Pencarian

Petualangan Dikapal Pesiar 4

Lima Sekawan 06 Petualangan Di Kapal Pesiar Bagian 4


berdiri tanpa berbicara di belakang Jack. Tahu-tahu lengan anak itu dicengkeram
dari belakang, lalu ia dibantingkan ke tanah. Salah seorang laki-laki itu
menggeledahnya dengan cekatan, ia rupanya sudah berpengalaman. Dengan cepat
peta sudah ditemukan lalu diacungkan pada Pak Eppy. Pak Eppy menerimanya. Jack
bisa membayangkan betapa mata orang itu bersinar-sinar di balik kaca mata
gelapnya! "Ah ternyata peta itu ada padamu," kata Pak Eppy. Ia membentangkan kertas yang
"dipegang. Saat itu juga ia menyadari bahwa itu bukan peta yang asli. ia
memperhatikannya dengan teliti sekali.
"Apa ini?" katanya sambil mengamati. "Apakah ini dibuat oleh seseorang yang
sudah melihat peta asli, sedang tulisan ini merupakan terjemahan petunjuk yang
tertera di situ?" "Selidiki saja sendiri," kata Jack yang masih tertelungkup di tanah, ia sudah
bersiap-siap menahan sakit, karena menyangka Pak Eppy pasti akan menendang atau
memukulnya. Tapi paman Lucian itu sedang asyik meneliti peta salinan, sehingga
tidak berbuat apa-apa. Jack teringat bahwa Pak Eppy baru melihat dua bagian saja
dari peta yang asli, yang menyebabkan ia bisa mengetahui pulau mana yang tertera
di situ dan bahwa di pulau itu ada harta. Jadi dapat dimengerti bahwa Pak Eppy
kini mengamat-amati peta utuh itu dengan penuh minat
"Dua Jari," gumamnya, lalu menatap Jack. "'Dua Jari'," katanya sekali lagi, kini
ditujukan pada Jack. "Itu tertera pada potongan peta yang sudah kulihat Dan di
mana letaknya, juga sudah kuketahui. Tapi lewat situ tidak bisa terus, karena
terhalang batu besar."
"Ah ternyata baterai kosong yang tergeletak di sana itu Anda punya," kata Jack
"sambil menegakkan tubuh. "Kami saat itu bingung, karena tidak tahu siapa yang
membuangnya di situ."
Pak Eppy diam saja. Mungkin juga ia tidak mendengar, karena sudah sibuk lagi
menyimak peta sambil menggumam pada diri sendiri, " 'Dua Jari' 'Dewi' 'Makam'
" " "'Burung' 'Lonceng' 'Lorong Buta' 'Makam Bawah Tanah' itulah jalan yang
" " " "mereka lalui!"
Jack tidak memahami seterusnya, karena Pak Eppy menggumam dalam bahasa Yunani.
Lucian masih menutupi mulutnya dengan tangan. Pipinya basah karena air mata.
Kiki hinggap di tanah dekat anak itu, sambil mematuk-matuk tali sepatunya.
"Bukan main," oceh burung itu berulang-ulang. "Bukan main!"
"Kalian berhasil menemukan jalannya?" tanya Pak Eppy.
"Jalan yang mana?" tanya Jack pura-pura tidak tahu. "Bah! Jalan ke ruang harta!"
bentak Pak Eppy. Kiki ikut-ikut membentak, "Bah! Bah!"
"Kupatahkan leher burung itu nanti,' ancam Pak Eppy. "Jawab pertanyaanku tadi!"
"Tidak, kami belum menemukan jalan itu," kata Jack dengan jujur. Mereka memang
belum menemukannya tadi, karena salah jalan! Tapi mungkin sementara itu Bill
serta yang lain-lainnya sudah berhasil sampai di tempat tujuan. Mestinya mereka
sekarang menunggu-nunggu dia datang! Pasti mereka bertanya-tanya, kenapa ia
belum datang-datang juga! Jack berdoa dalam hati, semoga mereka tidak
menyusulnya keluar lewat lubang yang ada pada pilar besar. Jika itu terjadi,
pasti mereka akan disergap Pak Eppy beserta ketiga anak buahnya. Dan akhirnya
pasti rahasia mereka akan terbuka juga. Kalau tidak pun takkan banyak gunanya "karena peta harta itu kini sudah jatuh ke tangan Pak Eppy!
"Apabila Pak Eppy sudah mengetahui jalan masuk lewat sebelah dalam pilar, harta
karun itu sudah bisa dibilang jatuh ke tangannya!" kata Jack dalam hati. "Untung
Lucian tadi tidak melihat aku keluar dari situ! Sekarang moga-moga saja Bill dan
anak-anak tidak tahu-tahu muncul!"
Tapi itu tidak mungkin terjadi karena saat itu mereka sedang tersesat di
"tengah lorong- lorong buta! Mereka masih saja berkeliaran di dalamnya, dengan
perasaan semakin cemas. Jack tidak kembali, dan kini mereka sendiri tersesat!
"Aduh lorong-lorong ini benar-benar menyesatkan!" kata Dinah dengan perasaan
"putus asa. "He, Bill! Aku yakin, kita tadi sudah lewat di sini. Aku ingat batu
yang menonjol ini karena terantuk ke sikuku tadi, dan sekarang sekati lagi.
"Aku yakin, ini batu yang tadi!"
"Kita cuma berputar-putar saja di sini, tanpa tahu apakah kita berada di dekat
ruang kolong, atau lebih dekat ke makam bawah tanah!" keluh Philip. Bill sudah
cemas sekali memikirkan keadaan mereka, ia berhenti lalu berpikir sebentar,
berusaha mengenali arah. Tapi sia-sia saja. Hal itu mustahil bisa dilakukan di
bawah tanah, karena tidak ada yang bisa dijadikan pedoman. Mereka terus lagi.
Beberapa saat kemudian sampai di suatu percabangan.
"Yah," kata Bill. "Kita coba saja ke kanan. Barangkali saja ini salah satu
persimpangan di mana kita harus ke kanan. Mudah-mudahan saja begitu! Yuk, kita
terus." Anak-anak ikut di belakangnya. Lucy-Ann sudah bosan sekali. Sesampai ke
persimpangan berikut, mereka kembali mengambil lorong yang sebelah kanan.
Setelah itu mereka sampai ke simpang empat Di situ pun mereka memilih lorong
yang paling kanan. Bill mulai bersemangat lagi. Barangkali saja mereka kini
berada di lintasan yang benar, karena sejak tadi tidak lagi secara tiba-tiba
menghadapi jalan buntu seperti beberapa kali dialami sebelumnya. Nah di depan
"ada persimpangan lagi. Dan ke mana lagi mereka menuju, kalau bukan ke kanan!
Lorong itu tahu-tahu berakhir di ujung tangga terjal yang mengarah ke bawah.
Bill mengangkat lentera yang dibawanya tinggi-tinggi, lalu memandang dengan mata
terpicing ke bawah. Ternyata kita tidak salah lagi!" katanya. "Mestinya itulah yang disebut makam
"bawah tanah gua dan lorong-lorong bersambungan, yang zaman dulu dipakai
"sebagai tempat pemakaman dan macam-macam lagi!"
"Kita benar-benar tidak tersesat lagi, Bill?" tanya Lucy-Ann. Anak itu senang
sekali kedengarannya. "Aku sudah khawatir saja tadi, jangan-jangan takkan bisa
lagi keluar dari sini. Kita turun ke bawah sekarang?"
"Ya," kata Bill. "Biar aku yang di depan. Yuk!"
Bill menuruni tangga terjal, disusul oleh anak- anak. Telundakannya ada sekitar
tiga puluh. Anak-anak merasa seolah-olah sedang turun ke pusat bumi. Di ujung
tangga itu ada ruangan aneh, menjorok jauh ke tempat yang gelap gulita. Di
sepanjang dinding di situ ada rak-rak yang dipahat dari batu bukit, begitu pula
sejumlah ceruk yang kelihatannya biasa dipakai sebagai tempat menyimpan barang
atau tempat orang tidur. Kemudian mereka sampai di depan sebuah lubang yang
terdapat di lantai tempat aneh itu. Bill menyorotkan senternya ke dalam lubang
itu. Ternyata di sisinya ada semacam tangga panjat, untuk tempat berpijak.
"Aku turun!" kata Bill. "Kurasa inilah tempat yang kita cari-cari selama ini!"
ia menghilang ke dalam liang itu dengan membawa senter. Tidak lama kemudian
terdengar suaranya berseru dari bawah. "Betul, ini dia!" serunya dengan lantang
dan bersemangat. "Ini ruang harta yang kira cari dan harta karun itu masih "ada!"
Bab 23, HARTA DAN JEBAKAN!
"Nyaris saja mereka yang masih di atas berjatuhan ke dalam lubang begitu
"berebut mereka turun! Lentera diserahkannya pada Bill. Diterangi lentera serta
senter, semuanya memandang berkeliling di dalam ruang harta itu. Liang yang
mereka masuki itu berbentuk bulatan sempurna, seakan-akan dibuat dengan mesin.
Padahal ditatah dengan tangan! Dalam gua bulat itu berserakan kotak-kotak kayu,
begitu pula tong dan peti kayu bersimpai tembaga. Kayunya sudah lapuk dan pecah
di sana- sini, mungkin karena memasukkannya ke situ dulu dengan asal lempar
saja. Beraneka ragam benda berharga berhamburan. Ada yang masih di dalam peti
atau tong, tapi banyak pula yang terserak di lantai gua. Rantai yang terbuat
dari logam tertentu, bertatahkan batu mulia bros, gelang lengan dan kaki
" "sisir yang mungkin terbuat dari emas dan dihiasi dengan a batu permata kecil-
kecil jambangan yang indah-indah dari logam yang mungkin emas tapi mungkin
"juga kuningan. Hal itu tidak bisa dikatakan dengan pasti, karena logamnya nampak
kusam. Di satu sudut nampak kumpulan belati dan pedang yang indah tempaannya,
sedang di sudut lain semacam pakaian pelindung dari logam semuanya semula
"ditempatkan di dalam peti-peti yang kini sudah sangat lapuk. Atau mungkin juga
jatuh berserakan ketika peti-peti yang dilemparkan dari atas pecah berantakan
karena membentur lantai batu. Kecuali itu banyak pula nampak patung-patung kecil
yang pecah dan retak, begitu pula benda-benda yang kelihatannya merupakan cawan
minum dan mangkuk, serta masih banyak benda lainnya lagi yang tidak diketahui
kegunaannya oleh anak-anak.
"Wah!" kata Bill dengan sangat bergairah, sama seperti anak-anak. "Ini baru
benar-benar harta karun. Mungkin harta Andra tapi mungkin juga bukan. Kita
"tidak bisa mengetahuinya dengan pasti. Tapi harta Andra atau bukan, yang jelas
nilainya sebanding dengan setengah kerajaan kecil, kalau mengingat umurnya yang
sudah begitu tua! Coba kalian perhatikan belati ini! Pasti sudah puluhan abad
umurnya tapi tetap utuh, karena udara di sini sangat kering. Kurasa benda
"seperti ini sekarang hanya bisa dilihat di museum-museum saja!"
"Wah hebat, Bill!" kata Philip. Matanya nampak berbinar-binar diterangi cahaya
"lentera, sementara ia sibuk memungut harta demi harta, semuanya serba indah
buatannya. "Kurasa barang-barang yang berupa pakaian, seperti jubah, baju, dan sepatu
tentunya sudah musnah semua karena terlalu lapuk," kata Dinah dengan nada
setengah menyesal. "Coba masih ada, aku ingin mencoba memakainya. Wah, Bill
"kita benar-benar telah berhasil menemukan harta itu!"
"Coba Jack juga ada di sini sekarang," kata Lucy-Ann dengan suara seperti hampir
menangis, "ia pasti akan senang sekali melihat barang-barang seindah ini. Aduh,
Bill ke mana dia. ya?"?"Kurasa ia agak lama juga tadi mencari-cari Kiki, lalu tidak menyusul kita
karena tidak ingin tersesat." kata Bill menduga. "Begini sajalah! Kita kembali
sekarang untuk mencarinya. Nanti kalau sudah ketemu, dia kita ajak kemari, untuk
melihat sendiri harta yang berlimpah-ruah ini!"
"Tapi akan bisakah kita nanti menemukan jalan kemari lagi?" tanya Philip sangsi.
Bill juga menyangsikannya. Senternya sudah hampir padam. Sedang minyak di dalam
lentera tentunya tidak banyak lagi yang tersisa. Mereka harus cepat-cepat
kembali menyusul Jack, pergi ke luar dan kemudian makan! Mereka sebenarnya
"sudah lapar sekali. Tapi selama itu tidak dirasakan, mula-mula karena repot
mencari jalan yang benar, dan kemudian terlalu gembira setelah berhasil
menemukan harta! "Jika kita bisa kembali dan menemukan Jack dengan cepat, kita akan sempat makan
dulu," kata Bill. "Lalu jika lentera yang ada pada Jack masih cukup banyak
minyaknya, dengan lentera itu kita kembali lagi ke sini! Tapi nanti kita akan
bertindak lebih bijaksana lorong yang dilewati akan kita beri tanda!
"Sebenarnya menemukan tempat ini mudah saja jika kita benar-benar waspada dan
selalu mengambil simpang yang sebelah kanan. Rupanya tadi ada satu simpangan
yang tidak kita lihat!"
Mereka naik lagi ke atas, meninggalkan tempat penyembunyian harta karun yang
entah sudah berapa tua umurnya. Mereka berada di ruangan besar, yang pada peta
ditandai dengan tulisan Makam Bawah Tanah'. Dari situ dengan mudah mereka sampai
di ujung bawah tangga yang terjal. Mereka menaikinya, kembali ke bagian yang
merupakan 'Lorong Buta'. "Jangan lupa, sekarang kebalikannya! Kita harus selalu memilih simpang yang
paling kiri," kata Bill. "Kalau itu kita lakukan, pasti beres!"
Tapi mereka kembali bersikap kurang waspada. Ada satu persimpangan yang tidak
mereka perhatikan, dan sebagai akibatnya mereka tersesat kembali berkeliaran
"di dalam lorong- lorong yang berkali-kali buntu. Lucy-Ann sudah hampir menangis
karena capek. Selama itu Miki terus bertengger di bahu Philip. Saat melewati
tempat-tempat sempit, ia mendekapkan diri ke kepala anak itu. Miki pun sudah
bosan ikut menyusur lorong-lorong gelap itu, yang seperti tidak habis-habisnya,
ia kepingin keluar lagi, berada di tempat yang terang, ia sudah lapar, dan
terlebih-lebih lagi haus. Tiba-tiba monyet kecil itu meloncat dari bahu Philip,
turun ke lantai lalu lari. Philip berseru- seru memanggilnya.
"He, Miki! Miki! Sini, Miki! Tersesat kau nanti!" Miki memperlambat larinya,
tapi tidak berhenti. "Biar saja, Philip!" seru Bill. "Kurasa ia tahu jalan keluar! Binatang memiliki
indera keenam mereka umumnya selalu tahu jalan pulang! Mungkin ia bisa membawa
"kita kembali ke ruang kolong kuil, dan dari situ naik ke dalam pilar yang
berlubang!" Miki tidak memahami kata-kata Bill. Tapi coba mengerti, pasti akan dilakukannya.
Tentu saja ia tahu jalan! Tentu saja nalurinya akan menunjukkan jalan mana yang
harus diambil kiri, kiri, kiri, dan kiri tanpa keliru, seperti yang
" "dilakukan manusia-manusia itu tadi. Wah, kalau ia yang berjalan paling depan,
dari tadi mereka akan sudah sampai. Tapi ia tidak disuruh!
"Nah kita sudah tiba lagi di ruang kolong kuil!" kata Philip dengan perasaan
"lega, ketika tidak lama kemudian mereka benar-benar sudah masuk ke dalam ruangan
luas itu. Lucy-Ann malah begitu lega hatinya, sehingga dengan diam-diam ia
menangis, ia cepat-cepat menghapus air matanya, karena malu kalau ketahuan.
Dipegangnya tangan Bill, yang langsung menggenggamnya untuk menenangkannya.
"Kita sudah selamat sekarang," kata Bill. "Harta sudah kita temukan, kita sudah
kembali dan sekarang tinggal mencari Jack! Karena selama ini kita tidak
" berjumpa dengan dia, kurasa ia pasti ada di luar, menunggu kita di situ!"
Sementara itu Jack masih ada di pekarangan kuil, bersama Pak Eppy, Lucian, serta
ketiga laki-laki anak buah Pak Eppy. Selama itu ia selalu saja dirongrong paman
Lucian yang ingin tahu di mana yang lainnya dan apakah Jack tahu jalan menuju
harta karun. ia melontarkan kata-kata ancaman, dan bahkan beberapa kali
menempeleng Jack. Lucian juga ikut kena tempeleng, ketika anak itu hendak
menolong Jack. Jack sama sekali tidak menduga bahwa Lucian akan berani melawan
pamannya, karena selama itu ia selalu menganggapnya anak konyol yang cengeng dan
penakut "Terima kasih, Lucian," katanya. "Tapi jangan ikut campur, karena kau malah akan
kesakitan sebagai akibatnya. Jangan khawatir, perbuatan pamanmu ini pasti akan
terbalas nanti!" Jack sudah lapar sekali. Tapi yang merasa begitu rupanya bukan dia sendiri,
karena tiba-tiba Pak Eppy bertanya di mana makanan yang diantarkan anak laki-
laki yang datang naik keledai. Jack masih ingat tempatnya, yaitu di dalam pilar
besar yang berlubang, pada suatu tonjolan, di dekat ujung atas telundakan batu.
Tapi jika itu dikatakan, akan terbongkar pula rahasia jalan menuju harta! Karena
itu ia tetap membungkam, ia hanya menggeleng-gelengkan kepala, sementara Pak
Eppy terus menghujaninya dengan pertanyaan tentang tempat makanan itu. Rasa
lapar semakin menyiksa. Jack juga semakin cemas memikirkan Bill serta anak-anak.
Di mana mereka" Matahari sudah hampir terbenam! Kiki yang selama itu bertengger
di bahu Jack, saat itu dengan tiba-tiba saja mengoceh, ia terbang ke lubang
pada pilar yang patah itu, lalu hinggap di situ. Jack menggigit-gigit bibir
dengan gelisah, ketika melihat Kiki menelengkan kepala ke bawah, ke lubang yang
ada di dalam pilar. Aduh, jangan buka rahasia, Kiki! Kiki mendengar suara Bill
yang saat itu sedang mendaki tangga yang berbelit-belit, ia juga mendengar
suara Lucy-Ann yang tinggi, yang menyusul di belakang Bill. Kiki sengaja hinggap
di tepi lubang, karena ingin menyambut kedatangan mereka.
"Kiki! Sini, Kiki!" seru Jack gugup. "Tutup pintu, tutup pintu, bersihkan kaki,
maaf!" oceh Kiki bersemangat dengan kepala dijengukkan ke dalam lubang. Kemudian
terdengar suara memanggil dari dalam lubang itu.
"Halo, Kiki! Di sini kau rupanya! Mana Jack?" seru seseorang dengan suara berat
Itu suara Bill! Pak Eppy langsung waspada. Ia memberi isyarat pada ketiga anak
buahnya, yang dengan segera lari menuju pilar lalu berjaga-jaga di situ.
"Awas, Bill!" teriak Jack. "Awas! Ada bahaya!" Setelah sunyi sesaat, terdengar
lagi suara Bill di dalam tiang,
"Ada apa, Jack?" Pak Epp..." Jack tidak bisa meneruskan seruannya, karena Pak
Eppy cepat-cepat membungkam mulutnya dengan tangan.
Bill berseru lagi, "Ada apa?"
Kepala Bill tersembul di lubang, kemudian kaki dan badannya. Ketiga laki-laki
bawahan Pak Eppy bersembunyi di balik pilar, bersiap-siap untuk menyergap. Saat
itu Bill melihat bahwa Jack dipegang erat-erat oleh Pak Eppy. ia berbalik,
hendak meloncat kembali ke dalam lubang. Tapi ketiga laki-laki tadi lebih cepat
bertindak. Mereka menariknya ke luar, lalu membantingnya ke tanah. Seorang di
antaranya menduduki kepalanya, sehingga Bill tidak bisa berteriak. Jack meronta-
ronta sambil menendang-nendang dan berusaha menggigit. Tapi Pak Eppy terlalu kuat baginya. Sesaat
kemudian kepala Philip tersembul dari dalam lubang, ia hendak melihat, kenapa
Bill tiba-tiba tak terdengar lagi. Ketika melihat Bill diringkus tiga orang,
tanpa berpikir panjang lagi remaja itu meloncat ke luar untuk menolongnya. Pak
Eppy berseru pada anak buahnya. Rupanya memerintahkan mereka agar Bill
dilepaskan, karena saat itu juga mereka melepaskannya. Bill menegakkan tubuh
sambil meraba-raba hidung dan gigi.
Ada apa di sini?" tukasnya. Tapi sebelum ia sempat melanjutkan, tiba-tiba "terdengar suara anak perempuan di dalam pilar.
"Bill! Bill!" seru Lucy-Ann memanggil-manggil dengan cemas. "Ada apa" Bisakah
kami keluar?" "Aku hendak membantu kedua anak perempuan itu keluar," kata Bill setelah
menimbang- nimbang sesaat, ia mengatakannya pada Pak Eppy yang menganggukkan
kepala sebagai tanda membolehkan. Tidak lama kemudian Dinah dan Lucy-Ann sudah
berada di pekarangan, bersama Miki yang ketakutan sekali kelihatannya.
Apakah yang terjadi di sini?" kata Lucy-Ann. "Aduh, lega hatiku melihat kau
"selamat, Jack. Aku sudah cemas sekali selama ini! Eh Lucian juga ada di sini!"
?"Bukan main!" kata Lucian sambil menabahkan diri. "Tak kukira akan berjumpa


Lima Sekawan 06 Petualangan Di Kapal Pesiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan kalian di sini!"
Pak Eppy membentak dalam bahasa Yunani, dan seketika itu juga Lucian nampak
lemas kembali. Setelah itu Pak Eppy menoleh ke arah Bill, yang menatapnya dengan
pandangan marah. Bill memang marah sekali itu. Hidungnya yang tadi diduduki
mulai membengkak. "Kau ini rupanya mencari-cari perkara, Eppy atau entah siapa namamu," kata
"Bill dengan nada galak. "Kau tidak bisa seenakmu sendiri beraksi seperti
penjahat, dibantu bawahanmu, ketiga bandit ini! Kenapa sebetulnya kau kemari?"
"Ini pulauku," kata Pak Eppy dengan nada orang yang menang. "Aku sudah
membelinya. Kalian boleh pergi dari sini jika aku sudah menemukan jalan ke harta
"karun itu, dengan bantuan kalian! Kalau kalian tidak mau pergi, nanti akan
kuadukan dengan dakwaan datang kemari tanpa izin, dan juga hendak mencuri barang
yang sebenarnya milikku."
"Kau sudah gila rupanya!" tukas Bill sambil mencibir. "Kau hanya menggertak
saja! Kau baru beberapa hari yang lalu mengetahui tentang pulau ini jadi tidak
"mungkin ada waktu untuk mengurus pembeliannya. Aku tidak percaya pada omong
kosongmu itu! Sekarang jangan ganggu kami lagi! Kalau tidak, kau sendiri yang
akhirnya akan dengan segera masuk penjara!"
Pak Eppy meneriakkan aba-aba dan Bill disergap lagi oleh ketiga laki-laki
"tadi, lalu diikat kaki dan tangannya. Bill sebenarnya kuat, tapi ia tidak bisa
apa-apa menghadapi lawan sekaligus tiga orang. Pak Eppy menggenggam pergelangan
tangan Jack, agar tidak bisa membantu Bill. Philip maju, tapi terpelanting lagi
karena dipukul salah satu dari ketiga laki- laki itu. Lucy-Ann menangis
ketakutan. Lucian tidak berani berbuat apa-apa. ia meringkuk di sudut. Seluruh
badannya gemetar. Kiki dan Miki bertengger tinggi di atas pohon. Keduanya
memandang kejadian di bawah dengan heran. Kenapa manusia-manusia itu begitu
ribut mengayunkan lengan kian kemari" Kiki terbang menyambar, lalu mematuk
telinga Pak Eppy. Orang itu berteriak kesakitan. Hampir saja ! melepaskan Jack.
Setelah Bill, kemudian Jack dan Philip pun diikat pula.
"Awas, kalau kalian berani menyentuh kedua anak perempuan itu!" kata Bill
mengancam. Tapi percuma Dinah dan Lucy-Ann tetap diikat walau tidak seerat
"yang lain-lain. Dinah bersikap menantang, sedang Lucy-Ann ketakutan sekali.
"Dan sekarang " kata Pak Eppy, "sekarang kita mencari harta Andra. Hartaku!
"Kalian cuma memegang petanya tapi pulau ini milikku, dan sebentar lagi harta
" itu pun akan menjadi milikku pula! Terima kasih, karena kalian sudah menunjukkan
jalan masuk ke sana!"
Kemudian ia masuk ke dalam pilar, diikuti ketiga anak buahnya. Lucian dipanggil,
disuruh ikut. Anak itu ketakutan sekali.
"Mereka itu benar-benar penjahat'" gumam Bill bernada marah. "Bisakah kita
membebaskan diri sementara mereka ada di bawah" Itu satu-satunya kesempatan bagi
kita!" Bab 24, TERTAWAN! Mereka menunggu sampai semua yang pergi bersama Pak Eppy sudah masuk ke dalam
lubang. Kemudian Bill berbicara lagi. ia menggerutu,
"Sungguh! Aku takkan mau lagi melihat peta harta, atau mendengar omongan "kalian! Itu berbahaya karena pasti setelah itu kita langsung terjerumus dalam
"kesulitan! Jack! Philip! Coba kalian berusaha melepaskan tali yang mengikat
"kalian! Bisa atau tidak?"
"Dari tadi aku sudah berusaha," kata Jack, disusul oleh Philip yang mengatakan
bahwa ia juga sudah mencoba. "Tapi penjahat-penjahat itu tahu caranya mengikat
dengan erat. Pergelangan kakiku sampai sakit rasanya dimakan tali, sedang
pergelangan tanganku tidak bisa kugerakkan sedikit pun."
Tangan mereka semua terikat ke belakang. Jadi memang mustahil bisa membebaskan
diri secara sendiri-sendiri. Bill merebahkan diri, lalu berguling-guling
mendekati Dinah dan Lucy-Ann. ia merasa kasihan pada Lucy-Ann. Dinah lebih
tangguh, sikapnya lebih mirip anak laki- laki tapi Lucy-Ann yang lemah lembut,
"sudah sepantasnya sangat takut.
"Jangan takut, Lucy-Ann," kata Bill membujuknya. "Nantilah, akan kita cari akal
untuk membalas penjahat-penjahat itu."
"Kudoakan saja, semoga mereka tersesat di dalam lorong buta," kata Jack dengan
sengit, ia masih menggeliat-geliat, berusaha melepaskan tali yang mengikat
pergelangan tangannya. "Kemungkinan itu memang ada," kata Bill. "Yang jelas, lama sekali mereka baru
akan kembali lagi kemari. Kita harus berusaha agar sudah bisa membebaskan diri,
sebelum mereka datang lagi."
"Kalau aku bisa bebas, aku akan cepat-cepat masuk ke dalam pilar dan mengambil
makanan yang kita taruh di samping telundakan yang paling atas," kata Jack. "Itu
jika masih ada yang disisakan para penjahat! Kurasa pasti hampir semuanya mereka
ambil!" Bill menduga bahwa penjahat-penjahat itu tentu membawa semuanya. Tapi ia diam
saja. ia tidak lagi mencoba melepaskan tali yang mengikat pergelangan
tangannya, karena gerakannya yang menggeliat-geliat malah menyebabkan tali
semakin dalam mengiris daging, sampai sakitnya nyaris tak tertahan lagi Bill
memandang berkeliling, mencari batu berpinggiran tajam yang bisa dipakai untuk
memutuskan tali pengikat pergelangan tangannya. Setelah ditemukan, ia pun
berguling- guling ke situ. Tapi tangannya terikat di belakang punggungnya,
sehingga ia tidak bisa melihat apa yang dilakukannya. Sebagai akibatnya,
tangannya berdarah-darah kena batu. Akhirnya Bill menghentikan usaha itu.
Kiki hinggap di atas pohon sambil menggumam pada dirinya sendiri. Segala
keributan yang terjadi di bawah menyebabkan ia ketakutan. Beberapa waktu
kemudian ia menelengkan kepala ke bawah, memandang ke arah Jack. Kelihatannya
keadaan sudah aman. Burung itu terbang ke bawah, lalu hinggap di atas perut
Jack. "Panggilkan dokter," oceh Kiki sambil memiringkan kepala. "Panggilkan dokter,
bilpak." "Itu gagasan yang bagus, Kiki," kata Jack sambil mencoba tersenyum. "Suruh dia
cepat-cepat datang! Tolong teleponkan!"
Kiki langsung menirukan bunyi pesawat telepon berdering. Bunyi itu aneh, di
tengah puing- puing reruntuhan di pekarangan kuil itu. Bahkan Lucy-Ann pun
tertawa mendengarnya. "Halo, halo!" oceh Kiki. ia senang, karena ternyata ada
perhatian. "Halo!"
"Bagus, Kiki!" kata Jack sambil nyengir. "Kau sudah berhubungan dengan Pak
Dokter" Bilang padanya, kami semua terserang penyakit Eppy yang ganas!"
Miki turun dari pohon, karena ingin ikut dalam keramaian di bawah. Tapi ia
sangat ketakutan. Tapi karena orang-orang di bawah sudah berbicara dan tertawa-
tawa lagi, keadaan tentunya sudah aman lagi. Monyet kecil itu meloncat ke
pangkuan Philip yang diikat dalam posisi duduk.
"Aku tidak bisa mengelus-elusmu, Miki, karena tanganku terikat ke belakang,"
kata Philip. "Ya tanganku memang tidak kelihatan, karena terikat di belakang "punggungku. Lihat saja ke sana!"
Miki ingin dibelai agar rasa takutnya reda. Tapi tangan Philip tidak kelihatan!
Monyet kecil itu pergi ke balik punggung remaja itu, untuk memeriksa. Ah di
"situ rupanya tangan Philip! Miki menarik-nariknya, minta dielus-elus.
"Apa boleh buat, Miki tapi tidak bisa," kata Philip, ia menoleh pada yang
"lain-lain sambil nyengir. "Miki bingung, kenapa aku tidak membelai-belainya.
Tanganku ditarik-tarik!"
Sementara itu Miki melihat tali yang mengikat tangan tuannya. Monyet kecil itu
bingung. Apa sebabnya di situ ada tali" Mau apa Philip dengan tali itu" Eh,
ternyata tangan Philip tidak bisa digerakkan, karena terikat tali itu! Miki
menarik-narik simpulnya. "Ya, bagus, Miki," kata Philip memuji-muji. "Ya, tarik terus simpul itu! Nanti
kalau berhasil kaubuka, aku akan bisa membelaimu lagi!"
Anak-anak yang lain memandang ke arahnya dengan penuh harap.
"He, Philip apakah Miki bagaimana, bisakah ia melepaskan ikatan itu?"
" ?"Belum tahu," kata Philip. "Ia memang sibuk menarik-narik. Ayo, Miki! Tarik
terus, sampai lepas!" Tapi Miki tidak bisa melepaskan ikatan itu, karena
cakarnya terlalu kecil sedang ikatannya terlalu erat. Monyet kecil itu
"berhenti menarik. Tapi kemudian timbul lagi akalnya! Miki menggigiti tali!
"Apa yang kaulakukan itu, Miki?" seru Philip, ketika merasa mulut Miki menyentuh
pergelangan tangannya. "Wah, Bill! Binatang cerdik ini berusaha menggigiti tali
yang mengikat diriku!"
Semua memperhatikan Philip. Air mukanya menampakkan pikirannya dengan jelas.
"Bagus, Miki gigit, saja terus!" katanya. "Monyet pintar! Jangan, Kiki
" "jangan ganggu Miki!"
Kiki mendatangi Philip, karena ingin melihat apa yang sedang dikerjakan oleh
Miki di belakang punggung remaja itu. "Satu, dua, tiga DOR!" teriak burung
"itu, seolah-olah membakar semangat Miki.
"Sini, Kiki! Biarkan Miki bekerja sendiri," panggil Jack. Kiki datang dengan
patuh. "Nah bagaimana?" tanya Bill.
?"Kurasa bisa," jawab Philip, yang merasa ikatan mulai longgar. "Sudah agak
longgar sekarang. Ayo terus, Miki!"
Pekerjaan itu tidak mudah. Tapi Miki sabar dan ulet. ia terus menggigit-
gigittali, karena tahu bahwa Philip menghendakinya.
"Sudah mulai lepas sekarang!" seru Philip bersemangat. "Terus saja, Miki "tinggal beberapa gigitan lagi!" Karena digigit-gigit terus, akhirnya tali putus
ketika Philip menyentakkannya. Anak itu menggerakkan tangannya yang kini sudah
bebas ke depan, sambil mengerang.
"Aduh pegal sekali rasanya! Terima kasih, Miki kau berjasa besar! Tunggu
" "sebentar sampai tanganku sudah tidak begitu pegal lagi nanti kau akan kubelai
"dari kepala sampai ujung ekor!"
Philip melepaskan potongan-potongan tali yang masih terikat ke pergelangan
tangannya, ia menggerak-gerakkan jari-jarinya yang terasa kaku, lalu membelai-
belai monyet kecil itu, yang langsung meringkuk ke dalam pangkuan Philip sambil
mendengus-dengus pelan karena senang. Baik Bill maupun anak-anak tidak mendesak
Philip agar cepat-cepat melepaskan tali yang mengikat mereka. Semua tahu bahwa
Miki pantas mendapat perhatian dulu.
"Nah, sekarang sudah cukup," kata Philip beberapa saat kemudian. "Aku harus
menolong yang lain-lain. Kau ikut membantuku!" Miki dijunjungnya, lalu
diletakkannya ke bahu. Kemudian Philip merogoh kantungnya, mengambil pisau
sakunya. Jari-jari tangannya masih terasa kaku. Tapi dengan segera sudah biasa
lagi. Dengan pisau sakunya ia memotong tali yang mengikat pergelangan kakinya.
Kemudian ia mencoba berdiri. Kakinya terasa aneh, karena tadi terikat erat
sekali. Tapi dengan segera ia sudah bisa berjalan secara biasa. Philip langsung
mendatangi Dinah dan Lucy-Ann. Dengan cepat kedua anak perempuan itu dibebaskan
dari tali yang mengikat mereka. Lucy-Ann mendesah karena lega.
"Uuuh terima kasih, Philip!" desahnya. "Enak rasanya bebas kembali! Bagaimana
"rasanya tanganmu, Dinah?"
"Agak kaku," kata Dinah sambil menggosok-gosok pergelangan tangannya. "Hhh,
rasanya kepingin sekali mengikat Pak Eppy, supaya ia tahu bagaimana rasanya
tidak bisa bergerak sama sekali! Jahat sekali orang itu!"
Dengan segera semua sudah dibebaskan dari ikatan. Bill yang paling menderita,
karena pergelangan tangan dan kakinya tadi terikat erat sekali. Agak lama juga
baru ia bisa biasa lagi. ia mengernyit kesakitan, ketika darah mulai mengalir
dengan normal kembali dalam tubuhnya. Semua sibuk membelai-belai Miki. Monyet
kecil itu berceloteh dengan suara pelan, menikmati perhatian yang begitu besar
padanya. Jack terus mengawasi Kiki, karena tahu bahwa burung kakaktua itu pasti
cemburu. "Awas, Kiki! Kalau kau berani jahil, kuikat kau nanti," kata Jack memperingatkan
sambil menepuk paruh burung itu. Kiki langsung merajuk, ia menyembunyikan
kepalanya ke bawah sayap, sambil mengomel. "Kasihan Polly, kasihan Polly, jangan
menyedot-nyedot hidung, pakai sapu tanganmu!"
"Burung itu memang tidak bisa diatur," kata Bill tersenyum, sambil mengurut-urut
pergelangan tangannya yang masih sakit sedikit. "Nah sekarang sudah lebih enak
"rasanya. Bagaimana kalau kita makan sekarang, Anak-anak" Tentunya kalau masih
ada yang tersisa." Jack cepat-cepat menuju ke pilar besar, ia terpaksa dibantu Philip naik ke
dalam lubang, karena pergelangan kakinya masih terasa agak lemas. Sesampainya di
dalam pilar, ia meraba-raba mencari tempat yang menonjol, di mana bekal makanan
ditaruh. Tempat itu gelap sekali, karena matahari sudah terbenam. Jack gembira
sekali ketika teraba olehnya beberapa benda yang rasa-rasanya roti dan keju. ia
berseru, memanggil Philip, "Jaga, Philip aku akan melemparkan makanan ke
"luar!" Philip menyambut roti dan keju yang dilemparkan oleh Jack dari dalam pilar.
Setelah itu menyusul sebuah bungkusan berisi daging.
"Tunggu dulu ini masih ada roti lagi," seru Jack sambil melemparkannya ke "luar. Setelah itu ia menyusul sambil nyengir. "Rupanya mereka tadi begitu
terburu-buru, sampai tidak sempat makan sebentar!" katanya. "Mereka pasti
melihat makanan ini ada di dalam!"
"Bill amankah jika kita sekarang makan dulu?" tanya Lucy-Ann gelisah.
?"Aman," kata Bill menenangkan. "Aku akan duduk di dekat pilar itu! Jika ada yang
berani keluar nanti, akan tahu rasa dia!"
Bab 25, KEJADIAN SAAT MALAM HARI
Hari sudah gelap, karena matahari sudah lama terbenam. Anak-anak yang sedang
makan dengan lahap di tengah pekarangan kuil kuno itu sudah hampir tidak bisa
lagi saling melihat. "Belum pernah roti dan keju rasanya senikmat sekarang ini," kata Dinah sambil
mengunyah. "Padahal kemarin kuanggap keju ini tidak enak agak manis. Tapi
"sekarang, nikmat!"
"Itu karena kau lapar sekali saat ini," kata Jack sambil memberikan secuil pada
Kiki. "Ini kan keju yang dibuat dari susu kambing, ya Bill" Wah coba lihat itu
" Miki makan dengan lahap!"
?"Miki dor!" oceh Kiki menyela. "Satu, dua, tiga DOR!"
?"Burung konyol," kata Jack. "He, Bill apa yang sedang Anda pikirkan?"
?"Macam-macam," jawab Bill dengan serius. "Aku sedang memikirkan rencana
selanjutnya." "Hebat, ya harta karun yang kita temukan itu!" kata Lucy-Ann dengan mata
"bersinar-sinar. Jack yang sementara itu sudah mendengar cerita tentang
pengalaman yang lain-lainnya di bawah tanah, agak merasa iri. Hanya ia sendiri
yang belum melihat ruang harta yang berisi harta karun yang berserakan ke mana-
mana. "Apa rencana Anda sekarang, Bill?" tanya Philip, ia kini merasa sudah bisa
berpikir secara biasa lagi, karena di samping sudah bebas, perutnya pun sudah
terisi. "Kurasa malam ini kita tidak bisa berbuat banyak."
"Memang, itu sudah jelas," kata Bill. "Untuk hari ini sudah cukup banyak yang
kita alami. Kecuali itu Dinah dan Lucy-Ann sudah mengantuk sekali. Kasihan!"
Kedua anak perempuan itu sudah capek sekali, sehabis berkeliaran begitu lama di
bawah tanah, ditambah dengan keributan menghadapi Pak Eppy serta ketiga anak
buahnya. Lucy-Ann berbaring meringkuk sambil menempelkan diri pada Dinah.
Matanya sudah terpejam. "Aku juga sudah mengantuk sekali," kata Jack. ia menguap lebar-lebar. "Aku
ingin tidur lama sekali!"
"Lagi pula, jika kita ingin melakukan sesuatu malam ini, apalah yang bisa kita
perbuat, Bill?" kata Philip. Ia pun ikut-ikut menguap. "Melarikan diri, sudah
jelas tidak bisa. Andros takkan berani kembali, karena Pak Eppy mengancam akan
memasukkannya ke dalam penjara jika ia muncul lagi di sini. Orang seperti Andros
itu kan sederhana sekali jalan pikirannya. Kurasa Pak Eppy juga memberi uang
yang banyak padanya!"
"Ya di samping karena takut diancam, Andros pasti tadi siang cepat-cepat pergi
"karena sudah menerima pembayaran," kata Bill.
"Andros pasti tahu bahwa Pak Eppy mempunyai perahu motor di sini bahkan "kemungkinannya dua sekaligus, ditambah dengan yang dipakai oleh anak buahnya
kemari. Jadi pasti Andros berpikir bahwa kita takkan terdampar terus di sini,
karena mungkin akan dibawa kembali oleh Pak Eppy."
"Eh, betul juga perahu Pak Eppy!" seru Philip bersemangat. Rasa mengantuknya
"tersingkir sesaat. "Kita tinggal menemukannya saja, Bill! Bagaimana jika kita
mencarinya sekarang, sebelum orang-orang itu kembali?"
"Tidak, jangan malam ini," kata Bill. "Aku sudah merencanakan akan melakukannya
besok pagi-pagi sekali. Jika berhasil, kurasa kita selamat! Sekarang dengar
"aku yang akan menjaga selama empat jam pertama mulai dari sekarang. Setelah itu
giliranmu menjaga, Jack lalu Philip. Kalian berdua masing-masing dua jam.
"Setelah itu, hari sudah pagi."
"Untuk apa kita melakukan penjagaan" Apakah untuk menunggu kalau-kalau Pak Eppy
muncul untuk menyampaikan salam?" tanya Jack berkelakar sambil nyengir.
"Tepat," kata Bill. ia menyalakan sebuah lentera. "Kalian berdua sudah capek
sekali jadi tak ada gunanya kalian yang menjaga dulu, sebelum sempat tidur agak
"lama. Nanti giliran kalian!"
"Baiklah," kata Jack, lalu berbaring merapatkan diri pada Philip. "Biar jagoan
kita yang berbadan besar dulu yang menjaga. Huh sepertinya aku sudah tidur
"sekarang!" "Apa yang akan Anda lakukan jika orang-orang itu muncul?" tanya Philip pada
Bill. "Anda pukul mereka satu-satu, begitu ada kepala tersembul dari lubang?"
"Mungkin," kata Bill sambil menyalakan pipanya. "Janganlah soal itu kau
pikirkan. Tidur saja sekarang!"


Lima Sekawan 06 Petualangan Di Kapal Pesiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesaat kemudian Jack dan Philip sudah terlelap. Bill memadamkan lentera. Kini
hanya api pipanya saja yang sekali-sekali nampak remang di pekarangan gelap itu.
Bill berpikir-pikir, menimbang segala kejadian selama dua hari itu. ia
memikirkan ucapan Pak Eppy yang bernada sombong, yang mengatakan bahwa pulau itu
kini miliknya, ia berusaha menduga letak teluk kecil yang satu lagi, di mana
terdapat perahu motor Pak Eppy. ia juga mereka-reka, sudah sampai di mana orang
itu bersama anak buahnya, yang sedang mencari-cari jalan menuju harta Andra.
Mudah-mudahan saja mereka tersesat di dalam lorong buta yang berliku-liku,
katanya dalam hati. Bill menyusun rencana untuk keesokan hari. Mula-mula mencari
perahu motor Pak Eppy. Tapi di mana kemungkinannya anak sungai itu"
Mungkinkah... Tiba-tiba ia berhenti berpikir-pikir, karena mendengar bunyi sesuatu. Bill
memadamkan pipanya, lalu berdiri dengan diam-diam. Ia menajamkan telinga.
Rasanya bunyi tadi datang dari bawah tanah. Jika itu Pak Eppy beserta anak
buahnya yang kembali, ia takkan sempat tidur lagi nanti! Bill mengambil sepotong
kayu yang sudah dilihatnya sore itu. Kelihatannya kayu itu dulu merupakan bagian
dari bingkai jendela. Tapi dijadikan senjata juga cocok! Bill berdiri di sisi
pilar besar itu. ia mendengarkan dengan seksama, ia mendengar bunyi seperti
langkah orang yang sedang mendaki. Pasti itu seseorang yang menaiki tangga
berbelit-belit di bawah pilar itu. Kemudian bunyi itu terhenti. Orang yang
datang itu rupanya sudah ada di dalam pilar. Apakah yang diperbuatnya di situ"
Kedengarannya seperti sedang meraba-raba, mencari sesuatu.
"Ah ia mencari makanan," pikir Bill sambil nyengir. "Percuma sudah tidak ada
" "lagi!" Saat itu terdengar rintihan, disusul suara gemetar memanggil-manggil dengan
pelan, ''Jack! Philip!"
"Eh itu kan Lucian"!" pikir Bill. ia tercengang. "Nah tak mungkin ia muncul
" "seorang diri!"
Bill mendengarkan kembali. Rintihan tadi mulai lagi, seperti ketakutan. Selain
itu tidak ada bunyi lain, misalnya langkah orang mendaki tangga. Bill
membulatkan sikap. Ia melompat ke lubang di tepi pilar, lalu memandang ke bawah
sambil menyorotkan senter. Lucian berdiri di ujung telundakan. Anak itu
mendongak ke arahnya. Nampaknya sangat ketakutan. Mukanya basah karena menangis.
Ia menutupi kepalanya dengan tangan, seakan-akan menyangka Bill pasti
memukulnya. "Lucian!" kata Bill. "Kenapa kau di sini" Mana yang lain-lain?"
"Aku tidak tahu," kata Lucian sambil menangis. "Aku tadi cuma disuruh ikut
sampai ke ruang di bawah tangga ini. Aku disuruh tinggal di situ. Kata mereka
aku tidak boleh kemana-mana, sampai mereka datang lagi. Kata pamanku tadi, aku
akan dihajarnya habis-habisan, jika tidak patuh!"
"Jadi mereka belum kembali?" tanya Bill. Senternya masih terus disorotkan ke
muka Lucian. "Belum! Dan mereka sudah lama sekali pergi," tangis Lucian. "Aku tidak tahu, apa
yang terjadi dengan mereka. Tapi aku lapar sekali! Kecuali itu juga capek dan
kedinginan. Aku takut sekali di bawah sana. Aku tidak berani menyalakan senterku
terus-menerus, karena takut nanti habis baterainya."
Bill mau mempercayai kata-kata anak yang nampak ketakutan itu. "Ayo, naik!"
katanya. "Ini pegang tanganku, lalu loncat ke atas. Ayo loncat, Lucian! Masa "begitu saja tidak bisa."
Tapi anak itu tidak mampu meloncat, sehingga akhirnya Bill terpaksa masuk ke
dalam pilar itu lalu membantunya naik dengan jalan mendorong. Bahkan dengan cara
begitu pun, Lucian masih nyaris terjatuh. Anak itu gugup sekali. Namun ia
akhirnya berhasil juga turun dengan selamat di pekarangan kuil. Bill menyodorkan
roti dengan keju. Lucian melahapnya dengan rakus sekali, seperti sudah sebulan
tidak makan. Tapi tiba-tiba ia berhenti mengunyah.
"Eh bukan main, bagaimana Anda sekarang bisa bebas?" tanyanya. "Maksudku
" "tadi kan masih terikat semua?"
"Memang," jawab Bill dengan geram. "Tapi untung bagimu, kami berhasil
membebaskan diri ya, kami semua! Jack dan Philip ada di sebelah sana, sudah
"tidur. Sedang kedua anak perempuan berbaring di dekat mereka. Jangan jangan
"bangunkan! Mereka capek sekali. Coba kami sekarang masih terikat, kau pasti
terpaksa mendekam terus di dalam pilar tadi, sepanjang malam. Tidak enak ya,
memikirkan kemungkinan itu?"
"Memang tidak," kata Lucian sambil bergidik. "Aku menyesal, kenapa datang ke
pulau ini. Apakah yang akan terjadi selanjutnya" Anda akan menyusul pamanku"
Pasti ia tersesat!" "Biar saja," tukas Bill. "Biar tahu rasa! Aku tidak suka pada orang seperti
pamanmu itu, Lucian!"
"Ya, ia memang jahat," kata Lucian. "Katanya tadi, kalau harta karun itu sudah
ditemukan, kalian akan ditinggal di sini sementara ia pergi menjemput tenaga
tambahan untuk mengangkuti harta itu dari sini."
"Ramah sekali," kata Bill dengan masam. "Yah sebaiknya kau tidur saja
"sekarang. Dan besok kau harus membantu kami, sebagai imbalan atas segala
perbuatan pamanmu terhadap kami."
"Tentu saja aku mau!" kata Lucian dengan segera. "Sungguh! Aku kan berada di
pihak kalian!" "Ya, ya," kata Bill. "Tapi yang jelas mulai sekarang kau harus!"
"Dengan cara bagaimana aku bisa membantu, besok?" tanya Lucian.
"Antar kami ke sungai kecil tempat perahu pamanmu ditambatkan," kata Bill dengan
segera. "Itu bisa saja asal aku masih ingat tempatnya," kata Lucian dengan nada agak "cemas. "Aku paling tidak bisa mengingat jalan! Tapi kurasa aku masih tahu jalan
ke sana." "Kau harus ingat!" kata Bill dengan suara galak. "Dan sekarang tidur!
Tidak jangan ke dekat Jack dan Philip. Di situ saja, di tempatmu sekarang. Dan
"ingat jika pamanmu nanti muncul, kau jangan bersuara sedikit pun. Kalau kau
"berani memberi isyarat padanya, kau akan menyesal nanti!"
"Aduh kan sudah kukatakan bahwa aku memihak pada kalian sekarang!" keluh
"Lucian, lalu merebahkan diri. Diaturnya letak tidurnya. "Selamat tidur, Pak!"
Bab 26, KEESOKAN PAGINYA Bill membangunkan Jack, empat jam kemudian. Dengan singkat ia bercerita tentang
kemunculan Lucian secara tiba-tiba.
"Ia tadi mengatakan bahwa ia memihak kita, tapi anak secengeng dia sulit bisa
diandalkan," kata Bill, agar Jack tetap bersikap waspada. "Jadi dia perlu kau
awasi terus. Dan jika kau nanti mendengar bunyi apa saja yang datangnya dari
dalam lubang di dalam pilar, kaubangunkan aku dengan segera, ya!"
"Baik," kata Jack. ia sudah merasa segar kembali, setelah tidur empat jam.
"Tapi mereka itu lama sekali di bawah, ya" Pasti tersesat!"
"Mudah-mudahan saja," kata Bill. "Tapi tak mungkin untuk selama-lamanya, karena
lorong buta itu tidak terlalu luas. Nah aku tidur saja sekarang, Jack. Hati-
"hati saja menjaga!"
Jack agak khawatir, jangan-jangan ia tertidur lagi jika menjaga sambil duduk.
Karena itu ia menyalakan lentera, lalu mengitari pekarangan sebentar, ia
menerangi muka Lucian. Anak itu begitu nyenyak tidur, sehingga sedikit pun tidak
bergerak-gerak. Philip juga pulas. Sedang Dinah dan Lucy-Ann tidur berangkulan.
Muka mereka tidak kelihatan. Kiki ikut menemani Jack. Burung cerdik itu tahu
kapan ia tidak boleh ribut-ribut. Karenanya ia berbisik-bisik di dekat telinga
Jack. Anak itu tidak tahan, karena merasa seperti digelitik. Akhirnya Kiki
dipindahkan, disuruh bertengger di lengannya..
Dua jam berlalu tanpa kejadian apa-apa. Jack membangunkan Philip, yang kini
mendapat giliran menjaga. Tapi tidak mudah membangunkannya, karena anak itu
tidur nyenyak sekali. Setiap kali tubuhnya dibalikkan supaya bangun, Philip
berguling lagi ke posisi semula, dengan mata tetap terpejam. Akhirnya Jack
mendapat akal bagus. Dibukanya sepatu Philip, lalu digelitiknya telapak kaki
anak itu! Nah, saat itu juga Philip terbangun! Ia menegakkan tubuh, lalu
menatap lentera yang dipegang Jack dengan mata terbelalak.
"Kenapa kau..." katanya dengan suara lantang. Jack cepat-cepat mendesis,
menyuruhnya diam. "Sssst! Nanti yang lain terbangun! Aku terpaksa menggelitik kakimu, karena kau
tidak bangun-bangun walau sudah kucoba beberapa kali membangunkanmu dengan cara
yang biasa! Sekarang giliranmu menjaga!"
Philip memakai sepatunya kembali sambil menggerutu. Miki ikut bangun. Monyet itu
celingukan. Rupanya ia belum sadar, di mana ia saat itu berada. Sambil berbisik-
bisik, Jack bercerita tentang Lucian. Philip geli mendengarnya.
"Jadi ia memihak kita sekarang," katanya dengan suara pelan. "Ah anak itu
"sebenarnya baik cuma cengengnya bukan main! Kasihan pasti ia tadi takut
" " setengah mati di bawah! Baiklah, aku akan tetap mengawasinya walau kurasa ia "takkan berani berbuat macam- macam. Dan jika kepala Pak Eppy muncul dari lubang
di pilar itu, dengan senang hati aku memukulnya dengan kayu ini!"
Jack nyengir. "Aku tidur sekarang," katanya. "Selamat menjaga, Philip!"
Philip masih mengantuk. Berulang kali matanya sudah terpejam kembali. Akhirnya
ia mengikuti cara Jack menghilangkan rasa mengantuk, ia berjalan mondar-mandir,
ia tidak boleh sampai tertidur saat sedang menjaga. Resikonya terlalu besar! ia
memandang arlojinya. Hampir pukul lima! ia memandang ke timur. Langit di
sebelah sana sudah mulai terang, keperak-perakan. Giliran Philip menjaga sudah
menjelang akhir. Matahari sudah terbit. Alam sekeliling sudah terang. Philip duduk sambil
menikmati kehangatan sinar matahari pagi. Tiba-tiba ia mendengar bunyi yang
mencurigakan. Philip merapatkan tangan ke telinga, supaya bisa lebih jelas
mendengar. Miki mulai mengoceh dengan suara lirih.
"Ssst!" desis Philip. Monyet kecil itu langsung diam. Nah itu bunyi tadi
" "bunyi langkah di atas batu.
"Mereka datang!" kata Philip dalam hati, lalu bergegas ke tempat Bill yang masih
tidur menelungkup. "Bill! Bill! Bangun! Mereka datang!"
Seketika itu juga Bill terbangun lalu cepat-cepat berdiri. Sedikit pun tidak
kelihatan mengantuk lagi. Yang lain-lainnya juga ikut bangun. Hanya Lucian saja
yang tidur terus. Tapi tidak ada yang membangunkannya. Bill mengambil kayu dari
tangan Philip, lalu bergegas membawa senjata itu ke dekat pilar.
"Kalian mundur," katanya pelan pada Dinah dan Lucy-Ann. "Kurasa takkan banyak
kesulitan yang akan kita alami. Tapi tidak ada salahnya berjaga-jaga. Pokoknya
sekali ini Pak Eppy beserta kawanannya takkan kuberi kesempatan sedikit pun!"
Bill bersiap-siap dengari tongkatnya di dekat pilar, sambil memasang telinga.
Kedengarannya ada orang yang berdiri di dalam pilar. Orang itu berbicara, tapi
Bill tidak menangkap kata- katanya dengan jelas. Tapi dapat dikenalinya bahwa
yang berbicara itu Pak Eppy! Bill memegang tongkatnya erat-erat! Suara Pak Eppy
tak terdengar sesaat, sementara dari arah bawah terdengar seseorang menyerukan
sesuatu. Kemudian Pak Eppy memanggil dengan suara pelan, "Lucian! Kau ada di situ,
Lucian?" Lucian memang ada di luar tapi tidak bisa menjawab, karena tidur
"nyenyak. Pak Eppy memanggil-manggil lagi,
"Lucian!" Kini Bill menjawab. Suaranya terdengar geram, "Aku yang ada di sini
"Bill Cunningham dan aku sudah siap menunggu kau muncul, Eppy! Begitu kepalamu
"tersembul dari lubang, langsung kupukul dengan ini!"
"Bill memukulkan tongkatnya dengan keras ke pilar, sehingga semua kaget
"termasuk Lucian yang langsung bangun. Di dalam pilar tidak terdengar apa-apa
selama sesaat. Kemudian ada bunyi langkah orang menaiki tangga, disusul suara
orang berbicara dengan pelan.
"Bagaimana kau sampai bisa melepaskan diri?" kata Pak Eppy dari dalam. "Lucian-
kah yang membebaskan" ia tidak ada di sini!"
"Tidak, bukan dia!" kata Bill. Orang-orang yang ada di dalam pilar berembuk
sebentar. Setelah itu Pak Eppy berseru dengan nada mendesak, "Pak Cunningham!
Orang-orangku melaporkan bahwa mereka baru saja menemukan Lucian di bawah, ia
mengalami cedera berat, sehingga memerlukan pertolongan dengan segera. Berilah
kami kesempatan keluar, untuk menolongnya!"
Semua yang di luar sama sekali tak menyangka Pak Eppy akan berkata begitu.
Apalagi Lucian! Anak itu melongo, ia hendak menyerukan sesuatu, tapi Jack
cepat-cepat menyenggol, menyuruhnya diam. Biar Bill saja yang menjawab.
"Kasihan," kata Bill. "Naikkan saja anak itu ke atas, nanti kami urus dia! Tapi
kalian sendiri, tetap tinggal di dalam. Itu tidak bisa ditawar-tawar lagi!"
Pak Eppy berunding lagi sebentar dengan bawahannya, lalu berseru ke luar, "Anda
harus mengizinkan kami keluar bersama anak ini. Ia luka parah. Aku cemas sekali
melihat keadaannya!"
Dinah nyaris tercekikik melihat air muka Lucian saat itu, sementara Bill
menjawab dengan cepat, "Tidak bisa! Tidak boleh ada orang lain keluar, kecuali "eh kecuali Lucian! Sodorkan dia ke luar!"
"Tentu saja Pak Eppy tidak bisa melakukannya, karena saat itu Lucian sudah duduk
di pekarangan, di atas rumput. Lucy-Ann berbisik-bisik pada Dinah, "Pak Eppy
ketahuan bohongnya!"
Bill memukul-mukulkan tongkatnya ke sisi pilar. "Yah, kelihatannya kau tidak
ingin berpisah dari anak itu, ya," serunya. "Kuperingatkan saja baik-baik jika
"ada yang berani menyembulkan kepala lewat lubang di atas ini, jangan menyesal
jika nanti benjol!" Setelah itu Bill memukul-mukulkan tongkatnya lagi ke pilar. Pak Eppy pasti
merasa kecut mendengarnya, karena ia bukan orang yang berani.
"Bisakah kami minta makanan sedikit?" serunya setelah beberapa saat membisu.
"Tidak bisa!" balas Bill. Ia sama sekali tidak menaruh rasa kasihan pada Pak
Eppy serta kawanannya. "Untuk sarapan kami sendiri saja sudah tidak cukup!"
Lalu mendengar bunyi langkah di dalam pilar, rupanya Pak Eppy beserta anak
buahnya kembali lagi ke ruang bawah. Bill menggerakkan kepala, memberi isyarat
pada Jack. "Bagi-bagikan makanan yang masih tersisa! Aku tidak bisa meninggalkan tempat
ini, karena siapa tahu mungkin mereka yang di bawah itu sedang merencanakan
"sesuatu. Kurasa di antara mereka ada yang bersenjata pistol! Jadi tidak boleh
sampai ada yang bisa muncul di lubang."
Jack dan Philip membagi-bagikan roti dan keju yang masih ada. Bill makan asal
saja, sementara perhatiannya terus tertuju ke lubang. Tapi sama sekali tidak ada
sesuatu yang mencurigakan. Ketika anak-anak sudah selesai makan secara cepat,
mereka dipanggil Bill, disuruh mendekat.
"Sekarang dengar baik-baik," katanya dengan suara pelan. "Aku harus tetap
berjaga-jaga di sini kalian tentu tahu, kenapa! Nah kalian sekarang ikut
" "dengan Lucian, mencari sungai kecil tempat perahu motor Pak Eppy ditambatkan.
Tapi hati-hati, karena siapa tahu mungkin di sana ada penjaga!"
?"Perahunya ada dua dijaga dua orang," kata Lucian. Kabar itu mengecewakan!
"Bill berpikir sebentar, mencari akal.
"Begini sajalah! Kalian temukan dulu tempat perahu-perahu itu," katanya. "Tapi
kalian sendiri jangan sampai kelihatan! Asal kita sudah tahu saja, di mana letak
sungai kecil itu. Setelah itu kalian kembali lagi kemari. Mudah-mudahan saja
pukul dua belas nanti anak laki-laki dari pertanian itu datang lagi mengantar
makanan." "Kita memang memerlukannya sekali," kata Jack sambil mengusap-usap perut.
"Bukan kita saja tapi lebih-lebih lagi Pak Eppy dengan kawanannya," kata
"Philip sambil nyengir. "Bill, kalau kami sudah kembali setelah menemukan tempat
perahu-perahu itu, selanjutnya apa yang akan kita kerjakan?"
"Kita kirim Lucian ke sana dengan pesan yang harus dikatakan datang dari
pamannya, menyuruh kedua penjaga perahu datang kemari, kata Bill. "Dan "sementara mereka menuju kemari, kita menyelinap turun lalu minggat dengan
perahu-perahu itu!" "Wah tapi nanti tenggelam menubruk karang!" kata Lucian dengan cepat. "Pulau-
"pulau sini tidak bisa didatangi, kalau tidak disertai orang yang mengenal
perairan di sekitarnya. Di sini banyak sekali karang!"
Masalah itu tidak bisa diremehkan. Bill berpikir sebentar. "Yah " katanya
"setelah sesaat, "itu nanti saja kita pikirkan. Sekarang kalian pergi saja cepat-
cepat! Kau menjadi penunjuk jalan, Lucian!"
Kelima remaja itu pergi, menyusur jalan yang menurun. Lucian yang paling depan.
Kemudian ia membelok ke kiri.
"Kau masih ingat rupanya," kata Jack. Lucian menoleh. Air mukanya gelisah.
"Terus terang saja, tidak," katanya. "Aku paling payah, kalau disuruh mengingat-
ingat tempat dan jalan. Aku selalu saja tersesat Takkan mungkin aku bisa
menemukan tempat perahu- perahu pamanku itu!"
Bab 27, KEDATANGAN YANG TAK TERDUGA
Kekhawatiran Lucian ternyata memang beralasan, ia memang tidak ingat lagi jalan
yang harus dilewati. Dengan begitu mereka tidak berhasil menemukan perahu-perahu
motor pamannya. Anak itu benar-benar payah, ia hanya mondar-mandir saja. Setiap
kali menuju ke arah pantai, ternyata selalu sampai di tempat yang begitu curam,
sehingga tidak mungkin perahu motor bisa berlabuh di situ.
"Kau ini benar-benar dungu," kata Jack menggerutu. Kiki mendengar ucapan itu,
lalu dengan segera meniru.
"Dungu!" ocehnya. "Dungu! Panggil dokter!"
Tapi tidak ada yang tertawa. Tersenyum pun tidak! Anak-anak terlalu kecewa.
Kasihan Lucian ia sudah nyaris menangis.
?"Ini bukan salahku," katanya terisak. "Kalau dari semula tahu bahwa itu penting,
pasti aku memperhatikan jalan ketika datang kemarin. Tapi aku kan belum tahu
waktu itu!"

Lima Sekawan 06 Petualangan Di Kapal Pesiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudah, jangan menangis lagi nanti kau kudorong masuk ke dalam lubang kelinci,
"lalu kutimbuni lumut," kata Jack dengan sebal. Lucian ketakutan mendengar
ancaman itu. "Kalau aku bisa, pasti aku ingat" katanya dengan lesu. "Tapi kalau perahu itu
kita temukan, kita masih tetap saja tidak bisa pergi dari sini. Tidak ada yang
bisa, kalau tidak disertai orang yang tahu jalan yang aman. Di sekitar sini
terdapat ratusan terumbu yang hanya nampak saat laut sedang surut Bahkan pelaut
yang berpengalaman pun pasti masih akan mengalami kesulitan melewatinya. Aku
tahu betul, karena aku sering mendatangi pulau-pulau sekitar sini bersama
pamanku." "Aku percaya," kata Jack sambil menatap Lucian. "Aku juga tidak berani
mengemudikan perahu seorang diri, kalau tidak ditemani pelaut yang tahu jalan.
Wah, kalau begitu kita benar-benar tidak berdaya. Tidak ada perahu dan kalau
"adapun, tidak bisa meninggalkan pulau ini. Gawat!"
Lucy-Ann langsung membayangkan mereka semua terdampar di pulau gersang itu,
sampai bertahun-tahun! ia mengeluh. "Aku menyesal sekarang, kenapa aku
membelikan kapal yang ada di dalam botol itu untuk Philip," katanya. "Coba dari
semula aku tahu bahwa itu akan menimbulkan petualangan yang begini, pasti cepat-
cepat kubuang!" Kelima remaja itu kembali dengan langkah gontai, menuju ke kota puing. Tiba-tiba
Jack berhenti, lalu mendongak.
"Bunyi apa itu?" katanya. "Kedengarannya seperti pesawat terbang!"
Semua ikut mendongak, sambil mendengarkan. Tidak selang beberapa lama nampak
bintik kecil di langit sebelah utara. Bintik itu semakin mendekat Itulah pesawat
yang mereka dengar bunyinya.
"Sayang kita tidak bisa membuat tanda isyarat minta tolong," kata Dinah. "Tapi
kucoba saja dengan sapu tangan!" ia mengambil sapu tangannya yang kecil, lalu
melambai-lambaikan ke arah pesawat yang masih jauh. Anak-anak yang lain
memandang dengan geli. "Kausangka orang yang di pesawat itu bisa melihat sapu tangan kumalmu itu?"
tanya Philip mencemooh. "Dan kalau melihat kaukira ia akan turun kemari?"
"Siapa tahu, kan?" kata Dinah sambil melambai-lambai terus.
"Kau sinting!" tukas Philip. Dinah memandang abangnya dengan masam. Tapi ia
melambai terus. Anak-anak yang lain meneruskan langkah, tapi masih sambil
memperhatikan pesawat yang sementara itu terbang di atas pulau. Terbangnya
melintas tapi kemudian memutar lalu kembali! ?"Mereka melihat sapu tanganku!" pekik Dinah! "Lihatlah, pesawat itu datang
lagi!" "Jangan konyol," kata Philip. Tapi pesawat tadi benar-benar datang lagi. Bukan
itu saja, tapi bahkan terbang merendah, lalu memutar dan melintas sekali lagi di
atas pulau. "Di sebelah sana ada tanah yang datar. Itu, di sini!" teriak Dinah ke arah
pesawat, seolah-olah menyangka bahwa orang yang ada di dalamnya bisa mendengar
suaranya. "Mendaratlah di sana! Itu, jangan sampai lewat!"
Pesawat itu semakin menurun, lalu berputar sekali lagi. Rupanya penerbangnya
melihat dataran yang diteriakkan oleh Dinah, lalu mendarat di situ dengan pelan.
Roda-rodanya menyentuh tanah. Sesaat nampak seperti akan terjungkir, karena
tanah tempat mendarat itu tidak rata, tapi akhirnya pesawat berhenti dengan
selamat. Dinah memandang anak-anak dengan bersemangat
"Nah, apa kataku! Penerbangnya melihat sapu tanganku dan mendengar aku
"berteriak- teriak!" Anak-anak memandang pesawat terbang itu dengan perasaan
gembira. "Tidak mungkin yang datang itu kawan Pak Eppy!" seru Philip. "Pasti orang yang
disuruh mencari kita! Yuk, kita ke sana!" Anak-anak itu lari secepat mungkin,
melintasi lapangan yang berbenjol-benjol tanahnya. Mereka melihat dua orang
laki-laki keluar dari pesawat itu. Mereka melambai ke arah anak-anak, lalu
berjalan menyongsong. Lucy-Ann yang bermata awas, paling dulu mengenali kedua orang itu. "Itu Tim!"
pekiknya. "Tim, sahabat Bill! Dan bukankah itu Andros, tukang perahu kita yang
lari?" Lucy-Ann ternyata benar. Orang yang satu memang Tim, bersama Andros yang
kelihatannya agak kikuk. Tim menyapa anak-anak. "Halo! Mana Bill" Bagaimana
"kalian semua selamat" Aku kemari, karena mendapat laporan dari Andros ini!
Ceritanya begitu luar biasa!"
"Ya, Bill juga selamat!" seru Jack. Diguncang-guncangnya tangan Tim, karena
senang sekali melihat orang itu. "Wah, senang sekali rasanya melihat Anda
datang. Jadi Andros mendatangi Anda, lalu bercerita tentang kami?"
"Ceritanya benar-benar luar biasa sampai sulit rasanya bisa percaya," kata "Tim. "Rupanya selama ini ia bingung, apakah kejadian ini harus dilaporkan atau
tidak. Akhirnya ia memutuskan, lebih baik diceritakan saja pada seseorang.
Kemudian ia melihat aku mondar-mandir di dermaga. Saat itu aku sedang bingung,
kenapa kalian belum muncul-muncul, ia mengenali diriku, lalu langsung
menghampiri. Katanya, ia mengantar kalian ke Thamis, lalu kalian naik ke darat,
ia menunggu kalian di dalam perahu. Karena hawa panas, akhirnya ia tertidur."
"Memang,?" kata Jack. "Lalu sekonyong-konyong ada orang datang, ia disuruh
bangun, lalu dibentak-bentak. Orang itu mengatakan bahwa ia tidak boleh datang
ke situ tanpa izin, sambil mengancam akan mengadukannya biar ia dijebloskan ke
dalam penjara," kata Tim menyambung cerita. "Andros mengatakan bahwa ia tidak
bisa pergi begitu saja, karena ia ke situ mengantar seorang laki- laki dengan
empat remaja yang membawa burung kakaktua dan seekor monyet kecil. Laki-laki
yang membangunkan semakin marah mendengarnya. Katanya pulau itu miliknya, dan
jika Andros tidak pergi dengan segera, ia akan ditangkap saat itu juga."
"Pasti itu Pak Eppy yang mengamuk," kata Jack. "Ketika Andros berkata bahwa ia
belum menerima pembayaran, orang tadi menaruh segenggam uang ke tangannya, lalu
mengacungkan pistol. Andros cepat-cepat pergi dengan perahu motornya. Ia merasa
bersalah, lari meninggalkan kalian terdampar di sini. Tapi kemudian ia membujuk
dirinya sendiri. Orang yang marah-marah itu pasti datang dengan perahu motor,
jadi kalian pasti bisa dibawanya pergi, kapan ia mau. Betul begitu ceritamu,
Andros?" "Aku tidak mengerti semua. Pak," kata Andros dalam bahasa Inggris patah-patah.
"Orang jahat di sini. Jahat sekali. Andros menyesal sekali, Pak."
"Nah sekarang aku ingin mendengar cerita kalian," kata Tim pada anak-anak.
"Mereka silih berganti menuturkan pengalaman selama itu. Tim mendengarkan dengan
mulut ternganga. Bukan main belum pernah ia mendengar petualangan sehebat itu
"seumur hidupnya! Dengan cepat sudah dipahaminya duduk perkara sebenarnya, ia
tertawa geli, membayangkan Bill berdiri dengan sikap siaga di sisi pilar yang
berlubang, siap untuk memukulkan tongkatnya ke kepala Pak Eppy atau anak
buahnya, jika ada yang berani mencoba keluar.
"Aku pun mau disuruh menangani mereka," kata pemuda itu dengan riang, lalu
menirukan gerak-gerik orang berkelahi. Lucy-Ann tercekikik melihat tingkahnya.
"Aku ingin tahu apakah Bill sudah sempat mengayunkan pentungnya," katanya.
"Kalau sudah, mudah-mudahan saja kepala Pak Eppy yang kena gebukan," kata Tim
sambil nyengir lagi. "Nah sekarang bagaimana rencana kita?"
?"Kita harus menemukan teluk kecil yang satu lagi, serta perahu-perahu yang ada
di situ," kata Jack. "Itu yang pertama-tama harus kita lakukan. Setelah itu
kedua penjaga yang ada di sana harus dipancing pergi. Begitu mereka sudah pergi,
kita harus berusaha meninggalkan pulau ini, tanpa kandas membentur karang."
"Andros tahu di mana letak teluk kecil itu dan aku juga," kata Tim. "Aku
"melihatnya tadi, ketika terbang melintas di atas. Perahu-perahu yang ada di situ
juga sempat kulihat. Kalau soal kedua penjaga, aku bisa membereskannya bersama
"Andros." "Jangan aku tahu cara yang lebih baik untuk menyingkirkan mereka," kata
"Philip, lalu menceritakan rencana semula, yaitu mengirim Lucian ke sana untuk
memancing mereka agar pergi.
"Ya, rencana itu memang lebih baik," kata Tim sambil mengangguk. "Tidak perlu
memakai kekerasan! Bukannya aku keberatan, tapi aku tidak begitu pasti tentang
teman kita yang satu ini. Potongannya tidak bisa dibilang kekar!"
"Kurasa sebaiknya kita lihat dulu bagaimana keadaan Bill, sebelum kita berbuat
apa-apa," kata Jack. "Lagi pula jangan sekarang kedua penjaga di perahu-perahu
itu kita pancing supaya pergi ke kuil, sebab nanti malah bisa merepotkan Bill.
Yuk kita kembali saja dulu ke tempat Bill." "Rombongan itu berjalan menuju kuil. Kiki mengoceh sepanjang jalan, karena merasa
bahwa anak-anak sudah tidak lesu lagi. "Bilpak," katanya berulang-ulang pada
Andros. "Bilpak, bilpak!"
Tidak lama kemudian mereka sampai di pekarangan kuil. Bill tercengang ketika
melihat anak- anak datang bersama Tim.
"Halo!" sapanya. "Wah, wah! Kalau begitu pesawat kita rupanya yang tadi kulihat
melintas di atas. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas dari sini, tapi memang
begitulah harapanku tadi. Untung kau bisa berjumpa dengan anak-anak. Mereka
sudah bercerita tentang pengalaman kami di sini?"
"Ya, sudah," kata Tim sambil nyengir, lalu menoleh ke arah anak-anak. "Kalian
ini ternyata petualang sejati! Bagaimana, Bill ada kesulitan dengan mereka
"yang di dalam pilar?"
"Cuma sekali saja aku harus memukul," kata Bill. "Sayangnya bukan kepala Pak
Eppy, melainkan salah seorang anak buahnya! Sejak itu aku tidak mendengar apa-
apa lagi." Saat itu terdengar bunyi genta berdenting-denting. Bunyinya menuju ke arah kuil.
"Eh kok ada bunyi lonceng?" tanya Tim tercengang. "Jangan-jangan kita
"terlambat masuk ke sekolah!"
Lucy-Ann tertawa geli. "Bukan itu pengantar makanan kita. Setiap hari datang,
"sekitar saat sekarang ini. Untung saja, karena aku masih lapar setelah sarapan
pagi sesedikit tadi!"
Tim semakin tercengang ketika melihat anak laki-laki yang bertampang bandel
muncul menunggang keledai yang membawa keranjang. Bill tidak beranjak dari
tempatnya di dekat pilar, ia menyerahkan sejumlah uang pada Jack, untuk
dibayarkan pada anak kecil itu. Anak bandel itu menerima uang pembayaran,
mengedipkan mata ke arah Tim, lalu meludah ke arah Miki. Monyet kecil itu
langsung membalas. Bidikannya lebih jitu!
"Bah!" sembur anak itu dengan jijik.
"Bah!" oceh Kiki menirukan. "Bah! Teng-teng-teng, cul si bah muncul!"
Anak bandel menoleh dengan cepat ke arah Kiki. ia tercengang, lalu naik ke
punggung keledainya sambil mengoceh. Kiki menirukan ocehannya, dan mengakhiri
dengan tiruan bunyi tembakan pistol. Bunyi keras itu mengejutkan keledainya,
yang langsung lari tunggang-langgang.
"Bisa mati aku nanti karena terlalu banyak tertawa melihat tingkahmu, Kiki,"
kata Bill yang tertawa terbahak-bahak.
"Nah, sekarang bagi-bagikan makanan itu, Jack! O ya, tolong lemparkan juga
sedikit ke dalam pilar, supaya mereka yang ada di bawah tidak sampai mati
kelaparan!" Makanan yang diantarkan banyak sekali, sehingga cukup untuk semua. Bill
menjengukkan kepala ke dalam lubang, lalu berseru ke bawah dengan suara lantang.
"Ini, jika kalian ingin makan! Tapi jangan mencoba berbuat yang aneh-aneh
"sebab kalau begitu nanti takkan kami beri lagi!" Bill melemparkan roti, keju,
dan daging ke bawah, disusul dengan buah-buahan, karena menurut perkiraannya
mereka pasti juga sudah haus sekali, seperti dia. Dari arah bawah sama sekali
tidak terdengar orang mengucapkan terima kasih, ketika makanan itu sudah
diambil. "Aku ingin tahu, apakah mereka juga sudah menemukan harta karun itu," kata Jack
sambil mengunyah-ngunyah. "Sayang aku sendiri belum melihatnya! Kurasa sekarang
tidak mungkin lagi dan jika itu benar-benar terjadi wah, kecewa sekali " "rasanya hatiku!"
Bab 28, MENINGGALKAN PULAU
Rencana diatur sambil makan. "Tim, kau nanti membawa kedua anak perempuan ini
pergi dari sini dengan pesawat kita," kata Bill. "Mereka harus cepat-cepat
dihindarkan dari kemungkinan mengalami bahaya. Andros, jika kita nanti sudah
berhasil menyingkirkan kedua penjaga dari perahu-perahu Pak Eppy, kaupilih
perahu yang terbaik lalu kita pergi dari sini dengannya!"
"Eh, Bill Anda bermaksud meninggalkan sebuah perahu motor di sini, sehingga
"orang- orang jahat itu bisa lari?" seru Jack dengan perasaan kurang senang.
"Bukan begitu rencanaku! Aku kan belum selesai berbicara. Andros hendak kuminta
pula agar menyingkirkan salah satu bagian kecil pada mesin perahu yang satu lagi
supaya tidak bisa dihidupkan saat mereka yang di bawah itu hendak pergi
"dengannya," kata Bill sambil tertawa. "Biar mereka tetap tertahan di pulau ini
sampai kita sudah melaporkan kejadian ini, dan mengetahui apakah Pak Eppy betul-
betul sudah membeli pulau ini atau tidak. Jika ternyata sudah, kedudukan jelas
akan lebih kuat Pengaduan kita takkan begitu diperhatikan, kalau begitu duduk
persoalannya!" "ia memang biasa berjual-beli pulau," sela Lucian. "Semua orang mengetahuinya.
Kurasa pulau ini memang sudah dibeli olehnya."
"Mungkin saja kau benar," kata Bill. "Bagaimana, Lucian apakah kau lebih suka
"tinggal di sini, untuk nanti menyambut pamanmu saat ia keluar dari dalam pilar?"
Pertanyaan itu sebetulnya tidak perlu lagi diajukan, karena sudah jelas Lucian
pasti memilih ikut dengan Bill beserta rombongannya! Sehabis makan semua bersiap
melanjutkan rencana. Tim menuju ke pesawat terbang bersama Dinah dan Lucy-Ann.
Sebelumnya, kedua anak perempuan itu merangkul Bill sambil meminta agar ia
menjaga diri baik-baik. "Aku akan menunggu dulu sampai sudah kudengar bunyi perahu motor kalian," kata
Tim. "Setelah itu barulah aku berangkat. Nah untuk sementara, selamat
"berpisah! Yuk, kita ke pesawat terbang sekarang," sambungnya pada Dinah dan
Lucy-Ann. "Aku tidak tahu apa yang akan dikatakan orang di pelabuhan udara
nanti, jika aku mendarat di sana bersama kalian "berdua. Habis, kalian dekil
sekali kelihatannya!"
Sementara itu Andros berangkat menuju tempat di mana kedua perahu Pak Eppy
berlabuh, diikuti oleh Jack, Lucian, dan Philip. Seperti sudah disepakatkan,
nanti hanya Lucian sendiri yang akan mendatangi para penjaga yang ada di sana
untuk menyampaikan pesan palsu, ia harus mengatakan bahwa kedua orang itu
diminta datang dengan segera ke pekarangan kuil. Lalu begitu Bill melihat kedua
orang itu datang, ia akan cepat-cepat menyelinap pergi meninggalkan pilar,
menuju ke tempat perahu tentu saja tanpa terlihat oleh kedua orang yang datang
"itu. "Begitu dia tiba, kita akan langsung berangkat dengan perahu motor yang
terbaik," kata Jack dengan puas. "Wah pasti Pak Eppy akan kecewa sekali nanti!"
"Andros berjalan mendului, ia tahu di mana letak teluk kecil yang satu lagi itu,
walau menurut pendapatnya tempat itu tidak sebaik teluk kecil di mana ia
mendaratkan Bill beserta rombongannya. Ketika sudah mendekati kedua perahu motor
yang dilabuhkan di situ, Lucian sendiri yang terus, sementara yang lain
menyembunyikan diri di balik belukar.
Lucian sebenarnya merasa gugup. Tapi ia berusaha agar perasaan itu tidak nampak,
ia berjalan dengan tenang menghampiri kedua perahu, lalu berseru dengan suara
lantang, "He di mana kalian?""Dua orang laki-laki muncul dari salah satu perahu. Lucian mengatakan sesuatu
dalam bahasa Yunani. Kedua laki-laki itu mengangguk tanda mengerti. Mereka
bergegas meloncat dari perahu, lalu mulai mendaki bukit. Lucian berseru lagi
menunjukkan jalan sambil menunjuk-nunjuk ke sana dan kemari.
"Mudah-mudahan saja petunjuknya tidak keliru," pikir Jack ia teringat betapa
payahnya ingatan Lucian ketika mereka bersama-sama mencari tempat itu tadi pagi.
Tidak lama kemudian kedua laki-laki itu sudah tidak kelihatan lagi. Andros
cepat-cepat lari menuju tempat perahu, ia memilih yang lebih kecil, lalu
mengutak-atik mesin perahu yang satu lagi. Dicabutnya sesuatu dari mesin, lalu
dilemparkannya ke dalam perahu yang lebih kecil. Kini ia berpaling ke arah anak-
anak. "Perahu tidak bisa jalan lagi," katanya sambil nyengir puas. "Mesin mati! Kita
cepat masuk ke perahu yang itu!"
Setelah semua masuk ke perahu yang lebih kecil, Andros mencoba mesinnya
sebentar. Begitu hidup, langsung dimatikan lagi. Sementara itu anak-anak
menunggu kedatangan Bill. Apakah saat itu ia sedang menyelinap menuju perahu,
setelah melihat kedua anak buah Pak Eppy datang" Mudah-mudahan saja! Tiba-tiba
mereka dikagetkan suara ribut berteriak-teriak. Apakah yang terjadi" Mereka
melihat Bill lari sekencang-kencangnya menuju pantai, ia dikejar dua orang
laki-laki yang juga lari dengan cepat Andros langsung bertindak. Dengan segera
ia menghidupkan mesin perahu, sambil berseru pada anak-anak agar Bill dibantu
naik begitu ia sampai. Bill lari mendekati perahu motor itu. Mukanya merah
padam, sedang napasnya tersengal- sengal. Anak-anak mengulurkan tangan menyambut
lalu menariknya ke dalam perahu. Dan begitu Bill sudah masuk, perahu langsung
meluncur meninggalkan tempat berlabuh. Bunyi mesinnya bising sekali, memecah
kesunyian sungai kecil itu.
Kedua laki-laki yang mengejar cepat-cepat melompat masuk ke perahu yang satu
lagi, sambil berteriak-teriak dengan marah. Andros tersenyum mengejek. Bill
langsung mengerti perahu yang dimasuki kedua orang pengejarnya sudah tidak
"bisa dipakai lagi sekarang! Kedua laki-laki tadi berusaha keras menghidupkan
mesin. Berulang kali dicoba, tapi selalu gagal. Akhirnya mereka menyadari bahwa
mesin itu pasti telah diapa-apakan oleh Andros. Mereka mengacung-acungkan
kepalan tinju ke arah perahu yang melesat pergi sambil meneriakkan kata-kata
kasar yang campur-aduk. Jack dan Philip sangat menikmati kejadian itu. Tapi
Lucian rupanya tidak, karena mukanya nampak pucat-pasi.


Lima Sekawan 06 Petualangan Di Kapal Pesiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita berhasil," kata Bill ketika napasnya sudah biasa lagi. "Huhh nyaris saja
"aku tadi celaka! Aku memang sudah berjaga-jaga menunggu kedua orang tadi muncul.
Tapi kedatangan mereka begitu tiba-tiba! Kemungkinannya mereka sudah menduga
bahwa panggilan itu merupakan tipuan, karena tahu-tahu saja mereka sudah muncul
di depanku. Aku langsung saja lari pontang-panting! Untung Andros tadi sempat
memberi petunjuk di mana letak sungai kecil itu. Itu saja, aku masih nyaris
salah jalan!" "Apakah selama itu terdengar suara Pak Eppy atau anak buahnya?" tanya Jack.
"Tidak," jawab Bill sambil menggeleng. "Tapi tentunya mereka mendengar suara
kedua orang tadi itu berteriak-teriak. Jadi pasti sekarang mereka sudah keluar
dari dalam pilar. Tentunya mereka mendatangi kedua laki-laki pengejarku tadi,
lalu Pak Eppy mengamuk karena mereka meninggalkan perahu, sehingga kita bisa
melarikan diri. Dan kurasa ia pasti juga mengata-ngatai Lucian yang menyampaikan
pesan palsu pada kedua penjaga itu."
Lucian tersenyum kecut Mukanya masih pucat sekali. "Aku pasti akan dihajar
habis-habisan nanti," katanya dengan suara lemah.
"Tidak," kata Bill. "Jangan kaukhawatirkan soal itu. Pamanmu takkan sempat
melakukannya, karena begitu kita sudah kembali, dia akan kulaporkan pada pihak
yang berwajib! Tidak peduli apakah pulau ini memang sudah dibelinya atau tidak,
tapi tindakannya terhadap kita merupakan pelanggaran hukum!"
Sesaat kemudian terdengar bunyi pesawat terbang.
"Itu Tim!" seru Jack. ia berdiri di dalam perahu sambil melambai-lambai. "He,
Tim!" Pesawat terbang melayang rendah di atas mereka. Kiki menguak ketakutan, sedang
Miki cepat-cepat menyembunyikan kepala di bawah ketiak Philip. Tapi anak-anak
berseru-seru dengan gembira sambil melambai-lambai.
Sekitar pukul enam sore mereka tiba di pulau tempat semula mereka berangkat.
Kapal Viking Star masih bersandar di pelabuhan. Anak-anak memperhatikannya.
Kelihatannya masih tetap sunyi, seperti waktu mereka pergi. Kemudian mereka
melihat Tim berdiri di dermaga bersama Dinah dan Lucy-Ann. Mereka sudah tiba "jauh lebih dulu. Mereka masih sempat makan lagi. Setelah itu pergi ke dermaga,
menunggu kedatangan perahu motor.
"Aku tadi sudah ke polisi," kata Tim pada Bill. "Kukatakan pada kepala polisi
bahwa ada sesuatu yang hendak Anda laporkan padanya, jadi harap jangan pulang
dulu sebelum Anda datang. Wah ia kaget sekali kelihatannya, karena di sini
"jarang terjadi sesuatu yang serius!"
Bill tertawa. "Yah kurasa laporanku sebenarnya harus ditangani pihak yang
"lebih berwenang di daratan," katanya. "Tapi karena Andros orang sini, lalu Pak
Eppy menyewa perahu-perahunya di sini serta kalau betul Pulau Thamis sudah
"dibelinya, dan kalau untuk itu ia berhubungan dengan pengacara hukum yang
membuka kantor di sini, maka memang sebaiknya aku mendatangi kepala polisi pulau
ini." Kepala Polisi pulau itu bertubuh kecil. Tampangnya cerdas, dengan mata yang
menatap sigap. Bahasa Inggrisnya lancar. Ia nampak sangat bersemangat, karena
membayangkan akan ada kabar penting untuknya. Dengan penuh perhatian diikutinya
laporan Bill, sambil sekali-sekali mengajukan pertanyaan. Anak-anak ikut
menambahkan di sana-sini. Kepala polisi itu, yang berpangkat inspektur, kaget
sekali ketika mendengar tentang soal harta karun.
"Harus kita selidiki apakah laki-laki bernama Eppy itu betul-betul sudah membeli
Pulau Thamis atau tidak," katanya. "Saya kenal orang itu memang kebiasaannya
"membeli pulau, kemudian menjualnya lagi. Saya tidak senang padanya, ia tidak
waras!" Setelah itu Pak Inspektur sibuk menelepon ke sana-sini, sementara Kiki yang
sudah agak bosan di situ ikut-ikut mencampuri dengan ocehan, "Halo, halo!" yang
ditambah dengan, "Bilpak, bilpak," serta, "Satu, dua, tiga DOR!"
"Akhirnya kepala polisi bertubuh kecil itu selesai menelepon, ia memandang Bill
dengan wajah berseri-seri. "Paul Eppy memang mencoba membeli pulau itu,"
katanya, "tapi tidak bisa karena Thamis merupakan milik pemerintah!"
?"Bagus!" seru anak-anak serempak.
"Hahh Pak Eppy menggigit jari!" kata Dinah.
?"Mudah-mudahan saja ia tidak lari membawa sejumlah harta yang langka," kata Pak
Inspektur; "Paul Eppy bukan orang yang terkenal jujur!"
"Kalau ia berniat lari pun, tidak bisa, Pak," kata Jack sambil nyengir. "Andros
sudah melumpuhkan mesin satu-satunya perahu motor yang ada di sana, sehingga
tidak bisa dipergunakan lagi. Pak Eppy terdampar di pulau itu bersama anak
buahnya." "Bagus! Bagus sekali," kata Pak Inspektur dengan wajah berseri-seri. ia
berpaling lagi pada Bill. "Saya harap Anda bersedia menuliskan laporan
selengkapnya, supaya nanti saya teruskan ke kantor pusat di daratan. Laporan itu
Anda tanda tangani. Anak-anak juga harus ikut membubuhkan tanda tangan mereka,
setelah membaca isinya. Sedang Andros menandatangani bagian yang bersangkutan
dengan dirinya." "Baik, nanti akan saya tulis," kata Bill. ia berdiri sambil menyambung, "Nah,
kalau begitu soal ini sudah beres! Saya sudah sering mengalami petualangan
bersama keempat remaja ini tapi petualangan terakhir inilah yang paling hebat "Sayang kami tidak bisa memperoleh sedikit kenang-kenangan darinya!"
"Itu bisa saja, Pak," kata Pak Inspektur bersungguh-sungguh. "Saya sendiri akan
mengatur agar hal itu mungkin! Negara saya pasti dengan senang hati memberi
kesempatan pada Anda semua untuk memilih sendiri tanda kenang-kenangan!"
"Kalau begitu aku memilih belati berukir!" kata Philip dengan segera. "Wah apa
"kata kawan-kawan di sekolah nanti kalau melihatnya!"
"Yuk, sekarang kita naik ke kapal," kata Bill. "Kau ikut, Tim, nanti kita makan
malam bersama-sama. Sekarang aku ingin mandi sepuas-puasnya dulu, mencukur
jenggot, makan dengan nikmat, lalu tidur!"
"Mereka beramai-ramai berjalan kaki menuju dermaga, lalu naik ke Viking Star
sambil saling bercerita dengan asyik.
Bab 29, AKHIR PETUALANGAN YANG MEMUASKAN
Ternyata mesin kapal Viking Star sudah selesai dibetulkan, dan malam itu juga
pelayaran dilanjutkan. Anak-anak tidak ada yang mendengar bunyi mesin
dihidupkan. Bill juga tidak. Kiki bangun sebentar. Setelah itu tidur lagi,
dengan kepala terselip di bawah sayap. Ketika bangun pagi-pagi, anak-anak
tercengang melihat kapal sudah berada di tengah laut. Viking Star kini menuju ke
Italia. "Aduh, sayang kita meninggalkan pulau harta karun," kata Lucy-Ann dengan nada
"menyesal. "Ah, sok padahal kau senang karena berhasil minggat dari sana," kata Jack.
?"Kalau itu, memang," kata Lucy-Ann. "Aku cuma merasa menyesal meninggalkan
segala harta karun yang ada di sana."
"Aku malah sama sekali tidak sempat melihatnya," kata Jack mengingatkan. "Aku
rasanya seperti dirugikan! Dan itu hanya karena keisengan Kiki yang tahu-tahu
menghilang ketika kita sedang mencari-cari jalan menuju ke tempat harta itu.
Tolol!" "Tol-loll" oceh Kiki menirukan. "Cocol!" ia hinggap dekat sebuah piring berisi
buah anggur. "Tidak boleh!" kata Jack sambil menyingkirkan piring. "Si Tolol tidak boleh
mencocol anggur! Kan sudah cukup banyak yang kaumakan dari tadi. Dasar rakus!"
"Kurasa keadaan akan terasa hambar bagi kita sekarang, sampai akhir pelayaran
ini," kata Philip, ia memandang sebentar ke kapal-kapalan kunonya yang terletak
di atas bufet kabinnya. "Wah kita waktu itu bergairah sekali, ya ketika
" "menemukan peta harta karun di dalam kapal-kapalan itu! Kata Bill, kapal itu
harus diserahkan pada museum Yunani, karena itu merupakan barang yang kuno
sekali. Tapi salinan peta boleh kita miliki jika bisa memperolehnya kembali
"dari Pak Eppy!"
"Aku ingin tahu, apa kata Ibu nanti jika mendengar petualangan kita," kata Dinah
secara tiba-tiba. "Pasti ia marah sekali pada Bill bahkan mungkin tidak mau
" lagi bicara dengannya!"
"Wah! Kalau begitu, kita takkan pernah melihat Bill lagi," kata Lucy-Ann. ia
bingung dan cemas memikirkan kemungkinan itu. "Aku senang sekali padanya. Coba
dia itu ayahku! Tidak enak rasanya, tidak punya ayah maupun ibu. Kalian
beruntung, Philip dan Dinah setidak- tidaknya masih punya ibu." ?"Tapi ibu kami kan dekat sekali dengan kalian," kata Philip dengan cepat.
"Kalian memanggilnya Bibi Allie dan ia memperlakukan kalian seperti anak
"sendiri." "Ya, aku tahu Bibi Allie memang baik sekali," kata Lucy-Ann. Setelah itu ia
"membisu, ia merasa gelisah. Bagaimana jika Bibi Allie benar-benar tidak mau
lagi berbicara dengan Bill, karena ia membawa mereka ke dalam bahaya" Wah, kalau
itu sampai terjadi, payah!
Anak-anak ingin sekali mengetahui apa yang terjadi dengan Pak Eppy serta harta
karun itu selanjutnya. Berhasilkah paman Lucian itu lari dari Pulau Thamis" Atau
masih tetap terdamparkah ia di sana" Dan bagaimana dengan harta karun yang
tersembunyi di dalam liang bulat yang terletak jauh di bawah kota kuno yang
sudah runtuh menjadi puing" Bill berjanji akan menyampaikan semua kabar yang
berhasil didengar dan ia pun ingin sekali mengetahui kelanjutan petualangan
"itu! Viking Star singgah sebentar di Napoli, lalu dari situ meneruskan pelayaran ke
Spanyol. Dan di sanalah Bill baru menerima kabar, ia langsung mencari anak-
anak. "Kalian pasti senang mendengar bahwa Pak Eppy beserta kawanannya ternyata tidak
bisa melarikan diri," katanya menceritakan kabar yang diterima. "Pak Inspektur
yang kita datangi waktu itu mengirim seregu petugas kepolisian ke sana dengan
perahu motor, ia sendiri juga ikut! Pak Eppy dan anak buahnya langsung
ditangkap!" "Lalu harta yang ada di bawah tanah?" tanya Dinah. "Semuanya diangkut ke luar,
"lalu dikirim ke Athena untuk diteliti dan ditaksir nilainya. Kita dijanjikan
akan dikirimi daftar benda-benda itu dan kita diminta memilih masing-masing
"satu, sebagai kenang-kenangan!"
"Wah! Kalau begitu aku juga memilih belati, seperti Philip," kata Jack. "Sedang
Dinah dan Lucy-Ann, pasti perhiasan!"
"Betulkah itu harta Andra?" tanya Lucy-Ann.
"Menurut perkiraan mereka, ya," kata Bill. Semua mata menatap ke arah kapal
kecil yang terletak di atas bufet. Andra nama itu tertulis dalam aksara Yunani
"kuno di sisinya. Kapal petualangan!
"Dan bagaimana dengan Lucian?" tanya Dinah.
Anak itu masih ada di atas kapal, tapi kini tidak lagi bersama paman dan
bibinya, melainkan dengan anak-anak! Bibinya tetap tinggal di pulau tempat
pamannya ditahan, untuk menemani suaminya itu. Bill menawarkan diri untuk
mengantarkan Lucian sampai di Inggris, lalu di sana dititipkan di rumah salah
seorang teman sekolahnya, sampai tiba saatnya bersekolah lagi.
"Lain kali kalau liburan lagi, Lucian terpaksa mencari kerabat lain yang bisa
didatangi," kata Bill. "Begitulah keadaannya kecuali jika kita sekali-sekali
"mau menampungnya. Aku merasa kasihan pada anak itu."
Sesaat lamanya tidak ada yang berbicara.
"Tidak enak apabila merasa harus melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan,
hanya disebabkan rasa kasihan," kata Lucy-Ann sambil mendesah. "Lagi pula, aku
tidak tahu apakah Bibi Allie akan suka menerimanya. O ya, Bill menurut dugaan "Anda akan sangat marahkah Bibi Allie pada Anda karena kejadian ini" Petualangan
kita, maksudku!" "Ya, kurasa ia akan marah sekali," kata Bill. "Waktu kita singgah di Italia, aku
sempat menelepon dan bercerita sedikit tentang soal ini padanya. Mungkin itu
keliru sebaiknya kutunggu dulu sampai bisa berbicara secara berhadap-hadapan
"muka. Dari suaranya bisa disimpulkan bahwa ia sama sekali tidak senang. Bahkan
sebaliknya!" "Aduh kalau begitu bisa tidak enak keadaan kita selama sisa liburan ini di
"rumah," keluh Lucy-Ann. "Tidak enak rasanya jika Bibi kesal atau marah. Kecuali
itu ia pasti capek sekali sekarang, sehabis merawat Bibi Polly. Lebih enak
rasanya jika petualangan kita ini berakhir secara menyenangkan!"
Semua merasa lega ketika akhirnya Viking Star mengakhiri pelayaran, masuk ke
pelabuhan Southampton. Suasana di kapal selama sisa pelayaran terasa membosankan
sekali bagi anak-anak, setelah mengalami petualangan yang begitu tegang dan
mengasyikkan. Bu Mannering tidak datang menjemput, karena baru saja kembali dari
tempat Bibi Polly sehari sebelumnya, ia langsung pulang, karena hendak
membereskan rumah sebelum anak-anak datang. Jadi Bill yang mengantar mereka
pulang, naik mobilnya. Lucian diantar ke rumah seorang kawan sekolahnya, yang tinggalnya di suatu
tempat di antara pelabuhan dan rumah Bu Mannering. Lucian sedih sekali ketika
berpisah dengan anak-anak. Ia menyalami mereka sambil terbata-bata mengucapkan
selamat berpisah. Kiki langsung menirukannya.
"Eh eh eh," oceh Kiki tergagap-gagap. "Bah! Panggilkan dokter! Eh eh..."
" " ?"Jangan suka lancang mulut, Kiki!" tukas Jack dengan kesal.
Tapi Lucian tidak marah. "Aku pasti akan rindu padanya," katanya sedih. "Dan
pada Miki juga! Selamat jalan, Miki eh kalian sekali-sekali ingat padaku,
" "ya." Anak itu berpaling dengan cepat, lalu bergegas-gegas pergi. Lucy-Ann
mengikutinya dengan pandangan.
"Kasihan Lucian ia sudah hampir menangis tadi," katanya. "Ia sebenarnya baik,
"cuma agak yah, agak..."
?"Cengeng," kata yang lain-lain serempak. Bahkan Kiki pun ikut-ikut mengoceh,
"Cengeng! Panggilkan dokter!"
"Ya memang! Cengeng, tapi baik hati," kata Lucy-Ann. Semua masuk lagi ke dalam
"mobil. "Sekarang kita pulang, Bibi Allie sudah menunggu! Akan kurangkul dia
erat-erat saat bertemu nanti!"
Bu Mannering senang sekali ketika melihat anak-anak bermunculan dari dalam
mobil. Tapi. sikapnya terhadap Bill agak kaku. Ia sudah menyiapkan hidangan yang
sedap untuk menyambut kedatangan mereka. Kiki menjerit girang ketika di depannya
diletakkan sepiring penuh buah-buahan. Miki juga mendapat sepiring.
"Satu, dua, tiga, DOR!" Kiki mulai makan dengan lahap. Tapi matanya melirik-
lirik ke piring Miki, siap untuk mencopet sesuatu dari situ begitu ada
kesempatan. Sehabis makan, mereka berkumpul di ruang duduk yang nyaman. Bill menyalakan
pipanya. Menurut anak-anak, Bill nampaknya agak suram.
"Nah, Allie," katanya setelah beberapa saat, "kurasa kau tentunya ingin
mendengar semua pengalaman kami selama ini tentang segala kesibukan mencari
"harta Andra dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengannya."
"Bill mulai bercerita, diselingi oleh anak-anak. Bu Mannering tidak mengatakan
apa-apa. Berulang kali ia memandang kapal-kapalan kuno yang dengan bangga
dipajangkan Philip di atas rak pendiangan.
"Nah bagaimana pendapat Ibu mengenai pengalaman kami itu?" tanya Philip ketika"cerita sudah selesai. Bu Mannering tidak menjawab, ia hanya menatap Bill, yang
pura-pura sibuk mengetuk-ngetukkan pipanya ke pagar tempat pendiangan untuk
membuang abu. "Aduh, Bill kau kan sudah berjanji," kata Bu Mannering dengan nada sedih.
?"Kenapa tidak kautepati janjimu itu" Aku tidak bisa mempercayai kata-katamu lagi
sekarang. Kau sudah berjanji dengan bersungguh-sungguh, takkan membawa anak-anak
ke dalam petualangan lagi. Aku takkan menyerahkan mereka agar kauawasi, jika
waktu itu aku tidak mempercayai dirimu sepenuhnya. Sekarang aku tidak bisa
percaya lagi padamu!"
"Aduh, Bibi Allie! Anda tidak boleh tidak mempercayai Bill lagi!" seru Lucy-Ann
bersemangat. Dihampirinya Bill, lalu dirangkulnya. "Tidakkah Bibi lihat bahwa
Bill ini orang yang paling baik, yang paling bisa dipercaya di seluruh dunia?"
Bu Mannering terpaksa tertawa melihat sikapnya. "Wah, Lucy-Ann tiba-tiba kau
"menjadi begitu galak! Tapi soalnya kan, setiap kali kalian kutitipkan pada Bill,
selalu saja kalian kemudian terjerumus ke dalam bahaya besar. Kan begitu
kenyataannya"!"
"Kalau begitu, kenapa tidak bisa Anda selalu bersama-sama dengan Bill menjaga
kami?" tanya Lucy-Ann. "Kenapa kalian tidak menikah saja supaya Bill bisa
"selalu ada bersama kita dan Bibi bisa terus mengawasinya supaya ia tidak membawa
kami ke dalam berbagai petualangan!"
Bill tertawa keras, sementara Bu Mannering tersenyum lebar. Keduanya berpandang-
pandangan. "He!" seru Philip bersemangat. "Gagasan itu hebat! Dengannya kita akan mempunyai
ayah untuk kita semua! Wah bayangkan, Bill menjadi ayah kita. Kawan-kawan
" "pasti iri jika mendengarnya!"
Bill berhenti tertawa. Dipandangnya anak-anak dengan serius. Kemudian ia menoleh
ke arah Bu Mannering. Alisnya terangkat. "Nah, Allie apakah kau juga
"berpendapat bahwa itu gagasan yang baik?" tanya Bill dengan suara lirih Bu
Mannering memandangnya, lalu tersenyum pada anak-anak. Ia mengangguk.
"Kalau begitu, soal itu sudah beres," kata Bill lagi. "Mulai sekarang kita
berdua akan mengawasi mereka ini, supaya tidak terjerumus lagi ke dalam
petualangan. Setuju?"
"Wah ternyata petualangan kali ini masih juga berakhir dengan menyenangkan,"
"kata Lucy-Ann sambil menghembuskan napas panjang. Matanya berbinar-binar. "Ah
"bahagianya perasaanku sekarang!"
"Hidup Ratu!" seru Kiki bersemangat! "Polly jerangkan dokter, panggilkan air.
Cul Bill muncul!" TAMAT

Lima Sekawan 06 Petualangan Di Kapal Pesiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gudang Download Ebook: www.zheraf.net
http://zheraf.wapamp.com Pendekar Elang Salju 10 Pendekar Pulau Neraka 05 Pengantin Dewa Rimba Bergelut Dalam Kemelut Takhta Dan Angkara 9
^