Petualangan Dipulau Suram 4
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram Bagian 4
lagi. Mereka masih menemukan beberapa gambar lagi, yang mirip diagram. Beberapa di
antaranya sudah kabur sekali, sehingga tidak bisa dikenali lagi itu diagram apa.
Dinah mengeluh. "Aku kepingin bisa membaca tulisan kuno ini," katanya. "Coba bisa, mungkin aku
bisa mengetahui apakah gambar-gambar peta ini menunjukkan lorong-lorong rahasia
yang lain yang menuju ke Pulau Suram. Pasti asyik, menyelidikinya! Coba kita "bisa melakukannya. Apa kata Philip dan Jack nanti, kalau kita mengatakan pada
mereka bahwa ada jalan ke pulau itu lewat dasar laut!"
Muka Lucy-Ann langsung nampak suram, begitu mendengar kata-kata Dinah. Ia
teringat lagi pada abangnya. Di mana Jack sekarang" Apakah Philip berhasil
mengajak Bill Smugs pergi dengan perahunya ke pulau, untuk menyelamatkan
abangnya itu" Atau mungkin saat itu mereka sedang membawa Jack kembali ke rumah"
Ketika Lucy-Ann sedang berpikir-pikir mengenai berbagai kemungkinan itu,
didengarnya suara Philip dalam gang di sebelah luar kamar duduk.
Lucy-Ann melompat bangkit dengan girang. Apakah Bill dan Philip sudah berhasil
membawa Jack kembali dengan selamat" Cepat sekali mereka sudah datang lagi!
Lucy-Ann lari ke pintu dengan perasaan gembira.
Tapi yang dilihatnya di luar cuma Bill dan Philip. Jack tidak ada bersama
mereka. Lucy-Ann berseru cemas.
"Mana Jack" Kalian belum menyelamatkannya" Di mana dia?"
"Perahu Bill dirusak orang," kata Philip sambil masuk ke kamar duduk. "Jadi kami
kemari, untuk memakai perahu Jo-Jo. Tapi kepunyaannya tidak ada di tempat yang
biasa. Kurasa Jo-Jo sedang memancing, seperti kadang kadang dilakukan olehnya
"pada malam hari. Tapi kini kami tidak tahu apa yang harus dikerjakan."
Dinah dan Lucy-Ann memandang mereka dengan perasaan kecut. Tidak ada perahu
"jadi Jack tidak bisa diselamatkan" Air mata Lucy-Ann menggenang di pelupuk,
ketika dibayangkannya Jack yang tersesat dalam lorong yang bercabang-cabang,
sedang di situ ada orang-orang galak yang pasti akan menyekapnya apabila
berjumpa. Ia merasa agak lega, karena setidak-tidaknya ada Kiki yang menemani
abangnya. "O ya, Philip," kata Dinah. Tiba-tiba ia teringat lagi. "Mau tahu apa yang
diceritakan Paman Jocelyn tadi pada kami" Katanya dulu ada jalan lewat bawah
dasar laut, menuju ke tambang tembaga. Ada lorong ke Pulau Suram! Ia juga tahu
tentang lorong tersembunyi yang satu lagi, tapi ia tidak menyangka jalan itu
masih bisa dilalui. Ia kaget ketika mendengarnya. Bagaimana, Philip mungkinkah
"lorong rahasia ke pulau itu masih ada sekarang" Atau mungkin sudah ambruk dan
digenangi air laut" Aduh, kepingin rasanya kita bisa menemukannya!" _
Bill kelihatannya seperti sangat tertarik mendengarnya. Diambilnya buku yang
dipegang Dinah. "Ini buku tentang rumah ini?" tanyanya. Dinah mengangguk.
"Ya di situ tertera lorong yang kami temukan waktu itu," katanya. "Dan kurasa
"lorong yang satu lagi juga ada di situ. Cuma sayangnya, kami tidak memahami arti
peta-peta serta tulisan kuno yang ada di situ."
"Tapi aku bisa," kata Bill. Setelah itu perhatiannya tercurah sepenuhnya dalam
buku itu. Halaman demi halaman diperhatikannya dengan tekun. Beberapa di
antaranya dilewati dengan cepat. Ia mencari-cari keterangan mengenai lorong yang
menuju ke Pulau Suram. Sekonyong-konyong Bill nampak bersemangat, lalu membalik satu atau dua halaman
dengan cepat. Mula-mula diperhatikannya sebuah peta yang kelihatan aneh. Setelah
itu satu lagi. Lalu ia mengajukan pertanyaan yang aneh.
"Berapa dalamnya sumur kalian di sini?"
"Sumur?" Philip tercengang. "Wah, dalam sekali! Kurasa sama dalamnya kayak liang
masuk ke dalam tambang di pulau itu. Pokoknya menjorok ke bawah sampai lebih
rendah daripada permukaan laut. Tapi airnya tidak asin."
"Coba dengar sebentar," kata Bill, lalu membacakan beberapa patah kata pada
anak-anak. Setelah itu ia memperhatikan peta berikut, yang menampakkan sebuah
liang dalam, jauh ke dalam tanah.
"Kalian lihat ini?" kata Bill lagi. "Awal lorong ke pulau letaknya di dasar
sumur rumah ini. Kalau kupikir-pikir, sebenarnya memang masuk akal. Soalnya,
untuk menyusur di bawah dasar laut menuju ke tambang-tambang di pulau, jalan
masuknya harus terletak lebih rendah dari dasar laut. Sedang satu satunya tempat"di sini yang letaknya begitu tentu saja dasar. sumur!"
?"Astaga!" seru Philip, Dinah dan Lucy-Ann serempak. Sumur! Tidak sampai ke situ
pikiran mereka. Benar-benar luar biasa!
"Tapi di dasar sumur kan ada air," kata Philip kemudian. "Masa untuk masuk,
"kita harus lewat air."
"Bukan begitu lihatlah," kata Bill Smugs sambil menuding peta. "Tempat masuk
"ke lorong itu letaknya di atas permukaan air sumur. Ini lihatlah! Kurasa ini
"gambar anak tangga yang ditatah di tempat itu. Bentuknya agak menanjak, lalu
memasuki lorong dalam batu cadas. Kurasa asal mulanya celah yang memang sudah
ada di situ. Di daerah pesisir ini kan banyak sekali celah celah semacam itu.
"Kemudian ada yang menemukannya secara kebetulan, lalu dijadikan lorong yang bisa
dilewati dengan jalan menggali tau meledakkannya supaya menjadi lebih lebar."
"O, begitu," kata Philip bersemangat. "Kurasa lubang yang ada di bawah itu
ditemukan orang ketika sumur di tempat ini dibuat pada jaman dulu. Lubang itu
lalu diperiksa, dan ternyata merupakan lorong alam. Karenanya diperlebar,
sehingga bisa dilewati. Bill, bisakah kita memeriksanya ke bawah?"
"Jangan sekarang tengah malam begini,"jawab Bill dengan segera. "Petualangan
"kalian hari ini sudah lebih dari cukup. Kalian juga perlu tidur!"
"Tapi tapi bagaimana dengan Jack?" tanya Lucy-Ann. Matanya terbelalak,
" "karena cemas.
"Malam ini kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi,"kata Bill dengan tegas tapi
ramah. "Lagi pula kalau ia tertangkap, apa boleh buat ia tertangkap! Tapi
"kalau belum, mungkin besok kita bisa berbuat sesuatu untuk menolongnya. Tapi
malam ini kita tidak masuk ke dalam sumur, habis perkara! Philip malam ini aku
tidur denganmu di kamar menara."
Philip senang sekali mendengarnya. Malam itu ia tidak ingin tidur sendiri. Dinah
dan Lucy-Ann disuruh cepat tidur, walau mereka masih mencoba membantah. Setelah
itu Bill ikut dengan Philip, naik ke kamar di menara. Di situ Philip menunjukkan
jendela, dari mana pulau kadang-kadang bisa kelihatan.
Kemudian Philip duduk di tepi tempat tidurnya. Maksudnya hendak membuka sepatu.
Tapi ia sudah begitu capek. Bahkan membuka tali sepatu pun, ia sudah tidak mampu
lagi. Ia terguling di tempat tidur. Matanya terpejam, dan Philip langsung pulas
tanpa sempat menukar pakaiannya lagi.
Bill memandangnya sambil tersenyum. Diselimutinya Philip, lalu ia pergi ke
jendela dan duduk di situ. Bill berpikir pikir, sambil mengisap rokok Besok akan
"diketahui, apakah masih ada atau tidak lorong bawah tanah dari Craggy-Tops
menuju ke Pulau Suram. Menurut perasaan Bill saat itu, tak mungkin lorong itu
masih ada. Betul, lorong tersembunyi yang ditemukan anak-anak memang masih utuh!
Tapi lorong itu pendek sekali, apabila dibandingkan dengan lorong yang di bawah
dasar laut. Kecuali itu selama berabad-abad laut selalu menghempas ke batu yang
ada di atas lorong itu. Kalau batu dasar itu retak sedikit saja, sehingga air
bisa menetes masuk ke dalam dalam beberapa minggu saja lorong itu pasti sudah
" penuh air. Jadi tidak bisa dilewati lagi!
Akhirnya Bill merebahkan diri di kasur, di sebelah Philip yang sudah lama pulas.
Akhirnya Bill juga tertidur. Keesokan paginya ia dibangunkan oleh Philip. Anak
itu mengguncang-guncang tubuhnya.
"Bill! Sudah pagi! Yuk, kita sarapan dan setelah itu mencari jalan masuk ke "lorong di dalam sumur. Cepatlah!"
Tak lama kemudian mereka sudah berada di tingkat bawah. Dinah dan Lucy-Ann
sedang sibuk menyiapkan sarapan.
"Mana Jo-Jo?" tanya Philip. Ia heran, karena pembantu Bibi Polly itu tidak
kelihatan. "Belum pulang dari memancing," kata Dinah, sambil menyerok telur mata sapi dari
penggorengan. Cekatan sekali geraknya. "Ini untuk Anda, Bill.Untung Jo-Jo belum
kembali sekarang! Kalau sudah, pasti ia heran melihat Bill di sini. la akan
langsung merasa curiga."
"Tapi mungkin sebentar lagi ia pulang," kata Lucy-Ann. "Jadi cepatlah sedikit,
sebelum dia. datang. Tak enak rasanya membayangkan dia berdiri dengan mata
melotot di atas sumur, sementara kita sedang melihat-lihat di dalamnya."
Mereka lantas cepat-cepat sarapan. Sebelumnya Dinah sudah mengantarkan sarapan
untuk Bibi Polly ke kamar tidur, dan untuk Paman Jocelyn ke kamar kerjanya. Kata
Dinah, Bibi Polly sudah merasa agak enak badannya, dan nanti mungkin akan turun.
Sedang mengenai Paman Jocelyn menurut perasaannya Paman sama sekali tidak
"tidur semalaman. "Kurasa ia sepanjang malam sibuk terus," kata Dinah. "Nah semua sudah selesai"
"Nanti saja mencuci piring, apabila kita sudah kembali."
Mereka beramai-ramai pergi ke pekarangan sempit yang terdapat di belakang rumah,
berbatas an dengan dinding tebing yang terjal. Bill menjulurkan tubuh di tepi
sumur, memandang ke bawah. Sumur itu kelihatannya memang sangat dalam.
"Apakah kita akan turun dengan timba?" tanya Philip.
"Bisa saja, apabila timbanya cukup besar, jawab Dinah. "Tapi dengan yang ini
" "mustahil. Untuk Lucy-Ann saja sudah terlalu kecil."
"Nanti dulu," kata Bill, sambil mengeluarkan senternya yang besar dari
kantongnya. "Kalau lubang sumur ini satu-satunya jalan menuju ke lorong yang ada
di bawah, maka mestinya di pinggirnya harus ada tangga. Tak bisa kubayang-kan
orang jaman dulu naik turun dengan timba."
"Tapi di situ tidak ada tangga," kata Philip. "Kalau ada, kan sudah dari dulu
"kulihat." Bill menyorotkan senternya ke dalam sumur, lalu memeriksa sisinya dengan
teliti. "Coba lihat itu," katanya pada Philip, "memang betul, di sini tidak ada anak
tangga tapi kaulihat kokot besi yang mencuat di pinggir sumur itu"
"Nah, itulah yang dipakai orang jaman dulu apabila hendak menuruni lubang ini.
Kokot itu dipakai sebagai ganti tangga! Sementara kaki menginjak kokot yang di
sebelah bawah, tangan memegang yang ada di atas. Lalu kaki diraba-rabakan,
mencari kokot bawah yang berikut. Dan begitu seterusnya."
"Ya, betul," kata Philip bersemangat. "Anda Betul! Begitulah cara orang turun
pada jaman dulu. Pasti waktu di sekitar sini sering terjadi peperangan, banyak
pelarian yang memakai sumur ini sebagai tempat bersembunyi walau mungkin
" mereka tidak tahu bahwa di bawah ada jalan masuk ke lorong rahasia. Yuk, Bill,
kita turun! Aku kepingin berangkat sekarang juga!"
"Ya, kurasa memang sudah waktunya," kata Bill. "Aku dulu. Dinah, tolong
lihatkan, kalau Jo-Jo datang dengan tiba-tiba."
Bab 24 DI BAWAH DASAR LAUT Bill tidak bisa mencapai kokot besi yang paling atas. Jadi Philip harus
mengambil tali dulu. Tali itu diikatkan pada tonggak sumur. Setelah itu Bill
meluncur turun sambil berpegangan pada tali, sampai kakinya menjejak kokot yang
paling atas. "Beres," katanya. "Kalau sudah siap langsung menyusul, Philip! Tapi biar aku
turun sampai beberapa jenjang dulu! Dan hati hati, jangan sampai terpeleset.?"Dinah dan Lucy-Ann tidak diizinkan ikut. Dan mereka sendiri pun ngeri,
membayangkan harus menuruni lubang sumur yang dingin dan curam itu, dengan hanya
bertopang pada kokot-kokot besi yang tidak bisa dibilang aman. Mereka memandang
Bill dan Philip menghilang ke dalam lubang sumur, lalu bergidik.
"Tidak enak rasanya ditinggal, tapi bagiku lebih tidak enak lagi kalau ikut
turun ke situ," kata Dinah.
"Yuk Bill dan Philip sudah tidak kelihatan lagi sekarang! Lebih baik kita
"kembali ke dapur, dan menyelesaikan pekerjaan di situ. Wah lama sekali Jo-Jo
"pergi!" "
Kedua anak itu kembali ke dapur, sambil membayangkan Philip dan Bill yang saat
itu sedang turun ke dasar sumur. Keduanya memanjat ke bawah dengan pelan, tapi
pasti. Kokot-kokot rupanya tertancap teguh ke dinding sumur.
Menuruni lubang sumur itu sangat melelahkan. Bill dan Philip pasti akan
kewalahan, apabila pada beberapa tempat di dinding sumur tidak ada tempat
beristirahat. Bill mula-mulanya tidak mengetahui guna tempat tempat itu, ketika
"untuk pertama kali menemuinya. Tempat itu merupakan rongga dalam dinding sumur,
cukup untuk berjongkok di dalamnya. Mula-mula Bill menyangka rongga itu jalan
masuk ke lorong. Ia agak heran, kenapa begitu cepat dicapai. Tapi kemudian
disadarinya kegunaan rongga itu, lalu ia beristirahat di situ sebentar. Setelah
itu melanjutkan penurunan lagi, sementara Philip yang berganti istirahat
sebentar dalam rongga. Rasanya lama sekali mereka menurun terus. Dan dalam kenyataannya, diperlukan
waktu hampir sejam untuk itu. Mereka sempat beristirahat sebentar-sebentar dalam
beberapa rongga yang dibuat untuk keperluan. Tapi walau begitu, akhirnya mereka
sudah capek sekali. Kemudian sorotan senter yang diselipkan ke pinggang Bill,
menerangi permukaan air yang gelap. Mereka sudah sampai di dasar sumur.
"Kita sudah sampai! seru Bill pada Philip. "Sekarang aku mencari lubang masuk
"ke lorong." Lubang itu ditemukan dengan mudah. Pada dinding sumur terdapat sebuah lubang
bundar yang menganga, kelihatannya seperti lubang terowongan sempit. Dengan
segera Bill masuk ke dalam lubang itu. Tempat itu gelap dan licin. Baunya tidak
enak. "Aneh, udara di sini masih segar," pikir Bill. "Tapi memang, ketika menurun tadi
kurasakan ada arus udara. Jadi rupanya terdapat aliran udara dalam lorong."
Ditunggunya sampai Philip sudah sampai di situ. Kemudian mereka mulai menyusur
jalan yang paling luar biasa, yaitu lorong di bawah dasar laut!
Mulanya lorong itu sempit dan bertahap-tahap menuju agak ke atas. Keduanya
terpaksa maju sambil membungkuk sedikit. Tapi setelah agak jauh masuk, lorong
itu menjadi lebih lebar dan tinggi. Lantai dan dindingnya masih tetap licin dan
berbau busuk. Tapi sementara itu Bill dan Philip sudah terbiasa.
Setelah beberapa saat mereka mulai menurun. Lorong yang dilewati condong ke
bawah kadang-kadang agak terjal. Di tempat-tempat yang paling miring lantai "dibuat bertangga-tangga, rupanya supaya orang yang lewat di situ jangan sampai
terlalu sering terjatuh. Tapi licinnya bukan main! Bahkan kambing gunung pun,
kalau lewat di situ pasti terpeleset. Bill langsung jatuh berdebam, disusul oleh
Philip. "Singkirkan kakimu dari tengkukku," kata Bill, sambil berusaha bangkit kembali.
"Aduh, benar-benar payah lewat di sini!"
Tapi mereka berjalan terus. Akhirnya lorong itu tidak menurun lagi. Arahnya
mendatar, di segala sisi dikelilingi batu cadas. Di tempat itu sama sekali tidak
kelihatan tanah, pasir maupun kapur. Di mana-mana, yang ada cuma batu-batu
belaka berwarna hitam legam. Di beberapa tempat nampak kilauan aneh.
Pada beberapa tempat lorong menyempit, nyaris tidak bisa dilalui.
"Untung kita berdua tidak gendut," kata Philip. Ditariknya perut ke dalam,
supaya bisa lewat. "Wah, sempitnya bukan main! Mungkinkah batu di sini yang
lama-kelamaan merapat atau lorong ini memang sudah selalu sempit begini,
"Bill?" "Kurasa sudah selalu begini," jawab Bill. "Ini celah alam pada dasar laut.
Menakjubkan! Tapi aku pernah mendengar, di tempat-tempat lain juga ada celah
semacam begini. Dan di pesisir sini banyak celah semacam begini."
Hawa dalam lorong itu panas. Di sana sini agak pengap. Napas Bill dan Philip
agak tersengal-sengal ketika lewat di situ. Tapi mereka terus berjalan,
diterangi cahaya senter yang menyinari dinding lorong yang hitam berlumut Philip
mulai merasa seakan-akan bermimpi. Dikatakannya perasaan itu pada Bill.
"Kau tidak bermimpi," jawab Bill dengan nada menenangkan. "Kita memang sedang
berada di tempat yang aneh tapi benar benar ada, bukan mimpi. Mau kucubit,
" "supaya yakin bahwa kau tidak mimpi"
?"Cubitlah," kata Philip. Ia mulai merasa agak aneh, setelah begitu lama berada
dalam lorong sempit dan gelap itu. Bill mencubitnya. Tapi tidak pelan-pelan!
Philip terpekik kesakitan.
"Aduh!" katanya. "Betul, aku tidak sedang mimpi. Tak mungkin bisa mimpi dicubit
sekeras itu." Tiba-tiba Bill merasa seperti ada sesuatu yang lari dekat kakinya. la terkejut,
lalu memandang ke bawah. Sorotan senter juga diarahkan ke situ. Bill tertegun,
karena melihat seekor tikus kecil di dekat kakinya. Tikus itu memandangnya.
"Eh, coba lihat," katanya pada Philip. "Ada tikus! Ada tikus di sini! Luar
biasa. Makan apa dia di sini" Tak bisa kubayangkan ada hewan hidup dalam lorong
bawah laut." Philip tertawa geli. Ah, itu kan Woffly tikus piaraanku! Rupanya ia keluar dari lengan bajuku
" "lalu melompat ke bawah."
"Kalau begitu sebaiknya ia cepat-cepat lagi masuk ke dalam lengan bajumu, kalau
masih ingin hidup terus," kata Bill. "Tak ada binatang yang bisa tahan hidup
lama di sini." "Nanti kan dia kembali lagi sendiri," kata Philip. "Woffly belum pernah pergi
lama-lama." Dalam perjalanan itu Bill dan Philip beristirahat dua atau tiga kali. Perjalanan
itu lama dan melelahkan. Selama beberapa waktu lorong lurus saja, tapi tahu-tahu
berkelok-kelok sebentar. Lalu lurus lagi. Philip mulai berpikir-pikir, masih
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berapa lama lagi senternya tahan menyala. Tiba tiba timbul rasa ngeri, "membayangkan akan berada dalam lorong gelap, tanpa cahaya sama sekali.
Bagaimana jika senter Bill juga padam nanti" Tapi Bill menenangkannya.
"Aku membawa baterai cadangan," katanya, "jadi kau tak usah khawatir kita
"takkan apa-apa di sini. O ya aku jadi teringat lagi. Aku tadi membawa bekal
"permen. Kurasa perjalanan ini akan lebih ringan rasanya, apabila kita mengulum
permen sambil berjalan."
Mereka berhenti sebentar, sementara Bill Smugs mencari-cari dalam kantong.
Ternyata katanya tadi benar! Langkah terasa menjadi agak ringan, apabila
berjalan sambil mengulum permen.
"Sudah berapa jauh perjalanan kita sampai sekarang?" tanya Philip. "Mungkin
setengah jalan?" "Aku tidak tahu," kata Bill. Tiba-tiba ia berseru kaget. "He apa ini?"
"Ia berhenti berjalan. Senter disorotkannya ke depan. Lorong kelihatannya
seperti tersumbat di situ.
"Aduh kelihatannya langit-langit lorong runtuh di sini," kata Bill. "Kalau
"betul begitu, payah! Kita tidak bisa terus, karena tidak membawa apa-apa untuk
menyingkirkan reruntuhan itu, untuk melihat apakah kita bisa terus atau tidak."
Tapi nasib mereka sedang mujur. Ternyata tidak banyak batu yang runtuh dari
atas. Ada satu yang agak besar, tapi jatuhnya di samping. Mereka berhasil lewat
di sampingnya. . "He," kata Philip, setelah berjalan lagi agak lama, "Anda perhatikan tidak
"batu di sini sudah lain warnanya, Bill! Sudah tidak hitam lagi kayak tadi, tapi
kemerah-merahan. Bagaimana, apakah itu berarti bahwa kita sudah mendekati
tambang tembaga?" "Ya, kurasa memang begitu," kata Bill. "Kalau betul begitu, kita bisa berharap
lagi. Entah sudah berapa jam kita berjalan sampai sekarang rasanya kayak sudah
"beratus-ratus tapi kurasa sudah waktunya kita menghampiri pulau sialan itu."
?"Untung kita tadi cukup banyak makan sewaktu sarapan," kata Philip. "Tapi
sekarang aku mulai merasa lapar lagi! Coba kita tadi membawa bekal!"
"Aku banyak membawa coklat," kata Bill. "Nanti kuberi beberapa potong kalau
"belum lumer tentunya! Aku takkan heran kalau lumer, karena hawa di bawah sini
panasnya bukan main."
Coklat itu memang menjadi sangat empuk, tapi belum sampai lumer. Philip ternyata
sudah sangat lapar. Begitu Bill memberikan beberapa potong padanya, dengan
segera ia memakannya dengan lahap. Hm enak! Setelah itu mereka meneruskan
"langkah, menyusur lorong berdinding licin berlumut Di sana sini nampak kilatan
warna tembaga yang kemerah-merahan. Mereka bernya-tanya dalam hati, masih berapa
jauh lagi mereka harus berjalan sebelum sampai di tempat tujuan.
"Kau kebetulan membawa peta tambang?" kata Bill dengan tiba-tiba. "Aku tadi lupa
menyuruhmu membawanya. Sebentar lagi pasti akan kita perlukan."
"Ya ada dalam kantongku," kata Philip. "He di depan lorong ini melebar!"
" "Betullah tiba-tiba lorong itu berakhir pada suatu rongga yang lapang. Rupanya
" itu ujung tambang. Di situ mungkin tembaga yang ditambang dulu habis, pikir
Philip. Wah bukan main besarnya kalau begitu tambang pada jaman dulu itu, dan "betapa kayanya!
"Nah akhirnya kita sampai juga," kata Bill dengan suara pelan. "Ingat, mulai
"dari sekarang jangan ribut-ribut, Philip. Kita harus berusaha menemukan Jack,
tanpa ketahuan orang-orang di sini."
Philip merasa heran. "Kenapa kita tidak mendatangi teman teman Anda yang ada di sini, lalu menanyakan
"pada mereka di mana si Bintik berada?" katanya. "Kenapa harus sembunyi-
sembunyi" Aku tidak mengerti!"
"Pokoknya aku punya alasan untuk berbuat begitu," kata Bill. "Harap kauturuti,
Philip biarpun kau tidak bisa mengerti. Sekarang mana peta itu?"
"Philip mengambil benda yang diminta dari kantongnya, lalu diserahkan pada Bill.
Bill membentangkannya di batu yang datar sisi atasnya. Lalu dipelajarinya peta
itu dengan seksama, diterangi cahaya senter. Kemudian ia menuding suatu tempat.
"Kita sekarang ada di sini," katanya. "Ini di ujung lorong tambang. Kurasa
"bagian yang ini merupakan awal lorong di bawah dasar laut tapi aku tidak begitu
"yakin mengenainya. Coba ceritakan sekarang jalan mana dari sekian banyak
"lorong ini yang kalian ambil sewaktu masuk kemari waktu itu?"
"Yah ini dia liang utama yang kami masuki," kata Philip, sambil menuding
"gambar dalam peta. "Dan ini lorong utama yang kami lewati setelah itu dan ini
"gua yang disinari cahaya terang- benderang. Lalu di sekitar sini kami mendengar
bunyi berisik orang-orang yang sedang bekerja."
"Bagus," kata Bill dengan nada puas. "Sekarang aku sudah tahu, kita harus menuju
ke mana. Yuk, kita terus tapi berjalan sepelan mungkin! Kita menuju ke lorong
"utama dulu. Lalu kita lihat, apakah Jack ada di sekitar situ. Atau kalau tidak
"mungkin mendengarnya."
Dengan hati-hati sekali mereka menyelinap, menuju lorong utama yang banyak
cabang- cabangnya. Bill menutupi bagian depan senternya dengan tangan, supaya
sinarnya tidak terlalu terang. Mereka belum sampai ke depan gua, di mana anak-
anak waktu itu mendengar bunyi-bunyi berisik serta melihat cahaya terang-
benderang. Tapi Philip tahu, pada suatu ketika mereka akan sampai juga ke situ.
"Ssst!" desis Bill dengan tiba-tiba. Ia berhenti berjalan. Philip kaget. Bill
begitu tiba-tiba berhenti, sehingga tertubruk olehnya. "Aku mendengar sesuatu,
"bisik Bill. "Kedengarannya kayak langkah orang berjalan."
Keduanya berhenti sambil menajamkan pendengaran. Seram rasanya berdiri dalam
gelap sementara terdengar bunyi dentaman air laut yang tak henti-hentinya
bergerak menghantam dasar batu di atas kepala. Tapi selain itu, Philip merasa
seperti mendengar bunyi lain. Seperti ada kerikil tertendang orang yang sedang
berjalan. Setelah itu sunyi. Karenanya Bill dan Philip lantas meneruskan langkah lagi,
sampai kembali merasa mendengar bunyi sesuatu sekarang dekat dengan tempat
"mereka berhenti. Dan Bill yakin mendengar napas orang di dekat mereka. Bill
menahan napas, supaya bisa mendengar lebih jelas.
Tapi rupanya orang itu juga menahan napas, karena Bill tidak bisa mendengar apa-
apa lagi. Hih seram rasanya saat itu! Bill memutuskan untuk melanjutkan
"perjalanan. Tiba-tiba mereka sampai di suatu tikungan. Bill menggapai gapai, karena senter
" sudah dipadamkan sejak tadi, begitu terdengar bunyi yang tak dikenal. Dan pada
saat Bill sedang menggapai-gapai ke dinding lorong, saat itu pula ada tangan
yang menggapai gapai dari arah berlawanan."Sebelum Philip tahu apa yang terjadi, tahu tahu didengarnya seseorang berseru.
"Dirasakannya Bill bergulat dengan orang lain di depannya. Aduh apa lagi yang
"terjadi sekarang"
Bab 25 PENEMUAN YANG MENGHERANKAN
Sekarang - apakah yang terjadi dengan Jack dan Kiki selama itu" Ternyata banyak
sekali. Dan pengalamannya itu ada yang sangat mengherankan. Nyaris tak bisa
dipercaya, karena begitu luar biasa!
"Jack tidak tahu bahwa Philip, Dinah dan Lucy-Ann berhasil melarikan diri. Ia
bahkan sama sekali tidak mengetahui bahwa sebelumnya ketiga anak itu tertangkap.
Jack pergi menyusul kakaktuanya yang lain, dan kemudian ia tersesat Beberapa jam
kemudian kedua laki-laki yang sedang mengejar anak-anak yang minggat mendengar
suara Kiki berteriak-teriak lalu mengejar. Tapi kedua laki-laki itu memasuki
lorong yang keliru, jadi tidak menemukan Jack.
Setelah itu Jack masih berkeliaran terus bersama Kiki. Lorong demi lorong
dimasukinya. makin lama ia semakin jauh masuk ke bagian tambang yang lebih tua.
Ia sudah ketakutan saja, jangan-jangan baterai senternya menjadi kosong. Ia juga
mengkhawatirkan langit-langit lorong yang mungkin runtuh lalu menimpanya. Macam-
macam yang ditakutinya saat itu.
"Jangan-jangan aku akan tersesat untuk selama-lamanya di sini," pikir Jack.
"Jangan-jangan aku sekarang sudah jauh sekali dari lorong utama."
Tahu-tahu ia sampai ke suatu bagian lorong, yang di sebelah atasnya ada lubang.
"Tentu saja ini pasti salah satu dari sekian banyak liang yang ada di
"pertambangan ini," pikirnya. Jantungnya berdebar keras. "Untunglah kini aku
"bisa memanjat ke atas, lalu keluar lagi ke alam bebas."
Tapi tidak ada jalan baginya untuk memanjat ke dalam liang itu. Kalau dulu di
situ mungkin ada tangga atau tali untuk memanjat ke atas barang itu sudah
"tidak ada lagi sekarang. Mungkin sudah lapuk, lalu hancur dengan sendirinya!
Pokoknya, Jack tidak bisa naik ke dalam liang itu.
Tidak enak rasanya berdiri di bawah liang, mengetahui bahwa kebebasan, cahaya
matahari dan udara segar ada jauh di atas tapi kesemuanya itu tidak bisa
"dicapai, karena tidak ada jalan untuk menuju ke tempat itu.
"Kalau aku ini anak perempuan, pasti sudah sedari tadi aku menangis," kata Jack.
Matanya terasa pedih dan basah. Rasanya ada air mata menggenang di situ. "Tapi
aku laki laki! Aku harus tabah."
"Dipaksakannya dirinya tersenyum, sementara Kiki mendengarkan kata-katanya sambil
memiringkan kepala. "Jerangkan air," kata burung itu dengan nada menghibur. Kini Jack benar-benar
nyengir, mendengar ocehan kakaktua kesayangannya.
"Kau memang konyol," kata Jack sayang. "Tapi apa yang harus kita lakukan
"sekarang" Menurut perasaanku kita selama ini berjalan bolak-balik lewat lorong
yang itu-itu juga. Tapi nanti dulu! Liang-liang yang ke atas ini semuanya kan
terletak di Pulau Suram! Kalau begitu rupanya aku tadi berjalan kembali, karena
sebelumnya aku kan sudah sampai di bawah. dasar laut, bersama anak anak yang
"lain. Dan sepanjang ingatanku, semua liang yang ada di sini dihubungkan oleh
sebuah lorong yang bisa dibilang lurus. Kalau begitu sebaiknya kuikuti saja
lorong ini. Siapa tahu, nanti mungkin bisa sampai ke liang utama. Kalau bisa
sampai ke situ, aku akan bisa ke atasi"
Jack mullai menyusur lorong. Tapi akhirnya sampai pada suatu bagian yang
tersumbat Rintangan itu tidak bisa dilewati. Jadi ia terpaksa kembali lagi, lalu
mengambil jalan lain. Tapi lewat situ pun, akhirnya terhalang reruntuhan langit-
langit. Ia semakin putus asa. Kiki bosan mondar-mandir terus di tempat yang
selalu gelap. Ia menirukan bunyi orang menguap.
"Tutup mulut dengan tangan," katanya memarahi diri sendiri. "Sudah berapa kali
kukatakan tutup pintu! God save the Queen!?"Wah sekarang aku juga ketularan mengantuk," kata Jack, lalu duduk. "Kita
"istirahat sebentar ya, Kiki" Aku sudah capek sekali."
Jack menyandarkan punggungnya ke dinding lorong, lalu memejamkan mata. Tahu-tahu
sudah tertidur. Sekitar dua jam ia pulas di situ. Ketika bangun lagi, mula mula
"ia tidak tahu di mana ia berada. Tapi begitu teringat lagi, langsung timbul rasa
ngeri. Ia buru-buru berdiri, sementara Kiki masih selalu bertengger di
pundaknya. "Jangan panik," katanya menasihati diri sendiri. "Jalan terus nanti kan dengan
"sendirinya tiba di salah satu tempat"
Ketika ia sedang berjalan itulah, Kiki mendengar suara Jake dan Olly berteriak-
teriak mengejar anak-anak yang minggat, Dengan segera Kiki ikut berteriak-teriak
pula. Tapi Jack tidak mendengar apa-apa. la membelok masuk ke dalam suatu lorong
samping, beberapa saat sebelum kedua .laki-laki yang mengejar lewat dalam lorong
semula. Jack tidak tahu bahwa saat itu ia sudah dekat sekali ke liang utama.
Tapi tidak lama kemudian ia sampai di lorong utama. Ia tertegun.
"Mungkinkah ini lorong utama yang nampak dalam peta?" pikirnya. "Mungkin saja!
Coba aku membawa senter yang lebih terang! Mudah-mudahan saja yang ini tidak
padam karena baterainya kosong. Nyalanya sudah tidak seterang tadi lagi." .
Jack menyusur lorong itu. Setelah beberapa lama berjalan, dilihatnya di depan
ada semacam tangga yang ditatah pada dasar batu, mengarah ke atas. Karena ingin
tahu, didakinya tangga itu.
Ternyata ia sampai di lorong lain, yang nampaknya menuju ke bekas tempat
penggalian pula. Saat itu Jack tersandung, lalu jatuh membentur dinding lorong.
Sesuatu yang rasanya seperti bongkah batu terlepas lalu jatuh ke dasar lorong.
Jack menyorotkan senter untuk melihat dari mana benda itu jatuh. la sudah
khawatir saja, jangan-jangan langit-langit yang runtuh.
Tapi ternyata bukan. Cahaya senternya menerangi sesuatu berwarna kemerah-
merahan. Rupanya batu besar, pikir Jack. Tapi kemudian disadarinya bahwa yang
dilihatnya itu bukan batu. Mestinya - ya, pasti itu bijih tembaga yang besar
"sekali! Aduh, bukan main bagusnya! Kuatkah ia mengangkat bijih tembaga itu"
Jack mengorek bijih itu dari tempatnya dengan tangan gemetar. Bijih itu terselip
dalam suatu celah di batu. Mungkinkah ada yang sengaja menyembunyikannya di
situ, dulu" Atau ditaruh Oleh salah seorang yang mengerjakan tambang itu lagi
sekarang" Atau mungkin memang dari semula sudah ada di situ" Jack tidak tahu.
Bijih tembaga itu berat. Tapi Jack masih mampu menggendongnya. Bijih tembaga!
Berulang kali Jack menyebutkan kata kata itu pada dirinya sendiri. Rasanya
"hampir seperti menemukan burung auk besar. Memang tidak sebegitu menggairahkan -
tapi hampir sama! Apa kata anak-anak nanti, kalau bisa melihatnya"
Jack semakin berusaha keras untuk menghindari kemungkinan ketahuan. Kalau para
pekerja yang ada di situ menjumpainya, jangan jangan mereka akan merampas bijih
"tembaga itu dari tangannya. Kini Jack terpaksa menyelipkan senter ke
pinggangnya, karena kedua tangannya sudah dipakai untuk menggendong bijih
tembaga yang berat. Repot rasanya berjalan, karena senter menyinar ke bawah, dan
tidak lagi ke depan seperti sebelumnya.
Tiba-tiba Jack berhenti melangkah. Didengar-nya bunyi samar di kejauhan.
"Kurasa aku sedang menuju ke bunyi berisik yang pernah kudengar bersama Philip
serta anak-anak yang lain, yang datangnya dari tempat orang-orang yang bekerja.
Mungkin saat ini aku juga sudah berada di dekat anak-anak itu."
Jack maju lagi, tapi kini semakin berhati-hati. Ia menyusur lorong, yang tahu-
tahu menikung dan tahu-tahu ia sudah berdiri di ambang gua lapang yang terang-"benderang. Ketika pertama kali sampai di situ, gua itu kosong. Tapi kini ada
beberapa orang di situ. Mereka sibuk membongkar isi peti dan kotak-kotak yang
waktu itu pun sudah ada di situ. Jack memperhatikan dan tempat terlindung. la
ingin tahu, apa isi peti-peti itu.
"Aku sekarang sudah kembali dalam lorong, di mana Kiki kaget lalu terbang dan
aku menyusul-nya," pikir Jack. "Aku ingin tahu, apa yang kemudian terjadi dengan
anak-anak yang lain. Ah, enak rasanya bisa melihat cahaya terang lagi.
Sebaiknya aku bersembunyi saja di balik batu yang mencuat ini, supaya tidak
ketahuan." Kiki membisu. Burung itu ketakutan melihat cahaya terang, setelah begitu lama
berkeliaran dalam gelap. Ia tetap bertengger di pundak Jack, sambil
memperhatikan. Isi kotak-kotak serta peti-peti itu ternyata makanan dalam kaleng. Jack
merasakan perutnya yang sudah lapar sekali, ketika melihat makanan sebegitu
banyak. Ia memang sudah lama tidak makan sedikit pun. Sementara itu orang-orang
yang berada dalam gua membuka beberapa kaleng. Isinya dituangkan ke
piring piring kaleng, lalu mereka makan sambil mengobrol sesama mereka. Tapi
"Jack tidak bisa menangkap obrolan mereka. Perutnya terasa begitu lapar, sehingga
nyaris saja ia menghampiri orang-orang itu untuk meminta sedikit.
Tapi orang-orang itu tidak memberi kesan ramah. Mereka hanya memakai celana
panjang. Tubuh sebelah atas dibiarkan telanjang. Hawa dalam tambang panas
sekali. Tak tahan apabila mengenakan pakaian yang macam-macam. Jack sendiri pun
ingin bisa cuma memakai celana pendek saja. Tapi tanpa baju, pasti cengkeraman
kuku Kiki di pundaknya akan terasa sakit sekali.
Orang-orang itu selesai makan, lalu pergi memasuki lorong yang terdapat di ujung
gua. Di tempat itu tidak ada siapa siapa lagi, sementara di kejauhan terdengar
"kembali bunyi berisik orang-orang bekerja. Rupanya orang-orang tadi sudah mulai
sibuk lagi. Jack menyelinap masuk ke gua yang terang benderang itu. Sesampai di situ
"dilihatnya bahwa cahaya terang itu berasal dari tiga buah lampu yang
digantungkan di langit-langit. Jack menghampiri kaleng-kaleng yang sudah dibuka,
lalu melihat isinya. Ternyata dalam salah satu kaleng masih tersisa daging,
sedang dalam kaleng lain nampak beberapa potong nenas. Jack melahap makanan itu
dengan cepat Menurut perasaannya saat itu, belum pernah ia memakan makanan
senikmat sisa-sisa itu. Selesai makan, Jack memutuskan untuk masuk ke dalam lorong, di mana dilihatnya
orang-orang tadi pergi. la ingin melihat cara bekerja dalam tambang tembaga.
Alat apakah yang dipakai" Mungkin beliung" Atau apakah tembaga yang ada dalam
batu harus diledakkan .supaya terlepas" Apakah yang sedang dikerjakan orang-
orang itu, sehingga suaranya begitu berisik" Yang terdengar seperti mesin besar
yang sedang bekerja. Jack menyelinap terus dalam lorong itu.
Tahu-tahu ia sampai di tepi gua lain. la tertegun, ketika melihat apa yang ada
di situ. Dalam gua itu nampak sekitar sepuluh sampai dua belas orang, sibuk
melayani mesin-mesin yang menimbulkan bunyi berisik. Gema bunyinya memenuhi
ruangan bawah tanah itu. Mesin-mesin itu digerakkan sebuah motor, yang juga
menimbulkan bunyi berisik.
"Mesin-mesin aneh!" pikir Jack, sambil memperhatikan dengan heran. "Bagaimana
caranya memasukkan benda-benda besar itu ke dalam tambang ini" Ah mungkin "dibawa sepotong-sepotong, dan kemudian baru dipasang di sini. Bukan main
sibuknya!" Jack memperhatikan terus apakah orang-orang itu sedang menghasilkan logam
tembaga dengan mesin mesin itu" la tahu, berbagai jenis logam harus dipanggang,
"dilebur atau diolah dulu bijihnya, untuk memperoleh logam mumi. Menurut
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perasaannya, itulah yang sedang dilakukan orang-orang di dalam gua itu. Jadi
jelas bahwa dalam tambang itu tembaga tidak biasa ditemukan berbentuk bijih
logam mumi, seperti yang digendong Jack saat itu.
Salah seorang pekerja mengusap keningnya yang berkeringat, lalu menuju ke tempat
di mana Jack sedang bersembunyi. Anak itu cepat cepat lari memasuki sebuah
"rongga sempit, menunggu orang itu lewat. Kemudian orang itu kembali lagi,
membawa mangkuk berisi air minum. Jack bersandar pada sisi belakang rongga.
Disangkanya itu dinding batu. Tapi tahu tahu dinding itu terdorong ke
" " "belakang, sehingga Jack terjerembab. Ia menyorotkan senternya ke situ. Ternyata
yang disangkanya dinding itu sebetulnya pintu kayu yang kokoh. Dan di balik
pintu ada sebuah bilik kecil. Kelihatannya seperti tempat Philip, Dinah dan
Lucy-Ann disekap. Tiba-tiba terdengar langkah orang mendekat. Jack cepat-cepat masuk ke dalam
bilik itu, lalu menutup pintunya. Tapi ternyata orang yang datang itu cuma
lewat. Jack menyalakan senternya lagi. Ia ingin melihat, ada apa dalam bilik itu
Ternyata bilik itu penuh dengan kertas bertumpuk-tumpuk Kertas-kertas itu
tersusun rapi dan dibundel. Masing-masing bundel terdiri dari kertas-kertas yang
sama ukuran serta warnanya.
Jack memandang bundel-bundel itu rnengejapkan mata sekali lalu memandang
" "lagi. Tidak! Ia tidak salah lihat. Di depannya nampak beribu-ribu bundel uang kertas.
Ada yang bernilai satu pound, ada yang lima pound dan sepuluh pound. Semua
ditumpuk rapi. Nilai keseluruhannya pasti lebih dari sejuta!
"Aku pasti sedang mimpi sekarang," kata Jack, sambil menggosok-gosok mata. "Tak
ragu lagi aku sedang mimpi luar biasa! Sebentar lagi pasti terbangun. Mustahil
tahu-tahu menemukan harta karun di bawah tanah! Tidak, tidak mungkin! Lebih
"baik aku bangun saja sekarang."
Bab 26 KETAHUAN Tapi Jack tidak bisa bangun. Hal itu tidak aneh karena ia memang tidak sedang
"mimpi! Matanya terbelalak, menatap tumpukan uang kertas di depannya. Ia sama
sekali tidak mengerti. Apa sebabnya uang sebanyak itu disimpan di situ" Dalam sebuah gua, di bawah
"tanah" Siapa pemiliknya" Kenapa tidak disimpan di bank, seperti lazimnya" Atau
mungkin mereka yang mengolah tambang ini menggali tembaga yang banyak sekali,
lalu menjualnya dengan diam-diam. Sedang uang hasil penjualan, disimpan di
sini," pikir Jack. Ia masih terus bingung melihat harta yang begitu banyak
tertumpuk di hadapannya, sehingga tidak mendengar ada orang menghampiri pintu
bilik itu. Orang itu membuka pintu. Ketika ia melihat Jack di dalam bilik, kagetnya bukan
main. Bahkan lebih kaget daripada Jack! Anak itu ditatapnya dengan mulut
ternganga karena heran. Tapi kemudian Jack dicengkeram olehnya, dan diseret ke
ruangan yang banyak mesin-mesinnya.
"Ha coba lihat ini!" serunya pada kawan-kawannya. Aku menemukan anak ini " "dalam bilik tempat penyimpanan."
Dengan segera mesin mesin dimatikan. Para pekerja yang ada di situ mengerumuni
"Jack serta orang yang mencengkeramnya. Salah seorang di antara mereka melangkah
maju. Orang itu Jake. Tampangnya sangat menyeramkan. Kain hitam yang menutupi matanya yang satu
menyebabkan ia kelihatan aneh sekali. Jack diguncang-goncangkannya dengan kasar.
Anak itu sampai sesak napasnya, lalu roboh ke tanah ketika dilepaskan lagi.
"Mana teman-temanmu?" bentak Jake. "Ayo katakan" Dengan siapa kau kemari" Apa
yang kalian lakukan di sini" Apa saja yang kalian ketahui?"
Jack memungut bijih tembaganya yang terjatuh. Kemudian ia memandang berkeliling.
Ia mencari Kiki yang tadi terbang ke langit-langit gua karena ketakutan.
Sementara itu ia memutar otak, mencari-cari jawaban yang rasanya paling baik.
Jack heran sekali, karena ternyata bijih tembaganya sama sekali tidak diacuhkan
orang-orang itu. Tadi ia sudah khawatir saja, jangan-jangan hasil penemuannya
itu dirampas. Tapi ternyata tidak.
"Aku tidak tahu di mana kawan-kawanku sekarang," katanya kemudian. "Kami kemari
bersama-sama, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Tapi kemudian aku
tercecer." "Kecuali ketiga anak itu, siapa lagi yang datang bersamamu?" desak Jake. "Tak
mungkin kalian datang sendiri ke pulau ini."
"Tapi kenyataannya begitu," kata Jack berkeras. "O ya uang yang begitu banyak
"di sana siapa pemiliknya?"
"Orang-orang yang mengerumuninya mulai menggerutu. Jack celingukan dengan
perasaan tidak enak. Tampang Jake berubah, merah padam. la berpaling, memandang
kawan-kawannya. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini," katanya. Kawan-kawannya mengangguk.
Kemudian Jake menatap Jack kembali. "Sekarang dengar baik-baik! Rupanya lebih
banyak yang kauketahui, daripada yang kauceritakan pada kami. Rupanya ada yang
bercerita padamu, ya" Nah sekarang katakan segala-galanya yang kauketahui,
"apabila masih ingin melihat sinar matahari di atas! Mengerti?"
Jack mengerti. Ancaman Jake tak mungkin lagi salah dimengerti olehnya. Anak itu
gemetar ketakutan. Tiba-tiba orang-orang yang mengerumuninya kaget Tahu-tahu
Kiki menjerit keras sekali.
"Aku tak mengerti maksudmu," kata Jack bingung. "Yang kami ketahui cuma bahwa
ada yang kembali mengolah tambang tembaga ini, dan Bill Smugs bertugas
mengantarkan makanan ke sini dengan perahunya. Sungguh cuma itu saja yang
"kuketahui." "Bill Smugs," kata Jake mengulangi nama itu. "Anak-anak yang lain juga
menyebutkan nama itu. Siapa itu Bill Smugs?"
"Jack bertambah bingung sekarang.
"Itu bukan namanya yang asli?" tanyanya kemudian.
"Siapa namanya yang asli?" tanya Jake dengan tiba-tiba. Suaranya terdengar
sangat mengancam. Jack ketakutan sekali, dikiranya Jake hendak menempeleng dirinya. Bijih tembaga
yang digen-dongnya terjatuh, dekat ke ujung kaki Jake. Orang itu memungutnya.
Diperhatikannya bijih tembaga itu dengan heran.
"Batu apa ini?" tanyanya ingin tahu. "Kalian sudah sinting rupanya, ya" Burung
kakaktua batu berat Bill Smugs serta tambang tembaga! Apa-apaan ini " " ?"sebetulnya?"
"Kurasa anak ini lebih banyak mengetahui daripada yang mau diceritakannya," kata
Olly. Orang itu maju, lalu berdiri di samping Jake.
"Bagaimana jika dia kita kurung sehari dua, tanpa diberi makan sama sekali"
Pasti nanti ia mau membuka mulut! Atau bagaimana jika kita pukuli saja?"
Tampang Jack pucat mendengarnya. Tapi tak ditunjukkannya bahwa ia takut.
"Tahuku cuma yang sudah kukatakan tadi," katanya. "Apa sebetulnya yang masih
bisa diketahui di sini" Apa sebetulnya yang dirahasiakan?"
"Bawa dia pergi!" sergah Jake. "Kalau sudah setengah mati kelaparan, pasti mau
membuka mulut juga."
Olly mencengkeram bahu Jack, lalu mandorongnya pergi dari gua itu. Jack
menggiringnya ke gua yang mirip tempat pengurungan, di mana sebelumnya anak-anak
yang tiga lagi disekap. Ketika Olly hendak mendorong Jack ke dalam, tiba-tiba Kiki menyambar dari atas.
Muka laki-laki itu diserangnya habis-habisan dengan paruhnya. Olly mengangkat
tangannya tinggi tinggi untuk melindungi muka, sedang senter yang dipegangnya
"terjatuh ke lantai lalu padam.
Jack memanfaatkan kesempatan baik itu untuk mengelak ke samping. Ia merunduk di
luar bilik, tanpa bersuara sedikit juga. Kiki tidak tahu di mana tuannya
berada, Karena itu ia terbang ke dalam bilik lalu bertengger di atas meja.
Ruangan itu gelap gulita.
"Wah, wah sayang! katanya nyaring. Saat itu juga terdengar bunyi pintu
" "ditutup dengan cepat. Olly yang melakukannya, karena menyangka Jack yang
berbicara di dalam. Ia sama sekali tidak tahu bahwa Kiki pandai bercakap-cakap.
Pintu langsung dikunci dari luar, sementara Kiki masih mengoceh terus dengan
suara pelan. Baik Jack maupun Olly tidak bisa mendengar apa yang diocehkannya.
Ketika Olly berpaling hendak pergi,
Jake datang menghampiri. "Sudah kaukurung?" tanyanya pada Olly, sambil menyorotkan senter ke pintu yang
tertutup. "Sudah," jawab Olly, "dengar saja sendiri, sekarang dia mengoceh sendiri di
dalam. Kurasa anak itu sinting!"
Keduanya lantas memasang telinga. Sekarang terdengar jelas ocehan
"Sayang, aduh sayang!"
"Dia menyesali nasibnya," kata Jake, lalu tertawa keras-keras. Hati Jack kecut
mendengarnya. "Tapi nanti pasti akan lebih menyesal lagi."
Keduanya kembali ke dalam gua yang banyak mesin-mesinnya. Sesaat kemudian sudah
terde-ngar lagi suara berisik yang semula. Jack berdiri dari tempat
persembunyiannya. Kiki tadi menye-lamatkan dirinya dari siksaan. Kiki yang
malang - burung itu tidak tahu bahwa ia baru saja menyelamatkan tuannya. Jack "menghampiri pintu. Maksudnya hendak membukanya lagi supaya Kiki bisa keluar.
Tapi anak kuncinya tidak ada lagi di situ. Rupanya dibawa orang-orang tadi. Jadi
kini Kiki terkurung dalam bilik sempit itu, sampai ada yang mengeluarkannya
lagi. Tapi Jack sendiri sekarang bebas.
"Ada sesuatu yang tidak beres dalam urusan ini," pikirnya. "Ada sesuatu yang
tidak beres dengan uang yang sebanyak itu begitu pula dengan segala mesin yang
"ada di sini. Tadi itu orang-orang jahat tak mungkin mereka teman-teman Bill.
"Kurasa kita keliru."
Setelah itu Jack mulai menyusur lorong dengan berhati-hati sekali. Ia tidak
berani menyalakan senter. Coba ia bisa menemukan 'liang utama' lalu naik ke atas
mungkin anak-anak yang lain menunggunya di sana! Tapi jangan-jangan mereka
"sudah pulang, dan ia ditinggal sendiri di situ! Masih siangkah saat itu, atau
sudah malam" Jack menyusur lorong demi lorong. Ia merasa kesepian. Kecuali itu juga takut.
Sayang Kiki tidak ada, untuk menemaninya. Jack ingin sekali bisa bicara dengan
seseorang. Bahkan ocehan burung kakaktua pun akan sudah agak menenangkan
perasaannya. Akhirnya Jack kehabisan tenaga. Ia tidak kuat lagi meneruskan langkah.
Direbahkannya tubuh-nya di pojok sebuah gua sempit, lalu tidur di situ.
Tidurnya tidak bisa anak. Tapi karena tubuhnya sudah capek sekali, ia tertidur
sampai beberapa jam lamanya. Tubuhnya kaku, karena berbaring di atas batu yang
keras. Ketika Jack terbangun lagi beberapa jam kemudian, tangannya langsung meraba
pundak. Tapi ia tidak merasakan apa-apa di situ. Barulah ia teringat kembali,
bahwa Kiki saat itu disekap dalam bilik dekat gua yang terang. Berkat jasa Kiki
dan kemampuannya bicara seperti manusia, Jack bisa bebas lagi.
Dan kini banyak sekali yang diketahui anak itu. Ia tahu tentang harta yang
tersembunyi. Ia juga tahu tentang mesin-mesin yang disembunyikan dalam gua-gua
di bawah tanah, karena alasan yang tidak diketahui olehnya. Tapi ia tahu, orang-
orang yang melayani mesin-mesin itu bukan tergolong orang yang baik-baik. Dan
jika orang-orang itu merasa bahwa rahasia mereka entah apa rahasia itu
" "ketahuan, maka segala-galanya pasti akan mereka lakukan untuk mencegah rahasia
itu sampai tersebar. "Aku kini harus berusaha minggat, lalu melaporkan hal-hal yang kuketahui," pikir
Jack. "Kurasa aku perlu menghubungi polisi. Sebetulnya aku kepingin
menceritakannya pada Bill, karena sekarang aku merasa bahwa ia tidak bersekutu
dengan orang-orang itu. Tapi aku masih belum yakin! Tapi jelas, aku harus
"menceritakan hal-hal yang kuketahui pada seseorang."
Setelah itu Jack mulai berjalan lagi, kembali menelusuri lorong demi lorong
dalam tambang itu. Sementara itu cahaya senternya sudah semakin redup.
Tiba-tiba senternya padam!
Jack menepuk-nepuknya. Lalu membuka bagian bawahnya. Dipasang lagi. Tapi percuma
- baterainya yang sudah habis! Perlu diganti dengan yang baru. Tapi justru itu
yang tidak mungkin pada saat itu.
Kini Jack benar-benar ketakutan. Tinggal satu harapannya untuk bisa melarikan
diri yaitu secara kebetulan menemukan liang utama tempat mereka turun ke dalam
" lorong-lorong tambang. Tapi kemungkinan itu kecil sekali.
Jack meneruskan langkahnya sambil menggapai-gapai. Bijih tembaga yang masih
selalu digendong terasa berat sekali. Tiba-tiba ia merasa seperti mendengar
sesuatu. Ia berhenti- dan memasang telinga. Tapi tidak rupanya ia tadi salah "dengar.
Perjalanan dilanjutkan. Tahu-tahu Jack tertegun lagi. Entah kenapa, tapi ia
merasa pasti di dekatnya ada orang. Mungkinkah yang didengarnya itu tarikan
napas seseorang" Jack tertegun dalam gelap, sambil menahan napas. Dipertajamnya
pendengaran. Tapi kembali tidak ada apa-apa yang bisa didengar.
"Mungkin orang itu juga menahan napas dan memasang telinga," pikirnya.
Jack melangkah maju. Tahu-tahu ia menubruk
seseorang. Jangan-jangan itu Jake, atau Olly! Jack meronta-ronta, sedang orang
yang tak kelihatan di depannya itu mencengkeramnya kuat-kuat. Bijih tembaga yang
dipegang Jack terlepas dan jatuh menimpa kakinya.
"Aduh, kakiku -- kakiku," erang Jack.
Saat itu juga memancar cahaya terang menyinari mukanya. Orang tak dikenal yang
bergulat dengannya menyalakan senter, lalu berseru kaget, "Wah ini kan Jack!"
?"Bintik!" Itu suara Philip, pikir Jack. Saat berikutnya ia merasa punggungnya
ditepuk temannya itu. "Bintik! Memang nasib sedang mujur -- bisa kebetulan
berjumpa denganmu di sini!"
"Jambul! Billl" kata Jack. Suaranya agak parau, karena gembira dan lega. Aduh,
senangnya mendengar suara-suara yang dikenal, setelah begitu lama sendirian
dalam gelap! Senang sekali rasanya bisa melihat Philip kembali, dengan jambulnya
yang mencuat dari ubun-ubun. Dan Bill yang selalu nyengir, serta matanya yang
berkilat jenaka. Jack merasa lega. karena kini ada seorang dewasa yang bisa
membantunya. Anak-anak memang bisa menanggulangi persoalan tapi sering juga
"terjadi peristiwa, di mana diperlukan pertolongan orang dewasa untuk
menghadapinya! Jack tersedak karena terharu. Bill menepuk-nepuk punggungnya.
"Senang rasanya melihatmu lagi, Jack," kata Bill. "Pasti banyak sekali yang bisa
kauceritakan pada kami."
"Memang," kata Jack. Ia mengambil sapu tangan, lalu menyapu hidungnya dulu. Nah
- sekarang perasaannya sudah lebih enak. "Mana Dinah dan Lucy-Ann?"
"Sudah selamat, di rumah," kata Philip. "Kemarin tahu-tahu kau sudah tidak ada
lagi bersama kami, Jack. Setelah itu kami ketahuan lalu disekap. Tapi kami
berhasil melarikan diri naik ke atas lewat liang utama, pergi ke perahu lalu
berlayar kembali ketika hari sudah mulai gelap. Setelah itu kudatangi Bill, dan
inilah dia sekarang! Kami tidak bisa kemari dengan perahunya, karena perahu itu dirusak orang. Sedang
perahu Jo-Jo tidak ada di tempat yang biasa."
"Kalau begitu bagaimana kalian bisa kemari?" tanya Jack heran.
?"Ada jalan di bawah dasar laut, dari Craggy-Tops ke sini," kata Philip. "Nah,
apa katamu sekarang" Kami mengetahuinya dari sebuah buku kuno tentang Craggy-
Tops. Tapi jalan itu jauh sekali. Lama sekali kami baru sampai. Hih seram
" rasanya lewat jalan itu. Tapi pokoknya kami sampa di sini sekarang."
Jack mengajukan pertanyaan secara beruntun-runtun. la ingin tahu tentang jalan
yang luar biasa itu. Tapi Bill juga ingin mengajukan beberapa pertanyaan
padanya. _ "Kesemuanya ini jauh lebih penting dari sangkaanmu, Jack," kata Bill. "Kita
duduk saja dulu di sini. Kurasa kau bisa membantu aku memecahkan suatu teka-teki
yang rumit." Bab 27 PERSOALAN MENJADI JELAS "Ada beberapa kejadian aneh yang ingin kuceritakan pada Anda," kata Jack
bersemangat "Pertama-tama, coba terka apa yang kujumpai tadi! Bayangkan sebuah"gua berbentuk bilik, penuh sesak dengan tumpukan uang. Uang kertas! Kurasa di
situ pasti ada beribu-ribu pound uang kertas. Mungkin bahkan jutaan! Pokoknya,
banyak sekali!" Ah, kata Bill. Suaranya bernada puas. "Ah itu baru kabar namanya. Bagus,
" " "Jack!"
"Lalu aku melihat mesin-mesin, banyak sekali semua sedang berjalan," sambung
"Jack. la merasa senang, karena kabarnya begitu menarik perhatian Bill. "Mesin-
mesin itu dijalankan sebuah motor Mula-mula kusangka peralatan itu gunanya untuk
memurnikan tembaga pokoknya untuk mangolah hasil galian! Tapi salah satu masin
"itu kelihatannya kayak masin cetak."
"Aha!" kata Bill lagi. Suaranya kedengaran semakin puas. "Ini benar-benar kabar
bagus. Menakjubkan! Jack, kau berhasil membongkar misteri yang sudah lima tahun
tidak berhasil dipecahkan! Misteri yang membingungkan pemerintah selama ini, dan
juga polisi!" "Misteri apa itu?" tanya Jack.
"Kurasa aku tahu," sela Philip bergairah. "Bill, mesin-mesin itu kan untuk
membuat uang kertas palsu, ya" Dan uang palsu yang selasai dicetak, kemudian
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disimpan untuk sementara dalam bilik yang ditamukan Jack. Kemudian diangkut dari
pulau ini, lalu dipakai untuk menipu."
"Ya, betul," kata Bill. "Sudah bertahun-tahun kami mencari komplotan pemalsu
uang ini. Tapi tak berhasil menamukan tempat mereka mencetak. Kami bahkan tidak
bisa tahu, dari mana asal-usul uang palsu itu. Pembuatannya sangat rapi. Hanya
orang yang benar-benar ahli, yang mampu membeda bedakan mana uang yang asli dan
"mana yang palsu."
"Wah, Bill! Kalau begitu orang-orang itu sama sekali bukan menggali tembaga!"
saru Jack tercengang. "Rupanya sangkaan kami keliru. Mereka bekerja dalam
tambang kuno ini bukan untuk menggali tembaga, tapi untuk menyembunyikan mesin-
mesin cetak mereka supaya bisa bekerja dengan aman. Cerdik sekali mereka! Sangat
cerdik!" "Memang," kata Bill geram. "Mereka cuma memerlukan seorang perantara seseorang
"yang saban kali datang mengantarkan makanan serta keperluan lain-lainnya, serta
mengangkut tumpukan uang palsu ke tempat pimpinan mereka. Yah dan justru
"perantara itulah yang menyebabkan rahasia mereka terbongkar!"
"Siapa orangnya?" tanya Jack penuh minat.
"Kami kenal atau tidak?"
"Tentu saja kenal," kata Bill. "Kusangka kalian akan bisa langsung. menebaknya.
Orang itu Jo-Jo!" " "Jo-Jo?" seru Jack dan Philip serempak.
Seketika itu juga mereka menyadari duduk perkaranya.
"Ya, memang cocok! Ia mempunyai perahu, dan ia cukup mengatakan hendak memancing
apabila hendak pergi ke Pulau Suram," kata Philip. "Ia bahkan bisa berangkat
malam-malam, kalau perlu. Sinar isyarat yang dilihat Jack berasal dari orang-
orang di pulau sini dan Jo-Jo yang membalas isyarat itu dari atas tebing, pada"malam hari ketika Jack menjumpainya di sana."
"Ya, betul," kata Jack. Ia ingat kembali pada kejadian itu. "Lalu saban kali ia
pergi berbelanja dengan mobil, kurasa sekaligus dibawanya pula sebagian dari
uang palsu itu ke kota. Dan di sana diserahkan pada pimpinan komplotan itu.
Pantas ia tidak pernah mau jika kita ingin ikut naik mobil atau naik perahunya.
Rupanya ia khawatir kalau - kalau rahasianya ketahuan."
"Kau ingat kotak-kotak dan peti-peti yang ada dalam gudang sebelah belakang, di
belakang pintu yang selalu ditutupinya dengan kotak-kotak kosong yang bertumpuk-
tumpuk?" kata Philip.
"Nah, kurasa semuanya itu sama sekali bukan
kepunyaan Bibi Polly. Aku berani bertaruh, itu pasti simpanan Jo-Jo, yang akan
diangkutnya ke sini apabila ia berangkat lagi naik perahu."
Jack mengangguk. "Lalu ocehannya mengenai macam-macam' yang berkeliaran malam hari di atas
"tebing, itu cuma karangannya sendiri agar kita tidak berani keluar malam, dan
dengan begitu akan mengetahui apa yang dilakukan olehnya," sambung Philip.
"Wah - kelihatannya semua cocok sekarang, ya?"
?"Kelihatannya begitu, kata Bill dengan perasaan geli. Selama itu ia
"mendengarkan saja, dengan penuh minat.
Tapi Anda apa sebabnya datang ke pesisir sini, dan tinggal dalam pondok reyot
" "itu?" tanya Jack dengan tiba-tiba pada Bill. "Anda betul-betul mengamat-amati
burung di situ?" "Tentu saja tidak," kata Bill sambil tertawa. "Aku sama sekali tak menyangka
berhadapan dengan seorang penggemar burung yang sejati, ketika kukatakan pada
kalian bahwa aku ini gemar mengamat-amati kehidupan burung. Beberapa kali saja
aku nyaris terjebak olehmu, Jack! Akhirnya aku terpaksa banyak membaca tentang
burung yang sama sekali tidak menarik perhatianku, supaya kau jangan curiga
karena tak banyak yang kuketahui tentang burung. Wah waktu itu aku benar-benar
"agak bingung. Tentu saja tidak bisa kukatakan terus terang bahwa aku sebenarnya
anggota polisi, yang ditugaskan untuk mengawasi tindak-tanduk Jo-Jo."
"Dari mana Anda tahu bahwa Jo-Jo terlibat dalam urusan ini?" tanya Philip.
"Dia sudah dikenal polisi," kata Bill menjelaskan "Sebelum ini dia juga sudah
pernah terlibat dalam urusan pemalsuan uang! Karenanya kami lantas bertanya-
tanya, mungkin ada hubungan antara dirinya dengan pencetakan uang palsu yang
dilakukan antah di mana waktu itu kami tidak tahu. Ternyata Jo-Jo ahli dalam
"soal menghilang Sementara ini ia sudah lima tahun bekerja membantu-bantu bibimu.
Selama itu tak ada yang curiga bahwa ia sebenarnya orang yang pernah melakukan
kejahatan. Tapi pada suatu hari salah seorang petugas kami secara kebetulan
melihat dia di kota. Setelah diselidiki lebih lanjut, kami mengetahui di mana ia
bekerja sekarang. Lalu aku kemari pada musim panas ini, untuk mengamat-amati
dirinya." "Dan pengamatan itu ternyata membawa hasil! kata Jack. "Bill adakah bantuan
" "kami dalam urusan ini?"
"Banyak sekali, walau kalian tidak menyadari-nya," kata Bill. "Kalian yang
membuat aku yakin bahwa Jo-Jo perantara yang kami cari. Kalian pula yang
meyakinkan diriku bahwa Pulau Suram selalu merupakan tujuan kepergiannya dengan
perahu Karena itu pada suatu hari aku juga ke sini, dan memeriksa sedikit dalam
tambang ini. Kurasa rasa itulah pensilku tercecer. Tapi terus terang saja, aku
waktu itu sama sekali tidak menemukan tanda-tanda bahwa di sinilah tempat orang-
orang itu mencetak uang kertas palsu. ?"Tapi kami menemukannya," kata Jack bangga.
"Sekarang bagaimana tindakan Anda selanjutnya, Bill?"
"Kemarin malam aku sudah menghubungi atasanku, lewat radio," kata Bill.
"Kulaporkan bahwa aku kini sudah yakin mengenai apa yang terjadi di sini.
Kukatakan bahwa aku akan ke Pulau Suram untuk menyelamatkan seseorang yang
tersekap dalam tambang di sini. Sekaligus kuminta pula agar polisi melancarkan
tindakan." "Lalu apa yang akan dilakukan?" tanya Jack bergairah.
"Aku baru akan tahu apabila sudah melapor kembali," kata Bill. "Kurasa sebaiknya
kita pergi saja sekarang. Kita kembali lewat lorong yang di bawah dasar laut."
' Kurasa Jo-Jo yang merusak perahu Anda, Bill,"kata Philip. "Rupanya ia tahu
"Anda teman kami."
"Jo-Jo itu memang cerdik," kata Bill sambil berdiri. Ia menggeliat "Terlebih-
lebih karena ia berpura-pura bodoh. Yuk!"
"Bill aku hendak menjemput Kiki dulu," kata Jack dengan tiba-tiba. "Tak sampai
"hatiku meninggalkannya sendiri di sini. Aku takut kalau orang-orang itu nanti
membunuhnya atau dia mati kelaparan. Kita jemput dia sebentar, ya?"
?"Tidak bisa," kata Bill. "Masih ada urusan lain yang lebih penting, yang harus
segera dikerjakan." "Kita jemput dia, Bill," kata Philip. Ia tahu, Jack sayang sekali pada seperti
orang lain pada anjing kesayangan. "Kita lihat saja sebentar di peta untuk
mengetahui di mana letak lorong utama, lalu pergi menuju ke gua-gua yang
terletak di sebelah situ. Jack pasti tahu Kiki dikurung dalam bilik yang mana.
Kurasa tempatnya sama dengan di mana kami bertiga disekap kemarin."
"Yah kalau begitu cepat sajalah," kata Bill. Ia masih ragu-ragu. "Dan ingat
" "kita harus sangat berhati hati, jangan sampai ketahuan."
"Peta dibentangkan. Mula mula dicari dulu di mana mereka berada saat itu. Setelah
"itu, letak lorong utama. Setelah diketahui, mereka pun berangkat. Tidak lama
kemudian mereka sudah menyusur lorong lebar itu sambil menyelinap.
Mereka mendengar bunyi berisik yang gemeretak dan berdentang-dentang. Rupanya
mesin-mesin sedang bekerja lagi. Bill mendengarkan dengan seksama. Ya itu
"memang bunyi mesin cetak.
Ketika mereka menghampiri gua berbentuk bilik di mana Kiki dikurung, terdengar
suara orang bercakap-cakap. Mereka buru-buru merapat ke dinding, sambil menahan
napas. "ltu Jake, bisik Philip di telinga Bill.
" Ternyata yang bercakap cakap itu tiga orang. Mereka berdiri di depan pintu
"bilik tempat Kiki dikurung. Kelihatannya sedang mendengarkan dengan heran.
Sedang dari dalam bilik terdengar suara melengking tinggi. Kata-katanya jelas
sekali "Sudah kukatakan, jangan suka menyedot-nyedot hidung!! Mana sapu tanganmu" Sudah
berapa kali kukatakan, bersihkan kaki! Kasihan Kiki, Kiki yang malang! Jerang
air!" "Anak itu sudah sinting," kata Jake pada kedua temannya. Rupanya mereka masih
menyangka bahwa yang terkurung itu Jack.
"Yak cabut!" kata Kiki lagi memberi aba-aba, lalu menirukan bunyi kereta api "yang memasuki terowongan sambil membunyikan peluit.
"Betul, sudah gila," kata Olly terheran-heran.
Ketika setelah itu terdengar lengkingan nyaring, orang yang ketiga menyatakan
pendapatnya. "Itu kan burung kakaktua. Ya betul, burung kakaktua. Ada burung kakaktua
"bersama anak itu di dalam."
"Coba kita lihat sebentar," kata Olly. Jake membuka pintu. Seketika itu juga
Kiki terbang keluar sambil berteriak keras. Ketiga orang itu kaget, lalu
menyorotkan senter ke dalam bilik Ruangan itu kosong! Jake menoleh ke arah Olly
dengan marah. "Goblok!" sergahnya. "Ternyata kau mengurung kakaktua, dan membiarkan anak itu
minggat. Bagusnya kau ini ditembak saja."
Olly masih memandang ke dalam bilik sambil melongo. Tidak salah lagi, tadi cuma
seekor burung kakaktua saja yang ada di situ.
"Yah," kata Olly kemudian, "kurasa anak itu pasti akan tersesat untuk selama-
lamanya dalam pertambangan ini. Siapa suruh datang ke sini. Biar tahu rasa
sekarang!" "Kita ini ternyata tolol, Olly," kata Jake dengan getir. "Mula-mula kita
diperdayai anak-anak yang tiga orang, dan sekarang yang ini."
Ketiga orang itu kembali ke gua yang terang-benderang, membiarkan pintu bilik
ternganga lebar. Saat itu napas Jack tersentak karena kaget. Tahu-tahu Kiki
hinggap di pundaknya, sambil mengeluarkan bunyi-bunyi yang ramah.
Burung itu pura-pura mematuk daun telinga tuannya. Pokoknya ia hendak
menunjukkan rasa gembira! Jack menggaruk-garuk jambul burung kesayangannya itu.
Ia pun ikut merasa gembira.
"Sekarang ayolah kita pergi," kata Bill pelan.
"Mereka cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu, diterangi cahaya senter. Tapi
belum jauh mereka berjalan, ketika terdengar jelas ada orang mendekat.
"Datangnya dari lorong utama," kata Jack setengah berbisik. Senter cepat-cepat
dipadamkan. Mereka menunggu sambil mendengarkan.
Terdengar langkah orang yang datang itu. Ia berjalan dengan langkah-langkah
berat. Nampak sinar senternya yang bercahaya terang. Tidak bisa dilihat, siapa
yang datang itu. Bill serta kedua anak yang menyertainya bergegas memasuki suatu lorong sempit
yang buntu. Tapi tahu tahu Jack tersandung. Ia jatuh berdebam. Kiki menjerit
"karena kaget. Saat itu juga mereka disilaukan cahaya senter yang menyorot ke arah mereka.
Terdengar suara seseorang, menyapa dengan nada tajam.
"Jangan bergerakl Nanti kutembak!"
Bill mengisyaratkan pada Jack dan Philip agar jangan lari. Nada bicara orang
yang tak nampak itu sangat tajam. Pasti ia akan melakukan apa yang
diancamkannya. Jadi mereka hanya bisa berdiri saja dalam lorong sempit itu, sambil mengejap-
ngejapkan mata karena silau. Jack merasa kenal pada suara itu. Begitu pula
Philip. Siapakah orang yang tak nampak itu"
Tapi tiba-tiba mereka tahu. Tentu saja mereka mengenal suara itu.
"Jo-Jo!" seru Jack "Apa yang kaulakukan di sini, Jo-Jo?"
"Justru aku yang hendak mengajukan pertanyaan itu pada kalian bertiga," kata Jo-
Jo dengan geram. Sinar senternya menerangi muka Bill. "Kau ada di sini pula
rupanya," kata Jo-Jo lagi. "Perahumu sudah kupecahkan tapi rupanya kalian "berhasil menemukan jalan ke sini lewat bawah dasar laut, ya" Kalian tentu merasa
pintar sekali! Tapi sekali ini agak terlalu pintar. Karenanya kalian akan
mengalami nasib yang buruk sekali.
Buruk sekali!" Bab 28 TERPERANGKAP Laras pistol yang dipegang Jo-Jo berkilat kena sinar senter. Bill jengkel
terhadap dirinya sendiri. Coba dia tadi tidak setuju untuk kembali menjemput
kakaktua sialan itu, pasti mereka kini sudah jauh. Dan Jo-Jo bukan lawan yang
bisa dipandang enteng. la takkan mudah diperdayai seperti Jake.
"Ayo berputar!" perintah Jo-Jo. "Angkat tangan tinggi-tinggi, lalu mulai
berjalan. Ah itu dia kakaktua keparat itu. Sekarang kesempatanku untuk
"membalas kekurangajarannya selama ini Jack langsung mengerti. Jo-Jo hendak
menembak burung kesayangannya itu. Tanpa menunggu lagi, Jack memukul Kiki
kaget, lalu terbang membubung sambil menjerit jengkel.
"Pergi, Kiki, pergi!" seru Jack.
Dan Kiki tidak kembali. Terasa olehnya bahwa Jack tidak menginginkan dirinya ada
di dekat anak itu. Kiki merasa bahwa ada bahaya. Diikutinya keempat orang yang
berjalan itu, tanpa menimbulkan bunyi sedikit pun.
Bill, Jack dan Philip kemudian dikurung dalam gua yang berbentuk bilik. Jo-Jo
mengunci pintu lalu memanggil-manggil Jake. Setelah itu terdengar langkah mereka
pergi. "Nah, sekarang kita repot," kata Bill. "Kenapa aku tadi mau saja, ketika diajak
menjemput kakaktua itu" Karenanya mungkin kita akan mati, sedang
penjahat penjahat itu bisa dengan seenaknya menyebarkan uang palsu yang banyak
"itu ke mana-mana. Keadaan kita sekarang benar-benar gawat"
"Maaf, karena aku tadi yang mengajak menjemput kata Jack Ia merasa bersalah.
"Aku pun ikut bersalah," kata Bill, lalu menyalakan rokok. "Aduh, panas sekali
hawa di sini." Setelah beberapa waktu rasanya lama sekali pintu terbuka lagi. Jo-Jo masuk,
" "diikuti Jake, Olly serta beberapa orang kawan mereka.
"Kami datang untuk mengucapkan selamat berpisah," kata Jo-Jo. Mukanya yang hitam
berkilat-kilat kena sinar lentera. "Sekarang pekerja-an kami sudah selesai di
sini. Kau terlambat datang, Bill Smugs. Sudah cukup banyak uang palsu kami
cetak." "Jadi kalian sekarang akan pergi dari sini, ya?" kata Bill dengan tenang. "Semua
mesin dimusnahkan untuk menghapuskan jejak, sedang tumpukan uang palsu kalian
bawa pergi. Tapi jangan sangka kalian bisa minggat dengan mudah. Biarpun sudah
dimusnahkan sampai rusak, tapi mesin-mesin kalian pasti akan ketahuan juga, lalu
.... " "Tak ada yang bisa ketahuan di sini, Bill Smugs," kata Jo-Jo. "Sama sekali tidak
ada! Biar semua polisi datang ke pulau ini, mereka takkan bisa menemukan
sesuatu yang nanti bisa dipakai untuk melacak jejak kami. Tidak ada!"
"Lho kenapa?" tanya Bill. Ia tidak berhasil menyembunyikan keheranannya.?"Karena kami akan menggenangi pertambang-an ini dengan air laut," kata Jo-Jo.
Laki-laki itu tersenyum mengejek. Tampak giginya berkilat-kilat. "Ya, Bill Smugs
sebentar lagi air akan membanjir masuk ke dalam setiap lorong, masuk ke semua
"gua dan liang. Mesin-mesin kami akan terendam, sehingga. jejak kami terhapus
sama sekali. Dan apa boleh buat kalian pun akan ikut terbenam pula."
?"Kalian kan tidak akan membiarkan kami mati tenggelam di sini," kata Bill.
"Kalau aku sendiri, silakan! Tapi bawa kedua anak ini dengan kalian."
"Satu pun dari kalian bertiga tidak akan kami selamatkan karena cuma akan
"merepotkan saja nanti," kata Jo-Jo. Caranya bicara masih tetap sopan, tapi
dengan nada kejam. "Tak mungkin kau sekejam itu!" seru Bill. "Mereka berdua ini kan masih
anak anak!" ?"Tapi begitulah perintah yang kuterima," kata Jo-Jo. Kelihatannya ia sudah
berubah sama sekali dari biasanya. Tidak lagi tolol dan setengah sinting,
seperti yang sehari hari dihadapi Jack dan Philip.
"Jo-Jo sudah menjelma menjadi Jo-Jo yang asli, seorang penjahat yang tidak kenal
kasihan. "Lalu bagaimana cara kalian menggenangi pertambangan ini?" tanya Bill ingin
tahu. "Gampang saja," jawab Jo-Jo. "Kami sudah memasang bahan peledak dalam lorong
yang terletak di bawah dasar laut, lewat mana kalian datang ke sini. Nanti kalau
kami sudah sampai dengan aman di atas, akan kalian dengar bunyi ledakan. Nah
"itu tandanya langit-langit lorong di bawah dasar laut runtuh karena diledakkan.
Lalu air laut akan membanjir masuk. Seperti tentunya kauketahui pula, air akan
mengalir ke dalam tambang dan memenuhi seluruh rongga yang ada, sampai sama
tinggi dengan permukaan laut. Saat itu kurasa kalian takkan merasa gembira."
Jack berusaha berdiri tegak, untuk menunjuk-kan pada Jo-Jo bahwa ia tidak takut.
Tapi lututnya tak bisa diandalkan, karena gemetar terus; Anak itu takut, bahkan
takut sekali. Begitu pula Philip. Hanya Bill saja yang mampu menutupi
ketakutannya. Ia tertawa.
"Yah berbuatlah semaumu sekarang!" tantangnya. "Pokoknya, kalian takkan bisa
"minggat dengan gampang. Jangan kausangka rahasia kalian belum diketahui polisi.
Sudah lebih banyak yang kami ketahui tentang komplotan ini serta pimpinannya,
jauh melebihi sangkaanmu."
Saat itu salah seorang anggota komplotan itu mengatakan sesuatu pada Jo-Jo. Jo-
Jo mengang-guk. Anak-anak merasa yakin, pasti sudah tiba waktunya untuk
meledakkan lorong di bawah dasar laut. Dan setelah itu air laut akan membanjir
masuk ke dalam setiap lorong dan celah di tambang itu.
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nah - selamat meninggal," ejek Jo-Jo sambil nyengir, memamerkan giginya yang
putih. "Sampai ketemu," balas Bill. Jack dan Philip diam saja. Kiki yang ada di luar,
tertawa terkekeh kekeh."Mestinya kubunuh dulu burung itu tadi. gumam Jo-Jo sambil mengunci pintu, lalu
"pergi. Terdengar langkah-langkah menjauh. Setelah itu sepi. Bill memandang Jack dan
Philip. "Jangan sedih," hiburnya, "kita kan belum mati Kita biarkan dulu orang-orang itu
sampai agak jauh lalu nanti kubuka pintu ini sehingga kita bisa keluar."
?""Membuka pintu" Bagaimana caranya?" tanya Jack.
"Pokoknya, aku tahu," jawab Bill sambil nyengir. Dikeluarkannya seberkas anak
kunci serta seperangkat kikir dari kantongnya. Beberapa saat ia sibuk mengutak-
atik pintu. Kemudian pintu terbuka.
"Sekarang kita ke liang utama," kata Bill. "Lekas, sebelum terlambat."
Mereka menuju ke lorong utama, dan dari situ bergegas gegas ke liang besar yang
"menuju ke atas. Agak lama juga penjalanan mereka.
Baru saja mereka sampai di situ, lalu mendo-ngak memandang sinar samar yang
nampak jauh di atas kepala, ketika tiba-tiba terdengar bunyi aneh di kejauhan.
Bunyi itu seperti deru yang sayup-sayup, jauh di dalam tambang, lalu menggema ke
mana-mana. "Ternyata Jo-Jo tadi tidak bohong," kata Bill dengan tenang. "Itu bunyi dinamit
meledak. Kalau ledakan itu berhasil membobolkan dasar laut, maka saat ini pun
air sudah membanjir masuk lewat lorong di situ menuju ke tambang ini."
"Kalau begitu ayo, kita naik," kata Philip. Ia sudah tidak sabar lagi, ingin
cepat-cepat sampai di alam bebas. "Cepatlah sedikit! Aku kepingin melihat cahaya
matahari lagi." "Nanti dulu bijih tembagaku ini harus ikut kubawa ke atas," kata Jack. Anak
"itu masih selalu menggendong logam hasil penemuannya itu. "Eh ada apa, Bill?"
"Bill tadi berteriak keras, sehingga mengejutkan anak-anak.
"Lihatlah," katanya, sambil mengarahkan sorotan senternya agak ke atas liang.
"Orang-orang tadi ternyata sudah naik lalu merusak anak tangga yang letaknya
"di sebelah bawah. Maksudnya, tentu supaya kita jangan bisa ikut naik, apabila
berhasil keluar dari bilik tadi. Ternyata mereka sudah memikirkan segala-
galanya. Sekarang habislah riwayat kita. Kita sudah bisa menyelamatkan diri.
Kita tidak bisa memanjat ke atas, apabila tidak ada tangga."
Ketiganya memandang anak-anak tangga yang rusak dengan perasaan bingung. Kiki
menjerit dengan sedih. "Bill," kata Jack dengan tiba-tiba, "kurasa kita bisa menemukan semacam tangga
dalam gua besar di mana disimpan bahan perbekalan orang-orang itu. Kalau tidak
salah, aku melihat ada tangga di sana. Kurasa orang-orang tadi tentunya hanya
merusakkan awal dari tangga ini saja, karena tahu kita takkan bisa mencapai yang
lebih tinggi apabila di sebelah bawahnya tidak ada anak tangga."
"Kau yakin, dalam gua itu ada tangga?" tanya Philip. "Aku tidak ingat bahwa di
sana ada tangga. "Yah pokoknya, itulah satu-satunya harapan kita sekarang," kata Bill. "Yuk
" "kita cepat-cepat ke sana."
Tapi mereka tidak berhasil sampai di gua besar Baru saja mereka menyusur lorong
utama sebentar, ketika mereka berhenti lagi melangkah.
Mata mereka terbelalak karena ngeri. Mereka melihat sesuatu di depan mereka "sesuatu yang gelap, meluncur dengan cepat ke arah mereka!
"Air sudah sampai di sini!" seru Bill. "Kita kembali, ke tempat yang paling
tinggi di sini. Astaga kelihatannya seperti seluruh air laut tumpah ke sini."
"Jelas terdengar bunyi air mengalir, memasuki lorong dan gua dalam tambang itu.
Kedengaran-nya sangat menyeramkan, sehingga bahkan Bill pun merasa takut. Mereka
bertiga lari cepat cepat, kembali ke dasar liang utama. Tempat itu letaknya
"lebih tinggi dari sekitarnya. Tapi sebentar lagi air pasti akan sampai juga di
situ. "Air akan naik terus," kata Bill. "Semua liang yang ada di pulau ini menjorok
sampai jauh ke bawah permukaan laut. Pasti seluruh lorong dalam tambang nanti
penuh terisi air, dan liang liang yang menuju ke atas juga terisi mungkin
" "sampai setengahnya."
"Tapi tapi kalau begitu kita akan mati tenggelam, Bill," kata Jack. Suaranya
"gemetar. "Kau bisa berenang atau tidak?" tanya Bill. Ah tentu saja kalian berdua kan bisa " "berenang. Sekarang dengar baik-baik. Masih ada satu harapan kita. Apabila air
nanti mulai menggenangi liang ni, kita harus ikut mengambang di permukaannya.
Pokoknya, kita tidak boleh panik! Lalu kalau permukaan air sudah mencapai anak
tangga yang masih utuh, kita cepat-cepat memanjat tangga dan naik ke atas. Nah,
bagaimana" Kalian merasa sanggup tenang apabila air masuk kemari, lalu ikut
mengambang ke atas dengannya?"
"Kami sanggup," kata Jack dan Philip dengan tabah. Jack berpaling, memandang ke
dalam lorong dengan perasaan gugup. Nampak air menghitam di kejauhan.
Kelihatannya sangat menyeramkan.
"Dengan begini habislah riwayat tambang ini, ya Bill?" kata Philip. "Tak ada
lagi yang bisa masuk ke sini."
"Ah, toh tembaganya sudah habis terkuras sejak dulu," kata Bill. "Jack
beruntung, menemukan sebongkah bijih tembaga yang bisa dibawanya pulang untuk
dipamerkan pada orang lain. Rupanya dulu disembunyikan oleh seorang pekerja
tambang, yang kemudian lupa tempat persembunyiannya. Dan setelah bertahun-tahun
tersimpan di situ, akhirnya ditemukan oleh Jack."
"Aku harus membawanya pulang," kata Jack.
"Harus! Tapi aku juga tahu, tak mungkin aku bisa mengambang apabila bijih ini
kubawa terus. karena terlalu berat."
Bill melepaskan kemeja dan rompinya. Bijih tembaga itu dibungkusnya dalam rompi
yang kemudian disimpulkannya membentuk bungkusan. Bungkusan itu diikatnya dengan
seutas tambang tebal. Setelah itu ia mengenakan bajunya lagi. Sedang bungkusan
digantungkannya ke leher.
"Agak berat juga," katanya sambil nyengir, "tapi pokoknya aman. Kau menggendong
Kiki, sementara aku membawa bijih tembagamu ini."
"Terima kasih," kata Jack. "Tapi Anda yakin, nanti tidak akan terbenam
karenanya?" "Kurasa tidak," kata Bill. Perkataannya itu meyakinkan, karena tubuhnya memang
sangat kekar. "Air semakin mendekat!" kata Philip gelisah.
"Lihatlah!" Mereka menoleh. Nampak air laut seperti merayap, naik ke tempat mereka berdiri
yang agak lebih tinggi dari sekitarnya.
"Hitam sekali kelihatannya," kata Jack. "Tapi kurasa kelihatannya begitu, karena
tempat ini sangat gelap. Hih menyeramkan!"
?"Kurasa gerakannya sudah tidak begitu cepat lagi," kata Bill. "Sebaiknya kita
duduk dulu di sini. Kita beristirahat, mumpung masih bisa."
Ketiganya duduk di dasar liang. Tikus kecil piaraan Philip muncul dari balik
lengan kemeja anak itu, lalu duduk sambil mengendus-endus.
Kiki memekik ketika melihatnya.
"Bersihkan kaki, kataku!"
"He, he jangan menakut-nakuti Wolffly, kata Philip. Mereka lantas
" "memperhatikan kelakuan kedua binatang itu, sambil menunggu air yang naik terus
dengan pelan. "Pasti air laut membanjir masuk di lubang yang terjadi pada dasar laut," kata
Philip. "He, Bill apakah air laut juga akan mengalir ke arah sana" Maksudku "menuju ke Craggy-Tops" Masuk ke sumur yang ada di sana, sehingga airnya menjadi
asin?" "Yah kurasa begitulah," kata Bill, setelah mempertimbangkan sejenak. "Tentu
"saja, karena dasar sumur itu kan letaknya di bawah permukaan laut. Jadi air laut
pasti akan mengalir masuk ke situ, lewat lorong yang menjorok ke bawah dasar
laut. Apa boleh buat, Philip! Itu berarti kalian takkan bisa mengambil air tawar
lagi di situ!" "Nah air sudah sampai ke mata kaki kita," kata Jack, yang masih selalu
"memperhatikan gerak air. "Kiki, ayo bertengger ke pundakku. Mana Woffly,
JambuI?" "Sudah kembali ke dalam bajuku," jawab Philip "Aduh, dingin sekali air ini!
"Tidak aneh, karena hawa dalam tambang itu sangat panas. Jadi dengan sendirinya
air terasa dingin sekali. Philip, Jack dan Bill cepat-cepat berdiri, sambil
memperhatikan air yang berputar-putar membasahi mata kaki mereka. Air naik terus
sampai ke lutut dan masih naik lagi.
Mereka bertiga menunggu saat tubuh mereka mengambang diangkat air, sehingga
mereka bisa berenang atau mengapung sambil menggerak gerakkan kaki.
"Hhh, aku kedinginan," kata Philip. Giginya gemeletuk. "Belum pernah kurasakan
air sedingin ini. ?"Sebetulnya tidak sebegitu dingin," kata Bill. "tapi karena hawa di bawah sini
panas, maka air terasa sangat dingin."
"God save the Queen!" teriak"Kiki ketakutan. sambil memandang air gelap yang
berputar-putar Tak lama kemudian Bill serta kedua temannya terangkat oleh air. Dengan susah
payah mereka berenang-renang di permukaan.
"Sempit sekali liang ini," kata Jack tersengal-sengal. "Kita nyaris bertumpang
tindih." Memang liang itu terasa sangat sempit. Capek sekali rasanya berusaha tetap
mengambang, apabila tidak ada tempat untuk berenang dengan leluasa. Dan air
masih naik terus. Bill menyelipkan senter kepunyaan Philip di mulutnya, sehingga tempat mereka
menjadi agak terang. Bill ingin tahu apakah seluruh tangga yang rusak, atau
hanya bagian paling bawah saja. Akhirnya diambilnya lagi senter itu dari
mulutnya. "Kita beruntung," katanya, "mulai dari sini anak tangga masih utuh. Sekarang
kita bisa memanjat ke atas. Sini, kutolong kalian naik. Kau dulu, Jack, dengan
Kiki. Burungmu itu sudah ketakutan sekali."
Jack mencebur-cebur menghampiri tangga. Bill menyorotkan senter ke tempat itu,
menerangi jalan supaya Jack bisa lebih gampang memanjat. Philip menyusul
kemudian, setelah Jack memanjat agak tinggi. Bill yang terakhir naik Ketika
keluar dari air, terasa berat sekali bijih tembaga yang tergantung ke lehernya.
Ia tadi juga harus dengan susah payah mengambang karenanya.
Ketiganya bergegas memanjat tangga. Rasanya seperti tak sampai-sampai ke atas.
Tapi tubuh mereka dengan cepat terasa panas, karena memanjat itu. Mereka bahkan
mulai merasa gerah. Pakaian yang basah terasa merepotkan, menempel pada tubuh. Sementara itu Kiki
tidak henti hentinya mengoceh, mengasihani diri sendiri. Ia tidak menyukai "petualangan semacam itu.
Tikus kecil yang ada dalam baju Philip juga tidak senang. Ketika anak itu masih
berada dalam air, binatang itu merambat naik sampai ke telinganya karena saat
"itu cuma kepala Philip yang masih tersembul di atas air. Sekarang tikus itu juga
tidak senang, karena tidak bisa menemukan tempat yang kering. Pakaian Philip
basah kuyup, karena air bercampur keringat.
Ah, sudah hampir sampai di atas," seru Jack ke bawah. "Sudah dekat!"
"Kata katanya itu membangkitkan semangat.
"Mereka mempercepat gerakan. Lengan dan tungkai terasa seperti mendapat tambahan
tenaga baru, setelah tahu bahwa mereka sudah hampir sampai.
Jack keluar paling dulu. Begitu kepalanya muncul dari liang, Kiki langsung
menghambur terbang sambil berteriak dengan gembira. Tapi detik berikutnya, Jack
melongo. Dilihatnya seortang laki-laki duduk di tepi atas liang. Orang itu
menggenggam pistol. "Angkat tangan!" bentak orang itu. "Jangan memberi tahu teman-temanmu yang
menyusul. Jangan bergerak. Angkat tangan, kataku!"
Bab 29 AKHIR YANG MELEGAKAN Jack terpaku di tempatnya, sambil mengangkat tangan. Matanya terbelalak
ketakutan. Aduh, mereka tadi sudah begitu susah-susah melarikan diri hanya
"untuk kembali tertangkap penjahat"
Ia tidak berani berteriak.
Philip yang keluar setelah itu, disambut dengan cara yang sama. Anak itu pun
kaget dan kecewa. Sedang laki laki yang menggenggam pistol masih menunggu sambil
"membisu. Jack dan Philip dijaganya dengan pistol teracung, sementara matanya
sebentar-sebentar melirik ke arah mulut liang.
Kemudian Bill muncul, membelakangi laki-laki yang menunggu. Ia pun disambut
dengan bentakan. "Angkat tangan! Jangan memberi tahu teman-temanmu yang masih menyusul1 Berdiri
di situ dengan tangan terangkat ke atas!"
Bill berpaling dengan cepat. Tangannya yang sudah terangkat, diturunkannya lagi.
Ia tertawa meringis. "Sudahlah, Sam simpan saja lagi pistolmu itu," katanya.
"Orang yang disebut Sam itu berseru kaget, lalu menyelipkan pistolnya ke
pinggang. Diulurkannya tangan, menyalami Bill.
"Kau rupanya!" kata Sam. "Aku ditugaskan di sini, untuk menyambut anggota
komplotan yang mungkin masih menyusul. Tak kusangka, tahu-tahu kau yang muncul."
Jack dan Philip cuma bisa memandang saja, sambil melongo. He apa-apaan ini"
?"Kalian kaget, ya?" tanya Bill, melihat kedua anak itu masih tetap melongo. "Ini
Sam, salah seorang detektif kami. Dia sahabat karibku. Nah, Sam melihatmu di
"sini, timbul lagi semangatku. Apa yang terjadi tadi?"
"Lihat saja sendiri," kata Sam sambil nyengir, lalu berjalan mendului. Mereka
berjalan beriring-iring melalui celah di sela bukit-bukit batu, mengikuti laki-
laki bertubuh gempal itu. Mereka menuju ke pantai.
Di sana mereka melihat pemandangan yang benar-benar menarik. Tampak orang-orang
yang dari tambang berdiri berjajar dengan tampang masam. Jo-Jo juga ada di
antara mereka. Kelihatannya marah sekali. Mereka dijaga dua orang laki-laki, yang masing-masing
memegang pistol. Sedang persenjataan komplotan yang tertawan, sudah dilucuti
semua. "Itu Jo-Jo!" seru Philip. Jo-Jo menoleh ke arahnya. Tampangnya yang semula marah
berubah menjadi kaget. Ia tak menyangka anak-anak itu berhasil melarikan diri,
bersama teman mereka. Jo-Jo bingung. Ia tidak bisa mengerti, bagaimana mereka
yang ditinggal dalam keadaan tersekap dalam bilik terkunci di lorong yang
dibanjiri air laut, tahu-tahu sudah ada di depan matanya. Padahal anak tangga
liang di sebelah bawah kan juga sudah dirusak"
"Bagaimana mereka ini sampai bisa tertangkap?" tanya Jack dengan heran. Kiki
langsung menyambar Jo-Jo, begitu melihat orang itu. Burung kakaktua itu
berteriak dan menjerit-jerit dengan gembira, karena tahu bahwa musuh lamanya itu
sekarang sudah tidak berdaya.
Sementara itu Sam memandang Jack sambil tersenyum geli, melihat anak itu melongo
terus. "Ya, itu semua berkat jasa Bill Cunningham ini,"katanya sambil menggerakkan
kepala ke arah Bill. "Dia menyampaikan laporan pada kami kemarin malam, lewat
radio. Kami lantas menarik kesimpulan, sebaiknya kami cepat-cepat saja berangkat
ke sini. Sesampai di sini, kami menjumpai perahu Jo-Jo. Kami juga melihat tanda-
tanda komplotan hendak bergegas-gegas minggat. Kami menemukan uang kertas palsu
bertumpuk-tumpuk di pantai serta bermacam-macam dokumen yang menarik.?""Tapi bagaimana kalian bisa begitu cepat sampai" Kan di daerah pesisir sini
tidak ada perahu," kata Philip.
"Kami sendiri memiliki beberapa perahu motor yang laju," kata Sam. "Dengan dua
di antaranya kami melaju ke sini, menyusur pantai. Itu dia perahu-perahu kami."
Jack dan Philip menoleh. Mereka melihat dua perahu motor yang besar dan langsing
terapung-apung di air dekat teluk kecil itu. Pengemudi masing-masing ada di atas
perahu. Sedang perahu Jo-Jo ada di dekat situ.
"Kami langsung bertindak, begitu melihat komplotan ini sedang bersiap-siap
hendak minggat dengan membawa uang palsu mereka," kata Sam sambil nyengir.
"Setiap liang dijaga salah seorang dari kami, karena kami tidak tahu dari lubang
mana para penjahat itu keluar. Dan ternyata kemudian mereka muncul satu per
satu, lewat satu lubang di antaranya. Semuanya langsung diringkus dengan mudah."
"Persis seperti cara Anda tadi meringkus kami," kata Jack. "Lalu bagaimana
kelanjutannya sekarang?"
"Bill Cunningham yang memimpin operasi ini,"kata Sam, lalu menoleh pada Bill
dengan pandangan bertanya. Sedang Bill memandang Jack dan Philip.
"Aku terpaksa memperkenalkan diriku waktu itu dengan nama palsu," kata Bill
menyesal. "Tapi soalnya, namaku yang asli sudah terlalu dikenal orang-orang
tertentu. Jadi apabila sedang melakukan tugas semacam ini, namaku selalu
kurahasiakan. Karenanya aku memperkenalkan diri dengan nama Bill Smugs pada
kalian." "Dan bagi kami, Anda akan tetap bernama begitu," kata Philip. "Bagiku, Anda akan
tetap Bill Smugs." "Boleh saja," kata Bill sambil nyengir. Aku akan tetap bernama Bill Smugs,
"untuk kalian. Hah sekarang kita antarkan saja tuan tuan yang terhormat ini ke
" " perahu motor!" Komplotan penjahat yang terdiri dari orang-orang bertampang galak itu digiring
menuju ke kedua perahu motor yang menunggu di pantai.
Jake membelalakkan matanya yang tinggal satu ke arah Kiki, sehingga Jack merasa
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ngeri melihatnya. Cepat-cepat dipanggilnya kakaktua kesayangannya itu, disuruhnya bertengger di
pundaknya. Kalau pandangan bisa mematikan, maka Kiki pasti sudah mati ditatap
oleh Jake. Rupanya laki-laki itu teringat lagi betapa ia beserta Olly tertipu,
mengurung Kiki yang disangka Jack. Karena kekeliruan itulah akhirnya mereka
sial, pikir Jake. "Enaknya kita kembali naik perahu Jo-Jo," kata Bill pada Jack dan Philip. "Yuk.
Biar kedua perahu motor itu berangkat dulu. Sam, kalian pergi ke Craggy-Tops.
Kalian kan sudah tahu, ya" Di sana ada tempat berlabuh yang baik."
"Beres," kata Sam. Kedua perahu motor itu berangkat. Setelah itu Bill serta Jack
dan Philip menyusul, naik perahu layar milik Jo-Jo. Ketiga perahu itu berhasil
melewati lintasan sempit di celah beting karang, lalu menuju lautan lepas.
"Nah akhirnya semua berakhir dengan selamat," kata Bill, sementara layar "dipasang.
"Tapi ada saat-saat aku mulai mengkhawatirkan nasib kita."
Jack dan Philip juga berperasaan begitu.
Kemudian Philip teringat pada Dinah dan Lucy-Ann. Pasti kedua anak perempuan itu
sudah gelisah sekali sekarang, pikirnya.
"Perutku terasa lapar sekali," kata Jack. "Sudah lama sekali aku tidak makan."
Tentu saja," kata Bill. "Tapi sabar sajalah sebentar - kita sudah hampir
"sampai! Nanti kau bisa makan sekenyang-kenyangmu."
Deru perahu perahu motor sudah terdengar di Craggy-Tops, jauh sebelum keduanya
"sampai di pantai. Bibi Polly pergi ke luar, diikuti Dinah dan Lucy-Ann. Mereka
ingin melihat, apakah yang menimbulkan bunyi berisik itu. Ketiganya tercengang
ketika melihat dua perahu motor besar yang penuh berisi orang, serta sebuah
perahu layar yang kelihatannya seperti kepunyaan Jo-Jo, semua menuju ke teluk
yang ada di bawah Craggy-Tops.
"Ada apa lagi ini?" kata Bibi Polly. la kelihatannya masih sakit. "Aduh tak
"kuat jantungku kalau terus ribut-ribut begini."
Haluan kedua perahu motor diarahkan mende-kati tempat tambatan di pelabuhan
kecil itu. Dinah dan Lucy-Ann bergegas lari ke bawah. Mereka heran, ketika
melihat Jo-Jo ada di antara orang banyak itu. Mereka mencari-cari Jack dan
Philip di situ. "Halo," seru Sam menyapa mereka. "Kalian mencari Bill serta kedua anak laki-laki
yang menyertainya" Mereka menyusul, naik perahu layar. Di sini ada telepon atau
tidak?" "Ada," jawab Dinah. "Siapa orang-orang ini"
Kenapa Jo-Jo ada di antara mereka?"
"Nanti saja soal itu diceritakan," kata Sam, sambil turun dari perahu motor.
"Sebelumnya, aku perlu menelepon dulu. Tolong antarkan aku, anak manis."
Lewat telepon, Sam memesan agar dikirim empat sampai lima buah mobil ke Craggy-
Tops untuk dipakai mengangkut para penjahat. Bibi Polly mendengarkan dengan
heran. Jantungnya berdebar debar. Apa sebetulnya yang telah terjadi?"Kemudian ia mengerti juga, setelah perahu layar tiba di pantai dan Bill masuk ke
rumah bersama Jack dan Philip. Mereka menceritakan segala-galanya pada Bibi
Polly. Bibi terhenyak ke kursi. Ia ngeri ketika mengetahui bahwa Jo-Jo
sebetulnya penjahat yang sangat berbahaya.
"Dan sangat licik," kata Bill. "Tapi kali ini ia tidak berhasil meloloskan diri
berkat keempat anak yang pintar-pintar ini."
?"Aneh," kata Jack. "Kita sebetulnya berangkat ke Pulau Suram karena ingin
mencari burung auk besar tapi bukannya burung yang kita temukan, melainkan
"komplotan penjahat yang sibuk mance-tak uang palsu dalam tambang di bawah
tanah." "Kalau aku dari semula tahu bahwa kalian akan melakukan hal-hal semacam itu,
pasti kalian sudah langsung kusuruh tidur," kata Bibi Polly dengan suara galak.
Semua tertawa mendengarnya.
"Aduh, Polly anak nakal, anak nakal," seru Kiki, lalu hinggap ke bahu Bibi.
"Mobil-mobil yang dipesan datang ketika anak-anak sedang asyik makan bersama
Bill. Para penjahat dengan cepat digiring masuk ke mobil-mobil dan langsung
diangkut pergi. Sam ikut berangkat, setelah mengucapkan selamat berpisah.
"Bagus, Bill - hasil pekerjaanmu," kata Sam. "Dan anak-anak ini juga pantas
dipuji." Bukan itu saja pujian yang mereka terima.
Mereka sukar sekali bisa tidur pada malam hari, karena suasana ramai sekali
dalam satu sampai dua hari berikutnya.
Mereka dibawa ke kota besar terdekat. Di sana mereka diminta menceritakan
pengalaman mereka di depan beberapa orang dewasa yang bertampang serius.
"Mereka itu pembesar," kata Bill dengan sikap misterius. "Orang orang berpangkat
"tinggi! Jack, mana fotomu yang menampakkan tumpukan kaleng di Pulau Suram" Jo-Jo
mungkir, katanya ia tidak pernah mengantarkan makanan ke sana.
Sedang kami menemukan beberapa kaleng kosong dalam gudang bawah tanah di Craggy-
Tops, yang bisa kami pakai sebagai barang bukti dengan cara mencocokkannya
dengan kaleng-kaleng dalam fotomu itu."
Jadi ternyata foto kecil itu pun ada gunanya.
Menurut Bill, itu merupakan "tanda bukti yang memberatkan".
Bijih tembaga yang ditemukan Jack juga menambah keramaian. Anak itu kecewa
ketika mendengar bahwa logam temuannya itu tidak begitu berharga. Tapi walau
begitu cukup menarik, sebagai kenang-kenangan pada petualangan yang sangat
mengasyikkan. "Bijih ini akan kubawa apabila aku nanti sekolah lagi," kata Jack. "Aku ingin
menyerahkannya pada museum sekolah. Teman-teman pasti senang melihat dan
memegang-megangnya, serta ingin mendengar cerita bagaimana aku menemukannya.
Pasti mereka iri nanti! Tidak setiap orang bisa tersesat dalam tambang tembaga
kuno, lalu menemukan bijih tembaga yang terselip di suatu tempat. Aku cuma agak
kecewa, karena ternyata logamnya tidak berharga. Aku sebenarnya berniat hendak
menjualnya, lalu uangnya kita bagi-bagi."
"Ya enak kalau itu terjadi," kata Lucy-Ann.
" "Bagian si Jambul serta Dinah akan bisa dipakai untuk membayar ongkos sekolah
mereka. Sisanya cukup untuk memungkinkan ibu dan bibi mereka beristirahat, tidak
perlu bekerja keras lagi. Sayang ternyata tidak berharga!?"Tapi itu tidak apa karena tanpa disangka-sangka keempat anak itu dianugerahi
"uang sejumlah besar. Ternyata bagi orang yang bisa memberi keterangan yang
menyebabkan para penjahat bisa ditangkap, disediakan hadiah uang.
Dan tentu saja hadiah itu kemudian diserahkan pada keempat anak itu. Bill juga
mendapat bagiannya. lbu Philip dan Dinah bergegas datang ke Craggy-Tops, ketika mendengar kabar
tentang petualangan aneh dan menegangkan itu, serta kelanjutannya yang begitu
menggembirakan. Jack dan Lucy-Ann langsung merasa senang padanya.
Ibu teman-teman mereka ternyata cantik, baik hati dan periang. Menurut perasaan
mereka, begitulah seharusnya seorang ibu.
"Kurasa sayang apabila ibumu tetap menjadi pengusaha," kata Jack pada Philip.
"Ia seorang ibu sejati, dan harus hidup di rumah seperti layaknya ibu-ibu. Dan
kalian hidup bersamanya."
"Memang begitu maksud kami," kata Dinah dengan mata bersinar gembira. "Sekarang
kan cukup banyak uang kami, sehingga kami bisa membeli rumah, dan ibuku tidak
perlu bekerja keras lagi. Semua sudah kami perhitungkan dan ternyata itu
"mungkin! Sekarang, bagaimana jika kau dan Lucy-Ann tinggal bersama kami, Bintik"
Kalian kan tidak kepingin kembali ke paman kalian yang sudah tua bangka serta
pengurus rumah tangganya yang jahat itu?"
"Wah," kata Lucy-Ann. Matanya yang hijau gemerlapan seperti bintang. Dipeluknya
Philip erat-erat. Dinah tidak pernah memeluknya dengan cara begitu. Tapi Philip
senang diperlakukan demikian.
"Tentu saja kami mau tinggal bersama kalian, kata Lucy-Ann. "Kita akan berbagi
"ibu, dan pasti kita akan bergembira berempat. Tapi akan maukah ibu kalian
menerima kami?" "Tentu saja," kata Dinah, "kami sudah menanyakannya. Kata ibu, kalau ia sudah
harus menghadapi dua orang anak, sekaligus empat pun tidak apa."
"Kiki juga?" tanya Jack. Tiba-tiba ia merasa sangsi, apakah ibu Philip dan Dinah
akan suka pada burungnya yang iseng itu.
"Ya, tentu saja!" kata Dinah dan Philip serempak. Mereka tidak bisa membayangkan
harus berpisah dengan Kiki.
"Lalu apa yang akan terjadi dengan Bibi Polly dan Paman Jocelyn?" tanya Jack
"Aku kasihan pada bibi kalian tidak selayaknya ia tinggal dalam rumah tua yang
"sudah bobrok ini, bekerja keras mengurus paman kalian, selalu capek dan
kesepian. Tapi Paman Jocelyn tentu tidak mau pindah dari Craggy-Tops!"
"Yah, sekarang mau tidak mau ia harus pindah," kata Dinah. "Mau tahu kenapa"
Karena air dalam sumur sekarang asin. Ternyata air laut merembes sampai ke situ,
lewat lorong di bawah dasar laut. Jadi tidak bisa dipakai lagi untuk air minum.
Kalau hendak memperbaiki sumur itu, biayanya terlalu mahal. Jadi Paman terpaksa
memilih antara tinggal di Craggy-Tops tapi mati kehausan, atau pindah ke tempat
lain." Anak-anak tertawa. "Yah ternyata ada gunanya juga Jo-Jo menggenangi tambang di Pulau Suram," kata
"Philip. "Dengan begitu Paman Jocelyn terpaksa mau pindah. Dan Bibi Polly
sekarang bisa memilih rumah kecil yang sudah selalu diidam-idamkannya, dan
tinggal di situ dengan tenang.
Tidak harus hidup merana lebih lama dalam bangunan setengah runtuh ini dan tanpa
Jo-Jo sebagai pembantu!"
"Hih Jo-Jo yang jahat!" kata Lucy-Ann, lalu bergidik "Aku benci sekali pada "orang itu. Senang rasanya bahwa ia akan dijatuhi hukuman penjara yang lama
sekali. Nanti kalau ia dibebaskan lagi, aku sudah besar. Jadi takkan takut lagi
padanya." Kemudian Bill datang naik mobilnya. Ia membawa limun sepeti besar, karena air
sumur tidak bisa diminum lagi. Anak-anak bersorak gembira. Enak mereka akan
"minum limun pada waktu sarapan pagi, makan siang dan makan malam! Ternyata Bill
juga membawa sebuah termos yang besar, berisi teh panas untuk Bibi Polly serta
ibu Philip dan Dinah. "Aduh, Bill!" seru ibu Philip. Kiki langsung menirukan seruannya itu. "Aduh,
Bill!" "Besar sekali termos itu," kata ibu. "Terima kasih banyak!"
Malam itu Bill ikut makan bersama mereka.
Suasananya sangat meriah, apalagi ketika tikus kecil piaraan Philip keluar dari
lengan kemeja anak itu lalu lari di atas meja menuju piring makan Dinah. Anak
itu menjerit-jerit, sementara yang lain-lainnya tertawa terpingkal-pingkal
melihatnya. Lucy-Ann memandang berkeliling, memperhatikan orang-orang yang asyik tertawa. Ia
merasa berbahagia. Ia akan tinggal dengan seorang dewasa yang disenangi olehnya,
serta bersama anak-anak yang cocok dengan dia.
Semuanya menyenangkan! Semua kejadian yang dialami, berakhir dengan selamat. Ia
merasa beruntung melarikan diri bersama Jack dari rumah Pak Roy beberapa minggu
yang lalu, ikut dengan Philip ke Craggy-Tops!
"Hebat sekali petualangan kita," kata Lucy-Ann "tapi aku lebih senang lagi,
karena kini sudah berakhir. Petualangan terlalu menegangkan, pada saat
kejadiannya sendiri."
Ah tidak!" bantah Philip dengan segera."Justru itu yang paling asyik pada
" "saat kejadiannya. Sayang, kini sudah berakhir."
"Aduh sayang, sayang!" oceh Kiki. Seperti biasa, ia selalu ingin paling akhir
bicara. "Bersihkan kaki dan tutup pintu. Jerang air! Aduh Polly Polly yang
"malang! Kiki manis!"
TAMAT Gudang Download Ebook: www.zheraf.net
http://zheraf.wapamp.com Pendekar Penyebar Maut 14 Dewi Sri Tanjung 9 Terkurung Di Perut Gunung Siluman Penghisap Darah 2
lagi. Mereka masih menemukan beberapa gambar lagi, yang mirip diagram. Beberapa di
antaranya sudah kabur sekali, sehingga tidak bisa dikenali lagi itu diagram apa.
Dinah mengeluh. "Aku kepingin bisa membaca tulisan kuno ini," katanya. "Coba bisa, mungkin aku
bisa mengetahui apakah gambar-gambar peta ini menunjukkan lorong-lorong rahasia
yang lain yang menuju ke Pulau Suram. Pasti asyik, menyelidikinya! Coba kita "bisa melakukannya. Apa kata Philip dan Jack nanti, kalau kita mengatakan pada
mereka bahwa ada jalan ke pulau itu lewat dasar laut!"
Muka Lucy-Ann langsung nampak suram, begitu mendengar kata-kata Dinah. Ia
teringat lagi pada abangnya. Di mana Jack sekarang" Apakah Philip berhasil
mengajak Bill Smugs pergi dengan perahunya ke pulau, untuk menyelamatkan
abangnya itu" Atau mungkin saat itu mereka sedang membawa Jack kembali ke rumah"
Ketika Lucy-Ann sedang berpikir-pikir mengenai berbagai kemungkinan itu,
didengarnya suara Philip dalam gang di sebelah luar kamar duduk.
Lucy-Ann melompat bangkit dengan girang. Apakah Bill dan Philip sudah berhasil
membawa Jack kembali dengan selamat" Cepat sekali mereka sudah datang lagi!
Lucy-Ann lari ke pintu dengan perasaan gembira.
Tapi yang dilihatnya di luar cuma Bill dan Philip. Jack tidak ada bersama
mereka. Lucy-Ann berseru cemas.
"Mana Jack" Kalian belum menyelamatkannya" Di mana dia?"
"Perahu Bill dirusak orang," kata Philip sambil masuk ke kamar duduk. "Jadi kami
kemari, untuk memakai perahu Jo-Jo. Tapi kepunyaannya tidak ada di tempat yang
biasa. Kurasa Jo-Jo sedang memancing, seperti kadang kadang dilakukan olehnya
"pada malam hari. Tapi kini kami tidak tahu apa yang harus dikerjakan."
Dinah dan Lucy-Ann memandang mereka dengan perasaan kecut. Tidak ada perahu
"jadi Jack tidak bisa diselamatkan" Air mata Lucy-Ann menggenang di pelupuk,
ketika dibayangkannya Jack yang tersesat dalam lorong yang bercabang-cabang,
sedang di situ ada orang-orang galak yang pasti akan menyekapnya apabila
berjumpa. Ia merasa agak lega, karena setidak-tidaknya ada Kiki yang menemani
abangnya. "O ya, Philip," kata Dinah. Tiba-tiba ia teringat lagi. "Mau tahu apa yang
diceritakan Paman Jocelyn tadi pada kami" Katanya dulu ada jalan lewat bawah
dasar laut, menuju ke tambang tembaga. Ada lorong ke Pulau Suram! Ia juga tahu
tentang lorong tersembunyi yang satu lagi, tapi ia tidak menyangka jalan itu
masih bisa dilalui. Ia kaget ketika mendengarnya. Bagaimana, Philip mungkinkah
"lorong rahasia ke pulau itu masih ada sekarang" Atau mungkin sudah ambruk dan
digenangi air laut" Aduh, kepingin rasanya kita bisa menemukannya!" _
Bill kelihatannya seperti sangat tertarik mendengarnya. Diambilnya buku yang
dipegang Dinah. "Ini buku tentang rumah ini?" tanyanya. Dinah mengangguk.
"Ya di situ tertera lorong yang kami temukan waktu itu," katanya. "Dan kurasa
"lorong yang satu lagi juga ada di situ. Cuma sayangnya, kami tidak memahami arti
peta-peta serta tulisan kuno yang ada di situ."
"Tapi aku bisa," kata Bill. Setelah itu perhatiannya tercurah sepenuhnya dalam
buku itu. Halaman demi halaman diperhatikannya dengan tekun. Beberapa di
antaranya dilewati dengan cepat. Ia mencari-cari keterangan mengenai lorong yang
menuju ke Pulau Suram. Sekonyong-konyong Bill nampak bersemangat, lalu membalik satu atau dua halaman
dengan cepat. Mula-mula diperhatikannya sebuah peta yang kelihatan aneh. Setelah
itu satu lagi. Lalu ia mengajukan pertanyaan yang aneh.
"Berapa dalamnya sumur kalian di sini?"
"Sumur?" Philip tercengang. "Wah, dalam sekali! Kurasa sama dalamnya kayak liang
masuk ke dalam tambang di pulau itu. Pokoknya menjorok ke bawah sampai lebih
rendah daripada permukaan laut. Tapi airnya tidak asin."
"Coba dengar sebentar," kata Bill, lalu membacakan beberapa patah kata pada
anak-anak. Setelah itu ia memperhatikan peta berikut, yang menampakkan sebuah
liang dalam, jauh ke dalam tanah.
"Kalian lihat ini?" kata Bill lagi. "Awal lorong ke pulau letaknya di dasar
sumur rumah ini. Kalau kupikir-pikir, sebenarnya memang masuk akal. Soalnya,
untuk menyusur di bawah dasar laut menuju ke tambang-tambang di pulau, jalan
masuknya harus terletak lebih rendah dari dasar laut. Sedang satu satunya tempat"di sini yang letaknya begitu tentu saja dasar. sumur!"
?"Astaga!" seru Philip, Dinah dan Lucy-Ann serempak. Sumur! Tidak sampai ke situ
pikiran mereka. Benar-benar luar biasa!
"Tapi di dasar sumur kan ada air," kata Philip kemudian. "Masa untuk masuk,
"kita harus lewat air."
"Bukan begitu lihatlah," kata Bill Smugs sambil menuding peta. "Tempat masuk
"ke lorong itu letaknya di atas permukaan air sumur. Ini lihatlah! Kurasa ini
"gambar anak tangga yang ditatah di tempat itu. Bentuknya agak menanjak, lalu
memasuki lorong dalam batu cadas. Kurasa asal mulanya celah yang memang sudah
ada di situ. Di daerah pesisir ini kan banyak sekali celah celah semacam itu.
"Kemudian ada yang menemukannya secara kebetulan, lalu dijadikan lorong yang bisa
dilewati dengan jalan menggali tau meledakkannya supaya menjadi lebih lebar."
"O, begitu," kata Philip bersemangat. "Kurasa lubang yang ada di bawah itu
ditemukan orang ketika sumur di tempat ini dibuat pada jaman dulu. Lubang itu
lalu diperiksa, dan ternyata merupakan lorong alam. Karenanya diperlebar,
sehingga bisa dilewati. Bill, bisakah kita memeriksanya ke bawah?"
"Jangan sekarang tengah malam begini,"jawab Bill dengan segera. "Petualangan
"kalian hari ini sudah lebih dari cukup. Kalian juga perlu tidur!"
"Tapi tapi bagaimana dengan Jack?" tanya Lucy-Ann. Matanya terbelalak,
" "karena cemas.
"Malam ini kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi,"kata Bill dengan tegas tapi
ramah. "Lagi pula kalau ia tertangkap, apa boleh buat ia tertangkap! Tapi
"kalau belum, mungkin besok kita bisa berbuat sesuatu untuk menolongnya. Tapi
malam ini kita tidak masuk ke dalam sumur, habis perkara! Philip malam ini aku
tidur denganmu di kamar menara."
Philip senang sekali mendengarnya. Malam itu ia tidak ingin tidur sendiri. Dinah
dan Lucy-Ann disuruh cepat tidur, walau mereka masih mencoba membantah. Setelah
itu Bill ikut dengan Philip, naik ke kamar di menara. Di situ Philip menunjukkan
jendela, dari mana pulau kadang-kadang bisa kelihatan.
Kemudian Philip duduk di tepi tempat tidurnya. Maksudnya hendak membuka sepatu.
Tapi ia sudah begitu capek. Bahkan membuka tali sepatu pun, ia sudah tidak mampu
lagi. Ia terguling di tempat tidur. Matanya terpejam, dan Philip langsung pulas
tanpa sempat menukar pakaiannya lagi.
Bill memandangnya sambil tersenyum. Diselimutinya Philip, lalu ia pergi ke
jendela dan duduk di situ. Bill berpikir pikir, sambil mengisap rokok Besok akan
"diketahui, apakah masih ada atau tidak lorong bawah tanah dari Craggy-Tops
menuju ke Pulau Suram. Menurut perasaan Bill saat itu, tak mungkin lorong itu
masih ada. Betul, lorong tersembunyi yang ditemukan anak-anak memang masih utuh!
Tapi lorong itu pendek sekali, apabila dibandingkan dengan lorong yang di bawah
dasar laut. Kecuali itu selama berabad-abad laut selalu menghempas ke batu yang
ada di atas lorong itu. Kalau batu dasar itu retak sedikit saja, sehingga air
bisa menetes masuk ke dalam dalam beberapa minggu saja lorong itu pasti sudah
" penuh air. Jadi tidak bisa dilewati lagi!
Akhirnya Bill merebahkan diri di kasur, di sebelah Philip yang sudah lama pulas.
Akhirnya Bill juga tertidur. Keesokan paginya ia dibangunkan oleh Philip. Anak
itu mengguncang-guncang tubuhnya.
"Bill! Sudah pagi! Yuk, kita sarapan dan setelah itu mencari jalan masuk ke "lorong di dalam sumur. Cepatlah!"
Tak lama kemudian mereka sudah berada di tingkat bawah. Dinah dan Lucy-Ann
sedang sibuk menyiapkan sarapan.
"Mana Jo-Jo?" tanya Philip. Ia heran, karena pembantu Bibi Polly itu tidak
kelihatan. "Belum pulang dari memancing," kata Dinah, sambil menyerok telur mata sapi dari
penggorengan. Cekatan sekali geraknya. "Ini untuk Anda, Bill.Untung Jo-Jo belum
kembali sekarang! Kalau sudah, pasti ia heran melihat Bill di sini. la akan
langsung merasa curiga."
"Tapi mungkin sebentar lagi ia pulang," kata Lucy-Ann. "Jadi cepatlah sedikit,
sebelum dia. datang. Tak enak rasanya membayangkan dia berdiri dengan mata
melotot di atas sumur, sementara kita sedang melihat-lihat di dalamnya."
Mereka lantas cepat-cepat sarapan. Sebelumnya Dinah sudah mengantarkan sarapan
untuk Bibi Polly ke kamar tidur, dan untuk Paman Jocelyn ke kamar kerjanya. Kata
Dinah, Bibi Polly sudah merasa agak enak badannya, dan nanti mungkin akan turun.
Sedang mengenai Paman Jocelyn menurut perasaannya Paman sama sekali tidak
"tidur semalaman. "Kurasa ia sepanjang malam sibuk terus," kata Dinah. "Nah semua sudah selesai"
"Nanti saja mencuci piring, apabila kita sudah kembali."
Mereka beramai-ramai pergi ke pekarangan sempit yang terdapat di belakang rumah,
berbatas an dengan dinding tebing yang terjal. Bill menjulurkan tubuh di tepi
sumur, memandang ke bawah. Sumur itu kelihatannya memang sangat dalam.
"Apakah kita akan turun dengan timba?" tanya Philip.
"Bisa saja, apabila timbanya cukup besar, jawab Dinah. "Tapi dengan yang ini
" "mustahil. Untuk Lucy-Ann saja sudah terlalu kecil."
"Nanti dulu," kata Bill, sambil mengeluarkan senternya yang besar dari
kantongnya. "Kalau lubang sumur ini satu-satunya jalan menuju ke lorong yang ada
di bawah, maka mestinya di pinggirnya harus ada tangga. Tak bisa kubayang-kan
orang jaman dulu naik turun dengan timba."
"Tapi di situ tidak ada tangga," kata Philip. "Kalau ada, kan sudah dari dulu
"kulihat." Bill menyorotkan senternya ke dalam sumur, lalu memeriksa sisinya dengan
teliti. "Coba lihat itu," katanya pada Philip, "memang betul, di sini tidak ada anak
tangga tapi kaulihat kokot besi yang mencuat di pinggir sumur itu"
"Nah, itulah yang dipakai orang jaman dulu apabila hendak menuruni lubang ini.
Kokot itu dipakai sebagai ganti tangga! Sementara kaki menginjak kokot yang di
sebelah bawah, tangan memegang yang ada di atas. Lalu kaki diraba-rabakan,
mencari kokot bawah yang berikut. Dan begitu seterusnya."
"Ya, betul," kata Philip bersemangat. "Anda Betul! Begitulah cara orang turun
pada jaman dulu. Pasti waktu di sekitar sini sering terjadi peperangan, banyak
pelarian yang memakai sumur ini sebagai tempat bersembunyi walau mungkin
" mereka tidak tahu bahwa di bawah ada jalan masuk ke lorong rahasia. Yuk, Bill,
kita turun! Aku kepingin berangkat sekarang juga!"
"Ya, kurasa memang sudah waktunya," kata Bill. "Aku dulu. Dinah, tolong
lihatkan, kalau Jo-Jo datang dengan tiba-tiba."
Bab 24 DI BAWAH DASAR LAUT Bill tidak bisa mencapai kokot besi yang paling atas. Jadi Philip harus
mengambil tali dulu. Tali itu diikatkan pada tonggak sumur. Setelah itu Bill
meluncur turun sambil berpegangan pada tali, sampai kakinya menjejak kokot yang
paling atas. "Beres," katanya. "Kalau sudah siap langsung menyusul, Philip! Tapi biar aku
turun sampai beberapa jenjang dulu! Dan hati hati, jangan sampai terpeleset.?"Dinah dan Lucy-Ann tidak diizinkan ikut. Dan mereka sendiri pun ngeri,
membayangkan harus menuruni lubang sumur yang dingin dan curam itu, dengan hanya
bertopang pada kokot-kokot besi yang tidak bisa dibilang aman. Mereka memandang
Bill dan Philip menghilang ke dalam lubang sumur, lalu bergidik.
"Tidak enak rasanya ditinggal, tapi bagiku lebih tidak enak lagi kalau ikut
turun ke situ," kata Dinah.
"Yuk Bill dan Philip sudah tidak kelihatan lagi sekarang! Lebih baik kita
"kembali ke dapur, dan menyelesaikan pekerjaan di situ. Wah lama sekali Jo-Jo
"pergi!" "
Kedua anak itu kembali ke dapur, sambil membayangkan Philip dan Bill yang saat
itu sedang turun ke dasar sumur. Keduanya memanjat ke bawah dengan pelan, tapi
pasti. Kokot-kokot rupanya tertancap teguh ke dinding sumur.
Menuruni lubang sumur itu sangat melelahkan. Bill dan Philip pasti akan
kewalahan, apabila pada beberapa tempat di dinding sumur tidak ada tempat
beristirahat. Bill mula-mulanya tidak mengetahui guna tempat tempat itu, ketika
"untuk pertama kali menemuinya. Tempat itu merupakan rongga dalam dinding sumur,
cukup untuk berjongkok di dalamnya. Mula-mula Bill menyangka rongga itu jalan
masuk ke lorong. Ia agak heran, kenapa begitu cepat dicapai. Tapi kemudian
disadarinya kegunaan rongga itu, lalu ia beristirahat di situ sebentar. Setelah
itu melanjutkan penurunan lagi, sementara Philip yang berganti istirahat
sebentar dalam rongga. Rasanya lama sekali mereka menurun terus. Dan dalam kenyataannya, diperlukan
waktu hampir sejam untuk itu. Mereka sempat beristirahat sebentar-sebentar dalam
beberapa rongga yang dibuat untuk keperluan. Tapi walau begitu, akhirnya mereka
sudah capek sekali. Kemudian sorotan senter yang diselipkan ke pinggang Bill,
menerangi permukaan air yang gelap. Mereka sudah sampai di dasar sumur.
"Kita sudah sampai! seru Bill pada Philip. "Sekarang aku mencari lubang masuk
"ke lorong." Lubang itu ditemukan dengan mudah. Pada dinding sumur terdapat sebuah lubang
bundar yang menganga, kelihatannya seperti lubang terowongan sempit. Dengan
segera Bill masuk ke dalam lubang itu. Tempat itu gelap dan licin. Baunya tidak
enak. "Aneh, udara di sini masih segar," pikir Bill. "Tapi memang, ketika menurun tadi
kurasakan ada arus udara. Jadi rupanya terdapat aliran udara dalam lorong."
Ditunggunya sampai Philip sudah sampai di situ. Kemudian mereka mulai menyusur
jalan yang paling luar biasa, yaitu lorong di bawah dasar laut!
Mulanya lorong itu sempit dan bertahap-tahap menuju agak ke atas. Keduanya
terpaksa maju sambil membungkuk sedikit. Tapi setelah agak jauh masuk, lorong
itu menjadi lebih lebar dan tinggi. Lantai dan dindingnya masih tetap licin dan
berbau busuk. Tapi sementara itu Bill dan Philip sudah terbiasa.
Setelah beberapa saat mereka mulai menurun. Lorong yang dilewati condong ke
bawah kadang-kadang agak terjal. Di tempat-tempat yang paling miring lantai "dibuat bertangga-tangga, rupanya supaya orang yang lewat di situ jangan sampai
terlalu sering terjatuh. Tapi licinnya bukan main! Bahkan kambing gunung pun,
kalau lewat di situ pasti terpeleset. Bill langsung jatuh berdebam, disusul oleh
Philip. "Singkirkan kakimu dari tengkukku," kata Bill, sambil berusaha bangkit kembali.
"Aduh, benar-benar payah lewat di sini!"
Tapi mereka berjalan terus. Akhirnya lorong itu tidak menurun lagi. Arahnya
mendatar, di segala sisi dikelilingi batu cadas. Di tempat itu sama sekali tidak
kelihatan tanah, pasir maupun kapur. Di mana-mana, yang ada cuma batu-batu
belaka berwarna hitam legam. Di beberapa tempat nampak kilauan aneh.
Pada beberapa tempat lorong menyempit, nyaris tidak bisa dilalui.
"Untung kita berdua tidak gendut," kata Philip. Ditariknya perut ke dalam,
supaya bisa lewat. "Wah, sempitnya bukan main! Mungkinkah batu di sini yang
lama-kelamaan merapat atau lorong ini memang sudah selalu sempit begini,
"Bill?" "Kurasa sudah selalu begini," jawab Bill. "Ini celah alam pada dasar laut.
Menakjubkan! Tapi aku pernah mendengar, di tempat-tempat lain juga ada celah
semacam begini. Dan di pesisir sini banyak celah semacam begini."
Hawa dalam lorong itu panas. Di sana sini agak pengap. Napas Bill dan Philip
agak tersengal-sengal ketika lewat di situ. Tapi mereka terus berjalan,
diterangi cahaya senter yang menyinari dinding lorong yang hitam berlumut Philip
mulai merasa seakan-akan bermimpi. Dikatakannya perasaan itu pada Bill.
"Kau tidak bermimpi," jawab Bill dengan nada menenangkan. "Kita memang sedang
berada di tempat yang aneh tapi benar benar ada, bukan mimpi. Mau kucubit,
" "supaya yakin bahwa kau tidak mimpi"
?"Cubitlah," kata Philip. Ia mulai merasa agak aneh, setelah begitu lama berada
dalam lorong sempit dan gelap itu. Bill mencubitnya. Tapi tidak pelan-pelan!
Philip terpekik kesakitan.
"Aduh!" katanya. "Betul, aku tidak sedang mimpi. Tak mungkin bisa mimpi dicubit
sekeras itu." Tiba-tiba Bill merasa seperti ada sesuatu yang lari dekat kakinya. la terkejut,
lalu memandang ke bawah. Sorotan senter juga diarahkan ke situ. Bill tertegun,
karena melihat seekor tikus kecil di dekat kakinya. Tikus itu memandangnya.
"Eh, coba lihat," katanya pada Philip. "Ada tikus! Ada tikus di sini! Luar
biasa. Makan apa dia di sini" Tak bisa kubayangkan ada hewan hidup dalam lorong
bawah laut." Philip tertawa geli. Ah, itu kan Woffly tikus piaraanku! Rupanya ia keluar dari lengan bajuku
" "lalu melompat ke bawah."
"Kalau begitu sebaiknya ia cepat-cepat lagi masuk ke dalam lengan bajumu, kalau
masih ingin hidup terus," kata Bill. "Tak ada binatang yang bisa tahan hidup
lama di sini." "Nanti kan dia kembali lagi sendiri," kata Philip. "Woffly belum pernah pergi
lama-lama." Dalam perjalanan itu Bill dan Philip beristirahat dua atau tiga kali. Perjalanan
itu lama dan melelahkan. Selama beberapa waktu lorong lurus saja, tapi tahu-tahu
berkelok-kelok sebentar. Lalu lurus lagi. Philip mulai berpikir-pikir, masih
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berapa lama lagi senternya tahan menyala. Tiba tiba timbul rasa ngeri, "membayangkan akan berada dalam lorong gelap, tanpa cahaya sama sekali.
Bagaimana jika senter Bill juga padam nanti" Tapi Bill menenangkannya.
"Aku membawa baterai cadangan," katanya, "jadi kau tak usah khawatir kita
"takkan apa-apa di sini. O ya aku jadi teringat lagi. Aku tadi membawa bekal
"permen. Kurasa perjalanan ini akan lebih ringan rasanya, apabila kita mengulum
permen sambil berjalan."
Mereka berhenti sebentar, sementara Bill Smugs mencari-cari dalam kantong.
Ternyata katanya tadi benar! Langkah terasa menjadi agak ringan, apabila
berjalan sambil mengulum permen.
"Sudah berapa jauh perjalanan kita sampai sekarang?" tanya Philip. "Mungkin
setengah jalan?" "Aku tidak tahu," kata Bill. Tiba-tiba ia berseru kaget. "He apa ini?"
"Ia berhenti berjalan. Senter disorotkannya ke depan. Lorong kelihatannya
seperti tersumbat di situ.
"Aduh kelihatannya langit-langit lorong runtuh di sini," kata Bill. "Kalau
"betul begitu, payah! Kita tidak bisa terus, karena tidak membawa apa-apa untuk
menyingkirkan reruntuhan itu, untuk melihat apakah kita bisa terus atau tidak."
Tapi nasib mereka sedang mujur. Ternyata tidak banyak batu yang runtuh dari
atas. Ada satu yang agak besar, tapi jatuhnya di samping. Mereka berhasil lewat
di sampingnya. . "He," kata Philip, setelah berjalan lagi agak lama, "Anda perhatikan tidak
"batu di sini sudah lain warnanya, Bill! Sudah tidak hitam lagi kayak tadi, tapi
kemerah-merahan. Bagaimana, apakah itu berarti bahwa kita sudah mendekati
tambang tembaga?" "Ya, kurasa memang begitu," kata Bill. "Kalau betul begitu, kita bisa berharap
lagi. Entah sudah berapa jam kita berjalan sampai sekarang rasanya kayak sudah
"beratus-ratus tapi kurasa sudah waktunya kita menghampiri pulau sialan itu."
?"Untung kita tadi cukup banyak makan sewaktu sarapan," kata Philip. "Tapi
sekarang aku mulai merasa lapar lagi! Coba kita tadi membawa bekal!"
"Aku banyak membawa coklat," kata Bill. "Nanti kuberi beberapa potong kalau
"belum lumer tentunya! Aku takkan heran kalau lumer, karena hawa di bawah sini
panasnya bukan main."
Coklat itu memang menjadi sangat empuk, tapi belum sampai lumer. Philip ternyata
sudah sangat lapar. Begitu Bill memberikan beberapa potong padanya, dengan
segera ia memakannya dengan lahap. Hm enak! Setelah itu mereka meneruskan
"langkah, menyusur lorong berdinding licin berlumut Di sana sini nampak kilatan
warna tembaga yang kemerah-merahan. Mereka bernya-tanya dalam hati, masih berapa
jauh lagi mereka harus berjalan sebelum sampai di tempat tujuan.
"Kau kebetulan membawa peta tambang?" kata Bill dengan tiba-tiba. "Aku tadi lupa
menyuruhmu membawanya. Sebentar lagi pasti akan kita perlukan."
"Ya ada dalam kantongku," kata Philip. "He di depan lorong ini melebar!"
" "Betullah tiba-tiba lorong itu berakhir pada suatu rongga yang lapang. Rupanya
" itu ujung tambang. Di situ mungkin tembaga yang ditambang dulu habis, pikir
Philip. Wah bukan main besarnya kalau begitu tambang pada jaman dulu itu, dan "betapa kayanya!
"Nah akhirnya kita sampai juga," kata Bill dengan suara pelan. "Ingat, mulai
"dari sekarang jangan ribut-ribut, Philip. Kita harus berusaha menemukan Jack,
tanpa ketahuan orang-orang di sini."
Philip merasa heran. "Kenapa kita tidak mendatangi teman teman Anda yang ada di sini, lalu menanyakan
"pada mereka di mana si Bintik berada?" katanya. "Kenapa harus sembunyi-
sembunyi" Aku tidak mengerti!"
"Pokoknya aku punya alasan untuk berbuat begitu," kata Bill. "Harap kauturuti,
Philip biarpun kau tidak bisa mengerti. Sekarang mana peta itu?"
"Philip mengambil benda yang diminta dari kantongnya, lalu diserahkan pada Bill.
Bill membentangkannya di batu yang datar sisi atasnya. Lalu dipelajarinya peta
itu dengan seksama, diterangi cahaya senter. Kemudian ia menuding suatu tempat.
"Kita sekarang ada di sini," katanya. "Ini di ujung lorong tambang. Kurasa
"bagian yang ini merupakan awal lorong di bawah dasar laut tapi aku tidak begitu
"yakin mengenainya. Coba ceritakan sekarang jalan mana dari sekian banyak
"lorong ini yang kalian ambil sewaktu masuk kemari waktu itu?"
"Yah ini dia liang utama yang kami masuki," kata Philip, sambil menuding
"gambar dalam peta. "Dan ini lorong utama yang kami lewati setelah itu dan ini
"gua yang disinari cahaya terang- benderang. Lalu di sekitar sini kami mendengar
bunyi berisik orang-orang yang sedang bekerja."
"Bagus," kata Bill dengan nada puas. "Sekarang aku sudah tahu, kita harus menuju
ke mana. Yuk, kita terus tapi berjalan sepelan mungkin! Kita menuju ke lorong
"utama dulu. Lalu kita lihat, apakah Jack ada di sekitar situ. Atau kalau tidak
"mungkin mendengarnya."
Dengan hati-hati sekali mereka menyelinap, menuju lorong utama yang banyak
cabang- cabangnya. Bill menutupi bagian depan senternya dengan tangan, supaya
sinarnya tidak terlalu terang. Mereka belum sampai ke depan gua, di mana anak-
anak waktu itu mendengar bunyi-bunyi berisik serta melihat cahaya terang-
benderang. Tapi Philip tahu, pada suatu ketika mereka akan sampai juga ke situ.
"Ssst!" desis Bill dengan tiba-tiba. Ia berhenti berjalan. Philip kaget. Bill
begitu tiba-tiba berhenti, sehingga tertubruk olehnya. "Aku mendengar sesuatu,
"bisik Bill. "Kedengarannya kayak langkah orang berjalan."
Keduanya berhenti sambil menajamkan pendengaran. Seram rasanya berdiri dalam
gelap sementara terdengar bunyi dentaman air laut yang tak henti-hentinya
bergerak menghantam dasar batu di atas kepala. Tapi selain itu, Philip merasa
seperti mendengar bunyi lain. Seperti ada kerikil tertendang orang yang sedang
berjalan. Setelah itu sunyi. Karenanya Bill dan Philip lantas meneruskan langkah lagi,
sampai kembali merasa mendengar bunyi sesuatu sekarang dekat dengan tempat
"mereka berhenti. Dan Bill yakin mendengar napas orang di dekat mereka. Bill
menahan napas, supaya bisa mendengar lebih jelas.
Tapi rupanya orang itu juga menahan napas, karena Bill tidak bisa mendengar apa-
apa lagi. Hih seram rasanya saat itu! Bill memutuskan untuk melanjutkan
"perjalanan. Tiba-tiba mereka sampai di suatu tikungan. Bill menggapai gapai, karena senter
" sudah dipadamkan sejak tadi, begitu terdengar bunyi yang tak dikenal. Dan pada
saat Bill sedang menggapai-gapai ke dinding lorong, saat itu pula ada tangan
yang menggapai gapai dari arah berlawanan."Sebelum Philip tahu apa yang terjadi, tahu tahu didengarnya seseorang berseru.
"Dirasakannya Bill bergulat dengan orang lain di depannya. Aduh apa lagi yang
"terjadi sekarang"
Bab 25 PENEMUAN YANG MENGHERANKAN
Sekarang - apakah yang terjadi dengan Jack dan Kiki selama itu" Ternyata banyak
sekali. Dan pengalamannya itu ada yang sangat mengherankan. Nyaris tak bisa
dipercaya, karena begitu luar biasa!
"Jack tidak tahu bahwa Philip, Dinah dan Lucy-Ann berhasil melarikan diri. Ia
bahkan sama sekali tidak mengetahui bahwa sebelumnya ketiga anak itu tertangkap.
Jack pergi menyusul kakaktuanya yang lain, dan kemudian ia tersesat Beberapa jam
kemudian kedua laki-laki yang sedang mengejar anak-anak yang minggat mendengar
suara Kiki berteriak-teriak lalu mengejar. Tapi kedua laki-laki itu memasuki
lorong yang keliru, jadi tidak menemukan Jack.
Setelah itu Jack masih berkeliaran terus bersama Kiki. Lorong demi lorong
dimasukinya. makin lama ia semakin jauh masuk ke bagian tambang yang lebih tua.
Ia sudah ketakutan saja, jangan-jangan baterai senternya menjadi kosong. Ia juga
mengkhawatirkan langit-langit lorong yang mungkin runtuh lalu menimpanya. Macam-
macam yang ditakutinya saat itu.
"Jangan-jangan aku akan tersesat untuk selama-lamanya di sini," pikir Jack.
"Jangan-jangan aku sekarang sudah jauh sekali dari lorong utama."
Tahu-tahu ia sampai ke suatu bagian lorong, yang di sebelah atasnya ada lubang.
"Tentu saja ini pasti salah satu dari sekian banyak liang yang ada di
"pertambangan ini," pikirnya. Jantungnya berdebar keras. "Untunglah kini aku
"bisa memanjat ke atas, lalu keluar lagi ke alam bebas."
Tapi tidak ada jalan baginya untuk memanjat ke dalam liang itu. Kalau dulu di
situ mungkin ada tangga atau tali untuk memanjat ke atas barang itu sudah
"tidak ada lagi sekarang. Mungkin sudah lapuk, lalu hancur dengan sendirinya!
Pokoknya, Jack tidak bisa naik ke dalam liang itu.
Tidak enak rasanya berdiri di bawah liang, mengetahui bahwa kebebasan, cahaya
matahari dan udara segar ada jauh di atas tapi kesemuanya itu tidak bisa
"dicapai, karena tidak ada jalan untuk menuju ke tempat itu.
"Kalau aku ini anak perempuan, pasti sudah sedari tadi aku menangis," kata Jack.
Matanya terasa pedih dan basah. Rasanya ada air mata menggenang di situ. "Tapi
aku laki laki! Aku harus tabah."
"Dipaksakannya dirinya tersenyum, sementara Kiki mendengarkan kata-katanya sambil
memiringkan kepala. "Jerangkan air," kata burung itu dengan nada menghibur. Kini Jack benar-benar
nyengir, mendengar ocehan kakaktua kesayangannya.
"Kau memang konyol," kata Jack sayang. "Tapi apa yang harus kita lakukan
"sekarang" Menurut perasaanku kita selama ini berjalan bolak-balik lewat lorong
yang itu-itu juga. Tapi nanti dulu! Liang-liang yang ke atas ini semuanya kan
terletak di Pulau Suram! Kalau begitu rupanya aku tadi berjalan kembali, karena
sebelumnya aku kan sudah sampai di bawah. dasar laut, bersama anak anak yang
"lain. Dan sepanjang ingatanku, semua liang yang ada di sini dihubungkan oleh
sebuah lorong yang bisa dibilang lurus. Kalau begitu sebaiknya kuikuti saja
lorong ini. Siapa tahu, nanti mungkin bisa sampai ke liang utama. Kalau bisa
sampai ke situ, aku akan bisa ke atasi"
Jack mullai menyusur lorong. Tapi akhirnya sampai pada suatu bagian yang
tersumbat Rintangan itu tidak bisa dilewati. Jadi ia terpaksa kembali lagi, lalu
mengambil jalan lain. Tapi lewat situ pun, akhirnya terhalang reruntuhan langit-
langit. Ia semakin putus asa. Kiki bosan mondar-mandir terus di tempat yang
selalu gelap. Ia menirukan bunyi orang menguap.
"Tutup mulut dengan tangan," katanya memarahi diri sendiri. "Sudah berapa kali
kukatakan tutup pintu! God save the Queen!?"Wah sekarang aku juga ketularan mengantuk," kata Jack, lalu duduk. "Kita
"istirahat sebentar ya, Kiki" Aku sudah capek sekali."
Jack menyandarkan punggungnya ke dinding lorong, lalu memejamkan mata. Tahu-tahu
sudah tertidur. Sekitar dua jam ia pulas di situ. Ketika bangun lagi, mula mula
"ia tidak tahu di mana ia berada. Tapi begitu teringat lagi, langsung timbul rasa
ngeri. Ia buru-buru berdiri, sementara Kiki masih selalu bertengger di
pundaknya. "Jangan panik," katanya menasihati diri sendiri. "Jalan terus nanti kan dengan
"sendirinya tiba di salah satu tempat"
Ketika ia sedang berjalan itulah, Kiki mendengar suara Jake dan Olly berteriak-
teriak mengejar anak-anak yang minggat, Dengan segera Kiki ikut berteriak-teriak
pula. Tapi Jack tidak mendengar apa-apa. la membelok masuk ke dalam suatu lorong
samping, beberapa saat sebelum kedua .laki-laki yang mengejar lewat dalam lorong
semula. Jack tidak tahu bahwa saat itu ia sudah dekat sekali ke liang utama.
Tapi tidak lama kemudian ia sampai di lorong utama. Ia tertegun.
"Mungkinkah ini lorong utama yang nampak dalam peta?" pikirnya. "Mungkin saja!
Coba aku membawa senter yang lebih terang! Mudah-mudahan saja yang ini tidak
padam karena baterainya kosong. Nyalanya sudah tidak seterang tadi lagi." .
Jack menyusur lorong itu. Setelah beberapa lama berjalan, dilihatnya di depan
ada semacam tangga yang ditatah pada dasar batu, mengarah ke atas. Karena ingin
tahu, didakinya tangga itu.
Ternyata ia sampai di lorong lain, yang nampaknya menuju ke bekas tempat
penggalian pula. Saat itu Jack tersandung, lalu jatuh membentur dinding lorong.
Sesuatu yang rasanya seperti bongkah batu terlepas lalu jatuh ke dasar lorong.
Jack menyorotkan senter untuk melihat dari mana benda itu jatuh. la sudah
khawatir saja, jangan-jangan langit-langit yang runtuh.
Tapi ternyata bukan. Cahaya senternya menerangi sesuatu berwarna kemerah-
merahan. Rupanya batu besar, pikir Jack. Tapi kemudian disadarinya bahwa yang
dilihatnya itu bukan batu. Mestinya - ya, pasti itu bijih tembaga yang besar
"sekali! Aduh, bukan main bagusnya! Kuatkah ia mengangkat bijih tembaga itu"
Jack mengorek bijih itu dari tempatnya dengan tangan gemetar. Bijih itu terselip
dalam suatu celah di batu. Mungkinkah ada yang sengaja menyembunyikannya di
situ, dulu" Atau ditaruh Oleh salah seorang yang mengerjakan tambang itu lagi
sekarang" Atau mungkin memang dari semula sudah ada di situ" Jack tidak tahu.
Bijih tembaga itu berat. Tapi Jack masih mampu menggendongnya. Bijih tembaga!
Berulang kali Jack menyebutkan kata kata itu pada dirinya sendiri. Rasanya
"hampir seperti menemukan burung auk besar. Memang tidak sebegitu menggairahkan -
tapi hampir sama! Apa kata anak-anak nanti, kalau bisa melihatnya"
Jack semakin berusaha keras untuk menghindari kemungkinan ketahuan. Kalau para
pekerja yang ada di situ menjumpainya, jangan jangan mereka akan merampas bijih
"tembaga itu dari tangannya. Kini Jack terpaksa menyelipkan senter ke
pinggangnya, karena kedua tangannya sudah dipakai untuk menggendong bijih
tembaga yang berat. Repot rasanya berjalan, karena senter menyinar ke bawah, dan
tidak lagi ke depan seperti sebelumnya.
Tiba-tiba Jack berhenti melangkah. Didengar-nya bunyi samar di kejauhan.
"Kurasa aku sedang menuju ke bunyi berisik yang pernah kudengar bersama Philip
serta anak-anak yang lain, yang datangnya dari tempat orang-orang yang bekerja.
Mungkin saat ini aku juga sudah berada di dekat anak-anak itu."
Jack maju lagi, tapi kini semakin berhati-hati. Ia menyusur lorong, yang tahu-
tahu menikung dan tahu-tahu ia sudah berdiri di ambang gua lapang yang terang-"benderang. Ketika pertama kali sampai di situ, gua itu kosong. Tapi kini ada
beberapa orang di situ. Mereka sibuk membongkar isi peti dan kotak-kotak yang
waktu itu pun sudah ada di situ. Jack memperhatikan dan tempat terlindung. la
ingin tahu, apa isi peti-peti itu.
"Aku sekarang sudah kembali dalam lorong, di mana Kiki kaget lalu terbang dan
aku menyusul-nya," pikir Jack. "Aku ingin tahu, apa yang kemudian terjadi dengan
anak-anak yang lain. Ah, enak rasanya bisa melihat cahaya terang lagi.
Sebaiknya aku bersembunyi saja di balik batu yang mencuat ini, supaya tidak
ketahuan." Kiki membisu. Burung itu ketakutan melihat cahaya terang, setelah begitu lama
berkeliaran dalam gelap. Ia tetap bertengger di pundak Jack, sambil
memperhatikan. Isi kotak-kotak serta peti-peti itu ternyata makanan dalam kaleng. Jack
merasakan perutnya yang sudah lapar sekali, ketika melihat makanan sebegitu
banyak. Ia memang sudah lama tidak makan sedikit pun. Sementara itu orang-orang
yang berada dalam gua membuka beberapa kaleng. Isinya dituangkan ke
piring piring kaleng, lalu mereka makan sambil mengobrol sesama mereka. Tapi
"Jack tidak bisa menangkap obrolan mereka. Perutnya terasa begitu lapar, sehingga
nyaris saja ia menghampiri orang-orang itu untuk meminta sedikit.
Tapi orang-orang itu tidak memberi kesan ramah. Mereka hanya memakai celana
panjang. Tubuh sebelah atas dibiarkan telanjang. Hawa dalam tambang panas
sekali. Tak tahan apabila mengenakan pakaian yang macam-macam. Jack sendiri pun
ingin bisa cuma memakai celana pendek saja. Tapi tanpa baju, pasti cengkeraman
kuku Kiki di pundaknya akan terasa sakit sekali.
Orang-orang itu selesai makan, lalu pergi memasuki lorong yang terdapat di ujung
gua. Di tempat itu tidak ada siapa siapa lagi, sementara di kejauhan terdengar
"kembali bunyi berisik orang-orang bekerja. Rupanya orang-orang tadi sudah mulai
sibuk lagi. Jack menyelinap masuk ke gua yang terang benderang itu. Sesampai di situ
"dilihatnya bahwa cahaya terang itu berasal dari tiga buah lampu yang
digantungkan di langit-langit. Jack menghampiri kaleng-kaleng yang sudah dibuka,
lalu melihat isinya. Ternyata dalam salah satu kaleng masih tersisa daging,
sedang dalam kaleng lain nampak beberapa potong nenas. Jack melahap makanan itu
dengan cepat Menurut perasaannya saat itu, belum pernah ia memakan makanan
senikmat sisa-sisa itu. Selesai makan, Jack memutuskan untuk masuk ke dalam lorong, di mana dilihatnya
orang-orang tadi pergi. la ingin melihat cara bekerja dalam tambang tembaga.
Alat apakah yang dipakai" Mungkin beliung" Atau apakah tembaga yang ada dalam
batu harus diledakkan .supaya terlepas" Apakah yang sedang dikerjakan orang-
orang itu, sehingga suaranya begitu berisik" Yang terdengar seperti mesin besar
yang sedang bekerja. Jack menyelinap terus dalam lorong itu.
Tahu-tahu ia sampai di tepi gua lain. la tertegun, ketika melihat apa yang ada
di situ. Dalam gua itu nampak sekitar sepuluh sampai dua belas orang, sibuk
melayani mesin-mesin yang menimbulkan bunyi berisik. Gema bunyinya memenuhi
ruangan bawah tanah itu. Mesin-mesin itu digerakkan sebuah motor, yang juga
menimbulkan bunyi berisik.
"Mesin-mesin aneh!" pikir Jack, sambil memperhatikan dengan heran. "Bagaimana
caranya memasukkan benda-benda besar itu ke dalam tambang ini" Ah mungkin "dibawa sepotong-sepotong, dan kemudian baru dipasang di sini. Bukan main
sibuknya!" Jack memperhatikan terus apakah orang-orang itu sedang menghasilkan logam
tembaga dengan mesin mesin itu" la tahu, berbagai jenis logam harus dipanggang,
"dilebur atau diolah dulu bijihnya, untuk memperoleh logam mumi. Menurut
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perasaannya, itulah yang sedang dilakukan orang-orang di dalam gua itu. Jadi
jelas bahwa dalam tambang itu tembaga tidak biasa ditemukan berbentuk bijih
logam mumi, seperti yang digendong Jack saat itu.
Salah seorang pekerja mengusap keningnya yang berkeringat, lalu menuju ke tempat
di mana Jack sedang bersembunyi. Anak itu cepat cepat lari memasuki sebuah
"rongga sempit, menunggu orang itu lewat. Kemudian orang itu kembali lagi,
membawa mangkuk berisi air minum. Jack bersandar pada sisi belakang rongga.
Disangkanya itu dinding batu. Tapi tahu tahu dinding itu terdorong ke
" " "belakang, sehingga Jack terjerembab. Ia menyorotkan senternya ke situ. Ternyata
yang disangkanya dinding itu sebetulnya pintu kayu yang kokoh. Dan di balik
pintu ada sebuah bilik kecil. Kelihatannya seperti tempat Philip, Dinah dan
Lucy-Ann disekap. Tiba-tiba terdengar langkah orang mendekat. Jack cepat-cepat masuk ke dalam
bilik itu, lalu menutup pintunya. Tapi ternyata orang yang datang itu cuma
lewat. Jack menyalakan senternya lagi. Ia ingin melihat, ada apa dalam bilik itu
Ternyata bilik itu penuh dengan kertas bertumpuk-tumpuk Kertas-kertas itu
tersusun rapi dan dibundel. Masing-masing bundel terdiri dari kertas-kertas yang
sama ukuran serta warnanya.
Jack memandang bundel-bundel itu rnengejapkan mata sekali lalu memandang
" "lagi. Tidak! Ia tidak salah lihat. Di depannya nampak beribu-ribu bundel uang kertas.
Ada yang bernilai satu pound, ada yang lima pound dan sepuluh pound. Semua
ditumpuk rapi. Nilai keseluruhannya pasti lebih dari sejuta!
"Aku pasti sedang mimpi sekarang," kata Jack, sambil menggosok-gosok mata. "Tak
ragu lagi aku sedang mimpi luar biasa! Sebentar lagi pasti terbangun. Mustahil
tahu-tahu menemukan harta karun di bawah tanah! Tidak, tidak mungkin! Lebih
"baik aku bangun saja sekarang."
Bab 26 KETAHUAN Tapi Jack tidak bisa bangun. Hal itu tidak aneh karena ia memang tidak sedang
"mimpi! Matanya terbelalak, menatap tumpukan uang kertas di depannya. Ia sama
sekali tidak mengerti. Apa sebabnya uang sebanyak itu disimpan di situ" Dalam sebuah gua, di bawah
"tanah" Siapa pemiliknya" Kenapa tidak disimpan di bank, seperti lazimnya" Atau
mungkin mereka yang mengolah tambang ini menggali tembaga yang banyak sekali,
lalu menjualnya dengan diam-diam. Sedang uang hasil penjualan, disimpan di
sini," pikir Jack. Ia masih terus bingung melihat harta yang begitu banyak
tertumpuk di hadapannya, sehingga tidak mendengar ada orang menghampiri pintu
bilik itu. Orang itu membuka pintu. Ketika ia melihat Jack di dalam bilik, kagetnya bukan
main. Bahkan lebih kaget daripada Jack! Anak itu ditatapnya dengan mulut
ternganga karena heran. Tapi kemudian Jack dicengkeram olehnya, dan diseret ke
ruangan yang banyak mesin-mesinnya.
"Ha coba lihat ini!" serunya pada kawan-kawannya. Aku menemukan anak ini " "dalam bilik tempat penyimpanan."
Dengan segera mesin mesin dimatikan. Para pekerja yang ada di situ mengerumuni
"Jack serta orang yang mencengkeramnya. Salah seorang di antara mereka melangkah
maju. Orang itu Jake. Tampangnya sangat menyeramkan. Kain hitam yang menutupi matanya yang satu
menyebabkan ia kelihatan aneh sekali. Jack diguncang-goncangkannya dengan kasar.
Anak itu sampai sesak napasnya, lalu roboh ke tanah ketika dilepaskan lagi.
"Mana teman-temanmu?" bentak Jake. "Ayo katakan" Dengan siapa kau kemari" Apa
yang kalian lakukan di sini" Apa saja yang kalian ketahui?"
Jack memungut bijih tembaganya yang terjatuh. Kemudian ia memandang berkeliling.
Ia mencari Kiki yang tadi terbang ke langit-langit gua karena ketakutan.
Sementara itu ia memutar otak, mencari-cari jawaban yang rasanya paling baik.
Jack heran sekali, karena ternyata bijih tembaganya sama sekali tidak diacuhkan
orang-orang itu. Tadi ia sudah khawatir saja, jangan-jangan hasil penemuannya
itu dirampas. Tapi ternyata tidak.
"Aku tidak tahu di mana kawan-kawanku sekarang," katanya kemudian. "Kami kemari
bersama-sama, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Tapi kemudian aku
tercecer." "Kecuali ketiga anak itu, siapa lagi yang datang bersamamu?" desak Jake. "Tak
mungkin kalian datang sendiri ke pulau ini."
"Tapi kenyataannya begitu," kata Jack berkeras. "O ya uang yang begitu banyak
"di sana siapa pemiliknya?"
"Orang-orang yang mengerumuninya mulai menggerutu. Jack celingukan dengan
perasaan tidak enak. Tampang Jake berubah, merah padam. la berpaling, memandang
kawan-kawannya. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini," katanya. Kawan-kawannya mengangguk.
Kemudian Jake menatap Jack kembali. "Sekarang dengar baik-baik! Rupanya lebih
banyak yang kauketahui, daripada yang kauceritakan pada kami. Rupanya ada yang
bercerita padamu, ya" Nah sekarang katakan segala-galanya yang kauketahui,
"apabila masih ingin melihat sinar matahari di atas! Mengerti?"
Jack mengerti. Ancaman Jake tak mungkin lagi salah dimengerti olehnya. Anak itu
gemetar ketakutan. Tiba-tiba orang-orang yang mengerumuninya kaget Tahu-tahu
Kiki menjerit keras sekali.
"Aku tak mengerti maksudmu," kata Jack bingung. "Yang kami ketahui cuma bahwa
ada yang kembali mengolah tambang tembaga ini, dan Bill Smugs bertugas
mengantarkan makanan ke sini dengan perahunya. Sungguh cuma itu saja yang
"kuketahui." "Bill Smugs," kata Jake mengulangi nama itu. "Anak-anak yang lain juga
menyebutkan nama itu. Siapa itu Bill Smugs?"
"Jack bertambah bingung sekarang.
"Itu bukan namanya yang asli?" tanyanya kemudian.
"Siapa namanya yang asli?" tanya Jake dengan tiba-tiba. Suaranya terdengar
sangat mengancam. Jack ketakutan sekali, dikiranya Jake hendak menempeleng dirinya. Bijih tembaga
yang digen-dongnya terjatuh, dekat ke ujung kaki Jake. Orang itu memungutnya.
Diperhatikannya bijih tembaga itu dengan heran.
"Batu apa ini?" tanyanya ingin tahu. "Kalian sudah sinting rupanya, ya" Burung
kakaktua batu berat Bill Smugs serta tambang tembaga! Apa-apaan ini " " ?"sebetulnya?"
"Kurasa anak ini lebih banyak mengetahui daripada yang mau diceritakannya," kata
Olly. Orang itu maju, lalu berdiri di samping Jake.
"Bagaimana jika dia kita kurung sehari dua, tanpa diberi makan sama sekali"
Pasti nanti ia mau membuka mulut! Atau bagaimana jika kita pukuli saja?"
Tampang Jack pucat mendengarnya. Tapi tak ditunjukkannya bahwa ia takut.
"Tahuku cuma yang sudah kukatakan tadi," katanya. "Apa sebetulnya yang masih
bisa diketahui di sini" Apa sebetulnya yang dirahasiakan?"
"Bawa dia pergi!" sergah Jake. "Kalau sudah setengah mati kelaparan, pasti mau
membuka mulut juga."
Olly mencengkeram bahu Jack, lalu mandorongnya pergi dari gua itu. Jack
menggiringnya ke gua yang mirip tempat pengurungan, di mana sebelumnya anak-anak
yang tiga lagi disekap. Ketika Olly hendak mendorong Jack ke dalam, tiba-tiba Kiki menyambar dari atas.
Muka laki-laki itu diserangnya habis-habisan dengan paruhnya. Olly mengangkat
tangannya tinggi tinggi untuk melindungi muka, sedang senter yang dipegangnya
"terjatuh ke lantai lalu padam.
Jack memanfaatkan kesempatan baik itu untuk mengelak ke samping. Ia merunduk di
luar bilik, tanpa bersuara sedikit juga. Kiki tidak tahu di mana tuannya
berada, Karena itu ia terbang ke dalam bilik lalu bertengger di atas meja.
Ruangan itu gelap gulita.
"Wah, wah sayang! katanya nyaring. Saat itu juga terdengar bunyi pintu
" "ditutup dengan cepat. Olly yang melakukannya, karena menyangka Jack yang
berbicara di dalam. Ia sama sekali tidak tahu bahwa Kiki pandai bercakap-cakap.
Pintu langsung dikunci dari luar, sementara Kiki masih mengoceh terus dengan
suara pelan. Baik Jack maupun Olly tidak bisa mendengar apa yang diocehkannya.
Ketika Olly berpaling hendak pergi,
Jake datang menghampiri. "Sudah kaukurung?" tanyanya pada Olly, sambil menyorotkan senter ke pintu yang
tertutup. "Sudah," jawab Olly, "dengar saja sendiri, sekarang dia mengoceh sendiri di
dalam. Kurasa anak itu sinting!"
Keduanya lantas memasang telinga. Sekarang terdengar jelas ocehan
"Sayang, aduh sayang!"
"Dia menyesali nasibnya," kata Jake, lalu tertawa keras-keras. Hati Jack kecut
mendengarnya. "Tapi nanti pasti akan lebih menyesal lagi."
Keduanya kembali ke dalam gua yang banyak mesin-mesinnya. Sesaat kemudian sudah
terde-ngar lagi suara berisik yang semula. Jack berdiri dari tempat
persembunyiannya. Kiki tadi menye-lamatkan dirinya dari siksaan. Kiki yang
malang - burung itu tidak tahu bahwa ia baru saja menyelamatkan tuannya. Jack "menghampiri pintu. Maksudnya hendak membukanya lagi supaya Kiki bisa keluar.
Tapi anak kuncinya tidak ada lagi di situ. Rupanya dibawa orang-orang tadi. Jadi
kini Kiki terkurung dalam bilik sempit itu, sampai ada yang mengeluarkannya
lagi. Tapi Jack sendiri sekarang bebas.
"Ada sesuatu yang tidak beres dalam urusan ini," pikirnya. "Ada sesuatu yang
tidak beres dengan uang yang sebanyak itu begitu pula dengan segala mesin yang
"ada di sini. Tadi itu orang-orang jahat tak mungkin mereka teman-teman Bill.
"Kurasa kita keliru."
Setelah itu Jack mulai menyusur lorong dengan berhati-hati sekali. Ia tidak
berani menyalakan senter. Coba ia bisa menemukan 'liang utama' lalu naik ke atas
mungkin anak-anak yang lain menunggunya di sana! Tapi jangan-jangan mereka
"sudah pulang, dan ia ditinggal sendiri di situ! Masih siangkah saat itu, atau
sudah malam" Jack menyusur lorong demi lorong. Ia merasa kesepian. Kecuali itu juga takut.
Sayang Kiki tidak ada, untuk menemaninya. Jack ingin sekali bisa bicara dengan
seseorang. Bahkan ocehan burung kakaktua pun akan sudah agak menenangkan
perasaannya. Akhirnya Jack kehabisan tenaga. Ia tidak kuat lagi meneruskan langkah.
Direbahkannya tubuh-nya di pojok sebuah gua sempit, lalu tidur di situ.
Tidurnya tidak bisa anak. Tapi karena tubuhnya sudah capek sekali, ia tertidur
sampai beberapa jam lamanya. Tubuhnya kaku, karena berbaring di atas batu yang
keras. Ketika Jack terbangun lagi beberapa jam kemudian, tangannya langsung meraba
pundak. Tapi ia tidak merasakan apa-apa di situ. Barulah ia teringat kembali,
bahwa Kiki saat itu disekap dalam bilik dekat gua yang terang. Berkat jasa Kiki
dan kemampuannya bicara seperti manusia, Jack bisa bebas lagi.
Dan kini banyak sekali yang diketahui anak itu. Ia tahu tentang harta yang
tersembunyi. Ia juga tahu tentang mesin-mesin yang disembunyikan dalam gua-gua
di bawah tanah, karena alasan yang tidak diketahui olehnya. Tapi ia tahu, orang-
orang yang melayani mesin-mesin itu bukan tergolong orang yang baik-baik. Dan
jika orang-orang itu merasa bahwa rahasia mereka entah apa rahasia itu
" "ketahuan, maka segala-galanya pasti akan mereka lakukan untuk mencegah rahasia
itu sampai tersebar. "Aku kini harus berusaha minggat, lalu melaporkan hal-hal yang kuketahui," pikir
Jack. "Kurasa aku perlu menghubungi polisi. Sebetulnya aku kepingin
menceritakannya pada Bill, karena sekarang aku merasa bahwa ia tidak bersekutu
dengan orang-orang itu. Tapi aku masih belum yakin! Tapi jelas, aku harus
"menceritakan hal-hal yang kuketahui pada seseorang."
Setelah itu Jack mulai berjalan lagi, kembali menelusuri lorong demi lorong
dalam tambang itu. Sementara itu cahaya senternya sudah semakin redup.
Tiba-tiba senternya padam!
Jack menepuk-nepuknya. Lalu membuka bagian bawahnya. Dipasang lagi. Tapi percuma
- baterainya yang sudah habis! Perlu diganti dengan yang baru. Tapi justru itu
yang tidak mungkin pada saat itu.
Kini Jack benar-benar ketakutan. Tinggal satu harapannya untuk bisa melarikan
diri yaitu secara kebetulan menemukan liang utama tempat mereka turun ke dalam
" lorong-lorong tambang. Tapi kemungkinan itu kecil sekali.
Jack meneruskan langkahnya sambil menggapai-gapai. Bijih tembaga yang masih
selalu digendong terasa berat sekali. Tiba-tiba ia merasa seperti mendengar
sesuatu. Ia berhenti- dan memasang telinga. Tapi tidak rupanya ia tadi salah "dengar.
Perjalanan dilanjutkan. Tahu-tahu Jack tertegun lagi. Entah kenapa, tapi ia
merasa pasti di dekatnya ada orang. Mungkinkah yang didengarnya itu tarikan
napas seseorang" Jack tertegun dalam gelap, sambil menahan napas. Dipertajamnya
pendengaran. Tapi kembali tidak ada apa-apa yang bisa didengar.
"Mungkin orang itu juga menahan napas dan memasang telinga," pikirnya.
Jack melangkah maju. Tahu-tahu ia menubruk
seseorang. Jangan-jangan itu Jake, atau Olly! Jack meronta-ronta, sedang orang
yang tak kelihatan di depannya itu mencengkeramnya kuat-kuat. Bijih tembaga yang
dipegang Jack terlepas dan jatuh menimpa kakinya.
"Aduh, kakiku -- kakiku," erang Jack.
Saat itu juga memancar cahaya terang menyinari mukanya. Orang tak dikenal yang
bergulat dengannya menyalakan senter, lalu berseru kaget, "Wah ini kan Jack!"
?"Bintik!" Itu suara Philip, pikir Jack. Saat berikutnya ia merasa punggungnya
ditepuk temannya itu. "Bintik! Memang nasib sedang mujur -- bisa kebetulan
berjumpa denganmu di sini!"
"Jambul! Billl" kata Jack. Suaranya agak parau, karena gembira dan lega. Aduh,
senangnya mendengar suara-suara yang dikenal, setelah begitu lama sendirian
dalam gelap! Senang sekali rasanya bisa melihat Philip kembali, dengan jambulnya
yang mencuat dari ubun-ubun. Dan Bill yang selalu nyengir, serta matanya yang
berkilat jenaka. Jack merasa lega. karena kini ada seorang dewasa yang bisa
membantunya. Anak-anak memang bisa menanggulangi persoalan tapi sering juga
"terjadi peristiwa, di mana diperlukan pertolongan orang dewasa untuk
menghadapinya! Jack tersedak karena terharu. Bill menepuk-nepuk punggungnya.
"Senang rasanya melihatmu lagi, Jack," kata Bill. "Pasti banyak sekali yang bisa
kauceritakan pada kami."
"Memang," kata Jack. Ia mengambil sapu tangan, lalu menyapu hidungnya dulu. Nah
- sekarang perasaannya sudah lebih enak. "Mana Dinah dan Lucy-Ann?"
"Sudah selamat, di rumah," kata Philip. "Kemarin tahu-tahu kau sudah tidak ada
lagi bersama kami, Jack. Setelah itu kami ketahuan lalu disekap. Tapi kami
berhasil melarikan diri naik ke atas lewat liang utama, pergi ke perahu lalu
berlayar kembali ketika hari sudah mulai gelap. Setelah itu kudatangi Bill, dan
inilah dia sekarang! Kami tidak bisa kemari dengan perahunya, karena perahu itu dirusak orang. Sedang
perahu Jo-Jo tidak ada di tempat yang biasa."
"Kalau begitu bagaimana kalian bisa kemari?" tanya Jack heran.
?"Ada jalan di bawah dasar laut, dari Craggy-Tops ke sini," kata Philip. "Nah,
apa katamu sekarang" Kami mengetahuinya dari sebuah buku kuno tentang Craggy-
Tops. Tapi jalan itu jauh sekali. Lama sekali kami baru sampai. Hih seram
" rasanya lewat jalan itu. Tapi pokoknya kami sampa di sini sekarang."
Jack mengajukan pertanyaan secara beruntun-runtun. la ingin tahu tentang jalan
yang luar biasa itu. Tapi Bill juga ingin mengajukan beberapa pertanyaan
padanya. _ "Kesemuanya ini jauh lebih penting dari sangkaanmu, Jack," kata Bill. "Kita
duduk saja dulu di sini. Kurasa kau bisa membantu aku memecahkan suatu teka-teki
yang rumit." Bab 27 PERSOALAN MENJADI JELAS "Ada beberapa kejadian aneh yang ingin kuceritakan pada Anda," kata Jack
bersemangat "Pertama-tama, coba terka apa yang kujumpai tadi! Bayangkan sebuah"gua berbentuk bilik, penuh sesak dengan tumpukan uang. Uang kertas! Kurasa di
situ pasti ada beribu-ribu pound uang kertas. Mungkin bahkan jutaan! Pokoknya,
banyak sekali!" Ah, kata Bill. Suaranya bernada puas. "Ah itu baru kabar namanya. Bagus,
" " "Jack!"
"Lalu aku melihat mesin-mesin, banyak sekali semua sedang berjalan," sambung
"Jack. la merasa senang, karena kabarnya begitu menarik perhatian Bill. "Mesin-
mesin itu dijalankan sebuah motor Mula-mula kusangka peralatan itu gunanya untuk
memurnikan tembaga pokoknya untuk mangolah hasil galian! Tapi salah satu masin
"itu kelihatannya kayak masin cetak."
"Aha!" kata Bill lagi. Suaranya kedengaran semakin puas. "Ini benar-benar kabar
bagus. Menakjubkan! Jack, kau berhasil membongkar misteri yang sudah lima tahun
tidak berhasil dipecahkan! Misteri yang membingungkan pemerintah selama ini, dan
juga polisi!" "Misteri apa itu?" tanya Jack.
"Kurasa aku tahu," sela Philip bergairah. "Bill, mesin-mesin itu kan untuk
membuat uang kertas palsu, ya" Dan uang palsu yang selasai dicetak, kemudian
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disimpan untuk sementara dalam bilik yang ditamukan Jack. Kemudian diangkut dari
pulau ini, lalu dipakai untuk menipu."
"Ya, betul," kata Bill. "Sudah bertahun-tahun kami mencari komplotan pemalsu
uang ini. Tapi tak berhasil menamukan tempat mereka mencetak. Kami bahkan tidak
bisa tahu, dari mana asal-usul uang palsu itu. Pembuatannya sangat rapi. Hanya
orang yang benar-benar ahli, yang mampu membeda bedakan mana uang yang asli dan
"mana yang palsu."
"Wah, Bill! Kalau begitu orang-orang itu sama sekali bukan menggali tembaga!"
saru Jack tercengang. "Rupanya sangkaan kami keliru. Mereka bekerja dalam
tambang kuno ini bukan untuk menggali tembaga, tapi untuk menyembunyikan mesin-
mesin cetak mereka supaya bisa bekerja dengan aman. Cerdik sekali mereka! Sangat
cerdik!" "Memang," kata Bill geram. "Mereka cuma memerlukan seorang perantara seseorang
"yang saban kali datang mengantarkan makanan serta keperluan lain-lainnya, serta
mengangkut tumpukan uang palsu ke tempat pimpinan mereka. Yah dan justru
"perantara itulah yang menyebabkan rahasia mereka terbongkar!"
"Siapa orangnya?" tanya Jack penuh minat.
"Kami kenal atau tidak?"
"Tentu saja kenal," kata Bill. "Kusangka kalian akan bisa langsung. menebaknya.
Orang itu Jo-Jo!" " "Jo-Jo?" seru Jack dan Philip serempak.
Seketika itu juga mereka menyadari duduk perkaranya.
"Ya, memang cocok! Ia mempunyai perahu, dan ia cukup mengatakan hendak memancing
apabila hendak pergi ke Pulau Suram," kata Philip. "Ia bahkan bisa berangkat
malam-malam, kalau perlu. Sinar isyarat yang dilihat Jack berasal dari orang-
orang di pulau sini dan Jo-Jo yang membalas isyarat itu dari atas tebing, pada"malam hari ketika Jack menjumpainya di sana."
"Ya, betul," kata Jack. Ia ingat kembali pada kejadian itu. "Lalu saban kali ia
pergi berbelanja dengan mobil, kurasa sekaligus dibawanya pula sebagian dari
uang palsu itu ke kota. Dan di sana diserahkan pada pimpinan komplotan itu.
Pantas ia tidak pernah mau jika kita ingin ikut naik mobil atau naik perahunya.
Rupanya ia khawatir kalau - kalau rahasianya ketahuan."
"Kau ingat kotak-kotak dan peti-peti yang ada dalam gudang sebelah belakang, di
belakang pintu yang selalu ditutupinya dengan kotak-kotak kosong yang bertumpuk-
tumpuk?" kata Philip.
"Nah, kurasa semuanya itu sama sekali bukan
kepunyaan Bibi Polly. Aku berani bertaruh, itu pasti simpanan Jo-Jo, yang akan
diangkutnya ke sini apabila ia berangkat lagi naik perahu."
Jack mengangguk. "Lalu ocehannya mengenai macam-macam' yang berkeliaran malam hari di atas
"tebing, itu cuma karangannya sendiri agar kita tidak berani keluar malam, dan
dengan begitu akan mengetahui apa yang dilakukan olehnya," sambung Philip.
"Wah - kelihatannya semua cocok sekarang, ya?"
?"Kelihatannya begitu, kata Bill dengan perasaan geli. Selama itu ia
"mendengarkan saja, dengan penuh minat.
Tapi Anda apa sebabnya datang ke pesisir sini, dan tinggal dalam pondok reyot
" "itu?" tanya Jack dengan tiba-tiba pada Bill. "Anda betul-betul mengamat-amati
burung di situ?" "Tentu saja tidak," kata Bill sambil tertawa. "Aku sama sekali tak menyangka
berhadapan dengan seorang penggemar burung yang sejati, ketika kukatakan pada
kalian bahwa aku ini gemar mengamat-amati kehidupan burung. Beberapa kali saja
aku nyaris terjebak olehmu, Jack! Akhirnya aku terpaksa banyak membaca tentang
burung yang sama sekali tidak menarik perhatianku, supaya kau jangan curiga
karena tak banyak yang kuketahui tentang burung. Wah waktu itu aku benar-benar
"agak bingung. Tentu saja tidak bisa kukatakan terus terang bahwa aku sebenarnya
anggota polisi, yang ditugaskan untuk mengawasi tindak-tanduk Jo-Jo."
"Dari mana Anda tahu bahwa Jo-Jo terlibat dalam urusan ini?" tanya Philip.
"Dia sudah dikenal polisi," kata Bill menjelaskan "Sebelum ini dia juga sudah
pernah terlibat dalam urusan pemalsuan uang! Karenanya kami lantas bertanya-
tanya, mungkin ada hubungan antara dirinya dengan pencetakan uang palsu yang
dilakukan antah di mana waktu itu kami tidak tahu. Ternyata Jo-Jo ahli dalam
"soal menghilang Sementara ini ia sudah lima tahun bekerja membantu-bantu bibimu.
Selama itu tak ada yang curiga bahwa ia sebenarnya orang yang pernah melakukan
kejahatan. Tapi pada suatu hari salah seorang petugas kami secara kebetulan
melihat dia di kota. Setelah diselidiki lebih lanjut, kami mengetahui di mana ia
bekerja sekarang. Lalu aku kemari pada musim panas ini, untuk mengamat-amati
dirinya." "Dan pengamatan itu ternyata membawa hasil! kata Jack. "Bill adakah bantuan
" "kami dalam urusan ini?"
"Banyak sekali, walau kalian tidak menyadari-nya," kata Bill. "Kalian yang
membuat aku yakin bahwa Jo-Jo perantara yang kami cari. Kalian pula yang
meyakinkan diriku bahwa Pulau Suram selalu merupakan tujuan kepergiannya dengan
perahu Karena itu pada suatu hari aku juga ke sini, dan memeriksa sedikit dalam
tambang ini. Kurasa rasa itulah pensilku tercecer. Tapi terus terang saja, aku
waktu itu sama sekali tidak menemukan tanda-tanda bahwa di sinilah tempat orang-
orang itu mencetak uang kertas palsu. ?"Tapi kami menemukannya," kata Jack bangga.
"Sekarang bagaimana tindakan Anda selanjutnya, Bill?"
"Kemarin malam aku sudah menghubungi atasanku, lewat radio," kata Bill.
"Kulaporkan bahwa aku kini sudah yakin mengenai apa yang terjadi di sini.
Kukatakan bahwa aku akan ke Pulau Suram untuk menyelamatkan seseorang yang
tersekap dalam tambang di sini. Sekaligus kuminta pula agar polisi melancarkan
tindakan." "Lalu apa yang akan dilakukan?" tanya Jack bergairah.
"Aku baru akan tahu apabila sudah melapor kembali," kata Bill. "Kurasa sebaiknya
kita pergi saja sekarang. Kita kembali lewat lorong yang di bawah dasar laut."
' Kurasa Jo-Jo yang merusak perahu Anda, Bill,"kata Philip. "Rupanya ia tahu
"Anda teman kami."
"Jo-Jo itu memang cerdik," kata Bill sambil berdiri. Ia menggeliat "Terlebih-
lebih karena ia berpura-pura bodoh. Yuk!"
"Bill aku hendak menjemput Kiki dulu," kata Jack dengan tiba-tiba. "Tak sampai
"hatiku meninggalkannya sendiri di sini. Aku takut kalau orang-orang itu nanti
membunuhnya atau dia mati kelaparan. Kita jemput dia sebentar, ya?"
?"Tidak bisa," kata Bill. "Masih ada urusan lain yang lebih penting, yang harus
segera dikerjakan." "Kita jemput dia, Bill," kata Philip. Ia tahu, Jack sayang sekali pada seperti
orang lain pada anjing kesayangan. "Kita lihat saja sebentar di peta untuk
mengetahui di mana letak lorong utama, lalu pergi menuju ke gua-gua yang
terletak di sebelah situ. Jack pasti tahu Kiki dikurung dalam bilik yang mana.
Kurasa tempatnya sama dengan di mana kami bertiga disekap kemarin."
"Yah kalau begitu cepat sajalah," kata Bill. Ia masih ragu-ragu. "Dan ingat
" "kita harus sangat berhati hati, jangan sampai ketahuan."
"Peta dibentangkan. Mula mula dicari dulu di mana mereka berada saat itu. Setelah
"itu, letak lorong utama. Setelah diketahui, mereka pun berangkat. Tidak lama
kemudian mereka sudah menyusur lorong lebar itu sambil menyelinap.
Mereka mendengar bunyi berisik yang gemeretak dan berdentang-dentang. Rupanya
mesin-mesin sedang bekerja lagi. Bill mendengarkan dengan seksama. Ya itu
"memang bunyi mesin cetak.
Ketika mereka menghampiri gua berbentuk bilik di mana Kiki dikurung, terdengar
suara orang bercakap-cakap. Mereka buru-buru merapat ke dinding, sambil menahan
napas. "ltu Jake, bisik Philip di telinga Bill.
" Ternyata yang bercakap cakap itu tiga orang. Mereka berdiri di depan pintu
"bilik tempat Kiki dikurung. Kelihatannya sedang mendengarkan dengan heran.
Sedang dari dalam bilik terdengar suara melengking tinggi. Kata-katanya jelas
sekali "Sudah kukatakan, jangan suka menyedot-nyedot hidung!! Mana sapu tanganmu" Sudah
berapa kali kukatakan, bersihkan kaki! Kasihan Kiki, Kiki yang malang! Jerang
air!" "Anak itu sudah sinting," kata Jake pada kedua temannya. Rupanya mereka masih
menyangka bahwa yang terkurung itu Jack.
"Yak cabut!" kata Kiki lagi memberi aba-aba, lalu menirukan bunyi kereta api "yang memasuki terowongan sambil membunyikan peluit.
"Betul, sudah gila," kata Olly terheran-heran.
Ketika setelah itu terdengar lengkingan nyaring, orang yang ketiga menyatakan
pendapatnya. "Itu kan burung kakaktua. Ya betul, burung kakaktua. Ada burung kakaktua
"bersama anak itu di dalam."
"Coba kita lihat sebentar," kata Olly. Jake membuka pintu. Seketika itu juga
Kiki terbang keluar sambil berteriak keras. Ketiga orang itu kaget, lalu
menyorotkan senter ke dalam bilik Ruangan itu kosong! Jake menoleh ke arah Olly
dengan marah. "Goblok!" sergahnya. "Ternyata kau mengurung kakaktua, dan membiarkan anak itu
minggat. Bagusnya kau ini ditembak saja."
Olly masih memandang ke dalam bilik sambil melongo. Tidak salah lagi, tadi cuma
seekor burung kakaktua saja yang ada di situ.
"Yah," kata Olly kemudian, "kurasa anak itu pasti akan tersesat untuk selama-
lamanya dalam pertambangan ini. Siapa suruh datang ke sini. Biar tahu rasa
sekarang!" "Kita ini ternyata tolol, Olly," kata Jake dengan getir. "Mula-mula kita
diperdayai anak-anak yang tiga orang, dan sekarang yang ini."
Ketiga orang itu kembali ke gua yang terang-benderang, membiarkan pintu bilik
ternganga lebar. Saat itu napas Jack tersentak karena kaget. Tahu-tahu Kiki
hinggap di pundaknya, sambil mengeluarkan bunyi-bunyi yang ramah.
Burung itu pura-pura mematuk daun telinga tuannya. Pokoknya ia hendak
menunjukkan rasa gembira! Jack menggaruk-garuk jambul burung kesayangannya itu.
Ia pun ikut merasa gembira.
"Sekarang ayolah kita pergi," kata Bill pelan.
"Mereka cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu, diterangi cahaya senter. Tapi
belum jauh mereka berjalan, ketika terdengar jelas ada orang mendekat.
"Datangnya dari lorong utama," kata Jack setengah berbisik. Senter cepat-cepat
dipadamkan. Mereka menunggu sambil mendengarkan.
Terdengar langkah orang yang datang itu. Ia berjalan dengan langkah-langkah
berat. Nampak sinar senternya yang bercahaya terang. Tidak bisa dilihat, siapa
yang datang itu. Bill serta kedua anak yang menyertainya bergegas memasuki suatu lorong sempit
yang buntu. Tapi tahu tahu Jack tersandung. Ia jatuh berdebam. Kiki menjerit
"karena kaget. Saat itu juga mereka disilaukan cahaya senter yang menyorot ke arah mereka.
Terdengar suara seseorang, menyapa dengan nada tajam.
"Jangan bergerakl Nanti kutembak!"
Bill mengisyaratkan pada Jack dan Philip agar jangan lari. Nada bicara orang
yang tak nampak itu sangat tajam. Pasti ia akan melakukan apa yang
diancamkannya. Jadi mereka hanya bisa berdiri saja dalam lorong sempit itu, sambil mengejap-
ngejapkan mata karena silau. Jack merasa kenal pada suara itu. Begitu pula
Philip. Siapakah orang yang tak nampak itu"
Tapi tiba-tiba mereka tahu. Tentu saja mereka mengenal suara itu.
"Jo-Jo!" seru Jack "Apa yang kaulakukan di sini, Jo-Jo?"
"Justru aku yang hendak mengajukan pertanyaan itu pada kalian bertiga," kata Jo-
Jo dengan geram. Sinar senternya menerangi muka Bill. "Kau ada di sini pula
rupanya," kata Jo-Jo lagi. "Perahumu sudah kupecahkan tapi rupanya kalian "berhasil menemukan jalan ke sini lewat bawah dasar laut, ya" Kalian tentu merasa
pintar sekali! Tapi sekali ini agak terlalu pintar. Karenanya kalian akan
mengalami nasib yang buruk sekali.
Buruk sekali!" Bab 28 TERPERANGKAP Laras pistol yang dipegang Jo-Jo berkilat kena sinar senter. Bill jengkel
terhadap dirinya sendiri. Coba dia tadi tidak setuju untuk kembali menjemput
kakaktua sialan itu, pasti mereka kini sudah jauh. Dan Jo-Jo bukan lawan yang
bisa dipandang enteng. la takkan mudah diperdayai seperti Jake.
"Ayo berputar!" perintah Jo-Jo. "Angkat tangan tinggi-tinggi, lalu mulai
berjalan. Ah itu dia kakaktua keparat itu. Sekarang kesempatanku untuk
"membalas kekurangajarannya selama ini Jack langsung mengerti. Jo-Jo hendak
menembak burung kesayangannya itu. Tanpa menunggu lagi, Jack memukul Kiki
kaget, lalu terbang membubung sambil menjerit jengkel.
"Pergi, Kiki, pergi!" seru Jack.
Dan Kiki tidak kembali. Terasa olehnya bahwa Jack tidak menginginkan dirinya ada
di dekat anak itu. Kiki merasa bahwa ada bahaya. Diikutinya keempat orang yang
berjalan itu, tanpa menimbulkan bunyi sedikit pun.
Bill, Jack dan Philip kemudian dikurung dalam gua yang berbentuk bilik. Jo-Jo
mengunci pintu lalu memanggil-manggil Jake. Setelah itu terdengar langkah mereka
pergi. "Nah, sekarang kita repot," kata Bill. "Kenapa aku tadi mau saja, ketika diajak
menjemput kakaktua itu" Karenanya mungkin kita akan mati, sedang
penjahat penjahat itu bisa dengan seenaknya menyebarkan uang palsu yang banyak
"itu ke mana-mana. Keadaan kita sekarang benar-benar gawat"
"Maaf, karena aku tadi yang mengajak menjemput kata Jack Ia merasa bersalah.
"Aku pun ikut bersalah," kata Bill, lalu menyalakan rokok. "Aduh, panas sekali
hawa di sini." Setelah beberapa waktu rasanya lama sekali pintu terbuka lagi. Jo-Jo masuk,
" "diikuti Jake, Olly serta beberapa orang kawan mereka.
"Kami datang untuk mengucapkan selamat berpisah," kata Jo-Jo. Mukanya yang hitam
berkilat-kilat kena sinar lentera. "Sekarang pekerja-an kami sudah selesai di
sini. Kau terlambat datang, Bill Smugs. Sudah cukup banyak uang palsu kami
cetak." "Jadi kalian sekarang akan pergi dari sini, ya?" kata Bill dengan tenang. "Semua
mesin dimusnahkan untuk menghapuskan jejak, sedang tumpukan uang palsu kalian
bawa pergi. Tapi jangan sangka kalian bisa minggat dengan mudah. Biarpun sudah
dimusnahkan sampai rusak, tapi mesin-mesin kalian pasti akan ketahuan juga, lalu
.... " "Tak ada yang bisa ketahuan di sini, Bill Smugs," kata Jo-Jo. "Sama sekali tidak
ada! Biar semua polisi datang ke pulau ini, mereka takkan bisa menemukan
sesuatu yang nanti bisa dipakai untuk melacak jejak kami. Tidak ada!"
"Lho kenapa?" tanya Bill. Ia tidak berhasil menyembunyikan keheranannya.?"Karena kami akan menggenangi pertambang-an ini dengan air laut," kata Jo-Jo.
Laki-laki itu tersenyum mengejek. Tampak giginya berkilat-kilat. "Ya, Bill Smugs
sebentar lagi air akan membanjir masuk ke dalam setiap lorong, masuk ke semua
"gua dan liang. Mesin-mesin kami akan terendam, sehingga. jejak kami terhapus
sama sekali. Dan apa boleh buat kalian pun akan ikut terbenam pula."
?"Kalian kan tidak akan membiarkan kami mati tenggelam di sini," kata Bill.
"Kalau aku sendiri, silakan! Tapi bawa kedua anak ini dengan kalian."
"Satu pun dari kalian bertiga tidak akan kami selamatkan karena cuma akan
"merepotkan saja nanti," kata Jo-Jo. Caranya bicara masih tetap sopan, tapi
dengan nada kejam. "Tak mungkin kau sekejam itu!" seru Bill. "Mereka berdua ini kan masih
anak anak!" ?"Tapi begitulah perintah yang kuterima," kata Jo-Jo. Kelihatannya ia sudah
berubah sama sekali dari biasanya. Tidak lagi tolol dan setengah sinting,
seperti yang sehari hari dihadapi Jack dan Philip.
"Jo-Jo sudah menjelma menjadi Jo-Jo yang asli, seorang penjahat yang tidak kenal
kasihan. "Lalu bagaimana cara kalian menggenangi pertambangan ini?" tanya Bill ingin
tahu. "Gampang saja," jawab Jo-Jo. "Kami sudah memasang bahan peledak dalam lorong
yang terletak di bawah dasar laut, lewat mana kalian datang ke sini. Nanti kalau
kami sudah sampai dengan aman di atas, akan kalian dengar bunyi ledakan. Nah
"itu tandanya langit-langit lorong di bawah dasar laut runtuh karena diledakkan.
Lalu air laut akan membanjir masuk. Seperti tentunya kauketahui pula, air akan
mengalir ke dalam tambang dan memenuhi seluruh rongga yang ada, sampai sama
tinggi dengan permukaan laut. Saat itu kurasa kalian takkan merasa gembira."
Jack berusaha berdiri tegak, untuk menunjuk-kan pada Jo-Jo bahwa ia tidak takut.
Tapi lututnya tak bisa diandalkan, karena gemetar terus; Anak itu takut, bahkan
takut sekali. Begitu pula Philip. Hanya Bill saja yang mampu menutupi
ketakutannya. Ia tertawa.
"Yah berbuatlah semaumu sekarang!" tantangnya. "Pokoknya, kalian takkan bisa
"minggat dengan gampang. Jangan kausangka rahasia kalian belum diketahui polisi.
Sudah lebih banyak yang kami ketahui tentang komplotan ini serta pimpinannya,
jauh melebihi sangkaanmu."
Saat itu salah seorang anggota komplotan itu mengatakan sesuatu pada Jo-Jo. Jo-
Jo mengang-guk. Anak-anak merasa yakin, pasti sudah tiba waktunya untuk
meledakkan lorong di bawah dasar laut. Dan setelah itu air laut akan membanjir
masuk ke dalam setiap lorong dan celah di tambang itu.
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nah - selamat meninggal," ejek Jo-Jo sambil nyengir, memamerkan giginya yang
putih. "Sampai ketemu," balas Bill. Jack dan Philip diam saja. Kiki yang ada di luar,
tertawa terkekeh kekeh."Mestinya kubunuh dulu burung itu tadi. gumam Jo-Jo sambil mengunci pintu, lalu
"pergi. Terdengar langkah-langkah menjauh. Setelah itu sepi. Bill memandang Jack dan
Philip. "Jangan sedih," hiburnya, "kita kan belum mati Kita biarkan dulu orang-orang itu
sampai agak jauh lalu nanti kubuka pintu ini sehingga kita bisa keluar."
?""Membuka pintu" Bagaimana caranya?" tanya Jack.
"Pokoknya, aku tahu," jawab Bill sambil nyengir. Dikeluarkannya seberkas anak
kunci serta seperangkat kikir dari kantongnya. Beberapa saat ia sibuk mengutak-
atik pintu. Kemudian pintu terbuka.
"Sekarang kita ke liang utama," kata Bill. "Lekas, sebelum terlambat."
Mereka menuju ke lorong utama, dan dari situ bergegas gegas ke liang besar yang
"menuju ke atas. Agak lama juga penjalanan mereka.
Baru saja mereka sampai di situ, lalu mendo-ngak memandang sinar samar yang
nampak jauh di atas kepala, ketika tiba-tiba terdengar bunyi aneh di kejauhan.
Bunyi itu seperti deru yang sayup-sayup, jauh di dalam tambang, lalu menggema ke
mana-mana. "Ternyata Jo-Jo tadi tidak bohong," kata Bill dengan tenang. "Itu bunyi dinamit
meledak. Kalau ledakan itu berhasil membobolkan dasar laut, maka saat ini pun
air sudah membanjir masuk lewat lorong di situ menuju ke tambang ini."
"Kalau begitu ayo, kita naik," kata Philip. Ia sudah tidak sabar lagi, ingin
cepat-cepat sampai di alam bebas. "Cepatlah sedikit! Aku kepingin melihat cahaya
matahari lagi." "Nanti dulu bijih tembagaku ini harus ikut kubawa ke atas," kata Jack. Anak
"itu masih selalu menggendong logam hasil penemuannya itu. "Eh ada apa, Bill?"
"Bill tadi berteriak keras, sehingga mengejutkan anak-anak.
"Lihatlah," katanya, sambil mengarahkan sorotan senternya agak ke atas liang.
"Orang-orang tadi ternyata sudah naik lalu merusak anak tangga yang letaknya
"di sebelah bawah. Maksudnya, tentu supaya kita jangan bisa ikut naik, apabila
berhasil keluar dari bilik tadi. Ternyata mereka sudah memikirkan segala-
galanya. Sekarang habislah riwayat kita. Kita sudah bisa menyelamatkan diri.
Kita tidak bisa memanjat ke atas, apabila tidak ada tangga."
Ketiganya memandang anak-anak tangga yang rusak dengan perasaan bingung. Kiki
menjerit dengan sedih. "Bill," kata Jack dengan tiba-tiba, "kurasa kita bisa menemukan semacam tangga
dalam gua besar di mana disimpan bahan perbekalan orang-orang itu. Kalau tidak
salah, aku melihat ada tangga di sana. Kurasa orang-orang tadi tentunya hanya
merusakkan awal dari tangga ini saja, karena tahu kita takkan bisa mencapai yang
lebih tinggi apabila di sebelah bawahnya tidak ada anak tangga."
"Kau yakin, dalam gua itu ada tangga?" tanya Philip. "Aku tidak ingat bahwa di
sana ada tangga. "Yah pokoknya, itulah satu-satunya harapan kita sekarang," kata Bill. "Yuk
" "kita cepat-cepat ke sana."
Tapi mereka tidak berhasil sampai di gua besar Baru saja mereka menyusur lorong
utama sebentar, ketika mereka berhenti lagi melangkah.
Mata mereka terbelalak karena ngeri. Mereka melihat sesuatu di depan mereka "sesuatu yang gelap, meluncur dengan cepat ke arah mereka!
"Air sudah sampai di sini!" seru Bill. "Kita kembali, ke tempat yang paling
tinggi di sini. Astaga kelihatannya seperti seluruh air laut tumpah ke sini."
"Jelas terdengar bunyi air mengalir, memasuki lorong dan gua dalam tambang itu.
Kedengaran-nya sangat menyeramkan, sehingga bahkan Bill pun merasa takut. Mereka
bertiga lari cepat cepat, kembali ke dasar liang utama. Tempat itu letaknya
"lebih tinggi dari sekitarnya. Tapi sebentar lagi air pasti akan sampai juga di
situ. "Air akan naik terus," kata Bill. "Semua liang yang ada di pulau ini menjorok
sampai jauh ke bawah permukaan laut. Pasti seluruh lorong dalam tambang nanti
penuh terisi air, dan liang liang yang menuju ke atas juga terisi mungkin
" "sampai setengahnya."
"Tapi tapi kalau begitu kita akan mati tenggelam, Bill," kata Jack. Suaranya
"gemetar. "Kau bisa berenang atau tidak?" tanya Bill. Ah tentu saja kalian berdua kan bisa " "berenang. Sekarang dengar baik-baik. Masih ada satu harapan kita. Apabila air
nanti mulai menggenangi liang ni, kita harus ikut mengambang di permukaannya.
Pokoknya, kita tidak boleh panik! Lalu kalau permukaan air sudah mencapai anak
tangga yang masih utuh, kita cepat-cepat memanjat tangga dan naik ke atas. Nah,
bagaimana" Kalian merasa sanggup tenang apabila air masuk kemari, lalu ikut
mengambang ke atas dengannya?"
"Kami sanggup," kata Jack dan Philip dengan tabah. Jack berpaling, memandang ke
dalam lorong dengan perasaan gugup. Nampak air menghitam di kejauhan.
Kelihatannya sangat menyeramkan.
"Dengan begini habislah riwayat tambang ini, ya Bill?" kata Philip. "Tak ada
lagi yang bisa masuk ke sini."
"Ah, toh tembaganya sudah habis terkuras sejak dulu," kata Bill. "Jack
beruntung, menemukan sebongkah bijih tembaga yang bisa dibawanya pulang untuk
dipamerkan pada orang lain. Rupanya dulu disembunyikan oleh seorang pekerja
tambang, yang kemudian lupa tempat persembunyiannya. Dan setelah bertahun-tahun
tersimpan di situ, akhirnya ditemukan oleh Jack."
"Aku harus membawanya pulang," kata Jack.
"Harus! Tapi aku juga tahu, tak mungkin aku bisa mengambang apabila bijih ini
kubawa terus. karena terlalu berat."
Bill melepaskan kemeja dan rompinya. Bijih tembaga itu dibungkusnya dalam rompi
yang kemudian disimpulkannya membentuk bungkusan. Bungkusan itu diikatnya dengan
seutas tambang tebal. Setelah itu ia mengenakan bajunya lagi. Sedang bungkusan
digantungkannya ke leher.
"Agak berat juga," katanya sambil nyengir, "tapi pokoknya aman. Kau menggendong
Kiki, sementara aku membawa bijih tembagamu ini."
"Terima kasih," kata Jack. "Tapi Anda yakin, nanti tidak akan terbenam
karenanya?" "Kurasa tidak," kata Bill. Perkataannya itu meyakinkan, karena tubuhnya memang
sangat kekar. "Air semakin mendekat!" kata Philip gelisah.
"Lihatlah!" Mereka menoleh. Nampak air laut seperti merayap, naik ke tempat mereka berdiri
yang agak lebih tinggi dari sekitarnya.
"Hitam sekali kelihatannya," kata Jack. "Tapi kurasa kelihatannya begitu, karena
tempat ini sangat gelap. Hih menyeramkan!"
?"Kurasa gerakannya sudah tidak begitu cepat lagi," kata Bill. "Sebaiknya kita
duduk dulu di sini. Kita beristirahat, mumpung masih bisa."
Ketiganya duduk di dasar liang. Tikus kecil piaraan Philip muncul dari balik
lengan kemeja anak itu, lalu duduk sambil mengendus-endus.
Kiki memekik ketika melihatnya.
"Bersihkan kaki, kataku!"
"He, he jangan menakut-nakuti Wolffly, kata Philip. Mereka lantas
" "memperhatikan kelakuan kedua binatang itu, sambil menunggu air yang naik terus
dengan pelan. "Pasti air laut membanjir masuk di lubang yang terjadi pada dasar laut," kata
Philip. "He, Bill apakah air laut juga akan mengalir ke arah sana" Maksudku "menuju ke Craggy-Tops" Masuk ke sumur yang ada di sana, sehingga airnya menjadi
asin?" "Yah kurasa begitulah," kata Bill, setelah mempertimbangkan sejenak. "Tentu
"saja, karena dasar sumur itu kan letaknya di bawah permukaan laut. Jadi air laut
pasti akan mengalir masuk ke situ, lewat lorong yang menjorok ke bawah dasar
laut. Apa boleh buat, Philip! Itu berarti kalian takkan bisa mengambil air tawar
lagi di situ!" "Nah air sudah sampai ke mata kaki kita," kata Jack, yang masih selalu
"memperhatikan gerak air. "Kiki, ayo bertengger ke pundakku. Mana Woffly,
JambuI?" "Sudah kembali ke dalam bajuku," jawab Philip "Aduh, dingin sekali air ini!
"Tidak aneh, karena hawa dalam tambang itu sangat panas. Jadi dengan sendirinya
air terasa dingin sekali. Philip, Jack dan Bill cepat-cepat berdiri, sambil
memperhatikan air yang berputar-putar membasahi mata kaki mereka. Air naik terus
sampai ke lutut dan masih naik lagi.
Mereka bertiga menunggu saat tubuh mereka mengambang diangkat air, sehingga
mereka bisa berenang atau mengapung sambil menggerak gerakkan kaki.
"Hhh, aku kedinginan," kata Philip. Giginya gemeletuk. "Belum pernah kurasakan
air sedingin ini. ?"Sebetulnya tidak sebegitu dingin," kata Bill. "tapi karena hawa di bawah sini
panas, maka air terasa sangat dingin."
"God save the Queen!" teriak"Kiki ketakutan. sambil memandang air gelap yang
berputar-putar Tak lama kemudian Bill serta kedua temannya terangkat oleh air. Dengan susah
payah mereka berenang-renang di permukaan.
"Sempit sekali liang ini," kata Jack tersengal-sengal. "Kita nyaris bertumpang
tindih." Memang liang itu terasa sangat sempit. Capek sekali rasanya berusaha tetap
mengambang, apabila tidak ada tempat untuk berenang dengan leluasa. Dan air
masih naik terus. Bill menyelipkan senter kepunyaan Philip di mulutnya, sehingga tempat mereka
menjadi agak terang. Bill ingin tahu apakah seluruh tangga yang rusak, atau
hanya bagian paling bawah saja. Akhirnya diambilnya lagi senter itu dari
mulutnya. "Kita beruntung," katanya, "mulai dari sini anak tangga masih utuh. Sekarang
kita bisa memanjat ke atas. Sini, kutolong kalian naik. Kau dulu, Jack, dengan
Kiki. Burungmu itu sudah ketakutan sekali."
Jack mencebur-cebur menghampiri tangga. Bill menyorotkan senter ke tempat itu,
menerangi jalan supaya Jack bisa lebih gampang memanjat. Philip menyusul
kemudian, setelah Jack memanjat agak tinggi. Bill yang terakhir naik Ketika
keluar dari air, terasa berat sekali bijih tembaga yang tergantung ke lehernya.
Ia tadi juga harus dengan susah payah mengambang karenanya.
Ketiganya bergegas memanjat tangga. Rasanya seperti tak sampai-sampai ke atas.
Tapi tubuh mereka dengan cepat terasa panas, karena memanjat itu. Mereka bahkan
mulai merasa gerah. Pakaian yang basah terasa merepotkan, menempel pada tubuh. Sementara itu Kiki
tidak henti hentinya mengoceh, mengasihani diri sendiri. Ia tidak menyukai "petualangan semacam itu.
Tikus kecil yang ada dalam baju Philip juga tidak senang. Ketika anak itu masih
berada dalam air, binatang itu merambat naik sampai ke telinganya karena saat
"itu cuma kepala Philip yang masih tersembul di atas air. Sekarang tikus itu juga
tidak senang, karena tidak bisa menemukan tempat yang kering. Pakaian Philip
basah kuyup, karena air bercampur keringat.
Ah, sudah hampir sampai di atas," seru Jack ke bawah. "Sudah dekat!"
"Kata katanya itu membangkitkan semangat.
"Mereka mempercepat gerakan. Lengan dan tungkai terasa seperti mendapat tambahan
tenaga baru, setelah tahu bahwa mereka sudah hampir sampai.
Jack keluar paling dulu. Begitu kepalanya muncul dari liang, Kiki langsung
menghambur terbang sambil berteriak dengan gembira. Tapi detik berikutnya, Jack
melongo. Dilihatnya seortang laki-laki duduk di tepi atas liang. Orang itu
menggenggam pistol. "Angkat tangan!" bentak orang itu. "Jangan memberi tahu teman-temanmu yang
menyusul. Jangan bergerak. Angkat tangan, kataku!"
Bab 29 AKHIR YANG MELEGAKAN Jack terpaku di tempatnya, sambil mengangkat tangan. Matanya terbelalak
ketakutan. Aduh, mereka tadi sudah begitu susah-susah melarikan diri hanya
"untuk kembali tertangkap penjahat"
Ia tidak berani berteriak.
Philip yang keluar setelah itu, disambut dengan cara yang sama. Anak itu pun
kaget dan kecewa. Sedang laki laki yang menggenggam pistol masih menunggu sambil
"membisu. Jack dan Philip dijaganya dengan pistol teracung, sementara matanya
sebentar-sebentar melirik ke arah mulut liang.
Kemudian Bill muncul, membelakangi laki-laki yang menunggu. Ia pun disambut
dengan bentakan. "Angkat tangan! Jangan memberi tahu teman-temanmu yang masih menyusul1 Berdiri
di situ dengan tangan terangkat ke atas!"
Bill berpaling dengan cepat. Tangannya yang sudah terangkat, diturunkannya lagi.
Ia tertawa meringis. "Sudahlah, Sam simpan saja lagi pistolmu itu," katanya.
"Orang yang disebut Sam itu berseru kaget, lalu menyelipkan pistolnya ke
pinggang. Diulurkannya tangan, menyalami Bill.
"Kau rupanya!" kata Sam. "Aku ditugaskan di sini, untuk menyambut anggota
komplotan yang mungkin masih menyusul. Tak kusangka, tahu-tahu kau yang muncul."
Jack dan Philip cuma bisa memandang saja, sambil melongo. He apa-apaan ini"
?"Kalian kaget, ya?" tanya Bill, melihat kedua anak itu masih tetap melongo. "Ini
Sam, salah seorang detektif kami. Dia sahabat karibku. Nah, Sam melihatmu di
"sini, timbul lagi semangatku. Apa yang terjadi tadi?"
"Lihat saja sendiri," kata Sam sambil nyengir, lalu berjalan mendului. Mereka
berjalan beriring-iring melalui celah di sela bukit-bukit batu, mengikuti laki-
laki bertubuh gempal itu. Mereka menuju ke pantai.
Di sana mereka melihat pemandangan yang benar-benar menarik. Tampak orang-orang
yang dari tambang berdiri berjajar dengan tampang masam. Jo-Jo juga ada di
antara mereka. Kelihatannya marah sekali. Mereka dijaga dua orang laki-laki, yang masing-masing
memegang pistol. Sedang persenjataan komplotan yang tertawan, sudah dilucuti
semua. "Itu Jo-Jo!" seru Philip. Jo-Jo menoleh ke arahnya. Tampangnya yang semula marah
berubah menjadi kaget. Ia tak menyangka anak-anak itu berhasil melarikan diri,
bersama teman mereka. Jo-Jo bingung. Ia tidak bisa mengerti, bagaimana mereka
yang ditinggal dalam keadaan tersekap dalam bilik terkunci di lorong yang
dibanjiri air laut, tahu-tahu sudah ada di depan matanya. Padahal anak tangga
liang di sebelah bawah kan juga sudah dirusak"
"Bagaimana mereka ini sampai bisa tertangkap?" tanya Jack dengan heran. Kiki
langsung menyambar Jo-Jo, begitu melihat orang itu. Burung kakaktua itu
berteriak dan menjerit-jerit dengan gembira, karena tahu bahwa musuh lamanya itu
sekarang sudah tidak berdaya.
Sementara itu Sam memandang Jack sambil tersenyum geli, melihat anak itu melongo
terus. "Ya, itu semua berkat jasa Bill Cunningham ini,"katanya sambil menggerakkan
kepala ke arah Bill. "Dia menyampaikan laporan pada kami kemarin malam, lewat
radio. Kami lantas menarik kesimpulan, sebaiknya kami cepat-cepat saja berangkat
ke sini. Sesampai di sini, kami menjumpai perahu Jo-Jo. Kami juga melihat tanda-
tanda komplotan hendak bergegas-gegas minggat. Kami menemukan uang kertas palsu
bertumpuk-tumpuk di pantai serta bermacam-macam dokumen yang menarik.?""Tapi bagaimana kalian bisa begitu cepat sampai" Kan di daerah pesisir sini
tidak ada perahu," kata Philip.
"Kami sendiri memiliki beberapa perahu motor yang laju," kata Sam. "Dengan dua
di antaranya kami melaju ke sini, menyusur pantai. Itu dia perahu-perahu kami."
Jack dan Philip menoleh. Mereka melihat dua perahu motor yang besar dan langsing
terapung-apung di air dekat teluk kecil itu. Pengemudi masing-masing ada di atas
perahu. Sedang perahu Jo-Jo ada di dekat situ.
"Kami langsung bertindak, begitu melihat komplotan ini sedang bersiap-siap
hendak minggat dengan membawa uang palsu mereka," kata Sam sambil nyengir.
"Setiap liang dijaga salah seorang dari kami, karena kami tidak tahu dari lubang
mana para penjahat itu keluar. Dan ternyata kemudian mereka muncul satu per
satu, lewat satu lubang di antaranya. Semuanya langsung diringkus dengan mudah."
"Persis seperti cara Anda tadi meringkus kami," kata Jack. "Lalu bagaimana
kelanjutannya sekarang?"
"Bill Cunningham yang memimpin operasi ini,"kata Sam, lalu menoleh pada Bill
dengan pandangan bertanya. Sedang Bill memandang Jack dan Philip.
"Aku terpaksa memperkenalkan diriku waktu itu dengan nama palsu," kata Bill
menyesal. "Tapi soalnya, namaku yang asli sudah terlalu dikenal orang-orang
tertentu. Jadi apabila sedang melakukan tugas semacam ini, namaku selalu
kurahasiakan. Karenanya aku memperkenalkan diri dengan nama Bill Smugs pada
kalian." "Dan bagi kami, Anda akan tetap bernama begitu," kata Philip. "Bagiku, Anda akan
tetap Bill Smugs." "Boleh saja," kata Bill sambil nyengir. Aku akan tetap bernama Bill Smugs,
"untuk kalian. Hah sekarang kita antarkan saja tuan tuan yang terhormat ini ke
" " perahu motor!" Komplotan penjahat yang terdiri dari orang-orang bertampang galak itu digiring
menuju ke kedua perahu motor yang menunggu di pantai.
Jake membelalakkan matanya yang tinggal satu ke arah Kiki, sehingga Jack merasa
Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ngeri melihatnya. Cepat-cepat dipanggilnya kakaktua kesayangannya itu, disuruhnya bertengger di
pundaknya. Kalau pandangan bisa mematikan, maka Kiki pasti sudah mati ditatap
oleh Jake. Rupanya laki-laki itu teringat lagi betapa ia beserta Olly tertipu,
mengurung Kiki yang disangka Jack. Karena kekeliruan itulah akhirnya mereka
sial, pikir Jake. "Enaknya kita kembali naik perahu Jo-Jo," kata Bill pada Jack dan Philip. "Yuk.
Biar kedua perahu motor itu berangkat dulu. Sam, kalian pergi ke Craggy-Tops.
Kalian kan sudah tahu, ya" Di sana ada tempat berlabuh yang baik."
"Beres," kata Sam. Kedua perahu motor itu berangkat. Setelah itu Bill serta Jack
dan Philip menyusul, naik perahu layar milik Jo-Jo. Ketiga perahu itu berhasil
melewati lintasan sempit di celah beting karang, lalu menuju lautan lepas.
"Nah akhirnya semua berakhir dengan selamat," kata Bill, sementara layar "dipasang.
"Tapi ada saat-saat aku mulai mengkhawatirkan nasib kita."
Jack dan Philip juga berperasaan begitu.
Kemudian Philip teringat pada Dinah dan Lucy-Ann. Pasti kedua anak perempuan itu
sudah gelisah sekali sekarang, pikirnya.
"Perutku terasa lapar sekali," kata Jack. "Sudah lama sekali aku tidak makan."
Tentu saja," kata Bill. "Tapi sabar sajalah sebentar - kita sudah hampir
"sampai! Nanti kau bisa makan sekenyang-kenyangmu."
Deru perahu perahu motor sudah terdengar di Craggy-Tops, jauh sebelum keduanya
"sampai di pantai. Bibi Polly pergi ke luar, diikuti Dinah dan Lucy-Ann. Mereka
ingin melihat, apakah yang menimbulkan bunyi berisik itu. Ketiganya tercengang
ketika melihat dua perahu motor besar yang penuh berisi orang, serta sebuah
perahu layar yang kelihatannya seperti kepunyaan Jo-Jo, semua menuju ke teluk
yang ada di bawah Craggy-Tops.
"Ada apa lagi ini?" kata Bibi Polly. la kelihatannya masih sakit. "Aduh tak
"kuat jantungku kalau terus ribut-ribut begini."
Haluan kedua perahu motor diarahkan mende-kati tempat tambatan di pelabuhan
kecil itu. Dinah dan Lucy-Ann bergegas lari ke bawah. Mereka heran, ketika
melihat Jo-Jo ada di antara orang banyak itu. Mereka mencari-cari Jack dan
Philip di situ. "Halo," seru Sam menyapa mereka. "Kalian mencari Bill serta kedua anak laki-laki
yang menyertainya" Mereka menyusul, naik perahu layar. Di sini ada telepon atau
tidak?" "Ada," jawab Dinah. "Siapa orang-orang ini"
Kenapa Jo-Jo ada di antara mereka?"
"Nanti saja soal itu diceritakan," kata Sam, sambil turun dari perahu motor.
"Sebelumnya, aku perlu menelepon dulu. Tolong antarkan aku, anak manis."
Lewat telepon, Sam memesan agar dikirim empat sampai lima buah mobil ke Craggy-
Tops untuk dipakai mengangkut para penjahat. Bibi Polly mendengarkan dengan
heran. Jantungnya berdebar debar. Apa sebetulnya yang telah terjadi?"Kemudian ia mengerti juga, setelah perahu layar tiba di pantai dan Bill masuk ke
rumah bersama Jack dan Philip. Mereka menceritakan segala-galanya pada Bibi
Polly. Bibi terhenyak ke kursi. Ia ngeri ketika mengetahui bahwa Jo-Jo
sebetulnya penjahat yang sangat berbahaya.
"Dan sangat licik," kata Bill. "Tapi kali ini ia tidak berhasil meloloskan diri
berkat keempat anak yang pintar-pintar ini."
?"Aneh," kata Jack. "Kita sebetulnya berangkat ke Pulau Suram karena ingin
mencari burung auk besar tapi bukannya burung yang kita temukan, melainkan
"komplotan penjahat yang sibuk mance-tak uang palsu dalam tambang di bawah
tanah." "Kalau aku dari semula tahu bahwa kalian akan melakukan hal-hal semacam itu,
pasti kalian sudah langsung kusuruh tidur," kata Bibi Polly dengan suara galak.
Semua tertawa mendengarnya.
"Aduh, Polly anak nakal, anak nakal," seru Kiki, lalu hinggap ke bahu Bibi.
"Mobil-mobil yang dipesan datang ketika anak-anak sedang asyik makan bersama
Bill. Para penjahat dengan cepat digiring masuk ke mobil-mobil dan langsung
diangkut pergi. Sam ikut berangkat, setelah mengucapkan selamat berpisah.
"Bagus, Bill - hasil pekerjaanmu," kata Sam. "Dan anak-anak ini juga pantas
dipuji." Bukan itu saja pujian yang mereka terima.
Mereka sukar sekali bisa tidur pada malam hari, karena suasana ramai sekali
dalam satu sampai dua hari berikutnya.
Mereka dibawa ke kota besar terdekat. Di sana mereka diminta menceritakan
pengalaman mereka di depan beberapa orang dewasa yang bertampang serius.
"Mereka itu pembesar," kata Bill dengan sikap misterius. "Orang orang berpangkat
"tinggi! Jack, mana fotomu yang menampakkan tumpukan kaleng di Pulau Suram" Jo-Jo
mungkir, katanya ia tidak pernah mengantarkan makanan ke sana.
Sedang kami menemukan beberapa kaleng kosong dalam gudang bawah tanah di Craggy-
Tops, yang bisa kami pakai sebagai barang bukti dengan cara mencocokkannya
dengan kaleng-kaleng dalam fotomu itu."
Jadi ternyata foto kecil itu pun ada gunanya.
Menurut Bill, itu merupakan "tanda bukti yang memberatkan".
Bijih tembaga yang ditemukan Jack juga menambah keramaian. Anak itu kecewa
ketika mendengar bahwa logam temuannya itu tidak begitu berharga. Tapi walau
begitu cukup menarik, sebagai kenang-kenangan pada petualangan yang sangat
mengasyikkan. "Bijih ini akan kubawa apabila aku nanti sekolah lagi," kata Jack. "Aku ingin
menyerahkannya pada museum sekolah. Teman-teman pasti senang melihat dan
memegang-megangnya, serta ingin mendengar cerita bagaimana aku menemukannya.
Pasti mereka iri nanti! Tidak setiap orang bisa tersesat dalam tambang tembaga
kuno, lalu menemukan bijih tembaga yang terselip di suatu tempat. Aku cuma agak
kecewa, karena ternyata logamnya tidak berharga. Aku sebenarnya berniat hendak
menjualnya, lalu uangnya kita bagi-bagi."
"Ya enak kalau itu terjadi," kata Lucy-Ann.
" "Bagian si Jambul serta Dinah akan bisa dipakai untuk membayar ongkos sekolah
mereka. Sisanya cukup untuk memungkinkan ibu dan bibi mereka beristirahat, tidak
perlu bekerja keras lagi. Sayang ternyata tidak berharga!?"Tapi itu tidak apa karena tanpa disangka-sangka keempat anak itu dianugerahi
"uang sejumlah besar. Ternyata bagi orang yang bisa memberi keterangan yang
menyebabkan para penjahat bisa ditangkap, disediakan hadiah uang.
Dan tentu saja hadiah itu kemudian diserahkan pada keempat anak itu. Bill juga
mendapat bagiannya. lbu Philip dan Dinah bergegas datang ke Craggy-Tops, ketika mendengar kabar
tentang petualangan aneh dan menegangkan itu, serta kelanjutannya yang begitu
menggembirakan. Jack dan Lucy-Ann langsung merasa senang padanya.
Ibu teman-teman mereka ternyata cantik, baik hati dan periang. Menurut perasaan
mereka, begitulah seharusnya seorang ibu.
"Kurasa sayang apabila ibumu tetap menjadi pengusaha," kata Jack pada Philip.
"Ia seorang ibu sejati, dan harus hidup di rumah seperti layaknya ibu-ibu. Dan
kalian hidup bersamanya."
"Memang begitu maksud kami," kata Dinah dengan mata bersinar gembira. "Sekarang
kan cukup banyak uang kami, sehingga kami bisa membeli rumah, dan ibuku tidak
perlu bekerja keras lagi. Semua sudah kami perhitungkan dan ternyata itu
"mungkin! Sekarang, bagaimana jika kau dan Lucy-Ann tinggal bersama kami, Bintik"
Kalian kan tidak kepingin kembali ke paman kalian yang sudah tua bangka serta
pengurus rumah tangganya yang jahat itu?"
"Wah," kata Lucy-Ann. Matanya yang hijau gemerlapan seperti bintang. Dipeluknya
Philip erat-erat. Dinah tidak pernah memeluknya dengan cara begitu. Tapi Philip
senang diperlakukan demikian.
"Tentu saja kami mau tinggal bersama kalian, kata Lucy-Ann. "Kita akan berbagi
"ibu, dan pasti kita akan bergembira berempat. Tapi akan maukah ibu kalian
menerima kami?" "Tentu saja," kata Dinah, "kami sudah menanyakannya. Kata ibu, kalau ia sudah
harus menghadapi dua orang anak, sekaligus empat pun tidak apa."
"Kiki juga?" tanya Jack. Tiba-tiba ia merasa sangsi, apakah ibu Philip dan Dinah
akan suka pada burungnya yang iseng itu.
"Ya, tentu saja!" kata Dinah dan Philip serempak. Mereka tidak bisa membayangkan
harus berpisah dengan Kiki.
"Lalu apa yang akan terjadi dengan Bibi Polly dan Paman Jocelyn?" tanya Jack
"Aku kasihan pada bibi kalian tidak selayaknya ia tinggal dalam rumah tua yang
"sudah bobrok ini, bekerja keras mengurus paman kalian, selalu capek dan
kesepian. Tapi Paman Jocelyn tentu tidak mau pindah dari Craggy-Tops!"
"Yah, sekarang mau tidak mau ia harus pindah," kata Dinah. "Mau tahu kenapa"
Karena air dalam sumur sekarang asin. Ternyata air laut merembes sampai ke situ,
lewat lorong di bawah dasar laut. Jadi tidak bisa dipakai lagi untuk air minum.
Kalau hendak memperbaiki sumur itu, biayanya terlalu mahal. Jadi Paman terpaksa
memilih antara tinggal di Craggy-Tops tapi mati kehausan, atau pindah ke tempat
lain." Anak-anak tertawa. "Yah ternyata ada gunanya juga Jo-Jo menggenangi tambang di Pulau Suram," kata
"Philip. "Dengan begitu Paman Jocelyn terpaksa mau pindah. Dan Bibi Polly
sekarang bisa memilih rumah kecil yang sudah selalu diidam-idamkannya, dan
tinggal di situ dengan tenang.
Tidak harus hidup merana lebih lama dalam bangunan setengah runtuh ini dan tanpa
Jo-Jo sebagai pembantu!"
"Hih Jo-Jo yang jahat!" kata Lucy-Ann, lalu bergidik "Aku benci sekali pada "orang itu. Senang rasanya bahwa ia akan dijatuhi hukuman penjara yang lama
sekali. Nanti kalau ia dibebaskan lagi, aku sudah besar. Jadi takkan takut lagi
padanya." Kemudian Bill datang naik mobilnya. Ia membawa limun sepeti besar, karena air
sumur tidak bisa diminum lagi. Anak-anak bersorak gembira. Enak mereka akan
"minum limun pada waktu sarapan pagi, makan siang dan makan malam! Ternyata Bill
juga membawa sebuah termos yang besar, berisi teh panas untuk Bibi Polly serta
ibu Philip dan Dinah. "Aduh, Bill!" seru ibu Philip. Kiki langsung menirukan seruannya itu. "Aduh,
Bill!" "Besar sekali termos itu," kata ibu. "Terima kasih banyak!"
Malam itu Bill ikut makan bersama mereka.
Suasananya sangat meriah, apalagi ketika tikus kecil piaraan Philip keluar dari
lengan kemeja anak itu lalu lari di atas meja menuju piring makan Dinah. Anak
itu menjerit-jerit, sementara yang lain-lainnya tertawa terpingkal-pingkal
melihatnya. Lucy-Ann memandang berkeliling, memperhatikan orang-orang yang asyik tertawa. Ia
merasa berbahagia. Ia akan tinggal dengan seorang dewasa yang disenangi olehnya,
serta bersama anak-anak yang cocok dengan dia.
Semuanya menyenangkan! Semua kejadian yang dialami, berakhir dengan selamat. Ia
merasa beruntung melarikan diri bersama Jack dari rumah Pak Roy beberapa minggu
yang lalu, ikut dengan Philip ke Craggy-Tops!
"Hebat sekali petualangan kita," kata Lucy-Ann "tapi aku lebih senang lagi,
karena kini sudah berakhir. Petualangan terlalu menegangkan, pada saat
kejadiannya sendiri."
Ah tidak!" bantah Philip dengan segera."Justru itu yang paling asyik pada
" "saat kejadiannya. Sayang, kini sudah berakhir."
"Aduh sayang, sayang!" oceh Kiki. Seperti biasa, ia selalu ingin paling akhir
bicara. "Bersihkan kaki dan tutup pintu. Jerang air! Aduh Polly Polly yang
"malang! Kiki manis!"
TAMAT Gudang Download Ebook: www.zheraf.net
http://zheraf.wapamp.com Pendekar Penyebar Maut 14 Dewi Sri Tanjung 9 Terkurung Di Perut Gunung Siluman Penghisap Darah 2