Pencarian

Eldest 10

Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 10


menyentuh, menikmati kesempatan melihat sekilas
kehidupan Arya, mempelajari apa pun yang bisa
didapatnya mengenai minat dan hobi Arya. Di dekat
ranjang Arya, ia melihat bola kaca berisi bunga
morning glory hitam yang diawetkan; di meja Arya
terdapat deretan gulungan dokumen dengan judul
seperti Osilon: Harvest Report dan Activity Noted by
Gil'ead Watchtower; di kusen jendela cembung, tiga
pohon mini tumbuh membentuk huruf bahasa kuno,
huruf untuk kedamaian, kekuatan, dan kebijaksanaan;
dan di dekat pepohonan terdapat sehelai kertas berisi
puisi yang belum selesai, dipenuhi kata-kata yang
dicoret dan tanda-tanda. Bunyinya: Di bawah bulan,
bulan putih yang terang, Terdapat kolam, kolam
keperakan yang datar, Di sela-Sela tanaman dan
rumpun duri, Dan pinus-pinus berhati hitam.
Jatuhlah sebutir batu, batu yang hidup, Retaklah
bulan, bulan putih yang terang, Di sela-sela tanaman
dan rumpun duri, Dan pinus-pinus berhati hitam.
Berkas cahaya, pedang sinar, Riak di kolam, Danau
yang tenang, kolam yang diam, Danau yang kesepian
di sana. Di malam hari, malam yang gelap dan pekat,
Bayang-bayang bergetar, bayang-bayang yang
bingung, Di mana dulu.... Setelah melangkah ke
meja kecil dekat pintu masuk, Eragon meletakkan
buketnya di sana dan berbalik hendak pergi. Ia
membeku saat melihat Arya berdiri di ambang pintu.
Arya tampak terkejut melihat kehadirannya, lalu
menutupi emosinya dengan ekspresi pasif. Mereka
saling menatap dalam kebisuan. Eragon mengangkat
buketnya, setengah mengulurkannya pada Arya. "Aku
tidak tahu bagaimana memekarkan bunga untukmu,
seperti yang dilakukan Faolin, tapi ini bunga yang
tulus dan terbaik yang bisa kutemukan." "Aku tidak
bisa menerimanya, Eragon." "Ini bukan... ini bukan
hadiah seperti itu." Ia diam sejenak. "Ini bukan
alasan, tapi aku tidak menyadari sebelumnya bahwa
fairth yang kubuat akan begitu menyulitkan dirimu.
Untuk itu aku menyesal, dan memohon maafmu... Aku
hanya berusaha membuat fairth, bukan menimbulkan
masalah. Aku mengerti pentingnya pelajaranku, Arya,
dan kau tidak perlu takut aku akan mengabaikannya
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk memburu dirimu." Ia bergoyang goyang dan
menyandar ke dinding, terlalu pusing untuk tetap
berdiri tanpa sandaran. "Hanya itu." Arya menatapnya
cukup lama, lalu perlahan-lahan mulurkan tangan dan
menerima buketnya, yang diangkatnya dekat
hidungnya. Mata Arya tidak pernah beralih dari
matanya. "Ini bunga yang tulus," Arya mengakui.
Tatapannya beralih sejenak ke kaki
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eragon lalu kembali menengadah. "Kau sakit?"
"Tidak. Punggungku." "Aku sudah mendengar, tapi
tidak kuduga..." Eragon mendorong diri menjauhi
dinding. "Aku harus pergi." "Tunggu." Arya ragu-ragu,
lalu membimbingnya ke jendela cembung, tempat
Eragon duduk di bangku berbantalan yang diukir dari
dinding. Setelah mengambil dua gelas dari lemari,
Arya meremukkan dedaunan kering ke dalamnya, lalu
mengisi gelas dengan air dan--dengan mengucapkan
"Rebus" --memanaskan air untuk menyeduh teh. Ia
memberikan salah satu gelas kepada Eragon, yang
memegangnya dengan dua tangan agar kehangatannya
meresap ke dalam dirinya. Ia melirik keluar jendela,
ke tanah dua puluh kaki di bawahnya, tempat para elf
berjalan di sela-sela kebun kerajaan, bercakap-cakap
dan bernyanyi, dan kunang-kunang beterbangan di
udara senja. "Seandainya...," kata Eragon,
"Seandainya keadaan bisa selalu seperti ini. Begitu
sempurna dan tenang." Arya mengaduk tehnya.
"Bagaimana keadaan Saphira?" "Sama saja. Dan
kau?" "Aku sedang bersiap-siap untuk kembali ke
kaum Varden." Eragon terkejut. "Kapan?" "Sesudah
Perayaan Sumpah Darah. Aku sudah terlalu lama
bersantai di sini, tapi aku tak suka pergi dan
Islanzadi berharap aku tinggal. Selain itu... aku tidak
pernah menghadiri Perayaan Sumpah Darah dan itu
perayaan paling penting bagi kami." Ia mengamati
Eragon dari balik tepi gelasnya. "Apakah tidak ada
yang bisa dilakukan Oromis bagimu?" Eragon
memaksa dirinya mengangkat bahu. "Ia mencoba
dengan segenap pengetahuannya." Mereka menghirup
teh dan mengawasi kelompok-kelompok dan
pasangan-pasangan melangkah di jalan setapak kebun.
"Tapi Pelajaranmu berjalan dengan baik?" tanya Arya.
"Memang." Dalam ketenangan sesudah itu, Eragon
mengambil sehelai kertas dari sela pepohonan dan
mempelajari stanza Arya, seakan membacanya untuk
pertama kali. "Kau sering menulis puisi?" Arya
mengulurkan tangan meminta kertas itu dan, sewaktu
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eragon memberikannya, menggulungnya hingga
tulisannya tidak lagi terlihat. "Sudah menjadi
kebiasaan bagi siapa pun yang menghadiri Perayaan
Sumpah Darah untuk membawa puisi, lagu, atau karya
seni yang mereka buat dan membagikannya pada yang
hadir. Aku baru saja mulai menulis puisiku." "Kupikir
cukup bagus." "Kalau kau pernah membaca cukup
banyak puisi--" "Memang." Arya diam sejenak, lalu
menunduk dan berkata, "Maafkan aku. Kau bukan
orang pertama yang kutemui di Gil'ead." "Ya. Aku..."
Eragon terdiam dan memutar-mutar gelas di kedua
tangannya sambil mencari kata yang tepat. "Arya...
kau akan pergi sebentar lagi. Kupikir sayang sekali
kalau ini terakhir kalinya aku bertemu denganmu
antara sekarang dan saat itu. Bisakah kita bertemu
sesekali, seperti sebelumnya, dan kau dapat
menunjukkan Ellesmera lebih banyak lagi pada
Saphira dan diriku?" "Itu tidak bijaksana," kata Arya
dengan lembut tapi tegas. Eragon menengadah
memandangnya. "Apa aku harus membayar
persahabatan kita dengan menutupi perasaanku" Aku
tidak bisa menghentikan perasaanku terhadapmu, tapi
aku lebih suka menderita luka lain dari Durza
daripada membiarkan kebodohanku menghancurkan
persahabatan di antara kita. Aku terlalu
menghargainya." Arya mengangkat gelas dan
menghabiskan tehnya sebelum menjawab,
"Persahabatan kita akan bertahan, Eragon. Sedangkan
mengenai kita menghabiskan waktu bersama...." Bibir
melengkungnya menampilkan senyum samar. "Mungkin.
Tapi, kita harus menunggu dan melihat apa yang akan
terjadi di masa depan, karena aku sibuk dan tidak
bisa menjanjikan apa-apa." Eragon tahu kata-kata
Arya merupakan pertanda maksimal pemulihan
hubungan yang akan diterimanya, dan ia berterima
kasih untuk itu. "Tentu saja, Arya Svit-kona,"
katanya, dan membungkuk memberi hormat. Mereka
berbasa-basi lagi sebentar, tapi jelas bahwa Arya
telah bertindak sejauh yang diinginkannya hari itu,
jadi Eragon kembali menemui Saphira, harapannya
pulih karena apa yang berhasil dilakukannya.
Sekarang tergantung pada nasib untuk memutuskan
hasilnya, pikirnya sambil duduk di hadapan gulungan
dokumen terbaru dari Oromis. Setelah memasukkan
tangan ke kantong di sabuknya, Eragon mengeluarkan
kotak Bidadari Pendekar Naga Sakti
batu berisi lilin lebah nalgask yang dicampur minyak
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hazelnut dan mengoleskannya di bibir untuk
melindunginya dari angin dingin yang menerpa
wajahnya. Ia menutup kantongnya, lalu memeluk leher
Saphira dan membenamkan wajah di ceruk bahu naga
itu untuk mengurangi sorotan cahaya yang memantul
pada awan-awan di bawah mereka. Kepakan tak kenal
lelah sayap Saphira mendominasi pendengarannya,
semakin tinggi dan semakin cepat dari Glaedr, yang
diikutinya. Mereka terbang ke barat daya sejak subuh
hingga menjelang sore, sering berhenti sejenak untuk
latih-tanding penuh semangat antara Saphira dan
Glaedr. Selama latih-tanding itu Eragon terpaksa
mengikat lengannya ke pelana agar tidak terlempar
oleh gerakan-gerakan akrobatik yang mengaduk isi
perut. Ia lalu membebaskan diri dengan menarik
simpul-simpul dengan gigi. Perjalanan berakhir di
empat pegunungan yang menjulang di atas hutan,
pegunungan pertama yang dilihat Eragon di Du
Weldenvarden. Dengan puncak-puncak tertutup salju
dan disapu angin, pegunungan-pegunungan itu
menembus tirai awan dan celah-celah mereka
menantang matahari, yang tidak terasa panas di
ketinggian ini. Pegunungan-pegunungan ini tampak
kecil kalau dibandingkan Beor, kata Saphira. Seperti
yang menjadi kebiasaannya selama berminggu-minggu
bermeditasi, Eragon mengembangkan benaknya ke
segala arah, menyentuh kesadaran-kesadaran yang
ada di sekitarnya untuk merasakan seekor marmut ang
hangat dalam liangnya, burung-burung gagak,
nuthatch, dan rajawali, puluhan bajing berlarian di
sela pepohonan, dan, lebih jauh lagi di pegunungan,
ular-ular batu naik-turun di sesemakan mencari tikus
yang menjadi mangsa mereka, juga kawanan serangga.
Sewaktu Glaedr turun ke tebing gersang di
pegunungan pertama, Saphira harus menunggu hingga
Glaedr melipat sayapnya yang besar supaya ada cukup
ruang baginya untuk mendarat. Padang yang dipenuhi
bongkahan batu besar tempat mereka mendarat tampak
kuning cerah karena lapisan jamur batu yang
mengeras. Di atas mereka menjulang tebing hitam
tegak lurus. Tebing itu berfungsi sebagai pembatas
dan bendungan bagi es biru yang mengerang dan
pecah tertiup angin menjatuhkan
bongkahan-bongkahan bergerigi yang hancur
berantakan ketika menghantam granit di bawahnya.
Puncak ini dikenal sebagai Fionula, kata Glaedr. Dan
yang lainnya adalah Ethrundr, Merogoven, dan
Griminsmal. Masingmasing memiliki kisah sendiri,
yang akan kuceritakan dalam perjalanan pulang nanti.
Tapi untuk saat ini, akan kuberitahukan tujuan
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perjalanan ini, yaitu sifat ikatan yang terbentuk
antara naga dengan elf dan, kemudian, manusia.
Kalian berdua mengetahui sedikit tentang hal itu--dan
aku sudah mengisyaratkan implikasi sepenuhnya
ikatan itu pada Saphira--tapi telah tiba waktunya
untuk mempelajari arti serius dan luar biasa hubungan
kalian agar kalian bisa mempertahankannya sesudah
Oromis dan aku tidak ada. "Master?" tanya Eragon,
sambil melilitkan jubah pada dirinya agar tetap
hangat. Ya, Eragon. "Kenapa Oromis tidak bersama
kita sekarang?" Karena, kata Glaedr dengan
menggemuruh, sudah menjadi
kewajibanku--sebagaimana kewajiban naga yang lebih
tua berabad-abad yang lalu--untuk memastikan
generasi terbaru Penunggang memahami arti penting
yang sebenarnya dari posisi mereka. Dan karena
Oromis tidaklah sesehat kelihatannya. Bebatuan
berderak pelan saat Glaedr melompat, menempatkan
diri di lereng karang curam dan meletakkan kepala di
tanah sejajar dengan Eragon dan Saphira. Ia
mengamati mereka dengan satu mata emas yang sama
besarnya dengan perisai bulat mengilap dan dua kali
lebih cemerlang. Asap kelabu mengepul dari cuping
hidungnya dan buyar diembus angin. Sebagai dari apa
yang akan kuberitahukan merupakan rahasia umum di
antara para elf, Penunggang, dan manusia terpelajar,
tapi mayoritas hanya diketahui pemimpin Penunggang,
beberapa elf, penguasa manusia saat ini, dan, tentu
saja, para naga. Dengarkan sekarang, anak-anakku.
Sewaktu ada perdamaian antara naga dan elf di akhir
perang kami, para Penunggang diciptakan untuk
memastikan tidak akan terjadinya konflik lain di
antara kedua Ratu Tarmunora dari para elf dan naga
Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang dipilih untuk mewakili kami, yang bernama--ia
diam sejenak dan menyampaikan sejumlah gambaran
pada Eragon: gigi panjang, gigi putih, gigi somplak;
pertempuran dimenangkan, pertempuran kalah;
puluhan Shrrg dan Nagra yang disantap; dua puluh
tujuh telur dibuahi dan sembilan belas anak tumbuh
dewasa tidak bisa dijelaskan dalam bahasa mana pun,
memutuskan bahwa perjanjian biasa tidak akan
mencukupi. Kertas yang ditandatangani tidak berarti
apa-apa bagi naga. Darah kami panas juga kental dan,
kalau diberi cukup waktu, kami pasti akan berselisih
lagi dengan elf, seperti yang terjadi di antara kami
dan para kurcaci selama beribu-ribu tahun. Tapi tidak
seperti dengan para kurcaci, baik kami maupun elf
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak bisa mengalami perang yang lain lagi. Kami
berdua terlalu kuat, dan akan saling menghancurkan.
Satu cara untuk mencegahnya dan untuk menyusun
perjanjian yang berarti adalah dengan mengaitkan
kedua ras menggunakan sihir. Eragon menggigil, dan
dengan sedikit keheranan bercampur gembira, Glaedr
berkata, Saphira, kalau kau bijak, kau akan
memanaskan salah satu batu ini dengan api dari


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perutmu agar Penunggangmu tidak membeku.
Mendengarnya Saphira melengkungkan leher, dan
semburan api kebiruan terpancar dari sela-sela
taringnya dan membanjiri karang, menghanguskan
lumutnya, yang menebarkan bau tajam saat terbakar.
Udara berubah begitu panas hingga Eragon terpaksa
berpaling. Ia merasakan serangga-serangga di balik
karang terpanggang dalam neraka. Semenit kemudian,
Saphira menutup rahangnya, meninggalkan lingkaran
batu yang merah membara selebar lima kaki. Terima
kasih, kata Eragon padanya. Ia membungkuk di tepi
batu yang hangus dan menghangatkan tangan di sana.
Ingat, Saphira, gunakan lidahmu untuk mengarahkan
semburann tegur Glaedr. Nah... para penyihir elf yang
paling bijaksana membutuhkan waktu sembilan tahun
untuk menyusun mantra, Sesudah selesai, mereka dan
para naga berkumpul bersama di Ilirea. Para elf
menyediakan susunan mantranya, para naga
menyediakan kekuatannya, dan bersama-sama mereka
menggabungkan jiwa elf dan naga. Persatuan itu
mengubah kami. Kami para naga mampu menggunakan
bahasa itu dan berbagai perangkap peradaban lainnya,
sementara para elf berubah menjadi seabadi kami,
karena sebelum saat itu, hidup mereka sama
singkatnya seperti manusia. Pada akhirnya, para elf
yang paling terpengaruh. Sihir kami, sihir naga--yang
ada dalam seluruh keberadaan kami--menyebar ke
para elf dan, pada waktunya, memberi mereka
kekuatan dan keanggunan yang sangat diinginkan
Manusia tidak pernah terpengaruh sekuat itu, karena
kalian ditambahkan pada mantranya sesudah mantra
itu selesai dan tidak cukup panjang waktu untuk
menerapkannya pada kalian manusia seperti pada elf.
Sekalipun begitu--di sini mata Glaedr berkilau mantra
itu telah melembutkan ras kalian dari orang-orang
biadab dan kasar yang pertama kali mendarat di
Alagaesia, sekalipun kalian mulai mengalami
kemunduran sejak Kejatuhan. "Apa para kurcaci
merupakan bagian dari mantra ini?" tanya Eragon.
Tidak, dan itu sebabnya tidak pernah ada kurcaci
Penunggang. Mereka tidak peduli pada naga, dan kami
juga tidak peduli pada mereka, dan mereka
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menganggap gagasan bergabung dengan kami
menjijikkan. Mungkin untung juga mereka tidak
terlibat dalam persekutuan kita, karena mereka
selamat dari kemunduran manusia dan elf.
Kemunduran, Master" tanya Saphira dengan nada yang
Eragon berani bersumpah merupakan nada yang
menggoda. Aye, kemunduran. Kalau salah satu dari
ketiga ras kita menderita ketiganya menderita. Dengan
membunuh para naga, Galbatorix menyakiti rasnya
sendiri, juga ras elf. Kalian berdua belum pernah
melihat ini, karena kalian baru di Ellesmera, tapi para
elf sedang lemah; kekuatan mereka tidak lagi seperti
dulu. Dan manusia hilangan banyak kebudayaan
mereka dan tenggelam dalam kekacauan dan korupsi.
Hanya dengan memulihkan keseimbangan di antara
ketiga ras kita, keteraturan akan kembali ke dunia.
Naga tua itu menggurat karang dengan cakar,
mengubahnya menjadi kerikil hingga ia lebih nyaman.
Di dalam mantra itu terdapat lapisan yang dimasukkan
Ratu Tarmunora, mek Bidadari Pendekar Naga Sakti
anisme yang memungkinkan anak naga yang baru
menetas terhubung dengan Penunggang-nya. Sewaktu
seekor naga memutuskan memberikan sebutir telur
pada Penunggang, kata-kata tertentu diucapkan pada
telur itu--yang akan kuajarkan pada kalian
kelak--yang mencegah naga di dalamnya menetas
sampai terhubung dengan orang yang pada siapa ia
memutuskan untuk terikat. Karena naga bisa berada
dalam telur mereka selama apa pun, waktu tidak
menjadi masalah, dan janin di dalamnya tidak terluka.
Kau sendiri merupakan contoh hal ini, Saphira.
Ikatan yang terbentuk antara Penunggang dan naga
merupakan versi yang lebih maju daripada ikatan yang
ada antara ras kita. Manusia atau elf menjadi lebih
kuat dan lebih halus, sementara beberapa sifat buas
naga dijinakkan pikiran yang lebih logis... Kulihat ada
yang ingin kaukatakan, Eragon. Apa itu" "Hanya..."
Eragon ragu-ragu. "Aku sulit membayangkan Anda atau
Saphira lebih buas lagi. Bukannya," ia menambahkan
dengan gelisah, "hal itu buruk." Tanah terguncang
seakan ada longsor sewaktu Glaedr tergelak, memutar
bola matanya yang besar di balik kelopaknya yang
keras bagai tanduk. Kalau kau pernah bertemu naga
yang tidak terikat, kau tidak akan mengatakan begitu.
Naga tidak bertanggung jawab pada siapa pun dan apa
pun, mengambil apa saja yang disukainya, dan tidak
memikirkan kebaikan kecuali pada sesamanya.
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Naga-naga liar buas dan bangga, bahkan sombong...
Kaum betinanya begitu perkasa hingga naga-naga
Penunggang dianggap meraih Prestasi kalau bisa
berpasangan dengan naga betina liar. Tidak adanya
ikatan inilah yang menyebabkan hubungan Galbatorix
dengan Shruikan, naga keduanya, merupakan
penggabungan yang begitu menyimpang. Shruikan
tidak memilih Galbatorix sebagai rekannya; ia diubah
ilmu hitam untuk melayani kesintingan Galbatorix.
Galbatorix membuat tiruan yang tidak sempurna dari
hubungan yang kau, Eragon, dan kau, Saphira miliki
dan yang hilang darinya waktu para Urgal membunuh
naga aslinya. Glaedr diam sejenak dan memandang
mereka berdua. Hanya matanya yang bergerak. Yang
menghubungkan kalian lebih daripada sekadar kaitan
antara kedua benak kalian. Jiwa kalian, identitas
kalian--terserah kalian menyebutnya apa--menyatu
pada tigkat yang paling mendasar. Matanya beralih
pada Eragon. Kau percaya jiwa seseorang terpisah
dari tubuhnya" "Entahlah," kata Eragon. "Saphira
pernah membawaku keluar dari tubuhku dan
membiarkan aku melihat dunia melalui matanya...
Rasanya seolah aku tidak lagi terhubung dengan
tubuhku. Dan kalau roh-roh yang dipanggil penyihir
bisa ada mungkin kesadaran kami juga tidak terikat
pada daging." Sambil menjulurkan ujung cakar
depannya yang setajam jarum, Glaedr membalik
sebongkah batu untuk menampakkan tikus liar yang
meringkuk ketakutan di sarangnya. Ia menyambar tikus
itu dengan gerakan cepat lidahnya yang merah;
Eragon meringis saat merasakan nyawa hewan itu
sirna. Sewaktu daging dihancurkan, jiwa turut
hancur, kata Glaedr. "Tapi hewan bukan manusia,"
Eragon memprotes. Sesudah meditasimu, kau
benar-benar percaya bahwa ada di antara kita yang
begitu berbeda dari tikus liar" Bahwa kita diberkahi
kehebatan ajaib yang tidak dinikmati makhluk lain dan
entah bagaimana mengawetkan keberadaan kita
sesudah mati" "Tidak," gumam Eragon. Sudah
kuduga. Karena kita bergabung menjadi satu, sewaktu
naga atau Penunggang terluka, mereka harus
mengeraskan hati dan memutuskan hubungan di antara
mereka untuk saling melindungi dari penderitaan yang
tidak perlu, bahkan dari kesintingan. Dan karena jiwa
tidak bisa dicabut dari daging, kau harus menahan
godaan untuk mencoba memasukkan jiwa rekanmu ke
tubuhmu sendiri dan menampungnya di sana, karena
itu akan mengakibatkan kematian kalian berdua.
Bahkan kalau hal itu mungkin dilakukan, memiliki
kesadaran ganda dalam satu tubuh merupakan
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
penghujatan. "Mengerikan sekali," kata Eragon,
"meninggal seorang diri terpisah bahkan dari mereka
yang paling dekat denganmu." Semua orang
meninggal sendirian, Eragon. Entah kau raja di medan
tempur atau petani rendahan di ranjangnya di antara
keluarga, tidak ada yang bisa menemanimu ke
kehampaan... Sekaran Bidadari Pendekar Naga Sakti
g kalian harus berlatih memisahkan kesadaran kalian.
Dimulai dengan & Eragon menatap baki makan malam
yang ditaruh di ruang tamu rumah pohonnya. Ia
mengamati isinya: roti dengan mentega hazelnut,
berry, kacang, semangkuk dedaunan hijau, dua telur
rebus--yang, menurut keyakinan para elf, tidak
subur--dan seguci air dari mata air. Ia tahu setiap
hidangan disiapkan dengan sangat hati-hati, para elf
mengerahkan segenap keahlian tata boga mereka ke
dalam hidangannya, dan bahkan Islanzadi tidak
bersantap lebih baik daripada dirinya. Ia tidak tahan
melihat baki itu. Aku ingin daging, gerutunya, sambil
berjalan masuk ke kamar tidur. Saphira menengadah
dari ranjangnya. Aku bahkan puas kalau dapat ikan
atau unggas, apa pun selain sayur mayur yang tidak
ada hentinya ini. Ini tidak mengenyangkan bagiku. Aku
bukan kuda; kenapa aku diberi makan seperti kuda"
Saphira meluruskan kakinya, berjalan ke tepi lubang
berbentuk air mata yang menghadap ke Ellesmera, dan
berkata, Aku perlu makan selama beberapa hari
terakhir ini. Kau mau menemaniku" Kau bisa memasak
daging sebanyak yang kau suka dan para elf tidak
akan pernah tahu. Aku mau, kata Eragon, berubah
cerah. Apa sebaiknya kuambil pelana" Kita tidak
akan pergi sejauh itu. Eragon mengambil persediaan
garam, akar-akaran, dan bumbu lain dari tasnya, lalu,
dengan hati-hati agar tidak terlalu mengerahkan
tenaga, naik ke celah di antara duri-duri di sepanjang
tulang punggung Saphira. Setelah melompat ke udara,
Saphira menumpang arus udara naik untuk membubung
tinggi di atas kota, di mana ia melayang menghindari
tiang udara hangat, meluncur turun menyamping
mengikuti sungai yang berliku-liku membelah Du
weldenyarden ke kolam beberapa mil dari sana. Ia
mendarat dan membungkuk rendah ke tanah,
memudahkan Eragon turun. Ia berkata, Ada kelinci di
rerumputan di tepi air. Coba lihat apakah kau bisa
menangkap mereka. Sementara itu, aku mau berburu
rusa. Apa kau tidak ingin membagi mangsamu"
Tidak, tidak mau, Saphira menggerutu. Tapi akan
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kubagi kalau tikus-tikus kegendutan itu berhasil lolos
darimu. Eragon tersenyum sementara Saphira
membubung, lalu memandang kumpulan rerumputan
dan cow parsnip mengelilingi kolam, bersiap-siap
mendapatkan makan malamnya. Kurang dari semenit
kemudian, Eragon mengumpulkan seumpuk bangkai
kelinci dari sarang mereka. Ia hanya membutuhkan
waktu sesaat untuk menemukan kelinci-kelinci itu
dengan benaknya lalu membunuh mereka dengan salah
satu dari dua belas kata mematikan. Apa yang
dipelajarinya dari promis menghilangkan tantangan
dan gairah dari perburuan ini. Aku bahkan tidak perlu
mengintai mereka, pikirnya, teringat bertahun-tahun
yang dihabiskannya untuk mengasah kemampuan
melacaknya. Ia meringis masam. Aku akhirnya bisa
mendapatkan hewan buruan mana pun yang kuinginkan
dan rasanya tidak berarti bagiku. Setidaknya waktu
aku berburu dengan kerikil bersama Brorn,
tantangannya masih ada, tapi ini... ini pembantaian.
Peringatan Rhunon si pembuat pedang terngiang di
telinganya: "Kalau kau bisa mendapatkan apa pun
yang kauinginkan dengan mengucapkan beberapa
patah kata, tujuannya tidak penting, hanya proses
pencapaiannya yang penting." Aku seharusnya lebih
memerhatikan dirinya, pikir Eragon tersadar. Dengan
gerakan terlatih, ia mencabut pisau berburu lamanya,
menguliti dan membersihkan isi perut kelinci-kelinci,
kemudian--setelah menyingkirkan jantung, paru-paru,
ginjal, dan hati--menguburkan isi perut itu agar
baunya tidak menarik binatang buas. Lalu ia menggali
lubang, mengisinya dengan kayu, dan menyalakan api
unggun kecil dengan sihir, karena ia tidak ingat untuk
membawa batu api dan bajanya. Ia membiarkan api
unggun hingga menjadi hamparan bara. Setelah
memotong sebatang ranting dogwood, ia mengulitinya
dan memanasi kayunya untuk membakar habis
getahnya yang pahit lalu menusukkan bangkai-bangkai
kelinci ke kayu itu dan meletakkannya di antara dua
ranting bercabang yang dipakukan ke tanah. Untuk
organ-organnya, ia meletakkan batu pipih di atas
sebagian bara dan mengolesinya dengan lemak
sebagai penggorengan darurat. Saphira mendapati
Eragon berjongkok dek Bidadari Pendekar Naga Sakti
at perapian, perlahan-lahan memutar tongkat agar
dagingnya matang rata. Saphira mendarat dengan rusa
terkulai di rahangnya dan sisa-sisa rusa kedua dalam
cengkeraman cakarnya. Setelah menjulurkan dirinya di
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rerumputan yang harum, ia menelan mangsanya
menyantap rusa seutuhnya, termasuk kulitnya.
Tulang-tulang rusa berderak di sela giginya yang
setajam pisau cukur, seperti cabang-cabang yang
patah tertiup angin kencang. Saat kelinci-kelincinya
matang, Eragon melambai-lambaikannya di udara
untuk mendinginkannya, lalu menatap daging yang
kemilau keemasan itu; baunya sangat menggoda.
Sewaktu ia membuka mulut untuk menggigit,


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pikirannya kembali ke meditasinya tanpa tertahan. Ia
teringat perjalanan-perjalanan singkatnya ke dalam
benak berbagai burung dan bajing serta tikus, betapa
mereka terasa penuh energi dan semangat untuk
berjuang mempertahankan hak untuk tetap bertahan di
depan bahaya. Dan kalau hanya hidup ini yang mereka
miliki.... Dilanda perasaan jijik, Eragon mendorong
dagingnya menjauh, tertegun oleh fakta bahwa
membunuh kelinci-kelinci itu terasa seperti membunuh
dua manusia baginya. Perutnya bergolak dan siap
muntah. Saphira berhenti makan dan mengamatinya
dengan prihatin. Setelah menghela napas dalam,
Eragon menekankan tinju ke lutut dalam usaha
menguasai diri dan memahami kenapa ia begitu
terpengaruh. Ia pernah makan daging, ikan, dan
unggas. Ia menikmatinya. Dan tapi, sekarang,
memikirkan menyantap kelinci-kelinci itu saja cukup
memualkan baginya. Ia memandang Saphira. Aku tidak
bisa, katanya. Sudah menjadi aturan dunia bahwa
segala makan segala yang lain. Kenapa kau menolak
aturan itu" Ia mempertimbangkan pertanyaan Saphira.
Ia tidak membenci mereka yang menyantap daging--ia
tahu itu satu-satunya cara bertahan hidup bagi banyak
petani miskin. Tapi ia sendiri tidak bisa melakukannya
kecuali kalau kelaparan. Sesudah memasuki kelinci
dan merasakan apa yang dirasakan binatang itu &
menyantap kelinci terasa sama seperti menyantap
dirinya sendiri. Karena kita bisa meningkatkan diri,
jawabnya pada Saphira. Apakah kita harus mengikuti
dorongan hati untuk melukai atau membunuh siapa pun
yang menimbulkan kemarahan kita, mengambil apa pun
yang kita inginkan dari mereka yang lebih lemah, dan
pada umumnya, mengabaikan perasaan makluk lain"
Kita dibuat tidak sempurna dan harus waspada
terhadap kelemahan kita kalau tidak ingin kelemahan
kita menghancurkan kita. Ia memberi isyarat ke arah
kelinci-kelinci itu. Seperti yang dikatakan Oromis,
kenapa kita harus menimbulkan penderitaan yang tidak
perlu" Kalau begitu, kau mau mengingkari semua
keinginanmu" Aku akan mengingkari keinginan yang
merusak. Kau yakin mengenai hal ini" Aye. Kalau
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
begitu, kata Saphira, sambil mendekatinya, ini akan
menjadi pencuci mulut yang lezat. Dalam sekejap, ia
menelan kelinci-kelinci itu lalu menjilat batu tempat
organ-organ kelinci berada hingga bersih, menggesek
batu pipih itu dengan lidahnya yang kasar. Aku tidak
bisa hidup dengan makan tanaman semata--itu
makanan bagi mangsa, bukan bagi naga. Aku menolak
merasa malu mengenai caraku mempertahankan hidup.
Segala sesuatu memiliki tempat di dunia. Bahkan
kelinci pun tahu itu. Aku bukannya berusaha
membuatmu merasa bersalah, kata Eragon, sambil
menepuk-nepuk kaki Saphira. Ini keputusan pribadi.
Aku tidak akan memaksakan pilihanku pada siapa pun.
Bijaksana sekali, kata Saphira agak sinis. TELUR
YANG PECAH DAN SARANG YANG BERANTAKAN
Konsentrasi, Eragon," kata Oromis, dengan nada yang
tidak bisa dibilang tak ramah. Eragon mengerjapkan
mata dan menggosoknya dalam usaha memusatkan
perhatian pada huruf-huruf yang menghiasi perkamen
di hadapannya. "Maaf, Master." Kelelahan
membebaninya seperti timah yang diikatkan pada
tangan dan kakinya. Ia menyipitkan mata memandang
lengkungan dan tonjolan huruf, mengangkat pena bulu
angsa, dan mulai menulis salinannya lagi. Dari balik
jendela di belakang Oromis, hamparan hijau di Puncak
Tebing Tel'naeir dihiasi bayang-bayang yang
ditimbulkan matahari yang terbenam. Di baliknya,
awan setipis bulu tergantung di langit. Tangan
Eragon tersentak saat rasa sakit me
Bidadari Pendekar Naga Sakti
nyengat kakinya, dan ia mematahkan ujung pena serta
mencipratkan tinta ke kertas, merusaknya. Di
depannya, Oromis juga terkejut, mencengkeram lengan
kanannya. Saphira! seru Eragon. Ia menjangkau naga
itu dengan benaknya dan, yang membuatnya
kebingungan, menemui penghalang tak tertembus yang
didirikan Saphira di sekeliling dirinya. Ia nyaris tidak
bisa merasakan kehadiran naga itu. Rasanya seperti
berusaha mencengkeram bola granit mengilap berlapis
minyak. Saphira terus terlepas dari jangkauannya. Ia
memandang Oromis. "Ada yang terjadi pada mereka,
bukan?" "Aku tidak tahu. Glaedr pulang, tapi ia
menolak berbicara denganku." Setelah mengambil
pedangnya, Naegling, dari dinding, Oromis berjalan
keluar dan berdiri di tepi tebing, kepala terangkat
sambil menunggu kemunculan naga emasnya. Eragon
menggabungkan diri bersamanya, memikirkan segala
hal--yang mungkin dan yang tidak mungkin
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terjadi--yang bisa menimpa Saphira. Kedua naga itu
berangkat tengah hari tadi, terbang ke utara menuju
tempat bernama Batu Telur Pecah, di mana naga-naga
liar bersarang ribuan tahun Yang lalu. Perjalanan
yang mudah. Tidak mungkin Urgal; elf tidak
mengizinkan mereka masuk ke Du Weldenvarden,
katanya dalam hati. Akhirnya Glaedr muncul tinggi di
langit bagai bintik berkelap-kelip di sela awan-awan
yang semakin gelap. Ketika ia turun untuk mendarat,
Eragon melihat luka di bagian belakang kaki depan
kanan naga itu, cabikan pada sisiknya yang selebar
telapak tangan Eragon. Darah merah mengalir di ceruk
di sela sisik-sisik di sekitarnya. Begitu Glaedr
menyentuh tanah, Oromis bergegas mendekatinya, tapi
langsung berhenti sewaktu naga itu menggeram
padanya. Sambil melompat-lompat pada kakinya yang
terluka, Glaedr merangkak ke tepi hutan. Di sana ia
meringkuk di bawah naungan cabang-cabang besar,
memunggungi Eragon, dan menjilati lukanya hingga
bersih. Oromis mendekat dan berlutut di rumpun
semanggi dekat Glaedr, menjaga jarak dengan
kesabaran yang tenang. Jelas sekali ia bersedia
menunggu selama diperlukan. Eragon bergerak-gerak
gelisah seiring berlalunya waktu. Akhirnya, dengan
isyarat yang tak diucapkan, Glaedr mengizinkan
Oromis mendekat dan memeriksa kakinya. Sihir
berpendar dari gedwey ignasia Oromis saat ia
menempelkan tangan di luka pada sisik Glaedr.
"Bagaimana dia?" tanya Eragon sesudah Oromis
menjauh. "Lukanya tampak menakutkan, tapi tidak
lebih daripada guratan bagi naga sebesar Glaedr."
"Tapi bagaimana dengan Saphira" Aku masih tidak
menghubunginya." "Kau harus menemuinya," kata
Oromis. "Ia terluka, dari satu cara. Glaedr tidak
banyak memberitahu apa-apa tapi aku menebak
sendiri, dan sebaiknya kau bergegas." Eragon
memandang sekitarnya untuk mencari transportasi dan
mengerang gusar sewaktu melihat tidak ada satu pun.
"Bagaimana aku bisa menemuinya" Terlalu jauh untuk
lari, tidak ada jalan setapak, dan aku tidak bisa-"
"Tenanglah, Eragon. Siapa nama tunggangan yang
membawamu kemari dari Silthrim?" ' Eragon
membutuhkan waktu sejenak untuk mengingatnya.
"Folkvir." "Kalau begitu panggil ia dengan keahlian
gramarye-mu. Sebut namanya dan kebutuhanmu akan
dirinya dalam bahasa yang paling kuat ini, dan ia
akan datang membantumu." Dengan membiarkan sihir
memenuhi suaranya, Eragon berseru memanggil
Folkvir, menggemakan permohonannya ke bukit-bukit
berhutan ke arah Ellesmera dengan segenap nada
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendesak yang bisa dikerahkannya. Oromis
mengangguk, puas. "Bagus sekali." Dua belas menit
kemudian, Folkvir muncul seperti hantu keperakan
dari bayang-bayang gelap di sela pepohonan,
mengibaskan surainya dan mendengus penuh
semangat. Bagian samping tubuh kuda jantan itu
naik-turun karena cepatnya perjalanannya. Sambil
mengayunkan satu kaki menaiki kuda elf kecil itu,
Eragon berkata, "Aku akan kembali secepat mungkin."
"Lakukan apa yang harus kaulakukan," kata Oromis.
Lalu Eragon menyentuhkan tumit ke rusuk Folkvir dan
berteriak, "Lari, Folkvir! Lari!" Kuda itu melompat
maju dan berlari masuk Du Weldenvarden, meliuk-liuk
dengan kesigaparl luar biasa di sela pinus-pinus.
Eragon mengarahkannya ke Saphira dengan bantuan
bayangan-bayangan dalam benak
Bidadari Pendekar Naga Sakti
nya. Karena tidak ada jalan setapak di sesemakan,
kuda seperti Snowfire membutuhkan waktu tiga atau
empat jam untuk tiba di Batu Telur Pecah. Folkvir
mencapainya hanya dalam waktu satu jam lebih
sedikit. Di dasar tiang batu basalt--yang menjulang
dari dasar hutan seperti pilar berbintik-bintik hijau
dan seratus kaki lebih tinggi daripada
pepohonan--Eragon menggumam, "Berhenti, lalu turun
ke tanah. Ia memandang ke puncak Bukit Telur Pecah,
Saphira ada di atas sana. Ia mengitari batu itu,
mencari cara untuk memanjatnya tapi sia-sia, karena
formasi yang termakan cuaca itu tak bisa dilalui.
Tidak ada retakan, ceruk, atau apa pun yang cukup
dekat dengan tanah hingga bisa digunakannya untuk
memanjat. Ini mungkin menyakitkan, pikirnya.
"Tunggu di sini," katanya pada Folkvir. Kuda itu
memandangnya dengan tatapan mata yang cerdas.
"Merumputlah kalau mau, tapi tetap di sini, oke?"
Folkvir meringkik dan, dengan moncongnya yang
sehalus beludru, menyentuh lengan Eragon. "Ya, anak
baik. Kau sudah bekerja dengan baik." Sambil
mengarahkan tatapan ke puncak monolith itu, Eragon
mengerahkan tenaganya, lalu berkata dalam bahasa
kuno, "Naik!" Belakangan ia menyadari bahwa kalau
ia tidak terbiasa terbang dengan Saphira, pengalaman
ini mungkin cukup menggelisahkan hingga ia
kehilangan kendali atas mantranya dan jatuh hingga
tewas. Tanah menjauh di bawah kakinya dengan
kecepatan tinggi, sementara batang-batang pohon
menyempit saat ia melayang ke sisi bawah kanopi dan
langit senja yang memudar di atasnya. Cabang-cabang
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjulur bagai jemari yang berusaha menyambar
wajah dan bahunya saat ia mew, bos ke tempat
terbuka. Tidak seperti salah satu tukikan Saphira, ia
tetap merasakan berat tubuhnya, seakan dirinya masih
berdiri di tanah liat di bawah. Setelah membubung
melewati tepi Batu Telur Pecah, Eragon memajukan
diri dan melepaskan sihirnya, mendarat di sepetak
lumut. Ia merosot kelelahan dan menunggu apakah
pengerahan tenaga itu memicu serangan di
punggungnya, lalu mendesah lega sewaktu hal itu
tidak terjadi. Puncak tiang batu itu teriri atas
beberapa menara bergerigi yang dibagi-bagi oleh
selokan dalam dan lebar yang ditumbuhi beberapa
rumpun bunga liar. Gua-gua hitam menghiasi
menara-menara itu, beberapa alamiah, yang lainnya
dicakar dari basalt oleh cakar-cakar setebal kaki
Eragon. Lantainya tertutup lapisan tebal
tulang-belulang berlumut, sisa-sisa korban naga.
Burung-burung sekarang bersarang di tempat naga
dulu bersarang rajawali dan falcon serta elang, yang
mengawasi dirinya dari tempat bertengger mereka,
siap menyerang kalau ia mengancam telur-telur
mereka. Eragon berjalan melintasi pemandangan yang
suram itu, berhati-hati agar tidak terkilir akibat batu
lepas atau terlalu dekat dengan retakan yang
memisahkan tiang-tiangnya. Kalau jatuh ke salah
satunya, ia akan terlempar ke ruang kosong. Beberapa
kali ia harus memanjat tebing yang tinggi, dan dua
kali ia harus mengangkat diri dengan sihir.
Bukti-bukti keberadaan naga terlihat di mana-mana,
dari guratan-guratan dalam di basalt hingga kubangan
bebatuan yang mencair dan sejumlah sisik pudar tanpa
warna yang terjepit di ceruk-ceruk, bersama sisa-sisa
lainnya. Ia bahkan menginjak benda tajam yang,
sewaktu ia membungkuk untuk memeriksanya, ternyata
pecahan telur naga hijau. Di sisi timur monolith
berdiri menara tertinggi, yang di tengahnya, seperti
lubang hitam direbahkan, terdapat gua terbesar. Di
sanalah Eragon akhirnya melihat Saphira, meringkuk
di ceruk dinding seberang, memunggungi mulut gua.
Saphira gemetar. Dinding-dinding gua dipenuhi bercak
hangus, dan tumpukan tulang yang rapuh berhamburan
seakan telah terjadi pertempuran. "Saphira," kata
Eragon, berbicara dengan suara keras karena naga itu
menutup diri darinya. Kepala Saphira tersentak, dan
menatap Eragon seakan orang asing, pupil Saphira
menipis menjadi segaris hitam sementara matanya
menyesuaikan diri dengan cahaya dari matahari
terbenam di belakang Eragon. Saphira menyeringai
sekali, seperti anjing buas, lalu berbalik. Saat
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melakukannya, ia mengangkat sayap kirinya dan
menunjukkan luka yang panjang bergerigi di p
Bidadari Pendekar Naga Sakti
aha atasnya. Hati Eragon tercekat melihatnya.
Eragon tahu Saphira tidak mengizinkan dirinya
mendekat, di ia mengikuti tindakan Oromis dengan
Glaedr; ia berlutut tulang-belulang yang hancur dan
menunggu. Ia menunggu tanpa bicara atau bergerak


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hingga kakinya terasa kebas dan tangannya kaku
karena dingin. Tapi ia tidak membenci
ketidaknyamanan itu. Ia melakukannya dengan dengan
senang hati kalau itu berarti ia bisa membantu
Saphira. Sesudah beberapa waktu, Saphira berkata,
Aku bodoh sekali. Kita semua terkadang bodoh.
Rasanya tidak lebih mudah kalau giliranmu-lah yang
bersikap bodoh. Kurasa begitu. Selama ini aku
selalu tahu apa yang harus kulakukan. Sewaktu
Garrow meninggal, aku tahu memburu Ra'zac
merupakan tindakan yang benar. Sewaktu Brom
meninggal, aku tahu kita harus pergi ke Gil'ead dan
dari sana ke kaum Varden. Dan sewaktu Ajihad
meninggal, aku tahu kau harus bersumpah setia pada
Nasuada. Jalannya selalu jelas bagiku. Kecuali
sekarang. Dalam hal ini saja, aku tersesat. Ada apa,
Saphira" Bukannya menjawab, naga itu mengalihkan
pembicaraan dan berkata, Kau tahu kenapa tempat ini
disebut Batu Telur Pecah" Tidak. Karena selama
perang antara naga dan elf, para elf melacak kami
hingga kemari dan membunuh kami sewaktu kami tidur.
Mereka menghancurkan sarang kami, lalu
menghancurkan telur-telur kami dengan sihir mereka.
Hari itu, hujan darah tercurah ke hutan di bawah.
Tidak ada naga yang tinggal di sini sejak itu. Eragon
tetap membisu. Bukan itu alasan kedatangannya
kemari. Ia akan menunggu hingga Saphira mau
membicarakan apa yang terjadi. Bicaralah! kata
Saphira. Kau mau kakimu kusembuhkan" Sebaiknya
biarkan saja. Kalau begitu aku akan sebisu patung
dan duduk di sini hingga berubah jadi debu, karena
aku memiliki kesabaran naga darimu. Sewaktu
Saphira akhirnya berbicara, kata-katanya
terpatah-patah, pahit, dan mengejek diri sendiri: Aku
malu mengakuinya. Sewaktu kita tiba di si pertama
kali dan aku melihat Glaedr, aku merasa begitu
bersuka cita karena ada anggota lain rasku yang
bertahan hidup selain Shruikan. Aku belum pernah
melihat naga lain, kecuali dalam kenangan Brom. Dan
kupikir Glaedr juga dengan keberadaanku,
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sebagaimana diriku dengan keberadaannya. Tapi ia
memang senang. Kau tidak mengerti. Kupikir ia
pasangan yang tidak pernah kuduga akan kumiliki dan
bersama-sama kami akan membangun kembali ras
kami. Ia mendengus, dan api menyembur dari cuping
hidungnya. Aku keliru. Ia tidak menginginkan diriku.
Eragon memilih jawabannya dengan hati-hati agar
tidak menyinggung perasaan Saphira dan
menghiburnya. Itu karena ia tahu kau ditakdirkan
untuk naga lain: salah satu dari kedua telur yang
tersisa. Mungkin juga ia merasa tidak layak
berpasangan denganmu karena ia mentormu. Atau
mungkin menurutnya aku tidak cukup menarik.
Saphira, tidak ada naga yang buruk, dan kau naga
yang tercantik. Aku bodoh, kata Saphira. Tapi ia
mengangkat sayap kirinya dan membiarkannya
terangkat sebagai izin bagi Eragon untuk merawat
lukanya. Eragon tertatih-tatih ke sisi Saphira. Ia
memeriksa luka kemerahan itu, senang karena Oromis
telah memberinya begitu banyak dokumen mengenai
anatomi untuk dibaca. Luka itu--akibat cakar atau
gigi, ia tidak yakin--mencabik otot kuadrisep di bawah
kulit Saphira, tapi tidak begitu parah hingga
memutusnya dari tulang. Hanya menutup permukaan
luka, seperti yang berulang kali dilakukan Eragon,
tidak mencukupi. Otot-otot Saphira harus disatukan
kembali. Mantra yang digunakan Eragon panjang dan
rumit, bahkan ia sendiri tidak memahami keseluruhan
bagian-bagiannya, karena ia menghapalnya dari teks
kuno yang hanya memberi sedikit penjelasan, cuma
pernyataan bahwa, asalkan tidak ada yang yang patah
dan organ dalam masih utuh, "mantra ini mengobati
luka apa pun akibat kekerasan, kecuali kematian."
Begitu mengucapkannya, Eragon mengawasi dengan
terpesona saat otot-otot Saphira menggeliat di bawah
tangannya--pembuluh darah, saraf, dan serat-seratnya
terjalin menjadi satu--dan kembali utuh. Lukanya
cukup besar hingga, dalam kondisinya yang telah
lemah ia tidak berani menyembuhkannya dengan
menggunakan te Bidadari Pendekar Naga Sakti
naganya semata, jadi ia juga menggunakan tenaga
Saphira sesudah ia selesai. Eragon mendesah dan
menyandar ke basalt yang kasar, memandang matahari
terbenam dari balik bulu matanya. Aku khawatir kau
harus membawaku turun dari batu ini. Aku terlalu
lelah untuk bergerak. Diiringi suara gemeresik
kering, Saphira berputar di tempat dan meletakkan
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kepala di tulang di samping Eragon. Aku
memperlakukan dirimu dengan buruk sejak tiba di
Ellesmera. Aku tidak mengacuhkan saranmu sewaktu
aku seharusnya mendengarnya. Kau sudah
memperingatkan aku soal Glaedr, tapi aku terlalu
angkuh untuk melihat kebenaran dalam kata-katamu...
Aku gagal menjadi pendamping yang baik bagimu,
mengkhianati arti menjadi naga, dan menodai
kehormatan para Penunggang. Tidak, yang itu tidak
pernah, kata Eragon keras. Saphira, kau tidak pernah
gagal dalam melakukan kewajibanmu. Kau mungkin
melakukan kesalahan, tapi kesalahan yang polos, dan
kesalahan yang pasti dilakukan siapa saja yang
berada dalam posisimu. Itu bukan alasan untuk
sikapku terhadapmu. Eragon mencoba menatap mata
Saphira, tapi naga itu menghindari pandangannya
hingga Eragon menyentuh lehernya dan berkata,
Saphira, anggota keluarga saling memaafkan, bahkan
di saat mereka tidak selalu memahami kenapa
seseorang bertindak dengan cara tertentu... Kau
keluargaku, sama seperti Roran. Tidak ada tindakan
apa pun yang kaulakukan yang bisa mengubah hal itu.
Tidak ada. Sewaktu Saphira tidak bereaksi, Eragon
mengulurkan tangan ke belakang rahang Saphira dan
menggelitik sepetak kulit di bawah salah satu
telinganya. Kau dengar aku, eh" Tidak ada! Saphira
terbatuk pelan dengan perasaan geli yang enggan lalu
melengkungkan leher dan mengangkat kepala untuk
menghindari jemari Eragon yang menari-nari.
Bagaimana aku bisa menemui Glaedr lagi" Ia sangat
murka... Seluruh batu bergoncang karena
kemarahannya. Sedikitnya kau bertahan sewaktu ia
menyerangrnu. Karenar terkejut, Eragon mengangkat
alis. Well, pokoknya satu-satunya cara hanyalah
meminta maaf. Minta maaf! Aye. Beritahu Glaedr
bahwa kau menyesal, bahwa kejadian ini tidak akan
terulang lagi, dan kau ingin melanjutkan latihanmu
dengannya. Aku yakin ia akan bersimpati kalau kau
memberinya kesempatan. Baiklah, kata Saphira pelan.
Kau akan merasa lebih baik sesudah meminta maaf.
Eragon tersenyum. Aku tahu dari pengalaman.
Saphira mendengus dan melangkah ke tepi gua,
tempat ia berjongkok dan mengamati hutan yang
membentang. Kita harus pergi, Cuaca akan gelap
sebentar lagi. Sambil mengertakkan gigi, Eragon
memaksa diri bangkit--setiap gerakan sangat berat
bagi-nya--dan naik ke punggung Saphira, dua kali
lebih lama daripada biasanya. Eragon"... Terima kasih
sudah datang. Aku tahu apa yang kaupertaruhkan
dengan punggungmu. Eragon menepuk bahu Saphira.
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kita menyatu lagi" Kita selalu satu. HADIAH DARI
PARA NAGA Hari-hari menjelang Agaeti Blodhren
merupakan saat-saat terbaik dan terburuk bagi
Eragon. Punggungnya semakin merepotkan,
menurunkan kesehatan dan daya tahannya, dan
menghancurkan ketenangan pikirannya; ia selalu
dicengkeram ketakutan akan mendapat serangan lagi.
Tapi, sebaliknya, ia dan Saphira tidak pernah sedekat
itu. Mereka boleh dikatakan hidup dalam pikiran satu
sama lain sebagaimana dalam pikiran masing-masing.
Dan sesekali Arya berkunjung ke rumah pohon dan
berjalan-jalan di Ellesmera bersama Eragon dan
Saphira. Tapi ia tidak pernah datang sendiri, selalu
bersama Orik atau Maud si kucing jadi-jadian. Selama
perjalanan mereka, Arya memperkenalkan Eragon dan
Saphira pada elf-elf terkemuka: para pejuang hebat,
penulis puisi, dan seniman. Ia mengajak mereka
menyaksikan konser di bawah atap dedaunan pinus.
Dan ia menunjukkan banyak keajaiban tersembunyi
Ellesmera pada mereka. Eragon memanfaatkan setiap
kesempatan untuk bercakap-cakap dengan Arya. Ia
menceritakan masa dirinya tumbuh di Lembah
Palancar, tentang Roran, Garrow, dan bibinya Marian,
kisah-kisah tentang Sloan, Ethlbert, dan para
penduduk desa lain, dan kesukaannya pada
pegunungan yang mengelilingi Carvahall serta tirai
cahaya yang menutupi langit musim dingin di malam
hari. Ia bercer Bidadari Pendekar Naga Sakti
ita tentang rubah betina yang jatuh ke cairan
penyamak Gedric dan terpaksa dijaring keluar am jala.
Ia menceritakan suka cita yang dirasakannya dari
menanam gandum, menyiangi dan merawatnya, dan
menyaksikan pucuk-pucuk hijau merekah karena
perawatannya--suka cita yang ia tahu bisa dihargai
Arya, selain semua orang. Sebaliknya Eragon
berusaha memancing informasi mengenai kehidupan
Arya sendiri. Ia mendengar Arya menceritakan masa
kanak-kanaknya, teman-teman dan keluarganya, dan
pengalamannya di antara kaum Varden, yang paling
bebas aibicarakannya, menjabarkan
serangan-serangan dan pertempuran-pertempuran di
mana ia terlibat, perjanjian-perjanjian di mana ia
turut bernegosiasi, perselisihannya dengan para
kurcaci, dan berbagai kejadian penting yang
disaksikannya dalam tugas sebagai duta besar.
Berada di antara Arya dan Saphira, kedamaian
merasuki hati Eragon, tapi kedamaian yang labil dan
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pengaruh paling kecil apa pun akan mengacaukannya.
Waktu itu sendiri merupakan musuh, karena Arya
harus meninggalkan Du Weldenvarden sesudah Agaeti
Blodhren. Dengan begitu, Eragon sangat menghargai
kebersamaannya dengan Arya dan takut akan
kedatangan perayaan itu. Seluruh kota tampak sibuk
saat para elf bersiap-siap merayakan Agaeti Blodhren.
Eragon belum pernah melihat mereka sebersemangat
itu. Mereka menghiasi hutan dengan lentera-lentera
berwarna-warni, terutama di sekitar pohon Menoa,
sementara pohon itu sendiri dihiasi lentera di setiap
ujung cabangnya, di mana lentera-lentera tersebut
menjuntai seperti air mata yang bercahaya. Bahkan
tanaman-tanaman, Eragon menyadari, tampak berpesta
dengan serangkaian bunga baru yang berwarna-warni.
Ia sering mendengar para elf bernyanyi pada
bunga-bunga itu di larut malam. Setiap hari ratusan
elf tiba di Ellesmera dari kota-kota mereka yang
tersebar di hutan, karena tidak ada elf yang mau
melewatkan upacara tahunan memperingati perjanjian
mereka dengan naga ini. Eragon menebak banyak di
antara mereka yang juga datang untuk menemui
Saphira. Rasanya aku tidak berbuat apa-apa selain
mengulangi sapaan mereka, pikirnya. Elf-elf yang
tidak bisa hadir karena tanggung jawab mereka akan
menyelenggarakan perayaan sendiri secara bersamaan
dan akan berpartisipasi dalam upacara-upacara di
Ellesmera melalui cermin yang telah disihir dan mirip
dengan mereka menonton, agar tidak ada yang merasa
dimata-matai. Seminggu sebelum Agaeti Blodhren,
sewaktu Eragon Saphira hendak kembali ke kamar
mereka dari Tebing Tel'naeir dan Oromis berkata,
"Kalian berdua harus memikirkan apa yang bisa kalian
bawa ke Perayaan Sumpah Darah. Kecuali karya kalian
membutuhkan sihir untuk dibuat atau difungsikan,
kusarankan kalian menghindari penggunaan gramarye.
Tidak ada yang menghargai karya kalian kalau dibuat
dengan mantra dan bukan dengan tangan kalian
sendiri. Aku juga menyarankan kalian membuat karya
terpisah. Itu kebiasaannya." Di udara, Eragon
bertanya pada Saphira, Kau punya gagasan" Mungkin.
Tapi kalau kau tidak keberatan, aku ingin melihatnya
berhasil dulu sebelum kutunjukkan padamu. Eragon
menangkap sebagian gambaran sebongkah batu yang
mencuat di dasar hutan sebelum Saphira menutupinya.
Eragon tersenyum. Kau tidak mau memberiku
petunjuk" Api. Api yang sangat banyak. Di rumah
pohon mereka, Eragon menelaah berbagai keahliannya
dan berpikir, Aku lebih tahu tentang bertani daripada
lainnya, tapi aku tidak tahu bagaimana mengubahnya
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sehingga menguntungkanku. Dan aku tidak bisa
berharap untuk bersaing dengan para elf dengan sihir
atau menyamai prestasi mereka dengan karya-karya
yang kuketahui. Bakat mereka melebihi seniman
terbaik di Kekaisaran. Tapi kau memiliki satu
kualitas yang tidak dimiliki siapa pun, kata Saphira.
Oh" Identitasmu. Sejarahmu, perbuatan dan
situasimu. Gunakan untuk membentuk ciptaanmu dan
kau akan menghasilkan sesuatu yang unik. Apa pun


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kaubuat, buatlah berdasarkan apa yang paling
penting bagimu. Baru pada saat itu karyamu memiliki
kedalaman dan arti, dan baru pada saat itu yang lain
bisa menghagainya. Eragon memandang Saphira
dengan terkejut. Aku tidak pernah sadar kau tahu
sebanyak itu te Bidadari Pendekar Naga Sakti
ntang seni. Memang tidak, kata Saphira. Kau lupa
aku pernah melewati satu sore menyaksikan Oromis
melukis dokumennya sementara dengan Glaedr. Oromis
membicarakan topik ini cukup panjang. Ah ya. Aku
lupa. sesudah Saphira pergi untuk melakukan
proyeknya, Eragon mondar-mandir di tepi portal
terbuka kamar tidur, mempertimbangkan kata-kata
Saphira. Apa yang penting bagiku" Tanyanya sendiri.
Saphira dan Arya, tentu saja, dan menjadi
Penunggang yang baik, tapi apa yang bisa kukatakan
mengenai subjek-subjek itu yang belum cukup jelas"
Kuhargai keindahan alam, tapi, sekali lagi, elf-elf
sudah mengekspresikan segala sesuatu dari topik itu.
Ellesmera sendiri merupakan monumen pengabdian
mereka. Ia mengalihkan pikiran ke dalam dirinya dan
menanyai diri sendiri untuk menentukan apa yang
menyentuh bagian terdalam, tergelap dirinya. Apa
yang menggugahnya dengan cukup semangat entah
cinta atau benci--yang sangat ingin dibagikannya
dengan orang lain" Tiga hal terlintas dalam
benaknya: lukanya di tangan Durza, ketakutannya
melawan Galbatorix suatu hari nanti, dan epos elf
yang begitu menguasainya. Semburan semangat
berkobar dalam diri Eragon saat kisah yang
mengkombinasikan elemen-elemen tersebut terbentuk
dalam benaknya. Dengan langkah-langkah ringan, ia
berlari menaiki tangga spiral--dua anak tangga
sekaligus--ke ruang kerja, di mana ia duduk di depan
meja tulis, mencelupkan pena bulu ke tinta, dan
mengacungkannya dengan gemetar di atas sehelai
kertas pucat. Ujung pena berdesir saat ia mulai
menulis: Di kerajaan dekat laut, Dl Pegunungan yang
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berselimut kebiruan.... Kata-kata yang mengalir dari
penanya terasa seperti muncul dengan sendirinya. Ia
merasa seolah tidak menciptakan kisahnya, tapi
sekadar sebagai sarana untuk memindahkannya dalam
bentuk seutuhnya ke dunia. Karena tidak pernah
menulis puisi, Eragon dicengkeram gairah yang biasa
muncul dalam petualangan baru--terutama karena
sebelumnya ia tidak menduga akan menikmati kegiatan
menulis. Ia bekerja keras, tidak berhenti untuk makan
atau minum, tuniknya digulung melewati siku agar
tidak terkena cipratan tinta dari pena bulu akibat
cepatnya ia menulis. Perhatiannya begitu terpusat
hingga ia tidak mendengar apa pun kecuali detak
puisinya, tidak melihat apa pun kecuali kertas kertas
kosong, dan tidak memikirkan apa pun kecuali
bait-bait yang terukir dalam barisan api di belakang
matanya. Satu setengah jam kemudian, ia meletakkan
pena bulu dari tangannya yang kram, mendorong kursi
menjauhi meja, dan berdiri. Empat belas halaman
terhampar di hadapannya. Ini tulisan terpanjang yang
pernah ditulisnya dalam sekali duduk. Eragon tahu
puisinya tidak bisa menyamai karya penulis besar elf
atau kurcaci, tapi ia berharap karyanya cukup jujur
hingga para elf tidak menertawakan kerja kerasnya.
Ia membacakan puisinya pada Saphira sewaktu naga
itu kembali. Sesudahnya, Saphira berkata, Ah,
Eragon, kau banyak berubah sejak kita meninggalkan
Lembah Palancar. Kurasa kau tidak akan mengenali
bocah belum teruji yang pertama kali berniat
membalas dendam itu. Eragon itu tidak akan bisa
menulis dengan gaya seperti elf. Aku berharap bisa
melihat bagaimana dirimu lima puluh atau seratus
tahun mendatang. Eragon tersenyum. Kalau aku hidup
selama itu. "Kasar tapi jujur," itulah yang dikatakan
Oromis sewaktu Eragon membacakan puisinya. "Kalau
begitu Anda menyukainya?" "Ini penggambaran yang
bagus tentang keadaan mentalmu saat ini dan bacaan
yang menarik, tapi bukan mahakarya. Apakah kau
berharap ini akan menjadi mahakarya" "Kurasa
tidak." "Tapi, aku terkejut kau bisa memberi suara
pada puisimu dalam bahasa ini. Tidak ada hambatan
untuk menulis dalam bahasa kuno. Kesulitan timbul
kalau seseorang berusaha mengucapkannya, karena
dengan begitu kau harus menceritakan apa yang bukan
kebenaran, yang tidak dimungkinkan oleh sihir." "Aku
bisa mengatakannya," jawab Eragon, "karena aku
yakin ini benar." "Dan itu memberi kekuatan
tambahan pada tulisanmu & Aku terkesan,
Eragon-finiarel. Puisimu merupakan tambahan yang
bernilai bagi Perayaan Sumpah Darah." Sambil
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengangkat satu jari, Oromis meraih ke balik j
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
ubahnya dan memberi Eragon gulungan dokumen yang
diikat erat-erat dengan pita. Di kertas ini tertulis
sembilan ward yang harus kaudirikan di sekitarmu dan
si kurcaci Orik. Seperti yang kau lihat di Sthrim,
pesta-pesta kami begitu kuat dan bukan bagi mereka
yang lebih lemah daripada kami. Tanpa terlindung,
kau menanggung risiko kehilangan dirimu dalam jaring
sihir kami. Aku pernah melihatnya terjadi. Bahkan
dengan langkah penjagaan ini, kau harus berhati-hati
agar tidak terhanyut pesona yang dibawa angin.
Selalu waspada, karena pada saat itu, kami elf
cenderung sinting--kesintingan yang luar biasa dan
megah, tapi tetap saja sinting." Pada malam Agaeti
Blodhren--yang berlangsung selama tiga hari--Eragon,
Saphira, dan Orik menemani Arya ke pohon Menoa,
tempat puluhan elf berkumpul, rambut hitam dan perak
mereka berbinar-binar ditimpa cahaya lentera.
Islanzadi berdiri di akar yang lebih tinggi di dasar
pohon, sejangkung, sepucat, dan sehalus pohon birch.
Blagden bertengger di bahu kiri Ratu, sementara
Maud, si kucing jadi-jadian, mengintai di belakangnya.
Glaedr ada di sana, juga Oromis yang mengenakan
pakaian merah dan hitam, dan elf-elf lain yang
dikenali Eragon seperti Lifaen dan Nari dan, yang
tidak disukainya, Vanir. Di atas kepala,
bintang-bintang berkelap-kelip di langit yang bagai
beludru. "Tunggu di sini," kata Arya. Ia menyelinap
menerobos kerumwan dan kembali membawa Rhunon.
Tukang besi itu mengerjapkan mata seperti burung
hantu ketika memandang sekitarnya. Eragon
menyapanya, dan si tukang besi mengangguk padanya
dan Saphira. "Selamat bertemu, Sisik Terang dan
Pembantai Shade." Lalu ia menatap Orik dan berbicara
pada kurcaci itu dalam Bahasa Kurcaci, yang dijawab
Orik dengan antusias, Jelas gembira dapat
bercakap-cakap menggunakan bahasa ibunya. "Apa
katanya?" tanya Eragon, sambil membungkuk. "Ia
mengundangku ke rumahnya untuk melihat hasil
karyanya dan mendiskusikan pengerjaan logam." Orik
tampak terpesona. "Eragon, ia pertama kali belajar
pertukangan pada Futhark sendiri, salah seorang
grimstborithn legendaris dari Durgrimst Ingeitum! Aku
bersedia memberikan apa saja untuk bisa bertemu
dengannya." Bersama-sama mereka menunggu hingga
tengah malam, sewaktu Islanzadi mengangkat lengan
kirinya yang telanjang hingga menunjuk ke bulan baru
seperti sebatang tombak marmer. Bola putih lembut
muncul dengan sendirinya di atas telapak tangannya
dari cahaya yang dipancarkan lentera-lentera yang
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bergantungan di pohon Menoa. Lalu Islanzadi berjalan
di sepanjang akar ke batang pohon yang besar dan
meletakkan bola itu dalam lubang di kulit kayu,
tempat bola itu tetap tinggal, berpendar-pendar.
Eragon berpaling pada Arya. "Sudah mulai?" "Sudah
mulai!" Arya tertawa. "Dan akan berakhir sewaktu api
siluman padam sendiri." Para elf membagi diri
menjadi kelompok-kelompok tidak resmi di seluruh
hutan dan lapangan yang mengelilingi pohon Menoa.
Seakan dengan begitu saja, mereka mengeluarkan
mejameja tempat bertumpuk tinggi aneka hidangan
fantastis, yang dari penampilannya yang tidak
membumi tampaknya merupakan hasil karya para
perapal mantra selain para koki. Lalu para elf mulai
bernyanyi dengan suara mereka yang jernih bagai
suling. Mereka melantunkan banyak lagu, tapi setiap
lagu merupakan bagian dari melodi yang lebih besar
dan menjalin mantra di malam yang bagai mimpi itu,
menajamkan indra, menyingkirkan hambatan, dan
mengobarkan pujian dengan sihir. Bait-bait mereka
tentang tindakan-tindakan kepahlawanan dan
petualangan dengan kapal dan kuda ke tanah-tanah
yang terlu akan dan penderitaan akibat keindahan
yang hilang. Musik yang berdenyut-denyut menyelimuti
Eragon dan ia merasakan keliaran mencengkeram
dirinya, keinginan untuk berlari bebas dari hidupnya
dan menari di rawa-rawa elf selamanya. Di
sampingnya, Saphira bersenandung seirama lagu,
matanya yang kemilau tampak seperti mengantuk. Apa
yang terjadi sesudahnya, Eragon tidak pernah bisa
mengingatnya dengan baik. Ia bisa ingat beberapa
kejadian dengan sangat jelas--kilasan-kilasan terang
dan pekat penuh keriangan--tapi ia tidak mampu
menyusun urutan kemunculannya. Ia ti
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dak tahu apakah saat itu siang atau malam, karena
kapan pun waktunya, senja seperti menguasai hutan.
Ia juga tidak bisa mengatakan apakah dirinya tertidur,
atau perlu tidur, selama perayaan.... Ia ingat
berputar-putar sambil memegangi tangan elf wanita
berbibir semerah ceri, dengan rasa madu di lidahnya
dan bau juniper di udara.... Ia ingat elf-elf
bertengger di cabang-cabang pohon Menoa yang
menjulur, seperti kawanan bintang. Mereka memainkan
harpa emas dan menyerukan teka-teki pada Glaedr di
bawah dan, sesekali, menunjuk ke langit, tempat bara
berwarna-warni akan meledak dalam berbagai bentuk
sebelum memudar.... Ia ingat duduk di lapangan
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kecil, menyandar ke Saphira, dan menonton elf wanita
yang sama bergoyang-goyang di depan penonton
sambil bernyanyi: Jauh, jauh, kau akan terbang jauh,
Melewati puncak-puncak dan lembah-lembah Ke
tanah-tanah di baliknya. Jauh, jauh, kau akan
terbang jauh, Dan tidak pernah kembali padaku.
Hilang! Kau akan hilang dariku, Dan aku tidak akan
pernah bertemu lagi denganmu. Hilang! Kau akan
hilang dariku, Sekalipun aku menunggumu selamanya.
Ia ingat puluhan puisi, beberapa sedih, beberapa
gembira sebagian besar keduanya. Ia mendengar puisi
Arya selengkapnya dan menganggap puisi itu
benar-benar bagus, dan puisi Islanzadi, yang lebih
panjang tapi sama bagusnya. Semua elf berkumpul
mendengarkan kedua karya itu... Ia ingat
keajaiban-keajaiban yang dibuat elf untuk perayaan
itu, banyak di antaranya sebelum ini dianggapnya
mustahil, bahkan dengan bantuan sihir. Teka-teki dan
mainan, karya seni dan senjata, dan benda-benda
yang entah apa gunanya Satu elf memantrai bola kaca
hingga setiap beberapa detik bunga yang berbeda
mekar di tengahnya. Elf lain menghabiskan
berpuluh-puluh tahun menjelajahi Du Weldenvarden
dan menghafal suara-suara elemen, yang paling indah
sekarang dilantunkan dari kerongkongan seratus lili
putih. Rhunon menyumbangkan perisai yang tidak
akan pecah, sepasang sarung tangan yang dirajut dari
benang baja dan memungkinkan pemakainya memegang
timah cair dan benda-benda sejenis tanpa terluka, dan
ukiran burung wren yang terbang dari sebongkah
logam dan dicat dengan begitu ahlinya hingga burung
itu tampak hidup. Piramid bertingkat setinggi delapan
inci dan terbuat dari lima puluh delapan bagian yang
saling menyambung merupakan pemberian Orik, yang
menggembirakan para elf, yang berkeras membongkar
dan memasang piramid itu sesering yang diizinkan
Orik. "Master Janggut Panjang", begitu mereka
menggelarinya, dan berkata, "Jemari yang pandai
berarti benak yang pandai.".... Ia ingat Oromis
menariknya ke samping, menjauhi musik, dan bertanya
pada elf itu, "Ada apa?" "Kau harus menjernihkan
pikiran." Oromis membimbingnya ke pohon tumbang
dan memaksanya duduk. "Tetap di sini sebentar. Kau
akan merasa lebih baik." "Aku baik-baik saja. Aku
tidak perlu beristirahat," Eragon memprotes. "Kau
sedang tidak dalam posisi untuk menilai dirimu sendiri
sekarang. Tetap di sini hingga kau bisa menyusun
daftar mantra perubahan, besar dan kecil, dan
sesudah itu kau boleh bergabung lagi dengan kami.
Berjanjilah.".... Ia ingat makhluk-makhluk yang gelap
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan aneh, melayang-layang dari kedalaman hutan.
Sebagian besar hewan-hewan yang telah diubah
akumulasi mantra di Du Weldenvarden dan sekarang
tertarik ke Agaeti Blodhren seperti orang kelaparan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tertarik pada makanan. Mereka tampaknya menemukan
nutrisi dalam kehadiran sihir elf. Sebagian besar
berani menampakkan diri hanya berupa sepasang mata
yang bercahaya di tepi cahaya lentera. Satu hewan
yang berani benar-benar menampakkan diri adalah
serigala siluman betina--dalam bentuk wanita berjubah
putih--yang pernah ditemui Eragon. Wanita itu
mengintai dari balik sesemakan dogwood, gigi-gigi
bagai pisau terlihat dalam seringai geli, matanya yang
kuning menyambar-nyambar dari satu tempat ke
tempat lain. Tapi tidak semua makhluk merupakan
hewan. Beberapa adalah elf yang mengubah bentuk
asli mereka demi fungsi atau dalam usaha memburu
gagasan keindahan yang lain. Seorang elf yang
terbungkus bulu-bulu yang tegak melompati Eragon
dan terus melompat-lom Bidadari Pendekar Naga Sakti
pat, dengan tangan dan kaki maupun dengan kaki
saja. Kepalanya sempit dan memanjang dengan telinga
seperti kucing, lengannya menjuntai hingga lutut, dan
tangannya yang berjari panjang dilengkapi bantalan
kasar pada telapaknya. Kemudian, dua elf wanita
yang identik tampil ke hadapan saphira. Mereka
berjalan dengan luwes dan, sewaktu menyentuhkan
jari ke bibir memberi salam tradisional, Eragon
melihat kmari mereka berlapis selaput tembus
pandang. "Kami datang dan jauh " bisik mereka.
Sementara mereka berbicara, tiga baris insang
berdenyut-denyut di leher mereka yang ramping,
menampakkan daging merah muda di baliknya. Kulit
mereka kemilau seakan berlapis minyak. Rambut
mereka tergerai melewati bahu yang sempit. Eragon
bertemu elf yang bersisik seperti naga, dengan
tonjolan tulang di atas kepala, jajaran paku yang
memanjang di punggung dan dua api pucat yang
berkelap-kelip dalam cuping hidungnya. Dan Ia
bertemu elf-elf lain yang tidak semudah itu dikenali:
elf yang tampak bergoyang-goyang seakan berada di
bawah air; elf yang, sewaktu tidak bergerak, tak bisa
dibedakan dari pepohonan; elf-elf jangkung bermata
hitam, bahkan di tempat putih mata seharusnya
berada, yang memiliki keindahan luar biasa yang
menakutkan Eragon dan, sewaktu mereka kebetulan
menyentuh apa pun, menembusnya seperti
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bayang-bayang. Contoh terhebat dari fenomena ini
adalah pohon Menoa yang dulu adalah elf bernama
Linnea. Pohon itu tampak hidup lebih cepat karena
kesibukan di lapangan. Cabang. cabangnya bergerak,
sekalipun tidak ada angin yang menyentuhnya,
terkadang derakan batangnya bisa didengar mengikuti
suara musik, dan aura kedermawanan yang lembut
menyebar dari pohon itu dan menyelimuti semua yang
ada di dekatnya.... Dan ia ingat dua serangan rasa
sakit di punggungnya, menjerit dan mengerang dalam
keremangan sementara elf-elf sinting melanjutkan
pemujaan mereka di sekitarnya dan hanya Saphira
yang mendekat untuk menjaganya.... Di hari ketiga
Agaeti Blodhren, atau begitulah yang diketahui Eragon
kelak, ia menyampaikan puisinya pada para elf. Ia
berdiri dan berkata, "Aku bukan tukang besi, dan tidak
ahli memahat atau menenun atau membuat tembikar
atau melukis atau seni apa pun. Aku juga tidak bisa
menyamai prestasi kalian dalam mantra. Dengan
begitu, yang tersisa bagiku ha, nyalah pengalamanku
sendiri, yang kucoba menafsirkannya melalui lensa
cerita, sekalipun aku juga bukan penulis." Lalu,
dengan gaya seperti Brom di Carvahall, Eragon
membaca: Di kerajaan dekat laut, Di pegunungan
yang berselimutkan kebiruan, Di hari beku terakhir
musim dingin, Dilahirkan seseorang dengan hanya
satu tugas: Membunuh musuh dalam Durza, Di tanah
bayang-bayang. Dibesarkan keramahan dan kebijakan
Di bawah pohon-pohon ek setua waktu, Ia lari
bersama rusa dan bergulat dengan beruang, Dan dart
para tetuanya mempelajari keahlian, Untuk membunuh
musuh dalam Durza, Di tanah bayang-bayang. Diajar
memata-matai pencuri berpakaian hitam, Sewaktu ia
meraih yang lemah dan yang hat, Untuk menangkis
pukulannya dan melawan musuh Dengan kain dan batu
dan tanaman dan tulang; Dan membunuh musuh dalam
Durza, Di tanah bayang-bayang. Secepat pikiran,
tahun berganti, Hingga pria itu matang, Tubuhnya
terbakar kemurkaan hebat, Sementara ketidaksabaran
muda membakar pembuluh darahnya. Lalu ia bertemu
wanita cantik, Yang jangkung dan kuat dan bijaksana,
Alisnya dihiasi Cahaya Geda, Yang bersinar ke
gaunnya yang melambai. Di matanya yang sebiru
tengah malam, Dalam genangan-genangan teka-teki
itu, Tampak baginya masa depan yang cerah, Yang
bersama, tak akan bisa mereka raih Untuk menakuti
musuh dalam Durza, Di tanah bayang-bayang. Jadi
Eragon menceritakan bagaimana orang itu
berpetualang ke tanah Durza, tempat ia menemukan
dan melawan musuh, sekalipun kengerian yang dingin
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menguasai hatinya. Tapi walau akhirnya menang, ia
menanggung kekalahan fatal, karena setelah sekarang
mengalahkan musuh, ia tidak takut pada kematian
dunia fana. Ia tidak perlu membunuh musuh dalam
Durza. Lalu pria itu menyarungkan pedang dan pulang
dan menikahi kekasihnya menjelang musim panas
Bidadari Pendekar Naga Sakti
. Bersamanya ia menghabiskan banyak hari dengan
puas hingga janggutnya panjang dan beruban. Tapi:
Dalam kegelapan sebelum subuh, Dalam kamar tempat
pria itu tidur, Si musuh, ia mengendap-endap dan
menjulang di atas Musuh perkasanya sekarang begitu
lemah. Dari bantalnya pria itu Mengangkat kepala
dan menatap Wajah Maut yang dingin dan hampa,
Raja malam yang abadi. Penerimaan yang tenang
memenuhi pria itu Hati yang telah menua; karena
dulu Ia kehilangan rasa takut terhadap pelukan Maut,
Pelukan terakhir yang akan dikenalnya. Selembut
angin pagi, Musuh membungkuk dan dari pria itu
Rohnya yang berpendar dan berdenyut-denyut diambil,
Dan dalam kedamaian mereka pergi untuk tinggal,
Selamanya di Durza, Di tanah bayang-bayang.
Eragon membisu dan, sadar akan tatapan-tatapan yang
terarah padanya, menunduk dan bergegas duduk
kembali. merasa malu karena telah mengungkap begitu
banyak tentang dirinya. Seorang bangsawan elf,
Dathedr, berkata, "Kau meremehkan diri sendiri,
Shadeslayer. Tampaknya kau menemukan bakat baru."
Islanzadi mengangkat satu tangan yang pucat.
"Karyamu akan ditambahkan ke perpustakaan agung
Tialdari Hall, Eragon-finiarel, agar semua yang ingin,
bisa menghargainya. Sekalipun puisimu alegori, aku
yakin itu membantu banyak dari kami memahami
kekerasan yang kauhadapi sejak menemukan telur
Saphira, yang merupakan, bukan dengan cara yang
kecil, tangung jawab kami. Kau harus membacakannya
lagi untuk kami agar kami bisa memikirkannya lebih
jauh." Dengan senang, Eragon membungkuk dan
memenuhi perintah Ratu. Sesudahnya tiba giliran
Saphira menyampaikan karyanya pada para elf. Ia
terbang ke malam dan kembali membawa batu hitam
sebesar pria besar di cakarnya. Setelah mendarat
dengan kaki belakang, ia meletakkan batu itu tegak di
tengah padang rumput, hingga semua orang bisa
melihatnya. Batu yang mengilap itu telah dicairkan
dan entah bagaimana dibentuk menjadi
lengkungan-lengkungan rumit yang berkaitan, seperti
ombak beku. Lidah-lidah batu yang membeku saling
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memuntir dalam pola yang begitu rumit hingga mata
sulit menyusuri salah satunya dari dasar ke puncak,
melainkan selalu melompat ke pola berikutnya.
Karena ini pertama kalinya melihat ukiran itu, Eragon
menatapnya dengan minat yang sama besar seperti
para elf. Bagaimana caramu membuatnya" Mata
Saphira berbinar geli. Dengan menjilati batu cair.
Lalu ia membungkuk dan menyemburkan api ke batu,
memandikannya dengan pilar keemasan yang menanjak
ke bintang-bintang dan mencakarnya dengan jemari.
Sewaktu Saphira menutup rahangnya, tepi-tepi ukiran
yang setipis kertas membara merah, sementara api-api
kecil bergoyang dalam lubang-lubang dan ceruk-ceruk
gelap di seluruh batu. Lengkungan-lengkungan di batu
tampak bergerak diterangi cahaya yang menghipnotis
itu. Para elf berseru keheranan, bertepuk tangan dan
menari-nari di sekitar batu. Seorang elf berseru,
"Bagus sekali, Sisik Terang" lndah sekali, kata
Eragon. Saphira menyentuh lengan Eragon dengan
hidungnya. Terima kasih, makhluk kecil. Lalu Glaedr
menampilkan karyanya: sepotong ek merah yang diukir
dengan ujung cakarnya membentuk Ellesmera yang
dipandang dari ketinggian. Dan Oromis menunjukkan
sumbangannya: dokumen lengkap yang sering dilihat
Eragon digambarinya selama pelajaran mereka. Di
sepanjang paro atas gulungan itu terdapat deretan
huruf--tiruan "The Lay of Vestari the Mariner"
--sementara di paro bawah terdapat lukisan panorama
yang fantastis, dibuat dengan nilai seni tinggi, terinci
dan ahli. Arya meraih tangan Eragon saat itu dan
mengajaknya menembus hutan ke pohon Menoa, di
mana ia berkata, "Lihat bagaimana api silumannya
meredup. Kita memiliki waktu beberapa jam sebelum
subuh tiba dan kita harus kembali ke dunia logika
yang dingin." Di sekitar pohon, puluhan elf
berkumpul, wajah mereka cerah karena antisipasi yang
penuh semangat. Dengan anggun, Islanzadi muncul
dari tengah mereka dan berjalan menyusuri akar
selebar jalan setapak hingga akar itu miring ke atas
dan berputar. Islanzadi berdiri di hamparan
melengkung itu, memandang para elf ramping yang
menunggu. "Sebagaimana kebiasaan kit
Bidadari Pendekar Naga Sakti
a, dan sebagaimana yang disetujui pada akhir Perang
Naga oleh Ratu Tarmunora, Eragon pertama, dan naga
putih yang mewakili rasnya--ia yang namanya tidak
bisa disebut dalam bahasa ini atau bahasa mana
pun--sewaktu mereka mengikat takdir elf dan naga
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjadi satu, kita bertemu untuk menghormati sumpah
darah dengan lagu, tarian, dan buah susah payah kita.
Terakhir kali perayaan ini diselenggarakan,
bertahun-tahun yang lalu, situasi kita benar-benar
gawat. Sejak itu situasi kita agak lebih baik, berkat
usaha kita, para kurcaci, dan kaum Varden, sekalipun
Alagaesia masih berada di bawah bayang-bayang
gelap Wyrdfell dan kita masih harus hidup
menanggung malu karena telah mengecewakan para
naga. "Dari antara para Penunggang yang dulu, hanya
Oromis dan Glaedr yang tersisa. Brom dan banyak
yang lainnya telah memasuki kehampaan selama
seabad terakhir. Tapi harapan baru telah diberikan
pada kita dalam bentuk Eragon dan Saphira, dan
sudah selayaknya mereka berada di sini sekarang,
sementara kita mengulangi sumpah di antara ketiga
ras kita." Dengan isyarat dari Ratu, para elf
mengosongkan tempat yang luas di dasar pohon
Menoa. Di sekeliling tepinya, mereka menancapkan
lentera-lentera yang dipasang pada tiang berukir,
sementara musisi yang memainkan suling, harpa, dan
drum berkumpul di tepi salah satu akar yang panjang.
Dengan dibimbing Arya ke tepi lingkaran, Eragon
mendapati dirinya duduk di antara elf itu dan Oromis,
sementara Saphira dan Glaedr berjongkok di kedua
sisi mereka seperti bukit penuh mata. Kepada Eragon
dan Saphira, Oromis berkata, "Perhatikan baik-baik,
karena ini sangat penting bagi warisanmu sebagai
Penunggang. Sesudah semua elf duduk, kedua wanita
elf berjalan ke tengah ruang kosong dan berdiri saling
memunggungi. Mereka sangat cantik dan identik dalam
segala segi, kecuali rambut mereka: yang satu
berambut sehitam kolam yang terlupakan, dan yang
lain kemilau seperti kawat perak yang dibakar. "Para
Penjaga, Iduna dan Neya," bisik Oromis. Dari bahu
Islanzadi, Blagden menjerit, "Wyrda!" Bergerak
bersama, kedua elf itu mengangkat tangan ke bros di
tenggorokan mereka, membukanya, dan membiarkan
jubah mereka jatuh. Sekalipun mereka tidak
berpakaian, kedua wanita itu terbungkus tato naga
yang bercahaya. Tato itu dimulai dari ekor naga yang
melilit di pergelangan kaki kiri Iduna, naik ke kaki
dan pahanya, melewati dadanya, lalu menyeberang ke
punggung Neya, berakhir dengan kepala naga di dada
Neya. Setiap sisik naga itu berbeda warnanya; pendar
cahayanya menyebabkan tato tersebut tampak seperti
pelangi. Kedua wanita elf itu saling mengaitkan
tangan dan lengan hingga naganya tampak utuh,
menggeliat-geliat dari satu tubuh ke tubuh yang lain
tanpa jeda. Lalu mereka masing-masing mengangkat
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kaki yang telanjang dan menurunkannya ke tanah
padat diiringi bunyi buk pelan. Dan lagi: buk. Pada
buk ketiga, para musisi memukul drum mereka
berirama. Satu buk lagi dan para pemain harpa
memetik instrumen mereka yang berlapis emas, lalu


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesaat sesudah itu, para elf yang memainkan suling
menggabungkan diri dalam melodi yang
berdenyut-denyut. Mula-mula dengan lambat, tapi
kemudian semakin cepat, Iduna dan Neya mulai
menari, menandai irama dengan hentakan kaki di
tanah dan menggeliat-geliat hingga tampaknya bukan
mereka yang bergerak tapi naga pada tubuh mereka.
Merek terus berputar-putar, dan naganya terbang
berputar-putar tanpa henti di kulit mereka. Lalu si
kembar menambahkan suara mereka ke musiknya
semakin lama semakin keras, bait-baitnya merupakan
mantra yang begitu rumit hingga Eragon tidak bisa
memahami artinya. Seperti angin yang semakin
kencang sebelum badai, para elf turut melantunkan
mantra, menyanyi dengan satu lidah, satu pikiran, dan
satu niat. Eragon tidak memahami kata-katanya tapi
mendapati dirinya bernyanyi tanpa suara bersama para
elf, hanyut oleh irama yang tidak bisa dijelaskan itu.
Ia mendengar Saphira dan Glaedr bersenandung
seirama, denyutan dalam yang begitu kuat hingga
bergetar dalam tulang-tulangnya dan menyebabkan
kulitnya terasa geli dan udara berpendar. Iduna dan
Neya berputar semakin cepat hingga
Bidadari Pendekar Naga Sakti
kaki mereka mengabur dan rambut mereka
mengembang di sekitar mereka, dan mereka tampak
kemilau akibat lapisan keringat. Kedua wanita elf itu
mencapai kecepatan yang tidak manusiawi dan musik
memuncak dalam keributan lantunan mantra. Lalu
cahaya menyambar sepanjang tato naga, dari kepala
ke ekor, dan naganya bergerak. Mula-mula Eragon
mengira matanya menipu, hingga makhluk itu
mengerjapkan mata, mengangkat sayap, dan
mengepalkan cakar. Api menyembur dari rahang naga
itu dan ia menerjang maju, menarik diri hingga lepas
dari kulit kedua elf, menanjak ke udara, di mana ia
membubung, mengepak-ngepakkan sayap. Ujung
ekornya tetap tersambung ke si kembar di bawah,
seperti tali ari-ari yang bercahaya. Makhluk raksasa
itu menjulur ke bulan yang hitam dan meraung keras,
lalu berbalik dan mengamati para elf yang berkumpul.
Saat pandangan naga jatuh padanya, Eragon tahu
makhluk itu bukan sekadar penampakan tapi makhluk
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berkesadara yang terikat dan dipertahankan dengan
sihir. Senandung Saphira dan Glaedr bertambah keras
hingga menghalangl semua suara lain dari teling
Eragon. Di atas, hantu ras mereka membungkuk di
atas para elf, menyingkirkan mereka dengan sapuan
sayapnya. Ia berhenti di depan Eragon, menelannya
dalam tatapan yang berputar-putar tanpa akhir.
Terdorong naluri, Eragon mengangkat tangan
kanannya, telapak tangannya terasa geli. Dalam
benaknya menggema suara api: Hadiah dari kami agar
kau bisa melakukan apa yang harus kaulakukan. Naga
itu melekukkan lehernya dan, dengan moncongnya,
menyentuh jantung gedwey ignasia Eragon. Bunga api
berlompatan di antara keduanya, dan Eragon
mengejang sementara panas luar biasa menerobos
tubuhnya, melahap organ-organ dalamnya.
Pandangannya berubah merah dan hitam, dan bekas
luka di punggungnya membara seakan dicap dengan
besi panas. Dalam usahanya menyelamatkan diri, ia
jatuh jauh ke dalam dirinya, di mana kegelapan
menyambarnya dan ia tidak berdaya melawan.
Akhirnya, ia kembali mendengar suara api berkata,
Hadiah dari kami untukmu. DI RAWA-RAWA
BERBINTANG Eragon sendirian saat terjaga. Ia
membuka mata menatap langit-langit berukir rumah
pohon yang dihuninya bersama Saphira. Di luar,
malam masih berkuasa dan suara-suara pujian para elf
mengalun dan kota yang berkilau di bawah. Sebelum
ia menyadari lebih dari itu, Saphira melompat
memasuki benaknya, memancarkan keprihatinan dan
kegelisahan. Bayangan melintas ke dalam benak
Eragon, bayangan Saphira berdiri di samping
Islanzadi di pohon Menoa, lalu naga itu bertanya,
Bagaimana keadaanmu" Aku merasa... enak. Lebih
baik daripada yang lama kurasakan. Berapa lama aku-
Hanya satu jam. Aku ingin menemanimu, tapi mereka
membutuhkan Oromis, Glaedr, dan aku untuk
menyelesaikan upacaranya. Kau seharusnya melihat
reaksi para elf sewaktu kau pingsan. Belum pernah
ada kejadian seperti itu. Apakah kau yang
menyebabkan ini, Saphira" Bukan pekerjaanku
sendiri, juga bukan Glaedr saja. Kenangan akan ras
kami, yang diberi bentuk dan isi oleh sihir elf,
mengurapimu dengan keahlian yang dimiliki kami para
naga karena kaulah harapan terbaik kami untuk
menghindari kepunahan. Aku tidak mengerti. Lihatlah
ke cermin, Saphira memberi saran. Lalu beristirahat
dan pulihkanlah dirimu, dan aku akan menemuimu saat
subuh nanti. Saphira pergi, dan Eragon bangkit dan
menggeliat, heran karena kebugaran yang
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dirasakannya. Dalam perjalanan ke kamar mandi, ia
mengambil cermin yang digunakannya bercukur
mengarahkannya ke cahaya lentera terdekat. Eragon
membeku terkejut. Rasanya seolah puluhan
perubahan fisik yang seiring dengan waktu mengubah
penampilan Penunggang manusia--yang mulai dialami
Eragon sejak terikat dengan Saphira--telah diselesai
sewaktu ia pingsan. Wajahnya sekarang halus dan
bersudut seperti wajah elf, dengan telinga lancip
seperti telinga mereka dan mata miring seperti mata
mereka, lalu kulitnya sepucat gading dan tampak
berpendar samar, seakan berlapis sihir. Aku tampak
seperti princeling--pangeran muda. Eragon belum
pernah menggunakan istilah ini untuk manusia,
apalagi untuk dirinya sendiri, tapi satu-satunya kata
yang menggambarkan keadaannya sek
Bidadari Pendekar Naga Sakti
arang adalah indah. Tapi ia bukan elf sepenuhnya.
Rahangnya lebih kokoh, alisnya lebih tebal, dan
wajahnya lebih lebar. Ia lebih halus daripada manusia
mana pun dan lebih kasar daripada elf manapun.
Dengan jemari gemetar, Eragon menjangkau ke balik
punggungnya, mencari bekas luka. Ia tidak merasakan
apa-apa. Eragon menanggalkan tunik dan berputar di
depan cermin untuk memeriksa punggungnya.
Punggungnya semulus sebelum pertempuran di Farthen
Dur. Air mata mengalir di mata Eragon saat ia
mengelus tempat Durza melukai dirinya. Ia tahu
punggungnya tidak akan menyulitkannya lagi. Bukan
saja cacat mengerikan yang dibiarkannya telah hilang,
tapi setiap bekas luka dan cacat lain juga hilang dari
tubuhnya, tubuhnya sekarang semulus bayi yang baru
dilahirkan. Eragon mengelus garis di pergelangan
tangannya, tempat ia dulu melukai diri sendiri
sewaktu mengasah sabit Garrow. Tidak terlihat bukti
luka itu pernah ada. Bekas luka berbentuk bercak di
bagian dalam pahanya, sisa-sisa penerbangan
pertamanya dengan Saphira, juga hilang. Sejenak ia
merindukan bekal-bekas luka itu sebagai catatan
hidupnya, tapi penyesalannya singkat sewaktu
menyadari kerusakan setiap luka yang pernah
dideritanya, tidak peduli sekecil apa pun, telah
diperbaiki. Aku menjadi sebagaimana seharusnya,
pikirnya, dan menghela napas dalam untuk menghirup
udara yang memabukkan. Ia menjatuhkan cermin di
ranjang dan mengenakan pakaian terbaiknya: tunik
merah yang dijahit dengan benang sabuk berhias giok
putih; celana beludru yang hangat; sepatu bot kain
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang disukai kaum elf; dan di lengan bawahnya,
pelindung kulit pemberian para kurcaci. Setelah turun
dari pohon, Eragon berkeliaran di keremangan
Ellesmera dan mengamati para elf bernyanyi dalam
semangat malam. Tidak satu pun dari mereka
mengenalinya, sekalipun mereka menyapanya seakan
ia salah satu dari mereka dan mengundangnya
bergabung dalam keriangan mereka. Eragon melayang
dengan kesadaran yang makin peka, indra-indranya
dipenuhi pemandangan, suara, bau, dan perasaan baru
yang menyerbunya. Ia bisa melihat dalam kegelapan
yang sebelumnya membuatnya buta. Ia bisa menyentuh
sehelai daun dan, dengan menyentuhnya saja,
menghitung setiap bulu yang tumbuh di sana. Ia bisa
mengidentifikasi bau yang melayang ke arahnya
seperti serigala atau naga. Dan ia bisa mendengar
cicit tikus-tikus di bawah sesemakan dan suara kulit
kayu jatuh ke tanah; detak jantungnya sendiri
terdengar bagai genderang baginya. Jalan-jalannya
yang tanpa tujuan membawanya melewati pohon
Menoa, di mana ia berhenti sejenak untuk menonton
Saphira di tengah pesta, sekalipun tidak menunjukkan
diri pada mereka yang ada di rawa. Kau mau ke
mana, makhluk kecil" tanya Saphira. Eragon melihat
Arya bangkit dari samping ibunya, berjalan menerobos
kerumunan elf, lalu, seperti hantu hutan, melayang ke
bawah pepohonan di baliknya. Aku berjalan di antara
lilin dan kegelapan, jawabnya, dan mengikuti Arya.
Eragon melacak Arya berdasarkan bau remukan daun
jarum pinus yang dipancarkannya, berdasarkan
sentuhan lembut Arya di tanah, dan berdasarkan
gangguan di udara yang ditimbulkannya. Ia
menemukan Arya berdiri seorang diri di tepi lapangan,
kaku seperti makhluk liar saat mengawasi konstelasi
berputar di langit di atas. Saat Eragon muncul di
tempat terbuka, Arya memandangnya, dan merasa Arya
seperti baru melihatnya untuk pertama kali. Mata Arya
membelalak, dan ia berbisik, "Itu kau, Eragon?"
"Aye," "Apa yang mereka lakukan padamu?" "Aku
tidak tahu." Ia mendekati Arya, dan bersama-sama
mereka berjalan di hutan lebat, yang menggemakan
musik dan suara-suara dari Perayaan. Sekalipun telah
berubah, Eragon sangat menyadari kehadiran Arya,
bisikan-bisikan yang timbul dari pakaiannya saat
menggesek kulitnya, leher Arya yang lembut dan
pucat, dan bulu matanya, yang berlapis minyak
sehingga menyebabkan bulu matanya mengilap dan
lentik seperti kelopak hitam yang basah oleh hujan.
Mereka berhenti di tepi sungai sempit yang begitu
jernih hingga tidak terlihat dalam keremangan.
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Satu-satunya yang menunjukkan kehadiran sungai itu
hanyalah gelegak air yang mengalir melewati b
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ebatuan. Di sekeliling mereka, pepohonan pinus yang
lebat membentuk gua dengan cabang-cabangnya,
menyembunyikan Eragon dan Arya dari dunia dan
meredam udara yang sejuk dan tidak bergerak. Ceruk
itu seperti tidak termakan usia, seakan dicabut dari
dunia dan dilindungi sihir terhadap napas waktu yang
melemahkan. Di tempat rahasia itu, Eragon tiba-tiba
merasa dekat dengan Arya, dan semua perasaannya
terhadap elf tersebut melesat maju dalam pikirannya.
Ia begitu terpengaruh oleh kekuatan dan vitalitas
yang mengalir dalam pembuluh darahnya--juga sihir
belum dijinakkan yang memenuhi hutan--ia tidak lagi
berhati-hati dan berkata, "Tinggi sekali
pepohonannya, terang sekali bintang-bintang... dan
kau cantik sekali, O Arya Svitkona." Dalam situasi
normal, ia pasti menganggap tindakannya sebagai
kebodohan luar biasa, tapi di malam yang sinting ini,
tindakannya terasa waras sepenuhnya. Arya
mengejang. "Eragon...." Eragon mengabaikan
peringatan Arya. "Arya, aku bersedia melakukan apa
saja untuk mendapatkan dirimu. Aku bersedia
mengikutimu ke ujung dunia. Aku bersedia membangun
istana bagimu hanya dengan kedua tanganku. Aku--"
"Bisakah kau berhenti mengejarku" Bisakah kau
berjanji, waktu Eragon ragu-ragu, Arya melangkah
mendekat dan berkata, dengan lembut dan pelan,
"Eragon, ini tidak bisa. Kau masih muda dan aku
sudah tua, dan itu tidak akan pernah berubah." "Kau
tidak memiliki perasaan apa pun terhadapku?"
"Perasaanku padamu," kata Arya, "adalah
persahabatan dan tidak lebih. Aku berterima kasih kau
menyelamatkanku dari Gil'ead, dan aku senang
kautemani. Hanya itu... Hentikan usahamu ini--karena
ini hanya akan menimbulkan sakit hati bagimu--dan
cari seseorang yang sebaya denganmu untuk melewati
bersama tahun-tahun yang panjang." Eragon nyaris
menangis. "Kenapa kau bisa sekejam ini?" "Aku tidak
kejam, tapi ramah. Kau dan aku tidak ditakdirkan
bersatu." Dalam keputusasaan, Eragon berkata, "Kau
bisa memberiku kenanganmu, dan dengan begitu aku
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang sama
denganmu." "Itu penghujatan." Arya mengangkat
dagunya, wajahnya muram dan khidmat, dan diliputi
cahaya keperakan bintang-bintang. Dengan nada agak
keras, "Dengarkan aku baik-baik, Eragon. Ini tidak
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bisa, dan tidak akan pernah bisa. Dan sebelum kau
menguasai dirimu sendiri, persahabatan kita terpaksa
berakhir, karena emosimu hanya mengalihkan
perhatian kita dari kewajiban kita." Ia membungkuk
memberi hormat pada Eragon. "Selamat tinggal,
Eragon Shadeslayer." Lalu ia berjalan pergi dan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghilang ke dalam Du Weldenvarden. Sekarang air
mata mengalir turun di pipi Eragon dan jatuh ke lumut
di bawahnya, di mana air mata itu menggenang tak
terserap, seperti mutiara yang ditebarkan di selimut
beludru hijau. Dengan perasaan beku, Eragon duduk di
sebatang kayu yang busuk dan membenamkan wajah di
tangan, menangis karena perasaannya terhadap Arya
hancur tak berbalas, dan menangis karena ia semakin
menjauhkan elf itu dari dirinya. Beberapa saat
kemudian, Saphira menggabungkan diri dengannya.
Oh, makhluk kecil. Ia menggosok-gosok Eragon
dengan moncongnya. Kenapa kau harus menimpakan
hal ini pada dirimu sendiri" Kau tahu apa yang akan
terjadi kalau kau berusaha mendekati Arya lagi. Aku
tidak bisa menahan diri. Ia melipat tangan di perut
dan bergoyang-goyang di balok kayu, tangisnya
mereda menjadi isakan yang diperkuat kesengsaraan.
Sambil menyampirkan satu sayap yang hangat
menutupi Eragon, Saphira menariknya dekat ke
sisinya, seperti, induk falcon terhadap anaknya. lebih
meringkuk ke dekatnya dan tetap berada di sana
hingga malam berganti siang dan Agaeti Blodhren
berakhir. MENDARAT Roran berdiri di geladak
kemudi Red Boar, lengannya terlipat di dada dan
kakinya mengangkang lebar untuk memantapkan
posisinya di bargas yang bergoyang-goyang. Angin
bergaram mengacak rambutnya dan menarik-narik
janggutnya yang lebat, menggelitik bulu-bulu di
lengan bawahnya yang telanjang. Di sampingnya,
Clovis mengemudi. Pelaut berpengalaman itu menunjuk
garis pantai, ke karang yang tertutup camar di puncak
bukit yang menjulur ke laut. "Teirm ada di balik
puncak itu." R Bidadari Pendekar Naga Sakti
oran menyipitkan mata memandang matahari sore,
yang memantul di lautan begitu terangnya hingga
membutakan. "Kita berhenti di sini sekarang, kalau
begitu." "Kau tidak ingin masuk kota sekarang?"
"Tidak sekaligus. Panggil Torson dan Flint dan minta
mereka menepikan bargas ke pantai. Tampaknya itu
tempat yang bagus untuk berkemah." Clovis meringis.
"Arrgh. Tadinya kuharap bisa menikmati makanan
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hangat malam ini. Roran mengerti; makanan segar dari
Narda telah lama habis disantap, menyisakan hanya
daging babi asin, ikan herring asin, kubis asin,
biskuit laut yang dibuat para penduduk desa dari
tepung yang mereka beli, acar sayur dan sesekali
daging segar sewaktu penduduk desa membantai salah
satu dari sedikit ternak mereka yang tersisa atau
berhasil mendapatkan hewan buruan sewaktu mereka
mendarat. Suara Clovis yang serak menggema di
perairan saat berteriak pada nahkoda kedua bargas
yang lain. Saat mereka mendekat, ia memerintahkan
mereka merapat ke pantai, tanpa peduli keberatan
mereka. Mereka dan para pelaut lain berharap di
Teirm malam ini dan menghamburkan upah mereka
dalam kesenangan kota. Sesudah bargas-bargas
merapat, Roran berjalan di antara Para penduduk desa
dan membantu mereka mendirikan tenda di sana-sini,
membongkar muatan, mengambil air dari sungai di
dekat tempat itu, dan kalau tidak, menawarkan
bantuan hingga semua orang mendapat tempat. Ia
berhenti sejenak untuk menyemangati Morn dan Tara,
karena mereka tampak sedih, dan menerima jawaban
yang hati-hati. Pemilik kedai minum dan istrinya
menjauhi dirinya sejak meninggalkan Lembah
Palancar. Secara keseluruhan, para penduduk desa
dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan sewaktu
tiba di Narda karena bisa beristirahat di bargas, tapi
kekhawatiran konstan dan terus-menerus kena cuaca
buruk menghalangi mereka dari pemulihan yang
diharapkan Roran. "Stronghammer, kau mau makan di
tenda kami malam ini?" tanya Thane, sambil mendekati
Roran. Roran menolak seramah mungkin dan berbalik,
dan mendapati diri berhadapan dengan Felda, yang
suaminya, Byrd, dibunuh Sloan. Wanita itu
membungkuk memberi hormat, lalu berkata, "Bisa aku
berbicara denganmu, Roran putra Garrow?" Roran
tersenyum kepadanya. "Selalu, Felda. Kau tahu itu."
"Terima kasih." Dengan ekspresi penuh rahasia, ia
mengelus renda di tepi syalnya dan melirik tendanya.
"Aku mau minta tolong. Ini mengenai Mandel--" Roran
mengangguk; ia memilih putra tertua Felda untuk
menemaninya ke Narda dalam perjalanan penting di
mana ia membunuh kedua penjaga. Mandel bertindak
mengagumkan saat itu, juga selama berminggu-minggu
sejak menjadi awak Edeline, dan belajar cara
mengemudikan bargas sebisa mungkin. "Ia cukup
bersahabat dengan Para Pelaut di bargas kami dan
mulai bermain dadu dengan mea pelanggar hukum itu.
Bukan demi uang--kami tidak memilikinya sedikit
pun--tapi untuk barang-barang kecil. Barang-barang
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang kami butuhkan." "Kau sudah memintanya
berhenti?" Felda memuntir renda syalnya. "Aku
khawatir sejak kematian ayahnya ia tidak lagi
menghormatiku seperti sebelumnyah jadi liar." Kita
semua jadi liar, pikir Roran. "Kau ingin aku melakukan
apa?" tanyanya lembut. "Kau pernah bersikap baik
padanya. Ia mengagumimu. Kala kau berbicara
padanya, ia pasti mendengarkan." Roran
mempertimbangkan permintaan itu, lalu berkata,
"Baiklah, akan kulakukan sebisaku." Felda lega. "Tapi
katakan, ia kalah apa dalam permainan dadu?"
"Sebagian besar makanan." Felda ragu-ragu, lalu
menambahkan, "Tapi aku tahu ia pernah
mempertaruhkan gelang nenekku demi kelinci yang
berhasil dijebak orang-orang itu." Roran mengerutkan
kening. "Tenangkan hatimu, Felda. Akan kutangani
masalah ini secepat mungkin." "Terima kasih." Felda
kembali membungkuk memberi hormat, lalu menyelinap
pergi di sela tenda-tenda darurat, meninggalkan Roran
untuk memikirkan apa yang baru saja diutarakannya.
Roran tanpa sadar menggaruk dagunya sambil
berjalan. Masalah dengan Mandel dan para pelaut
merupakan masalah yang merugikan kedua belah
pihak; Roran menyadari bahwa selama perjalanan dari
Narda, salah seorang anak buah Torson, Frewin,
menjadi terlalu dekat denga
Bidadari Pendekar Naga Sakti
n Odele--wanita muda teman Katrina. Mereka bisa
menjadi masalah saat kita meninggalka" Clovis nanti.
Dengan berhati-hati agar tidak menarik perhatian yang
hdak perlu, Roran menyeberangi perkemahan dan
mengumpulkan penduduk desa yang paling
dipercayanya lalu meminta mereka menemaninya ke
tenda Horst. Di sana ia berkata, "Lima orang yang
telah kita sepakati akan berangkat sekarang, sebelum
hari terlalu sore. Horst akan menggantikan aku
sementara aku pergi. Ingat bahwa tugas terpenting
kalian adalah memastikan Clovis tidak pergi membawa
bargas-bargasnya atau merusaknya dengan cara apa
pun. Bargas-bargas itu mungkin satu-satunya alat bagi
kita untuk mencapai Surda." "Itu, dan pastikan kita
tidak ketahuan," kata Orval. "Tepat sekali. Kalau
tidak satu pun dari kami kembali saat malam turun
besok lusa, anggaplah kami tertangkap. Bawa
bargas-bargasnya ke Surda, tapi jangan berhenti di
Kuasta untuk membeli persediaan makanan;
Kekaisaran mungkin sudah menunggu di sana. Kalian
harus mencari makan di tempat lain." Sementara
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
teman-temannya bersiap, Roran pergi ke kabin Clovis
di Red Boar. "Hanya kalian berlima yang akan pergi?"
tanya Clovis setelah Roran menjelaskan rencananya.
"Benar." Roran membiarkan tatapan tajamnya
menghunjam Clovis hingga pria itu bergerak-gerak
gelisah. "Dan sekembalinya aku nanti, kuharap kau,
bargas-bargas ini, dan semua anak buahmu masih ada
di sini." "Kau berani meragukan kehormatanku
sesudah aku melaksanakan bagianku dari perjanjian
kita?" "Aku tidak meragukan apa pun, hanya
memberitahukan harapanku. Terlalu banyak yang
dipertaruhkan. Kalau kau berkhianat sekarang, kau
menghukum mati seluruh desa kami." "Itu aku tahu,"
gumam Clovis, sambil menghindari tatapan Roran.
"Orang-orangku akan mempertahankan diri selama
kepergianku. Jadi selama masih bernapas, mereka
tidak akan dikalahkan, ditipu, atau ditinggalkan. Dan
kalau mereka memang mengalami kesialan, akan
kubalaskan mereka bahkan meskipun aku harus
berjalan ribuan mil laut dan melawan Galbatorix
sendiri. Camkan kata-kataku, Master Clovis, karena
aku bicara lujur." "Kami juga tidak sesayang itu pada
Kekaisaran, seperti yang tampaknya kalian yakini,"
Clovis memprotes. "Aku tidak akan membantu mereka
seperti orang-orang lain." Roran tersenyum dengan
kegelian yang suram. "Orang bersedia melakukan apa
saja untuk melindungi keluarga dan rumah mereka."
Saat Roran mengangkat palang pintu, Clovis bertanya,
"Dan apa yang akan kaulakukan begitu tiba di Surda?"
"Kami akan--" "Bukan kami: kau. Apa yang akan
kaulakukan" Aku mengawasimu. Roran. Aku
mendengarkanmu. Dan kau tampaknya orang yang
cukup baik, sekalipun aku tidak peduli caramu
menghadapiku. Tapi aku tidak bisa menerima kau akan
meletakkan martilmu dan mengambil bajak lagi, hanya
karena kau sudah tiba di Surda." Roran
mencengkeram palang hingga buku-buku jarinya
memutih. "Sesudah kuantar penduduk desa ke Surda,"
katanya dengan suara sehampa padang pasir yang
menghitam," aku akan pergi berburu." "Ah. Memburu
wanita muda berambut merahmu itu" Aku mendengar
pembicaraan mengenai hal tersebut, tapi aku tidak
benar-benar--" Pintu terbanting menutup di belakang
Roran saat ia meninggalkan kabin. Ia membiarkan
kemarahannya berkobar-kobar sejenak--menikmati
kebebasan emosi--sebelum mulai meredakan gejolak
semangat yang tidak perlu itu. Ia berjalan ke tenda
Felda, tempat Mandel tengah melempar pisau berburu
ke tunggul. Felda benar; harus ada yang mendidiknya
agar berpikiran logis. "Kau membuang-buang waktu,"
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kata Roran. Mandel berbalik dengan terkejut.
"Kenapa kau berkata begitu?" "Dalam pertempuran
yang sebenarnya, kau lebih mungkin melukai matamu
sendiri daripada melukai musuhmu. Kalau kau tidak
tahu jarak tepat antara dirimu dan sasaranmu..."
Roran mengangkat bahu. "Mungkin sebaiknya kau
melempar batu." Ia mengawasi dengan penuh minat
tapi tak acuh ketika pemuda itu meradang. "Gunnar
memberitahuku tentang kenalannya di Cithri yang bisa
menghantam gagak terbang dengan pisaunya, delapan
dari setiap sepuluh lemparan." "Dan pada kedua
lemparan yang gagal itu kau akan terbunuh. Biasanya
melemparkan s Bidadari Pendekar Naga Sakti
enjatamu dalam pertempuran merupakan gagasan yang
buruk." Roran melambai, menghalangi protes Mandel.
"Ambil peralatanmu dan temui aku di bukit balik
sungai lima belas menit lagi. Aku sudah memutuskan
kau ikut berasma kami ke Tierm." "Ya, Sir!" Dengan
senyum antusias, Mandel masuk ke tenda dan mulai
berkemas. Roran pergi dan bertemu Felda, yang
menggendong putri bungsunya di pinggul. Felda
bergantian memandang dirinya dan kegiatan Mandel di
dalam tenda, dan ekspresinya menegang. "Tolong jaga
keselamatannya, Stronghammer." Ia meletakkan
putrinya ke tanah dan bergegas pergi, membantu
mengumpulkan barang-barang yang akan dibutuhkan
Mandel. Roran yang pertama tiba di bukit yang
ditentukan. Ia berjongkok di sebongkah batu putih dan
memandangi laut sambil menyiapkan diri menghadapi
tugasnya. Sewaktu Loring, Gertrude, Birgit, dan
Nolfavrell, putra Birgit tiba, Roran melompat turun
dari batu dan berkata, "Kita tunggu Mandel; ia ikut
kita." "Untuk apa?" tanya Loring. Birgit juga
mengerutkan kening. "Kupikir kita sepakat bahwa tidak
ada orang lain lagi yang ikut bersama kita. Terutama
Mandel, karena ia telah terlihat di Narda. Sudah
cukup berbahaya dengan ikutnya dirimu dan Gertrude,
dan Mandel hanya memperbesar kemungkinan adanya
orang yang akan mengenali kita." "Kuambil risiko
itu." Roran menatap lurus ke mata mereka bergantian.
"Ia perlu ikut." Pada akhirnya, mereka menurut, dan
bersama Mandel, mereka berenam menuju selatan, ke
Teirm. TEIRM Di kawasan itu, garis pantai terdiri
atas bukit-bukit rendah yang ditutupi rerumputan lebat
dan sesekali tampak pohon briar, dedalu, dan poplar.
Tanah lunak dan berlumpur melesak terinjak kaki
mereka dan menyulitkan perjalanan. Di sebelah kanan
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka terbentang laut yang kemilau. Di sebelah kiri
ada sosok ungu Spine. Jajaran puncak gunungnya
yang bersalju dihiasi awan dan kabut. Ketika
kelompok Roran melewati bangunan dan lahan di
sekitar Teirm--beberapa tanah pertanian yang
terpisah, lainnya bangunan-bangunan mewah yang
luas--mereka bersusah payah agar tidak terdeteksi.


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sewaktu menemui jalan yang menghubungkan Narda
dengan Teirm, mereka bergegas menyeberanginya dan
melanjutkan perjalanan terus ke timur, ke
pegunungan, sejauh beberapa mil lagi sebelum
berbelok ke selatan. Begitu mereka yakin telah
mengitari kota, mereka berbelok kembali ke laut
hingga menemukan jalan masuk selatan. Selama
berada di Red Boar, terlintas dalam benak Roran
bahwa para pejabat di Narda mungkin sudah menebak
siapa pun yang membunuh kedua penjaga itu berada di
antara orang-orang yang berangkat dengan
bargas-bargas Clovis. Kalau benar begitu, mereka
pasti sudah mengirim kurir untuk memperingatkan para
prajurit Teirm agar mengawasi siapapun yang sesuai
dengan deskripsi para penduduk desa. Dan kalau
Ra'zac telah mengunjungi Narda, para prajurit juga
tahu mereka bukan hanya mencari beberapa pembunuh
tapi Roran Stronghammer dan para pengungsi dari
Carvahall. Teirm bisa menjadi perangkap rahasia.
Tapi mereka tidak bisa melewati kota itu, karena
penduduk desa membutuhkan persediaan makanan dan
alat transportasi baru. Roran memutuskan tindakan
jaga-jaga terbaik mereka terhadap penangkapan
adalah tidak mengirimkan seorang pun yang tealh
terlihat di Narda ke Teirm, kecuali Gertrude dan
dirinya sendiri--Gertrude karena hanya ia yang
memahami bahan obat-obatannya, dan Roran karena,
sekalipun ia yang paling mungkin dikenali, ia tidak
memercayai siapa pun untuk melakukan apa yang perlu
dilakukan. Ia tahu dirinya memiliki kemauan bertindak
sewaktu yang lain ragu-ragu, seperti pada saat ia
membantai para penjaga. Anggota kelompok lainnya
dipilih untuk meminimalkan kecurigaan. Loring tua
tapi pejuang yang tangguh dan pembohong yang
pandai. Birgit telah membuktikan kecerdasan dan
kekuatannya, dan putranya, Nolfavrell, membunuh
seorang prajurit dalam pertempuran, sekalipun
usianya masih sangat muda. Semoga mereka tidak
tampak lebih daripada keluarga besar yang bepergian
bersama. Itu kalau Mandel tidak mengacaukan
rencana, pikir Roran. Gagasan Roran juga untuk
memasuki Teirm dari selatan, dengan begitu
memperkecil kesan mer Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan 26 Pendekar Romantis 06 Kitab Panca Longok Dracula 9
^