Pembunuhan Di Sungai Nil 1
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie Bagian 1
BACK COVER Death On The Nile Pembunuhan Di Sungai Nil Dia terbaring miring. Sikapnya wajar dan tenang. Tapi di atas
telinganya ada sebuah lubang kecil dengan bekas darah
kering di sekelilingnya. Kemudian pandangan Poirot tertuju pada dinding putih di
depannya dan ia menarik napas dalam-dalam. Dinding putih
bersih itu dikotori oleh huruf J warna merah kecokelat-
cokelatan yang ditulis dengan gemetar.
Poirot membungkuk di atas mayat gadis itu dan dengan
hati-hati mengangkat tangan kanan si gadis. Salah satu
jarinya bernoda merah kecokelatan....
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2002 DEATH ON THE NILE by Agatha Christie
Copyright ? Agatha Christie Mallowan 1937
All rights reserved PEMBUNUHAN DI SUNGAI NIL Alih bahasa: Mareta Desain sampul: Dwi Koendoro
GM 402 79.047 Hak cipta terjemahan Indonesia: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
JL. Palmerah Selatan 24-26 Jakarta 10270
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI,
Jakarta, Maret 1979 Cetakan kedua: November 1984
Cetakan ketiga: Juli 1995
Cetakan keempat: September 2002
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
CHRISTIE, Agatha Pembunuhan di Sungai Nil/Agatha Christie; alih bahasa, Mareta - Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1979 352 hlm; 18 cm Judul asli: Death on the Nile ISBN 979-686-047-3
1. Fiksi Inggris L Judul D. Mareta
Dicetak oleh Percetakan Duta Prima, Jakarta
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Untuk SYBIL BURNETT yang juga suka menjelajah dunia....
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 1 "LINNET Ridgeway!"
"Itulah dia!" kata Tuan Burnaby, pemilik tanah Three Crowns. Dia
menyikut temannya. Kedua laki-laki itu memandang dengan mata
melotot tercengang dan mulut sedikit terbuka.
Sebuah Rolls-Royce merah besar berhenti di depan kantor pos.
Seorang gadis meloncat ke luar. Gadis yang tidak memakai topi dan
memakai baju yang kelihatan (hanya kelihatan) sederhana. Seorang
gadis berambut emas dengan lekuk-lekuk wajah yang kuat dan
otokratis - seorang gadis yang bertubuh indah seorang gadis
seperti itu jarang terlihat di Malton-Under-Wode. Dengan langkah
cepat dan tergesa dia masuk kantor pos.
"Itulah dia!" kata Tuan Burnaby lagi. Dan dia melanjutkan bicaranya
dengan suara kagum dan rendah, "Dia punya uang berjuta-juta...
dan akan membangun rumah dengan biaya besar. Akan ada kolam
renang, taman Itali dan ruang dansa, dan setengah dari rumah itu
dirombak dan dibangun kembali....."
"Dia akan jadi orang kaya di kota ini," kata temannya, seorang laki-
laki ramping dengan pakaian kumal. Suaranya bernada iri dan
kurang senang. Tuan Burnaby membenarkan.
"Ini akan merupakan sesuatu yang besar bagi Malton-Under-Wode.
Sesuatu yang hebat." Tuan Burnaby merasa puas. "Menggugah kita
semua," tambahnya. "Sedikit berbeda dengan Tuan George," kata yang lain.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ah, uang itu diperoleh dari 'kudanya'," kata Tuan Burnaby dengan
sabar. "Dia selalu beruntung."
"Berapa dia dapat?"
"Enam puluh ribuan, aku dengar."
Laki-laki ramping itu bersiul. Tuan Burnaby melanjutkan dengan
berapi-api, "Dan mereka bilang, dia akan mengeluarkan enam
puluh ribu lagi sebelum rumah itu selesai!"
"Terlalu!" kata si ramping. "Dari mana dia dapat uang sebanyak
itu?" "Katanya dari Amerika. Ibunya adalah anak perempuan satu-
satunya dari salah satu milyuner-milyuner. Seperti cerita saja,
bukan?" Gadis itu keluar dari kantor pos dan masuk ke dalam mobil. Ketika
mobilnya telah melaju, laki-laki ramping itu mengikuti dengan
matanya. Dia menggumam, "Kelihatannya kurang adil - gadis itu.
Uang dan rupa - terlalu berlebihan! Kalau seorang gadis sekaya itu,
dia seharusnya tidak secantik itu. Dia orang beruntung. Punya
segalanya, gadis itu. Kelihatannya tidak adil.
***** Ringkasan dari kolom sosial harian Blague.
Di antara mereka yang minum-minum di Chez Ma Tante, saya
melihat si cantik Linnet Ridgeway. Dia bersama-sama dengan Y.M.
Joanna Southwood, Lord Windlesham, dan Tuan Toby Bryce.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Seperti telah diketahui, Nona Ridgeway adalah puteri Melhuish
Ridgeway dan Anna Hartz. Dia mewarisi kekayaan yang besar dari
kakeknya, Leopold Hartz. Si cantik Linnet merupakan sumber berita
sensasi saat ini, dan dikabarkan akan mengumumkan
pertunangannya dalam waktu dekat. Tentu saja Lord Windlesham
kelihatan sangat berharap.
Y.M. Joanna Southwood berkata, "Aku rasa semua akan
menakjubkan!!" Dia duduk di atas tempat tidur Linnet Ridgeway di
Wode Hall. Dari jendela mereka bisa melihat taman dan
pemandangan desa dengan bayang-bayang hutan yang berwarna
biru. "Agak sempurna, bukan?" kata Linnet. Dia menyandarkan
lengannya pada jendela. Wajahnya berseri, hidup, dan dinamis. Di
sampingnya, Joanna Southwood kelihatan sedikit suram - seorang
wanita muda yang tinggi kurus, berumur dua puluh tujuh tahun,
dengan wajah oval panjang, cerdas, dan alis mata yang
menunjukkan kecerdikan. "Dan kau telah melakukan begitu banyak hal dalam waktu singkat!
Berapa arsitek yang kaupakai?"
"Tiga." "Seperti apa sih mereka" Aku tidak pernah melihat seorang arsitek
pun." "Biasa saja. Aku berpendapat kadang-kadang mereka kurang
praktis." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ah, kau akan bisa membereskannya. Kau memang makhluk paling
praktis!" Joanna mengambil seuntai mutiara dari meja hias. "Aku rasa ini asli,
bukan, Linnet?" "Tentu saja." "Aku tahu jawabnya pasti 'tentu saja' bagimu. Manis. Tapi tidak
bagi semua orang. Mutiara piaraan benar-benar luar biasa
sempurna. Pasti harganya selangit."
"Agak kasar, bukan?"
'Tidak, sama sekali tidak - keindahannya murni. Berapa nilainya?"
"Sekitar lima puluh ribu."
"Oh. mengerikan! Kau tidak takut dicuri?"
"Tidak, aku selalu memakainya - dan lagi kalung itu diasuransikan."
"Boleh kupakai sampai makan malam nanti" Aku akan merasa
seperti terbang." Linnet tertawa. "Tentu saja kalau kau suka."
"Kau tahu. Linnet, aku benar-benar iri denganmu. Kau punya
segalanya. Dalam umur dua puluh, kau telah berkuasa, dengan
uang yang melimpah, wajah cantik, dan tubuh sehat. Kau bahkan
punya otak! Kapan kau ulang tahun?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Juni yang akan datang. Aku akan mengadakan pesta besar di
London." "Dan kemudian, apa kau akan menikah dengan Charles
Windleaham" Penulis penulis gosip kecil yang hebat itu pasti akan
terangsang. Dan lagi dia benar benar mencintaimu."
Linnet mengangkat bahunya. "Aku tak tahu. Aku belum benar-
benar ingin menikah dengan seseorang."
"Kau benar! Suasananya tidak akan sama setelah pernikahan,
bukan?" Telepon berdering, dan Linnet berjalan mendatangi. "Ya" Ya?"
Suara kepala pelayan menjawabnya, "Ada telepon dari Nona de
Bellefort. Apa sebaiknya disambung?"
"Nona de Bellefort" Oh, tentu, ya, sambung saja. "
Terdengar suara 'klik' dan sebuah suara, suara yang penuh
semangat, halus dan sedikit terengah, "Halo, apakah di situ Nona
Ridgeway" Linnet!"
"Jackie sayang! Aku tak pernah mendengar beritamu berabad-
abad!" "Ya, aku tahu. Memang terlalu. Linnet, aku benar-benar ingin
ketemu kau." "Bisakah kau datang ke sini" Aku punya mainan baru. Kau harus
melihatnya." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Aku memang mau ke situ."
"Kalau begitu, loncat saja ke kereta atau mobil."
"Ya, benar. Dengan mobil untuk dua penumpang yang sudah
bobrok. Aku membelinya seharga lima belas pound, kadang-kadang
jalannya lancar. Tapi kadang-kadang juga suka ngadat. Kalau aku
belum datang waktu minum teh, tandanya mogok. Sampai ketemu,
Manis." Linnet meletakkan teleponnya. Dia menemui Joanna. "Itu tadi
teman lamaku, Jacqueline de Bellefort. Kami dulu bersama-sama di
biara Paris. Nasibnya benar-benar buruk. Ayahnya seorang
bangsawan Perancis dan ibunya orang Amerika Selatan. Ayahnya
kawin lagi dengan wanita lain dan ibunya kehilangan semua
kekayaannya ketika mendapat kecelakaan di Wall Street. Jackie
ditinggal dalam keadaan habis-habisan. Aku tak tahu bagaimana dia
bisa bertahan dua tahun terakhir ini."
Joanna menggosok kuku-kukunya yang berwarna merah darah tua
itu dengan penggosok kuku temannya. Dia menyandar ke belakang
dengan kepala miring, melihat hasil gosokannya.
"Linnet," katanya, "tidakkah agak menjengkel kan" Kalau ada
temanku yang bernasib begitu aku tak mau mengenalnya lagi saat
itu juga! Kedengarannya memang tak berperasaan, tapi akan
menguragi kesulitan-kesulitan nantinya! Mereka akari mulai
meminjam uangmu atau berjualan baju. Dan kau terpaksa membeli
baju-baju jelek itu. Atau mengecat tudung lampu, atau membuat
syal batik." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Madi. kalau aku kehilangan semua kekayaanku kau tak mau kenal
aku lagi?" "Ya. Sayang. Pasti. Aku mengatakan hal yang sebenarnya. Aku
hanya menyukai orang-orang yang sukses. Dan setiap orang pun
akan begitu. Hanya saja - banyak yang tak mau mengakuinya.
Mereka hanya mengatakan bahwa mereka tak tahan lagi dengan si
Mary atau Emily atau Pamela! 'Kesulitan yang dialaminya membuat
dia sedih dan aneh. Kasihan!'"
"Kau kejam, Joanna!"
"Aku hanya melakukan hal yang menguntungkan saja, seperti
setiap orang lain." "Aku tidak" "Terang! Kau tidak akan merasa kecil kalau seorang wali Amerika
setengah baya dan berwajah menarik memberimu uang saku dalam
jumlah besar setiap tiga bulan."
"Dan pendapatmu tentang Jacqueline tidak benar." kata Linnet.
"Dia bukan benalu. Aku dulu pernah mau menolongnya, tapi dia
tidak mau. Dia punya harga diri - sombong setengah mati."
"Tapi kenapa dia begitu ingin menemuimu" Aku berani bertaruh
dia menginginkan sesuatu! Tunggu saja dan lihat!"
"Kedengarannya dia memang agak bernapsu, " Linnet mengakui.
"Jackie selalu bersemangat menyelesaikan sesuatu. Dia pernah
menusuk seorang anak dengan pisau lipat!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ah, mengerikan sekali!"
"Ada seorang anak laki-laki mempermainkan anjing. Jackie
menyuruhnya berhenti. Tetapi dia tak mau. Jackie menarik dan
menggoncang-gon-cang anak itu. Tapi dia lebih kuat. Tiba-tiba
Jackie mengeluarkan pisau lipat dan melemparnya ke anak itu. Lalu
terjadilah keributan yang menggemparkan!"
"Aku bisa membayangkannya. Pasti sangat menakutkan!"
Pelayan Linnet masuk. Dengan membisikkan kata-kata maaf, dia
mengambil sebuah baju dari almari dan membawanya ke luar.
"Kenapa Marie?" tanya Joanna. "Dia baru menangis kelihatannya."
"Kasihan! Aku kan pernah cerita. Dia mau menikah dengan seorang
laki-laki yang bekerja di Mesir. Dia tidak begitu kenal laki-laki itu.
Jadi aku menyelidikinya. Ternyata dia telah punya seorang isteri -
dan tiga anak." "Kau menambah musuh saja, Linnet."
"Musuh?" Linnet kelihatan heran.
Joanna mengangguk sambil mengambil rokok. "Musuh, Manis. Kau
adalah seorang yang benar-benar efisien dan pandai melakukan hal
yang benar." Linnet tertawa. "Ah, aku tak punya seorang musuh pun di dunia ini."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
***** Lord Windlesham duduk di bawah pohon ara. Matanya
memandang proporsi Wode Hall yang indah. Tak ada suatu pun
yang merusak keindahannya yang langka; bangunan-bangunan
baru dan tambahannya tersembunyi di sebuah sudut. Suat
pemandangan yang indah dan menyenangkan, bermandikan
cahaya matahari di musim gugur.
Apa yang dilihatnya semakin lama semakin kabur. Wode Hall yang
menghilang dari matanya itu digantikan oleh sebuah rumah besar
zaman Elizabeth dengan taman yang luas memanjang dengan latar
belakang yang lebih dingin... rumah keluarganya di Charltonbury.
Di depan rumah besar itu berdiri seseorang - seorang gadis,
dengan rambut berwarna emas dan wajah penuh percaya pada diri
sendiri; Linnet sebagai nyonya rumah Charltonbury!
Laki-laki itu begitu penuh dengan pengharapan. Penolakan Linnet
bukan merupakan penolakan yang sungguh-sungguh. Dia
memerlukan waktu untuk berpikir. Dan dia sanggup untuk
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menunggunya.... Akan benar-benar serasi semuanya! Memang sudah selayaknya
kalau dia menikah dengan orang kaya. Tapi hal itu bukan
merupakan sesuatu yang harus menjadi patokan, sehingga dia
harus mengesampingkan perasaannya. Dia mencintai Linnet. Dia
tetap akan menikahinya seandainya Linnet tak beruang sekalipun.
Tetapi kebetulan dia adalah seorang dari gadis-gadis kaya di
Inggris.... Pikirannya bermain dengan rencana-rencana yang menyenangkan
untuk masa depan. Ia akan menguasai Roxdale, membangun
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
kembali bagian kiri gedungnya, melarang orang-orang Skot
menembak.... Charles Windlesham bermimpi di bawah sinar mentari.
***** Pada pukul empat sore, sebuah mobil kecil yang sudah bobrok
mendarat di atas kerikil dengan suara keras. Seorang gadis keluar.
Gadis kecil langsing berambut hitam. Dia lari menaiki tangga dan
merenggut lonceng. Beberapa menit kemudian dia diantarkan masuk ke sebuah ruang
duduk yang memanjang. Seorang pelayan berkata dengan nada
rendah dan sedih, "Nona de Bellefort."
"Linnet!" "Jackie!" Windlesham berdiri agak menyamping, dan memandang dengan
belas kasihan kepada makhluk kecil yang memeluk Linnet.
"Lord Windlesham - Nona de Bellefort - kawan baikku."
Seorang gadis yang manis, pikirnya - tidak terlalu manis, tetapi
sangat menarik, dengan rambut hitam berombak dan mata yang
besar. Dia mengucapkan beberapa kata yang tak berarti, lalu
meninggalkan keduanya. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Jacqueline meninju Linnet - dengan caranya yang khas. "Windlesham" Windlesham" Itu kan nama yang disebut-sebut di
koran" Kau akan menikah dengannya, bukan. Linnet" Benar kan?"
Linnet berbisik, "Barangkali."
"Sayang - aku gembira sekali! Dia kelihatannya baik."
"Oh, jangan memutuskan sesuatu lebih dulu - aku sendiri belum
memutuskannya." "Tentu saja! Ratu biasanya mengulur-ulur waktu untuk memilih
suami." "Jangan mengejek, Jackie."
"Tapi kau memang ratu, Linnet! Dari dulu Sa Majeste, la reine
Linnette, Linnette la blonde. Dan aku - aku orang kepercayaan ratu!
Pelayan terhormat yang dipercaya."
"Apa-apaan kau, Jackie! Ke mana saja kau selama ini" Tiba-tiba
menghilang, dan tak pernah menulis surat."
"Aku tidak suka menulis surat. Di mana saja aku selama ini" Oh,
hampir tenggelam dalam soal pekerjaan. Pekerjaan selalu sulit buat
seorang wanita yang suram!"
"Seandainya kau mau - "
"Menerima anugerah sang ratu" Terus terang saja, aku ke sini
untuk hal itu. Tidak untuk meminjam uang. Belum sampai ke situ!
Tapi aku datang untuk memohon sebuah anugerah besar!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Teruskan." "Kalau kau akan kawin dengan si Windlesham itu, kau akan
mengerti, barangkali."
Linnet kelihatan bingung sebentar. Kemudian wajahnya cerah
kembali. "Jackie, maksudmu - ?"
"Ya, Sayang, aku telah bertunangan!"
"Oh, begitu! Aku pikir kau kelihatan begitu cerah dan bersemangat.
Tentu saja kau memang demikian. Tetapi sekarang lebih lagi. Lebih
dari biasanya." "Memang aku merasa seperti itu."
"Ceritakanlah tentang tunanganmu."
"Namanya Simon Doyle. Dia besar dan kuat dan sederhana, dan
muda dan benar-benar menyenangkan! Dia miskin - tak beruang.
Seorang desa - tapi sangat miskin. Anak laki-laki paling muda.
Keluarganya dari Devonshire. Dia mencintai desa dan segalanya
yang ada di desa. Lima tahun terakhir ini dia tinggal di kota, bekerja
di sebuah kantor yang sempit dan pengap. Dan kantornya sekarang
bangkrut. Dia tak punya pekerjaan lagi. Linnet, aku akan mati kalau
tak bisa kawin dengan dia. Aku akan mati! Aku akan mati! Aku akan
mati...." "Jangan begitu, Jackie."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Aku akan mati, tahu! Aku benar-benar mencintainya. Dia pun
sangat mencintaiku. Aku tak bisa hidup tanpa dia, dan dia tanpa
aku." "Jackie, kau keterlaluan!"
"Aku tahu. Mengerikan, bukan" Kalau persoalan cinta ini sudah
menguasaimu, kau tak bisa berbuat apa-apa."
Dia berhenti beberapa menit. Matanya yang kelam besar itu
kemudian kelihatan tragis. Tubuhnya sedikit gemetar. "Kadang-
kadang hal itu bahkan menakutkan! Simon dan aku ditakdirkan
untuk selalu bersama-sama. Aku tak akan perduli dengan laki-laki
lain. Dan kau harus menolong kami, Linnet. Aku dengar kau
membeli tempat ini. Linnet. Tentunya kau harus punya seorang -
atau dua orang agen tanah. Dan aku ingin agar kau memberikan
pekerjaan itu untuk Simon."
"Oh!" Linnet terkejut.
Jacqueline terus menyerbu, "Dia seorang yang ahli dalam hal-hal
seperti itu. Tahu seluk-beluk tanah milik, perkebunan, dan
sebagainya, sebab dia dibesarkan di perkebunan. Dan dia punya
pengalaman juga dalam soal tersebut. Oh, Linnet, kau akan
memberinya pekerjaan bukan, demi aku" Kalau dia tidak bekerja
dengan baik, kau boleh memecatnya. Tapi dia akan bersungguh-
sungguh. Dan kami dapat tinggal di sebuah rumah kecil, dan aku
akan sering menemuimu. Dan segalanya yang ada di taman akan
kelihatan indah." Dia berdiri. "Katakan ya. Linnet. Katakan ya. Linnet cantik, Linnet
yang semampai, berambut emas! Linnet-ku sayang! Katakan ya!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Jackie... " "Ya, Linnet?" Linnet tertawa terbahak. "Kau sudah sinting! Bawa tunanganmu ke
mari. Aku harus melihatnya dahulu, dan kita akan membicarakan
segalanya." Jackie menyerbu dan menciuminya dengan gembira. "Linnet
sayang - kau benar-benar teman! Aku tahu sebelumnya. Kau tidak
akan membiarkan aku tenggelam - tak akan. Kau seorang yang
paling cantik di dunia ini. Sampai bertemu."
"Tapi Jackie, kau bermalam di sini, bukan?"
"Aku" Tidak. Aku kembali ke London dan besok aku ke sini dengan
Simon dan membicarakan segalanya. Kau akan menyukai dia. Dia
sangat menyenangkan."
"Kalau begitu, tinggallah sebentar minum teh."
"Tidak, aku tak bisa lebih lama, Linnet. Aku terlalu gembira. Aku
harus kembali dan member tahu Simon. Aku tahu aku sudah
sinting. Tapi aku tak tahan lagi. Kuharap perkawinan bisa
menyembuhkan aku. Kelihatannya bisa membuat orang menjadi
tenang." Dia menuju pintu, berdiri sebentar, kemudian menyerbu kembali
dengan pelukan. "Linnet sayang - tak ada seorang pun yang seperti
kau." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
***** M. Gaston Blondin, pemilik rumah makan kecil modern Chez Ma
Tante itu, bukanlah seorang yang senang menghormati semua
tamu yang begitu banyak. Mereka yang kaya, yang cantik, dan yang
terkenal mungkin harus menunggu tanpa hasil untuk mendapatkan
perhatiannya. Jarang sekali Tuan Blondin menyapa seorang tamu
dengan ramah taman dan menemaninya duduk serta bercakap-
cakap. Pada malam yang luar biasa ini. Tuan Blondin menggunakan
'hak istimewa'-nya tiga kali - sekali untuk seorang bangsawan
wanita, sekali untuk seorang pembalap terkenal, dan sekali untuk
seorang laki-laki kecil berwajah lucu dengan kumis hitam yang
sangat besar. Orang-orang kebanyakan akan berpikir bahwa
kehadiran orang semacam dia di Chez Ma Tante akan merusak
selera dan suasana saja. Tetapi Tuan Blondin sangat menghormatinya. Meskipun setengah
jam yang lalu dia mengumumkan bahwa tak ada tempat lagi bagi
pengunjung-pengunjung rumah makannya, dengan misterius Tuan
Blondin menyediakan sebuah meja di tempat yang paling strategis.
Dia mengantar tamunya dengan hormat.
"Tentu saja untuk Anda kami selalu menyediakan tempat, Tuan
Poirot! Kami akan merasa terhormat sekali bila Anda lebih sering
datang ke mari!" Hercule Poirot tersenyum, teringat insiden yang pernah terjadi di
situ, yang melibatkan Tuan Blondin, seorang pelayan, seorang
wanita cantik, dan sesosok mayat.
"Anda baik sekali. Tuan Blondin," katanya.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dan Anda sendirian. Tuan Poirot?"
"Ya, saya sendirian saja."
"Oh, Jules akan menyusun suatu menu kecil yang merupakan
sebuah syair bagi Anda - ya, benar-benar sebuah syair! Wanita,
bagaimanapun cantiknya, akan menimbulkan kerugian; mereka
mengalihkan pikiran dari makanan! Anda akan menikmati makan
malam Anda, Tuan Poirot; saya berjanji. Tentang anggur - "
Terjadilah percakapan teknis. Jules, si maitre dihotel, membantu.
Sebelum meninggalkan tamunya, Tuan Blondin berdiam sebentar,
dan bertanya dengan suara rendah.
"Anda sedang menangani suatu perkara?"
Poirot menggelengkan kepalanya. "Saya orang yang sangat santai,"
katanya halus. "Saya telah menghabiskan waktu saya untuk bekerja
keras. Sekarang saya bisa menikmati hidup santai."
"Anda membuat saya iri saja."
"Saya rasa tidak baik bagi Anda untuk melakukan hal yang sama.
Percayalah. Hal itu tidak seenak yang kita dengar." Dia menarik
napas. "Memang benar pepatah yang mengatakan bahwa orang
harus bekerja supaya dapat mengurangi rasa tegang dalam
berpikir." Tuan Blondin mengacungkan kedua tangannya. "Tetapi begitu
banyak yang harus dikerjakan! Sedangkan banyak tamasya yang
sangat menyenangkan."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya, memang. Dan saya telah melakukannya - menyenangkan juga.
Musim dingin ini saya akan pergi ke Mesir. Mereka bilang hawanya
luar biasa Kita tidak akanmenemukan kabut, mendung, dan hujan
yang membosankan." "Ah, Mesir," kata Tuan Blondin. sekarang kita bisa melakukan
perjalanan tanpa melalui laut, kecuali ketika sampai di kanal. Kita
bisa naik kereta api."
"Ah, laut" Saya tidak tahan dengan perjalanan dengan kapal!"
Hercule Poirot menggelengkan kepala dan sedikit gemetar.
"Saya juga," kata Tuan blondin penuh simpati. "Akibatnya jelek
buat perut." "Tapi hanya untuk perut-perut tertentu saja! Ada orang yang tidak
merasa apa-apa sama sekali. Mereka benar-benar menikmatinya!"
"Tuhan tidak adil dalam hal ini," kata Tuan Blondin. Dia
menggelengkan kepala dengan sedih, lalu meninggalkan Poirot
sambil berpikir-pikir tentang hal itu.
Pelayan-pelayan yang berkaki ringan dan bertangan cekatan
mengatur meja Poirot. Toast Melba, mentega, tempat es, dan
segala perlengkapan untuk makan malam kelas tinggi. Musik Negro
memperdengarkan lagu yang menggairahkan melalui suara ribut
yang tidak selaras. London menari.
Hercule Poirot memperhatikan sekelilingnya dan mencatat apa
yang dilihatnya dalam otaknya dengan cermat. Wajah-wajah itu
kelihatan bosan dan lelah! Tetapi beberapa laki-laki gendut itu
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
menikmati dansa dan suasana di situ... sedangkan pasangannya
kelihatan menahan sabar. Wanita gemuk berbaju ungu itu kelihatan berseri-seri. Tak
diragukan lagi, lemak yang ada di tubuhnya pasti mendapat tempat
yang menyenangkan... kenikmatan - selera - yang tidak bisa
diterima begitu saja oleh mereka yang ingin mengikuti mode.
Sekelompok anak-anak muda - beberapa kelihatan bermuka
kosong - beberapa lagi kelihatan bosan - dan beberapa orang
kelihatan benar-benar tidak bahagia. Alangkah aneh bila ada yang
mengatakan masa muda adalah masa bahagia - masa muda, masa
yang penuh semangat! Pandangannya melembut ketika memperhatikan sepasang muda-
mudi yang sedang berdansa. Pasangan yang serasi. Seorang laki-laki
yang tinggi dan berbahu bidang, dan seorang gadis yang lembut
dan langsing. Dua tubuh bergerak dalam irama kebahagiaan.
Bahagia dengan tempat, waktu dan pasangannya.
Tiba-tiba dansa dihentikan. Tangan-tangan bertepuk, dan dansa
pun mulai lagi. Setelah mengulang dua kali, pasangan itu kembali
ke mejanya di dekat Poirot. Gadis itu tertawa dengan muka
kemerahan. Ketika dia duduk, Poirot memperhatikan wajahnya
yang terangkat dan tertawa kepada pasangannya. Ada hal lain di
samping tawa dalam matanya. Hercule Poirot menggelengkan
kepala dengan ragu. "Si kecil itu terlalu mencintainya," dia berkata pada dirinya sendiri.
"Tidak baik. Tidak, tidak baik."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Kemudian telinganya menangkap kata 'Mesir'. Suara mereka
terdengar jelas oleh Poirot - suara si gadis tegas, muda, dan segar,
dengan pengucapan bunyi R yang khas dan asing.
Laki-laki itu bersuara rendah, menyenangkan. Dengan irama suara
orang Inggris yang berpendidikan. "Aku bukannya menghitung telur
ayam yang belum menetas, Simon. Linnet tak akan mengecewakan
kita!" "Aku barangkali yang mengecewakan dia."
"Omong kosong - pekerjaan itu benar-benar cocok untukmu."
"Sebenarnya aku juga senang. Aku tidak
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meragukan kemampuanku. Dan aku akan berusaha sebaik-baiknya untukmu."
Gadis itu tertawa pelan, tawa yang penuh kebahagiaan. "Kita akan
menunggu tiga bulan - selama masa percobaan - dan kemudian - "
"Dan kemudian aku akan mempersembahkan padamu benda-
benda duniawi itu - ini tujuannya, bukan?"
"Dan kita akan ke Mesir berbulan madu. Tak peduli dengan biaya!
Dari dulu aku selalu ingin ke Mesir. Sungai Nil dan piramid-piramid
dan pasirnya...." Dia berkata dengan suara samar, "Kita akan
melihatnya bersama-sama, Jackie.... bersama-sama. Akan menyenangkan, bukan?"
"Aku kurang yakin. Akan sama menyenangkankah buatmu dan
buatku" Apakah kau benar-benar mencintaiku - seperti aku
mencintaimu?" Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Suaranya tiba-tiba menjadi tajam - matanya melebar - hampir
seperti ketakutan. Laki-laki itu menjawab dengan cepat dan getas,
"Jangan berkata yang tidak-tidak, Jackie."
Tapi gadis itu mengulangi lagi. "Aku kurang yakin....." Lalu dia
mengangkat bahunya. "Mari kita dansa lagi."
Hercule Poirot bergumam sendiri, " Une qui aime et un qui se laisse
aimer. Ya, aku pun kurang yakin."
***** Joanna Southwood berkata, "Dan kalau dia seorang yang berhati
keras?" Linnet menggelengkan kepalanya. "Oh, tak akan. Aku tahu selera
Jackie." Joanna berkata pelan-pelan, "Ah, tapi orang tidak selalu sama.
Terutama dalam soal cinta."
Linnet menggelengkan kepala dengan tidak sabar. Kemudian dia
mengalihkan pembicaraan. "Aku harus menemui Tuan Pierce untuk
menanyakan rencana-rencana itu."
"Rencana?" "Ya. Beberapa rumah tua yang tidak memenuhi kesehatan. Aku
suruh mereka merombak, dan penghuninya pindah."
"Oh, begitu besar perhatianmu terhadap wajah. kesehatan dan
kepentingan umum, Linnet!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Bagaimanapun, mereka memang seharusnya pergi dari situ.
Rumah-rumah itu akan menghadap kolam renangku yang baru
kalau tidak dirobohkan."
"Apakah penghuni-penghuninya senang?"
"Kebanyakan dari mereka gembira. Ada satu atau dua yang agak
bodoh - menjengkelkan sekali. Mereka tidak mengerti bahwa
kondisi hidup mereka akan jauh lebih baik nantinya!"
"Aku rasa kau menganggap enteng soal itu."
"Ini benar-benar untuk kebaikan mereka sendiri, Joanna."
"Ya, aku percaya memang. Tapi kebaikan yang dipaksakan."
Linnet mengerutkan muka. Joanna tertawa. "Akuilah. Linnet. Kau
adalah seorang diktator. Barangkali kalau lebih suka dikatakan
diktator dermawan." "Aku sama sekali bukan diktator."
"Tapi kau selalu mau menang!"
"Tidak terlalu."
"Linnet Ridgeway, pandanglah aku dan katakan kapan kau pernah
gagal dengan apa yang kauinginkan?"
"Berkali-kali."
"Oh ya, berkali-kali - hanya itu - tapi tidak ada contoh yang
konkret. Dan kau tak akan bisa menunjukkan satu contoh pun,
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
bagaimana pun kau mencobanya! Kemenangan -kemenangan
Linnet Ridgeway dalam kereta emasnya."
Linnet berkata dengan tajam, "Kau mengira aku seorang yang
egois?" "Tidak - hanya seorang yang tak bisa dihalangi. Akibat dari uang
dan daya tarik. Semua berjalan menurut kemauanmu. Apa yang tak
dapat kaubeli dengan uang kaubeli dengan senyummu. Hasilnya:
Linnet Ridgeway, Gadis yang Memiliki Segalanya."
"Jangan berkata jahat, Joanna!"
"Ah, apa kau belum memiliki segalanya?"
"Aku rasa sudah.... Bagaimanapun, kedengarannya agak
memuakkan!" "Tentu saja memuakkan. Barangkali kau akan merasa bosan dan
jemu makin hari. Sekarang, nikmatilah kemenangan- kemenanganmu dalam kereta emas. Tapi aku tak tahu apa yang
akan terjadi kalau kau ingin melewati suatu jalan yang bertuliskan
'Jalan Buntu'." "Jangan gila, Joanna."
Ketika Lord Windlesham mendatangi mereka, Linnet berkata
kepadanya, "Joanna mengatakan hal-hal yang jahat tentang diriku."
"Dendam, Linnet, dendam," bisik Joanna sambil berdiri dari tempat
duduknya. Dia meninggalkan mereka tanpa pamit. Dan dia
menangkap kilatan dalam mata Windlesham.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Kau sudah memutuskannya, Linnet?"
Linnet berkata pelan, "Apakah aku tidak berperasaan" Kukira, kalau
aku merasa kurang pasti, seharusnya aku berkata 'tidak' - "
Dia menyela Linnet, "Jangan mengatakan itu Linnet. Kau butuh
waktu - sebanyak yang kauperlukan. Tapi aku mengira kita akan
bahagia bersama-sama."
"Tapi," kata Linnet dengan nada suara meminta maaf dan kekanak-
kanakan, "aku bahagia. Sendiri seperti ini - dengan segalanya yang
kumiliki." Laki-laki itu mengibaskan tangannya.
"Aku ingjn menjadikan Wode Hall rumah idealku, dan aku rasa aku
berhasil mempercantiknya, bukan?"
"Ya. cantik. Direncanakan dengan baik. Semuanya sempurna. Kau
sangat pandai, Linnet." Dia diam semenit dan melanjutkan lagi,
"Dan kau menyukai Charltonbury. bukan" Rumah itu perlu
dimodernisir dan diperbaiki - dan kau begitu pandai dengan soal-
soal semacam itu. Kau akan senang."
"Ya, tentu saja. Charltonbury memang indah." Dia berkata dengan
antusias, tetapi di dalam hati dia merasakan sesuatu yang tidak
enak, yang berlawanan, dan mengganggu kepuasan hidupnya. Dia
tidak menganalisa perasaan itu ketika itu, tapi kemudian, setelah
Lord Windlesham pergi, dia mencoba memikirkannya.
Charltonbury - ya, itulah - dia tidak suka mendengar Charltonbury
disebut-sebut. Tapi mengapa" Charltonbury sangat terkenal. Nenek
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
moyang Windlesham telah mendiaminya sejak zaman Elizabeth.
Menjadi nyonya rumah di Charltonbury merupakan suatu
kedudukan yang sangat terpandang dalam masyarakat. Windlesham adalah seorang dari bangsawan-bangsawan yang
banyak diincar di Inggris. Tentu saja dia tidak dapat menyukai jika
Wode benar-benar... bukan bandingan Charltonbury.
Ah, tapi Wode adalah miliknya! Dia telah membelinya,
membangunnya kembali, dan menghamburkan uang untuk itu.
Wode adalah miliknya istananya. Tapi itu tidak akan ada artinya bila
dia menikah dengan Windlesham. Apa gunanya dua istana" Dan
dari kedua istana itu tentu saja Wode Hall yang harus ditinggalkan.
Dia, Linnet Ridgeway, tidak akan ada lagi. Dia akan menjadi isteri
bangsawan Windlesham, membawa emas kawin yang menguntungkan bagi Charltonbury dan penghuninya. Dia akan
menjadi seorang permaisuri, bukan ratu lagi.
"Ah. pikiran ngelantur," kata Linnet pada dirinya sendiri. Tapi yang
mengherankan adalah betapa sengitnya Linnet kalau dia harus
meninggalkan Wode. Dan ada satu hal lagi yang membuat hatinya
kurang senang. Suara Jackie dengan tekanan yang samar dan aneh
ketika berkata, "Aku akan mati kalau tidak dapat kawin dengan dia!
Aku akan mati. Aku akan mati...."
Begitu positif. Begitu sungguh-sungguh. Apakah dia merasakan hal
yang sama terhadap Windlesham" Tentu tidak. Barangkali dia tidak
akan pernah merasakan hal yang demikian terhadap siapa pun.
Tentunya - agak menyenangkan - bisa merasakan hal seperti
itu.... Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia mendengar suara mobil melalui jendela yang terbuka. Linnet
menggelengkan kepala tidak sabar. Pasti Jackie dengan
tunangannya. Dia akan keluar menemui mereka. Dia berdiri di
tengah pintu ketika Jacqueline dan Simon Doyle keluar dari mobil.
"Linnet," Jackie berlari menuju dia. "Ini Simon. Simon, ini Linnet.
Dia adalah seorang teman yang paling baik di dunia."
Linnet melihat seorang laki-laki muda tinggi berbahu bidang,
dengan mata yang sangat biru, rambut coklat berombak, dagu
persegi, dan senyum yang sederhana, menarik dan kekanak-
kanakan.... Linnet mengulurkan tangannya. Tangan yang menyambutnya
terasa kokoh dan hangat. Linnet senang dengan caranya
memandang, dengan kekaguman yang naif. Jackie telah
mengatakan bahwa Linnet adalah seorang yang luar biasa, dan dia
pun menganggapnya demikian.
Suatu perasaan hangat yang memabukkan menjalar dalam
pembuluh darah Linnet. "Bukankah ini menyenangkan?" katanya.
"Mari masuk, Simon, Aku ingin menyambut agen tanahku yang
baru dengan baik." Sambil berjalan masuk Linnet berpikir, "Aku benar-benar - benar-
benar bahagia. Aku suka dengan tunangan Jackie... aku sangat
menyukainya... Tiba-tiba dia merasa nyeri, "Jackie sangat
beruntung..." ***** Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tim Allerton bersandar pada kursi rotannya dan menguap. Dia
melihat tautan luas, lalu memandang selintas kepada ibunya.
Nyonya Allerton adalah seorang wanita yang menarik, berambut
putih dan berumur lima puluhan. Dengan ekspresi sedikit
mencemooh pada mulutnya setiap kali melihat anaknya, dia
menyembunyikan rasa kasih yang besar terhadapnya. Seorang yang
sama sekali asing pun tidak akan terkecoh dengan sikapnya. Dan
Tim sendiri dapat melihatnya dengan jelas.
Dia berkata, "Ibu benar-benar ingin ke Majorca?"
"Ah," Nyonya Allerton berpikir, "biayanya murah."
"Dan dingin," kata Tim sedikit gemetar. Tim adalah seorang
pemuda berambut hitam dan berdada kecil. Mulutnya mempunyai
ekspresi yang manis, matanya sedih dan dagunya menunjukkan
keragu-raguan. Tangannya panjang dan halus. Karena penyakit
yang dideritanya beberapa tahun yang lalu, dia tidak pernah
menggunakan kekuatan fisiknya. Dia pantas menjadi seorang
pengarang. Sayang, ia tidak punya bakat dalam bidang itu.
"Apa yang kaupikirkan. Tim?" Nyonya Allerton sangat waspada.
Matanya yang coklat tua dan jernih itu memandang curiga.
Tim Allerton menyeringai kepadanya, "Aku berpikir tentang Mesir."
"Mesir?" tanya Nyonya Allerton ragu-ragu.
"Benar-benar hangat. Pasirnya emas. Ada Sungai Nil. Aku ingin
menyusuri sungai itu. Ibu tidak ingin?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Oh, aku akan menyukainya." Nada suaranya kering. "Tetapi biaya
ke Mesir sangat mahal. Sayang. Bukan untuk mereka yang harus
hidup berhemat." Tim tertawa. Dia berdiri sambil menggeliat. Tiba-tiba dia kelihatan
bersemangat dan segar. Dalam suaranya ada nada gembira, penuh
antusias. "Soal biaya itu urusanku, Bu. Ada sedikit kehebohan di pasar bursa.
Dengan hasil yang sangat memuaskan. Aku mendengarnya tadi
pagi." "Tadi pagi?" kata Nyonya Allerton tajam. "Kau hanya menerima
sepucuk surat dan itu - Dia berhenti dan menggigit bibirnya.
Sejenak Tim kelihatan bingung - harus marah atau gembira.
Akhirnya dia memilih yang belakangan.
"Dan itu dari Joanna," dia melanjutkan dengan tenang. "Memang
benar, Bu. Ibu memang pantas jadi ratu detektif! Hercule Poirot
yang mashur itu harus berhati-hati agar tidak kehilangan
ketenarannya kalau ada di dekat Ibu."
Nyonya Allerton kelihatan agak marah. "Aku hanya kebetulan
melihat tulisan tangannya - "
"Dan tahu bahwa surat itu bukan dari makelar saham" Memang
benar. Sebenarnya aku mendengar berita itu kemarin sore. Tulisan
Joanna memang gampang dikenal - memenuhi amplop seperti
laba-laba mabuk." "Apa yang ditulis Joanna" Ada kabar khusus?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Nyonya Allerton berusaha agar suaranya kedengaran biasa.
Hubungan antara anaknya dengan Joanna Southwood, kemenakannya, selalu membuatnya marah.
Bukan karena ada sesuatu. Dia tahu pasti akan hal itu. Tim tidak
pernah menunjukkan perhatian yang mesra terhadap Joanna, dan
sebaliknya. Keakraban hubungan mereka kelihatannya berdasarkan
gosip dan kumpulan teman-teman serta kenalan yang sama sama
mereka sukai. Keduanya menyukai orang dan membicarakan
mereka. Joanna memang pandai bicara.
Kekakuan sikap Nyonya Allerton dengan adanya Joanna di dekatnya
atau kedatangan suratnya bukanlah disebabkan ketakutan bahwa
Tim akan jatuh cinta kepadanya. Itu adalah suatu perasaan yang
susah diterangkan - mungkin suatu rasa cemburu yang tidak
disadari karena Tim selalu kelihatan gembira dengan kehadiran
Joanna. Tim dan ibunya merupakan pasangan yang sempurna
sehingga apabila Tim terlihat asyik dengan wanita lain selalu sedikit
meresahkan Nyonya Allerton. Dia juga berpikir apakah
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kehadirannya di antara kedua orang muda menjadi penghalang.
Sering kali dia menjumpai mereka begitu asyik dalam pembicaraan,
tetapi begitu mereka melihatnya, percakapan itu berganti dan
dengan sengaja mereka mengikutsertakan Nyonya Allerton seperti
suatu kewajiban. Nyonya Allerton memang tidak menyukai Joanna Southwood. Dia
menganggap Joanna seorang yang tidak jujur dan munafik. Dan
susah sekali baginya untuk tidak mengatakan hal tersebut dengan
nada suara yang terkendali.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Sebagai jawaban atas pertanyaan ibunya. Tim menarik surat itu dari
sakunya dan membacanya dengan cepat. Surat tersebut sangat
panjang. "Tak banyak beritanya," katanya.
"Keluarga Definish akan bercerai. Si Windlesham pergi ke Kanada.
Kelihatannya dia benar-benar patah hati karena ditolak Linnet
Ridgeway. Gadis itu akan menikah dengan agen tanahnya."
"Luar biasa. Begitu hebatkah dia?"
"Tidak, sama sekali tidak. Dia hanya salah seorang Doyle dari
Devonshire. Tentu saja tidak kaya - dan dia sebenarnya telah
bertunangan dengan salah seorang teman baik Linnet. Sedikit
kurang masuk akal." "Aku kira tak baik sama sekali," kata Nyonya Allerton. Wajahnya
kelihatan merah. Tim mengerlingnya penuh sayang.
"Aku mengerti. Ibu tidak suka dengan orang yang merebut suami
orang lain dan hal-hal semacam itu."
"Pada zaman kami, ada standar," kata Nyonya Allerton. "Dan
standar itu baik. Sekarang ini anak-anak muda beranggapan bahwa
mereka bisa melakukan apa saja yang mereka sukai."
Tim tersenyum. "Mereka tidak hanya beranggapan. Mereka
melakukannya. Vide Linnet Ridgeway!"
"Ah, jahat sekali!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tim mengedipkan matanya pada ibunya. "Sudahlah, Bu. Barangkali
aku juga setuju dengan pendapat Ibu. Bagaimanapun, aku belum
pernah mencintai isteri atau tunangan orang lain."
"Aku tahu kau tak akan melakukan hal itu " kata Nyonya Allerton.
Dia menambahkan dengan bersemangat, "Aku mendidikmu dengan
baik." "Ya. memang Ibu yang berjasa."
Dia tersenyum menggoda pada ibunya sambil melipat surat dan
mengembalikan ke tempatnya. Nyonya Allerton berpikir sebentar,
"Hampir semua surat ditunjukkannya padaku. Dan tadi dia hanya
membacakan sebagian kecil surat Joanna."
Tetapi dia melupakan pikiran itu dan kembali pada sikap seorang
wanita yang lembut seperti biasanya. "Bagaimana keadaan
Joanna?" tanyanya. "Biasa. Dia ingin membuka toko makanan di Mayfair."
"Dia biasa bercerita bahwa dia dalam kesulitan uang," kata Nyonya
Allerton sedikit sengit, "tapi dia pergi ke mana-mana dan
berpakaian mahal-mahal. Selalu berpakaian bagus."
"Ah," kata Tim, "barangkali dia tidak membelinya sendiri. Oh, Ibu
jangan berpikir yang tidak-tidak. Maksudku dia membiarkan
rekening-rekeningnya bertumpuk tidak dibayar."
Nyonya Allerton menarik napas. "Aku tak mengerti bagaimana
orang bisa berbuat begitu!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Itu merupakan bakat khusus," kata Tim. "Kalau seseorang punya
selera tinggi, dan tidak menghargai uang, orang lain akan
memberikan padanya kredit berapa pun."
"Ya, tapi akhirnya dia akan menghadapi pengadilan bukan" Seperti
Sir George Wode." "Ibu selalu berkata baik tentang tukang kuda itu. Barangkali karena
dia memuji ibu dengan panggilan 'mawar yang mekar' dalam suatu
pesta dansa di tahun 1879."
"Aku tidak lahir dalam tahun 1879," jawab Nyonya Allerton
bersemangat. "Sikap Sir George sangat simpatik dan aku tidak suka
mendengar cerita-cerita aneh tentang dia dari orang-orang yang
mengenal dia." "Aku telah mendengar cerita-cerita lucu tentang dia dari orang-
orang yang tahu." "Kau dan Joanna selalu senang membicarakan apa saja tentang
orang lain. Dan yang menyangkut hal yang tidak baik."
Tim mengangkat kedua alisnya. "Ah, rupanya Ibu sangat serius. Aku
tidak mengira Sir George adalah salah seorang favorit Ibu."
"Kau tidak mengerti betapa berat dia harus menjual Wode Hall. Dia
sangat mencintai rumah itu."
Tim membiarkan ibunya bicara terus meskipun dia bisa menjawab
dengan mudah. Bagaimanapun, dia tidak layak memberi pendapat.
Akhirnya dia berkata, "Aku rasa Ibu tidak terlalu keliru. Linnet
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
mengundang Sir George untuk melihat Wode Hall yang telah
dibangunnya. Dan dia menolak dengan kasar."
"Tentu saja. Seharusnya Linnet mengerti perasaan Sir George."
"Dan aku yakin dia benci sekali dengan Linnet - menggerutu terus
setiap melihat Linnet. Dia tidak bisa memaafkan Linnet yang telah
membeli rumah yang hancur dimakan rayap itu dengan harga
tinggi." "Dan kau tak bisa mengerti hal itu?" Nyonya Allerton berkata
dengan tajam. Tim mengangkat bahunya. "Kesenangan, barangkali. Sesuatu yang
baru. Kesenangan akan ketidaktahuan kita dengan apa yang terjadi
esok. Daripada mewarisi tanah yang tak ada gunanya, lebih baik
cari uang - dengan otak dan kemampuan sendiri."
"Suatu persetujuan dagang yang berhasil dalam pasar bursa!"
Dia tertawa. "Kenapa tidak?"
"Dan bagaimana dengan kerugian yang sama dalam pasar bursa?"
"Itu karena kurang gesit. Dan kurang cocok untuk masa sekarang
ini.... Bagaimana dengan rencana ke Mesir tadi?"
"Ya - " Dia menyela sambil tersenyum kepada ibunya, "Beres. Kita sudah
lama ingin ke sana."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Kapan kita pergi?"
"Oh, bulan depan. Bulan Januari paling tepat di sana. Kita masih
akan menikmati lingkungan yang menyenangkan di hotel ini untuk
beberapa waktu lagi."
"Tim," kata Nyonya Allerton dengan kesal. Kemudian dia
meneruskan dengan perasaan bersalah. "Aku berjanji dengan
Nyonya Leech akan menyuruhmu menemaninya ke kantor polisi.
Dia tidak mengerti bahasa Spanyol."
Tim menyeringai. "Tentang cincinnya" Batu delima merah
kepunyaan anak perempuan lintah darat itu" Apakah dia tetap
merasa bahwa cincin itu dicuri orang" Aku akan pergi kalau Ibu
menyuruh. Tapi itu membuang-buang waktu. Dia hanya akan
menyusahkan pelayan kamarnya saja. Aku melihatnya dengan jelas
ketika dia ke laut hari itu. Cincin itu jatuh di air dan dia tidak
merasa." "Dia bilang dia yakin telah melepas cincin itu dan meletakkannya di
meja rias." "Ah, tidak. Aku melihatnya sendiri. Perempuan bodoh. Setiap
perempuan yang berenang di laut dalam bulan Desember adalah
perempuan tolol. Dia menganggap air laut cukup hangat hanya
karena matahari bersinar lebih terang saat itu. Perempuan gendut
seharusnya tak usah berenang. Mereka kelihatan menjijikkan
dalam pakaian renang."
Nyonya Allerton bergumam, "Kalau begitu aku harus berhenti
berenang pula." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tim tertawa keras-keras. "Ibu" Ibu dapat mengikuti hal-hal yang
bersangkutan dengan anak-anak muda."
Nyonya Allerton menarik napas dan berkata, "Andaikata saja ada
beberapa pemuda-pemudi di sini."
Tim Allerton menggelengkan kepala dengan serius.
"Aku tidak mengharapkannya. Ibu dan aku selalu dapat bersama-
sama tanpa gangguan orang lain."
"Kau akan senang bila Joanna di sini."
"Tidak!" Nada suaranya terdengar mantap. "Ibu keliru. Joanna
memang menyenangkan, tapi aku tidak menyukai dia. Aku bisa
kebingungan kalau terlalu lama bersama-sama dia. Aku senang dia
tidak di sini. Aku akan berterima kasih sekali kalau tidak
berhubungan lagi dengan dia."
Tim menambahkan dengan suara rendah, "Hanya ada seorang
wanita di dunia ini yang kuhormati dan kukagumi. Dan aku rasa.
Nyonya Allerton, Anda tahu benar siapa dia."
Wajah ibunya menjadi merah dan bingung.
Tim berkata dengan nada sedih, "Tidak banyak wanita yang benar-
benar baik di dunia ini, Ibu kebetulan termasuk salah satu dari yang
sedikit itu." ***** Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dalam sebuah apartemen di seberang Central Park, New York,
Nyonya Robson berseru, "Sangat menyenangkan, bukan" Kau gadis
yang paling beruntung, Cornelia!"
Cornelia Robson menjadi merah. Dia adalah seorang gadis tinggi
besar dengan wajah kaku dan mata coklat penurut. "Oh, akan
menyenangkan sekali," dia berkata dengan gugup.
Nona Van Schuyler memiringkan kepalanya dengan sikap puas
terhadap sikap yang dianggapnya layak dari sanak saudaranya yang
miskin ini. "Aku selalu beranganangan bisa keliling Eropa," bisik Cornelia,
"tapi aku merasa tidak akan pernah sampai ke sana."
"Nona Bowers tentu saja akan menemaniku seperti biasa," kata
Nona Van Schuyler, "tapi sebagai teman bercakap, dia kurang
bisa - kurang memuaskan. Banyak hal-hal kecil yang bisa dilakukan
Cornelia untuk membantuku."
"Aku akan senang, Marie," kata Cornelia bersemangat. "Pergilah
panggil Nona Bowers. Sudah waktunya minum obat."
Cornelia pergi. Ibunya berkata, "Marie, aku benar-benar berterima kasih padamu.
Aku rasa Cornelia sangat menderita karena dia tidak begitu berhasil
dalam pergaulan. Ini membuatnya rendah diri. Kalau saja aku
mampu membiayainya ke tempat-tempat - tapi kau tahu keadaan
kami sejak Ned meninggal."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Aku senang bisa mengajaknya," kata Nona Van Schuyler. "Cornelia
seorang gadis yang menyenangkan dan ringan tangan. Mau disuruh
dan tidak maunya saja seperti gadis-gadis sekarang ini."
Nyonya Robson berdiri dan mencium muka saudaranya yang
keriput dan kekuningan itu. "Aku benar-benar bersyukur," katanya.
Di anak tangga dia bertemu dengan seorang wanita tinggi yang
kelihatan cekatan membawa sebuah gelas berisi cairan berwarna
kuning. "Ah, Nona Bowers. Anda pun ikut ke Eropa?"
"Oh, ya. Nyonya Robson."
"Perjalanan yang menyenangkan."
"Ya. saya rasa sangat menyenangkan."
"Anda pernah ke luar negeri sebelumnya?"
"Oh, ya, Nyonya Robson. Saya ke Paris dengan Nona Van Schuyler
musim gugur yang lalu. Tapi saya belum pernah ke Mesir."
Nyonya Robson ragu-ragu. "Mudah-mudahan - tak ada apa-apa."
Dia berkata dengan suara rendah. Tetapi Nona Bowers menjawab
dengan biasa, "Oh, tidak. Nyonya Robson. Saya akan menjaganya.
Saya selalu memperhatikan dia dengan baik."
Tetapi masih ada sedikit kegelisahan pada wajah Nyonya Robson
ketika dia menuruni anak tangga.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
***** Di dalam kantornya yang terletak di tengah-tengah kota, Tuan
Andrew Pennington membuka surat-surat pribadinya. Tiba-tiba
tangannya mengepal dan memukul meja dengan keras; mukanya
merah dan dua urat besar menonjol pada dahinya. Dia menekan
tombol di meja, dan seorang ahli steno yang cantik muncul dengan
cepat. "Panggil Tuan Rockford ke mari."
"Ya, Tuan Pennington."
Beberapa menit kemudian Sterndale Rockford, patner Pennington,
masuk ruangan tersebut. Kedua orang laki-laki itu sama -
keduanya tinggi besar, berambut keputihan, berwajah bersih dan
cerdas. "Ada apa, Pennington".
Pennington mengangkat kepala dan surat yang sedang dibacanya
kembali. Dia berkata, "Linnet menikah...."
"Apa?" "Kau mendengar apa yang kukatakan! Linnet Ridgeway menikah!"
"Bagaimana" Kapan" Kenapa kita baru mendengar sekarang?"
Pennington melihat kalender di mejanya. "Dia belum menikah
ketika menulis surat ini. Tapi dia menikah sekarang. Tanggal empat
pagi. Hari ini." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Rockford duduk."Ah! Tak ada pemberitahuan! Tak ada apa-apa"
Siapa suaminya?" Pennington membaca lagi surat itu. "Doyle. Simon Doyle."
"Laki-laki macam apa dia" Pernah dengar?"
"Tidak. Linnet tidak bercerita apa-apa......"
Dia menatap garis-garis tulisan yang tegak dan terang.
"Aku rasa ada sesuatu yang tidak beres dengan perkawinan ini....
Itu tidak apa-apa. Yang menjadi persoalan adalah dia telah
menikah." Mata kedua laki-laki itu bertemu. Rockford mengangguk. "Itu
memerlukan jalan keluar," katanya pelan. "Apa yang akan kita
lakukan?" "Aku bertanya kepadamu."
Kedua laki-laki itu duduk diam. Kemudian Rockford bertanya. "Ada
rencana?" Pennington berkata pelan, "Kapal Normandie berlayar hari ini.
Salah seorang dari kita bisa ikut.
"Kau gila. Apa maksudmu?"
Pennington mulai berkata, "Pengacara-pengacara Inggris itu - " dan
berhenti. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ada apa dengan mereka. Tentunya kau tidak akan membereskan
mereka" Kau gila?"
"Aku tidak menyarankan agar kau atau aku - pergi ke Inggris."
"Apa maksudmu kalau begitu?"
Pennington meluruskan surat itu di atas meja. "Linnet akan ke
Mesir untuk berbulan madu. Mereka akan ada di sana satu dua
bulan lagi." "Mesir?" Rockford berpikir-pikir. Lalu dia mendongak, melihat mata
temannya. "Mesir," katanya, "itu maksudmu!"
"Ya - pertemuan yang tak diduga. Pada suatu tamasya. Linnet dan
suaminya - suasana bulan madu. Barangkali berhasil."
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rockford berkata ragu-ragu, "Linnet cerdas... tapi...."
Sekali lagi mata mereka bertemu. Rockford mengangguk. "Baiklah,
Kawan." Pennington melihat jam. "Kita harus cepat - siapa pun yang akan
pergi." "Kau yang pergi," kata Rockford cepat. "Kau selalu dekat dengan
Linnet. 'Paman Andrew'. Itulah jalan keluarnya!"
Muka Pennington mengeras. Dia berkata. "Mudah-mudahan aku
dapat mengatasinya."
"Kau harus bisa," kata temannya. "Situasinya kritis sekali."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
***** William Carmichael berkata pada pemuda kurus pucat yang
membuka pintu itu, "Panggil Tuan Jim ke mari."
Jim Fanthorp memasuki ruangan itu dan melihat pamannya dengan
pandangan bertanya-tanya. Lelaki tua itu memandangnya lalu
mengangguk dan menggeram. "Ah, kau."
"Paman memanggil saya"
"Coba lihat ini."
Pemuda itu duduk dan menarik seberkas kertas-kertas. Si tua
memperhatikannya. "Bagaimana?" Jawabnya langsung, "Kelihatannya meragukan."
Sekali lagi partner senior Carmichael, Grant & Carmichael
mengeluarkan geraman yang khas. Jim Fanthorp membaca kembali
surat yang baru tiba dari Mesir:
... Kelihatannya tidak pada tempatnya menulis surat-surat bisnis
pada waktu seperti ini. Kami di Mena House seminggu dan melihat-
lihat Fayum. Besok lusa kami akan ke Luxor dan Aswan dengan
kapal api, dan barangkali akan terus ke Khartoum. Ketika kami ke
Cook tadi pagi untuk membeli tiket, saya bertemu dengan wali
saya, Andrew Pennington. Saya rasa Anda pernah bertemu dengan
dia dua tahun yang lalu ketika dia ke London.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Saya tidak mengira dia ada di Mesir dan dia tidak menyangka saya
di sini pula! Dia juga tidak tahu bahwa saya telah menikah! Surat
yang saya kirim kepadanya, memberitahukan perkawinan saya,
tentunya terlambat datang. Dia akan menyusuri Sungai Nil dalam
rombongan yang sama dengan kami. Bukankah ini kebetulan"
Terima kasih banyak atas bantuan Anda dalam keadaan yang
sangat sibuk ini. Saya - Ketika pemuda itu akan membalik surat tersebut, Tuan Carmichael
mengambilnya. "Itu saja," katanya. "Yang lain tak jadi soal.
Bagaimana pendapatmu?"
Kemenakannya berpikir sejenak, lalu berkata, "Saya rasa - itu
bukan suatu kebetulan...."
Si tua mengangguk setuju. "Mau tamasya ke Mesir?" serunya.
"Paman rasa itu baik?"
"Kupikir kita tidak boleh buang-buang waktu."
"Tapi, mengapa saya?"
"Gunakan otakmu, Nak; gunakan otakmu. Linnet Ridgeway tidak
mengenalmu; juga Pennington. Kalau kau naik pesawat terbang,
kau bisa mengikuti mereka."
"Saya - saya sebenarnya tidak suka, Paman. Apa yang harus saya
lakukan?" Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Gunakan matamu, gunakan telingamu, gunakan otakmu - kalau
punya. Dan bila perlu - bertindaklah."
"Saya - saya tidak suka."
"Aku tahu - tapi kau harus melakukannya."
"Apakah - perlu?"
"Menurut pendapatku," kata Tuan Carmichael, "sangat penting."
***** Nyonya Otterbourne yang sedang membetulkan letak turbannya
berkata dengan bawel, "Kita seharusnya pergi ke Mesir. Aku bosan
dan muak dengan Jerusalem." Karena anak perempuannya diam
saja, dia berkata, "Setidak-tidaknya kau bisa menjawab kalau diajak
bicara." Rosalie Otterbourne memperhatikan sebuah gambar di koran. Di
bawahnya terdapat tulisan: Nyonya Simon Doyle, yang sebelum
menikah dikenal sebagai si cantik Linnet Ridgeway. Tuan dan
Nyonya Doyle sedang menikmati liburan di Mesir.
Rosalie berkata, "Ibu mau ke Mesir?"
"Ya," bentak Nyonya Otterbourne. "Aku rasa mereka di sini
memperlakukan kita dengan sombong. Kedatanganku di sini
sebenarnya bisa menjadi adpertensi - dan seharusnya aku diberi
reduksi khusus. Tapi ketika aku mengatakan hal itu, mereka berlaku
kurang ajar - sangat kurang ajar. Aku katakan pada mereka
tentang pendapatku terhadap mereka."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Gadis itu menghela napas. Dia berkata, "Tempat yang satu sama
dengan yang lain. Andaikata saja kita bisa mendapatnya."
"Dan pagi ini," sambung Nyonya Otterbourne, "manager hotel
mengatakan dengan kurang ajar bahwa semua kamar telah dipesan
sebelumnya, dan dia akan memerlukan kamar kita dua hari lagi."
"Jadi kita harus cari tempat lainnya."
"Sama sekali tidak perlu. Aku siap berjuang membela hakku."
Rosalie bergumam, "Aku rasa sebaiknya kita ke Mesir saja. Tidak
ada bedanya." "Ya. ini memang bukan soal hidup atau mati," kata Nyonya
Otterbourne setuju. Tetapi dia salah - karena hal itu benar-benar
merupakan soal hidup atau mati.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 2 "ITU kan Hercule Poirot, si detektif," kata Nyonya Allerton. Dia dan
anaknya duduk di kursi rotan yang dicat dengan warna-warna
terang di luar Hotel Cataract, Aswan. Mereka memperhatikan dua
orang yang sedang berjalan semakin jauh. Seorang laki-laki pendek
memakai jas putih dari sutera dan seorang gadis yang tinggi
ramping. Tim Allerton duduk tegak dengan sikap hati-hati luar biasa. "Laki-
laki kecil yang lucu itu?" tanyanya kurang percaya.
"Ya, laki-laki kecil lucu itu!"
"Apa yang dilakukannya di sini?" tanya Tim.
Ibunya tertawa. "Kau kedengarannya begitu ingin tahu. Mengapa
orang-orang menikmati kriminal" Aku tidak suka cerita-cerita
detektif dan tidak pernah membacanya. Tapi aku rasa Tuan Poirot
ada di sini tanpa maksud tersembunyi. Dia telah kaya, dan dia ingin
menikmati hidup, kurasa."
"Kelihatannya dia tahu gadis yang paling cantik di tempat ini."
Nyonya Allerton memiringkan kepalanya sedikit sambil memperhatikan punggung Tuan Poirot dan temannya. Gadis di
sisinya itu lebih tinggi kira-kira tiga inci. Dia berjalan dengan luwes,
tidak kaku dan tidak loyo.
"Gadis itu memang menarik," kata Nyonya Allerton memancing. Dia
melirik pada Tim. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dia tidak hanya menarik. Sayang, kelihatan cepat marah dan
mukanya merengut...."
"Barangkali itu hanya suatu ekspresi saja, Tim."
"Seperti setan kecil yang tak menyenangkan. Tapi dia cukup
cantik." Orang yang sedang mereka bicarakan itu berjalan pelan-pelan di
samping Poirot. Rosalie Otterbourne mengembangkan payungnya
dan wajahnya memang seperti apa yang dikatakan Tim. Dia
kelihatan pemarah dan bersungut. Kedua alisnya tertarik ke tengah,
dan garis bibirnya yang merah tertarik ke bawah.
Mereka berbelok ke sebelah kiri pintu hotel dan memasuki taman
umum yang sejuk. Hercule Poirot berceloteh pelan-pelan, dan
ekspresinya sangat jenaka. Dia memakai jas sutera putih yang
terseterika rapi, topi panama, dan memegang pengebut lalat
dengan hiasan warna-warni dan pegangan dari batu ambar tiruan.
" - membuat saya kagum," katanya. "Karang hitam dari
Elephantine, dan matahari, dan perahu-perahu kecil di sungai. Ya,
hidup memang menyenangkan." Dia berhenti, lalu menambahkan,
"Anda tidak menikmatinya?"
Rosalie Otterbourne menjawab dengan pendek, "Bagus, saya rasa.
Aswan merupakan tempat yang suram, menurut saya. Hotelnya
hanya setengah yang isi, dan setiap orang - " Dia berhenti -
menggigit bibirnya. Mata Hercule Poirot berkejap. "Benar. Ya, saya memang sudah
tua." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya tidak berpikir tentang Anda," kata gadis. "Maaf,
kedengarannya kasar sekali."
"Sama sekali tidak. Wajar bila Anda menginginkan teman yang
sebaya. Ah, setidak-tidaknya ada seorang pemuda."
"Yang selalu duduk dengan ibunya" Saya senang dengan ibunya.
Tapi anaknya kelihatan memuakkan dan sombong!"
Poirot tersenyum. "Dan saya - juga sombong?"
"Oh, tidak." Dia kelihatan tidak tertarik - tapi hal itu tidak menyakitkan hati
Poirot. Dia hanya berkata dengan nada puas, "Sahabat saya bilang
bahwa saya sombong."
"Oh," kata Rosalie dengan ragu-ragu. "Saya rasa Anda punya
sesuatu untuk disombongkan. Sayang saya tidak tertarik dengan
soal-soal kriminal."
Poirot berkata dengan tenang, "Saya gembira Anda tidak punya
rahasia untuk disembunyikan."
Sejenak topeng cemberut yang menghias wajahnya berubah ketika
dia melirik Poirot dengan pandangan penuh tanda tanya. Poirot
seolah-olah tidak tahu hal itu dan terus berkata,
"Nona, ibu Anda tidak makan siang hari ini. Dia tidak sakit, bukan?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Tempat ini tidak cocok buat dia," kata Rosalie singkat. "Saya akan
senang kalau kami meninggalkan tempat ini nanti."
"Kita dalam rombongan penumpang yang sama, bukan" Kita akan
tamasya ke Wadi Haifa dan Air Terjun Kedua."
"Ya." Mereka keluar dari keteduhan taman ke suatu jalan yang berdebu
dan dibatasi sungai. Lima anak penjual manik-manik, dua penjual
kartu pos bergambar, tiga penjual perhiasan kumbang, dua orang
anak penyewa keledai, dan beberapa gembel kecil datang
mendekati mereka. "Mau manik-manik, Tuan" Bagus sekali, Tuan. Sangat murah. Nona
mau hiasan kumbang" Lihat - ratunya besar - membawa
untung...." "Lihat, Tuan - batu asli. Bagus sekah. Murah sekali."
"Ingin naik keledai, Tuan" Ini keledai bagus. Gampang dinaiki.
Tuan...." "Tuan mau pergi ke galian granit, ini keledai yang bagus. Keledai
lainnya jelek, Tuan. Bisa jatuh."
"Mau kartu pos bergambar - sangat murah - sangat bagus...."
"Lihat, Nona.... Hanya sepuluh piaster - sangat murah - batu -
gading...." "Ini kebutan lalat yang bagus - semua dari batu ambar...."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Tuan mau naik perahu" Saya punya perahu bagus...."
"Nona mau kembali ke hotel" Keledai ini yang paling baik...."
Hercule Poirot memberikan isyarat untuk melepaskan diri dari
kerumunan lalat manusia ini. Rosalie berjalan dengan gagah
menerobos mereka seperti orang yang tidur berjalan.
"Sebaiknya berpura-pura buta dan tuli," kata Rosalie.
Anak-anak gembel itu berlari-lari mengikuti mereka sambil berbisik
meminta, "Bakshish" Bakshish" Hore - hore - bagus sekali, bagus sekali."
Kain rombeng mereka yang berwarna cerah berderet dengan bagus
dan lalat-lalat hinggap merubung kelopak mata mereka. Mereka
adalah yang paling ulet. Yang lain berhenti dan mendatangi
pendatang baru. Sekarang Poirot dan Rosalie hanya berlari-lari di
antara deretan toko-toko - di sini mereka mendengar aksen-aksen
lembut membujuk.... "Singgah ke toko saya, Tuan. Tuan mau buaya gading ini" Tuan
belum pernah ke mari" Mari, saya tunjukkan barang-barang
bagus." Mereka memasuki toko kelima, dan Rosalie menerima beberapa rol
film - yang menjadi tujuan perjalanan mereka. Mereka keluar lagi
dan berjalan menuju ujung sungai. Satu di antara kapal-kapal Nil itu
berlabuh. Poirot dan Rosalie memperhatikan penumpang-
penumpangnya. "Banyak sekali," kata Rosalie.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia menoleh ketika Tim Allerton tiba-tiba muncul dan
menggabungkan diri. Tim sedikit terengah-engah seolah-olah baru
berjalan cepat. Mereka berdiri di situ sejenak, dan kemudian Tim
berkata, "Berdesak-desak, seperti biasanya," katanya agak
menghina kepada penumpang yang sedang turun.
"Mereka memang mengerikan," kata Rosalie membenarkan. Ketiga
orang itu bermuka sombong, seperti layaknya orang yang sudah
lama di situ memperhatikan pendatang-pendatang baru.
"Hallo!" teriak Tim. Suaranya tiba-tiba bersemangat. "Bukankah itu
Linnet Ridgeway?" Poirot diam tak bereaksi. Tapi Rosalie sangat tertarik. Dia melongok
ke depan, dan muka cemberutnya berubah ketika dia bertanya,
"Mana" Yang pakai baju putih itu?"
"Ya. Itu dengan laki-laki tinggi. Mereka menuju ke mari. Kurasa itu
suami barunya. Saya lupa namanya."
"Doyle," kata Rosalie. "Simon Doyle.
Banyak di Ketiga penonton itu diam memperhatikan penumpang-
penumpang yang naik ke daratan. Poirot memandang penuh
perhatian pada orang yang sedang dibicarakan temannya. Dia
bergumam, "Gadis itu cantik."
"Ada orang yang punya segala-galanya," kata Rosalie pedih.
Mukanya menunjukkan ekspresi iri dan aneh ketika memandang
Linnet berjalan di tangga kapal.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Linnet Doyle melangkah dengan sempurna, seperti berjalan di atas
panggung tontonan. Dia memiliki rasa percaya diri yang biasa
dimiliki aktris terkenal. Dia biasa dilihat, diperhatikan, dikagumi
orang dan menjadi pusat perhatian ke mana saja dia pergi. Dia
merasakan pandangan-pandangan ingin tahu yang dilemparkan
padanya - dan pada saat yang sama dia tidak merasakannya;
kehormatan seperti itu sudah menjadi bagian dari hidupnya. Dia
menuju daratan seperti seorang yang sedang memainkan peranan,
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meskipun dia tidak menyadarinya. Pengantin wanita cantik dan
kaya sedang menikmati bulan madunya. Dia menoleh dan
tersenyum kepada laki-laki tinggi di sampingnya sambil
mengatakan sesuatu. Laki-laki itu menjawab, dan suaranya sangat
menarik perhatian Hercule Poirot. Matanya bersinar dan alisnya
tertarik ke tengah. Pasangan itu lewat di dekatnya.
Dia mendengar Simon Doyle berkata, "Kita akan mencoba dan
mempertimbangkannya, Sayang. Kita bisa tinggal di sini satu atau
dua minggu kalau kau suka - " mukanya memandang Linnet penuh
cinta, pujaan dan kekaguman.
Mata Poirot menelusurinya - bahu yang bidang, wajah yang
kecoklatan, mata biru tua, dan senyum yang sederhana dan
kekanakan. "Beruntung benar dia," kata Tim setelah mereka lewat.
"Bayangkan! Dapat ahli waris yang tidak mempunyai penyakit
amandel dan bertelapak kaki rata."
"Mereka kelihatan sangat bahagia," kata Rosalie dengan nada iri
dalam suaranya. Dia menambahkan tiba-tiba, tapi dengan suara
sangat rendah sehingga Tim tak dapat menangkap kata-katanya,
"Tidak adil." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tetapi Poirot mendengarnya. Mukanya yang tadinya cemberut dan
agak bingung menoleh pada Rosalie.
Tim berkata, "Saya harus mengambil beberapa barang untuk Ibu
sekarang." Dia mengangkat topinya dan pergi. Poirot dan Rosalie
melangkah menuju hotel pelan-pelan sambil menolak tawaran-
tawaran pemilik keledai. "Jadi tidak adil, Nona?" tanya Poirot
lembut. Gadis itu menjadi merah karena marah.
"Saya tidak mengerti apa yang Anda maksud."
"Saya hanya mengulang apa yang Anda katakan sendiri baru-baru
ini. Yang Anda katakan."
Rosalie Otterbourne mengangkat bahunya. "Kelihatannya benar-
benar agak berlebihan untuk satu orang. Uang, rupa cantik, tubuh
indah, dan - " Dia berhenti dan Poirot berkata, "Dan cinta" Eh" Dan cinta" Tapi
Anda tak tahu - mungkin laki-laki itu kawin karena uangnya!"
"Tidakkah Anda melihat cara dia memandang isterinya?"
"Oh, ya, Nona. Saya melihat - tapi saya melihat sesuatu yang tidak
Anda lihat." "Apa itu?" Poirot berkata pelan, "Nona, saya melihat garis, garis hitam di
bawah mata seorang wanita. Saya melihat sebuah tangan yang
mencengkeram batang payung begitu kuat sehingga buku-buku
jarinya menjadi sangat putih...."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Rosalie menatap Poirot. "Maksud Anda?"
"Maksud saya, bukan semua yang gemerlapan itu emas. Maksud
saya, meskipun wanita itu kaya dan cantik dan dicintai, ada sesuatu
yang tidak beres. Dan saya tahu sesuatu lainnya."
"Ya." "Saya tahu," kata Poirot dengan muka berkerut, "bahwa saya
pernah mendengar suara laki-laki itu di suatu tempat, pada suatu
waktu - suara Tuan Doyle - seandainya saja saya ingat di mana."
Tetapi Rosalie tidak mendengarnya. Dia berhenti, diam. Dengan
ujung payungnya dia menggaris-garis di atas pasir. Tiba-tiba dia
berteriak dengan geram, "Saya benci. Saya sangat benci. Saya
memang jahat. Saya ingin merobek baju di punggungnya dan
memukul mukanya yang cantik, angkuh dan penuh rasa percaya
diri. Dia begitu berhasil, tenang dan yakin."
Hercule Poirot kelihatan sedikit terkejut dengan kemarahan
Rosalie. Dia memegang lengannya dan menggoncang-goncangnya
pelan-pelan. "Tenez - Anda akan merasa lebih ringan dengan mengeluarkan
kata-kata itu." "Saya benci dengan dia! Saya tak pernah begitu membenci orang
pada pandangan pertama."
"Bagus!" Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Rosalie memandangnya ragu-ragu. Kemudian mulutnya merengut
dan dia tertawa. Mereka meneruskan langkah-langkah mereka ke hotel. "Saya harus
menemani Ibu," kata Rosalie ketika mereka tiba di ruang duduk
yang dingin dan redup. Poirot keluar ke sisi lain teras yang menghadap Sungai Nil. Di situ
banyak meja meja kecil untuk minum teh, tapi masih terlalu siang.
Dia berdiri beberapa lama memandangi sungai, lalu turun ke
taman. Beberapa orang bermain tenis di bawah terik matahari. Dia
berhenti memperhatikan mereka sebentar, lalu berjalan menuruni
jalanan kecil yang curam. Di tempat itu, duduk seorang gadis di
sebuah bangku, menatap sungai Nil. Poirot mengenal gadis itu yang
dilihatnya di Chez Ma Tante. Dia segera mengenalinya. Wajahnya
yang dilihatnya malam itu, tersimpan rapat dalam ingatannya. Tapi
ekspresinya sekarang lain. Dia kelihatan lebih pucat, lebih kurus,
dan ada garis-garis yang menandakan kelelahan.
Poirot mundur sedikit. Gadis itu belum melihatnya, dan Poirot
memperhatikannya tanpa menimbulkan kecurigaan. Kakinya yang
kecil mengetuk-ngetuk tanah tidak sabar. Matanya gelap dengan
api yang bernyala, mengandung kemenangan yang aneh. Dia
melihat Sungai Nil dengan perahu-perahu berlayar putih meluncur
ke sana kemari. Sebuah wajah dan suara. Dia ingat keduanya. Wajah gadis ini dan
suara yang baru didengarnya, suara pengantin laki-laki. Sementara
dia berdiri di situ memandang gadis yang tengah melamun itu,
bagian lanjutan dari sebuah drama pun dimulai.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia mendengar suara di atas. Gadis yang duduk di bangku itu
berdiri. Linnet Doyle dan suaminya menuruni jalan kecil itu. Suara
Linnet terdengar gembira dan yakin. Ketegangan pada wajahnya
sudah hilang. Linnet bahagia. Gadis yang sedang berdin itu maju
dua langkah. Dan kedua orang yang sedang berjalan itu berhenti.
"Hallo, Linnet," kata Jacqueline de Bellefort. "Jadi kau di sini.
Rupanya kita tidak akan pernah berhenti bertemu muka. Hallo
Simon, apa kabar?" Linnet Doyle mundur bersandar pada batu karang dan menjerit
pelan. Wajah Simon Doyle yang tampan itu tiba-tiba penuh
kemarahan. Dia maju ke depan seakan-akan mau memukul tubuh
gadis yang kecil langsing itu.
Dengan angkatan kepala yang cepat seperti burung dia memberi
isyarat tentang adanya seorang asing di situ. Simon menoleh dan
melihat Poirot. Dia berkata dengan kaku, "Halo Jacqueline. Kami
tidak mengira akan bertemu denganmu di sini," kata-katanya sama
sekali tidak meyakinkan. Gadis itu menyeringai memperlihatkan gigi-giginya yang putih.
"Heran?" tanyanya. Kemudian, dengan sedikit anggukan kepala, dia
naik ke atas. Poirot berjalan ke arah yang berlawanan dengan tenang. Ketika
berlalu, dia mendengar Linnet Doyle berkata, "Simon - demi
Tuhan! Simon - apa yang akan kita lakukan?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 3 Makan malam telah selesai. Teras luar Hotel Cataract diterangi oleh
lampu yang redup. Kebanyakan tamu hotel itu ada di sana, duduk
mengelilingi meja-meja kecil. Simon dan Linnet Doyle keluar diiringi
seorang laki-laki Amerika tinggi berambut keputihan.bKetika
rombongan kecil ini berhenti dengan ragu-ragu di tengah pintu. Tim
Allerton yang duduk di dekat mereka berdiri dan mendekati
mereka. "Anda tentu sudah lupa dengan saya," katanya ramah pada Linnet.
"Saya saudara sepupu Joanna Southwood!"
"Oh ya - alangkah bodohnya! Anda pasti Tim Allerton. Ini suami
saya - " suaranya sedikit gemetar, angkuh dan malu, "dan ini
adalah wali saya, tuan Pennington, dari Amerika."
Tim berkata, "Mari saya kenalkan dengan ibu saya."
Beberapa menit kemudian mereka duduk bersama-sama - Linnet
di sudut. Tim dan Pennington masing-masing di sampingnya.
Nyonya Allerton berbicara dengan Simon Doyle. Pintu kupu-kupu di
situ terbuka. Suatu ketegangan tiba-tiba menghinggapi wajah
cantik yang duduk tegak di sudut, di antara kedua laki-laki itu.
Kemudian wajah itu kelihatan lega ketika seorang laki-laki kecil
keluar menyeberangi teras.
Nyonya Allerton berkata, "Anda bukan satu-satunya orang vang
termashur di sini. Laki-laki kecil lucu itu adalah Hercule Poirot."
Dia berkata asal saja. hanya untuk mengisi pembicaraan yang
kosong. Tapi Linnet kelihatannya terkejut dengan informasi itu.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Hercule Poirot" Oh ya, saya mendengar tentangnya," Linnet
kelihatan tenggelam dalam pikirannya sendiri, sehingga kedua laki-
laki di sebelahnya menjadi bingung.
Poirot berjalan di ujung teras, tetapi perhatiannya tiba-tiba
dibelokkan. "Mari duduk, Tuan Poirot, malam ini indah sekali!"
Dia menurut. " Mais oui, Madame, malam yang benar-benar indah."
Dia tersenyum sopan kepada Nyonya Otterbourne. Wanita ini
kelihatan aneh dengan turban dan baju hitam berkerut-kerut.
Nyonya Otterbourne meneruskan bicaranya dengan suara yang
tinggi, "Banyak orang-orang penting di sini, bukan" Saya rasa kita
akan segera dapat membaca hal itu di koran. Ratu-ratu cantik,
penulis-penulis terkenal - " Dia berhenti dan tertawa setengah
mencemooh. Poirot melihat bahwa gadis di depannya itu mundur menyusut dan
mulutnya menjadi lebih cemberut dari biasanya. "Apakah Nyonya
sekarang sedang menyelesaikan sebuah novel?"
Poirot bertanya. Nyonya Otterbourne tertawa lagi. "Saya masih
malas. Tapi saya sudah harus segera menulis. Pembaca-pembaca
sudah tidak sabar dan penerbit buku saya - kasihan! Dihujani
surat! Bahkan telegram!"
Sekali lagi, Poirot merasa gadis itu menggeser dalam gelap.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya ke sini karena ingin mencari sesuatu yang khas di sini. Salju di
atas gurun itulah judul buku saya yang baru. Penuh semangat -
sugestif. Salju - di atas gurun - hancur dalam napas asmara yang
membara." Rosalie berdiri, menggumamkan beberapa kata. lalu menghilang
dalam taman yang gelap. "Orang itu harus kuat," kata Nyonya Otterbourne meneruskan
pembicaraannya sambil menggoyang-goyangkan turbannya dengan
kencang. "Daging yang kenyal - itulah inti buku-buku saya. Perpustakaan-
perpustakaan membuangnya - tapi tak apa! Saya menulis tentang
kebenaran. Seks - ah! Tuan Poirot - mengapa setiap orang begitu
takut dengan seks yang merupakan poros jagat ini" Anda telah
membaca buku-buku saya?"
"Sayang, Nyonya! Anda tahu, saya jarang membaca novel.
Pekerjaan saya - " Nyonya Otterbourne berkata dengan tegas, "Saya harus memberi
Anda sebuah Under the Fig Tree. Saya rasa Anda akan tertarik.
Isinya sangat terbuka - tetapi memang kenyataannya demikian."
"Terima kasih, Anda baik sekali. Saya akan senang membacanya."
Nyonya Otterbourne diam sejenak. Tangannya dengan gelisah
mempermainkan kalung manik-manik yang dililitkan dua kali pada
lehernya. Matanya meloncat-loncat dari sisi kiri ke kanan
berpindah-pindah. "Saya - akan naik mengambil buku itu."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Oh, Nyonya tak perlu merepotkan diri. Nanti - "
"Tidak, tidak. Tak apa-apa." Dia berdiri. "Saya ingin memperlihatkan
pada Anda - " "Ada apa, Ibu?" Rosalie tiba-tiba muncul di dekatnya.
"Tidak apa-apa, Sayang. Aku hanya akan mengambil buku untuk
Tuan Poirot." "Buku Fig Tree" Aku ambilkan."
"Kau tak tahu tempatnya. Biar aku saja yang mengambil."
"Aku tahu." Gadis itu dengan cepat menyeberangi teras masuk ke
dalam hotel. "Nyonya beruntung punya anak gadis cantik," kata Poirot sambil
membungkuk. "Rosalie" Ya, ya - dia menarik. Tapi dia sangat keras. Tuan Poirot.
Tidak perduli dengan kesakitan. Dia selalu mengira dirinya tahu apa
yang terbaik. Dia mengira lebih tahu tentang kesehatan saya
daripada saya sendiri - "
Poirot memanggil seorang pelayan yang sedang lewat. "Minuman
keras, Nyonya" Chartreuse" Creme de menthe?"
Nyonya Otterbourne menggelengkan kepala dengan tegas. "Tidak,
tidak. Saya pantang minuman keras. Saya tidak minum apa-apa
kecuali air - atau air jeruk. Saya tidak tahan dengan minuman
keras." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Kalau begitu saya pesankan air jeruk?"
Poirot memesan air jeruk dan benedectine. Pintu kupu-kupu itu
terbuka. Rosalie keluar menuju tempat mereka dengan sebuah
buku. "Ini," katanya. Suaranya tanpa ekspresi.
"Poirot memesan air jeruk untukku," kata ibunya. "dan kau mau
minum apa?" "Tidak usah." Karena tiba-tiba merasa jawabannya sangat kasar, dia
menambahkan, "Tidak usah. terima kasih."
Poirot mengambil buku yang disodorkan Nyonya Otterbourne
padanya. Sampul luarnya masih orisinil, berwarna cerah dengan
gambar seorang wanita berambut pendek dengan kuku-kuku
bercat merah, duduk di atas kulit harimau, mengenakan pakaian
Hawa. Di atasnya terdapat sebuah pohon dengan daun ek dan buah
apel yang sangat besar dengan macam-macam warna.
Judul buku itu Under the Fig Tree oleh Salome Otterbourne. Di
dalamnya terdapat ulasan penerbit yang membicarakan dengan
antusias tentang keberanian yang hebat dan realisme kehidupan
cinta seorang wanita moderen. "Berani, moderen, realistis" adalah
kata-kata yang membumbui.
Poirot membungkuk dan menggumam, "Saya merasa mendapat
kehormatan, Nyonya." Ketika dia mengangkat kepalanya, matanya
bertemu dengan mata gadis itu. Tanpa disengaja dia membuat
gerakan kecil. Dia heran dan merasa nyeri melihat kesakitan yang
terpancar dari mata itu. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Untunglah pada saat itu minuman tiba, sehingga dapat mengatasi
suasana yang mencengkam. Poirot mengangkat gelasnya dengan
hormat. " A votre salute, Madame - Madamoiselle."
Nyonya Otterbourne menghirup air jeruknya sambil berbisik,
"Segar dan - enak!"
Ketiganya diam. Mereka memandang karang-karang hitam yang
berkilauan di Sungai Nil di bawah mereka. Karang-karang itu
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelihatan fantastis di bawah cahaya bulan. Seperti raksasa-raksasa
dalam zaman prasejarah yang berbaring dan muncul setengahnya
dari permukaan air. Angin silir terasa menghembus tiba-tiba, lalu
hilang begitu saja. Ada suatu perasaan dalam udara saat itu -
pengharapan. Hercule Poirot memandangi teras dan penghuninya. Salahkah dia,
atau adakah secercah pengharapan yang sama" Saat itu seperti
saat di atas panggung, ketika orang menantikan keluarnya pemeran
utama wanita. Dan pada saat itu pintu kupu-kupu di situ terbuka sekali lagi. Pintu
itu dibuka seolah-olah dengan tujuan untuk menunjukkan
pentingnya peranan seseorang. Setiap orang di situ berhenti bicara
dan melihat ke arah pintu tersebut. Seorang gadis hitam langsing
dengan baju malam berwarna anggur keluar. Dia berdiri sebentar,
lalu berjalan melewati teras menuju sebuah meja kosong.
Tak ada sesuatu yang luar biasa pada sikapnya, tak ada sesuatu
yang dibanggakan. Akan tetapi sikapnya menimbulkan suatu efek
seperti seseorang yang keluar di atas panggung.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ah." kata Nyonya Otterbourne. Dia melenggokkan kepalanya yang
berturban. "Gadis itu merasa dirinya seorang yang sangat penting!"
Poirot tidak berkomentar. Dia memperhatikan. Gadis itu duduk di
kursi di mana dengan jelas dia dapat memandang Linnet Doyle.
Kemudian, Poirot melihat Linnet Doyle menundukkan kepala dan
mengatakan sesuatu. Lalu sebentar lagi berdiri dan berpindah
tempat. Dia duduk menghadap arah yang berlawanan.
Poirot menganggukkan kepala sendiri. Kira-kira lima menit
kemudian gadis itu beralih ke sisi teras yang berlawanan. Dia duduk
sambil merokok, dan tersenyum diam-diam, menunjukkan wajah
yang puas. Tetapi, seolah-olah tidak disengaja, pandangan matanya
yang menerawang itu selalu jatuh pada isteri Simon Doyle.
Seperempat jam kemudian, Linnet Doyle berdiri dengan tiba-tiba,
dan masuk ke dalam hotel. Suaminya mengikutinya tak lama
kemudian. Jacqueline de Bellefort tersenyum dan memutar
kursinya. Dia menyalakan sebatang rokok dan memandang jauh ke
Sungai Nil. Dia tersenyum sendiri.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 4 "TUAN Poirot." Poirot cepat-cepat berdiri. Dia duduk sendirian meskipun semua
orang di teras telah masuk. Pikirannya sedang melayang dan
matanya memandang karang hitam yang berkilauan ketika
namanya dipanggil. Suara yang memanggilnya adalah suara
seorang yang terpelajar dan penuh keyakinan, suara yang
menyenangkan, meskipun sedikit angkuh.
Hercule Poirot yang berdiri dengan cepat itu menatap mata Linnet
Doyle yang angkuh. Dia memakai baju luar beludru berwarna ungu
yang menutupi baju tidur putihnya, dan dia kelihatan bertambah
cantik dan agung dalam pandangan Poirot.
"Anda Tuan Poirot?" kata Linnet. Pertanyaan itu seolah-olah bukan
pertanyaan. "Siap melayani Anda, Nyonya."
"Barangkali Anda tahu siapa saya?"
"Ya, Nyonya. Saya mendengar tentang Nyonya dan saya tahu persis
siapa Nyonya." Linnet mengangguk. Itu memang sudah diperkirakan. Dia
melanjutkan dengan sikap otokratis yang menyenangkan, "Maukah
Anda ke ruang bermain kartu dengan saya, Tuan Poirot" Saya ingin
sekali bicara dengan Anda."
"Tentu saja, Nyonya."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia mendahului masuk ke dalam hotel. Poirot mengikuti. Dia
menuju ruangan kartu yang sepi dan mensyaratkan untuk menutup
pintunya. Kemu-dian dia duduk di sebuah kursi dan Poirot duduk di
depannya. Linnet mengatakan apa yang diinginkannya secara langsung. Tidak
ada keraguraguan. Kata-katanya lancar. "Saya telah mendengar
tentang Anda, Tuan Poirot, dan saya tahu Anda adalah seorang
yang cerdas. Kebetulan saya membutuhkan seseorang untuk
menolong saya dengan segera - dan saya pikir, Andalah orangnya."
Poirot menganggukkan kepalanya. "Anda sangat baik, Nyonya. Tapi
seperti Anda lihat, saya sedang berlibur. Dan kalau saya berlibur,
saya tidak melayani perkara."
"Itu bisa diatur."
Kata-kata itu tidak diucapkan dengan maksud menghina - tetapi
hanya dengan rasa percaya-diri sepenuhnya dari seorang wanita
yang biasa mengatur segala sesuatu untuk kepuasan dirinya.
Linnet Doyle melanjutkan, "Tuan Poirot, saya menjadi sasaran
buruan yang tak bisa ditolerir. Perburuan ini harus dihentikan! Saya
ingin mengajukan persoalan ini pada polisi, tetapi suami saya -
suami saya menganggap bahwa polisi tidak dapat melakukan apa-
apa." "Barangkali - Anda mau menerangkannya lebih jelas?" bisik Poirot
dengan sopan. "Oh. ya. Akan saya jelaskan. Persoalannya sangat sederhana."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tidak ada keragu-raguan. Tidak ada kegagapan. Linnet Doyle
memang punya otak yang terang. Dia hanya berhenti semenit agar
fakta itu dapat dikemukakan setepat mungkin. "Sebelum saya kenal
dengan suami saya, dia telah bertunangan dengan Nona de
Bellefort. Dia adalah teman saya. Suami saya memutuskan
pertunangan ini - mereka tidak cocok sama sekali. Dan gadis itu,
saya kasihan sekali, tidak bisa menerima begitu saja. Saya - saya
kasihan sekali dengan dia - tapi hal ini tidak dapat dihindarkan lagi.
Dia dengan sengaja - mengancam - tapi tidak saya layani, dan bisa
saya katakan bahwa - ancaman itu belum dilakukan. Tapi dia
melakukan hal lainnya - yaitu mengikuti kami ke mana saja."
Poirot menaikkan alis matanya. "Ah - suatu pembalasan yang
agak - luar biasa."
"Sangat luar biasa - dan sangat menggelikan! Tetapi juga
menjengkelkan." Dia menggigit bibirnya. Poirot mengangguk.
"Ya, saya dapat membayangkannya. Saya rasa, Anda sedang
berbulan madu?" "Benar. Pertama kali - dia menjumpai kami di Venesia. Dia di
sana - di Hotel Danielli. Saya menyangka itu hanya suatu
kebetulan. Agak memalukan, tapi memang begitu. Lalu kami
ketemu lagi di perahu di Brindisi. Kami - kami tahu kalau dia akan
ke Palestina. Kami meninggalkannya di perahu. Tapi - tapi ketika
kami sampai ke Mena House, dia sudah ada di sana - menunggu
kami." Poirot mengangguk. "Dan sekarang?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Kami menyusuri Sungai Nil dengan perahu. Saya - saya setengah
mengharapkan bertemu lagi di pelabuhan. Ketika dia tak ada, saya
mengira dia sudah berhenti - bertingkah kekanak-kanakan. Tapi
ketika kami sampai di sini - dia - dia di sini - menunggu."
Poirot memperhatikannya sebentar. Linnet masih tetap tenang,
tetapi buku-buku jarinya yang menekan meja kelihatan putih
karena genggaman yang kuat. Poirot berkata, "Dan Anda takut hal
ini akan terjadi terus-menerus?"
"Ya." Dia diam. "Tentu saja persoalan ini sangat tolol! Jacqueline
melakukan hal yang aneh. Saya heran mengapa dia tidak punya
harga diri lagi - tidak punya gengsi."
"Nyonya, ada waktunya harga diri dan gengsi terpaksa disingkirkan!
Ada hal lainnya - emosi yang lebih kuat."
"Ya, barangkali." Linnet berkata dengan tidak sabar. "Tapi apa yang
diharapkannya dari semua yang dilakukannya selama ini?"
"Persoalannya bukan selalu sesuatu yang diharapkan, Nyonya."
Sesuatu dalam nada Poirot memukul perasaan Linnet. Dia menjadi
merah dan berkata dengan cepat, "Anda benar. Pembicaraan
tentang motif tidak ada hubungannya. Inti persoalan ini adalah hal
ini harus dihentikan."
"Dan apa yang akan Anda lakukan untuk menghentikannya,
Nyonya?" tanya Poirot.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya - tentu saja - suami saya dan saya tidak bisa dijadikan bulan-
bulanan terus. Harus ada perbaikan legal untuk menghadapi hal
semacam itu," dia berkata dengan tidak sabar.
Poirot memandangnya dalam-dalam, dan bertanya, "Apakah dia
telah mengancam Anda di depan umum dengan kata-kata" Dengan
kata kata menghina" Mencoba melukai Anda?"
"Tidak." "Kalau begitu, terus terang, Nyonya, saya tidak tahu apa yang dapat
Anda lakukan. Kalau dia senang bepergian ke tempat-tempat
tertentu, di mana Anda sendiri dan suami Anda juga ke situ - eh
bien - bagaimana" Udara ini bebas untuk dinikmati setiap orang!
Tidak bisa dikatakan bahwa dia mengganggu kehidupan pribadi
Anda. Perjumpaan itu selalu terjadi di depan umum."
"Maksud Anda saya tak bisa berbuat apa pun?" Suara Linnet
kedengaran kurang yakin. Poirot berkata dengan tenang, "Tak ada satu pun yang dapat
dilakukan selama Nona de Bellefort tidak melakukan hal yang
melanggar hukum." "Tapi - tapi ini keterlaluan! Hal ini tidak bisa ditolerir lagi. Apa saya
harus bersabar?" Poirot berkata dengan ringan, "Saya bersimpati dengan Anda,
Nyonya, terutama sekali saya bisa membayangkan Anda yang
jarang bersabar menghadapi suatu hal."
Linnet merengut. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Harus ada jalan untuk menghentikannya," dia bergumam.
Poirot mengangkat bahunya. "Anda bisa pergi - ke mana saja,"
katanya. "Kemudian dia akan membuntuti!"
"Mungkin sekali - ya."
"Janggal!" "Benar." "Tapi mengapa saya - kami - harus melarikan diri" Seakan-akan -
seakan-akan - " dia berhenti.
"Tepat, Nyonya. Seakan-akan - segala-galanya di situ, bukan?"
Linnet mengangkat kepalanya dan memandangnya. "Apa maksud
Anda?" Poirot mengubah nada suaranya. Dia menunduk; suaranya pasti,
dan menarik. Dia berkata dengan halus, "Mengapa Anda terlalu
merisaukannya. Nyonya?"
"Mengapa" Tapi ini keterlaluan! Sangat menyinggung perasaan!
Saya telah mengatakannya mengapa!"
Poirot menggelengkan kepalanya. "Tidak semuanya."
"Apa maksud Anda?" Linnet bertanya lagi.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot bersandar, melipat tangannya dan berkata dengan sikap
yang tak acuh, " Ecoutez, Nyonya. Saya akan menceritakan sesuatu
kepada Anda. Pada suatu hari, satu atau dua bulan yang lalu, saya
makan malam di sebuah restoran di London. Di dekat saya duduk
seorang laki-laki dan seorang gadis. Mereka kelihatan bahagia,
penuh rasa cinta. Mereka bicara tentang masa depan mereka.
Punggung laki-laki itu menghadap saya, tapi saya bisa melihat
wajah si gadis. Wajahnya penuh emosi. Gadis itu sedang jatuh
cinta, hati, jiwa, dan tubuhnya - dan dia bukan tipe gadis yang
gampang dan sering jatuh cinta. Baginya cinta merupakan soal
hidup dan mati. Keduanya bertunangan dan akan menikah; itu
perkiraan saya; dan mereka bicara tentang rencana bulan madu
mereka. Mereka akan pergi ke Mesir."
Dia berhenti. Linnet berkata dengan tajam, "Lalu?"
Poirot melanjutkan, "Itu satu atau dua bulan yang lalu. Tapi saya
tidak lupa wajah gadis itu. Saya tahu bahwa saya akan ingat bila
bertemu dengan dia. Dan saya juga ingat suara laki-laki itu. Dan
saya kira Anda tahu, Nyonya, kapan saya melihat wajah dan
mendengar suara itu kembali. Di sini, di Mesir. Laki-laki itu sedang
berbulan madu - tapi dia berbulan madu dengan wanita lain."
Linnet berkata dengan tajam, "Memang kenapa" Saya sudah
mengatakan fakta yang sebenarnya."
"Fakta - ya." "Lalu?" Poirot berkata pelan-pelan, "Gadis di restoran itu menceritakan
tentang temannya - teman yang dikatakannya dengan yakin, tidak
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
akan membiarkannya tenggelam. Saya kira, teman itu adalah Anda,
Nyonya." "Ya. Saya telah katakan, kami dahulu kawan." Linnet menjadi
merah. "Dan dia mempercayai Anda?"
"Ya." Dia ragu-ragu sejenak, dan menggigit bibirnya dengan tidak sabar.
Ketika Poirot diam saja, dia berkata, "Tentu saja semua ini tidak
menguntungkan. Tapi hal-hal seperti ini terjadi, Tuan Poirot."
"Ah! Ya, memang terjadi. Nyonya." Dia berhenti. "Anda anggota
Gereja Inggris, saya kira?"
"Ya," kata Linnet sedikit gemetar.
"Kalau begitu Anda mendengar bagian-bagian Alkitab yang
dibacakan di gereja. Anda telah mendengar tentang Raja Daud dan
orang kaya yang punya banyak ternak serta orang miskin yang
hanya memiliki seekor domba betina - dan bagaimana si kaya
mengambil domba betina si miskin. Itu hal yang sedang terjadi,
Nyonya." Linnet duduk tegak. Matanya menyala merah. "Saya mengerti apa
yang Anda maksud. Tuan Poirot! Anda pikir, saya telah mencuri
kekasih teman saya. Kalau dilihat secara sentimentil - saya rasa
orang-orang dari generasi Anda akan melihatnya secara demikian -
hal itu mungkin benar. Tapi kenyataan yang sebenarnya lain. Saya
tidak menyangkal bahwa Jackie mencintai Simon setengah mati.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tapi saya kira Anda tidak melihat bahwa Simon tidak merasakan hal
yang sama terhadap Jackie. Simon senang dengan Jackie. Tapi saya
rasa sebelum dia bertemu dengan saya dia telah mulai merasa
kekeliruannya. Perhatikan hal itu baik-baik. Tuan Poirot. Simon
sadar bahwa sayalah yang dicintainya, bukan Jackie. Apa yang
harus dilakukan" Berbaik hati dengan sukarela dan menikah
dengan wanita yang tidak dicintainya - dan karenanya mungkin
merusak kehidupan tiga orang - karena tidak bisa dipastikan
apakah dia bisa membahagiakan Jackie dengan situasi yang
demikian" Kalau seandainya dia telah menikah dengan Jackie ketika
bertemu dengan saya, saya setuju bahwa mungkin sudah menjadi
kewajiban baginya untuk setia kepada Jackie - walaupun saya tak
dapat memastikan hal itu. Jika seseorang tidak bahagia, yang lain
juga menderita. Tapi suatu pertunangan tidaklah benar-benar
mengikat. Kalau seseorang telah membuat suatu kesalahan,
tentunya lebih baik menghadapi suatu fakta sebelum terlambat.
Saya akui bahwa hal ini sangat menyakitkan Jackie, dan saya benar-
benar kasihan. Tapi begitulah. Tidak bisa dihindarkan lagi."
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Saya heran." Linnet menatap Poirot. "Apa maksud Anda?"
"Hal itu masuk akal, memang - semua yang Anda katakan tadi!
Tapi tidak menerangkan satu hal."
"Apakah itu?" "Sikap Anda sendiri, Nyonya. Anda dapat mengambil dua sikap
terhadap pembuntutan ini. Hal itu bisa membuat Anda marah -
atau merasa kasihan - karena teman Anda menjadi sakit hati. Tapi
Anda tidak bereaksi demikian. Bagi Anda, pengejaran ini tidak
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
dapat ditolerir dan mengapa demikian" Hanya ada satu sebab -
yaitu karena Anda merasa bersalah."
Linnet berdiri dengan marah. "Berani benar Anda mengatakan hal
itu! Tuan Poirot, ini benar-benar sudah keterlaluan."
"Tapi saya memang berani, Nyonya! Saya akan bicara kepada Anda
dengan terbuka. Meskipun Anda telah berusaha menutupi fakta ini
terhadap diri Anda sendiri. Anda memang telah merencanakan
mengambil kekasih teman Anda. Saya kira Anda benar-benar
tertarik kepadanya seketika. Tapi ada waktu ketika Anda ragu-ragu,
ketika Anda sadar bahwa ada suatu pilihan - yang bisa terus Anda
lakukan. Saya kira inisiatifnya datang dari Anda - bukan dari Tuan
Doyle. Anda cantik, Nyonya; Anda kaya; Anda pandai, cerdas - dan
Anda punya daya tarik. Anda bisa menggunakan daya tarik itu, atau
membiarkannya. Nyonya punya segalanya dalam hidup ini. Anda
tahu hal ini, tetapi meskipun Anda ragu-ragu, Anda tidak mau
berhenti. Anda tetap mengulurkan tangan Anda, dan seperti orang
kaya dalam Kitab Suci itu. Anda mengambil satu-satunya domba
betina si miskin." Ruangan itu sunyi. Linnet berusaha menguasai dirinya dan berkata
dengan suara dingin, "Semua ini tak ada hubungannya!"
"Tidak. Hal itu bukannya tak berhubungan. Saya hanya
menerangkan pada Anda mengapa pemunculan Nona de Bellefort
yang tak disangka-sangka itu membuat Anda bingung. Ini karena
walaupun dia tidak punya harga diri lagi dengan apa yang
dilakukannya, dalam hati Anda mengakui bahwa dia tidak dapat
disalahkan. Itu tidak benar." Poirot mengangkat bahunya. "Anda
menolak bersikap jujur terhadap diri sendiri."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Sama sekali tidak."
Poirot berkata dengan lembut, "Nyonya, saya tahu bahwa Anda
dahulu hidup bahagia, bahwa Anda seorang yang pemurah dan baik
hati terhadap orang lain."
"Saya telah berusaha." kata Linnet. Kemarahannya hilang dari
wajahnya. Dia berkata dengan biasa - hampir-hampir sedih.
"Dan itulah sebabnya mengapa perasaan bahwa Anda telah
menyakiti hati orang lain membuat Anda begitu cemas dan
membuat Anda enggan mengakui kenyataan. Maaf, kalau saya
telah tidak sopan. Tapi psikologi merupakan fakta penting dalam
suatu perkara." Linnet berkata pelan. "Meskipun seandainya apa yang Anda
katakan itu benar - tapi saya tidak mengakuinya - apa yang dapat
saya perbuat" Kita tidak bisa mengubah masa lampau; kita harus
menghadapi hal-hal sebagaimana adanya."
Poirot mengangguk. "Pikiran Anda sangat terang. Ya, kita tidak
dapat kembali ke masa lampau. Kita harus menerima sesuatu
sebagaimana adanya. Dan kadang-kadang, Nyonya, hanya itulah
yang bisa diperbuat - menerima konsekuensi perbuatan-perbuatan
yang telah dilakukan."
"Maksud Anda," tanya Linnet ragu-ragu, "bahwa tak ada - tak ada
yang dapat saya lakukan?"
"Anda harus tabah. Nyonya; saya rasa demikian."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Linnet berkata pelan-pelan, "Tidak dapatkah Anda - bicara dengan
Jackie - dengan Nona de Bellefort" Berdiskusi dengan dia?"
"Ya, saya dapat melakukannya. Saya akan melakukannya bila Anda
menghendakinya. Tapi jangan terlalu mengharapkan hasilnya. Saya
rasa Nona de Bellefort punya pendirian bahwa apa pun tidak akan
membuatnya mundur." "Tetapi tentunya kita dapat melakukan sesuatu untuk melepaskan
diri kita sendiri, bukan?"
"Tentunya Anda dapat kembali ke Inggris dan tinggal di rumah
Anda." "Bagaimanapun, saya rasa Jacqueline akan tinggal di desa, sehingga
saya selalu harus melihatnya setiap kali saya keluar."
"Benar." "Kecuali itu," kata Linnet pelan, "saya kira Simon tidak akan mau
melarikan diri." "Bagaimana sikapnya?"
"Dia marah - marah sekali."
Poirot mengangguk. Linnet berkata dengan memohon, "Anda
akan - bicara dengan dia?"
"Ya, saya akan bicara. Tapi saya tidak dapat berbuat apa-apa."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Linnet berkata dengan keras, "Jackie memang luar biasa! Tak
seorang pun bisa menebak apa yang akan dilakukannya!"
"Anda mengatakan bahwa dia menakut-nakuti Anda. Maukah Anda
menceritakan ancamannya tersebut?"
Linnet mengangkat bahunya.
"Dia mengancam akan - yah - membunuh kami berdua. Kadang-
kadang Jackie bisa bersikap agak - kelatin-latinan."
"Begitu," nada suara Poirot sedih.
Linnet menoleh kepadanya dan berkata dengan memohon,
"Anda mau bertindak untuk saya?"
"Tidak, Nyonya." Suaranya tegas. "Saya tidak mau menerima komisi
dari Anda. Saya akan melakukan apa yang dapat saya lakukan demi
kemanusiaan. Ya. Situasi ini sulit dan berbahaya. Saya akan berbuat
apa yang bisa saya perbuat untuk mengatasi persoalan ini. Tapi
saya tidak begitu yakin akan keberhasilan saya."
Linnet Doyle berkata pelan-pelan, "Tapi Anda tidak mau bertindak
untuk saya?" "Tidak, Nyonya." kata Hercule Poirot.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 5 HERCULE Poirot menjumpai Jacqueline de Bellefort duduk di atas
karang yang langsung menghadap Sungai Nil. Poirot yakin bahwa
dia belum tidur dan akan menemuinya di suatu tempat di halaman
hotel. Dia duduk dengan kedua tangan menyangga dagu, dan dia
tidak menoleh atau melihat ke belakang ketika mendengar bunyi
langkah Poirot. "Nona de Bellefort?" tanya Poirot. "Bolehkah saya bicara sebentar
dengan Anda?" Jacqueline memalingkan kepalanya sedikit. Bibirnya tersenyum
kecil. "Tentu saja," katanya. "Anda adalah Tuan Hercule Poirot, saya
kira" Bolehkah saya menebak" Anda bertindak atas nama Nyonya
Doyle yang telah menjanjikan bayaran besar bila Anda berhasil
dalam misi Anda." Poirot duduk di bangku di dekatnya. "Asumsi Anda sebagian
benar," katanya sambil tersenyum. "Saya baru bicara dengan
Nyonya Doyle, tetapi saya tidak menerima bayaran dari dia, dan
saya tidak bertindak atas namanya."
"Oh!" Jacqueline memperhatikannya. "Lalu, mengapa Anda
datang?" tanyanya tiba-tiba.
Jawaban Hercule Poirot merupakan suatu pertanyaan. "Pernahkah
Anda melihat saya sebelumnya, Nona"
Dia menggelengkan kepala. "Tidak, saya rasa tidak."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Tetapi saya telah melihat Anda. Saya pernah duduk di dekat meja
Anda di Chez Ma Tante. Anda di sana dengan Tuan Simon Doyle."
Suatu ekspresi aneh seperti topeng menutup wajah gadis itu. Dia
berkata, "Saya ingat malam itu.... "
"Sejak hari itu," kata Poirot, "banyak hal-hal yang telah terjadi."
"Ya. Seperti kata Anda. Banyak hal-hal yang telah terjadi," suaranya
sesak dengan nada rendah yang menyatakan kegetiran.
"Nona, saya bicara sebagai kawan. Kuburkan apa yang telah mati!"
Dia kelihatan terkejut. "Apa maksud Anda?"
"Jangan pikirkan lagi masa lalu! Berpalinglah pada masa yang akan
datang! Apa yang telah terjadi, sudahlah. Kepahitan tidak akan
mengubahnya." "Saya yakin itu cocok sekali bagi Linnet."
Poirot memberi isyarat. "Saya tidak membicarakan dia saat ini!
Saya memikirkan Anda. Anda telah menderita - memang - tapi
apa yang Anda lakukan hanya akan menambah penderitaan Anda."
Dia menggelengkan kepala. "Anda salah. Adakalanya saya
menikmati apa yang saya lakukan."
"Dan itu, Nona adalah hal yang paling jelek."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia menengadah dengan cepat. "Anda tidak bodoh," katanya. Lalu
menambahkan dengan pelan, "Saya percaya Anda bermaksud
baik." "Pulanglah. Nona. Anda masih muda; Anda cerdas, dunia ada di
depan Anda." Jacqueline menggelengkan kepalanya pelan-pelan. "Anda tidak
mengerti - atau tidak mau mengerti. Simon adalah dunia saya."
"Cinta itu bukan segalanya, Nona." kata Poirot lembut. "Ketika
muda, kita memang berpendapat demikian."
Tetapi gadis itu tetap menggelengkan kepalanya. "Anda tidak
mengerti." Dia menatapnya dengan tiba-tiba. "Tentunya Anda tahu
persoalan ini, bukan" Anda telah bicara dengan Linnet" Dan Anda
ada di restoran malam itu.... Simon dan saya saling mencintai
waktu itu." "Saya tahu Anda pernah mencintainya dahulu."
Jacqueline dapat menangkap pembelokan arti kata-kata Poirot
dengan cepat. Dia mengulangi dan menekankan, "Kami saling
mencintai. Dan saya menyayangi Linnet.... Saya mempercayainya.
Dia adalah teman saya yang paling baik. Linnet bisa memiliki apa
saja dalam hidupnya. Keinginannya tak ada yang pernah terhalang.
Ketika dia melihat Simon, dia menginginkannya - dan dia
mengambilnya." "Dan Simon membiarkan dirinya - dibeli?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Jacqueline menggelengkan kepalanya yang hitam pelan-pelan.
"Tidak. Tidak begitu. Kalau demikian, saya tidak akan ada di sini
sekarang.... Anda berpendapat bahwa Simon tidak pantas untuk
dicintai - Itu mungkin benar. Tapi dia tidak menikah karena
uangnya. Ini lebih rumit dari itu. Ada hal lainnya, seperti pesona.
Tuan Poirot. Dan uang berpengaruh dalam hal ini. Linnet punya
atmosfir. Dia adalah ratu suatu kerajaan - ratu yang muda -
mewah sampai ke ujung-ujung jarinya. Ini seperti setting panggung.
Dunia ada di bawah kaki Linnet. Salah seorang dari bangsawan-
bangsawan terkaya dan terpopuler ingin menikahinya. Tapi dia
membungkukkan diri pada Simon Doyle yang bukan apa-apa itu....
Herankah Anda bila hal itu sampai di kepala Simon?" Jacqueline
tiba-tiba memberi isyarat. "Lihatlah bulan di atas itu. Anda bisa
melihatnya dengan jelas, bukan" Bulan itu nyata. Tapi bila matahari
bersinar, Anda tidak akan bisa melihatnya sama sekali. Persoalan ini
seperti itu. Saya adalah bulan.... Ketika matahari muncul, Simon
tidak dapat melihat saya lagi.... Dia silau. Dia tak dapat melihat apa-
apa lagi kecuali matahari - yaitu Linnet."
Dia berhenti lalu meneruskan lagi, "Jadi, seperti Anda lihat, itu
adalah - pesona. Linnet memenuhi kepala Simon. Dan Linnet
adalah seorang yang punya keyakinan - punya kebiasaan
memerintah. Dia begitu yakin pada dirinya sendiri sehingga dia
dapat membuat orang lain menjadi yakin pula. Barangkali Simon
memang lemah. Tapi dia adalah seorang yang sangat sederhana.
Dia bisa mencintai saya, dan hanya saya, bila saja Linnet tidak
datang dan merebutnya serta membawanya dalam kereta
emasnya. Dan saya tahu - saya benar-benar tahu - bahwa dia
tidak akan jatuh cinta dengan Linnet kalau saja Linnet tidak
menarik-narik dia." "Itu adalah perkiraan Anda - "
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya tahu. Dia mencintai saya - dan akan selalu mencintai saya."
Poirot berkata, "Walaupun sekarang?"
Sebuah jawaban kelihatan akan keluar dan bibirnya. Tetapi
kemudian dibatalkannya. Dia memandang Poirot, Wajahnya merah
membara. Lalu dia menoleh ke arah lain; kemudian kepalanya
menunduk. Dia berkata dengan suara rendah tertekan.
"Ya. saya tahu. Dia membenci saya sekarang. Ya, membenci saya....
Sebaiknya dia berhati-hati!"
Dengan gerakan cepat tangannya merogoh tas sutera yang terletak
di bangku itu. Dalam gengamannya terdapat sebuah pistol kecil
dengan pegangan berhias mutiara - kelihatannya seperti pistol
mainan yang ringan. "Benda kecil yang menyenangkan, bukan?"
katanya. "Kelihatannya seperti mainan, tapi bukan! Salah satu peluru-
pelurunya akan membunuh seorang wanita atau laki-laki. Dan saya
adalah tukang tembak yang jitu." Dia tersenyum. Senyumnya jauh
dan penuh kemenangan. "Waktu kecil, ketika saya pulang dengan ibu ke Carolina Selatan,
kakek saya mengajarkan saya caranya menembak. Dia adalah orang
kolot yang sangat menghargai kemampuan menembak - terutama
bila menyangkut harga diri. Ayah saya, juga seorang yang suka
berkelahi ketika muda. Dia seorang pemain pedang ulung. Pernah
membunuh seorang laki-laki. Ini gara-gara seorang wanita. Jadi
Anda lihat. Tuan Poirot," - matanya
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
menantang mau Poirot - "saya punya darah panas! Saya membeli
pistol ini ketika hal itu terjadi. Saya bermaksud untuk membunuh
salah satu dari mereka - persoalannya sekarang adalah saya tak
dapat memastikan siapa. Kalau dua-duanya saya tidak akan puas.
Saya pikir Linnet kelihatan takut - tapi dia sebenarnya berani. Dia
sanggup menderita secara fisik. Dan kemudian saya pikir saya
akan - menunggu! Ini kelihatannya lebih menarik bagi saya. Saya
Pendekar Latah 8 Wiro Sableng 044 Topeng Buat Wiro Sableng Para Ksatria Penjaga Majapahit 7
BACK COVER Death On The Nile Pembunuhan Di Sungai Nil Dia terbaring miring. Sikapnya wajar dan tenang. Tapi di atas
telinganya ada sebuah lubang kecil dengan bekas darah
kering di sekelilingnya. Kemudian pandangan Poirot tertuju pada dinding putih di
depannya dan ia menarik napas dalam-dalam. Dinding putih
bersih itu dikotori oleh huruf J warna merah kecokelat-
cokelatan yang ditulis dengan gemetar.
Poirot membungkuk di atas mayat gadis itu dan dengan
hati-hati mengangkat tangan kanan si gadis. Salah satu
jarinya bernoda merah kecokelatan....
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2002 DEATH ON THE NILE by Agatha Christie
Copyright ? Agatha Christie Mallowan 1937
All rights reserved PEMBUNUHAN DI SUNGAI NIL Alih bahasa: Mareta Desain sampul: Dwi Koendoro
GM 402 79.047 Hak cipta terjemahan Indonesia: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
JL. Palmerah Selatan 24-26 Jakarta 10270
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI,
Jakarta, Maret 1979 Cetakan kedua: November 1984
Cetakan ketiga: Juli 1995
Cetakan keempat: September 2002
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
CHRISTIE, Agatha Pembunuhan di Sungai Nil/Agatha Christie; alih bahasa, Mareta - Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1979 352 hlm; 18 cm Judul asli: Death on the Nile ISBN 979-686-047-3
1. Fiksi Inggris L Judul D. Mareta
Dicetak oleh Percetakan Duta Prima, Jakarta
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Untuk SYBIL BURNETT yang juga suka menjelajah dunia....
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 1 "LINNET Ridgeway!"
"Itulah dia!" kata Tuan Burnaby, pemilik tanah Three Crowns. Dia
menyikut temannya. Kedua laki-laki itu memandang dengan mata
melotot tercengang dan mulut sedikit terbuka.
Sebuah Rolls-Royce merah besar berhenti di depan kantor pos.
Seorang gadis meloncat ke luar. Gadis yang tidak memakai topi dan
memakai baju yang kelihatan (hanya kelihatan) sederhana. Seorang
gadis berambut emas dengan lekuk-lekuk wajah yang kuat dan
otokratis - seorang gadis yang bertubuh indah seorang gadis
seperti itu jarang terlihat di Malton-Under-Wode. Dengan langkah
cepat dan tergesa dia masuk kantor pos.
"Itulah dia!" kata Tuan Burnaby lagi. Dan dia melanjutkan bicaranya
dengan suara kagum dan rendah, "Dia punya uang berjuta-juta...
dan akan membangun rumah dengan biaya besar. Akan ada kolam
renang, taman Itali dan ruang dansa, dan setengah dari rumah itu
dirombak dan dibangun kembali....."
"Dia akan jadi orang kaya di kota ini," kata temannya, seorang laki-
laki ramping dengan pakaian kumal. Suaranya bernada iri dan
kurang senang. Tuan Burnaby membenarkan.
"Ini akan merupakan sesuatu yang besar bagi Malton-Under-Wode.
Sesuatu yang hebat." Tuan Burnaby merasa puas. "Menggugah kita
semua," tambahnya. "Sedikit berbeda dengan Tuan George," kata yang lain.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ah, uang itu diperoleh dari 'kudanya'," kata Tuan Burnaby dengan
sabar. "Dia selalu beruntung."
"Berapa dia dapat?"
"Enam puluh ribuan, aku dengar."
Laki-laki ramping itu bersiul. Tuan Burnaby melanjutkan dengan
berapi-api, "Dan mereka bilang, dia akan mengeluarkan enam
puluh ribu lagi sebelum rumah itu selesai!"
"Terlalu!" kata si ramping. "Dari mana dia dapat uang sebanyak
itu?" "Katanya dari Amerika. Ibunya adalah anak perempuan satu-
satunya dari salah satu milyuner-milyuner. Seperti cerita saja,
bukan?" Gadis itu keluar dari kantor pos dan masuk ke dalam mobil. Ketika
mobilnya telah melaju, laki-laki ramping itu mengikuti dengan
matanya. Dia menggumam, "Kelihatannya kurang adil - gadis itu.
Uang dan rupa - terlalu berlebihan! Kalau seorang gadis sekaya itu,
dia seharusnya tidak secantik itu. Dia orang beruntung. Punya
segalanya, gadis itu. Kelihatannya tidak adil.
***** Ringkasan dari kolom sosial harian Blague.
Di antara mereka yang minum-minum di Chez Ma Tante, saya
melihat si cantik Linnet Ridgeway. Dia bersama-sama dengan Y.M.
Joanna Southwood, Lord Windlesham, dan Tuan Toby Bryce.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Seperti telah diketahui, Nona Ridgeway adalah puteri Melhuish
Ridgeway dan Anna Hartz. Dia mewarisi kekayaan yang besar dari
kakeknya, Leopold Hartz. Si cantik Linnet merupakan sumber berita
sensasi saat ini, dan dikabarkan akan mengumumkan
pertunangannya dalam waktu dekat. Tentu saja Lord Windlesham
kelihatan sangat berharap.
Y.M. Joanna Southwood berkata, "Aku rasa semua akan
menakjubkan!!" Dia duduk di atas tempat tidur Linnet Ridgeway di
Wode Hall. Dari jendela mereka bisa melihat taman dan
pemandangan desa dengan bayang-bayang hutan yang berwarna
biru. "Agak sempurna, bukan?" kata Linnet. Dia menyandarkan
lengannya pada jendela. Wajahnya berseri, hidup, dan dinamis. Di
sampingnya, Joanna Southwood kelihatan sedikit suram - seorang
wanita muda yang tinggi kurus, berumur dua puluh tujuh tahun,
dengan wajah oval panjang, cerdas, dan alis mata yang
menunjukkan kecerdikan. "Dan kau telah melakukan begitu banyak hal dalam waktu singkat!
Berapa arsitek yang kaupakai?"
"Tiga." "Seperti apa sih mereka" Aku tidak pernah melihat seorang arsitek
pun." "Biasa saja. Aku berpendapat kadang-kadang mereka kurang
praktis." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ah, kau akan bisa membereskannya. Kau memang makhluk paling
praktis!" Joanna mengambil seuntai mutiara dari meja hias. "Aku rasa ini asli,
bukan, Linnet?" "Tentu saja." "Aku tahu jawabnya pasti 'tentu saja' bagimu. Manis. Tapi tidak
bagi semua orang. Mutiara piaraan benar-benar luar biasa
sempurna. Pasti harganya selangit."
"Agak kasar, bukan?"
'Tidak, sama sekali tidak - keindahannya murni. Berapa nilainya?"
"Sekitar lima puluh ribu."
"Oh. mengerikan! Kau tidak takut dicuri?"
"Tidak, aku selalu memakainya - dan lagi kalung itu diasuransikan."
"Boleh kupakai sampai makan malam nanti" Aku akan merasa
seperti terbang." Linnet tertawa. "Tentu saja kalau kau suka."
"Kau tahu. Linnet, aku benar-benar iri denganmu. Kau punya
segalanya. Dalam umur dua puluh, kau telah berkuasa, dengan
uang yang melimpah, wajah cantik, dan tubuh sehat. Kau bahkan
punya otak! Kapan kau ulang tahun?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Juni yang akan datang. Aku akan mengadakan pesta besar di
London." "Dan kemudian, apa kau akan menikah dengan Charles
Windleaham" Penulis penulis gosip kecil yang hebat itu pasti akan
terangsang. Dan lagi dia benar benar mencintaimu."
Linnet mengangkat bahunya. "Aku tak tahu. Aku belum benar-
benar ingin menikah dengan seseorang."
"Kau benar! Suasananya tidak akan sama setelah pernikahan,
bukan?" Telepon berdering, dan Linnet berjalan mendatangi. "Ya" Ya?"
Suara kepala pelayan menjawabnya, "Ada telepon dari Nona de
Bellefort. Apa sebaiknya disambung?"
"Nona de Bellefort" Oh, tentu, ya, sambung saja. "
Terdengar suara 'klik' dan sebuah suara, suara yang penuh
semangat, halus dan sedikit terengah, "Halo, apakah di situ Nona
Ridgeway" Linnet!"
"Jackie sayang! Aku tak pernah mendengar beritamu berabad-
abad!" "Ya, aku tahu. Memang terlalu. Linnet, aku benar-benar ingin
ketemu kau." "Bisakah kau datang ke sini" Aku punya mainan baru. Kau harus
melihatnya." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Aku memang mau ke situ."
"Kalau begitu, loncat saja ke kereta atau mobil."
"Ya, benar. Dengan mobil untuk dua penumpang yang sudah
bobrok. Aku membelinya seharga lima belas pound, kadang-kadang
jalannya lancar. Tapi kadang-kadang juga suka ngadat. Kalau aku
belum datang waktu minum teh, tandanya mogok. Sampai ketemu,
Manis." Linnet meletakkan teleponnya. Dia menemui Joanna. "Itu tadi
teman lamaku, Jacqueline de Bellefort. Kami dulu bersama-sama di
biara Paris. Nasibnya benar-benar buruk. Ayahnya seorang
bangsawan Perancis dan ibunya orang Amerika Selatan. Ayahnya
kawin lagi dengan wanita lain dan ibunya kehilangan semua
kekayaannya ketika mendapat kecelakaan di Wall Street. Jackie
ditinggal dalam keadaan habis-habisan. Aku tak tahu bagaimana dia
bisa bertahan dua tahun terakhir ini."
Joanna menggosok kuku-kukunya yang berwarna merah darah tua
itu dengan penggosok kuku temannya. Dia menyandar ke belakang
dengan kepala miring, melihat hasil gosokannya.
"Linnet," katanya, "tidakkah agak menjengkel kan" Kalau ada
temanku yang bernasib begitu aku tak mau mengenalnya lagi saat
itu juga! Kedengarannya memang tak berperasaan, tapi akan
menguragi kesulitan-kesulitan nantinya! Mereka akari mulai
meminjam uangmu atau berjualan baju. Dan kau terpaksa membeli
baju-baju jelek itu. Atau mengecat tudung lampu, atau membuat
syal batik." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Madi. kalau aku kehilangan semua kekayaanku kau tak mau kenal
aku lagi?" "Ya. Sayang. Pasti. Aku mengatakan hal yang sebenarnya. Aku
hanya menyukai orang-orang yang sukses. Dan setiap orang pun
akan begitu. Hanya saja - banyak yang tak mau mengakuinya.
Mereka hanya mengatakan bahwa mereka tak tahan lagi dengan si
Mary atau Emily atau Pamela! 'Kesulitan yang dialaminya membuat
dia sedih dan aneh. Kasihan!'"
"Kau kejam, Joanna!"
"Aku hanya melakukan hal yang menguntungkan saja, seperti
setiap orang lain." "Aku tidak" "Terang! Kau tidak akan merasa kecil kalau seorang wali Amerika
setengah baya dan berwajah menarik memberimu uang saku dalam
jumlah besar setiap tiga bulan."
"Dan pendapatmu tentang Jacqueline tidak benar." kata Linnet.
"Dia bukan benalu. Aku dulu pernah mau menolongnya, tapi dia
tidak mau. Dia punya harga diri - sombong setengah mati."
"Tapi kenapa dia begitu ingin menemuimu" Aku berani bertaruh
dia menginginkan sesuatu! Tunggu saja dan lihat!"
"Kedengarannya dia memang agak bernapsu, " Linnet mengakui.
"Jackie selalu bersemangat menyelesaikan sesuatu. Dia pernah
menusuk seorang anak dengan pisau lipat!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ah, mengerikan sekali!"
"Ada seorang anak laki-laki mempermainkan anjing. Jackie
menyuruhnya berhenti. Tetapi dia tak mau. Jackie menarik dan
menggoncang-gon-cang anak itu. Tapi dia lebih kuat. Tiba-tiba
Jackie mengeluarkan pisau lipat dan melemparnya ke anak itu. Lalu
terjadilah keributan yang menggemparkan!"
"Aku bisa membayangkannya. Pasti sangat menakutkan!"
Pelayan Linnet masuk. Dengan membisikkan kata-kata maaf, dia
mengambil sebuah baju dari almari dan membawanya ke luar.
"Kenapa Marie?" tanya Joanna. "Dia baru menangis kelihatannya."
"Kasihan! Aku kan pernah cerita. Dia mau menikah dengan seorang
laki-laki yang bekerja di Mesir. Dia tidak begitu kenal laki-laki itu.
Jadi aku menyelidikinya. Ternyata dia telah punya seorang isteri -
dan tiga anak." "Kau menambah musuh saja, Linnet."
"Musuh?" Linnet kelihatan heran.
Joanna mengangguk sambil mengambil rokok. "Musuh, Manis. Kau
adalah seorang yang benar-benar efisien dan pandai melakukan hal
yang benar." Linnet tertawa. "Ah, aku tak punya seorang musuh pun di dunia ini."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
***** Lord Windlesham duduk di bawah pohon ara. Matanya
memandang proporsi Wode Hall yang indah. Tak ada suatu pun
yang merusak keindahannya yang langka; bangunan-bangunan
baru dan tambahannya tersembunyi di sebuah sudut. Suat
pemandangan yang indah dan menyenangkan, bermandikan
cahaya matahari di musim gugur.
Apa yang dilihatnya semakin lama semakin kabur. Wode Hall yang
menghilang dari matanya itu digantikan oleh sebuah rumah besar
zaman Elizabeth dengan taman yang luas memanjang dengan latar
belakang yang lebih dingin... rumah keluarganya di Charltonbury.
Di depan rumah besar itu berdiri seseorang - seorang gadis,
dengan rambut berwarna emas dan wajah penuh percaya pada diri
sendiri; Linnet sebagai nyonya rumah Charltonbury!
Laki-laki itu begitu penuh dengan pengharapan. Penolakan Linnet
bukan merupakan penolakan yang sungguh-sungguh. Dia
memerlukan waktu untuk berpikir. Dan dia sanggup untuk
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menunggunya.... Akan benar-benar serasi semuanya! Memang sudah selayaknya
kalau dia menikah dengan orang kaya. Tapi hal itu bukan
merupakan sesuatu yang harus menjadi patokan, sehingga dia
harus mengesampingkan perasaannya. Dia mencintai Linnet. Dia
tetap akan menikahinya seandainya Linnet tak beruang sekalipun.
Tetapi kebetulan dia adalah seorang dari gadis-gadis kaya di
Inggris.... Pikirannya bermain dengan rencana-rencana yang menyenangkan
untuk masa depan. Ia akan menguasai Roxdale, membangun
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
kembali bagian kiri gedungnya, melarang orang-orang Skot
menembak.... Charles Windlesham bermimpi di bawah sinar mentari.
***** Pada pukul empat sore, sebuah mobil kecil yang sudah bobrok
mendarat di atas kerikil dengan suara keras. Seorang gadis keluar.
Gadis kecil langsing berambut hitam. Dia lari menaiki tangga dan
merenggut lonceng. Beberapa menit kemudian dia diantarkan masuk ke sebuah ruang
duduk yang memanjang. Seorang pelayan berkata dengan nada
rendah dan sedih, "Nona de Bellefort."
"Linnet!" "Jackie!" Windlesham berdiri agak menyamping, dan memandang dengan
belas kasihan kepada makhluk kecil yang memeluk Linnet.
"Lord Windlesham - Nona de Bellefort - kawan baikku."
Seorang gadis yang manis, pikirnya - tidak terlalu manis, tetapi
sangat menarik, dengan rambut hitam berombak dan mata yang
besar. Dia mengucapkan beberapa kata yang tak berarti, lalu
meninggalkan keduanya. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Jacqueline meninju Linnet - dengan caranya yang khas. "Windlesham" Windlesham" Itu kan nama yang disebut-sebut di
koran" Kau akan menikah dengannya, bukan. Linnet" Benar kan?"
Linnet berbisik, "Barangkali."
"Sayang - aku gembira sekali! Dia kelihatannya baik."
"Oh, jangan memutuskan sesuatu lebih dulu - aku sendiri belum
memutuskannya." "Tentu saja! Ratu biasanya mengulur-ulur waktu untuk memilih
suami." "Jangan mengejek, Jackie."
"Tapi kau memang ratu, Linnet! Dari dulu Sa Majeste, la reine
Linnette, Linnette la blonde. Dan aku - aku orang kepercayaan ratu!
Pelayan terhormat yang dipercaya."
"Apa-apaan kau, Jackie! Ke mana saja kau selama ini" Tiba-tiba
menghilang, dan tak pernah menulis surat."
"Aku tidak suka menulis surat. Di mana saja aku selama ini" Oh,
hampir tenggelam dalam soal pekerjaan. Pekerjaan selalu sulit buat
seorang wanita yang suram!"
"Seandainya kau mau - "
"Menerima anugerah sang ratu" Terus terang saja, aku ke sini
untuk hal itu. Tidak untuk meminjam uang. Belum sampai ke situ!
Tapi aku datang untuk memohon sebuah anugerah besar!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Teruskan." "Kalau kau akan kawin dengan si Windlesham itu, kau akan
mengerti, barangkali."
Linnet kelihatan bingung sebentar. Kemudian wajahnya cerah
kembali. "Jackie, maksudmu - ?"
"Ya, Sayang, aku telah bertunangan!"
"Oh, begitu! Aku pikir kau kelihatan begitu cerah dan bersemangat.
Tentu saja kau memang demikian. Tetapi sekarang lebih lagi. Lebih
dari biasanya." "Memang aku merasa seperti itu."
"Ceritakanlah tentang tunanganmu."
"Namanya Simon Doyle. Dia besar dan kuat dan sederhana, dan
muda dan benar-benar menyenangkan! Dia miskin - tak beruang.
Seorang desa - tapi sangat miskin. Anak laki-laki paling muda.
Keluarganya dari Devonshire. Dia mencintai desa dan segalanya
yang ada di desa. Lima tahun terakhir ini dia tinggal di kota, bekerja
di sebuah kantor yang sempit dan pengap. Dan kantornya sekarang
bangkrut. Dia tak punya pekerjaan lagi. Linnet, aku akan mati kalau
tak bisa kawin dengan dia. Aku akan mati! Aku akan mati! Aku akan
mati...." "Jangan begitu, Jackie."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Aku akan mati, tahu! Aku benar-benar mencintainya. Dia pun
sangat mencintaiku. Aku tak bisa hidup tanpa dia, dan dia tanpa
aku." "Jackie, kau keterlaluan!"
"Aku tahu. Mengerikan, bukan" Kalau persoalan cinta ini sudah
menguasaimu, kau tak bisa berbuat apa-apa."
Dia berhenti beberapa menit. Matanya yang kelam besar itu
kemudian kelihatan tragis. Tubuhnya sedikit gemetar. "Kadang-
kadang hal itu bahkan menakutkan! Simon dan aku ditakdirkan
untuk selalu bersama-sama. Aku tak akan perduli dengan laki-laki
lain. Dan kau harus menolong kami, Linnet. Aku dengar kau
membeli tempat ini. Linnet. Tentunya kau harus punya seorang -
atau dua orang agen tanah. Dan aku ingin agar kau memberikan
pekerjaan itu untuk Simon."
"Oh!" Linnet terkejut.
Jacqueline terus menyerbu, "Dia seorang yang ahli dalam hal-hal
seperti itu. Tahu seluk-beluk tanah milik, perkebunan, dan
sebagainya, sebab dia dibesarkan di perkebunan. Dan dia punya
pengalaman juga dalam soal tersebut. Oh, Linnet, kau akan
memberinya pekerjaan bukan, demi aku" Kalau dia tidak bekerja
dengan baik, kau boleh memecatnya. Tapi dia akan bersungguh-
sungguh. Dan kami dapat tinggal di sebuah rumah kecil, dan aku
akan sering menemuimu. Dan segalanya yang ada di taman akan
kelihatan indah." Dia berdiri. "Katakan ya. Linnet. Katakan ya. Linnet cantik, Linnet
yang semampai, berambut emas! Linnet-ku sayang! Katakan ya!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Jackie... " "Ya, Linnet?" Linnet tertawa terbahak. "Kau sudah sinting! Bawa tunanganmu ke
mari. Aku harus melihatnya dahulu, dan kita akan membicarakan
segalanya." Jackie menyerbu dan menciuminya dengan gembira. "Linnet
sayang - kau benar-benar teman! Aku tahu sebelumnya. Kau tidak
akan membiarkan aku tenggelam - tak akan. Kau seorang yang
paling cantik di dunia ini. Sampai bertemu."
"Tapi Jackie, kau bermalam di sini, bukan?"
"Aku" Tidak. Aku kembali ke London dan besok aku ke sini dengan
Simon dan membicarakan segalanya. Kau akan menyukai dia. Dia
sangat menyenangkan."
"Kalau begitu, tinggallah sebentar minum teh."
"Tidak, aku tak bisa lebih lama, Linnet. Aku terlalu gembira. Aku
harus kembali dan member tahu Simon. Aku tahu aku sudah
sinting. Tapi aku tak tahan lagi. Kuharap perkawinan bisa
menyembuhkan aku. Kelihatannya bisa membuat orang menjadi
tenang." Dia menuju pintu, berdiri sebentar, kemudian menyerbu kembali
dengan pelukan. "Linnet sayang - tak ada seorang pun yang seperti
kau." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
***** M. Gaston Blondin, pemilik rumah makan kecil modern Chez Ma
Tante itu, bukanlah seorang yang senang menghormati semua
tamu yang begitu banyak. Mereka yang kaya, yang cantik, dan yang
terkenal mungkin harus menunggu tanpa hasil untuk mendapatkan
perhatiannya. Jarang sekali Tuan Blondin menyapa seorang tamu
dengan ramah taman dan menemaninya duduk serta bercakap-
cakap. Pada malam yang luar biasa ini. Tuan Blondin menggunakan
'hak istimewa'-nya tiga kali - sekali untuk seorang bangsawan
wanita, sekali untuk seorang pembalap terkenal, dan sekali untuk
seorang laki-laki kecil berwajah lucu dengan kumis hitam yang
sangat besar. Orang-orang kebanyakan akan berpikir bahwa
kehadiran orang semacam dia di Chez Ma Tante akan merusak
selera dan suasana saja. Tetapi Tuan Blondin sangat menghormatinya. Meskipun setengah
jam yang lalu dia mengumumkan bahwa tak ada tempat lagi bagi
pengunjung-pengunjung rumah makannya, dengan misterius Tuan
Blondin menyediakan sebuah meja di tempat yang paling strategis.
Dia mengantar tamunya dengan hormat.
"Tentu saja untuk Anda kami selalu menyediakan tempat, Tuan
Poirot! Kami akan merasa terhormat sekali bila Anda lebih sering
datang ke mari!" Hercule Poirot tersenyum, teringat insiden yang pernah terjadi di
situ, yang melibatkan Tuan Blondin, seorang pelayan, seorang
wanita cantik, dan sesosok mayat.
"Anda baik sekali. Tuan Blondin," katanya.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dan Anda sendirian. Tuan Poirot?"
"Ya, saya sendirian saja."
"Oh, Jules akan menyusun suatu menu kecil yang merupakan
sebuah syair bagi Anda - ya, benar-benar sebuah syair! Wanita,
bagaimanapun cantiknya, akan menimbulkan kerugian; mereka
mengalihkan pikiran dari makanan! Anda akan menikmati makan
malam Anda, Tuan Poirot; saya berjanji. Tentang anggur - "
Terjadilah percakapan teknis. Jules, si maitre dihotel, membantu.
Sebelum meninggalkan tamunya, Tuan Blondin berdiam sebentar,
dan bertanya dengan suara rendah.
"Anda sedang menangani suatu perkara?"
Poirot menggelengkan kepalanya. "Saya orang yang sangat santai,"
katanya halus. "Saya telah menghabiskan waktu saya untuk bekerja
keras. Sekarang saya bisa menikmati hidup santai."
"Anda membuat saya iri saja."
"Saya rasa tidak baik bagi Anda untuk melakukan hal yang sama.
Percayalah. Hal itu tidak seenak yang kita dengar." Dia menarik
napas. "Memang benar pepatah yang mengatakan bahwa orang
harus bekerja supaya dapat mengurangi rasa tegang dalam
berpikir." Tuan Blondin mengacungkan kedua tangannya. "Tetapi begitu
banyak yang harus dikerjakan! Sedangkan banyak tamasya yang
sangat menyenangkan."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya, memang. Dan saya telah melakukannya - menyenangkan juga.
Musim dingin ini saya akan pergi ke Mesir. Mereka bilang hawanya
luar biasa Kita tidak akanmenemukan kabut, mendung, dan hujan
yang membosankan." "Ah, Mesir," kata Tuan Blondin. sekarang kita bisa melakukan
perjalanan tanpa melalui laut, kecuali ketika sampai di kanal. Kita
bisa naik kereta api."
"Ah, laut" Saya tidak tahan dengan perjalanan dengan kapal!"
Hercule Poirot menggelengkan kepala dan sedikit gemetar.
"Saya juga," kata Tuan blondin penuh simpati. "Akibatnya jelek
buat perut." "Tapi hanya untuk perut-perut tertentu saja! Ada orang yang tidak
merasa apa-apa sama sekali. Mereka benar-benar menikmatinya!"
"Tuhan tidak adil dalam hal ini," kata Tuan Blondin. Dia
menggelengkan kepala dengan sedih, lalu meninggalkan Poirot
sambil berpikir-pikir tentang hal itu.
Pelayan-pelayan yang berkaki ringan dan bertangan cekatan
mengatur meja Poirot. Toast Melba, mentega, tempat es, dan
segala perlengkapan untuk makan malam kelas tinggi. Musik Negro
memperdengarkan lagu yang menggairahkan melalui suara ribut
yang tidak selaras. London menari.
Hercule Poirot memperhatikan sekelilingnya dan mencatat apa
yang dilihatnya dalam otaknya dengan cermat. Wajah-wajah itu
kelihatan bosan dan lelah! Tetapi beberapa laki-laki gendut itu
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
menikmati dansa dan suasana di situ... sedangkan pasangannya
kelihatan menahan sabar. Wanita gemuk berbaju ungu itu kelihatan berseri-seri. Tak
diragukan lagi, lemak yang ada di tubuhnya pasti mendapat tempat
yang menyenangkan... kenikmatan - selera - yang tidak bisa
diterima begitu saja oleh mereka yang ingin mengikuti mode.
Sekelompok anak-anak muda - beberapa kelihatan bermuka
kosong - beberapa lagi kelihatan bosan - dan beberapa orang
kelihatan benar-benar tidak bahagia. Alangkah aneh bila ada yang
mengatakan masa muda adalah masa bahagia - masa muda, masa
yang penuh semangat! Pandangannya melembut ketika memperhatikan sepasang muda-
mudi yang sedang berdansa. Pasangan yang serasi. Seorang laki-laki
yang tinggi dan berbahu bidang, dan seorang gadis yang lembut
dan langsing. Dua tubuh bergerak dalam irama kebahagiaan.
Bahagia dengan tempat, waktu dan pasangannya.
Tiba-tiba dansa dihentikan. Tangan-tangan bertepuk, dan dansa
pun mulai lagi. Setelah mengulang dua kali, pasangan itu kembali
ke mejanya di dekat Poirot. Gadis itu tertawa dengan muka
kemerahan. Ketika dia duduk, Poirot memperhatikan wajahnya
yang terangkat dan tertawa kepada pasangannya. Ada hal lain di
samping tawa dalam matanya. Hercule Poirot menggelengkan
kepala dengan ragu. "Si kecil itu terlalu mencintainya," dia berkata pada dirinya sendiri.
"Tidak baik. Tidak, tidak baik."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Kemudian telinganya menangkap kata 'Mesir'. Suara mereka
terdengar jelas oleh Poirot - suara si gadis tegas, muda, dan segar,
dengan pengucapan bunyi R yang khas dan asing.
Laki-laki itu bersuara rendah, menyenangkan. Dengan irama suara
orang Inggris yang berpendidikan. "Aku bukannya menghitung telur
ayam yang belum menetas, Simon. Linnet tak akan mengecewakan
kita!" "Aku barangkali yang mengecewakan dia."
"Omong kosong - pekerjaan itu benar-benar cocok untukmu."
"Sebenarnya aku juga senang. Aku tidak
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meragukan kemampuanku. Dan aku akan berusaha sebaik-baiknya untukmu."
Gadis itu tertawa pelan, tawa yang penuh kebahagiaan. "Kita akan
menunggu tiga bulan - selama masa percobaan - dan kemudian - "
"Dan kemudian aku akan mempersembahkan padamu benda-
benda duniawi itu - ini tujuannya, bukan?"
"Dan kita akan ke Mesir berbulan madu. Tak peduli dengan biaya!
Dari dulu aku selalu ingin ke Mesir. Sungai Nil dan piramid-piramid
dan pasirnya...." Dia berkata dengan suara samar, "Kita akan
melihatnya bersama-sama, Jackie.... bersama-sama. Akan menyenangkan, bukan?"
"Aku kurang yakin. Akan sama menyenangkankah buatmu dan
buatku" Apakah kau benar-benar mencintaiku - seperti aku
mencintaimu?" Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Suaranya tiba-tiba menjadi tajam - matanya melebar - hampir
seperti ketakutan. Laki-laki itu menjawab dengan cepat dan getas,
"Jangan berkata yang tidak-tidak, Jackie."
Tapi gadis itu mengulangi lagi. "Aku kurang yakin....." Lalu dia
mengangkat bahunya. "Mari kita dansa lagi."
Hercule Poirot bergumam sendiri, " Une qui aime et un qui se laisse
aimer. Ya, aku pun kurang yakin."
***** Joanna Southwood berkata, "Dan kalau dia seorang yang berhati
keras?" Linnet menggelengkan kepalanya. "Oh, tak akan. Aku tahu selera
Jackie." Joanna berkata pelan-pelan, "Ah, tapi orang tidak selalu sama.
Terutama dalam soal cinta."
Linnet menggelengkan kepala dengan tidak sabar. Kemudian dia
mengalihkan pembicaraan. "Aku harus menemui Tuan Pierce untuk
menanyakan rencana-rencana itu."
"Rencana?" "Ya. Beberapa rumah tua yang tidak memenuhi kesehatan. Aku
suruh mereka merombak, dan penghuninya pindah."
"Oh, begitu besar perhatianmu terhadap wajah. kesehatan dan
kepentingan umum, Linnet!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Bagaimanapun, mereka memang seharusnya pergi dari situ.
Rumah-rumah itu akan menghadap kolam renangku yang baru
kalau tidak dirobohkan."
"Apakah penghuni-penghuninya senang?"
"Kebanyakan dari mereka gembira. Ada satu atau dua yang agak
bodoh - menjengkelkan sekali. Mereka tidak mengerti bahwa
kondisi hidup mereka akan jauh lebih baik nantinya!"
"Aku rasa kau menganggap enteng soal itu."
"Ini benar-benar untuk kebaikan mereka sendiri, Joanna."
"Ya, aku percaya memang. Tapi kebaikan yang dipaksakan."
Linnet mengerutkan muka. Joanna tertawa. "Akuilah. Linnet. Kau
adalah seorang diktator. Barangkali kalau lebih suka dikatakan
diktator dermawan." "Aku sama sekali bukan diktator."
"Tapi kau selalu mau menang!"
"Tidak terlalu."
"Linnet Ridgeway, pandanglah aku dan katakan kapan kau pernah
gagal dengan apa yang kauinginkan?"
"Berkali-kali."
"Oh ya, berkali-kali - hanya itu - tapi tidak ada contoh yang
konkret. Dan kau tak akan bisa menunjukkan satu contoh pun,
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
bagaimana pun kau mencobanya! Kemenangan -kemenangan
Linnet Ridgeway dalam kereta emasnya."
Linnet berkata dengan tajam, "Kau mengira aku seorang yang
egois?" "Tidak - hanya seorang yang tak bisa dihalangi. Akibat dari uang
dan daya tarik. Semua berjalan menurut kemauanmu. Apa yang tak
dapat kaubeli dengan uang kaubeli dengan senyummu. Hasilnya:
Linnet Ridgeway, Gadis yang Memiliki Segalanya."
"Jangan berkata jahat, Joanna!"
"Ah, apa kau belum memiliki segalanya?"
"Aku rasa sudah.... Bagaimanapun, kedengarannya agak
memuakkan!" "Tentu saja memuakkan. Barangkali kau akan merasa bosan dan
jemu makin hari. Sekarang, nikmatilah kemenangan- kemenanganmu dalam kereta emas. Tapi aku tak tahu apa yang
akan terjadi kalau kau ingin melewati suatu jalan yang bertuliskan
'Jalan Buntu'." "Jangan gila, Joanna."
Ketika Lord Windlesham mendatangi mereka, Linnet berkata
kepadanya, "Joanna mengatakan hal-hal yang jahat tentang diriku."
"Dendam, Linnet, dendam," bisik Joanna sambil berdiri dari tempat
duduknya. Dia meninggalkan mereka tanpa pamit. Dan dia
menangkap kilatan dalam mata Windlesham.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Kau sudah memutuskannya, Linnet?"
Linnet berkata pelan, "Apakah aku tidak berperasaan" Kukira, kalau
aku merasa kurang pasti, seharusnya aku berkata 'tidak' - "
Dia menyela Linnet, "Jangan mengatakan itu Linnet. Kau butuh
waktu - sebanyak yang kauperlukan. Tapi aku mengira kita akan
bahagia bersama-sama."
"Tapi," kata Linnet dengan nada suara meminta maaf dan kekanak-
kanakan, "aku bahagia. Sendiri seperti ini - dengan segalanya yang
kumiliki." Laki-laki itu mengibaskan tangannya.
"Aku ingjn menjadikan Wode Hall rumah idealku, dan aku rasa aku
berhasil mempercantiknya, bukan?"
"Ya. cantik. Direncanakan dengan baik. Semuanya sempurna. Kau
sangat pandai, Linnet." Dia diam semenit dan melanjutkan lagi,
"Dan kau menyukai Charltonbury. bukan" Rumah itu perlu
dimodernisir dan diperbaiki - dan kau begitu pandai dengan soal-
soal semacam itu. Kau akan senang."
"Ya, tentu saja. Charltonbury memang indah." Dia berkata dengan
antusias, tetapi di dalam hati dia merasakan sesuatu yang tidak
enak, yang berlawanan, dan mengganggu kepuasan hidupnya. Dia
tidak menganalisa perasaan itu ketika itu, tapi kemudian, setelah
Lord Windlesham pergi, dia mencoba memikirkannya.
Charltonbury - ya, itulah - dia tidak suka mendengar Charltonbury
disebut-sebut. Tapi mengapa" Charltonbury sangat terkenal. Nenek
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
moyang Windlesham telah mendiaminya sejak zaman Elizabeth.
Menjadi nyonya rumah di Charltonbury merupakan suatu
kedudukan yang sangat terpandang dalam masyarakat. Windlesham adalah seorang dari bangsawan-bangsawan yang
banyak diincar di Inggris. Tentu saja dia tidak dapat menyukai jika
Wode benar-benar... bukan bandingan Charltonbury.
Ah, tapi Wode adalah miliknya! Dia telah membelinya,
membangunnya kembali, dan menghamburkan uang untuk itu.
Wode adalah miliknya istananya. Tapi itu tidak akan ada artinya bila
dia menikah dengan Windlesham. Apa gunanya dua istana" Dan
dari kedua istana itu tentu saja Wode Hall yang harus ditinggalkan.
Dia, Linnet Ridgeway, tidak akan ada lagi. Dia akan menjadi isteri
bangsawan Windlesham, membawa emas kawin yang menguntungkan bagi Charltonbury dan penghuninya. Dia akan
menjadi seorang permaisuri, bukan ratu lagi.
"Ah. pikiran ngelantur," kata Linnet pada dirinya sendiri. Tapi yang
mengherankan adalah betapa sengitnya Linnet kalau dia harus
meninggalkan Wode. Dan ada satu hal lagi yang membuat hatinya
kurang senang. Suara Jackie dengan tekanan yang samar dan aneh
ketika berkata, "Aku akan mati kalau tidak dapat kawin dengan dia!
Aku akan mati. Aku akan mati...."
Begitu positif. Begitu sungguh-sungguh. Apakah dia merasakan hal
yang sama terhadap Windlesham" Tentu tidak. Barangkali dia tidak
akan pernah merasakan hal yang demikian terhadap siapa pun.
Tentunya - agak menyenangkan - bisa merasakan hal seperti
itu.... Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia mendengar suara mobil melalui jendela yang terbuka. Linnet
menggelengkan kepala tidak sabar. Pasti Jackie dengan
tunangannya. Dia akan keluar menemui mereka. Dia berdiri di
tengah pintu ketika Jacqueline dan Simon Doyle keluar dari mobil.
"Linnet," Jackie berlari menuju dia. "Ini Simon. Simon, ini Linnet.
Dia adalah seorang teman yang paling baik di dunia."
Linnet melihat seorang laki-laki muda tinggi berbahu bidang,
dengan mata yang sangat biru, rambut coklat berombak, dagu
persegi, dan senyum yang sederhana, menarik dan kekanak-
kanakan.... Linnet mengulurkan tangannya. Tangan yang menyambutnya
terasa kokoh dan hangat. Linnet senang dengan caranya
memandang, dengan kekaguman yang naif. Jackie telah
mengatakan bahwa Linnet adalah seorang yang luar biasa, dan dia
pun menganggapnya demikian.
Suatu perasaan hangat yang memabukkan menjalar dalam
pembuluh darah Linnet. "Bukankah ini menyenangkan?" katanya.
"Mari masuk, Simon, Aku ingin menyambut agen tanahku yang
baru dengan baik." Sambil berjalan masuk Linnet berpikir, "Aku benar-benar - benar-
benar bahagia. Aku suka dengan tunangan Jackie... aku sangat
menyukainya... Tiba-tiba dia merasa nyeri, "Jackie sangat
beruntung..." ***** Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tim Allerton bersandar pada kursi rotannya dan menguap. Dia
melihat tautan luas, lalu memandang selintas kepada ibunya.
Nyonya Allerton adalah seorang wanita yang menarik, berambut
putih dan berumur lima puluhan. Dengan ekspresi sedikit
mencemooh pada mulutnya setiap kali melihat anaknya, dia
menyembunyikan rasa kasih yang besar terhadapnya. Seorang yang
sama sekali asing pun tidak akan terkecoh dengan sikapnya. Dan
Tim sendiri dapat melihatnya dengan jelas.
Dia berkata, "Ibu benar-benar ingin ke Majorca?"
"Ah," Nyonya Allerton berpikir, "biayanya murah."
"Dan dingin," kata Tim sedikit gemetar. Tim adalah seorang
pemuda berambut hitam dan berdada kecil. Mulutnya mempunyai
ekspresi yang manis, matanya sedih dan dagunya menunjukkan
keragu-raguan. Tangannya panjang dan halus. Karena penyakit
yang dideritanya beberapa tahun yang lalu, dia tidak pernah
menggunakan kekuatan fisiknya. Dia pantas menjadi seorang
pengarang. Sayang, ia tidak punya bakat dalam bidang itu.
"Apa yang kaupikirkan. Tim?" Nyonya Allerton sangat waspada.
Matanya yang coklat tua dan jernih itu memandang curiga.
Tim Allerton menyeringai kepadanya, "Aku berpikir tentang Mesir."
"Mesir?" tanya Nyonya Allerton ragu-ragu.
"Benar-benar hangat. Pasirnya emas. Ada Sungai Nil. Aku ingin
menyusuri sungai itu. Ibu tidak ingin?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Oh, aku akan menyukainya." Nada suaranya kering. "Tetapi biaya
ke Mesir sangat mahal. Sayang. Bukan untuk mereka yang harus
hidup berhemat." Tim tertawa. Dia berdiri sambil menggeliat. Tiba-tiba dia kelihatan
bersemangat dan segar. Dalam suaranya ada nada gembira, penuh
antusias. "Soal biaya itu urusanku, Bu. Ada sedikit kehebohan di pasar bursa.
Dengan hasil yang sangat memuaskan. Aku mendengarnya tadi
pagi." "Tadi pagi?" kata Nyonya Allerton tajam. "Kau hanya menerima
sepucuk surat dan itu - Dia berhenti dan menggigit bibirnya.
Sejenak Tim kelihatan bingung - harus marah atau gembira.
Akhirnya dia memilih yang belakangan.
"Dan itu dari Joanna," dia melanjutkan dengan tenang. "Memang
benar, Bu. Ibu memang pantas jadi ratu detektif! Hercule Poirot
yang mashur itu harus berhati-hati agar tidak kehilangan
ketenarannya kalau ada di dekat Ibu."
Nyonya Allerton kelihatan agak marah. "Aku hanya kebetulan
melihat tulisan tangannya - "
"Dan tahu bahwa surat itu bukan dari makelar saham" Memang
benar. Sebenarnya aku mendengar berita itu kemarin sore. Tulisan
Joanna memang gampang dikenal - memenuhi amplop seperti
laba-laba mabuk." "Apa yang ditulis Joanna" Ada kabar khusus?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Nyonya Allerton berusaha agar suaranya kedengaran biasa.
Hubungan antara anaknya dengan Joanna Southwood, kemenakannya, selalu membuatnya marah.
Bukan karena ada sesuatu. Dia tahu pasti akan hal itu. Tim tidak
pernah menunjukkan perhatian yang mesra terhadap Joanna, dan
sebaliknya. Keakraban hubungan mereka kelihatannya berdasarkan
gosip dan kumpulan teman-teman serta kenalan yang sama sama
mereka sukai. Keduanya menyukai orang dan membicarakan
mereka. Joanna memang pandai bicara.
Kekakuan sikap Nyonya Allerton dengan adanya Joanna di dekatnya
atau kedatangan suratnya bukanlah disebabkan ketakutan bahwa
Tim akan jatuh cinta kepadanya. Itu adalah suatu perasaan yang
susah diterangkan - mungkin suatu rasa cemburu yang tidak
disadari karena Tim selalu kelihatan gembira dengan kehadiran
Joanna. Tim dan ibunya merupakan pasangan yang sempurna
sehingga apabila Tim terlihat asyik dengan wanita lain selalu sedikit
meresahkan Nyonya Allerton. Dia juga berpikir apakah
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kehadirannya di antara kedua orang muda menjadi penghalang.
Sering kali dia menjumpai mereka begitu asyik dalam pembicaraan,
tetapi begitu mereka melihatnya, percakapan itu berganti dan
dengan sengaja mereka mengikutsertakan Nyonya Allerton seperti
suatu kewajiban. Nyonya Allerton memang tidak menyukai Joanna Southwood. Dia
menganggap Joanna seorang yang tidak jujur dan munafik. Dan
susah sekali baginya untuk tidak mengatakan hal tersebut dengan
nada suara yang terkendali.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Sebagai jawaban atas pertanyaan ibunya. Tim menarik surat itu dari
sakunya dan membacanya dengan cepat. Surat tersebut sangat
panjang. "Tak banyak beritanya," katanya.
"Keluarga Definish akan bercerai. Si Windlesham pergi ke Kanada.
Kelihatannya dia benar-benar patah hati karena ditolak Linnet
Ridgeway. Gadis itu akan menikah dengan agen tanahnya."
"Luar biasa. Begitu hebatkah dia?"
"Tidak, sama sekali tidak. Dia hanya salah seorang Doyle dari
Devonshire. Tentu saja tidak kaya - dan dia sebenarnya telah
bertunangan dengan salah seorang teman baik Linnet. Sedikit
kurang masuk akal." "Aku kira tak baik sama sekali," kata Nyonya Allerton. Wajahnya
kelihatan merah. Tim mengerlingnya penuh sayang.
"Aku mengerti. Ibu tidak suka dengan orang yang merebut suami
orang lain dan hal-hal semacam itu."
"Pada zaman kami, ada standar," kata Nyonya Allerton. "Dan
standar itu baik. Sekarang ini anak-anak muda beranggapan bahwa
mereka bisa melakukan apa saja yang mereka sukai."
Tim tersenyum. "Mereka tidak hanya beranggapan. Mereka
melakukannya. Vide Linnet Ridgeway!"
"Ah, jahat sekali!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tim mengedipkan matanya pada ibunya. "Sudahlah, Bu. Barangkali
aku juga setuju dengan pendapat Ibu. Bagaimanapun, aku belum
pernah mencintai isteri atau tunangan orang lain."
"Aku tahu kau tak akan melakukan hal itu " kata Nyonya Allerton.
Dia menambahkan dengan bersemangat, "Aku mendidikmu dengan
baik." "Ya. memang Ibu yang berjasa."
Dia tersenyum menggoda pada ibunya sambil melipat surat dan
mengembalikan ke tempatnya. Nyonya Allerton berpikir sebentar,
"Hampir semua surat ditunjukkannya padaku. Dan tadi dia hanya
membacakan sebagian kecil surat Joanna."
Tetapi dia melupakan pikiran itu dan kembali pada sikap seorang
wanita yang lembut seperti biasanya. "Bagaimana keadaan
Joanna?" tanyanya. "Biasa. Dia ingin membuka toko makanan di Mayfair."
"Dia biasa bercerita bahwa dia dalam kesulitan uang," kata Nyonya
Allerton sedikit sengit, "tapi dia pergi ke mana-mana dan
berpakaian mahal-mahal. Selalu berpakaian bagus."
"Ah," kata Tim, "barangkali dia tidak membelinya sendiri. Oh, Ibu
jangan berpikir yang tidak-tidak. Maksudku dia membiarkan
rekening-rekeningnya bertumpuk tidak dibayar."
Nyonya Allerton menarik napas. "Aku tak mengerti bagaimana
orang bisa berbuat begitu!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Itu merupakan bakat khusus," kata Tim. "Kalau seseorang punya
selera tinggi, dan tidak menghargai uang, orang lain akan
memberikan padanya kredit berapa pun."
"Ya, tapi akhirnya dia akan menghadapi pengadilan bukan" Seperti
Sir George Wode." "Ibu selalu berkata baik tentang tukang kuda itu. Barangkali karena
dia memuji ibu dengan panggilan 'mawar yang mekar' dalam suatu
pesta dansa di tahun 1879."
"Aku tidak lahir dalam tahun 1879," jawab Nyonya Allerton
bersemangat. "Sikap Sir George sangat simpatik dan aku tidak suka
mendengar cerita-cerita aneh tentang dia dari orang-orang yang
mengenal dia." "Aku telah mendengar cerita-cerita lucu tentang dia dari orang-
orang yang tahu." "Kau dan Joanna selalu senang membicarakan apa saja tentang
orang lain. Dan yang menyangkut hal yang tidak baik."
Tim mengangkat kedua alisnya. "Ah, rupanya Ibu sangat serius. Aku
tidak mengira Sir George adalah salah seorang favorit Ibu."
"Kau tidak mengerti betapa berat dia harus menjual Wode Hall. Dia
sangat mencintai rumah itu."
Tim membiarkan ibunya bicara terus meskipun dia bisa menjawab
dengan mudah. Bagaimanapun, dia tidak layak memberi pendapat.
Akhirnya dia berkata, "Aku rasa Ibu tidak terlalu keliru. Linnet
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
mengundang Sir George untuk melihat Wode Hall yang telah
dibangunnya. Dan dia menolak dengan kasar."
"Tentu saja. Seharusnya Linnet mengerti perasaan Sir George."
"Dan aku yakin dia benci sekali dengan Linnet - menggerutu terus
setiap melihat Linnet. Dia tidak bisa memaafkan Linnet yang telah
membeli rumah yang hancur dimakan rayap itu dengan harga
tinggi." "Dan kau tak bisa mengerti hal itu?" Nyonya Allerton berkata
dengan tajam. Tim mengangkat bahunya. "Kesenangan, barangkali. Sesuatu yang
baru. Kesenangan akan ketidaktahuan kita dengan apa yang terjadi
esok. Daripada mewarisi tanah yang tak ada gunanya, lebih baik
cari uang - dengan otak dan kemampuan sendiri."
"Suatu persetujuan dagang yang berhasil dalam pasar bursa!"
Dia tertawa. "Kenapa tidak?"
"Dan bagaimana dengan kerugian yang sama dalam pasar bursa?"
"Itu karena kurang gesit. Dan kurang cocok untuk masa sekarang
ini.... Bagaimana dengan rencana ke Mesir tadi?"
"Ya - " Dia menyela sambil tersenyum kepada ibunya, "Beres. Kita sudah
lama ingin ke sana."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Kapan kita pergi?"
"Oh, bulan depan. Bulan Januari paling tepat di sana. Kita masih
akan menikmati lingkungan yang menyenangkan di hotel ini untuk
beberapa waktu lagi."
"Tim," kata Nyonya Allerton dengan kesal. Kemudian dia
meneruskan dengan perasaan bersalah. "Aku berjanji dengan
Nyonya Leech akan menyuruhmu menemaninya ke kantor polisi.
Dia tidak mengerti bahasa Spanyol."
Tim menyeringai. "Tentang cincinnya" Batu delima merah
kepunyaan anak perempuan lintah darat itu" Apakah dia tetap
merasa bahwa cincin itu dicuri orang" Aku akan pergi kalau Ibu
menyuruh. Tapi itu membuang-buang waktu. Dia hanya akan
menyusahkan pelayan kamarnya saja. Aku melihatnya dengan jelas
ketika dia ke laut hari itu. Cincin itu jatuh di air dan dia tidak
merasa." "Dia bilang dia yakin telah melepas cincin itu dan meletakkannya di
meja rias." "Ah, tidak. Aku melihatnya sendiri. Perempuan bodoh. Setiap
perempuan yang berenang di laut dalam bulan Desember adalah
perempuan tolol. Dia menganggap air laut cukup hangat hanya
karena matahari bersinar lebih terang saat itu. Perempuan gendut
seharusnya tak usah berenang. Mereka kelihatan menjijikkan
dalam pakaian renang."
Nyonya Allerton bergumam, "Kalau begitu aku harus berhenti
berenang pula." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tim tertawa keras-keras. "Ibu" Ibu dapat mengikuti hal-hal yang
bersangkutan dengan anak-anak muda."
Nyonya Allerton menarik napas dan berkata, "Andaikata saja ada
beberapa pemuda-pemudi di sini."
Tim Allerton menggelengkan kepala dengan serius.
"Aku tidak mengharapkannya. Ibu dan aku selalu dapat bersama-
sama tanpa gangguan orang lain."
"Kau akan senang bila Joanna di sini."
"Tidak!" Nada suaranya terdengar mantap. "Ibu keliru. Joanna
memang menyenangkan, tapi aku tidak menyukai dia. Aku bisa
kebingungan kalau terlalu lama bersama-sama dia. Aku senang dia
tidak di sini. Aku akan berterima kasih sekali kalau tidak
berhubungan lagi dengan dia."
Tim menambahkan dengan suara rendah, "Hanya ada seorang
wanita di dunia ini yang kuhormati dan kukagumi. Dan aku rasa.
Nyonya Allerton, Anda tahu benar siapa dia."
Wajah ibunya menjadi merah dan bingung.
Tim berkata dengan nada sedih, "Tidak banyak wanita yang benar-
benar baik di dunia ini, Ibu kebetulan termasuk salah satu dari yang
sedikit itu." ***** Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dalam sebuah apartemen di seberang Central Park, New York,
Nyonya Robson berseru, "Sangat menyenangkan, bukan" Kau gadis
yang paling beruntung, Cornelia!"
Cornelia Robson menjadi merah. Dia adalah seorang gadis tinggi
besar dengan wajah kaku dan mata coklat penurut. "Oh, akan
menyenangkan sekali," dia berkata dengan gugup.
Nona Van Schuyler memiringkan kepalanya dengan sikap puas
terhadap sikap yang dianggapnya layak dari sanak saudaranya yang
miskin ini. "Aku selalu beranganangan bisa keliling Eropa," bisik Cornelia,
"tapi aku merasa tidak akan pernah sampai ke sana."
"Nona Bowers tentu saja akan menemaniku seperti biasa," kata
Nona Van Schuyler, "tapi sebagai teman bercakap, dia kurang
bisa - kurang memuaskan. Banyak hal-hal kecil yang bisa dilakukan
Cornelia untuk membantuku."
"Aku akan senang, Marie," kata Cornelia bersemangat. "Pergilah
panggil Nona Bowers. Sudah waktunya minum obat."
Cornelia pergi. Ibunya berkata, "Marie, aku benar-benar berterima kasih padamu.
Aku rasa Cornelia sangat menderita karena dia tidak begitu berhasil
dalam pergaulan. Ini membuatnya rendah diri. Kalau saja aku
mampu membiayainya ke tempat-tempat - tapi kau tahu keadaan
kami sejak Ned meninggal."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Aku senang bisa mengajaknya," kata Nona Van Schuyler. "Cornelia
seorang gadis yang menyenangkan dan ringan tangan. Mau disuruh
dan tidak maunya saja seperti gadis-gadis sekarang ini."
Nyonya Robson berdiri dan mencium muka saudaranya yang
keriput dan kekuningan itu. "Aku benar-benar bersyukur," katanya.
Di anak tangga dia bertemu dengan seorang wanita tinggi yang
kelihatan cekatan membawa sebuah gelas berisi cairan berwarna
kuning. "Ah, Nona Bowers. Anda pun ikut ke Eropa?"
"Oh, ya. Nyonya Robson."
"Perjalanan yang menyenangkan."
"Ya. saya rasa sangat menyenangkan."
"Anda pernah ke luar negeri sebelumnya?"
"Oh, ya, Nyonya Robson. Saya ke Paris dengan Nona Van Schuyler
musim gugur yang lalu. Tapi saya belum pernah ke Mesir."
Nyonya Robson ragu-ragu. "Mudah-mudahan - tak ada apa-apa."
Dia berkata dengan suara rendah. Tetapi Nona Bowers menjawab
dengan biasa, "Oh, tidak. Nyonya Robson. Saya akan menjaganya.
Saya selalu memperhatikan dia dengan baik."
Tetapi masih ada sedikit kegelisahan pada wajah Nyonya Robson
ketika dia menuruni anak tangga.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
***** Di dalam kantornya yang terletak di tengah-tengah kota, Tuan
Andrew Pennington membuka surat-surat pribadinya. Tiba-tiba
tangannya mengepal dan memukul meja dengan keras; mukanya
merah dan dua urat besar menonjol pada dahinya. Dia menekan
tombol di meja, dan seorang ahli steno yang cantik muncul dengan
cepat. "Panggil Tuan Rockford ke mari."
"Ya, Tuan Pennington."
Beberapa menit kemudian Sterndale Rockford, patner Pennington,
masuk ruangan tersebut. Kedua orang laki-laki itu sama -
keduanya tinggi besar, berambut keputihan, berwajah bersih dan
cerdas. "Ada apa, Pennington".
Pennington mengangkat kepala dan surat yang sedang dibacanya
kembali. Dia berkata, "Linnet menikah...."
"Apa?" "Kau mendengar apa yang kukatakan! Linnet Ridgeway menikah!"
"Bagaimana" Kapan" Kenapa kita baru mendengar sekarang?"
Pennington melihat kalender di mejanya. "Dia belum menikah
ketika menulis surat ini. Tapi dia menikah sekarang. Tanggal empat
pagi. Hari ini." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Rockford duduk."Ah! Tak ada pemberitahuan! Tak ada apa-apa"
Siapa suaminya?" Pennington membaca lagi surat itu. "Doyle. Simon Doyle."
"Laki-laki macam apa dia" Pernah dengar?"
"Tidak. Linnet tidak bercerita apa-apa......"
Dia menatap garis-garis tulisan yang tegak dan terang.
"Aku rasa ada sesuatu yang tidak beres dengan perkawinan ini....
Itu tidak apa-apa. Yang menjadi persoalan adalah dia telah
menikah." Mata kedua laki-laki itu bertemu. Rockford mengangguk. "Itu
memerlukan jalan keluar," katanya pelan. "Apa yang akan kita
lakukan?" "Aku bertanya kepadamu."
Kedua laki-laki itu duduk diam. Kemudian Rockford bertanya. "Ada
rencana?" Pennington berkata pelan, "Kapal Normandie berlayar hari ini.
Salah seorang dari kita bisa ikut.
"Kau gila. Apa maksudmu?"
Pennington mulai berkata, "Pengacara-pengacara Inggris itu - " dan
berhenti. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ada apa dengan mereka. Tentunya kau tidak akan membereskan
mereka" Kau gila?"
"Aku tidak menyarankan agar kau atau aku - pergi ke Inggris."
"Apa maksudmu kalau begitu?"
Pennington meluruskan surat itu di atas meja. "Linnet akan ke
Mesir untuk berbulan madu. Mereka akan ada di sana satu dua
bulan lagi." "Mesir?" Rockford berpikir-pikir. Lalu dia mendongak, melihat mata
temannya. "Mesir," katanya, "itu maksudmu!"
"Ya - pertemuan yang tak diduga. Pada suatu tamasya. Linnet dan
suaminya - suasana bulan madu. Barangkali berhasil."
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rockford berkata ragu-ragu, "Linnet cerdas... tapi...."
Sekali lagi mata mereka bertemu. Rockford mengangguk. "Baiklah,
Kawan." Pennington melihat jam. "Kita harus cepat - siapa pun yang akan
pergi." "Kau yang pergi," kata Rockford cepat. "Kau selalu dekat dengan
Linnet. 'Paman Andrew'. Itulah jalan keluarnya!"
Muka Pennington mengeras. Dia berkata. "Mudah-mudahan aku
dapat mengatasinya."
"Kau harus bisa," kata temannya. "Situasinya kritis sekali."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
***** William Carmichael berkata pada pemuda kurus pucat yang
membuka pintu itu, "Panggil Tuan Jim ke mari."
Jim Fanthorp memasuki ruangan itu dan melihat pamannya dengan
pandangan bertanya-tanya. Lelaki tua itu memandangnya lalu
mengangguk dan menggeram. "Ah, kau."
"Paman memanggil saya"
"Coba lihat ini."
Pemuda itu duduk dan menarik seberkas kertas-kertas. Si tua
memperhatikannya. "Bagaimana?" Jawabnya langsung, "Kelihatannya meragukan."
Sekali lagi partner senior Carmichael, Grant & Carmichael
mengeluarkan geraman yang khas. Jim Fanthorp membaca kembali
surat yang baru tiba dari Mesir:
... Kelihatannya tidak pada tempatnya menulis surat-surat bisnis
pada waktu seperti ini. Kami di Mena House seminggu dan melihat-
lihat Fayum. Besok lusa kami akan ke Luxor dan Aswan dengan
kapal api, dan barangkali akan terus ke Khartoum. Ketika kami ke
Cook tadi pagi untuk membeli tiket, saya bertemu dengan wali
saya, Andrew Pennington. Saya rasa Anda pernah bertemu dengan
dia dua tahun yang lalu ketika dia ke London.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Saya tidak mengira dia ada di Mesir dan dia tidak menyangka saya
di sini pula! Dia juga tidak tahu bahwa saya telah menikah! Surat
yang saya kirim kepadanya, memberitahukan perkawinan saya,
tentunya terlambat datang. Dia akan menyusuri Sungai Nil dalam
rombongan yang sama dengan kami. Bukankah ini kebetulan"
Terima kasih banyak atas bantuan Anda dalam keadaan yang
sangat sibuk ini. Saya - Ketika pemuda itu akan membalik surat tersebut, Tuan Carmichael
mengambilnya. "Itu saja," katanya. "Yang lain tak jadi soal.
Bagaimana pendapatmu?"
Kemenakannya berpikir sejenak, lalu berkata, "Saya rasa - itu
bukan suatu kebetulan...."
Si tua mengangguk setuju. "Mau tamasya ke Mesir?" serunya.
"Paman rasa itu baik?"
"Kupikir kita tidak boleh buang-buang waktu."
"Tapi, mengapa saya?"
"Gunakan otakmu, Nak; gunakan otakmu. Linnet Ridgeway tidak
mengenalmu; juga Pennington. Kalau kau naik pesawat terbang,
kau bisa mengikuti mereka."
"Saya - saya sebenarnya tidak suka, Paman. Apa yang harus saya
lakukan?" Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Gunakan matamu, gunakan telingamu, gunakan otakmu - kalau
punya. Dan bila perlu - bertindaklah."
"Saya - saya tidak suka."
"Aku tahu - tapi kau harus melakukannya."
"Apakah - perlu?"
"Menurut pendapatku," kata Tuan Carmichael, "sangat penting."
***** Nyonya Otterbourne yang sedang membetulkan letak turbannya
berkata dengan bawel, "Kita seharusnya pergi ke Mesir. Aku bosan
dan muak dengan Jerusalem." Karena anak perempuannya diam
saja, dia berkata, "Setidak-tidaknya kau bisa menjawab kalau diajak
bicara." Rosalie Otterbourne memperhatikan sebuah gambar di koran. Di
bawahnya terdapat tulisan: Nyonya Simon Doyle, yang sebelum
menikah dikenal sebagai si cantik Linnet Ridgeway. Tuan dan
Nyonya Doyle sedang menikmati liburan di Mesir.
Rosalie berkata, "Ibu mau ke Mesir?"
"Ya," bentak Nyonya Otterbourne. "Aku rasa mereka di sini
memperlakukan kita dengan sombong. Kedatanganku di sini
sebenarnya bisa menjadi adpertensi - dan seharusnya aku diberi
reduksi khusus. Tapi ketika aku mengatakan hal itu, mereka berlaku
kurang ajar - sangat kurang ajar. Aku katakan pada mereka
tentang pendapatku terhadap mereka."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Gadis itu menghela napas. Dia berkata, "Tempat yang satu sama
dengan yang lain. Andaikata saja kita bisa mendapatnya."
"Dan pagi ini," sambung Nyonya Otterbourne, "manager hotel
mengatakan dengan kurang ajar bahwa semua kamar telah dipesan
sebelumnya, dan dia akan memerlukan kamar kita dua hari lagi."
"Jadi kita harus cari tempat lainnya."
"Sama sekali tidak perlu. Aku siap berjuang membela hakku."
Rosalie bergumam, "Aku rasa sebaiknya kita ke Mesir saja. Tidak
ada bedanya." "Ya. ini memang bukan soal hidup atau mati," kata Nyonya
Otterbourne setuju. Tetapi dia salah - karena hal itu benar-benar
merupakan soal hidup atau mati.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 2 "ITU kan Hercule Poirot, si detektif," kata Nyonya Allerton. Dia dan
anaknya duduk di kursi rotan yang dicat dengan warna-warna
terang di luar Hotel Cataract, Aswan. Mereka memperhatikan dua
orang yang sedang berjalan semakin jauh. Seorang laki-laki pendek
memakai jas putih dari sutera dan seorang gadis yang tinggi
ramping. Tim Allerton duduk tegak dengan sikap hati-hati luar biasa. "Laki-
laki kecil yang lucu itu?" tanyanya kurang percaya.
"Ya, laki-laki kecil lucu itu!"
"Apa yang dilakukannya di sini?" tanya Tim.
Ibunya tertawa. "Kau kedengarannya begitu ingin tahu. Mengapa
orang-orang menikmati kriminal" Aku tidak suka cerita-cerita
detektif dan tidak pernah membacanya. Tapi aku rasa Tuan Poirot
ada di sini tanpa maksud tersembunyi. Dia telah kaya, dan dia ingin
menikmati hidup, kurasa."
"Kelihatannya dia tahu gadis yang paling cantik di tempat ini."
Nyonya Allerton memiringkan kepalanya sedikit sambil memperhatikan punggung Tuan Poirot dan temannya. Gadis di
sisinya itu lebih tinggi kira-kira tiga inci. Dia berjalan dengan luwes,
tidak kaku dan tidak loyo.
"Gadis itu memang menarik," kata Nyonya Allerton memancing. Dia
melirik pada Tim. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dia tidak hanya menarik. Sayang, kelihatan cepat marah dan
mukanya merengut...."
"Barangkali itu hanya suatu ekspresi saja, Tim."
"Seperti setan kecil yang tak menyenangkan. Tapi dia cukup
cantik." Orang yang sedang mereka bicarakan itu berjalan pelan-pelan di
samping Poirot. Rosalie Otterbourne mengembangkan payungnya
dan wajahnya memang seperti apa yang dikatakan Tim. Dia
kelihatan pemarah dan bersungut. Kedua alisnya tertarik ke tengah,
dan garis bibirnya yang merah tertarik ke bawah.
Mereka berbelok ke sebelah kiri pintu hotel dan memasuki taman
umum yang sejuk. Hercule Poirot berceloteh pelan-pelan, dan
ekspresinya sangat jenaka. Dia memakai jas sutera putih yang
terseterika rapi, topi panama, dan memegang pengebut lalat
dengan hiasan warna-warni dan pegangan dari batu ambar tiruan.
" - membuat saya kagum," katanya. "Karang hitam dari
Elephantine, dan matahari, dan perahu-perahu kecil di sungai. Ya,
hidup memang menyenangkan." Dia berhenti, lalu menambahkan,
"Anda tidak menikmatinya?"
Rosalie Otterbourne menjawab dengan pendek, "Bagus, saya rasa.
Aswan merupakan tempat yang suram, menurut saya. Hotelnya
hanya setengah yang isi, dan setiap orang - " Dia berhenti -
menggigit bibirnya. Mata Hercule Poirot berkejap. "Benar. Ya, saya memang sudah
tua." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya tidak berpikir tentang Anda," kata gadis. "Maaf,
kedengarannya kasar sekali."
"Sama sekali tidak. Wajar bila Anda menginginkan teman yang
sebaya. Ah, setidak-tidaknya ada seorang pemuda."
"Yang selalu duduk dengan ibunya" Saya senang dengan ibunya.
Tapi anaknya kelihatan memuakkan dan sombong!"
Poirot tersenyum. "Dan saya - juga sombong?"
"Oh, tidak." Dia kelihatan tidak tertarik - tapi hal itu tidak menyakitkan hati
Poirot. Dia hanya berkata dengan nada puas, "Sahabat saya bilang
bahwa saya sombong."
"Oh," kata Rosalie dengan ragu-ragu. "Saya rasa Anda punya
sesuatu untuk disombongkan. Sayang saya tidak tertarik dengan
soal-soal kriminal."
Poirot berkata dengan tenang, "Saya gembira Anda tidak punya
rahasia untuk disembunyikan."
Sejenak topeng cemberut yang menghias wajahnya berubah ketika
dia melirik Poirot dengan pandangan penuh tanda tanya. Poirot
seolah-olah tidak tahu hal itu dan terus berkata,
"Nona, ibu Anda tidak makan siang hari ini. Dia tidak sakit, bukan?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Tempat ini tidak cocok buat dia," kata Rosalie singkat. "Saya akan
senang kalau kami meninggalkan tempat ini nanti."
"Kita dalam rombongan penumpang yang sama, bukan" Kita akan
tamasya ke Wadi Haifa dan Air Terjun Kedua."
"Ya." Mereka keluar dari keteduhan taman ke suatu jalan yang berdebu
dan dibatasi sungai. Lima anak penjual manik-manik, dua penjual
kartu pos bergambar, tiga penjual perhiasan kumbang, dua orang
anak penyewa keledai, dan beberapa gembel kecil datang
mendekati mereka. "Mau manik-manik, Tuan" Bagus sekali, Tuan. Sangat murah. Nona
mau hiasan kumbang" Lihat - ratunya besar - membawa
untung...." "Lihat, Tuan - batu asli. Bagus sekah. Murah sekali."
"Ingin naik keledai, Tuan" Ini keledai bagus. Gampang dinaiki.
Tuan...." "Tuan mau pergi ke galian granit, ini keledai yang bagus. Keledai
lainnya jelek, Tuan. Bisa jatuh."
"Mau kartu pos bergambar - sangat murah - sangat bagus...."
"Lihat, Nona.... Hanya sepuluh piaster - sangat murah - batu -
gading...." "Ini kebutan lalat yang bagus - semua dari batu ambar...."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Tuan mau naik perahu" Saya punya perahu bagus...."
"Nona mau kembali ke hotel" Keledai ini yang paling baik...."
Hercule Poirot memberikan isyarat untuk melepaskan diri dari
kerumunan lalat manusia ini. Rosalie berjalan dengan gagah
menerobos mereka seperti orang yang tidur berjalan.
"Sebaiknya berpura-pura buta dan tuli," kata Rosalie.
Anak-anak gembel itu berlari-lari mengikuti mereka sambil berbisik
meminta, "Bakshish" Bakshish" Hore - hore - bagus sekali, bagus sekali."
Kain rombeng mereka yang berwarna cerah berderet dengan bagus
dan lalat-lalat hinggap merubung kelopak mata mereka. Mereka
adalah yang paling ulet. Yang lain berhenti dan mendatangi
pendatang baru. Sekarang Poirot dan Rosalie hanya berlari-lari di
antara deretan toko-toko - di sini mereka mendengar aksen-aksen
lembut membujuk.... "Singgah ke toko saya, Tuan. Tuan mau buaya gading ini" Tuan
belum pernah ke mari" Mari, saya tunjukkan barang-barang
bagus." Mereka memasuki toko kelima, dan Rosalie menerima beberapa rol
film - yang menjadi tujuan perjalanan mereka. Mereka keluar lagi
dan berjalan menuju ujung sungai. Satu di antara kapal-kapal Nil itu
berlabuh. Poirot dan Rosalie memperhatikan penumpang-
penumpangnya. "Banyak sekali," kata Rosalie.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia menoleh ketika Tim Allerton tiba-tiba muncul dan
menggabungkan diri. Tim sedikit terengah-engah seolah-olah baru
berjalan cepat. Mereka berdiri di situ sejenak, dan kemudian Tim
berkata, "Berdesak-desak, seperti biasanya," katanya agak
menghina kepada penumpang yang sedang turun.
"Mereka memang mengerikan," kata Rosalie membenarkan. Ketiga
orang itu bermuka sombong, seperti layaknya orang yang sudah
lama di situ memperhatikan pendatang-pendatang baru.
"Hallo!" teriak Tim. Suaranya tiba-tiba bersemangat. "Bukankah itu
Linnet Ridgeway?" Poirot diam tak bereaksi. Tapi Rosalie sangat tertarik. Dia melongok
ke depan, dan muka cemberutnya berubah ketika dia bertanya,
"Mana" Yang pakai baju putih itu?"
"Ya. Itu dengan laki-laki tinggi. Mereka menuju ke mari. Kurasa itu
suami barunya. Saya lupa namanya."
"Doyle," kata Rosalie. "Simon Doyle.
Banyak di Ketiga penonton itu diam memperhatikan penumpang-
penumpang yang naik ke daratan. Poirot memandang penuh
perhatian pada orang yang sedang dibicarakan temannya. Dia
bergumam, "Gadis itu cantik."
"Ada orang yang punya segala-galanya," kata Rosalie pedih.
Mukanya menunjukkan ekspresi iri dan aneh ketika memandang
Linnet berjalan di tangga kapal.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Linnet Doyle melangkah dengan sempurna, seperti berjalan di atas
panggung tontonan. Dia memiliki rasa percaya diri yang biasa
dimiliki aktris terkenal. Dia biasa dilihat, diperhatikan, dikagumi
orang dan menjadi pusat perhatian ke mana saja dia pergi. Dia
merasakan pandangan-pandangan ingin tahu yang dilemparkan
padanya - dan pada saat yang sama dia tidak merasakannya;
kehormatan seperti itu sudah menjadi bagian dari hidupnya. Dia
menuju daratan seperti seorang yang sedang memainkan peranan,
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meskipun dia tidak menyadarinya. Pengantin wanita cantik dan
kaya sedang menikmati bulan madunya. Dia menoleh dan
tersenyum kepada laki-laki tinggi di sampingnya sambil
mengatakan sesuatu. Laki-laki itu menjawab, dan suaranya sangat
menarik perhatian Hercule Poirot. Matanya bersinar dan alisnya
tertarik ke tengah. Pasangan itu lewat di dekatnya.
Dia mendengar Simon Doyle berkata, "Kita akan mencoba dan
mempertimbangkannya, Sayang. Kita bisa tinggal di sini satu atau
dua minggu kalau kau suka - " mukanya memandang Linnet penuh
cinta, pujaan dan kekaguman.
Mata Poirot menelusurinya - bahu yang bidang, wajah yang
kecoklatan, mata biru tua, dan senyum yang sederhana dan
kekanakan. "Beruntung benar dia," kata Tim setelah mereka lewat.
"Bayangkan! Dapat ahli waris yang tidak mempunyai penyakit
amandel dan bertelapak kaki rata."
"Mereka kelihatan sangat bahagia," kata Rosalie dengan nada iri
dalam suaranya. Dia menambahkan tiba-tiba, tapi dengan suara
sangat rendah sehingga Tim tak dapat menangkap kata-katanya,
"Tidak adil." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tetapi Poirot mendengarnya. Mukanya yang tadinya cemberut dan
agak bingung menoleh pada Rosalie.
Tim berkata, "Saya harus mengambil beberapa barang untuk Ibu
sekarang." Dia mengangkat topinya dan pergi. Poirot dan Rosalie
melangkah menuju hotel pelan-pelan sambil menolak tawaran-
tawaran pemilik keledai. "Jadi tidak adil, Nona?" tanya Poirot
lembut. Gadis itu menjadi merah karena marah.
"Saya tidak mengerti apa yang Anda maksud."
"Saya hanya mengulang apa yang Anda katakan sendiri baru-baru
ini. Yang Anda katakan."
Rosalie Otterbourne mengangkat bahunya. "Kelihatannya benar-
benar agak berlebihan untuk satu orang. Uang, rupa cantik, tubuh
indah, dan - " Dia berhenti dan Poirot berkata, "Dan cinta" Eh" Dan cinta" Tapi
Anda tak tahu - mungkin laki-laki itu kawin karena uangnya!"
"Tidakkah Anda melihat cara dia memandang isterinya?"
"Oh, ya, Nona. Saya melihat - tapi saya melihat sesuatu yang tidak
Anda lihat." "Apa itu?" Poirot berkata pelan, "Nona, saya melihat garis, garis hitam di
bawah mata seorang wanita. Saya melihat sebuah tangan yang
mencengkeram batang payung begitu kuat sehingga buku-buku
jarinya menjadi sangat putih...."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Rosalie menatap Poirot. "Maksud Anda?"
"Maksud saya, bukan semua yang gemerlapan itu emas. Maksud
saya, meskipun wanita itu kaya dan cantik dan dicintai, ada sesuatu
yang tidak beres. Dan saya tahu sesuatu lainnya."
"Ya." "Saya tahu," kata Poirot dengan muka berkerut, "bahwa saya
pernah mendengar suara laki-laki itu di suatu tempat, pada suatu
waktu - suara Tuan Doyle - seandainya saja saya ingat di mana."
Tetapi Rosalie tidak mendengarnya. Dia berhenti, diam. Dengan
ujung payungnya dia menggaris-garis di atas pasir. Tiba-tiba dia
berteriak dengan geram, "Saya benci. Saya sangat benci. Saya
memang jahat. Saya ingin merobek baju di punggungnya dan
memukul mukanya yang cantik, angkuh dan penuh rasa percaya
diri. Dia begitu berhasil, tenang dan yakin."
Hercule Poirot kelihatan sedikit terkejut dengan kemarahan
Rosalie. Dia memegang lengannya dan menggoncang-goncangnya
pelan-pelan. "Tenez - Anda akan merasa lebih ringan dengan mengeluarkan
kata-kata itu." "Saya benci dengan dia! Saya tak pernah begitu membenci orang
pada pandangan pertama."
"Bagus!" Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Rosalie memandangnya ragu-ragu. Kemudian mulutnya merengut
dan dia tertawa. Mereka meneruskan langkah-langkah mereka ke hotel. "Saya harus
menemani Ibu," kata Rosalie ketika mereka tiba di ruang duduk
yang dingin dan redup. Poirot keluar ke sisi lain teras yang menghadap Sungai Nil. Di situ
banyak meja meja kecil untuk minum teh, tapi masih terlalu siang.
Dia berdiri beberapa lama memandangi sungai, lalu turun ke
taman. Beberapa orang bermain tenis di bawah terik matahari. Dia
berhenti memperhatikan mereka sebentar, lalu berjalan menuruni
jalanan kecil yang curam. Di tempat itu, duduk seorang gadis di
sebuah bangku, menatap sungai Nil. Poirot mengenal gadis itu yang
dilihatnya di Chez Ma Tante. Dia segera mengenalinya. Wajahnya
yang dilihatnya malam itu, tersimpan rapat dalam ingatannya. Tapi
ekspresinya sekarang lain. Dia kelihatan lebih pucat, lebih kurus,
dan ada garis-garis yang menandakan kelelahan.
Poirot mundur sedikit. Gadis itu belum melihatnya, dan Poirot
memperhatikannya tanpa menimbulkan kecurigaan. Kakinya yang
kecil mengetuk-ngetuk tanah tidak sabar. Matanya gelap dengan
api yang bernyala, mengandung kemenangan yang aneh. Dia
melihat Sungai Nil dengan perahu-perahu berlayar putih meluncur
ke sana kemari. Sebuah wajah dan suara. Dia ingat keduanya. Wajah gadis ini dan
suara yang baru didengarnya, suara pengantin laki-laki. Sementara
dia berdiri di situ memandang gadis yang tengah melamun itu,
bagian lanjutan dari sebuah drama pun dimulai.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia mendengar suara di atas. Gadis yang duduk di bangku itu
berdiri. Linnet Doyle dan suaminya menuruni jalan kecil itu. Suara
Linnet terdengar gembira dan yakin. Ketegangan pada wajahnya
sudah hilang. Linnet bahagia. Gadis yang sedang berdin itu maju
dua langkah. Dan kedua orang yang sedang berjalan itu berhenti.
"Hallo, Linnet," kata Jacqueline de Bellefort. "Jadi kau di sini.
Rupanya kita tidak akan pernah berhenti bertemu muka. Hallo
Simon, apa kabar?" Linnet Doyle mundur bersandar pada batu karang dan menjerit
pelan. Wajah Simon Doyle yang tampan itu tiba-tiba penuh
kemarahan. Dia maju ke depan seakan-akan mau memukul tubuh
gadis yang kecil langsing itu.
Dengan angkatan kepala yang cepat seperti burung dia memberi
isyarat tentang adanya seorang asing di situ. Simon menoleh dan
melihat Poirot. Dia berkata dengan kaku, "Halo Jacqueline. Kami
tidak mengira akan bertemu denganmu di sini," kata-katanya sama
sekali tidak meyakinkan. Gadis itu menyeringai memperlihatkan gigi-giginya yang putih.
"Heran?" tanyanya. Kemudian, dengan sedikit anggukan kepala, dia
naik ke atas. Poirot berjalan ke arah yang berlawanan dengan tenang. Ketika
berlalu, dia mendengar Linnet Doyle berkata, "Simon - demi
Tuhan! Simon - apa yang akan kita lakukan?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 3 Makan malam telah selesai. Teras luar Hotel Cataract diterangi oleh
lampu yang redup. Kebanyakan tamu hotel itu ada di sana, duduk
mengelilingi meja-meja kecil. Simon dan Linnet Doyle keluar diiringi
seorang laki-laki Amerika tinggi berambut keputihan.bKetika
rombongan kecil ini berhenti dengan ragu-ragu di tengah pintu. Tim
Allerton yang duduk di dekat mereka berdiri dan mendekati
mereka. "Anda tentu sudah lupa dengan saya," katanya ramah pada Linnet.
"Saya saudara sepupu Joanna Southwood!"
"Oh ya - alangkah bodohnya! Anda pasti Tim Allerton. Ini suami
saya - " suaranya sedikit gemetar, angkuh dan malu, "dan ini
adalah wali saya, tuan Pennington, dari Amerika."
Tim berkata, "Mari saya kenalkan dengan ibu saya."
Beberapa menit kemudian mereka duduk bersama-sama - Linnet
di sudut. Tim dan Pennington masing-masing di sampingnya.
Nyonya Allerton berbicara dengan Simon Doyle. Pintu kupu-kupu di
situ terbuka. Suatu ketegangan tiba-tiba menghinggapi wajah
cantik yang duduk tegak di sudut, di antara kedua laki-laki itu.
Kemudian wajah itu kelihatan lega ketika seorang laki-laki kecil
keluar menyeberangi teras.
Nyonya Allerton berkata, "Anda bukan satu-satunya orang vang
termashur di sini. Laki-laki kecil lucu itu adalah Hercule Poirot."
Dia berkata asal saja. hanya untuk mengisi pembicaraan yang
kosong. Tapi Linnet kelihatannya terkejut dengan informasi itu.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Hercule Poirot" Oh ya, saya mendengar tentangnya," Linnet
kelihatan tenggelam dalam pikirannya sendiri, sehingga kedua laki-
laki di sebelahnya menjadi bingung.
Poirot berjalan di ujung teras, tetapi perhatiannya tiba-tiba
dibelokkan. "Mari duduk, Tuan Poirot, malam ini indah sekali!"
Dia menurut. " Mais oui, Madame, malam yang benar-benar indah."
Dia tersenyum sopan kepada Nyonya Otterbourne. Wanita ini
kelihatan aneh dengan turban dan baju hitam berkerut-kerut.
Nyonya Otterbourne meneruskan bicaranya dengan suara yang
tinggi, "Banyak orang-orang penting di sini, bukan" Saya rasa kita
akan segera dapat membaca hal itu di koran. Ratu-ratu cantik,
penulis-penulis terkenal - " Dia berhenti dan tertawa setengah
mencemooh. Poirot melihat bahwa gadis di depannya itu mundur menyusut dan
mulutnya menjadi lebih cemberut dari biasanya. "Apakah Nyonya
sekarang sedang menyelesaikan sebuah novel?"
Poirot bertanya. Nyonya Otterbourne tertawa lagi. "Saya masih
malas. Tapi saya sudah harus segera menulis. Pembaca-pembaca
sudah tidak sabar dan penerbit buku saya - kasihan! Dihujani
surat! Bahkan telegram!"
Sekali lagi, Poirot merasa gadis itu menggeser dalam gelap.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya ke sini karena ingin mencari sesuatu yang khas di sini. Salju di
atas gurun itulah judul buku saya yang baru. Penuh semangat -
sugestif. Salju - di atas gurun - hancur dalam napas asmara yang
membara." Rosalie berdiri, menggumamkan beberapa kata. lalu menghilang
dalam taman yang gelap. "Orang itu harus kuat," kata Nyonya Otterbourne meneruskan
pembicaraannya sambil menggoyang-goyangkan turbannya dengan
kencang. "Daging yang kenyal - itulah inti buku-buku saya. Perpustakaan-
perpustakaan membuangnya - tapi tak apa! Saya menulis tentang
kebenaran. Seks - ah! Tuan Poirot - mengapa setiap orang begitu
takut dengan seks yang merupakan poros jagat ini" Anda telah
membaca buku-buku saya?"
"Sayang, Nyonya! Anda tahu, saya jarang membaca novel.
Pekerjaan saya - " Nyonya Otterbourne berkata dengan tegas, "Saya harus memberi
Anda sebuah Under the Fig Tree. Saya rasa Anda akan tertarik.
Isinya sangat terbuka - tetapi memang kenyataannya demikian."
"Terima kasih, Anda baik sekali. Saya akan senang membacanya."
Nyonya Otterbourne diam sejenak. Tangannya dengan gelisah
mempermainkan kalung manik-manik yang dililitkan dua kali pada
lehernya. Matanya meloncat-loncat dari sisi kiri ke kanan
berpindah-pindah. "Saya - akan naik mengambil buku itu."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Oh, Nyonya tak perlu merepotkan diri. Nanti - "
"Tidak, tidak. Tak apa-apa." Dia berdiri. "Saya ingin memperlihatkan
pada Anda - " "Ada apa, Ibu?" Rosalie tiba-tiba muncul di dekatnya.
"Tidak apa-apa, Sayang. Aku hanya akan mengambil buku untuk
Tuan Poirot." "Buku Fig Tree" Aku ambilkan."
"Kau tak tahu tempatnya. Biar aku saja yang mengambil."
"Aku tahu." Gadis itu dengan cepat menyeberangi teras masuk ke
dalam hotel. "Nyonya beruntung punya anak gadis cantik," kata Poirot sambil
membungkuk. "Rosalie" Ya, ya - dia menarik. Tapi dia sangat keras. Tuan Poirot.
Tidak perduli dengan kesakitan. Dia selalu mengira dirinya tahu apa
yang terbaik. Dia mengira lebih tahu tentang kesehatan saya
daripada saya sendiri - "
Poirot memanggil seorang pelayan yang sedang lewat. "Minuman
keras, Nyonya" Chartreuse" Creme de menthe?"
Nyonya Otterbourne menggelengkan kepala dengan tegas. "Tidak,
tidak. Saya pantang minuman keras. Saya tidak minum apa-apa
kecuali air - atau air jeruk. Saya tidak tahan dengan minuman
keras." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Kalau begitu saya pesankan air jeruk?"
Poirot memesan air jeruk dan benedectine. Pintu kupu-kupu itu
terbuka. Rosalie keluar menuju tempat mereka dengan sebuah
buku. "Ini," katanya. Suaranya tanpa ekspresi.
"Poirot memesan air jeruk untukku," kata ibunya. "dan kau mau
minum apa?" "Tidak usah." Karena tiba-tiba merasa jawabannya sangat kasar, dia
menambahkan, "Tidak usah. terima kasih."
Poirot mengambil buku yang disodorkan Nyonya Otterbourne
padanya. Sampul luarnya masih orisinil, berwarna cerah dengan
gambar seorang wanita berambut pendek dengan kuku-kuku
bercat merah, duduk di atas kulit harimau, mengenakan pakaian
Hawa. Di atasnya terdapat sebuah pohon dengan daun ek dan buah
apel yang sangat besar dengan macam-macam warna.
Judul buku itu Under the Fig Tree oleh Salome Otterbourne. Di
dalamnya terdapat ulasan penerbit yang membicarakan dengan
antusias tentang keberanian yang hebat dan realisme kehidupan
cinta seorang wanita moderen. "Berani, moderen, realistis" adalah
kata-kata yang membumbui.
Poirot membungkuk dan menggumam, "Saya merasa mendapat
kehormatan, Nyonya." Ketika dia mengangkat kepalanya, matanya
bertemu dengan mata gadis itu. Tanpa disengaja dia membuat
gerakan kecil. Dia heran dan merasa nyeri melihat kesakitan yang
terpancar dari mata itu. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Untunglah pada saat itu minuman tiba, sehingga dapat mengatasi
suasana yang mencengkam. Poirot mengangkat gelasnya dengan
hormat. " A votre salute, Madame - Madamoiselle."
Nyonya Otterbourne menghirup air jeruknya sambil berbisik,
"Segar dan - enak!"
Ketiganya diam. Mereka memandang karang-karang hitam yang
berkilauan di Sungai Nil di bawah mereka. Karang-karang itu
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelihatan fantastis di bawah cahaya bulan. Seperti raksasa-raksasa
dalam zaman prasejarah yang berbaring dan muncul setengahnya
dari permukaan air. Angin silir terasa menghembus tiba-tiba, lalu
hilang begitu saja. Ada suatu perasaan dalam udara saat itu -
pengharapan. Hercule Poirot memandangi teras dan penghuninya. Salahkah dia,
atau adakah secercah pengharapan yang sama" Saat itu seperti
saat di atas panggung, ketika orang menantikan keluarnya pemeran
utama wanita. Dan pada saat itu pintu kupu-kupu di situ terbuka sekali lagi. Pintu
itu dibuka seolah-olah dengan tujuan untuk menunjukkan
pentingnya peranan seseorang. Setiap orang di situ berhenti bicara
dan melihat ke arah pintu tersebut. Seorang gadis hitam langsing
dengan baju malam berwarna anggur keluar. Dia berdiri sebentar,
lalu berjalan melewati teras menuju sebuah meja kosong.
Tak ada sesuatu yang luar biasa pada sikapnya, tak ada sesuatu
yang dibanggakan. Akan tetapi sikapnya menimbulkan suatu efek
seperti seseorang yang keluar di atas panggung.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ah." kata Nyonya Otterbourne. Dia melenggokkan kepalanya yang
berturban. "Gadis itu merasa dirinya seorang yang sangat penting!"
Poirot tidak berkomentar. Dia memperhatikan. Gadis itu duduk di
kursi di mana dengan jelas dia dapat memandang Linnet Doyle.
Kemudian, Poirot melihat Linnet Doyle menundukkan kepala dan
mengatakan sesuatu. Lalu sebentar lagi berdiri dan berpindah
tempat. Dia duduk menghadap arah yang berlawanan.
Poirot menganggukkan kepala sendiri. Kira-kira lima menit
kemudian gadis itu beralih ke sisi teras yang berlawanan. Dia duduk
sambil merokok, dan tersenyum diam-diam, menunjukkan wajah
yang puas. Tetapi, seolah-olah tidak disengaja, pandangan matanya
yang menerawang itu selalu jatuh pada isteri Simon Doyle.
Seperempat jam kemudian, Linnet Doyle berdiri dengan tiba-tiba,
dan masuk ke dalam hotel. Suaminya mengikutinya tak lama
kemudian. Jacqueline de Bellefort tersenyum dan memutar
kursinya. Dia menyalakan sebatang rokok dan memandang jauh ke
Sungai Nil. Dia tersenyum sendiri.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 4 "TUAN Poirot." Poirot cepat-cepat berdiri. Dia duduk sendirian meskipun semua
orang di teras telah masuk. Pikirannya sedang melayang dan
matanya memandang karang hitam yang berkilauan ketika
namanya dipanggil. Suara yang memanggilnya adalah suara
seorang yang terpelajar dan penuh keyakinan, suara yang
menyenangkan, meskipun sedikit angkuh.
Hercule Poirot yang berdiri dengan cepat itu menatap mata Linnet
Doyle yang angkuh. Dia memakai baju luar beludru berwarna ungu
yang menutupi baju tidur putihnya, dan dia kelihatan bertambah
cantik dan agung dalam pandangan Poirot.
"Anda Tuan Poirot?" kata Linnet. Pertanyaan itu seolah-olah bukan
pertanyaan. "Siap melayani Anda, Nyonya."
"Barangkali Anda tahu siapa saya?"
"Ya, Nyonya. Saya mendengar tentang Nyonya dan saya tahu persis
siapa Nyonya." Linnet mengangguk. Itu memang sudah diperkirakan. Dia
melanjutkan dengan sikap otokratis yang menyenangkan, "Maukah
Anda ke ruang bermain kartu dengan saya, Tuan Poirot" Saya ingin
sekali bicara dengan Anda."
"Tentu saja, Nyonya."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia mendahului masuk ke dalam hotel. Poirot mengikuti. Dia
menuju ruangan kartu yang sepi dan mensyaratkan untuk menutup
pintunya. Kemu-dian dia duduk di sebuah kursi dan Poirot duduk di
depannya. Linnet mengatakan apa yang diinginkannya secara langsung. Tidak
ada keraguraguan. Kata-katanya lancar. "Saya telah mendengar
tentang Anda, Tuan Poirot, dan saya tahu Anda adalah seorang
yang cerdas. Kebetulan saya membutuhkan seseorang untuk
menolong saya dengan segera - dan saya pikir, Andalah orangnya."
Poirot menganggukkan kepalanya. "Anda sangat baik, Nyonya. Tapi
seperti Anda lihat, saya sedang berlibur. Dan kalau saya berlibur,
saya tidak melayani perkara."
"Itu bisa diatur."
Kata-kata itu tidak diucapkan dengan maksud menghina - tetapi
hanya dengan rasa percaya-diri sepenuhnya dari seorang wanita
yang biasa mengatur segala sesuatu untuk kepuasan dirinya.
Linnet Doyle melanjutkan, "Tuan Poirot, saya menjadi sasaran
buruan yang tak bisa ditolerir. Perburuan ini harus dihentikan! Saya
ingin mengajukan persoalan ini pada polisi, tetapi suami saya -
suami saya menganggap bahwa polisi tidak dapat melakukan apa-
apa." "Barangkali - Anda mau menerangkannya lebih jelas?" bisik Poirot
dengan sopan. "Oh. ya. Akan saya jelaskan. Persoalannya sangat sederhana."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tidak ada keragu-raguan. Tidak ada kegagapan. Linnet Doyle
memang punya otak yang terang. Dia hanya berhenti semenit agar
fakta itu dapat dikemukakan setepat mungkin. "Sebelum saya kenal
dengan suami saya, dia telah bertunangan dengan Nona de
Bellefort. Dia adalah teman saya. Suami saya memutuskan
pertunangan ini - mereka tidak cocok sama sekali. Dan gadis itu,
saya kasihan sekali, tidak bisa menerima begitu saja. Saya - saya
kasihan sekali dengan dia - tapi hal ini tidak dapat dihindarkan lagi.
Dia dengan sengaja - mengancam - tapi tidak saya layani, dan bisa
saya katakan bahwa - ancaman itu belum dilakukan. Tapi dia
melakukan hal lainnya - yaitu mengikuti kami ke mana saja."
Poirot menaikkan alis matanya. "Ah - suatu pembalasan yang
agak - luar biasa."
"Sangat luar biasa - dan sangat menggelikan! Tetapi juga
menjengkelkan." Dia menggigit bibirnya. Poirot mengangguk.
"Ya, saya dapat membayangkannya. Saya rasa, Anda sedang
berbulan madu?" "Benar. Pertama kali - dia menjumpai kami di Venesia. Dia di
sana - di Hotel Danielli. Saya menyangka itu hanya suatu
kebetulan. Agak memalukan, tapi memang begitu. Lalu kami
ketemu lagi di perahu di Brindisi. Kami - kami tahu kalau dia akan
ke Palestina. Kami meninggalkannya di perahu. Tapi - tapi ketika
kami sampai ke Mena House, dia sudah ada di sana - menunggu
kami." Poirot mengangguk. "Dan sekarang?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Kami menyusuri Sungai Nil dengan perahu. Saya - saya setengah
mengharapkan bertemu lagi di pelabuhan. Ketika dia tak ada, saya
mengira dia sudah berhenti - bertingkah kekanak-kanakan. Tapi
ketika kami sampai di sini - dia - dia di sini - menunggu."
Poirot memperhatikannya sebentar. Linnet masih tetap tenang,
tetapi buku-buku jarinya yang menekan meja kelihatan putih
karena genggaman yang kuat. Poirot berkata, "Dan Anda takut hal
ini akan terjadi terus-menerus?"
"Ya." Dia diam. "Tentu saja persoalan ini sangat tolol! Jacqueline
melakukan hal yang aneh. Saya heran mengapa dia tidak punya
harga diri lagi - tidak punya gengsi."
"Nyonya, ada waktunya harga diri dan gengsi terpaksa disingkirkan!
Ada hal lainnya - emosi yang lebih kuat."
"Ya, barangkali." Linnet berkata dengan tidak sabar. "Tapi apa yang
diharapkannya dari semua yang dilakukannya selama ini?"
"Persoalannya bukan selalu sesuatu yang diharapkan, Nyonya."
Sesuatu dalam nada Poirot memukul perasaan Linnet. Dia menjadi
merah dan berkata dengan cepat, "Anda benar. Pembicaraan
tentang motif tidak ada hubungannya. Inti persoalan ini adalah hal
ini harus dihentikan."
"Dan apa yang akan Anda lakukan untuk menghentikannya,
Nyonya?" tanya Poirot.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya - tentu saja - suami saya dan saya tidak bisa dijadikan bulan-
bulanan terus. Harus ada perbaikan legal untuk menghadapi hal
semacam itu," dia berkata dengan tidak sabar.
Poirot memandangnya dalam-dalam, dan bertanya, "Apakah dia
telah mengancam Anda di depan umum dengan kata-kata" Dengan
kata kata menghina" Mencoba melukai Anda?"
"Tidak." "Kalau begitu, terus terang, Nyonya, saya tidak tahu apa yang dapat
Anda lakukan. Kalau dia senang bepergian ke tempat-tempat
tertentu, di mana Anda sendiri dan suami Anda juga ke situ - eh
bien - bagaimana" Udara ini bebas untuk dinikmati setiap orang!
Tidak bisa dikatakan bahwa dia mengganggu kehidupan pribadi
Anda. Perjumpaan itu selalu terjadi di depan umum."
"Maksud Anda saya tak bisa berbuat apa pun?" Suara Linnet
kedengaran kurang yakin. Poirot berkata dengan tenang, "Tak ada satu pun yang dapat
dilakukan selama Nona de Bellefort tidak melakukan hal yang
melanggar hukum." "Tapi - tapi ini keterlaluan! Hal ini tidak bisa ditolerir lagi. Apa saya
harus bersabar?" Poirot berkata dengan ringan, "Saya bersimpati dengan Anda,
Nyonya, terutama sekali saya bisa membayangkan Anda yang
jarang bersabar menghadapi suatu hal."
Linnet merengut. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Harus ada jalan untuk menghentikannya," dia bergumam.
Poirot mengangkat bahunya. "Anda bisa pergi - ke mana saja,"
katanya. "Kemudian dia akan membuntuti!"
"Mungkin sekali - ya."
"Janggal!" "Benar." "Tapi mengapa saya - kami - harus melarikan diri" Seakan-akan -
seakan-akan - " dia berhenti.
"Tepat, Nyonya. Seakan-akan - segala-galanya di situ, bukan?"
Linnet mengangkat kepalanya dan memandangnya. "Apa maksud
Anda?" Poirot mengubah nada suaranya. Dia menunduk; suaranya pasti,
dan menarik. Dia berkata dengan halus, "Mengapa Anda terlalu
merisaukannya. Nyonya?"
"Mengapa" Tapi ini keterlaluan! Sangat menyinggung perasaan!
Saya telah mengatakannya mengapa!"
Poirot menggelengkan kepalanya. "Tidak semuanya."
"Apa maksud Anda?" Linnet bertanya lagi.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot bersandar, melipat tangannya dan berkata dengan sikap
yang tak acuh, " Ecoutez, Nyonya. Saya akan menceritakan sesuatu
kepada Anda. Pada suatu hari, satu atau dua bulan yang lalu, saya
makan malam di sebuah restoran di London. Di dekat saya duduk
seorang laki-laki dan seorang gadis. Mereka kelihatan bahagia,
penuh rasa cinta. Mereka bicara tentang masa depan mereka.
Punggung laki-laki itu menghadap saya, tapi saya bisa melihat
wajah si gadis. Wajahnya penuh emosi. Gadis itu sedang jatuh
cinta, hati, jiwa, dan tubuhnya - dan dia bukan tipe gadis yang
gampang dan sering jatuh cinta. Baginya cinta merupakan soal
hidup dan mati. Keduanya bertunangan dan akan menikah; itu
perkiraan saya; dan mereka bicara tentang rencana bulan madu
mereka. Mereka akan pergi ke Mesir."
Dia berhenti. Linnet berkata dengan tajam, "Lalu?"
Poirot melanjutkan, "Itu satu atau dua bulan yang lalu. Tapi saya
tidak lupa wajah gadis itu. Saya tahu bahwa saya akan ingat bila
bertemu dengan dia. Dan saya juga ingat suara laki-laki itu. Dan
saya kira Anda tahu, Nyonya, kapan saya melihat wajah dan
mendengar suara itu kembali. Di sini, di Mesir. Laki-laki itu sedang
berbulan madu - tapi dia berbulan madu dengan wanita lain."
Linnet berkata dengan tajam, "Memang kenapa" Saya sudah
mengatakan fakta yang sebenarnya."
"Fakta - ya." "Lalu?" Poirot berkata pelan-pelan, "Gadis di restoran itu menceritakan
tentang temannya - teman yang dikatakannya dengan yakin, tidak
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
akan membiarkannya tenggelam. Saya kira, teman itu adalah Anda,
Nyonya." "Ya. Saya telah katakan, kami dahulu kawan." Linnet menjadi
merah. "Dan dia mempercayai Anda?"
"Ya." Dia ragu-ragu sejenak, dan menggigit bibirnya dengan tidak sabar.
Ketika Poirot diam saja, dia berkata, "Tentu saja semua ini tidak
menguntungkan. Tapi hal-hal seperti ini terjadi, Tuan Poirot."
"Ah! Ya, memang terjadi. Nyonya." Dia berhenti. "Anda anggota
Gereja Inggris, saya kira?"
"Ya," kata Linnet sedikit gemetar.
"Kalau begitu Anda mendengar bagian-bagian Alkitab yang
dibacakan di gereja. Anda telah mendengar tentang Raja Daud dan
orang kaya yang punya banyak ternak serta orang miskin yang
hanya memiliki seekor domba betina - dan bagaimana si kaya
mengambil domba betina si miskin. Itu hal yang sedang terjadi,
Nyonya." Linnet duduk tegak. Matanya menyala merah. "Saya mengerti apa
yang Anda maksud. Tuan Poirot! Anda pikir, saya telah mencuri
kekasih teman saya. Kalau dilihat secara sentimentil - saya rasa
orang-orang dari generasi Anda akan melihatnya secara demikian -
hal itu mungkin benar. Tapi kenyataan yang sebenarnya lain. Saya
tidak menyangkal bahwa Jackie mencintai Simon setengah mati.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tapi saya kira Anda tidak melihat bahwa Simon tidak merasakan hal
yang sama terhadap Jackie. Simon senang dengan Jackie. Tapi saya
rasa sebelum dia bertemu dengan saya dia telah mulai merasa
kekeliruannya. Perhatikan hal itu baik-baik. Tuan Poirot. Simon
sadar bahwa sayalah yang dicintainya, bukan Jackie. Apa yang
harus dilakukan" Berbaik hati dengan sukarela dan menikah
dengan wanita yang tidak dicintainya - dan karenanya mungkin
merusak kehidupan tiga orang - karena tidak bisa dipastikan
apakah dia bisa membahagiakan Jackie dengan situasi yang
demikian" Kalau seandainya dia telah menikah dengan Jackie ketika
bertemu dengan saya, saya setuju bahwa mungkin sudah menjadi
kewajiban baginya untuk setia kepada Jackie - walaupun saya tak
dapat memastikan hal itu. Jika seseorang tidak bahagia, yang lain
juga menderita. Tapi suatu pertunangan tidaklah benar-benar
mengikat. Kalau seseorang telah membuat suatu kesalahan,
tentunya lebih baik menghadapi suatu fakta sebelum terlambat.
Saya akui bahwa hal ini sangat menyakitkan Jackie, dan saya benar-
benar kasihan. Tapi begitulah. Tidak bisa dihindarkan lagi."
Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Saya heran." Linnet menatap Poirot. "Apa maksud Anda?"
"Hal itu masuk akal, memang - semua yang Anda katakan tadi!
Tapi tidak menerangkan satu hal."
"Apakah itu?" "Sikap Anda sendiri, Nyonya. Anda dapat mengambil dua sikap
terhadap pembuntutan ini. Hal itu bisa membuat Anda marah -
atau merasa kasihan - karena teman Anda menjadi sakit hati. Tapi
Anda tidak bereaksi demikian. Bagi Anda, pengejaran ini tidak
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
dapat ditolerir dan mengapa demikian" Hanya ada satu sebab -
yaitu karena Anda merasa bersalah."
Linnet berdiri dengan marah. "Berani benar Anda mengatakan hal
itu! Tuan Poirot, ini benar-benar sudah keterlaluan."
"Tapi saya memang berani, Nyonya! Saya akan bicara kepada Anda
dengan terbuka. Meskipun Anda telah berusaha menutupi fakta ini
terhadap diri Anda sendiri. Anda memang telah merencanakan
mengambil kekasih teman Anda. Saya kira Anda benar-benar
tertarik kepadanya seketika. Tapi ada waktu ketika Anda ragu-ragu,
ketika Anda sadar bahwa ada suatu pilihan - yang bisa terus Anda
lakukan. Saya kira inisiatifnya datang dari Anda - bukan dari Tuan
Doyle. Anda cantik, Nyonya; Anda kaya; Anda pandai, cerdas - dan
Anda punya daya tarik. Anda bisa menggunakan daya tarik itu, atau
membiarkannya. Nyonya punya segalanya dalam hidup ini. Anda
tahu hal ini, tetapi meskipun Anda ragu-ragu, Anda tidak mau
berhenti. Anda tetap mengulurkan tangan Anda, dan seperti orang
kaya dalam Kitab Suci itu. Anda mengambil satu-satunya domba
betina si miskin." Ruangan itu sunyi. Linnet berusaha menguasai dirinya dan berkata
dengan suara dingin, "Semua ini tak ada hubungannya!"
"Tidak. Hal itu bukannya tak berhubungan. Saya hanya
menerangkan pada Anda mengapa pemunculan Nona de Bellefort
yang tak disangka-sangka itu membuat Anda bingung. Ini karena
walaupun dia tidak punya harga diri lagi dengan apa yang
dilakukannya, dalam hati Anda mengakui bahwa dia tidak dapat
disalahkan. Itu tidak benar." Poirot mengangkat bahunya. "Anda
menolak bersikap jujur terhadap diri sendiri."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Sama sekali tidak."
Poirot berkata dengan lembut, "Nyonya, saya tahu bahwa Anda
dahulu hidup bahagia, bahwa Anda seorang yang pemurah dan baik
hati terhadap orang lain."
"Saya telah berusaha." kata Linnet. Kemarahannya hilang dari
wajahnya. Dia berkata dengan biasa - hampir-hampir sedih.
"Dan itulah sebabnya mengapa perasaan bahwa Anda telah
menyakiti hati orang lain membuat Anda begitu cemas dan
membuat Anda enggan mengakui kenyataan. Maaf, kalau saya
telah tidak sopan. Tapi psikologi merupakan fakta penting dalam
suatu perkara." Linnet berkata pelan. "Meskipun seandainya apa yang Anda
katakan itu benar - tapi saya tidak mengakuinya - apa yang dapat
saya perbuat" Kita tidak bisa mengubah masa lampau; kita harus
menghadapi hal-hal sebagaimana adanya."
Poirot mengangguk. "Pikiran Anda sangat terang. Ya, kita tidak
dapat kembali ke masa lampau. Kita harus menerima sesuatu
sebagaimana adanya. Dan kadang-kadang, Nyonya, hanya itulah
yang bisa diperbuat - menerima konsekuensi perbuatan-perbuatan
yang telah dilakukan."
"Maksud Anda," tanya Linnet ragu-ragu, "bahwa tak ada - tak ada
yang dapat saya lakukan?"
"Anda harus tabah. Nyonya; saya rasa demikian."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Linnet berkata pelan-pelan, "Tidak dapatkah Anda - bicara dengan
Jackie - dengan Nona de Bellefort" Berdiskusi dengan dia?"
"Ya, saya dapat melakukannya. Saya akan melakukannya bila Anda
menghendakinya. Tapi jangan terlalu mengharapkan hasilnya. Saya
rasa Nona de Bellefort punya pendirian bahwa apa pun tidak akan
membuatnya mundur." "Tetapi tentunya kita dapat melakukan sesuatu untuk melepaskan
diri kita sendiri, bukan?"
"Tentunya Anda dapat kembali ke Inggris dan tinggal di rumah
Anda." "Bagaimanapun, saya rasa Jacqueline akan tinggal di desa, sehingga
saya selalu harus melihatnya setiap kali saya keluar."
"Benar." "Kecuali itu," kata Linnet pelan, "saya kira Simon tidak akan mau
melarikan diri." "Bagaimana sikapnya?"
"Dia marah - marah sekali."
Poirot mengangguk. Linnet berkata dengan memohon, "Anda
akan - bicara dengan dia?"
"Ya, saya akan bicara. Tapi saya tidak dapat berbuat apa-apa."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Linnet berkata dengan keras, "Jackie memang luar biasa! Tak
seorang pun bisa menebak apa yang akan dilakukannya!"
"Anda mengatakan bahwa dia menakut-nakuti Anda. Maukah Anda
menceritakan ancamannya tersebut?"
Linnet mengangkat bahunya.
"Dia mengancam akan - yah - membunuh kami berdua. Kadang-
kadang Jackie bisa bersikap agak - kelatin-latinan."
"Begitu," nada suara Poirot sedih.
Linnet menoleh kepadanya dan berkata dengan memohon,
"Anda mau bertindak untuk saya?"
"Tidak, Nyonya." Suaranya tegas. "Saya tidak mau menerima komisi
dari Anda. Saya akan melakukan apa yang dapat saya lakukan demi
kemanusiaan. Ya. Situasi ini sulit dan berbahaya. Saya akan berbuat
apa yang bisa saya perbuat untuk mengatasi persoalan ini. Tapi
saya tidak begitu yakin akan keberhasilan saya."
Linnet Doyle berkata pelan-pelan, "Tapi Anda tidak mau bertindak
untuk saya?" "Tidak, Nyonya." kata Hercule Poirot.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 5 HERCULE Poirot menjumpai Jacqueline de Bellefort duduk di atas
karang yang langsung menghadap Sungai Nil. Poirot yakin bahwa
dia belum tidur dan akan menemuinya di suatu tempat di halaman
hotel. Dia duduk dengan kedua tangan menyangga dagu, dan dia
tidak menoleh atau melihat ke belakang ketika mendengar bunyi
langkah Poirot. "Nona de Bellefort?" tanya Poirot. "Bolehkah saya bicara sebentar
dengan Anda?" Jacqueline memalingkan kepalanya sedikit. Bibirnya tersenyum
kecil. "Tentu saja," katanya. "Anda adalah Tuan Hercule Poirot, saya
kira" Bolehkah saya menebak" Anda bertindak atas nama Nyonya
Doyle yang telah menjanjikan bayaran besar bila Anda berhasil
dalam misi Anda." Poirot duduk di bangku di dekatnya. "Asumsi Anda sebagian
benar," katanya sambil tersenyum. "Saya baru bicara dengan
Nyonya Doyle, tetapi saya tidak menerima bayaran dari dia, dan
saya tidak bertindak atas namanya."
"Oh!" Jacqueline memperhatikannya. "Lalu, mengapa Anda
datang?" tanyanya tiba-tiba.
Jawaban Hercule Poirot merupakan suatu pertanyaan. "Pernahkah
Anda melihat saya sebelumnya, Nona"
Dia menggelengkan kepala. "Tidak, saya rasa tidak."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Tetapi saya telah melihat Anda. Saya pernah duduk di dekat meja
Anda di Chez Ma Tante. Anda di sana dengan Tuan Simon Doyle."
Suatu ekspresi aneh seperti topeng menutup wajah gadis itu. Dia
berkata, "Saya ingat malam itu.... "
"Sejak hari itu," kata Poirot, "banyak hal-hal yang telah terjadi."
"Ya. Seperti kata Anda. Banyak hal-hal yang telah terjadi," suaranya
sesak dengan nada rendah yang menyatakan kegetiran.
"Nona, saya bicara sebagai kawan. Kuburkan apa yang telah mati!"
Dia kelihatan terkejut. "Apa maksud Anda?"
"Jangan pikirkan lagi masa lalu! Berpalinglah pada masa yang akan
datang! Apa yang telah terjadi, sudahlah. Kepahitan tidak akan
mengubahnya." "Saya yakin itu cocok sekali bagi Linnet."
Poirot memberi isyarat. "Saya tidak membicarakan dia saat ini!
Saya memikirkan Anda. Anda telah menderita - memang - tapi
apa yang Anda lakukan hanya akan menambah penderitaan Anda."
Dia menggelengkan kepala. "Anda salah. Adakalanya saya
menikmati apa yang saya lakukan."
"Dan itu, Nona adalah hal yang paling jelek."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia menengadah dengan cepat. "Anda tidak bodoh," katanya. Lalu
menambahkan dengan pelan, "Saya percaya Anda bermaksud
baik." "Pulanglah. Nona. Anda masih muda; Anda cerdas, dunia ada di
depan Anda." Jacqueline menggelengkan kepalanya pelan-pelan. "Anda tidak
mengerti - atau tidak mau mengerti. Simon adalah dunia saya."
"Cinta itu bukan segalanya, Nona." kata Poirot lembut. "Ketika
muda, kita memang berpendapat demikian."
Tetapi gadis itu tetap menggelengkan kepalanya. "Anda tidak
mengerti." Dia menatapnya dengan tiba-tiba. "Tentunya Anda tahu
persoalan ini, bukan" Anda telah bicara dengan Linnet" Dan Anda
ada di restoran malam itu.... Simon dan saya saling mencintai
waktu itu." "Saya tahu Anda pernah mencintainya dahulu."
Jacqueline dapat menangkap pembelokan arti kata-kata Poirot
dengan cepat. Dia mengulangi dan menekankan, "Kami saling
mencintai. Dan saya menyayangi Linnet.... Saya mempercayainya.
Dia adalah teman saya yang paling baik. Linnet bisa memiliki apa
saja dalam hidupnya. Keinginannya tak ada yang pernah terhalang.
Ketika dia melihat Simon, dia menginginkannya - dan dia
mengambilnya." "Dan Simon membiarkan dirinya - dibeli?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Jacqueline menggelengkan kepalanya yang hitam pelan-pelan.
"Tidak. Tidak begitu. Kalau demikian, saya tidak akan ada di sini
sekarang.... Anda berpendapat bahwa Simon tidak pantas untuk
dicintai - Itu mungkin benar. Tapi dia tidak menikah karena
uangnya. Ini lebih rumit dari itu. Ada hal lainnya, seperti pesona.
Tuan Poirot. Dan uang berpengaruh dalam hal ini. Linnet punya
atmosfir. Dia adalah ratu suatu kerajaan - ratu yang muda -
mewah sampai ke ujung-ujung jarinya. Ini seperti setting panggung.
Dunia ada di bawah kaki Linnet. Salah seorang dari bangsawan-
bangsawan terkaya dan terpopuler ingin menikahinya. Tapi dia
membungkukkan diri pada Simon Doyle yang bukan apa-apa itu....
Herankah Anda bila hal itu sampai di kepala Simon?" Jacqueline
tiba-tiba memberi isyarat. "Lihatlah bulan di atas itu. Anda bisa
melihatnya dengan jelas, bukan" Bulan itu nyata. Tapi bila matahari
bersinar, Anda tidak akan bisa melihatnya sama sekali. Persoalan ini
seperti itu. Saya adalah bulan.... Ketika matahari muncul, Simon
tidak dapat melihat saya lagi.... Dia silau. Dia tak dapat melihat apa-
apa lagi kecuali matahari - yaitu Linnet."
Dia berhenti lalu meneruskan lagi, "Jadi, seperti Anda lihat, itu
adalah - pesona. Linnet memenuhi kepala Simon. Dan Linnet
adalah seorang yang punya keyakinan - punya kebiasaan
memerintah. Dia begitu yakin pada dirinya sendiri sehingga dia
dapat membuat orang lain menjadi yakin pula. Barangkali Simon
memang lemah. Tapi dia adalah seorang yang sangat sederhana.
Dia bisa mencintai saya, dan hanya saya, bila saja Linnet tidak
datang dan merebutnya serta membawanya dalam kereta
emasnya. Dan saya tahu - saya benar-benar tahu - bahwa dia
tidak akan jatuh cinta dengan Linnet kalau saja Linnet tidak
menarik-narik dia." "Itu adalah perkiraan Anda - "
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya tahu. Dia mencintai saya - dan akan selalu mencintai saya."
Poirot berkata, "Walaupun sekarang?"
Sebuah jawaban kelihatan akan keluar dan bibirnya. Tetapi
kemudian dibatalkannya. Dia memandang Poirot, Wajahnya merah
membara. Lalu dia menoleh ke arah lain; kemudian kepalanya
menunduk. Dia berkata dengan suara rendah tertekan.
"Ya. saya tahu. Dia membenci saya sekarang. Ya, membenci saya....
Sebaiknya dia berhati-hati!"
Dengan gerakan cepat tangannya merogoh tas sutera yang terletak
di bangku itu. Dalam gengamannya terdapat sebuah pistol kecil
dengan pegangan berhias mutiara - kelihatannya seperti pistol
mainan yang ringan. "Benda kecil yang menyenangkan, bukan?"
katanya. "Kelihatannya seperti mainan, tapi bukan! Salah satu peluru-
pelurunya akan membunuh seorang wanita atau laki-laki. Dan saya
adalah tukang tembak yang jitu." Dia tersenyum. Senyumnya jauh
dan penuh kemenangan. "Waktu kecil, ketika saya pulang dengan ibu ke Carolina Selatan,
kakek saya mengajarkan saya caranya menembak. Dia adalah orang
kolot yang sangat menghargai kemampuan menembak - terutama
bila menyangkut harga diri. Ayah saya, juga seorang yang suka
berkelahi ketika muda. Dia seorang pemain pedang ulung. Pernah
membunuh seorang laki-laki. Ini gara-gara seorang wanita. Jadi
Anda lihat. Tuan Poirot," - matanya
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
menantang mau Poirot - "saya punya darah panas! Saya membeli
pistol ini ketika hal itu terjadi. Saya bermaksud untuk membunuh
salah satu dari mereka - persoalannya sekarang adalah saya tak
dapat memastikan siapa. Kalau dua-duanya saya tidak akan puas.
Saya pikir Linnet kelihatan takut - tapi dia sebenarnya berani. Dia
sanggup menderita secara fisik. Dan kemudian saya pikir saya
akan - menunggu! Ini kelihatannya lebih menarik bagi saya. Saya
Pendekar Latah 8 Wiro Sableng 044 Topeng Buat Wiro Sableng Para Ksatria Penjaga Majapahit 7