Pencarian

Mengail Di Air Keruh 4

Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie Bagian 4


ingat pernyataan Porter bahwa dia sendiri adalah seorang pengawas, dan Poirot
ingin menanyakan apakah kebetulan dia sedang bertugas pada malam serangan udara
itu, dan kalau-kalau dia melihat kejadian di Sheffield Terrace itu.
Lagi pula, dia punya alasan-alasan lain hingga dia perlu berbicara dengan Mayor
Porter. Waktu dia membelok di tikungan Edge Street, dia terkejut melihat seorang polisi
berseragam berdiri di luar rumah yang akan didatanginya. Ada sekelompok anak-
anak laki-laki kecil dan orang-orang lain yang berdiri menatap ke rumah itu.
Hilanglah semangat Poirot, setelah dia bisa menafsirkan tanda-tanda itu. Seorang
agen polisi menghadang Poirot. "Tak boleh masuk ke sini, Pak," katanya. "Apa
yang terjadi?" "Anda tinggal di bangunan ini, Pak?" Poirot menggeleng. "Anda akan bertemu
dengan siapa?" "Saya ingin bertemu dengan Mayor Porter." "Anda sahabatnya?"
"Bukan, saya tak bisa menyatakan diri sebagai sahabatnya. Apa yang terjadi?"
"Saya dengar orang itu telah menembak dirinya pendiri. Nah, ini Pak Inspektur."
Pintu terbuka, dan dua orang keluar. Yang Seorang adalah inspektur polisi
setempat, sedang yang seorang lagi dikenali Poirot sebagai Sersan Graves dari
Warmsley Vale. Sersua Graves me-
287 ngenalinya juga, lalu langsung mengenalkannya pada Inspektur.
"Sebaiknya Anda masuk," kata Inspektur.
Ketiga orang ku masuk kembali ke dalam rumah itu.
"Mereka menelepon, memberi kabar ke Warm-' sley Vale," Graves menjelaskan. "Dan
Inspektur Spence mengutus saya kemari."
"Bunuh diri?" Inspektur menjawab, "Ya. Kelihatannya ini merupakan perkara yang sudah jelas. Mungkin gara-gara
harus memberikan kesaksian pada pemeriksaan itu, telah meng- , grogorj
pikirannya. Orang memang kadang-ka- j dang aneh. Tapi saya dengar akhir-akhir
ini dia memang murung sekah. Karena kesulitan keuang-i an dan sesuatu yang lain.
Dia menembak dirinya j sendiri dengan pistolnya sendiri."
"Apakah saya diizinkan naik?" tanya Poirot. j
"Kalau Anda suka, M. Poirot. Antar M. Poirot j naik, Sersan," Ha* *
"Siap, Pak." Graves berjalan mendahuluinya, naik ke kamar ] di lantai dua. Keadaannya masih
sama benar dengan yang diingat Poirot: warna-warna suram de-ngan permadani yang
tua, dan buku-buku. Mayor Porter duduk di kursi yang besar. Sikap tubuhnya
seperti wajar, hanya kepalanya saja yang terkulai ke depan. Lengan kanannya
tergantung di sisinya di bawahnya, di atas permadani, pistolnya tergeletak. ?Samar-samar masih tereram bau mesiu.
"Menurut mereka, kira-kira beberapa jftjn yang lalu," kata Graves. "Tak seorang
pun mendengar tembakan itu. Wanita pemilik rumah ini sedang keluar untuk
berbelanja." Poirot mengerutkan dahinya, menunduk melihat sosok yang tak bergerak, dengan
luka kecil yang hangus di pelipis kanannya.
"Apakah Anda punya pendapat mengapa dia berbuat begitu, M. Poirot?" tanya
Graves. Sersan itu bersikap hormat terhadap Poirot, karena dilihatnya Inspektur Spence
juga sopan meskipun menurut penilaian pribadinya, Poirot adalah seperti seorang
?pensiunan yang bertugas kembali. Poirot menjawab dengan linglung, Ya ya, ada
?alasan yang baik sekah. Tapi bukan itu kesulitannya."
Pandangannya beralih ke sebuah meja kecil di sebelah kanan Mayor Porter. Di atas
meja itu ada sebuah asbak kaca yang besar dan berat, bersama pipa dan sekotak
korek api. Tak ada apa-apa lagi di situ. Dia memandang ke sekeliling kamar. Lalu
melangkah menyeberang ke arah sebuah meja tulis, yang permukaannya bisa digeser.
' Meja itu terbuka dan rapi sekali. Kertas-kertas ditaruh di tempatnya dengan
apik. Di tengah-tengahnya ada sebuah kertas pengisap tinta yang bertangkai
kulit, sebuah nampan pena, di mana terdapat sebuah pena dan dua buah peasH,
sekotak penjepit kertas dan sekumpulan pe-rangko. Semuanya apik dan teratur.
Hidup yang 289 biasa dan kematian yang teratur rapi ya, tentu itulah itulah yang kurang!
? ? ?Dia bertanya pada Graves,
"Tidakkah dia meninggalkan surat atau sesuatu yang lain surat untuk pemeriksa
?mayat umpamanya?" Graves menggeleng. "Tidak sebenarnya itulah yang biasanya bisa diharapkan dari seorang bekas
?tentara." "Ya, itu aneh sekah."
Kalau semasa hidupnya Mayor Porter sangat teliti, dalam kematiannya dia tak
teliti. Adalah salah sekali, pikir Poirot, bahwa Porter tidak meninggalkan
surat. "Ini akan merupakan pukulan bagi keluarga Cloade," kata Graves, "merupakan
kemunduran bagi mereka. Mereka terpaksa harus mencari lagi j orang lain yang
kenal baik dengan Underhay." j
Dengan agak gugup ditambahkannya, "Ada lagi yang lain yang akan Anda lihat, M.
Poirot?" i Poirot menggeleng, lalu menyusul Graves ke- " luar dari kamar itu.
Di tangga mereka bertemu dengan pemilik rumah itu. Dia kacau sekali, dan segera
mulai memuntahkan rasa tak senangnya. Dengan tang-i kas Graves menghindar dan
meninggalkan Poirot i menerima luapan kata-kata itu.
"Rasanya saya tak bisa bernapas dengan sem-j purna. Jantung saya ini. Ibu saya
meninggal karena Angina Pectoria (semacam penyakit dada)-dia jatuh dan langsung
meninggal waktu dia sedang menyeberangi Caledonian Market. Sedang saya sendiri hampir pingsan waktu
menemukan pria itu saya terkejut sekali! Tak pernah menyangka hal semacam ini, ?meskipun memang
sudah lama dia kelihatan murung. Saya rasa dia susah mengenai soal keuangan, dan
makannya sedikit sekali. Dan dari kami dia tak pernah mau menerima makanan.
Kemarin dia harus pergi ke suatu tempat di Oastshire Warmsley Vale untuk
? ?memberikan kesaksian dalam suatu pemeriksaan mayat. Hasil itu menggerogoti
pikirannya. Dia kelihatan mengerikan sekah,. sekembali dari sana. Semalam dia
berjalan hihr-mudik terus. Hilir-mudik hilir-mudik. Rupanya ada seorang pria
?yang terbunuh, sahabatnya lagi. Kasihan dia. Dia benar-benar kacau. Lalu saya
harus keluar, berbelanja dan harus antri lama untuk mendapatkan ikan. Lalu saya
?naik untuk melihat kalau-kalau dia mau minum teh dan saya dapati dia tersandar
?di kursinya, dengan pistolnya jatuh dari tangannya. Saya terkejut sekah.
Terpaksa harus memanggil polisi dan segalanya. Mau apa dunia ini?"
Poirot berkata lambat-lambat, "Dunia akan menjadi tempat yang sulit dihuni .^-
kecuali bagi yang kuat."
291 BAB X Pukul delapan Poirot tiba kembali di Stag. Dia menemukan surat Frances Cloade,
yang memintanya untuk datang menemuinya. Poirot segera keluar lagi.
Frances menunggunya di ruang tamu utama. Poirot belum pernah melihat ruang itu.
Jendela-jendela yang terbuka menghadap ke kebun yang dikelilingi tembok, yang
ditumbuhi pohon-pohon pir. Pohon-pohon itu sedang berbunga. Di meja-meja
terdapat jambangan-jambangan berisi bunga tulip. Perabotan yang sudah tua
berkilat, karena digosdk sempurna dengan lilin, sedang penutup perapian yang
terbuat dari kuningan dan bak penyimpan arang juga berkilat cemerlang. Menurut
Poirot, kamar itu bagus. J9Anda berkata bahwa saya akan membutuhkan Anda, M.
Poirot. Anda benar. Ada sesuatu yang harus saya katakan dan saya pikir, Andalah
?orang yang paling tepat kepada siapa saya harus menceritakannya."
"Adalah selalu lebih mudah, Madame, untuk menceritakan sesuatu pada seseorang
yang sudah punya bayangan tentang hal itu."
292 "Apakah Anda sudah tahu apa yang akan saya ceritakan?" Poirot mengangguk. "Sejak
kapan..." Dia tidak menyelesaikan pertanyaannya, tapi Poirot langsung menjawabnya,
"Sejak saya melihat foto ayah Anda. Garis-garis wajah keluarga Anda sama benar.
Orang tidak akan ragu bahwa Anda dan dia berasal dari satu keluarga. Kemiripan
itu tampak pula dengan jelas pada pria yang datang kemari dan mengaku bernama
Enoch Arden." Frances mendesah dalam dan sedih.?"Ya ya, Anda benar meskipun Charles yang malang itu berjenggot. Dia sepupu
? ?jauh saya, M. Poirot. Dia boleh dikatakan kambing hitam dalam keluarga kami.
Meskipun waktu kecil kami sepermainan, saya tidak pernah kenal baik padanya dan
?sekarang saya telah menyebabkan kematiannya suatu kematian yang mengerikan "
? ?Dia diam sebentar. Poirot berkata dengan lembut,
"Coba ceritakan "
?Frances bangkit. "Ya, kisah itu harus diceritakan. Kami sangat memerlukan uang di situlah
?awalnya. Suami saya suami saya mengalami kesulitan besar yang terburuk. Dia
? ?mungkin akan mendapat malu besar, atau mungkin hukuman penjara __sampai saat ini
pun hal itu masih mengancamnya. Harap Anda mengerti, M. Poirot, bahwa
293 rencana yang saya buat dan laksanakan adalah rencana say*; suami saya tak ada
hubungannya dengan itu. Pokoknya, bukan rencana yang dikehendakkya dia akan
?menganggapnya terlalu banyak risiko. Tapi saya selalu berani menanggung risiko.
Dan saya rasa, saya memang selalu tak banyak pertimbangan. Pertama-tama saya
pergi meminta pinjaman pada Rosaleen Cloade. Saya tak tahu apakah seandainya
terserah pada dirinya sendiri, dia akan mau memberi saya. Tapi abangnya muncul.
Dia sedang dalam keadaan jahat, dan dia lalu menghina saya, setidaknya begitulah
penerimaan saya. Waktu saya membuat rencana ini, sama sekah tak ada yang
menghalangi saya untuk melaksanakannya.
"Sebagai penjelasan, sebaiknya Anda tahu bahwa tahun yang lalu suami saya
menceritakan suatu informasi yang menarik, yang didengarnya di Club. Kalau tak
salah, Anda ada di situ, jadi saya tak perlu mengulanginya. Tapi dengan demikian
terbukalah kemungkinan bahwa suami Rosaleen yang pertama mungkin tidak
meninggal dan dalam hal itu tentulah dia lalu sama sekah tidak berhak atas
?kekayaan Gordon Cloade. Itu tentulah baru merupakan suatu kemungkinan yang
samar, namun tetap tersimpan dalam pikiran kami. Suatu kesempatan yang luar
biasa yang mungkin akan menjadi suatu kenyataan. Lalu terlintaslah dalam pikiran
saya bahwa ada yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan kemungkinan itu. Charles,
sepupu saya itu, sedang berada
294 di negeri ini: Dia sedang bernasib buruk. Dia baru saja keluar dari penjara. Dia
selalu kurang pertimbangan, tapi dia telah banyak berjasa dalam perang. Saya
kemukakan usul saya padanya, ha sudah jelas merupakan pemerasan, tak kurang tak
lebih. Tapi kami pikir kami tidak akan ketahuan. Saya pikir, paling-paling David
Hunter akan menolak membayar. Saya pikir dia tidak akan pergi ke polisi orang ?seperti dia tak suka pada polisi." Suaranya menjadi keras. "Rencana kami
berjalan baik. David bisa dijebak, dan malahan lebih bagus dari yang kami
harapkan. Charles tentu saja tak bisa dengan pasti mengaku sebagai Robert
Underhay. Rosaleen akan bisa segera mengadukan hal itu. Tapi untunglah dia pergi
ke London, dan dengan begitu Charles mendapat kesempatan untuk sekurang-
kurangnya mengatakan bahwa dirinya mungkin Robert Underhay. Nah, seperti saya
katakan, David ternyata bisa ditipu dalam rencana itu. Dia harus mengantarkan
uang itu pada malam Rabu, jam sembilan. Tapi " Suaranya terputus.
?"Seharusnya kami tahu bahwa David adalah orang yang berbahaya. Charles
?meninggal dibunuh. Kalau tidak gara-gara saya, dia masih hidup. Sayalah
?penyebab kematiannya."
Sebentar kemudian dia melanjutkan dengan suara datar,
"Bisa Anda bayangkan bagaimana perasaan saya sejak itu."
295 "Namun demikian," kau Poirot, "Anda masih cukup cekatan untuk mengembangkan
rencana itu, bukan" Andalah yang mempengaruhi Mayor Porter untuk mengenali
sepupu Anda itu sebagai 'Robert Underhay', bukan?" Tapi Frances segera memotong
dengan tajam, "Bukan. Saya berani bersumpah, bukan saya. Itu bukan rencana saya!
Tak ada yang lebih terkejut daripada saya.... Tidak hanya terkejut! Kami bahkan
tercengang! Waktu Mayor Porter datang lalu memberikan kesaksiannya bahwa
Charles Charlesl adalah Robert Underhay. Saya tak habis pikir sampai
? ? ?sekarang masih tak bisa mengerti!"
"Jadi ada orang lain yang mendatangi Mayor Porter. Seseorang yang membujuknya
atau menyuapnya untuk mengenali orang yang meninggal itu sebagai Underhay?"
?Dengan penuh tekanan Frances berkata, "Tapi bukan saya. Dan bukan Jeremy. Tak
mungkin salah seorang di antara kami berbuat demikian. Ya, saya yakin itu tak
masuk akal bagi Anda! Anda pikir, karena saya mau melakukan pemerasan, maka saya
pasti juga mau menipu. Tapi bagi saya, kedua hal itu jauh berbeda. Anda harus
mengerti bahwa saya merasa dan tetap akan merasa bahwa kami punya hak atas
? ?sebagian harta Gordon, Yang tak bisa saya peroleh dengan cara yang sah, saya
bersedia ' untuk mendapatkannya dengan cara kotor. Tapi untuk dengan sengaja
merampok Rosaleen habis-habisan, dengan mengatur suatu kesaksian bahwa dia sama
sekali bukan istri Gordon oh, sama sekali tidak, M. Poirot. Saya tidak akan mau
?berbuat begitu. Tolong, percayailah saya."
"Sekurang-kurangnya saya mau mengakui," kau Poirot lambat-lambat, "bahwa setiap
orang punya dosa-dosanya sendiri. Ya, saya percaya itu."
Kemudian dia memandang Frances dengan tajam.
"Tahukah Anda, Mrs. Cloade, bahwa Mayor Porter telah menembak dirinya sendiri
petang ini?" Frances terhenyak, matanya terbelalak dan ketakutan. "Oh, tidak, M. Poirot
tidakl" "Ya, Madame. Soalnya Mayor Porter itu pada dasarnya orang jujur. Dia
?sedang kesulitan keuangan, dan waktu godaan itu datang, seperti kebanyakan
orang, dia tak bisa bertahan. Mungkin sangkanya, dia bisa membuat dirinya
merasa, bahwa karena hidupnya sulit, dia dibenarkan untuk berbuat begitu. Dia
memang sudah punya pikiran tak senang terhadap wanita yang telah dinikahi
Underhay sahabatnya. Wanita itu dianggapnya telah mempermalukan sahabatnya. Dan
sekarang si pengejar harta yang tak berperasaan itu, menikah lagi dengan seorang
jutawan dan berhasil mendapatkan harta suaminya yang kedua, dengan merugikan
saudara-saudara laki-laki itu.'Agaknya dia tergoda untuk menghambat
297 langkah wanita itu yang memang pantas diperlakukan begitu. Dan hanya dengan ?jalan mengenali seorang laki-laki yang sudah meninggal, masa depannya sendiri
pun akan terjamin. Bila keluarga Goade mendapat apa yang menjadi hak mereka, dia
akan mendapat bagian juga.... Ya, saya mengerti godaan itu.... Tapi seperti
kebanyakan pria macam dia, dia tak punya daya khayal. Dia jadi sedih, sedih
sekah, pada saat pemeriksaan itu. Kita bisa melihatnya. Sebentar lagi dia akan
terpaksa mengulangi kebohongannya di bawah sumpah. Tidak hanya itu, seorang
laki-laki sekarang ditangkap, dengan tuduhan pembunuhan dan pengenalan atas
?diri orang yang sudah meninggal itu memberikan motif yang kuat pada tuduhan itu.
"Dia pulang, lalu menghadapi persoalan itu dengan sejujurnya. Lalu dipilihnya
jalan yang menurut dia adalah yang terbaik baginya."
"Dia menembak dirinya?"
"Ya." "Apakah dia tidak mengatakan siapa-siapa-, gumam Frances terputus-putus. Pourot
menggeleng lambat-lambat, l^merryunpan rahasianya. Sama sekah tak
iffO!^umuk yang berkurang^ AdJM i .ltU'atau ketegangan
Frances bangkit SI 11 ,,tu wajar..,. nya, M ke jendela. Kata-
298 ..Maka kita pun harus kembaH ke awal persoal-
?"poirot ingin tahu apa yang terlintas dalam pikiran wanita itu.
299 BAB XI Esok paginya Inspektur Spence mengucapkan kata-kata yang sama.
"Maka kita pun harus kembali ke awal persoalan/' katanya dengan mendesah. "Kita
harus menyelidiki lagi siapa Enoch Arden itu sebenarnya."
"Saya bisa mengatakannya, Inspektur," kata Poirot. "Namanya Charles Trenton,"
"Charles Trenton!" Inspektur Spence bersiul. "Hm! Salah seorang keluarga
Trenton saya rasa wanita itu yang mengaturnya berbuat begitu maksud saya, ? ?Mrs. Jeremy... tapi kita tak bisa membuktikan keterlibatannya dalam hal ini.
Charles Trenton" Rasanya saya ingat "
?Poirot mengangguk. "Ya, dk pernah dihukum."
"Sudah saya duga. Kalau tak salah menipu hotel-hotel. Dia masuk ke Hotel Ritz,
kemudian keluar dan membeli mobil Rolls. Sebagai sasaran dari percobaannya pagi
hari, dia pergi berkeliling naik mobil Rolls itu ke toko-toko yang mahal, dan
membeli barang-barang. Anda harus ingat bahwa seseorang yang pergi berbelanja
naik mobil 300 Rolls, dan kemudian kembalinya ke Hotel Rit*, ceknya tidak dipertanyakan orang.
Dia menginap kira-kira seminggu" lalu pada saat kecurigaan mulai timbul, diam-diam dia
menghilang dan menjual barang-barang itu dengan murah pada teman-teman barunya.
Charles Trenton. Hm " Dia menoleh pada Poirot. "Anda telah menemukan beberapa


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?hal, bukan?" "Bagaimana perkembangan perkara Anda terhadap David Hunter"**
"Kami terpaksa membebaskannya. Memang ada seorang wanita di sana bersama Arden,
malam itu. Bukan hanya berdasarkan kata-kata wanita tua itu, Jimmy Pierce sedang
dalam perjalanan pulang, setelah diusir keluar dari rumah minum Load of Hay,
karena dia jadi suka berkelahi setelah minum-minum. Dia melihat seorang wanita
keluar dari Stag dan masuk ke sebuah boks telepon umum di depan kantor
pos waktu itu baru saja lewat jam sepuluh. Dikatakannya bahwa wanita itu tak
?dikenalnya, dan mengira bahwa dia salah seorang yang menginap di Stag. Dia
menyebut wanita itu 'seorang pelacur dari London V
"Apakah dia tak cukup dekat pada wanita itutfS:
"Tidak, tepat di seberang jalan. Siapa sih perempuan itu, M. Poirot?" +*n
"Adakah dikatakannya bagaimana-paJcajan-
^Katanya memakai jas wol dan scarf Jingga d"
301 kepalanya. Celananya panjang dan make-up-nya. tebal. Cocok dengan deskripsi yang
diberikan wanita tua itu."
"Ya, cocok," kata Poirot sambil mengerutkan dahi.
Spence bertanya, "Nah, siapa dia, dari mana dia, pergi ke mana dia" Anda tentu tahu sistem
pelayanan kereta api kita. Kereta api jam 21.20 adalah yang terakhir berangkat
ke London dan yang jam 22.30, sebaliknya. Mungkinkah wanita itu tinggal di sini?sepanjang malam itu, lalu berangkat naik kereta api jam 6.18 esok paginya"
Apakah dia memiliki mobil" Ataukah dia ngompreng" Kami telah mengirim utusan ke
segala penjuru tapi tak ada hasilnya."
?"Bagaimana dengan kereta api jam 6.18 itu?"
"Itu selalu penuh sesak lagi pula kebanyakan laki-laki. Saya rasa mereka akan
?mudah melihat seorang wanita maksud saya perempuan macam itu. Saya kira mungkin
?dia datang dan pergi naik mobil. Tapi sebuah mobil pun mudah menarik perhatian
di Warmsley Vale sekarang ini. Kami mengawasi jalan raya terus."
"Tak ada mobil yang kelihatan malam itu?"
"Hanya mobil Dokter Cloade. Dia keluar untuk kunjungan pasien lewat
?Middlingham. Kalau ada wanita dalam mobil, pasti ada orang yang melihatnya."
"Dia tak perlu seorang asing," kata Poirot lambat-lambat. "Seorang laki-laki
yang agak ma - 302 jf\ "k. I 1 buk dan berada terpisah dalam jarak kira-kira sembilan puluh meter, mungkin tak
bisa mengenali seorang penduduk setempat yang tidak begitu dikenalnya. Dia
mungkin seseorang yang berpakaian lain daripada biasanya."
Spence melihat padanya dengan pandangan bertanya.
"Apakah si Pierce itu mengenali Lynn Marchmont, umpamanya" Soalnya gadis itu
bertahun-tahun tidak berada di sini."
"Lynn Marchmont berada di White House bersama ibunya pada saat itu," kata
Spence. "Anda yakin?" "Mrs. Lionel Cloade istri dokter, yang agak kurang waras itu berkata bahwa dia
? ?menelepon gadis itu di rumahnya, jam sepuluh lewat sepuluh. Rosaleen Cloade
?ada di London. Mrs. Jere-$Hy yah, saya tak pernah melihat dia memakai celana
?panjang, dan dia tak banyak memakai make-up. Lagi pula dia tak muda lagi."
"Ah, mon cber," Poirot membungkukkan tubuhnya. "Pada malam yang suram dengan
lampu jalan yang temaram, apakah kita bisa melihat umur seseorang di balik
lapisan make-up yang tebal?"
"Terus terang, M. Poirot," kata Spence, "apa maksud Anda sebenarnya?"
Poirot bersandar dan setengah memejamkan matanya.
"Celana panjang, jas dari wol, scarf Jingga yang membungkus kepala, make-up yang
tebal, lipstik yang tercecer. Sudah jelas, bukan?"
303 "Anda pikir Anda Oracle dari Delphi, ya?" geram Inspektur Spence. "Meskipun saya
sebenarnya tak tahu apa itu Oracle dari Delphi si Graves yang suka menepuk dada?mengatakan dia tahu padahal pengetahuan itu sama sekah tak membantu tugasnya
?sebagai polisi. Ada lagi ucapan-ucapan rahasia, M. Poirot?"
"Sudah saya katakan," kata Poirot, "bahwa perkara ini tak beres. Sebagai contoh
sudah saya katakan bahwa laki-laki yang meninggal itu pun rak beres. Ternyata
memang benar, dia sama sekali bukan Underhay. Underhay orang yang sangat
nyentrik, baik, bergaya kuno, dan reaksioner. Sedang laki-laki di Stag itu
adalah seorang pemeras, dia tidak baik, tidak bergaya kuno, tidak reaksioner,
lagi pula tidak terlalu nyentrik jadi dia bukan Underhay. Dia tak mungkin
?Underhay, karena manusia tidak berubah. Yang menarik adalah bahwa Porter
mengatakan dia itu Underhay."
"Hal mana membawa Anda pada Mrs. Jere-my.
"Kemiripannya menyebabkan saya mendatangi Mrs. Jeremy. Raut muka keluarga
Trenton jelas sekali persamaannya. Saya menggunakan permainan kata-kata dengan
mengatakan bahwa Charles Trenton, orang yang meninggal itu, adalah orang baik-
baik. Tapi masih ada pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban. Mengapa
David Hunter mau begitu saja menjadi korban pemerasan" Apakah dia memang orang
304 yang mau diperas" Kita akan menjawab dengan pasti, tidak. Jadi dia juga
bertindak tak sesuai dengan wataknya. Lalu Rosaleen Cloade. Seluruh tindak-
tanduknya tak bisa dimengerti tapi ada satu hal yang saya ingin sekah tahu.
?Mengapa dia takut" Mengapa dia beranggapan bahwa akan terjadi sesuatu atas
dirinya, setelah kini abangnya tak ada lagi untuk melindunginya" Seseorang
?atau sesuatu telah membuatnya takut. Bukan karena dia takut kehilangan
kekayaannya tidak, lebih dari itu. Nyawanya-lah yang ditakutkan-nya...."
?"Ya, Tuhan, M. Poirot, Anda pikir " 'Kita harus ingat, Spence, bahwa seperri
?yang Anda katakan tadi, kita kembali kepada persoalan semula. Robert Underhay
meninggal di Afrika. Dan hidup Rosaleen Cloade menjadi penghalang bagi mereka
untuk mendapatkan uang Gordon Cloade-"
"Apakah Anda benar-benar berpendapat bahwa salah seorang di antara mereka yang
melakukannya?" "Saya pikir begini: Rosaleen Cloade berumur dua puluh enam, dan meskipun
mentalnya agak tak stabil, fisiknya kuat dan dia sehat. Mungkin dia akan hidup
sampai berumur tujuh puluh, atau mungkin lebih lama. Katakanlah empat puluh
empat tahun lagi. Apakah tak terpikir oleh Anda, Inspektur, bahwa bagi
seseorang, empat puluh empat tahun mungkin terlalu lama untuk bersabar?"
305 BAB XII Waktu Poirot meninggalkan kantor polisi, dia hampir langsung disapa oleh Bibi
Kathie. Wanita itu membawa beberapa tas belanja dan mendatanginya dengan
terengah, dan dengan sikap penuh hasrat.
"Menyedihkan sekah Mayor Porter itu," katanya. "Padahal selama ini saya merasa
bahwa pandangan hidupnya sangat materialistis. Tahulah kita, hidup militer.
Pandangan mereka makin menyempit, dan meskipun dia lama berada di India, saya
rasa dia tak banyak mengambil manfaat dari kesempatan-kesempatan spiritual di
sana. Makanannya pasti selalu pukka dan chota hazri dan ri/jft" dan daging
babi yaitu makanan ransum tentara. Padahal sebenarnya dia bisa duduk sebagai ?seorang chela di kaki seorang guru\ Ah, sayang sekali kesempatan yang hilang
itu, M. Poirot, menyedihkan sekah!"
Bibi Kathie menggeleng dan melonggarkan genggamannya terhadap salah satu tas
belanjanya. Seekor ikan laut yang kelihatan sedih keluar, lalu meluncur ke
selokan. Poirot mengambilnya kembali, dan karena kacaunya, terlepaslah tas kedua
306 dari tangan Bibi Kathie. Sebagai akibatnya, sekaleng sirup yang berwarna
keemasan, menggelinding dengan cerianya di High Street.
"Terima kasih banyak, M. Poirot." Bibi Kathie mencengkeram ikan itu. Poirot
mengejar sirup yang keemasan itu. "Aduh, terima kasih kaku sekah saya tapi
? ?saya memang sedang kacau sekah. Laki-laki malang itu iih, lengket. Tapi saya
?tak mau memakai sapu tangan Anda yang bersih. Yah, Anda baik sekah seperti kata
?saya, dalam hidup kita mengalami kematian dan dalam mati kita mengalami
?kehidupan saya takkan heran kalau melihat roh halus sahabat-sahabat saya
?tercinta gentayangan. Kita mungkin saja berpapasan dengannya di jalan. Ah, baru
beberapa malam yang lalu ini."
"Maaf?" Poirot mendorong ikan itu kuat-kuat ke dasar tas. "Apa kata Anda tadi?"
"Roh halus," kata Bibi Kathie. "Waktu itu saya meminjam uang twopence
padanya karena saya hanya punya uang half penny. Tapi saya pikir waktu itu,
?wajahnya saya kenal hanya saya tak bisa memastikannya. Sampai sekarang juga
?belum bisa tapi sekarang saya pikir, dia pasti Seseorang yang sudah
?meninggal mungkin beberapa waktu yang lalu hingga ingatan saya jadi tak
? ?pasti. Saya senang sekali kalau mengingat ada orang yang diutus menolong
seseorang dalam keadaan terjepit meskipun soalnya hanya mengenai uang beberapa
?penny saja untuk menelepon. Bukan main panjangnya antrian di Toko Peacock itu
307 -mereka pasti hanya punya rod manis dan roti Swiss! Mudah-mudahan saja saya tak
terlambat!" Mrs. Lionel Cloade cepat-cepat menyeberangi jalan dan menggabungkan diri di
bagian belakang antrian yang terdiri dari wanita-wanita yang berwajah serius, di
luar toko makanan dan minuman.
Poirot berjalan terus di High Street. Dia tak membelok ke Stag. Dia membelokkan
langkahnya ke arah White House.
Dia ingin sekah berbicara dengan Lynn Marchmont, dan dia merasa bahwa Lynn
Marchmont tidak akan keberatan berbicara dengan dia.
Pagi itu indah sekali suatu pagi dalam musim semi yang sama benar dengan pagi ?di musim panas. Pagi itu segar, suatu hal yang tidak akan terjadi dalam musim
panas yang sesungguhnya. Poirot membelok dari jalan raya. Dia melihat jalan setapak yang menuju ke atas,
melalui Long Willows di lereng bukit, di atas Furrowbank. Charles Trenton
melalui jalan itu-dari stasiun, pada hari Jumat sebelum dia meninggal. Dalam
perjalanannya menuruni bukit, dia bertemu dengan Rosaleen Cloade yang sedang
mendaki. Dia tidak mengenali Rosaleen, hal mana tidak mengherankan, karena dia
bukan Robert Underhay, dan Rosaleen pun tidak mengenalinya dengan alasan yang
sama. Tapi waktu mayat orang itu diperlihatkan pada Rosaleen, dia bersumpah
bahwa dia belum pernah melihat laki-laki itu. Apakah dia berkata begini demi
keamanannya" Atau apakah pada hari itu dia sedang begitu tenggelam dalam renungannya, hingga ia
sama sekah tidak melihat wajah pria yang berpapasan dengannya di jalan setapak
itu" Kalau ya, apa yang dipikirkannya" Apakah mungkin dia sedang berpikir
tentang Rowley Cloade"
Poirot membelok ke lorong sempit yang menuju ke White House. Kebun White House
tampak cantik sekali. Di situ banyak semak-semak berbunga, bunga-bunga berwarna
lila dan kuning. Di tengah-tengah halaman ada sebuah pohon apel besar yang
berbonggol-bonggol. Di bawahnya, Lynn Marchmont terbaring di sebuah kursi
terpal. Dia melompat dengan gugup waktu Poirot mengucapkan "Selamat pagi!" dengan sopan.
"Anda membuat saya terkejut sekali, M. Poirot. Saya tak mendengar Anda berjalan
di rumput. Masih di sini Anda rupanya?"
"Ya, saya masih di sini."
"Mengapa?" Poirot mengangkat bahu. "Tempat ini terpencil dan menyenangkan, di mana orang bisa santai. Saya merasa
santai di Wm." "Saya senang Anda di sini," kata Lynn.
"Anda tidak berbicara seperti anggota-anggota keluarga Anda yang lain. Mereka
semua bertanya, 'Kapan Anda akan kembali ke London, M. Poirot"' daft dengan
tegang menunggu jawaban saya.
"Apakah mereka menginginkan Anda kembali ke London?" "Agaknya begitu." "Saya
tidak." "Memang tidak saya tahu itu. Mengapa, Mademoiselle?"
?"Karena itu berarti bahwa Anda tidak puas. Maksud saya, bahwa David yang
melakukannya." ."Dan Anda ingin sekah bahwa dia tak bersalah?"
?Dilihatnya wajah yang berkulit kecoklatan itu bersemu dada.
"Saya tentu tak ingin melihat seorang laki-laki dihukum gantung karena suatu hal
yang tidak dilakukannya."
"Tentu ya, tentu!"
? "Dan polisi berprasangka terhadapnya, karena dia melawan mereka. Itulah
kekurangan David dia suka menantang orang."?"Polisi tidak begitu saja berprasangka seperti dugaan Anda, Miss Marchmont. Para
anggota jurilah yang berprasangka terhadapnya. Mereka tak mau mengikuti tuntunan
Pemeriksa. Merekalah yang mengeluarkan keputusan hukuman atas dirinya dan polisi
pun harus menahannya. Tapi bisa saya katakan bahwa polisi sama sekali tak puas
dengan perkara yang memberatkannya
itu." r Lynn jadi bergairah, katanya, "Jadi dia mungkin dibebaskan "ff* Poirot
mengangkat bahu. "Menurut Anda, siapa yang melakukannya, M. Poirot?"
Lambat-lambat Poirot berkata, "Ada seorang wanita di Stag malam itu." Lynn
berseru, "Saya jadi bingung. Waktu kita menyangka bahwa pria itu adalah Robert Underhay,
kelihatannya semuanya begitu sederhana. Mengapa Mayor Porter mengatakan bahwa
dia Underhay, kalau sebenarnya bukan" Lalu mengapa dia bunuh diri" Sekarang kita
kembali pada awal persoalan."
"Anda adalah orang ketiga yang mengucapkan kata-kata itu!"
"Begitukah?" Lynn kelihatan terkejut. "Apa yang Anda lakukan sekarang, M.
Poirot?" "Berbicara dengan orang-orang. Itulah kerja saya. Hanya bercakap-cakap dengan
orang-orang." "Tapi Anda tidak menanyai orang tentang pembunuhan itu?" Poirot menggeleng.
"Tidak, saya hanya apa namanya, ya" mengumpulkan gunjingan."
? ?"Apakah itu bisa membantu?"
"Kadang-kadang bisa. Anda akan heran kalau saya beri tahu betapa banyak yang
saya tahu dari kehidupan sehari-hari di Warmsley Vale dalam minggu-minggu
terakhir ini. Saya tahu siapa yang bepergian ke mana, bertemu dengan siapa dia,
bahkan kadang-kadang apa yang mereka bicarakan. Umpamanya, saya tahu bahwa pria
yang bernama Arden itu mengambil jalan setapak ke desa, melewati Furrowbank dan
menanyakan jalan pada Mr. Rowley Cloade. Juga bahwa dia menyandang ransel di
punggungnya, dan tak ada barang bawaan lain. Saya tahu bahwa Rosaleen Cloade
pernah menghabiskan waktu lebih dari satu jam di ladang bersama Rowley Cloade,
dan bahwa di sana dia bahagia sekah, tidak seperti keadaannya biasanya."
"Ya," kata Lynn. "Rowley menceritakan itu pada saya. Dikatakannya bahwa Rosaleen
seperti seseorang yang mendapat kebebasan untuk keluar petang hari."
"Aha, begitukah katanya?" Poirot diam sebentar, lalu melanjutkan, "Ya, saya tahu
tentang kedatangan dan kepergian orang-orang. Dan saya juga sudah mendengar
tentang kesulitan orang-orang kesuUtan Anda dan ibu Anda umpamanya."
?"Tak ada rahasia mengenai kami semua," kata Lynn. "Kami semua telah mencoba
mengemis pada Rosaleen. Itukah maksud Anda?" "Saya tidak berkata begitu." "Yah,
itu kenyataan. Dan saya rasa Anda juga telah mendengar tentang saya, Rowley, dan
David?" "Tapi Anda kan akan menikah dengan Rowley Cloade?"
"Benarkah begitu" Alangkah baiknya kalau saya tahu.... Saya sedang
mencobamemutuskan 312 hal itulah hari itu waktu David meloncat keluar dari hutan. Kepala saya rasanya?dipenuhi oleh tanda tanya. Maukah aku" Maukah" Sampai-sampai kereta api yang
sedang lewat pun rasanya menanyakan hal yang sama. Asapnya membuat tanda tanya
yang bagus di langit."
Air muka Poirot penuh tanda tanya. Lynn salah menafsirkannya, lalu berseru,
"Ah, tidakkah Anda mengerti, M. Poirot" Semuanya ini sulit sekali. Persoalannya
sama sekah' tidak menyangkut David. Melainkan saya sendiri! Saya sudah berubah.
Saya pergi tiga empat tahun. Setelah saya kembali, saya bukan lagi orang yang
?berangkat dulu. Itulah tragedinya di mana-mana. Orang yang kembali, berubah dan
kstus menyesuaikan dirinya lagi. Tak mungkin kita pergi dan menjalani hidup yang
berbeda, dan tidak berubah!"
"Anda keliru," kata Poirot. "Tragedi kehidupan justru, bahwa manusia tidak
berubah." Lynn menatapnya sambil menggeleng. Poirot bertahan dan berkata,
"Sungguh. Begitulah keadaannya. Mengapa sebenarnya Anda pergi?"
"Mengapa" Saya masuk Pasukan Wanita Angkatan Laut. Saya pergi untuk dinas
militer." "Ya, saya tahu, tapi mengapa sebenarnya Anda masuk Pasukan Wanita Angkatan Laut"
Bukankah Anda telah bertunangan dan akan menikah" Anda mencintai Rowley Cloade.
Bukankah Anda bisa bekerja di ladang di Warmsley Vale ini?"
313 "Saya rasa memang bisa, tapi saya ingin " "Anda ingin pergi Anda ingin pergi ke
?luar negeri, untuk melihat kehidupan. Mungkin juga Anda ingin pergi dari Rowley
Cloade.... Dan sekarang Anda gelisah, Anda masih tetap ingin pergi! Oh, tidak,


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?Mademoiselle, manusia tidak berubah!"
"Waktu saya berada di Timur, saya ingin pulang," seru Lynn membela diri.
"Ya, ya, di mana Anda tidak berada, di sanalah Anda ingin berada! Mungkin Anda
akan begitu terus. Anda membuat gambaran bagi diri sendiri, Anda melihat
gambaran Lynn Marchmont yang pulang.... Tapi gambaran itu tidak menjadi kenyataan,
karena Lynn Marchmont yang Anda bayangkan bukanlah Lynn Marchmont yang
sebenarnya. Dia adalah Lynn Marchmont yang Anda ingini."
Lynn bertanya dengan getir,
"Jadi menurut Anda, saya tidak akan pernah merasa puas di mana pun juga?"
"Saya tidak berkata begitu. Tapi saya mau berkata bahwa, waktu Anda pergi, Anda
tak puas dengan pertunangan Anda, dan setelah Anda kembali sekarang, Anda masih
saja tak puas dengan pertunangan Anda."
Lynn mematahkan sehelai daun dan menggigit-gigitnya sambil merenung.
"Anda tahu semua, ya, M, Poirot?"
"Itu profesi saya," kata Poirot merendah#-"Dan saya rasa ada suatu kebenaran
yang belum Anda sadari."
314 Dengan tajam Lynn bertanya, "Maksud Anda David, bukan" Anda pikir saya mencintai
David?" "Hanya Anda yang bisa mengatakannya," gumam Poirot berhati-hati.
"Tapi saya tak tahu! Ada sesuatu pada diri David yang membuat saya takut tapi ? ?ada pula sesuatu yang menarik saya...." Dia diam sebentar, lalu meneruskan,
"Kemarin saya berbicara dengan bekas komandannya. Dia datang kemari waktu
mendengar bahwa David ditangkap, akan melihat apa yang bisa dilakukannya. Dia
bercerita pada saya tentang David, betapa pemberaninya dia. Katanya David adalah
salah seorang anak buahnya yang paling berani. Tapi tahukah Anda, M, Poirot,
mendengar semua kata-kata dan puji-pujiannya itu, saya merasa bahwa dia ridak
terlalu yakin bahwa bukan David yang melakukannya!" "Dan apakah Anda juga tak
yakin?". Lynn tersenyum, senyum yang menimbulkan belas kasihan.
"Tidak soalnya saya tak pernah mempercayai David. Bisakah kita mencintai
?seseorang yang tidak kita percayai?" "Malangnya, memang bisa." "Saya memang
merasa tak adil terhadap David karena saya tidak mempercayainya. Saya percaya
?waktu mendengar gunjingan jelek yang banyak beredar di sini, yang mengatakan
bahwa David itu sama sekali bukan David Hunter-me-lainkan pacar Rosaleen. Saya
jadi merasa malu "i-i c waktu bertemu dengan komandannya, yang bercerita bahwa dia sudah mengenal David
sejak dia masih kanak-kanak di Irlandia."
"Cetf epatanty mengherankan sekali," gumam
Poirot, "mengapa orang suka salah mengerti." "Apa maksud Anda?"
"Ya apa yang saya katakan tadi. Apakah Mrs. Cloade maksud saya, yang istri
?dokter menelepon Anda pada malam terjadinya pembunuhan kaT
?"Bibi Kathie" Ya, memang.^ "Tentang apa?"
"Tentang kekacauan yang dialaminya dalam pembukuan keuangannya."
"Apakah dia menelepon dari rumahnya?"
'Tidak. Pesawat telepon di rumahnya rusak. Dia terpaksa keluar, ke boks telepon
umum." "Jam sepuluh t lewat sepuluh?"
"Kira-kira begitu. Jam kami tak pernah tepat benar."
"Kira-kira begitu," kata Poirot sambil berpikir. Lalu dta berkata lagi dengan
halus, "Bukan hanya satu kali itu Anda menerima telepon malam H bukan?" "Memang," sahut
Lyan singkat. "DavidHttmer menelepon Anda dari London?" "Ya." Tiba-tiba dia jadi
kesal. "Saya rasa Anda mau tahu juga | katanya?">f. "Ah, tak sepantasnya saya "?"Anda boleh saja tahu! Katanya dia akan pergi-menmggalkan saya. Dikatakannya
bahwa dia tak cukup baik untuk saya, dan bahwt dia tidak akan pernah mau meluruskan
hidupnva -juga tidak demi saya."
"Dan karena itu mungkin benar, Anda tak senang," kata Poirot.
"Mudah-mudahan saja dia pergi artinva, bila dia memang dibebaskan.... Mudah-
?mudahan mereka pergi ke Amerika atau ke mana saja. Baru kemudian mungkin kami
akan bisa berhenti berpikir tentang mereka kami akan belajar mandiri. Kami
?tidak akan punya lagi perasaan benci." "Perasaan benci"**
Ya. Saya merasakannya untuk pertama kalinya pada suatu malam, di rumah Bibi
Kathie. Dia mengadakan semacam pesta. Mungkin karena saya baru kembali dari luar
negeri dan agak gugup tapi rasanya saya bisa merasakannya menyusupi kami. Rasa
?benci terhadapnya terhadap Rosaleen. Kami bahkan menginginkan dia mati kami
? ?semua! Ingin dia mati.... Padahal itu jahat sekali, menginginkan seseorang yang
tak pernah mengganggu kita supaya dia mari
? ?"Kematiannya memang satu-satunya jalan yang membawa kebaikan bagi kalian." Nada
bicara Poirot tegas dan ringkas.
"Maksud Anda kebaikan dalam hal keuangan" Dia ada di sinf saja sudah membawa
keburukan dalam segala hal! Iri terhadap seseorang, membencinya, mengemis
darinya-itu semua tak baik. Sekarang dia di Furrowbank seorang dm. Dia kelihatan
seperti hantu-ketakutan setengah mati
317 -dia keKhatan-hiih! dia kelihatan seperti akan menjadi gila. Dan dia tak mau
kami membantunya! Tak seorang pun di antara kami. Kami semua sudah mencoba. Mama
sudah mengajaknya menginap di rumah kami. Bibi Frances juga. Bahkan Bibi Kathie
pergi ke sana, dan menawarkan diri untuk menemaninya di Furrowbank. Tapi dia tak
mau berurusan dengan kami sekarang, dan saya tak menyalahkan dia. Dia bahkan tak
mau bertemu dengan Brigadir Conroy bekas komandan David. Saya rasa dia sakit,
?sakit karena cemas, ketakutan dan sedih. Dan kami tidak berbuat apa-apa dalam
hal itu, karena dia tak memberi kami kesempatan." "Apakah Anda sudah mencoba"
Anda sendi- "Sudah," kata Lynn. "Kemarin saya pergi ke sana. Saya bertanya kalau-kalau ada
yang bisa saya bantu. Dia memandangi saya-" Tiba-tiba d!a terdiam lalu bergidik.
"Saya rasa dia benci r!" ^ rCna i ll?; Apalagi kan' Saya
-tap tinggal di dikatakan Davidl Wl K menurUt aPa Yfg mentega dari HH menf ntarnya telur dan
lah satu-satunya di a S' %a rasa R?wle>r~ Dia mengucapkan 111 111 yan? ^^kainya.
memuji bahwa fl| kas'b padanya dan memang baik." ^ |||? baik. Rowley
'^iemang ada orang, pada siapa kita k"a Poirot, "ke -
8lmpati_dan merasa 318 kasihan sekali, yaitu orang-orang yang harus menanggung beban terlalu berat.
Saya kasihan sekah pada Rosaleen Cloade. Kalau saja bisa, saya mau membantunya.
Sekarang pun kalau dia mau mendengarkan "?Poirot bangkit dengan mendadak.
"Mari, Mademoiselle," katanya, "kita pergi ke
IFurrowbank." "Anda mengajak saya?" "Bila Anda mau bermurah hati dan memberi
pengertian " "Saya mau saya mau!" seru Lynn.
? ?BAB XIII Hanya dalam waktu kira-kira lima menit mereka sudah tiba di Furrowbank. Jalan
mobil di halaman membelok-belok mendaki, diapit oleh tanaman rhododendron yang
terawat apik. Gordon Cloade tak enggan bersusah payah dan tak sayang
mengeluarkan biaya untuk menjadikan Furrowbank suatu tempat yang pantas
dipamerkan. Pelayan rumah tangga yang membukakan pintu ruang depan, tampak heran melihat
mereka, dan mereka agak ragu apakah mereka bisa menemui Mrs. Cloade. Madame
belum bangun, katanya. Namun diantarnya juga mereka ke ruang tamu utama. Lalu
dia pergi ke lantai atas, untuk menyampaikan pesan Poirot.
Poirot melihat ke sekelilingnya. Dia membandingkan ruangan itu dengan ruang tamu
utama Frances Cloade. Ruang tamu Frances Cloade adalah ruangan yang sangat
akrab, sesuai sekali dengan pribadi pemiliknya. Ruang tamu Furrowbank sama
sekali tak punya kepribadian tempat itu hanya membayangkan kekayaan yang
?didukung oleh selera tinggi. Gordon Cloade telah mengusahakan hal itu segala
?sesuatu dalam 320 ruang itu bermutu tinggi dan bernilai seni. Tapi tak ada tanda-tanda sikap
selektif, tak ada tanda adanya selera pribadi pemilik rumah itu. Kelihatannya,
Rosaleen tidak mencapkaa kepribadiannya sendiri di tempat itu.
Dia tinggal di Furrowbank tak ubahnya seperti seorang tamu asing yang tinggal di
Hotel Ritz atau Hotel Savoy.
Aku ingin tahu, pikir Poirot, apakah yang seorang lagi
?Lynn memutuskan jalan pikirannya dengan menanyakan apa yang sedang
dipikirkannya, dan mengapa dia kelihatan begitu serius.
Kata orang, Mademoiselle, kematian merupakan ganjaran dosa. Tapi rupanya
ganjaran dosa bisa juga berupa kemewahan. Saya bertanya pada diri saya sendiri,
apakah yang kedua itu lebih bisa diterima" Kita jadi terputus sama sekah dari
kehidupan kekeluargaan kita. Kita hanya mungkin melihatnya sekilas, padahal
jalan untuk kembali ke sana tidak dihalangi "
?Kata-katanya terputus. Pelayan yang tadi bersikap anggun, kini melupakan sikap
itu. Dia kini tak lebih dari seorang wanita setengah baya yang ketakutan. Dia
masuk ke ruang itu dengan berlari, dengan tergagap-gagap dan dengan tersengal-
sengal, hingga kata-kata yang diucapkannya hampir tak bisa keluar.
"Aduh, Miss Marchmont! Aduh, Tuan, Madame di atas keadaannya buruk sekah dia ? ? ?tak
321 berbicara, dan saya tak bisa membangunkannya, dan tangannya dingin."
Poirot berbalik dengan mendadak, lalu berlari keluar dari ruang itu. Lynn dan
pelayan itu menyusul. Poirot berlari terus ke lantai atas. Pelayan menunjuk ke
pintu yang terbuka, yang menghadap ke tangga.
Ruang tidur itu besar dan indah, matahari bersinar melalui jendela-jendela yang
terbuka, menyinari permadani indah yang berwarna pucat.
Rosaleen terbaring di tempat tidur besar yang berukir seperti sedang tidur.
?Bulu matanya yang hitam dan panjang menyentuh pipinya, kepalanya terletak di
bantal dengan wajar. Di tangannya yang sebelah terdapat sehelai sapu tangan yang
tergumpal. Dia kelihatan seperti seorang anak kecil yang sedih, yang tertidur
dalam tangisnya. Poirot mengangkat tangannya, lalu meraba nadinya. Tangan itu sedingin es dan
membenarkan apa yang telah diduganya.
Dengan tenang dia berkata pada Lynn,
"Sudah agak lama dia meninggal. Dia meninggal dalam tidurnya."
."Aduh, Tuan aduh apa yang harus kita lakukan?" seru pelayan itu sambil
? ?menangis. "Siapa dokternya?" '.'Paman Lionel," kau Lynn. Poirot berkata pada
pelayan, "Pergi telepon Dokter Cloade." Dia keluar dari kamar, masih
terisak. Poirot berjalan ke sana kemari dalam
kamar itu. Di samping tempat tidur terdapat
sebuah kotak kecil dari karton. Kotak itu berlabel. 'Satu bungkus menjelang
tidur'. Dengan menggunakan sapu tangannya, dia membuka kotak itu. Masih ada tiga
bungkus. Dia menyeberang ke perapian, lalu ke meja tulis. Kursi di meja itu
tertarik ke samping, kertas pengisapnya tertelentang. Di situ terdapat sehelai
kertas, di mana tertulis kata-kata yang tulisannya seperti tulisan anak kecil.
"Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat.... Aku tak bisa terus-menerus begini.... Aku
jahat selama ini. Aku harus menceritakannya pada seseorang untuk mendapat
kedamaian.... Pada mulanya tak ada niatku untuk berbuat jahat. Aku tak tahu apa
akibatnya. Aku harus menuliskannya "
?Agaknya kata-kata itu ditulis dengan terburu-buru. Penanya terlempar
sembarangan. Poirot memandangi kata-kata yang tertulis itu, sedang Lynn masih
berdiri di dekat tempat tidur, memandangi wanita yang meninggal itu.
Lalu pintu terbuka dengan kasar, dan David Hunter masuk dengan terengah.
"David," Lynn bergerak maju. "Kau sudah bebas" Aku senang sekali "
?David tidak mempeduh'kan kata-kata itu, dan mendorongnya ke samping dengan
kasar, lalu membungkuk ke tubuh purih yang tak bergerak.
"Rosaleen! Rosaleen.....'" Dipegangnya tangan gadis itu, lalu dia berputar
menghadapi Lynn dengan wajah berapi-api karena marah. Kata-katanya diucapkannya
dengan nyaring dan bertekanan!
323 "Kalian yang membunuhnya, bukan f Akhirnya kalian berhasil menyingkirkannya!
Mula-mula kausingkirkan aku, kalian lemparkan aku ke penjara dengan ruduhan
palsu, lalu kalian semua menyingkirkan dia pula! Kalian semua! Atau salah satu
di antara kalian" Aku tak peduli yang mana! Kalian yang membunuhnya! Kalian
menginginkan uang sialan itu dan sekarang kalian mendapatkannya! Kematiannya ?yang telah memberikannya pada kalian! Kalian akan bebas dari kemiskinan
sekarang. Kalian semua akan kaya sekarang sekelompok pencuri dan pembunuh
?kotor, itulah kalian! Kalian tak bisa menyentuhnya selama aku ada di sisinya.
Aku tahu bagaimana aku harus melindungi adikku dia memang tak pernah bisa
?menjaga dirinya sendiri. Tapi, begitu dia tinggal seorang diri di sini, kalian
melihat kesempatan dan menggunakan kesempatan itu." Dia diam sebentar, dia agak
terhuyung, lalu berkata dengan suara rendah yang bergetar, "Pembunuh-pembunuh^"
Lynn berseru, "Tidak, David. Kau keliru. Tak seorang pun di antara kami berniat membunuhnya.
Kami tidak akan melakukan hal semacam itu."
"Salah seorang di antara kalian telah membunuhnya, Lynn Marchmont. Dan kau tahu
itu!" "Aku bersumpah, kami tidak melakukannya, David. Aku bersumpah kami tidak
melakukan hal semacam itu."
Pandangan David yang har |gf melembw,
324 "Mungkin bukan kau, Lynn " "Memang bukan, David, aku bersumpah, bu kan "
? ?Hercule Poirot maju selangkah dan mendehem David berputar menghadapinya.
"Saya rasa," kata Poirot, "kesimpulan And; terlalu dramatis. Mengapa Anda cepat-
cepat menyimpulkan bahwa adik Anda telah dibunuh?"
"Anda katakan dia tidak dibunuh" Apakah ini," dia menunjuk ke tubuh di tempat
?tidur "suatu kematian yang wajar" Rosaleen memang menderita sakit saraf, tapi
?dia tidak menderita sakit pada organ-organ tubuhnya. Jantungnya kuat."
"Semalam," kata Poirot, "sebelum dia tidur, dia duduk di sini "
?David melangkah melewatinya, lalu membungkuk melihat kertas itu.
"Jangan sentuh," Poirot mengingatkannya.
David menarik tangannya kembali, lalu membaca kata-kata itu sambil berdiri tanpa
bergerak. Dia menoleh dengan tersentak dan memandangi Poirot dengan pandangan mencari
keterangan. "Apakah Anda pikir dia telah bunuh diri" Mengapa Rosaleen bunuh diri?"
Suara yang menjawab pertanyaan itu bukan suara Poirot. Suara yang tenang dan
berlogat Oastshire, suara Inspektur Spence, terdengar dari ambang pintu yang
terbuka, "Andaikan malam Rabu yang lalu Mrs. Cloade
325 tidak berada di London, melainkan di Warmsley Vale" Andaikan dia pergi menemui
laki-laki yang akan memerasnya" Andaikan, karena gugupnya, dia lalu kalap, dan
membunuh laki-laki itu?"
David berputar ke arahnya. Pandangannya keras dan penuh kemarahan.
"Adik saya di London malam Rabu itu. Dia ada di flat itu waktu saya masuk jam
sebelas malam." "Ya," kata Spence, "itu keterangan Anda, Mr. Hunter. Dan saya yakin Anda akan
berpegang teguh pada keterangan ku. Tapi saya tidak harus percaya pada
keterangan itu. Dan bagaimanapun juga, sekarang sudah terlambat," dia menunjuk?ke tempat tidur "perkara yang memberatkan dirinya tidak akan diajukan ke
?pengadilan lagi sekarang."
326 BAB XIV "Dia tak mau mengakuinya," kata Spence. 'Tapi saya rasa dia tahu bahwa adiknya
telah melakukannya." Dia duduk di kamarnya, di kantor polisi dan melihat ke
Poirot yang duduk di seberang meja. "Lucunya, alibi David yang kita periksa
begitu tehti. Kita tak pernah terlalu memikirkan alibi adiknya. Padahal sama
sekah' tak ada yang menguatkan adanya dia di flat di London itu, malam itu.
Hanya David yang mengatakan bahwa "ia berada di sana. Selama ini kita sudah tahu
bahwa hanya ada dua orang yang punya motif untuk menyingkirkan Arden David
?Hunter dan Rosaleen Cloade. Tanpa berpikir panjang, saya langsung saja mengejar
David, dan melewati Rosaleen. Soalnya dia kelihatan begitu lembut -bahkan agak
kurang waras-tapi saya juga yakin bahwa justru itu pula yang bisa menjelaskan
Persoalan. Besar kemungkinannya. David Hunter melarikannya ke London justru
karena alasan itu. Mungkin dia menyadari adanya kemungkinan adiknya itu menjadi
kalap, dan mungkin, dia sudah tahu bahwa adiknya itu berbahaya bila dia panik.
Ada satu hal lagi yang lucu: saya sering melihat-327
nya berjalan-jalan dengan memakai baju linen warna jingga agaknya itu merupakan
?warna kegemarannya. Scarf jingga baju jingga bergaris-garis. Namun waktu Mrs.
?Leadbetter melukiskan seorang wanita muda yang kepalanya diikat seraf jingga,
masih juga belum terpikirkan oleh saya bahwa dia adalah Mrs. Cloade sendiri.
Saya masih berpikir bahwa wanita itu belum tentu bersalah bahwa dia tidak
? bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatannya itu. Keterangan Anda bahwa dia
mengunjungi gereja Katolik Roma di sini, menunjukkan bahwa dia kebingungan
karena penyesalan dan rasa bersalah."


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, dia memang punya rasa bersalah," kata Poirot.
Spence berkata sambil merenung, "Dia pasti menyerang Arden karena panik. Saya
rasa laki-laki itu sama sekali tak menduga apa yang akan terjadi atas dirinya.
Dia pasti tak waspada dalam menghadapi wanita sekecil itu."
Dia diam dan merenung beberapa saat, lalu berkata, "Masih ada satu hal yang
kurang jelas bagi saya.. Siapa yang menghubungi Porter" Anda katakan bukan Mrs.
Jeremy" Saya yakin dialah orangnya!"
"Bukan," sahut Poirot. "Bukan Mrs. Jeremy. Dia telah meyakinkan saya mengenai
hal itu dan saya percaya padanya. Saya bodoh selama ini. Saya seharusnya tahu
siapa orangnya. Mayor Porter sendai yang mengatakannya pada saya."
"Dia mengatakannya pada Anda?"
"Ya, tapi secara tak langsung tentu. Dia tak menyadarinya." "Jadi siapa orang
itu?" Poirot memiringkan kepalanya. "Tapi bolehkah saya menanyakan dua
pertanyaan dulu pada Anda?" Inspektur Spence tampak heran. 'Tanyakanlah apa yang
ingin Anda tanya kan." "Obat tidur dalam kotak di samping tempat tidur Rosaleen
Cloade itu, apa jenisnya?" Inspektur Spence kelihatan makin terkejut. "Oh, dari
jenis yang tidak membahayakan. Bromide. Sifatnya menenangkan saraf. Tiap malam
dia minum sebungkus. Kami sudah menelitinya. Obat itu tak apa-apa."
'Siapa yang memberikan resepnya?" "Dokter Cloade." "Kapan?"
"Beberapa waktu yang lalu." "Racun apa yang telah menyebabkan kematian* nya?"
"Yah, sebenarnya kami belum menerima laporannya, tapi saya sudah tak ragu lagi.
Morfin dalam dosis tinggi."
"Apakah dia memiliki morfin?"
Spence melihat ke lawan bicaranya dengan pandangan ingin tahu.
"Tidak ada. Apa tujuan pertanyaan Anda, M. Poirot?"
"Sekarang saya akan beralih ke pertanyaan saya yang kedua," kata Poirot
mengelak. "David 329 Hunter menelepon jarak jauh dari London pada Lynn Marchmont, jam sebelas lewat
lima pada malam Rabu itu. Anda katakan Anda telah mengecek semua telepon. Itulah
satu-satunya telepon yang keluar dari flat di Shepherd's Court. Apakah ada
telepon yang masuk?"
"Ada satu. Jam sepuluh lewat seperempat. Juga dari Warmsley Vale. Dilakukan dari
boks telepon umum." "Oh, begitu." Poirot diam beberapa saat.
"Apa sih soalnya, M. Poirot?"
"Apakah telepon itu diterima" Maksud saya, apakah operator mendapatkan jawaban
dari nomor di London?"
"Saya mengerti apa maksud Anda," kata Spence lambat-lambat. "Pasti ada seseorang
di flat. Dia tak mungkin David Hunter dia masih berada di kereta api dalam ?perjalanannya kembali. Jadi kelihatannya, ya, tentunya Rosaleen Cloade. Dan jika
demikian, Rosaleen Cloade tak mungkin berada di Stag beberapa menit sebelumnya.
Maksud Anda, M. Poirot, adalah bahwa wanita yang memakai scarf jingga itu bukan
Rosaleen Cloade. Jadi kalau begitu, bukan Rosaleen Cloade yang membunuh Arden.
Tapi lalu, mengapa dia bunuh diri?"
"Jawabnya mudah sekati," kata Poirot. "Dia tidak bunuh diri. Rosaleen Cloade
dibunuh!" "Apa?" "Dia dibunuh dengan sengaja dan dengan darah dingin."
330 "Lalu siapa yang membunuh Arden" Kita sudah mengesampingkan David-"
"Memang bukan David."
"Sekarang Anda mengesampingkan Rosaleen" Gila! Padahal hanya mereka berdua yang
punya bayangan motif!"
"Benar," kata Poirot. "Motif. Itulah yang telah menyesatkan kita. Bila A punya
motif untuk membunuh C, dan B punya motif untuk membunuh D yah, maka tak masuk
?akal kalau A sampai membunuh D, dan tak mungkin B membunuh C, bukan"^
Spence menggeram. "Pelan-pelan M. Poirot, pelan-pelan. Saya sama sekah tak
mengerti apa maksud Anda dengan A, B, dan C itu."
"Memang rumit," kata Poirot, "rumit sekali. "Soalnya kita menghadapi dua macam
kejahatan yang berbeda dan, akibatnya, kita tentu harus berhadapan dengan dua
?orang pembunuh pula. Pembunuh Pertama keluar, dan masuklah Pembunuh Kedua."
"Jangan mengutip karya Shakespeare segala," geram Spence. "Ini bukan drama
tentang Zaman Elizabeth."
I' "Tapi sifatnya. sama benar dengan drama Shakespeare lengkap dengan semua
?emosinya emosi manusiawi yang amat digemari Shakespeare rasa iri, rasa
? ? ?benci tindakan-tindakan spontan yang penuh nafsu. Dan di sini, ada pula I sfkap
?mencari kesempatan, yang ternyata berhasil. 'Dalam hidup manusia ada pasang ada
surut. Bila 331 arus pasang, nasib baik yang menanti...' Ada orang yang bertindak berdasarkan itu,
Inspektur. Dia telah mengambil kesempatan dan memanfaatkannya untuk
kepentingannya sendiri dan itu telah dilaksanakannya dengan gemilang boleh
? ?dikatakan di hadapan mata Anda sendiri!"
Spence menggosok-gosok hidungnya dengan jengkel.
"Bicaralah yang benar, M. Poirot," pintanya. "Kalau bisa, katakan saja apa
maksud Anda." "Saya akan berbicara dengan jelas sejelas-jelasnya. Di sini ada tiga kematian, ?bukan" Benar, kan" Tiga orang yang meninggal."
Spence memandanginya dengan rasa ingin tahu.
"Memang.... Apakah Anda akan mengatakan bahwa satu di antara tiga orang itu masih
hidup?" "Tidak, tidak," kata Poirot. "Mereka sudah meninggal semua. Tapi bagaimana cara
mereka meninggal" Bagaimana cara kematian mereka menurut Anda?"
"Ah, Anda kan sudah tahu pendapat saya mengenai hal itu, M. Poirot" Seorang
dibunuh, dan yang dua orang bunuh diri. Tapi menurut Anda, yang terakhir bukan
bunuh diri. Itu juga pembunuhan."
"Menurut saya," kata Poirot, "hanya ada seorang yang bunuh diri, yang seorang
karena kecelakaan, dan yang seorang korban pembunuhan."
"Kecelakaan" Maksud Anda Mrs. Cloade minum racun karena tak sengaja" Ataukah
penem- 332 bakan Mayor Porter atas dirinya sendiri itu yang tak sengaja?"
"Bukan," kata Poirot. "Yang merupakan akibat kecelakaan adalah kematian Charles
Trenton alias Enoch Arden."
?"Kecelakaan?" Inspektur Spence meledak. "Kecelakaan! Pembunuhan kejam, di mana
kepala orang berlubang karena hantaman berulang kali itu, Anda katakan
kecelakaan}" Tanpa terpengaruh oleh kata-kata keras Inspe-tur Spence, Poirot menjawab dengan
tenang, "Kalau saya katakan suatu kecelakaan, maksud saya di situ tak ada niat untuk
membunuh." "Tak ada niat untuk membunuh padahal kepalanya sampai remuk! Apakah maksud Anda
?dia telah diserang oleh orang gila?"
'Saya rasa itu lebih mendekati kebenaran meskipun tidak dalam pengertian yang
?Anda maksud." "Mrs. Gordon-lah satu-satunya orang yang kurang waras dalam perkara ini. Saya
pernah melihat caranya memandang yang aneh sekali. Sedang Mrs. Lionel Cloade,
pikirannya memang agak aneh-aneh tapi dia tak pernah melakukan kekerasan. Mrs.
?Jeremy selalu ingin melakukan yang benar! Ngomong-omong, Anda katakan bukan Mrs.
Jeremy yang menyuap Porter?"
"Bukan. Saya tahu siapa yang menyuap. Menurut saya, Porter sendiri yang membuka
rahasia itu. Hanya dengan mengungkapkannya sedikit
?saja ah, tolol sekali saya tidak menyadarinya pada saat itu."
? "Lalu seseorang yang gila yang tidak Anda sebutkan namanya, membunuh Rosaleen
Cloade?" Suara Spence makin memperdengarkan rasa tak percayanya. Poirot
menggeleng kuat-kuat. "Sama sekah tidak. Waktu itu pergilah si Pembunuh Pertama
dan datanglah si Pembunuh Kedua. Ini jenis pembunuhan yang lain macamnya, tanpa
emosi, tanpa nafsu. Ini adalah pembunuhan yang direncanakan dengan darah dingin,
dan saya menuntut, Inspektur Spence, supaya Anda mengusahakan agar pembunuhnya
dihukum gantung karena pembunuhan itu."
Setelah berbicara, dia bangkit lalu berjalan menuju pintu.
"Hei!" seru Spence. "Anda harus memberikan beberapa nama. Anda tak bisa pergi
begitu saja." "Ya, akan saya sebutkan tapi sebentar lagi. Soalnya saya masih menunggu ?sesuatu tepatnya, sepucuk surat dari seberang laut.'"
?"Jangan bicara seperti tukang ramal begitu! Hei M. Poirot." Tapi Poirot sudah
?berlalu. Dia langsung menyeberang lapangan, dan membunyikan bel rumah Dr.
Cloade. Mrs. Cloade membukakan pintu, dan seperti biasanya, napasnya tertahan
waktu melihat Poirot. Poirot tidak menyia-nyiakan waktu. Madame, saya harus
berbicara dengan Anda."
'Oh tentu silakan masuk maaf, saya belum sempat, membersihkan ruangan, tapi "
? ? ?"Saya ingin menanyakan sesuatu pada Anda. Sudah berapa lama suami Anda jadi
pecandu J morfin?" Bibi Kathie langsung menangis. "Aduh, aduh saya begitu berharap jangan sampai
?ada seorang pun yang tahu, Hal itu mulai pada I waktu perang. Dia terlalu letih,
dan menderita sakit j saraf kepala yang hebat. Tapi sejak itu dia terus mencoba
untuk mengurangi dosisnya sungguh, i dia sudah berusaha. Tapi itu pulalah yang
?kadang-kadang membuatnya sangat menjengkelkan " "Itulah salah satu alasan
?mengapa dia membu-J tuhkan uang, bukan?"
"Saya rasa begitu. Aduh, M. Poirot. Dia telah berjanji untuk berobat "
?"Tenanglah, Madame, dan tolong jawab satu lagi pertanyaan saya. Pada suatu malam
waktu Anda menelepon Lynn Marchmont, Anda pergi ke luar ke boks telepon umum di
depan kantor pos, bukan" Apakah Anda bertemu dengan seseorang di lapangan, malam
itu?" "Oh tidak, M. Poirot, tak seorang pun." "Tapi saya dengar Anda terpaksa
meminjam uang logam twopence, karena Anda hanya punya uang setengah penny saja."
"Oh, ya. Saya memintanya dari seorang wanita yang baru saja keluar dari boks.
Dia menukari uang setengah penny saya dengan dua buah penny
?335 . mnanva wanita itu?" "Bagaimana rupanya
?-Yah agak keaktns-aktnsan. Anda tentu tahu maksud sava. Kepalanya ditutupi
dengan scarf ;ine2a. Lucunya, saya merasa yakni saya pernah Llihatnya, entah di
mana. Wajahnya seperti tak "ine Saya rasa "ha pasti orang yang sudah meninggal.
Tapi saya sama sekah tak ingat, di mana dan bagaimana saya kenal padanya.
'Terima kasih, Mrs. Cloade, kata Hercule Poirot.
BAB XV Lynn keluar dari rumah dan melihat ke langit.
Matahari sudah agak rendah, di langit tak ada warna aneh, tapi ada suatu
pancaran sinar yang agak tak wajar. Suatu senja yang tenang, di mana terasa
seolah-olah segala-galanya tak bernapas. Mungkin akan ada badai, pikirnya.
Waktunya telah tiba kini. Dia tak bisa mengulur-ulur waktu lagi. Dia harus pergi
ke Long Willows dan mengatakannya pada Rowley. Sekurang-kurangnya dia harus
melakukan itu terhadap Rowley dia harus mengatakannya sendiri padanya. Dia tak ?mau memilih cara yang mudah, yaitu dengan menulis surat.
Tekadnya sudah bulat-sudah bulat sekali-katanya meyakinkan dirinya sendiri,
namun dia heran mengapa ada rasa enggan. Dia melihat Jte ^kelilingnya dan
berpikir, "Aku akan berpisah dengan semuanya ini-dengan duniaku sendiri dengan
?cara hidupku sendiri.' .. Dia tahu bahwa ?""Dia tak punya ilusi WffiJ*^ etua. hidup bersama Dav.d adalah judi sua P langan
yang bisa berubah menjadi buruk, mung
337 kin pula menjadi baik. David sendiri sudah mengingatkan hal itu padanya....
Pada malam terjadinya pembunuhan, melalui telepon.
Lalu tadi, beberapa jam yang lalu, David berkata,
"Aku berniat pergi menjauhkan diri dari hidupmu. Aku bodoh kusangka aku bisa
?meninggalkan kau. Marilah kita pergi ke London dan menikah dengan surat
khusus oh, aku tidak akan memberimu kesempatan untuk ragu-ragu lagi. Kau telah
?berurat berakar di sini, akar-akar itu akan bisa menahanmu di sini. Aku harus
menarikmu, mencabutmu dari akar-akar itu." Ditambahkannya, "Hal itu kita beri
tahukan pada Rowley, bila kau telah menjadi Mrs. David Hunter. Kurasa itulah
cara yang terbaik untuk mengatakannya padanya. Ah, Rowley yang bebal dan
malang." Tapi Lynn tak setuju dengan cara itu, meskipun dia tidak mengatakannya pada saat
itu. Dia harus mengatakannya sendiri pada Rowley. Dan kini dia sedang menuju ke
tempat Rowley! Badai mulai bertiup waktu Lynn mengetuk pintu Long Willows.
Rowley membuka pintu, dan kelihatan terkejut melihatnya.
"Halo, Lynn, mengapa kau tidak menelepon dulu dan mengatakan bahwa kau akan
datang" Bagaimana kalau aku tak di rumah?" "Aku ingin bicara denganmu, Rowley."
Rowley mundur ke samping untuk memberi
jalan pada Lynn, lalu menyusulnya masuk ke dapur yang luas. Bekasnya makan malam
masih ada di meja. "Rencanaku akan memasang perlengkapan memasak merek Aga atau Esse di sini,"
katanya. "Untuk lebih memudahkanmu. Juga sebuah meja cuci piring baru dari
?baja " ?"Jangan membuat rencana apa-apa, Rowley," Lynn memotong.
"Maksudmu, karena gadis malang itu belum dikuburkan" Kurasa itu tidak terlalu
menunjukkan bahwa kita tak berperasaan. Tapi aku menilai dia memang tak pernah
bahagia. Kurasa dia juga sakit-sakitan. Dia tak pernah bisa melupakan serangan
udara pembawa bencana itu. Yah, begitulah. Tapi dia sudah meninggal, dan itu
akan membawa perubahan bagiku atau tepatnya, bagi kita-"?Lynn menahan napasnya.
"Tidak, Rowley. Tidak akan ada rencana mengenai 'kita'. Untuk mengatakan itulah
aku datang ini.-" Rowley terbelalak menatapnya. Lynn merasa b,ehci pada dirinya sendiri, namun dia
tetap kokoh pada niatnya, lalu dia berkata dengan tenang, "Aku akan menikah
?dengan David Hunter, Rowley."
y Dia tak tahu benar apa yang diharapkannya sebagai reaksi mungkin protes atau
?ledakan kemarahan tapi dia sama sekali tidak menyangka bahwa reaksi Rowley akan
?begitu. 339 Rowley menatap Lynn beberapa menit lamanya, lalu menyeberangi dapur itu dan
mengatur api di kompor. Akhirnya dia berbalik dengan linglung.
"Coba kita bicarakan," katanya. "Kau akan menikah dengan David Hunter. Mengapa?"
"Karena aku mencintainya."
"Tapi kau mencintai aku."
"Tidak. Aku mencintaimu sebelum aku pergi. Tapi itu sudah empat tahun yang
?lalu, dan aku sudah sudah berubah. Kita berdua sudah berubah."
?"Kau keliru...," kata Rowley dengan tenang. "Aku tidak berubah."
"Yah, mungkin kau tidak banyak berubah."
"Aku sama sekah tidak berubah. Aku tak punya kesempatan untuk berubah. Aku hanya
terus saja bertani di sini. Aku tak pernah terjun payung, atau mendaki batu
karang malam-malam, atau menyergap seseorang dalam gelap lalu menikamnya "
?4jjfe*f- "Rowley " ?"Aku memang tak pernah pergi perang. Aku tak pernah berjuang. Aku tak tahu apa
itu perang! Aku hanya tinggal di sini dengan nyaman dan aman, di ladangku ink-Si
Rowley yang beruntung! Tapi kau merasa malu bersuamikan aku!"
"Tidak, Rowley bukan begitu! Sama sekali bukan."
?"Tapi kukatakan, memang begitu maumu!" Rowley mendekatinya. Darah tampak menggem
- bung di lehernya, urat-urat di dahinya bertimbul-an. Dan pandangan matanya
itu pernah sekali Lynn melihat mata seperti itu, waktu dia berpapasan dengan
?seekor sapi jantan di ladang. Binatang itu menyentakkan kepalanya, menghentakkan
kakinya, lalu perlahan-lahan merundukkan kepalanya yang bertanduk besar. Dia
dirangsang oleh kemarahan yang hebat, kemurkaan yang membuta....
"Tutup mulutmu, Lynn. Sekarang ganti kau yang mendengarkan aku. Aku telah
kehilangan kesempatan. Telah kehilangan kesempatan untuk berjuang bagi negaraku.
Sahabatku yang terbaik pergi perang dan dia tewas. Aku hanya melihat
gadisku ya, pacarku berpakaian seragam dan pergi ke seberang lautan. Sedang
? ? aku hanya laki-laki yang ditinggalkannya. Selama itu hidupku bagai dalam
neraka mengerti kau, Lynn" Bagai dalam neraka! Lalu kau kembaii-dan sejak itu ?keadaan malah lebih buruk daripada dalam neraka. Sejak pesta di rumah Bibi
Kathie malam itu, di mana aku melihat caramu memandang David Hunter di seberang
meja. Tapi dia tidak akan mendapatkan kaul Kau dengar itu" Kalau kau tidak
untukku, tak seorang pun akan mendapatkan kau. Kaupikir apa aku ini?"
"Rowley " ?Lynn bangkit, dan mundur selangkah-selang-kah. Dia ketakutan. Laki-laki ini
bukan lagi manusia, dia sudah menjadi binatang buas yang mengamuk.
341 "Aku sudah membunuh dua orang," kata Rowley Cloade. "Kau kira aku akan gentar
membunuh orang yang ketiga}"
"Rowley-" Rowley menerpa Lynn, tangannya mencengkeram leher Lynn.... "Aku tak tahan lagi,


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lynn "?Tangannya mencengkeram leher Lynn lebih kuat, kamar serasa berputar-putar,
gelap, kegelapan yang berputar-putar, napasnya sesak semuanya jadi gelap....
?Lalu, tiba-tiba terdengar suara batuk. Batuk pendek yang terdengar agak dibuat-
buat. Rowley terhenti, cengkeramannya terlepas, tangannya terkulai di sisi tubuhnya.
Dan Lynn yang dilepasnya, jatuh terduduk bagai suatu onggokan di lantai.
Hercule Poirot, yang baru saja memasuki pintu, berdiri sambil mendehem-dehem
seperti meminta maaf. "Saya harap," katanya, "saya tidak mengganggu" Saya tadi mengetuk. Sungguh, saya
mengetuk, tapi tak ada yang membukakan pintu.... Saya rasa Anda sedang sibuk?"
Sesaat suasana terasa tegang, menyengat. Rowley terbelalak saja. Sesaat tampak
seolah-olah dia akan menerpa Hercule Poirot, tapi akhirnya dia berbahk. Katanya
dengan nada datar, "Anda muncul-tepai pada waktunya."
342 BAB XVI Dalam suasana yang sarat dengan bahaya itu, Hercule Poirot membawa suasana yang
merupakan antiklimaks. "Ketel itu, mungkin airnya mendidih, ya?" tanyanya.
Dengan nada berat dan dengan sikap bodoh, Rowley berkata, "Ya, mendidih."
?"Jadi, maukah Anda membuat kopi" Atau teh, kalau itu yang lebih mudah."
Rowley mematuhinya seperti robot.
Hercule Poirot mengeluarkan sehelai sapu tangan yang besar dan bersih dari
sakunya. Sapu tangan itu dicelupkannya ke dalam air dingin, diperasnya, lalu dia
mendatangi Lynn. "Nih, Mademoiselle, coba lingkarkan ini ke leher Anda ya, begitu. Ya, ini ada
?peniti. Nah, itu akan segera menghilangkan rasa sakitnya."
Lynn mengucapkan terima kasih padanya, dengan suara serak. Dapur di Long
Willows, Poirot yang sibuk hilir-mudik semuanya itu bagaikan mimpi buruk
?baginya. Dia merasa sakit sekali, lehernya sakit menyiksanya. Dengan susah payah
dia mencoba bangkit. Laju Poirot menun-343
tuanya dengan lemah lembut ke sebuah kursi, dan mendudukkannya di situ.
"Nah," kata Poirot, dan melarai bahunya dia bertanya,
"Bagaimana kopinya?"
"Sudah siap," kata Rowley.
Rowley mengantarkannya. Poirot menuang secangkir, lalu memberikannya pada Lynn.
"Hei," kata Rowley, "saya rasa Anda tak mengerti. Saya telah mencoba mencekik
Lynn tadi itu." "Ah, sudahlah," kau Poirot dengan nada kesal. Dia seperti merasa kesal terhadap
sikap buruk Rowley. "Saya menyadari bahwa saya telah melakukan dua pembunuhan," kata Rowley.
"Pembunuhan atas diri Lynn akan merupakan yang ketiga kalau saja Anda tak ?datang."
"Mari kita habiskan saja kopi kita," kata Poirot, "dan tak usah kita bicarakan
soal kematian. Tak baik bagi Mademoiselle Lynn."
"Ya, Tuhan!" seru Rowley. Dengan terbelalak dia memandangi Poirot.
Dengan susah payah Lynn menghirup kopinya. Kopi itu panas dan kental. Akhirnya
sakit di lehernya dirasakannya berkurang, dan semangat hidupnya mulai bangkit
kembali. "Nah, sudah lebih baik, kan?" kata Poirot.
Lynn mengangguk. "Sekarang kita bisa bicara," kata Poirot. "Dan
344 dalam hal ini maksud saya, sayalah yang akan Berbicara."
"Sejauh mana yang Anda ketahui?" tanya Rowley dengan berat. "Tahukah Anda bahwa
saya yang membunuh Charles Trenton?"
"Tahu," kata Poirot. "Sudah agak lama saya tahu itu."
Tiba-tiba pintu terbuka lebar. David Hu'iter menyerbu masuk. "Lynn," serunya.
"Kau tak pernah mengata -
Kata-katanya terhenti, dia heran, dan matanya memandang dari seorang kepada yang
lain. "Apa yang terjadi dengan lehermu}"
"Secangkir kopi lagi," kata Poirot. Rowley mengambil sebuah lagi dari bufet.
Poirot menyambutnya, mengisinya dengan kopi, lalu memberikannya pada David.
Poirot sekah lagi menguasai keadaan.
"Silakan duduk," katanya pada David. "Kita akan duduk-duduk sambil minum kopi.
Dan kalian bertiga mendengarkan Hercule Poirot yang akan memberikan ceramah
mengenai kejahatan."
Dia melihat berkeliling pada mereka bertiga, lalu mengangguk.
Pikir Lynn, ini semua mimpi buruk yang luar biasa. Bukan kenyataanl
Agaknya mereka semua berada di bawah pengaruh laki-laki kecil dan lucu yang
berkumis besar itu. Mereka bertiga duduk dengan patuh Rowley si pembunuh, dia ?sendiri si korban, dan
345 David, laki-laki yang mencintainya semuanya memegang cangkir kopi, mendengarkan
?laki-laki ini, yang dengan cara yang aneh mendominasi mereka semua.
"Apakah yang menyebabkan kejahatan?" kata Poirot mengajukan pertanyaan yang tak
memerlukan jawaban. "Itu suatu pertanyaan. Rangsangan apa yang diperlukan"
Kecenderungan bawaan lahir yang manakah yang harus ada" Apakah setiap orang bisa
melakukan kejahatan" Dan apa yang terjadi itulah yang selalu saya tanyakan pada
?diri saya sendiri sejak awal. Apa yang terjadi bila orang-orang yang biasa
dilindungi dari kenyataan hidup yang sebenarnya dari kesulitan-kesulitan hidup
?dan kehancuran tiba-tiba kehilangan perlindungan itu"
?"Saya berbicara tentang keluarga Cloade. Di sini hanya ada seorang Cloade, jadi
saya bisa berbicara dengan bebas. Dari semula persoalan ini sudah memukau saya.
Kita berhadapan dengan suatu keluarga yang karena keadaan, tak pernah bisa
mandiri.- Meskipun masing-masing keluarga itu pirnya kehidupan sendiri-sendiri,
punya profesi, namun sebenarnya mereka tak pernah luput dari bayangan
perlindungan yang baik. Mereka tak pernah mengenal rasa takut. Mereka selalu
hidup terjamin suatu jaminan yang tak wajar dan yang memang sengaja dibuat.
?Gordon Cloade selalu ada di belakang mereka.
"Saya ingin mengatakan pada kalian, kita tak bisa menuai watak seseorang,
sebelum ada coba- 346 an. Bagi kebanyakan dari kita, cobaan itu datangnya di awal hidup kita.
Seseorang biasanya segera ditantang oleh keharusan berdiri sendiri, menghadapi
bahaya-bahaya dan kesulitan-kesulitan, dan menentukan kebijakanaannya sendiri
dalam menanganinya. Jalan itu mungkin lurus, mungkin tidak namun bagaimanapun
?juga, seseorang jadi cepat tahu benar akan kemampuan dirinya.
"Tapi keluarga Cloade tidak mendapat kesempatan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahannya sendiri, sampai suatu waktu mereka tiba-tiba kehilangan
perlindungan itu dan tanpa dipersiapkan sama sekali, terpaksa menghadapi
kesulitan. Hanya satu hal yang menghalangi mereka untuk memperoleh kembali
jaminan itu, yaitu Rosaleen Cloade. Dalam pikiran saya, saya yakin bahwa setiap
anggota keluarga Cloade pernah sesekali berpikir, 'Kalau saja Rosaleen
meninggal ' " ?Lynn bergidik. Poirot berhenti sebentar untuk memberikan kesempatan kata-katanya
itu mengendap. Lalu dia melanjutkan,
"Pikiran - tentang kematian, kematian wanita itu, terlintas dalam pikiran mereka
masing-masing saya yakin itu. Apakah kemudian tim bui pula pikiran tentang
?pembunuhan" Dan apakah pada suatu saat, pikiran itu bukan sekadar pikiran saja,
melainkan berubah menjadi perbuatan?" .
Tanpa mengubah nada suaranya, dia berpaling pada Rowley,
"Apakah Anda punya niat untuk membunuhnya?"
347 "Ya," kata Rowley. "Pada kari dia datang ke ladang saya ini. Waktu itu tak ada
orang lain. Waktu itu saya berpikir aku bisa saja membunuhnya dengan mudah ?sekali. Dia kelihatan mengenaskan dan cantik sekali seperti anak-anak sapi
? ?yang bara saja saya kirim ke tukang jagal. Kasihan sekali kita melihat hewan-
hewan itu tapi tetap saja kita mengirimnya ke sana. Saya heran sekali bahwa dia
?tidak merasa takut.... Dia pasti ketakutan, seandainya dia tahu apa yang ada dalam
pikiran saya.... Ya, pikiran itu timbul waktu saya mengambil pemantik rokok dari
tangannya untuk menyulut rokoknya."
"Lalu saya rasa pemantik itu ketinggalan. Dan Anda lalu menyimpannya."
Rowley mengangguk. "Saya heran mengapa saya tidak membunuhnya," kata Rowley masih merasa heran
sendiri. "Saya pikir orang akan menyangka bahwa kemati-annyaadalah suatu
kecelakaan atau semacamnya."
"Pokoknya, itu bukan tipe kejahatan yang mungkin Anda lakukan," kata Poirot*
"Itulah jawabnya. Laki-laki yang memang telah Anda bunuh, Anda bunuh dalam
kemarahan padahal Anda tidak bermaksud membunuhnya, saya pikir?"
?"DemiTuhan, tidak. Saya meninju rahangnya. Dia terdorong ke belakang dan
kepalanya terhantam ke penutup perapian yang dari pualam itu. Saya tak percaya
waktu melihat dta meninggal."
Lafal tiba-tiba dia memandang Poirot dengan terkejut.
"Bagaimana Anda tahu itu?" "Saya pikir, saya telah merekonstruksikan perbuatan-
perbuatan Anda dengan tepat," sahut Poirot. "Katakan kalau saya keliru. Anda
pergi ke Stag. Lalu Beatrice Lippincott menceritakan pada Anda tentang
percakapan yang didengarnya. Setelah itu Anda pergi ke rumah paman Anda, Jeremy
Cloade, untuk menanyakan pendapatnya sebagai seorang pengacara, mengenai keadaan
itu. Waktu Anda di sana, terjadi sesuatu, sesuatu yang membuat Anda berubah
pikiran. Anda tak jadi bertukar pikiran dengan dia. Saya rasa, saya tahu apa
sesuatu itu. Anda melibat sebuah foto " Rowley mengangguk.
?"Ya, foto itu ada di atas meja tulis. Saya tiba-tiba menyadari kemiripannya,
saya juga menyadari mengapa saya pikir wajah laki-laki itu rasanya saya kenal.
Saya berkesimpulan bahwa Jeremy dan Frances memanfaatkan salah seorang keluarga
Frances untuk bersandiwara, untuk mendapatkan uang dari Rosaleen. Saya jadi
kalap. Saya segera kembali ke Stag, dan naik ke kamar No. 5, dan menuduh laki-
laki itu sebagai penipu. Dia tertawa dan membenarkan hal itu dan mengatakan
?bahwa David Hunter akan datang malam itu juga dengan membawa uang itu. Saya
benar-benar kalap, karena menurut saya keluarga saya sendiri telah mempermainkan
saya. Saya < rkatai dia babi, lalu saya tinju dia. Dia jatuh seperti Saya
ceritakan tadi." Semuanya diam. Poirot berkata, Lalu?"
349 "Kemudian pemantik itu jatuh dari saku saya/5 kata Rowley lambat-lambat. "Benda
itu saya bawa ke mana-mana dengan niat akan mengembalikannya pada Rosaleen kalau
saya bertemu dengannya. Benda itu jatuh menimpa tubuhnya, dan baru terlihat oleh
saya -huruf-huruf awal, D.H. Rupanya itu kepunyaan David, bukan kepunyaan
Rosaleen. "Sejak pesta di rumah Bibi Kathie itu, saya menyadari ah, sudahlah. Kadang-?kadang saya pikir saya akan menjadi gila mungkin saya memang agak gila. Mula-
?mula Johnnie pergi kemudian perang saya saya tak bisa berkata apa-apa. Tapi
? ? ?kadang-kadang saya merasa buta karena rasa marah dan sekarang Lynn dengan
? ?laki-laki ini. Orang yang meninggal itu saya seret ke tengah-tengah kamar, dan
saya telungkupkan dia. Lalu saya ambil penjepit arang itu ah, tak usahlah saya
?ceritakan secara terinci. Semua sidik jari, saya hapus, penutup perapian dari
pualam itu saya bersihkan lalu jarum arlojinya saya putar ke jam sembilan lewat
?sepuluh, dan kacanya saya pecahkan. Kartu ransumnya dan semua surat-suratnya
saya ambil saya pikir melalui surat-surat ttu semua, akan bisa dikenali siapa
?dia. Setelah itu saya keluar. Saya pikir, dengan laporan Beatrice mengenai apa
yang telah didengarnya, pasta Darid-lah yang akan dituding/' "Terima kasih," kau
David. "Setelah ku," kau Potret, "Anda mendatangi saya. Waktu itu Anda
bersandiwara, bukan" Anda
pura-pura meminta saya untuk mencarikan saksi yang mengenal Underhay. Saya sudah
tahu bahwa Jeremy Cloade pasti sudah menceritakan kembali apa yang diceritakan oleh Mayor
Porter, pada keluarganya. Selama hampir dua tahun, seluruh keluarga berharap
agar Underhay muncul. Keinginan itu telah mempengaruhi Mrs. Lionel Cloade dalam
pemanfaatan papan Ouija tanpa disadarinya memang, tapi kaitan hubungannya nyata
?sekali. "Eb bien, saya pun lalu menjalankan ^permainan sulap* saya. Saya berbangga diri
bahwa saya telah membuat Anda terkesan sekali, padahal sayalah jjang telah
diperbodohkan. Ya, dan di sana di kamar Mayor Porter, setelah dia menawari saya
rokok, dia berkata pada Anda, 'Anda tidak merokok, bukan"*.
"Bagaimana dia bisa tahu bahwa Anda tidak merokok f Padahal baru kali itu dia
bertemu dengan Anda" Sungguh tolol saya. Seharusnya waktu itu saya langsung
tahu bahwa Anda dan Mayor Porter, berdua kalian telah mengatur langkah! Tak
?heran, dia kelihatan gugup pagi itu. Ya, sayalah yang sudah dipermainkan.
Rupanya, Sayalah yang harus membawa Mayor Porter untuk mengenali mayat itu. Tapi
saya tak mau diperbodohkan terus-tidak, sekarang saya bukan orang bodoh lagi,
kan?" Dia memandang berkeliling dengan marah, lalu
m*}$pi Mayor Porter lalu menarik diri dari
351 perjanjian itu. Dia tak mau memberikan kesaksian di bawah sumpah pada pengadilan
tentang pembunuhan itu, padahal kekuatan perkara yang memberatkan David Hunter,
sebagian besar terletak pada pengenalan terhadap laki-laki yang meninggal itu.
Jadi Mayor Porter menarik diri."
"Dia menulis surat pada saya, mengatakan bahwa dia tak mau melanjutkan perbuatan
itu," kata Rowley dengan serak. "Dasar tolol. Tidakkah disadarinya bahwa kami
sudah melangkah terlalu jauh, hingga tak bisa surut lagi" Saya datang untuk
mencoba memberikan pikiran sehat padanya. Tapi saya terlambat. Katanya, dia
lebih suka menembak dirinya daripada harusjnengang-kat sumpah palsu dalam hal
pembunuhan. Pintu depan tidak terkunci saya naik, dan saya temukan dia.?"Tak bisa saya katakan bagaimana perasaan saya. Saya lab merasa seolah-olah
saya.telah melakukan pembunuhan dua kali. Kalau saja dia menunggu kalau saja
?dia memberi saya kesempatan untuk berbicara dengannya."
"Apakah ada surat lain di sana?" tanya Poirot. "Lalu Anda ambil?"
"Ya saya sudah terlanjur, jadi sebaiknya saya lakukan saja semua kejahatan.
?Surat itu ditujukan pada pemeriksa mayat, yang berbunyi bahwa dia telah
memberikan kesaksian palsu pada pemeriksaan pendahuluan. Laki-laki yang
meninggal itu bukan Underhay. Sun* itu "aya ambil, lalu saya musnahkan."
I ?"Rasai Rowley menghantamkan tinjunya ke meja. "Rasanya seperti mimpi buruk mimpi yang
?mengerikan! Saya sudah mulai melakukan hal ini, jadi saya harus meneruskannya.
Saya memerlukan uang itu untuk mendapatkan Lynn dan saya ingin Hunter dihukum
?gantung. Lalu tuduhan atas dirinya tak berlaku lagi saya tak mengerti.
?Kemudian muncul cerita tentang seorang perempuan seorang perempuan yang berada
?bersama Arden. Saya tak mengerti, sampai sekarang pun saya masih tak mengerti.
Perempuan macam apa" Bagaimana mungkin seorang perempuan berada di kamar itu
berbicara dengan Arden, padahal dia sudah meninggal?"
"Memang tak ada perempuan," kau Poirot. "Tapi, M. Poirot," kata Lynn masih
dengan suara serak. "Wanita tua itu. Bukankah dia melihat perempuan itu. Dan dia
mendengarnya bercakap-cakap."
"Ya," kata Poirot. "Tapi apa sebenarnya yang dilihatnya dan didengarnya" Dia
melihat seseorang yang memakai celana panjang, dengan jas dari bahan wol yang
ringan, dia melihat kepala yang seluruhnya terbungkus dengan scarf Jingga, yang
diatur seperti serban, dan wajah yang dipoles make-up dengan mulut yang
berlipstik. Semua itu dilihatnya dalam keadaan remang-remang. Lalu apa yang
didengarnya" Dia melihat 'perempuan murahan' itu masuk kembali ke kamar No. 5,
dan dari dalam kamar itu dia mendengar suara seorang laki-laki berkata,
'Keluarlah, Gadisku.* Eh bien,
353 yang dilihatnya adalah seorang laki-laki, dan yang didengarnya adalah suara
seorang laki-laki pula! Tapi rencana itu memang hebat, Mr. Hunter," sambung
Poirot* sambil menoleh. pada David dengan tenang. "Apa maksud Anda?" tanya David
tajam. "Sekarang saya akan menujukan cerita saya pada Anda. Anda datang ke Stag,
jam sembilan atau sekitarnya. Anda datang bukan untuk membunuh tapi unuk
membayar. Apa yang Anda temukan" Anda temukan laki-laki yang telah memeras Anda
itu, tergeletak di lantai, terbunuh dengan cara yang brutal. Anda cepat
berpikir, Mr. Hunter. Anda segera menyadari bahwa Anda dalam bahaya besar.
Setahu Anda, tak ada seorang pun yang melihat Anda masuk ke Stag, dan yang
pertama-tama muncul adalah pikiran Anda untuk melarikan diri secepat mungkin,
mengejar kereta api jam 21.20, kembali ke London, dan kemudian bersumpah mati-
matian bahwa Anda tidak berada di sekitar Warmsley Vale. Supaya masih bisa naik
kereta api itu, satu-satunya kesempatan Anda adalah berlari lewat pedesaan*
Waktu itu tanpa diduga, Anda bertemu dengan Miss Marchmont, dan Anda juga
menyadari bahwa Anda tak sempat lagi mengejar kereta api itu. Anda melibat asap
kereta api ku dari desa. Tanpa Anda ketahui, Miss Marchmont juga melihat asap
itu. Tapi dia tidak menyadari bahwa hal itu menyatakan bahwa Anda tak sempat
tagi naik kereta api itu, dan waktu Anda katakan bahwa waktu itu adalah jam
354 sembilan lewat seperempat, diterimanya saja pernyataan itu tanpa ragu. : "Untuk
memberikan kesan padanya bahwa Anda benar-benar telah berhasil naik kereta api


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, Anda menemukan suatu rencana yang cemerlang. Anda sekarang memang harus
mengatur rencana yang benar-benar baru untuk mengalihkan kecurigaan dari diri
Anda. "Anda kembali ke Furrowbank. Anda masuk diam-diam dengan menggunakan kunci Anda
sendiri, Anda ambil scarf adik Anda, Anda ambil lipstiknya, lalu Anda mendandani
wajah Anda dengan gaya yang mencolok.
"Anda kembali ke Stag pada waktu yang tepat. Di sana Anda memberikan kesan
tentang pribadi Anda pada wanita tua yang duduk dalam ruang *Hanya untuk Tamu
yang Menginap', dan yang keanehan pribadinya sudah menjadi gunjingan umum di
Stag. Lalu Anda naik ke kamar No. 5. Waktu Anda dengar dia bersiap-siap untuk
pergi tidur, Anda keluar ke lorong rumah, lalu cepat-cepat masuk lagi dan
kemudian berkata nyaring-nyaring, 'Sebaiknya kau keluar dari sini, Gadisku/ "
Poirot berhenti sebentar.
"Suatu sandiwara yang cerdik," katanya.
"Benarkah itu, David?" seru Lynn. "Benarkah
jfctt?" David tertawa lebar. "Aku sering membayangkan diriku pandai memainkan peran wanita. Ya, Tuhan, kalau
saja 355 kau melihat wajah makhluk mengerikan yang tua itu."
"Tapi bagaimana kau bisa berada di sini jam sepuluh, padahal kau menelepon aku
dari London jam sebelas?" tanya Lynn kebingungan. David Hunter membungkuk pada
Poirot. "Semua penjelasan ada pada Hercule Poirot," katanya. "Orang yang tahu
segalanya. Bagaimana saya melakukannya?"
"Sederhana sekah," kau Poirot. "Anda menelepon adik Anda di flat, dari boks
telepon umum, dan Anda beri dia instruksi-instruksi. Tepat jam sebelas lewat
lima menit, dia menelepon jarak jauh ke Warmsley Vale 34. Waktu Miss Lynn
Marchmont menerima telepon itu, operator mencocokkan nomor, lalu dia pasti
berkata, 'Ada panggilan dari London/ atau/Silakan London/ atau semacam itulah?"
Lynn mengangguk. "Lab Rosaleen Cloade meletakkan kembali alat penerimanya. Sedang Anda" kata
Poirot sambil menoleh pada David, "setelah memeriksa waktunya dengan teliti,
Anda memutar No. 34, setelah tersambung, Anda tekan tombol A, lalu berkata 'Ada
telepon dari London/ dengan suara yang Anda ubah, kdu Anda berbicara.
Tertahannya beberapa menit tidaklah mengherankan dalam sisrim telepon zaman
sekarang ini, dan Miss Lynn Marchmont hanya menganggapnya sebagai penyambungan
hubungan kembali." Dengan tenang Lynn berkata,
"Jadi karena itu kau menelepon aku, David" Betapapun tenangnya nada bicaranya,
ada se suatu yang membuat David memandangnya de ngan tajam.
Dia menoleh pada Poirot, lalu membuat gerakan menyerah.
"Tak dapat diragukan lagi. Anda memang tahu segalanya! Terus terang, saya
ketakutan setengah mati. Saya harus merencanakan sesuatu. Setelah saya menelepon
Lynn, saya berjalan sejauh lima mil ke Dasleby, lalu pergi ke London naik kereta
api pengangkut susu yang berangkat pagi-pagi. Saya menyelinap ke flat, dan
menyempatkan diri mengacak-acak tempat tidur, lalu sarapan dengan Rosaleen. Tak
pernah saya mengira bahwa polisi akan menyangka bahwa Rosaleen-lah yang
melakukan pembunuhan itu.
"Dan sebenarnya saya malah sama sekah tak tahu siapa yang telah membunuh laki-
laki itu.' Saya sama sekali tak bisa membayangkan siapa. yang ingin membunuhnya.
Sejauh yang saya lihat, sama sekah tak ada orang yang punya motif, kecuali saya
sendiri dan Rosaleen."
"Itulah kesulitannya yang terbesar," kata Poirot. "Motif. Anda dan adik Anda
punya motif Untuk membunuh Arden. Setiap anggota Cloade punya motif untuk
membunuh Rosaleen." David berkata dengan tajam,
"Jadi dia memang dibunuh" Bukan bunuh
"Bukan. Itu adalah suatu pembunuhan jahat
357 yang telah direnungkan dan direncanakan dengan baik sekali. Salah satu bungkus
bubuk bromide-nya diganti dengan morfin bungkus kedua sebelum bungkus yang ?terletak di dasar kotak."
"Dalam bubuk obatnya." David mengerutkan dahinya. "Maksud Anda maksud Anda kan
?bukan Lionel CloadeV "Oh, bukan," kau Poirot. "Memang, siapa saja dari keluarga Cloade mungkin
menggantinya dengan morfin itu. Bibi Kathie bisa saja mengu-tak-utik bubuk itu,
sebelum diserahkan. Rowley datang ke Furrowbank mengantar mentega dan susu untuk
Rosaleen. Mrs. Marchmont pernah datang ke sana. Demikian pula Mrs. Jeremy
Cloade. Bahkan Lynn Marchmont juga pernah datang. Dan mereka semua punya motif."
"Lynn tidak punya motif," seru David.
"Kami semua punya motif. Begitukah maksud Anda?" kata Lynn.
"Ya," kata Poirot. "Itulah yang mempersulit perkara ini. David Hunter dan
Rosaleen Cloade punya motif untuk membunuh Arden tapi mereka tidak membunuhnya.
?Kalian keluarga Cloade semua punya motif untuk membunuh Rosaleen Cloade, namun
tak seorang pun di antara kalian membunuhnya. Perkara ini memang sudah
sejak semula, salah kaprah. Rosaleen Cloade telah
dibunuh oleh orang yang akan paling dirugikan
dengan kematiannya." Dia memutar kepalanya
sedikit, "Anda yang telah membunuhnya, Mr.
Hunter...." "Saya?" seru David. "Mengapa saya harus membunuh adik saya sendiri?"
"Anda bunuh dia karena dia bukan adik Anda. Rosaleen Cloade telah meninggal
dalam serangan udara di London, hampir dua tahun yang lalu. Wanita yang Anda
bunuh itu adalah seorang pelayan muda asal Irlandia, yaitu Eileen Corrigan, yang
fotonya baru saja saya terima dari Irlandia hari ini."
Sambil berbicara dikeluarkannya foto itu dari sakunya. Secepat kilat, David
menyambarnya dari Poirot, lalu melompat ke pintu. Dia melompat keluar, sambil
membanting pintu, lalu menghilang. Sambil menggeram dengan marah, Rowley berlari
mengejarnya. Tinggallah Poirot dan Lynn.
Lynn berseru, "Itu tak benar. Itu tak mungkin benar."
"Oh ya, itu benar. Anda sendiri pernah melihat setengah dari kebenaran itu,
ketika Anda mengira bahwa David Hunter bukan abang waniu itu. Coba Anda balikkan
keadaan itu, maka semuanya akan cocok. Rosaleen yang ini beragama Katolik (istri
Underhay bukan Katolik), dihantui rasa bersalah dan amat takut serta patuh pada
David. Bayangkan perasaan David pada malam terjadinya serangan udara itu.
Adiknya meninggal, Gordon Cloade sekarat seluruh kehidupan yang penuh ?kesenangan dan uang itu, direnggut dari dirinya. Lalu dilihatnya gadis itu. Dia
sebaya benar dengan adiknya, dialah satu-satunya yang selamat, kecuali
359 dirinya sendiri. Gadis itu terhempas dan tak sadar diri. Tak diragukan lagi, dia
pasti sudah pernah main cinta dengan gadis itu, dan dia pasti bisa membuatnya
melakukan apa saja yang diingininya.
"Dia memang pandai sekah mempermainkan kaum wanita," sambung Poirot datar, tanpa
melihat pada Lynn yang wajahnya memerah.
"Dia seorang oportunis. Dia berani mengambil risiko mengail di air keruh.
?Disambarnya setiap kesempatan yang menjanjikan kekayaan. Dinyatakannya gadis ini
sebagai adiknya. Waktu gadis itu sadar, didapatinya David di sisi tempat
tidurnya. Dibujuknya dan dirayunya gadis itu supaya mau menerima perannya.
"Tapi bayangkan betapa bingungnya mereka waktu surat pemerasan yang pertama
datang. Sejak semula saya memang sudah berpikir. 'Apakah Hunter itu benar-benar
jenis laki-laki yang mudah diperas"' Kelihatannya, dia sebenarnya tak yakin
apakah laki-laki yang memerasnya itu Underhay atau bukan. Tapi bagaimana dia
bisa tak yakin" Rosaleen Cloade bisa segera mengatakan apakah itu suaminya atau
bukan. Jadi mengapa dia cepat-cepat mengirimnya ke London, sebelum dia punya
kesempatan untuk melihat laki-laki itu barang sekilas saja" Karena hanya ada
?satu alasannya karena dia tak mau menghadapi risiko laki-laki itu yang melihat
?gadis itu. Sekiranya laki-laki itu benar Underhaydia tak boleh sampai tahu bahwa
Rosaleen Cloade sebenarnya bukan Rosaleen Cloade. Jadi, hanya ada satu hal yang
harus dilakukan. Membayar secukupnya untuk menutup mulut si pemeras, dan
setelah itu lari ke Amerika dan hidup berpindah-pindah.? ?"Lalu, tanpa disangka, orang asing yang pemeras itu terbunuh dan Mayor Porter
?mengenalinya sebagai Underhay. Tak pernah David Hunter merasa hidupnya terjepit
seperti saat itu! Dan yang terburuk lagi adalah, karena gadis itu mulai goyah.
Kta hatinya jadi makin bertambah /Jektif. Dia memperlihatkan tanda-tanda akan
mengalami kehancuran mental. Cepat atau lambat dia akan mengaku, akan membuka
semua rahasia mereka, dan menelanjangi dirinya yang telah melakukan kejahatan.
Apalagi, dia merasa tuntutan gadis itu terhadap dirinya jadi lebih menyusahkan.
Soalnya David lalu jatuh cinta pada Anda. Maka dia memutuskan untuk mengurangi
kesulitannya. Eileen harus mati. Salah satu bungkus obat yang diberikan Dokter
Cloade, digantinya dengan morfin. Dianjurkannya supaya gadis itu selalu meminum
obat itu setiap malam, dan dibesar-besarkannya rasa takut gadis itu terhadap
keluarga Cloade. David Hunter tidak akan dicurigai, karena kematian adiknya akan
berarti bahwa uangnya akan jatuh kembali ke tangan keluarga Cloade.
"Itulah kartu kemenangannya: kurangnya motif. Seperti teJah saya
katakan perkara ini memang terbalik-balik."
?361 Pintu terbuka dan Inspektur Spence masuk.
Poirot berkata dengan tajam, "Eb bienV
"Sudah beres," sahut Spence. "Sudah kami tangkap dia."
Dengan suara rendah, Lynn berkata,
"Apakah dia mengatakan sesuatu?"
?"Katanya dia telah menggunakan uang itu dengan seenaknya "
?"Lucu," tambah Inspektur Spence, "mengapa orang-orang itu selalu berbicara pada
saat yang salah... Kami memberinya peringatan. Tapi katanya, 'Diam. Saya memang
seorang penjudi tapi saya tahu bila saya telah kalah dalam taruhan saya yang
?terakhir." Poirot bergumam, " 'Dalam hidup manusia, ada pasang ada surut. Bila arus pasang, nasib baik yang
menanti...' " "Ya, pasang memang datang tapi. ada pula surutnya dan surut itu akan
? ?menghanyutkan kita ke laut."
362 BAB XVII Hari itu adalah hari Minggu pagi. Mendenga ketukan di pintu rumahnya, Rowley
Cload membukanya, dan menemukan Lynn berdiri d filar.
Rowley mundur selangkah. "Lynn!"
"Boleh aku masuk, Rowley?"
Rowley mundur sedikit. Lynn melewatinya dan masuk ke dapur. Lynn baru kmbali
dari gereja dan masih memakai topi. Perlahan-lahan, dengan sikap hati-hati,
diangkatnya tangannya, dibukanya topinya, lalu diletakkannya di bendul jendela.
"Aku kembali, Rowley."
"Apa maksudmu?"
"Ya, itulah. Aku pulang. Inilah tempat tinggalku di suai, bersamamu. Aku bodoh ?karena tidak menyadarinya sebelumnya tak kusadari bahwa perjalanan sudah
?berakhir, meskipun titik akhir itu sudah kulihat. Tidakkah kau mengerti, Rowley,
aku sudah pulang kembalil"
"Kau tak menyadari apa yang kaukatakan, Lynn. A aku pernah mencoba membunuhmu."
?"Aku tahu." Lynn menyeringai dan meraba
363 lehernya perlahan-lahan. "Justru pada saat kurasa kau telah membunuhku, aku
mulai menyadari bahwa aku telah berbuat tolol sekali!" "Aku tak mengerti."
"Ah, jangan bodoh. Selama ini aku memang ingin menikah denganmu, bukan" Kemudian
aku kehilangan hubungan denganmu kupikir kau terlalu jinak begitu
? ?lembek kurasa bahwa hidup akan aman sekah bersamamu membosankan sekah. Aku
? ?tertarik pada David karena dia berbahayadan menarik dan, terus terang, kare-na
?dia jauh lebih mengenal wanita. Tapi itu semuanya tak benar. Waktu kau mencekik
leherku, dan berkata bahwa, bila aku bukan untukmu maka tak seorang pun boleh
mendapatkan diriku nah aku lalu menyadari bahwa aku adalah miliknwl
? ?Malangnya, rasanya waktu aku menyadarinya semuanya telah terlambat.... Untunglah
?Hercule Poirot masuk dan menyelamatkan keadaan. Dan aku memang milikmu, Rowley!"
Rowley menggeleng. 'Tak mungkin, Lynn. Aku sudah membunuh dua orang "
?"Omong kosong," seru Lynn. "Jangan bodoh dan membesarkan persoalan. Bila kau
bertengkar dengan seseorang yang bertubuh besar, lalu kau menamparnya dan dia
jatuh, kemudian kepalanya terbentur pagar perapian itu bukan pembunuhan. Itu
?tidak diakui sebagai suatu pembunuhan."
"Itu pembunuhan. Kita masuk penjara untuk itu."
364 "Mungkin. Dan kalau itu sampai terjadi, maka aku akan berada di tangga penjara,
bila kau keluar." "Lalu mengenai Porter. Secara moril, aku bertanggung jawab atas kematiannya."
"Tidak. Dia seorang dewasa yang punya tanggung jawab dia bisa saja menolak ?usulmu. Orang tak bisa menyalahkan orang lain atas perbuatan yang dilakukannya
dengan penuh kesadaran. Kau mengusulkan perbuatan yang tak jujur padanya, dia
menerimanya, lalu menyesali perbuatannya, dan memilih penyelesaian dengan
mengambil jalan pintas. Itu menunjukkan bahwa dia berwatak lemah."
Rowley menggeleng, bertahan.
"Tak ada gunanya, Gadis manis. Kau tak bisa menikah dengan seorang calon
narapidana." "Kurasa kau tidak akan masuk penjara. Kalau memang begitu, pasti sudah ada
polisi mengambilmu."
Rowley terbelalak. "Tapi persetan semuanya, pembunuhan menyuap Porter "
? ?"Mengapa kau begitu yakin bahwa polisi tahu tentang semuanya itu, sekarang
maupun nanti." "Si Poirot itu tahu."
"Bila bukan polisi, dengarkan, ini yang diduga polisi: mereka pikir David Hunter
yang membunuh Arden maupun Rosaleen, karena mereka sudah yakin bahwa dia berada
di Warmsley Vale malam itu. Mereka tidak akan menuduhkan hal
itu atas dirinya, karena hal itu tak perlu dan kecuali itu, kurasa orang tak
?bisa ditangkap dua kali atas tuduhan yang sama. Tapi selama mereka menduga bahwa
dia yang melakukannya, mereka tidak akan mecari orang lain." "Tapi laki-laki
yang bernama Poirot itu " "Dia mengatakan pada Inspektur Spence bahwa itu
?adalah kecelakaan, dan kudengar, Inspektur hanya menertawakannya. Aku yakin,
Poirot tidak akan berkata apa-apa pada siapa-siapa. Dia baik sekali-"
'Tidak, Lynn. Aku tak mau kau menanggung risiko itu. Kecuali semuanya itu,
aku ah, maksudku, apakah aku ini bisa dipercaya" Maksudku, mungkin aku tidak
?aman bagimu." "Mungkin tidak.... Tapi Rowley, aku cinta padamu dan kau sudah melewati saat-saat
?yang begitu menyakitkan apalagi, aku memang tak pernah suka keadaan yang selalu
?aman " ?366 Lengkapilcdi koleksi home library Anda dengan buku ini!
PETUALANGAN GRAMEDIA penerbit buku utama
Aqatte Christie Mengail di Air Keruhi Gordon Cloade tewas dalam serangan udara di London. Dia tidak meninggalkan surat
Jl wasiat, dan kekayaannya yang besar : -^4m jumlahnya jatuh pada istrinya yang
masih muda. Rosaleen. * '^f. -
Tetapi ada lima orang, kepada siapa telah dijanjikan bagian dari kekayaan
itu lima orang yang sangat membutuhkan uang. Nah, kekayaan itu baru akan bisa ?menjadi milik mereka, bila Rosaleen meninggal sebelum mereka, t. ?" " iFf-'
Ada lima orang yang punya motif kuat untuk membunuh. Dan terjadilah pembunuhan
yang kejam. Tetapi bukan Rosaleen korbannya....
Penerbit PT Gramedia Jl. Palmerah Selatan 22 Lt. IV Jakarta 10270
ISBN 979-403-446-0 Suramnya Bayang Bayang 33 Pedang Angin Berbisik Karya Han Meng Makam Bunga Mawar 30
^