Pencarian

Rahasia Chimneys 4

Rahasia Chimneys The Secret Of Chimneys Karya Agatha Christie Bagian 4


sedang mengawasi kita dari jendela perpustakaan."
Anthony memandang Virginia. "Kau agak menjengkelkan, Virginia," kata Anthony
penuh perasaan. "Tapi juga menyenangkan."
Lalu Anthony melambaikan tangan pada Inspektur Battle. "Ada penjahat yang Anda
tangkap, pagi ini?" "Belum, Tuan Cade."
"Kedengarannya kok optimis."
Walaupun badannya besar, dengan ringan Battle melompat dari jendela lebar itu
dan berjalan ke arah mereka. "Ada profesor Wynward di sini," katanya berbisik.
"Baru saja datang. Dia sedang menerjemahkan kode sekarang. Anda mau melihat
dia?" Nada suaranya terdengar seperti orang yang menawarkan dagangan. Setelah mereka
setuju, dia membawa mereka ke dekat jendela dan menyuruh mengintip. Di sebuah
meja, surat-surat itu bergeletakan. Profesor setengah baya itu berbadan kecil
dan berambut merah. Dia duduk dan sibuk menulis di sebuah lembaran kertas lebar.
Dia menulis sambil menggerutu dan sekali-sekali digosoknya hidungnya kuat-kuat.
Akhirnya dia mendongak. "Inspektur Battle, ya" Apa gunanya saya dipanggil kemari untuk melakukan
pekerjaan seperti ini" Ini kan mainan anak-anak. Bayi dua tahun juga bisa. Yang
begini ini bukan kode rahasia."
"Syukurlah, Profesor," kata Battle. "Tapi kan tidak semua orang sepandai Anda."
"Ini tidak memerlukan kepandaian. Pekerjaan rutin. Apa semua bundel perlu
dikerjakan" Ini perlu waktu dan ketekunan. Tapi tidak perlu kepandaian. Saya
sudah selesai dengan surat yang ditulis di Chimneys yang katanya penting itu.
Saya mau ke London. Barangkali surat-surat lainnya bisa saya berikan pada
asisten saya. Saya benar-benar tak ada waktu." Matanya bersinar sedikit.
"Baik, Profesor. Maaf, cuma hal seperti itu yang kami punya. Nanti saya beri
tahu Tuan Lomax. Tapi yang penting memang surat yang satu ini. Saya rasa Lord
Caterham ingin mengajak Anda makan siang."
"Aku tak pernah makan siang. Kebiasaan buruk. Sebuah pisang dan biskuit cukup
untuk orang yang sehat dan waras."
Dia mengambil jaket luarnya yang diletakkan di punggung sebuah kursi. Battle
menuju ke depan rumah, dan beberapa menit kemudian Virginia dan Anthony
mendengar deru mobil. Battle mendekati mereka sambil membawa setengah lembar kertas yang diberikan
oleh profesor itu. "Dia selalu begitu," katanya. "Terburu-buru dan tak banyak waktu. Tapi dia
memang hebat. Ini dia inti surat Ratu Varaga. Mau lihat?"
Virginia mengulurkan tangannya dan Anthony ikut membaca di dekatnya. Surat itu
merupakan surat panjang yang berisi pernyataan cinta dalam keadaan putus asa.
Tapi profesor Wynward telah mengubahnya menjadi komunikasi bisnis yang singkat.
Operasi berlangsung baik, tapi S berkhianat. Batu telah dipindah dari tempat
persembunyian. Bukan di kamarnya. Aku sudah mencari. Ketemu memo tentang hal
itu: "Richmond Tujuh Lurus Delapan Kiri Tiga Kanan."
"S?" kata Anthony. "Tentu Stylptitch. Anjing tua cerdik. Dia memindahkan tempat
persembunyian itu." "Richmond," kata Virginia sambil berpikir. "Apa permata itu disembunyikan di
suatu tempat di Richmond?"
"Itu memang tempat yang disukai para bangsawan," kata Anthony.
Battle menggelengkan kepala. "Saya rasa nama itu masih ada hubungannya dengan
tempat ini." "Saya tahu," seru Virginia tiba-tiba.
Kedua laki-laki itu memandangnya.
"Lukisan Holbein di ruang pertemuan. Mereka mengetuk dinding di bawahnya.
Lukisan itu kan lukisan Earl dari Richmond!"
"Betul," kata Battle menepuk kakinya. Suaranya terdengar bersemangat. "Itu
adalah titik mulainya. Dan penjahat itu tidak tahu apa maksudnya. Mereka pikir
permata itu tersembunyi di baju perang tua. Karena gagal mereka mulai berpikir
tentang suara suatu lubang rahasia atau lorong rahasia. Anda tahu tentang hal
itu, Nyonya Revel?" Virginia menggelengkan kepala. "Memang ada semacam lorong rahasia. Dulu pernah
ditunjukkan kepada saya, tapi saya tak ingat lagi. Itu Bundle. Dia pasti tahu."
Bundle datang dengan langkah cepat. "Saya akan ke kota dengan mobil setelah
makan siang nanti. Ada yang mau ikut" Anda mau ikut, Tuan Cade" Saya akan
kembali sebelum waktu makan malam nanti," kata Bundle.
"Terima kasih, tidak," jawab Anthony. "Saya cukup senang dan cukup sibuk di
sini." "Para pria rupanya takut pada saya. Karena cara saya mengendarai mobil atau
karena daya tarik saya?"
"Yang terakhir," jawab Anthony.
"Bundle, apakah ada lorong rahasia yang menghubungkan ruang pertemuan?" tanya
Virginia. "Ya - tapi cuma lorong tanah biasa. Menghubungkan Chimneys dengan Wyvvern Abbey di
zaman dulu. Tapi sekarang sudah ditutup. Sekarang tinggal seratus yard saja dari
sini yang masih terbuka. Yang di atas, di galeri putih, lebih bagus. Yang ini
jelek sekali." "Kami tidak membicarakan dari segi artistiknya," kata Virginia. "Ini adalah
bisnis. Bagaimana caranya masuk dari ruang pertemuan?"
"Ada panel yang berengsel. Aku tunjukkan nanti setelah makan siang."
"Terima kasih," sahut Inspektur Battle. "Bagaimana kalau jam 2.30?"
Bundle memandangnya dengan alis mata naik. "Ada yang nggak beres, ya?" tanyanya.
Tredwell muncul di teras. "Makan siang sudah siap, Nona," katanya mengumumkan.
Bab 23 Pertemuan di Kebun Mawar PADA jam 2.30 sebuah kelompok kecil bertemu di ruang pertemuan: Bundle,
Virginia, Inspektur Battle, Tuan Lemoine, dan Anthony Cade.
"Tak perlu menunggu Tuan Lomax. Urusan ini perlu diselesaikan dengan segera,"
kata Battle. "Kalau Anda beranggapan bahwa Pangeran Michael dibunuh oleh orang yang masuk
dari sini, itu keliru. Ujung yang lain ditutup," kata Bundle.
"Ya, tentu saja," kata Lemoine cepat. "Kami sedang menyelidiki hal yang lain."
"Mencari sesuatu?" tanya Bundle. "Bukan ingin melihat sesuatu yang bersejarah?"
Lemoine kelihatan bingung.
"Jelaskan, Bundle. Kau pasti bisa," kata Virginia memberi dorongan.
"Permata bersejarah milik seorang ratu. Peristiwa yang terjadi pada zaman
sebelum saya mengerti apa artinya bersikap bijaksana."
"Siapa yang memberi tahu Anda hal itu, Lady Eileen?" tanya Battle.
"Saya memang tahu. Salah seorang pelayan memberi tahu saya ketika saya berumur
dua belas tahun." "Seorang pelayan!" kata Battle. "Ya, Tuhan! Apa kata Tuan Lomax kalau dia
mendengar hal itu." "Apakah itu salah satu rahasia George?" tanya Bundle. "Wah, seru sekali! Saya
pikir hal itu hanya omongan orang saja. George memang tolol. Seharusnya dia
mengerti bahwa pelayan selalu tahu macam-macam."
Dia mendekati lukisan Holbein, menekan sebuah tombol di belakangnya. Tiba-tiba
dengan suara berderit sebuah bagian dinding masuk ke dalam dan kelihatan sebuah
lubang gelap. "Entrez, Messieurs et Mesdames" kata Bundle dengan dramatis. "Jalan naik - naik -
Saudara-saudara. Ini adalah penunjukan terbaik untuk saat ini."
Lemoine dan Battle membawa lampu senter. Mereka masuk dalam lubang gelap itu
diikuti yang lainnya. "Udaranya segar dan bersih," kata Battle. "Pasti ada
ventilasinya." Dia terus berjalan. Lantainya terasa kasar, tidak rata. Tapi dindingnya
bertembok bata. Seperti dikatakan Bundle, lorong ini hanya sepanjang kurang dari
seratus yard. Tiba-tiba saja lorong itu buntu. Setelah puas mencek, Battle
berkata, "Kita kembali saja. Kita sudah tahu medannya."
Beberapa menit kemudian mereka kembali lagi dan sampai di lubang masuk. "Kita
akan mulai dari sini," kata Battle. "Tujuh lurus, delapan kiri, tiga kanan. Coba
dengan hitungan langkah."
Battle menghitung tujuh langkah dengan hati-hati, lalu menunduk memeriksa tanah
di bawah. "Kelihatannya benar. Ada bekas kapur di sini. Sekarang, delapan kiri.
Pasti bukan langkah kaki, karena hanya cukup seorang berdiri."
"Coba dengan menghitung bata," usul Anthony.
"Benar, Tuan Cade. Coba dengan delapan bata dari bawah, atau atas di sebelah
kiri. Coba dari bawah dulu - lebih mudah." Dia menghitung delapan bata.
"Sekarang tiga bata di kiri bata itu. Satu, dua, tiga - he - he, apa ini?"
"Wah, sebentar lagi aku pasti berteriak. Pasti. Ada apa?" seru Bundle.
Inspektur Battle sibuk mencungkil bata itu dengan ujung pisaunya. Matanya yang
sudah terbiasa dalam gelap itu segera melihat bahwa bata tersebut tidak sama
dengan yang lain. Setelah satu atau dua menit kemudian, Battle berhasil
mengeluarkan bata tersebut. Di belakang bata itu ada sebuah lubang kecil dan
gelap. Battle memasukkan tangannya dan semua menunggu dengan napas tertahan.
Battle menarik tangannya. Dia mengeluarkan suara kaget dan marah.
Orang-orang lainnya mengelilingi dia sambil melongo memandang tiga benda yang
dipegangnya. Sesaat mereka mengira bahwa mata mereka telah menipu mereka.
Beberapa kancing mutiara, selembar rajutan kasar, dan secarik kertas yang
dipenuhi dengan huruf kapital E. "Hm," kata Battle. "Apa maksudnya?"
"Mon Dieu," gumam orang Prancis itu. "Ini agak keterlaluan!"
"Tapi apa artinya?" seru Virginia, cemas.
"Arti?" sahut Anthony. "Hanya ada satu arti. Almarhum Count Stylptitch kan punya
rasa humor yang tinggi. Tapi saya sendiri tidak menganggapnya sebagai sesuatu
yang lucu." "Anda tak berkeberatan menerangkan lebih lanjut apa yang Anda katakan, kan?"
kata Battle. "Tentu saja. Ini adalah lelucon Count Stylptitch. Dia pasti memperkirakan bahwa
ada orang yang membaca memorandumnya. Pada waktu penjahat itu kembali untuk
mengambil permata-permata itu, dia akan menemukan benda-benda itu. Sama saja
dengan teka-teki yang ada di buku."
"Kalau begitu apa artinya?"
"Saya rasa begini. Kalau Count Stylptitch bermaksud mempermainkan penemunya, dia
bisa saja meletakkan kertas bertulisan Terjual atau sebuah gambar keledai atau
hal lain semacam itu."
"Selembar rajutan, beberapa huruf kapital E, dan kancing," gumam Battle.
"Aneh," kata Lemoine marah.
"Teka-teki kedua," kata Anthony. "Apa Profesor Wynward bisa memecahkannya?"
"Kapan lorong ini dipakai terakhir kalinya, Lady Eileen?" tanya Lemoine kepada
Bundle. Bundle diam sejenak. "Kira-kira dua tahun yang lalu. Lorong ini merupakan hal
yang biasa dipamerkan pada para wisatawan."
"Aneh," gumam si Prancis.
"Mengapa aneh?"
Lemoine membungkuk, memungut sebuah benda dari lantai. "Karena ini," katanya.
"Korek ini tidak akan ada di sini selama dua tahun - bahkan dua hari pun tidak."
Battle mengamati korek api itu dengan curiga. Korek itu berkayu merah muda dan
berkepala kuning. "Ada yang kebetulan menjatuhkan korek ini?" tanyanya.
Dia mendapat jawaban negatif.
"Baiklah. Kita sudah melihat apa yang bisa kita lihat. Sebaiknya kita keluar
saja." Semuanya setuju. Bundle menunjukkan kepada mereka bagaimana bagian dinding itu
dikunci dari dalam. Dia membuka kuncinya dan membukanya tanpa suara. Lalu dia
meloncat ke dalam ruangan dengan suara berdebam. "Sialan!" kata Lord Caterham
meloncat dari sebuah kursi. Rupanya dia tadi sedang asyik melamun.
"Kasihan Ayah," kata Bundle. "Saya mengejutkan, ya?"
"Aku tidak mengerti," kata Lord Caterham. "Mengapa sih orang tidak dapat diam
setelah makan. Kebiasaan lama yang hilang. Rasanya Chimneys adalah sebuah rumah
tua yang sangat besar, tapi dalam rumah sebesar ini pun tak ada tempat di mana
orang bisa duduk tenang. Ya, ampun, ada beberapa orang yang muncul" Aku tadi
teringat pada pantomim yang pernah kulihat dulu. Ada beberapa setan yang tiba-
tiba muncul dari pintu perangkap."
"Setan nomor tujuh," kata Virginia sambil mendekat Lord Caterham dan menepuk-
nepuk kepalanya. "Jangan marah. Kami hanya ingin melihat lorong rahasia."
"Kelihatannya banyak yang tertarik pada lorong rahasia," kata Lord Caterham
dengan suara masih jengkel. "Aku menunjukkannya pada si Fish tadi pagi."
"Kapan?" tanya Battle cepat.
"Sebelum makan siang. Kelihatannya dia mendengar tentang lorong rahasia yang
ini. Saya bawa dia ke lorong ini. Setelah itu saya tunjukkan yang satunya lagi.
Tiba-tiba dia kelihatan segan. Tapi saya paksa juga untuk jalan terus." Lord
Caterham geli mengenang apa yang terjadi.
Anthony meletakkan tangannya pada bahu Lemoine. "Kita keluar sebentar," katanya.
"Saya ingin bicara."
Keduanya keluar lewat jendela besar. Ketika mereka sudah agak jauh dari rumah,
Anthony mengeluarkan lembaran kertas yang didapatnya dari Boris. "Coba lihat
ini. Anda menjatuhkannya barangkali?"
Lemoine mengambil kertas tersebut dan memperhatikannya. "Tidak. Saya belum
pernah melihat kertas ini sebelumnya. Mengapa?"
"Anda yakin?" "Yakin sekali, Tuan."
"Ah, aneh sekali."
Dia mengulang apa yang dikatakan Boris. Lemoine mendengarkan dengan penuh
perhatian. "Tidak. Saya tidak menjatuhkannya. Anda bilang dia menemukannya di
bawah pohon-pohon itu?"
"Saya rasa begitu. Tapi Boris tidak mengatakan demikian."
"Barangkali jatuh dari kopor Tuan Isaacstein. Tanyakan pada Boris lagi."
Diserahkannya kembali kertas tersebut pada Anthony. Sejenak kemudian dia
bertanya. "Apa yang Anda ketahui tentang Boris?"
Anthony mengangkat bahunya. "Yang saya tahu dia adalah pelayan kepercayaan
Pangeran Michael." "Barangkali benar. Tapi cobalah untuk menyelidikinya sendiri. Tanyakan pada
orang yang lebih tahu, misalnya Baron Lolopretjzyl. Barangkali saja dia seorang
pelayan baru. Saya sendiri menganggapnya orang yang jujur. Tapi siapa tahu" Raja
Victor bisa menyamar menjadi seorang pelayan dalam sedetik."
"Anda pikir - "
Lemoine menyela. "Terus terang saja, Raja Victor merupakan suatu obsesi bagi
saya. Rasanya saya melihatnya di mana-mana. Bahkan pada saat ini, ketika saya
bicara dengan Anda, pikiran saya bertanya apakah Tuan Cade ini Raja Victor?"
"Ya, Tuhan. Ini sudah keterlaluan," kata Anthony.
"Saya tidak peduli dengan soal permata itu. Juga tidak dengan pembunuhan
Pangeran Michael. Saya serahkan saja soal itu pada rekan-rekan Scotland Yard
karena ini adalah urusan mereka. Tapi saya ada di sini dengan satu tujuan.
Tujuan itu adalah menangkap Raja Victor. Itu saja."
"Anda pikir Anda bisa melakukannya?" tanya Anthony sambil menyalakan rokok.
"Bagaimana saya tahu," jawab Lemoine putus asa.
"Hm!" kata Anthony.
Mereka telah sampai di teras kembali. Inspektur Battle berdiri di dekat jendela
besar, kaku seperti patung. "Lihat Inspektur Battle. Kita temui dia." Kemudian
dia berhenti. "Tahu enggak, kadang-kadang Anda kelihatan aneh, Tuan Lemoine."
"Dalam hal apa, Tuan Cade?"
"Ya - dengan kondisi seperti sekarang ini Anda tidak tertarik pada alamat yang
tertera di kertas tadi. Barangkali memang tidak punya arti apa-apa. Tapi
sebaliknya, mungkin merupakan alamat penting."
Lemoine memandangnya sejenak. Kemudian dengan tersenyum dia membuka manset kiri
bajunya. Di kemeja putih itu tertulis Hurstmere, Langly Road, Dover.
"Maafkan saya," kata Anthony.
Dia kemudian menemui Inspektur Battle. "Anda kelihatan murung, Battle," katanya.
"Banyak yang saya pikir, Tuan Cade."
"Ya - saya kira begitu."
"Semuanya serba terkotak-kotak. Sama sekali tak saling berhubungan."
"Menjengkelkan, memang," komentar Anthony simpatik. "Sudahlah. Kalau kejadian
semakin buruk saja, Anda toh bisa menangkap saya. Anda kan sudah menyimpan jejak
kaki saya." Tapi Battle tidak menanggapi lelucon itu. "Ada lawan di sini yang Anda tahu,
Tuan Cade?" tanyanya.
"He, kelihatannya pelayan ketiga tidak menyukaiku," kata Anthony ringan. "Dia
berusaha untuk tidak menghidangkan sayuran kegemaranku. Mengapa?"
"Saya menerima surat kaleng," kata Inspektur Battle.
"Tentang saya?"
Tanpa menjawab, Battle mengeluarkan selembar kertas murahan dari sakunya dan
menyerahkannya pada Anthony. Di atasnya tertulis kalimat: Hati-hati terhadap
Tuan Cade. Dia pandai berpura-pura.


Rahasia Chimneys The Secret Of Chimneys Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anthony mengembalikannya dengan tawa ringan. "Cuma itu" Jangan kuatir, Battle.
Saya adalah raja yang sedang menyamar."
Dia masuk ke dalam rumah sambil bersiul-siul, lalu naik dan masuk kamarnya.
Begitu ada di dalam kamar, wajahnya langsung berubah. Mukanya menjadi serius dan
berkerut. Dia duduk di pinggir tempat tidur sambil merenung memandang lantai.
"Situasi semakin panas," katanya pada diri sendiri. "Aku harus berbuat sesuatu."
Dia duduk sejenak. Lalu berjalan ke jendela. Mula-mula matanya memandang tanpa
arah. Kemudian dia memperhatikan ke suatu titik dan wajahnya berubah cerah. "Ah,
ya", katanya. "Pasti! Kebun mawar itu. Ya, kebun mawar itu."
Cepat-cepat dia turun dan keluar ke kebun mawar lewat pintu samping. Dia menuju
kebun itu lewat jalan memutar, dan masuk dari pintu yang paling jauh. Akhirnya
naik ke atas gundukan tinggi di tengah kebun.
Ketika sampai di situ Anthony berhenti kaku karena melihat ada orang lain di
situ, yang sama kagetnya dengan dia.
"Saya tidak menyangka bahwa Anda tertarik pada bunga mawar, Tuan Fish," kata
Anthony ramah. "Ah, saya memang suka mawar," jawab Tuan Fish. Keduanya saling memandang dengan
hati-hati, seperti dua orang lawan yang saling mengukur kekuatan.
"Saya juga," kata Anthony.
"Benarkah?" "Ya. Saya suka sekali." Anthony berkata ringan.
Tuan Fish tersenyum kecil dan Anthony pun tersenyum. Ketegangan itu berkurang.
"Lihat si cantik ini," kata Tuan Fish sambil membungkuk pada sebuah kembang yang
mekar indah. "Ini jenis Madame Chatenay, kalau saya tidak salah. Ya, saya rasa
benar. Mawar putih ini sebelum perang dikenal dengan nama Frau Carl Drusky. Nama
Prancis selalu lebih populer. Apa Anda suka mawar merah, Tuan Cade" Mawar merah
darah - " Suara Tuan Fish terganggu. Di jendela atas terlihat Bundle.
"Anda mau ikut saya, Tuan Fish" Saya akan ke kota."
"Terima kasih, Lady Eileen. Saya senang di sini."
"Anda juga tidak mengubah pendirian, Tuan Cade?"
Anthony tertawa dan menggelengkan kepala. Bundle lenyap. "Lebih baik tidur,"
kata Anthony sambil menguap lebar. "Tidur sebentar setelah makan siang." Dia
mengeluarkan rokok. "Anda punya korek?"
Tuan Fish menyodorkan sekotak korek api. Anthony mengambil korek dan
mengembalikan kotaknya dengan ucapan terima kasih.
"Mawar memang indah. Tapi saya sedang kurang berminat siang ini," kata Anthony.
Dengan senyum ramah dia mengangguk.
Terdengar suara gemuruh mesin di dekat rumah. "Mesinnya kuat sekali," kata
Anthony. Mereka melihat mobil itu melaju cepat keluar. Anthony menguap lagi dan berjalan
ke rumah. Dia masuk lewat pintu. Setelah ada di dalam dia segera berjalan dengan
cepat menyeberangi ruangan, keluar dari salah satu jendela dan menyeberangi
kebun. Dia tahu bahwa Bundle harus berputar melewati pintu gerbang, lalu
melewati desa. Anthony berlari cepat. Dia berpacu dengan waktu. Suara mobil itu terdengar
ketika dia sampai ke pagar kebun.
Anthony meloncat naik dan turun lagi di jalan.
"He!" teriaknya.
Dengan heran Bundle membelokkan mobilnya dan berhenti tanpa kesulitan. Anthony
mengejar mobil itu, meloncat masuk dan duduk di samping Bundle. "Aku ikut. Aku
memang bermaksud ikut dari tadi."
"Luar biasa," kata Bundle. "Apa yang kaupegang itu?"
"Hanya korek api," kata Anthony.
Dia memandangi korek itu sambil berpikir-pikir. Korek itu berkayu merah muda dan
berkepala kuning. Dilemparnya rokok yang tidak jadi diisap, dan disimpannya
korek itu dalam saku dengan hati-hati.
Bab 24 Rumah di Dover "KAU tidak berkeberatan kalau kita jalan lebih cepat, kan?" Anthony merasa bahwa
mereka telah berjalan dengan kecepatan tinggi, tetapi Bundle rupanya menganggap
bahwa itu belum apa-apa. "Ada orang yang ngeri naik mobil denganku. Misalnya, Ayah. Aku tak bisa
membujuknya agar mau pergi naik bis tua ini," kata Bundle sambil mengurangi
kecepatan ketika mereka memasuki sebuah desa.
Diam-diam Anthony membenarkan Lord Caterham. Pergi dengan Bundle dengan mobil,
bukan sport yang baik untuk orang tua seperti Lord Caterham itu.
"Kau tidak kelihatan takut," kata Bundle sambil berbelok dengan kencang di atas
dua roda. "Aku kan sedang latihan," jawab Anthony kaku. "Dan aku sendiri memang sedang
tergesa-gesa," tambahnya.
"Apa perlu lebih cepat lagi?" tanya Bundle dengan manis.
"Ah, tak perlu," kata Anthony dengan cepat.
"Aku sebetulnya ingin tahu kenapa kau tiba-tiba saja ingin pergi," kata Bundle
setelah membunyikan klaksonnya keras-keras. "Barangkali aku tidak seharusnya
menanyakan hal itu, ya" Kau tidak melarikan diri dari pengadilan, kan?"
"Aku tidak tahu," jawab Anthony. "Nanti aku akan menemukan jawabnya."
"Orang Scotland Yard itu ternyata tidak sebodoh yang kuduga," kata Bundle
merenung. "Battle sangat pandai," kata Anthony.
"Seharusnya kau jadi seorang diplomat. Bisa tutup mulut dengan baik," kata
Bundle berkomentar. "Aku rasa orang justru punya kesan bahwa aku terlalu banyak bicara."
"Ah! Kau tidak lari dengan Nona Brun, kan?"
"Tidak!" kata Anthony keras.
Mereka diam sesaat ketika Bundle menyalip tiga mobil. Lalu tiba-tiba dia
bertanya, "Berapa lama kau kenal Virginia?"
"Sulit untuk dijawab," kata Anthony terus terang. "Aku tidak sering bertemu
dengan dia, tapi rasanya sudah lama mengenalnya."
Bundle mengangguk. "Virginia memang pandai. Dia sering bicara tentang hal yang
tidak-tidak, tapi dia pandai. Dia dulu pernah tinggal di Herzoslovakia.
Seandainya Tim Revel masih hidup, karirnya pasti menanjak - karena Virginia. Dia
mendukung suaminya dan berjuang untuknya. Dia berusaha dan mau melakukan apa
saja demi suaminya - dan aku tahu sebabnya."
"Karena dia sangat cinta pada suaminya?" tanya Anthony sambil memandang lurus ke
depan. "Bukan, justru karena dia tidak cinta pada suaminya. Dia tidak pernah mencintai
suaminya. Jadi dia melakukan segalanya untuk menutupi. Itulah Virginia. Dia tak
pernah mencintai Tim Revel."
"Kau kelihatan begitu yakin," kata Anthony sambil berpaling memandang Bundle.
Tangan kecil Bundle mencengkeram setir mobil dan dagunya mencuat ke depan. "Aku
tahu tentang satu atau dua hal. Memang aku masih kanak-kanak ketika dia menikah,
tapi aku mendengar sedikit omongan orang. Karena aku kenal Virginia, aku bisa
menjumlahkan satu tambah satu dengan mudah. Tim Revel jatuh cinta pada Virginia.
Tim adalah orang Irlandia, ganteng, dan bisa bicara dengan baik. Virginia baru
berumur delapan belas dan dia tidak bisa membiarkan Tim berkata bahwa dia akan
menggantung diri kalau tidak bisa kawin dengan Virginia. Gadis-gadis biasanya
percaya pada rayuan seperti itu. Dan Virginia juga. Tapi dia memang baik. Mereka
menikah. Dia tidak pernah mengecewakan Tim walaupun tidak mencintainya. Malah,
kalau dia mencintainya, sikapnya tak akan sebaik itu. Virginia sangat menikmati
kebebasannya sekarang. Dan, kuberi tahu, ya - siapa pun yang berani menyarankan
agar dia menikah lagi - pasti akan mendapat kesulitan besar."
"Kenapa kauceritakan semua ini pada saya?" tanya Anthony perlahan.
"Bukankah menyenangkan kalau kita tahu tentang orang lain?"
"Ya, aku memang ingin tahu," kata Anthony jujur.
"Dan kau takkan pernah mendengarnya dari mulut Virginia. Tapi kau bisa
mempercayai aku. Virginia memang bidadari. Wanita-wanita saja suka pada dia. Dan
lagi, kita harus sportif. Ya, nggak?"
"Oh, tentu saja," jawab Anthony. Tapi dia tidak mengerti apa yang menyebabkan
Bundle memberikan informasi sebanyak itu. Walaupun begitu dia senang akan apa
yang didengarnya. "Wah, ada trem. Aku harus hati-hati," kata Bundle.
Rupanya arti kata hati-hati bagi Bundle tidak sama dengan Anthony. Mereka
akhirnya sampai di Oxford Street.
"Lumayan," kata Bundle sambil melirik jam tangannya. Anthony mengiyakan komentar
Bundle. "Mau turun di mana?"
"Mana saja. Kau mau ke mana?"
"Arah Knightsbridge."
"Kalau begitu aku turun di sudut Hyde Park."
"Oke. Sampai ketemu. Bagaimana pulangnya nanti?"
"Gampang. Aku urus sendiri."
"Rupanya aku telah membuatmu takut," gumam Bundle.
"Bukan sport yang menarik untuk wanita tua, tapi aku sendiri menyukainya.
Terakhir kali aku merasa berdebar-debar yaitu waktu dikejar gerombolan gajah
liar," kata Anthony.
"Aku rasa bicaramu agak kasar. Kau kan kebentur sedikit saja nggak."
"Maaf, aku telah membuatmu mengurangi kecepatan," jawab Anthony.
"Laki-laki memang bukan pemberani rupanya."
"Wah, itu nggak enak didengar," kata Anthony. "Aku merasa terhina."
Bundle mengangguk dan melaju dengan mobilnya.
Anthony memanggil taksi yang sedang lewat. "Stasiun Victoria," katanya setelah
duduk. Ketika sampai di Victoria dia menanyakan kereta ke Dover. Sayang kereta itu
telah berangkat. Karena harus menunggu sejam lagi, Anthony mondar-mandir dengan
alis berkerut. Kadang-kadang dia menggelengkan kepala sendiri.
Perjalanan ke Dover tidak mengesankan. Setelah sampai, Anthony cepat-cepat
keluar. Seolah-olah ingat akan sesuatu, dia masuk stasiun kembali. Sambil
tersenyum kecil dia menanyakan arah Hurstmere, Langly Road.
Jalan itu panjang sekali dan mengarah ke luar kota. Menurut kuli, Hurstmere
terletak paling ujung. Anthony berjalan dengan langkah tetap. Kedua alisnya
berkerut lagi. Tetapi Anthony merasakan debaran yang lain. Yang biasa dia
rasakan kalau ada bahaya.
Hurstmere memang rumah paling ujung di jalan itu. Rumah tersebut terletak agak
jauh dari jalan. Rumput di halaman tinggi tak terurus. Pasti sudah lama
ditinggalkan pemiliknya. Sebuah pintu besi yang berkarat bertempelkan nama yang
sudah tak dapat dibaca lagi.
"Tempat yang sepi," gumam Anthony, "dan pantas untuk urusan ini."
Dia ragu-ragu sejenak. Lalu menoleh ke kiri-kanan - ke jalan yang sepi. Diiringi
derit pintu dia masuk perlahan. Sesaat kemudian dia berhenti mendengarkan. Dia
masih jauh dari rumah. Tidak ada suara apa-apa yang terdengar. Beberapa lembar
daun jatuh dari pohon dengan suara gemerisik. "Ngeri," gumam Anthony sendirian.
"Belum pernah aku merasa seperti ini."
Dia berjalan terus. Ketika jalan setapak itu menikung, dia menyelinap ke dalam
semak-semak dan berjalan perlahan-lahan dalam semak-semak itu, mendekati rumah.
Tiba-tiba dia berhenti dan memasang telinga sambil mengintip di sela daun-
daunan. Di kejauhan dia mendengar suara anjing menyalak. Tapi ada sesuatu di
dekatnya yang lebih mencurigakan. Pendengarannya yang tajam memang tidak salah.
Seorang laki-laki keluar dari balik rumah. Laki-laki bertubuh pendek gempal
dengan wajah asing. Dia tidak berhenti tapi berjalan perlahan, mengitari rumah,
dan menghilang lagi. Anthony mengangguk dan bergumam, "Penjaga. Mereka memang mempersiapkan rencana
dengan baik." Setelah penjaga itu lewat, Anthony meneruskan langkah mendekati rumah, ke arah
kiri, mengikuti penjaga itu tanpa suara.
Dinding rumah itu ada di sisi kanannya. Dia sampai ke sebuah jalan setapak
berkerikil. Terdengar suara beberapa lelaki sedang bicara.
"Ya Tuhan, benar-benar tolol," gumam Anthony. Dia mengintip dari jendela dengan
sangat hati-hati, supaya tidak ketahuan.
Enam lelaki mengelilingi sebuah meja. Empat orang bertubuh kekar, bertulang pipi
tinggi dan bermata dalam. Bahasa yang mereka pakai adalah bahasa Prancis, tapi
keempat laki-laki itu mengucapkannya dengan suara serak dan parau. "Bos" Kapan
dia datang?" Salah seorang laki-laki yang bertubuh agak kecil mengangkat bahunya. "Tak lama
lagi dia pasti datang."
"Sebentar lagi," kata laki-laki yang pertama. "Aku belum pernah melihat bos
kalian. Tapi sebetulnya kita bisa berbuat sesuatu yang lebih berarti daripada
buang-buang waktu seperti ini."
"Tolol," kata laki-laki kecil itu dengan tajam. "Paling-paling kalian ditangkap
polisi. Huh! Gorila-gorila tolol!"
"Aha! Kau menghina Komplotan, ya" Aku bisa memberi cap Tangan Merah ke lehermu
dengan segera." Dengan setengah berdiri dia memandang marah pada si Prancis. Tapi salah seorang
kawannya menariknya untuk duduk. "Nggak usah berantem. Kita kan harus bekerja
sama. Aku dengar si Raja Victor ini tak mau dibantah sedikit pun."
Anthony mendengar langkah penjaga itu lagi. Dia bersembunyi di sebuah semak.
"Siapa itu?" tanya salah seorang dari mereka.
"Si Carlo. Sedang keliling."
"Oh, bagaimana tawanan itu?"
"Nggak apa-apa. Sudah sadar kelihatannya. Dan sudah baik luka-lukanya."
Anthony berjalan menjauh, perlahan-lahan. "Ya, ampun," pikirnya. "Mereka bicara
dengan jendela terbuka lebar. Dan si Carlo tolol itu berkeliling dengan langkah
gajah dan mata kelelawar. Dan kedua kelompok itu sibuk sendiri. Kelihatannya
markas Raja Victor dalam kondisi acak-acakan. Aku akan senang - senang sekali -
kalau bisa memberi mereka pelajaran."
Dia berdiri sejenak dan tersenyum. Dari atas kepalanya dia mendengar suara orang
merintih. Anthony menengadah. Dia mendengar rintihan itu lagi.
Anthony menengok kiri-kanannya dengan cepat. Carlo belum akan berkeliling lagi.
Dia memegang tanaman merambat yang menutupi dinding luar erat-erat dan perlahan-
lahan memanjat sampai ke jendela di atas. Jendela itu dikunci. Tapi dengan alat
yang dikeluarkannya dari sakunya dia berhasil membukanya.
Dia diam sejenak, mendengarkan. Lalu dengan ringan meloncat masuk. Ada sebuah
tempat tidur di ujung kamar dan ada seorang lelaki tergeletak di sini. Dia tidak
bisa melihat orang itu karena gelap. Anthony mendekati tempat tidur tersebut dan
menyorotkan senternya ke wajah lelaki itu. Sebuah wajah asing yang babak-belur
dengan kepala terbungkus perban. Kaki dan tangannya diikat. Dia memandang
Anthony dengan heran. Anthony menundukkan kepalanya. Dia mendengar suara di
belakang dan tangannya cepat berpindah ke saku jaketnya.
Tapi sebuah perintah tajam menghentikan tindakannya.
"Angkat tangan. Anda tak mengira bertemu dengan saya di sini. Tapi saya
kebetulan naik kereta yang sama di Victoria."
Tuan Hiram Fish berdiri di pintu. Dia tersenyum dan tangannya menggenggam sebuah
pistol otomatis biru yang besar.
Bab 25 Selasa Malam di Chimneys LORD Caterham, Virginia, dan Bundle duduk di ruang perpustakaan setelah makan
malam. Hari itu Selasa malam. Tiga puluh jam sejak Anthony menghilang dengan
misterius. Untuk ketujuh kalinya Bundle mengulangi kata-kata terakhir Anthony
ketika mereka berpisah di Hyde Park Corner.
"Gampang. Aku urus sendiri," ulang Virginia sambil berpikir. "Kelihatannya dia
tidak bermaksud pergi selama ini. Dan barang-barangnya pun masih di sini."
"Dia tidak mengatakan ke mana dia pergi?"
"Tidak," kata Virginia memandang lurus ke depan. "Dia tidak bilang apa-apa."
Mereka diam sejenak. Lord Caterham berkata, "Kelihatannya mengurus hotel lebih
banyak keuntungannya dari rumah seperti ini."
"Maksudnya - ?"
"Orang selalu menggantungkan pesan di kamar masing-masing. Tamu yang bermaksud
pergi diharuskan memberi tahu sebelum jam dua belas."
Virginia tersenyum. "Memang aku kuno," kata Lord Caterham melanjutkan. "Dan aku tahu memang sekarang
sedang mode - keluar-masuk rumah seenaknya saja, sama seperti di sebuah hotel -
bebas berbuat apa saja - dan tak perlu membayar lagi."
"Ayah kok ngomel saja," kata Bundle. "Di sini ada Virginia dan aku. Apa lagi
yang Ayah inginkan?"
"Tak ada, tak ada lagi," katanya cepat-cepat. "Aku hanya ingin tenang. Memang
dua puluh empat jam terakhir ini tidak apa-apa - tenang - tak ada pencuri, tak ada
detektif, tak ada orang Amerika. Tapi sebetulnya aku ingin yakin dan tak
berpikir bahwa salah satu dari mereka akan muncul lagi dengan tiba-tiba."
"Kan tak ada yang muncul!" kata Bundle. "Kita ini rasanya seperti ditinggalkan
begitu saja - tak diacuhkan. Eh, aneh juga ya cara Tuan Fish menghilang" Apa dia


Rahasia Chimneys The Secret Of Chimneys Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengatakan sesuatu?"
"Tidak. Yang terakhir kali kulihat dia sedang mondar-mandir di kebun mawar
kemarin siang sambil mengisap rokok yang tidak enak baunya itu. Setelah itu dia
lenyap begitu saja."
"Pasti ada yang menculik dia," kata Bundle penuh harap.
"Satu-dua hari lagi pasti ada orang Scotland Yard mengaduk-aduk air danau
mencari mayatnya," kata Lord Caterham dengan sedih. "Salahku sendiri. Seharusnya
aku pergi ke luar negeri memelihara kesehatanku dan tidak ikut-ikutan terbawa
George dalam urusan begini. Aku - "
Kalimatnya terputus ketika Tredwell masuk.
"Nah, apa lagi?" kata Lord Caterham kesal.
"Detektif Prancis itu datang, Tuan. Dan ingin bicara dengan Tuan."
"Apa kubilang" Aku tak bisa menikmati ketenangan ini terlalu lama. Barangkali
mayat si Fish telah ditemukan."
Dengan hormat Tredwell meluruskan kembali pokok pembicaraan sebelumnya. "Apakah
saya harus mengatakan bahwa Tuan akan menerima tamu tersebut?"
"Ya, ya. Bawa dia ke sini."
Tredwell pergi. Dia kembali lagi mengantarkan Monsieur Lemoine.
Laki-laki Prancis itu masuk dengan langkah cepat dan ringan.
"Selamat malam, Lemoine," kata Lord Caterham. "Anda mau minum?"
"Tidak, terima kasih." Dia mengangguk hormat pada kedua wanita. "Akhirnya ada
kemajuan. Saya rasa Anda semua perlu mendengar penemuan-penemuan selama dua
puluh empat jam terakhir ini."
"Aku rasa ada suatu kejadian penting di suatu tempat lain," kata Lord Caterham.
"Tuan, kemarin salah seorang tamu Anda lenyap dengan cara yang sangat
mencurigakan. Dari permulaan saya sudah curiga. Ada orang yang tidak ketahuan
dari mana dia datang. Dua bulan yang lalu dia ada di Afrika Selatan. Sebelumnya"
Di mana?" Virginia menarik napas panjang.
Sesaat mata laki-laki Prancis itu memandangnya dengan ragu-ragu. Kemudian dia
melanjutkan, "Sebelum itu - di mana" Tak ada yang tahu. Dan dia memang orang yang
saya cari - periang, berani, nekat - siap berbuat apa saja kalau dia mau. Saya kirim
telegram berkali-kali, tetapi tidak ada jawaban pasti tentang masa lalunya.
Sepuluh tahun yang lalu dia memang ada di Kanada. Tapi setelah itu - tak ada
berita. Kecurigaan saya bertambah kuat. Lalu pada suatu hari saya menemukan
secarik kertas di mana dia baru saja lewat. Kertas itu berisikan alamat sebuah
rumah di Dover. Dengan sengaja saya jatuhkan kertas tersebut dan ketika saya
perhatikan, kertas tersebut dipungut oleh Boris. Sudah lama saya mencurigai
Boris sebagai kaki tangan Komplotan Tangan Merah. Dan kita semua tahu bahwa
mereka bekerja sama dengan orang-orang Raja Victor. Seandainya Boris tahu bahwa
atasannya adalah Tuan Anthony Cade, bukankah dia akan melakukan hal yang sama -
menyerahkan kesetiaannya padanya" Kenapa dia harus mengikat diri pada orang
asing" Sangat mencurigakan - mencurigakan.
"Tapi saya hampir saja kena, karena Anthony Cade membawa kertas tadi pada saya
dan bertanya apakah saya yang menjatuhkannya. Saya katakan saya hampir kena
karena ada dua kemungkinan. Tuan Cade benar-benar tidak bersalah atau dia adalah
orang yang sangat cerdik. Sementara itu saya sudah membuat persiapan dengan
mengirim anak buah. Baru hari ini saya mendapat berita. Rumah di Dover itu telah
kosong. Tapi sampai kemarin sore masih didatangi oleh segerombolan orang asing.
Tidak diragukan lagi tempat tersebut telah dipakai sebagai markas Raja Victor.
Coba perhatikan hal ini. Kemarin siang Tuan Cade menghilang begitu saja. Dia
pasti merasa bahwa permainannya harus berakhir setelah dia menjatuhkan kertas
tersebut. Dia sampai di Dover dan komplotan itu segera dibubarkan. Langkah
berikut yang akan diambilnya saya tidak tahu. Yang pasti Tuan Anthony Cade tak
akan kembali lagi ke sini. Tapi saya kenal Raja Victor dan yakin bahwa dia tak
akan berhenti tanpa mencoba sekali lagi. Pada waktu itulah kita akan
menangkapnya." Virginia tiba-tiba berdiri. Dia berjalan ke perapian dan bicara dengan suara
dingin dan keras bagaikan baja. "Anda telah melupakan satu hal, Tuan Lemoine,"
katanya. "Tuan Cade bukanlah satu-satunya tamu yang menghilang dengan
mencurigakan kemarin."
"Maksud Nyonya - ?"
"Bahwa yang Anda katakan bisa juga terjadi pada orang lain. Bagaimana dengan
Tuan Hiram Fish?" "Oh, Tuan Fish!"
"Ya, Tuan Fish. Bukankah Anda yang mengatakan malam itu bahwa Raja Victor baru
saja datang dari Amerika" Memang benar bahwa dia membawa surat introduksi dari
seseorang yang terkenal. Tapi tentunya hal seperti itu adalah hal yang mudah
ditangani oleh seorang penjahat kaliber Raja Victor. Tentunya dia bukanlah orang
seperti yang dikatakannya. Lord Caterham sendiri mengatakan bahwa apabila mereka
bicara tentang edisi awal lukisan-lukisan koleksinya, dia hanyalah seorang
pendengar yang baik, bukan pembicara yang aktif. Dan ada hal-hal lain yang
mencurigakan. Ada cahaya di jendela kamarnya ketika terjadi peristiwa naas itu.
Lalu kejadian malam di ruang pertemuan itu. Saya menjumpainya dengan pakaian
lengkap. Ada kemungkinan bahwa dialah yang menjatuhkan kertas itu. Anda tidak
melihat sendiri apakah memang Tuan Cade yang melakukannya. Tuan Cade mungkin
saja ke Dover. Dan kalau dia ke sana tujuannya adalah untuk menyelidik. Mungkin
dia diculik. Dan tindak-tanduk Tuan Fish lebih pantas dicurigai daripada tindak-
tanduk Tuan Cade." Tuan Lemoine menjawab dengan suara yang tak kalah tajamnya, "Barangkali demikian
dilihat dari pandangan Anda. Saya tidak menyangkalnya dan saya setuju bahwa Tuan
Fish tidaklah seperti yang kita lihat."
"Jadi?" "Itu bukan apa-apa, Nyonya, karena Tuan Fish adalah seorang detektif Amerika."
"Apa?" seru Lord Caterham.
"Ya, Lord Caterham. Dia kemari untuk menyelidiki jejak Raja Victor. Inspektur
Battle dan saya sudah tahu akan hal itu."
Virginia tidak berkata apa-apa. Perlahan-lahan dia duduk kembali. Dengan fakta
tersebut, apa yang telah dipikirkannya jadi berantakan.
"Kami tahu bahwa Raja Victor akhirnya akan datang ke Chimneys. Kami yakin akan
bisa menangkap dia di Chimneys."
Virginia memandangnya dengan sinar mata aneh, dan tiba-tiba tertawa. "Anda belum
menangkap dia," katanya.
Lemoine memandang Virginia dengan curiga. "Belum, Nyonya, tapi akan."
"Dia dikenal mudah memperdayakan orang, kan?"
Lemoine kelihatan geram. Dia berkata, "Tidak untuk kali ini."
"Orang itu sangat menarik - menarik kelihatannya," kata Lord Caterham. "Mengapa
tadi kaukatakan bahwa dia adalah kawan lamamu. Virginia?"
"Ya, mengapa?" sahut Virginia penuh keyakinan. "Tuan Lemoine pasti membuat
kekeliruan." Mata Virginia menatap Lemoine dengan tenang. Tapi Lemoine tidak ingin dikacau
rencananya. Dia hanya berkata, "Nanti akan Anda lihat sendiri."
"Apa Anda bayangkan dialah yang menembak Pangeran Michael?" tanya Virginia.
"Tentu saja." "Oh, tidak-tidak," kata Virginia. "Saya tahu hal itu dan yakin bahwa Anthony
Cade tidak membunuh Pangeran Michael."
Lemoine memandangnya dengan penuh perhatian. "Barangkali Anda benar, Nyonya,"
katanya. "Sebuah kemungkinan. Barangkali si Boris itu yang melakukannya atas
perintahnya. Siapa tahu, Pangeran Michael mungkin pernah menyakiti hatinya atau
berbuat kekeliruan."
"Boris memang kelihatan mengerikan. Para pelayan wanita menjerit ketika dia
melewati gang belakang," kata Lord Caterham.
"Baiklah, saya mohon diri dulu. Saya merasa perlu memberi informasi ini pada
Anda, Lord Caterham."
"Terima kasih banyak. Anda benar-benar tidak mau minum" Baiklah, selamat malam."
"Aku tidak suka melihat laki-laki berkumis dan berkaca mata itu," kata Bundle.
"Mudah-mudahan Anthony bisa menunjukkan bahwa dia bukan seperti yang dituduhkan.
Apa pendapatmu, Virginia?"
"Ah, aku tak tahu. Aku capek. Mau tidur saja."
"Ide bagus," kata Lord Caterham. "Sudah jam setengah dua belas."
Ketika Virginia menyeberangi ruangan yang luas itu dia melihat sebuah punggung
yang lebar diam-diam menghilang di pintu samping. Dengan nada mendesak dia
memanggil. "Inspektur Battle!"
Yang dipanggil berbalik dengan agak enggan. "Ya, Nyonya Revel?"
"Tuan Lemoine tadi kemari. Dia bilang - benarkah bahwa Tuan Fish adalah detektif
Amerika?" Inspektur Battle mengangguk. "Betul."
"Apa Anda sudah lama tahu akan hal itu?"
Lagi-lagi dia mengangguk.
Virginia berbelok ke arah tangga. "Terima kasih," katanya sambil naik.
Sampai saat itu dia tidak percaya. Tapi sekarang"
Sambil duduk di depan kaca riasnya dia termenung berpikir. Setiap kata-kata
Anthony diingatnya kembali - kini dengan makna yang berbeda. Inikah pekerjaan yang
dilepaskannya" Dia mendengar ketukan suara aneh. Dilihatnya jam emasnya yang kecil. Pukul satu
lewat. Tak terasa hampir dua jam dia duduk berpikir di situ.
Suara ketukan itu menjadi lebih keras. Berasal dari jendela. Virginia berdiri
dan melongok ke bawah. Dia melihat seorang jangkung yang sedang membungkuk
mengambil kerikil. Setelah diperhatikannya dengan baik, akhirnya Virginia mengenali orang jangkung
dan kuat itu. Ternyata si Boris. Hati Virginia berdegup keras. Dengan suara
rendah dia berkata, "Ada apa?" Tak terpikir sedikit pun olehnya mengapa Boris
melempari jendela pada malam-malam seperti itu. "Ada apa?" ulangnya.
"Saya disuruh Tuan. Disuruh menjemput Anda," jawabnya dengan suara rendah,
tetapi terdengar cukup jelas.
"Menjemput saya?" tanyanya.
"Ya. Saya datang menjemput Nyonya. Ada surat. Akan saya lempar."
Virginia minggir dari jendela. Boris melempar surat itu dengan pemberat kerikil.
Surat tersebut jatuh tepat di kaki Virginia. Diambilnya dan dibacanya surat itu.
"Sayangku - aku dalam kedudukan yang sulit. Tapi aku ingin menang. Maukah kau
mempercayaiku dan datang padaku?" Selama satu-dua menit Virginia berdiri
terpaku. Dibacanya surat itu berulang-ulang.
Virginia memandang sekelilingnya. Kamar yang menyenangkan. Tapi dia melihatnya
dengan mata yang baru. Dia melongok ke jendela lagi. "Apa yang harus kulakukan?"
"Detektif-detektif itu ada di sisi lain, dekat ruang pertemuan. Keluarlah dari
pintu samping sini. Saya menunggu. Saya bawa mobil."
Virginia mengangguk. Dengan cepat dia berganti baju dan menempelkan topi kecil
di kepalanya. Lalu dia menulis surat singkat untuk Bundle dan ditempelkannya di
bantalan jarum dengan sebuah jarum. Dengan hati-hati dia turun, membuka pintu
samping. Dia melangkah keluar dengan langkah pasti dan kepala tegak, segagah
nenek moyangnya yang berangkat berjuang pada zaman Perang Salib.
Bab 26 Tanggal 13 Oktober PADA jam sepuluh pagi hari Rabu tanggal 13 Oktober, Anthony Cade berjalan ke
Hotel Harridge dan minta bertemu dengan Baron Lolopretjzyl yang menginap di
salah satu suite. Setelah menjawab beberapa pertanyaan, Anthony akhirnya
dipersilakan masuk. Baron itu berdiri tegak dengan sikap resmi menyambut dia.
Kapten Andrassy yang juga hadir berdiri dengan sikap yang sama, tetapi agak
sinis. Setelah basa-basi pendahuluan selesai, Anthony meletakkan topi dan tongkatnya,
lalu bicara dengan suara ringan. "Maaf dengan gangguan pagi ini, Baron. Saya
ingin mengajukan suatu tawaran bisnis pada Anda," katanya.
"Ah, benarkah demikian," kata si Baron.
Kapten Andrassy yang belum bisa mempercayai Anthony, memandangnya dengan curiga.
"Bisnis pada dasarnya dilakukan orang berdasarkan prinsip penawaran dan
permintaan. Satu orang membutuhkan, sedang yang lain memiliki. Yang perlu
dilakukan setelah itu adalah menentukan harganya."
Baron itu memandangnya tapi tidak berkata apa-apa.
"Antara Baron Herzoslovakia - seorang bangsawan, dan seorang jentelmen Inggris,
bisnis ini tidak akan sulit diatur," lanjut Anthony dengan cepat. Dia
mengucapkan kata-kata itu dengan sedikit malu, karena ucapan demikian tidak akan
keluar dengan mudah dari bibir seorang pria Inggris. Tapi dia menggunakan kata-
kata tersebut karena dia melihat efek psikologisnya pada Baron.
Dan hal itu memang benar. Baron mengangguk dan berkata, "Ya, benar." Bahkan
Kapten Andrassy pun ikut-ikutan menganggukkan kepalanya sedikit.
"Baiklah," kata Anthony. "Saya tak akan berputar-putar - "
"Apa yang ingin Anda katakan?" sela Baron. "Berputar-putar" Saya tidak
mengerti." "Anda memerlukan sesuatu dan saya mempunyainya. Kapalnya ada, tapi tidak ada
kaptennya. Yang saya maksud dengan kapal adalah kaum Loyalis dari Herzoslovakia.
Tapi Anda tidak punya calon raja. Sekarang seandainya - ini seandainya - saya dapat
menyediakan seorang calon raja untuk Anda?"
Baron menggelengkan kepala. "Saya tidak mengerti," katanya.
"Tuan," kata Kapten Andrassy sambil memelintir kumisnya, "Anda menghina kami."
"Sama sekali tidak," sahut Anthony. "Saya hanya mencoba membantu. Penawaran dan
permintaan, itu saja. Dan saya menawarkan 'barang' yang asli. Kalau tidak, bisa
ditolak. Anda dapat mencek sendiri. Tapi percayalah, saya menawarkan yang asli."
"Saya tidak mengerti," kata Baron.
"Tak apa. Begini maksud saya. Saya punya suatu rencana. Anda sedang memerlukan
seorang raja, kan" Saya akan mengambil alih pekerjaan itu - menyediakan seorang
raja." Baron dan Andrassy memandangnya bingung. Anthony mengambil topi dan tongkatnya,
siap untuk keluar. "Pikirkan saja hal itu. Ada satu hal lagi, Baron. Anda harus datang ke Chimneys
malam ini. Juga Kapten Andrassy. Ada beberapa hal penting yang mungkin terjadi
nanti. Bagaimana kalau kita membuat janji" Jam sembilan di ruang pertemuan"
Baik, Tuan-tuan. Sampai bertemu lagi."
Baron melangkah dan berkata dengan penuh wibawa. "Tuan Cade, Anda tidak
mempermainkan saya, bukan?"
"Baron," jawab Anthony, "bila malam ini telah lewat, Anda pasti sependapat
dengan saya bahwa lebih banyak hal-hal serius dalam urusan ini daripada
lelucon." Dia membungkuk hormat pada kedua laki-laki itu dan keluar.
Kunjungan berikut adalah ke kota. Dia mengirimkan kartu namanya kepada Tuan
Herman Isaacstein. Setelah menunggu agak lama, Anthony diterima oleh seorang
bawahan berwajah pucat dengan pangkat militer dan senyum menawan.
"Anda ingin bertemu dengan Tuan Isaacstein, bukan" Beliau sedang sibuk sekali -
rapat direksi dan lain-lainnya. Apa bisa saya bantu?"
"Saya harus menemui dia." Lalu dengan santai ditambahkannya keterangan. "Saya
baru saja dari Chimneys."
Laki-laki muda itu terpaku mendengar kata Chimneys. "Oh!" katanya ragu. "Kalau
begitu, sebentar." "Beri tahu dia bahwa ini persoalan penting," kata Anthony.
"Pesan dari Lord Caterham?" tanyanya.
"Ya - semacam itulah. Tapi saya sangat perlu bertemu dengan Tuan Isaacstein
segera." Tak lama kemudian Anthony dibawa ke sebuah ruang khusus yang amat luas dan
berhias kursi-kursi kulit yang besar dan nyaman. Tuan Isaacstein berdiri.
"Maaf dengan penampilan saya seperti ini," kata Anthony. "Saya mengerti bahwa
Anda sangat sibuk, tapi saya tak akan membuang waktu Anda dengan sia-sia. Saya
ingin membicarakan hal yang amat penting."
Isaacstein memandangnya sejenak. Lalu dia mengeluarkan kotak cerutunya dan
berkata, "Silakan."
"Terima kasih," sahut Anthony sambil mengambil sebatang. "Persoalan
Herzoslovakia," kata Anthony setelah menerima korek api. Tuan Isaacstein hanya
memandang dengan mata yang tenang. "Kematian Pangeran Michael pasti mengacaukan
rencana Anda." Tuan Isaacstein mengangkat sebuah alis matanya dan berkata, "Ah?" lalu memandang
ke langit-langit. "Minyak," kata Anthony merenungi permukaan meja yang berkilau "Benda yang sangat
berharga." Milyuner itu berkata mengejutkan, "Anda bisa bicara to the point saja, Tuan
Cade?" "Baik. Seandainya konsesi minyak itu diberikan pada pihak lain, apakah Anda
tidak rugi?" "Apa yang Anda tawarkan?" tanyanya sambil memandang Anthony lurus-lurus.
"Sama. Seorang penuntut tahta dan seratus persen pro-Inggris."
"Dari mana Anda mendapatkan dia?"
"Itu urusan saya."
Isaacstein menerima jawaban ketus itu dengan senyum kecil. Dia mulai berpikir


Rahasia Chimneys The Secret Of Chimneys Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keras. "Asli" Saya tak ingin berurusan dengan permainan konyol lagi," katanya.
"Benar-benar asli."
"Jujur?" "Jujur." "Saya percaya pada Anda."
"Kelihatannya tidak terlalu sulit meyakinkan Anda," kata Anthony dengan curiga.
Herman Isaacstein tersenyum. "Saya tak akan berada pada posisi ini kalau saya
tidak bisa membedakan apakah seseorang berkata benar atau tidak. Apa yang Anda
kehendaki?" "Pinjaman yang sama dengan syarat yang sama yang Anda berikan pada Pangeran
Michael," kata Anthony.
"Dan untuk Anda sendiri?"
"Saat ini tidak usah. Saya hanya ingin agar Anda datang ke Chimneys malam ini."
"Tidak, saya tidak bisa," katanya dengan suara tegas.
"Mengapa?" "Makan luar - acara penting."
"Rasanya Anda perlu membatalkan acara itu - demi kepentingan Anda sendiri."
"Apa maksud Anda?"
Anthony memandangnya sejenak sebelum berkata perlahan, "Tahukah Anda bahwa
mereka telah menemukan pistol itu" Pistol yang dipakai untuk menembak mati
Pangeran Michael" Dan tahukah Anda di mana benda itu ditemukan" Di dalam kopor
Anda." "Apa?" seru Isaacstein hampir terloncat dari kursinya. "Apa yang Anda katakan"
Apa maksud Anda?" "Saya akan cerita."
Anthony pun menceritakan kisah penemuan pistol itu. Wajah Isaacstein berubah
jadi biru menahan rasa marah dan takut.
"Itu tidak betul," serunya ketika Anthony selesai bicara. "Saya tidak pernah
meletakkan pistol itu di situ. Saya tak tahu apa-apa tentang soal itu. Pasti ada
orang lain yang melakukannya."
"Sabar dan tahanlah emosi Anda," kata Anthony dengan lembut. "Kalau memang
demikian halnya Anda akan bisa membuktikannya dengan mudah."
"Membuktikan" Bagaimana saya membuktikannya?"
"Seandainya saya jadi Anda, saya akan datang ke Chimneys malam ini," kata
Anthony. Isaacstein memandangnya dengan ragu-ragu. "Anda menganjurkan?"
Anthony membungkukkan kepalanya dan berbisik. Milyuner itu tercengang heran.
"Anda benar-benar bermaksud - "
"Datang dan lihat saja," jawab Anthony.
Bab 27 Pertemuan Lengkap JAM di ruang pertemuan menunjuk angka sembilan. "Hm," kata Lord Caterham dengan
tarikan napas panjang. "Mereka sudah ada di sini semua."
Dia memandang berkeliling dengan mata sedih. "Seperti mainan organ dengan
monyet," gumamnya sambil memandang Baron.
"Jangan jahat, Yah," kata Bundle. "Dia mengatakan padaku bahwa Ayah adalah
contoh sempurna seorang bangsawan Inggris yang ramah."
"Memang dia suka bicara begitu. Rasanya membosankan untuk teman bicara. Tapi aku
bukan orang Inggris yang ramah. Aku ingin menyewakan Chimneys secepatnya pada
perusahaan Amerika, lalu tinggal di hotel. Kalau ada orang yang mengganggu aku
tinggal minta kuitansi lalu pindah."
"Sudahlah," bujuk Bundle. "Kelihatannya kita tak akan melihat Tuan Fish lagi."
"Dia sebetulnya orang yang menyenangkan," kata Lord Caterham dengan nada
berbeda. "Gara-gara teman laki-lakimu itu jadi ada pertemuan ini. Kenapa dia
tidak mengadakan pertemuan di tempat lain saja, misalnya di Larches atau
Elmhurst, atau vila lainnya" Kenapa harus di tempat ini?"
"Suasananya takkan sesuai," kata Bundle.
"Mudah-mudahan tak ada orang yang mempermainkan kita," kata Lord Caterham cemas.
"Aku tidak suka orang Prancis itu - si Lemoine. Polisi Prancis biasanya aneh-aneh.
Mengikat lengan orang dengan karet, lalu mengejutkan kita, lalu mengukur dengan
termometer. Pokoknya mereka aneh-aneh."
Pintu terbuka dan Tredwell mengumumkan, "Tuan George Lomax. Tuan Eversleigh."
"Si Codders diiringi anjingnya yang setia," gumam Bundle.
Bill langsung mendekatinya, sedangkan Tuan Lomax menyapa Lord Caterham dan
berbasa-basi sebentar. "Pesan Anda sudah saya terima. Karena itu saya kemari,"
katanya. "Ah, terima kasih, terima kasih. Anda baik sekali," kata Lord Caterham yang
kelihatan sangat ramah di saat dia tidak ingin beramah-tamah. "Ah, sebetulnya
bukan rencana saya, tapi tak apalah."
Pada saat yang sama, Bill menyerang Bundle dengan suara rendah. "Ada apa sih
sebenarnya" Aku dengar Virginia lenyap di tengah malam. Mudah-mudahan dia tidak
diculik orang." "Oh, tidak," jawab Bundle. "Dia meninggalkan pesan dengan cara kuno -
menusukkannya di bantalan jarum."
"Dia tidak pergi dengan laki-laki, kan" Aku tidak suka orang Afrika itu. Aku
dengar dia bukan orang baik-baik. Tapi aku sendiri tidak melihat buktinya."
"Mengapa?" "Karena bajingan Victor itu kan orang Prancis. Sedangkan si Cade kan Inggris."
"O, kau belum tahu ya kalau Raja Victor bisa bicara beberapa bahasa, dan dia
keturunan setengah Irlandia."
"Ah - apa itu yang menyebabkannya unik?"
"Aku tak tahu apa dia unik. Tapi dua hari yang lalu dia muncul di tempat ini.
Tadi pagi kami menerima telegram darinya dan mengatakan bahwa dia akan kemari
jam sembilan. Dia meminta agar Codders dipanggil kemari. Orang-orang yang
lainnya datang kemari karena permintaan Tuan Cade."
"Ini benar-benar sebuah pertemuan," kata Bill sambil memandang berkeliling.
"Seorang detektif Prancis di jendela, seorang detektif Inggris di dekat
perapian. Amerika tak ada wakilnya."
Bundle menggelengkan kepala. "Tuan Fish menghilang tanpa pesan. Virginia juga
tak ada. Tak apalah. Tapi, Bill, aku merasa bahwa kita sudah mendekati saat di
mana seseorang akan berkata, 'Ternyata James si pelayan adalah...' - siapa,
begitu. Tinggal Anthony Cade yang belum kelihatan."
"Dia tak akan muncul," potong Bill.
"Kalau begitu kenapa dia mengumpulkan kita semua di sini?" tanya Bundle.
"Dia punya rencana tertentu mestinya. Ingin supaya kita semua berada di sini
ketika dia ada di suatu tempat lain. Biasa - cerita lama."
"Kaupikir dia tak akan datang?"
"Aku rasa tidak. Dia takut. Mau masuk kandang macan apa bagaimana" Ruangan ini
kan penuh detektif."
"Kau belum kenal Raja Victor kalau menganggap hal begitu saja sudah membuat dia
takut. Ini adalah keadaan yang sangat disukainya. Dia akan dapat lolos dan
mencemooh polisi begitu saja."
Tuan Eversleigh menggelengkan kepala. "Itu perlu keberanian besar. Dengan
senjata yang sewaktu-waktu siap meledak, dia tidak akan - "
Pintu terbuka lagi dan Tredwell mengumumkan, "Tuan Cade."
Anthony masuk dan langsung bicara dengan tuan rumah. "Lord Caterham, saya telah
sangat merepotkan Anda. Tapi saya benar-benar berharap bahwa malam ini kita akan
dapat menguak misteri ini."
Lord Caterham terbujuk juga. Tanpa disadarinya dia memang menyukai Anthony. "Ah,
tidak apa-apa - sama sekali tidak apa-apa," katanya ramah.
"Terima kasih. Anda baik sekali. Karena kita semua sudah berkumpul, barangkali
pertemuan ini bisa dimulai."
"Saya tidak mengerti," kata George Lomax dengan sombong. "Saya tidak mengerti
sama sekali. Ini di luar kebiasaan. Tuan Cade tidak punya hak untuk bicara di
sini. Persoalan ini sangat sensitif. Saya berpendapat - " Perkataan George yang
bertele-tele itu terpotong. Inspektur Battle mendekatinya dan membisikkan
sesuatu kepadanya. George kelihatan bingung.
"Baiklah kalau itu yang Anda kehendaki," katanya dengan nada jengkel. Lalu dia
menambahkan dengan angkuh, "Saya yakin bahwa kita semua akan bersedia mendengar
Tuan Anthony Cade." Anthony tidak menghiraukan kata-katanya yang menghina. Dia hanya berkata dengan
suara ringan. "Saya memang punya ide kecil. Barangkali Anda semua masih ingat
bahwa beberapa hari yang lalu kita dihadapkan pada sebuah teka-teki. Ada suatu
petunjuk tentang Richmond dan angka-angka." Dia diam sejenak. "Kita sudah
mencoba tapi gagal. Nah, dalam memoir almarhum Count Stylptitch (yang kebetulan
telah saya baca), disebutkan suatu jamuan makan malam - sebuah jamuan 'bunga' di
mana yang hadir memakai bunga yang sama dengan yang kita temukan di lorong
rahasia itu. Bunga itu melambangkan bunga mawar atau ros. Dan Anda tentunya
masih ingat bahwa ketiga benda yang kita temukan semuanya ada beberapa biji -
berjajar - baik kancing, huruf E, maupun sobekan kain rajutan. Nah, hadirin, benda
apakah di rumah ini yang diatur dalam suatu jajaran" Buku, bukan" Dalam
perpustakaan Lord Caterham ada sebuah buku berjudul Riwayat Hidup Earl of
Richmond. Saya rasa kita bisa menemukan tempat persembunyian yang kita cari itu.
Dengan memakai buku tersebut sebagai titik pertama, kita bisa menemukan tempat
persembunyian itu dengan menghitung buku di sekitarnya. Saya rasa kita akan
menemukan sebuah buku palsu yang berlubang sebagai tempat persembunyian."
Anthony Cade menoleh ke kiri dan kanan menunggu tepuk tangan mereka yang hadir.
"Luar biasa," kata Lord Caterham.
"Luar biasa," kata George dengan angkuh. "Tapi harus dibuktikan."
Anthony berkata sambil tertawa. "Bukti masakan kalau sudah dirasakan, ya" Saya
akan melakukannya untuk Anda." Dia melangkah sambil berkata. "Saya akan ke ruang
perpustakaan - " Anthony menghentikan langkahnya. Tuan Lemoine bergerak dari jendela. "Sebentar,
Tuan Cade. Anda tak berkeberatan, Lord Caterham?"
Dia berjalan ke meja tulis dan menuliskan beberapa kalimat. Dia masukkan surat
tersebut dalam amplop dan ditutupnya dengan lem. Dia bunyikan bel untuk
memanggil Tredwell, dan dia memerintah, "Tolong segera disampaikan."
"Baik, Tuan," kata Tredwell. Dia keluar lagi.
Anthony yang menunggu agak lama duduk kembali. Dia bertanya, "Ada apa, Lemoine?"
Suasana menjadi tegang. "Apabila seperti Anda katakan, permata itu ada di tempat tersebut selama lebih
dari tujuh tahun, maka seperempat jam tambahan tidak akan berarti apa-apa,
bukan?" "Coba teruskan. Sebetulnya bukan itu yang ingin Anda katakan, kan?" kata
Anthony. "Memang bukan. Pada saat ini tidak seorang pun diperkenankan keluar ruangan ini.
Terutama kalau dia memiliki reputasi yang kurang meyakinkan!"
Anthony hanya menaikkan sebelah alis matanya. Sambil menyalakan rokok dia
berkata, "Kelihatannya hidup yang penuh petualangan bisa diartikan dengan
reputasi jelek." "Dua bulan yang lalu Anda berada di Afrika Selatan. Itu memang bisa dibuktikan.
Tapi sebelumnya" Di mana Anda?" tanya Lemoine.
Anthony menyandarkan tubuhnya di kursi. Sambil menghembuskan asap rokok dia
menjawab dengan santai. "Kanada Barat Daya."
"Apa benar Anda tidak berada di penjara" Sebuah penjara Prancis?" Dengan sigap
Battle menggeser kedudukan ke dekat pintu seolah-olah ingin mencegah seseorang
keluar dari situ. Tapi Anthony tidak menunjukkan tindakan dramatis.
Dia memandang Lemoine dalam-dalam. Lalu tertawa. "Tuan Lemoine, Anda rupanya
sudah kena obsesi. Kelihatannya Anda melihat Raja Victor di mana-mana. Jadi Anda
mengira bahwa saya adalah laki-laki istimewa itu?"
"Anda menyangkal?"
Anthony menjentikkan setitik abu rokok yang jatuh di lengan bajunya. "Saya tak
pernah menyangkal sesuatu yang menyenangkan saya," katanya sambil tersenyum.
"Tapi tuduhan Anda terlalu menggelikan."
"Ah, Anda berpendapat begitu?" kata Lemoine sambil membungkuk ke depan. Wajahnya
kelihatan bingung bercampur heran setelah mendengar kata-kata Anthony. "Apa
pendapat Anda kalau saya katakan bahwa kali ini - kali ini saya akan benar-benar
menangkap Raja Victor - dan tak seorang pun bisa menghalangi maksud itu?"
"Bagus sekali," kata Anthony. "Anda telah pernah melakukan hal itu tapi Raja
Victor ternyata lebih licin sehingga Anda tidak bisa mengalahkannya, bukan" Apa
Anda tidak takut kalau dia akan lolos lagi" Dia sangat licin, lho."
Percakapan itu telah berubah menjadi pertengkaran dan setiap orang di ruangan
itu merasakan ketegangan tersebut. Yang seorang adalah polisi Prancis yang
berapi-api sedang yang lain adalah seorang lelaki yang sedang merokok dengan
santai dan tidak peduli apa pun.
"Kalau saya menjadi Anda, Lemoine," Anthony melanjutkan, "saya akan sangat hati-
hati. Perhatikan setiap langkah Anda."
"Kali ini tak akan ada kekeliruan," kata Lemoine dengan gemas.
"Anda begitu yakin. Ingatkah Anda, bahwa ada yang namanya bukti," kata Anthony.
Lemoine tersenyum. Dan ada yang menarik Anthony dalam senyum itu. Dia duduk
tegak dan mematikan rokoknya.
"Anda tahu catatan yang saya tulis" Surat untuk bawahan saya di losmen. Kemarin
saya menerima contoh sidik jari dari Prancis. Tidak lama lagi mereka akan
membawanya kemari. Kita lihat nanti apakah Anda orangnya atau bukan."
Anthony memandangnya dengan tenang. Pelan-pelan mulutnya tersenyum. "Anda memang
agak cerdik, Lemoine. Saya tak pernah memikirkan hal itu. Kalau kiriman itu
datang, Anda pasti akan menyuruh saya untuk menceburkan jari-jari tangan saya ke
dalam tinta. Anda akan mengukur telinga saya - dan apa lagi. Dan kalau tanda-tanda
itu cocok - " "Dan kalau cocok - apa?" kata Lemoine.
Dia membungkukkan badan ke depan dan berkata dengan lembut, "Ya - dan kalau
sesuai, lalu apa?" "Lalu apa?" tanya Lemoine terkejut. Untuk pertama kali dia kelihatan terkejut
dan tidak yakin dengan dirinya sendiri. "Saya akan punya bukti bahwa Anda adalah
Raja Victor." "Dan Anda tentunya puas dengan kenyataan itu," kata Anthony. "Tapi saya tak tahu
apa yang merugikan saya kalau hal itu benar. Saya tidak mengakui apa-apa. Tetapi
seandainya - seandainya hal itu benar, apa kelanjutannya" Bisa saja saya
bertobat." "Bertobat?" "Begitulah. Coba Anda pakai imajinasi Anda. Bayangkan Anda adalah dia. Anda baru
saja keluar dari penjara. Anda ingin mulai kehidupan baru. Anda bahkan,
misalnya, bertemu dengan seorang wanita yang ingin Anda peristri. Dan Anda ingin
hidup tenang di sebuah tempat yang tenang. Pokoknya Anda bermaksud memulai suatu
kehidupan yang bersih. Bisa saja, kan" Apa Anda tidak bisa membayangkannya?"
"Rasanya tidak," kata Lemoine dengan senyum sinis.
"Tentu saja - karena Anda bukan Raja Victor. Tentu saja Anda tidak bisa
merasakannya." "Tapi apa yang Anda katakan itu nonsens," kata si detektif Prancis dengan kacau.
"Ah, sama sekali tidak. Coba pikir. Seandainya saya adalah Raja Victor, tuduhan
apa yang akan Anda timpakan" Apa Anda akan memberi tuduhan yang pernah
dituduhkan" Itu kan tidak mungkin. Saya telah menjalani hukumannya. Apakah saya
akan dituduh 'berkeliaran dengan maksud melakukan kejahatan'" Itu bukan suatu
hal yang memuaskan, bukan?"
"Anda lupa," kata Lemoine. "Amerika! Bagaimana dengan cerita tentang perbuatan
Anda menyaru sebagai Pangeran Nicholas Obolovitch?"
"Tidak bagus, Lemoine," jawab Anthony. "Saya berada jauh dari Amerika. Dan saya
bisa membuktikannya dengan mudah seandainya ada orang yang menyaru sebagai
Pangeran Nicholas di Amerika, jadi pasti saya bukan Raja Victor. Apa Anda yakin
bahwa orang itu bukan Pangeran Nicholas sendiri?"
Tiba-tiba Battle menyela. "Orang itu memang penipu, Tuan Cade."
"Saya tak akan membantah Anda, Battle. Biasanya Anda mengatakan hal yang benar.
Apa Anda juga tahu persis bahwa Pangeran Nicholas telah meninggal di Kongo?"
"Saya tidak tahu, Tuan, itu merupakan kepercayaan umum," kata Battle sambil
memandang Anthony penuh rasa ingin tahu.
"Ah - hati-hati, Tuan, Apa moto Anda" Mengulur tali sepanjang mungkin" Saya telah
mengambil selembar dari buku Anda. Saya telah menyediakan tali sepanjang-
panjangnya untuk Tuan Lemoine. Saya belum menolak tuduhannya. Tapi sama saja.
Dia pasti kecewa nantinya. Saya selalu percaya bahwa tiap orang pasti punya
rencana tertentu. Dan karena saya telah mengantisipasi akan timbulnya sesuatu
yang kurang menyenangkan di sini, maka saya membawa kartu simpanan saya. Kartu
itu - atau dia - berada di lantai atas."
"Di lantai atas?" tanya Lord Caterham tertarik.
"Ya. Dia sangat menderita. Kepalanya kena pukul. Dan saya telah mencoba
merawatnya," kata Anthony.
Tiba-tiba suara berat Tuan Isaacstein terdengar. "Bisa kami menebak siapa dia?"
"Silakan," kata Anthony. "Tapi - "
Tiba-tiba Lemoine menyela dengan suara kejam. "Lelucon apa ini" Anda pikir Anda
bisa mengungguli saya" Barangkali apa yang Anda katakan benar, bahwa Anda tidak
berada di Amerika. Tapi ada satu hal lagi. Pembunuhan! Ya, pembunuhan atas


Rahasia Chimneys The Secret Of Chimneys Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pangeran Michael. Dia memergoki Anda pada malam itu ketika Anda mencari permata
itu." "Tuan Lemoine, pernahkah Anda mendengar bahwa Raja Victor membunuh seseorang"
Anda lebih tahu tentang hal ini dari saya," kata Anthony dengan suara tajam.
"Siapa lagi yang bisa mengatakan hal itu kalau bukan Anda sendiri. Coba
katakan!" kata Lemoine.
Ketika kata-kata terakhir itu selesai diucapkan, terdengar suara siulan dari
teras. Sikap santai Anthony berubah. "Anda menanyakan siapa yang membunuh
Pangeran Michael" Saya tak akan memberi tahu Anda. Saya akan menunjukkannya pada
Anda. Siulan itu adalah tanda yang sudah saya tunggu-tunggu dari tadi. Pembunuh
Pangeran Michael ada di dalam ruang perpustakaan."
Dia meloncat ke luar lewat jendela dan yang lainnya mengikutinya menuju ruang
perpustakaan dengan mengitari teras. Mereka sampai di jendela perpustakaan.
Anthony membuka jendela itu dengan mudah dan dikuaknya tirai beludru yang berat
sehingga mereka semua dapat melihat apa yang terjadi di dalam. Ada seseorang
yang sedang berdiri di deretan buku-buku, menarik dan mengembalikan buku-buku
itu dengan cepat dengan sebuah tangan memegang senter. Orang itu begitu asyik
dengan apa yang dilakukannya sehingga tidak memperhatikan sekelilingnya.
Dan ketika mereka sedang berdiri memperhatikan dan mencoba menduga siapa orang
yang sedang asyik dengan buku-buku itu, seseorang menggeram dan meloncat ke arah
orang tersebut. Senter itu jatuh dan terdengarlah suara orang yang saling bergumul di dalam.
Lord Caterham dengan susah-payah mendekati tombol lampu dan menyalakannya.
Terlihat dua orang yang sedang berkelahi. Mereka mendengar suara letupan pistol
yang pendek, lalu orang yang lebih kecil itu tergeletak roboh. Si tinggi
berbalik menghadap mereka. Boris berdiri dengan mata nyalang penuh amarah.
"Dia membunuh tuan saya," katanya. "Dan sekarang mencoba menembak saya. Saya
ingin mengambil pistol itu dari tangannya tapi pistol itu meletus. Wanita jahat
itu mati." "Wanita?" seru George Lomax.
Mereka mendekat. Di lantai terkapar seorang wanita berwajah kejam dengan pistol
tergenggam di tangan. Dia adalah Nona Brun.
Bab 28 Raja Victor "SAYA sudah mencurigainya dari awal," kata Anthony. "Saya melihat cahaya lampu
di kamarnya pada malam naas itu. Tetapi saya menjadi ragu-ragu setelah menemui
Nyonya di Breuteuil, bekas majikan Nona Brun. Dia memberikan rekomendasi yang
sangat bagus. Saya memang bodoh karena tak terpikir adanya kemungkinan
penculikan Nona Brun asli ketika dia berangkat ke tempat kerjanya yang baru.
Saya bahkan ganti mencurigai Tuan Fish. Tetapi setelah kami bertemu di Dover,
saya bisa melihat dengan lebih jelas. Ketika saya tahu bahwa Tuan Fish adalah
detektif Amerika yang sedang bertugas mencari jejak Raja Victor, kecurigaan saya
kembali seperti semula. "Dari semula saya sudah menduga adanya hubungan antara Herzoslovakia dengan
kasus ini. Dari semua tamu di sini, satu-satunya yang pernah punya hubungan
langsung dengan Herzoslovakia adalah Nyonya Revel. Karena itu mereka berusaha
keras untuk mencegah dia datang ke Chimneys. Caranya adalah dengan sebuah mayat.
Inspektur Battle bisa menceritakan hal itu dengan lebih jelas pada Anda.
Walaupun mereka berusaha memberi kesan seolah-olah hal itu dilakukan oleh
Komplotan Tangan Merah, namun bisa diambil kesimpulan bahwa bukan komplotan itu
yang melakukannya. Satu hal lagi yang menguatkan dugaan saya adalah komentar
Nyonya Revel tentang Nona Brun. Dia mengatakan rasanya pernah melihat wanita
itu. Dan wanita tersebut memang berusaha menghindari pertemuan dengan Nyonya
Revel." "Tapi siapa sih sebenarnya wanita itu?" tanya Lord Caterham. "Seseorang yang
dikenal Nyonya Revel waktu dia di Herzoslovakia?"
"Barangkali Baron bisa menjelaskannya pada kita," kata Anthony.
"Saya?" kata Baron sambil memandang heran pada Anthony.
"Perhatikan baik-baik. Jangan tertipu rias wajahnya. Dia dahulu adalah seorang
artis." Baron memandang wanita itu baik-baik. "Ya, Tuhan," katanya. "Tidak mungkin - ini
tidak mungkin." "Apa yang tidak mungkin" Siapa wanita itu" Anda mengenalnya?"
"Tidak - tidak mungkin," Baron itu terus bergumam. "Dia sudah mati terbunuh. Dua-
duanya terbunuh. Ditemukan di anak tangga."
"Ditemukan dalam keadaan hancur dan tak dikenali," kata Anthony mengingatkan.
"Dia bisa membuat tipuan. Saya rasa dia kemudian lari ke Amerika, menghindari
kejaran Komplotan Tangan Merah. Mereka menimbulkan revolusi di Herzoslovakia.
Setelah Raja Victor dibebaskan, keduanya berkomplot untuk mencari permata itu.
Malam itu dia mencari permata tersebut tetapi dipergoki oleh Pangeran Michael
yang segera mengenalinya. Dalam situasi biasa dia memang aman karena tamu
bangsawan biasanya tidak bertemu dengan guru privat dalam acara apa pun. Dan
dengan posisi itu dia selalu bisa membuat alasan sakit kepala. Tetapi ternyata
dia bertemu muka dengan Pangeran Michael pada waktu dan tempat yang tak diduga.
Karena malu, dia menembak Pangeran. Dialah yang menyimpan pistol itu di koper
Tuan Isaacstein dan dia pulalah yang mengembalikan surat-surat itu."
Lemoine bicara. "Anda tadi mengatakan bahwa dia turun ke bawah malam itu untuk
mencari permata. Apakah dia bukannya turun untuk menemui komplotannya, si Raja
Victor?" "Anda kembali pada hal yang tadi, Lemoine" Masih belum mau mengakui bahwa kartu
terakhir ada di tangan saya" Anda benar-benar keras kepala," kata Anthony.
Tapi George, yang biasanya lamban berpikir, menyela, "Saya kok masih bingung.
Siapa sih sebenarnya wanita itu" Kelihatannya Anda kenal dia, Baron."
Baron berdiri tegak dan kaku. "Anda keliru, Tuan. Saya sama sekali tidak kenal
dia." "Tetapi - " George tiba-tiba kelihatan bingung.
Baron membawanya ke sebuah sudut dan membisikkan sesuatu di telinganya. Anthony
mengikuti dengan sudut matanya. Hatinya geli melihat muka George yang berubah
jadi ungu, mata yang melotot ke luar, dan tubuhnya yang gemetar dan menjadi
lemas. Dia mendengar gumam di mulutnya.
"Tentu - tentu - tak perlu - mempersulit situasi - harus dengan bijaksana - "
"Ah!" kata Lemoine sambil menggebrak meja. "Pembunuhan Pangeran Michael bukan
urusan saya. Saya hanya perlu menangkap Raja Victor. Itu saja."
"Sayang sekali, Lemoine," kata Anthony. "Anda adalah seorang yang sangat cerdas.
Tapi keras kepala. Sekarang saya ingin membuka kartu saya."
Anthony melangkah ke tengah ruangan dan membunyikan bel. Tredwell muncul dari
pintu. "Saya tadi datang bersama seorang tamu, Tredwell."
"Ya, Tuan. Seorang tamu asing."
"Tolong panggilkan tamu itu agar segera kemari."
"Baik, Tuan." "Kita masuki babak baru. Kita buka kartu terakhir. Siapakah Tuan X" Ada yang
bisa menebak?" "Saya mencoba menjumlahkan dua dengan dua," kata Herman Isaacstein. "Dengan apa
yang Anda katakan tadi pagi dan sikap Anda malam ini, saya rasa Anda akan
memunculkan Pangeran Nicholas dari Herzoslovakia."
"Anda juga berpendapat demikian, Baron?"
"Ya. Rasanya Anda tidak akan memberikan sesuatu yang palsu. Selama ini kami
telah melihat sikap Anda yang terhormat."
"Terima kasih, Baron. Saya tidak akan melupakan kata-kata Anda tadi. Apa
semuanya sependapat?" Matanya memandang berkeliling pada orang-orang yang
menunggu penuh harap. Hanya Lemoine yang tidak memberi reaksi apa-apa. Matanya
menatap meja dengan wajah murung.
Anthony menangkap suara langkah di luar. Dia berkata sambil tersenyum. "Padahal
Anda semua tahu bahwa Anda semua keliru."
Dia melangkah ke pintu dan membukanya lebar-lebar.
Seorang lelaki berdiri di ambang pintu. Seorang lelaki bercambang, berkaca mata,
dan berbelit perban kepalanya. "Izinkan saya memperkenalkan pada Anda semua,
Tuan Lemoine yang asli dari Suret?."
Terdengar langkah bergegas dan bunyi orang bertumbukan. Lalu terdengar suara
Tuan Fish dari jendela. "Tidak, Kawan, tidak bisa begitu. Aku sudah dari tadi
menjaga di sini. Kau tak akan kubiarkan lari begitu saja. Pistol kecilku ini
akan membantuku. Kau memang hebat. Aku dikirim ke sini secara khusus untuk
menangkapmu." Bab 29 Keterangan Lebih Lanjut "SAYA rasa Anda perlu menjelaskannya pada kami, Tuan Cade," Kata Herman
Isaacstein beberapa saat kemudian.
"Tak banyak yang bisa dijelaskan," kata Anthony merendah. "Saya ke Dover dan
Fish membuntuti saya karena mengira saya adalah Raja Victor. Kami bertemu dengan
seorang asing yang ditahan di sana, dan ketika kami mendengar ceritanya, kami
baru mengerti situasi yang kami hadapi. Cerita lama lagi. Yang asli diculik
diganti dengan yang palsu. Dalam hal ini Raja Victor sendiri yang memerankan
Lemoine. Tapi dari semula Battle sudah curiga dan dia mengirim kawat ke Prancis
untuk mencek sidik jari."
"Ah, sidik jari. Cara yang dibicarakan si Bajingan itu?" kata Baron.
"Ya, dia memang cerdik sehingga saya terpaksa melanjutkan permainan saya. Dan
dia menjadi bingung, terutama setelah saya berkata tentang deretan buku dan di
mana permata itu disimpan. Dia begitu ingin memberitahukan hal itu kepada
temannya. Catatan itu memang untuk Nona Brun dan Tredwell membawanya naik ke
ruang kelas. Lemoine menuduh saya sebagai Raja Victor untuk membelokkan
perhatian dan mencegah orang-orang keluar dari ruangan serta untuk mengulur
waktu. Pada saatnya, bila kita keluar dan membuktikan hal itu di perpustakaan,
maka permata itu pasti telah lenyap."
"Tapi maaf," kata George dengan angkuh, "saya merasa bahwa tindakan Anda itu
kurang tepat dan tidak benar. Apabila ada sedikit saja yang meleset dalam
rencana Anda, maka kita semua bisa kehilangan milik nasional yang amat berharga.
Tindakan yang amat berani. Tetapi terlalu sembrono, Tuan Cade."
"Saya rasa Anda belum sepenuhnya memahami bahwa permata itu tidak terdapat di
perpustakaan, Tuan Lomax," kata Tuan Fish.
"Tidak di sini?"
"Tidak." "Sebenarnya," kata Anthony. "Teka-teki Count Stylptitch tetap sama. Dia
mengatakan tentang ros - bunga mawar. Dan yang dimaksudnya juga bunga itu. Ketika
hal itu terpikir oleh saya, saya langsung pergi ke kebun mawar. Ternyata Tuan
Fish pun punya ide yang sama dan sudah berada di sana. Apabila Anda berdiri
dengan membelakangi tonggak matahari dan maju ke depan tujuh langkah, ke kiri
delapan langkah, dan ke kanan tiga langkah, maka Anda akan menemukan sejenis
mawar merah bernama Richmond. Rumah ini telah diobrak-abrik dan orang mencari
permata itu di mana-mana. Tapi saya mengusulkan agar kita menggali kebun itu
ramai-ramai besok." "Dan cerita tentang buku di perpustakaan itu?"
"Hanya karangan saya untuk menjebak Nona Brun. Tuan Fish berjaga di teras dan
bersiul ketika saatnya tiba. Dia dan saya mencanangkan hukum perang di Dover
untuk mencegah Komplotan Tangan Merah berhubungan dengan Lemoine palsu. Tuan
Fish bahkan telah membubarkan komplotan itu."
"Ya. Kelihatannya semuanya sudah beres," kata Lord Caterham senang.
"Kecuali satu hal," sela Tuan Isaacstein.
Dia memandang Anthony dengan tenang.
"Apa maksud Anda meminta saya kemari" Hanya sebagai penonton sebuah pertunjukan
yang dramatis?" "Tidak, Tuan Isaacstein. Anda adalah orang penting dan waktu berarti uang bagi
Anda. Apa yang menyebabkan Anda datang kemari?"
"Untuk negosiasi sebuah pinjaman."
"Dengan siapa?"
"Pangeran Michael dari Herzoslovakia."
"Tepat. Tapi dia sudah meninggal. Apakah Anda bersedia menawarkan pinjaman yang
sama pada saudara sepupunya, Pangeran Nicholas?"
"Apa Anda bisa membawanya kemari" Saya rasa dia telah terbunuh di Kongo."
"Memang begitu ceritanya. Sayalah yang membunuhnya. Maksud saya, saya
menyebarkan cerita tentang kematiannya. Saya menjanjikan Anda seorang calon
raja, Tuan Isaacstein. Bagaimana kalau saya?"
"Anda?" "Ya. Sayalah orangnya. Saya adalah Nicholas Sergius Alexander Ferdinand
Obolovitch. Memang agak kepanjangan, jadi saya muncul dari Kongo dengan nama
Anthony Cade." Tapi Kapten Andrassy meloncat ke depan dan berkata. "Ini luar biasa - luar biasa.
Saya harap Anda berhati-hati dengan ucapan Anda."
"Saya bisa memberikan banyak bukti. Rasanya saya bisa meyakinkan Baron," kata
Anthony tenang. Baron mengangkat tangannya. "Saya akan memeriksa bukti-bukti Anda. Tapi bagi
saya itu tidak perlu. Saya percaya kata-kata Anda. Anda mirip dengan ibu Anda
yang dari Inggris itu. Dari semula saya sudah menduga bahwa saya berhadapan
dengan seorang pria terhormat."
"Anda selalu percaya pada apa yang saya katakan, Baron. Percayalah, bahwa di
masa-masa yang akan datang saya akan selalu ingat akan hal itu." Dia memandang
Battle yang tetap memperlihatkan wajah tanpa ekspresi. "Anda tentunya mengerti
bahwa posisi saya sangat labil," katanya sambil tersenyum. "Dari semua tamu,
sebenarnya sayalah yang paling mudah dituduh sebagai pembunuh Pangeran Michael
karena motivasi untuk menggeser kedudukannya bisa dianggap sebagai motivasi yang
kuat. Dan terus terang, saya amat takut pada Battle. Saya merasa bahwa dia
mencurigai saya tetapi berusaha menahannya karena tidak melihat motif yang
kuat." "Saya sama sekali tidak pernah mencurigai Anda sebagai pembunuh Pangeran
Michael," jawab Battle. "Dalam hal ini saya punya perasaan, bahwa memang bukan
Andalah yang membunuhnya. Tapi saya pun tahu, bahwa ada sesuatu yang membuat
Anda takut. Dan sikap Anda membingungkan saya. Seandainya dari dulu saya tahu,
pasti saya akan menangkap Anda dan berusaha mendapat bukti."
"Untunglah saya bisa menyembunyikan rahasia itu dari Anda. Anda telah berusaha
dengan baik dan Anda benar-benar seorang polisi yang baik. Saya akan selalu
ingat hal itu, dan saya sangat menghargai Scotland Yard."
"Luar biasa," kata George Lomax. "Ini adalah cerita yang amat luar biasa. Baron,
Anda benar-benar yakin - "
"Tuan Lomax," kata Anthony menyela dengan suara yang agak pedas, "saya tidak
menginginkan Departemen Luar Negeri Anda mendukung pernyataan saya tanpa bukti
dokumen yang otentik. Saya ingin agar kita akhiri saja pertemuan ini. Tuan
Isaacstein, Baron, dan saya akan melanjutkan negosiasi kami."
"Saya akan bangga sekali nanti kalau melihat Anda menjadi Raja Herzoslovakia,"
kata Baron. "O ya, ada yang ingin saya katakan, Baron," kata Anthony sambil lalu. "Anda
perlu tahu bahwa saya sudah menikah."
Baron itu berhenti dan mundur dua langkah. "Saya tahu ada hal yang tidak beres.
Anda menikah dengan wanita hitam dari Afrika Selatan?" serunya.
"Ah - jangan terburu. Dia putih - luar-dalam - saya beruntung," kata Anthony sambil
tertawa. "Bagus. Apa perkawinan campur dengan wanita yang berderajat jauh di bawah?"
"Sama sekali tidak. Dia akan menjadi permaisuri. Tak perlu menggelengkan kepala
seperti itu. Dia pantas menjadi istri raja. Dan memang punya kualifikasi untuk
itu. Dia adalah putri bangsawan Inggris dan tahu tentang Herzoslovakia."
"Ya, Tuhan!" seru George. "Bukan - bukan - Virginia Revel, kan?"
"Ya, memang dia," jawab Anthony.
"Ah, Anda adalah orang yang berbahagia," kata Lord Caterham. "Seorang wanita
yang menyenangkan." "Terima kasih, Lord Caterham. Anda benar. Dan dia lebih dari itu."
Hanya Tuan Isaacstein yang memperhatikan dia dengan curiga.
"Maaf, Yang Mulia," katanya. "Kapan Anda menikah?"
Anthony tersenyum kepadanya. "Sebenarnya baru tadi pagi," jawabnya.
Bab 30 Anthony Menandatangani Pekerjaan Baru
"SILAKAN Anda keluar dahulu. Saya akan menyusul nanti," kata Anthony.
Dia menunggu sampai semua orang keluar. Lalu berpaling kepada Battle. "Nah,
mereka sudah keluar. Ada yang ingin Anda tanyakan?"
"Ya, benar. Saya tidak mengerti mengapa Anda tahu bahwa saya ingin bertanya.
Tapi saya perhatikan bahwa Anda memang cepat bereaksi. Apakah benar wanita ini
adalah Ratu Varaga?"
"Benar. Tapi saya harap hal itu bisa dirahasiakan. Tidak enak rasanya mengobrak-
abrik kehidupan keluarga."
"Percayakan saja hal itu kepada Tuan Lomax. Pasti tidak ada yang tahu. Maksud
saya - tidak akan menjadi berita."
"Apa itu saja yang ingin Anda tanyakan?"
"Sebetulnya tidak. Saya ingin tahu mengapa Anda membuang nama Anda - kalau ini


Rahasia Chimneys The Secret Of Chimneys Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak terlalu menyulitkan untuk dijawab."
"Sama sekali tidak. Saya hanya ingin bebas dari motif apa pun. Ibu adalah orang
Inggris - dan saya dididik di Inggris. Saya lebih tertarik pada Inggris daripada
Herzoslovakia. Dan karena itu rasanya aneh dan amat mengganggu punya gelar dan
nama sepanjang itu. Pada waktu muda, saya adalah penganut demokrasi yang cukup
fanatik. Saya tidak suka pada raja dan ratu."
"Dan setelah itu?" tanya Battle cerdik.
"O, setelah itu saya mengembara ke mana-mana, melihat dunia. Saya masih tetap
percaya pada demokrasi. Tapi itu tidak mudah. Tidak setiap orang bisa
menerimanya. Bahkan kadang-kadang terasa seperti dijejalkan. Orang tidak dapat
begitu saja saling menganggap saudara satu sama lain. Konsep persamaan hak tidak
mudah diserap. Dan kepercayaan saya sedikit demi sedikit luntur. Bahkan pada
akhirnya hilang pada minggu pertama kedatangan saya kemari. Saya melihat orang
berjejal di stasiun bawah tanah. Dan tak seorang pun mau minggir ketika ada
orang mencari jalan. Kita tidak bisa mengubah manusia menjadi malaikat hanya
dengan menunjukkan bahwa mereka dapat berbuat baik, tetapi kita perlu memakai
sedikit kekerasan untuk menuntun mereka dan menunjukkan bagaimana seharusnya
bersikap baik. Saya masih tetap percaya bahwa kita semua adalah saudara. Tapi
saatnya belum tiba. Dan tidak bijaksana bila kita bersikap kurang sabar. Evolusi
adalah suatu proses yang memerlukan waktu."
"Pandangan Anda sangat menarik, Tuan. Saya yakin bahwa Anda akan menjadi raja
yang bijaksana nanti," kata Battle.
"Terima kasih. Battle," kata Anthony sambil menghela napas.
"Kelihatannya Anda kurang senang," kata Battle.
"Entahlah. Menjadi raja berarti melakukan tugas yang teratur. Dan saya selalu
menghindari hal itu sebelumnya."
"Tapi Anda menganggapnya sebagai suatu kewajiban, kan?"
"Oh, tidak. Sama sekali tidak. Ini hanya karena wanita. Karena seorang wanita.
Untuknya saya bersedia menjadi apa saja."
"Ah, begitukah?"
"Saya bersedia karena kepentingan Baron dan Isaacstein juga. Yang satu akan
mendapat raja dan yang lain mendapat minyak. Jadi dua-duanya akan mendapat apa
yang mereka inginkan. Dan saya - ah, Battle, apa Anda pernah jatuh cinta?"
"Saya sangat dekat dengan Nyonya Battle, Tuan."
"Sangat dekat - ah, Anda tidak mengerti apa yang saya rasakan. Sangat lain!"
"Maaf, Tuan. Pelayan Anda menunggu di luar."
"Boris" Dia sangat baik. Untung pistol itu meletus dan mengenai wanita itu.
Kalau tidak pasti Boris akan memutar lehernya dan Anda pasti akan menggantung
dia. Kesetiaannya pada Dinasti Obolovitch luar biasa. Yang aneh ialah, begitu
Michael meninggal, dia langsung memilih saya - padahal dia tidak tahu siapa saya
sebenarnya." "Insting," kata Battle. "Seperti anjing."
"Insting yang aneh. Saya justru takut instingnya itu akan membuka rahasia saya.
Ah, sebaiknya saya temui dia."
Anthony keluar melalui jendela rendah. Inspektur Battle yang ditinggalkannya
sendirian memperhatikannya sejenak dari belakang. Dan seolah-olah bicara dengan
dinding dia berkata, "Dia akan berhasil."
"Tuan," kata Boris, lalu mendahului berjalan sepanjang teras.
Boris berhenti dan menunjuk sesuatu. Malam itu bulan bersinar terang dan di
depan mereka ada sebuah bangku batu. Dua orang sedang duduk di situ. "Si Boris
ini benar-benar anjing. Dan penunjuk," gumam Anthony.
Dia melangkah ke bangku batu. Boris melangkah ke tempat lain menghilang di
antara bayang-bayang pepohonan.
Kedua orang itu berdiri menyambutnya. Yang seorang adalah Virginia - dan yang lain
- "Halo, Joe," terdengar suara yang amat dikenalnya. "Istrimu hebat sekali."
"Jimmy McGrath!" seru Anthony. "Bagaimana caramu datang kemari?"
"Perjalananku batal. Ada beberapa orang asing mengikutiku ingin membeli
manuskrip itu. Lalu pada suatu malam, ada seseorang yang mencoba menusuk
punggungku. Itu membuatku berpikir. Rupanya pekerjaan yang kuberikan kepadamu
amat berbahaya. Karena kupikir kau perlu bantuan, aku menyusulmu dengan naik
kapal berikutnya." "Dia baik sekali," kata Virginia sambil mengguncang lengan Jimmy. "Kenapa kau
tak pernah cerita tentang dia" Jimmy, kau sangat baik sekali."
"Kalian kelihatannya sudah lama kenal," kata Anthony.
"Memang. Aku kan diam-diam cari info tentang kau waktu bertemu dia. Ternyata dia
tidak seperti yang kubayangkan - seorang wanita kelas atas yang membuatku ngeri."
"Dia ceritakan semuanya tentang surat-surat itu," kata Virginia. "Aku jadi malu
sudah menyusahkan seorang ksatria seperti Anda."
"Kalau saya tahu siapa Anda," kata Jimmy menimpali, "surat-surat itu tak akan
kuberikan padanya. Akan kubawa sendiri. Eh, apa segalanya sudah beres" Tak ada
lagi yang bisa kulakukan?"
"Ada," kata Anthony. "Tunggu sebentar."
Dia masuk ke dalam rumah. Sejenak kemudian dia keluar dengan bungkusan yang
kemudian disodorkannya ke tangan Jimmy.
"Masuklah ke garasi dan pilih sebuah mobil. Pergilah ke London dan serahkan
bungkusan itu ke 17 Everdean Square. Itu adalah alamat pribadi Tuan Balderson.
Sebagai ganti dia akan memberimu seribu pound."
"Apa" Ini bukan memoir itu, kan" Aku dengar sudah dibakar."
"Apa gunanya kau minta tolong aku?" tanya Anthony. "Kau tahu kan, kalau aku tak
akan gampang tertipu begitu saja" Aku langsung menelepon penerbit dan tahu bahwa
yang menelepon sebelumnya adalah palsu. Lalu aku bersiap-siap. Aku membuat paket
palsu seperti dia perintahkan. Tapi aku menyimpan yang asli di lemari besi
manajer hotel, dan yang palsu kuberikan. Memoir itu belum pernah lepas dari
tanganku." "Kau memang hebat," kata Jimmy.
"Oh, Anthony. Memoir itu tidak akan diterbitkan, kan?" kata Virginia.
"Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisa mengecewakan teman seperti Jimmy.
Tapi jangan kuatir. Aku punya kesempatan untuk melihat-lihat memoir itu dan aku
mengerti kenapa orang-orang besar tidak menulis memoirnya sendiri, tetapi
menyewa orang lain untuk menulisnya. Sebagai penulis, Stylptitch benar-benar
membosankan. Bertele-tele. Aku sudah menelepon Balderson tadi dan berjanji untuk
menyerahkan manuskrip itu malam ini. Dan sekarang Jimmy bisa melakukannya."
"Aku pergi dulu - sudah tak tahan aku membayangkan uang seribu pound itu."
"Sebentar. Tunggu dulu. Aku ingin mengaku padamu, Virginia. Yang diketahui orang
lain, tapi yang belum kuberi-tahukan padamu."
"Aku tidak peduli berapa banyak wanita yang pernah singgah di hatimu asal kau
tidak menceritakannya padaku."
"Wanita?" kata Anthony, dengan sikap sok saleh. "Wanita"! - Tanyakan saja pada
Jimmy, wanita macam apa yang pernah dia lihat bersamaku terakhir kali dia
bertemu aku." "Nenek-nenek - " kata Jimmy sungguh-sungguh. "Tak seorang pun di bawah empat puluh
lima." "Terima kasih, Jimmy. Kau memang seorang sahabat. Bukan itu. Ini lebih buruk
dari itu. Aku telah menipumu dengan nama palsu."
"Apakah nama aslimu jelek?" kata Virginia dengan penuh perhatian. "Nama aslimu
bukan nama yang lucu, semacam Pobbles, misalnya" Nggak enak rasanya disebut
Nyonya Pobbles." "Kau selalu berpikir jelek tentang aku."
"Memang aku pernah berpikir - barangkali kau adalah Raja Victor - tapi cuma selama
satu setengah menit."
"O ya, Jimmy. Ada pekerjaan untukmu - tambang emas di Herzoslovakia."
"Ada emas di sana?" tanya Jimmy tertarik.
"Tentu saja. Negara itu luar biasa."
"Jadi kau ikuti nasihatku dan akan ke sana?"
"Ya," jawab Anthony. "Nasihatmu luar biasa. Sekarang tentang pengakuanku. Aku
tidak ingin membuat cerita romantis apa pun, tapi aku sebenarnya adalah Pangeran
Nicholas Obolovitch dari Herzoslovakia."
"Oh, Anthony!" seru Virginia. "Ini sangat mendebarkan. Dan kau adalah suamiku.
Sekarang apa rencana kita?"
"Kita akan ke Herzoslovakia dan berpura-pura jadi raja dan ratu. Jimmy pernah
berkata bahwa umur raja dan ratu di sana rata-rata di bawah empat tahun. Kuharap
kau tak berkeberatan."
"Keberatan" Aku menyukainya!" seru Virginia.
"Dia memang hebat," gumam Jimmy, yang kemudian menghilang di dalam gelap.
Beberapa menit kemudian terdengar deru mobil.
"Untung ada alasan untuk mengusir dia," kata Anthony puas. "Sejak kita menikah
belum pernah kita bisa berduaan."
"Kita akan melakukan banyak hal yang menyenangkan," kata Virginia. "Mengajar
perampok supaya tidak menjadi perampok, mengajar pembunuh supaya tidak menjadi
pembunuh, dan meng-up-grade moral penduduk secara keseluruhan."
"Aku senang mendengar cita-cita ini. Rasanya pengorbananku tidak sia-sia."
"Pengorbanan?" sahut Virginia santai. "Kau pasti senang jadi raja. Sudah
kelihatan kau punya bakat - sudah kelihatan mengalir dalam darahmu. Seperti
seorang tukang pipa yang punya darah tukang, dia akan berpenampilan tukang
pipa." "Aku tak pernah yakin mereka punya bakat. Masa bodoh segala tukang pipa. Aku tak
ingin membuang waktu bicara tentang mereka. Sebenarnya saat ini aku menemui
Isaacstein dan Lollipop. Mereka ingin bicara tentang minyak. Minyak! Ya, Tuhan.
Mereka sudah tak sabar menunggu sampai aku dinobatkan. Virginia, kau masih ingat
perkataanku bahwa aku akan berusaha membuatmu menaruh perhatian padaku?"
"Aku ingat," kata Virginia. "Tapi Inspektur Battle memperhatikan kita waktu
itu." "Ya. Tapi tidak sekarang."
Tiba-tiba Anthony memeluk dan mencium kelopak matanya, bibirnya, rambutnya yang
hijau keemasan.... "Aku mencintaimu, Virginia. Aku sangat mencintaimu. Apa kau mencintaiku?"
Dia memandang Virginia dan mendapat jawaban yang meyakinkan. Kepala Virginia
bersandar pada bahunya dan dengan suara kecil yang gemetar dia menjawab,
"Sedikit pun tidak!"
"Kau memang bandel," kata Anthony sambil menciumnya lagi. "Sekarang aku tahu
bahwa aku akan mencintaimu sampai mati."
Bab 31 Serba-serbi CHIMNEYS - jam 11 pagi, hari Kamis. Dengan mantel di badan, terlihat Johnson -
polisi lokal - sedang menggali.
Para tamu berkeliling di sekitar lubang yang digali Johnson. Mereka semua
kelihatan muram. George Lomax bertindak sebagai wakil keluarga korban. Dan Inspektur Battle
kelihatan lega karena upacara penguburan berlangsung lancar. Lord Caterham
menunjukkan wajah seseorang yang mendapat kejutan tetapi tetap tenang. Hanya
Tuan Fish yang kelihatan kurang cocok dengan situasi di situ. Dia tidak
kelihatan muram. Johnson melanjutkan tugasnya. Tiba-tiba dia berdiri tegak. Mereka semua gelisah.
"Saya rasa cukup," kata Tuan Fish. Orang bisa salah duga dan mengira dia adalah
dokter keluarga. Johnson berhenti. Tuan Fish membungkuk di atas lubang. Operasi bedah akan segera
dimulai. Dia mengambil sebuah paket kecil terbungkus kanvas. Dengan hati-hati
diserahkannya benda itu pada Inspektur Battle. Inspektur itu ganti
menyerahkannya pada George Lomax. Tatacara itu pun akhirnya selesai.
George Lomax membuka penutup bungkusan itu. Kemudian membuka penutup berikutnya.
Dia meletakkan bungkusan itu di atas telapak tangannya.
George membersihkan tenggorokannya. "Pada saat yang penuh arti seperti ini - " dia
mulai berpidato. Lord Caterham segera menghindar. Di teras dia menjumpai anaknya. "Bundle, apa
mobilmu bisa dipakai?"
"Ya. Kenapa?" "Antar aku ke kota sekarang juga. Aku ingin ke luar negeri hari ini."
"Tapi, Yah - " "Jangan macam-macam, Bundle. George Lomax bilang tadi pagi bahwa dia ingin
bicara denganku tentang hal yang amat rahasia. Dia mengatakan bahwa Raja
Timbuctoo akan tiba di London tak lama lagi. Aku tak mau mengulang kejadian ini
lagi. Bundle, kau dengar tidak" Aku tak mau lagi urusan dengan George Lomax.
Kalau Chimneys memang berharga untuk negara, biar saja dibeli. Kalau tidak aku
akan menjualnya untuk hotel."
"Mana si Codders?" tanya Bundle.
"Saat ini dia pasti sedang bicara tentang kerajaan itu," jawab Lord Caterham.
Sebuah situasi lain. Tuan Bill Eversleigh yang tidak diundang ke pemakaman,
bicara di telepon. "Benar, aku tidak main-main... Belum - belum. Aku tidak tahu apa-apa. Kau belum
tahu seperti apa si Codders itu kan..." Ah, kau kan tahu perasaanku padamu,
Dolly... aku tak pernah merasa seperti itu pada orang lain... ya, aku akan
datang dulu... Bagaimana...?" Tuan Eversleigh terdengar berdendang kecil.
Dan pidato George akhirnya selesai juga "...damai dan kemakmuran bagi Kerajaan
Inggris." "Saya rasa minggu ini merupakan minggu yang mengesankan," kata Tuan Fish dengan
suaranya yang khas. TAMAT Scan & DJVU: Syauqy_Arr (syauqy_arr@yahoo.co.id)
http://hanaoki.wordpress.com
Konversi, Edit, Spell & Grammar Check:
clickers http://epublover.blogspot.com
http://facebook.com/epub.lover
(Pengeditan HANYA dengan metode pemeriksaan Spell & Grammar, bukan full-edited)
Banjir Darah Keraton Widung 1 Ilmu Silat Pengejar Angin Karya Siasa Pendekar Pemetik Harpa 30
^