Pencarian

Across Nightingale Floor 1

Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn Bagian 1


KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
IBUKU selalu mengancam akan mencabik-cabik aku menjadi delapan bila aku
menjatuhkan ember, atau aku pura-pura
tidak mendengar panggilannya untuk segera pulang saat hari telah senja dan
teriakan jangkrik kian meninggi. Suara
ibuku yang berat dan galak bergema di
bukit yang sunyi ini. "Ke mana saja anak
celaka itu" Akan kucabik-cabik dia bila
kembali." Tapi ketika aku tiba di rumah dengan badan kotor setelah meluncur dari bukit, atau
memar karena berkelahi, atau luka di kepala karena terkena batu (bekas lukanya sebesar
ibu jari dan berwarna keperakan) dia tidak mencabik-cabikku. Aku bahkan disambut
dengan kehangatan api tungku dan juga keharuman sayur sop. Lalu, dia akan berusaha
untuk memelukku, membersihkan wajahku atau merapikan rambutku, sedangkan aku
selalu berusaha menghindar. Ibuku rajin dan kuat, dan juga masih muda: dia
melahirkanku sebelum berumur tujuh belas tahun. Saat dia memelukku, nampak sekali
kemiripan kulit kami, namun dalam hal lain, kami tidak mirip. Ibuku lebih tenang,
sedangkan aku, menurut orang di desaku (di Mino yang terpencil ini belum ada
cermin) lebih halus. Dia selalu menang bergulat dan akhirnya aku pun pasrah dalam
pelukannya. Lalu ibuku akan membisikkan kata-kata pemberkatan pada Sang Hidden.
Sedangkan ayah tiriku hanya bersungut-sungut saat melihat aku dimanjakan. Kedua
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 1 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
adik tiriku yang masih gadis kecil akan melompat kegirangan untuk berbagi pelukan
dan juga pemberkatan. Jadi, kurasa, semua itu hanya gaya bicara ibuku. Mino adalah tempat yang damai,
letaknya yang terpencil membuat desaku ini tidak tersentuh oleh perang antar klan.
Tidak pernah terbayangkan kalau laki-laki dan perempuan di Mino akan dicabik-cabik
menjadi delapan, atau kaki mereka terenggut dari sendinya lalu dilempar ke anjing
lapar. Besar di lingkungan kaum Hidden membuatku tak pernah membayangkan orang
dapat melakukan hal sekejam itu pada orang lain.
Ketika umurku beranjak lima belas tahun, ibuku mulai kehilangan saat-saat untuk
bergulat denganku. Aku tumbuh enam inci setiap tahun, dan ketika aku berumur enam
belas tahun, aku sudah lebih tinggi dari ayah tiriku. Dia lebih sering menggerutu,
baginya aku seharusnya berhenti berkeliaran di gunung seperti monyet liar, dan segera
menikah. Aku tidak keberatan untuk menikah dengan gadis di desaku, dan bekerja
lebih keras selama musim panas agar aku mendapatkan kedudukan. Tapi aku sulit
menahan godaan untuk pergi ke gunung. Suatu sore, aku menyelinap pergi melalui
rimbunan bambu yang tinggi, berbatang licin dan berdaun hijau, lalu aku mulai
menapaki jalan berbatu ke kuil dewa gunung, tempat penduduk desa meninggalkan
sesajen berupa padi dan jeruk, tempat beberapa burung perkutut dan burung bul-bul
bernyanyi riang, tempat aku memandang musang dan kijang sambil mendengarkan
jeritan pilu burung elang di atas kepalaku.
Senja itu aku sedang berada di gunung, teparnya di tempat jamur tumbuh dengan
subur. Aku penuhi kantongku dengan jamur putih kecil mirip kapas, dan jamur jingga
gelap mirip kipas. Ibuku pasti senang kalau melihat jamur yang kubawa, walaupun ayah
tiriku pasti marah. Seakan aku sudah dapat merasakan kelezatan jamur-jamur ini.
Ketika berlari menerobos pohon bambu dan muncul di sawah, di mana bunga lili
merah musim gugur bermekaran, aku mencium bau hangus.
Aku mendengar gonggongan anjing, seperti yang biasa mereka lakukan bila hari
beranjak malam. Bau itu semakin kuat dan sangit. Ada beberapa pertanda yang
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 2 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
membuat jantungku berdebar. Ada kebakaran.
Kebakaran sering terjadi di desaku karena hampir semua rumah terbuat dari kayu
atau jerami. Tapi, kali ini tidak ada teriakan atau bunyi ember yang dialihkan dari
tangan ke tangan, atau suara tangisan dan sumpah serapah. Jangkrik tetap bernyanyi
dengan nyaring seperti biasa; kodok pun seakan memanggil dari sawah. Di kejauhan,
aku mendengar gemuruh guntur yang bergema di gunung. Udara terasa padat dan
lembab. Keringat dingin menetes di keningku. Aku melompat saat melintasi selokan yang
ada di ladang yang bertingkat-tingkat, lalu aku memandang ke bawah, ke arah rumah.
Rumahku hilang. Aku mendekat. Kobaran api menjalar dan menjilati balok kayu. Tidak ada tandatanda keberadaan ibu atau adikku. Aku berusaha memanggil, namun lidahku terasa
kelu. Asap tebal yang menyelimuti tubuhku membuat penglihatanku menjadi kabur.
Seluruh desa terbakar, tapi ke mana penduduk desa pergi"
Kemudian aku mendengar jeritan.
Jeritan itu berasal dari kuil, tempat sebagian besar rumah berkumpul. Jeritan itu
mirip lolongan anjing yang kesakitan, kecuali lolongan itu mampu menyuarakan bahasa
manusia. Ketika sadar kalau itu adalah doa kaum Hidden, bulu kudukku berdiri.
Dengan menyelinap bak hantu di antara rumah-rumah yang terbakar, aku berjalan ke
asal suara. Desaku kini menjadi sunyi senyap. Tak dapat kubayangkan ke mana penduduk
desa pergi. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa mereka telah menyelamatkan diri:
ibu telah membawa adik-adikku ke tempat yang aman. Tak lama lagi aku akan
bertemu mereka, setelah mencari asal suara tadi. Namun, saat bergegas melewati jalan
setapak ke jalan utama, aku melihat ada dua orang terbaring di tanah. Rintik hujan
membasahi wajah mereka yang nampak kaget, seakan tidak mengerti mengapa mereka
terbaring di bawah rintik hujan. Mereka tak akan bangun lagi, jadi bukan masalah bila
pakaian mereka basah. LIAN HEARN BUKU PERTAMA 3 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Salah seorang di antaranya adalah ayah tiriku.
Seketika dunia terasa berubah. Kabut merebak di mataku dan saat kutepis, semua
nampak tidak nyata. Aku merasa seperti telah melintasi dunia lain, dunia yang berada
di sisi dunia tempat kita tinggal, dunia yang hanya kita kunjungi di saat kita sedang
bermimpi. Ayah tiriku memakai pakaiannya yang terbaik. Pakaian berwarna nila yang
kini nampak lebih gelap karena basah air hujan dan darah. Aku sedih melihat pakaiannya rusak karena aku tahu dia bangga sekali memakai pakaian itu.
Aku langkahi mayat-mayat itu, melewati pintu kuil. Rintik hujan yang membasahi
wajahku terasa sangat dingin. Jeritan tadi tiba-tiba berhenti.
Di dalam kuil aku melihat ada beberapa orang yang tidak aku kenal. Mereka
seakan-akan sedang berpesta. Mereka memakai ikat kepala; pakaian luar dan perlengkapan perang mereka berkilauan terkena keringat dan air hujan. Mereka terengahengah dan menggerutu, lalu tertawa lebar hingga terlihat gigi mereka yang putih,
seakan membunuh adalah kerja keras layaknya membawa beras hasil panen.
Air mengalir dari pancuran tempat orang membasuh tangan dan mulut untuk
menyucikan diri sebelum masuk ke kuil. Biasanya selalu ada orang yang membakar
dupa di ketel besar. Sisa dupa masih tergeletak, meskipun baunya terhalang oleh
pahitnya bau darah. Ada seseorang yang terbaring dalam keadaan tercabik-cabik di atas batu yang
basah. Aku masih bisa mengenali orang itu walaupun kepalanya telah remuk. Dia
adalah Isao, pemimpin kaum Hidden. Mulutnya menganga, kaku dalam geliatan rasa
sakit. Para pembunuh menggantung pakaian luar mereka di tiang yang terpancang rapi
di pilar. Dapat kulihat jelas lambang tiga daun oak. Simbol klan Tohan, klan yang
beribukota di Inuyama. Aku teringat pada seorang pedagang yang datang ke desa kami
pada akhir bulan ketujuh. Dia menginap di rumah kami. Waktu ibuku membaca doa
sebelum makan, dia mengatakan. Apakah kalian tidak tahu bahwa Tohan sangat
membenci orang Hidden, dan mereka berencana menyerang kalian" Lord Iida telah
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 4 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
bersumpah akan membasmi kalian," bisiknya. Keesokan hari, kedua orangtuaku
menyampaikan berita itu pada Isao, namun tak seorang pun percaya. Desa kami jauh
dari ibukota klan, dan kami tidak pernah terlibat dalam pertikaian antar klan. Kaum
Hidden hidup saling tolong-menolong, melihat hal yang sama, bertindak serupa,
kecuali saat berdoa. Lalu mengapa ada yang hendak mencelakai kami" Sungguh sulit
untuk dipahami. Dan masih saja aku belum memahaminya saat aku berdiri di sini, membeku di
dekat pancuran. Air mengalir dan mengalir, ingin rasanya kubasuh darah di wajah Isao
dan menutup mulutnya, namun aku tak mampu bergerak. Aku sadar kalau orang-orang
Tohan itu akan kembali. Pandangan mereka bisa membuat aku lemah, lalu mereka
akan mencabik-cabik diriku. Mereka tidak memiliki belas kasihan. Mereka telah
dirasuki oleh kematian setelah mereka berani membunuh orang di dalam kuil.
Di kejauhan aku mendengar derap langkah kuda dengan jelas dan tajam. Aku
masih seperti bermimpi saat kuda itu kian mendekat. Aku tahu siapa yang akan
kulihat, dia ada di gerbang kuil. Aku belum pernah melihat orang itu, tapi ibuku selalu
menyebut namanya bila hendak menakuti-nakuti kami: jangan berkeliaran di gunung,
jangan bermain di sungai, atau Iida akan menangkapmu! Aku langsung tahu kalau dia
adalah Iida Sadamu, pemimpin klan Tohan.
Kuda itu menendang dan meringkik karena bau darah. Iida tetap duduk kaku di
atas kuda seakan-akan dia terbuat dari besi. Dia memakai pakaian zirah hitam dari
kepala hingga kaki, dan pelindung kepalanya berhiaskan tanduk rusa. Ada janggut
hitam di bawah mulutnya yang terlihat sangat kejam. Matanya menyala, bagaikan
sedang berburu rusa. Pandangan kami bertemu. Sekilas saja aku tahu dua hal tentang dirinya: pertama,
tak ada satu pun yang dapat membuat dia takut; kedua, dia gemar membunuh hanya
untuk bersenang-senang. Saat ini dia sedang memandangku seakan aku tidak ada
harapan lagi. Dia menghunus pedang. Satu-satunya yang menolongku yaitu keengganan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 5 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
kudanya untuk melewati gerbang kuil. Kuda itu meringkik dan menendang. Iida lalu
berteriak. Pengawalnya yang ada di dalam kuil berbalik dan melihat ke arahku,
berteriak dalam aksen Tohan yang kasar. Kuraih batang dupa, tidak sadar kalau bara
dupa itu membakar tanganku, lalu aku berlari melewati gerbang. Saat kuda Iida
mendekat dengan ragu, aku langsung menikam kuda itu dengan batang dupa. Kuda itu
menyepak ke arahku, kakinya yang besar menebas pipiku. Aku mendengar desis
pedang di udara. Pengawal Tohan telah mengelilingiku. Di saat aku sudah tidak
mungkin lagi lolos lagi, tiba-tiba aku merasa seakan tubuhku terpisah menjadi dua.
Pedang Iida menebas ke arahku, namun belum menyentuh tubuhku. Aku terjang
kudanya. Kuda itu melenguh kesakitan. Iida, yang hilang keseimbangan karena
tebasannya meleset, terjatuh dari kudanya.
Kejadian ini membuatku semakin takut dan panik. Aku telah menyebabkan
pemimpin Tohan itu terjatuh dari kudanya. Tak ada siksaan maupun derita yang dapat
memaaflcan perbuatanku itu. Seharusnya aku langsung menyembah dan memohon dia
untuk membunuhku, tapi aku belum mau mati. Seperti ada yang mengatakan kalau dia
yang akan mati lebih dulu.
Aku tak tahu tentang perang antar klan, tidak juga hukum dan permusuhan di
antara mereka. Aku menghabiskan hidupku di antara kaum Hidden, tempat di mana
kami diajarkan untuk saling memaafkan dan dilarang membunuh. Tapi dalam sekejap,
Balas Dendam telah merasuk ke dalam hatiku.
Aku tendang orang yang ada di dekatku, di antara dua kakinya, lalu kugigit tangan
orang yang memegang pergelangan tanganku, kemudian aku menerobos keluar dari
kepungan dan berlari ke hutan.
Ada tiga orang yang mengejarku. Mereka tinggi besar dan larinya pun lebih
kencang, tapi aku diunt ungkan karena lebih mengenal daerah ini, dan hari yang
semakin gelap. Hujan lebat membuat jalan setapak ke hutan menjadi licin. Dua orang
di antara mereka terus berteriak, menyumpah dan mengancamku dalam hahasa yang
hanya bisa kutebak, sedangkan orang yang ketiga mengejar tanpa bersuara, dan dialah
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 6 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
yang paling aku takuti. Dua orang itu bisa saja berbalik pulang dan melaporkan bahwa
aku hilang di pegunungan, namun orang yang satu ini tak akan menyerah. Dia akan
terus mengejar hingga berhasil membunuhku.
Sampai di jalan setapak yang mendaki, tidak jauh dari air terjun, kedua orang yang
selalu berteriak larinya mulai pelan, sedangkan orang yang ketiga justru mengejar
semakin cepat. Kami melewati kuil; seekor burung yang sedang mematuk biji-bijian
langsung terbang tinggi dengan warna putih kehijauan di sayapnya karena kaget. Jalan
yang kulewati agak menikung mengitari pohon cedar raksasa. Saat aku berlari melewati
pohon itu sambil menangis, tiba-tiba ada orang yang muncul di depanku. Dia
menghadang tepat di jalan setapak yang kulalui.
Aku tetap berlari ke arah orang itu. Dia menggerutu seolah-olah aku menghalangi
jalannya, dan dia langsung menangkapku. Dia mengamati wajahku, dan aku melihat
matanya bersinar: dia nampak kaget, seakan dia mengenaliku. Apa pun alasannya, dia
memegangku semakin erat. Kini aku tak mungkin lagi lolos. Orang Tohan yang
mengejarku berhenti, dan kedua temannya muncul dari belakang dengan terengahengah.
"Maaf, tuan," kata orang yang paling kutakuti, suaranya tegas. "Kau telah
menangkap penjahat yang sedang kami kejar."
Orang yang memegangku memutar diriku sehingga aku langsung berhadapan
dengan para pengejarku. Ingin rasanya aku menangis, memohon kepadanya, tapi aku
tahu itu tak berguna. Pakaian orang ini halus, tangannya pun lembut. Dia pasti seorang
bangsawan, seperti Iida. Dia tidak akan menolongku. Aku diam, sambil mengingatingat doa yang pernah ibuku ajarkan, berdoa agar aku bisa menjadi burung.
"Apa yang penjahat ini lakukan?" tanya orang yang memegangku.
Orang yang berada di depanku berwajah panjang, mirip serigala. "Maaf, tuan," dia
berkata lagi, kesopanannya mulai berkurang. "Ini bukan urusanmu. Ini urusan Iida
Sadamu dan klan Tohan," lanjutnya.
"Uuuuh." gerutu sang bangsawan. "Apa benar" Dan siapa kau yang berani
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 7 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
menentukan apa yang menjadi urusanku atau bukan?"
"Serahkan saja dia!" laki-laki berwajah serigala itu berkata dengan geram,
kesopanannya kini sudah benar-benar hilang.
Saat sang bangsawan melangkah maju, aku langsung sadar kalau dia tak akan
menyerahkanku. Dengan gerakan lembut dia memutarku ke belakang punggungnya
lalu melepasku. Dan untuk kedua kalinya, aku mendengar desis pedang petarung,
seakan pedang adalah penyelamat. Si wajah serigala mencabut sebilah belati. Dua
orang lainnya menggenggam tongkat. Sang bangsawan menggenggam pedang dengan
kedua tangannya, mengelak dari pukulan tongkat, dan memenggal kepala salah seorang
yang memegang tongkat. Lalu dengan secepat kilat dia dekati si wajah serigala dan
menebas tangan kanan orang itu yang sedang memegang belati.
Semua itu terjadi dalam sekejap. Terjadi di saat remang-remang dan rintik hujan,
meskipun kupejamkan mata, tetap saja dapat kulihat kejadian itu secara rinci.
Kepala yang telah terlepas dari badan itu menggelinding di lereng bukit dengan
darah yang masih menyembur. Orang yang ketiga menjatuhkan tongkatnya, lalu lari
sambil berteriak minta tolong. Si wajah serigala berlutut, berusaha menahan darah yang
keluar dari sisa lengannya yang tertebas. Dia tidak mengerang atau pun bicara.
Sang bangsawan membersihkan pedangnya, lalu dia masukkan ke dalam sarung


Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang melekat di sabuknya. "Mari," katanya padaku.
Aku berdiri dalam keadaan gemetar, tak mampu bergerak. Orang ini muncul entah
dari mana. Dia telah membunuh demi menolong diriku. Aku menyembah, berusaha
mencari kata yang tepat untuk mengucapkan terima kasih padanya.
"Bangunlah" katanya. ?"Tidak lama lagi mereka akan datang mengejar."
"Aku tak bisa pergi," aku berusaha bicara. "Aku harus mencari ibuku."
"Jangan sekarang. Kita harus segera pergi!" Dia menarikku berdiri, dan
menyuruhku bergegas. "Apa yang terjadi di bawah sana?"
"Mereka membakar desa dan membunuh..." Aku teringat ayah tiriku sehingga aku
tidak mampu meneruskan ucapanku.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 8 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Hidden?" "Ya," bisikku. "Ini terjadi di mana-mana. Iida membantai kaum Hidden. Kurasa kau salah
seorang dari mereka?"
"Ya." Aku menggigil kedinginan. Meskipun saat ini musim panas dan air hujan
terasa hangat, tapi belum pernah aku kedinginan seperti sekarang ini. "Bukan hanya itu
alasan mereka mengejarku. Aku menyebabkan Lord Iida terjatuh dari kuda."
Aku kagum saat melihat sang bangsawan tertawa. "Kejadian itu patut dilihat! Tapi
juga menempatkan dirimu dalam bahaya. Penghinaan yang kau lakukan membuatnya
ingin membunuhmu. Tapi kau aman bersamaku. Tak akan kubiarkan Iida
mengambilmu." "Kau telah selamatkan aku," ujarku. "Sejak saat ini, hidupku adalah milikmu."
Entah mengapa, dia tertawa lagi. "Kita terpaksa melakukan perjalanan jauh dalam
keadaan lapar dan pakaian yang basah. Kita harus keluar dari wilayah ini sebelum fajar,
sebelum mereka datang mengejar." Langkahnya begitu cepat sehingga aku terpaksa
berlari sambil berharap kakiku tidak gemetar. Aku tak tahu siapa dia, namun aku ingin
dia bangga dan tidak menyesal telah menyelamatkanku.
"Namaku Otori Shigeru," dia berkata ketika jalan mulai menanjak. "Dari klan
Otori di Hagi. Tapi, selama perjalanan ini aku tidak memakai nama itu, jadi jangan
menyebut namaku." Hagi bagiku sama jauhnya seperti ke bulan, dan meskipun pernah mendengar
tentang Otori, tapi aku tidak tahu apa-apa, selain mereka pernah dikalahkan Tohan
dalam pertempuran dahsyat sepuluh tahun lalu di Yaegahara.
"Siapa namamu, nak?"
"Tomasu." "Nama yang umum di kalangan kaum Hidden. Sebaiknya kau ganti." Dia tak
berbicara apa pun selama beberapa lama, dan dalam gelap, dia berkata singkat. "Kau
kuberi nama Takeo." LIAN HEARN BUKU PERTAMA 9 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Demikianlah, di antara air terjun dan puncak gunung, aku kehilangan namaku dan
menjadi orang baru, dan menyatukan takdirku dengan Otori.
Fajar menghampiri kami yang kedinginan dan kelaparan ketika tiba di Hinode.
Desa ini terkenal dengan sumber air panasnya. Kini aku sudah jauh dari rumah, dan
belum pernah aku sejauh ini. Aku pernah mendengar tentang Hinode dari cerita
teman-temanku di desa: laki-lakinya sangat licik dan wanitanya panas seperti sumber
air panas yang ada di desa ini. Namun aku belum pernah membuktikan kebenarannya.
Di tempat ini hanya ada satu wanita yang kutemui, isteri penjaga penginapan yang
menyediakan makan. Aku malu pada penampilanku saat ini, dalam balutan pakaian usang yang penuh
tambalan, sulit untuk mengatakan warna aslinya, kotor dan juga penuh noda darah.
Aku kaget ketika Lord Otori menyuruhku tidur sekamar dengannya. Aku mengira dia
akan menyuruhku tidur di istal, tapi tampaknya dia tak ingin aku jauh darinya. Dia
menyuruh wanita di penginapan untuk mencucikan bajuku, dan mengantarku ke
tempat pemandian air panas untuk membersihkan diri. Sewaktu kembali ke kamar,
dalam keadaan mengantuk karena pengaruh air panas dan juga karena kurang tidur,
sarapan pagi telah tersedia. Lord Otori yang sedang makan memberi isyarat padaku
untuk bergabung. Aku berlutut di lantai dan membaca doa sebelum makan.
"Jangan takukan itu lagi," Lord Otori mengatakan dengan mulutnya yang penuh
nasi dan acar. "Tak juga di saat kau sendiri. Kalau ingin tetap hidup, kau harus
melupakan sebagian dari hidupmu. Itu semua telah berakhir." Dia menelan kemudian
mengambil makanan lainnya untuk dimasukkan ke mulutnya. "Ada banyak alasan yang
lebih pantas untuk mati."
Menurutku, orang yang beriman harus berdoa. Aku yakin orang-orang di desaku
berdoa sebelum mati. Saat aku teringat tatapan mata mereka yang kosong dan juga
kaget, aku langsung berhenti berdoa. Selera makanku pun langsung hilang.
"Makan," kata Lord Otori ketus. 'Aku tidak mau menggendongmu sampai di
Hagi." LIAN HEARN BUKU PERTAMA 10 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Aku memaksakan diri untuk makan agar dia tidak membenciku. Setelah makan,
dia menyuruhku mengatakan pada istri penjaga penginapan untuk membentangkan
alas tidur kami. Aku merasa tidak nyaman ketika memberi perintah pada wanita itu,
bukan saja karena aku merasa dia akan tertawa lalu bertanya apakah tanganku sudah
tidak berfungsi lagi, tetapi juga karena ada sesuatu yang terjadi pada suaraku. Suaraku
hilang, seakan-akan Iidahku terlalu lemah untuk mengungkapkan apa yang telah
kulihat. Tapi, begitu pelayan itu mengerti maksudku, dia langsung membungkuk,
seperti yang dia lakukan pada Lord Otori, dan langsung ke kamar untuk melakukan
apa yang aku minta. Lord Otori berbaring sambil memejamkan mata. Dia langsung tertidur.
Aku tidak bisa tidur. Pikiranku kacau, terguncang dan letih. Tanganku yang
terbakar gemetar dan aku mendengar suara-suara yang ada di sekitarku dengan sangat
jelas-aku dapat mendengar percakapan yang ada di dapur, setiap bunyi yang berasal
dari kota. Berulangkali pikiranku kembali ke ibu dan adik-adik kecilku. Aku
meyakinkan diriku bahwa aku tidak melihat mayat mereka, sehingga mungkin saja
mereka selamat; mereka pasti selamat. Semua penduduk desa sayang kepada ibuku. Dia
tak akan dibunuh. Meskipun lahir di Hidden, ibuku bukan orang yang fanatik. Dia
selalu menyalakan dupa di kuil dan membawa persembahan bagi dewa gunung. Tentu
saja ibuku, yang memiliki raut wajah yang lebar dan tangan yang kasar serta kulit yang
berwarna madu, masih hidup. Dia tidak mungkin terbaring dengan tatapan mata yang
kosong dan terkejut, dan adik-adikku di sisinya!
Air mataku merebak. Aku membenamkan wajah ke kasur dan berusaha
menghapus air mata. Aku tak kuasa menahan pundak yang bergetar atau napasku yang
menderu karena menangis. Lalu aku merasa ada tangan di pundakku dan Lord Otori
berkata perlahan, "Kematian datang tiba-tiba, dan hidup juga singkat. Tidak ada yang
bisa mengubahnya, tidak dengan doa atau pun mantra. Anak-anak boleh menangis,
tapi laki-laki tak akan menangis. Seorang laki-laki harus bisa menahan tangisnya."
Suaranya tertahan saat mengucapkan kalimat yang terakhir. Lord Otori pun
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 11 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
nampak sedih seperti diriku. Dia meneteskan air mata, meskipun wajahnya mengeras.
Aku tahu siapa yang kutangisi, namun aku tidak berani bertanya siapa yang dia tangisi.
Aku pasti tertidur, karena aku bermimpi sedang di rumah, makan malam dengan
memakai mangkuk kesayanganku. Di dalam sup yang sedang kumakan tampak ketam
hitam, namun kemudian ketam itu melompat dan lari ke hutan. Aku mengejarnya, tapi
sesudah itu aku tak tahu di mana aku berada. Aku berusaha berteriak "Aku tersesat!"
namun ketam itu telah mencuri suaraku.
Aku terbangun dari tidur karena Lord Otori mengguncang pundakku.
"Bangunlah!" Hujan telah reda. Sinar matahari menyadarkan aku bahwa hari telah siang.
Ruangan ini tampak tertutup dan lembab. Bau kecut keluar dari tikar jerami yang kami
gunakan sebagai alas tidur.
"Aku tak ingin dikejar Iida dengan ratusan prajuritiiya hanya karena seorang bocah
yang membuat dia terjatuh dari kuda," gerutu Lord Otori, "Kita harus segera
berangkat." Aku tidak berkata apa-apa. Pakaianku yang telah dicuci dan sudah kering
tergeletak di lantai. Aku memakai pakaian itu tanpa bersuara.
"Meskipun kau berani pada Iida Sadamu, tapi kau takut bicara padaku..."
Aku tidak takut"aku hanya segan. Bagiku dia adalah malaikat atau roh hutan atau
pahlawan dari masa lalu yang muncul dan membawaku ke dalam perlindungannya.
Aku hampir tidak dapat menggambarkan penampilannya karena aku tidak berani
menatapnya secara langsung. Ketika mencuri pandang, aku melihat wajahnya yang
tenang"tidak keras, tapi kurang ekspresif. Umurnya mungkin tiga puluh tahun atau
sedikit lebih muda, tidak terlalu tinggi, dan berbahu lebar. Tangannya berkulit terang,
hampir putih, dan dihiasi dengan jari yang kuat dan panjang, jari-jari itu seperti
mengikuti lekukan gagang pedang.
Saat ini, jari-jari itu sedang mengangkat pedang dari atas tikar. Mengingat pedang
itu telah menyentuh daging dan darah manusia, aku langsung merasa takut dan juga
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 12 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
terpesona. "Jato," kata Lord Otori ketika melihat aku memperhatikan pedangnya. Dia tertawa
dan memasukkan pedang itu ke sarungnya yang hitam lusuh. "Pedang ini memiliki
busana perjalanan, seperti aku saat ini. Di tempatku, aku dan pedang ini memakai
pakaian yang anggun!"
Jato, aku mengulangi nama pedang itu di dalam hati. Pedang ular yang telah
mencabut nyawa orang demi menyelamatkan hidupku.
Kami melanjutkan perjalanan melewati sumber air panas Hinode yang berbau
belerang, lalu kami mendaki gunung. Pemandangan sawah kini telah berganti dengan
rumpun bambu, mirip yang ada di sekitar desaku; lalu nampak pohon chestnut, pohon
maple, dan pohon cedar. Hutan ini terasa hangat, meskipun tidak tertembus sinar
matahari karena sangat lebat. Dua kali aku melihat ular di jalan, yang satu ular hitam
kecil yang berbisa, sedangkan ular yang kedua lebih besar dan berwarna seperti teh.
Ular itu melingkar bak cincin, lalu melompat ke semak-semak seakan-akan tahu akan
ditebas Jato jika tak segera menyingkir. Terdengar nyanyian jangkrik yang melengking,
dan serangga min-min yang mengerang seakan kepalanya akan pecah.
Kami berjalan dengan cepat meskipun udara sangat panas. Terkadang Lord Otori
mendahuluiku dan aku akan berusaha mendaki seolah-olah aku berjalan sendiri. Aku
hanya bisa mendengar langkah kakinya di depan, dan aku berhasil menyusulnya di atas
puncak. Dari puncak bukit ini kami dapat melihat hutan dan gunung yang terbentang.
Dia mengenal jalan di wilayah liar ini. Kami berjalan berhari-hari dan hanya tidur
sebentar di malam hari, kadang menginap di rumah petani yang terpencil, ladang di
gubuk kosong. Kami hanya berhenti ketika bertemu orang: seorang penebang pohon,
dua gadis yang sedang mengumpulkan jamur dan langsung lari begitu melihat kami,
serta seorang biarawan dalam perjalanan menuju kuil. Setelah beberapa hari melintasi
punggung wilayah ini, masih ada beberapa lereng bukit yang harus didaki, meskipun
lebih banyak jalan menurun. Laut mulai tampak jelas, awalnya hanya seperti kilauan,
tapi kemudian terlihat seperti sutra. Pulau-pulau nampak seperti bukit yang tenggelam.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 13 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Belum pernah aku melihat pemandangan seperti ini, dan tiada henti aku pandangi.
Kadang laut itu nampak seperti tembok tinggi yang rubuh dan menutupi daratan.
Luka bakar di tanganku mulai sembuh dengan meninggalkan warna keperakan
yang melintang di telapak tangan kananku.
Akhirnya kami berhenti di suatu tempat yang hanya pantas disebut kota kecil.
Letaknya di jalan utama atara Inuyama dan tepi pantai. Di kota ini ada banyak
penginapan dan rumah makan. Kota ini masuk dalam wilayah Tohan sehingga
lambang daun oak berhelai tiga ada di mana-mana. Ini membuatku takut keluar dari
penginapan. Aku dapat merasakan kalau orang-orang di penginapan ini telah
mengenal Lord Otori. Penghormatan mereka terkesan dalam, sesuatu kesetiaan lama
yang harus dirahasiakan. Mereka memperlakukan aku dengan penuh kasih sayang,
meskipun aku hanya diam. Sudah beberapa hari aku tidak bicara, tidak juga pada Lord
Otori. Nampaknya hal ini tidak mengganggunya. Dia sangat pendiam, sibuk dengan
pikirannya sendiri. Kadang aku mencuri pandang padanya dan ternyata dia sedang
melihatku dengan tatapan belas kasih. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi dia
hanya bersungut-sungut, "Tidak apa-apa, banyak hal yang tidak dapat dihindari."
Pelayan di sini senang bergosip dan aku sering mendengarnya. Mereka tertarik
pada seorang wanita yang datang menginap sehari sebelumnya. Mungkin wanita itu ke
Inuyama untuk menemui Lord Iida. Dia hanya ditemani beberapa pelayan, dan bukan
suami, saudara atau ayahnya. Menurutnya, wanita itu berumur tiga puluh tahun, sangat
cantik, baik dan juga sopan pada semua orang, tapi-dia mengembara sendiri! Sungguh
misterius! Juril masak mengaku kalau dia tahu tentang wanita itu. Menurutnya, wanita
itu baru saja menjanda dan akan menemui anaknya di Inuyama, tapi kepala pelayan
menganggap kalau si juru masak hanya membual. Menurut dia, wanita itu belum
mempunyai anak, belum menikah. Penjaga kuda, dengan mulut penuh makanan
menceritakan apa yang dia dengar dari pembawa tandu bahwa wanita itu mempunyai
dua orang anak, anak laki-lakinya telah meninggal sedangkan anak gadisnya kini
ditawan di Inuyama. LIAN HEARN BUKU PERTAMA 14 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Para pelayan menarik napas panjang dan bergumam bahwa kekayaan dan status
tinggi pun tidak mampu terhindar dari takdir, dan si penjaga kuda itu melanjutkan,
"Beruntung sekali anak gadisnya masih hidup karena klan Maruyama dipimpin oleh
wanita." Berita ini membuatku ingin tahu lebih banyak tentang Lady Maruyama, satusatunya wilayah yang diatur oleh wanita, bukan laki-laki.
"Tidak heran dia berani mengembara sendiri," kata si juru masak.
Terlena oleh keberhasilannya mengungkap tentang Lady Maruyama, si penjaga
kuda melanjutkan, "Tapi Lord Iida menganggap itu sebagai suatu penghinaan. Dia
berusaha mengambil alih wilayah Lady Maruyama, baik melalui kekuatan atau, seperti
orang bilang, dengan menikahi wanita itu."
Juru masak menjewer telinga orang itu, "Hati-hati kalau bicara! Mungkin saja ada
yang mendengar!" "Dulu kita adalah kaum Otori, dan kelak kita akan menjadi orang Otori," sungut si
penjaga kuda. Kepala pelayan melihat aku berdiri di pintu, dan memberi tanda untuk masuk, "Ke
mana tujuanmu" Kau pasti telah menempuh perjalanan jauh!"
Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala. Seorang pelayan datang
menyentuhku dan berkata, "Dia tidak mau bicara. Kau malu, ya?"
"Mengapa?" tanya si juru masak. "Apakah ada yang melempar kotoran ke
mulutmu?" Mereka mengolok-olokku, tapi tidak kasar, dan saat pelayan itu kembali, dia
datang bersama seorang lakilaki vang aku duga sebagai salah seorang nelavan Lady
Maruyama. Dia memakai jaket bersimbol puncak gunung yang dikelilingi lingkaran.
Dia berkata padaku dengan sopan, "Tuanku ingin bertemu denganmu!"
Aku ragu untuk menerima ajakannya. Tapi wajahnya nampak tulus dan aku juga
ingin melihat wanita misterius itu sehingga aku memutuskan untuk ikut dengannya.
Kami melewati koridor yang panjang, lalu taman yang di kelilingi tembok. Dia
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 15

Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
melangkah ke beranda dan berlutut di pintu. Dia berbicara singkat, lalu berbalik ke
arahku dan memberi tanda agar aku segera masuk.
Seteiah memandangnya sekilas, aku berlutut dan menundukkan kepala hingga
menyentuh lantai. Aku merasakan kehadiran seorang ratu. Rambutnya yang hitam
lembut menyentuh lantai dalam satu sapuan panjang. Kulitnya seputih salju.
Kimononya berwarna krem gelap, gading, dan abu-abu lembut serta dihiasi bordir berwarna merah dan juga merah muda. Dia tenang seperti sungai di gunung, namun tibatiba bayangan tentang ketenangannya itu berubah menjadi seperti Jato, pedang ular
dari baja yang tajam. "Mereka mengatakan kau tidak bisa bicara," dia berkata. Suaranya sebening dan
sejelas air. Aku merasa ada pandangan iba di matanya, dan darah berdesir di wajahku.
"Kau boleh bicara padaku," lanjutnya. Dia meraih tanganku dan jarinya
menggambarkan simbol Hidden di telapak tanganku. Apa yang dia lakukan
membuatku tersentak, aku seperti tersengat jelatang. Aku tak mampu menarik
tanganku. "Ceritakan padaku apa yang telah kau lihat," dia berkata, kelembutan suaranya
tidak berkurang meskipun nada bicaranya memaksa. Ketika aku masih juga tidak
menjawab, dia berkata, "Pasti karena ulah Iida Sadamu, kan?"
Tanpa sadar aku memandangnya. Dia tersenyum tanpa rasa senang.
"Dan kau orang Hidden," tambahnya.
Lord Otori telah memperingatkanku untuk menyembunyikan jati diriku yang
sebenarnya. Kupikir aku telah mengubur masa laluku bersama namaku, Tomasu. Tapi
di hadapan wanita ini, aku merasa tak kuasa menghindar. Hampir saja aku
menganggukkan kepala, ketika aku mendengar langkah Lord Otori melintasi taman.
Aku mengenal langkah kakinya, dan aku tahu ada yang datang bersamanya, seorang
wanita dan laki-laki yang tadi bicara padaku. Kemudian aku sadar bila memperhatikan,
aku bisa mendengar semua suara di penginapan ini. Aku bisa mendengar penjaga kuda
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 16 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
yang berdiri dan pergi dari dapur. Aku bisa mendengar gosip di antara pelayan dan aku
bisa tahu siapa yang bicara hanya dari suaranya. Pendengaranku semakin tajam sejak
aku tak bisa bersuara dan kini semua suara berdengung di telingaku. Semua bunyi dan
suara membuat kepalaku sakit. Aku bertanya-tanya, apakah wanita di depanku ini
adalah penyihir yang hendak menyihirku. Aku tak berani membohonginya, tapi aku
tidak mampu bicara. Aku tertolong oleh kedatangan seorang wanita, dia masuk ke dalam ruangan
kemudian berlutut dan berbicara perlahan pada Lady Maruyama, "Tuannya sedang
mencari anak itu." "Suruh dia masuk," balas sang Lady, "Dan, Sachie, maukah kau menyiapkan
jamuan minum teh?" Lord Otori masuk, dia dan Lady Maruyama bertukar salam dengan membungkuk.
Mereka berbicara dengan sopan layaknya orang asing, sang Lady tak menyebut
namanya, tapi aku rasa mereka telah saling mengenal.
"Pelayan mengatakan bahwa kau mengembara bersama seorang bocah," katanya.
"Aku ingin melihatnya."
"Ya, aku membawanya dari Hagi. Hanya dia yang selamat. Aku tak akan
menyerahkan dia pada Sadamu." Lord Shigeru tampak seperti tidak ingin melanjutkan
ucapannya lagi, tapi kemudian dia menambahkan, "Aku namakan dia Takeo."
Lady Maruyama tersenyum"sekali ini dia benar-benar tersenyum. "Aku senang,"
katanya, "Wajahnya memang mirip."
"Benarkah" Aku sependapat denganmu."
Sachie datang dengan membawa nampan, ketel teh, dan sebuah mangkuk.
Meskipun dalam keadaan membungkuk, aku dapat melihat Sachie meletakkan perlengkapan itu di atas karpet. Mangkuk itu memantulkan warna hijau hutan dan biru
awan. "Suatu saat kalian akan mengunjungi rumah teh milik nenekku di Maruyama," ujar
sang Lady. "Di sana kalian akan disambut dengan upacara jamuan teh yang layak. Tapi
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 17 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
saat ini kami hanya dapat menyediakan seadanya."
Bau manis kepahit-pahitan tercium saat sang Lady menuangkan air panas ke
mangkuk. "Duduklah, Takeo," katanya.
Setelah mengaduk teh hingga berbuih hijau, dia lalu berikan kepada Lord Otori
yang menerima dengan dua tangan, memutarnya tiga kali lalu meminumnya. Setelah
membersihkan bibir mangkuk dengan ibu jarinya, dia mengembalikan kepada Lady
sambil membungkuk. Sang lady mengisi lagi mangkuk dan dia berikan kepadaku. Aku
meniru semua gerakan Lord Otori dengan hati-hati, mendekatkan mangkuk ke bibirku
dan meminum cairan berbuih ini. Rasanya pahit, tapi dapat menjernihkan pikiran. Teh
ini membuatku agak tenang. Belum pernah aku minum teh seperti ini di Mino, teh
kami terbuat dari tumbuhan pegunungan.
Kubersihkan mangkuknya, lalu kuberikan pada Lady Maruyama sambil memberi
hormat dengan kaku. Aku takut Lord Otori sedang memperhatikan dan malu
karenanya, tapi saat melirik, aku melihat mata Lord Otori sedang terpaku pada sang
Lady. Lady Maruyama meminum tehnya. Kami duduk dalam keheningan. Seperti ada
sesuatu yang sakral di ruangan ini, seolah-olah kami sedang melakukan ritual makan di
Hidden. Aku merasa seperti berada di rumah bersama keluargaku, keluargaku yang
dulu. Mataku terasa panas, tapi tak akan kubiarkan diriku menangis. Aku akan belajar
untuk bertahan. Masih terasa goresan jari-jari Lady Maruyama di telapak tanganku.
Penginapan ini lebih besar dan lebih mewah dari yang pernah kami singgahi, dan
makanannya pun berbeda. Kami makan belut dengan saus pedas, dan ikan manis dari
tambak, dan nasinya lebih putih dibandingkan nasi yang kami makan di Mino. Sangat
beruntung bila kami bisa makan nasi tiga kali sehari di desaku. Inilah untuk pertama
kalinya aku minum sake. Lord Otori nampak bersemangat "mengawang-awang" itu istilah yang ibuku berikan"dan kesedihan telah lenyap dari wajahnya, sake ini juga telah
menularkan sihirnya padaku.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 18 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Setelah selesai makan, dia menyuruhku tidur: dia masih hendak jalan jalan untuk
menjernihkan pikiran. Pelayan datang menyiapkan kamar. Aku berbaring dan
mendengar suara-suara di malam hari. Entah belut atau sake yang membuatku sulit
tidur. Setiap ada suara dan bunyi di kejauhan, aku langsung terjaga. Aku mendengar
anjing menggonggong di kota, pertama hanya seekor kemudian anjing yang lainnya
ikut meramaikan. Setelah beberapa saat, aku mulai bisa membedakan setiap suara. Aku
memikirkan tentang anjing yang bisa tidur dengan telinga yang terus bergerak-gerak
namun hanya bunyi tertentu yang akan membuatnya terjaga. Aku harus belajar seperti
anjing atau aku tak akan bisa tidur lagi.
Aku terbangun ketika terdengar bunyi lonceng kuil tanda malam telah larut. Aku
pergi ke kamar mandi. Bunyi air seniku terdengar seperti air terjun. Kutuangkan air
dari wadah air ke telapak tanganku dan berdiri sebentar, mendengarkan.
Malam yang begitu tenang, bulan purnama di bulan kedelapan bercahaya lembut.
Penginapan sunyi: semua orang telah tidur. Kodok sedang bernyanyi riang di Sungai
dan sawah, dan sekali atau dua kali terdengar burung hantu bernyanyi. Ketika berjalan
ke beranda aku mendengar suara Lord Otori. Sejenak aku mengira dia ke kamar dan
berbicara padaku, tapi kemudian ada suara yang membalasnya. Suara Lady Maruyama.
Tidak sepantasnya aku mendengarkan percakapan berbisik mereka yang tidak
mungkin orang lain bisa dengar. Aku berjalan ke kamar, menggeser pintu agar
tertutup, lalu aku berbaring sambil berharap bisa segera tidur. Tapi pembicaraan
mereka tidak mampu kuhindari, dan setiap kata dapat kudengar dengan jelas.
Mereka berbincang tentang kisah-kasih mereka, tentang pertemuan mereka yang
sebelumnya, dan juga rencana mereka di masa depan. Banyak perkataan tertahan dan
singkat, dan banyak juga yang tidak aku mengerti. Aku menangkap bahwa Lady dalam
perjalanan ke ibukota untuk mengunjungi anak gadisnya, dan dia takut dipaksa
menerima lamaran Iida yang kesekian kalinya. Istri Iida sedang sakit dan diperkirakan
tidak lama lagi akan meninggal. Satu-satunya anak laki-laki Iida, yang juga sakit, telah
membuatnya kecewa. LIAN HEARN BUKU PERTAMA 19 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Kau tidak boleh menikah selain denganku," bisik Lord Otori, dan Lady
Maruyama membalas, "Hanya itu yang kuinginkan. Kau tahu itu." Sang Lord pun bersumpah tak akan menikah atau tidur dengan wanita lain, selain dengan Lady
Maruyama, dan dia menyebut beberapa strateginya, tapi dia tidak mengatakan secara
terperinci. Aku mendengar dia menyebut namaku dan kurasa dia melibatkan diriku
dalam rencananya. Aku tahu ada permusuhan antara Lord Otori dan Iida, semua
kembali ke masa lalu saat terjadi pertempuran di Yaegahara.
"Kita akan mati di hari yang sama," kata Lord Otori, "Aku tidak bisa hidup tanpa
dirimu." Kini bisikan mereka berubah menjadi suara gairah antara laki-laki dan wanita. Aku
menutup kedua telingaku dengan jari. Aku mengerti tentang gairah, tapi aku tak tahu
apa pun tentang cinta. Aku bersumpah tak akan mengatakan apa yang kudengar. Akan
kujaga rahasia ini layaknya seorang Hidden menjaga rahasia mereka. Aku bersyukur tak
bisa bicara. Keesokan harinya aku tidak bertemu sang Lady lagi. Kami melanjutkan perjalanan
tidak lama setelah matahari terbit. Pelayan penginapan membekali kami dengan teh,
nasi, dan sop, salah seorang di antara mereka bahkan menyiapkan makanan sambil
menguap, dia lalu meminta maaf kepadaku dan tertawa. Dia adalah wanita yang
menyentuh lenganku kemarin, dan ketika kami hendak berangkat, dia menangis,
"Selamat jalan, tuan muda! Selamat berkelana! Jangan lupakan kami!"
Ingin rasanya aku menginap semalam lagi. Lord Otori tertawa, menggodaku dan
berkata kalau dia terpaksa harus melindungiku dari para wanita di Hagi. Meskipun
tidak tidur semalaman, tetapi dia tetap bersemangat. Dia melangkah dengan penuh
semangat. Saat diperjalanan, aku mengira kami akan melewati pos perbatasan di
Yamagata, ternyata kami keluar dari kota, mcngikuti sungai yang lebih kecil dari sungai
yang mengalir di sisi jalan utama. Sungai kecil itu mengalir deras dan kemudian
menyempit di antara bebatuan. Sekali lagi kami mendaki gunung.
Kami dibekali cukup makanan untuk beberapa hari, sekali waktu kami berada jauh
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 20 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
di luar desa yang terletak di tepi sungai, dan tidak bertemu seorang pun. Jalan yang
kami lalui sempit, sunyi, dan terjal. Saat sampai di puncak gunung, kami berhenti lalu
makan. Hari menjelang senja, matahari membiasi bayangan di dataran yang telah kami
lalui. Deretan gunung di timur kini berwarna nila dan abu-abu.
"Itulah ibukota", ujar Lord Otori, mengikuti pandanganku.
Aku mengira yang dia maksud adalah Inuyama, Sehingga aku menjadi bingung.
Melihat aku bingung, dia melanjutkan, "Bukan, itu adalah ibukota yang
sebenarnya"tempat Kaisar memerintah. Tempatnya lebih jauh dari gunung yang
paling jauh itu. Inuyama terletak di tenggara." Dia menunjuk ke arah kami datang.
"Karena kita jauh dari ibukota dan kekuasaan Kaisar sangat lemah, sehingga bangsawan
yang gemar berperang seperti Iida bisa berbuat sesuka hatinya." Semangat Lord Otori
lenyap lagi. "Dan di bawah kita adalah tempat kekalahan terburuk Otori yang
menewaskan ayahku. Itu adalah Yaegahara. Otori dikhianati Noguchi yang membelot
pada Iida. Lebih dari sepuluh ribu orang tewas." Dia memandangku, "Aku tahu
rasanya melihat orang-orang yang terdekat meninggal. Saat itu usiaku tidak lebih tua
darimu." Aku menatap nanar dataran kosong itu. Tak bisa kubayangkan pertempuran
macam apa yang terjadi. Terbayang darah sepuluh ribu orang menodai bumi Yaegahara. Dalam kabut yang lembab, cahaya matahari berubah merah seolah membiaskan
darah dari dataran. Seekor elang terbang berputar-putar di atas lembah, seakan
memanggil dengan penuh duka.
"Aku tak ingin ke Yamagata," kata Lord Otori saat kami menuruni jalan setapak.
"Karena di sana aku akan mudah dikenali, dan juga karena ada beberapa alasan lain.
Kelak akan kukatakan padamu. Malam ini kita terpaksa tidur di luar, berbantalkan
rumput karena tak ada kota di dekat sini. Esok kita akan menyeberangi perbatasan
melalui rute rahasia, dan itu berarti kita sudah tiba di wilayah Otori, selamat dari
jangkauan Sadamu." Aku tak ingin menginap di dataran yang sunyi ini. Aku takut saat membayangkan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 21 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
ada sepuluh ribu hantu dan monster serta peri yang menjadi penunggu hutan ini. Arus
sungai terdengar seperti suara roh. Setiap kali ada lolongan serigala atau teriakan
burung hantu, aku langsung terjaga, denyut nadiku berpacu. Terkadang terasa bergetar
seperti ada gempa, pohon-pohon berdesir dan bebatuan berhamburan nun jauh di
dataran ini. Aku seperti mendengar jerit kematian, teriakan pembalasan. Aku mencoba
berdoa, namun yang kurasakan hanyalah kehampaan. Tuhan kaum Hidden telah
lenyap bersama keluargaku. Terpisah dari keluarga membuat hubunganku dengan
tuhan terputus. Di sampingku, Lord Otori tertidur dengan damai seakan-akan dia sedang tidur di
kamar penginapan. Meskipun begitu aku tahu dia lebih waspada dariku. Aku ragu
sekaligus takut tentang dunia yang kini aku masuki"dunia yang belum aku kenal,
dunia para klan, dengan aturan yang ketat dan hukuman yang kejam. Aku masuk ke
dunia ini hanya dengan berbekal orang ini, seorang bangsawan yang memenggal kepala
orang di depan mataku, dan dialah yang kini memiliki diriku. Aku menggigil dalam
kabut udara malam yang dingin.
Kami bangun sebelum fajar dan, ketika langit berubah menjadi keabuan, kami
telah menyeberangi sungai yang menjadi batas wilayah Otori.
Setelah perang Yaegahara, klan Otori yang sebelumnya menguasai wilayah tengah
dipaksa mundur oleh Tohan sehingga wilayah Otori menyempit hanya antara gugusan
gunung dan laut di utara. Di pos utama perbatasan, para prajurit Iida selalu berjagajaga, tapi di daerah terpencil seperti ini ada banyak tempat untuk menyelinap. Sebagian
besar petani dan buruh di daerah ini menganggap diri mereka anggota klan Otori.
Mereka tidak menyukai Tohan. Lord Otori mengatakan ini ketika kami berjalan hari
itu. Dia juga bercerita tentang daerahnya, menjelaskan berbagai metoda pertanian, cara
membangun waduk untuk irigasi, cara membuat jaring ikan, dan cara mengekstrak
garam dari laut. Dia tertarik pada segala hal dan tahu segalanya. Tak lama kemudian,
kami melewati jalan besar yang penuh dengan kesibukan. Para petani membawa hasil
panen berupa umbi-umbian, sayuran, telur, jamur, akar teratai, dan juga bambu untuk
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 22 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
dijual ke desa tetangga. Kami berhenti di pasar untuk membeli sandal karena sandal
yang kami pakai sudah hancur.
Ketika kami sampai di penginapan, semua orang mengenal Lord Otori. Mereka
berlari menghampiri dan menyalaminya sambil berseru sukacita. Mereka menyembah
pada Lord Otori. Kamar terbaik pun disiapkan, dan makan malam lezat disajikan.
Kini dia nampak seperti orang yang berbeda. Aku tahu kalau dia memiliki status
yang tinggi, berasal dari klas ksatria, tapi tetap saja aku tidak tahu siapa dia atau apa
posisinya dalam klan. Tapi sudah pasti posisinya tinggi. Ini membuatku malu. Aku
merasa seakan-akan semua orang memandangku dari ujung rambut hingga ujung kuku
sambil bertanya-tanya apa yang sedang aku lakukan, mereka seperti ingin mengusirku
jauh-jauh. Pagi itu, Lord Otori memakai pakaian yang sesuai dengan statusnya; kuda telah
menanti, dan juga empat atau lima pelayan laki-laki. Mereka agak meringis saat
mengetahui kalau aku tidak tahu sedikit pun soal kuda, dan mereka agak kaget ketika
Lord Otori menyuruhku berjalan di belakang kudanya, walaupun mereka tidak berani
membantah. Berkali-kali mereka mengajakku bicara"mereka menanyakan asal dan


Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namaku"tapi karena aku selalu membisu, mereka lalu menganggapku idiot, dan juga
tuli. Mereka lalu berbicara dengan suara kencang serta kata-kata yang sederhana sambil
menggunakan bahasa tubuh.
Aku tidak terlalu peduli kalau harus berlari kecil mengikuti kuda Lord Otori. Satusatunya kuda yang pernah dekat denganku adalah kuda Lord Iida dan kurasa semua
kuda marah padaku karena aku pernah inembuat teman mereka menderita. Aku terus
bertanya-tanya, apa yang akan kulakukan di Hagi. Aku membayangkan akan dijadikan
pelayan, tukang kebun atau bertugas mengurusi kuda. Namun ternyata Lord Otori
inemiliki rencana lain. Pada sore hari ketiga setelah kami bermalam di Yaegahara, kami tiba di ibukota
Hagi, sebuah kota kecil tempat kastil Otori berada. Kastil itu dibangun di pulau yang
dikelilingi laut dan dua sungai. Ada jembatan batu yang menghubungkan daratan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 23 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
dengan kastil. Jembatan yang sangat panjang, jembatan itu memiliki empat tiang
penyangga dari batu yang tersusun rapi. Kurasa jembatan ini dibangun dengan sihir,
dan saat kuda melangkah ke jembatan, aku memejamkan mata. Gemuruh sungai
seperti bunyi guntur di telingaku, dan di kejauhan aku mendengar sesuatu yang
berbeda"sesuatu yang membuatku gemetar.
Saat di tengah jembatan, Lord Otori memanggilku. Aku menyalip dari belakang
kuda ke tempat dia berhenti. Ada batu besar yang disusun seperti dinding. Di batu itu
terukir tulisan. "Kau bisa baca, Takeo?"
Aku menggelengkan kepala.
"Sungguh malang nasibmu. Kau harus belajar!" Dia tertawa. "Dan kurasa gurumu
akan membuatmu menderita! Kau pasti akan menyesal telah meninggalkan kehidupan
liarmu di gunung." Dia membacakan tulisan itu dengan lantang, "Klan Otori menjunjung tinggi keadilan
dan kesetiaan. Ketidakadilan dan pengkhianatan harus berhati-hati." Di bawah tulisan itu
tergambar lambang burung bangau.
Aku terus berjalan di samping kudanya hingga tiba di ujung jembatan. "Orang
yang membangun jembatan ini dikubur hidup-hidup di bawah batu besar itu," kata
Lord Otori tanpa ekspresi, `Agar dia tidak bisa membuat jembatan yang seperti ini
lagi, dan dia pun bisa menjaga jembatan ini selamanya. Kau dapat mendengar
arwahnya berbicara dengan sungai di malam hari."
Membayangkan ada hantu yang sedih terpenjara di bangunan indah yang dia
bangun sendiri membuat aku merinding. Tapi begitu sampai di kota tempat kastil klan
Otori, suara kematian berganti dengan hiruk-pikuk suara kehidupan.
Hagi adalah kota besar pertama yang pernah aku kunjungi. Bagiku kota ini tidak
berujung dan sangat memusingkan. Kepalaku penuh dengan berbagai suara: teriakan
para pedagang jalanan, bunyi mesin tenun dari dalam rumah yang sempit, tukang batu
yang sedang mcnempa, geraman suara gergaji, dan banyak lagi bunyi y,mg belum
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 24 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
pernah aku dengar sebelumnya. Jalanan penuh dengan kuli. Bau tanah lempung dan
tempat pembakaran menusuk hidung. Inilah pertama kali aku mcndengar bunyi
gerobak atau gemuruh bunyi tungku iulcang besi. Sayup-sayup aku juga mendengar
percaIwpan, caci-maki dan tawa, dan tidak ketinggalan, bau husuk sampah yang selalu
hadir. Di kejauhan terlihat kastil yang dibangun memhelakangi lautan. Aku mengira
kastil itu yang menjadi tujuan kami, dan semangatku langsung lenyap melihat
I:esuramannya. Tapi ternyata kami memutar ke arah timur, mengikuti sungai
Nishigawa yang bermuara di Higashigawa. Di sebelah kiri kami terbentang wilayah
yang ada jalan berliku serta kanal yang dikelilingi sejumlah rumah besar.
Matahari bersembunyi di balik awan gelap dan kini mulai tercium bau hujan.
Langkah kuda kian cepat, seakan tahu kalau kami hampir sampai di tujuan. Di ujung
jalan, ada sebuah gerbang besar terbuka. Beberapa pengawal keluar dari pos jaga lalu
berlutut, membungkuk saat kami lewat.
Kuda Lord Otori merendahkan kepala dan menggosok-gosokkan moncongnya
padaku dengan kasar. Kemudian kuda itu meringkik dan kuda lain yang di ada istal
membalasnya. Aku pegang tali kekang kuda itu, dan Lord Otori turun. Seorang
pelayan laki-laki segera mengambil tali kekang semua kuda yang menyertai perjalanan
kami lalu menggiring mereka.
Lord Otori melangkah melewati taman ke arah sebuah rumah. Aku berdiri diam
selama beberapa saat, ragu, tidak tahu harus mengikutinya atau mengikuti para
pelayan, tapi ternyata dia berbalik dan memanggilku, melambaikan tangannya
kepadaku. Ada sebuah taman yang dipenuhi dengan pohon dan tanaman yang berdiri dengan
tenang dan berderet rapi, berbeda sekali dengan pohon-pohon di gunung yang tumbuh
padat dan sesak. Aku merasa seolah-olah sebuah gunung ditangkap dan dibawa ke
tempat ini dalam bentuk miniatur.
Taman ini penuh dengan bunyi-bunyian-riak air yang mengalir melalui bebatuan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 25 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
dan juga dari saluran air. Aku dan Lord Otori berhenti, mencuci tangan di pancuran.
Gemericik air mengalir mirip bunyi lonceng yang mempesona.
Para pelayan rumah telah berdiri di beranda untuk menyambut. Aku kaget karena
pelayan di rumah ini tidak banyak, namun kelak aku tahu bahwa Lord Otori memang
hidup sederhana. Pelayannya hanya ada tiga orang wanita muda, seorang wanita agak
tua, dan satu orang laki-laki yang umurnya sekitar lima puluh tahun. Setelah
membungkuk hormat, ketiga pelayan itu langsung menarik diri, sedangkan kedua
orang itu menatapku dengan takjub, hampir tidak bisa disembunyikan.
"Dia mirip sekali..." bisik wanita itu.
"Luar biasa!" ujar laki-laki tua itu sepakat sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Lord Otori tersenyum sambil melepas sandal lalu masuk ke rumah. "Aku bertemu
dengannya saat hari telah gelap. Aku tidak menyadarinya hingga keesokan paginya. Ini
hanyalah kebetulan."
"Tidak, tapi lebih dari itu," kata wanita tua itu sambil menuntunku masuk ke
dalam rumah. "Dia mirip sekali," sambungnya. Laki-laki yang menyambut di luar
menatapku dengan bibir terkatup seolah-olah ldahnya tergigit saat mengunyah acar
plum"dari tatapannya seolah-olah dia mengatakan kalau aku hanya akan membawa
masalah. "Oh ya, aku memanggilnya Takeo," kata Lord dari balik pundak orang tua itu.
"Panaskan air untuk dia mandi dan carikan pakaian untuknya." perintah Lord.
Orang tua itu menggerutu dalam kekagetannya.
"Takeo!" seru wanita itu. "Siapa nama aslimu?"
Melihat aku hanya mengangkat bahu dan tersenyum, laki-laki itu berkata tajam,
"Dia dungu!" "Tidak, dia bisa berbicara dengan sempurna," balas Lord Otori dengan nada tidak
sabar. "Dia pernah berbicara kepadaku. Tapi ada kejadian mengerikan yang membuat
dia tidak bisa bicara. Kelak dia pasti bisa bicara lagi."
"Tentu saja," ujar wanita itu sambil tersenyum dan mengangguk ke arahku, "Ayo
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 26 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
ikut denganku. Aku akan mengurusmu."
"Maaf, Lord Shigeru," ujar laki-laki tua dengan sikap yang keras kepala"kurasa
kedua orang ini telah mengenal Lord Shigeru sejak kecil dan mereka yang telah
merawatnya hingga besar?"Apa rencanamu pada anak ini" Dia akan bekerja di dapur
atau di taman" Apa keahliannya?"
"Aku hendak mengangkatnya menjadi anakku," balas Lord Otori. "Urus
prosedurnya besok, Ichiro."
Suasana hening. Ichiro keheranan. Chiyo berusaha untuk tidak tersenyum.
Kemudian Chiyo dan Ichiro berbicara secara bersamaan. Chiyo lalu bersungut-sungut
meminta maaf, dan membiarkan Ichiro berbicara lebih dulu.
"Sungguh tak terduga," ucapnya gusar. "Kau telah merencanakan semua ini?"
"Tidak, ini hanya kebetulan. Kau tahu aku sangat berduka setelah kematian adikku
dan aku berusaha menutupi kesedihanku dengan pergi mengembara. Kesedihanku
berkurang sejak bertemu anak ini."
Chiyo melipat kedua tangannya di dada dan berkata, "Takdir telah mengirimnya
untukmu. Begitu lihat, aku tahu kau telah berubah"ada sesuatu yang membuatmu
sembuh. Namun, tentu saja, tak ada yang bisa menggantikan Lord Takeshi..."
Takeshi! Jadi Lord Otori memberiku nama mirip nama adiknya yang telah
meninggal. Dan dia hendak mengangkatku menjadi anaknya, menjadikanku keluarganya. Kaum Hidden percaya kalau orang dapat terlahir kembali melalui air. Tapi aku
terlahir kembali melalui sebilah pedang.
"Lord Shigeru, kau melakukan kesalahan fatal," kata Ichiro. "Dia ini bukan siapasiapa, hanya orang biasa... bagaimana tanggapan bangsawan Otori yang lain"
Pamanmu tidak akan setuju. Bahkan memintanya saja sudah dianggap penghinaan."
"Lihat dia," kata Lord Otori. "Siapa pun orangtuanya, pastilah bukan dari orang
biasa. Lagipula aku telah menyelamatkan dia dari Tohan. Iida hendak membunuh anak
itu. Karena telah menyelamatkannya, maka dia menjadi tanggung jawabku, dan berarti
aku harus mengangkatnya menjadi anakku. Agar selamat dari Tohan, dia harus dalam
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 27 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
perlindungan klan. Aku telah membunuh satu orang, mungkin dua, demi dirinya."
"Sungguh harga yang mahal. Semoga saja tidak menambah mahal." Kata Ichiro
tajam. "Apa yang dia lakukan sehingga Iida ingin menangkapnya?"
"Dia hanya berada di tempat dan pada waktu yang salah, itu saja. Tak perlu
mengutak-atik lagi sejarahnya. Anggap saja dia saudara jauh ibuku. Karang saja sesukamu!"
"Ada kabar bahwa Tohan telah membantai kaum Hidden. Jangan kau katakan
kalau dia salah seorang dari kaum itu."
"Andaikan dia dulu orang Hidden, maka kini dia bukan bagian dari mereka," balas
Lord Otori seraya bernapas panjang. "Itu masa lalu. Jangan berdebat lagi, Ichiro. Aku
telah berjanji untuk melindungi anak ini, dan tak akan ada yang bisa mengubahnya.
Lagipula, aku suka padanya."
"Tak ada untungnya mengangkat dia," sahut Ichiro.
Mereka saling berpandangan. Tangan Lord Otori membuat gerakan tak sabar, dan
Ichiro menurunkan pandangannya, membungkuk hormat dengan enggan. Sungguh
beruntung menjadi bangsawan"mereka bisa mendapatkan apa pun yang mereka
inginkan. Angin berhembus kencang, daun jendela berderit, dan suara-suara kehidupan
terdengar seperti tak nyata. Seakan-akan ada yang berbicara di kepalaku: Inilah
takdirmu di masa depan. Ingin sekali aku kembali ke hari sebelum aku pergi mencari
jamur di gunung" kembali pada kehidupanku bersama ibu dan orang-orang di desaku.
Namun aku tahu masa kecilku adalah masa lalu dan tak akan pernah kembali. Aku
harus menjadi laki-laki dan menjalani takdirku.
Dengan tekad itulah aku mengikuti Chiyo ke tempat permandian. Dia
memperlakukan aku seperti anak kecil, membukakan bajuku lalu menggosok sekujur
tubuhku sebelum membiarkanku berendam di air panas.
Tak lama kemudian dia datang membawa kimono dari bahan katun dan
menyuruhku memakainya. Aku menuruti perintahnya. Apa lagi yang dapat kulakukan"
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 28 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Dia mengeringkan rambutku dengan sehelai kain, dan menyisir rambutku ke belakang,
lalu dia ikat dengan gaya simpul di atas.
"Rambutmu perlu di potong," sungutnya sambil menyentuh rambutku. "Janggutmu
belum tumbuh. Berapa umurmu" Enam belas tahun?"
Aku mengangguk. Dia menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas
panjang. "Lord Shigeru ingin kau makan bersamanya," ujarnya, "Kuharap kau tidak
menambah kesedihannya."
Ichiro pasti telah menyampaikan keraguannya pada Chiyo.
Aku mengikutinya ke rumah yang lain, sambil mengamati setiap bagian bangunan
ini. Hari mulai gelap; lampu memancarkan cahaya jingga di sudut ruangan, tapi masih
kurang terang untuk melihat lebih banyak lagi. Chiyo mengantarku hingga ke tangga
di sudut ruang utama. Rumahku di Mino juga ada tangga, tapi tidak sebagus yang ini.
Kayunya yang gelap dipelitur dengan halus" mungkin dari pohon oak"dan setiap
anak tangganya mengeluarkan bunyi halus ketika aku melangkah di atasnya. Tangga ini
seperti dibangun dengan sihir, dan rasanya dapat kudengar suara orang yangg
membuatnya. Ruangan kosong ini sangat indah, jendelanya yang menghadap ke taman terbuka
lebar. Langit mendung, rintik hujan mulai turun. Chiyo membungkuk hormat
padaku"dengan sungkan"lalu berbalik pergi. Aku mendengar langkah kaki dan
suaranya saat dia berbicara dengan pelayan di dapur.
Setelah aku mulai tahu tentang kastil, istana dan rumah para bangsawan, masih
saja semua itu tidak bisa dibandingkan dengan pemandangan dari ruang atas di rumah
Lord Otori ini di saat hari semakin gelap dan bulan purnama bersinar diiringi tetesan
hujan lembut di taman. Di belakang ruangan ada pilar besar dari pohon cedar, dipelitur
sehingga terlihat corak dan serat kayu nya. Tiang-tiang di ruangan ini terbuat dari kayu
cedar, warnanya coklat kemerahan sehingga kontras dengan warna dinding yang putih
krem. Alas lantai yang terhampar berwarna keemasan, pinggirannya dijahit secarik
bahan nila lebar yang dihiasi motif bangau putih, lambang klan Otori.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 29 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Sebuah gulungan kertas perkamen bergambar seekor burung kecil tergantung di
ruangan kecil, masih dalam ruangan ini. Burung itu sedang mengepakkan sayapnya
yang putih kehijauan, mirip burung yang pernah kulihat di hutan. Lukisan itu begitu
hidup hingga burung itu seperti akan segera terbang tinggi. Sungguh menakjubkan
bahwa pelukis yang begitu hebat dapat mengenal burung biasa yang ada di pedesaan.
Terdengar langkah kaki di ruangan bawah dan aku segera duduk bersila. Dari
jendela yang terbuka lebar, aku melihat seekor bangau putih abu-abu besar berdiri di
kolam di taman. Paruhnya berada di dalam air dan, saat muncul, ada seekor ikan kecil
yang menggelepar di paruhnya. Lalu bangau itu terbang dengan anggun.
Lord Otori datang diikuti oleh dua gadis pelayan yang membawa makanan. Dia
menoleh ke arahku lalu mengangguk. Aku membungkuk sebagai tanda hormat. Dia
seperti burung bangau dan aku seperti ikan kecil yang menggelepar, diambil dari
duniaku dan dibawa terbang ke dunianya.
Hujan semakin deras, rumah dan taman mulai bernyanyi bersama percikan air.
Curahan air dari saluran air di atap rumah membentuk arus yang mengalir dari satu
kolam ke kolam lain. Setiap tetesan air yang jatuh mengalunkan nada yang berbeda.
Rumah ini bernyanyi untukku sehingga aku jatuh cinta dengan nyanyiannya. Ingin aku
menjadi bagian dari rumah ini. Aku akan melakukan apa saja untuk rumah ini, apa pun
keinginan pemilik rumah. Setelah melahap semua makanan dan mangkuk telah dipindahkan, kami duduk di
dekat jendela yang terbuka, mengiringi malam yang semakin larut. Dalam keremangan,
Lord Otori menunjuk ke ujung taman. Aku melihat riak air di parit yang berasal dari
atap rumah, alirannya bergerak ke sungai besar. Sungai itu bergemuruh dalam dan
pasti, warna airnya yang hijau abu-abu memenuhi saluran air bagaikan sebuah layar
yang terlukis. "Senang rasanya berada di rumah," dia berkata dengan tenang, "Namun,
sebagaimana sungai itu selalu berada di luar pintu rumah, begitu pula dunia ini. Dunia
tempat kita tinggal."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 30 KISAH KLAN OTORI

Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
DI tahun yang sama sewaktu Lord Otori menyelamatkan seorang anak laki-laki di
Mino yang berganti nama menjadi Otori Takeo, terjadi beberapa peristiwa di kastil
nun jauh di wilayah selatan. Kastil itu adalah pemberian Iida Sadamu kepada Noguchi
karena turut membantunya.dalam perang Yaegahara. Setelah berhasil mengalahkan
klan Otori, musuh utamanya, Iida lalu memaksa mereka untuk menerima beberapa
syarat yang menguntungkan dirinya. Target Iida berikutnya adalah klan terbesar ketiga
dari Tiga Negara, Seishuu, yang menguasai sebagian besar wilayah selatan dan barat.
Tapi karena Seishuu memilih untuk bersekutu dengan Tohan, maka kedua klan
berbagi tawanan. Anak gadis dari pemimpin klan Maruyama diberikan pada Tohan,
sedangkan anak gadis pimpinan klan Shirakawa, kerabat dekat Maruyama, diberikan
pada Seishuu. Putri sulung Lord Shirakawa, Kaede, dibawa ke Kastil Noguchi sebagai tawanan
saat masih gadis cilik, dan kini ia telah melewatkan setengah masa hidupnya"waktu
yang cukup lama untuk menimbun rasa benci. Di malam hari, saat tidak bisa tidur,
Kaede tidak berani membalikkan badan karena takut ada pelayan datang
menamparnya. Ia selalu mengingat nama-nama gadis pelayan yang sering
menamparnya. Ia menyimpan semua itu di kepalanya karena ia takut mereka tahu apa
yang ia pikirkan sehingga mereka akan menamparnya. Ia tahu kalau banyak gadis yang
tidak sabar lagi ingin menamparnya. Ia tahu itu karena mereka sering menampar dan
memukulinya. Kenangan masa kanak-kanak yang masih ia ingat hanyalah rumah yang telah ia
tinggalkan sejak umur tujuh tahun. Sejak dibawa ayahnya ke kastil ini, ia tidak pernah
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 31 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
lagi bertemu ibu atau adik perempuan lagi.
Tiga kali ayahnya datang menjenguk, dan itu pun hanya untuk melihat Kaede
tinggal dengan pelayan, bukan dengan anak-anak Noguchi. Penghinaan pada ayahnya
lengkap sudah: ayahnya, Lord Shirakawa, bahkan tidak bisa protes. Dan Kaede yang
masih belia dapat melihat kemarahan di mata ayahnya. Pada dua kunjungan awal,
Kaede diijinkan berbicara dengan ayahnya. Kenangan yang masih ia ingat saat itu
adalah saat ayahnya memegang bahunya dan berkata dengan nada tertekan, "Andai saja
kau laki-laki!" Pada kunjungan yang ketiga, mereka hanya bisa saling memandang, mereka tidak diijinkan berbincang. Sejak itu, ayahnya tidak pernah lagi datang dan Kaede
pun tidak pernah mendengar kabar tentang rumahnya.
Ia memahami alasan ayahnya tidak datang lagi. Saat umurnya dua belas tahun,
dengan membuka mata dan telinga serta bergaul dengan orang yang bersimpati
padanya, akhirnya ia tahu kalau dia adalah tawanan, bidak dalam peperangan antar
klan. Ia tak ada nilai bagi orang yang menguasai dirinya selain menjadi nilai tambah
dalam tawar-menawar kekuasaan. Ayahnya seorang pemimpin klan yang menguasai
wilayah Shirakawa yang strategis; ibunya adalah kerabat dekat klan Maruyama. Karena
tak mempunyai anak laki-laki, maka ayahnya akan mengangkat suami Kaede sebagai
penggantinya. Dengan menguasai Kaede, berarti Noguchi telah mendapatkan
kesetiaan, persekutuan dan tahta klan Shirakawa.
Kaede tidak memikirkan yang lain"rasa takut, kerinduan pada kampung halaman,
atau rasa sepi"yang ada hanyalah rasa benci karena Noguchi tidak menghargai dirinya
sebagai seorang tawanan. Sama seperti rasa bencinya pada para pelayan yang selalu
mencelanya, dan rasa bencinya pada bau aneh dari ruang penjaga di dekat gerbang, atau
ketika harus menaiki tangga yang curam sambil membawa sesuatu.... Dan, parahnya
lagi, dia selalu membawa sesuatu: entah itu baskom berisi air dingin, ketel air panas,
makanan bagi para penjaga yang rakus, atau barang lain yang malas mereka bawa. Dia
membenci kastil ini, membenci batu-batu besar yang menyusun fondasi, dan ruang atas
kastil yang gelap, di mana balok-balok yang malang-melintang seakan menggemakan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 32 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
keinginan untuk segera bebas dari tempat ini, kembali ke hutan tempat mereka berasal.
Kaede juga membenci para penjaga. Semakin ia beranjak dewasa, semakin sering
penjaga melecehkaniiya. Gadis pelayan seumurnya berlomba-lomba mencari perhatian
penjaga. Mereka memuji-muji dan bersikap manja kepada para penjaga, suara mereka
dibuat manja dan berpura-pura lembut, bahkan kadang terlalu konyol. Semua itu
mereka lakukan untuk memperoleh perlindungan. Ia tidak menyalahkan mereka"ia
percaya bahwa semua wanita harus bisa menggunakan apa pun yang mereka miliki
untuk melindungi diri dari peperangan yang telah menjadi bagian dari hidup ini"tapi
ia tak mau melakukan hal seperti itu. Dia tidak bisa. Satu-satunya harapannya agar
terbebas dari kastil ini yaitu menikahi orang dari klas yang setara. Jika kesempatan itu
tidak juga datang, ia ingin mati saja.
Kaede sadar kalau ia tidak seharusnya memikul semua itu sendirian. Ia harus
mendekati seseorang. WaIaupun tak mungkin untuk bicara pada Lord Noguchi, tapi
ada kemungkinan ia bisa mendekati Lady Noguchi. Setelah memikirkannya lagi, ia
yakin tidak akan diberi kesempatan bertemu dengan Lady Noguchi. Tidak ada tempat
baginya untuk mengadu. Tak ada orang yang bisa melindunginya. Ia sendiri yang harus
melindungi dirinya. Tapi para penjaga begitu kuat. Kaede memang termasuk tinggi
untuk ukuran seorang gadis"terlalu tinggi, begitu kata pelayan dengan iri"dan ia juga
tidak lemah, ia selalu bekerja keras. Tapi pernah ada seorang penjaga yang bercanda
dan menariknya dengan kasar dan mendekapnya hanya dengan satu tangan, dan ia tak
mampu melepaskan diri. Ia menggigil setiap teringat kejadian itu.
Semakin lama, semakin sulit ia menghindar dari perhatian para penjaga. Di akhir
bulan kedelapan, saat umurnya lima belas tahun, terjadi hujan lebat disertai angin
topan yang bertiup dari arah barat selama berhari-hari. Kaede membenci hujan.
Baginya, hujan hanya akan membuat semuanya menjadi lembab dan berbau. Ia
membenci hujan karena terpaksa berjalan dengan kimono basah yang melekat di badan
sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas, dan ini membuat penjaga semakin
menggodanya. LIAN HEARN BUKU PERTAMA 33 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Hei, Kaede, gadis kecil!" seorang penjaga berteriak saat dia berlari dari dapur
menerobos hujan, melewati menara di gerbang kedua. "Jangan tergesa-gesa! Ada pesan
untukmu! Tolong panggil Kapten Arai turun! Dia diminta untuk memeriksa seekor
kuda baru." Seluruh kastil dibasahi air hujan. Dalam sekejap ia telah basah kuyup, dan
sandalnya yang basah sempat membuat dia tergelincir dan tersandung saat melangkah
di tangga batu. Namun ia tidak mengeluh karena Arai adalah satu-satunya orang yang
tidak ia benci. Arai selalu sopan, tidak pernah mencela atau melecehkan dirinya. Kaede
tahu bahwa tanah kekuasaan Arai berbatasan dengan wilayah ayahnya, tidak heran bila
gaya bicara Arai beraksen wilayah Barat yang halus seperti dirinya.
"Hei, Kaede!" tegur penjaga lain saat melihat Kaede berlari ke menara utama. "Kau
selalu berlari! Berhentilah dan mari kita bicara!"
Ketika Kaede mengabaikan ajakan penjaga itu dan terus menaiki anak tangga,
penjaga itu berteriak lagi, "Mereka mengatakan bahwa kau laki-laki! Kemarilah dan
buktikan bahwa kau perempuan!"
"Bodoh!" gerutu Kaede, ia terpeleset saat melangkah ke anak tangga kedua.
Para penjaga di lantai atas sedang bermain judi dengan menggunakan sebilah
belati. Arai langsung berlari dan menyapa dengan sopan begitu melihat Kaede datang.
"Lady Shirakawa." Kapten Arai memiliki postur yang besar, berpenampilan
menarik dan mata yang nampak cerdas. Kaede menyampaikan pesan kepadanya. Arai
menngucapkan terima kasih dan menatap Kaede sejenak seperti hendak mengatakan
sesuatu, tapi kemudian dia berubah pikiran. Arai menuruni tangga dengan tergesagesa.
Kaede berdiri mematung, memandang ke luar jendcla. Hembusan angin dari
gunung terasa dingin dan lembab. Pemandangan di luar hampir tertutup kabut, namun
ia masih dapat melihat rumah Lord Noguchi di bawah menara. Ia membayangkan
dirinya tinggal di rumah itu, bukan berlarian kesana-kemari dalam hujan uniuk
memanggil orang. "Jika Lady Shirakawa hendak menunggu hujan reda, lebih baik bergabung bersama
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 34 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
kami," ajak seorang penjaga sambil menepuk punggungnya.
"Jangan sentuh aku!" seru Kaede marah.
Si penjaga tertawa. Kaede takut membayangkan suasana hati mereka yang jenuh
dan tertekan, muak pada hujan karena hanya berjaga-jaga dan menunggu, dan tidak
dapat melakukan apa-apa. "Oh, kapten lupa membawa belatinya," salah seorang penjaga berkata, "Kaede,
cepat kejar dia." Kaede mengambil belati itu dengan tangan kiri, menimbang-nimbang berat serta
ukurannya. "Dia tampak berbahaya!" canda seorang penjaga. "Jangan sampai melukai dirimu,
gadis kecil!" Kaede segera menuruni tangga, namun Arai telah keluar dari menara. Ketika
mendengar suara Arai di taman, ia hendak mengejarnya, tapi belum sempat ia keluar
menara, penjaga yang tadi menegurnya keluar dari pos jaga. Kaede berhenti, ia
sembunyikan belati di belakang punggungnya. Penjaga itu berdiri tepat di depannya,
sangat dekat, dan membelakangi cahaya keabuabuan yang datang dari luar menara.
"Ayolah Kaede, tunjukkan bahwa kau bukan lakilaki!"
Dengan kasar, penjaga itu meraih tangan kanan Kaede dan menariknya sambil
menekan satu kakinya di antara kedua kaki Kaede, memaksa paha Kaede agar terbuka.
Tanpa pikir panjang Kaede menikam belati yang ada di tangan kirinya ke leher orang
itu. Seketika itu juga si penjaga berteriak lalu melepaskan Kaede, kedua tangan penjaga
itu memegang lehernya dan menatap Kaede dengan mata terbelalak. Penjaga itu tidak
terluka parah, tapi darah mengucur dcngan deras. Kaede tidak mempercayai apa yang
ia perbuat. Aku pasti mati, pikirnya. Seiring dengan teriakan minta tolong si penjaga,
Arai datang. Sekilas Arai mengamati situasi, merebut belati dari tangan Kaede, dan
langsung menggorok leher si penjaga. Penjaga itu pun jatuh dengan terseguk.
Arai menarik Kaede ke luar, dan di bawah guyuran air hujan dia berbisik, "Penjaga
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 35 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
itu hendak memperkosa dirimu. Aku datang dan membunuhnya. Begitulah kejadiannya, bila kau tak ingin kita berdua mati."
Kaede mengangguk. Ia telah menusuk seorang penjaga sedangkan Arai telah
meninggalkan belatinya: dua peIanggaran yang tidak termaafkan. Kini Arai telah
melenyapkan saksi. Bukannya takut atas kematian si penjaga, Kaede bahkan merasa
gembira. Semoga mereka semua mati, pikirnya, klan Noguchi, Tohan, dan seluruh klan.
"Akan kukabarkan ini kepada pimpinannya, Lady Shirakawa," ujar Arai.
"Seharusnya kau tidak dibiarkan tanpa perlindungan." Lalu dia menambahkan, "Lakilaki terhormat tak akan melakukan hal itu."
Arai berteriak ke atas menara untuk memanggil pengawal, lalu berkata pada Kaede,
"Jangan lupa, aku telah menyelamatkan nyawamu."
Kaede menatapnya lurus. "Jangan lupa juga, belati itu milikmu," jawabnya.
Arai tersenyum kecut, "Kalau begitu, nasibku ada di tanganmu dan nasibmu ada di
tanganku." "Bagaimana dengan mereka?" tanya Kaede ketika mendengar langkah kaki penjaga
di tangga. "Mereka tahu aku yang membawa belati."
"Mereka tak akan mengkhianatiku," balasnya. "Aku bisa mempercayai mereka."
'Aku tak mempercayai siapa pun," bisik Kaede.
"Kau harus percaya padaku," ucapnya.
Keesokan hari, Kaede dikabari kalau dia akan dipindahkan ke kediaman Noguchi.
Sambil membungkus semua barang miliknya dengan kain, ia mengusap-usap kain
bergambar sungai putih dengan latar belakang matahari Seishuu, lambang keluarganya.
Ia malu karena hanya mempunyai sedikit barang. Kejadian sehari sebelumnya masih
terlintas di benaknya: belati di tangan kirinya, dekapan dan kematian si penjaga. Juga
ucapan Arai: Seorang laki-laki terhormat tidak akan melakukan hal itu! Tidak seharusnya
Arai berkata seperti itu pada tuannya. Ia tak akan berani, tidak juga di depan Kaede,
kecuali bila dia ada niat untuk memberontak. Mengapa Arai memperlakukan aku
begitu baik" Apakah dia mencari dukungan dari klanku" Dia sudah terkenal dan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 36 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
berkuasa; Kaede curiga Arai memiliki ambisi yang lebih besar. Arai mampu bertindak
cepat dalam memanfaatkan setiap kesempatan.
Kaede mengatur semua barangnya dengan hati-hati agar barang sekecil apa pun tak
akan menyulitkan saat dibawa.
Hari itu, semua gadis pelayan menghindar darinya, mereka berbicara bergerombol dan
langsung diam saat ia lewat. Dua di antara gadis itu nampak seperti habis mcnangis;
mungkin mereka kekasih penjaga yang mati itu. Tak seorang pun bersimpati padanya.
Kemarahan gadis-gadis itu bahkan semakin menumbuhkan kebenciannya pada mereka.
Sebagian dari mereka memiliki rumah; mereka bisa kembali ke orangtua dan keluarga,
kapan saja mereka mau. Mereka bukan tawanan seperti dirinya. Lagipula,
penjaga itu yang menarik ia dengan
kasar, hendak mem-perkosa. Siapa pun yang
mencintai orang seperti seperti itu tentu orang idiot.
Seorang pelayan yang belum Kaede kenal datang mcnyapa dan membungkuk
hormat lalu meminta Kaede mengikutinya. Kaede mengikuti pelayan itu menuruni
anak tangga curam dari batu yang menghubungkan kastil dengan kediaman Lord
Noguchi. Saat mereka melewati ruang tahanan di bawah gerbang raksasa, para penjaga
memalingkan muka dengan marah. Kaede dan gadis itu berjalan ke taman yang
mengelilingi rumah Noguchi.
Ia sering melihat taman ini dari kastil, namun inilah pertama kali ia ke sini sejak
umurnya tujuh tahun. Sewaktu sampai di bagian belakang rumah, gadis itu menunjuk
ke sebuah ruangan kecil. "Tunggulah sebentar di sini, Lady."
Setelah gadis itu pergi, Kaede berlutut di lantai. Ruangan ini tertata rapih,
meskipun ukurannya tidak besar, dan pintu-pintunya yang terbuka menghadap ke
taman. Hujan telah reda dan matahari bersinar cerah, butiran air di dedaunan
memantulkan sinar berkilauan. Kaede memandangi lentera batu yang ada di tengah
kolam. Kodok dan jangkrik bernyanyi riang. Kedamaian dan keheningan tempat ini
mencairkan sesuatu yang telah mengendap keras di hatinya, dan mendadak Kaede
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 37 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
ingin menangis. Kaede berusaha menahan tangis dengan cara memunculkan rasa bencinya pada
Noguchi. Ia menyelipkan kedua tangannya ke dalam lengan baju dan merasakan
memar di lengannya. Ia semakin membenci keluarga Noguchi karena mereka tinggal di
tempat yang indah ini, sedangkan ia, anak Lord Shirakawa, hanya tinggal bersama
pelayan. Pintu yang berada di belakangnya bergeser dan seorang wanita berlutut di pintu,
"Lord Noguchi ingin bertemu Anda, Lady."
"Bantulah aku untuk bersiap-siap," ujar Kaede. Ia tidak mau bertemu Noguchi
dengan penampilannya saat ini, rambut yang tidak tertata rapih, dan pakaian yang
usang serta kotor. Pelayan itu masuk dan Kaede berpaling melihatnya. Dia sudah tua, kulit tangannya
pun berkeriput, namun wajahnya halus dan rambutnya hitam. Dia memperhatikan
Kaede dengan kagum. Lalu, tanpa banyak bicara dia membuka bungkusan kain milik
Kaede, mengeluarkan kimono ringan yang agak bersih dan sisir serta penjepit rambut.
"Mana baju lainnya?"
"Aku dibawa kemari saat umur tujuh tahun," kata Kaede dengan marah. "Kau pikir
aku kecil terus" Ibuku mcngirimkan pakaian yang lebih baik, namun aku dilarang


Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyimpannya!" Wanita itu mendecak kagum. "Untung saja nona sangat cantik sehingga tidak
perlu banyak polesan."
"Apa maksudmu?" tanya Kaede karena ia belum pernah melihat wajahnya sendiri.
"Aku akan menyisiri rambutmu dan mencarikan alas kaki yang bersih. Aku Junko.
Lady Noguchi mengirimku untuk melayanimu. Akan kusampaikan bahwa Anda tak
memiliki pakaian yang pantas."
Junko pergi dan kemudian datang bersama dua orang gadis yang membawa
semangkuk air, kaus kaki hersih, dan kotak kayu kecil berukir. Junko membersihkan
wajah, tangan dan kaki, lalu menyisir rambut Kaede yang panjang dan hitam. Mereka
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 38 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
bergumam takjub. "Ada apa?" tanya Kaede dengan gugup.
Junko membuka kotak kecil itu dan mengeluarkan cermin yang bulat. Di belakang
cermin itu terukir motif bunga dan burung. Junko menggenggam cermin itu agar
Kaede dapat bercermin. Kaede langsung terdiam saat melihat wajahnya.
Perhatian dan kekaguman para wanita itu membuat Kaede agak percaya diri,
namun rasa percaya dirinya langsung hilang ketika dia mengikuti Junko ke ruangan
utama rumah ini. Ia pernah melihat Lord Noguchi dari jauh, saat kunjungan ayahnya
yang terakhir. Ia tidak pernah menyukai Lord Noguchi, dan kini ia cemas saat akan
menemuinya. Junko berlutut dan menggeser pintu lalu masuk sambil menyembah. Kaede
melakukan hal yang sama. Alas lantai terasa dingin dan tercium bau rumput di musim
panas. Di dalam ruangan, Lord Noguchi sedang berbicara dengan sesecrang dan tidak
memperhatikan kehadiran Kaede. Mereka sedang membahas soal pajak pertanian:
tentang terlambatnya para petani membayar pajak. Tak lama lagi musim panen baru
tiba, tapi petani belum membayar pajak panen yang sebelumnya. Orang yang diajak
bicara kadang memberi komentar yang menenangkan Lord Noguchi"dengan
memberi alasan cuaca yang sering berubah, musim angin topan yang sebentar lagi tiba,
pengabdian para petani, dan kesetiaan para penyewa tanah"dan Lord Noguchi akan
menggerutu, kemudian diam beberapa saat, lalu mulai mengeluhkan hal yang sama
lagi. Akhirnya Lord Noguchi diam lagi. Salah seorang kepercayaannya mendehem
sekali dua kali. Lord Noguchi memberi perintah dan orang itu pun mundur dengan
berlutut ke pintu. Lord Noguchi mendekati Kaede yang tak berani mengangkat kepalanya.
"Panggil Arai," perintahnya. Sepertinya dia telah merencanakan semua ini.
Kini dia akan berbicara padaku, pikir Kaede, tapi ternyata Lord Noguchi hanya
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 39 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
diam membisu. Kaede tetap diam tak bergerak.
Setelah cukup lama menunggu, Kaede mendengar Arai yang masuk ke ruangan
dan melihat Arai menyembah di sampingnya. Lord Noguchi juga tidak
mengacuhkannya. Dia menepuk tangan dua kali dan beberapa orang segera masuk.
Kaede merasa seakan-akan mereka hendak menginjak-injak dirinya saat melewati
dirinya. Ketika memandang sekilas ke mereka dari samping, ia tahu kalau kedudukan
mereka cukup penting. Ada yang memakai lambang Noguchi di kimononya, dan ada
juga yang memakai lambang Tohan, gambar daun oak berhelai tiga. Ia yakin mereka
akan dengan senang hati menginjak-injak dirinya, seakan-akan ia adalah kecoa. Kaede
bersumpah tidak akan membiarkan orang-orang Tohan dan Noguchi melukai dirinya.
Orang-orang itu duduk di atas alas lantai.
"Lady Shirakawa," akhirnya Lord Noguchi berkata. "Duduklah."
Saat Kaede melakukan perintah Lord Noguchi, ia merasa semua laki-laki di
ruangan itu menatapnya. Semua orang nampak tegang, ada sesuatu yang tidak ia
pahami. "Sepupu," kata Lord Noguchi, ada nada keheranan dalam suaranya. "Kuharap kau
baik-baik saja." "Terima kasih atas kepedulian Anda, aku baik-baik saja," balas Kaede dalam
kalimat sopan walaupun kata-kata yang diucapkan terasa seperti racun yang membakar
lidahnya. Ia merasa rapuh di dalam ruangan ini, satu-satunya perempuan di antara lakilaki yang kuat dan kejam. Ia mencuri pandang ke Lord Noguchi dari bawah bulu mata.
Bagi Kaede, wajah itu adalah wajah orang yang pemarah, lemah dan bodoh. Wajah
yang penuh dengan kebencian.
"Ada kejadian yang tidak menyenangkan di pagi ini," kata Lord Noguchi.
Kesunyian kian mencekam. "Arai telah menceritakan kejadiannya. Kini aku ingin
mendengar langsung darimu."
Kaede menyembah dengan gerakan lambat, pikirannya berpacu dengan cepat. Saat
ini ia yang menguasai nasib Arai. Dan Lord Noguchi tak lagi memanggilnya kapten,
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 40 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
sebagai tanda penghormatan. Apakah dia mencurigai kesetiaan Arai" Apakah dia tahu
kejadian yang sebenarnya" Jangan jangan ada pengawal yang berkhianat" Jika
membelanya, apakah kami berdua justru akan masuk dalam jebakan"
Arai adalah satu-satunya orang di kastil ini yang memperlakukan aku dengan baik,
pikir Kaede. Aku tak akan mengkhianatinya. Lalu Kaede duduk dan berkata sambil
menunduk, ia berkata dengan nada yang meyakinkan. "Aku ke ruang penjaga di kastil
untuk menyampaikan pesan kepada Lord Arai. Lalu aku mengikuti dia turun; dia
dibutuhkan di istal. Pengawal di gerbang menghalang-halangiku. Saat aku menjauh,
dia menangkapku." Kaede memperlihatkan memar di lengannya, bekas jari jari penjaga
tampak merah keungu-unguan di kulitnya yang putih pucat. "Aku berteriak.
Mendengar teriakanku, Lord Arai datang menolong." Ia kembali membungkuk. 'Aku
berhutang padanya dan juga pada Anda, tuanku, karena telah melindungku." Ia
menunggu dengan kepala di lantai.
"Uuuuh," gerutu Lord Noguchi. Suasana menjadi hening. Beberapa serangga
berdengung di sore yang panas ini. Keringat membasahi alis para laki-laki yang duduk
diam tak bergerak. Kaede bahkan mampu mencium bau keringat mereka yang seperti
bau binatang, dan ia merasakan keringat yang menetes di dadanya. Ia menyadari
bahaya yang ia hadapi. Andai ada penjaga yang membuka rahasia soal belati yang
tertinggal dan ada seorang gadis yang mengambil, menggenggam belati itu... Kaede
langsung membuang pikiran itu jauh-jauh, takut ada yang bisa membaca pikirannya.
Akhirnya Lord Noguchi berkata seperti tidak terjadi apa-apa, bahkan terkesan
setuju, "Bagaimana dengan kudanya, Kapten Arai?"
Arai mengangkat kepala untuk bicara. Suaranya tenang. "Masih sangat muda dan
berpenampilan menarik. Kuda itu berasal dari peternakan yang bagus dan mudah
dijinakkan." Mendengar itu, semua orang gembira. Kaede merasa bahwa mereka sedang
menertawai dirinya, dan darah berdesir di pipinya.
"Kau memiliki banyak keahlian, Kapten," kata Lord Noguchi. "Sungguh menyesal
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 41 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
bila kami harus kehilangan semua keahlianmu, tapi kurasa isteri dan anak-anakmu
mungkin butuh perhatian untuk sementara, sekitar setahun atau dua tahun..."
"Lord Noguchi," Arai membungkuk tanpa menunjukkan reaksi apa pun.
Bodoh sekali Lord Noguchi ini, pikir Kaede. Ingin aku yakinkan dia agar Arai tetap di
sini, agar dapat kuawasi. Mengirim Arai ke sana hanya akan memberinya kesempatan
untuk memberontak. Arai mundur keluar, tanpa menoleh ke arah Kaede. Mungkin Noguchi berencana
untuk membunuh Arai saat dia pulang, pikir Kaede dengan sedih. Aku tak akan bertemu
dia lagi. Suasana tegang agak mencair setelah Arai pergi. Lord Noguchi mendehem untuk
menjernihkan tenggorokkannya. Para prajurit berganti posisi, menyamankan kaki dan
punggung. Kaede merasakan mata mereka tetap menatapnya. Memar di tangannya dan
kernatian penjaga telah membangkitkan gairah mereka. Mereka tidak ada bedanya
dengan si penjaga yang mati.
Pintu di belakangnya terbuka, dan pelayan yang mengantarnya dari kastil ke
kediaman Lord Noguchi datang membawa teh. Dia melayani semua orang dan ketika
hendak keluar, Lord Noguchi membentaknya. Pelayan itu membungkuk dengan
bingung, lalu menyiapkan secangkir teh untuk Kaede.
Kaede minum teh sambil menunduk, mulutnya terasa kering hingga sulit menelan.
Arai telah diasingkan sebagai hukuman, bagaimana dengan dirinya"
"Lady Shirakawa telah bertahun-tahun kau bersama kami. Kau adalah bagian dari
rumah ini." "Kau telah berjasa padaku, tuanku," balasnya.
"Tapi kurasa kesenangan yang terjadi antara kau dan keluarga ini tidak akan
berlangsung lama. Aku telah kehilangan dua anak buahku karenamu. Aku tidak yakin
bisa menahanmu lebih lama lagi!" Dia tertawa perlahan diikuti dengan tawa para lakilaki.
Dia akan mengirimku pulang! Harapan palsu mendebarkan hatinya.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 42 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Kau sudah cukup umur untuk menikah. Semakin cepat semakin baik. Akan
kukabarkan pada orangtuamu siapa calon suamimu. Kau akan tinggal bersama isteriku
hingga hari pernikahanmu."
Kaede membungkuk lagi, tapi ia sempat melihat tatapan antara Lord Noguchi
dengan seorang laki-laki yang lebih tua. Pasti dengan orang itu, pikirnya, atau dengan
laki-laki yang seperti orang itu: tua, tamak, dan keiam. Gagasan untuk menikah dengan
siapa pun membuat Kaede takut. Bahkan membayangkan kalau ia akan diperlakukan
lebih baik di rumah Noguchi tetap membuatnya tidak bersemangat.
Junko menemani Kaede kembali ke ruangan, lalu menuntunnya ke kamar mandi.
Hari mulai senja dan Kaede merasa letih. Junko memandikan, dan menggosok
pimggung serta kaki Kaede dengan butiran beras.
'Aku akan mencuci rambutmu besok," janji Junko. "Rambutmu terlalu panjang dan
tebal bila dicuci malam ini. Sulit kering dalam waktu singkat, dan kau pun akan
kedinginan." "Lebih baik aku mati kedinginan," kata Kaede. "Itu yang terbaik untukku."
"Jangan berkata seperti itu," tegur Junko seraya membantu Kaede masuk ke bak
mandi untuk berendam di air hangat. "Kau akan memiliki hidup yang indah. Kau
sangat cantik! Kau akan menikah dan mempunyai banyak anak."
Dia mendekatkan mulutnya ke telinga Kaede dan berbisik, "Kapten Arai
menyampaikan rasa terima kasih karena kau telah membelanya. Dia menyuruhku
melindungimu." Apa yang bisa dilakukan wanita di dunia laki-laki ini" pikir Kaede. Perlindungan
macam apa yang kami punya" Apakah ada yang dapat menjagaku"
Kaede teringat bayangan wajahnya di kaca dan tak sabar ingin melihatnya lagi.*
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 43 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
SETIAP sore selalu ada burung bangau yang datang ke taman, mengapung bak hantu
kelabu di kolam, melipat tubuhnya dengan cara yang menakjubkan, dan berdiri di
Icolam yang sedalam paha, tenang tidak bergerak layaknya patung Jizo. Di kolam itu
ada banyak ikan mas merah keemasan yang sering diberi makan oleh Lord Otori,
walaupun ikan itu nampak terlalu gemuk untuk selalu diberi makan. Bangau itu diam
tidak bergerak selama beberapa saat hingga ikan-ikan lupa kehadirannya dan berani
bergerak. Lalu sang bangau menyambar ikan itu dengan cepat, lebih cepat dari .
gerakan mata, kemudian terbang membawa ikan yang masih menggelepar di paruhnya.
Kepakan sayapnya yang pertama terdengar sekencang suara kipas, dan kemudian
bangau itu terbang dengan hening, sehening saat dia datang.
Hari-hari masih terasa panas di musim gugur yang melelahkan ini. Di satu sisi kau
tidak sabar menanti semua ini berakhir, namun di sisi lain kau tidak ingin semua ini
berlalu karena hawa panas yang menusuk ini adalah penghujung musim.
Sebulan sudah aku di rumah Lord Otori. Musim panen telah berlalu, banyak
tumpukan jerami kering di sawah dan di sekitar rumah petani. Lili merah musim gugur
mulai layu. Buah persimmon menguning, daunnya mulai rapuh berguguran, dan kulit
chestnut terserak di jalan, memuntahkan isinya yang mengkilap. Bulan purnama musim
gugur datang dan pergi. Chiyo meletakkan chestnut, jeruk, dan beras di kuil sebagai
persembahan. Aku ingin tahu apakah ada orang yang melakukan hal serupa di desaku
saat ini. Pelayan mengumpulkan berbagai bunga hutan, dan diletakkan berdiri di buket
yang berada di sisi luar antara dapur dan kamar mandi, baunya yang harum menutupi
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 44 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
bau masakan, sampah, dan juga bau kotoran manusia. .
Aku belum bisa bicara. Mungkin aku masih bersedih. Begitu pula di rumah Otori,
semua orang bukan hanya berduka atas kematian adik Lord Otori, tapi juga atas
kematian ibunya akibat penyakit yang terjadi di musim panas lalu. Chiyo yang
menceritakan tentang keluarga ini padaku. Sebagai anak sulung, Shigeru turut
membantu ayahnya dalam perang melawan Tohan di Yaegahara. Dan ketika kalah,
salah satu syaratnya yaitu Shigeru tidak boleh mewarisi kepemimpinan klan dari
ayahnya. Dan pamannya, Shoichi dan Masahiro, yang Iida tunjuk sebagai pemimpin
klan. "Iida Sadamu sangat membenci Lord Shigeru," kata Chiyo. "Dia iri dan takut
padanya." Shigeru juga dibenci kedua pamannya karena dia adalah pewaris sah klan Otori.
Saat ini Shigeru menarik diri dari kancah politik dan mengabdikan dirinya bagi tanah
leluhurnya, mencoba berbagai metoda bercocok tanam. Dia menikah muda. Isterinya
meninggal dua tahun kemudian pada saat melahirkan, dan sang bayi turut meninggal
bersama ibunya. Meskipun hidupnya penuh penderitaan, namun Lord Shigeru tidak pernah
menunjukkannya. Aku tidak akan tahu jika tidak diceritakan Chiyo. Hampir setiap
hari aku bersama Shigeru, mendampinginya berkeliling layaknya seekor anjing di sisi
tuannya, kecuali saat aku belajar pada Ichiro.
Hari-hari berlalu dengan sangat menjemukan. Ichiro mengajariku baca-tulis, dan
jika tidak bisa menulis dan membaca apa yang diajarkan, aku dimarahi. Dia juga
tampak tidak menyetujui gagasan untuk menerimaku menjadi anggota klan. Pemimpin
Otori juga menentang gagasan itu dengan alasan: Lord Shigeru sebaiknya menikah
lagi, karena dia masih muda, dan pengangkatan itu dirasa terlalu dini setelah kematian
ibunya. Semua keberatan itu tampak tak ada habisnya. Kurasa Ichiro sependapat
dengan para pemimpin Otori, dan bagiku, itu ada benarnya. Aku giat belajar agar Lord
Shigeru tidak kecewa, meskipun aku tak yakin mampu belajar dengan keadaanku saat
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 45 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
ini. Hampir setiap sore Lord Shigeru mengajakku duduk di depan jendela, melihat ke
taman. Tak banyak yang dia katakan, tapi dia selalu mengamatiku. Dia seperti
menunggu sesuatu: menungguku bicara atau menungguku memberi suatu pertanda"
tapi aku tidak tahu apa itu. Hal ini membuatku gelisah, aku takut telah membuatnya
kecewa, dan ini makin membuatku sulit belajar.
Suatu sore Ichiro datang ke ruang atas dan mengeluhkan tentang diriku. Tadi pagi
dia begitu gusar hingga hampir saja memukulku. Aku sedang duduk di sudut ruangan


Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan kesal, sambil mencoret-coret beberapa bentuk huruf yang dia ajarkan tadi pagi,
aku berusaha dengan putus asa untuk mengingat berbagai bentuk huruf itu.
"Kau membuat kesalahan," ujar Ichiro. "Tidak ada yang berprasangka buruk jika
kau mau mengakui itu. Semua orang mengerti bahwa kau baru saja kehilangan adikmu.
Kirim saja anak itu ke desanya dan lanjutkan lagi hidupmu."
Dan biarkan aku melanjutkan lagi hidupku. Itu kira-kira maksud Ichiro. Ia tidak
pernah membiarkan aku lupa dengan pengorbanan yang telah dia lakukan saat
berusaha mengajariku. "Kau tak bisa menciptakan orang seperti Lord Takeshi," tambahnya dengan nada
yang lebih lembut. "Dia adalah hasil didikan dan pelatihan selama bertahun-tahun dan
berasal dari keturunan yang terbaik untuk mempelajari semua itu."
Aku cemas Ichiro berhasil memperoleh keinginannya. Lord Shigeru terikat pada
Ichiro dan Chiyo dalam suatu hubungan tugas dan tanggung jawab, begitu pun
sebaliknya. Meskipun Lord Shigeru berkuasa di rumah ini, namun Ichiro juga
memiliki pengaruh dan dia tahu cara menggunakannya. Di sisi lain, kedua pamannya
memiliki kuasa atas Lord Shigeru. Dia harus patuh pada perintah pemimpin klan.
Tidak ada alasan untuk mempertahankan diriku.
"Lihat bangau itu, Ichiro," kata Lord Shigeru. "Lihat kesabarannya. Bangau itu
diam tidak bergerak untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Aku juga memiliki
kesabaran yang sama, kesabaran yang tak kenal lelah."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 46 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Bibir Ichiro terkatup rapat dengan raut muka masam seperti masamnya acar plum
kesukaannya. Di saat vang sama, bangau itu menyambar mangsanya dan kemudian
mengepakkan sayapnya, terbang.
Kelelawar mulai keluar dari tempat persembunyianiiva. Kuangkat kepala dan
melihat dua ekor kelelawar wrbang saling menyambar di taman. Aku mendengar Ichiro
sedang berkeluh-kesah dan Lord Shigeru menjawab dengan singkat, dengan sabar.
Aku dengar percakapan itu dari ruangan lain. Kini aku mulai terbiasa dengan
pendengaranku yang semakin tajam. Aku belajar menyaring suara yang tidak ingin
kudengar. Aku tidak memberitahukan kalau aku bisa mendengar semua percakapan di
rumah ini. Tak ada yang tahu kalau aku mampu mendengar apa yang mereka
bicarakan. Saat ini aku sedang mendengar bunyi air mendidih yang siap dituang ke bak
mandi, gemerincing bunyi piring di dapur, desau pisau juru masak yang sedang
memotong, langkah seorang gadis yang memakai kaus kaki di teras, ringkik kuda di
istal, seekor kucing yang sedang memberi makan keempat anaknya yang tidak pernah
kenyang, bunyi bakiak di jembatan kayu, suara anak-anak bernyanyi, dan bunyi
lonceng dari kuil Tokoji dan Dalshoin. Aku mengenal seluruh bunyi-bunyian di rumah
ini, siang maupun malam, dikala matahari bersinar maupun di saat hujan deras.
Malam ini aku merasa seperti ada sesuatu yang tak biasa. Sesuatu yang akan terjadi.
Sesuatu yang aku pun seperti menantinya. Kenapa" Setiap malam sebelum tertidur aku
selalu membayangkan pemandangan bukit, kepala yang hancur, dan orang berwajah
serigala yang sedang memegang lengannya yang terpotong. Aku dapat melihat Iida
Sadamu di tanah, dan mayat ayah tiriku dan Isao. Apakah aku sedang menunggu Iida
dan orang berwajah serigala itu datang menangkapku" Ataukah aku sedang menunggu
kesempatan untuk balas dendam"
Dari waktu ke waktu aku tetap berdoa dengan cara kaum Hidden, dan malam ini
aku berdoa agar ditunjukkan jalan yang harus kutempuh. Aku tetap tak bisa tidur.
Udara terasa lembab dan separuh bulan bersembunyi di balik kumpulan awan tebal.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 47 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Serangga malam sibuk bernyanyi tanpa pernah merasa lelah. Aku mendengar langkah
cicak yang sedang memburu serangga. Ichiro dan Lord Shigeru sudah terlelap. Ichiro
mendengkur. Aku tidak ingin meninggalkan rumah yang mulai aku cintai ini, tapi
tampaknya aku hanya membawa masalah. Mungkin akan lebih baik bagi semua orang
bila aku menghilang malam ini.
Jika aku pergi tanpa tujuan yang pasti"apa yang dapat kulakukan?"aku mulai
memikirkan cara menyelinap tanpa membangunkan penjaga dan tanpa membuat
anjing menggonggong. Saat memikirkan ini, aku berusaha mendengar gonggongan
anjing. Biasanya aku selalu mendengar gonggongan yang bersahut-sahutan, tapi aku
belajar untuk mengabaikannya. Kali ini aku berusaha mendengar, tapi tetap saja tidak
terdengar gonggongan. Aku berusaha mendengar suara penjaga: langkah kaki di
bebatuan, dentingan besi, atau pun percakapan berbisik. Keadaan sangat sunyi. Suara
yang biasanya selalu terdengar setiap malam kini tidak terdengar lagi.
Aku menjadi waspada. Kupasang telinga untuk mendengarkan riak air di taman.
Arus sungai sangat tenang"hujan tak lagi turun sejak berganti bulan.
Lalu terdengar bunyi yang pelan, seperti getaran, di mitara jendela dan tanah.
Sejenak aku mengira ada gempa bumi, seperti yang sering terjadi di wilayah
Tengah. Getaran halus itu terus terdengar.
Ada yang memanjat sisi samping rumah ini.
Naluriku mengatakan kalau aku harus berteriak, tapi akal sehatku langsung
mengambil alih. Teriakan bukan hanya akan membangunkan seluruh penghuni rumah
ini, si penyusup pun akan waspada. Aku bangkit dari alas tempat tidur dan merangkak
pelan ke sisi Lord Shigeru. Aku sangat mengenal lantai rumah ini, aku tahu bagian
mana yang akan berbunyi bila diinjak. Aku berlutut di sampingnya dan seakan-akan
tidak pernah kehilangan suara, aku berbisik, "Lord Shigeru, ada orang di luar."
Dia langsung terbangun, memandangku sejenak lalu meraih pedang dan belati
yang tergeletak di sampingnya. Aku menunjuk ke arah jendela. Getaran kini mulai
terasa lagi, terdengar seperti berat tubuh yang bergeser di sisi rumah.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 48 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Lord Shigeru memberiku belati lalu dia mendekat ke dinding dengan perlahan.
Dia tersenyum padaku sambil menunjuk, aku bergerak ke sisi lain jendela. Kami menunggu si penyusup masuk.
Selangkah demi selangkah orang itu memanjat dinding, tidak bersuara dan sangat
perlahan, seakan-akan waktu di dunia ini hanyalah miliknya. Dia melangkah dengan
penuh percaya diri seolah-olah tak akan ada orang yang tahu kehadirannya. Kami
menunggu dengan sabar, seperti bermain petak-umpet. Hanya saja, akhir dari semua
ini bukanlah suatu permainan.
Penyusup itu berhenti di jendela untuk mengeluarkan garotte*. Begitu dia meloncat
masuk, Lord Shigeru langsung mencekiknya. Licin seperti belut, si penyusup berkelit
ke belakang. Aku melompat ke arahnya, namun belum sempat aku tusuk dengan belati,
kami bertiga jatuh ke taman, ribut seperti kucing sedang berkelahi.
Laki-laki itu terjatuh lebih dulu, melintang di parit, kepalanya membentur batu
yang besar. Lord Shigeru mendarat di tanah dengan kaki, sedangkan aku terjatuh di
semak-semak, belatiku terlempar. Saat aku sedang mencari-cari belati, si penyusup
berteriak, berusaha berdiri, tapi dia tergelincir dan terjatuh ke sungai. Dia tenggelam;
dia jatuh di bagian sungai yang dalam. Lord Shigeru menariknya; memukul wajahnya
dan berteriak, "Siapa" Siapa yang menyuruhmu" Darimana asalmu?"
Penyusup itu mengerang lagi, napasnya tersengal-sengal, parau seperti suara
mendengkur. "Ambil lampu," perintah Lord Shigeru padaku. Aku mengira semua penghuni di
rumah ini sudah terbangun, tapi karena perkelahian itu terjadi begitu cepat dan tenang,
sehingga mereka semua masih tertidur. Aku berlari ke rumah pelayan.
"Chiyo," panggilku. "Bawakan lampu, bangunkan semua laki-laki!"
"Siapa itu?" balasnya dengan suara mengantuk. Dia tidak mengenali suaraku.
"Ini aku, Takeo! Cepat bangun! Ada yang ingin membunuh Lord Shigeru!"
Kuambil lampu yang masih menyala dan membawanya ke taman.
Penyusup itu tak sadarkan diri. Lord Shigeru berdiri sambil memandang ke arah
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 49 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
orang itu. Aku mendekatkan lampu ke orang itu. Orang ini memakai pakaian hitam
tanpa simbol atau tanda. Tinggi dan ukuran badannya sedang, rambutnya pendek. Tak
ada ciri-ciri yang dapat menunjukkan identitasnya.
Di belakang kami terdengar hiruk-pikuk orang yang terbangun, mereka menjerit
saat melihat dua penjaga yang tewas akibat garrotte, juga tiga anjing yang mati diracun.
Ichiro keluar dalam keadaan pucat dan gemetar. "Siapa yang berani melakukan
ini?" dia berkata. "Di rumahmu, di jantung kota Hagi" Ini adalah penghinaan bagi klan
Otori!" "Kecuali bila pemimpin klan Otori yang menyuruhnya," balas Lord Shigeru pelan.
"Sepertinya ini perbuatan Iida," kata Ichiro. Dia melihat belati yang ada dalam
genggamanku dan langsung mengambilnya. Dia mengiris pakaian hitam dari leher
sampai pinggang sehingga punggung laki-laki itu terlihat. Ada bekas luka goresan
pedang yang melintang di bahunya, dan di punggungnya ada tato dengan pola gambar
yang halus. Bersinar seperti ular di bawah cahaya lampu.
"Dia pembunuh bayaran," kata Lord Shigeru, "dari kalangan Tribe. Pasti ada yang
membayarnya." "Ini pasti perbuatan Iida! Dia pasti tahu kau telah mengambil bocah incarannya!
Kini kau akan menyingkirkannya?"
"Jika bukan karena dia, orang ini pasti telah berhasil membunuhku," balas Lord
Shigeru. "Dia yang membangunkanku di saat yang tepat... Dia berbicara padaku!"
teriaknya ketika sadar kalau aku sudah bisa bicara. "Dia yang berbisik padaku,
membangunkan aku!" Ichiro nampak tidak terkesan. "Sadarkah kau mungkin saja dia sasarannya, dan
bukan dirimu?" "Lord Otori," kataku, suaraku parau karena telah berminggu-minggu tidak bicara.
"Kehadiranku hanya membawa bencana. Biarkan aku pergi, perintahkan aku pcrgi."
Meskipun aku yang meminta, aku tahu dia tak akan melepaskanku. Aku telah
menyelamatkannya, seperti juga dia menyelamatkanku, dan ikatan antara kami justru
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 50 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
semakin kuat. Ichiro mengangguk setuju, namun Chiyo berkata, "Maaf, Lord Shigeru. Aku tahu
ini tak ada hubungannya denganku dan aku hanyalah seorang wanita tua yang bodoh.
Tapi tidak benar Takeo hanya membawa bencana. Sebelum dia datang, kau selalu
bersedih. Kini kau telah pulih. Anak ini membawa kegembiraan, harapan, dan juga
bahaya. Siapa yang bisa meraih kebahagiaan tanpa ada pengorbanan?"
"Bagaimana mungkin aku tak menyadari itu?" balas Lord Shigeru. "Takdir telah
menyatukan hidup kami berdua. Aku tak kuasa melawannya, Ichiro."
"Semoga saja otak anak itu pulih seiring pulihnya suaranya," jawab Ichiro tajam.
Si penyusup mati tanpa sempat siuman. Ternyata dia mempunyai sebutir racun di
mulutnya dan tertelan saat terjatuh. Tak ada yang tahu identitasnya, meskipun banyak
rumor yang berkembang. Penjaga yang tewas dikubur dengan upacara khidmat penuh
duka, namun hanya aku yang berduka atas kematian anjing-anjing itu. Aku bertanyatanya kesepakatan apa yang anjing-anjing itu buat, sumpah setia apa yang telah mereka
janjikan sehingga terperangkap di antara perseteruan manusia sehingga menjadi
korban. Anjing-anjing di sini tidak dilatih untuk menerima makanan hanya dari satu
orang agar tidak bisa diracun. Ada beberapa penjaga yang memberi makan anjinganjing itu. Lord Shigeru hidup sederhana dan hanya ada sedikit penjaga, meskipun
banyak orang yang bersedia melayaninya dengan senang hati, dan jumlahnya cukup
untuk menjadi satu pasukan, seandainya dia mau.
Usaha pembunuhan itu tidak membuat Lord Shigeru gelisah atau tertekan. Dia
bahkan terlihat gembira karena lolos dari kematian. Dia nampak "mengawang-awang"
persis seperti saat dia bertemu Lady Maruyama. Dia senang karena suaraku pulih dan
juga pendengaranku yang tajam.
Sikap Ichiro kepadaku mulai melunak. Apa pun alasannya, sejak peristiwa itu,
belajar menjadi lebih mudah bagiku. Aku mulai mengingat dan memahami makna
huruf. Aku bahkan mulai menikmatinya, semua mengalir seperti air. Aku tidak
mengatakan pada Ichiro kalau aku senang menggambar.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 51 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Ichiro guru yang sangat hebat, terkenal karena keindahan tulisan tangannya dan
kedalaman pelajarannya. Dia terlalu hebat untuk mengajariku. Aku bukan murid yang
berbakat, namun kami berdua tahu kemampuanku meniru perilaku. Aku berperan
sebagai murid dengan baik, sama baiknya seperti aku meniru cara dia melukis dengan
gerakan bahu, bukan dengan pergelangan tangan. Lukisanku cukup memuaskan.
Hal yang sama terjadi saat Lord Shigeru mengajariku menggunakan pedang. Aku
cukup kuat dan lincah, mungkin di atas rata-rata anak seusiaku, tapi aku telah
kehilangan masa-masa belajar sewaktu kecil. Anak seorang ksatria telah diajari
berpedang, memanah dan herkuda sejak kecil, namun aku sadar kalau aku tak akan
dapat memperbaiki semua itu.
Menunggang kuda pun tak terasa sulit. Saat aku melihat Lord Shigeru dan lakilaki lain menunggang kuda, aku langsung tahu kalau itu hanyalah masalah
keseimbangan. Aku menirukan apa yang kulihat dan kuda pun tampaknya tidak
menolak. Aku juga sadar bahwa kuda adalah hewan yang pemalu dan mudah gugup.
Aku harus bergaya seperti bangsawan, menyembunyikan perasaan dan berpura-pura
tenang serta tahu pasti apa yang akan kulakukan sehingga kuda akan tenang dan
senang saat ditunggangi. Aku diberi seekor kuda berwarna abu-abu pucat dengan surai yang berwarna gelap.
Kuda itu kuberi iiama Raku. Kami menjadi akrab. Aku tidak mengikuti pelajaran
memanah, tapi ketika latihan pedang aku meniru gerakan Lord Shigeru, hasilnya tidak
mengecewakan. Aku diberi sebilah pedang panjang yang kuselipkan dibaju baruku,
sama seperti yang dimiliki anak seorang ksatria. Namun, selain pedang dan pakaian,
aku sadar bahwa aku hanyalah seorang peniru ksatria.
Minggu demi minggu berlalu. Orang-orang mulai menerima keinginan Lord
Shigeru untuk mengangkatku, dan sedikit demi sedikit sikap mereka mulai berubah.
Mereka memanjakan, menggoda, serta mengomel sama banyaknya. Aku tak diijinkan
keluar sendirian, meskipun ada waktu lengang di sela-sela waktu belajar dan berlatih.
Tapi kegemaranku untuk menjelajah tak pernah mati, dan setiap ada kesempatan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 52 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
untuk menyelinap, aku akan menjelajahi kota Hagi. Aku suka sekali pergi ke
pelabuhan, dari sana aku bisa melihat kastil di barat dan gunung berapi di timur
sehingga teluk nampak seperti cangkir di dua tangan. Aku memandangi laut dan
pulau-pulau yang melegenda terbentang di atas horison seraya merasa cemburu pada
para pelaut dan nelayan yang kulihat.
Ada saru perahu yang selalu kuamati. Seorang anak seumur denganku bekerja di
sana. Namanya Terada Fumio. Ayahnya berasal dari keluarga ksatria klas rendah yang
lebih memilih untuk berdagang dan memancing daripada mati kelaparan. Chiyo
mengenal keluarga itu, tidak heran dia dapat menceritakan tentang mereka. Aku sangat
mengagumi Fumio. Dia bisa berenang dan mengenal laut serta sungai dalam berbagai
kondisi, sedangkan aku belum bisa berenang. Saat pertama kali bertemu, Fumio hanya
mengangguk, namun setelah beberapa minggu kami menjadi sahabat karib. Aku sering
naik ke kapalnya, kami duduk sambil makan jeruk, lalu memuntahkan bijinya ke laut.
Kami berbincang tentang berbagai hal yang biasa dibicarakan oleh anak seusiaku.
Miss Pesimis 2 Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi Darah Perawan Suci 3
^