Pusaran Energi Kabah 3
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa Bagian 3
36 'fahami' kehadiran Allah.
Dengan bahasa yang berbeda, bisa juga dikatakan: pasifkanlah panca indera,
termasuk otak. Kemudian aktifkanlah indera ke enam alias hati. Kenapa demikian"
Karena Allah tidak bisa kita lihat dengan mata, atau kita dengar dengan telinga, atau
kita pikir dengan otak. Yang bisa kita lakukan adalah 'merasakan' atau 'memahami'
kehadiran Allah dengan hati atau dengan indera ke enam.
QS. Al A 'raaf : 179 " ... mereka mempunyai hati tetapi tidak digunakan untuk
memahami, mereka mempunyai mata tetapi tidak digunakan untuk
melihat. mereka mempunyai telinga tetapi tidak digunakan untuk
mendengar ... " Lihatlah, dalam ayat ini Allah menyejajarkan penggunaan hati, dengan mata
dan dengan telinga. Artinya, Allah ingin membelikan kesan kepada kita bahwa fungsi
hati adalah seperti panca indera, tetapi dengan mekanisme yang berbeda. Hati
digunakan untuk memahami. Artinya, meskipun seseorang tidak bisa melihat dia
tetap bisa memahami sesuatu dengan hatinya. Demikian pula, meskipun seseorang
tidak bisa mendengar, dia tetap bisa memahami suatu persoalan, dengan cara yang
lain. Pemahaman yang ditangkap oleh Hati lebih esensial dibandingkan dengan
pancaindera. Memang kebanyakan manusia memahami sekitamya lewat panca
indera. Tetapi kita tahu bahwa orang yang melihat belum tentu memahami apa yang
dia lihat. Orang yang mendengar juga belum tentu memahami apa yang dia dengar.
Demikian pula orang yang meraba, belum tentu memahami apa yang dia raba.
Tetapi kejadiannya bisa sebaliknya, bahwa seseorang bisa memahami pesoalan
tertentu tanpa dia harus melihat, atau mendengar atau merabanya.
37 Karena itu, secara logika praktis, kita bisa melakukan meditasi tertentu, dan
kemudian memahami 'suatu persoalan' secara langsung tanpa menggunakan panca
indera kita. Cara inilah yang kita gunakan untuk mengkhusyukkan shalat kita. Panca
indera kita pasifkan dan kita aktifkan hati kita.
Cara ini juga yang digunakan Allah untuk menurunkan wahyu kepada para nabi
dan rasul. Beliau-beliau memperoleh pemahaman wahyu itu tanpa harus melewati
panca indera dan otak atau pikiran, melainkan langsung dipahami oleh hati. Hati
yang sudah sangat tajam dan lembut, akan memperoleh pemahaman langsung yang
lebih akurat dibandingkan pemahaman lewat panca indera. Karena panca indera -
dengan berbagai keterbatasannya - seringkali malah menipu pemahaman kita.
Jadi yang kita lakukan dalam shalat kita itu, pada dasarnya, adalah mencoba
merasakan kehadiran Allah, sambil melakukan resonansi energi doa-doa yang kita
baca untuk membuka hati kita. Mekanisme ini meniru mekanisme turun-nya wahyu
kepada para rasul, seperti saya jelaskan di atas. Demikian pula, cara ini seperti yang
dilakukan oleh nabi Muhammad ketika berada di Sidratul Muntaha, saat Mi'ra] di
langit yang ke tujuh, menerima perintah shalat.
Maka apakah yang sedang terjadi ketika seseorang khusyuk di dalam
shalatnya" Dia sebenamya sedang melatih hatinya untuk bergetar mengikuti
getaran-getaran lembut yang dipancarkan oleh doa-doa yang sedang dia ucapkan.
Tetapi tentu saja, doa yang penuh dengan pemahaman. Bukan sekedar hafalan.
Jika ini yang terjadi dalam shalat kita, maka hati (indera ke enam) kita ini
seperti sedang direparasi oleh Allah. Bintik-bintik hitamseperti kata Rasulullah -
akibat dosa- dosa kita itu, secara bertahap akan menghilang, sesuai dengan tingkat
kekhusyukan kita. Jika sebelumnya hati kita tidak bisa beresonansi (bergetar) akibat banyak
38 melakukan dosa, maka kekhusyukan shalat kita itu akan melembutkannya. Seperti
sebuah pijat relaksasi yang kita lakukan terhadap badan kita ketika kita terlalu
tegang atau capai. Maka, kekakuan hati kita akan mulai sirna. Hati menjadi lebih
gampang bergetar oleh doa dan ayat-ayat yang kita baca pada saat shalat.
Sebagaimana disebutkan Allah bahwa hati orang-orang yang beriman itu gampang
bergetar ketika disebut nama Allah.
Bahkan Allah mengatakan, bukan hanya hatinya yang lembut, tetapi kulitnya
juga akan ikut melembut. Ketika tercapai tingkatan ini, maka efek pstkologisnya
hidup kita akan menjadi tentram. Orang yang hidupnya tentram, sabar, tidak grusa-
grusu, dan penuh keikhlasan, akan menemui keteraturan dan kedamaian selama di
dunia dan di akhirat. Masalah boleh berdatangan dalam hidupnya, tetapi ia
menghadapinya dengan penuh ketenangan, dan tawakal kepada Allah Sang Maha
Perkasa dan Maha Menyayangi.
Berkomunikasi dengan Allah
Selain menyerap dan meresonansi hati kita dengan energi positip dari Allah,
shalat kitajuga menghasilkan pancaran energi. Pancaran energi itu memiliki dua
kegunaan. Yang pertama, bersifat vertikal alias hablum minallah. Dan yang kedua
bersifat horisontal alias hablum mlnannas.
Pancaran yang bersifat vertikal berfungsi untuk berkomunikasi dengan Allah.
Pusaran energi itu berasal dari hati kita saat berkomunlkast dengan Allah. Jadi kita
berkomunikasi dengan Allah secara energial. Bukan menggunakan panca indera
ataupun mulut kita. Karena sudah bisa dipastikan bahwa panca indera kita ini tidak
mampu digunakan untuk melihat Allah, atau untuk mendengar-Nya.
39 Hal ini pemah Juga dialami oleh nabi Musa ketika beliau berada di Gunung
Sinai. Beliau ingin melihat Allah. Akan tetapi akhimya pingsan, sebelum Allah
menampakkan Diri-Nya. QS. Al A'raaf : 143 "Dan ketika Musa datang untuk (bermunajat kepada Kami)
pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman
kepadanya, berkatalah Musa: Ya Tuhanku nampakkanlah (DiriMu)
kepadaku agar aku dapat melihatMu. Tuhan berfirman : Kamu sama
sekali tidak akan mampu melihatKu, tapi lihatlah bukit itu, jika ia
tetap di tempatnya, maka kamu akan mampu melihatku. Ketika
Tuhan menampakkan Diri kepada gunung itu, maka hancurlah
gunung itu, dan Musa. pun pingsan. Maka setelah Musa sadar
kembali dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu
dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman."
Eksistensi Allah sangatlah dahsyat. di luar kemampuan'makhluk-Nya.
Jangankan melihat Allah. melihat matahari - ciptaan Allah - saja mata kita pasti buta.
Atau jangankan mendengar Allah. mendengar petasan meletus di dekat telinga kita
saja. pendengaran kita jadt tuli. Jadijangan pernah berharap kita bisa berkomunikasi
dengan Allah melalui panca indera. Yang bisa kita lakukan adalah berkomunikasi
dengan Allah lewat hati kita, secara energial. Dan beginilah, sekali lagi. mekanisme
turunnya wahyu dari Allah kepada para rasul-Nya.
QS. Asy Syura :51 "Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-
kata dengannya kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang
40 tabir. atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan se izin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. "
QS. Asy Syu'araa : 192 - 194
"Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan Semesta Alam. Dia dibawa turun oleh Ruhul Amiin (Jibril). Ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan"
Dan ternyata. mekanisme wahyu ini bukan hanya digunakan kepada manusia.
tetapi juga kepada malaikat (QS. 8: 121. kepada lebah (QS. 16: 68). dan kepada
langit (QS. 41 ; 12). Di sini kita semakin jelas, bahwa wahyu dipahami oleh para
Rasulullah tidak lewat panca indera. Demikian pula ketika disampaikan kepada
malaikat, kepada lebah dan kepada langit, tidak melalui 'panca indera'. Ada
mekanisme lain untuk memahami wahyu. Kalau manusia, memahaminya dengan
hati atau indera ke enamnya.
Maka, mekanisme inilah yang harus kita pahami agar kita bisa berkomunikasi
dengan Allah. Kalau hati kita belum cukup tajam untuk melakukan komunikasi itu,
harus dilatih. Bagaimana cara melatihnya" Lakukanlah banyak-banyak, berdzikir
kepada Allah, membaca dan memahami Al Quran, merenungkan alam sekitar dalam
kaitannya dengan Sang Pencipta.
Intinya, janganlah melakukan ibadah hanya ikut-ikutan saja, tetapi lakukanlah
dengan sepenuh penghayatan dan pemahaman. Insya Allah, Dia akan memberikan
kelembutan kepada hati kita, sehingga kita berkomunikasi dengan Allah sebagai
para rasul juga berkomunikasi dengan Allah:
Selain pancaran energi yang bersifat vertikal, ketika shalat kita juga
41 memancarkan energi secara horisontal. Energi ini akan meresonansi sekitar kita,
manusia, binatang, tumbuhan, rumah dan seluruh lingkungan kita.
Apakah dampaknya" Lingkungan kita maupun orang yang dekat dengan kita
akan ikut tentram dan damai. Maka Allah pun mengatakan kepada nabi Muhammad
saw : " Tidak Aku utus engkau Muhammad, kecuali untuk menebar rahmat kepada
semesta alam ... " (QS. Al Anbiyaa: 107)
Shalat Berjamaah Apa pentingnya shalat berjamaah " Rasulullah mengatakan bahwa shalat
sendirian bernilai 1 sedangkan shalat berja-maah bernilai 27 kali lipat. Bagaimana
menjelaskannya" Seperti telah kita ketahui bahwa orang yang sedang shalat memancarkan
energi. Ini bisa dianalogikan "engan sebuah baterai. Ketika belum dihubungkan
dengan lampu atau peralatan tertentu, baterai ini tidak memancarkan energinya.
Tetapi begitu terhubung, dia akan memancarkan energinya.
Demikian pula orang shalat. Pada saat dia belum melakukan shalat, maka
energi itu tidak terpancarkan, tetapi begitu dia melakukan shalat maka energinya
akan terpancar secara vertikal maupun horisontal.
Ibarat baterai, maka kalau kita menyalakan lampu dengan sebuah baterai,
maka terang smarnya tentu akan kalah dengan lampu yang dinyalakan dengan
menggunakan 3 baterai atau 10 baterai. Semakin banyak baterai yang digunakan
maka nyala lampu itu akan semakin terang.
Demikian juga dengan orang shalat. Jika kita shalat sendirtan, maka energi
yang kita pancarkan kekuatannya hanya satu pancaran saja. Tetapi kalau kita shalat
42 berjamaah. maka pancaran energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar.
Persis sejumlah baterai yang digabungkan secara serial untuk menghidupkan lampu.
Jadi, dengan shalat berjamaah itu Rasulullah sedang mengajarkan kepada kita,
agar energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar ketimbang shalat sendirian.
Karena itu, kata Rasulullah, kalau shalat berjamaah barisannya (shafnya) jangan
renggang-renggang. Persis dengan sejumlah baterai yang dihubungkan serial: satu
dengan yang lainnya harus berdempetan positip dan negatipnya. Demikian pula
shalat berjamaah, kita harus bersentuhan satu sama lain. Tentu, tidak perlu sampai
berdesakdesakan karena.justru akan mengganggu kehusyukan shalat kita.
Dengan demikian, ketika shalat berjamaah kita semua seperti berada dalam
sebuah barisan. Seluruh gerakan dan aktifitas kita harus seirama. Tidak boleh saling
silang antar-peserta shalat itu. Misalnya, sang imam sudah takbiratul ihram,
makmum masih Sibuk meluruskan barisan. Dan ketika imam sudah baca Al fatihah,
kita baru takbiratul ihram. Atau ketika imam baca surat Quran, kita malah membaca
Al Fatihah. Ini menurut saya tidak layak disebut sebagai shalat berjamaah,
Melainkan, shalat sendirian yang bareng-bareng.
Shalat jamaah yang baik adalah, ketika imam takbiratul ihram kita segera
mengikuti takbiratul ihram. Saat imam baca Al fatihah kita juga baca Al fatihah, atau
menirukan atau menyimak secara khusyuk. Pada waktu imam baca surat Quran, kita
menyimaknya. Dan bila imam mengucapkan takbir disusul dengan gerakan, kita juga
segera mengikuti. Begitulah shalat jamaah yang baik. Apa yang dilakukan imam,
makmumnya harus segera mengikutinya, sesuai dengan rukunnya.
Yang paling sering kita temui adalah, ketika imam baca Al fatihah makmum
diam. Tetapi ketika imam baca surat, makmum baca Al fatihah. Menurut saya ini
harus segera diperbaiki. Membaca surat Al Aftihah di dalam shalat memang menjadi
43 keharusan. Sehingga dikatakan tidak sah shalat seseorangjika tidak membaca Al
fatihah. Tetapi itu kalau shalat sendirtan. Kalau kita shalat berjamaah, maka
kewajiban membaca Al fatihah itu sudah diambil alih oleh imam. Jadi. tidak
membacanya pun - ketika berjamaah - itu tidak apa-apa. Buktinya, kalau kita
masbuk- terlambat mengikuti shalat berjamaah - maka shalat kita tetap sah
meskipun tidak membaca Fatihah.
Contohnya. kita datang di masjid ketika imam sudah selesai membaca surat
Quran, di rakaat pertama. Lantas dia takbir. kemudian rukuk. Kita - yang terlambat -
dianjurkan langsung saja takbiratul ihram dan kemudian rukuk mengikuti imam.
Meskipun kita tidak sempat membaca fatihah, kita masih dianggap memperoleh satu
rakaat. Asalkan, kita masih bisa mengikuti rukuknya. Ini membuktikan bahwa,
meskipun rukun. membaca Al Fatihah tidak lagi menjadi kewajiban per~orangan
ketika kita shalat berjamaah, Tanggungjawabnya sudah diambil alih oleh Imam.
Intinya. shalat berjamaah haruslah betuL-betul kompak, supaya bisa
menghasilkan energi yang terfokus, Simultan. dan saling menguatkan. Janganlah
dengan shalat berjamaah, justru energi yang dihasilkan bertambah mengecil karena
saling mengganggu dan meniadakan. Seperti sejumlah baterai yang sertal, tetapi
plus/ minusnya terbalik. Bukan menghasilkan nyala lampu yang lebih terang tetapi
malah tidak menyala. Shalat di Seputar Ka'bah Kenapa shalat harus menghadap Ka'bah" Jawab yang paling gampang dan
benar adalah, karena ini perintah Allah. Pada awalnya, shalatnya orang Islam
pernah menghadap ke Baitul Maqdis atau Masjid Al Aqsha di Palestina. Barangkali,
44 karena rasululullah melakukan perjalanan Mi'raj di masjid Aqsha tersebut. Sehingga,
kiblat shalat di arahkan ke sana.
Akan tetapi seiring dengan perkembangan agama Islam, banyak orang-orang
Yahudi yang melecehkan umat Islam. Mereka mengatakan bahwa orang Islam kalau
shalat menghadap ke Palestina, tanahnya orang Yahudi. Tentu saja, ini membuat
umat Islam waktu itu merasa tidak enak hati. Bahkan Rasulullah juga merasa tidak
enak hati. Akan tetapi karena ini perintah Allah maka dijalani dengan taat. Namun
rasul memendam perasaan dalam hati.
Sampai suatu ketika Allah merespon perasaan umat Islam dan kegundahan
Rasulu (http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
llah pada waktu itu. Maka, saat umat Islam berjamaah di sebuah masjid di
Madinah, turunlah wahyu agar Rasulullah memindahkan kiblat dari masjid Aqsha
menuju ke arah Ka'bah di Masjid Haram.
Pada waktu itu juga Rasulullah mengubah arah kiblatnya, menghadap ke
Ka'bah - meskipun sedang dalam keadaan shalat berjamaah. Sehingga sebagian
makmumnya, waktu itu merasa kebingungan dengan perubahan mendadak itu.
Lantas. sesudah shalat, Rasulullah menjelaskan bahwa beliau baru saja
memperoleh perintah untuk memindahkan arah kiblat. Maka bergembiralah umat
Islam. Dan, masjid di mana ayat itu turun, dinamakan masjid Kiblatain alias masjid
dengan dua kiblat. (QS. Al Baqarah 142 - 150)
Lantas apakah fungsi kita menghadap Ka'bah. Apakah untuk menyembahnya"
Sama sekali tidak. Karena kita tahu pasti bahwa kita hanya menyembah Allah.
Ka'bah hanya berfungsi untuk memfokuskan pancaran-pancaran energi yang terjadi
akibat orang bershalat di seluruh dunia.
Kalau kita amati, setiap saat Ka'bah dilingkari oleh jamaah yang sedang
bershalat. Mulai dari yang paling dekat - di sekitar Ka'bah - sampai yang terjauh di
balik bumi Mekkah. Akan tetapi yang unik, semua jamaah itu berkeliling menghadap
Ka'bah. Yang berada di timur, menghadap ke barat. Yang berada di barat
menghadap ke timur. Demikian pula yang di selatan menghadap ke utara, dan
sebaliknya yang di utara menghadap selatan. Jamaah shalat di seluruh dunia terus
menerus melingkari Ka'bah, sepanjang hari, sesuai dengan pergerakan matahari.
Saya membayangkan, betapa telah terjadi ketegangan medan elektromagnetik
antara orang-orang yang bershalat di seluruh dunia dengan Ka'bah. Kenapa
demikian" Karena manusia yang bershalat itu sedang melakukan gerakan-gerakan
1 meditasi energi. Mulai dari mengangkat tangan, sambil membaca takbir, kemudian
rukuk, iktidal, sujud dan seterusnya. Setiap gerakan selalu memunculkan energi
yang berbeda. Juga bergantung pada tingkat kekhusyukannya dalam berdoa
sepanjang shalatnya. Dalam pemahaman Fisika, jika ada benda bermuatan listrik bergerak-gerak
secara periodik dengan basis gerakan berputar, maka akan terjadi medan
elektromagnetik. Dalam hal shalat, gerakan yang dilakukan adalah gerakan yang
berbasis pada gerakan berputar.
Contoh: bertakbir dengan mengangkat tangan. Sebenarnya kita sedang
melakukan penggalan gerakan berputar sejauh 180 derajat. Posisi tangan, tadinya
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggantung ke bawah sejajar badan, kemudian telapak tangannya diangkat
sampai sejajar telinga. Kalau dibuat sudut pergerakan telapak tangannya, maka kita
sedang menggerakan tangan kita sejauh 180 derajat. Kemudian kita mengembalikan
ke posisi semula, atau bersedekap di perut.
Demikian pula gerakan-gerakan rukuk, iktidal dan sujud, Semua itu berupa
penggalan gerakan berputar masing-masing, rukuk 90 -derajat, iktidal 90 derajat,
sujud Dt) derajat. Setiap gerakan itu akan menghasilkan perubahan-perubahan
pancaran energi dari tubuh kita, dan akan menghasilkan medan elektromagnetik
antara kita dengan Ka'bah.
Apakah medan elektromagnetik itu bisa terbentuk meskipun jarak kita dengan
Ka'bah sangat jauh " Sangat bisa, karena kecepatan gelombang elektromagnetik itu
sangatlah tinggi. Sehingga jarak ribuan kilometer bisa ditempuh dalam orde detik
saja. Apalagi, kalau hati kita sudah memancarkan cahaya ilahiah, maka interaksi
energial kita dengan Ka'bah itu berlangsung hanya dalam orde sepersekian detik.
Sebab, cahaya dengan kecepatan 300.000 km per detik itu mampu mengelilingi
2 bumi 7,5 kali hanya dalam waktu 1 detik !
Apalagi bagi mereka yang melakukan shalat dekat dengan Ka'bah. Interaksi
energi itu menjadi demikian dahsyatnya. Apa pun alasarmya, kedekatan antara
Ka'bah dan orang yang bershalat akan menimbulkan dampak yang luar biasa.
Dalam waktu yang bersamaan, seseorang yang bershalat di sekitar Ka'bah
akan memperoleh akumulasi pancaran energi positip dari Ka'bah. Yang pertama,
disebabkan oleh energi nabi Ibrahim yang membekas di seluruh 'petilasannya'. Yang
kedua, berasal dari putaran orang berthawaf di Ka'bah. Dan yang ketiga, berasal dali
aktifitas shalat umat Islam di seluruh dunia,
Maka, bisa kita bayangkan betapa besarnya manfaat (pahala) untuk bisa
berdekatan dengan Ka'bah, Dalam konteks bershalat di sekitar Ka'bah, maka
pantaslah Rasulullah menyebutkan pahala 100.000 kali lipat dibandingkan pahala
shalat sendirian. Jutaan jamaah yang shalat di seputar Ka'bah itu telah menyebabkan akumulasi
energi yang sangat besar. Ibarat baterai yang digabungkan secara serial, jutaan
manusia - yang berisi miliaran biolistrik - itu menghasilkan energi positip yang
dahsyat pula. Energt itu, di satu sisi bergerak vertikal untuk berkomunikasi dengan
Allah. Dan di sisi yang lain bergerak secara horisontal 'menyirami' tubuh dan hati kita
dengan frekuensi yang sangat tinggi, menetralisir berbagai ketidakstabilan dalam diri
dan jiwa kita, Akan tetapi sekali lagi perlu saya ingatkan, bahwa manfaat energi positip itu
bagi kita sangat bergantung pada penerimaan kita sendiri - apakah hati kita terbuka
untuk menerimanya. Jika tidak, maka pusaran energi yang dahsyat itu sama sekali
tidak akan mampu merubah kondisi kita - baik secara fisik maupun kejiwaan.
Kondisi kita pada waktu itu harus rendah hati dan khusyuk, sebagaimana
3 lazimnya orang-orang yang berdoa dan bermunajat kepada Allah. Dalam kondisi
yang demikian, maka hati kita akan bergetar seperti digambarkan oleh Allah :
"...yaitu orang-orang yang hatinya bergetar ketika disebut nama Allah .. "
Seluruh Makhluk Bertasbih lewat Gerakan
Semua benda di alam semesta ini bergerak. Tidak ada satu pun benda diam.
Mulai dari benda yang paling kecil- sebut-lah partikel atom, sampai yang terbesar -
misalnya bintang - semuanya bergerak. Dan uniknya, pergerakan itu melingkar-
lingkar. Sebutlah elektron. sebagai partikel elementer. Dia setiap saat tidak pemah
berhenti berputar pada dirinya sendiri - berotasi. Selain itu, jika ia berada di dalam
atom, ia akan bergerak melingkari pusat atom. atau melakukan revolusi pada
orbitnya. Setelah itu, atom-atom itu akan membentuk sistem yang lebih besar yang
disebut molekul. Molekul inilah yang membentuk unsur-unsur maupun senyawa,
berupa benda-benda yang tersebar di seluruh penjuru alam.
Pada benda yang lebih besar lagi, ternyata gerakan-gerakan berputar itu
kembali terjadi. Bumi misalnya, berputar persis seperti elektron. Bumi berputar pada
dirinya sendiri - rotasi. Dan juga berputar mengelilingi matahari, persis seperti
elektron mengelilingi inti atom. Di orbit-orbitnya juga ada planet-planet yang
bergerak melingkari matahari.
Dan yang lebih unik lagi, ternyata setiap matahari yang dikelilingi oleh sejumlah
planet - termasuk bumi - itu juga mengelilingi pusat galaksi. Galaksi yang kita
tempati ini bernama Bima Sakti. Pusatnya dikelilingi oleh sekitar 100 miliar matahari.
4 dan ratusan miliar planet-planet.
Spiral : Semua benda di alam semesta bergerak
Demikian pula galaksi-galaksi itu ternyata juga berputar-putar mengelilingi
pusat Superkluster. Superkluster adalah kumpulan galaksi yang berjumlah sekitar
100 miliar galaksi. Jadi di dalam sebuah Superkluster terdapat sekitar 10.000 miliar
matahari, dan triliunan planet. Semuanya berputar-putar mengelilingi pusatnya.
Sampai kini belum diketahui batas alam semesta ini. Tetapi diyakini, setiap benda
melakukan gerakangerakan melingkar mengitari pusat alam semesta - yang entah
dimana tempatnya. Maka. kita tidak melihat ada benda yang berhenti mutlak di alam semesta ini.
Sebuah meja yang kita lihat tidak bergerak di hadapan kita. sebenarnya dia sedang
bergerak mengelilingi matahari bersama bumi. Miliaran benda lainnya di atas bumi
juga demikian. Seakan-akan dia diam. padahal sedang dibawa oleh bumi untuk
mengelilingi matahari. Bahkan juga mengelilingi pusat galaksi dan pusat
Superkluster. . Lantas timbullah pertanyaan di benak kita. Kenapa bendabenda itu terus
bergerak " Kapan mulainya " Kapan berhentinya" Dari mana energi gerak itu timbul"
Dan untuk apa" Dalam pengamatan teleskop Hubble - yang ditempatkan di atas atmosfer bumi
- diketahui bahwa seluruh benda langit di angkasa luar memang sedang bergerak
saling menjauh. Ternyata. ini disebabkan oleh ledakan besar yang terjadi pada awal
penciptaan alam semesta. yang dijelaskan dalam sebuah teori: Big Bang.
Karena ledakan yang luar biasa dahsyatnya itu. maka seluruh material alam
semesta terpental ke segala penjuru langit. sejak 10 miliar tahun hingga sekarang.
5 Bahkan hingga nanti 5 miliar tahun lagl, sebelum kemudian dilanjutkan dengan
periode akhirat. Jadi. dari ledakan itulah sumber energi alam semesta ini awalnya terjadi.
Energi itu tersisa hingga kini. dalam bentuk putaran benda langit secara sendirian
maupun kolektif. Memang. aneh, kenapa bisa berputar. Kita belum bisa
menjawabnya. Akan tetapi dengan berputar itulah justru keutuhan alam semesta ini
terjaga. hingga kini. Ada gaya tarik antar benda langit. yang membuatnya seimbang
dan tidak saling bertubrukan.
QS. Ar Ra'du : 2 "Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang. yang kamu
lihat. kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy ... "
QS. Al Mulk : 3 - 4 "Yang telah menciptakan tujuh. langit berlapis-lapis. Kamu
sekalikali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, maka
apakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ?"
"Kemudian pandanglah sekali lagi; niscaya pandangan mu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah"
Setiap gerakan berputar menghasilkan energi. Elektron punya energi karena
dia bergerak berputar. Baik pada dirtnya sendiri maupun karena rnengttan inti atom.
Bumi juga demikian. Matahari, planet-panet, bintang, dan semua benda di alam
semesta ini memiliki energi karena dia bergerak. Jika dia diam, mutlak, maka dia
mati. Tak punya energi lagi. Kehidupan ini terjadi karena ada gerakan, baik di tingkat
partikel elementemya, atau di tingkat atom, di tingkat molekul, atau yang lebih besar
6 lagi. Dan yang paling unik, gerakan dari berbagai benda itu ternyata saling menjaga
dan memberikan keseimbangan terhadap gerakan benda yang lain. Kalau saja
pergerakan benda-benda di alam ini tidak saling memberikan keseim-bangan, maka
sudah sejak lama kehidupan ini tidak terjadi. Hancur saling bertabrakan. Jadi, esensi
kehidupan ini sebenarnya adalah gerakan dan keseimbangan.
Semua benda di alam ini berpusat pada 'Satu Aturan' yang harmonis. Triliunan
ragam benda tunduk pada 'Satu Pusat' saja. Inilah yang digambarkan oleh Allah di
dalam berbagai ayat-Nya. QS. Al Israa : 44 "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya ber-
tasbih kepada Allah. Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih
mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun dan Maha
Pengampun" Ayat-ayat tentang bertasbihnya alam semesta kepada Allah ini sangat banyak
jumlahnya. hampir 40 ayat. Di antaranya adalah QS. An Nuur: 41, Ar Ra'du : 13. Al
Anbtyaa : 79, Shaad : 18, Asy Syuura : 5, dan lain sebagainya.
Nah. kembali kepada shalat kita, maka inilah salah satu alasan kenapa
sembahyangnya orang Islam itu harus menggunakan gerakan. Bukan hanya
berdiam diri. berkonsentrasi.
Setiap gerakan akan menghasilkan perubahan energi dan menimbulkan medan
elektromagnetik. Baik orang berthawaf maupun orang bershalat, kedua-duanya
melakukan gerakan-gerakan yang berdasarkan putaran. Atau penggalan dari
7 gerakan berputar, yang kalau diakumulasikan menjadi putaran berulang-ulang.
Shalat misalnya, setiap rakaatnya adalah sebuah gerakan yang jika
diakumulasikan menjadi gerakan satu putaran, 360 derajat. Terdiri dari rukuk 90
derajat, dan sujud 135 derajat sebanyak 2 kali. Sehingga, sehari semalam kita telah
melaku-kan gerakan berputar-putar minimal sebanyak 17 kali putaran (shalat wajib).
Belum lagi shalat -shalat sunnah. Sedangkan Thawaf sangatlah jelas sebagai
gerakan berputar mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali.
Hidup kita di bumi ini, sebenamya berada di dalam medan magnet bumi.
Sekaligus juga gaya gravitasi bumi. Seperti kita ketahui bahwa bumi ini memiliki
gaya kemagnetan dan gaya tarik bumi. Maka, kalau kita bergerak-gerak di sebuah
medan gaya seperti ini, akan muncul energi yang memberikan kekuatan kepada kita.
Bergerak terus secara periodik akan menghasilkan energi bagi kehidupan kita.
Karena itu. agama kita ini mengajarkan kepada umatnya agar selalu
melakukan pergerakan. Karena pergerakan itulah yang menjadikan kita hidup,
sampai batas umur yang ditentukan Allah untuk setiap makhluknya.
Jangan apriori dan bosan terhadap gerakan yang periodik. Karena justru pada
gerakan yang periodik itulah akan muncul energi yang semakin lama semakin besar.
Banyak gerakan di alam semesta ini adalah gerakan periodik. Mulai dari gerakan
elektron di dalani atom, sampai pada pergerakan bumi mengelilingi matahari. atau
gerakan matahari mengelilingi galaksi, atau pun gerakan galaksi mengelilingi pusat
super-kIuster. Semua itu adalah gerakan peIiodik yang justru menghasilkan
kekuatan kehidupan. Orang yang malas bergerak akan mengalami masalah dalarn hidupnya. Baik
yang bersifat fisik untuk kesehatannya, maupun untuk mencari rezeki bagi
kelangsungan hidupnya. 8 Penelitian kesehatan mengatakan, bahwa orang yang tidak bergerak selama
seminggu - hanya tidur-tiduran atau bermalasmalasan - massa ototnya akan
berkurang 5 persen. Ini menunjukkan kesehatannya akan terus menerus mengalami
penurunan. Demikian juga dalam bisnis. Orang yang tidak pernah melakukan 'pergerakan'
untuk mengembangkan rezekinya. bisnisnya dipastikan akan mengalami penurunan
terus. Dan akhirnya bangkrut. Hidup adal~ bergerak. Bagi mereka yang tidak mau
bergerak. dia akan mati. Lihatlah burung. Meskipun dia tidak tahu akan dapat rezeki atau tidak pada hari
ini, dia tetap terbang untuk berusaha menyambung hidupnya. Dan karena itu, Allah
lantas memberinya rezeki.
Demikian pula otak dan akal kita. Jika tidak pernah dipakai. bukannya
bertambah awet. melainkan justru bertambah tumpul. Kita harus terus menerus
mengembangkan kemampuan otak serta melakukan daya-daya kreasi tanpa henti.
agar akal dan otak kita terus hidup dan semakin bertambah kualitasnya. Jika
'pergerakan' itu berhenti, maka otak kita pun mati.
Sama juga dengan proses keagamaan kita. Lakukanlah pergerakan terus
menerus untuk mendekat kepada Allah. Karena jika kita berhenti, maka selesailah
perjalanan keagamaan kita. Janganlah beragama dengan kualitas yang sama terus,
antara hari Ini dan hari esok. Itu menunjukkan bahwa proses beragama kita telah
mati. Rasulullah sendiIi mengajarkan kepada kita. bahwa beragama yang baik
adalah jika hari ini kita lebih baik dari hart kemarin. dan hari esok kita lebih baik dari
hari ini. Grafiknya terus meningkat. Sehingga Insya Allah kita akan kembali kepada-
Nya dalam keadaan yang khusnul khotimah. Amiin.
9 Minal Masjid ilal Masjid Masjid adalah tempat yang suci dan menyimpan banyak energi posittp.
Semakin tua umur masjid itu, semakin besar pula energi yang terkandung di
dalamnya. Kenapa demikian" Sebab, setiap kali jamaah melakukan shalat, energi
shalat itu akan meresonansi ruangan itu. Demikian pula ketika banyak orang
membaca Al Quran, energinya akan tersimpan di lingkungan sekitar. Makin lama
energinya akan membesar seiring dengan akumulasi energi yang terjadi.
Maka bisa kita bayangkan betapa besarnya akumulasi energi yang ada di
dalam masjid Al Haram. Masjid ini dijadikan tempat orang bershalat dan berthawaf
oleh jutaan manusia selama ribuan tahun. Maka energi yang tersimpan di Masjid Al
Haram sangatlah luarbiasa.
Karena itu tidaklah heran jika Masjid ini juga dijadikan oleh Rasulullah
Muhammad saw untuk tempat keberangkatan perjalanan Isra' Mi'raj. (Lebih jauh dan
mendetil akan sayajelaskan dalam buku yang terpisah tentang Isra' Mi'raj, akan
tetapi secara sekilas akan saya jelaskan pokok-pokoknya di sin.)
Ada pertanyaan di benak kita : kenapa Rasulullah melakukan petjalanan yang
sangat bersejarah itu dari masjid ke masjid . Yaitu dari Masjid Al Haram ke Masjid Al
Aqsha. Kenapa bukan dari gua Hira', misalnya. Atau dari rumah nabi" Ini ada
kaitannya dengan akumulasi energi yang terjadi di masjid-masjid tersebut.
Perjalanan nabi Muhammad pada saat Isra' Mi'raj itu adalah perjalanan
energial. Dimana badan nabi telah diubah oleh malaikat Jibril menjadi badan energi.
Sehingga beliau bisa melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi, melintasi jarak
Mekkah - Palestina. 10 Untuk mendukung petjalanan energtal itulah Rasulullah diberangkatkan dari
masjid ke masjid yang lain. Hal ini bisa dlanalogikan dengan apa yang terjadi dalam
film science fiction Startrek. Mr Spock - pelaku utama dalam mm itu - jika ingin
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, cukup masuk ke dalam tabung energi.
Ketika berada di dalam tabung energi itu, badan Mr Spock dimusnahkan menjadi
energi. Kemudian energi itu dipancarkan secara elektromagnetik. Dan pancaran itu
diterima oleh tabung lain. Di dalam tabung lain itu tubuh energial Mr Spock
dimaterialkan lagi. Maka dia sudah berpindah tempat.
Bisakah itu terjadi" Menurut teori Einstein, ini bisa dijelaskan melalui rumus
E=MC2. Dimana E adalah energi. M adalah massa alias materi. Dan C2 adalah
kecepatan cahaya kuadrat.
Artinya. energi bisa diciptakan dari sejumlah materi yang dimusnahkan
dikalikan kecepatan cahaya kuadrat. Sebatik-nya, materi juga bisa diciptakan
dengan cara mengkrtstalkan energi, yang besarnya sebanding dengan jumlah energi
tersebut dibagi dengan kecepatan cahaya kuadrat.
Dengan kata lain, sebenarnya secara teoritis kita bisa mengubah materi tubuh
manusia menjadi sejumlah energi, dan sebaliknya. Dengan demikian, apa yang
terjadi pada Mr Spock itu sebenarnya bisa diterima secara ilmiah. Meskipun, sampai
kini manusia belum bisa menciptakan mesin pemusnah materi menjadi energi itu.
Namun demikian. kalau kita bisa menerima nalar ini, kita juga bisa menerima
penjelasan bahwa Rasulullah bisa melakukan perjalanan Isra' Mi'rajnya itu dengan
menggunakan badan energtal. Tabung pemusnahnya adalah masjid Al Haram. dan
Tabung Penerimanya adalah masjid Al Aqsha. Demikian pun sebaliknya, ketika
melakukan perjalanan pulang.
Energi yang tersimpan di masjid itu telah menjadi salah satu faktor pendukung
11 terjadinya perubahan material badan nabi. Apalagi beliau didampingi oleh malaikat
Jibril yang berbadan cahaya. Selain itu. sebelum berangkat nabi juga telah
'berwudlu' dengan air zam-zam - salah satu petilasan nabi Ibrahim - yang juga
mengandung energi positip sangat besar.
Dalam laboratorium nuklir, kita bisa membuktikan bahwa dua buah partikel
positron dengan energi tertentu bisa direaksikan menjadi sejumah energi, berupa
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sinar Gama. Sebaliknya, sinar Gama dengan energi tertentu juga bisa dipecah
menjadi partikel elementer ketika dilewatkan medan inti atom.
Hal ini membuktikan bahwa memang energi bisa diubah menjadi materi dan
materi bisa diubah menjadi materi. Secara ilmiah tidak perlu diragukan lagi. Reaksi
ini disebut sebagai reaksi annihilasi.
Akan tetapi bagaimana mungkin, sosok tubuh manusia diubah menjadi energi
seluruhnya. dan kemudian dikembalikan dari energi menjadi material "
Di sinilah peranan Allah. Susunan tubuh manusia sangatlah rumit. Mulai dan
atom-atom yang menyusun molekul, sel-sel, dan seterusnya hingga tubuh secara
utuh. Jika kita melakukan proses anihilasi terhadap tubuh manusia, barangkali
masalah terbesarnya adalah mengembalikan tubuh itu secara utuh persis seperti
semula. Akan tetapi, kita tahu, bahwa Allah adalah yang menciptakan tubuh kita.
Karena itu Dia tahu persis susunannya. Sehingga tidaklah sulit bagi Allah untuk
memusnahkan material tubuh kita menjadi 12 energi, dan kemudian mengembalikannya menjadi material tubuh kita lagi.
Secara keimanan kita bisa menerima penjelasan itu sepenuhnya. Dan secara
ilmiah memang hal itu juga sangat memungkinkan, dan bisa dijelaskan. Dalam hal
ini, masjid yang mengandung akumulasi energi itu telah berfungsi sebagai tabung
energi dalam proses anihilast tersebut.
***** Panggilan Datang ke Baitullah Bagian terakhir dari diskusi kita ini menyentuh sisi tauhid. Bahwa kedatangan
kita ke Baitullah adalah untuk memenuhi panggilan Allah. Tentu, kita tidak secara
sederhana dan hadiah lantas menafsirkan panggilan ini sebagai panggilan yang
'berjarak' . Panggilan di sini lebih tertuju kepada hati. Maukah kita menjalani ibadah
haji dengan segala persyarat-annya itu" Adakah upaya kita untuk bersusah payah
menja -lankan perintah Allah " Sebab dengan susah payah itulah kita membuktikan
kecintaan kita kepada-Nya. Dan karenanya. Allah memberi balasan yang lebih baik
kepada kita Betapa banyaknya orang yang 'dipanggil' oleh Allah untuk datang kepada-Nya
tetapi tidak datang. Mereka bukannya mendekat tetapi malah menjauh. Kalau
13 mereka bergerak menjauh, yang terj adi justru mereka akan semakin jauh. Dan
suatu ketika akan 'terlempar' dari pusaran kehidupan yang sesungguhnya.
Saya memandang kehidupan ini bagaikan sebuah putaran, dimana kita berada
di dalamnya. Allah menjadi pusat dari seluruh putaran itu. Secara alamiah, orang
yang berada di dalam putaran tersebut akan cenderung untuk terlempar keluar. Ada
gaya sentrifugal, yang menyebabkan dia terlempar keluar putaran, menjauh dari
pusatnya. Sama, kehidupan kita ini secara alamiah bisa melempar kita menuju posisi
yang menjauhi Allah. Kecenderungan orang untuk berbuat yang dilarang Allah itu
lebih besar dali pada untuk mendekati Allah. Di sini ada semacam 'gaya sentrifugal'
yang dimainkan oleh peran antagonis kita, yaitu setan.
Berbuat jahat selalu terasa lebih mudah dibandingkan berbuat baik. Berbuat
baik membutuhkan energi ekstra untuk melawan 'gaya sentrifugal' dari setan. Ini
sama persis, dengan putaran roda. Dalam posisi bergerak melingkar, kita
membutuhkan tenaga ekstra untuk bisa mendekati pusat putaran, yaitu Allah.
Akan tetapi semakin dekat ke pusat putaran. energi yang kita butuhkan akan
semakin kecil. Sebaliknya semakin jauh dari pusat putaran, energi yang kita
butuhkan untuk melawan gaya sentrifugal itu akan semakin besar.
Jadi kalau kita sudah terlanjur berbuat dosa, untuk kembali kepada Allah
membutuhkan energi yang lebih besar. Semakin besar dosa kita, semakin berat
upaya yang harus kita lakukan untuk kembali kepada Allah. Sebaliknya, kalau kita
berbuat kebaikan terus - semakin dekat ke pusat - maka energi yang kita butuhkan
akan semakin kecil. Dan pada suatu ketika, kita berada di pusat. 'menyatu' dengan
Allah, kita tidak akan pemah lagi terpental keluar dari putaran kehidupan ini.
Pada saat persis di pusat putaran itu. kita tidak lagi berputar I! Karena yang
14 berputar itu hanyalah mereka yang berada di luar pusat. Pada titik nol kita telah
terlepas dari hukum duniawi kita. Lantas. kita seperti memiliki kekuatan yang luar
biasa dan karomah. Seringkali pada titik inilah terjadi banyak keanehan dan
keajaiban. Semua itu karena kita telah bersatu dengan Allah, Sang Pemilik Alam
Semesta. sehingga boleh jadi orang akan melihatnya telah terlepas dari hukum-
hukum alam yang sewajarnya.
Jadi, marilah kita penuhi panggilan Allah untuk menuju ke pusat kehidupan ini.
Di sanalah letak kehidupan yang sesungguhnya. Memang berat untuk memulainya,
tetapi kalau sudah kita mulai. maka semakin lama akan semakin mudah. semakin
nikmat. Dan, ketika mencapai pusat itulah kita akan memperoleh kenikmatan yang
luar biasa, yang tiada bandingnya.
Barat dan Timur Milik Allah
Ada beberapa pertanyaan esensial. yang menyentuh tauhid. ketika kita
mendiskusikan kenapa kita mesti menghadap Kabah pada saat shalat. Dalam
kerangka pemikiran Fisika Modem yang saya kembangkan. saya telah
mengemukakan bahwa penyatuan arah kiblat itu berfungsi untuk memfokuskan
getaran-getaran gelombang elektromagnetik dari seluruh energi yang dipancarkan
umat Islam. pada saat mereka shalat maupun berthawaf. Agaknya. ini menjadi
mekanisme dalam interaksi antara Allah dengan hamba-hamba-Nya.
Namun untuk lebih meyakinkan. secara filosofis. agaknya kita perlu
mendiskusikan kembali tentang keberadaan Allah. Diskusi tentang hal ini seringkali
memang sangat rawan. Tetapi. daripada tidak jelas tertangkap oleh pemahaman kita,
saya lebih memilih untuk mendiskusikan saja secara terbuka. Toh. Nabi Ibrahimjuga
mengalami proses yang sama tentang ketauhidan ini. Meskipun awalnya salah-salah.
toh akhimya beliau memperoleh kesimpulan yang sangat mendalam dan
15 mengesankan tentang eksistensi Allah. Sehingga, Ibrahim pun jadi kesayangan
Allah. Sebagaimana Ibrahim muda, kita mesti selalu bertanya dimanakah Allah "
Selama pertanyaan ini belum terjawab dengan tuntas. maka akan selalu menghantui
benak kita. Dan akan mengganggu kualitas peribadatan kita. Ya. karena kita tidak
pemah tahu dan tidak pernah yakin dimana Allah berada. Sehingga kontak kita
dengan Allah pun menjadi tidak jelas Jluntrungannya'
Dtmanakah Allah" Apakah Dia berada di Surga" Apakah Dia berada di langit,
sebagaimana kita selalu berdoa dengan tengadah" Ataukah Dia berada di dalam
hati kita" Ataukah Dia berada di akhirat" (Tapi akhirat itu dimana'") Ataukah Dia
berada di Ka'bah " Yang jelas, Allah mengatakan bahwa Dia bersemayam di Arsy.
Tetapi dimana jugakah Arsy Allah itu" Semuanya perlu diperjelas.
Biasanya - untuk gampangnya, lantas - beberapa diantara kita menyarankan
agar tidak memperpanjang diskusi tentang eksistensl Allah. karena bisa menjurus
pada kemusynkan. Tetapi kalau saya, pendapat semacam itu justru berbahaya
karena eksistensi Allah dalam benak kita menjadi tidak jelas. Kenapa tidak kita tiru
Ibrahim saja. Meskipun salah-salah di awalnya. akhimya ketemu juga.
Kalau disebut musyrik, Ibrahimjuga pemah musyrik, karena menganggap
matahari, bulan dan bintang adalah Tuhan. Toh nggak apa-apa. Akhirnya Allah
menunjukkan jalan yang sebenamya. Semua itu karena Ibrahim pantang menyerah
untuk menuju kepada Allah. Dengan tekad yang besar dan usaha terus menerus,
tujuannya untuk mencari Allah akhimya berhasil.
Maka, kembali kepada pertanyaan 'dimanakah Allah', marilah kita kumpulkan
semua jawaban yang mungkin, kemudian kita bahas, satu per satu.
Apakah Allah tinggal di 'rumah'-Nya - di Ka'bah, baitullah " Tentu jawaban ini
16 sangatlah naif. Sudah pasti Allah tidak bertempat tinggal di Ka'bah, Baitullah, atau
'Rumah Allah' itu hanya menunjukkan kepemilikan. bahwa rumah suci itu milik Allah.
Sama sekali tidak menunjuk kepada tempat tinggal.
Tidak ada satu ayat pun dan secuil informasi hadits pun yang menyebut bahwa
Allah 'tinggal' di Ka'bah, seperti dituduhkan oleh banyak orang di luar lslam, bahwa
seakan-akan umat Islam ini menyembah Ka'bah dimana Allah bertempat tinggal.
Apalagi lantas menyembah batu hitam. Hajar Aswad. Kedudukan Ka'bah dalam
peribadatan umat Islam tidak lebih hanya sebagai kiblat. yang secara teknis telah
saya uraikan di depan. tentang manfaatnya.
Lantas, apakah Allah berada di surga" Seberapa luaskah surga itu. sehingga
dikatakan Allah tinggal di sana. Bukankah Allah Maha Besar" Allah adalah Dzat
yang 'Paling Besar' di antara semua eksistensi yang bisa kita sebut. Jika Allah
berada di dalam surga. berarti surga itu lebih besar daripada Allah. Maka, berarti
Allah tidak Maha Besar. Jadi, pendapat bahwa Allah berada di dalam surga. dalam
konsep Islam, tidak bisa diterima.
Kalau begitu. barangkali Allah berada di langit. BUktinya, kita selalu berdo'a
kepada Allah dengan cara tengadah. Dan sering pula kita mengatakan "Yang Di
Atas'. untuk menunjuk keberadaan Allah. Tetapi seberapa luaskah langit itu,
sehingga ia bisa 'mewadahi' ekststenst Allah "
Memang sebagaimana telah saya uraikan di depan bahwa langit semesta ini
sangatlah besar. Bahkan luar biasa besar, karena diameternya diperkirakan oleh
para Astronom sebesar 30 miliar tahun cahaya. Usia kita tidak ada apa-apanya'
dibandingkan besarnya alam semesta ini. Tetapi apakah ia mampu 'mewadahi'
Allah" Terlalu naif jika kita mengatakan bahwa Allah ada di langit. Dan lagi,
dengan berkata begitu, kita sama saja dengan mengatakan bahwa Allah tidak
17 berada di bumi. Sama saja dengan ketika mengatakan bahwa Allah ada di Surga,
maka berarti Allah tidak berada di Neraka. Jika kita mengatakan Allah ada di atas,
maka berarti Allah tidak berada di bawah. Jika Ia di langit maka tidak di Bumi.
Ada juga yang mengatakan bahwa Allah itu ada di hati kita masing-masing.
Kalau begitu apakah Allah itu banyak, sehingga berada di setiap hati manusia"
Padahal kita semuanya sepakat, bahwa Allah itu hanya Satu.
Atau ada juga yang berpendapat bahwa Allah itu ada di akhirat.
Maka, berarti Dia tidak berada di dunia " Dan lagi, dimanakah akhirat itu"
Apakah ia ada di galaksi lain " Apakah sekarang belum ada " Tidak. Allah
mengatakan bahwa alam akhirat itu' sebenarnya sudah ada. Sebagaimana juga
surga dan neraka itu sekarang sudah ada. Hanya saja belum ditampakkan.
Sungguh semuanya masih bersifat teka-teki dan misterius.
Karena itu. biasanya lantas kita berlindung kepada kata-kata: bahwa Allah itu
gaib keberadaan-Nya. sehingga kita tidak bisa memikirkan-Nya, dan apalagi melihat
atau mengobseIVasi-Nya. Tentu tidak boleh demikian.
Sikap ini tidak sepenuhnya benar. Memang Allah gaib. tetapi bukan tidak bisa
dipikirkan, sehingga kita lantas tidak bisa mengenali eksistensi Allah itu. Bahkan Dia
sendiri memerintahkan kepada kita untuk mengenal Allah dari berbagai tanda-tanda-
Nya. Kalau kita tidak mengenal Allah, bagaimana kita bisa mendekat dan akrab
dengan-Nya" Jadi dimanakah Allah" Firman Allah berikut ini. saya kira, bisa memberikan
gambaran yang sangat baik kepada kita.
QS. Nuur :42 "Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan. langit dan bwni. Dan
kepada Allah-lah (semuanya) kembali.
18 QS. Nisaa' (4) : 126 "Untuk Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada
di bumi; dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu"
Kedua ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa segala
eksistensi yang ada di alam semesta ini hanyalah milik Allah belaka. Karena itu Allah
mengatakan bahwa kepada-Nyalah semua itu akan kembali. Dan kemudian, secara
sangat jelas Allah mengatakan bahwa EkSistensi-Nya meliputi segala yang ada itu.
Ini secara frontal telah menjawab pertanyaan: dimanaka Allah" Bahwa Allah
bukan hanya di langit, bukan hanya di surga, bukan hanya di hati kita, bukan hanya
di Ka'bah, dan bukan hanya di akhirat. Tetapi, Allah meliputi segala yang ada.
Allah sekaligus berada di Akhirat, tetapi juga di dunia. Di surga tetapi juga di
neraka. Di langit, namun juga di bumi. Di hati kita, tetapi sekaligus juga di hati
seluruh makhluk-Nya. Allah bersama segala benda yang bisa kita sebutkan (mulai
dari atom dan molekul, seluruh makhluk hidup di muka bumi; hingga benda-benda
langit yang tersebar di alam semesta imJ sampai pada hal-hal yang tidak bisa kita
sebutkan, yaitu hal-hal yang gaib. Tidak ada satu tempat pun yang Allah tidak
berada di sana. Allah meliputi segala makhluk-Nya!
Kalimat terakhir ini sungguh sangat tepat dan sarat makna. Dengan
mengatakan bahwa Allah meliputi segala makhluk-Nya, maka Dia telah
memproklamirkan kepada seluruh makhluk-Nya bahwa Dzat-Nya adalah Maha
Besar. Bagaimana mungkin Dia bisa meliputi segala sesuatu, kalau Dia sendiri tidak
Maha Besar. Bayangkan saja, misalnya, Allah meliputi surga. Berarti Allah harus lebih besar
dari surga. Padahal menurut QS Ali Imran 133, surga itu luasnya seluas langit dan
bumi (ardhuhas samaauxiaii wal ardhl). Berarti Allah jauh melebihi ruang dan waktu
19 yang terangkum dalam alam semesta, atau langit dan bumi Ciptaan-Nya tersebut.
Tidak ada satu ruang kosong pun dj mana Allah tidak berada di sana. Allah
berada bersama saya, juga sedang bersama Anda. Tetapi sekaligus juga mengisi
ruang antara saya dan Anda. Dan seluruh ruang di luar kita. Bagi Allah: di Sini. di
situ, di sana, tidak ada bedanya, karena Allah meliputi semuanya.
Demikian pula, bagi Allah: Barat dan Timur, atas dan bawah, kanan dan kiri,
belakang dan depan, juga tidak ada bedanya.
Karena Barat dan TImur adalah milik Allah, di mana Allah berada di sana
dalam waktu yang bersamaan. Juga, karena Allah meliputi segala makhluk ciptaan-
Nya itu. Jadi keberadaan Allah terhadap ruang adalah mutlak. Sehingga, sebenamya,
pertanyaan, 'Allah ada di mana' adalah sebuah pertanyaan yang keliru. Karena Allah
tidak terikat ruang. Dia berada di mana-mana dalam waktu yang bersamaan.
Pertanyaan 'dimana' hanya bisa dikenakan kepada sesuatu yang berada di
dalam ruang. Padahal yang terjadi pada Allah adalah sebaliknya : ruang itulah yang
berada di dalam Allah ! Demikian pula mengenai waktu. Allah tidak terikat waktu. Allah j uga tidak
berada di dalam dimensi waktu. Bagi Allah : sekarang, besok, kemarin, 1 miliar
tahun yang lalu, atau 1 miliar tahun yang akan datang, tidak ada bedanya. Sama
persis. 'Allah berada di 1 miliar tahun yang lalu, sekaligus berada di 1 miliar tahun
yang akan datang. Kenapa bisa begitu"
Ya, karena Allah tidak berada di dalam dimensi 'waktu', tapi sebaliknya dimensi
'waktu' itulah yang berada di dalam Allah. Karena itu pertanyaan 'Kapan' bagi Allah
tidaklah ada artinya. Allah adalah sebuah 'Kemutlakan ' bagi dimensi ruang dan
waktu. 20 Ini sekaligus juga bisa menjelaskan kenapa Allah itu Maha Tahu. Karena Allah
berada di masa lalu dan masa depan sekaligus. Sehingga kejadian dulu dan akan
datang bagi Allah tidak ada bedanya. Begitu juga Allah berada di sana dan di sini
sekaligus, sehingga kejadian di mana pun bagi Allah tidak ada bedanya. Semua itu
terjadi di dalam Allah ...
Maka, sebenamya shalat menghadap kemana pun bagi kita adalah sama saja.
Kita pasti menghadap Allah, karena Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui, seperti
difinnankan Allah, QS. Al Baqarah : 115 "Dan kepunyan Allah-lah TImur dan Barat, maka kemana pun
kamu menghadap disiiulah. wqjah Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Luas dan Maha mengetahui"
Tentang Dzat Allah Pertanyaan berikutnya yang masih terkait dengan diskusi kita di atas, adalah
tentang Dzat Allah. Bagian ini merupakan bagian yang cukup rumit. sehingga
kebanyakan kita tidak berani memikirkan-Nya. Alasannya sama, yaitu: takut syirik.
Tetapi sekali lagi, bagi saya, pemahaman yang kurang tepat terhadap hal inilah yang
justru akan membawa kita pada kernusrytkan,
Kita memang tidak mungkin bisa 'menangkap' atau 'memotret' Dzat Allah itu
secara menyeluruh. karena kita berada di dalam Allah. Sebagai perbandingan.
bayangkan kita sedang berada di dalam sebuah gedung yang sangat besar, dimana
kita tidak punya peluang untuk keluar dari gedung itu. Lantas. kita ingin memotret
gedung itu secara utuh. Bisa dipastikan, kita tidak akan mampu memotretnya secara
21 utuh. Paling-paling yang bisa kita lakukan adalah memotret sisi-sisi tertentu saja. Itu
pun dari dalam gedung.
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kurang lebih sama dengan upaya kita dalam memahami Dzat Allah. Sudah
bisa dipastikan bahwa kita tidak akan bisa memahami-Nya secara utuh, disebabkan
oleh keterbatasan kita. Tetapi, kita tetap harus melakukan 'pemotretan' tersebut agar
pemahaman kita bisa optimal. Jika tidak, yang terjadi adalah semakin kerdilnya
pemahaman kita terhadap Allah. Dan yang paling menyedihkan. justru kita terjebak
kepada kecenderungan 'merendahkan' ketinggian Dzat Allah.
Lantas, apa dan bagaimanakah Dzat Allah itu" Pertanyaan ini memberikan
kesan kepada kita, bahwa seakan-akan Allah itu harus berada dalamframe
pemikiran kita dan berujud yang bisa kita observasi menggunakan panca indera
manusia. Pertanyaan 'Apa dan Bagaimana' mengarahkan kita kepada salah satu
jawaban yang ada dalam inventarisasi pemikiran kita . . Baik mengenai
mekanismenya. maupun matenalnya. Misalnya, bulan, bintang, matahari. orang, dan
lain sebagainya dengan berbagai mekanismenya. Hal ini persis seperti yang
dipertanyakan oleh nabi Ibrahim ketika masih muda.
Barangkali, kita terlalu berharap bahwa Allah adalah 'sesuatu' yang berada
dalam jangkauan pemikiran dan tnderawi kita. Padahal, sesuatu yang bisa
tertangkap oleh indera dan pemikiran kita adalah sesuatu yang terbatas. Dan kalau
'Dia' terbatas maka 'Dia' tidak layak lagi disebut sebagai Tuhan, Sang Penguasa
Alam Semesta. Saya kira kita sepakat bahwa Tuhan adalah 'Sesuatu' yang Besar-Nya tidak
ada yang mengalahkan. Tinggi-Nya tidak ada yang melampaui. Dan, Kekuasaan-
Nya tidak ada yang membatasi.
22 Dengan demikian keberadaan-Nya adalah mutlak. Tidak ada yang bisa
mengukur-Nya. Karena memang tidak ada satu pun 'alat ukur' yang bersifat material,
energial, maupun psikis yang bisa dibandingkan dengan-Nya. Jadi Dia melampaui
'apa dan bagaimana' yang pernah kita bayangkan, dalam seluruh pengalaman
kehidupan kita. Ini persis dengan yang Dia firmankan dalam Al Quran .
..... tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya ... "
Jadi jawaban atas pertanyaan 'Apa' Dzat Allah itu, adalah Firman-Nya sendirt,
seperti tersebut di atas bahwa: Dia adalah sesuatu yang tidak pemah terlintas dalam
benak kita ... Sebagai ilustrasi, saya ingin menjelaskan dengan cara yang agak berbeda.
Saya kira kita sepakat bahwa Allah adalah Dzat yang paUng awal dan paling akhir,
seperti Dia firmankan berikut ini.
QS. Al Hadiid (57) : 3 "Dialari Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin
dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu"
Karena Dia adalah Dzat yang paling awal, maka bisa dikatakan bahwa
sebelum ada segala sesuatu (alam semesta dan segala isinya.) yang ada hanyalah
Dia. Bahkan ketika itu Surga, Neraka dan Malaikat pun belum ada.
Sehingga, ketika Dia rnenctptakan alam semesta (termasuk ruang dan waktu),
logikanya tidak ada dzat lain selain Dzat Allah. Dengan kata lain, Allah menciptakan
aJam semesta ini dari Dzat--Nya sendri. Kenapa demikian " Ya karena pada waktu
itu tidak ada apa-apa dan tidak ada siapa-siapa. Tidak ada peluang atau altematif
lain yang menunjuk kepada adanya dzat lain, selain Dia.
Jikalau Allah menciptakan alam semesta ini dari dzat lain, selain diri-Nya, maka
berarti eksistensi Allah tidaklah Paling Awal. Ada dzat lain yang ada bersamaan
23 dengan Dzat Allah. Juga, berarti tidak Paling Besar. Jadi, sekali lagi, tidak ada
penafsiran lain, kecuali bahwa alam semesta ini diciptakan dari Diri-Nya sendiri.
Dengan kata lain, ruang itu sebenamya adalah bagian dari eksistensi Allah.
Waktu, juga bagian dari eksistensi Allah, Matahari, bulan, bintang, meteor, dan
seluruh benda-benda langit, juga adalah bagian dari eksistensi Allah. Seluruh
makhluk hidup, mulai dari Malaikat, Jin. Manusia, Binatang dan tumbuhan, juga
bagian dari eksistensi Allah.
Demikian pula seluruh material yang tampak. maupun energi yang abstrak,
adalah bagian dari ekSistensi-Nya. Bahkan seluruh isi pikiran kita, maupun segala
sesuatu yang berada di luar jangkauan pemikiran kita, adalah bagian dari Dzat Allah
itu sendiri. Pokoknya, segala yang kita ketahui dan segala yang tidak kita ketahui,
atau bahkan segala sesuatu yang di luar dugaan kita, semua itu adalah bagian dari
eksistenst Allah , .. Berbagai ayat dalam Al Quran juga menggambarkan betapa Allah merangkum
seluruh sifat yang kontradiktif dalam ruang dan waktu, di alam semesta ini.
Dikatakan di ayat tersebut, bahwa secara bersamaan Allah berada di awal, tetapi
juga di akhir. Demikian pula berkaitan dengan mang, Allah mengatakan bahwa Dia
sekaligus 'kelihatan' dan 'tidak kelihatan'. Dia sekaligus Maha Besar, tetapi Juga
Maha Halus. Dia Maha Jauh sekaligus Maha Dekat.
Kesimpulannya, sungguh Dzat Allah adalah Dzat yang demikian dahsyatnya.
Sehingga pikiran dan indera kita tidak mampu untuk menggambarkan-Nya. Yang
bisa kita lakukan adalah sekedar memperoleh 'persepsi' dan 'kesan' tentang
Kedahsyatan Allah itu, melalui 'tanda-tanda'-Nya, Dan hal inilah yang Dia anjurkan
kepada kita agar kita lebih mengenal keberadaan-Nya ...
24 Allah Lebih Dekat daripada Urat Leher
'Jika Allah Maha Dekat, lantas seberapa dekatkah Allah dengan makhluk-Nya"
Inilah pertanyaan selanjutnya. yang boleh jadi. muncul di benak kita.
Saya khawatir, ada di antara kita yang berpikir bahwa Allah yang Maha Besar
itu meliputi makhluk-Nya, tetapi tidak menyatu. Artinya, kita membayangkan seperti
sebuah bola yang amat besar dan berongga, dimana di dalamnya seluruh makhluk-
Nya berada. Jika demikian pemikiran kita. maka berarti Allah itu berjarak dengan kita.
Allah berada di luar kita. Meskipun kita berada di dalam Allah.
Pemahaman tersebut kurang tepat. Kalau kita sudah menyimpulkan bahwa
Allah meliputi segala makhluk-Nya, maka tidak ada peluang lain untuk tidak
mengatakan bahwa Allah bersatu dengan makhluk-Nya.
Bayangkan, Allah meliputi atom-atom dan seluruh partikel yang lebih kecil dari
itu. Allah juga meliputi molekul-molekul penyusun sel dan tubuh kita. Artinya, di
bagian yang terhalus dari tubuh kita pun Allah berada di sana. Bahkan Allah juga
berada di jarak antara satu partikel dengan partikel lainnya. Maka sekali lagi, tidak
ada peluang untuk mengatakan bahwa Allah tidak hadir dalam setiap 'titik' sekecil
apa pun. di tubuh kita maupun alam semesta ini.
Karena itu, sangatlah bisa kita pahami ketika Allah mengatakan bahwa Dia
sangat dekat dengan makhluk-Nya. Bahkan terhadap manusia, Allah mengatakan
bahwa Dia lebih dekat dari pada urat leher kita sendiri, seperti difirmankan di QS.
Qaal (50) : 16 "Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dan Kami
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Dan kami lebih dekat
kepadanya dari pada urat lehernya"
Bisakah Anda bayangkan, bahwa urat leher itu berada di dalam tubuh kita -
25 menyatu dengan kita. Tetapi Allah mengatakan bahwa Dia lebih dekat dari pada itu.
Saya kira, kesimpulannya hanya satu, yaitu bahwa Allah menyatu dengan kita atau
sebaliknya, kita ini menyatu dengan Allah,
Jika diperluas pemahaman tersebut, kita bisa mengatakan bahwa Allah berada
di hati kita. Allah juga berada di tarikan dan hembusan nafas kita. Allah berada di
aliran darah dan denyut jantung kita. Allah juga berada di seluruh kelenjar hormon
kita. Allah berada di benak pikiran, otak dan seluruh saraf tubuh kita. Allah berada di
miliaran proses biokimiawi yang menopang kehidupan kita. Allah-lah yang
berperanan menghidupkan seluruh aktifitas kita, yang kita sadari maupun tidak.
Yang bisa kita kendalikan maupun tidak. Allah adalah Penguasa kehidupan kita,
sepenuhnya ... Pemahaman seperti di atas, akan membawa konsekuensi yang sangat radikal
dalam ketauhidan kita. Kita, lantas, memperoleh kesimpulan bahwa ternyata Allah
tidak berjarak sama sekali dengan makhluk-Nya. Karena itu, kita sangat bisa
memahami kenapa Allah mengatakan, bahwa Dia tahu persis apa yang dibisikkan
oleh hati dan pikiran kita. Karena, Allah memang berada di dalam hati dan pikiran itu
sendiri. Kita juga, lantas, bisa mengerti kenapa Allah mengatakan bahwa berdoa itu
tidak perlu dengan suara yang keras, karena Allah memang menyatu dalam setiap
tartkan nafas dan getaran suara kita. Cukuplah berdoa dengan cara berbisik-bisik
kepada Allah ... Kita, lantas, juga akan berpikiran kenapa harus menengadah ke langit ketika
berdoa. Sementara kita tahu bahwa Allah begitu dekatnya, bersama kita di sini. Juga.
menjadi aneh ketika kita membayangkan dalam shalat kita, bahwa Allah berada di
depan kita. Sungguh, dalam waktu bersamaan, Allah sedang berada di depan, di
26 belakang, kanan, kiri, atas, bawah, dan di dalam dili kita. Atau yang lebih tepat lagi:
kita sebenarnya sedang berada di dalam dan bersatu dengan Allah ...
Sebenarnya Dia-lah yang Eksis, Kita Semu
Ketika sampai pada bagian ini, tiba-tiba kita memperoleh kesan bahwa
sepertinya keberadaan manusia dan seluruh makhluk di alam semesta ini semu
belaka. Yang sesungguhnya ada, cuma Allah, sang Perkasa ...
Kesan ini muncul sebagai konsekuensi atas diskusi yang kita kembangkan
sebelumnya. Bukankah kita telah meyakini bahwa sebelum ada segala sesuatu,
yang ada hanyalah Dzat Allah belaka. Lantas, dari Dzat-Nya itulah diciptakan segala
sesuatu, termasuk ruang dan waktu. Jadi 'waktu' itu dulu pernah tidak ada. Demikian
pula 'ruang'. Sehingga, pada suatu ketika, pemah tidak ada 'waktu' dan tidak ada
'ruang' di alam semesta ini. Yang ada hanya kemutlakan Allah.
Dan selanjutnya, karena ruang dan waktu adalah makhluk Ciptaan Allah, maka
suatu ketika keduanya bisa musnah. Nanti, suatu ketika, 'waktu' akan menghilang.
Tidak ada lagi parameter waktu. Sehingga pertanyaan 'Kapan' tidak bermakna lagi,
karena waktu sudah tidak bergerak. Demikian pula 'ruang' alias tempat. Ketika itu,
pertanyaan 'Dimana' juga tidak bermakna lagi, karena tidak ada ruang. Yang ada
hanyalah kemutlakan Allah.
Bahkan surga dan neraka juga lenyap. Alam akhirat, yang kita yakini sebagai
alam yang kekal abadi, suatu ketika juga akan lenyap, bersama lenyapnya langit dan
bumi. Sekali lagi, yang ada hanya Allah. Ini telah difirmankan Allah di dalam Al
Quran, sebagai berikut. Al Qashas (28) : 88 27 " ... segala sesuatu (di alam semesta) ini akan musnah kecuali
wajah (eksistensi}-Nya. Baginyalah segala penentuan, dan hanya
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. "
Ayat ini dengan sangat gamblang mengatakan bahwa seluruh makhluk akan
musnah. Apa dan siapakah makhluk itu" Seluruhnya, selain Allah. Jadi, di dalamnya,
termasuk malaikat. manusia, alam semesta, surga dan neraka.
Memang, alam akhirat dikatakan sangat panjang usianya. Bahkan bisa
dikatakan kekal. Tetapi, tentu logika kita tidak bisa menerima kalau dikatakan bahwa
alam akhirat itu kekal selamalamanya, dan tidak bisa hancur. Sebab, selain Allah
berarti adalah makhluk ciptaan-Nya. Sebagaimana dunia, alam akhirat akan
mengalami kehancurannya. Inilah yang di dalam terminologi Islam dikenal sebagai
kiamat kubra alias kiamat besar. Sedangkan, hancurnya dunia disebut sebagai
kiamat suqhra alias kiamat kecil.
Ketidak kekalan akhirat ini dikatakan oleh Allah di dalam QS. Huud :106 - 108
"Adapun orang-orang yang celaka, maka tempatnya adalah di
dalam neraka, di dalamnya mereka menarik dan mengeluarkan
nafas." "Mereka kekal di dalamnya, selama ada langit dan bumi, kecuali
jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. "
"Adapun orang-orang yang bahagia, maka tempatnya di dalam
surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi.
Icecualijilca Tuhanmu menghendaki (yang lain), sebagai karunia yang
tiada putus-putusnya. "
Kebanyakan kita berpendapat bahwa alam akhirat (surga dan neraka) tidak
28 akan mengalami kehancuran lagi. Saya, tidak berpendapat demikian. Apalagi dalam
finnan-Nya di atas, Allah jelas-jelas mengatakan bahwa kekarnya surga dan neraka
itu adalah sekekal langit dan bumi. Padahal kita tahu persis bahwa langit dan bumi
akan mengalami kehancurannya. Dan kemudian lenyaplah segala yang ada mi.
Dalam salah satu teori tentang kehancuran alam semesta, dikatakan bahwa
kiamat yang kedua - yaitu lenyapnya alam semesta - diperkirakan akan terjadi 20
miliar tahun kemudian. Memang sebuah perjalanan waktu yang sangat panjang.
Hampir kekal, ditinjau dari usia manusia yang hanya puluhan tahun. Tetapi tetap
saja, tidak bisa dikatakan kekal abadi. (lebih jauh akan saya bahas dalam buku lain.
yang akan segera terbit. berjudul: Ternyata Akhirat Tidak Kekal)
Di dalam ayat yang lain, secara eksplisit Allah mengatakan bahwa surga itu
seluas langit dan bumi. QS. Ali Imran: 133 " Dan bersegeralah kalian kepada ampunan
Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk
orang-orang yang beriman. "
Ayat di atas, dengan sangat jelas mengatakan bahwa surga dan alam semesta
ini berimpit besarnya. Dan sekaligus eksistensinya. Sehingga ketika suatu saat nanti
alam semesta ini lenyap, maka surga juga akan menemui akhir eksistensinya.
Lantas, kemanakah segala eksistensi ini" Lenyap, kembali kepada Allah ...
Dengan demikian, kita- bisa mengambil kesimpulan bahwa eksistensi yang
sebenarnya hanyalah Allah sang Maha Perkasa. Kita semua, termasuk segala
benda di alam semesta ini, adalah semu belaka. Keberadaan kita hanyalah
sementara. Seiring dengan terciptanya ruang dan waktu. Begitu ruang dan waktu itu
hilang, maka hilang pula kita. Bahkan pada saat kita eksis ini pun, hanyalah menjadi
semacam 'pantulan' atau cerminan dari eksistensi Allah ...
29 Saatnya Menghamba Kepada Allah
Apakah tujuan terakhir dali perjalanan keagamaan kita " Barangkali kita sudah
memperoleh kesimpulannya. yaitu : bersatu dengan Allah. Akan tetapi
bagaimanakah prakteknya dalam kehidupan kita sehari-hari " Jangan sampai kita
salah dalam merealisasikan dalam hidup ini, sehingga terjadilah seperti yang terjadi
pada murid-murtd Syech Siti Jenar, yaitu: mereka berbuat apa saja dengan
mengatasnamakan Allah. Kata mereka: apa saja yang saya perbuat ini adalah
perbuatan Allah juga, sebab Allah sudah bersatu dengan saya. Tentu runyam, kalau
pemahamannya seperti itu !
Kita harus proporsional dalam mengimplementasikan kebersatu-an kita dengan
Allah. Memang kita bersatu dengan Allah, tetapi kita bukan Allah. Dan Allah bukan
kita. Yang dimaksudkan bersatu dalam hal ini : kita telah menjadi 'bagian' dari Allah.
Baik dalam berpikir. dalam bersikap, dalam bertuturkata. dalam berbuat, dan dalam
seluruh aktifitas kehidupan kita. Kita telah melebur dengan segala sunatullah. yang
terhampar di alam semesta ini.
Lantas bagaimana caranya agar kita bisa melebur dalam Dili-Nya" Tentu harus
berguru kepada-Nya dan terus melakukan interaksi dengan-Nya. Bahkan selalu
bertanya kepada Allah. setiap saat: " Ya Allah bagaimana caranya agar aku bisa
melebur ke dalam DiriMu ?"
Barangkali, salah satu cara agar kita bisa melebur ke dalam Diri-Nya adalah
dengan menghambakan dili kita dan mencontoh atau meniru selwuh Sifat serta
Perbuatan-Nya. Ini adalah langkah awal yang mesti kita lakukan. Dengan
menghambakan diri kepada Allah, maka berarti kita sudah menghilangkan ego kita.
Yang ada hanyalah Ego Allah. Artinya. kita bersepakat memasrahkan hidup dan
30 kehidupan kita kepada-Nya saja. Kita taat sepenuh-penuhnya untuk mengikuti
segala kemauan-Nya. Langkah belikutnya, marilah kita tiru sifat-sifat Allah. Kita jalankan dalam
kehidupan sehari-hari. Ambillah sifat Rahman dan Rahim Allah. Bagaimana Dia
memperlakukan makhluk-Nya dengan segala Kasih Sayang dan Sangat Pemurah.
Dia tidak pernah membedakan siapa pun dalam memberikan rezeki dan karunia.
Yang Dia lihat adalah usaha yang mereka lakukan. Siapa saja yang berusaha, maka
akan mendapatkannya. Bahkan ada begitu banyak, yang Ia berikan secara cuma-
cuma. Mulai dari fasilitas hidup di muka bumi, sampai kepada berbagai perlindungan
atas berbagai musibah yang kita tidak mampu menolaknya.
Namun demikian, marilah kita contoh juga sifat Rabb-Nya. Segala Kasih
Sayang dan Kepemurahan-Nya itu bertujuan untuk mendidik dan memelihara alam
semesta, agar bergerak dalam keseimbangan. Sesuatu yang berlebihan Dia
kembali-kan menuju kondisi seimbang, lewat sunatullah. Semua itu, agar alam
semesta ini terjaga sampai waktu yang ditentukan.
Demikian seterusnya, mari kita coba aplikasikan Sifat-sifat Allah dalam Asmaul
Husna itu dalam kehidupan kita. Apa dampaknya bagi kita" Insya Aliah, eksistensi
kita akan lenyap secara perlahan-lahan. Dan, yang muncul serta bersinar adalah
eksistensi Allah. Nah pada saat itulah, barangkali kita telah melebur ke dalam Diri-
Nya. Kita bersatu dengan Allah sang Maha Agung dan Maha Terpuji. ..
Wahai jiwa yang penuh kedamaian kembalilah kepada
Tuhanmu dengan penuh. kepuasan dalam ridho-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
masuklah ke dalam surgaKu
31 (QS. Al Fajr : 27 - 30) dan Allah sangat penyayang kepada hamba-hamba-Nya
(QS. Ali lmraan : 30) Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima
taubat dari hambahamba-Nya.
(QS. At Taubah : 104) Surga 'Adn yang dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah
kepada hamba-hamba-Nya. (QS Maryam: 61) Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya (QS Al Ankabuut : 62) Maha Lembut kepada hamba-hamba-Nya Dia memberikan
rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya Dan Dialah yang Maha
Kuat lagi Maha Perkasa (QS Asy Syuraa : 19) Sesungguhnya tidak ada seorang pun di langit dan di bumi
kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku
seorang hamba 32 (QS. Maryam: 93) Lampiran: Pembangunan Ka'bah Cuplikan dari http://hajj.al-islam.com
PEMBANGUNAN KA'BAH Pembangunan Masa Ibrahim Inilah satu-satunya pembangunan Ka'bah yang ditegaskan dalam Alquran.
Meninggikan Fondasi Suatu ketika Nabi Ibrahim
a.s. , datang di Mekah untuk
menjalankan perintah Allah swr.
Beliau diutus oleh-Nya untuk
membangun Rumah Suci, Baitullah. Untuk itu, beliau berdialog dengan anaknya, nabi
33 Ismail as. "Sebenamya Allah
telah memerintahkan aku untuk
melakukan sebuah pekerjaan",
katanya kepada Ismail. Ismail as
menjawab "Laksananakanlah perintah Tuhan itu!" Beliau berkata lagi, "Apakah engkau bersedia membantunya?"
Ismail menjawab, "Aku siap untuk membantu." Maka Ibrahim berkata, "Se-
sungguhnya Allah Taala memerintahku untuk membangun sebuah rumah di sini." Ia
lantas menunjuk ke sebuah bukit.
Akhirnya, mereka berdua membangun rumah suci itu di atas fon-dasi. Ismail as.
bagian membawa batu, dan Ibrahim yang menyusunnya. Ketika bangunan semakin
tinggi, Ismail a.s. membawakan sebuah batu untuk pijakan nabi Ibrahim. Inilah yang
dikenal sebagai Maqam Ibrahim. Batu itu diletakkannya di samping bangunan
sebagai pijakan buat Nabi Ibrahim a.s dalam meninggikan Ka'bah. Nabi Ibrahim a.s.
naik ke atas batu itu dan Nabi Ismail a.s. menyodorkan batu-batu. Mereka berdoa:
Artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk: patuh
kepada Engkau, jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh
kepada-Mu, twyukkanlah kepada kami caracara dan tempat-tempat ibadat hqji kami,
terim.a.l.ah taubat kami, sesunqquhnua Englcaulah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang. Ya Tuhan. kami. utuslah kepada mereka seorang Rasul dari
kalangan mereka sendiri. yang akan membacakan ayat-ayatMu kepada mereka,
mengqjari. mereka Al Kitab (Alquran) dan Al Hikmah (Sunnah) serta mensucikan
mereka. Sesungguhnya Engkaulnh yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dan dengan barokah Allah akhirnya pembangunan Ka'bah itu pun selesai.
34 Pondasinya Sejak nabi Adam as
Ada yang berpendapat bahwa fondasi yang dibangun oleh nabi Ibrahim itu
sudah ada sejak jaman nabi Adam as. Tetapi tidak ada satu pun hadits sahih yang
mengatakan bahwa Baitullah sudah berdiri sebelum Nabi Ibrahim a.s. Mungkin saja
ada yang berpegang pada firman Allah Taala berikut ini:
Artinya: Ingatlah, ketika Kami menyediakan tempat kepada Ibrahim di tempat
Baitullah. Atau firman Allah Taala:
Artinya: Ingatlah. ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah.
Dalam hal ini, yang dimaksudkan adalah bahwa letak Baitullah itu telah ada
dalam ilmu Allah sejak penciptaan langit dan bumi. Jadi letak Baitullah sudah
diketahui. Adapun pembangunannya dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi
Ismail as. Berita yang mengatakan bahwa Ka'bah telah dibangun sebelum itu 'adalah
berita yang diriwayatkan dari Bani Israil. yang tidak dapat dibenarkan dan tidak
dapat disalahkan. Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Membangun Baitullah Nabi Ibrahim membangun Baitullah dengan ukuran: tingginya 9 hasta.
Panjangnya dari Hajar Aswad sampai Rukun Syami 32 hasta. Lebarnya dari Rukun
Syami sampai Rukun Gharbi 22 hasta. Panjangnya dari Rukun Gharbi sampai
Rukun Yamani 31 hasta. Lebarnya dari Rukun Yamani sampai Hajar Aswad 20
hasta. Beliau membuat pintu Ka'bah sejajar dengan tanah, tidak melebihi ketinggian
tanah dan tidak dibuatkan daun pintu. Daun pintu baru dibuat kemudian oleh Tubba'
35 Al Humairi, kemudian pintu Ka'bah ditinggikan dari permukaan tanah. Bangunan
yang dibuat oleh Nabi Ibrahim a.s. itulah bangunan yang dicontoh oleh orang
setelahnya. Bangunan tersebut mempunyai dua rukun yaitu dua Rukun Yamani.
Adapun bagian berikutnya adalah hijir yang tidak dibuatkan rukun, tetapi dibuat
setengah lingkaran. Dikatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. membangun Baitullah ketika
beliau berusia 100 tahun. Allah Yang Maha Mengetahui.
Pemakmuran Ka'bah oleh Malaikat
Allah berfirman kepada para Malaikat
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. Malaikat berkata," Ya Tuhan kami, khalifah selain kami
hanya akan berbuat kerusakan di bumi, membuat pertumpahan
darah, saling dengki dan saling membenci;
"sedangkan kami selalu bertasbih memuji-Mu dan metisucikan;
mentaati dan tidak mengingkari-Mu . ., Allah berfirman,
"Sesungguhnya Aku lebih mengetahui yang tidak kamu
ketahui." Mendengar jawaban itu para Malaikat merendahkan diri dan menangis
memohon ampunan dari Allah. Mereka berputar di sekeliling Arsy, sehingga Allah
menurunkan rahmat-Nya kepada mereka. Dan diciptakanlah di bawah Arsy sebuah
rumah yang disebut Baitul Makmur, dimana para malaikat berthawaf, mengitarinya.
Kemudian Allah mengutus malaikat-malaikat ke bumi seraya berfirman kepada
mereka, "Bangunlah untuk-Ku sebuah rumah di bumi seperti ini (Baitul Makmur)."
Maka Allah memerintahkan kepada makhluk-Nya di bumi untuk thawaf di rumah
tersebut sebagaimana penghuni langit thawaf di Baitul Makmur.
36 Pembangunan Oleh Nabi Adam As
(Sekali lagi tidak ada hadits yang sahih tentang pembangunan Ka'bah sebelum
jaman nabi Ibrahim. Kisah-kisah di bawah ini hanya untuk informasi pembanding
saja.) Diriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, "Allah Ta'ala telah
mengutus Jibril a.s. kepada Adam dan Hawa, (Allah berfirman) .. Kalian berdua
bangunlah bagi-Ku sebuah rumah .. Kemudian Jibril menunjukkan tempatnya. Adam
menggali dan Hawa memindahkan tanahnya, sehingga sampai kepada air terdengar
suara dari bawah, "Hati-hati wahai Adam."
Ketika Adam sedang membangunnya, Allah berfirman kepadanya agar dia
bertawaf di rumah itu dan dikatakan, "Kamu adalah manusia pertama dan ini adalah
rumah pertama yang dibangun." Setelah bergantinya masa dan tahun, baru
sampailah kepada Ibrahim a.s. Beliaupun meninggikan fondasi bangunannya. Dari
itu yang pertama kali meletakkan fondasinya dan yang pertama kali shalat dan tawaf
di Ka'bah adalah Adam as.
Pembangunan Oleh Nabi Syits As
Setelah wafatnya Adam as. anak-anaknya membangun Ka'bah dengan tanah
dan batu. Disebutkan bahwa yang membangunnya adalah nabi Syits as. Setelah itu
Ka'bah terus ada dan terjaga sampai datang topan di zaman Nuh a.s. lalu tenggelam
dan hilang tempatnya. Dalam beberapa cerita lsrailiyat yang diriwayatkan oleh Wahab bin Munabbih
bahwa Adam a.s. meletakkan kemah di atas Ka'bah tersebut. setelah beliau
meninggal, anak cucunya mengangkat kemah tersebut dan membangun bangunan
37 yang pertama sebagai Ka'bah.
Pembangunan Oleh Suku Amaliqah
Setelah Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. membangun Ka'bah dan masa berlalu
begitu panjang, sampailah pada saat rusaknya Ka'bah, kemudian dibangun kembali
oleh suku Amaliqah. TIdak banyak referensi yang menerangkan tentang pembangunan masa ini
secara terperinci. Pembangunan Oleh Suku Jurhum
Setelah pembangunan suku Amaliqah berlalu dalam beberapa waktu, terjadilah
luapan air bah yang datang melalui dataran tinggi Mekah yang mengakibatkan
dinding Ka'bah rusak tapi tidak sampai roboh.
Kemudian suku Jurhum memperbaikinya seperti sediakala dan membangun
tembok untuk menghalangi Ka'bah dari luapan air bah.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa banjir tersebut menghancurkan Ka'bah,
kemudian suku Jurhum membangun ulang seperti yang dibangun Nabi Ibrahim as,
mereka memasang dua pintu dan gembok.
Pembangunan Oleh Qushay Bin Kilab
Setelah Ibrahim a.s, Qushay bin Kilab adalah orang pertama mengadakan
renovasi Ka'bah dari suku Quraisy. Beliau membangun atapnya dari kayu Dum dan
pelepah kurma. A'syti berkata dalam sebuah syairnya, (dali Bahr Tawil) "Aku bersumpah demi
dua pakaian pendeta Syam dan demi (Ka'bah) yang dibangun Qushay kakek dan
38 putra suku Jurhum" Pembangunan Oleh Bangsa Quraisy
Ketika Rasulullah mencapai usia dewasa (menurut riwayat lain; ketika berumur
dua puluh lima tahun), ada seorang wanita membuat tungku di dekat Ka'bah.
Percikan apinya mengenai kain Ka'bah sehingga mengakibatkan kebakaran.
Bangsa Quraisy merobohkannya dan membangunnya kembali.
Di saat peletakan Hajar Aswad mereka (Qabilah-qabilah Quraisy) saling
bertengkar; siapakah yang berhak meletakkan-nya" Mereka berkata, "Mali kita
tentukan siapa yang pertama-tama masuk lewat pintu Bani Syaibah maka dialah
yang akan meletakkannya. "
Setelah nampak bagi mereKa'bahwa yang pertama masuk dali pintu Bani
Syaibah adalah Rasulullah saw. mereka menetapkan beliau untuk meletakkannya.
Rasulullah mengambil sepotong kain dan meletakkan Hajar Aswad di tengahnya
kemudian memintakan setiap suku untuk memegang ujungnya.
Menurut riwayat lain; Nabi saw. memilih kepala-kepala suku, masing-masing
memegang ujung kain tersebut kemudian mel-eka mengangkat Hajar Aswad.
Rasulullah mengambilnya dan meletakkannya di tempatnya semula. Bangsa Quraisy
membuat enam tiang penyangga di dalam Ka'bah yang diletakkan dalam dua baris.
Bangsa Quraisy juga telah meninggikan letak pintu Ka'bah atas
usulan Abu Hudzaifah bin Mughirah yang mengatakan, "Wahai kaum,
tmggtkanlah pintu Ka'bah sehingga tidak dapat dimasuki kecuali dengan
menggunakan tangga, agar tidak ada yang akan memasukinya kecuali orang yang
kamu sukai. Apabila ada orang yang kamu benci mencoba memasukinya kamu
dapat melemparinya sampai diajatuh. dan ini dapat menjadi pelajaran buat yang
39 melihatnya ... Kemudian bangsa Quraisy melaksanakan usulan tersebut dan menambah
tingginya dari sembilan menjadi delapan belas hasta, namun bangsa Quraisy karena
kekurangan biaya, mengurangi bangunan Ka'bah dari fondasi yang dibangun oleh
Nabi Ibrahim as. enam hasta di sebelah utara.
Pembangunan Oleh Abdullah Bin Zubair r.a.
Dijaman Yazid bin Muawiyah, Ka'bah mengalami kebakaran. Abdullah bin
Zubair membiarkannya sampai datang musim haji. Ketika orang-orang sudah ber-
datangan dia berkata, "Hai sekalian manusia bagaimana pendapat kalian tentang
Ka'bah, apakah aku robohkan lalu aku bangun kembali atau aku perbaiki saja
bangunan yang ada?" Ibnu Abbas berkata, "Menurut pendapatku perbaiki saja apa yang ada dan
biarkan bentuk dan batu-batunya seperti adanya, karena banyak orang yang masuk
Islam karenanya dan Rasulullah saw. juga diutus karenanya."
Ibnu Zubair berkata, "Jika salah seorang di antara kamu rumahnya terbakar
maka dia tidak akan rela (menyaksikan-nya) kecuali ia mesti merenovasinya, lalu
bagaimana dengan rumah Tuhanmu" Sesunggulmya aku akan melakukan shalat
istikharah tiga kali dan setelah itu akan kutetapkan keputusanku."
Setelah melaksanakan shalat istikharah tiga kali, dia memutuskan untuk
menghancurkannya, namun mereka khawatir datangnya azab dari langit akan
menimpa orang pertama yang melakukan pembongkaran. Naiklah seseorang ke
atap Ka'bah dan melemparkan sepotong batu dari sana. Ternyata tidak ada azab
yang menimpanya maka lantas mereka ikut menghancurkannya hingga rata dengan
tanah. 40 Kemudian Ibnu Zubair membuat tiang-tiang yang ditutupi dengan kain hingga
pembangunannya sempurna. Ka'bah tidak pernah sepi dari orang-orang yang tawaf
mengelilinginya sedang 'ia dalam keadaan tertutup oleh kain.
Ibnu Zubair berkata, aku mendengar Aisyah ra. berkata, bahwa Rasulullah saw.
bersabda, " Kalau seandainya umatmu sudah jauh dari masa jahiliyah (kekafiran) dan
seandainya aku mempunyai biaya untuk membangunnya pasti akan kutambahkan
batu setinggi lima hasta dan akan kubuatkan dua pintu, satu pintu masuk dan satu
pintu keluar." Ibnu Zubair berkata lagi , .. Sekarang aku mempunyai biaya untuk itu
dan aku tidak khawatir dengan omongan orang-orang."
Ketika Ibnu Zubair menghancurkan Ka'bah dan meratakannya dengan tanah,
dia menemukan fondasi yang dibuat oleh Ibrahim a.s. yang terdapat di dalam Hijir
Ismail sekitar enam hasta lebih. Dan batu-batu tersebut seperti leher unta dan
berwarna merah serta satu dengan yang lain saling bersilang seperti persilangan
jari-jari. Di tengah penggaliannya, juga ditemukan sebuah kuburan. Ibnu Zubair berkata
bahwa itu adalah kuburan ibu Ismail a.s. Hal itu disaksikan oleh lima puluh tokoh
masyarakat pada waktu itu.
Abdullah bin Muthi' Al Adam meletakkan sebuah tongkat yang dipegangnya
pada salah satu sudut Ka'bah, lalu bergerak seluruh sudutnya dan bergetar
dindingnya serta bergetar pula seluruh kota Mekah dengan getaran yang dahsyat.
Orang-orang terkejut dan cemas, lalu Ibnu Zubair berkata, " Saksikanlah!" Lalu dia
membangunnya di atas fondasi yang telah ada, dan membuat dua pintu yang
menyentuh tanah, yang kedua seukuran dan sejajar dengan yang pertama.
Ibnu Zubair menambah tinggi Ka'bah sepanjang sembilan hasta hingga
tingginya menjadi dua puluh tujuh hasta. Tebal dinding-nya dibuat dua hasta. Di
41 dalamnya dibuat tiga tiang penyangga, bukan enam seperti yang dibuat bangsa
Quraisy. Didatangkan marmer dari Shan'a dan dibuat ventilasi untuk lobang udara
dan cahaya. Dibuat dua lembar daun pintu sepanjang sebelas hasta. Dibuat sebuah
tangga kayu yang bengkok untuk naik ke atas atapnya. Setelah selesai, Abdullah bin
Zubair memberi dinding-nya wangi-wangian dan za'faran serta menutupinya dengan
kain yang dibuat oleh suku Qibthi. Ibnu Zubair telah mengeluarkan seratus unta
untuk membiayai pembangunan tersebut. Setelah selesai, ia tawaf dan mengusap
(menyalami) semua sudutnya.
Pembangunan Oleh Sultan Murad Khan
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada hari Rabu, tanggal 19 Syaban 1039 H. turun hujan lebat di kota Mekah
yang menyebabkan banjir besar hingga masuk Mesjidil haram dan menggenangi
sebagian besar bangunannya.
Pada hari Kamis (keesokan harinya) dinding Syami (yang mengarah ke Syria)
runtuh, begitu juga sebagian dinding sebelah Timur dan Barat. Hujan terus turun tak
henti-hentinya, membuat orang-orang jadi panik. Kaum Muslimin menyiapkan
pembangunan Kabah yang runtuh. Dan atas perintah Sultan Murad Khan
pembangunan dilaksanakan hingga selesai - berkat izin Allah - pada tanggal 2
Zulhijah tahun 1040 H. Pembangunan tersebut memakan waktu selama enam
setengah bulan. Ini adalah pembangunan Ka'bah terakhir dengan bentuknya yang
tetap sampai kini. HAJAR ASWAD 42 Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim as. dan batu
itu adalah 'permata' yang berasal dari surga Ketika Bani Bakar bin Abdi Manaf bin
Kinanah bin Ghaisyan bin Khaza'ah mengusir keturunan Jurhum dari Mekah, Amr
bin Harits bin Madhadh Al Jurhumi keluar membawa dua patung emas kepala rusa
dan Hajar Aswad dan dipendam di sumur Zam-zam seterusnya mereka berangkat
menuju Yaman. Pemendaman Hajar Aswad di dalam sumur Ka'bah tidak bertahan lama karena
seorang wanita dari Khaza'ah memberitahukan kepada kaumnya bahwa dia melihat
orang Jurhum memendam Hajar Aswad di sumur Zam-zam. Kemudian mereka
meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempatnya. Hal ini terjadi sebelum
pembangunan oleh Qushay bin Kilab.
Setelah Mekah dikuasai oleh suku Qaramitah di bawah pimpinan Abu Tahir Al
Qarmuthi, mereka membantai 1700 orang di Mesjidil haram, sebagian
bergelantungan di Ka'bah kemudian mereka memenuhi sumur Zam-zam dengan
mayat-mayat. Mereka merampas harta orang-orang dan perhiasan Ka'bah,
merobek-robek kiswah penutup Ka'bah dan membagikannya kepada kawan-
kawannya, merampok benda-benda berharga dalam Ka'bah, melepas pintu Ka'bah
dan memerintahkan pula untuk mengambil talang emasnya.
Pada tanggal 7 Zulhijah tahun 317 H. Abu Tahir Al Qarmuthi menduduki kota
Mekah dan mencopot Hajar Aswad dari tempatnya secara paksa. Abu Tahir
memerintahkan Jakfar bin Ila] untuk mencopot Hajar Aswad dan membawanya pada
tanggal 7 Zulhijah 317 H. Setelah dia melakukan kebiadaban dengan membunuh
orang-orang yang sedang tawaf, iktikaf dan shalat.
Mereka membawa Hajar Aswad ke negerinya. Setelah itu tempat Hajar Aswad
kosong. Orang-orang yang tawaf hanya meleta-kan tangannya di' tempatnya saja
43 untuk mendapatkan berkah-Nya. Akhirnya Hajar Aswad dikembalikan ke tempatnya
pada hari Selasa tanggal 10 ZUlhijah tahun 339 H. setelah 22 tahun Ka'bah kosong
dari Hajar Aswad. Pada tahun 363 H. datang seorang laki-laki dari Romawi. Saat ia mendekati
Hajar Aswad, ia mengambil cangkul dan memukulkannya dengan kuat ke pojok
tempat Hajar Aswad hingga berbekas. Ketika ia akan mengulangi perbuatannya,
seorang Yaman datang dan menikamnya sampai roboh.
Pada tahun 413 H. Bani Fatimiyah mengirim sebagian pengikutnya dali Mesir di
bawah pimpinan Hakim Al Abidi, di antaranya ada seorang laki-laki yang berkulit
merah dan berambut pirang serta berbadan tinggi besar. sebelah tangannya
menghunus pedang sedang yang sebelah memegang pahat.
Lalu dipukulkannya ke Hajar Aswad sebanyak tiga kali hingga pecah dan
berjatuhan. sambil berkata. "Sampai kapan Batu hitam ini disembah, sekarang tidak
ada Muhammad atau Ali yang dapat melarangku dari perbuatanku, kini aku ingin
menghancurkan Ka'bah." Kemudian pasukan berkumpul untuk membunuh dia dan
berikut para pembantunya.
Pada tahun 990 H. datang seorang laki-laki asing (bukan orang Arab)
membawa sejenis kampak dan dipukulkannya ke Hajar Aswad, Pangeran Nashir
menikamnya dengan belati hingga mati.
Di akhir bulan Muharram tahun 1351 H. datang seorang laki-laki dari
Afghanistan. Ia mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain
Kiswah serta sepotong perak pada tangga Ka'bah. Penjaga masjid mengetahui
perbuatan itu kemudian menangkapnya, diapun dihukum mati.
Pada tanggal 28 Rabiul Akhir tahun 1351 H. datang Raja Abdul Aziz bin Abdur
Rahman Al Faisal As Saud ke Mesjidil haram dalam rangka perekatan pecahan
44 Hajar Aswad akibat perbuatan tentara terkutuk tadi.
Perekatan tersebut dilakukan setelah diadakan penelitian oleh para ahli untuk
menentukan bahan khusus yang digunakan untuk merekat batu pecahan Hajar
Aswad yaitu berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan ambar.
PERLUASAN HIJIR ISMAIL Ketika Nabi Ibrahim a.s. membangun Ka'bah. tingginya hanya sembilan hasta
yaitu sepertiga tinggi sekarang. Begitu juga beliau mendirikan bangunan Ka'bah di
atas fondasi ditambah enam hasta yang sekarang masuk Hijir Ismail.
Ketika pembangunan dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. lima hasta ini masuk
bagian dari Ka'bah. Hijir Ismail yang dulu dengan yang sekarang dapat dibedakan
dengan mudah sekali, yaitu bahwa tembok yang lurus pada Hijir Ismail sekarang,
yang sejajar meng hadap ke arah Utara Ka'bah adalah masuk bagian Ka'bah yang
dahulu dibangun Nabi Ibrahim a.s.
Ketika bangsa Quraisy membangun Ka'bah kembali, mereka mengurangi
dinding Ka'bah bagian Utara ke Selatan seluas enam hasta dan menjadikannya
bagian dari Hijir Ismail.
Pada masa pembangunan Ibnu Zubair, ia mengembalikan luas yang lima hasta
tersebut ke dalam bagian Ka'bah seperti yang dibangun Nabi Ibrahim a.s. dan
bahkan memasukkan Hijir Ismail ke dalam bagian Ka'bah. Hajjaj bin Yusuf
mengembalikan bentuk Ka 'bah seperti yang ada sekarang.
Pemasangan Marmer dan Perbaikan Hijir Ismail
1. Yang pertama kali memasang marmer pada pilar Hijir Ismail adalah Abu
45 J akfar Manshur, khalifah Bani Abbasiah, pada tahun 140 H.
2. Diperbaharui oleh Khalifah Al Mahdi pada tahun 161 H.
3. Diperbarui oleh Mutawakkil Alallah pada tahun 241 H.
4. Kemudian direnovasi oleh Muktadid pada tahun 283 H. dan dilanjutkan
oleh seorang menteri, Jamaluddin yang dikenal dengan Jawwad pada
tahun 550 H. 5. Kemudian direnovasi (http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
oleh Nashir pada tahun 576 H.
6. Kemudian direnovasi oleh Nashir Qalawun pada tahun 720H.
7. Kemudian direnovasi oleh Nasir Ali bin Malik Asyraf Syakban bin Malik
Nashir Muhammad bin Qalawun pada tahun 781H.
8. Kemudian direnovasi oleh Pangeran Bisiq,
9. Direnovasi oleh Alaudin pada bulan Rajab tahun 822H.
10. Kemudian oleh Pangeran Zainuddin Muqbil Al Qadidi pada tahun 826 H.
11. Dan akhirnya, direnovasi oleh Sudun Al Muhammadi dengan marmer
impor PERLUASAN MAQAM IBRAHIM Maqam Nabi Ibrahim a.s. adalah sebuah batu tempat berpijak Nabi Ibrahim a.s.
ketika beliau meninggikan bangunan Ka'bah dari pondasinya. Nabi Ismail a.s.
meletakkannya agar Nabi Ibrahim a.s. dapat naik lebih tinggi di atas batu tersebut. Seperti yang
telah kita ketahui bahwa bangunan Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s.
hanya setinggi sembilan hasta. Ketika bangsa Quraisy membangun Ka'bah, mereka
menambahnya menjadi delapan belas hasta. Abdullah bin .Zubatr menambahnya
kembali menjadi dua puluh tujuh hasta dan setinggi itulah sekarang ini.
Letak batu maqarn tersebut dahulu menempel dengan dinding Ka'bah,
kemudian pada zaman Umar bin Khatab r.a. dipindahkan ke belakang sehingga
orang-orang yang shalat di dekatnya tidak terganggu oleh mus orang-orang yang
1 sedang tawaf. Telapak kaki Sayidina Ibrahim a.s. berbekas di atas batu tersebut dan masih
tetap ada sampai sekarang. Abu Talib pernah berkata dalarn satu qasidahnya yang
terkenal, Artinya, "Pijakan Ibrahim tercetak di atas batu dengan jelas memben-tuk
dua telapak kakinya yang telanjang tidak beralas. "
PERLUASAN PINTU KA'BAH 1. Pembangunan oleh Nabi Ibrahim a.s.; Mempunyai sat u pintu yang
menyentuhTanah. 2. Pembangunan oleh bangsa Quraisy; pintu Ka'bah ditinggikan dari tanah
seperti usulan Abu Hudzaifah bin Mughirah.
3. Pembangunan oleh Ibnu Zubair; pintu dibuat menyentuh tanah dan
ditambah satu pintu lagi di bagian Barat antara pojok Syami dan pojok
Yamani .. 4. Pembangunan oleh Hajaj: pintu Ka'bah ditinggikan kembali seperti
semula, dan menutup pintu sebelah Barat.
5. Sekarang ini pintu Ka'bah terbuat dari emas murni dan dibuat oleh Raja
Khalid bin Abdul Aziz. PEMBANGUNAN SUMUR ZAM-ZAM
Hajar, ibunda Nabi Ismail adalah wanita yang pertama memakai minthaq (ikat
2 pinggang berekor). Beliau memakainya dengan tujuan untuk menghilangkan jej
aknya dari Sarah. Nabi Ibrahim membawa Hajar dan anaknya. Ismail yang masih
dalam usia menyusu ke tempat yang agak tinggi di pinggir mesjid dekat Baitullah
persisnya di atas Zam-zam.
Ketika itu di Mekah belum ada orang dan tidak ada air. Ibrahim menempatkan
mereka berdua di sana dan meninggalkan sekantong kurma dan sekantong air untuk
mereka. Nabi Ibrahim pergi rnenmggal-kan mereka berdua.
TIba-tiba Hajar mengikuti-nya dan berkata, "Mau ke manakah engkau wahai
Ibrahim" Kau tinggalkan kami di lembah yang tidak ada manusia dan tidak ada
sesuatupun?" Pertanyaan itu terus diulang-ulang, tapi Ibrahim tidak menoleh dan
tidak pula menjawab. Lalu Hajar bertanya. "Apakah Allah yang menyuruhmu berbuat demikian?"
Ibrahim menjawab. "Ya." Hajar berkata. "Kalau memang begitu kami tidak
keberatan." Kemudian Hajar kembali dan Ibrahim meneruskan langkahnya, sampai
di atas bukit. di mana keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, beliau menghadap ke
arah Baitullah. lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa.
"Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu
(Baitullah) yang dihormati. ya Tuhan kami! semoga saja mereka tetap mendirikan
shalat, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah
mereka rezki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. "
Ibunda Ismail minum dari kantong air untuk menyusukan anaknya, sampai
suatu ketika air itupun habis dan anaknya kehausan. Dia melihat anaknya dengan
penuh cemas, lalu dia pergi meninggalkannya karena tidak tega melihatnya
kehausan. Dia pergi menuju bukit terdekat, yaitu bukit Safa lalu berdiri di atasnya
3 dan memandang ke arah lembah di sekelilingnya apakah ada orang" Ternyata tidak
ada. Dia turun melewati lembah sampai ke bukit Marwah, dia berdiri di atasnya dan
memandang apakah ada orang" Ternyata tidak ada. Dia melakukan demikian
sebanyak tujuh kali. Ketika berada di atas bukit Marwah dia mendengar ada suara, dia berkata
kepada dirinya sendiri, "Diam!" Setelah diperhatikannya betul-betul ternyata
memang dia mendengar suara, kemudian dia berkata, "Aku telah mendengar,
apakah di sana ada air?"
Tiba-tiba dia melihat ada seorang malaikat dekat sumur Zam-zam. Dia
mengorek-ngorek tanah sampai tampak ada air yang bersumber dari bawah, Jalu ia
menciduk dengan tangannya dan dimasukkan ke dalam tempat air, setelah diciduk
air tersebut justru malah memancar.
Dia minum air tersebut dan menyusukan putranya, Ismail, lalu malaikat
tersebut berkata kepadanya, "Jangan takut terlantar, sesungguhnya di sinilah
Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya, dan
sesungguhnya Allah tidak akan menerlantarkan kekasihnya."
Tidak lama kemudian datanglah orang-orang dan mereka turun di lembah
Makkah, mereka melihat burung yang menjijikkan dan mereka berkata, "Burung ini
berputar-putar di sekitar air, kami yakin di lembah ini ada air," lalu mereka mengirim
utusan, ternyata mereka mendapatkan air, mereka kembali dan memberitahukan
kepada orang-orang yang mengutus mereka tentang adanya air, maka mereka pun
mendatanginya. dan meminta izin dari Ummu Ismail bahwa mereka akan mampir ke
sana. dia pun mempersilahkan dengan syarat bahwa mereka tidak berhak memiliki
(sumber) air tersebut, merekapun setuju.
4 Penemuan Kembali Zam-zam Ketika Abdul Mutalib sedang tidur di Hijir Ismail. dia mendengar suara
menyuruhnya menggali tanah. Dia bertanya, "Tanah yang mana" " Keesokan harinya
ketika dia tidur di tempat yang sama dia mendengar lagi suara yang sama
menyuruhnya menggali madhnuunah (yang berharga). Dia bertanya, "Benda
berharga yang mana?" Lalu dia pergi, dan keesokan harinya ketika dia tidur di
tempat yang sama di Hijir Ismail dia mendengar lagi suara yang sama menyuruhnya
menggali thayibah (yang baik). Dia bertanya, "Benda yang baik yang mana?"
Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya. "Galilah Zam-zam!" Dia
bertanya, "Apa itu Zam-zam?" Dijawab, "Air yang tidak kering dan tidak meluap"
Setelah itu Abdul Mutaltb diberitahu tempatnya lalu dia bangun dan menggali
tempat yang diberitahukan itu. Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya. "Apa yang
kamu kerjakan ini hai Abdul Mutalib?" Dia menjawab. "Aku diperintahkan menggali
Zam-zam" Setelah dia dan orang-orang Qurasiy melihat sebentuk rusa, merekapun yakin
bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Abdul Mutalib itu benar. Abdul Mutalib terus
menggali hingga ketemu dua patung rusa yang terbuat dari emas, keduanya adalah
rusa emas yang pemah dipendam oleh warga suku Jurhum ketika mereka diusir dari
Mekah. Inilah sumur Ismail bin Ibrahim as. Dengan digalinya sumur Zam-zam ini,
sesuai yang ditunjukkan oleh Allah, maka wibawa Abdul Mutalib di mata kaumnya
pun bertambah. HAJI DI JAMAN IBRAHIM Seusai Nabi Ibrahim a.s. menyeru manusia untuk melaksanakan haji, malaikat
5 Jibril a.s. mengajaknya. Kepada beliau diperlihatkan bukit Shafa, Marwah dan
perbatasan tanah Haram lalu diperintahkan untuk memancakkan batu-batu pertanda.
Beliaupun melaksanakannya. Nabi Ibrahim a.s. adalah orang yang pertarna
menegakkan batasan tanah Haram setelah ditunjukkan oleh malaikat Jibril a.s,
Pada tanggal 7 Zulhijah, Nabi Ibrahim a.s. berkhutbah di Mekah ketika
matahari condong ke Barat, sementara Nabi Ismail a.s. duduk mendengarkan. Pada
esok harinya, keduanya keluar berjalan kaki sambil bertalbiyah dalam keadaan
berihram. Masing-masing membawa bekal makanan dan tongkat untuk bersandar.
Hari itu dinamakan hari Tarawiah.
Di Mina, keduanya melaksanakan shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib. Isya dan
Subuh. Mereka tinggal di sebelah kanan Mina sampai terbit matahari dari gunung
Tsubair (waktu Dhuha) keduanya keluar Mina menuju Arafah. Malaikat Jibril a.s.
menyertai mereka berdua sambil menunjukkan tanda-tanda batas sampai akhirnya
mereka tiba di Namirah. Malaikat Jibril a.s. menunjukkan pula tanda-tanda batas
Arafah. Nabi Ibrahim a.s. sudah mengetahui sebelumnya lalu berkata Arafah yang
artinya: Aku sudah mengetahui, maka daerah itu dinamakan Arafah.
Ketika tergelincir matahari. malaikat Jibril a.s. bersama keduanya menuju suatu
tempat -sekarang Mesjid-. Nabi Ibrahim as. berkhutbah dan Nabi Ismail a.s. duduk
mendengarkan, lalu mereka shalat jamak taqdim Dhuhur dan Ashar. Kemudian
malaikat Jibril a.s. mengangkat keduanya ke bukit dan mereka berdua berdiri sambil
berdoa hingga terbenam matahari dan hilang cahaya merah.
Kemudian mereka meninggalkan Arafah berjalan kaki hingga tiba di -Juma'.
Mereka shalat Maghrib dan Isya di sana, sekarang tempat jamaah haji
melaksanakan shalat. Mereka bermalam di sana hingga terbit fajar keduanya diam
di Quzah. Sebelum terbit matahari, mereka berjalan kaki hingga tiba di Muhassir. Di
6 tempat ini mereka mempercepat langkahnya. Ketika sudah melewati Muhassir,
mereka berjalan seperti sebelumnya.
Ketika tiba di tempatjumrah, mereka melontar jurnrah Aqabah tujuh kerikil yang
dibawa dari .Juma'. Kemudian mereka tinggal di Mina pada sebelah kanannya, lalu
keduanya menyembelih hewan kurban di tempat sembelihan. Setelah itu memotong
rambut dan tinggal beberapa hari di Mina untuk melontar tiga jumrah pulang balik
saat matahari mulai naik. Pada hari Shadr, mereka keluar untuk shalat Dhuhur di
Abthah. Semuanya itu ditunjukkan oleh malaikat Jibril a.s.
* * * Index
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Document Outline Pusaran Energi Kabah @@@Sekedear Berbagi Ilmu Pusaran Energi Kabah (http://cerita-silat.mywapblog.com)
7 Permainan Maut 3 Pendekar Rajawali Sakti 108 Harga Sebuah Kepala Pendekar Cengeng 1
36 'fahami' kehadiran Allah.
Dengan bahasa yang berbeda, bisa juga dikatakan: pasifkanlah panca indera,
termasuk otak. Kemudian aktifkanlah indera ke enam alias hati. Kenapa demikian"
Karena Allah tidak bisa kita lihat dengan mata, atau kita dengar dengan telinga, atau
kita pikir dengan otak. Yang bisa kita lakukan adalah 'merasakan' atau 'memahami'
kehadiran Allah dengan hati atau dengan indera ke enam.
QS. Al A 'raaf : 179 " ... mereka mempunyai hati tetapi tidak digunakan untuk
memahami, mereka mempunyai mata tetapi tidak digunakan untuk
melihat. mereka mempunyai telinga tetapi tidak digunakan untuk
mendengar ... " Lihatlah, dalam ayat ini Allah menyejajarkan penggunaan hati, dengan mata
dan dengan telinga. Artinya, Allah ingin membelikan kesan kepada kita bahwa fungsi
hati adalah seperti panca indera, tetapi dengan mekanisme yang berbeda. Hati
digunakan untuk memahami. Artinya, meskipun seseorang tidak bisa melihat dia
tetap bisa memahami sesuatu dengan hatinya. Demikian pula, meskipun seseorang
tidak bisa mendengar, dia tetap bisa memahami suatu persoalan, dengan cara yang
lain. Pemahaman yang ditangkap oleh Hati lebih esensial dibandingkan dengan
pancaindera. Memang kebanyakan manusia memahami sekitamya lewat panca
indera. Tetapi kita tahu bahwa orang yang melihat belum tentu memahami apa yang
dia lihat. Orang yang mendengar juga belum tentu memahami apa yang dia dengar.
Demikian pula orang yang meraba, belum tentu memahami apa yang dia raba.
Tetapi kejadiannya bisa sebaliknya, bahwa seseorang bisa memahami pesoalan
tertentu tanpa dia harus melihat, atau mendengar atau merabanya.
37 Karena itu, secara logika praktis, kita bisa melakukan meditasi tertentu, dan
kemudian memahami 'suatu persoalan' secara langsung tanpa menggunakan panca
indera kita. Cara inilah yang kita gunakan untuk mengkhusyukkan shalat kita. Panca
indera kita pasifkan dan kita aktifkan hati kita.
Cara ini juga yang digunakan Allah untuk menurunkan wahyu kepada para nabi
dan rasul. Beliau-beliau memperoleh pemahaman wahyu itu tanpa harus melewati
panca indera dan otak atau pikiran, melainkan langsung dipahami oleh hati. Hati
yang sudah sangat tajam dan lembut, akan memperoleh pemahaman langsung yang
lebih akurat dibandingkan pemahaman lewat panca indera. Karena panca indera -
dengan berbagai keterbatasannya - seringkali malah menipu pemahaman kita.
Jadi yang kita lakukan dalam shalat kita itu, pada dasarnya, adalah mencoba
merasakan kehadiran Allah, sambil melakukan resonansi energi doa-doa yang kita
baca untuk membuka hati kita. Mekanisme ini meniru mekanisme turun-nya wahyu
kepada para rasul, seperti saya jelaskan di atas. Demikian pula, cara ini seperti yang
dilakukan oleh nabi Muhammad ketika berada di Sidratul Muntaha, saat Mi'ra] di
langit yang ke tujuh, menerima perintah shalat.
Maka apakah yang sedang terjadi ketika seseorang khusyuk di dalam
shalatnya" Dia sebenamya sedang melatih hatinya untuk bergetar mengikuti
getaran-getaran lembut yang dipancarkan oleh doa-doa yang sedang dia ucapkan.
Tetapi tentu saja, doa yang penuh dengan pemahaman. Bukan sekedar hafalan.
Jika ini yang terjadi dalam shalat kita, maka hati (indera ke enam) kita ini
seperti sedang direparasi oleh Allah. Bintik-bintik hitamseperti kata Rasulullah -
akibat dosa- dosa kita itu, secara bertahap akan menghilang, sesuai dengan tingkat
kekhusyukan kita. Jika sebelumnya hati kita tidak bisa beresonansi (bergetar) akibat banyak
38 melakukan dosa, maka kekhusyukan shalat kita itu akan melembutkannya. Seperti
sebuah pijat relaksasi yang kita lakukan terhadap badan kita ketika kita terlalu
tegang atau capai. Maka, kekakuan hati kita akan mulai sirna. Hati menjadi lebih
gampang bergetar oleh doa dan ayat-ayat yang kita baca pada saat shalat.
Sebagaimana disebutkan Allah bahwa hati orang-orang yang beriman itu gampang
bergetar ketika disebut nama Allah.
Bahkan Allah mengatakan, bukan hanya hatinya yang lembut, tetapi kulitnya
juga akan ikut melembut. Ketika tercapai tingkatan ini, maka efek pstkologisnya
hidup kita akan menjadi tentram. Orang yang hidupnya tentram, sabar, tidak grusa-
grusu, dan penuh keikhlasan, akan menemui keteraturan dan kedamaian selama di
dunia dan di akhirat. Masalah boleh berdatangan dalam hidupnya, tetapi ia
menghadapinya dengan penuh ketenangan, dan tawakal kepada Allah Sang Maha
Perkasa dan Maha Menyayangi.
Berkomunikasi dengan Allah
Selain menyerap dan meresonansi hati kita dengan energi positip dari Allah,
shalat kitajuga menghasilkan pancaran energi. Pancaran energi itu memiliki dua
kegunaan. Yang pertama, bersifat vertikal alias hablum minallah. Dan yang kedua
bersifat horisontal alias hablum mlnannas.
Pancaran yang bersifat vertikal berfungsi untuk berkomunikasi dengan Allah.
Pusaran energi itu berasal dari hati kita saat berkomunlkast dengan Allah. Jadi kita
berkomunikasi dengan Allah secara energial. Bukan menggunakan panca indera
ataupun mulut kita. Karena sudah bisa dipastikan bahwa panca indera kita ini tidak
mampu digunakan untuk melihat Allah, atau untuk mendengar-Nya.
39 Hal ini pemah Juga dialami oleh nabi Musa ketika beliau berada di Gunung
Sinai. Beliau ingin melihat Allah. Akan tetapi akhimya pingsan, sebelum Allah
menampakkan Diri-Nya. QS. Al A'raaf : 143 "Dan ketika Musa datang untuk (bermunajat kepada Kami)
pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman
kepadanya, berkatalah Musa: Ya Tuhanku nampakkanlah (DiriMu)
kepadaku agar aku dapat melihatMu. Tuhan berfirman : Kamu sama
sekali tidak akan mampu melihatKu, tapi lihatlah bukit itu, jika ia
tetap di tempatnya, maka kamu akan mampu melihatku. Ketika
Tuhan menampakkan Diri kepada gunung itu, maka hancurlah
gunung itu, dan Musa. pun pingsan. Maka setelah Musa sadar
kembali dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu
dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman."
Eksistensi Allah sangatlah dahsyat. di luar kemampuan'makhluk-Nya.
Jangankan melihat Allah. melihat matahari - ciptaan Allah - saja mata kita pasti buta.
Atau jangankan mendengar Allah. mendengar petasan meletus di dekat telinga kita
saja. pendengaran kita jadt tuli. Jadijangan pernah berharap kita bisa berkomunikasi
dengan Allah melalui panca indera. Yang bisa kita lakukan adalah berkomunikasi
dengan Allah lewat hati kita, secara energial. Dan beginilah, sekali lagi. mekanisme
turunnya wahyu dari Allah kepada para rasul-Nya.
QS. Asy Syura :51 "Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-
kata dengannya kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang
40 tabir. atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan se izin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. "
QS. Asy Syu'araa : 192 - 194
"Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan Semesta Alam. Dia dibawa turun oleh Ruhul Amiin (Jibril). Ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan"
Dan ternyata. mekanisme wahyu ini bukan hanya digunakan kepada manusia.
tetapi juga kepada malaikat (QS. 8: 121. kepada lebah (QS. 16: 68). dan kepada
langit (QS. 41 ; 12). Di sini kita semakin jelas, bahwa wahyu dipahami oleh para
Rasulullah tidak lewat panca indera. Demikian pula ketika disampaikan kepada
malaikat, kepada lebah dan kepada langit, tidak melalui 'panca indera'. Ada
mekanisme lain untuk memahami wahyu. Kalau manusia, memahaminya dengan
hati atau indera ke enamnya.
Maka, mekanisme inilah yang harus kita pahami agar kita bisa berkomunikasi
dengan Allah. Kalau hati kita belum cukup tajam untuk melakukan komunikasi itu,
harus dilatih. Bagaimana cara melatihnya" Lakukanlah banyak-banyak, berdzikir
kepada Allah, membaca dan memahami Al Quran, merenungkan alam sekitar dalam
kaitannya dengan Sang Pencipta.
Intinya, janganlah melakukan ibadah hanya ikut-ikutan saja, tetapi lakukanlah
dengan sepenuh penghayatan dan pemahaman. Insya Allah, Dia akan memberikan
kelembutan kepada hati kita, sehingga kita berkomunikasi dengan Allah sebagai
para rasul juga berkomunikasi dengan Allah:
Selain pancaran energi yang bersifat vertikal, ketika shalat kita juga
41 memancarkan energi secara horisontal. Energi ini akan meresonansi sekitar kita,
manusia, binatang, tumbuhan, rumah dan seluruh lingkungan kita.
Apakah dampaknya" Lingkungan kita maupun orang yang dekat dengan kita
akan ikut tentram dan damai. Maka Allah pun mengatakan kepada nabi Muhammad
saw : " Tidak Aku utus engkau Muhammad, kecuali untuk menebar rahmat kepada
semesta alam ... " (QS. Al Anbiyaa: 107)
Shalat Berjamaah Apa pentingnya shalat berjamaah " Rasulullah mengatakan bahwa shalat
sendirian bernilai 1 sedangkan shalat berja-maah bernilai 27 kali lipat. Bagaimana
menjelaskannya" Seperti telah kita ketahui bahwa orang yang sedang shalat memancarkan
energi. Ini bisa dianalogikan "engan sebuah baterai. Ketika belum dihubungkan
dengan lampu atau peralatan tertentu, baterai ini tidak memancarkan energinya.
Tetapi begitu terhubung, dia akan memancarkan energinya.
Demikian pula orang shalat. Pada saat dia belum melakukan shalat, maka
energi itu tidak terpancarkan, tetapi begitu dia melakukan shalat maka energinya
akan terpancar secara vertikal maupun horisontal.
Ibarat baterai, maka kalau kita menyalakan lampu dengan sebuah baterai,
maka terang smarnya tentu akan kalah dengan lampu yang dinyalakan dengan
menggunakan 3 baterai atau 10 baterai. Semakin banyak baterai yang digunakan
maka nyala lampu itu akan semakin terang.
Demikian juga dengan orang shalat. Jika kita shalat sendirtan, maka energi
yang kita pancarkan kekuatannya hanya satu pancaran saja. Tetapi kalau kita shalat
42 berjamaah. maka pancaran energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar.
Persis sejumlah baterai yang digabungkan secara serial untuk menghidupkan lampu.
Jadi, dengan shalat berjamaah itu Rasulullah sedang mengajarkan kepada kita,
agar energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar ketimbang shalat sendirian.
Karena itu, kata Rasulullah, kalau shalat berjamaah barisannya (shafnya) jangan
renggang-renggang. Persis dengan sejumlah baterai yang dihubungkan serial: satu
dengan yang lainnya harus berdempetan positip dan negatipnya. Demikian pula
shalat berjamaah, kita harus bersentuhan satu sama lain. Tentu, tidak perlu sampai
berdesakdesakan karena.justru akan mengganggu kehusyukan shalat kita.
Dengan demikian, ketika shalat berjamaah kita semua seperti berada dalam
sebuah barisan. Seluruh gerakan dan aktifitas kita harus seirama. Tidak boleh saling
silang antar-peserta shalat itu. Misalnya, sang imam sudah takbiratul ihram,
makmum masih Sibuk meluruskan barisan. Dan ketika imam sudah baca Al fatihah,
kita baru takbiratul ihram. Atau ketika imam baca surat Quran, kita malah membaca
Al Fatihah. Ini menurut saya tidak layak disebut sebagai shalat berjamaah,
Melainkan, shalat sendirian yang bareng-bareng.
Shalat jamaah yang baik adalah, ketika imam takbiratul ihram kita segera
mengikuti takbiratul ihram. Saat imam baca Al fatihah kita juga baca Al fatihah, atau
menirukan atau menyimak secara khusyuk. Pada waktu imam baca surat Quran, kita
menyimaknya. Dan bila imam mengucapkan takbir disusul dengan gerakan, kita juga
segera mengikuti. Begitulah shalat jamaah yang baik. Apa yang dilakukan imam,
makmumnya harus segera mengikutinya, sesuai dengan rukunnya.
Yang paling sering kita temui adalah, ketika imam baca Al fatihah makmum
diam. Tetapi ketika imam baca surat, makmum baca Al fatihah. Menurut saya ini
harus segera diperbaiki. Membaca surat Al Aftihah di dalam shalat memang menjadi
43 keharusan. Sehingga dikatakan tidak sah shalat seseorangjika tidak membaca Al
fatihah. Tetapi itu kalau shalat sendirtan. Kalau kita shalat berjamaah, maka
kewajiban membaca Al fatihah itu sudah diambil alih oleh imam. Jadi. tidak
membacanya pun - ketika berjamaah - itu tidak apa-apa. Buktinya, kalau kita
masbuk- terlambat mengikuti shalat berjamaah - maka shalat kita tetap sah
meskipun tidak membaca Fatihah.
Contohnya. kita datang di masjid ketika imam sudah selesai membaca surat
Quran, di rakaat pertama. Lantas dia takbir. kemudian rukuk. Kita - yang terlambat -
dianjurkan langsung saja takbiratul ihram dan kemudian rukuk mengikuti imam.
Meskipun kita tidak sempat membaca fatihah, kita masih dianggap memperoleh satu
rakaat. Asalkan, kita masih bisa mengikuti rukuknya. Ini membuktikan bahwa,
meskipun rukun. membaca Al Fatihah tidak lagi menjadi kewajiban per~orangan
ketika kita shalat berjamaah, Tanggungjawabnya sudah diambil alih oleh Imam.
Intinya. shalat berjamaah haruslah betuL-betul kompak, supaya bisa
menghasilkan energi yang terfokus, Simultan. dan saling menguatkan. Janganlah
dengan shalat berjamaah, justru energi yang dihasilkan bertambah mengecil karena
saling mengganggu dan meniadakan. Seperti sejumlah baterai yang sertal, tetapi
plus/ minusnya terbalik. Bukan menghasilkan nyala lampu yang lebih terang tetapi
malah tidak menyala. Shalat di Seputar Ka'bah Kenapa shalat harus menghadap Ka'bah" Jawab yang paling gampang dan
benar adalah, karena ini perintah Allah. Pada awalnya, shalatnya orang Islam
pernah menghadap ke Baitul Maqdis atau Masjid Al Aqsha di Palestina. Barangkali,
44 karena rasululullah melakukan perjalanan Mi'raj di masjid Aqsha tersebut. Sehingga,
kiblat shalat di arahkan ke sana.
Akan tetapi seiring dengan perkembangan agama Islam, banyak orang-orang
Yahudi yang melecehkan umat Islam. Mereka mengatakan bahwa orang Islam kalau
shalat menghadap ke Palestina, tanahnya orang Yahudi. Tentu saja, ini membuat
umat Islam waktu itu merasa tidak enak hati. Bahkan Rasulullah juga merasa tidak
enak hati. Akan tetapi karena ini perintah Allah maka dijalani dengan taat. Namun
rasul memendam perasaan dalam hati.
Sampai suatu ketika Allah merespon perasaan umat Islam dan kegundahan
Rasulu (http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
llah pada waktu itu. Maka, saat umat Islam berjamaah di sebuah masjid di
Madinah, turunlah wahyu agar Rasulullah memindahkan kiblat dari masjid Aqsha
menuju ke arah Ka'bah di Masjid Haram.
Pada waktu itu juga Rasulullah mengubah arah kiblatnya, menghadap ke
Ka'bah - meskipun sedang dalam keadaan shalat berjamaah. Sehingga sebagian
makmumnya, waktu itu merasa kebingungan dengan perubahan mendadak itu.
Lantas. sesudah shalat, Rasulullah menjelaskan bahwa beliau baru saja
memperoleh perintah untuk memindahkan arah kiblat. Maka bergembiralah umat
Islam. Dan, masjid di mana ayat itu turun, dinamakan masjid Kiblatain alias masjid
dengan dua kiblat. (QS. Al Baqarah 142 - 150)
Lantas apakah fungsi kita menghadap Ka'bah. Apakah untuk menyembahnya"
Sama sekali tidak. Karena kita tahu pasti bahwa kita hanya menyembah Allah.
Ka'bah hanya berfungsi untuk memfokuskan pancaran-pancaran energi yang terjadi
akibat orang bershalat di seluruh dunia.
Kalau kita amati, setiap saat Ka'bah dilingkari oleh jamaah yang sedang
bershalat. Mulai dari yang paling dekat - di sekitar Ka'bah - sampai yang terjauh di
balik bumi Mekkah. Akan tetapi yang unik, semua jamaah itu berkeliling menghadap
Ka'bah. Yang berada di timur, menghadap ke barat. Yang berada di barat
menghadap ke timur. Demikian pula yang di selatan menghadap ke utara, dan
sebaliknya yang di utara menghadap selatan. Jamaah shalat di seluruh dunia terus
menerus melingkari Ka'bah, sepanjang hari, sesuai dengan pergerakan matahari.
Saya membayangkan, betapa telah terjadi ketegangan medan elektromagnetik
antara orang-orang yang bershalat di seluruh dunia dengan Ka'bah. Kenapa
demikian" Karena manusia yang bershalat itu sedang melakukan gerakan-gerakan
1 meditasi energi. Mulai dari mengangkat tangan, sambil membaca takbir, kemudian
rukuk, iktidal, sujud dan seterusnya. Setiap gerakan selalu memunculkan energi
yang berbeda. Juga bergantung pada tingkat kekhusyukannya dalam berdoa
sepanjang shalatnya. Dalam pemahaman Fisika, jika ada benda bermuatan listrik bergerak-gerak
secara periodik dengan basis gerakan berputar, maka akan terjadi medan
elektromagnetik. Dalam hal shalat, gerakan yang dilakukan adalah gerakan yang
berbasis pada gerakan berputar.
Contoh: bertakbir dengan mengangkat tangan. Sebenarnya kita sedang
melakukan penggalan gerakan berputar sejauh 180 derajat. Posisi tangan, tadinya
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggantung ke bawah sejajar badan, kemudian telapak tangannya diangkat
sampai sejajar telinga. Kalau dibuat sudut pergerakan telapak tangannya, maka kita
sedang menggerakan tangan kita sejauh 180 derajat. Kemudian kita mengembalikan
ke posisi semula, atau bersedekap di perut.
Demikian pula gerakan-gerakan rukuk, iktidal dan sujud, Semua itu berupa
penggalan gerakan berputar masing-masing, rukuk 90 -derajat, iktidal 90 derajat,
sujud Dt) derajat. Setiap gerakan itu akan menghasilkan perubahan-perubahan
pancaran energi dari tubuh kita, dan akan menghasilkan medan elektromagnetik
antara kita dengan Ka'bah.
Apakah medan elektromagnetik itu bisa terbentuk meskipun jarak kita dengan
Ka'bah sangat jauh " Sangat bisa, karena kecepatan gelombang elektromagnetik itu
sangatlah tinggi. Sehingga jarak ribuan kilometer bisa ditempuh dalam orde detik
saja. Apalagi, kalau hati kita sudah memancarkan cahaya ilahiah, maka interaksi
energial kita dengan Ka'bah itu berlangsung hanya dalam orde sepersekian detik.
Sebab, cahaya dengan kecepatan 300.000 km per detik itu mampu mengelilingi
2 bumi 7,5 kali hanya dalam waktu 1 detik !
Apalagi bagi mereka yang melakukan shalat dekat dengan Ka'bah. Interaksi
energi itu menjadi demikian dahsyatnya. Apa pun alasarmya, kedekatan antara
Ka'bah dan orang yang bershalat akan menimbulkan dampak yang luar biasa.
Dalam waktu yang bersamaan, seseorang yang bershalat di sekitar Ka'bah
akan memperoleh akumulasi pancaran energi positip dari Ka'bah. Yang pertama,
disebabkan oleh energi nabi Ibrahim yang membekas di seluruh 'petilasannya'. Yang
kedua, berasal dari putaran orang berthawaf di Ka'bah. Dan yang ketiga, berasal dali
aktifitas shalat umat Islam di seluruh dunia,
Maka, bisa kita bayangkan betapa besarnya manfaat (pahala) untuk bisa
berdekatan dengan Ka'bah, Dalam konteks bershalat di sekitar Ka'bah, maka
pantaslah Rasulullah menyebutkan pahala 100.000 kali lipat dibandingkan pahala
shalat sendirian. Jutaan jamaah yang shalat di seputar Ka'bah itu telah menyebabkan akumulasi
energi yang sangat besar. Ibarat baterai yang digabungkan secara serial, jutaan
manusia - yang berisi miliaran biolistrik - itu menghasilkan energi positip yang
dahsyat pula. Energt itu, di satu sisi bergerak vertikal untuk berkomunikasi dengan
Allah. Dan di sisi yang lain bergerak secara horisontal 'menyirami' tubuh dan hati kita
dengan frekuensi yang sangat tinggi, menetralisir berbagai ketidakstabilan dalam diri
dan jiwa kita, Akan tetapi sekali lagi perlu saya ingatkan, bahwa manfaat energi positip itu
bagi kita sangat bergantung pada penerimaan kita sendiri - apakah hati kita terbuka
untuk menerimanya. Jika tidak, maka pusaran energi yang dahsyat itu sama sekali
tidak akan mampu merubah kondisi kita - baik secara fisik maupun kejiwaan.
Kondisi kita pada waktu itu harus rendah hati dan khusyuk, sebagaimana
3 lazimnya orang-orang yang berdoa dan bermunajat kepada Allah. Dalam kondisi
yang demikian, maka hati kita akan bergetar seperti digambarkan oleh Allah :
"...yaitu orang-orang yang hatinya bergetar ketika disebut nama Allah .. "
Seluruh Makhluk Bertasbih lewat Gerakan
Semua benda di alam semesta ini bergerak. Tidak ada satu pun benda diam.
Mulai dari benda yang paling kecil- sebut-lah partikel atom, sampai yang terbesar -
misalnya bintang - semuanya bergerak. Dan uniknya, pergerakan itu melingkar-
lingkar. Sebutlah elektron. sebagai partikel elementer. Dia setiap saat tidak pemah
berhenti berputar pada dirinya sendiri - berotasi. Selain itu, jika ia berada di dalam
atom, ia akan bergerak melingkari pusat atom. atau melakukan revolusi pada
orbitnya. Setelah itu, atom-atom itu akan membentuk sistem yang lebih besar yang
disebut molekul. Molekul inilah yang membentuk unsur-unsur maupun senyawa,
berupa benda-benda yang tersebar di seluruh penjuru alam.
Pada benda yang lebih besar lagi, ternyata gerakan-gerakan berputar itu
kembali terjadi. Bumi misalnya, berputar persis seperti elektron. Bumi berputar pada
dirinya sendiri - rotasi. Dan juga berputar mengelilingi matahari, persis seperti
elektron mengelilingi inti atom. Di orbit-orbitnya juga ada planet-planet yang
bergerak melingkari matahari.
Dan yang lebih unik lagi, ternyata setiap matahari yang dikelilingi oleh sejumlah
planet - termasuk bumi - itu juga mengelilingi pusat galaksi. Galaksi yang kita
tempati ini bernama Bima Sakti. Pusatnya dikelilingi oleh sekitar 100 miliar matahari.
4 dan ratusan miliar planet-planet.
Spiral : Semua benda di alam semesta bergerak
Demikian pula galaksi-galaksi itu ternyata juga berputar-putar mengelilingi
pusat Superkluster. Superkluster adalah kumpulan galaksi yang berjumlah sekitar
100 miliar galaksi. Jadi di dalam sebuah Superkluster terdapat sekitar 10.000 miliar
matahari, dan triliunan planet. Semuanya berputar-putar mengelilingi pusatnya.
Sampai kini belum diketahui batas alam semesta ini. Tetapi diyakini, setiap benda
melakukan gerakangerakan melingkar mengitari pusat alam semesta - yang entah
dimana tempatnya. Maka. kita tidak melihat ada benda yang berhenti mutlak di alam semesta ini.
Sebuah meja yang kita lihat tidak bergerak di hadapan kita. sebenarnya dia sedang
bergerak mengelilingi matahari bersama bumi. Miliaran benda lainnya di atas bumi
juga demikian. Seakan-akan dia diam. padahal sedang dibawa oleh bumi untuk
mengelilingi matahari. Bahkan juga mengelilingi pusat galaksi dan pusat
Superkluster. . Lantas timbullah pertanyaan di benak kita. Kenapa bendabenda itu terus
bergerak " Kapan mulainya " Kapan berhentinya" Dari mana energi gerak itu timbul"
Dan untuk apa" Dalam pengamatan teleskop Hubble - yang ditempatkan di atas atmosfer bumi
- diketahui bahwa seluruh benda langit di angkasa luar memang sedang bergerak
saling menjauh. Ternyata. ini disebabkan oleh ledakan besar yang terjadi pada awal
penciptaan alam semesta. yang dijelaskan dalam sebuah teori: Big Bang.
Karena ledakan yang luar biasa dahsyatnya itu. maka seluruh material alam
semesta terpental ke segala penjuru langit. sejak 10 miliar tahun hingga sekarang.
5 Bahkan hingga nanti 5 miliar tahun lagl, sebelum kemudian dilanjutkan dengan
periode akhirat. Jadi. dari ledakan itulah sumber energi alam semesta ini awalnya terjadi.
Energi itu tersisa hingga kini. dalam bentuk putaran benda langit secara sendirian
maupun kolektif. Memang. aneh, kenapa bisa berputar. Kita belum bisa
menjawabnya. Akan tetapi dengan berputar itulah justru keutuhan alam semesta ini
terjaga. hingga kini. Ada gaya tarik antar benda langit. yang membuatnya seimbang
dan tidak saling bertubrukan.
QS. Ar Ra'du : 2 "Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang. yang kamu
lihat. kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy ... "
QS. Al Mulk : 3 - 4 "Yang telah menciptakan tujuh. langit berlapis-lapis. Kamu
sekalikali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, maka
apakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ?"
"Kemudian pandanglah sekali lagi; niscaya pandangan mu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah"
Setiap gerakan berputar menghasilkan energi. Elektron punya energi karena
dia bergerak berputar. Baik pada dirtnya sendiri maupun karena rnengttan inti atom.
Bumi juga demikian. Matahari, planet-panet, bintang, dan semua benda di alam
semesta ini memiliki energi karena dia bergerak. Jika dia diam, mutlak, maka dia
mati. Tak punya energi lagi. Kehidupan ini terjadi karena ada gerakan, baik di tingkat
partikel elementemya, atau di tingkat atom, di tingkat molekul, atau yang lebih besar
6 lagi. Dan yang paling unik, gerakan dari berbagai benda itu ternyata saling menjaga
dan memberikan keseimbangan terhadap gerakan benda yang lain. Kalau saja
pergerakan benda-benda di alam ini tidak saling memberikan keseim-bangan, maka
sudah sejak lama kehidupan ini tidak terjadi. Hancur saling bertabrakan. Jadi, esensi
kehidupan ini sebenarnya adalah gerakan dan keseimbangan.
Semua benda di alam ini berpusat pada 'Satu Aturan' yang harmonis. Triliunan
ragam benda tunduk pada 'Satu Pusat' saja. Inilah yang digambarkan oleh Allah di
dalam berbagai ayat-Nya. QS. Al Israa : 44 "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya ber-
tasbih kepada Allah. Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih
mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun dan Maha
Pengampun" Ayat-ayat tentang bertasbihnya alam semesta kepada Allah ini sangat banyak
jumlahnya. hampir 40 ayat. Di antaranya adalah QS. An Nuur: 41, Ar Ra'du : 13. Al
Anbtyaa : 79, Shaad : 18, Asy Syuura : 5, dan lain sebagainya.
Nah. kembali kepada shalat kita, maka inilah salah satu alasan kenapa
sembahyangnya orang Islam itu harus menggunakan gerakan. Bukan hanya
berdiam diri. berkonsentrasi.
Setiap gerakan akan menghasilkan perubahan energi dan menimbulkan medan
elektromagnetik. Baik orang berthawaf maupun orang bershalat, kedua-duanya
melakukan gerakan-gerakan yang berdasarkan putaran. Atau penggalan dari
7 gerakan berputar, yang kalau diakumulasikan menjadi putaran berulang-ulang.
Shalat misalnya, setiap rakaatnya adalah sebuah gerakan yang jika
diakumulasikan menjadi gerakan satu putaran, 360 derajat. Terdiri dari rukuk 90
derajat, dan sujud 135 derajat sebanyak 2 kali. Sehingga, sehari semalam kita telah
melaku-kan gerakan berputar-putar minimal sebanyak 17 kali putaran (shalat wajib).
Belum lagi shalat -shalat sunnah. Sedangkan Thawaf sangatlah jelas sebagai
gerakan berputar mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali.
Hidup kita di bumi ini, sebenamya berada di dalam medan magnet bumi.
Sekaligus juga gaya gravitasi bumi. Seperti kita ketahui bahwa bumi ini memiliki
gaya kemagnetan dan gaya tarik bumi. Maka, kalau kita bergerak-gerak di sebuah
medan gaya seperti ini, akan muncul energi yang memberikan kekuatan kepada kita.
Bergerak terus secara periodik akan menghasilkan energi bagi kehidupan kita.
Karena itu. agama kita ini mengajarkan kepada umatnya agar selalu
melakukan pergerakan. Karena pergerakan itulah yang menjadikan kita hidup,
sampai batas umur yang ditentukan Allah untuk setiap makhluknya.
Jangan apriori dan bosan terhadap gerakan yang periodik. Karena justru pada
gerakan yang periodik itulah akan muncul energi yang semakin lama semakin besar.
Banyak gerakan di alam semesta ini adalah gerakan periodik. Mulai dari gerakan
elektron di dalani atom, sampai pada pergerakan bumi mengelilingi matahari. atau
gerakan matahari mengelilingi galaksi, atau pun gerakan galaksi mengelilingi pusat
super-kIuster. Semua itu adalah gerakan peIiodik yang justru menghasilkan
kekuatan kehidupan. Orang yang malas bergerak akan mengalami masalah dalarn hidupnya. Baik
yang bersifat fisik untuk kesehatannya, maupun untuk mencari rezeki bagi
kelangsungan hidupnya. 8 Penelitian kesehatan mengatakan, bahwa orang yang tidak bergerak selama
seminggu - hanya tidur-tiduran atau bermalasmalasan - massa ototnya akan
berkurang 5 persen. Ini menunjukkan kesehatannya akan terus menerus mengalami
penurunan. Demikian juga dalam bisnis. Orang yang tidak pernah melakukan 'pergerakan'
untuk mengembangkan rezekinya. bisnisnya dipastikan akan mengalami penurunan
terus. Dan akhirnya bangkrut. Hidup adal~ bergerak. Bagi mereka yang tidak mau
bergerak. dia akan mati. Lihatlah burung. Meskipun dia tidak tahu akan dapat rezeki atau tidak pada hari
ini, dia tetap terbang untuk berusaha menyambung hidupnya. Dan karena itu, Allah
lantas memberinya rezeki.
Demikian pula otak dan akal kita. Jika tidak pernah dipakai. bukannya
bertambah awet. melainkan justru bertambah tumpul. Kita harus terus menerus
mengembangkan kemampuan otak serta melakukan daya-daya kreasi tanpa henti.
agar akal dan otak kita terus hidup dan semakin bertambah kualitasnya. Jika
'pergerakan' itu berhenti, maka otak kita pun mati.
Sama juga dengan proses keagamaan kita. Lakukanlah pergerakan terus
menerus untuk mendekat kepada Allah. Karena jika kita berhenti, maka selesailah
perjalanan keagamaan kita. Janganlah beragama dengan kualitas yang sama terus,
antara hari Ini dan hari esok. Itu menunjukkan bahwa proses beragama kita telah
mati. Rasulullah sendiIi mengajarkan kepada kita. bahwa beragama yang baik
adalah jika hari ini kita lebih baik dari hart kemarin. dan hari esok kita lebih baik dari
hari ini. Grafiknya terus meningkat. Sehingga Insya Allah kita akan kembali kepada-
Nya dalam keadaan yang khusnul khotimah. Amiin.
9 Minal Masjid ilal Masjid Masjid adalah tempat yang suci dan menyimpan banyak energi posittp.
Semakin tua umur masjid itu, semakin besar pula energi yang terkandung di
dalamnya. Kenapa demikian" Sebab, setiap kali jamaah melakukan shalat, energi
shalat itu akan meresonansi ruangan itu. Demikian pula ketika banyak orang
membaca Al Quran, energinya akan tersimpan di lingkungan sekitar. Makin lama
energinya akan membesar seiring dengan akumulasi energi yang terjadi.
Maka bisa kita bayangkan betapa besarnya akumulasi energi yang ada di
dalam masjid Al Haram. Masjid ini dijadikan tempat orang bershalat dan berthawaf
oleh jutaan manusia selama ribuan tahun. Maka energi yang tersimpan di Masjid Al
Haram sangatlah luarbiasa.
Karena itu tidaklah heran jika Masjid ini juga dijadikan oleh Rasulullah
Muhammad saw untuk tempat keberangkatan perjalanan Isra' Mi'raj. (Lebih jauh dan
mendetil akan sayajelaskan dalam buku yang terpisah tentang Isra' Mi'raj, akan
tetapi secara sekilas akan saya jelaskan pokok-pokoknya di sin.)
Ada pertanyaan di benak kita : kenapa Rasulullah melakukan petjalanan yang
sangat bersejarah itu dari masjid ke masjid . Yaitu dari Masjid Al Haram ke Masjid Al
Aqsha. Kenapa bukan dari gua Hira', misalnya. Atau dari rumah nabi" Ini ada
kaitannya dengan akumulasi energi yang terjadi di masjid-masjid tersebut.
Perjalanan nabi Muhammad pada saat Isra' Mi'raj itu adalah perjalanan
energial. Dimana badan nabi telah diubah oleh malaikat Jibril menjadi badan energi.
Sehingga beliau bisa melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi, melintasi jarak
Mekkah - Palestina. 10 Untuk mendukung petjalanan energtal itulah Rasulullah diberangkatkan dari
masjid ke masjid yang lain. Hal ini bisa dlanalogikan dengan apa yang terjadi dalam
film science fiction Startrek. Mr Spock - pelaku utama dalam mm itu - jika ingin
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, cukup masuk ke dalam tabung energi.
Ketika berada di dalam tabung energi itu, badan Mr Spock dimusnahkan menjadi
energi. Kemudian energi itu dipancarkan secara elektromagnetik. Dan pancaran itu
diterima oleh tabung lain. Di dalam tabung lain itu tubuh energial Mr Spock
dimaterialkan lagi. Maka dia sudah berpindah tempat.
Bisakah itu terjadi" Menurut teori Einstein, ini bisa dijelaskan melalui rumus
E=MC2. Dimana E adalah energi. M adalah massa alias materi. Dan C2 adalah
kecepatan cahaya kuadrat.
Artinya. energi bisa diciptakan dari sejumlah materi yang dimusnahkan
dikalikan kecepatan cahaya kuadrat. Sebatik-nya, materi juga bisa diciptakan
dengan cara mengkrtstalkan energi, yang besarnya sebanding dengan jumlah energi
tersebut dibagi dengan kecepatan cahaya kuadrat.
Dengan kata lain, sebenarnya secara teoritis kita bisa mengubah materi tubuh
manusia menjadi sejumlah energi, dan sebaliknya. Dengan demikian, apa yang
terjadi pada Mr Spock itu sebenarnya bisa diterima secara ilmiah. Meskipun, sampai
kini manusia belum bisa menciptakan mesin pemusnah materi menjadi energi itu.
Namun demikian. kalau kita bisa menerima nalar ini, kita juga bisa menerima
penjelasan bahwa Rasulullah bisa melakukan perjalanan Isra' Mi'rajnya itu dengan
menggunakan badan energtal. Tabung pemusnahnya adalah masjid Al Haram. dan
Tabung Penerimanya adalah masjid Al Aqsha. Demikian pun sebaliknya, ketika
melakukan perjalanan pulang.
Energi yang tersimpan di masjid itu telah menjadi salah satu faktor pendukung
11 terjadinya perubahan material badan nabi. Apalagi beliau didampingi oleh malaikat
Jibril yang berbadan cahaya. Selain itu. sebelum berangkat nabi juga telah
'berwudlu' dengan air zam-zam - salah satu petilasan nabi Ibrahim - yang juga
mengandung energi positip sangat besar.
Dalam laboratorium nuklir, kita bisa membuktikan bahwa dua buah partikel
positron dengan energi tertentu bisa direaksikan menjadi sejumah energi, berupa
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sinar Gama. Sebaliknya, sinar Gama dengan energi tertentu juga bisa dipecah
menjadi partikel elementer ketika dilewatkan medan inti atom.
Hal ini membuktikan bahwa memang energi bisa diubah menjadi materi dan
materi bisa diubah menjadi materi. Secara ilmiah tidak perlu diragukan lagi. Reaksi
ini disebut sebagai reaksi annihilasi.
Akan tetapi bagaimana mungkin, sosok tubuh manusia diubah menjadi energi
seluruhnya. dan kemudian dikembalikan dari energi menjadi material "
Di sinilah peranan Allah. Susunan tubuh manusia sangatlah rumit. Mulai dan
atom-atom yang menyusun molekul, sel-sel, dan seterusnya hingga tubuh secara
utuh. Jika kita melakukan proses anihilasi terhadap tubuh manusia, barangkali
masalah terbesarnya adalah mengembalikan tubuh itu secara utuh persis seperti
semula. Akan tetapi, kita tahu, bahwa Allah adalah yang menciptakan tubuh kita.
Karena itu Dia tahu persis susunannya. Sehingga tidaklah sulit bagi Allah untuk
memusnahkan material tubuh kita menjadi 12 energi, dan kemudian mengembalikannya menjadi material tubuh kita lagi.
Secara keimanan kita bisa menerima penjelasan itu sepenuhnya. Dan secara
ilmiah memang hal itu juga sangat memungkinkan, dan bisa dijelaskan. Dalam hal
ini, masjid yang mengandung akumulasi energi itu telah berfungsi sebagai tabung
energi dalam proses anihilast tersebut.
***** Panggilan Datang ke Baitullah Bagian terakhir dari diskusi kita ini menyentuh sisi tauhid. Bahwa kedatangan
kita ke Baitullah adalah untuk memenuhi panggilan Allah. Tentu, kita tidak secara
sederhana dan hadiah lantas menafsirkan panggilan ini sebagai panggilan yang
'berjarak' . Panggilan di sini lebih tertuju kepada hati. Maukah kita menjalani ibadah
haji dengan segala persyarat-annya itu" Adakah upaya kita untuk bersusah payah
menja -lankan perintah Allah " Sebab dengan susah payah itulah kita membuktikan
kecintaan kita kepada-Nya. Dan karenanya. Allah memberi balasan yang lebih baik
kepada kita Betapa banyaknya orang yang 'dipanggil' oleh Allah untuk datang kepada-Nya
tetapi tidak datang. Mereka bukannya mendekat tetapi malah menjauh. Kalau
13 mereka bergerak menjauh, yang terj adi justru mereka akan semakin jauh. Dan
suatu ketika akan 'terlempar' dari pusaran kehidupan yang sesungguhnya.
Saya memandang kehidupan ini bagaikan sebuah putaran, dimana kita berada
di dalamnya. Allah menjadi pusat dari seluruh putaran itu. Secara alamiah, orang
yang berada di dalam putaran tersebut akan cenderung untuk terlempar keluar. Ada
gaya sentrifugal, yang menyebabkan dia terlempar keluar putaran, menjauh dari
pusatnya. Sama, kehidupan kita ini secara alamiah bisa melempar kita menuju posisi
yang menjauhi Allah. Kecenderungan orang untuk berbuat yang dilarang Allah itu
lebih besar dali pada untuk mendekati Allah. Di sini ada semacam 'gaya sentrifugal'
yang dimainkan oleh peran antagonis kita, yaitu setan.
Berbuat jahat selalu terasa lebih mudah dibandingkan berbuat baik. Berbuat
baik membutuhkan energi ekstra untuk melawan 'gaya sentrifugal' dari setan. Ini
sama persis, dengan putaran roda. Dalam posisi bergerak melingkar, kita
membutuhkan tenaga ekstra untuk bisa mendekati pusat putaran, yaitu Allah.
Akan tetapi semakin dekat ke pusat putaran. energi yang kita butuhkan akan
semakin kecil. Sebaliknya semakin jauh dari pusat putaran, energi yang kita
butuhkan untuk melawan gaya sentrifugal itu akan semakin besar.
Jadi kalau kita sudah terlanjur berbuat dosa, untuk kembali kepada Allah
membutuhkan energi yang lebih besar. Semakin besar dosa kita, semakin berat
upaya yang harus kita lakukan untuk kembali kepada Allah. Sebaliknya, kalau kita
berbuat kebaikan terus - semakin dekat ke pusat - maka energi yang kita butuhkan
akan semakin kecil. Dan pada suatu ketika, kita berada di pusat. 'menyatu' dengan
Allah, kita tidak akan pemah lagi terpental keluar dari putaran kehidupan ini.
Pada saat persis di pusat putaran itu. kita tidak lagi berputar I! Karena yang
14 berputar itu hanyalah mereka yang berada di luar pusat. Pada titik nol kita telah
terlepas dari hukum duniawi kita. Lantas. kita seperti memiliki kekuatan yang luar
biasa dan karomah. Seringkali pada titik inilah terjadi banyak keanehan dan
keajaiban. Semua itu karena kita telah bersatu dengan Allah, Sang Pemilik Alam
Semesta. sehingga boleh jadi orang akan melihatnya telah terlepas dari hukum-
hukum alam yang sewajarnya.
Jadi, marilah kita penuhi panggilan Allah untuk menuju ke pusat kehidupan ini.
Di sanalah letak kehidupan yang sesungguhnya. Memang berat untuk memulainya,
tetapi kalau sudah kita mulai. maka semakin lama akan semakin mudah. semakin
nikmat. Dan, ketika mencapai pusat itulah kita akan memperoleh kenikmatan yang
luar biasa, yang tiada bandingnya.
Barat dan Timur Milik Allah
Ada beberapa pertanyaan esensial. yang menyentuh tauhid. ketika kita
mendiskusikan kenapa kita mesti menghadap Kabah pada saat shalat. Dalam
kerangka pemikiran Fisika Modem yang saya kembangkan. saya telah
mengemukakan bahwa penyatuan arah kiblat itu berfungsi untuk memfokuskan
getaran-getaran gelombang elektromagnetik dari seluruh energi yang dipancarkan
umat Islam. pada saat mereka shalat maupun berthawaf. Agaknya. ini menjadi
mekanisme dalam interaksi antara Allah dengan hamba-hamba-Nya.
Namun untuk lebih meyakinkan. secara filosofis. agaknya kita perlu
mendiskusikan kembali tentang keberadaan Allah. Diskusi tentang hal ini seringkali
memang sangat rawan. Tetapi. daripada tidak jelas tertangkap oleh pemahaman kita,
saya lebih memilih untuk mendiskusikan saja secara terbuka. Toh. Nabi Ibrahimjuga
mengalami proses yang sama tentang ketauhidan ini. Meskipun awalnya salah-salah.
toh akhimya beliau memperoleh kesimpulan yang sangat mendalam dan
15 mengesankan tentang eksistensi Allah. Sehingga, Ibrahim pun jadi kesayangan
Allah. Sebagaimana Ibrahim muda, kita mesti selalu bertanya dimanakah Allah "
Selama pertanyaan ini belum terjawab dengan tuntas. maka akan selalu menghantui
benak kita. Dan akan mengganggu kualitas peribadatan kita. Ya. karena kita tidak
pemah tahu dan tidak pernah yakin dimana Allah berada. Sehingga kontak kita
dengan Allah pun menjadi tidak jelas Jluntrungannya'
Dtmanakah Allah" Apakah Dia berada di Surga" Apakah Dia berada di langit,
sebagaimana kita selalu berdoa dengan tengadah" Ataukah Dia berada di dalam
hati kita" Ataukah Dia berada di akhirat" (Tapi akhirat itu dimana'") Ataukah Dia
berada di Ka'bah " Yang jelas, Allah mengatakan bahwa Dia bersemayam di Arsy.
Tetapi dimana jugakah Arsy Allah itu" Semuanya perlu diperjelas.
Biasanya - untuk gampangnya, lantas - beberapa diantara kita menyarankan
agar tidak memperpanjang diskusi tentang eksistensl Allah. karena bisa menjurus
pada kemusynkan. Tetapi kalau saya, pendapat semacam itu justru berbahaya
karena eksistensi Allah dalam benak kita menjadi tidak jelas. Kenapa tidak kita tiru
Ibrahim saja. Meskipun salah-salah di awalnya. akhimya ketemu juga.
Kalau disebut musyrik, Ibrahimjuga pemah musyrik, karena menganggap
matahari, bulan dan bintang adalah Tuhan. Toh nggak apa-apa. Akhirnya Allah
menunjukkan jalan yang sebenamya. Semua itu karena Ibrahim pantang menyerah
untuk menuju kepada Allah. Dengan tekad yang besar dan usaha terus menerus,
tujuannya untuk mencari Allah akhimya berhasil.
Maka, kembali kepada pertanyaan 'dimanakah Allah', marilah kita kumpulkan
semua jawaban yang mungkin, kemudian kita bahas, satu per satu.
Apakah Allah tinggal di 'rumah'-Nya - di Ka'bah, baitullah " Tentu jawaban ini
16 sangatlah naif. Sudah pasti Allah tidak bertempat tinggal di Ka'bah, Baitullah, atau
'Rumah Allah' itu hanya menunjukkan kepemilikan. bahwa rumah suci itu milik Allah.
Sama sekali tidak menunjuk kepada tempat tinggal.
Tidak ada satu ayat pun dan secuil informasi hadits pun yang menyebut bahwa
Allah 'tinggal' di Ka'bah, seperti dituduhkan oleh banyak orang di luar lslam, bahwa
seakan-akan umat Islam ini menyembah Ka'bah dimana Allah bertempat tinggal.
Apalagi lantas menyembah batu hitam. Hajar Aswad. Kedudukan Ka'bah dalam
peribadatan umat Islam tidak lebih hanya sebagai kiblat. yang secara teknis telah
saya uraikan di depan. tentang manfaatnya.
Lantas, apakah Allah berada di surga" Seberapa luaskah surga itu. sehingga
dikatakan Allah tinggal di sana. Bukankah Allah Maha Besar" Allah adalah Dzat
yang 'Paling Besar' di antara semua eksistensi yang bisa kita sebut. Jika Allah
berada di dalam surga. berarti surga itu lebih besar daripada Allah. Maka, berarti
Allah tidak Maha Besar. Jadi, pendapat bahwa Allah berada di dalam surga. dalam
konsep Islam, tidak bisa diterima.
Kalau begitu. barangkali Allah berada di langit. BUktinya, kita selalu berdo'a
kepada Allah dengan cara tengadah. Dan sering pula kita mengatakan "Yang Di
Atas'. untuk menunjuk keberadaan Allah. Tetapi seberapa luaskah langit itu,
sehingga ia bisa 'mewadahi' ekststenst Allah "
Memang sebagaimana telah saya uraikan di depan bahwa langit semesta ini
sangatlah besar. Bahkan luar biasa besar, karena diameternya diperkirakan oleh
para Astronom sebesar 30 miliar tahun cahaya. Usia kita tidak ada apa-apanya'
dibandingkan besarnya alam semesta ini. Tetapi apakah ia mampu 'mewadahi'
Allah" Terlalu naif jika kita mengatakan bahwa Allah ada di langit. Dan lagi,
dengan berkata begitu, kita sama saja dengan mengatakan bahwa Allah tidak
17 berada di bumi. Sama saja dengan ketika mengatakan bahwa Allah ada di Surga,
maka berarti Allah tidak berada di Neraka. Jika kita mengatakan Allah ada di atas,
maka berarti Allah tidak berada di bawah. Jika Ia di langit maka tidak di Bumi.
Ada juga yang mengatakan bahwa Allah itu ada di hati kita masing-masing.
Kalau begitu apakah Allah itu banyak, sehingga berada di setiap hati manusia"
Padahal kita semuanya sepakat, bahwa Allah itu hanya Satu.
Atau ada juga yang berpendapat bahwa Allah itu ada di akhirat.
Maka, berarti Dia tidak berada di dunia " Dan lagi, dimanakah akhirat itu"
Apakah ia ada di galaksi lain " Apakah sekarang belum ada " Tidak. Allah
mengatakan bahwa alam akhirat itu' sebenarnya sudah ada. Sebagaimana juga
surga dan neraka itu sekarang sudah ada. Hanya saja belum ditampakkan.
Sungguh semuanya masih bersifat teka-teki dan misterius.
Karena itu. biasanya lantas kita berlindung kepada kata-kata: bahwa Allah itu
gaib keberadaan-Nya. sehingga kita tidak bisa memikirkan-Nya, dan apalagi melihat
atau mengobseIVasi-Nya. Tentu tidak boleh demikian.
Sikap ini tidak sepenuhnya benar. Memang Allah gaib. tetapi bukan tidak bisa
dipikirkan, sehingga kita lantas tidak bisa mengenali eksistensi Allah itu. Bahkan Dia
sendiri memerintahkan kepada kita untuk mengenal Allah dari berbagai tanda-tanda-
Nya. Kalau kita tidak mengenal Allah, bagaimana kita bisa mendekat dan akrab
dengan-Nya" Jadi dimanakah Allah" Firman Allah berikut ini. saya kira, bisa memberikan
gambaran yang sangat baik kepada kita.
QS. Nuur :42 "Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan. langit dan bwni. Dan
kepada Allah-lah (semuanya) kembali.
18 QS. Nisaa' (4) : 126 "Untuk Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada
di bumi; dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu"
Kedua ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa segala
eksistensi yang ada di alam semesta ini hanyalah milik Allah belaka. Karena itu Allah
mengatakan bahwa kepada-Nyalah semua itu akan kembali. Dan kemudian, secara
sangat jelas Allah mengatakan bahwa EkSistensi-Nya meliputi segala yang ada itu.
Ini secara frontal telah menjawab pertanyaan: dimanaka Allah" Bahwa Allah
bukan hanya di langit, bukan hanya di surga, bukan hanya di hati kita, bukan hanya
di Ka'bah, dan bukan hanya di akhirat. Tetapi, Allah meliputi segala yang ada.
Allah sekaligus berada di Akhirat, tetapi juga di dunia. Di surga tetapi juga di
neraka. Di langit, namun juga di bumi. Di hati kita, tetapi sekaligus juga di hati
seluruh makhluk-Nya. Allah bersama segala benda yang bisa kita sebutkan (mulai
dari atom dan molekul, seluruh makhluk hidup di muka bumi; hingga benda-benda
langit yang tersebar di alam semesta imJ sampai pada hal-hal yang tidak bisa kita
sebutkan, yaitu hal-hal yang gaib. Tidak ada satu tempat pun yang Allah tidak
berada di sana. Allah meliputi segala makhluk-Nya!
Kalimat terakhir ini sungguh sangat tepat dan sarat makna. Dengan
mengatakan bahwa Allah meliputi segala makhluk-Nya, maka Dia telah
memproklamirkan kepada seluruh makhluk-Nya bahwa Dzat-Nya adalah Maha
Besar. Bagaimana mungkin Dia bisa meliputi segala sesuatu, kalau Dia sendiri tidak
Maha Besar. Bayangkan saja, misalnya, Allah meliputi surga. Berarti Allah harus lebih besar
dari surga. Padahal menurut QS Ali Imran 133, surga itu luasnya seluas langit dan
bumi (ardhuhas samaauxiaii wal ardhl). Berarti Allah jauh melebihi ruang dan waktu
19 yang terangkum dalam alam semesta, atau langit dan bumi Ciptaan-Nya tersebut.
Tidak ada satu ruang kosong pun dj mana Allah tidak berada di sana. Allah
berada bersama saya, juga sedang bersama Anda. Tetapi sekaligus juga mengisi
ruang antara saya dan Anda. Dan seluruh ruang di luar kita. Bagi Allah: di Sini. di
situ, di sana, tidak ada bedanya, karena Allah meliputi semuanya.
Demikian pula, bagi Allah: Barat dan Timur, atas dan bawah, kanan dan kiri,
belakang dan depan, juga tidak ada bedanya.
Karena Barat dan TImur adalah milik Allah, di mana Allah berada di sana
dalam waktu yang bersamaan. Juga, karena Allah meliputi segala makhluk ciptaan-
Nya itu. Jadi keberadaan Allah terhadap ruang adalah mutlak. Sehingga, sebenamya,
pertanyaan, 'Allah ada di mana' adalah sebuah pertanyaan yang keliru. Karena Allah
tidak terikat ruang. Dia berada di mana-mana dalam waktu yang bersamaan.
Pertanyaan 'dimana' hanya bisa dikenakan kepada sesuatu yang berada di
dalam ruang. Padahal yang terjadi pada Allah adalah sebaliknya : ruang itulah yang
berada di dalam Allah ! Demikian pula mengenai waktu. Allah tidak terikat waktu. Allah j uga tidak
berada di dalam dimensi waktu. Bagi Allah : sekarang, besok, kemarin, 1 miliar
tahun yang lalu, atau 1 miliar tahun yang akan datang, tidak ada bedanya. Sama
persis. 'Allah berada di 1 miliar tahun yang lalu, sekaligus berada di 1 miliar tahun
yang akan datang. Kenapa bisa begitu"
Ya, karena Allah tidak berada di dalam dimensi 'waktu', tapi sebaliknya dimensi
'waktu' itulah yang berada di dalam Allah. Karena itu pertanyaan 'Kapan' bagi Allah
tidaklah ada artinya. Allah adalah sebuah 'Kemutlakan ' bagi dimensi ruang dan
waktu. 20 Ini sekaligus juga bisa menjelaskan kenapa Allah itu Maha Tahu. Karena Allah
berada di masa lalu dan masa depan sekaligus. Sehingga kejadian dulu dan akan
datang bagi Allah tidak ada bedanya. Begitu juga Allah berada di sana dan di sini
sekaligus, sehingga kejadian di mana pun bagi Allah tidak ada bedanya. Semua itu
terjadi di dalam Allah ...
Maka, sebenamya shalat menghadap kemana pun bagi kita adalah sama saja.
Kita pasti menghadap Allah, karena Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui, seperti
difinnankan Allah, QS. Al Baqarah : 115 "Dan kepunyan Allah-lah TImur dan Barat, maka kemana pun
kamu menghadap disiiulah. wqjah Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Luas dan Maha mengetahui"
Tentang Dzat Allah Pertanyaan berikutnya yang masih terkait dengan diskusi kita di atas, adalah
tentang Dzat Allah. Bagian ini merupakan bagian yang cukup rumit. sehingga
kebanyakan kita tidak berani memikirkan-Nya. Alasannya sama, yaitu: takut syirik.
Tetapi sekali lagi, bagi saya, pemahaman yang kurang tepat terhadap hal inilah yang
justru akan membawa kita pada kernusrytkan,
Kita memang tidak mungkin bisa 'menangkap' atau 'memotret' Dzat Allah itu
secara menyeluruh. karena kita berada di dalam Allah. Sebagai perbandingan.
bayangkan kita sedang berada di dalam sebuah gedung yang sangat besar, dimana
kita tidak punya peluang untuk keluar dari gedung itu. Lantas. kita ingin memotret
gedung itu secara utuh. Bisa dipastikan, kita tidak akan mampu memotretnya secara
21 utuh. Paling-paling yang bisa kita lakukan adalah memotret sisi-sisi tertentu saja. Itu
pun dari dalam gedung.
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kurang lebih sama dengan upaya kita dalam memahami Dzat Allah. Sudah
bisa dipastikan bahwa kita tidak akan bisa memahami-Nya secara utuh, disebabkan
oleh keterbatasan kita. Tetapi, kita tetap harus melakukan 'pemotretan' tersebut agar
pemahaman kita bisa optimal. Jika tidak, yang terjadi adalah semakin kerdilnya
pemahaman kita terhadap Allah. Dan yang paling menyedihkan. justru kita terjebak
kepada kecenderungan 'merendahkan' ketinggian Dzat Allah.
Lantas, apa dan bagaimanakah Dzat Allah itu" Pertanyaan ini memberikan
kesan kepada kita, bahwa seakan-akan Allah itu harus berada dalamframe
pemikiran kita dan berujud yang bisa kita observasi menggunakan panca indera
manusia. Pertanyaan 'Apa dan Bagaimana' mengarahkan kita kepada salah satu
jawaban yang ada dalam inventarisasi pemikiran kita . . Baik mengenai
mekanismenya. maupun matenalnya. Misalnya, bulan, bintang, matahari. orang, dan
lain sebagainya dengan berbagai mekanismenya. Hal ini persis seperti yang
dipertanyakan oleh nabi Ibrahim ketika masih muda.
Barangkali, kita terlalu berharap bahwa Allah adalah 'sesuatu' yang berada
dalam jangkauan pemikiran dan tnderawi kita. Padahal, sesuatu yang bisa
tertangkap oleh indera dan pemikiran kita adalah sesuatu yang terbatas. Dan kalau
'Dia' terbatas maka 'Dia' tidak layak lagi disebut sebagai Tuhan, Sang Penguasa
Alam Semesta. Saya kira kita sepakat bahwa Tuhan adalah 'Sesuatu' yang Besar-Nya tidak
ada yang mengalahkan. Tinggi-Nya tidak ada yang melampaui. Dan, Kekuasaan-
Nya tidak ada yang membatasi.
22 Dengan demikian keberadaan-Nya adalah mutlak. Tidak ada yang bisa
mengukur-Nya. Karena memang tidak ada satu pun 'alat ukur' yang bersifat material,
energial, maupun psikis yang bisa dibandingkan dengan-Nya. Jadi Dia melampaui
'apa dan bagaimana' yang pernah kita bayangkan, dalam seluruh pengalaman
kehidupan kita. Ini persis dengan yang Dia firmankan dalam Al Quran .
..... tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya ... "
Jadi jawaban atas pertanyaan 'Apa' Dzat Allah itu, adalah Firman-Nya sendirt,
seperti tersebut di atas bahwa: Dia adalah sesuatu yang tidak pemah terlintas dalam
benak kita ... Sebagai ilustrasi, saya ingin menjelaskan dengan cara yang agak berbeda.
Saya kira kita sepakat bahwa Allah adalah Dzat yang paUng awal dan paling akhir,
seperti Dia firmankan berikut ini.
QS. Al Hadiid (57) : 3 "Dialari Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin
dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu"
Karena Dia adalah Dzat yang paling awal, maka bisa dikatakan bahwa
sebelum ada segala sesuatu (alam semesta dan segala isinya.) yang ada hanyalah
Dia. Bahkan ketika itu Surga, Neraka dan Malaikat pun belum ada.
Sehingga, ketika Dia rnenctptakan alam semesta (termasuk ruang dan waktu),
logikanya tidak ada dzat lain selain Dzat Allah. Dengan kata lain, Allah menciptakan
aJam semesta ini dari Dzat--Nya sendri. Kenapa demikian " Ya karena pada waktu
itu tidak ada apa-apa dan tidak ada siapa-siapa. Tidak ada peluang atau altematif
lain yang menunjuk kepada adanya dzat lain, selain Dia.
Jikalau Allah menciptakan alam semesta ini dari dzat lain, selain diri-Nya, maka
berarti eksistensi Allah tidaklah Paling Awal. Ada dzat lain yang ada bersamaan
23 dengan Dzat Allah. Juga, berarti tidak Paling Besar. Jadi, sekali lagi, tidak ada
penafsiran lain, kecuali bahwa alam semesta ini diciptakan dari Diri-Nya sendiri.
Dengan kata lain, ruang itu sebenamya adalah bagian dari eksistensi Allah.
Waktu, juga bagian dari eksistensi Allah, Matahari, bulan, bintang, meteor, dan
seluruh benda-benda langit, juga adalah bagian dari eksistensi Allah. Seluruh
makhluk hidup, mulai dari Malaikat, Jin. Manusia, Binatang dan tumbuhan, juga
bagian dari eksistensi Allah.
Demikian pula seluruh material yang tampak. maupun energi yang abstrak,
adalah bagian dari ekSistensi-Nya. Bahkan seluruh isi pikiran kita, maupun segala
sesuatu yang berada di luar jangkauan pemikiran kita, adalah bagian dari Dzat Allah
itu sendiri. Pokoknya, segala yang kita ketahui dan segala yang tidak kita ketahui,
atau bahkan segala sesuatu yang di luar dugaan kita, semua itu adalah bagian dari
eksistenst Allah , .. Berbagai ayat dalam Al Quran juga menggambarkan betapa Allah merangkum
seluruh sifat yang kontradiktif dalam ruang dan waktu, di alam semesta ini.
Dikatakan di ayat tersebut, bahwa secara bersamaan Allah berada di awal, tetapi
juga di akhir. Demikian pula berkaitan dengan mang, Allah mengatakan bahwa Dia
sekaligus 'kelihatan' dan 'tidak kelihatan'. Dia sekaligus Maha Besar, tetapi Juga
Maha Halus. Dia Maha Jauh sekaligus Maha Dekat.
Kesimpulannya, sungguh Dzat Allah adalah Dzat yang demikian dahsyatnya.
Sehingga pikiran dan indera kita tidak mampu untuk menggambarkan-Nya. Yang
bisa kita lakukan adalah sekedar memperoleh 'persepsi' dan 'kesan' tentang
Kedahsyatan Allah itu, melalui 'tanda-tanda'-Nya, Dan hal inilah yang Dia anjurkan
kepada kita agar kita lebih mengenal keberadaan-Nya ...
24 Allah Lebih Dekat daripada Urat Leher
'Jika Allah Maha Dekat, lantas seberapa dekatkah Allah dengan makhluk-Nya"
Inilah pertanyaan selanjutnya. yang boleh jadi. muncul di benak kita.
Saya khawatir, ada di antara kita yang berpikir bahwa Allah yang Maha Besar
itu meliputi makhluk-Nya, tetapi tidak menyatu. Artinya, kita membayangkan seperti
sebuah bola yang amat besar dan berongga, dimana di dalamnya seluruh makhluk-
Nya berada. Jika demikian pemikiran kita. maka berarti Allah itu berjarak dengan kita.
Allah berada di luar kita. Meskipun kita berada di dalam Allah.
Pemahaman tersebut kurang tepat. Kalau kita sudah menyimpulkan bahwa
Allah meliputi segala makhluk-Nya, maka tidak ada peluang lain untuk tidak
mengatakan bahwa Allah bersatu dengan makhluk-Nya.
Bayangkan, Allah meliputi atom-atom dan seluruh partikel yang lebih kecil dari
itu. Allah juga meliputi molekul-molekul penyusun sel dan tubuh kita. Artinya, di
bagian yang terhalus dari tubuh kita pun Allah berada di sana. Bahkan Allah juga
berada di jarak antara satu partikel dengan partikel lainnya. Maka sekali lagi, tidak
ada peluang untuk mengatakan bahwa Allah tidak hadir dalam setiap 'titik' sekecil
apa pun. di tubuh kita maupun alam semesta ini.
Karena itu, sangatlah bisa kita pahami ketika Allah mengatakan bahwa Dia
sangat dekat dengan makhluk-Nya. Bahkan terhadap manusia, Allah mengatakan
bahwa Dia lebih dekat dari pada urat leher kita sendiri, seperti difirmankan di QS.
Qaal (50) : 16 "Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dan Kami
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Dan kami lebih dekat
kepadanya dari pada urat lehernya"
Bisakah Anda bayangkan, bahwa urat leher itu berada di dalam tubuh kita -
25 menyatu dengan kita. Tetapi Allah mengatakan bahwa Dia lebih dekat dari pada itu.
Saya kira, kesimpulannya hanya satu, yaitu bahwa Allah menyatu dengan kita atau
sebaliknya, kita ini menyatu dengan Allah,
Jika diperluas pemahaman tersebut, kita bisa mengatakan bahwa Allah berada
di hati kita. Allah juga berada di tarikan dan hembusan nafas kita. Allah berada di
aliran darah dan denyut jantung kita. Allah juga berada di seluruh kelenjar hormon
kita. Allah berada di benak pikiran, otak dan seluruh saraf tubuh kita. Allah berada di
miliaran proses biokimiawi yang menopang kehidupan kita. Allah-lah yang
berperanan menghidupkan seluruh aktifitas kita, yang kita sadari maupun tidak.
Yang bisa kita kendalikan maupun tidak. Allah adalah Penguasa kehidupan kita,
sepenuhnya ... Pemahaman seperti di atas, akan membawa konsekuensi yang sangat radikal
dalam ketauhidan kita. Kita, lantas, memperoleh kesimpulan bahwa ternyata Allah
tidak berjarak sama sekali dengan makhluk-Nya. Karena itu, kita sangat bisa
memahami kenapa Allah mengatakan, bahwa Dia tahu persis apa yang dibisikkan
oleh hati dan pikiran kita. Karena, Allah memang berada di dalam hati dan pikiran itu
sendiri. Kita juga, lantas, bisa mengerti kenapa Allah mengatakan bahwa berdoa itu
tidak perlu dengan suara yang keras, karena Allah memang menyatu dalam setiap
tartkan nafas dan getaran suara kita. Cukuplah berdoa dengan cara berbisik-bisik
kepada Allah ... Kita, lantas, juga akan berpikiran kenapa harus menengadah ke langit ketika
berdoa. Sementara kita tahu bahwa Allah begitu dekatnya, bersama kita di sini. Juga.
menjadi aneh ketika kita membayangkan dalam shalat kita, bahwa Allah berada di
depan kita. Sungguh, dalam waktu bersamaan, Allah sedang berada di depan, di
26 belakang, kanan, kiri, atas, bawah, dan di dalam dili kita. Atau yang lebih tepat lagi:
kita sebenarnya sedang berada di dalam dan bersatu dengan Allah ...
Sebenarnya Dia-lah yang Eksis, Kita Semu
Ketika sampai pada bagian ini, tiba-tiba kita memperoleh kesan bahwa
sepertinya keberadaan manusia dan seluruh makhluk di alam semesta ini semu
belaka. Yang sesungguhnya ada, cuma Allah, sang Perkasa ...
Kesan ini muncul sebagai konsekuensi atas diskusi yang kita kembangkan
sebelumnya. Bukankah kita telah meyakini bahwa sebelum ada segala sesuatu,
yang ada hanyalah Dzat Allah belaka. Lantas, dari Dzat-Nya itulah diciptakan segala
sesuatu, termasuk ruang dan waktu. Jadi 'waktu' itu dulu pernah tidak ada. Demikian
pula 'ruang'. Sehingga, pada suatu ketika, pemah tidak ada 'waktu' dan tidak ada
'ruang' di alam semesta ini. Yang ada hanya kemutlakan Allah.
Dan selanjutnya, karena ruang dan waktu adalah makhluk Ciptaan Allah, maka
suatu ketika keduanya bisa musnah. Nanti, suatu ketika, 'waktu' akan menghilang.
Tidak ada lagi parameter waktu. Sehingga pertanyaan 'Kapan' tidak bermakna lagi,
karena waktu sudah tidak bergerak. Demikian pula 'ruang' alias tempat. Ketika itu,
pertanyaan 'Dimana' juga tidak bermakna lagi, karena tidak ada ruang. Yang ada
hanyalah kemutlakan Allah.
Bahkan surga dan neraka juga lenyap. Alam akhirat, yang kita yakini sebagai
alam yang kekal abadi, suatu ketika juga akan lenyap, bersama lenyapnya langit dan
bumi. Sekali lagi, yang ada hanya Allah. Ini telah difirmankan Allah di dalam Al
Quran, sebagai berikut. Al Qashas (28) : 88 27 " ... segala sesuatu (di alam semesta) ini akan musnah kecuali
wajah (eksistensi}-Nya. Baginyalah segala penentuan, dan hanya
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. "
Ayat ini dengan sangat gamblang mengatakan bahwa seluruh makhluk akan
musnah. Apa dan siapakah makhluk itu" Seluruhnya, selain Allah. Jadi, di dalamnya,
termasuk malaikat. manusia, alam semesta, surga dan neraka.
Memang, alam akhirat dikatakan sangat panjang usianya. Bahkan bisa
dikatakan kekal. Tetapi, tentu logika kita tidak bisa menerima kalau dikatakan bahwa
alam akhirat itu kekal selamalamanya, dan tidak bisa hancur. Sebab, selain Allah
berarti adalah makhluk ciptaan-Nya. Sebagaimana dunia, alam akhirat akan
mengalami kehancurannya. Inilah yang di dalam terminologi Islam dikenal sebagai
kiamat kubra alias kiamat besar. Sedangkan, hancurnya dunia disebut sebagai
kiamat suqhra alias kiamat kecil.
Ketidak kekalan akhirat ini dikatakan oleh Allah di dalam QS. Huud :106 - 108
"Adapun orang-orang yang celaka, maka tempatnya adalah di
dalam neraka, di dalamnya mereka menarik dan mengeluarkan
nafas." "Mereka kekal di dalamnya, selama ada langit dan bumi, kecuali
jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. "
"Adapun orang-orang yang bahagia, maka tempatnya di dalam
surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi.
Icecualijilca Tuhanmu menghendaki (yang lain), sebagai karunia yang
tiada putus-putusnya. "
Kebanyakan kita berpendapat bahwa alam akhirat (surga dan neraka) tidak
28 akan mengalami kehancuran lagi. Saya, tidak berpendapat demikian. Apalagi dalam
finnan-Nya di atas, Allah jelas-jelas mengatakan bahwa kekarnya surga dan neraka
itu adalah sekekal langit dan bumi. Padahal kita tahu persis bahwa langit dan bumi
akan mengalami kehancurannya. Dan kemudian lenyaplah segala yang ada mi.
Dalam salah satu teori tentang kehancuran alam semesta, dikatakan bahwa
kiamat yang kedua - yaitu lenyapnya alam semesta - diperkirakan akan terjadi 20
miliar tahun kemudian. Memang sebuah perjalanan waktu yang sangat panjang.
Hampir kekal, ditinjau dari usia manusia yang hanya puluhan tahun. Tetapi tetap
saja, tidak bisa dikatakan kekal abadi. (lebih jauh akan saya bahas dalam buku lain.
yang akan segera terbit. berjudul: Ternyata Akhirat Tidak Kekal)
Di dalam ayat yang lain, secara eksplisit Allah mengatakan bahwa surga itu
seluas langit dan bumi. QS. Ali Imran: 133 " Dan bersegeralah kalian kepada ampunan
Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk
orang-orang yang beriman. "
Ayat di atas, dengan sangat jelas mengatakan bahwa surga dan alam semesta
ini berimpit besarnya. Dan sekaligus eksistensinya. Sehingga ketika suatu saat nanti
alam semesta ini lenyap, maka surga juga akan menemui akhir eksistensinya.
Lantas, kemanakah segala eksistensi ini" Lenyap, kembali kepada Allah ...
Dengan demikian, kita- bisa mengambil kesimpulan bahwa eksistensi yang
sebenarnya hanyalah Allah sang Maha Perkasa. Kita semua, termasuk segala
benda di alam semesta ini, adalah semu belaka. Keberadaan kita hanyalah
sementara. Seiring dengan terciptanya ruang dan waktu. Begitu ruang dan waktu itu
hilang, maka hilang pula kita. Bahkan pada saat kita eksis ini pun, hanyalah menjadi
semacam 'pantulan' atau cerminan dari eksistensi Allah ...
29 Saatnya Menghamba Kepada Allah
Apakah tujuan terakhir dali perjalanan keagamaan kita " Barangkali kita sudah
memperoleh kesimpulannya. yaitu : bersatu dengan Allah. Akan tetapi
bagaimanakah prakteknya dalam kehidupan kita sehari-hari " Jangan sampai kita
salah dalam merealisasikan dalam hidup ini, sehingga terjadilah seperti yang terjadi
pada murid-murtd Syech Siti Jenar, yaitu: mereka berbuat apa saja dengan
mengatasnamakan Allah. Kata mereka: apa saja yang saya perbuat ini adalah
perbuatan Allah juga, sebab Allah sudah bersatu dengan saya. Tentu runyam, kalau
pemahamannya seperti itu !
Kita harus proporsional dalam mengimplementasikan kebersatu-an kita dengan
Allah. Memang kita bersatu dengan Allah, tetapi kita bukan Allah. Dan Allah bukan
kita. Yang dimaksudkan bersatu dalam hal ini : kita telah menjadi 'bagian' dari Allah.
Baik dalam berpikir. dalam bersikap, dalam bertuturkata. dalam berbuat, dan dalam
seluruh aktifitas kehidupan kita. Kita telah melebur dengan segala sunatullah. yang
terhampar di alam semesta ini.
Lantas bagaimana caranya agar kita bisa melebur dalam Dili-Nya" Tentu harus
berguru kepada-Nya dan terus melakukan interaksi dengan-Nya. Bahkan selalu
bertanya kepada Allah. setiap saat: " Ya Allah bagaimana caranya agar aku bisa
melebur ke dalam DiriMu ?"
Barangkali, salah satu cara agar kita bisa melebur ke dalam Diri-Nya adalah
dengan menghambakan dili kita dan mencontoh atau meniru selwuh Sifat serta
Perbuatan-Nya. Ini adalah langkah awal yang mesti kita lakukan. Dengan
menghambakan diri kepada Allah, maka berarti kita sudah menghilangkan ego kita.
Yang ada hanyalah Ego Allah. Artinya. kita bersepakat memasrahkan hidup dan
30 kehidupan kita kepada-Nya saja. Kita taat sepenuh-penuhnya untuk mengikuti
segala kemauan-Nya. Langkah belikutnya, marilah kita tiru sifat-sifat Allah. Kita jalankan dalam
kehidupan sehari-hari. Ambillah sifat Rahman dan Rahim Allah. Bagaimana Dia
memperlakukan makhluk-Nya dengan segala Kasih Sayang dan Sangat Pemurah.
Dia tidak pernah membedakan siapa pun dalam memberikan rezeki dan karunia.
Yang Dia lihat adalah usaha yang mereka lakukan. Siapa saja yang berusaha, maka
akan mendapatkannya. Bahkan ada begitu banyak, yang Ia berikan secara cuma-
cuma. Mulai dari fasilitas hidup di muka bumi, sampai kepada berbagai perlindungan
atas berbagai musibah yang kita tidak mampu menolaknya.
Namun demikian, marilah kita contoh juga sifat Rabb-Nya. Segala Kasih
Sayang dan Kepemurahan-Nya itu bertujuan untuk mendidik dan memelihara alam
semesta, agar bergerak dalam keseimbangan. Sesuatu yang berlebihan Dia
kembali-kan menuju kondisi seimbang, lewat sunatullah. Semua itu, agar alam
semesta ini terjaga sampai waktu yang ditentukan.
Demikian seterusnya, mari kita coba aplikasikan Sifat-sifat Allah dalam Asmaul
Husna itu dalam kehidupan kita. Apa dampaknya bagi kita" Insya Aliah, eksistensi
kita akan lenyap secara perlahan-lahan. Dan, yang muncul serta bersinar adalah
eksistensi Allah. Nah pada saat itulah, barangkali kita telah melebur ke dalam Diri-
Nya. Kita bersatu dengan Allah sang Maha Agung dan Maha Terpuji. ..
Wahai jiwa yang penuh kedamaian kembalilah kepada
Tuhanmu dengan penuh. kepuasan dalam ridho-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
masuklah ke dalam surgaKu
31 (QS. Al Fajr : 27 - 30) dan Allah sangat penyayang kepada hamba-hamba-Nya
(QS. Ali lmraan : 30) Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima
taubat dari hambahamba-Nya.
(QS. At Taubah : 104) Surga 'Adn yang dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah
kepada hamba-hamba-Nya. (QS Maryam: 61) Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya (QS Al Ankabuut : 62) Maha Lembut kepada hamba-hamba-Nya Dia memberikan
rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya Dan Dialah yang Maha
Kuat lagi Maha Perkasa (QS Asy Syuraa : 19) Sesungguhnya tidak ada seorang pun di langit dan di bumi
kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku
seorang hamba 32 (QS. Maryam: 93) Lampiran: Pembangunan Ka'bah Cuplikan dari http://hajj.al-islam.com
PEMBANGUNAN KA'BAH Pembangunan Masa Ibrahim Inilah satu-satunya pembangunan Ka'bah yang ditegaskan dalam Alquran.
Meninggikan Fondasi Suatu ketika Nabi Ibrahim
a.s. , datang di Mekah untuk
menjalankan perintah Allah swr.
Beliau diutus oleh-Nya untuk
membangun Rumah Suci, Baitullah. Untuk itu, beliau berdialog dengan anaknya, nabi
33 Ismail as. "Sebenamya Allah
telah memerintahkan aku untuk
melakukan sebuah pekerjaan",
katanya kepada Ismail. Ismail as
menjawab "Laksananakanlah perintah Tuhan itu!" Beliau berkata lagi, "Apakah engkau bersedia membantunya?"
Ismail menjawab, "Aku siap untuk membantu." Maka Ibrahim berkata, "Se-
sungguhnya Allah Taala memerintahku untuk membangun sebuah rumah di sini." Ia
lantas menunjuk ke sebuah bukit.
Akhirnya, mereka berdua membangun rumah suci itu di atas fon-dasi. Ismail as.
bagian membawa batu, dan Ibrahim yang menyusunnya. Ketika bangunan semakin
tinggi, Ismail a.s. membawakan sebuah batu untuk pijakan nabi Ibrahim. Inilah yang
dikenal sebagai Maqam Ibrahim. Batu itu diletakkannya di samping bangunan
sebagai pijakan buat Nabi Ibrahim a.s dalam meninggikan Ka'bah. Nabi Ibrahim a.s.
naik ke atas batu itu dan Nabi Ismail a.s. menyodorkan batu-batu. Mereka berdoa:
Artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk: patuh
kepada Engkau, jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh
kepada-Mu, twyukkanlah kepada kami caracara dan tempat-tempat ibadat hqji kami,
terim.a.l.ah taubat kami, sesunqquhnua Englcaulah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang. Ya Tuhan. kami. utuslah kepada mereka seorang Rasul dari
kalangan mereka sendiri. yang akan membacakan ayat-ayatMu kepada mereka,
mengqjari. mereka Al Kitab (Alquran) dan Al Hikmah (Sunnah) serta mensucikan
mereka. Sesungguhnya Engkaulnh yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dan dengan barokah Allah akhirnya pembangunan Ka'bah itu pun selesai.
34 Pondasinya Sejak nabi Adam as
Ada yang berpendapat bahwa fondasi yang dibangun oleh nabi Ibrahim itu
sudah ada sejak jaman nabi Adam as. Tetapi tidak ada satu pun hadits sahih yang
mengatakan bahwa Baitullah sudah berdiri sebelum Nabi Ibrahim a.s. Mungkin saja
ada yang berpegang pada firman Allah Taala berikut ini:
Artinya: Ingatlah, ketika Kami menyediakan tempat kepada Ibrahim di tempat
Baitullah. Atau firman Allah Taala:
Artinya: Ingatlah. ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah.
Dalam hal ini, yang dimaksudkan adalah bahwa letak Baitullah itu telah ada
dalam ilmu Allah sejak penciptaan langit dan bumi. Jadi letak Baitullah sudah
diketahui. Adapun pembangunannya dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi
Ismail as. Berita yang mengatakan bahwa Ka'bah telah dibangun sebelum itu 'adalah
berita yang diriwayatkan dari Bani Israil. yang tidak dapat dibenarkan dan tidak
dapat disalahkan. Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Membangun Baitullah Nabi Ibrahim membangun Baitullah dengan ukuran: tingginya 9 hasta.
Panjangnya dari Hajar Aswad sampai Rukun Syami 32 hasta. Lebarnya dari Rukun
Syami sampai Rukun Gharbi 22 hasta. Panjangnya dari Rukun Gharbi sampai
Rukun Yamani 31 hasta. Lebarnya dari Rukun Yamani sampai Hajar Aswad 20
hasta. Beliau membuat pintu Ka'bah sejajar dengan tanah, tidak melebihi ketinggian
tanah dan tidak dibuatkan daun pintu. Daun pintu baru dibuat kemudian oleh Tubba'
35 Al Humairi, kemudian pintu Ka'bah ditinggikan dari permukaan tanah. Bangunan
yang dibuat oleh Nabi Ibrahim a.s. itulah bangunan yang dicontoh oleh orang
setelahnya. Bangunan tersebut mempunyai dua rukun yaitu dua Rukun Yamani.
Adapun bagian berikutnya adalah hijir yang tidak dibuatkan rukun, tetapi dibuat
setengah lingkaran. Dikatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. membangun Baitullah ketika
beliau berusia 100 tahun. Allah Yang Maha Mengetahui.
Pemakmuran Ka'bah oleh Malaikat
Allah berfirman kepada para Malaikat
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. Malaikat berkata," Ya Tuhan kami, khalifah selain kami
hanya akan berbuat kerusakan di bumi, membuat pertumpahan
darah, saling dengki dan saling membenci;
"sedangkan kami selalu bertasbih memuji-Mu dan metisucikan;
mentaati dan tidak mengingkari-Mu . ., Allah berfirman,
"Sesungguhnya Aku lebih mengetahui yang tidak kamu
ketahui." Mendengar jawaban itu para Malaikat merendahkan diri dan menangis
memohon ampunan dari Allah. Mereka berputar di sekeliling Arsy, sehingga Allah
menurunkan rahmat-Nya kepada mereka. Dan diciptakanlah di bawah Arsy sebuah
rumah yang disebut Baitul Makmur, dimana para malaikat berthawaf, mengitarinya.
Kemudian Allah mengutus malaikat-malaikat ke bumi seraya berfirman kepada
mereka, "Bangunlah untuk-Ku sebuah rumah di bumi seperti ini (Baitul Makmur)."
Maka Allah memerintahkan kepada makhluk-Nya di bumi untuk thawaf di rumah
tersebut sebagaimana penghuni langit thawaf di Baitul Makmur.
36 Pembangunan Oleh Nabi Adam As
(Sekali lagi tidak ada hadits yang sahih tentang pembangunan Ka'bah sebelum
jaman nabi Ibrahim. Kisah-kisah di bawah ini hanya untuk informasi pembanding
saja.) Diriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, "Allah Ta'ala telah
mengutus Jibril a.s. kepada Adam dan Hawa, (Allah berfirman) .. Kalian berdua
bangunlah bagi-Ku sebuah rumah .. Kemudian Jibril menunjukkan tempatnya. Adam
menggali dan Hawa memindahkan tanahnya, sehingga sampai kepada air terdengar
suara dari bawah, "Hati-hati wahai Adam."
Ketika Adam sedang membangunnya, Allah berfirman kepadanya agar dia
bertawaf di rumah itu dan dikatakan, "Kamu adalah manusia pertama dan ini adalah
rumah pertama yang dibangun." Setelah bergantinya masa dan tahun, baru
sampailah kepada Ibrahim a.s. Beliaupun meninggikan fondasi bangunannya. Dari
itu yang pertama kali meletakkan fondasinya dan yang pertama kali shalat dan tawaf
di Ka'bah adalah Adam as.
Pembangunan Oleh Nabi Syits As
Setelah wafatnya Adam as. anak-anaknya membangun Ka'bah dengan tanah
dan batu. Disebutkan bahwa yang membangunnya adalah nabi Syits as. Setelah itu
Ka'bah terus ada dan terjaga sampai datang topan di zaman Nuh a.s. lalu tenggelam
dan hilang tempatnya. Dalam beberapa cerita lsrailiyat yang diriwayatkan oleh Wahab bin Munabbih
bahwa Adam a.s. meletakkan kemah di atas Ka'bah tersebut. setelah beliau
meninggal, anak cucunya mengangkat kemah tersebut dan membangun bangunan
37 yang pertama sebagai Ka'bah.
Pembangunan Oleh Suku Amaliqah
Setelah Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. membangun Ka'bah dan masa berlalu
begitu panjang, sampailah pada saat rusaknya Ka'bah, kemudian dibangun kembali
oleh suku Amaliqah. TIdak banyak referensi yang menerangkan tentang pembangunan masa ini
secara terperinci. Pembangunan Oleh Suku Jurhum
Setelah pembangunan suku Amaliqah berlalu dalam beberapa waktu, terjadilah
luapan air bah yang datang melalui dataran tinggi Mekah yang mengakibatkan
dinding Ka'bah rusak tapi tidak sampai roboh.
Kemudian suku Jurhum memperbaikinya seperti sediakala dan membangun
tembok untuk menghalangi Ka'bah dari luapan air bah.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa banjir tersebut menghancurkan Ka'bah,
kemudian suku Jurhum membangun ulang seperti yang dibangun Nabi Ibrahim as,
mereka memasang dua pintu dan gembok.
Pembangunan Oleh Qushay Bin Kilab
Setelah Ibrahim a.s, Qushay bin Kilab adalah orang pertama mengadakan
renovasi Ka'bah dari suku Quraisy. Beliau membangun atapnya dari kayu Dum dan
pelepah kurma. A'syti berkata dalam sebuah syairnya, (dali Bahr Tawil) "Aku bersumpah demi
dua pakaian pendeta Syam dan demi (Ka'bah) yang dibangun Qushay kakek dan
38 putra suku Jurhum" Pembangunan Oleh Bangsa Quraisy
Ketika Rasulullah mencapai usia dewasa (menurut riwayat lain; ketika berumur
dua puluh lima tahun), ada seorang wanita membuat tungku di dekat Ka'bah.
Percikan apinya mengenai kain Ka'bah sehingga mengakibatkan kebakaran.
Bangsa Quraisy merobohkannya dan membangunnya kembali.
Di saat peletakan Hajar Aswad mereka (Qabilah-qabilah Quraisy) saling
bertengkar; siapakah yang berhak meletakkan-nya" Mereka berkata, "Mali kita
tentukan siapa yang pertama-tama masuk lewat pintu Bani Syaibah maka dialah
yang akan meletakkannya. "
Setelah nampak bagi mereKa'bahwa yang pertama masuk dali pintu Bani
Syaibah adalah Rasulullah saw. mereka menetapkan beliau untuk meletakkannya.
Rasulullah mengambil sepotong kain dan meletakkan Hajar Aswad di tengahnya
kemudian memintakan setiap suku untuk memegang ujungnya.
Menurut riwayat lain; Nabi saw. memilih kepala-kepala suku, masing-masing
memegang ujung kain tersebut kemudian mel-eka mengangkat Hajar Aswad.
Rasulullah mengambilnya dan meletakkannya di tempatnya semula. Bangsa Quraisy
membuat enam tiang penyangga di dalam Ka'bah yang diletakkan dalam dua baris.
Bangsa Quraisy juga telah meninggikan letak pintu Ka'bah atas
usulan Abu Hudzaifah bin Mughirah yang mengatakan, "Wahai kaum,
tmggtkanlah pintu Ka'bah sehingga tidak dapat dimasuki kecuali dengan
menggunakan tangga, agar tidak ada yang akan memasukinya kecuali orang yang
kamu sukai. Apabila ada orang yang kamu benci mencoba memasukinya kamu
dapat melemparinya sampai diajatuh. dan ini dapat menjadi pelajaran buat yang
39 melihatnya ... Kemudian bangsa Quraisy melaksanakan usulan tersebut dan menambah
tingginya dari sembilan menjadi delapan belas hasta, namun bangsa Quraisy karena
kekurangan biaya, mengurangi bangunan Ka'bah dari fondasi yang dibangun oleh
Nabi Ibrahim as. enam hasta di sebelah utara.
Pembangunan Oleh Abdullah Bin Zubair r.a.
Dijaman Yazid bin Muawiyah, Ka'bah mengalami kebakaran. Abdullah bin
Zubair membiarkannya sampai datang musim haji. Ketika orang-orang sudah ber-
datangan dia berkata, "Hai sekalian manusia bagaimana pendapat kalian tentang
Ka'bah, apakah aku robohkan lalu aku bangun kembali atau aku perbaiki saja
bangunan yang ada?" Ibnu Abbas berkata, "Menurut pendapatku perbaiki saja apa yang ada dan
biarkan bentuk dan batu-batunya seperti adanya, karena banyak orang yang masuk
Islam karenanya dan Rasulullah saw. juga diutus karenanya."
Ibnu Zubair berkata, "Jika salah seorang di antara kamu rumahnya terbakar
maka dia tidak akan rela (menyaksikan-nya) kecuali ia mesti merenovasinya, lalu
bagaimana dengan rumah Tuhanmu" Sesunggulmya aku akan melakukan shalat
istikharah tiga kali dan setelah itu akan kutetapkan keputusanku."
Setelah melaksanakan shalat istikharah tiga kali, dia memutuskan untuk
menghancurkannya, namun mereka khawatir datangnya azab dari langit akan
menimpa orang pertama yang melakukan pembongkaran. Naiklah seseorang ke
atap Ka'bah dan melemparkan sepotong batu dari sana. Ternyata tidak ada azab
yang menimpanya maka lantas mereka ikut menghancurkannya hingga rata dengan
tanah. 40 Kemudian Ibnu Zubair membuat tiang-tiang yang ditutupi dengan kain hingga
pembangunannya sempurna. Ka'bah tidak pernah sepi dari orang-orang yang tawaf
mengelilinginya sedang 'ia dalam keadaan tertutup oleh kain.
Ibnu Zubair berkata, aku mendengar Aisyah ra. berkata, bahwa Rasulullah saw.
bersabda, " Kalau seandainya umatmu sudah jauh dari masa jahiliyah (kekafiran) dan
seandainya aku mempunyai biaya untuk membangunnya pasti akan kutambahkan
batu setinggi lima hasta dan akan kubuatkan dua pintu, satu pintu masuk dan satu
pintu keluar." Ibnu Zubair berkata lagi , .. Sekarang aku mempunyai biaya untuk itu
dan aku tidak khawatir dengan omongan orang-orang."
Ketika Ibnu Zubair menghancurkan Ka'bah dan meratakannya dengan tanah,
dia menemukan fondasi yang dibuat oleh Ibrahim a.s. yang terdapat di dalam Hijir
Ismail sekitar enam hasta lebih. Dan batu-batu tersebut seperti leher unta dan
berwarna merah serta satu dengan yang lain saling bersilang seperti persilangan
jari-jari. Di tengah penggaliannya, juga ditemukan sebuah kuburan. Ibnu Zubair berkata
bahwa itu adalah kuburan ibu Ismail a.s. Hal itu disaksikan oleh lima puluh tokoh
masyarakat pada waktu itu.
Abdullah bin Muthi' Al Adam meletakkan sebuah tongkat yang dipegangnya
pada salah satu sudut Ka'bah, lalu bergerak seluruh sudutnya dan bergetar
dindingnya serta bergetar pula seluruh kota Mekah dengan getaran yang dahsyat.
Orang-orang terkejut dan cemas, lalu Ibnu Zubair berkata, " Saksikanlah!" Lalu dia
membangunnya di atas fondasi yang telah ada, dan membuat dua pintu yang
menyentuh tanah, yang kedua seukuran dan sejajar dengan yang pertama.
Ibnu Zubair menambah tinggi Ka'bah sepanjang sembilan hasta hingga
tingginya menjadi dua puluh tujuh hasta. Tebal dinding-nya dibuat dua hasta. Di
41 dalamnya dibuat tiga tiang penyangga, bukan enam seperti yang dibuat bangsa
Quraisy. Didatangkan marmer dari Shan'a dan dibuat ventilasi untuk lobang udara
dan cahaya. Dibuat dua lembar daun pintu sepanjang sebelas hasta. Dibuat sebuah
tangga kayu yang bengkok untuk naik ke atas atapnya. Setelah selesai, Abdullah bin
Zubair memberi dinding-nya wangi-wangian dan za'faran serta menutupinya dengan
kain yang dibuat oleh suku Qibthi. Ibnu Zubair telah mengeluarkan seratus unta
untuk membiayai pembangunan tersebut. Setelah selesai, ia tawaf dan mengusap
(menyalami) semua sudutnya.
Pembangunan Oleh Sultan Murad Khan
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada hari Rabu, tanggal 19 Syaban 1039 H. turun hujan lebat di kota Mekah
yang menyebabkan banjir besar hingga masuk Mesjidil haram dan menggenangi
sebagian besar bangunannya.
Pada hari Kamis (keesokan harinya) dinding Syami (yang mengarah ke Syria)
runtuh, begitu juga sebagian dinding sebelah Timur dan Barat. Hujan terus turun tak
henti-hentinya, membuat orang-orang jadi panik. Kaum Muslimin menyiapkan
pembangunan Kabah yang runtuh. Dan atas perintah Sultan Murad Khan
pembangunan dilaksanakan hingga selesai - berkat izin Allah - pada tanggal 2
Zulhijah tahun 1040 H. Pembangunan tersebut memakan waktu selama enam
setengah bulan. Ini adalah pembangunan Ka'bah terakhir dengan bentuknya yang
tetap sampai kini. HAJAR ASWAD 42 Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim as. dan batu
itu adalah 'permata' yang berasal dari surga Ketika Bani Bakar bin Abdi Manaf bin
Kinanah bin Ghaisyan bin Khaza'ah mengusir keturunan Jurhum dari Mekah, Amr
bin Harits bin Madhadh Al Jurhumi keluar membawa dua patung emas kepala rusa
dan Hajar Aswad dan dipendam di sumur Zam-zam seterusnya mereka berangkat
menuju Yaman. Pemendaman Hajar Aswad di dalam sumur Ka'bah tidak bertahan lama karena
seorang wanita dari Khaza'ah memberitahukan kepada kaumnya bahwa dia melihat
orang Jurhum memendam Hajar Aswad di sumur Zam-zam. Kemudian mereka
meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempatnya. Hal ini terjadi sebelum
pembangunan oleh Qushay bin Kilab.
Setelah Mekah dikuasai oleh suku Qaramitah di bawah pimpinan Abu Tahir Al
Qarmuthi, mereka membantai 1700 orang di Mesjidil haram, sebagian
bergelantungan di Ka'bah kemudian mereka memenuhi sumur Zam-zam dengan
mayat-mayat. Mereka merampas harta orang-orang dan perhiasan Ka'bah,
merobek-robek kiswah penutup Ka'bah dan membagikannya kepada kawan-
kawannya, merampok benda-benda berharga dalam Ka'bah, melepas pintu Ka'bah
dan memerintahkan pula untuk mengambil talang emasnya.
Pada tanggal 7 Zulhijah tahun 317 H. Abu Tahir Al Qarmuthi menduduki kota
Mekah dan mencopot Hajar Aswad dari tempatnya secara paksa. Abu Tahir
memerintahkan Jakfar bin Ila] untuk mencopot Hajar Aswad dan membawanya pada
tanggal 7 Zulhijah 317 H. Setelah dia melakukan kebiadaban dengan membunuh
orang-orang yang sedang tawaf, iktikaf dan shalat.
Mereka membawa Hajar Aswad ke negerinya. Setelah itu tempat Hajar Aswad
kosong. Orang-orang yang tawaf hanya meleta-kan tangannya di' tempatnya saja
43 untuk mendapatkan berkah-Nya. Akhirnya Hajar Aswad dikembalikan ke tempatnya
pada hari Selasa tanggal 10 ZUlhijah tahun 339 H. setelah 22 tahun Ka'bah kosong
dari Hajar Aswad. Pada tahun 363 H. datang seorang laki-laki dari Romawi. Saat ia mendekati
Hajar Aswad, ia mengambil cangkul dan memukulkannya dengan kuat ke pojok
tempat Hajar Aswad hingga berbekas. Ketika ia akan mengulangi perbuatannya,
seorang Yaman datang dan menikamnya sampai roboh.
Pada tahun 413 H. Bani Fatimiyah mengirim sebagian pengikutnya dali Mesir di
bawah pimpinan Hakim Al Abidi, di antaranya ada seorang laki-laki yang berkulit
merah dan berambut pirang serta berbadan tinggi besar. sebelah tangannya
menghunus pedang sedang yang sebelah memegang pahat.
Lalu dipukulkannya ke Hajar Aswad sebanyak tiga kali hingga pecah dan
berjatuhan. sambil berkata. "Sampai kapan Batu hitam ini disembah, sekarang tidak
ada Muhammad atau Ali yang dapat melarangku dari perbuatanku, kini aku ingin
menghancurkan Ka'bah." Kemudian pasukan berkumpul untuk membunuh dia dan
berikut para pembantunya.
Pada tahun 990 H. datang seorang laki-laki asing (bukan orang Arab)
membawa sejenis kampak dan dipukulkannya ke Hajar Aswad, Pangeran Nashir
menikamnya dengan belati hingga mati.
Di akhir bulan Muharram tahun 1351 H. datang seorang laki-laki dari
Afghanistan. Ia mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain
Kiswah serta sepotong perak pada tangga Ka'bah. Penjaga masjid mengetahui
perbuatan itu kemudian menangkapnya, diapun dihukum mati.
Pada tanggal 28 Rabiul Akhir tahun 1351 H. datang Raja Abdul Aziz bin Abdur
Rahman Al Faisal As Saud ke Mesjidil haram dalam rangka perekatan pecahan
44 Hajar Aswad akibat perbuatan tentara terkutuk tadi.
Perekatan tersebut dilakukan setelah diadakan penelitian oleh para ahli untuk
menentukan bahan khusus yang digunakan untuk merekat batu pecahan Hajar
Aswad yaitu berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan ambar.
PERLUASAN HIJIR ISMAIL Ketika Nabi Ibrahim a.s. membangun Ka'bah. tingginya hanya sembilan hasta
yaitu sepertiga tinggi sekarang. Begitu juga beliau mendirikan bangunan Ka'bah di
atas fondasi ditambah enam hasta yang sekarang masuk Hijir Ismail.
Ketika pembangunan dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. lima hasta ini masuk
bagian dari Ka'bah. Hijir Ismail yang dulu dengan yang sekarang dapat dibedakan
dengan mudah sekali, yaitu bahwa tembok yang lurus pada Hijir Ismail sekarang,
yang sejajar meng hadap ke arah Utara Ka'bah adalah masuk bagian Ka'bah yang
dahulu dibangun Nabi Ibrahim a.s.
Ketika bangsa Quraisy membangun Ka'bah kembali, mereka mengurangi
dinding Ka'bah bagian Utara ke Selatan seluas enam hasta dan menjadikannya
bagian dari Hijir Ismail.
Pada masa pembangunan Ibnu Zubair, ia mengembalikan luas yang lima hasta
tersebut ke dalam bagian Ka'bah seperti yang dibangun Nabi Ibrahim a.s. dan
bahkan memasukkan Hijir Ismail ke dalam bagian Ka'bah. Hajjaj bin Yusuf
mengembalikan bentuk Ka 'bah seperti yang ada sekarang.
Pemasangan Marmer dan Perbaikan Hijir Ismail
1. Yang pertama kali memasang marmer pada pilar Hijir Ismail adalah Abu
45 J akfar Manshur, khalifah Bani Abbasiah, pada tahun 140 H.
2. Diperbaharui oleh Khalifah Al Mahdi pada tahun 161 H.
3. Diperbarui oleh Mutawakkil Alallah pada tahun 241 H.
4. Kemudian direnovasi oleh Muktadid pada tahun 283 H. dan dilanjutkan
oleh seorang menteri, Jamaluddin yang dikenal dengan Jawwad pada
tahun 550 H. 5. Kemudian direnovasi (http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
oleh Nashir pada tahun 576 H.
6. Kemudian direnovasi oleh Nashir Qalawun pada tahun 720H.
7. Kemudian direnovasi oleh Nasir Ali bin Malik Asyraf Syakban bin Malik
Nashir Muhammad bin Qalawun pada tahun 781H.
8. Kemudian direnovasi oleh Pangeran Bisiq,
9. Direnovasi oleh Alaudin pada bulan Rajab tahun 822H.
10. Kemudian oleh Pangeran Zainuddin Muqbil Al Qadidi pada tahun 826 H.
11. Dan akhirnya, direnovasi oleh Sudun Al Muhammadi dengan marmer
impor PERLUASAN MAQAM IBRAHIM Maqam Nabi Ibrahim a.s. adalah sebuah batu tempat berpijak Nabi Ibrahim a.s.
ketika beliau meninggikan bangunan Ka'bah dari pondasinya. Nabi Ismail a.s.
meletakkannya agar Nabi Ibrahim a.s. dapat naik lebih tinggi di atas batu tersebut. Seperti yang
telah kita ketahui bahwa bangunan Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s.
hanya setinggi sembilan hasta. Ketika bangsa Quraisy membangun Ka'bah, mereka
menambahnya menjadi delapan belas hasta. Abdullah bin .Zubatr menambahnya
kembali menjadi dua puluh tujuh hasta dan setinggi itulah sekarang ini.
Letak batu maqarn tersebut dahulu menempel dengan dinding Ka'bah,
kemudian pada zaman Umar bin Khatab r.a. dipindahkan ke belakang sehingga
orang-orang yang shalat di dekatnya tidak terganggu oleh mus orang-orang yang
1 sedang tawaf. Telapak kaki Sayidina Ibrahim a.s. berbekas di atas batu tersebut dan masih
tetap ada sampai sekarang. Abu Talib pernah berkata dalarn satu qasidahnya yang
terkenal, Artinya, "Pijakan Ibrahim tercetak di atas batu dengan jelas memben-tuk
dua telapak kakinya yang telanjang tidak beralas. "
PERLUASAN PINTU KA'BAH 1. Pembangunan oleh Nabi Ibrahim a.s.; Mempunyai sat u pintu yang
menyentuhTanah. 2. Pembangunan oleh bangsa Quraisy; pintu Ka'bah ditinggikan dari tanah
seperti usulan Abu Hudzaifah bin Mughirah.
3. Pembangunan oleh Ibnu Zubair; pintu dibuat menyentuh tanah dan
ditambah satu pintu lagi di bagian Barat antara pojok Syami dan pojok
Yamani .. 4. Pembangunan oleh Hajaj: pintu Ka'bah ditinggikan kembali seperti
semula, dan menutup pintu sebelah Barat.
5. Sekarang ini pintu Ka'bah terbuat dari emas murni dan dibuat oleh Raja
Khalid bin Abdul Aziz. PEMBANGUNAN SUMUR ZAM-ZAM
Hajar, ibunda Nabi Ismail adalah wanita yang pertama memakai minthaq (ikat
2 pinggang berekor). Beliau memakainya dengan tujuan untuk menghilangkan jej
aknya dari Sarah. Nabi Ibrahim membawa Hajar dan anaknya. Ismail yang masih
dalam usia menyusu ke tempat yang agak tinggi di pinggir mesjid dekat Baitullah
persisnya di atas Zam-zam.
Ketika itu di Mekah belum ada orang dan tidak ada air. Ibrahim menempatkan
mereka berdua di sana dan meninggalkan sekantong kurma dan sekantong air untuk
mereka. Nabi Ibrahim pergi rnenmggal-kan mereka berdua.
TIba-tiba Hajar mengikuti-nya dan berkata, "Mau ke manakah engkau wahai
Ibrahim" Kau tinggalkan kami di lembah yang tidak ada manusia dan tidak ada
sesuatupun?" Pertanyaan itu terus diulang-ulang, tapi Ibrahim tidak menoleh dan
tidak pula menjawab. Lalu Hajar bertanya. "Apakah Allah yang menyuruhmu berbuat demikian?"
Ibrahim menjawab. "Ya." Hajar berkata. "Kalau memang begitu kami tidak
keberatan." Kemudian Hajar kembali dan Ibrahim meneruskan langkahnya, sampai
di atas bukit. di mana keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, beliau menghadap ke
arah Baitullah. lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa.
"Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu
(Baitullah) yang dihormati. ya Tuhan kami! semoga saja mereka tetap mendirikan
shalat, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah
mereka rezki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. "
Ibunda Ismail minum dari kantong air untuk menyusukan anaknya, sampai
suatu ketika air itupun habis dan anaknya kehausan. Dia melihat anaknya dengan
penuh cemas, lalu dia pergi meninggalkannya karena tidak tega melihatnya
kehausan. Dia pergi menuju bukit terdekat, yaitu bukit Safa lalu berdiri di atasnya
3 dan memandang ke arah lembah di sekelilingnya apakah ada orang" Ternyata tidak
ada. Dia turun melewati lembah sampai ke bukit Marwah, dia berdiri di atasnya dan
memandang apakah ada orang" Ternyata tidak ada. Dia melakukan demikian
sebanyak tujuh kali. Ketika berada di atas bukit Marwah dia mendengar ada suara, dia berkata
kepada dirinya sendiri, "Diam!" Setelah diperhatikannya betul-betul ternyata
memang dia mendengar suara, kemudian dia berkata, "Aku telah mendengar,
apakah di sana ada air?"
Tiba-tiba dia melihat ada seorang malaikat dekat sumur Zam-zam. Dia
mengorek-ngorek tanah sampai tampak ada air yang bersumber dari bawah, Jalu ia
menciduk dengan tangannya dan dimasukkan ke dalam tempat air, setelah diciduk
air tersebut justru malah memancar.
Dia minum air tersebut dan menyusukan putranya, Ismail, lalu malaikat
tersebut berkata kepadanya, "Jangan takut terlantar, sesungguhnya di sinilah
Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya, dan
sesungguhnya Allah tidak akan menerlantarkan kekasihnya."
Tidak lama kemudian datanglah orang-orang dan mereka turun di lembah
Makkah, mereka melihat burung yang menjijikkan dan mereka berkata, "Burung ini
berputar-putar di sekitar air, kami yakin di lembah ini ada air," lalu mereka mengirim
utusan, ternyata mereka mendapatkan air, mereka kembali dan memberitahukan
kepada orang-orang yang mengutus mereka tentang adanya air, maka mereka pun
mendatanginya. dan meminta izin dari Ummu Ismail bahwa mereka akan mampir ke
sana. dia pun mempersilahkan dengan syarat bahwa mereka tidak berhak memiliki
(sumber) air tersebut, merekapun setuju.
4 Penemuan Kembali Zam-zam Ketika Abdul Mutalib sedang tidur di Hijir Ismail. dia mendengar suara
menyuruhnya menggali tanah. Dia bertanya, "Tanah yang mana" " Keesokan harinya
ketika dia tidur di tempat yang sama dia mendengar lagi suara yang sama
menyuruhnya menggali madhnuunah (yang berharga). Dia bertanya, "Benda
berharga yang mana?" Lalu dia pergi, dan keesokan harinya ketika dia tidur di
tempat yang sama di Hijir Ismail dia mendengar lagi suara yang sama menyuruhnya
menggali thayibah (yang baik). Dia bertanya, "Benda yang baik yang mana?"
Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya. "Galilah Zam-zam!" Dia
bertanya, "Apa itu Zam-zam?" Dijawab, "Air yang tidak kering dan tidak meluap"
Setelah itu Abdul Mutaltb diberitahu tempatnya lalu dia bangun dan menggali
tempat yang diberitahukan itu. Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya. "Apa yang
kamu kerjakan ini hai Abdul Mutalib?" Dia menjawab. "Aku diperintahkan menggali
Zam-zam" Setelah dia dan orang-orang Qurasiy melihat sebentuk rusa, merekapun yakin
bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Abdul Mutalib itu benar. Abdul Mutalib terus
menggali hingga ketemu dua patung rusa yang terbuat dari emas, keduanya adalah
rusa emas yang pemah dipendam oleh warga suku Jurhum ketika mereka diusir dari
Mekah. Inilah sumur Ismail bin Ibrahim as. Dengan digalinya sumur Zam-zam ini,
sesuai yang ditunjukkan oleh Allah, maka wibawa Abdul Mutalib di mata kaumnya
pun bertambah. HAJI DI JAMAN IBRAHIM Seusai Nabi Ibrahim a.s. menyeru manusia untuk melaksanakan haji, malaikat
5 Jibril a.s. mengajaknya. Kepada beliau diperlihatkan bukit Shafa, Marwah dan
perbatasan tanah Haram lalu diperintahkan untuk memancakkan batu-batu pertanda.
Beliaupun melaksanakannya. Nabi Ibrahim a.s. adalah orang yang pertarna
menegakkan batasan tanah Haram setelah ditunjukkan oleh malaikat Jibril a.s,
Pada tanggal 7 Zulhijah, Nabi Ibrahim a.s. berkhutbah di Mekah ketika
matahari condong ke Barat, sementara Nabi Ismail a.s. duduk mendengarkan. Pada
esok harinya, keduanya keluar berjalan kaki sambil bertalbiyah dalam keadaan
berihram. Masing-masing membawa bekal makanan dan tongkat untuk bersandar.
Hari itu dinamakan hari Tarawiah.
Di Mina, keduanya melaksanakan shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib. Isya dan
Subuh. Mereka tinggal di sebelah kanan Mina sampai terbit matahari dari gunung
Tsubair (waktu Dhuha) keduanya keluar Mina menuju Arafah. Malaikat Jibril a.s.
menyertai mereka berdua sambil menunjukkan tanda-tanda batas sampai akhirnya
mereka tiba di Namirah. Malaikat Jibril a.s. menunjukkan pula tanda-tanda batas
Arafah. Nabi Ibrahim a.s. sudah mengetahui sebelumnya lalu berkata Arafah yang
artinya: Aku sudah mengetahui, maka daerah itu dinamakan Arafah.
Ketika tergelincir matahari. malaikat Jibril a.s. bersama keduanya menuju suatu
tempat -sekarang Mesjid-. Nabi Ibrahim as. berkhutbah dan Nabi Ismail a.s. duduk
mendengarkan, lalu mereka shalat jamak taqdim Dhuhur dan Ashar. Kemudian
malaikat Jibril a.s. mengangkat keduanya ke bukit dan mereka berdua berdiri sambil
berdoa hingga terbenam matahari dan hilang cahaya merah.
Kemudian mereka meninggalkan Arafah berjalan kaki hingga tiba di -Juma'.
Mereka shalat Maghrib dan Isya di sana, sekarang tempat jamaah haji
melaksanakan shalat. Mereka bermalam di sana hingga terbit fajar keduanya diam
di Quzah. Sebelum terbit matahari, mereka berjalan kaki hingga tiba di Muhassir. Di
6 tempat ini mereka mempercepat langkahnya. Ketika sudah melewati Muhassir,
mereka berjalan seperti sebelumnya.
Ketika tiba di tempatjumrah, mereka melontar jurnrah Aqabah tujuh kerikil yang
dibawa dari .Juma'. Kemudian mereka tinggal di Mina pada sebelah kanannya, lalu
keduanya menyembelih hewan kurban di tempat sembelihan. Setelah itu memotong
rambut dan tinggal beberapa hari di Mina untuk melontar tiga jumrah pulang balik
saat matahari mulai naik. Pada hari Shadr, mereka keluar untuk shalat Dhuhur di
Abthah. Semuanya itu ditunjukkan oleh malaikat Jibril a.s.
* * * Index
Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Document Outline Pusaran Energi Kabah @@@Sekedear Berbagi Ilmu Pusaran Energi Kabah (http://cerita-silat.mywapblog.com)
7 Permainan Maut 3 Pendekar Rajawali Sakti 108 Harga Sebuah Kepala Pendekar Cengeng 1