Pencarian

Kucing Ditengah Burung Dara 2

Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie Bagian 2


memberikan apa-apa pada Anda untuk dibawa pulang, supaya Anda selipkan di celah-
celah barang-barang Anda?"
"Saya yakin benar," kata Nyonya Sutcliffe.
"Atau mungkin kepada putri Anda Anda punya seorang putri bukan?"?"Ya, dia sedang berada di lantai bawah, minum teh."
"Mungkinkah adik Anda telah memberikan sesuatu kepadanya?"
"Tidak, saya yakin tidak."
"Ada suatu kemungkinan lain," kata O'Connor, "mungkin dia telah menyelipkannya
sendiri di antara barang-barang Anda, di bagasi Anda, pada waktu dia sedang
menunggu Anda di kamar hari itu."
"Tapi mengapa Bob harus berbuat begitu" Kedengarannya benar-benar tak masuk
akal." "Sebenarnya bukannya sama sekali tak masuk akal. Mungkin Pangeran Ali Yusuf
telah memberikan sesuatu pada adik Anda dan memintanya untuk menyimpankannya,
dan mungkin adik Anda berpikir bahwa akan lebih aman kalau disimpan di antara
barang-barang Anda daripada kalau dia yang menyimpannya sendiri."
"Kedengarannya sangat tak mungkin," kata Nyonya Sutcliffe.
"Apakah Anda berkeberatan kalau kita cari sekarang?"
"Mencari di antara barang-barang bawaan saya, maksud Anda" Jadi saya harus
membongkar 78 semuanya?" Suara Nyonya Sutcliffe melengking nyaring ketika mengucapkan kata-
kata itu. "Saya tahu," kata O'Connor, "memang tak pantas saya meminta Anda membongkarnya.
Tapi itu mungkin penting sekali. Saya bisa membantu Anda," katanya membujuk.
"Saya biasa membantu ibu saya membongkar dan membenahi barang-barangnya. Kata
ibu saya, saya pandai berbenah."
Dia memanfaatkan seluruh daya tariknya yang merupakan salah satu keuntungan bagi
Kolonel Pikeaway. "Yah, baiklah," kata Nyonya Sutcliffe mengalah, "saya rasa kalau begitu kata
?Anda maksud saya, bila itu memang benar-benar penting____"
?"Mungkin memang penting sekali," kata O'Connor. "Nah," katanya sambil tersenyum
pada wanita itu. "Bagaimana kalau kita mulai?"
II Tiga perempat jam kemudian Jennifer kembali dari minum teh. Dia memandang ke
sekeliling kamar lalu menahan napasnya, terperanjat.
"Mama, apa-apaan yang Mama kerjakan ini?"
"Kami baru saja membongkar barang-barang," kata Nyonya Sutcliffe dengan marah.
"Sekarang kami sedang berbenah lagi. Ini Tuan O'Connor. Ini putri saya
Jennifer." "Tapi mengapa Mama membongkar lalu membenahi lagi?"
"Jangan tanya mengapa padaku," bentak Nyonya Sutcliffe. "Rupanya ada dugaan
bahwa pamanmu Bob telah menaruh sesuatu dalam bagasiku untuk
79 kubawa pulang. Kurasa dia tidak memberikan apa-apa padamu kan, Jennifer?"
"Paman Bob memberikan sesuatu pada saya untuk saya bawa pulang" Tak ada. Apakah
kalian membongkar barang-barang saya juga?"
"Kami telah membongkar semuanya," kata Derek O'Connor dengan ceria, "tapi kami
tidak menemukan apa-apa, dan sekarang kami sedang membenahi semuanya lagi. Saya
rasa sebaiknya Anda minum teh sekarang, Nyonya Sutcliffe. Bolehkah saya
memesankan sesuatu untuk Anda" Brendi dengan soda mungkin?" Dia berjalan ke arah
pesawat telepon. "Saya lebih suka secangkir teh yang enak," kata Nyonya Sutcliffe.
"Saya minum teh enak sekali tadi," kata Jennifer. "Dengan roti disemir mentega,
sandwich dan kue. Lalu pelayan mengantarkan sandwich lagi pada saya, karena saya
katakan, apakah saya boleh minta tambahan, katanya boleh. Uh, enak sekali."
O'Connor memesan teh, lalu dia menyelesaikan pekerjaannya membenahi barang-
barang Nyonya Sutcliffe lagi. Pekerjaannya demikian rapi dan cekatannya hingga
mau tak mau wanita itu merasa kagum.
"Agaknya ibu Anda telah melatih Anda berbenah dengan baik," pujinya.
"Oh, saya punya banyak keahlian yang bermanfaat," kata O'Connor tersenyum.
Ibunya sebenarnya sudah lama meninggal, kepandaiannya membongkar sesuatu dan
membenahinya lagi didapatnya semata-mata dalam tugasnya dengan Kolonel Pikeaway.
"Tinggal satu hal lagi, Nyonya Sutcliffe. Saya harap Anda sangat berhati-hati
menjaga diri Anda." 80 "Berhati-hati menjaga diri saya" Dengan cara bagaimana?"
"Yah," Derek O'Connor membiarkan hal itu tak jelas. "Revolusi adalah sesuatu
yang penuh kelicikan. Banyak kaki-tangan mereka yang disebar ke mana-mana.
Apakah Anda akan lama tinggal di London?"
"Kami akan ke luar kota besok. Suami saya sendiri yang akan mengantar kami ke
sana." "Baiklah kalau begitu. Tapi jangan terlalu banyak berbuat tanpa perhitungan. ?Bila ada sesuatu yang tak biasa terjadi, yang sekecil-kecilnya sekalipun,
langsung telepon nomor 999."
"Ooh!" kata Jennifer, gembira sekali. "Memutar nomor 999. Sudah lama saya
inginkan itu." "Jangan tolol begitu, Jennifer," kata ibunya.
III Sari berita dari surat kabar daerah.
Kemarin seorang laki-laki dihadapkan ke kantor kejaksaan dengan tuduhan telah
masuk dengan paksa ke kediaman Tuan Henry Sutcliffe untuk mencuri. Kamar tidur
Nyonya Sutcliffe telah dibongkar dan dibiarkan dalam keadaan kacau-balau ketika
para anggota keluarga itu pergi ke gereja pada hari Minggu pagi. Seorang staf
ahli masak yang sedang menyiapkan makan siang tidak mendengar apa-apa. Polisi
menangkap laki-laki itu waktu dia sedang melarikan diri tanpa membawa apa-apa.
Orang yang bernama Andrew Ball dan tak punya tempat tinggal tetap itu, mengaku
bersalah. Katanya dia sedang menganggur dan kehabisan uang.
81 Perhiasan Nyonya Sutcliffe semuanya tersimpan di bank, kecuali sedikit saja yang
dipakainya. "Sudah kukatakan agar menyuruh orang memperbaiki kunci pintu ruang tamu utama
itu," kata Tuan Sutcliffe pada keluarganya.
"Henry sayang," kata Nyonya Sutcliffe, "kau seperti tidak menyadari bahwa aku
berada di luar negeri selama tiga bulan terakhir ini. Dan bagaimanapun juga, aku
yakin aku pernah membaca bahwa bila pencuri ingin masuk ke rumah seseorang, dia
selalu berhasil." Sambil melihat lagi ke surat kabar daerah itu, ditambahkannya dengan murung,
"Betapa hebat kedengarannya 'staf ahli masak'. Berlainan benar dengan keadaan
yang sebenarnya, Bu Ellis tua yang tuli dan hampir-hampir tak bisa lagi berdiri,
dan anak perempuan keluarga Bardwells yang dungu, yang hanya datang pada hari
Minggu untuk membantu itu."
"Yang saya tak mengerti," kata Jennifer, "adalah bagaimana polisi bisa tahu
bahwa rumah ini kemasukan pencuri dan tiba di sini tepat pada waktunya untuk
menangkapnya?" "Aneh juga rasanya, mengapa dia tidak mengambil apa-apa," kata ibunya.
"Apakah kau yakin benar akan hal itu, Joan?" tanya suaminya. "Kau agak ragu
mula-mula." Nyonya Sutcliffe mendesah dengan jengkel.
"Hal semacam itu tak bisa dikatakan dengan pasti. Keadaan kacau-balau dalam
kamar tidurku barang-barang berserakan di mana-mana, laci-laci dibongkar dan ?dikeluarkan semua isinya. Aku harus memeriksa segala-galanya dulu sebelum aku
bisa merasa 82 yakin tapi sekarang aku ingat, rasanya aku tidak melihat scarf Jacqmar-ku yang
?terbaik." "Maaf, Mama.- Itu kesalahan saya. Scarf itu melayang dari kapal waktu kita
berada di Laut Tengah. Waktu itu saya meminjamnya. Saya sudah berniat untuk
mengatakannya pada Mama tapi saya
1>> upa. "Terlalu kau, Jennifer, sudah berapa kali kukatakan padamu supaya jangan
meminjam barang-barangku tanpa minta izin lebih dulu."
"Bolehkah saya minta puding lagi?" kata Jennifer untuk mengubah suasana.
"Boleh. Bu Ellis memang benar-benar pandai memasak. Rasanya seimbanglah kalau
kita harus begitu sering berteriak jika berbicara dengannya. Tapi aku berharap
benar agar orang-orang di sekolahmu kelak tidak menganggapmu terlalu rakus.
Ingat, Meadowbank itu bukan sekolah biasa-biasa saja."
"Saya tak yakin apakah saya benar-benar ingin bersekolah di Meadowbank," kata
Jennifer. "Saya kenal seorang gadis yang saudara sepupunya bersekolah di sana,
dan anak itu menceritakan bahwa keadaan di situ sangat tidak menyenangkan.
Mereka tak sudah-sudahnya mengajarkan bagaimana caranya masuk dan keluar dari
mobil Rolls-Royce, dan bagaimana kita harus bersikap bila pergi makan siang
bersama Ratu." "Cukup, Jennifer," kata Nyonya Sutcliffe. "Kau tidak menghargai betapa
beruntungnya kau bisa diterima bersekolah di Meadowbank. Bu Bulstrode tak
menerima setiap anak perempuan begitu saja, percayalah. Karena kedudukan penting
ayahmu dan pengaruh tantemu Rosamond, kau bisa masuk ke
83 situ. Kau benar-benar beruntung. Dan," kata Nyonya Sutcliffe lagi, "bila kau
diundang makan siang bersama Ratu, kau beruntung karena kau sudah tahu bagaimana
harus bertindak-tanduk."
"Ah," kata Jennifer, "padahal saya rasa Ratu bahkan harus mengundang makan
orang-orang yang tak tahu bagaimana harus bersikap dengan baik seperti kepala-?kepala suku bangsa Afrika, para joki, dan sheik-sheik."
"Kepala-kepala suku bangsa Afrika itu bersikap paling sempurna," kata ayahnya,
yang baru saja kembali dari perjalanan bisnis yang singkat ke Ghana.
"Demikian pula sheik-sheik Arab itu," kata Nyonya Sutcliffe. "Mereka benar-benar
tahu sopan-santun." "Ingatkah Mama waktu kita pergi ke pesta makan di tempat sheik itu?" tanya
Jennifer. "Bagaimana sheik itu mengambil mata domba dan memberikannya pada Mama,
dan Paman Bob menyikut Mama sambil membisikkan supaya Mama jangan membuat
keributan dan memakannya saja" Maksud saya, kalau seorang sheik melakukan hal
serupa itu di Istana Buckingham, Ratu tentu akan terperanjat sekali, bukan?"
"Cukup, Jennifer," kata Ibunya lalu menutup pembicaraan.
IV Waktu Andrew Ball yang tak punya tempat tinggal tetap itu dijatuhi hukuman tiga
bulan karena mendongkel dan memasuki rumah orang, Derek O'Connor, yang menempati
tempat yang tak 84 menarik perhatian di kantor kejaksaan, pergi untuk menelepon ke museum.
"Tidak didapati ^apa-apa pada laki-laki itu waktu kami menangkapnya," katanya.
"Kami memberinya banyak waktu."
"Siapa dia" Apakah dia kita kenaP"
"Saya rasa salah seorang anggota komplotan Gecko. Dia bukan orang yang
berpengalaman. Mereka menyewanya hanya untuk mengerjakan hal-hal yang begituan.
Dia tak cerdas, tapi kata orang dia sangat teliti."
"Dan dia tenang-tenang saja menerima hukumannya?" Di ujung sana Kolonel Pikeaway
tertawa kecil sambil berbicara.
"Ya. Gambaran sempurna seorang laki-laki bodoh yang tergelincir dari jalan yang
lurus dan sempit. Kita tidak akan pernah bisa menghubungkannya dengan komplotan
besar mana pun juga. Begitulah kita harus menilainya."
"Dan dia tidak menemukan apa-apa," renung Kolonel Pikeaway. "Dan kau pun tidak
menemukan apa-apa. Kelihatannya seolah-olah memang tak ada yang bisa ditemukan,
bukan" Gagasan kita bahwa Rawlinson telah menyembunyikan barang itu di antara
barang-barang kakaknya agaknya keliru, bukan?"
"Rupanya orang-orang lain pun punya gagasan yang sama."
"Benar-benar aneh____ Mungkin mereka memang
bermaksud supaya kita menangkap umpan itu."
"Mungkin. Apakah ada kemungkinan-kemungkinan lain?"
"Banyak. Mungkin barang-barang itu masih ada di Ramat. Mungkin masih tersembunyi
di suatu tempat 85 di Hotel Ritz Savoy. Atau Rawlinson telah menyerahkannya pada seseorang dalam
perjalanannya ke lapangan terbang mini. Atau mungkin ada juga sesuatu yang
terkandung dalam sindiran Tuan Robinson itu. Mungkin seorang wanita yang telah
mendapatkannya. Atau bisa juga barang itu ada pada Nyonya Sutcliffe selama ini
tanpa diketahuinya sendiri, dan lalu dilemparkannya ke Laut Merah bersama
sesuatu yang tak ada lagi gunanya baginya."
"Dan itu," ditambahkannya dengan merenung, "mungkin memang yang terbaik."
"Ah, masakan begitu, barang itu bukan main mahalnya, Pak."
"Nyawa manusia juga mahal," kata Kolonel
Pikeaway. 86 5. Surat-surat dari Sekolah Meadowbank
Surat dari Julia Upjohn kepada ibunya,
Mama tercinta, Saya sudah bisa menyesuaikan diri sekarang dan saya sangat menyukai sekolah ini.
Ada anak-anak yang baru masuk dalam semester ini. Salah seorang di antaranya
bernama Jennifer, dan kami berdua sering melakukan apa-apa bersama-sama. Kami
berdua sama-sama suka main tenis. Dia cukup pandai. Dia pandai sekali memberikan
servis dengan smes. Katanya raketnya jadi bengkok gara-gara dibawanya ke Teluk
Parsi. Di sana panas sekali. Dia masih di sana ketika revolusi itu meletus. Kata
saya, betapa mendebarkannya hal itu, tapi katanya tidak, mereka tidak melihat
apa-apa. Mereka dibawa pergi ke kedutaan besar atau ke suatu tempat, dan mereka
tidak menyaksikannya. Bu Bulstrode boleh dikatakan baik hati, tapi kami juga takut padanya kadang-?kadang. Dia tak banyak tuntutan kalau kita masih baru. Bila dia sedang tak ada,
semua orang menyebutnya The Bull atau Bully. Kami mendapat pelajaran sastra
Inggris dari Bu Rich yang hebat. Bila dia sedang benar-benar emosi, rambutnya
terurai. Wajahnya aneh tapi bersemangat, dan bila dia membacakan bagian dari
sajak Shakespeare, kedengarannya semua jadi lain
87 dan seperti sungguh-sungguh terjadi Beberapa hari yang lalu dia menjelaskan
kepada kami tentang penulis yang bernama I ago, dan bagaimana dia merasa dan
?banyak pula tentang rasa cemburu, bagaimana perasaan itu menggerogoti kita dan
kita menderita hingga menjadi seperti gila dan ingin menyakiti orang yang kita
cintai. Kami semua ngeri mendengarnya kecuali Jennifer, karena tak ada satu hal
?pun yang bisa membuatnya risau. Bu Rich juga mengajar kami ilmu bumi. Selama ini
saya menyangka bahwa mata pelajaran itu sangat membosankan, tapi dengan Bu Rich
jadi tidak membosankan. Tadi pagi dia menceritakan kepada kami tentang
perdagangan rempah-rempah dan mengapa orang harus mendapatkan rempah-rempah itu.
Ternyata karena makanan mudah sekali menjadi busuk.
Saya sudah mulai mendapat pelajaran kesenian dari Bu Laurie. Dia datang dua kali
seminggu dan membawa kami ke London untuk melihat-lihat gedung pameran seni
lukis. Kami belajar bahasa Prancis dari Mademoiselle Blanche. Dia tidak begitu
pandai memelihara ketertiban. Kata Jennifer, orang-orang Prancis memang tak bisa
menjaga ketertiban. Tapi dia tak mudah marah, hanya membosankan. Dia hanya
berkata, "Enfin, vous m'ennuiez, mes enfants!"* Bu Springer sungguh mengerikan.
Dia mengajar senam dan olahraga. Rambutnya berwarna pirang kemerahan dan
badannya berbau jika dia kepanasan. Kemudian ada pula Bu Chadwick (Chaddy) dia
?mengajar di sini' sejak sekolah ini mula-mula dibuka. Dia mengajar
*"Ah, kalian anak-anak yang menjengkelkan!
88 matematika, suka ribut tapi cukup baik. Lalu ada lagi Bu Vansittart, yang
mengajar sejarah dan bahasa Jerman. Dia itu seperti Bu Bulstrode, tapi agak
kurang bersemangat. Di sini banyak gadis-gadis asing, ada dua orang Itali dan beberapa orang Jerman,
dan seorang gadis Swedia yang periang (dia seorang putri), dan ada pula seorang
gadis yang berdarah campuran Turki dan Persia, dia berkata bahwa dia sebenarnya
akan menikah dengan Pangeran Ali Yusuf yang tewas karena pesawat terbangnya
meledak. Tapi kata Jennifer itu tak benar. Shaista berkata begitu karena dia
bersepupu dengan pengeran itu, dan di negerinya orang biasanya menikah dengan
sepupu sendiri. Kata Jennifer, pangeran itu tidak akan menikah dengan sepupunya.
Dia menyukai seseorang lain. Jennifer tahu banyak, tapi biasanya dia tak mau
menceritakannya. Saya rasa Mama akan segera melanjutkan perjalanan Mama, ya. Jangan sampai paspor
Mama ketinggalan seperti waktu yang lalu itu! Dan bawalah kotak PPPKkalau-kalau
Mama mengalami kecelakaan.
Kasih sayang dari, Julia Surat dari Jennifer Sutcliffe kepada ibunya,
Mama tercinta, Keadaan di sini tidak seburuk yang kuduga. Ternyata saya bisa menyukainya.
Cuacanya baik. Kemarin kami harus membuat karangan yang
89

Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berjudul: 'Dapatkah sifat yang baik dijuruskan pada hal yang tak pantas"' Saya
tak bisa mengarang. Minggu depan karangan yang harus kami buat akan berjudul:
'Perbandingan watak antara Juliet dan Desdemona.' Itu pun kelihatannya konyol.
Bolehkah kiranya saya mendapat sebuah raket tenis baru " Saya tahu Mama telah
mengganti senarnya musim gugur yang lalu tapi rasanya masih tak beres. Mungkin ?sudah bengkok. Saya ingin belajar bahasa Yunani. Bolehkah" Saya suka bahasa-
bahasa. Beberapa di antara kami akan pergi ke London minggu depan untuk nonton
balet. Judulnya Swan Lake. Makanan di sini enak sekali. Kemarin lauknya ayam
waktu makan siang, dan sebagai teman minum teh kami mendapat kue buatan sendiri
yang enak sekali. Tak ada kabar lain yang bisa saya ceritakan apakah rumah kita kemasukan
?pencuri lagi" Putrimu yang mencintaimu, Jennifer
Surat dari Margaret Gore-West, Ketua Pelajar Senior, kepada ibunya,
Mama tercinta, Sedikit sekali berita dari saya. Dalam semester ini saya belajar bahasa Jerman
dari Bu Vansittart. Terdengar desas-desus bahwa Bu Bulstrode akan menarik diri
dan bahwa Bu Vansittart yang akan menggantikannya, tapi memang sudah'lebih dari
setahun ini terdengar desas-desus itu, dan saya yakin bahwa hal itu tak benar.
Saya tanyakan hal itu pada Bu Chadwick (saya tentu tak berani menanyakannya
langsung kepada Bu Bulstrode) dan beliau menjawab
90 dengan tajam. Katanya, tentu saja tidak benar. Ditambahkannya supaya kami tidak
mendengarkan gunjingan. Kami pergi nonton balet hari Selasa yang lalu. Judulnya
Swan Lake. Begitu bagus, hingga sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata!
Putri Ingrid itu lucu. Matanya biru cerah, tapi dia memakai kawat di giginya.
Ada dua orang gadis Jerman yang baru. Mereka cukup pandai berbahasa Inggris.
Bu Rich sudah kembali dan dia kelihatan sehat. Kami benar-benar kehilangan dia
pada semester yang lalu. Guru olahraga yang baru bernama Bu Springer. Dia suka
sekali menunjukkan kekuasaannya dan tak seorang pun suka padanya. Tapi dia
pandai sekali melatih kami main tenis. Saya rasa, salah seorang murid baru,
Jennifer Sutcliffe namanya, benar-benar akan menjadi pemain yang hebat.
Backhand-nya agak lemah. Sahabat karibnya adalah seorang gadis yang bernama
Julia. Kami namakan mereka berdua "Burung Parkit Kembar."
Jangan lupa, Mama berjanji akan mengajak saya keluar pada tanggal dua puluh, ya"
Hari Olahraga adalah tanggal sembilan belas.
Anakmu tersayang, Margaret
Surat dari Ann Shapland kepada Dennis Rathbone,
Dennis tersayang, Aku tidak akan mendapat hari libur sebelum minggu ketiga semester ini. Pada hari
itu aku ingin 91 pergi makan malam bersamamu. Hari Sabtu atau hari Minggu. Aku akan mengabarimu
lagi. Bekerja di sebuah sekolah rasanya senang juga. Tapi syukurlah bahwa aku bukan
seorang guru! Bisa-bisa gila aku!
Kekasihmu selalu, Ann Surat dari Bu Johnson kepada kakak perempuannya,
Edith tersayang, Keadaan di sini sama saja seperti biasanya. Semester musim panas selalu
menyenangkan. Kebun kelihatan cantik dan kami punya tukang kebun baru untuk
membantu Pak Briggs tua orangnya muda dan kuat! Agak tampan lagi, sayang ?sekali. Gadis-gadis kadang-kadang tolol juga.
Bu Bulstrode tak pernah lagi berkata tentang rencana pengunduran dirinya, jadi
kuharap saja gagasan itu sudah hilang dari kepalanya. Bu Vansittart tidak pernah
akan sama seperti dia. Kurasa aku sama sekali tak punya rencana untuk menetap di
sini. Sampaikan salam sayangku pada Dick dan anak-anak, dan salamku pada Oliver dan
Kate bila kau bertemu dengan mereka.
Elspeth Surat dari Mademoiselle Angele Blanche, kepada Rene Dupont, Post Restante,
Bordeaux, 92 Rene yang baik, Di sini semuanya baik-baik saja, meskipun aku tak bisa mengatakan bahwa aku
senang. Gadis-gadis di sini tidak menaruh hormat dan kelakuan mereka jelek.
Namun, sebaiknya aku tidak mengadu pada Bu Bulstrode. Kita harus waspada kalau
berurusan dengan orang itu!
Tak ada yang menarik sekarang ini untuk diceritakan padamu.
Mouche Surat dari Bu Vansittart kepada seorang teman,
Gloria yang baik, Semester musim panas telah dimulai dengan mulus. Ada beberapa gadis baru yang
menyenangkan. Gadis-gadis yang berasal dari luar negeri pun bisa menyesuaikan
diri dengan baik. Tuan putri kami (yang berasal dari Timur Tengah, bukan yang
dari Skandinavia) agaknya kurang bisa menyesuaikan diri, tapi kurasa kita bisa
mengerti hal itu. Sikapnya sangat menarik.
Guru olahraga yang baru, Bu Springer, tidak berhasil. Anak-anak tak sukapadanya
dan dia terlalu sewenang-wenang terhadap mereka. Bagaimanapun juga, ini bukan
sekolah biasa. Kami hidup atau mati bukan karena pelajaran olahraga! Dia juga
terlalu suka ingin tahu, dia terlalu banyak menanyakan soal-soal pribadi. Hal
semacam itu bisa sangat menyusahkan, dan itu merupakan perbuatan orang yang
kurang berpendidikan. Mademoiselle Blanche, guru bahasa Prancis yang baru, cukup
ramah, tapi dia ' tak bisa menyamai Mademoiselle Depuy.
93 Kami hampir saja mengalami musibah pada hari pertama semester ini. Lady Veronica
Carlton-Sandways muncul dalam keadaan sangat marah! Kalau saja Bu Chadwick tidak
melihat kedatangannya dan menuntunnya pergi ke arah lain, mungkin kami sudah
mengalami suatu peristiwa yang tak menyenangkan. Si kembar adalah gadis-gadis
yang manis. Bu Bulstrode belum mengatakan sesuatu yang pasti mengenai masa yang akan datang
tapi dari tingkah lakunya kulihat bahwa dia sudah mengambil suatu keputusan.
Meadowbank adalah suatu hasil karya yang benar-benar baik, dan aku akan bangga
sekali kalau bisa melanjutkan tradisinya.
Sampaikan salam sayangku pada Marjorie bila kau bertemu dengannya.
Sahabatmu selalu, Eleanor
Surat kepada Kolonel Pikeaway, yang dikirimkan melalui jalur-jalur biasa,
Berbicara mengenai pengiriman seorang pria ke tempat yang berbahaya! Sayalah
satu-satunya laki-laki normal yang berada di suatu gedung pendidikan yang dihuni
oleh bila dihitung secara kasar kira-kira seratus sembilan puluh wanita.? ?Tuan Putri Yang Mulia tiba dengan penuh gaya. Dia datang naik Cadillac berwarna
merah frambos dan biru langit, diiringkan seorang pejabat terkemuka yang
berpakaian daerah, istrinya yang berpakaian gaya Paris, dan seorang anaknya
?yang serupa dengan mereka.
94 Saya hampir-hampir tak bisa mengenalinya ketika esok harinya dia mengenakan
seragam sekolah. Saya tidak akan mengalami kesulitan dalam mengatur hubungan
persahabatan dengannya. Dia sendiri yang sudah mulai berusaha ke arah itu. Dia
menanyakan nama bermacam-macam bunga dengan polos dan manis. Tapi kemudian
seorang hantu perempuan yang mukanya berbintik-bintik hitam, rambutnya merah,
dan suaranya besar sekali seperti burung elang, berlari-lari mendatanginya dan
membawanya pergi dari tempat saya bekerja. Gadis itu tak mau pergi. Selama ini
saya menyangka bahwa gadis-gadis Timur dididik secara sederhana di balik
cadarnya. Tapi saya rasa yang seorang ini telah mendapat banyak pengalaman
selama dia bersekolah di Swiss.
Hantu perempuan itu, alias Bu Springer, guru olahraga, datang lagi kepada saya
untuk memberi saya teguran tajam. Dikatakannya bahwa tukang kebun tak boleh
berbicara dengan para siswi, dan sebagainya. Kini giliran saya yang menyatakan
keheranan saya yang polos. "Maaf, Bu, gadis itulah yang menanyakan kepada saya
nama bunga-bunga ini. Saya rasa di negara asalnya tak ada bunga-bunga ini."
Hantu perempuan itu bisa ditenangkan dengan mudah, dan akhirnya dia bahkan
hampir tersenyum sumbang. Saya kurang berhasil dengan sekretaris Bu Bulstrode.
Dia adalah seorang gadis desa yang berlagak orang kota. Guru bahasa Prancis
lebih bisa didekati. Sifatnya agak pemalu dan bentuk mukanya seperti tikus,
tetapi sifatnya tidak seperti tikus. Saya juga sudah bersahabat dengan tiga
orang gadis yang periang dan suka cekikikan, nama-nama kecil mereka adalah
Pamela, Lois, dan Mary, saya tak tahu nama keluarganya, tapi katanya mereka
keturunan 95 bangsawan. Ada seorang ibu guru tua yang seperti kuda perang, namanya Bu
Chadwick. Dia selalu mengawasi saya dengan tajam, jadi saya selalu berhati-hati
untuk tidak membuat kesalahan.
Bos saya, Pak Briggs tua, adalah seorang tua yang berwatak keras. Dia suka
bercerita tentang masa lalu yang lebih baik daripada saat ini, waktu itu saya
rasa dia orang keempat di antara limastaf yang ada. Dia mengomel tentang segala
macam kejadian dan orang-orang, tapi terhadap Bu Bulstrode dia hormat sekali.
Saya pun begitu. Wanita itu tak banyak bicara, terhadap saya dia baik hati, tapi
saya punya perasaan yang mengerikan bahwa dia bisa melihat diri saya dan tahu
semua tentang diri saya. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda sesuatu yang mencurigakan tapi saya
?berharap terus. 96 6. Hari-hari Pertama Guru-guru beristirahat di ruang istirahat guru sambil mengobrol tentang
pengalaman mereka masing-masing. Perjalanan-perjalanan ke luar negeri,
sandiwara-sandiwara yang ditonton, pameran-pameran kesenian yang dikunjungi.
Foto-foto berpindah-pindah tangan berkeliling. Orang-orang sedang tergila-gila
akan foto-foto berwarna. Semuanya ingin memperlihatkan foto-fotonya sendiri, dan
tak mau dipaksa untuk melihat foto orang-orang lain.
Kemudian percakapan berubah tidak lagi bersifat terlalu pribadi. Pavilyun
Olahraga dikritik, tapi juga dikagumi. Semua mengakui bahwa bangunan itu bagus,
tetapi tentulah setiap orang ingin memperbaiki disainnya menurut selera masing-
masing. Lalu siswi-siswi baru yang menjadi bahan percakapan, dan pada umumnya hasilnya
menyenangkan. Dua orang staf pengajar baru diikutsertakan dalam percakapan yang menyenangkan
itu. Apakah Mademoiselle Blanche sudah pernah datang ke Inggris sebelumnya"
Berasal dari Prancis bagian manakah dia"
Mademoiselle Blanche menjawab dengan sopan tetapi dengan menjaga jarak.
Bu Springer berbicara lebih bebas.
97 Bicaranya penuh tekanan dan keyakinan. Hampir-hampir seperti sedang memberikan
ceramah. Mata kuliahnya: betapa hebatnya Bu Springer. Betapa orang selalu
menilainya sebagai seorang rekan yang baik. Betapa para kepala sekolah selalu
menerima sarannya dengan baik, penuh rasa terima kasih dan mengubah kurikulum
sekolahnya sesuai dengan sarannya itu.
Bu Springer tidak begitu perasa. Tidak disadarinya bahwa para pendengarnya sudah
gelisah. Hingga akhirnya Bu Johnson bertanya dengan nada halus, "Namun
bagaimanapun juga, saya rasa gagasan-gagasan Anda itu tidak selamanya diterima
baik sebagaimana mestinya, bukan?"?"Kita harus berlapang dada untuk menerima sikap orang yang tak tahu berterima
kasih." Suaranya yang memang sudah nyaring itu bertambah nyaring. "Sulitnya,
orang-orang terlalu pengecut tak mau menerima kenyataan. Mereka lebih suka tak
?mau melihat apa yang selama ini ada di bawah hidungnya. Saya tidak begitu. Saya
selalu langsung ke pokok pembicaraan. Bukan hanya satu kali saya telah berhasil
membongkar suatu skandal yang kotor saya kemukakan hal itu kepada umum. Saya
?punya hidung yang tajam kalau satu kali saya sudah melihat jejaknya, saya tak
?mau meninggalkannya lagi sampai saya bisa menangkap apa yang sedang saya
?kejar." Dia tertawa riang dan nyaring. "Menurut pendapat saya, tak seorang pun
boleh mengajar di suatu sekolah yang kehidupannya tak bisa dikemukakan secara
terbuka. Hingga bila pada seseorang ada sesuatu yang harus disembunyikan, yang
lain akan segera tahu. Oh! Anda akan terkejut kalau mendengar apa yang saya
ketahui tentang orang 98 lain. Hal-hal yang tak pernah diduga oleh siapa pun juga."
"Anda menyukai pengalaman-pengalaman itu, ya?" tanya Mademoiselle Blanche.
"Tentu saja tidak. Saya hanya melakukan tugas saya. Tapi saya tidak mendapat
dukungan. Itu suatu kelengahan yang memalukan. Jadi sebagai protes saya minta?berhenti."
Dia memandang ke sekelilingnya, lalu tertawa lagi dengan senang dan nyaring.
"Saya harap di sini tidak ada yang harus menyembunyikan sesuatu," katanya dengan
ceria. Tak seorang pun merasa lucu. Tetapi Bu Springer bukanlah orang yang menyadari
hal semacam itu. II "Bisakah saya berbicara dengan Anda, Bu Bulstrode?"
Bu Bulstrode meletakkan penanya di sampingnya dan mengangkat mukanya melihat ke
wajah Bu Johnson, kepala urusan rumah tangga, yang memerah.
"Ada apa, Bu Johnson?"
"Mengenai gadis yang bernama Shaista itu gadis dari Mesir atau entah dari mana
?itu." "Ya?"
"Mengenai eh pakaian dalamnva." Bu Bulstrode mengangkat alisnya dengan sabar,
? ?keheranan. "Anu anunya mengenai pelindung payudaranya."
? ?"Ada yang tak beres mengenai beha-nya?"
99 "Anu beha-nya itu tidak seperti biasanya maksud saya, beha-nya itu tidak
? ?cukup melindungi payudaranya. Beha itu eh mendorongnya ke atas hal itu tak
? ? ?baik, bukan?" Bu Bulstrode menggigit bibirnya untuk menahan senyum, suatu hal yang sering
harus dilakukannya bila dia sedang berbicara dengan Bu Johnson.
"Mungkin sebaiknya aku ke sana untuk melihatnya sendiri," katanya dengan
bersungguh-sungguh. Kemudian terjadilah semacam pemeriksaan. Benda yang menyalahi persyaratan umum
itu diangkat oleh Bu Johnson untuk diperlihatkan, sedang Shaista mengawasinya
dengan rasa tak senang. "Lihatlah kawat ini dan eh dipasangi tulang-tulang penyangga pula," kata Bu
? ?Johnson menyatakan keberatannya.
Shaista menjelaskan dengan penuh semangat.
"Tapi harap dimaklumi, payudara saya tidak begitu besar tidak cukup besar. Saya
?jadi kurang kelihatan seperti seorang wanita. Dan bagi seorang gadis adalah
penting sekali untuk memperlihatkan bahwa dia adalah seorang wanita, bukan anak
?laki-laki." "Masih banyak waktu untuk itu. Umurmu baru lima belas tahun,'-' kata Bu Johnson.
"Lima belas tahun itu sudah merupakan usia wanita dewasa! Dan saya memang
?kelihatan seperti seorang wanita, bukan?"
Dia menanyakan hal itu kepada Bu Bulstrode yang mengangguk dengan bersungguh-
sungguh. "Hanya payudara saya terlalu kecil. Jadi saya ingin agar tidak kelihatan ?terlalu kecil. Mengertikah, Ibu?"
100 "Aku mengerti betul," kata Bu Bulstrode. "Dan aku mengerti betul pandanganmu.
Tapi kau harus mengerti, di sekolah ini kau berada di antara sesama anak
perempuan, yang sebagian besar adalah anak-anak Inggris, dan gadis Inggris
biasanya belum merasa dirinya dewasa bila umurnya baru lima belas tahun. Aku
suka bila anak-anak gadisku merias wajahnya secukupnya saja dan mengenakan
pakaian yang sesuai dengan tingkat pertumbuhannya. Kuanjurkan supaya beha-mu itu
kaupakai bila kau memakai pakaian pesta atau sedang pergi ke London, tapi jangan
setiap hari di sini. Di sini kalian harus melakukan banyak olahraga dan macam-
macam permainan, dan untuk itu tubuhmu perlu bebas untuk bergerak dengan mudah."
'Terlalu banyak berlari-lari dan melompat," kata Shaista merengut, "begitu juga
pelajaran olahraga. Saya tak suka pada Bu Springer dia selalu berkata, 'Lebih
?cepat, lebih cepat, jangan terlambat!' Saya jadi muak."
"Cukup, Shaista," kata Bu Bulstrode, suaranya berubah, mengandung wibawa.
"Keluargamu mengirimkanmu kemari untuk mempelajari sopan-santun Inggris. Semua
latihan itu baik untuk kulit wajahmu, dan untuk perkembangan payudaramu."
Setelah menyuruh Shaista pergi, dia tersenyum pada Bu Johnson yang masih merasa
kacau. "Sebenarnya memang benar," katanya. "Gadis itu merasa sudah matang benar. Kalau
kita melihat dia, kita akan menyangka bahwa umurnya sudah lebih dari dua puluh
tahun. Dan begitu pulalah perasaannya. Kita tak bisa mengharap dia merasa sebaya
dengan Julia Upjohn, umpamanya. Ditinjau dari kecerdasannya, Julia jauh lebih
cerdas daripada DILARANG MENGKOMERSILKAN!!! 101 =kiageng80=
Shaista. Tapi kalau dilihat tubuhnya, Julia kelihatannya masih pantas mengenakan
pakaian kanak-kanak."
"Saya lebih suka mereka semuanya seperti Julia Upjohn itu," kata Bu Johnson.


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak," kata Bu Bulstrode dengan tegas. "Sebuah sekolah penuh dengan anak-
anak perempuan yang serupa akan sangat membosankan."
Membosankan, pikirnya, setelah dia kembali ke pekerjaannya semula, yaitu memberi
angka karangan pendek mengenai Kitab Suci. Sudah beberapa lamanya kata itu
muncul berkali-kali dalam otaknya. Membosankan____
Ada satu ciri khas sekolahnya, yaitu sekolah itu tidak membosankan. Sepanjang
karirnya sebagai kepala sekolah, dia sendiri tak pernah merasa bosan. Tentu ada
kesulitan-kesulitan yang harus diperanginya, krisis-krisis yang tak terduga,
perselisihan dengan orang tua murid, dengan anak-anak sendiri: pergolakan-
pergolakan dari dalam. Dia telah menghadapi dan menangani musibah-musibah yang
masih pada tingkat awal dan telah berhasil mengubahnya menjadi kemenangan.
Semuanya itu memberi perangsang, mendebarkan, dan benar-benar bermanfaat. Dan
sekarang ini pun, meskipun dia sudah mengambil keputusan, dia tak ingin pergi.
Kesehatannya baik sekali, hampir-hampir masih seperti waktu dia dan Chaddy
(Chaddy yang setia) memulai usaha besar ini dengan murid-murid yang sedikit
jumlahnya dan dukungan dari seorang pemilik bank yang punya pandangan ke depan
yang luar biasa. Hasil-hasil pendidikan akademis Chaddy lebih baik daripada
hasil pendidikannya sendiri, tetapi dialah yang punya rencana dan menjadikan
102 sekolah ini suatu tempat yang terpandang hingga dikenal di seluruh Eropa. Dia
tak pernah takut mengadakan eksperimen, sedang Chaddy sudah merasa puas bila
dapat mengajar dengan baik apa yang diketahuinya dengan baik tanpa selingan-
selingan yang mendebarkan. Hasil yang terbaik yang selalu dapat dicapai oleh
Chaddy adalah bahwa dia selalu siap sedia, siap berbuat, siap menjadi penengah
yang baik, dan cepat memberikan bantuan bila bantuan itu diperlukan. Seperti
yang telah terjadi pada hari pembukaan semester dengan Lady Veronica. Bu
Bulstrode ingat, bahwa berkat keteguhannya jugalah maka suatu bangunan yang
begitu megah telah berhasil mereka bangun.
Yah, kalau ditinjau dari segi materi, kedua wanita itu sudah bisa hidup senang
dari sekolah tersebut. Bila mereka berhenti bekerja sekarang, keduanya sudah
punya penghasilan yang terjamin dengan baik sepanjang sisa hidupnya. Bu
Bulstrode ingin tahu, apakah Chaddy juga ingin berhenti bila dia sendiri
berhenti" Mungkin tidak. Mungkin, baginya, sekolah itulah rumahnya, tempat
tinggalnya. Dia akan melanjutkannya, dengan setia dan bisa diandalkan, untuk
mendukung pengganti Bu Bulstrode.
Karena Bu Bulstrode sudah memutuskan harus ada seorang penggantinya. Mula-mula ?bekerja sama dengannya dalam suatu bentuk pemerintahan bersama, dan sesudah itu
memerintah sendiri. Menyadari kapan harus pergi itu adalah salah satu yang
?terpenting dalam hidup ini. Pergi sebelum tenaga kita mulai melemah, sebelum
genggaman kita mulai mengendur, sebelum kita mulai merasakan kebosan-103
an, sebelum timbul keengganan untuk menyadari betapa besarnya usaha kita untuk
bekerja terus. Bu Bulstrode sudah selesai memberi angka karangan-karangan itu dan menyadari
bahwa anak keluarga Upjohn punya otak cemerlang. Jennifer Sutcliffe sangat
kurang daya khayalnya, tetapi dia dapat menangkap fakta-fakta dengan baik
sekali. Mary Vyse jelas merupakan anak yang pantas menerima beasiswa daya
?ingatnya baik sekali. Tapi dia seorang gadis yang sangat membosankan!
Membosankan lagi-lagi dia bertemu dengan kata itu. Bu Bulstrode ingin
?menghilangkannya dari pikirannya, lalu menekan bel memanggil sekretarisnya.
Dia mulai mendiktekan surat-surat,
Lady Valence yang terhormat, Jane sakit telinga. Bersama ini saya lampirkan
laporan dokter dan seterusnya.
?Baron Von Eisenger yang terhormat,
Tentu kami bisa mengatur agar Hedwig bisa menonton opera waktu Hellstern
memegang peran Isolda....
Satu jam berlalu dengan cepat. Bu Bulstrode hanya sekali-sekali berhenti untuk
mencari kata yang tepat. Pinsil Ann Shapland lincah menari-nari di atas kertas.
Dia seorang sekretaris yang pandai sekali, pikir Bu Bulstrode. Lebih pandai
daripada Vera Lorrimer dulu. Vera seorang gadis yang membosankan. Tiba-tiba saja
dia minta berhenti bekerja. Katanya dia mengalami gangguan syaraf. Tentu ini ada
hubungannya dengan seorang laki-laki, pikir Bu Bulstrode.
104 Biasanya memang seorang laki-laki yang menjadi penyebabnya.
"Cukup sekian saja," kata Bu Bulstrode, setelah dia mendiktekan kata-kata yang
terakhir. Dia menarik napas lega.
"Banyak sekali hal-hal yang membosankan yang harus diselesaikan," katanya.
"Menulis surat kepada orang tua murid itu sama seperti memberi makan anjing.
Menyuapkan satu dua kata yang tak mengandung arti ke setiap mulut yang ternganga
menanti." Ann tertawa. Bu Bulstrode melihat kepadanya dengan pandangan memuji.
"Mengapa kau mau bekerja sebagai sekretaris?"
"Entah ya, saya sendiri tak tahu. Saya tak punya bakat khusus dalam bidang
tertentu, dan hampir semua orang akhirnya larinya ke pekerjaan ini."
"Apakah kau tidak merasa monoton?"
"Saya rasa saya beruntung. Saya sudah menjalani banyak pekerjaan-pekerjaan lain.
Saya pernah bekerja pada seorang arkeolog, Sir Mervyn Todhunter, selama setahun,
kemudian saya bekerja pada Sir Andrew Peters dari perusahaan Shell. Saya pernah
pula menjadi sekretaris aktris yang bernama Monica Lord beberapa
lamanya pekerjaan di situ penuh kekacauan!" Dia tersenyum mengingat-ingat.?"Sekarang banyak sekali yang begitu di antara gadis-gadis seperti kau ini," kata
Bu Bulstrode. "Suka benar berganti-ganti dan pindah." Suaranya terdengar
mencela. "Sebenarnya, saya tak bisa bekerja di suatu tempat berlama-lama. Ibu saya cacat.
Dia eh kadang-kadang sulit. Maka saya harus pulang dan mengurusnya."
? ?105 "Oh, begitu." "Tapi bagaimanapun juga, saya rasa saya tetap akan berpindah-pindah dan
berganti-ganti pekerjaan. Saya tak punya bakat untuk bertahan lama di suatu
tempat. Menurut saya, berganti-ganti dan berpindah-pindah itu tidak
membosankan." "Membosankan...," gumam Bu Bulstrode, yang terkesan oleh kata yang sama itu.
Ann memandangnya dengan terkejut.
"Jangan melihatku seperti itu," kata Bu Bulstrode. "Kata-kata tertentu kadang-
kadang kita dengar berulang kali. Bagaimana kalau kau menjadi guru?" tanyanya
ingin tahu. "Saya rasa, saya akan membenci pekerjaan itu," kata Ann berterus terang.
"Mengapa?" "Saya rasa pekerjaan itu membosankan sekali. Oh, maafkan saya."
Dia berhenti dengan rasa tak enak.
"Mengajar sama sekali tidak membosankan," kata Bu Bulstrode bersemangat.
"Mengajar bisa merupakan sesuatu yang paling menyenangkan di dunia. Aku akan
merasa sangat kehilangan bila aku berhenti."
"Tapi apakah..." Ann menatapnya. "Apakah Anda punya rencana untuk berhenti?"
"Ya itu sudah menjadi keputusanku. Oh, setahun atau mungkin dua tahun lagi aku
? ?baru berhenti." "Tapi mengapa?"
?"Karena aku telah mempersembahkan yang terbaik untuk sekolah ini dan telah
?menerima yang terbaik pula dari sekolah ini. Aku tidak mau sesuatu yang nomor
dua." 106 "Lalu, apakah sekolah ini akan berjalan terus?"
"Oh, ya, aku bakal punya pengganti yang baik."
"Saya rasa, Bu Vansittart, ya?"
"Jadi kau sudah memastikan dia?" Bu Bulstrode memandangnya dengan tajam. "Itu
menarik...." "Saya rasa, saya tidak terlalu memikirkannya. Saya hanya mendengar pembicaraan
staf pengajar. Saya rasa dia akan bisa melanjutkan pekerjaan Anda dengan
baik tepat seperti tradisi Anda. Dan dia punya penampilan yang mengesankan, ?baik, dan penuh percaya diri. Saya rasa itu penting, bukan?"
"Ya, itu penting. Ya, aku yakin Eleanor Vansittart akan merupakan orang yang
tepat." "Dia akan melanjutkan apa yang Anda tinggalkan," kata Ann sambil mengumpulkan
barang-barangnya. Tapi apakah aku menginginkan hal itu" pikir Bu Bulstrode setelah Ann keluar.
Melanjutkan apa yang kutinggalkan" Eleanor pasti akan melakukan hal itu! Tidak
akan ada eksperimen-eksperimen baru, tak ada lagi sesuatu yang baru. Bukan
begitu aku membuat Meadowbank sampai jadi seperti sekarang. Aku berani mengadu
untung. Aku membuat banyak orang tak senang. Aku menggertak, aku merayu, dan aku
tak mau mengikuti pola yang dijalankan di sekolah-sekolah lain. Bukankah cara
itu yang kuinginkan akan dilakukan oleh penggantiku di sini" Seseorang yang akan
bisa menuangkan kehidupan baru di sekolah ini. Suatu pribadi yang dinamis...
seperti ya seperti Eileen Rich.
? ?Tapi Eileen belum cukup matang, belum cukup berpengalaman. Dia bisa
membangkitkan semangat orang dan pandai mengajar. Dia punya gagasan -
107 gagasan. Dia tidak akan pernah membosankan. Omong kosong, dia harus membuang
perkataan itu dari pikirannya. Eleanor Vansittart tidak membosankan____
Dia mengangkat mukanya waktu Bu Chadwick masuk.
"Oh, kau Chaddy," katanya. "Aku senang sekali bertemu denganmu!"
Bu Chadwick kelihatan agak heran.
"Mengapa" Apakah ada suatu persoalan?"
"Diriku sendirilah yang menjadi persoalannya. Aku tak mengerti pikiranku
sendiri." "Tak biasanya kau begitu, Honoria."
"Memang, ya" Bagaimana jalannya semester ini, Chaddy?" -
"Kurasa cukup baik." Bu Chadwick kedengarannya tidak begitu yakin.
Bu Bulstrode mendesak. "Ayolah. Jangan menutup-nutupi. Apa yang tak beres?"
"Tidak ada. Sungguh, Honoria, sama sekali tak ada apa-apa. Hanya saja..." Bu
Chadwick mengerutkan dahinya dan wajahnya kelihatan seperti seekor anjing Boxer.
"Ah, hanya perasaanku saja. Tapi bukan sesuatu yang pasti. Siswi-siswi baru itu
kelihatannya menyenangkan. Aku tak begitu suka pada Mademoiselle Blanche. Tapi
dulu pun aku tak suka pada Genevieve Depuy. Licik."
Bu Bulstrode tidak terlalu memperhatikan kritik itu. Chaddy selalu menuduh guru-
guru bahasa Prancis licik.
"Dia bukan seorang guru yang baik," kata Bu Bulstrode. "Sungguh mengherankan.
Surat-surat pengantarnya begitu baik."
108 "Orang-orang Prancis tak pernah pandai mengajar. Mereka tak mengenal disiplin,"
kata Bu Chadwick. "Dan Bu Springer sebenarnya juga terlalu bersemangat! Melompat
kian kemari saja kerjanya. Cocok benar dengan namanya, Springer...."
"Dia menjalankan pekerjaannya dengan baik."
"Ya, memang, baik sekali."
"Staf baru memang selamanya tidak menyenangkan," kata Bu Bulstrode.
"Benar," Bu Chadwick membenarkan dengan bersemangat. "Aku yakin memang tidak
lebih dari itu persoalannya. Ngomong-ngomong, tukang kebun baru itu muda sekali.
Tak biasa zaman sekarang. Rasanya tak ada lagi tukang kebun yang muda. Sayang
dia begitu tampan. Kita harus benar-benar waspada jadinya."
Kedua wanita itu mengangguk menyatakan mereka sependapat. Mereka tahu benar
bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh seorang anak muda yang tampan terhadap hati
gadis-gadis remaja. 109 7. Petunjuk-petunjuk Kecil
"Cukup baik, Nak," kata Pak Briggs tua dengan setengah hati, "cukup baik."
Dia sedang memberi pujian kepada asistennya yang baru, yang sedang menggali
sebidang tanah. Tak baik, pikir Briggs, kalau anak muda ini sampai bisa melebihi
dirinya. "Ingat, ya," dia melanjutkan, "jangan suka tergesa-gesa melakukan sesuatu.
Tenang saja, begitu kataku selalu. Ketenangan itu membawa kebaikan."
Anak muda itu mengerti bahwa hasil pekerjaannya lebih baik bila dibandingkan
dengan waktu yang diperlukan Briggs sendiri untuk bekerja.
"Nah, di sepanjang tempat ini," Briggs melanjutkan, "akan kita tanam bunga
aster. Beliau tak suka aster tapi aku tak peduli, aku berani bertaruh bahwa ?mereka tak pernah betul-betul memperhatikan. Beliau punya banyak urusan yang
dipikirkannya untuk mengelola suatu tempat seperti ini."
Adam mengerti bahwa 'Beliau' yang begitu banyak mengambil bagian dalam
percakapan Briggs adalah Bu Bulstrode.
"Lalu dengan siapa kau kulihat bercakap-cakap tadi?" lanjut Briggs curiga,
"waktu kau pergi ke tempat penyimpanan pot untuk mengambil bambu itu?"
110 "Oh, itu hanya salah seorang di antara para siswi," kata Adam.
"Oh, salah seorang siswi yang memikat, ya" Awas, sebaiknya kau berhati-hati,
Anak muda. Jangan sampai kau terlibat dengan gadis-gadis pemikat itu, percayalah
padaku. Aku tahu gadis-gadis pemikat itu sejak dari Perang Dunia Pertama, dan
bila waktu itu aku sudah tahu seperti sekarang, aku tentu akan lebih berhati-
hati. Mengerti kau?"
"Sama sekali tak berbahaya," kata Adam dengan sikap merajuk. "Dia hanya iseng-
iseng saja mendatangi saya, dan menanyakan nama beberapa macam bunga."
"Oh," kata Briggs, "tapi berhati-hatilah kau. Tidak pada tempatnya kau bercakap-
cakap dengan salah seorang siswi. Beliau tak suka itu."
"Saya tidak mengganggu siapa-siapa dan saya tidak mengatakan sesuatu yang tak
pantas." "Aku pun tidak menuduh bahwa kau telah berbuat begitu, Nak. Tapi begitu banyak
gadis terkurung di sini tanpa seorang guru gambar pria pun, umpamanya, untuk
mengalihkan perhatian mereka dari kejadian sehari-hari pokoknya, sebaiknya ?berhati-hatilah. Itu saja. Nah, ini nenek tua datang. Pasti menginginkan sesuatu
yang sulit." Bu Bulstrode mendatangi mereka dengan langkah-langkah yang cepat. "Selamat pagi,
Briggs," katanya. "Selamat pagi eh..."
?"Adam, Bu." "Oh. ya, Adam. Kelihatannya bagian itu sudah digali dengan baik. Kasa kawat akan
datang dan ditaruh di ujung lapangan tenis, Briggs. Sebaiknya kauurus itu."
"Baiklah, Bu, baiklah. Akan saya urus."
111 "Apa yang akan kautanam di bagian depan ini?" "Anu, Bu, saya pikir..."
"Jangan bunga aster," kata Bu Bulstrode, tanpa memberinya waktu untuk
menyelesaikan kata-katanya. "Tanami bunga Pom Pom dahlia." Dia pun pergi dengan
cepat. "Datang hanya untuk memberi perintah-perintah," omel Briggs. "Matanya tajam
?sekali. Dia segera bisa melihat bila kita tidak melakukan pekerjaan sebagaimana
mestinya. Jadi ingat apa kataku, Nak, berhati-hatilah. Baik mengenai siswi-siswi
itu maupun yang lain-lain."
"Kalau dia pikir saya kurang baik, saya bisa segera tahu apa yang harus saya
lakukan," kata Adam masam. "Masih banyak lapangan pekerjaan di tempat lain."
"Ah, kalian anak muda zaman sekarang ini sama saja. Tak mau mendengarkan kata-
kata orang lain. Aku hanya mengatakan, berhati-hatilah."
Adam masih terus bermuka masam, tetapi dia menunduk meneruskan pekerjaannya
lagi. Bu Bulstrode berjalan kembali ke sekolah melalui jalan setapak. Dia agak
mengerutkan dahinya. Bu Vansittart datang dari arah yang berlawanan.
"Panas benar siang ini," kata Bu Vansittart.
"Ya, udaranya panas sekali dan membuat kita tertekan." Bu Bulstrode mengerutkan
alisnya lagi. "Sudahkah kau melihat anak muda itu tukang kebun muda itu
?maksudku?" "Belum, secara khusus belum."
"Dia kelihatan bagaimana ya aneh," kata Bu Bulstrode merenung. "Tidak seperti ? ?anak-anak muda biasanya di sekitar sini."
112 "Mungkin dia baru datang dari Oxford dan ingin mengumpulkan sedikit uang."
"Dia tampan. Dia pasti menarik perhatian siswi-siswi kita." "Masalah lama."
Bu Bulstrode tersenyum. "Supaya kita mengombinasikan kebebasan bagi gadis-gadis
kita dan pengawasan yang ketat itukah maksudmu, Eleanor?"
?"Ya." "Bisa kita atur," kata Bu Bulstrode.
"Ya, memang Anda belum pernah mengalami skandal di Meadowbank, bukan?"
"Satu atau dua kali pernah juga kita hampir-hampir saja mengalaminya," kata Bu
Bulstrode. Dia tertawa. "Memimpin sebuah sekolah tak pernah membosankan semenit
pun." Katanya lagi, "Pernahkah kau merasa hidup di sini membosankan, Eleanor?"
"Tak pernah," kata Bu Vansittart. "Bagi saya pekerjaan di sini sangat
menggairahkan dan memuaskan. Anda pasti sangat bangga dan senang sekali ya,
Honoria, melihat besarnya sukses yang telah Anda capai."
"Kurasa aku telah melaksanakan pekerjaan-pekerjaanku dengan baik," kata Bu
Bulstrode merenung. "Tentulah, tak satu pun ternyata sama dengan yang semula
kita bayangkan.... "Coba katakan, Eleanor," katanya lagi tiba-tiba, "seandainya kau yang harus


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memegang pimpinan di tempat ini, dan bukan aku, perubahan-perubahan apa yang
ingin kaubuat" Jangan segan mengatakannya. Aku ingin mendengarnya."
"Kurasa aku tidak akan membuat perubahan apa-apa," kata Eleanor Vansittart.
"Sepanjang 113 penglihatanku semangat tempat ini maupun seluruh organisasinya sudah cukup
sempurna." "Maksudmu, kau akan meneruskannya dengan garis yang lama?"
"Ya, begitulah. Kurasa tidak ada yang perlu diperbaiki."
Bu Bulstrode diam sejenak. Dia sedang berpikir: ingin benar aku tahu apakah
kata-katanya itu hanya untuk menyenangkan hatiku saja. Kita tak pernah bisa
yakin benar akan seseorang, meskipun kita sudah akrab bertahun-tahun lamanya.
Pasti dia tidak bersungguh-sungguh. Siapa pun juga, dengan perasaan kreatif yang
sekecil-kecilnya sekalipun, pasti ingin mengadakan perubahan-perubahan. Namun
demikian, dia benar kalau menganggap bahwa hal itu kurang bijaksana jika sampai
diucapkan.... Padahal kebijaksanaan itu penting sekali. Penting untuk menghadapi
orang tua murid, penting untuk menghadapi para siswi, penting pula untuk
menghadapi sesama staf pengajar. Eleanor jelas memiliki kebijaksanaan.
Dia pun berkata, "Tapi tentu harus ada penyesuaian-penyesuaian, bukan" Maksudku,
dengan adanya perubahan cara berpikir dan keadaan kehidupan pada umumnya."
"Oh, itu jelas," kata Bu Vansittart, "kita harus mengikuti arus waktu, kata
orang. Tapi ini adalah sekolah Anda, Honoria, Andalah yang telah menjadikannya
seperti sekarang ini dan tradisi Anda mungkin merupakan intinya. Kurasa tradisi
itu penting, bukan?"
Bu Bulstrode tidak menyahut. Dia sedang bimbang memikirkan kata-kata yang sudah
lama 114 ingin diucapkannya. Tawaran untuk mengajaknya bekerja sama. Vansittart pasti
menyadari adanya kenyataan itu, meskipun, berkat pendidikannya yang baik, dia
seolah-olah tak tahu. Bu Bulstrode sendiri tak tahu apa sebenarnya yang menahan
dirinya. Mengapa dia begitu enggan mengucapkannya" Mungkin karena dia tak suka
menyerahkan begitu saja kendalinya, pikirnya murung. Dalam hatinya, dia ingin
sekali tetap di sini, dia ingin terus memimpin sekolahnya. Tetapi bukankah tak
ada pengganti yang lebih tepat daripada Eleanor" Dia begitu bisa diandalkan,
bisa dipercaya. Tentu saja, ditinjau dari segi itu, Chaddy tersayang pun begitu
pula dia pun selalu bisa diandalkan. Namun kita tidak akan pernah bisa ?membayangkan Chaddy sebagai kepala sekolah sebuah sekolah yang terkemuka.
"Apa yang sebenarnya kuinginkan?" tanyanya pada diri sendiri. "Aku membuat
diriku sendiri kesal! Ketidakpastian benar-benar bukan merupakan salah satu
kelemahanku selama ini."
Terdengar lonceng berbunyi di kejauhan.
"Aku harus mengajar bahasa Jerman," kata Bu Vansittart. "Aku harus masuk." Dia
berjalan ke arah bangunan-bangunan sekolah dengan langkah-langkah cepat namun
anggun. Bu Bulstrode menyusulnya lambat-lambat. Dia hampir saja bertabrakan
dengan Eileen Rich, yang berjalan tergesa-gesa dari jalan setapak samping.
"Aduh, maafkan saya, Bu Bulstrode. Saya tidak melihat Anda." Seperti biasanya,
rambutnya yang tersanggul jatuh terurai. Sekali lagi terlihat oleh Bu Bulstrode
tulang-tulang wajahnya yang buruk tapi menarik. Dia seorang wanita muda yang
aneh, penuh hasrat dan bersemangat.
115 "Apakah kau harus mengajar?" "Ya. Bahasa Inggris...."
"Kau senang mengajar, bukan?" kata Bu Bulstrode.
"Saya mencintai pekerjaan ini. Ini adalah hal yang paling memikat di dunia ini."
"Mengapa?" Eileen Rich berhenti mendadak. Tangannya meraba rambutnya. Alisnya berkerut
dalam usahanya untuk berpikir.
"Menarik sekali. Saya belum pernah benar-benar memikirkannya. Mengapa seseorang
suka mengajar" Apakah karena hal itu membuat orang merasa dirinya besar dan
penting" Tidak, tidak... tidak seburuk itu. Tidak, saya rasa keadaannya lebih
banyak menyerupai orang yang sedang memancing. Kita tak tahu apa yang akan
tertangkap oleh pancing kita, kita tak tahu apa yang akan kita peroleh dari
laut. Yang penting adalah bagaimana mutu tanggapannya. Menyenangkan sekali bila
kita mendapat tanggapan yang baik. Tentu saja hal itu tak sering terjadi."
Bu Bulstrode mengangguk membenarkan. Dia memang benar! Gadis ini punya pandangan
yang baik! "Kurasa mungkin kau akan memimpin sebuah sekolah kelak," katanya.
"Oh, saya harap saja demikian," kata Eileen Rich. "Saya benar-benar berharap
demikian. Itulah yang saya inginkan di atas segala-galanya."
"Kau tentu sudah punya gagasan mengenai bagaimana suatu sekolah harus
dijalankan, ya?" "Saya rasa semua orang punya gagasan," kata Eileen. "Saya yakin bahwa banyak di
antaranya terlalu muluk hingga akhirnya gagal sama sekali. Itu
116 tentulah risiko yang harus dipikul. Tapi kita harus mencobanya. Saya lebih suka
belajar dari pengalaman.... Sayangnya kita tak bisa bekerja berdasarkan pengalaman
orang lain, bukan?" "Memang tak bisa," kata Bu Bulstrode. "Dalam hidup ini kita harus membuat
kesalahan kita sendiri."
"Dalam hidup itu tak mengapa," kata Eileen Rich, "dalam hidup kita bisa bangkit
dan mulai lagi." Kedua belah tangannya yang tergantung di sisinya terkepal
menjadi tinju. Air mukanya serius. Lalu tiba-tiba ketegangan di air mukanya itu
hilang dan wajahnya berubah menjadi lucu. "Tapi bila suatu sekolah hancur, kita
tidak akan bisa membangkitkannya dan mulai lagi, bukan?"
"Bila kau yang harus memimpin sebuah sekolah seperti Meadowbank," kata Bu
Bulstrode, "apakah kau akan mengadakan perubahan-perubahan atau eksperimen-
eksperimen ?" Eileen Rich tampak kemalu-maluan. "Su... sukar sekali saya mengatakannya,"
katanya. "Maksudmu kau akan mengadakannya, bukan," kata Bu Bulstrode. "Jangan segan
mengucapkan buah pikiranmu, Nak."
"Saya rasa setiap orang ingin menggunakan buah pikirannya sendiri," kata Eileen
Rich. "Saya tidak mengatakan bahwa itu pasti berhasil. Mungkin saja tidak
berhasil." "Tapi sebaiknya dicoba juga, begitu, kan?"
"Mencoba sesuatu itu selalu ada gunanya, bukan?" kata Eileen Rich. "Maksud saya
bila kita punya keyakinan yang cukup kuat mengenai sesuatu."
"Kau agaknya tak gentar menjalani hidup yang berbahaya, ya?" kata Bu Bulstrode.
117 "Saya rasa, saya selalu menjalani hidup yang berbahaya." Wajah gadis itu bagai
disapu awan. "Maaf, saya harus pergi. Mereka menunggu saya." Dia bergegas pergi.
Bu Bulstrode tetap memandanginya dari belakang. Dia masih juga berdiri di tempat
itu, tenggalam dalam pikirannya, waktu Bu Chadwick mendatanginya dengan tergesa-
gesa. "Oh, di sini kau rupanya. Kami mencarimu ke mana-mana. Profesor Anderson baru
saja menelepon. Dia bertanya apakah dia bisa mengajak Meroe pergi akhir pekan
ini. Dia tahu bahwa itu melanggar aturan karena semester baru saja dimulai, tapi
dia harus pergi mendadak sekali ke suatu tempat yang namanya berbunyi seperti ?Azure Basin."
"Azerbaijan," kata Bu Bulstrode memperbaiki dengan otomatis, sedang pikirannya
masih melekat pada soal yang tadi.
"Belum cukup pengalaman," gumamnya sendiri. "Itulah keberatannya. Apa katamu,
Chaddy?" Bu Chadwick mengulangi pesan tadi.
"Kusuruh Nona Shapland mengatakan bahwa kita akan meneleponnya kembali, dan
kusuruh dia mencarimu."
"Katakan saja bahwa dia boleh mengajaknya pulang," kata Bu Bulstrode. "Kurasa
ini suatu peristiwa yang tak biasa."
Bu Chadwick melihat kepadanya dengan pandangan tajam.
"Kau sedang susah, Honoria?"
"Memang, aku sedang susah. Aku tak tahu betul apa mauku. Itu suatu hal yang tak
biasa bagiku dan hal itu membuatku nsau.... Aku tahu apa yang ingin ?kulakukan tapi aku merasa bahwa untuk me -
?118 nyerahkan sekolah ini pada seseorang yang belum berpengalaman akan berakibat tak
baik." "Sebaiknya kaubuang saja pikiranmu untuk menarik diri itu. Tempatmu adalah di
sini. Meadowbank membutuhkanmu."
"Meadowbank ini besar artinya bagimu kan, Chaddy?" *
"Tak ada sekolah seperti sekolah ini di mana pun juga di Inggris ini," kata Bu
Chadwick. "Kita bisa bangga bahwa kita berdua yang telah memulainya."
Bu Bulstrode merangkul pundak temannya dengan penuh kasih sayang. "Memang, Chaddy. Sedang kau
sendiri, kaulah penghibur dalam hidupku. Tak ada satu pun tentang Meadowbank ini
yang tidak kauketahui. Kau menyayanginya seperti aku menyayanginya. Dan itu
besar artinya." Wajah Bu Chadwick memerah karena senang. Jarang sekali Honoria Bulstrode mau
menembus dinding pemisah mereka berdua seperti ini.
II "Aku sama sekali tak bisa main dengan benda brengsek ini. Percuma saja."
Jennifer melemparkan raketnya, putus asa.
"Ah, Jennifer, ribut benar kau."
"Keseimbangannya itu," Jennifer memungut kembali raketnya, dan mencoba
mengguncang-guncangnya. "Keseimbangannya yang tak beres."
"Itu masih lebih baik daripada kepunyaanku," Julia membandingkan raketnya.
"Kepunyaanku sudah seperti sepon saja. Coba dengar bunyinya." Dia mendentang-
dentangkan senar raketnya. "Kami
119 sudah bermaksud untuk mengganti senarnya, tapi ibuku lupa."
"Tapi aku lebih suka kepunyaanmu daripada kepunyaanku." Jennifer mengambilnya
lalu mencoba memukul-mukulkannya satu dua kali.
"Sungguh mati, aku lebih suka kepunyaanmu. Aku masih bisa memukul sesuatu. Aku
mau tukar, kalau kau mau "
"Baiklah, kita tukar."
Kedua gadis itu menanggalkan plester kecil di mana tertulis nama mereka masing-
masing, lalu menempelkannya lagi, masing-masing ke raket yang lain.
"Aku tidak akan mau tukar lagi," kata Julia mengingatkan. "Jadi tidak akan ada
gunanya kalau kau kelak mengatakan bahwa kau tak suka raket seponku yang tua
itu." III Adam bersiul ceria sambil memasang kasa kawat di sekeliling lapangan tenis.
Pintu Pavilyun Olahraga terbuka dan Mademoiselle Blanche, guru bahasa Prancis
yang kecil seperti tikus itu, melihat ke luar. Dia kelihatan terkejut waktu
melihat Adam. Dia bimbang sejenak, lalu masuk kembali.
"Ingin tahu aku, mau apa dia," pikir Adam. Dia tidak akan menduga bahwa
Mademoiselle Blanche mempunyai suatu rencana, bila tidak melihat sikapnya.
Pandangannya men pakan pandangan orang yang merasa bersalah. Tentu saja ini
membuat Adam jadi curiga'. Tak lama kemudian wanita itu keluar lagi, menutup
pintu di belakangnya, dan
120 waktu meliwati Adam dia berhenti sebentar untuk bercakap-cakap.
"Oh, kau sedang memperbaiki kasa kawat, rupanya."
"Ya, Bu." "Lapangan-lapangan di sini bagus semuanya, demikian pula kolam renang dan
Pavilyun Olahraga itu. Ah! Le Sport!" Kalian di Inggris ini banyak sekali
memikirkan le sport, ya?"
"Ya, saya rasa begitulah, Bu."
"Apakah kau sendiri pandai main tenis?" Dengan pandangannya dia memuji Adam
dengan cara yang benar-benar feminin dan bahkan sedikit menggoda. Sekali lagi
Adam merasa ingin tahu tentang wanita ini. Dia mendapat kesan bahwa Mademoiselle
Blanche adalah seorang guru bahasa Prancis yang kurang sesuai untuk Meadowbank.
"Tidak," sahutnya membohong, "saya tak pandai main tenis. Saya tak sempat."
"Kalau begitu pandai main cricket, barangkali?"
"Yah, waktu masih kecil saya biasa main. Kebanyakan anak laki-laki bisa main
itu." "Selama ini saya tak punya waktu untuk melihat-lihat," kata Angele Blanche.
"Baru hari inilah saya sempat, dan ternyata bagus sekali. Saya pikir sebaiknya
saya melihat-lihat Pavilyun Olahraga. Saya ingin menulis surat kepada teman-
teman saya di Prancis yang juga memiliki sekolah."
Adam lagi-lagi merasa heran. Apa yang dikatakannya sesungguhnya merupakan
penjelasan yang tak perlu. Seolah-olah Mademoiselle Blanche ingin meminta maaf
atas kehadirannya di Pavilyun
^Olahraga 121 Olahraga itu. Tapi mengapa" Dia punya hak penuh untuk pergi ke mana saja dalam
batas lingkungan sekolah ini. Dia sama sekali tak perlu meminta maaf pada
seorang asisten tukang kebun atas kehadirannya di situ. Hal itu menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan lagi dalam otaknya. Apa yang baru saja dilakukan wanita
muda ini di Pavilyun Olahraga"
Dia memandangi Mademoiselle Blanche sambil berpikir. Mungkin akan lebih baik
kalau bisa mengetahui lebih banyak tentang wanita ini. Perlahan-lahan Adam
dengan sengaja mengubah sikapnya. Sikapnya masih sopan, tapi mulai agak berani.
Dibiarkannya matanya mengatakan pada wanita itu bahwa dia adalah seorang wanita
muda yang menarik. "Anda kadang-kadang tentu merasa bosan bekerja di sebuah sekolah wanita ya, Bu,"
katanya. "Pekerjaan ini memang tidak begitu menyenangkan saya."
"Tapi saya rasa Anda tentu mendapat waktu bebas, kan?" tanya Adam lagi.
Sejenak tak ada jawaban. Nampaknya wanita itu sedang berdebat dengan dirinya
sendiri. Kemudian Adam merasa sedikit menyesal, dirasakannya jarak antara mereka
berdua dengan sengaja melebar.
"Ya, benar," kata wanita itu. "Saya memang punya waktu bebas yang cukup. Syarat-
syarat kepegawaian di sini baik sekali." Dia lalu mengangguk sedikit ke arah
Adam. "Selamat pagi," katanya, lalu berjalan ke arah gedung sekolah.
"Kau sedang menyelidiki sesuatu," kata Adam pada dirinya sendiri, "di Pavilyun
Olahraga tadi." Ditunggunya sampai wanita itu tak kelihatan lagi, lalu ditinggalkannya
pekerjaannya, dia menyeberang
122 berjalan ke arah Pavilyun Olahraga lalu menjenguk ke dalam. Tapi semuanya tampak
beres. "Bagaimanapun juga," katanya, "dia pasti sedang menyelidiki sesuatu." .
Waktu dia keluar lagi, tanpa disangka-sangka dia berhadapan dengan Ann Shapland.
"Tahukah kau di mana Bu Bulstrode?" tanya wanita itu.
"Saya rasa dia sudah kembali ke gedung sekolah, Nona. Tadi dia berbicara dengan
Pak Briggs." Ann mengerutkan alisnya.
"Apa yang kaulakukan di Pavilyun Olahraga?"
Adam agak terperanjat. Pikirannya penuh kecurigaan, pikir Adam. Dengan nada agak
lancang dalam suaranya, dia menjawab,
"Saya pikir saya ingin juga melihat-lihat ke dalamnya. Tak ada salahnya melihat-
lihat, bukan?" "Seharusnya kau melanjutkan pekerjaanmu."
"Saya sudah hampir selesai memaku kasa kawat di sekeliling lapangan tenis itu."
Dia berbalik lalu melihat ke bangunan yang ada di belakangnya. "Bangunan itu
baru, ya" Tentu mahal sekali biaya pembangunannya. Gadis-gadis ini mendapatkan
segala-galanya yang terbaik di sini, bukan?"
"Mereka harus membayar untuk itu," sahut Ann datar.
"Membayar banyak, saya dengar," kata Adam.
Dalam dirinya timbul suatu keinginan yang tak bisa dipahaminya sendiri, yaitu
ingin memanaskan hati atau menjengkelkan wanita muda ini. Wanita ini selalu
dingin, dan begitu percaya diri. Adam akan merasa senang sekali melihatnya
marah. Namun Ann tidak memberinya kesempatan. Dia hanya berkata pendek,
123 "Sebaiknya kauselesaikan saja memaku kasa kawat itu," lalu kembali ke arah
gedung sekolah. Di tengah jalan, dia memperlambat langkahnya lalu menoleh ke
belakang. Adam sedang sibuk memasang kasa kawat di lapangan tenis. Dari anak
muda itu pandangannya beralih ke Pavilyun Olahraga. Caranya memandang sungguh
aneh. 124 8. Pembunuhan Sersan Green, yang sedang bertugas malam di Pos Polisi Hurst St. Cyprian,
menguap. Pesawat telepon berdering dan dia mengangkat alat penerimanya. Sesaat
kemudian sikapnya berubah sama sekali. Dia mulai menulis cepat-cepat pada
sehelai kertas. "Ya" Meadowbank" Ya namanya" Tolong eja. S-P-R-I-N-G- ditambah E-R. Springer. ?Ya, ya, tolong usahakan supaya tak ada yang berubah letaknya. Sebentar lagi akan


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada seseorang datang ke situ.
Kemudian dengan cepat dan teratur dia langsung mengambil langkah-langkah yang
biasa dijalankannya. "Meadowbank?" tanya Detektif Inspektur Polisi Kelsey waktu berita itu tiba
padanya. "Itu sekolah khusus untuk anak-anak perempuan, bukan" Siapa yang
terbunuh?" "Matinya seorang guru olahraga" gumam Kelsey sambil merenung. "Kedengarannya
seperti judul sebuah buku cerita detektif yang dijual di kios buku di stasiun
kereta api." "Menurut Anda, siapa kira-kira yang telah melakukannya?" tanya sersan itu.
"Kelihatannya tak wajar."
125 "Para ibu guru olahraga sekalipun punya kisah cinta juga, bukan?" kata Detektif
Inspektur Kelsey. "Di mana kata mereka mayatnya ditemukan?"
"Di Pavilyun Olahraga. Saya rasa itu suatu nama yang hebat untuk sebuah bangsal
olahraga biasa." "Bisa saja," kata Kelsey. "Matinya seorang guru olahraga di bangsal olahraga.
Kedengarannya seperti cerita kriminal dalam olahraga, ya" Apakah katamu tadi dia
ditembak?" "Ya." "Apakah mereka menemukan pistolnya?" "Tidak."
"Menarik," kata Detektif Inspektur Kelsey, dan setelah mengumpulkan anak
buahnya, dia berangkat untuk menjalankan tugasnya.
II Pintu depan Meadowbank terbuka, cahaya lampu terpantul dari dalam, dan di sini
Inspektur Kelsey diterima oleh Bu Bulstrode sendiri. Inspektur itu pernah
melihat Bu Bulstrode, sebagaimana kebanyakan orang di daerah sekitar situ. Dalam
saat yang kacau dan tak menentu itu pun, Bu Bulstrode tetap dapat menjaga
keseimbangan dirinya, dia bisa menguasai keadaan dan mampu menguasai anak
buahnya. "Saya Detektif Inspektur Kelsey, Bu," kata inspektur itu.
"Apa yang pertama-tama ingin Anda lakukan, Inspektur Kelsey" Apakah Anda ingin
langsung ke Pavilyun Olahraga, atau Anda ingin mendengar dulu kejadiannya secara
terinci?" 126 "Ada seorang dokter menyertai saya," kata Kelsey. "Bila ada yang bisa
menunjukkan kepada dokter itu dan dua orang anak buah saya tempat mayat itu,
saya ingin berbicara sedikit dengan Anda."
"Tentu. Mari silakan masuk ke ruang duduk saya. Bu Rowan, tolong tunjukkan jalan
pada dokter dan yang lain-lain." Ditambahkannya lagi, "Salah seorang staf saya
sudah ada di sana untuk menjaga supaya tak ada sesuatu yang diganggu."
"Terima kasih, Bu."
Kelsey mengikuti Bu Bulstrode ke ruang duduknya. "Siapa yang menemukan mayat
itu?" "Kepala urusan rumah tangga, Bu Johnson. Salah seorang murid kami sakit telinga
dan Bu Johnson belum tidur untuk mengurusnya. Ketika dia sedang mengurus gadis
itu, dilihatnya bahwa gorden jendela belum tertutup rapat. Dan waktu dia sedang
merapatkannya, dia melihat bahwa lampu di Pavilyun Olahraga menyala, padahal itu
tak boleh terjadi karena hari sudah pukul satu malam," Bu Bulstrode
menyelesaikan dengan datar.
"Oh, begitu," kata Kelsey. "Mana Bu Johnson sekarang?"
"Ada di sini. Apakah Anda ingin bertemu dengannya?"
"Nanti saja. Tolong lanjutkan, Bu."
"Bu Johnson pergi membangunkan seorang staf saya yang lain, Bu Chadwick. Mereka
memutuskan untuk keluar dan menyelidiki. Ketika mereka berjalan menuju ke sana
melalui pintu samping, mereka mendengar bunyi letusan tembakan, kemudian mereka
berlari secepat-cepatnya ke Pavilyun Olahraga itu. Setiba di sana..."
127 Inspektur itu memotong bicaranya. "Terima kasih, Bu Bulstrode. Bila, seperti
kata Anda, Bu Johnson ada di sini, saya ingin mendengar bagian seterusnya dari
beliau. Tapi terlebih dahulu, barangkali Anda bisa menceritakan sesuatu tentang
wanita yang terbunuh itu?"
"Namanya Grace Springer."
"Sudah lamakah dia bekerja pada Anda?"
"Belum. Baru semester ini dia datang kemari. Guru olahraga yang sebelumnya
berhenti karena akan bekerja di Australia."
"Lalu apa lagi yang Anda ketahui tentang Bu Springer ini?"
"Surat-surat pengantarnya bagus sekali," kata Bu Bulstrode.
"Apakah Anda tidak mengenalnya secara pribadi sebelum itu?" "Tidak."
"Apakah Anda punya sedikit gagasan, yang sesamar-samarnya sekalipun, apa yang
mungkin menjadi penyebab tragedi itu" Apakah dia tak bahagia" Apakah dia
terlibat dalam hal-hal yang tak menguntungkan?"
Bu Bulstrode menggeleng. "Setahu saya tidak. Namun saya boleh berkata,"
lanjutnya, "bahwa menurut saya rasanya sangat tak mungkin. Dia bukan wanita
seperti itu." "Anda akan merasa heran," kata Inspektur Kelsey murung.
"Tidakkah sebaiknya saya panggilkan Bu Johnson sekarang?"
"Ya, tolonglah. Bila saya sudah mendengar kisahnya, saya ingin melihat bangsal
olahraga atau Anda sebut apa itu Pavilyun Olahraga?"? ? ?128
"Bangunan itu baru dibangun tahun ini dan ditambahkan untuk melengkapi sekolah
ini," kata Bu Bulstrode. "Dibangun berdampingan dengan kolam renang, lengkap
dengan lapangan untuk main squash dan keperluan-keperluan lain. Di situ disimpan
raket-raket tenis, alat pemukul untuk permainan lacrosse* dan hockey, dan ada
pula ruang untuk mengeringkan pakaian renang."
"Adakah alasan mengapa Bu Springer berada di Pavilyun Olahraga itu malam hari?"
"Sama sekali tidak," kata Bu Bulstrode seadanya.
"Baiklah, Bu Bulstrode. Sekarang saya ingin berbicara dengan Bu Johnson."
Bu Bulstrode meninggalkan kamar itu dan kembali dengan membawa serta kepala
urusan rumah tangga. Bu Johnson telah minum sejumlah besar brendi, yang
diberikan padanya supaya dia bisa menguasai dirinya setelah menemukan mayat itu.
Akibatnya bicaranya menjadi lebih banyak dan agak kacau.
"Ini Detektif Inspektur Kelsey," kata Bu Bulstrode. "Kuasailah dirimu, Elspeth,
dan ceritakan semua apa yang sebenarnya telah terjadi."
"Mengerikan sekali," kata Bu Johnson, "benar-benar mengerikan. Hal semacam itu
belum pernah terjadi sepanjang pengalaman saya. Tak pernah! Rasanya saya tak
bisa percaya, benar-benar saya tak bisa percaya. Apalagi Bu Springer!"
Inspektur Kelsey adalah orang yang cepat tanggap. Dia selalu mau menyimpang dari
pemeriksaan rutin bila dari suatu pernyataan dia mendapatkan kesan yang luar
biasa atau pernyataan itu pantas untuk ditelusuri lebih lanjut.
*Permainan yang memakai bola dan tongkat panjang yang berajut.
129 "Apakah menurut Anda aneh sekali bahwa Bu Springer sampai terbunuh?" tanyanya.
"Ya, memang begitu, Inspektur. Dia begitu yah, begitu kuat. Begitu bersemangat.?Dia semacam wanita yang bisa kita bayangkan mampu menangani seorang pencuri
seorang diri atau bahkan dua orang pencuri sekalipun."
?"Pencuri" Hm," kata Inspektur Kelsey. "Adakah sesuatu yang bisa dicuri di
Pavilyun Olahraga itu?"
"Ah, tak ada, saya benar-benar tak bisa membayangkan apa yang mungkin bisa
dicuri. Paling-paling pakaian renang dan perlengkapan olahraga."
"Itu barang-barang yang mungkin diambil oleh pencuri kelas teri," Kelsey
membenarkan. "Menurut saya barang-barang itu tak cukup berharga untuk dicuri.
Ngomong-ngomong, apakah gedung itu telah didongkel?"
"Oh, ya, saya tak pernah ingat untuk melihatnya," kata Bu Johnson. "Maksud saya,
pintunya terbuka waktu kami tiba di sana, dan..."
"Tidak, tak ada yang didongkel," sela Bu Bulstrode.
"Oh, begitu," kata Kelsey. "Jadi seseorang telah menggunakan kunci." Dia menoleh
kepada Bu Johnson. "Apakah Bu Springer itu disukai?" tanyanya.
"Yah, saya benar-benar tak bisa mengatakannya. Lagi pula dia sudah meninggal."
"Jadi, maksud Anda, Anda tak suka padanya?" tanya Kelsey yang cepat tanggap,
tanpa memperhatikan perasaan halus Bu Johnson.
"Saya rasa tak seorang pun bisa benar-benar suka padanya," kata Bu Johnson. "Dia
punya sifat jujur. 130 Dia tak merasa canggung membantah orang di hadapan orang itu sendiri. Dia
terampil sekali, dan saya rasa dia menanggapi pekerjaannya dengan serius, bukan
begitu, Bu Bulstrode?"
"Memang," kata Bu Bulstrode.
Kelsey kembali dari jalan simpang yang telah dilaluinya ke persoalan pokok.
"Nah, Bu Johnson, tolong ceritakan setepatnya apa yang telah terjadi."
"Jane, salah seorang siswi kami, sakit telinga. Dia terbangun karena mendapat
serangan sakit yang agak hebat dan datang pada saya. Saya mengambilkannya obat,
dan waktu saya mengantarkannya kembali ke tempat tidurnya, saya melihat gorden
jendela bergerak-gerak, dan saya pikir untuk kali ini mungkin lebih baik kalau
jendelanya tidak dibiarkan terbuka di malam hari karena angin bertiup ke arah
kamarnya itu. Gadis-gadis itu memang biasanya tidur dengan jendela terbuka. Kami
kadang-kadang mengalami kesulitan dengan gadis-gadis asing, tapi saya selalu
tetap pada pendirian saya____"
"Soal itu tak ada artinya sekarang," kata Bu Bulstrode. "Peraturan umum kita
mengenai kesehatan tidak akan menarik perhatian Inspektur Kelsey."
"Ya, pasti tidak," kata Bu Johnson. "Nah, seperti saya katakan tadi, saya pergi
menutup jendela itu dan betapa terkejutnya saya melihat ada cahaya lampu di
Pavilyun Olahraga. Cahayanya jelas sekali, tak mungkin saya keliru. Cahaya itu
seperti bergerak berkeliling."
"Apakah maksud Anda itu bukan lampu listrik yang dinyalakan melainkan cahaya
obor atau senter?" "Ya, ya begitulah tentunya. Saya segera berpikir, 'Aduh, apa yang sedang
dilakukan orang di sana 131 tengah malam begini"' Tentu saja saya tidak berpikir tentang pencuri. Itu pasti
akan merupakan suatu gagasan yang tak masuk akal, seperti kata Anda tadi."
"Menurut persangkaan Anda apa itu?" tanya Kelsey.
Bu Johnson melihat sekilas kepada Bu Bulstrode.
"Yah, saya sebenarnya tak tahu apakah saya punya perkiraan tertentu. Maksud
saya, yah maksud saya, saya tak bisa berpikir..."?Bu Bulstrode memotong bicaranya. "Saya rasa Bu Johnson mengira bahwa mungkin
salah seorang siswi kami pergi ke sana untuk menepati janji dengan seseorang,"
katanya. "Benarkah begitu, Elspeth?"
Bu Johnson menarik napas dengan terengah. "Ya, ya, kemungkinan itu memang
melintas sebentar di pikiran saya. Salah seorang gadis Itali itu, mungkin.
Gadis-gadis asing itu jauh lebih cepat matang daripada gadis-gadis Inggris."
"Jangan terlalu picik," tegur Bu Bulstrode. "Banyak juga murid-murid Inggris
kita yang mencoba membuat janji tak senonoh. Tapi wajarlah kalau kau lalu
mengira bahwa ada anak yang akan menemui seseorang di situ, aku pun mungkin akan
berpikir begitu." "Tolong lanjutkan," kata Inspektur Kelsey.
"Maka saya pikir," lanjut Bu Johnson, "sebaiknya saya pergi ke Bu Chadwick dan
memintanya untuk keluar bersama saya dan melihat apa yang terjadi."
"Mengapa Bu Chadwick?" tanya Kelsey. "Adakah alasan tertentu mengapa Anda
memilih ibu guru yang itu?"
"Yah, saya tak mau mengganggu Bu Bulstrode," kata Bu Johnson, "dan saya rasa
sudah menjadi kebiasaan kami untuk pergi pada Bu Chadwick bila
132 kami tak mau mengganggu Bu Bulstrode. Soalnya, Bu Chadwick itu sudah lama di
sini dan sudah banyak pengalamannya."
"Jadi," kata Kelsey, "Afida pergi mendapatkan Bu Chadwick dan membangunkan dia.
Benarkah begitu?" "Ya. Dia sependapat dengan saya bahwa kami harus segera ke sana. Kami tidak
sempat berganti pakaian, kami hanya mengenakan mantel lalu keluar melalui pintu
samping. Dan tepat pada waktu itulah, pada saat kami berdiri di jalan setapak,
kami mendengar letusan tembakan dari Pavilyun Olahraga. Kami lalu berlari
secepat-cepatnya di sepanjang jalan setapak itu. Bodohnya kami tidak membawa
senter hingga sulit sekali mencari jalan. Satu atau dua kali kami tersandung,
namun agak cepat juga kami tiba di sana. Pintunya terbuka. Kami menyalakan lampu
dan..." Kelsey menyela. "Jadi lampu tak menyala waktu Anda tiba di sana. Tidakkah ada
senter atau cahaya lainnya?"
"Tidak. Tempat itu gelap-gulita. Kami nyalakan lampu dan kami lihat dia. Dia..."
"Sudah cukup," kata Inspektur Kelsey dengan ramah, "Anda tak perlu melukiskan
apa-apa. Saya akan pergi ke sana sekarang dan saya akan melihatnya sendiri.
Apakah Anda tidak bertemu siapa-siapa dalam perjalanan Anda ke sana?"
"Tidak." "Atau mendengar seseorang melarikan diri?"
"Tidak. Kami tidak mendengar apa-apa."
"Adakah seseorang lain di gedung sekolah yang juga mendengar tembakan itu?"
tanya Inspektur Kelsey pada Bu Bulstrode.
133 Bu Bulstrode menggeleng. "Tidak. Setahu saya tidak. Tak seorang pun mengatakan
bahwa dia mendengarnya. Pavilyun Olahraga itu memang agak jauh letaknya dan saya
ragu apakah tembakan itu terdengar."
"Mungkin dari salah sebuah kamar di sisi gedung yang menuju ke Pavilyun Olahraga
itu?" "Saya rasa tidak, kecuali kalau seseorang memang memasang telinganya untuk itu.
Saya yakin bunyi itu tak cukup nyaring untuk membangunkan seseorang."
"Nah, terima kasih," kata Inspektur Kelsey, "sekarang saya akan keluar lalu
terus ke Pavilyun Olahraga."
"Saya akan menyertai Anda," kata Bu Bulstrode.
"Apakah Anda ingin saya juga ikut?" tanya Bu Johnson. "Saya mau saja bila
dikehendaki. Maksud saya, tak ada gunanya menghindari sesuatu, bukan. Saya
selalu merasa bahwa kita harus mau menghadapi apa saja yang terjadi, dan..."
"Terima kasih," kata Inspektur Kelsey, "tak perlu, Bu Johnson. Saya tak ingin
menghadapkan Anda pada ketegangan lagi."
"Mengerikan sekali," kata Bu Johnson, "rasanya lebih mengerikan bila menyadari
bahwa saya tidak begitu menyukainya. Bahkan sebenarnya, kemarin malam kami
bertengkar di ruang istirahat guru. Saya tetap berpendirian bahwa terlalu banyak
pelajaran olahraga tidak baik bagi beberapa orang gadis lebih-lebih gadis yang?lemah. Bu Springer berkata bahwa itu omong kosong, katanya justru mereka itulah
yang membutuhkannya. Katanya hal itu akan membuat mereka segar dan menjadikan
mereka wanita-wanita baru. Saya katakan padanya bahwa dia
134 sebenarnya tidak tahu apa-apa, meskipun mungkin dia menyangka demikian.
Bagaimanapun juga saya sudah mendapat pendidikan secara profesional dan saya
tahu jauh lebih banyak mengenai tubuh yang lemah dan penyakitan daripada Bu
Springer meskipun saya yakin bahwa Bu Springer tahu segala-galanya mengenai ?alat-alat senam seperti palang sejajar dan kuda-kuda atau latihan tenis. Tapi,
aduh, kalau saya ingat sekarang apa yang telah terjadi, sebenarnya sebaiknya
saya tidak mengucapkan apa yang telah saya katakan itu. Saya rasa orang selalu
merasa seperti itu sesudah suatu kejadian, bila yang mengerikan itu sudah
terjadi. Saya benar-benar menyalahkan diri saya sendiri."
"Nah, sekarang duduk sajalah kau di sini," kata Bu Bulstrode sambil
mendudukkannya di sofa. "Kau duduk sajalah dan beristirahat serta jangan ingat-
ingat lagi segala macam pertengkaran yang pernah ada. Hidup ini akan membosankan
sekali bila kita selalu sependapat dengan setiap orang mengenai setiap hal."
Bu Johnson duduk sambil menggeleng, lalu dia menguap. Bu Bulstrode pergi
menyusul Inspektur Kelsey ke lorong gedung.
"Agak banyak saya memberinya brendi tadi," katanya dengan nada meminta maaf.
"Itu sebabnya dia agak banyak bicara. Tapi pikirannya tidak kacau, bukan?"
"Tidak," kata Kelsev; "Dia telah memberi keterangan yang cukup jelas mengenai
apa yang telah terjadi."
Bu Bulstrode mendahuluinya berjalan ke arah pintu samping.
135 "Lewat pintu ini pulakah Bu Johnson dan Bu Chadwick keluar?"
"Ya, pintu ini langsung menuju ke jalan setapak, melewati semak-semak
rhododendron di sana itu, dan keluar ke Pavilyun Olahraga."
Inspektur membawa lampu senter yang besar sekali, dia dan Bu Bulstrode segera
tiba di bangunan yang kini terang-benderang itu.
"Bangunan yang bagus sekali," kata Kelsey sambil melihat-lihat.
"Biaya pembangunannya juga mahal sekali," kata Bu Bulstrode, "tapi kami telah
mampu membangunnya," tambahnya dengan tenang.
Pintu yang terbuka menuju ke sebuah ruangan berukuran sedang. Dalam ruangan itu
terdapat lemari-lemari kecil yang ditempeli nama gadis-gadis pemiliknya. Di
ujungnya ada semacam rak untuk tempat raket tenis dan sebuah lagi untuk tongkat
pemukul permainan lacrosse. Pintu samping menuju ke kama'r-kamar mandi dan
tempat berganti pakaian. Kelsey berhenti sebentar sebelum masuk. Dua orang anak
buahnya sedang sibuk. Seorang juru potret baru saja menyelesaikan pekerjaannya,


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan seorang pria lain yang sibuk mengetes sidik jari mengangkat mukanya lalu
berkata, "Anda bisa saja berjalan lurus menyeberangi ruangan ini, Pak. Tak apa-apa. Kami
belum selesai memeriksa di ujung sini."
Kelsey berjalan lurus ke depan, di mana seorang ahli bedah kepolisian sedang
berlutut di dekat jenazah. Dokter itu menengadah waktu Kelsey mendekat.
136 "Dia ditembak dari jarak kira-kira satu meter dua puluh," katanya. "Pelurunya
telah menembus jantungnya. Dia pasti tewas seketika."
"Ya." "Sudah berapa lama?"
"Kira-kira satu jam atau lebih."
Kelsey mengangguk. Dia berjalan berkeliling dan melihat ke tubuh Bu Chadwick
yang jangkung, yang berdiri dengan wajah serius seperti seekor anjing penjaga
menempel di dinding. Umurnya kira-kira lima puluh lima tahun, tebak Kelsey,
dahinya bagus, mulutnya membayangkan hati yang keras, rambutnya yang beruban tak
rapi, tak ada tanda-tanda dia histeris. Dia adalah wanita yang bisa diandalkan
dalam keadaan krisis, pikirnya, meskipun dalam kehidupan biasa sehari-hari dia
mungkin tidak menonjol. "Bu Chadwick?" katanya. "Ya."
"Anda keluar bersama Bu Johnson dan menemukan jenazah itu?"
"Ya. Keadaannya seperti sekarang ini. Dia sudah meninggal."
"Saya melihat jam waktu Bu Johnson membangunkan saya. Waktu itu pukul satu
kurang sepuluh menit."
Kelsey mengangguk. Itu sesuai dengan waktu yang dinyatakan oleh Bu Johnson. Dia
menunduk merenungi wanita yang sudah meninggal itu. Rambutnya yang berwarna
merah cerah dipotong pendek. Wajahnya berbintik-bintik hitam, dagunya terdorong
jauh ke depan, dan tubuhnya agak kurus namun atletis. Dia mengenakan rok dari
bahan wol 137 dan pullover tebal yang berwarna gelap. Kakinya memakai sepatu olahraga tanpa
kaus kaki. "Apakah senjatanya ditemukan?" tanya Kelsey.
Salah seorang anak buahnya menggeleng, "Sama sekali tak ada, Pak."
"Bagaimana dengan senternya?"
"Ada sebuah senter di sudut itu."
"Adakah sidik jari pada senter itu?"
"Ada. Tapi sidik jari almarhumah."
"Jadi dialah yang membawa senter itu," kata Kelsey sambil merenung. "Dia keluar
ke tempat ini dengan membawa sebuah senter untuk apa?" Ditanyakannya pertanyaan?itu sebagian pada dirinya sendiri, sebagian pada anak buahnya, sebagian pada Bu
Bulstrode dan Bu Chadwick. Akhirnya dia kelihatan memusatkan perhatiannya pada
Bu Chadwick. "Apakah Anda punya suatu gagasan?"
Bu Chadwick menggeleng. "Tak punya gagasan sama sekali. Saya rasa mungkin dia
telah ketinggalan sesuatu di sini petang tadi atau tadi malam dia
?meninggalkannya dan dia keluar untuk mengambilnya. Tapi rasanya agak tak masuk
?akal tengah malam begini."
"Mestinya sesuatu yang penting sekali, maka dia kembali," kata Kelsey.
Dia memandang ke sekelilingnya. Kelihatannya tak ada satu pun yang terganggu
kecuali rak tempat raket di ujung itu. Rak itu kelihatannya telah ditarik dengan
kuat ke depan. Beberapa buah raket berserakan di lantai.
"Tentu mungkin juga," kata Bu Chadwick, "dia melihat cahaya di sini, seperti
yang kemudian dialami oleh Bu Johnson, lalu dia keluar untuk memeriksa. Saya
rasa itulah yang paling mungkin."
138 "Saya rasa Anda benar," kata Kelsey. "Hanya ada satu soal kecil. Mungkinkah dia
keluar seorang diri?"
"Ya." Bu Chadwick menjawab tanpa ragu.
"Bu Johnson datang," Kelsey mengingatkannya, "dan membangunkan Anda."
"Saya tahu," kata Bu Chadwick, "itu pulalah yang akan saya lakukan bila saya
melihat cahaya. Saya akan membangunkan Bu Bulstrode atau Bu Vansittart atau
seseorang yang lain. Tapi Bu Springer tidak akan berbuat demikian. Dia pasti
percaya pada dirinya sendiri dia pasti lebih suka menangani sendiri seorang ?pendongkel."
"Satu soal lagi," kata Inspektur. "Anda dan Bu Johnson keluar melalui pintu
samping. Apakah pintu samping itu tak terkunci?"
"Tidak." "Mungkinkah Bu Springer yang telah membiarkannya begitu?"
"Agaknya itu kesimpulan yang wajar," kata Bu Chadwick.
"Jadi bisa kita simpulkan begini," kata Kelsey, "Bu Springer melihat cahaya di
ruang olahraga ini Pavilyun Olahraga atau entah apalah Anda menamakannya dia
? ? ?lalu keluar untuk menyelidiki, dan siapa pun yang ada di sini waktu itu lalu
menembaknya." Dia berbalik ke arah Bu Bulstrode yang berdiri tanpa berderak di
ambang pintu. "Apakah itu benar menurut Anda?" tanyanya.
"Menurut saya rasanya sama sekali tak benar," kata Bu Bulstrode. "Bagian yang
pertama sava benarkan. Katakanlah Bu Springer melihat ada cahaya di sini, dia
lalu keluar untuk menyelidikinya sendiri. Itu mungkin sekali. Tapi bahwa orang
yang merasa terganggu olehnya di sini kemudian menem-139
baknya saya rasa itu salah. Bila seseorang berada di sini padahal
?sesungguhnya dia tak berhak, maka yang lebih mungkin dilakukan adalah dia akan
lari atau mencoba untuk melarikan diri. Mengapa seseorang datang ke tempat ini
malam-malam begini dengan membawa pistol" Tak masuk akal. Benar-benar tak masuk
akal! Tak ada sesuatu pun di sini yang pantas dicuri, lebih-lebih orang tidak
perlu sampai membunuh untuk itu."
"Apakah menurut Anda lebih masuk akal bahwa Bu Springer telah mengganggu suatu
pertemuan empat mata atau semacamnya?"
"Itu penjelasan yang wajar dan masuk akal," kata Bu Bulstrode. "Tapi itu belum
juga menjelaskan mengapa sampai terjadi pembunuhan itu, bukan" Siswi-siswi di
sekolah saya ini tidak berkeliaran membawa pistol, dan kalaupun ada anak muda
yang mungkin mereka temui, rasanya juga tak mungkin dia mempunyai pistol."
Kelsey membenarkannya. "Paling-paling dia memiliki pisau lipat," katanya. "Saya
rasa masih ada satu kemungkinan," katanya lagi. "Andaikan Bu Springer datang
kemari untuk mendatangi seorang pria..."
Bu Chadwick tiba-tiba terkikik. "Oh, tidak," katanya, "tak mungkin Bu Springer
begitu." "Maksud saya tak perlu suatu pertemuan dengan kekasih gelap," kata Inspektur
datar. "Saya berpendapat bahwa pembunuhan itu disengaja, bahwa ada seseorang
yang punya niat untuk membunuh Bu Springer, yang telah mengatur untuk menemuinya
di sini dan menembaknya."
140 9. Kucing di Tengah Burung Dara
Surat dari Jennifer Sutcliffe kepada ibunya,
Mama tersayang, Semalam telah terjadi pembunuhan di tempat kami. Korbannya adalah Bu Springer,
guru olahraga. Terjadinya tengah malam dan polisi datang serta pagi ini mereka
menanyai semua orang. Bu Chadwick melarang kami untuk membicarakan hal itu dengan siapa pun juga, tapi
saya pikir Mama tentu ingin tahu.
Salam sayang, Jennifer II Meadowbank adalah suatu yayasan pendidikan yang cukup penting untuk mendapat
perhatian pribadi dari Kepala Polisi. Sementara orang sibuk dengan pengusutan
rutin, Bu Bulstrode pun tidak tinggal diam. Dia menelepon seorang tokoh pers
terkemuka dan Menteri Dalam Negeri, keduanya sahabatnya pribadi. Sebagai akibat
dari kedua usahanya itu, sedikit -sekali yang muncul mengenai peristiwa tersebut
di surat-surat kabar. Beritanva paling-paling hanya berbunyi: Seorang ibu guru
olahraga telah 141 ditemukan meninggal di ruang olahraga suatu sekolah. Dia ditembak, belum dapat
dipastikan apakah penembakan itu dilakukan dengan sengaja atau tidak. Kebanyakan
pemberitaan tentang peristiwa itu hampir-hampir bernada penyesalan, seolah-olah
sangatlah tak pantas seorang guru olahraga membiarkan dirinya tertembak dalam
keadaan demikian. Ann Shapland hari itu sibuk sekali menulis surat kepada orang tua murid
berdasarkan yang telah didiktekan padanya. Bu Bulstrode langsung mengumumkan
kepada murid-muridnya untuk menutup mulut mengenai peristiwa itu. Tapi dia pun
tahu bahwa pemberitahuannya itu sia-sia saja. Pasti telah dikirimkan berita-
berita yang mengerikan kepada para orang tua murid atau wali murid, yang lalu
merasa kuatir. Dia berusaha agar laporannya sendiri, yang dibuat dengan kepala
dingin dan lebih masuk akal mengenai tragedi yang menyedihkan itu, bisa sampai
kepada mereka pada waktu yang sama.
Petang harinya dia duduk dalam perundingan tertutup dengan Tuan Stone, Kepala
Polisi, dan Inspektur Kelsey. Polisi merasa puas sekali karena pers tidak
membesar-besarkan hal itu. Dengan demikian mereka akan dapat mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin tanpa gangguan.
"Saya ikut merasa menyesal atas kejadian itu, Bu Bulstrode, benar-benar merasa
menyesal," kata Kepala Polisi. "Saya yakin saya yakin ini merupakan suatu ?kejadian yang sangat tidak menyenangkan bagi Anda."
"Ya, pembunuhan memang suatu kejadian yang sangat tidak menyenangkan bagi
sekolah mana pun juga," kata Bu Bulstrode. "Tapi kita tak boleh
142 terpaku terus pada hal itu. Saya yakin kami pasti akan bisa mengatasinya,
sebagaimana kami selalu bisa mengatasi badai-badai lain sebelumnya. Saya hanya
berharap agar perkara ini bisa diselesaikan secepatnya."
"Tak ada alasan mengapa tidak akan diselesaikan secepatnya, bukan?" kata Stone
sambil menoleh pada Kelsey.
Kelsey berkata, "Akan lebih mudah, kalau kita tahu latar belakangnya."
"Apakah menurut Anda benar-benar begitu?" tanya Bu Bulstrode datar.
"Mungkin ada seseorang yang bertengkar dengan dia," kata Kelsey mengeluarkan
pendapatnya. Bu Bulstrode tak menyahut.
"Maksudmu ini pekerjaan orang dalam, di tempat ini?" tanya Kepala Polisi.
"Sesungguhnya itulah maksud Inspektur Kelsey," kata Bu Bulstrode. "Saya rasa dia
hanya masih berusaha untuk menjaga perasaan saya."
"Saya rasa memang pekerjaan orang dalam Meadowbank sendiri," kata Inspektur
Kelsey lambat-lambat. "Sebab, bukankah Bu Springer juga punya waktu bebas
seperti staf pengajar lainnya" Dia bisa saja mengatur suatu pertemuan dengan
seseorang bila dia mau di tempat mana pun juga. Mengapa harus memilih ruang
olahraga di tengah malam?"
"Anda tentu tak keberatan kalau diadakan penggeledahan di seluruh tempat ini, Bu
Bulstrode?" tanya Kepala Polisi.
"Sama sekali tidak. Saya rasa Anda ingin mencari pistol atau revolver atau apa
pun namanya, bukan?"
"Ya. Pistol itu kecil buatan luar negeri."
"Luar negeri," kata Bu Bulstrode merenung.
143 "Sepanjang pengetahuan Anda, apakah salah seorang staf pengajar Anda atau siswi-
siswi Anda ada yang memiliki pistol atau sebangsanya?"
"Sepanjang pengetahuan saya, pasti tak ada," kata Bu Bulstrode. "Saya yakin
sekali bahwa tak seorang pun di antara murid-murid saya memilikinya. Karena
begitu mereka tiba di sini barang-barang mereka kami yang membongkarnya, dan
barang yang begituan pasti sudah terlihat atau ketahuan, dan boleh saya katakan,
pasti menimbulkan komenter cukup banyak pula. Tapi, Inspektur Kelsey, lakukanlah
seperti yang Anda inginkan mengenai hal itu. Saya lihat anak buah Anda pun sudah
mulai memeriksa pekarangan sekolah kami sejak tadi."
Inspektur mengangguk. "Ya."
Kemudian dilanjutkannya, "Saya ingin mewawancarai anggota-anggota staf pengajar
Anda yang lain. Satu di antaranya mungkin telah mendengar suatu ucapan Bu
Springer, yang akan bisa kami jadikan petunjuk. Atau mungkin telah melihat
sesuatu yang aneh dalam kelakuannya."
Dia berhenti sebentar, lalu berkata lagi, "Hal yang sama mungkin pula berlaku
atas diri para siswi Anda."
Bu Bulstrode berkata, "Saya telah merencanakan untuk memberi penjelasan singkat
pada gadis-gadis saya setelah berdoa nanti malam. Akan saya umumkan supaya bila
di antara mereka mengetahui sesuatu yang mungkin ada hubungannya dengan kematian
Bu Springer, mereka harus datang kepada saya dan menceritakannya."
"Itu suatu rencana yang baik sekali," kata Kepala Polisi.
144 "Tapi satu hal harus Anda ingat," kata Bu Bulstrode, "mungkin ada satu atau dua
orang anak yang ingin membuat dirinya penting lalu membesar-besarkan persoalan
atau bahkkan mengarang-ngarang. Gadis-gadis kadang-kadang aneh-aneh
perbuatannya, tapi saya rasa Anda sudah biasa menangani soal yang begituan."
"Saya memang pernah mengalaminya," kata Inspektur Kelsey. "Nah," tambahnya,
"tolong beri saya daftar nama staf pengajar Anda, dan juga para pelayan."
III "Semua lemari-lemari kecil murid-murid dalam Pavilyun Olahraga sudah saya
periksa, Pak." "Dan kau tidak menemukan apa-apa?" tanya Kelsey.
"Tidak, Pak, tak ada yang penting. Dalam beberapa di antaranya kami menemukan
yang lucu-lucu, tapi tak ada satu pun yang memberikan petunjuk bagi kita."
"Tak ada satu pun di antaranya yang terkunci, bukan?"
"Tidak, Pak, mereka bisa menguncinya. Ada anak kunci dalam lemari-lemari itu,
tapi tak ada satu pun yang terkunci."
Kelsey memandangi lantai yang kosong di sekelilingnya sambil merenung. Raket-
raket tenis dan tongkat pemukul lacrosse telah dikembalikan dengan rapi di
raknya masing-masing. "Ah, sudahlah," katanya, "aku akan pergi ke gedung sekolah sekarang untuk
berbicara dengan para staf pengajar."
145 "Apakah menurut Anda ini bukan pekerjaan orang dalam, Pak?"
"Mungkin saja," kata Kelsey. "Tak seorang pun punya alibi kecuali kedua orang
ibu guru, Chadwick dan Johnson, serta Jane anak yang sakit telinga itu. Secara
teoretis, semua orang lain sudah berada di tempat tidur dan tidur, namun tak
seorang pun bisa menjamin hal itu. Anak-anak itu punya kamar sendiri-sendiri,
staf guru tentu juga. Salah seorang di antara mereka, termasuk Bu Bulstrode
sendiri, bisa saja keluar dan menemui Springer di sini, atau bisa juga
mengikutinya kemari. Kemudian, setelah ibu guru itu ditembak, penembaknya bisa
saja keluar dengan sembunyi-sembunyi dan diam-diam kembali melalui semak-semak
ke pintu samping, kembali ke tempat tidur dan pura-pura tidur lagi waktu orang-
orang ribut menyatakan ada pembunuhan. Yang sulit adalah motifnya. Ya," kata
Kelsey lagi, "motifnya. Kecuali kalau di sini sedang terjadi sesuatu yang sama
sekali tidak kita ketahui. Tapi kelihatannya seperti tak ada motif."
Dia keluar dari Pavilyun Olahraga itu lalu berjalan perlahan-lahan kembali ke
gedung sekolah. Meskipun sudah lewat jam kerja, Pak Briggs tua, si tukang kebun,
masih asyik mengerjakan sesuatu pada salah satu bedeng bunga. Dia menegakkan
tubuhnya waktu Inspektur lewat.
"Anda bekerja sampai jauh lewat jam kerja," kata Kelsey tersenyum.
"Itulah," kata Briggs. "Anak-anak muda tak tahu apa-apa tentang berkebun. Datang
pukul delapan dan pergi pukul lima itu saja sudah cukup pikir mereka. Kita ?seharusnya mempelajari cuaca, pada hari-hari
146 tertentu kita sebaiknya bahkan tak usah bekerja di kebun sama sekali, sebaliknya
adakalanya pula kita harus bekerja mulai pukul tujuh pagi sampai pukul delapan
malam. Itu kalau kita mencintai tempat ini dan merasa bangga melihatnya."
"Anda sepantasnya bangga pada kebun ini," kata Kelsey. "Zaman sekarang ini belum
pernah saya melihat tempat yang sebaik ini pemeliharaannya."
"Begitulah zaman sekarang," kata Briggs. "Tapi saya beruntung. Ada seorang anak
muda yang kuat yang membantu saya. Sebelumnya memang ada juga beberapa anak-anak
muda lain, tapi mereka itu tak banyak gunanya. Kebanyakan anak-anak muda
sekarang tak mau mengerjakan pekerjaan seperti ini. Mereka semua maunya bekerja
di pabrik saja, atau bekerja di kantor. Mereka tak suka tangan mereka kotor
sedikit kena tanah. Tapi seperti saya katakan, saya beruntung. Saya dibantu oleh
seorang anak muda yang pandai. Dia datang sendiri menawarkan dirinya."
"Baru-baru inikah?" tanya Inspektur Kelsey.
"Pada awal semester ini," kata Briggs. "Namanya Adam. Adam Goodman."
"Saya rasa saya belum pernah melihatnya di sekitar tempat ini," kata Kelsey.
"Hari ini dia minta izin untuk tak masuk," kata Briggs. "Saya izinkan saja.
Agaknya juga tak banyak yang bisa dikerjakan karena anak buah Anda berkeliaran
di sini." "Seharusnya ada seseorang yang menceritakan tentang dia pada saya," kata Kelsey
tajam. "Apa maksud Anda, menceritakan tentang dia pada Anda?"
147 "Namanya tidak terdapat pada daftar saya," kata Inspektur. "Maksud saya, daftar


Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nama orang-orang yang bekerja di sini."
"Oh, Anda bisa bertemu dengan dia besok, Pak," kata Briggs. "Meskipun saya rasa
dia tidak akan bisa bercerita banyak pada Anda."
"Siapa tahu," kata Inspektur.
Seorang anak muda yang kuat yang menawarkan dirinya untuk bekerja sejak awal
semester ini" Agaknya bagi Kelsey inilah hal pertama yang akan dijumpainya dan
agaknya akan lain daripada yang lain.
IV Sebagaimana biasa malam itu para siswi berbaris masuk ke aula untuk berdoa.
Setelah selesai, dengan mengangkat tangannya, Bu Bulstrode melarang mereka
kembali ke kamar mereka masing-masing.
"Ada sesuatu yang harus kusampaikan pada kalian semua. Sebagaimana kalian
ketahui, Bu Springer telah ditembak di Pavilyun Olahraga kemarin malam. Bila
salah seorang di antara kalian telah mendengar atau melihat sesuatu dalam minggu
yang lalu sesuatu yang menimbulkan pertanyaan bagi kalian sehubungan dengan Bu?Springer, sesuatu yang telah diucapkan oleh Bu Springer atau yang telah
dikatakan seseorang tentang dia, yang menimbulkan kesan aneh pada kalian, aku
ingin tahu. Kalian boleh datang padaku ke ruang dudukku kapan saja malam ini."
"Aduh," desah Julia Upjohn, ketika gadis-gadis itu berbaris ke luar, "betapa
inginnya aku tahu sesuatu! Sayang kita tidak tahu sesuatu ya, Jennifer?"
148 "Ya," kata Jennifer, "kita tak tahu apa-apa."
"Bu Springer kelihatannya selalu biasa-biasa saja," kata Julia dengan murung,
"terlalu biasa untuk bisa terbunuh dengan cara yang misterius begitu."
"Kurasa tidak semisterius itu," kata Jennifer. "Hanya suatu percobaan pencurian
biasa." "Mau mencuri raket tenis kita, barangkali ya?" kata Julia mengejek.
"Mungkin seseorang hendak memerasnya," salah seorang gadis berpendapat dengan
penuh harapan. "Mengenai apa?" kata Jennifer.
"Tak seorang pun bisa memikirkan suatu alasan untuk memeras Bu Springer.
V Inspektur Kelsey memulai wawancaranya dengan staf pengajar. Pertama-tama Bu
Vansittart. Wanita yang rapi, pikir inspektur itu, setelah dia menilainya.
Umurnya mungkin empat puluh tahun atau lebih sedikit; jangkung, potongan
tubuhnya bagus, rambutnya oerwarna abu-abu dan ditata dengan penuh selera. "Dia
punya harga diri dan ketenangan, ditambah dengan sedikit kebijaksanaan, pikir
inspektur itu lagi, menilai betapa pentingnya wanita itu. Wanita itu
mengingatkannya sedikit pada Bu Bulstrode sendiri: dia benar-benar memiliki
potongan guru sejati. Meskipun demikian, pikirnya, pada Bu Bulstrode ada sesuatu
yang tak ada pada Bu Vansittart. Bu Bulstrode punya sesuatu yang sifatnya tak
disangka-sangka. Menurut perasaannya, pada Bu Vansittart tidak akan pernah ada
sesuatu yang tak terduga itu.
149 Pertanyaan-pertanyaan dan jawaban berjalan dengan rutin. Pokoknya, Bu Vansittart
tidak melihat sesuatu, tidak tahu apa-apa, dan tidak pula mendengar sesuatu. Bu
Springer menjalankan tugasnya dengan baik sekali. Ya, sikapnya memang agak
terlalu terburu-buru, tapi sepanjang pendapatnya, tidaklah melampaui batas.
Kepribadiannya mungkin kurang menarik, tapi hal itu sebenarnya tidak penting
bagi seorang guru olahraga. Malahan, memang lebih baik untuk tidak memiliki ibu-
ibu guru yang kepribadiannya menarik. Tidak baik kalau para siswi punya perasaan
yang terlalu dalam terhadap guru-gurunya. Setelah tidak berhasil menyumbangkan
sesuatu yang berharga, Bu Vansittart keluar.
"Tidak melihat sesuatu yang jahat, tidak mendengar sesuatu yang jahat, tidak
memikirkan sesuatu yang jahat. Sama saja seperti monyet-monyet," kata sersan
Percy Bond, yang sedang membantu Inspektur Kelsey dalam menjalankan tugasnya.
Kelsey tertawa kecil. "Kira-kira begitulah, Percy," katanya.
"Ada sesuatu yang menekan perasaan saya setiap kali melihat ibu-ibu guru," kata
Sersan Bond. "Sejak kecil saya takut setengah mati pada mereka. Bahkan ada
Harimau Mendekam Naga Sembunyi 3 Pendekar Rajawali Sakti 62 Tuntutan Gagak Ireng Tusuk Kondai Pusaka 17
^