Pencarian

Eldest 9

Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 9


kondisinya semalam sedikit pun. Eragon, Oromis, dan
Arya bertukar salam tradisional, kemudian, tanpa
menggunakan bahasa kuno, Oromis bertanya, "Dalam
rangka apa aku mendapat kunjungan ini" Kalian
berdua diterima di gubukku, tapi seperti yang bisa
kalian lihat, aku sedang bekerja bersama Eragon, dan
ini sangat penting." "Aku minta maaf mengganggu
Anda, Oromis-elda," kata Arya, "tapi--" "Aku yang
salah," kata Orik. Ia melirik Eragon sebelum
melanjutkan. "Aku dikirim Hrothgar kemari untuk
memastikan Eragon mendapat pelatihan yang layak
diterimanya. Aku tidak ragu bahwa memang begitu,
tapi aku berkewajiban melihat pelatihannya dengan
mataku sendiri agar sekembalinya ke Tronjheim kelak,
aku bisa menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi
pada rajaku." Bidadari Pendekar Naga Sakti
Oromis berkata, "Apa yang kuajarkan pada Eragon
tidak boleh diberitahukan pada siapa pun. Rahasia
Penunggang hanya bagi dirinya seorang." "Dan aku
mengerti itu. Tapi kita hidup di waktu yang tidak
pasti; batu yang dulunya mantap dan kokoh sekarang
tidak stabil. Kita harus beradaptasi untuk bisa
bertahan hidup. Begitu banyak yang tergantung pada
Eragon, kami para kurcaci berhak memastikan
pelatihannya berjalan sesuai janji. Apakah menurut
Anda permintaan kami cukup masuk akal?"
"Diutarakan dengan baik, Master Kurcaci," kata
Oromis. Ia mengetuk-ngetukkan jemarinya, tidak bisa
ditebak, seperti biasa. "Kalau begitu, boleh kuanggap
ini tugas bagimu?" "Tugas dan kehormatan." "Dan
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kau tidak akan mundur saat ini?" "Sayangnya tidak,
Oromis-elda," kata Orik. "Baiklah. Kau boleh tinggal
dan menonton selama pelajaran ini. Apakah kau
puas?" Orik mengerutkan kening. "Apakah pelajaran
Anda sudah hampir berakhir?" "Kami baru saja
mulai." "Kalau begitu ya, aku akan puas. Setidaknya
untuk saat ini." Sementara mereka berbicara, Eragon
berusaha menangkap pandangan Arya, tapi elf
tersebut tetap memusatkan pandangannya pada
Oromis. "...Eragon!" Eragon mengerjapkan mata,
tersentak dari lamunan. "Ya, Master?" "Jangan
melamun, Eragon. Kuminta kau membuat fairth Biarkan
pikiranmu tetap terbuka, seperti yang kuajarkan tadi."
"Ya Master." Eragon mengangkat lempengan batunya,
kedua tangannya agak basah karena ia gugup
memikirkan kehadiran dan Arya di sana untuk menilai
prestasinya. Ia ingin berhasil dengan baik untuk
membuktikan Oromis guru yang baik. Sekalipun begitu,
ia tidak bisa memusatkan perhatian Pada daun jarum
pinus dan getahnya; Arya menarik-narik dirinya
seperti magnet, mengalihkan perhatiannya pada elf itu
setiap kali ia memikirkan hal-hal lain. " Akhirnya ia
sadar bahwa sia-sia menolak ketertarikan itu. Ia
membayangkan Arya dalam kepalanya--yang hanya
memerlukan waktu sejenak, karena ia hafal wajah Arya
lebih daripada wajahnya sendiri--dan mengucapkan
mantra dalam bahasa kuno, menumpahkan segenap
pemujaan, cinta, dan ketakutannya terhadap Arya ke
dalam aliran sihir. Hasilnya menyebabkan ia tak
mampu bicara. Fairth menggambarkan kepala dan
bahu Arya dengan latar belakang gelap, tidak jelas.
Arya bermandikan kunang-kunang di sisi kanannya dan
menatap penontonnya dengan pandangan penuh arti,
tampak bukan hanya sebagaimana dirinya tapi
sebagaimana dirinya menurut pandangan Eragon:
misterius, eksotis, dan wanita tercantik yang pernah
dilihatnya. Gambar itu cacat, tidak sempurna, tapi
begitu kuat dan penuh emosi hingga memicu reaksi
Eragon. Beginikah caraku memandangnya" Siapa pun
wanita ini, ia begitu bijaksana, kuat, dan memikat,
hingga mampu menenggelamkan pria mana pun yang
lebih rendah. Dari jarak jauh, Eragon mendengar
Saphira berbisik, Hati-hati.. "Apa yang kau gambar,
Eragon?" tanya Oromis. "Aku... aku tidak tahu."
Eragon ragu-ragu saat Oromis mengulurkan tangan
meminta fairth itu, enggan membiarkan orang lain
melihat karyanya, terutama Arya. Sesudah diam cukup
dan menakutkan, Eragon melepaskan cengkeramannya
batu itu dan memberikannya pada Oromis. Ekspresi
elf itu berubah tegas saat memandang fairth tersebut,
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lalu kembali menatap Eragon, yang resah dipandangi
begitu. Tanpa sepatah kata pun, Oromis memberikan
batu tersebut pada Arya. Rambut Arya menutupi
wajahnya saat ia membungkuk di atas lempengan itu,
tapi Eragon melihat otot-otot dan pembuluh-pembuluh
darah bertonjolan di tangan Arya Saat elf tersebut
mencengkeram batunya. Lempengan itu bergetar di
tangannya. "Well, apa itu?" tanya Orik. Arya
mengangkat fairth melewati kepala, lalu
melemparkannya ke tanah, memecahkan gambar itu
hingga berkeping-keping. Lalu ia menegakkan diri
dan, dengan angkuh, berjalan melewati Eragon,
menyeberangi lapangan, dan memasuki kegelapan Du
Weldenvarden. Orik mengambil salah satu kepingan
batu. Kepingan itu kosong. Gambarnya sirna sewaktu
batunya pecah. Ia menarik-narik janggutnya. "Selama
berpuluh-puluh tahun aku mengenalnya, Arya tidak
pernah kehilangan kendali seperti itu. Tidak pernah.
Apa yang kau buat, Eragon?" Dengan ter
Bidadari Pendekar Naga Sakti
tegun, Eragon berkata, "Gambar dirinya." Orik
mengerutkan kening, jelas kebingungan. "Gambamya"
Kenapa itu--" "Kupikir sebaiknya kau pergi sekarang,"
kata Oromis. "Pelajaran sudah selesai. Kembalilah
besok atau besok lusa kalau kau mau mendapat
gambaran yang lebih baik mengenai kemajuan
Eragon." Si kurcaci menyipitkan mata memandang
Eragon, lalu mengangguk dan menepiskan tanah dari
telapak tangannya. "Ya, aku yakin begitu. Terima
kasih untuk waktumu, Oromis-elda. Aku
menghargainya." Saat melangkah kembali ke
Ellesmera, ia berkata sambil menoleh ke belakang
pada Eragon, "Aku ada di ruang bersama Aula
Tialdari, kalau kau mau bicara." Sesudah Orik pergi,
Oromis mengangkat tepi tuniknya, berlutut, dan
mengumpulkan kepingan-kepingan batu. Eragon
mengawasinya, tidak mampu bergerak. "Kenapa?"
tanyanya dalam bahasa kuno. "Mungkin," kata
Oromis, "Arya takut padamu." "Takut" Ia tidak pernah
takut." Bahkan sewaktu mengatakannya, Eragon tahu
itu tidak benar. Arya hanya menutupi ketakutannya
dengan lebih baik dibandingkan siapa pun. Sambil
bertumpu pada salah satu lutut, ia mengambil
sekeping fairth dan menekankannya ke telapak tangan
Oromis. "Kenapa aku menakutkan baginya?" tanyanya.
"Tolong katakan." Oromis berdiri dan berjalan ke tepi
sungai, di mana ia menghamburkan kepingan-kepingan
batu, membiarkan serpihan kelabu mengalir turun dari
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sela-sela jemarinya. "Fairth hanya menunjukkan apa
yang kauinginkan. Bisa saja kau berbohong dengan
fairth, menciptakan gambar palsu, tapi untuk itu
diperlukan keahlian yang lebih tinggi daripada yang
kaumiliki. Arya tahu ini. Dengan begitu, ia juga tahu
fairth buatanmu mempakan gambaran akurat
perasaanmu terhadap dirinya." "Tapi kenapa ia takut
padaku?" Oromis tersenyum sedih. "Karena itu
mengungkapkan kedalaman perasaanmu." Ia saling
menempelkan ujung-ujung jemarinya, membentuk
serangkaian lengkungan. "Mari kita analisis
situasinya, Eragon. Biarpun kau cukup tua untuk
dianggap sebagai pria dewasa di antara kaummu, di
mata kami, kau tidak lebih daripada anak-anak."
Eragon mengerutkan kening, mendengar gema suara
Saphira semalam. "Biasanya, aku tidak akan
membandingkan usia manusia dengan usia elf, tapi
karena kau hidup selama kami, kau juga harus dinilai
berdasarkan standar kami. "Dan kau Penunggang.
Kami mengandalkan dirimu untuk membantu kami
mengalahkan Galbatorix; kalau sampai kau teralih dari
pelajaranmu, itu bisa menjadi bencana bagi setiap
orang di Alagaesia. "Nah, sekarang," kata Oromis,
"bagaimana Arya harus bereaksi terhadap fairth
buatanmu" Jelas kau memandangnya dari sudut
romantis, tapi--sekalipun aku tidak ragu bahwa Arya
menyukaimu--persatuan kalian berdua mustahil terjadi
karena kemudaanmu, budayamu, ras, dan tanggung
jawabmu. Ketertarikanmu menempatkan Arya di posisi
yang tidak nyaman. Ia tidak berani mengkonfrontasi
dirimu, karena takut merusak latihanmu. Tapi, sebagai
putri Ratu, ia tidak bisa mengabaikan dirimu dan
mengambil risiko menyinggung perasaan
Penunggang--terutama yang menyandang beban begitu
banyak & Seandainya pun kalian sebanding, Arya pasti
menahan diri dari menerimamu agar kau bisa
memusatkan segenap energimu pada tugas yang
kauhadapi. Ia akan mengorbankan kebahagiaannya
untuk kebaikan yang lebih besar. Suara Oromis
bertambah berat. "Kau harus mengerti, Eragon, bahwa
membantai Galbatorix lebih penting daripada siapa
pun. Tidak ada lagi yang penting selain itu." Ia diam
sejenak, tatapannya melembut, kemudian
menambahkan, "Mengingat situasinya, apakah aneh
kalau Arya takut perasaanmu padanya bisa
membahayakan segala sesuatu yang kita lakukan?"
Eragon menggeleng. Ia malu karena tingkah lakunya
menyebabkan Arya tertekan, dan galau pada betapa
ceroboh dan kekanak-kanakannya tindakannya tadi.
Aku bisa menghindari seluruh kekacauan ini kalau
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bisa lebih mengendalikan diri. Sambil menyentuh
bahu Eragon, Oromis membimbingnya kembali ke
dalam gubuk. "Jangan berpikir aku tidak bersimpati,
Eragon. Semua orang pasti pernah mengalami
perasaan yang kaualami dalam hidup mereka. Itu
bagian dari tumbuh dewasa. Aku juga tahu betapa
sulit bagimu menghindari kenyamanan hi
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dup yang biasa, tapi ini penting kalau kita ingin
berhasil." "Ya, Master." Mereka duduk di meja
dapur, dan Oromis mulai membentangkan bahan-bahan
tulisan untuk latihan Liduen Kvaedhi Eragon. "Tidak
masuk di akal kalau aku berharap kau melupakan
perasaanmu pada Arya, tapi kuharap kau bisa
mengendalikannya agar tidak mengacaukan
pelajaranku lagi. Kau bisa menjanjikan itu padaku?"
"Ya, Master. Aku berjanji." "Dan Arya" Apa tindakan
terpuji yang harus dilakukan sehubungan dengan
kemarahannya?" Eragon ragu-ragu. "Aku tidak ingin
kehilangan persahabatan dengannya." "Ya." "Oleh
karena itu... aku akan menemuinya, aku akan minta
maaf, dan aku akan meyakinkannya bahwa aku tidak
akan pernah menyulitkannya seperti itu lagi." Sulit
baginya mengatakannya, tapi begitu selesai, ia
merasa lega, seakan dengan mengakui kesalahannya,
ia membersihkan diri dari kesalahan itu. Oromis
tampak senang. "Dengan itu saja, kau membuktikan
kau sudah dewasa." Lembaran-lembaran kertas terasa
halus di bawah tangan Eragon sewaktu ia menekannya
agar rata di meja. Ia menatap bentangan putih kosong
itu sejenak, lalu mencelupkan ujung pena bulu ke
tinta dan mulai menuliskan serangkaian huruf. Setiap
garis berdurinya seperti semburat malam di kertas,
jurang tempat ia bisa menceburkan diri dan mencoba
melupakan perasaannya yang kacau. PENGHAPUS
Keesokan paginya, Eragon mencari Arya untuk minta
maaf. Ia mencari selama lebih dari satu jam tanpa
hasil. Tampaknya Arya menghilang di antara banyak
ceruk tersembunyi di dalam Ellesmera. Ia sekilas
melihatnya sewaktu berhenti sejenak di pintu masuk
Tialdari Hall dan memanggilnya, tapi Arya menyelinap
pergi sebelum Eragon sempat mendekatinya. Ia
menghindariku, pikirnya, akhirnya sadar. Seiring
berlalunya hari, Eragon menjalani latihan Oromis
dengan semangat yang dipuji tetua Penunggang itu,
mengabdikan diri pada pelajarannya untuk
mengalihkan pikiran dari Arya. Malam dan siang,
Eragon berjuang keras menguasai pelajaran. Ia
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menghafal setiap kata untuk membuat, mengikat, dan
memanggil; mempelajari nama-nama sejati tanaman
dan hewandan mempelajari akibat transmutasi,
bagaimana memanggil angin dan laut, dan puluhan
keahlian yang diperlukan untuk memahami
kekuatan-kekuatan dunia. Dalam bidang mantra untuk
energi-energi besar--seperti cahaya, panas, dan
magnetisme--ia sangat berhasil, karena memiliki bakat
untuk menilai dengan tepat berapa besar tenaga yang
dibutuhkan dan apakah kebutuhan itu melebihi
kemampuan tubuhnya. Sesekali Orik datang dan
menonton, berdiri tanpa berkomentar di tepi lapangan
sementara Oromis mengajari Eragan, atau sementara
Eragon bersusah payah sendiri menguasal mantra
yang sulit. Oromis memberinya banyak tantangan. Ia
memaksa Eragon memasak hidangan dengan sihir,
agar ia lebih mampu mengendalikan gramarye; usaha


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertama Eragon menghasilkan masakan hangus. Si elf
menunjukkan cara mendeteksi dan menetralisir
berbagai jenis racun pada Eragon dan, sejak itu,
Eragon harus memeriksa hidangannya dari berbagai
jenis racun yang mungkin diselipkan Oromis di
dalamnya. Lebih dari sekali Eragon kelaparan sewaktu
ia tidak bisa menemukan racunnya atau tidak mampu
menetralisirnya. Dua kali ia sakit begitu parah hingga
Oromis terpaksa menyembuhkannya. Dan Oromis
memaksa Eragon mengucapkan berbagai mantra
berturut- turut, yang menuntut konsentrasi luar biasa
agar mantramantranya tetap terarah ke sasaran yang
sebenarnya dan tidak berpindah dari benda-benda
yang ingin dipengaruhi Eragon. Oromis menghabiskan
berjam-jam yang panjang untuk ilmu memberi energi
pada materi, entah untuk dilepaskan kelak atau untuk
memberi benda itu atribut tertentu. Ia berkata,
"Beginilah cara Rhunon memantrai pedang para
Penunggang hingga tidak pernah patah atau tumpul;
bagaimana kami bernyanyi pada tanaman agar tumbuh
sesuai keinginan kami; bagaimana memasang
perangkap dalam kotak, yang hanya akan terpicu kalau
kotak dibuka; bagaimana kami dan para kurcaci
membuat Erisdar, lentera kami; dan bagaimana kau
bisa menyembuhkan orang yang terluka, untuk
menyebutkan beberapa penggunaan. Ini mantra-mantra
yang paling ampuh, karena bis
Bidadari Pendekar Naga Sakti
a tetap tidak berbahaya selama lebih dari seribu
tahun dan sulit diterima atau dihindari. Mantra-mantra
ini bertebaran di Alagaesia, membentuk tanah dan
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
takdir mereka yang tinggal di sini." Eragon bertanya,
"Anda bisa menggunakan teknik ini untuk mengubah
tubuh Anda, bukan" Atau itu terlalu berbahaya?"
Bibir Oromis merekahkan senyum tipis. "Sayangnya,
kau tanpa sengaja menemukan kelemahan terbesar
kaum elf: kesombongan kami. Kami menyukai
keindahan dalam segala bentuknya, dan kami berusaha
mewujudkan keindahan itu dalam penampilan kami. Itu
sebabnya kami dikenal sebagai Makhluk Halus. Semua
elf tampak persis seperti apa yang diinginkannya.
Sewaktu elf belajar mantra untuk tumbuh membentuk
makhluk hidup, mereka sering memilih mengubah
penampilan mereka agar lebih menampilkan
kepribadian. Beberapa elf malah bertindak lebih jauh
daripada sekadar perubahan estetika dan mengubah
anatomi mereka untuk beradaptasi dengan berbagai
lingkungan, seperti yang akan kau lihat dalam
Perayaan Sumpah Darah. Sering, mereka lebih mirip
hewan daripada elf. "Tapi mengalihkan kekuatan ke
makhluk hidup berbeda dari mengalihkan kekuatan ke
benda mati. Sangat sedikit materi yang cocok untuk
menyimpan energi; sebagian besar entah membiarkan
energinya buyar atau terisi tenaga begitu penuh
hingga sewaktu kau menyentuh bendanya, kilat
menyambar melalui tubuhmu. Material terbaik yang
kami temukan untuk tujuan ini adalah batu permata.
Kwarsa, agate, dan batu-batu lain yang lebih rendah
tidak seefisien, misalnya, berlian, tapi permata apa
pun sudah mencukupi. Itu sebabnya pedang para
Penunggang selalu dilengkapi perhiasan di
gagangnya. Itu juga kenapa kalung kurcacimu--yang
dari logam sepenuhnya--harus menyerap energimu
untuk mengisi tenaga mantranya, karena tidak bisa
diisi tenaga sendiri." Sewaktu tidak bersama Oromis,
Eragon melengkapi ilmunya dengan membaca banyak
gulungan yang diberikan elf itu padanya, kebiasaan
yang segera membuatnya kecanduan. Pendidikan
Eragon--yang dibatasi pengetahuan Garrow yang
sedikit--hanya memberinya ilmu yang diperlukan untuk
bertani. Informasi yang ditemukannya dalam kertas
sepanjang bermil-mil itu membanjirinya seperti hujan
pada padang pasir yang gersang, memuaskan dahaga
yang sebelumnya tidak disadarinya. Ia membaca teks
mengenai geografi, biologi, anatomi, filsafat, dan
matematika, juga memoar, biografi, dan sejarah. Yang
lebih penting daripada sekadar fakta adalah
pengenalannya terhadap cara-cara berpikir alternatif.
Cara-cara ini menantang keyakinannya dan
memaksanya menelaah ulang anggapan-anggapannya
tentang segala sesuatu, dari hak-hak individu dalam
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
masyarakat hingga apa yang menyebabkan matahari
bergerak melintasi langkit. Ia menyadari ada
sejumlah dokumen mengenai Urgal dan kebudayaan
mereka. Eragon membacanya tapi tidak mengatakan
apa-apa, Oromis juga tidak menyinggungnya. Dari
pelajarannya, Eragon banyak mengetahui tentang para
elf, Subjek yang dipelajarinya dengan penuh
semangat, berharap hal itu akan membantunya lebih
memahami Arya. Yang mengejutkan, ia mendapati para
elf tidak menikah, melainkan berpasangan selama
mereka menginginkannya, entah selama sehari atau
seabad. Anak-anak jarang ada, dan memiliki anak
dianggap sebagai sumpah cinta tertinggi di kalangan
elf. Eragon juga mengetahui bahwa sejak kedua ras
mereka pertama kali bertemu, hanya ada sedikit
pasangan elf-manusia: sebagian besar manusia
Penunggang yang menemukan pasangan yang cocok di
antara elf. Tapi, dari yang bisa dipahaminya dengan
susah payah dari catatan rumit itu, sebagian besar
hubungan tersebut berakhir dengan tragedi, entah
karena pasangan itu tidak bisa berkomunikasi satu
sama lain atau karena si manusia menua dan
meninggal sementara elf hidup abadi. Sebagai
tambahan non-fiksi, Oromis memberi Eragon salinan
berbagai lagu, puisi, dan epos terbaik elf, yang
memikat imajinasi Eragon, karena cerita-cerita yang
diketahuinya hanyalah yang disampaikan Brom di
Carvahall. Ia menikmati epos seperti menikmati
hidangan yang dimasak dengan baik, berlama-lama
membaca The Deed of Geda atau The Lay of Umhodan
agar bisa memperpanjang kea
Bidadari Pendekar Naga Sakti
syikannya. Latihan Saphira sendiri maju dengan
cepat. Karena terhubung dengan benaknya, Eragon
terpaksa melihat saat Glaedr memaksa Saphira
menjalani serangkaian latihan yang sama beratnya
dengan latihannya sendiri. Saphira berlatih terbang
diam sambil mengangkat batu besar, juga terbang
secepat mungkin, menukik, dan gerakan-gerakan
akrobatik lain. Untuk meningkatkan daya tahannya,
Glaedr memaksanya mengembuskan api selama
berjam-jam ke pilar batu alami ketika berusaha
mencairkan pilar itu. Mula-mula Saphira hanya bisa
mempertahankan semburannya selama beberapa menit,
tapi dalam waktu singkat obor yang sangat panas
meraung dari rahangnya selama lebih dari setengah
jam tanpa jeda, memanasi pilar hingga memutih
karena panasnya. Eragon juga mendengar
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
legenda-legenda naga yang diberitahukan Glaedr
kepada Saphira, rincian mengenai kehidupan naga dan
sejarah melengkapi pengetahuan naluriah Saphira.
Sebagian besar tidak bisa dipahami Eragon, dan ia
curiga Saphira menyembunyikan lebih banyak lagi dari
dirinya, rahasia rasnya yang tidak diceritakan naga
pada siapa pun kecuali sesamanya. Satu hal yang
diketahuinya, dan sangat dipuja Saphira, adalah nama
ayahnya, Iormungr, dan ibunya, Vervada, yang berarti
Pembelah Batu dalam bahasa kuno. Iormungr terikat
pada Penunggang, tapi Vervada naga liar yang
bertelur sangat banyak namun hanya memercayakan
satu kepada Penunggang: Saphira. Kedua naga itu
tewas di Fall. Terkadang Eragon dan Saphira terbang
bersama Oromis dan Glaedr, berlatih perang udara
atau mengunjungi reruntuhan yang tersembunyi di
dalam Du Weldenvarden. Di hari-hari lain mereka
membalik urutan kegiatan yang biasa mereka lakukan,
dan Eragon menemani Glaedr sementara Saphira
tinggal di Tebing Tel'naeir bersama Oromis. Setiap
pagi Eragon berlatih-tanding dengan Vanir, yang,
tanpa kecuali, menimbulkan kesakitan pada punggung
Eragon. Yang memperburuk keadaan, elf itu terus
merendahkan Eragon. Ia menyampaikan
komentar-komentar yang, sepintas, tidak melewati
batas kesopanan, dan ia menolak marah betapa hebat
pun Eragon memancingnya. Eragon membenci si elf
dan ketenangannya, sikapnya yang sopan. Rasanya
Vanir seolah menghinanya dengan setiap gerakan. Dan
rekan-rekan Vanir--yang, menurut tebakan Eragon
merupakan elf generasi yang lebih muda--juga
membenci Eragon, walau mereka tidak pernah
menampilkan sikap apa pun selain hormat pada
Saphira. Perselisihan mereka mencapai puncaknya
sewaktu, sesudah mengalahkan Eragon enam kali
berturut-turut, Vanir menurunkan pedang dan berkata,
"Mati lagi, Shadeslayer. Selalu begitu. Kau mau
melanjutkannya?" Nadanya mengisyaratkan bahwa
menurutnya tidak ada gunanya melanjutkan. "Aye,"
kata Eragon. Ia mengalami serangan pada
punggungnya dan tidak berniat banyak bicara.
Sekalipun begitu, sewaktu Vanir mengatakan, "Coba
bilang, karena aku penasaran: Bagaimana caramu
membunuh Durza kalau kau selamban ini" Aku tidak
bisa membayangkan bagaimana kau bisa
melakukannya," Eragon merasa harus menjawab, "Aku
mengejutkannya." "Maaf; seharusnya sudah kuduga
bahwa ada tipuan." Eragon menahan dorongan untuk
mengertakkan gigi. "Kalau aku elf atau kau manusia,
kau tidak akan mampu menyamai pedangku,"
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Mungkin," kata Vanir. Ia kembali memasang
kuda-kuda dan, dalam waktu tiga detik dan dua
serangnn, mengalahkan Eragon, "Tapi kurasa tidak.
Kau seharusnya tidak membual sebagai pemain pedang
yang lebih baik, ia bisa memutuskan untuk menghukum
kesombonganmu." Emosi Eragon meledak saat itu,
dan ia menjangkau ke dalam dirinya dan memasuki
arus sihir. Ia melepaskan energinya yang tertahan
dengan salah satu dari dua belas kata minor pengikat,
meneriakkan, "Malthinae!" untuk mengikat kaki dan
lengan Vanir dan menutup rahangnya agar tidak bisa
mengucapkan mantra balasan. Mata elf itu membelalak
karena murka. Eragon berkata, "Dan kau seharusnya
tidak membualkan sihir pada orang yang lebih ahli
daripada dirimu." Alis mata hitam Vanir bertemu.
Tanpa peringatan atau membisikkan apa-apa, kekuatan
tak kasatmata menghantam dada Eragon dan
melemparnya sejauh sepuluh yard melintasi
rerumputan, di mana ia mendarat pada sisi t
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ubuhnya, mengempaskan udara dari paru-parunya.
Benturan itu merusak kendali Eragon atas sihirnya
dan membebaskan Vanir. Bagaimana cara ia
melakukan itu" Sambil mendekatinya, Vanir berkata,
"Kebodohanmu mengkhianatimu, manusia. Kau tidak
tahu di mana kau berbicara. Aku tak habis pikir
bagaimana kau bisa terpilih menggantikan Vraeh
mendapatkan kamarnya, memiliki kehormatan melayani
Mourning Sage..." Ia menggeleng. "Aku muak berkah
seperti itu diberikan pada orang yang begitu tidak
layak. Kau bahkan tidak memahami apa itu sihir atau
bagaimana cara kerjanya." kemarahan Eragon kembali
menggelegak. "Apa," katanya, "kesalahan yang pernah
kulakukan padamu" Kenapa kau begitu membenciku"
Apakah kau lebih suka kalau tidak ada Penungang
untuk menentang Galbatorix?" "Pendapatku tidak ada
artinya." "Aku setuju, tapi tetap ingin
mendengarnya." "Mendengarkan, seperti yang ditulis
Nuala dalam Convocations, adalah jalan menuju
kebijaksanaan hanya kalau merupakan basil keputusan
sadar dan bukannya ketiadaan persepsi." "Luruskan
lidahmu, Vanir, dan beri aku jawaban yang jujur!"
Vanir tersenyum dingin. "Sesuai perintahmu, O
Penunggang." Sambil mendekat hingga hanya Eragon
yang bisa mendengar suaranya yang pelan, elf itu
berkata, "Selama delapan puluh tahun sesudah
kejatuhan para Penunggang, kami tidak pernah
mengharapkan kemenangan. Kami bertahan hidup
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan menyembunyikan diri menggunakan tipuan dan
sihir, yang hanya bersifat sementara, karena pada
akhirnya Galbatorix akan cukup kuat untuk menyerang
kami dan menghancurkan pertahanan kami. Lalu, lama
sesudah kami pasrah terhadap nasib, Brom dan Jeod
menyelamatkan telur Saphira, dan sekali lagi ada
kesempatan mengalahkan penjajah busuk kami.
Bayangkan suka cita dan kegembiraan kami. Kami tahu
bahwa untuk bisa bertahan menghadapi Galbatorix,
Penunggang baru itu hares Lebih kuat daripada
pendahulunya yang mana pun, lebih kuat bahkan
daripada Vrael. Tapi apa imbalan yang kami dapat
untuk kesabaran kami" Manusia lain seperti
Galbatorix. Lebih parah lagi... seseorang yang cacat.
Kau menghancurkan kami semua, Eragon, begitu kau
menyentuh telur Saphira. Jangan berharap kami
menyambut kehadiranmu. Vanir menyentuh bibirnya
dengan telunjuk dan jari tengah, lalu melangkah


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melewati Eragon dan meninggalkan lapangan
latih-tanding, meninggalkan Eragon yang terpaku di
tempat. Ia benar, pikir Eragon. Aku tidak cocok untuk
tugas ini. Elf mana pun yang ada di sini, bahkan
Vanir, bisa menjadi Penunggang yang lebih baik
daripada diriku. Memancarkan kemurkaan, Saphira
memperluas kontak di antara mereka. Apakah kau
begitu meremehkan penilaianku, Eragon" Kau lupa
bahwa sewaktu aku masih berada dalam telurku, Arya
menunjukkan diriku pada setiap elf yang ada di
sini--juga pada banyak anak kaum Varden--dan aku
menolak mereka semua. Aku tidak akan memilih
seseorang menjadi Penunggang-ku kecuali mereka
bisa membantu rasmu, rasku, dan para elf, karena kita
bertiga memiliki nasib yang berkaitan. Kau orang yang
tepat, di tempat yang tepat, pada saat yang tepat.
Jangan pernah melupakan hal itu. Kalau itu benar,
kata Eragon, itu sebelum Durza melukaiku. Sekarang
aku hanya melihat kegelapan dan kejahatan di masa
depan vita. Aku tidak akan menyerah, tapi aku takut
kita mungkin tidak berhasil. Mungkin tugas kita
bukanlah menjatuhkan Galbatorix tapi untak
menyiapkan jalan bagi Penunggang berikutnya yang
dipilih telur-telur yang tersisa. Di Tebing Tel'naeir,
Eragon mendapati Oromis di meja dalam gubuknya,
melukis pemandangan alam dengan tinta hitam di
sepanjang tepi bawah dokumen yang selesai
ditulisnya. Eragon membungkuk memberi hormat dan
berlutut. "Master." Lima betas menit berlalu sebelum
Oromis selesai menggambar dedaunan jarum pohon
juniper, menyingkirkan tinta, membersihkan kuas surai
kudanya dengan air dari poci tanah liat, lalu
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berbicara pada Eragon, mengatakan, "Kenapa kau
datang sepagi ini?" "Aku minta maaf mengganggu
Anda, tapi Vanir meninggalkan kontes kami di tengah
latih-tanding, dan aku tidak tahu harus berbuat apa
seorang diri." "Kenapa Vanir pergi, Eragon-vodhr?"
Oromis melipat tangan di pangkua
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
nnya sementara Eragon menjabarkan kejadiannya,
mengakhirinya dengan: "Aku seharusnya tidak lepas
kendali, tapi itu yang terjadi, dan aku tampak semakin
bodoh karenanya. Aku mengecewakan Anda, Master."
"Memang," Oromis menyetujui. "Vanir mungkin
memprovokasimu tapi itu bukan alasan untuk
membalas dengan tindakan yang sama. Kau hares
lebih mampu mengendalikan emosi, Eragon. Kau bisa
kehilangan nyawa kalau membiarkan emosi
mengacaukan penilaianmu dalam pertempuran. Selain
itu, pertunjukan kekanak-kanakan seperti itu tidak
menghasilkan apa-apa selain membuat para elf yang
menentang dirimu semakin menentangmu. Cara kerja
kami halus dan hanya menyediakan sedikit toleransi
untuk kesalahan seperti itu." Maafkan aku, Master.
Kejadian itu tidak akan terulang." karena Oromis
tampak akan menunggu di kursinya hingga tiba
waktunya bagi mereka untuk melakukan Rimgar seperti
biasa, Eragon memanfaatkan kesempatan itu untuk
bertanya "Bagaimana Vanir bisa menggunakan sihir
tanpa berbicara?" "Oya" Mungkin elf lain memutuskan
untuk membantunya " Eragon menggeleng. "Di hari
pertamaku di Ellesmera, aku juga melihat Islanzadi
memanggil hujan bunga dengan menepukkan tangan,
tidak lebih. Dan Vanir mengatakan aku tidak mengerti
cara kerja sihir. Apa maksudnya?" "Sekali lagi," kata
Oromis, pasrah, "kau mendapat pengetahuan pada
saat dirimu tidak siap menerimanya. Tapi, karena
situasi kita, aku tidak bisa mengingkarinya darimu.
Hanya saja ketahuilah ini: yang kautanyakan itu tidak
diajarkan pada Penunggang--dan tidak diajarkan pada
para penyihir kami--sampai mereka sudah menguasai
setiap aspek sihir lain, karena ini rahasia sifat sejati
sihir dan bahasa kuno. Mereka yang mengetahuinya
bisa mendapatkan kekuatan besar, betul, tapi dengan
risiko menakutkan." Ia diam sejenak. "Bagaimana
ikatan bahasa kuno pada sihir, Eragon-vodhr?"
"Kata-kata bahasa kuno bisa melepaskan energi yang
tersimpan dalam tubuh Anda dan dengan begitu
mengaktifkan mantra." "Ah. Kalau begitu, kau
bermaksud mengatakan suara tertentu, getaran
tertentu di udara, entah bagaimana menyadap energi
ini" Suara yang mungkin dihasilkan secara acak oleh
makhluk atau benda apa pun?" "Ya, Master." "Apakah
itu tidak terasa absurd?" Dengan bingung, Eragon
berkata, "Tidak penting apakah itu absurd atau tidak,
Master; begitulah keadaannya. Apakah aku harus
menganggap absurd bahwa bulan memudar dan terang
atau musim berganti, atau burung-burung terbang ke
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
selatan di musim dingin?" "Tentu saja tidak. Ta i ba
aimana sekadar suara bisa berakibat sebesar itu"
Apakah pola lengkingan dan volume tertentenu bisa
benar-benar memicu reaksi yang memungkinkan kita
memanipulasi energi?" "Tapi kenyataannya begitu."
"Suara tidak mengendalikan sihir. Yang penting
bukanlah mengucapkan kata atau kalimat dalam
bahasa ini, tapi memikirkannya dalam bahasa ini."
Dengan satu sentakan pergelangan tangan, api
keemasan muncul di telapak tangan Oromis, lalu
menghilang. "Tapi, kecuali sangat dibutuhkan, kita
masih mengucapkan mantra dengan bersuara agar
pikiran yang menyimpang tidak mengacaukannya, yang
berbahaya bahkan bagi pengguna sihir paling
berpengalaman." lmplikasi ini menggetarkan Eragon.
Ia teringat saat nyaris tenggelam di bawah air terjun
danau Kostha-merna dan bagaimana ia tidak mampu
mengakses sihir karena air yang mengelilinya.
Seandainya tahu ini waktu itu, aku bisa
menyelamatkan diriku sendiri, pikirnya. "Master,"
katanya, "jika suara tidak memengaruhi sihir, kalau
begitu, kenapa pikiran memengaruhinya?" Sekarang
Oromis tersenyum. "Kenapa" Harus kukatakan bahwa
kita sendiri bukanlah sumber sihir. Sihir bisa ada
dengan sendirinya, mandiri dari mantra apa pun,
seperti api siluman di rawa-rawa dekat Aroughs,
sumur impian di Mani Caves di Pegunungan Beor, dan
kristal terbang di Eoam. Sihir liar seperti ini sangat
berbahaya, tidak bisa ditebak, dan sering kali lebih
kuat daripada sihir apa pun yang kita kerahkan.
"Berjuta-juta tahun yang lalu, semua sihir seperti itu.
Untuk menggunakannya tidak diperlukan apa pun
kecuali kemampuan merasakan sihir dengan
benakmu--yang harus dikuasai setiap Penyihir--
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan keinginan serta kekuatan untuk menggunakannya.
Tanpa struktur bahasa lama, penyihir tidak pernah
bisa mengatur bakat mereka dan, sebagai akibatnya,
melepaskan banyak kejahatan di tanah ini, membunuh
ribuan orang. Seiring dengan waktu, mereka
mendapati bahwa menyatakan niat Mereka dalam
bahasa mereka membantu mengatur pikiran darl
menghindari akibat yang merugikan. Tapi itu bukan
metode tanpa cacat. Pada akhirnya, terjadi
kecelakaan yang begitu mengerikan hingga nyaris
menghancurkan setiap makhluk hidup di dunia. Kami
tahu kejadian itu dari potongan-potongan naskah yang
selamat dari era itu, tapi siapa atau apa yang
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melontarkan mantra fatal itu tersembunyi dari kami.
Naskah tersebut menyatakan bahwa, sesudahnya, ada
ras bernama Orang-orang Kelabu--bukan elf, karena
kami masih muda saat itu--mengumpulkan sumber daya
mereka dan menyusun mantra, mungkin mantra
terhebat waktu itu dan yang pernah ada.
Bersama-sama, Orang-orang kelabu mengubah sifat
sihir itu sendiri. Mereka membuatnya begitu rupa
hingga bahasa mereka, bahasa kuno, bisa
mengendalikan apa yang dilakukan mantra... bisa
benar-benar membatasi sihir hingga kalau kau
mengatakan bakar pintu itu lalu tanpa sengaja
memandangku dan memikirkan diriku, sihir akan tetap
membakar pintu itu bukan diriku. Dan mereka memberi
dua sifat unik kepada bahasa kuno, kemampuan untuk
mencegah mereka yang mengucapkannya berbohong
dan kemampuan untuk menjabarkan sifat sejati
berbagai benda. Bagaimana mereka melakukannya
masih merupakan misteri. "Naskah-naskah itu
berbeda mengenai apa yang terjadi pada orang-orang
Kelabu sesudah mereka menyelesaikan pekerjaannya,
tapi tampaknya mantra tersebut menguras kekuatan
mereka dan menyebabkan mereka tidak lebih daripada
bayangan mereka sendiri. Mereka memudar, memilih
tinggal di kota-kota mereka hingga batu-batu hancur
menjadi debu atau mengambil pasangan dari ras-ras
yang lebih muda dan dengan begitu musnah." "Kalau
begitu," kata Eragon, "apakah masih mungkin untuk
menggunakan sihir tanpa bahasa kuno?" "Menurutmu
bagaimana Saphira menyemburkan api" Dan,
berdasarkan ceritamu sendiri, ia tidak menggunakan
kata apa pun sewaktu mengubah makam Brom menjadi
berlian maupun waktu ia memberkati anak itu di
Farthen Dar. Otak naga berbeda dengan otak kita;
mereka tidak membutuhkan perlindungan dari sihir.
Mereka tidak bisa menggunakannya secara sadar,
kecuali untuk semburan apinya, tapi sewaktu berkat
itu menyentuh mereka, kekuatan mereka tidak ada
bandingannya & Kau tampak terganggu, Eragon.
Kenapa?" Eragon menunduk menatap tangannya. "Apa
artinya ini bagiku, Master?" "Ini artinya kau akan
terus mempelajari bahasa kuno, karena kau bisa
melakukan ban yak hal dengan bahasa itu, yang ini
terlalu rumit atau berbahaya kalau tidak
menggunakannya. Ini artinya kalau tertangkap dan
dibekap, kau masih bisa mengerahkan sihir untuk
membebaskan diri, seperti yang dilakukan Vanir. Ini
artinya kalau kau tertangkap dan dibius serta tidak
bisa mengingat bahasa kuno, ya, bahkan pada saat
itu, kau bisa melontarkan mantra, sekalipun hanya
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dalam situasi yang paling berbahaya. Dan ini artinya
kalau kau ingin melontarkan mantra untuk apa yang
tidak memiliki nama dalam bahasa kuno, kau bisa
melakukannya." Ia diam sejenak. "Tapi berhati-hatilah
terhadap godaan untuk menggunakan kekuatan ini.
Bahkan yang paling bijaksana di antara kami ragu
untuk bermaul-main dengan hal ini karena takut akan
kematian atau yang lebih buruk lagi." Keesokan
paginya, dan setiap pagi sesudahnya selama ia
tinggal di Ellesmera, Eragon berduel dengan Vanir,
tapi ia tidak pernah lepas kendali lagi, tidak peduli
apa yang dilakukan atau dikatakan elf itu. Eragon
juga tidak suka mengerahkan segenap energinya untuk
persaingan mereka. Punggungnya semakin lama
semakin sering menyakitinya, menyiksanya hingga
batas daya tahannya. Serangan-serangan yang
melumpuhkan itu meningkatkan kepekaannya;
tindakan-tindakan yang sebelumnya tidak menimbulkan
masalah baginya sekarang bisa menyebabkan ia
menggeliatgeliat di tanah. Bahkan Rimgar mulai
memicu serangan saat latihan itu meningkat ke
pose-pose yang lebih mengu
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ras tenaga. Mendapat serangan tiga hingga empat kali
dalam sehari menjadi pengalaman biasa baginya.
Wajah Eragon berubah kuyu. Ia berjalan agak
terseok-seok, gerakannya lamban dan hati-hati karena
ia berusaha menghemat kekuatan. Sulit baginya untuk
berpikir jernih atau memerhatikan pelajaran Oromis,
dan dalam ingatannya mulai timbul
kekosongan-kekosongan yang tidak bisa dipahaminya.
Di waktu luangnya, ia mengambil cincin teka-teki Orik
lagi, lebih suka memusatkan perhatian pada
cincin-cincin yang berkaitan dan membingungkan itu
daripada memikirkan kondisinya. Sewaktu bersamanya,
Saphira berkeras Eragon naik ke punggungnya dan
melakukan segala hal agar Eragon merasa nyaman dan
tidak perlu bersusah payah. Suatu pagi, saat
berpegangan di duri leher Saphira, Eragon berkata,
Aku punya nama baru untuk sakit. Apa itu" Si
Penghapus. Karena sewaktu kau kesakitan, tidak ada
lagi hal lain. Tidak ada pikiran. Tidak ada emosi.
Hanya ada dorongan melarikan diri dari sakit itu.
Sewaktu sakitnya cukup kuat, si Penghapus merenggut
dari kita segala sesuatu yang menjadikan diri kita,
hingga kita terpuruk menjadi makhluk yang lebih
rendah daripada hewan, makhluk dengan satu
keinginan dan tujuan: lolos. Nama yang bagus, kalau
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
begitu. Aku hancur, Saphira, seperti kuda tua yang
membajak terlalu banyak ladang. Jaga aku dengan
pikiranmu, kalau tidak aku mungkin akan hanyut dan
melupakan siapa diriku. Aku tidak akan pernah
melepaskanmu. Tidak lama sesudah itu, Eragon
mendapat tiga serangan sewaktu bertempur dengan
Vanir, lalu dua lagi selama melakukan Rimgar. Saat ia
bangkit setelah meringkuk, Oromis berkata, "Sekali


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi, Eragon. Kau harus menyempurnakan
keseimbanganmu." Eragon menggeleng dan
menggeram pelan, "Tidak." Ia bersedekap untuk
menyembunyikan badannya yang gemetar. "Apa?"
"Tidak." "Bangun, Eragon, dan coba lagi.'' "Tidak!
Lakukan sendiri; aku tidak mau." Oromis berlutut di
samping Eragon dan menempelkan tangannya yang
sejuk di pipi Eragon. Ia membiarkan tanganya di sana,
menatap Eragon dengan keramahan yang begitu rupa
hingga Eragon memahami kedalaman kasih sayang elf
itu padanya, dan, kalau mungkin, Oromis bersedia
mengambil alih kesakitan Eragon untuk menghilangkan
penderitaannya; "Jangan berhenti berharap," kata
Oromis. "Jangan pernah." Kekuatan terasa mengalir
dari dirinya kepada Eragon. "Kita para Penunggang.
Kita berdiri di antara terang dan gelap, dan menjaga
keseimbangan di antara keduanya. Ketidaktahuan,
ketakutan, kebencian: inilah musuh kita. Lawan
mereka dengan segenap tenagamu, Eragon, kalau
tidak kita pasti gagal." Ia bangkit dan mengulurkan
tangan pada Eragon. "Sekarang bangkitlah,
Shadeslayer, dan buktikan kau bisa mengalahkan
naluri dagingmu!" Eragon menghela napas dalam dan
menegakkan diri dengan satu lengan, mengernyit
akibat gerakannya. Ia berhasil berdiri, diam sejenak,
lalu menegakkan tubuh dan memandang Oromis
lurus-lurus. Elf itu mengangguk setuju. Eragon tetap
membisu hingga mereka menyelesaikan Rimgar aan
rnandi di sungai. Ia berkata, "Master." "Ya, Eragon?"
"Kenapa aku harus menjalani siksaan ini" Anda bisa
menggunakan sihir untuk memberikan keahlian yang
kubutuhkan, membentuk tubuhku seperti yang Anda
lakukan pada pohonpohon dan tanaman." "Bisa saja,
tapi kalau kulakukan, kau tidak akan pernah
memahami bagaimana kau bisa mendapatkan tubuhmu,
kemampuanmu sendiri, atau bagaimana cara
mempertahankannya. Tidak ada jalan pintas untuk apa
yang kau tempuh, Eragon." Air dingin mengalir di
sepanjang tubuh Eragon sewaktu ia membenamkan diri
ke sungai. Ia memasukkan kepala ke bawah air,
berpegangan pada batu agar tidak hanyut, dan
berbaring di dasar sungai, merasa seperti anak panah
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang melayang di air. NARDA Roran bertumpu pada
satu lutut dan menggaruk janggutnya yang baru
tumbuh sambil menunduk memandang Narda. Kota itu
gelap dan kecil, seperti lapisan keras roti gandum
yang dijejalkan di ceruk di sepanjang pantai. Selepas
kota itu, laut semerah anggur berkilau ditimpa berkas
terakhir matahari terbenam. Laut memesona dirinya;
benar-benar berbeda dengan pemandangan alam yang
biasa dilihatnya. Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kita berhasil. Setelah meninggalkan tonjolan karang,
Roran berjalan kembali ke perkemahan darurat,
menikmati tarikan-tarikan napas dalam yang berisi
udara bergaram. Mereka berkemah tinggi di kaki
perbukitan Spine agar tidak terlihat siapa pun yang
mungkin akan memberitahu Kekaisaran mengenai
keberadaan mereka. Saat berjalan di sela
penduduk-penduduk desa yang Meringkuk di bawah
pepohonan, Roran mengamati kondisi mereka dengan
sedih dan marah. Perjalanan dari Lembah Palancar
menyebabkan orang-orang sakit, babak belur, dan
kelelahan; wajah mereka kurus akibat kurang makan;
pakaian mereka compang-camping. Hampir semua
orang mengenakan kain yang diikat di tangan untuk
mengusir sengatan dingin malam-malam di pegunungan
yang membekukan. Berminggu-minggu aku manggul
beban berat membungkukkan bahu yang dulu tegak.
Pemandangan terburuk adalah anak-anak: kurus dan
diam di luar kewajaran. Mereka layak mendapatkan
yang lebih baik, pikir Roran. Aku akan berada dalam
cengkeraman Ra'zac sekarang kalau mereka tidak
melindungi diriku. Puluhan orang mendekati Roran,
sebagian besar tidak menginginkan lebih daripada
sentuhan di bahu atau kata-kata penghiburan.
Beberapa menawarinya makanan, yang ditolaknya
atau, sewaktu mereka berkeras, diberikannya pada
orang lain. Mereka menjaga jarak mengawasinya
dengan mata bulat dan Ia tahu apa yang mereka
katakan tentang dirinya, bahwa ia sinting, bahwa
roh-roh menguasai dirinya, bahwa bahkan Ra'zac tidak
bisa mengalahkan dirinya dalam pertempuran.
Menyeberangi Spine ternyata lebih berat daripada
dugaan Roran. Satu-satunya jalan setapak di hutan
hanyalah jalan yang sering dilalui hewan-hewan
buruan, yang terlalu sempit, curam, dan berbahaya
bagi kelompok mereka. Akibatnya, para penduduk desa
terpaksa menebangi pepohonan dan sesemakan untuk
membuka jalan, tugas melelahkan yang dibenci semua
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang, apalagi karena hal itu memudahkan Kekaisaran
melacak mereka. Satu keuntungan dari situasi itu
adalah bahwa kegiatan tersebut memulihkan bahu
Roran yang terluka hingga sekuat sebelumnya,
sekalipun ia masih sulit mengangkat lengan hingga
sudut tertentu. Kekerasan lain memangsa mereka.
Badai yang tiba-tiba mengamuk menjebak mereka di
lintasan terbuka yang tinggi di atas hutan. Tiga orang
membeku dalam salju: Hida, Brenna, dan Nesbit,
semuanya sudah cukup tua. Malam itu pertama kalinya
Roran yakin seluruh penduduk desa akan tewas karena
mengikuti dirinya. Tidak lama kemudian, seorang
bocah laki-laki Patah lengannya karena jatuh, lalu
Southwell tenggelam dalam sungai gletser. Serigala
dan beruang terus memburu ternak mereka,
mengabaikan api unggun penjagaan yang dinyalakan
Penduduk desa begitu mereka tersembunyi dari
Lembah Palancar dan para prajurit Galbatorix yang
mereka benci. Kelaparan mencengkeram mereka
seperti parasit yang tak kenal lelah menggigiti perut
mereka, melahap kekuatan mereka, dan mengisap
tekad mereka untuk melanjutkan. Tapi mereka
selamat, dengan kekerasan hati dan ketekunan seperti
yang mempertahankan para leluhur mereka di Lembah
Palancar sekalipun ada kelaparan, perang, dan wabah
penyakit. Orang-orang di Carvahall mungkin
membutuhkan satu setengah abad untuk mengambil
keputusan, tapi begitu mereka mengambil keputusan,
tidak ada yang mampu membelokkan mereka. Sesudah
mereka sekarang tiba di Narda, harapan dan rasaan
berhasil menyebar di perkemahan. Tidak ada Yang
tahi apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi fakta
bahwa mereka berhasil mencapai sejauh ini
membangkitkan kepercayaan diri mereka. Kita tidak
akan aman sebelum meninggalkan Kekaisaran, pikir
Roran. Dan tergantung padaku untuk memastikan kita
tidak tertangkap. Aku bertanggung jawab atas setiap
orang di sini.... Tanggung jawab yang diterimanya
sepenuh hati karena memungkinkan dirinya melindungi
penduduk desa dari Galbatorix sekaligus
menyelamatkan Katrina. Sudah lama sekali Katrina
tertangkap. Bagaimana mungkin ia masih hidup" Roran
bergidik dan menepiskan pikiran itu. Kesintingan yang
sebenarnya menunggunya kalau ia membiarkan dirinya
memikirkan nasib Katrina. Saat subuh, Roran, Horst,
Baldor, ketiga putra Loring, dan Gertr
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ude pergi ke Narda. Mereka turun dari bukit ke jalan
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
utama kota, berhati-hati untuk tetap tersembunyi
hingga tiba di jalan. Di dataran rendah sini, udara
terasa lebih pengap bagi Roran; rasanya ia seperti
berusaha bernapas di bawah air. Roran
mencengkeram martil di sabuknya saat mereka
mendekati gerbang Narda. Dua prajurit menjaga di
sana. Mereka memeriksa kelompok Roran dengan
tatapan tajam, berlama-lama memandang pakaian
mereka yang compang-campin lalu menurunkan tombak
dan menghalangi gerbang. "Kalian dari mana?" tanya
prajurit yang sebelah kanan. Umurnya tidak mungkin
lebih dari dua puluh lima tahun, tapi rambutnya telah
beruban. Dengan membusungkan dada, Horst
bersedekap dan berkata, "Dari sekitar Teirm, kalau
kau suka." "Kenapa kalian kemari?" "Dagang. Kami
dikirim pemilik toko-toko yang ingin membeli barang
langsung dari Narda, bukannya melalui
pedagang-pedagang yang biasa." "Begitu, eh" Barang
apa?" Sewaktu Horst tergagap, Gertrude berkata,
"Akar-akaran dan obat-obatan untukku. Tanaman yang
kuterima dari sini sudah terlalu lama atau berjamur
atau rusak. Aku harus mendapat pasokan yang masih
segar." "Dan aku serta saudaraku," kata Darmmen,
"datang untuk tawar-menawar dengan tukang
sepatumu. Sepatu yang dibuat dengan gaya utara
sedang menjadi mode di Dras-Leona dan Uru'baen." Ia
tersenyum. "Setidaknya begitu sewaktu kami disuruh
berangkat." Horst mengangguk dengan keyakinan
yang meningkat kembali. "Aye. Dan aku kemari untuk
mengambil kiriman barang dari besi untuk majikanku."
"Itu katamu. Bagaimana dengan yang itu" Apa
kerjanya?" tanya si prajurit, memberi isyarat pada
Roran dengan kapaknya. "Tembikar," kata Roran.
"Tembikar?" "Tembikar." "Kalau begitu, kenapa
membawa martil?" "Menurutmu bagaimana lapisan
glasir pada botol atau guci bisa retak" Tidak terjadi
dengan sendirinya, kau tahu. Kau harus memukulnya."
Roran membalas tatapan tidak percaya pria beruban
itu dengan ekspresi kosong, menantang pria itu
membantah pernyataannya. Prajurit itu menggerutu
dan kembali menatap mereka. "Terserahlah, bagiku
kalian tidak tampak seperti pedagang. Lebih mirip
kucing gelandangan yang kelaparan." "Kami menemui
kesulitan di jalan," kata Gertrude. "Itu aku percaya.
Kalau kalian dari Teirm, di mana kuda kuda kalian?"
"Karni meninggalkannya di perkemahan," kata
Hamund. Ia menunjuk ke selatan, berlawanan dengan
tempat persembunyian para penduduk desa lain.
"Tidak memiliki koin untuk menginap di kota, eh?"
Sambil tergelak mengejek, prajurit itu mengangkat
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tombak berkapaknya aan memberi isyarat agar
temannya juga berbuat begitu. "Baiklah, kalian boleh
masuk, tapi jangan mencari masalah, kalau tidak
kalian akan dipenjara atau lebih buruk lagi." Begitu
meiewati gerbang, tiorst menarik Roran ke tepi ja]ah
dan menggeram di telinganya, "Bodoh sekali,
mengarang sekonyol itu. Meretakkan lapisan glasir
tembikar! Kau mau berkelahi" Kita tidak bisa--" Ia
berhenti karena Gertrude menarik-narik lengan
bajunya. "Lihat," gumam tabib itu. Di sebelah kiri
pintu masuk terdapat papan pesan selebar enam kaki
dengan atap genteng sempit untuk melindungi
perkamen kekuningan di bawahnya. Separo papan itu
digunakan untuk pemberitahuan dan pernyataan resmi.
Di paro lainnya tergantung beberapa poster yang
menampilkan sketsa berbagai penjahat. Yang paling
depan adalah gambar Roran tanpa janggut. Dengan
terkejut, Roran memandang sekitarnya untuk
memastikan tidak ada seorang pun di jalan yang cukup
dekat untuk membandingkan wajahnya dengan poster
itu. Ia telah menduga Kekaisaran akan memburu
mereka, tapi tetap saja terkejut sewaktu melihat
buktinya. Galbatorix pasti menghabiskan sumber daya
yang tidak sedikit untuk menangkap kami. Sewaktu
mereka di Spine, mudah sekali lupa bahwa ada dunia
luar. Berani taruhan poster diriku dipasang di seluruh
Kekaisaran. Ia tersenyum, senang karena berhenti
bercukur dan karena ia serta yang lainnya setuju
menggunakan nama palsu selama di Narda. Hadiah
dituliskan di bagian bawah poster. Garrow tidak
pernah mengajari Roran dan Eragon membaca, tapi ia
mengajari mereka angka karena, seperti katanya,
"Kalian h Bidadari Pendekar Naga Sakti
arus tahu berapa banyak yang kalian miliki, berapa
nilainya, dan berapa yang kalian bayarkan agar tidak
ditipu bajingan bermuka dua." Dengan begitu, Roran
bisa melihat bahwa Kekaisaran menawarkan sepuluh
ribu crown untuk dirinya, cukup untuk hidup nyaman
selama beberapa puluh tahun. Anehnya, besarnya
hadiah membuatnya gembira, memberinya perasaan
penting. Lalu tatapannya beralih ke poster
berikutnya. Poster Eragon. Perut Roran terasa nyeri
seperti baru dipukul, dan beberapa detik ia lupa
bernapas. Ia masih hidup! Sesudah kelegaan
awalnya mereda, Roran merasakan kemarahan lamanya
atas peran Eragon dalam kematian Garrow dan
kehancuran tanah pertanian mereka, disertai
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keinginan membara untuk tahu kenapa Kekaisaran
memburu Eragon. Pasti ada hubungannya dengan batu
biru dan kunjungan pertama Ra'zac ke Catwahall.
Sekali lagi, Roran bertanya-tanya dalam perselisihan
apa dirinya dan penduduk Carvahall lain telah
terlibat. Bukannya hadiah, poster Eragon berisi dua
baris huruf. "Ia dituduh melakukan kejahatan apa?"
tanya Roran pada Gertrude. Kulit di sekitar mata
Gertrude mengerut saat ia menyipitkan mata dan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memandang ke papan. "Pengkhianatan, kalian berdua.
Dikatakan Galbatorix akan menganugerahkan gelar
earl pada siapa pun yang menangkap Eragon, tapi
siapa pun yang mencobanya harus berhati-hati karena
ia sangat berbahaya." Roran mengerjapkan mata
karena terkejut. Eragon" Rasanya sulit untuk
diterima, hingga Roran mengingat bagaimana dirinya
sendiri telah berubah selama beberapa minggu
terakhir. Darah yang sama mengalir dalam pembuluh
kami. Siapa tahu, Eragon mungkin melakukan lebih
banyak daripada diriku sejak kepergiannya. Dengan
suara pelan, Baldor berkata, "Kalau membunuh anak
buah Galbatorix dan mengusir Ra'zac hanya
membuatmu dihargai sepuluh ribu crown--sekalipun itu
besar--apa yang membuatmu senilai gelar earl?"
"Mengusik raja," kata Lame. " Cukup," kata Horst.
"Jaga lidahmu lebih baik, Baldor, kalau tidak kita
bakal dikurung. Dan, Roran, jangan menarik perhatian
Pada dirimu lagi. Dengan hadiah seperti itu,
orang-orang pasti mengamati orang asing, mencari
siapa pun yang mirip dengan deskripsimu." Horst
mengusap rambut, lalu meninggikan sabuk dan
berkata, "Baiklah. Kita semua memiliki tugas.
Kembalilah kemari tengah hari nanti untuk melaporkan
kemajuan kalian." Dengan kata-kata itu mereka
berpisah menjadi tiga. Darmmen, Lame, dan Hamund
pergi bersama untuk membeli makanan bagi penduduk
desa, baik untuk memenuhi kebutuhan saat ini maupun
tahap berikutnya perjalanan mereka.
Gertrude--sebagaimana yang dikatakannya pada para
penjaga--pergi melengkapi persediaan akar-akaran
dan obat-obatan. Dan Roran, Horst, dan Baldor
menyusuri jalan menurun ke dermaga di mana mereka
berharap bisa menyewa kapal yang bisa mengantar
para penduduk desa ke Surda atau, setidaknya, Teirm.
Sewaktu mereka tiba di jalan papan termakan cuaca
yanp menutupi pantai, Roran berhenti dan menatap
laut, yang kelabu akibat mendung rendah dan dihiasi
pucuk-pucuk ombak putih akibat angin kencang. Ia
tidak pernah membayangkan kaki langit bisa serata
itu. Deburan pelan air yang menghantam tumpukan
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kayu di bawah kakinya menyebabkan ia merasa seperti
berdiri di permukaan drum raksasa. Bau berbagai
ikan--baik yang segar, telah dibuang isi perutnya,
maupun busuk--mengatasi semua bau lain. Sambil
bergantian memandang Roran dan Baldor, yang
samasama terpesona, Horst berkata, "Pemandangan
yang hebat, bukan?" "Aye," kata Roran. "Kau jadi
merasa kecil, bukan?" "Aye," kata Baldor. Horst
mengangguk. "Aku ingat waktu pertama kali melihat
laut, pengaruhnya terhadapku juga begitu." "Kapan
itu?" tanya Roran. Selain kawanan camar yang terbang
berputar-putar di atas teluk, ia melihat burung jenis
lain yang bertengger di dermaga. Hewan itu memiliki
tubuh yang kegemukan dengan paruh bergaris yang
terus dijejalkannya ke dadanya, seperti orang tua
yang sok, kepala dan lehernya putih, dengan dada
agak hitam. Salah satu burung itu mengangkat
paruhnya, menampakkan kantung kulit di bawahnya.
"Bartram, tukang besi sebelum diriku," kata Horst,
meninggal sewaktu aku berusi
Bidadari Pendekar Naga Sakti
a lima belas tahun, setahun sebelum masa magangku
berakhir. Aku harus menemukan tukang besi yang
bersedia menyelesaikan pekerjaan orang lain, jadi aku
pergi ke Ceunon, yang dibangun di sepanjang Laut
Utara. Di sana aku bertemu Kelton, pria tua yang
jahat tapi pandai dalam bidangnya. Ia setuju
mengajariku." Horst tertawa. "Pada waktu kami
selesai, aku tidak yakin apakah harus berterima kasih
padanya atau mengutuknya." "Berterima kasihlah,
menurutku," kata Baldor. "Kau tidak akan pernah
menikah dengan Ibu kalau tidak begitu." Roran
merengut saat mengamati pantai. "Tidak banyak
kapal," katanya. Dua kapal ditambatkan di ujung
selatan dermaga dan kapal ketiga di sisi seberangnya,
di antaranya hanya ada perahu dan sampan nelayan.
Dari kedua kapal di selatan itu, satu patah tiang
utamanya. Roran tidak memiliki pengalaman dengan
kapal tapi, menurutnya, tidak satu pun dari
kapal-kapal itu yang cukup besar untuk membawa
hampir tiga ratus penumpang. Sambil berjalan dari
satu kapal ke kapal yang lain, Roran, Horst, dan
Baldor mendapati kedua kapal lainnya telah disewa.
Membutuhkan waktu paling tidak sebulan lebih untuk
memperbaiki kapal yang patah tiang layarnya. Kapal
di sampingnya, Waverunner, yang dilengkapi layar
kulit, siap berlayar ke utara, ke kepulauan berbahaya
tempat tanaman Seithr tumbuh. Dan Albatross, kapal
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terakhir, baru saja tiba dari Feinster yang jauh dan
sedang membersihkan lunasnya sebelum berlayar
membawa muatan wol. Seorang pekerja pelabuhan
tertawa mendengar pertanyaan Horst. "Kau terlambat
sekaligus terlalu dini. Sebagian besar kapal musim
semi datang dan pergi dua atau tiga minggu yang lalu.
Dan sebulan lagi, kapal-kapal dari barat laut akan
mulai berlayar, lalu para pemburu anjing laut dan
walrus akan pulang dan kita akan mendapat kapal dari
Teirm dan tempattempat lain di Kekaisaran untuk
mengangkut kulit, daging, dan minyak. Saat itu kau
mungkin mendapat kesempatan untuk menyewa kapten
yang tidak memiliki muatan. Sementara itu, lalu lintas
di sini akan sesepi ini." Dengan putus asa Roran
bertanya, "Apa tidak ada cara lain wtuk mengirim
barang dari sini ke Teirm" Tidak harus cepat atau
nyaman." "Well," kata pria itu, sambil mengangkat
kotak ke bahunya, kalau tidak harus cepat dan kau
hanya pergi ke Teirm, coba sajalah dengan Clovis
yang di sebelah sana itu." Ia menunjuk sederetan
gubuk yang mengambang di antara kedua dermaga
tempat perahu-perahu bisa disimpan. "Ia memiliki
beberapa bargas yang digunakannya untuk mengirim
biji-bijian di musim gugur. Selebihnya, Clovis mencari
ikan sebagai mata pencaharian, seperti sebagian
besar orang di Narda." Lalu ia mengerutkan kening.
"Kalian membawa barang apa" Domba-domba sudah
diberangkatkan, dan belum ada hasil bumi yang
masuk." "Ini dan itu," kata Horst. Ia melemparkan
sekeping tembaga pada orang itu. Pekerja pelabuhan
itu mengantunginya sambil mengedipkan sebelah mata
dan menyikut Horst. "Benar sekali, Sir. Ini dan itu.
Aku tahu yang mana penyelundup ketika melihatnya.
Tapi tidak perlu takut pada Ulric tua; selalu menjaga
mulutnya, sungguh. Sampai ketemu lagi, Sir." Ia
berjalan pergi, sambil bersiul-siul. Ternyata Clovis
tidak ada di dermaga. Sesudah mendapat petunjuk
arah, mereka harus berjalan setengah jam ke
rumahnya di sisi seberang Narda, di mana mereka
mendapati Clovis tengah menanam umbi bunga iris di
sepanjang jalan menuju pintu depannya. Ia pria kekar
dengan pipi terbakar matahari dan janggut kemerahan.
Satu jam berlalu sebelum mereka bisa meyakinkan
pelaut itu bahwa mereka benar-benar tertarik pada
bargasnya, biarpun musimnya tidak pas, lalu kembali
ke gubuk bersamanya. Clovis membuka pintunya untuk
menunjukkan tiga bargas yang identik, Merrbell,
Edeline, dan Red Boar. Setiap bargas panjangnya
tujuh puluh lima kaki, lebamya dua puluh kaki, dan
dicat merah karat. Ketiganya memiliki palka terbuka
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang bisa ditutup terpal, tiang layar yang bisa
didirikan di tengah bargas untuk selembar layar, dan
sejumlah kabin geladak di bagian belakang-atau
buritan, seperti kata Clovis-bargas. "Kedalaman
kapal ini lebih daripada kapal berujung persegi,"
Clovis Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjelaskan, "jadi kalian tidak perlu khawatir terbalik
dalam cuaca buruk, sekalipun lebih baik menghindari
badai hebat. Bargas-bargas ini tidak dibuat untuk
lautan terbuka: Bargas ini dibuat untuk berlayar
menyusuri pantai. Dan sekarang merupakan masa yang
buruk untuk berlayar dengannya. Demi kehormatanku,
kami terus dilanda badai setiap sore selama sebulan."
"Kau memiliki awak kapal untuk ketiganya?" tanya
Roran. "Well... begini, ada masalah. Sebagian besar
orang yang kupekerjakan pergi berminggu-minggu yang
lalu untuk berburu anjing laut, seperti yang biasa
mereka lakukan. Karena aku hanya membutuhkan
mereka sesudah panen, mereka bebas untuk datang
dan pergi sesuka hati sepanjang tahun sisanya... Aku
yakin kalian, tuan-tuan, memahami posisiku." Clovis
ber,saha tersenyum, lalu memandang Roran, Horst,
dan Baldor, seakan tidak yakin harus bicara pada
siapa. Roran berjalan sepanjang Edeline, memeriksa
kerusakannya. Bargas itu tampak tua, tapi kayunya
masih bagaas dan catnya baru. "Kalau kami
menggantikan awakmu yang pergi, berapa biaya ke
Teirm dengan ketiga bargas ini?" "Tergantung," kata
Clovis. "Para kelasi mendapat lima belas keping
tembaga per hari, plus makanan sebanyak yang bisa
mereka makan dan sebotol wiski. Berapa bayaran anak
buahmu adalah urusanmu sendiri. Aku tidak akan
menggaji mereka. Biasanya, kami juga mempekerjakan
pengawal untuk setiap bargas, tapi mereka--"
"Mereka pergi berburu, ya," kata Roran. "Kami juga
akan menyediakan pengawal." Jakun di tenggorokan
Clovis yang kecokelatan naik-turun saat ia menelan
ludah. "Itu lebih dari cukup... begitulah. Sebagai
tambahan gaji awak kapal, aku mengenakan biaya dua
ratus crown, plus ganti rugi untuk setiap kerusakan
pada bargas akibat anak buahmu, plus--sebagai
pemilik sekaligus kapten--dua belas persen dari total
keuntungan penjualan kargo." "Perjalanan kami tidak
menghasilkan keuntungan." Itu, lebih dari apa pun,
tampak mengguncang Clovis. Ia menggosok lesung pipi
di dagunya dengan ibu jari kiri, mencoba berbicara
dua kali, berhenti, lalu akhirnya berkata, "Kalau
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
begitu keadaannya, empat ratus crown lagi saat
perjalanan selesai. Apa--kalau aku boleh
memberanikan diri bertanya yang ingin kalian
kirimkan?" Kami membuatnya takut, pikir Roran.
"Ternak." Apakah domba, sapi, kuda, kambing,
kerbau...?" Ternak kami terdiri atas berbagai jenis
hewan." Dan kenapa kalian ingin membawanya ke
Teirm?" "Kami memiliki alasan." Roran nyaris
tersenyum melihat kebingungan Clovis. "Kau mau
mempertimbangkan berlayar lebih jauh dari Teirm?"
"Tidak! Teirm batasku. Aku tidak tahu perairan
selebihn dan aku juga tidak ingin pergi lebih lama lagi
dari istri dan putriku." "Kapan kau bisa siap?"
Clovis ragu-ragu dan maju dua langkah kecil.
"Mungkin lima atau enam hari. Tidak... tidak, lebih
baik seminggu; ada urusan yang harus kubereskan
sebelum berangkat." "Kami bayar sepuluh crown lagi
kalau bisa berangkat lusa." "Aku tidak--" "Dua belas
crown." "Lusa kalau begitu," janji Clovis. "Dengan
satu atau lain cara, aku akan siap pada waktu itu."
Sambil mengelus pagar tepi bargas, Roran
mengangguk tanpa berpaling memandang Clovis dan
berkata, "Bisa aku bicara sebentar dengan
rekan-rekanku?" "Silakan, Sir. Aku akan ada di
dermaga sesudah kau selesai nanti." Clovis bergegas
ke pintu. Tepat pada saat hendak keluar dari gubuk,
ia bertanya, "Maaf, tapi siapa namamu tadi" Aku
khawatir tidak mendengarnya tadi, dan ingatanku
terkadang agak kacau." "Stronghammer. Namaku
Stronghammer." "Ah, tentu saja. Nama yang bagus."
Sesudah pintu tertutup, Horst dan Baldor mengerumuni
Roran. Baldor berkata, "Kita tidak mampu
menyewanya. "Kita tidak bisa tidak menyewa dirinya,"
jawab Roran. "Kita tak memiliki emas untuk membeli
bargas-bargasnya, dan aku tidak ingin belajar cara
mengendalikannya di saat keselamatan semua orang
tergantung pada hal itu. Lebih cepat dan lebih aman
membayar awak kapal." "Tetap saja terlalu mahal,"
kata Horst. Roran mengetuk-ngetukkan jari ke pagar
kapal. Kita bisa membayar biaya awal Clovis sebanyak
dua ratus Crown. Tapi begitu tiba di Teirm,
kusarankan kita en Bidadari Pendekar Naga Sakti
tah mencuri bargas-bargasnya menggunakan keahlian
yang kita pelajari selama perjalanan atau
melumpuhkan Clovis dan anak buahnya hingga kita
bisa meloloskan diri dengan jalan lain. Dengan begitu,
kita tidak perlu membayar tambahan empat ratus
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Crow, juga upah kelasi." "Aku tidak senang menipu
orang yang bekerja dengan jujur," ata Horst. "Itu
tidak sesuai dengan prinsipku." "Aku juga tidak suka,
tapi kau bisa memikirkan alternatifnya?" "Bagaimana
caramu menaikkan semua orang ke bargas?" "Minta
mereka menunggu kita di pantai sekitar satu mil laut
dari dermaga, tidak terlihat dari Narda." Horst
mendesah. "Baiklah, kita lakukan, tapi mulutku terasa
pdak enak karenanya. Panggil Clovis kemari, Baldor,
dan kita pastikan perjanjian ini." Malam itu, para


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penduduk desa berkerumun di sekeliling api unggun
kecil untuk mendengar apa yang terjadi di Narda. Dari
tempatnya berlutut di tanah, Roran menatap bara yang
berkobar-kobar sambil mendengarkan Gertrude dan
ketiga bersaudara menceritakan petualangan
masing-masing. Berita mengenai poster Roran dan
Eragon memicu gumaman tidak enak di antara para
pendengarnya. Sesudah Darmmen selesai, Horst
mengambil tempatnya dan, dengan kalimat-kalimat
singkat, menceritakan tidak adanya kapal yang layak
di Narda, bagaimana pekerja pelabuhan menyarankan
Clovis, dan perjanjian yang mereka buat sesudah itu,
Tapi, begitu Horst menyebut kata bargas, para
penduduk desa berteriak-teriak takut dan tidak puas
hingga menenggelamkan suaranya. Setelah berjalan
ke depan kelompok, Loring mengangkat dengan
meminta perhatian. "Bargas?" kata tukang sepatu itu.
Bargas" Kami tidak menginginkan bargas!" Ia meludah
dekat kakinya sementara orang-orang ribut
menyetujui. "Semuanya, diam!" kata Delwin. "Kita
akan kedengaran kalau terus begini." Sesudah tinggal
derak api unggun yang menjadi suara terkeras, ia
melanjutkan dengan lebih lambat. Aku setuju dengan
Loring. Bargas tidak bisa diterima. Bargas tambat dan
rapuh. Dan kita akan berjejalan bersama-sama tanpa
ada privasi sedikit pun dan tanpa perlindungan, entah
untuk berapa lama. Horst, Elain hamil enam bulan.
Kau tidak bisa berharap ia dan orang-orang lain yang
sakit untuk duduk di bawah terik matahari selama
berminggu-minggu. "Kita bisa membentangkan terpal
menutupi palka," jawab Horst. "Tidak terlalu bagus,
tapi itu akan melindungi kita dari matahari dan
hujan." Suara Birgit mengalahkan gumaman pelan
orang-orang, "Ada keprihatinanku yang lain."
Orang-orang memberi jalan sewaktu ia melangkah ke
api unggun. "Dengan diberikannya dua ratus crown
untuk Clovis dan uang yang dipakai Darmmen dan
saudara-saudaranya, kita sudah menggunakan
sebagian besar koin kita. Tidak seperti orang-orang di
kota besar, kekayaan kita bukan pada emas tapi pada
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hewan dan tanah. Tanah kita telah lenyap dan hanya
sedikit hewan yang tersisa. Bahkan kalau kita menjadi
bajak laut dan mencuri bargas-bargas itu, bagaimana
cara kita membeli pasokan di Teirm atau meneruskan
perjalanan ke selatan?" "Yang penting," geram Horst,
"adalah mencapai Teirm dulu. Begitu tiba di sana, kita
bisa mengkhawatirkan tindakan kita selanjutnya... Ada
kemungkinan kita terpaksa mengambil tindakan yang
lebih drastis." Wajah Loring yang kurus semakin
keriput. "Drastis" Apa maksudmu, drastis" Kita sudah
melakukan tindakan yang drastis. Seluruh petualangan
ini drastis. Aku tidak peduli apa katamu; aku tidak
akan menggunakan bargas-bargas itu, apalagi sesudah
apa yang kita alami di Spine. Bargas untuk biji-bijian
dan hewan. Yang kami inginkan adalah kapal dengan
kabin dan ranjang di mana kita bisa tidur dengan
nyaman. Kenapa tidak menunggu seminggu lagi dan
melihat apakah kita bisa menyewa salah satu kapal
yang datang" Apa ruginya begitu, eh" Atau kenapa
tidak--" Ia terus berceloteh selama lima belas menit
lebih, mengajukan segunung keberatan sebelum
beralih pada Thane dan Ridley, yang mendukung
argumentasinya. Percakapan itu terhenti saat Roran
berdiri dan meneg ri tubuh, membungkam para
penduduk desa hanya dengan kehadirannya. Mereka
menunggu, tanpa bernapas, berharap akan
menyampaikan pidato berwawasannya lagi.
Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Cara ini atau berjalan kaki," katanya. Lalu ia pergi
tidur. TURUNNYA MARTIL Bulan melayang tinggi di
antara bintang-bintang sewaktu Roran meninggalkan
tenda darurat yang dihuninya bersama Baldor,
berjalan ke tepi perkemahan, dan menggantikan
Albriech berjaga. "Tidak ada yang perlu dilaporkan,"
bisik Albriech, lalu menyelinap pergi. Roran
memasang tali busur dan menghunjamkan tiga anak
panah berbulu angsa di tanah liat, dalam jangkauan,
lalu menyelimuti diri dan meringkuk pada permukaan
batu di sebelah kirinya. Posisinya memungkinkan ia
memandang jelas ke bawah dan ke seberang
bukit-bukit. Seperti kebiasaannya, Roran membagi
pemandangan menjadi kwadran-kwadran, memeriksa
setiap kwadran selama semenit penuh, selalu
mewaspadai gerakan sekilas atau cahaya sepintas
yang mungkin menunjukkan mendekatnya musuh.
Dalam waktu singkat benaknya mulai melayang,
berpindah dari satu subjek ke subjek lain dengan
logika samar mimpi, mengalihkan perhatiannya dari
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tugas. Ia menggigit bagian dalam pipinya untuk
memaksa diri berkonsentrasi. Tetap terjaga sangat
sulit di cuaca sedingin ini.... Roran senang tidak
kena dua kali giliran jaga sebelum subuh, karena
kalau begitu ia tidak mendapat kesempatan mengganti
tidur yang hilang sesudahnya dan akan merasa lelah
sepanjang hari. Hembusan angin melintasinya,
menggelitik telinga dan menyebabkan bulu kuduknya
meremang karena firasat adanya kejahatan. Sentuhan
halus itu menakutkan Roran, menghapus segalanya
kecuali keyakinan bahwa dirinya dan para penduduk
desa terancam bahaya besar. Ia merintih seakan
terseran demam, jantungnya berdebar-debar, dan ia
harus bejuang keras untuk menekan keinginan keluar
dari tempat persembunyiannya dan melarikan diri.
Ada apa denganku" Bahkan memasang anak panah
saja terasa sangat sulit. Di sebelah timur, ada
bayangan yang melepaskan diri dari kaki langit. Hanya
tampak seperti kekosongan di sela bintang-bintang,
bayangan itu melayang seperti robekan cadar
melintasi langit hingga menutupi bulan, di mana
bayangan itu berhenti, mengambang. Dengan diterangi
cahaya dari belakang, Roran bisa melihat sayap-sayap
tembus pandang salah satu tunggangan Ra'zac.
Makhluk hitam itu membuka paruhnya dan menjerit
melengking, panjang. Roran meringis kesakitan akibat
hebatnya lengkingan itu. Lengkingan tersebut menusuk
gendang telinganya, membekukan darahnya, dan
mengubah harapan dan suka cita menjadi
keputusasaan. Teriakan itu membangunkan seisi
hutan. Burung-burung dan hewan-hewan buas sejauh
bermil-mil beterbangan panik, termasuk, yang
mengejutkan Roran, sisa ternak penduduk desa.
Sambil terhuyung dari pohon ke pohon, Roran kembali
ke perkemahan, berbisik, "Ra'zac ada di sini. Diam
dan jangan ke mana-mana," kepada setiap orang yang
ditemuinya. Ia melihat para penjaga lain berjalan di
antara para penduduk desa yang ketakutan,
menyebarkan pesan yang sama. Fisk muncul dari
tenda sambil membawa tombak dan meraung, "Apa kita
diserang" Apa yang memicu--" Roran menerjang
tukang kayu itu agar diam, mengerang tertahan saat
mendarat pada bahu kanannya dan menyakiti luka
lamanya. "Ra'zac," erang Roran pada Fisk. Fisk
membeku dan dengan suara pelan bertanya, "Apa yang
harus kulakukan?" "Bantu aku menenangkan
hewan-hewan." Bersama mereka melintasi perkemahan
ke padang sebelah tempat tempat kambing, domba,
keledai, dan kuda ditambatkan. Para petani yang
memiliki sebagian besar ternak itu tidur bersama
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hewan masing-masing dan telah terjaga, berusaha
menenangkan ternak mereka. Roran bersyukur telah
bersikap paranoid, yang menyebabkan ia berkeras
hewan-hewan itu disebar di sepanjang tepi padang, di
mana pepohonan dan sesemakan membantu
menyembunyikan mereka dari pandangan yang tidak
bersahabat. Sambil berusaha menenangkan
sekelompok domba, Roran menengadah sekilas
memandang bayangan hitam menakutkan yang masih
menutupi bulan, seperti kelelawar raksasa. Yang
membuatnya ngeri, bayangan itu mulai bergerak ke
tempat persembunyian mereka. Kalau makhluk itu
menjerit lagi, kami hancur. Saat Ra'zac terbang
berputar-putar di atas kepala, sebagian besar hewan
telah diam, kecuali seekor ke
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ledai, yang terus meringkik serak. Tanpa ragu-ragu,
Roran bertumpu pada salah satu lututnya, memasang
anak panah, dan memanah keledai itu di sela
rusuknya. Bidikannya tepat, dan hewan itu jatuh tanpa
suara. Tapi ia terlambat; ringkikan keledai menarik
perhatian Ra'zac. Monster tersebut berpaling ke
padang dan turun ke sana dengan cakar terulur,
didahului baunya yang busuk luar biasa. Sekarang
tiba waktunya melihat apakah kami bisa membantai
mimpi buruk, pikir Roran. Fisk, yang berjongkok di
sebelahnya di rerumputan, mengangkat tombak, siap
melontarkannya begitu makhluk itu berada dalam
jangkauan. Tepat pada saat Roran menarik anak
panah--dalam usaha memulai dan mengakhiri
pertempuran dengan anak panah yang dipasang
dengan baik--perhatiannya teralih oleh keributan di
hutan. Sekelompok rusa menghambur keluar dari
sesemakan dan berderap menyeberangi padang,
mengabaikan para penduduk desa dan ternaknya dalam
kepanikan meloloskan diri dari Ra'zac. Selama hampir
semenit, rusa-rusa itu berderap melewati Roran,
melubangi tanah liat dengan kuku-kuku mereka yang
tajam dan memantulkan cahaya bulan dengan mata
mereka yang bertepi putih. Mereka begitu dekat
hingga ia bisa mendengar napas mereka. Kawanan
rusa itu pasti menyembunyikan para penduduk desa
karena, sesudah terbang memutari padang sekali lagi,
si monster bersayap berbelok ke selatan dan melayang
semakin jauh ke dalam Spine, melebur dengan malam.
Roran dan teman-temannya tetap membeku di tempat,
seperti kelinci yang diburu, takut kepergian Ra'zac itu
mungkin tipuan untuk memancing mereka keluar ke
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tempat terbuka atau bahwa kembaran makhluk itu ada
dekat di belakangnya. Mereka menunggu selama
berjam-jam, tegang dan gelisah, nyaris tidak bergerak
kecuali memasang tali busur. Sewaktu bulan hendak
terbenam, lengkingan Ra'zac yang membekukan tulang
terdengar menggema di kejauhan... lalu tidak
terdengar apa-apa lagi. Kami mujur, pikir Roran
sewaktu terjaga keesokan paginya. Dan kami tidak
bisa mengandalkan kemujuran untuk menyelamatkan
kami lain kali. Sesudah kemunculan Ra'zac, tidak
satu pun penduduk desa yang keberatan menempuh
perjalanan dengan bargas. Mereka begitu ingin pergi
hingga banyak yang bertanya pada Roran apakah
mungkin untuk berlayar hari itu dan bukannya besok.
"Seandainya saja bisa," kata Roran, "tapi terlalu
banyak yang harus dilakukan." Tanpa sarapan, ia,
Horst, dan sekelompok pria lain turun ke Narda. Roran
tahu dirinya mengambil risiko dikenali dengan
menemani mereka, tapi misi mereka terlalu penting
baginya sehingga ia tidak tega menolaknya. Lagi pula,
ia yakin penampilannya saat ini cukup berbeda dengan
gambarnya di poster Kekaisaran sehingga tak ada
yang akan membandingkan satu dengan yang lainnya.
Mereka tidak menemui kesulitan untuk masuk, karena
penjaga gerbang kota bukan para prajurit yang
kemarin. Setelah itu mereka ke pelabuhan dan
memberikan dua ratus crown pada Clovis, yang sibuk
mengawasi sekelompok orang menyiapkan
bargas-bargas untuk berlayar. "Terima kasih,
Stronghammer," kata Clovis, sambil mengikat
sekantung koin ke sabuknya. "Tidak ada yang
mengalakuning untuk mencerahkan hari." Ia mengajak
mereka ke meja kerja dan membuka gulungan peta
perairan di sekitar Narda, lengkap dengan
notasi-notasi mengenai kekuatan berbagai arus; lokasi
karang, beting pasir, dan bahaya-bahaya lain; serta
pengukuran-pengukuran yang bernilai puluhan tahun.
Setelah menggambar garis dengan jarinya dari Narda
ke teluk kecil tepat di selatannya, Clovis berkata, "Di
sini kita akan menemui ternakmu. Arusnya sekarang
lemah, tapi kita tetap tidak ingin melawannya, jadi
kita harus langsung ke sana begitu arus pasang."
"Arus pasang?" kata Roran. "Apa tidak lebih mudah
menunggu hingga arus surut dan membiarkan kita
hanyut keluar?" Clovis mengetuk hidung dengan mata
berkilau. "Aye, memang, dan begitulah caraku memulai
banyak pelayaran. Tapi yang tidak kuinginkan adalah
merapat ke pantai, memuat temakmu, pada saat arus
kembali pasang dan mendorong kita semakin jauh ke
darat. Dengan begini tidak ada bahayanya, tapi kita
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
harus pandai bergerak agar tidak terdampar se
Bidadari Pendekar Naga Sakti
waktu air surut. Dengan anggapan begitu, laut akan
bekerja untuk kita, eh?" Roran mengangguk. Ia
memercayai pengalaman Clovis. "Dan berapa banyak
orang yang kaubutuhkan untuk awak kapalmu?" "Well,
aku berhasil mendapatkan tujuh orang--kuat, jujur,
dan semuanya pelaut yang baik--yang setuju untuk
ikut dalam Perjalanan ini, sekalipun aneh.


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Omong-omong, sebagian besar dari mereka sedang
mabuk sewaktu kusudutkan mereka semalam,
menghabiskan upah dari pelayaran terakhir mereka,
tapi mereka akan sesadar penenun besok pagi; aku
berjanji. Mengingat hanya tujuh yang bisa kutemukan,
aku ingin empat orang lagi." Kau mendapatkannya,"
kata Roran. "Anak buahku tidak tahu banyak mengenai
berlayar, tapi mereka mampu dan bersedia belajar."
Clovis mendengus. "Biasanya aku memang membawa
orang baru setiap kali berlayar. Selama mereka
mematuhi perintah, mereka akan baik-baik saja; kalau
tidak, mereka akan dihajar, ingat kata-kataku. Sedang
mengenai pengawal, aku ingin ada sembilan--tiga per
perahu. Dan mereka sebaiknya tidak plonco pelautmu,
kalau ya, aku tidak akan meninggalkan dermaga,
biarpun demi seluruh wiski di dunia." Roran
tersenyum muram. "Setiap orang yang pergi bersamaku
sudah membuktikan diri dalam pertempuran berulang
kali." "Dan mereka semua patuh padamu, eh,
Stronghammer muda?" kata Clovis. Ia menggaruk
dagunya, menatap Gedric, Delwin, dan lainnya yang
baru pertama kali ke Narda. "Berapa orang yang
bersamamu?" "Cukup." "Cukup, katamu. Aku heran."
Ia melambaikan satu tangan "Jangan pedulikan aku;
lidahku bergerak terlalu cepat mendului akal sehatku,
atau begitulah kata ayahku dulu. Mualim satuku,
Torson, sekarang ada di tempat pedagang, mengawasi
pembelian barang-barang dan peralatan. Kau harus
memberi makan ternakmu, bukan?" "Begitulah."
"Kalau begitu sebaiknya kau ambil sekarang. Kita bisa
memuatnya ke palka begitu tiang layar dipasang."
Sepanjang sisa pagi dan sore harinya, Roran dan
penduduk desa yang bersamanya bekerja keras
memindahkan pasokanyang dibeli para putra
Loring-dari gudang tempat pasokan itu disimpan ke
gubuk tempat bargas-bargas berada. Saat Roran
berjalan di papan kayu ke Edeline dan menurunkan
kantung terigunya ke kelasi yang menunggu di dalam
palka, Clovis berkata, "Sebagian besar barangmu
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bukan makanan ternak, Stronghammer." "Ya," kata
Roran. "Tapi diperlukan." Ia senang Clovis cukup
cerdas untuk tidak bertanya lebih jauh. Sewaktu
barang terakhir telah disimpan, Clovis memanggil
Roran. "Sebaiknya kau pergi. Aku dan anak-anak akan
membereskan sisanya. Ingat saja untuk berada di
dermaga tiga jam sesudah subuh bersama setiap orang
yang kaujanjikan padaku, kalau tidak kita akan
tertinggal arusnya." "Kami akan ada di sana."
Sekembalinya di kaki bukit, Roran membantu Elain dan
yang lair, bersiap-siap berangkat. Tidak membutuhkan
waktu lama, karena mereka telah terbiasa membongkar
perkemahan setiap pagi. Lalu ia memilih dua belas
orang untuk menemaninya ke Narda keesokan harinya.
Mereka semua mampu bertempur dengan baik, tapi ia
meminta yang terbaik, seperti Horst dan Delwin, untuk
tetap bersama penduduk desa lain seandainya para
prajurit menemukan mereka atau Ra'zac kembali.
Begitu malam turun, kedua kelompok itu berpisah.
Roran berjongkok di batu besar dan mengawasi Horst
memimpin iring-iringan orang menuruni kaki bukit ke
teluk tempat mereka akan menunggu kedatangan
bargas-bargas. Orval mendekatinya dan bersedekap.
"Menurutmu mereka akan aman, Stronghammer?"
Kegelisahan memenuhi suaranya seperti tali busur
yang direntang kencang. Sekalipun ia juga khawatir,
Roran berkata, "Ya. Aku berani bertaruh satu tong
cider denganmu bahwa mereka masih tidur sewaktu
kita merapat di pantai besok. Kau bisa mendapat
kesenangan dengan membangunkan Nolla.
Bagaimana?" Orval tersenyum mendengar istrinya
disebut dan mengangguk, tampak yakin. Kuharap aku
benar. Roran tetap tinggal di batu, membungkuk
seperti patung setan yang suram, hingga sosok gelap
para penduduk desa menghilang dari pandangannya.
Mereka terjaga satu jam sebelum matahari terbit,
sewaktu langit baru bertambah terang dengan warna
hijau pucat d Bidadari Pendekar Naga Sakti
an udara malam yang basah membuat jemari mereka
kebas. Roran menyiram wajahnya dengan air lalu
menyandang busur dan tabung anak panah, martilnya
yang selalu ada, salah satu Perisai buatan Fisk, dan
salah satu tombak buatan Horst. Yang juga berbuat
begitu, dengan tambahan pedang yang diperoleh dalam
pertempuran di Carvahall. Sambil berlari menuruni
bukit secepat yang berani mereka lakukan, ketiga
belas orang itu dalam waktu singkat tiba di Narda
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan, tidak lama sesudahnya, di gerbang utama kota.
Yang mengecewakan Roran, kedua prajurit yang
merepotkan mereka sebelumnya berdiri berjaga di
pintu masuk. Seperti sebelumnya, kedua prajurit itu
menurunkan tombak berkapaknya untuk menghalangi
jalan. "Kali ini kalian banyak juga," kata pria
berambut putih. "Dan tidak semuanya sama. Kecuali
kau." Ia memusatkan perhatian pada Roran. "Kurasa
kau berharap aku percaya bahwa tombak dan perisai
itu juga untuk tembikar?" "Bukan. Kami disewa Clovis
untuk melindungi bargas-bargasnya dari serangan
dalam perjalanan ke Teirm." "Kalian" Serdadu
bayaran?" Prajurit itu tertawa. "Katamu kalian
pedagang." "Ini bayarannya lebih baik." Pria
berambut ubanan itu merengut. "Kau bohong. Aku
pernah mencoba menjadi orang bayaran dulu. Aku
lebih sering kelaparan semalaman daripada tidak. Lagi
pula, berapa banyak pedagangmu" Tujuh kemarin dan
dua belas hari ini--tiga belas termasuk dirimu.
Rasanya terlalu banyak untuk ekspedisi dari
sekelompok pemilik toko." Matanya menyipit saat
mengamati wajah Roran. "Aku rasanya mengenalmu.
Siapa namamu, eh?" "Stronghammer." "Bukannya
Roran--" Roran menusukkan tombaknya ke depan,
menembus tenggorokan prajurit beruban itu. Darah
merah menyembur. Setelah melepaskan tombaknya,
Roran mencabut martil dan berputar sambil
menggunakan perisai untuk menangkis tombak
berkapak prajurit kedua. Ia mengangkat martilnya dan
menghancurkan helm prajurit itu. Ia berdiri
terengah-engah di antara kedua mayat. Sekarang aku
sudah membunuh sepuluh orang. Orval dan yang lain
menatap Roran dengan kaget. Karena tidak mampu
membalas tatapan mereka, Roran berbalik
memunggungi mereka dan memberi isyarat ke selokan
yang mengalir di bawah jalan. "Sembunyikan
mayat-mayat itu sebelum ada yang melihat,"
perintahnya, tegas dan kasar. Sementa mereka
bergegas mematuhi, ia memeriksa jalur jalan di
Puncak dinding, mencari penjaga. Untungnya, tidak
seorang pun terlihat di sana atau di jalan di balik
gerbang. Ia membungkuk mencabut tombak,
membersihkan darahnya di rerumputan. "Selesai, kata
Mandel, sambil naik dari selokan. Sekalipun tertutup
janggut, wajah pemuda itu tampak pucat. Roran
mengangguk dan, setelah menguatkan diri, memandang
kelompoknya. "Dengar. Kita akan berjalan ke dermaga
Seeepat mungkin tanpa tergesa-gesa. Kita tidak akan
lari. Sewaktu alarm dibunyikan--dan mungkin ada yang
mendengar perkelahian tadi--berpura-puralah terkejut
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan tertarik tapi jangan takut. Apa pun yang kalian
lakukan, jangan beri alasan pada orang-orang untuk
mencurigai kita. Keselamatan keluarga dan
teman-teman kalian tergantung pada sikap kalian.
Kalau kita diserang, tugas kalian hanyalah
memastikan bargas-bargasnya berlayar. Tidak ada lagi
yang penting. Apa aku jelas?" "Aye, Stronghammer,"
jawab mereka. "Kalau begitu ikut aku." Ketika
berjalan melintasi Narda, Roran merasa begitu tegang
hingga khawatir akan meledak berkeping-keping. Jadi
apa aku ini" pikirnya penasaran. Ia melirik setiap pria
dan wanita, anak-anak, anjing-anjing, dalam usahanya
mengenali musuh potensial. Segala sesuatu di
sekitarnya tampak terang dan penuh detail di luar
kewajaran; rasanya ia seperti bisa melihat setiap
helai benang pada pakaian orang-orang. Mereka tiba
di dermaga tanpa kejadian apa-apa. Clovis berkata,
"Kau lebih awal, Stronghammer. Aku suka itu. Dengan
begitu kita mendapat kesempatan merapikan segalanya
sebelum berangkat." "Bisa kita berangkat sekarang?"
tanya Roran. "Kau seharusnya lebih tahu daripada
itu. Kita harus menunggu hingga arus pasang berlalu,
jadi kita menunggu." Clovis diam sejenak saat itu,
mengamati ketiga belas orang dengan cermat, dan
berkata, "Wah, ada Bidadari Pendekar Naga Sakti
masalah apa, Stronghammer" Kalian tampak seperti
melihat hantu Galbatorix tua sendiri." Tidak ada yang
tak bisa disembuhkan dengan beberapa jam dalam
udara laut," kata Roran. Karena keadaannya sekarang,
ia tidak bisa tersenyum, tapi ia membiarkan
ekspresinya melunak untuk menenangkan si kapten.
Dengan siulan, Clovis memanggil kedua kelasi dari
perahu. Keduanya secokelat hazelnut. "Yang ketiga
Torson, mualim tamaku," kata Clovis, sambil memberi
isyarat pada pria di sebelah kanannya. Bahu Torson
yang telanjang dihiasi tato naga terbang yang
melingkarinya. "Ia nahkoda Merrybell. Dan anjing
hitam ini Flint. Ia nahkoda Edeline. Selama kalian di
perahu, kata-kata mereka adalah hukum, sebagaimana
katau kataku di Red Boar. Kalian harus patuh padanya
dan padaku bukan pada Stronghammer... Well, coba
katakan aye, aye yang benar." "Aye, aye," kata
mereka. "Nah, siapa di antara kalian yang akan
membantuku dan siapa yang menjadi pengawalku"
Demi hidupku, aku tidak bisa membedakan kalian."
Tanpa memedulikan peringatan Clovis bahwa ia
komandan mereka, bukan Roran, para penduduk desa
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memandang Roran untuk memastikan apakah mereka
harus mematuhinya. Roran mengangguk menyetujui,
dan mereka membagi diri menjadi dua kelompok, yang
oleh Clovis dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok
yang lebih kecil saat ia menugaskan sejumlah
penduduk desa tertentu ke setiap bargas. Selama
setengah jam berikutnya, Roran bekerja bersama para
kelasi menyelesaikan persiapan Red Boar untuk
berlayar, dengan telinga mewaspadai isyarat pertama
tanda bahaya. Kami akan tertangkap atau dibunuh
kalau tinggal lebih lama lagi, pikirnya, sambil
memeriksa ketinggian air di dermaga. Ia mengusap
keringat dari alis. Roran terkejut sewaktu Clovis
mencengkeram lengan bawahnya. Sebelum ia sempat
menahan diri, Roran mencabut martilnya hingga
separo keluar dari sabuk. Udara yang pekat bagai
menyumbat tenggorokannya. Clovis mengangkat alis
melihat reaksinya. "Aku sudah lama mengawasimu,
Stronghammer, dan aku sangat tertarik untuk
mengetahui caramu memenangkan kesetiaan seperti
itu dari anak buahmu. Aku pernah mengabdi pada
lebih banyak kapten daripada yang ingin kuingat, dan
tidak satu pun mampu mendapatkan tingkat kepatuhan
seperti dirimu tanpa angkat pipa." Roran tidak mampu
menahan diri; ia tertawa. "Kuberitahukan caranya; aku
menyelamatkan mereka dari perbudakan dan dari
disantap. Alis Clovis terangkat hingga nyaris
menyentuh batas rambutnya, "Sungguh" Aku ingin
mendengar ceritanya." "Tidak, kau tidak ingin."
Semenit kemudian, Clovis berkata, "Ya, mungkin aku
tidak ingin mendengarnya." Ia melirik ke balik pagar.
"Wah, aku akan digantung. Aku yakin kita bisa
berangkat. Ah, dan ini Galina kecilku, tepat waktu
seperti biasa." Pria kekar itu melompat ke papan
penghubung dan, dari sana, turun ke dermaga. Ia
memeluk gadis berambut hitam yang berusia sekitar
tiga belas tahun dan wanita yang menurut tebakan
Roran adalah ibu gadis itu. Clovis mengacak rambut si
gadis dan berkata, "Nah, jadilah anak baik sementara
aku pergi. Kau mau, Galina?" "Ya, Ayah." Saat
menyaksikan Clovis mengucapkan selamat berpisah
pada keluarganya, Roran teringat pada kedua prajurit
yang tewas di gerbang. Mereka mungkin memiliki
keluarga juga. Istri dan anak-anak yang menyayangi
mereka dan rumah tujuan mereka pulang setiap hari...
Ia merasa akan muntah dan memaksa diri memikirkan
dermaga lagi agar tidak mual. Di bargas-bargas,
semua orang tampak gelisah. Takut mereka kehilangan
keberanian, Roran sengaja mondar-mandir di geladak,
melemaskan tubuh, dan melakukan apa pun agar
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tampak santai. Akhirnya Clovis melompat naik kembali
ke Red Boar dan berseru, "Lepaskan tambatannya,
anak-anak! Kedalaman Sudah cukup bagi kita." Dalarn
waktu singkat, papan-papan penghubung ditarik ke
bargas, tali-tali tambatan dilepaskan, dan layar
dibentangkan di ketiga bargas. Udara dipenuhi
teriakan-teriakan perintah dan lantunan heave-ho saat
para kelasi menarik tali-temali. Di belakang mereka,
Galina dan ibunya tetap mengawasi sementara
bargas-bargas bergerak menjauh, tidak bergerak dan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membisu berkerudung dan muram.
Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kita beruntung, Stronghammer, kata Clovis, sambil
memukul bahunya. "Ada angin yang mendorong kita
hari ini. Kita mungkin tidak perlu mendayung untuk
mendayung untuk mencapai teluk sebelum arus
berubah, eh!" Sewaktu Red Boar telah berada di
tengah teluk Narda masih sepuluh menit dari
kebebasan laut terbuka, yang ditakuti Roran terjadi:
suara lonceng dan terompet mengalun melintasi
perairan dari sela bangunan-bangunan batu. "Apa
itu?" tanyanya. "Entahlah," kata Clovis. Ia
mengerutkan kening sambil menatap kota, berkacak
pinggang. "Bisa jadi kebakaran, tapi tidak ada asap di
udara. Mungkin mereka menemukan Urgal di kawasan
ini." Keprihatinan terpancar di wajahnya. "Apa kau
kebetulan melihat siapa pun di jalan pagi ini?" Roran
menggeleng, tidak memercayai dirinya sendiri untuk
berbicara. Flint menjajarkan Edeline dengan bargas
mereka dan berteriak dari geladaknya, "Apa sebaiknya
kita kembali, Sir?" Roran mencengkeram pagar begitu
kuat hingga serpihan kayunya menusuk ke bawah
kuku, siap menyela tapi takut tampak terlalu gelisah.
Setelah mengalihkan pandangan dari Narda, Clovis
balas berteriak. "Tidak. Kita akan tertinggal arus
kalau begitu." "Aye, aye, Sir! Tapi aku rela
memberikan gajiku sehari untilk mencari tahu
penyebab keributan itu." "Aku juga," gumam Clovis.
Sementara rumah-rumah dan bangunan-bangunan
mengedl di belakang mereka, Roran berjongkok di
buritan kiri bargas, memeluk lutut, dan menyandar ke
kabin. Ia memandang ke langit, terpesona melihat
kedalaman, kejernihan, dan warnanya lalu memandang
ombak kehijauan di belakang Red Boar, di mana
pita-pita rumput laut meliuk-liuk. Sentakan-sentakan
bargas menenangkannya seperti goyangan buaian.
Hari yang indah sekali pikirnya, bersyukur dirinya ada
di sana untuk melihatnya. Sesudah mereka
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
meninggalkan teluk-yang melegakan, Roran menaiki
tangga ke geladak di belakang kabin-kabin, tempat
Clovis berdiri memegangi kemudi, mengarahkan bargas
mereka. Kapten berkata, "Ah, hari pertama pelayaran
selalu menggairahkan, sebelum kau sadar betapa
buruk makananya dan mulai merindukan rumah."
Karena ingat ia butuh mempelajari bargas sebisa
mungkin, Roran menanyakan nama dan fungsi berbagai
benda di kapal pada Clovis, dan ia ditanggapi dengan
kuliah penuh semangat mengenai cara kerja bargas,
kapal, dan seni berlayar pada umumnya. Dua jam
kemudian, Clovis menunjuk semenanjung sempit yang
membentang di depan mereka. "Teluknya ada di balik
itu." Roran menegakkan tubuh dari pagar dan
menjulurkan leher, sangat ingin memastikan para
penduduk desa selamat. Sewaktu Red Boar mengitari
tonjolan daratan berbatu-batu itu, pantai terlihat di
ujung seberang teluk, tempat para pengungsi dari
Lembah Palancar berkumpul. Mereka bersorak dan
melambai-lambai sewaktu bargas-bargas muncul dari
balik karang. Roran mengendur. Di sampingnya,
Clovis memaki-maki. "Aku tahu ada yang tidak beres
begitu melihatmu, Stronghammer. Ternak yang hebat.
Bah! Kau mempermainkanku seakan aku orang bodoh,
sungguh." "Kau keliru," jawab Roran. "Aku tidak
berbohong; ini kawananku dan aku gembala mereka.
Apa aku tidak berhak menyebut mereka 'ternak', kalau
aku mau?" "Terserah kau menyebut mereka apa, aku
tidak menyetujui mengangkut orang-orang ke Teirm.
Aku heran kenapa kau tidak memberitahukan kargomu
yang sebenarnya, dan satu-satunya jawaban di kaki
langit adalah apa pun yang kaulakukan berarti
masalah... masalah bagimu dan masalah bagiku.
Sebaiknya kulempar kalian semua ke laut dan kembali
ke Narda." Tapi kau tidak akan berbuat begitu," kata
Roran, sangat Pelan. Oh" Kenapa tidak?" "Karena
aku membutuhkan bargas-bargas ini, Clovis, dan aku
bersedia melakukan apa saja untuk
mempertahankannya. Apa saja. Horrnati perjanjian
kita, maka kau akan menjalani pelayaran yang damai,
dan kau akan bisa bertemu Galina lagi. Kalau
tidak...." Ancamannya kedengaran lebih buruk
daripada itu; Roran tidak berniat membunuh Clovis,
sekalipun kalau terpaksa, ia akan meninggalkan
Clovis di suatu tempat di pantai. Wajah Clovis
memerah, tapi ia mengejutkan Roran den mendengus
dan berkata, "Cukup adil, Stronghammer." Dengan
perasaan Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Bencana Goa Iblis m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
puas, Roran kembali memerhatikan pantai. Di
belakangnya, ia mendengar bunyi klik. Bertindak
berdasarkan naluri, Roran meliuk, berjongkok,
berputar, dan melindungi kepala dengan perisai.
Lenganya bergetar saat sebatang pasak patah
menghantam perisainya, Ia menurunkan perisai dan
menatap Clovis yang kecewa, yang mundur
menyeberangi geladak. Roran menggeleng, tidak
mengalihkan pandangan dari lawannya. "Kau tidak
bisa mengalahkanku, Clovis. Kuulangi: Kau mau
menghormati perjanjian kita" Kalau tidak, akan
kuturunkan kau di pantai, mengambil alih bargas, dan
memaksa awakmu bekerja padaku. Aku tidak ingin
menghancurkan hidupmu, tapi akan kulakukan kalau
kau memaksa... Ayo. Ini bisa menjadi pelayaran yang
normal, tanpa kejadian apa-apa, kalau kau
memutuskan membantu kami. Ingat, kau sudah
dibayar." Setelah menegakkan diri, Clovis berkata,
"Kalau aku setuju, kau harus menjelaskan kenapa
tipuan ini diperlukan, dan kenapa orang-orang ini ada
di sini dan dari mana asal mereka. Tidak peduli
berapa banyak emas yang kautawarkan padaku, aku
tidak mau membantu kegiatan yang bertentangan
dengan prinsip-prinsipku; tidak, aku tidak mau.
Apakah kalian bandit" Atau kalian mengabdi pada raja
terkutuk itu?" "Kau bisa terancam bahaya besar kalau
tahu." "Aku memaksa." "Kau pernah mendengar
tentang Carvahal di Lembah Palancar?" tanya Roran.
Clovis mengibaskan tangan. "Satu atau dua kali.
Kenapa?" "Kau melihatnya sekarang di pantai. Para
prajurit Galbatorix menyerang kami tanpa sebab. Kami
melawan dan, sewaktu posisi kami tidak bisa
dipertahankan, kami menyeberangi Spine dan
menyusuri pantai ke Narda. Galbatorix berjanji bahwa
setiap pria, wanita, dan anak-anak dari Carvahall
akan dibunuh atau diperbudak. Satu-satunya harapan
kami untuk selamat adalah mencapai Surda." Roran
tidak menyinggung Ra'zac; ia tidak ingin membuat
Clovis terlalu ketakutan. Pelaut berpengalaman itu
memucat. "Apa kalian masih dikejar?" "Aye, tapi
Kekaisaran belum menemukan kami." "Apa kau yang
menyebabkan tanda bahaya dibunyikan tadi?" Dengan
sangat pelan, Roran berkata, "Aku membunuh dua
prajurit yang mengenaliku." Pemberitahuan itu
mengejutkan Clovis: matanya terbelalak, ia melangkah
mundur, dan otot-otot lengannya bergerak-gerak saat
ia mengepalkan tangan. "Tentukan pilihanmu, Clovis;
pantai semakin dekat." Ia tahu sudah menang sewaktu
bahu kapten itu merosot dan keberanian menghilang
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dari sikapnya. "Ah, biar wabah menyerangmu,
Stronghammer. Aku bukan teman raja; akan kuantar
kau ke Teirm. Tapi sesudah itu aku tidak ingin
berhubungan lagi denganmu." "Kau mau berjanji tidak
akan berusaha menyelinap pergi di malam hari atau
tipuan-tipuan seperti itu?" "Aye. Aku berjanji." Pasir
dan bebatuan menggesek dasar lunas Red Boar saat
bargas itu melaju ke pantai, diikuti kedua rekannya di
kedua sisinya. Deburan air memukul daratan tanpa
henti, terdengar seperti napas monster raksasa.
Begitu layar digulung dan papan-papan penghubung
dibentangkan, Torson dan Flint berjalan ke Red Boar
dan menghadapi Clovis, ingin tahu apa yang terjadi.
"Ada perubahan rencana," kata Clovis. Roran
membiarkan ia menjelaskan situasinya-menghindari
alasan sebenarnya para penduduk desa meninggalkan
Lembah Palancar--dan melompat turun ke pasir, di
mana ia mencari Horst di antara kerumunan orang.
Sewaktu menemukan tukang besi itu, Roran
menariknya ke samping dan menceritakan kematian di
Narda padanya. "Kalau ketahuan aku pergi bersama
Clovis, mereka mungkin mengirim prajurit berkuda
untuk mengejar kita. Kita harus menaikkan semua
orang ke bargas secepatnya " Horst menatapnya
selama semenit yang terasa lama. "Kau menjadi orang
yang keras, Roran, lebih keras daripada yang bisa
kucapai." "Terpaksa." "Asal kau jangan lupa siapa
dirimu." Roran menghabiskan tiga jam berikutnya
memindahkan dan mengemasi barang-barang milik
penduduk desa di Red goar hingga Clovis menyatakan
puas. Buntalan-buntalan itu harus diikat erat-erat
agar tidak bergeser tiba-tiba dan melukai seseorang,
juga dibagi rata untuk menjaga keseimbangan bargas
di air, yang bukan tugas mudah karena
buntalan-buntalan tersebut berbe
Bidadari Pendekar Naga Sakti
da ukuran dan kepadatan. Lalu hewan-hewan dibujuk
naik ke bargas--dan diikat ke cincin-cincin besi di
palka. Yang terakhir naik adalah orang-orang, yang,
seperti kargo lain, harus diorganisir secara simetris
dalam bargas agar bargas tidak terbalik. Clovis,
Torson, dan Flint akhirnya terpaksa berdiri di depan
bargas masing-masing, meneriakkan arah pada
kumpulan penduduk desa di bawah. Sekarang apa"
pikir Roran sewaktu mendengar ada pertengkaran di
pantai. Setelah menerobos ke sumber keributan, ia
melihat Calitha berlutut di samping ayah tirinya,
Wayland, berusaha menenangkan pria tua itu. "Tidak!
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku tidak mau naik ke sana! Kau tidak bisa
memaksaku!" seru Wayland. Ia meronta-ronta dengan
lengannya yang kurus dan menjejakkan tumitnya
ketika berusaha membebaskan diri dari pelukan
Calitha. Liur berhamburan dari mulutnya. "Lepaskan,
kataku. Lepaskan!" Sambil mengernyit akibat pukulan
ayah tirinya, Calitha berkata, "Sikapnya tidak logis
sejak kita berkemah semalam. Akan lebih baik bagi
semua yang terlibat kalau ia meninggal di Spine,
mengingat segala kesulitan yang ditimbulkannya, pikir
Roran. Ia membantu Calitha, dan bersama-sama
mereka berhasil menenangkan Wayland hingga pria itu
tidak lagi menjerit dan memukul-mukul. Sebagai upah
untuk sikap baiknya, Calitha memberinya sepotong
dendeng, yang menyibukkan pria tua itu. Sementara
Wayland sibuk mengunyah dendeng, Calitha dan Roran
mampu membimbingnya naik ke Edeline dan
mendudukkannya di sudut kosong tempat pria tua itu
tidak akan mengganggu. "Cepat, kalian pemalas,"
teriak Clovis. "Arus sudah hampir berbalik. Cepat,
cepat." Sesudah bergegas untuk terakhir kalinya,
papan-papan penghubung ditarik, meninggalkan dua
puluh orang berdiri di Pantai di depan setiap bargas.
Ketiga kelompok itu berkumpul di dekat haluan dan
bersiap-siap mendorong bargas kembali ke air. Roran
memimpin usaha di Red Boar. Sambil berteriak
bersama, ia dan anak buahnya berusaha keras
mendorong bargas besar yang berat itu, pasir kelabu
melesak dir bawah kaki mereka, balok-balok kayu dan
tali berderit, dan bau keringat menguar di udara.
Sejenak, usaha mereka tampak sia-sia, lalu Red Boar
tersentak dan mundur satu kaki. "Sekali lagi!" teriak
Roran. Kaki demi kaki, mereka masuk ke laut, hingga
air dingin mencapai pinggang. Ombak besar menerpa
Roran, memenuhi mulutnya dengan air laut, yang
diludahkannya mati-matian, jijik pada rasa asinnya;
rasanya jauh lebih asin daripada dugaannya. Sewaktu
bargasnya terlepas dari dasar laut, Roran berenang di
samping Red Boar dan naik menggunakan salah satu
tali yang menjuntai melewati pagar. Sementara itu,
para pelaut menggunakan tongkat-tongkat panjang
untuk mendorong Red Boar ke perairan yang lebih
dalam, begitu pula para awak Merrybell dan Edeline.
Begitu mereka cukup jauh dari pantai, Clovis
memerintahkan menyimpan tongkat-tongkat itu dan
membagikan dayung, yang digunakan para pelaut
untuk mengarahkan haluan Red Boar ke mulut teluk.
Mereka menaikkan layar, mengarahkannya untuk
menangkap angin pelan, dan, dengan berlayar sejajar,
menuju Teirm. AWAL KEBIJAKSANAAN Hari-hari yang
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dilalui Eragon di Ellesmera berbaur menjadi satu
tanpa batas; waktu seperti tidak berkuasa di kota
hutan pinus. Musim seperti tidak berganti, bahkan
sekalipun sore dan malam bertambah panjang,
menyelimuti hutan dengan keremangan yang pekat.
Bunga-bunga segala bulan mekar karena dorongan
sihir elf, mendapat makanan dari mantra yang
menyebar di udara. Eragon akhirnya menyukai


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ellesmera dengan keindahan dan ketenangannya,
bangunan-bangunan anggun yang tumbuh dari
pepohonan, lagu-lagu yang berkumandang saat senja,
karyakarya seni yang tersembunyi dalam
tempat-tempat tinggal misterius, dan introspeksi para
elf sendiri, yang mereka baurkan dengan
letupan-letupan keriangan. Hewan-hewan liar Du
Weldenvarden tidak takut terhadap pemburu. Sering
Eragon memandang keluar dari tempat tinggalnya dan
melihat elf menepuk-nepuk anak rusa atau rubali
kelabu, atau bergumam pada beruang pemalu yang
terhuyunghuyung di tepi lapangan, enggan
menampilkan diri. Beberapa hewan tidak memiliki
bentuk yang bisa dik Bidadari Pendekar Naga Sakti
enali. Mereka muncul di malam hari, bergerak dan
mendengus-dengus di sesemakan dan melarikan diri
kalau Eragon memberanikan dan mendekat. Pernah ia
melihat sekilas makhluk seperti ular berbulu dan
sekali seorang wanita berjubah putih yang tubuhnya
gemetar dan menghilang lalu digantikan serigala
betina jadi-jadian yang menyeringai. Eragon dan
Saphira terus menjelajahi Ellesmera kalau ada
kesempatan. Mereka pergi berdua saja atau bersama
Arya, karena Arya tidak lagi menemani mereka, dan
Eragon tidak berbicara dengannya sejak peri itu
memecahkan fairth buatannya. Sesekali ia masih
melihat Arya, bergerak cepat di sela pepohonan, tapi
setiap kali Eragon mendekat--dengan niat meminta
maaf--Arya menghilang, meninggalkannya seorang diri
di antara pinus-pinus tua. Akhirnya Eragon menyadari
dinnya harus mengambil inisiatif kalau ingin mendapat
kesempatan memperbaiki hubungannya dengan Arya.
Jadi pada suatu malam, ia mengambil seikat bunga
dari jalan setapak dekat pohonnya dan berjalan ke
Tialdari Hall, di mana ia menanyakan arah ke kamar
Arya pada seorang elf di ruang bersama. Pintu
kasanya terbuka sewaktu ia tiba di kamar Arya. Tidak
seorang pun menjawab ketukannya. Ia melangkah
masuk, mendengarkan suara langkah kaki mendekat
Pendekar Gagak Rimang Siasat Yang Biadab m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sambil memandang ruang duduk luas tertutup
sulur-suluran itu, yang terbuka ke kamar tidur kecil di
satu sisi dan ruang kerja di sisi lain. Dua Pirth
menghiasi dinding-dindingnya: gambar seorang elf
tegas dan berwibawa dengan rambut perak, yang
menurut tebakan Eragon adalah Raja Evandar, dan elf
wanita yang lebih muda dan tidak dikenalinya. Eragon
menjelajahi apartemen itu, melihat-lihat tanpa
Thousand Splendid Suns 6 Pedang Siluman Darah 15 Sumpah Si Durjana Misteri Hantu Hijau 2
^