Pencarian

Briliance Of Moon 2

Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn Bagian 2


menghela napas. "Sekarang rasanya aku harus kembali ke kamar. Aku akan mencoba bicara
pada Lady Niwa yang dirundung kesedihan. Apa yang akan kau bicarakan dengan suaminya?"
"Sedapat mungkin aku akan mencari tahu tentang pergerakan Arai serta berapa banyak
pasukan dan wilayah yang dia kuasai."
"Menyedihkan sekali keadaan di sini," kata Kaede, "Siapa saja dapat menaklukkan tempat
ini." "Apakah menurutmu kita harus mengambil alih kota ini?" Hal itu sempat terpikir saat
mendengar apa yang Niwa katakan di pintu gerbang. Aku juga menciduk air dari bak mandi,
membasuh badanku lalu berpakaian.
"Bisakah kita tinggalkan beberapa prajurit di sini?"
"Tidak juga. Sebagian masalah Arai adalah dia menaklukkan terlalu banyak wilayah dalam
waktu singkat. Dia terlalu melebarkan kekuasaannya hingga melemahkan dirinya sendiri
karena harus menempatkan pasukan di setiap daerah taklukan."
"Aku sependapat," kata Kaede, menarik kimono untuk menutupi tubuhnya dan
mengikatkan sabuk. "Kita harus memantapkan posisi di Maruyama dan menguatkan perbekalan. Jika tanah di sana dan di rumahku sama terbengkalainya seperti di sini, kita akan sulit
memberi makan pasukan. Kita terpaksa menjadi petani lebih dulu sebelum menjadi ksatria."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 48 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Aku menatapnya. Rambutnya basah, wajahnya lembut. Belum pernah aku melihat dia
secantik malam ini, tapi di balik kecantikannya, pemikirannya setajam pedang. Menurutku
kombinasi kedua itu dan kenyataan kalau dia adalah istriku terasa sangat erotik.
Kaede menggeser pintu dan memakai sandalnya. Dia berlutut. "Selamat malam, Lord
Takeo," katanya dengan lembut, pura-pura malu, nyaris seperti bukan suaranya, bangkit
dengan luwes, dan berjalan menjauh, pinggulnya meliuk-liuk di balik kimononya yang tipis
dan basah. Makoto duduk di luar rumah sambil memperhatikan ketika Kaede lewat didepannya,
wajahnya menyiratkan pandangan aneh, mungkin tak setuju, mungkin cemburu.
"Mandilah," kataku padanya, "meskipun airnya tak lagi hangat. Kita harus segera
bergabung dengan Niwa."
Tak lama kemudian Kahei datang untuk makan bersama kami. Si perempuan tua
membantu Niwa menyajikan makanan; aku seperti melihat senyuman yang dibuat-buat di
wajahnya saat menaruh nampan di depanku, tapi aku tetap menurunkan pandangan. Kini aku
sangat lapar; sulit rasanya untuk tidak langsung mengambil makanan dan menjejalkannya ke
dalam mulut. Makanannya cukup membuat aku kenyang. Setelah itu pelayan perempuan
kembali dengan membawa teh dan sake, kemudian meiiinggalkan kami. Aku iri pada
perempuan-perempuan itu karena mereka akan tidur di dekat Kaede.
Sake mengendurkan lidah Niwa, meskipun tidak memperbaiki suasana hatinya; sake
malah membuatnya kian melankolis dan berlinang air mata. Dia menerima kota ini dari Arai,
berpikiran kalau kota ini bisa menjadi rumah bagi putra serta cucunya. Sekarang dia telah
kehilangan putra pertamanya dan tak akan bertemu lagi dengan putra keduanya. Dalam
pikirannya, kedua putranya bahkan mati secara tidak terhormat di medan perang, tapi dibunuh
secara memalukan di tangan makhluk setengah manusia.
"Aku tak mengerti bagaimana caramu mengalahkannya," ujarnya sambil memberi tatapan
yang mencemooh. "Jangan tersinggung, tapi kedua putraku dua kali lebih besar darimu, lebih tua dan lebih
berpengalaman." Dia meneguk minumannya, kemudian melanjutkan lagi; "Tapi aku juga tak
pernah mengerti bagaimana kau bisa membunuh Iida. Ada desas-desus tentang dirimu setelah
kau menghilang, tentang darah aneh yang mengalir dalam dirimu yang memberimu kekuatan
LIAN HEARN BUKU KETIGA 49 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON istimewa. Apakah itu semacam ilmu sihir?"
Aku sadar Kahei tegang di sampingku. Layaknya para ksatria, dia langsung tersinggung
dengan pertanyaan tentang ilmu sihir itu. Menurutku Niwa tidak bermaksud menghina;
kurasa dia terlalu sedih untuk menyadari apa yang dia ucapkan. Aku tak menjawab. Dia terus
mengamatiku, tapi aku tidak menatapnya. Aku mulai mengantuk; kelopak mataku bergetar,
gigiku terasa sakit. "Banyak rumor yang tersiar," lanjut Niwa, "Menghilangnya kau merupakan pukulan telak
bagi Arai. Beliau sangat sakit hati. Menurutnya ada semacam konspirasi untuk menentangnya.
Beliau punya perempuan simpanan sejak lama"Muto Shizuka. Kau mengenalnya?"
"Dulunya dia adalah pelayan istriku," jawabku tanpa menyebutkan kalau dia juga
sepupuku. "Lord Arai yang mengirimnya."
"Ternyata perempuan itu berasal dari Tribe. Selama ini Arai sudah tahu, tapi tidak
menyadari apa artinya. Ketika kau pergi, yang akhirnya aku tahu kau bergabung dengan
Tribe"atau begitulah yang orang-orang katakan mengakibatkan banyak peristiwa."
Dia berhenti menatap curiga. "Tapi agaknya kau sudah tahu semua ini."
"Aku mendengar Lord Arai bermaksud untuk melawan Tribe," kataku dengan hati-hati.
"Tapi aku belum mendengar hasilnya."
"Tidak terlalu berhasil. Sebagian pengawalnya"aku tidak termasuk di antara mereka"
sudah menganjurkan tadinya untuk bekerjasama dengan Tribe, seperti yang Iida lakukan.
Menurut mereka cara terbaik untuk mengendalikan Tribe adalah dengan membayarnya. Arai
tidak menyukai usulan itu; pertama, dia tidak mampu mem1bayar dan juga itu bukan sifatnya.
Dia ingin semuanya dilakukan seperti biasa dan dia tidak tahan dipermainkan. Menurutnya,
Muto Shizuka, Tribe, bahkan kau, telah menipu dirinya."
"Aku tidak pernah bermaksud begitu," kataku. "Tapi aku melihat bagaimana anggapannya
mengenai tindakanku. Aku harus meminta maaf padanya. Begitu urusan di Maruyama selesai,
aku akan menemuinya. Apakah beliau di Inuyama?"
"Arai menghabiskan musim dinginnya di sana dan bermaksud kembali ke Kumamoto dan
menyapu bersih para pemberontak di sana, bergerak ke timur untuk menyatukan tanah yang
dulunya milik Noguchi, kemudian meluaskan kampanyenya melawan Tribe, dimulai dari
Inuyama." LIAN HEARN BUKU KETIGA 50 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Niwa menuang lagi sake untuk kami semua dan meneguk habis secawan penuh. "Tapi itu
seperti mencoba menggali ubi; terbenam jauh lebih dalam dari yang kau duga. Tak peduli
betapa pun hati-hatinya kau mencoba mengangkatnya, pasti ada bagian-bagian yang putus dan
mulai menumbuhkan tunas baru lagi. Aku membuat beberapa anggota Tribe di sini keluar dari
persembunyiannya; salah satu dari mereka menjalankan tempat pembuatan sake, sedangkan
yang lainnya seorang pedagang skala kecil dan rentenir. Tapi yang kudapat hanya beberapa
orang tua, pimpinan boneka, tidak lebih. Mereka telah minum racun sebelum aku mengorek
keterangan; sisanya menghilang."
Dia mengangkat mangkuk berisi sake dan menatapnya dengan murung. "Ini akan
membelah kekuatan Arai menjadi dua." akhirnya dia berkata, "Dia bisa mengalahkan Tohan;
mereka musuh yang jelas terlihat, serta sebagian besar dari mereka merasa tak berdaya setelah
kematian Iida. Tapi membasmi musuh terselubung di waktu yang bersamaan"Arai
membebani dirinya dengan tugas yang tak mungkin dilakukan, dan mulai kehabisan dana dan
sumberdaya." Tampaknya dia mulai menyadari apa yang sedang dia katakan dan langsung
melanjutkan, "Bukannya aku tidak setia kepadanya. Aku memberikan kesetiaanku padanya
dan selalu berpegang teguh pada hal itu. Meskipun aku membayarnya dengan putraku."
Kami semua menunduk dan menggumamkan rasa simpati.
Kahei berkata, "Sudah larut. Kami harus tidur jika ingin berangkat saat fajar
menyingsing." "Tentu." Niwa bangkit dengan kikuk dan menepukkan tangan. Setelah beberapa saat si
perempuan tua dengan lentera di tangan datang untuk mengantar kami kembali ke kamar.
Alas tidur sudah dibentangkan. Aku pergi ke kamar kecil, kemudian berjalan di taman untuk
menghilangkan pengaruh sake. Kota itu sunyi senyap. Aku seperti bisa mendengar desah
napas pasukanku yang sedang tidur. Teriakan burung hantu terdengar dari pepohonan di
sekitar kuil, dan di kejauhan terdengar lolongan anjing. Bentuk bulan pada bulan keempat
nampak rendah di langit; sedikit gumpalan awan melayang melewatinya. Langit berkabut,
hanya bintang yang paling terang yang dapat terlihat. Aku memikirkan tentang semua yang
Niwa katakan. Dia benar: hampir tidak mungkin mengenali jaringan yang dibangun Tribe di
seluruh Tiga Negara. Tapi Shigeru telah melakukannya, dan aku punya catatannya.
Aku kembali ke kamar. Makoto sudah tidur. Kahei sedang berbincang dengan dua anak
LIAN HEARN BUKU KETIGA 51 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON buahnya yang datang untuk berjaga. Dia mengatakan padaku kalau dia juga menempatkan dua
orang untuk mengawasi kamar Kaede. Aku berbaring, berharap Kaede ada di sisiku, bahkan
sempat berpikir untuk memanggilnya, kemudian aku tertidur pulas.*
LIAN HEARN BUKU KETIGA 52 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON TIDAK ada kejadian apa pun selama beberapa hari perjalanan kami ke Maruyama. Berita
kematian Jin-emon dan kekalahan gerombolan banditnya tersiar jauh sehingga kami disambut
dengan baik. Kami bergerak cepat di malam yang singkat serta siang yang panjang,
memanfaatkan cuaca yang bersahabat sebelum hujan mengguyur bumi.
Selama perjalanan, Kaede menjelaskan tentang latar belakang wilayah yang akan segera
menjadi wilayah kekuasaannya. Shigeru pernah mengatakan padaku sedikit tentang sejarah
Maruyama, tapi dia tidalc mengatakan tentang hubungan yang kacau akibat pernikahan,
adopsi, kematian karena pembunuhan, kecemburuan dan intrik. Aku mengagumi kekuatan
Lady Maruyama Naomi, kekasih Shigeru, yang mampu bertahan dan berkuasa dengan
kekuatannya sendiri. Ini juga yang membuatku menyesali kematiannya, dan juga kematian
Shigeru, serta menguatkan ketetapan hatiku guna meneruskan upaya mereka untuk
mewujudkan keadilan dan perdamaian.
Aku dan Lady Maruyama pernah bicara sedikit dalam perjalanan seperti ini," ujar Kaede.
"Tapi kami menuju ke arah yang berlawanan, ke Tsuwano tempat kami berjumpa denganmu.
Dia mengatakan kalau perempuan sebaiknya menyembunyikan kekuatannya dan harus
menggunakan tandu bila tak ingin dihancurkan para bangsawan dan ksatria. Tapi sekarang, di
sini, aku menunggang Raku di sisimu dengan bebas. Aku tak mau naik tandu lagi."
Hari cerah, matahari dan hujan muncul bersamaan, seperti perkawinan rubah dalam
dongeng. Pelangi tiba-tiba muncul di awan yang kelabu; matahari bersinar terang selama
beberapa saat; rintik hujan yang berwarna keperakan mulai turun. Awan menyelimuti langit,
matahari dan pelangi pun menyingkir. Dinginnya air hujan menusuk tajam hingga ke tulang.
Pernikahan Lady Maruyama diharapkan dapat mempererat hubungan Seishuu dengan
Tohan. Suami sang lady berasal dari Tohan, masih kerabat Iida dan juga Noguchi. Dia
seorang duda yang telah punya anak dewasa, dan dia jauh lebih tua dari Lady Maruyama.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 53 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Persekutuan melalui pernikahan, pada saat itu, sudah mulai dipertanyakan, bukan hanya oleh
Lady Maruyama yang masih berumur enam belas tahun serta dibesarkan dengan cara berpikir
ala Maruyama dan terbiasa mengutarakan pendapat. Tapi karena klannya menginginkan
persekutuan, maka terjaclilah pernikahan itu. Seumur hidupnya, anak tiri Lady Maruyama
banyak membuat masalah. Setelah kematian suaminya, mereka memperebutkan wilayah
Maruyama namun gagal. Putri tunggal dari suami Lady Maruyama adalah istri dari sepupu
Iida Sadamu, Iida Nariaki, yang lolos dari pembantaian di Inuyama dan lari ke Barat. Dia
nampaknya berniat menuntut kembali wilayah Maruyama. Para pemimpin Klan Seishuu
terbagi keberpihakannya. Maruyama selalu diwarisi melalui garis keturunan perempuan, tapi
wilayah ini adalah satu-satunya wilayah dengan tradisi yang menghina klas ksatria. Nariaki
diadopsi ayah mertuanya sebelum menikah dengan Lady Maruyama, dan oleh banyak
kalangan dianggap sebagai pewaris yang sah dari tanah milik istrinya.
Lady Maruyama sangat menyayangi suaminya dan masih berduka setelah empat tahun
kematiannya. Suaminya meninggalkan seorang putri kecil serta seorang bayi laki-laki. Lady
Maruyama menetapkan putrinya sebagai pewaris tanah miliknya. Putranya mati secara
misterius, ada yang mengatakan anak itu diracun. Beberapa tahun setelah perang Yaegahara,
Lady Maruyama yang telah menjanda menarik perhatian Iida Sadamu.
"Tapi sebelumnya dia telah bertemu Shigeru," ujarku, seraya berharap bisa tahu di mana
dan bagaimana mereka bertemu. "Dan kini kaulah pewarisnya." Ibu Kaede adalah sepupu
Lady Maruyama dan Kaede adalah satu-satunya kerabat terdekat yang masih hidup, karena
putri Lady Maruyama, Mariko, mati tenggalam bersama ibunya di Inuyama.
"Jika aku diperbolehkan untuk mewarisinya," sahut Kaede. "Ketika pengawal senior Lady
Maruyama, Sugita Haruki, mendatangiku tahun lalu, dia bersumpah bahwa Klan Maruyama
akan mendukungku, tapi mungkin Nariaki sudah memasuki wilayah Maruyama."
"Maka kita akan keluarkan dia dari sana."
Pada pagi hari keenam kami sampai. di perbatasan.
Kahei menghentikan anak buahnya beberapa ratus langkah di depan pos perbatasan, dan
aku berjalan ke depan untuk bergabung dengannya.
"Seharusnya kakakku menemui kita di sini," ujarnya pelan.
Aku mengharapkan hal yang sama. Miyoshi Gemba telah diutus ke Maruyama untuk
LIAN HEARN BUKU KETIGA 54 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON menyampaikan kabar kedatangan kami sebelum acara pernikahanku dengan Kaede. Tapi sejak
saat itu kami belum mendengar kabar beritanya. Selain cemas atas keselamatannya, aku ingin
mendapatkan informasi tentang situasi di wilayah ini, tentang keberadaan Iida Nariaki, juga
bagaimana tanggapan penduduk kota terhadap kami.
Palang melintang di persimpangan jalan. Pos penjagaan nampak sepi, tidak terlihat orang
di kedua sisi jalan. Amano mengajak Jiro berkuda ke arah selatan. Saat mereka kembali,
Amano berteriak-teriak. "Sepasukan besar melewati jalan ini: ada banyak jejak kaki dan kotoran kuda."
"Menuju ke Maruyama?" seruku.
"Ya!" Kahei mendekati pos jaga dan berteriak, "Apakah ada orang di sini" Lord Otori Takeo
datang bersama istrinya, Lady Shirakawa Kaede, pewaris Lady Maruyama Naomi."
Tak ada jawaban dari dalam bangunan kayu itu. Gumpalan asap membumbung dari
perapian yang tak terlihat. Aku tidak mendengar suara apa pun selain deru napas ribuan
pasukanku. Kulitku terasa gatal. Aku menunggu desis anak panah.
Aku menunggang Shun ke depan untuk bergabung dengan Kahei. "Ayo kita lihat."
Dia menatapku sekilas, tapi menyerah untuk membujukku agar tetap di belakang. Kami
turun dari kuda, memanggil Jiro untuk memegangi tali kekang kuda. Aku mencabut pedang.
Palangnya tampak tergeletak dan hancur terinjak-injak oleh gerombolan orang dan kuda.
Kesunyian yang aneh menggelayuti tempat itu. Kicau burung terdengar dari hutan, kicauannya
lantang mengejutkan. Sebagian langit tertutup awan gelap, namun hujan telah reda dan angin
berhembus lembut dari arah selatan.
Aku mencium bau darah dan asap dari hembusan angin. Saat mendekati pos jaga yang
pertama, kami melihat mayat-mayat di pintu gerbang. Satu orang terjatuh di perapian dan
pakaiannya berasap. Pakaiannya dapat membakar tubuhnya andai tidak ada darah yang keluar
dari perutnya yang menganga lebar. Tangannya masih menggenggam pedang yang tidak
bernoda darah. Di belakangnya tergeletak dua mayat lain dalam posisi terlentang; tanpa ada
luka. "Mereka dicekik," kataku pada Kahei. Itu membuatku tenang karena hanya Tribe yang
menggunakan teknik mencekik.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 55 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Dia mengangguk setuju, membalik salah satu mayat untuk melihat lambang yang ada di
punggungnya. "Maruyama."
"Sudah berapa lama mereka mati?" tanyaku seraya melihat-lihat ruangan. Kedua orang
yang dicekik itu pasti diserang dengan tiba-tiba, sedangkan yang ketiga ditikam tanpa sempat
menggunakan pedang. Kemarahanku memuncak, kemarahan yang sama seperti yang
kurasakan pada penjaga di Hagi ketika mereka membiarkan Kenji masuk ke taman. Ketika aku
melewati mayat-mayat itu, aku marah pada kebodohan mereka yang dengan mudah dikelabui
oleh Tribe. Mereka kaget karena saat itu mereka sedang makan, dibunuh tanpa sempat


Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperingatkan Iida pasukan yang datang menyerang.
Kahei mengangkat ketel teh yang terlempar dari tempatnya. "Masih hangat."
"Kita harus kejar sebelum mereka memasuki kota."
"Ayo berangkat," ujar Kahei, matanya berkilap tidak sabaran.
Namun di saat kami berbalik, aku mendengar suara yang berasal dari gudang kecil di
belakang pos penjagaan utama. Aku memberi isyarat pada Kahei untuk tetap diam, lalu aku
berjalan ke pintu. Ada orang di balik pintu yang sedang berusaha menahan napas, tapi aku
mendengar hembusan napasnya dengan jelas, gemetar. Hembusan napasnya kedengaran lebih
mirip isak tangis. Aku menggeser pintu dan masuk dengan satu gerakan. Ruangan itu berantakan dengan
karung beras, papan kayu, senjata serta alat-alat pertanian.
"Siapa di situ" Keluar!"
Terdengar langkah kaki orang yang berlari dan sesosok tubuh kecil tiba-tiba keluar dari
balik tumpukan karung dan mencoba kabur melewati kedua kakiku. Aku mencengkramnya,
dan ternyata itu seorang bocah berusia sepuluh atau sebelas tahun. Ketika melihat dia
memegang belati, aku memelintir tangannya sampai dia berteriak dan menjatuhkan belatinya.
Bocah itu menggeliat dalam cengkramanku, berusaha menahan tangis.
"Diam! Aku tak akan menyakitimu."
"Ayah! Ayah!" panggilnya.
Aku menyorongkan tubuhnya ke depan, ke arah pos jaga. "Apakah ayahmu salah seorang
dari mereka?" Wajahnya berubah pucat, napasnya tidak beraturan, dan air mata mengambang di
LIAN HEARN BUKU KETIGA 56 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON matanya, tapi dia berusaha keras mengendalikan diri. Tidak diragukan lagi kalau dia anak
seorang ksatria. Dia melihat ke mayat laki-laki yang sedang dijauhkan dari perapian oleh
Kahei dengan tatapan mata yang nanar kemudian mengangguk.
Wajahnya berubah menjadi hijau. Aku tarik dia ke luar pintu agar dia bisa muntah di luar.
Ada sedikit sisa teh di ketel. Kahei menuangnya ke salah satu mangkuk yang masih utuh
lalu menyodorkannya pada bocah itu.
"Apa yang terjadi?" tanyaku.
Giginya bergemeletuk, tapi dia mencoba untuk bicara seperti biasa, suaranya yang keluar
terdengar lebih keras dari yang dia harapkan. "Dua laki-laki masuk lewat atap. Mereka
mencekik Kitano dan Tsuruta. Satu orang lagi memotong tali tambatan sehingga membuat
kuda-kuda panik. Ayahku mengejar mereka, dan ketika dia kembali ke dalam rumah, mereka
menikamnya dengan belati."
Dia berusaha menahan tangis. "Kupikir mereka sudah pergi," ujarnya. "Aku tidak melihat
mereka! Mereka datang diam-diam dari atas dan menikamnya."
"Saat itu kau di mana?"
"Aku sedang di gudang. Aku bersembunyi. Aku malu. Mestinya kubunuh mereka!"
Kahei menyeringai ke wajah kecil yang terlihat galak itu. "Kau melakukan hal yang benar.
Tunggu sampai kau dewasa, baru kau bisa bunuh mereka!"
"Bagaimana rupa mereka?" tanyaku.
"Mereka memakai pakaian hitam. Mereka sama sekali tidak bersuara. Dan mereka
melakukan semacam tipuan yang membuat kami tak bisa melihat mereka." Dia meludah serta
menambahkan, "Ilmu sihir!"
"Dan pasukan yang barusan lewat?"
"Iida Nariaki dari Tohan bersama orang-orang Seishuu. Aku mengenali lencananya."
"Berapa banyak?"
"Ribuan," jawabnya. "Mereka perlu waktu lama untuk lewat. Tapi belum terlalu lama
sejak barisan yang terakhir lewat. Aku sedang menunggu hingga mereka semua pergi. Aku
hendak keluar ketika aku mendengar kalian masuk, jadi aku tetap bersembunyi."
"Siapa namamu?"
"Sugita Hiroshi, putra Hikaru."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 57 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Kau tinggal di Maruyama?"
"Ya, pamanku, Sugita Haruki adalah kepala pengawal Maruyama."
"Sebaiknya kau ikut bersama kami," kataku. "Kau tahu siapa kami?"
"Kalian dari Otori," ujarnya, sambil tersenyum untuk pertama kalinya, senyum yang
lemah. "Aku mengenalinya dari panji-panjinya. Kurasa kalianlah yang sudah lama kami
tunggu-tunggu." "Aku Otori Takeo dan ini Miyoshi Kahei. Istriku adalah Shirakawa Kaede, pewaris
wilayah ini." Dia berlutut menjatuhkan diri. "Lord Otori. Kakak Lord Miyoshi menemui pamanku.
Mereka sedang menyiapkan pasukan karena pamanku yakin Iida Nariaki tak akan
membiarkan Lady Shirakawa mewarisi tanah ini tanpa melawan. Beliau benar, kan?"
Kahei menepuk bahunya. "Pergi dan ucapkan selamat tinggal pada ayahmu. Dan bawa
pedangnya. Pedang itu menjadi milikmu sekarang. Nanti setelah memenangkan pertempuran,
kita akan membawa ayahmu ke Maruyama untuk dimakamkan secara terhormat."
Seharusnya aku dibesarkan dengan cara seperti ini, pikirku, memperhatikan Hiroshi datang
dengan membawa pedang yang panjangnya hampir setinggi badannya. Ibu melarangku
mematahkan capit kepiting, menyakiti makhluk hidup, tapi anak ini sejak lahir telah diajarkan
untuk tidak takut pada kematian atau kekerasan. Aku tahu Kahei setuju dengan sikap
pemberani anak itu: dia juga dibesarkan dengan cara yang sama. Andai aku tidak memiliki
kekejaman dari hasil pelatihanku di Tribe, aku tak akan mendapatkannya. Aku hanya akan
berpura-pura kejam. "Mereka melepas semua kuda kami!" seru Hiroshi waktu kami melewati istal kuda yang
kosong. Dia gemetar lagi, tapi kurasa itu karena dia marah, bukan karena takut.
"Kita akan dapatkan kembali kuda-kuda itu dan kita akan dapatkan lebih banyak lagi
kuda lainnya!" Kahei berjanji padanya. "Kau ikut dengan Jiro, dan jangan buat masalah."
"Antarkan dia ke para pelayan perempuan dan minta Manami mengurusnya," kataku pada
Jiro sewaktu aku mengambil tali kekang Shun darinya.
"Aku tidak mau diurus," seru anak itu ketika Kahei mengangkatnya ke punggung kuda
Jiro. "Aku ingin ikut berperang bersama kalian."
"Jangan sembarangan membunuh dengan pedangmu itu," ujar Kahei sambil tertawa.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 58 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Ingat, kami bukanlah musuhmu!"
"Pasti mereka diserang secara mendadak," kataku pada Makoto, setelah mengatakan
padanya apa yang kami tahu. "Yang ada di pos jaga hanyalah mayat."
"Mungkin pasukan di Maruyama sudah menduganya sehingga menarik semua pasukan
mereka untuk menyerang di daerah yang lebih menguntungkan," jawabnya. "Kau mengenal
daerah antara tempat ini ke kota?"
"Aku belum pernah kemari."
"Istrimu pernah kemari?"
Aku mengangguk. "Kalau begitu lebih baik kita suruh anak itu kemari. Mungkin dia bisa menjadi penunjuk
jalan." Kahei berteriak pada Jiro yang belum jauh. Hiroshi senang sekali diminta kembali.
Pengetahuannya tentang daerah ini dan benteng di sekeliling kota sangat mengejutkan. Kastil
Maruyama berada di pebukitan; sebuah kota yang cukup besar berada di lereng dan kaki bukit
bundar di mana kastilnya dibangun. Sebuah sungai kecil yang penuh dengan ikan dan arus
yang deras menyediakan air bagi kota itu dan mengairi jaringan kanal; kastilnya memiliki mata
air sendiri. Dinding sebelah luar kota biasanya terawat dengan baik, tapi sejak kematian Lady
Maruyama, dan kekacauan yang terjadi setelah kejatuhan Iida, tidak ada lagi yang merawat
dan hanya ada sedikit penjaga. Akibatnya, kota terbagi menjadi dua bagian: pendukung Sugita
yang membela Kaede dengan orang yang berpikir lebih praktis untuk mengikuti suratan takdir
dan menerima kekuasaan Iida Nariaki beserta istrinya, yang menurut mereka juga punya hak
untuk berkuasa. "Di mana pamanmu sekarang?" tanyaku pada Hiroshi.
"Beliau menunggu agak jauh di luar kota bersama pasukannya karena tak ingin pergi
terlalu jauh dari kota, untuk berjaga-jaga kalau kota diambil alih secara diam-diam. Itulah
yang aku dengar dari pembicaraan ayahku."
"Apakah dia akan mundur kembali ke kota?"
Anak itu memicingkan mata seperti orang dewasa. "Bila benar-benar terpaksa, beliau
harus kembali ke kastil bila kota sudah tidak mungkin dipertahankan lagi. Kami sangat
kekurangan bahan pangan; badai tahun lalu telah menghancurkan sebagian besar panen kami,
LIAN HEARN BUKU KETIGA 59 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON dan tidak seperti biasanya, musim dingin yang lalu sangat menyulitkan. Kami tidak akan
mampu bertahan jika dikepung terlalu lama."
"Di mana kira-kira pamanmu akan bertempur jika dia bisa memilih medan perang?"
"Tak jauh dari gerbang kota, jalan ini melintasi sungai, di Asagawa. Ada tempat untuk
menyeberang; di tempat itu airnya sangat dangkal, tapi kadang tertutup jika ada banjir. Untuk
mencapai tempat menyeberang itu harus melalui jalan ini sampai ngarai yang curam dan
kemudian mendaki lagi. Nah, di sana ada dataran sempit dengan kelandaian yang mendukung.
Ayah mengatakan kalau kita bisa menahan sepasukan penyerang di sana. Dan dengan jumlah
pasukan yang cukup, kita bisa mengepung dan mengurung mereka di dalam ngarai."
"Siap laksanakan, Kapten," seru Kahei. "Ingatkan aku untuk mengajakmu dalam setiap
peperangan!" "Aku hanya mengenal wilayah sini," ujar Hiroshi, tibatiba menjadi pemalu. "Tapi ayahku
mengajarkan kalau dalam pertempuran, orang harus benar-benar mengenal wilayah tersebut."
"Dia pasti akan bangga padamu," kataku. Tampaknya rencana terbaik kami adalah segera
bergegas dan berharap bisa menjebak pasukan penyerang di depan kami ke dalam ngarai.
Bahkan jika Sugita sudah mundur ke kota, kami bisa menyerang orang-orang itu dengan tibatiba dari belakang.
Aku mempunyai satu pertanyaan lagi untuk anak itu. "Tadi kau mengatakan mungkin
bisa mengepung sepasukan musuh di ngarai. Jadi ada rute yang lain lagi antara tempat ini dan
dataran sempit itu?"
Dia mengangguk. "Beberapa mil ke utara ada satu perbatasan lagi. Kami berjalan dari arah
sana beberapa hari lalu untuk datang ke sini; setelah seharian hujan lebat, terjadi banjir di
bagian sungai yang dangkal itu. Butuh waktu agak lama, tapi bisa lebih cepat jika kau
menunggang kuda." "Bisakah kau tunjukkan jalannya pada Lord Miyoshi?"
"Tentu," jawabnya, mendongak ke arah Kahei dengan mata berbinar.
"Kahei, bawa pasukan berkudamu dan majulah dengan cepat ke sana. Hiroshi akan
menunjukkan tempat kau bisa bertemu Sugita. Katakan padanya kalau kita segera datang dan
minta untuk tetap menahan musuh di ngarai. Prajurit pejalan kaki dan petani akan menyusul
bersamaku." LIAN HEARN BUKU KETIGA 60 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Itu bagus," ujar Hiroshi dengan nada setuju. "Tempat menyeberang penuh dengan
bongkahan batu; pijakannya tidak terlalu baik untuk kuda. Dan Tohan akan mengira Anda
menjadi lebih lemah dan meremehkan Anda. Mereka tidak akan menyangka petani bisa
bertempur." Kupikir, aku mesti belajar strategi darinya.
Jiro berkata, "Aku harus pergi bersama Lord Miyoshi?"
"Ya, ajak Hiroshi naik ke kudamu, dan tetap awasi dia."
Prajurit berkuda pergi menjauh, derap langkah kuda bergema di lembah nan luas.
"Waktu apa sekarang?" tanyaku pada Makoto.
"Kira-kira paruh kedua Waktu Ular*," sahutnya. "Pasukan sudah makan?"
"Aku perintahkan mereka makan saat berhenti tadi."
"Kalau begitu kita bisa langsung bergerak. Perintahkan mereka berangkat sekarang; aku
akan ke belakang barisan untuk memberitahukan kepala pelayan dan istriku. Aku akan
langsung bergabung denganmu begitu selesai berbicara dengan mereka."
Makoto membelokkan kudanya, tapi sebelum bergerak, dia menatap sekilas ke langit,
hutan, dan lembah. "Hari yang indah," ujarnya pelan.
Aku mengerti maksudnya; hari baik untuk mati. Tapi tak seorang pun dari kami berdua
ditakdirkan mati hari ini, meskipun takdir itu berlaku bagi sebagian yang lainnya.
Kudaku berjalan santai menyusuri sepanjang barisan pasukan yang sedang beristirahat,
sambil memberi perintah untuk bergerak dan memberitahukan pimpinan mereka tentang
rencana kami. Mereka bangkit dengan penuh semangat, terutama saat kukatakan siapa musuh
utama kami; mereka berteriak sekuat tenaga karena diberi kesempatan membalas dendam pada
Tohan atas kekalahan dalam perang Yaegahara, kekalahan di Yamagata, serta penindasan
selama bertahun-tahun. Kaede dan para pelayan perempuan sedang menunggu di bawah pepohonan, dan seperti
biasa Amano bersama mereka.
"Kami akan pergi bertempur," kataku pada Kaede. "Pasukan Iida Nariaki menyerang
perbatasan di depan kita. Kahei sudah lebih dulu ke daerah dekat musuh berada, tempat di
mana kami berharap dia bisa bertemu dengan kakaknya, Gemba, dan Lord Sugita. Amano
akan membawamu ke hutan dan kau harus tetap di sana sampai aku jemput."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 61 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Amano menunduk. Kaede seperti ingin bicara, tapi kemudian dia juga menunduk.
"Semoga Sang Pengasih menyertaimu," bisiknya sambil menatap wajahku. Dia agak
membungkuk dan berkata, "Suatu hari nanti aku akan maju ke medan perang di sisimu!"
"Jika aku tahu kau dalam keadaan aman, aku bisa berkonsentrasi penuh dalam
bertempur," sahutku. "Lagi pula, kau harus melindungi catatan itu."
Manami berkata dengan wajah cemas, "Medan perang bukanlah tempat bagi perempuan!"
"Ya, benar," sahut Kaede. "Aku hanya akan menjadi penghalang. Tapi betapa inginnya
aku terlahir sebagai laki-laki!"
Kegigihannya membuatku tertawa. "Malam ini kita akan tidur di Maruyama!" aku berseru
kepadanya. Seharian aku membayangkan wajahnya yang bersemangat dan pemberani. Sebelum
meninggalkan biara, Kaede dan Manami membuat umbul-umbul dengan lukisan burung
bangau Otori, sungai putih Shirakawa serta bukit Maruyama dan sekarang kami
membentangkannya saat berjalan ke lembah itu. Meskipun kami sedang pergi berperang, aku
tetap melihat-lihat keadaan daerah di luar kota. Tanahnya nampak cukup subur dan mestinya
sudah diairi dan ditanami, namun bendungan dan saluran irigasinya tersumbat rumput ilalang
dan lumpur. Selain tanda-tanda daerah yang terbengkalai, pasukan di depan kami sepertinya telah
memporak-porandakan pertanian dan apa pun yang mereka temui. Anak-anak menangis di
tepi jalan, rumah dibakar dan di sana-sini mayat bergelimpangan, dibunuh tanpa alasan yang
jelas, tubuh mereka tergeletak di tempat mereka dibunuh.
Sepanjang waktu kami melewati pertanian atau desa kecil, mereka yang masih hidup dan
bocah laki-laki keluar untuk bertanya pada kami. Begitu mengetahui kalau kami mengejar
pasukan Tohan, mereka langsung meminta ijin untuk ikut, mereka bergabung dengan penuh
semangat, menambah jumlah pasukan kami hingga mencapai ribuan.
Tepat saat lewat tengah hari, mungkin hampir memasuki Waktu Kambing, dari depan
kudengar suara-suara yang sekian lama terngiang di kepalaku: benturan baja, dengkingan
kuda, teriakan peperangan, jeritan orang yang terluka. Aku memberi isyarat pada Makoto, dan
dia pun memerintahkan pasukan berhenti.
Shun berdiri tegak, memasang telinga dengan waspada, mendengarkan penuh seksama
LIAN HEARN BUKU KETIGA 62 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON seperti halnya aku. Dia diam, seolah mengerti kalau semua harus diam.
"Sugita pasti sudah bertemu dengan musuh di sana, seperti yang bocah itu katakan,"
gumam Makoto. "Tapi mungkinkah Kahei telah bertemu dengannya?"
"Siapa pun itu, pastinya terjadi pertempuran yang dahsyat," sahutku.
Jalan menurun yang ada di hadapan kami menuju ke ngarai buntu. Pucuk pohon
melambaikan daun hijaunya yang baru tumbuh di bawah sinar mentari musim semi. Suara
pertempuran itu tidak terlalu keras, namun aku juga tidak bisa mendengar kicau burung.


Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pasukan pembawa umbul-umbul akan berjalan lebih clulu denganku," ujarku.
"Kau jangan maju. Tetap berada di tengah, di tempat yang lebih aman. Kau bisa menjadi
sasaran empuk para pemanah."
"Ini pertempuranku," sahutku. "Sudah sepantasnya aku maju lebih dulu." Kalimat itu
mungkin terdengar tenang dan teratur; namun sesungguhnya aku tegang, tidak sabar untuk
segera memulainya dan juga tidak sabar untuk segera mengakhirinya.
"Ya, ini memang pertempuranmu, dan kami semua berperang karenamu. Itulah alasan
yang kuat bagi kami untuk tetap menjaga dan juga melindungimu!"
Aku membelokkan kuda dan berbalik menghadap pasukanku. Aku rasakan gelombang
penyesalan bagi mereka yang akan menemui ajal, namun setidaknya aku telah memberi
mereka kesempatan untuk mati secara terhormat, memperjuangkan tanah dan keluarga
mereka. Aku memanggil pasukan pembawa umbul-umbul dan mereka pun bergerak maju,
umbul-umbul berkibar diterpa angin. Kutatap gambar bangau putih dan berdoa pada arwah
Shigeru. Aku merasakan rohnya merasuki diriku, menyelinap ke balik kulitku, menyatu dalam
otot dan tulangku. Aku menarik Jato dan bilahnya memantulkan cahaya. Pasukanku bereaksi
dengan teriakan dan sorak-sorai.
Aku membelokkan Shun yang melangkah dengan gagah, tenang dan bersemangat,
seakan-akan kami sedang berjalan di padang rumput. Kuda di sebelah kiriku nampak terlalu
bersemangat, menarik tali kekangnya serta berusaha melawan, aku merasakan tegangnya otot
tubuh penunggangnya saat mengendalikan kuda dengan satu tangan sementara tangan yang
satunya lagi mempertahankan agar umbul-umbul tetap berkibar.
Jalanan mulai gelap saat kami menurun melewati pepohonan. Permukaan tanahnya
memburuk, seperti perkiraan Hiroshi, pasir halus bercampur lumpur menyelimuti bebatuan,
LIAN HEARN BUKU KETIGA 63 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON lalu bebatuan besar dengan banyak lubang akibat gerusan banjir. Jalannya setiap saat bisa
berubah menjadi sungai jika turun hujan.
Kami melambatkah langkah kuda. Selain kencangnya suara pertempuran itu, aku
mendengar gemuruh sungai. Di hadapan kami tampak jelas jurang di balik dedaunan, dan
sebuah jalan terlihat dari bawah pepohonan di bantaran yang panjangnya beberapa ratus kaki
sebelum dangkalan sungai. Kemudian terlihat pasukan yang sedang bertempur, mereka terlihat
seperti siluet dalam terangnya sinar mentari.
Semula aku hendak mengerahkan para pemanah, tapi begitu melihat pertempuran di
depan kami, panah mereka bisa membunuh musuh sama banyaknya dengan pasukan sekutu
kami. Pasukan Sugita telah menggiring pasukan musuh dari tanah lapang dan perlahan-lahan
sedang mendesak mereka ke sungai. Bahkan saat kami mendekat, beberapa orang musuh
berusaha menerobos dan melarikan diri, berteriak-teriak untuk memperingatkan pimpinannya.
Makoto mengangkat terompet kerang peperangan dan segera meniupnya, bunyinya yang
menakutkan menggema dari dinding ngarai hingga ke seberang sungai. Gemanya disahuti
oleh pantulan gema dari arah seberang. Sesaat keadaan senyap, kemudian gemuruh memecah
kesunyian, dan kami sudah berada di antara musuh. Pertempuran telah dimulai.
Hanya para pencatat kejadian bersejarah yang dapat mengatakan apa yang terjadi dalam
peperangan itu, dan kemudian mereka hanya menyebut pemenangnya. Orang yang berada di
tengah-tengah kabut peperangan seperti ini tidak akan tahu siapa calon pemenangnya. Bila
dilihat dari atas, dengan mata elang, maka yang terlihat hanyalah potongan kain warna-warni
yang bergetar: perisai dan umbul-umbul, darah dan baja-indah sekaligus menakutkan. Semua
prajurit menjadi kalap: apa lagi yang dapat dilakukan selain menghadapi musuh yang ada di
depan mata dan melakukan apa yang sedang kami lakukan"
Aku segera menyadari kalau pertempuran melawan para bandit waktu itu sama sekali
tidak ada artinya. Yang kami hadapi saat ini adalah pasukan yang kuat, gabungan antara
Tohan dan Seishuu, bersenjata lengkap, garang serta licik. Pasukan musuh melihat lencana
burung bangau dan segera menyadari siapa yang ada di belakang mereka. Membunuhku untuk
membalaskan dendam Iida Sadamu merupakan tujuan utama separuh pasukan mereka. Saran
Makoto agar aku berlindung di tengah pasukan nampaknya sangat masuk akal. Aku
mengalahkan tiga prajurit, dan hanya bisa selamat dari prajurit yang keempat karena ketepatan
LIAN HEARN BUKU KETIGA 64 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Shun mengelak sebelum Makoto datang mendekat. Dengan menggenggam tongkat layaknya
sebatang lembing, Makoto menghantam prajurit keempat tepat di bawah dagu, menjatuhkan
orang itu dari atas pelana. Seorang petani anggota pasukan kami melompat ke atas prajurit
yang terjatuh dan menggorok lehernya dengan arit.
Aku mendorong Shun bergerak ke depan. Dia bergerak mengikuti nalurinya untuk
menemukan jalan di antara keramaian, selalu berbalik di saat yang tepat sehingga
menguntungkan posisiku. Jato melompat ke tanganku, seperti yang pernah Shigeru katakan,
hingga darah memenuhi ujung pedang sampai ke gagang.
Aku dan Makoto dikepung saat kami berdampingan melawan mereka, dan aku segera
menyadari ada kerumunan yang sama di depan kami. Aku melihat umbul-umbul Tohan
berkibar di atas kerumunan itu. Dua gelombang pasukan berputar-putar bersamaan dengan
prajurit yang bangkit dan berjatuhan di sekitar mereka, sampai akhirnya aku melihat lawan
yang seimbang denganku di tengah-tengah pertempuran.
Aku seperti mengenali orang itu. Laki-laki itu memakai perisai dada hitam dengan topi
baja kerucut yang sama seperti Iida Sadamu pakai ketika aku melihatnya di Mino. Di dadanya
terjuntai seutas tasbih emas yang berkilau. Tatapan kami beradu di atas lautan manusia yang
sedang bertempur, dan Nariaki berteriak penuh kemarahan. Dia mendesak kudanya maju, dia
menerobos para pengawal yang melindunginya. Dia mendatangiku.
"Otori Takeo milikku!" teriaknya. "Jangan ada yang berani menyentuhnya!" Ketika dia
berulang-ulang meneriakkan kata-kata itu, prajurit yang sedang menyerangku mundur dan
akhirnya kami pun berhadapan dengan jarak hanya beberapa langkah.
Aku menceritakan ini seakan-akan ada waktu untuk memikirkan semua peristiwa ini, tapi
kenyataannya aku tidak sempat berpikir. Dalam sekejap, adegan-adegan ini kembali
memenuhi benakku. Dia berada di depanku; berteriak sambil menghina, tapi aku hampir tidak
mendengar apa yang dia katakan. Dia menjatuhkan tali kekang di leher kuda dan mengangkat
pedang dengan dua tangan. Kudanya lebih besar dari Shun, dan dia besar seperti Iida, jauh
lebih besar daripada aku. Sejenak aku memperhatikan saat pedangnya mulai bergerak, Shun
juga memperhatikan. Bilah pedangnya memantulkan cahaya. Shun melompat ke samping dan pedang itu hanya
menyapu udara. Hentakan dari tebasan pedangnya yang meleset membuat dia hampir
LIAN HEARN BUKU KETIGA 65 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON terhempas dari kudanya. Saat tergelincir, dia mencoba bertahan pada leher kudanya, hewan itu
meronta, cukup kuat untuk membuat Nariaki jatuh. Jika tidak ingin terjatuh, dia harus
melepas pedangnya. Seraya melepaskan kakinya dari tempat pijakan kaki, salah satu tangannya
berpegangan pada surai kuda dan dengan ketangkasan yang tak terduga dia mendarat di tanah
dengan bertumpu pada lututnya namun masih memegang pedang. Dia kemudian melompat
bangkit dan langsung menyerangku dengan satu tebasan pedang yang dapat memutuskan
kakiku andai saja Shun diam lebih lama untuk bisa menyadari apa yang sedang dilakukan
musuhku itu. Pasukanku merangsek maju dan dapat saja dengan mudah mengalahkan orang ini.
"Mundur!" aku berseru. Aku memutuskan untuk membunuhnya dengan tanganku sendiri.
Amarah yang belum pernah kualami merasuki sukmaku. Kubiarkan tali kekang terjatuh, lalu
aku melompat turun dari punggung Shun. Aku mendengarnya mendengus di belakangku dan
sadar kalau dia akan tetap tegap menunggu sekokoh batu sampai aku membutuhkannya lagi.
Aku berdiri menatap sepupu Iida seolah sedang berhadapan dengan Iida. Aku tahu
Nariaki memandang rendah diriku: aku tidak pernah dilatih seperti cara dia dilatih. Dia
merangsek maju, pedangnya berputar-putar: bermaksud menebasku dengan jangkauannya
yang lebih panjang. Tiba-tiba aku merasa seperti sedang di aula di Biara Terayama, sedang
berlatih melawan Matsuda. Kulihat sosok Kaede seperti yang baru saja kulihat: dia adalah
hidup dan kekuatanku. Malam ini kita akan tidur di Maruyama, aku ucapkan lagi janji yang
sama padanya. Darah biru, pikirku, bahkan mungkin aku meneriakkan kata-kata itu dengan lantang pada
Nariaki. Kau memilikinya, begitu juga aku. Kita berada di klas yang sama. Aku merasakan
tangan Shigeru dalam gerakan tanganku. Dan kemudian Jato menemukan sasarannya dan
percikan darah merah Iida Nariaki mengenai wajahku.
Saat dia terjatuh dengan lutut, Jato menghantam lagi dan kepalanya menggelinding di
kakiku, matanya masih memancarkan kemarahan, bibirnya terkatup geram.
Adegan itu tetap melekat di benakku, tapi tidak dalam waktu lama. Tidak ada waktu
untuk merasa takut, bahkan tidak ada waktu untuk berpikir. Jurus-jurus yang Shigeru dan
Matsuda ajarkan bergerak melalui pedang hingga ke lenganku, seakan semua gerakan itu
kulakukan tanpa sadar. Setelah Nariaki tewas, aku berbalik ke arah Shun. Saat mengerjapkan
LIAN HEARN BUKU KETIGA 66 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON mata untuk menyingkirkan peluh yang menetes, aku melihat Jo-An berada di dekat kepala
Shun; gelandangan itu juga memegang kepala kuda Iida Nariaki.
"Singkirkan mereka," aku memerintahkan. Benar apa yang Hiroshi katakan tentang
daerah ini. Saat pasukan Tohan dan Seishuu terdesak mundur dan kami terus maju, situasi
semakin kacau. Kuda-kuda yang ketakutan karena kakinya terperosok hingga kakinya patah,
atau terjebak di bebatuan dengan panik, tidak bisa maju maupun mundur.
Jo-An melompat naik ke punggung Shun seperti seekor monyet dan menerobos mencari
jalan di antara kerumunan pasukan. Sesekali aku mengawasinya yang bergerak menerobos
dalam keramaian, menarik kuda-kuda tanpa penunggang yang panik ke dalam hutan. Seperti
yang dikatakannya, ada banyak yang dapat dilakukan dalam suatu pertempuran selain
membunuh. Tak lama kemudian aku melihat umbul-umbul Otori dan Maruyama, dan aku juga
melihat Miyoshi. Pasukan yang ada di tengah-tengah kami terjebak. Mereka terus melawan
dengan garang tanpa bisa mundur dan juga tanpa harapan hidup.
Kurasa tidak seorang pun dari mereka berhasil lolos.
Air sungai berbuih merah oleh darah. Setelah semuanya berakhir dan keadaan mulai
tenang, para gelandangan mengurus mayat-mayat dan menggeletakkannya sehingga
membentuk barisan. Sewaktu berjumpa Sugita, kami berjalan menyusuri barisan mayat, dan
dia bisa mengenali banyak anak buahnya. Jo-An beserta anak buahnya telah mengambil alih
lusinan kuda. Kini mereka melucuti senjata serta tameng dari korban yang tewas dan mengatur
mayat-mayat itu untuk dibakar.
Hari berlalu tanpa aku sempat memperhatikan waktu. Pasti sudah masuk Waktu Anjing,
pertempuran tadi pasti telah berlangsung setengah hari. Pasukan kami kira-kira sama
banyaknya dengan musuh: kurang dari dua ribu orang. Tapi seluruh pasukan Tohan tewas,
sementara kami hanya kehilangan kurang dari seratus orang dan sekitar dua ratus orang lukaluka.
Jo-An mengembalikan Shun kepadaku, dan bersama Sugita, kami menunggang kuda
masuk ke dalam hutan di mana Kaede sedang menunggu. Dengan cakap Manami mengatur
orang-orang untuk mendirikan kemah sambil menyalakan api unggun untuk merebus air.
Kaede berlutut dengan tegak di atas karpet di bawah pepohonan. Kami bisa melihat sosoknya
LIAN HEARN BUKU KETIGA 67 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON dipayungi bayangan warna abu-abu keperakan dari batang pohon, dan rambut menyelubungi
tubuhnya. Saat mendekat, aku melihat matanya terpejam.
Manami menghampiri kami, matanya berbinar cerah dengan kelopak kemerahan. "Sedari
tadi lady berdoa," bisiknya. "Lady duduk begitu sejak kalian bertempur."
Aku turun dari kuda dan memanggil namanya. Kaede membuka mata, rasa gembira dan
lega terpancar di wajahnya. Dia menundukkan kepala, bibirnya menggumamkan rasa terima
kasih tanpa suara. Aku berlutut di hadapannya, Sugita melakukan hal yang sama.
"Kita menang besar," ujar Sugita. "Iida Nariaki sudah mati dan kini tidak ada yang dapat
menghentikanmu menguasai Maruyama."
"Aku haturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas kesetiaan dan keberanianmu,"
kata Kaede padanya dan kemudian berpaling ke arahku.
"Kau terluka?" "Kurasa tidak." Kegilaan selama pertempuran mulai menghilang dan sekujur tubuhku
terasa sakit. Telingaku berdengung dan bau anyir darah serta kematian melekat membuatku
mual. Kaede terlihat sangat bersih dan suci hingga nyaris seperti tidak nyata.
"Aku berdoa demi keselamatanmu," katanya dengan pelan. Kehadiran Sugita membuat
sikap kami berdua menjadi canggung.
"Silakan minum teh," Manami mendesak kami. Aku sadar mulutku kering, bibirku lekat
dengan darah. "Kami sangat kotor," kataku, tapi dia langsung menaruh mangkuk di tanganku dan aku
meminumnya dengan senang hati.
Matahari telah terbenam dan cahaya senja tampak jernih dan agak kebiru-biruan. Angin
berhenti berhembus dan burung-burung menyanyikan lagu terakhir mereka di hari ini.
Kudengar gemerisik rerumputan dan melihat seekor kelinci berlari di kejauhan. Aku minum
teh sambil memperhatikan kelinci itu. Hewan itu balas menataoku dengan matanya yang besar
dan liar selama beberapa saat sebelum melompat menjauh. Tehnya terasa pahit.
Dua pertempuran telah kami menangkan, masih ada tiga pertempuran lagi, jika ramalan
itu bisa dipercaya: masih ada dua kemenangan serta satu kekalahan yang harus kujalani.*
LIAN HEARN BUKU KETIGA 68 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON SATU bulan sebelumnya, setelah Shirakawa Kaede dan Miyoshi bersaudara berangkat ke
Biara Terayama, Muto Shizuka berangkat ke desa keluarga Tribe yang tersembunyi di balik
pegunungan Yamagata. Kaede menangis sedih saat mereka berpisah. Kaede memberikan
sejumlah uang dan memaksa Shizuka untuk membawa salah satu kuda beban, namun Shizuka
tahu ia akan secepatnya dilupakan begitu Kaede sudah bersama Takeo.
Shizuka merasa khawatir meninggalkan Kaede yang telah mengambil keputusan dengan
terburu-buru untuk menikah dengan Takeo. Shizuka berkuda tanpa bicara, tiada henti
memikirkan kegilaan cinta mereka dan juga akibat yang akan tuannya hadapi dengan
pernikahan itu. Ia tidak ragu kalau mereka pasti jadi menikah; nasib telah mempertemukan
mereka lagi, tidak ada yang dapat menghentikan mereka berdua. Tapi Shizuka takut atas keselamatan mereka berdua begitu Arai mendengar kabar itu. Dan saat pikirannya melayang pada
Lord Fujiwara, ia merasa sekujur tubuhnya menggigil meskipun saat itu matahari musim semi
bersinar cerah. Ia sadar kalau Lord Fujiwara akan merasa terhina dan murka atas pernikahan
itu. Shizuka takut membayangkan apa yang akan Fujiwara lakukan untuk membalas dendam.
Suasana hati Kondo yang juga menunggang kuda tak lebih baik dari Shizuka. Dia nampak
menderita dan kesal karena dengan tiba-tiba dipecat. Beberapa kali dia berkata, "Seharusnya
dia mempercayaiku! Setelah semua yang aku lakukan untuknya! Lagipula, aku telah
bersumpah setia padanya. Aku tak akan menyakitinya."
Dia juga telah tersihir oleh pesona Kaede, pikir Shizuka. Kondo merasa tersanjung dengan
ketergantungan Kaede padanya. Kaede yang sering berpaling padanya, kini berpaling pada
Takeo. "Dia mengusir kita atas perintah Takeo," kata Shizuka pada Kondo. "Takeo benar. Dia
tidak boleh mempercayai kita."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 69 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Sungguh menyebalkan," ujar Kondo murung. "Kini aku harus ke mana" Aku senang bisa
bersama Lady Shirakawa. Aku betah tinggal di tempat itu." Dia mendongak dan menghirup
udara. "Mungkin keluarga Muto punya perintah baru untuk kita berdua," sahut Shizuka singkat.
"Aku semakin tua," gerutu Kondo. "Aku tak keberatan untuk hidup tenang dan memberi
kesempatan pada generasi muda. Andai saja jumlah mereka ada lebih banyak!"
Kondo memalingkan wajah dan tersenyum getir pada Shizuka. Ada sesuatu dalam
tatapannya yang membuat Shizuka merasa tidak nyaman, semacam kehangatan di balik sikap
sinis. Dengan tetap menjaga sikap, Kondo mencoba menggoda Shizuka. Sejak Kondo
menyelamatkan Shizuka dalam perjalanan ke Shirakawa tahun lalu, timbul rasa risih di antara
mereka. Shizuka sangat berterima kasih pada Kondo dan sepintas pernah berpikir untuk
berhubungan dengannya, tapi setelah menjalin asmara dengan tabib Ishida, tabibnya Lord
Fujiwara, dia tidak menginginkan siapa pun selain tabib itu.
Shizuka berpikir dengan penuh penyesalan karena hubungannya dengan tabib itu hampir
tak mungkin dilanjutkan. Pernikahan Kaede telah menjauhkan ia dari Ishida untuk selamanya.
Shizuka benar-benar tidak tahu bagaimana dapat bertemu dengan tabib itu lagi. Kata-kata


Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perpisahan tabib itu begitu hangat; Ishida meminta Shizuka agar segera kembali, seakan
mengatakan kalau dia akan merindu. Tapi bagaimana ia bisa kembali pada tabib itu bila ia tak
lagi melayani serta menjadi bagian dari rumah tangga Kaede" Sejauh ini hubungan mereka
berlangsung secara diam-diam, tapi bila sampai Fujiwara tahu, Shizuka mencemaskan
keselamatan kekasihnya itu.
Pikiran kalau ia tak akan pernah bertemu lagi dengan laki-laki yang baik hati serta pandai
itu membuat Shizuka putus asa. Aku sama buruknya seperti Kaede, pikirnya. Tak seorang pun
bisa lolos dari panasnya api cinta, berapa pun usianya.
Mereka melewati Yamagata dan berjalan menuju desa tempat mereka akan menginap.
Kondo mengenal pemilik penginapannya; bahkan mungkin mereka masih saudara, pikir
Shizuka tanpa berminat mencari tahu. Seperti yang Shizuka takutkan, Kondo memberi isyarat
yang jelas kalau dia ingin tidur dengannya. Kekecewaan nampak di mata laki-laki itu ketika ia
berdalih kelelahan. Kondo tidak mendesak atau memaksa, meskipun dia bisa. Shizuka merasa
sangat berterima kasih, dan kemudian ia merasa menyesal.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 70 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Keesokan harinya, setelah mereka meninggalkan kuda di penginapan dan mulai mendaki
pegunungan yang terjal dengan berjalan kaki, Kondo berkata, "Mengapa kita tidak menikah
saja" Kita bisa jadi tim yang hebat. Kau mempunyai dua putra, kan" Akan kuanggap mereka
sebagai anakku. Kita belum terlalu tua untuk punya anak lagi. Keluargamu pasti
menyetujuinya." Shizuka merasa semangatnya langsung lenyap mendengar itu, terutama karena ia tahu
kemungkinan keluarganya akan setuju.
"Kau belum menikah?" tanya Shizuka. Hal itu tampak mengejutkan, dilihat dari usianya.
"Aku pernah menikah dengan perempuan Kuroda saat usiaku tujuh belas tahun. Dia
meninggal beberapa tahun lalu. Kami tidak mempunyai anak."
Shizuka melirik, ingin tahu apakah Kondo sedih atas kematian istrinya.
Kondo berkata, "Dia seorang perempuan yang sangat tidak bahagia. Dia tidak terlalu
waras. Selama bertahun-tahun dia tersiksa oleh imajinasinya yang mengerikan dan
menakutkan. Dia sering melihat hantu dan setan. Keadaannya tidak begitu buruk saat aku
berada di sisinya, namun aku sering melakukan perjalanan karena tugas. Aku bekerja sebagai
mata-mata untuk keluarga ibuku, keluarga Kondo, yang telah mengurusku sejak kecil. Suatu
ketika aku menempuh perjalanan jauh dan terlambat pulang karena cuaca buruk. Ketika aku
belum pulang pada waktu yang diperkirakan, dia sudah gantung diri."
Untuk pertama kalinya tak terdengar nada sinis dalam suaranya. Shizuka merasakan
kesedihan Kondo yang sehenarnya dan tanpa sadar ia merasa terharu.
"Mungkin dia dididik terlalu keras," ujar Kondo. "Aku sering bertanya pada diriku apa
yang akan kulakukan pada anak-anakku. Dalam banyak hal, aku lega tidak punya anak."
"Saat kau kecil, semuanya nampak seperti sebuah permainan," ujar Shizuka. "Dulu aku
bangga pada kemampuan yang kumiliki dan meremehkan orang lain karena tidak
memilikinya. Kau tak bisa mempertanyakan bagaimana cara kau dibesarkan; memang begitu
adanya." "Kau berbakat; kau adalah keponakan dan cucu tetua Muto. Menjadi seorang Kuroda
tidaklah mudah. Dan jika kau tak punya bakat, latihan akan menjadi sangat sulit." Kondo
berhenti bicara sejenak dan melanjutkan dengan pelan, "Mungkin juga istriku terlalu sensitif.
Tidak ada yang dapat mengikis habis sifat dasar orang."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 71 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Kurasa begitu. Aku turut berduka atas kematiannya."
"Itu sudah lama berlalu. Namun kejadian itu jelas membuatku mempertanyakan banyak
hal yang selama ini diajarkan kepadaku, dan aku tidak pernah mengatakan ini pada banyak
orang. Ketika kau menjadi bagian dari Tribe, kau harus patuh, hanya itu."
"Seandainya Takeo dibesarkan oleh Tribe, mungkin dia bisa mempelajari kepatuhan
seperti kita," ujar Shizuka, seolah menyuarakan pikirannya. "Dia tidak mau diperintah dan tak
mau dikekang. Lalu apa yang Kikuta lakukan" Menyerahkannya pada Akio untuk dilatih
seolah dia anak usia dua tahun. Mereka hanya bisa menyalahkan diri mereka sendiri atas
kepergian Takeo. Shigeru tahu cara untuk mengendalikannya sejak awal, dan dia mendapatkan kesetiaan Takeo yang rela berbuat apa saja untuknya." Seperti kita semua juga akan
melakukan untuknya, tiba-tiba Shizuka sadar telah memikirkan hal itu dan berusaha
menyembunyikannya. Dia mempunyai banyak rahasia tentang Shigeru yang tak diketahui
orang lain, dan ia takut Kondo tahu itu.
"Apa yang Takeo lakukan cukup masuk akal," ujar Kondo, "bila kau pikirkan lagi."
"Kau terkesan padanya, Kondo" Kukira tidak ada yang bisa membuatmu terkesan!"
"Semua orang mengagumi keberanian," sahut Kondo. "Dan, seperti Takeo, dalam diriku
juga mengalir darah Tribe maupun darah ksatria. Aku dibesarkan oleh Tribe hingga usiaku
dua belas tahun dan kemudian aku menjalani dua peran, di satu sisi aku adalah ksatria,
sedangkan di sisi lain aku seorang mata-mata. Aku bisa memahami konflik batin yang dia
hadapi." Selama beberapa saat mereka berjalan dalam kesunyian; kemudian Kondo berkata,
"Lagipula, kurasa kau tahu kalau aku terkesan pada dirimu."
Sikap Kondo lebih santai hari ini, lebih terbuka tentang perasaannya. Shizuka menyadari
betul hasrat Kondo pada dirinya, dan begitu muncul rasa kasihannya, akan semakin sulit untuk
melawannya. Sebagai gundik Arai atau sebagai pelayan Kaede, ia memiliki status dan perlindungan, tapi kini tidak ada yang tersisa dari dirinya selain kemampuan yang ia miliki, dan
laki-laki yang telah menyelamatkan hidupnya ini yang tidak terlalu buruk untuk dijadikan
suami. Tidak ada alasan untuk menolak ajakan Kondo, maka setelah mereka selesai makan,
sekitar tengah hari, Shizuka menerima ajakan Kondo untuk tidur dengannya. Aroma pucuk
daun cemara dan pohon cedar mengelilingi mereka berdua, sinar mentari yang hangat juga
LIAN HEARN BUKU KETIGA 72 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON angin sepoi-sepoi yang bertiup lembut. Di kejauhan, gemuruh air terjun membisu. Semuanya
berbicara tentang hidup baru dan musim semi.
Shizuka berpikir, jika memang ini yang harus kulakukan, maka aku akan melakukan yang
terbaik. Kemudian Shizuka berpikir, Apa yang terjadi padaku" Apakah aku tiba-tiba menjadi tua"
Setahun lalu aku tak akan peduli pada orang seperti Kondo, namun setahun lalu aku juga masih
merasa menjadi milik Arai. Dan sejak itu sudah banyak hal yang terjadi, begitu banyak intrik,
begitu banyak kematian: kehilangan Shigeru dan Lady Maruyama, selalu berpura-pura tak peduli;
hampir tak bisa menangis, bahkan ketika ayah dari anak-anakku mencoba membunuhku, juga
bahkan di saat aku pikir Kaede akan mati....
Itu bukan pertama kalinya ia muak dengan kepurapuraan, dan kekejaman yang terus
terjadi. Ia memikirkan keinginan Shigeru untuk mewujudkan kedamaian dan keadilan, juga
memikirkan Ishida yang berusaha untuk menyembuhkan, bukan membunuh. Ia merasa
hatinya begitu perih. Aku sudah tua, pikirnya. Tahun depan aku berumur tiga puluh tahun.
Air mata mengambang di pelupuk matanya dan sadar kalau ia sudah hampir menangis.
Wajahnya berlinang air mata, dan Kondo yang salah mengartikannya, malah memeluknya
lebih erat lagi. Air mata Shizuka membasahi dada Kondo, membentuk genangan kecil di atas
tato berwarna merah terang dan coklat tua di tubuh Kondo.
Setelah beberapa lama, Shizuka berdiri dan berjalan ke air terjun. Mencelupkan kain ke
air yang dingin seperti es, ia membasuh wajahnya, lalu menciduk air dengan tangan untuk
minum. Hutan di sekelilingnya sunyi, yang terdengar hanyalah nyanyian katak dan jangkrik.
Udara mulai terasa dingin. Mereka harus bergegas jika ingin sampai ke desa sebelum malam.
Kondo telah mengangkat buntalan, mengikatnya pada sebatang kayu, lalu memanggulnya.
"Kau tahu," katanya selagi mereka berjalan, meninggikan suara agar terdengar oleh
Shizuka yang berjalan di depannya karena lebih mengenal jalan, "Aku tidak yakin kau bisa
menyakiti Takeo. Kurasa kau tidak mungkin bisa membunuhnya."
"Mengapa tidak?" tanya Shizuka sambil menoleh, "Aku pernah membunuh laki-laki!"
"Aku tahu reputasimu, Shizuka! Tapi saat kau bicara tentang Takeo, wajahmu melembut
seakan kau menyayanginya. Dan aku tak percaya kau bisa membuat Lady Shirakawa sedih
karena rasa sayangmu yang begitu besar padanya."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 73 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Kau tahu semuanya! Kau tahu semua tentang diriku! Kau yakin kau bukan jelmaan roh
rubah?" Shizuka bertanya-tanya apakah Kondo mengetahui hubungan dirinya dengan Ishida
dan berdoa semoga dia tidak membicarakannya.
"Darah Tribe juga mengalir dalam nadiku," balasnya.
"Jika aku jauh dari Takeo, pikiranku tidak terpecah," ujar Shizuka. "Hal yang sama juga
berlaku untukmu." Selama beberapa saat berjalan dalam keheningan, tiba-tiba dia bicara.
"Sepertinya aku memang sayang padanya."
"Tapi orang mengatakan kalau kau kejam." Nada suara Kondo kembali sinis.
"Aku masih tersentuh oleh penderitaan seseorang. Bukan pada orang yang menderita
karena kebodohannya, tapi pada penderitaan yang diakibatkan oleh takdir."
Lerengnya curam dan Shizuka merasakan napasnya terengah-engah. Ia tidak bicara
sampai lerengnya melandai lagi, namun ia memikirkan tentang untaian nasib yang telah
mengikat hidupnya dengan Takeo dan Kaede, dan dengan takdir Otori.
Jalannya cukup lebar untuk dilewati dua orang, dan Kondo menyusul berjalan di
sampingnya. "Takeo besar dalam lingkungan kaum Hidden, lalu Shigeru mengangkat dia sebagai anak
sehingga tuntutan dari Tribe nampaknya menjadi unsur-unsur yang tidak mungkin
didamaikan," Shizuka akhirnya berkata. "Semua itu justru membuat jiwanya terkoyak. Dan
pernikahannya ini akan menimbulkan lebih banyak lagi permusuhan."
"Kurasa dia tidak akan berumur panjang. Cepat atau lambat seseorang akan berhasil
menangkapnya." "Kau tak akan pernah tahu," sahut Shizuka, berpura-pura santai padahal sebenarnya tidak.
"Sepertinya tidak mungkin bagiku, atau orang lain, bisa membunuhnya karena kita tak akan
pernah bisa mendekatinya."
"Dua kali percobaan pembunuhan menghalanginya dalam perjalanan ke Terayama," ujar
Kondo. "Keduanya gagal dan sudah tiga orang mati."
"Kau tak pernah mengatakan itu padaku!"
"Kurasa aku tidak ingin Lady Shirakawa gelisah dan sakit. Namun bersama setiap
kematian, kemarahan pada Takeo semakin kuat. Bukan begitu cara yang ingin aku jalani."
Tidak, pikir Shizuka, tidak seorang pun hidup seperti itu. Kita ingin hidup tanpa intrik dan
LIAN HEARN BUKU KETIGA 74 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON kecurigaan. Kita ingin tidur nyenyak di malam hari, tanpa harus mendengarkan setiap suara dan
bunyi yang mencurigakan, takut pada belati yang muncul dari bawah lantai, racun di makanan,
pemanah yang tak terlihat di hutan. Setidaknya selama beberapa minggu aku bisa merasa aman di
desaku. Mentari mulai terbenam, memancarkan sinarnya yang indah di antara pepohonan cedar
dan mengubah batang pohonnya menjadi hitam. Pancaran sinarnya tumpah ruah memenuhi
hutan. Selama beberapa saat, Shizuka sadar kalau ada orang yang sedang mengikuti mereka.
Itu pasti anakku, pikirnya, dan terlintas kenangan bagaimana ia mengasah kemampuannya
di daerah ini saat masih kecil. Ia mengenal setiap bebatuan, setiap pohon, setiap jengkal tanah.
"Zenko! Taku!" serunya. "Kalian, kah?"
Hanya suara cekikikan tertahan yang menjadi jawabnya. Ia seperti mendengar langkah
kaki; langkah kaki di atas bebatuan di kejauhan. Anak-anak mengambil jalan pintas untuk
pulang ke rumah, berlari melewati punggung bukit dan menuruninya lagi, sementara ia dan
Kondo menyusuri jalan yang melebar. Ia tersenyum dan mencoba membuang kegalauan
hatinya. Ia akan lakukan yang apa terbaik bagi kedua anaknya. Dan ia akan menuruti nasihat
kakek-neneknya. Apa pun yang mereka minta, akan ia lakukan. Ada kenyamanan tersendiri
dalam kepatuhan, seperti yang Kondo katakan, itu adalah segalanya bagi Tribe.
Sekali lagi ia berusaha untuk tak memikirkan tentang ketidakpatuhannya di masa lalu dan
berharap hal itu tetap terkubur dengan mereka yang sudah mati.
Mereka keluar dari jalur utama, dan mulai merangkak menaiki setumpuk batu besar
kemudian satu batu kecil lagi yang terhimpit di antara tebing batu terjal. Jalan di depannya
menikung dan mulai menurun di lembah. Shizuka berhenti selama beberapa saat;
pemandangan di hadapannya tak pernah berhenti membuatnya terpesona, lembah yang
tersembunyi di tengah pegunungan terjal sangatlah mengagumkan. Samar-samar dari balik
kabut terlihat asap dari tungku perapian dan sekumpulan rumah yang ada di bawah, tapi saat
mereka menyusuri jalan melewati dataran, rumah-rumah itu terletak di atas, dilindungi oleh
dinding kayu yang kuat. Dari gerbang yang telah terbuka, dua penjaga dengan ceria menyambut Shizuka.
"Hei! Selamat datang!"
"Beginikah cara kalian menyambut tamu" Begitu santai; bagaimana kalau aku musuh?"
LIAN HEARN BUKU KETIGA 75 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Kedua putramu yang memberitahukan kami kalau kau sedang kemari," sahut seorang
penjaga. "Mereka melihatmu di pegunungan."
Rasa bangga menyelimuti diri Shizuka. Baru sekarang ia menyadari kecemasannya
terhadap mereka. Tapi mereka masih hidup dan dalam kondisi sehat.
"Ini Kondo...." ujar Shizuka terbata-bata, menyadari kalau ia tidak tahu nama belakang
orang itu. "Kondo Kiicihi," sahut Kondo. "Ayahku adalah Kuroda Tetsuo."
Mata para penjaga menyipit saat mendengar nama itu, mereka menarik kesimpulan
tentang laki-laki itu baik dari penampilan maupun dari asal-usulnya. Mereka berdua sepupu
atau keponakan Shizuka; mereka besar bersama, menghabiskan waktu bersama kakekneneknya, dikirim ke sana untuk dilatih saat ia masih kecil, waktu yang sama ketika ia
bersaing, juga belajar mengecoh kedua orang yang sekarang sedang bertugas jaga. Kemudian
suratan takdir membawa hidupnya pada Kumamoto dan Arai.
"Hati-hati dengan Shizuka!" salah seorang dari mereka memperingatkan Kondo. "Aku
lebih baik tidur dengan ular berbisa daripada tidur dengannya."
"Kau memang pantas tidur dengan ular berbisa," sahut Shizuka pedas.
Kondo hanya melirik pada Shizuka tanpa berkata sepatah kata pun, sebelah alisnya naik
saat mereka berjalan lagi.
Dari luar, rumah-rumah di desa ini tampak seperti rumah petani, dengan atap dari jerami
dan tiang dari kayu pohon cedar yang warnanya telah memudar. Alat-alat pertanian, kayu
bakar, karung beras dan batang bambu disusun rapi di dalam lumbung yang ada di belakang
rumah. Jendela luar dipalang dengan jeruji kayu dan anak tangga terbuat dari potongan kasar
batu gunung. Namun rumah-rumah itu menyimpan banyak rahasia: lorong rahasia,
terowongan dan gudang bawah tanah, lemari dan juga lantai palsu yang mampu
menyembunyikan seluruh penduduk desa bila diperlukan. Hanya sedikit orang yang tahu
keberadaan desa terpencil ini, meskipun begitu keluarga Muto selalu siap menghadapi
serangan. Mereka juga mendidik anak-anaknya dengan tradisi kuno Tribe.
Shizuka tergetar saat teringat kenangan masa kecilnya. Debaran jantungnya kian cepat.
Tak satu pun peristiwa, bahkan pertempuran di Kastil Inuyama, yang dapat menyamai
kegembiraan permainan semasa kecil.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 76 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Rumah utama terletak di pusat desa dan, di pintu masuk, keluarga Shizuka telah
menunggu untuk menyambut: kakeknya dan juga kedua putranya, dan yang membuatnya
terkejut juga senang, di samping kakeknya, berdiri pamannya, Muto Kenji.
"Kakek, Paman," ucap Shizuka memberi salam dengan sepenuh hati, dan ketika hendak
memperkenalkan Kondo, putra keduanya berlari kegirangan menghampiri kemudian
merangkul pinggang Shizuka.
"Taku!" kakaknya menegur, kemudian berkata, "Selamat datang, Ibu. Sudah lama sekali
kita tidak bertemu."
"Kemari, coba kulihat kalian," ujar Shizuka, gembira karena kedua putranya ada. Mereka
berdua sudah bertambah besar dan tidak ada lagi kegemukan anak-anak yang menggemaskan.
Usia Zenko dua belas tahun pada awal tahun ini, dan Taku sepuluh tahun. Putra keduanya
berotot, dan mereka berdua memiliki pandangan yang tajam dan tidak mengenal rasa takut.
"Dia tumbuh seperti ayahnya," ujar Kenji, menepuk bahu Zenko.
Memang benar, pikir Shizuka sambil menatap putra pertamanya. Sosoknya seperti Arai.
Sedangkan Taku, pikirnya, lebih memiliki paras seorang Muto, dan dia, tidak seperti kakaknya,
memiliki garis lurus keturunan Kikuta di telapak tangannya. Pendengaran yang tajam dan
kemampuan lainnya mungkin ada pada dirinya. Tapi Shizuka akan mencari tahu lebih banyak


Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi nanti. Sementara itu, Kondo, berlutut di hadapan kedua tetua Muto, menyebut nama dan
silsilah keluarganya. "Dia telah menyelamatkanku," ujar Shizuka. "Kalian mungkin sudah mendengarnya:
pernah ada percobaan pembunuhan terhadapku."
"Bukan hanya kau," kata Kenji, menangkap pandangan mata Shizuka, seolah menyuruh
diam, dan memang Shizuka tidak ingin terlalu banyak bicara di depan kedua putranya.
"Kita bicarakan itu nanti. Aku senang bertemu denganmu."
Seorang pelayan datang membawa air untuk membasuh kaki kedua orang yang baru
datang. Kakek Shizuka berkata pada Kondo, "Selamat datang di rumah ini dan kami sangat
berterima kasih padamu. Kita pernah bertemu tapi sudah lama sekali; saat itu kau masih kecil,
mungkin kau tidak ingat. Silakan masuk."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 77 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Bersamaan ketika Kondo mengikuti sang kakek ke dalam, Kenji berbisik pada Shizuka,
"Apa yang terjadi" Mengapa kau ke sini" Apakah Lady Shirakawa baik-baik saja?"
"Kurasa tidak ada yang dapat mengubah rasa sayangmu padanya, ya," sahut Shizuka. "Dia
bergabung dengan Takeo di Terayama. Kurasa mereka akan segera menikah"menentang
semua nasihatku, kalau boleh kutambahkan. Pernikahan itu bencana bagi mereka berdua."
Kenji menghela napas pelan. Shizuka seperti melihat senyum tipis di wajah pamannya itu.
"Mungkin sebuah bencana," ujarnya, "tapi bencana yang ditentukan oleh takdir."
Mereka masuk dalam ke rumah. Taku berlari lebih dulu untuk memberitahu nenek
buyutnya agar membawa sake, sedangkan Zenko berjalan dengan tenang di samping Kondo.
"Terima kasih telah menyelamatkan ibuku, tuan," ujar Zenko dengan sopan. "Aku
berhutang nyawa kepadamu."
"Kuharap kita bisa lebih saling mengenal dan berteman," sahut Kondo. "Kau senang
berburu" Mungkin kau bisa mengajakku berburu. Sudah lama aku belum makan daging."
Bocah itu tersenyum dan mengangguk. "Kadang kami menggunakan perangkap, dan di
akhir tahun, kami menggunakan burung elang. Kuharap Anda masih ada di sini hingga akhir
tahun." Dia sudah dewasa, pikir Shizuka. Andai aku dapat hersama mereka untuk selamanya.
Nenek Shizuka datang membawa sake. Shizuka mengambil sake darinya dan
menyajikannya untuk para laki-laki. Kemudian dia pergi bersama neneknya ke dapur,
menghela napas dalam-dalam, menikmati semua aroma yang akrab dengannya. Para pelayan,
sepupu-sepupunya, menyambut dengan riang. Shizuka hendak membantu, tapi mereka tidak
mengijinkan. "Besok, besok saja," ujar neneknya. "Malam ini kau adalah tamu kehormatan kami."
Shizuka duduk di tepi anak tangga kayu yang menghubungkan dapur berlantaikan tanah
dengan ruang utama rumah. Samar-samar ia mendengar para laki-laki sedang bercakap-cakap,
dan suara nyaring anak-anaknya. Suara Zenko sudah mulai terdengar pecah.
"Ayo kita minum bersama," ujar neneknya sambil tertawa kecil. "Kami tidak menyangka
kau akan datang, tapi kami gembira kalian datang. Dia sangat cantik, kan?" seru nenek pada
pelayan yang langsung mengangguk setuju.
"Shizuka kini lebih cantik," ujar Kana, "Dia lebih pantas jadi kakak daripada menjadi ibu
LIAN HEARN BUKU KETIGA 78 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON dari anak-anaknya." "Dan seperti biasa dia menggandeng laki-laki tampan," Miyabi tertawa. "Benarkah dia
telah menyelamatkanmu" Kejadian itu sepertinya tidak bisa dipercaya."
Shizuka tersenyum dan meminum sake dalam satu tegukan, merasa bahagia karena berada
di rumah, memperhatikan dialek kerabat-kerabatnya saat mereka memaksanya untuk
mengatakan gosip dan kabar.
"Orang-orang mengatakan Lady Shirakawa adalah perempuan tercantik di seluruh Tiga
Negara," ujar Kana. "Benarkah?"
Shizuka meneguk sake lagi, merasakan hangatnya menyentuh perutnya lalu menyebar ke
sekujur tubuhnya. "Kalian tidak dapat membayangkan kecantikannya," sahut Shizuka. "Kalian mengatakan
aku cantik. Nah, laki-laki melihatku langsung ingin tidur denganku, sedangkan bila mereka
melihat Shirakawa Kaede, mereka akan langsung patah hati. Mereka tak mampu menerima
kenyataan kalau ternyata ada perempuan secantik itu dan mereka tak akan pernah bisa
memilikinya. Aku katakan pada kalian, aku lebih bangga pada kecantikannya dibanding
kecantikanku sendiri."
"Kabarnya Kaede membuat semua orang terpesona," ujar Miyabi, "Dan siapa pun yang
menginginkannya akan mati."
"Dia telah membuat paman kalian terpesona," ujar sang nenek. "Kalian harus dengar apa
yang paman kalian katakan tentang Kaede."
"Mengapa kau meninggalkan dia?" tanya Kana yang dengan cekatan memasukkan sayuran
yang diiris tipis ke dalam panci.
"Dia terpesona oleh cinta. Kaede bergabung dengan Otori Takeo, bocah Kikuta yang
menimbulkan banyak masalah. Mereka memutuskan untuk menikah. Dia menyuruh aku dan
Kondo pergi karena Kikuta mengeluarkan maklumat untuk menentangnya."
Kana menjerit saat jarinya tanpa sengaja menyentuh panci yang panas.
"Ah, sayang sekali," Miyabi menghela napas. "Berarti mereka berdua akan hancur."
"Apa yang bisa kau harapkan?" Shizuka menjawab dengan nada pedas. "Kalian tahu
hukuman bagi orang yang tidak patuh." Shizuka merasakan sudut matanya hangat oleh air
mata, seakan tidak lama lagi air matanya akan berlinang.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 79 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Sudah, sudah," kata neneknya. Dia nampak lebih lembut dari yang Shizuka ingat. "Kau
telah menempuh perjalanan jauh. Kau pasti lelah. Makanlah agar tenagamu pulih. Kenji pasti
ingin bicara denganmu malam ini."
Kana menyendok nasi dari panci ke mangkuk dan menumpuk sayuran di atasnya.
Sayurannya terdiri dari sayuran musim semi yang dipetik di gunung, rumput berdaun besar
dan lebar, akar pakis dan juga jamur. Shizuka makan di tempat ia duduk, di atas anak tangga,
seperti yang sering ia lakukan semasa kecil.
Miyabi bertanya dengan riang, "Aku harus menyiapkan alas tidur tapi"di mana tamu itu
akan tidur?" "Dia bisa tidur dengan para laki-laki," sahut Shizuka dengan mulut yang penuh nasi.
"Aku akan berbincang sampai larut malam dengan pamanku."
Jika ia dan Kondo tidur bersama di rumah ini, sama artinya dengan mengumumkan
pernikahan mereka. Shizuka belum yakin; ia tak akan melakukan apa pun tanpa meminta
saran dari Kenji. Nenek menepuk bahunya, sinar matanya ceria dan bahagia, dan menuangkan sake lagi
untuk mereka berdua. Ketika makanan telah masak, dan para gadis harus membawa nampan
makanan untuk disajikan bagi para laki-laki, nenek bangkit dari duduknya.
"Ikutlah bersamaku. Aku hendak ke kuil. Aku akan menaruh sesaji untuk berterima kasih
karena kau pulang dengan selamat."
Nenek mengambil nasi, membungkusnya dengan kain serta tabung kecil sake. Di samping
Shizuka, tubuh perempuan tua itu tampak seperti menciut dan jalannya pun lambat, berterima
kasih karena di tuntun oleh Shizuka.
Malam tiba. Sebagian besar orang sudah masuk ke dalam rumah, makan atau bersiap-siap
tidur. Seekor anjing menyalak di salah satu pintu rumah dan melompat ke arah mereka, tapi
kemudian dipanggil oleh seorang perempuan yang memberi salam kepada mereka.
Di hutan kecil yang mengelilingi kuil terdengar burung hamtu saling memanggil dan
telinga tajam Shizuka menangkap decitan tinggi kelelawar.
"Kau bisa mendengarnya?" tanya neneknya, memandang tajam pada kelelawar yang
berlalu dengan cepat. "Aku hampir tak bisa melihat mereka lagi! Itulah kekuatan Kikuta yang
ada dalam dirimu." LIAN HEARN BUKU KETIGA 80 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Pendengaranku tidak istimewa," ujar Shizuka. "Meskipun aku sangat menginginkannya."
Sungai mengalir melintasi hutan kecil dan kunangkunang memancarkan sinarnya di
sepanjang tepi sungai. Pintu kuil tampak di depan mereka, memancarkan warna merah cerah
yang diterangi samarnya cahaya obor. Mereka lewat di bawahnya dan membasuh tangan serta
berkumur di air mancur. Wadah airnya terbuat dari batu yang berwarna biru kehitaman, dan
patung naga yang terbuat dari besi berjaga-jaga di atasnya. Sumber air dari pegunungan terasa
begitu murni dan sedingin es.
Obor menyala di depan kuil yang tampak terbengkalai. Perempuan tua itu meletakkan
sesajian di atas alas kayu di depan patung Hachiman, dewa perang. Dia membungkuk memberi
hormat dua kali, menepukkan tangan sebanyak tiga kali, dan mengulang ritual ini sebanyak
tiga kali. Shizuka melakukan hal yang sama dan kemudian berdoa memohon perlindungan
dewa, bukan hanya untuk dirinya dan keluarganya, tapi juga untuk Kaede dan Takeo.
Ia hampir merasa malu, dan senang karena tak seorang pun"kecuali sang dewa"yang
bisa membaca pikirannya. Neneknya berdiri sambil menatap ke atas. Wajahnya tampak sama tuanya dengan patung
itu dan penuh dengan kekuatan suci dan misterius. Shizuka merasakan kekuatan serta
ketabahan neneknya, dan terharu atas cinta dan penghormatan pada dirinya. Ia senang pulang
ke rumah. Orang tua memiliki kearifan dari generasinya; mungkin sebagian kearifan itu akan
dialihkan padanya. Mereka diam tak bergerak selama beberapa saat, dan kemudian terdengar suara terburuburu, pintu bergeser terbuka, dan langkah kaki di beranda. Rahib datang menghampiri
mereka, sudah mengenakan pakaian tidur.
"Aku tak mengira akan ada yang datang selarut ini," ujarnya. "Masuk dan minumlah teh
bersama kami." "Cucuku sudah pulang."
"Ah, Shizuka! Sudah begitu lama. Selamat datang."
Mereka duduk dengan rahib dan istrinya selama beberapa saat, bercakap-cakap dengan
santai tentang kabar angin yang beredar di desa. Kemudian sang nenek berkata, "Sekarang
Kenji pasti sudah ingin bertemu denganmu. Kita tidak boleh membuatnya menunggu."
Mereka berjalan pulang, rumah penduduk sudah gelap dan sebagian besar sunyi.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 81 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Penduduk desa tidur lebih awal di awal tahun seperti ini dan bangun lebih awal untuk mulai
mengerjakan tugas musim semi, membajak dan menanam padi. Shizuka teringat hari-hari
yang ia habiskan saat masih muda dulu, kaki terendam di sawah, menanam padi, berbagi masa
muda dan kesuburannya dengan benih padi yang sedang ditanam, sementara lagu-lagu tradisional dilantunkan oleh perempuan yang lebih tua dari pematang sawah. Apakah sekarang ia
sudah terlalu tua imtuk ikut ambil bagian dalam menanam di musim semi"
Jika ia menikahi Kondo, masih bisakah ia punya anak lagi"
Gadis-gadis sedang membersihkan dapur dan mencuci piring ketika mereka kembali.
Taku sedang duduk di tempat tadi Shizuka duduk, matanya terpejam, kepalanya terkantukkantuk.
"Dia mempunyai pesan untukmu," Miyabi tertawa. "Dia hanya mau menyampaikannya
padamu!" Shizuka duduk di sampingnya dan menggelitik pipi 'Taku. "Seorang pembawa pesan
tidak boleh tertidur," goda Shizuka.
"Paman Kenji ingin bicara dengan ibu," ujar Taku bertingkah seperti orang penting, dan
kemudian menghancurkan semua kelakuannya dengan menguap. "Paman ada di ruang tamu
bersama Kakek, yang lainnya sudah t idur."
"Seharusnya kau juga tidur," kata Shizuka sambil meraih Taku ke dalam pelukannya. Ia
memeluk Taku dengan erat dan putranya membiarkan tubuhnya dipeluk seperti bocah kecil,
membenamkan kepalanya di dada ibunya. Setelah beberapa saat, dia mulai menggeliat dan
berkata dengan suara yang tidak jelas, "Jangan membuat Paman Kenji menunggu."
Shizuka tertawa dan melepasnya. "Pergilah tidur."
`Apakah ibu masih akan ada di sini besok pagi?" Tanya Taku sambil menguap.
"Tentu!" Taku memberi senyum manis. "Akan kuperlihatkan semua yang aku pelajari sejak ibu
pergi." "Ibumu pasti akan kaget," ujar Miyabi.
Shizuka berjalan bersama putra bungsunya ke kamar para perempuan, tempat ia tidur.
Malam ini ia akan tidur di sisi putranya, mendengar napas kanak-kanaknya sepanjang malam,
dan terbangun esok paginya untuk melihat rambutnya yang kusut sehabis bangun tidur. Ia
LIAN HEARN BUKU KETIGA 82 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON sangat merindukan semua itu.
Zenko tidur di kamar laki-laki. Shizuka dapat mendengar suaranya bertanya pada Kondo
tentang pertempuran Kushimoto tempat dia bertempur bersama Arai. Shizuka mendengar ada
nada bangga dalam suara putranya saat menyebut nama ayahnya. Seberapa banyak yang bocah
itu tahu tentang perlawanan Arai menentang Tribe, dan juga usahanya untuk membunuhku"
Apa yang akan terjadi pada mereka" pikirnya. Apakah darah campuran yang mengalir dalam
diri kedua anakku akan sama merusaknya seperti yang terjadi pada Takeo"
Shizuka mengucapkan selamat tidur pada Taku, berjalan keluar kamar dan membuka
pintu kamar sebelahnya, tempat paman dan kakeknya sedang menunggu. Shizuka berlutut di
depan mereka, alisnya menyentuh lantai. Kenji tersenyum dan mengangguk, tanpa berkata
sepatah kata pun. "Baiklah, baiklah," kata kakek. "Aku akan meninggalkan kalian berdua."
Ketika Shizuka membantu kakeknya berdiri, ia kaget melihat betapa kakeknya juga sudah
renta. Shizuka mengantarnya ke pintu tempat Kana sedang menunggu untuk membantunya
pergi tidur. "Selamat tidur, anak-anak," ujar kakek. "Sungguh lega melihatmu berada di sini dengan
selamat pada saat-saat seperti ini. Tapi sampai kapan kita akan aman?"
"Beliau terlalu pesimis," ujar Shizuka pada pamannya saat ia kembali. "Kemarahan Arai
akan segera reda. Dia akan menyadari kalau dia tak bisa membasmi Tribe dan dia
membutuhkan mata-mata seperti halnya bangsawan lainnya. Pada akhirnya dia akan
berbaikan dengan kita."
"Aku setuju. Tak seorang pun menganggap Arai sebagai ancaman untuk jangka panjang.
Cukup mudah untuk tetap berdiam diri hingga dia tenang, seperti yang kau katakan. Tapi ada
satu hal lagi yang bisa menjadi jauh lebih serius. Tampaknya Shigeru meninggalkan warisan
yang tidak terduga tentang kita. Kikuta yakin dia menyimpan catatan tentang jaringan kita
yang kini ada pada Takeo."
Jantung Shizuka berhenti berdetak, tak mampu bicara. Baginya, hanya dengan
memikirkannya, dia telah mengorek kembali masa lalunya.
"Benarkah?" sahut Shizuka, berusaha menjawab dengan biasa.
"Pembesar Kikuta, Kotaro, yakin akan hal itu. Sebelum musim dingin, dia mengirim
LIAN HEARN BUKU KETIGA 83 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Takeo dan Akio ke Hagi untuk mengambil dan membawa catatan itu kembali. Sepertinya
Takeo pergi ke rumah Shigeru, bertemu Ichiro lalu entah bagaimana dia lolos dari Akio dan
pergi ke Terayarna. Di dalam perjalanan, dia membunuh dua orang kita dan satu prajurit
Otori." "Prajurit Otori?" sahut Shizuka berlagak bodoh.
"Ya, Kikuta meningkatkan hubungan dengan Otori, keduanya bersekutu untuk melawan
Arai dan untuk menghabiskan Takeo."
"Dan Muto?" Kenji menggerutu. "Aku belum memutuskan." Shizuka menaikkan alis dan menunggu
pamannya meneruskan. "Kotaro menduga catatan itu disimpan di biara, dan sepertinya itu masuk akal. Matsuda
tua yang licik itu tidak pernah berhenti bersekongkol meskipun sudah menjadi kepala biara.
Dia dan Shigeru juga sangat dekat. Aku bisa mengingat kotak tempat Shigeru menyimpannya.
Aku tidak menyangka benda itu bisa luput dariku. Satu-satunya alasanku adalah saat itu aku
sedang memikirkan hal lain. Kikuta marah besar padaku, dan aku tampak seperti orang
bodoh." Kenji meringis penuh penyesalan. "Shigeru telah menipuku yang dikenal sebagai
Penipu!" "Itu menjelaskan maklumat yang dikeluarkan untuk membunuh Takeo," ujar Shizuka.


Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tadinya kupikir itu hanya karena ketidakpatuhannya. Kelihatannya kejam, tapi itu tidak
mengejutkan. Saat mendengar dia pergi bersama Akio, aku sudah tahu akan timbul masalah."
"Putriku juga bilang begitu. Dia mengirim pesan saat Takeo masih di rumah kami di
Yamagata. Ketika itu terjadi insiden: Takeo mengecoh istriku dan keluar semalaman, tidak
terjadi apa pun, dan dia kembali keesokan paginya, tapi kemudian Yuki menulis dalam
pesannya kalau Takeo dan Akio hampir saja saling bunuh. Oh ya, Akio hampir tewas. Anak
buah Muto Yuzuru menariknya keluar dari sungai, nyaris tenggelam dan membeku."
"Seharusnya Takeo membunuhnya," tak tahan Shizuka angkat bicara.
Kenji tersenyum tanpa rasa gembira. "Kurasa reaksi pertamaku juga begitu. Akio
menyatakan kalau dia berusaha mencegah Takeo kabur, tapi kemudian aku tahu dari Yuki
kalau Akio telah diperintahkan untuk membunuh Takeo begitu catatan itu ditemukan."
"Mengapa?" tanya Shizuka, "Apa untungnya kalau Takeo mati?"
LIAN HEARN BUKU KETIGA 84 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Tak sesederhana itu. Kemunculan Takeo telah mengganggu banyak orang, terutama di
kalangan Kikuta. Ketidakpatuhan serta kenekatannya semakin memperburuk keadaan."
"Kikuta sepertinya sangat keras, sebaliknya paman tidak terlalu keras pada Takeo," kata
Shizuka. "Itulah satu-satunya cara mengatasi Takeo. Aku tahu itu begitu aku sampai di Hagi. Dia
memiliki naluri yang baik, dia akan melakukan apa pun untukmu jika kau mendapatkan
kesetiaannya, tapi kau tak mungkin memaksanya. Dia lebih memilih untuk memberontak
ketimbang menyerah."
"Itu pasti sifat bawaan Kikuta," gumam Shizuka.
"Mungkin." Kenji menghela napas panjang dan menatap ke arah bayangan. Setelah
berhenti bicara sejenak, dia melanjutkan, "Bagi Kikuta, segalanya serba hitam dan putih; kau
patuh atau kau mati, satu-satunya obat untuk kebodohan adalah kematian, mereka semua
percaya itu sejak lahir."
Jika Kikuta tahu peranku di balik semua peristiwa ini, mereka akan membunuhku, pikir
Shizuka. Tapi aku juga tak berani mengatakannya pada Kenji. "Jadi sekarang Takeo bukan
hanya lolos dari Tribe, tapi juga memegang informasi yang bisa membuatnya menghancurkan
kita?" "Ya, cepat atau lambat informasi itu akan dia gunakan untuk bersekutu dengan Arai."
"Dia tak akan dibiarkan hidup," ujar Shizuka, dia mulai sedih lagi.
"Sejauh ini Takeo mampu bertahan. Itu membuktikan kalau dia jauh lebih sulit
disingkirkan dari yang Kikuta perkirakan." Shizuka merasakan nada penyesalan dalam suara
pamannya. "Takeo memiliki banyak keahlian dan memiliki pengikut yang setia. Separuh dari
ksatria muda Klan Otori telah menyeberangi perbatasan untuk bergabung dengannya di
Terayama." "Jika dia dan Kaede jadi menikah, dan aku yakin mereka akan menikah," ujar Shizuka,
Jika Kikuta tahu peranku di balik semua peristiwa ini, mereka akan membunuhku. Arai akan
marah besar. Perlu lebih dari catatan Shigeru untuk bisa membuat Arai tenang."
"Yah, kau mengenal Arai lebih baik dari siapa pun. Masih ada juga pertanyaan tentang
kedua putranya dan juga tentang kau. Aku tak mengatakan kalau ayah mereka hendak
membunuhmu, tapi cepat atau lambat mereka akan tahu. Itu tidak akan mengganggu Taku,
LIAN HEARN BUKU KETIGA 85 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON dia benar-benar seorang Tribe, tapi Zenko mengidolakan ayahnya. Ia tidak berbakat seperti
Taku, dan dengan banyak alasan lebih baik baginya bila dibesarkan oleh Arai. Adakah
kemungkinan untuk itu?"
"Aku tidak tahu," sahut Shizuka. "Semakin banyak wilayah yang dia taklukkan, semakin
banyak putra yang dia inginkan, kurasa."
"Kita harus mengirim seseorang untuk mengetahui reaksinya tentang pernikahan Takeo,
Otori, dan juga tentang perasaannya terhadap kedua putranya. Bagaimana dengan Kondo"
Bisakah aku mengirim dia?"
"Mengapa tidak?" sahut Shizuka, dengan rasa lega tertentu.
"Kondo sepertinya senang padamu. Apakah kau akan menikah dengannya?"
"Dia menginginkannya," sahut Shizuka. "Sudah kukatakan kalau aku harus meminta
izinmu lebih dulu. Tapi sebenarnya aku perlu waktu untuk memikirkannya."
"Tidak perlu terburu-buru dalam memutuskan," Kenji setuju. "Kau bisa memberi jawaban
saat dia kembali." Sorot matanya memancarkan perasaan yang tak dapat Shizuka pahami.
"Dan aku bisa memutuskan tindakan apa yang harus diambil."
Shizuka tidak menanggapi, tapi dia memperhatikan wajah Kenji di bawah sinar lampu,
mencoba mengerti semua potongan informasi yang pamannya sampaikan, berusaha
menguraikan yang terucap maupun yang tak terucap. Shizuka merasakan kalau pamannya
senang bisa berbagi keprihatinan dan menebak kalau pamannya belum mengatakan itu kepada
orang lain, bahkan tidak pada orangtuanya sendiri. Shizuka menyadari betapa besar rasa
sayang pamannya pada Shigeru juga pada Takeo, dan bisa membayangkan konflik batin yang
dia alami karena harus bekerjasama untuk membunuh Takeo. Belum pernah Shizuka tahu
kalau pamannya, atau anggota Tribe lainnya, dapat bicara terbuka mengenai pertentangan di
antara para ketua. Bila keluarga Muto dan Kikuta bertengkar, dapatkah Tribe bertahan" Bagi Shizuka hal
itu nampak jauh lebih berbahaya daripada apa yang mungkin dilakukan Arai maupun Takeo.
"Di mana anak perempuan paman sekarang ini?" tanya Shizuka.
"Setahuku, dia berada di desa rahasia Kikuta di utara Matsue." Kenji berhenti sejenak lalu
berkata pelan, dia seperti sangat tersiksa, "Yuki sudah menikah dengan Akio di awal tahun
ini." LIAN HEARN BUKU KETIGA 86 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Menikah dengan Akio?" Shizuka tidak tahan untuk tidak berteriak.
"Ya, anakku yang malang. Kikuta memaksa dan aku tidak punya alasan untuk menolak.
Perjodohan mereka memang sudah dibicarakan sejak mereka masih kecil. Lagi pula aku tidak
punya alasan yang masuk akal untuk tidak merestui. Istriku tidak sependapat. Dia justru
sangat mendukung, apalagi Yuki sudah lebih dulu hamil."
Shizuka terperanjat. "Mengandung anak Akio?"
Kenji menggelengkan kepala. Shizuka belum pernah melihat pamannya tak mampu bicara
seperti ini. "Apakah Takeo?"
Kenji mengangguk. Sinar lampu berkelap-kelip; rumah sunyi-senyap.
Shizuka tak tahu bagaimana harus bereaksi atas cerita pamannya. Ia hanya memikirkan
anak Kaede yang telah mati. Shizuka seakan mendengar pertanyaan yang Kaede ajukan
padanya di taman di Shirakawa, Apakah mereka akan mengambil anakku seperti mereka
mengambil Takeo" Bahwa Tribe akan mengambil anak Takeo tampak seperti sesuatu yang melawan takdir,
kejamnya suratan takdir membuat manusia tidak mungkin untuk berpaling, atau mengelak
darinya. Kenji menghela napas dalam-dalam dan melanjutkan, "Takeo tergila-gila Kaede setelah
kejadian di Yamagata, sehingga dia sangat menentang ketua Kikuta dan aku, seperti yang kau
duga, aku sangat sedih saat memutuskan untuk menculik Takeo di Inuyama sebelum dia
berencana membunuh Iida. Aku telah mengkhianati Shigeru. Aku tak dapat memaafkan
diriku karena berperan dalam kematiannya. Bertahun-tahun dia menjadi sahabat terdekatku.
Namun, demi persatuan, aku melakukan apa yang Kikuta inginkan dan menyerahkan Takeo
kepada mereka. Tapi, ini hanya antara kau dan aku, aku akan sangat senang bila aku mati di
Inuyama, jika itu dapat menghapus rasa malu yang kurasakan. Aku belum pernah mengatakan
hal ini pada siapa pun."
"Sekarang ini Kikuta sedang bergembira karena akan mendapat anak. Yuki mungkin akan
melahirkan tujuh bulan lagi. Mereka berharap anak itu akan mewarisi keistimewaan kedua
orangtuanya. Mereka menyalahkan didikan Takeo yang salah; mereka bermaksud mengasuh
sendiri anak itu sejak lahir?"
LIAN HEARN BUKU KETIGA 87 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Kenji berhenti bicara. Keheningan kian menyelimuti ruangan itu. "Katakan sesuatu,
keponakanku, meskipun hanya untuk mengatakan kalau aku memang pantas mendapatkannya!"
"Aku tak pantas menghakimi semua yang telah paman lakukan," sahut Shizuka dengan
suara rendah. "Aku turut prihatin atas semua yang paman alami. Aku terkesima pada cara
nasib mempermainkan kita seperti bidak di atas papan catur."
"Kau pernah melihat hantu?"
"Aku pernah bermimpi tentang Lord Shirakawa," balas Shizuka. Setelah berhenti agak
lama, dia menambahkan, "Kau tahu kalau Kondo dan aku yang merenggut nyawanya demi
melindungi Kaede dan janinnya."
Shizuka mendengar desis napas pamannya, tapi Kenji tidak berkata sepatah kata pun.
Setelah beberapa saat, Shizuka melanjutkan, "Saat itu ayahnya sudah gila, dia menganiaya dan
hendak membunuh Kaede. Aku ingin menolong Kaede dan anaknya. Namun akhirnya dia
juga kehilangan anaknya dan hampir menemui ajal. Aku tak tahu apakah dia ingat apa yang
telah kami lakukan, dan aku tak akan ragu melakukan hal yang sama lagi; tapi mungkin karena
aku tidak pernah mengatakannya pada siapa pun, bahkan pada Kondo, sehingga hal itu selalu
menghantuiku." "Jika itu untuk menyelamatkan Kaede, aku yakin tindakanmu dapat dibenarkan," sahut
Kenji. "Saat itu tidak ada waktu untuk berpikir. Kondo dan aku bertindak menurut naluri.
Belum pernah aku membunuh laki-laki dengan derajat setinggi itu."
"Yah, pengkhianatanku pada Shigeru juga merupakan suatu kejahatan. Dia selalu hadir
dalam mimpiku. Aku seakan melihat saat kami mengangkatnya dari sungai. Aku menarik
tudung dari wajahnya dan memintanya untuk memaafkanku, tapi dia hanya bicara pada
Takeo. Malam demi malam dia hadir dalam mimpiku." Kemudian kesunyian yang panjang
datang lagi. "Apa yang paman pikirkan?" bisik Shizuka. "Paman tak akan membuat Tribe terpecah,
kan?" "Aku harus melakukan yang terbaik bagi keluarga Muto," sahut Kenji. "Di satu pihak
Kikuta menahan putriku dan aku akan segera mempunyai cucu yang sudah jelas menjadi
LIAN HEARN BUKU KETIGA 88 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON tanggung jawabku. Tapi aku pernah bersumpah pada Takeo saat pertama kali aku bertemu
dengannya. Saat itu aku berjanji bahwa selama aku masih hidup dia akan tetap aman. Aku
tidak akan membunuhnya. Kini kita terpaksa menunggu dan melihat ke mana dia akan melompat. Kikuta ingin Otori membuat Takeo marah agar terpancing untuk berperang. Mereka
memusatkan seluruh perhatiannya di Hagi dan Terayama." Desis napas Kenji keluar dari selasela giginya. "Kurasa Ichiro yang malang akan menjadi sasaran pertama mereka. Menurutmu,
apa yang Takeo dan Kaede lakukan setelah mereka menikah?"
"Kaede yakin kalau dia mewarisi Maruyama," sahut Shizuka. "Menurutku, mereka akan
bergerak ke selatan."
"Maruyama hanya memiliki sedikit keluarga Tribe," ujar Kenji. "Takeo akan lebih aman
di sana daripada di tempat lain." Kenji terdiam, larut dalam pikirannya. Kemudian dia
tersenyum tipis. "Kita hanya dapat menyalahkan diri kita atas pernikahan mereka. Kita yang
pertemukan mereka; kita bahkan mendorong mereka untuk melakukannya. Roh apa yang
telah merasuki diri kita?"
Tiba-tiba Shizuka ingat aula tempat latihan di Tsuwano, mendengar denting tongkat
kayu, guyuran hujan deras di luar, melihat wajah mereka yang muda dan bersemangat, masamasa yang penuh dengan kegairahan. "Mungkin kita iba pada mereka. Mereka adalah bidak
yang dimanfaatkan dalam satu konspirasi yang lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan,
kemungkinan besar mereka bisa mati sebelum memulai hidupnya."
"Mungkin kau benar, mereka memang bidak, namun bidak yang digerakkan oleh tangan
takdir," sahut pamannya. "Kondo akan berangkat besok. Aku ingin kau di sini selama musim
panas. Senang rasanya berbincang-bincang denganmu tentang semua ini. Aku harus
mengambil keputusan penting yang akan mempengaruhi generasi yang akan datang."*
LIAN HEARN BUKU KETIGA 89 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON MINGGU-MINGGU pertama di Maruyama dilalui seperti yang Kaede duga, memperbaiki.
Kami disambut dengan hangat dan nampaknya dengan sepenuh hati, tapi Maruyama adalah
wilayah yang luas dengan pengawal yang secara turun temurun telah menetap di wilayah ini,
dan juga ada sekumpulan besar tetua yang sama keras dan konservatifnya dengan orang-orang
tua. Reputasi sebagai orang yang membalaskan dendam Lord Shigeru menempatkan diriku
pada posisi yang menguntungkan, namun rumor yang selalu muncul yaitu tentang: asal-usulku
yang meragukan, tentang ilmu sihir yang kumiliki. Aku mempercayai Sugita, keluarganya serta
mereka yang sudah berjuang bersamanya, tapi aku curiga pada banyak yang lainnya, dan
mereka pun mencurigaiku. Sugita sangat gembira dengan pernikahan kami dan dia yakin, seperti yang pernah dia
katakan pada Kaede, aku dapat menyatukan Tiga Negara dan membawa kedamaian. Tapi
sebagian besar tetua lainnya kaget dengan pernikahan kami. Tak seorang pun berani
berkomentar di depanku, tapi dari berbagai isyarat dan bisik-bisik yang aku dengar, dapat
kusimpulkan kalau pernikahan Kaede dengan Fujiwara yang mereka harapkan. Sebenarnya hal
itu tidak menggangguku"aku belum tahu sampai sejauh mana kekuatan dan pengaruh
bangsawan itu"tapi seperti semua hal lain yang terjadi di musim panas itu, hal itu membuat
inderaku makin peka. Aku harus segera bergerak untuk melawan Hagi; aku harus mengambil
alih Otori. Begitu aku berhasil mengambil apa yang seharusnya menjadi hakku dan memiliki
pangkalan di Hagi, tak seorang pun akan berani mempertanyakan atau menentangku.
Kini aku dan istriku menjadi petani, setiap hari kami berkeliling dengan menunggang
kuda bersama Sugita, memeriksa sawah, hutan, penduduk serta sungai, memerintahkan
perbaikan, menyingkirkan pohon yang tumbang, membabat dan juga menanam. Tanah
diawasi dengan baik dan dibuat sistem pajak yang masuk akal dan adil. Wilayah ini memang
kaya, meskipun terbengkalai, dengan penduduk yang mau bekerja keras. Mereka hanya perlu
LIAN HEARN BUKU KETIGA 90 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON sedikit dorongan semangat untuk kembali pada kegiatan normal dan mendapatkan
kemakmuran yang pernah mereka nikmati selama dipimpin Lady Maruyama Naomi.
Kastil dan kediaman juga terbengkalai, namun setelah Kaede memerintahkan untuk
diperbaiki, kedua tempat itu kembali terlihat cantik seperti di masa Naomi dulu. Tikar-tikar
diganti, kasa-kasa dicat ulang, lantai kayu dipoles. Di taman berdiri rumah teh yang dibangun
nenek Naomi, seperti yang pernah dia ceritakan saat pertama kali aku bertemu dengannya di
Chigawa. Naomi pernah berjanji akan mengundangku minum teh di sini, dan ketika
bangunan itu selesai diperbaiki dan Kaede menyiapkan teh, aku merasa kalau janji itu kini
telah terpenuhi, meskipun Naomi telah tiada.
Aku sadar kalau roh Naomi, dan Shigeru, selalu bersama kami. Seperti yang Kepala Biara
katakan saat di Terayama, mereka berdua sepertinya memiliki kesempatan untuk hidup
kembali dalam diriku dan Kaede. Kami akan raih impian yang belum berhasil mereka
wujudkan. Kami meletakkan sesajian di kuil kecil di dalam kediaman kami, berdoa di
depannya setiap hari untuk meminta petunjuk dan pertolongan. Rasa lega yang menyelimuti
diriku karena berhasil melaksanakan permintaan terakhir Shigeru, dan Kaede nampak lebih
bahagia dari sebelumnya. Seharusnya sekarang ini merupakan saat yang membahagiakan, saat untuk merayakan
kemenangan dan melihat negeri dan juga penduduk yang mulai berkembang, tapi aku justru
terpaksa untuk melakukan pekerjaan kotor yang sama sekali tak menyenangkan. Sugita
berusaha menyakinkan bahwa tidak ada anggota Tribe di dalam kastil, tapi aku lebih tahu
karena Shigeru telah mencatat mereka semua, dan aku belum lupa pada orang-orang yang Hiroshi katakan muncul dengan berpakaian hitam-hitam dan membunuh ayahnya. Kami tak
menemukan mayat yang seperti itu di antara para korban di Asagawa. Mereka berhasil lari dari
pertempuran dan mungkin kini sedang membuntutiku.
Dari para keluarga yang terdaftar dalam catatan itu, sebagian besar adalah keluarga
Kuroda dan Imai, dan beberapa saudagar yang lebih kaya di keluarga Muto. Sangat sedikit
keluarga Kikuta yang ada di wilayah barat.
Meskipun aku percaya pada ramalan bahwa hanya putraku yang akan membunuhku, tapi
aku tetap siaga atas setiap bunyi, tidak tidur nyenyak, hanya menyantap makanan yang
dimasak atau dibuat dalam pengawasan Manami.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 91 KISAH KLAN OTORI

Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Aku tidak mendengar kabar apa pun tentang Yuki dan tidak tahu apakah anaknya sudah
lahir atau apakah bayinya laki-laki. Kaede kecewa karena terus mendapat menstruasi selama
musim panas, namun aku merasa lega. Aku sangat menginginkan anak dari Kaede, tapi aku
takut pada kesulitan yang akan ditimbulkan. Dan apa yang harus kulakukan jika Kaede
melahirkan anak laki-laki"
Cara menghadapi Tribe adalah masalah yang terus mengasah otakku. Di minggu pertama
saat tinggal di kota, aku mengirim pesan kepada keluarga Kikuta dan Muto bahwa aku ingin
berunding dan mereka harus menemuiku keesokan harinya. Malam itu ada yang mencoba
menerobos masuk ke rumah kami serta mencuri catatan itu. Aku terbangun karena mendengar
ada orang di kamar, merasakan bentuk tubuhnya yang hampir tidak terlihat, menantang serta
mengejarnya sampai ke gerbang luar, sambil berharap bisa menangkapnya hidup-hidup. Dia
kehilangan kekuatan menghilangnya ketika melompati dinding dan dibunuh para penjaga
yang ada di balik dinding sebelum sempat aku cegah. Dia berpakaian hitam dan bertato seperti
Shintaro, pembunuh bayaran yang mencoba membunuh Shigeru di Hagi. Aku kenali orang ini
sebagai keluarga Kuroda. Keesokan hari aku mengirim pasukan ke rumah keluarga Kikuta untuk menangkap semua
orang yang ada di sana. Kemudian menunggu untuk melihat siapa yang akan ditunjuk
menemuiku. Dua orang tetua Muto datang, cerdik dan licik. Aku beri mereka pilihan: keluar
wilayah ini atau menyangkal kesetiaan mereka pada Tribe. Mereka katakan bahwa mereka
harus bicara dulu dengan anak-anak mereka. Tak terjadi apa-apa selama dua hari berkutnya;
kemudian ada yang memanahku saat aku sedang berkuda bersama Amano dan Sugita di
pedesaan terpenciL Shun dan aku sama-sama mendengar bunyi itu dan mengelak dari anak
panah; kami memburu si pemanah, berharap akan mendapat informasi darinya, tapi dia bunuh
diri dengan minum racun. Mungkin dia adalah orang yang Hiroshi lihat, orang yang
menyerang perbatasan, tapi aku tak dapat memastikannya.
Kini kesabaranku habis. Kupikir Tribe menyangka aku tak akan tega bersikap kejam pada
mereka. Semua orang dewasa di keluarga Kikuta akan kuhukum mati dan malam ini aku
mengirim patroli ke lima puluh rumah atau lebih dengan perintah untuk membunuh semua
orang, kecuali anak-anak. Aku berharap agar anggota keluarga yang lebih muda tetap hidup,
namun Tribe lebih memilih untuk meracuni anak-anaknya ketimbang menyerahkannya
LIAN HEARN BUKU KETIGA 92 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON padaku. Kedua tetua itu datang lagi, tapi tawaranku telah melewati batas waktu. Satu-satunya
pilihan yang mereka miliki adalah antara racun atau pedang. Mereka berdua langsung
meminum racun saat itu juga.
Beberapa orang Tribe berhasil kabur. Aku tidak punya cukup orang untuk mengejar.
Kebanyakan dari mereka duduk berhimpitan, bersembunyi di ruang rahasia seperti yang
pernah kulakukan atau mereka bersembunyi di desa-desa di pegunungan. Hanya aku yang
tahu tempat persembunyian mereka. Aku tahu semua tentang mereka, dan mereka pernah
melatihku. Sebenarnya aku muak dengan kekejamanku, dan aku selalu dihantui rasa takut
kalau aku sedang membantai keluarga-keluarga seperti yang terjadi pada keluargaku. Tapi aku
tidak punya pilihan dan kurasa aku tidak kejam. Mereka mati dengan cepat; aku tidak
menyalib, atau membakar mereka hidup-hidup, atau menggantung mereka dengan kaki di
atas. Tujuanku yaitu membasmi kejahatan, bukan meneror penduduk.
Itu bukan tindakan yang disukai para ksatria karena mereka mengambil keuntungan dari
para saudagar ini. Para ksatria diberi produk kedelai dan sake, meminjam uang dan terkadang
demi keuntungan lain, yaitu pembunuhan. Ini semakin menambah ketidakpercayaan mereka
padaku. Aku memberi mereka kesibukan dengan menyuruh mereka melatih pasukan serta
menjaga perbatasan sementara aku mengawasi pemulihan ekonomi. Aku membuat pukulan
besar bagi klas pedagang dengan menyingkirkan bagian-bagian Tribe, tapi aku menyita
seluruh harta mereka untuk disalurkan kepada penduduk dengan sistem yang baik. Dua
minggu lamanya kami kekurangan bahan-bahan pokok sebelum musim dingin, tapi kemudian
kami mengetahui ada sekelompok petani yang muak dengan pemerasan Tribe, dan diam-diam
melakukan penyulingan dan fermentasi kedelai dalam skala kecil, mereka pun cukup mengerti
tentang prosesnya untuk mengambil alih produksi. Kami beri mereka modal agar dapat
memulai usaha di bekas bangunan milik Tribe, dan sebagai gantinya kami mengambil enam
puluh dari seratus bagian sebagai dana cadangan daerah. Praktik pertukaran ini ternyata sangat
menjanjikan, nampaknya kami hanya perlu mengambil tak lebih dari tiga puluh bagian dari
panen padi yang hasilnya membuat kami populer di kalangan petani dan penduduk desa.
Aku lalu membagi-bagikan tanah-tanah Tribe serta harta lainnya pada orang-orang yang
bergabung denganku sejak di Terayama. Satu komplek perumahan di tepi sungai yang terletak
di pedesaan diberikan kepada para gelandangan yang langsung mereka pakai untuk menjemur
LIAN HEARN BUKU KETIGA 93 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON kulit-kulit kuda yang sudah mati. Aku lega karena kelompok yang telah banyak membantuku
kini bisa hidup dengan damai, tapi semua itu justru membuat para tetua semakin curiga
padaku. Hampir setiap minggu beberapa prajurit Otori datang untuk bergabung denganku.
Pasukan utama Otori yang mcngepungku di Terayama ternyata mengejar hingga ke sungai
yang kami seberangi dengan jembatan yang dibuat para gelandangan, dan masih mendirikan
kemah di sana, mengawasi jalan-jalan antara Yamagata, Inuyama serta wilayah Barat dan
ternyata hal itu membuat Arai cemas.
Hampir setiap sore aku menemani Kaede di rumah teh, dan bersama dengan Makoto dan
Miyoshi bersaudara, kami mendiskusikan strategi. Aku takut terlalu lama tinggal di satu
tempat karena aku akan dikepung Otori dari utara dan Arai di tenggara. Mungkin sekali Arai
sudah kembali ke kotanya, Kumamoto, di musim panas. Aku tidak akan sanggup berperang di
dua tempat yang terpisah sekaligus. Kami merasa sekarang adalah waktu yang tepat bagi Kahei
dan Gemba menghadap Arai guna berdamai, tidak peduli sesingkat apa pun waktunya. Aku
sadar kalau daya tawarku sangat lemah: persekutuan yang singkat dalam melawan Iida, warisan
Shigeru, dan catatan tentang Tribe. Di sisi lain, aku telah membuat dia murka saat aku
menghilang waktu itu dan dia juga merasa terhina atas pernikahanku. Sejauh yang kutahu,
kemarahan Arai pada Tribe telah diredakan oleh kepentingannya.
Tak terlintas di benakku untuk berdamai dengan Otori. Aku tak mau bernegosiasi dengan
kedua paman Shigerti karena mereka tak akan begitu saja menyerahkan Otori padaku. Klan
Otori telah begitu terpecah-belah hingga hampir terjadi perang saudara. Jika aku serang
mereka di perbatasan dan menang, mereka pasti akan mundur dan bertahan di Hagi, tempat
mereka bisa dengan mudah bertahan hingga musim dingin yang dapat mengalahkan kami.
Meskipun wilayah Maruyama sudah pulih, kami tidak memiliki cukup pasukan untuk
pengepungan dalam waktu lama dengan jarak yang begitu jauh dari pangkalan utama kami.
Aku bisa lolos dari pasukan Otori dengan memanfaatkan para gelandangan yang tak
seorang pun mau mendekati mereka. Aku bertanya-tanya bagaimana aku dapat menyergap
mereka dengan kejutan lainnya lagi. Saat aku memikirkan kota itu, aku seakan dapat
melihatnya ter letak di tepi teluk; sangat terlindungi di bagian daratannya, tapi terbuka ke arah
laut. Jika aku tak bisa menyerang Hagi melalui darat, bisakah aku serang melalui laut" Pasukan
LIAN HEARN BUKU KETIGA 94 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON dapat diangkut dengan cepat lewat laut: aku tidak mengenal seorang pun yang memiliki
kekuatan semacam itu. Namun sejarah mengajarkan kita kalau ratusan tahun lalu sejumlah
besar pasukan berlayar dari tanah daratan dan sebenarnya bisa menang seandainya Delapan
Pulau tak ditolong badai yang dikirim dari Surga. Pikiranku terus saja tertuju pada seorang
bocah yang menjadi kawanku sewaktu di Hagi, Terada Fumio, yang menyingkir bersama
keluarganya ke pulau Oshima. Fumio mengajari aku tentang kapal laut dan berlayar, dia
mengajariku berenang, dan dia juga membenci kedua paman Shigeru seperti halnya aku.
Maukah dia bersekutu denganku sekarang"
Aku tidak pernah menungkapkan gagasan ini secara terbuka pada siapa pun. Tapi pada
suatu malam, setelah yang lainnya istirahat, Kaede"yang selalu tahu semua suasana hatiku"
berkata, "Kau sedang memikirkan cara lain untuk menyerang Hagi?"
"Saat tinggal di sana, aku berteman dengan putra dari keluarga nelayan, Terada. Para
pemimpin Otori menaikkan pajak hasil tangkapan para nelayan begitu tinggi sampai mereka
tidak mampu membayar. Keluarga Terada akhirnya pindah ke Oshima"pulau di pantai barat
laut." "Mereka menjadi bajak laut?"
"Mereka dilarang berbelanja ke pasar; mustahil bisa hidup hanya dengan menjala ikan.
Aku sedang berpikir untuk mengunjungi mereka. Jika Terada memiliki cukup pasukan dan
mau membantuku, kemungkinan Hagi bisa diserang melalui laut. Tapi harus dilakukan tahun
ini, dan itu artinya aku harus pergi sebelum badai."
"Mengapa harus kau yang pergi?" tanya Kaede. "Kirim saja utusan."
"Fumio mungkin akan percaya, tapi kurasa keluarganya tak akan mau bicara dengan orang
lain. Sekarang musim hujan telah berlalu, Kahei dan Gemba harus segera pergi ke Inuyama.
Aku akan pergi dengan beberapa orang, Makoto dan mungkin Jiro."
"Ijinkan aku ikut denganmu," ujar Kaede.
Aku memikirkan keruwetan bila melakukan perjalanan dengan Kaede, setidaknya aku
terpaksa mengajak satu pelayan perempuan untuk menemaninya, mencari akomodasi yang
sesuai.... "Tidak, tetaplah di sini dengan Sugita. Aku tak ingin kita berdua pergi pada waktu
bersamaan. Amano juga harus tetap di sini."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 95 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Aku berharap bisa menjadi Makoto," ujarnya, "Aku cemburu padanya."
"Dia pun cemburu padamu," kataku dengan santai. "Menurutnya, aku menghabiskan
terlalu banyak waktu bersamamu. Seorang istri hanya untuk satu hal, yaitu menghasilkan
keturunan. Sedangkan untuk yang lainnya, seorang laki-laki harus mencari pada sahabat-nya."
Aku hanya menggoda, tapi Kaede menanggapi dengan serius. "Seharusnya aku
memberimu seorang anak." Bibirnya terkatup rapat dan aku melihat matanya mulai basah
dengan air mata. "Terkadang aku takut tak akan pernah bisa hamil lagi. Seandainya anak kita
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 2 City Of Crystal Karya Nugroho Widi Serikat Kupu Kupu Hitam 1
^