Pencarian

Samurai 3

Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 3


hingga menyentuh tanah. Hide dan Shimoda berjaga di depan kamar mandi. Genji menemukan
istri sang petani dan anak perempuannya menunggu di dalam. Mereka
berdua juga berlutut dengan kepala menempel di tanah. Seperti si petani,
badan mereka juga gemetar ketakutan. Jika saja Genji adalah setan dari
PDF by Kang Zusi neraka, mereka tak mungkin bisa lebih takut lagi. Jika dipikir-pikir, bagi
seorang petani apa bedanya antara setan dan seorang bangsawan"
Genji mendengar sedu sedan keluar dari mulut salah seorang dari kedua
wanita itu. Tanpa melihat dia tahu bahwa yang menangis adalah sang ibu.
Rupanya sang ibu mengira"bahwa seperti yang sering terjadi"Genji akan
meminta mereka membantunya mandi, sehingga melihat anak
perempuannya itu ke ranjangnya nanti malam. Itu jika sang bangsawan
sabar. Jika tidak, mungkin saja sang bangsawan langsung memperkosa anak
gadisnya di kamar mandi, di tanah, bahkan sebelum mandi.
"Kalian boleh pergi," kata Genji. "Aku lebih suka mandi sendiri."
"Ya, Tuan Bangsawan," kata sang ibu, anak gadisnya meniru, "Ya, Tuan
Bangsawan." Masih berlutut mereka berdua beringsut mundur keluar kamar
mandi. Malam itu, saat keluarga sang petani tidur berimpitan di gudang, mereka
berspekulasi tentang tamu yang menginap di rumahnya.
"Dia pasti seorang bangsawan dari Kota Kekaisaran," bisik sang petani.
"Dia terlihat terlalu halus untuk seorang pejuang."
"Kuda-kuda itu adalah kuda perang," kata sang anak lelaki. "Mereka
bahkan tak suka kudekati. Jika samurai botak itu tidak memegang mereka,
aku pasti sudah tertendang sampai mati ketika aku memberi makan mereka."
"Mungkin saja mereka bergabung dengan tentara Lord Gaiho," kata sang
ibu. "Aku harap begitu. Semakin banyak tentara yang dipun
yai Lord Gaiho, anak kita Shinichi akan lebih aman." Dalam diam, sang ibu mengucapkan
serangkaian mantra doa kepada Budha Amida, menghitung dalam hati
seakan-akan dia memegang tasbih doa dari kayu cendana di tangannya. Dia
kehilangan tasbih doanya, tetapi dia bahagia karena tasbih itu sekarang
berada di tempat yang lebih tepat. Sebagai jimat suci yang dikalungkan di
leher anaknya, Shinichi. Pasti tasbih itu akan mencegah hal buruk,
mendatangkan kebaikan, dan menjaga anaknya tetap selamat. Shinichi baru
enam belas tahun dan jauh dari rumah untuk pertama kalinya.
"Itu mungkin saja," kata sang ayah. "Bangsawan muda ini memang
kelihatannya tak akan membantu banyak dalam pertempuran, tetapi para
pengawalnya terlihat kuat."
PDF by Kang Zusi "Dia bisa saja seorang bangsawan agung," kata anak gadisnya. "Dia
cukup tampan." "Diam!" ayahnya mendesis, menamparnya dalam gelap.
"Ow!" "Siapapun dia, dia terbiasa mengambil apa yang dia inginkan. Kamu
harus tinggal di sini hingga mereka pergi seok pagi."
Tetapi, tamu mereka sudah pergi sebelum matahari terbit. Ketika sang
petani kembali ke rumahnya, dia menemukan sebuah syal sutra terlipat rapi
dan diletakkan di altar pemujaan keluarga yang sederhana. Ketika sang
petani menjualnya ke Edo, seminggu kemudian, dia baru tahu bahwa syal itu
harganya lebih mahal dari bagian panen padinya tahun lalu.
Genji dan para pengawalnya menaiki kuda-kuda yang kuat dan mereka
menaikinya tanpa istirahat. Dengan kecepatan seperti itu, mereka akan
sampai di pertapaan Mushindo di tengah hari. Mereka hampir berhasil
menyeberangi seluruh wilayah Yoshino tanpa bertemu dengan pasukan
Gaiho. Di seberang sungai selanjutnya adalah wilayah teman Genji,
Hiromitsu, Bangsawana Agung Yamakawa. Hiromitsu adalah pria lain yang
sulit dikenali Genji jika bertemu. Karena dia menjadi teman dengan cara
yang sama dengan cara Gaiho menjadi musuhnya. Leluhur Hiromiysu
dahulu juga termasuk pihak yang kalah di Sekigahara.
Memutar di belokan terakhir sebelum perbatasan, mereka bertemu
dengan lima samurai berkuda memimpin sekompi pasukan lembing yang
berjumlah empat puluh orang. Pasukan ini juga bergerak ke barat daya
seperti pasukan lain yang dilihat Taro sebelumnya.
Genji melambatkan kudanya, memberikan kesempatan pada pasukan itu
untuk minggir ke sisi jalan. Meski dia tidak memakai lambang keluarga dan
tidak membawa panji-panji, caranya berpakaian, kualitas kudanya, sikap
pengawalnya, semua dengan jelas mengidentifikasi statusnya sebagai
bangsawan. Konvensi sosial menuntut agar semua yang berstatus lebih
rendah untuk patuh. Tetapi, pasukan itu tidak. Pemimpin mereka berteriak, "Minggir kalian!"
Genji menarik kekang kudanya hingga berhenti. Jika saja dia melihat
pasukan itu lebih awal, dia bisa memimpin para pengawalnya untuk
PDF by Kang Zusi menghindar dan meneruskan perjalanan ketika mereka telah lewat. Tetapi,
kini sudah terlambat. Dia tidak bisa begitu saja menyerahkan hak-jalan-
rayanya kepada orang bodoh yang statusnya lebih rendah. Genji duduk
tenang di kudanya dan menunggu halangan itu dibersihkan.
Hide memacu kudanya ke depan hingga dia berada di depan sang
pemimpin pasukan. Katanya, "Seorang bangsawan sedang bepergian secara
incognito, minggirlah kalian untuk menghormatinya!"
Samurai itu tertawa. "Seorang bangsawan" Aku tidak melihatnya. Hanya
empat pengelana letih yang jauh dari tempat mereka seharusnya berada.
Minggir dari jalan ini! Kami bepergian di bawah perintah Lord Gaiho. Kami
punya prioritas lebih."
"Rendahkan dirimu sepantasnya!" Hide murka. "Apa kamu tak
mengenali seorang bangsawan ketika kamu melihatnya?"
"Ada banyak sekali bangsawan di dunia ini." Mencemooh, samurai itu
meletakkan tangannya di gagang pistol berlaras dua di pinggangnya. "Waktu
berubah. Yang kuatlah yang menang. Sisa-sisa masa lampau akan disikat
minggir." Apa yang terjadi kemudian terjadi sangat cepat.
Hide tak berkata sepatah pun. Kilatan baja bergerak di tangannya dan
menimbulkan jejak merah tipis di tubuh sang pemimpin pasukan dari sisi
leher hingga ke ketiak kanannya. Sedetik kemudian, badan samurai itu
terbelah dua dan darah menyembur ke segala arah.
Samurai di sampingnya yang terciprat darah mencoba menarik
pedangnya. Belum tiga sentimeter pedangnya keluar dari sarung, panah
Shimoda mendesing dan amblas ke jantungnya, dia pun terjatuh dari kuda,
mati seperti samurai pertama.
"Aiiiiii!" Taro, dengan pedang terhunus di sisi seperti sabit besar,
mendepakkan kaki dan memacu kudanya ke formasi pasukan.
Satu dari samurai berkuda yang masih hidup menggoyangkan pedangnya
ke udara dan meneriakkan perintah. "Bentuk formasi perang! Bentuk
aaarrgghhh...!" Dia mendekap panah yang tiba-tiba menusuk
tenggerokonnya, menjatuhkan pedang, dan terguling dari kudanya.
Pasukan lembing itu tercerai berai, melemparkan senjata mereka dan
berteriak panik. Sebagian besar sr mereka lari ke hutan. Sejumlah tentara
PDF by Kang Zusi yang kurang beruntung lari kembali ke arah semula. Mereka inilah yang
diburu Taro. Dia menebaskan pedangnya ke kiri dan kanan saat menderap di
tengah-tengah mereka. Tanah berubah menjadi lumpur berdarah karenanya.
Seorang samurai yang lari, terkena panah di tulang punggungnya.
Hide tak menghiraukan perlawanan lemah penunggang kuda terakhir,
dan merobek urat lehernya.
Taro berputar dan berbalik arah. Tentara terakhir yang masih hidup
mengangkat tanganya untuk melindungi diri dari kematian dan berteriak
untuk terakhir kalinya. Genji mengeluh. Akhirnya selesai. Dia memacu kudanya melewati
mayat-mayat yang berserakan di jalan. Semua nyawa ini terbuang. Untuk
apa" Pelanggaran etika" Jalan yang terlalu padat" Sebuah kecelakaan
sejarah" Bahkan, tanpa pertanda ramalan, Genji yakin kekerasan tak masuk
akal seperti tadi tak akan menjadi bagian dunia masa depan. Itu tak
mungkin. Shimoda memandang sekilas kepada samurai yang mati pertama. Dia
bertanya kepada Hide. "Apa yang membuatmu menebasnya dengan cepat
seperti itu?" "Dia berkata, "waktu berubah.?" Hide membersihkan pedangnya dari
darah. "Si bangsat itu mengeluarkan penghinaan tentang "sisa-sisa masa
lampau.?" Shimoda berkata, "Waktu tak berubah, tetapi membusuk. Kesombongan
seperti itu dari orang rendah. Hanya tujuh tahun lalu, penghinaan seperti ini
tak mungkin terjadi." Tujuh tahun lalu adalah saat Komodor Perry dari
Amerika berlayar ke Teluk Edo dengan kapal uap dan meriamnya.
"Kita membantu mereka." Taro membersihkan serpih-serpih tulang yang
menempel di pedangnya. "Kta membantu mereka agar tak melakukan
perjalanan yang sia-sia. Ke mana pun mereka pergi, siapa pun yang akan
mereka hadapi, mereka pasti akan kalah. Pengecut-pengecut tak berguna."
Hide berkata, "Orang asing telah menghancurkan kita tanpa
pertempuran. Keberadaan mereka saja telah membuat kita kehilangan jalan
hidup." Genji memandang setiap mayat yang dia lewati. Mayat yang
terakhir,mayat kesepuluh, matanya memandang kosong ke langit musim
PDF by Kang Zusi dingin yang cerah, tengkoraknya pecah. Lengan kanannya masih terhubung
ke sikunya oleh serpihan tulang dan otot. Pergelangan lengan kirinya putus.
Tangan itu jatuh di dekat kakinya. Dia bahkan belum menjadi pria dewasa.
Wajah itu adalah wajah seorang remaja yang baru saja melewati masa
kanak-kanak, tak lebih dari lima belas atau enam belas tahun. Di lehernya
melingkar tasbih kayu. Sebuah jimat pengharapan. Di setiap biji tasbih
terukir gambar swastika, simbol keagungan Buddha.
"Orang asing tak salah," kata Genji. "Kita sendirilah yang salah."
Kejadian itu memang tidak menguntungkan, tetapi ada manfaatnya.
Hide, Taro, dan Shimoda telah menunjukkan keberanian mereka. Genji
senang karena dirinya ternyata mampu menilai karakter dengan baik.
5. Para Peramal Setelah lima hari bersama para orang asing itu, Heiko lebih
memahami mereka. Terutama Matthew Stark. Gaya berbicaranya diseret
dengan huruf vokal panjang dan pengucapan kata yang lambat sehingga
lebih mudah dimengerti. Gaya berbicara Emily Gibson lebih cepat dan
terpotong-potong. Dan Pendeta Cromwell, bahkan jika Heiko mengenali
kata-katanya, dia sering tak paham cara kata-kata itu dirangkai. Matthew
Stark dan Emily Gibson merespon seakan-akan perkataan sang pendeta
masuk akal, tetapi Heiko berpikir mereka mungkin hanya bersikap sopan
kepada pria yang terluka itu.
Pendeta Cromwell menhabiskan sebagianbesar waktunya untuk tidur,
matanya yang terpejam bergerak-gerak liar. Ketika bangun, dia cenderung
bertindak liar, dan tidak bisa ditenangkan kecuali oleh kehadiran dan
perawatan Emily yang berjaga terus-menerus. Kunjungan dokter Ozawa
terlihat sangat mengganggunya. Mungkin sikap sang dokter itu
mengungkapkan makna kata-kata Jepang yang diucapkannya.
"Setengah pencernaan dan perutnya telah membusuk," kata Dokter
Ozawa. "Kerusakan organ vitalnya sangat parah. Racun empedu
PDF by Kang Zusi memenuhi darahnya. Tetapi, dia tetap bernapas. Aku harus mengakui, aku
tak tahu apa yang terjadi."
"Apa yang dikatakan dokter?" tanya Emily.
"Dia berkata bahwa Pendeta Cromwell sangat kuat," jawab Heiko.
"Meski dokter tak bisa menebak apa yang terjadi, kondisi sang pendeta
stabil dan menggembirakan."
Cromwell mengacungkan jarinya kepada Dokter Ozawa. "Kau harus
berkata, jika Tuhan izinkan, kita akan hidup, dan melakukan ini,
melakukan itu." "Amin," kata Emily dan Stark berbarengan.
Dokter Ozawa memandang bertanya kepada Heiko.
"Dia mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda," kata Heiko,
"dan dia mengucapkan doa dalam agamanya untuk kesehatan Anda."
"Ah." Dokter Ozawa membungkuk kepada Pendeta Cromwell.
"Terima kasih, Pendeta Asing yang terhormat."
"Kau adalah anak setan, kau musuh semua kebajikan."
Pendapat Heiko, yang tak dikatakannya kepada siapa pun, adalah
bahwa Pendeta Cromwell telah menjadi gila karena lukanya. Itu
menjelaskan mengapa dia mengatakan kata-kata itu. Tidak ada orang
waras yang akan mengutuk seseorang yang berusaha keras merawatnya.
Meskipun Heiko lebih memahami orang-orang asing itu setelah lima
hari, dia masih tidak mengerti mengapa Genji mengirim dia untuk
menemani mereka. Tujuan yang terlihat sudah jelas, yaitu dia harus
menemani mereka, menjadi penerjamah untuk mereka, mengurangi
keterasingan mereka saat Genji pergi. Kondisi ini membuatnya bebas
menyelidiki para orang asing itu. Itulah yang dia tidak mengerti. Tugas itu
seharusnya hanya dilakukan oleh orang yang dipercayai Genji sepenuhnya.
Tetapi, kepercayaan harusnya berdasar pengetahuan, dan Genji sama
sekali tak tahu siapa dia sebenarnya. Padahal, Heiko punya masa lalu yang
menarik untuk diketahui. Tempat lahir, orang tua, teman-teman masa
kecil, orang yang mengajarnya menjadi geisha, peristiwa penting, dan
tempat-tempat penting. Fakta-fakta telah disiapkan untuk menutupi hal
yang paling penting"bahwa dia adalah agen polisi rahasia Shogun.
Semua itu seharusnya diselidiki secara serius. Tetapi, Genji tidak
PDF by Kang Zusi menunjukkan ketertarikan kecuali kepada dirinya kini. Di dunia para
bangsawan agung yang penuh siasat licik, hanya anak-anak kecil yang
memunculkan diri mereka sebenarnya. Jika Genji mempercayainya, itu
menunjukkan dia punya penilaian buruk dan berbahaya baginya. Tetapi,
karena tak mungkin Genji tak bisa menilai orang dengan baik, Heiko
kembali pada kesimpulannya semula, lagi dan lagi.
Genji tahu siapa dirinya sebenarnya.
Bagaimana Genji bisa tahu, Heiko sama sekali tak mengerti. Mungkin
gosip tentang keluarga Okumichi memang benar bahwa satu dari setiap
generasi punya kemampuan melihat masa depan. Jika dia yang mendapat
kemampuan itu, Genji pasti tahu sesuatu yang tidak diketahui Heiko"
yaitu apakah Heiko akan mengkhianatinya atau tidak. Apakah kepercayaan
yang ditunjukkan ini bermakna bahwa Heiko tak akan mengkhianatinya"
Atau, Heiko akan mengkhianatinya dan Genji dengan pasrah menantinya"
Ironi itu tak lepas dari pikirannya. Kecurigaan dan kebingungan Heiko
menjadi lebih kuat karena Genji terlihat santai saja. Rencana misterius apa
yang ada di balik kepercayaan yang ditunjukkan ini" Selama lima hari,
Heiko memikirkan hal ini dan tak satu pun jawaban muncul. Dia benar-
benar bingung. "Satu penny untuk pikirannmu." Emily Gibson tersenyum kepadanya.
Mereka duduk di ruangan yang menghadap ke halaman dalam. Dan karena
hari tidak terlalu dingin, semua pintu dibuka sehingga ruangan itu terasa
seperti sebuah paviliun di kebun.
"Satu penny?" tanya Heiko.
"Satu penny adalah besaran mata uang kami yang paling kecil. "
"Uang kami yang paling kecil adalah sen." Heiko tahu Emily tidak
benar-benar menawarkan untuk membayar apa yang dia pikirkan. "Apa
Anda menanyakan apa saya pikirkan?"
Lagi, Emily tersenyum. Di Jepang, wanita yang kurang cantik dan
biasa-biasa lebih sering tersenyum daripada wanita cantik. Rupanya itu
juga menjadi kebiasaan alami wanita Amerika yang biasa-biasa saja untuk
mengambil hatri. Emily sering tersenyum. Menurut Heiko itu adalah
kebiasaan bagus karena senyum menekankan kepribadian wanita asing itu
dan mengalihkan perhatian dan kecanggungannya. "Canggung" tidak bisa
PDF by Kang Zusi menjadi kata yang mendeskripsikan secara lengkap kekurangan ciri-ciri
fisik wanita Amerika itu. Tetapi, semakin lama Heiko mengenalnya,
timbul rasa suka terhadap kepribadian yang ramah dan lembut di balik
tubuh besar dan tak menarik itu.


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu tidak sopan," kata Emily. "Kalau saya bilang "Satu penny untuk
pikiranmu", sama dengan mengatakan kalau Anda terlihat mempunyai
pikiran yang mengganggu, dan saya bersedia mendengar apabila Anda
mau bercerita. Itu saja."
"Ah, terima kasih." Heiko sendiri juga termasuk gampang tersenyum
untuk ukuran wanita cantik seperti dirinya. Meski semua geisha terkenal di
Edo mempertahankan sikap angkuh, Heiko, yang paling cantik di antara
mereka, tersenyum sesering gadis petani yang biasa-biasa saja. Tetapi,
senyum itu hanya untuk mereka yang dia sukai. Seakan-akan di depan
orang yang dia sukai, kecantikan Heiko tak berarti apa-apa, sehingga
hatinya, yang terbuka tanpa kepura-puraan adalah milik mereka. Tentu
saja itu semua hanya sandiwara dan semua orang tahu itu, tetapi,
sandiwara itu sangat efektif sehingga para pria tak keberatan membayar
mahal. Hanya dengan Genji senyum itu bukan sandiwara. Heiko berharap
Genji tak menyadari itu. Karena kalau dia tahu, Genji akan tahu kalau
Heiko mencintainya, dan jika Genji tahu kalau Heiko mencintainya,
keseimbangan di antara mereka akan hilang. Mungkin Genji memang tahu
dan karena itu dia mempercayainya. Kembali ke masalah itu lagi. Apa
sebenarnya yang dipikirkan Genji.
Heiko berkata, "Saya berpikir pasti Anda merasa sangat berat, Nona
Gibson. Tunangan Anda terluka. Anda jauh dari rumah dan keluarga.
Situasi yang sangat sulit bagi Anda, ya?"
"Ya, Heiko. Situasi yang sangat sulit." Emily menutup buku yang
sedang dibacanya, Sir Walter Scott adalah pengarang favorit ibunya dan di
antara buku-buku karangannya, ibunya sangat memuja Ivanhoe. Selain
liontin loket ibunya, buku Ivanhoe adalah satu-satunya barang yang
disimpan Emily ketika pertanian mereka dijual. Sejak itu sudah tak
terhitung berapa kali dia membaca halaman-halaman buku yang sangat
dicintai ibunya, mengingat kembali suaranya, dan menangis dalam
kesendirian di sekolah, rumah misi, kapal, dan kini, di sini, di tempat sunyi
PDF by Kang Zusi yang begitu jauh dari makam orang-orang yang dicintainya. Emily
bersyukur dia tidak sedang menangis ketika Heiko datang. "Tolong,
panggil saja aku Emily. Itu adil karena aku memanggilmu Heiko. Atau,
kamu bisa memberi tahu nama keluargamu dan aku akan memanggilmu
dengan "Nona", pula."
"Saya tak punya nama keluarga," kata Heiko. "Saya bukan keturunan
bangsawan." "Maaf?" Ini mengejutkan Emily. Kondisi ini sama persis dengan
kondisi orang-orang jaminan di Ivanhoe. Tetapi, itu ratusan tahun yang
lalu, pada masa Abad Kegelapan Eropa. "Bukankah mau pernah dipanggil
dengan nama panjang oleh seorang pelayan?"
"Mayonaka no Heiko, ya. Itu adalah nama geisha saya selengkapnya.
Artinya, Keseimbangan Malam."
"Apa itu nama geeshaw?"
"Geisha," kata Heiko pelan.
"Geisha," ulang Emily.
"Ya, itu benar," ketika Heiko. Dia berpikir tentang kata-kata yang telah
dia baca di kamus Genji. "Dalam basa Anda kata yang paling dekat
mungkin "pelacur"."
Emily sangat terkejut sehingga dia tak bisa bicara. Ivanhoe jatuh dari
pangkuannya. Dia sangat bersyukur bisa membungkuk untuk
memungutnya sehingga menyembunyikan pandangannya dari Heiko. Dia
sama sekali tak tahu harus berkata apa. Selama ini, dia mengira nyonya
rumah mereka adalah seorang wanita bangsawan, keluarga Lord Genji.
Karena dia melihat semua pelayan dan samurai memperlakukan Heiko
dengan sangat hormat. Apakah dia memang melewatkan adanya sikap
mencemooh dari sikap mereka terhadap Heiko"
"Pasti ada kesalahan penerjamahan," kata Emily, pipinya masih
memerah karena malu. "Ya, mungkin," kata Heiko. Nona Gibson, atau Emily, seperti yang dia
inginkan untuk dipanggil kini, mengagetkannya seperti dia telah
mengagetkan Emily. Apa yang telah dia katakan sehingga membuat
wanita asing itu terkejut"
PDF by Kang Zusi "Aku tahu pasti ada kesalahan." Emily sangat lega mendengar ini.
Baginya, pelacur adalah salah satu wanita kotor pecandu alkohol dan
penyakitan yang kadang-kadang mencari tempat bernaung di rumah misi
San Francisco. Wanita muda yang elegan ini, yang bagaikan baru saja
tumbuh dewasa, sangat berbeda dari citra seorang pelacur.
Ketika Emily menjatuhkan bukunya, Heiko sedang mencari kata
bahasa Inggris yang tepat untuk menggambarkan perbedaan kelas di
kalangan wanita penghibur. Ada satu kelas untuk setiap strata masyarakat.
Paling bawah adalah pelacur tak berseni yang hanya sekedar menjadi
pemuas kebutuhan seksual. Lahan-lahan berpagar di distrik hiburan malam
Yoshiwara penuh dengan mereka, sebagian besar adalah gadis petani yang
digadaikan untuk membayar utang keluarga. Di kelas teratas adalah
beberapa gadis yang diseleksi ketat seperti dirinya, dilatih sejak kecil
tentang dengan siapa mereka harus mengabiskan waktu dan dengan cara
bagaimana, jasanya menemani seorang pria memang bisa dibayar, tetapi
hanya jika dia mau menemani, kalau dia tak mau maka hal itu tak mungkin
terjadi. Di antara kelas tertinggi dan terendah terdapat berbagai kelas
wanita penghibur dengan harga, jasa, bakat, dan kecantikan yang
bervariasi. Melihat ketidaknyamanan Emily dengan semua yang ada di
Jepang juga ada di Amerika dan sebaliknya. Kata-katanya mungkin
berbeda, tetapi makna intinya sama saja. Setiap orang di mana pun pasti
punya dorongan kebutuhan dan keinginan yang sama. Begitu pikirnya.
"Di Amerika, beberapa wanita terdidik menjadi pengasuh," kata
Emily, masih mencoba menolak implikasi dari kata-kata yang diucapkan
Heiko. "Seorang pengasuh mendidik anak-anak di sebuah rumah tangga
tentang sikap yang baik, mengasuh mereka, bahkan mengajar mata
pelajaran tertentu. Apakah itu maksudmu?"
"Seorang geisha bukan pengasuh," kata Heiko. "Seorang geisha adalah
wanita penghibur kelas tertinggi. Jika aku tidak menggunakan kata yang
tepat, tolong ajari aku, Emily."
Emily memandang ke mata Heiko yang polos. Sudah tugasnya sebagai
seorang Kristen untuk jujur, betapapun kebenaran itu menyakitkan.
Katanya, "Kami tidak mempunyai persamaan kata untuk itu,Heiko. Di
PDF by Kang Zusi negara-negara Kristen profesi semacam itu tidak dianggap terhormat,
bahkan melanggar hukum."
"Jadi, tidak ada pelacur di Amerika?"
"Ada," jawab Emily, "karena kelemahan manusia. Tetapi, pelacur di
sana harus bersembunyi dari polisi dan berlindung serta bergantung pada
para kriminal keji. Hidup mereka tidak panjang karena kekerasan,
kecanduan, dan penyakit." Emily menarik napas panjang. Setiap
persetubuhan di luar pernikahan adalah dosa, tetapi bukankah ada derajat
variasi tingkah laku yang salah" Dia tidak percaya bahwa Heiko tadi
benar-benar bermaksud mengatakan bahwa dia adalah pelacur.
"Terkadang pria yang kaya dan berkuasa mempunyai selir. Wanita yang
dicintainya, tetapi bukan istrinya seperti dalam hukum Tuhan. Mungkin
"selir" adalah kata yang lebih tepat untuk geisha daripada "pelacur"."
Heiko tidak berpikir demikian. "selir" dan "simpanan" artinya sangat
mirip, tetapi artinya jauh berbeda dengan geisha. Kata yang paling dekat
memang "pelacur". Sikap Emily terhadap topik ini terlihat aneh dan
menghindar. Apa sebabnya" Apakah mungkin dia dahulu juga seorang
pelacur dan merasa malu akan masa lalunya" Tentu apabila dia dahulu
seorang pelacur tak mungkin menyamai seorang geisha. Tak peduli betapa
hebat keahlian dan daya tariknya, semuanya itu tidak bisa mengatasi
penampilannya yang mengerikan.
"Mungkin," kata Heiko akhirnya. "Mari kita menanyakannya kepada
Lord Genji saat beliau kembali. Pemahaman bahasa Inggrisnya lebih baik
dari saya." Emily terselamatkan dari keharusan menjawab usul yang mengejutkan
itu karena kedatangan Stark.
"Sudara Zephaniah mencarimu," katanya.
"Maksudmu, pamanku telah berada di ruang senjata selama empat hari
terakhir ini?" Genji berusaha keras untuk tidak tersenyum geli. Rasa malu
Rahib Kepala Sohaku terlihat jelas.
"Ya, Tuanku," kata Sohaku. "Kami telah tiga kali berusaha
menangkapnya kembali. Pada usaha pertama, saya mendapat ini." Sohaku
menunjuk pada bengkak yang melintang didahinya. "Jika dia betul-betul
PDF by Kang Zusi menggunakan pedang dan bukan pedang kayu, hamba pasti terselamatkan
dari rasa malu untuk menyampaikan laporan kegagalan ini kepada Anda."
"Jangan terlalu keras pada dirimu, Rahib Kepala."
Dengan murung, Sohaku melanjutkan. "Pada usaha kedua, Lord
Shigeru melukai empat anak buah saya, atau lebih tepat empat rahib
dengan parah. Salah satu dari mereka kini koma dan mungkin tak akan
bertahan. Ketiga kalinya, kami masuk dengan busur dan anak panah yang
terbuat dari bambu. Memang bukan senjata yang terbaik, tetapi cukup
untuk melumpuhkannya. Tetapi, ketika kami masuk Lord Shigeru
berjongkok di atas tongkat mesiu, menyeringai dengan sumbu menyala di
tangannya. Kami tak berani lagi berusaha menangkapnya."
Genji duduk di podium kecil di bawah tenda, yang berjarak lima puluh
langkah dari ruangan senjata. Para rahib yang tidak berjaga duduk berjajar
di depannya, tidak terlihat sebagai rahib tetapi lebih mirip samurai yang
menunggu perintah. Enam bulan lalu, kakeknya secara rahasia
memerintahkan pasukan kavalerinya yang terbaik untuk masuk kuil.
Mereka masuk pertapaan dengan alasan tidak setuju dan protes atas
keputusan kakek Genji untuk berteman dengan para misionaris Firman
Sejati. Tetapi, sebetulnya gagasan utamanya tentu untuk membuat msusuh
bingung. Siapa yang bisa percaya kalau melihat para pria yang terlihat
jelas sebagai ahli bela diri ini benar-benar telah meninggalkan kehidupan
dunia dan menjadi rahib"
"Baiklah, kurasa aku sebaiknya pergi dan bicara padanya." Genji
berdiri dari podium dan pergi ke ruangan senjata, diikuti Hide dan
Shimoda. Terdengar gumaman dari sisi lain barikade. "Paman, ini Genji.
Aku akan masuk." Dia menunjukk ke barikade dan para anak buahnya
segera memindahkan barikade itu. Di dalam ruangan senjata menjadi
sangat tenang. "Tuanku, harap hati-hati," kata Hide pelan. "Taro mengatakan kepada
kami, Lord Shigeru benar-benar gila."
Genji menggeser pintu hingga terbuka. Uap busuk dan panas meruak
dari dalam ruangan dan menyerbunya. Dia mundur beberapa langkah.
PDF by Kang Zusi "Maafkan hamba," kata Sohaku, mengulurkan sapu tangan berparfum.
"Hamba telah terbiasa dengan kondisi ini sehingga lupa memperingatkan
Tuanku." Genji menolak uluran saputangan Sohaku. Kalau bisa dia lebih suka
memakainya,. Tetapi dengan wajah tertutup saputangan, Shigeru mungkin
tak akan mengenalinya. Tak memperdulikan bau busuk yang membuat
mual, dia kembali ke pintu. Shigeru berjongkok seperti kera di ujung
ruangan yang tertutup bayangan, berlumuran kotorannya sendiri. Hanya
mata dua pedang yang dia pegang yang bersih. Mata pedang itu berkilat
terang, seakan-akan mengeluarkan cahaya sendiri.
"Aku sangat kecewa melihatmu dalam kondisi kotor begini." Genji
berbicara lembut. "Di satu sisi, aku hanya keponakanmu. Di sisi lain, aku
adalah junjunganmu, Bangsawan Agung Akaoka. Sebagai keponakanmu,
aku berkewajiban mengunjungi Paman. Sebagai junjunganmu, aku tak bisa
membiarkan kejorokan seperti ini. Sebagai keponakanmu, aku mohon
Paman memperhatikan kesehatan. Sebagai junjunganmu, kuperintahkan
Anda untuk menghadapku dalam satu jam, dengan penjelasan tentang
tingkah laku yang sangat tidak pantas ini."
Genji berbalik memunggungi pamannya dan pelan-pelan berjalan
menuruni tangga. Jika Shigeru tidak menyerangnya, ada kemungkinan
besar perintahnya akan dipatuhi.
Tubuh Genji, yang terpampang di pintu mulai mengecil dan menjauh.
Punggungnya terbuka! Sekaranglah saatnya untuk melengkapi penyucian
garis darah Okumichi. Otot-otot Shigeru menegang lalu lepas. Dia melesat
ke depan, diam dan cepat. Atau, setidaknya tubuhnya melakukan itu.
Pikirannya yang kacau, melayang ke tempat lain, dalam ruang dan
waktunya sendiri. Shigeru bersama ayahnya. Mereka berkuda di pinggir tebing Tanjung
Muroto. Lord Kiyori lebih muda dari pada Shigeru saat ini, dan Shigeru
semuda anak laki-lakinya yang terbunuh.
"Kamu akan berbicara tentang hal-hal yang akan terjadi," kata
ayahnya. "Kamu akan melihat hal-hal yang akan terjadi sejelas kamu
melihat ombak di bawah tebing ini."
PDF by Kang Zusi "Kapan, Ayah?" Shigeru bertanya. Dia tak sabar menunggu.
Kakaknya, Yorimasa, mungkin akan memimpin wilayah Akaoka setelah
ayahnya, tetapi jika Shigeru yang dianugerahi kemampuan meramal, dia
akan dihormati seperti Lord Kiyori. Sehingga Yorimasa tak bisa bersikap
sombong lagi kepadanya, bukan"
"Masih lama, dan kamu seharusnya senang karenanya."
"Mengapa aku harus senang?" Shigeru cemberut. Ini bukan yang dia
dengar. Karena itu, berarti Yorimasa akan terus sombong dan
memerintahnya. "Semakin cepat aku melihat masa depan semakin baik."
Ayahnya memandang Shigeru lama sekali sebelum akhinya berbicara
lagi. "Jangan menjadi tidak sabar, Shigeru. Apa yang akan terjadi, pasti
terjadi, baik kamu mengetahuinyaatau tidak. Percayalah, mengetahui masa
depan tidak selalu baik."
"Mengetahuinya pasti lebih baik," tukas Shigeru. "Jadi, tidak ada
orang yang bisa mengejutkanmu."
"Seseorang pasti selalu mengejutkanmu, karena tak peduli seberapa
banyak yang kau tahu, kami yak mungkin tahu semuanya."
"Kapan, Ayah" Kapan aku bisa melihat masa depan?"
Ayahnya kembali memandangnya dalam diam. Hingga Shigeru
berpikir ayahnya tak akan berkata-kata lagi, tetapi dia mulai berbicara lagi.
"Hargailah masa-masa sebelum itu terjadi, Shigeru. Kamu akan sangat
berbahagia. Di puncak kedewasaanmu, kamu akan jatuh cinta dengan
seorang wanita bijak dan baik. Dan kamu sangat beruntung karena dia juga
jatuh cinta padamu." Ayahnya terus tersenyum meski kini air mata
membasahi wajahnya. "Kamu akan punya seorang anak laki-laki yang
kuat dan pemberani, juga dua anak perempuan yang cantik."
Shigeru tak peduli semua itu. Dia baru enam tahun. Dia tidak
memimpikan anak laki-laki dan perempuan. Dia bermimpi menjadi
samurai sejati seperti nenek moyangnya yang hebat.
"Apakah aku akan memenangi banyak pertempuran, Ayah" Apakah
aku akan ditakuti orang lain?"
PDF by Kang Zusi "Kau akan memenangi banyak pertempuran, Shigeru." Ayahnya
mengusap air mata dengan lengan kimononya yang lebar. "Orang lain
takut padamu. Mereka akan sangat takut padamu."
"Terima kasih, Ayah." Shigeru sangat bahagia. Dia baru saja
menerima ramalan! Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu
mengingat hari yang mujur ini, suara ombak, embusan angin, dan gerakan
awan di langit. "Dengarkan aku, Shigeru. Ini sangat penting." Ayahnya meraih dan
memegang bahunya erat. "Ketika kamu mulai melihat pertanda masa
depan, seseorang akan datang mengunjungimu. Dorongan hati pertamamu
adalah membunuhnya. Jangan menyerang. Berhenti! Lihatlah jauh ke
dalam pikiranmu. Perhatikan apa yang ada di sana." Pegangan ayahnya
mengeras. "Apa kau ingat untuk melakukan itu nanti?"
"Ya, aku akan ingat, aku janji," kata Shigeru, ketakutan melihat
keseriusan ayahnya. Kini, dengan pedang terhunus kepada Genji, janji yang terucap
bertahun-tahun lalu memenuhi pikiran Shigeru. Hanya dalam beberapa


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

detik lagi, pedang tajam sepanjang lengan akan menusuk punggung Genji,
merobek tulang punggungnya, menyayat jantungnya, dan menembus
dadanya. Shimoda melihat ke dalam pikirannya yang tiba-tiba terasa
terang dan melihat apa yang paling tidak dia duga.
Tidak ada apa pun. Shigeru berhenti. Dia baru saja mengambil satu langkah ke arah pintu.
Genji baru saja berbalik pergi. Hanya sekejap, tak lebih.
Shigeru mendengarkan dengan seksama. Dia tidak mendengar apa pun
kecuali suara langkah kaki Genji dan kicauan burung di hutan. Dia melihat
sekeliling. Yang terlihat hanyalah bagian dalam ruangan senjata,
punggung Genji, dan halaman kuil yang terlihat dari pintu terbuka.
Bayangan-bayangan yang menyiksanya telah hilang.
Apakah itu kebetulan, ataukah kehadiran Genji menyebabkan
bayangan-bayangan yang dialaminya menghilang" Dia tak tahu. Dia tak
peduli. Keinginannya untuk membunuh lenyap seiring hilangnya
bayangan-bayangan itu. PDF by Kang Zusi Shigeru membiarkan pedang yang dipegangnya jatuh dan berjalan ke
pintu. Dua samurai yang berjaga di kedua sisi pintu mundur beberapa
langkah, dan membungkuk. Shigeru melihat keduanya memegang pedang
dan mata mereka waspada mengawasinya meski mereka membungkuk.
Shigeru mulai membuka bajunya dan berjalan ke belakang dapur, ke
kamar mandi. "Di mana Sohaku?" tanya Shigeru kepada samurai yang mengikutinya.
"Katakan aku perlu meminjam baju yang pantas untuk menghadap Lord
Genji." Samurai itu menjawab, "Ya, Tuan," tetapi tetap mengikutinya. Shigeru
berhenti dan samurai itu pun berhentu. "Pergilah dan lakukan apa yang
aku minta." Shigeru menjatuhkan helai terakhir pakaiannya ke tanah.
Semua pakaian itu akan dibakar. Berapa kali pun dicuci pakaian itu tak
akan bersih. Shigeru membentangkan tangannya. "Apa yang kau pikirkan"
Kau pikir aku akan lari seperti ini, telanjang dan dilumuri kotoran, di
tengah-tengah musim dingin" Hanya orang gila yang melakukan itu." Dia
tertawa dan terus melangkah. Tidak menengok ke belakang untuk melihat
apakah samurai itu masih membuntutinya.
Ketika sampai di kamar mandi, Shigeru tidak terkejut melihat bak
mandi telah diisi dengan air panas. Genji memang pemuda yang
optimistis. Shigeru membersihkan dirinya dengan cermat tiga kali di luar kamar
mandi. Baru setelah dia yakin tubuhnya benar-benar bersih, dia masuk ke
bak mandi sembari melenguh senang. Berapa lama sudah dia tak mandi"
Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan" Dia tak ingat. Pasti
enak berendam berlama-lama di air hangat. Pada kesempatan lain, dia
pasti melakukan itu. Tetapi, junjungannya sedang menunggunya,dan
Shigeru segera keluar dari bak mandi.
Uap naik dari badannya seakan-akan kawah vulkanik yang muncul dari
dalam bumi. Sandal baru telah disiapkan di depan bak mandi. Shigeru
memakai sandal itu, membungkus tubuhnya dengan handuk dan pergi ke
sayap kuil yang digunakan untuk tempat tinggal. Di sana, dua rahib
membantunya memakai pakaian pinjaman. Sayap lebar jaket kamishimo
yang kaku menutupi bahunya, melapisi kimono yang dipakainya. Di
PDF by Kang Zusi bawah kimono, dia mengenakan celana lebar hakama. Formalitas pakaian
ini sangat sesuai untuk menghadap junjungannya di lapangan. Shigeru
hampir siap. "Di mana pedangku?"
Dua rahib yang membantunya saling memandang.
Akhirnya, salah seorang berkata, "Tuanku, kami dilarang
membawakan senjata untuk Anda."
Dua rahib itu menunggu dengan tegang, sepertinya mereka menduga
Shigeru akan bereaksi keras. Tetapi, Shigeru hanya mengangguk patuh.
Tentu saja, setelah apa yang dia lakukan, diat tidak diperbolehkan
mendekati Genji dengan membawa senjata. Dia mengikuti para rahib itu
ke tempat junjungannya menunggu.
"Berhenti," kata Genji.
Shigeru berhenti. Mungkin dia bahkan tidak boleh memasuki tenda
Genji. Dia tidak melihat tempat eksekusi disiapkan untuknya. Itu tidak
berarti apa-apa. Genji mungkin tidak memilih eksekusi dengan cara
formal. Dua samurai yang menyertai Genji dari Edo mungkin akan
memenggalnya di sini dan sekarang.
Genji berpaling kepada Sohaku dan berkata. "Berani sekali kamu
membiarkan pengikut terhormat menghadapku setengah telanjang."
"Lord Genji," jawab Sohaku, "saya mohon Anda waspada. Lima anak
buah saya telah terbunuh atau terluka oleh tangannya."
Genji memandang dia ke depan.
Tak punya pilihan lain, Sohaku membungkuk kemudian mengangguk
kepada Taro. Taro lari ke ruangan senjata dan kembali dengan dua pedang.
Pedang katana panjang dan pedang pendek wakizashi. Dia membungkuk
kepada Shigeru dan memberikan dua pedang itu kepadanya.
Saat Shigeru mengantungkan kedua pedang itu di pinggangnya,
Sohaku mengubah sedikit posisi duduknya. Sehingga, jika Shigeru
menebaskan pedangnya ke Genji, dia bisa melemparkan diri di antara
Genji dan Shigeru. Ini akan memberikan kesempatan kepada Hide dan
Shimoda, dua samurai lain yang bersenjata itu untuk membunuh Shigeru,
jika mereka bisa. Atau setidaknya, keduanya menghalanginya, dan para
rahib dapat mengeroyoknya sebelum Shigeru mencapai Genji. Meski
PDF by Kang Zusi Sohaku adalah seorang rahib kepala di kul Zen, dia tidak menemukan
ketenangan dalam Zen. Zen mengajarkan seseorang bagaimana caranya
hidup dan mati. Agama itu sama sekali tidak menyinggung kehidupan
setelah mati. Kini, saat dia bersiap diri untuk meninggalkan dunia ini,
Sohaku mengucapkan doa dalam kepercayaan Buddha Honganji di
hatinya. Namu Amida Butsu. Semoga rahmat Buddha Cahaya Sejati
menyinariku. Semoga Buddah Penuh Kasih menunjukkan jalanku ke
Tanah Mruni. Bahkan saat dia berdoa, Sohaku waspada mengawasi setiap
langkah Shigeru menuju tempat duduk junjungan mereka.
Shigeru berlutut di tikar di depan podium dan membungkuk dalam-
dalam. Ini adalah pertama kalinya dia melihat keponakannya sejak dia
mewarisi kepemimpinan Akaoka. Biasanya, pertemuan seperti itu bersifat
sangat formal, di mana ada pertukaran hadiah, dan Shigeru seperti
pengikut lain, akan bersumpah mengabdikan hidupnya dan hidup
keluarganya untuk melayani sang junjungan. Tetapi, kini kondisinya jauh
dari normal. Satu sebabnya, Genji menjadi pemimpin klan Akaoka karena
Shigeru telah meracuni pemimpin klan Akaoka sebelumnya, ayahnya
sendiri. Sebab lain, Shigeru tidak punya keluarga yang bisa diajak
bersumpah setia karena dia telah membantai mereka tiga minggu lalu.
Shigeru membungkuk menempelkan kepalanya ke tikar. Dia tak tahu
harus berbuat apa. Ini adalah pengadilan. Tidak mungkin tidak. Maka, dia
mendudukkan kepalanya dan menunggu hukuman mati.
"Baiklah, Paman," kata Genji tenang, "mari segera kita selesaikan ini
sehingga kita bisa bicara." Lalu dengan suara lebih keras dan berwibawa,
Genji berkata, "Okumichi Shigeru, untuk alasan apa Anda mengambil alih
kontrol ruang senjata kuil ini?"
Shigeru mengangkat kepalanya. Mulutnya ternganga heran.
Mengapa Genji malah berbicara tentang masalah sepele"
Genji mengangguk seakan-akan Shigeru telah menjawab. "Aku
mengerti. Dan, apa yang membuatmu berpikir kalau senjata di ruang
senjata itu tidak diamankan dengan benar?"
"Tuanku." Hanya satu kata keluar dari leher Shigeru yang serasa
tercekik. PDF by Kang Zusi "Bagus," lanjut Genji. "Semangatmu dalam melindungi senjata
memberi inspirasi bagi kita semua. Sekarang, masalah selanjutnya. Seperti
yang Anda ketahui, aku telah menerima kehormatan untuk meneruskan
kepemimpinan nenek moyang kita. Semua pengikut lain telah bersumpah
setia padaku. Apa Anda akan bersumpah setia padaku sekarang, atau
tidak?" Shigeru berpaling kepada orang-orang yang hadir dalam perhelatan
itu. Wajah mereka sama terkejutnya seperti dirinya sendiri. Terutama Sohaku
yang terlihat seperti akan terkena serangan jantung.
Genji mencondongkan tubuhnya ke depan. Kembali dia berkata
tenang. "Paman, lakukan seperti yang biasanya sehingga kita bisa selesai."
Shigeru membungkuk rendah ke tikar lagi. Lalu, dia mengangkat
kepalanya dan menarik kedua pedangnya.
Semua yang hadir berdiri serentak, dan mencondongkan tubuh ke
arah Shigeru. Semua kecuali Genji.
Shigeru berseru marah. "Kalian semua ke sini untuk mempraktikkan
jalan para guru Zen dari zaman dulu untuk membersihkan pikiran
kalian dari khayalan sehingga bisa melihat dunia seperti apa adanya.
Tetapi, tetap saja kalian bergerak dan melompat ke sana kemari seperti
orang liar yang dikerumuni kutu. Apa yang kalian lakukan selama
setengah tahun ini?" Dia memandang sengit kepada mereka hingga mereka
duduk kembali. Shigeru menarik pedangnya dari ikat pinggang, lengkap dengan
sarungnya. Membungkuk dan mengangkat kedua pedangnya di atas kepala,
dia berjalan, berlutut hingga ke kaki podium. Itulah satu-satunya yang dapat
dia tawarkan sebagai hadiah. Dia tidak bisa berkata apa-apa, jadi dia diam
saja. "Terima kasih," kata Genji. Dia mengambil dua pedang itu dan
meletakkan di sisi kirinya. Lalu dia berpaling ke kanan dan mengambil
satu set pedang. Shigeru segera mengenalinya. Kedua pedang itu ciptaan
ahli pedang terkenal Kunimitsu, di akhir zaman Kamakura. Kedua pedang
itu tak pernah lagi digunakan sejak peristiwa di Sekigahara, saat keduanya
diselamatkan dari tangan leluhur mereka, Nagamasa yang sekarat.
PDF by Kang Zusi "Bahaya besar sedang mengancam kita." Genji mengulurkan pedang
itu dengan dua tangan ke Shigeru. "Semua utang karma akan terbayar.
Apaka Anda bersedia mendampingiku pada pertempuran-pertempuran
yang akan terjadi?" Sejak kecil, belum pernah tangan Shigeru gemetar ketika memegang
senjata. Kini, kedua tangannya gemetar saat menerima kedua pedang
bersejarah itu. "Saya bersedia, Lord Genji." Shigeru memegang kedua pedang itu tinggi
di atas kepalanya dan membungkuk rendah.
Rasa takut membuat darah Sohaku dingin. Junjungannya baru saja
menerima sumpah setia seorang pria, yang dengan tangan berdarahnya,
hampir membawa garis keturunan Akaoka dalam kepunahan. Seorang
pembunuh ayah, istri, dan anak-anaknya. Orang gila yang paling tak bisa
diduga dan paling berbahaya di seluruh Jepang.
Dengan satu tindakan yang tak bisa dipahami, Lord Genji telah
mengutuk dirinya sendiri dan semua yang mengikutinya.
Emily duduk di pinggir ranjang Cromwell. Tangan pria itu terasa dingin
dan berat, juga lebih kaku dari sejam yang lalu. Wajah Cromwell mulus
dan santai seperti seorang bayi yang tertidur, tetapi abu-abu seperti arca.
Selimut wangi menutupi tubuhnya. Di empat pojok ruangan, hio cendana
terus menyala. Tetapi, wewangian itu tak mampu menepis bau busuk
yang menguar dari daging membusuk. Bahkan, bau busuk itu menjadi
semakin tak tertahankan dan menyesakkan oleh bebauan itu. Emily
bergetar, mual, dan berusaha menekan isi perutnya yang.naik ke
tenggorokan. "Aku telah mendapatkan pertanda," kata Cromwell. Dia tak lagi
merasakan sakit. Bahkan, dia sama sekali tak bisa merasakan tubuhnya.
Kepekaan indranya telah turun dari tingkat tertinggi ke tingkat terendah.
Dia melihat Emily mengapung di atasnya, terlihat cantik. Rambutnya
bersinar seperti emas tenunan, membentuk lingkaran halo di sekitar wajah-
nya yang elok. Dia mendengar suara guntur yang menjadi pertanda
kedatangan malaikat. "Aku tak akan mati karena luka ini."
PDF by Kang Zusi "Kamu diberkati, Zephaniah." Emily tersenyum kepadanya. Jika
pikiran itu membuatnya nyaman Emily merasa senang untuknya. Malam
sebelumnya pria itu mengigau dan berteriak-teriak kesakitan. Ketenangannya
saat ini melegakan. "Malaikat tak seperti kita," kata Cromwell, "bukan manusia sempurna
dengan sayap putih. Sama sekali tidak seperti itu. Mereka tak terlihat. Lebih
terang dari matahari. Meledak. Membuat tuli." Akhirnya kata-kata dari
Alkitab menjadi jelas baginya "Dengan api dan dengan asap, dan dengan
belerang. Seperti yang telah ditulis, semua akan terjadi. Pebunuhan, sihir,
perzinaan, dan pencurian. Tempat ini penuh dengan semua kejahatan itu.
Ketika para malaikat datang, orang-orang yang benar akan diangkat ke
surga, sementara mereka yang tak mau bertobat dibakar, dirobek-robek,
dan dikubur." Emily kagum pada cara Cromwell yang meucapkan kata-kata kejam
itu dengan tenang seperti bercakap-cakap biasa. Perilakunya yang normal,
sebelum dia tertembak, lebih meledak-ledak dan hiteris. Lalu, keringat
keluar di atas alisnya; matanya yang menonjol seakan-akan melompat
keluar; nadi di leher dan keningnya menonjol tegang seakan hampir
meledak; ludah berhamburan dari bibirnya bersama dengan kata-kata
dan napas yang panas. Kini, dia dalam damai.
"Kalau begitu, marilah kita berdoa agar semua orang bertobat," kata
Emily, "karena siapa di antara kita yang tidak mempunyai dosa yang harus
ditebus?" Lucas Gibson punya lahan pertanian di Apple Valley, lima belas mil di
utara Albany, New York. Dia ber:emu Charlotte Dupay, seorang sepupu
jauh dari New Orleans, saat pemakaman kakeknya di Baltimore. Lucas,
tampan, gagah, dan dewasa, saat itu berusia 22 tahun. Charlotte, seperti
gadis-gadis selatan pada masanya yang terlalu sering membaca buku
karangan Scott, adalah seorang gadis berusia empat belas tahun yang
romantis dan.cantik. Berpikir bahwa dia telah bertemu dengan Ivanhoe-nya,
dia pergi sebagai mempelai ke tanah pertanian yang terdiri dari kebun apel
seluas enam puluh hektar, babi-babi, dan ayam. Anak pertama mereka,
Emily, lahir sembilan bulan satu hari setelah pemikahan. Saat itu, Charlotte
PDF by Kang Zusi telah melepaskan mimpi tentang kesatria Saxonnya dan mulai bermimpi,
meski tak begitu ingin, tentang prajurit yang jahat tetapi penuh gairah, de
Bois-Guilbert. Ketika Emily berumur empat belas tahun, ayahnya meninggal dalam
sebuah kecelakaan di kebun apel. Dia jatuh dari tangga. Sebenarnya agak
mencurigakan, karena ayahnya dikenal sebagai orang yang paling bisa
menjaga keseimbangannya dibandingkan dengan para pemetik apel lain,
dan seingat Emily, dia belum pernah jatuh sebelumnya. sekali pun. Hal
lain yang mencurigakan adalah kondisi tubuhnya. Bagian belakang
tulang tengkoraknya hancur sedemikian rupa sehingga serpihan tulangnya
masuk ke dalam. Meski tak mustahil seorang bisa mati karena jatuh
dari ketinggian lima meter, sulit untuk dipercaya bahwa kepalanya meng-
hantam tanah sedemikian keras sehingga tulang tengkoraknya
berantakan. Tetapi, itulah yang terjadi. Ayahnya meninggal, ibunya
menjadi janda, dia dar dua adik lelakinya menjadi yatim.
Sebelum rumput tumbuh menutupi makam ayahnya, mandor
pertanian mulai menghabiskan malam-malamnya di kamar ibunya.
Tetapi, pernikahan baru terjadi setelah enam bulan masa perkabungan
berakhir. Saat itu, perut ibunya telah membesar berisi seorang bayi. Hajaran
dan pukulan mulai tak lama setelahnya. Teriakan-teriakan gairah yang
biasanya mengisi malam kini berganti dengan teriakan kesakitan dan teror.
"Tidak! Jed, tolong! Jed! Jangan! Jangan! Aku mohon!"
Emily dan kedua adiknya saling berpelukan dan menangis di kamar.
Mereka tak pernah mendengar suara ayah tirinya, hanya suara ibu mereka
yang ketakutan. Kadang, pada pagi hari, wajah ibu mereka memar-
memar. Awalnya, dia berusaha menyembunyikan dari anak-anaknya
dengan bedak atau perban, atau cerita tentang terpeleset di kegelapan.
"Aku sangat ceroboh," dia bilang.


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi, memar-memar itu menjadi semakin buruk, dan bedak, perban
maupun cerita terpeleset tidak bisa menyembunyikan kebenaran. Hidung
ibu mereka patah, dan patah lagi. Bibirnya pecah dan bengkak. Gigi
depannya patah. Bahkan, ada hari-hari ibu mereka berjalan terpincang-
pincang dan hari-hari ibu mereka tak mampu bangun dari tempat tidur. Bayi
yang dikandung ibu meninggal saat lahir. Hanya dalam satu tahun yang
PDF by Kang Zusi menyiksa, ibu mereka yang cantik berubah menjadi wanita tua yang pin-
cang. Mereka tak lagi diundang ke acara komunitas. Para tetangga tak
pernah datang lagi. Para pemetik apel terbaik tak mau bekerja untuk
mereka. Kebun mereka yang dahulu pemah menghasilkan apel termanis di
daerah, mati pelan-pelan.
Lalu, ayah tiri mereka mulai mengejar mereka bertiga. Kedua adik
Emily dicambuk dengan tali kulit pengasah pisau cukur hingga pantat
mereka berdarah. Jika kaki keduanya lemah dan mereka tak bisa berdiri,
ayah tiri mereka mengikat kedua adik Emily ke batang pohon apel dan
mencambuk mereka lebih keras. Kedua adiknya dihukum karena tak me-
ngerjakan tugas mereka, atau mengerjakan dengan buruk, atau karena
tidak memberi makan ayam atau memberi makan ayam terlalu banyak,
atau karena membiarkan apel busuk bersama apel yang masih bagus,
atau membiarkan apel membusuk semua. Susah untuk mengingat hukuman-
hukuman yang dijatuhkan itu untuk apa saja. Ayah tiri mereka tak
pernah bilang. Hanya Emily yang tak tersentuh. Ketika dia merawat luka-luka
adiknya, keduanya bertanya mengapa" Mengapa dia tidak dicambuk"
Dia tak tahu. Ketakutan dan rasa bersalah merobek-robek hatinya sama
ganasnya. Pada malam ulang tahunnya yang kelima belas, Emily sendirian di
kamar anak-anak. Adik-adiknya telah dikurung di gudang bawah
tanah selama seminggu, dihukum untuk kesalahan yang tak jelas.
Emily mendengar mereka masih menangis dua hari yang lalu. Ibunya
terbaring di ranjang, tak sadar karena infeksi luka yang lama tak sembuh-
sembuh. Emily baru saja mengganti bajunya dengan baju tidur ketika dia
melihat ayah tirinya berdiri di pintu. Sejak kapan dia berdiri di sana"
Cukup lama untuk melihatnya berganti pakaian" Emily semakin sering
menemukan ayah tirinya berdiri di belakang dan mengawasinya saat
seharusnya dia tak di sana. Matanya melotot dan menyala, seakan-akan
terkena demam. "Selamat malam," kata Emily dan naik ke ranang. Ayah tirinya
meminta Emily untuk memanggilnya dengan nama kecil saja, Jed.
PDF by Kang Zusi Meski berbahaya jika dia tak mematuhinya, Emily tidak bisa memaksa
diri memanggilnya hanya dengan Jed. Emily menutup matanya,
berdoa dalam hati semoga laki-laki itu segera pergi, seperti yang
dilakukannya sejauh ini. Tetapi kali ini, dia tidak pergi.
Ketika semuanya selesai, ayah tirinya memeluknya keras dan
menangis. Mengapa dia menangis" Emily tak tahu. Dia merasakan sakit
yang aneh. Tetapi, dia tak menangis. Dia tak bisa. Dia tak tahu
mengapa. Dia pasti jatuh tertidur karena dia terbangun oleh cahaya lilin dan
wajah ibunya yang cacat mengerikan.
"Emily, Emily, Emilyku tersayang." Ibunya menangis.
Emily melihat ke bawah dirinya dan melihat bahwa dia terbaring di
genangan darah. Apa dia terbunuh" Entah bagaimana kemungkinan itu
tidak membuatnya takut. Justru malah membebaskan.
Ibunya membersihkan Emily dengan handuk hangat dan memakaikan
pakaian minggu terbaiknya. Emily sudah lama sekali tak mengenakan
gaun itu karena mereka tak lagi pergi ke gereja. Gaun itu kini terlalu ketat
di pinggul dan dadanya, tetapi Emily senang mengenakannya. Ayahnya
dulu selalu bilang itu adalah gaunnya yang tercantik.
"Pergilah ke pertanian Parton," kata ibunya. "Berikan surat ini kepada
Nyonya Parton." Emily memohon ibunya agar pergi bersamanya. menyelamatkan adik-
adiknya dari gudang bawah tanah, lari bersama-sama dan tak pernah
kembali. "Tom dan Walt," kata ibunya, menggelengkarr kepala. "Aku harus
membayar dosa-dosaku. Tuhan ampuni aku, aku tak pernah ingin melukai
mereka yang tak berdosa. Semua karena cinta, aku dibutakan oleh cinta."
Ibunya memakaikan mantel terbaiknya kepada Emily dan menyuruhnya
pergi. Saat itu sudah larut malam. Bulan sudah tenggelam. Hanya bintang
musim semi yang menerangi jalannya.
Ketika dia sampai ke tanah pertanian Parton langit di belakangnya
memerah. Emily heran mengapa fajar terbit di barat dan berbalik. Bola api
membakar rumahnya dan naik tinggi ke udara.
PDF by Kang Zusi Tuan dan Nyonya Parton menampungnya. Mereka adalah pasangan tua
yang ramah dan tumbuh bersama kakeknya. Mereka mengenal ayahnya sejak
lahir hingga meninggal. Emily tidak pernah bertanya apa isi surat ibunya,
dan mereka tak pernah membicarakannya. Tetapi, tak lama setelah dia
tinggal bersama mereka, dia mendengar percakapan Tuan dan Nyonya
Parton secara tak sengaja.
"Aku yakin sejak dulu, itu bukan kecelakaan," kata Tuan Parton.
"Ayah anak itu bisa memanjat seperti kera Afrika bahkan sebelum dia
bisa jalan." "Ibunya terlalu bernafsu," kata Nyonya Parton. "Terlalu banyak
emosi dalam dirinya."
"Dan dia juga terlalu cantik. Mereka bilang kecantikan ada di mata
yang melihat, dan itulah yang terjadi. Ketika kecantikan seorang wanita
terlalu menonjol sehingga setiap orang bisa melihatnya, itu tidak baik.
Pria itu lemah, mudah tergoda."
"Bahaya itu juga ada di rumah kita," kata Nyonya Patton. "Seperti
itu ibunya seperti itu pula anak perempuannya. Apa kamu memerhatikan
bagaimana pria memandangnya" Bahkan, putra-putra kita yang baik?"
"Dan siapa yang salah?" sambung Tuan Parton. "Dia masih anak-anak,
tetapi wajah dan tubuhnya seperti sundal Babylonia."
"Kutukan itu menurun pada garis keluarga wanita," kata Nyonya Parton.
"Apa yang bisa kita lakukan?"
Suatu malam, mimpi tentang kematian mengerikan membangunkan
Emily. Dia melihat bayangan bergerak-gerak dalam gelap, dan mengira
setan-setan pembalas dendam keluar dari mimpinya dan mengikutinya
di dunia nyata. Ketika bayangan-bayangan itu mendekat ke ranjangnya,
Emily mengenali mereka sebagai tiga anak laki-laki Nyonya Parton, Bob,
Mark, dan Alan. Mereka bergerak sangat cepat, sebelum Emily bisa bangun atau
berbicara. Tangan mereka ada di mana-mana. Menekannya di ranjang,
membekap mulutnya, merobek-robek bajunya, menyentuhnya.
"Ini bukan salah kami," kata Bob. "Ini salahmu."
"Kamu terlalu cantik," kata Mark.
PDF by Kang Zusi "Kamu sudah melakukan ini sebelumnya," kata Alan. "Kamu tak akan
rugi apa-apa." "Sumpal mulutnya," kata Bob.
"Ikat dia," sambung Mark.
"Jika kamu diam saja, kami tak akan melukaimu," kata Alan.
Ini adalah salahnya, pikir Emily. Semuanya karena dia. Kematian
ayahnya, kehancuran ibunya, penderitaan adik-adiknya. Dia tidak
memberontak lagi. Mereka mendudukkannya dan melepas gaun tidurnya.
Mereka mendorongnya ke ranjang dan melepas celana dalamnya.
"Sundal," kata Bob.
"Aku cinta padamu," kata Mark.
"Jangan ribut," kata Alan.
Pintu tiba-tiba terbuka dan kamar disinari cahaya
Tetapi, mata Nyonya Parton membelalak lebih terang dari sinar
lentera yang dibawanya. "Bukan salah kami," kata Bob.
"Keluar," desis Nyonya Parton.
Tiga anak lelaki itu menghindar sejauh mungkin dari Emily dan segera
keluar kamar. Ketika ketiganya telah pergi, Nyonya Parton mendekati ranjang. Dia
mengangkat tangannya dan menampar Emily begitu keras sehingga
telinganya berdenging dan matanya berkunang-kunang. Wanita tua itu
kemudian berbalik dan pergi tanpa sepatah kata pun.
Keesokan paginya, Tuan Parton kembali dari perjalanannya ke Albany.
Minggu depannya, Emily dikirim ke sekolah paroki di Rochester dengan
biaya dari penjualan tanah pertanian keluarganya. Tak seorang pun datang
menjenguknya. Pada masa libur, dia adalah salah satu anak yang selalu
tinggal di sekolah. Dia juga jarang keluar dari asrama. Dalam perjalanan
karyawisata, Emily selalu berusaha bersembunyi di antara teman-
temannya. Namun, tetap saja dia tak bisa menghindari tatapan para pria.
Dia melihat mereka memandangnya dengan mata itu. Mata ayah tirinya.
Mata anak-anak Parton. Mata para pria itu mencengkeramnya.
Sekali, dalam sebuah kunjungan sekolah ke museum, seorang pria
muda mendekatinya. Pria muda itu sangat sopan. Dia membungkuk
PDF by Kang Zusi kepada Emily dan berkata, "Kalau boleh saya lancang berbicara, Nona,
Anda lebih cantik dan indah dari semua harta koleksi museum ini." Pria itu
terlihat terkejut ketika Emily lari. Emily tahu apa artinya itu. Ini bukan
kesalahan pria muda itu. Juga, bukan kesalahan para pria yang
memandanginya. Semua adalah kesalahannya. Ada sesuatu pada
penampilannya yang membuat para pria kehilangan kendali diri.
Apakah karena dia cantik, seperti yang para pria itu katakan" Mary Ellen
lebih cantik darinya. Semua anak perempuan di sekolah setuju akan itu.
Para pria juga menganggap Mary Ellen cantik dan memerhatikannya.
Kecuali jika Emily ada, mereka hanya melihat Emily.
Mary Ellen tidak menyukai Emily Tak seorang anak pun di sekolah
menyukainya. Jika bukan karena sang kepala sekolah, Zephaniah
Cromwell, hidup Emily di sekolah pasti sangat menderita. Cromwel l
melindunginya dengan kekuatan pribadinya yang menakut-kan dan kata-
kata para rasul. "Jangan sampai seorang pun dari kalian menginginkan hal jahat
terjadi pada saudaramu," kata Cromwell, matanya menonjol keluar
menakutkan. "Amin," anak-anak menjawab.
"Serigala dan domba akan makan bersama-sama, dan singa akan makan
jerami seperti banteng."
"Amin." "Kamu akan mencintai tetanggamu seperti mencintai dirimu sendiri."
"Amin." "Mary Ellen." "Ya, Pak?" "Aku tidak mendengarmu."
"Saya berkata 'amin', Pak."
"Aku mendengarmu di telinga, bukan di hati. Katakan dengan seluruh
jiwamu, Nak. Katakan dengan sepenuh hati kau akan terselamatkan!
Jika kauucapkan hanya di mulut, kau akan dilaknat selamanya!" Suara
Cromwell akan semakin keras dan keras, pembuluh darah di dahi dan
lehernya akan menggelembung, dan tangannya bergerak seperti kepakan
sayap malaikat penuntut balas. "Mary Ellen, katakan 'amin'!"
PDF by Kang Zusi "Amin, Pak! Amin."
"Bukankah Tuhan menciptakanku di rahim juga menciptakan
saudaraku?" "Amin!" balas anak-anak. Suara mereka juga menjadi semakin
keras. "Bukankah kita semua berasal dari satu Bapa" Bukankah Tuhan yang
satu menciptakan kita semua?"
"Amin!" "Lihat, betapa indah dan menyenangkan jika semua saudara tinggal
dalam kesatuan!" "Amin!" Cromwell tidak pernah berdiri terlalu dekat kepadanya. Dia tak
pernah mencoba menyentuhnya. Dia tak pernah bilang kalau Emily cantik.
Dia tak pernah memandangnya seperti pria lain. Matanya akan melotot dan
pembuluhnya menggelembung, seperti pria lain tetapi hanya saat dia
memikirkan kata-kata rasul. Dia adalah satu-satunya pria yang
dipercaya Emily karena dialah satu-satunya pria yang tidak meng-
inginkannya. Hari itu, di museum, Cromwell-lah yang mencari Emily setelah dia
lari dari pujian pria muda asing yang tampan. Cromwell menemukannya
bersembunyi di sebuah pojok di antara pameran artefak dari tanah Asia
yang jauh. "Berdirilah Nak, berdiri."
Dia tidak memaksanya berdiri. Ketika Emily tidak mampu langsung
berdiri, dia mengalihkan perhatian pada artefak yang dipamerkan.
"Jepang," kata Cromwell. "Tanah penyembah berhala yang penuh
dengan pembunuh, kaum musyrik dan pezina." Nada suaranya mengejutkan
Emily. Meski kata-katanya keras, Cromwell mengucapkannya dengan
kasih bukan kutukan. "Mereka siap untuk ditunjukkan jalan yang benar,
Emily, mereka sudah siap untuk mendengar Firman Sejati, aku tahu itu. Aku
akan mengagungkan nama Tuhan; kemenangan dan kebesaran hanya
untuk Tuhan." Dia memandang Emily menunggu.
"Amin," kata Emily.
PDF by Kang Zusi "Dengarkanlah suara Tuhan, Oh semua bangsa dan siarkanlah di
negeri-negeri yang jauh." "Amin."
"Ini adalah negeri jauh seperti yang dinyatakan dalam perjanjian lama.
Negara Jepang. Tak ada negeri yang lebih jauh dari ini."
Emily bangkit dan pelan-pelan berdiri di sisi Cromwell. Di dinding
terpampang peta, bukan peta daratan, melainkan peta Lautan Pasifik.
Di sana, di pojok sebelah kiri, di pinggir lautan, ada empat pulau besar dan
pulau-pulau kecil. Tulisan "Jepang" terbentang di pantai timur pulau-
pulau itu. "Kerajaan ini terisolasi selama dua setengah abad," kata Cromwell, "hingga
Komodor Perry membuka paksa gerbang negeri itu lima tahun lalu. Pendeta
Tuttle dari Firman Sejati telah membuka rumah misi di sana, di bawah
perlindungan salah satu bangsawan agung. Tahun depan, aku akan
ditahbiskan dan mengikutinya, untuk membangun satu rumah misi lagi di
sana." "Anda akan meninggalkan Rochester?" hati Emily mencelos.
"Namaku akan besar di antara orang-orang kafir, sabda Tuhan." Ketika tak
terdengar "amin" dari Emily, Cromwell melotot kepadanya.
"Amin," bisik Emily. Kalau Cromwell tidak ada, semuanya akan mulai
kembali. Dia bisa tahan kebencian anak-anak perempuan. Kekejaman
yang mereka rencanakan bukanlah apa-apa. Tetapi, para pria. Siapa yang bisa
menahan mereka jika Cromwell pergi"
Cromwell tak biasanya membiarkan amin yang diucapkan dengan
lemah tanpa teguran. Mungkin kegelisahan Emily yang tampak nyata
membuat dia berbaik hati kali ini. Dia berhenti di depan sejumlah boneka-
boneka kecil. "Ini adalah wanita dari negeri itu."
Melalui mata yang kabur karena air mata, Emily melihat sosok-sosok
sehalus boneka porselen, rambut yang disanggul tinggi dengan tatanan
rumit, mengenakan gaun berlengan lebar dlan ikat pinggang lebar yang
menekan tubuh. Mata yang panjang dan sipit memandang dari wajah yang
bulat seperti anak-anak dan dangkal.
Emily menunjuk ke salah satu boneka wanita yang senyum tipisnya
menampakkan mulut yang gelap tak bergigi. "Dia tak punya gigi, Pak."
PDF by Kang Zusi "Punya, Emily Wanita bangsawan di sana menghitamkan gigi mereka."


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Emily membaca plakat yang menjelaskan boneka-boneka figur Jepang
itu. Judulnya, "Wanita-wanita Tercantik dari kota Yokohama". Ketika dia
berbalik, dia melihat Cromwell memandangnya tajam tak berkedip.
"Di Jepang, paling bagus kamu dianggap biasa-biasa saja," katanya.
"Lebih mungkin kamu dianggap mengerikan. Rambut emasmu, mata
birumu, tinggimu, ukuranmu, dan bentuk tubuhmu. Semua tak sesuai,
sangat, sangat tak sesuai."
Emily memandang pada mata sipit sosok-sosok itu, pada gigi mereka
yang dihitamkan, pada tubuh datar yang tidak memunculkan tonjolan
feminin seperti kutukan yang menimpanya. Cromwell benar. Tidak ada
wanita yang sangat besar perbedaannya di dunia ini kecuali Emily dan
wanita tercantik dari Yokohama.
"Ajaklah saya bersama Anda," kata Emily. Dia tak tahu mana yang
lebih membuatnya terkejut. Permohonannya yang keluar dari mulutnya
begitu saja atau reaksi Tuan Cromwell yang tenang-tenang saja.
"Aku sudah memikirkannya lama," katanya mengangguk. "Kita
disatukan bersama untuk satu tujuan, kamu dan aku. Dan tujuan itu,
menurutku adalah Jepang. Kita akan mengusung Firman Sejati dan
menjadi teladan dari firman itu melalui perilaku kita sendiri. Jika kamu
memang benar-benar menginginkannya, aku akan menulis pada walimu
segera." "Saya benar-benar menginginkannya, Pak," kata Emily.
"Di luar kelas kamu harus memanggilku Zephaniah," lanjut Cromwell.
"Sangat aneh dan terasa jauh jika seorang yang bertunangan memanggil
calon suaminya dengan `Pak'."
Dan itulah yang terjadi. Tanpa bermaksud, Emily telah menyerahkan
dirinya. Tuan dan Nyonya Parton dengan mudah memberikan restu
mereka. Emily dan Cromwell setuju untuk menikah di rumah misi mereka
yang baru di daerah kekuasaan Bangsawan Akaoka di Jepang. Emily tidak
memedulikan pernikahan yang akan dia lakukan, bahkan pikiran tentang
pernikahan itu tak mengganggunya sama sekali. Tidak ada cara lain
baginya untuk pergi ke Jepang. Pertunangan, perjalanan yang akan dia lakukan,
PDF by Kang Zusi dan tujuan mereka menjadi harapannya yang paling berharga, harapan untuk
berlindung dari kutukan kecantikannya.
Usia Emily tujuh belas tahun kurang dua bulan ketika Bintang
Bethlehem berlayar ke barat dari San Francisco. Dia hanya membawa tiga
barang dan itu adalah segalanya. Buku Ivanhoe ibunya, kalung loketnya,
dan hati penuh dengan beban masa lampau.
Emily kecewa mendengar suara sepatu boot Stark yang kian menjauh.
Dia berharap pria itu akan menemaninya. Percakapan dengan Cromwell
diselingi dengan periode kesunyian panjang karena dia masih sering
pingsan. Ketika tak sadar, seperti saat ini, tidak ada hal lain yang bisa
mengalihkan perhatian Emily dalam situasi yang membuatnya putus harap-
an. Ini adalah pria yang seharusnya menjadi suaminya. Karena dia, Emily
ada di sini, di tanah asing, yang secara ajaib menunjukkan berbagai tanda
kebebasan seperti dalam doanya. Selama lima hari di istana init tak seorang
pria pun yang melihatnya dengan pandangan mata yang menakutkan. Di
setiap wajah yang ditemuinya, pria atau wanita, Emily hanya menemukan
ekspresi meremehkan, iba dan jijik. Persis seperti yang dijanjikan
Cromwell. Mereka menganggapnya buruk dan mengerikan.
Tetapi, dia menemukan keselamatan hanya untuk kehilangan lagi.
Jika Cromwell meninggal, dia juga harus pergi. Kembali ke Amerika.
Prospek itu membuatnya ngeri. Di Amerika"dia tidak menganggap
negara itu sebagai rumahnya"dia tak punya tempat tujuan. Dia tak bisa
kembali ke rumah misi di San Francisco. Karena beberapa minggu sebelum
berlayar, situasi di sana menjadi semakin berbahaya. Selusin misionaris
baru tiba dari Boston dan bersiap untuk dikirim ke Cina. Beberapa di antara
mereka menunjukkan ketertarikan besar kepada Emily. Awalnya, mereka masih
bersikap sopan. Tetapi, itu tak bertahan lama. Memang tak pernah bertahan
lama. Akhirnya, wajah mereka menunjukkan rasa lapar saat melihatnya, dan
mata mereka menjelajahi tubuhnya. Emily sering tertabrak, tersentuh, atau
terdesak di lorong, di ruang makan, saat pergi ke kapel, atau kembali lagi.
Perintah Firman Sejati atau fakta bahwa dia bertunangan dengan
Cromwell, dan bahkan sikap dinginnya tak mampu menjadi pertahanan diri
PDF by Kang Zusi yang efektif. Tidak untuk waktu yang lama. Cepat atau lambat, kendali diri
mereka akan jebol. Dia bisa melihatnya di mata mereka.
Cromwell mengeluh dalam tidurnya. Emily memegang tangannya dan
menekannya lembut. Senyumnya menahan air mata.
"Tuhan memberkatimu, Zephaniah. Kamu telah melakukan yang
terbaik. Tak seorang pun yang bisa melakukan lebih dari itu."
6. Kematian Lord Genji Sohaku sudah tak peduli lagi. Ketika Genji minta ditinggalkan sendiri
dengan Shigeru di pondok meditasi rahib kepala, Sohaku hanya berkata
"Tuan," membungkuk dan pergi. Kemungkinan bencana yang tak bisa
dihindarkan memunculkan rasa damai dalam dirinya yang tak bisa dia
dapatkan selama enam bulan belajar Zen. Di tempat ketika generasi demi
generasi rahib telah mencapai satori, pencerahan yang merupakan tujuan
akhir dalam ajaran Zen, seorang pesolek yang kekanak-kanakan dan
seorang maniak pembunuh akan menentukan masa depan klan
Okumichi. Mungkin keduanya akan keluar hidup-hidup. Mungkin juga
tidak. Itu sama sekali tak penting. Mungkin mereka akan hidup hari ini,
esok, dan hari-hari seterusnya. Tetapi, tak lama lagi, suatu hari Genji dan
Shigeru akan mati. Tidak ada kemungkinan lain. Yang masih menjadi
masalah adalah bagaimana cara mereka mati dan siapa yang akan
membunuh. Sohaku merasakan rasa dingin yang aneh di tulang belulangnya saat
dia berjalan menjauh dan pondok meditasi. Ini pasti gejala suatu
penyakit, mungkin serius. Kemungkinan itu membuatnya tersenyum.
Apa lagi metafora yang tepat dari situasi yang benar-benar menyedihkan
ini" Mungkin dia terjangkit kolera, kemunculan kembali epidemi yang
mewabah di desa-desa sekitar beberapa bulan lalu.
Tidak, lebih buruk lagi. Cacar bernanah" Lalu, tiba-tiba dia sadar apa
sebenarnya keanehan yang dia rasakan dan mengapa keanehan ini
menyedot seluruh panas dari inti diririya.
PDF by Kang Zusi Untuk pertama kalinya, langkahnya di kerikil jalan setapak tak
mengeluarkan suara. Tanpa mencoba, dia berhasil mencapai keahlian
yang selama ini tak berhasil dicapai anak buahnya yang paling ahli
sekalipun. Tubuhnya mengetahui ini lebih dahulu daripada pikirannya,
dan menemukan sebuah kesadaran lebih dalam yang merasuk hingga ke
tulang sumsum. Dalam firasat sekejap mata, Sohaku melihat sang calon
pembunuh yang tak pernah dia pikirkan selama ini.
Dirinya sendiri. Jika klan Okumichi hancur, seperti yang dia yakin akan terjadi,
tanggung jawab utama Sohaku adalah menjamin kelangsungan hidup
keluarganya. Apabila dia tidak berpindah dan menjadi pengikut
bangsawan agung lain, dia dan keturunannya akan dimusnahkan bersama
mereka yang bertahan pada kesetiaan kuno mereka. Sohaku
mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Satu-satunya bangsawan
yang bisa menjamin terjadinya transisi yang mulus pada zaman yang
penuh ketidakpastian ini adalah Shogun. Atau, orang-orang di sekitarnya.
Pemegang resmi jabatan Shogun sekarang adalah Iemochi, anak laki-laki
berusia empat belas tahun yang sakit-sakitan. Tentunya, orang yang
paling tepat dihubungi adalah Kawakami, Kepala Polisi Rahasia.
Sebelum dia melakukan itu, Sohaku harus menimbang kesetiaan anak
buahnya. Siapa yang bisa dia percaya" Siapa yang harus dia lenyapkan"
Dan, bagaimana dengan teman-teman lamanya di Istana Akaoka di Edo,
Saiki dan Kudo" Dia akan mengungkapkan rencananya kepada mereka
berdua di kesempatan pertama. Bahaya akan berkurang jika mereka
berdua bergabung dengannya.
Jika saja Lord Kiyori masih menjadi junjungan mereka, pikiran
seperti tadi tak akan masuk ke kepala Sohaku. Tetapi, pejuang tua itu
telah mati. Sohaku melihat masa depan sejelas seperti sebuah ramalan. Saiki dan
Kudo akan bergabung dengannya atau mereka akan mati.
Di langkah selanjutnya, seluruh berat badan Sohaku bertumpu di
kakinya yang berjalan di atas kerikil. Kerikil-kerikil itu berbunyi karena
langkah kakinya. Terhanyut pada kejadian yang akan terjadi. Sohaku tak
mendengar apa pun. PDF by Kang Zusi Setelah menuangkan teh untuk Lord Genji dan Shigeru, Hide
membungkuk dan mulai mundur keluar dari pondok meditasi rahib
kepala. Menurutnya, bukan gagasan yang bagus membiarkan
junjungannya hanya berduaan dengan Shigeru, apalagi kini pria itu
bersenjata lagi. Tentu saja, bahkan tanpa pedang pun,
Shigeru dengan mudah bisa mengalahkan Genji. Jadi, senjata tak
akan banyak membuat perbedaan. Hal itu membuat Hide bertanya-
tanya"seperti yang sering dia lakukan"apakah junjungannya yang
muda itu memang ceroboh dan sembrono, atau brilian dan penuh tekad.
Hanya dalam satu jam, Shigeru telah mengalami perubahan yang hampir
tak masuk akal. Dia kembali berperilaku seperti guru bela diri klan
seperti saat sebelum dia menjadi gila. Bagaimana itu bisa terjadi"
Satu-satunya hal yang berubah menurut pandangan Hide hanyalah
Genji datang dan mengembalikan pedang Shigeru kembali. Hal itu susah
dimengerti dan bahkan terlihat mustahil bagi orang dengan penge:ahuan
terbatas seperti Hide. Keputusan yang bisa dia ambil hanyalah
menentukan siapa yang harus dia patuhi, lalu patuh tanpa bertanya-tanya
lagi. Sejak kematian bangsawan agung tua, ada masalah yang selalu
mengganggu pikiran Hide. Siapa sebenarnya yang memimpin klan
sekarang" Lord Chamberlain Saiki, sang kepala rumah tangga" Kudo,
kepala keamanan" Sohaku, komandan kavaleri" Atau sang bangsawan
muda" Itu hampir-hampir tak mungkin. Pasti dia hanyalah sekadar
simbol. Tetapi, lihat sekarang, di sini dia terlihat sangat santai
menghadapi pria yang baru saja membantai lebih dari selusin
keluarganya. Di permukaan, itu terlihat sebagai keputusan yang sangat
buruk. Tetapi, dalam kondisi tertentu, tindakan itu justru merupakan
keputusan berdasar penilaian yang paling jernih. Jika Lord Genii tahu
apa yang akan terjadi, sama sekali tidak ada risiko dalam tindakannya.
Dan, jika dia tahu apa yang akan terjadi, tak ada keraguan bahwa dialah
yang harus diikuti karena adakah yang bisa menandingi seorang
junjungan yang punya kemampuan melihat masa depan"
"Duduklah bersama kami sebentar," kata Lord Genji.
Dia mengisyaratkan agar Hide mengambil cangkir.
PDF by Kang Zusi Hide membungkuk dalam-dalam, mengambil cangkir dari nampan,
dan tetap membungkuk saat Lord Genji mengisinya. Bahwa sang Lord
sendiri mau menuangkan teh untuknya benar-benar luar biasa. Hanya
mereka yang ada di lingkaran paling dalam diberi perlakuan yang sangat
intim seperti ini oleh tuan mereka.
"Terima kasih, Tuanku."
"Tindakanmu selama perjalanan ke sini patut diteladani," kata Genji.
"Aku terkesan oleh keahlian dan keberanianmu. Tetapi, utamanya aku
terkesan pada sikapmu yang tegas dan cepat dalam membuat keputusan.
Di zaman yang serba tak menentu ini, seorang samurai yang tidak ragu-
ragu adalah benar-benar samurai sejati."
"Saya tak pantas dipuji seperti itu," kata Hide, membungkuk lagi.
Meski dia mengucapkan kata-kata yang menunjukkan kerendahan hati,
dia tetap merasakan timbulnya rasa bangga di dadanya.
"Kamu tak berhak berkata seperti itu," kata Shigeru. "Ketika tuanmu
bicara, kamu hanya boleh diam, berterima kasih, meminta maaf, atau
patuh sesuai dengan perintahnya. Itu saja."
"Ya, Tuan. Ampuni kelancangan saya, Lord Genji. Saya memang
lebih pantas di kandang kuda daripada berada di hadapan Anda."
Shigeru memukul lantai sedemikian keras sehingga dinding pondok
bergetar. "Apa yang baru aku bilang" Ucapkan terima kasih, maaf, diam,
dan patuh. Apa kamu tidak dengar" Aku tak bilang apa-apa tentang
memberikan alasan. Jangan pemah membuat alasan. Jangan pernah.
Mengerti?" "Ya, Tuan." Merasa salah, Hide menekankan kepalanya ke lantai.
Lord Genji tertawa. "Tidak perlu terlalu resmi begitu, Paman. Kita
hanyalah tiga teman yang minum teh bersama dan mendiskusikan
rencana masa depan."
Langkah-langkah tergesa dengan cepat menlekat ke pintu pondok.
"Tuanku," terdengar suara tegang dari luar, "apakah semua baik-baik
saja?" Pukulan keras Shigeru di rupanya membuat para samurai yang
berjaga berdatangan ke depan pintu pondok dengan pedang terhunus.
"Ya, ya. Memangnya kenapa" Tinggalkan kami."
"Ya, Tuanku." PDF by Kang Zusi Lord Genji menunggu hingga langkah-langkah samurai di luar
menghilang sebelum mulai lagi.
"Seperti yang aku katakan tadi, tindakanmu telah mendorongku
untuk mengambil keputusan." Genji memandang tajam kepada Hide dan
berhenti bicara. Dia diam begitu lama sehingga Hide mulai bertanya-
tanya apakah junjungannya mengharapkan respons darinya. Jika ya,
apakah respons itu berupa terima kasih atau permintaan maaf" Dia
melirik sekilas ke Shigeru, berharap mendapatkan petunjuk, tetapi paman
junjungannya yang menakutkan itu hanya duduk diam, matanya setengah
terpejam seakan-akan sedang bermeditasi. Hide terselamatkan dari
kesalahan lagi ketika akhirnya Lord Genji berbicara tepat saat dia akan
membuka mulut untuk berterima kasih. "Pasti kamu sudah mendengar
kabar tentang kemampuanku meramal."
"Ya, Tuanku." "Apa yang akan kukatakan sekarang harus kamu rahasiakan. Jangan
ceritakan pada siapa pun."
"Ya, Tuanku." "Aku memang punya kemampuan meramal." Angin musim dingin
menerobos masuk ke paruparu Hide. Dia kehilangan kata-kata. Kabar
bahwa Lord Genji bisa melihat masa depan memang tidak mengejutkan.
Sebagian besar orang di klan Okumichi percaya bahwa yang menjabat
sebagai Bangsawan Agung Akaoka pasti punya kemampuan itu, dan
Hide juga percaya itu. Seperti yang lain, kepercayaannya sempat
terguncang hebat ketika Shigeru meracuni Lord Kiyori dan mengamuk.
Kalau Lord Kiyori bisa melihat masa depan mengapa dia membiarkan itu
terjadi" Temannya, Shimoda, mengembalikan kepercayaan pada
kemampuan meramal sang unj
ungan dengan mengatakan bahwa tak
seorang pun tahu apa lagi yang dilihat Lord Kiyori. Meski tak bisa
dibayangkan, mungkin alternatifnya memang lebih buruk. Dan,
bukankah sudah sering terbukti bahwa kemenangan besar sering muncul
dari bencana terburuk"
Misalnya, berdirinya Dinasti Akaoka sendiri, enam ratus tahun lalu
yang dipicu oleh pertanda dari burung gereja. Tidak, yang paling
PDF by Kang Zusi mengejutkan Hide adalah junjungannya membagi rahasia terbesar Klan
itu kepadanya, salah satu pengikut dari tingkat terendah.
Akhirnya, setelah mampu menarik napas, terlalu terkejut dengan
perkataan junjungannya sehingga dia sempat malu oleh suara tarikan
napasnya, Hide membungkuk dalam-dalam hingga ke lantai. "Lord
Genji, hamba merasa sangat terhormat dengan kepercayaan Anda.
Hamba tidak akan mengecewakan Anda."
"Aku tahu kamu tak akan mengecewakanku, Hide. karena aku telah
melihat masa depanmu."
Badan Hide terguncang, terlalu terkejut atas apa yang didengarnya.
Hanya disiplin yang didapatnya dari latihan bela diri selama ini yang
mencegahnya kehabisan napas dan terguling pingsan.
"Kamu akan setia padaku hingga mati," lanjut Lord Genji. "Karena


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku tahu tidak ada orang lain yang lebih bisa dipercaya, aku
mengangkatmu sebagai kepala pengawalku. Aku akan mengumumkannya pada pertemuan resmi setelah aku dan pamanku
mendiskusikan beberapa masalah lain. Sementara itu, pertimbangkan
siapa yang akan kamu angkat sebagai asistenmu. Mereka akan
membantumu memilih anak buah."
Dada Hide sesak oleh emosi. Pada masa yang paling berbahaya ini,
ketika nasib bangsa sekaligus nasib klan dalam keraguan, junjungannya
telah memilihnya di antara lusinan pengikut lain yang lebih ahli dan
senior"dirinya, Hide, si badut, tukang judi, dan pemabuk-untuk menjadi
perisainya! Dia tak dapat menahan diri lagi. Air mata terima kasih
menetes ke tikar pelapis lantai, menetes deras seperti awal hujan musim
dingin. "Terima kasih, Lord Genji."
Hide meninggalkan pondok meditasi dalam keadaan linglung. Dia
duduk di antara para samurai yang menunggu kemunculan Lord Genji.
Tak seperti biasanya, dia tidak tersenyum atau bertukar lelucon dengan
teman-temannya. Hidupnya berubah dengan tak terduga, tiba-tiba dan
tak bisa diulang kembali dalam satu jam ini.
Setia hingga mati. PDF by Kang Zusi Ketakutan terbesar Hide adalah bahwa dia akan membuat pilihan
yang salah dalam krisis yang rumit dan mengkhianati tuannya, bukan
karena kepengecutan, melainkan karena kebodohan. Kini, dengan
keyakinan baru ini, dia merasakan dirinya lebih kuat dan teguh.
"Kamu tadi di sana lama sekali," kata Shimoda. "'Apa yang mereka
inginkan?" "Bukan wewenangku untuk bicara," jawab Hide. Tenggelam dalam
pikirannya lagi, dia tahu dia telah menemukan asisten pertamanya. Meski
keahlian pedang Shimoda biasa-biasa saja dan payah di perkelahian
tanpa senjata, tak seorang pun samurai di klan bisa mengalahkannya
dalam menggunakan busur dan panah, senapan atau pistol, baik diam
ataupun di atas kuda. Dan yang juga penting, dia jujur dari dalam
hatinya. Jika dia berjanji, dia pasti akan menepatinya meski dia harus
kehilangan nyawanya. Shimoda duduk kembali, terkejut oleh diamnya Hide dan lebih
terkejut lagi oleh sikapnya yang serius. Apa yang terjadi di dalam tadi"
Temannya yang periang dan santai tiba-tiba berubah menja diorang yang
lain sama sekali. "Jadi, ada apa?" Taro duduk di samping Shimoda. Dia mengusap
rambutnya yang baru tumbuh. Seperti rahib temporer lainnya, dia kini
berhenti mencukur rambut setelah Lord Genji berkunjung ke kuil. Itu
adalah sinyal yang telah lama ditunggu untuk kembali ke kewajiban
mereka semula sebagai samurai. Mereka semua telah berganti pakaian
dan kembali mengenakan dua pedang di ikat pinggangnya. Tanda rahib
yang masih ada adalah kepala mereka yang gundul. Itu memang ciri
memalukan, dan akan lebih memalukan lagi saat mereka kembali ke
Edo. Tatanan rambut samurai adalah bagian penting dari
perlengkapannya. Tetapi, tak ada yang bisa dilakukan kini. Terkadang
memang perlu untuk menahan diri pada hal yang tak tertahankan. Taro
mengusap kepalanya lagi. "Dia bilang apa padamu?"
"Tidak bilang apa-apa," kata Shimoda kesal.
Taro terkejut. "Aku pikir kita berteman. Jika dia bilang padamu,
kamu harusnya bilang padaku."
"Aku sudah bilang," kata Shimoda. "Dia nggak bilang apa-apa."
PDF by Kang Zusi "Yang benar?" Taro memandang ke belakang Shimoda. Dia melihat
seorang samurai duduk dengan punggung tegak, mata setengah terpejam,
dalam kondisi tenang waspada, sediam patung Buddha. Taro harus
melongok dua kali hingga dia benar-benar yakin samurai itu adalah Hide.
Genji tersenyum kepada Shigeru. "Apa Paman tak akan bertanya?"
"Tanya apa?" "Yang sudah jelas."
"Baiklah," kata Shigeru. "Kenapa kamu mengatakan hal-hal seperti
itu pada Hide?" "Karena itu memang benar?"
Genji dan Shigeru tertawa.
Tiba-tiba serius, Shigeru berkata, "Kurasa kamu berbuat kesalahan.
Hide itu ceroboh dan tak berguna. Semua teman seangkatannya telah
mempunyai tanggung jawab lebih besar. Hanya dia sendiri yang masih
menjadi prajurit biasa dan setara dengan samurai sepuluh tahun di
bawahnya. Terlebih lagi, pengangkatannya akan menyinggung Sohaku.
Dia adalah kepala kavaleri sekaligus kepala pengawal di masa ayahku
dan tentu dia berharap akan terus menjadi kepala pengawalmu."
"Kata-kata Anda sangat bijak," kata Genji, "dan itu bisa dibilang
mengherankan. Belum ada sejam lalu, Anda telanjang bulat, berlumuran
kotoran sendiri, dan memonyong-monyongkan wajah seperti kera
terlatih. Orang bisa saja bertanya-tanya bagaimana bisa terjadi perubahan
yang begitu drastis dan apakah perubahan ini bisa dipercaya. Bagaimana
jawaban Paman?" Wajah Shigeru memerah dan dia hanya memandangi lantai.
"Ah, sudahlah, kita bisa membicarakan itu nanti. Aku punya
beberapa gagasan tentang masalah yang akan aku ceritakan. Mungkin
Paman akan menganggapnya sebagai sebuah kehormatan. Sedangkan
mengenai Hide, Paman memang benar tentang masa lalunya. Dan
memang, banyak orang dengan kondisinya akan hancur jika mendapat
tanggung jawab sebesar itu. Tetapi, aku percaya sebaliknya akan terjadi
pada Hide." Shigeru memandang bertanya pada Genji. "Kamu percaya" Jadi,
kamu tidak tahu?" PDF by Kang Zusi "Mengapa aku harus tahu?"
"Di setiap generasi keluarga kita, ada satu orang yang mewarisi
kutukan bisa meramal. Ayahku adalah orang di generasinya, aku di
generasiku. Di generasimu pasti kamu. Tidak ada orang lain lagi."
"Memang sekarang tak ada lagi yang lain," kata Genji. "Tetapi, dulu
ada tiga lagi. Anak-anakmu, sepupuku. Salah satu dari mereka bisa saja
menjadi pewaris itu."
Shigeru mencoba tidak mengingat kapan terakhir kalinya dia melihat
anak-anaknya. Dia menggeleng. "Mereka telah terbebaskan. Mereka
melihat tak lebih dari apa yang di hadapan mereka dan di mimpi kanak-
kanak mereka." Genji berkata, "Ayahku adalah pemabuk dan pecandu opium. Dia
bisa saja punya anak haram tanpa mengetahuinya."
Shigeru kembali menggeleng. "Kuantitas alkohol dan opium yang
dikonsumsi ayahmu menekan hasrat seksual. Merupakan hal yang luar
biasa kalau dia bisa punya kamu." Shigeru tersenyum meski matanya
terlihat sedih. "Tidak perlu menyangkal lagi. Kamu tahu."
"Paman yakin tidak ada orang lain?" tanya Genji. "Kakek sangat kuat
bukan" Apakah mungkin Paman punya saudara yang tak Paman ketahui"
Dan anak-anaknya?" "Ayahku memang kuat, ya, tetapi dia juga sangat waspada. Dia tidak
akan berbuat apa pun yang bisa mengeluarkan kutukan ini dari garis
keluarga." "Paman selalu mengatakan 'kutukan'. Biasanya hal itu kan dianggap
anugerah." "Apa kamu juga berpikir begitu?"
Genji mengeluh dan bersandar di tumpuan lengan. "Mempunyai
kemampuan itu tidak membuat kakek bahagia. Tidak mempunyainya
membuat ayahku hancur. Dan lihat apa yang terjadi pada Anda, Paman.
Tidak, Paman benar, itu bukan anugerah. Aku dulu berharap ada orang
lain yang menanggung beban ini. Sampai sekarang aku juga tetap
berharap." PDF by Kang Zusi "Aku tak mengerti," kata Shigeru. "Jika kamu punya kemampuan itu,
kamu akan tahu. Kamu tak bisa, tetapi pasti tahu. Bagaimana kamu
berharap bisa menghindarinya?"
"Kakek berkata aku mempunyai kemampuan itu," kata Genji. "Selain
itu, aku tak punya bukti kuat lainnya."
"Kamu belum mendapat penglihatan dan pertanda?"
"Kuharap tidak," kata Genji.
Mereka berdua berjalan-jalan dalam hutan di luar istana, mencari
jamur shiitake yang tumbuh di bawah pepohonan tua ketika Lord Kiyori
mengatakan hal itu kepadanya.
"Aku tak ingin," kata Genji. "Berikan saja pada orang lain."
Kakeknya berusaha mempertahankan ekspresi tegas, tetap dia tidak
berhasil. Genji melihat mata pria tua itu bersinar geli.
"Kamu bicara seperti bayi," kata kakeknya. "Ini tidak ada
hubungannya dengan ingin atau tidak ingin."
"Tetap saja aku tak ingin," kata Genji. "Jika ayahku tidak bisa,
berikan saja pada Paman Shigeru."
"Itu bukan punyaku untuk diberikan atau disimpan," kata kakeknya.
"Jika saja itu memang punyaku...."
Genji menunggu, tetapi Lord Kiyori tidak, menyelesaikan
perkataannya. Matanya juga berhenti bersinar. "Shigeru telah
mendapatkannya. Pada gilirannya nanti, kamu juga akan mempunyainya." "Jika paman sudah mempunyainya, kenapa aku juga" Katanya yang
punya kemampuan itu hanya satu orang saja di satu waktu."
"Satu di tiap generasi," kata Lord Kiyori. "Aku di generasiku,
Shigeru di generasinya, dan kamu di generasimu."
Genji duduk di rerumputan dan mulai menangis. "Kenapa, Kakek"
Kesalahan apa yang dilakukan oleh leluhur kita?"
Lord Kiyori duduk di sampingnya dan melingkarkan tangan di
bahunya. Sentuhan itu mengejutkan Genji. Kakeknya biasanya tidak
menunjukkan kasih sayang sebebas itu.
"Satu leluhur kita yang bertanggung jawab," kata Lord Kiyori, "yang
lainnya termasuk kita hanya menanggung karmanya. Hironobu."
PDF by Kang Zusi Genji mengusapkan kemeja kimononya di wajahnya. Ia, menghapus
air mata dan menyedot ingus agar tidak mengotori wajahnya.
"Hironobu adalah leluhur klan yang pertama. Dia mendirikan Dinasti
Akaoka ketika berusia enam tahun. Besok aku sudah enam tahun."
"Ya, Lord Genji." Lord Kiyori membungkuk kepadanya.
Genji tertawa melihat godaan kakeknya, air mataa segera terlupakan.
"Apa yang dilakukan Hironobi" Aku pikir dia adalah pahlawan besar."
"Tak seorang pun yang bisa menghindar dari semua kemungkinan."
Kakeknya sering mengatakan hal-hal yang tidak dimengerti Genji. Kini,
dia melakukannya lagi. "Kelahiran dan kematian terjadi dari waktu ke
waktu. Ada beberapa kelahiran kembali yang sebaiknya tidak terjadi.
Tetapi, kita tak pernah tahu itu hingga semuanya terlambat. Hironobu
jatuh cinta pada wanita yang salah. Seorang cucu penyihir."
"Lady, Shizuka" Aku pikir dia seorang putri."
Lord Kiyori tersenyum kepadanya dan mengatakan apa yang baru dia
ucapkan. "Tak seorang pun yang bisa menghindar dari semua
kemungkinan." Meski kakeknya mengatakannya dua kali, hal itu tidak
membantu pemahaman Genji. "Dia adalah seorang putri. Dia juga cucu
seorang penyihir. Jika dia tetap tinggal di biara seperti seharusnya, dia
tak akan punya masalah dan tak seorang Okumichi pun yang punya
kemampuan melihat masa depan, meramal, atau menderita karena
mengetahui apa yang akan terjadi. Tentu saja, kalau dia tak keluar biara
mungkin saat ini tak ada klan Okumichi. Penglihatan dan pertanda telah
menyelamatkan klan kita berkali-kali. Kebaikan
dan kejahatan memang bukan dua hal yang terpisah."
Lord Kiyori membungkuk ke arah kubah pemakaman, yang ada di
menara timur laut Kastel Awan Burung Gereja. Dari hutan, kubah itu tak
terlihat, tetapi mereka berdua tahu di mana letaknya. Mereka harus tahu
untuk berjaga-jaga jika ada serangan. Genji dengan hormat mengikuti
teladan kakeknya. "Jika dia seorang penyihir, mengapa kita membungkuk padanya,
Kakek" Apa tidak sebaiknya kita menyebar abunya ke empat arah dan
menghilangkan dia dari ingatan?"
PDF by Kang Zusi "Maka, dia akan ada di mana-mana. Dengan begini, kita tahu di mana
dia berada. Dikurung dengan aman dalam sebuah guci abu, dijaga siang
malam oleh para prajurit yang tak kenal takut."
Genji mendekat ke kakeknya dan cepat-cepat memegang tangannya.
Bayangan hutan tiba-tiba memanjang.
Kakeknya tertawa. "Aku bergurau, Gen-chan. Tidak ada itu hantu,
setan, atau arwah tak terlihat. Lady Shizuka, sang penyihir dan sang
putri, telah meninggal a enam ratus tahun. Jangan takut padanya.
Takutilah mereka yang masih hidup. Karena satu-satunya bahaya datang
dari mereka." "Kalau begitu, aku senang karena punya kemampuan meramal," kata
Genji masih memegang tangan kakeknya erat-erat. "Aku akan tahu siapa
saja musuhku, dan aku akan membunuh mereka semua sebelum mereka
mengancamku." "Pembunuhan hanya akan menimbulkan lebih banyak pembunuhan,"
kata Lord Kiyori, "tetapi tak mengubah apa-apa. Kamu tidak bisa
menjamin keamananmu dengan cara itu."
"Lalu, apa gunanya tahu sebelum terjadi?" tanya Genji merengut.
"Dengar baik-baik, Genji. Ini bukan masalah ada-gunanya dan tidak
ada gunanya, bukan masalah baik buruk, bukan pula masalah bisa
memilih dan tak bisa memilih. Semua itu hanya label, bukan intinya.
Mereka malah mengaburkan pikiranmu, bukan menjernihkan. Dengarlah
baik-baik dan berusahalah mengerti apa yang aku maksud. Anugerah
atau kutukan, diinginkan atau tidak, kamu mempunyainya. Kamu tak
bisa mengabaikannya karena sama saja kamu berusaha mengabaikan
kepalamu. Kamu bisa memanfaatkannya atau itu malah akan
memanfaatkanmu. Kamu mengerti?"
"Tidak, Kakek. Anda bicara seperti Rahib Zengen tua. Aku juga
tidak mengerti dia."
"Itu tidak masalah sekarang. Kamu mempunyai ingatan Okumichi.
Kamu akan ingat apa yang telah kukatakan dan kelak kamu akan
mengerti. Dengarkan aku. Penglihatan dan pertanda datang dalam cara-
cara yang berbeda. Shigeru akan mengalami banyak penglihatan. Dalam
hidupmu, kamu hanya akan mengalami tiga penglihatan. Perhatikan
PDF by Kang Zusi baik-baik. Pikirkan mereka tanpa rasa takut atau keinginan apa pun.
Maka, kamu akan bisa melihat jelas dan tiga penglihatan itu akan
menunjukkan semua yang perlu kamu ketahui."
Tiga penglihatan, pikir Genji. Hanya tiga. Tak terlalu buruk.
Mungkin mereka datang dan pergi, dan aku bahkan tak sempat tahu. Dia
memergoki kakeknya sedang memandangnya. Orang-orang bilang,
selain meramal, kakeknya juga bisa membaca pikiran. Genji sebenarnya
tak terlalu percaya itu. Tetapi, tetap lebih baik untuk berhati-hati. Dia
berkonsentrasi keras pada awan di langit dan mencoba mengingat wajah
ibunya. lbunya meninggal saat dia barn berusia tiga tahun. Dengan
berlalunya waktu, bayangannya semakin mengabur. Ketika dia mencoba


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengingat ibunya, dia hanya bisa mencoba, tak ada lainnya. Jadi, kalau
Lord Kiyori membaca pikirannya dia hanya melihat Genji sedang
berusaha mengingat ibunya.
"Aku mengerti," kata Shigeru tersenyum getir. "Hanya karena kamu
belum mengalami penglihatan sampai saat ini, kamu berpikir kamu telah
bebas. Tak seorang pun di keluarga kita yang seberuntung itu. Dan kamu
juga tidak. Siapkan dirimu. Jika ayahku berkata kamu akan mengalami
tiga penglihatan, itu akan terjadi. Dia tak pemah salah tentang
penglihatan." "Itu bukan satu-satunya alasan," tukas Genji. "Kuharap yang kulihat
bukanlah pertanda, karena kalau ya, berarti aku tahu sesuatu yang tak
seorang pun seharusnya tahu."
"Aku tahu ribuan hal yang seharusnya tak seorang pun tahu," balas
Shigeru. "Apa Paman tahu kapan Paman akan mati?" kata Genji.
Genji tidak mengenali tempat itu. Dia telah berkali-kali mengingat
pertanda itu, mengkajinya dengan hati-hati seperti ahli pedang yang
mengamati kuda-kuda lawan yang mencari kesempatan menyerang,
tetapi dia tak berhasil. Itu bukanlah tempat yang dia kenal. Suatu saat dia
akan pergi ke tempat itu dan dikenal di sana, diperjelas oleh suara ribut
orang-orang yang ada di tempat itu. Mana yang semakin keras dan
semakin banyak, sorakan atau kutukan" Susah untuk dikatakan. Jika dia
harus menebak, mungkin kutukan lebih banyak terlontar.
PDF by Kang Zusi "Terkutuklah kamu ke neraka!"
"Pengkhianat! Pengkhianat! Pengkhianat!"
"Banzai! Kamu telah menyelamatkan bangsa!"
"Mati untuk pengecut!"
"Kamu memalukan kita semua! Tunjukkan harga diri dan bunuh
dirimu sendiri!" "Semua dewa dan Buddha memberkati dan melindungimu."
Genji berjalan di lorong tengah sebuah aula besar yang belum pernah
dia lihat. Meski di luar malam, di dalam terang seterang tengah hari.
Deretan lampu di sepanjang dinding sama sekali tak mengeluarkan asap.
Cahaya yang dipancarkan lampu-lampu itu stabil, berpijar merata, tanpa
ada nyala api. (Genji sendiri tidak yakin, apakah sumbu jenis baru telah
ditemukan atau jenis minyak super") Bukannya bantal yang diatur
berjajar yang ada, melainkan ada sekitar dua ratus kursi mirip dengan
tempat duduk orang asing ditata menghadap podium. Di bagian
belakang, sebuah balkon dengan seratus kursi lainnya. Tak seorang pun
duduk. Semuanya berdiri, berteriak, melambaikan tangan, penuh emosi.
Mungkin kursi itu hanya simbol dan bukan benar-benar kursi (Itu sangat
mungkin terjadi. Genji yang baru-baru ini duduk di salah satunya untuk
pertama kali, tahu bagaimana kursi bisa menggeser organ-organ dalam
sehingga menyimpang dari tempatnya.).
Genji melihat tak seorang pun mengenakan tatanan rambut yang
diikat di atas kepala, ataupun memakai dua pedang gaya samurai. Seperti
orang gila atau para tawanan, semua orang berambut berantakan dan tak
bersenjata. Semua wajah yang dilihatnya adalah wajah Jepang, tetapi
mereka semua memakai baju model orang asing yang tak bergaya. Itu
mengingatkannya pada sandiwara boneka anak kecil dan pantomim
petani yang kikuk. Dia kembali bertanya-tanya apakah hal menggelikan
ini benar benar sebuah pertanda.
Di podium, seorang pria tua dengan rambut tipis beruban memukul-
mukul meja dengan palu kayu kecil.
"Tenang! Tenang! Rapat Diet akan dibuka!" Tak seorang pun
memerhatikan. (Apa itu Diet" Genji tak tahu.)
PDF by Kang Zusi Sebagian besar sorakan berasal dari sebelah kirinya, sedangkan
kutukan dari sebelah kanannya. Genji mengangkat tangan kanannya
untuk melambai kepada mereka yang mendukungnya. Saat dia
melakukan itu, seorang pria muda berlari mendekatinya dari arah orang-
orang yang mengutuknya. Dia memakai seragam biru gelap sederhana
tanpa lencana cana atau tanda pengenal. Rambutnya dicukur cepak
Kedua tangannya memegang eras gagang pedang.
"Hidup Kaisar!"
Dengan teriakan itu, pria muda tersebut menikamkan pedangnya ke
badan Genji tepat di bawah tulang dada. Genji merasakan entakan yang
tiba-tiba, sensasi perih yang tajam seakan-akan seekor lebah menyengat
dadanya, semua ototnya tiba-tiba lemas.
Semburan darah mengenai wajah pria muda itu
Lalu, semua menjadi putih.
Kesunyian turun, diikuti oleh kegelapan.
Tetapi, penglihatan itu belum selesai.
Genji membuka matanya. Wajah-wajah khawatir melongok dari atas
dirinya. Dari posisi tubuh mereka dan atap yang terlihat di belakang
mereka, Genji tahu dia terbaring di lantai.
Dia merasa darah mengalir deras dari dadanya. Seluruh tubuhnya
terasa dingin dan basah. Dia sama sekali tak merasa sakit.
Kerumunan wajah itu membuka dan seorang rcmpuan yang sangat
cantik muncul. Tak peduli darah, dia memeluk Genji, memangku
kepalanya, dan rnendekap Genji erat ke dadanya. Air mata mengalir di
pipinya dan menetes ke wajah Genji. Tersedu-sedu, wanita itu
menekankan pipinya ke pipi Genji. Untuk beberapa saat, detak jantung
mereka menjadi seirma, kemudian detak jantungnya perlahan-lahan
lemah dan hilang. "Kamu akan selalu menjadi My Shining Prince," kata wanita itu.
Sebuah permainan dari namanya. Genji. Nama yang sama dengan
karakter fiksi kuno. Dua pria besar, pengawal atau polisi, berlutut di sebelahnya. Mereka
berdua juga menangis tersedu tanpa malu.
PDF by Kang Zusi "Lord Genji," kata salah satunya. "Lord Genji." Hanya itu yang bisa
diucapkannya. "Bertahanlah, Tuanku," kata yang satunya. "Bantuan akan segera
datang." Pria itu melepas mantelnya dan menekannya ke luka Genji. Di
sarung yang melintang di dekat iga, Genji melihat sebuah pistol yang
sebelumnya tersembunyi di balik mantel. Ah. Pistol menggantikan
pedang. Masuk akal. Genji bertanya-tanya apakah seorang samurai
membawa satu atau dua buah pistol. Dia juga bertanya-tanya mengapa
pistol itu disembunyikan di balik mantel. Genji ingin bertanya, tetapi dia
tak punya kekuatan, kemauan. Dia mulai merasa tubuhnya sangat ringan.
Wanita itu tersenyum kepadanya sambil bercucuran'air mata.
Katanya, "Aku telah selesai menerjemahkannya pagi ini. Aku ingin tahu
apa sebaiknya kita menggunakan nama bahasa Jepang atau
menerjemahkan judulnya dalam bahasa Inggris juga. Bagaimana
menurutmu?" "Dia tak bisa mendengarmu, Lady Shizuka," salah satu pria itu
berkata. "Dia pingsan."
Lady Shizuka adalah penyihir dan putri yang telah mencuri hati
pendiri klan Okumichi. Tidak mungkin ini dia, kecuali dia telah kembali
dalam reinkarnasi. Tidak, Genji tidak percaya pada reinkarnasi. Seperti
kayu bakar yang setelah terbakar menjadi abu tak mungkin kembali jadi
kayu, seorang yang telah mati tak mungkin kembali hidup. Jadi, ini pasti
Lady Shizuka yang lain, yang dinamakan sama dengan Lady Shizuka
yang pertama. "Dia mendengarku," kata Lady Shizuka.
Genji kini melihat bahwa kecantikan wanita itu tidak seluruhnya
berciri Jepang. Matanya berwarna kecokelatan, bukan hitam, dan
rambutnya berwarna cokelat muda. Ciri-ciri wajahnya tampak lebih
tajam dan lebih dramatis, lebih terlihat sebagai orang asing daripada
orang Jepang. Genji tidak mengenalinya. Tetapi, setiap kali dia
mengingat kembali penglihatannya itu, wanita itu semakin terlihat akrab
baginya. Dia mengingatkan Genji pada seseorang. Siapa" Dia masih
belum tahu. Yang dia ketahui adalah ini: Lady Shizuka adalah wanita
PDF by Kang Zusi tercantik yang pemah dia lihat. (Atau lebih tepat lagi, wanita tercantik
yang akan dia temui.) "Inggris," kata Genji. Dia bermaksud bertanya apa yang telah
diterjemahkan Lady Shizuka dalam bahasa Inggris, tetapi hanya satu kata
itu yang keluar dari mulutnya.
"Kalau begitu, kita akan menggunakan bahasa Inggris," kata Lady
Shizuka. Dia tersenyum di balik air matanya. "Ini akan menjadi skandal
lain lagi. 'Genji lagi' orang-orang akan berkata, 'dan si Shizukanya yang
mengerikan'. Tetapi kita tak peduli, bukan?" Bibir wanita itu bergetar,
bulu matanya gemetar, tetapi senyumnya tetap mengembang dan untuk
beberapa saat tak satu pun air mata yang menetes. "Dia akan sangat .
bangga pada kita," kata Lady Shizuka.
Genji ingin bertanya, siapa yang akan bangga dan mengapa" Tetapi,
dia tak punya suara lagi. Sesuatu bersinar di leher Lady Shizuka yang
jenjang dan mulus. Genji mengamati. Dia melihatnya. Kemudian, di
tempat jantungnya berdetak, dia tak mendengar apa-apa lagi dan tak
melihat apa-apa lagi. "Jangan berharap bisa lari," kata Shigeru. "Tak diragukan lagi kamu
memang mendapat sebuah pertanda."
"Apa yang aku ceritakan sudah pernah Paman lihat?"
"Beberapa di antaranya. Pakaiannya. Rambutnya. Tidak adanya
senjata. Hanya ada satu kemungkinan. Kita akan dikalahkan orang asing
dan menjadi bangsa budak."
"Bagaimana dengan Diet" Apa itu?"
"Aku tidak melihatnya dalam visiku. Mungkin itu adalah badan yang
menggantikan Dewan Shogun ketika kita sudah dijajah. Tingkah laku
kurang ajar yang mereka tunjukkan hanya mungkin ketika aturan dan
disiplin telah hilang. Dapatkah kamu bayangkan sebuah suara yang
berteriak-teriak tak sopan di hadapan Shogun, apalagi kerumunan orang
yang berteriak-teriak kurang ajar?"
"Tidak Paman. Aku mengakui aku tak bisa membayangkannya."
"Pembunuhmu" Kamu tidak mengenalinya?"
"Tidak. Aku juga tak mengenali yang lain. Tak sebuah wajah pun
yang kukenal di sana."
PDF by Kang Zusi "Semua pengikutmu pasti telah terbunuh karena aku pasti tak akan
mengizinkanmu masuk ke tempat itu tanpa perlindungan. Saiki, Kudo,
dan Sohaku juga pasti berpendapat sama."
"Lalu, siapa dua pria dengan pistol yang di sembunyikan itu" Mereka
kelihatannya sangat khawatir akan keadaanku."
"Pengawal mungkin. Kamu bisa saja menjadi tawanan seseorang."
Shigeru memejamkan matanya. Dia bernapas panjang dan dalam selama
beberapa menit. Ketika membuka mata lagi, dia membungkuk ke lantai.
"Ampuni hamba karena gagal menjelaskan pertanda yang Anda alami,
Tuanku." Genji tertawa. "Anda tidak gagal, Paman. Mungkin kita bisa mencari
solusi alternatif." "Kita tak bisa melakukan apa pun untuk menahnya. Kita bisa
melindungi orang-orang yan kita cintai dari nasib seperti itu. Tetapi, kita
tak bisa Menghentikan kedatangan masa depan yang akan memangsa
kita serta semua yang tersisa."
"Jadi, karena itu Paman melakukannya?" Tanya Genji lembut.
Badan Shigeru mengeras dan kaku. Dia mulai gemetar, sedikit pada
awalnya lalu menjadi semakin keras dan semakin keras, sehingga dia
terlihat seperti terserang kejang-kejang yang parah. Akhirnya, teriakan
pedih tertahan keluar dari mulutnya dan dia
terjatuh ke lantai menangis tersedu-sedu.
Genji duduk dengan tenang. Dia tak berkata atau melakukan apa pun.
Setelah beberapa menit berlalu, Shigeru berhasil menguasai diri sehingga
terlihat normal kembali. Genji menuangkan teh. Shigeru menerimanya.
"Ini memang menyakitkan, Paman, tetapi tak bisa dihindari. Aku
harus belajar sebanyak mungkin dari pertanda yang Paman alami. Itu
satu-satunya cara agar aku bisa memahami makna pertanda yang aku
alami." "Hamba mengerti, Tuanku." Sikap Shigeru kembali sangat formal.
Dia bergantung pada protokol resmi untuk menguasai diri dari emosi.
"Kapan pun Anda menghendaki, hamba akan menjawab pertanyaan
Anda sebaik yang hamba bisa."
PDF by Kang Zusi "Terima kasih, Shigeru," kata Genji. "Sekarang, kurasa kita berdua
sudah cukup berbicara tentang pertanda. Mari kita bicara masalah lain.
Ketika aku berbalik dari pintu ruang senjata, Paman akan membunuhku.
Lalu, mengapa Paman tidak melakukannya"
"Keheningan menghentikanku," jawab Shigeru "Penglihatan dan
suara yang menyiksaku tanpa henti selama ini, berhenti karena
kehadiranmu. Aku ingat perkataan ayahku bertahun-tahun lalu. Katanya,
hal itu memang akan terjadi, dan jika itu terjadi aku tidak boleh bertindak
berdasar kata hati."
"Lord Kiyori memang bijak," kata Genji. Dan benar-benar mampu
melihat dan menganalisis masa depan, tambahnya dalam hati. Tetapi,
tetap saja dia tidak mencegah kematiannya akibat ulah anaknya yang
gila. Mengapa" Mungkin seperti kata Shigeru; kita tak berdaya
mencegah apa yang memang harus terjadi.
Shigeru menunggu selama yang dia bisa. Tetapi, ketika Genji tidak
melanjutkan bicaranya, dia bertanya. "Apa yang kaulihat" Apa yang
bersinar di leher wanita itu?"
"Itu adalah satu hal yang sama sekali tidak kuingat," kata Genji.
Benda itu tampak jelas di matanya saat ini seperti saat dia mengalami
pertanda, tetapi dia berpikir lebih baik tidak membebani Pamannya lebih
jauh. Pamannya sudah terbebani dengan apa yang telah dia ceritakan.
"Sayang sekali. Benda itu bisa saja menjelaskan sesuatu yang
penting." "Ya," jawab Genji. "Mungkin saja."
Shigeru tidak begitu memperhatikan ketika Genji berbicara secara
resmi di depan para pengikut. Dia justru memikirkan pertanda yang
dialami Genji. Pasti banyak peristiwa yang terjadi sebelum kondisi yang
telah dia lihat di pertanda terjadi. Tak peduli seberapa buruk penurunan
yang dialami samurai dan seberapa kuat orang asing, tentu setidaknya
perlu beberapa tahun sebelum Jepang benar-benar jatuh ke tangan
penjajah. Masih ada samurai yang menguasai keahlian bela diri kuno dan
akan berjuang sampai mati. Rupanya, Genji bukanlah salah satu dari
mereka. Dalam pertanda yang dia alami, dia dianggap pengkhianat.
Shigeru berharap itu hanya fitnah dan bukan deskripsi yang akurat.
PDF by Kang Zusi Meski khawatir, Shigeru merasa ada harapan. Untuk pertama kalinya
selama berbulan-bulan, pertanda dan penglihatan yang selalu
menyiksanya berhenti. Sejak kedatangan Genji, dia tak melihat apa pun
kecuali hal-hal yang juga dilihat orang lain. Mungkin banjir kegilaan itu
dihentikan oleh mekanisme mistis yang juga menyebabkan Genji hanya
mendapat tiga pertanda. Shigeru tidak berpikir bahwa dia sudah sembuh
total. Pertanda dan penglihatan itu pasti akan kembali lagi. Tetapi, jika
mereka berhenti meski hanya beberapa hari, Shigeru dapat menggunakan
waktu itu, untuk meningkatkan kontrol diri, seperti yang dia lakukan
sekarang. Selama hidupnya, dia belajar bela diri untuk mempertahankan
diri dari serangan. Lagi pula, bukankah pertandadan penglihatan itu juga
bisa dibilang sebagai serangan dari dalam" Mereka tak berbeda dengan
serangan lain, kecuali asalnya. Shigeru tak akan maukalah oleh mereka.
Dia mendengar nama Hide dipanggil dan melihatnya membungkuk
dalam di hadapan Genji. Pengumuman pengangkatannya sebagai kepala
pengawal telah diresmikan. Shigeru memerhatikan wajah-wajah mana
saja yang menunjukkan ketidakpuasan. Mereka adalah orang-orang yang
harus diawasi. Dia melirik ke arah Sohaku, berharap akan melihat
ekspresi terkejut dan kecewa di wajahnya. Tetapi, Rahib Kepala Kuil
Mushindo, yang dahulu menjabat sebagai komandan kavaleri dan akan


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali diangkat itu mendengar pengumuman pengangkatan Hide
dengan tenang. Dari reaksi ini, Shigeru tahu bahwa dia harus membunuh
teman lamanya itu. Karena satu-satunya alasan ketenangan Sohaku men-
dengar pengangkatan Hide adalah jika dia telah memutuskan untuk
mengkhianati junjungan mereka. Jika saja Sohaku tahu apa yang
diketahui Shigeru: Hingga orang asing menaklukkan Jepang, Genji tak
mungkin dikalahkan. Dan, ketika saat kekalahan itu tiba, bahkan saat itu Genji juga akan
beruntung. Dia akan mati tanpa rasa takut, berlumuran darah dari
jantungnya sendiri, dan dalam pelukan seorang wanita cantik yang me-
nangis untuknya. Adakah yang bisa diharapkan seorang samurai lebih dari itu"
PDF by Kang Zusi III. DAIMYO 7. SATORI "Jimbo bukan namamu yang sebenarnya." kata Genji.
"Bukankah semua bukan nama benda yang sebenarnya?" tanya
Jimbo. Genji tertawa. "Kamu adalah orang asing tetapi kamu menggunduli
kepalamu, memakai jubah rahib Zen dan berbicara dalam teka-teki
sama yang dulu sering digunakan oleh Rahib Zengen. Apa dia yang
mengajarimu bahasa kami?"
"Tidak, Tuanku. Rahib Zengen menyelamatkan hidup hamba saat
wabah kolera; anak-anak desa yang merawat hamba setelahnya
mengajari hamba mendengar dan berbicara."
"Sungguh tak terduga. Aku ragu anak-anak itu bisa membaca
meski hanya satu huruf."
"Dan hamba juga tak bisa, Tuanku."
"Maka, pencapaian linguistikmu lebih mengesankan lagi. Pasti tak
seorang pun dari kami yang tinggal di antara petani buta huruf
Amerika selama setahun mampu belajar bahasamu sebaik kamu belajar
bahasa kami." "Hamba berterima kasih, Tuanku, atas nama guru-guru hamba.
Mereka pantas mendapatkan pujian."
Angin sepoi musim dingin sesaat menggetarkan kain tenda di atas
mereka. Genji memandang langi: musim dingin yang pucat. Cahaya
matahari mulai memudar. Sebelum jam kerbau berlalu, mereka bisa
memulai perjalanan kembali ke Edo. Mereka sampai di perbatasan
setelah malam tiba dan menyeberang wilayah Yoshino dalam
kegelapan. Itu memberikan satu keuntungan penting: Kemungkinan
mereka bertemu pasukan Yoshino jauh lebih kecil daripada saat siang
hari. Pembantaian sia-sia dalam satu kali perjalanan sudah lebih dari
cukup. PDF by Kang Zusi Genji berkata, "Ketika kamu tiba di Jepang kamu adalah seorang
misionaris Kristen. Kini, kamu seorang rahib Zen. Dulu kamu
memanggil dirimu James Bohannon. Kini, kamu Jimbo. Katakan, nama
apa yang kau gunakan sebelum kamu menjadi James Bohannon?"
"Ethan Cruz," kata Jimbo.
"Dan sebelum itu?"
"Sebelum itu, aku hanya Ethan."
"Kurasa perubahan namamu itu tak ada hubungannya dengan
agama Kristen." "Benar, Tuanku."
"Juga tak ada hubungannya dengan Zen."
"Itu juga benar, Tuanku."
"Lalu, mengapa kamu mengganti namamu?"
Sebelum menjawab, Jimbo menundukkan pandangannya dan
menarik napas dari perut, napas yang pelan dan dalam hingga ke
Memanah Burung Rajawali 7 Dewa Arak 21 Dendam Tokoh Buangan Arjuna Kembar 1
^