Brisingr 3
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini Bagian 3
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
BLOODWOLF Pria yang penuh harga diri, pikir Nasuada saat ia memerhatikan Roran
meninggalkan paviliunnya. Menarik sekali: ia dan Eragon begitu mirip dalam banyak hal,
tapi mereka juga sangat berbeda. Eragon mungkin adalah salah satu prajurit paling
mematikan di Alagaesia, tapi ia bukan orang yang keras atau kejam. Roran, sebaliknya,
dibuat dari bahan yang lebih tangguh. Kuharap ia tidak pernah bertentangan denganku;
aku akan harus memusnahkannya untuk menghentikannya. Ia memeriksa perbannya
dan, puas karena tampaknya masih bersih, mengguncang lonceng untuk memanggil
Farica dan memerintahkannya untuk membawakan makanan. Setelah pelayan
pribadinya membawakan makanan kemudian pergi dari tendanya, Nasuada memberi
tanda kepada Elva, yang muncul dari tempat persembunyiannya di balik panel palsu di
bagian belakang paviliun. Bersama-sama, mereka berbagi santapan pagi. Nasuada
menghabiskan beberapa jam berikutnya untuk memeriksa laporan terakhir persediaan
Varden, memperkirakan jumlah gerobak yang dibutuhkan untuk membawa Kaum
Varden lebih ke utara, lalu menambah dan mengurangi beberapa baris angka yang
menunjukkan biaya pasukannya. Ia mengirim pesan kepada kaum kurcaci dan Urgal,
memerintahkan para pandai besi untuk menambah produksi kepala tombak,
mengancam Dewan Tetua dengan pemutusan persekutuan-seperti yang biasa
dilakukannya setiap minggu-dan menangani urusan Varden. Kemudian, dengan Elva di
sampingnya, Nasuada menunggangi kuda jantannya, Battle-storm, dan menemui
Trianna, yang telah menangkap dan sedang menginterogasi salah satu anggota jaringan
matamata Galbatorix, para Tangan Hitam. Saat ia dan Elva meninggalkan tenda
Trianna, Nasuada menyadari keributan terjadi di utara. Ia mendengar seruan dan
sorakan, kemudian seorang pria muncul dari antara tenda-tenda, berlari cepat ke
arahnya. Tanpa bersuara, para pengawal membentuk benteng mengelilinginya, kecuali
salah satu Urgal, yang berdiri tegak di jalan pria yang berlari dan mengangkat senjata.
Pria itu memelankan larinya dan berhenti persis di depan si Urgal, dan sambil tersengal
berteriak, "Lady Nasuada! Para Elf datang! Para Elf telah tiba!" Selama beberapa detik
Nasuada terperangah, mengira yang datang adalah Ratu Islanzadi dan pasukannya,
tapi kemudian ia teringat Islanzadi sedang berada di dekat Ceunon; bahkan para Elf pun
tidak bisa melintasi Alagaesia yang begitu luas hanya dalam waktu seminggu. Pasti
mereka adalah dua belas perapal mantra yang dikirim Islanzadi untuk melindungi
Eragon. "Lekas, kudaku," katanya, dan menjentikkan jemari. Lengannya terasa terbakar
ketika mengayunkan tubuh ke atas punggung Battle-storm. Ia hanya menunggu sampai
Urgal terdekat menaikkan Elva, kemudian mengentakkan tumid ke sisi tubuh kudanya.
Otot-otot kuda itu menegang di bawah tubuh Nasuada ketika melonjak dan berderap.
Membungkuk rendah di atas leher kuda, Nasuada mengendalikannya menelusuri jalan
kasar di antara dua barisan tenda, menghindari manusia dan hewan Serta melompati
gentong yang menghalangi jalannya. Orang-orang tampaknya tidak marah; mereka
tertawa dan bergegas berlari mengikutinya untuk melihat para Elf dari dekat dengan
mata mereka sendiri. Ketika Nasuada tiba di pintu masuk perkemahan sebelah utara, ia
dan Elva turun dari kuda dan memperhatikan cakrawala, mencari-cari gerakan. "Di
sana," kata Elva sambil menunjuk. Hampir dua mil jauhnya, dua belas sosok jangkung
dan ramping muncul dari balik barisan cemara juniper, siluet mereka tampak
bergoyang-goyang Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
diterpa panas udara pagi. Para Elf itu berlari serempak, begitu ringan dan cepat,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kaki-kaki mereka tidak menimbulkan debu beterbangan dan mereka tampak terbang
melintasi daratan. Rambut Nasuada terasa berdiri. Kecepatan mereka begitu indah dan
tidak natural. Ia merasakan sensasi bahaya yang mirip dengan ketika melihat Shrrg,
serigala raksasa, di Pegunungan Beor. "Mereka sangat mencengangkan, bukan?"
Nasuada terperangah melihat Angela sudah berada di sampingnya. Ia jengkel sekaligus
heran bagaimana si ahli tanaman obat bisa menghampirinya tanpa terdeteksi. Ia
berharap Elva memperingatkannya akan kedatangan Angela. "Bagaimana kau selalu
bisa hadir saat akan terjadi sesuatu yang menarik?" "Oh well, aku selalu ingin tahu apa
yang sedang terjadi, dan aku akan lebih cepat tahu jika berada langsung di tempat
kejadian dibandingkan menunggu orang lain memberitahuku setelah kejadiannya usai.
Lagi pula, orang selalu melupakan potongan-potongan informasi yang penting, seperti
apakah jari manis seseorang lebih panjang daripada telunjuknya, atau apakah mereka
punya perisai magis yang melindungi mereka, atau apakah keledai yang mereka
tunggangi kebetulan punya pitak berbentuk kepala ayam jantan. Setuju, kan?" Nasuada
mengerutkan kening. "Kau tidak pernah mengungkapkan rahasia-rahasiamu, ya?" "Nah,
apa untungnya itu" Semua orang akan jadi ricuh garagara mantra omong-kosong,
kemudian aku harus menghabiskan berjam-jam untuk menjelaskan, lalu akhirnya, Raja
Orrin akan ingin memenggal kepalaku dan aku akan harus memerangi setengah perapal
mantramu sementara melarikan diri. Kerepotan yang tidak perlu, menurutku."
"Jawabanmu sama sekali tidak meyakinkan. Tapi-" "Itu karena kau terlalu serius, Lady
Nightstalker." "Tapi katakan kepadaku," Nasuada berkeras, "kenapa kau ingin tahu
apakah ada seseorang menunggangi keledai yang memiliki pitak berbentuk kepala
ayam jantan?" "Ah, itu. Well, pria yang memiliki keledai seperti itu pernah mencurangiku
tiga kancing dan potongan kristal magis yang menarik dalam permainan knucklebones."
"mencurangiku?" Angela memonyongkan bibir, jelas sekali jengkel. "Biji-bijinya sudah
lengkap. Aku menukarnya dengan miliknya, tapi kemudian ia menukarnya lagi dengan
rangkaian biji miliknya ketika perhatianku teralihkan... aku masih tidak tahu bagaimana
ia mengelabuiku." "Jadi kalian berdua main curang." "Itu kristal yang berharga! Lagi
Pula, bagaimana kau bisa mencurangi seseorang yang sudah curang?" Sebelum
Nasuada bisa menjawab, keenam Nighthawk datang berdebam dari balik tenda-tenda
dan mengambil posisi mengelilinginya. Ia menyembunyikan rasa jijik saat udara panas
dan bau tubuh mereka menyerangnya. Bau kedua Urgal itu sangat memuakkan.
Kemudian, yang membuatnya agak terkejut, kapten pasukan pengawalnya, seorang pria
kekar dengan hidung bengkok bernama Garven, menegurnya. "Lady, bisakah aku bicara
dengan Anda berdua saja?" Ia bicara melalui gigi dirapatkan, seakan menahan emosi.
Angela dan Elva menatap Nasuada untuk meyakinkan ia ingin mereka menjauh.
Nasuada mengangguk, kemudian mereka mulai melangkah ke timur, ke arah Sungai
Jiet. Begitu Nasuada yakin mereka tidak bisa mendengar, ia mulai bicara, tapi Garven
mendahuluinya, berseru, "Astaga, Lady Nasuada, tidak seharusnya Anda meninggalkan
kami seperti tadi!" "Tenanglah, Kapten," Nasuada berujar. "Risikonya kecil, dan kurasa
penting sekali berada di sini sesegera mungkin untuk menyambut kedatangan para Elf."
Baju besi Garvin bergemeretak ketika ia menghantamkan sebelah kepalan tangan ke
kakinya. "Risiko kecil" Belum satu jam yang lalu, Anda menerima bukti bahwa
Galbatorix masih memiliki agen tersembunyi di antara kita. Ia telah berhasil menyusup
berkali-kali, tapi tetap saja Anda menganggap bisa meninggalkan pengawal Anda dan
melesat melintasi kerumunan yang mungkin adalah pembunuh bayaran! Apakah Anda
sudah lupa serangan di Aberon, atau bagaimana si Kembar membunuh ayah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Anda?" "Kapten Garvin! Kau sudah melewati batas." "Aku bakal lebih melewati batas
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
lagi jika itu artinya bisa menyelamatkan nyawa Anda." Para Elf, Nasuada melihat, sudah
menempuh setengah jarak di antara mereka dan perkemahan. Marah, dan kepengin
segera menyudahi percakapan ini, ia berkata, "Aku bukannya tanpa perlindungan,
Kapten." Melirik sejenak ke arah Elva, Garven berkata, "Kami sudah menduganya,
Lady." Ia terdiam, seakan menunggu informasi lanjut dari Nasuada. Ketika wanita itu
diam saja, Garven melanjutkan, "Jika Anda benar-benar aman, aku salah karena
menuduh Anda ceroboh, dan aku minta maaf. Tapi tetap saja, keamanan dan tampak
aman adalah dua hal yang berbeda. Untuk bisa bekerja efektif, kami-Nighthawk-harus
jadi prajurit yang paling cerdik, tangguh dan kejam di seluruh segera, dan orang-orang
harus percaya bahwa kami adalah yang paling cerdik, paling tangguh, dan paling kejam.
Mereka harus percaya bahwa jika mereka berusaha menikam Anda atau menembak
Anda dengan panah atau menggunakan sihir untuk menyakiti Anda, kami akan
menghentikan mereka. Jika mereka percaya bahwa kesempatan untuk membunuh Anda
sama besarnya dengan tikus hendak membunuh naga, mungkin mereka akan menyerah
melakukannya, dan kami akan bisa menangkis serangan tanpa harus mengangkat
sebelah jari. "Kami tidak bisa memerangi semua musuh Anda, Lady Nasuada. Itu akan
butuh pasukan. Bahkan Eragon tidak bisa menyelamatkan Anda jika semua orang yang
menginginkan Anda Kati memiliki keberanian bertindak atas dasar kebencian mereka.
Anda mungkin bisa selamat dari seratus percobaan pembunuhan, atau seribu, tapi
akhirnya salah satu akan berhasil. Satu-satunya cara untuk menghindari hal itu terjadi
adalah dengan meyakinkan sebagian besar musuh Anda bahwa mereka tidak akan
pernah bisa menembus pertahanan Nighthawk. Reputasi kami bisa melindungi Anda
sekuat pedang dan perisai. Maka kami tidak akan tampak bagus jika orang-orang
melihat Anda berkuda tanpa kami. Tidak diragukan lagi kami akan tampak sangat tolol
berusaha mengejar mati-matian. Lagi pula, jika Anda tidak menghargai kami, Lady,
bagaimana dengan orang lain?" Garven mendekat, merendahkan suaranya. "Kami rela
mati demi Anda jika harus. Permintaan kami hanyalah Anda mengizinkan kami
melaksanakan tugas. Itu permintaan kecil, mengingat risikonya. Dan akan datang hari
ketika Anda akan bersyukur kami ada di sini. Perlindungan Anda yang satu lagi adalah
manusia, yang bisa berbuat kesalahan, sebesar apa pun kekuatannya. Ia tidak
bersumpah dalam bahasa kuno seperti anggota Nighthawk. Hatinya bisa berubah, dan
Anda akan menyesali hari ketika ia berubah memusuhi Anda. Tapi pasukan Nighthawk
takkan pernah mengkhianati Anda. Kami adalah milik Anda, Lady, seluruhnya dan
seutuhnya. Maka kumohon, biarkan pasukan Nighthawk melakukan tugas mereka...
Biarkan kami melindungi Anda." Dalam hati, Nasuada tidak memedulikan argumen
Garven, tapi kepandaiannya berkata-kata dan kerasionalannya membuat Nasuada
terkesan. Ia adalah pria yang seharusnya bisa digunakannya demi tugas lain, pikir
Nasuada. "Aku mengerti jormundur telah mengelilingiku dengan pejuang yang sama
ahlinya bersilat lidah dengan kepiawaian mereka
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengangkat senjata," katanya sambil tersenyum. "My Lady." "Kau benar. Seharusnya
aku tidak meninggalkan kalian, dan aku minta maaf. Aku ceroboh dan tidak berpikir
panjang. Aku masih belum terbiasa memiliki pengawal yang teruss-menerus berada
bersamaku sepanjang hari, dan kadang-kadang aku lupa aku tidak bisa bergerak bebas
lagi seperti dulu. Kau mendapat janjiku, Kapten Garven, hal ini tidak akan terjadi lagi.
Aku sama sekali tidak bermaksud merendahkan Nighthawk." "Terima kasih, my Lady."
Nasuada menoleh kembali ke arah para Elf, tapi mereka tersembunyi di balik tepian
sungai kering seperempat mil jauhnya. "Aku jadi berpikir, Garven, mungkin kau telah
menciptakan moto untuk pasukan Nighthawk beberapa saat yang lalu." "Benarkah" Jika
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ya, aku tidak ingat." "Ya. jadi moto yang bagus, meski mungkin tanpa dan.jika anggota
Nighthawk yang lain setuju, kau bisa meminta Trianna menerjemahkan frasa tersebut ke
dalam bahasa kuno, dan aku akan menyuruh orang mengukir moto itu di perisai kalian
dan dibordir di umbel-umbel kalian." "Anda sangat murah hati, my Lady. Saat kami
kembali ke tenda, aku akan mendiskusikan hal ini bersama jormundur dan
kapten-kapten yang lain. Hanya saja..." Garven ragu-ragu, dan menebak kegundahan
dalam benak pria sekali, Nasuada berkata, "Tapi kau khawatir moto seperti itu akan
terdengar terlalu vulgar untuk pria-pria dalam posisi kalian, dan kau memilih moto
yang lebih berwibawa Sertacerdas, apakah aku betel?" "Tepat, my Lady," katanya
dengan ekspresi lega. "Rasanya itu kekhawatiran yang bisa dimaklumi. Nighthawk
mewakili kaum Varden, dan kalian harus berinteraksi dengan semua ras dan pangkat
dalam rentang tugas kalian. Sangat disayangkan jika kalian memberikan kesan yang
salah... Baiklah, aku akan menyerahkan masalah ini kepadamu dan rekan-rekanmu
untuk mencari moto yang tepat. Aku yakin kau akan melaksanakannya dengan baik
sekali." Pada saat itu, dua belas Elf muncul dari gundukan tepi sungai kering, dan
Garven, setelah menggumamkan terima kasih lagi, bergerak agak menjauh dari
Nasuada. Mempersiapkan diri untuk menyambut secara resmi, Nasuada memberi
isyarat kepada Angela dan Elva untuk kembali. Ketika masih berjarak beberapa ratus
meter, Elf yang terdepan tampak hitam pekat dari kepala sampai kaki. Mula-mula
Nasuada menduga Elf itu berkulit hitam, seperti dirinya, dan mengenakan pakaian
hitam, tapi saat Elf tersebut mendekat, Nasuada melihat bahwa ia hanya mengenakan
kain caveat dan sabuk anyaman kain dengan kantong kecil tersemat di sana. Sisa
tubuhnya tertutup bulu berwarna biru gelap yang berkilauan di bawah terpaan sinar
matahari. Di sebagian besar tubuhnya, bulu itu hanya sepanjang setengah
inci-pelindung yang lembut dan fleksibel yang mencerminkan bentuk Sertagerakan otot
di bawahnya-tapi pada pergelangan kaki dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bagian bawah lengan depannya, bulu-bulu itu memanjang jadi sekitar dua inci, dan di
antara tulang selangkanya, terdapat surai berkibar sepanjang lengan dari tubuhnya dan
tumbuh di sepanjang punggungnya meruncing sampai ke ujung tulang punggungnya.
Rambut berponi menutupi dahinya, dan bulu seperti kucing mencuat dari kedua ujung
telinganya yang runcing, tapi bulu-bulu di wajahnya pendek serta rata, hanya warnanya
saja yang menandakan keberadaannya. Matanya kuning terang. Alih-alih kuku, cakar
mencuat dari kedua jari tengahnya. Saat Elf itu memelankan langkah dan berhenti di
hadapannya, Nasuada mengendus aroma tertentu yang mengelilingi tubuhnya: wangi
musk yang berasal dari Gemara juniper kering, kulit yang diminyaki, dan asap.
Aromanya tajam sekali, dan begitu maskulin, Nasuada merasa kulitnya sendiri menjadi
panas-dingin dan merinding penuh gairah, dan wajahnya merona tapi lega karena tidak
akan tampak jelas di mata orang lain. Elf-Elf yang lain tampak lebih seperti yang
Nasuada duga, dengan sosok dan warna kulit seperti Arya, mengenakan tunik pendek
berwarna jingga tua dan hijau dawn Gemara. Enam di antaranya adalah pria, dan enam
lagi wanita. Mereka semua berambut hitam pekat, kecuali dua wanita yang rambutnya
berwarna seperti cahaya bintang. Mustahil untuk menduga usia mereka, karena
wajah-wajah mereka halus tanpa kerutan. Mereka adalah ElfElf pertama yang dilihat
Nasuada dari dekat kecuali Arya, dan ia sangat ingin tahu apakah Arya memang
merepresentasikan rasnya. Menyentuhkan dual jari ke bibirnya, Elf yang memimpin
rombongan membungkuk, diikuti rekan-rekannya, kemudian menekuk tangan kanannya
di dada dan berkata, "Salam dan selamat, Nasuada, putri Ajihad. Atra esterni ono
thelduin." Logatnya lebih jelas daripada Arya: berlagu dan berirama bagaikan musik
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dalam kata-katanya. "Atra du evarinya ono Varda," jawab Nasuada, seperti yang telah
diajarkan Arya. Elf itu tersenyum, menunjukkan gigi yang lebih tajam daripada gigi biasa.
"Aku Blodhgarm, putra Ildrid si Indah." Ia memperkenalkan para Elf yang lain sebelum
melanjutkan. "Kami membawa kabar gembira dari Ratu Islanzadi; tadi malam para
perapal mantra kami berhasil menghancurkan tembok Ceunon. Bahkan saat kita bicara
sekarang, pasukan kami sedang merangsek maju melintasi jalan-jalan menuju menara
tempat Lord Tarrant mengurung dirinya sendiri. Beberapa orang masih melawan, tapi
kota telah lumpuh, dan tidak lama lagi kami akan menguasai seluruh Ceunon." Para
pengawal Nasuada dan kaum Varden yang berada di belakangnya bersorak gembira
mendengar kabar itu. Nasuada juga gembira akan kemenangan ini, tapi kemudian ada
rasa gelisah yang menahannya menyorakkan kemenangan saat ia membayangkan para
Elf-terutama yang sekuat Blodhgarm-menginvasi rumah-rumah manusia. Kekuatan
menakutkan apa yang telah kulepaskan" ia bertanya-tanya. "Ini kabar gembira,"
katanya, "dan Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
aku sangat senang mendengarnya. Dengan terkepungnya Ceunon, kita sudah semakin
dekat ke Uruakhirnya ke tujuan kita." Dengan suara lebih rendah, ia berkata, "Aku harap
Ratu Islanzadi bersikap lunak pada penduduk Ceunon, kepada mereka yang tidak
mencintai Galbatorix tapi kurang memiliki keberanian untuk memberontak terhadap
Kekaisaran." "Ratu Islanzadi bersikap baik dan murah hati kepada siapa saja, bahkan
jika mereka terpaksa mematuhinya, tapi jika ada yang berani melawan kami, kami akan
menyapu mereka seperti dawn-dawn kering pada badai musim gugur." "Aku tidak
mengharapkan kurang dari itu dari kaum tuba dan kuat seperti kalian," jawab Nasuada.
Setelah berbalas sopan santun dengan kalimat-kalimat salam remeh-temeh, Nasuada
menganggap pantas jika ia bertanya tentang tujuan kunjungan para Elf ini. Ia
memerintahkan kerumunan orang untuk bubar, kemudian berkata, "Tujuan kalian
Gemara, seperti yang kudengar, adalah untuk melindungi Eragon dan Saphira. Apakah
benar?" "Benar, Nasuada Svit-kona. Dan kami tahu bahwa Eragon masih berada di
Salam wilayah Kekaisaran tapi ia akan kembali tidak lama lagi." "Apakah kau juga tahu
bahwa Arya pergi untuk mencarinya dan sekarang mereka berdua melakukan
perjalanan bersama-sama?" Blodhgarm menjentik telinganya. "Kami juga sudah
mengetahui itu. Sayang sekali mereka berdua harus menghadapi bahaya, tapi
mudah-mudahan bencana tidak menghampiri mereka." "Apa yang akan kalian
lakukan, kalau begitu" Apakah kalian akan mencari dan mengawal mereka kembali ke
Varden" Atau kalian akan menunggu dan yakin Eragon serta Arya bisa melindungi diri
mereka sendiri dari para pengikut Galbatorix?" "Kami akan tetap menjadi tamumu,
Nasuada putri Ajihad. Eragon dan Arya cukup aman selama mereka bisa menghindari
terdeteksi. Bergabung bersama mereka di Kekaisaran hanya akan menimbulkan
perhatian yang tidak diinginkan. Mengingat keadaan, lebih baik menunggu sementara
bisa melakukan hal yang berguna. Galbatorix lebih mungkin akan menyerang ke sini, ke
kaum Varden, dan jika ia menyerang, dan jika Thorn serta Murtagh muncul kembali,
Saphira akan membutuhkan bantuan kami untuk mengusir mereka." Nasuada terkejut.
"Eragon berkata kalian adalah sebagian dari para perapal mantra terkuat di kaum kalian,
tapi apakah kalian benar-benar memiliki cara untuk merintangi pasangan terkutuk itu"
Seperti Galbatorix, mereka memiliki kekuatan jauh di atas Penunggang biasa." "Dengan
bantuan Saphira, ya, kami percaya bisa menyamakan kekuatan dengan Thorn dan
Murtagh. Kami tahu sebesar apa kemampuan kaum Terkutuk, dan sementara Galbatorix
mungkin menjadikan Thorn dan Murtagh lebih kuat daripada setiap anggota kaum
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terkutuk yang lain, ia takkan menjadikan mereka berdua sederajat dengannya. Dalam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
hal itu, setidaknya, ketakutan Galbatorix akan pengkhianatan bisa menjadi keuntungan
kita. Bahkan tiga anggota kaum Terkutuk tidak bisa mengalahkan kami berdua belas
dan seekor Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
naga. Maka, kami percaya diri bisa mempertahankan diri melawan semua kecuali
Galbatorix." "Itu melegakan. Sejak kekalahan Eragon di tangan Murtagh, aku berpikir
apakah sebaiknya kami mundur dan bersembunyi sampai kekuatan Eragon meningkat.
Tapi dengan adanya kepastian darimu aku menjadi yakin kita masih punya harapan.
Kita mungkin tidak tahu bagaimana cara membunuh Galbatorix sendiri, tapi sampai kita
merobohkan gerbang bentengnya di Urudan menghadapi kita langsung di medan
pertempuran, tidak akan ada yang bisa menghentikan kita." Ia berhenti. "Kau tidak
memberiku alasan untuk tidak memercayaimu, Blodhgarm, tapi sebelum kalian
memasuki perkemahan kami, aku harus meminta izin kalian agar salah satu pengawalku
menyentuh benak kalian untuk meyakinkan kalian memang Elf, bukan manusia dalam
samaran yang dikirim Galbatorix ke sini. Aku tidak ingin meminta ini, tapi kami pernah
disusupi mata-mata dan pengkhianat, dan kami tidak berani memercayai kalian, atau
siapa saja, hanya dengan katakata. Aku tidak ingin menyinggung perasaan kalian, tapi
perang telah mengajari kami bahwa pencegahan selalu diperlukan. Tentunya kalian,
yang telah melindungi seluruh dedaunan di Du Weldenvarden dengan mantra, bisa
mengerti alasanku. Maka aku bertanya, apakah kalian bersedia?" Mata Blodhgarm
tampak liar dan gigi-geliginya tampak lebih tajam ketika berucap, "Sebagian besar,
pepohonan di Du Weldenvarden memiliki jarum, bukan dawn. Uji saja kami jika memang
perlu, tapi kuperingatkan kaum, siapa pun yang kauminta melakukan tugas ini harus
berhati-hati agar tidak menggali terlalu jauh ke dalam benak kami, atau ia bakal
mendapati dirinya lupa ingatan. Sangat berbahaya bagi manusia biasa untuk berkeliaran
di dalam benak kami; mereka bisa dengan mudah tersesat dan tidak mampu kembali ke
tubuh mereka. Rahasia kami juga bukan untuk konsumsi umum." Nasuada mengerti.
Para Elf akan menghancurkan siapa saja yang berani memasuki daerah terlarang.
"Kapten Garven," katanya. Melangkah maju seperti orang yang akan dieksekusi, Garven
berdiri di hadapan Blodhgarm, memejamkan mata, dan mengerutkan kening saat ia
meraih benak Blodhgarm. Nasuada menggigit bagian dalam pipinya sambil
menyaksikan. Ketika ia masih kecil, seorang pria berkaki satu bernama Hargrove telah
mengajarinya bagaimana melindungi benaknya dari para pengguna telepati dawn
bagaimana cara membentengi benak Serta meningkat serangan tusukan mental. Ia
mahir dalam kedua keahlian itu, dan meski ia tidak pernah berhasil melakukan kontak
dengan benak orang lain, ia sudah sangat mengenal prinsipnya. Maka ia sangat
mengerti tentang kesulitan dan kehati-hatian pekerjaan yang sedang berusaha
dilaksanakan Garven, pekerjaan yang dibuat semakin sulit karena Elf adalah makhluk
asing. Mencondongkan tubuh ke arah Nasuada, Angela berbisik, "Seharusnya kau
membiarkan aku memeriksa para Elf itu. Akan lebih aman." "Mungkin," kata Nasuada.
Meski si ahli tanaman obat telah banyak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
membantu dirinya dan kaum Varden, Nasuada masih merasa tidak nyaman untuk
memercayai wanita itu dalam urusan resmi. Untuk beberapa lama, Garven melanjutkan
usahanya, kemudian matanya terbuka dan ia mengembuskan napas kuat-kuat. Leher
dan wajahnya bebercak merah karena mengerahkan tenaga, dan pupil matanya
mengecil, seakan-akan sekarang sudah malam. Sebaliknya, Blodhgarm tampak tidak
terpengaruh sama sekali; bulu-bulunya tetap halus, napasnya teratur, dan seulas
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
senyum geli menghiasi sudut-sudut bibirnya. "Bagaimana?" tanya Nasuada. Tampaknya
butuh waktu agak lama bagi Garven untuk mendengar pertanyaannya, kemudian kapten
yang kekar berhidung bengkok itu berkata, "Ia bukan manusia, my Lady. Itu aku yakin
sekali. Sama sekali tidak ada keraguan." Senang dan agak gelisah, karena jawaban
Garven kedengaran agak tidak fokus, Nasuada berkata, "Baiklah. Lanjutkan." Setelah
itu, waktu yang dibutuhkan Garven untuk memeriksa setiap Elf semakin cepat, hanya
menghabiskan waktu tidak lebih dari enam detik pada Elf terakhir. Nasuada
memerhatikan Garven lekat-lekat sepanjang proses pemeriksaan, dan ia melihat jemari
Garven semakin tampak memutih tanpa darah, dan kulit di pelipisnya melesak masuk ke
tengkoraknya seperti gendang telinga katak, dan pria itu tampak loyo seperti habis
menyelam jauh ke dalam air. Setelah menyelesaikan tugasnya, Garven kembali ke
posisinya di belakang Nasuada. Ia jadi berubah, pikir Nasuada. Tekad dan
semangatnya yang kuat telah memudar menjadi tercenung seperti seseorang yang
berjalan sambil tidur, dan saat Garven menatap Nasuada ketika Nasuada bertanya
apakah ia tidak apa-apa, meski jawabannya cukup mantap, Nasuada menganggap roh
pria itu telah berkelana jauh, berkeliaran di antara padang rumput berdebu dan
bermandi cahaya matahari di dalam hutan misterius kaum. Elf. Nasuada berharap
Garven bisa pulih dengan cepat. Jika tidak, ia akan meminta Eragon atau Angela, atau
mungkin keduanya, untuk menangani Garven. Sementara ini sebelum kondisinya pulih,
ia akan mengistirahatkan Garven dari posisinya sebagai anggota Nighthawk; Jormundur
akan memberinya tugas ringan, sehingga Nasuada tidak akan merasa bersalah karena
Garven bisa saja terluka, dan mungkin setidaknya Garven bakal menikmati apa pun
sisa-sisa bayangan dalam benaknya setelah ia berhubungan dengan benak para Elf ini.
Merasa jengkel karena harus kehilangan Garven, dan marah pada dirinya sendiri,
dengan para Elf, dan dengan Galbatorix serta Kekaisaran yang mengharuskan
pengorbanan seperti ini terjadi, ia sulit menjaga ucapan dan sikapnya agar tidak
terdengar kasar. "Ketika kau membicarakan bahaya, Blodhgarm, seharusnya kau bilang
bahkan orang yang bisa kembali ke tubuh mereka tidak akan kembali tanpa
kekurangan." "My Lady, aku. baik-baik saja," kata Garven. Protesnya begitu lemah dan
tidak meyakinkan, hampir tidak ada orang yang mendengarnya, dan itu hanya membuat
Nasuada semakin marah. Bulu-bulu di tengkuk Blodhgarm berdiri dan menjadi kaku.
"Jika aku gagal menjelaskan secara gamblang sebelumnya, maka aku minta maaf.
Meski Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
demikian, jangan menyalahkan kami atas apa yang telah terjadi; inilah kami apa adanya.
Dan jangan pula menyalahkan dirimu sendiri, karena kita hidup, di zaman penuh
kecurigaan. Mengizinkan kami lewat tanpa diuji akan menjadi keteledoran di pihakmu.
Sangat disayangkan kejadian tidak mengenakkan ini menodai pertemuan bersejarah
kita, tapi setidaknya sekarang kau bisa tenang, sudah memastikan siapa kami
sebenarnya, sesuai dengan wujud kami: Elf dari Du Weldenvarden." Kelebatan wangi
musk kembali mengalir ke arah Nasuada, dan meski ia masih merasa marah,
tulang-tulangnya terasa lemas dan ia terserang pikiran tentang keteduhan dalam tenda
sutra, gelas piala berisi anggur ceri, dan lagu sendu kaum kurcaci yang Sering
didengarnya bergema di aula-aula kosong Tronjheim. Setengah tidak fokus, ia berkata,
"Kalau saja Eragon atau Arya ada di sini, mereka bisa memasuki benak kalian tanpa
takut kehilangan kewarasan mereka." Sekali lagi ia tidak bisa menahan daya tarik liar
dari aroma Blodhgarm, membayangkan bagaimana rasanya jika tangannya mengelus
surai Elf itu. Ia kembali tersadar ketika Elva menarik lengan kirinya, memaksa Nasuada
untuk membungkuk dan mendekatkan telinga ke mulut penyihir-cilik tersebut. Dengan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
suara rendah dan kasar, Elva berkata, "Akar horehound. Berkonsentrasilah pada rasa
akar horehound." Mengikuti nasihat Elva, Nasuada memanggil kembali ingatannya dari
tahun lalu, ketika ia mencicipi permen horehound di salah satu jamuan makan Raja
Hrothgar. Hanya dengan mengingat rasa getir permen itu membuat mulutnya kering dan
menangkal aroma musk yang menggairahkan dari tubuh Blodhgarm. Nasuada berusaha
menyembunyikan kehilangan konsentrasinya dengan berkata, "Tetua mudaku di sini
bertanya-tanya mengapa kau tampak berbeda dibandingkan Elf yang lain. Harus kuakui
aku juga ingin tahu. Sosokmu bukan seperti yang kami harapkan dari rasmu. Maukah
kau berbaik hati untuk menjelaskan alasan mengapa kau berpenampilan mirip hewan?"
Gelombang mengilat mengalir pada bulu Blodhgarm saat ia mengangkat bahu. "Aku
suka sosok ini," katanya. "Beberapa orang menulis puisi tentang matahari dan
rembulan, yang lain menanam bunga, mendirikan bangunan, atau menciptakan musik.
Meski aku menghargai semua jenis seni tersebut, aku percaya keindahan sejati hanya
berasal dari taring serigala, kulit kucing hutan, mata elang. Maka aku mengambil
semua unsur itu untuk diriku sendiri. Dalam seratus tahun mendatang, mungkin aku
akan bosan dengan bentuk hewan darat dan malah menganggap hewan lautlah yang
memiliki segala keindahan di dunia ini, dan maka aku akan menyelimuti diriku dengan
sisik, mengubah kedua tanganku menjadi sirip dan kakiku menjadi ekor, lalu aku akan
lenyap di bawah ombak permukaan laut dan takkan pernah lagi terlihat di Alagaesia."
Jika Elf itu bercanda, seperti yang diduga Nasuada, ia tidak menunjukkannya.
Sebaliknya, Elf itu tampak serius sekali, Nasuada
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bertanya-tanya apakah ia sedang diejek. "Menarik sekali," kata Nasuada. "Kuharap
keinginan menjadi ikan tidak datang dalam waktu dekat, karena kami membutuhkanmu
di daratan. Tentu saja, jika Galbatorix juga memutuskan untuk memperbudak hiu atau
ikan bass, nah, seorang perapal mantra yang bisa bernapas di dalam air tentu sangat
berguna." Tanpa aba-aba, kedua belas Elf memenuhi udara dengan suara tawa jernih
dan cerah, dan burung-burung dalam jarak satu mil segera berkicau merdu. Suara gelak
mereka seperti air menetes pada kristal. Nasuada tersenyum tanpa bisa ditahannya,
dan di sekitarnya ia melihat ekspresi yang sama pada wajah para pengawalnya. Bahkan
kedua Urgal tampak gembira. Dan ketika para Elf kembali terdiam dan dunia tampak
suram kembali, Nasuada merasakan kesedihan yang ditinggalkan mimpi memudar. Air
mata mengaburkan pandangannya selama beberapa detik, kemudian itu juga berlalu.
Tersenyum untuk pertama kalinya, sehingga menunjukkan paras tampan sekaligus
menakutkan, Blodhgarm berkata, "Merupakan kehormatan untuk mengabdi bersama
wanita yang cerdas, piawai, dan jenaka seperti dirimu, Lady Nasuada. Kapan-kapan,
jika tugas mengizinkan, aku akan senang sekali mengajarkan permainan kami yang
bernama Runes kepadamu. Kau akan jadi lawan yang sulit ditandingi, aku yakin."
Perubahan mendadak dalam sikap Elf itu mengingatkan Nasuada pada sebuah kata
yang sekali-sekali didengarnya digunakan para kurcaci untuk menggambarkan kaum Elf:
angin-anginan. Rasanya itu deskripsi yang kedengaran biasa-biasa saja saat Nasuada
masih kecil-benaknya membayangkan bahwa kaum Elf suka berpindah-pindah dari satu
kegemaran ke kegemaran lain, seperti peri di kebun bunga-tapi sekarang ia sadar
bahwa maksud kaum kurcaci sesungguhnya adalah Hati-hati! Awas, karena kau tidak
akan pernah tahu apa yang akan dilakukan seorang Elf. Nasuada mendesah, merasa
tertekan memikirkan harus menghadapi sekelompok makhluk yang akan berusaha
menguasainya demi keuntungan mereka sendiri. Apakah kehidupan selalu sesulit ini" ia
termenung. Atau ini hanya karena sikapku sendiri" Dari arah perkemahan, Nasuada
melihat Raja Orrin berkuda menghampiri mereka, memimpin barisan panjang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bangsawan, anggota keluarga istana, pejabat tinggi dan rendah, para penasihat,
asisten, pelayan, prajurit, dan berbagai jenis spesies lain yang malas untuk dikenali
Nasuada, sementara dari arah timur, meluncur turun dengan cepat, sayap-sayapnya
terkembang, ia melihat Saphira. Mempersiapkan diri untuk menghadapi kehebohan
yang akan mereka hadapi, Nasuada berkata, "Mungkin masih berbulan-bulan lagi
sebelum aku bisa menerima tawaranmu, Blodhgarm, tapi aku berterima kasih. Aku akan
menikmati sebuah permainan setelah bekerja keras sepanjang hari. Tapi untuk saat ini,
kesenangan itu harus ditunda. Seluruh beban kasta manusia akan segera mengimpitmu.
Aku menyarankan kau mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan nama,
pertanyaan, dan permintaan. Kami manusia adalah ras yang selalu ingin tahu, dan kami
semua tidak sering melihat Elf."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Kami sudah siap menghadapi ini, Lady Nasuada," kata Blodhgarm. Ketika rombongan
berisik Raja Orrin mendekat dan Saphira bersiap-siap mendarat, membuat rerumputan
rata ke tanah akibat angin dari kepakan sayap-sayapnya, pikiran terakhir Nasuada
adalah, Oh astaga. Aku harus melindungi Blodhgarm dengan sebatalion tentara demi
menghindari dirinya dicabik-cabik para wanita di perkemahan. Dan mungkin itu juga
tidak akan menyelesaikan masalah! MOHON AMPUN, PENUNGGANG NAGA Saat itu
pertengahan petang sehari setelah mereka meninggalkan Eastcroft ketika Eragon
merasakan ada patroli yang terdiri atas lima belas tentara di depan mereka. Ia
memberitahu Arya, dan Elf itu mengangguk. "Aku juga merasakan mereka." Keduanya
tidak mengungkapkan kekhawatiran, tapi rasa cemas mulai membuat perut Eragon
terasa mulas, dan ia melihat alis Arya semakin berkerut. Daratan di sekeliling mereka
terbuka dan rata, tidak ada tempat bersembunyi. Mereka sudah pernah bertemu
sekelompok prajurit sebelum ini, tapi mereka selalu dalam keadaan bersama-sama
dengan pengembara lain. Sekarang mereka sendirian di jalan yang sudah mulai
memudar. "Kita bisa menggali lubang dengan sihir, menutupi bagian atasnya dengan
semak-semak, dan bersembunyi di sana sampai mereka lewat," usul Eragon. Arya
menggeleng tanpa memelankan laju larinya. "Bagaimana dengan tanah hasil galian"
Mereka akan mengira telah menemukan sarang tikus tanah paling besar yang pernah
ada. Lagi pula, berlari akan lebih menghemat energi." Eragon mendengus. Aku tidak
yakin berapa mil lagi aku mampu berlari. Ia tidak kehabisan napas, tapi berlari tanpa
henti membuatnya letih. Lututnya sakit, pergelangan kakinya pegal, ibu jari kaki kirinya
merah dan bengkak, dan telapak kakinya diserang lecet-lecet, tidak peduli seberapa
ringan ia melangkah. Malam sebelumnya, ia telah menyembuhkan beberapa rasa pegal
dan sakit yang dideritanya, dan sementara itu telah membuatnya sedikit lega, mantra
yang digunakannya hanya menambah keletihannya. Patroli itu tampak seperti gumpalan
asap di kejauhan selama setengah jam berikutnya sebelum Eragon bisa melihat bentuk
para pria dan kuda di dasar awan debu kuning yang mereka timbulkan. Karena ia dan
Arya memiliki mata yang lebih tajam daripada sebagian besar manusia, rasanya tidak
mungkin para penunggang kuda itu bisa melihat mereka dari jarak sejauh ini, maka
mereka teruss berlari selama sekitar sepuluh menit. Kemudian
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mereka berhenti. Arya mengeluarkan rok dari ranselnya dan mengikatnya menutupi
celana ketat yang digunakannya selama berlari, dan Eragon menyembunyikan cincin
Brom ke dalam tasnya sendiri lalu mengoleskan tanah di telapak tangan kanannya untuk
menutupi tanda gedwey ignasia-nya yang berwarna. perak. Mereka melanjutkan
berjalan dengan kepala tertunduk, bahu membungkuk, dan menyeret kaki. Jika
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
segalanya berjalan lancar, para prajurit hanya akan menganggap mereka sepasang
pengungsi. Meski Eragon bisa merasakan gemuruh derap kaki kuda yang mendekat dan
mendengar teriakan-teriakan para pria yang menungganginya, rasanya satu jam telah
berlalu sebelum mereka akhirnya bertemu di daratan luas itu. Ketika mereka
berpapasan, Eragon dan Arya minggir ke sisi jalan yang berdebu dan berdiri sambil
merunduk m enatap tanah. Eragon menangkap kelebatan kaki kuda dari bawah alisnya
saat penunggang-penunggang pertama melewati mereka, tapi kemudian awan debu
yang menyesakkan membubung di sekelilingnya, membuatnya tidak bisa melihat
anggota patroli yang lain. Debu di udara begitu tebal, ia harus memejamkan mata.
Mendengarkan dengan saksama, ia menghitung sampai ia yakin setengah patroli telah
melintas. Mereka bahkan tidak repot-repot menanyai kami! pikirnya. Kegembiraannya
tidak berlangsung lama. Sesaat kemudian, seseorang di dalam lingkaran badai debu
berteriak, "Pasukan, berhenti!" Terdengar seruan-seruan Whoa, Berhenti, dan Tenang,
Nells ketika lima belas pria memelankan laju tunggangan mereka lalu membentuk
lingkaran mengelilingi Eragon dan Arya. Sebelum para prajurit selesai membentuk
lingkaran dan awan debu memudar, Eragon membungkuk untuk mengambil sebongkah
kerikil besar, kemudian kembali berdiri. "Jangan bergerak!" desis Arya. Sementara ia
menunggu para prajurit untuk menyatakan keinginan mereka, Eragon berusaha
menenangkan detak jantungnya dengan mengulangi hafalan kisah yang dikarangnya
beserta Arya untuk menjelaskan keberadaan mereka yang begitu dekat ke Surda.
Usaha Eragon gagal, karena, tanpa bermaksud mengesampingkan kekuatannya,
latihan-latihannya, pengalaman memenangi peperangan, dan setengah lusin perisai
yang melindunginya, raganya masih merasa yakin bahwa ia akan segera menghadapi
luka atau kematian. Perutnya melilit, kerongkongannya menegang, dan lengan serta
kakinya terasa ringan serta limbung. Oh, cepatlah! batinnya. Ia kepengin segera
mencabik-cabik sesuatu dengan tangannya, seakan-akan tindakan merusak bisa
melepaskan tekanan yang semakin besar di dalam dirinya, tapi dorongan itu semakin
membuatnya frustrasi, karena ia tidak berani bergerak. Satu-satunya yang membuatnya
bisa menahan diri adalah kehadiran Arya. Lebih baik Eragon memotong sebelah
lengannya sendiri daripada dianggap pengecut oleh Elf itu. Dan meski Arya juga
petarung hebat, Eragon masih merasakan hasrat untuk melindunginya. Suara yang tadi
telah menyuruh pasukan berhenti kembali terdengar. "Coba kulihat wajah kalian."
Mengangkat kepalanya, Eragon melihat seorang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pria di atas tunggangan berwarna merah-kelabu, kedua tangannya yang bersarung
terlipat di kepala pelananya. Di atas bibirnya terdapat kumis keriting raksasa yang,
setelah menurun ke kedua sudut bibirnya, mencuat sepanjang Sembilan inci ke kedua
arah dan sangat kontras dibandingkan dengan rambutnya yang lurus sebahu.
Bagaimana kumis rimbun dan spektakuler itu bisa berdiri tegak, Eragon tidak tahu,
karena kumis itu tampak kusam dan tidak mengilat serta sudah pasti tidak dirawat
dengan minyak lebah hangat. Prajurit-prajurit yang lain memegang tombak yang
diarahkan kepada Eragon dan Arya. Tubuh mereka dilapisi debu tebal sehingga sulit
melihat bentuk api yang dibordir di tunik mereka. "Nah," kata pria tadi, dan kumisnya
bergoyang-goyang seperti timbangan yang tidak seimbang. "Kalian siapa" Hendak ke
mana" Dan apa urusan kalian di tanah raja?" Kemudian ia mengibaskan tangannya.
"Tidak, tak usah repot-repot menjawab. Itu tidak penting. Tidak ada yang penting
sekarang ini. Dunia sudah akan kiamat, dan kita menghabiskan sisa hidup, dengan
menginterogasi orang-orang kampung. Bah! Kutu-kutu percaya takhayul yang
bertemperasan dari satu tempat ke tempat lain, menghabiskan semua makanan di
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seluruh negeri dan berkembang biak dengan kecepatan mengerikan. Di tanah
keluargaku dekat Uruakan mencambuk orang-orang seperti kalian jika kedapatan
berkeliaran tanpa izin, dan jika ketahuan telah mencari dari majikan kalian, kami akan
menggantung kalian. Apa pun yang kalian ceritakan kepadaku adalah kebohongan.
Selalu begitu... "Apa yang kalian bawa di dalam tas, eh" Makanan dan selimut, ya, tapi
mungkin sepasang tempat lilin emas, eh" Peralatan makan perak dari lemari terkunci"
Surat-surat rahasia untuk Varden" Eh" Kucing memakan lidah kalian" Yah, kami akan
mengetahuinya sebentar lagi. Langward, coba lihat harta karun apa yang bisa kaugali
dari tas mereka." Eragon terhuyung ke depan ketika salah satu prajurit memukul
punggungnya dengan batang tombak. Ia telah membungkus baju besinya dengan kain
rombengan agar tidak berbenturan. Sayangnya kain rombengan itu terlalu tipis untuk
meredam suara berkelontang nyaring yang terdengar akibat pukulan. "Oho!" sera si pria
berkumis. Menyambar Eragon dari belakang, si prajurit membuka bagian atas ransel
Eragon dan mengeluarkan rompi besinya, sambil berseru, "Lihat, Sir!" Si pria berkumis
menyeringai lebar kegirangan. "Baju baja! Dan buatannya juga bagus. Sangat bagus,
lebih tepatnya. Wah, kalian memang penuh kejutan. Mau bergabung dengan Varden,
ya" Berniat berkhianat dan menghasut, hmm?" Ekspresinya mengeras. "Atau apakah
kau salah satu dari mereka yang memberi nama buruk kepada para prajurit" Jika begitu,
kau adalah tentara bayaran yang paling tidak kompeten; kau bahkan tidak punya
senjata. Apakah terlalu merepotkan untuk membuat tongkat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
atau pentungan, eh" Nah, bagaimana" Jawab!" "Tidak, Sir." "Tidak, Sir" Rupanya kau
tidak berpikir sampai ke sana. Sayang sekali kami harus menerima orang menyedihkan
berotak udang, tapi perang telah merendahkan standar kami, sehingga terpaksa
mencari orang-orang buangan." "Menerimaku ke mana, Sir?" "Diam, dasar gembel
kurang ajar! Tidak ada yang memberimu izin bicara!" Kumisnya bergetar ketika pria itu.
menunjuk. Cahaya merah meledak dalam pandangan Eragon ketika pria yang berada di
belakangnya menggebuk kepalanya. "Tak peduli apakah kau pencuri, pengkhianat,
tentara bayaran, atau hanya orang tolol, nasibmu akan sama. Begitu kau mengucapkan
sumpah pengabdian, kau tidak punya pilihan apa-apa lagi selain mematuhi Galbatorix
dan mereka yang mewakilinya. Tidak perlu banyak omong tentang apa yang seharusnya
kita lakukan. Hanya perintah, jelas dan langsung. Kau juga akan memiliki tujuan yang
sama seperti kami, dan kau akan mendapatkan keistimewaan dengan membantu
terciptanya masa depan gemilang yang telah diramalkan raja kita. Sedangkan bagi
temanmu yang cantik ini, banyak hal lain yang bisa membuatnya berguna bagi
Kekaisaran, eh" Sekarang ikat mereka!" Maka Eragon tahu apa yang harus
dilakukannya saat itu. Sambil melirik, ia mendapati Arya sudah menatapnya, matanya
tajam dan terang. Eragon mengerjap sekali. Arya membalas kerjapannya. Tangan
Eragon menggenggam kerikil erat-erat. Sebagian besar prajurit yang dilawan Eragon di
Dataran Membara memiliki perisai sihir kecil yang berfungsi melindungi mereka dari
serangan magis, dan ia menduga pria-pria ini memiliki perlindungan yang sama. Ia yakin
mampu mematahkan atau mengakali mantra apa saja yang diciptakan para penyihir
Galbatorix, tapi itu akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang dimilikinya
sekarang. Maka, ia melipat lengannya,. kemudian dengan sekali kibasan pergelangan
tangan, melemparkan kerikil ke arah pria berkumis. Kerikil itu menembus sisi helmnya.
Sebelum para prajurit bisa bertindak, Eragon memutar tubuh, menyambar tombak dari
tangan pria yang tadi menyiksanya, dan menggunakannya untuk menjatuhkan pria itu
dari kudanya. Ketika pria itu mendarat di tanah, Eragon menusuk jantungnya, membuat
ujung tombak itu patah menghantam pelat besi pada tunik si prajurit. Melepaskan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tombak, Eragon melontarkan diri ke belakang, tubuhnya sejajar dengan tanah ketika ia
meluncur di bawah tujuh tombak yang melesat ke tempatnya tadi berada.
Batang-batang tombak yang mematikan itu bagaikan mengambang di atas tubuhnya
saat ia terjatuh. Pada detik Eragon melontarkan kerikil, Arya memantul ke sisi kuda yang
terdekat dengannya, melompat dari sanggurdi ke pelana, dan menendang kepala
prajurit yang terperangah di atas kuda itu. Prajurit itu terlontar sejauh lebih dari tiga
puluh kaki. Kemudian Arya melompat dari satu punggung kuda ke punggung kuda
lainnya, membunuh para prajurit
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dengan lututnya, kakinya, dan tangannya dalam rangkaian gerakan gemulai dan
keseimbangan luar biasa. Bebatuan tajam menggores perut Eragon ketika ia
terjerembap. Sambil meringis, ia melompat berdiri. Empat prajurit yang telah turun dari
kuda mereka menghadapinya dengan pedang terhunus. Mereka menyerang.
Menghindar ke kanan, Eragon menangkap pergelangan tangan salah satu prajurit saat
pria itu mengayunkan pedangnya dan Eragon menonjok ketiaknya. Pria itu tersungkur
dan tidak bergerak. Eragon melumpuhkan lawan-lawannya yang lain dengan cara
memuntir kepala mereka sampai tulang leher mereka patah. Pada saat itu prajurit
keempat sudah sangat dekat, berlari ke arahnya dengan pedang terangkat tinggitinggi,
Eragon tidak bisa menghindarinya. Terjebak, ia melakukan satu-satunya hal yang bisa
dilakukannya: ia menonjok dada prajurit itu sekeras mungkin. Percikan darah dan
keringat menghujaninya ketika benturan terjadi. Pukulan itu mendarat di rusuk si prajurit
dan membuatnya terpelanting ke atas lebih dari dua belas kaki, kemudian ia terjatuh
menimpa mayat temannya yang lain. Eragon tersengal dan membungkuk, memegangi
tangannya yang berdenyut-denyut. Empat buku jarinya lepas, dan tulang rawan yang
putih tampak melalui kulitnya yang terbuka. Sial, ia menyumpah saat darah segar
mengalir dari lukanya. Jemarinya menolak untuk digerakkan ketika ia mencobanya; ia
sadar tangannya tidak akan berguna sampai ia menyembuhkannya. Takut akan adanya
serangan berikut, ia melihat sekeliling mencari Arya dan sisa-sisa prajurit. Kuda-kuda
sudah kabur. Hanya tiga prajurit yang masih hi-dup. Arya sedang bergumul melawan
dua di antaranya agak jauh dari Eragon sementara prajurit ketiga dan terakhir kabur
melintasi jalan menuju selatan. Menghimpun kekuatan, Eragon mengejar. Ketika ia
memperkecil jarak antara dirinya dengan si prajurit, pria itu mulai memohon-mohon
ampun kepadanya, bersumpah tidak akan mengatakan kepada siapa-siapa tentang
pembantaian ini dan merentangkan kedua tangannya untuk menunjukkan ia tidak
memegang apa-apa. Ketika Eragon sudah tinggal sejarak lengan dengannya, pria itu
bergeser ke pinggir dan beberapa langkah kemudian ia kembali mengubah arah,
melesat ke sana kemari seperti kelinci ketakutan. Setiap saat, pria itu terus memohon,
air mata mengalir di pipinya, berkata ia masih terlalu muda untuk mati, bahwa ia hendak
menikah dan menjadi seorang ayah, bahwa orangtuanya akan kehilangan dirinya, dan ia
telah dipaksa menjadi tentara dan ini barulah misi kelimanya dan mengapa Eragon tidak
bisa membiarkannya berlalu saja" "Apa salahku padamu?" ia tersedu. "Aku hanya
melakukan perintah. Aku orang baik-baik!" Eragon berhenti dan memaksa diri untuk
berkata, "Kau takkan mampu mengikuti langkah kami. Kami tidak bisa meninggalkanmu;
kau akan menangkap seekor kuda dan mengkhianati kami." "Tidak, tidak akan!"
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Orang-orang akan bertanya apa yang terjadi di sini. Sumpahmu kepada Galbatorix dan
Kekaisaran tidak akan membiarkanmu mengucapkan kebohongan. Maafkan aku, tapi
aku tidak tahu cara melepaskanmu dari ikatan itu, kecuali..." "Kenapa kau melakukan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ini" Kau seorang monster!" teriak pria itu. Dengan paras ketakutan setengah mati, ia
berusaha berlari melewati Eragon dan kembali ke jalan. Eragon menjegalnya kurang
dari sepuluh kaki, dan saat pria itu menangis sambil memohon kemurahan hatinya,
Eragon menggenggamkan tangan kirinya ke leher pria tersebut dan menekan. Ketika ia
melepaskan cengkeramannya, prajurit itu tersungkur di kakinya, sudah tidak bernyawa.
Rasa pahit empedu menguasai lidah Eragon ketika ia menatap wajah kendur pria itu.
Kapan saja kita membunuh, kita membunuh sebagian dari diri kita sendiri, pikirnya.
Gemetar karena campuran rasa shock, sakit, dan membenci diri sendiri, ia melangkah
kembali ke tempat pertempuran pertama kali dimulai. Arya sedang berlutut di sebelah
sesosok mayat, membasuh lengan dan tangannya dengan air dari botol kaleng yang
dibawa salah satu prajurit. "Bagaimana," Arya bertanya, "kau bisa membunuh pria itu,
sementara kau tidak bisa menyentuh Sloan dengan satu jari pun?" Ia berdiri dan
menghadap Eragon, tatapannya menuduh. Emosi terkuras, Eragon hanya mengangkat
bahu. "Ia adalah ancaman. Sloan bukan. Tidakkah itu jelas?" Arya terdiam selama
beberapa saat. "Seharusnya Sloan menjadi ancaman, tapi memang bukan... Aku malu
harus diajari moral oleh seseorang yang jauh lebih tidak berpengalaman. Mungkin aku
terlalu yakin, terlalu percaya diri akan kemampuanku dalam memilih." Eragon
mendengarnya bicara, tapi kata-katanya tidak berarti apa-apa saat pandangannya
beralih ke mayat-mayat yang bertebaran. Apakah seluruh kehidupanku telah menjadi
seperti ini" ia bertanya-tanya. Rangkaian pertarungan tanpa akhir" "Aku merasa seperti
pembunuh." "Aku mengerti betapa sulitnya ini," kata Arya. "Ingat, Eragon, kau baru
mengalami sedikit bagian tentang bagaimana rasanya menjadi seorang Penunggang
Naga. Berangsur-angsur perang ini akan berakhir, dan kau akan melihat bahwa
tugasmu bukan hanya meliputi kekerasan. Klan Penunggang bukan hanya pejuang,
mereka adalah guru, penyembuh, dan cendekiawan." Otot rahang Eragon mengejang
selama sesaat. "Kenapa kita memerangi pria-pria ini, Arya?" "Karena mereka
menghalangi kita mencapai Galbatorix." "Maka kita harus menemukan jalan untuk
menyerang Galbatorix secara langsung." "Tidak ada jalan. Kita tidak bisa melangkah
begitu saja ke Urusebelum menumbangkan. pasukannya. Dan kita tidak bisa memasuki
kastilnya sampai kita berhasil melumpuhkan jebakan-jebakan berusia hampir seabad,
sihir atau bukan." "Pasti ada cara," Eragon bergumam. Ia tetap berdiri di tempatnya
ketika Arya melangkah maju dan memungut sebatang tombak. Tapi ketika Arya
meletakkan ujung tombak ke bawah dagu seorang prajurit yang sudah mati lalu
menusukkannya menembus tengkoraknya, Eragon melompat ke depan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan mendorong Arya menjauh dari mayat itu. "Apa yang kaulakukan?" ia berteriak.
Kemarahan melintasi wajah Arya. "Aku akan memaafkan itu hanya karena kau sedang
tidak fokus dan tidak berpikir jernih. Pikir, Eragon! Sudah bukan waktunya lagi kau
dimanjakan. Kenapa perbuatanku ini perlu dilakukan?" Jawabannya segera terpikirkan
oleh Eragon, dan dengan enggan ia berkata, "Jika tidak dilakukan, Kekaisaran akan
tahu sebagian besar pria ini dibunuh hanya dengan tangan kosong." "Tepat!
Satu-satunya yang mampu membunuh dengan tangan kosong adalah Elf, Penunggang,
dan Kull. Dan karena bahkan seseorang yang cacat mental juga bakal tahu ini bukan
pekerjaan Kull, mereka segera tahu bahwa kita berada di sekitar sini, dan kurang dari
satu hari, Thorn dan Murtagh akan terbang di atas kita, mencari kita." Terdengar suara
benda remuk yang basah ketika Arya mencabut tombak dari mayat tadi. Ia
mengangsurkan tombak itu kepada Eragon. "Aku juga menganggap ini memuakkan,
maka sebaiknya kau menjadikan dirimu berguna dan membantuku." Eragon
mengangguk. Kemudian Arya mengambil sebilah pedang, dan bersama-sama mereka
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
membuat pembantaian yang tampak seolah-olah pejuang biasa telah membunuh para
prajurit itu. Itu adalah pekerjaan menjijikkan, tapi berlangsung dengan cepat, karena
mereka berdua tahu luka macam apa yang akan membunuh para prajurit itu, dan
keduanya tidak ingin berlamalama di sana. Ketika mereka tiba pada pria yang dadanya
telah dihancurkan Eragon, Arya berkata, "Tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk
menyembunyikan luka seperti itu. Kita harus meninggalkannya seperti ini dengan
harapan orang akan menduga seekor kuda telah menginjaknya." Mereka meneruskan
pekerjaan. Prajurit terakhir yang mereka tangani adalah komandan patroli. Kumisnya
sekarang lunglai dan tercabik, hampir kehilangan seluruh kemegahannya. Setelah
memperbesar lubang yang diakibatkan kerikil sehingga tampak lebih mirip lubang
segitiga yang ditinggalkan ujung tombak atau kapak perang, Eragon beristirahat
sejenak, menatap kumis menyedihkan sang komandan, kemudian berkata, "Kau tahu, ia
benar." "Tentang apa?" "Aku butuh senjata yang layak. Aku butuh pedang." Mengelap
telapak tangan ke ujung tuniknya, ia memerhatikan daratan sekitar mereka, menghitung
mayat. "Sudah semua, bukan" Kita sudah selesai." Ia berdiri dan memunguti baju
besinya yang berserakan, kembali membungkusnya dengan kain, dan memasukkannya
lagi ke bagian dasar ransel. Kemudian ia bergabung dengan Arya ke bukit rendah yang
telah didaki Elf itu. "Kita harus menghindari jalan sejak sekarang," ucap Arya. "Kita tidak
bisa mengambil risiko bertemu lagi dengan prajurit-prajurit Galbatorix." Menunjuk tangan
kanan Eragon yang terluka, yang membasahi tunik Eragon dengan darah, Arya berkata,
"Kau sebaiknya merawat itu sebelum kita melanjutkan perjalanan." Ia tidak memberi
kesempatan Eragon untuk menjawab tapi menyambar jemari Eragon yang lumpuh lalu
berkata, Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Waise heill." Erangan meluncur keluar dari mulut Eragon ketika jemarinya kembali
terpasang pada soket-soketnya, dan urat-uratnya yang putus Serta tulang rawannya
yang remuk kembali ke keadaan semula, dan saat kulit yang koyak di buku-buku jarinya
kembali menutupi daging di bawahnya. Ketika mantra berakhir, Eragon mengepalkan
dan membuka tangannya untuk memastikan sudah sembuh benar. "Terima kasih,"
katanya. Ia heran karena Arya berinisiatif melakukan itu sementara ia mampu
menyembuhkan lukanya sendiri. Arya tampak malu. Memalingkan wajah, menatap ke
arah padang rumput luas, ia berkata, "Aku senang kau berada di sampingku hari ini,
Eragon." "Aku juga senang kau berada di sampingku." Arya menghadiahinya senyum
ragu yang singkat. Mereka terdiam di atas bukit rendah itu selama semenit, tidak ada di
antara keduanya yang ingin segera melanjutkan perjalanan. Kemudian Arya mendesah
dan berkata, "Kita sebaiknya pergi. Bayang-bayang sudah memanjang, dan seseorang
bisa saja muncul lalu terkejut dan menyerukan bahaya saat mereka melihat
mayat-mayat makanan gagak ini." Meninggalkan bukit rendah, mereka mengarah ke
barat daya, menjauh dari jalan, dan berlari di atas lautan rumput yang tidak rata. Di
belakang mereka, burung-burung pemakan bangkai pertama telah mendarat dari langit.
BAYANG-BAYANG MASA LALU Malam itu, Eragon duduk memandangi api unggun
kecil mereka, mengunyah dawn dandelion. Makan malam mereka terdiri atas berbagai
jenis akar-akaran, biji-bijian, dan dedaunan yang dikumpulkan Arya dari daerah
sekeliling. Rasanya tidak enak sekali memakan semuanya mentah-mentah dan tanpa
bumbu, tapi Eragon menahan diri untuk tidak menambah menunya dengan daging
burung atau kelinci, yang banyak berkeliaran di sekeliling mereka, karena ia tidak ingin
Arya tidak menyetujui tindakannya. Terlebih lagi, setelah pertarungan mereka dengan
para prajurit, memikirkan untuk mengambil nyawa lagi, bahkan nyawa binatang,
membuatnya mual. Malam sudah larut, dan mereka harus berangkat pagi-pagi sekali
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
besok, tapi Eragon tidak bersiap untuk tidur, begitu pula Arya. Elf itu duduk dalam jarak
pandang Eragon, kedua kakinya ditekuk, dengan tangan dilingkarkan pada tungkainya
dan dagu diletakkan di lutut. Roknya mengembang di sekelilingnya, seperti kelopak
bunga yang tersapu angin. Dagu menempel di dada, Eragon mengelus-elus tangan
kanannya dengan tangan kiri, berusaha melenyapkan rasa pegal yang mengganggu.
Aku butuh pedang, pikirnya. tanpa pedang, aku perlu sejenis pelindung untuk kedua
tanganku agar aku tidak membuat diriku sendiri terluka kapan saja memukul
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sesuatu. Masalahnya, aku sudah begitu kuat sekarang, aku akan harus mengenakan
sarung tangan dengan lapisan setebal beberapa inci, yang akan tampak konyol sekali.
Akan terlalu tebal, terlalu panas, dan terlebih lagi, aku tidak bisa ber-keliaran
mengenakan sarung tangan selama hidupku. Ia mengerutkan kening. Mendorong
tulang-tulang di tangannya ke luar posisi normalnya, ia memperhatikan perubahan
terpaan cahaya pada kulitnya, terpesona akan kelenturan tubuhnya. Dan apa yang akan
terjadi jika aku bertarung sambil mengenakan cincin Brom" Cincin itu buatan Elf, maka
mungkin aku tidak perlu khawatir batu safirnya akan pecah. Tapi jika aku memukul
sesuatu dengan cincin di jariku, bukan hanya akan melepaskan beberapa persendian,
aku akan meremukkan semua tulang di tanganku... Aku mungkin tidak akan bisa
memperbaiki kerusakannya... Ia mengepalkan tangannya erat-erat dan perlahan-lahan
membolak-baliknya, memperhatikan bayang-bayang menggelap dan menghilang di
antara bukubuku jarinya. Aku bisa menciptakan mantra yang akan menghentikan benda
apa saja yang melesat dengan kecepatan tinggi menuju tanganku. Tidak, tunggu, itu
tidak bagus. Bagaimana jika yang mendatangiku adalah sebongkah batu besar" Atau
gunung" Aku akan membunuh diri sendiri saat berusaha menghentikannya. Yah, jika
sarung tangan dan sihir tidak bisa digunakan, aku ingin memiliki sepasang
Ascudgaml-nya kaum kurcaci, ia teringat bagaimana si kurcaci Shrrgnien memiliki taji
besi terpasang di bantalan metal yang melekat pada setiap buku jarinya, kecuali di ibu
jari. Tajitaji itu membuat Shrrgnien bisa memukul apa saja yang diinginkannya tanpa
takut terlalu sakit, dan taji-taji itu juga mudah dilepas kapan saja. Eragon tertarik
menggunakannya, tapi ia tidak mau melubangi buku-buku jarinya. Lagi pula, pikirnya,
tulang-tulangku lebih tipis daripada tulang-tulang kurcaci, mungkin terlalu tipis untuk
menyematkan bantalan metalnya dengan jemari yang masih bisa berfungsi dengan
benar... Maka Ascudgamln adalah ide buruk, tapi mungkin aku bisa... Membungkuk
rendah di atas tangannya, ia berbisik, "Thaefathan." Punggung tangannya mulai
bergelombang dan terasa gatal seolah-olah ia baru saja terjatuh ke semak beracun.
Sensasinya begitu kuat dan tidak nyaman, ia kepengin melompat bangkit dan
menggaruk tubuhnya keraskeras. Menahan diri mati-matian, ia tetap bergeming dan
menatap saat kulit di buku-buku jarinya menggembung, membentuk kulit tebal dan kasar
berwarna keputihan setebal setengah inci di tiap sendinya. Ini mengingatkannya kepada
lapisan mirip tanduk di sisi dalam kaki kuda. Ketika ia sudah puas dengan ukuran dan
ketebalannya, ia menghentikan aliran sihirnya dan kemudian mengeksplorasi, dengan
sentuhan dan pandangan, anggota tubuh barunya yang tebal. Tangannya terasa lebih
berat dan kaku daripada biasanya, tapi ia masih bisa menggerakkan jemarinya seperti
sedia kala. Memang tampak jelek, pikirnya, mengelus-elus tonjolan kasar di tangan
kanan dengan telapak tangan kiri, dan orang mungkin akan tertawa dan mengejek jika
melihatnya, tapi aku tidak peduli, karena ini akan sangat berguna dan mungkin bisa
melindungi nyawaku. Berseri-seri karena senang, Eragon menghantam bagian atas
batu menonjol yang muncul dari dalam tanah di antara kedua kakinya. Benturan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
itu membuat lengannya bergetar dan menimbulkan suara dentuman ringan tapi rasanya
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak lebih daripada jika ia menghantamkan tangan ke sebilah papan berlapis beberapa
lembar kain. Merasa berani, ia mengambil cincin Brom dari ranselnya dan menyelipkan
lingkaran emas yang terasa dingin tersebut, memastikan kulit tebalnya yang menonjol
lebih tinggi daripada permukaan cincin. Ia menguji pengamatannya dengan kembali
membenturkan tinju ke batu. Satu-satunya suara yang ditimbulkan adalah dentuman
kulit keras dan kering terhadap batu yang bergeming. "Apa yang sedang kaulakukan?"
tanya Arya, mengintip dari balik tirai rambut hitamnya. "Tidak apa-apa." Kemudian
Eragon mengulurkan tangannya. "Kurasa ini ide yang bagus, karena mungkin aku akan
perlu memukul orang lagi." Arya memerhatikan buku-buku jari Eragon. "Kau akan sulit
mengenakan sarung tangan." "Aku bisa memotong sarung tanganku supaya muat." Arya
mengangguk dan kembali menatap api unggun. Eragon telentang bertumpu pada kedua
sikunya dan meluruskan kaki, merasa puas tentang kesiapannya untuk menghadapi
pertempuran macam apa saja yang menunggunya di masa depan. Lebih jauh dari itu, ia
tidak berani berspekulasi, karena jika melakukannya, ia akan mulai bertanya pada diri
sendiri bagaimana ia dan Saphira akan mampu mengalahkan Murtagh atau Galbatorix,
kemudian rasa panik akan menancapkan cakar-cakarnya yang dingin di tubuhnya. Ia
memusatkan tatapannya pada kedalaman api yang berkelip. Di sana, di dalam kobaran
yang menggeliat-geliat, ia mencari tempat di mana ia bisa melupakan beban dan
tanggung jawabnya. Tapi gerakan api yang konstan tak lama kemudian membuatnya
terlena dalam lamunan ketika fragmen fragmen pikiran, suara, citra, dan emosi
mengalir melintasinya seperti butiran salju turun dari langit musim dingin yang tenang.
Dan di antara kelebatan itu, muncullah wajah prajurit yang tadi telah memohon agar
nyawanya tidak dicabut. Sekali lagi Eragon melihat pria itu menangis, dan sekali lagi ia
mendengar pria itu memohon am-pun, dan sekali lagi ia merasakan bagaimana leher
pria itu patah seperti sebatang kayu basah. Tersiksa oleh kenangan tersebut, Eragon
mengertakkan gigi dan menarik napas dengan kasar melalui cuping hidungnya Yang
kembang kempis. Keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Ia beringsut di
tempatnya berbaring dan berusaha mengusir hantu si prajurit yang mengganggunya,
tapi tidak berhasil. Pergi! ia berteriak dalam hati. Itu bukan salahku. Galbatorix-lah yang
seharusnya kausalahkan, bukan aku. Aku tidak ingin membunuhmu! Dari kegelapan
yang mengelilingi mereka, seekor serigala melolong. Dari berbagai lokasi di padang
rumput luas itu, beberapa serigala lagi menyahut, meninggikan volume suara mereka
dalam melodi yang sumbang. Nyanyian menakutkan itu membuat kulit kepala Eragon
terasa gatal dan bulu-bulu halus berdiri di lengannya. Kemudian, dalam sesaat,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
lolongan itu berpadu menjadi nada yang sangat mirip raungan peperangan Kull. Eragon
beringsut, gelisah. "Ada apa?" tanya Arya. "Apakah serigala-serigala itu" Mereka tidak
akan mengganggu kita, kau tahu" Mereka sedang mengajari anak-anak mereka
berburu, dan mereka tidak akan membiarkan anak-anak mereka mendekati
makhluk-makhluk yang berbau aneh seperti kita." "Bukan serigala-serigala di luar sana,"
kata Eragon, memeluk diri sendiri. "Tapi serigala-serigala di dalam sini.Ia mengetuk
bagian tengah dahinya. Arya mengangguk, gerakan cepat seperti burung yang
menunjukkan bahwa ia bukanlah manusia, meski wujudnya menyerupai manusia.
"Memang selalu seperti itu. Monster-monster dalam benak jauh lebih buruk daripada
monster-monster yang berada di luar sang. Ketakutan, keraguan, dan kebencian telah
menjerat lebih banyak orang daripada hewan-hewan." "Dan cinta," Eragon menegaskan.
"Dan cinta," Arya mengiyakan. "Juga keserakahan dan iri hati Serta semua obsesi lain
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
yang mudah memengaruhi ras yang berperasaan peka." Eragon memikirkan Tenga
yang tinggal sendirian di reruntuhan pos penjagaan Elf Edur Ithindra, membungkuk di
atas buku-bukunya yang tebal dan berharga, mencari, selalu mencari, demi Ia menahan
diri agar tidak memberitahu Arya tentang pertapa itu, karena ia sedang tidak kepengin
membahas pertemuan aneh itu pada saat ini. Ia malah bertanya, "Apakah batinmu
terganggu jika membunuh?" Mata hijau Arya menyipit. "Aku maupun kaumku tidak
mampu makan daging hewan karena kami tidak mau membunuh lebih banyak makhluk
untuk memuaskan rasa lapar kami, dan kau berani bertanya apakah membunuh
mengganggu batin. kami" Begitu sempitnyakah pemahamanmu sehingga menganggap
kami kaum pembunuh berdarah dingin?" "Tidak, tentu saja tidak," Eragon memprotes.
"Bukan begitu maksudku." "Maka katakanlah maksudmu sebenarnya, dan jangan
melontarkan hinaan jika kau tidak sungguh-sungguh." Sekarang memilih kata-katanya
dengan lebih hati-hati, Eragon berkata, "Aku menanyakan ini kepada Roran sebelum
kami menyerang Helgrind, atau pertanyaan yang mirip. Yang ingin kuketahui adalah,
bagaimana perasaanmu saat kau membunuh" Bagaimana seharusnya perasaanmu?" ia
mengerutkan kening ke arah api. "Apakah kau melihat bayangan para prajurit yang
kaumusnahkan sedang menatapmu, senyata seperti kau dan aku sekarang?" Arya
mengeratkan pelukan pada kakinya, tampak termenung. Lidah api menjilat ke atas saat
menyambar salah seekor ngengat yang beterbangan mengelilingi perkemahan.
"Ganga," gumam Arya, dan menggerakkan jarinya. Dengan kepakan sayap halus,
ngengat-ngengat itu terbang pergi. Tidak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengalihkan tatapan dari ranting-ranting yang terbakar, ia berkata, "Sembilan bulan
setelah aku menjadi perwakilan resmi, satu-satunya perwakilan ibuku, jika ingin jujur,
aku melakukan perjalanan dari Varden di Farthen Dar menuju ibukota Surda, yang
masih merupakan negara baru pada masa itu. Tidak lama setelah aku dan teman-teman
seperjalananku meninggalkan Pegunungan Beor, kami berjumpa dengan segerombolan
Urgal yang sedang menjelajah. Kami berniat tetap menyarungkan pedang kami dan
melanjutkan perjalanan, tapi seperti biasanya, para Urgal berkeras untuk
mempertahankan harga diri dan kejayaan demi mendapatkan pengakuan lebih tinggi
dalam suku mereka. Kekuatan kami lebih besar daripada mereka-karena Weldon, pria
yang menggantikan Brom sebagai pemimpin. Varden, ada bersama kami-dan mudah
bagi kami untuk menyingkirkan mereka... Hari itu adalah pertama kalinya aku
membunuh. Aku merasa gelisah selama bermingguminggu sesudahnya, sampai aku
sadar aku akan menjadi gila jika terus-menerus memikirkannya. Banyak yang seperti itu,
dan mereka menjadi sangat marah, begitu merasa bersalah, mereka tidak lagi bisa
diandalkan, atau hati mereka akan membatu dan mereka kehilangan kemampuan untuk
membedakan mana yang benar dan yang salah." "Bagaimana caramu mengatasi
perasaan itu?" "Aku merenungkan alasanku membunuh untuk menentukan apakah
memang diperlukan. Jika merasa memang diperlukan, aku bertanya kepada diri sendiri
apakah alasannya cukup penting untuk dilanjutkan, meski artinya aku akan harus
membunuh lagi. Kemudian aku memutuskan bahwa setiap kali aku memikirkan
orang-orang yang telah kubunuh, aku akan membayangkan diri sendiri berada di taman.
di Aula Tialdari." "Apakah berhasil?" Menyingkirkan rambut dari wajahnya, Arya
menyelipkan sejumput ke belakang telinganya. "Berhasil. Satu-satunya obat penawar
untuk racun yang melekat dari tindakan kekerasan adalah menemukan kedamaian
dalam dirimu sendiri. Itu obat yang sulit untuk dimiliki, tapi sangat layak diusahakan."
Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan, "Bernapas juga membantu." "Bernapas?" "Napas
lambat dan teratur, seakan kau sedang bermeditasi. Itu salah satu metode efektif untuk
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menenangkan diri." Mengikuti saran Arya, Eragon mulai menarik napas dan
mengembuskannya lagi, menjaga temponya agar stabil dan mengeluarkan seluruh
udara dari paru-parunya pada tiap tarikan napas. Dalam satu menit, simpul yang terasa
di dalam perutnya telah mengendur, kerutan di dahinya lenyap, dan kehadiran
musuhmusuh yang telah ditaklukkannya tidak lagi terasa begitu nyata...
Serigala-serigala melolong lagi, dan setelah serangan singkat kegelisahan, ia
mendengarkan tanpa ketakutan, karena lolongan mereka telah kehilangan kekuatan
untuk membuatnya tidak nyaman. "Terima kasih," katanya. Arya merespons dengan
menggerakkan dagunya secara anggun. Keheningan menyelimuti mereka selama
seperempat jam sampai Eragon berkata, "Urgal." Ia membiarkan kata itu bergema
beberapa saat, Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sebuah pertentangan verbal yang menjulang. "Bagaimana pendapatmu tentang
Nasuada yang mengizinkan mereka bergabung dengan Varden?" Arya mengambil
ranting dekat roknya yang terkembang lebar dan menggulirkannya di antara jemarinya
yang halus, mengamati sebatang kayu bengkok itu seakan-akan menyembunyikan
rahasia. "Itu adalah keputusan berani, dan aku mengagumi Nasuada karenanya. Ia
selalu bertindak demi kepentingan Varden, tidak peduli seberapa besar bayarannya." "Ia
membuat beberapa anggota Varden marah ketika menerima tawaran bantuan Nar
Garzhvog." "Dan ia mendapatkan kembali loyalitas mereka melalui Pengadilan Pisau
Panjang. Nasuada sangat cerdik jika menyangkut hal mempertahankan posisinya."
Arya menjentikkan ranting di tangannya ke api. "Aku sama sekali tidak menyukai Urgal,
tapi aku juga tidak membenci mereka. Tidak seperti Rahanya terlalu gemar berperang.
Ini adalah perbedaan yang sangat penting, bahkan jika tidak bisa memberikan
penghiburan bagi keluarga korban-korban mereka. Kami kaum Elf pernah membuat
perjanjian damai dengan Urgal, dan kami akan melakukannya lagi jika diperlukan. Tapi
prospeknya tampak sia-sia." Arya tidak perlu menjelaskan alasannya. Banyak perkamen
Yang diberikan Oromis kepada Eragon untuk dibaca yang membahas Urgal, dan salah
satunya yang berjudul Pengembaraan Gnaevaldrskald, telah memberitahunya bahwa
seluruh kebudayaan Urgal didasari prestasi bertarung mereka. Pria-pria Urgal hanya
bisa meningkatkan derajat mereka dengan cara menyerang desa lain-entah itu desa
Urgal, manusia, Elf, atau kurcaci, tidak masalah-atau dengan cara bertarung melawan
saingan mereka satu lawan satu, kadang-kadang sampai mati. Dan dalam masalah
memilih pasangan, wanita-wanita Urgal menolak menganggap seorang pria bisa
dijadikan calon kecuali ia telah memenangi pertarungan sedikitnya tiga kali. Hasilnya,
setiap generasi Urgal baru tidak punya pilihan kecuali menantang atasan mereka,
menantang tetua mereka, dan merambah negeri demi mencari kesempatan untuk
membuktikan kejantanan mereka. Tradisi ini sudah begitu mengakar, bahkan usaha
untuk mengubahnya selalu gagal. Setidaknya mereka jujur pada diri sendiri, Eragon
merenung. Itu lebih daripada yang bisa dilakukan sebagian besar manusia.
"Bagaimana," Eragon bertanya, "Durza bisa menyergapmu, Glenwing, dan Faolin
dengan menggunakan para Urgal" Tidakkah kalian memiliki perisai untuk melindungi diri
dari serangan fisik?" "Panah-panah mereka diberi jampi-jampi." "Maka kalau begitu para
Urgal itu perapal mantra?" Sambil memejamkan mata, Arya mendesah dan
menggeleng. "Bukan. Itu adalah sejenis sihir hitam yang diciptakan Durza. Ia
menyombongkannya ketika aku berada di Gil
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Aku tidak tahu bagaimana kau mampu menahan siksaannya selama itu. Aku melihat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
apa yang dilakukannya terhadapmu." "Itu... itu tidak mudah. Aku melihat siksaan yang
diberikannya kepadaku sebagai ujian atas komitmenku, sebagai kesempatan untuk
membuktikan bahwa aku tidak berbuat kesalahan dan aku memang layak mengemban
simbol yawe. Maka aku menanggung cobaan berat itu." "Tapi tetap saja, bahkan kaum
Elf tidak imun terhadap rasa sakit. Luar biasa sekali kau bisa menyembunyikan lokasi
Ellesmera darinya selama berbulan-bulan." Sedikit rasa bangga mewarnai suara Arya.
"Bukan hanya lokasi Ellesmera tapi juga ke mana aku mengirim telur Saphira,
perbendaharaan kata bahasa kunoku, dan semua hal yang mungkin berguna bagi
Galbatorix." Percakapan terhenti, kemudian Eragon berkata, "Apakah kau sering
memikirkannya, yang kaualami di Gillad?" Ketika Arya tidak menjawab, ia
menambahkan, "Kau tidak pernah membicarakannya. Kau mengucapkan tentang
pengurunganmu tanpa beban, tapi kau tidak pernah mengatakan seperti apa
keadaanmu di sana, atau bagaimana perasaanmu mengenainya sekarang." "Kesakitan
adalah kesakitan," jawab Arya. "Tidak butuh penjelasan." "Benar, tapi mengabaikannya
bisa menimbulkan kerusakan lebih parah daripada apa yang telah terjadi... Tidak ada
orang yang mampu bertahan hidup menghadapi sesuatu seperti itu dan lolos tanpa
cacat. Atau sedikitnya tidak menderita cacat di dalam dirinya." "Kenapa kau
menganggapku belum pernah bercerita kepada siapa-siapa?" "Kau bercerita pada
siapa?" "Apakah itu penting" Ajihad, ibuku, seorang teman di Ellesmera." "Mungkin
aku salah," kata Eragon, "tapi tampaknya kau tidak dekat dengan siapa-siapa. Di mana
kau melangkah, kau melangkah sendirian, bahkan di antara kaummu sendiri." Parass
Arya tidak berubah. Ekspresinya begitu kosong, sehingga Eragon mulai bertanya-tanya
apakah Elf itu mau menjawab, keraguan yang segera berubah jadi keyakinan ketika
Arya berbisik, "Tidak selalu begitu." Waspada, Eragon menunggu tanpa bergerak, takut
jika ia melakukan sesuatu, Arya tidak akan mau mengucapkan apa-apa lagi. "Dulu aku
pernah memiliki seseorang yang bisa kuajak bicara, seseorang yang mengerti diriku dan
dari mana aku berasal. Dulu... Pria itu lebih tua dariku, tapi kami memiliki kemiripan sifat,
sama-sama ingin tahu dunia di luar hutan kami, sama-sama ingin mengeksplorasi dan
ingin menumbangkan Galbatorix. Kami berdua tidak tahan tinggal di Du
Weldenvarden-belajar, melakukan sihir, mengejar keinginan masingmasing- ketika kami
mengetahui si Pembunuh Naga, sumber malapetaka bagi klan Penunggang, sedang
mencari care untuk memusnahkan ras kami. Temanku mengambil tindakan
belakangan-beberapa dekade setelah aku mengemban posisi sebagai perwakilan resmi
dan beberapa tahun. sebelum Hefring mencuri telur Saphira-tapi begitu ia memutuskan,
ia mengajukan Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
diri untuk menemaniku ke mana saja perintah Islanzadi membawaku." Ia mengerjap,
dan kerongkongannya tercekat. "Aku tidak mengizinkannya, tapi rata menyukai idenya,
dan ia sangat meyakinkan..." Ia melipat bibirnya lagi, cahaya di matanya tampak lebih
terang daripada biasanya. Selembut mungkin, Eragon bertanya, "Apakah ia faolin"Arya,
mengeluarkan pernyataan itu nyaris dengan desahan. "Apakah kau mencintainya?"
Menengadahkan kepala, Arya menatap langit yang gemerlap, lehernya yang jenjang
tampak keemasan oleh cahaya api, wajahnya pucat diterpa cahaya bintang. "Apakah
kau bertanya sebagai teman atau demi kepentinganmu sendiri?" Ia mengeluarkan tawa
singkat mendadak, suaranya bagaikan air memercik pada bebatuan dingin. "Tidak perlu
kaujawab. Udara malam telah membuat pikiranku terganggu. Sopan santunku
terlupakan dan membuatku mengucapkan hal paling sinting yang bisa kupikirkan."
"Tidak masalah." "Masalah untukku, karena aku menyesalinya, dan aku tidak bisa
memaafkan ucapanku. Apakah aku mencintai faolin" Bagaimana kau mendefinisikan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
cinta" Selama lebih dari dua puluh tahun, kami berkelana bersama, satu-satunya
makhluk abadi diantara ras-ras berusia singkat. Kami adalah teman seperjalanan... dan
sahabat." Rasa cemburu menusuk dada Eragon. Ia berjuang untuk mengabaikannya,
meredakannya, dan berusaha melenyapkannya tapi tidak benarbenar berhasil. Sisa-sisa
perasaan itu terus mengganggunya, seperti serpihan kayu menancap di dalam kulit.
"Lebih dari dua puluh tahun," ulang Arya. Sambil terus menatap bintang-bintang, ia
mengayunkan tubuh ke depan dan ke belakang, sepertinya tidak menyadari kehadiran
Eragon. "Kemudian dalam sekejap mata, Durza merenggut itu semua dariku. Faolin dan
Glenwing adalah Elf-Elf pertama yang mati dalam pertempuran sejak hampir seabad
lamanya. Ketika aku melihat Faolin tersungkur, saat itu aku mengerti bahwa kepedihan
yang sejati adalah tidak terluka sendiri, tapi menatap seseorang yang kausayangi
terluka. Aku mengira itu adalah hal yang telah kupelajari selama aku bergabung dengan
Varden ketika, satu demi satu, pria dan wanita yang telah kuhormati mati oleh pedang,
panah, racun, kecelakaan, dan usia tua. Tapi kehilangan itu. tidak pernah terasa begitu
pribadi, dan ketika itu terjadi, aku berpikir, yang pernah kami hadapi sebelumnya, Faolin
dan aku selalu selamat bersama-sama, dan jika ia tidak bisa lolos dari yang satu itu,
bagaimana aku bisa?" Eragon tersadar Arya tengah menangis, air mata mengalir
deras dari sudut luar matanya, mengalir ke pelipisnya, kemudian ke rambutnya. Dalam
cahaya bintang, air matanya tampak bagaikan sungai kaca perak. Kepedihannya yang
teramat sangat membuat Eragon terkejut. Pemuda itu tidak mengira ia mampu
menyebabkan Arya mengeluarkan emosi
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
segamblang itu, dan ia juga tidak bermaksud begitu. "Kemudian Gil selama hidupku.
Faolin telah tewas, aku tidak tahu apakah telur Saphira selamat atau apakah tanpa
sengaja aku telah mengembalikannya ke tangan Galbatorix, dan Durza... Durza
memuaskan sifat haus darah spirit yang menguasainya dengan melakukan hal-hal
paling mengerikan yang bisa dibayangkannya terhadapku. Kadang-kadang, jika ia
terlampau jauh melakukannya, ia akan menyembuhkanku sehingga besok paginya bisa
mulai menyiksaku lagi. Jika ia memberiku kesempatan untuk menenangkan diri, aku
mungkin bisa mengelabui penjaga penjaraku, seperti yang pernah kaulakukan, dan
menghindari mengonsumsi obat bius yang membuatku tidak bisa melakukan sihir, tapi
aku tidak pernah punya kesempatan lebih dari beberapa jam dibiarkan sendirian. "Sama
seperti kau dan aku, Durza tidak butuh tidur, dan ia terus menyiksaku kapan saja aku
dalam keadaan sadar dan pekerjaan lainnya bisa ditangguhkan. Sementara ia
menyiksaku, setiap detik terasa seperti satu jam, setiap jam terasa seperti seminggu,
dan setiap hari terasa abadi. Ia berhatihati agar tidak membuatku gila-Galbatorix tidak
akan menyetujui itu-tapi cukup nyaris. Aku mulai mendengar kicauan burung di tempat
tidak ada seekor pun yang bisa terbang dan melihat hal-hal yang tidak nyata. Suatu kali,
ketika aku berada di sel, cahaya emas membanjiri ruangan dan sekujur tubuhku menjadi
hangat. Ketika aku menengadah, aku mendapati diri berbaring di dahan tinggi pada
pohon dekat pusat Ellesmera. Matahari hendak terbenam, dan seluruh kota berpendar
seolah-olah terbakar. Para Athalvard sedang bernyanyi di jalan setapak di bawahku, dan
segalanya tampak tenang, begitu damai... begitu indah, aku ingin berada di sana
selamanya. Tapi kemudian cahaya itu memudar, dan aku kembali berada di ranjang di
selku... Aku telah lupa, tapi pernah ada seorang prajurit yang meninggalkan sekuntum
mawar putih di selku. Itulah satu-satunya kebaikan yang pernah kuterima di Gilmenjadi
semak mawar besar yang merambat di dinding, melesak di antara celah batu pada
langit-langit, membelahnya, dan merambat keluar dari penjara bawah tanah dan
akhirnya menuju udara terbuka. Semak itu terus naik hingga mencapai bulan dan berdiri
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tegak berupa menara melintir yang besar dan menjanjikan kebebasan jika saja aku
mampu mengangkat tubuhku. Aku berusaha mengerahkan sisa-sisa tenagaku, tapi aku
tidak mampu, dan ketika aku memalingkan wajah, semak mawar itu lenyap... Seperti
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itulah keadaan diriku ketika kau memimpikanku dan aku merasakan kehadiranmu
menjulang di atasku. Tidak aneh jika aku menganggap sensasi itu hanya khayalanku." Ia
tersenyum sedih. "Kemudian kau datang, Eragon. Kau dan Saphira. Setelah harapan
meninggalkanku dan aku sedang akan dibawa ke hadapan Galbatorix di
Urumenyelamatkanku. Seorang Penunggang dan seekor naga!" "Dan putra Morzan,"
tambah Eragon. "Kedua putra Morzan."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Terserah bagaimana pandanganmu, tapi itu adalah aksi penyelamatan yang sulit
dipercaya, kadang-kadang aku berpikir aku memang sudah gila dan hanya
membayangkan apa yang terjadi sesudahnya." "Apakah kau bisa membayangkan aku
menimbulkan begitu banyak kesulitan dengan tinggal di Helgrind?" "Tidak," kata Arya.
"Kurasa tidak." Dengan manset lengan baju kirinya, ia menyeka air mata,
mengeringkannya. "Ketika aku terbangun di Farthen Dur, terlalu banyak yang harus
dilakukan sehingga aku tidak boleh terus-menerus memikirkan masa lalu. Tapi
kejadian-kejadian belakangan ini begitu gelap dan penuh darah, dan semakin Sering
aku mendapati diri mengingat hal yang seharusnya tidak boleh kuingat-ingat. Itu
membuatku murung dan mudah kesal, membuatku tidak sabaran dalam menghadapi
lambatnya perjalanan kehidupan." Ia mengubah posisinya jadi berjongkok dan
meletakkan kedua tangan di tanah pada kedua sisi tubuhnya, seakan-akan ingin
menyeimbangkan diri. "Kau bilang aku melangkah sendirian. Kaum Elf tidak secara
terbuka menunjukkan sikap bersahabat seperti yang disukai manusia dan kurcaci, dan
aku selalu lebih senang sendiri. Tapi jika kau mengenalku sebelum Gillad, jika kau
mengenal diriku yang dulu, kau tidak akan menganggapku begitu penyendiri. Pada
masa itu aku bisa bernyanyi, menari, dan tidak merasa terancam oleh petaka yang
berada di depan mata." Meraih, Eragon meletakkan tangan kanannya pada tangan kiri
Arya. "Kisah-kisah pahlawan zaman dahulu tidak pernah mengungkapkan bahwa inilah
harga yang harus dibayar jika kau bergumul dengan monster-monster kegelapan dan
monster-monster dalam benakmu sendiri. Teruslah berpikir tentang Aula Tialdari, dan
aku yakin kau akan baik-baik saja." Arya membiarkan mereka bersentuhan selama
hampir semenit, bukan karena perasaan hangat atau gairah terhadap Eragon, tapi rasa
persahabatan tanpa kata-kata. Eragon tidak berusaha mendesak perasaannya kepada
Arya, karena ia lebih menghargai kepercayaan Elf itu daripada segalanya kecuali
ikatannya pada Saphira, dan ia lebih baik melangkah memasuki medan perang daripada
merusaknya. Kemudian, dengan mengangkat lengannya sedikit, Arya menunjukkan
bahwa momen itu telah berlalu, dan Eragon melepaskan sentuhannya tanpa mengeluh.
Begitu kepengin meringankan beban Arya sebisa mungkin, Eragon melihat ke tanah di
sekelilingnya kemudian bergumam lirih sekali sehingga hampir tidak terdengar,
"Loivissa." Dipandu dengan kekuatan nama sejati itu, ia mengais tanah dekat kakinya
sampai jemarinya menyentuh sesuatu yang dicarinya: piringan pipih tipis seperti kertas
seukuran kuku kelingkingnya. Sambil menahan napas, ia meletakkan benda itu di
telapak tangan kanannya, mengaturnya agar berada di tengah-tengah gedwey
ignasia-nya dengan selembut mungkin. Ia mengingat hal yang pernah diajarkan Oromis
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kepadanya tentang jenis mantra yang sekarang akan dirapalkannya untuk meyakinkan
ia tidak berbuat kesalahan, dan ia mulai bernyanyi seperti Elf, halus dan mengalun:
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Eldhrimner o Loivissa nuanen, dautr abr deloi, Eldhrimner pen ono weohnatai medh
Bolus un thringa, Eldhrimner un fortha fdon vara, Wiol Or sjon. Eldhrimner 0 Loivissa
nuanen... Lagi dan lagi, Eragon mengulangi keempat bait tersebut, mengarahkannya ke
serpihan berwarna cokelat di tangannya. Lempengan tipis itu bergetar dan kemudian
membengkak dan menggelembung, menjadi bulat. Sulur-sulur berwarna putih
sepanjang satu atau dua inci muncul dari bagian bawah bola yang mengelupas itu,
menggelitik Eragon, sementara tunas berwarna hijau mencuat dari ujungnya dan, atas
desakan Eragon, melesat memanjang hampir satu kaki ke udara. Sehelai dawn, lebar
dan pipih, tumbuh dari sisi tangkai. Ujung tangkai itu menebal, membengkok, dan,
setelah sesaat tampak tidak bergerak, memisah membentuk lima cabang yang melebar
ke luar membentuk kelopak berlilin bunga bakung dengan kerongkongan yang dalam.
Bunga itu berwarna biru pucat dan berbentuk seperti lonceng. Ketika bunga tersebut
sudah mekar sepenuhnya, Eragon melepaskan aliran sihirnya dan memeriksa
pekerjaannya. Menyanyi untuk membentuk tanaman adalah keahlian yang dikuasai
sebagian besar Elf di usia muda, tapi Eragon baru mempraktikkannya beberapa kali,
dan ia tidak yakin apakah usahanya akan berhasil. Mantra itu telah menyebabkannya
letih; bunga bakung itu menghabiskan banyak sekali asupan energi yang biasanya
dibutuhkan untuk tumbuh dalam jangka waktu satu setengah tahun. Puas dengan hasil
pekerjaannya, Eragon menyerahkan bunga bakung itu kepada Arya. "Ini memang bukan
mawar putih, tapi..." Ia tersenyum dan mengangkat bahu. "Kau tidak perlu
melakukannya," kata Arya. "Tapi aku senang kau melakukannya." Ia mengusap bagian
bawah kelopak bunga dan mengangkatnya untuk diendus. Kerutan di wajahnya lenyap.
Selama beberapa merit, ia mengagumi bunga bakung itu. Kemudian ia membuat lubang
di tanah dengan tangannya dan menanam umbinya di sana, menekan tanah dengan
telapak tangannya. Ia menyentuh kelopak bunga lagi dan tetap menatap bunga bakung
itu seraya berkata, "Terima kasih. Memberi bunga adalah adat kebiasaan yang dimiliki
kedua ras kita, tapi kaum Elf menganggap tindakan ini jauh lebih penting daripada kalian
manusia. Ini menandakan segala yang baik: kehidupan, kecantikan, kelahiran kembali,
persahabatan, dan lebih banyak lagi. Aku menjelaskan ini agar kau mengerti betapa
berartinya ini bagiku. Kau tidak tahu, tapi-" "Aku tahu." Arya menatapnya dengan
sungguh-sungguh, seakan hendak menebak apa yang dimaksudkan Eragon. "Maafkan
aku. Ini kedua kalinya aku lupa betapa pelajaranmu telah berkembang jauh. Aku tidak
akan melakukan kesalahan ini lagi." Ia mengulangi ucapan terima kasihnya dengan
bahasa kuno, dan- Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengikuti Arya menggunakan bahasa kaumnya-Eragon menjawab ia merasa senang
melakukannya dan ia senang Arya menyukai hadiahnya. Eragon gemetar, merasa lapar
meski mereka baru saja makan. Arya memerhatikan dan berkata, "Kau terlalu banyak
menggunakan energimu. Jika kau punya energi cadangan pada Aren, gunakanlah untuk
memantapkan tubuhmu lagi. Butuh beberapa saat sebelum Eragon teringat bahwa
Aren adalah nama cincin Brom; ia pernah mendengarnya disebut satu kali, dari mulut
Islanzadi, di hari kedatangannya ke Ellesmera. Sudah menjadi cincinku sekarang,
pikirnya. Aku harus berhenti memikirkannya sebagai milik Brom. Ia menatap lekat-lekat
batu safir besar gemerlap yang terpasang pada cincin emas di jarinya. "Aku tidak tahu
apakah ada energi tersimpan di Aren. Aku sendiri tidak pernah menyimpan energi di
sini, dan tidak pernah memeriksa apakah Brom pernah melakukannya." Bahkan sambil
bicara, ia mengarahkan benaknya ke batu safir itu. Begitu benaknya terhubung dengan
batu permata tersebut, ia merasakan kehadiran kolam energi besar yang berpusar. Bagi
mata hatinya, safir itu berpendar penuh kekuatan. Ia heran permata itu tidak meledak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
akibat jumlah kekuatan yang terkurung di dalam kungkungan wujudnya yang memiliki
sisi-sisi tajam. Setelah ia menggunakan energi itu untuk menyingkirkan rasa pegal dan
sakitnya serta mengembalikan kekuatan pada lengan dan kakinya, simpanan energi di
dalam Aren hampir tidak berkurang. Kulitnya terasa digelitik, Eragon memutuskan
hubungan benak dengan batu permata itu. Merasa senang akan penemuannya dan
tubuhnya yang tibatiba terasa segar, ia tertawa keras-keras, dan memberitahu Arya apa
yang telah ditemukannya. "Brom pasti memindahkan setiap jengkal energi yang bisa
dicadangkannya Selama ia bersembunyi di Carvahall." Ia tertawa lagi, terkagumkagum.
"Selama bertahun-tahun... Dengan apa yang tersimpan di dalam Aren, aku bisa
menghancurkan seluruh kastil dengan satu mantra saja." " ] "Brom tahu ia akan
memerlukannya untuk menjaga Penunggang yang baru jika Saphira menetas," Arya
menyimpulkan. "Aku juga yakin Aren adalah cara baginya untuk melindungi diri sendiri
jika harus berhadapan dengan Shade atau lawan yang sama tangguhnya. Bukan hanya
kebetulan ia bisa mengalahkan semua musuhnya selama hampir satu abad... Jika aku
jadi kau, aku akan menyimpan energi yang diwariskannya kepadamu untuk digunakan
saat betel-betel diperlukan, dan aku akan menambahkan energi ke dalam cincin itu
kapan saja aku bisa. Benda itu adalah sumber energi yang sangat berharga. Jangan
kauboroskan." Tidak, pikir Eragon, aku tidak akan memboroskannya. Ia memutar cincin
itu Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
di jarinya, mengagumi gemerlapnya saat tertimpa cahaya api. Sejak Murtagh mencuri
ZarBrom yang kumiliki, dan meski para kurcaci membawa Snowfire dari Farthen Dur,
aku jarang mengendarainya belakangan ini. Aren adalah satu-satunya benda yang
kumiliki untuk mengingat Brom... satu-satunya peninggalannya. Satu-satunya warisan
untukku. Aku harap ia masih hidup! Aku tidak punya kesempatan bicara padanya
tentang Oromis, Murtagh, ayahku... Oh, daftarnya panjang. Apa yang akan dikatakan
Brom tentang perasaanku terhadap Arya" Eragon mendengus. Aku tahu apa yang akan
dikatakannya: ia akan mengomeliku karena bersikap seperti orang tolol yang mabuk
kepayang dan karena aku menyianyiakan energiku demi sesuatu yang tidak akan
pernah kudapatkan... Dan ia juga benar, kurasa, tapi, ah, bagaimana aku bisa menahan
perasaanku sendiri" Arya adalah satu-satunya wanita yang kuinginkan. Api
bergemeretak. Percikannya meletup ke udara. Eragon memerhatikan dengan mata
setengah terpejam, merenungkan kisah pengungkapan Arya. Kemudian benaknya
kembali kepada pertanyaan yang mengganggunya sejak pertempuran di Dataran
Membara. "Arya, apakah naga jantan tumbuh dewasa lebih cepat daripada naga
betina?" "Tidak. Kenapa kau bertanya?" "Karena Thorn. Ia baru berusia beberapa
bulan, tapi ia sudah hampir sama besar dengan Saphira. Aku tidak mengerti." Sambil
mencabut sebilah rumput kering, Arya mulai menggores tanah menggunakannya,
membentuk glyph-huruf berupa gambar-kaum Elf, Liduen Kvaedhi. "Kemungkinan
besar Galbatorix mempercepat pertumbuhannya sehingga Thorn cukup besar untuk
melawan Saphira." "Ah... Tapi bukankah itu berbahaya" Oromis memberitahuku jika ia
menggunakan sihir untuk memberiku kekuatan, kecepatan, ketahanan, dan keahlian lain
yang kubutuhkan, aku tidak akan mengerti kemampuan baruku sebaik jika aku
mendapatkannya dengan cara biasa: dengan kerja keras. Ia juga benar. Bahkan
sekarang, perubahan yang diakibatkan para naga terhadap tubuhku selama Agaeti
Blodhren masih membuatku terkejut-kejut." Arya mengangguk sambil teruss
menggambar glyph di tanah. "Ada cara untuk mengurangi efek sampingnya dengan
beberapa mantra, tapi prosesnya lama dan melelahkan. Jika kau ingin benar-benar
mengenali tubuhmu, yang terbaik adalah menggunakan cara normal. Perubahan yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dipaksakan Galbatorix terhadap Thorn pastilah terasa sangat membingungkan bagi
naga itu. Thorn sekarang memiliki tubuh naga yang hampir dewasa, tapi benaknya
masih benak anak naga." Eragon mengelus-elus bonggol yang baru terbentuk di
buku-buku jarinya. "Apakah kau juga tahu bagaimana Murtagh bisa begitu kuat... lebih
kuat daripadaku?" "Jika aku tahu, tak diragukan lagi aku juga mengerti bagaimana
Galbatorix bisa membuat kekuatannya begitu meningkat sampai taraf tidak normal, tapi
sayangnya, aku tidak tahu." Tapi Oromis tahu, pikir Eragon. Atau setidaknya Elf itu telah
memberi petunjuk bahwa ia tahu. Tapi Oromis belum mengungkapkan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pengetahuannya kepada Eragon dan Saphira. Segera setelah mereka bisa kembali ke
Du Weldenvarden, Eragon berniat untuk bertanya kepada Penunggang tua itu tentang
kebenaran masalah ini. Ia harus memberitahu kami sekarang! Karena ketidaktahuan
kami, Murtagh telah mengalahkan kami, dan ia bisa dengan mudah membawa kami
menghadap Galbatorix. Eragon hampir mengungkapkan komentar Oromis kepada Arya,
tapi ia menahan diri, karena sadar Oromis tidak akan merahasiakan informasi seperti ini
selama lebih dari seratus tahun jika ia tidak memiliki alasan yang sangat kuat. Arya
mengakhiri kalimat yang ditulisnya di tanah dengan titik. Mencondongkan tubuh, Eragon
membaca, Berlayar di lautan waktu, sang dewa berkelana dari tepian satu ke tepian
jauh yang lain, mengemban tugas dari bintang-bintang di langit. "Apa artinya itu?" "Tidak
tahu," kata Arya, dan memberi garis pada tulisan itu dengan sekali sapuan lengan.
"Kenapa," Eragon bertanya, bicara perlahan-lahan seolah-olah sedang menata
pikirannya, "tidak ada orang yang menyebut nama naga-naga kaum Terkutuk" Kita
menyebut tidak pernah benar-benar menyebut nama naga-naga itu. Tentunya mereka
sama pentingnya dengan Penunggang mereka! Aku bahkan tidak ingat pernah melihat
nama mereka di perkamen-perkamen yang diberikan Oromis kepadaku... meski
seharusnya ada di sana... Ya, aku yakin nama mereka ada di sana tapi entah mengapa
aku tidak bisa mengingatnya. Bukankah itu aneh?" Arya hendak menjawab, tapi
sebelum Elf itu membuka mulut, Eragon berkata, "Untuk sekali ini aku lega Saphira tidak
ada di sini. Aku malu karena tidak menyadari hal ini sebelumnya. Bahkan kau, Arya, dan
Oromis Serta semua Elf yang pernah bertemu denganku menolak mengucapkan nama
mereka, seakan-akan mereka hanya binatang bodoh, tidak layak diberi kehormatan itu.
Apakah kalian melakukannya dengan sengaja" Apakah karena mereka musuh kalian?"
"Apakah pelajaranmu tidak menyebutkan hal ini?" tanya Arya. Ia tampak benar-benar
heran. "Kurasa," kata Eragon, "Glaedr menyebutkan sesuatu tentang itu. kepada
Saphira, tapi aku tidak yakin benar. Aku sedang di tengah-tengah gerakan menekuk
punggung saat Tarian Ular dan Bangau, jadi aku tidak terlalu memerhatikan apa yang
sedang dilakukan Saphira." Ia tergelak kecil, merasa malu karena kelalatannya dan
merasa perlu menjelaskan. "Kadang-kadang keadaannya membingungkan. Oromis
akan bicara kepadaku saat aku sedang mendengarkan pikiran Saphira sementara ia
dan Glaedr berkomunikasi dengan benak mereka. Lebih buruk lagi, Glaedr dan Saphira
jarang menggunakan bahasa yang dikenal; Glaedr Seringmenggunakan citra,
bau-bauan, dan perasaan, alih-alih. katakata. Sebagai pengganti nama, ia
menggunakan gambaran tentang orang dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
benda yang dimaksudkannya." "Kau tidak ingat apa-apa tentang perkataan. Glaedr,
apakah itu diucapkan dengan kata-kata atau tidak?" Eragon bimbang. "Hanya tentang
sesuatu yang berhubungan dengan nama yang tanpa nama, atau sejenisnya. Aku sama
sekali tidak mengerti." "Yang ia bicarakan," kata Arya, "adalah Du Namar Aurboda,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Pemusnahan Nama." "Pemusnahan Nama?" Menyentuhkan batang rumput ke tanah,
Arya mulai menulis lagi. "Itu adalah salah satu kejadian terpenting pada masa
pertempuran di antara Penunggang dan kaum Terkutuk. Ketika para naga menyadari
tiga belas dari kaum mereka telah berkhianat-bahwa ketiga belas naga tersebut
membantu. Galbatorix untuk menghapus kaum mereka dan bisa dipastikan tidak akan
ada yang bisa menghentikan keganasan mereka-para naga menjadi begitu marah,
sehingga setiap naga yang bukan kaum Terkutuk menggabungkan kekuatan mereka
lalu menjalin sihir mereka yang paling tidak mungkin dipahami. Bersama-sama, mereka
merenggut nama ketiga belas naga pengkhianat." Eragon terperangah. "Bagaimana
bisa?" "Bukankah sudah kukatakan sihir itu tidak bisa dipahami" Kami hanya tahu
bahwa setelah naga-naga tersebut merapalkan mantra mereka, tidak ada makhluk yang
bisa mengucapkan ketiga belas nama naga pengkhianat; mereka yang mengingat
nama-nama itu akan segera melupakannya; dan sementara kau bisa membaca
nama-nama itu di perkamen dan surat tempat mereka tercatat dan bahkan jika kau
menyalin nama-nama itu satu huruf demi satu huruf, kau hanya akan melihatnya
sebagai tulisan tanpa arti. Para naga tidak merenggut nama farnunvok, naga pertama
Galbatorix, karena bukan salahnya ia dibunuh Urgal, dan juga Shruikan, karena ia tidak
ingin mengabdi kepada Galbatorix tapi dipaksa Galbatorix dan. Morzan." Kehilangan
nama adalah nasib yang mengerikan sekali, pikir Eragon. Ia bergidik. Jika ada satu hal
yang kupelajari sejak menjadi Penunggang, adalah kau selamanya tidak pernah mau
memiliki seekor naga sebagai musuhmu. "Bagaimana dengan nama sejati mereka?" ia
bertanya. "Apakah mereka juga menghapus nama sejati yang tiga belas itu?" Arya
mengangguk. "Nama sejati, nama lahir, nama kecil, nama keluarga, gelar. Segalanya.
Dan hasilnya, ketiga belas naga itu direndahkan menjadi sekadar binatang. Mereka
tidak lagi bisa berkata, demikian maka mereka memberi nama kepada diri mereka
sendiri. Mereka bahkan tidak bisa menyebut diri sebagai naga. Kata demi kata, mantra
itu melenyapkan segalanya yang menegaskan mereka sebagai makhluk yang bisa
berpikir, dan kaum Terkutuk tidak punya pilihan selain menatap dalam kepedihan tanpa
kata saat naga-naga mereka kehilangan kecerdasan. Pengalaman itu begitu
menyakitkan, setidaknya lima dari tiga belas, dan beberapa kaum Terkutuk, berangsur
menjadi gila." Arya terdiam sejenak, memerhatikan garis luar sebuah glyph, kemudian
menghapusnya lalu menggambarnya kembali. "Pemusnahan Nama adalah alasan
utama Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengapa sekarang banyak orang percaya naga hanyalah hewan yang bisa dijadikan
tunggangan dari satu tempat ke tempat lain." "Mereka tidak akan percaya itu jika
bertemu Saphira," komentar Eragon. Arya tersenyum. "Ya." Dengan gerakan gemulai, ia
menyelesaikan kalimat terakhir yang ditulisnya. Eragon menelengkan kepala dan
beringsut mendekat untuk bisa membaca glyph yang ditorehkan Arya. Tulisan itu
terbaca: Sang penipu, sang pelontar teka-teki, penjaga keseimbangan, ia yang berwajah
banyak dan menemukan kehidupan dalam kematian Serta tidak takut akan kebatilan; ia
yang melangkah melalui pintu-pintu. "Apa yang mendorongmu untuk menulis ini?"
"Pikiran tentang banyak hal yang penampilannya menipu." Debu membubung di sekitar
tangannya ketika ia menepuknepuk tanah, menghapus tulisan itu dari permukaan bumi.
"Apakah sudah pernah ada yang mencoba mencari nama sejati Galbatorix?" tanya
Eragon. "Rasanya itulah jalan tercepat untuk mengakhiri perang ini. Sejujurnya, kurasa
itulah satu-satunya harapan kita agar bisa menumbangkannya dalam pertempuran.
"Apakah selama ini kau tidak jujur kepadaku?" tanya Arya, matanya berkilat. Pertanyaan
Elf itu membuat Eragon tergelak. "Tentu saja tidak. Itu kan hanya ungkapan."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Ungkapan yang payah," kata Arya. "Kecuali jika kau terbiasa berbohong." Eragon
kebingungan beberapa saat sebelum akhirnya mampu meneruskan ucapannya lagi,
"Aku tahu akan sulit sekali untuk menemukan nama sejati Galbatorix, tapi jika semua Elf
dan semua anggota Varden yang mengetahui bahasa kuno mencarinya, kita pasti akan
berhasil." Seperti panji-panji yang pucat terpapar matahari, bilah rumput kering
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tergelantung di antara telunjuk dan ibu jari kiri Arya. Rumput itu bergoyang seiring
dengan denyutan aliran darah di nadinya. Menjepitnya di bagian atas dengan tangan
satu lagi, ia membelah rumput itu memanjang, kemudian melakukan hal yang sama
pada hasil belahannya, membaginya jadi empat. Kemudian ia mulai menjalin keempat
belahan rumput itu, membentuk kepangan kaku. Ia berkata, "Nama sejati Galbatorix
bukanlah rahasia besar. Tiga Elf berbeda-seorang Penunggang dan dua perapal mantra
biasa-telah menemukannya sendiri dan dalam jarak bertahun-tahun lamanya." "Mereka
menemukannya!" seru Eragon. Tetap tenang, Arya mengambil sebilah rumput lagi,
membelahnya jadi lembaran-lembaran tipis, menyelipkan lembaran-lembaran itu ke
celah-celah kepangan rumput sebelumnya, dan meneruskan menjalin ke arah
berlawanan. "Kami hanya bisa berspekulasi tentang apakah Galbatorix sendiri
mengetahui nama sejatinya. Kurasa ia tidak tahu, karena apa pun itu, nama aslinya
akan begitu mengerikan, sehingga ia tidak bisa bertahan hidup
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
jika mendengarnya." "Kecuali ia begitu jahat atau gila, sehingga kebenaran tentang
tindakan-tindakannya sama sekali tidak mengganggunya." "Mungkin." Jemari Arya yang
Kebangkitan Roh Jahat 1 Pedang Tetesan Air Mata Ying Xiong Wu Lei A Hero Without Tears Karya Khu Lung Iblis Berkabung 3
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
BLOODWOLF Pria yang penuh harga diri, pikir Nasuada saat ia memerhatikan Roran
meninggalkan paviliunnya. Menarik sekali: ia dan Eragon begitu mirip dalam banyak hal,
tapi mereka juga sangat berbeda. Eragon mungkin adalah salah satu prajurit paling
mematikan di Alagaesia, tapi ia bukan orang yang keras atau kejam. Roran, sebaliknya,
dibuat dari bahan yang lebih tangguh. Kuharap ia tidak pernah bertentangan denganku;
aku akan harus memusnahkannya untuk menghentikannya. Ia memeriksa perbannya
dan, puas karena tampaknya masih bersih, mengguncang lonceng untuk memanggil
Farica dan memerintahkannya untuk membawakan makanan. Setelah pelayan
pribadinya membawakan makanan kemudian pergi dari tendanya, Nasuada memberi
tanda kepada Elva, yang muncul dari tempat persembunyiannya di balik panel palsu di
bagian belakang paviliun. Bersama-sama, mereka berbagi santapan pagi. Nasuada
menghabiskan beberapa jam berikutnya untuk memeriksa laporan terakhir persediaan
Varden, memperkirakan jumlah gerobak yang dibutuhkan untuk membawa Kaum
Varden lebih ke utara, lalu menambah dan mengurangi beberapa baris angka yang
menunjukkan biaya pasukannya. Ia mengirim pesan kepada kaum kurcaci dan Urgal,
memerintahkan para pandai besi untuk menambah produksi kepala tombak,
mengancam Dewan Tetua dengan pemutusan persekutuan-seperti yang biasa
dilakukannya setiap minggu-dan menangani urusan Varden. Kemudian, dengan Elva di
sampingnya, Nasuada menunggangi kuda jantannya, Battle-storm, dan menemui
Trianna, yang telah menangkap dan sedang menginterogasi salah satu anggota jaringan
matamata Galbatorix, para Tangan Hitam. Saat ia dan Elva meninggalkan tenda
Trianna, Nasuada menyadari keributan terjadi di utara. Ia mendengar seruan dan
sorakan, kemudian seorang pria muncul dari antara tenda-tenda, berlari cepat ke
arahnya. Tanpa bersuara, para pengawal membentuk benteng mengelilinginya, kecuali
salah satu Urgal, yang berdiri tegak di jalan pria yang berlari dan mengangkat senjata.
Pria itu memelankan larinya dan berhenti persis di depan si Urgal, dan sambil tersengal
berteriak, "Lady Nasuada! Para Elf datang! Para Elf telah tiba!" Selama beberapa detik
Nasuada terperangah, mengira yang datang adalah Ratu Islanzadi dan pasukannya,
tapi kemudian ia teringat Islanzadi sedang berada di dekat Ceunon; bahkan para Elf pun
tidak bisa melintasi Alagaesia yang begitu luas hanya dalam waktu seminggu. Pasti
mereka adalah dua belas perapal mantra yang dikirim Islanzadi untuk melindungi
Eragon. "Lekas, kudaku," katanya, dan menjentikkan jemari. Lengannya terasa terbakar
ketika mengayunkan tubuh ke atas punggung Battle-storm. Ia hanya menunggu sampai
Urgal terdekat menaikkan Elva, kemudian mengentakkan tumid ke sisi tubuh kudanya.
Otot-otot kuda itu menegang di bawah tubuh Nasuada ketika melonjak dan berderap.
Membungkuk rendah di atas leher kuda, Nasuada mengendalikannya menelusuri jalan
kasar di antara dua barisan tenda, menghindari manusia dan hewan Serta melompati
gentong yang menghalangi jalannya. Orang-orang tampaknya tidak marah; mereka
tertawa dan bergegas berlari mengikutinya untuk melihat para Elf dari dekat dengan
mata mereka sendiri. Ketika Nasuada tiba di pintu masuk perkemahan sebelah utara, ia
dan Elva turun dari kuda dan memperhatikan cakrawala, mencari-cari gerakan. "Di
sana," kata Elva sambil menunjuk. Hampir dua mil jauhnya, dua belas sosok jangkung
dan ramping muncul dari balik barisan cemara juniper, siluet mereka tampak
bergoyang-goyang Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
diterpa panas udara pagi. Para Elf itu berlari serempak, begitu ringan dan cepat,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kaki-kaki mereka tidak menimbulkan debu beterbangan dan mereka tampak terbang
melintasi daratan. Rambut Nasuada terasa berdiri. Kecepatan mereka begitu indah dan
tidak natural. Ia merasakan sensasi bahaya yang mirip dengan ketika melihat Shrrg,
serigala raksasa, di Pegunungan Beor. "Mereka sangat mencengangkan, bukan?"
Nasuada terperangah melihat Angela sudah berada di sampingnya. Ia jengkel sekaligus
heran bagaimana si ahli tanaman obat bisa menghampirinya tanpa terdeteksi. Ia
berharap Elva memperingatkannya akan kedatangan Angela. "Bagaimana kau selalu
bisa hadir saat akan terjadi sesuatu yang menarik?" "Oh well, aku selalu ingin tahu apa
yang sedang terjadi, dan aku akan lebih cepat tahu jika berada langsung di tempat
kejadian dibandingkan menunggu orang lain memberitahuku setelah kejadiannya usai.
Lagi pula, orang selalu melupakan potongan-potongan informasi yang penting, seperti
apakah jari manis seseorang lebih panjang daripada telunjuknya, atau apakah mereka
punya perisai magis yang melindungi mereka, atau apakah keledai yang mereka
tunggangi kebetulan punya pitak berbentuk kepala ayam jantan. Setuju, kan?" Nasuada
mengerutkan kening. "Kau tidak pernah mengungkapkan rahasia-rahasiamu, ya?" "Nah,
apa untungnya itu" Semua orang akan jadi ricuh garagara mantra omong-kosong,
kemudian aku harus menghabiskan berjam-jam untuk menjelaskan, lalu akhirnya, Raja
Orrin akan ingin memenggal kepalaku dan aku akan harus memerangi setengah perapal
mantramu sementara melarikan diri. Kerepotan yang tidak perlu, menurutku."
"Jawabanmu sama sekali tidak meyakinkan. Tapi-" "Itu karena kau terlalu serius, Lady
Nightstalker." "Tapi katakan kepadaku," Nasuada berkeras, "kenapa kau ingin tahu
apakah ada seseorang menunggangi keledai yang memiliki pitak berbentuk kepala
ayam jantan?" "Ah, itu. Well, pria yang memiliki keledai seperti itu pernah mencurangiku
tiga kancing dan potongan kristal magis yang menarik dalam permainan knucklebones."
"mencurangiku?" Angela memonyongkan bibir, jelas sekali jengkel. "Biji-bijinya sudah
lengkap. Aku menukarnya dengan miliknya, tapi kemudian ia menukarnya lagi dengan
rangkaian biji miliknya ketika perhatianku teralihkan... aku masih tidak tahu bagaimana
ia mengelabuiku." "Jadi kalian berdua main curang." "Itu kristal yang berharga! Lagi
Pula, bagaimana kau bisa mencurangi seseorang yang sudah curang?" Sebelum
Nasuada bisa menjawab, keenam Nighthawk datang berdebam dari balik tenda-tenda
dan mengambil posisi mengelilinginya. Ia menyembunyikan rasa jijik saat udara panas
dan bau tubuh mereka menyerangnya. Bau kedua Urgal itu sangat memuakkan.
Kemudian, yang membuatnya agak terkejut, kapten pasukan pengawalnya, seorang pria
kekar dengan hidung bengkok bernama Garven, menegurnya. "Lady, bisakah aku bicara
dengan Anda berdua saja?" Ia bicara melalui gigi dirapatkan, seakan menahan emosi.
Angela dan Elva menatap Nasuada untuk meyakinkan ia ingin mereka menjauh.
Nasuada mengangguk, kemudian mereka mulai melangkah ke timur, ke arah Sungai
Jiet. Begitu Nasuada yakin mereka tidak bisa mendengar, ia mulai bicara, tapi Garven
mendahuluinya, berseru, "Astaga, Lady Nasuada, tidak seharusnya Anda meninggalkan
kami seperti tadi!" "Tenanglah, Kapten," Nasuada berujar. "Risikonya kecil, dan kurasa
penting sekali berada di sini sesegera mungkin untuk menyambut kedatangan para Elf."
Baju besi Garvin bergemeretak ketika ia menghantamkan sebelah kepalan tangan ke
kakinya. "Risiko kecil" Belum satu jam yang lalu, Anda menerima bukti bahwa
Galbatorix masih memiliki agen tersembunyi di antara kita. Ia telah berhasil menyusup
berkali-kali, tapi tetap saja Anda menganggap bisa meninggalkan pengawal Anda dan
melesat melintasi kerumunan yang mungkin adalah pembunuh bayaran! Apakah Anda
sudah lupa serangan di Aberon, atau bagaimana si Kembar membunuh ayah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Anda?" "Kapten Garvin! Kau sudah melewati batas." "Aku bakal lebih melewati batas
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
lagi jika itu artinya bisa menyelamatkan nyawa Anda." Para Elf, Nasuada melihat, sudah
menempuh setengah jarak di antara mereka dan perkemahan. Marah, dan kepengin
segera menyudahi percakapan ini, ia berkata, "Aku bukannya tanpa perlindungan,
Kapten." Melirik sejenak ke arah Elva, Garven berkata, "Kami sudah menduganya,
Lady." Ia terdiam, seakan menunggu informasi lanjut dari Nasuada. Ketika wanita itu
diam saja, Garven melanjutkan, "Jika Anda benar-benar aman, aku salah karena
menuduh Anda ceroboh, dan aku minta maaf. Tapi tetap saja, keamanan dan tampak
aman adalah dua hal yang berbeda. Untuk bisa bekerja efektif, kami-Nighthawk-harus
jadi prajurit yang paling cerdik, tangguh dan kejam di seluruh segera, dan orang-orang
harus percaya bahwa kami adalah yang paling cerdik, paling tangguh, dan paling kejam.
Mereka harus percaya bahwa jika mereka berusaha menikam Anda atau menembak
Anda dengan panah atau menggunakan sihir untuk menyakiti Anda, kami akan
menghentikan mereka. Jika mereka percaya bahwa kesempatan untuk membunuh Anda
sama besarnya dengan tikus hendak membunuh naga, mungkin mereka akan menyerah
melakukannya, dan kami akan bisa menangkis serangan tanpa harus mengangkat
sebelah jari. "Kami tidak bisa memerangi semua musuh Anda, Lady Nasuada. Itu akan
butuh pasukan. Bahkan Eragon tidak bisa menyelamatkan Anda jika semua orang yang
menginginkan Anda Kati memiliki keberanian bertindak atas dasar kebencian mereka.
Anda mungkin bisa selamat dari seratus percobaan pembunuhan, atau seribu, tapi
akhirnya salah satu akan berhasil. Satu-satunya cara untuk menghindari hal itu terjadi
adalah dengan meyakinkan sebagian besar musuh Anda bahwa mereka tidak akan
pernah bisa menembus pertahanan Nighthawk. Reputasi kami bisa melindungi Anda
sekuat pedang dan perisai. Maka kami tidak akan tampak bagus jika orang-orang
melihat Anda berkuda tanpa kami. Tidak diragukan lagi kami akan tampak sangat tolol
berusaha mengejar mati-matian. Lagi pula, jika Anda tidak menghargai kami, Lady,
bagaimana dengan orang lain?" Garven mendekat, merendahkan suaranya. "Kami rela
mati demi Anda jika harus. Permintaan kami hanyalah Anda mengizinkan kami
melaksanakan tugas. Itu permintaan kecil, mengingat risikonya. Dan akan datang hari
ketika Anda akan bersyukur kami ada di sini. Perlindungan Anda yang satu lagi adalah
manusia, yang bisa berbuat kesalahan, sebesar apa pun kekuatannya. Ia tidak
bersumpah dalam bahasa kuno seperti anggota Nighthawk. Hatinya bisa berubah, dan
Anda akan menyesali hari ketika ia berubah memusuhi Anda. Tapi pasukan Nighthawk
takkan pernah mengkhianati Anda. Kami adalah milik Anda, Lady, seluruhnya dan
seutuhnya. Maka kumohon, biarkan pasukan Nighthawk melakukan tugas mereka...
Biarkan kami melindungi Anda." Dalam hati, Nasuada tidak memedulikan argumen
Garven, tapi kepandaiannya berkata-kata dan kerasionalannya membuat Nasuada
terkesan. Ia adalah pria yang seharusnya bisa digunakannya demi tugas lain, pikir
Nasuada. "Aku mengerti jormundur telah mengelilingiku dengan pejuang yang sama
ahlinya bersilat lidah dengan kepiawaian mereka
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengangkat senjata," katanya sambil tersenyum. "My Lady." "Kau benar. Seharusnya
aku tidak meninggalkan kalian, dan aku minta maaf. Aku ceroboh dan tidak berpikir
panjang. Aku masih belum terbiasa memiliki pengawal yang teruss-menerus berada
bersamaku sepanjang hari, dan kadang-kadang aku lupa aku tidak bisa bergerak bebas
lagi seperti dulu. Kau mendapat janjiku, Kapten Garven, hal ini tidak akan terjadi lagi.
Aku sama sekali tidak bermaksud merendahkan Nighthawk." "Terima kasih, my Lady."
Nasuada menoleh kembali ke arah para Elf, tapi mereka tersembunyi di balik tepian
sungai kering seperempat mil jauhnya. "Aku jadi berpikir, Garven, mungkin kau telah
menciptakan moto untuk pasukan Nighthawk beberapa saat yang lalu." "Benarkah" Jika
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ya, aku tidak ingat." "Ya. jadi moto yang bagus, meski mungkin tanpa dan.jika anggota
Nighthawk yang lain setuju, kau bisa meminta Trianna menerjemahkan frasa tersebut ke
dalam bahasa kuno, dan aku akan menyuruh orang mengukir moto itu di perisai kalian
dan dibordir di umbel-umbel kalian." "Anda sangat murah hati, my Lady. Saat kami
kembali ke tenda, aku akan mendiskusikan hal ini bersama jormundur dan
kapten-kapten yang lain. Hanya saja..." Garven ragu-ragu, dan menebak kegundahan
dalam benak pria sekali, Nasuada berkata, "Tapi kau khawatir moto seperti itu akan
terdengar terlalu vulgar untuk pria-pria dalam posisi kalian, dan kau memilih moto
yang lebih berwibawa Sertacerdas, apakah aku betel?" "Tepat, my Lady," katanya
dengan ekspresi lega. "Rasanya itu kekhawatiran yang bisa dimaklumi. Nighthawk
mewakili kaum Varden, dan kalian harus berinteraksi dengan semua ras dan pangkat
dalam rentang tugas kalian. Sangat disayangkan jika kalian memberikan kesan yang
salah... Baiklah, aku akan menyerahkan masalah ini kepadamu dan rekan-rekanmu
untuk mencari moto yang tepat. Aku yakin kau akan melaksanakannya dengan baik
sekali." Pada saat itu, dua belas Elf muncul dari gundukan tepi sungai kering, dan
Garven, setelah menggumamkan terima kasih lagi, bergerak agak menjauh dari
Nasuada. Mempersiapkan diri untuk menyambut secara resmi, Nasuada memberi
isyarat kepada Angela dan Elva untuk kembali. Ketika masih berjarak beberapa ratus
meter, Elf yang terdepan tampak hitam pekat dari kepala sampai kaki. Mula-mula
Nasuada menduga Elf itu berkulit hitam, seperti dirinya, dan mengenakan pakaian
hitam, tapi saat Elf tersebut mendekat, Nasuada melihat bahwa ia hanya mengenakan
kain caveat dan sabuk anyaman kain dengan kantong kecil tersemat di sana. Sisa
tubuhnya tertutup bulu berwarna biru gelap yang berkilauan di bawah terpaan sinar
matahari. Di sebagian besar tubuhnya, bulu itu hanya sepanjang setengah
inci-pelindung yang lembut dan fleksibel yang mencerminkan bentuk Sertagerakan otot
di bawahnya-tapi pada pergelangan kaki dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bagian bawah lengan depannya, bulu-bulu itu memanjang jadi sekitar dua inci, dan di
antara tulang selangkanya, terdapat surai berkibar sepanjang lengan dari tubuhnya dan
tumbuh di sepanjang punggungnya meruncing sampai ke ujung tulang punggungnya.
Rambut berponi menutupi dahinya, dan bulu seperti kucing mencuat dari kedua ujung
telinganya yang runcing, tapi bulu-bulu di wajahnya pendek serta rata, hanya warnanya
saja yang menandakan keberadaannya. Matanya kuning terang. Alih-alih kuku, cakar
mencuat dari kedua jari tengahnya. Saat Elf itu memelankan langkah dan berhenti di
hadapannya, Nasuada mengendus aroma tertentu yang mengelilingi tubuhnya: wangi
musk yang berasal dari Gemara juniper kering, kulit yang diminyaki, dan asap.
Aromanya tajam sekali, dan begitu maskulin, Nasuada merasa kulitnya sendiri menjadi
panas-dingin dan merinding penuh gairah, dan wajahnya merona tapi lega karena tidak
akan tampak jelas di mata orang lain. Elf-Elf yang lain tampak lebih seperti yang
Nasuada duga, dengan sosok dan warna kulit seperti Arya, mengenakan tunik pendek
berwarna jingga tua dan hijau dawn Gemara. Enam di antaranya adalah pria, dan enam
lagi wanita. Mereka semua berambut hitam pekat, kecuali dua wanita yang rambutnya
berwarna seperti cahaya bintang. Mustahil untuk menduga usia mereka, karena
wajah-wajah mereka halus tanpa kerutan. Mereka adalah ElfElf pertama yang dilihat
Nasuada dari dekat kecuali Arya, dan ia sangat ingin tahu apakah Arya memang
merepresentasikan rasnya. Menyentuhkan dual jari ke bibirnya, Elf yang memimpin
rombongan membungkuk, diikuti rekan-rekannya, kemudian menekuk tangan kanannya
di dada dan berkata, "Salam dan selamat, Nasuada, putri Ajihad. Atra esterni ono
thelduin." Logatnya lebih jelas daripada Arya: berlagu dan berirama bagaikan musik
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dalam kata-katanya. "Atra du evarinya ono Varda," jawab Nasuada, seperti yang telah
diajarkan Arya. Elf itu tersenyum, menunjukkan gigi yang lebih tajam daripada gigi biasa.
"Aku Blodhgarm, putra Ildrid si Indah." Ia memperkenalkan para Elf yang lain sebelum
melanjutkan. "Kami membawa kabar gembira dari Ratu Islanzadi; tadi malam para
perapal mantra kami berhasil menghancurkan tembok Ceunon. Bahkan saat kita bicara
sekarang, pasukan kami sedang merangsek maju melintasi jalan-jalan menuju menara
tempat Lord Tarrant mengurung dirinya sendiri. Beberapa orang masih melawan, tapi
kota telah lumpuh, dan tidak lama lagi kami akan menguasai seluruh Ceunon." Para
pengawal Nasuada dan kaum Varden yang berada di belakangnya bersorak gembira
mendengar kabar itu. Nasuada juga gembira akan kemenangan ini, tapi kemudian ada
rasa gelisah yang menahannya menyorakkan kemenangan saat ia membayangkan para
Elf-terutama yang sekuat Blodhgarm-menginvasi rumah-rumah manusia. Kekuatan
menakutkan apa yang telah kulepaskan" ia bertanya-tanya. "Ini kabar gembira,"
katanya, "dan Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
aku sangat senang mendengarnya. Dengan terkepungnya Ceunon, kita sudah semakin
dekat ke Uruakhirnya ke tujuan kita." Dengan suara lebih rendah, ia berkata, "Aku harap
Ratu Islanzadi bersikap lunak pada penduduk Ceunon, kepada mereka yang tidak
mencintai Galbatorix tapi kurang memiliki keberanian untuk memberontak terhadap
Kekaisaran." "Ratu Islanzadi bersikap baik dan murah hati kepada siapa saja, bahkan
jika mereka terpaksa mematuhinya, tapi jika ada yang berani melawan kami, kami akan
menyapu mereka seperti dawn-dawn kering pada badai musim gugur." "Aku tidak
mengharapkan kurang dari itu dari kaum tuba dan kuat seperti kalian," jawab Nasuada.
Setelah berbalas sopan santun dengan kalimat-kalimat salam remeh-temeh, Nasuada
menganggap pantas jika ia bertanya tentang tujuan kunjungan para Elf ini. Ia
memerintahkan kerumunan orang untuk bubar, kemudian berkata, "Tujuan kalian
Gemara, seperti yang kudengar, adalah untuk melindungi Eragon dan Saphira. Apakah
benar?" "Benar, Nasuada Svit-kona. Dan kami tahu bahwa Eragon masih berada di
Salam wilayah Kekaisaran tapi ia akan kembali tidak lama lagi." "Apakah kau juga tahu
bahwa Arya pergi untuk mencarinya dan sekarang mereka berdua melakukan
perjalanan bersama-sama?" Blodhgarm menjentik telinganya. "Kami juga sudah
mengetahui itu. Sayang sekali mereka berdua harus menghadapi bahaya, tapi
mudah-mudahan bencana tidak menghampiri mereka." "Apa yang akan kalian
lakukan, kalau begitu" Apakah kalian akan mencari dan mengawal mereka kembali ke
Varden" Atau kalian akan menunggu dan yakin Eragon serta Arya bisa melindungi diri
mereka sendiri dari para pengikut Galbatorix?" "Kami akan tetap menjadi tamumu,
Nasuada putri Ajihad. Eragon dan Arya cukup aman selama mereka bisa menghindari
terdeteksi. Bergabung bersama mereka di Kekaisaran hanya akan menimbulkan
perhatian yang tidak diinginkan. Mengingat keadaan, lebih baik menunggu sementara
bisa melakukan hal yang berguna. Galbatorix lebih mungkin akan menyerang ke sini, ke
kaum Varden, dan jika ia menyerang, dan jika Thorn serta Murtagh muncul kembali,
Saphira akan membutuhkan bantuan kami untuk mengusir mereka." Nasuada terkejut.
"Eragon berkata kalian adalah sebagian dari para perapal mantra terkuat di kaum kalian,
tapi apakah kalian benar-benar memiliki cara untuk merintangi pasangan terkutuk itu"
Seperti Galbatorix, mereka memiliki kekuatan jauh di atas Penunggang biasa." "Dengan
bantuan Saphira, ya, kami percaya bisa menyamakan kekuatan dengan Thorn dan
Murtagh. Kami tahu sebesar apa kemampuan kaum Terkutuk, dan sementara Galbatorix
mungkin menjadikan Thorn dan Murtagh lebih kuat daripada setiap anggota kaum
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terkutuk yang lain, ia takkan menjadikan mereka berdua sederajat dengannya. Dalam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
hal itu, setidaknya, ketakutan Galbatorix akan pengkhianatan bisa menjadi keuntungan
kita. Bahkan tiga anggota kaum Terkutuk tidak bisa mengalahkan kami berdua belas
dan seekor Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
naga. Maka, kami percaya diri bisa mempertahankan diri melawan semua kecuali
Galbatorix." "Itu melegakan. Sejak kekalahan Eragon di tangan Murtagh, aku berpikir
apakah sebaiknya kami mundur dan bersembunyi sampai kekuatan Eragon meningkat.
Tapi dengan adanya kepastian darimu aku menjadi yakin kita masih punya harapan.
Kita mungkin tidak tahu bagaimana cara membunuh Galbatorix sendiri, tapi sampai kita
merobohkan gerbang bentengnya di Urudan menghadapi kita langsung di medan
pertempuran, tidak akan ada yang bisa menghentikan kita." Ia berhenti. "Kau tidak
memberiku alasan untuk tidak memercayaimu, Blodhgarm, tapi sebelum kalian
memasuki perkemahan kami, aku harus meminta izin kalian agar salah satu pengawalku
menyentuh benak kalian untuk meyakinkan kalian memang Elf, bukan manusia dalam
samaran yang dikirim Galbatorix ke sini. Aku tidak ingin meminta ini, tapi kami pernah
disusupi mata-mata dan pengkhianat, dan kami tidak berani memercayai kalian, atau
siapa saja, hanya dengan katakata. Aku tidak ingin menyinggung perasaan kalian, tapi
perang telah mengajari kami bahwa pencegahan selalu diperlukan. Tentunya kalian,
yang telah melindungi seluruh dedaunan di Du Weldenvarden dengan mantra, bisa
mengerti alasanku. Maka aku bertanya, apakah kalian bersedia?" Mata Blodhgarm
tampak liar dan gigi-geliginya tampak lebih tajam ketika berucap, "Sebagian besar,
pepohonan di Du Weldenvarden memiliki jarum, bukan dawn. Uji saja kami jika memang
perlu, tapi kuperingatkan kaum, siapa pun yang kauminta melakukan tugas ini harus
berhati-hati agar tidak menggali terlalu jauh ke dalam benak kami, atau ia bakal
mendapati dirinya lupa ingatan. Sangat berbahaya bagi manusia biasa untuk berkeliaran
di dalam benak kami; mereka bisa dengan mudah tersesat dan tidak mampu kembali ke
tubuh mereka. Rahasia kami juga bukan untuk konsumsi umum." Nasuada mengerti.
Para Elf akan menghancurkan siapa saja yang berani memasuki daerah terlarang.
"Kapten Garven," katanya. Melangkah maju seperti orang yang akan dieksekusi, Garven
berdiri di hadapan Blodhgarm, memejamkan mata, dan mengerutkan kening saat ia
meraih benak Blodhgarm. Nasuada menggigit bagian dalam pipinya sambil
menyaksikan. Ketika ia masih kecil, seorang pria berkaki satu bernama Hargrove telah
mengajarinya bagaimana melindungi benaknya dari para pengguna telepati dawn
bagaimana cara membentengi benak Serta meningkat serangan tusukan mental. Ia
mahir dalam kedua keahlian itu, dan meski ia tidak pernah berhasil melakukan kontak
dengan benak orang lain, ia sudah sangat mengenal prinsipnya. Maka ia sangat
mengerti tentang kesulitan dan kehati-hatian pekerjaan yang sedang berusaha
dilaksanakan Garven, pekerjaan yang dibuat semakin sulit karena Elf adalah makhluk
asing. Mencondongkan tubuh ke arah Nasuada, Angela berbisik, "Seharusnya kau
membiarkan aku memeriksa para Elf itu. Akan lebih aman." "Mungkin," kata Nasuada.
Meski si ahli tanaman obat telah banyak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
membantu dirinya dan kaum Varden, Nasuada masih merasa tidak nyaman untuk
memercayai wanita itu dalam urusan resmi. Untuk beberapa lama, Garven melanjutkan
usahanya, kemudian matanya terbuka dan ia mengembuskan napas kuat-kuat. Leher
dan wajahnya bebercak merah karena mengerahkan tenaga, dan pupil matanya
mengecil, seakan-akan sekarang sudah malam. Sebaliknya, Blodhgarm tampak tidak
terpengaruh sama sekali; bulu-bulunya tetap halus, napasnya teratur, dan seulas
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
senyum geli menghiasi sudut-sudut bibirnya. "Bagaimana?" tanya Nasuada. Tampaknya
butuh waktu agak lama bagi Garven untuk mendengar pertanyaannya, kemudian kapten
yang kekar berhidung bengkok itu berkata, "Ia bukan manusia, my Lady. Itu aku yakin
sekali. Sama sekali tidak ada keraguan." Senang dan agak gelisah, karena jawaban
Garven kedengaran agak tidak fokus, Nasuada berkata, "Baiklah. Lanjutkan." Setelah
itu, waktu yang dibutuhkan Garven untuk memeriksa setiap Elf semakin cepat, hanya
menghabiskan waktu tidak lebih dari enam detik pada Elf terakhir. Nasuada
memerhatikan Garven lekat-lekat sepanjang proses pemeriksaan, dan ia melihat jemari
Garven semakin tampak memutih tanpa darah, dan kulit di pelipisnya melesak masuk ke
tengkoraknya seperti gendang telinga katak, dan pria itu tampak loyo seperti habis
menyelam jauh ke dalam air. Setelah menyelesaikan tugasnya, Garven kembali ke
posisinya di belakang Nasuada. Ia jadi berubah, pikir Nasuada. Tekad dan
semangatnya yang kuat telah memudar menjadi tercenung seperti seseorang yang
berjalan sambil tidur, dan saat Garven menatap Nasuada ketika Nasuada bertanya
apakah ia tidak apa-apa, meski jawabannya cukup mantap, Nasuada menganggap roh
pria itu telah berkelana jauh, berkeliaran di antara padang rumput berdebu dan
bermandi cahaya matahari di dalam hutan misterius kaum. Elf. Nasuada berharap
Garven bisa pulih dengan cepat. Jika tidak, ia akan meminta Eragon atau Angela, atau
mungkin keduanya, untuk menangani Garven. Sementara ini sebelum kondisinya pulih,
ia akan mengistirahatkan Garven dari posisinya sebagai anggota Nighthawk; Jormundur
akan memberinya tugas ringan, sehingga Nasuada tidak akan merasa bersalah karena
Garven bisa saja terluka, dan mungkin setidaknya Garven bakal menikmati apa pun
sisa-sisa bayangan dalam benaknya setelah ia berhubungan dengan benak para Elf ini.
Merasa jengkel karena harus kehilangan Garven, dan marah pada dirinya sendiri,
dengan para Elf, dan dengan Galbatorix serta Kekaisaran yang mengharuskan
pengorbanan seperti ini terjadi, ia sulit menjaga ucapan dan sikapnya agar tidak
terdengar kasar. "Ketika kau membicarakan bahaya, Blodhgarm, seharusnya kau bilang
bahkan orang yang bisa kembali ke tubuh mereka tidak akan kembali tanpa
kekurangan." "My Lady, aku. baik-baik saja," kata Garven. Protesnya begitu lemah dan
tidak meyakinkan, hampir tidak ada orang yang mendengarnya, dan itu hanya membuat
Nasuada semakin marah. Bulu-bulu di tengkuk Blodhgarm berdiri dan menjadi kaku.
"Jika aku gagal menjelaskan secara gamblang sebelumnya, maka aku minta maaf.
Meski Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
demikian, jangan menyalahkan kami atas apa yang telah terjadi; inilah kami apa adanya.
Dan jangan pula menyalahkan dirimu sendiri, karena kita hidup, di zaman penuh
kecurigaan. Mengizinkan kami lewat tanpa diuji akan menjadi keteledoran di pihakmu.
Sangat disayangkan kejadian tidak mengenakkan ini menodai pertemuan bersejarah
kita, tapi setidaknya sekarang kau bisa tenang, sudah memastikan siapa kami
sebenarnya, sesuai dengan wujud kami: Elf dari Du Weldenvarden." Kelebatan wangi
musk kembali mengalir ke arah Nasuada, dan meski ia masih merasa marah,
tulang-tulangnya terasa lemas dan ia terserang pikiran tentang keteduhan dalam tenda
sutra, gelas piala berisi anggur ceri, dan lagu sendu kaum kurcaci yang Sering
didengarnya bergema di aula-aula kosong Tronjheim. Setengah tidak fokus, ia berkata,
"Kalau saja Eragon atau Arya ada di sini, mereka bisa memasuki benak kalian tanpa
takut kehilangan kewarasan mereka." Sekali lagi ia tidak bisa menahan daya tarik liar
dari aroma Blodhgarm, membayangkan bagaimana rasanya jika tangannya mengelus
surai Elf itu. Ia kembali tersadar ketika Elva menarik lengan kirinya, memaksa Nasuada
untuk membungkuk dan mendekatkan telinga ke mulut penyihir-cilik tersebut. Dengan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
suara rendah dan kasar, Elva berkata, "Akar horehound. Berkonsentrasilah pada rasa
akar horehound." Mengikuti nasihat Elva, Nasuada memanggil kembali ingatannya dari
tahun lalu, ketika ia mencicipi permen horehound di salah satu jamuan makan Raja
Hrothgar. Hanya dengan mengingat rasa getir permen itu membuat mulutnya kering dan
menangkal aroma musk yang menggairahkan dari tubuh Blodhgarm. Nasuada berusaha
menyembunyikan kehilangan konsentrasinya dengan berkata, "Tetua mudaku di sini
bertanya-tanya mengapa kau tampak berbeda dibandingkan Elf yang lain. Harus kuakui
aku juga ingin tahu. Sosokmu bukan seperti yang kami harapkan dari rasmu. Maukah
kau berbaik hati untuk menjelaskan alasan mengapa kau berpenampilan mirip hewan?"
Gelombang mengilat mengalir pada bulu Blodhgarm saat ia mengangkat bahu. "Aku
suka sosok ini," katanya. "Beberapa orang menulis puisi tentang matahari dan
rembulan, yang lain menanam bunga, mendirikan bangunan, atau menciptakan musik.
Meski aku menghargai semua jenis seni tersebut, aku percaya keindahan sejati hanya
berasal dari taring serigala, kulit kucing hutan, mata elang. Maka aku mengambil
semua unsur itu untuk diriku sendiri. Dalam seratus tahun mendatang, mungkin aku
akan bosan dengan bentuk hewan darat dan malah menganggap hewan lautlah yang
memiliki segala keindahan di dunia ini, dan maka aku akan menyelimuti diriku dengan
sisik, mengubah kedua tanganku menjadi sirip dan kakiku menjadi ekor, lalu aku akan
lenyap di bawah ombak permukaan laut dan takkan pernah lagi terlihat di Alagaesia."
Jika Elf itu bercanda, seperti yang diduga Nasuada, ia tidak menunjukkannya.
Sebaliknya, Elf itu tampak serius sekali, Nasuada
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bertanya-tanya apakah ia sedang diejek. "Menarik sekali," kata Nasuada. "Kuharap
keinginan menjadi ikan tidak datang dalam waktu dekat, karena kami membutuhkanmu
di daratan. Tentu saja, jika Galbatorix juga memutuskan untuk memperbudak hiu atau
ikan bass, nah, seorang perapal mantra yang bisa bernapas di dalam air tentu sangat
berguna." Tanpa aba-aba, kedua belas Elf memenuhi udara dengan suara tawa jernih
dan cerah, dan burung-burung dalam jarak satu mil segera berkicau merdu. Suara gelak
mereka seperti air menetes pada kristal. Nasuada tersenyum tanpa bisa ditahannya,
dan di sekitarnya ia melihat ekspresi yang sama pada wajah para pengawalnya. Bahkan
kedua Urgal tampak gembira. Dan ketika para Elf kembali terdiam dan dunia tampak
suram kembali, Nasuada merasakan kesedihan yang ditinggalkan mimpi memudar. Air
mata mengaburkan pandangannya selama beberapa detik, kemudian itu juga berlalu.
Tersenyum untuk pertama kalinya, sehingga menunjukkan paras tampan sekaligus
menakutkan, Blodhgarm berkata, "Merupakan kehormatan untuk mengabdi bersama
wanita yang cerdas, piawai, dan jenaka seperti dirimu, Lady Nasuada. Kapan-kapan,
jika tugas mengizinkan, aku akan senang sekali mengajarkan permainan kami yang
bernama Runes kepadamu. Kau akan jadi lawan yang sulit ditandingi, aku yakin."
Perubahan mendadak dalam sikap Elf itu mengingatkan Nasuada pada sebuah kata
yang sekali-sekali didengarnya digunakan para kurcaci untuk menggambarkan kaum Elf:
angin-anginan. Rasanya itu deskripsi yang kedengaran biasa-biasa saja saat Nasuada
masih kecil-benaknya membayangkan bahwa kaum Elf suka berpindah-pindah dari satu
kegemaran ke kegemaran lain, seperti peri di kebun bunga-tapi sekarang ia sadar
bahwa maksud kaum kurcaci sesungguhnya adalah Hati-hati! Awas, karena kau tidak
akan pernah tahu apa yang akan dilakukan seorang Elf. Nasuada mendesah, merasa
tertekan memikirkan harus menghadapi sekelompok makhluk yang akan berusaha
menguasainya demi keuntungan mereka sendiri. Apakah kehidupan selalu sesulit ini" ia
termenung. Atau ini hanya karena sikapku sendiri" Dari arah perkemahan, Nasuada
melihat Raja Orrin berkuda menghampiri mereka, memimpin barisan panjang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bangsawan, anggota keluarga istana, pejabat tinggi dan rendah, para penasihat,
asisten, pelayan, prajurit, dan berbagai jenis spesies lain yang malas untuk dikenali
Nasuada, sementara dari arah timur, meluncur turun dengan cepat, sayap-sayapnya
terkembang, ia melihat Saphira. Mempersiapkan diri untuk menghadapi kehebohan
yang akan mereka hadapi, Nasuada berkata, "Mungkin masih berbulan-bulan lagi
sebelum aku bisa menerima tawaranmu, Blodhgarm, tapi aku berterima kasih. Aku akan
menikmati sebuah permainan setelah bekerja keras sepanjang hari. Tapi untuk saat ini,
kesenangan itu harus ditunda. Seluruh beban kasta manusia akan segera mengimpitmu.
Aku menyarankan kau mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan nama,
pertanyaan, dan permintaan. Kami manusia adalah ras yang selalu ingin tahu, dan kami
semua tidak sering melihat Elf."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Kami sudah siap menghadapi ini, Lady Nasuada," kata Blodhgarm. Ketika rombongan
berisik Raja Orrin mendekat dan Saphira bersiap-siap mendarat, membuat rerumputan
rata ke tanah akibat angin dari kepakan sayap-sayapnya, pikiran terakhir Nasuada
adalah, Oh astaga. Aku harus melindungi Blodhgarm dengan sebatalion tentara demi
menghindari dirinya dicabik-cabik para wanita di perkemahan. Dan mungkin itu juga
tidak akan menyelesaikan masalah! MOHON AMPUN, PENUNGGANG NAGA Saat itu
pertengahan petang sehari setelah mereka meninggalkan Eastcroft ketika Eragon
merasakan ada patroli yang terdiri atas lima belas tentara di depan mereka. Ia
memberitahu Arya, dan Elf itu mengangguk. "Aku juga merasakan mereka." Keduanya
tidak mengungkapkan kekhawatiran, tapi rasa cemas mulai membuat perut Eragon
terasa mulas, dan ia melihat alis Arya semakin berkerut. Daratan di sekeliling mereka
terbuka dan rata, tidak ada tempat bersembunyi. Mereka sudah pernah bertemu
sekelompok prajurit sebelum ini, tapi mereka selalu dalam keadaan bersama-sama
dengan pengembara lain. Sekarang mereka sendirian di jalan yang sudah mulai
memudar. "Kita bisa menggali lubang dengan sihir, menutupi bagian atasnya dengan
semak-semak, dan bersembunyi di sana sampai mereka lewat," usul Eragon. Arya
menggeleng tanpa memelankan laju larinya. "Bagaimana dengan tanah hasil galian"
Mereka akan mengira telah menemukan sarang tikus tanah paling besar yang pernah
ada. Lagi pula, berlari akan lebih menghemat energi." Eragon mendengus. Aku tidak
yakin berapa mil lagi aku mampu berlari. Ia tidak kehabisan napas, tapi berlari tanpa
henti membuatnya letih. Lututnya sakit, pergelangan kakinya pegal, ibu jari kaki kirinya
merah dan bengkak, dan telapak kakinya diserang lecet-lecet, tidak peduli seberapa
ringan ia melangkah. Malam sebelumnya, ia telah menyembuhkan beberapa rasa pegal
dan sakit yang dideritanya, dan sementara itu telah membuatnya sedikit lega, mantra
yang digunakannya hanya menambah keletihannya. Patroli itu tampak seperti gumpalan
asap di kejauhan selama setengah jam berikutnya sebelum Eragon bisa melihat bentuk
para pria dan kuda di dasar awan debu kuning yang mereka timbulkan. Karena ia dan
Arya memiliki mata yang lebih tajam daripada sebagian besar manusia, rasanya tidak
mungkin para penunggang kuda itu bisa melihat mereka dari jarak sejauh ini, maka
mereka teruss berlari selama sekitar sepuluh menit. Kemudian
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mereka berhenti. Arya mengeluarkan rok dari ranselnya dan mengikatnya menutupi
celana ketat yang digunakannya selama berlari, dan Eragon menyembunyikan cincin
Brom ke dalam tasnya sendiri lalu mengoleskan tanah di telapak tangan kanannya untuk
menutupi tanda gedwey ignasia-nya yang berwarna. perak. Mereka melanjutkan
berjalan dengan kepala tertunduk, bahu membungkuk, dan menyeret kaki. Jika
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
segalanya berjalan lancar, para prajurit hanya akan menganggap mereka sepasang
pengungsi. Meski Eragon bisa merasakan gemuruh derap kaki kuda yang mendekat dan
mendengar teriakan-teriakan para pria yang menungganginya, rasanya satu jam telah
berlalu sebelum mereka akhirnya bertemu di daratan luas itu. Ketika mereka
berpapasan, Eragon dan Arya minggir ke sisi jalan yang berdebu dan berdiri sambil
merunduk m enatap tanah. Eragon menangkap kelebatan kaki kuda dari bawah alisnya
saat penunggang-penunggang pertama melewati mereka, tapi kemudian awan debu
yang menyesakkan membubung di sekelilingnya, membuatnya tidak bisa melihat
anggota patroli yang lain. Debu di udara begitu tebal, ia harus memejamkan mata.
Mendengarkan dengan saksama, ia menghitung sampai ia yakin setengah patroli telah
melintas. Mereka bahkan tidak repot-repot menanyai kami! pikirnya. Kegembiraannya
tidak berlangsung lama. Sesaat kemudian, seseorang di dalam lingkaran badai debu
berteriak, "Pasukan, berhenti!" Terdengar seruan-seruan Whoa, Berhenti, dan Tenang,
Nells ketika lima belas pria memelankan laju tunggangan mereka lalu membentuk
lingkaran mengelilingi Eragon dan Arya. Sebelum para prajurit selesai membentuk
lingkaran dan awan debu memudar, Eragon membungkuk untuk mengambil sebongkah
kerikil besar, kemudian kembali berdiri. "Jangan bergerak!" desis Arya. Sementara ia
menunggu para prajurit untuk menyatakan keinginan mereka, Eragon berusaha
menenangkan detak jantungnya dengan mengulangi hafalan kisah yang dikarangnya
beserta Arya untuk menjelaskan keberadaan mereka yang begitu dekat ke Surda.
Usaha Eragon gagal, karena, tanpa bermaksud mengesampingkan kekuatannya,
latihan-latihannya, pengalaman memenangi peperangan, dan setengah lusin perisai
yang melindunginya, raganya masih merasa yakin bahwa ia akan segera menghadapi
luka atau kematian. Perutnya melilit, kerongkongannya menegang, dan lengan serta
kakinya terasa ringan serta limbung. Oh, cepatlah! batinnya. Ia kepengin segera
mencabik-cabik sesuatu dengan tangannya, seakan-akan tindakan merusak bisa
melepaskan tekanan yang semakin besar di dalam dirinya, tapi dorongan itu semakin
membuatnya frustrasi, karena ia tidak berani bergerak. Satu-satunya yang membuatnya
bisa menahan diri adalah kehadiran Arya. Lebih baik Eragon memotong sebelah
lengannya sendiri daripada dianggap pengecut oleh Elf itu. Dan meski Arya juga
petarung hebat, Eragon masih merasakan hasrat untuk melindunginya. Suara yang tadi
telah menyuruh pasukan berhenti kembali terdengar. "Coba kulihat wajah kalian."
Mengangkat kepalanya, Eragon melihat seorang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pria di atas tunggangan berwarna merah-kelabu, kedua tangannya yang bersarung
terlipat di kepala pelananya. Di atas bibirnya terdapat kumis keriting raksasa yang,
setelah menurun ke kedua sudut bibirnya, mencuat sepanjang Sembilan inci ke kedua
arah dan sangat kontras dibandingkan dengan rambutnya yang lurus sebahu.
Bagaimana kumis rimbun dan spektakuler itu bisa berdiri tegak, Eragon tidak tahu,
karena kumis itu tampak kusam dan tidak mengilat serta sudah pasti tidak dirawat
dengan minyak lebah hangat. Prajurit-prajurit yang lain memegang tombak yang
diarahkan kepada Eragon dan Arya. Tubuh mereka dilapisi debu tebal sehingga sulit
melihat bentuk api yang dibordir di tunik mereka. "Nah," kata pria tadi, dan kumisnya
bergoyang-goyang seperti timbangan yang tidak seimbang. "Kalian siapa" Hendak ke
mana" Dan apa urusan kalian di tanah raja?" Kemudian ia mengibaskan tangannya.
"Tidak, tak usah repot-repot menjawab. Itu tidak penting. Tidak ada yang penting
sekarang ini. Dunia sudah akan kiamat, dan kita menghabiskan sisa hidup, dengan
menginterogasi orang-orang kampung. Bah! Kutu-kutu percaya takhayul yang
bertemperasan dari satu tempat ke tempat lain, menghabiskan semua makanan di
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seluruh negeri dan berkembang biak dengan kecepatan mengerikan. Di tanah
keluargaku dekat Uruakan mencambuk orang-orang seperti kalian jika kedapatan
berkeliaran tanpa izin, dan jika ketahuan telah mencari dari majikan kalian, kami akan
menggantung kalian. Apa pun yang kalian ceritakan kepadaku adalah kebohongan.
Selalu begitu... "Apa yang kalian bawa di dalam tas, eh" Makanan dan selimut, ya, tapi
mungkin sepasang tempat lilin emas, eh" Peralatan makan perak dari lemari terkunci"
Surat-surat rahasia untuk Varden" Eh" Kucing memakan lidah kalian" Yah, kami akan
mengetahuinya sebentar lagi. Langward, coba lihat harta karun apa yang bisa kaugali
dari tas mereka." Eragon terhuyung ke depan ketika salah satu prajurit memukul
punggungnya dengan batang tombak. Ia telah membungkus baju besinya dengan kain
rombengan agar tidak berbenturan. Sayangnya kain rombengan itu terlalu tipis untuk
meredam suara berkelontang nyaring yang terdengar akibat pukulan. "Oho!" sera si pria
berkumis. Menyambar Eragon dari belakang, si prajurit membuka bagian atas ransel
Eragon dan mengeluarkan rompi besinya, sambil berseru, "Lihat, Sir!" Si pria berkumis
menyeringai lebar kegirangan. "Baju baja! Dan buatannya juga bagus. Sangat bagus,
lebih tepatnya. Wah, kalian memang penuh kejutan. Mau bergabung dengan Varden,
ya" Berniat berkhianat dan menghasut, hmm?" Ekspresinya mengeras. "Atau apakah
kau salah satu dari mereka yang memberi nama buruk kepada para prajurit" Jika begitu,
kau adalah tentara bayaran yang paling tidak kompeten; kau bahkan tidak punya
senjata. Apakah terlalu merepotkan untuk membuat tongkat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
atau pentungan, eh" Nah, bagaimana" Jawab!" "Tidak, Sir." "Tidak, Sir" Rupanya kau
tidak berpikir sampai ke sana. Sayang sekali kami harus menerima orang menyedihkan
berotak udang, tapi perang telah merendahkan standar kami, sehingga terpaksa
mencari orang-orang buangan." "Menerimaku ke mana, Sir?" "Diam, dasar gembel
kurang ajar! Tidak ada yang memberimu izin bicara!" Kumisnya bergetar ketika pria itu.
menunjuk. Cahaya merah meledak dalam pandangan Eragon ketika pria yang berada di
belakangnya menggebuk kepalanya. "Tak peduli apakah kau pencuri, pengkhianat,
tentara bayaran, atau hanya orang tolol, nasibmu akan sama. Begitu kau mengucapkan
sumpah pengabdian, kau tidak punya pilihan apa-apa lagi selain mematuhi Galbatorix
dan mereka yang mewakilinya. Tidak perlu banyak omong tentang apa yang seharusnya
kita lakukan. Hanya perintah, jelas dan langsung. Kau juga akan memiliki tujuan yang
sama seperti kami, dan kau akan mendapatkan keistimewaan dengan membantu
terciptanya masa depan gemilang yang telah diramalkan raja kita. Sedangkan bagi
temanmu yang cantik ini, banyak hal lain yang bisa membuatnya berguna bagi
Kekaisaran, eh" Sekarang ikat mereka!" Maka Eragon tahu apa yang harus
dilakukannya saat itu. Sambil melirik, ia mendapati Arya sudah menatapnya, matanya
tajam dan terang. Eragon mengerjap sekali. Arya membalas kerjapannya. Tangan
Eragon menggenggam kerikil erat-erat. Sebagian besar prajurit yang dilawan Eragon di
Dataran Membara memiliki perisai sihir kecil yang berfungsi melindungi mereka dari
serangan magis, dan ia menduga pria-pria ini memiliki perlindungan yang sama. Ia yakin
mampu mematahkan atau mengakali mantra apa saja yang diciptakan para penyihir
Galbatorix, tapi itu akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang dimilikinya
sekarang. Maka, ia melipat lengannya,. kemudian dengan sekali kibasan pergelangan
tangan, melemparkan kerikil ke arah pria berkumis. Kerikil itu menembus sisi helmnya.
Sebelum para prajurit bisa bertindak, Eragon memutar tubuh, menyambar tombak dari
tangan pria yang tadi menyiksanya, dan menggunakannya untuk menjatuhkan pria itu
dari kudanya. Ketika pria itu mendarat di tanah, Eragon menusuk jantungnya, membuat
ujung tombak itu patah menghantam pelat besi pada tunik si prajurit. Melepaskan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tombak, Eragon melontarkan diri ke belakang, tubuhnya sejajar dengan tanah ketika ia
meluncur di bawah tujuh tombak yang melesat ke tempatnya tadi berada.
Batang-batang tombak yang mematikan itu bagaikan mengambang di atas tubuhnya
saat ia terjatuh. Pada detik Eragon melontarkan kerikil, Arya memantul ke sisi kuda yang
terdekat dengannya, melompat dari sanggurdi ke pelana, dan menendang kepala
prajurit yang terperangah di atas kuda itu. Prajurit itu terlontar sejauh lebih dari tiga
puluh kaki. Kemudian Arya melompat dari satu punggung kuda ke punggung kuda
lainnya, membunuh para prajurit
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dengan lututnya, kakinya, dan tangannya dalam rangkaian gerakan gemulai dan
keseimbangan luar biasa. Bebatuan tajam menggores perut Eragon ketika ia
terjerembap. Sambil meringis, ia melompat berdiri. Empat prajurit yang telah turun dari
kuda mereka menghadapinya dengan pedang terhunus. Mereka menyerang.
Menghindar ke kanan, Eragon menangkap pergelangan tangan salah satu prajurit saat
pria itu mengayunkan pedangnya dan Eragon menonjok ketiaknya. Pria itu tersungkur
dan tidak bergerak. Eragon melumpuhkan lawan-lawannya yang lain dengan cara
memuntir kepala mereka sampai tulang leher mereka patah. Pada saat itu prajurit
keempat sudah sangat dekat, berlari ke arahnya dengan pedang terangkat tinggitinggi,
Eragon tidak bisa menghindarinya. Terjebak, ia melakukan satu-satunya hal yang bisa
dilakukannya: ia menonjok dada prajurit itu sekeras mungkin. Percikan darah dan
keringat menghujaninya ketika benturan terjadi. Pukulan itu mendarat di rusuk si prajurit
dan membuatnya terpelanting ke atas lebih dari dua belas kaki, kemudian ia terjatuh
menimpa mayat temannya yang lain. Eragon tersengal dan membungkuk, memegangi
tangannya yang berdenyut-denyut. Empat buku jarinya lepas, dan tulang rawan yang
putih tampak melalui kulitnya yang terbuka. Sial, ia menyumpah saat darah segar
mengalir dari lukanya. Jemarinya menolak untuk digerakkan ketika ia mencobanya; ia
sadar tangannya tidak akan berguna sampai ia menyembuhkannya. Takut akan adanya
serangan berikut, ia melihat sekeliling mencari Arya dan sisa-sisa prajurit. Kuda-kuda
sudah kabur. Hanya tiga prajurit yang masih hi-dup. Arya sedang bergumul melawan
dua di antaranya agak jauh dari Eragon sementara prajurit ketiga dan terakhir kabur
melintasi jalan menuju selatan. Menghimpun kekuatan, Eragon mengejar. Ketika ia
memperkecil jarak antara dirinya dengan si prajurit, pria itu mulai memohon-mohon
ampun kepadanya, bersumpah tidak akan mengatakan kepada siapa-siapa tentang
pembantaian ini dan merentangkan kedua tangannya untuk menunjukkan ia tidak
memegang apa-apa. Ketika Eragon sudah tinggal sejarak lengan dengannya, pria itu
bergeser ke pinggir dan beberapa langkah kemudian ia kembali mengubah arah,
melesat ke sana kemari seperti kelinci ketakutan. Setiap saat, pria itu terus memohon,
air mata mengalir di pipinya, berkata ia masih terlalu muda untuk mati, bahwa ia hendak
menikah dan menjadi seorang ayah, bahwa orangtuanya akan kehilangan dirinya, dan ia
telah dipaksa menjadi tentara dan ini barulah misi kelimanya dan mengapa Eragon tidak
bisa membiarkannya berlalu saja" "Apa salahku padamu?" ia tersedu. "Aku hanya
melakukan perintah. Aku orang baik-baik!" Eragon berhenti dan memaksa diri untuk
berkata, "Kau takkan mampu mengikuti langkah kami. Kami tidak bisa meninggalkanmu;
kau akan menangkap seekor kuda dan mengkhianati kami." "Tidak, tidak akan!"
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Orang-orang akan bertanya apa yang terjadi di sini. Sumpahmu kepada Galbatorix dan
Kekaisaran tidak akan membiarkanmu mengucapkan kebohongan. Maafkan aku, tapi
aku tidak tahu cara melepaskanmu dari ikatan itu, kecuali..." "Kenapa kau melakukan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ini" Kau seorang monster!" teriak pria itu. Dengan paras ketakutan setengah mati, ia
berusaha berlari melewati Eragon dan kembali ke jalan. Eragon menjegalnya kurang
dari sepuluh kaki, dan saat pria itu menangis sambil memohon kemurahan hatinya,
Eragon menggenggamkan tangan kirinya ke leher pria tersebut dan menekan. Ketika ia
melepaskan cengkeramannya, prajurit itu tersungkur di kakinya, sudah tidak bernyawa.
Rasa pahit empedu menguasai lidah Eragon ketika ia menatap wajah kendur pria itu.
Kapan saja kita membunuh, kita membunuh sebagian dari diri kita sendiri, pikirnya.
Gemetar karena campuran rasa shock, sakit, dan membenci diri sendiri, ia melangkah
kembali ke tempat pertempuran pertama kali dimulai. Arya sedang berlutut di sebelah
sesosok mayat, membasuh lengan dan tangannya dengan air dari botol kaleng yang
dibawa salah satu prajurit. "Bagaimana," Arya bertanya, "kau bisa membunuh pria itu,
sementara kau tidak bisa menyentuh Sloan dengan satu jari pun?" Ia berdiri dan
menghadap Eragon, tatapannya menuduh. Emosi terkuras, Eragon hanya mengangkat
bahu. "Ia adalah ancaman. Sloan bukan. Tidakkah itu jelas?" Arya terdiam selama
beberapa saat. "Seharusnya Sloan menjadi ancaman, tapi memang bukan... Aku malu
harus diajari moral oleh seseorang yang jauh lebih tidak berpengalaman. Mungkin aku
terlalu yakin, terlalu percaya diri akan kemampuanku dalam memilih." Eragon
mendengarnya bicara, tapi kata-katanya tidak berarti apa-apa saat pandangannya
beralih ke mayat-mayat yang bertebaran. Apakah seluruh kehidupanku telah menjadi
seperti ini" ia bertanya-tanya. Rangkaian pertarungan tanpa akhir" "Aku merasa seperti
pembunuh." "Aku mengerti betapa sulitnya ini," kata Arya. "Ingat, Eragon, kau baru
mengalami sedikit bagian tentang bagaimana rasanya menjadi seorang Penunggang
Naga. Berangsur-angsur perang ini akan berakhir, dan kau akan melihat bahwa
tugasmu bukan hanya meliputi kekerasan. Klan Penunggang bukan hanya pejuang,
mereka adalah guru, penyembuh, dan cendekiawan." Otot rahang Eragon mengejang
selama sesaat. "Kenapa kita memerangi pria-pria ini, Arya?" "Karena mereka
menghalangi kita mencapai Galbatorix." "Maka kita harus menemukan jalan untuk
menyerang Galbatorix secara langsung." "Tidak ada jalan. Kita tidak bisa melangkah
begitu saja ke Urusebelum menumbangkan. pasukannya. Dan kita tidak bisa memasuki
kastilnya sampai kita berhasil melumpuhkan jebakan-jebakan berusia hampir seabad,
sihir atau bukan." "Pasti ada cara," Eragon bergumam. Ia tetap berdiri di tempatnya
ketika Arya melangkah maju dan memungut sebatang tombak. Tapi ketika Arya
meletakkan ujung tombak ke bawah dagu seorang prajurit yang sudah mati lalu
menusukkannya menembus tengkoraknya, Eragon melompat ke depan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan mendorong Arya menjauh dari mayat itu. "Apa yang kaulakukan?" ia berteriak.
Kemarahan melintasi wajah Arya. "Aku akan memaafkan itu hanya karena kau sedang
tidak fokus dan tidak berpikir jernih. Pikir, Eragon! Sudah bukan waktunya lagi kau
dimanjakan. Kenapa perbuatanku ini perlu dilakukan?" Jawabannya segera terpikirkan
oleh Eragon, dan dengan enggan ia berkata, "Jika tidak dilakukan, Kekaisaran akan
tahu sebagian besar pria ini dibunuh hanya dengan tangan kosong." "Tepat!
Satu-satunya yang mampu membunuh dengan tangan kosong adalah Elf, Penunggang,
dan Kull. Dan karena bahkan seseorang yang cacat mental juga bakal tahu ini bukan
pekerjaan Kull, mereka segera tahu bahwa kita berada di sekitar sini, dan kurang dari
satu hari, Thorn dan Murtagh akan terbang di atas kita, mencari kita." Terdengar suara
benda remuk yang basah ketika Arya mencabut tombak dari mayat tadi. Ia
mengangsurkan tombak itu kepada Eragon. "Aku juga menganggap ini memuakkan,
maka sebaiknya kau menjadikan dirimu berguna dan membantuku." Eragon
mengangguk. Kemudian Arya mengambil sebilah pedang, dan bersama-sama mereka
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
membuat pembantaian yang tampak seolah-olah pejuang biasa telah membunuh para
prajurit itu. Itu adalah pekerjaan menjijikkan, tapi berlangsung dengan cepat, karena
mereka berdua tahu luka macam apa yang akan membunuh para prajurit itu, dan
keduanya tidak ingin berlamalama di sana. Ketika mereka tiba pada pria yang dadanya
telah dihancurkan Eragon, Arya berkata, "Tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk
menyembunyikan luka seperti itu. Kita harus meninggalkannya seperti ini dengan
harapan orang akan menduga seekor kuda telah menginjaknya." Mereka meneruskan
pekerjaan. Prajurit terakhir yang mereka tangani adalah komandan patroli. Kumisnya
sekarang lunglai dan tercabik, hampir kehilangan seluruh kemegahannya. Setelah
memperbesar lubang yang diakibatkan kerikil sehingga tampak lebih mirip lubang
segitiga yang ditinggalkan ujung tombak atau kapak perang, Eragon beristirahat
sejenak, menatap kumis menyedihkan sang komandan, kemudian berkata, "Kau tahu, ia
benar." "Tentang apa?" "Aku butuh senjata yang layak. Aku butuh pedang." Mengelap
telapak tangan ke ujung tuniknya, ia memerhatikan daratan sekitar mereka, menghitung
mayat. "Sudah semua, bukan" Kita sudah selesai." Ia berdiri dan memunguti baju
besinya yang berserakan, kembali membungkusnya dengan kain, dan memasukkannya
lagi ke bagian dasar ransel. Kemudian ia bergabung dengan Arya ke bukit rendah yang
telah didaki Elf itu. "Kita harus menghindari jalan sejak sekarang," ucap Arya. "Kita tidak
bisa mengambil risiko bertemu lagi dengan prajurit-prajurit Galbatorix." Menunjuk tangan
kanan Eragon yang terluka, yang membasahi tunik Eragon dengan darah, Arya berkata,
"Kau sebaiknya merawat itu sebelum kita melanjutkan perjalanan." Ia tidak memberi
kesempatan Eragon untuk menjawab tapi menyambar jemari Eragon yang lumpuh lalu
berkata, Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Waise heill." Erangan meluncur keluar dari mulut Eragon ketika jemarinya kembali
terpasang pada soket-soketnya, dan urat-uratnya yang putus Serta tulang rawannya
yang remuk kembali ke keadaan semula, dan saat kulit yang koyak di buku-buku jarinya
kembali menutupi daging di bawahnya. Ketika mantra berakhir, Eragon mengepalkan
dan membuka tangannya untuk memastikan sudah sembuh benar. "Terima kasih,"
katanya. Ia heran karena Arya berinisiatif melakukan itu sementara ia mampu
menyembuhkan lukanya sendiri. Arya tampak malu. Memalingkan wajah, menatap ke
arah padang rumput luas, ia berkata, "Aku senang kau berada di sampingku hari ini,
Eragon." "Aku juga senang kau berada di sampingku." Arya menghadiahinya senyum
ragu yang singkat. Mereka terdiam di atas bukit rendah itu selama semenit, tidak ada di
antara keduanya yang ingin segera melanjutkan perjalanan. Kemudian Arya mendesah
dan berkata, "Kita sebaiknya pergi. Bayang-bayang sudah memanjang, dan seseorang
bisa saja muncul lalu terkejut dan menyerukan bahaya saat mereka melihat
mayat-mayat makanan gagak ini." Meninggalkan bukit rendah, mereka mengarah ke
barat daya, menjauh dari jalan, dan berlari di atas lautan rumput yang tidak rata. Di
belakang mereka, burung-burung pemakan bangkai pertama telah mendarat dari langit.
BAYANG-BAYANG MASA LALU Malam itu, Eragon duduk memandangi api unggun
kecil mereka, mengunyah dawn dandelion. Makan malam mereka terdiri atas berbagai
jenis akar-akaran, biji-bijian, dan dedaunan yang dikumpulkan Arya dari daerah
sekeliling. Rasanya tidak enak sekali memakan semuanya mentah-mentah dan tanpa
bumbu, tapi Eragon menahan diri untuk tidak menambah menunya dengan daging
burung atau kelinci, yang banyak berkeliaran di sekeliling mereka, karena ia tidak ingin
Arya tidak menyetujui tindakannya. Terlebih lagi, setelah pertarungan mereka dengan
para prajurit, memikirkan untuk mengambil nyawa lagi, bahkan nyawa binatang,
membuatnya mual. Malam sudah larut, dan mereka harus berangkat pagi-pagi sekali
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
besok, tapi Eragon tidak bersiap untuk tidur, begitu pula Arya. Elf itu duduk dalam jarak
pandang Eragon, kedua kakinya ditekuk, dengan tangan dilingkarkan pada tungkainya
dan dagu diletakkan di lutut. Roknya mengembang di sekelilingnya, seperti kelopak
bunga yang tersapu angin. Dagu menempel di dada, Eragon mengelus-elus tangan
kanannya dengan tangan kiri, berusaha melenyapkan rasa pegal yang mengganggu.
Aku butuh pedang, pikirnya. tanpa pedang, aku perlu sejenis pelindung untuk kedua
tanganku agar aku tidak membuat diriku sendiri terluka kapan saja memukul
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sesuatu. Masalahnya, aku sudah begitu kuat sekarang, aku akan harus mengenakan
sarung tangan dengan lapisan setebal beberapa inci, yang akan tampak konyol sekali.
Akan terlalu tebal, terlalu panas, dan terlebih lagi, aku tidak bisa ber-keliaran
mengenakan sarung tangan selama hidupku. Ia mengerutkan kening. Mendorong
tulang-tulang di tangannya ke luar posisi normalnya, ia memperhatikan perubahan
terpaan cahaya pada kulitnya, terpesona akan kelenturan tubuhnya. Dan apa yang akan
terjadi jika aku bertarung sambil mengenakan cincin Brom" Cincin itu buatan Elf, maka
mungkin aku tidak perlu khawatir batu safirnya akan pecah. Tapi jika aku memukul
sesuatu dengan cincin di jariku, bukan hanya akan melepaskan beberapa persendian,
aku akan meremukkan semua tulang di tanganku... Aku mungkin tidak akan bisa
memperbaiki kerusakannya... Ia mengepalkan tangannya erat-erat dan perlahan-lahan
membolak-baliknya, memperhatikan bayang-bayang menggelap dan menghilang di
antara bukubuku jarinya. Aku bisa menciptakan mantra yang akan menghentikan benda
apa saja yang melesat dengan kecepatan tinggi menuju tanganku. Tidak, tunggu, itu
tidak bagus. Bagaimana jika yang mendatangiku adalah sebongkah batu besar" Atau
gunung" Aku akan membunuh diri sendiri saat berusaha menghentikannya. Yah, jika
sarung tangan dan sihir tidak bisa digunakan, aku ingin memiliki sepasang
Ascudgaml-nya kaum kurcaci, ia teringat bagaimana si kurcaci Shrrgnien memiliki taji
besi terpasang di bantalan metal yang melekat pada setiap buku jarinya, kecuali di ibu
jari. Tajitaji itu membuat Shrrgnien bisa memukul apa saja yang diinginkannya tanpa
takut terlalu sakit, dan taji-taji itu juga mudah dilepas kapan saja. Eragon tertarik
menggunakannya, tapi ia tidak mau melubangi buku-buku jarinya. Lagi pula, pikirnya,
tulang-tulangku lebih tipis daripada tulang-tulang kurcaci, mungkin terlalu tipis untuk
menyematkan bantalan metalnya dengan jemari yang masih bisa berfungsi dengan
benar... Maka Ascudgamln adalah ide buruk, tapi mungkin aku bisa... Membungkuk
rendah di atas tangannya, ia berbisik, "Thaefathan." Punggung tangannya mulai
bergelombang dan terasa gatal seolah-olah ia baru saja terjatuh ke semak beracun.
Sensasinya begitu kuat dan tidak nyaman, ia kepengin melompat bangkit dan
menggaruk tubuhnya keraskeras. Menahan diri mati-matian, ia tetap bergeming dan
menatap saat kulit di buku-buku jarinya menggembung, membentuk kulit tebal dan kasar
berwarna keputihan setebal setengah inci di tiap sendinya. Ini mengingatkannya kepada
lapisan mirip tanduk di sisi dalam kaki kuda. Ketika ia sudah puas dengan ukuran dan
ketebalannya, ia menghentikan aliran sihirnya dan kemudian mengeksplorasi, dengan
sentuhan dan pandangan, anggota tubuh barunya yang tebal. Tangannya terasa lebih
berat dan kaku daripada biasanya, tapi ia masih bisa menggerakkan jemarinya seperti
sedia kala. Memang tampak jelek, pikirnya, mengelus-elus tonjolan kasar di tangan
kanan dengan telapak tangan kiri, dan orang mungkin akan tertawa dan mengejek jika
melihatnya, tapi aku tidak peduli, karena ini akan sangat berguna dan mungkin bisa
melindungi nyawaku. Berseri-seri karena senang, Eragon menghantam bagian atas
batu menonjol yang muncul dari dalam tanah di antara kedua kakinya. Benturan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
itu membuat lengannya bergetar dan menimbulkan suara dentuman ringan tapi rasanya
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak lebih daripada jika ia menghantamkan tangan ke sebilah papan berlapis beberapa
lembar kain. Merasa berani, ia mengambil cincin Brom dari ranselnya dan menyelipkan
lingkaran emas yang terasa dingin tersebut, memastikan kulit tebalnya yang menonjol
lebih tinggi daripada permukaan cincin. Ia menguji pengamatannya dengan kembali
membenturkan tinju ke batu. Satu-satunya suara yang ditimbulkan adalah dentuman
kulit keras dan kering terhadap batu yang bergeming. "Apa yang sedang kaulakukan?"
tanya Arya, mengintip dari balik tirai rambut hitamnya. "Tidak apa-apa." Kemudian
Eragon mengulurkan tangannya. "Kurasa ini ide yang bagus, karena mungkin aku akan
perlu memukul orang lagi." Arya memerhatikan buku-buku jari Eragon. "Kau akan sulit
mengenakan sarung tangan." "Aku bisa memotong sarung tanganku supaya muat." Arya
mengangguk dan kembali menatap api unggun. Eragon telentang bertumpu pada kedua
sikunya dan meluruskan kaki, merasa puas tentang kesiapannya untuk menghadapi
pertempuran macam apa saja yang menunggunya di masa depan. Lebih jauh dari itu, ia
tidak berani berspekulasi, karena jika melakukannya, ia akan mulai bertanya pada diri
sendiri bagaimana ia dan Saphira akan mampu mengalahkan Murtagh atau Galbatorix,
kemudian rasa panik akan menancapkan cakar-cakarnya yang dingin di tubuhnya. Ia
memusatkan tatapannya pada kedalaman api yang berkelip. Di sana, di dalam kobaran
yang menggeliat-geliat, ia mencari tempat di mana ia bisa melupakan beban dan
tanggung jawabnya. Tapi gerakan api yang konstan tak lama kemudian membuatnya
terlena dalam lamunan ketika fragmen fragmen pikiran, suara, citra, dan emosi
mengalir melintasinya seperti butiran salju turun dari langit musim dingin yang tenang.
Dan di antara kelebatan itu, muncullah wajah prajurit yang tadi telah memohon agar
nyawanya tidak dicabut. Sekali lagi Eragon melihat pria itu menangis, dan sekali lagi ia
mendengar pria itu memohon am-pun, dan sekali lagi ia merasakan bagaimana leher
pria itu patah seperti sebatang kayu basah. Tersiksa oleh kenangan tersebut, Eragon
mengertakkan gigi dan menarik napas dengan kasar melalui cuping hidungnya Yang
kembang kempis. Keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Ia beringsut di
tempatnya berbaring dan berusaha mengusir hantu si prajurit yang mengganggunya,
tapi tidak berhasil. Pergi! ia berteriak dalam hati. Itu bukan salahku. Galbatorix-lah yang
seharusnya kausalahkan, bukan aku. Aku tidak ingin membunuhmu! Dari kegelapan
yang mengelilingi mereka, seekor serigala melolong. Dari berbagai lokasi di padang
rumput luas itu, beberapa serigala lagi menyahut, meninggikan volume suara mereka
dalam melodi yang sumbang. Nyanyian menakutkan itu membuat kulit kepala Eragon
terasa gatal dan bulu-bulu halus berdiri di lengannya. Kemudian, dalam sesaat,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
lolongan itu berpadu menjadi nada yang sangat mirip raungan peperangan Kull. Eragon
beringsut, gelisah. "Ada apa?" tanya Arya. "Apakah serigala-serigala itu" Mereka tidak
akan mengganggu kita, kau tahu" Mereka sedang mengajari anak-anak mereka
berburu, dan mereka tidak akan membiarkan anak-anak mereka mendekati
makhluk-makhluk yang berbau aneh seperti kita." "Bukan serigala-serigala di luar sana,"
kata Eragon, memeluk diri sendiri. "Tapi serigala-serigala di dalam sini.Ia mengetuk
bagian tengah dahinya. Arya mengangguk, gerakan cepat seperti burung yang
menunjukkan bahwa ia bukanlah manusia, meski wujudnya menyerupai manusia.
"Memang selalu seperti itu. Monster-monster dalam benak jauh lebih buruk daripada
monster-monster yang berada di luar sang. Ketakutan, keraguan, dan kebencian telah
menjerat lebih banyak orang daripada hewan-hewan." "Dan cinta," Eragon menegaskan.
"Dan cinta," Arya mengiyakan. "Juga keserakahan dan iri hati Serta semua obsesi lain
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
yang mudah memengaruhi ras yang berperasaan peka." Eragon memikirkan Tenga
yang tinggal sendirian di reruntuhan pos penjagaan Elf Edur Ithindra, membungkuk di
atas buku-bukunya yang tebal dan berharga, mencari, selalu mencari, demi Ia menahan
diri agar tidak memberitahu Arya tentang pertapa itu, karena ia sedang tidak kepengin
membahas pertemuan aneh itu pada saat ini. Ia malah bertanya, "Apakah batinmu
terganggu jika membunuh?" Mata hijau Arya menyipit. "Aku maupun kaumku tidak
mampu makan daging hewan karena kami tidak mau membunuh lebih banyak makhluk
untuk memuaskan rasa lapar kami, dan kau berani bertanya apakah membunuh
mengganggu batin. kami" Begitu sempitnyakah pemahamanmu sehingga menganggap
kami kaum pembunuh berdarah dingin?" "Tidak, tentu saja tidak," Eragon memprotes.
"Bukan begitu maksudku." "Maka katakanlah maksudmu sebenarnya, dan jangan
melontarkan hinaan jika kau tidak sungguh-sungguh." Sekarang memilih kata-katanya
dengan lebih hati-hati, Eragon berkata, "Aku menanyakan ini kepada Roran sebelum
kami menyerang Helgrind, atau pertanyaan yang mirip. Yang ingin kuketahui adalah,
bagaimana perasaanmu saat kau membunuh" Bagaimana seharusnya perasaanmu?" ia
mengerutkan kening ke arah api. "Apakah kau melihat bayangan para prajurit yang
kaumusnahkan sedang menatapmu, senyata seperti kau dan aku sekarang?" Arya
mengeratkan pelukan pada kakinya, tampak termenung. Lidah api menjilat ke atas saat
menyambar salah seekor ngengat yang beterbangan mengelilingi perkemahan.
"Ganga," gumam Arya, dan menggerakkan jarinya. Dengan kepakan sayap halus,
ngengat-ngengat itu terbang pergi. Tidak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengalihkan tatapan dari ranting-ranting yang terbakar, ia berkata, "Sembilan bulan
setelah aku menjadi perwakilan resmi, satu-satunya perwakilan ibuku, jika ingin jujur,
aku melakukan perjalanan dari Varden di Farthen Dar menuju ibukota Surda, yang
masih merupakan negara baru pada masa itu. Tidak lama setelah aku dan teman-teman
seperjalananku meninggalkan Pegunungan Beor, kami berjumpa dengan segerombolan
Urgal yang sedang menjelajah. Kami berniat tetap menyarungkan pedang kami dan
melanjutkan perjalanan, tapi seperti biasanya, para Urgal berkeras untuk
mempertahankan harga diri dan kejayaan demi mendapatkan pengakuan lebih tinggi
dalam suku mereka. Kekuatan kami lebih besar daripada mereka-karena Weldon, pria
yang menggantikan Brom sebagai pemimpin. Varden, ada bersama kami-dan mudah
bagi kami untuk menyingkirkan mereka... Hari itu adalah pertama kalinya aku
membunuh. Aku merasa gelisah selama bermingguminggu sesudahnya, sampai aku
sadar aku akan menjadi gila jika terus-menerus memikirkannya. Banyak yang seperti itu,
dan mereka menjadi sangat marah, begitu merasa bersalah, mereka tidak lagi bisa
diandalkan, atau hati mereka akan membatu dan mereka kehilangan kemampuan untuk
membedakan mana yang benar dan yang salah." "Bagaimana caramu mengatasi
perasaan itu?" "Aku merenungkan alasanku membunuh untuk menentukan apakah
memang diperlukan. Jika merasa memang diperlukan, aku bertanya kepada diri sendiri
apakah alasannya cukup penting untuk dilanjutkan, meski artinya aku akan harus
membunuh lagi. Kemudian aku memutuskan bahwa setiap kali aku memikirkan
orang-orang yang telah kubunuh, aku akan membayangkan diri sendiri berada di taman.
di Aula Tialdari." "Apakah berhasil?" Menyingkirkan rambut dari wajahnya, Arya
menyelipkan sejumput ke belakang telinganya. "Berhasil. Satu-satunya obat penawar
untuk racun yang melekat dari tindakan kekerasan adalah menemukan kedamaian
dalam dirimu sendiri. Itu obat yang sulit untuk dimiliki, tapi sangat layak diusahakan."
Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan, "Bernapas juga membantu." "Bernapas?" "Napas
lambat dan teratur, seakan kau sedang bermeditasi. Itu salah satu metode efektif untuk
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menenangkan diri." Mengikuti saran Arya, Eragon mulai menarik napas dan
mengembuskannya lagi, menjaga temponya agar stabil dan mengeluarkan seluruh
udara dari paru-parunya pada tiap tarikan napas. Dalam satu menit, simpul yang terasa
di dalam perutnya telah mengendur, kerutan di dahinya lenyap, dan kehadiran
musuhmusuh yang telah ditaklukkannya tidak lagi terasa begitu nyata...
Serigala-serigala melolong lagi, dan setelah serangan singkat kegelisahan, ia
mendengarkan tanpa ketakutan, karena lolongan mereka telah kehilangan kekuatan
untuk membuatnya tidak nyaman. "Terima kasih," katanya. Arya merespons dengan
menggerakkan dagunya secara anggun. Keheningan menyelimuti mereka selama
seperempat jam sampai Eragon berkata, "Urgal." Ia membiarkan kata itu bergema
beberapa saat, Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sebuah pertentangan verbal yang menjulang. "Bagaimana pendapatmu tentang
Nasuada yang mengizinkan mereka bergabung dengan Varden?" Arya mengambil
ranting dekat roknya yang terkembang lebar dan menggulirkannya di antara jemarinya
yang halus, mengamati sebatang kayu bengkok itu seakan-akan menyembunyikan
rahasia. "Itu adalah keputusan berani, dan aku mengagumi Nasuada karenanya. Ia
selalu bertindak demi kepentingan Varden, tidak peduli seberapa besar bayarannya." "Ia
membuat beberapa anggota Varden marah ketika menerima tawaran bantuan Nar
Garzhvog." "Dan ia mendapatkan kembali loyalitas mereka melalui Pengadilan Pisau
Panjang. Nasuada sangat cerdik jika menyangkut hal mempertahankan posisinya."
Arya menjentikkan ranting di tangannya ke api. "Aku sama sekali tidak menyukai Urgal,
tapi aku juga tidak membenci mereka. Tidak seperti Rahanya terlalu gemar berperang.
Ini adalah perbedaan yang sangat penting, bahkan jika tidak bisa memberikan
penghiburan bagi keluarga korban-korban mereka. Kami kaum Elf pernah membuat
perjanjian damai dengan Urgal, dan kami akan melakukannya lagi jika diperlukan. Tapi
prospeknya tampak sia-sia." Arya tidak perlu menjelaskan alasannya. Banyak perkamen
Yang diberikan Oromis kepada Eragon untuk dibaca yang membahas Urgal, dan salah
satunya yang berjudul Pengembaraan Gnaevaldrskald, telah memberitahunya bahwa
seluruh kebudayaan Urgal didasari prestasi bertarung mereka. Pria-pria Urgal hanya
bisa meningkatkan derajat mereka dengan cara menyerang desa lain-entah itu desa
Urgal, manusia, Elf, atau kurcaci, tidak masalah-atau dengan cara bertarung melawan
saingan mereka satu lawan satu, kadang-kadang sampai mati. Dan dalam masalah
memilih pasangan, wanita-wanita Urgal menolak menganggap seorang pria bisa
dijadikan calon kecuali ia telah memenangi pertarungan sedikitnya tiga kali. Hasilnya,
setiap generasi Urgal baru tidak punya pilihan kecuali menantang atasan mereka,
menantang tetua mereka, dan merambah negeri demi mencari kesempatan untuk
membuktikan kejantanan mereka. Tradisi ini sudah begitu mengakar, bahkan usaha
untuk mengubahnya selalu gagal. Setidaknya mereka jujur pada diri sendiri, Eragon
merenung. Itu lebih daripada yang bisa dilakukan sebagian besar manusia.
"Bagaimana," Eragon bertanya, "Durza bisa menyergapmu, Glenwing, dan Faolin
dengan menggunakan para Urgal" Tidakkah kalian memiliki perisai untuk melindungi diri
dari serangan fisik?" "Panah-panah mereka diberi jampi-jampi." "Maka kalau begitu para
Urgal itu perapal mantra?" Sambil memejamkan mata, Arya mendesah dan
menggeleng. "Bukan. Itu adalah sejenis sihir hitam yang diciptakan Durza. Ia
menyombongkannya ketika aku berada di Gil
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Aku tidak tahu bagaimana kau mampu menahan siksaannya selama itu. Aku melihat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
apa yang dilakukannya terhadapmu." "Itu... itu tidak mudah. Aku melihat siksaan yang
diberikannya kepadaku sebagai ujian atas komitmenku, sebagai kesempatan untuk
membuktikan bahwa aku tidak berbuat kesalahan dan aku memang layak mengemban
simbol yawe. Maka aku menanggung cobaan berat itu." "Tapi tetap saja, bahkan kaum
Elf tidak imun terhadap rasa sakit. Luar biasa sekali kau bisa menyembunyikan lokasi
Ellesmera darinya selama berbulan-bulan." Sedikit rasa bangga mewarnai suara Arya.
"Bukan hanya lokasi Ellesmera tapi juga ke mana aku mengirim telur Saphira,
perbendaharaan kata bahasa kunoku, dan semua hal yang mungkin berguna bagi
Galbatorix." Percakapan terhenti, kemudian Eragon berkata, "Apakah kau sering
memikirkannya, yang kaualami di Gillad?" Ketika Arya tidak menjawab, ia
menambahkan, "Kau tidak pernah membicarakannya. Kau mengucapkan tentang
pengurunganmu tanpa beban, tapi kau tidak pernah mengatakan seperti apa
keadaanmu di sana, atau bagaimana perasaanmu mengenainya sekarang." "Kesakitan
adalah kesakitan," jawab Arya. "Tidak butuh penjelasan." "Benar, tapi mengabaikannya
bisa menimbulkan kerusakan lebih parah daripada apa yang telah terjadi... Tidak ada
orang yang mampu bertahan hidup menghadapi sesuatu seperti itu dan lolos tanpa
cacat. Atau sedikitnya tidak menderita cacat di dalam dirinya." "Kenapa kau
menganggapku belum pernah bercerita kepada siapa-siapa?" "Kau bercerita pada
siapa?" "Apakah itu penting" Ajihad, ibuku, seorang teman di Ellesmera." "Mungkin
aku salah," kata Eragon, "tapi tampaknya kau tidak dekat dengan siapa-siapa. Di mana
kau melangkah, kau melangkah sendirian, bahkan di antara kaummu sendiri." Parass
Arya tidak berubah. Ekspresinya begitu kosong, sehingga Eragon mulai bertanya-tanya
apakah Elf itu mau menjawab, keraguan yang segera berubah jadi keyakinan ketika
Arya berbisik, "Tidak selalu begitu." Waspada, Eragon menunggu tanpa bergerak, takut
jika ia melakukan sesuatu, Arya tidak akan mau mengucapkan apa-apa lagi. "Dulu aku
pernah memiliki seseorang yang bisa kuajak bicara, seseorang yang mengerti diriku dan
dari mana aku berasal. Dulu... Pria itu lebih tua dariku, tapi kami memiliki kemiripan sifat,
sama-sama ingin tahu dunia di luar hutan kami, sama-sama ingin mengeksplorasi dan
ingin menumbangkan Galbatorix. Kami berdua tidak tahan tinggal di Du
Weldenvarden-belajar, melakukan sihir, mengejar keinginan masingmasing- ketika kami
mengetahui si Pembunuh Naga, sumber malapetaka bagi klan Penunggang, sedang
mencari care untuk memusnahkan ras kami. Temanku mengambil tindakan
belakangan-beberapa dekade setelah aku mengemban posisi sebagai perwakilan resmi
dan beberapa tahun. sebelum Hefring mencuri telur Saphira-tapi begitu ia memutuskan,
ia mengajukan Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
diri untuk menemaniku ke mana saja perintah Islanzadi membawaku." Ia mengerjap,
dan kerongkongannya tercekat. "Aku tidak mengizinkannya, tapi rata menyukai idenya,
dan ia sangat meyakinkan..." Ia melipat bibirnya lagi, cahaya di matanya tampak lebih
terang daripada biasanya. Selembut mungkin, Eragon bertanya, "Apakah ia faolin"Arya,
mengeluarkan pernyataan itu nyaris dengan desahan. "Apakah kau mencintainya?"
Menengadahkan kepala, Arya menatap langit yang gemerlap, lehernya yang jenjang
tampak keemasan oleh cahaya api, wajahnya pucat diterpa cahaya bintang. "Apakah
kau bertanya sebagai teman atau demi kepentinganmu sendiri?" Ia mengeluarkan tawa
singkat mendadak, suaranya bagaikan air memercik pada bebatuan dingin. "Tidak perlu
kaujawab. Udara malam telah membuat pikiranku terganggu. Sopan santunku
terlupakan dan membuatku mengucapkan hal paling sinting yang bisa kupikirkan."
"Tidak masalah." "Masalah untukku, karena aku menyesalinya, dan aku tidak bisa
memaafkan ucapanku. Apakah aku mencintai faolin" Bagaimana kau mendefinisikan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
cinta" Selama lebih dari dua puluh tahun, kami berkelana bersama, satu-satunya
makhluk abadi diantara ras-ras berusia singkat. Kami adalah teman seperjalanan... dan
sahabat." Rasa cemburu menusuk dada Eragon. Ia berjuang untuk mengabaikannya,
meredakannya, dan berusaha melenyapkannya tapi tidak benarbenar berhasil. Sisa-sisa
perasaan itu terus mengganggunya, seperti serpihan kayu menancap di dalam kulit.
"Lebih dari dua puluh tahun," ulang Arya. Sambil terus menatap bintang-bintang, ia
mengayunkan tubuh ke depan dan ke belakang, sepertinya tidak menyadari kehadiran
Eragon. "Kemudian dalam sekejap mata, Durza merenggut itu semua dariku. Faolin dan
Glenwing adalah Elf-Elf pertama yang mati dalam pertempuran sejak hampir seabad
lamanya. Ketika aku melihat Faolin tersungkur, saat itu aku mengerti bahwa kepedihan
yang sejati adalah tidak terluka sendiri, tapi menatap seseorang yang kausayangi
terluka. Aku mengira itu adalah hal yang telah kupelajari selama aku bergabung dengan
Varden ketika, satu demi satu, pria dan wanita yang telah kuhormati mati oleh pedang,
panah, racun, kecelakaan, dan usia tua. Tapi kehilangan itu. tidak pernah terasa begitu
pribadi, dan ketika itu terjadi, aku berpikir, yang pernah kami hadapi sebelumnya, Faolin
dan aku selalu selamat bersama-sama, dan jika ia tidak bisa lolos dari yang satu itu,
bagaimana aku bisa?" Eragon tersadar Arya tengah menangis, air mata mengalir
deras dari sudut luar matanya, mengalir ke pelipisnya, kemudian ke rambutnya. Dalam
cahaya bintang, air matanya tampak bagaikan sungai kaca perak. Kepedihannya yang
teramat sangat membuat Eragon terkejut. Pemuda itu tidak mengira ia mampu
menyebabkan Arya mengeluarkan emosi
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
segamblang itu, dan ia juga tidak bermaksud begitu. "Kemudian Gil selama hidupku.
Faolin telah tewas, aku tidak tahu apakah telur Saphira selamat atau apakah tanpa
sengaja aku telah mengembalikannya ke tangan Galbatorix, dan Durza... Durza
memuaskan sifat haus darah spirit yang menguasainya dengan melakukan hal-hal
paling mengerikan yang bisa dibayangkannya terhadapku. Kadang-kadang, jika ia
terlampau jauh melakukannya, ia akan menyembuhkanku sehingga besok paginya bisa
mulai menyiksaku lagi. Jika ia memberiku kesempatan untuk menenangkan diri, aku
mungkin bisa mengelabui penjaga penjaraku, seperti yang pernah kaulakukan, dan
menghindari mengonsumsi obat bius yang membuatku tidak bisa melakukan sihir, tapi
aku tidak pernah punya kesempatan lebih dari beberapa jam dibiarkan sendirian. "Sama
seperti kau dan aku, Durza tidak butuh tidur, dan ia terus menyiksaku kapan saja aku
dalam keadaan sadar dan pekerjaan lainnya bisa ditangguhkan. Sementara ia
menyiksaku, setiap detik terasa seperti satu jam, setiap jam terasa seperti seminggu,
dan setiap hari terasa abadi. Ia berhatihati agar tidak membuatku gila-Galbatorix tidak
akan menyetujui itu-tapi cukup nyaris. Aku mulai mendengar kicauan burung di tempat
tidak ada seekor pun yang bisa terbang dan melihat hal-hal yang tidak nyata. Suatu kali,
ketika aku berada di sel, cahaya emas membanjiri ruangan dan sekujur tubuhku menjadi
hangat. Ketika aku menengadah, aku mendapati diri berbaring di dahan tinggi pada
pohon dekat pusat Ellesmera. Matahari hendak terbenam, dan seluruh kota berpendar
seolah-olah terbakar. Para Athalvard sedang bernyanyi di jalan setapak di bawahku, dan
segalanya tampak tenang, begitu damai... begitu indah, aku ingin berada di sana
selamanya. Tapi kemudian cahaya itu memudar, dan aku kembali berada di ranjang di
selku... Aku telah lupa, tapi pernah ada seorang prajurit yang meninggalkan sekuntum
mawar putih di selku. Itulah satu-satunya kebaikan yang pernah kuterima di Gilmenjadi
semak mawar besar yang merambat di dinding, melesak di antara celah batu pada
langit-langit, membelahnya, dan merambat keluar dari penjara bawah tanah dan
akhirnya menuju udara terbuka. Semak itu terus naik hingga mencapai bulan dan berdiri
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tegak berupa menara melintir yang besar dan menjanjikan kebebasan jika saja aku
mampu mengangkat tubuhku. Aku berusaha mengerahkan sisa-sisa tenagaku, tapi aku
tidak mampu, dan ketika aku memalingkan wajah, semak mawar itu lenyap... Seperti
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itulah keadaan diriku ketika kau memimpikanku dan aku merasakan kehadiranmu
menjulang di atasku. Tidak aneh jika aku menganggap sensasi itu hanya khayalanku." Ia
tersenyum sedih. "Kemudian kau datang, Eragon. Kau dan Saphira. Setelah harapan
meninggalkanku dan aku sedang akan dibawa ke hadapan Galbatorix di
Urumenyelamatkanku. Seorang Penunggang dan seekor naga!" "Dan putra Morzan,"
tambah Eragon. "Kedua putra Morzan."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Terserah bagaimana pandanganmu, tapi itu adalah aksi penyelamatan yang sulit
dipercaya, kadang-kadang aku berpikir aku memang sudah gila dan hanya
membayangkan apa yang terjadi sesudahnya." "Apakah kau bisa membayangkan aku
menimbulkan begitu banyak kesulitan dengan tinggal di Helgrind?" "Tidak," kata Arya.
"Kurasa tidak." Dengan manset lengan baju kirinya, ia menyeka air mata,
mengeringkannya. "Ketika aku terbangun di Farthen Dur, terlalu banyak yang harus
dilakukan sehingga aku tidak boleh terus-menerus memikirkan masa lalu. Tapi
kejadian-kejadian belakangan ini begitu gelap dan penuh darah, dan semakin Sering
aku mendapati diri mengingat hal yang seharusnya tidak boleh kuingat-ingat. Itu
membuatku murung dan mudah kesal, membuatku tidak sabaran dalam menghadapi
lambatnya perjalanan kehidupan." Ia mengubah posisinya jadi berjongkok dan
meletakkan kedua tangan di tanah pada kedua sisi tubuhnya, seakan-akan ingin
menyeimbangkan diri. "Kau bilang aku melangkah sendirian. Kaum Elf tidak secara
terbuka menunjukkan sikap bersahabat seperti yang disukai manusia dan kurcaci, dan
aku selalu lebih senang sendiri. Tapi jika kau mengenalku sebelum Gillad, jika kau
mengenal diriku yang dulu, kau tidak akan menganggapku begitu penyendiri. Pada
masa itu aku bisa bernyanyi, menari, dan tidak merasa terancam oleh petaka yang
berada di depan mata." Meraih, Eragon meletakkan tangan kanannya pada tangan kiri
Arya. "Kisah-kisah pahlawan zaman dahulu tidak pernah mengungkapkan bahwa inilah
harga yang harus dibayar jika kau bergumul dengan monster-monster kegelapan dan
monster-monster dalam benakmu sendiri. Teruslah berpikir tentang Aula Tialdari, dan
aku yakin kau akan baik-baik saja." Arya membiarkan mereka bersentuhan selama
hampir semenit, bukan karena perasaan hangat atau gairah terhadap Eragon, tapi rasa
persahabatan tanpa kata-kata. Eragon tidak berusaha mendesak perasaannya kepada
Arya, karena ia lebih menghargai kepercayaan Elf itu daripada segalanya kecuali
ikatannya pada Saphira, dan ia lebih baik melangkah memasuki medan perang daripada
merusaknya. Kemudian, dengan mengangkat lengannya sedikit, Arya menunjukkan
bahwa momen itu telah berlalu, dan Eragon melepaskan sentuhannya tanpa mengeluh.
Begitu kepengin meringankan beban Arya sebisa mungkin, Eragon melihat ke tanah di
sekelilingnya kemudian bergumam lirih sekali sehingga hampir tidak terdengar,
"Loivissa." Dipandu dengan kekuatan nama sejati itu, ia mengais tanah dekat kakinya
sampai jemarinya menyentuh sesuatu yang dicarinya: piringan pipih tipis seperti kertas
seukuran kuku kelingkingnya. Sambil menahan napas, ia meletakkan benda itu di
telapak tangan kanannya, mengaturnya agar berada di tengah-tengah gedwey
ignasia-nya dengan selembut mungkin. Ia mengingat hal yang pernah diajarkan Oromis
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kepadanya tentang jenis mantra yang sekarang akan dirapalkannya untuk meyakinkan
ia tidak berbuat kesalahan, dan ia mulai bernyanyi seperti Elf, halus dan mengalun:
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Eldhrimner o Loivissa nuanen, dautr abr deloi, Eldhrimner pen ono weohnatai medh
Bolus un thringa, Eldhrimner un fortha fdon vara, Wiol Or sjon. Eldhrimner 0 Loivissa
nuanen... Lagi dan lagi, Eragon mengulangi keempat bait tersebut, mengarahkannya ke
serpihan berwarna cokelat di tangannya. Lempengan tipis itu bergetar dan kemudian
membengkak dan menggelembung, menjadi bulat. Sulur-sulur berwarna putih
sepanjang satu atau dua inci muncul dari bagian bawah bola yang mengelupas itu,
menggelitik Eragon, sementara tunas berwarna hijau mencuat dari ujungnya dan, atas
desakan Eragon, melesat memanjang hampir satu kaki ke udara. Sehelai dawn, lebar
dan pipih, tumbuh dari sisi tangkai. Ujung tangkai itu menebal, membengkok, dan,
setelah sesaat tampak tidak bergerak, memisah membentuk lima cabang yang melebar
ke luar membentuk kelopak berlilin bunga bakung dengan kerongkongan yang dalam.
Bunga itu berwarna biru pucat dan berbentuk seperti lonceng. Ketika bunga tersebut
sudah mekar sepenuhnya, Eragon melepaskan aliran sihirnya dan memeriksa
pekerjaannya. Menyanyi untuk membentuk tanaman adalah keahlian yang dikuasai
sebagian besar Elf di usia muda, tapi Eragon baru mempraktikkannya beberapa kali,
dan ia tidak yakin apakah usahanya akan berhasil. Mantra itu telah menyebabkannya
letih; bunga bakung itu menghabiskan banyak sekali asupan energi yang biasanya
dibutuhkan untuk tumbuh dalam jangka waktu satu setengah tahun. Puas dengan hasil
pekerjaannya, Eragon menyerahkan bunga bakung itu kepada Arya. "Ini memang bukan
mawar putih, tapi..." Ia tersenyum dan mengangkat bahu. "Kau tidak perlu
melakukannya," kata Arya. "Tapi aku senang kau melakukannya." Ia mengusap bagian
bawah kelopak bunga dan mengangkatnya untuk diendus. Kerutan di wajahnya lenyap.
Selama beberapa merit, ia mengagumi bunga bakung itu. Kemudian ia membuat lubang
di tanah dengan tangannya dan menanam umbinya di sana, menekan tanah dengan
telapak tangannya. Ia menyentuh kelopak bunga lagi dan tetap menatap bunga bakung
itu seraya berkata, "Terima kasih. Memberi bunga adalah adat kebiasaan yang dimiliki
kedua ras kita, tapi kaum Elf menganggap tindakan ini jauh lebih penting daripada kalian
manusia. Ini menandakan segala yang baik: kehidupan, kecantikan, kelahiran kembali,
persahabatan, dan lebih banyak lagi. Aku menjelaskan ini agar kau mengerti betapa
berartinya ini bagiku. Kau tidak tahu, tapi-" "Aku tahu." Arya menatapnya dengan
sungguh-sungguh, seakan hendak menebak apa yang dimaksudkan Eragon. "Maafkan
aku. Ini kedua kalinya aku lupa betapa pelajaranmu telah berkembang jauh. Aku tidak
akan melakukan kesalahan ini lagi." Ia mengulangi ucapan terima kasihnya dengan
bahasa kuno, dan- Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengikuti Arya menggunakan bahasa kaumnya-Eragon menjawab ia merasa senang
melakukannya dan ia senang Arya menyukai hadiahnya. Eragon gemetar, merasa lapar
meski mereka baru saja makan. Arya memerhatikan dan berkata, "Kau terlalu banyak
menggunakan energimu. Jika kau punya energi cadangan pada Aren, gunakanlah untuk
memantapkan tubuhmu lagi. Butuh beberapa saat sebelum Eragon teringat bahwa
Aren adalah nama cincin Brom; ia pernah mendengarnya disebut satu kali, dari mulut
Islanzadi, di hari kedatangannya ke Ellesmera. Sudah menjadi cincinku sekarang,
pikirnya. Aku harus berhenti memikirkannya sebagai milik Brom. Ia menatap lekat-lekat
batu safir besar gemerlap yang terpasang pada cincin emas di jarinya. "Aku tidak tahu
apakah ada energi tersimpan di Aren. Aku sendiri tidak pernah menyimpan energi di
sini, dan tidak pernah memeriksa apakah Brom pernah melakukannya." Bahkan sambil
bicara, ia mengarahkan benaknya ke batu safir itu. Begitu benaknya terhubung dengan
batu permata tersebut, ia merasakan kehadiran kolam energi besar yang berpusar. Bagi
mata hatinya, safir itu berpendar penuh kekuatan. Ia heran permata itu tidak meledak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
akibat jumlah kekuatan yang terkurung di dalam kungkungan wujudnya yang memiliki
sisi-sisi tajam. Setelah ia menggunakan energi itu untuk menyingkirkan rasa pegal dan
sakitnya serta mengembalikan kekuatan pada lengan dan kakinya, simpanan energi di
dalam Aren hampir tidak berkurang. Kulitnya terasa digelitik, Eragon memutuskan
hubungan benak dengan batu permata itu. Merasa senang akan penemuannya dan
tubuhnya yang tibatiba terasa segar, ia tertawa keras-keras, dan memberitahu Arya apa
yang telah ditemukannya. "Brom pasti memindahkan setiap jengkal energi yang bisa
dicadangkannya Selama ia bersembunyi di Carvahall." Ia tertawa lagi, terkagumkagum.
"Selama bertahun-tahun... Dengan apa yang tersimpan di dalam Aren, aku bisa
menghancurkan seluruh kastil dengan satu mantra saja." " ] "Brom tahu ia akan
memerlukannya untuk menjaga Penunggang yang baru jika Saphira menetas," Arya
menyimpulkan. "Aku juga yakin Aren adalah cara baginya untuk melindungi diri sendiri
jika harus berhadapan dengan Shade atau lawan yang sama tangguhnya. Bukan hanya
kebetulan ia bisa mengalahkan semua musuhnya selama hampir satu abad... Jika aku
jadi kau, aku akan menyimpan energi yang diwariskannya kepadamu untuk digunakan
saat betel-betel diperlukan, dan aku akan menambahkan energi ke dalam cincin itu
kapan saja aku bisa. Benda itu adalah sumber energi yang sangat berharga. Jangan
kauboroskan." Tidak, pikir Eragon, aku tidak akan memboroskannya. Ia memutar cincin
itu Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
di jarinya, mengagumi gemerlapnya saat tertimpa cahaya api. Sejak Murtagh mencuri
ZarBrom yang kumiliki, dan meski para kurcaci membawa Snowfire dari Farthen Dur,
aku jarang mengendarainya belakangan ini. Aren adalah satu-satunya benda yang
kumiliki untuk mengingat Brom... satu-satunya peninggalannya. Satu-satunya warisan
untukku. Aku harap ia masih hidup! Aku tidak punya kesempatan bicara padanya
tentang Oromis, Murtagh, ayahku... Oh, daftarnya panjang. Apa yang akan dikatakan
Brom tentang perasaanku terhadap Arya" Eragon mendengus. Aku tahu apa yang akan
dikatakannya: ia akan mengomeliku karena bersikap seperti orang tolol yang mabuk
kepayang dan karena aku menyianyiakan energiku demi sesuatu yang tidak akan
pernah kudapatkan... Dan ia juga benar, kurasa, tapi, ah, bagaimana aku bisa menahan
perasaanku sendiri" Arya adalah satu-satunya wanita yang kuinginkan. Api
bergemeretak. Percikannya meletup ke udara. Eragon memerhatikan dengan mata
setengah terpejam, merenungkan kisah pengungkapan Arya. Kemudian benaknya
kembali kepada pertanyaan yang mengganggunya sejak pertempuran di Dataran
Membara. "Arya, apakah naga jantan tumbuh dewasa lebih cepat daripada naga
betina?" "Tidak. Kenapa kau bertanya?" "Karena Thorn. Ia baru berusia beberapa
bulan, tapi ia sudah hampir sama besar dengan Saphira. Aku tidak mengerti." Sambil
mencabut sebilah rumput kering, Arya mulai menggores tanah menggunakannya,
membentuk glyph-huruf berupa gambar-kaum Elf, Liduen Kvaedhi. "Kemungkinan
besar Galbatorix mempercepat pertumbuhannya sehingga Thorn cukup besar untuk
melawan Saphira." "Ah... Tapi bukankah itu berbahaya" Oromis memberitahuku jika ia
menggunakan sihir untuk memberiku kekuatan, kecepatan, ketahanan, dan keahlian lain
yang kubutuhkan, aku tidak akan mengerti kemampuan baruku sebaik jika aku
mendapatkannya dengan cara biasa: dengan kerja keras. Ia juga benar. Bahkan
sekarang, perubahan yang diakibatkan para naga terhadap tubuhku selama Agaeti
Blodhren masih membuatku terkejut-kejut." Arya mengangguk sambil teruss
menggambar glyph di tanah. "Ada cara untuk mengurangi efek sampingnya dengan
beberapa mantra, tapi prosesnya lama dan melelahkan. Jika kau ingin benar-benar
mengenali tubuhmu, yang terbaik adalah menggunakan cara normal. Perubahan yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dipaksakan Galbatorix terhadap Thorn pastilah terasa sangat membingungkan bagi
naga itu. Thorn sekarang memiliki tubuh naga yang hampir dewasa, tapi benaknya
masih benak anak naga." Eragon mengelus-elus bonggol yang baru terbentuk di
buku-buku jarinya. "Apakah kau juga tahu bagaimana Murtagh bisa begitu kuat... lebih
kuat daripadaku?" "Jika aku tahu, tak diragukan lagi aku juga mengerti bagaimana
Galbatorix bisa membuat kekuatannya begitu meningkat sampai taraf tidak normal, tapi
sayangnya, aku tidak tahu." Tapi Oromis tahu, pikir Eragon. Atau setidaknya Elf itu telah
memberi petunjuk bahwa ia tahu. Tapi Oromis belum mengungkapkan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pengetahuannya kepada Eragon dan Saphira. Segera setelah mereka bisa kembali ke
Du Weldenvarden, Eragon berniat untuk bertanya kepada Penunggang tua itu tentang
kebenaran masalah ini. Ia harus memberitahu kami sekarang! Karena ketidaktahuan
kami, Murtagh telah mengalahkan kami, dan ia bisa dengan mudah membawa kami
menghadap Galbatorix. Eragon hampir mengungkapkan komentar Oromis kepada Arya,
tapi ia menahan diri, karena sadar Oromis tidak akan merahasiakan informasi seperti ini
selama lebih dari seratus tahun jika ia tidak memiliki alasan yang sangat kuat. Arya
mengakhiri kalimat yang ditulisnya di tanah dengan titik. Mencondongkan tubuh, Eragon
membaca, Berlayar di lautan waktu, sang dewa berkelana dari tepian satu ke tepian
jauh yang lain, mengemban tugas dari bintang-bintang di langit. "Apa artinya itu?" "Tidak
tahu," kata Arya, dan memberi garis pada tulisan itu dengan sekali sapuan lengan.
"Kenapa," Eragon bertanya, bicara perlahan-lahan seolah-olah sedang menata
pikirannya, "tidak ada orang yang menyebut nama naga-naga kaum Terkutuk" Kita
menyebut tidak pernah benar-benar menyebut nama naga-naga itu. Tentunya mereka
sama pentingnya dengan Penunggang mereka! Aku bahkan tidak ingat pernah melihat
nama mereka di perkamen-perkamen yang diberikan Oromis kepadaku... meski
seharusnya ada di sana... Ya, aku yakin nama mereka ada di sana tapi entah mengapa
aku tidak bisa mengingatnya. Bukankah itu aneh?" Arya hendak menjawab, tapi
sebelum Elf itu membuka mulut, Eragon berkata, "Untuk sekali ini aku lega Saphira tidak
ada di sini. Aku malu karena tidak menyadari hal ini sebelumnya. Bahkan kau, Arya, dan
Oromis Serta semua Elf yang pernah bertemu denganku menolak mengucapkan nama
mereka, seakan-akan mereka hanya binatang bodoh, tidak layak diberi kehormatan itu.
Apakah kalian melakukannya dengan sengaja" Apakah karena mereka musuh kalian?"
"Apakah pelajaranmu tidak menyebutkan hal ini?" tanya Arya. Ia tampak benar-benar
heran. "Kurasa," kata Eragon, "Glaedr menyebutkan sesuatu tentang itu. kepada
Saphira, tapi aku tidak yakin benar. Aku sedang di tengah-tengah gerakan menekuk
punggung saat Tarian Ular dan Bangau, jadi aku tidak terlalu memerhatikan apa yang
sedang dilakukan Saphira." Ia tergelak kecil, merasa malu karena kelalatannya dan
merasa perlu menjelaskan. "Kadang-kadang keadaannya membingungkan. Oromis
akan bicara kepadaku saat aku sedang mendengarkan pikiran Saphira sementara ia
dan Glaedr berkomunikasi dengan benak mereka. Lebih buruk lagi, Glaedr dan Saphira
jarang menggunakan bahasa yang dikenal; Glaedr Seringmenggunakan citra,
bau-bauan, dan perasaan, alih-alih. katakata. Sebagai pengganti nama, ia
menggunakan gambaran tentang orang dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
benda yang dimaksudkannya." "Kau tidak ingat apa-apa tentang perkataan. Glaedr,
apakah itu diucapkan dengan kata-kata atau tidak?" Eragon bimbang. "Hanya tentang
sesuatu yang berhubungan dengan nama yang tanpa nama, atau sejenisnya. Aku sama
sekali tidak mengerti." "Yang ia bicarakan," kata Arya, "adalah Du Namar Aurboda,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Pemusnahan Nama." "Pemusnahan Nama?" Menyentuhkan batang rumput ke tanah,
Arya mulai menulis lagi. "Itu adalah salah satu kejadian terpenting pada masa
pertempuran di antara Penunggang dan kaum Terkutuk. Ketika para naga menyadari
tiga belas dari kaum mereka telah berkhianat-bahwa ketiga belas naga tersebut
membantu. Galbatorix untuk menghapus kaum mereka dan bisa dipastikan tidak akan
ada yang bisa menghentikan keganasan mereka-para naga menjadi begitu marah,
sehingga setiap naga yang bukan kaum Terkutuk menggabungkan kekuatan mereka
lalu menjalin sihir mereka yang paling tidak mungkin dipahami. Bersama-sama, mereka
merenggut nama ketiga belas naga pengkhianat." Eragon terperangah. "Bagaimana
bisa?" "Bukankah sudah kukatakan sihir itu tidak bisa dipahami" Kami hanya tahu
bahwa setelah naga-naga tersebut merapalkan mantra mereka, tidak ada makhluk yang
bisa mengucapkan ketiga belas nama naga pengkhianat; mereka yang mengingat
nama-nama itu akan segera melupakannya; dan sementara kau bisa membaca
nama-nama itu di perkamen dan surat tempat mereka tercatat dan bahkan jika kau
menyalin nama-nama itu satu huruf demi satu huruf, kau hanya akan melihatnya
sebagai tulisan tanpa arti. Para naga tidak merenggut nama farnunvok, naga pertama
Galbatorix, karena bukan salahnya ia dibunuh Urgal, dan juga Shruikan, karena ia tidak
ingin mengabdi kepada Galbatorix tapi dipaksa Galbatorix dan. Morzan." Kehilangan
nama adalah nasib yang mengerikan sekali, pikir Eragon. Ia bergidik. Jika ada satu hal
yang kupelajari sejak menjadi Penunggang, adalah kau selamanya tidak pernah mau
memiliki seekor naga sebagai musuhmu. "Bagaimana dengan nama sejati mereka?" ia
bertanya. "Apakah mereka juga menghapus nama sejati yang tiga belas itu?" Arya
mengangguk. "Nama sejati, nama lahir, nama kecil, nama keluarga, gelar. Segalanya.
Dan hasilnya, ketiga belas naga itu direndahkan menjadi sekadar binatang. Mereka
tidak lagi bisa berkata, demikian maka mereka memberi nama kepada diri mereka
sendiri. Mereka bahkan tidak bisa menyebut diri sebagai naga. Kata demi kata, mantra
itu melenyapkan segalanya yang menegaskan mereka sebagai makhluk yang bisa
berpikir, dan kaum Terkutuk tidak punya pilihan selain menatap dalam kepedihan tanpa
kata saat naga-naga mereka kehilangan kecerdasan. Pengalaman itu begitu
menyakitkan, setidaknya lima dari tiga belas, dan beberapa kaum Terkutuk, berangsur
menjadi gila." Arya terdiam sejenak, memerhatikan garis luar sebuah glyph, kemudian
menghapusnya lalu menggambarnya kembali. "Pemusnahan Nama adalah alasan
utama Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengapa sekarang banyak orang percaya naga hanyalah hewan yang bisa dijadikan
tunggangan dari satu tempat ke tempat lain." "Mereka tidak akan percaya itu jika
bertemu Saphira," komentar Eragon. Arya tersenyum. "Ya." Dengan gerakan gemulai, ia
menyelesaikan kalimat terakhir yang ditulisnya. Eragon menelengkan kepala dan
beringsut mendekat untuk bisa membaca glyph yang ditorehkan Arya. Tulisan itu
terbaca: Sang penipu, sang pelontar teka-teki, penjaga keseimbangan, ia yang berwajah
banyak dan menemukan kehidupan dalam kematian Serta tidak takut akan kebatilan; ia
yang melangkah melalui pintu-pintu. "Apa yang mendorongmu untuk menulis ini?"
"Pikiran tentang banyak hal yang penampilannya menipu." Debu membubung di sekitar
tangannya ketika ia menepuknepuk tanah, menghapus tulisan itu dari permukaan bumi.
"Apakah sudah pernah ada yang mencoba mencari nama sejati Galbatorix?" tanya
Eragon. "Rasanya itulah jalan tercepat untuk mengakhiri perang ini. Sejujurnya, kurasa
itulah satu-satunya harapan kita agar bisa menumbangkannya dalam pertempuran.
"Apakah selama ini kau tidak jujur kepadaku?" tanya Arya, matanya berkilat. Pertanyaan
Elf itu membuat Eragon tergelak. "Tentu saja tidak. Itu kan hanya ungkapan."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Ungkapan yang payah," kata Arya. "Kecuali jika kau terbiasa berbohong." Eragon
kebingungan beberapa saat sebelum akhirnya mampu meneruskan ucapannya lagi,
"Aku tahu akan sulit sekali untuk menemukan nama sejati Galbatorix, tapi jika semua Elf
dan semua anggota Varden yang mengetahui bahasa kuno mencarinya, kita pasti akan
berhasil." Seperti panji-panji yang pucat terpapar matahari, bilah rumput kering
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tergelantung di antara telunjuk dan ibu jari kiri Arya. Rumput itu bergoyang seiring
dengan denyutan aliran darah di nadinya. Menjepitnya di bagian atas dengan tangan
satu lagi, ia membelah rumput itu memanjang, kemudian melakukan hal yang sama
pada hasil belahannya, membaginya jadi empat. Kemudian ia mulai menjalin keempat
belahan rumput itu, membentuk kepangan kaku. Ia berkata, "Nama sejati Galbatorix
bukanlah rahasia besar. Tiga Elf berbeda-seorang Penunggang dan dua perapal mantra
biasa-telah menemukannya sendiri dan dalam jarak bertahun-tahun lamanya." "Mereka
menemukannya!" seru Eragon. Tetap tenang, Arya mengambil sebilah rumput lagi,
membelahnya jadi lembaran-lembaran tipis, menyelipkan lembaran-lembaran itu ke
celah-celah kepangan rumput sebelumnya, dan meneruskan menjalin ke arah
berlawanan. "Kami hanya bisa berspekulasi tentang apakah Galbatorix sendiri
mengetahui nama sejatinya. Kurasa ia tidak tahu, karena apa pun itu, nama aslinya
akan begitu mengerikan, sehingga ia tidak bisa bertahan hidup
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
jika mendengarnya." "Kecuali ia begitu jahat atau gila, sehingga kebenaran tentang
tindakan-tindakannya sama sekali tidak mengganggunya." "Mungkin." Jemari Arya yang
Kebangkitan Roh Jahat 1 Pedang Tetesan Air Mata Ying Xiong Wu Lei A Hero Without Tears Karya Khu Lung Iblis Berkabung 3