Pencarian

Petualangan Dipulau Suram 2

Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram Bagian 2


"Kurasa Dinah ngeri kalau ada tapak-tapak raksasa atau semacam itu menerpanya di
dalam," kata Philip kesal. "Sedang Lucy-Ann, ah dia kan masih bayi.?"Tapi biar diganggu secara begitu pun kedua anak perempuan itu masih tetap tidak
bisa ditantang untuk berani masuk ke dalam lorong. Walau demikian tidak bosan-
bosannya mereka mendengar cerita mengenainya.
Keesokan harinya Jack dan Philip menyelinap masuk ke dalam gudang. Ternyata Jo-
Jo sudah kembali menumpukkan peti peti di depan pintu sebelah dalam sampai
"tertutup sama sekali. Kedua anak itu bingung, untuk apa Jo-Jo melakukannya. Tapi
laki-laki itu sering melakukan hal-hal yang tak ada gunanya, hanya karena
perbuatan itu bisa mengesalkan orang lain. Tapi pokoknya, anak kunci pintu itu
sekarang ada pada mereka!
Cuaca saat itu anak, panas. Matahari bersinar di langit cerah. Keempat anak itu
pergi ke luar. Hanya dengan pakaian mandi saja. Dengan cepat kulit mereka
berubah menjadi coklat, karena kena sinar matahari. Philip, Dinah dan Lucy-Ann
sering berenang-renang, lebih sering daripada Jack. Anak itu terlalu asyik
mengamat-amati burung-burung liar yang banyak terdapat di daerah pesisir situ.
Tidak bosan-bosannya ia memperhatikan segala jenis burung laut itu dan berusaha
mengenali jenis masing-masing. Lucy-Ann sebenarnya ingin menemani, tapi tidak
diperbolehkan abangnya. "Burung-burung itu sudah mulai kenal padaku," kata Jack menjelaskan. "Tapi
padamu mereka belum kenal, Lucy-Ann. Sebaiknya kau main-main sajalah dengan
Philip dan Dinah. Kan tidak enak jika mereka kita tinggalkan. Itu tidak sopan!"
Jadi sekali itu Lucy-Ann tidak bisa membuntuti Jack terus, melainkan bergaul
dengan Philip dan Dinah. Tapi walau demikian biasanya tahu di mana abangnya
berada. Dan apabila sudah waktunya Jack kembali, ia pasti sudah menunggu-nunggu.
Menurut Dinah, sikapnya itu konyol. Ia sendiri, takkan mau menunggu-nunggu
Philip. "Aku bahkan senang apabila ia tidak ada di dekatku," kata Dinah pada Lucy-Ann.
"Habis, kerjanya menggoda terus! Tahun lalu aku nyaris gila dibuatnya, ketika ia
menaruhkan kumbang-kumbang di balik bantalku. Tengah malam binatang-binatang itu
tahu-tahu berkeliaran ke luar."
Lucy-Ann juga beranggapan, perbuatan itu sudah keterlaluan. Tapi di pihak lain
ia sementara itu sudah biasa pada keisengan Philip. Ia selalu membawa binatang
entah apa saja ke mana-mana, juga apabila pakaiannya cuma celana berenang saja.
Kemarin misalnya, ia membawa sepasang ketam. Katanya binatang itu ramah. Tapi
ketika pada suatu saat seekor di antaranya diduduki olehnya secara tak sengaja,
dan ketam itu langsung membalas dengan jepitan, akhirnya Philip berpendapat
ketam lebih baik dibiarkan saja hidup di laut.
"Aku merasa lega bahwa Kiki selalu dibawa oleh si Bintik, apabila ia pergi
mengamat-amati kehidupan burung," kata Dinah. "Aku sebetulnya suka pada kakaktua
itu. Tapi sejak ia sekarang mulai meniru-nirukan suara segala macam burung yang
ada di sekitar sini, aku merasa sebal. Heran. Bibi Polly tahan mendengar ocehan
Kiki. "Bibi Polly sudah senang sekali pada burung kakaktua itu. Ternyata burung itu
cerdik. Ia tahu bahwa ia cukup mengatakan dengan pelan, `Kasihan Polly , dan apa
"pun yang diingininya pasti dituruti oleh wanita itu. Jo-Jo pernah kena marah,
ketika kembali dari berbelanja ternyata lupa membelikan biji bunga matahari
untuk makanan Kiki. Anak-anak puas sekali rasanya mendengar Jo-Jo yang selalu
masam itu kena marah. Pengalaman Paman Jocelyn dengan Kiki tidak bisa dibilang menyenangkan. Pada
suatu siang yang panas burung kakaktua itu dengan diam-diam terbang masuk ke
dalam kamar kerja Paman lewat jendela terbuka. Seperti biasa, saat itu Paman
sedang sibuk dengan naskah-naskah serta buku-buku tuanya. Kiki hinggap di sebuah
rak buku, lalu memandang berkeliling dengan penuh minat.
"Sudah berapa kali kukatakan, jangan suka bersiul siul!" katanya kemudian dengan"suara galak.
Paman Jocelyn yang sedang asyik membaca, kaget setengah mati mendengarnya. Ia
belum pernah melihat Kiki. la juga sudah lupa lagi bahwa ada burung kakaktua
datang ke rumah itu. Karenanya ia sangat bingung, tidak tahu dari mana datangnya
suara yang tiba-tiba itu.
Selama beberapa saat, Kiki tidak mengatakan apa-apa lagi. Paman menyangka pasti
ia tadi Cuma salah dengar saja. Karenanya ia kembali menekuni kesibukannya.
"Mana sapu tanganmu?" tanya Kiki dengan garang.
Kini Paman Jocelyn merasa yakin, pasti istrinya ada dalam kamar, karena Kiki
persis sekali menirukan suara Bibi Polly. Paman merogoh kantong, mencari-cari
sapu tangannya. "Anak baik," kata Kiki. "Sekarang jangan lupa mengusap kaki."
"Kakiku tidak kotor, Polly," kata Paman dengan heran. la menyangka saat itu
sedang bicara dengan istrinya. Karenanya ia merasa heran, dan sekaligus juga
kesal. Bukan kebiasaan Bibi Polly, masuk ke dalam kamar lalu menyuruh-nyuruhnya
melakukan hal-hal yang tidak perlu. Paman berpaling. Maksudnya hendak menyuruh
Bibi keluar. Tapi ia tidak melihat istrinya di situ.
Kini Kiki terbatuk-batuk. Persis suara Jo-Jo. Paman bertambah kesal. la
menyangka, Jo-Jo juga ada di situ. Kenapa hari itu semua seenaknya saja masuk
dan mengganggu ketenangannya bekerja" Benar benar keterlaluan!
?"Keluar!" katanya. Ia mengira berbicara dengan Jo-Jo. "Aku sedang sibuk
sekarang." "Eh, anak nakal," kata kakaktua itu dengan nada mengecam. Lalu batuk lagi,
disusul dengan bersin Kemudian ia membungkam selama beberapa Saat.
Dan Paman kembali menekuni kesibukannya meneliti naskah-naskah kuno. Dengan
segera ia melupakan gangguan yang dialami. Tapi Kiki tidak senang apabila tidak
diacuhkan. Ia terbang pergi dari atas rak, lalu hinggap di atas kepala Paman
"Jocelyn. Sambil berbuat begitu ia menjerit. Bunyinya melengking tinggi, seperti
bunyi peluit kereta api. Kasihan Paman Jocelyn! Ia melompat saking kagetnya. Tangannya menggapai kepala
sehingga cengkeraman Kiki terlepas. Ia juga berteriak, kuat-kuat, sehingga Bibi
Polly buru-buru datang. Sementara itu Kiki terbang pergi lewat jendela terbuka,
sambil mengeluarkan bunyi yang kedengarannya seperti tertawa terkekeh-kekeh.
"Ada apa, Jocelyn?" tanya Bibi dengan kaget.
Paman marah-marah. "Orang orang seenaknya saja keluar masuk kamar ini, menyuruh aku mengusap kaki
"dan melarang bersiul, lalu ada yang melemparkan sesuatu ke kepalaku," katanya
mengomel. "Ah itu cuma Kiki saja," kata Bibi Polly. Ia tersenyum.
?"Cuma Kiki" Siapa itu, Kiki?" teriak Paman Jocelyn. Ia marah sekali ketika
melihat istrinya tersenyum. Bukannya merasa kasihan padanya, tapi malah
tersenyum! "Kiki itu burung kakaktua," kata Bibi, "burung kakaktua yang dibawa anak laki-
laki itu." Ternyata Paman sudah sama sekali lupa terhadap Jack dan Lucy-Ann. Dipandangnya
istrinya, seolah-olah menyangka Bibi Polly sudah menjadi sinting dengan tiba-
tiba. "Anak laki-laki yang mana dan kakaktua mana?" tanyanya. "Kau kenapa, Polly?"?"Aduh kau ini memang pelupa, Jocelyn," kata Bibi Polly. Diingatkannya suaminya
"pada kedua anak yang menumpang tinggal di situ selama liburan, serta
dijelaskannya tentang Kiki. "Burung itu pintar sekali," kata Bibi Polly, yang
sementara itu sudah sayang sekali pada Kiki.
"Yah - pokoknya jika burung itu sungguh-sungguh sepintar katamu, sebaiknya
"mulai sekarang aku jangan diganggunya lagi," kata Paman dengan geram. "Kalau ia
berani masuk lagi kemari, akan kulempari dia dengan barang-barang yang ada di
meja ini!" Bibi melirik ke arah jendela. Sebaiknya jendela itu selalu ditutup saja,
pikirnya. la tahu suaminya sama sekali tidak bisa membidik. Karena itu ia ngeri,
kalau tahu-tahu pada suatu hari kaca-kaca jendela pecah berantakan kena
lemparan. Ah kenapa hal hal yang mengesalkan begitu harus terjadi terhadapnya.
" "Kalau bukan anak-anak minta tambahan makanan, Jo-Jo yang datang merepotkan.
Kalau bukan Jo-Jo, yang muncul Kiki, kakaktua iseng itu. Dan kalau bukan Kiki,
sekarang Paman Jocelyn yang mengancam akan melempar barang-barang yang ada di
mejanya. Bibi Polly menutup jendela rapat-rapat. Kemudian ia keluar, sambil
membanting pintu. "Jangan suka membanting-banting pintu," terdengar suara Kiki dari dalam lorong.
"Dan sudah berapa kali kukatakan .... "
Sekali itu Bibi Polly tidak bersikap ramah padanya.
"Kau burung nakal," katanya memarahi. "Nakal sekali!
"Sambil berteriak kesal, Kiki terbang pergi. Maksudnya hendak mencari Jack. Anak
itu selalu baik hati padanya. Mana Jack"
Saat itu Jack sedang tidak bersama ketiga anak lainnya. ia pergi membawa
teropongnya ke puncak bukit, Ia berbaring menengadah, asyik memperhatikan
burung-burung yang terbang berkeliling-keliling di atas kepalanya. Ia kaget
ketika Kiki tiba tiba hinggap di perutnya.
?"Ah, kau rupanya yang datang, Kiki! Hati-hati sedikit, luka nanti perutku
kaucakar. Aku kan Cuma memakai celana berenang saat ini. Sekarang diam jangan
"sampai burung-burung itu pergi karena takut. Hari ini aku sudah melihat lima
jenis burung camar."
Akhirnya Jack bosan berbaring menengadah. Ia duduk sambil memindahkan Kiki yang
masih bertengger di perutnya. Matanya terkejap-kejap, sambil memandang
berkeliling. Kemudian dilekatkannya teropong ke matanya lagi. la memandang ke
tengah laut, ke arah Pulau Suram. Selama itu ia belum pernah berhasil melihatnya
dengan jelas. Tapi hari itu, pulau itu nampak jelas. Entah apa sebabnya, karena bukit-bukit di
belakang Jack saat itu hanya nampak samar di balik kilauan hawa panas. Jack
melihat pulau itu menjulang dari permukaan laut, di sebelah barat.
"Wah!" kata Jack, "itu rupanya pulau misterius yang oleh Jo-Jo dikatakan
merupakan pulau bencana. Jelas sekali kelihatannya hari ini! Bisa kulihat bukit-
bukitnya yang menjulang. Aku bahkan bisa melihat ombak memercik pada beting
karang di sekelilingnya!"
Jack tidak bisa mengenali, apakah ada atau tidak Burung-burung di pulau itu.
Teropongnya tidak cukup kuat daya pembesarannya, sehingga yang bisa nampak hanya
pulau dengan bukit-bukitnya belaka. Tapi Jack merasa pasti, di pulau itu tentu
banyak burung. "Burung-burung dari jenis yang disangka orang sudah tidak ada lagi," katanya
pada diri sendiri. "Mereka selama bertahun-tahun bisa mengeram dan menetaskan
telur tanpa diganggu siapa-siapa di situ. Pasti mereka jinak sekali! Wah, aku
kepingin sekali bisa ke sana. Menjengkelkan sekali Jo-Jo, tidak mau meminjamkan
perahunya! Pada saat laut sedang setenang saat ini, dengan mudah pulau itu bisa
dicapai. Sialan si Jo-Jo!"
Jack memperhatikan daerah sekitar pesisir berbatu batu itu dengan teropongnya. "Tiba-tiba perhatiannya terpaku pada sesuatu Tapi mustahil itu perahu, yang
dilihatnya sekitar satu mil ke tengah laut Menurut Jo-Jo, di pesisir sekitar
situ tak ada orang yang memiliki perahu selain dia. Dan kata Bibi Polly, tidak
ada orang lain tinggal dekat Craggy-Tops. Tetangga terdekat tinggal sekitar enam
atau tujuh mil dari situ.
"Tapi tak salah lagi - itu pasti perahu, yang sedang berlayar di laut sebelah
"barat tebing ini," kata Jack keheranan. "Siapakah itu" Pasti Jo-Jo!"
Tapi jarak perahu itu terlalu jauh, jadi tidak bisa dikenalinya orang yang
nampak berada di dalamnya. Mungkin itu Jo-Jo, tapi mungkin pula bukan! Akhirnya
Jack menarik kesimpulan, orang itu pasti laki-laki berkulit hitam itu. Kemudian
ia mendongak, memandang ke arah matahari. Letaknya tinggi di langit. Pasti saat
itu sudah waktu makan siang. la lantas beranjak hendak kembali ke Craggy-Tops.
Dalam perjalanan pulang itu akan diperiksanya sebentar apakah perahu Jo-Jo ada
di tempatnya yang biasa atau tidak. Jika ternyata tidak, maka orang yang nampak
dalam perahu itu tentu Jo-Jo.
Tapi perahu Jo-Jo ada di tempatnya dekat rumah, tertambat pada sebatang tiang.
Jo-Jo juga ada di situ. la sedang mengumpulkan kayu hanyut, untuk dijadikan kayu
bakar di dapur. Kalau begitu, tidak jauh dari situ ternyata ada orang yang juga
memiliki perahu. Jack bergegas mendatangi anak anak, untuk menceritakan hal itu. Mereka kaget,
"tapi sekaligus juga senang mendengarnya.
"Nanti akan kita cari orang itu!" kata Philip dengan segera. "Kalau sudah
ketemu, kita baik-baiki dia siapa tahu nanti kita diajaknya memancing naik
"perahunya. Hebat, Bintik! Ternyata teropongmu ada kegunaannya yang lain, di
samping menemukan burung-burung bagimu."
"Besok kita datangi orang itu," kata Jack. "Yang paling kuingini ialah mendapat
kesempatan untuk pergi ke Pulau Suram! Aku ingin melihat, apakah di sana ada
burung-burung yang jarang terdapat di tempat lain. Aku punya perasaan, pasti
berhasil datang ke sana!"
"Jangan kita ceritakan pada Jo-Jo bahwa kau melihat ada orang berperahu di
sini," kata Dinah. "Nanti dia cuma akan berusaha mencegah kita mencarinya saja.
Jo-Jo paling tidak senang apabila kita hendak melakukan sesuatu yang kita
sukai." Jadi mereka tidak menceritakan apa apa tentang orang tak dikenal yang naik
"perahu itu pada Jo-Jo. Pada Bibi Polly juga tidak. Mereka bermaksud mencari
orang itu keesokan harinya, dan mengajaknya mengobrol.
Tapi sebelum keesokan hari tiba, telah terjadi sesuatu hal.
Bab 10 PENGALAMAN MALAM HARI Malam itu Jack tidak bisa tidur. Sinar bulan purnama menerangi kamar menara.
Jack berbaring sambil menatap bulan yang nampak putih keperakan. Dibayangkannya
burung-burung camar yang terbang berputar-putar di atas angin, serta burung-
burung kormoran yang besar dan hitam berdiri di atas batu-batu, dengan paruh
ternganga lebar, sementara asyik mencernakan ikan yang ditangkap.
Ia terkenang pada Pulau Suram yang berhasil dilihatnya tadi pagi. Nampaknya
misterius dan menarik begitu jauh, sunyi dan terpencil. Padahal tempat itu "pernah didiami pada jaman dulu. Apa sebabnya tidak ada lagi yang tinggal di sana
sekarang" Apakah karena begitu gersang, sehingga tak layak didiami" Seperti
apakah rupa pulau itu"
"Aku ingin tahu, bisa tidak melihatnya lagi malam ini, diterangi sinar bulan
purnama," pikir Jack. Ia pergi ke jendela, tanpa membangunkan Philip, lalu
memandang ke luar. Permukaan laut nampak berkilat-kilat kena sinar bulan. Di
sana sini nampak bayangan hitam, disebabkan oleh batu batu yang menjorok ke
" "atas. Air laut saat itu lebih tenang dari_ biasanya. Angin yang biasa bertiup
kencang, hanya terdengar seperti berbisik. sementara Jack berdiri di dekat
jendela. Tiba-tiba ia tertegun. Dilihatnya sebuah perahu layar meluncur di air. Jaraknya
masih jauh. Tapi nampak menuju ke pantai. Perahu siapakah itu" Jack memicingkan
mata tapi ia tetap tidak bisa mengenali lebih jelas. Ada perahu malam-malam
"menuju ke Craggy-Tops! Aneh.
"Kubangunkan saja si Jambul," katanya dalam hati, lalu menghampiri tempat
pembaringannya bersama Philip. "Bul! Jambul! Philip! Ayo bangun -datanglah ke
jendela." Tak lama kemudian Philip sudah berdiri di samping Jack di jendela, menjulurkan
kepala ke luar. Ketika melihat perahu layar yang ditunjukkan Jack padanya, ia
bersiul pelan. Siulan itu membangunkan Kiki, yang langsung terbang dan hinggap
ke bahu Jack. "Apakah itu Jo-Jo?" tanya Philip. "Dari jarak sejauh ini aku tidak bisa
mengenali apakah itu perahunya atau bukan. Yuk, kita ke pantai. Bintik! Dari
situ kita memperhatikannya masuk. Ayolah! Aku heran kenapa Jo-Jo keluyuran
malam-malam, padahal ia kan selalu bercerita pada kita tentang `macam-macam`
yang berkeliaran dalam gelap di kaki tebing! Tapi mungkin juga orang itu bukan
Jo-Jo." Jack dan Philip cepat-cepat berpakaian dan mengenakan sepatu karet lalu bergegas
turun. Tak lama kemudian mereka sudah berjalan menyusur jalan sempit, menuju
kaki tebing. Diterangi cahaya bulan, perahu tadi meluncur terus ke arah pantai,
didorong angin dari belakang.
"Itu memang perahu Jo-Jo," kata Philip kemudian. "Sekarang nampak jelas. Dan itu
Jo-Jo, duduk di dalamnya. la seorang diri, tapi membawa muatan entah apa!"
?"Mungkin ia habis memancing," kata Jack.
"Yuk, kita takut-takuti dia!"
Kedua anak laki-laki itu menyelinap ke tempat yang dituju perahu. Jo-Jo sibuk
menggulung layar. Kemudian didayungnya perahu ke arah pantai, menuju teluk kecil
tempat ia biasanya menambatkan perahunya. Jack dan Philip merunduk di balik
sebongkah batu besar. Sementara itu Jo-Jo sudah sampai di pantai, lalu
menambatkan perahunya ke tiang. Setelah itu Jack dan Philip meloncat ke luar
dari tempat persembunyian mereka, sambil menjerit-jerit serta mengguncang-
guncang perahu. Jo-Jo,kaget lalu terjatuh ke air. Tapi dengan segera ia naik kembali. Mukanya
yang gelap berkilat kilat disinari cahaya bulan. Kedua anak yang mengganggunya
"merasa tidak enak melihat tampangnya saat itu. Jo-Jo mengibaskan air yang
membasahi tubuhnya, lalu mengambil sepotong tali yang agak besar.
"Wah dia mau memukul kita," kata Jack Dada Philip. "Yuk kita lari!?" "Tapi jalan menuju rumah dihalang halangi oleh laki-laki bertubuh kekar itu, yang
"berdiri sambil mengayun-ayunkan senjatanya.
"Sekarang kalian akan tahu apa yang terjadi dengan anak-anak yang suka
mengintip-intip pada malam hari," katanya menggeram. Jack berusaha lari
menyelip, tapi Jo-Jo lebih cepat. Jack berhasil dicengkeramnya. Jack berteriak


Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika melihat tali di tangan Jo-Jo terayun ke atas. Saat itu Philip menumbuk
perut Jo-Jo dengan kepalanya.
Laki laki itu tersentak napasnya. Jack terlepas dari pegangan. Dengan cepat
"kedua anak laki laki itu lari di pantai, menjauhi rumah. Dengan segera Jo-Jo
"mengejar. "Pasang mulai naik," kata Jack dengan tersengal-sengal, ketika merasakan air
mengalir membasahi mata kaki. "Kita harus kembali! Kalau tidak nanti terjebak
pasang, lalu dihempaskan ombak ke batu."
"Kita tidak bisa kembali karena nanti dihajar Jo-Jo sampai habis habisan,"
" "jawab Philip dengan napas putus-putus. "Jack kita lari ke gua! Barangkali saja
"kita berhasil masuk ke lorong. Entah apa saja yang akan dilakukan Jo-Jo apabila
ia mengamuk. Jangan-jangan kita dibunuhnya nanti."
Kedua anak yang setengah mati ketakutan itu terhuyung-huyung masuk ke dalam gua,
sementara air pasang semakin meninggi. Terdengar deburan langkah Jo-Jo di air,
mengejar mereka. Nah terperangkap sekarang mereka, pikir laki-laki itu. Awas,
"kalau sudah tertangkap nanti. Pasti tidak berani lagi keluyuran malam-malam.
Sementara itu Jack dan Philip berhasil menemukan kembali lubang yang ada di
dasar gua. Dengan cepat mereka menyusup lewat situ, masuk ke dalam lorong
tersembunyi yang gelap. Terdengar bunyi napas Jo-Jo yang memburu di luar.
Keduanya berdoa, mudah-mudahan laki-laki itu tidak menyusul ke dalam lorong.
Ternyata doa mereka terkabul. Jo-Jo berdiri di mulut gua, menunggu anak-anak
keluar lagi. Ia tidak tahu bahwa di dalam gua ada lorong tersembunyi. Karena itu
ia menunggu di luar dengan napas memburu, sementara tangannya mempermainkan tali
yang besar. Ombak besar datang menyapu lutut, Jo-Jo menggumam pada dirinya
sendiri. Pasang naik dengan cepat. Jika kedua anak itu tidak cepat-cepat keluar
lagi, mereka pasti akan tertahan semalaman dalam gua.
Saat itu datang lagi ombak menggulung, tingginya nyaris mencapai pinggang Jo-Jo.
Pukulannya terasa keras sekali. Dengan cepat Jo-Jo pergi meninggalkan gua, lalu
dengan bersusah-payah kembali ke pantai. Ia tidak mau mengambil risiko
dihempaskan ombak ke lereng tebing.
"Biar saja mereka terjebak semalaman dalam gua itu," pikir Jo-Jo dengan geram.
"Besok baru kuhajar! Begitu pasang surut lagi pagi-pagi aku akan ke sini! Akan
kubuat mereka menyesal keluar malam-malam.
"Tapi Jack dan Philip sama sekali tidak menggigil dalam gua, menyesali nasib
mereka. Mereka sudah bergerak menyusur lorong tersembunyi, sekali ini dalam
gelap gulita. Mereka sebetulnya ngeri lewat di situ. Tapi kengerian terhadap Jo-
Jo lebih besar lagi. Akhirnya mereka sampai di bawah tingkap lalu mendorongnya ke atas sehingga
terbuka. Dengan cepat keduanya memanjat naik. masuk ke gudang bawah tanah.
Tingkap ditutup kembali. "Kita harus berpegangan tangan," kata Jack. Ia menggigil, karena kedinginan.
Tapi juga ketakutan. Kita harus berusaha menuju ke pintu. Kau kan masih ingat
arahnya" Aku tidak."
Menurut sangkaan Philip, ia masih ingat. Tapi ternyata tidak! Jadi agak lama
juga mereka menggerayang ke sana dan kemari. Mereka bergerak sambil meraba-raba
dinding batu . gudang itu. Setelah beberapa kali tersandung peti besar kecil,
akhirnya mereka berhasil juga menemukan pintu yang dicari. Pintu itu tidak
terkunci. Untung sebelumnya anak kunci sudah mereka ambil. Philip mendorong
pintu. Di baliknya terdengar kotak-kotak berjatuhan ke lantai. Bunyinya menggema dalam
ruangan yang gelap gulita itu. Anak-anak memasang telinga, khawatir kalau bunyi
berisik itu didengar orang. Jangan jangan nanti ada yang datang memeriksa! Tapi "untung saja tidak. Dengan cepat kotak-kotak itu diatur bertumpuk-tumpuk lagi di
depan pintu. Setelah itu mereka menyelinap menaiki tangga gudang, masuk ke
dapur. Ruangan itu agak terang, disinari cahaya bulan.
Di manakah Jo-Jo saat itu. Apakah masih menunggu di depan gua" Tidak! Setelah
mengamankan perahunya supaya jangan dibawa pasang, dan mengambil beberapa barang
dari situ, laki-laki itu mendaki jalan tebing menuju ke rumah. Di situ ia
langsung masuk ke kamar tidurnya. Kamar itu letaknya dekat dapur. Dalam hati Jo-
Jo senang, membayangkan dua anak laki-laki yang menurut sangkaannya menggigil
dalam gua. Saat itu didengarnya bunyi berisik yang mengejutkan.
Bunyi itu berasal dari kotak-kotak yang berjatuhan dalam gudang bawah tanah,
karena terdorong Philip yang membuka pintu. Tapi Jo-Jo tidak tahu bahwa itulah
yang terjadi. Ia berdiri seperti terpaku dalam kamarnya. Bunyi apakah itu" Ia
tidak berani keluar untuk memeriksa. Coba ia berani, pasti akan dilihatnya dua
sosok tubuh menyelinap keluar dari dapur menuju serambi dalam, lalu berjingkat-
jingkat menaiki tangga menuju kamar menara.
Tidak lama kemudian Jack dan Philip sudah berbaring di atas kasur mereka. Mereka
lega, karena berhasil sampai di situ dengan selamat. Keduanya tertawa geli,
membayangkan Jo-Jo mengintai mereka dengan sia-sia di depan mulut gua. Mereka
mengira laki-laki itu pasti menunggu di situ sampai pagi, dengan tali yang sudah
siap untuk dipukulkan. Akhirnya kedua anak laki-laki itu tertidur. Keesokan paginya Jo-Jo bangun paling
dulu. Mula-mula ia menumpukkan kayu hanyut di atas tungku. Setelah selesai,
diikatkannya potongan tali yang kemarin ke pinggangnya. Saat itu sudah waktu
baginya untuk pergi ke pantai dan menyergap kedua anak laki-laki yang dikiranya
masih ada dalam gua. Sebentar lagi air sudah cukup surut, sehingga keduanya bisa
keluar kembali. Tapi tiba tiba ia tertegun. Mulutnya ternganga keheranan. Soalnya, saat itu
"anak-anak masuk ke dapur. Lengkap - keempat-empatnya. Mereka masuk dengan
santai, sambil mengobrol dengan suara keras.
"Apa sarapan pagi ini" Aduh, perutku lapar sekali."
"Kalian berdua tidur nyenyak tadi malam" Kami pulas sekali."
"O ya! Kurasa semalaman kami tak bangun-bangun sedikit pun," kata Philip. Jack
mengucapkan pendapat serupa, sementara matanya melirik Jo-Jo. Ia senang sekali
melihat laki-laki itu heran dan bingung.
"Ya kami berdua tidur nyenyak sekali," kata Jack. Kalau tadi malam Kiki iseng
" "menirukan bunyi peluit kereta api kurasa kami masih tetap takkan terbangun."
"Apa sarapan pagi ini, Jo-Jo?" tanya Dinah. Ia dan Lucy-Ann sudah mendengar
cerita tentang petualangan Jack dan Philip malam sebelumnya. Dan saat itu ia
ikut berpura-pura, untuk membingungkan Jo-Jo. Rupanya laki-laki itu masih
mengira bahwa Jack dan Philip saat itu pasti berada dalam gua.
"Kalian berdua semalaman tidur dalam kamar menara?" tanya Jo-Jo setelah kagetnya
agak berkurang. Ia masih tetap belum bisa percaya bahwa Jack dan Philip benar-
benar berdiri di depannya saat itu.
"Kalau tidak di situ, di mana lagi?" balas Philip dengan seenaknya. "Di Pulau
Suram, ya!" Jo-Jo berpaling. Ia benar-benar bingung sekarang. Kalau begitu kedua anak yang
dijumpainya kemarin malam bukan kedua anak laki-laki ini, pikirnya. Memang saat
itu ia tidak melihat muka mereka dengan jelas. Tapi ia merasa pasti. Kedua anak
itu Jack dan Philip. Tapi sekarang ternyata bukan! Takkan ada yang bisa keluar
dari gua pada saat pasang sedang tinggi. Dan kedua anak laki-laki itu tegak di
depannya sekarang. Jo-Jo merasa tidak enak menghadapi kejadian membingungkan
itu. "Sebaiknya aku ke gua saja sekarang, dan melihat siapa yang nanti keluar,"
pikirnya kemudian. "Dengan begitu akan ketahuan, siapa yang mengintaiku tadi
malam." Jo-Jo pergi ke mulut .,gua. Tapi walau ia menunggu di situ sampai dua jam, tak
ada seorang pun yang keluar dari situ. Memang tidak mengherankan, karena di
dalam tidak ada siapa-siapa lagi.
"Jo-Jo benar-benar tak mengerti," kata Jack sambil meringis senang.
Diperhatikannya gerak-Gerik laki-laki berkulit hitam itu dari jalan tebing.
"Untung kita tidak menceritakan pada siapa-siapa tentang lorong tersembunyi itu.
Ternyata ada gunanya kayak kemarin malam.?""Pasti sekarang Jo-Jo menyangka kau dan Philip termasuk macam-macam yang
" "selalu dikatakannya untuk menakut-nakuti kita," kata Dinah. "Jo-Jo rupanya
menganggap kita ini masih bayi, yang mau saja ditakut-takuti dengan ocehannya."
"Apa yang akan kita lakukan hari ini, jika nanti sudah selesai menolong Bibi
Polly?" tanya Lucy-Ann, ketika ia sedang sibuk mengelap lampu minyak. "Cuaca
anak sekali hari ini. Bagaimana jika kita piknik sambil berjalan-jalan
"menyusur pantai?"
"Ya, betul dan Siapa tahu, barangkali kita bisa menemukan laki-laki yang
?"kemarin kulihat naik perahu," kata Jack, yang teringat lagi pada kejadian itu.
"Dan siapa tahu, nanti kita diajak ikut dengan perahunya. Dinah mintalah izin
"pada bibimu, apakah kita boleh membawa bekal makan siang."
Permintaan itu diizinkan Bibi. Setengah jam kemudian anak-anak berangkat Mereka
melewati Jo-Jo, yang saat itu sedang bekerja di kebun sayur dekat tepi tebing di
belakang rumah. "Kau tidur enak tadi malam, Jo-Jo?" seru Philip pada orang itu. "Kau tidur
semalaman, seperti sepantasnya bagi anak baik?"
Jo-Jo merengut sambil menggerutu. Ketika Kiki menirukan, Jo-Jo memungut batu
untuk dilemparkan ke arah burung iseng itu.
"Anak nakal!" jerit Kiki sambil terbang membubung. "Anak nakal, anak nakal!
Cepat masuk ke tempat tidur, anak nakal!"
Bab 11 BILL SMUGS "Perahu itu kemarin kaulihat di mana, Bintik?" tanya Philip, sementara anak anak
"berjalan menyusur tebing.
"Di sebelah sana, di belakang batu-batu yang menonjol itu," kata Jack sambil
menuding. "Perahunya cukup besar! Aku ingin tahu di mana tempat menambatkannya,
kalau tidak sedang dipakai. Mestinya ada yang tinggal di dekat-dekat situ. Tapi
aku sama sekali tak melihat ada rumah di sekitar sini."
"Kalau rumah sungguhan memang tidak ada di dekat dekat sini," kata Philip. ?"Jaman dulu daerah ini memang didiami. Tapi rumah-rumah itu kini tinggal
puing puing,belaka, sebagai akibat perang dan pembakaran yang sering terjadi
"waktu itu. Tapi bisa saja ada pondok, yang ditinggali seseorang yang ingin
liburan seorang diri di sini."
Mereka melanjutkan perjalanan menyusur tebing.. Sekali-sekali Kiki terbang
membubung, menemani camar yang sedang terbang melayang. Camar-camar itu heran
mendengar kakaktua itu berbunyi menirukan burung laut. tapi dengan suara lebih
tajam. Dinah bergidik ketika melihat Philip memungut seekor ulat bulu yang besar dan
aneh dari sebuah semak. Bukan itu saja, abangnya juga menemukan seekor kadal,
yang langsung dimasukkannya ke dalam kantong. Sejak itu Dinah tidak mau lagi
berjalan dekat Philip. Lucy-Ann pun berjaga jaga. Lucy-Ann tidak sebegitu takut
"pada binatang seperti Dinah. Tapi ia juga tidak kepingin dimintai tolong
membawakan ulat bulu atau kadal, apabila Philip nanti ternyata menemukan
binatang lain yang jika dimasukkan ke kantong akan memakan ulat atau kadal yang
sudah ada di situ. Anak-anak berjalan-jalan terus, menikmati hawa laut yang segar, serta bunyi
ombak yang berdebur-debur di karang yang ada di bawah. Rumput di bawah kaki
terasa empuk dipijak, sedang di udara banyak sekali burung melayang-layang.
Indah sekali liburan saat itu!
Kemudian mereka sampai di suatu bagian tebing yang menonjol ke depan. Mereka
menyusur tepinya, nyaris sampai ke ujung.
"Aku sama sekali tidak melihat ada perahu di air," kata Jack.
"Kau tahu pasti, kau benar-benar melihatnya kemarin?" tanya Philip. "Aneh,
masakkan hari ini tidak kelihatan sama sekali padahal perahu kan tidak gampang
"disembunyikan."
"Di bawah sana ada semacam teluk kecil," kata Lucy-Ann. Ia menuding ke suatu
tempat di mana tebing itu agak melekuk ke dalam. Di bawahnya nampak pantai
sempit berpasir putih mengkilat.
"Yuk, kita piknik di sana! Sebelumnya kita mandi-mandi dulu. Di atas sini
terlalu banyak angin. Sulit rasanya menarik napas."
Anak anak mulai menuruni sisi tebing yang terjal dan berbatu batu itu. Jack dan
" "Philip turun lebih dulu, disusul oleh kedua adik mereka. Sekali-sekali ada yang
terpeleset sedikit. Tapi keempat anak itu sudah cukup berpengalaman. Jadi mereka
berhasil sampai di bawah dengan selamat.
Di tempat yang terlindung dari angin itu suasana tenang dan sepi. Keempat anak
itu mengenakan pakaian berenang, karena hendak mandi-mandi dulu. Philip sangat
mahir berenang. Ia berenang sampai ke batu-batu hitam yang mencuat di atas air.
Sesampai di situ ia memanjatnya. Lalu beristirahat sebentar sambil memandang
berkeliling. Tiba-tiba dilihatnya ada perahu di balik batu tempatnya duduk. Tempat di situ
agak datar. Dan sebuah perahu ada di situ, ditarik ke tempat yang agak tinggi
supaya jangan terbawa ombak. Pasti itulah perahu yang dilihat Jack kemarin.
Kalau Philip tidak kebetulan berenang di tempat itu, pasti takkan ada yang tahu
bahwa di tempat itu ada perahu. Karena tempatnya tidak kelihatan dari pantai,
terlindung batu hitam yang menjulang.
"Astaga!" kata Philip. la bersiul pelan, sebagai tanda kaget. Dengan segera ia
bangkit, lalu menghampiri perahu itu. Potongannya bagus. diperlengkapi dengan
layar. Ukurannya hampir sama besarnya dengan perahu Jo-Jo. Namanya Albatros,
tertulis di sisinya. Di dalamnya terletak sepasang dayung.
"Aneh kenapa perahu disimpan di sini " kata Philip pada dirinya sendiri, "di "batu-batu yang menjorok di tengah air! Pemiliknya pasti harus berenang ke sini
dulu, apabila hendak naik perahu. Aneh!"
Philip memanggil anak-anak yang lain.
"Di sini ada perahu - di atas batu! Kemarilah, kalian lihat sendiri!"
"Tak lama kemudian mereka berempat sudah berada di batu yang menjorok di tengah
laut itu, memperhatikan perahu itu.
"Memang ini yang kulihat kemarin," kata Jack. "Tapi mana pemiliknya" Tak
kelihatan di sekitar sini.
"Kita makan siang saja dulu, Setelah itu baru kita mencarinya," kata Philip.
"Nanti kita memencar, mencari pemilik perahu ini."
Anak-anak lantas berenang kembali ke pantai. Di situ mereka berganti pakaian.
Pakaian renang yang basah dijemur, sementara mereka makan siang. Sehabis makan
mereka berbaring baring. ?"Makanan paling enak rasanya kalau perut lapar," kata Lucy-Ann.
"Aku selalu lapar," kata Jack. "Diam, Kiki! Kau sudah mematuk bagian yang paling
enak dari buah apelku. Aku masih punya biji bunga matahari untukmu dalam
kantong. Tidak bisa menunggu, ya?"
"Sayang, sayang," kata Kiki. la menirukan Bibi Polly yang selalu mengatakan
begitu, apabila ada sesuatu yang tidak beres. "Sayang, sayang, say .... "
"Diam!" bentak Dinah. Ia tahu, kakaktua itu tahan mengulang-ulang perkataan yang
baru dikenalnya sampai seratus kali tanpa berhenti. "Nih Kiki, kuberi sedikit
"apelku." Kiki langsung terdiam ketika ditawari apel. Selama beberapa saat ia sibuk
mematuk-matuk apel yang dipegang dengan cakarnya.
Kemudian nyaris saja Dinah dan Philip bertengkar. Penyebabnya ulat bulu besar.
Binatang itu merayap keluar dari kantong Philip, berjalan di atas pasir menuju
Dinah. Anak perempuan itu terpekik ketakutan. Nyaris saja ia melemparkan kulit
kerang yang besar ke arah Philip. Tapi Jack cepat-cepat memungut ulat bulu itu,
lalu mengembalikannya ke kantong Philip.
"Tenang, Dinah kan tidak ada apa-apa,"katanya. "Jangan mencari pertengkaran
"sekarang. Kita tenang-tenang sajalah hari ini."
Setelah itu anak anak mengemaskan sisa makan siang mereka.
?"Tak banyak remah yang bisa dimakan camar," kata Philip. "Lihat camar yang masih
muda itu, kelihatannya jinak sekali."
"Coba aku tadi membawa tustel fotoku," kata Jack, sambil memperhatikan burung
camar yang besar itu bedalan dekat sekali. "Pasti akan kubuat foto yang indah.
Selama ini aku belum mengambil foto burung barang seekor pun. Besok kubawa
tustelku itu." "Yuk, jika kita masih hendak mencari pemilik perahu tadi, sebaiknya kata mulai
sekarang saja," kata Dinah sambil bangkit "Pasti aku yang akan paling dulu
menjumpainya." Anak-anak lantas memencar. Jack dan Philip berjalan ke arah yang satu, sedang
Dinah dan Lucy-Ann ke arah yang lain. Mereka berjalan di pantai pasir, menyusur
tepi tebing. Dinah dan Lucy-Ann ternyata tidak berhasil berjalan jauh, karena
beberapa saat kemudian langkah mereka terhalang tebing terjal. Mereka terpaksa
kembali. Tapi Jack dan Philip berhasil melewati bagian tebing yang menjorok ke tengah,
dan melindungi tempat berbentuk teluk kecil di mana mereka makan siang tadi. Di
balik tonjolan tebing itu ada lagi teluk kecil. Tapi teluk itu sama sekali tidak
berpantai. Yang ada cuma batu-batu pipih, yang bertingkat-tingkat letaknya ke
arah lereng tebing. Anak-anak memanjat lewat batu-batu pipih itu, sambil
mengamat-amati berbagai jenis binatang yang ada dalam genangan air laut di sana
sini. Philip memungut seekor siput laut, lalu memasukkannya ke dalam kantong.
"Di sebelah sana nampak ada celah pada permukaan tebing," kata Jack, "Yuk, kita
periksa sebentar." Jack dan Philip merangkak-rangkak menuju celah itu. Ketika sudah sampai di situ,
ternyata ukurannya lebih lebar dari sangkaan semula. Nampak air mengalir di
situ, turun sampai ke laut. Datangnya dari suatu tempat di tengah lereng.
"Kelihatannya dari mata air," kata Jack, lalu mencicipinya. "Ya, betul. He "lihatlah, Jambul!"


Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Philip menoleh ke arah yang dituding Jack. Dilihatnya puntung rokok terapung di
air. Puntung itu sudah basah sekali, hampir tercerai berai.
"Rupanya belum lama berselang ada orang di sini," kata Jack. "Sebab kalau sudah
lama, pasti puntung itu sudah hanyut terbawa ombak pasang. Wah ini benar-benar
"menarik." Anak-anak semakin rajin mencari, satelah menemukan puntung itu sebagai bukti
bahwa ada orang lain di situ. Kemudian mereka sampai di celah tebing yang lebar.
Dan di situ nampak sebuah pondok terbuat dari batu. Letaknya agak tinggi,
dibangun menempel ke dinding tebing. Di sana sini nampak dinding pondok itu
sudah terlepas. Atapnya juga ditambal asal jadi saja. Di musim dingin pondok itu
jelas tidak mungkin bisa didiami. Tapi saat itu jelas ada orang tinggal di situ.
karena di luar nampak ada kemeja sedang dijemur di samak kerdil. "
"Lihatlah di situ rupanya pemilik perahu tadi tinggal," bisik Jack. "Bagus
"sekali tempat persembunyiannya!"
Anak-anak bergerak menyelinap, menghampiri pondok reyot itu. Bangunannya sudah
sangat tua. Mungkin dulu tempat tinggal nelayan yang hidup seorang diri. Dari
dalam pondok terdengar suara orang bersiul-siul.
"Bagaimana kita mengetuk pintu?" tanya
"Philip sambil cekikikan karena gugup. Tapi saat itu muncul seseorang di ambang
pintu. Orang itu melongo, ketika melihat ada dua anak laki-laki berdiri di luar.
Jack dan Philip juga melongo. Tapi tidak takut, karena laki-laki yang berdiri di
ambang pintu itu nampaknya ramah. Ia memakai celana pendek serta kemeja yang
terbuat dari kain kasar. Mukanya merah karena terbakar sinar matahari. Matanya
berkilat-kilat jenaka. Sedang rambut di kepalanya tinggal di sisi saja. Sebelah
atasnya sudah botak sama sekali. Orangnya jangkung dan kekar. Dagunya mencuat ke
depan, dicukur licin. "Halo," sapanya, "kalian hendak bertamu" Kalian baik hati!"
"Saya melihat perahu Anda kemarin." kata Jack. "Karenanya kami lantas ingin
berjumpa dengan Anda."
"Kalian siapa?"
"Kami datang dari Craggy-Tops. rumah yang letaknya sekitar satu setengah mil
dari sini," kata Philip. "Anda tentunya tidak mengenal tempat itu."
"Siapa bilang," kata orang itu tanpa disangka-sangka. "Aku tahu rumah itu. Tapi
kusangka yang tinggal di situ cuma orang dewasa saja sepasang suami istri "beserta pembantu mereka seorang laki-laki berkulit hitam."
"Biasanya memang hanya orang dewasa yang tinggal di situ," kata Philip. "Tapi
dalam liburan aku serta adikku selalu ke situ, diam di tempat Bibi Polly dan
Paman Jocelyn. Dan dalam liburan sekarang ini, dua teman kami ikut. Dia ini satu
di antaranya Jack Trent. Adiknya, Lucy-Ann ada di dekat-dekat sini. Namaku
"Philip Mannering sedang adikku bernama Dinah. Saat ini ia sedang bersama Lucy-
Ann." "Namaku Bill Smugs", kata laki-laki itu. Ia tersenyum, mendengar Philip begitu
rajin memberi keterangan. "Aku tinggal seorang diri saja di sini "
"Anda tahu-tahu saja datang untuk tinggal di sini?" tanya Jack ingin tahu.
"Ya, begitu saja," jawab Bill Smugs. "Tiba tiba saja aku mendapat gagasan untuk
"tinggal di sini."
"Untuk apa Anda kemari?" tanya Philip. "Di sini kan tidak ada apa apa."
"Laki laki itu nampak ragu sesaat, "Yah aku ini pengamat kehidupan burung. Aku
" "tertarik pada unggas. Dan di sini banyak sekali burung yang jarang terdapat di
tempat lain," katanya kemudian.
"Oh," seru Jack gembira, "jadi anda juga penggemar burung rupanya! Aku senang
sekali pada burung. Sudah sejak dulu! Di sini banyak kulihat jenis burung, yang
sebelumnya hanya kulihat gambar-gambarnya dalam buku."
Jack lantas menyebutkan sederetan panjang nama burung yang dilihatnya selama
itu. Philip sampai agak mengantuk mendengarnya. Sedang Bill Smugs mendengarkan
saja, tanpa banyak mengatakan apa-apa. Kelihatannya ia geli melihat Jack begitu
bersemangat. "Burung jenis apa yang ingin Anda lihat di sini, Pak Smugs?" tanya Jack
kemudian, setelah selesai menyebutkan nama-nama burung yang pernah dilihat. Bill
Smugs seperti berpikir sebentar.
"Yah - aku sebetulnya ingin bisa melihat burung auk besar di sini," katanya.
Jack menatapnya dengan heran.
"Auk besar!" katanya kemudian, kaget tercampur heran. "Tapi bukankah burung itu
kini sudah punah" Mana ada auk besar yang masih hidup" Wah dan Anda berharap
"akan bisa melihat burung jenis itu di sini?"
"Siapa tahu?" balas Bill Smugs. "Barangkali saja masih ada satu atau dua yang
tersisa! Bayangkan saja betapa hebat prestasiku apabila berhasil menemukannya!"
Muka Jack menjadi merah karena bersemangat. Ia memandang ke laut, ke arah barat;
di mana Pulau Suram terletak. Tapi pulau itu sudah kembali terlindung di balik
selimut kabut. "Kurasa Anda tentunya berpendapat burung itu mungkin masih ada di pulau
terpencil seperti yang di sana itu," katanya sambil menuding ke arah barat.
"Maksudku di Pulau Suram. Anda tentunya pernah mendengar nama itu."
"O ya," kata Bill Smugs. "Sudah jelas aku pernah mendengar nama itu. Aku
sebetulnya kepingin ke situ. Tapi kurasa tak mungkin."
"Bolehkah kami kapan-kapan ikut naik perahu dengan Anda?" tanya Philip. "Jo-Jo,
pembantu bibi kami punya perahu yang bagus. Tapi ia tidak mengizinkan kami
meminjamnya. Padahal kami ingin sekali memancing, atau berlayar-layar di laut.
Apakah tidak pantas aku tadi minta pada Anda supaya diajak" Anda tidak kesepian
tinggal sendiri di sini?"
"Ya, kadang-kadang," kata Bill Smugs. "Baiklah, kapan kapan kalian boleh ikut "memancing dan berlayar. Ajak juga adik-adik kalian! Pasti asyik nanti. Kita juga
akan mencoba, sampai seberapa dekat pulau itu bisa kita hampiri. Kalian mau?"
Pertanyaan semacam itu tak perlu diulangi sekali lagi. Kedua anak laki-laki itu
senang sekali. Akhirnya mereka bisa juga pergi ke laut, naik perahu layar. Pasti Jo-Jo akan
jengkel, apabila mendengarnya. Jack dan Philip pergi memanggil adik-adik mereka.
"He Dinah! Lucy-Ann!" seru Jack. "Kemarilah kami perkenalkan dengan teman baru
"kita Bill Smugs!"
"Bab 12 JO-JO KAGET Bill Smugs ternyata teman yang baik. Orangnya jenaka, senang berkelakar. la
sabar terhadap Kiki, dan lebih sabar lagi menghadapi binatang piaraan Philip
yang selalu berganti ganti. Ia juga tak mengatakan apa-apa ketika piaraan Philip
"yang paling baru, seekor laba-laba raksasa, merangkak naik di kakinya. Bill
Smugs hanya mengulurkan tangan, menangkap laba-laba itu, lalu meletakkannya ke
lutut Philip. Tapi Dinah sudah setengah mati ketakutan. Untung saja laba-laba itu bosan
dipelihara Philip, lalu menghilang ke balik batu.
Anak-anak setelah itu hampir setiap hari mendatangi Bill Smugs. Mereka ikut
memancing naik perahunya, dan pulang dengan hasil tangkapan berupa ikan yang
besar besar. Jo-Jo sampai melongo ketika melihat ikan-ikan itu. Bill juga
"mengajari mereka cara mengemudikan perahu layar. Enak rasanya berlayar apabila
angin bertiup kencang. "Hampir selaju perahu bermotor," kata Philip keasyikan. "Bill, aku senang sekali
kami berjumpa dengan Anda."
Tapi Jack agak kecewa. Sebab ternyata teman baru mereka itu tidak suka mengobrol
terus-menerus tentang burung. Ia juga tidak mau, ketika diajak Jack mengamat-
amati burung dari atas tebing, atau dari pantai. Walaupun demikian, Bill Smugs
mau saja mendengarkan cerita-cerita Jack tentang burung. la banyak memiliki buku
baru tentang unggas. Semuanya diberikan pada anak itu sebagai hadiah.
"Tapi ini kan buku buku yang masih baru," kata Jack. "Lihatlah, kedua halaman
"ini bahkan masih saling menempel, belum dibuka. Anda belum membacanya rupanya.
Anda dululah yang membaca."
"Tidak, ambil sajalah," kata Bill Smugs sambil menyalakan rokok. "Di dalam salah
satu buku itu ada tulisan mengenai burung auk besar. Tapi kurasa kita takkan
menemukan jenis itu di sini. Sejak lebih dari seabad orang tak pernah melihatnya
lagi." "Tapi siapa tahu, mungkin ada di Pulau Suram atau di salah satu pulau lain
"yang juga terpencil letaknya," kata Jack penuh harap. "Aku ingin sekali bisa ke
sana untuk meyakinkan sendiri. Pasti ada beribu ribu burung yang serba jinak di
"tempat itu," Dinah bosan mendengar obrolan yang tidak henti-hentinya tentang burung. Ia
mengubah pokok pembicaraan.
"Sayang Anda tidak melihat tampang Jo-Jo ketika kami kembali kemarin dengan
ikan-ikan hasil penangkapan kami," kata anak itu sambil nyengir. "Katanya, ikan-
ikan itu pasti tidak kalian tangkap dari batu karang di pantai. Kalian pergi
naik perahu'." "Kau kan tidak bercerita bahwa kalian naik perahu?" tanya Bill Smugs dengan
segera. Dinah menggeleng.
"Tentu saja tidak," jawabnya. "Kalau ia sampai tahu bahwa kami naik perahu Anda,
pasti ia akan berusaha menghalang-halangi lagi."
"Tahukah paman dan bibi kalian, bahwa kalian berjumpa dengan aku?" tanya Bill
lagi. Dan sekali lagi Dinah menggeleng.
"Kenapa Anda bertanya begitu?" tanya anak itu. "Anda tidak mau mereka
mengetahuinya" Apa pentingnya, apakah mereka tahu atau tidak?"
"Yah," kata Bill Smugs sambil menggaruk-garuk ubun-ubunnya yang botak, "aku
kemari kan karena ingin menyendiri, sambil mengamat-amati kehidupan burung-
burung di sini. Aku tidak ingin orang-orang berdatangan, sehingga kesunyianku
terganggu karenanya. Kalau kalian, tidak apa-apa. Aku senang bergaul dengan
kalian." Bill Smugs tinggal seorang diri dalam gubuk yang sudah reyot itu. Tapi ia
memiliki sebuah mobil besar. Mobil itu ditutup terpal di tempat yang cukup
terlindung, di atas tebing. Setiap kali ia memerlukan sesuatu, ia pergi naik
mobil itu ke kota terdekat, Dalam pondok ditaruhnya selembar kasur serta barang-
barang lain yang diperlukan untuk membuat tinggal di situ nyaman.
Anak-anak bergairah sekali, ketika mengetahui bahwa selain memiliki perahu,
ternyata Bill Smugs juga mempunyai mobil. Mereka meminta-minta padanya, agar
diajak apabila ia pergi lagi naik mobil.
"Aku ingin membeli senter," kata Jack "Anda masih ingat tentang lorong
tersembunyi yang kami ceritakan waktu itu, Bill" Repot lewat di situ kalau
membawa lilin. Dengan senter, pasti lebih praktis."
"Aku juga ingin membeli satu," kata Philip. "Dan Jack, kau kan mengatakan ingin
membeli film untuk tustelmu, karena punyamu ketinggalan di rumah Pak Roy. Tanpa
film, kau tidak bisa memotret burung-burung. Jadi kau perlu membeli beberapa
rol." Dinah dan Lucy-Ann juga perlu berbelanja macam-macam. Jadi akhirnya Bill Smugs
berjanji akan mengajak mereka keesokan harinya. Dan keesokan paginya anak-anak
sudah datang, lalu berebut-rebut naik ke mobil.
"Hari ini Jo-Jo juga akan ke kota," kata Dinah cekikikan. "Pasti kocak, apabila
kita nanti berjumpa dengan dia! Pasti dia kaget."
Mobil Bill Smugs bagus sekali, Jack dan Philip melihat-lihat dengan penuh
perhatian. Keduanya banyak mengenal mobil.
"Ini mobil baru," kata Jack. "Buatan tahun ini. Larinya laju sekali. Anda
sangat kaya rupanya, Bill" Soalnya, mobil ini pasti mahal sekali harganya. Jadi
harta Anda pasti berlimpah-limpah."
"Begitu juga tidak," kata Bill sambil nyengir. "Yuk kita berangkat saja "sekarang."
Mobil itu mulai bergerak. Jalannya ternyata memang sangat laju. Dengan cepat
jalan pesisir yang buruk keadaannya sudah dilewati. Naik mobil itu sangat
nyaman, serasa duduk di tempat tidur.
Wah, rasanya lain sekali, kalau dibandingkan dengan naik mobil tua yang disetir
"Jo-Jo," kata Dinah. la senang sekali naik mobil itu. "Sebentar lagi pasti kita
akan sudah tiba di kota."
Dengan segera mereka tiba di tempat tujuan. Bill Smugs memarkir mobil, lalu
pergi seorang diri. Sebelumnya sudah disepakatkan akan berkumpul lagi untuk
makan siang bersama di sebuah hotel yang sangat megah.
"Aku ingin tahu, ke mana dia pergi sekarang," kata Jack, sambil memperhatikan
Bill Smugs yang berjalan menjauh. "Sebetulnya kita kan bisa saja bersama-sama
terus. Aku ingin mengajaknya ke toko tempat menjual binatang yang sudah
dipotret. Aku ingin melihat burung-burung yang ada di situ."
"Tapi kan kaulihat sendiri, ia tidak ingin kita ikut dengan dia," kata Dinah. Ia
juga kecewa. Sementara itu ia sudah senang sekali pada Bill Smugs. Ia selama itu
menabung uang dan maksudnya hendak mentraktir es krim Kurasa ia juga ada urusan"di sini."
Apa sebetulnya pekerjaannya" tanya Lucy-Ann. "Tentunya ada pekerjaannya yang
"lain kecuali mengamat-amati burung. Itu pun tidak banyak dilakukannya, sejak ia
kenal kita." "Ia tidak pernah bercerita tentang pekerjaannya " kata Jack "Lagi pula, untuk
apa" Dia bukan kayak kita, yang segala-galanya diocehkan. Orang dewasa tidak
begitu. Yuk Kita mencari toko yang menjual senter."
"Mereka menemukan sebuah toko yang menawarkan senter bagus berukuran kecil, bisa
dimasukkan ke kantong. Sinarnya terang. Jack dan Philip sudah membayangkan
betapa terangnya nanti lorong yang di bawah tebing apabila senter mereka
dinyalakan di situ. Mereka membeli masing-masing satu. Dinah dan Lucy-Ann juga
ikut membeli. "Dengan ini kami tidak perlu menyalakan lilin lagi di kamar pada malam hari"
kata Dinah "Cukup sinar senter kami saja.
"Setelah itu mereka membeli beberapa rol film untuk tustel foto Jack Mereka juga
membeli permen dan biskuit, serta sebotol minyak wangi yang sangat harum baunya.
Itu untuk Bibi Polly. "Sekarang kita masih perlu membelikan biji bunga matahari, untuk Kiki," kata
Jack Burung itu bertengger seperti biasanya di pundak Jack.
Sikapnya sekali itu tidak iseng. Setiap orang yang lewat menoleh sebentar untuk
memperhatikannya dengan heran. Kakaktua itu senang, karena diperhatikan. Tapi ia
tetap membungkam terus, kecuali sekali. la melarang seorang anak, pesuruh toko,
jangan bersiul-siul. la senang sekali ketika dibelikan biji bunga matahari, yang
memang merupakan kegemarannya.
Setelah itu anak-anak melihat-lihat di tengah kota, menunggu pukul satu siang.
Saat itulah mereka tadi berjanji akan berjumpa lagi dengan Bill Smugs di hotel.
Dan ketika mereka sedang berjalan-jalan itu, tahu-tahu mereka melihat Jo-Jo.
Laki-laki itu datang naik mobil bobroknya. Ia membunyikan tuter, menyuruh
seorang wanita yang sedang menyeberang agar lekas minggir. Anak anak saling
"berpegangan. Mereka ingin tahu, apakah Jo-Jo melihat mereka.
Ternyata laki-laki itu melihat mereka. Mula-mula Philip yang dilihatnya. Setelah
itu Jack, dengan Kiki bertengger di pundaknya. Kemudian baru kedua anak
perempuan, yang berdiri di belakang kedua anak laki-laki itu. Jo-Jo begitu
tercengang melihat mereka, sampai lupa memandang ke depan.
Mobilnya menyimpang ke seberang, nyaris menubruk seorang polisi yang sedang
bertugas di situ. "He! Apa-apaan ini?" seru polisi itu marah. Jo-Jo cepat-cepat minta maaf, lalu
menoleh kembali ke arah anak-anak.
"Jangan lari," kata Jack pada anak-anak yang lain. "Dia takkan bisa mengejar
kita dengan mobil. Kita berjalan terus, dan jangan acuhkan dia."
Mereka lantas meneruskan langkah sambil mengobrol, pura-pura tidak melihat Jo-
Jo. Laki-laki itu berseru-seru memanggil, tapi anak-anak tak mengacuhkannya.
Jo-Jo benar-benar bingung saat itu. Bagaimana anak-anak itu bisa tahu-tahu ada
di kota" Kan tidak ada kendaraan umum yang bisa mereka tumpangi ke situ. Mereka
juga tidak punya sepeda. Kalau berjalan kaki, mustahil karena jarak terlalu "jauh. Jadi bagaimana cara mereka sampai bisa ada di kota"
Laki laki berkulit hitam itu bergegas memarkir mobilnya. Maksudnya hendak
"menyusul anak-anak dan menanyai mereka. Begitu`mobil sudah diparkir, Jo-Jo
bergegas turun. Dikejarnya keempat anak itu. Tapi saat itu mereka sudah sampai di hotel mewah, di mana
mereka berjanji akan makan siang bersama Bill Smugs.
Jo-Jo tidak berani menyusul mereka ke dalam. Jadi ia hanya bisa memperhatikan
sambil melongo. la heran, dan sekaligus juga jengkel. Melihat anak-anak itu ada
di kota saja sudah mengherankan baginya. Sekarang tahu-tahu mereka masuk ke
hotel yang paling mewah dan mahal di situ.
Jo-Jo duduk di kaki tangga hotel. Maksudnya hendak menunggu anak-anak keluar
lagi. Niatnya hendak menggiring mereka ke mobil begitu mereka muncul, lalu
membawa pulang. Nanti akan diadukannya pada Nyonya Polly, di mana ia menjumpai
mereka. Nyonya Polly pasti takkan senang apabila mendengar bahwa anak-anak itu
menghambur-hamburkan uang yang diperoleh dengan kerja keras untuk bersenang-
senang di hotel mahal. Padahal mereka kan bisa membawa bekal roti dan rumah.
Anak-anak masuk ke hotel sambil cekikikan. Bill Smugs sudah menunggu mereka di
ruang depan. Ditunjukkannya tempat di mana Dinah dan Lucy-Ann bisa mencuci
tangan dan menyisir rambut dulu. Setelah itu baru mereka akan ke restoran, untuk
makan siang bersama. Mereka menikmati hidangan yang sangat nikmat Anak-anak menyikat habis segalanya
yang dihidangkan. Sebagai penutup disajikan es krim segelas besar.
"Wah, sedap, Bill," kata Dinah, sambil mendesah puas dan menyandarkan punggung
ke kursi. "Benar-benar sedap. Nikmat sekali hidangan tadi. Terima kasih."
"Kurasa Anda pasti jutawan," kata Lucy-Ann. Diperhatikannya Bill menghitung
lembaran uang untuk dibayarkan pada pelayan hotel. "Wah, banyak sekali makanku
sekali ini. Rasanya tak mampu berdiri sekarang."


Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saat itu Jack teringat lagi pada Jo-Jo. Ia ingin tahu, apakah orang itu
memperhatikan mereka. Ia bangkit dari kursinya, untuk melihat sebentar.
Jack mengintip dari jendela yang menghadap ke gerbang utama hotel. Dilihatnya
Jo-Jo masih duduk dengan sabar di kaki tangga. Dengan segera Jack kembali ke
tempat teman-temannya. Ia nyengir. "Hotel ini punya pintu keluar di belakang atau tidak?" tanyanya pada Bill Smugs.
Bill agak heran mendengar pertanyaan itu.
"Ada", jawabnya. "Kenapa?"
"Soalnya, saat ini Jo-Jo menunggu kami di depan hotel," kata Jack. Bill
mengangguk, tanda mengerti.
"Yah kalau begitu kita menyelinap pergi lewat pintu belakang saja," katanya. ?"Yuk memang sudah waktunya kita kembali sekarang. Kalian sudah memperoleh
"semua yang diperlukan di toko tadi?"
"Ya," kata anak-anak, lalu berbondong-bondong berjalan mengikutinya. Bill
mendului menuju ke belakang, lalu keluar lewat sebuah pintu yang ada di situ.
Mereka sampai di sebuah jalan yang sepi. Dari situ mereka menuju ke tempat mobil
diparkir tadi, lalu berangkat. Semua merasa puas, karena menikmati pesiar yang
menyenangkan. Mobil meluncur menuju pesisir. Anak-anak diantarkan sampai ke suatu tempat,
dekat Craggy-Tops. Mereka lantas bergegas pergi, karena ingin lebih dulu tiba
daripada Jo-Jo. Tapi Jo-Jo baru kembali satu jam kemudian. Tampangnya masam. Setelah menaruh
mobil, ia bergegas pergi ke rumah. Dan begitu ia tiba, dilihatnya empat orang
anak sedang asyik bermain-main di atas tebing. Sekali lagi Jo-Jo melongo. Selama
beberapa saat ia tertegun, memandang dengan heran dan marah.
Ada sesuatu yang ajaib di situ. Dan Jo-Jo bertekat hendak menyelidiki. Ia tidak
mau dibuat bingung dan diperdayai empat orang anak!
Gudang Download Ebook: www.zheraf.net
http://zheraf.wapamp.com Bab 13 JO-JO TEPERDAYA LAGI Dalam pikiran Jo-Jo terbayang lagi misteri anak-anak yang tahu-tahu muncul di
kota. Padahal ia tahu, tidak ada kendaraan umum yang bisa mereka tumpangi. Jadi
satu-satunya kemungkinan hanyalah berjalan kaki. Tapi untuk itu, waktu terlalu
singkat. Jadi Jo-Jo lantas menarik kesimpulan, pasti ada yang mengajak mereka
naik mobil. Sejak itu Jo-Jo bertekat memperhatikan anak-anak dengan teliti. Diusahakannya
agar ia mendapat tugas-tugas yang memungkinkan dirinya selalu berada dekat
mereka. Jika anak-anak pergi ke pantai, Jo-Jo pasti ada pula di situ sibuk "mengumpulkan kayu hanyut. Kalau anak-anak tinggal di rumah, Jo-J0 juga tinggal
di rumah. Kalau mereka mendaki tebing, Jo-Jo membuntuti dari belakang. Anak-anak
menjadi sangat jengkel karenanya.
"Kalau ia membuntuti kita terus, lama-kelamaan ia akan tahu tentang Bill Smugs
serta perahu layar dan mobilnya," kata Lucy-Ann. "Hari ini kita sama sekali tak
memperoleh kesempatan untuk mendatangi kawan kita itu. Kalau Jo-Jo terus-terusan
begini, besok pun kita juga tidak bisa ke sana."
Mustahil rasanya bisa menyelinap meninggalkan Jo-Jo. Laki-laki itu mengamati
mereka dengan cermat sekali. Anak-anak semakin marah. Malam itu Dinah dan Lucy-
Ann ikut naik ke kamar menara. Di sana mereka berempat memperundingkan keadaan.
"Aku tahu akal," kata Jack dengan tiba-tiba.
"Aku tahu bagaimana kita bisa memperdayai dia, supaya dia benar-benar bingung."
"Bagaimana caranya?" tanya yang tiga lagi.
"Kita masuk ke dalam gua," kata Jack, "lalu menyusup ke dalam lorong tersembunyi
lewat lubang. Dari situ kita menuju ke gudang bawah tanah rumah ini. Sementara
Jo-Jo masih menunggu-nunggu kita keluar lagi di pantai, kita menyelinap dari
rumah lalu pergi ke tempat Bill lewat sebelah atas tebing."
"Wah hebat sekali idemu itu," kata Philip.
" "Sedang Dinah dan Lucy-Ann agak sangsi, karena mereka enggan masuk ke dalam
lorong bawah tanah. Tapi - sekarang mereka sudah memiliki senter. Apabila mereka
masuk ke dalam lorong, itu kan kesempatan baik untuk mencobanya.
Keesokan harinya keempat anak itu pergi ke pantai bersama Kiki, dibuntuti dari
dekat oleh Jo-Jo. "Aduh, Jo-Jo - janganlah ikuti kami terus-menerus," kata Philip. "Kami hendak
masuk ke dalam gua, dan pasti kami takkan apa-apa di situ. Sungguh! Jadi
pergilah!" "Kata Nyonya Polly, aku harus mengawasi kalian," kata Jo-Jo untuk kesekian
kalinya. Tapi anak-anak tahu, bukan itu alasan sebenarnya.
Jo-Jo senang apabila bisa merepotkan orang lain. la selalu ingin tahu apa yang
dilakukan anak-anak Keempat anak itu masuk ke dalam gua. Jo-Jo berkeliaran di
luar, sibuk mengumpulkan kayu hanyut dan memasukkan ke dalam karung yang
dipanggulnya. Sementara itu Philip beserta ketiga anak lainnya turun lewat
lubang ke dalam lorong tersembunyi, lalu menyusur lorong itu dengan diterangi
cahaya senter. Dinah dan Lucy-Ann merasa tidak senang di situ. Mereka tidak menyukai bau yang
tercium dalam lorong sempit itu. Mereka ketakutan, ketika napas terasa sesak
pada suatu tempat. "Yah, percuma saja kalau kalian kembali sekarang," kata Philip, sambil mendorong
Dinah supaya meneruskan langkah. "Kita sudah lebih dari setengah jalan sekarang.
Ayo terus, Dinah. Kau cuma menghalang-halangi kami saja."
"Jangan mendorong-dorong," tukas Dinah. "Aku berhenti semauku!"
"Sudahlah - jangan bertengkar terus," keluh Jack. "Kurasa kalau kalian sedang
berada di kapal karam pun, kalian berdua pasti masih sempat bertengkar.
Sudahlah, Dinah, jangan konyol. Berjalanlah terus."
Dinah berpaling. Maksudnya hendak mendamprat Jack pula. Tapi saat itu Kiki
menirukan suara batuk-batuk Kedengarannya persis seperti kalau Jo-Jo batuk.
Anak-anak langsung mengira laki-laki itu menyusul mereka, masuk ke dalam lorong.
Mereka lantas cepat-cepat berjalan lagi. Termasuk Dinah!
"Tenang - ternyata cuma si Kiki lagi yang iseng," kata Jack dengan lega, ketika
Kiki terbatuk-batuk lagi. Tapi mereka melanjutkan berjalan. Akhirnya sampai di
ujung lorong. Keempat-empatnya mendongak, memandang tingkap yang terdapat di atas kepala
mereka. Tingkap kayu itu nampak jelas, diterangi sinar empat buah senter.
Tingkap didorong ke atas, sampai terbanting membuka. Anak-anak yang laki-laki
naik lebih dulu, lalu menolong Dinah dan Lucy-Ann memanjat ke atas. Setelah
semua berada dalam gudang, tingkap ditutup kembali, lalu mereka menuju ke pintu.
Pintu itu tertutup. Ketika mereka mendorong beramai-ramai, terdengar bunyi
kotak-kotak berjatuhan dalam ruangan sebelah.
Jack dan Philip sementara itu sudah hafal pada bunyi berisik itu. Anak-anak
keluar dan naik ke dapur. Di situ tidak ada siapa-siapa. Untunglah!
Mereka bergegas menuju ke luar, pergi ke atas tebing lalu menyusuri jalan kecil
yang ada di situ. Jalan itu tidak bisa dilihat dari pantai sebelah bawah. Mereka
cepat-cepat mencari teman mereka, Bill Smugs. Sekali-sekali mereka nyengir,
apabila teringat pada Jo-Jo yang pasti masih selalu menunggu mereka keluar dari
dalam gua. Mereka menjumpai Bill sedang sibuk dengan perahunya. la melambai dengan riang,
ketika anak anak muncul.?"Halo," sapanya. "Apa sebabnya kalian tidak datang kemarin" Aku merasa
kesepian." "Habis, Jo-Jo sih," kata Jack. "Ia membuntuti kami terus, seperti bayangan.
Kurasa mungkin ia curiga bahwa kami punya teman yang memiliki mobil, dan
sekarang ingin menyelidiki siapa teman
"Yah, pokoknya jangan bilang apa-apa padanya," kata Bill dengan segera. "Simpan
saja rahasia ini untuk kalian sendiri. Aku tak mau Jo-Jo datang mengintip-intip
ke sini. Kedengarannya dia bukan orang yang ramah."
"Sedang Anda apakan perahu itu?" tanya Jack.
"Anda hendak berlayar?"
"Maksudku memang begitu," kata Bill. "Cuaca hari ini cerah, dan laut cukup
tenang, walau angin masih cukup kencang bertiup. Jadi aku tadi berpikir-pikir,
bagaimana jika kali ini aku berlayar menghampiri Pulau Suram."
Anak-anak terdiam, tapi dengan hati berdebar-debar. Pulau Suram! Anak-anak semua
ingin melihatnya dari dekat, Sedang Jack, ia bahkan ingin turun ke sana. Mudah-
mudahan saja Bill mau mengajak mereka!
Jack memandang ke arah barat. Saat itu Pulau Suram tidak nampak, karena laut
kembali berselubung kabut hawa panas. Tapi walau begitu, Jack tahu persis di
mana letak pulau itu. Jantungnya berdebar keras. Mungkin di pulau itu ada burung auk besar. Tapi kalau
tidak ada pun, pasti masih banyak jenis burung laut lainnya di situ. Dan mungkin
mereka jinak-jinak la akan membawa tustelnya, dan membuat foto-foto.
"'Kami boleh ikut ya, Bill?" tanya Lucy-Ann penuh harap. "Boleh ya" Kami takkan
nakal! Dan kami kan bisa membantu, karena telah Anda ajari caranya menjalankan
perahu layar." "Yah maksudku memang hendak mengajak kalian," kata Bill. la menyalakan rokok, "sambil tersenyum memandang pada anak-anak.- "Sebetulnya aku sudah hendak
berangkat sedari kemarin. Tapi karena waktu itu kalian tidak muncul, lantas
kuundurkan ke hari ini. Kita berangkat nanti siang, dengan bekal makan sore.
Kalian harus berusaha menyelinap pergi tanpa ketahuan oleh Jo-Jo lagi. Jangan
sampai ia melihat kalian pergi naik perahuku, karena nanti ia akan mencoba
menghalang-halangi."
"Aduh, Bill kami pasti akan segera datang nanti siang," kata Jack Matanya yang
"hijau bersinar gembira.
"Terima kasih banyak," kata Philip.
"Apakah kita akan benar-benar menghampiri Pulau Suram sampai dekat sekali?"
tanya Lucy-Ann bersemangat.
"Tidak bisakah kita mendarat di sana?" tanya Dinah.
"Kurasa tidak bisa," jawab Bill. "Soalnya, pulau itu dikelilingi karang yang
berbahaya! Walau dulu mungkin ada jalan masuk lewat salah satu tempat, dan
mungkin jalan itu sekarang pun masih ada tapi yang jelas aku tidak tahu
"tempatnya. Aku tidak mau menanggung risiko kalian tenggelam di situ."
"Sayang," kata anak-anak kecewa. Padahal mereka mau saja menanggung risiko
tenggelam, asal ada kesempatan mendarat di pulau yang dijauhi orang itu.
"Sebaiknya kalian pulang saja sekarang dan cepat-cepat makan siang dulu, apabila
diizinkan bibi kalian," kata Bill. "Aku tak mau terlambat berangkat nanti. Jika
kita pergi sementara hari masih siang, kita bisa mengikuti arus pasang."
"Baiklah," kata anak-anak, lalu bergegas bangkit. "Jadi sampai nanti siang,
Bill. Kami akan membawa bekal seenak mungkin, sebagai hadiah untuk Anda karena
mau menunggu kami." Anak-anak berjalan pulang, sambil mengobrol dengan asyik mengenai pesiar mereka
siang itu. Jo-Jo banyak menceritakan hal yang seram-seram tentang pulau
terpencil itu. Karenanya anak-anak kini sangat bergairah, membayangkan akan
melihatnya dari dekat. "Aku ingin tahu, apakah Jo-Jo masih ada di pantai, menunggu kita keluar dari
gua," kata Jack. Dengan hati-hati anak-anak menghampiri tepi tebing, lalu mengintip ke bawah. Ya
Jo-Jo masih ada di bawah. Hah laki-laki itu sekali lagi teperdaya!
" " Mereka lantas meneruskan langkah ke Craggy-Tops, dan langsung mendatangi Bibi
Polly. "Bolehkah kami cepat-cepat makan siang sekarang, Bi?" tanya Philip. "Dan
kemudian membawa makanan sore untuk bekal" Pokoknya, asal tidak merepotkan! Kami
akan membantu menyiapkan makan siang, dan apa saja mau kami makan."
Untung Bibi Polly mengizinkan. la masih punya simpanan makanan dingin serta
beberapa biji tomat. Kecuali itu juga buah plum yang direbus dengan gula.
"Dinah, kau mengatur meja," kata Bibi, "sementara anak-anak yang lain mengambil
makanan. Sedang aku akan menyiapkan roti untuk bekal makan sore kalian, ditambah
dengan kue jahe jika kalian mau! Lucy-Ann, tolong taruh ketel air di atas api.
Kalian boleh juga membawa teh panas dalam termos."
"Wah terima kasih, Bi," ujar anak-anak serempak, lalu mulai sibuk bekerja "dengan segera.
Bibi Polly menggeleng, ketika melihat anak-anak meletakkan piring untuknya pula.
"Aku merasa kurang enak badan han ini, katanya. "Kepalaku sakit sekali! Aku tak
"berselera makan sekarang. Nanti kalau kalian sudah berangkat, aku ingin
beristirahat sampai puas."
Anak-anak merasa kasihan pada Bibi Polly. Ia memang kelihatan capek sekali.
Timbul pikiran Philip, apakah ibunya sudah mengirim uang lagi untuk membantu
bibi serta pamannya, atau barangkali keadaan Bibi saat itu sedang sulit sekali.
Tapi untuk menanyakan hal itu di depan Jack dan Lucy-Ann, rasanya tidak enak.
Setelah makan siang dan bekal makan sore selesai disiapkan, anak-anak langsung
berangkat. Selama itu mereka tidak melihat Jo-Jo. Laki-laki itu masih ada di pantai. la
sudah benar-benar bingung, dan sekaligus jengkel karena anak-anak masih belum
muncul-muncul juga. Jo-Jo merasa pasti, anak-anak itu tentu masih ada di dalam
gua. Akhirnya ia masuk, lalu memanggil-manggil. Tapi tentu saja tidak ada yang
menjawab panggilannya itu. Berulang kali Jo-Jo berseru-seru.
"Kalau mereka ternyata tersesat di dalam, syukur!" katanya pada diri sendiri.
Diputuskannya untuk melaporkan kejadian itu pada Nyonya Polly.
Jo-Jo kembali ke Craggy-Tops. Anak-anak sudah berangkat, sedang Bibi Polly
sedang sibuk mencuci piring kotor. Ketika Jo-Jo masuk, Bibi memandangnya dengan
galak. "Ke mana saja kau sepagi tadi?" tanya Bibi. "Ada yang hendak kusuruh, tapi kau
tidak kelihatan di mana-mana."
"Aku mencari anak-anak," kata Jo-Jo. "Kurasa mereka masuk ke dalam gua, lalu
tersesat di situ. Sedari tadi aku memanggil-manggil, tapi percuma."
Jangan konyol, Jo-Jo," tukas Bibi Polly. "Anak anak hanya kaujadikan alasan
" "saja. Padahal sebetulnya kau malas bekerja. Kau tahu betul, mereka tidak ada
dalam gua." "Aku sendiri melihat mereka masuk ke situ, Nyonya tapi tidak melihat mereka
"keluar lagi," kata Jo-Jo tersinggung. "Selama itu aku terus berada di pantai,
kan" Percayalah, anak-anak tadi masuk ke dalam gua, dan sekarang pun mereka
masih ada di situ." "Mana mungkin," kata Bibi Polly tegas. "Mereka baru saja berangkat dari sini,-
hendak berpiknik. Mereka tadi kembali lalu cepat-cepat makan siang. Setelah itu
pergi lagi. Jadi janganlah kau mengoceh terus, mengatakan bahwa mereka tersesat
dalam gua." Jo-Jo melongo. Bukankah sepanjang pagi tadi ia terus berada di pantai" Jadi
kalau anak-anak itu keluar, tak mungkin ia tidak melihat mereka.
"Jangan pura-pura heran," bentak Bibi Polly. "Ayo cepat, selesaikan tugas-
tugasmu. Segalanya yang tidak kaulakukan sejak tadi pagi, harus selesai sore ini
juga. Kurasa anak-anak tadi memang masuk ke dalam gua, tapi kemudian keluar lagi
ketika kau sedang tidak memperhatikan. Sudahlah jangan berdiri terus di situ, "kayak boneka. Kau ini menjengkelkan saja!"
Jo-Jo mengatupkan mulutnya yang ternganga. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia
mulai bekerja. Tapi dalam hati ia masih tetap heran. Diingatnya betapa beberapa
malam yang lalu ia mengejar dua anak laki-laki ke dalam gua, dengan sangkaan
mereka itu Philip dan Jack Lalu datang air pasang yang menyebabkan anak-anak itu
terjebak di dalam gua. Tapi keesokan paginya, mereka sudah tidak ada lagi di
situ! Kini kejadian itu berulang lagi, bahkan dengan empat anak sekaligus. Jo-Jo
merasa seram. Perasaannya tidak anak. Ternyata anak-anak itu berhasil
mengelakkan diri dari cegatannya. Kemanakah mereka sekarang" Yah siang itu ia
"takkan bisa menyelidiki kalau tidak ingin didamprat Nyonya Polly, yang
"kelihatannya sedang kesal.
Bab 14 PULAU SURAM Anak-anak bergegas menyusur sisi atas tebing, menuju ke tempat Bill Smugs. Teman
mereka itu sudah menunggu di perahunya. Dengan segera bekal makanan dimasukkan
ke perahu. Setelah itu mereka berangkat.
Bill menyiapkan pcrahunya di pantai, dan bukan disembunyikan di balik batu yang
letaknya agak ke tengah air. Begitu anak-anak sudah naik semua, didorongnya
perahu sampai terapung. Dengan cepat Bill melompat naik, lalu mendayung sampai
perahu sudah melewati batu-batu karang.
"Nah, sekarang pasang layar, Anak anak! katanya kemudian. "Aku kepingin melihat
" "bagaimana kalian melakukannya."
Philip dan Jack teryata anak-anak yang cekatan. Dengan mudah mereka memasang
layar. Kemudian berganti-ganti memegang kemudi. Bill puas melihat kecekatan
mereka. "Kalian ternyata murid-murid yang baik," katanya senang. "Kurasa kalian sekarang
sudah bisa membawa sendiri perahuku ini."
"Wah, Bill Anda mau mengizinkan?" tanya Jack bersemangat. "Jangan khawatir,
"Anda bisa percaya pada kami."
"Boleh saja, kapan-kapan," kata Bill. "Tapi kalian harus berjanji jangan tcrlalu
jauh berlayar." "Baiklah, kami mau berjanji apa saja," kata anak-anak bersungguh-sungguh. Asyik
mereka akan berlayar sendiri dcngan perahu Bill!
Saat itu ada angin baik- Perahu meluncur dengan tenang. Hanya sekali sekali saja
"oleng sedikit, pada saat memotong alun. Laut saat itu licin, seperti permukaan


Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kaca. "Enak," kata Jack. "Aku senang mendengar bunyi layar mengelepak serta suara
"air menepuk-nepuk sisi perahu, dan desing angin .... "
Dinah dan Lucy-Ann merendam tangan mereka , ke dalam air laubyang dingin dan
halus, seperti sutcra rasanya. Kiki memperhatikan sekelilingnya, sambil
bertengger di puncak layar besar. Agak sulit baginya menjaga keseimbangan di
situ. Karenanya burung kakatua itu agak mengembangkan sayap-nya sedikit, sebagai
bantuan. Kelihatannya Kiki juga menyukai pelayaran itu, seperti anak-anak.
"Bersihkan kakimu dan tutup pintu," katanya pada Bill Smugs, ketika Bill
kebetulan memandangnya. "Sudah berapa kali ku .... "
"Diam, Kiki!" seru anak-anak serempak.
"Jangan berani kurang ajar pada Bill, nanti kau dilempar ke laut!"
Kiki tertawa terkekeh-kekeh, lalu membubung terbang ke udara. Dihampirinya
beberapa ekor burung camar yarig kaget melihat ia tiba-tiba muncul. Burung-
burung itu semakin heran, ketika Kiki menyuruh mereka memakai sapu tangan.
Tapi ketika Kiki tiba-tiba menjerit., camar-camar itu langsung menjauh karena
takut mendengar suaranya. Kiki puas, lalu kembali ke tempat pertenggeran semula.
Burung iseng itu senang kalau berhasil menimbulkan keributan. Tidak peduli
terhadap manusia, atau burung dan binatang lain. "
"Aku masih belum bisa melihat Pulau Suram," kata Jack, yang sedari tadi
mengamat-amati dengan cermat. "Di mana kira-kira letaknya, Bill" Setelah berada
di laut, aku rasanya seperti kehilangan arah."
"Letaknya di sebelah sana," kata Bill sambil menuding. Anak-anak memandang ke
arah yang ditunjukkan. -Tapi mereka masih tetap tidak melihat apa-apa. Tapi
walau begitu perasaan mereka bergairah, membayangkan pulau jahat' seperti yang
dikatakan Jo-Jo sudah semakin dekat letaknya.
Perahu layar meluncur terus. Angin bertambah kencang, semakin jauh mereka ke
tengah laut. Rambut Dinah dan Lucy-Ann tergerai ke belakang dipermainkan angin,
dan kadang-kadang menyelubungi muka. Bill berseru kesal; ketika pada suatu saat
angin menghembus dengan tiba-tiba dan menyentakkan rokok yang sedang dipegang.
"Hah, kalau Kiki ini memang ada gunanya sedikit. pasti sekarang disusulnya
rokokku yang diterbangkan angin itu dan dibawa kcmbali ke sini," kata Bill
sambil melirik kakatua itu.
"Kasihan Kiki," kata kakatua itu sambil menggelang-geleng sedih. "Kiki yang
malang! Sayang, sayang, sayang .... "
Burung itu berhenti mangocah lalu tertawa terkekeh-kekeh, karena Jack
melemparkan kulit karang ke arahnya. Bill mencoba menyalakan sebatang rokok
lagi. Tapi agak sulit, karena angin bertiup kencang.
Setelah berlayar lagi beberapa waktu, tiba-tiba Jack berseru-seru.
"Lihatlah! Daratan! ltukah Pulau Suram" Pasti itu dia!"
Semua yang ada di perahu memandang dengan penuh perhatipn. Betul di balik "selubung kabut hawa panas, nampak samar bentuk daratan.
"Ya itu dia pulaunya," kata Bill berminat... "Besar juga rupanya."
"Perahu mereka semakin mendekat. Bentuk pulau itu menjadi semakin jelas nampak
Ternyata berbatu dan berbukit-bukit. Air laut di sekelilingnya menggelora terus.
Ombak memecah, percikannya terlempar tinggi ke udara. Di sana sini nampak batu-
batu runcing menonjol ke atas.
Perahu dikemudikan lebih mendekat lagi. Air yang dilalui sudah tidak licin lagi,
tapi berombak liar. Lucy-Ann mulai pucat mukanya. Dia sendiri satu-satunya yang
tidak tahan terhadap gerakan ombak. Tapi anak itu tabah. Ia tidak mengatakan
apa-apa. Dan tidak lama kemudian rasa mabuk laut itu mulai berkurang.
"Sekarang bisa kelihatan beting karang yang mengelilingi pulau," kata Bill
Smugs. "Bukan main runcingnya! Kurasa pasti sudah banyak perahu pecah di situ.
Sekarang kita berlayar mengelilinginya sebentar, sambil melihat-lihat.
Barangkali saja nanti nampak jalan masuk. Tapi kita tidak akan berlayar lebih "dekat lagi Jadi percuma saja meminta-minta."
Perahu mereka terombang-ambing dipermain-kan ombak. Muka Lucy-Ann sudah pucat
lagi. "Makan biskuit kering, Lucy-Ann," kata Bill Smugs, ketika melihat keadaan anak
"itu. "Gigit sedikit-sedikit, barangkali saja rasa mabukmu bisa agak berkurang
karenanya." Nasihat itu ternyata berguna. Dengan perasaan lega Lucy-Ann menggigiti
biskuitnya. Tak lama kemudian perhatiannya sudah tumbuh kembali.
Hama Pulau Suram ternyata memang cocok dengan keadaannya. Pulau itu kelihatannya
gersang, terdiri dari batu-batu cadas yang menjulang membentuk bukit yang tinggi
di tengah-tengah. Di sana sini nampak sebatang pohon yang tumbuh kerdil, dan di
beberapa tempat terhampar rumput yang menghijau. Di sini yang menghadap laut,
warna batu-batuan kamerah merahan. Tapi di tempat-tempat lain, semuanya hitam.
?"Ternyata sangkaanku benar," kata Jack bersemangat. Ia mengamat-amati pulau
dengan teropongnya. "Di sini burung banyak sekali. Aduh coba Anda lihat,
"Bill!" Tapi Bill tidak mau melepaskan kemudi.
Berlayar dekat beting merupakan pekerjaan berbahaya. la hanya mengangguk saja
pada Jack. "Aku percaya," katanya. "Katakan, apabila ada jenis yang kaukenali."
Jack langsung menyebutkan sederetan nama burung.
"Aduh, Billl Jumlahnya beribu-ribu!" serunya. "Yuk, yuk kita mencoba mendarat.
"Carilah jalan masuk di sela-sela beting. Ya, Bill, ya"!"
"Tidak!" kata Bill tegas "Kan tadi sudah kukatakan. Biar kita tahu jalannya,
masih tetap berbahaya. Dan aku sama sekali tidak tahu! Aku tidak mau membuang-
buang nyawa kita, hanya karena kepingin melihat beberapa ekor burung dari dekat.
Padahal mereka bisa dilihat setiap hari di Craggy-T0ps."
Perahu terus berlayar mengelilingi pulau itu, sambil menjaga jarak terhadap
beting. Ombak tak henti-hentinya memecah di situ, menyebabkan percikkan yang
menjulang tinggi ke udara.
Anak-anak memperhatikan ombak yang seakan-akan berlomba-lomba di atas batu-batu
berbahaya itu, dengan bunyi menderu yang terdengar terus-menerus. Begitu
asyiknya pemandangan itu, sehingga anak-anak merasa kepingin berseru-seru karena
gembira. Jack dengan teropongnya paling jelas melihat Pulau Suram. Alat pembesar itu
tidak lepas dari matanya, yang sibuk memperhatikan beratus-ratus burung. Ada
yang beterbangan, dan ada pula yang duduk-duduk di batu. Akhimya Philip menepuk
lengan Jack. "Aku juga kepingin melihat," katanya. "Kemarikan teropongmu."
Tapi Jack tidak mau. la khawatir, jangan-jangan nanti ada burung auk besar, tapi
ia tidak bisa melihatnya. Tapi akhirnya diserahkannya juga teropong pada Philip.
Temannya itu tidak begitu berminat pada burung. Diarahkannya teropong untuk
memperhatikan daerah pantai.
Tiba-tiba ia berseru. "He ternyata di sana masih ada beberapa bangunan, kelihatannya seperti rumah."Tapi tentunya tak ada lagi yang tinggal di sana?"
"Tentu saja tidak," jawab Bill Smugs. "Pulau itu kan sudah lama ditinggalkan.
Tak bisa kubayangkan kenapa ada yang dulu mau hidup di situ. Pulau ini kan tidak
bisa dipakai untuk keperluan pertanian, atau untuk memancing. Tidak enak tinggal
di sini. Begitu gersang keadaannya!"
"Kurasa yang kulihat itu cuma puing-puing belaka," kata Philip. "Letaknya di
bukit-bukit. Tidak begitu jelas kelihatannya."
"Kau melihat sesuatu yang berkeliaran di sana?" tanya Dinah sambil tertawa.
"Maksudku, 'macam-macam' yang sclalu diocehkan Jo-Jo?"
"Tidak aku sanja sekali tidak melihat orang di sana," kata Philip. "Coba
"kaulihat sendiri dengan teropong, Dinah. Sesudah itu giliran Lucy-Ann. Sekarang
aku mengerti, kenapa tempat itu dinamakan Pulau Suram. Tempatnya memang sangat
suram. Sama sekali tak ada yang hidup di situ, kecuali burung-burung."
Dinah dan Lucy-Ann bergiliran memandang dengan teropong. Mereka tidak senang
melihat keadaan pulau itu. Jelek dan gersang, dan memberikan kesan terasing.
Sementara itu perahu layar terus mengelilingi pulau, tanpa lebih menghampiri
beting karang yang mengungkungnya. Satu-satunya tempat yang mungkin bisa
dilewati untuk masuk di sela-sela beting itu terletak di sebelah barat. Di
tempat itu ombak tidak begitu liar. Walau buih masih tetap memercik, tapi tidak
nampak karang yang timbul di atas permukaan laut. Percikkan air berasal dari
ombak yang melanda batu di dekat situ.
"Kurasa itulah satu-satunya jalan masuk ke pulau," kata Jack.
"Yah tapi pokoknya kita takkan mencobnya," kata Bill Smugs dengan segera.
?"Sekarang kita akan meninggalkan pulau dan menuju ke perairan yang lebih tenang.
Di situ layar kita turunkan, lalu kita makan sore sebentar. Enak, sambil
terayun ayun, dan tidak terombang-ambing seperti sekarang. Kasihan Lucy-Ann,
"mukanya pucat sekali."
Jack mengarahkan teropong ke pulau. Ia ingin mengamat-amati lagi, untuk kali
yang terakhir. Taba-tiba ia berteriak. Kiki terjatuh dari tempatnya bertengger karena kaget.
Bahkan Dinah pun nyaris kehilangan keseimbangan.
Bill Smugs ikut kaget, lalu bertanya "Ada apa?"
"Burung auk besar!" seru Jack, sementara teropong tetap melekat ke matanya.
"Betul, betul burungnya besar sekali, dengan sayap pendek menempel ke tubuh
" "serta paruh besar dan runcing. Itu memang burung auk besar!"
Bill menyerahkan tongkat kemudi pada Jack sesaat, lalu meneropong. Tapi ia tidak
melihat burung auk, seperti dikatakan oleh Jack. Teropong dikembalikannya pada
anak laki-laki yang matanya bersinar-sinar karena bergairah itu.
"Kurasa yang kaulihat tadi seekor burung auk biasa," katanya. "Jenis yang besar
memang mirip sekali dengan yang biasa. Kurasa kau tadi terdorong keinginan
melihat auk besar, sampai keliru melihat. Tadi itu pasti bukan burung auk
besar." Tapi Jack yakin sekali bahwa ia tidak keliru.
Burung tadi tidak kelihatan lagi. Tapi Jack masih selalu memandang dengan
kepingin ke arah pulau yang saat itu ditinggalkan lagi. la tahu, di situ ada
burung auk besar. Ia merasa yakin melihatnya tadi. Kenapa Bill mengatakan bukan,
dan cuma burung auk biasa saja"
"Bill! Bill! Kembalilah lagi," kata Jack meminta-minta. Ia tidak bisa menahan
diri lagi. "Aku tahu pasti, yang kulihat tadi auk besar. Tiba-tiba saja aku
melihatnya. Bayangkan apa kata seluruh dunia nanti apabila aku berhasil "menemukan burung auk besar, yang dikatakan sudah lama punah itu!"
"Dunia takkan begitu peduli pada penemuanmu itu," kata Bill dengan tawar. "Yang
akan ribut paling-paling berapa gelintir saja, yaitu kalangan penggemar burung.
Jadi tenang sajalah - kurasa kau tadi salah melihat."
Tapi Jack tidak bisa menenangkan diri. la masih tetap bergairah. Mukanya merah,
sedang matanya bersinar-sinar. Kiki ikut merasakan kegairahan Jack, lalu hinggap
di bahunya. Daun telinga Jack dipatuk-patuknya, minta perhatian.
"Jelas tadi itu auk besar! Pasti, pasti," kata Jack.
Lucy-Ann menggenggam tangan abangnya. Ia
juga merasa burung tadi seekor auk besar. Pokoknya, ia tidak bermaksud merusak
kesenang-an Jack dengan mengatakan bukan. Sedang Dinah dan Philip, keduanya
merasa Jack tentu salah melihat.
Mereka makan-makan di perairan yang agak tenang. Layar diturunkan, dan perahu
dibiarkan hanyut. Jack merasa tidak mampu makan. Tapi ia masih mau juga minum
teh panas. Lucy-Ann yang merasa lapar setelah mabuk laut tadi, mengambil bagian
Jack dan memakannya sampai habis.
Pelayaran siang itu sangat menyenangkan.
"Bolehkah kami kapan-kapan berlayar sendiri, seperti Anda janjikan tadi?" tanya
Jack dengan tiba-tiba. Bill Smugs menatap anak itu dengan tajam.
"Boleh, tapi hanya apabila kalian berjanji takkan terlalu jauh pergi ke tengah
laut," katanya. "Maksudku, jangan lantas nekat ke Pulau Suram untuk mencari
burung auk besar." Padahal justru itulah yang diniatkan oleh Jack. Karenanya mukanya lantas
memerah. "Baiklah," katanya kemudian. "Aku berjanji takkan pergi ke Pulau Suram dengan
perahu Anda, Bill. Tapi kami kan kapan-kapan boleh berlayar sendiri?"
"Ya, boleh," kata Bill. "Kurasa kalian sudah bisa menangani perahu ini dan
"pasti takkan ada bahaya apabila kalian memilih hari bercuaca tenang."
Jack kelihatan senang. Tampangnya saat itu seperti sedang melamun. la sudah tahu
apa yang akan dilakukannya. Ia akan menepati janji pada Bill Smugs. la takkan
pergi ke Pulau Suram dengan perahu milik Bill- tapi dengan perahu,orang lain!
Ia bermaksud hendak berlatih mendayung dan berlayar dengan perahu Bill dulu
"dan begitu sudah cukup mahir, ia akan meminjam perahu Jo-Jo dengan diam-diam,
lalu pergi ke pulau impiannya dengan perahu itu.
Rencana itu sebetulnya sangat nekat. Tapi Jack sudah benar-benar bergairah
membayangkan akan menemukan burung auk besar, yang disangka sudah punah. Jadi ia
mau menanggung setiap risiko, untuk bisa pergi ke Pulau Suram. Ia merasa yakin
akan bisa menemukan jalan masuk lewat sela-sela beting karang. Apabila sudah
dekat ke situ layar akan diturunkan olehnya, dan perjalanan selanjutnya ditempuh
dengan jalan mendayung. Perahu Jo-Jo besar dan berat. Tapi menurut perasaan Jack
saat itu, ia pasti akan mampu menanganinya.
Ia tidak menceritakan niatnya itu dengan segera pada anak-anak yang lain. Bill
masih ada bersama mereka dan Bill tidak boleh sampai mengetahui rencananya. "Bill Smugs peramah dan baik hati. Tapi ia juga sudah dewasa. Dan orang dewasa
belum pernah mau mengizinkan anak-anak melakukan sesuatu yang mengandung risiko
yang berbahaya. Jadi Jack diam saja, sambil termenung memikirkan rencananya.
Tidak didengarnya anak- anak yang lain mengganggunya.
"Jack sudah berangkat ke pulau, untuk mendatangi burung auk besar itu," kata
Dinah sambil tertawa. "Kasihan Jack - burung tadi melenyapkan selera makannya," kata Philip.
"He, bangun!" kata Bill, sambil menyenggol Jack. "Mengobrol sedikit dong."
Selesai makan mereka memutuskan untuk kembali dengan jalan mendayung silih-
berganti. Menurut pendapat Bill ada baiknya apabila mereka semua berlatih otot,
sedang anak-anak senang dizinkan mendayung. Jack mendayung dengan bersemangat.
Dalam hati ia berpikir itu latihan yang baik untuk mempersiapkan keberangkatan
ke pulau nanti. "Hah sekarang kita sudah kembali dengan selamat," kata Bill, ketika lunas
"perahu sudah menyentuh pantai. Jack dan Philip meloncat turun lalu menarik
perahu ke darat. Setelah itu kedua anak perempuan sibuk mengangkut perbekalan.
"Hah, sampai lain kali," kata Bill. "Asyik pelayaran kita tadi. Kalau mau,
kalian bisa datang lagi besok Akan kuizinkan kalian berlayar sendiri sebentar."
"Wah, terima kasih!" seru anak-anak dengan gembira. Kiki menirukan seruan itu.
"Wah, terima kasih!" serunya, "Terima kasih! Wah, terima kasih!"
"Diaml" kata Philip sambil tertawa. Tapi Kiki tidak bisa dibimgkam begitu saja.
Sepanjang jalan pulang, kalimat itu diulang-ulangnya terus.
"Wah terima kasih, wah terima kasih.
?"Kalian senang berpiknik tadi?" tanya Bibi Polly, ketika anak anak
"berbondong bondong masuk ke rumah.
?"Senang sekali! jawab Dinah. "Anda sudah tidak sakit kepala lagi, Bibi Polly?"
?"Masih," kata bibinya. Muka Bibi Polly nampak masih pucat dan lesu. "Kurasa
sebaiknya malam ini aku cepat tidur saja. Kau yang mengantarkan makan malam
untuk pamanmu malam ini, Dinah!"
"Ya, Bi," kata Dinah dengan setcngah hati. Ia tidak bisa dibilang gembira
diserahi tugas itu. Soalnya, ia agak takut pada pamannya yang terpelajar tapi
aneh itu. Saat itu Jo-Jo masuk. Ditatapnya anak-anak.
"Ke mana kalian tadi?" sergahnya. "Dan tadi pagi ke mana, setelah masuk ke gua?"
"Kami pulang ke sini," kata Philip. Jo-Jo semakin kesal, melihat tampang Philip
yang pura-pura heran. "Masa kau tidak melihat kami"! Dan sekarang kami baru saja
kembali dari berpiknik, Jo-Jo. Kenapa kau begitu prihatin sekali mengenai ke
mana saja kami pergi" Kau ingin ikut, ya?"
Jo-Jo mendengus marah. Bunyi itu langsung ditirukan oleh Kiki, disusul dengan
tertawa terkekeh yang menjengkelkan bunyinya itu. Jo-Jo menatap kakaktua itu
dengan perasaan benci, lalu pergi ke luar.
"Jangan suka mengganggu Jo-Jo," kata Bibi Polly dengan lesu. "Dia itu makin lama
makin payah malas dan tidak sopan sikapnya. Sepagi tadi ia tak pernah ada di
"dekat rumah. Yah- aku tidur saja sekarang."
"Jack tolong bantu aku dengan baki makanan untuk Paman Jocelyn," kata Dinah,
ketika hidangan makan malam sudah siap. "Aku tidak kuat mengangkatnya sendiri,
karena terlalu berat bagiku. Sedang Philip sudah pergi lagi, kayak biasanya. Ia
selalu cepat-cepat menghilang, apabila ada tugas yang harus diselesaikan."
Jack mengangkat baki berat itu, lalu mengikuti Dinah yang berjalan menuju kamar
kerja paman nya. Sesampai di situ ia mengetuk pintu.
Terdengar bunyi dengusan sebagai jawaban.
Menurut perasaan Dinah, pamannya mengatakan, Masuk!'"Dinah masuk, diikuti oleh Jack. Kiki bertengger di bahunya, seperti biasa.
"Makan malam Anda, Paman," kata Dinah. "Bibi Polly sudah masuk ke tempat tidur,
karena merasa capek."
"Kasihan Polly, Polly yang malang," kata Kiki dengan nada kasihan. Paman Jocelyn
kaget, lalu menoleh. Begitu melihat di pundak Jack, langsung disambarnya
penindih kertas dan hendak dilempamya ke arah Kiki.
Burung itu buru-buru terbang keluar lewat pintu.
Paman Jocelyn meletakkan penindih kertas kembali ke meja.
"Burung itu jangan boleh masuk ke sini," katanya menggerutu. "Burung iseng!
Letakkan saja baki itu di sana. Dan kau ini siapa, anak muda?"
"Nama saya Jack Trent," kata Jack Ia agak heran, masa Paman Jocelyn begitu cepat


Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lupa. "Anda kan sudah melihat kami ketika saya serta adik saya Lucy Ann datang
"waktu itu. Anda tidak ingat lagi?"
"Di rumah ini terlalu banyak anak-anak," kata Paman menggerutu. "Aku sampai
tidak bisa bekerja dengan tenang."
"Ah, Paman - kami kan tidak pernah mengganggu ketenangan Anda," kata Dinah
tersinggung. Saat itu Paman Jocelyn sedang menghadapi sebuah peta besar yang kelihatannya
sudah kuno. Jack melirik peta itu. "Wah itu peta daerah pesisir sini," katanya, "dan itu kan Pulau Suram, Paman?"
"Ia menuding bentuk sebuah pulau yang digambar dengan cermat pada peta besar itu.
Paman Jocelyn mengangguk.
"Anda sudah pernah ke sana?" tanya Jack bersemangat "Kami melihatnya tadi
siang." "Aku belum pernah ke sana dan memang tidak kepingin," jawab Paman dengan nada
"masam. Saya melihat seekor bumng auk besar di sana tadi," kata Jack dengan bangga.
"Tapi Paman Jocelyn sama sekali tidak kagum. Malah sebaliknya!
"Omong kosong!" tukasnya. "Burung itu sudah lama punah. Yang kaulihat itu burung
auk biasa. Jangan suka konyol!"
Jack tersinggung. Hanya Lucy-Ann saja yang mau kagum mendengai penemuannya yang
hebat. Tapi Jack juga tahu, adiknya itu pasti mau percaya juga jika ia
mengatakan melihat Santa Claus di pulau itu. Jack mengemyitkan kening dengan
kesal, menatap laki-laki tua yang masam dan nampak tidak pedulian itu. Paman
Jocelyn membalas tatapannya dengan masam pula.
"Bolehkah saya melihat peta itu sebentar?"tanya Jack dengan tiba-tiba. Maksudnya
hendak melihat, apakah di situ tertera jalan masuk ke pulau lewat rintangan "beting karang yang mengelilingi.
"Untuk apa" Kau juga berminat pada hal hal begini?" tanya Paman dengan heran.
?"Saya sangat tertarik pada Pulau Suram," jawab Jack. "Bolehkah saya melihat peta
itu sebentar?" "Aku masih punya peta yang lebih besar lagi di situ pulau itu digambarkan
"secara jelas," kata Paman Jocelyn. la senang, karena ternyata ada juga yang
tertarik pada peta-petanya. "Nanti dulu di mana kusimpan waktu itu?"
"Sementara Paman sibuk mencari, Jack dan Dinah memperhatikan peta besar daerah
pesisir itu. Pulau Suram nampak di depan garis pantai, dikelilingi beting
karang. Bentuknya aneh, mirip telur dengan benjolan pada satu sisi. Pantainya
berkelok-kelok. Letaknya hampir tepat di sebelah Barat Craggy-Tops.
Jack mengamat amati peta dengan bergairah. Coba Paman Jocelyn mau meminjamkan
"peta itu padanya! "Lihatlah!" katanya dengan suara pelan pada Dinah. "Pada bagian ini lingkaran
beting nampak terputus. Kau melihatnya" Nah kurasa di situlah tempat di mana
"aku seperti melihat ada jalan masuk tadi siang. Kau lihat bukit yang digambarkan
di sini" Jalan masuk ke pulau lewat di celah beting, letaknya berseberangan
dengan bukit itu. Jika lcita hendak datang ke sana dan aku memang bemiat begitu kita cukup
" "mencari di mana bukit itu. Itu tidak sulit, karena bukit ini yang tertinggi di
sana, kclihatannya! Lalu kita mencari jalan masuk ini, di seberang bukit itu.
Mudah saja!" "Di peta kelihatannya memang mudah tapi kurasa apabila sudah di laut pasti
"ternyata akan jauh lebih sulit," kata Dinah. "Kau kedengarannya seperti sungguh-
sungguh hendak ke sana, Jack. Tapi jangan lupa janji kita pada Bill Smugs. Kita
tidak boleh melanggar janji."
"Aku juga tahu, goblok," kata Jack, yang seumur hidupnya belum pernah melanggar
janji. "Aku punya rencana lain. Nanti saja kuceritakan."
Kedua anak itu sangat kecewa, karena Ternyata Paman Jocelyn tidak berhasil
menemukan peta besar yang dicarinya. Sedang peta yang terhampar di atas meja
tidak mau dipinjamkamya pada Jack.
"Tidak boleh!" katanya kaget, ketika Jack meminta lagi. "Peta ini sudah sangat
kuno sudah berabad-abad umumya. Aku takkan me-minjamkannya padamu, biar
"bagaimanajuga! Kau nanti cuma merusakkannya. Atau kalau tidak, hilang! Aku tahu,
anak-anak itu kayak apa biasanya."
"Tidak benar, Paman," kata Dinah. "Paman sama sekali tidak tahu bagaimana kami
sebenar-nya. Melihat kami saja pun boleh dibilang tidak pernah. Ijinkanlah kami
meminjam peta itu, Paman!"
Tapi Paman ijdak bisa dibujuk untuk menyerahkan petanya yang berharga. Jadi Jack
dan Dinah terpaksa meninggalkan kamar kerja yang acak-acakan dan penuh dengan
buku itu, setelah memandang sekali lagi ke arah gambar pulau yang dikelilingi
karang. "Jangan lupa makan, Paman," seru Dinah, sebelum menutup pintu. Paman cuma
mendengus saja sebagai jawaban. la sudah sibuk kembali dengan pekenjaannya. Baki
berisi hidangan makan malam dibiarkannya terletak cli sampingnya.
"Aku berani taruhan, ia pasti lupa makan nanti," kata Dinah. Dan dugaannya
Ternyata tepat. Ketika keesokan harinya Bibi Polly masuk untuk membereskan kamar
seperti biasa dilakukan olehnya, nampak baki terletak di meja, masih penuh
dengan makanan. "Kau ini bahkan melebihi anak kecil," kata Bibi Polly mengomeli Paman. "Sungguh,
Jocelyn!" Gudang Download Ebook: www.zheraf.net
http://zheraf.wapamp.com Bab 15 KEJADIAN MENGHERANKAN DAN BERLAYAR"Malam itu Jack menceritakan rencananya. Philip, Dinah dan Lucy-Ann mula-mula
agak sangsi. Tapi kemudian mereka tertarik, lalu akhirnya ikut bersemangat.
"Benar-benar bisakah kita menemukan jalan masuk itu?" tanya Lucy-Ann. Ia masih
takut-takut. "Itu gampang," kata Jack. Anak itu kalau sudah membulatkan tekat mengenai
sesuatu, kemudian tak mau mengacuhkan kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul.
"Kurasa aku melihatnya tadi siang, dan malam tadi jelas aku melihat gambarnya di
peta. Dinah juga!" "Dinah juga! Dinah juga!" oceh Kiki menirukan.
Tapi anak-anak tidak mengacuhkannya. Mereka sibuk berunding.
"Jika aku sudah merasa yakin sekali berlayar dengan perahu Bill, aku takkan
khawatir lagi memakai perahu Jo-Jo," kata Jack
"Tapi kalau ketahuan olehnya, bisa setengah mati kau dipukulnya nanti," kata
Philip. "Bagaimana caramu mengusahakan supaya jangan ketahuan?"
"Kutunggu sampai ia pergi berbelanja dengan mobil," kata Jack dengan segera.
"Semuanya sudah kupikirkan masak-masak! Begitu ia berangkat, aku akan segera berangkat
pula dengan perahunya, dengan harapan akan sudah kembali sebelum dia datang
lagi. Tapi jika tidak yah, apa boleh buat! Kalian harus berusaha mengalihkan
"perhatiannya dengan salah satu cara atau mengurungnya dalam gudang pokoknya
" "begitulah!"
Anak-anak yang lain tertawa cekikikan. Mereka senang membayangkan Jo-Jo dikurung
oleh mereka. "Tapi nanti dulu," kata Philip kemudian, "kau kan tidak bisa berangkat sendiri"
Kami harus ikut!" "Anak anak perempuan takkan kuajak, kata Jack tegas. "Kalau aku sendiri, aku
" "berani menanggung resikonya. Tapi aku tak mau menanggung risiko Dinah dan Lucy-
Ann. Kalau kau, tentu saja kau bisa ikut, Philip.
?"Aku juga ikut," kata Lucy-Ann dengan segera. Ia tidak mau membiarkan Jack
menghadapi petualangan berbahaya tanpa dia di samping abangnya itu.
"Kau tidak bisa ikut, habis perkara!" kata Jack tandas. "Jangan konyol, Lucy-
Ann! Kalau kau ikut, nanti segala-galanya bisa menjadi kacau. Kalau kau dan
Dinah ikut, kita nanti terpaksa sangat berhati-hati dengan perahu. Kita takkan
berani mengambil risiko sedikit pun."
"Aku tidak suka jika kau mengambil risiko," kata Lucy-Ann. Air matanya
berlinang linang.?"Jangan cengeng," bentak Jack. "Kenapa kau tidak bisa kayak Dinah, dan tidak
merepotkan aku apabila aku ingin melakukan sesuatu" Dinah tidak peduli jika
Philip hendak mengambil resiko. Ya kan, Dinah?"
"Betul," kata Dinah, yang tahu betul bahwa Philip sudah mampu menjaga dirinya
sendiri. "Tapi walau begitu sebetulnya enak juga apabila kami bisa ikut."
"Lucy-Ann mengejap-ngejapkan mata. Ia tidak mau menangis. Ia tidak ingin rencana
Jack kacau. Tapi hatinya juga tidak enak, membayangkan abangnya itu nanti
tenggelam, atau ditimpa bencana lain. Dalam hati ia menyumpahi burung auk besar.
Kenapa burung itu harus ada" Jika tidak pernah ada, kan juga tidak mungkin bisa
punah. Dan jika tidak dikatakan punah, maka segala keributan yang sekarang dialami
karena ada kemungkinan menemukan seekor yang masih hidup, juga takkan terjadi!
Jack malam itu sulit tidur. Pikirannya menerawang, membayangkan Pulau Suram
serta burung-burung yang hidup di situ. Ia sudah tidak sabar lagi, ingin cepat-
cepat berlayar ke sana. la ingin memeriksa apakah burung besar yang dilihatnya
elang itu dengan teropong benar-benar auk besar, atau tidak. Jika ia berhasil
menangkap burung auk besar, wah - ia bisa kaya raya! Burung itu tidak bisa
terbang. Bisanya cuma berenang. Mungkin di Pulau Suram bahkan ada tiga atau
empat ekor burung itu. Pokoknya asyik, pergi ke sana untuk menyelidiki.
Akhirnya Jack berdiri dari pembaringan, lalu pergi ke jendela. la memandang ke
arah barat, di mana Pulau Suram terletak Malam itu tidak ada bulan, jadi mula-
mula ia tidak bisa melihat apa-apa. Tapi sementara ia menatap terus ke arah
barat, sambil berpikir-pikir tentang pulau itu, tahu-tahu ia tertegun. Ia merasa
seperti melihat sesuatu yang luar biasa.
Jack mengejapkan mata kembali, lalu memandang kembali ke arah barat. ia melihat
seolah-olah di sebelah barat ada lampu yang menyala. Sementara ia memperhatikan
terus, lampu itu meredup sampai padam lalu menyala kembali.
?"Itu bukan lampu sungguhan," katanya pada diri sendiri. "Lagi pula, tak mungkin
ada lampu di pulau itu. Kurasa pasti itu lampu isyarat dari sebuah kapal yang
sedang melintas." Cahaya terang di barat itu padam lagi. Tapi setelah itu tidak kembali menyala.
Jack menarik kepalanya yang tadi terjulur ke luar. Maksudnya hendak tidur
kembali. Ia merasa yakin, yang dilihatnya itu pasti lampu kapal.
Tapi sebelum ia sempat beranjak dan tempat itu, ada lagi yang menarik
perhatiannya. Jendela sempit di sisi seberang, yaitu yang menghadap ke atas
tebing, nampak agak terang disinari cahaya remang.
Dengan segera Jack menghampiri jendela itu, lalu memandang ke luar. Ternyata
cahaya itu berasal dari sisi atas tebing. Rupanya ada yang menyalakan api di
situ, atau menghidupkan lampu yang terang. Tapi siapa orang itu" Dan untuk apa
lampu atau api dinyalakan" Mungkinkah untuk memberi isyarat ke kapal yang ada di
tengah laut" Kamar menara tempat Jack dan Philip paling tinggi letaknya di Craggy- Tops.
Sedang menara itu sendiri menjulang di atas sisi atas tebing. Tapi walau Jack
sudah menjulurkan leher sepanjang-panjangnya, ia masih belum bisa mengenali
cahaya apa yang bersinar terang di tebing. Ia juga tidak bisa melihat letaknya
yang tepat, Karenanya ia lantas memutuskan untuk menyelidikinya.
Ia tidak membangunkan Philip. Cepat-cepat Jack mengganti pakaian, lalu lari
menyelinap ke bawah. Beberapa saat kemudian ia sudah berlari menyusur jalan
kecil yang mengarah ke puncak tebing. Tapi ketika sampai di sana, cahaya tadi
sudah tidak ada lagi! Rasanya juga bukan nyala api karena tak tercium bau asap"sama sekali. Aneh. Jack berjalan kembali, menyusur jalan yang tadi. Tiba tiba ia
"kaget setengah mati, karena ada orang mencengkeramnya.
"Apa yang kauperbuat di sini?" Terdengar suara Jo-Jo membentak. Jack diguncang-
guncang olehnya, sehingga anak itu merasa napasnya nyaris putus. "Ayo mengaku
"apa yang kaulakukan di atas sini!"
Jack mengaku terus terang, karena ketakutan.
"Aku tadi melihat sinar terang dari kamar menara," katanya. "Aku lantas kemari,
karena ingin tahu sinar apa itu."
"Kan sudah kukatakan, di tebing ini kalau malam sering ada macam-macam," kata
Jo-Jo dengan suara seram. "Nah, mereka itulah yang memancarkan sinar dan
"kadang-kadang bahkan seperti menangis dan menjerit-jerit. Kan sudah kukatakan
pada kalian, jangan suka keluyuran pada malam hari?"
"Lalu kau sendiri, kenapa keluar?" tanya Jack, setelah agak pulih dari perasaan
takut. Jo-Jo mengguncang-guncangnya sekali lagi. Ia merasa puas, karena berhasil
menangkap salah seorang anak yang menjengkelkan itu.
"Aku keluar, karena juga ingin melihat sinar apa itu," katanya ketus. "Mengerti"
Ya untuk itulah aku tadi keluar. Tapi selalu macam-macam itulah yang
"menimbulkan keributan. Sekarang janji takkan pergi lagi malam-malam, keluar dari
kamar tidurmu." "Aku tidak mau janji apa-apa," kata Jack sambil berusaha memberontak "Lepaskan
tanganku, setan! Sakit kan!"
"Kau akan lebih kusakiti lagi, apabila tidak mau berjanji takkan keluyuran lagi
malam-malam," kata laki laki itu mengancam. "Kebetulan aku membawa potongan
"tali, memang sengaja kusimpan untukmu serta Philip."
Jack ketakutan. Jo-Jo kuat sekali, lagi pula jahat dan kejam. Sementara Jo-Jo
sibuk melepaskan tali yang terikat ke pinggangnya, Jack meronta-ronta.
Untung masih ada Kiki. Kakaktua itu datang menyelamatkan tuannya! Ketika ia
terbangun dari tidur, tahu-tahu dilihatnya Jack sudah tidak ada lagi. Dan Kiki
tidak pernah mau lama berpisah dengan tuannya.
Sementara Jack berpikir-pikir apakah sebaiknya ia menggigit Jo-Jo, tahu-tahu
Kiki datang menyambar sambil menjerit gembira.
"Kiki! Patuk dia, Kiki! Patuk dia!" seru Jack.
Tanpa menunggu diperintah lagi, Kiki menghunjamkan paruhnya yang tajam ke lengan
Jo-Jo. Jo-Jo menjerit kesakitan. Pegangannya terlepas, sehingga Jack bisa
melarikan diri. Jo-Jo berusaha memukul Kiki. Tapi burung itu sudah menjauh lagi,
sambil menunggu kesempatan baik untuk melakukan serangan berikutnya.
Sasaran yang dipilihnya kemudian adalah daun telinga Jo-Jo. Laki-laki itu
menjerit kesakitan. "Suruh burung itu pergi - nanti kupilin lehernya, kalau tidak!"
Tapi Jack lari terus, menyusur jalan tebing. Ketika merasa sudah aman, barulah
Kiki dipanggilnya. "Kiki! Sini, Kiki burung manis!?"Tapi Kiki masih harus mematuk daun telinga Jo-Jo yang sebelah lagi. Setelah itu
baru terbang pergi, sambil menjerit. ia hinggap di pundak Jack, lalu
berbisik bisik di telinga anak itu. Jack menggaruk-garuk kepala Kiki, sambil
"melangkah pulang. Jantungnya masih berdebar-debar.
"Kau harus hati-hati terhadap Jo-Jo, Kiki," katanya. "Jangan sampai tertangkap,
karena nanti lehermu benar-benar patah dipilin orang jahat itu. Aku tak tahu kau
apakan dia tadi - tapi yang pasti dia kesakitan!"
Sesampai di kamar lagi, Jack membangunkan Philip lalu menceritakan
pengalamannya. "Kurasa cahaya pertama berasal dari sebuah kapal," katanya, "tapi sinar yang
satu lagi, entah apa! Kata Jo-Jo ia naik ke tebing karena juga ingin memeriksa.
Tapi menurut pendapatnya, cahaya itu berasal dari 'macam-macam yang selalu
"diocehkannya. Wah, nyaris saja aku tadi dipukulnya, Philip. Untung ada Kiki,
kalau tidak entah bagaimana nasibku sekarang."
?"Kiki baik," kata Philip. Dan Kiki mengulang-ulang perkataan itu dengan senang.
"Kiki baik, Kiki baik, Kiki ba..."
"Cukup!" kata Jack. Dan Kiki langsung berhenti mengoceh. Jack merebahkan diri ke
kasur. "Aku capek sekali! Mudah-mudahan saja bisa lekas tertidur. Aku sama
sekali tidak bisa, karena tidak habis habisnya memikir tentang Pulau Suram."
"Tapi ternyata tidak lama kemudian ia sudah pulas. la bermimpi tentang sebuah
peta besar yang ada gambar Pulau Suram, lalu sebuah perahu berusaha hendak pergi
ke pulau itu, kemudian Jo-Jo menangkapnya dan hendak menarik dirinya serta
perahu itu sekaligus. Keesokan paginya anak-anak bangun dengan perasaan senang. Mereka ingat bahwa
Bill Smugs sudah berjanji mereka boleh mencoba berlayar sendiri hari itu. Mereka
cepat-cepat melakukan segala tugas yang harus dikerjakan di rumah, lalu bergegas
pergi. Hari itu Jo-Jo kelihatan marah-marah terus. Tapi sekali itu ia tidak
mencoba membuntuti anak-anak, ketika mereka berangkat.
Bibi Polly sangat menyibukkannya, ia disuruh melakukan berbagai macam tugas. Dan
Jo-Jo melihat takkan ada gunanya mengelakkan diri. Karena itu ia pun mulai
bekerja sambil mengomel-ngomel. Dan anak anak bisa menyelinap pergi, tanpa
"ketahuan oleh Jo-Jo.
"Hari ini aku- hendak ke kota," kata Bill, ketika anak-anak tiba di pondoknya.
"Aku harus membeli palu, papan serta paku, untuk membetulkan pondokku ini. Tadi
malam ketika ada badai, angin menghembus masuk dengan leluasa. Entah badai betul
atau bukan tapi di pondok sempit begini, rasanya seperti badai. Jadi aku perlu
"memperbaikinya sedikit. Bagaimana kalian mau ikut dengan aku?"
"Terima kasih, tapi tidak sajalah," kata Jack dengan segera. "Kalau boleh, lebih
baik kami berlayar saja dengan perahu, Bill. Cuaca hari ini kan cukup tenang.
Kami akan berhati-hati."
"Dan jangan lupa janji kalian," kata Bill, sambil menatap Jack dengan tajam.
Anak itu mengangguk.

Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku takkan berlayar terlalu jauh ke tengah," katanya. Anak-anak yang lain juga
berjanji. Setelah mengantarkan Bill berangkat, mereka lantas mengambil perahu.
Bill menyimpannya di balik perlindungan batu yang di tengah air, tempat
penyimpanannya yang biasa. Anak-anak masih belum berhasil mcngetahui apa
sebabnya perahu itu ditaruh di situ. Tapi menurut perkiraan mereka, Bill tidak
ingin perahunya itu dicuri orang sementara ia tidak ada di situ.
Anak-anak harus berenang dulu ke batu yang terletak di tengah air. Pakaian
mereka terbungkus dalam kantong kedap air yang dipinjamkan oleh Bill. Philip
berenang sambil menghela kantong itu.
Mereka sampai di batu-batu itu, lalu pergi ke bagian yang datar tempat perahu
ditarik ke tempat kering. Di situ mereka mengenakan lagi pakaian mereka yang
kering. Pakaian renang dilemparkan ke dalam perahu. Setelah itu perahu diseret
masuk ke air. Laut cukup dalam di sekitar batu-batu itu. Dengan mudah perahu meluncur ke air,
hampir-hampir tanpa menyebabkan air memercik. Anak-anak bergegas naik, lalu
Philip dan Jack mengambil dayung.
Tanpa banyak mengalami kesulitan, perahu didayung menjauh dari batu-batu, menuju
perairan terbuka. Kemudian mereka harus memasang layar. Tapi kali ini tanpa Bill
Smugs yang bisa menolong.
"Mestinya cukup gampang bagi kita," kata Jack, sambil menarik tali-temali.
"Kemarin kita juga bisa, sendiri!"
Tapi kemarin ada Bill, yang menyerukan aba-aba pada mereka. Karena hari ini tak
ada yang membantu, akhirnya pekerjaan menjadi agak kacau. Walau demikian,
akhirnya layar terpasang juga setelah beberapa saat. Sekali Dinah nyaris
terpelanting masuk ke air. Untung ia cepat-cepat berpegangan. Anak itu marah
sekali. "Kau sengaja melakukannya, Philip," katanya pada abangnya, yang saat itu sedang
sibuk dengan berbagai jenis tali. "Ayo minta maaf! Kata Bill, kita tidak boleh
bercanda selama ada di perahu."
"Diam!" tukas Philip. Ia tersangkut pada seutas tali. Kalau tali itu hidup, bisa
disangka memang sengaja hendak menyangkutkan Philip padanya!
"Tolong aku, Jack!"
"Pegang kemudi sebentar, Dinah sementara aku membantu si Jambul," kata Jack.
"Dinah! Tidak dengar ya"! Kataku, pegang kemudi, biar aku membantu Philip."
Tapi ketika melihat abangnya sungguh-sungguh mengalami kesulitan, Dinah sudah
lebih dulu datang membantu.
"Terima kasih," kata Philip, setelah bebas lagi dari lilitan tali. "Sialan tali
ini! Rupanya terlalu panjang yang kuuraikan. Bagaimana, layarnya beres?"
Kelihatannya memang begitu. Angin menghembusnya sampai mengembang, dan perahu
mulai meluncur maju. Asyik! Anak-anak merasa diri mereka sudah besar, karena
sudah mampu menangani perahu itu sendiri. Karena bagaimanapun juga, perahu itu
tidak bisa dibilang kecil. Jack memandang jauh ke arah letak Pulau Suram. Pada
suatu hari ia akan ke sana, dan mendarat lalu melihat-lihat tempat itu. Entah
apa saja yang akan ditemukannya di situ! Terbayang dimatanya burung auk besar.
Bayangan itu begitu menggairahkannya, sehingga tanpa disadari perahu
dikemudikannya memutar. Tiang layar terayun, nyaris menghantam kepala anak-anak.
Darah Perawan Suci 1 Wiro Sableng 021 Neraka Puncak Lawu Iblis Hitam Tangan Delapan 1
^