Kucing Ditengah Burung Dara 5
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie Bagian 5
butuhkan." "Serahkan saja padaku untuk mengetahui apa yang kuinginkan," kata Bu Bulstrode.
"Kau harus ingat bahwa dalam keadaan seperti sekarang, ini bukanlah suatu
tawaran yang baik. Mungkin kau akan lebih berhasil di tempat lain. Tapi aku akan
menceritakan satu hal padamu, dan kuharap kau percaya padaku. Sebelum kematian
Bu Vansittart yang menyedihkan, sudah kuputuskan bahwa kaulah orang yang
kuinginkan untuk melanjutkan memimpin sekolah ini."
294 "Waktu itu Anda sudah berpikir begitu?" Lagi-lagi Eileen Rich memandangnya
dengan terbelalak. "Tapi saya sangka kami semua menyangka bahwa Bu ? ?Vansittart..."
"Belum diadakan pembicaraan apa-apa dengan Bu Vansittart," kata Bu Bulstrode.
"Memang aku memikirkan dia, itu kuakui. Selama dua tahun terakhir ini dia sudah
ada dalam pikiranku. Tapi selalu ada saja yang menahanku untuk mengatakan
sesuatu secara pasti padanya mengenai hal itu. Aku yakin, pasti semua orang
menyangka bahwa dialah calon penggantiku. Mungkin dia sendiri pun begitu. Aku
berpikiran begitu sampai akhir-akhir ini. Kemudian kuputuskan bahwa dia bukanlah
orang yang kuinginkan."
"Tapi dia begitu cocok untuk itu," kata Eileen Rich. "Dia akan menjalankan
semuanya dengan cara dan pemikiran yang sama benar dengan Anda."
"Ya," kata Bu Bulstrode, "dan justru itulah salahnya. Kita tak bisa berpegang
pada masa lalu. Mempertahankan sejumlah tradisi itu baik, tapi tak boleh terlalu
banyak. Sebab sekolah adalah untuk anak-anak masa kini. Bukan untuk anak-anak
lima puluh tahun atau bahkan tiga puluh tahun yang lalu. Memang ada beberapa
sekolah di mana tradisi lebih dipentingkan daripada di tempat-tempat lain, tapi
Meadowbank bukan salah satu di antaranya. Ini bukan sekolah yang sudah punya
tradisi yang lama. Ini suatu karya cipta, kalau boleh kukatakan, dari seorang
wanita. Aku sendiri. Aku telah mencoba gagasan-gagasan tertentu dan telah
melaksanakannya sebatas kemampuanku, meskipun kadang-kadang aku harus
mengubahnya bila hasilnya tidak seperti yang kuharapkan. Ini bukan sekolah
biasa, tapi tak 295 pernah pula membanggakan diri sebagai sekolah yang istimewa. Ini adalah sebuah
sekolah yang mencoba memanfaatkan yang terbaik dari kedua masa: masa lalu dan
masa yang akan datang, namun tekanannya ada pada masa kini. Begitulah sekolah
ini akan berjalan terus, begitulah pula seharusnya dia berjalan terus. Dia harus
dijalankan oleh seseorang yang kava gagasan gagasan-gagasan masa kini. Dengan
?mempertahankan apa yang baik dari masa lalu, sambil melihat ke depan, ke masa
yang akan datang. Umurmu sama benar dengan waktu aku memulai ini semua, tapi kau
masih memiliki apa yang tak bisa kumiliki lagi. Hal itu tertulis dalam Injil.
Orang tua bermimpi dan orang-orang muda mendapat ilham. Kita tidak membutuhkan
impian di sini, kita membutuhkan ilham-ilham. Aku percaya bahwa kau memiliki
ilham itu, dan itulah sebabnya maka aku memutuskan bahwa kaulah orangnya dan
bukan Bu Vansittart."
"Itu akan sangat menyenangkan," kata Eileen Rich. "Menyenangkan sekali. Itulah
sebenarnya yang saya sukai di atas segala-galanya."
Bu Bulstrode agak merasa heran mendengar kata 'sebenarnya*, namun dia tidak
memperlihatkan keheranannya itu. Dia bahkan segera membenarkan hal itu.
"Ya," katanya, "itu sebenarnya menyenangkan. Tapi apakah sekarang tidak
menyenangkan lagi" Yah, aku bisa mengerti."
"Bukan, bukan, sama sekali bukan itu maksud saya," kata Eileen Rich. "Sama
sekali tidak". Sa saya sulit mengatakannya secara terinci, tapi bila Anda
? ?bila Anda meminta saya, atau berbicara dengan saya seperti ini seminggu yang
lalu, atau dua minggu yang
296 lalu, saya akan segera berkata bahwa saya tak sanggup, bahwa hal itu tak
mungkin. Satu-satunya alasan mengapa tawaran itu jadi mengapa tawaran itu ?sekarang jadi mungkin adalah karena yah, karena tawaran itu sekarang merupakan
?tantangan merupakan hal yang harus diperjuangkan. Bolehkah saya bolehkah saya
? ?memikirkannya, Bu Bulstrode" Sekarang ini saya tak tahu apa yang harus saya
katakan." "Tentu," kata Bu Bulstrode. Dia masih merasa heran. Kita tak pernah benar-benar
memahami orang lain, pikirnya.
II "Itu dia Rich dengan rambutnya yang terurai lagi," kata Ann Shapland sambil
bangkit dari bedengan bunga. "Kalau dia memang tak bisa menjaga rambutnya, aku
tak mengerti mengapa tidak dipotongnya saja. Bentuk kepalanya bagus dan dia akan
kelihatan lebih manis."
"Sebaiknya Anda katakan itu padanya," kata Adam.
"Hubungan kami tidak sebaik itu," kata Ann Shapland. Lalu dilanjutkannya lagi,
"Menurutmu apakah sekolah ini masih bisa berjalan terus?"
"Itu suatu pertanyaan yang sulit dijawab," kata Adam, "lagi pula siapalah saya
ini untuk bisa menilai?"
"Kurasa kau bisa saja mengatakannya seperti juga orang-orang lain," kata Ann
Shapland. "Kurasa bisa. Si Bull tua sebagaimana para siswi menyebutnya punya
? ?harapan besar untuk itu. Pertama-tama, pengaruhnya yang besar terhadap para
orang tua 297 murid. Sudah berapa lama semester ini berlangsung baru sebulan" Rasanya sudah
?setahun. Aku akan senang bila semester ini berakhir."
"Apakah Anda akan kembali bila sekolah ini berjalan terus?"
"Tidak," sahut Ann dengan tekanan, "sama sekali tidak. Sudah cukup banyak
pengalamanku mengenai sebuah sekolah, seumur hidupku aku tak mau lagi. Lagi pula
aku tak punya bakat untuk hidup terkurung bersama banyak perempuan. Dan, terus
terang, aku tak suka pembunuhan. Itu adalah sesuatu yang menyenangkan untuk
dibaca dari surat-surat kabar atau dibaca bila kita tak bisa tidur kalau
ceritanya bagus. Tapi kejadian yang sebenarnya sama sekali tidak menyenangkan.
Kurasa," Ann menambahkan sambil merenung, "bila aku pergi dari sini pada akhir
semester ini, aku akan menikah dengan Dennis dan hidup tenang."
"Dennis?" tanya Adam. "Anda pernah menyebut nama itu pada saya, bukan" Sepanjang
ingatan saya, kata Anda, pekerjaannya menyebabkan dia harus bepergian ke Birma,
Malaysia, Singapura, Jepang, dan tempat-tempat lainnya. Bukankah itu berarti
bahwa Anda tidak akan bisa hidup tenang kalau Anda menikah dengannya?"
Ann tiba-tiba tertawa. "Tidak, kurasa memang tidak. Tidak dalam arti fisik dan
geografis." "Saya rasa Anda bisa mendapat yang lebih baik daripada Dennis," kata Adam.
"Apakah kau akan melamarku?" tanya Ann.
"Tentu saja tidak,".kata Adam. "Anda adalah seorang gadis yang ambisius, mana
mau Anda menikah dengan seorang tukang kebun yang hina seperti saya ini."
298 "Aku pernah mempertimbangkan untuk menikah dengan seorang anggota Dinas
Penyelidikan Kriminal," kata Ann.
"Saya bukan anggota Dinas Penyelidikan Kriminal," kata Adam.
"Tentu, tentu bukan," kata Ann. "Ayolah kita kembali pada percakapan yang
menyenangkan. Kau bukan anggota Dinas Penyelidikan Kriminal. Shaista tidak
diculik, segala-galanya indah di kebun ini. Namun," tambahnya sambil melihat ke
sekelilingnya. "Bagaimanapun juga," katanya setelah diam beberapa lamanya, "aku
sama sekali tak mengerti bagaimana Shaista bisa muncul di Jenewa atau cerita
lainnya yang menyangkut dia. Bagaimana dia bisa sampai di sana" Kalian semua
lamban, sampai membiarkan dia dibawa keluar dari negeri ini."
"Saya tak bisa berkata apa-apa," kata Adam.
"Kurasa kau tak tahu awal semua kejadian ini," kata Ann.
"Harus saya akui," kata Adam, "bahwa kita harus berterima kasih pada M. Hercule
Poirot karena gagasan-gagasannya yang cemerlang itu."
"Apa, pria kecil lucu yang datang mengantarkan Julia kembali dan berbicara
dengan Bu Bulstrode itu?"
"Ya," sahut Adam. "Dia menamakan dirinya seorang konsultan detektif."
"Kurasa dia harus digolongkan pada golongan tua," kata Ann.
"Saya sama sekali tak mengerti apa rencananya," kata Adam. Dia atau seorang ?temannya bahkan pergi menemui ibu saya."
?"Ibumu?" tanya Ann. "Untuk apa?"
299 "Entahlah saya tak tahu. Agaknya dia punya perhatian yang besar sekali terhadap
para ibu. Dia juga pergi menemui ibu Jennifer."
"Apakah dia pergi pula menemui ibu Bu Rich, dan ibu Chaddy?"
"Saya dengar Bu Rich tak punya ibu," kata Adam. "Kalau ada, saya yakin dia akan
pergi menemuinya juga."
"Bu Chadwick punya ibu di Cheltenham, katanya padaku," sahut Ann, "tapi kurasa
umurnya sudah delapan puluh tahun lebih. Kasihan Bu Chadwick, dia sendiri pun
kelihatannya seperti sudah berumur delapan puluh tahun. Ini dia datang, pasti
akan bercakap-cakap dengan kita."
Adam mengangkat mukanya. "Ya," katanya, "dia sudah menjadi jauh lebih tua dalam
minggu terakhir ini."
"Karena dia benar-benar mencintai sekolah ini," kata Ann, "Sekolah inilah
seluruh hidupnya. Dia tak tahan melihat sekolah ini menurun pamornya."
Memang Bu Chadwick kelihatan sepuluh tahun lebih tua dibandingkan dengan waktu
hari pembukaan semester dulu. Langkahnya tak lagi cepat dan tangkas. Dia tak
lagi berjalan kian kemari dengan gembira dan bersemangat. Kini pun dia berjalan
mendekati mereka dengan langkah terseok-seok.
"Bisakah kau pergi menemui Bu Bulstrode?" katanya pada Adam. "Beliau ada
beberapa instruksi untukmu."
"Saya harus membersihkan diri dulu," kata Adam. Diletakkannya alat-alatnya lalu
pergi ke arah gudang penyimpanan pot.
Ann dan Bu Chadwick berjalan bersama-sama ke arah gedung sekolah.
300 "Terasa benar sepinya, ya?" kata Ann, sambil melihat ke sekelilingnya. "Rasanya
seperti di dalam sebuah gedung pertunjukan yang sedikit sekali penontonnya,"
ditambahkannya sambil merenung, "di mana para penonton ditempatkan di kursi-
kursi yang terpisah-pisah supaya kelihatan ada penontonnya."
"Mengerikan sekali," kata Bu Chadwick, "menyedihkan! Ngeri aku mengingat
Meadowbank telah menjadi seperti ini. Aku tak bisa menghibur diriku. Aku tak
bisa tidur malam. Semuanya hancur. Tahun-tahun penuh kerja keras untuk membangun
sesuatu yang benar-benar bagus."
"Sekolah ini mungkin akan kembali seperti semula," kata Ann dengan ceria. "Anda
pun tahu, orang-orang mudah melupakan sesuatu."
"Tak semudah itu," kata Bu Chadwick dengan murung.
Ann tak menyahut. Dalam hatinya dia membenarkan Bu Chadwick.
III Mademoiselle Blanche keluar dari kelas tempat dia baru saja mengajar sastra
Prancis. Dia melihat ke arlojinya. Ya, masih banyak waktu untuk melaksanakan niatnya.
Akhir-akhir ini memang selalu banyak waktu karena sedikitnya murid.
Dia naik ke lantai atas, ke kamarnya, dan di sana dia mengenakan topinya. Dia
tidak tergolong wanita yang mau pergi ke mana-mana tanpa topi. Dilihatnya
pantulan bayangan dirinya di cermin, dan dia merasa puas. Dia bukan orang vang
mudah dikenali! Yah, itu DILARANG MENGKOMERSILKAN!!! 301 =kiageng80=
ada keuntungannya! Dia tersenyum sendiri. Dengan menyesuaikan penampilannya
dengan penampilan adik perempuannya segalanya jadi lebih mudah. Bahkan foto
dalam paspornya pun tidak menimbulkan pertanyaan. Sayang sekali jika surat-surat
pengantar yang sangat baik milik Angele tidak dimanfaatkan setelah dia
meninggal. Angele memang senang mengajar. Baginya sendiri, mengajar itu sangat
membosankan. Tapi bayarannya tinggi sekali. Jauh lebih banyak daripada yang
pernah diperolehnya. Apalagi keadaan ternyata malah sangat menguntungkannya.
Masa depannya akan berubah, akan sangat berbeda. Ya, berbeda sekali.
Mademoiselle Blanche yang loyo itu akan berubah sama sekali. Dia bisa
membayangkan dalam lamunannya. Dia berada di Riviera. Dia memakai gaun yang
indah-indah, yang dibuat khusus untuknya. Yang diperlukan orang di dunia ini
adalah uang. Oh, ya, semua akan berakhir dengan menyenangkan. Memang ada gunanya
datang mengajar ke sekolah Inggris.yang sangat dibencinya ini.
Diambilnya tas tangannya, dia ke luar dari kamarnya lalu berjalan di sepanjang
lorong gedung. Matanya tertunduk melihat seorang wanita pekerja yang sedang
berlutut. Seorang pelayan harian yang baru. Tentu seorang mata-mata polisi.
Bodoh benar mereka mereka menyangka bahwa orang tak tahu!?Dengan senyum mencibir, dia ke luar dari gedung sekolah, melalui jalan ke luar
langsung ke pintu gerbang depan. Halte bis terletak hampir tepat di seberangnya.
Dia berdiri di tempat itu, menunggu. Sebentar lagi bis pasti datang.
Sedikit sekali orang lalu-lalang di jalan pedesaan ini. Ada seorang laki-laki
yang sedang membungkuk 302 di bawah tutup mesin mobilnya yang terbuka. Ada sebuah sepeda tersandar di pagar
tanaman. Dan seorang laki-laki yang sedang menanti bis.
Salah seorang di antara mereka pasti akan mengikutinya. Hal itu akan mereka
lakukan dengan ahli, tanpa menyolok. Dia sadar sekali akan hal itu, dan itu
tidak membuatnya kuatir. Tenguntitnya' itu boleh saja melihat ke mana dia pergi
dan apa yang dilakukannya.
Bis tiba. Dia naik. Seperempat jam kemudian dia turun di alun-alun kota. Dia tak
berusaha menoleh ke belakang. Dia menyeberang menuju ke etalase sebuah toko
serba ada yang cukup besar, yang memamerkan gaun-gaun model baru. Barang-
barangnya jelek, seleranya kampungan, pikirnya dengan bibir mencemooh. Namun dia
tetap berdiri melihat seolah-olah dia sangat tertarik.
Akhirnya dia masuk, lalu membeli satu-dua barang yang tak penting. Kemudian dia
naik ke lantai dua dan masuk ke ruang istirahat wanita. Di sana terdapat sebuah
meja tulis, beberapa buah kursi malas, dan sebuah ruang telepon. Dia masuk ke
dalam ruang itu, memasukkan uang logam secukupnya, memutar nomor yang
dikehendakinya, lalu menunggu sampai suara yang ditunggunya menyahut.
Dia mengangguk, menekan tombol A lalu berbicara.
"Di sini Maison Blanche. Anda mengerti, bukan, Maison Blanche" Saya berbicara
mengenai suatu janji yang harus dipenuhi. Anda masih punya waktu sampai besok
malam. Besok malam. Anda harus menyetorkannya atas nama Maison Blanche di Bank
Kredit Nasional di London, cabang Ledbury St.
303 sesuai dengan Jumlah yang sudah saya sebutkan pada Anda."
Diulanginya menyebut jumlah itu.
"Bila uang itu tidak dibayarkan, maka saya akan melaporkan ke pihak yang
berwajib tentang apa yang saya lihat di malam hari tanggal 12. Perhatikan ?pengirimnya harus atas nama Nona Springer. Waktu Anda tinggal dua puluh empat
?jam." Digantungnya kembali gagang telepon lalu dia ke luar. Seorang wanita baru saja
masuk ke ruangan itu. Mungkin dia seorang pembeli di toko itu, atau mungkin juga
bukan. Tapi kalaupun bukan, sudah terlambat baginya untuk mendengarkan
percakapannya tadi. Mademoiselle Blanche memperbaiki make "p-nya di ruang penyimpanan mantel yang
berbatasan dengan ruang itu, lalu dia ke luar dan mencoba beberapa helai baju,
tapi tidak membelinya. Dia ke luar ke jalan lagi, sambil tersenyum sendiri. Dia
melihat-lihat ke sebuah toko buku, lalu menunggu bis untuk kembali ke
Meadowbank. Dia masih tetap tersenyum sendiri waktu dia berjalan di jalan masuk. Dia telah
mengatur semuanya dengan cermat. Uang yang dituntutnya tidak terlalu besar
jumlahnya tidak akan sulit untuk mengumpulkannya dalam waktu singkat. Dan
?jumlah itu akan lebih dari cukup untuk menjamin hidupnya. Karena di masa-masa
yang akan datang, dia akan mengadakan tuntutan-tuntutan lagi____
Ya, ini akan merupakan sumber penghasilan kecil yang sangat menyenangkan. Hati
kecilnya tidak terganggu. Dia sama sekali tidak merasa dirinya berkewajiban
melaporkan apa yang diketahui dan dilihatnya kepada polisi. Si Springer itu
memang 304 orang yang pantas dibenci, dia kasar, mal elevee.'-Dia suka mencampuri urusan
orang lain. Ah, pokoknya dia sudah mendapat ganjarannya.
Mademoiselle Blanche mampir sebentar di dekat kolam renang. Dilihatnya Eileen
Rich terjun. Kemudian Ann Shapland naik lalu terjun dengan sangat baik. ?Terdengar tawa dan sorak-sorai para siswi.
Lonceng berbunyi, dan Mademoiselle Blanche masuk untuk mengajar di kelas yunior.
Para siswi tidak memperhatikannya dan kelihatan bosan, namun Mademoiselle
Blanche hampir tidak melihat keadaan itu. Dia akan segera berhenti mengajar
untuk selamanya. Setelah pelajaran usai dia naik ke kamarnya untuk merapikan diri menjelang makan
malam. Samar-samar, tanpa disadarinya benar, dilihatnya bahwa tidak
?sebagaimana kebiasaannya dia telah melemparkan mantelnya begitu saja pada
?sebuah kursi di sudut dan bukan menggantungkannya seperti biasa.
Dia membungkukkan tubuhnya sedikit untuk melihat wajahnya di cermin.
Ditambahkannya bedak, lipstik____
Gerak itu demikian cepatnya hingga dia benar-benar terkejut. Tak terdengar
bunyi! Benar-benar tangkas dan terlatih. Mantel di kursi itu seolah-olah
menggumpal sendiri, jatuh ke lantai dan sesaat kemudian di belakang Mademoiselle
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Blanche sebuah tangan yang membawa karung pasir terangkat. Dia membuka mulutnya
namun tak sempat berteriak, karena karung pasir itu telah jatuh menimpa
tengkuknya dengan keras. *Angkuh, sombong 305 22. Insiden di Anatolia Nyonya Upjohn duduk di sisi jalan yang berbatasan dengan jurang yang dalam. Dia
sedang bercakap-cakap dengan seorang wanita Turki yang besar dan kuat dalam
bahasa Prancis yang dicampur dengan gerakan-gerakan isyarat. Wanita Turki itu
berusaha keras mengatasi kesulitan komunikasi dan menceritakan sampai soal yang
?sekecil-kecilnya keguguran kandungannya yang terakhir. Dia telah memiliki
?sembilan orang anak, kisahnya. Delapan orang di antaranya laki-laki, dan lima
kali keguguran. Dia kelihatan sama senangnya waktu mengalami keguguran dan
melahirkan. "Dan Anda?" Ditinjunya tulang rusuk Nyonya Upjohn secara bergurau. "Combien"
?garcons" filles" combien?"* Dia mengangkat tangannya siap untuk menghitung
? ?dengan jarinya. "Une fille,"** kata Nyonya Upjohn.
"Et garconst"***
Melihat bahwa penilaian wanita Turki itu atas dirinya akan menurun, maka karena
terdorong oleh rasa kebangsaannya, Nyonya Upjohn pun lalu
Berapa" laki-laki" perempuan" berapa?" !>*"Satu anak perempuan." !t**"Dan
? ? ?anak laki-laki?"
306 berbohong. Dia mengangkat lima jari tangan kanannya.
"Cinqt"* katanya.
"Cinq garqons" Tres bien!"*:>
Wanita Turki itu mengangguk memuji dengan rasa hormat. Ditambahkannya bahwa bila
saja saudara sepupunya yang fasih berbahasa Prancis itu ada di sini, mereka akan
dapat dengan mudah saling mengerti. Lalu dia mulai menceritakan keguguran
kandungannya yang terakhir.
Penumpang-penumpang lain berbaring dengan santai di sekeliling mereka, sambil
makan kue-kue kecil yang mereka bawa dalam keranjang. Bis yang kelihatan sudah
terlalu parah untuk dipakai itu mogok di atas sebuah tebing batu karang yang
menjorok, sedangkan pengemudinya dan seorang laki-laki lain sedang sibuk di
bagian mesin mobil. Nyonya Upjohn sama sekali tidak memperhatikan waktu.
Perjalanan mereka pernah terhalang oleh banjir, mereka pernah terpaksa harus
balik lagi, dan satu kali mereka pernah tertahan selama tujuh jam sampai sungai
yang harus mereka seberangi surut. Ankara tak jauh lagi dari sini, hanya itu
yang diketahuinya. Didengarkannya cerita temannya yang campur-aduk dan penuh
semangat itu sambil mencoba menduga-duga kapan dia harus mengangguk menunjukkan
rasa kagumnya, dan kapan harus menggeleng memperlihatkan rasa simpatinva.
Suatu suara membuyarkan pikirannya, suara yang tak serasi dengan keadaan di
sekitarnya sekarang. 'Lima." **"Lima anak laki-laki" Hebat!"
307 "Saya rasa Andalah Nyonya Upjohn," kata suara itu.
Nyonya Upjohn menengadah. Tak jauh dari tempat itu sebuah mobil berhenti. Pria
yang berdiri di hadapannya ini pasti baru turun dari mobil itu. Wajahnya, tak
salah lagi, adalah wajah seorang pria Inggris, demikian pula suaranya. Dia
mengenakan setelan flanel berwarna abu-abu yang tak bercacat.
"Astaga," kata Nyonya Upjohn. "Dr. Livingstone?"
"Kelihatannya begitu, ya," kata orang asing itu dengan nada menyenangkan. "Nama
saya Atkinson. Saya dari Konsulat Inggris di Ankara. Sudah dua-tiga hari ini
kami mencoba menghubungi Anda, tapi banyak jalan yang terputus."
"Anda ingin menghubungi saya" Mengapa?" Nyonya Upjohn bangkit dengan mendadak.
Ciri-ciri seorang pelancong yang santai hilang seketika. Dia kini menjadi
seorang ibu sejati, setiap bagian dari dirinya.
"Julia-kah?" tanyanya dengan tajam. "Apakah sesuatu telah terjadi atas diri
Julia?" "Tidak, tidak," Tuan Atkinson meyakinkannya. "Julia baik-baik saja. Sama sekali
bukan itu soalnya. Di Meadowbank telah terjadi kesulitan kecil, dan kami ingin
membawa Anda ke sana secepat mungkin. Akan saya antar Anda kembali ke Ankara,
dan satu jam kemudian Anda bisa naik pesawat terbang."
Nyonya Upjohn membuka mulutnya, tetapi segera menutupnya kembali. Kemudian dia
bangkit dan berkata, "Anda terpaksa harus mengambilkan kopor saya dari atas atap
bis itu. Itu yang berwarna biru tua." Dia berbalik, bersalaman dengan teman
Turki-nya tadi, dan berkata, "Sayang sekali saya
308 harus pulang sekarang." Dia melambai pada penumpang bis yang lain dengan ramah,
diserukannya salah satu dari sedikit kata-kata Turki yang dikuasainya, lalu
bersiap-siap untuk menyusul Tuan Atkinson tanpa bertanya lebih lanjut. Pria itu
mendapat kesan bahwa Nyonya Upjohn adalah seorang wanita yang bijaksana. Banyak
orang lain yang juga mendapat kesan seperti itu.
309 23. Penyelesaian Bu Bulstrode memandang orang-orang yang sudah berkumpul dalam salah sebuah kelas
yang kecil. Semua anggota staf pengajarnya ada di sana: Bu Chadwick, Bu Johnson,
Bu Rich, dan kedua guru yang masih muda. Ann Shapland duduk siap dengan notes
dan pinsilnya, kalau-kalau Bu Bulstrode menyuruhnya mencatat. Di samping Bu
Bulstrode duduk Inspektur Kelsey dan di sebelah sana, Hercule Poirot. Adam
Goodman duduk seorang diri, yaitu di antara tempat duduk para staf pengajar dan
apa yang dinamakannya sendiri badan eksekutif. Bu Bulstrode bangkit lalu
berbicara dengan suara yang terlatih dan penuh keyakinan,
"Saya rasa adalah hak Anda sekalian," katanya, "sebagai anggota staf saya dan
juga punya kepentingan mengenai nasib sekolah ini, untuk benar-benar mengetahui
sampai seberapa jauh kemajuan pemeriksaan perkara ini. Inspektur Kelsey sudah
memberikan beberapa informasi kepada saya. M. Hercule Poirot, yang punya
hubungan-hubungan internasional, telah mendapat bantuan yang berharga dari Swiss
dan beliau sendiri akan melaporkan soal khusus itu. Saya menyesal harus
menyampaikan bahwa kami belum selesai dengan pengusutan ini, namun beberapa soal
kecil telah terungkap dan saya rasa Anda semua akan merasa lega bila mengetahui
310 bagaimana duduk persoalannya pada saat ini." Bu Bulstrode memandang ke arah
Inspektur Kelsey, dan Inspektur itu bangkit.
"Secara resmi," kata inspektur itu, "saya tidak berhak untuk mengemukakan apa
yang saya ketahui. Saya hanya bisa meyakinkan pada Anda dengan mengatakan bahwa
kami telah mencapai kemajuan dan kami sudah mulai mendapat gambaran yang jelas
mengenai siapa yang bertanggung jawab atas ketiga tindak kejahatan itu, yang
semuanya telah terjadi di sini. Saya tak bisa mengatakan lebih banyak. Sahabat
saya, M. Hercule Poirot, yang tidak terikat oleh rahasia jabatan dan yang benar-
benar bebas untuk memberikan buah pikirannya sendiri, ajcan mengungkapkan pada
Anda informasi tertentu yang telah diperolehnya berkat pengaruhnya sendiri. Saya
yakin Anda semua setia pada Meadowbank dan pada Bu Bulstrode, dan bahwa Anda
akan mau menyimpan sendiri beberapa hal yang akan dikatakan oleh M. Poirot nanti
dan yang tak ada gunanya diketahui umum. Makin sedikit gosip dan spekulasi
mengenai hal itu makin baik, maka saya minta pada Anda agar menyimpan kenyataan-
kenyataan yang Anda dengar di sini hari ini bagi diri Anda sendiri. Anda semua
mengerti, bukan?" "Tentu," kata Bu Chadwick yang pertama-tama berbicara dan dengan tekanan. "Tentu
kami semua setia pada Meadowbank, saya harap."
"Tentu," kata Bu Johnson.
"Oh, ya," kata kedua guru muda.
"Saya setuju," kata Eileen Rich.
"Kalau begitu, M. Poirot?"
Hercule Poirot bangkit, memandang para hadirin dengan berseri-seri lalu memilin-
milin kumisnya 311 dengan hati-hati. Kedua guru muda tiba-tiba ingin tertawa, mereka berusaha untuk
tidak saling memandang sambil memoncongkan mulutnya.
"Waktu akhir-akhir ini merupakan waktu yang sulit dan penuh ketegangan bagi Anda
semua," katanya. "Pertama-tama saya ingin Anda tahu bahwa saya menghargai hal
itu. Hal itu tentu paling buruk akibatnya bagi Bu Bulstrode sendiri, namun Anda
semua pun menderita. Mula-mula Anda kehilangan tiga orang dari rekan Anda,
seorang di antaranya sudah agak lama di sini. Maksud saya Bu Vansittart. Bu
Springer dan Mademoiselle Blanche memang pendatang baru, namun kematian mereka
itu pasti juga merupakan shock bagi Anda dan merupakan kejadian yang
menyedihkan. Anda pasti juga telah menderita ketakutan, karena kelihatannya
seolah-olah ada semacam kutukan yang ditujukan terhadap para ibu guru di
Meadowbank ini. Baik saya maupun Inspektur Kelsey bisa memastikan pada Anda
bahwa itu tak benar. Dengan adanya rangkaian kejadian tersebut, Meadowbank
menjadi pusat perhatian dari beberapa kepentingan yang tak kita inginkan. Di
sini ada, apa yang bisa kita sebut, kucing di tengah-tengah burung dara. Tiga
pembunuhan telah terjadi di sini dan juga satu penculikan. Pertama-tama saya
akan membahas penculikan itu, karena dalam keseluruhan masalah ini kesulitannya
adalah menyingkirkan soal-soal luar yang, kecuali juga merupakan suatu
kejahatan, menyembunyikan pula petunjuk yang paling penting yaitu petunjuk ?mengenai seorang pembunuh yang kejam dan tegar yang berada di tengah-tengah Anda
sekalian." Dikeluarkannya sehelai foto dari sakunya.
"Pertama-tama akan saya edarkan foto ini."
312 Kelsey mengambilnya lalu menyerahkan kepada Bu Bulstrode, kemudian Bu Bulstrode
meneruskannya kepada para anggota staf. Foto itu dikembalikan lagi kepada
Poirot. Poirot memperhatikan wajah-wajah mereka yang semuanya tampak polos.
"Tolong jawab pertanyaan saya, apakah Anda mengenali gadis di foto itu?"
Semuanya menggeleng. "Seharusnya Anda kenal," kata Poirot. "Karena itu adalah foto Putri Shaista yang
saya peroleh dari Jenewa."
"Tapi itu sama sekali bukan Shaista," seru Bu 'Chadwick.
"Benar," kata Poirot. "Pangkal dari semua masalah ini ada di Ramat. Sebagaimana
Anda ketahui, tiga bulan yang lalu di sana telah terjadi suatu coup d'etat.*
Penguasanya, Pangeran Ali Yusuf, berhasil melarikan diri, dibawa terbang ke luar
oleh pilot pribadinya. Tapi pesawat mereka meledak di pegunungan di utara Ramat
dan baru pada akhir tahun ditemukan. Suatu barang yang sangat tinggi nilainya,
yang selalu dibawa oleh Pangeran Ali pribadi, ternyata hilang. Barang itu tidak
ditemukan di antara reruntuhan pesawatnya, dan ada desas-desus bahwa barang itu
sudah dibawa ke negeri ini. Beberapa pihak punya keinginan besar untuk menguasai
barang berharga itu. Salah satu yang bisa mereka jadikan petunjuk adalah satu-
satunya sanak Pangeran Ali Yusuf yang masih hidup, yaitu sepupu dekatnya,
seorang gadis yang waktu itu bersekolah di Swiss. Besar kemungkinan bila barang
berharga itu telah dibawa ke luar dari Ramat dengan selamat,
"Kudeta 313 barang itu pasti akan diserahkan kepada Putri Shaista atau kepada sanak-
saudaranya atau wali gadis itu. Agen-agen tertentu telah ditunjuk untuk
mengamat-amati pamannya, Emir Ibrahim, sedang yang lain mengamat-amati gadis itu
sendiri. Orang tahu bahwa dia akan masuk sekolah Meadowbank dalam semester ini.
Oleh karenanya wajarlah kalau seseorang ditunjuk untuk mencari pekerjaan di sini
dan mengawasi dengan ketat siapa-siapa yang menghubungi Putri itu, mengawasi
surat-suratnya dan pesan-pesan telepon. Tapi kemudian diperoleh suatu gagasan
yang lebih sederhana dan lebih berguna, yaitu menculik Shaista lalu mengirim
salah seorang anggota mereka sendiri ke sekolah ini dan menyamar sebagai
Shaista. Hal itu dapat dilakukan dengan mudah, karena Emir Ibrahim sedang berada
di Mesir dan tak punya niat untuk mengunjungi Inggris sebelum akhir musim panas.
Bu Bulstrode sendiri belum pernah melihat gadis itu dan semua urusan yang
dilakukannya sehubungan dengan penerimaan gadis itu dilaksanakan di kedutaan
besar di London. "Atau begitulah dugaan orang. Yang terjadi sebenarnya adalah sebagai berikut,
kedutaan besar di London diberi tahu bahwa seorang wakil dari sekolah di Swiss
akan menyertai gadis itu ke London. Shaista yang asli dibawa ke sebuah vila yang
sangat menyenangkan di Swiss dan di sanalah dia berada sejak itu. Sedang yang
tiba di London adalah seorang gadis lain. Di sana dia dijemput oleh seorang
wakil dari kedutaan besar dan selanjutnya dibawa ke sekolah ini. Gadis pengganti
itu tentulah harus jauh lebih tua dari Shaista yang asli. Tapi itu tidak akan
terlalu menarik perhatian, karena gadis-gadis Timur
314 umumnya kelihatan jauh lebih matang daripada umurnya yang sebenarnya. Seorang
aktris Prancis yang mengkhususkan dirinya untuk peran anak-anak sekolah telah
terpilih untuk tugas itu.
"Saya pernah bertanya," kata Hercule Poirot setengarfoerpikir, "apakah seseorang
pernah melihat lutut $haista. Lutut merupakan tanda-tanda umur yang jelas
sekali. Lutut seorang wanita yang berumur dua puluh tiga atau dua puluh empat
tahun tidak akan pernah bisa dikacaukan dengan lutut seorang gadis yang berumur
empat belas atau lima belas tahun. Tapi sayang, tak ada seorang pun yang
memperhatikan lututnya. "Rencana itu boleh dikatakan tidak berhasil seperti yang diharapkan. Tak seorang
pun mencoba menghubungi Shaista, tak ada surat-surat atau telepon yang berarti
yang datang untuknya, dan dengan berlalunya waktu mereka bertambah kuatir. Emir
Ibrahim mungkin tiba di Inggris sebelum waktunya. Dia tak pernah memberitahukan
rencana-rencananya lebih dulu. Saya dengar dia mempunyai kebiasaan untuk berkata
pada suatu malam, 'Besok aku ingin pergi ke London.' Dan langsung berangkat.
"Jadi Shaista palsu tahu bahwa setiap saat seseorang yang mengenal Shaista yang
asli akan tiba. Kemungkinan itu bertambah besar setelah pembunuhan itu dan oleh
karenanya dia mulai mempersiapkan suatu penculikan dan membicarakan hal itu
dengan Inspektur Kelsey. Padahal penculikan yang sebenarnya telah mereka lakukan
sama sekali tidak seperti itu. Segera setelah didengarnya bahwa paman Shaista
akan datang membawanva pergi esok paginya, dia menelepon seseorang. Setengah jam
sebelum mobil yang sebenarnya tiba, sebuah mobil
315 yang menyolok dengan nomor polisi CD palsu tiba dan Shaista pun 'diculik' secara
resmi. Sebenarnya dia diturunkan oleh mobil itu di kota besar yang pertama, di
mana dia kembali kepada identitas aslinya. Sepucuk surat tuntutan uang tebusan
yang palsu dikirimkan sekadar untuk mengelabui orang."
Hercule Poirot berhenti sebentar, lalu berkata, "Sebagaimana Anda lihat, itu
sebenarnya tak lebih dari tipuan seorang tukang sulap saja. Membelokkan
perhatian orang pada penculikan yang terjadi di sini, dan tak ada seorang pun di
sini menyadari bahwa penculikan yang sebenarnya telah terjadi tiga minggu yang
lalu di Swiss." Poirot sebenarnya hanya terlalu sopan untuk mengatakan maksudnya yang
sebenarnya, yaitu bahwa tak ada seorang pun menyadari hal itu kecuali dirinya
sendiri! "Kini kita beralih," katanya, "kepada sesuatu yang jauh lebih serius daripada
penculikan, yaitu pembunuhan.
"Tentu saja Shaista palsu mungkin telah membunuh Bu Springer, tapi dia tak
mungkin membunuh Bu Vansittart dan Mademoiselle Blanche. Lagi pula dia tak punya
motif untuk membunuh siapa-siapa, karena hal itu memang tidak dituntut dari dia.
Perannya hanyalah untuk menerima suatu bungkusan yang sangat berharga,
sebagaimana yang agaknya mungkin akan diantarkan orang padanya, atau mungkin
juga menerima berita mengenai hal itu.
"Sekarang mari kita kembali ke Ramat, di mana semuanya ini berawal. Didesas-
desuskan secara luas di Ramat bahwa Pangeran Ali Yusuf telah memberikan
bungkusan yang berharga itu kepada Bob Rawlinson, pilot pribadinya, dan bahwa
Bob 316 Rawlinson telah mengatur pengirimannya ke Inggris. Pada hari tersebut Rawlinson
pergi ke hotel utama di Ramat, di mana kakaknya, Nyonya Sutcliffe dan putrinya
Jennifer, sedang menginap. Nyonya Sutcliffe dan Jennifer sedang ke luar, namun
Bob RawUnson naik ke kamar mereka dan dia berada dalam kamar itu sekurang-
kurangnya dua puluh menit. Dalam keadaan itu cukup lama juga. Tentu mungkin saja
dia menulis surat panjang pada kakaknya. Tetapi tidaklah demikian halnya. Dia
hanya menulis sepucuk surat pendek, yang bisa saja diselesaikannya dalam waktu
beberapa menit. " "Maka berdasarkan kesimpulan dari beberapa pihak yang
terpisah, dapatlah ditarik kesimpulan yang sangat jelas, bahwa selama dia berada
dalam kamar kakaknya itu dia telah menempatkan barang berharga itu di antara
barang-barang milik kakaknya dan bahwa wanita itu telah membawanya kembali ke
Inggris ini. Sekarang kita tiba pada titik yang boleh saya sebutkan sebagai
pemisah antara dua pokok pikiran. Ada segolongan orang yang
berkepentingan (atau mungkin lebih dari satu golongan) yang memastikan bahwa ? ?Nyonya Sutcliffe telah membawa barang-barang itu kembali ke Inggris dan sebagai
akibatnya rumahnya di pedesaan telah dibongkar orang dan mereka telah
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggeledahnya habis-habisan. Hal itu menunjukkan bahwa siapa pun orang yang
mencari itu, dia tak tahu di mana sebenarnya barang-barang itu disembunyikan.
Dia hanya tahu bahwa barang-barang itu mungkin terdapat di antara barang-barang
Nyonya Sutcliffe. "Tapi ada seseorang lain yang tahu betul di mana sebenarnya barang-barang itu,
dan saya rasa sekarang ini sudah tak ada bahayanya lagi bagi saya untuk
317 menceritakan pada Anda di mang sebenarnya Bob Rawlinson menyembunyikannya. Dia
menyembunyikannya di dalam gagang sebuah raket tenis. Pada gagang itu dibuatnya
rongga dan kemudian direkatnya kembali sedemikian rapinya hingga sulit dilihat.
"Raket tenis itu bukan milik kakaknya, melainkan milik putrinya, Jennifer.
Seseorang yang tahu betul di mana barang itu tersimpan, pergi ke Pavilyun
Olahraga pada suatu malam, setelah terlebih dulu dia menyuruh buatkan sebuah
tiruan anak kunci. Tengah malam seperti waktu itu pastilah semua orang sudah
berada di tempat tidurnya dan tidur. Tapi ternyata tidak demikian halnya. Dari
gedung sekolah Bu Springer melihat cahaya senter di dalam Pavilyun Olahraga dan
dia ke luar untuk menyelidiki. Dia adalah seorang wanita muda yang kuat dan
tegap badannya dan dia tidak meragukan kemampuannya untuk mengatasi apa pun yang
mungkin dihadapinya. Orang yang pertama tadi mungkin sedang memilih-milih di
antara raket-raket tenis untuk menemukan raket yang dicarinya. Waktu dia
tertangkap basah dan dikenali oleh Bu Springer, dia tak ragu lagi.... Orang yang
mencari-cari itu adalah seorang pembunuh, dan Bu Springer ditembaknya sampai
tewas. Setelah itu si pembunuh harus bertindak cepat. Tembakan tadi didengar
orang, dan orang-orang pun berdatangan. Dengan cara bagaimanapun juga dia harus
ke luar dari Pavilyun Olahraga tanpa dilihat. Raket itu harus ditinggalkan di
tempatnya semula untuk sementara....
"Beberapa hari kemudian dilakukan suatu cara lain. Seorang wanita asing yang
berbicara dengan logat Amerika yang dibuat-buat menghadang J enni -
318 fer Sutcliffe waktu dia sedang berjalan dari lapangan tenis, dan menceritakan
padanya suatu kisah yang masuk akal mengenai seorang keluarganya yang
mengiriminya sebuah raket tenis baru. Tanpa curiga Jennifer menerima baik kisah
itu dan dengan senang hati menukarkan raket yang sedang dibawanya dengan raket
baru yang mahal yang telah dibawa si wanita asing itu. Tapi suatu peristiwa
telah terjadi sebelumnya dan wanita yang berlogat Amerika itu tak tahu-menahu
mengenai peristiwa itu. Yaitu beberapa hari sebelumnya Jennifer Sutcliffe dan
Julia Upjohn telah bertukar raket, hingga apa yang dibawa wanita asing itu
sebenarnya adalah raket tua kepunyaan Julia Upjohn, meskipun pita nama yang
melekat di situ memakai nama Jennifer.
"Sekarang kita tiba pada tragedi yang kedua. Bu Vansittart, entah dengan alasan
apa, tapi mungkin sehubungan dengan penculikan Shaista yang terjadi petang itu,
mengambil sebuah senter lalu ke luar ke Pavilyun Olahraga setelah semua orang
pergi tidur. Seseorang yang menyusulnya ke situ menghantamnya dengan sebuah pipa
karet besar atau karung pasir waktu dia sedang membungkuk di dekat lemari kecil
Shaista. Sekali lagi kejahatan itu segera ketahuan. Bu Chadwick melihat cahaya
di Pavilyun Olahraga dan bergegas pergi ke sana.
"Sekali lagi polisi menguasai Pavilyun Olahraga, dan sekali lagi pembunuh itu
terhalang untuk mencari dan memeriksa raket tenis di sana. Tapi menjelang waktu
itu Julia Upjohn, seorang siswi yang cerdas, memikirkan beberapa hal dan dia
tiba pada kesimpulan yang masuk akal bahwa raket yang kini dimilikinya dan yang
semula dimiliki oleh Jennifer itu adalah barang yang penting. Dia pun mulai
319 menyelidiki sendiri. Dia menyadari bahwa dugaannya benar, dan isi raket itu
dibawanya kepada saya. "Sekarang," kata Hercule Poirot, "barang itu berada di tempat yang terjamin
keselamatannya dan kita di sini tak perlu menguatirkannya lagi." Dia berhenti
sebentar lalu melanjutkan,
"Sekarang kita harus meninjau tragedi yang ketiga.
"Kita tidak akan pernah tahu apa yang diketahui atau dicurigai oleh Mademoiselle
Blanche. Mungkin dia telah melihat seseorang meninggalkan gedung sekolah pada
malam hari pembunuhan Bu Springer itu. Apa pun yang diketahui atau dicurigainya,
dia bisa mengenali pembunuhnya. Dan dia tidak melaporkan tentang apa yang
diketahuinya itu. Dia merencanakan untuk mendapat uang sebagai imbalan tutup
mulutnya. "Tak ada satu pun," kata Hercule Poirot dengan fantang, "yang lebih berbahaya
daripada memeras seseorang yang telah membunuh. Mungkin Mademoiselle Blanche
telah mengambil langkah-langkah pengamanannya sendiri, namun apa pun langkah-
langkah itu, belumlah memadai. Dia membuat janji dengan pembunuh itu dan dia
terbunuh." Dia berhenti lagi sebentar.
"Nah, itulah," katanya sambil melihat ke sekelilingnya. "Anda telah mendengar
seluruh peristiwa itu."
Semua yang mendengarkan menatapnya. Wajah-wajah yang mula-mula membayangkan
perhatian, rasa heran, sukacita, kini seolah-olah membeku dan semuanya tenang.
Seolah-olah mereka takut memperlihatkan perasaan mereka. Hercule Poirot
mengangguk kepada mereka.
320 "Ya," katanya, "saya tahu bagaimana perasaan Anda sekalian. Jadi, seseorang di
antara kita sendiri, bukan" Oleh karenanya, saya, Inspektur Kelsey, dan Tuan
Adam Goodman, telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Soalnya kami ingin tahu,
apakah masih ada kucing itu di tengah-tengah burung dara! \ Mengertikah Anda
maksud saya" Apakah di sini ada [seseorang yang berkedok sebagai seseorang yang
lain?" Terasa seolah-olah ada riak di antara orang-orang yang mendengarkannya. Masing-
masing memandang sekejap atau mengerling, seolah-olah ingin ' saling memandang,
namun tak berani. "Saya senang karena saya bisa meyakinkan Anda," kata Poirot, "bahwa Anda semua
yang ada di sini pada saat ini adalah Anda sebagaimana pengakuan Anda sendiri.
Bu Chadwick, misalnya, memang Bu Chadwick yang sebenarnya hal itu tentu tak ?usah diragukan karena beliau sudah berada di sini sejak Meadowbank didirikan! Bu
Johnson pun memang Bu Johnson. Nona Shapland adalah Nona Shapland. Bu Rowan dan
Bu Blake memang sebenarnya Bu Rowan dan Bu Blake. Selanjutnya," kata Poirot
sambil memalingkan kepalanya, "Adam Goodman yang bekerja sebagai tukang kebun di
sini, meskipun bukan Adam Goodman yang sebenarnya, adalah seseorang yang namanya
tercantum pada tanda pengenalnya. Jadi sampai di manakah kita" Kita tidak
mencari seseorang yang menyamar sebagai seseorang yang lain, tapi kita harus
mencari seseorang yang dalam identitas sebenarnya adalah seorang pembunuh."
Kini ruangan itu sunyi-sepi. Terasa adanya ancaman.
321 Poirot melanjutkan, "Pertama-tama kita ingin mencari seseorang yang berada di Ramat tiga bulan yang
lalu. Hanya ada satu jalan seseorang bisa mengetahui bahwa barang itu
disembunyikan di dalam raket tenis. Yaitu bila dia melihat barang-barang itu
dimasukkan ke situ oleh Bob Rawlinson. Begitu sederhananya. Jadi, siapa di
antara Anda sekalian di sini, yang berada di Ramat tiga bulan yang lalu" Bu
Chadwick ada di sini, Bu Johnson ada di sini." Matanya terus mencari ke kedua
orang guru muda. "Bu Rowan dan Bu Blake ada di sini."
Diacungkannya jarinya, lalu dia menunjuk.
"Tapi Bu Rich Bu Rich tidak berada di sini dalam semester yang lalu, bukan?"
?"Saya tidak. Saya sakit." Dia berbicara dengan terburu-buru. "Saya pergi selama
?satu semester." "Itu satu hal yang tidak kami ketahui," kata Hercule Poirot, "baru beberapa hari
yang lalu seseorang mengatakannya secara sepintas lalu. Waktu ditanyai oleh
polisi pertama kali, Anda hanya mengatakan bahwa Anda sudah satu setengah tahun
berada di Meadowbank. Itu sebenarnya memang betul. Tapi Anda tidak berada di
tempat dalam . semester yang lalu. Anda bisa saja berada di Ramat pada waktu
itu dan saya rasa Anda memang berada di Ramat. Berhati-hatilah. Anda pun tahu
?bahwa hal itu dapat dilacak dari paspor Anda."
Keadaan sepi sebentar, lalu Eileen Rich mengangkat mukanya.
"Ya," katanya dengan tenang. "Saya berada di Ramat. Mengapa tidak?"
"Mengapa Anda pergi ke Ramat, Bu Rich?"
322 "Anda sudah tahu itu. Saya sakit. Dokter menasihatkan supaya saya tetirah pergi?ke luar negeri. Saya menulis surat kepada Bu Bulstrode dan saya jelaskan bahwa
saya harus minta izin selama satu semester. Beliau mau mengerti."
"Memang benar," kata Bu Bulstrode. "Dia telah melampirkan keterangan dokter yang
menyatakan bahwa tidak akan baik bagi Bu Rich kalau dia terus menjalankan
tugasnya sampai semester berikutnya."
"Jadi Anda pergi ke Ramat?" kata Hercule Poirot.
?"Mengapa saya tak boleh pergi ke Ramat?" kata Eileen Rich. Suaranya agak
gemetar. "Ada tawaran ongkos murah bagi guru-guru sekolah. Saya memerlukan
istirahat. Saya memerlukan sinar matahari. Jadi saya pergi ke Ramat. Dua bulan
lamanya saya di sana. Mengapa tidak" Coba katakan, mengapa tidak?"
"Anda tak pernah menceritakan bahwa Anda berada di Ramat pada waktu revolusi
itu." "Untuk apa" Apakah ada hubungannya dengan siapa pun di sini" Saya tak pernah
membunuh seseorang. Saya tak pernah membunuh seseorang."
"Tahukah Anda, Anda dikenali oleh seseorang," kata Hercule Poirot. "Meskipun
tidak dengan penuh keyakinan, siswi yang bernama Jennifer itu samar-samar merasa
mengenali Anda. Katanya dia merasa telah melihat Anda di Ramat, tapi kemudian
dia berkesimpulan bahwa itu tak mungkin Anda, karena katanya orang yang
dilihatnya itu gemuk, tidak kurus." Poirot membungkukkan tubuhnya, matanya
menikam ke wajah Eileen Rich.
323 "Apa yang dapat Anda katakan, Bu Rich?"
Bu Rich membalikkan tubuhnya. "Saya tahu apa yang ingin Anda kemukakan!"
serunya. "Anda akan mengemukakan bahwa pembunuhan-pembunuhan ini tidaklah
dilakukan oleh seorang agen rahasia atau semacamnya. Bahwa pelakunya adalah
seseorang yang kebetulan berada di sana, seseorang yang kebetulan melihat harta
itu disembunyikan dalam sebuah raket tenis. Seseorang yang tahu bahwa anak itu
akan bersekolah di Meadowbank, dan bahwa orang itu akan punya kesempatan untuk
mengambil barang yang tersembunyi itu sendiri. Tapi saya katakan, itu tak
benari" "Ya, saya rasa begitulah kejadiannya," kata I^oirot. "Seseorang telah melihat
permata-permata itu disembunyikan dan dia lalu melupakan semua tugas dan
kepentingan lainnya untuk memiliki barang-barang itu!"
"Sudah saya katakan, itu tak benar. Saya tidak melihat apa-apa...."
"Inspektur Kelsey," kata Poirot sambil memalingkan kepalanya.
Inspektur Kelsey mengangguk dia pergi ke pintu, membukanya, dan Nyonya Upjohn
?pun berjalan memasuki ruangan itu.
II "Apa kabar, Bu Bulstrode?" kata Nyonya Upjohn, sambil memandang kemalu-maluan.
"Maafkan saya, saya tak rapi begini. Soalnya kemarin saya masih berada di suatu
tempat di dekat Ankara dan saya baru saja tiba dengan pesawat terbang. Saya
benar-benar 324 acak-acakan, saya sama sekali tak punya waktu untuk membersihkan diri atau
berbuat sesuatu yang lain."
"Tak apa-apa," kata Hercule Poirot. "Kami ingin menanyakan sesuatu pada Anda."
"Nyonya Upjohn," kata Kelsey, "waktu Anda datang kemari mengantarkan putri Anda
dan berada sdi ruang duduk Bu Bulstrode, Anda melihat ke luar jendela yaitu ?jendela dari mana Anda bisa melihat Ke " jalan masuk di depan dan Anda waktu
?itu berseru seolah-olah mengenali seseorang yang Anda lihat di sana. Begitu,
bukan?" Nyonya Upjohn melihat kepadanya dengan terbelalak. "Waktu saya berada di kamar
duduk Bu Bulstrode" Saya melihat oh, ya memang] Saya memang melihat
? ?seseorang." "Seseorang yang membuat Anda terkejut melihatnya?"
"Yah, saya agak.... Soalnya, hal itu sudah lewat bertahun-tahun yang lalu."
"Maksud Anda pada masa Anda masih bekerja dalam Dinas Intelijen menjelang akhir
perang?" "Ya. Kira-kira lima belas tahun yang lalu. Orang itu tentu sudah jauh lebih tua,
tapi saya segera mengenalinya. Dan saya merasa heran untuk apa dia berada di
sini." "Nyonya Upjohn, coba Anda lihat ke sekeliling ruangan ini dan katakan apakah
Anda melihat orang itu di sini sekarang?"
"Ya, tentu," kata Nyonya Upjohn. "Begitu saya masuk, saya melihatnya. Itu dia."
Dia menudingkan jarinya. Inspektur Kelsey bergerak cepat, demikian pula Adam,
tapi mereka tak cukup cepat. Ann Shapland melompat berdiri. Tangannya
menggenggam sebuah pistol yang rae -
325 ngerikan teracung ke arah Nyonya Upjohn. Bu Bulstrode, lebih cepat daripada
kedua pria itu, bergerak maju dengan sigap, namun Bu Chadwick lebih cepat lagi.
Bukan Nyonya Upjohn yang ingin dilindunginya, melainkan wanita yang berada di
antara Ann Shapland dan Nyonya Upjohn.
"Tidak, jangan," teriak Chaddy, dan dia melompat melemparkan dirinya melindungi
Bu Bulstrode tepat pada saat pistol otomatik kecil itu meletus.
Bu Chadwick terhuyung, lalu perlahan-lahan jatuh. Bu Johnson berlari
mendapatkannya. Adam dan Kelsey kini sudah berhasil menangkap Ann Shapland.
Wanita itu memberontak seperti seekor kucing liar, tapi mereka berhasil merebut
pistol otomatik itu darinya.
Dengan napas terengah Nyonya Upjohn berkata,
"Waktu itu pun orang sudah mengatakan bahwa dia seorang pembunuh, meskipun dia
masih begitu muda. Dia adalah salah seorang agen yang paling berbahaya. Nama
samarannya adalah Angelica."
"Kau! Anjing pembohong!" sembur Ann Shapland dengan lantang. , Hercule Poirot
berkata, "Dia tidak berbohong. Anda memang berbahaya. Anda memang selalu menjalani
kehidupan yang penuh bahaya. Sampai saat ini, Anda belum pernah dicurigai bila
memakai nama Anda sendiri. Semua pekerjaan yang Anda kerjakan dengan menggunakan
nama Anda sendiri merupakan pekerjaan yang benar-benar murni, Anda laksanakan
dengan sempurna tapi semua pekerjaan itu Anda kerjakan dengan tujuan tertentu,
? dan tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi. Anda pernah bekerja pada
sebuah perusahaan minyak, pada seorang arkeolog
326 yang pekerjaannya mengharuskan dia pergi ke suatu wilayah tertentu di bumi ini.
Pernah pula bekerja pada seorang aktris yang pelindungnya adalah seorang
politikus terkemuka. Sejak berumur tujuh belas tahun Anda sudah bekerja sebagai
seorang agen rahasia untuk majikan yang berbeda-beda. Jasa-jasa Anda selalu ?merupakan barang berharga dan /inda dibayar tinggi. Anda telah memainkan peran
ganda. Kebanyakan tugas-tugas Anda, Anda laksanakan dengan nama Anda sendiri,
tapi ada beberapa pekerjaan di mana Anda memakai nama lain. Pada waktu
menjalankan pekerjaan itulah Anda berpura-pura harus pulang ke rumah untuk
mengurus ibu Anda. "Tapi saya meragukan, Nona Shapland, bahwa wanita tua yang saya kunjungi, yang
tinggal di sebuah desa kecil bersama seorang perawat yang selalu harus
mengurusnya, wanita tua yang kurang waras, itu sama sekali bukan ibu Anda.
Wanita tua itu telah Anda jadikan alasan bila Anda harus menarik diri dari suatu
pekerjaan atau lingkungan kenalan-kenalan Anda. Masa tiga bulan musim salju ini,
pada waktu mana Anda harus berada bersama 'ibu' Anda itu karena dia sedang
terserang salah satu 'penyakitnya', bertepatan benar dengan waktu Anda berada di
Ramat. Bukan sebagai Ann Shapland, melainkan sebagai Angelica de Toredp, seorang
penari kabaret dari Spanyol atau keturunan Spanyol. Anda menempati kamar di
sebelah kamar Nyonya Sutcliffe di hotel, dan kebetulan Anda melihat Bob
Rawlinson menyembunyikan permata-permata itu di dalam raket tenis. Anda tak
punya kesempatan mengambil raket tersebut karena pada saat itu terjadi
pengungsian mendadak atas semua orang Inggris, namun Anda
327 telah sempat membaca label nama pada barang-barang mereka dan tidaklah sulit
mengetahui sesuatu tentang mereka. Untuk mendapat pekerjaan sebagai seorang
sekretaris di sini pun tidak sulit. Saya telah menanyai beberapa pihak. Anda
telah membayar sejumlah besar uang kepada sekretaris Bu Bulstrode yang terdahulu
untuk mengosongkan jabatan ini dengan alasan 'suatu gangguan syaraf. Dan Anda
punya kisah yang sangat masuk akal pula. Anda ditunjuk untuk menulis suatu seri
artikel mengenai sebuah sekolah wanita 'dari dalam'.
"Semua kelihatannya mudah, bukan" Bila raket seorang siswi hilang, apa hendak
dikata" Lebih mudah lagi, Anda akan pergi ke Pavilyun Olahraga pada malam hari
dan mengeluarkan permata-permata itu. Tetapi Anda tidak memperhitungkan Bu
Springer. Mungkin dia pernah melihat Anda memeriksa raket-raket itu. Mungkin dia
kebetulan terbangun malam itu. Dia menyusul Anda pergi ke sana dan Anda
menembaknya. Kemudian Mademoiselle Blanche mencoba memeras Anda, dan Anda
membunuhnya pula. Membunuh itu bagi Anda seolah-olah wajar saja, bukan?"
Dia berhenti. Kemudian dengan suara resmi dan datar, Inspektur Kelsey membacakan
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tuduhan-tuduhan atas diri tahanannya.
Wanita itu tidak mendengarkannya. Sambil berpaling pada Hercule Poirot, dia
menyemburkan kata-kata kotor dengan suara melengking hingga semua orang dalam
ruangan itu terkejut. "Waduh!" kata Adam, setelah Kelsey membawa wanita itu pergi. "Padahal saya
sangka dia gadis baik-baik!"
328 Selama itu Bu Johnson berlutut terus di sisi Bu Chadwick.
"Saya kuatir lukanya parah," katanya." "Sebaiknya dia tidak diangkat sampai
dokter datang." 329 24. Penjelasan Poirot Nyonya Upjohn yang sedang berjalan di sepanjang lorong bangunan sekolah
Meadowbank, sudah lupa akan peristiwa mendebarkan yang baru saja dialaminya.
Kini dia tak lebih dari seorang ibu yang sedang mencari anaknya. Anak itu
ditemukannya dalam sebuah kelas yang kosong. Julia sedang menunduk di bangkunya,
lidahnya terulur sedikit. Dia sedang tenggelam dalam kesulitannya membuat sebuah
karangan. Dia mengangkat mukanya lalu terbelalak. Kemudian dia berlari menyeberangi kelas
itu dan merangkul ibunya.
"Mama!" Kemudian menyadari bahwa dia sudah besar, dia merasa malu karena tak mampu
mengendalikan emosinya. Dia lalu menahan diri dan berbicara dengan nada biasa
saja bahkan terdengar sedikit menuduh.?"Apakah Mama tidak terlalu cepat kembali?"
"Aku kembali naik pesawat terbang," kata Nyonya Upjohn, hampir-hampir dengan
nada menyesal, "dari Ankara."
"Oh," kata Julia. "Yah saya senang Mama sudah kembali."
?"Ya," kata Nyonya Upjohn. "Aku pun senang juga."
330 Mereka saling berpandangan dengan malu-malu. "Sedang apa kau?" tanya Nyonya
Upjohn, sambil mendekat. "Sa^a sedang membuat karangan untuk Bu Rich," kata Julia. "Dia selalu memberikan
judul-judul yang menarik."
"Yang ini apa judulnya," tanya Nyonya Upjohn. Dia ikut membungkuk.
Judul karangan itu tercantum di bagian atas halaman. Di bawahnya menyusul
sembilan atau sepuluh baris tulisan Julia yang tak rata dan besar-besar.
"Perbandingan Sikap Macbeth dengan Lady Macbeth Terhadap Pembunuhan," demikian
Nyonya Upjohn membaca. "Yah," katanya ragu, "judul karangan itu tak bisa dikatakan tak menarik!"
Dibacanya awal dari karangan singkat putrinya. "Macbeth," demikian tulis Julia,
"menyukai gagasan tentang pembunuhan dan sering berpikir tentang hal itu, tapi
dia membutuhkan dorongan untuk memulainya. Segera setelah dia mulai, dia
menikmati rasanya membunuh orang dan tak ada lagi rasa enggan atau takut untuk
berbuat begitu. Lady Macbeth hanya serakah dan ambisius saja. Pikirnya, dia tak
peduli apa yang harus dilakukannya untuk mendapatkan apa yang diingininya. Tapi
segera setelah keinginannya itu diperolehnya, dia merasa bahwa dia sama sekali
tidak menyukainya." "Bahasamu kurang lancar," kata Nyonya Upjohn. "Kurasa kau harus mengubahnya
sedikit. Tapi isinya sudah bagus."
331 II Inspektur Kelsey sedang berbicara dengan nada agak mengeluh.
"Bagi Anda mudah saja, Poirot," katanya. "Anda bisa saja berkata dan berbuat
banyak hal yang tak bisa kami lakukan, dan saya akui, semuanya itu tadi telah
diatur dengan baik. Anda telah berhasil membuatnya lengah dan menyangka bahwa
kita ingin menangkap Rich, lalu kemudian munculnya Nyonya Upjohn secara mendadak
telah membuatnya gelap mata. Untung sekali pistol otomatik itu disimpannya
setelah dia menembak Springer. Kalau pelurunya cocok..."
"Cocok, mori ami/1' pasti cocok," kata Poirot.
"Kalau begitu kita bisa dengan mudah menuduhnya membunuh Springer. Saya dengar
keadaan Bu Chadwick buruk sekali. Tapi coba dengar, Poirot, saya masih belum
mengerti bagaimana mungkin Shapland membunuh Bu Vansittart. Kalau ditinjau
secara fisik, tak mungkin. Dia punya alibi yang kuat sekali kecuali kalau anak ?muda Rathbone itu dan seluruh staf Kelab Malam Le Nid Sauvage ikut terlibat
bersamanya." Poirot menggeleng. "Oh, tidak," katanya. "Alibinya memang benar-benar kuat. Dia
telah membunuh Bu Springer dan Mademoiselle Blanche. Tapi Bu Vansittart..." Poirot
ragu sebentar, lalu dia memandang ke arah Bu Bulstrode yang duduk mendengarkan
mereka. "Bu Vansittart dibunuh oleh Bu Chadwick."
"Sahabatku 332 "Bu Chadwick?" seru Bu Bulstrode dan Kelsey bersama-sama.
Poirot mengangguk. "Saya yakin akan hal itu."
"Tapi mengapa?"
?"Saya rasa," kata Poirot, "Bu Chadwick terlalu mencintai Meadowbank...." Matanya
terarah kepada Bu Bulstrode lagi.
"Saya mengerti...." kata Bu Bulstrode. "Ya, ya, saya mengerti. Saya seharusnya
sudah tahu." Dia Jaerhenti sebentar. "Maksud Anda dia...?"
"Ma"ksud saya," kata Poirot, "dia telah memulai sekolah ini bersama Anda, selama
ini dia sudah menganggap Meadowbank ini sebagai milik Anda berdua."
"Dalam batas tertentu memang demikian," kata Bu Bulstrode.
"Memang," kata Poirot. "Tapi itu hanya dalam segi keuangannya saja. Waktu Anda
mulai menyinggung soal pengunduran diri Anda, dia beranggapan bahwa dirinyalah
yang akan menggantikan."
"Tapi dia sudah terlalu tua," bantah Bu Bulstrode.
"Ya," kata Poirot, "dia terlalu tua dan tidak sesuai untuk menjabat kepala
sekolah. Tapi dia sendiri tidak berpendapat begitu. Pikirnya kalau Anda
mengundurkan diri dengan sendirinya dialah yang akan menjadi kepala sekolah
Meadowbank. Kemudian didengarnya bahwa tidak demikian halnya. Bahwa Anda
mempertimbangkan seseorang lain, bahwa Anda telah menentukan Eleanor Vansittart.
Padahal dia mencintai Meadowbank. Dia mencintai sekolah ini dan dia tak suka
pada Eleanor Vansittart. Saya rasa akhirnya dia bahkan membencinya."
333 "Bisa saja dia begitu," kata Bu Bulstrode. "Ya, Eleanor Vansittart
itu bagaimana saya harus mengatakannya ya" dia selalu tenang, sangat yakin ? ?dalam segala hal. Tentu sulit menanggungnya bila kita iri. Itu maksud Anda,
bukan" Chaddy iri."
"Benar," kata Poirot. "Dia iri pada Meadowbank dan iri pada Eleanor Vansittart.
Dia tak tahan membayangkan sekolah ini dipimpin Bu Vansittart. Lalu mungkin
sesuatu dalam sikap Anda membuat dia menduga bahwa Anda sudah menjadi lemah."
"Saya memang menjadi lemah," kata Bu Bulstrode. "Tapi melemahnya saya mungkin
bukan seperti yang diduga Chaddy. Sebenarnya saya berpikir tentang seseorang
lain yang lebih muda daripada Vansittart saya memikirkannya, lalu saya
?berkata, tidak, dia terlalu muda____Saya ingat waktu
itu Chaddy ada bersama saya."
"Dan dia menyangka," kata Poirot, "bahwa yang Anda maksudkan adalah Bu
Vansittart. Bahwa Anda mengatakan Bu Vansittart terlalu muda. Dia sependapat.
Pikirnya pengalaman dan kebijaksanaan seperti yang dimilikinya adalah hal-hal
yang jauh lebih penting. Tapi kemudian, ternyata Anda kembali pada keputusan
Anda semula. Anda memilih Eleanor Vansittart sebagai orang yang tepat dan dia
Anda serahi tanggung jawab sekolah selama akhir pekan itu. Saya rasa beginilah
kejadiannya. Minggu malam itu Bu Chadwick gelisah, dia bangun dan dia melihat
cahaya di ruang permainan squash. Dia ke luar ke sana, tepat seperti yang
dikatakannya. Hanya satu hal dalam ceritanya yang berbeda dari apa yang
dikatakannya. Bukan sebuah alat pemukul golf yang dibawanya serta. Dia mengambil
salah sebuah karung pasir dari tumpukan di lorong itu. Dia ke luar ke sana
334 siap untuk berhadapan dengan seorang pencuri, dengan seseorang yang telah masuk
dengan paksa ke Pavilyun Olahraga untuk kedua kalinya. Dia siap memegang karung
pasir itu untuk membela dirinya bila dia diserang. Tapi apa yang ditemukannya"
Ditemukannya Eleanor Vansittart sedang berlutut dan melihat ke dalam sebuah
lemari kecil, dia berpikir, mungkin (karena aku memang pandai menempatkan
?diriku ke dalam pikiran orang lain kata Hercule Poirot dalam hatinya) pikirnya,
?seandainya aku seorang perampok, seorang pencuri, maka aku akan mendekatinya
dari belakang dan menyerangnya. Dan begitu pikiran itu masuk ke otaknya, rlengan
setengah menyadari perbuatannya diangkatnya karung pasir itu lalu
dihantamkannya. Dan terkaparlah Eleanor Vansittart, meninggal. Ia tidak akan
dapat menghalanginya lagi. Saya rasa setelah itu dia menyadari apa yang telah
dilakukannya. Dan sejak itu kesadaran tersebut menggerogotinya karena Bu
?Chadwick bukan orang yang berpembawaan pembunuh. Sebagaimana lazimnya orang lain
juga, dia telah terdorong oleh rasa iri dan oleh siksaan batinnya. Siksaan batin
yang merupakan cintanya pada Meadowbank. Kini setelah Eleanor Vansittart
meninggal dia merasa yakin bahwa dia akan menggantikan Anda di Meadowbank. Oleh
karena itu dia tidak mengakui kesalahannya. Dikisahkannya ceritanya kepada
polisi tepat benar seperti yang telah terjadi kecuali satu kenyataan kecil yang
penting, yaitu bahwa dialah yang telah menghantamkan pukulan itu. Tapi ketika
ditanya tentang tongkat golf, Bu Chadwick cepat-cepat menyatakan bahwa dialah
yang telah membawa benda itu ke luar. Padahal sebenarnya Bu Vansittart
335 yang membawanya, karena dia merasa gugup setelah semua kejadian di sini. Dia tak
mau Anda punya dugaan barang sekejap pun bahwa dialah yang telah membawa karung
pasir itu." "Mengapa Ann Shapland juga memilih karung pasir untuk membunuh Mademoiselle
Blanche?" tanya Bu Bulstrode.
"Pertama, dia tentu menganggap terlalu berbahaya kalau sampai terdengar suatu
tembakan pistol di gedung sekolah, dan alasan kedua, dia adalah wanita muda yang
amat cerdas. Dia ingin menghubungkan pembunuhan yang ketiga ini dengan
pembunuhan yang kedua, karena untuk yang kedua dia punya alibi."
"Saya benar-benar tak tahu apa yang dilakukan Eleanor Vansittart sendirian dalam
Pavilyun Olahraga itu," kata Bu Bulstrode.
"Saya rasa kita bisa saja menerkanya. Mungkin dia lebih kuatir mengenai
hilangnya Shaista daripada yang tampak pada lahirnya. Dia sama risaunya dengan
Bu Chadwick. Bahkan mungkin lebih, karena dialah yang telah Anda serahi sebagai
wakil Anda sedang penculikan itu terjadi waktu dia yang bertanggung jawab. ?Lebih-lebih karena dia telah menunda-nundanya selama mungkin karena rasa
enggannya dan ketakutannya menghadapi kenyataan-kenyataan yang tak
menyenangkan." "Jadi rupanya ada kelemahan di balik facade*" renung Bu Bulstrode. "Saya sudah
menduga hal itu." "Saya rasa dia juga tak bisa tidur. Dan saya rasa diam-diam dia pergi ke luar ke
Pavilyun Olahraga untuk memeriksa lemari kecil Shaista, siapa tahu di
'Permukaan 336 situ mungkin ada suatu petunjuk mengenai hilangnya gadis itu."
"Agaknya Anda punya penjelasan untuk segala sesuatu, Tuan Poirot."
"Itulah keistimewaannya," kata Inspektur Kelsey dengan nada agak iri.
"Lalu apa maksud Anda menyuruh Eileen Rich membuat gambar sketsa beberapa orang
anggota staf saysff*"
"Saya ingin mengetes kemampuan anak yang bernama Jennifer itu dalam mengenali
wajah. Saya segera mengambil kesimpulan bahwa pikiran Jennifer benar-benar hanya
dipenuhi oleh urusan-urusannya sendiri saja hingga orang lain hanya dipandangnya
sepintas kilas, dan dia hanya memperhatikan detil bagian luar dari penampilan
seseorang. Dia tak bisa mengenali gambar sketsa Mademoiselle Blanche dengan tata
rambut yang berbeda. Kalau begitu apalagi untuk mengenali Ann Shapland, yang
sebagai sekretaris Anda jarang sekali dilihatnya dari dekat."
"Apakah menurut Anda, wanita dengan raket itu adalah Ann Shapland sendiri?"
"Ya. Itu semua semata-mata adalah hasil karya seorang wanita. Ingatkah Anda pada
hari itu, Anda menekan bel untuk memanggilnya akan menyampaikan suatu pesan
kepada Julia, tapi akhirnya karena dia tak datang memenuhi panggilan itu Anda
lalu menyuruh seorang siswi memanggil Julia. Ann sudah terbiasa menyamar dengan
cepat. Dipakainya rambut palsu berwarna pirang, alis mata yang digambar dengan
cara yang lain, gaun yang berkesan 'ramai' dan topi. Dia hanya perlu
meninggalkan mesin tiknya selama dua puluh menit untuk itu. Dari gambar-337
gambar sketsa Bu Rich yang ahli itu, saya melihat betapa mudahnya bagi seorang
wanita untuk mengubah penampilannya hanya dengan perubahan-perubahan di bagian
luar saja." "Bu Rich saya jadi ingin tahu...." Bu Bulstrode tampak berpikir.
?Poirot menoleh kepada Inspektur Kelsey dengan pandangan berarti dan Inspektur
itu pun lalu berkata bahwa dia harus pergi.
"Bu Rich?" kata Bu Bulstrode lagi.
"Suruh dia kemari," kata Poirot. "Itulah cara yang sebaiknya."
Eileen Rich segera datang. Wajahnya pucat dan sikapnya agak menantang.
"Apakah Anda ingin tahu," katanya pada Bu Bulstrode, "apa yang saya lakukan di
Ramat?" "Kurasa aku punya dugaan," kata Bu Bulstrode.
"Ya, begitulah," kata Poirot. "Anak-anak zaman sekarang tahu semua tentang
kenyataan hidup> tapi mata mereka tetap merupakan mata polos kanak-kanak."?Ditambahkannya bahwa dia juga punya keperluan, lalu dia menyelinap pergi.
"Itulah keadaan yang sebenarnya, bukan?" kata Bu Bulstrode. Suaranya tegas dan
penuh wibawa. "Jennifer hanya bisa menggambarkannya sebagai wanita yang gemuk.
Dia tidak menyadari bahwa yang dilihatnya adalah seorang wanita hamil."
"Ya," kata Eileen Rich. "Memang begitu. Waktu itu saya memang sedang mengandung.
Saya tak ingin kehilangan pekerjaan saya di sini. Saya bisa bertahan dengan baik
sepanjang musim gugur, tapi setelah itu mulai kelihatan. Saya minta surat
keterangan dokter bahwa saya tak sehat untuk terus bekerja, dan saya
338 mengaku sakit. Saya pergi ke luar negeri ke tempat yang terpencil, di mana saya
pikir tidak akan mungkin saya bertemu dengan siapa pun yang mengenal saya. Saya
kembali kemari dan bayi itu lahir meninggal. Saya kembali dalam semester ini
?dengan harapan tak ada seorang pun yang akan tahu peristiwa itu.... Sekarang Anda
mengerti, mengapa saya berkata bahwa saya pasti menolak tawaran Anda untuk
bekerja sama seandainya Anda mengajukannya waktu itu. Tapi sekarang, karena
sekolah berada dalam keadaan gawat begini, saya pikir, sebaiknya saya terima
saja." Dia berhenti sebentar lalu berkata dengan suara datar,
"Apakah sekarang Anda akan menyuruh saya berhenti" Atau saya tunggu sampai akhir
semester?" "Kau harus menunggu sampai akhir semester," kata Bu Bulstrode, "dan bila sekolah
ini masih akan membuka semester baru, kuharap saja masih, kau harus kembali."
"Kembali?" kata Eileen Rich. "Maksud Anda, Anda masih menghendaki saya?"
'Tentu aku menghendakimu," kata Bu Bulstrode. "Kau kan tidak membunuh siapa-
siapa" Tidak tergila-gila akan batu-batu permata dan membunuh orang untuk
memperolehnya" Coba kuceritakan apa yang telah kaulakukan. Mungkin kau telah
terlalu lama memendam naluri kewanitaanmu. Kemudian datang seorang laki-laki,
kau jatuh cinta padanya dan kau mengandung. Kurasa kau tak bisa menikah dengan
dia." "Memang tak pernah ada pembicaraan mengenai pernikahan," kata Eileen Rich. "Saya
sudah tahu. Bukan dia yang bersalah."
339 "Baiklah kalau begitu," kata Bu Bulstrode. "Kau bercinta lalu mengandung. Apakah
kau menginginkan anak itu?"
"Ya," sahut Eileen Rich. "Ya, saya menginginkannya."
"Yah, begitulah," kata Bu Bulstrode. "Sekarang akan kukatakan sesuatu padamu.
Kurasa bahwa meskipun kau telah bercinta begitu, kau tetap merasa bahwa
pekerjaan yang paling tepat dalam hidupmu adalah mengajar. Kurasa kau merasa
bahwa profesimu lebih berarti bagimu daripada kehidupan wanita biasa dengan
seorang suami dan seorang anak, begitu, bukan?"
"Oh, ya," kata Eileen Rich. "Saya yakin akan hal itu. Sudah lama saya menyadari
hal itu. Itulah yang benar-benar saya inginkan mengajar, itulah keinginan saya ?yang terbesar."
"Kalau begitu, jangan bodoh," kata Bu Bulstrode. "Aku memberikan tawaran yang
bagus sekali. Artinya, bila keadaan membaik. Selama dua atau tiga tahun kita
akan bekerja sama untuk mengembalikan Meadowbank pada kedudukannya semula. Kau
pasti punya gagasan-gagasan yang berbeda dari gagasan-gagasanku mengenai
bagaimana hal itu harus dilaksanakan. Aku akan memperhatikan gagasan-gagasanmu
itu. Mungkin aku bahkan akan mengalah dan melaksanakan beberapa gagasanmu.
Kurasa kau menginginkan peru
?bahan-perubahan pada Meadowbank, ya?"
"Ya, dalam beberapa hal," kata Eileen Rich. "Saya tidak akan menyembunyikan hal
itu. Saya ingin kita lebih ketat dalam penerimaan siswi baru."
340 "Oh," kata Bu Bulstrode, "aku mengerti. Rupanya kau tak suka anak-anak dari
kalangan tinggi, begitukah?"
"Ya," kata Eileen, "menurut saya itu merupakan pemborosan."
"Ada yang tidak kausadari," kata Bu Bulstrode, "yaitu bahwa untuk mendapatkan
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siswi-siswi seperti yang kaukehendaki itu kita terpaksa harus menerima juga dari
kalangan tinggi. Soalnya, jumlah mereka sebenarnya kecil sekali. Beberapa orang
ningrat dari luar negeri, dan beberapa orang yang punya nama besar. Maka dengan
begitu semua orang, semua orang tua yang bodoh di seluruh negeri ini dan dari
negara-negara lain, ingin gadis-gadis mereka bersekolah di Meadowbank. Mereka
berlomba-lomba supaya gadis-gadis mereka diterima masuk ke sekolah ini. Apa
akibatnya" Suatu daftar tunggu yang panjang sekali, dan aku bisa melihat gadis-
gadis itu, kujumpai mereka itu dan aku memilih! Kita bisa memilih, mengertikah
kau" Siswi-siswiku kupilih, kupilih dengan cermat sekali, ada yang karena
wataknya, ada yang karena otaknya, dan beberapa orang semata-mata untuk
perkembangan kecerdasannya. Beberapa di antaranya kuterima karena kurasa mereka
tak punya kesempatan tapi punya kemampuan untuk dijadikan sesuatu yang berguna.
Kau masih muda, Eileen. Kau masih penuh cita-cita yang penting bagimu adalah ?segi pengajarannya dan segi budi pekertinya. Pandanganmu tadi memang benar.
Gadis-gadisnyalah yang penting, tapi harus kauketahui, kalau kita menginginkan
keberhasilan dalam sesuatu, kita juga harus jadi orang dagang yang baik.
Gagasan-gagasanmu itu sama saja dengan barang-barang yang lain. Gagasan pun
harus dipasarkan 341 pula. Dalam masa yang akan datang ini kita harus menjalankan usaha-usaha yang
lihai demi kelanjutan Meadowbank. Aku harus memancing beberapa orang bekas
murid, menggertak mereka, membujuk mereka, dalam usaha supaya mereka mau
mengirim putri-putri mereka kemari. Kemudian orang-orang yang lain pun akan
datang. Biarkanlah aku menjalankan upayaku, maka kau akan bebas menjalankan
rencanamu. Meadowbank akan berjalan terus dan akan merupakan sekolah yang baik
sekali." "Meadowbank akan merupakan sekolah yang terbaik di Inggris," kata Eileen Rich
dengan bersemangat. "Bagus," kata Bu Bulstrode, " anu, Eileen, kurasa sebaiknya rambutmu kausuruh
?potong dan beri bentuk yang baik. Kau kelihatannya tak mampu menjaga konde itu.
Dan sekarang," katanya dengan suara yang berubah, "aku harus pergi melihat
Chaddy." Dia masuk ke kamar dan langsung ke tempat tidur. Bu Chadwick terbaring tak
bergerak, dia pucat sekali. Wajahnya sama sekali tak berdarah dan kelihatannya
tak ada kehidupan lagi dalam dirinya. Seorang polisi duduk di dekatnya dengan
sebuah buku catatan, sedang Bu Johnson duduk di sisinya yang lain. Dia melihat
kepada Bu Bulstrode dan menggelengkan kepalanya perlahan-lahan.
"Halo, Chaddy," kata Bu Bulstrode. Diambilnya tangan yang lemah itu. Mata Bu
Chadwick terbuka. "Aku ingin mengatakannya padamu," katanya, "Eleanor aku aku yang..."
? ?"Ya, aku tahu," kata Bu Bulstrode.
"Iri," kata Chaddy. "Aku ingin..."
"Aku tahu," kata Bu Bulstrode.
342 Air mata mengalir perlahan-lahan di pipi Bu Chadwick. "Mengerikan sekali.... Aku
tidak berniat entah mengapa aku sampai bisa berbuat begitu?"?"Jangan pikirkan itu lagi," kata Bu Bulstrode.
"Tapi aku tak bisa kau tidak akan pernah aku tidak akan pernah memaafkan
? ?diriku sendiri____"
Bu Bulstrode menggenggam tangan temannya itu agak lebih kuat.
"Dengarkan, Sahabatku," katanya. "Tahukah kau bahwa kau telah menyelamatkan
nyawaku" Nyawaku dan nyawa Nyonya Upjohn, wanita yang baik itu. Itu besar sekali
artinya, bukan?" "Aku hanya ingin," kata Bu Chadwick, "memberikan nyawaku demi kalian berdua.
Kalau sudah begitu baru ada artinya____"
Bu Bulstrode memandanginya penuh rasa iba. Bu Chadwick menarik napas panjang,
dia tersenyum, lalu setelah memalingkan kepalanya sedikit ke sisi, dia
meninggal____ "Kau sudah memberikan nyawamu, Sahabatku," kata Bu Bulstrode dengan halus.
"Mudah-mudahan kausadari hal itu sekarang."
343 25. Warisan "Ada seseorang yang bernama Tuan Robinson ingin bertemu dengan Anda, Pak."
"Oh!" kata Hercule Poirot. Diulurkannya tangannya lalu diambilnya sepucuk surat
dari meja tulis di hadapannya. Dia menunduk memperhatikan surat itu dengan
merenung. Lalu katanya, "Persilakan dia masuk, George."
Surat itu hanya terdiri dari beberapa baris,
Poirot yang baik, Dalam waktu dekat ini seseorang yang bernama Tuan Robinson mungkin akan
mengunjungi Anda. Mungkin Anda sudah mengetahui sesuatu tentang dia. Dia
merupakan tokoh yang cukup terkemuka dalam lingkungan-lingkungan tertentu. Dalam
dunia modern kita ini orang seperti dia itu dicari-cari.... Kalau saya boleh
berkata, dia berada di pihak yang benar dalam persoalan yang satu ini. Ini hanya
suatu anjuran bila Anda merasa ragu. Perlu saya garis-bawahi, bahwa kami tentu
sama sekali tidak tahu mengenai persoalan yang ingin dibicarakannya dengan
Anda.... Ha-ha! Semoga berhasil! Sahabatmu selalu, Ephraim Pikeaway
344 Poirot meletakkan surat itu lalu bangkit waktu Tuan Robinson masuk ke kamar. Dia
membungkuk, bersalaman, lalu menunjuk ke sebuah kursi.
Tuan Robinson duduk, mengeluarkan sapu tangan lalu menyeka mukanya yang kuning.
Dikatakannya bahwa hari itu panas.
"Anda tidak berjalan di hari sepanas ini, bukan?"
Poirot tampak ngeri membayangkan hal itu. Karena berpikir mengenai panasnya
cuaca, jarinya otomatis memegang kumisnya. Dia merasa tenang. Kumisnya tidak
terasa layu. Tuan Robinson pun kelihatan sama ngerinya.
"Tidak. Tentu tidak. Saya datang naik mobil Rolls saya. Tapi kemacetan lalu
lintas ini.... Kadang-kadang setengah jam lamanya kita harus duduk."
Poirot mengangguk penuh pengertian.
Keduanya terdiam kediaman yang menyusul bagian pertama percakapan mereka ?sebelum memasuki bagian kedua.
"Saya merasa tertarik mendengar memang banyak yang bisa kita dengar kebanyakan
? ?di antaranya tak benar bahwa Anda sedang menangani peristiwa-peristiwa di
?sebuah sekolah wanita."
"Oh, itu!" kata Poirot.
Dia bersandar di kursinya.
"Meadowbank," kata Tuan Robinson seperti merenung. "Salah satu sekolah yang
terkemuka di Inggris."
"Itu memang sekolah yang baik."
"Masihkah sampai sekarang" Atau sudah tidak lagi?"
"Saya harap masih."
"Saya harap juga begitu," kata Tuan Robinson. "Saya kuatir kalau keadaannya
tidak menentu. Ah, 345 tapi sedapat mungkin kita harus berusaha. Sejumlah uang simpanan untuk mengatasi
masa-masa yang sulit. Beberapa orang murid yang dipilih dengan cermat. Saya
punya pengaruh yang cukup berarti di lingkungan keluarga-keluarga terkemuka di
Eropa." "Saya juga telah memberikan anjuran pada pihak-pihak tertentu. Bila, seperti
kata Anda, kita masih bisa menunggu sampai keadaan mereda. Syukurlah, orang-
orang biasanya cepat lupa."
"Itulah yang kita harapkan. Tapi harus diakui bahwa di sana telah terjadi
peristiwa-peristiwa yang mungkin telah menggoncangkan saraf para ibu dan para
bapak yang sayang pada anaknya. Ibu guru olahraga, ibu guru bahasa Prancis, dan
seorang ibu guru lain semuanya terbunuh."
?"Benar kata Anda."
"Saya dengar," kata Tuan Robinson, "(banyak benar yang kita dengar), bahwa
wanita muda malang yang bertanggung jawab atas kematian-kematian itu adalah
seorang wanita yang menderita semacam kelainan jiwa dan sangat membenci ibu-ibu
guru sejak kecilnya. Dia telah mengalami masa kanak-kanak yang tak menyenangkan
di sekolah. Para psikiater akan memanfaatkan keadaan itu dengan sebaik-baiknya.
Mereka sekurang-kurangnya akan mencoba supaya dalam keputusan kelak, kepada
terdakwa diberikan pertimbangan pengurangan tanggung jawab."
"Alasan itu akan merupakan pilihan yang terbaik," kata Poirot. "Tapi maafkan
saya kalau saya berkata semoga hal itu tidak berhasil."
"Saya setuju benar dengan Anda. Dia seorang pembunuh yang berdarah dingin. Tapi
mereka akan mempertimbangkan wataknya yang baik, pekerjaan -
346 nya sebagai sekretaris bagi beberapa orang terkenal, karyanya selama
perang yang cukup teruji, kalau?tak salah pekerjaan kontraspionase____"
?Kata-kata yang terakhir itu diucapkannya dengan tekanan dengan sedikit nada
?bertanya dalam suaranya.
"Saya rasa dia cerdas sekali," katanya lebih tegas. "Masih begitu muda tapi
?begitu cemerlang, begitu bisa diandalkan oleh kedua belah pihak. Itulah
?profesinya sebenarnya akan lebih baik kalau dia bertahan pada profesinya itu
?saja. Tapi saya pun mengerti godaannya bekerja seorang diri, untuk mendapatkan
?imbalan yang begitu besar." Perlahan-lahan ditambahkannya, "Suatu imbalan yang
besar sekali." Poirot mengangguk. Tuan Robinson membungkukkan tubuhnya. "Di mana barang-barang itu, M. Poirot."
"Saya rasa Anda tahu di mana barang-barang itu." "Yah, terus terang, memang
tahu. Bank memang badan yang berguna, bukan?" Poirot tersenyum.
"Kita tak perlu bertele-tele kan, Sahabat" Akan Anda apakan barang-barang itu?"
"Saya masih menunggu." "Menunggu apa?"
"Boleh dikatakan, menunggu saran-saran?" "Ya saya mengerti."
? ?"Anda tentu mengerti bahwa barang-barang itu bukan milik saya. Saya ingin
menyampaikannya pada orang yang memang memilikinya. Tapi, bila tinjauan saya
mengenai keadaan sekarang adalah benar, maka hal itu tidak akan begitu mudah."
347 "Kedudukan pemerintah-pemerintah sekarang sulit sekali," kata Tuan Robinson.
"Bolehlah dikatakan sangat peka. Apalagi dengan adanya minyak, baja dan uranium,
kobalt, dan banyak lagi yang lain. Hubungan luar negeri sekarang merupakan
persoalan yang peka sekali. Cara yang paling mudah adalah dengan mengatakan
bahwa pemerintah Inggris sama sekali tak tahu-menahu tentang hal itu."
"Tapi saya tak bisa menyimpan barang itu di bank untuk waktu yang tak diketahui
lamanya." "Benar. Sebab itu saya datang untuk mengusulkan pada Anda agar menyerahkannya
pada saya." "Oh," kata Poirot. "Mengapa?"
"Saya bisa memberikan alasan-alasan yang masuk akal. Batu-batu permata itu jelas
milik pribadi Pangeran Ali Yusuf kita harus bersyukur bahwa kita bukan dari
?badan resmi hingga kita bisa menyebutkan barang-barang itu dengan nama
sebenarnya." "Saya dengar begitu."
"Pangeran itu telah menyerahkannya pada Komandan Skuadron Robert Rawlinson
dengan instruksi-instruksi tertentu. Permata-permata itu harus dibawa ke luar
dari Ramat dan harus diserahkan pada saya."
"Apakah Anda punya bukti untuk itu?" "Tentu."
Tuan Robinson mengeluarkan sebuah amplop panjang dari sakunya. Dari amplop itu
dikeluarkannya beberapa helai kertas. Diletakkannya surat-surat itu di hadapan
Poirot di atas meja. Poirot membungkuk dan mempelajarinya dengan cermat.
"Agaknya memang seperti yang Anda katakan."
348 "Nah, kalau begitu?" "Bolehkah saya bertanya?" "Silakan."
"Apa yang Anda peroleh untuk pribadi Anda dari urusan ini?"
Tuan Robinson kelihatan heran.
"Sahabatku. Uang tentu. Uang banyak sekali."
Poirot merenunginya. "Ini suatu urusan dagang model lama," kata Tuan Robinson. "Dan sesuatu yang
menguntungkan. Jumlah kami besar sekali, suatu jaringan di seluruh permukaan
bumi ini. Kami ini boleh disebut 'Para Pengatur' di balik suatu kejadian. Bagi
para raja, para presiden, para ahli politik, pokoknya bagi orang-orang yang
selalu disorot. Kami bekerja sama, dan ingat ini: kami menjaga kepercayaan
orang. Keuntungan-keuntungan kami besar, tapi kami jujur. Jasa-jasa kami
mahal tapi kami berikan jasa-jasa itu dengan baik."?"Oh, begitu," kata Poirot. ?"/" bien\ Saya setuju dengan apa yang Anda minta."
"Yakinlah bahwa keputusan itu akan menyenangkan semua pihak."
Mata Tuan Robinson mengerling sebentar saja pada surat Kolonel Pikeaway, yang
terletak di dekat tangan kanan Poirot.
"Tapi tunggu sebentar. Saya hanya manusia biasa. Saya punya rasa ingin tahu.
Akan Anda apakan batu-batu permata ini?"
Tuan Robinson memandanginya. Lalu wajahnya yang lebar yang berwarna kuning itu
berkerut dalam suatu senyuman. Dia membungkukkan tubuhnya.
"Mari saya ceritakan."
Lalu dia pun bercerita. 349 II Anak-anak bermain hilir-mudik di jalan. Suara teriakan mereka memenuhi udara.
Tuan Robinson, yang dengan susah-payah keluar dari mobil Rolls-nya, tertabrak
oleh salah seorang anak itu.
Tuan Robinson menyingkirkan anak itu dengan lembut, lalu melihat dengan tajam ke
nomor sebuah rumah. Nomor 15. Benar, ini rumahnya. Didorongnya pintu pagarnya hingga terbuka, lalu
dinaikinya tiga anak tangga yang menuju ke pintu depan. Dilihatnya betapa putih
dan rapinya gorden-gorden di jendela dan betapa berkilatnya alat pengetuk pintu
yang terbuat dari kuningan itu. Rumah itu adalah sebuah rumah kecil yang tak
menyolok, di sebuah jalan yang tak berarti, di suatu daerah yang tak penting di
London, namun rumah itu terpelihara dengan baik sekali. Rumah itu punya harga
diri. Pintu terbuka. Seorang wanita yang berumur kira-kira dua puluh lima tahun
tersenyum menyambutnya. Ia memandang dengan manis, wajahnya cantik seperti yang
biasa tergambar di kotak permen cokelat.
"Tuan Robinson" Silakan masuk."
Tuan Robinson diajaknya masuk ke sebuah kamar duduk kecil. Di situ terdapat
sebuah pesawat teve, penyekat ruang yang bergaya Jacobean, dan sebuah piano
kecil menempel di dinding. "Wanita itu mengenakan rok berwarna gelap dan
pullover berwarna abu-abu.
"Maukah Anda minum teh" Saya sudah menjerang air."
350 "Terima kasih, tak usahlah. Saya tak pernah minum teh. Dan saya hanya bisa
sebentar saja di sini. Saya datang hanya untuk mengantarkan apa yang pernah saya
tulis dalam surat saya pada Anda."
"Dari Ali?" "Ya." "Pastikah tak ada tak mungkin ada harapan" Maksud saya apakah benar-benar dia? ? ? ?sudah tewas" Apakah tak mungkin keliru?"
"Saya rasa tak mungkin ada kekeliruan lagi," kata Tuan Robinson dengan halus.
"Memang saya rasa juga tidak. Saya memang tak pernah berani berharap. Waktu dia
?kembali ke sana, saya sudah berpikir bahwa saya tidak akan pernah bertemu lagi
dengannya. Maksud saya bukan karena dia akan terbunuh atau akan terjadi
revolusi. Maksud saya yah, Anda tentu tahu dia harus terus menjalankan
? ?tugasnya sebagaimana yang diharapkan dari dia. Menikah dengan salah seorang
?bangsanya sendiri umpamanya."
?Tuan Robinson mengeluarkan sebuah bungkusan lalu meletakkannya di atas meja.
"Silakan buka."
Dengan agak bersusah-payah wanita itu merobek kertas pembungkusnya kemudian
membuka pembungkus terakhir
?Dia menahan napasnya. Merah, biru, hijau, putih, semuanya berkilauan bagai api, penuh kehidupan, dan
mengubah kamar kecil yang temaram itu menjadi seperti gua Aladin....
Tuan Robinson memperhatikannya. Dia sudah sering melihat kaum wanita memandangi
permata.... Akhirnya dengan napas agak tersekat, wanita itu bertanya.
351 "Apakah mungkin ini semua asliV "Semuanya asli."
? ? "Tapi lalu semuanya ini berharga bernilai tinggi...."?Dia tak bisa membayangkannya.
Tuan Robinson mengangguk.
"Bila Anda mau melepasnya, mungkin Anda akan bisa mendapatkan sekurang-kurangnya
setengah juta pound dari harga penjualannya."
"Tidak tidak, itu tak mungkin."
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
?Tiba-tiba dirangkumnya semua permata itu dengan kedua belah tangannya, lalu
dibungkusnya kembali dengan tangan gemetar.
"Saya takut," katanya. "Permata-permata ini membuat saya takut. Harus saya
apakan barang-barang ini?"
Tiba-tiba pintu terbuka lebar. Seorang anak laki-laki berlari-lari masuk.
"Mama, saya berhasil merebut mobil tank dari Billy. Dia..."
Dia berhenti dan memandang Tuan Robinson dengan mata terbelalak.
Anak laki-laki itu berkulit sawo matang, rambut dan matanya hitam.
Ibunya berkata, "Pergi ke dapur, Allen, tehmu sudah siap. Ada susu, ada biskuit, dan ada sedikit
roti jahe." "Ha, enak." Dia pergi dengan ribut.
"Anda namakan dia Allen?" tanya Tuan Robinson.
Wajah gadis itu memerah. "Nama itulah yang paling mirip dengan Ali. Saya tak bisa menamakannya
Ali terlalu sulit baginya dan bagi para tetangga."
?352 Dengan wajah vang agak murung lagi, wanita itu melanjutkan,
"Apa yang harus saya lakukan?"
"Pertama-tama, apakah Anda menyimpan sertifikat pernikahan Anda" Saya ingin
merasa yakin bahwa Anda memang orang seperti yang Anda akui."
Dia terbelalak sebentar lalu pergi ke sebuah meja tulis kecil. Dari salah sebuah
lacinya dikeluarkannya sebuah amplop, dari amplop itu dikeluarkannya sehelai
kertas lalu diserahkannya pada Tuan Robinson.
"Hm... ya... Kantor Pendaftar Edmonstow... Ali
Yusuf, mahasiswa... Alice Calder, perawan____ Ya,
semuanya beres." "Oh, ya pernikahan kami memang sah sesuai dengan hukum. Dan tak seorang pun
?pernah menduga siapa dia sebenarnya. Soalnya banyak sekali mahasiswa-mahasiswa
asing vang beragama Islam. Kami menyadari bahwa pernikahan itu sebenarnya tidak
berarti apa-apa. Dia beragama Islam dan dia bisa punya lebih dari seorang istri,
dia pun tahu bahwa dia harus kembali dan dia memang mau kembali. Kami
membicarakan hal itu. Tapi kemudian saya mengandung Allen, dan dia berkata bahwa
hal itu akan baik baginya kami menikah secara sah di negeri ini dan Allen akan ?menjadi anak sah. Itulah yang sebaik-baiknya yang bisa dilakukannya untuk saya.
Tapi ketahuilah, dia benar-benar mencintai saya. Sungguh."
"Ya," kata Tuan Robinson. "Saya yakin itu."
Kemudian dia melanjutkan dengan tegas,
"Nah, bagaimana kalau Anda mempercayakan diri Anda pada saya. Sava akan berusaha
menjual batu-batu permata ini. Dan saya akan memberi Anda
353 alamat seorang pengacara, seorang penasihat hukum yang benar-benar baik dan bisa
diandalkan. Saya rasa dia akan menasihati Anda untuk menanamkan uang itu dalam
suatu dana usaha. Lalu ada beberapa hal lain lagi, pendidikan bagi putra Anda
dan suatu cara hidup baru bagi Anda. Anda akan membutuhkan pendidikan dan
bimbingan kemasyarakatan. Anda akan menjadi seorang wanita yang kaya-raya, dan
semua buaya-buaya darat dan penipu dan sebagainya itu akan mengejar-ngejar Anda.
Hidup Anda akan menjadi tak tenang kecuali dalam arti kebendaan semata. Bisa
saya yakinkan pada Anda bahwa hidup orang-orang kaya tak tenang saya sudah
?terlalu sering melihatnya, jadi saya tak mungkin keliru. Tapi Anda punya watak.
Saya rasa Anda akan bisa mengatasinya. Dan putra Anda itu mungkin akan menjadi
seorang pria yang lebih berbahagia daripada ayahnya selama hidupnya."
Dia berhenti sebentar. "Anda setuju?"
"Ya, bawalah barang-barang itu." Wanita itu menyorongkan bungkusan tersebut ke
arah Tuan Robinson, lalu tiba-tiba dia berkata, "Anak sekolah itu yang telah
menemukannya saya ingin agar dia mendapat satu di antaranya yang mana menurut
? ? ?Anda yang berwarna apa yang akan disukainya?"
Tuan Robinson berpikir. "Saya rasa batu zamrud hijau yang berarti misteri.
?Bagus benar gagasan Anda. Pasti dia akan senang sekali."
Dia bangkit. "Anda harus membayar saya untuk jasa-jasa saya. Anda tentu tahu itu," kata Tuan
Robinson. "Dan imbalan saya tinggi. Tapi saya tidak akan menipu Anda."
Wanita itu memandangnya tepat-tepat.
354 "Tidak, saya rasa Anda tidak akan berbuat demikian. Dan saya memang membutuhkan
seseorang yang mengerti tentang bisnis, karena saya tak tahu."
"Kalau boleh saya katakan, Anda kelihatannya seorang wanita yang berakal sehat.
Nah, jadi saya harus membawa ini" Tidakkah Anda ingin menyimpan sebutir
?saja umpamanya?" ?Tuan Robinson memperhatikannya dengan penuh rasa ingin tahu, mata yang tiba-tiba
bersinar karena senangnya, mata yang haus dan penuh nafsu tapi kemudian
?semuanya itu hilang. "Tidak," kata Alice. "Saya tidak akan menyimpan barang sebutir pun." Wajahnya
?memerah. "Oh, pasti Anda mengatakan saya bodoh tak ingin menyimpan satu pun
?permata delima yang besar atau sebutir zamrud sekadar kenang-kenangan. Tapi dia
?dan saya dia seorang Islam, tapi sekali-sekali dibiarkannya juga saya membaca
?Injil sedikit-sedikit. Dan kami pernah membaca bagian itu mengenai seorang
?wanita yang nilainya lebih tinggi daripada batu delima. Oleh karenanya saya tak
?mau permata apa pun juga. Lebih baik tidak "
?"Seorang wanita yang sangat luar biasa," kata Tuan Robinson pada dirinya sendiri
waktu dia berjalan di lorong kecil menuju ke mobilnya.
Diulanginya lagi, "Seorang wanita yang sangat luar biasa."
355 Pedang Dan Kitab Suci 6 Raja Naga 08 Ratu Tanah Terbuang Jala Pedang Jaring Sutra 9
butuhkan." "Serahkan saja padaku untuk mengetahui apa yang kuinginkan," kata Bu Bulstrode.
"Kau harus ingat bahwa dalam keadaan seperti sekarang, ini bukanlah suatu
tawaran yang baik. Mungkin kau akan lebih berhasil di tempat lain. Tapi aku akan
menceritakan satu hal padamu, dan kuharap kau percaya padaku. Sebelum kematian
Bu Vansittart yang menyedihkan, sudah kuputuskan bahwa kaulah orang yang
kuinginkan untuk melanjutkan memimpin sekolah ini."
294 "Waktu itu Anda sudah berpikir begitu?" Lagi-lagi Eileen Rich memandangnya
dengan terbelalak. "Tapi saya sangka kami semua menyangka bahwa Bu ? ?Vansittart..."
"Belum diadakan pembicaraan apa-apa dengan Bu Vansittart," kata Bu Bulstrode.
"Memang aku memikirkan dia, itu kuakui. Selama dua tahun terakhir ini dia sudah
ada dalam pikiranku. Tapi selalu ada saja yang menahanku untuk mengatakan
sesuatu secara pasti padanya mengenai hal itu. Aku yakin, pasti semua orang
menyangka bahwa dialah calon penggantiku. Mungkin dia sendiri pun begitu. Aku
berpikiran begitu sampai akhir-akhir ini. Kemudian kuputuskan bahwa dia bukanlah
orang yang kuinginkan."
"Tapi dia begitu cocok untuk itu," kata Eileen Rich. "Dia akan menjalankan
semuanya dengan cara dan pemikiran yang sama benar dengan Anda."
"Ya," kata Bu Bulstrode, "dan justru itulah salahnya. Kita tak bisa berpegang
pada masa lalu. Mempertahankan sejumlah tradisi itu baik, tapi tak boleh terlalu
banyak. Sebab sekolah adalah untuk anak-anak masa kini. Bukan untuk anak-anak
lima puluh tahun atau bahkan tiga puluh tahun yang lalu. Memang ada beberapa
sekolah di mana tradisi lebih dipentingkan daripada di tempat-tempat lain, tapi
Meadowbank bukan salah satu di antaranya. Ini bukan sekolah yang sudah punya
tradisi yang lama. Ini suatu karya cipta, kalau boleh kukatakan, dari seorang
wanita. Aku sendiri. Aku telah mencoba gagasan-gagasan tertentu dan telah
melaksanakannya sebatas kemampuanku, meskipun kadang-kadang aku harus
mengubahnya bila hasilnya tidak seperti yang kuharapkan. Ini bukan sekolah
biasa, tapi tak 295 pernah pula membanggakan diri sebagai sekolah yang istimewa. Ini adalah sebuah
sekolah yang mencoba memanfaatkan yang terbaik dari kedua masa: masa lalu dan
masa yang akan datang, namun tekanannya ada pada masa kini. Begitulah sekolah
ini akan berjalan terus, begitulah pula seharusnya dia berjalan terus. Dia harus
dijalankan oleh seseorang yang kava gagasan gagasan-gagasan masa kini. Dengan
?mempertahankan apa yang baik dari masa lalu, sambil melihat ke depan, ke masa
yang akan datang. Umurmu sama benar dengan waktu aku memulai ini semua, tapi kau
masih memiliki apa yang tak bisa kumiliki lagi. Hal itu tertulis dalam Injil.
Orang tua bermimpi dan orang-orang muda mendapat ilham. Kita tidak membutuhkan
impian di sini, kita membutuhkan ilham-ilham. Aku percaya bahwa kau memiliki
ilham itu, dan itulah sebabnya maka aku memutuskan bahwa kaulah orangnya dan
bukan Bu Vansittart."
"Itu akan sangat menyenangkan," kata Eileen Rich. "Menyenangkan sekali. Itulah
sebenarnya yang saya sukai di atas segala-galanya."
Bu Bulstrode agak merasa heran mendengar kata 'sebenarnya*, namun dia tidak
memperlihatkan keheranannya itu. Dia bahkan segera membenarkan hal itu.
"Ya," katanya, "itu sebenarnya menyenangkan. Tapi apakah sekarang tidak
menyenangkan lagi" Yah, aku bisa mengerti."
"Bukan, bukan, sama sekali bukan itu maksud saya," kata Eileen Rich. "Sama
sekali tidak". Sa saya sulit mengatakannya secara terinci, tapi bila Anda
? ?bila Anda meminta saya, atau berbicara dengan saya seperti ini seminggu yang
lalu, atau dua minggu yang
296 lalu, saya akan segera berkata bahwa saya tak sanggup, bahwa hal itu tak
mungkin. Satu-satunya alasan mengapa tawaran itu jadi mengapa tawaran itu ?sekarang jadi mungkin adalah karena yah, karena tawaran itu sekarang merupakan
?tantangan merupakan hal yang harus diperjuangkan. Bolehkah saya bolehkah saya
? ?memikirkannya, Bu Bulstrode" Sekarang ini saya tak tahu apa yang harus saya
katakan." "Tentu," kata Bu Bulstrode. Dia masih merasa heran. Kita tak pernah benar-benar
memahami orang lain, pikirnya.
II "Itu dia Rich dengan rambutnya yang terurai lagi," kata Ann Shapland sambil
bangkit dari bedengan bunga. "Kalau dia memang tak bisa menjaga rambutnya, aku
tak mengerti mengapa tidak dipotongnya saja. Bentuk kepalanya bagus dan dia akan
kelihatan lebih manis."
"Sebaiknya Anda katakan itu padanya," kata Adam.
"Hubungan kami tidak sebaik itu," kata Ann Shapland. Lalu dilanjutkannya lagi,
"Menurutmu apakah sekolah ini masih bisa berjalan terus?"
"Itu suatu pertanyaan yang sulit dijawab," kata Adam, "lagi pula siapalah saya
ini untuk bisa menilai?"
"Kurasa kau bisa saja mengatakannya seperti juga orang-orang lain," kata Ann
Shapland. "Kurasa bisa. Si Bull tua sebagaimana para siswi menyebutnya punya
? ?harapan besar untuk itu. Pertama-tama, pengaruhnya yang besar terhadap para
orang tua 297 murid. Sudah berapa lama semester ini berlangsung baru sebulan" Rasanya sudah
?setahun. Aku akan senang bila semester ini berakhir."
"Apakah Anda akan kembali bila sekolah ini berjalan terus?"
"Tidak," sahut Ann dengan tekanan, "sama sekali tidak. Sudah cukup banyak
pengalamanku mengenai sebuah sekolah, seumur hidupku aku tak mau lagi. Lagi pula
aku tak punya bakat untuk hidup terkurung bersama banyak perempuan. Dan, terus
terang, aku tak suka pembunuhan. Itu adalah sesuatu yang menyenangkan untuk
dibaca dari surat-surat kabar atau dibaca bila kita tak bisa tidur kalau
ceritanya bagus. Tapi kejadian yang sebenarnya sama sekali tidak menyenangkan.
Kurasa," Ann menambahkan sambil merenung, "bila aku pergi dari sini pada akhir
semester ini, aku akan menikah dengan Dennis dan hidup tenang."
"Dennis?" tanya Adam. "Anda pernah menyebut nama itu pada saya, bukan" Sepanjang
ingatan saya, kata Anda, pekerjaannya menyebabkan dia harus bepergian ke Birma,
Malaysia, Singapura, Jepang, dan tempat-tempat lainnya. Bukankah itu berarti
bahwa Anda tidak akan bisa hidup tenang kalau Anda menikah dengannya?"
Ann tiba-tiba tertawa. "Tidak, kurasa memang tidak. Tidak dalam arti fisik dan
geografis." "Saya rasa Anda bisa mendapat yang lebih baik daripada Dennis," kata Adam.
"Apakah kau akan melamarku?" tanya Ann.
"Tentu saja tidak,".kata Adam. "Anda adalah seorang gadis yang ambisius, mana
mau Anda menikah dengan seorang tukang kebun yang hina seperti saya ini."
298 "Aku pernah mempertimbangkan untuk menikah dengan seorang anggota Dinas
Penyelidikan Kriminal," kata Ann.
"Saya bukan anggota Dinas Penyelidikan Kriminal," kata Adam.
"Tentu, tentu bukan," kata Ann. "Ayolah kita kembali pada percakapan yang
menyenangkan. Kau bukan anggota Dinas Penyelidikan Kriminal. Shaista tidak
diculik, segala-galanya indah di kebun ini. Namun," tambahnya sambil melihat ke
sekelilingnya. "Bagaimanapun juga," katanya setelah diam beberapa lamanya, "aku
sama sekali tak mengerti bagaimana Shaista bisa muncul di Jenewa atau cerita
lainnya yang menyangkut dia. Bagaimana dia bisa sampai di sana" Kalian semua
lamban, sampai membiarkan dia dibawa keluar dari negeri ini."
"Saya tak bisa berkata apa-apa," kata Adam.
"Kurasa kau tak tahu awal semua kejadian ini," kata Ann.
"Harus saya akui," kata Adam, "bahwa kita harus berterima kasih pada M. Hercule
Poirot karena gagasan-gagasannya yang cemerlang itu."
"Apa, pria kecil lucu yang datang mengantarkan Julia kembali dan berbicara
dengan Bu Bulstrode itu?"
"Ya," sahut Adam. "Dia menamakan dirinya seorang konsultan detektif."
"Kurasa dia harus digolongkan pada golongan tua," kata Ann.
"Saya sama sekali tak mengerti apa rencananya," kata Adam. Dia atau seorang ?temannya bahkan pergi menemui ibu saya."
?"Ibumu?" tanya Ann. "Untuk apa?"
299 "Entahlah saya tak tahu. Agaknya dia punya perhatian yang besar sekali terhadap
para ibu. Dia juga pergi menemui ibu Jennifer."
"Apakah dia pergi pula menemui ibu Bu Rich, dan ibu Chaddy?"
"Saya dengar Bu Rich tak punya ibu," kata Adam. "Kalau ada, saya yakin dia akan
pergi menemuinya juga."
"Bu Chadwick punya ibu di Cheltenham, katanya padaku," sahut Ann, "tapi kurasa
umurnya sudah delapan puluh tahun lebih. Kasihan Bu Chadwick, dia sendiri pun
kelihatannya seperti sudah berumur delapan puluh tahun. Ini dia datang, pasti
akan bercakap-cakap dengan kita."
Adam mengangkat mukanya. "Ya," katanya, "dia sudah menjadi jauh lebih tua dalam
minggu terakhir ini."
"Karena dia benar-benar mencintai sekolah ini," kata Ann, "Sekolah inilah
seluruh hidupnya. Dia tak tahan melihat sekolah ini menurun pamornya."
Memang Bu Chadwick kelihatan sepuluh tahun lebih tua dibandingkan dengan waktu
hari pembukaan semester dulu. Langkahnya tak lagi cepat dan tangkas. Dia tak
lagi berjalan kian kemari dengan gembira dan bersemangat. Kini pun dia berjalan
mendekati mereka dengan langkah terseok-seok.
"Bisakah kau pergi menemui Bu Bulstrode?" katanya pada Adam. "Beliau ada
beberapa instruksi untukmu."
"Saya harus membersihkan diri dulu," kata Adam. Diletakkannya alat-alatnya lalu
pergi ke arah gudang penyimpanan pot.
Ann dan Bu Chadwick berjalan bersama-sama ke arah gedung sekolah.
300 "Terasa benar sepinya, ya?" kata Ann, sambil melihat ke sekelilingnya. "Rasanya
seperti di dalam sebuah gedung pertunjukan yang sedikit sekali penontonnya,"
ditambahkannya sambil merenung, "di mana para penonton ditempatkan di kursi-
kursi yang terpisah-pisah supaya kelihatan ada penontonnya."
"Mengerikan sekali," kata Bu Chadwick, "menyedihkan! Ngeri aku mengingat
Meadowbank telah menjadi seperti ini. Aku tak bisa menghibur diriku. Aku tak
bisa tidur malam. Semuanya hancur. Tahun-tahun penuh kerja keras untuk membangun
sesuatu yang benar-benar bagus."
"Sekolah ini mungkin akan kembali seperti semula," kata Ann dengan ceria. "Anda
pun tahu, orang-orang mudah melupakan sesuatu."
"Tak semudah itu," kata Bu Chadwick dengan murung.
Ann tak menyahut. Dalam hatinya dia membenarkan Bu Chadwick.
III Mademoiselle Blanche keluar dari kelas tempat dia baru saja mengajar sastra
Prancis. Dia melihat ke arlojinya. Ya, masih banyak waktu untuk melaksanakan niatnya.
Akhir-akhir ini memang selalu banyak waktu karena sedikitnya murid.
Dia naik ke lantai atas, ke kamarnya, dan di sana dia mengenakan topinya. Dia
tidak tergolong wanita yang mau pergi ke mana-mana tanpa topi. Dilihatnya
pantulan bayangan dirinya di cermin, dan dia merasa puas. Dia bukan orang vang
mudah dikenali! Yah, itu DILARANG MENGKOMERSILKAN!!! 301 =kiageng80=
ada keuntungannya! Dia tersenyum sendiri. Dengan menyesuaikan penampilannya
dengan penampilan adik perempuannya segalanya jadi lebih mudah. Bahkan foto
dalam paspornya pun tidak menimbulkan pertanyaan. Sayang sekali jika surat-surat
pengantar yang sangat baik milik Angele tidak dimanfaatkan setelah dia
meninggal. Angele memang senang mengajar. Baginya sendiri, mengajar itu sangat
membosankan. Tapi bayarannya tinggi sekali. Jauh lebih banyak daripada yang
pernah diperolehnya. Apalagi keadaan ternyata malah sangat menguntungkannya.
Masa depannya akan berubah, akan sangat berbeda. Ya, berbeda sekali.
Mademoiselle Blanche yang loyo itu akan berubah sama sekali. Dia bisa
membayangkan dalam lamunannya. Dia berada di Riviera. Dia memakai gaun yang
indah-indah, yang dibuat khusus untuknya. Yang diperlukan orang di dunia ini
adalah uang. Oh, ya, semua akan berakhir dengan menyenangkan. Memang ada gunanya
datang mengajar ke sekolah Inggris.yang sangat dibencinya ini.
Diambilnya tas tangannya, dia ke luar dari kamarnya lalu berjalan di sepanjang
lorong gedung. Matanya tertunduk melihat seorang wanita pekerja yang sedang
berlutut. Seorang pelayan harian yang baru. Tentu seorang mata-mata polisi.
Bodoh benar mereka mereka menyangka bahwa orang tak tahu!?Dengan senyum mencibir, dia ke luar dari gedung sekolah, melalui jalan ke luar
langsung ke pintu gerbang depan. Halte bis terletak hampir tepat di seberangnya.
Dia berdiri di tempat itu, menunggu. Sebentar lagi bis pasti datang.
Sedikit sekali orang lalu-lalang di jalan pedesaan ini. Ada seorang laki-laki
yang sedang membungkuk 302 di bawah tutup mesin mobilnya yang terbuka. Ada sebuah sepeda tersandar di pagar
tanaman. Dan seorang laki-laki yang sedang menanti bis.
Salah seorang di antara mereka pasti akan mengikutinya. Hal itu akan mereka
lakukan dengan ahli, tanpa menyolok. Dia sadar sekali akan hal itu, dan itu
tidak membuatnya kuatir. Tenguntitnya' itu boleh saja melihat ke mana dia pergi
dan apa yang dilakukannya.
Bis tiba. Dia naik. Seperempat jam kemudian dia turun di alun-alun kota. Dia tak
berusaha menoleh ke belakang. Dia menyeberang menuju ke etalase sebuah toko
serba ada yang cukup besar, yang memamerkan gaun-gaun model baru. Barang-
barangnya jelek, seleranya kampungan, pikirnya dengan bibir mencemooh. Namun dia
tetap berdiri melihat seolah-olah dia sangat tertarik.
Akhirnya dia masuk, lalu membeli satu-dua barang yang tak penting. Kemudian dia
naik ke lantai dua dan masuk ke ruang istirahat wanita. Di sana terdapat sebuah
meja tulis, beberapa buah kursi malas, dan sebuah ruang telepon. Dia masuk ke
dalam ruang itu, memasukkan uang logam secukupnya, memutar nomor yang
dikehendakinya, lalu menunggu sampai suara yang ditunggunya menyahut.
Dia mengangguk, menekan tombol A lalu berbicara.
"Di sini Maison Blanche. Anda mengerti, bukan, Maison Blanche" Saya berbicara
mengenai suatu janji yang harus dipenuhi. Anda masih punya waktu sampai besok
malam. Besok malam. Anda harus menyetorkannya atas nama Maison Blanche di Bank
Kredit Nasional di London, cabang Ledbury St.
303 sesuai dengan Jumlah yang sudah saya sebutkan pada Anda."
Diulanginya menyebut jumlah itu.
"Bila uang itu tidak dibayarkan, maka saya akan melaporkan ke pihak yang
berwajib tentang apa yang saya lihat di malam hari tanggal 12. Perhatikan ?pengirimnya harus atas nama Nona Springer. Waktu Anda tinggal dua puluh empat
?jam." Digantungnya kembali gagang telepon lalu dia ke luar. Seorang wanita baru saja
masuk ke ruangan itu. Mungkin dia seorang pembeli di toko itu, atau mungkin juga
bukan. Tapi kalaupun bukan, sudah terlambat baginya untuk mendengarkan
percakapannya tadi. Mademoiselle Blanche memperbaiki make "p-nya di ruang penyimpanan mantel yang
berbatasan dengan ruang itu, lalu dia ke luar dan mencoba beberapa helai baju,
tapi tidak membelinya. Dia ke luar ke jalan lagi, sambil tersenyum sendiri. Dia
melihat-lihat ke sebuah toko buku, lalu menunggu bis untuk kembali ke
Meadowbank. Dia masih tetap tersenyum sendiri waktu dia berjalan di jalan masuk. Dia telah
mengatur semuanya dengan cermat. Uang yang dituntutnya tidak terlalu besar
jumlahnya tidak akan sulit untuk mengumpulkannya dalam waktu singkat. Dan
?jumlah itu akan lebih dari cukup untuk menjamin hidupnya. Karena di masa-masa
yang akan datang, dia akan mengadakan tuntutan-tuntutan lagi____
Ya, ini akan merupakan sumber penghasilan kecil yang sangat menyenangkan. Hati
kecilnya tidak terganggu. Dia sama sekali tidak merasa dirinya berkewajiban
melaporkan apa yang diketahui dan dilihatnya kepada polisi. Si Springer itu
memang 304 orang yang pantas dibenci, dia kasar, mal elevee.'-Dia suka mencampuri urusan
orang lain. Ah, pokoknya dia sudah mendapat ganjarannya.
Mademoiselle Blanche mampir sebentar di dekat kolam renang. Dilihatnya Eileen
Rich terjun. Kemudian Ann Shapland naik lalu terjun dengan sangat baik. ?Terdengar tawa dan sorak-sorai para siswi.
Lonceng berbunyi, dan Mademoiselle Blanche masuk untuk mengajar di kelas yunior.
Para siswi tidak memperhatikannya dan kelihatan bosan, namun Mademoiselle
Blanche hampir tidak melihat keadaan itu. Dia akan segera berhenti mengajar
untuk selamanya. Setelah pelajaran usai dia naik ke kamarnya untuk merapikan diri menjelang makan
malam. Samar-samar, tanpa disadarinya benar, dilihatnya bahwa tidak
?sebagaimana kebiasaannya dia telah melemparkan mantelnya begitu saja pada
?sebuah kursi di sudut dan bukan menggantungkannya seperti biasa.
Dia membungkukkan tubuhnya sedikit untuk melihat wajahnya di cermin.
Ditambahkannya bedak, lipstik____
Gerak itu demikian cepatnya hingga dia benar-benar terkejut. Tak terdengar
bunyi! Benar-benar tangkas dan terlatih. Mantel di kursi itu seolah-olah
menggumpal sendiri, jatuh ke lantai dan sesaat kemudian di belakang Mademoiselle
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Blanche sebuah tangan yang membawa karung pasir terangkat. Dia membuka mulutnya
namun tak sempat berteriak, karena karung pasir itu telah jatuh menimpa
tengkuknya dengan keras. *Angkuh, sombong 305 22. Insiden di Anatolia Nyonya Upjohn duduk di sisi jalan yang berbatasan dengan jurang yang dalam. Dia
sedang bercakap-cakap dengan seorang wanita Turki yang besar dan kuat dalam
bahasa Prancis yang dicampur dengan gerakan-gerakan isyarat. Wanita Turki itu
berusaha keras mengatasi kesulitan komunikasi dan menceritakan sampai soal yang
?sekecil-kecilnya keguguran kandungannya yang terakhir. Dia telah memiliki
?sembilan orang anak, kisahnya. Delapan orang di antaranya laki-laki, dan lima
kali keguguran. Dia kelihatan sama senangnya waktu mengalami keguguran dan
melahirkan. "Dan Anda?" Ditinjunya tulang rusuk Nyonya Upjohn secara bergurau. "Combien"
?garcons" filles" combien?"* Dia mengangkat tangannya siap untuk menghitung
? ?dengan jarinya. "Une fille,"** kata Nyonya Upjohn.
"Et garconst"***
Melihat bahwa penilaian wanita Turki itu atas dirinya akan menurun, maka karena
terdorong oleh rasa kebangsaannya, Nyonya Upjohn pun lalu
Berapa" laki-laki" perempuan" berapa?" !>*"Satu anak perempuan." !t**"Dan
? ? ?anak laki-laki?"
306 berbohong. Dia mengangkat lima jari tangan kanannya.
"Cinqt"* katanya.
"Cinq garqons" Tres bien!"*:>
Wanita Turki itu mengangguk memuji dengan rasa hormat. Ditambahkannya bahwa bila
saja saudara sepupunya yang fasih berbahasa Prancis itu ada di sini, mereka akan
dapat dengan mudah saling mengerti. Lalu dia mulai menceritakan keguguran
kandungannya yang terakhir.
Penumpang-penumpang lain berbaring dengan santai di sekeliling mereka, sambil
makan kue-kue kecil yang mereka bawa dalam keranjang. Bis yang kelihatan sudah
terlalu parah untuk dipakai itu mogok di atas sebuah tebing batu karang yang
menjorok, sedangkan pengemudinya dan seorang laki-laki lain sedang sibuk di
bagian mesin mobil. Nyonya Upjohn sama sekali tidak memperhatikan waktu.
Perjalanan mereka pernah terhalang oleh banjir, mereka pernah terpaksa harus
balik lagi, dan satu kali mereka pernah tertahan selama tujuh jam sampai sungai
yang harus mereka seberangi surut. Ankara tak jauh lagi dari sini, hanya itu
yang diketahuinya. Didengarkannya cerita temannya yang campur-aduk dan penuh
semangat itu sambil mencoba menduga-duga kapan dia harus mengangguk menunjukkan
rasa kagumnya, dan kapan harus menggeleng memperlihatkan rasa simpatinva.
Suatu suara membuyarkan pikirannya, suara yang tak serasi dengan keadaan di
sekitarnya sekarang. 'Lima." **"Lima anak laki-laki" Hebat!"
307 "Saya rasa Andalah Nyonya Upjohn," kata suara itu.
Nyonya Upjohn menengadah. Tak jauh dari tempat itu sebuah mobil berhenti. Pria
yang berdiri di hadapannya ini pasti baru turun dari mobil itu. Wajahnya, tak
salah lagi, adalah wajah seorang pria Inggris, demikian pula suaranya. Dia
mengenakan setelan flanel berwarna abu-abu yang tak bercacat.
"Astaga," kata Nyonya Upjohn. "Dr. Livingstone?"
"Kelihatannya begitu, ya," kata orang asing itu dengan nada menyenangkan. "Nama
saya Atkinson. Saya dari Konsulat Inggris di Ankara. Sudah dua-tiga hari ini
kami mencoba menghubungi Anda, tapi banyak jalan yang terputus."
"Anda ingin menghubungi saya" Mengapa?" Nyonya Upjohn bangkit dengan mendadak.
Ciri-ciri seorang pelancong yang santai hilang seketika. Dia kini menjadi
seorang ibu sejati, setiap bagian dari dirinya.
"Julia-kah?" tanyanya dengan tajam. "Apakah sesuatu telah terjadi atas diri
Julia?" "Tidak, tidak," Tuan Atkinson meyakinkannya. "Julia baik-baik saja. Sama sekali
bukan itu soalnya. Di Meadowbank telah terjadi kesulitan kecil, dan kami ingin
membawa Anda ke sana secepat mungkin. Akan saya antar Anda kembali ke Ankara,
dan satu jam kemudian Anda bisa naik pesawat terbang."
Nyonya Upjohn membuka mulutnya, tetapi segera menutupnya kembali. Kemudian dia
bangkit dan berkata, "Anda terpaksa harus mengambilkan kopor saya dari atas atap
bis itu. Itu yang berwarna biru tua." Dia berbalik, bersalaman dengan teman
Turki-nya tadi, dan berkata, "Sayang sekali saya
308 harus pulang sekarang." Dia melambai pada penumpang bis yang lain dengan ramah,
diserukannya salah satu dari sedikit kata-kata Turki yang dikuasainya, lalu
bersiap-siap untuk menyusul Tuan Atkinson tanpa bertanya lebih lanjut. Pria itu
mendapat kesan bahwa Nyonya Upjohn adalah seorang wanita yang bijaksana. Banyak
orang lain yang juga mendapat kesan seperti itu.
309 23. Penyelesaian Bu Bulstrode memandang orang-orang yang sudah berkumpul dalam salah sebuah kelas
yang kecil. Semua anggota staf pengajarnya ada di sana: Bu Chadwick, Bu Johnson,
Bu Rich, dan kedua guru yang masih muda. Ann Shapland duduk siap dengan notes
dan pinsilnya, kalau-kalau Bu Bulstrode menyuruhnya mencatat. Di samping Bu
Bulstrode duduk Inspektur Kelsey dan di sebelah sana, Hercule Poirot. Adam
Goodman duduk seorang diri, yaitu di antara tempat duduk para staf pengajar dan
apa yang dinamakannya sendiri badan eksekutif. Bu Bulstrode bangkit lalu
berbicara dengan suara yang terlatih dan penuh keyakinan,
"Saya rasa adalah hak Anda sekalian," katanya, "sebagai anggota staf saya dan
juga punya kepentingan mengenai nasib sekolah ini, untuk benar-benar mengetahui
sampai seberapa jauh kemajuan pemeriksaan perkara ini. Inspektur Kelsey sudah
memberikan beberapa informasi kepada saya. M. Hercule Poirot, yang punya
hubungan-hubungan internasional, telah mendapat bantuan yang berharga dari Swiss
dan beliau sendiri akan melaporkan soal khusus itu. Saya menyesal harus
menyampaikan bahwa kami belum selesai dengan pengusutan ini, namun beberapa soal
kecil telah terungkap dan saya rasa Anda semua akan merasa lega bila mengetahui
310 bagaimana duduk persoalannya pada saat ini." Bu Bulstrode memandang ke arah
Inspektur Kelsey, dan Inspektur itu bangkit.
"Secara resmi," kata inspektur itu, "saya tidak berhak untuk mengemukakan apa
yang saya ketahui. Saya hanya bisa meyakinkan pada Anda dengan mengatakan bahwa
kami telah mencapai kemajuan dan kami sudah mulai mendapat gambaran yang jelas
mengenai siapa yang bertanggung jawab atas ketiga tindak kejahatan itu, yang
semuanya telah terjadi di sini. Saya tak bisa mengatakan lebih banyak. Sahabat
saya, M. Hercule Poirot, yang tidak terikat oleh rahasia jabatan dan yang benar-
benar bebas untuk memberikan buah pikirannya sendiri, ajcan mengungkapkan pada
Anda informasi tertentu yang telah diperolehnya berkat pengaruhnya sendiri. Saya
yakin Anda semua setia pada Meadowbank dan pada Bu Bulstrode, dan bahwa Anda
akan mau menyimpan sendiri beberapa hal yang akan dikatakan oleh M. Poirot nanti
dan yang tak ada gunanya diketahui umum. Makin sedikit gosip dan spekulasi
mengenai hal itu makin baik, maka saya minta pada Anda agar menyimpan kenyataan-
kenyataan yang Anda dengar di sini hari ini bagi diri Anda sendiri. Anda semua
mengerti, bukan?" "Tentu," kata Bu Chadwick yang pertama-tama berbicara dan dengan tekanan. "Tentu
kami semua setia pada Meadowbank, saya harap."
"Tentu," kata Bu Johnson.
"Oh, ya," kata kedua guru muda.
"Saya setuju," kata Eileen Rich.
"Kalau begitu, M. Poirot?"
Hercule Poirot bangkit, memandang para hadirin dengan berseri-seri lalu memilin-
milin kumisnya 311 dengan hati-hati. Kedua guru muda tiba-tiba ingin tertawa, mereka berusaha untuk
tidak saling memandang sambil memoncongkan mulutnya.
"Waktu akhir-akhir ini merupakan waktu yang sulit dan penuh ketegangan bagi Anda
semua," katanya. "Pertama-tama saya ingin Anda tahu bahwa saya menghargai hal
itu. Hal itu tentu paling buruk akibatnya bagi Bu Bulstrode sendiri, namun Anda
semua pun menderita. Mula-mula Anda kehilangan tiga orang dari rekan Anda,
seorang di antaranya sudah agak lama di sini. Maksud saya Bu Vansittart. Bu
Springer dan Mademoiselle Blanche memang pendatang baru, namun kematian mereka
itu pasti juga merupakan shock bagi Anda dan merupakan kejadian yang
menyedihkan. Anda pasti juga telah menderita ketakutan, karena kelihatannya
seolah-olah ada semacam kutukan yang ditujukan terhadap para ibu guru di
Meadowbank ini. Baik saya maupun Inspektur Kelsey bisa memastikan pada Anda
bahwa itu tak benar. Dengan adanya rangkaian kejadian tersebut, Meadowbank
menjadi pusat perhatian dari beberapa kepentingan yang tak kita inginkan. Di
sini ada, apa yang bisa kita sebut, kucing di tengah-tengah burung dara. Tiga
pembunuhan telah terjadi di sini dan juga satu penculikan. Pertama-tama saya
akan membahas penculikan itu, karena dalam keseluruhan masalah ini kesulitannya
adalah menyingkirkan soal-soal luar yang, kecuali juga merupakan suatu
kejahatan, menyembunyikan pula petunjuk yang paling penting yaitu petunjuk ?mengenai seorang pembunuh yang kejam dan tegar yang berada di tengah-tengah Anda
sekalian." Dikeluarkannya sehelai foto dari sakunya.
"Pertama-tama akan saya edarkan foto ini."
312 Kelsey mengambilnya lalu menyerahkan kepada Bu Bulstrode, kemudian Bu Bulstrode
meneruskannya kepada para anggota staf. Foto itu dikembalikan lagi kepada
Poirot. Poirot memperhatikan wajah-wajah mereka yang semuanya tampak polos.
"Tolong jawab pertanyaan saya, apakah Anda mengenali gadis di foto itu?"
Semuanya menggeleng. "Seharusnya Anda kenal," kata Poirot. "Karena itu adalah foto Putri Shaista yang
saya peroleh dari Jenewa."
"Tapi itu sama sekali bukan Shaista," seru Bu 'Chadwick.
"Benar," kata Poirot. "Pangkal dari semua masalah ini ada di Ramat. Sebagaimana
Anda ketahui, tiga bulan yang lalu di sana telah terjadi suatu coup d'etat.*
Penguasanya, Pangeran Ali Yusuf, berhasil melarikan diri, dibawa terbang ke luar
oleh pilot pribadinya. Tapi pesawat mereka meledak di pegunungan di utara Ramat
dan baru pada akhir tahun ditemukan. Suatu barang yang sangat tinggi nilainya,
yang selalu dibawa oleh Pangeran Ali pribadi, ternyata hilang. Barang itu tidak
ditemukan di antara reruntuhan pesawatnya, dan ada desas-desus bahwa barang itu
sudah dibawa ke negeri ini. Beberapa pihak punya keinginan besar untuk menguasai
barang berharga itu. Salah satu yang bisa mereka jadikan petunjuk adalah satu-
satunya sanak Pangeran Ali Yusuf yang masih hidup, yaitu sepupu dekatnya,
seorang gadis yang waktu itu bersekolah di Swiss. Besar kemungkinan bila barang
berharga itu telah dibawa ke luar dari Ramat dengan selamat,
"Kudeta 313 barang itu pasti akan diserahkan kepada Putri Shaista atau kepada sanak-
saudaranya atau wali gadis itu. Agen-agen tertentu telah ditunjuk untuk
mengamat-amati pamannya, Emir Ibrahim, sedang yang lain mengamat-amati gadis itu
sendiri. Orang tahu bahwa dia akan masuk sekolah Meadowbank dalam semester ini.
Oleh karenanya wajarlah kalau seseorang ditunjuk untuk mencari pekerjaan di sini
dan mengawasi dengan ketat siapa-siapa yang menghubungi Putri itu, mengawasi
surat-suratnya dan pesan-pesan telepon. Tapi kemudian diperoleh suatu gagasan
yang lebih sederhana dan lebih berguna, yaitu menculik Shaista lalu mengirim
salah seorang anggota mereka sendiri ke sekolah ini dan menyamar sebagai
Shaista. Hal itu dapat dilakukan dengan mudah, karena Emir Ibrahim sedang berada
di Mesir dan tak punya niat untuk mengunjungi Inggris sebelum akhir musim panas.
Bu Bulstrode sendiri belum pernah melihat gadis itu dan semua urusan yang
dilakukannya sehubungan dengan penerimaan gadis itu dilaksanakan di kedutaan
besar di London. "Atau begitulah dugaan orang. Yang terjadi sebenarnya adalah sebagai berikut,
kedutaan besar di London diberi tahu bahwa seorang wakil dari sekolah di Swiss
akan menyertai gadis itu ke London. Shaista yang asli dibawa ke sebuah vila yang
sangat menyenangkan di Swiss dan di sanalah dia berada sejak itu. Sedang yang
tiba di London adalah seorang gadis lain. Di sana dia dijemput oleh seorang
wakil dari kedutaan besar dan selanjutnya dibawa ke sekolah ini. Gadis pengganti
itu tentulah harus jauh lebih tua dari Shaista yang asli. Tapi itu tidak akan
terlalu menarik perhatian, karena gadis-gadis Timur
314 umumnya kelihatan jauh lebih matang daripada umurnya yang sebenarnya. Seorang
aktris Prancis yang mengkhususkan dirinya untuk peran anak-anak sekolah telah
terpilih untuk tugas itu.
"Saya pernah bertanya," kata Hercule Poirot setengarfoerpikir, "apakah seseorang
pernah melihat lutut $haista. Lutut merupakan tanda-tanda umur yang jelas
sekali. Lutut seorang wanita yang berumur dua puluh tiga atau dua puluh empat
tahun tidak akan pernah bisa dikacaukan dengan lutut seorang gadis yang berumur
empat belas atau lima belas tahun. Tapi sayang, tak ada seorang pun yang
memperhatikan lututnya. "Rencana itu boleh dikatakan tidak berhasil seperti yang diharapkan. Tak seorang
pun mencoba menghubungi Shaista, tak ada surat-surat atau telepon yang berarti
yang datang untuknya, dan dengan berlalunya waktu mereka bertambah kuatir. Emir
Ibrahim mungkin tiba di Inggris sebelum waktunya. Dia tak pernah memberitahukan
rencana-rencananya lebih dulu. Saya dengar dia mempunyai kebiasaan untuk berkata
pada suatu malam, 'Besok aku ingin pergi ke London.' Dan langsung berangkat.
"Jadi Shaista palsu tahu bahwa setiap saat seseorang yang mengenal Shaista yang
asli akan tiba. Kemungkinan itu bertambah besar setelah pembunuhan itu dan oleh
karenanya dia mulai mempersiapkan suatu penculikan dan membicarakan hal itu
dengan Inspektur Kelsey. Padahal penculikan yang sebenarnya telah mereka lakukan
sama sekali tidak seperti itu. Segera setelah didengarnya bahwa paman Shaista
akan datang membawanva pergi esok paginya, dia menelepon seseorang. Setengah jam
sebelum mobil yang sebenarnya tiba, sebuah mobil
315 yang menyolok dengan nomor polisi CD palsu tiba dan Shaista pun 'diculik' secara
resmi. Sebenarnya dia diturunkan oleh mobil itu di kota besar yang pertama, di
mana dia kembali kepada identitas aslinya. Sepucuk surat tuntutan uang tebusan
yang palsu dikirimkan sekadar untuk mengelabui orang."
Hercule Poirot berhenti sebentar, lalu berkata, "Sebagaimana Anda lihat, itu
sebenarnya tak lebih dari tipuan seorang tukang sulap saja. Membelokkan
perhatian orang pada penculikan yang terjadi di sini, dan tak ada seorang pun di
sini menyadari bahwa penculikan yang sebenarnya telah terjadi tiga minggu yang
lalu di Swiss." Poirot sebenarnya hanya terlalu sopan untuk mengatakan maksudnya yang
sebenarnya, yaitu bahwa tak ada seorang pun menyadari hal itu kecuali dirinya
sendiri! "Kini kita beralih," katanya, "kepada sesuatu yang jauh lebih serius daripada
penculikan, yaitu pembunuhan.
"Tentu saja Shaista palsu mungkin telah membunuh Bu Springer, tapi dia tak
mungkin membunuh Bu Vansittart dan Mademoiselle Blanche. Lagi pula dia tak punya
motif untuk membunuh siapa-siapa, karena hal itu memang tidak dituntut dari dia.
Perannya hanyalah untuk menerima suatu bungkusan yang sangat berharga,
sebagaimana yang agaknya mungkin akan diantarkan orang padanya, atau mungkin
juga menerima berita mengenai hal itu.
"Sekarang mari kita kembali ke Ramat, di mana semuanya ini berawal. Didesas-
desuskan secara luas di Ramat bahwa Pangeran Ali Yusuf telah memberikan
bungkusan yang berharga itu kepada Bob Rawlinson, pilot pribadinya, dan bahwa
Bob 316 Rawlinson telah mengatur pengirimannya ke Inggris. Pada hari tersebut Rawlinson
pergi ke hotel utama di Ramat, di mana kakaknya, Nyonya Sutcliffe dan putrinya
Jennifer, sedang menginap. Nyonya Sutcliffe dan Jennifer sedang ke luar, namun
Bob RawUnson naik ke kamar mereka dan dia berada dalam kamar itu sekurang-
kurangnya dua puluh menit. Dalam keadaan itu cukup lama juga. Tentu mungkin saja
dia menulis surat panjang pada kakaknya. Tetapi tidaklah demikian halnya. Dia
hanya menulis sepucuk surat pendek, yang bisa saja diselesaikannya dalam waktu
beberapa menit. " "Maka berdasarkan kesimpulan dari beberapa pihak yang
terpisah, dapatlah ditarik kesimpulan yang sangat jelas, bahwa selama dia berada
dalam kamar kakaknya itu dia telah menempatkan barang berharga itu di antara
barang-barang milik kakaknya dan bahwa wanita itu telah membawanya kembali ke
Inggris ini. Sekarang kita tiba pada titik yang boleh saya sebutkan sebagai
pemisah antara dua pokok pikiran. Ada segolongan orang yang
berkepentingan (atau mungkin lebih dari satu golongan) yang memastikan bahwa ? ?Nyonya Sutcliffe telah membawa barang-barang itu kembali ke Inggris dan sebagai
akibatnya rumahnya di pedesaan telah dibongkar orang dan mereka telah
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggeledahnya habis-habisan. Hal itu menunjukkan bahwa siapa pun orang yang
mencari itu, dia tak tahu di mana sebenarnya barang-barang itu disembunyikan.
Dia hanya tahu bahwa barang-barang itu mungkin terdapat di antara barang-barang
Nyonya Sutcliffe. "Tapi ada seseorang lain yang tahu betul di mana sebenarnya barang-barang itu,
dan saya rasa sekarang ini sudah tak ada bahayanya lagi bagi saya untuk
317 menceritakan pada Anda di mang sebenarnya Bob Rawlinson menyembunyikannya. Dia
menyembunyikannya di dalam gagang sebuah raket tenis. Pada gagang itu dibuatnya
rongga dan kemudian direkatnya kembali sedemikian rapinya hingga sulit dilihat.
"Raket tenis itu bukan milik kakaknya, melainkan milik putrinya, Jennifer.
Seseorang yang tahu betul di mana barang itu tersimpan, pergi ke Pavilyun
Olahraga pada suatu malam, setelah terlebih dulu dia menyuruh buatkan sebuah
tiruan anak kunci. Tengah malam seperti waktu itu pastilah semua orang sudah
berada di tempat tidurnya dan tidur. Tapi ternyata tidak demikian halnya. Dari
gedung sekolah Bu Springer melihat cahaya senter di dalam Pavilyun Olahraga dan
dia ke luar untuk menyelidiki. Dia adalah seorang wanita muda yang kuat dan
tegap badannya dan dia tidak meragukan kemampuannya untuk mengatasi apa pun yang
mungkin dihadapinya. Orang yang pertama tadi mungkin sedang memilih-milih di
antara raket-raket tenis untuk menemukan raket yang dicarinya. Waktu dia
tertangkap basah dan dikenali oleh Bu Springer, dia tak ragu lagi.... Orang yang
mencari-cari itu adalah seorang pembunuh, dan Bu Springer ditembaknya sampai
tewas. Setelah itu si pembunuh harus bertindak cepat. Tembakan tadi didengar
orang, dan orang-orang pun berdatangan. Dengan cara bagaimanapun juga dia harus
ke luar dari Pavilyun Olahraga tanpa dilihat. Raket itu harus ditinggalkan di
tempatnya semula untuk sementara....
"Beberapa hari kemudian dilakukan suatu cara lain. Seorang wanita asing yang
berbicara dengan logat Amerika yang dibuat-buat menghadang J enni -
318 fer Sutcliffe waktu dia sedang berjalan dari lapangan tenis, dan menceritakan
padanya suatu kisah yang masuk akal mengenai seorang keluarganya yang
mengiriminya sebuah raket tenis baru. Tanpa curiga Jennifer menerima baik kisah
itu dan dengan senang hati menukarkan raket yang sedang dibawanya dengan raket
baru yang mahal yang telah dibawa si wanita asing itu. Tapi suatu peristiwa
telah terjadi sebelumnya dan wanita yang berlogat Amerika itu tak tahu-menahu
mengenai peristiwa itu. Yaitu beberapa hari sebelumnya Jennifer Sutcliffe dan
Julia Upjohn telah bertukar raket, hingga apa yang dibawa wanita asing itu
sebenarnya adalah raket tua kepunyaan Julia Upjohn, meskipun pita nama yang
melekat di situ memakai nama Jennifer.
"Sekarang kita tiba pada tragedi yang kedua. Bu Vansittart, entah dengan alasan
apa, tapi mungkin sehubungan dengan penculikan Shaista yang terjadi petang itu,
mengambil sebuah senter lalu ke luar ke Pavilyun Olahraga setelah semua orang
pergi tidur. Seseorang yang menyusulnya ke situ menghantamnya dengan sebuah pipa
karet besar atau karung pasir waktu dia sedang membungkuk di dekat lemari kecil
Shaista. Sekali lagi kejahatan itu segera ketahuan. Bu Chadwick melihat cahaya
di Pavilyun Olahraga dan bergegas pergi ke sana.
"Sekali lagi polisi menguasai Pavilyun Olahraga, dan sekali lagi pembunuh itu
terhalang untuk mencari dan memeriksa raket tenis di sana. Tapi menjelang waktu
itu Julia Upjohn, seorang siswi yang cerdas, memikirkan beberapa hal dan dia
tiba pada kesimpulan yang masuk akal bahwa raket yang kini dimilikinya dan yang
semula dimiliki oleh Jennifer itu adalah barang yang penting. Dia pun mulai
319 menyelidiki sendiri. Dia menyadari bahwa dugaannya benar, dan isi raket itu
dibawanya kepada saya. "Sekarang," kata Hercule Poirot, "barang itu berada di tempat yang terjamin
keselamatannya dan kita di sini tak perlu menguatirkannya lagi." Dia berhenti
sebentar lalu melanjutkan,
"Sekarang kita harus meninjau tragedi yang ketiga.
"Kita tidak akan pernah tahu apa yang diketahui atau dicurigai oleh Mademoiselle
Blanche. Mungkin dia telah melihat seseorang meninggalkan gedung sekolah pada
malam hari pembunuhan Bu Springer itu. Apa pun yang diketahui atau dicurigainya,
dia bisa mengenali pembunuhnya. Dan dia tidak melaporkan tentang apa yang
diketahuinya itu. Dia merencanakan untuk mendapat uang sebagai imbalan tutup
mulutnya. "Tak ada satu pun," kata Hercule Poirot dengan fantang, "yang lebih berbahaya
daripada memeras seseorang yang telah membunuh. Mungkin Mademoiselle Blanche
telah mengambil langkah-langkah pengamanannya sendiri, namun apa pun langkah-
langkah itu, belumlah memadai. Dia membuat janji dengan pembunuh itu dan dia
terbunuh." Dia berhenti lagi sebentar.
"Nah, itulah," katanya sambil melihat ke sekelilingnya. "Anda telah mendengar
seluruh peristiwa itu."
Semua yang mendengarkan menatapnya. Wajah-wajah yang mula-mula membayangkan
perhatian, rasa heran, sukacita, kini seolah-olah membeku dan semuanya tenang.
Seolah-olah mereka takut memperlihatkan perasaan mereka. Hercule Poirot
mengangguk kepada mereka.
320 "Ya," katanya, "saya tahu bagaimana perasaan Anda sekalian. Jadi, seseorang di
antara kita sendiri, bukan" Oleh karenanya, saya, Inspektur Kelsey, dan Tuan
Adam Goodman, telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Soalnya kami ingin tahu,
apakah masih ada kucing itu di tengah-tengah burung dara! \ Mengertikah Anda
maksud saya" Apakah di sini ada [seseorang yang berkedok sebagai seseorang yang
lain?" Terasa seolah-olah ada riak di antara orang-orang yang mendengarkannya. Masing-
masing memandang sekejap atau mengerling, seolah-olah ingin ' saling memandang,
namun tak berani. "Saya senang karena saya bisa meyakinkan Anda," kata Poirot, "bahwa Anda semua
yang ada di sini pada saat ini adalah Anda sebagaimana pengakuan Anda sendiri.
Bu Chadwick, misalnya, memang Bu Chadwick yang sebenarnya hal itu tentu tak ?usah diragukan karena beliau sudah berada di sini sejak Meadowbank didirikan! Bu
Johnson pun memang Bu Johnson. Nona Shapland adalah Nona Shapland. Bu Rowan dan
Bu Blake memang sebenarnya Bu Rowan dan Bu Blake. Selanjutnya," kata Poirot
sambil memalingkan kepalanya, "Adam Goodman yang bekerja sebagai tukang kebun di
sini, meskipun bukan Adam Goodman yang sebenarnya, adalah seseorang yang namanya
tercantum pada tanda pengenalnya. Jadi sampai di manakah kita" Kita tidak
mencari seseorang yang menyamar sebagai seseorang yang lain, tapi kita harus
mencari seseorang yang dalam identitas sebenarnya adalah seorang pembunuh."
Kini ruangan itu sunyi-sepi. Terasa adanya ancaman.
321 Poirot melanjutkan, "Pertama-tama kita ingin mencari seseorang yang berada di Ramat tiga bulan yang
lalu. Hanya ada satu jalan seseorang bisa mengetahui bahwa barang itu
disembunyikan di dalam raket tenis. Yaitu bila dia melihat barang-barang itu
dimasukkan ke situ oleh Bob Rawlinson. Begitu sederhananya. Jadi, siapa di
antara Anda sekalian di sini, yang berada di Ramat tiga bulan yang lalu" Bu
Chadwick ada di sini, Bu Johnson ada di sini." Matanya terus mencari ke kedua
orang guru muda. "Bu Rowan dan Bu Blake ada di sini."
Diacungkannya jarinya, lalu dia menunjuk.
"Tapi Bu Rich Bu Rich tidak berada di sini dalam semester yang lalu, bukan?"
?"Saya tidak. Saya sakit." Dia berbicara dengan terburu-buru. "Saya pergi selama
?satu semester." "Itu satu hal yang tidak kami ketahui," kata Hercule Poirot, "baru beberapa hari
yang lalu seseorang mengatakannya secara sepintas lalu. Waktu ditanyai oleh
polisi pertama kali, Anda hanya mengatakan bahwa Anda sudah satu setengah tahun
berada di Meadowbank. Itu sebenarnya memang betul. Tapi Anda tidak berada di
tempat dalam . semester yang lalu. Anda bisa saja berada di Ramat pada waktu
itu dan saya rasa Anda memang berada di Ramat. Berhati-hatilah. Anda pun tahu
?bahwa hal itu dapat dilacak dari paspor Anda."
Keadaan sepi sebentar, lalu Eileen Rich mengangkat mukanya.
"Ya," katanya dengan tenang. "Saya berada di Ramat. Mengapa tidak?"
"Mengapa Anda pergi ke Ramat, Bu Rich?"
322 "Anda sudah tahu itu. Saya sakit. Dokter menasihatkan supaya saya tetirah pergi?ke luar negeri. Saya menulis surat kepada Bu Bulstrode dan saya jelaskan bahwa
saya harus minta izin selama satu semester. Beliau mau mengerti."
"Memang benar," kata Bu Bulstrode. "Dia telah melampirkan keterangan dokter yang
menyatakan bahwa tidak akan baik bagi Bu Rich kalau dia terus menjalankan
tugasnya sampai semester berikutnya."
"Jadi Anda pergi ke Ramat?" kata Hercule Poirot.
?"Mengapa saya tak boleh pergi ke Ramat?" kata Eileen Rich. Suaranya agak
gemetar. "Ada tawaran ongkos murah bagi guru-guru sekolah. Saya memerlukan
istirahat. Saya memerlukan sinar matahari. Jadi saya pergi ke Ramat. Dua bulan
lamanya saya di sana. Mengapa tidak" Coba katakan, mengapa tidak?"
"Anda tak pernah menceritakan bahwa Anda berada di Ramat pada waktu revolusi
itu." "Untuk apa" Apakah ada hubungannya dengan siapa pun di sini" Saya tak pernah
membunuh seseorang. Saya tak pernah membunuh seseorang."
"Tahukah Anda, Anda dikenali oleh seseorang," kata Hercule Poirot. "Meskipun
tidak dengan penuh keyakinan, siswi yang bernama Jennifer itu samar-samar merasa
mengenali Anda. Katanya dia merasa telah melihat Anda di Ramat, tapi kemudian
dia berkesimpulan bahwa itu tak mungkin Anda, karena katanya orang yang
dilihatnya itu gemuk, tidak kurus." Poirot membungkukkan tubuhnya, matanya
menikam ke wajah Eileen Rich.
323 "Apa yang dapat Anda katakan, Bu Rich?"
Bu Rich membalikkan tubuhnya. "Saya tahu apa yang ingin Anda kemukakan!"
serunya. "Anda akan mengemukakan bahwa pembunuhan-pembunuhan ini tidaklah
dilakukan oleh seorang agen rahasia atau semacamnya. Bahwa pelakunya adalah
seseorang yang kebetulan berada di sana, seseorang yang kebetulan melihat harta
itu disembunyikan dalam sebuah raket tenis. Seseorang yang tahu bahwa anak itu
akan bersekolah di Meadowbank, dan bahwa orang itu akan punya kesempatan untuk
mengambil barang yang tersembunyi itu sendiri. Tapi saya katakan, itu tak
benari" "Ya, saya rasa begitulah kejadiannya," kata I^oirot. "Seseorang telah melihat
permata-permata itu disembunyikan dan dia lalu melupakan semua tugas dan
kepentingan lainnya untuk memiliki barang-barang itu!"
"Sudah saya katakan, itu tak benar. Saya tidak melihat apa-apa...."
"Inspektur Kelsey," kata Poirot sambil memalingkan kepalanya.
Inspektur Kelsey mengangguk dia pergi ke pintu, membukanya, dan Nyonya Upjohn
?pun berjalan memasuki ruangan itu.
II "Apa kabar, Bu Bulstrode?" kata Nyonya Upjohn, sambil memandang kemalu-maluan.
"Maafkan saya, saya tak rapi begini. Soalnya kemarin saya masih berada di suatu
tempat di dekat Ankara dan saya baru saja tiba dengan pesawat terbang. Saya
benar-benar 324 acak-acakan, saya sama sekali tak punya waktu untuk membersihkan diri atau
berbuat sesuatu yang lain."
"Tak apa-apa," kata Hercule Poirot. "Kami ingin menanyakan sesuatu pada Anda."
"Nyonya Upjohn," kata Kelsey, "waktu Anda datang kemari mengantarkan putri Anda
dan berada sdi ruang duduk Bu Bulstrode, Anda melihat ke luar jendela yaitu ?jendela dari mana Anda bisa melihat Ke " jalan masuk di depan dan Anda waktu
?itu berseru seolah-olah mengenali seseorang yang Anda lihat di sana. Begitu,
bukan?" Nyonya Upjohn melihat kepadanya dengan terbelalak. "Waktu saya berada di kamar
duduk Bu Bulstrode" Saya melihat oh, ya memang] Saya memang melihat
? ?seseorang." "Seseorang yang membuat Anda terkejut melihatnya?"
"Yah, saya agak.... Soalnya, hal itu sudah lewat bertahun-tahun yang lalu."
"Maksud Anda pada masa Anda masih bekerja dalam Dinas Intelijen menjelang akhir
perang?" "Ya. Kira-kira lima belas tahun yang lalu. Orang itu tentu sudah jauh lebih tua,
tapi saya segera mengenalinya. Dan saya merasa heran untuk apa dia berada di
sini." "Nyonya Upjohn, coba Anda lihat ke sekeliling ruangan ini dan katakan apakah
Anda melihat orang itu di sini sekarang?"
"Ya, tentu," kata Nyonya Upjohn. "Begitu saya masuk, saya melihatnya. Itu dia."
Dia menudingkan jarinya. Inspektur Kelsey bergerak cepat, demikian pula Adam,
tapi mereka tak cukup cepat. Ann Shapland melompat berdiri. Tangannya
menggenggam sebuah pistol yang rae -
325 ngerikan teracung ke arah Nyonya Upjohn. Bu Bulstrode, lebih cepat daripada
kedua pria itu, bergerak maju dengan sigap, namun Bu Chadwick lebih cepat lagi.
Bukan Nyonya Upjohn yang ingin dilindunginya, melainkan wanita yang berada di
antara Ann Shapland dan Nyonya Upjohn.
"Tidak, jangan," teriak Chaddy, dan dia melompat melemparkan dirinya melindungi
Bu Bulstrode tepat pada saat pistol otomatik kecil itu meletus.
Bu Chadwick terhuyung, lalu perlahan-lahan jatuh. Bu Johnson berlari
mendapatkannya. Adam dan Kelsey kini sudah berhasil menangkap Ann Shapland.
Wanita itu memberontak seperti seekor kucing liar, tapi mereka berhasil merebut
pistol otomatik itu darinya.
Dengan napas terengah Nyonya Upjohn berkata,
"Waktu itu pun orang sudah mengatakan bahwa dia seorang pembunuh, meskipun dia
masih begitu muda. Dia adalah salah seorang agen yang paling berbahaya. Nama
samarannya adalah Angelica."
"Kau! Anjing pembohong!" sembur Ann Shapland dengan lantang. , Hercule Poirot
berkata, "Dia tidak berbohong. Anda memang berbahaya. Anda memang selalu menjalani
kehidupan yang penuh bahaya. Sampai saat ini, Anda belum pernah dicurigai bila
memakai nama Anda sendiri. Semua pekerjaan yang Anda kerjakan dengan menggunakan
nama Anda sendiri merupakan pekerjaan yang benar-benar murni, Anda laksanakan
dengan sempurna tapi semua pekerjaan itu Anda kerjakan dengan tujuan tertentu,
? dan tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi. Anda pernah bekerja pada
sebuah perusahaan minyak, pada seorang arkeolog
326 yang pekerjaannya mengharuskan dia pergi ke suatu wilayah tertentu di bumi ini.
Pernah pula bekerja pada seorang aktris yang pelindungnya adalah seorang
politikus terkemuka. Sejak berumur tujuh belas tahun Anda sudah bekerja sebagai
seorang agen rahasia untuk majikan yang berbeda-beda. Jasa-jasa Anda selalu ?merupakan barang berharga dan /inda dibayar tinggi. Anda telah memainkan peran
ganda. Kebanyakan tugas-tugas Anda, Anda laksanakan dengan nama Anda sendiri,
tapi ada beberapa pekerjaan di mana Anda memakai nama lain. Pada waktu
menjalankan pekerjaan itulah Anda berpura-pura harus pulang ke rumah untuk
mengurus ibu Anda. "Tapi saya meragukan, Nona Shapland, bahwa wanita tua yang saya kunjungi, yang
tinggal di sebuah desa kecil bersama seorang perawat yang selalu harus
mengurusnya, wanita tua yang kurang waras, itu sama sekali bukan ibu Anda.
Wanita tua itu telah Anda jadikan alasan bila Anda harus menarik diri dari suatu
pekerjaan atau lingkungan kenalan-kenalan Anda. Masa tiga bulan musim salju ini,
pada waktu mana Anda harus berada bersama 'ibu' Anda itu karena dia sedang
terserang salah satu 'penyakitnya', bertepatan benar dengan waktu Anda berada di
Ramat. Bukan sebagai Ann Shapland, melainkan sebagai Angelica de Toredp, seorang
penari kabaret dari Spanyol atau keturunan Spanyol. Anda menempati kamar di
sebelah kamar Nyonya Sutcliffe di hotel, dan kebetulan Anda melihat Bob
Rawlinson menyembunyikan permata-permata itu di dalam raket tenis. Anda tak
punya kesempatan mengambil raket tersebut karena pada saat itu terjadi
pengungsian mendadak atas semua orang Inggris, namun Anda
327 telah sempat membaca label nama pada barang-barang mereka dan tidaklah sulit
mengetahui sesuatu tentang mereka. Untuk mendapat pekerjaan sebagai seorang
sekretaris di sini pun tidak sulit. Saya telah menanyai beberapa pihak. Anda
telah membayar sejumlah besar uang kepada sekretaris Bu Bulstrode yang terdahulu
untuk mengosongkan jabatan ini dengan alasan 'suatu gangguan syaraf. Dan Anda
punya kisah yang sangat masuk akal pula. Anda ditunjuk untuk menulis suatu seri
artikel mengenai sebuah sekolah wanita 'dari dalam'.
"Semua kelihatannya mudah, bukan" Bila raket seorang siswi hilang, apa hendak
dikata" Lebih mudah lagi, Anda akan pergi ke Pavilyun Olahraga pada malam hari
dan mengeluarkan permata-permata itu. Tetapi Anda tidak memperhitungkan Bu
Springer. Mungkin dia pernah melihat Anda memeriksa raket-raket itu. Mungkin dia
kebetulan terbangun malam itu. Dia menyusul Anda pergi ke sana dan Anda
menembaknya. Kemudian Mademoiselle Blanche mencoba memeras Anda, dan Anda
membunuhnya pula. Membunuh itu bagi Anda seolah-olah wajar saja, bukan?"
Dia berhenti. Kemudian dengan suara resmi dan datar, Inspektur Kelsey membacakan
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tuduhan-tuduhan atas diri tahanannya.
Wanita itu tidak mendengarkannya. Sambil berpaling pada Hercule Poirot, dia
menyemburkan kata-kata kotor dengan suara melengking hingga semua orang dalam
ruangan itu terkejut. "Waduh!" kata Adam, setelah Kelsey membawa wanita itu pergi. "Padahal saya
sangka dia gadis baik-baik!"
328 Selama itu Bu Johnson berlutut terus di sisi Bu Chadwick.
"Saya kuatir lukanya parah," katanya." "Sebaiknya dia tidak diangkat sampai
dokter datang." 329 24. Penjelasan Poirot Nyonya Upjohn yang sedang berjalan di sepanjang lorong bangunan sekolah
Meadowbank, sudah lupa akan peristiwa mendebarkan yang baru saja dialaminya.
Kini dia tak lebih dari seorang ibu yang sedang mencari anaknya. Anak itu
ditemukannya dalam sebuah kelas yang kosong. Julia sedang menunduk di bangkunya,
lidahnya terulur sedikit. Dia sedang tenggelam dalam kesulitannya membuat sebuah
karangan. Dia mengangkat mukanya lalu terbelalak. Kemudian dia berlari menyeberangi kelas
itu dan merangkul ibunya.
"Mama!" Kemudian menyadari bahwa dia sudah besar, dia merasa malu karena tak mampu
mengendalikan emosinya. Dia lalu menahan diri dan berbicara dengan nada biasa
saja bahkan terdengar sedikit menuduh.?"Apakah Mama tidak terlalu cepat kembali?"
"Aku kembali naik pesawat terbang," kata Nyonya Upjohn, hampir-hampir dengan
nada menyesal, "dari Ankara."
"Oh," kata Julia. "Yah saya senang Mama sudah kembali."
?"Ya," kata Nyonya Upjohn. "Aku pun senang juga."
330 Mereka saling berpandangan dengan malu-malu. "Sedang apa kau?" tanya Nyonya
Upjohn, sambil mendekat. "Sa^a sedang membuat karangan untuk Bu Rich," kata Julia. "Dia selalu memberikan
judul-judul yang menarik."
"Yang ini apa judulnya," tanya Nyonya Upjohn. Dia ikut membungkuk.
Judul karangan itu tercantum di bagian atas halaman. Di bawahnya menyusul
sembilan atau sepuluh baris tulisan Julia yang tak rata dan besar-besar.
"Perbandingan Sikap Macbeth dengan Lady Macbeth Terhadap Pembunuhan," demikian
Nyonya Upjohn membaca. "Yah," katanya ragu, "judul karangan itu tak bisa dikatakan tak menarik!"
Dibacanya awal dari karangan singkat putrinya. "Macbeth," demikian tulis Julia,
"menyukai gagasan tentang pembunuhan dan sering berpikir tentang hal itu, tapi
dia membutuhkan dorongan untuk memulainya. Segera setelah dia mulai, dia
menikmati rasanya membunuh orang dan tak ada lagi rasa enggan atau takut untuk
berbuat begitu. Lady Macbeth hanya serakah dan ambisius saja. Pikirnya, dia tak
peduli apa yang harus dilakukannya untuk mendapatkan apa yang diingininya. Tapi
segera setelah keinginannya itu diperolehnya, dia merasa bahwa dia sama sekali
tidak menyukainya." "Bahasamu kurang lancar," kata Nyonya Upjohn. "Kurasa kau harus mengubahnya
sedikit. Tapi isinya sudah bagus."
331 II Inspektur Kelsey sedang berbicara dengan nada agak mengeluh.
"Bagi Anda mudah saja, Poirot," katanya. "Anda bisa saja berkata dan berbuat
banyak hal yang tak bisa kami lakukan, dan saya akui, semuanya itu tadi telah
diatur dengan baik. Anda telah berhasil membuatnya lengah dan menyangka bahwa
kita ingin menangkap Rich, lalu kemudian munculnya Nyonya Upjohn secara mendadak
telah membuatnya gelap mata. Untung sekali pistol otomatik itu disimpannya
setelah dia menembak Springer. Kalau pelurunya cocok..."
"Cocok, mori ami/1' pasti cocok," kata Poirot.
"Kalau begitu kita bisa dengan mudah menuduhnya membunuh Springer. Saya dengar
keadaan Bu Chadwick buruk sekali. Tapi coba dengar, Poirot, saya masih belum
mengerti bagaimana mungkin Shapland membunuh Bu Vansittart. Kalau ditinjau
secara fisik, tak mungkin. Dia punya alibi yang kuat sekali kecuali kalau anak ?muda Rathbone itu dan seluruh staf Kelab Malam Le Nid Sauvage ikut terlibat
bersamanya." Poirot menggeleng. "Oh, tidak," katanya. "Alibinya memang benar-benar kuat. Dia
telah membunuh Bu Springer dan Mademoiselle Blanche. Tapi Bu Vansittart..." Poirot
ragu sebentar, lalu dia memandang ke arah Bu Bulstrode yang duduk mendengarkan
mereka. "Bu Vansittart dibunuh oleh Bu Chadwick."
"Sahabatku 332 "Bu Chadwick?" seru Bu Bulstrode dan Kelsey bersama-sama.
Poirot mengangguk. "Saya yakin akan hal itu."
"Tapi mengapa?"
?"Saya rasa," kata Poirot, "Bu Chadwick terlalu mencintai Meadowbank...." Matanya
terarah kepada Bu Bulstrode lagi.
"Saya mengerti...." kata Bu Bulstrode. "Ya, ya, saya mengerti. Saya seharusnya
sudah tahu." Dia Jaerhenti sebentar. "Maksud Anda dia...?"
"Ma"ksud saya," kata Poirot, "dia telah memulai sekolah ini bersama Anda, selama
ini dia sudah menganggap Meadowbank ini sebagai milik Anda berdua."
"Dalam batas tertentu memang demikian," kata Bu Bulstrode.
"Memang," kata Poirot. "Tapi itu hanya dalam segi keuangannya saja. Waktu Anda
mulai menyinggung soal pengunduran diri Anda, dia beranggapan bahwa dirinyalah
yang akan menggantikan."
"Tapi dia sudah terlalu tua," bantah Bu Bulstrode.
"Ya," kata Poirot, "dia terlalu tua dan tidak sesuai untuk menjabat kepala
sekolah. Tapi dia sendiri tidak berpendapat begitu. Pikirnya kalau Anda
mengundurkan diri dengan sendirinya dialah yang akan menjadi kepala sekolah
Meadowbank. Kemudian didengarnya bahwa tidak demikian halnya. Bahwa Anda
mempertimbangkan seseorang lain, bahwa Anda telah menentukan Eleanor Vansittart.
Padahal dia mencintai Meadowbank. Dia mencintai sekolah ini dan dia tak suka
pada Eleanor Vansittart. Saya rasa akhirnya dia bahkan membencinya."
333 "Bisa saja dia begitu," kata Bu Bulstrode. "Ya, Eleanor Vansittart
itu bagaimana saya harus mengatakannya ya" dia selalu tenang, sangat yakin ? ?dalam segala hal. Tentu sulit menanggungnya bila kita iri. Itu maksud Anda,
bukan" Chaddy iri."
"Benar," kata Poirot. "Dia iri pada Meadowbank dan iri pada Eleanor Vansittart.
Dia tak tahan membayangkan sekolah ini dipimpin Bu Vansittart. Lalu mungkin
sesuatu dalam sikap Anda membuat dia menduga bahwa Anda sudah menjadi lemah."
"Saya memang menjadi lemah," kata Bu Bulstrode. "Tapi melemahnya saya mungkin
bukan seperti yang diduga Chaddy. Sebenarnya saya berpikir tentang seseorang
lain yang lebih muda daripada Vansittart saya memikirkannya, lalu saya
?berkata, tidak, dia terlalu muda____Saya ingat waktu
itu Chaddy ada bersama saya."
"Dan dia menyangka," kata Poirot, "bahwa yang Anda maksudkan adalah Bu
Vansittart. Bahwa Anda mengatakan Bu Vansittart terlalu muda. Dia sependapat.
Pikirnya pengalaman dan kebijaksanaan seperti yang dimilikinya adalah hal-hal
yang jauh lebih penting. Tapi kemudian, ternyata Anda kembali pada keputusan
Anda semula. Anda memilih Eleanor Vansittart sebagai orang yang tepat dan dia
Anda serahi tanggung jawab sekolah selama akhir pekan itu. Saya rasa beginilah
kejadiannya. Minggu malam itu Bu Chadwick gelisah, dia bangun dan dia melihat
cahaya di ruang permainan squash. Dia ke luar ke sana, tepat seperti yang
dikatakannya. Hanya satu hal dalam ceritanya yang berbeda dari apa yang
dikatakannya. Bukan sebuah alat pemukul golf yang dibawanya serta. Dia mengambil
salah sebuah karung pasir dari tumpukan di lorong itu. Dia ke luar ke sana
334 siap untuk berhadapan dengan seorang pencuri, dengan seseorang yang telah masuk
dengan paksa ke Pavilyun Olahraga untuk kedua kalinya. Dia siap memegang karung
pasir itu untuk membela dirinya bila dia diserang. Tapi apa yang ditemukannya"
Ditemukannya Eleanor Vansittart sedang berlutut dan melihat ke dalam sebuah
lemari kecil, dia berpikir, mungkin (karena aku memang pandai menempatkan
?diriku ke dalam pikiran orang lain kata Hercule Poirot dalam hatinya) pikirnya,
?seandainya aku seorang perampok, seorang pencuri, maka aku akan mendekatinya
dari belakang dan menyerangnya. Dan begitu pikiran itu masuk ke otaknya, rlengan
setengah menyadari perbuatannya diangkatnya karung pasir itu lalu
dihantamkannya. Dan terkaparlah Eleanor Vansittart, meninggal. Ia tidak akan
dapat menghalanginya lagi. Saya rasa setelah itu dia menyadari apa yang telah
dilakukannya. Dan sejak itu kesadaran tersebut menggerogotinya karena Bu
?Chadwick bukan orang yang berpembawaan pembunuh. Sebagaimana lazimnya orang lain
juga, dia telah terdorong oleh rasa iri dan oleh siksaan batinnya. Siksaan batin
yang merupakan cintanya pada Meadowbank. Kini setelah Eleanor Vansittart
meninggal dia merasa yakin bahwa dia akan menggantikan Anda di Meadowbank. Oleh
karena itu dia tidak mengakui kesalahannya. Dikisahkannya ceritanya kepada
polisi tepat benar seperti yang telah terjadi kecuali satu kenyataan kecil yang
penting, yaitu bahwa dialah yang telah menghantamkan pukulan itu. Tapi ketika
ditanya tentang tongkat golf, Bu Chadwick cepat-cepat menyatakan bahwa dialah
yang telah membawa benda itu ke luar. Padahal sebenarnya Bu Vansittart
335 yang membawanya, karena dia merasa gugup setelah semua kejadian di sini. Dia tak
mau Anda punya dugaan barang sekejap pun bahwa dialah yang telah membawa karung
pasir itu." "Mengapa Ann Shapland juga memilih karung pasir untuk membunuh Mademoiselle
Blanche?" tanya Bu Bulstrode.
"Pertama, dia tentu menganggap terlalu berbahaya kalau sampai terdengar suatu
tembakan pistol di gedung sekolah, dan alasan kedua, dia adalah wanita muda yang
amat cerdas. Dia ingin menghubungkan pembunuhan yang ketiga ini dengan
pembunuhan yang kedua, karena untuk yang kedua dia punya alibi."
"Saya benar-benar tak tahu apa yang dilakukan Eleanor Vansittart sendirian dalam
Pavilyun Olahraga itu," kata Bu Bulstrode.
"Saya rasa kita bisa saja menerkanya. Mungkin dia lebih kuatir mengenai
hilangnya Shaista daripada yang tampak pada lahirnya. Dia sama risaunya dengan
Bu Chadwick. Bahkan mungkin lebih, karena dialah yang telah Anda serahi sebagai
wakil Anda sedang penculikan itu terjadi waktu dia yang bertanggung jawab. ?Lebih-lebih karena dia telah menunda-nundanya selama mungkin karena rasa
enggannya dan ketakutannya menghadapi kenyataan-kenyataan yang tak
menyenangkan." "Jadi rupanya ada kelemahan di balik facade*" renung Bu Bulstrode. "Saya sudah
menduga hal itu." "Saya rasa dia juga tak bisa tidur. Dan saya rasa diam-diam dia pergi ke luar ke
Pavilyun Olahraga untuk memeriksa lemari kecil Shaista, siapa tahu di
'Permukaan 336 situ mungkin ada suatu petunjuk mengenai hilangnya gadis itu."
"Agaknya Anda punya penjelasan untuk segala sesuatu, Tuan Poirot."
"Itulah keistimewaannya," kata Inspektur Kelsey dengan nada agak iri.
"Lalu apa maksud Anda menyuruh Eileen Rich membuat gambar sketsa beberapa orang
anggota staf saysff*"
"Saya ingin mengetes kemampuan anak yang bernama Jennifer itu dalam mengenali
wajah. Saya segera mengambil kesimpulan bahwa pikiran Jennifer benar-benar hanya
dipenuhi oleh urusan-urusannya sendiri saja hingga orang lain hanya dipandangnya
sepintas kilas, dan dia hanya memperhatikan detil bagian luar dari penampilan
seseorang. Dia tak bisa mengenali gambar sketsa Mademoiselle Blanche dengan tata
rambut yang berbeda. Kalau begitu apalagi untuk mengenali Ann Shapland, yang
sebagai sekretaris Anda jarang sekali dilihatnya dari dekat."
"Apakah menurut Anda, wanita dengan raket itu adalah Ann Shapland sendiri?"
"Ya. Itu semua semata-mata adalah hasil karya seorang wanita. Ingatkah Anda pada
hari itu, Anda menekan bel untuk memanggilnya akan menyampaikan suatu pesan
kepada Julia, tapi akhirnya karena dia tak datang memenuhi panggilan itu Anda
lalu menyuruh seorang siswi memanggil Julia. Ann sudah terbiasa menyamar dengan
cepat. Dipakainya rambut palsu berwarna pirang, alis mata yang digambar dengan
cara yang lain, gaun yang berkesan 'ramai' dan topi. Dia hanya perlu
meninggalkan mesin tiknya selama dua puluh menit untuk itu. Dari gambar-337
gambar sketsa Bu Rich yang ahli itu, saya melihat betapa mudahnya bagi seorang
wanita untuk mengubah penampilannya hanya dengan perubahan-perubahan di bagian
luar saja." "Bu Rich saya jadi ingin tahu...." Bu Bulstrode tampak berpikir.
?Poirot menoleh kepada Inspektur Kelsey dengan pandangan berarti dan Inspektur
itu pun lalu berkata bahwa dia harus pergi.
"Bu Rich?" kata Bu Bulstrode lagi.
"Suruh dia kemari," kata Poirot. "Itulah cara yang sebaiknya."
Eileen Rich segera datang. Wajahnya pucat dan sikapnya agak menantang.
"Apakah Anda ingin tahu," katanya pada Bu Bulstrode, "apa yang saya lakukan di
Ramat?" "Kurasa aku punya dugaan," kata Bu Bulstrode.
"Ya, begitulah," kata Poirot. "Anak-anak zaman sekarang tahu semua tentang
kenyataan hidup> tapi mata mereka tetap merupakan mata polos kanak-kanak."?Ditambahkannya bahwa dia juga punya keperluan, lalu dia menyelinap pergi.
"Itulah keadaan yang sebenarnya, bukan?" kata Bu Bulstrode. Suaranya tegas dan
penuh wibawa. "Jennifer hanya bisa menggambarkannya sebagai wanita yang gemuk.
Dia tidak menyadari bahwa yang dilihatnya adalah seorang wanita hamil."
"Ya," kata Eileen Rich. "Memang begitu. Waktu itu saya memang sedang mengandung.
Saya tak ingin kehilangan pekerjaan saya di sini. Saya bisa bertahan dengan baik
sepanjang musim gugur, tapi setelah itu mulai kelihatan. Saya minta surat
keterangan dokter bahwa saya tak sehat untuk terus bekerja, dan saya
338 mengaku sakit. Saya pergi ke luar negeri ke tempat yang terpencil, di mana saya
pikir tidak akan mungkin saya bertemu dengan siapa pun yang mengenal saya. Saya
kembali kemari dan bayi itu lahir meninggal. Saya kembali dalam semester ini
?dengan harapan tak ada seorang pun yang akan tahu peristiwa itu.... Sekarang Anda
mengerti, mengapa saya berkata bahwa saya pasti menolak tawaran Anda untuk
bekerja sama seandainya Anda mengajukannya waktu itu. Tapi sekarang, karena
sekolah berada dalam keadaan gawat begini, saya pikir, sebaiknya saya terima
saja." Dia berhenti sebentar lalu berkata dengan suara datar,
"Apakah sekarang Anda akan menyuruh saya berhenti" Atau saya tunggu sampai akhir
semester?" "Kau harus menunggu sampai akhir semester," kata Bu Bulstrode, "dan bila sekolah
ini masih akan membuka semester baru, kuharap saja masih, kau harus kembali."
"Kembali?" kata Eileen Rich. "Maksud Anda, Anda masih menghendaki saya?"
'Tentu aku menghendakimu," kata Bu Bulstrode. "Kau kan tidak membunuh siapa-
siapa" Tidak tergila-gila akan batu-batu permata dan membunuh orang untuk
memperolehnya" Coba kuceritakan apa yang telah kaulakukan. Mungkin kau telah
terlalu lama memendam naluri kewanitaanmu. Kemudian datang seorang laki-laki,
kau jatuh cinta padanya dan kau mengandung. Kurasa kau tak bisa menikah dengan
dia." "Memang tak pernah ada pembicaraan mengenai pernikahan," kata Eileen Rich. "Saya
sudah tahu. Bukan dia yang bersalah."
339 "Baiklah kalau begitu," kata Bu Bulstrode. "Kau bercinta lalu mengandung. Apakah
kau menginginkan anak itu?"
"Ya," sahut Eileen Rich. "Ya, saya menginginkannya."
"Yah, begitulah," kata Bu Bulstrode. "Sekarang akan kukatakan sesuatu padamu.
Kurasa bahwa meskipun kau telah bercinta begitu, kau tetap merasa bahwa
pekerjaan yang paling tepat dalam hidupmu adalah mengajar. Kurasa kau merasa
bahwa profesimu lebih berarti bagimu daripada kehidupan wanita biasa dengan
seorang suami dan seorang anak, begitu, bukan?"
"Oh, ya," kata Eileen Rich. "Saya yakin akan hal itu. Sudah lama saya menyadari
hal itu. Itulah yang benar-benar saya inginkan mengajar, itulah keinginan saya ?yang terbesar."
"Kalau begitu, jangan bodoh," kata Bu Bulstrode. "Aku memberikan tawaran yang
bagus sekali. Artinya, bila keadaan membaik. Selama dua atau tiga tahun kita
akan bekerja sama untuk mengembalikan Meadowbank pada kedudukannya semula. Kau
pasti punya gagasan-gagasan yang berbeda dari gagasan-gagasanku mengenai
bagaimana hal itu harus dilaksanakan. Aku akan memperhatikan gagasan-gagasanmu
itu. Mungkin aku bahkan akan mengalah dan melaksanakan beberapa gagasanmu.
Kurasa kau menginginkan peru
?bahan-perubahan pada Meadowbank, ya?"
"Ya, dalam beberapa hal," kata Eileen Rich. "Saya tidak akan menyembunyikan hal
itu. Saya ingin kita lebih ketat dalam penerimaan siswi baru."
340 "Oh," kata Bu Bulstrode, "aku mengerti. Rupanya kau tak suka anak-anak dari
kalangan tinggi, begitukah?"
"Ya," kata Eileen, "menurut saya itu merupakan pemborosan."
"Ada yang tidak kausadari," kata Bu Bulstrode, "yaitu bahwa untuk mendapatkan
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siswi-siswi seperti yang kaukehendaki itu kita terpaksa harus menerima juga dari
kalangan tinggi. Soalnya, jumlah mereka sebenarnya kecil sekali. Beberapa orang
ningrat dari luar negeri, dan beberapa orang yang punya nama besar. Maka dengan
begitu semua orang, semua orang tua yang bodoh di seluruh negeri ini dan dari
negara-negara lain, ingin gadis-gadis mereka bersekolah di Meadowbank. Mereka
berlomba-lomba supaya gadis-gadis mereka diterima masuk ke sekolah ini. Apa
akibatnya" Suatu daftar tunggu yang panjang sekali, dan aku bisa melihat gadis-
gadis itu, kujumpai mereka itu dan aku memilih! Kita bisa memilih, mengertikah
kau" Siswi-siswiku kupilih, kupilih dengan cermat sekali, ada yang karena
wataknya, ada yang karena otaknya, dan beberapa orang semata-mata untuk
perkembangan kecerdasannya. Beberapa di antaranya kuterima karena kurasa mereka
tak punya kesempatan tapi punya kemampuan untuk dijadikan sesuatu yang berguna.
Kau masih muda, Eileen. Kau masih penuh cita-cita yang penting bagimu adalah ?segi pengajarannya dan segi budi pekertinya. Pandanganmu tadi memang benar.
Gadis-gadisnyalah yang penting, tapi harus kauketahui, kalau kita menginginkan
keberhasilan dalam sesuatu, kita juga harus jadi orang dagang yang baik.
Gagasan-gagasanmu itu sama saja dengan barang-barang yang lain. Gagasan pun
harus dipasarkan 341 pula. Dalam masa yang akan datang ini kita harus menjalankan usaha-usaha yang
lihai demi kelanjutan Meadowbank. Aku harus memancing beberapa orang bekas
murid, menggertak mereka, membujuk mereka, dalam usaha supaya mereka mau
mengirim putri-putri mereka kemari. Kemudian orang-orang yang lain pun akan
datang. Biarkanlah aku menjalankan upayaku, maka kau akan bebas menjalankan
rencanamu. Meadowbank akan berjalan terus dan akan merupakan sekolah yang baik
sekali." "Meadowbank akan merupakan sekolah yang terbaik di Inggris," kata Eileen Rich
dengan bersemangat. "Bagus," kata Bu Bulstrode, " anu, Eileen, kurasa sebaiknya rambutmu kausuruh
?potong dan beri bentuk yang baik. Kau kelihatannya tak mampu menjaga konde itu.
Dan sekarang," katanya dengan suara yang berubah, "aku harus pergi melihat
Chaddy." Dia masuk ke kamar dan langsung ke tempat tidur. Bu Chadwick terbaring tak
bergerak, dia pucat sekali. Wajahnya sama sekali tak berdarah dan kelihatannya
tak ada kehidupan lagi dalam dirinya. Seorang polisi duduk di dekatnya dengan
sebuah buku catatan, sedang Bu Johnson duduk di sisinya yang lain. Dia melihat
kepada Bu Bulstrode dan menggelengkan kepalanya perlahan-lahan.
"Halo, Chaddy," kata Bu Bulstrode. Diambilnya tangan yang lemah itu. Mata Bu
Chadwick terbuka. "Aku ingin mengatakannya padamu," katanya, "Eleanor aku aku yang..."
? ?"Ya, aku tahu," kata Bu Bulstrode.
"Iri," kata Chaddy. "Aku ingin..."
"Aku tahu," kata Bu Bulstrode.
342 Air mata mengalir perlahan-lahan di pipi Bu Chadwick. "Mengerikan sekali.... Aku
tidak berniat entah mengapa aku sampai bisa berbuat begitu?"?"Jangan pikirkan itu lagi," kata Bu Bulstrode.
"Tapi aku tak bisa kau tidak akan pernah aku tidak akan pernah memaafkan
? ?diriku sendiri____"
Bu Bulstrode menggenggam tangan temannya itu agak lebih kuat.
"Dengarkan, Sahabatku," katanya. "Tahukah kau bahwa kau telah menyelamatkan
nyawaku" Nyawaku dan nyawa Nyonya Upjohn, wanita yang baik itu. Itu besar sekali
artinya, bukan?" "Aku hanya ingin," kata Bu Chadwick, "memberikan nyawaku demi kalian berdua.
Kalau sudah begitu baru ada artinya____"
Bu Bulstrode memandanginya penuh rasa iba. Bu Chadwick menarik napas panjang,
dia tersenyum, lalu setelah memalingkan kepalanya sedikit ke sisi, dia
meninggal____ "Kau sudah memberikan nyawamu, Sahabatku," kata Bu Bulstrode dengan halus.
"Mudah-mudahan kausadari hal itu sekarang."
343 25. Warisan "Ada seseorang yang bernama Tuan Robinson ingin bertemu dengan Anda, Pak."
"Oh!" kata Hercule Poirot. Diulurkannya tangannya lalu diambilnya sepucuk surat
dari meja tulis di hadapannya. Dia menunduk memperhatikan surat itu dengan
merenung. Lalu katanya, "Persilakan dia masuk, George."
Surat itu hanya terdiri dari beberapa baris,
Poirot yang baik, Dalam waktu dekat ini seseorang yang bernama Tuan Robinson mungkin akan
mengunjungi Anda. Mungkin Anda sudah mengetahui sesuatu tentang dia. Dia
merupakan tokoh yang cukup terkemuka dalam lingkungan-lingkungan tertentu. Dalam
dunia modern kita ini orang seperti dia itu dicari-cari.... Kalau saya boleh
berkata, dia berada di pihak yang benar dalam persoalan yang satu ini. Ini hanya
suatu anjuran bila Anda merasa ragu. Perlu saya garis-bawahi, bahwa kami tentu
sama sekali tidak tahu mengenai persoalan yang ingin dibicarakannya dengan
Anda.... Ha-ha! Semoga berhasil! Sahabatmu selalu, Ephraim Pikeaway
344 Poirot meletakkan surat itu lalu bangkit waktu Tuan Robinson masuk ke kamar. Dia
membungkuk, bersalaman, lalu menunjuk ke sebuah kursi.
Tuan Robinson duduk, mengeluarkan sapu tangan lalu menyeka mukanya yang kuning.
Dikatakannya bahwa hari itu panas.
"Anda tidak berjalan di hari sepanas ini, bukan?"
Poirot tampak ngeri membayangkan hal itu. Karena berpikir mengenai panasnya
cuaca, jarinya otomatis memegang kumisnya. Dia merasa tenang. Kumisnya tidak
terasa layu. Tuan Robinson pun kelihatan sama ngerinya.
"Tidak. Tentu tidak. Saya datang naik mobil Rolls saya. Tapi kemacetan lalu
lintas ini.... Kadang-kadang setengah jam lamanya kita harus duduk."
Poirot mengangguk penuh pengertian.
Keduanya terdiam kediaman yang menyusul bagian pertama percakapan mereka ?sebelum memasuki bagian kedua.
"Saya merasa tertarik mendengar memang banyak yang bisa kita dengar kebanyakan
? ?di antaranya tak benar bahwa Anda sedang menangani peristiwa-peristiwa di
?sebuah sekolah wanita."
"Oh, itu!" kata Poirot.
Dia bersandar di kursinya.
"Meadowbank," kata Tuan Robinson seperti merenung. "Salah satu sekolah yang
terkemuka di Inggris."
"Itu memang sekolah yang baik."
"Masihkah sampai sekarang" Atau sudah tidak lagi?"
"Saya harap masih."
"Saya harap juga begitu," kata Tuan Robinson. "Saya kuatir kalau keadaannya
tidak menentu. Ah, 345 tapi sedapat mungkin kita harus berusaha. Sejumlah uang simpanan untuk mengatasi
masa-masa yang sulit. Beberapa orang murid yang dipilih dengan cermat. Saya
punya pengaruh yang cukup berarti di lingkungan keluarga-keluarga terkemuka di
Eropa." "Saya juga telah memberikan anjuran pada pihak-pihak tertentu. Bila, seperti
kata Anda, kita masih bisa menunggu sampai keadaan mereda. Syukurlah, orang-
orang biasanya cepat lupa."
"Itulah yang kita harapkan. Tapi harus diakui bahwa di sana telah terjadi
peristiwa-peristiwa yang mungkin telah menggoncangkan saraf para ibu dan para
bapak yang sayang pada anaknya. Ibu guru olahraga, ibu guru bahasa Prancis, dan
seorang ibu guru lain semuanya terbunuh."
?"Benar kata Anda."
"Saya dengar," kata Tuan Robinson, "(banyak benar yang kita dengar), bahwa
wanita muda malang yang bertanggung jawab atas kematian-kematian itu adalah
seorang wanita yang menderita semacam kelainan jiwa dan sangat membenci ibu-ibu
guru sejak kecilnya. Dia telah mengalami masa kanak-kanak yang tak menyenangkan
di sekolah. Para psikiater akan memanfaatkan keadaan itu dengan sebaik-baiknya.
Mereka sekurang-kurangnya akan mencoba supaya dalam keputusan kelak, kepada
terdakwa diberikan pertimbangan pengurangan tanggung jawab."
"Alasan itu akan merupakan pilihan yang terbaik," kata Poirot. "Tapi maafkan
saya kalau saya berkata semoga hal itu tidak berhasil."
"Saya setuju benar dengan Anda. Dia seorang pembunuh yang berdarah dingin. Tapi
mereka akan mempertimbangkan wataknya yang baik, pekerjaan -
346 nya sebagai sekretaris bagi beberapa orang terkenal, karyanya selama
perang yang cukup teruji, kalau?tak salah pekerjaan kontraspionase____"
?Kata-kata yang terakhir itu diucapkannya dengan tekanan dengan sedikit nada
?bertanya dalam suaranya.
"Saya rasa dia cerdas sekali," katanya lebih tegas. "Masih begitu muda tapi
?begitu cemerlang, begitu bisa diandalkan oleh kedua belah pihak. Itulah
?profesinya sebenarnya akan lebih baik kalau dia bertahan pada profesinya itu
?saja. Tapi saya pun mengerti godaannya bekerja seorang diri, untuk mendapatkan
?imbalan yang begitu besar." Perlahan-lahan ditambahkannya, "Suatu imbalan yang
besar sekali." Poirot mengangguk. Tuan Robinson membungkukkan tubuhnya. "Di mana barang-barang itu, M. Poirot."
"Saya rasa Anda tahu di mana barang-barang itu." "Yah, terus terang, memang
tahu. Bank memang badan yang berguna, bukan?" Poirot tersenyum.
"Kita tak perlu bertele-tele kan, Sahabat" Akan Anda apakan barang-barang itu?"
"Saya masih menunggu." "Menunggu apa?"
"Boleh dikatakan, menunggu saran-saran?" "Ya saya mengerti."
? ?"Anda tentu mengerti bahwa barang-barang itu bukan milik saya. Saya ingin
menyampaikannya pada orang yang memang memilikinya. Tapi, bila tinjauan saya
mengenai keadaan sekarang adalah benar, maka hal itu tidak akan begitu mudah."
347 "Kedudukan pemerintah-pemerintah sekarang sulit sekali," kata Tuan Robinson.
"Bolehlah dikatakan sangat peka. Apalagi dengan adanya minyak, baja dan uranium,
kobalt, dan banyak lagi yang lain. Hubungan luar negeri sekarang merupakan
persoalan yang peka sekali. Cara yang paling mudah adalah dengan mengatakan
bahwa pemerintah Inggris sama sekali tak tahu-menahu tentang hal itu."
"Tapi saya tak bisa menyimpan barang itu di bank untuk waktu yang tak diketahui
lamanya." "Benar. Sebab itu saya datang untuk mengusulkan pada Anda agar menyerahkannya
pada saya." "Oh," kata Poirot. "Mengapa?"
"Saya bisa memberikan alasan-alasan yang masuk akal. Batu-batu permata itu jelas
milik pribadi Pangeran Ali Yusuf kita harus bersyukur bahwa kita bukan dari
?badan resmi hingga kita bisa menyebutkan barang-barang itu dengan nama
sebenarnya." "Saya dengar begitu."
"Pangeran itu telah menyerahkannya pada Komandan Skuadron Robert Rawlinson
dengan instruksi-instruksi tertentu. Permata-permata itu harus dibawa ke luar
dari Ramat dan harus diserahkan pada saya."
"Apakah Anda punya bukti untuk itu?" "Tentu."
Tuan Robinson mengeluarkan sebuah amplop panjang dari sakunya. Dari amplop itu
dikeluarkannya beberapa helai kertas. Diletakkannya surat-surat itu di hadapan
Poirot di atas meja. Poirot membungkuk dan mempelajarinya dengan cermat.
"Agaknya memang seperti yang Anda katakan."
348 "Nah, kalau begitu?" "Bolehkah saya bertanya?" "Silakan."
"Apa yang Anda peroleh untuk pribadi Anda dari urusan ini?"
Tuan Robinson kelihatan heran.
"Sahabatku. Uang tentu. Uang banyak sekali."
Poirot merenunginya. "Ini suatu urusan dagang model lama," kata Tuan Robinson. "Dan sesuatu yang
menguntungkan. Jumlah kami besar sekali, suatu jaringan di seluruh permukaan
bumi ini. Kami ini boleh disebut 'Para Pengatur' di balik suatu kejadian. Bagi
para raja, para presiden, para ahli politik, pokoknya bagi orang-orang yang
selalu disorot. Kami bekerja sama, dan ingat ini: kami menjaga kepercayaan
orang. Keuntungan-keuntungan kami besar, tapi kami jujur. Jasa-jasa kami
mahal tapi kami berikan jasa-jasa itu dengan baik."?"Oh, begitu," kata Poirot. ?"/" bien\ Saya setuju dengan apa yang Anda minta."
"Yakinlah bahwa keputusan itu akan menyenangkan semua pihak."
Mata Tuan Robinson mengerling sebentar saja pada surat Kolonel Pikeaway, yang
terletak di dekat tangan kanan Poirot.
"Tapi tunggu sebentar. Saya hanya manusia biasa. Saya punya rasa ingin tahu.
Akan Anda apakan batu-batu permata ini?"
Tuan Robinson memandanginya. Lalu wajahnya yang lebar yang berwarna kuning itu
berkerut dalam suatu senyuman. Dia membungkukkan tubuhnya.
"Mari saya ceritakan."
Lalu dia pun bercerita. 349 II Anak-anak bermain hilir-mudik di jalan. Suara teriakan mereka memenuhi udara.
Tuan Robinson, yang dengan susah-payah keluar dari mobil Rolls-nya, tertabrak
oleh salah seorang anak itu.
Tuan Robinson menyingkirkan anak itu dengan lembut, lalu melihat dengan tajam ke
nomor sebuah rumah. Nomor 15. Benar, ini rumahnya. Didorongnya pintu pagarnya hingga terbuka, lalu
dinaikinya tiga anak tangga yang menuju ke pintu depan. Dilihatnya betapa putih
dan rapinya gorden-gorden di jendela dan betapa berkilatnya alat pengetuk pintu
yang terbuat dari kuningan itu. Rumah itu adalah sebuah rumah kecil yang tak
menyolok, di sebuah jalan yang tak berarti, di suatu daerah yang tak penting di
London, namun rumah itu terpelihara dengan baik sekali. Rumah itu punya harga
diri. Pintu terbuka. Seorang wanita yang berumur kira-kira dua puluh lima tahun
tersenyum menyambutnya. Ia memandang dengan manis, wajahnya cantik seperti yang
biasa tergambar di kotak permen cokelat.
"Tuan Robinson" Silakan masuk."
Tuan Robinson diajaknya masuk ke sebuah kamar duduk kecil. Di situ terdapat
sebuah pesawat teve, penyekat ruang yang bergaya Jacobean, dan sebuah piano
kecil menempel di dinding. "Wanita itu mengenakan rok berwarna gelap dan
pullover berwarna abu-abu.
"Maukah Anda minum teh" Saya sudah menjerang air."
350 "Terima kasih, tak usahlah. Saya tak pernah minum teh. Dan saya hanya bisa
sebentar saja di sini. Saya datang hanya untuk mengantarkan apa yang pernah saya
tulis dalam surat saya pada Anda."
"Dari Ali?" "Ya." "Pastikah tak ada tak mungkin ada harapan" Maksud saya apakah benar-benar dia? ? ? ?sudah tewas" Apakah tak mungkin keliru?"
"Saya rasa tak mungkin ada kekeliruan lagi," kata Tuan Robinson dengan halus.
"Memang saya rasa juga tidak. Saya memang tak pernah berani berharap. Waktu dia
?kembali ke sana, saya sudah berpikir bahwa saya tidak akan pernah bertemu lagi
dengannya. Maksud saya bukan karena dia akan terbunuh atau akan terjadi
revolusi. Maksud saya yah, Anda tentu tahu dia harus terus menjalankan
? ?tugasnya sebagaimana yang diharapkan dari dia. Menikah dengan salah seorang
?bangsanya sendiri umpamanya."
?Tuan Robinson mengeluarkan sebuah bungkusan lalu meletakkannya di atas meja.
"Silakan buka."
Dengan agak bersusah-payah wanita itu merobek kertas pembungkusnya kemudian
membuka pembungkus terakhir
?Dia menahan napasnya. Merah, biru, hijau, putih, semuanya berkilauan bagai api, penuh kehidupan, dan
mengubah kamar kecil yang temaram itu menjadi seperti gua Aladin....
Tuan Robinson memperhatikannya. Dia sudah sering melihat kaum wanita memandangi
permata.... Akhirnya dengan napas agak tersekat, wanita itu bertanya.
351 "Apakah mungkin ini semua asliV "Semuanya asli."
? ? "Tapi lalu semuanya ini berharga bernilai tinggi...."?Dia tak bisa membayangkannya.
Tuan Robinson mengangguk.
"Bila Anda mau melepasnya, mungkin Anda akan bisa mendapatkan sekurang-kurangnya
setengah juta pound dari harga penjualannya."
"Tidak tidak, itu tak mungkin."
Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
?Tiba-tiba dirangkumnya semua permata itu dengan kedua belah tangannya, lalu
dibungkusnya kembali dengan tangan gemetar.
"Saya takut," katanya. "Permata-permata ini membuat saya takut. Harus saya
apakan barang-barang ini?"
Tiba-tiba pintu terbuka lebar. Seorang anak laki-laki berlari-lari masuk.
"Mama, saya berhasil merebut mobil tank dari Billy. Dia..."
Dia berhenti dan memandang Tuan Robinson dengan mata terbelalak.
Anak laki-laki itu berkulit sawo matang, rambut dan matanya hitam.
Ibunya berkata, "Pergi ke dapur, Allen, tehmu sudah siap. Ada susu, ada biskuit, dan ada sedikit
roti jahe." "Ha, enak." Dia pergi dengan ribut.
"Anda namakan dia Allen?" tanya Tuan Robinson.
Wajah gadis itu memerah. "Nama itulah yang paling mirip dengan Ali. Saya tak bisa menamakannya
Ali terlalu sulit baginya dan bagi para tetangga."
?352 Dengan wajah vang agak murung lagi, wanita itu melanjutkan,
"Apa yang harus saya lakukan?"
"Pertama-tama, apakah Anda menyimpan sertifikat pernikahan Anda" Saya ingin
merasa yakin bahwa Anda memang orang seperti yang Anda akui."
Dia terbelalak sebentar lalu pergi ke sebuah meja tulis kecil. Dari salah sebuah
lacinya dikeluarkannya sebuah amplop, dari amplop itu dikeluarkannya sehelai
kertas lalu diserahkannya pada Tuan Robinson.
"Hm... ya... Kantor Pendaftar Edmonstow... Ali
Yusuf, mahasiswa... Alice Calder, perawan____ Ya,
semuanya beres." "Oh, ya pernikahan kami memang sah sesuai dengan hukum. Dan tak seorang pun
?pernah menduga siapa dia sebenarnya. Soalnya banyak sekali mahasiswa-mahasiswa
asing vang beragama Islam. Kami menyadari bahwa pernikahan itu sebenarnya tidak
berarti apa-apa. Dia beragama Islam dan dia bisa punya lebih dari seorang istri,
dia pun tahu bahwa dia harus kembali dan dia memang mau kembali. Kami
membicarakan hal itu. Tapi kemudian saya mengandung Allen, dan dia berkata bahwa
hal itu akan baik baginya kami menikah secara sah di negeri ini dan Allen akan ?menjadi anak sah. Itulah yang sebaik-baiknya yang bisa dilakukannya untuk saya.
Tapi ketahuilah, dia benar-benar mencintai saya. Sungguh."
"Ya," kata Tuan Robinson. "Saya yakin itu."
Kemudian dia melanjutkan dengan tegas,
"Nah, bagaimana kalau Anda mempercayakan diri Anda pada saya. Sava akan berusaha
menjual batu-batu permata ini. Dan saya akan memberi Anda
353 alamat seorang pengacara, seorang penasihat hukum yang benar-benar baik dan bisa
diandalkan. Saya rasa dia akan menasihati Anda untuk menanamkan uang itu dalam
suatu dana usaha. Lalu ada beberapa hal lain lagi, pendidikan bagi putra Anda
dan suatu cara hidup baru bagi Anda. Anda akan membutuhkan pendidikan dan
bimbingan kemasyarakatan. Anda akan menjadi seorang wanita yang kaya-raya, dan
semua buaya-buaya darat dan penipu dan sebagainya itu akan mengejar-ngejar Anda.
Hidup Anda akan menjadi tak tenang kecuali dalam arti kebendaan semata. Bisa
saya yakinkan pada Anda bahwa hidup orang-orang kaya tak tenang saya sudah
?terlalu sering melihatnya, jadi saya tak mungkin keliru. Tapi Anda punya watak.
Saya rasa Anda akan bisa mengatasinya. Dan putra Anda itu mungkin akan menjadi
seorang pria yang lebih berbahagia daripada ayahnya selama hidupnya."
Dia berhenti sebentar. "Anda setuju?"
"Ya, bawalah barang-barang itu." Wanita itu menyorongkan bungkusan tersebut ke
arah Tuan Robinson, lalu tiba-tiba dia berkata, "Anak sekolah itu yang telah
menemukannya saya ingin agar dia mendapat satu di antaranya yang mana menurut
? ? ?Anda yang berwarna apa yang akan disukainya?"
Tuan Robinson berpikir. "Saya rasa batu zamrud hijau yang berarti misteri.
?Bagus benar gagasan Anda. Pasti dia akan senang sekali."
Dia bangkit. "Anda harus membayar saya untuk jasa-jasa saya. Anda tentu tahu itu," kata Tuan
Robinson. "Dan imbalan saya tinggi. Tapi saya tidak akan menipu Anda."
Wanita itu memandangnya tepat-tepat.
354 "Tidak, saya rasa Anda tidak akan berbuat demikian. Dan saya memang membutuhkan
seseorang yang mengerti tentang bisnis, karena saya tak tahu."
"Kalau boleh saya katakan, Anda kelihatannya seorang wanita yang berakal sehat.
Nah, jadi saya harus membawa ini" Tidakkah Anda ingin menyimpan sebutir
?saja umpamanya?" ?Tuan Robinson memperhatikannya dengan penuh rasa ingin tahu, mata yang tiba-tiba
bersinar karena senangnya, mata yang haus dan penuh nafsu tapi kemudian
?semuanya itu hilang. "Tidak," kata Alice. "Saya tidak akan menyimpan barang sebutir pun." Wajahnya
?memerah. "Oh, pasti Anda mengatakan saya bodoh tak ingin menyimpan satu pun
?permata delima yang besar atau sebutir zamrud sekadar kenang-kenangan. Tapi dia
?dan saya dia seorang Islam, tapi sekali-sekali dibiarkannya juga saya membaca
?Injil sedikit-sedikit. Dan kami pernah membaca bagian itu mengenai seorang
?wanita yang nilainya lebih tinggi daripada batu delima. Oleh karenanya saya tak
?mau permata apa pun juga. Lebih baik tidak "
?"Seorang wanita yang sangat luar biasa," kata Tuan Robinson pada dirinya sendiri
waktu dia berjalan di lorong kecil menuju ke mobilnya.
Diulanginya lagi, "Seorang wanita yang sangat luar biasa."
355 Pedang Dan Kitab Suci 6 Raja Naga 08 Ratu Tanah Terbuang Jala Pedang Jaring Sutra 9