Pencarian

Samurai 2

Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 2


"Aku tak tahu, Saudari Emily." Stark melihat kilatan besi di atap
sekejap sebelum pembunuh itu menembak. Dia menjatuhkan diri ke tanah
sesaat sebelum suara tembakan berbunyi. Jika dia tidak menjatuhkan diri,
tentu peluru itu mengenai dirinya, bukan Cromwell. Kewaspadaan Stark
adalah ketakberuntungan sang pendeta itu, ditambah dia memang benar-
benar sial. Peluru itu menembus joli dari satu sisi ke sisi lain. Sehingga,
seharusnya pelurui itu mengenai Emily, tetapi itu tak terjadi. Malah, setelah
menembus joli peluru itu langsung melubangi perut Cromwell. Tembakan
ke perut. Orang kadang membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk
mati ketika mengalami tembakan di perut.
"Dia kelihatan begitu damai," kata Emily. "Alisnya tidak berkerut dan
dia tersenyum dalam tidur."
"Ya, Saudari Emily, dia terlihat damai." Semakin lama Stark
memikirkannya, semakin dia berpikir bahwa peluru itu sebenarnya
PDF by Kang Zusi ditujukan untuk dirinya. Mungkin seorang pembunuh bayaran telah disewa
untuk naik ke atas dan membunuhnya. Hambatan bahasa bukanlah halangan
untuk menyewa pembunuh. Stark yakin uang bisa membeli nyawa di
Jepang semudah di Amerika.
Dia meregangkan kakinya selama beberapa menit agar tidak kram.
Setiap kali dia bergerak, empat samurai yang berjaga menjadi semakin
waspada. Mereka berlutut di lorong depan kamar. Tidak jelas apakah
mereka berjaga di sanak untuk melindungi para misionaris atau justru
mengurungnya. Sejak penembakan itu, mereka mengawasinya dengan ketat.
Stark tak tahu mengapa. "Perbannya harus sering diganti," kata Dokter Ozawa. "Hamba telah
memberinya obat untuk mengurangi pendarahan, tetapi pendarahan itu tidak
bisa dihentikan sama sekali. Nadi-nadi utamanya terkena. Pelurunya sendiri
menembus hingga tulang punggung sehingga tak bisa diambil."
"Berapa lama?" Genji nertanya.
Dokter itu menggelengkan kepala. "Beberapa jam jika dia beruntung,
berhari-hari jika dia tak beruntung." Dia membungkuk dan keluar.
"Sungguh sial," kata Genji. "Konsulat Amerika harus diberi tahu.
Harris. Benar-benar orang yang tak menyenangkan."
Saiki berkata, "Tuanku, peluru itu ditujukan untuk Anda."
"Aku meragukannya. Musuh-musuhku tidak akan mengirim penembak
yang sama sekali tidak bisa menembak seperti ini. Bagaimana mungkin dia
membidikku dan mengenai joli yang berada tiga meter di belakang?"
Seorang pelayan masuk dengan sepoci teh segar. Saiki dengan tak sabar
melambaikan tangan menyuruhnya keluar, tetapi Genji menghendaki satu
cangkir teh lagi. Minuman itu menghangatkannya dari cuaca muskim
dingin. "Saya telah memeriksa joli," kata Saiki. "Jika Anda berada di dalamnya,
pasti Anda langsung tewas. Hanya postur wanita asing yang besar dan
barbar itulah yang menyelamatkan nyawanya."
"Ya, aku tahu. Aku melihatnya sendiri." Genji tersenyum kepada sang
pelayan, yang wajahnya langsung memerah, malu menerima perhatian dari
Genji, lalu membungkuk rendah di lantai. Dia menarik, kata Genji dalam
PDF by Kang Zusi hati, dan cukup cantik, meski sudah bisa dibilang perawan tua. Dua puluh
dua atau dua puluh tiga, perkiraan Genji. Siapa namanya" Hanako. Genji
mempertimbangkan para pengawalnya. Siapa dari mereka yang membutuh-
kan istri, dan berusia cukup untuk pelayan ini"
"Tetapi, saat itu aku tidak berada di joli, aku bisa terlihat jelas berjalan
di depannya." "Itulah maksud saya," sahut Saiki. "Seorang pembunuh yang tidak
mengenal Anda tak mungkin berpikir Anda akan berjalan. Bangsawan
agung mana yang berjalan dan membiarkan wanita asing menaiki jolinya"
Itu belum pernah terjadi. Jadi, si pembunuh itu mengira Anda berada di
dalam joli seperti seharusnya, dan membidik ke sana."
"Alasan yang dipaksakan," kata Genji.
Hide dan Shimoda muncul di pintu, terengah-engah. Mereka berdua
adalah pengawal yang diperintah Saiki mengejar sang pembunuh.
"Ampuni kami, Tuanku," kata Hide. "Kami tidak menemukan tanda-
tanda dia di mana pun."
Shimoda menyambung, "Tak seorang pun melihat sesuatu. Seakan-akan
dia lenyap di udara."
"Ninja," kata Saiki. "Pengecut terkutuk. Mereka semua harus diberantas
hingga akar-akarnya termasuk wanita dan anak-anak."
"Bangunan itu milik seorang pedagang bernama Fujita," lapor Hide.
"Orang yang polos. Tidak pernah terlibat dengan orang mencurigakan, tidak
ada hubungan dengan klan mana pun, tak punya utang dan tidak punya anak
perempuan yang menjadi jaminan di Dunia Terapung. Dia kelihatannya tak
tahu apa-apa. Tentu saja, dia sangat takut akan tindakan balasan dari Anda.
Tanpa diminta, dia menawarkan memenuhi semua kebutuhan kita untuk
pesta tahun baru." Genji tertawa, "Maka, dia akan bangkrut dan terpaksa harus menjual
semua anak perempuannya ke Dunia Terapung."
"Itu tidak akan membantunya,Tuanku," kata Hide tersenyum. "Saya
sudah lihat anak-anak perempuannya."
Saiki memukul lantai. "Hide! Ingat tempatmu!"
"Ya, Pak!" samurai yang baru dibentak itu menempelkan kepalanya ke
lantai. PDF by Kang Zusi "Tidak perlu terlalu keras," kata Genji. "Kita telah melewati pagi yang
melelahkan. Hide, berapa usiamu?"
"Tuanku?" Hide tak siap dengan pertanyaan yang tak terduga itu. "Dua
puluh sembilan, Tuanku."
"Bagaimana bisa kamu belum menikah di umur yang sudah cukup tua
ini?" "Ee "Tuanku" eemm"."
"Bicara," kata Saiki, "dan berhenti membuang waktu tuanmu." Sejauh
anggapan Saiki, pembicaraan ini hanyalah buang-buang wakut saja.
Kesemberonoan apa yang dilakuakn Genji sekarang" Ketika hidupnya
dalam bahaya dan keberadaan klan terancam, dia malah memainkan
permainan bodoh. "Saya belum mempunyai kesempatan, Tuanku," kata Hide.
Saiki menyambung, "Sebenarnya, Hide mempunyai kesenangan
berlebihan terhadap wanita, anggur, dan judi. Utangnya menumpuk
sehingga tak ada satu pun keluarga yang mau menerimanya sebagai
menantu." Saiki memberikan informasi untuk mempercepat selesainya
pembicaraan tak berguna ini. Maka, mungkin mereka bisa kembali
membicarakan masalah yang lebih penting. Misalnya, tentang Stark, orang
asing yang benar-benar mencurigakan.
"Berapa utangmu?" Tanya Genji.
Hide ragu sejenak. "Enam puluh ryo, Tuanku." Itu adalah jumlah besar
untuk seorang samurai seperti dia. Gaji tahunannya hanya sepuluh ryo.
"Dasar orang bodoh, tak disiplin," kata Saiki.
"Ya, Pak." Hide menempelkan kepalanya ke lantai sekali lagi, dengan
malu. "Utangmu akan dilunasi," kata Genji. "Jangan sampai kamu membuat
utang baru. Nah, sekarang setelah utangmu lunas, sebaiknya kamu segera
mencari istri. Seorang wanita yang berpengalaman mengurusi rumah tangga
sehingga bisa membimbingmu agar tak berutang lagi dan memberikan
kebahagiaan rumah tangga padamu."
"Tuanku." Hide tetap membungkuk rendah. Kemurahan hati Lord
Genjo mengejutkan-nya. PDF by Kang Zusi "Sebenarnya, aku sendiri yang akan mencarikan istri untukmu," lanjut
Genji. "Apa kamu bersedia mempercayakan masalah ini padaku?"
"Ya, Tuanku. Terima kasih."
"Hanako," kata Genji, "antar kedua orang ini ke tempat lain untuk
beristirahat. Dan layani mereka."
"Ya, Tuanku." Hanako menjawab. Setelah membungkuk hormat, dia
mengantar Hide dan Shimoda keluar ruangan.
Ketika mereka telah pergi, Saiki membungkuk hormat dan resmi
sebagai tanda hormat kepada Genji. Akhirnya, dia mengerti apa yang telah
terjadi. Di tengah krisis yang mungkin mengancam hidupnya, Lord Genji
tak pernah berhenti memperhatikan orang-orang yang menjadi tanggung
jawabnya. Pelayan tadi, Hanako, adalah yatim piatu. Meski dia punya
perilaku yang bagus dan cukup menarik, dia sangat tidak mungkin
memberikan mahar. Hide, samurai yang baik di segala sisi, perlu diberi
tanggung jawab agar bisa dewasa. Jika dibiarkan sendirian, dia pasti akan
terus menghabiskan waktu dan uangnya untuk hal-hal tak berguna.
Sehingga, dia berakhir menjadi pemabuk tak berguna seperti samurai-
samurai lain dari klan yang hancur dan beberapa samurai dari klan
Okumichi. Semua ini diselesaikan Lord Genjo dengan satu kali tindakan.
Air mata meleleh dari mata prajurit yang keras itu.
"Apa ini, Saiki" Apa aku telah mati dan menjadi dewa?"
"Tuanku," kata Saiki. Dia terlalu terharu untuk berbicara lebih banyak,
bahkan dia pun tak mampu mengangkat kepalanya dari lantai. Sekali lagi,
dia salah menilai kedalaman karakter junjungannya.
Genji meraih cangkir tehnya. Pelayan lain, Michiko, membungkuk dan
mengisi kembali cangkir itu. Dia sudah menikah, jadi Genji hanya
tersenyum kepadanya dan tidak memikirkannya lagi. Genji meminum
tehnya, lalu menunggu dengan sabar hingga Saiki bisa menguasai diri
kembali. Samurai adalah orang aneh. Mereka diharapkan mampu menjalani
siksaan fisik yang paling berat sekalipun tanpa mengeluh. Namun. Mereka
tak malu menangis jika melihat hal sepele seperti perjodohan.
Setelah beberapa saat, Saiki mengangkat kepalanya dan mengusap air
matanya dengan lengan kimononya. "Tuanku, Anda harus PDF by Kang Zusi mempertimbangkan kemungkinan bahwa para misionaris itu bisa saja
terlibat dalam usaha pembunuhan Anda."
"Jika memang ada usaha pembunuhan."
"Orang yang bernama Stark bisa mengantisipasi tembakan sang
pembunuh. Hamba melihatnya tiarap sebelum saya berteriak. Itu berarti dia
tahu ada pembunuh di sana."
"Atau, itu berarti dia pengamat yang jeli." Genji menggelengkan
kepalanya. "Memang baik waspada terhadap pengkhianatan di mana-mana.
Tetapi, itu beda dengan selalu menduga ada pengkhianat di mana-mana.
Kita tidak boleh membiarkan angan melalaikan kita dari bahaya
sebenarnya. Stark baru saja sampai dari Amerika. Di Jepang banyak
pembunuh. Siapa yang mau repot-repot membawa pembunuh dari luar.?"
"Mungkin orang yang ingin menyembunyikan identitasnya dengan
menciptakan kebingungan baru," kata Saiki. "Seorang yang tidak Anda
duga." Genji menarik napas. "Baiklah. Kamu boleh menyelidiki lebih lanjut.
Tetapi, jangan memaksa dan mengganggu Stark. Dia tamu kita."
Saiki membungkuk. "Ya, Tuanku."
Genji berkata, "Ayo kita lihat bagaimana keadaan tamu kita."
Ketika mereka berjalan di lorong, Saiki bertanya tentang pedagang yang
atap tokonya digunakan sang pembunuh. "Apa jawaban kita tentang
tawaran Fujita?" "Nyatakan terima kasih kita dan katakan kita mengizinkannya
mengantar sake untuk tahun baru."
"Ya, Tuanku," kata Saiki. Menyuplai sake tahun baru cukup mahal
untuk mengurangi rasa takut sang pedagang, tetapi tidak akan membuatnya
bangkrut. Keputusan yang bijak. Saiki mengikuti tuannya dengan
kepercayaan kepadanya yang bertambah.
Teleskop buatan Belanda itu membawa mata Kawakami ke atap-atap
bangunan di jalan yang dilewati rombongan Genji. Meski dari sudut
pandangnya jalan itu tidak terlihat, dia tahu rombongan itu sampai di mana
dengan mengawasi tingkah laku orang-orang di satu perempatan yang tidak
PDF by Kang Zusi dihalangi bangunan. Ketika orang-orang itu menjatuhkan diri dan berlutut,
berarti rombongan Genji mendekat. Ketika mereka kembali berdiri dan
berkegiatan, artinya rombongan Genji sudah lewat.
Kawakami merasa geli melihat Monzaemon, pedagang besar, terburu-
buru turun dari kuda putihnya yang terkenal dan membungkuk di tanah
seperti petani lain, meski dia mengenakan pakaian yang mentereng. Banyak
bangsawan yang punya utang kepada Monzaemon. Shogun sendiri punya
utang yang cukup besar kepada pria kecil itu. Tetapi, lihat sekarang,
Monzaemon menekankan wajahnya ke tanah saat menemui rombongan
bangsawan yang statusnya di atas dirinya. Punya banyak uang memang satu
hal. Tetapi, kehormatan mengenakan pedang dan hak untuk
menggunakannya adalah hal yang lain lagi. Tak peduli seberapa cepat dunia
berubah, Kawakami yakin akan satu hal. Kekuatan uang tidak akan pernah
menandingi pedang untuk membunuh.
Kawakami merasa dia mendengar suara tembakan. Ketika dia
mengintip melalui teleskop, dia melihat Monzaemon mengangkat kepalanya
dengan terkejut. Ketakutan terlihat jelas di wajah petaninya. Kuda putih di
sebelahnya mendompak panik. Hanya tindakan cepat dari salah satu
pelayannyalah yang mencegah Monzaemon terinjak kuda hingga mati.
Sesuatu telah terjadi. Kawakami harus menunggu untuk
mengetahuinya. Dia menjauh dari teleskop.
"Aku akan berada di pondok di kebun," katanya kepada asistennya,
Mukai. "Jangan ganggu kecuali masalahnya penting sekali."
Kawakami pergi ke pondok itu sendirian. Pondok itu tak lebih dari
sebuah gubuk sederhana di salah satu kebun kecil di istana yang luas itu.
Namun, pondok itu justru memberi kesenangan tertinggi dalam hidup
Kawakami. Kesendirian. Kesendirian adalah hal langka di Edo, kota yang ditinggali lebih dari
dua juta orang. Orang seperti Kawakami, seorang bangsawan agung,
biasanya selalu dikelilingi oleh sekumpulan pembantu dari beberapa jenis
dan status. Bahkan, motivasi utamanya mau menjadi kepala polisi rahasia
Shogun adalah kesempatan untuk sendirian. Setiap kali dia perlu
melepaskan beban tanggung jawab social yang menyesakkan, dia selalu
PDF by Kang Zusi memunculkan dalih kerahasiaan dan menghilang. Awalnya, dia melakukan
itu hanya untuk menghindar dari istri dan para selirnya, dan mengunjungi
para simpanannya. Lama kelamaan, dia menggunakan dalih itu untuk
menghindari para simpanannya juga. Dan akhirnya, dia kecanduan
mencampuri kehidupan pribadi orang lain. Sekarang, dia hampir tak punya
waktu untuk para istri, selir, simpanan, atau kesenangan-kesenangan lain
yang pernah disukainya. Kini, yang paling berharga baginya adalah menunggu. Kesempatan
untuk sendirian hanya dengan perapian kecil, air yang mendidih, aroma teh,
dan rasa cangkir yang telah dihangatkan di tangannya. Tetapi hari ini, air
baru saja akan mendidih ketika terdengar suara taka sing di depan pintu.
"Tuanku, ini hamba."
"Masuk," kata Kawakami.
Pintu bergeser membuka Heiko berangkat segera setelah kepergian Genji. Dia hanya ditemani oleh
pelayannya, Sachiko. Para bangsawan agung tidak bisa pergi ke mana-mana
tanpa pasukan pengawal. Meski sebagai orang yang paling ditakuti, mereka
juga orang yang paling penakut. Mereka membunuh semudah anak kecil
mengeluarkan tawa bahagia. Jadi, menurut hukum karma sang Buddha,
mereka juga berisiko dibunuh orang lain tidak seperti para bangsawan yang
ditakuti semua orang, wanita penghibur tak ditakuti oleh siapa pun. Bahkan,
kelemahan itu dengan cerdik mereka lengkapi dengan kerapuhan yang
indah dari kecantikan, keanggunan, dan kemudaan mereka. Jadi, mereka


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat pergi ke mana pun mereka mau tanpa rasa takut. Ini juga merupakan
hukum karma Buddha. "Nona Heiko," Sachiko berbisik, "kita dibuntuti."
"Abaikan saja," kata Heiko. Pohon ceri berjajar di pinggir jalan yang
mereka lalui. Pada musim semi, pepohonan itu akan penuh dengan bunga
mekar yang sering diungkapkan dalam lukisan dan puisi selama berabad-
abad. Kini, pohon-pohn itu menghitam dan rontok. Tetapi, bukankah
mereka tetap saja indah" Heiko berhenti untuk mengagumi sebatang ranting
telanjang yang menarik matanya. Salju pagi yang melapisnya hampir
meleleh semuanya, meninggalkan titik-titik embun sedingin es. Hanya
PDF by Kang Zusi beberapa serpih salju yang tersisa di pangkal batang. Beberapa saat lagi,
Heiko akan meneruskan perjalanannya. Matahri akan menyinari batang
pohon yang kini masih tertutup bayang. Jauh sebelum dia sampai ke tujuan,
serpih-serpih salju ini akan melelh hilang. Pikiran itu membuat dada Heiko
sesak. Air mata menggenang di matanya. Namu Amida Butsu, Namu
Amida Butsu, Namu Amida Butsu. Terpujilah Buddha penuh kasih yang
membebaskan semua yang menderita. Heiko menarik napas panjang dan
mencegah air matanya. Jatuh cinta benar-benar menyakitkan.
"Kita tidak boleh berlambat-lambat," kata Sachiko. "Anda ditunggu
pada jam babi." "Aku seharusnya tidak membuat perjanjian sepagi itu," kata Heiko.
"Sangat tidak nyaman memulai hari dengan terburu-buru."
"Benar, benar," kata Sachiko. "Tetapi apa yang bisa dilakukan seorang
wanita" Dia diperintah dan dia patuh." Sachiko baru sembilan belas tahun,
sama dengan Heiko, tetapi dia bertindak seakan-akan jauh lebih tua. Tetapi,
itu memang tugasnya. Dia mengurusi segala kepentingan Heiko sehingga
Heiko tak harus terganggu dengan beban pekerjaan sehari-hari.
Dua wanita itu kembali melanjutkan perjalanan. Yang membuntuti
mereka adalah Kudo. Dia menganggap dirinya sebagai ahli membuntuti.
Bagaimana dia bisa menganggap diri seperti itu, Heiko tidak bisa
menebaknya. Seperti samurai lain, Kudo tidak sabar. Latihannya
mengajarkan untuk mencari saat menentukan yang membedakan antara
hidup dan mati. Dengan satu kilatan pedang, darah dan nyawa lepas
meninggalkan bumi ini. Tidak menjadi masalah siapa yang kalah dan siapa
yang menang. Saat yang menentukan. Itu yang paling penting. Membuntuti
dua wanita yang berjalan-jalan dengan santai dan sering kali berhenti untuk
mengagumi sebatang pohon, mengagumi barang-barang di toko, atau hanya
untuk beristirahat benar-benar menyiksa baginya. Jadi tentu saja, Heiko
sengaja berjalan lebih lambat dari biasanya, lebih sering berhenti, dan
mengobrol santai dengan penjaga toko. Ketika mereka sampai di pusat
pertokoan distrik Tsukiji, Kudo terlihat berlari ke sana kemari seperti tikus
dalam perangkap. "Sekarang," kata Heiko. Beberapa wanita lewat di dekat mereka
sehingga menutupi pandangan Kudo. Heiko berjalan di samping para
PDF by Kang Zusi wanita itu ke toko di seberang jalan, sementara Sachiko duduk berjongkok
dan menunduk memandangi sekeranjang cumi kerang. Heiko memandang
dari sebuah gang, saat Kudo berlari mendekat. Dengan panik, dia menoleh
ke sana kemari, hingga tidak sadar bahwa pelayan Heiko duduk pas di
bawah kakinya. Ketika Kudo membelakanginya, Heiko kembali
menyeberang jalan dan berdiri di belakangnya. Dia pura-pura terkejut
ketika Kudo hampir menabraknya.
"Kudo-sama. Kebetulan sekali. Apa Anda akan membeli syal sutra
juga?" Selama percakapan singkat mereka, Heiko berusaha keras agar tidak
tertawa. Ketika Kudo telah pergi ke arah Hamacho, Heiko memanggil
rickshaw. Jam anjing telah mulai bergeser mendekati jam babi. Dia tak
punya waktu lagi pergi dengan berjalan kaki.
Kawakami Eichi, sang Bangsawan Agung Hino, Inspektur Kepala
Keshogunan, menunggu kedatangan tamunya di pondoknya. Dia memakai
pakaian kebesaran lengkap dengan tanda-tanda pangkat sesuai dengan
status dan jabatannya. Tetapi, kebesaran itu langsung menguap seiring terbukanya pintu.
Meski dia meng-anggap dirinya sudah siap, kenyataannya tidak. Dia tak
pernah siap. Seharusnya, dia menyadari hal itu sekarang. Tamunya punya
kualitas yang menjerat. Setiap kali dia tak ada di depannya, detail wajah dan
tubuhnya mengabur, seakan-akan pikiran dan mata tak mampu menyimpan
citra kecantikan yang sangat luar biasa itu.
Kawakami melihat tamunya dan tersentak, sebuah napas panjang
terlontar dari mulutnya. Untuk mendapatkan kembali ilusi kesiapannya, Kawakami
menegurnya. "Kau terlambat, Heiko."
"Beribu ampun, Lord Kawakami," Heiko membungkuk sehingga kulit
belakang lehernya yang lembut terlihat jelas. Kembali dia mendengar
Kawakami menarik napas tajam. Heiko mengosongkan wajahnya dari
ekspresi apa pun. "Hamba dibuntuti. Dan saya pikir penting untuk
mengelabui sehingga dia tak tahu bahwa saya mengetahui keberadaan-nya."
PDF by Kang Zusi "Tentu kamu tidak membiarkannya membuntutimu hingga kemari
bukan?" "Tidak, Tuanku." Heiko tersenyum mengingat muslihatnya. "Saya
mengebauinya sehingga dia hampir menabrak saya. Setelah itu, dia tak bisa
lagi membuntuti." "Bagus," kata Kawakami. "Apa Kudo lagi?"
"Ya." Heiko mengangkat ketel dari api. Kawakami membiarkan air
mendidih terlalu lama. Jika dituangkan ke teh sekarang, aroma tehnya akan
rusak. Air itu harus dibiarkan dingin dahulu hingga mencapai suhu yang
tepat. "Kudo ahli dalam hal ini," sambung Kawakami. "Mungkin kamu telah
menimbulkan kecurigaan kepada Lord Genji.
"Kelihatannya tidak mungkin. Hamba yakin Kudo bertindak atas
inisiatifnya sediri. Lord Genji bukan orang yang mudah curiga."
"Semua bangsawan pasti mudah curiga," tukas Kawakami.
"Kecurigaan sangat penting untuk bertahan hidup."
"Saya heran," kata Heiko, memiringkan kepalanya yang menurut
Kawakami membuat-nya terlihat sangat menarik. "Jika Lord Genji bisa
melihat masa depan, dia tak perlu berhati-hati. Dia tahu apa yang akan
terjadi dan kapan. Kecurigaan menjadi tak berarti baginya."
Kawakami mendengus. "Tak masuk akal. Keluarganya memang telah
menggunakan samaran menggelikan itu dari generasi ke generasi. Jika satu
saja dari mereka memang bisa melihat masa depan, klan Okumichi pasti
akan menjadi klan paling berkuasa di Kekaisaran Jepang, bukan klan
Tokugawa, dan Genji pasti sudah menjadi Shogun, bukan menjadi penjaga
wilayah perairan belakang keshogunan seperti Akaoka."
"Tak diragukan lagi Anda benar, Tuanku."
"Kamu terlihat tidak yakin. Apa kamu telah menemukan tentang
kemampuan meramal ini?"
"Tidak, Tuanku. Tidak secara langsung."
"Tidak langsung." Wajah Kawakami mengeras seakan-akan jawaban
Heiko tadi terasa masam. "Satu kali, ketika Kudo dan Saiki sedang membicarakan Lord Genji,
hamba mendengar mereka menyebut Suzume-no-Kumo."
PDF by Kang Zusi "Suzum-no-kumo adalah nama puri utama di kediaman Akaoka."
"Ya, Tuanku, tetapi mereka tidak berbicara tentang puri. Mereka
berbicara tentang teks rahasia."
Kawakami kesulitan berkonsentrasi pada laporan Heiko. Semakin lama
Kawakami memandangnya, semakin dia berharap tadi dia minum sake dan
bukan teh. Tetapi, waktu dan kondisi tidak memungkinkan. Itu memang
yang terbaik. Jarak antara tuan dan pembantu harus dipertahankan.
Kawakami merasa dirinya semakin kesal. Apakah ini karena dia tak bisa
melakukan apa yang dia mau dengan Heiko" Tentu tidak. Dia adalah
samurai dengan riwayat keturunan panjang. Dia bisa mengontrol naluri
dasarnya. Lalu apa" Masalah mengetahui hal lebih banyak dari orang lain.
Ya! Itulah masalahnya. Kawakami seharusnya menjadi satu-satunya orang
yang melihat, orang yang tahu, berdasarkan laporan dari jaringan ribuan
mata-mata. Tetapi, di mata publik, Genji dianugerahi kemampuan melihat
lebih jauh dari Kawakami. Genji diyakini punya kemampuan meramal
masa depan. "Tidak aneh jika sebuah klan mempunyai teks ajaran rahasia," tukas
Kawakami. "Biasanya berupa buku strategi perang yang sering kali
merupakan jiplakan Seni Perang karangan Sun Tzu."
"Menurut kabar, teks rahasia Okumichi berisi ramalan para Lord
Akaoka dari setiap generasi sejak masa Hironobu, enam ratus tahun lalu."
"Gosip semacam itu telah lama menyebar di keluarga Okumichi.
Katanya, setiap generasi ada satu orang yang terlahir dengan kemampuan
meramal." "Ya, Tuanku. Memang begitu kabarnya." Heiko membungkuk.
"Permisi." Dia menuangkan air panas di cangkir teh. Aroma harum
memenuhi udara. "Dan kamu percaya itu?" Rasa marah membuat Kawakami terlalu cepat
meminum tehnya. Dia menelan tanpa memperlihatkan rasa sakit di
wajahnya. Cairan panas itu membakar tenggorokannya.
"Hamba hanya percaya bahwa gossip itu ada, mungkin ada kebenaran di
balik semua kabar burung itu. Tidak harus berupa ramalan, Tuanku."
PDF by Kang Zusi "Hanya karena sesuatu itu dikatakan, tidak berarti itu benar. Jika aku
percaya semua hal yang kudengar, aku harus mengeksekusi setengah
penduduk Edo dan memenjarakan sisanya."
Itu adalah lelucon terlucu yang bisa diusahakan oleh Kawakami. Heiko
tertawa sopan, menutup mulutnya dengan lengan komono. Dia
membungkuk menggoda sebagai tanda penghormatan atas guyonan
Kawakami. "Semoga tidak termasuk hamba."
"Tidak. Tentu tidak dirimu," kata Kawakami menghibur Heiko. "Untuk
Mayonaka no Heiko hanya pujian tertinggi yang pantas."
Heiko tertawa lagi. "Sayangnya hanya karena sesuatu itu dikatakan,
belum tentu benar." "Aku akan berusaha mengingat itu." Kawakami tersenyum lebar,
senang mendengar kata-katanya dikutip dengan cepat dan secara guyon oleh
seorang wanita penuh keanggunan dan daya tarik.
Heiko tak pernah berhenti kagum tentang betapa mudahnya
memperdaya pria. Yang diperlukan hanya memperlihatkan sedikit
kebodohan. Mereka mendengar tawa, senyum, menghirup aroma harum dari
lipatan baju sutra, dan pria tak memperhatikan pandangan tajam mata di
balik bulu mata lentik yang bergetar. Ini berlaku bahkan untuk Kawakami,
yang seharusnya lebih waspada dari yang lain. lagi pula, dia adalah orang
yang menciptakan Mayonaka no Heiko. Tetapi lihat saja, dia tetap saja
selemah semua laki-laki lain. Semua laki-laki lain, kecuali Genji.
"Kakek Lord Genji, mendiang Lord Kiyori, kabarnya juga mempunyai
kemampuan melihat masa depan." Kawakami menerima secangkir teh lagi
dari Heiko. Sekarang, dia menghirup tehnya dengan lebih hati-hati. "Tetapi,
tetap saja dia meninggal tiba-tiba, tiga minggu lalu, kemungkinan diracuni.
Bukankah seharusnya dia bisa meramal kejadian itu sehingga tidak
meminum racun yang ditujukan untuknya?"
"Mungkin tidak semua hal bisa diramal, Tuanku."
"Alasan yang mengada-ada," tukas Kawakami kembali meradang.
"Alasan itu hanya untuk menguatkan mitos yang ada. Semuanya hanyalah
propaganda kosong yang digembar-gemborkan klan Okumichi. Orang
Jepang sangat percaya takhayul dan mudah dibohongi. Klan Okumichi
PDF by Kang Zusi dengan cerdik mengeksploitasi hal ini. Akibat dongeng anak-anak
kemampuan meramal ini, mereka diperlakukan lebih dari yang seharusnya."
"Apakah memang racun yang menyebabkan kematian Lord Kiyori?"
"Jika kamu bertanya apakah aku yang memerintahkan peracunan,
jawabannya tidak." Heiko menjatuhkan diri ke lantai, membungkuk rendah-rendah. "Hamba
tak akan berani selancang itu, Lord Kawakami." Nada suara dan sikapnya
benar-benar serius. "Ampuni hamba karena telah memunculkan kesan yang
salah kepada Anda." Pria ini tak lain adalah seorang badut, tetapi badut
yang berbahaya dan cerdik. Karena terlalu ingin mengetahui apa yang akan
terjadi pada Genji, Heiko telah bertindak terlalu jauh. Jika dia tak hati-hati,
Kawakami mungkin bisa meraba bahwa Heiko telah bertindak melebihi
tugas yang dibebankan kepadanya.
"Oh, bangunlah, bangunlah," kata Kawakami tergesa-gesa. "Aku tidak
tersinggung. Kamu adalah anak buahku yang terpercaya." Tentu saja,
wanita tak bisa mendapat status itu. Tetapi, itu hanya kata-kata. Tidak ada
masalah baginya untuk mengatakannya.
"Anda terlalu menghargai saya lebih dari seharusnya."
"Omong kosong! Kamu harus tahu apa yang kulakukan sehingga kamu
bisa menyesuaikan diri. Aku memang tidak suka kepada Lord Kiyori, tetapi
musuhnya bukan hanya satu. Keramahannya yang berlebihan kepada orang
asing, terutama orang Amerika telah menimbulkan kemarahan banyak
orang. Dan, lebih banyak lagi yang marah karena ketertarikan Lord Kiyori
terhadap agama Kristen. Dia tidak mendapat dukungan bulat, bahkan dari
klannya sendiri. Kamu sendiri mengatakan kalau Saiki dan Tanaka, dua dari
pengikutnya yang paling senior, sangat keberatan akan kehadiran para
misionaris di wilayah Akaoka. Bahkan, Tanaka sangat kecewa sehingga
mengundurkan diri dan menjadi rahib di Kuil Mushindo enam bulan lalu."
"Ya, Tuanku, itu memang benar. Dia telah menuruti ajaran Buddha dan
namanya sekarang berganti Sohaku."
"Fanatisme agama lebih mematikan daripada fanatisme politik. Tak
peduli namanya Tanaka atau Sohaku, menurutku dialah yang paling
mungkin membunuh Lord Kiyori."
PDF by Kang Zusi "Betapa tragis," kata Heiko, "dibunuh di usia tua oleh orang kepercayan
sendiri." "Mereka yang paling dekat adalah orang yang paling berbahaya," kata
Kawakami mengamati rekasi Heiko, "karena kita terlalu sering
mengabaikan siapa mereka sebenarnya. Misalnya, kamu sering berbagi
ranjang dengan Lord Genji, tetapi suatu saat bisa saja kamu memotong
lehernya. Benar tidak?"
Heiko membungkuk, hati-hati menata senyumnya agar tidak
mencurigakan, setuju tetapi tidak berlebihan. "Ya, benar demikian."
"Kamu tidak kesulitan untuk mengatasi perasaan sukamu kepadanya?"
Heiko tertawa riang. "Anda mempermainkan saya, Lord Kawakami.
Hamba ada di ranjangnya hanya karena Anda menempatkan saya di sana,
bukan karena saya mempunyai rasa suka kepadanya."
Kawakami berkerut. "Hati-hati, Heiko. Saat kamu bersamanya
kenyataan ini harus tetap dirahasiakan, bahkan kamu juga tak harus tahu.
Kamu harus benar-benar mencintai-nya, sepenuhnya, atau dia akan
mengetahui siapa dirimu sebenarnya dan kamu tak akan berguna lagi
bagiku." Heiko membungkuk rendah di lantai. "Ya, Tuanku. Hamba mendengar
dan patuh." "Bagus. Sekarang, bagaimana dengan paman Lord Genji" Apa kamu
sudah tahu di mana keberadaannya?"
"Belum. Sejak Lord Shigeru meninggalkan istana, dia belum terlihat di
puri-puri lain di wilayah Akaoka. Bahkan, mungkin dia lari dari klannya
sendiri." "Apa pun sebabnya, itu akan menjadi berita bagus. Sang paman jauh
lebih berbahaya daripada sang keponakan. Shigeru adalah penggemar
fanatik semua seni samurai kuno dan dia sangat ahli. Dia dapat membunuh
dengan maupun tanpa senjata, dan dia telah melakukannya; sudah menjadi
rahasia umum bahwa Shigeru pernah terlibat dalam 59 duel dan selalu
menang. Hanya kurang satu dari rekor duel yang dipegang oleh sang
legendaries, Miyamoto Musashi, dua ratus tahun lalu. Duel keenam puluh
dan keenam puluh satu direncanakan pada tanggal terakhir tahun lama dan
PDF by Kang Zusi

Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada tanggal pertama tahun baru, tetapi duel tersebut mungkin tak akan
terjadi. Shigeru telah menghilang.
"Katakan kepadaku apa yang telah kamu ketahui."
Heiko memulai laporannya. Jika dia terlalu memikirkan apa yang akan
dikatakannya, dia mungkin tak akan mampu melanjutkan. Kepingan-
kepingan informasi didapatnya dari beberapa sumber berbeda. Dia yakin
telah menyatukan berbagai informasi itu dengan benar, tetapi dia berharap
dengan seluruh hatinya bahwa dia salah.
Kuil Buddha kecil di dalam Istanan Suzume-no-Kumo dibangun pada
zaman dahulu, pada tahun ketiga belas Kekaisaran Go-hanazono. Tidak
seperti kuil lain, kuil ini tidak didedikasikan pada sekte tertentu. Ini karena
Lord Wakamatsu membangunnya untuk menebus dosa atas perusakan tiga
lusin biara aliran Jodo, Nichiren, Tendai, dan Shingon, serta pembunuhan
lima ribu biarawan termasuk keluarga dan para pendukungnya. Pasukan
samurai Akaoka yang fanatik telah mengabaikan perintah tuan mereka
untuk menghentikan pertengkaran agama dan intrik politik.
Shigeru tahu tentang kuil itu secara mendetail. Sejak masa kecilnya, kuil
itu menjadi tempat sentral dalam mimpinya yang terburuk dari mimpi-
mimpi yang sering terulang. Tahu bahwa mimpi-mimpi itu penuh dengan
pertanda dan tidak paham satu pun di antaranya, Shigeru menghabiskan
waktu bertahun-tahun mempelajari kuil Buddha di Istana Shuzume-no-
Kumo, berharap dapat menemukan bimbingan dari peristiwa masa lalu dan
dari para rahub di sana. Tetapi, tak satu pun yang bisa membantunya.
Kini, setelah semuanya terlambat baru dia mengerti. Begitulah selalu
pertanda. Shigeru berlutut dalam sinar lentera dan menyalakan hio yang
keseratus lima. Dengan membungkuk hormat, dia menempel hio itu di altar
perabuan ayahnya, Kiyori, mendiang Bangsawan Agung Akaoka.
"Ampuni aku, Ayah. Kumohon, ampuni aku."
Untuk keseratus lima kalinya, dia mengatakan kata-kata yang sama.
Lalu, dia menyalakan batang hio yang keseratus enam. Asap dari batang-
batang hio yang dia nyalakan memenuhi kuil dengan aroma yang
menyesakkan. Shigeru mengabaikan rasa sakit yang dia rasakan di mata dan
paru-parunya. PDF by Kang Zusi Dikatakan bahwa neraka terbagi dalam enam belas tingkat siksaan.
Shigeru tahu kebih baik. Seratus delapan penderitaan adalah imbalan yang
didapatkan seorang pria akibat ketamakan, kebencian, dan kebodohan yang
tak berakhir. Seratus delapan pertobatan dibutuhkan untuk membawa jiwa-
jiwa yang tersesat kembali ke sinar sang Buddha. Seratus delapan adalah
jumlah kehidupan yang akan dijalani Shigeru di seratus delapan neraka
akibat kejahatannya yang tak terbayangkan. Ketika batang hio keseratus
delapan telah dinyalakan, Shigeru akan memulainya.
"Ampuni aku, Ayah. Kumohon, ampuni aku."
Tetapi dia tahu, dia tak mungkin diampuni. Ruh Lord Kiyori mungkin
akan mengampuninya atas pembunuhan dirinya. Tetapi, tidak untuk
pembunuhan yang lain. Tak seorang pun yang akan mengampuninya.
"Ampuni aku, Ayah. Kumohon, ampuni aku."
Shigeru kagum. Entah bagaimana caranya, dia tetap mengingat
hitungannya, meski melihat bayangan mengerikan yang membuatnya tak
bisa tidur. Bayangan yang menekan kepalanya sehingga di merasa tulang
tengkoraknya akan pecah kapan saja. Bayangan yang menghina keberadaan
dirinya. Namun begitu, dia tetap menghitung. Ini adalah hio keseratus
delapan. "Ampuni aku, Ayah. Kumohon, ampuni aku."
Dia menekankan kepalanya ke lantai. Dentuman suara mesin terbang
tanpa sayap memekakkan telinganya. Di balik matanya yang terpejam, dia
melihat lentera-lentera raksasa terbakar tanpa api yang membutakan.
Tenggorokannya tercekik oleh udara berbau tajam dan berkabut warna-
warni. Shigeru tahu, dia benar-benar telah menjadi gila.
Satu orang di setiap generasi Okumichi dikutuk oleh kemampuan
meramal masa depan. Di generasi sebelumnya, orang itu adalah ayahnya,
dan di generasi sesudahnya adalah Genji. Di generasinya sendiri, kesialan
itu menimpa Shigeru. Mereka yang mampu meramal masa depan selalu
menderita karena melihat pertanda tidak selalu berarti pemahaman.
Baginya, pertanda-pertanda itu sama sekali tak pernah membawanya pada
pemahaman, hanya menimbulkan penderitaan. Peristiwa-peristiwa selalu
PDF by Kang Zusi terjadi tanpa diketahuinya sehingga saat dia sadar selalu sudah terlambat.
Dan, penderitaan diikuti oelh lebih banyak penderitaan.
Jika dia hanya diganggu oleh mimpi yang penhu pertanda, mungkin
hidup akan lebih mudah. Tetapi, tak lama kemudian, pertanda muncul saat
dia sadar. Seorang samurai yang biasa disiplin berlatih bela diri memang
lebih tahan terhadap segala hal. Tetapi, kemunculan pertanda-pertanda
tanpa ada jeda bahkan untuk tidur sekalipun pada akhirnya bisa
menjebolkan daya tahan seorang samurai.
Langit merah menyala oleh api dan runtuh, membakar anak-anak yang
berteriak kesakitan. Kerumunan serangga baja merangsek menyerbu Edo,
memenuhi perut mereka dengan daging manusia, mengembuskan asap
berbau bangkai. Jutaan ikan mati mengambang di air beracun berwarna
perak di perairan pulau. Apa yang dia lihat dengan pikirannya menutupi apa yang dilihat dengan
matanya. Selalu. Tak pernah ada istirahat. Shigeru berhenti di pintu masuk
kuil. Dia membungkuk kepada mayat dua biarawati yang terbunuh, berhati-
hati agat tidak terpeleset di kolam darah mereka saat dia berjalan. Purnama
bersinar tepat di atas istana ketika dia menyeberangi halaman tadi. Kini,
saat dia kembali ke kediamannya, dia melihat malam masih disinari
purnama, tetapi sang rembulan sendiri bersembunyi di balik dinding-
dinding istana. Ranjang istrinya kosong, selimutnya terlihat dilempar ke samping
dengan tergesa-gesa. Shigeru menuju kamar anak-anak. Mereka juga telah
menghilang. Ini tak dia perkirakan sama sekali. Senyum masam menghiasi
wajahnya yang berkerut. Di mana mereka" Hanya ada satu kemungkinan.
Shigeru pergi ke ruang senjata pribadinya dan bersiap-siap.
Helm baja dihiasi ikatan rambut kuda berwarna merah dan tanduk dari
kayu. Topeng wajah berpernis untuk melindungi pipi dan rahangnya.
Sebuah nodowa untuk melindungi tenggorokannya, dan dua sode untuk
melindungi bahu. Donaka, kusazuri, dan haitate terbuat dari baja untuk menahan peluru yang ditujukan untuk dada, selangkangan, dan pahanya.
Selain dua pedangnya, Shigeru menambahkan lima pistol satu peluru buatan
Inggris diikat pinggangnya.
PDF by Kang Zusi Shigeru adalah komandan jaga malam ini. Dia tidak mengalami
kesulitan mengeluarkan kudanya dari kandang. Tak seorang pun
mempertanyakan kemunculannya. Saat dia memerintahkan agar gerbang
dibuka, gerbang pun terbuka dan dia langsung menderap kudanya keluar
istana. Kediaman mertuanya, Yoritada, berada di pegunungan timur yang tak
berapa jauh. Ketika Shigeru tiba di sana, dia menemukan Yoritada dan
selusin pengikutnya menunggu-nya di luar dinding. Mereka semua
berpakaian tempur lengkap seperti dirinya. Enam dari para samurai itu
membawa senapan yang siap dibidikkan.
"Jangan mendekat," kata Yoritada, "atau kamu akan ditembak mati."
"Aku datang untuk menjemput istri dan anak-anakku," kata Shi
geru. "Suruh mereka keluar dan aku akan pergi dengan damai."
"Umeko bukan istrimu lagi," jawab Yoritada. "Dia telah kembali ke
rumahku dan meminta perlindungan untuknya dan anak-anaknya."
Shigeru tertawa seakan-akan pernyataan Yoritada itu benar-benar
menggelikan. "Perlindungan" Dari apa?"
"Shigeru," Yoritada berkata dengan suara penuh kesedihan, "pikiran
dan ruhmu tidak sehat. Aku telah memperhatikan selama berminggu-
minggu. Malam ini, Umeko datang kepadaku sambil berurai air mata.
Katanya, kamu berbisik-bisik sendiri terus menerus, siang dan malam,
tentang siksaan berdarah di neraka. Anak-anakmu takut berada di dekatmu.
Aku mohon, mintalah bimbingan kepada Lord Kiyori. Ayahmu orang bijak.
Dia akan menolongmu."
"Dia tak akan menolong siapa pun," kata Shigeru, melihat dengan
seksama menunggu kesempatan menyerang. "Lord Kiyori malam ini mati
diracuni dengan empedu ikan kembang beracun."
"Apa?" Yoritada tersandung satu langkah ke depan mendengar
perkataan Shigeru. Berita itu juga membuat para samurai pengawal
Yoritada terkejut. Sekarang. Inilah saat yang tepat untuk bertindak.
Shigeru memacu kudanya ke depan, menembakkan pistolnya dan
membuangnya secepat dia bisa. Dia bukan penembak yang baik dan tidak
mengenai seorang pun. Tujuannya hanyalah untuk lebih membingungkan
anak buah Yoritada. PDF by Kang Zusi Usahanya tersebut berhasil. Hanya dua dari penembak yang berhasil
mendekati sasaran. Kedua peluru itu mengenai kudanya sehingga terjatuh.
Shigeru melompat dari pelana, begitu mendarat dia langsung berlari,
melumpuhkan ayah mertuanya dengan satu sabetan katananya. Menyabet
dengan pedang katana di tangan kanan dan menusuk dengan pedang tanto
di tangan kiri, Shigeru membunuh dan melukai setiap lawannya bahkan
sebelum debu yang meruap akibat kejatuhan kudanya hilang.
Di dalam gerbang, ibu mertuanya, Sadako, telah menunggu dengan
empat pelayan. Setiap orang menghunus naginata, belati panjang yang
biasa menjadi senjata samurai wanita.
"Setan terkutuk," Sadako memuntahkan kemarahannya. "Aku sudah
memperingatkan Umeko agar tidak menikahimu."
"Seharusnya dia mendengar nasihatmu," timpal Shigeru.
Shigeru menemukan Umeko dan anak-anaknya di ruang minum teh di
halaman dalam. Ketika di maju ke arah pintu, pedang katana berukuran
anak-anak menusuk melalui kertas soji yang melapisi rangka kayu. Pedang
itu merobek alis kirinya, hampir saja mengenai matanya.
"Jika masuk kau akan mati!" suara kecil yang berani membentaknya
tanpa rasa takut sama sekali. Itu adalah suara anaknya yang terkecil, baru
enam tahun, Nobuyoshi. Shigeru dapat membayangkan kondisi di dalam
ruangan minum teh itu. Nobuyoshi, berjaga di depan pintu dengan katana
terhunus tepat membidik di titik mata. Di belakangnya, Umeko dan dua
anak perempuan mereka, Emi dan Sachi.
Shigeru menggunakan ujung katananya untuk membuka pintu.
Nobuyoshi melihatnya dan tersentak. Anak itu segera mundur. Sebenarnya,
lebih baik jika anak itu tetap berdiri siaga di tempatnya karena pintu ruang
minum teh yang kecil akan membatasi gerak Shigeru saat masuk. Tetapi,
Shigeru tak bisa menyalahkannya. Dia tahu, dirinya pasti terlihat
mengerikan. Dari kepala hingga kaki badannya berlumuran darah delapan
belas orang yang telah dibantainya. Sembilan belas, jika Shigeru
menghitung darah dari lukanya. Darah menetes dari luka di lehernya akibat
tusukan ibu mertuanya. Jika saja dia menusuk dua senti meter lebih rendah,
dia pasti berhasil membunuhnya.
PDF by Kang Zusi Hati Shigeru diliputi rasa bangga melihat anak lelakinya. Di dalam
hidupnya yang pendek, dia telah belajar dengan baik. Nobuyoshi memegang
pedangnya dengan sudut yang benar, dengan pose yang benar. Posturnya
seimbang sehingga memungkinkannya beregrak ke segala arah. Dan yang
lebih penting, dia menempatkan dirinya, untuk melindungi ibu dan saudara-
saudara perempuannya. "Bagus, Nobuyoshi." Shigeru mengatakan kata yang sama sebelumnya,
saat Nobuyoshi selesai berlatih keras dengan pedang, tombak, dan busur.
Kini, Nobuyoshi sama sekali tak menjawab. Perahatiannya terpusat penuh
kepada Shigeru. Putranya sedang menunggu kesempatan, mencari saat yang
tepat untuk melancarkan serangan. Melihatnya, Shigeru merasa putranya
pantas mati seperti seorang samurai sejati. Shigeru pun pura-pura
terjerembab saat melangkah ke depan.
"Aaaiii!" dengan teriakan keras yang mengekspresikan komitmen
penuh, Nobuyoshi menyerang celah terbuka di leher Shigeru. Putranya
melakukan apa yang harus dilakukan seorang samurai. Dia larut dalam
serangan, tanpa memikirkan apa pun, bahkan dirinya sendiri. Pada saat itu,
Shigeru menyabetkan pedangnya dengan cepat, tubuh Nobuyoshi terus
merangsek ke depan, sementara kepalanya jatuh menggelinding di lantai.
Emi dan Sachi berteriak ketakutan dan saling berpelukan, air mata
mengucur di pipi mereka. "Mengapa, Ayah, mengapa?" teriak Emi.
Umeko menghunus belati di tangan kirinya. Di tangan kanan, dia
memegang sebuah pistol derringer. Dia mengangkat pistol itu dan
menembak. Pelurunya mengenai helm bajanya dan mental. Umeko
menjatuhkan pistol dan menggantinya dengan belati.
"Aku selamatkan kamu dari dosa yang lebih besar," Umeko berkata.
Dengan dua gerakan cepat dia mengiris tenggorokan kedua anak
perempuannya. Darah mereka menyembur membasahi kimono tidur sutra
berwarna pucat. Kemudian Umeko menatap langsung ke mata Shigeru.
"Semoga Buddha yang penuh kasih membimbingmu dengan selamat ke
Tanah Murni," dan dia langsung menusukkan belati itu ke tenggorokannya.
Shigeru duduk di lantai ruang minum teh, di tengah-tengah reruntuhan
berdarah kehidupannya, memegang satu pedang di setiap tangan. Dia
memandang ke pintu masuk yang kecil. Tak berapa lama, dia pasti akan
PDF by Kang Zusi mendengar suara derap kuda pasukan dari Istana Akaoka. Shigeru mulai
tertawa. Dia masih dikutuk. Tetapi, dia telah membebaskan istri dan anak-
anaknya tercinta. Mereka tak akan tersentuh oleh kengerian yang
diramalkan oleh mimpi-mimpi dan pertanda yang dia alami.
II PARA PEMIMPI INDAH 4. Sepuluh Orang Mati Emili menunggu-nunggu malam pernikahannya dengan
penuh harapan dan ketakutan. Ketakutan dipicu oleh kejijikan yang dia
rasakan terhadap fisik Cromwell; sementara harapan dipicu oleh keengganan
Cromwell terhadap tubuhnya. Apabila Cromwell tidak bersikap demikian,
mungkin dia tak pernah mempertimbangkan lamaran pria itu. Ditambah
dengan janji untuk meninggalkan Amerika, membuat lamaran Cromwell tak
bisa ditolaknya. Hubungan mereka sebagai suami istri tentu tak bisa seratus
persen lepas dari hubungan seksual. Adalah mustahil mengharapkan dalam
sebuah perkawinan tak akan ada senggama dengan naluri binatang.
Untungnya, hubungan seksual bisa diminimalisasi sesedikit mungkin jika
dia menikah dengan Cromwell. Penderitaan yang akan dialaminya beberapa
kali itu adalah harga yang murah untuk kesempatan yang ditawarkan
Cromwell. Kini, harapan dan ketakutan itu telah lenyap, dihancurkan oleh peluru
seorang pembunuh. Jika Cromwell mati, Emily akan sendirian, dan dia tak
bisa tinggal di Jepang sendirian. Tanpa perlindungan ayah, saudara laki-laki
atau suami, seorang wanita tak akan punya tempat terhormat di tanah asing
ini. Dia terpaksa harus kembali ke Amerika. Atau, mungkinkah ada
alternative lain" Tidak bisakah dia meneruskan misi dengan Stark"
Dia melirik ke arah Stark yang sedang memandang keluar jendela.
Wajah maupun posturnya tidak menunjukkan apa yang sedang dia pikirkan.
PDF by Kang Zusi Sejak pertama mereka bertemu, Stark memang selalu menjadi teka-teki
baginya. Matthew Stark pertama kali muncul dalam kehidupan mereka baru
empat bulan yang lalu. Dia muncul di rumah misi Firman Sejati di San
Francisco . Saat itu, Emily sedang membagikan sup kepada fakir miskin dan
tunawisma ketika dia melihat seorang pria berdiri di pintu masuk bangsal
yang digunakan untuk ruangan makan.
Pakaian berkudanya sangat kotor. Topi hitam di kepalanya terlihat
seakan-akan dahulu berwarna putih. Rambutnya berantakan terurai di
punggung dan bahunya seperti orang Indian liar. Wjahnya kurus dengan pipi
cekung dan lingkaran kitam di sekitar matanya. Janggutnya tumbuh tak rata,
seakan-akan dia memotong seadanya dengan pisau. Kelihatannya, dia tak
beda dengan para orang miskin lain yang dirawat Emily sehari-hari. Hanya
dia tak segera ikut antre ke tempat layanan makanan, menghirup supnya
pada makanan. Dia berdiri diam di pintu, tak bergerak. Matanya mengawasi


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seluruh ruangan, mengamati orang-orang yang duduk di meja dan yang
berdiri di antrean. Lengannya tergantung di samping badannya, tidak lemas
tetapi tetap waspada. Saat itulah, Emily melihat tonjolan di pinggang
kanannya di bawah jaketnya yang kotor oleh debu.
Emily meminta Sarah untuk menggantikannya menuangkan sup dan
mendekati orang asing itu.
Ketika Emily mendekat, pria itu dengan sopan melepas topinya dan
mengangguk hormat. "Nyonya."
"Anda boleh bergabung bersama kami untuk makan malam, Saudaraku
seiman dalam Kristus." Emily menggunakan sapaan yang digunakan misi
Firman Sejati menyapa semua orang baru. Saudara, karena seperti kata
Cromwell, bukankah semua manusia bersaudara" Kristen, karena"meski
mereka tak menyadarinya"semua manusia, baik para pendosa, orang suci,
dan penyembah berhala sebenarnya adalah orang Kristen di hadapan
kemurahan dan pengampunan Tuhan.
"Baik, Nyonya," kata pria itu, mengangguk dengan sedikit
membungkuk. "Terima kasih." Suaranya mempunyai aksen sengau khas.
Texas , tebak Emily, atau daerah sekitanya.
PDF by Kang Zusi "Tempat ini dilindungi dalam kedamaian Tuhan, Saudaraku." Emily
mengulurkan tangan kepadanya. "Kekerasan tak boleh masuk ke sini."
Pria itu memandang kepadanya dan berkedip beberapa kali sebelum
akhirnya paham. "Tidak, Nyonya," katanya. Dia membuka tali kulit yang
mengikat pistolnya ke pinggang, membukanya dari pinggangnya, dan
mengulurkannya kepada Emily dengan pistol masih di dalamnya.
Emily hampir menjatuhkannya. "Aku serahkan kamu kepada Tuhan dan
pengampunan-Nya." Pistol itu sangat besar dan sangat berat.
"Terima kasih."
"Kita seharusnya mengatakan "amin" pada setiap kata dari Alkitab," kata
Emily. "Tidak tahu Alkitab, Nyonya. Tidak tahu apa yang harus diamini."
"Aku serahkan kamu kepada Tuhan dan pengampunan-Nya. Itu adalah
firman Tuhan. Pasal 20:32)"
"Amin," kata pria asing itu.
Emily tersenyum. Kemauannya menurut sangat menggembirakan. Tidak
diragukan kalau dia telah melakukan kesalahan, mungkin dengan senjata
yang kini dipegangnya. Dan, mungkin dengan senjata lain, yang gagangnya
dia lihat tergantung di sisi kiri ikat pinggangnya. Namun, tak seorang pun
yang berada di luar pengampunan dan perlindungan Tuhan. "Dan itu juga,"
kata Emily, menunjuk dengan dagunya.
Pria itu menunduk memandang gagang senjata di pinggang kirinya,
seakan-akan terkejut. "Lupa." Untuk pertama kalinya pria itu tersenyum.
"Belum lama punya ini." Senjata itu lebih berupa pedang kecil daripada
pisau besar. Dia meletakkannya pistol dan sarung yang dipegang Emily.
"Uangmu lebih baik jika dihabiskan untuk membeli alat-alat
perdamaian," tegur Emily.
"Amin," timpal pria itu.
"Itu hanya kata-kataku" tukas Emily, "bukan dari Alkitab."
"Tidak membelinya kok." Pria itu tersenyum lagi, senyum yang aneh.
Bibirnya melengkung ke atas, sementara matanya menyipit.
"Lalu dari mana datangnya senjata itu, Saudaraku?" Menang dari judi,
pikir Emily, atau lebih buruk lagi, mencuri. Dia menawarkan kesempatan
PDF by Kang Zusi kepada pria asing itu untuk mengakui kesalahan, sebagai langkah pertama
memulai hidup dalam pengampuan dan kasih sayang Tuhan.
"Pisau bowie sepanjang 25 sentimeter," kata sang pria. Lalu menyadari
bahwa itu tak menjelaskan apa-apa, dia menambah, "hadiah perpisahan."
Baik, rupanya tidak ada pengakuan untuk saat ini. Tetapi, Emily telah
melakukan tugasnya dengan membuka jalan. Tanyanya, "siapa namamu?"
"Matthew," jawabnya.
"Aku Emily, Saudara Matthew. Panggil saja aku saudari, jangan panggil
nyonya. Aku sangat senang menerima Anda makan sup bersama kami,
dalam perlindungan Tuhan."
"Terima kasih, Saudari Emily," kata Saudara Matthew.
Ingatan akan masa-masa menggembirakan itu membuat air mata tiba-
tiba menggenang di mata Emily sehingga dia tak bisa menahan air matanya
turun membasahi pipi. Mengulurkan tangan melewati Cromwell yang terbaring. Stark
memberikan sapu tangan kepada Emily. Dia menutupi wajahnya dengan
sapu tangan itu dan menangis dalam diam, bahunya bergetar karena sedu-
sedan yang diredam. Stark terkejut melihat emosi seperti itu datang dari
Emily. Sikapnya terhadap sang pendeta selalu sopan dan menjaga jarak.
Orang yang tak tahu tak akan mengira kalau mereka bertunangan. Ini
menunjukkan betapa sedikit pengetahuannya tentang wanita. Bukannya itu
penting dan bukannya dia peduli. Yang penting jantung Stark masih
memompa darah ke seluruh tubuh, itu saja. Kalau tidak, itu berarti jantung
orang yang sudah mati. Stark berkata, "Sebaiknya Anda berisitirahat, Saudari Emily. Aku akan
menjaga Saudara Zephaniah."
Emily menggeleng. Setelah menarik napas panjang beberapa kali, dia
akhirnya mampu bicara. "Terima kasih, Saudara Matthew, tetapi aku tak
bisa pergi. Tempatku bersama Zephaniah."
Stark mendengar gemerisik baju di lorong. Seseorang mendekat. Empat
samurai yang berjaga di luar ruangan membungkuk rendah. Beberapa saat
kemudian, Lord Genji muncul di pintu dengan komandan pengawalnya.
Genji memandang Emily dan Stark, kemudian mengatakan beberapa patah
PDF by Kang Zusi kata kepada keempat samurai yang berjaga. Keempat samurai itu
membungkuk lagi, mengucapkan sepatah kata yang terdengar seperti "Hai"
dan bergegas pergi. Stark mengamati bahwa setiap orang di sekitar Genji
sering mengatakan kata itu. Menurut perkiraannya, kata itu berarti ya.
Karena orang tidak mungkin berkata tidak kepada seseorang yang bisa
membunuh mereka dan keluarga mereka karena perkara sepele.
Genji tersenyum dan menyapa mereka dengan bungkukan rendah.
Sebelum Stark dan Emily berdiri, Genji telah duduk bersimpuh di sebelah
mereka dengan nyaman. Dia mengatakan sesuatu dan menunggu. Stark
merasa seakan-akan Genji sedang menunggu jawaban mereka.
Stark menggeleng. "Maafkan saya Lord Genji. Kami berdua tidak bisa
bahasa Jepang." Geli, Genji berpaling kepada Saiki dan berkata, "Dia pikir aku bicara
dalam bahasa Jepang."
Saiki berkata, "Apa dia bodoh" Apa dia tak mengenali bahasanya
sendiri?" "Rupanya,dia tidak mengenali bahasanya jika aku yang mengucapkannya. Aksenku pasti jauh lebih buruk dari perkiraanku. Tetapi,
aku mengerti ucapannya. Setidaknya itu menggembirakan." Genji kembali
menggunakan bahasa Inggris dan berkata kepada Stark dan Emily, "Bahasa
Inggris saya tidak bagus, saya mohon maaf."
Stark menggeleng lagi. Yang bisa dia katakan adalah mengatakan apa
yang telah dia katakan, "Maaf." Mulainya. Tetapi, Emily memotong.
"Anda bicara bahasa Inggris," katanya kepada Genji. Atau, setidaknya
dia berusaha berbicara bahasa Inggris. Mata Emily yang masih basah oleh
air mata melebar terkejut.
"Ya, terima kasih," kata Genji. Dia tersenyum seperti seorang anak kecil
yang telah senang karena berhasil menyenangkan orang dewasa. "Saya
mohon maaf karena suara bahasa Inggris saya tidak enak di telinga Anda.
Lidah dan bibir saya mengalami kesulitan besar mengucapkan kata-kata
Anda." Yang didengar Emily adalah serangkaian suku kata aneh dalam ritme
umum bahasa Inggris, "Yehsu, sankyu, I lee-glt-to zah offen-su to yo-ah ee-
PDF by Kang Zusi ahsu. My than-gu ahn my rip-su ha-bu glate difficurty with zah shay-pu0su
of yo-ah wod-zuh," Emily berjuang untuk memisahkan satu bunyi dari bunyi berikutnya.
Jika dia bisa menebak beberapa kata, mungkin dia bisa menebak apa yang
dikatakan Genji. Apakah tadi dia mengucapkan kata "sulit" ( difficulty)"
Emily berpikir mungkin ide bagus jika dia mengulang kata itu dalam
jawabannya. Dengan hati-hati dia berkata, "Setiap kesulitan ( difficulty) dapat diatasi
jika kita mau berusaha."
Ah, jadi begitu cara mengucapkannya, pikir Genji. Difficulty dengan
"el" yang diucapkan dengan menggerakkan lidah hingga menyentuh langit-
langit di tenggorokan. "Sulit tetapi tidak mustahil," balas Genji. "Ketulusan dan ketekunan
pasti menghasil-kan."
Aksen Genji terdengar aneh dan susah dimengerti tetapi ada konsistensi
di dalamnya yang membuat kata-katanya menjadi jelas semakin lama Emily
mendengarnya. Selain itu, Genji cepat belajar. Sekarang, pengucapan kata
"sulit" dalam bahasa Inggris lebih mendekati pengucapan Emily.
"Lord Genji, bagaimana bisa Anda belajar bahasa kami?"
"Kakek saya meminta agar saya belajar bahasa Inggris. Dia yakin bahasa
ini akan berguna bagi saya." Bahkan, Lord Kiyori menekankan bahwa Genji
wajib belajar bahasa Inggris. Karena dalam sebuah mimpinya, di melihat
Genji berbicara dengan para penutur bahasa Inggris.
Percakapan itu, kata Lord Kiyori, suatu saat akan menyelamatkan nyawa
Genji. Genji saat itu baru tujuh tahun. Katanya, jika mimpi kakeknya
memang nyata, mengapa dia harus repot-repot belajar" Ramalan
mengatakan dia akan berbicara bahasa Inggris. Jadi, ketika saatnya tiba, dia
pasti bisa berbicara bahasa Inggris.
Lord Kiyori tertawa terbahak-bahak. Ketika saatnya tiba, Lord Kiyori
berkata, Genji akan bisa berbicara bahasa Inggris karena saat ini Genji akan
mulai mempelajarinya. Larangan Shogun terhadap orang asing saat itu masih berlaku. Pengajar
dari pembicara asli tidak mungkin didapatkan. Jadi, pelajaran bahasa Inggris
PDF by Kang Zusi Genji hampir seluruhnya menggunakan buku. Kata-kata di buku ternyata
jauh berbeda dengan kata-kata di lidah dan di telinga.
Stark berkata kepada Emily, "Kamu mengerti kata-katanya."
"Ya, dengan usaha. Apa kamu tidak, Saudara Matthew?"
"Sama sekali tidak, Saudari Emily." Bagi Stark, Genji terdengar seperti
berbicara dalam rangkaian suku kata yang tak bisa dimengerti. Yang
didengar Emily sebagai bahasa Inggris, terdengar lebih pelan, dengan
rangkaian suku kata dalam kelompok lebih kecil, seperti gumaman daripada
kata-kata yang jelas. Perbedaan itu sama sekali tidak membuat Stark lebih
bisa mengerti apa yang diucapkan Genji, meski dia mendengar dengan
seksama. Genji berkata pelan sekali. "mungkin jika saya berbicara dengan pelan
sekali?" Yang didengar Stark, "Pah-ha-pu-su i-fu-aye su-pee-ku-be-li-shrow-
ree?" Yang bisa dia lakukan hanyalah menggelengkan kepala lagi.
"Maaf, Lord Genji. Telinga saya tidak sebijak telinga Saudari Emily."
"Ah," kata Genji. Dia tersenyum kepada Emily, "Ini memang ironis,
tetapi Anda harus menerjemahkan bahasa Inggris saya ke bahasa Inggris
untuk Tuan Stark sehingga dia bisa mengerti"
"Suatu kehormatan bagi saya," jawab Emily, "dan saya yakin ini hanya
sementara. Ini hanya masalah menjadi biasa terhadap ciri khas satu sama
lain." Genji berkedip. "Anda berbicara terlalu cepat, Nona Gibson. Saya tidak
bisa mengerti kali ini."
"Maafkan saya, Lord Genji. Saya terlalu terbawa oleh antusiasme saya."
Emily mempertimbangkan untuk mengubah kata-katanya menggunakan
kata-kata yang lebih sederhana. Tetapi, melihat mata lembut sang
bangsawan itu, dia memutuskan untuk tidak menyederhanakan kata-katanya.
Dalam mata Genji, Emily melihat sebuah jiwa dengan kepekaaan tinggi.
Genji pasti tahu jika dia menyederhanakan kata-katanya. Dia akan merasa
terhina, dan lebih buruk lagi dia akan teringgung. Maka, Emily mengulang
kata-katanya dengan hati-hati.
Saiki berlutut di pintu, tak berapa jauh dari mereka. Dia cukup jauh
untuk tidak menganggu pembicaraan mereka. Tetapi, dia juga cukup dekat
PDF by Kang Zusi untuk dengan cepat menyelipkan dirinya di antara tuannya dengan orang-
orang asing itu,dan jika perlu membunuh Stark. Kelihatannya memang tidak
ada bahaya mengancam. Namun, Saiki tetap waspada. Meski sang wanita
kelihatan tak berbahaya, dia juga tetap mengawasinya.
Sekelompok orang kini berkumpul di belakang Saiki. Empat penjaga
tadi, kini membawa tempat tidur bergaya Barat. Hide dan Shimoda juga
bersama mereka membawa perabotan tambahan. Sang pelayan, Hanako, tiba
dengan peralatan minum teh gaya Inggris di atas nampannya. Mereka semua
memandang terlongong-longong pada pemandangan di dalam ruangan.
"Lord Genji berbicara dalam bahasa orang asing," bisik Hide.
Saiki tetap mempertahankan kewaspadaannya. Tanpa berpaling, dia
berkata pelan. "Kalau kamu tetap melanggar disiplin, Hide, kamu akan
menghabiskan malam pengantinmu di kandang kuda dan bukan di pelukan
mempelaimu." Malam pengantin" Hide ingin tertawa. Itu tak kan terjadi. Tuan mereka
hanya mengatakan hal itu sambil lalu saja, tak lebih. Hanya bebek tua tanpa
humor seperti Saiki yang akan menganggap hal itu serius. Hide berpaling
kepada Shimoda dan tersenyum geli. Tetapi, temannya itu malah tersenyum
penuh arti. Di sampingnya, Hanako, yang pipinya biasanya pucat kini
memerah malu, dan menunduk memandangi nampan yang dibawanya. Hide
ternganga. Kenapa dia selalu tak tahu apa yang terjadi hingga semuanya
terlambat" Saiki maju dengan berlutut. "Tuanku, perlengkapan untuk para orang
asing." "Bawa masuk." Kepada Emily dan Stark, Genji berkata, "Mari kita
minggir sebentar, sementara ruangan ini dilengkapi agar lebih nyaman."
Genji melihat, baik Emily maupun Stark mengalami kesulitan berdiri.
Mereka harus membungkukkan punggung dahulu dan mendorong dengan
tangan, seperti anak-anak yang sedang belajar berdiri. Stark berdiri lebih
dahulu dan segera menolong Emily. Apa semua pria asing memperlakukan
wanitanya dengan rasa hormat yang berlebih-lebihan" Atau, hanya para
misionaris" Apa pun alasannya, singguh mengagumkan bagi seorang pria
untuk bersikap sangat sopan kepada seorang wanita yang tak enak dilihat.
PDF by Kang Zusi Mudah untuk bersikap sopan dan hormat kepada wanita cantik. Tetapi,
wanita yang jelek membutuhkan tekad yang lebih kuat.
Ranjang, kursi-kursi, dan meja ditata dengan cepat sebelum kesemutan
Stark sembuh dan darah kembali mengalir normal di kakinya. Cromwell
tetap tidak sadar ketika para samurai itu mengangkatnya ke tempat tidur.
Selimut-selimut yang digelar di lantai menghitam terkena noda darah, dan
darah yang masih mengalir kini menodai kain linen bersih di tempat tidur di
bawah Cromwell. Warna darah dan bau luka Cromwell menunjukkan
kepada Stark bahwa peluru menerobos masuk organ pencernaan dan
perutnya. Racun dan asam dari organ-organ itu kini menyebar ke organ dan
bagian tubuhnya yang masih sehat.
"Apa tidak sebaiknya kita istirahat di ruang sebelah?" kata Genji. "Para
pelayan ini akan menunggui Tuan Cromwell. Mereka akan memanggil kita
jika ada perubahan."
Emily menggeleng. "Jika dia terbangun, mungkin dia akan merasa
nyaman jika melihatku."
"Baiklah. Kalau begitu mari kita duduk di pinggir kursi. Seperti saat
bersimpuh di lantai, dia menggunakan posturnya untuk mempertahankan
kelurusan tulang punggungnya. Sementara, Emily dan Stark segera
bersandar ke sandaran kursi dan membiarkan sandaran kursi itu menahan


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

punggung mereka. Itu kelihatan kurang sehat untuk tubuh. Tetapi, Genji
berpikiran terbuka. Dia pun mencoba bersandar. Hanya dalam beberapa
detik, dia merasa organ-organ perutnya bergeser dari sumbunya. Dia
memandang ke arah Cromwell. Pria itu mungkin bisa bertahan selama satu
atau dua jam. Genji tak yakin dia bisa bertahan duduk di kursi selama itu
Stark juga sedang memandangi Cromwell, tetapi dia tidak memikirkan
tentang kematian sang pendeta. Pikirannya melayang ke rumah misi Firman
Sejati yang telah didirikan di wailayah Yamakawa, di barat latu Edo.
Sebelas misionaris telah pergi ke sana setahun lalu. Di antara sebelas itu, ada
satu orang yang sangat ingin ditemui Stark.
Stark, Emily, dan Genji duduk di samping ranjang Cromwell,
menunggui kematiannya. PDF by Kang Zusi "Saat itu tidak ada kesempatan untuk menembak Genji di pelabuhan," kata
Kuma. Dia tidak akan mengatakan kepada kliennya bahwa dia telah
mengambil senapan kosong. Bagi seorang ninja, reputasi adalah hal
terpenting. Jadi, mengapa harus merusaknya"
"Aku susah mempercayai itu," kata Kawakami.
"Tetapi, memang begitu kenyatannya."
"Jelaskan lagi mengapa kamu menembak misionaris itu."
Kesalahan yang lain, meski tidak terlalu penting. Misionaris yang dua
bidik, yaitu misionaris yang bersikap dingin dan berjalan di dekat joli,
tersandung tepat saat Kuma menembak. Dia hampir-hampir mengira, pria
asing itu melihat ke arahnya, mengetahui keberadaannya, dan menjatuhkan
diri untuk menghindari tembakan. Tetapi, itu sangat tidak mungkin. Bahkan,
seorang ninja terlatih tak akan mudah mendeteksi keberadaan Kuma. Dia
pasti tersandung. Kuma mempertahankan ekspresi percaya diri di wajahnya.
Tidak mungkin Kawakami tahu bahwa tembakannya hanya kebetulan.
Katanya, "Yang tertembak adalah pria yang lebih tua. Saya rasa dia
adalah pemimpin mereka. Kematiannya akan lebih menyakitkan bagi Genji
dan para simpatisan Kristen lainnya. Saya pikir Anda akan senang."
Kawakami mempertimbangkan situasi. Tidak pantas memang jika Kuma
membuat keputusan penting berdasarkan pertimbangannya sendiri. Tetapi,
dia juga paling efektif jika dibiarkan bebas bertindak jika kesempatan
muncul. "Jangan lakukan apa-apa lagi terhadap Genji. Jika muncul
kesempatan untuk menyerang para misionaris, lakukan saja, tetapi hanya
jika mereka benar-benar berada di bawah perlindungan klan Okumichi."
Peristiwa yang memalukan bagi Okumichi itu benar-benar menyenangkan
jika terjadi. "Maksud Anda saat mereka berada di Istana Bangau yang Tenang?"
"Ya." "Itu tak akan mudah."
Kawakami meletakkan uang emas sepuluh ryo di atas meja dan
mendorongnya ke arah Kuma. "Teruskan mengawasi Heiko. Aku tak yakin
dia mengingat apa yang seharusnya dia ingat."
PDF by Kang Zusi Kuma membungkuk, menghabiskan tehnya, dan menyelinap keluar
pintu. Semuanya berjalan lebih mudah dari yang dia kira. Kawakami
biasanya menanyakan banyak pertanyaan. Hari ini dia terlihat kurang
konsentrasi. Tidak masalah. Dia kini sepuluh ryo lebih kaya. Lebih penting
lagi, dia masih ditugaskan mengawasi Heiko. Gratis pun dia mau
melakukannya. Tetapi, dibayar untuk mengawasi Heiko benar-benar
anugrah. Namu Amida Butsu.
Kuma sang Beruang berjalan tangkas, tetapi tidak terlalu cepat, ke arah
distrik Tsukiji. Siapa pun yang memperhatikannya akan melihat seorang
ptani gemuk, botak, separuh baya dengan ekspresi wajah cerah dan tak
begitu pintar. Tak seorang pun akan melihatnya sebagai ninja paling
mematikan di provinsi ini.
Tak seorang pun tahu. Setidaknya, tidak pada sat yang tepat.
Kawakami sangat susah berkonsentrasi pada laporan Kuma. Dia tak bisa
berhenti memikirkan laporan Heiko. Benar-benar pembantaian besar. Ayah
dan anak terbunuh pada jam yang sama. Akar dan batang dirusak total, dan
bukan karena kebencian musuh melainkan karena kegilaan. Mungkinkah
kisah yang mengerikan itu benar-benar terjadi" Hingga ada konfirmasi dari
sumber lain, Kawakami hanya dapat berharap jika itu memang benar,
kegagalan Kuma membunuh Genji sangatlah menguntungkan. Jauh lebih
baik jika klan Okumichi hancur dari dalam daripada dihancurkan dari luar.
Kawakami memejamkan matanya dan hanyut dalam perenungan. Pada
tahun keempat belas kekuasaan Kaisar Go-yozei, dua setengah abad lalu,
Bangsawan Agung Minato, Reigi, mengikuti Bangsawan Agung Akaoka,
Nagamasa bertempur melawan tentara Tokugawa. Reigi percaya pada
kemampuan meramal Nagamasa. Saat itu, Nagamasa berkata, klan
Tokugawa akan hancur. Doa melihatnya dalam visinya. Nagamasa tewas,
kematian yang pantas bagi tukang ramal palsu. Reigi, memihak Nagamasa,
juga tewas. Begitu pula istrinya, selir-selirnya dan semua anaknya, kecuali
satu, seorang anak perempuan yang menikah dengan seorang bangsawan
junior di Tokugawa. Dia menjadi nenek moyang Kawakami. Dari generasi
ke generasi, dari nenek ke ibu ke anak, cerita itu terus diulang, dan para
PDF by Kang Zusi nenek, para ibu dan para anak perempuan menceritakan kisah itu kepada
cucu dan anak-anak lelaki mereka.
Jika tidak gara-gara Nagamasa, Kawakami dan leluhurnya pasti menjadi
Bangsawan Agung Minato, dengan kekuasaan besar, tidak hanya sekedar
bangsawan Hino, yang hanya besar namanya tanpa kekuasaan riil.
Kini, kelanjutan garis darah Nagamasa bergantung pada satu orang.
Genji. Merenung dalam diam, Kawakami berpikir bagaimana dia bisa
menciptakan cara untuk memutuskan garis darah Nagamasa dengan cara
yang paling menyakitkan, dan paling hina untuk memutuskan garis darah
Nagamasa. Rahib yang mereka panggil Jimbo kembali ke Kuil Mushindo sore hari.
Sohaku dapat mendengar suara riang anak-anak jauh sebelum mereka
muncul. Kemana pun Jimbo pergi, dia selalu diikuti serombongan anak-anak
dari desa terdekat. "Jangan pulang dulu, Jimbo!"
"Ya, jangan pergi!"
"Ini kan masih sore!"
"Buat apa rumput itu" Kamu nggak akan memakannya kan?"
"Nenekku bilang, kamu boleh makan bersama kami, Jimbo. Kamu mau
kan" Apa kamu nggak bosan dengan makanan di kuil?"
"Ceritakan satu dongeng lagi! Satu saja!"
"Jimbo, ceritakan lagi bagaimana malaikat Buddha datang dari Tanah
Murni dan menunjukkan jalan padamu!"
"Jimbo! Jimbo! Jimbo! Jimbo!"
Sohaku tersenyum. Suara terakhir itu adalah suara Goro, anak
terbelakang yang merupakan anak dari wanita idiot dari desa. Dia besar,
bahkan lebih besar dari Jimbo, yang satu kepala lebih tinggi dan 25 kilogram
lebih berat dari pria mana pun di wilayah Yamakama. Sebelum Jimbo tiba,
Goro hanya bisa merintih, mengerang, menangis dan berteriak, tetapi tak
bisa bicara. Kini, dia punya satu kosakata yang selalu dia gunakan.
"Jimbo! Jimbo!"
PDF by Kang Zusi "Berhenti!" Jimbo sampai ke gerbang. Dia melihat para rahib dengan
senjata tongkat bambu sedang berjaga di sekitar ruangan senjata. Kepala
Kuil Sohaku duduk bermeditasi di samping pintu ruangan senjata yang
dibarikade. "Apa yang terjadi?"
"Aku mau lihat, aku mau lihat!"
"Berani taruhan itu pasti si orang gila. Dia pasti lepas lagi."
"Jimbo! Jimbo! Jimbo!"
"Diam, bodoh! Kami semua tahu siapa namanya."
"Pulanglah," kata Jimbo, "atau besok aku nggak akan pergi ke desa."
"Oh, kalau kamu pulang sekarang, kami akan ketinggalan hal seru."
"Ya! Waktu itu si orang gila melempar orang ke atas dinding!"
Jimbo memandang tegas kepada anak-anak. "Aku juga nggak akan ke
desa lusa." "Oh, baiklah. Ayo, kita pulang."
"Tapi, kamu datang ke desa kan besok?"
"Janji?" "Aku janji," kata Jimbo.
Dua anak perempuan terkecil di antara mereka menggandeng tangan
Goro. Jika dia menolak, kedua ajak itu pasti tak bisa memaksanya. Tetapi,
Goro selalu patuh kepada wanita. Wanita tua, muda, dan anak-anak
perempuan. Mungkin beberapa ajaran keras atau lembut dari ibunya bisa
bertahan di otaknya yang lemah. Ketika kedua anak perempuan itu menarik
tangannya, dia pergi bersama mereka tanpa melawan.
"Jimbo!" Jimbo berdiri dan memandang hingga anak-anak itu menghilang di
belokan jalan sempit ke lembah. Dia tidak berpaling hingga anak yang
terakhir hilang dari pandangannya. Cahaya siang memudar pada jam macan.
Kini, saatnya menyiapkan makan malam. Jimbo langsung menuju dapur. Dia
sama sekali tak punya keingintahuan tentang situasi luar biasa yang terjadi
di kuil. Jika memang dia harus tahu, kepala kuil pasti akan memberitahunya.
Dengan hati-hati dan rasa syukur, dia mencuci rumput-rumput liar yang
telah dia kumpulkan dari gunung. Tak berapa lama, helai-helai rumput itu
akan diiris kecil-kecil. Sebagai penghias makanan, menambah rasa, dan
PDF by Kang Zusi warna pada makanan sederhana para rahib. Selama tinggal di kuil, Jimbo tak
lagi memperhatikan bulan dan hari. Musim lebih mudah dia kenali. Saat ini
musim dingin. Dan, Natal dirayakan pada musim dingin. Bahkan, mungkin
hari ini Natal. Jimbo bukan lagi seorang Kristen, tetapi dia tidak melihat
kejelekan mengingat Natal. Kata-kata Buddha dan Yesus Kristus memang
jauh berbeda, tetapi apakah pesannya juga berbeda" Tak terlalu jauh
berbeda, menurutnya. "Jimbo, rahib kepala ingin bertemu denganmu." Taro melongok di pintu
dapur. Dia memakai baju bepergian dengan celana dan jaket berkuda
menggantikan jubah rahibnya. Dua pedang tersandang di pinggangya. Di
luar terdengar ringkik seekor kuda.
Jimbo mengikuti Taro ke ruangan senjata. Kepala kuil mengisyaratkan
agar Jimbo mendekat. Kepada Taro dia berkata, "Pergilah." Taro
membungkuk, melompat ke kudanya dan menderap keluar gerbang. Malam
menjelang. Taro harus berkuda melewati daerah berbahaya di wailayah
Yoshino. Dalam hati, Jimbo mengucapkan doa untuk keselamatan
temannya. "Binatang logam raksasa memuntahkan api." Suara Shigeru terdengar
dari dalam ruangan senjata. "Bau busuk bangkai terbakar meruyak ke mana-
mana. Sohaku berkata, "Apa kata-kata itu terdengar seperti ramalan bagimu,
Jimbo?" "Hamba tak tahu bagaimana ramalan seharusnya berbunyi, Rahib
Kepala." "Aku pikir Kristen adalah agama para nabi yang bisa meramal masa
depan." "Hamba tak tahu. Hamba bukan Kristen."
"Tapi kamu dulu ya," kata Sohaku. "Dengarkan, apa itu ramalan?"
"Para peramal kadang orang gila," kata Jimbo, "tapi tak semua orang
gila itu adalah peramal."
Sohaku mendnegus. "Aku tak gila dan aku bukan peramal. Itulah
masalahku." Lord Genji telah memberikan instruksi jelas. Jika pamannya
mulai meramal, dia harus segera diberi tahu. Bagaimana Lord Genji bisa
tahu pamannya akan mulai meramal, tentu juga merupakan ramalan Lord
PDF by Kang Zusi Genji. Atau kegilaan. Betapa hidup akan lebih mudah jika Sohaku menjadi
pengikut bangsawan agung yang melihat kemarin pada masa lalu, hari ini
pada masa sekarang. Mendiang Lord Kiyori setidaknya punya sifat sebagai
pejuang sejati. Sedangkan, anak dan cucunya menurut Sohaku kurang
memperhatikan disiplin jalan samurai.
"Tidak ada Shogun," kata Shigeru. "Tidak ada pedang. Tidak ada
kunciran samurai. Tidak ada kimono."
"Aku telah memutuskan ini adalah ramalan," Sohaku berkata, "dan aku
telah memberi kabar ke Lord Genji. Taro akan sampai ke Edo dalam sehari
semalam. Dia akan kembali dengan tuan kami dalam tujuh hari. Kamu akan
bertemu dengannya saat itu."
"Apakah memang hamba pantas mendapatkan kehormatan itu" Hamba
belum tentu orang asing yang disebutkan dalam ramalan Lord Kiyori."
Ramalan yang dimaksud Jimbo adalah ramalan yang menyatakan bahwa
pada Tahun Baru seorang asing akan menjadi kunci kelangsungan klan
Okumichi. Itu adalah ramalan yang tidak begitu dipercayai Sohaku. Dia
memang tidak begitu percaya ramalan. Lagi pula, jika Lord Kiyori bisa
melihat masa depan dengan baik, mengapa dia tidak bisa mencegah
pembunuhan terhadap dirinya" Namun Sohaku memang tidak dituntut untuk
percaya ramalan. Dia hanya dituntut untuk mematuhi perintah junjungannya.
Dan bahkan, kadang perintah itu juga terbuka untuk dipertanyakan.
Seberapa terbuka Sohaku belum memutuskan.
Sohaku berkata, "Kamu satu-satunya orang asing yang dikenal klan
kami. Tahun Baru hampir tiba. Siapa lagi yang lain?" Saat ini, Sohaku lebih
tertarik kepada Shigeru. Ada kemungkinan, Sohaku dapat mengejutkannya
dan menangkapnya kembali. Kalau tidak, mereka akan sangat malu ketika
Lord Genji tiba. Mereka adalah pasukan kavaleri terbaik klan mereka.
Tetapi, lihat sekarang, mereka tidak bisa masuk ke ruangan senjata gara-gara
seorang gila, orang gila yang seharusnya mereka jaga.
"Hamba akan menyiapkan makan malam Lord Shigeru." Jimbo
membungkuk dan kembali ke dapur. Dia telah belajar tata cara Jepang
dengan baik hanya dalam waktu singkat. Sohaku sangat terkesan dengan
cara belajar Jimbo belajar bahas Jepang. Konsul Amerika, Townsend Harris,
telah tinggal di Jepang selama empat tahun lebih, tetapi baru bisa
PDF by Kang Zusi mengucapkan beberapa patah kata Jepang dengan ucapan yang sangat buruk.
Sohaku menyaksikannya sendiri ketika dia menemani Lord Kiyori
mengunjungi rumah baru diplomat itu di Edo. Sementara, hanya satu tahun
Jimbo sudah dapat berbicara lancar seperti orang Jepang asli.
"Cacat ada di mana-mana. Karena kelahiran, karena kecelakaan, dan
karena kesengajaan." Sohaku mendengarkan gumaman yang terus terdengar
dari dalam. Jika gagal menangkap Shigeru sekarang, dia pasti akan
menangkapnya di satu dua hari mendatang. Bahkan, orang gila juga butuh
tidur. Keajaiban terus-menerus terjadi tanpa henti, kajaiban visi, pemahaman, dan
kekuatan. Dia berjalan di atas air bersama Yesus
Dia berdiri di depan semak terbakar bersama Musa
Dia terbang bersama di atas arena Perang Armageddon dengan Jibril
Disegarkan kembali oleh semangat suci, dia terbangun di tempat lain dan
menemukan dirinya dianugrahi kemampuan memahami bahasa Jepang.
Ketika bangsawan yang kelihatan feminim itu berbicara, Cromwell
dikarunia dengan pemahaman penuh atas kata-katanya.
"Sebaiknya kita beristirahat di ruang sebelah," kata Genji. "Para pelayan
akan menunggu Tuan Cromwell. Mereka akan memanggil kita jika ada
perubahan." Emily menggeleng. "Jika dia terbangun, mungkin dia akan merasa
nyaman melihatku di sampingnya."
"Baiklah," kata Genji. "Mari kita duduk."
Meski dia kini telah terbiasa dengan keajaiban. Cromwell masih tak
percaya apa yang didengarnya. Dia tak tahu mana yang lebih
mengejutkannya. Bahwa seperti dia, Emily juga bisa memahami makna dari
rangkaian bunyi asing yang dikatakan Genji atau bahwa bangsawan itu
memahami kata-kata bahasa Inggris yang keluar dari bibir Emily. Dari
semua isyarat dan pertanda besar, bukankah terlepasnya kutukan Babel ada
di antara pertanda yang terbesar" Cromwell membuka matanya.
Emily tersenyum kepadanya. Mengapa air mata menetes di pipinya"
"Zephaniah," katanya.


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

PDF by Kang Zusi Cromwell mencoba memanggil namanya. Tetapi bukan kata-kata yang
keluar dari mulutnya, cairan panas justru memenuhi mulutnya.
"Oh, Tuhan," kata Emily. Tangannya terkepal kencang menutup
mulutnya. Dia pasti terjatuh ke belakang jika saja Stark tidak
menangkapnya. "Dudukkan dia," kata Stark, "dia akan tersedak darahnya sendiri."
Genji merangkul Cromwell dan mengangkat tubuh yang bergetar itu dari
ranjang. Lengannya melingkari dada pria terluka itu sehingga lengak
kimononya menghitam oleh darah yang muntah dari tenggorokan Cromwell.
"Tuanku!" Saiki melompat maju. "Mohon jangan sentuh dia! Kotoran
orang asing itu akan mencemari Anda!"
"Ini adalah darah kehidupannya," kata Genji, "tidak beda dengan
darahmu dan darahku."
Saiki merasa tubuh Emily yang tegang karena takut menjadi semakin
tegang. Dia akan mengalami shock.
"Emily," panggil Stark. Dia meletakkan kepala gadis itu ke bahunya dan
memutarnya membelakangi Cromwell. Stark merasa tubuh Emily melemas.
Tangannya merangkul Stark. Emily menyusupkan wajah di dadanya dan
menangis. Stark membimbingnya keluar ruangan. Tak berapa jauh dari sana
ada taman kecil, dia akan membawa Emily ke sana. "Ayo. Tidak ada lagi
yang bisa kita lakukan."
Di lorong menuju taman, mereka berpapasan dengan dua pria yang
tergesa-gesa menuju ruangan yang baru saja mereka tinggalkan. Keduanya
mengenakan pdang samurai, tetapi kepala pria yang kedua gundul dan
pakaiannya kasar serta sederhna. Dia sepertinya baru datang dari jauh dan
tergesa-gesa. Debu bercampur keringat menjadi lumpur yang mengotori
wajahnya. "Tidak, Saudara Matthew," kata Emily. "Aku tak bisa meninggalkan
Zephaniah sendirian."
"Saudara Zephaniah tak lagi sendiri," kata Stark. "Dia kini bersama
orang-orang yang diberkati di rumah Sang Juru Selamat."
Saiki sangat kaget dan ngeri. Orang asing itu memuntahkan darahnya ke
Lord Genji. Lebih buruk lagi, dia mati dalam rangkulannya. Pendeta Shinto
harus segera dipanggil untuk membersihkan Lord Genji. Kemudian, segera
PDF by Kang Zusi setelah mayat orang asing itu dikeluarkan, ruangan ini juga harus
dibersihkan dari kejahatan dan setan. Seprai, kasur, perabotan, tatami, semua
harus dikeluarkan dan dibakar. Saiki sendiri tak peduli. Semua agama
dianggapnya dongeng belaka. Tetapi, ada beberapa pria yang memang
percaya pada takhayul kuno.
"Tuanku," kata Saiki, "orang asing itu tak bisa ditolong lagi. Mohon
biarkan orang lain yang mengurusi mayatnya."
"Dia tidak mati," kata Genji. "hanya tidur."
"Tidur?" Tak mungkin. Saiki mendekat. Bau busuk yang meruyak dari si
orang asing membuatnya mual. Tetapi, dia melihat dada orang asing itu
perlahan naik turun, dan dia mendengar suara udara keluar masuk hidungnya
yang besar. Genji menyerahkan Cromwell ke Hanako dan satu pelayan lain.
"Dudukkan dia terus hingga Dokter Ozawa datang. Jika dia mulai tersedak
lagi, lakukan apa yang diperlukan untuk membersihkan tenggorokannya,
termasuk memasukkan tanganmu jika harus."
"Ya, Tuanku," kata dua pelayan itu. Mereka berjuang agar tidak muntah
membaui bau busuk yang keluar dari tubuh si orang asing. Menunjukkan
rasa tak senang di depan tuan mereka merupakan pelanggaran etika yang
termaafkan. "Lihat wajahnya yang tenang," Genji berkata kepada Saiki. "Dia
bermimpi hal-hal yang bisa menyembuhkannya. Aku yakin dia akan hidup."
"Itu akan menjadi sebuah keajaiban."
"Dia seorang Kristen. Agamanya adalah agama yang penuh keajaiban."
"Dia memang belum mati, Tuanku, tetapi itu tak berarti dia akan
bertahan hidup. Seluruh tubuhnya mengeluarkan aroma kematian."
"Mungkin tidak. Aku rasa dia tidak mandi selama perjalanan berlayar.
Mungkin itu sumber baunya."
Seorang samurai dari tempat penjagaan di perbatasan menunggu di
depan pintu. Ketika Genji memandang ke arahnya, dia membungkuk.
"Tuanku, seorang penunggang kuda tiba membawa pesan penting."
"Bawa dia masuk." Genji sebenarnya ingin segera melepaskan bajunya
yang basah oleh darah dan segera mandi. Tetapi, semua itu harus menunggu.
PDF by Kang Zusi Meski mengenakan pakaian sederhana dan kepalanya gundul, sang
pembawa pesan tak terlihat asing. Namanya Taro. Enam bulan lalu, dia dan
dua lusin pasukan kavaleri terbaik Akaoka telah mengambil sumpah suci
dengan kapten mereka. Taro pasti dari tempat dia tinggal kini, Kuil
Mushindo, dan dari sana, dia pasti hanya punya satu pesan untuknya. Genji
tak perlu menanyakan untuk mengetahui pesan itu.
"Tuanku," kata Taro. Dia berhenti sebentar untuk mengambil napas.
"Kapten Tanaka..." Dia berhenti lagi dan membungkuk minta maaf. "Maaf,
Rahib Kepala Sohaku meminta petunjuk."
Genji mengangguk. "Bagaimana siutasi di pedesaan?"
"Banyak gerakan pasukan dari wilayah Yoshino. Hamba terpaksa
beberapa kali keluar dari jalan utama untuk bersembunyi."
"Kamu harus lebih tepat, Taro," tegur Saiki tegas. "Bukankah kamu
sudah dilatih sebagai mata-mata."
"Ya, Pak." Taro dengan cepat menghitung dalam hati. "Lima ratus
penembak berkuda dengan empat meriam menyusuri jalan utama menuju
selatan ke arah Laut Dalam. Tiga ribu pasukan berjalan kaki dalam tiga
kelompok brikade, berjalan pada malam hari menuju arah yang sama."
"Bagus sekali, Taro. Sekarang, istirahatlah dan bersiap-siaplah berangkat
dalam satu jam." "Ya, Tuanku." Saiki mendesis marah. "Yoshino adalah sekutu Kurokawa. Wilayah ini
hanya dipisahkan dari wilayah Anda oleh bentangan sempit Island Sea.
Mereka mungkin berencana mengambil keuntungan dari kematian kakek
Anda." "Aku meragukannya. Shogun tidak akan mengizinkan serangan ke
Akaoka. Dia terlalu khawatir terhadap orang asing sehingga tak mungkin
mengambil resiko membiarkan gangguan internal."
"Shogun hanyalah guyonan," kata Saiki. "Gelarnya sebagai Orang
Barbar Hebat yang Menundukkan Para Jenderal jauh lebih hebat dari
dirinya, seorang anak laki-laki berumur empat belas tahun yang dikelilingi
para pengecut dan idiot sebagai penasihat."
"Mungkin dia memang tidak mempunyai kekuatan seperti para nenek
moyangnya," kata Genji, "tetapi tak seorang bangsawan pun berani
PDF by Kang Zusi menantangnya secara terbuka. Tentara Shogun masih yang terkuat di
Jepang. Dan tak ada bangsawan lain yang mempunyai angkatan lau seperti
pasukan Shogun." Dia berpikir sejenak. "Ini sebenarnya berita bagus.
Dengan perhatian mereka tertuju ke barat, maka bepergian ke utara tidak
akan begitu membahayakan."
"Tuanku, Anda tentu tak bermaksud pergi ke kuil sendiri kan?"
"Aku harus. Rahib Kepala Sohaku meminta petunjuk berarti sesuatu
telah terjadi yang membutuhkan kehadiranku. Jangan khawatir, Saiki. Aku
tidak akan melakukan perjalanan dengan pengawal lengkap. Itu akan terlalu
menarik perhatian. Aku akan pergi secara incognito dengan Taro." Genji
melihat ke sekitarnya. "Hide dan Shimoda juga."
Kedua samurai itu membungkuk. "Ya, Tuanku. Terima kasih. Kami
akan bersiap-siap." "Bawa busur dan panah, tetapi jangan bawa senjata api," kata Genji,
"dan tanpa perisai. Hanya sebuah ekspedisi berburu yang santai. Jangan
pakai lambang keluarga di pakain kalian."
"Ya, Tuanku. Kami mengerti dan patuh." Hide dan Shimoda segera
keluar ruangan. Saiki maju ke depan dengan tetap berlutut dan membungkuk rendah.
"Tuanku, mohon pertimbangkan kembali. Belum satu jam lalu telah terjadi
usaha pembunuhan terhadap Anda. Seorang asing yang menjadi tamu Anda
terluka parah. Seluruh Edo telah mendengar kejadian ini sekarang. Siapa
yang akan memilih waktu seperti ini untuk beburu" Itu sangat tidak masuk
akal. Tak seorang pun yang akan mempercayainya."
"Aku tak setuju. Reputasiku yang terkenal sebagai orang semberono dan
seenaknya justru sesuai dengan tindakan itu."
Saiki berkata lagi, "Tuanku, setidaknya izinkan hamba menemani
Anda." "Aku tak bisa. Keberadaanmu justru membuat kepergianku terlihat
serius. Itu berkebalikan dengan apa yang kita inginkan."
Salah seorang samurai yang berjaga tertawa mendengar ini, tetapi segera
menahan tawanya ketika Saiki menengok dan melotot kepadanya.
"Selain itu," lanjut Genji, sambil menahan tawa juga, "kamu diperlukan
di sini untuk melindungi para tamu kita dari serangan lebih lanjut." Dia
PDF by Kang Zusi memandang ke arah Cromwell. Dibalik kelopaknya yang terpejam, matanya
menari-nari. Tarian seorang pemimpi.
"Di mana tamu yang lain?"
"Di taman dalam, Tuanku," jawab salah satu penjaga.
"Kertas" kata Genji. Ketika kertas terlah diserahkan, dia menulis surat
singkat dalam bahasa Inggris. "Yang terhormat Nona Gibson dan Tuan
Stark, saya menyesal karena saya harus pergi sebentar. Saya akan mengirim
seorang teman untuk menemani Anda. Saya mohon maaf karena bahasa
Inggrisnya jauh lebih buruk dari saya, tetapi dia akan memastikan agar
semua kebutuhan kalia terpenuhi." Dia menandatangani surat itu dengan
gaya orang asing , yaitu dengan nama kecil di depan nama keluarganya.
"Hormat saya, Genji Okumichi."
Setelah bertemu dengan kepala mata-mata Shogun, Heiko kembali ke
pondoknya di hutan Ginza di pinggir timur Edo dekat Jembatan Baru ke arah
jalan raya Tokaido. "Air mandi Anda sudah siap," kata Sachiko menyambutnya.
"Terima kasih." Heiko melepas pakaian dengan cepat, memakai jubah
sederhana dan berjalan ke arah kamar mandi. Dia selalu mandi setelah
bertemu dengan Kawakami, tak peduli jam berapa pun. Hari ini, dia merasa
perlu membersihkan diri lebih dari biasanya.
Laporan yang telah dia berikan membuatnya terpaksa mengingat
bayangan yang ingin dia lupakan. Heiko telah bertemu dengan paman Genji,
Shigeru, beberapa kali. Dan, dia melihat adanya tanda-tanda yang lain dari
biasanya. Kegilaan apa yang mendorongnya membantai seluruh
keluarganya, termasuk satu-satunya ahli waris, seorang anak laki-laki
tampan yang baru berusia enam tahun" Apakah kemalangan itu hanya
penyimpangan individu atau menunjukkan adanya noda fatal di garis
keluarga itu" Apakah Genjinya yang tercinta suatu hari nanti juga akan
menjadi gila" "Apakah kamu dapat membuktikan semua yang telah kamu katakan?"
tanya Kawakami tadi. "Tidak, Tuanku."
"Jadi, semua hanya dugaan belaka."
PDF by Kang Zusi "Kematian yang terjadi bukan dugaan, Tuanku, hanya kejadiannya yang
tak bisa dibuktikan. Mertua Shigeru, Yoritada, dilaporkan meninggal karena
tanah longsor di dekat Gunung Tosa bersama seluruh keluarganya, termasuk
anak perempuannya yang sedang berkunjung, Umeko, dan tiga anaknya.
Saat mereka pergi, terjadi kebakaran yang menghanguskan kediaman
Yoritada. Sangat mustahil terjadi longsor, dan kejadian kebakaran dibuat
untuk menutup-nutupi, jika memang terjadi pembantaian."
"Kebetulan tidak terjadi terus-menerus," kata Kawakami.
"Ya, Tuanku." "Hanya itu?" "Tidak, Tuanku. Ada lagi yang lain. Kedatangan kapal asing pagi ini
menimbulkan ketertarikan Lord Genji. Bintang Bethlehem. Dia tidak berkata
apa yang dibawa kapal itu." Heiko tidak khawatir membocorkan rahasia.
Saat ini, mata-mata Kawakami yang lain pasti sudah melaporkan tentang hal
ini dan hal lainnya. "Dia pergi ke pelabuhan pada jam anjing."
"Kapal itu membawa penumpang," kata Kawakami. "Misionaris Kristen
dari Sekte Firman Sejati lagi. Ini mungkin menunjukkan keterlibatan Genji
dalam rencana penyerangan Kristen atau lainnya."
Heiko terkikik. "Sungguh menggelikan, gagasan bahwa orang seperti dia
terlibat dalam sebuah plot. Dia hanya tertarik pada wanita, anggur, dan
musik. Jika memang ada plot pasti itu melibatkan mendian Lord Kiyori. Dan
dengan kematiannya plot itu juga ikut mati."
"Genji juga tertarik pada kegiatan berburu, bukan" Kegiatan itu adalah
bagian dari tradisi bela diri kita."
Heiko kembali terkikik. "Mungkin bagian dari tradisi bela diri Anda,
Tuan Kawakami, kerana Anda memang samurai sejati. Ketika Lord Genji
berburu biasanya dia tak berhasil menangkap apa-apa."
"Jangan mudah tertipu oleh penampilan," cetus Kawakami
memperingatkan. "Itu mungkin saja tipu daya untuk mengelabui kita."
Heiko membungkuk, terlihat menyesali perkataannya tadi. "Ya,
Tuanku." Dia ragu Kawakami meyakini apa yang baru saja dikatakannya.
Kemungkinan Kawakami berpikir bahwa kejayaan klan Okumichi mulai
menurun seperti kejayaan klan Shogun. Kakeknya, Kiyori, adalah pemimpin
klan terakhir yang mempunyai ciri-ciri sebagai bangsawan agung zaman
PDF by Kang Zusi dahulu. Penerusnya, Yorimasa, adalah seorang pecandu opium yang mati
muda. Cucu lelakinya, Genji, cocok seperti apa yang dilaporkan Heiko. Dan
Shigeru, satu-satunya anggota klan Okumichi yang masih hidup dan paling
berbahaya, telah menjadi gila. Mungkin itu cukup untuk menyelamatkan
nyawa Genji. Jika dia bukan ancaman bagi siapa-siapa, tidak ada alasan
untuk membunuhnya. Heiko tersadar dari lamunannya hanya beberapa langkah dari kamar
mandi. Kulit di bawah jubahnya yang tipis meremang, bukan karena
dinginnya hari. Uap air naik dari air panas di bak mandi persegi panjang
yang tinggi. Seekor burung berkicau dari dalam hutan. Tidak ada hal yang
aneh. Jadi, apa yang membuatnya waspada" Sebuah nama melintas di
kepalanya, karena kebetulan atau insting.
"Keluarlah, Kuma," katanya, "dan aku tidak akan membunuhmu. Bukan
hari ini setidaknya."
Suara tertawa terbahak-bahak terdengar dari kamar mandi. Kuma
melangkah keluar dan membungkuk.
"Jangan marah, Hei-chan," kata Kuma menggunakan panggilan akrab
"chan". "Aku hanya menguji kewaspadaanmu."
"Dan apakah kamu akan tetap menguji saat aku membuka pakaian
nanti?" "Kumohon," kata Kuma, menunjukkan ekspresi tersinggung. "Aku
seorang ninja, bukan pengintip tak tahu malu." Kemudian, Kuma meringis
lebar "Aku mungkin akan terus mengamati dari tempat persembunyianku,
tetapi hanya untuk tujuan menguji."
Heiko tertawa saat dia melewati Kuma dan melangkah masuk kamar
mandi. "Berbaliklah." Ketika Kuma menuruti, Heiko membuka jubahnya
dan mulai mandi. Dia berdiri di sebelah bak mandi, menciduk air dengan
ember kecil dan menyiramkannya ke badan. Panas air membuat badannya
menggeletar senang. "Dua minggu lalu, Kawakami menyuruhku untuk menembak Genji pada
kesempatan pertama," kata Kuma, dengan hati-hati terus membelakangi
Heiko yang sedang mandi. "Aku hampir berhasil pagi ini." Kuma bisa
membedakan kapan air memercik ke tubuh Heiko dan bagaimana suara air
memercik ke lantai. Dia pikir bahkan dia tahu ke bagian tubuh mana air itu
PDF by Kang Zusi memercik. Kini, dari percikan air yang tiba-tiba berhenti, Kuma tahu kata-
katanya telah mengganggu Heiko.
"Itu kejutan," kata Heiko. Saat dia berkata, suaranya tetap tenang seperti
biasanya dan dia kembai mandi setelah berhenti hanya sekejap. "Kawakami
telah mengisyaratkan bahwa tugas itu seharusnya menjadi tugasku."
"Dia terlalu licik untuk meberi tahu orang lain lebih dari sebagian kecil


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebenaran," kata Kuma. "Mungkin dia bahkan terlalu licik dan licin untuk
benar-benar tahu apa yang sebenarnya dia kerjakan. Ketika aku bertemu
dengannya hari ini, dia tidak memrintahku untuk membunuh Genji lagi.
Kurasa dia belum menentukan apakah dia ingin Genji mati atau hidup."
"Itu membuat sesuatunya lebih membingungkan dari yang seharusnya,"
kata Heiko. Kuma dapat mendengar kelegaan dalam suaranya. Itu menguatkan
kecurigaannya selama ini. Heiko sedikit terlalu menghayati perannya
sebagai kekasih Genji. "Kuharap kamu tidak membodohi dirimu sendiri dan sasaranmu."
"Apa maksudmu?"
"Kamu sayang padanya?" kata Kuma.
"Tentu saja," kata Heiko. "Kalau tidak, dia akan tahu siapa aku. Tidak
mungkin berpura-pura dengan orang yang sedemikian peka, terutama dalam
kesempatan-kesempatan yang sangat intim."
"Tetapi, kamu siap membunuhnya kan kalau diperlukan?"
"Hanya orang bodoh yang beetindak karena cinta," kata Heiko. "Dan
kamu tidak membersihkan seorang yang bodoh."
"Kuharap tidak," kata Kuma, mendengarkan suara halus yang keluar dari
kamar mandi. Heiko sedang menyabuni badannya. "Ngomong-ngomong,
aku rasa Kawakami mempunyai sebuah rencana yang sama sekali berbeda,
dan rencana itu bahkan lebih penting dari keinginan untuk segera membunuh
Genji." "Oh" Rencana apa?"
"Aku belum tahu," kata Kuma. "Seharusnya rencana itu melibatkanmu.
Kamu tak tahu?" PDF by Kang Zusi "Tidak." Heiko menyiram sabun ke tubuhnya. Bersih, dia melangkah
masuk ke bak mandi. Airnya sangat panas. Dia pelan-pelan duduk hingga air
mencapai lehernya. "Kamu boleh berbalik sekarang."
Kuma berbalik. Wajah Heiko bersih dari make up, rambut panjangnya
basah dan terurai, dia terlihat seperti gadis kecil yang dahulu pernah dia
kenal. Betapa nasib tak bisa diduga, betapa nasib sangat mudah berbalik
menjadi tragedi. Heiko berkata, "Perubahan hati Kawakami mungkin berkaitan dengan
kematian kakek Genji dan menghilangnya pamannya."
"Mungkin," balas Kuma. "Jika laporan-laporan itu benar, klan Okumichi
ada di ambang kehancuran. Sebuah situasi sempurna bagi rebcana licik yang
disukai majikan kita. Dan ngomong-ngomong tentang majikan kita, jangan
anggap enteng dia. Dia tak mempercayaimu."
"Dia tak percaya siapa pun. Itu adalah tujuan hidupnya.
Ketidakpercayaan." "Dia memerintahkanku untuk mengawasimu. Kurasa itu berarti rasa
tidak percayanya padamu makin besar. Hati-hatilah, Hei-chan."
"Dan, apakah ada orang yang mengawasimu untuk meyakinkan bahwa
kamu benar-benar mengawasiku?"
Kuma tertawa. "Kamu yang tidak dia percaya, bukan aku."
"Kamu yakin" Dia kan tidak biasa mengungkapkan kecurigaannya pada
orang-orang yang dia curigai." Heiko menyiramkan air ke kepalanya. "Apa
kamu sudah mengecek untuk meyakinkan bahwa kamu tidak dibuntuti?"
Kuma melompat berdiri. "Sialan. Kamu benar. Aku seharusnya lebih
hati-hati. Aku lebih baik mengecek kembali. Jaga dirimu, Hei-chan."
"Kamu juga, Paman Kuma."
Dalam perjalanan pulang ke Edo, suasana hati Kuma berada dalam
nostalgia. Betapa cepat waktu berlalu. Anak perempuan kecil yang
dipercayakan kepadanya lima belas tahun silam yang lalu sekarang telah
menjadi wanita dengan kecantikan luar biasa. Dia memanggilnya Paman
Kuma. Sudah saatnya Heiko tahu yang sebenarnya. Dia sudah cukup dewasa
kini. Menceritakan kebenaran memang akan melanggar perintah, tetapi
peduli setan dengan perintah. Kuma tersenyum sendiri. Hanya orang bodoh
yang bertindak demi cinta, kata Heiko. Jadi, biar saja panggil aku bodoh,
PDF by Kang Zusi pikir Kuma. Selama lima belas tahun latihan, dia mencintai Heiko seperti
anak perempuan yang tak pernah dia miliki. Apabila terjadi konflik antara
tugas dan cinta, tak ada keraguan di hati Kuma, mana yang akan menang.
Ya, Heiko harus tahu kebenaran. Lain kali, kalau mereka bersama lagi,
Kuma akan memberitahunya. Itu akan sulit bagi Heiko, sangat sulit. Di
dunia yang lebih baik, dia sebenarnya tak perlu tahu. Di dunia yang terbaik,
kebenaran itu tak jadi masalah sama sekali. Tetapi, dunia ini bukan dunia
yang baik, dan tentu saja bukan dunia yang terbaik. Dunia yang terbaik
adalah Sukhawati, Tanah Murni Sang Buddha Amida. Suatu hari, mereka
akan tinggal di sana. Tetapi, bukan hari ini. Heiko berendam selama beberapa menit setelah Kuma pergi. Betapa rapuh
hidup ini, pikirnya. Betapa tak bisa diduga. Kita memuji diri sendiri,
menganggap kita adalah aktor di panggung, para genius yang menulis kisah
hidup kita sendiri, merancang kata-kata kita sendiri, mengganti plot kisah,
dan membuat perubahan sesuai kata hati kita. Mungkin boneka kayu
Bunraku juga merasakan hal yang sama. Mereka tidak menyadari pasa
dalang yang menggerakkan mereka.
Uap air hangat naik dari air bak mandi tempat Heiko berendam. Tetapi,
dia merasakan dingin yang menyakitkan di tulang sumsumnya. Genji
mungkin saja mati hari ini dan dia bahkan tak tahu hingga semua terlambat.
Setelah mandi, Heiko mengikat rambutnya menjadi ekor kuda yang
panjang. Dia memakai pakaian petani, menutupi setiap senti kulitnya agar
keindahannya tidak rusak oleh cahaya matahari musim dingin. Kemudian,
dia keluar ke kebun dan menyiangi tanah di kebun melon musim dinginnya.
Ketika sibuk di kebun, Heiko tidak memikirkan apa pun kecuali apa yang
sedang dia kerjakan. Tidak ada pikiran tentang pembantaian, pengkhianatan,
atau cinta. Matahari sudah condong ke barat ketika dia melihat empat penunggang
kuda mendekat dari arah selatan.
Genji memandang ke bawah dari atas kuda. "Wanita petani yang terhormat,
aku diberi tahu bahwa wanita tercantik di Edo tinggal di sekitar sini.
Dapatkah kamu menunjukkan kediamannya padaku?"
PDF by Kang Zusi "Edo jauh dari sini," jawab Heiko, "kecantikan mudah pudar, dan rumah
hanyalah kediaman sementara. Mungkin hidangan sup saya lebih menarik
Anda untuk mengusir dingin?" dia menunjuk ke kebunnya. "Hamba telah
membuat sup tersebut dengan melon musim dingin dari kebun ini." Dia
tentu saja tak akan berpakaian sesederhana ini jika dia tahu bahwa Genji
akan datang. Pagi ini perhatiannya terpusat pada orang-orang asing. Genji
juga telah pergi ke pelabuhan khusu untuk menyambut mereka. Sehingga,
Heiko mengira dia akan sibuk di kota sepanjang hari ini. Tetapi, ternyata
sore hari Genji sudah muncul di sini. Penampilan Genji seperti akan pergi
berburu di hutan, tanpa mengajak orang asing. Meski Heiko merasa sangat
malu, dia juga merasa sangat lega. Genji hidup, dan dia juga, dan mereka di
sini bersama. Setelah apa yang dikatakan Kuma pagi ini, Heiko baru merasa
betapa pentingnya momen-momen berharga seperti ini.
"Keahlianmu mengolah tanah sungguh mengagumkan," kata Genji.
Tentu di dunia yang seimbang dan harmonis, wanita yang memiliki keahlian
bertani sepertimu lebih dihargai daripada wanita yang hanya menguasai
keahlian seni di ranjang."
"Anda terlalu baik dan murah hati,Tuanku." Heiko membungkuk rendah
untuk menyembunyikan pipinya yang memerah. "Tetapi, jangan biarkan
saya menahan Anda lebih lama lagi. Tentu Tuan sudah tak sabar untuk
bertemu dengan wanita cantik Anda."
"Sup melon musim dingin atau kecantikan yang mengagumkan," kata
Genji, "benar-benar pilihan sulit." Ketidaknyamanan Heiko membuatnya
senang. Wanita itu biasanya selalu percaya diri. Kini, dia berdiri di sana
tanpa baju indah dan perhiasan, memegang cangkul tanah seperti petani
biasa. Bukankah ini pertama kalinya dia menangkap basah Heiko tanpa
segala perlengkapan kecantikannya" Ya, ini memang yang pertama kali.
Maka, Genji bertekad untuk menikmtinya selama dia bisa.
"Pria yang bijak pasti selalu memilih sup," kata Heiko, "terutama di hari
yang dingin seperti ini." Eskpresi puas Genji membuatnya kesal bukan main.
Tetapi, membiarkan Genji melihat kejengkelannya justru akan membuat dia
senang. Heiko bertekad tidak akan menambah kepuasan Genji.
"Aku heran. Bukankah kebijakan sejati akan membawa pada
kecantikan" Apa lagi yang bisa menghangatkan tubuh dan jiwa lebih dari
PDF by Kang Zusi kecantikan?" Genji telah melihatnya dalam pakaian petani dan tanpa make
up, itu benar. Tetapi, apakah kemenangan memang di pihaknya" Rambut
Heiko yang tebal dan indah terurai di punggungnya seperti putri pada zaman
Heian ribuan tahun lalu. Tidak adanya bedak, pemerah pipi, dan kosmetik
lain tidak membuat Heiko terlihat suram. Bahkan, wajah yang biasanya
tertutup make up itu kini menyinarkan vitalitas dan kecemerlangan yang
justru membuat Genji lebih kagum daripada melihat daya tarik fisik wanita
itu. "Hamba rasa Tuanku telah mendapatkan informasi yang salah," kata
Heiko. "Kecantikan bisa lebih dingin daripada musim dingin yang terkejam.
Cinta, bukan kecantikan, yang menghangatkan."
"Perkataan yang bagus, wanita petani yang baik." Genji menenangkan
kudanya, yang tidak sabar karena harus berdiri diam terlalu lama. "Aku
belum pernah mendengar kata yang sedemikian bijak dari para wanita
penghibur di Edo. Kecuali satu."
"Anda terlalu baik." Heiko tersenyum kepada Genji. Dengan pujian
sederhana itu, Genji telah memulihkan martabatnya.
"Justru kamu yang terlalu baik," kata Genji membalas senyum Heiko,
"dan terlalu cantik untuk bersembunyi di hutan Ginza ini. Seorang kapten
kavaleri sebentar lagi akan datang dengan dua kuda cadangan, satu untukmu
dan satu untuk pelayanmu. Aku mohon kamu mau pergi bersamanya ke Edo,
di mana kamu akan menemukan tempat yang lebih tepat untuk bakatmu."
"Bagaimana hamba bisa menolak kedermawan seperti itu?" balas Heiko.
"Aku bertanya-tanya sampai kapan kaum akan menganggapku
dermawan. Kami membutuhkan salah satu bakatmu, yaitu kemampuan
berbicara Inggris." Oh tidak! Semua jelas kini. Suatu kondisi darurat telah membuat Genji
terpaksa pergi dari tamu asingnya. Dan, dia bermaksud memintanya menjadi
penerjemah dan menemani mereka selama dia pergi.
"Selamat tinggal, Heiko." Genji menarik kekang, membelokkan kudanya
ke arah Jembatan Baru. "Aku akan kembali dalam seminggu."
"Tunggu! Lord Genji!" Heiko melangkah beberapa langkah ke arah
Genji. "Hamba belum pernah bericara kecuali hanya beberapa patah kata
PDF by Kang Zusi dalam bahsa Inggris dan itu pun bersama Anda. Bagaimana bisa Anda
meninggalkan hamba sendiri dengan orang-orang asing itu?"
"Kamu terlalu rendah hati." Genji tersenyum. "Sudah lama aku percaya
kamu mempunyai kemampuan lebih dari yang telah kau tunjukkan. Kini,
kamu punya kesempatan membuktikan kalau aku benar."
"Lord Genji!" Tetapi, Genji membungkuk dari atas pelana, memacu kudanya, dan
menderap pergi bersama tiga pengawalnya.
Ketika Saiki datang dengan dua kuda cadangan, Sachiko telah membantu
Heiko kembali ke penampilan biasanya. Samurai tua yang keras itu tak
berkata apa pun kepada keduanya dalam perjalanan kembali ke Edo. Itu
lebih baik. Suasana hati Heiko sedang tak enak untuk basa-basi.
Malam itu, Genji dan pengawalnya menginap di sebuah rumah petani di
pinggir itara daratan Kanto. Keesokan harinya mereka akan memasuki
Yoshino, wilayah Lord Gaiho, salah satu musuh bebuyutan Genji.
Mereka sama sekali tak punya masalah pribadi. Bahkan, Genji sendiri
ragu apakah dia bisa mengenali Gaiho jika mereka bertemu muka. Dengan
usaha keras, Genji hanya bisa mengingat sebuah citra kabur. Seorang pria
pendek gempal periang dengan usia sekitar enam puluh. Atau, tujuh puluh.
Apakah hidungnya mancung atau pesek" Rambutnya hitam atau abu-abu"
Hitam, tebak Genji, karena pewarna. Itu menunjukkan dia seorang yang
suka bergaya. Jadi, Gaiho selain periang juga suka bergaya. Kapan mereka
terakhir bertemu" Hampir tiga tahun lalu, ketika penobatan Tokugawa
Iemochi sebagai Shogun. Mereka berada di sisi ruangan yang berlawanan
sehingga Genji hanya melihat Gaiho sekelebat. Sebenarnya, dia tak yakin
benar-benar Gaiho. Tetapi, orang ini akan membunuh Genji dengan dalih
yang paling sepele jika dia bisa.
Tidak ada yang terjadi di antara keluarga mereka selama hidup, atau di
generasi ayah atau keluarga mereka bahkan buyut mereka. Tidak ada saling
menghina, tidak ada konflik cinta, tidak ada pertempuran memperebutkan
batas, pengaruh, atau kebanggaan. Masalahnya sederhana dan seragam.
Masalah sama yang dihadapi semua klan yang menguasai 260 wilayah di
Jepang. Masalahnya adalah Sekigahara.
PDF by Kang Zusi Sekigahara adalah desa kecil di barat Jepang yang tidak penting. Tetapi,
sebuah peristiwa yang terjadi di sana pada tahu keempat belas kekaisaran
Go-yozei terus mendominasi hidup mereka. Di sebuah pagi di akhir musim
dingin, saat salju turun dan kabut terangkat, dua ratus ribu samurai yang
terbagi dalam dua pasukan bertempur di sebuah lembah dekat desa itu.
Setengah dari mereka mengikuti Tokugawa Ieyasu, Bangsawan Agung
Kanto. Sementara, setengahnya lagi berada di bawah pimpinan Ishida
Mitsunari, Penguasa Jepang Barat.
Nenek moyang Genji, Nagamasa, berada di pihak Ishida. Sebulan
sebelum pertempuran, dia bermimpi bahwa klan Tokugawa akan kehilangan
kekuatan dan kehormatannya, termasuk status mereka sebagai bangsawan
agung. Ketika malam tiba, Nagamasa, dan delapan puluh ribu samurai
lainnya tewas, dan Ieyasu berkuasa. Dia menjadi Shogun, dan jabatan itu
tetap dipegang keluarganya hingga kini. Genji tidak meragukan kebenaran
mimpi nenek moyangnya. Nenek moyangnya itu hanya salah
memperhitungkan waktunya.
Meski Nagamasa tewas dan klan Okumichi berada di pihak yang kalah,
mereka tidak hancur total. Banyak musuh Tokugawa yang berhasil bertahan
dan mencegah pembantaian pada diri mereka. Selama 261 tahun, mereka
bertahan dan merencanakan balas dendam. Pada saat yang sama, pendukung
Tokugawa, di antaranya nenek moyang Gaiho, tak henti merencanakan
pengancuran total penentang Tokugawa. Inilah yang dilakukan orang Jepang
selama ini, sementara orang-orang asing menciptakan ilmu pengetahuan dan
menaklukkan dunia. Dan kini, jika orang Jepang terus berperang karena
masalah pertempuran dua abad lalu, mungkin Jepang juga akan ditaklukkan
orang asing. "Tuan Bangsawan." Sang petani merangkak masuk, kepalanya
menempel di lantai seperti bajak. "Keperluan mandi Anda yang terhormat
sudah siap." Tubuh kurus petani itu gemetar ketakutan.
Genji ingin mengatakan kepadanya untuk berdiri. Bukankah ini
rumahnya dan Genji tak lain hanyalah tamu yang tak diundang. Tetapi, tentu
saja dia tak bisa bilang begitu. Ia, seperti juga sang petani dan rumahnya dia
ambil alih untuk malam itu, terikat pada etiket kuno yang kaku dan
mengikat. PDF by Kang Zusi "Terima kasih," kata Genji.
Sang petani, masih membungkuk, segera merangkak minggir sehingga
sang bangsawan bisa lewat tanpa harus memutari tubuhnya yang rendah.
Dua harapan memenuhi hatinya yang gemetar ketakutan. Pertama, sang
bangsawan tidak keberatan dengan bak mandi petaninya. Istri dan anak
perempuannya telah menggosok bersih bak mandi itu sejak sang bangsawan
tiba hingga tangan mereka berdarah. Si petani mengucapkan doa dalam hati
pada Buddha Amida semoga bak mandi itu cukup bersih untuk sang
bangsawan. Kedua, semoga sang bangsawan yang biasa ditemani wanita
penghibur di Edo, tidak tertarik pada anak perempuannya. Anaknya itu
berusia lima belas tahun, sedang mekar pertama kalinya sebagai wanita dan
dianggap gadis tercantik di desa. Kini, si petani berharap jika saja anaknya
biasa saja seperti anak si Muko. Dia kembali mengucapkan doa pada
Buddha Amida, semoga Sang Mahakasih melindungi dan merahmati
keluarganya melewati malam yang berbahaya ini.
Di luar, anak termuda sang petani, basah oleh keringat, mengurus dan


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberi makan keempat kuda, diawasi oleh Taro. Di sini tak ada makanan
yang sesuai untuk kuda seorang bangsawan. Maka, dia tadi terpaksa lari ke
desa tetangga dan meminta jerami kepada kepala desa di sana. Dia kembali
dengan memikul jerami seberat 25 kilogram. Anak itu berharap, jika saja
kakaknya Shinichi ada di sini untuk membantunya. Tetapi, sebulan
sebelumnya, dia telah ditarik menjadi pasukan Lord Gaiho. Siapa yang tahu
kini dia ada di mana dan kapan dia akan pulang" Perang akan segera terjadi.
Semua orang berkata demikian. Perang melawan orang asing. Perang antara
pendukung Shogun dan musuh Shogun. Perang dengan orang asing dan
perang saudara pada saat yang sama. Ribuan, ratusan ribu, bahkan jutaan
jiwa akan mati. Mungkin Shinichi lebih aman menjadi pasukan militer
daripada mereka yang tinggal di pertanian. Genji keluar dari rumah. Anak
termuda petani itu menjatuhkan diri ke tanah dan menundukkan kepalanya
Badik Buntung 19 Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth Api Di Bukit Menoreh 28
^