 malam-malam dia pergi ke Pavilyun Olahraga untuk menerima uangnya, dan mereka
menembaknya." 'Tapi tentunya Bu Springer bukan orang yang mau memeras untuk mendapat uang?"
"Anda pikir enak ya jadi guru itu lebih-lebih guru olahraga?" kata Shaista
?mencemooh. "Tidakkah Anda tahu betapa senangnya punya uang untuk melakukan hal-
hal yang kita sukai, untuk mengadakan perjalanan-perjalanan" Lebih-lebih orang
seperti Bu Springer yang sama sekali tidak menarik, tak ada seorang laki-laki
pun yang mau menoleh kepadanya! Tidakkah Anda tahu, uang akan sangat berarti
baginya lebih berarti daripada untuk orang lain."
?"Eh anu..." kata Inspektur Kelsey, "saya tak tahu betul apa yang harus saya
?ucapkan." Belum ada orang yang mengemukakan pandangan seperti itu.
"Apakah itu eh pikiran Anda sendiri?" katanya. "Tak pernahkah Bu Springer
? ?mengatakan sesuatu pada Anda?"
"Bu Springer tak pernah berkata lain daripada, 'Rentangkan dan bungkuk,' dan
'Lebih cepat!' dan 'Jangan begitu lamban,' " kata Shaista dengan rasa benci.
"Ya benar. Lalu, apakah rasanya Anda tidak hanya mengkhayal saja soal
?penculikan itu?" Shaista tiba-tiba menjadi jengkel sekali.
"Anda sama sekali tidak mengerti! Pangeran Ali Yusuf dari Ramat itu saudara
sepupu saya. Dia tewas dalam revolusi, atau tepatnya dalam usahanya melarikan
diri dari revolusi itu. Sudah ditentukan bahwa bila saya sudah besar saya harus
menikah dengannya. Jadi jelas bahwa saya ini orang penting. Mungkin orang-orang
komunis yang datang kemari
168 itu. Mungkin tidak untuk menculik. Mungkin mereka bermaksud untuk membunuh
saya." Inspektur" Kelsey makin kelihatan tak percaya.
"Apakah itu tidak terlalu dicari-cari?"
"Apakah menurut Anda hal serupa itu tak mungkin terjadi" Menurut saya bisa.
Orang-orang komunis itu jahat sekali! Semua orang tahu itu."
Ketika Inspektur masih kelihatan tak percaya, gadis itu melanjutkan,
"Mungkin mereka menyangka saya tahu di mana batu-batu permata itu!" "Permata-
permata apa?" "Saudara sepupu saya itu punya batu-batu permata. Ayahnya juga punya. Keluarga
saya selalu punya permata banyak sekali. Untuk keadaan darurat, Anda tentu
mengerti." Dia mengatakannya dengan terus terang, apa adanya.
Kelsey menatapnya. "Tapi apa hubungan semuanya ini dengan Anda atau dengan Bu Springer?"?"Tapi tadi sudah saya katakan pada Anda! Mungkin mereka menyangka bahwa saya
tahu di mana permata-permata itu. Jadi mereka akan menangkap saya dan memaksa
saya untuk berbicara."
"Apakah Anda memang tahu di mana permata-permata itu?"
"Tidak, tentu saya tak tahu. Permata-permata itu hilang dalam revolusi itu.
Mungkin kaum komunis yang jahat itu telah mengambilnya. Tapi mungkin pula
tidak." "Milik siapa permata-permata itu?"
169 "Karena saudara sepupu saya sekarang sudah meninggal, barang-barang itu menjadi
milik saya. Tak ada lagi pria dalam keluarganya. Bibinya, yaitu ibu saya, sudah
meninggal. Dia pasti menginginkan agar saya yang memilikinya. Sekiranya dia
tidak .neninggal, saya menikah dengannya."
"Apakah begitu aturannya?"
"Saya harus menikah dengannya. Bukankah dia saudara sepupu saya?"
"Dan Anda akan mendapat permata-permata itu bila Anda menikah dengannya?"
"Tidak, saya akan mendapat permata-permata baru. Dari pedagang permata Cartier
di Paris. Yang sudah ada itu akan tetap disimpan untuk keadaan darurat."
Mata Inspektur Kelsey berkedip-kedip, ia mencoba memahami cara orang Timur
mengatur jaminan untuk keadaan darurat.
Shaista masih terus bercerita dengan penuh semangat.
"Saya rasa begitulah kejadiannya. Seseorang telah membawa permata-permata itu ke
luar Ramat. Mungkin orang baik, mungkin juga orang jahat. Bila orang itu baik,
dia akan menyerahkannya pada saya, dan berkata, 'Ini milik Anda,' dan saya akan
memberinya imbalan."
Dia menganggukkan kepalanya dengan anggun, sesuai dengan bagian yang
diceritakannya. Anak ini lagaknya seperti seorang aktris, pikir Inspektur.
"Tapi bila orang itu jahat, permata-permata itu akan disimpannya sendiri dan
dijualnya. Atau dia akan datang pada saya, dan berkata, 'Imbalan apa yang akan
Anda berikan pada saya bila saya
170 kembalikan barang-barang itu kepada Anda"' Dan bila imbalan itu setimpal,
permata-permata itu akan diberikannya bila tidak, tidak akan!"?"Tapi dalam kenyataannya, tak ada seorang pun yang mengatakan pada Anda, bukan?"
"Tidak," Shaista mengakui.
Inspektur Kelsey mengambil keputusan.
"Saya rasa," katanya tetap dengan nada yang menyenangkan, "Anda pun tahu bahwa
Anda sebenarnya sedang omong kosong."
Shaista melemparkan pandangan penuh amarah padanya.
"Saya menceritakan pada Anda apa yang saya tahu, itu saja," katanya merengut.
"Ya yah, Anda telah berbaik hati, akan saya ingat itu."
?Inspektur bangkit lalu membukakan pintu untuknya.
"Tidak seperti dalam kisah seribu satu malam," katanya sambil kembali ke
mejanya. "Penculikan dan permata-permata yang luar biasa! Apa lagi yang akan
menyusul?" 171 11. Rapat Waktu Inspektur Kelsey kembali ke pos polisi, sersan yang sedang bertugas
berkata, "Kami sudah menyuruh Adam Goodman datang, dia sedang menunggu, Pak."
"Adam Goodman" Oh, ya, tukang kebun itu."
Seorang anak muda berdiri penuh hormat. Tubuhnya jangkung, mata dan rambutnya
berwarna hitam, dan dia tampan. Dia mengenakan celana kordorai yang agak kumal
dan diikat sembarangan dengan sebuah ikat pinggang tua. Leher kemejanya terbuka
dan warnanya biru cerah sekali.
"Saya dengar Anda ingin bertemu dengan saya."
Suaranya kasar, seperti suara kebanyakan pemuda zaman sekarang, agak garang.
Kelsey hanya berkata, "Ya, mari masuk ke kamarku."
"Saya tak tahu apa-apa tentang pembunuhan itu," kata Adam Goodman dengan muka
masam. "Kejadian itu tak ada hubungannya dengan saya. Saya berada di rumah dan
di tempat tidur sepanjang malam."
Kelsey hanya mengangguk, tidak membenarkan dan tidak pula menyangkal.
Dia duduk di meja tulisnya, dan dengan isyarat menyuruh anak muda itu duduk di
seberangnya. Polisi muda yang berpakaian preman mengikuti
172 kedua pria itu masuk tanpa kelihatan dan duduk di tempat yang jauh.
"Nah," kata Kelsey. "Kau bernama Goodman..." dia memandang ke sebuah catatan di
meja tulisnya "Adam Goodman."?"Benar, Pak. Tapi pertama-tama saya ingin memperlihatkan ini kepada Bapak."
Sikap Adam telah berubah. Tak ada lagi sikap garang atau muka masam. Sikapnya
kini tenang dan sopan. Dikeluarkannya sesuatu dari sakunya, lalu diserahkannya
ke seberang meja tulis. Alis Inspektur Kelsey terangkat sedikit waktu
membacanya. Lalu dia mengangkat kepalanya.
"Aku tidak akan membutuhkanmu lagi, Barber," katanya.


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Polisi muda yang diam-diam saja sejak tadi bangkit lalu keluar. Dia berhasil
menyembunyikan rasa herannya.
"Oh," kata Kelsey. Dia melihat kepada Adam dengan pandangan menilai. "Jadi itu
rupanya Anda. Lalu saya ingin tahu, apa sebenarnya yang..."
"Saya lakukan di sebuah sekolah putri ?" Pria muda itu menyudahkan kalimatnya.
Suaranya masih mengandung rasa hormat, tapi mau tak mau dia tertawa kecil. "Baru
kali inilah saya mendapat tugas seperti ini. Apakah saya kelihatan tidak seperti
seorang tukang kebun?"
"Kalau untuk daerah di sekitar ini memang tidak. Tukang-tukang kebun biasanya
sudah tua. Apakah Anda mengerti tentang berkebun?"
"Banyak sekali. Ibu saya suka sekali berkebun. Tanamannya khusus tanaman
Inggris. Saya selalu dipaksanya untuk menjadi asistennya yang baik."
173 "Lalu apa sebenarnya yang terjadi di Meadowbank hingga mereka harus menaruh
?Anda di sana?" "Sebenarnya kami tak tahu bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi di Meadowbank.
Tugas saya bersifat mengawasi. Artinya sampai kemarin malam. Pembunuhan atas
?diri seorang ibu guru olahraga. Itu sama sekali tidak termasuk kurikulum
sekolah." "Hal itu bisa saja terjadi," kata Inspektur Kelsey. Dia mendesah. "Apa pun bisa
terjadi di mana pun juga. Saya sudah berpengalaman dalam hal itu. Tapi dapat
?saya akui bahwa hal itu agak menyimpang dari jalur yang biasa. Ada apa di
belakang ini semua?"
Adam menceritakan padanya. Kelsey mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Kalau begitu saya telah memperlakukan gadis itu dengan tak pantas," katanya.
"Tapi Anda pasti mengakui juga bahwa itu kedengarannya lebih banyak khayalannya
daripada benarnya. Batu-batu permata seharga antara setengah sampai satu juta
pound} Milik siapa permata-permata itu menurut Anda?"
"Itu pertanyaan yang bagus sekali. Untuk menjawabnya, kita harus mengerahkan
sebarisan ahli hukum internasional dan mereka itu mungkin pula tidak sama ?pendapatnya. Kita dapat memperdebatkan soal itu dengan banyak cara. Tiga bulan
yang lalu, permata-permata itu adalah milik Yang Mulia Pangeran Ali Yusuf dari
Ramat. Tapi sekarang" Bila permata-permata itu berada di Ramat, permata-permata
itu akan menjadi milik pemerintah yang sekarang, mereka tentu akan berusaha
untuk memilikinya. Mungkin Ali Yusuf telah mewariskannya pada seseorang. Maka
dalam hal itu akan banyak
174 sekali tergantung pada di mana surat wasiat itu disahkan dan dapat dibuktikan.
Permata-permata itu mungkin milik keluarganya. Tapi yang benar-benar menjadi
inti persoalannya adalah bahwa bila Anda atau saya kebetulan memungutnya di
jalan dan memasukkannya ke dalam saku kita, maka berdasarkan apa pun juga barang
itu adalah milik kita. Artinya, saya ragu apakah akan ada suatu badan hukum yang
bisa merampasnya dari kita. Mereka tentu saja bisa mencoba, tapi hukum
internasional luar biasa rumitnya____"
"Maksud Anda, secara praktis kita boleh berkata bahwa barang siapa yang
menemukannya, dialah yang memilikinya?" tanya Inspektur Kelsey. Dia menggeleng
dengan rasa tak senang. "Itu tak baik," katanya, sambil memoncongkan mulutnya.
"Memang," kata Adam tegas. "Memang tidak terlalu baik. Apalagi lebih dari satu
golongan yang menginginkannya. Tak satu pun mau tahu tentang soal-soal yang
berkaitan dengan itu. Berita tentang permata-permata itu telah tersiar. Mungkin
itu suatu desas-desus, mungkin juga benar, tapi menurut ceritanya barang-barang
tersebut telah dibawa ke luar Ramat tepat pada waktu pecahnya revolusi itu. Ada
berpuluh-puluh kisah mengenai cara membawa permata itu!"
"Tapi mengapa Meadowbank" Apakah dengan adanya Putri Celoteh itu?"
"Putri Shaista adalah sepupu dekat Ali Yusuf. Ya. Mungkin ada orang yang mencoba
menyampaikan permata itu padanya atau menghubunginya. Dari hasil tinjauan kami
ada beberapa tokoh yang patut dipertanyakan, yang berkeliaran di sekitar tempat
itu. Seseorang yang bernama Nyonya Kolinsky,
175 umpamanya, yang menginap di Hotel Grand. Dia adalah salah seorang anggota
terkemuka dari apa yang dilukiskan orang sebagai ahli intan internasional. Dia
tak bisa digolongkan pada langganan Anda, karena sepak terjangnya selalu berada
dalam batas-batas hukum, semuanya benar-benar terhormat, tapi dia seorang
pengutip informasi yang berguna dan ulung. Lalu ada pula seorang wanita yang
waktu berada di Ramat menjadi penari di pusat hiburan. Menurut laporan dia
pernah bekerja untuk suatu pemerintah asing tertentu. Kami tak tahu di mana dia
sekarang, kami bahkan tak tahu bagaimana rupanya, tetapi ada desas-desus bahwa
dia mungkin berada di sekitar sini. Kelihatannya semuanya terpusat di sekeliling
Meadowbank, bukan" Lalu kemarin malam, Bu Springer terbunuh pula."
Kelsey mengangguk sambil merenung.
"Suatu kekalutan yang sempurna," katanya. Dia berperang sebentar dengan
perasaannya sendiri. "Kita biasa nonton yang begituan di teve... terlalu dicari-
cari... begitu pikir kita tentu... tak mungkin benar-benar terjadi. Dan
memang dalam keadaan biasa, tidak."?"Agen-agen rahasia, perampokan-perampokan, kekerasan, pembunuhan,
pengkhianatan," Adam membenarkan. "Semuanya mustahil tapi segi kehidupan itu
?memang ada." "Tapi tidak di Meadowbank!"
Kata-kata itu tercetus begitu saja dari mulut Inspektur Kelsey.
"Saya mengerti pandangan Anda," kata Adam. "Itu merupakan pengkhianatan terhadap
negara." Keadaan sepi sebentar, kemudian Inspektur Kelsey berkata,
176 "Menurut Anda, apa yang sebenarnya telah terjadi kemarin malam?"
Adam diam sebentar, lalu dia berkata lambat-lambat,
"Springer berada di dalam Pavilyun Olahraga di tengah malam. Mengapa" Kita ?harus mulai dari situ. Tak ada gunanya kita menanyai diri kita sendiri siapa
yang membunuhnya sebelum kita bisa memastikan mengapa dia berada di sana, di
dalam Pavilyun Olahraga tengah malam begitu. Kita bisa berkata bahwa meskipun
hidupnya bersih dan dia seorang atlet, dia tak bisa tidur nyenyak malam itu. Dia
lalu bangun dan melihat ke luar jendela, dan dia melihat suatu cahaya di
Pavilyun Olahraga apakah jendela kamarnya memang menghadap ke arah itu?"
?Kelsey mengangguk. "Karena dia seorang wanita yang pemberani dan tak kenal takut, dia keluar untuk
meneliti. Dia mengganggu kegiatan seseorang di sana yang sedang melakukan apa"
?Kita tak tahu. Tapi seseorang yang berada dalam keadaan cukup terjepit hingga
harus menembaknya sampai mati."
Kelsey mengangguk lagi. "Begitulah kami meninjaunya," katanya. "Tapi pandangan Anda yang terakhir
membuat saya jadi susah. Orang tidak menembak hanya sekadar untuk membunuh dan
?sudah siap untuk itu, kecuali kalau..."
"Kalau kita sedang mengejar sesuatu yang hebat" Setuju! Nah, dalam keadaan yang
demikian itu kita bisa menyebut 'Springer Yang Tak Berdosa' dia ditembak sedang
?menjalankan tugas. Tapi ada pula kemungkinan lain. Berdasarkan informasi
pribadi, Springer mendapatkan pekerjaan di Meadowbank
177 melalui bos-bosnya, dengan perkataan lain, dia ditugaskan di sekolah itu oleh
mereka sesuai dengan kemampuannya. Dia menunggu kesempatan, lalu pada malam
?yang tepat dia menyelinap ke luar ke Pavilyun Olahraga (lagi-lagi kita bertemu
?dengan pertanyaan ini untuk apa}). Seseorang menyusulnya atau sedang
? ?menunggunya seseorang yang membawa pistol dan siap untuk menggunakannya. Tapi
?sekali lagi mengapa} Untuk apa" Ada apa sebenarnya di Pavilyun Olahraga itu"
?Rasanya itu bukanlah suatu tempat di mana seseorang bisa berkhayal untuk
menyembunyikan sesuatu."
"Tak ada sesuatu pun yang tersembunyi di sana, itu bisa saya pastikan. Kami
telah menggeledahnya dengan teliti lemari-lemari kecil para siswi, juga lemari
?kecil Bu Springer. Yang ada adalah bermacam-macam alat olahraga, semuanya wajar
dan masuk akal. Apalagi itu adalah bangunan yang benar-benar baru! Di situ sama
sekali tak ada sesuatu yang mirip batu permata."
"Apa pun barang itu, mungkin saja telah dipindahkan. Oleh si pembunuh," kata
Adam. "Kemungkinan lain adalah bahwa Pavilyun Olahraga itu telah digunakan
sebagai tempat pertemuan empat mata oleh Bu Springer atau oleh seseorang yang
?lain. Tempat tersebut memang tempat yang tepat untuk itu. Jaraknya yang lumayan
dari gedung sekolah. Tidak pula terlalu jauh. Dan bila ketahuan bahwa seseorang
keluar ke sana, jawabnya sederhana saja yaitu bahwa, siapa pun dia, dia berpikir
telah melihat suatu cahaya, dan sebagainya, dan sebagainya. Katakanlah bahwa Bu
Springer telah keluar untuk menemui seseorang kemudian terjadi suatu
?pertengkaran dan dia ditembak. Atau suatu variasi
178 lain, Bu Springer melihat seseorang meninggalkan gedung sekolah, disusulnya
orang itu, dan dia menghalangi sesuatu yang sebenarnya tak boleh dilihat atau
didengarnya." "Saya belum pernah bertemu dengan wanita itu," kata Kelsey, "tapi dari cara
semua orang bercerita tentang dia, saya mendapat kesan bahwa dia mungkin seorang
wanita yang suka ingin tahu."
"Saya rasa itulah penjelasan yang paling tepat," Adam membenarkan. "Gara-gara
ingin tahulah si kucing terbunuh. Ya, saya rasa di situlah letak peran Pavilyun
Olahraga." "Tapi bila itu merupakan suatu pertemuan empat mata, maka..." Kelsey diam
sebentar. Adam mengangguk kuat-kuat.
"Ya, kelihatannya ada seseorang di sekolah itu yang perlu kita awasi dengan
ketat. Dia bagaikan kucing di tengah-tengah burung dara."
"Kucing di tengah-tengah burung dara," kata Kelsey yang terkesan oleh ungkapan
itu. "Bu Rich, salah seorang ibu guru di situ, berkata begitu pula tadi."
Dia berpikir sejenak. "Ada tiga orang pendatang baru pada staf pengajar di situ semester ini,"
katanya. "Shapland, sekretaris, Blanche, guru bahasa Prancis, dan tentu Bu
Springer sendiri. Dia sudah meninggal, jadi tidak masuk hitungan lagi. Bila
memang ada seekor kucing di tengah-tengah burung dara, maka yang paling mungkin
adalah salah seorang di antara mereka berdua itu." Dia memandang ke arah Adam.
"Adakah pendapat Anda mengenai yang mana di antara kedua mereka itu?"
Adam mempertimbangkannya.
179 "Saya pernah mendapati Mademoiselle Blanche keluar dari Pavilyun Olahraga pada
suatu hari. Pandangannya merupakan pandangan orang bersalah. Seolah-olah dia
baru saja melakukan suatu pekerjaan yang sebenarnya tak boleh dilakukannya.
Namun demikian, saya rasa, saya memilih yang seorang lagi. Saya memilih
Shapland. Dia orang yang berdarah dingin dan dia punya otak yang cemerlang.
Kalau saya jadi Anda, saya akan menyelidiki masa lalunya lebih teliti. Apa yang
Anda tertawakan?" Kelsey memang sedang tertawa.
"Dia mencurigai Anda" katanya. "Dia mendapati Anda keluar dari Pavilyun
Olahraga dan dia berpikir bahwa ada sesuatu yang aneh pada sikap Anda!"?"Ah, sialan!" Adam marah sekali. "Lancang sekali dia!"
Inspektur Kelsey kembali bersikap berwibawa.
"Soalnya," katanya, "orang banyak memikirkan Meadowbank di sekitar sini. Sekolah
itu sekolah yang bagus. Dan Bu Bulstrode adalah orang yang baik. Makin cepat
kita menyelesaikan masalah ini, makin baik untuk sekolah itu. Kita ingin
membersihkan segala-galanya dan memulihkan nama baik Meadowbank."
Dia berhenti, pandangannya setengah merenung, melihat kepada Adam.
"Saya rasa," katanya, "sebaiknya kita katakan pada Bu Bulstrode siapa Anda
sebenarnya. Dia akan menutup mulutnya jangan kuatir."
?Adam menimbang-nimbangnya sebentar. Lalu dia mengangguk.
"Baiklah," katanya. "Dalam keadaan seperti sekarang, saya rasa itu memang perlu
sekali." 180 12. Lampu Aladin Bu Bulstrode memiliki satu segi lain yang menunjukkan kelebihannya dari
kebanyakan wanita lain. Dia pandai mendengarkan bicara orang.
Dia mendengarkan dengan tenang tanpa menyela ketika Inspektur Kelsey dan Adam
berbicara. Dia bahkan tidak mengangkat alisnya. Akhirnya baru dia mengeluarkan
sepatah kata, "Luar biasa." Andalah yang luar biasa, pikir Adam, tapi pikiran itu tidak diucapkannya.
"Jadi," kata Bu Bulstrode, yang seperti biasanya ingin langsung menuju ke pokok
persoalan. "Apa yang Anda ingin saya lakukan?"
Inspektur Kelsey meneguk liurnya.
"Begini," katanya. "Kami merasa bahwa Anda harus diberi penjelasan sejelas-
jelasnya demi kepentingan sekolah ini."?Bu Bulstrode mengangguk.
"Tentu," katanya, "sekolahlah yang menjadi pikiran saya yang utama. Memang
seharusnya demikian. Saya bertanggung jawab atas pemeliharaan dan keselamatan
siswi-siswi saya dan pada tahap kedua terhadap staf pengajar saya. Dan saya
?ingin menambahkan bahwa bila pemberitaan tentang kematian Bu Springer itu bisa
ditekan sesedikit mungkin akan lebih baik bagi saya. Itu memang
?181 suatu anggapan yang egois meskipun menurut saya, sekolah saya sudah dengan
?sendirinya penting bukan hanya bagi saya sendiri. Dan saya juga cukup menyadari
?bahwa bila pemberitaan secara meluas perlu bagi Anda, maka Anda boleh saja
melakukannya. Tapi apakah itu memang perlu?"
"Tidak," kata Inspektur Kelsey. "Dalam hal ini saya rasa makin sedikit
pemberitaan makin baik. Pemeriksaan pertama ditunda dan kami akan memberikan
kesan seolah-olah kami menduga bahwa ini adalah suatu peristiwa biasa. Kejahatan
anak-anak muda atau kenakalan remaja, menurut istilah sekarang mereka keluar
? ?sambil membawa-bawa pistol, lalu menarik pelatuknya seenaknya. Biasanya mereka
menggunakan pisau lipat, tetapi beberapa di antara remaja itu berhasil memiliki
senjata api. Bu Springer telah membuat mereka terkejut. Mereka lalu menembaknya.
Begitulah yang ingin saya beritakan jadi kita bisa bekerja dengan tenang. Tak
?ada lagi yang bisa diperbuat oleh pers. Tapi, Meadowbank ini terkenal. Jadi itu
saja tentu sudah merupakan berita. Dan pembunuhan di Meadowbank akan merupakan
berita hangat." "Saya rasa, saya akan bisa membantu Anda dalam hal itu," kata Bu Bulstrode
dengan tegas. "Saya bukannya tidak punya pengaruh di kalangan atas." Dia
tersenyum, lalu menyebutkan beberapa nama. Di antara nama-nama itu termasuk pula
Menteri Dalam Negeri, dua orang raja surat kabar, seorang uskup dan Menteri
Pendidikan. "Saya akan berbuat sebisa saya." Dia menoleh kepada Adam. "Setujukah
Anda?" Cepat-cepat Adam berkata,
182 "Ya, tentu. Kami menyenangi hal-hal yang dilakukan dengan baik dan diam-diam."
"Apakah Anda akan terus menjadi tukang kebun saya?" tanya Bu Bulstrode.
"Bila Anda tidak berkeberatan. Dengan demikian saya akan lebih mudah bergerak ke
mana pun saya mau. Dan saya akan bisa mengawasi segala-galanya."
Kali ini alis mata Bu Bulstrode naik.
"Saya harap Anda tidak berharap akan terjadi pembunuhan-pembunuhan lagi?"
"Tidak, tidak."
"Saya senang. Saya rasa, sekolah mana pun juga tidak akan bisa bertahan kalau
ada dua pembunuhan dalam satu semester."
Pandangannya beralih ke Kelsey.
"Apakah Anda dan anak buah Anda sudah selesai dengan Pavilyun Olahraga" Rasanva
canggung bila kami tidak bisa menggunakannya."
"Kami sudah selesai. Tempat itu bersih, tak ada apa-apanya maksud saya, dari ?segi pandangan kami. Dengan alasan apa pun pembunuhan itu telah dilakukan tak
?ada satu pun di situ kini yang bisa membantu kami. Tempat itu tak lebih dari
sebuah Pavilvun Olahraga dengan alat-alat olahraga yang biasa."
"Tak ada apa-apa dalam lemari-lemari kecil para
SISWI" Inspektur Kelsey tersenyum.
"Yah segala tetek-bengek salinan sebuah buku yang berbahasa Prancis berjudul
? ? ? ?Candide lengkap dengan eh lukisannya. Itu buku mahal."
? ? ?"Oh!" kata Bu Bulstrode. "J adi di situ rupanya dia menyimpannya! Giselle
d'Aubray, saya rasa, bukan?"
183 Rasa hormat Kelsey terhadap Bu Bulstrode bertambah.
"Tidak banyak yang tidak Anda ketahui, Bu," katanya.
"Dia memang tidak menjadi rusak karena buku Candide itu," kata Bu Bulstrode.
"Itu sebuah buku klasik. Tapi kalau ada yang porno saya sita. Sekarang saya akan
kembali pada pertanyaan saya yang pertama. Anda telah melegakan pikiran saya
mengenai pemberitaan tentang sekolah ini. Adakah suatu cara di mana sekolah ini
akan bisa membantu Anda" Apakah saya bisa membantu Anda?"
"Untuk saat ini belum ada. Satu-satunya yang dapat saya tanyakan adalah, apakah
ada sesuatu yang telah menimbulkan kesulitan Anda dalam semester ini" Suatu
peristiwa umpamanya" Atau seseorang?"
Bu Bulstrode diam sesaat. Lalu dia berkata lambat-lambat,
"Jawabnya secara harfiah adalah: saya tak tahu."


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cepat-cepat Adam berkata,
"Apakah Anda punya perasaan bahwa ada sesuatu yang tak beres?"
"Ya hanya itu saja. Perasaan itu tak pasti. Saya tak bisa menuding sesuatu atau?seseorang kalau tidak..."
?Dia diam sebentar, lalu berkata lagi,
"Saya merasa waktu itu saya merasa bahwa saya telah kehilangan sesuatu yang
? ?sebenarnya tak boleh hilang. Coba saya terangkan."
Diceritakannya secara singkat peristiwa kecil dengan Nyonya Upjohn dan
kedatangan Lady Veronica yang mendadak dan tidak menyenangkan.
Adam merasa tertarik. 184 "Tolong jelaskan ini pada saya, Bu Bulstrode. Nyonya Upjohn melihat ke luar
jendela, jendela depan yang memberikan pandangan ke jalan masuk, dan dia
mengenali seseorang. Itu tak berari apa-apa. Siswi Anda ada lebih dari seratus
orang dan tak ada kemungkinan lain kecuali Nyonya Upjohn telah melihat salah
seorang dari orang tua murid atau keluarga yang dikenalinya. Tapi Anda yakin
benar bahwa dia terkejut waktu mengenali orang itu bahkan dia sama sekali
?tidak menyangka akan bertemu dengan orang itu di Meadowbank?"
"Ya, itulah tepatnya kesan yang saya peroleh."
"Lalu melalui jendela yang memberikan pandangan ke arah sebaliknya Anda melihat
ibu salah Seorang siswi dalam keadaan marah-marah, dan hal itu mengalihkan sama
sekali perhatian Anda dari apa yang dikatakan oleh Nyonya Upjohn?"
Bu Bulstode mengangguk. "Apakah dia berbicara beberapa menit lamanya?" "Ya."
"Dan waktu perhatian Anda kembali padanya, dia sedang berbicara tentang kegiatan
mata-mata dan tentang kegiatan Dinas Intelijen yang telah dikerjakannya dalam
masa perang sebelum dia menikah?"
"Benar." "Mungkin itu," kata Adam sambil merenung, "mengenai seseorang yang pernah
dikenalnya dalam masa kerjanya di masa perang. Orang tua atau keluarga salah
seorang siswi Anda, atau mungkin juga salah seorang anggota staf pengajar Anda."
"Tak mungkin salah seorang staf pengajar saya," bantah Bu Bulstrode.
"Mungkin saja."
185 "Sebaiknya kita hubungi Nyonya Upjohn," kata Kelsey. "Secepat mungkin. Ada
alamatnya pada Anda, Bu Bulstrode?"
"Tentu ada. Tapi saya rasa dia sedang berada di luar negeri saat ini.
Tunggu saya tanyakan dulu."
?Dia menekan bel pemanggil di meja kerjanya dua kali, kemudian karena tak sabar
menunggu dia pergi ke pintu lalu memanggil salah seorang siswi yang sedang
lewat. "Tolong carikan Julia Upjohn, Paula?"
"Baik, Bu Bulstrode."
"Sebaiknya saya pergi sebelum gadis itu datang," kata Adam. "Akan kelihatan tak
wajar kalau dilihatnya saya sedang membantu Inspektur yang sedang mengadakan
pengusutan. Kita berpura-pura seolah-olah Inspektur telah memanggil saya kemari
untuk mendapatkan berita-berita yang benar. Setelah Inspektur merasa puas bahwa
dia tidak mendapatkan apa-apa dari saya untuk saat ini, dia kini menyuruh saya
pergi." "Pergilah dari sini, dan ingat bahwa kau akan selalu berada di bawah
pengawasanku!" bentak Kelsey sambil tertawa kecil.
"Ngomong-ngomong," kata Adam sambil melewati pintu, "apakah Anda tidak
berkeberatan bila saya agak menyalahgunakan kedudukan saya di sini" Katakanlah,
umpamanya, saya agak terlalu dekat dengan salah seorang staf Anda?"
"Dengan staf saya yang mana?"
"Yah Mademoiselle Blanche umpamanya."?"Mademoiselle Blanche" Apakah Anda pikir dia...?"
"Saya rasa dia merasa agak bosan di sini."
186 "Oh!" Wajah Bu Bulstrode menjadi agak masam. "Mungkin Anda benar. Seseorang yang
lain lagi?" "Saya akan berusaha keras mencari di sana-sini," kata Adam dengan ceria. "Bila
Anda mendapatkan bahwa beberapa di antara siswi Anda agak nakal dan menyelinap
ke luar untuk memenuhi janji di kebun, tolong anggaplah bahwa niat saya adalah
semata-mata dalam rangka mencari jejak ini."
"Apakah Anda pikir gadis-gadis itu mungkin tahu sesuatu?"
"Semua orang selalu tahu sesuatu," kata Adam, "meskipun mereka tidak menyadari
bahwa mereka tahu." "Anda mungkin benar."
Terdengar ketukan di pintu, dan Bu Bulstrode berseru, "Masuk!"
Julia Upjohn muncul dalam keadaan sangat terengah-engah.
"Masuklah, Julia."
Inspektur Kelsey membentak,
"Kau boleh pergi sekarang, Goodman. Cepat pergi dan lanjutkan pekerjaanmu."
"Sudah saya katakan bahwa saya tak tahu apa-apa," kata Adam merengut. Dia keluar
sambil bergumam, "Seperti Gestapo saja."
"Maafkan saya terengah-engah begini, Bu Bulstrode," Julia meminta maaf. "Saya
berlari-lari dari lapangan tenis tadi."
"Tak mengapa. Aku hanya ingin menanyakan alamat ibumu maksudku, di mana aku
?bisa menghubunginya?"
"Oh! Anda harus menghubungi Bibi Isabel. Mama sedang berada di luar negeri."
187 "Alamat bibimu itu ada padaku. Tapi aku perlu berhubungan langsung dengan
ibumu." "Saya tak tahu bagaimana caranya," kata julia, sambil mengerutkan alisnya. "Mama
pergi ke Anatolia naik bis."
"Naik bis}" tanya Bu Bulstrode, terkejut.
Julia mengangguk kuat-kuat.
"Mama suka yang seperti itu," Julia menjelaskan. "Lagi pula cara itu murah
sekali. Agak tak nyaman memang, tapi Mama tak peduli. Menurut perhitungan saya,
dia akan berada di Van kira-kira tiga minggu lagi."
"Oh, begitu ya. Coba ingat-ingat, Julia, pernahkah ibumu berkata padamu bahwa ?dia telah bertemu dengan seseorang di sini, seseorang yang pernah dikenalnya
dalam masa dinasnya di masa perang?"
"Tidak, Bu Bulstrode, saya rasa tak pernah. Ah, saya yakin tak pernah."
"Ibumu dulu bekerja pada Dinas Intelijen, bukan?"
"Ya. Agaknya Mama sangat mencintai pekerjaannya itu. Bagi saya sama sekali tak
menarik. Dia belum pernah meledakkan sesuatu. Atau sampai tertangkap oleh
Gestapo. Atau sampai dicabuti kuku-kuku jari kakinya. Atau semacamnya. Dia
bekerja di Swiss, kalau tak salah atau mungkin Portugal?"
?Julia menambahkan dengan nada minta maaf, "Soalnya, saya bosan mendengar kisah
perang yang sudah usang itu, dan saya lalu tidak mendengarkan dengan baik-baik."
"Yah, terima kasih, Julia. Itu saja."
"Bukan main!" kata Bu Bulstrode, setelah Julia pergi. "Pergi ke Anatolia naik
bis! Anak itu mengatakannya seolah-olah dia sedang mengatakan
188 bahwa ibunya sedang naik bis kota nomor 73 ke toko Marshall and Snelgrove."
II Jennifer berjalan meninggalkan lapangan tenis dengan rasa jengkel sambil
mengayunkan-ayunkan raketnya. Dia merasa sedih karena servis-servisnya banyak
yang salah pagi ini. Meskipun memang, siapa pun tidak akan bisa membuat servis
yang keras dengan raket ini. Tapi akhir-akhir ini dia memang merasa kehilangan
kemampuan servisnya. Tapi backhand-nyz benar-benar maju. Bimbingan Springer
memang benar-benar menolong. Dalam banyak hal memang sayang bahwa Springer sudah
meninggal. * Jennifer menganggap tenis serius. Itu merupakan salah satu hal yang
dipikirkannya. "Maaf...." Jennifer mengangkat mukanya, dia terkejut. Seorang wanita yang berpakaian rapi
dan berambut pirang keemasan, serta membawa sebuah bungkusan yang panjang dan
pipih, sedang berdiri di jalan setapak itu pada jarak beberapa langkah darinya.
Jennifer heran sekali mengapa dia tidak melihat wanita itu menghampirinya
sebelumnya. Tak terpikir olehnya bahwa wanita itu mungkin saja sebelumnva telah
bersembunyi di balik sebuah pohon atau di semak-semak rhododendron dan baru saja
keluar dari persembunyiannya. Pikiran semacam itu tak ada pada Jennifer, karena
untuk apalah seorang wanita bersembunyi di balik semak-semak rhododendron dan
tiba-tiba muncul dari situ"
189 Dengan sedikit logat Amerika, wanita itu berkata, "Bisakah kiranya Anda menolong
saya dengan memberitahukan di mana saya bisa menemukan seorang gadis yang
bernama..." dia membaca di secarik kertas, "Jennifer Sutcliffe."
Jennifer heran sekali. "Sayalah Jennifer Sutcliffe."
"Wah! Aneh sekali! Ini benar-benar suatu kebetulan. Dalam sebuah sekolah seluas
ini, di mana saya mencari seorang gadis, dan saya bertanya pada gadis itu
sendiri. Padahal kata orang hal semacam itu tak pernah terjadi."
"Saya rasa terjadi juga sekali-sekali," kata Jennifer, tanpa merasa tertarik.
"Siang ini saya datang untuk makan siang dengan beberapa orang teman di sini,"
wanita itu melanjutkan, "dan kemarin dalam suatu pesta, saya kebetulan
mengatakan tentang rencana kedatangan saya kemari, lalu bibi Anda atau apakah ?dia ibu baptis Anda" Ah, buruk benar ingatan saya ini. Beliau menyebutkan
?namanya, tapi itu pun saya lupa. Tapi pokoknya, dimintanya saya datang kemari
dan membawakan sebuah raket tenis baru untuk Anda. Katanya Anda pernah
memintanya." Wajah Jennifer jadi berseri. Rasanya seperti suatu mukjizat saja, tak lebih dari
itu. "Dia tentu ibu baptis saya, Nyonya Campbell. Saya menyebutnya Bibi Gina. Dia
pasti bukan Bibi Rosamond. Dia tak pernah memberi saya apa-apa kecuali sepuluh
shilling, dengan berat hati, pada hari Natal."
"Nah, sekarang saya ingat. Itulah namanya. Campbell."
190 Diulurkannya bungkusan itu. Jennifer menerimanya dengan senang sekali.
Bungkusannya tidak terlalu rapat. Jennifer memekik gembira waktu raket itu
muncul dari bungkusannya.
"Aduh, hebat sekali!" teriaknya. "Benar-benar bagus. Saya memang menginginkan
raket baru kita tak bisa main dengan baik tanpa raket yang baik."
?"Ya, saya rasa memang begitu."
"Terima kasih Anda telah mengantarkannya," kata Jennifer dengan rasa terima
kasih. "Ah, sama sekali tidak menyusahkan. Hanya saya akui bahwa saya merasa agak malu.
Saya selalu merasa malu bila berada di sebuah sekolah. Begitu banyak gadis. Oh,
ya, ngomong-ngomong, saya juga diminta untuk membawa kembali raket tua Anda."
Dipungutnya raket yang tadi dijatuhkan Jennifer.
"Bibi Anda r-eh, bukan ibu baptis Anda mengatakan bahwa dia akan menyuruh
? ? ?mengganti senarnya. Agaknya itu memang perlu sekali, ya?"
"Saya rasa tak perlu lagi," kata Jennifer, tanpa memperhatikan lagi.
Dia masih asyik mengayun-ayunkan dan mencoba keseimbangan raketnya yang baru.
"Tapi sebuah raket tambahan selalu ada gunanya," kata teman barunya itu. "Aduh,"
dia melihat ke arlojinya. "Tak saya sangka sudah sesiang ini. Saya harus buru-
buru." "Apakah Anda ada apakah Anda memerlukan taksi" Saya bisa membantu menelepon."
?"Tak usah, terima kasih. Mobilku ada di dekat gerbang. Kutinggalkan di situ
supaya tak perlu membelok di tempat yang sempit. Sampai ketemu lagi. Aku senang
sekali bertemu denganmu. Kuharap kau senang dengan raketmu itu."
191 Dia berlari di sepanjang jalan setapak ke arah gerbang. Jennifer masih berteriak
sekali lagi ke arahnya, "Terima kasih banyak."
Kemudian, dengan perasaan seolah-olah dirinya mengambang, dia pergi mencari
Julia. "Lihat nih," katanya sambil melambai-lambaikan raketnya dengan bersemangat.
"Waduh! Dari mana kaudapat itu?"
"Aku dikirimi ibu baptisku. Bibi Gina. Dia bukan bibiku, tapi aku menyebutnya
bibi. Dia kaya sekali. Kurasa Mama bercerita padanya tentang omelanku mengenai
raketku. Hebat sekali, kan" Aku tak boleh lupa menulis surat untuk mengucapkan
terima kasih padanya."
"Kuharap saja begitu!" kata Julia baik-baik.
"Yah, maklumlah, kita kadang-kadang lupa akan sesuatu. Bahkan apa yang akan kita
lakukan sekalipun. Lihat, Shaista," sambungnya waktu gadis itu berjalan ke arah
mereka. "Aku punya raket baru. Bagus sekali, ya?"
"Pasti mahal sekali," kata Shaista sambil melihat-lihatnya dengan sikap
menghargai. "Ingin benar aku pandai bermain tenis."
"Kau selalu berlari menuju bola."
"Aku rasanya tak pernah tahu akan datang ke mana bola itu," kata Shaista ragu.
"Sebelum aku pulang, aku pasti akan minta dibuatkan celana pendek yang benar-
benar bagus di London. Atau setelan tenis seperti yang dipakai Ruth Allen, juara
Amerika itu. Kurasa itu bagus sekali. Mungkin akan kusuruh buatkan kedua-
duanya," dia tersenyum membayangkan masa datang yang menyenangkan.
"Shaista tak pernah memikirkan hal-hal lain kecuali pakaian," kata Julia
mencemooh waktu 192 kedua sahabat itu melanjutkan perjalanannya. "Apakah menurut kau kita juga bisa
jadi seperti itu?" "Kurasa bisa," kata Jennifer murung. "Alangkah bosannya."
Mereka masuk ke Pavilyun Olahraga, yang sekarang secara resmi telah ditinggalkan
oleh para anggota polisi, dan dengan hati-hati Jennifer menaruh raketnya ke
tempatnya. "Alangkah cantiknya!" katanya sambil membelai raket itu penuh kasih sayang.
"Yang lama kauapakan?"
"Oh, diambilnya."
"Diambil siapa?"
"Wanita yang mengantarkan ini. Dia bertemu dengan Bibi Gina di sebuah pesta, dan
Bibi Gina memintanya untuk mengantarkan ini kemari, karena hari ini wanita itu
kebetulan harus kemari, dan Bibi Gina berkata supaya yang lama diambil karena
akan diganti senarnya."
"Oh, begitu...." Tapi Julia mengerutkan alisnya.
"Mengapa kau dipanggil Bully tadi?" tanya Jennifer.
"Bully" Oh, tak apa-apa. Dia hanya minta alamat mamaku. Tapi Mama tak punya
alamat karena dia sedang dalam perjalanan naik bis. Di suatu tempat di Turki.
Jennifer dengar. Raketmu tidak perlu diganti senarnya."?"Ah, perlu, Julia. Lembeknya sudah seperti sepon."
"Aku tahu. Tapi itu kan sebenarnya raketku. Maksudku, kita sudah tukar.
Raketkulah yang perlu diganti senarnya. Kepunyaanmu, yang sekarang ada padaku,
sudah diganti senarnya. Kau sendiri yang
193 mengatakan bahwa ibumu telah menyuruh mengganti senarnya sebelum kalian pergi ke
luar negeri." "Ya, benar juga." Jennifer kelihatan agak terkejut. "Ah, sudahlah, kurasa wanita
itu siapa pun dia seharusnya kutanyakan namanya tadi, tapi aku begitu
? ?terpesona aku hanya melihat bahwa raket itu perlu diganti senarnya."
?"Tapi katamu, dia yang berkata bahwa Bibi Gina-mu yang mengatakan raket itu
perlu diganti senarnya. Padahal Bibi Gina-mu tentu tidak akan berpikir bahwa
raket itu masih perlu diganti senarnya kalau memang tak perlu."
"Ah, sudahlah...." Jennifer kelihatan tak sabaran. "Kurasa kurasa..."
?"Kaurasa apa?"
"Mungkin Bibi Gina hanya berpikir bahwa bila aku menginginkan raket baru, itu
adalah karena yang lama senarnya harus diganti. Bagaimanapun juga tak ada
salahnya, bukan?" "Kurasa memang tak ada salahnya," kata Julia lambat-lambat. "Tapi aku tetap
merasa bahwa itu aneh, Jennifer. Rasanya seperti kisah lampu ajaib. Lampu
?Aladin, maksudku." Jennifer terkikik. "Bayangkan, kita menggosok-gosok raket tuaku maksudku raket tuamu, dan seorang
?jin muncul! Bila kau menggosok sebuah lampu dan seorang jin muncul, apa yang
akan kauminta, Julia?"
"Banyak sekali," desah Julia penuh gairah. "Sebuah tape recorder, dan seekor
anjing Alsatia atau lebih baik seekor anjing Dane yang besar, dan uang
?sebanyak seratus ribu pound, dan baju satin hitam untuk ke pesta,- dan oh!
Banyak lagi barang-barang lain.... Kalau kau mau apa?"
194 "Entah ya, aku tak yakin," katajennifer. "Karena sudah punya raket baru yang
hebat ini, aku tak butuh apa-apa lagi."
195 13. Bencana Minggu ketiga setelah pembukaan semester berjalan menurut kebiasaan lama. Waktu
itu adalah akhir pekan yang pertama, pada waktu mana para orang tua


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diperbolehkan membawa keluar para siswi. Akibatnya tinggallah Meadowbank dalam
keadaan hampir kosong. Pada hari Minggu itu hanya akan ada dua puluh orang siswi yang tinggal di
sekolah untuk makan siang. Beberapa guru mendapat izin pula untuk berakhir
pekan. Mereka akan kembali pada hari Minggu malam atau hari Senin pagi-pagi
sekali. Pada kesempatan itu Bu Bulstrode sendiri menyatakan bahwa ia akan pergi
berakhir pekan pula. Hal itu tak biasa, karena bukanlah kebiasaannya untuk
meninggalkan sekolah selama masa semester. Tetapi dia punya alasannya sendiri.
Dia akan menginap di tempat Duchess of Welsham di Welsington Abbey. Duchess itu
sendiri yang telah mengundangnya dengan menambahkan bahwa Henry Banks akan
berada di sana. Henry Banks adalah Ketua Persatuan para Gubernur. Dia adalah
seorang pengusaha industri yang terkemuka, dan dia adalah salah seorang
pendukung pemula dari sekolah Meadowbank. Oleh karenanya undangan itu mengandung
perintah juga. Itu tidak berarti bahwa Bu Bulstrode mau saja diperintah orang,
yang tidak 196 sesuai dengan keinginannya sendiri. Tapi kebetulan dia menerima undangan itu
dengan senang hati. Dia sama sekali tidak meremehkan para duchess, dan Duchess
of Welsham adalah seorang duchess yang berpengaruh. Putri-putrinya sendiri
dikirim bersekolah di Meadowbank. Dia juga senang sekali mendapat kesempatan
berbicara dengan Henry Banks mengenai masa depan sekolah itu, dan juga untuk
mengemukakan dengan kata-katanya sendiri mengenai peristiwa menyedihkan yang
baru terjadi. Karena memiliki hubungan dengan orang-orang yang berpengaruh maka pembunuhan
atas diri Bu Springer telah ditekan dengan penuh kebijaksanaan oleh pers.
Pembunuhan yang misterius itu telah diubah hingga menjadi suatu kecelakaan hebat
yang menyedihkan. Meskipun tidak diucapkan, diberikan kesan seolah-olah ada
beberapa anak nakal yang berhasil masuk ke Pavilyun Olahraga, dan bahwa kematian
Bu Springer itu lebih tepat kalau disebut suatu kecelakaan daripada suatu
pembunuhan yang direncanakan. Samar-samar dilaporkan bahwa beberapa orang anak
muda telah diminta datang ke kantor polisi dan 'membantu polisi'. Bu Bulstrode
sendiri telah bertekad untuk menyamarkan setiap kesan tak menyenangkan yang
mungkin telah didengar oleh kedua orang pendukung sekolah yang berpengaruh itu.
Dia tahu bahwa mereka juga akan membahas sindiran terselubung yang telah
disiarkannya mengenai rencana penarikan dirinya. Baik duchess itu maupun Henry
Banks ingin benar membujuknya supaya dia menetap. Kinilah saatnya, pikir Bu
Bulstrode, untuk mengemukakan Eleanor Vansittart, untuk menunjukkan betapa
baiknya 197 orang itu, dan betapa tepatnya dia untuk melanjutkan tradisi Meadowbank.
Pada hari Sabtu pagi Bu Bulstrode baru saja selesai mendiktekan surat-surat pada
Ann Shapland waktu telepon berdering. Ann menerima telepon itu.
"Dari Emir Ibrahim, Bu Bulstrode. Dia telah tiba di Hotel Claridge dan ingin
membawa keluar Shaista besok."
Bu Bulstrode mengambil alih gagang telepon, lalu bercakap-cakap sebentar dengan
pegawai Emir itu. Shaista akan siap antara pukul setengah dua belas ke atas pada
hari Minggu, katanya. Gadis itu harus kembali ke sekolah sebelum pukul delapan
malam. Dia mengakhiri pembicaraan itu lalu berkata, "Akan lebih baik kalau orang-orang
Timur itu mau memberi tahu kita sebelumnya. Padahal sudah diatur supaya Shaista
bisa keluar dengan Giselle d'Aubray besok. Sekarang itu harus dibatalkan. Apakah
surat-surat kita sudah selesai?" "Sudah, Bu Bulstrode."
"Bagus, jadi aku bisa berangkat dengan dada lapang. Ketiklah surat-surat itu
lalu kirimkan, dan setelah itu kau pun bebas untuk berakhir pekan. Hari Senin
waktu makan siang, baru aku membutuhkan kau lagi."
"Terima kasih, Bu Bulstrode." "Bersenang-senanglah kau, Nak." "Saya rasa saya
akan bersenang-senang," kata Ann.
"Dengan seorang pemuda?" "Eh ya." Wajah Ann agak memerah. "Tapi belum serius."?198
"Kalau begitu harus dijadikan serius. Bila kau memang punya rencana untuk
menikah, jangan tunggu terlalu lama."
"Ah, yang ini hanya seorang teman lama. Tidak akan ada yang istimewa."
"Yang istimewa itu tidak selamanya merupakan dasar perkawinan yang baik," kata
Bu Bulstrode memberi peringatan. "Tolong panggilkan Bu Chadwick, ya?"
Bu Chadwick masuk. "Emir Ibrahim, paman Shaista, akan membawanya keluar besok, Chaddy. Bila dia
sendiri yang datang, katakan padanya bahwa kemajuan gadis itu memuaskan."
"Dia tidak begitu cerdas," kata Bu Chadwick.
"Ditinjau dari sudut kecerdasannya dia memang belum matang," Bu Bulstrode
membenarkannya. "Tapi dalam hal-hal lain dia sudah matang sekali. Kadang-kadang
bila mendengarnya berbicara, dia seperti seorang wanita yang sudah berumur dua
puluh lima tahun. Kurasa itu adalah akibat dari kehidupan mewah yang pernah
dijalaninya. Paris, Teheran, Kairo, Istambul, dan tempat-tempat lain semacam
itu. Di negeri kita ini, kita cenderung untuk memelihara anak-anak kita
sedemikian hingga mereka tetap muda. Kita akan merasa senang bila kita berkata,
'"h, dia masih kanak-kanak.' Sebenarnya itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Itu
suatu rintangan yang besar dalam hidup."
"Aku tak yakin bahwa aku sependapat dengan kau dalam hal itu, Sahabat," kata Bu
Chadwick. "Aku akan pergi mendapatkan Shaista sekarang dan menceritakan padanya
tentang pamannya. Pergi 199 sajalah kau berakhir pekan, dan jangan kuatirkan apa-apa."
"Ah! Aku tidak akan kuatir," kata Bu Bulstrode. "Ini benar-benar suatu
kesempatan yang baik untuk membiarkan Eleanor Vansittart bertugas dan melihat
bagaimana perkembangannya. Dengan kau dan dia yang bertugas, tidak akan ada yang
salah." "Mudah-mudahan tidak. Aku pergi mencari Shaista."
Shaista kelihatan terkejut dan sama sekali tidak senang waktu mendengar bahwa
pamannya telah tiba di London.
"Apakah dia akan membawa saya keluar besok?" omelnya. "Padahal sudah diatur
bahwa saya akan keluar dengan Giselle d'Aubray dan ibunya."
"Kurasa kau harus menundanya sampai lain kali."
"Tapi saya jauh lebih suka keluar dengan Giselle," kata Shaista jengkel. "Paman
saya itu sama sekali tidak menyenangkan. Dia makan saja kemudian menggerutu,
semuanya membosankan."
"Kau tak boleh berkata begitu. Itu tak sopan," kata Bu Chadwick. "Kudengar
pamanmu hanya akan berada seminggu di Inggris ini, jadi wajarlah kalau dia ingin
bertemu denganmu." "Mungkin dia telah mengatur suatu perkawinan baru untuk saya," kata Shaista,
wajahnya menjadi cerah lagi. "Kalau begitu saya senang."
"Kalau memang begitu halnya, beliau pasti akan mengatakannya padamu. Tapi
sementara ini kau masih terlalu muda untuk menikah. Kau harus menyelesaikan
pendidikanmu dulu." "Pendidikan membosankan sekali," kata Shaista.
200 II Minggu pagi cuaca cerah dan tenang Nona Shapland telah berangkat pada hari ?Sabtu segera setelah Bu Bulstrode. Bu Johnson, Bu Rich, dan Bu Blake berangkat
pada hari Minggu pagi. Bu Vansittart, Bu Chadwick, Bu Rowan, dan Mademoiselle Blanche tinggal bertugas.
"Kuharap gadis-gadis itu tidak akan berbicara terlalu banyak," kata Bu Chadwick
bimbang. "Maksudku mengenai Bu Springer yang malang itu."
"Kita harapkan saja begitu," kata Eleanor Vansittart. "Mudah-mudahan saja
seluruh peristiwa ini dilupakan secepatnya." Ditambahkannya, "Bila ada orang tua
murid yang akan membicarakannya dengan aku, aku akan mengalihkan pembicaraannya.
Kurasa akan lebih baik kalau kita menarik garis tegas."
Para siswi pergi ke gereja pukul sepuluh disertai Bu Vansittart dan Bu Chadwick.
Empat orang siswi yang menganut agama Katolik Roma diiringi oleh Angele Blanche
pergi ke gereja Katolik. Lalu kira-kira pukul setengah dua belas mobil-mobil
mulai masuk ke halaman sekolah. Dengan luwes, tenang, dan anggun, Bu Vansittart
berdiri di aula. Disapanya para ibu dengan tersenyum, lalu diserahkannya anaknya
dan dengan halus dikesampingkannya semua pertanyaan yang tak dikehendaki
mengenai tragedi vang baru terjadi.
"Mengerikan," katanya "ya, memang mengerikan, tapi Anda tentu maklum bahwa kami
tidak membicarakannya di sini. Kita harus mengingat pikiran gadis-gadis muda
ini sayang sekali kalau mereka harus memikirkannya."
?DILARANG MENGKOMERSILKAN!!! 201 =kiageng80=
Chaddy juga ada di tempat itu menyambut teman-teman lama di antara para orang
tua murid, membicarakan rencana-rencana liburan dan berbicara dengan penuh kasih
sayang tentang beberapa putri mereka.
"Kuharap Bibi Isabel datang untuk menjemputku keluar," kata Julia yang bersama
Jennifer sedang berdiri menempelkan hidung mereka pada kaca jendela salah sebuah
kelas. Mereka memperhatikan orang-orang yang datang dan pergi di jalan masuk di
luar. "Mama akan menjemputku keluar akhir pekan yang akan datang," kata Jennifer.
"Akhir pekan ini Ayah harus mengundang beberapa orang penting ke rumah, jadi
Mama tak bisa datang hari ini."
"Tuh, si Shaista berangkat," kata Julia, "siap untuk pergi ke London. Waduh!
Coba lihat tumit sepatunya. Aku berani bertaruh, Bu Johnson pasti tak suka
melihat sepatu itu."
Seorang pengemudi yang mengenakan seragam menyolok membuka pintu mobil Cadillac
yang besar. Shaista masuk dan dibawa pergi.
"Kau boleh ikut aku keluar akhir pekan vang akan datang, kalau kau mau," kata
Jennifer. "Aku sudah mengatakan pada Mama bahwa ada seorang sahabatku yang ingin
kuajak." "Aku mau saja," kata Julia. "Lihat Vansittart menjalankan perannya."
"Luwes sekali dia, ya?" kata Jennifer.
"Aku tak tahu mengapa," kata Julia, "tapi bagaimanapun juga aku selalu merasa
geli. Gerak-geriknya itu benar-benar merupakan tiruan Bu Bulstrode, bukan"
Tiruannya baik sekali, tapi
202 nampaknya seperti Joyce Grenfell atau seseorang lain yang sedang melakonkan
suatu tiruan." "Itu ibu si Pam," kata Jennifer. "Dia membawa serta anak-anak laki-lakinya yang
masih kecil. Entah bagaimana mereka semua bisa berjejal dalam mobil Morris Minor
yang kecil itu." "Mereka akan pergi piknik," kata Julia. "Lihat saja keranjang-keranjang itu."
"Apa yang akan kaukerjakan petang ini?" tanya Jennifer. "Kurasa aku tak perlu
menulis surat kepada Mama pekan ini, karena aku toh akan bertemu dengannya
minggu depan. Bagaimana kau?"
"Kau malas menulis surat, Jennifer."
"Aku tak pernah menemukan bahan yang bisa kutulis," kata Jennifer.
"Aku bisa," kata Julia. "Banyak sekali yang bisa kutuliskan." Kemudian
ditambahkannya dengan sedih, "Tapi sekarang tak ada yang akan ditulisi surat."
"Bagaimana dengan ibumu?"
"Sudah kukatakan, dia sedang dalam perjalanan ke Anatolia naik bis. Kita tidak
bisa menulis surat kepada seseorang yang sedang dalam perjalanan ke Anatolia
naik bis. Paling tidak kita tak bisa sering-sering menulis surat kepadanya."
"Kaualamatkan ke mana surat-suratmu kalau kau menulis?"
"Oh, ke konsulat-konsulat di negara-negara itu. Aku diberinya daftar alamatnya.
Yang pertama adalah Istambul, kemudian Ankara, lalu beberapa nama-nama lucu."
Dia berkata lagi. "Aku heran mengapa Bully kelihatan begitu perlu benar
menghubungi Mama. Kelihatannya dia susah waktu kukatakan ke mana dia pergi."
203 "Pasti bukan mengenai kau," kata Jennifer. "Kau kan tidak pernah melakukan
sesuatu yang tak pada tempatnya?"
"Setahuku tidak," kata Julia. "Mungkin dia mau bercerita tentang Springer."
"Mengapa dia ingin menceritakannya?" kata Jennifer. "Menurutku dia bahkan senang
sekali bahwa sekurang-kurangnya ada seorang ibu yang tidak tahu mengenai
peristiwa Springer itu."
"Maksudmu para ibu mungkin akan menyangka bahwa putri-putrinya akan dibunuh
juga?" "Kurasa ibuku tidak akan berpikiran sejauh itu," kata Jennifer. "Tapi kurasa
pikirannya kacau juga mendengar hal itu."
"Kupikir," kata Julia dengan sikap berpikir, "banyak hal yang tidak mereka
ceritakan tentang Springer."
"Hal-hal apa?" "Yah, rasanya banyak hal yang aneh terjadi. Seperti raket tenismu yang baru
itu." "Oh, ya, aku baru mau bercerita padamu," kata Jennifer, "aku menulis surat
kepada Bibi Gina untuk mengucapkan terima kasih, dan pagi ini aku menerima surat
balasannya yang mengatakan bahwa dia senang sekali aku mendapat raket baru, tapi
katanya dia tak pernah mengirim raket untukku."
"Sudah kukatakan bahwa urusan raket itu aneh sekali," kata Julia penuh
kemenangan, "apalagi rumahmu pun kemasukan pencuri pula."
"Ya, tapi mereka tidak mengambil apa-apa."
"Itu menjadikannya lebih menarik," kata Julia. "Kurasa," sambungnya sambil
merenung, "mungkin akan segera terjadi pembunuhan lagi di sini."
204 "Aduh, benarkah begitu, Julia, mengapa akan terjadi pembunuhan yang kedua?"
"Yah, dalam buku-buku cerita biasanya terjadi pembunuhan yang kedua," kata
Julia. "Kupikir, Jennifer, sebaiknya kau berhati-hati sekali supaya bukan kau
yang terbunuh." "Aku?" tanya Jennifer keheranan. "Mengapa orang akan membunuhku?"
"Karena kau sudah terlanjur terlibat dalam semuanya itu," kata Julia. Kemudian
ditambahkannya sambil merenung, "Kita harus mencoba untuk mendapatkan keterangan
lebih banyak dari ibumu minggu depan, Jennifer. Mungkin seseorang telah
menitipkan surat-surat rahasia padanya untuk dibawa ke luar Ramat."
"Surat-surat rahasia apa?"
"Aduh, bagaimana aku bisa tahu," kata Julia. "Mungkin rencana-rencana atau
formula-formula untuk membuat bom atom baru. Yang semacam itu mungkin saja."
Jennifer kelihatan tak yakin.
III Bu Vansittart dan Bu Chadwick sedang berada di ruang istirahat guru waktu Bu
Rowan masuk dan berkata, "Mana Shaista" Aku tak bisa menemukannya di mana-mana. Mobil Emir baru saja tiba
untuk menjemputnya."
"Apa?" Chaddy mengangkat mukanya keheranan. "Pasti ada kekeliruan. Mobil Emir
sudah datang menjemputnya kira-kira tiga perempat jam yang lalu. Aku melihat
sendiri dia masuk ke mobil itu dan
205 berangkat. Dia termasuk murid yang pertama-tama berangkat."
Eleanor Vansittart mengangkat bahunya. "Kurasa mobil itu telah mendapat perintah
dua kali atau bagaimana," katanya.
Kemudian dia sendiri keluar lalu berbicara dengan sopirnya. "Pasti telah terjadi
kekeliruan," katanya. "Putri sudah berangkat ke London tiga perempat jam yang
lalu." Pengemudi itu kelihatan heran. "Saya rasa memang ada kekeliruan seperti yang
Anda katakan itu, Bu," katanya. "Jelas saya yang mendapat perintah untuk datang
ke Meadowbank menjemput Putri."
"Saya rasa kadang-kadang memang terjadi kekacauan," kata Bu Vansittart.
Pengemudi itu tampak tetap tenang dan tidak keheranan. "Itu memang sering
terjadi," katanya. "Pesan-pesan melalui telepon yang diterima, dituliskan, dan
kemudian dilupakan. Hal-hal semacam itu. Tapi saya bisa membanggakan bahwa di
kalangan kami, kami tidak membuat kekeliruan. Tentu, kalau saya boleh berkata,
kita tak pernah benar-benar mengerti orang-orang Timur itu. Mereka punya pelayan
dan pembantu yang besar jumlahnya, dan orang kadang-kadang mengulangi perintah
sampai dua atau tiga kali. Saya rasa pasti itulah yang telah terjadi kali ini."
Diputarnya mobilnya dengan cekatan lalu berangkat.
Beberapa saat lamanya Bu Vansittart tampak agak bimbang dan ragu, tetapi
kemudian diputuskannya sendiri bahwa tak ada yang perlu dikuatirkan, dan dia
berharap bisa menghabiskan waktunya petang itu dengan tenang.
206 Setelah makan siang gadis-gadis yang tinggal sedikit jumlahnya itu menulis surat
atau berjalan-jalan di halaman. Ada yang main tenis beberapa set dan banyak pula
yang berada di kolam renang. Bu Vansittart membawa pena dan kertas surat ke
bawah pohon cedar yang teduh. Waktu telepon berdering pukul setengah lima, Bu
Chadwick yang menerima. "Apakah di situ sekolah Meadowbank?" Terdengar suara seorang pemuda Inggris yang
bagus ucapannya. "Oh, apakah Bu Bulstrode ada?"
"Bu Bulstrode sedang tak ada hari ini. Ini Bu Chadwick yang berbicara."
"Oh, ini mengenai salah seorang siswi Anda. Saya berbicara dari Hotel Claridge,


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari kamar Emir Ibrahim."
"Oh, ya" Apakah Shaista yang Anda maksud?"
"Ya, Emir merasa agak jengkel karena sama sekali tidak mendapat berita apa-apa."
"Berita" Mengapa beliau harus mendapat berita?"
"Yah, untuk mengatakan bahwa Shaista tak bisa datang atau tidak akan datang."
"Tidak akan datang" Apakah maksud Anda dia belum tiba di situ?"
"Tidak, tidak, dia tak datang sama sekali. Kalau begitu, apakah dia telah
meninggalkan Meadowbank?"
"Ya, sudah. Tadi pagi sebuah mobil datang menjemputnya yah, kira-kira pukul ?setengah dua belas saya rasa, dan dia berangkat."
"Aneh sekali, karena dia tak ada di sini.... Akan saya telepon perusahaan yang
menyiapkan mobil-mobil untuk Emir."
"Aduh," kata Bu Chadwick, "saya harap saja tak ada kecelakaan."
207 "Ah, tak usahlah kita menduga yang terburuk dulu," kata pemuda itu dengan nada
ceria. "Saya rasa Anda pasti sudah mendengarnya bila ada kecelakaan. Atau
mungkin juga kami. Kita tak perlu kuatir."
Namun Bu Chadwick merasa kuatir.
"Saya rasa ini aneh sekali," katanya.
"Saya rasa..." pemuda itu ragu.
"Ya?" kata Bu Chadwick.
"Yah, sebenarnya tak pantas kalau saya kemukakan hal itu pada Emir, tapi antara
kita berdua, apakah tak ada eh tak ada persoalan dengan seorang pacar?"? ?"Jelas tak ada," kata Bu Chadwick dengan penuh keyakinan.
"Ya, pasti tidak, saya rasa juga tidak, tapi kita tak tahu gadis-gadis zaman
sekarang, bukan?" Anda pasti heran kalau mendengar hal-hal yang pernah saya
alami." "Bisa saya pastikan pada Anda," kata Bu Chadwick dengan yakin, "bahwa hal
semacam itu sama sekali tak mungkin."
Tetapi apakah hal itu memang tak mungkin" Apakah kita bisa yakin mengenai gadis-
gadis itu" Gagang telepon diletakkannya kembali dan dengan agak enggan dia pergi mencari Bu
Vansittart. Sebenarnya tak ada alasan untuk beranggapan bahwa Bu Vansittart akan
lebih mampu menangani persoalan itu daripada dirinya sendiri, tetapi dia merasa
perlu berunding dengan seseorang. Bu Vansittart segera berkata,
"Mobil yang kedua itukah?"
Mereka berpandangan. 208 "Apakah menurut kau," kata Chaddy lambat-lambat, "bahwa kita harus melaporkan
hal ini pada polisi?"
"Jangan kepada polisi>" kata Eleanor Vansittart dengan suara terperanjat.
"Soalnya anak itu memang pernah berkata," kata Chaddy, "bahwa mungkin ada
seseorang yang akan mencoba menculiknya."
"Menculiknya" Omong kosong!" kata Bu Vansittart tajam.
"Apakah menurut kau tak mungkin...." kata Bu Chadwick bertahan.
"Bu Bulstrode telah menugaskan aku untuk bertanggungjawab di sini," kata Eleanor
Vansittart, "dan aku tidak akan mendukung anggapan semacam itu. Jangan sampai
kita mendapat kesulitan lagi dari polisi."
Bu Chadwick memandangnya dengan tak senang. Bu Vansittart dianggapnya picik dan
bodoh. Dia masuk kembali ke gedung dan menelepon rumah Duchess of Welsham.
Malangnya, semua orang sedang keluar.
209 14. Bu Chadwick Tak Bisa Tidur
Bu Chadwick gelisah sekali. Dia membalik-balikkan tubuhnya di tempat tidur.
Digunakannya berbagai macam cara yang bisa membuatnya mengantuk, tapi sia-sia.
Pukul delapan malam, waktu Shaista belum juga kembali dan tak ada berita
mengenai dia, Bu Chadwick lalu mengambil alih persoalan itu sendiri dan dia
menelepon Inspektur Kelsey. Dia merasa lega karena ternyata Inspektur tidak
menganggap persoalan itu terlalu serius. Diberikannya keyakinan pada Bu Chadwick
bahwa dia bisa menyerahkan persoalan itu kepadanya. Akan mudah sekali mencek
kemungkinan adanya kecelakaan. Setelah itu dia akan menghubungi London. Semua
yang perlu akan dilaksanakannya. Mungkin gadis itu sendiri yang ingin membolos.
Dinasihatinya Bu Chadwick untuk membicarakan hal itu sesedikit mungkin di
sekolah. Biarkan anak-anak menyangka bahwa Shaista menginap di Hotel Claridge
bersama pamannya. "Yang paling tidak Anda ingini, atau yang tidak diingini Bu Bulstrode, adalah
tersiarnya berita lebih banyak, bukan?" kata Kelsey. "Sangatlah tak mungkin
bahwa gadis itu telah diculik. Jadi jangan kuatir, Bu Chadwick. Serahkan
semuanya kepada kami."
Tetapi Bu Chadwick tetap merasa kuatir.
210 Sambil berbaring di tempat tidur tanpa bisa tidur, pikirannya berputar-putar
dari kemungkinan penculikan sampai pada pembunuhan.
Pembunuhan di Meadowbank. Mengerikan sekali! Tak masuk akal! Meadowbank. Bu
Chadwick mencintai Meadowbank. Bahkan dia mungkin lebih mencintainya daripada Bu
Bulstrode, meskipun dengan cara yang agak lain. Pengelolaan sekolah itu
merupakan usaha yang penuh risiko dan penuh pengabdian. Dalam mengikuti langkah-
langkah Bu Bulstrode yang penuh bahaya dengan setia, bukan hanya sekali dia
mengalami panik. Bagaimana kalau semuanya gagal. Mereka sebenarnya tak punya
modal banyak. Bila mereka tak berhasil bila dukungan terhadap mereka ditarik ?kembali Bu Chadwick punya pikiran yang mudah kuatir dan suka sekali membuat
?banyak 'pengandaian'. Bu Bulstrode menyukai petualangan dan bahaya lengkap
dengan risikonya, tetapi Chaddy tidak. Kadang-kadang, bila dia dalam keadaan
tersiksa karena rasa kuatirnya, dimintanya supaya Meadowbank dikelola dengan
cara yang umum saja. Itu akan lebih aman, desaknya. Tetapi Bu Bulstrode tidak
tertarik pada rasa aman itu. Dia sudah punya bayangan bagaimana sebuah sekolah
seharusnya dan dia mengejar bayangan itu tanpa rasa takut. Dan keberaniannya itu
kelihatan hasilnya. Dan oh, betapa leganya Chaddy ketika keberhasilan sudah
berada di tangan, ketika Meadowbank sudah kokoh, kokoh dan aman, sebagai suatu
badan pendidikan yang besar di Inggris. Waktu itu cintanya pada Meadowbank makin
bertambah besar. Kedamaian dan kesejahteraan. Keraguan, rasa takut, dan rasa
kuatir, semuanya hilang dari dirinya. Kedamaian dan kesejahteraan
211 telah dimilikinya. Dia menikmati kesejahteraan di Meadowbank, seperti seekor
kucing yang sedang menikmati hangatnya matahari.
Dia sedih sekali waktu Bu Bulstrode mulai berbicara tentang pengunduran dirinya.
Mengundurkan diri sekarang pada saat semuanya sudah mantap" Sungguh gila! Bu
?Bulstrode berbicara tentang rencananya untuk bepergian, tentang semua yang ingin
dilihatnya di dunia. Chaddy tak tertarik. Tak ada satu pun, di mana pun juga,
yang bisa menyamai kehebatan Meadowbank! Selama ini dilihatnya bahwa tak satu
pun bisa mengganggu kedudukan Meadowbank tapi kini pembunuhan!
? ?Seperti kata-kata kasar dan jorok yang menyusup dari dunia luar bagaikan angin
?topan yang jahat. Pembunuhan sepatah kata yang oleh Bu Chadwick selalu
?dikaitkan dengan anak-anak yang luar biasa nakalnya, dengan pisau lipatnya, atau
dokter-dokter yang punya niat jahat yang meracuni istri mereka. Tetapi
pembunuhan di sini di sebuah sekolah dan bukan pula di sembarang sekolah
? ? ?melainkan di Meadowbank. Sungguh tak masuk akal.
Apalagi Bu Springer Bu Springer yang malang, itu pasti bukan ?kesalahannya tapi, entah mengapa, Chaddy merasa bahwa bagaimanapun juga itu
?adalah kesalahannya. Dia tak tahu tradisi di Meadowbank ini. Dia seorang wanita
yang tak bijaksana. Entah dengan cara bagaimana dia pasti telah mengundang
pembunuhan itu. Bu Chadwick berbalik, dia membalikkan bantalnya, lalu berkata
sendiri, "Aku tak boleh memikirkan itu semuanya terus-menerus. Mungkin sebaiknya
aku bangun dan minum aspirin. Akan kucoba saja menghitung sampai lima puluh...."
212 Sebelum dia sampai pada hitungan lima puluh, pikirannya sudah menyimpang lagi ke
soal yang sama. Dia merasa kuatir. Apakah semuanya ini dan penculikan itu
?juga akan muncul di surat-surat kabar" Apakah setelah membacanya, para orang
?tua lalu cepat-cepat mengambil anak-anak mereka....
Aduh, dia harus menenangkan dirinya dan tidur. Pukul berapa sekarang"
Dinyalakannya lampunya lalu melihat ke arlojinya baru pukul satu kurang
?seperempat. Kira-kira bertepatan dengan waktu Bu Springer yang malang.... Tidak,
dia tidak akan memikirkan hal itu lagi. Betapa bodohnya Bu Springer pergi
seorang diri begitu saja tanpa membangunkan siapa-siapa.
"Aduh," kata Bu Chadwick. "Aku tetap harus minum aspirin."
Dia bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan ke arah wastafel. Ditelannya dua
butir aspirin lalu minum. Dalam perjalanannya kembali ke tempat tidurnya,
disingkapkannya gorden jendelanya lalu mengintip ke luar. Dia berbuat demikian
bukan dengan alasan apa-apa, melainkan semata-mata untuk meyakinkan dirinya. Dia
ingin merasa yakin bahwa tidak akan pernah lagi ada cahaya di Pavilyun Olahraga
di tengah malam. Tetapi cahaya itu ternyata ada.
Chaddy langsung mengambil tindakan. Dimasukkannya kakinya ke sepatu karet,
dikenakannya sehelai mantel yang tebal, diambilnya lampu senternya lalu dia
belari keluar dari kamarnya dan menuruni tangga. Tadi dia mempersalahkan Bu
Springer karena tidak mencari bantuan sebelum keluar mengadakan penyelidikan,
tetapi kini dia sendiri pun tak ingat untuk berbuat demikian. Dia
213 hanya ingin sekali pergi ke luar ke Pavilyun Olahraga dan melihat siapa yang
masuk ke sana. Dia memang berhenti sebentar untuk mengambil suatu senjata
?mungkin bukan suatu senjata yang cukup baik, tetapi pokoknya semacam senjata,
lalu dia keluar dari pintu samping dan cepat-cepat berjalan di sepanjang jalan
setapak melalui semak-semak. Dia terengah-engah, tetapi penuh keyakinan. Ketika
akhirnya dia tiba di depan pintu, dia mengurangi kecepatannya dan bergerak
dengan hati-hati tanpa mengeluarkan suara. Pintu agak terbuka. Dia mendorongnya
lebih lebar dan melihat ke dalam....
II Kira-kira pada saat yang sama dengan waktu Bu Chadwick bangkit dari tempat
tidurnya untuk mencari aspirin, Ann Shapland, yang kelihatan sangat menarik
dalam gaun tari berwarna hitam, sedang duduk di kelab malam Le Nid Sauvage. Dia
sedang makan ayam yang enak sekali dan tersenyum pada pria muda yang duduk di
seberangnya. Dennis tersayang, pikir Ann, dia tidak berubah. Itulah justru yang
tidak akan tertahan olehku bila aku menikah dengannya. Dia lebih mirip seperti
binatang kesayanganku saja. Dia berkata,
"Aku senang sekali, Dennis. Ini benar-benar suatu perubahan yang menyenangkan."
"Bagaimana pekerjaanmu yang baru?" tanya Dennis.
"Yah, sebenarnya aku menyenanginya." "Menurutku, kelihatannya kurang cocok
untukmu." 214 Ann tertawa. "Aku akan merasa sulit sekali kalau harus mengatakan apa yang cocok
bagiku. Aku suka pergantian, Dennis."
"Aku tak pernah mengerti mengapa kau meninggalkan pekerjaanmu dengan Sir Mervyn
Todhunter itu.". "Yah, terutama karena Sir Mervyn Todhunter sendiri. Perhatian yang dicurahkannya
padaku mulai membuat istrinva jengkel. Dan sudah menjadi niatku untuk tak pernah
membuat para istri jengkel. Soalnya hal itu akan bisa menyusahkan kita sendiri."
"Kucing-kucing cemburu," kata Dennis.
"Oh, bukan, bukan begitu," kata Ann. "Aku sebenarnya berada di pihak para istri
itu. Bagaimanapun juga, aku jauh lebih suka pada Lady Todhunter daripada Pak
Mervyn tua sendiri. Mengapa kau merasa heran akan pekerjaanku yang sekarang?"
"Karena itu sebuah sekolah. Kurasa kau sama sekali tidak berjiwa sekolah."
"Aku memang benci kalau disuruh mengajar di sekolah. Aku tak suka terpaku pada
buku-buku. Beramai-ramai bersama banyak gadis. Tapi pekerjaan sebagai sekretaris
suatu sekolah seperti Meadowbank itu cukup menyenangkan. Tempat itu benar-benar
lain daripada yang lain, tahu. Dan Bu Bulstrode juga lain daripada yang lain.
Boleh kukatakan bahwa dia itu benar-benar istimewa. Matanya yang berwarna abu-
abu baja rasanya bisa menembusi diri kita dan melihat rahasia-rahasia hati kita
yang paling dalam. Kehadirannya membuat kita selalu waspada. Aku tak mau membuat
satu kesalahan pun kalau ia mendiktekan surat-surat. Sungguh, dia benar-benar
hebat." 215 "Aku ingin kau merasa bosan akan semua pekerjaan itu," kata Dennis. "Tahukah
kau, Ann, sebenarnya sudah tiba waktunya kau berhenti berpindah-pindah pekerjaan
ke sana kemari dan dan hidup tenang."?"Kau manis sekali, Dennis," kata Ann dengan datar.
"Kita akan bisa bersenang-senang," kata Dennis.
"Aku berani mengatakan," kata Ann, "bahwa aku belum siap untuk itu. Lalu,
bukankah kau tahu keadaan ibuku?"
"Ya, aku memang ingin membicarakan soal itu denganmu."
?"Mengenai ibuku" Apa yang akan kaukatakan?"
"Yah, Ann, tahukah kau, kurasa kau ini hebat. Kaudapatkan suatu pekerjaan yang
menarik, lalu kautinggalkan begitu saja untuk pulang menengok ibumu."
"Ya, kadang-kadang aku memang harus pulang bila dia mendapat serangan yang
hebat." "Aku tahu itu. Dan seperti kukatakan, kau memang hebat sekali. Padahal kau tahu
zaman sekarang sudah banyak tempat-tempat yang baik sekali, di mana di mana
?orang-orang seperti ibumu bisa dirawat. Bukan, bukan rumah sakit jiwa."
"Dan yang bayarannya selangit," kata Ann.
"Tidak, tidak, tidak terlalu mahal. Bahkan dengan adanya Rencana Kesehatan..."
Nada suara Ann menjadi getii waktu dia berkata, "Ya, aku tahu, memang pada
akhirnya harus ke situlah ibuku. Tapi sementara ini aku punya seorang perawat
tua yang baik yang hidup bersama ibuku dan bisa menyesuaikan dirinya dengan
wajar. Pada 216 umumnya keadaan ibuku baik-baik saja. Dan bila tidak maka aku pulang dan ?membantu."
"Apakah dia dia kan tidak dia tak pernah...?"
? ?"Kau ingin mengatakan mengamuk, Dennis" Bayanganmu terlalu mengerikan. Tidak.
Ibuku tersayang tak pernah mengamuk. Dia hanya menjadi kacau. Dia lupa di mana
dia berada dan siapa dia, dan dia ingin berjalan jauh-jauh, lalu kemudian dia
melompat saja ke sebuah kereta api atau bis dan turun di suatu tempat dan itu
?semua menyusahkan, bukan" Kadang-kadang satu orang saja tak mampu menanganinya.
Tapi dia selalu senang, meskipun di dalam keadaan kacau. Dan kadang-kadang dia
sendiri merasa geli. Aku ingat dia pernah berkata, 'Ann sayang, sungguh
memalukan sekali. Aku yakin aku akan pergi ke Tibet, eh, tahu-tahu aku sudah
duduk di hotel di Dover itu tanpa menyadari bagaimana aku bisa sampai ke sana.
Lalu pikirku, mengapa aku akan pergi ke Tibet" Dan kupikir sebaiknya aku pulang
saja. Dan aku tak ingat sudah berapa lama aku meninggalkan rumah. Sungguh
memalukan sekali ya, Sayang, bila kita tak bisa mengingat apa-apa.' Ibu merasa
geli mengenang itu semua. Maksudku dia bisa melihat sendiri segi lucunya."
"Aku belum pernah bertemu dengan beliau," kata Dennis.
"Aku tak mau menganjurkan orang-orang untuk bertemu dengannya," kata Ann.
"Kurasa itulah salah satu jalan yang bisa kita lakukan untuk orang tua kita.
Kita lindungi mereka dari rasa ingin tahu dan belas kasihan orang-orang."
"Aku bukan sekadar ingin tahu, Ann."
"Ya, kurasa bagimu memang bukan itu soalnya, melainkan belas kasihan. Aku tak
mau itu." 217 "Aku mengerti apa maksudmu."
"Tapi jangan kaukira bahwa aku sebenarnya merasa keberatan untuk sewaktu-waktu
meninggalkan pekerjaan-pekerjaan dan pulang untuk waktu yang tak tentu," kata
Ann. "Aku tak pernah punya keinginan untuk tenggelam dalam sesuatu. Bahkan waktu
pertama kalinya aku bekerja setelah menamatkan pendidikan sekretarisku pun, aku
tak punya niat untuk itu. Kupikir yang penting adalah kita harus terampil sekali
dalam pekerjaan ini. Dan bila kita sudah pandai bekerja kita tinggal memilih
pekerjaan yang kita sukai. Kita akan bisa melihat tempat-tempat yang lain dan
bisa melihat bermacam-macam kehidupan yang berbeda-beda. Pada saat ini aku
sedang melihat kehidupan di sekolah. Sekolah yang terbaik di Inggris dilihat
dari dalam! Kurasa aku akan tinggal di sana selama satu setengah tahun."
"Kau tidak akan pernah mau menetap dan mengerjakan satu hal saja ya, Ann?"
"Tidak," kata Ann sambil merenung, "kurasa tidak. Kurasa aku ini memang terlahir
untuk menjadi seorang penyelidik. Seperti seorang komentator di radio,
begitulah." "Kau begitu menyendiri," kata Dennis dengan murung. "Kau tak pernah benar-benar
menyukai sesuatu atau seseorang."
"Kuharap suatu hari kelak akan bisa," kata Ann membesarkan hati.
"Kurasa, aku dapat memahami pikiran dan perasaanmu."
"Aku tak yakin itu," kata Ann.
"Bagaimanapun juga, kurasa kau tidak akan bisa bertahan setahun. Kau akan merasa
bosan dengan semua perempuan itu," kata Dennis.
218 "Di sana ada seorang tukang kebun yang tampan sekali," kata Ann. Dia tertawa
melihat air muka Dennis. "Jangan kuatir, aku hanya mencoba membuatmu cemburu."
"Bagaimana mengenai ibu guru yang terbunuh?"
" Oh, itu," wajah Ann menjadi serius dan tegang.?"Itu aneh, Dennis. Sungguh-sungguh aneh. Dia adalah guru olahraga. Kau kan tahu
bagaimana mereka itu. Dia selalu bersikap 'aku hanya guru olahraga biasa'.


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kurasa lebih banyak yang tersembunyi di balik kejadian itu daripada yang sudah
terungkap." "Pokoknya kau jangan sampai terlibat dalam sesuatu yang tidak menyenangkan."
"Mengatakannya sih mudah. Aku tak pernah punya kesempatan untuk memperlihatkan
bakatku sebagai detektif. Kurasa aku mampu dalam hal itu."
"Ah, Ann." "Sayang, aku tidak akan membuntuti penjahat-penjahat yang berbahaya. Aku hanya
akan yah, membuat pemecahan-pemecahan persoalan yang logis. Mengapa dan siapa"
?Dan untuk apa" Yang semacam itulah. Aku telah mendapatkan suatu informasi yang
agak menarik." "Ann!" "Jangan memandangku seperti itu. Apa yang kuketahui itu kelihatannya tak ada
hubungannya sama sekali," kata Ann merenung. "Sampai pada titik tertentu
semuanya sesuai benar. Lalu tiba-tiba tidak lagi." Ditambahkannya dengan ceria,
"Mungkin akan ada pembunuhan yang kedua, dan kalau itu terjadi akan menjadi agak
jelaslah persoalannya."
Kira-kira tepat pada saat itulah Bu Chadwick mendorong pintu Pavilyun Olahraga
hingga terbuka. 219 15. Pembunuhan Terulang Lagi
"Mari ikut," kata Inspektur Kelsey, sambil memasuki kamar itu dengan wajah
masam. "Ada satu lagi."
"Satu apa lagi?" Adam menengadah mendadak.
"Pembunuhan lagi," kata Inspektur Kelsey. Dia mendahului keluar dari kamar itu
dan Adam menyusulnya. Mereka sedang duduk-duduk di kamar Adam minum bir sambil
membahas beberapa kemungkinan ketika Kelsey dipanggil karena ada telepon.
"Siapa yang terbunuh?" tanya Adam, sambil mengikuti Inspektur Kelsey menuruni
tangga. "Seorang ibu guru lagi Bu Vansittart." "Di mana?"
? "Di Pavilyun Olahraga."
"Di Pavilyun Olahraga lagi?" kata Adam. "Ada apa dengan Pavilyun Olahraga itu,
ya?" "Sebaiknya kau yang menggeledah tempat itu kali ini," kata Inspektur Kelsey.
"Mungkin teknikmu menggeledah lebih berhasil daripada cara kami. Pasti ada
sesuatu dengan Pavilyun Olahraga itu. Kalau tidak, mengapa semua orang terbunuh
di situ?" Berdua dengan Adam, inspektur itu memasuki mobilnya. "Kurasa dokter sudah ada di
sana lebih dulu daripada kita. Rumahnya tidak terlalu jauh dari situ."
220 Sambil memasuki Pavilyun Olahraga yang terang-benderang, Kelsey berpikir, ini
seperti mimpi buruk yang terulang lagi. Di situ sekali lagi terbaring sesosok
tubuh dengan dokter yang berlutut di sebelahnva. Sekali lagi dokter itu bangkit.
"Dia terbunuh kira-kira setengah jam yang lalu," katanya. "Paling lama empat
puluh menit." "Siapa yang menemukannya?" tanya Kelsey.
Salah seorang anak buahnya menjawab, "Bu Chadwick."
"Yang tua itu, bukan?"
"Ya. Dia melihat cahaya, dia keluar lalu kemari, dan menemukannya sudah
meninggal. Dengan terhuyung-huyung dia kembali ke gedung sekolah, dan boleh
dikatakan menjadi histeris. Kepala urusan rumah tangga yang menelepon, namanya
Bu Johnson." "Baik," kata Kelsey. "Bagaimana dia terbunuh" Tertembak lagi?"
Dokter menggeleng. "Tidak. Kali ini dihantam di bagian belakang kepalanya.
Mungkin dengan sebuah tabung karet besar atau dengan karung pasir. Benda semacam
itulah." Sebuah alat pemukul golf yang berkepala baja tergeletak dekat pintu. Itulah
satu-satunya barang yang kelihatannya tak wajar ada dalam ruangan itu.
"Bagaimana dengan itu?" tanya Kelsey sambil menunjuk. "Mungkinkah dia dipukul
dengan benda itu?" Dokter menggeleng. "Tak mungkin. Tak ada bekasnya. Bukan, pasti sebuah tabung
karet yang besar atau sebuah karung pasir atau yang semacamnya."
221 "Apakah itu dilakukan oleh orang yang berpengalaman?"?"Mungkin. Siapa pun pembunuhnya, ia tak mau menimbulkan suara. Dia mendatangi
Perantauan Ke Tanah India 3 Pendekar Pendekar Negeri Tayli Thian Liong Pat Poh Karya Jin Yong Tiga Maha Besar 18
^