Eldest 7
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 7
--gunakan ini. Ini dibuat di Vroengard dan diberi
banyak mantra hingga tidak akan pernah
mengecewakanmu di saat kau butuhkannya." Eragon
terhuyung akibat beratnya pelana itu saat
menerimanya dari tangan Oromis. Bentuk pelana itu
kurang-lebih sama dengan buatan Brom, dengan
sederetan gesper--yang dimaksudkan untuk
memantapkan kakinya--menjuntai di kedua sisinya.
Kursinya yang dalam diukir dari kulit sebegitu rupa
hingga ia bisa terbang berjam-jam dengan mudah,
duduk tegak atau berbaring rata di leher Saphira.
Selain itu, tali-temali yang meliliti dada Saphira
dilengkapi beberapa simpul dan sambungan hingga
bisa diperpanjang saat naga itu tumbuh semakin
besar. Serangkaian ikatan lebar di kedua sisi kepala
pelana menarik perhatian Eragon. Ia menanyakan
manfaatnya. Glaedr menggeram, Itu untuk
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memantapkan pergelangan dan lenganmu agar kau
tidak tewas seperti tikus yang terguncang-guncang
sampai mati sewaktu Saphira melakukan
manuver-manuver rumit. Oromis membantu Saphira
melepas pelananya. "Saphira, kau akan pergi bersama
Glaedr hari ini, dan aku akan bekerja dengan Eragon
di sini." Terserah Anda, kata Saphira, dan
menggeram gembira. Setelah mengangkat tubuhnya
yang keemasan dari tanah, Glaedr membubung ke
utara, diikuti Saphira d Bidadari Pendekar Naga Sakti
engan rapat. Oromis tidak memberi Eragon waktu
yang lama untuk memikirkan kepergian Saphira; elf itu
mengajaknya ke sepetak tanah Yang dipadatkan di
bawah pohon dedalu di seberang lapangan. Sambil
berdiri di hadapannya di petak itu, Oromis berkata,
Yang akan kutunjukkan padamu disebut Rimgar, atau
Tarian Uar dan Bangau. Ini serangkaian gerakan yang
kami kembangkan Untuk mempersiapkan pejuang kami
bertempur, sekali pun semua elf sekarang
menggunakannya untuk menjaga kesehatan dan
kebugaran. Rimgar terdiri atas empat tingkat,
masing-masing lebih sulit daripada sebelumnya. Kita
mulai dengan yang pertama." Kengerian pada siksaan
yang akan dialaminya menggentarkan Eragon hingga ia
nyaris tidak bisa bergerak. Ia mengepalkan tangan
dan membungkukkan bahu, bekas lukanya menarik
kulit punggunggnya saat ia menatap tanah di sela
kakinya. "Tenang," kata Oromis. Eragon membuka
tangan dengan gerakan menyentak dan membiarkannya
terkulai di ujung lengannya yang kaku. "Santailah,
Eragon. Kau tidak bisa melakukan Rimgar kalau kau
sekaku kulit yang belum disamak." "Ya, Master."
Eragon meringis dan dengan enggan mengendurkan
otot-otot dan persendiannya, sekalipun perutnya
masih terasa tegang. "Satukan kakimu dan tempelkan
lengan di sisi tubuh Pandang lurus ke depan.
Sekarang tarik napas dalam dan angkat lenganmu
melewati kepala hingga telapakmu bertemu... Ya,
seperti itu. Embuskan napas dan membungkuklah
sedalam mungkin, tempelkan telapakmu ke tanah, tarik
napas lagi & dan tegakkan tubuh dengan cepat. Bagus.
Tarik napas dan lengkungkan punggungmu ke
belakang, pandang langit... dan embuskan napas,
angkat pinggulmu hingga kau membentuk segitiga.
Tarik napas melalui belakang tenggorokan.., dan
embuskan. Tarik... dan embuskan. Tarik...." Yang
sangat melegakan Eragon, posisi itu ternyata cukup
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mudah dilakukan tanpa memicu sakit di punggungnya,
tapi cukup menantang hingga keringat mulai mengucur
di dahinya dan ia terengah-engah. Ia tersenyum
gembira karena pikirannya. Kewaspadaannya menguap
dan ia melakukan postur-postur berikutnya--sebagian
besar jauh melebihi keluwesannya--dengan lebih
bertenaga dan yakin daripada yang dirasakannya
sebelum pertempuran di Farthen Dur. Mungkin aku
sudah sembuh! Oromis melakukan Rimgar
bersamanya, menampilkan tingkat kekuatan dan
keluwesan yang menyebabkan Eragon tertegun,
terutama bagi orang setua elf itu. Elf tersebut bisa
menyentuh jemari kakinya dengan kening. Selama
latihan, Oromis tetap sangat rileks, seakan kegiatan
itu tidak lebih daripada berjalal-jalan di taman.
Instruksinya lebih tenang dan sabar daripada Brom,
namun amat menuntut. Eragon tidak dibiarkan
menyimpang sama sekali. "Kita bersihkan keringat
dari tubuh kita," kata Oromis sesudah mereka selesai.
Setelah berjalan ke sungai di dekat rumah, mereka
bergegas menanggalkan pakaian. Eragon diam-diam
mencuri pandang ke elf itu, ingin tahu bagaimana
penampilannya tanpa pakaian. Oromis sangat kurus,
tapi otot-ototnya terbentuk sempurna, terukir di bawan
kulitnya dengan garis-garis keras bagai urat kayu.
Tidak ada bulu di dada maupun kakinya, bahkan di
sekitar pangkal pahanya juga. Eragon nyaris
menganggap aneh tubuhnya, dibandingkan tubuh
orang-orang yang pernah dilihatnya di
Carvahall--sekalipun tubuh Oromis memancarkan
keanggunan tertentu, seperti tubuh kucing liar.
Sesudah mandi, Oromis mengajak Eragon masuk jauh
ke Du Weldenvarden, ke lubang di mana pepohonan
gelap miring ke dalam, menutupi langit di belakang
cabang-cabang dan tirai-tirai tanaman merambat yang
saling menjalin. Kaki-kaki mereka terbenam ke dalam
lumut hingga hampir melewati mata kaki. Segala
sesuatu di sekeliling mereka sunyi. Setelah menunjuk
tunggul putih bepermukaan rata dan licin, berdiameter
tiga yard, yang ada di tengah lubang, Oromis berkata,
"Duduklah di sini." Eragon mematuhinya. "Silangkan
kakimu dan pejamkan mata." Dunia berubah gelap di
sekelilingnya. Dari sebelah kanannya, Eragon
mendengar Oromis berbisik, "Buka pikiranmu, Eragon.
Buka pikiranmu dan dengarkan dunia di sekitarmu,
dengarkan pikiran-pikiran setiap makhluk di rawa ini,
dari semut di pohon hingga cac
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ing di tanah. Dengarkan hingga kau bisa mendengar
semuanya dan memahami tujuan serta sifat mereka.
Dengarkan, dan sesudah kau tidak mendengar apa-apa
lagi, temui aku dan ceritakan apa Yang kaupelajari."
Lalu hutan berubah sunyi. Tidak yakin Oromis telah
pergi, Eragon dengan hati-hati menurunkan
penghalang di benaknya dan menjangkau dengan
kesadarannya, seperti yang dilakukannya sewaktu
berusaha menghubungi Saphira dari jarak jauh.
Awalnya hanya kehampaan yang mengelilingi dirinya,
tapi lalu bintik-bintik cahaya dan kehangatan mulai
muncul dalam kegelapan, semakin kuat hingga ia
duduk di tengah galaksi konstelasi-konstelasi yang
berputar-putar setiap titik terang mewakili sebuah
kehidupan. Setiap kali ia mengadakan kontak dengan
makhluk lain dalam benaknya, seperti Cadoc,
Snowfire, atau Solembum, fokusnya selalu pada yang
ingin diajaknya berkomunikasi. Tapi ini... ini seolah
ia berdiri tuli di tengah keramaian dan sekarang ia
bisa mendengar aliran percakapan berputar di
sekelilingnya. Ia tiba-tiba merasa rapuh; ia terbuka
sepenuhnya pada dunia. Siapa pun atau apa pun yang
mungkin ingin melompat masuk ke benaknya dan
mengendalikan dirinya sekarang bisa berbuat begitu.
Ia menegang tanpa sadar, menarik diri kembali, dan
kesadarannya akan lubang tempatnya berada
menghilang. Teringat salah satu pelajaran Oromis,
Eragon melambatkan napasnya dan memonitor
aktivitas paru-parunya hingga ia cukup santai untuk
membukakan kembali benaknya. Dari semua
kehidupan yang bisa dirasakannya, yang paling bisa
dirasakannya adalah serangga. Jumlahnya saja sudah
menyebabkan ia tertegun. Puluhan ribu serangga
menghuni lumut seluas satu kaki persegi, berjuta-juta
di bagian lain lubang, dan tidak terhitung jumlahnya
di luar itu. Banyaknya jumlah mereka sebenarnya
menimbulkan ketakutan Eragon. Sejak dulu ia tahu
jumlah manusia sedikit dan terpencar di Alagaesia,
tapi ia tidak pernah membayangkan jumlah mereka
kalah begitu jauh bahkan dari kumbang. Karena semut
salah satu dari sedikit serangga yang dikenalinya,
dan Oromis pernah menyebutnya, Eragon memusatkan
perhatian pada sederetan semut merah yang berbaris
menyeberangi tanah dan memanjat tangkai rumpun
mawar liar. Yang dipelajarinya dari mereka bukanlah
pikiran--otak mereka terlalu primitif--tapi dorongan
naluri: dorongan menemukan makanan dan
menghindari luka, dorongan mempertahankan wilayah,
dorongan berpasangan. Dengan memeriksa naluri
semut-semut itu, ia mulai bisa memahami tingkah laku
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka. Ia terpesona ketika mendapati
bahwa--kecuali beberapa semut individual yang
menjelajah hingga keluar perbatasan wilayah
mereka--semut-semut itu tahu persis ke mana tujuan
mereka. Ia tidak mampu menentukan mekanisme yang
membimbing mereka, tapi mereka mengikuti jalan yang
telah ditetapkan dengan jelas dari sarang ke makanan
dan kembali. Sumber makanan mereka merupakan
kejutan lain. Sebagaimana dugaannya, semut-semut
membunuh dan memburu serangga-serangga lain, tapi
sebagian besar usaha mereka diarahkan pada
pengembangan... sesuatu yang membuat rumpun
mawar berbintik-bintik. Apa pun makhluk hidup itu, ia
tidak cukup besar sehingga Eragon tak bisa
merasakan kehadirannya. Ia memusatkan seluruh
kekuatan dalam usahanya mengenali makhluk itu dan
memuaskan rasa ingin tahunya. Jawabannya begitu
sederhana hingga ia terbahak-bahak sewaktu
memahaminya: kutu. Semut-semut itu bertindak
sebagai penggembala kutu, mengarahkan dan
melindungi mereka, juga memperoleh makanan dengan
memijat-mijat perut kutu itu menggunakan antena.
Eragon nyaris tidak bisa memercayainya, tapi semakin
lama mengawasi, ia semakin yakin pendapatnya benar.
Ia melacak semut-semut itu ke bawah tanah, ke dalam
jaringan liang mereka yang rumit dan mempelajari
bagaimana mereka merawat anggota tertentu spesies
mereka yang beberapa kali lipat lebih besar daripada
semut normal. Tapi, ia tidak mampu menentukan guna
serangga itu; ia hanya bisa melihat para pelayan yang
mengerumuni semut yang lebih besar, memutarnya,
dan memunguti bintik-bintik yang dihasilkan semut
besar itu secara teratur. Sesudah beberapa waktu,
Eragon memutuskan ia telah menda
Bidadari Pendekar Naga Sakti
patkan semua informasi yang bisa didapatnya dari
semut-semut--kecuali ia bersedia duduk di sana
sepanjang sisa hari itu--dan hendak kembali ke
tubuhnya sewaktu ada bajing yang melompat datang.
Penampilan bajing itu seperti sambaran cahaya
baginya, karena Eragon begitu terpaku pada serangga.
Dalam keadaan tertegun, ia segera dilanda sensasi
dan perasaan dari bajing itu. Ia mengendus hutan
dengan hidung bajing, merasakan kulit pohon di bawah
cakarnya yang melengkung dan udara mendesir di
sekeliling ekornya yang mencuat. Dibandingkan semut,
si bajing bagai membara dengan energi dan memiliki
kecerdasan yang tidak perlu diragukan lagi. Lalu
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bajing itu melompat ke cabang lain dan menghilang
dari kesadarannya. Hutan terasa lebih gelap dan
lebih sunyi daripada sebelumnya sewaktu Eragon
membuka mata. Ia menghela napas dalam dan
memandang sekitarnya, untuk pertama kali menyadari
betapa banyak kehidupan yang ada di dunia ini.
Setelah meluruskan kakinya yang kesemutan, ia
berjalan ke rumpun mawar. Ia membungkuk dan
memeriksa cabang-cabang serta ranting-rantingnya.
Dan tampaklah kutu-kutu dan para penjaga merah yang
menempel pada mereka. Dan di dekat dasar tanaman
terdapat gundukan daun jarum pinus yang menandai
pintu masuk liang semut. Aneh rasanya melihatnya
dengan mata sendiri; tidak ada yang menunjukkan
banyaknya jumlah dan interaksi tak kentara yang
sekarang disadari Eragon. Tenggelam dalam pikiran,
Eragon kembali ke lapangan, bertanya-tanya apa yang
mungkin diinjaknya seiring setiap langkahnya.
Sewaktu muncul dari bawah perlindungan pepohonan,
ia terkejut melihat betapa rendahnya matahari di
langit. Aku pasti sudah duduk di sana setidaknya tiga
jam. Ia mendapati Oromis dalam gubuknya, menulis
dengan pena bulu angsa. Elf itu menyelesaikan
kalimatnya, lalu mengusap ujung pena bulu hingga
bersih, menutup tintanya, dan bertanya, "Apa yang
kaudengar, Eragon?" Eragon bersemangat
menceritakannya. Saat menjabarkan pengalamannya,
ia mendengar suaranya sendiri semakin keras karena
antusias mengenai rincian masyarakat semut. Ia
menceritakan segala sesuatu yang bisa diingatnya,
hingga pengamatan yang paling kecil dan sepele,
bangga akan informasi yang dikumpulkannya.
Sesudah ia selesai, Oromis mengangkat satu alis.
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hanya itu?" "Aku...." Kekecewaan menguasai Eragon
saat ia memahami bahwa entah bagaimana dirinya
telah melewatkan inti latihan. "Ya, Ebrithil."
"Bagaimana dengan organisme lain di tanah dan
udara" Kau bisa menceritakan padaku apa yang
mereka lakukan Sementara semut-semutmu menjaga
ternak mereka?" "Tidak, Ebrithil." "Di sana letak
kesalahanmu. Kau harus sama menyadari segala
sesuatu dan tidak memusatkan perhatian hanya pada
objek tertentu. Ini pelajaran inti, dan sebelum kau
menguasainya, kau akan bermeditasi di tunggul itu
selama satu jam setiap hari." "Bagaimana aku tahu
aku sudah menguasainya" "Kalau kau bisa mengawasi
salah satu dan tahu semuanya." Oromis memanggil
Eragon agar mendekat ke meja, lalu meletakkan
sehelai kertas baru di depannya, bersama pena bulu
dan sebotol tinta. "Sejauh ini kau berhasil bertahan
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan pengetahuan bahasa kuno yang tidak lengkap.
Memang tidak ada di antara kami yang tahu semua
kata dalam bahasa itu. Tapi kau harus menguasai
tata bahasa dan strukturnya agar tidak membunuh
dirimu sendiri dengan meletakkan kata kerja di tempat
yang salah atau kesalahan lain seperti itu. Aku tidak
berharap kau bisa menggunakan bahasa kami seperti
elf--itu membutuhkan waktu seumur hidup--tapi
kuharap kau menguasainya hingga bawah sadar. Yaitu,
kau harus bisa menggunakannya tanpa berpikir.
Sebagai tambahan, kau harus belajar menulis dan
membaca bahasa kuno. Bukan saja hal ini akan
membantumu menghafalkan kata-katanya, tapi ini
keahlian utama kalau kau harus menyusun mantra
yang panjang dan kau tidak memercayai ingatanmu,
atau kalau kau mendapati mantra seperti itu tercatat
entah di mana dan ingin menggunakannya. "Setiap
ras mengembangkan sistem penulisan bahasa kunonya
sendiri. Para kurcaci menggunakan abjad runic
mereka, juga manusia. Tapi itu teknik darurat, dan
tidak mampu mengekspresikan nuansa
Bidadari Pendekar Naga Sakti
sejati bahasa ini sebagus Liduen Kvaedhi, Naskah
Puitis, kami. Liduen Kvaedhi dirancang untuk
seanggun, seindah, dan setepat mungkin. Bahasa itu
terdiri atas empat puluh dua bentuk berbeda yang
mewakili berbagai bunyi. Bentuk-bentuk ini bisa
dikombinasikan dalam rangkaian garis tanpa batas
yang mewakili baik kata-kata individual maupun
seluruh kalimat. Simbol di cincinmu adalah salah satu
contohnya. Simbol di Zar'roc merupakan contoh lain...
Mari kita mulai: Apa bunyi-bunyi vokal dasar bahasa
kuno?" "Apa?" Ketidaktahuan Eragon mengenai dasar
bahasa kuno dengan cepat ketahuan. Sewaktu ia
menempuh perjalanan bersama pendongeng tua itu
memusatkan perhatian hanya agar Eragon
menghafalkan daftar kata yang mungkin diperlukannya
untuk bertahan hidup, juga menyempurnakan
pengucapannya. Di kedua bidang itu, ia berhasil
dengan baik, tapi ia tidak bisa menjelaskan perbedaan
kata sandang tertentu dan tidak tentu. Kalau celah
dalam pendidikannya ini menyebabkan Oromis merasa
frustrasi, elf itu tidak menunjukkannya melalui
kata-kata atau tindakan, tapi bersusah payah dengan
tekun untuk memperbaikinya Pada tahap tertentu
selama pelajaran, Eagon berkometar "Aku tidak pernah
menyusun begitu banyak kata dalam mantraku; kata
Brom karena bakatlah aku bisa berbuat begitu banyak
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hanya dengan brisingr. Kupikir kata-kata terpanjang
dalam bahasa kuno yang pernah kugunakan adalah
sewaktu aku berbicara dengan Arya melalui benaknya
dan sewaktu aku memberkati anak yatim di Farthen
Dur." "Kau pernah memberkati anak dengan bahasa
kuno?" tanya Oromis, tiba-tiba waspada. "Kau ingat
bagaimana susunan kata-kata berkat itu?" "Aye. "
"Tolong ulangi." Eragon mematuhinya, dan kengerian
hebat menguasai Oromis. Ia berseru, "Kau
menggunakan kata skolir! Kau yakin" Bukan skoliro?"
Eragon mengerutkan kening. "Tidak, skolir. Kenapa
aku tidak boleh menggunakannya" Skolir berarti
dilindungi. '...dan kiranya kau dilindungi dari nasib
buruk.' Itu berkat yang bagus." "Itu bukan berkat,
tapi kutukan." Belum pernah Eragon melihat Oromis
sejengkel sekarang. "Akhiranya menjadikan bentuk
lampau kata kerja yang berakhiran r dan i. Skoliro
berarti dilindungi, tapi skolir berarti pelindung. Yang
kaukatakan adalah 'Semoga keberuntungan dan
kebahagiaan mengikutimu dan kiranya kau menjadi
pelindung dari nasib buruk.' Bukannya melindungi
anak ini dari nasib sial, kau mengutuknya sebagai
korban bagi orang lain, untuk menyerap penderitaan
mereka agar mereka bisa hidup damai." Tidak, tidak!
Tidak mungkin! Eragon tersentak memikirkan
kemungkinan itu. "Pengaruh mantra bukan saja
ditentukan susunan katanya, tapi juga oleh niat, dan
aku tidak berniat menyakiti --" "Kau tidak bisa
melawan sifat intrinsik kata. Merekayasanya.
Membimbingnya, ya. Tapi tidak bisa menentang
definisinya untuk menyatakan sebaliknya." Oromis
menekankan jemarinya satu sama lain dan menatap
meja, bibirnya menipis segaris putih. "Aku percaya
kau tidak berniat buruk, kalau tidak aku pasti menolak
mengajarimu lebih jauh. Jika jujur dan hatimu murni,
berkat ini akan menimbulkan keburukan yang lebih
ringan daripada yang kutakuti, walaupun menjadi inti
penderitaan yang lebih besar daripada yang bisa kita
harapkan." Eragon gemetar hebat saat menyadari apa
yang telah dilakukanya terhadap kehidupan anak itu.
"Mungkin aku tidak bisa membatalkan kesalahanku,"
katanya, "tapi mungkin aku bisa menguranginya;
Saphira menandai alis gadis itu, seperti ia menandai
telapak tanganku dengan gedwey ignasia." Untuk
pertama kali seumur hidupnya, Eragon melihat elf
tertegun. Mata kelabu Oromis membelalak, mulutnya
ternganga, dar, ia mencengkeram lengan kursi hingga
kayunya berderit memprotes. "Menyandang lambang
Penunggang, tapi bukan penunggang," gumamnya.
"Sepanjang hidupku, aku belum pernah bertemu orang
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seperti kalian berdua. Setiap keputusan yang kau
ambil tampaknya menimbulkan pengaruh yang jauh
melebihi antisipasi siapa pun. Kau mengubah dunia
sesuka hatimu." "Apakah itu bagus atau buruk?"
"Bukan dua-duanya, hanya begitulah keadaannya. Di
mana bayi itu sekarang?" Eragon membutuhkan waktu
sejenak untuk menenangkan pikir
Bidadari Pendekar Naga Sakti
an. "Bersama kaum Varden, entah di Farthen Dur atau
Surda. Menurut Anda, tanda yang diberikan Saphira
itu apakah akan membantunya?" "Aku tidak tahu,"
kata Oromis. "Belum pernah ada kejadian seperti ini,"
"Pasti ada cara untuk menyingkirkan berkat itu,
menetralkan mantrannya." Eragon nyaris memohon.
Ada. Tapi agar efektif, harus kau sendiri yang
menerapkannya dan kau tidak bisa digantikan di sini.
Dalam situasi terbaik sekalipun, sisa-sisa sihirmu
akan tetap menghantui gadis itu. Begitulah kekuatan
bahasa kuno." Ia diam sejenak. "Kulihat kau sudah
memahami beratnya situasi ini, jadi aku akan
mengatakan ini sekali: kau bertanggung jawab
sepenuhnya atas kehancuran gadis ini, dan, karena
kesalahan yang kaulakukan padanya, kau berkewajiban
membantunya kalau kesempatannya timbul.
Berdasarkan hukum Penunggang, ia merupakan aibmu,
seburuk kalau kau membatalkan pernikahan
dengannya, aib di kalangan manusia, kalau aku tidak
salah ingat." "Aye," bisik Eragon. "Aku mengerti."
Aku mengerti telah memaksa bayi yang tak berdaya
untuk menjalani takdir tertentu tanpa pernah
memberinya pilihan. Bisakah seseorang benar-benar
baik kalau tidak pernah mendapat kesempatan untuk
berlaku jahat" Aku sudah memperbudaknya. Ia juga
tahu jika dirinya diikat seperti itu tanpa seizinnya, ia
akan membenci penawannya dengan segenap jiwa.
"Kalau begitu kita tidak akan membicarakan masalah
ini lebih jauh lagi." "Ya, Ebrithil." Eragon masih
tertegun, bahkan tertekan, di akhir hari itu. Ia nyaris
tidak menengadah sewaktu mereka keluar untuk
menyambut kepulangan Saphira dan Glaedr.
Pepohonan terguncang akibat tiupan angin kencang
yang ditimbulkan kedua naga itu dengan sayap
mereka. Saphira tampak bangga pada dirinya; ia
melengkungkan leher dan melangkah ringan mendekati
Eragon, membuka mulut membentuk cengiran lebar.
Sebutir batu berderak ditimpa berat tubuh Glaedr saat
naga kuno itu memutar matanya--yang sebesar piring
makan--ke arah Eragon dan bertanya, Apa aturan
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ketiga untuk menemukan arus udara turun, dan aturan
kelima untuk meloloskan diri darinya." Tersentak dari
lamunan, Eragon hanya bisa mengerjapkan mata
seperti orang bodoh. "Aku tidak tahu." Lalu Oromis
menghadapi Saphira dan bertanya, "Makhluk apa yang
diternakkan semut, dan bagaimana cara semut
mendapatkan makanan dari mereka?" Aku tidak tahu,
kata Saphira. Ia terdengar marah. Kilau kemarahan
terpancar di mata Oromis dan ia bersedekap,
sekalipun ekspresinya tetap tenang. "Sesudah semua
kalian berdua lakukan bersama, kupikir kalian sudah
mempelajari pelajaran paling dasar menjadi
Shur'tugal: Berbagi segalanya dengan partnermu. Apa
kau bersedia memenggal lengan kananmu" Apa kau
mau terbang dengan satu sayap" Tidak akan pernah.
Kalau begitu, kenapa kalian mengabaikan hubungan
yang mengaitkan kalian" Dengan berbuat begitu,
kalian menolak karunia dan keuntungan terbesar
kalian dari lawan tunggal mana pun. Kalian juga
seharusnya tidak hanya bercakap-cakap dengan benak
kalian terhadap satu sama lain, menyatukan kesadaran
kalian hingga bertindak dan berfikir sebagai satu
kesatuan. Kuharap kalian berdua mengetahui apa yang
diajarkan pada salah satu dari kalian." "Bagaimana
dengan privasi kami?" Eragon memprotes. Privasi"
kata Glaedr. Simpan pikiranmu untuk dirimu sendiri
sewaktu kau pergi dari sini, kalau itu yang
kauinginkan, tapi selama kami mengajari kalian,
kalian tidak memiliki privasi. Eragon memandang
Saphira, merasa lebih buruk daripada sebelumnya.
Saphira menghindari tatapannya, lalu mengentakkan
satu kaki dan menghadapinya. Apa" Mereka benar.
Kita telah bersikap tak acuh. Bukan salahku. Aku
tidak mengatakan sebaliknya. Tapi Saphira telah
menebak pendapat Eragon. Eragon marah atas
perhatian yang ditumpahkan Saphira pada Glaedr dan
bagaimana pengalihan perhatian itu menjauhkan
Saphira dari dirinya. Kita akan bertindak lebih baik,
bukan" Tentu saja! sergah Saphira. Tapi ia menolak
meminta maaf pada Oromis dan Glaedr, menyerahkan
tugas itu pada Eragon. "Kami tidak akan
mengecewakan kalian lagi." Pastikan begitu. Kalian
akan diuji besok mengenai apa yang dipelajari yang
lain." Oro Bidadari Pendekar Naga Sakti
mis menunjukkan benda bulat dari kayu yang ada di
telapak tangannya. "Selama kalian kemutarnya secara
teratur, alat ini akan membangunkan kalian pada
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
waktu yang tepat setiap pagi. Kembalilah kemari
setelah kalian mandi dan makan." Alat itu
mengejutkan beratnya sewaktu Eragon mengambil
ukurannya sebesar buah walnut, diukir dengan
lengkungan-lengkungan dalam di sekeliling tombol
yang bentuknya seperti mawar lumut. Ia mencoba
memutar tombol itu dan terdengar tiga ceklikan saat
tuas tersembunyinya bergerak. "Terima kasih,"
katanya. DI BAWAH POHON MENOA Sesudah Eragon
dan Saphira mengucapkan selamat tinggal, mereka
terbang kembali ke rumah pohon dengan membawa
pelana baru Saphira, menjuntai di sela cakar
depannya. Tanpa mengucapkannya, mereka
perlahan-lahan membuka pikiran dan membiarkan
hubungan mereka melebar dan mendalam, sekalipun
tidak satu pun dari mereka secara sadar menjangkau
yang lain. Gejolak emosi Eragon pasti cukup kuat
hingga Saphira tetap dapat merasakannya, karena ia
bertanya, Apa yang terjadi" Sakit yang
berdenyut-denyut bertambah hebat di belakang mata
Eragon saat Eragon menjelaskan kejahatan besar yang
dilakukannya di Farthen Dur. Saphira sama
terkejutnya seperti dirinya. Eragon berkata, Hadiahmu
mungkin membantu gadis itu, tapi perbuatanku tidak
bisa dimaafkan dan hanya akan menyakiti dirinya.
Kesalahan bukan sepenuhnya padamu. Aku tahu
bahasa kuno sebanyak dirimu, dan aku tidak
menyadari kesalahannya, seperti kau. Sewaktu Eragon
tetap membisu, Saphira menambahkan, setidaknya
punggungmu tidak menimbulkan masalah hari ini.
Bersyukurlah. Eragon mendengus, tidak mau
menyingkirkan kemuramannya. Apa yang kaupelajari di
hari yang cerah ini" Cara mengidentifikasi dan
menghindari pola cuaca yang berbahaya. Saphira diam
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sejenak, tampaknya siap berbagi ingatan dengannya,
tapi Eragon terlalu sibuk mengkhawatirkan
berkatnyayang menyimpang sehingga tidak bertanya
lebih lanjut. Ia juga tidak tahan membayangkan ikatan
seintim itu saat ini. Sewaktu tidak berbicara lebih
jauh, Saphira menarik diri dan membisu muram.
Sekembalinya di kamar tidur mereka, Eragon
mendapati sebaki makanan di dekat pintu kasa,
seperti semalam. Setelah membawa baki itu ke
ranjang--yang telah dirapikan dan diganti seprai
linennya--ia duduk untuk makan, sambil memaki
karena tidak ada daging. Karena tubuhnya sakit
setelah melakukan Rimgar, ia menyandar ke tumpukan
bantal dan hendak menggigit makanan pertamanya
sewaktu terdengar ketukan lembut di pintu kamar.
"Masuk," katanya. Ia menenggak air minum. Eragon
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
nyaris tersedak sewaktu Arya melangkah memasuki
ambang pintu. Arya tidak lagi mengenakan pakaian
kulit seperti biasanya, melainkan tunik hijau lembut
dengan sabuk yang dihiasi batu bulan. Ia juga tidak
lagi mengenakan ikat kepala seperti biasa,
membiarkan rambutnya tergerai di sekeliling wajahnya
dan menutupi bahu. Tapi perubahan terbesarnya bukan
pada pakaiannya, namun pada sikapnya; ketegangan
yang terpancar dari sikapnya sejak Eragon pertama
kali bertemu dengannya telah hilang. Arya akhirnya
tampak santai. Eragon bergegas bangkit, menyadari
Arya juga bertelanjang kaki, "Arya! Kenapa kau
kemari?" Sambil menyentuhkan kedua jarinya di bibir,
Arya berkata, "Apakah kau berencana menghabiskan
malam di dalam?" "Aku--" "Kau sudah tiga hari
berada di Ellesmera, tapi belum melihat kota kami
sedikit pun. Aku tahu kau sejak dulu ingin
menjelajahinya. Sisihkan kelelahanmu sekali ini dan
temani aku." Sambil meluncur mendekati Eragon, ia
mengambil Zar'roc yang tergeletak di samping Eragon
dan memberi isyarat agar Eragon mengikutinya.
Eragon beranjak dari ranjang dan mengikutinya ke
ruang di mana mereka turun melalui pintu di lantai
dan menuruni tangga yang meliliti batang pohon. Di
atas kepala, awan yang semakin banyak berpendar
ditimpa cahaya terakhir matahari sebelum padam di
balik tepi dunia. Sepotong kulit kayu menimpa kepala
Eragon dan ia menengadah, melihat Saphira
mencondongkan tubuh keluar dari kamar tidur mereka,
mencengkeram kayu dengan cakarnya. Tanpa
membuka sayap, Saphira melompat ke udara dan jatuh
sekitar seratus kaki ke tanah,
Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendarat dalam kepulan debu tebal. Aku ikut. "Tentu
saja," kata Arya, seakan tidak mengharapkan kurang
dari itu. Eragon merengut; tadinya ia ingin berdua
saja dengan Arya, tapi ia tahu ia tidak bisa mengeluh.
Mereka berjalan di bawah pepohonan, tempat senja
menjulurkan tangan-tangannya dari dalam
batang-batang pohon yang berlubang, ceruk-ceruk
gelap dalam bongkahan batu, dan sisi bawah
cabang-cabang pohon. Di sana-sini, lentera bagai
batu permata berkelap-kelip di sisi sebatang pohon
atau di ujung cabang, menebarkan cahaya lembut ke
kedua sisi jalan. Para elf melakukan berbagai tugas
di dalam dan di sekitar cahaya lentera, masing-masing
seorang diri kecuali beberapa pasangan yang jarang
kelihatan. Beberapa elf duduk tinggi di pepohonan,
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memainkan nada-nada indah pada tongkat buluhnya,
sementara yang lain menatap langit dengan ekspresi
damai--tidak terjaga maupun tidur. Satu elf duduk
bersila di depan roda tembikar yang berputar-putar
berirama sementara guci yang rumit terbentuk di
tangannya. Si kucing jadi-jadian, Maud, berjongkok di
samping elf itu dalam keremangan, memandangi
kegiatannya. Matanya menyala keperakan saat
memandang Eragon dan Saphira. Elf itu mengikuti
tatapannya dan mengangguk kepada mereka tanpa
menghentikan pekerjaannya. Dari balik pepohonan,
sekilas Eragon melihat elf--entah pria atau wanita, ia
tidak tahu--berjongkok di batu di tengah sungai,
menggumamkan mantra pada bola gelas yang ada di
tangannya. Eragon memutar kepala agar bisa melihat
tanpa terhalang, tapi pemandangan itu menghilang
dalam kegelapan. "Apa," tanya Eragon, menjaga
suaranya tetap pelan agar tidak mengganggu siapa
pun, "yang dilakukan sebagian elf sebagai mata
pencaharian?" Arya menjawab sama pelannya.
"Kekuatan sihir memberi kami banyak waktu luang.
Kami tidak berburu atau bertani dan, akibatnya, kami
menghabiskan hari-hari kami menguasai apa pun yang
kami minati, apa pun itu. Sangat sedikit yang
membuat kami harus berusaha keras." Melalui
terowongan dogwood yang dipenuhi tanaman rambat,
mereka memasuki atrium tertutup sebuah rumah yang
tumbur dari lingkaran pepohonan. Gubuk tak
berdinding menempati bagian tengah atrium, yang
melindungi tungku dan berbagai peralatan yang
Eragon tahu pasti sangat diinginkan Horst. Seorang
wanita elf memegang tang kecil di tengah kumpulan
bara, menggerakkan peniup dengan tangan kanan.
Dengan kecepatan menakutkan, ia menarik tang dari
api--menampilkan cincin baja yang memutih karena
panas, terjepit di rahang tang, mengaitkan cincin ke
tepi jala baja yang belum selesai dan dilampirkan
pada landasan, menyambar martil, dan menghantam
sambungan cincin hingga menutup diiringi semburan
bunga api. Baru sesudah itu Arya mendekat. "Atra
esterni ono thelduin. " Elf itu memandang mereka,
leher dan pipinya diterangi dari bawah oleh cahaya
bara yang kemerahan. Seperti kawat-kawat kencang
yang tertanam di kulitnya, wajahnya dihiasi
kerut-kerut berpola rumit--tanda umur terhebat yang
pernah dilihat Eragon pada seorang elf. Elf itu tidak
menjawab Arya, Eragon tahu itu tindakan yang
menyinggung perasaan dan tidak sopan, terutama
karena putri Ratu menghormatinya dengan berbicara
terlebih dulu. "Rhunon-elda, kubawakan Penunggang
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terbaru padamu, Eragon Shadeslayer." "Kudengar kau
tewas," kata Rhunon pada Arya. Suara Rhunon serak,
tidak seperti elf lain. Suaranya mengingatkan Eragon
pada pria-pria tua di Carvahall yang duduk di serambi
rumah mereka, mengisap pipa dan bercerita. Arya
tersenyum. "Kapan kau terakhir kali meninggalkan
rumah, Rhunon?" "Kau seharusnya tahu. Perayaan
Tengah Musim Panas sewaktu kau memaksaku hadir."
"Itu tiga tahun yang lalu." "Sungguh?" Rhunon
mengerutkan kening sambil merapikan dan
menutupinya dengan tutup berkisi-kisi. "Well,
memangnya kenapa" Menurutku kehadiran orang lain
hanya mengganggu. Celoteh tanpa arti yang...." Ia
memelototi Arya. "Kenapa kita menggunakan bahasa
busuk ini" Kurasa kau mau aku membuatkan pedang
untuknya" Kau tahu aku bersumpah tidak akan
menciptakan alat kematian lagi seserupa apa yang
dilakukan Penunggang pengkhianat itu dengan
pedangku." "Eragon sudah
Bidadari Pendekar Naga Sakti
memiliki pedang," kata Arya. Ia mengangkat lengan
dan memberikan Zar'roc pada tukang besi itu. Rhunon
mengambil Zar'roc dengan ekspresi keheranan, Ia
mengelus mata pedang yang merah anggur, agak lama
di simbol hitam yang terukir di sana, menggosok
sedikit tanah yang mengotori tangkainya, lalu
melilitkan jemari di tangkai pedang dan mencabut
pedang dengan kewenangan pejuang, Ia mengamati
mata Zar'roc dengan teliti dan melekuk bilahnya
dengan dua tangan hingga Eragon takut pedangnya
akan patah. Lalu, dengan satu gerakan, Rhunon
mengayunkan Zar'roc melewati kepalanya dan
membelah tang di landasan, memutus alat itu menjadi
dua diiringi suara berdentang. "Zar'roc," kata
Rhunon. "Aku ingat dirimu." Ia memeluk senjata itu
seperti ibu memeluk anak pertamanya. "Sesempuma
hari kau selesai." Setelah berbalik, ia menengadah
memandang cabang-cabang yang saling melilit sambil
mengelus lengkungan ujung tangkai pedang. "Seluruh
hidupku kuhabiskan memalu pedang-pedang ini dari
bijih besi. Lalu ia datang dan menghancurkan mereka.
Usaha berabad-abad dimusnahkan dalam sekejap.
Sepanjang pengetahuanku, hanya empat contoh karya
seniku yang masih ada. Pedangnya, pedang Oromis,
dan dua lainnya dijaga keluarga-keluarga yang
berhasil menyelamatkan keduanya dari Wyrdfell."
Wyrdfell" Eragon memberanikan diri bertanya pada
Arya melalui benaknya. Nama lain untuk kaum
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Terkutuk. Rhunon berpaling kepada Eragon.
"Sekarang Zar'roc kembali padaku. Di antara semua
ciptaanku, ini yang paling tidak kuduga akan
kupegang lagi, kecuali pedangnya. Bagaimana kau
bisa memiliki pedang Morzan?" "Brom yang
memberikannya padaku." "Brom?" Rhunon mengangkat
Zar'roc. "Brom & aku ingat Brom. Ia memohon padaku
untuk mengganti pedang yang dihilangkannya.
Sejujurnya, aku ingin menolongnya, tapi aku sudah
bersumpah. Penolakanku menyebabkan ia marah
setengah mati. Oromis terpaksa membuatnya pingsan
sebelum ia bersedia pergi." Eragon mendengar
informasi itu dengan penuh minat. "Hasil karya Anda
sangat berguna bagiku, Rhunon-elda. Aku pasti sudah
lama mati kalau bukan karena Zar'roc. Aku membunuh
Shade Durza dengan pedang itu." "Sungguh" Kalau
begitu pedang ini sudah melakukan kebaikan." Setelah
menyarungkan Zar'roc, Rhunon mengembalikan pedang
tersebut, sekalipun bukannya tanpa keengganan, lalu
memandang Saphira di belakang Eragon. "Ah. Selamat
bertemu, Skulblaka." Selamat bertemu, Rhunon-elda.
Tanpa meminta izin, Rhunon naik ke bahu Saphira dan
mengetuk sisiknya dengan kukunya yang tumpul,
memiringkan kepala ke sana kemari dalam usahanya
melihat ke balik sisik tembus pandang itu. "Warna
yang bagus. Tidak seperti naga-naga cokelat itu,
seperti berlumpur dan gelap. Bicara selayaknya,
pedang Penunggang seharusnya sesuai dengan warna
naganya, dan warna biru ini akan jadi warna mata
pedang yang indah." Pikiran itu seperti menguras
energi dari dirinya. Ia kembali ke landasan dan
menatap tang yang rusak, seakan keinginan
memperbaikinya telah meninggalkan dirinya. Eragon
merasa mengakhiri percakapan dengan nada sesedih
itu merupakan kesalahan, tapi ia tidak bisa
memikirkan cara yang bagus untuk mengubah
pembicaraan. Jala baja yang kemilau menarik
perhatiannya dan, saat memandanginya, ia tertegun
melihat setiap cincinnya dilas hingga rapat. Karena
cincin-cincin mungil itu mendingin begitu cepat,
biasanya cincin itu harus sebelum disambungkan ke
jala baja utamanya, yang berarti jala baja
terbaik--seperti milik Eragon--terdiri atas
cincin-cincin yang dilas dan dijepit berselang-seling.
Tapi tampaknya tukang besi ini memiliki kecepatan
dan ketepatan elf. Eragon berkata, "Aku tidak pernah
melihat jala baja yang menyamai buatan Anda, bahkan
di antara para kurcaci. Bagaimana Anda bisa memiliki
kesabaran untuk mengelas setiap cincinnya" Kenapa
Anda tidak menggunakan sihir saja dan menghemat
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tenaga?" Ia nyaris tidak menduga semburan semangat
yang menyulut Rhunon. Elf itu mengibaskan rambut
pendeknya dan berkata, "Dan melewatkan semua
kesenangan dari tugas ini" Aye, setiap elf dan aku
bisa menggunakan sihir untuk memuaskan keinginan
kami--dan beberapa melakukannya--tapi lalu apa ar
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
tinya hidup ini" Bagaimana caramu mengisi waktu"
Katakan." "Aku tidak tahu," Eragon mengakui.
"Dengan melakukan apa yang paling kausukai. Kalau
kau bisa mendapatkan apa pun yang kauinginkan
dengan mengucapkan beberapa patah kata, tujuan
tidak lagi penting, hanya perjalanan ke sana yang
penting. Pelajaran bagimu. Kau akan menghadapi
dilema yang sama suatu hari nanti, kalau kau hidup
cukup lama.... Sekarang pergilah! Aku bosan dengan
percakapan ini." Setelah mengucapkan kata-kata itu,
Rhunon mencabut tutup tunggu, mengambil tang baru,
dan menjejalkan cincin ke bara sambil menggerakkan
peniup dengan sangat tekun. "Rhunon-elda," kata
Arya, "ingat, aku akan kembali menjemputmu pada
malam Agaeti Blodhren." Ia hanya dijawab dengan
dengusan. Irama benturan baja pada baja, sesendiri
jeritan burung maut di malam hari, menemani mereka
keluar kembali melalui terowongan dogwood ke jalan
setapak. Di belakang mereka Rhunon tidak lebih
daripada sosok hitam yang membungkuk di atas
pendar suram tungkunya. "Ia yang membuat pedang
semua Penunggang?" tanya Eragon. "Semuanya?" "Itu
dan lebih lagi. Ia tukang besi terhebat yang pernah
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hidup. Kupikir sebaiknya kau bertemu dengannya,
demi dirinya dan dirimu." "Terima kasih." Apa ia
selalu sekasar itu" tanya Saphira. Arya tertawa.
"Selalu. Baginya, tidak ada yang penting kecuali
ketrampilannya, dan ia terkenal tidak sabar
menghadapi apa saja--atau siapa saja--yang
mengganggu pekerjaanya. Tapi keeksentrikannya
ditolelir dengan baik, karena keahlian dan prestasinya
yang luar biasa." Sementara Arya berbicara, Eragon
berusaha memahami arti Agaeti Blodhren. Ia cukup
yakin blodh berarti darah, blodhren berarti sumpah
darah, tapi ia belum pernah mendengar agaeti.
"Perayaan," kata Arya menjelaskan sewaktu ia
menanyakannya. "Kami menyelenggarakan Perayaan
Sumpah Darah seabad sekali untuk menghormati
persekutuan kami dengan naga. Kalian berdua
beruntung berada di sini sekarang, karena perayaan
itu sudah dekat." Alis matanya yang miring bertemu
saat ia mengerutkan kening. "Nasib memang mengatur
kebetulan yang paling aneh." Ia mengejutkan Eragon
dengan mengajak mereka semakin jauh ke dalam Du
Weldenvarden, menyusuri jalan setapak yang saling
silang dengan sesemakan nettle dan currant, hingga
cahaya di sekeliling mereka menghilang dan mereka
memasuki alam bebas yang gelisah. Dalam kegelapan,
Eragon terpaksa mengandalkan kemampuan Saphira
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melihat dalam kegelapan agar tidak tersesat. Batang
pepohonannya yang kasar semakin lebar, semakin
lama semakin rapat dan mengancam membentuk
penghalang yang tak tertembus. Tepat pada saat
mereka tampaknya tidak bisa pergi lebih jauh lagi,
hutan berakhir dan mereka memasuki lapangan
bermandikan cahaya bulan dari bulan sabit terang
yang menggantung rendah di langit timur. Sebatang
pohon pinus berdiri di tengah lapangan. Tidak lebih
tinggi daripada pepohonan sejenis, tapi lebih lebat
danpada seratus pohon biasa kalau digabungkan;
sebagai perbandingan pohon-pohon biasa tampak
seperti batang pohon muda yang meliuk-liuk tertiup
angin. Hamparan akar menyebar dari batang raksasa
pohon itu, menutupi tanah dengan pembuluh-pembuluh
berlapis kulit kayu yang menyebabkan seluruh hutan
seolah mengalir keluar dari pohon itu, seakan pohon
tersebut merupakan jantung Du Weldenvarden. Pohon
itu menaungi hutan seperti pembimbing yang
dermawan, melindungi para penghuninya di bawah
naungan cabang-cabangnya. Ini pohon Menoa," bisik
Arya. "Kami menyelenggarakan Agaeti Blodhren di
bawah keteduhannya." Perasaan menggelitik yang
dingin merayapi sisi tubuh Era saat ia mengenali
nama itu. Sesudah Angela memberitahukan ramalannya
di Teirm, Solembum mendekatinya dan berkata, Pada
saatnya nanti dan saat kau membutuhkan senjata,
carilah di bawah akar-akar pohon Menoa. Lalu, kalau
semua tampak muram dan kekuatanmu tidak cukup,
pergilah ke karang Kuthian dan ucapkan namamu untuk
membuka Ruang Jiwa-Jiwa. Eragon tidak bisa
membayangkan senjata macam apa yang mungkin
terkubur di bawah pohon itu, atau bagaimana cara
menemukan senjata itu. Ada yang kau lihat" tanyanya
pada Saphira. Tidak, tapi aku me
Bidadari Pendekar Naga Sakti
mang ragu kata-kata Solembum ada artinya sampai
kebutuhan kita jelas. Eragon memberitahu Arya
tentang kedua bagian nasihat kucing jadi-jadian itu,
sekalipun--sebagaimana pada Ajihad dan Islanzadi--ia
merahasiakan ramalan Angela karena bersifat pribadi,
dan karena ia takut ramalan itu akan menyebabkan
Arya menebak ketertarikannya pada elf tersebut.
Sesudah Eragon selesai, Arya berkata, "Kucing
siluman jarang menawarkan bantuan, dan sewaktu
mereka menawarkan bantuan, sebaiknya jangan
diabaikan. Sepanjang pengetahuanku, tidak ada
senjata yang tersembunyi di sini, bahkan dalam lagu
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atau legenda pun tak disebutkan. Sedang mengenai
Karang Kuthian... Nama itu menggema dalam kepalaku
seperti suara dari mimpi yang separo terlupakan,
kukenali tapi terasa asing Aku pernah mendengar
nama itu, tapi tidak ingat di mana." Sewaktu mereka
mendekati pohon Menoa, perhatian Eragon tertarik
pada puluhan semut yang merayap di akar-akarnya, Di
matanya semua serangga itu hanyalah noda-noda
hitam samar, tapi latihan yang diberikan Oromis
meningkatkan kepekaannya terhadap kehidupan yang
ada di sekitarnya, dan ia bisa merasakan kesadaran
primitif semut-semut itu dengan benaknya. Ia
menurunkan pertahanannya dan membiarkan
kesadarannya mengalir keluar, dengan ringan
menyentuh Saphira dan Arya lalu membentang
melewati mereka untuk apa melihat apa yang hidup di
lapangan itu. Dengan ketiba-tibaan yang tak terduga,
ia menghadapi entitas yang luar biasa, keberadaan
yang begitu kolosal sifatnya hingga Eragon tidak
mampu menangkap batas psikisnya. Bahkan
kecerdasan Oromis yang luas, yang pernah
bersentuhan dengan Eragon di Farthen Dur, bagai
kurcaci kalau dibandingkan dengan keberadaan ini.
Udara seperti menggemakan energi kekuatan yang
terpancar dari... pohonnya" Sumbernya tidak mungkin
keliru. Dengan pasti dan tanpa tergesa-gesa, pikiran
pohon itu bergerak mantap selambat es yang merayapi
permukaan granit. Pikiran itu tidak memerhatikan
Eragon, juga, ia yakin, individual mana pun. Pikiran
itu betul-betul hanya memerhatikan masalah-masalah
yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tumbuh
dan berkembang dalam cahaya matahari yang terang
benderang, dengan dogbane dan lili, evening primrose
dan foxglove yang selembut sutra, serta mostar
kuning yang tumbuh tinggi di samping crabapple
dengan bunga ungunya. "Pohon ini hidup!" seru
Eragon, shock hingga keceplosan bicara. "Maksudku...
ia memiliki kecerdasan." Ia tahu Saphira juga
merasakannya; naga itu memiringkan kepala ke pohon
Menoa, seakan mendengarkan, lalu terbang ke salah
satu cabangnya, yang sebesar jalan dari Carvahall ke
Therinsford. Di sana Saphira bertengger dengan ekor
menjuntai bebas, melambai-lambaikan ujungnya
dengan begitu anggun. Pemandangan yang aneh, naga
di pohon, hingga Eragon nyaris tertawa. "Tentu saja
ia hidup," kata Arya. Suaranya pelan dan lembut di
Udara malam. "Apa kau mau mendengar cerita tentang
pohon Menoa ini?" "Tentu saja." Kilasan callaya
putih membelah langit, seperti hantu yang dibuang,
dan berubah bentuk di samping Saphira menjadi
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Blagden. Bahu gagak yang sempit dan lehernya yang
melengkung menyebabkan ia tampak seperti orang
kikir yang bermandikan cahaya tumpukan emas. Gagak
itu mengangkat kepalanya yang pucat dan melontarkan
jeritan khasnya, "Wyrda!" "Begini kejadiannya. Dulu
ada seorang wanita, Linnea, yang hidup di
tahun-tahun kemakmuran sebelum perang kami dengan
naga dan sebelum kami menjadi makhluk abadi, masih
makhluk yang terbuat dari daging yang rapuh. Linnea
menua tanpa pasangan atau anak-anak, dan ia tidak
merasa perlu mencarinya, lebih suka menyibukkan diri
dengan seni bernyanyi pada tanaman, bidang yang
merupakan keahliannnya. Hingga seorang pemuda
muncul di pintu rumahnya dan membanjirinya dengan
kata-kata cinta. Perhatian pemuda itu membangkitkan
bagian diri Linnea yang tidak diduganya ada,
kehausan akan hal-hal yang dikorbankannya tanpa
sadar. Tawaran kesempatan kedua terlalu hebat untuk
diabaikan. Ia meninggalkan pekerjaannya dan
mengabdikan diri pada pemuda itu dan, untuk
sementara waktu, mereka bahagia. "Tapi pemuda itu
masih muda, dan ia mul Bidadari Pendekar Naga Sakti
ai merindukan pasangan yang usianya lebih dekat
dengannya. Pandangannya jatuh pada seorang wanita
muda, lalu ia merayu dan memenangkan wanita itu.
Dan untuk sementara waktu, mereka juga bahagia.
"Sewaktu Linnea tahu dirinya ditipu dan ditinggalkan,
ia sinting karena berduka. Pemuda itu melakukan
tindakan yang terburuk; ia memberi Linnea
kesempatan mencicipi kehidupan yang utuh, lalu
merenggutnya tanpa pikir panjang, seperti ayam
jantan merayu satu ayam betina lalu ayam betina yang
lain. Linnea menemukannya bersama wanita muda itu
dan, dalam kemurkaannya, menusuk pemuda tersebut
hingga tewas. "Linnea tahu perbuatannya jahat. Ia
juga tahu bahwa kalaupun dibebaskan dari
pembunuhan itu, ia tidak bisa kembali ke
keberadaannya yang sebelumnya. Hidup kehilangan
seluruh suka citanya. Jadi ia menemui pohon tertua di
Du Weldenvarden, menempelkan diri padanya, dan
menyanyi hingga ia masuk ke pohon itu, meninggalkan
semua persekutuan dengan rasnya sendiri. Ia
menyanyi selama tiga hari tiga malam, dan sesudah
selesai, ia menyatu dengan tanaman-tanaman yang
disayanginya. Dan selama berabad-abad sejak itu, ia
terus mengawasi hutan... Dengan begitu terciptalah
pohon Menoa ini." Di akhir ceritanya, Arya dan
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eragon duduk berdampingan di puncak sebatang akar
yang besar, dua belas kaki dari tanah. Eragon
memukul-mukulkan tumitnya ke pohon dan penasaran
apakah Arya berniat menyampaikan cerita itu sebagal
peringatan baginya atau cerita itu hanyalah sepotong
sejarah tanpa maksud apa-apa. Keraguannya berubah
menjadi kepastian sewaktu Arya bertanya,
"Menurutmu, apakah pemuda itu patut disalahkan atas
tragedi tersebut?" "Kurasa, kata Eragon, tahu
jawaban yang salah bisa menjauhkan Arya dari
dirinya, "yang dilakukannya kejam... dan Linnea
bereaksi berlebihan. Mereka berdua salah." Arya
menatapnya hingga Eragon terpaksa mengalihkan
tatapan. "Mereka tidak cocok bagi satu sama lain."
Eragon mulai mengingkari itu tapi lalu menghentikan
dirinya. Arya benar. Dan Arya telah mengarahkan
dirinya sebegitu rupa hingga Eragon terpaksa
mengatakannya, hingga ia terpaksa mengatakannya
pada elf itu. "Mungkin," katanya mengakui. Kebisuan
menggunung di antara mereka seperti pasir yang
menumpuk menjadi dinding, dan tidak satu pun di
antara mereka ingin menembusnya. Dengung
melengking jengkerik menggema dari tepi lapangan.
Akhirnya Eragon berkata, "Berada di rumah tampaknya
cocok bagimu." "Memang." Dengan keanggunan tanpa
sadar, Arya membungkuk dan memungut sebatang
ranting tipis yang jatuh dari pohon Menoa lalu mulai
menjalin daun-daun jarumnya menjadi keranjang kecil.
Darah panas mengalir ke wajah Eragon saat ia
mengawasi Arya. Ia berharap bulan tidak seterang itu
hingga menampakkan pipi-pipinya yang merah padam.
"Di... di mana kau tinggal" Apakah kau dan Islanzadi
memiliki istana atau puri...?" "Kami tinggal di Aula
Tialdari, bangunan leluhur keluarga kami, di bagian
barat Ellesmera. Aku senang kalau bisa menunjukkan
rumah kami padamu." "Ah," Pertanyaan praktis
tiba-tiba menyela pikiran Eragon yang kacau balau,
menyingkirkan perasaan malunya. "Arya, apakah kau
memiliki saudara?" Arya menggeleng. "Kalau begitu
kau satu-satunya pewaris takhta elf?" Tentu saja.
Kenapa kautanyakan?" Ia kedengaran heran
mendengar pertanyaan Eragon. Aku tidak mengerti
kenapa kau diizinkan menjadi duta besar untuk kaum
Varden dan para kurcaci, juga mengantar telur
Saphira dari sini ke Tronjheim. Itu tugas yang terlalu
berbahaya bagi seorang putri, apalagi bagi calon
ratu." "Maksudmu itu terlalu berbahaya bagi wanita
manusia. Sudah kukatakan padamu bahwa aku bukan
manusia wanita yang tidak berdaya. Yang tidak
kausadari adalah kami memandang kerajaan kami
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan cara yang berbeda dari kalian atau para
kurcaci. Bagi kami, tanggung jawab tertinggi raja atau
ratu adalah melayani rakyat mereka dengan cara apa
pun dan kapan pun. Kalau itu berarti mengorbankan
kehidupan, kami menyambut kesempatan membuktikan
pengabdian kami--seperti kata para kurcaci--keluarga,
aula, dan kehormatan. Kalau aku tewas dalam tugas,
penerus pengganti akan dipilih dari keluarga.
keluarga yang ada. Bahk Bidadari Pendekar Naga Sakti
an sekarang pun aku tidak akan diminta menjadi ratu
kalau aku tidak menyukai prospek itu. Kami tidak akan
memilih pemimpin yang tak bersedia mengabdikan diri
sepenuh hati pada kewajiban mereka." Ia ragu-ragu,
lalu memeluk lutut ke dadanya dan menumpukan dagu
ke sana. "Aku memiliki waktu bertahun-tahun untuk
menyempurnakan argumentasi itu dengan ibuku."
Selama semenit, jeritan jengkerik mengalun tak
terganggu di lapangan. Lalu ia bertanya, "Bagaimana
pelajaranmu dengan Oromis?" Eragon mendengus saat
kemuramannya kembali dalam bentuk gelombang
kenangan yang tidak menyenangkan, memasamkan
kesenangannya bersama Arya. Ia hanya ingin naik ke
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ranjang, tidur, dan melupakan hari ini. "Oromis-elda,"
katanya, mengucapkannya dengan hati-hati, "cukup
teliti." Ia mengernyit saat Arya mencengkeram lengan
atasnya dengan kekuatan yang bisa membuatnya
memar. "Ada yang tidak beres?" Eragon berusaha
melepaskan cengkeramannya. "Tidak ada," "Aku
sudah bepergian cukup lama denganmu untuk tahu
kapan kau bahagia, marah... atau menderita. Apa ada
yang terjadi antara dirimu dan Oromis" Kalau benar
begitu, kau harus memberitahuku agar bisa diperbaiki
secepat mungkin atau karena punggungmu" Kami
bisa--" "Bukan latihanku!" Sekalipun tergelitik,
Eragon sadar Arya tampak benar-benar prihatin, ini
membuat ia gembira. "Tanyakan pada Saphira. Ia bisa
memberitahumu." "Aku ingin mendengarnya darimu,"
kata Arya dengan pelan. Otot-otot di rahang Eragon
berkedut saat ia mengertakkan dengan suara pelan,
tidak lebih daripada bisikan, ia menceritakan
kegagalannya bermeditasi di rawa, lalu kejadian yang
meracuni hatinya seperti ular yang bergelung dalam
dadanya: berkatnya. Alya melepas lengan Eragon dan
mencengkeram akar pohon Menoa, seakan untuk
memantapkan diri. "Barzul." Makian kurcaci itu
mengejutkan Eragon; ia tidak pernah mendengar Arya
memaki, dan yang satu ini sangat tepat, karena
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
artinya sial. "Aku tahu tentang tindakanmu di Farthen
Dur, sudah pasti, tapi aku tidak pernah menduga...
aku tidak pernah curiga kejadian seperti itu bisa
terjadi. Aku minta maaf, Eragon, karena memaksamu
meninggalkan kamarmu malam ini. Aku tidak
memahami ketidaknyamananmu. Kau pasti ingin
sendiri." "Tidak," kata Eragon. "Tidak, kuhargai
kedatanganmu dan apa yang kautunjukkan padaku." Ia
tersenyum pada Arya, dan sesaat kemudian, Arya
balas tersenyum. Bersama-sama mereka duduk diam di
dasar pohon kuno dan mengawasi bulan melengkung
tinggi di atas hutan yang damai sebelum bersembunyi
di balik awan yang menebal. "Aku hanya penasaran
bagaimana jadinya anak itu." Tinggi di atas kepala
mereka, Blagden mengibaskan bulubulunya yang
seputih tulang dan menjerit, "Wyrda!" LABIRIN
PERLAWANAN Nsuada bersedekap tanpa
menyembunyikan ketidaksabarannya saat mengamati
kedua pria di hadapannya. Pria di sebelah kanan
memiliki leher begitu tebal hingga kepalanya terjulur
ke depan nyaris langsung dari bahunya, menyebabkan
penampilannya seperti orang bodoh yang keras
kepala. Kesan ini diperkuat alisnya yang lebat--nyaris
cukup panjang untuk menjuntai menutupi matanya--dan
bibir tebal yang merekah seperti jamur merah muda,
bahkan sewaktu ia berbicara. Tapi Nasuada tahu ia
tidak boleh terpengaruh penampilannya, pria itu
sangat pandai bicara. Satu-satunya ciri yang
menonjol dari pria kedua hanyalah kulitnya yang
pucat, yang tidak bertambah gelap di bawah matahari
Surda yang tak kenal ampun, sekalipun kaum Varden
telah berada di Aberon, ibukota, selama beberapa
minggu sekarang. Dari warna kulitnya, Nasuada
menebak ia dilahirkan di ujung utara Kekaisaran. Pria
itu memegang topi wol rajutan yang dipuntirnya hingga
menjadi tali yang keras. "Kau," kata Nasuada, sambil
menunjuk pria itu. "Berapa ayam yang kau bunuh?"
"Tiga belas, Ma'am." Nasuada mengalihkan perhatian
pada si pria berpenampilan buruk. "Angka sial, dari
segala sudut, Master Gamble. Dan terbukti bagimu.
Kau bersalah baik atas pencurian maupun pengrusakan
properti orang lain tanpa menawarkan ganti rugi yang
layak." "Saya tidak pernah mengingkarinya." "Aku
hanya penasaran bagaimana kau menyantap tiga belas
dalam empat hari. Apa ka Bidadari Pendekar Naga Sakti
u tidak pernah kenyang, Master Gamble?" Pria itu
tersenyum konyol dan menggaruk sisi wajahnya.
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Deritan kuku jemarinya yang tidak dipotong ketika
beradu dengan bakal janggutnya menjengkelkan
Nasuada, dan hanya dengan mengerahkan segenap
kemauan ia bisa menahan diri untuk tidak meminta
pria itu berhenti menggaruk. "Well, bukannya tidak
menghormati, Ma'am, tapi memenuhi perut saya tidak
akan menjadi masalah kalau Anda memberi kami
makan selayaknya, mengingat segala pekerjaan yang
harus kami lakukan. Tubuh saya besar, dan saya
membutuhkan sedikit daging dalam perut saya sesudah
separo hari memecah batu dengan martil. Saya sudah
berusaha sebaik-baiknya untuk menahan godaan,
sungguh. Tapi tiga minggu makan ransum yang kurang
dan mengawasi para petani ini menggiring ternak ke
mana-mana, ternak yang tidak akan mereka bagi
sekalipun pada orang yang kelaparan... Well, akan
saya akui, saya tidak bisa menahan diri. Saya bukan
orang yang kuat kalau untuk urusan makan. Saya suka
makanan hangat dan banyak. Dan saya bukan
satu-satunya orang yang mau bertindak sendiri." Dan
itu inti masalahnya, pikir Nasuada. Kaum Varden tidak
mampu memberi makan anggotanya, bahkan dengan
bantuan raja Surda, Orrin. Orrin membuka gudang
hartanya bagi mereka, tapi ia menolak melakukan apa
yang dilakukan Galbatorix sewaktu memindahkan
pasukannya melintasi Kekaisaran, yaitu meminta
pasokan makanan dari penduduknya tanpa membayar.
Pikiran yang mulia, tapi hanya mempersulit tugasku.
Sekalipun begitu Nasuada tahu tindakan seperti itulah
yang membedakan dirinya Orrin, Hrothgar, dan
Islanzadi dari Galbatorix. Mudah sekali melanggar
Batas itu tanpa menyadarinya. "Aku mengerti
alasanmu, Master Gamble. Tapi, sekalipun Varden
bukan negara dan kita tidak bertanggung jawab pada
siapa pun kecuali pada diri kita sendiri, tidak berarti
kau atau papa pun berhak mengabaikan aturan hukum
yang ditetapkan para pendahuluku atau yang
diterapkan di Surda sini. Oleh karena itu
kuperintahkan kau membayar sekeping tembaga setiap
ayam yang kau curi." Gamble mengejutkan Nasuada
dengan menerima keputusannya tanpa protes.
"Terserah Anda, Ma'am," katanya. "Sudah?" seru si
pria pucat. Ia memuntir topinya lebih erat lagi. "Itu
bukan harga yang pantas. Kalau saya jual ayam ayam
itu di pasar mana pun, harganya--" Nasuada tidak
mampu menahan diri lebih lama lagi. Kau akan
mendapat lebih banyak. Tapi kebetulan aku tahu
Master Gamble tidak bisa membayar ayammu dengan
harga penuh, karena aku yang memberinya gaji!
Sebagaimana aku memberimu gaji. Kau lupa bahwa
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kalau kuputuskan menyita ayam-ayammu untuk
kebaikan kaum Varden, kau tidak akan mendapat lebih
dari sekeping tembaga untuk setiap ekor ayam dan itu
pun sudah beruntung. Kau mengerti?" "Ia tidak
bisa--" "Kau mengerti?" Sesaat kemudian, pria pucat
itu pasrah dan menggumam, Ya, Ma'am." "Baiklah.
Kalian berdua boleh pergi." Dengan ekspresi kagum
yang sinis, Gamble menyentuh alisnya dan
membungkuk pada Nasuada sebelum keluar dari
ruangan batu bersama lawannya yang cemberut.
"Kalian juga," kata Nasuada pada penjaga di kedua
sisi pintu. Begitu mereka pergi, ia merosot di kursi
sambil mendesah kelelahan dan meraih kipas,
mengibaskannya ke wajah dalam usaha yang sia-sia
untuk mengusir butir-butir keringat yang muncul di
keningnya. Panas yang terus-menerus menguras
tenaganya dan menyebabkan tugas terkecil pun terasa
berat. Ia merasa akan tetap kelelahan seandainya
sekarang ini musim dingin sekalipun. Walau memahami
rahasia-rahasia terdalam kaum Varden, memindahkan
seluruh organisasi dari Farthen Dur, melintasi
Pegunungan Beor, dan mengantar mereka ke Surda
dan Aberon membutuhkan kerja yang berat daripada
dugaannya. Ia bergidik, teringat hari-hari panjang dan
tidak nyaman yang dihabiskannya di atas pelana.
Menyusun rencana dan melaksanakan keberangkatan
mereka sangat sulit, juga menyatukan kaum Varden ke
dalam kungan baru mereka bersamaan dengan
persiapan menyerang Kekaisaran. Aku tidak memiliki
cukup waktu setiap hari untuk memecahkan semua
masalah ini, keluhnya. Akhirnya, ia meletakkan kipas
dan membunyikan genta, memanggil pelayan pr
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ibadinya, Farica. Bendera yang menjuntai di sebelah
kanan meja kayu ceri berkibar saat pintu yang
tersernbunyi di baliknya dibuka. Farica menyelinap
keluar untuk berdiri menunduk di samping Nasuada.
"Apakah masih ada lagi?" tanya Nasuada. "Tidak ada,
Ma'am." Nasuada berusaha agar kelegaannya tidak
terlihat. Seminggu sekali ia membuka pintu untuk
menyelesaikan berbagai perselisihan di antara kaum
Varden. Siapa pun yang merasa telah diperlakukan
dengan tidak benar bisa memohon bertemu dengannya
dan meminta penilaiannya. Ia tidak bisa
membayangkan tugas tanpa penghargaan yang lebih
sulit daripada ini. Seperti yang sering dikatakan
ayahnya setelah bernegosiasi dengan Hrothgar,
"Kompromi yang baik menyebabkan semua orang
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
marah." Dan tampaknya memang begitu. Ia kembali
memerhatikan masalah yang dihadapinya dan berkata
pada Farica, "Kuminta si Gamble dipindahtugaskan.
Beri ia pekerjaan di mana bakatnya berkata-kata
berguna bagi kita. Kepala gudang, mungkin, selama
pekerjaan itu memberinya ransum penuh. Aku tidak
ingin ia dihadapkan padaku karena mencuri lagi."
Farica mengangguk dan melangkah ke meja, tempat ia
men"tat instrnksi Nasuada di sehelai perkamen.
Keahlian itu saja syudah menjadikan dirinya tak
ternilai. Farica bertanya, "Di Man, aku bisa
menemukan dirinya?" "Di salah satu kelompok kerja
di parit batu." Ya, Ma'am. Oh, tadi sementara Anda
sibuk, Raja Orrin meminta Anda menemuinya di
laboratoriumnya." Apa lagi yang dilakukannya di sana
sekarang, membutakan diri?" Nasuada mencuci
pergelangan dan lehernya dengan air lahender, lalu
memeriksa rambutnya di cermin perak mengilap
diberikan Orrin padanya dan menarik-narik gaun
luarnya hingga lengan gaunnya rapi. Puas dengan
penampilannya, ia meninggalkan kamar diikuti begitu
terang hari ini hingga suluh tidak diperlukan untuk
menerangi bagian dalam Puri Borromeo dan tambahan
panasnya juga tidak dapat ditolerir. Berkas-berkas
cahaya menerobos masuk melalui lubang-lubang
pemanah dan menerangi dinding dalam lorong,
menggaris-garis udara dengan balok-balok debu
keemasan pada jarak tertentu. Nasuada memandang
keluar melalui salah satu lubang ke benteng
pertahanan, di mana sekitar tiga puluh prajurit
kavaleri; Orrin yang berseragam oranye melakukan
patroli tanpa henti mengawasi pedalaman di sekeliling
Aberon. Mereka takkan banyak berguna kalau
Galbatorix memutuskan menyerang kami sendiri,
pikirnya pahit. Satu-satunya perlindungan mereka
terhadap kemungkinan itu hanyalah harga diri
Galbatorix dan, Nasuada berharap, ketakutannya
terhadap Eragon. Semua pemimpin menyadari adanya
risiko perebutan kekuasaan, tapi para perebut
kekuasaan sendiri dua kali lebih takut pada ancaman
dari seseorang yang bertekad bulat. Nasuada tahu
dirinya memainkan permainan yang sangat berbahaya
dengan orang sinting yang paling berkuasa di
Alagaesia. Kalau salah menilai seberapa jauh dirinya
bisa mendorong orang gila itu, ia dan kaum Varden
lainnya akan dihancurkan, bersama harapan apa pun
untuk mengakhiri kekuasaan Galbatorix. Bau bersih
puri mengingatkan dirinya pada masa ia tinggal di
sana sewaktu masih anak-anak, ketika ayah Orrin,
Raja Larkin, masih memerintah. Saat itu ia jarang
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertemu Orrin. Orrin lima tahun lebih tua daripada
dirinya dan sibuk dengan tugas-tugas sebagai
pangeran. Tapi, hari-hari ini, Nasuada sering merasa
dirinya yang lebih tua. Di pintu laboratorium Orrin, ia
berhenti dan menunggu para pengawal Orrin, yang
selalu berjaga di luar, untuk mem, beritahukan
kedatangannya pada Raja. Tidak lama kemudian suara
Orrin menggema melalui lorong tangga. "Lady
Nasuada! Aku senang kau datang. Ada yang ingin
kutunjukkan padamu." Setelah menguatkan diri dalam
hati, Nasuada memasuki laboratorium bersama Farica.
Jajaran meja bagai labirin yang dipenuhi berbagai
alembic, gelas pengukur, dan tabung kimia berada di
depan mereka, seperti sesemakan kaca yang
menunggu kesempatan mengait gaun mereka dengan
salah satu cabangnya yang rapuh. Bau uap logam yang
pekat menyebabkan mata Nasuada berair. Dengan
mengangkat tepi gaun dari lantai, ia dan Farica
berjalan beriringan ke bagian belakang ruangan, me
Bidadari Pendekar Naga Sakti
lewati beberapa jam pasir dan timbangan, buku-buku
besar dan misterius yang dijilid dengan besi hitam,
dan bertumpuk-tumpuk prisma kristal berfosfor yang
memancarkan cahaya biru terang berpendar-pendar.
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka menemui Orrin di dekat bangku bepermukaan
marmer, di mana ia tengah mengaduk air raksa dalam
wadah tahan panas dengan tabung kaca yang tertutup
salah satu ujungnya, dan panjangnya pasti minimal
tiga kaki, sekalipun tebalnya hanya seperempat inci.
"Yang Mulia," kata Nasuada. Sesuai jabatannya yang
sejajar dengan raja, ia tetap berdiri tegak sementara
Farica membungkuk. "Kau tampaknya sudah pulih dari
ledakan minggu lalu." Orrin meringis riang. "Aku
sudah belajar bahwa tidak bijaksana mencampur fosfor
dan air dalam ruang tertutup. Hasilnya bisa cukup
brutal." "Apakah pendengaranmu sudah pulih
sepenuhnya?" "Belum, tapi...." Sambil nyengir seperti
bocah yang mendapatkan pisau pertamanya, ia
menyulut lilin dengan api dari tungku--Nasuada tidak
bisa membayangkan bagaimana Orrin bisa tahan
dengan panas tambahan di cuaca seperti ini--lalu
membawanya kembali ke bangku, dan menggunakannya
untuk menyalakan pipa. "Aku tidak tahu kau
merokok." "Sebenarnya tidak," Orrin mengakui, "tapi
kudapati bahwa mumpung gendang telingaku belum
sembuh total, aku bisa berbuat begini..." Setelah
mengisap pipa, ia menggembungkan pipi hingga asap
mengepul keluar dari telinga kirinya, seperti ular yang
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
meninggalkan sarang, dan bergulung-gulung di
samping kepalanya. Pemandangan itu begitu tidak
terduga hingga tawa Nasuada meledak, dan sesaat
kemudian, Orrin turut tertawa, mengepulkan asap dari
mulutnya. "Sensasi yang paling aneh," kata Orrin.
"Menggelitik setengah mati waktu keluar." Setelah
kembali serius, Nasuada bertanya, "Apa ada lagi yang
ingin kaudiskusikan denganku, Yang Mulia?" Orrin
menjentikkan jemari. "Tentu saja." Setelah mengisi
tabung kaca panjangnya dengan air raksa, Orrin
menutup salah satu ujungnya dengan jari dan
menunjukkannya pada Nasuada. "Kau setuju bahwa
satu-satunya benda yang ada dalam tabung ini adalah
air raksa?" "Tentu saja." Apakah ini alasan ia ingin
menemuiku" "Bagaimana kalau sekarang?" Dengan
gerakan cepat, ia membalik tabung dan membenamkan
ujung tabung yang terbuka ke dalam mangkuk air
raksa, sambil melepas jarinya. Bukannya mengalir
keluar seperti dugaan Nasuada, air raksa dalam
tabung turun sekitar setengah tabung, lalu berhenti
dan bertahan di posisinya. Orrin menunjuk bagian
yang kosong di atas logam yang menggantung itu. Ia
bertanya. "Apa yang menempati ruang ini?" "Pasti
udara," kata Nasuada. Orrin tersenyum dan
menggeleng. "Kalau benar begitu, bagaimana udara
bisa melewati air raksa atau meresap melalui kaca"
Tidak ada jalan yang tersedia agar atmosfer bisa
masuk." Ia memberi isyarat pada Farica. "Apa
pendapatmu, pelayan?" Farica menatap tabung, lalu
mengangkat bahu dan berkata, "Tidak ada apa-apa,
Yang Mulia." "Ah, tapi tepat itulah pikiranku: tidak
ada apa-apa. Aku yakin sudah memecahkan salah satu
teka-teki tertua tentang filsafat alam dengan
menciptakan dan membuktikan keberadaan ruang
hampa! Ini membatalkan sepenuhnya teori Vacher dan
berarti Ladin memang jenius. Para elf terkutuk itu
tampaknya benar." Nasuada berusaha tetap tenang
sewaktu bertanya, "Tapi apa gunanya penemuan ini?"
"Tujuan?" Orrin memandangnya dengan sungguh
tertegun. "Tentu saja tidak ada. Setidaknya tak ada
yang bisa kupikirkan. Tapi ini akan membantu kita
memahami mekanika dunia kita, bagaimana dan kenapa
hal-hal tertentu terjadi. Ini penemuan yang luar biasa.
Siapa tahu ke mana lagi penemuan ini akan membawa
kita?" Sementara berbicara, ia mengosongkan tabung
dan dengan hati-hati meletakkannya dalam kotak
berlapis beludru tempat instrumen-instrumen rumit
lainnya berada. "Tapi prospek yang membuatku
benar-benar bersemangat adalah penggunaan sihir
untuk mengungkap rahasia alam. Nah baru kemarin,
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan satu mantra, Trianna membantuku menemukan
dua gas yang baru sama sekali. Bayangkan apa bisa
dipelajari kalau sihir secara sistematis diterapkan
pada ilmu filsafat alam. Aku sendiri sedang
mempertimbangkan untuk belajar
Bidadari Pendekar Naga Sakti
sihir, kalau memiliki bakat untuk itu, dan kalau aku
bisa meyakinkan beberapa pemakai sihir untuk
mengajar pengetahuan pengetahuan mereka. Sayang
sekali Penunggang Nagamu, Eragon, Eragon, tidak
menemanimu kemari; aku yakin ia bisa membantuku."
Sambil memandang Farica, Nasuada berkata, "Tunggu
aku di luar. Wanita itu membungkuk memberi hormat
lalu pergi. Begitu Nasuada mendengar suara pintu
laboratorium ditutup, ia berkata, "Orrin. Kau sudah
kehilangan kewarasanmu?" "Apa maksudmu?"
"Sementara kau menghabiskan waktumu terkurung di
sini dan melakukan percobaan yang tidak dipahami
siapa pun--membahayakan keselamatanmu ketika
melakukannya--negaramu hampir berperang. Puluhan
masalah menunggu keputusanmu, dan kau berdiri di
sini mengepulkan asap dan bermain-main dengan air
raksa?" Wajah Orrin mengeras. "Aku cukup menyadari
kewajibanku, Nasuada. Kau mungkin memimpin kaum
Varden, tapi aku masih tetap raja Surda, dan ada
baiknya kau mengingat hal itu sebelum berbicara
dengan tidak hormat. Apa perlu kuingatkan bahwa
perlindunganmu di sini tergantung dari
berlanjut-tidaknya niat baikku?" Nasuada tahu itu
bukan ancaman kosong; banyak rakyat Surda yang
memiliki kerabat kaum Varden, dan sebaliknya.
Mereka berkaitan terlalu erat untuk bisa saling
meninggalkan. Tidak, alasan sebenarnya Orrin
tersinggung adalah masalah kewenangan. Karena
mustahil mempertahankan sejumlah besar pejuang
bersenjata dalam keadaan siap tempur selama
beberapa waktu yang berkepanjangan--seperti yang
dipelajari Nasuada, memberi makan begitu banyak
orang yang tidak aktif merupakan mimpi buruk
logistik--kaum Varden mulai bekerja, membuka lahan
pertanian, dan menyatu dengan negara tuan rumahnya.
Diamana aku pada akhirnya" Sebagai pemimpin
pasukan yang atau penasihat di bawah Orrin" Posisi
Nasuada sangat berbahaya. Kalau ia bergerak terlalu
cepat atau dengan terlalu banyak inisiatif, Orrin akan
menganggapnya sebagai ancaman dan berbalik
menentangnya, terutama sekarang, sesudah ia
berselimut kemegahan atas kemenangan kaum Varden
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di Farthen Dur. Tapi kalau ia menunggu terlalu lama,
mereka akan kehilangan kesempatan memanfaatkan
kelemahan sementara Galbatorix ini. Satu-satunya
keuntungan Nasuada atas labirin perlawanan ini
hanyalah kekuasaannya atas satu elemen yang memicu
drama ini: Eragon dan Saphira. Ia berkata, "Aku tidak
berusaha meremehkan kepemimpinanmu, Orrin. Aku
tidak pernah berniat begitu, dan aku minta maaf kalau
tampak begitu." Orrin membungkuk kaku. Karena tidak
yakin bagaimana cara melanjutkan, Nasuada bertumpu
pada ujung jemarinya yang menempel di tepi bangku.
"Hanya saja... begitu banyak yang harus dilakukan.
Aku bekerja siang-malam--kuletakkan lembaran batu di
samping ranjangku untuk catatan--dan aku tidak
pernah bisa melakukannya dengan benar; aku merasa
kita selalu berada di tepi jurang bencana." Orrin
mengambil alu yang hitam karena sering dipakai dan
mengguling-gulingkannya di antara kedua telapak
tangannya dengan irama yang mantap dan
menghipnotis. "Sebelum kau datang kemari... Tidak,
itu tidak benar. Sebelum Penunggangmu tiba-tiba
muncul seutuhnya seperti Moratensis muncul dari air
mancurnya, kuduga hidupku akan berjalan seperti
ayahku atau kakekku. Yaitu, menentang Galbatorix
secara diam-diam Kau harus memaafkan aku kalau aku
membutuhkan waktu sejenak untuk membiasakan diri
dengan kenyataan baru ini--" Hanya sejauh itu
permintaan maaf yang bisa diharapkan Nasuada. "Aku
mengerti." Orrin menghentikan alu di tangannya
sejenak. "Kau boleh saja memegang kekuasaan,
sedangkan aku sudah berkuasa selama beberapa
tahun. Kalau aku boleh cukup sombong untuk
menawarkan saran, menurutku penting sekali bagi
kewarasanku kalau aku mengalokasikan beberapa
waktu setiap hal-hal yang kuminati." "Aku tidak bisa
berbuat begitu," kata Nasuada. "Setiap saat yang
kubuang mungkin merupakan saat perjuangan yang
perlukan untuk mengalahkan Galbatorix." Alunya
kembali diam sejenak. "Kau justru merugikan kaum
Varden kalau berkeras bekerja lembur seorang diri.
Tidak ada yang bisa berfungsi dengan benar tanpa
sesekali mendapat kedamaian dan ketenangan. Tidak
perlu lam Bidadari Pendekar Naga Sakti
a, lima atau sepuluh menit sudah cukup. Kau bahkan
bisa melatih keahlian memanahmu, dan dengan begitu
masih setia pada tujuanmu, sekalipun dengan cara
yang berbeda... Itu sebabnya aku memainkan
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
laboratorium ini. Itu sebabnya aku mengembuskan
asap dan bermain-main dengan air raksa, seperti
katamu tadi agar aku tidak menjerit frustrasi
sepanjang sisa hari ini." Biarpun Nasuada enggan
melepaskan pendapatnya bahwa Orrin berleha-leha, ia
harus mengakui keabsahan argumentasi Orrin. "Akan
kuingat rekomendasimu." Sebagian kegembiraan Orrin
kembali saat ia tersenyum. "Hanya itu yang kuminta."
Nasuada berjalan ke jendela, membuka daun jendela
lebih lebar lagi dan memandang Aberon di bawahnya,
penuh jeritan para pedagang yang sigap menawarkan
dagangan mereka ke pada pembeli yang tidak curiga,
debu kekuningan berembus dari jalan barat ketika ada
iring-iringan yang mendekati gerbang kota, udara yang
berpendar pada atap-atap genteng dan membawa bau
ilalang dan dupa dari kuil-kuil marmer, dan
ladang-ladang di sekeliling Aberon yang tampak
seperti kelopak-kelopak bunga yang merekah. Tanpa
berbalik Nasuada bertanya, "Kau sudah menerima
salinan laporan terbaru kami dari Kekaisaran?"
"Sudah." Orrin mendekatinya di jendela. Apa
pendapatmu?" Bahwa laporan itu terlalu sedikit dan
tidak lengkap untuk kita gunakan dalam menarik
kesimpulan yang berarti." Tapi ltu yang terbaik yang
kita miliki. Katakan kecurigaan dan firasatmu.
Simpulkan dari fakta-fakta yang diketahui seakan ini
salah satu percobaanmu." Nasuada tersenyum sendiri.
"Aku berjanji tidak akan menafsirkan apa-apa
terhadap apa pun yang kaukatakan." Ia terpaksa
menunggu jawaban Orrin, dan sewaktu Orrin
menjawab, jawabannya bagai ramalan hari kiamat.
"Pajak yang dinaikkan, markas-markas yang
dikosongkan, kuda dan kerbau yang disita di seluruh
Kekaisaran... Tampaknya Galbatorix mengumpulkan
pasukan sebagai persiapan menghadapi kita,
sekalipun aku tidak tahu apakah ia bermaksud
menyerang atau mempertahankan diri. Bayangan yang
berputar menyejukkan wajah mereka saat awan melaju
menutupi matahari. "Pertanyaan yang membebani
pikiranku sekarang adalah, berapa lama waktu yang
dibutuhkan Galbatorix untuk memobilisasi" Karena itu
akan menentukan arah strategi kita."
"Berminggu-minggu. Beberapa bulan. Bertahun-tahun.
aku tidak bisa memperkirakan tindakannya." Orrin
mengangguk. "Apa agen-agenmu terus menyebarkan
berita mengenai Eragon?" "Tindakan itu menjadi
semakin berbahaya, tapi ya. Harapanku adalah kita
bisa membanjiri kota-kota seperti DrasLeona dengan
isu mengenai kehebatan Eragon, sewaktu kita
benar-benar tiba di kota itu dan begitu mereka
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melihatnya, mereka akan menggabungkan diri secara
sukarela dan kita tidak perlu mengepung mereka."
"Perang jarang sekali semudah itu." Nasuada
membiarkan komentar itu tanpa membantahnya. "Dan
bagaimana mobilisasi pasukanmu sendiri" Kaum
Varden, seperti biasa, sudah siap tempur." Orrin
membentangkan tangan dengan sikap menyerah. "Sulit
membangkitkan satu negara, Nasuada. Ada
bangsawan-bangsawan yang harus kuyakinkan untuk
mendukungku, baju besi dan senjata yang harus
dibuat, persediaan yang harus dikumpulkan &" "Dan
sementara itu, bagaimana caraku memberi makan
orang-orangku" Kami membutuhkan lebih banyak lahan
daripada yang kau alokasikan--" "Well, aku tahu,"
kata Orrin. "--dan kami hanya bisa mendapatkannya
dengan menginvasi Kekaisaran, kecuali kau ingin
menjadikan kaum Varden tambahan permanen bagi
Surda. Kalau begitu, kau harus menemukan rumah bagi
ribuan orang yang kubawa dari Farthen Dur, yang
tidak akan menggembirakan bagi pendudukmu sendiri.
Apa pun pilihanmu, pilihlah dengan cepat, karena aku
khawatir kalau kau terus menunda, kaum Varden akan
kacau balau menjadi kawanan yang tidak terkendali."
Ia berusaha agar kata-katanya tidak terdengar
sebagai ancaman. Sekalipun begitu, Orrin jelas tidak
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menghargai pendapatnya. Bibir atas Orrin mengerut
dan ia berkata, "Ayahmu tidak pernah membiarkan
anak buahnya lepas kendali. Aku percaya kau juga
tidak, kalau kau ingin tetap menjadi pemimpin kaum
Varden. Sedang mengenai persiapan kami, ada ket
Bidadari Pendekar Naga Sakti
erbatasan menyangkut apa yang bisa kami lakukan
dalam waktu singkat; kau terpaksa menunggu hingga
kami siap." Nasuada mencengkeram kusen jendela
hingga pembuluh darah di pergelangannya menonjol
dan kuku-kuku jemarinya melesak ke celah-celah batu,
tapi ia tidak membiarkan kemarahannya mewarnai
suaranya sedikit pun. "Kalau begitu, kau mau
meminjami kaum Varden lebih banyak emas untuk
membeli makanan?" "Tidak. Aku sudah memberikan
semua uang yang bisa kuberikan." "Kalau begitu
bagaimana kami bisa makan?" "Kusarankan kau
mencari dana sendiri." Dengan marah, Nasuada
melontarkan senyumnya yang paling lebar dan
cerah--mempertahankannya cukup lama hingga Orrin
bergerak-gerak gelisah--lalu memberi hormat dengan
membungkuk sedalam pelayan, tanpa pernah
membiarkan senyum sintingnya goyah. "Selamat
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tinggal, kalau begitu, Yang Mulia. Kuharap sisa
harimu sama menyenangkannya dengan percakapan
kita tadi." Orrin menggumamkan jawaban yang tidak
jelas sementara Nasuada berjalan kembali ke pintu
masuk laboratorium. Dalam kemarahannya, lengan
baju kanan Nasuada tersangkut botol giok dan
menjatuhkannya, membuat batunya retak dan
mengeluarkan cairan kuning yang menciprati lengan
baju dan membasahi roknya. Ia mengibaskan tangan
dengan jengkel tanpa menghentikan langkah. Farica
menggabungkan diri dengannya di tangga, dan
bersama-sama mereka menyusuri lorong-lorong,
kembali ke kamar Nasuada. BAGAI TELUR DI UJUNG
TANDUK Setelah mendorong pintu kamarnya hingga
terbuka, Nasuada berjalan ke mejanya, lalu
mengempaskan diri ke kursi, tidak menyadari
sekitarnya. Punggungnya begitu kaku hingga bahunya
tidak menyentuh sandaran kursi. Ia merasa beku
karena masalah tak terpecahkan yang dihadapi kaum
Varden. Naik-turun dadanya melambat hingga tidak
terlihat. Aku gagal, hanya itu yang bisa dipikirkannya.
"Ma'am, lengan baju Anda!" Tersentak dari
lamunannya, Nasuada menunduk dan mendapati Farica
memukul-mukul lengan kanannya dengan kain
pembersih. Asap tipis mengepul dari lengan baju
berbordirnya. Dengan terkejut Nasuada bangkit dari
kursi dan memutar lengan, berusaha menemukan
sumber asap. Lengan baju dan roknya hancur menjadi
seperti sarang laba-laba seputih kapur yang
menebarkan asap berbau busuk. "Bantu aku melepas
baju ini," katanya. Ia mengulurkan lengannya yang
terkontaminasi jauh-jauh dari tubuhnya dan memaksa
diri untuk tidak bergerak sementara Farica
menanggalkan gaun luarnya. Jemari pelayan itu
menyentuh punggung Nasuada dengan tergesa-gesa,
sulit menguraikan simpul-simpulnya, dan akhirnya
berhasil menanggalkan lapisan wol yang membungkus
tubuh Nasuada. Begitu gaun luarnya terlepas,
Nasuada menyentakkan lengannya dari lengan baju
dan membebaskan diri dari mantel. Ia berdiri
terengah-engah di samping meja, hanya mengenakan
sandal dan pakaian dalam linen. Yang melegakannya,
pakaian dalamnya yang mahal tidak rusak, sekalipun
terkena bau busuk. "Apakah Anda terbakar?" tanya
Farica. Nasuada menggeleng, ddak memercayai
lidahnya untuk menjawab. Farica menyentuh gaun
luarnya dengan ujung sepatu. "Setan apa ini?" Salah
satu ramuan busuk Orrin," kata Nasuada dengan Suara
serak. "Aku menumpahkannya di laboratorium."
Setelah menenangkan diri dengan menghela napas
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
panjang, ia memeriksa gaun yang rusak itu dengan
kecewa. Gaun tersebut dirajut para kurcaci wanita
Durgrimst Ingeitum sebagai hadiah ulang tahun
terakhirnya dan salah satu pakaian terbaik yang
dimilikinya. Ia tidak memiliki pakaian lain sebagai
pengganti, dan ia tidak bisa membenarkan keputusan
untuk membeli gaun baru, mengingat kesulitan
keuangan yang dihadapi kaum Varden. Entah dengan
cara bagaimana, aku harus bisa bertahan tanpa gaun
ini. Farica menggeleng. "Sayang sekali gaun seindah
ini rusak." Ia mengitari meja menuju keranjang
menjahit dan kembali membawa gunting berukir.
"Sebaiknya kita selamatkan gaun ini sebisanya. Akan
saya potong bagian yang rusak dan saya bakar."
Nasuada merengut dan mondar-mandir dalam ruangan,
marah pada kecerobohannya sendiri dan karena
menambah daftar kekhawatirannya yang telah panjang.
"Apa yang harus kukenakan untuk ke istana
sekarang?" tanyanya.
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Gunting memotong wol yang lunak dengan mantap.
"Mungkin gaun linen Anda." Gaun itu terlalu biasa
untuk menemui Orrin dan para bangsawannya." "Beri
saya kesempatan untuk mengatasinya, Ma'am. Saya
yakul bisa mengubahnya menjadi cukup layak. Pada
saat saya menyesal, gaun itu akan tampak dua kali
lebih anggun daripada tidak. Tak ada gunanya. Mereka
akan menertawakan aku. Dengan mengenakan pakaian
yang layak saja sudah cukup sulit untuk mendapatkan
penghormatan mereka, apa lagi kalau aku mengenakan
gaun tambal sulam yang menunjukkan kemiskinan
kita." Wanita yang lebih tua itu menatap Nasuada
tajam. "Gaun itu layak, selama Anda tidak malu
dengan penampilan Anda. Bukan hanya itu, saya jamin
para wanita lain akan begitu terpesona pada model
baru baju Anda hingga akan menirunya. Anda lihat
saja nanti." Setelah melangkah ke pintu, Farica
membukanya dan memberikan kain yang rusak kepada
salah seorang penjaga di luar. "Nyonyamu ingin kain
ini dibakar. Lakukan diam-diam dan jangan
memberitahu siapa pun. Kalau tidak, kau akan
berhadapan denganku." Penjaga itu memberi hormat.
Nasuada tidak mampu menahan senyum. "Bagaimana
jadinya aku tanpa dirimu, Farica?" "Cukup baik,
menurut saya." Setelah mengenakan pakaian berburu
hijau--yang rok tipisnya terasa menyegarkan dalam
panasnya hari--Nasuada memutuskan bahwa sekalipun
masih merasa tidak enak terhadap Orrin, ia akan
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menerima saran pria itu dan menyela jadwal rutinnya
dengan membantu Farica menanggalkan jahitan dari
gaunnya. Ia mendapati tugas itu sangat bagus untuk
memusatkan pikiran. Sambil mencabuti benang, ia
mendiskusikan masalah kaum Varden dengan Farica,
dengan harapan Farica melihat jalan keluar yang tidak
terlihat olehnya. Pada akhirnya, bantuan Farica
hanyalah komentar, "Tampaknya sebagian besar
masalah di dunia ini berakar pada emas. Kalau kita
memiliki cukup banyak emas, kita bisa menyingkirkan
Galbatorix dari takhta hitamnya... mungkin bahkan
tidak perlu bertempur melawan anak buahnya."
Apakah aku benar-benar berharap ada orang lain yang
melakukan pekerjaanku untukku" tanya Nasuada dalam
hati. Aku yang memimpin kami ke jalan buntu ini dan
aku harus memimpin mereka keluar. Dengan niat
membuka jahitan, ia mengulurkan lengan dan
mengaitkan ujung pisaunya ke tepi renda bobbin,
memotongnya menjadi dua. Ia menatap renda yang
rusak itu, ujung terburai benang-benang berwarna
perkamennya melingkar-lingkar melintasi gaun luarnya
seperti banyak sekali cacing kepanasan. Ia terus
menatap dan merasakan tawa histeris mencakari
tenggorokan bahkan saat air mata menggenangi
matanya. Bisakah nasibnya lebih buruk lagi" Renda
bobbin itu bagian paling berharga gaunnya. Sekalipun
membuat renda dibutuhkan keahlian, kelangkaan dan
mahalnya benda itu terutama karena bahan utamanya:
proses pembuatannya yang makan waktu sangat
banyak, berulang-ulang, seakan seakan bisa
membekukan otak dan melumpuhkan badan. Merajut
sendiri kerudung berenda membutuhkan waktu yang
begitu lama hingga kemajuanmu bukan diukur dengan
minggu tapi dengan bulan. Kalau diukur menggunakan
ons, renda lebih mahal daripada emas atau perak. Ia
menyusuri rajutan benang itu dengan jari-jari,
berhenti sejenak pada sela yang dibuatnya. Renda
tidak membutuhkan energi terlalu banyak, melainkan
waktu. Ia tidak suka membuat renda sendiri. Energi...
energi.... Pada saat itu, serangkaian bayangan
melintas dalam benaknya: Orrin berbicara mengenai
penggunaan sihir untuk penelitian; Trianna, wanita
yang memimpin Du Vrangr Gata sejak kematian si
Kembar; menengadah memandang salah seorang tabib
kaum Varden saat pria itu menjelaskan prinsip-prinsip
sihir kepada Nasuada sewaktu ia baru berusia lima
atau enam tahun. Pengalaman yang berbeda itu
membentuk serangkaian alasan yang begitu konyol dan
mustahil hingga akhirnya ia hanya bisa tertawa.
Farica menatapnya dengan pandangan aneh dan
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menunggu penjelasan. Saat berdiri, Nasuada
menjatuhkan separo gaun dari pangkuannya ke lantai.
"Panggilkan Trianna saat ini juga," katanya. "Aku
tidak peduli apa yang sedang dilakukannya; bawa ia
kemari." Kulit di sekitar mata Farica menegang, tapi
ia memberi Bidadari Pendekar Naga Sakti
hormat dan berkata, "Terserah Anda, Ma'am." Ia pergi
melalui pintu pelayan yang tersembunyi. "Terima
kasih," bisik Nasuada dalam kamar yang kosong. Ia
memahami keengganan pelayannya; ia juga merasa
tidak nyaman setiap kali harus berhubungan dengan
pengguna sihir. Ia malah hanya memercayai Eragon
karena Eragon Penunggang--sekalipun itu bukan bukti
kebaikan, seperti yang ditunjukkan Galbatorix--dan
karena sumpah setia Eragon padanya, yang Nasuada
tahu tidak akan pernah dilanggarnya. Ia takut
memikirkan kekuatan para penyihir. Pikiran bahwa
sesekarang yang tampak biasa mampu membunuh
dengan sepatah kata; menjajah pikiranmu kalau ia
menginginkannya; menipu, berbohong, dan mencuri
tanpa tertangkap; dan menantang masyarakat nyaris
tanpa pernah di hukum & Jantungnya berdetak semakin
cepat. Bagaimana kau bisa menerapkan hukum kalau
sebagian tertentu dari populasi memiliki kekuatan
istimewa" Di tingkat yang paling dasar, perang kaum
Varden terhadap Kekaisaran tidak lebih daripada
usaha untuk mengadili orang yang menyalahgunakan
kemampuan sihirnya dan untuk mencegahnya
melakukan kejahatan lebih jauh. Semua penderitaan
dan kehancuran ini karena tidak ada seorang pun yang
memiliki kekuatan untuk mengalahkan Galbatorix. Ia
bahkan tidak mati sesudah rentang waktu yang normal!
Sekalipun tidak menyukai sihir, Nasuada tahu sihir
akan memainkan peran penting dalam menyingkirkan
Galbatorix dan ia tidak bisa mengabaikan para
penggunanya sebelum kemenangan yang pasti. Begitu
menang, ia berniat menyelesaikan masalah yang
ditimbulkan penggunaan sihir. Ketukan mantap di
pintu kamar mengusik pikirannya. Setelah memaksa
diri tersenyum ramah dan menjaga ekspresinya seperti
ia dididik selama ini, Nasuada berkata, "Masuk!" Ia
harus bersikap sopan setelah memanggil Trianna
dengan cara sekasar itu. Pintu terbuka dan si wanita
penyihir berambut merah Melangkah masuk ke kamar,
rambutnya yang kusut ditata tinggi di kepala dengan
ketergesa-gesaan yang kelihatan jelas. Trianna
tampak seperti baru saja dibangunkan dari tidur.
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Setelah membungkuk dengan gaya kurcaci, ia berkata,
"Anda ingin bertemu denganku, Lady?" "Memang."
Setelah duduk di kursi, Nasuada membiarkan
pandangannya perlahan-lahan menyusuri Trianna dari
atas ke bawah. Wanita penyihir itu mengangkat dagu
saat dipandangi Nasuada. "Aku perlu tahu: Apa aturan
sihir yang penting?" Trianna mengerutkan kening.
"Bahwa apa pun yang Anda lakukan dengan sihir
membutuhkan energi yang sama seperti kalau Anda
melakukannya tanpa sihir." "Dan yang bisa
kaulakukan, hanya dibatasi kecerdasan dan
pengetahuanmu tentang bahasa kuno?" "Ada
aturan-aturan lain, tapi pada umumnya, ya. Lady,
kenapa Anda menanyakannya" Ada prinsip-prinsip
dasar sihir yang sekalipun tidak umum, aku yakin
sudah Anda ketahui." Memang. Aku hanya ingin
memastikan sudah memahaminya dengan benar."
Tanpa beranjak dari kursi, Nasuada mengulurkan
tangan ke bawah dan mengambil gaunnya agar Trianna
bisa melihat renda yang terpotong. "Kalau begitu,
dalam batasan-batasan itu, kau seharusnya mampu
menyusun mantra yang memungkinkan dirimu membuat
renda dengan sihir." Cibiran mengejek mengerutkan
bibir gelap wanita penyihir itu. "Du Vrangr Gata
memiliki tugas yang lebih penting daripada
memperbaiki pakaian Anda, Lady. Seni kami tidak
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebiasa itu untuk digunakan sesuka hati. Aku yakin
tukang jahit Anda lebih dari mampu memenuhi
permintaan Anda. Nah, kalau Anda tidak keberatan,
aku--" "Diam, perempuan," kata Nasuada datar.
Keterkejutan menyebabkan Trianna tidak mampu
bicara. "Kulihat aku terpaksa mengajar Du Vrangr
Gata pelajaran yang sama seperti yang kuajarkan
pada Dewan Tetua: Aku mungkin masih muda, tapi aku
bukan anak yang bisa diperintah seenaknya. Aku
bertanya tentang renda ini karena kalau kau bisa
membuatnya dengan cepat dan mudah menggunakan
sihir, kita bisa mendukung kaum Varden dengan
menjual renda yang murah di seluruh Kekaisaran.
Orang-orang Galbatorix sendiri yang akan
menyediakan dana yang kita butuhkan untuk bertahan
hidup " Tapi itu konyol," Trianna memprotes. Bahkan
Farica tampak Skeptis. "Anda tidak bisa membiayai
perang d Bidadari Pendekar Naga Sakti
engan renda." Nasuada mengangkat satu alisnya.
"Kenapa tidak" Wanita-wanita yang selama ini tidak
mampu memiliki renda akan menerkam kesempatan
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk membeli renda kita. Setiap istri petani yang
ingin tampil lebih kaya daripada sebenarnya akan
menginginkannya, Bahkan pedagang kaya dan
bangsawan akan memberi kita emas mereka karena
renda kita akan lebih baik daripada renda mana pun
yang dirajut tangan manusia. Kita akan mengumpulkan
kekayaan yang menyaingi para kurcaci. Itu kalau kau
cukup ahli dengan sihirmu untuk memenuhi
permintaanku." Trianna mengibaskan rambut. "Anda
meragukan kema puanku?" "Bisakah kau
melakukannya?" Trianna ragu-ragu, lalu mengambil
gaun itu dari Nasuada dan mempelajari rendanya
cukup lama. Akhirnya ia berkata, "Seharusnya bisa,
tapi aku harus melakukan beberapa pengujian sebelum
bisa memastikannya." "Lakukan secepatnya. Mulai
sekarang, ini tugasmu yang paling penting. Dan cari
pembuat renda paling berpengalaman untuk memberi
saran mengenai polanya." "Ya, Lady Nasuada."
Nasuada melunakkan suaranya. "Bagus. Kuminta kau
juga memilih anggota-anggota Du Vrangr Gata yang
paling cerdas untuk membantumu menciptakan
teknik-teknik sihir yang akan membantu kaum Varden.
Itu tanggung jawabmu, bukan tanggung jawabku."
"Ya, Lady Nasuada." "Sekarang kau boleh pergi.
Laporkan padaku besok pagi." "Ya, Lady Nasuada."
Dengan puas Nasuada mengawasi kepergian wanita
penyihir itu, lalu memejamkan mata dan membiarkan
dirinya menikmati kebanggaan sesaat atas
prestasinya. Ia tahu tidak ada oran& bahkan ayahnya,
yang mampu memikirkan solusi yang dihasilkannya.
"Ini sumbanganku pada kaum Varden, katanya sendiri,
berharap Ajihad bisa menyaksikannya. Dengan suara
yang lebih keras, ia bertanya, "Apakah aku
membuatmu terkejut, Farica?" "Selalu, Ma'am." ELVA
Ma'am"... Anda ditunggu, Ma'am." "Apa?" Karena
enggan bergerak, Nasuada membuka mata dan melihat
Jormundur memasuki ruangan. Veteran bertubuh kurus
tapi liat itu menanggalkan helm, menyelipkannya di
bawah lengan, dan mendekatinya dengan tangan kiri
bertumpu pada ujung tangkai pedangnya. Jala-jala
bajanya berdencing saat ia membungkuk. "My Lady."
"Selamat datang, Jormundur. Bagaimana kabar
putramu hari ini?" Nasuada senang pria ini datang.
Dari semua anggota Dewan Tetua, pria ini yang paling
mudah menerima kepemimpinannya, melayaninya
dengan kesetiaan dan kebulatan tekad yang sama
seperti pada Ajihad. Kalau semua pejuangku seperti
dirinya, tidak ada yang bisa menghentikan kami.
"Batuknya sudah reda." "Aku senang mendengarnya.
Nah, ada apa kau kemari?" Kerut-kerut muncul di
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kening Jormundur. Ia mengusap rambutnya yang yang
diekor kuda, lalu tersadar dan memaksa tangannya
turun ke sisi tubuhnya. "Sihir, yang paling aneh."
"Anda ingat bayi yang diberkati Eragon?" "Aye.
Nasuada hanya sekali melihat bayi itu, tapi ia sangat
menyadari berbagai kisah yang dibesar-besarkan
tentang anak yang beredar di kalangan Varden, juga
harapan kaum Varden akan apa yang dicapai gadis itu
kelak ia dewasa. Nasuada bersikap lebih praktis
mengenai hal itu. Apa pun jadinya anak tersebut
kelak, ia baru dewasa bertahun-tahun lagi, ketika
pertempuran melawan Galbatorix telah dimenangkan
atau kalah. "Aku diminta membawa Anda
menemuinya." "Diminta" Oleh siapa" Dan kenapa?"
"Seorang bocah laki-laki di lapangan latihan
memberitahuku Anda sebaiknya mengunjungi gadis itu.
Katanya Anda akan mendapatinya menarik. Bocah itu
menolak memberitahukan namanya, tapi ia tampak
seperti kucing jadi-jadian si penyihir, jadi kupikir...
Well, kupikir sebaiknya Anda tahu." Jormundur tampak
malu. "Aku sudah menanyai anak buahku sendiri
mengenai gadis itu, dan aku mendengar kabar..,
bahwa ia berbeda." "Berbeda bagaimana?" Pria itu
mengangkat bahu. "Cukup untuk percaya bahwa
sebaiknya Anda memenuhi permintaan kucing
jadi-jadian itu." Nasuada mengerutkan kening. Ia
tahu dari kisah-kisah lama bahwa mengabaikan kucing
jadi-jadian merupakan tindakan paling bodoh dan
sering menyebabkan kehancuran seseorang. Tapi
teman kucing jadi-jadian itu--Angela si tukang
obat--adalah pengguna sihir lain yang tidak terlalu di
Bidadari Pendekar Naga Sakti
percayai Nasuada; wanita itu terlalu mandiri dan tidak
bisa ditebak. "Sihir," katanya, dengan nada seakan
kata itu merupakan kutukan. "Sihir," Jormundur
menyetujui, sekalipun ia menggunakan kata itu dengan
nada terpesona dan takut. "Baiklah, kita kunjungi
anak itu. Apakah ia ada dalam puri?" "Orrin memberi
ia dan perawatnya kamar-kamar di sisi barat benteng."
"Antarkan aku padanya." Setelah menyingsingkan
rok, Nasuada memerintahkan menunda janji temu hari
ini, lalu meninggalkan kamar. Di belakangnya, ia
mendengar Jormundur menjentikkan jemari di saat
mengatur keempat pengawal agar mengambil posisi di
sekitar Nasuada. Sesaat kemudian ia mendampingi
Nasuada, menunjukkan jalan. Panasnya udara di
dalam Puri Borromeo meningkat hingga mereka merasa
seperti terperangkap dalam oven roti raksasa. Udara
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berpendar bagai kaca cair di sepanjang kusen-kusen
jendela. Sekalipun merasa tidak nyaman, Nasuada
tahu ia lebih bisa mentolerir panasnya udara
dibandingkan orang-orang lain karena kulitnya yang
gelap. Mereka yang paling kesulitan dalam uaara
panas adalah pria-pria seperti Jormundur dan para
pengawalnya, yang mengenakan baju besi sepanjang
hari, bahkan sewaktu mereka ditugaskan di tempat
terbuka tanpa pelindung dari matahari. Nasuada terus
mengawasi kelima pria itu sementara keringat
merigucur di kulit mereka yang terbuka dan napas
mereka semakin tersengal-sengal. Sejak tiba di
Aberon, sejumlah anggota kaum Varden pingsan akibat
sengatan panas--dua di antaranya meninggal satu atau
dua jam kemudian--dan Nasuada tidak berniat
kehilangan lebih banyak anak buahnya dengan
memaksa mereka melampaui batas fisik mereka.
Sewaktu merasa mereka perlu beristirahat, ia
memerintahkan mereka berhenti--tanpa memedulikan
keberatan mereka--dan minum air yang dibawa
pelayan. "Aku tidak bisa membiarkan kalian
berjatuhan begitu saja." Mereka harus berhenti dua
kali lagi sebelum tiba di tempat tujuan, pintu biasa
dalam ceruk di dinding dalam lorong. Lantai di
sekitarnya dipenuhi hadiah. Jormundur mengetuk, dan
suara yang gemetar dari dalam bertanya, "Siapa itu?"
" Lady Nasuada, datang untuk menemui anak itu," kata
Jormundur. "Apakah kalian tulus dan bertekad bulat?"
Kali ini Nasuada yang menjawab, "Hatiku tulus dan
tekadku sekeras besi." "Silakan masuk, kalau begitu,
dan selamat datang." Pintu terbuka ke ruang tamu
yang diterangi satu lentera merah kurcaci. Tidak ada
orang di pintu. Setelah masuk, Nasuada melihat
dinding dan langit-langitnya tertutup berlapis-lapis
kain gelap, menyebabkan tempat itu terasa seperti
gua atau liang. Yang mengejutkannya, udara di sana
cukup sejuk, hampir dingin, seperti malam musim
gugur. Ketakutan menghunjamkan cakarnya yang
beracun ke perut Nasuada. Sihir. Sehelai tirai jala
hitam menghalangi jalannya. Setelah meyibakkannya,
ia ternyata berada di tempat yang dulunya merupakan
ruang duduk. Perabotannya telah disingkirkan, kecuali
sebaris kursi yang menempel ke dinding. Sekelompok
lentera redup kurcaci tergantung pada cekungan di
kain yang meles, di atas kepala, menebarkan
bayang-bayang berbagai warna ke segala arah.
Pelayan bungkuk mengawasinya dari keremangan salah
satu sudut ruangan, diapit Angela si tukang obat dan
kucing jadi-jadian, yang berdiri dengan bulu tegak. Di
tengah ruangan berlutut seorang gadis pucat. Nasuada
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memperkirakan usianya tiga atau empat tahun. Gadis
itu menjumput makanan di piring di pangkuannya.
Tidak ada yang bicara. Dengan bingung Nasuada
bertanya, "Mana bayinya?" Gadis itu menengadah.
Nasuada tersentak saat melihat tanda naga yang
terang di atas alis anak itu dan ia menatap tajam
matanya yang ungu. Gadis itu tersenyum sok tahu dan
mengerikan. "Namaku Elva." Nasuada mundur tanpa
sadar, mencengkeram pisau yang terikat di lengan
kirinya. Suara gadis itu suara orang dewasa dan
penuh dengan pengalaman dan kesinisan orang
dewasa. Keluar dari mulut anak kecil, suara itu
terdengar sangat menakutkan. "Jangan lari," kata
Elva. "Aku temanmu." Ia menyingkirkar piringnya;
piring itu kosong sekarang. Pada si pelayan, ia
berkata, "Makanan lagi." Wanita tua itu bergegas
keluar kamar. Lalu Bidadari Pendekar Naga Sakti
Elva menepuk lantai di sampingnya. "Silakan duduk.
Aku sudah menunggumu sejak aku belajar bicara."
Sambil tetap mencengkeram pisau, Nasuada duduk.
"Kapan itu?" "Minggu lalu." Elva melipat tangan di
pangkuannya. Dia menatap Nasuada lurus di mata,
menguncinya di tempat dengan kekuatan tatapannya
yang tidak wajar. Nasuada merasa seperti ada tombak
ungu yang menembus tengkoraknya berputar-putar
dalam benaknya, mencabik pikiran dan kenangannya.
Ia menekan keinginan untuk menjerit. Sambil
mencondongkan tubuh ke depan, Elva mengulurkan
tangan dan memegang pipi Nasuada dengan tangannya
yang lembut. "Kau tahu, Ajihad tidak bisa memimpin
kaum Varden lebih baik daripada dirimu. Kau sudah
memilih jalan yang benar. Namamu akan dipuji hingga
berabad-abad karena memiliki keberanian dan
pandangan jauh ke depan untuk memudahkan kaum
Varden ke Surda dan menyerang Kekaisaran sementara
semua orang lain menganggap tindakan itu sinting."
Nasuada ternganga memandang gadis itu, tertegun.
Seperti anak kunci yang tepat pada lubangnya,
kata-kata Elva tepat mengenai ketakutan utama
Nasuada, keraguan yang menyebabkan ia terjaga di
malam hari, bercucuran keringat dalam gelap. Emosi
tak tertahan bergolak dalam dirinya, membangkitkan
kepercayaan diri dan kedamaian yang tidak
dirasakannya sejak sebelum kematian Ajihad. Air mata
kelegaan mengalir deras dari matanya dan bergulir
turun di wajahnya. Rasanya Elva seolah tahu persis
apa yang harus dikatakan untuk menghibumya.
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nasuada membenci gadis itu karenanya.
Kegembiraannya bertarung melawan kebenciannya
karena mengingat bagaimana saat lemah ini
dibangkitkan dan oleh siapa. Ia juga tidak memercayai
motivasi gadis ini. "Kau ini apa?" tanyanya. "Aku
adalah apa yang dibuat Eragon." "Ia memberkati
dirimu." Tatapan mata kuno yang menakutkan itu
sejenak menghilang saat Elva mengerjap. "Ia tidak
memahami tindakannya. Sejak Eragon menyihirku,
setiap kali bertemu seseorang, aku merasakan semua
penderitaan yang menyiksanya dan yang akan
menyiksanya. Sewaktu masih kecil, aku tidak bisa
berbuat apa-apa untuk mengatasinya. Jadi aku
tumbuh." "Kenapa--" "Sihir dalam darahku
memaksaku melindungi orang-orang dari
penderitaan... apa pun akibatnya padaku dan apakah
aku akan membantu atau tidak." Senyumnya berubah
agak pahit. "Aku sangat menderita kalau menolak
dorongan itu." Sementara Nasuada memikirkan
artinya, ia menyadari bahwa sikap Elva yang
meresahkan adalah akibat sampingan penderitaan
yang diterimanya. Nasuada bergidik membayangkan
apa yang sudah dialami gadis ini. Ia pasti
tercabik-cabik dorongan ini dan tidak mampu
bertindak untuk mengatasinya. Bertentangan dengan
keinginannya sendiri, ia mulai merasakan simpati
pada Elva. "Kenapa kau memberitahukan hal ini
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
padaku?" "Kupikir sebaiknya kau tahu siapa dan apa
diriku" Eva diam sejenak, dan api di matanya
menguat. "Dan bahwa aku akan berjuang demi dirimu
sebisa mungkin. Gunakan diriku seperti kau
menggunakan pembunuh bayaran--diam-diam, dalam
gelap, dan tanpa ampun." Ia tertawa melengking
menggetarkan. "Kau heran kenapa; aku bisa
melihatnya. Karena kalau perang ini tidak berakhir,
dan lebih cepat lebih baik, aku akan sinting
karenanya. Aku sudah cukup sulit mengatasi
penderitaan kehidupan sehari-hari tanpa harus
menghadapi kekacauan pertempuran. Gunakan diriku
untuk mengakhirinya dan akan kupastikan hidupmu
sebahagia manusia mana pun yang mendapat
keistimewaan mengalaminya." Pada saat itu, si
pelayan bergegas masuk ke kamar, membungkuk pada
Elva, dan memberikan sepiring makanan padanya.
Nasuada merasakan kelegaan fisik saat Elva
menunduk dan melahap kaki domba, menjejalkan
daging ke mulut dengan dua tangan. Ia makan dengan
nafsu serigala kelaparan, tanpa sopan santun sedikit
pun. Karena matanya yang ungu dan tanda naganya
tersembunyi di balik rambut hitamnya, ia sekali lagi
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tampak tidak lebih dari anak yang masih polos.
Nasuada menunggu hingga jelas bahwa Elva telah
mengatakan semua yang ingin dikatakannya.
Lalu--dengan isyarat dari Angela--ia menemani ahli
tanaman obat itu masuk ke pintu samping,
meninggalkan gadis pucat tersebut duduk seorang diri
d Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
i tengah kamar yang gelap dan tertutup kain seperti
janin menakutkan dalam rahim, menunggu saat yang
tepat untuk muncul. Angela memastikan pintu telah
tertutup sebelum berbisik, "Ia makan terus. Kami tidak
bisa memuaskan nafsu makannya, dengan ransum yang
sekarang. Kau bisa--" "Ia akan diberi makan. Kau
tidak perlu khawatir." Nasuada menggosok-gosok
lengan, berusaha menghilangkan kenangan akan mata
yang menakutkan itu... "Terima kasih." Apakah
kejadian ini pernah menimpa orang lain?" Angela
menggeleng hingga rambut keritingnya memantul pada
bahunya. "Tidak sepanjang sejarah sihir. Sudah
kucoba mengucilkan masa depannya, tapi sia-sia,
karena hidupnya berinteraksi dengan hidup begitu
banyak orang." "Apakah ia berbahaya?" "Kita semua
berbahaya." "Kau tahu maksudku." Angela
mengangkat bahu. "Ia lebih berbahaya daripada
beberapa orang dan tidak seberbahaya beberapa orang
lainnya. Tapi yang paling mungkin dibunuhnya adalah
Bourne Supremacy 8 Pendekar Naga Putih 45 Pengemban Dosa Turunan Rahasia Makam Mahesa 1
--gunakan ini. Ini dibuat di Vroengard dan diberi
banyak mantra hingga tidak akan pernah
mengecewakanmu di saat kau butuhkannya." Eragon
terhuyung akibat beratnya pelana itu saat
menerimanya dari tangan Oromis. Bentuk pelana itu
kurang-lebih sama dengan buatan Brom, dengan
sederetan gesper--yang dimaksudkan untuk
memantapkan kakinya--menjuntai di kedua sisinya.
Kursinya yang dalam diukir dari kulit sebegitu rupa
hingga ia bisa terbang berjam-jam dengan mudah,
duduk tegak atau berbaring rata di leher Saphira.
Selain itu, tali-temali yang meliliti dada Saphira
dilengkapi beberapa simpul dan sambungan hingga
bisa diperpanjang saat naga itu tumbuh semakin
besar. Serangkaian ikatan lebar di kedua sisi kepala
pelana menarik perhatian Eragon. Ia menanyakan
manfaatnya. Glaedr menggeram, Itu untuk
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memantapkan pergelangan dan lenganmu agar kau
tidak tewas seperti tikus yang terguncang-guncang
sampai mati sewaktu Saphira melakukan
manuver-manuver rumit. Oromis membantu Saphira
melepas pelananya. "Saphira, kau akan pergi bersama
Glaedr hari ini, dan aku akan bekerja dengan Eragon
di sini." Terserah Anda, kata Saphira, dan
menggeram gembira. Setelah mengangkat tubuhnya
yang keemasan dari tanah, Glaedr membubung ke
utara, diikuti Saphira d Bidadari Pendekar Naga Sakti
engan rapat. Oromis tidak memberi Eragon waktu
yang lama untuk memikirkan kepergian Saphira; elf itu
mengajaknya ke sepetak tanah Yang dipadatkan di
bawah pohon dedalu di seberang lapangan. Sambil
berdiri di hadapannya di petak itu, Oromis berkata,
Yang akan kutunjukkan padamu disebut Rimgar, atau
Tarian Uar dan Bangau. Ini serangkaian gerakan yang
kami kembangkan Untuk mempersiapkan pejuang kami
bertempur, sekali pun semua elf sekarang
menggunakannya untuk menjaga kesehatan dan
kebugaran. Rimgar terdiri atas empat tingkat,
masing-masing lebih sulit daripada sebelumnya. Kita
mulai dengan yang pertama." Kengerian pada siksaan
yang akan dialaminya menggentarkan Eragon hingga ia
nyaris tidak bisa bergerak. Ia mengepalkan tangan
dan membungkukkan bahu, bekas lukanya menarik
kulit punggunggnya saat ia menatap tanah di sela
kakinya. "Tenang," kata Oromis. Eragon membuka
tangan dengan gerakan menyentak dan membiarkannya
terkulai di ujung lengannya yang kaku. "Santailah,
Eragon. Kau tidak bisa melakukan Rimgar kalau kau
sekaku kulit yang belum disamak." "Ya, Master."
Eragon meringis dan dengan enggan mengendurkan
otot-otot dan persendiannya, sekalipun perutnya
masih terasa tegang. "Satukan kakimu dan tempelkan
lengan di sisi tubuh Pandang lurus ke depan.
Sekarang tarik napas dalam dan angkat lenganmu
melewati kepala hingga telapakmu bertemu... Ya,
seperti itu. Embuskan napas dan membungkuklah
sedalam mungkin, tempelkan telapakmu ke tanah, tarik
napas lagi & dan tegakkan tubuh dengan cepat. Bagus.
Tarik napas dan lengkungkan punggungmu ke
belakang, pandang langit... dan embuskan napas,
angkat pinggulmu hingga kau membentuk segitiga.
Tarik napas melalui belakang tenggorokan.., dan
embuskan. Tarik... dan embuskan. Tarik...." Yang
sangat melegakan Eragon, posisi itu ternyata cukup
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mudah dilakukan tanpa memicu sakit di punggungnya,
tapi cukup menantang hingga keringat mulai mengucur
di dahinya dan ia terengah-engah. Ia tersenyum
gembira karena pikirannya. Kewaspadaannya menguap
dan ia melakukan postur-postur berikutnya--sebagian
besar jauh melebihi keluwesannya--dengan lebih
bertenaga dan yakin daripada yang dirasakannya
sebelum pertempuran di Farthen Dur. Mungkin aku
sudah sembuh! Oromis melakukan Rimgar
bersamanya, menampilkan tingkat kekuatan dan
keluwesan yang menyebabkan Eragon tertegun,
terutama bagi orang setua elf itu. Elf tersebut bisa
menyentuh jemari kakinya dengan kening. Selama
latihan, Oromis tetap sangat rileks, seakan kegiatan
itu tidak lebih daripada berjalal-jalan di taman.
Instruksinya lebih tenang dan sabar daripada Brom,
namun amat menuntut. Eragon tidak dibiarkan
menyimpang sama sekali. "Kita bersihkan keringat
dari tubuh kita," kata Oromis sesudah mereka selesai.
Setelah berjalan ke sungai di dekat rumah, mereka
bergegas menanggalkan pakaian. Eragon diam-diam
mencuri pandang ke elf itu, ingin tahu bagaimana
penampilannya tanpa pakaian. Oromis sangat kurus,
tapi otot-ototnya terbentuk sempurna, terukir di bawan
kulitnya dengan garis-garis keras bagai urat kayu.
Tidak ada bulu di dada maupun kakinya, bahkan di
sekitar pangkal pahanya juga. Eragon nyaris
menganggap aneh tubuhnya, dibandingkan tubuh
orang-orang yang pernah dilihatnya di
Carvahall--sekalipun tubuh Oromis memancarkan
keanggunan tertentu, seperti tubuh kucing liar.
Sesudah mandi, Oromis mengajak Eragon masuk jauh
ke Du Weldenvarden, ke lubang di mana pepohonan
gelap miring ke dalam, menutupi langit di belakang
cabang-cabang dan tirai-tirai tanaman merambat yang
saling menjalin. Kaki-kaki mereka terbenam ke dalam
lumut hingga hampir melewati mata kaki. Segala
sesuatu di sekeliling mereka sunyi. Setelah menunjuk
tunggul putih bepermukaan rata dan licin, berdiameter
tiga yard, yang ada di tengah lubang, Oromis berkata,
"Duduklah di sini." Eragon mematuhinya. "Silangkan
kakimu dan pejamkan mata." Dunia berubah gelap di
sekelilingnya. Dari sebelah kanannya, Eragon
mendengar Oromis berbisik, "Buka pikiranmu, Eragon.
Buka pikiranmu dan dengarkan dunia di sekitarmu,
dengarkan pikiran-pikiran setiap makhluk di rawa ini,
dari semut di pohon hingga cac
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ing di tanah. Dengarkan hingga kau bisa mendengar
semuanya dan memahami tujuan serta sifat mereka.
Dengarkan, dan sesudah kau tidak mendengar apa-apa
lagi, temui aku dan ceritakan apa Yang kaupelajari."
Lalu hutan berubah sunyi. Tidak yakin Oromis telah
pergi, Eragon dengan hati-hati menurunkan
penghalang di benaknya dan menjangkau dengan
kesadarannya, seperti yang dilakukannya sewaktu
berusaha menghubungi Saphira dari jarak jauh.
Awalnya hanya kehampaan yang mengelilingi dirinya,
tapi lalu bintik-bintik cahaya dan kehangatan mulai
muncul dalam kegelapan, semakin kuat hingga ia
duduk di tengah galaksi konstelasi-konstelasi yang
berputar-putar setiap titik terang mewakili sebuah
kehidupan. Setiap kali ia mengadakan kontak dengan
makhluk lain dalam benaknya, seperti Cadoc,
Snowfire, atau Solembum, fokusnya selalu pada yang
ingin diajaknya berkomunikasi. Tapi ini... ini seolah
ia berdiri tuli di tengah keramaian dan sekarang ia
bisa mendengar aliran percakapan berputar di
sekelilingnya. Ia tiba-tiba merasa rapuh; ia terbuka
sepenuhnya pada dunia. Siapa pun atau apa pun yang
mungkin ingin melompat masuk ke benaknya dan
mengendalikan dirinya sekarang bisa berbuat begitu.
Ia menegang tanpa sadar, menarik diri kembali, dan
kesadarannya akan lubang tempatnya berada
menghilang. Teringat salah satu pelajaran Oromis,
Eragon melambatkan napasnya dan memonitor
aktivitas paru-parunya hingga ia cukup santai untuk
membukakan kembali benaknya. Dari semua
kehidupan yang bisa dirasakannya, yang paling bisa
dirasakannya adalah serangga. Jumlahnya saja sudah
menyebabkan ia tertegun. Puluhan ribu serangga
menghuni lumut seluas satu kaki persegi, berjuta-juta
di bagian lain lubang, dan tidak terhitung jumlahnya
di luar itu. Banyaknya jumlah mereka sebenarnya
menimbulkan ketakutan Eragon. Sejak dulu ia tahu
jumlah manusia sedikit dan terpencar di Alagaesia,
tapi ia tidak pernah membayangkan jumlah mereka
kalah begitu jauh bahkan dari kumbang. Karena semut
salah satu dari sedikit serangga yang dikenalinya,
dan Oromis pernah menyebutnya, Eragon memusatkan
perhatian pada sederetan semut merah yang berbaris
menyeberangi tanah dan memanjat tangkai rumpun
mawar liar. Yang dipelajarinya dari mereka bukanlah
pikiran--otak mereka terlalu primitif--tapi dorongan
naluri: dorongan menemukan makanan dan
menghindari luka, dorongan mempertahankan wilayah,
dorongan berpasangan. Dengan memeriksa naluri
semut-semut itu, ia mulai bisa memahami tingkah laku
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka. Ia terpesona ketika mendapati
bahwa--kecuali beberapa semut individual yang
menjelajah hingga keluar perbatasan wilayah
mereka--semut-semut itu tahu persis ke mana tujuan
mereka. Ia tidak mampu menentukan mekanisme yang
membimbing mereka, tapi mereka mengikuti jalan yang
telah ditetapkan dengan jelas dari sarang ke makanan
dan kembali. Sumber makanan mereka merupakan
kejutan lain. Sebagaimana dugaannya, semut-semut
membunuh dan memburu serangga-serangga lain, tapi
sebagian besar usaha mereka diarahkan pada
pengembangan... sesuatu yang membuat rumpun
mawar berbintik-bintik. Apa pun makhluk hidup itu, ia
tidak cukup besar sehingga Eragon tak bisa
merasakan kehadirannya. Ia memusatkan seluruh
kekuatan dalam usahanya mengenali makhluk itu dan
memuaskan rasa ingin tahunya. Jawabannya begitu
sederhana hingga ia terbahak-bahak sewaktu
memahaminya: kutu. Semut-semut itu bertindak
sebagai penggembala kutu, mengarahkan dan
melindungi mereka, juga memperoleh makanan dengan
memijat-mijat perut kutu itu menggunakan antena.
Eragon nyaris tidak bisa memercayainya, tapi semakin
lama mengawasi, ia semakin yakin pendapatnya benar.
Ia melacak semut-semut itu ke bawah tanah, ke dalam
jaringan liang mereka yang rumit dan mempelajari
bagaimana mereka merawat anggota tertentu spesies
mereka yang beberapa kali lipat lebih besar daripada
semut normal. Tapi, ia tidak mampu menentukan guna
serangga itu; ia hanya bisa melihat para pelayan yang
mengerumuni semut yang lebih besar, memutarnya,
dan memunguti bintik-bintik yang dihasilkan semut
besar itu secara teratur. Sesudah beberapa waktu,
Eragon memutuskan ia telah menda
Bidadari Pendekar Naga Sakti
patkan semua informasi yang bisa didapatnya dari
semut-semut--kecuali ia bersedia duduk di sana
sepanjang sisa hari itu--dan hendak kembali ke
tubuhnya sewaktu ada bajing yang melompat datang.
Penampilan bajing itu seperti sambaran cahaya
baginya, karena Eragon begitu terpaku pada serangga.
Dalam keadaan tertegun, ia segera dilanda sensasi
dan perasaan dari bajing itu. Ia mengendus hutan
dengan hidung bajing, merasakan kulit pohon di bawah
cakarnya yang melengkung dan udara mendesir di
sekeliling ekornya yang mencuat. Dibandingkan semut,
si bajing bagai membara dengan energi dan memiliki
kecerdasan yang tidak perlu diragukan lagi. Lalu
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bajing itu melompat ke cabang lain dan menghilang
dari kesadarannya. Hutan terasa lebih gelap dan
lebih sunyi daripada sebelumnya sewaktu Eragon
membuka mata. Ia menghela napas dalam dan
memandang sekitarnya, untuk pertama kali menyadari
betapa banyak kehidupan yang ada di dunia ini.
Setelah meluruskan kakinya yang kesemutan, ia
berjalan ke rumpun mawar. Ia membungkuk dan
memeriksa cabang-cabang serta ranting-rantingnya.
Dan tampaklah kutu-kutu dan para penjaga merah yang
menempel pada mereka. Dan di dekat dasar tanaman
terdapat gundukan daun jarum pinus yang menandai
pintu masuk liang semut. Aneh rasanya melihatnya
dengan mata sendiri; tidak ada yang menunjukkan
banyaknya jumlah dan interaksi tak kentara yang
sekarang disadari Eragon. Tenggelam dalam pikiran,
Eragon kembali ke lapangan, bertanya-tanya apa yang
mungkin diinjaknya seiring setiap langkahnya.
Sewaktu muncul dari bawah perlindungan pepohonan,
ia terkejut melihat betapa rendahnya matahari di
langit. Aku pasti sudah duduk di sana setidaknya tiga
jam. Ia mendapati Oromis dalam gubuknya, menulis
dengan pena bulu angsa. Elf itu menyelesaikan
kalimatnya, lalu mengusap ujung pena bulu hingga
bersih, menutup tintanya, dan bertanya, "Apa yang
kaudengar, Eragon?" Eragon bersemangat
menceritakannya. Saat menjabarkan pengalamannya,
ia mendengar suaranya sendiri semakin keras karena
antusias mengenai rincian masyarakat semut. Ia
menceritakan segala sesuatu yang bisa diingatnya,
hingga pengamatan yang paling kecil dan sepele,
bangga akan informasi yang dikumpulkannya.
Sesudah ia selesai, Oromis mengangkat satu alis.
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hanya itu?" "Aku...." Kekecewaan menguasai Eragon
saat ia memahami bahwa entah bagaimana dirinya
telah melewatkan inti latihan. "Ya, Ebrithil."
"Bagaimana dengan organisme lain di tanah dan
udara" Kau bisa menceritakan padaku apa yang
mereka lakukan Sementara semut-semutmu menjaga
ternak mereka?" "Tidak, Ebrithil." "Di sana letak
kesalahanmu. Kau harus sama menyadari segala
sesuatu dan tidak memusatkan perhatian hanya pada
objek tertentu. Ini pelajaran inti, dan sebelum kau
menguasainya, kau akan bermeditasi di tunggul itu
selama satu jam setiap hari." "Bagaimana aku tahu
aku sudah menguasainya" "Kalau kau bisa mengawasi
salah satu dan tahu semuanya." Oromis memanggil
Eragon agar mendekat ke meja, lalu meletakkan
sehelai kertas baru di depannya, bersama pena bulu
dan sebotol tinta. "Sejauh ini kau berhasil bertahan
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan pengetahuan bahasa kuno yang tidak lengkap.
Memang tidak ada di antara kami yang tahu semua
kata dalam bahasa itu. Tapi kau harus menguasai
tata bahasa dan strukturnya agar tidak membunuh
dirimu sendiri dengan meletakkan kata kerja di tempat
yang salah atau kesalahan lain seperti itu. Aku tidak
berharap kau bisa menggunakan bahasa kami seperti
elf--itu membutuhkan waktu seumur hidup--tapi
kuharap kau menguasainya hingga bawah sadar. Yaitu,
kau harus bisa menggunakannya tanpa berpikir.
Sebagai tambahan, kau harus belajar menulis dan
membaca bahasa kuno. Bukan saja hal ini akan
membantumu menghafalkan kata-katanya, tapi ini
keahlian utama kalau kau harus menyusun mantra
yang panjang dan kau tidak memercayai ingatanmu,
atau kalau kau mendapati mantra seperti itu tercatat
entah di mana dan ingin menggunakannya. "Setiap
ras mengembangkan sistem penulisan bahasa kunonya
sendiri. Para kurcaci menggunakan abjad runic
mereka, juga manusia. Tapi itu teknik darurat, dan
tidak mampu mengekspresikan nuansa
Bidadari Pendekar Naga Sakti
sejati bahasa ini sebagus Liduen Kvaedhi, Naskah
Puitis, kami. Liduen Kvaedhi dirancang untuk
seanggun, seindah, dan setepat mungkin. Bahasa itu
terdiri atas empat puluh dua bentuk berbeda yang
mewakili berbagai bunyi. Bentuk-bentuk ini bisa
dikombinasikan dalam rangkaian garis tanpa batas
yang mewakili baik kata-kata individual maupun
seluruh kalimat. Simbol di cincinmu adalah salah satu
contohnya. Simbol di Zar'roc merupakan contoh lain...
Mari kita mulai: Apa bunyi-bunyi vokal dasar bahasa
kuno?" "Apa?" Ketidaktahuan Eragon mengenai dasar
bahasa kuno dengan cepat ketahuan. Sewaktu ia
menempuh perjalanan bersama pendongeng tua itu
memusatkan perhatian hanya agar Eragon
menghafalkan daftar kata yang mungkin diperlukannya
untuk bertahan hidup, juga menyempurnakan
pengucapannya. Di kedua bidang itu, ia berhasil
dengan baik, tapi ia tidak bisa menjelaskan perbedaan
kata sandang tertentu dan tidak tentu. Kalau celah
dalam pendidikannya ini menyebabkan Oromis merasa
frustrasi, elf itu tidak menunjukkannya melalui
kata-kata atau tindakan, tapi bersusah payah dengan
tekun untuk memperbaikinya Pada tahap tertentu
selama pelajaran, Eagon berkometar "Aku tidak pernah
menyusun begitu banyak kata dalam mantraku; kata
Brom karena bakatlah aku bisa berbuat begitu banyak
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hanya dengan brisingr. Kupikir kata-kata terpanjang
dalam bahasa kuno yang pernah kugunakan adalah
sewaktu aku berbicara dengan Arya melalui benaknya
dan sewaktu aku memberkati anak yatim di Farthen
Dur." "Kau pernah memberkati anak dengan bahasa
kuno?" tanya Oromis, tiba-tiba waspada. "Kau ingat
bagaimana susunan kata-kata berkat itu?" "Aye. "
"Tolong ulangi." Eragon mematuhinya, dan kengerian
hebat menguasai Oromis. Ia berseru, "Kau
menggunakan kata skolir! Kau yakin" Bukan skoliro?"
Eragon mengerutkan kening. "Tidak, skolir. Kenapa
aku tidak boleh menggunakannya" Skolir berarti
dilindungi. '...dan kiranya kau dilindungi dari nasib
buruk.' Itu berkat yang bagus." "Itu bukan berkat,
tapi kutukan." Belum pernah Eragon melihat Oromis
sejengkel sekarang. "Akhiranya menjadikan bentuk
lampau kata kerja yang berakhiran r dan i. Skoliro
berarti dilindungi, tapi skolir berarti pelindung. Yang
kaukatakan adalah 'Semoga keberuntungan dan
kebahagiaan mengikutimu dan kiranya kau menjadi
pelindung dari nasib buruk.' Bukannya melindungi
anak ini dari nasib sial, kau mengutuknya sebagai
korban bagi orang lain, untuk menyerap penderitaan
mereka agar mereka bisa hidup damai." Tidak, tidak!
Tidak mungkin! Eragon tersentak memikirkan
kemungkinan itu. "Pengaruh mantra bukan saja
ditentukan susunan katanya, tapi juga oleh niat, dan
aku tidak berniat menyakiti --" "Kau tidak bisa
melawan sifat intrinsik kata. Merekayasanya.
Membimbingnya, ya. Tapi tidak bisa menentang
definisinya untuk menyatakan sebaliknya." Oromis
menekankan jemarinya satu sama lain dan menatap
meja, bibirnya menipis segaris putih. "Aku percaya
kau tidak berniat buruk, kalau tidak aku pasti menolak
mengajarimu lebih jauh. Jika jujur dan hatimu murni,
berkat ini akan menimbulkan keburukan yang lebih
ringan daripada yang kutakuti, walaupun menjadi inti
penderitaan yang lebih besar daripada yang bisa kita
harapkan." Eragon gemetar hebat saat menyadari apa
yang telah dilakukanya terhadap kehidupan anak itu.
"Mungkin aku tidak bisa membatalkan kesalahanku,"
katanya, "tapi mungkin aku bisa menguranginya;
Saphira menandai alis gadis itu, seperti ia menandai
telapak tanganku dengan gedwey ignasia." Untuk
pertama kali seumur hidupnya, Eragon melihat elf
tertegun. Mata kelabu Oromis membelalak, mulutnya
ternganga, dar, ia mencengkeram lengan kursi hingga
kayunya berderit memprotes. "Menyandang lambang
Penunggang, tapi bukan penunggang," gumamnya.
"Sepanjang hidupku, aku belum pernah bertemu orang
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seperti kalian berdua. Setiap keputusan yang kau
ambil tampaknya menimbulkan pengaruh yang jauh
melebihi antisipasi siapa pun. Kau mengubah dunia
sesuka hatimu." "Apakah itu bagus atau buruk?"
"Bukan dua-duanya, hanya begitulah keadaannya. Di
mana bayi itu sekarang?" Eragon membutuhkan waktu
sejenak untuk menenangkan pikir
Bidadari Pendekar Naga Sakti
an. "Bersama kaum Varden, entah di Farthen Dur atau
Surda. Menurut Anda, tanda yang diberikan Saphira
itu apakah akan membantunya?" "Aku tidak tahu,"
kata Oromis. "Belum pernah ada kejadian seperti ini,"
"Pasti ada cara untuk menyingkirkan berkat itu,
menetralkan mantrannya." Eragon nyaris memohon.
Ada. Tapi agar efektif, harus kau sendiri yang
menerapkannya dan kau tidak bisa digantikan di sini.
Dalam situasi terbaik sekalipun, sisa-sisa sihirmu
akan tetap menghantui gadis itu. Begitulah kekuatan
bahasa kuno." Ia diam sejenak. "Kulihat kau sudah
memahami beratnya situasi ini, jadi aku akan
mengatakan ini sekali: kau bertanggung jawab
sepenuhnya atas kehancuran gadis ini, dan, karena
kesalahan yang kaulakukan padanya, kau berkewajiban
membantunya kalau kesempatannya timbul.
Berdasarkan hukum Penunggang, ia merupakan aibmu,
seburuk kalau kau membatalkan pernikahan
dengannya, aib di kalangan manusia, kalau aku tidak
salah ingat." "Aye," bisik Eragon. "Aku mengerti."
Aku mengerti telah memaksa bayi yang tak berdaya
untuk menjalani takdir tertentu tanpa pernah
memberinya pilihan. Bisakah seseorang benar-benar
baik kalau tidak pernah mendapat kesempatan untuk
berlaku jahat" Aku sudah memperbudaknya. Ia juga
tahu jika dirinya diikat seperti itu tanpa seizinnya, ia
akan membenci penawannya dengan segenap jiwa.
"Kalau begitu kita tidak akan membicarakan masalah
ini lebih jauh lagi." "Ya, Ebrithil." Eragon masih
tertegun, bahkan tertekan, di akhir hari itu. Ia nyaris
tidak menengadah sewaktu mereka keluar untuk
menyambut kepulangan Saphira dan Glaedr.
Pepohonan terguncang akibat tiupan angin kencang
yang ditimbulkan kedua naga itu dengan sayap
mereka. Saphira tampak bangga pada dirinya; ia
melengkungkan leher dan melangkah ringan mendekati
Eragon, membuka mulut membentuk cengiran lebar.
Sebutir batu berderak ditimpa berat tubuh Glaedr saat
naga kuno itu memutar matanya--yang sebesar piring
makan--ke arah Eragon dan bertanya, Apa aturan
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ketiga untuk menemukan arus udara turun, dan aturan
kelima untuk meloloskan diri darinya." Tersentak dari
lamunan, Eragon hanya bisa mengerjapkan mata
seperti orang bodoh. "Aku tidak tahu." Lalu Oromis
menghadapi Saphira dan bertanya, "Makhluk apa yang
diternakkan semut, dan bagaimana cara semut
mendapatkan makanan dari mereka?" Aku tidak tahu,
kata Saphira. Ia terdengar marah. Kilau kemarahan
terpancar di mata Oromis dan ia bersedekap,
sekalipun ekspresinya tetap tenang. "Sesudah semua
kalian berdua lakukan bersama, kupikir kalian sudah
mempelajari pelajaran paling dasar menjadi
Shur'tugal: Berbagi segalanya dengan partnermu. Apa
kau bersedia memenggal lengan kananmu" Apa kau
mau terbang dengan satu sayap" Tidak akan pernah.
Kalau begitu, kenapa kalian mengabaikan hubungan
yang mengaitkan kalian" Dengan berbuat begitu,
kalian menolak karunia dan keuntungan terbesar
kalian dari lawan tunggal mana pun. Kalian juga
seharusnya tidak hanya bercakap-cakap dengan benak
kalian terhadap satu sama lain, menyatukan kesadaran
kalian hingga bertindak dan berfikir sebagai satu
kesatuan. Kuharap kalian berdua mengetahui apa yang
diajarkan pada salah satu dari kalian." "Bagaimana
dengan privasi kami?" Eragon memprotes. Privasi"
kata Glaedr. Simpan pikiranmu untuk dirimu sendiri
sewaktu kau pergi dari sini, kalau itu yang
kauinginkan, tapi selama kami mengajari kalian,
kalian tidak memiliki privasi. Eragon memandang
Saphira, merasa lebih buruk daripada sebelumnya.
Saphira menghindari tatapannya, lalu mengentakkan
satu kaki dan menghadapinya. Apa" Mereka benar.
Kita telah bersikap tak acuh. Bukan salahku. Aku
tidak mengatakan sebaliknya. Tapi Saphira telah
menebak pendapat Eragon. Eragon marah atas
perhatian yang ditumpahkan Saphira pada Glaedr dan
bagaimana pengalihan perhatian itu menjauhkan
Saphira dari dirinya. Kita akan bertindak lebih baik,
bukan" Tentu saja! sergah Saphira. Tapi ia menolak
meminta maaf pada Oromis dan Glaedr, menyerahkan
tugas itu pada Eragon. "Kami tidak akan
mengecewakan kalian lagi." Pastikan begitu. Kalian
akan diuji besok mengenai apa yang dipelajari yang
lain." Oro Bidadari Pendekar Naga Sakti
mis menunjukkan benda bulat dari kayu yang ada di
telapak tangannya. "Selama kalian kemutarnya secara
teratur, alat ini akan membangunkan kalian pada
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
waktu yang tepat setiap pagi. Kembalilah kemari
setelah kalian mandi dan makan." Alat itu
mengejutkan beratnya sewaktu Eragon mengambil
ukurannya sebesar buah walnut, diukir dengan
lengkungan-lengkungan dalam di sekeliling tombol
yang bentuknya seperti mawar lumut. Ia mencoba
memutar tombol itu dan terdengar tiga ceklikan saat
tuas tersembunyinya bergerak. "Terima kasih,"
katanya. DI BAWAH POHON MENOA Sesudah Eragon
dan Saphira mengucapkan selamat tinggal, mereka
terbang kembali ke rumah pohon dengan membawa
pelana baru Saphira, menjuntai di sela cakar
depannya. Tanpa mengucapkannya, mereka
perlahan-lahan membuka pikiran dan membiarkan
hubungan mereka melebar dan mendalam, sekalipun
tidak satu pun dari mereka secara sadar menjangkau
yang lain. Gejolak emosi Eragon pasti cukup kuat
hingga Saphira tetap dapat merasakannya, karena ia
bertanya, Apa yang terjadi" Sakit yang
berdenyut-denyut bertambah hebat di belakang mata
Eragon saat Eragon menjelaskan kejahatan besar yang
dilakukannya di Farthen Dur. Saphira sama
terkejutnya seperti dirinya. Eragon berkata, Hadiahmu
mungkin membantu gadis itu, tapi perbuatanku tidak
bisa dimaafkan dan hanya akan menyakiti dirinya.
Kesalahan bukan sepenuhnya padamu. Aku tahu
bahasa kuno sebanyak dirimu, dan aku tidak
menyadari kesalahannya, seperti kau. Sewaktu Eragon
tetap membisu, Saphira menambahkan, setidaknya
punggungmu tidak menimbulkan masalah hari ini.
Bersyukurlah. Eragon mendengus, tidak mau
menyingkirkan kemuramannya. Apa yang kaupelajari di
hari yang cerah ini" Cara mengidentifikasi dan
menghindari pola cuaca yang berbahaya. Saphira diam
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sejenak, tampaknya siap berbagi ingatan dengannya,
tapi Eragon terlalu sibuk mengkhawatirkan
berkatnyayang menyimpang sehingga tidak bertanya
lebih lanjut. Ia juga tidak tahan membayangkan ikatan
seintim itu saat ini. Sewaktu tidak berbicara lebih
jauh, Saphira menarik diri dan membisu muram.
Sekembalinya di kamar tidur mereka, Eragon
mendapati sebaki makanan di dekat pintu kasa,
seperti semalam. Setelah membawa baki itu ke
ranjang--yang telah dirapikan dan diganti seprai
linennya--ia duduk untuk makan, sambil memaki
karena tidak ada daging. Karena tubuhnya sakit
setelah melakukan Rimgar, ia menyandar ke tumpukan
bantal dan hendak menggigit makanan pertamanya
sewaktu terdengar ketukan lembut di pintu kamar.
"Masuk," katanya. Ia menenggak air minum. Eragon
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
nyaris tersedak sewaktu Arya melangkah memasuki
ambang pintu. Arya tidak lagi mengenakan pakaian
kulit seperti biasanya, melainkan tunik hijau lembut
dengan sabuk yang dihiasi batu bulan. Ia juga tidak
lagi mengenakan ikat kepala seperti biasa,
membiarkan rambutnya tergerai di sekeliling wajahnya
dan menutupi bahu. Tapi perubahan terbesarnya bukan
pada pakaiannya, namun pada sikapnya; ketegangan
yang terpancar dari sikapnya sejak Eragon pertama
kali bertemu dengannya telah hilang. Arya akhirnya
tampak santai. Eragon bergegas bangkit, menyadari
Arya juga bertelanjang kaki, "Arya! Kenapa kau
kemari?" Sambil menyentuhkan kedua jarinya di bibir,
Arya berkata, "Apakah kau berencana menghabiskan
malam di dalam?" "Aku--" "Kau sudah tiga hari
berada di Ellesmera, tapi belum melihat kota kami
sedikit pun. Aku tahu kau sejak dulu ingin
menjelajahinya. Sisihkan kelelahanmu sekali ini dan
temani aku." Sambil meluncur mendekati Eragon, ia
mengambil Zar'roc yang tergeletak di samping Eragon
dan memberi isyarat agar Eragon mengikutinya.
Eragon beranjak dari ranjang dan mengikutinya ke
ruang di mana mereka turun melalui pintu di lantai
dan menuruni tangga yang meliliti batang pohon. Di
atas kepala, awan yang semakin banyak berpendar
ditimpa cahaya terakhir matahari sebelum padam di
balik tepi dunia. Sepotong kulit kayu menimpa kepala
Eragon dan ia menengadah, melihat Saphira
mencondongkan tubuh keluar dari kamar tidur mereka,
mencengkeram kayu dengan cakarnya. Tanpa
membuka sayap, Saphira melompat ke udara dan jatuh
sekitar seratus kaki ke tanah,
Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendarat dalam kepulan debu tebal. Aku ikut. "Tentu
saja," kata Arya, seakan tidak mengharapkan kurang
dari itu. Eragon merengut; tadinya ia ingin berdua
saja dengan Arya, tapi ia tahu ia tidak bisa mengeluh.
Mereka berjalan di bawah pepohonan, tempat senja
menjulurkan tangan-tangannya dari dalam
batang-batang pohon yang berlubang, ceruk-ceruk
gelap dalam bongkahan batu, dan sisi bawah
cabang-cabang pohon. Di sana-sini, lentera bagai
batu permata berkelap-kelip di sisi sebatang pohon
atau di ujung cabang, menebarkan cahaya lembut ke
kedua sisi jalan. Para elf melakukan berbagai tugas
di dalam dan di sekitar cahaya lentera, masing-masing
seorang diri kecuali beberapa pasangan yang jarang
kelihatan. Beberapa elf duduk tinggi di pepohonan,
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memainkan nada-nada indah pada tongkat buluhnya,
sementara yang lain menatap langit dengan ekspresi
damai--tidak terjaga maupun tidur. Satu elf duduk
bersila di depan roda tembikar yang berputar-putar
berirama sementara guci yang rumit terbentuk di
tangannya. Si kucing jadi-jadian, Maud, berjongkok di
samping elf itu dalam keremangan, memandangi
kegiatannya. Matanya menyala keperakan saat
memandang Eragon dan Saphira. Elf itu mengikuti
tatapannya dan mengangguk kepada mereka tanpa
menghentikan pekerjaannya. Dari balik pepohonan,
sekilas Eragon melihat elf--entah pria atau wanita, ia
tidak tahu--berjongkok di batu di tengah sungai,
menggumamkan mantra pada bola gelas yang ada di
tangannya. Eragon memutar kepala agar bisa melihat
tanpa terhalang, tapi pemandangan itu menghilang
dalam kegelapan. "Apa," tanya Eragon, menjaga
suaranya tetap pelan agar tidak mengganggu siapa
pun, "yang dilakukan sebagian elf sebagai mata
pencaharian?" Arya menjawab sama pelannya.
"Kekuatan sihir memberi kami banyak waktu luang.
Kami tidak berburu atau bertani dan, akibatnya, kami
menghabiskan hari-hari kami menguasai apa pun yang
kami minati, apa pun itu. Sangat sedikit yang
membuat kami harus berusaha keras." Melalui
terowongan dogwood yang dipenuhi tanaman rambat,
mereka memasuki atrium tertutup sebuah rumah yang
tumbur dari lingkaran pepohonan. Gubuk tak
berdinding menempati bagian tengah atrium, yang
melindungi tungku dan berbagai peralatan yang
Eragon tahu pasti sangat diinginkan Horst. Seorang
wanita elf memegang tang kecil di tengah kumpulan
bara, menggerakkan peniup dengan tangan kanan.
Dengan kecepatan menakutkan, ia menarik tang dari
api--menampilkan cincin baja yang memutih karena
panas, terjepit di rahang tang, mengaitkan cincin ke
tepi jala baja yang belum selesai dan dilampirkan
pada landasan, menyambar martil, dan menghantam
sambungan cincin hingga menutup diiringi semburan
bunga api. Baru sesudah itu Arya mendekat. "Atra
esterni ono thelduin. " Elf itu memandang mereka,
leher dan pipinya diterangi dari bawah oleh cahaya
bara yang kemerahan. Seperti kawat-kawat kencang
yang tertanam di kulitnya, wajahnya dihiasi
kerut-kerut berpola rumit--tanda umur terhebat yang
pernah dilihat Eragon pada seorang elf. Elf itu tidak
menjawab Arya, Eragon tahu itu tindakan yang
menyinggung perasaan dan tidak sopan, terutama
karena putri Ratu menghormatinya dengan berbicara
terlebih dulu. "Rhunon-elda, kubawakan Penunggang
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terbaru padamu, Eragon Shadeslayer." "Kudengar kau
tewas," kata Rhunon pada Arya. Suara Rhunon serak,
tidak seperti elf lain. Suaranya mengingatkan Eragon
pada pria-pria tua di Carvahall yang duduk di serambi
rumah mereka, mengisap pipa dan bercerita. Arya
tersenyum. "Kapan kau terakhir kali meninggalkan
rumah, Rhunon?" "Kau seharusnya tahu. Perayaan
Tengah Musim Panas sewaktu kau memaksaku hadir."
"Itu tiga tahun yang lalu." "Sungguh?" Rhunon
mengerutkan kening sambil merapikan dan
menutupinya dengan tutup berkisi-kisi. "Well,
memangnya kenapa" Menurutku kehadiran orang lain
hanya mengganggu. Celoteh tanpa arti yang...." Ia
memelototi Arya. "Kenapa kita menggunakan bahasa
busuk ini" Kurasa kau mau aku membuatkan pedang
untuknya" Kau tahu aku bersumpah tidak akan
menciptakan alat kematian lagi seserupa apa yang
dilakukan Penunggang pengkhianat itu dengan
pedangku." "Eragon sudah
Bidadari Pendekar Naga Sakti
memiliki pedang," kata Arya. Ia mengangkat lengan
dan memberikan Zar'roc pada tukang besi itu. Rhunon
mengambil Zar'roc dengan ekspresi keheranan, Ia
mengelus mata pedang yang merah anggur, agak lama
di simbol hitam yang terukir di sana, menggosok
sedikit tanah yang mengotori tangkainya, lalu
melilitkan jemari di tangkai pedang dan mencabut
pedang dengan kewenangan pejuang, Ia mengamati
mata Zar'roc dengan teliti dan melekuk bilahnya
dengan dua tangan hingga Eragon takut pedangnya
akan patah. Lalu, dengan satu gerakan, Rhunon
mengayunkan Zar'roc melewati kepalanya dan
membelah tang di landasan, memutus alat itu menjadi
dua diiringi suara berdentang. "Zar'roc," kata
Rhunon. "Aku ingat dirimu." Ia memeluk senjata itu
seperti ibu memeluk anak pertamanya. "Sesempuma
hari kau selesai." Setelah berbalik, ia menengadah
memandang cabang-cabang yang saling melilit sambil
mengelus lengkungan ujung tangkai pedang. "Seluruh
hidupku kuhabiskan memalu pedang-pedang ini dari
bijih besi. Lalu ia datang dan menghancurkan mereka.
Usaha berabad-abad dimusnahkan dalam sekejap.
Sepanjang pengetahuanku, hanya empat contoh karya
seniku yang masih ada. Pedangnya, pedang Oromis,
dan dua lainnya dijaga keluarga-keluarga yang
berhasil menyelamatkan keduanya dari Wyrdfell."
Wyrdfell" Eragon memberanikan diri bertanya pada
Arya melalui benaknya. Nama lain untuk kaum
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Terkutuk. Rhunon berpaling kepada Eragon.
"Sekarang Zar'roc kembali padaku. Di antara semua
ciptaanku, ini yang paling tidak kuduga akan
kupegang lagi, kecuali pedangnya. Bagaimana kau
bisa memiliki pedang Morzan?" "Brom yang
memberikannya padaku." "Brom?" Rhunon mengangkat
Zar'roc. "Brom & aku ingat Brom. Ia memohon padaku
untuk mengganti pedang yang dihilangkannya.
Sejujurnya, aku ingin menolongnya, tapi aku sudah
bersumpah. Penolakanku menyebabkan ia marah
setengah mati. Oromis terpaksa membuatnya pingsan
sebelum ia bersedia pergi." Eragon mendengar
informasi itu dengan penuh minat. "Hasil karya Anda
sangat berguna bagiku, Rhunon-elda. Aku pasti sudah
lama mati kalau bukan karena Zar'roc. Aku membunuh
Shade Durza dengan pedang itu." "Sungguh" Kalau
begitu pedang ini sudah melakukan kebaikan." Setelah
menyarungkan Zar'roc, Rhunon mengembalikan pedang
tersebut, sekalipun bukannya tanpa keengganan, lalu
memandang Saphira di belakang Eragon. "Ah. Selamat
bertemu, Skulblaka." Selamat bertemu, Rhunon-elda.
Tanpa meminta izin, Rhunon naik ke bahu Saphira dan
mengetuk sisiknya dengan kukunya yang tumpul,
memiringkan kepala ke sana kemari dalam usahanya
melihat ke balik sisik tembus pandang itu. "Warna
yang bagus. Tidak seperti naga-naga cokelat itu,
seperti berlumpur dan gelap. Bicara selayaknya,
pedang Penunggang seharusnya sesuai dengan warna
naganya, dan warna biru ini akan jadi warna mata
pedang yang indah." Pikiran itu seperti menguras
energi dari dirinya. Ia kembali ke landasan dan
menatap tang yang rusak, seakan keinginan
memperbaikinya telah meninggalkan dirinya. Eragon
merasa mengakhiri percakapan dengan nada sesedih
itu merupakan kesalahan, tapi ia tidak bisa
memikirkan cara yang bagus untuk mengubah
pembicaraan. Jala baja yang kemilau menarik
perhatiannya dan, saat memandanginya, ia tertegun
melihat setiap cincinnya dilas hingga rapat. Karena
cincin-cincin mungil itu mendingin begitu cepat,
biasanya cincin itu harus sebelum disambungkan ke
jala baja utamanya, yang berarti jala baja
terbaik--seperti milik Eragon--terdiri atas
cincin-cincin yang dilas dan dijepit berselang-seling.
Tapi tampaknya tukang besi ini memiliki kecepatan
dan ketepatan elf. Eragon berkata, "Aku tidak pernah
melihat jala baja yang menyamai buatan Anda, bahkan
di antara para kurcaci. Bagaimana Anda bisa memiliki
kesabaran untuk mengelas setiap cincinnya" Kenapa
Anda tidak menggunakan sihir saja dan menghemat
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tenaga?" Ia nyaris tidak menduga semburan semangat
yang menyulut Rhunon. Elf itu mengibaskan rambut
pendeknya dan berkata, "Dan melewatkan semua
kesenangan dari tugas ini" Aye, setiap elf dan aku
bisa menggunakan sihir untuk memuaskan keinginan
kami--dan beberapa melakukannya--tapi lalu apa ar
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
tinya hidup ini" Bagaimana caramu mengisi waktu"
Katakan." "Aku tidak tahu," Eragon mengakui.
"Dengan melakukan apa yang paling kausukai. Kalau
kau bisa mendapatkan apa pun yang kauinginkan
dengan mengucapkan beberapa patah kata, tujuan
tidak lagi penting, hanya perjalanan ke sana yang
penting. Pelajaran bagimu. Kau akan menghadapi
dilema yang sama suatu hari nanti, kalau kau hidup
cukup lama.... Sekarang pergilah! Aku bosan dengan
percakapan ini." Setelah mengucapkan kata-kata itu,
Rhunon mencabut tutup tunggu, mengambil tang baru,
dan menjejalkan cincin ke bara sambil menggerakkan
peniup dengan sangat tekun. "Rhunon-elda," kata
Arya, "ingat, aku akan kembali menjemputmu pada
malam Agaeti Blodhren." Ia hanya dijawab dengan
dengusan. Irama benturan baja pada baja, sesendiri
jeritan burung maut di malam hari, menemani mereka
keluar kembali melalui terowongan dogwood ke jalan
setapak. Di belakang mereka Rhunon tidak lebih
daripada sosok hitam yang membungkuk di atas
pendar suram tungkunya. "Ia yang membuat pedang
semua Penunggang?" tanya Eragon. "Semuanya?" "Itu
dan lebih lagi. Ia tukang besi terhebat yang pernah
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hidup. Kupikir sebaiknya kau bertemu dengannya,
demi dirinya dan dirimu." "Terima kasih." Apa ia
selalu sekasar itu" tanya Saphira. Arya tertawa.
"Selalu. Baginya, tidak ada yang penting kecuali
ketrampilannya, dan ia terkenal tidak sabar
menghadapi apa saja--atau siapa saja--yang
mengganggu pekerjaanya. Tapi keeksentrikannya
ditolelir dengan baik, karena keahlian dan prestasinya
yang luar biasa." Sementara Arya berbicara, Eragon
berusaha memahami arti Agaeti Blodhren. Ia cukup
yakin blodh berarti darah, blodhren berarti sumpah
darah, tapi ia belum pernah mendengar agaeti.
"Perayaan," kata Arya menjelaskan sewaktu ia
menanyakannya. "Kami menyelenggarakan Perayaan
Sumpah Darah seabad sekali untuk menghormati
persekutuan kami dengan naga. Kalian berdua
beruntung berada di sini sekarang, karena perayaan
itu sudah dekat." Alis matanya yang miring bertemu
saat ia mengerutkan kening. "Nasib memang mengatur
kebetulan yang paling aneh." Ia mengejutkan Eragon
dengan mengajak mereka semakin jauh ke dalam Du
Weldenvarden, menyusuri jalan setapak yang saling
silang dengan sesemakan nettle dan currant, hingga
cahaya di sekeliling mereka menghilang dan mereka
memasuki alam bebas yang gelisah. Dalam kegelapan,
Eragon terpaksa mengandalkan kemampuan Saphira
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melihat dalam kegelapan agar tidak tersesat. Batang
pepohonannya yang kasar semakin lebar, semakin
lama semakin rapat dan mengancam membentuk
penghalang yang tak tertembus. Tepat pada saat
mereka tampaknya tidak bisa pergi lebih jauh lagi,
hutan berakhir dan mereka memasuki lapangan
bermandikan cahaya bulan dari bulan sabit terang
yang menggantung rendah di langit timur. Sebatang
pohon pinus berdiri di tengah lapangan. Tidak lebih
tinggi daripada pepohonan sejenis, tapi lebih lebat
danpada seratus pohon biasa kalau digabungkan;
sebagai perbandingan pohon-pohon biasa tampak
seperti batang pohon muda yang meliuk-liuk tertiup
angin. Hamparan akar menyebar dari batang raksasa
pohon itu, menutupi tanah dengan pembuluh-pembuluh
berlapis kulit kayu yang menyebabkan seluruh hutan
seolah mengalir keluar dari pohon itu, seakan pohon
tersebut merupakan jantung Du Weldenvarden. Pohon
itu menaungi hutan seperti pembimbing yang
dermawan, melindungi para penghuninya di bawah
naungan cabang-cabangnya. Ini pohon Menoa," bisik
Arya. "Kami menyelenggarakan Agaeti Blodhren di
bawah keteduhannya." Perasaan menggelitik yang
dingin merayapi sisi tubuh Era saat ia mengenali
nama itu. Sesudah Angela memberitahukan ramalannya
di Teirm, Solembum mendekatinya dan berkata, Pada
saatnya nanti dan saat kau membutuhkan senjata,
carilah di bawah akar-akar pohon Menoa. Lalu, kalau
semua tampak muram dan kekuatanmu tidak cukup,
pergilah ke karang Kuthian dan ucapkan namamu untuk
membuka Ruang Jiwa-Jiwa. Eragon tidak bisa
membayangkan senjata macam apa yang mungkin
terkubur di bawah pohon itu, atau bagaimana cara
menemukan senjata itu. Ada yang kau lihat" tanyanya
pada Saphira. Tidak, tapi aku me
Bidadari Pendekar Naga Sakti
mang ragu kata-kata Solembum ada artinya sampai
kebutuhan kita jelas. Eragon memberitahu Arya
tentang kedua bagian nasihat kucing jadi-jadian itu,
sekalipun--sebagaimana pada Ajihad dan Islanzadi--ia
merahasiakan ramalan Angela karena bersifat pribadi,
dan karena ia takut ramalan itu akan menyebabkan
Arya menebak ketertarikannya pada elf tersebut.
Sesudah Eragon selesai, Arya berkata, "Kucing
siluman jarang menawarkan bantuan, dan sewaktu
mereka menawarkan bantuan, sebaiknya jangan
diabaikan. Sepanjang pengetahuanku, tidak ada
senjata yang tersembunyi di sini, bahkan dalam lagu
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atau legenda pun tak disebutkan. Sedang mengenai
Karang Kuthian... Nama itu menggema dalam kepalaku
seperti suara dari mimpi yang separo terlupakan,
kukenali tapi terasa asing Aku pernah mendengar
nama itu, tapi tidak ingat di mana." Sewaktu mereka
mendekati pohon Menoa, perhatian Eragon tertarik
pada puluhan semut yang merayap di akar-akarnya, Di
matanya semua serangga itu hanyalah noda-noda
hitam samar, tapi latihan yang diberikan Oromis
meningkatkan kepekaannya terhadap kehidupan yang
ada di sekitarnya, dan ia bisa merasakan kesadaran
primitif semut-semut itu dengan benaknya. Ia
menurunkan pertahanannya dan membiarkan
kesadarannya mengalir keluar, dengan ringan
menyentuh Saphira dan Arya lalu membentang
melewati mereka untuk apa melihat apa yang hidup di
lapangan itu. Dengan ketiba-tibaan yang tak terduga,
ia menghadapi entitas yang luar biasa, keberadaan
yang begitu kolosal sifatnya hingga Eragon tidak
mampu menangkap batas psikisnya. Bahkan
kecerdasan Oromis yang luas, yang pernah
bersentuhan dengan Eragon di Farthen Dur, bagai
kurcaci kalau dibandingkan dengan keberadaan ini.
Udara seperti menggemakan energi kekuatan yang
terpancar dari... pohonnya" Sumbernya tidak mungkin
keliru. Dengan pasti dan tanpa tergesa-gesa, pikiran
pohon itu bergerak mantap selambat es yang merayapi
permukaan granit. Pikiran itu tidak memerhatikan
Eragon, juga, ia yakin, individual mana pun. Pikiran
itu betul-betul hanya memerhatikan masalah-masalah
yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tumbuh
dan berkembang dalam cahaya matahari yang terang
benderang, dengan dogbane dan lili, evening primrose
dan foxglove yang selembut sutra, serta mostar
kuning yang tumbuh tinggi di samping crabapple
dengan bunga ungunya. "Pohon ini hidup!" seru
Eragon, shock hingga keceplosan bicara. "Maksudku...
ia memiliki kecerdasan." Ia tahu Saphira juga
merasakannya; naga itu memiringkan kepala ke pohon
Menoa, seakan mendengarkan, lalu terbang ke salah
satu cabangnya, yang sebesar jalan dari Carvahall ke
Therinsford. Di sana Saphira bertengger dengan ekor
menjuntai bebas, melambai-lambaikan ujungnya
dengan begitu anggun. Pemandangan yang aneh, naga
di pohon, hingga Eragon nyaris tertawa. "Tentu saja
ia hidup," kata Arya. Suaranya pelan dan lembut di
Udara malam. "Apa kau mau mendengar cerita tentang
pohon Menoa ini?" "Tentu saja." Kilasan callaya
putih membelah langit, seperti hantu yang dibuang,
dan berubah bentuk di samping Saphira menjadi
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Blagden. Bahu gagak yang sempit dan lehernya yang
melengkung menyebabkan ia tampak seperti orang
kikir yang bermandikan cahaya tumpukan emas. Gagak
itu mengangkat kepalanya yang pucat dan melontarkan
jeritan khasnya, "Wyrda!" "Begini kejadiannya. Dulu
ada seorang wanita, Linnea, yang hidup di
tahun-tahun kemakmuran sebelum perang kami dengan
naga dan sebelum kami menjadi makhluk abadi, masih
makhluk yang terbuat dari daging yang rapuh. Linnea
menua tanpa pasangan atau anak-anak, dan ia tidak
merasa perlu mencarinya, lebih suka menyibukkan diri
dengan seni bernyanyi pada tanaman, bidang yang
merupakan keahliannnya. Hingga seorang pemuda
muncul di pintu rumahnya dan membanjirinya dengan
kata-kata cinta. Perhatian pemuda itu membangkitkan
bagian diri Linnea yang tidak diduganya ada,
kehausan akan hal-hal yang dikorbankannya tanpa
sadar. Tawaran kesempatan kedua terlalu hebat untuk
diabaikan. Ia meninggalkan pekerjaannya dan
mengabdikan diri pada pemuda itu dan, untuk
sementara waktu, mereka bahagia. "Tapi pemuda itu
masih muda, dan ia mul Bidadari Pendekar Naga Sakti
ai merindukan pasangan yang usianya lebih dekat
dengannya. Pandangannya jatuh pada seorang wanita
muda, lalu ia merayu dan memenangkan wanita itu.
Dan untuk sementara waktu, mereka juga bahagia.
"Sewaktu Linnea tahu dirinya ditipu dan ditinggalkan,
ia sinting karena berduka. Pemuda itu melakukan
tindakan yang terburuk; ia memberi Linnea
kesempatan mencicipi kehidupan yang utuh, lalu
merenggutnya tanpa pikir panjang, seperti ayam
jantan merayu satu ayam betina lalu ayam betina yang
lain. Linnea menemukannya bersama wanita muda itu
dan, dalam kemurkaannya, menusuk pemuda tersebut
hingga tewas. "Linnea tahu perbuatannya jahat. Ia
juga tahu bahwa kalaupun dibebaskan dari
pembunuhan itu, ia tidak bisa kembali ke
keberadaannya yang sebelumnya. Hidup kehilangan
seluruh suka citanya. Jadi ia menemui pohon tertua di
Du Weldenvarden, menempelkan diri padanya, dan
menyanyi hingga ia masuk ke pohon itu, meninggalkan
semua persekutuan dengan rasnya sendiri. Ia
menyanyi selama tiga hari tiga malam, dan sesudah
selesai, ia menyatu dengan tanaman-tanaman yang
disayanginya. Dan selama berabad-abad sejak itu, ia
terus mengawasi hutan... Dengan begitu terciptalah
pohon Menoa ini." Di akhir ceritanya, Arya dan
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eragon duduk berdampingan di puncak sebatang akar
yang besar, dua belas kaki dari tanah. Eragon
memukul-mukulkan tumitnya ke pohon dan penasaran
apakah Arya berniat menyampaikan cerita itu sebagal
peringatan baginya atau cerita itu hanyalah sepotong
sejarah tanpa maksud apa-apa. Keraguannya berubah
menjadi kepastian sewaktu Arya bertanya,
"Menurutmu, apakah pemuda itu patut disalahkan atas
tragedi tersebut?" "Kurasa, kata Eragon, tahu
jawaban yang salah bisa menjauhkan Arya dari
dirinya, "yang dilakukannya kejam... dan Linnea
bereaksi berlebihan. Mereka berdua salah." Arya
menatapnya hingga Eragon terpaksa mengalihkan
tatapan. "Mereka tidak cocok bagi satu sama lain."
Eragon mulai mengingkari itu tapi lalu menghentikan
dirinya. Arya benar. Dan Arya telah mengarahkan
dirinya sebegitu rupa hingga Eragon terpaksa
mengatakannya, hingga ia terpaksa mengatakannya
pada elf itu. "Mungkin," katanya mengakui. Kebisuan
menggunung di antara mereka seperti pasir yang
menumpuk menjadi dinding, dan tidak satu pun di
antara mereka ingin menembusnya. Dengung
melengking jengkerik menggema dari tepi lapangan.
Akhirnya Eragon berkata, "Berada di rumah tampaknya
cocok bagimu." "Memang." Dengan keanggunan tanpa
sadar, Arya membungkuk dan memungut sebatang
ranting tipis yang jatuh dari pohon Menoa lalu mulai
menjalin daun-daun jarumnya menjadi keranjang kecil.
Darah panas mengalir ke wajah Eragon saat ia
mengawasi Arya. Ia berharap bulan tidak seterang itu
hingga menampakkan pipi-pipinya yang merah padam.
"Di... di mana kau tinggal" Apakah kau dan Islanzadi
memiliki istana atau puri...?" "Kami tinggal di Aula
Tialdari, bangunan leluhur keluarga kami, di bagian
barat Ellesmera. Aku senang kalau bisa menunjukkan
rumah kami padamu." "Ah," Pertanyaan praktis
tiba-tiba menyela pikiran Eragon yang kacau balau,
menyingkirkan perasaan malunya. "Arya, apakah kau
memiliki saudara?" Arya menggeleng. "Kalau begitu
kau satu-satunya pewaris takhta elf?" Tentu saja.
Kenapa kautanyakan?" Ia kedengaran heran
mendengar pertanyaan Eragon. Aku tidak mengerti
kenapa kau diizinkan menjadi duta besar untuk kaum
Varden dan para kurcaci, juga mengantar telur
Saphira dari sini ke Tronjheim. Itu tugas yang terlalu
berbahaya bagi seorang putri, apalagi bagi calon
ratu." "Maksudmu itu terlalu berbahaya bagi wanita
manusia. Sudah kukatakan padamu bahwa aku bukan
manusia wanita yang tidak berdaya. Yang tidak
kausadari adalah kami memandang kerajaan kami
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan cara yang berbeda dari kalian atau para
kurcaci. Bagi kami, tanggung jawab tertinggi raja atau
ratu adalah melayani rakyat mereka dengan cara apa
pun dan kapan pun. Kalau itu berarti mengorbankan
kehidupan, kami menyambut kesempatan membuktikan
pengabdian kami--seperti kata para kurcaci--keluarga,
aula, dan kehormatan. Kalau aku tewas dalam tugas,
penerus pengganti akan dipilih dari keluarga.
keluarga yang ada. Bahk Bidadari Pendekar Naga Sakti
an sekarang pun aku tidak akan diminta menjadi ratu
kalau aku tidak menyukai prospek itu. Kami tidak akan
memilih pemimpin yang tak bersedia mengabdikan diri
sepenuh hati pada kewajiban mereka." Ia ragu-ragu,
lalu memeluk lutut ke dadanya dan menumpukan dagu
ke sana. "Aku memiliki waktu bertahun-tahun untuk
menyempurnakan argumentasi itu dengan ibuku."
Selama semenit, jeritan jengkerik mengalun tak
terganggu di lapangan. Lalu ia bertanya, "Bagaimana
pelajaranmu dengan Oromis?" Eragon mendengus saat
kemuramannya kembali dalam bentuk gelombang
kenangan yang tidak menyenangkan, memasamkan
kesenangannya bersama Arya. Ia hanya ingin naik ke
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ranjang, tidur, dan melupakan hari ini. "Oromis-elda,"
katanya, mengucapkannya dengan hati-hati, "cukup
teliti." Ia mengernyit saat Arya mencengkeram lengan
atasnya dengan kekuatan yang bisa membuatnya
memar. "Ada yang tidak beres?" Eragon berusaha
melepaskan cengkeramannya. "Tidak ada," "Aku
sudah bepergian cukup lama denganmu untuk tahu
kapan kau bahagia, marah... atau menderita. Apa ada
yang terjadi antara dirimu dan Oromis" Kalau benar
begitu, kau harus memberitahuku agar bisa diperbaiki
secepat mungkin atau karena punggungmu" Kami
bisa--" "Bukan latihanku!" Sekalipun tergelitik,
Eragon sadar Arya tampak benar-benar prihatin, ini
membuat ia gembira. "Tanyakan pada Saphira. Ia bisa
memberitahumu." "Aku ingin mendengarnya darimu,"
kata Arya dengan pelan. Otot-otot di rahang Eragon
berkedut saat ia mengertakkan dengan suara pelan,
tidak lebih daripada bisikan, ia menceritakan
kegagalannya bermeditasi di rawa, lalu kejadian yang
meracuni hatinya seperti ular yang bergelung dalam
dadanya: berkatnya. Alya melepas lengan Eragon dan
mencengkeram akar pohon Menoa, seakan untuk
memantapkan diri. "Barzul." Makian kurcaci itu
mengejutkan Eragon; ia tidak pernah mendengar Arya
memaki, dan yang satu ini sangat tepat, karena
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
artinya sial. "Aku tahu tentang tindakanmu di Farthen
Dur, sudah pasti, tapi aku tidak pernah menduga...
aku tidak pernah curiga kejadian seperti itu bisa
terjadi. Aku minta maaf, Eragon, karena memaksamu
meninggalkan kamarmu malam ini. Aku tidak
memahami ketidaknyamananmu. Kau pasti ingin
sendiri." "Tidak," kata Eragon. "Tidak, kuhargai
kedatanganmu dan apa yang kautunjukkan padaku." Ia
tersenyum pada Arya, dan sesaat kemudian, Arya
balas tersenyum. Bersama-sama mereka duduk diam di
dasar pohon kuno dan mengawasi bulan melengkung
tinggi di atas hutan yang damai sebelum bersembunyi
di balik awan yang menebal. "Aku hanya penasaran
bagaimana jadinya anak itu." Tinggi di atas kepala
mereka, Blagden mengibaskan bulubulunya yang
seputih tulang dan menjerit, "Wyrda!" LABIRIN
PERLAWANAN Nsuada bersedekap tanpa
menyembunyikan ketidaksabarannya saat mengamati
kedua pria di hadapannya. Pria di sebelah kanan
memiliki leher begitu tebal hingga kepalanya terjulur
ke depan nyaris langsung dari bahunya, menyebabkan
penampilannya seperti orang bodoh yang keras
kepala. Kesan ini diperkuat alisnya yang lebat--nyaris
cukup panjang untuk menjuntai menutupi matanya--dan
bibir tebal yang merekah seperti jamur merah muda,
bahkan sewaktu ia berbicara. Tapi Nasuada tahu ia
tidak boleh terpengaruh penampilannya, pria itu
sangat pandai bicara. Satu-satunya ciri yang
menonjol dari pria kedua hanyalah kulitnya yang
pucat, yang tidak bertambah gelap di bawah matahari
Surda yang tak kenal ampun, sekalipun kaum Varden
telah berada di Aberon, ibukota, selama beberapa
minggu sekarang. Dari warna kulitnya, Nasuada
menebak ia dilahirkan di ujung utara Kekaisaran. Pria
itu memegang topi wol rajutan yang dipuntirnya hingga
menjadi tali yang keras. "Kau," kata Nasuada, sambil
menunjuk pria itu. "Berapa ayam yang kau bunuh?"
"Tiga belas, Ma'am." Nasuada mengalihkan perhatian
pada si pria berpenampilan buruk. "Angka sial, dari
segala sudut, Master Gamble. Dan terbukti bagimu.
Kau bersalah baik atas pencurian maupun pengrusakan
properti orang lain tanpa menawarkan ganti rugi yang
layak." "Saya tidak pernah mengingkarinya." "Aku
hanya penasaran bagaimana kau menyantap tiga belas
dalam empat hari. Apa ka Bidadari Pendekar Naga Sakti
u tidak pernah kenyang, Master Gamble?" Pria itu
tersenyum konyol dan menggaruk sisi wajahnya.
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Deritan kuku jemarinya yang tidak dipotong ketika
beradu dengan bakal janggutnya menjengkelkan
Nasuada, dan hanya dengan mengerahkan segenap
kemauan ia bisa menahan diri untuk tidak meminta
pria itu berhenti menggaruk. "Well, bukannya tidak
menghormati, Ma'am, tapi memenuhi perut saya tidak
akan menjadi masalah kalau Anda memberi kami
makan selayaknya, mengingat segala pekerjaan yang
harus kami lakukan. Tubuh saya besar, dan saya
membutuhkan sedikit daging dalam perut saya sesudah
separo hari memecah batu dengan martil. Saya sudah
berusaha sebaik-baiknya untuk menahan godaan,
sungguh. Tapi tiga minggu makan ransum yang kurang
dan mengawasi para petani ini menggiring ternak ke
mana-mana, ternak yang tidak akan mereka bagi
sekalipun pada orang yang kelaparan... Well, akan
saya akui, saya tidak bisa menahan diri. Saya bukan
orang yang kuat kalau untuk urusan makan. Saya suka
makanan hangat dan banyak. Dan saya bukan
satu-satunya orang yang mau bertindak sendiri." Dan
itu inti masalahnya, pikir Nasuada. Kaum Varden tidak
mampu memberi makan anggotanya, bahkan dengan
bantuan raja Surda, Orrin. Orrin membuka gudang
hartanya bagi mereka, tapi ia menolak melakukan apa
yang dilakukan Galbatorix sewaktu memindahkan
pasukannya melintasi Kekaisaran, yaitu meminta
pasokan makanan dari penduduknya tanpa membayar.
Pikiran yang mulia, tapi hanya mempersulit tugasku.
Sekalipun begitu Nasuada tahu tindakan seperti itulah
yang membedakan dirinya Orrin, Hrothgar, dan
Islanzadi dari Galbatorix. Mudah sekali melanggar
Batas itu tanpa menyadarinya. "Aku mengerti
alasanmu, Master Gamble. Tapi, sekalipun Varden
bukan negara dan kita tidak bertanggung jawab pada
siapa pun kecuali pada diri kita sendiri, tidak berarti
kau atau papa pun berhak mengabaikan aturan hukum
yang ditetapkan para pendahuluku atau yang
diterapkan di Surda sini. Oleh karena itu
kuperintahkan kau membayar sekeping tembaga setiap
ayam yang kau curi." Gamble mengejutkan Nasuada
dengan menerima keputusannya tanpa protes.
"Terserah Anda, Ma'am," katanya. "Sudah?" seru si
pria pucat. Ia memuntir topinya lebih erat lagi. "Itu
bukan harga yang pantas. Kalau saya jual ayam ayam
itu di pasar mana pun, harganya--" Nasuada tidak
mampu menahan diri lebih lama lagi. Kau akan
mendapat lebih banyak. Tapi kebetulan aku tahu
Master Gamble tidak bisa membayar ayammu dengan
harga penuh, karena aku yang memberinya gaji!
Sebagaimana aku memberimu gaji. Kau lupa bahwa
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kalau kuputuskan menyita ayam-ayammu untuk
kebaikan kaum Varden, kau tidak akan mendapat lebih
dari sekeping tembaga untuk setiap ekor ayam dan itu
pun sudah beruntung. Kau mengerti?" "Ia tidak
bisa--" "Kau mengerti?" Sesaat kemudian, pria pucat
itu pasrah dan menggumam, Ya, Ma'am." "Baiklah.
Kalian berdua boleh pergi." Dengan ekspresi kagum
yang sinis, Gamble menyentuh alisnya dan
membungkuk pada Nasuada sebelum keluar dari
ruangan batu bersama lawannya yang cemberut.
"Kalian juga," kata Nasuada pada penjaga di kedua
sisi pintu. Begitu mereka pergi, ia merosot di kursi
sambil mendesah kelelahan dan meraih kipas,
mengibaskannya ke wajah dalam usaha yang sia-sia
untuk mengusir butir-butir keringat yang muncul di
keningnya. Panas yang terus-menerus menguras
tenaganya dan menyebabkan tugas terkecil pun terasa
berat. Ia merasa akan tetap kelelahan seandainya
sekarang ini musim dingin sekalipun. Walau memahami
rahasia-rahasia terdalam kaum Varden, memindahkan
seluruh organisasi dari Farthen Dur, melintasi
Pegunungan Beor, dan mengantar mereka ke Surda
dan Aberon membutuhkan kerja yang berat daripada
dugaannya. Ia bergidik, teringat hari-hari panjang dan
tidak nyaman yang dihabiskannya di atas pelana.
Menyusun rencana dan melaksanakan keberangkatan
mereka sangat sulit, juga menyatukan kaum Varden ke
dalam kungan baru mereka bersamaan dengan
persiapan menyerang Kekaisaran. Aku tidak memiliki
cukup waktu setiap hari untuk memecahkan semua
masalah ini, keluhnya. Akhirnya, ia meletakkan kipas
dan membunyikan genta, memanggil pelayan pr
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ibadinya, Farica. Bendera yang menjuntai di sebelah
kanan meja kayu ceri berkibar saat pintu yang
tersernbunyi di baliknya dibuka. Farica menyelinap
keluar untuk berdiri menunduk di samping Nasuada.
"Apakah masih ada lagi?" tanya Nasuada. "Tidak ada,
Ma'am." Nasuada berusaha agar kelegaannya tidak
terlihat. Seminggu sekali ia membuka pintu untuk
menyelesaikan berbagai perselisihan di antara kaum
Varden. Siapa pun yang merasa telah diperlakukan
dengan tidak benar bisa memohon bertemu dengannya
dan meminta penilaiannya. Ia tidak bisa
membayangkan tugas tanpa penghargaan yang lebih
sulit daripada ini. Seperti yang sering dikatakan
ayahnya setelah bernegosiasi dengan Hrothgar,
"Kompromi yang baik menyebabkan semua orang
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
marah." Dan tampaknya memang begitu. Ia kembali
memerhatikan masalah yang dihadapinya dan berkata
pada Farica, "Kuminta si Gamble dipindahtugaskan.
Beri ia pekerjaan di mana bakatnya berkata-kata
berguna bagi kita. Kepala gudang, mungkin, selama
pekerjaan itu memberinya ransum penuh. Aku tidak
ingin ia dihadapkan padaku karena mencuri lagi."
Farica mengangguk dan melangkah ke meja, tempat ia
men"tat instrnksi Nasuada di sehelai perkamen.
Keahlian itu saja syudah menjadikan dirinya tak
ternilai. Farica bertanya, "Di Man, aku bisa
menemukan dirinya?" "Di salah satu kelompok kerja
di parit batu." Ya, Ma'am. Oh, tadi sementara Anda
sibuk, Raja Orrin meminta Anda menemuinya di
laboratoriumnya." Apa lagi yang dilakukannya di sana
sekarang, membutakan diri?" Nasuada mencuci
pergelangan dan lehernya dengan air lahender, lalu
memeriksa rambutnya di cermin perak mengilap
diberikan Orrin padanya dan menarik-narik gaun
luarnya hingga lengan gaunnya rapi. Puas dengan
penampilannya, ia meninggalkan kamar diikuti begitu
terang hari ini hingga suluh tidak diperlukan untuk
menerangi bagian dalam Puri Borromeo dan tambahan
panasnya juga tidak dapat ditolerir. Berkas-berkas
cahaya menerobos masuk melalui lubang-lubang
pemanah dan menerangi dinding dalam lorong,
menggaris-garis udara dengan balok-balok debu
keemasan pada jarak tertentu. Nasuada memandang
keluar melalui salah satu lubang ke benteng
pertahanan, di mana sekitar tiga puluh prajurit
kavaleri; Orrin yang berseragam oranye melakukan
patroli tanpa henti mengawasi pedalaman di sekeliling
Aberon. Mereka takkan banyak berguna kalau
Galbatorix memutuskan menyerang kami sendiri,
pikirnya pahit. Satu-satunya perlindungan mereka
terhadap kemungkinan itu hanyalah harga diri
Galbatorix dan, Nasuada berharap, ketakutannya
terhadap Eragon. Semua pemimpin menyadari adanya
risiko perebutan kekuasaan, tapi para perebut
kekuasaan sendiri dua kali lebih takut pada ancaman
dari seseorang yang bertekad bulat. Nasuada tahu
dirinya memainkan permainan yang sangat berbahaya
dengan orang sinting yang paling berkuasa di
Alagaesia. Kalau salah menilai seberapa jauh dirinya
bisa mendorong orang gila itu, ia dan kaum Varden
lainnya akan dihancurkan, bersama harapan apa pun
untuk mengakhiri kekuasaan Galbatorix. Bau bersih
puri mengingatkan dirinya pada masa ia tinggal di
sana sewaktu masih anak-anak, ketika ayah Orrin,
Raja Larkin, masih memerintah. Saat itu ia jarang
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertemu Orrin. Orrin lima tahun lebih tua daripada
dirinya dan sibuk dengan tugas-tugas sebagai
pangeran. Tapi, hari-hari ini, Nasuada sering merasa
dirinya yang lebih tua. Di pintu laboratorium Orrin, ia
berhenti dan menunggu para pengawal Orrin, yang
selalu berjaga di luar, untuk mem, beritahukan
kedatangannya pada Raja. Tidak lama kemudian suara
Orrin menggema melalui lorong tangga. "Lady
Nasuada! Aku senang kau datang. Ada yang ingin
kutunjukkan padamu." Setelah menguatkan diri dalam
hati, Nasuada memasuki laboratorium bersama Farica.
Jajaran meja bagai labirin yang dipenuhi berbagai
alembic, gelas pengukur, dan tabung kimia berada di
depan mereka, seperti sesemakan kaca yang
menunggu kesempatan mengait gaun mereka dengan
salah satu cabangnya yang rapuh. Bau uap logam yang
pekat menyebabkan mata Nasuada berair. Dengan
mengangkat tepi gaun dari lantai, ia dan Farica
berjalan beriringan ke bagian belakang ruangan, me
Bidadari Pendekar Naga Sakti
lewati beberapa jam pasir dan timbangan, buku-buku
besar dan misterius yang dijilid dengan besi hitam,
dan bertumpuk-tumpuk prisma kristal berfosfor yang
memancarkan cahaya biru terang berpendar-pendar.
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka menemui Orrin di dekat bangku bepermukaan
marmer, di mana ia tengah mengaduk air raksa dalam
wadah tahan panas dengan tabung kaca yang tertutup
salah satu ujungnya, dan panjangnya pasti minimal
tiga kaki, sekalipun tebalnya hanya seperempat inci.
"Yang Mulia," kata Nasuada. Sesuai jabatannya yang
sejajar dengan raja, ia tetap berdiri tegak sementara
Farica membungkuk. "Kau tampaknya sudah pulih dari
ledakan minggu lalu." Orrin meringis riang. "Aku
sudah belajar bahwa tidak bijaksana mencampur fosfor
dan air dalam ruang tertutup. Hasilnya bisa cukup
brutal." "Apakah pendengaranmu sudah pulih
sepenuhnya?" "Belum, tapi...." Sambil nyengir seperti
bocah yang mendapatkan pisau pertamanya, ia
menyulut lilin dengan api dari tungku--Nasuada tidak
bisa membayangkan bagaimana Orrin bisa tahan
dengan panas tambahan di cuaca seperti ini--lalu
membawanya kembali ke bangku, dan menggunakannya
untuk menyalakan pipa. "Aku tidak tahu kau
merokok." "Sebenarnya tidak," Orrin mengakui, "tapi
kudapati bahwa mumpung gendang telingaku belum
sembuh total, aku bisa berbuat begini..." Setelah
mengisap pipa, ia menggembungkan pipi hingga asap
mengepul keluar dari telinga kirinya, seperti ular yang
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
meninggalkan sarang, dan bergulung-gulung di
samping kepalanya. Pemandangan itu begitu tidak
terduga hingga tawa Nasuada meledak, dan sesaat
kemudian, Orrin turut tertawa, mengepulkan asap dari
mulutnya. "Sensasi yang paling aneh," kata Orrin.
"Menggelitik setengah mati waktu keluar." Setelah
kembali serius, Nasuada bertanya, "Apa ada lagi yang
ingin kaudiskusikan denganku, Yang Mulia?" Orrin
menjentikkan jemari. "Tentu saja." Setelah mengisi
tabung kaca panjangnya dengan air raksa, Orrin
menutup salah satu ujungnya dengan jari dan
menunjukkannya pada Nasuada. "Kau setuju bahwa
satu-satunya benda yang ada dalam tabung ini adalah
air raksa?" "Tentu saja." Apakah ini alasan ia ingin
menemuiku" "Bagaimana kalau sekarang?" Dengan
gerakan cepat, ia membalik tabung dan membenamkan
ujung tabung yang terbuka ke dalam mangkuk air
raksa, sambil melepas jarinya. Bukannya mengalir
keluar seperti dugaan Nasuada, air raksa dalam
tabung turun sekitar setengah tabung, lalu berhenti
dan bertahan di posisinya. Orrin menunjuk bagian
yang kosong di atas logam yang menggantung itu. Ia
bertanya. "Apa yang menempati ruang ini?" "Pasti
udara," kata Nasuada. Orrin tersenyum dan
menggeleng. "Kalau benar begitu, bagaimana udara
bisa melewati air raksa atau meresap melalui kaca"
Tidak ada jalan yang tersedia agar atmosfer bisa
masuk." Ia memberi isyarat pada Farica. "Apa
pendapatmu, pelayan?" Farica menatap tabung, lalu
mengangkat bahu dan berkata, "Tidak ada apa-apa,
Yang Mulia." "Ah, tapi tepat itulah pikiranku: tidak
ada apa-apa. Aku yakin sudah memecahkan salah satu
teka-teki tertua tentang filsafat alam dengan
menciptakan dan membuktikan keberadaan ruang
hampa! Ini membatalkan sepenuhnya teori Vacher dan
berarti Ladin memang jenius. Para elf terkutuk itu
tampaknya benar." Nasuada berusaha tetap tenang
sewaktu bertanya, "Tapi apa gunanya penemuan ini?"
"Tujuan?" Orrin memandangnya dengan sungguh
tertegun. "Tentu saja tidak ada. Setidaknya tak ada
yang bisa kupikirkan. Tapi ini akan membantu kita
memahami mekanika dunia kita, bagaimana dan kenapa
hal-hal tertentu terjadi. Ini penemuan yang luar biasa.
Siapa tahu ke mana lagi penemuan ini akan membawa
kita?" Sementara berbicara, ia mengosongkan tabung
dan dengan hati-hati meletakkannya dalam kotak
berlapis beludru tempat instrumen-instrumen rumit
lainnya berada. "Tapi prospek yang membuatku
benar-benar bersemangat adalah penggunaan sihir
untuk mengungkap rahasia alam. Nah baru kemarin,
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan satu mantra, Trianna membantuku menemukan
dua gas yang baru sama sekali. Bayangkan apa bisa
dipelajari kalau sihir secara sistematis diterapkan
pada ilmu filsafat alam. Aku sendiri sedang
mempertimbangkan untuk belajar
Bidadari Pendekar Naga Sakti
sihir, kalau memiliki bakat untuk itu, dan kalau aku
bisa meyakinkan beberapa pemakai sihir untuk
mengajar pengetahuan pengetahuan mereka. Sayang
sekali Penunggang Nagamu, Eragon, Eragon, tidak
menemanimu kemari; aku yakin ia bisa membantuku."
Sambil memandang Farica, Nasuada berkata, "Tunggu
aku di luar. Wanita itu membungkuk memberi hormat
lalu pergi. Begitu Nasuada mendengar suara pintu
laboratorium ditutup, ia berkata, "Orrin. Kau sudah
kehilangan kewarasanmu?" "Apa maksudmu?"
"Sementara kau menghabiskan waktumu terkurung di
sini dan melakukan percobaan yang tidak dipahami
siapa pun--membahayakan keselamatanmu ketika
melakukannya--negaramu hampir berperang. Puluhan
masalah menunggu keputusanmu, dan kau berdiri di
sini mengepulkan asap dan bermain-main dengan air
raksa?" Wajah Orrin mengeras. "Aku cukup menyadari
kewajibanku, Nasuada. Kau mungkin memimpin kaum
Varden, tapi aku masih tetap raja Surda, dan ada
baiknya kau mengingat hal itu sebelum berbicara
dengan tidak hormat. Apa perlu kuingatkan bahwa
perlindunganmu di sini tergantung dari
berlanjut-tidaknya niat baikku?" Nasuada tahu itu
bukan ancaman kosong; banyak rakyat Surda yang
memiliki kerabat kaum Varden, dan sebaliknya.
Mereka berkaitan terlalu erat untuk bisa saling
meninggalkan. Tidak, alasan sebenarnya Orrin
tersinggung adalah masalah kewenangan. Karena
mustahil mempertahankan sejumlah besar pejuang
bersenjata dalam keadaan siap tempur selama
beberapa waktu yang berkepanjangan--seperti yang
dipelajari Nasuada, memberi makan begitu banyak
orang yang tidak aktif merupakan mimpi buruk
logistik--kaum Varden mulai bekerja, membuka lahan
pertanian, dan menyatu dengan negara tuan rumahnya.
Diamana aku pada akhirnya" Sebagai pemimpin
pasukan yang atau penasihat di bawah Orrin" Posisi
Nasuada sangat berbahaya. Kalau ia bergerak terlalu
cepat atau dengan terlalu banyak inisiatif, Orrin akan
menganggapnya sebagai ancaman dan berbalik
menentangnya, terutama sekarang, sesudah ia
berselimut kemegahan atas kemenangan kaum Varden
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di Farthen Dur. Tapi kalau ia menunggu terlalu lama,
mereka akan kehilangan kesempatan memanfaatkan
kelemahan sementara Galbatorix ini. Satu-satunya
keuntungan Nasuada atas labirin perlawanan ini
hanyalah kekuasaannya atas satu elemen yang memicu
drama ini: Eragon dan Saphira. Ia berkata, "Aku tidak
berusaha meremehkan kepemimpinanmu, Orrin. Aku
tidak pernah berniat begitu, dan aku minta maaf kalau
tampak begitu." Orrin membungkuk kaku. Karena tidak
yakin bagaimana cara melanjutkan, Nasuada bertumpu
pada ujung jemarinya yang menempel di tepi bangku.
"Hanya saja... begitu banyak yang harus dilakukan.
Aku bekerja siang-malam--kuletakkan lembaran batu di
samping ranjangku untuk catatan--dan aku tidak
pernah bisa melakukannya dengan benar; aku merasa
kita selalu berada di tepi jurang bencana." Orrin
mengambil alu yang hitam karena sering dipakai dan
mengguling-gulingkannya di antara kedua telapak
tangannya dengan irama yang mantap dan
menghipnotis. "Sebelum kau datang kemari... Tidak,
itu tidak benar. Sebelum Penunggangmu tiba-tiba
muncul seutuhnya seperti Moratensis muncul dari air
mancurnya, kuduga hidupku akan berjalan seperti
ayahku atau kakekku. Yaitu, menentang Galbatorix
secara diam-diam Kau harus memaafkan aku kalau aku
membutuhkan waktu sejenak untuk membiasakan diri
dengan kenyataan baru ini--" Hanya sejauh itu
permintaan maaf yang bisa diharapkan Nasuada. "Aku
mengerti." Orrin menghentikan alu di tangannya
sejenak. "Kau boleh saja memegang kekuasaan,
sedangkan aku sudah berkuasa selama beberapa
tahun. Kalau aku boleh cukup sombong untuk
menawarkan saran, menurutku penting sekali bagi
kewarasanku kalau aku mengalokasikan beberapa
waktu setiap hal-hal yang kuminati." "Aku tidak bisa
berbuat begitu," kata Nasuada. "Setiap saat yang
kubuang mungkin merupakan saat perjuangan yang
perlukan untuk mengalahkan Galbatorix." Alunya
kembali diam sejenak. "Kau justru merugikan kaum
Varden kalau berkeras bekerja lembur seorang diri.
Tidak ada yang bisa berfungsi dengan benar tanpa
sesekali mendapat kedamaian dan ketenangan. Tidak
perlu lam Bidadari Pendekar Naga Sakti
a, lima atau sepuluh menit sudah cukup. Kau bahkan
bisa melatih keahlian memanahmu, dan dengan begitu
masih setia pada tujuanmu, sekalipun dengan cara
yang berbeda... Itu sebabnya aku memainkan
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
laboratorium ini. Itu sebabnya aku mengembuskan
asap dan bermain-main dengan air raksa, seperti
katamu tadi agar aku tidak menjerit frustrasi
sepanjang sisa hari ini." Biarpun Nasuada enggan
melepaskan pendapatnya bahwa Orrin berleha-leha, ia
harus mengakui keabsahan argumentasi Orrin. "Akan
kuingat rekomendasimu." Sebagian kegembiraan Orrin
kembali saat ia tersenyum. "Hanya itu yang kuminta."
Nasuada berjalan ke jendela, membuka daun jendela
lebih lebar lagi dan memandang Aberon di bawahnya,
penuh jeritan para pedagang yang sigap menawarkan
dagangan mereka ke pada pembeli yang tidak curiga,
debu kekuningan berembus dari jalan barat ketika ada
iring-iringan yang mendekati gerbang kota, udara yang
berpendar pada atap-atap genteng dan membawa bau
ilalang dan dupa dari kuil-kuil marmer, dan
ladang-ladang di sekeliling Aberon yang tampak
seperti kelopak-kelopak bunga yang merekah. Tanpa
berbalik Nasuada bertanya, "Kau sudah menerima
salinan laporan terbaru kami dari Kekaisaran?"
"Sudah." Orrin mendekatinya di jendela. Apa
pendapatmu?" Bahwa laporan itu terlalu sedikit dan
tidak lengkap untuk kita gunakan dalam menarik
kesimpulan yang berarti." Tapi ltu yang terbaik yang
kita miliki. Katakan kecurigaan dan firasatmu.
Simpulkan dari fakta-fakta yang diketahui seakan ini
salah satu percobaanmu." Nasuada tersenyum sendiri.
"Aku berjanji tidak akan menafsirkan apa-apa
terhadap apa pun yang kaukatakan." Ia terpaksa
menunggu jawaban Orrin, dan sewaktu Orrin
menjawab, jawabannya bagai ramalan hari kiamat.
"Pajak yang dinaikkan, markas-markas yang
dikosongkan, kuda dan kerbau yang disita di seluruh
Kekaisaran... Tampaknya Galbatorix mengumpulkan
pasukan sebagai persiapan menghadapi kita,
sekalipun aku tidak tahu apakah ia bermaksud
menyerang atau mempertahankan diri. Bayangan yang
berputar menyejukkan wajah mereka saat awan melaju
menutupi matahari. "Pertanyaan yang membebani
pikiranku sekarang adalah, berapa lama waktu yang
dibutuhkan Galbatorix untuk memobilisasi" Karena itu
akan menentukan arah strategi kita."
"Berminggu-minggu. Beberapa bulan. Bertahun-tahun.
aku tidak bisa memperkirakan tindakannya." Orrin
mengangguk. "Apa agen-agenmu terus menyebarkan
berita mengenai Eragon?" "Tindakan itu menjadi
semakin berbahaya, tapi ya. Harapanku adalah kita
bisa membanjiri kota-kota seperti DrasLeona dengan
isu mengenai kehebatan Eragon, sewaktu kita
benar-benar tiba di kota itu dan begitu mereka
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melihatnya, mereka akan menggabungkan diri secara
sukarela dan kita tidak perlu mengepung mereka."
"Perang jarang sekali semudah itu." Nasuada
membiarkan komentar itu tanpa membantahnya. "Dan
bagaimana mobilisasi pasukanmu sendiri" Kaum
Varden, seperti biasa, sudah siap tempur." Orrin
membentangkan tangan dengan sikap menyerah. "Sulit
membangkitkan satu negara, Nasuada. Ada
bangsawan-bangsawan yang harus kuyakinkan untuk
mendukungku, baju besi dan senjata yang harus
dibuat, persediaan yang harus dikumpulkan &" "Dan
sementara itu, bagaimana caraku memberi makan
orang-orangku" Kami membutuhkan lebih banyak lahan
daripada yang kau alokasikan--" "Well, aku tahu,"
kata Orrin. "--dan kami hanya bisa mendapatkannya
dengan menginvasi Kekaisaran, kecuali kau ingin
menjadikan kaum Varden tambahan permanen bagi
Surda. Kalau begitu, kau harus menemukan rumah bagi
ribuan orang yang kubawa dari Farthen Dur, yang
tidak akan menggembirakan bagi pendudukmu sendiri.
Apa pun pilihanmu, pilihlah dengan cepat, karena aku
khawatir kalau kau terus menunda, kaum Varden akan
kacau balau menjadi kawanan yang tidak terkendali."
Ia berusaha agar kata-katanya tidak terdengar
sebagai ancaman. Sekalipun begitu, Orrin jelas tidak
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menghargai pendapatnya. Bibir atas Orrin mengerut
dan ia berkata, "Ayahmu tidak pernah membiarkan
anak buahnya lepas kendali. Aku percaya kau juga
tidak, kalau kau ingin tetap menjadi pemimpin kaum
Varden. Sedang mengenai persiapan kami, ada ket
Bidadari Pendekar Naga Sakti
erbatasan menyangkut apa yang bisa kami lakukan
dalam waktu singkat; kau terpaksa menunggu hingga
kami siap." Nasuada mencengkeram kusen jendela
hingga pembuluh darah di pergelangannya menonjol
dan kuku-kuku jemarinya melesak ke celah-celah batu,
tapi ia tidak membiarkan kemarahannya mewarnai
suaranya sedikit pun. "Kalau begitu, kau mau
meminjami kaum Varden lebih banyak emas untuk
membeli makanan?" "Tidak. Aku sudah memberikan
semua uang yang bisa kuberikan." "Kalau begitu
bagaimana kami bisa makan?" "Kusarankan kau
mencari dana sendiri." Dengan marah, Nasuada
melontarkan senyumnya yang paling lebar dan
cerah--mempertahankannya cukup lama hingga Orrin
bergerak-gerak gelisah--lalu memberi hormat dengan
membungkuk sedalam pelayan, tanpa pernah
membiarkan senyum sintingnya goyah. "Selamat
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tinggal, kalau begitu, Yang Mulia. Kuharap sisa
harimu sama menyenangkannya dengan percakapan
kita tadi." Orrin menggumamkan jawaban yang tidak
jelas sementara Nasuada berjalan kembali ke pintu
masuk laboratorium. Dalam kemarahannya, lengan
baju kanan Nasuada tersangkut botol giok dan
menjatuhkannya, membuat batunya retak dan
mengeluarkan cairan kuning yang menciprati lengan
baju dan membasahi roknya. Ia mengibaskan tangan
dengan jengkel tanpa menghentikan langkah. Farica
menggabungkan diri dengannya di tangga, dan
bersama-sama mereka menyusuri lorong-lorong,
kembali ke kamar Nasuada. BAGAI TELUR DI UJUNG
TANDUK Setelah mendorong pintu kamarnya hingga
terbuka, Nasuada berjalan ke mejanya, lalu
mengempaskan diri ke kursi, tidak menyadari
sekitarnya. Punggungnya begitu kaku hingga bahunya
tidak menyentuh sandaran kursi. Ia merasa beku
karena masalah tak terpecahkan yang dihadapi kaum
Varden. Naik-turun dadanya melambat hingga tidak
terlihat. Aku gagal, hanya itu yang bisa dipikirkannya.
"Ma'am, lengan baju Anda!" Tersentak dari
lamunannya, Nasuada menunduk dan mendapati Farica
memukul-mukul lengan kanannya dengan kain
pembersih. Asap tipis mengepul dari lengan baju
berbordirnya. Dengan terkejut Nasuada bangkit dari
kursi dan memutar lengan, berusaha menemukan
sumber asap. Lengan baju dan roknya hancur menjadi
seperti sarang laba-laba seputih kapur yang
menebarkan asap berbau busuk. "Bantu aku melepas
baju ini," katanya. Ia mengulurkan lengannya yang
terkontaminasi jauh-jauh dari tubuhnya dan memaksa
diri untuk tidak bergerak sementara Farica
menanggalkan gaun luarnya. Jemari pelayan itu
menyentuh punggung Nasuada dengan tergesa-gesa,
sulit menguraikan simpul-simpulnya, dan akhirnya
berhasil menanggalkan lapisan wol yang membungkus
tubuh Nasuada. Begitu gaun luarnya terlepas,
Nasuada menyentakkan lengannya dari lengan baju
dan membebaskan diri dari mantel. Ia berdiri
terengah-engah di samping meja, hanya mengenakan
sandal dan pakaian dalam linen. Yang melegakannya,
pakaian dalamnya yang mahal tidak rusak, sekalipun
terkena bau busuk. "Apakah Anda terbakar?" tanya
Farica. Nasuada menggeleng, ddak memercayai
lidahnya untuk menjawab. Farica menyentuh gaun
luarnya dengan ujung sepatu. "Setan apa ini?" Salah
satu ramuan busuk Orrin," kata Nasuada dengan Suara
serak. "Aku menumpahkannya di laboratorium."
Setelah menenangkan diri dengan menghela napas
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
panjang, ia memeriksa gaun yang rusak itu dengan
kecewa. Gaun tersebut dirajut para kurcaci wanita
Durgrimst Ingeitum sebagai hadiah ulang tahun
terakhirnya dan salah satu pakaian terbaik yang
dimilikinya. Ia tidak memiliki pakaian lain sebagai
pengganti, dan ia tidak bisa membenarkan keputusan
untuk membeli gaun baru, mengingat kesulitan
keuangan yang dihadapi kaum Varden. Entah dengan
cara bagaimana, aku harus bisa bertahan tanpa gaun
ini. Farica menggeleng. "Sayang sekali gaun seindah
ini rusak." Ia mengitari meja menuju keranjang
menjahit dan kembali membawa gunting berukir.
"Sebaiknya kita selamatkan gaun ini sebisanya. Akan
saya potong bagian yang rusak dan saya bakar."
Nasuada merengut dan mondar-mandir dalam ruangan,
marah pada kecerobohannya sendiri dan karena
menambah daftar kekhawatirannya yang telah panjang.
"Apa yang harus kukenakan untuk ke istana
sekarang?" tanyanya.
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Gunting memotong wol yang lunak dengan mantap.
"Mungkin gaun linen Anda." Gaun itu terlalu biasa
untuk menemui Orrin dan para bangsawannya." "Beri
saya kesempatan untuk mengatasinya, Ma'am. Saya
yakul bisa mengubahnya menjadi cukup layak. Pada
saat saya menyesal, gaun itu akan tampak dua kali
lebih anggun daripada tidak. Tak ada gunanya. Mereka
akan menertawakan aku. Dengan mengenakan pakaian
yang layak saja sudah cukup sulit untuk mendapatkan
penghormatan mereka, apa lagi kalau aku mengenakan
gaun tambal sulam yang menunjukkan kemiskinan
kita." Wanita yang lebih tua itu menatap Nasuada
tajam. "Gaun itu layak, selama Anda tidak malu
dengan penampilan Anda. Bukan hanya itu, saya jamin
para wanita lain akan begitu terpesona pada model
baru baju Anda hingga akan menirunya. Anda lihat
saja nanti." Setelah melangkah ke pintu, Farica
membukanya dan memberikan kain yang rusak kepada
salah seorang penjaga di luar. "Nyonyamu ingin kain
ini dibakar. Lakukan diam-diam dan jangan
memberitahu siapa pun. Kalau tidak, kau akan
berhadapan denganku." Penjaga itu memberi hormat.
Nasuada tidak mampu menahan senyum. "Bagaimana
jadinya aku tanpa dirimu, Farica?" "Cukup baik,
menurut saya." Setelah mengenakan pakaian berburu
hijau--yang rok tipisnya terasa menyegarkan dalam
panasnya hari--Nasuada memutuskan bahwa sekalipun
masih merasa tidak enak terhadap Orrin, ia akan
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menerima saran pria itu dan menyela jadwal rutinnya
dengan membantu Farica menanggalkan jahitan dari
gaunnya. Ia mendapati tugas itu sangat bagus untuk
memusatkan pikiran. Sambil mencabuti benang, ia
mendiskusikan masalah kaum Varden dengan Farica,
dengan harapan Farica melihat jalan keluar yang tidak
terlihat olehnya. Pada akhirnya, bantuan Farica
hanyalah komentar, "Tampaknya sebagian besar
masalah di dunia ini berakar pada emas. Kalau kita
memiliki cukup banyak emas, kita bisa menyingkirkan
Galbatorix dari takhta hitamnya... mungkin bahkan
tidak perlu bertempur melawan anak buahnya."
Apakah aku benar-benar berharap ada orang lain yang
melakukan pekerjaanku untukku" tanya Nasuada dalam
hati. Aku yang memimpin kami ke jalan buntu ini dan
aku harus memimpin mereka keluar. Dengan niat
membuka jahitan, ia mengulurkan lengan dan
mengaitkan ujung pisaunya ke tepi renda bobbin,
memotongnya menjadi dua. Ia menatap renda yang
rusak itu, ujung terburai benang-benang berwarna
perkamennya melingkar-lingkar melintasi gaun luarnya
seperti banyak sekali cacing kepanasan. Ia terus
menatap dan merasakan tawa histeris mencakari
tenggorokan bahkan saat air mata menggenangi
matanya. Bisakah nasibnya lebih buruk lagi" Renda
bobbin itu bagian paling berharga gaunnya. Sekalipun
membuat renda dibutuhkan keahlian, kelangkaan dan
mahalnya benda itu terutama karena bahan utamanya:
proses pembuatannya yang makan waktu sangat
banyak, berulang-ulang, seakan seakan bisa
membekukan otak dan melumpuhkan badan. Merajut
sendiri kerudung berenda membutuhkan waktu yang
begitu lama hingga kemajuanmu bukan diukur dengan
minggu tapi dengan bulan. Kalau diukur menggunakan
ons, renda lebih mahal daripada emas atau perak. Ia
menyusuri rajutan benang itu dengan jari-jari,
berhenti sejenak pada sela yang dibuatnya. Renda
tidak membutuhkan energi terlalu banyak, melainkan
waktu. Ia tidak suka membuat renda sendiri. Energi...
energi.... Pada saat itu, serangkaian bayangan
melintas dalam benaknya: Orrin berbicara mengenai
penggunaan sihir untuk penelitian; Trianna, wanita
yang memimpin Du Vrangr Gata sejak kematian si
Kembar; menengadah memandang salah seorang tabib
kaum Varden saat pria itu menjelaskan prinsip-prinsip
sihir kepada Nasuada sewaktu ia baru berusia lima
atau enam tahun. Pengalaman yang berbeda itu
membentuk serangkaian alasan yang begitu konyol dan
mustahil hingga akhirnya ia hanya bisa tertawa.
Farica menatapnya dengan pandangan aneh dan
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menunggu penjelasan. Saat berdiri, Nasuada
menjatuhkan separo gaun dari pangkuannya ke lantai.
"Panggilkan Trianna saat ini juga," katanya. "Aku
tidak peduli apa yang sedang dilakukannya; bawa ia
kemari." Kulit di sekitar mata Farica menegang, tapi
ia memberi Bidadari Pendekar Naga Sakti
hormat dan berkata, "Terserah Anda, Ma'am." Ia pergi
melalui pintu pelayan yang tersembunyi. "Terima
kasih," bisik Nasuada dalam kamar yang kosong. Ia
memahami keengganan pelayannya; ia juga merasa
tidak nyaman setiap kali harus berhubungan dengan
pengguna sihir. Ia malah hanya memercayai Eragon
karena Eragon Penunggang--sekalipun itu bukan bukti
kebaikan, seperti yang ditunjukkan Galbatorix--dan
karena sumpah setia Eragon padanya, yang Nasuada
tahu tidak akan pernah dilanggarnya. Ia takut
memikirkan kekuatan para penyihir. Pikiran bahwa
sesekarang yang tampak biasa mampu membunuh
dengan sepatah kata; menjajah pikiranmu kalau ia
menginginkannya; menipu, berbohong, dan mencuri
tanpa tertangkap; dan menantang masyarakat nyaris
tanpa pernah di hukum & Jantungnya berdetak semakin
cepat. Bagaimana kau bisa menerapkan hukum kalau
sebagian tertentu dari populasi memiliki kekuatan
istimewa" Di tingkat yang paling dasar, perang kaum
Varden terhadap Kekaisaran tidak lebih daripada
usaha untuk mengadili orang yang menyalahgunakan
kemampuan sihirnya dan untuk mencegahnya
melakukan kejahatan lebih jauh. Semua penderitaan
dan kehancuran ini karena tidak ada seorang pun yang
memiliki kekuatan untuk mengalahkan Galbatorix. Ia
bahkan tidak mati sesudah rentang waktu yang normal!
Sekalipun tidak menyukai sihir, Nasuada tahu sihir
akan memainkan peran penting dalam menyingkirkan
Galbatorix dan ia tidak bisa mengabaikan para
penggunanya sebelum kemenangan yang pasti. Begitu
menang, ia berniat menyelesaikan masalah yang
ditimbulkan penggunaan sihir. Ketukan mantap di
pintu kamar mengusik pikirannya. Setelah memaksa
diri tersenyum ramah dan menjaga ekspresinya seperti
ia dididik selama ini, Nasuada berkata, "Masuk!" Ia
harus bersikap sopan setelah memanggil Trianna
dengan cara sekasar itu. Pintu terbuka dan si wanita
penyihir berambut merah Melangkah masuk ke kamar,
rambutnya yang kusut ditata tinggi di kepala dengan
ketergesa-gesaan yang kelihatan jelas. Trianna
tampak seperti baru saja dibangunkan dari tidur.
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Setelah membungkuk dengan gaya kurcaci, ia berkata,
"Anda ingin bertemu denganku, Lady?" "Memang."
Setelah duduk di kursi, Nasuada membiarkan
pandangannya perlahan-lahan menyusuri Trianna dari
atas ke bawah. Wanita penyihir itu mengangkat dagu
saat dipandangi Nasuada. "Aku perlu tahu: Apa aturan
sihir yang penting?" Trianna mengerutkan kening.
"Bahwa apa pun yang Anda lakukan dengan sihir
membutuhkan energi yang sama seperti kalau Anda
melakukannya tanpa sihir." "Dan yang bisa
kaulakukan, hanya dibatasi kecerdasan dan
pengetahuanmu tentang bahasa kuno?" "Ada
aturan-aturan lain, tapi pada umumnya, ya. Lady,
kenapa Anda menanyakannya" Ada prinsip-prinsip
dasar sihir yang sekalipun tidak umum, aku yakin
sudah Anda ketahui." Memang. Aku hanya ingin
memastikan sudah memahaminya dengan benar."
Tanpa beranjak dari kursi, Nasuada mengulurkan
tangan ke bawah dan mengambil gaunnya agar Trianna
bisa melihat renda yang terpotong. "Kalau begitu,
dalam batasan-batasan itu, kau seharusnya mampu
menyusun mantra yang memungkinkan dirimu membuat
renda dengan sihir." Cibiran mengejek mengerutkan
bibir gelap wanita penyihir itu. "Du Vrangr Gata
memiliki tugas yang lebih penting daripada
memperbaiki pakaian Anda, Lady. Seni kami tidak
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebiasa itu untuk digunakan sesuka hati. Aku yakin
tukang jahit Anda lebih dari mampu memenuhi
permintaan Anda. Nah, kalau Anda tidak keberatan,
aku--" "Diam, perempuan," kata Nasuada datar.
Keterkejutan menyebabkan Trianna tidak mampu
bicara. "Kulihat aku terpaksa mengajar Du Vrangr
Gata pelajaran yang sama seperti yang kuajarkan
pada Dewan Tetua: Aku mungkin masih muda, tapi aku
bukan anak yang bisa diperintah seenaknya. Aku
bertanya tentang renda ini karena kalau kau bisa
membuatnya dengan cepat dan mudah menggunakan
sihir, kita bisa mendukung kaum Varden dengan
menjual renda yang murah di seluruh Kekaisaran.
Orang-orang Galbatorix sendiri yang akan
menyediakan dana yang kita butuhkan untuk bertahan
hidup " Tapi itu konyol," Trianna memprotes. Bahkan
Farica tampak Skeptis. "Anda tidak bisa membiayai
perang d Bidadari Pendekar Naga Sakti
engan renda." Nasuada mengangkat satu alisnya.
"Kenapa tidak" Wanita-wanita yang selama ini tidak
mampu memiliki renda akan menerkam kesempatan
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk membeli renda kita. Setiap istri petani yang
ingin tampil lebih kaya daripada sebenarnya akan
menginginkannya, Bahkan pedagang kaya dan
bangsawan akan memberi kita emas mereka karena
renda kita akan lebih baik daripada renda mana pun
yang dirajut tangan manusia. Kita akan mengumpulkan
kekayaan yang menyaingi para kurcaci. Itu kalau kau
cukup ahli dengan sihirmu untuk memenuhi
permintaanku." Trianna mengibaskan rambut. "Anda
meragukan kema puanku?" "Bisakah kau
melakukannya?" Trianna ragu-ragu, lalu mengambil
gaun itu dari Nasuada dan mempelajari rendanya
cukup lama. Akhirnya ia berkata, "Seharusnya bisa,
tapi aku harus melakukan beberapa pengujian sebelum
bisa memastikannya." "Lakukan secepatnya. Mulai
sekarang, ini tugasmu yang paling penting. Dan cari
pembuat renda paling berpengalaman untuk memberi
saran mengenai polanya." "Ya, Lady Nasuada."
Nasuada melunakkan suaranya. "Bagus. Kuminta kau
juga memilih anggota-anggota Du Vrangr Gata yang
paling cerdas untuk membantumu menciptakan
teknik-teknik sihir yang akan membantu kaum Varden.
Itu tanggung jawabmu, bukan tanggung jawabku."
"Ya, Lady Nasuada." "Sekarang kau boleh pergi.
Laporkan padaku besok pagi." "Ya, Lady Nasuada."
Dengan puas Nasuada mengawasi kepergian wanita
penyihir itu, lalu memejamkan mata dan membiarkan
dirinya menikmati kebanggaan sesaat atas
prestasinya. Ia tahu tidak ada oran& bahkan ayahnya,
yang mampu memikirkan solusi yang dihasilkannya.
"Ini sumbanganku pada kaum Varden, katanya sendiri,
berharap Ajihad bisa menyaksikannya. Dengan suara
yang lebih keras, ia bertanya, "Apakah aku
membuatmu terkejut, Farica?" "Selalu, Ma'am." ELVA
Ma'am"... Anda ditunggu, Ma'am." "Apa?" Karena
enggan bergerak, Nasuada membuka mata dan melihat
Jormundur memasuki ruangan. Veteran bertubuh kurus
tapi liat itu menanggalkan helm, menyelipkannya di
bawah lengan, dan mendekatinya dengan tangan kiri
bertumpu pada ujung tangkai pedangnya. Jala-jala
bajanya berdencing saat ia membungkuk. "My Lady."
"Selamat datang, Jormundur. Bagaimana kabar
putramu hari ini?" Nasuada senang pria ini datang.
Dari semua anggota Dewan Tetua, pria ini yang paling
mudah menerima kepemimpinannya, melayaninya
dengan kesetiaan dan kebulatan tekad yang sama
seperti pada Ajihad. Kalau semua pejuangku seperti
dirinya, tidak ada yang bisa menghentikan kami.
"Batuknya sudah reda." "Aku senang mendengarnya.
Nah, ada apa kau kemari?" Kerut-kerut muncul di
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kening Jormundur. Ia mengusap rambutnya yang yang
diekor kuda, lalu tersadar dan memaksa tangannya
turun ke sisi tubuhnya. "Sihir, yang paling aneh."
"Anda ingat bayi yang diberkati Eragon?" "Aye.
Nasuada hanya sekali melihat bayi itu, tapi ia sangat
menyadari berbagai kisah yang dibesar-besarkan
tentang anak yang beredar di kalangan Varden, juga
harapan kaum Varden akan apa yang dicapai gadis itu
kelak ia dewasa. Nasuada bersikap lebih praktis
mengenai hal itu. Apa pun jadinya anak tersebut
kelak, ia baru dewasa bertahun-tahun lagi, ketika
pertempuran melawan Galbatorix telah dimenangkan
atau kalah. "Aku diminta membawa Anda
menemuinya." "Diminta" Oleh siapa" Dan kenapa?"
"Seorang bocah laki-laki di lapangan latihan
memberitahuku Anda sebaiknya mengunjungi gadis itu.
Katanya Anda akan mendapatinya menarik. Bocah itu
menolak memberitahukan namanya, tapi ia tampak
seperti kucing jadi-jadian si penyihir, jadi kupikir...
Well, kupikir sebaiknya Anda tahu." Jormundur tampak
malu. "Aku sudah menanyai anak buahku sendiri
mengenai gadis itu, dan aku mendengar kabar..,
bahwa ia berbeda." "Berbeda bagaimana?" Pria itu
mengangkat bahu. "Cukup untuk percaya bahwa
sebaiknya Anda memenuhi permintaan kucing
jadi-jadian itu." Nasuada mengerutkan kening. Ia
tahu dari kisah-kisah lama bahwa mengabaikan kucing
jadi-jadian merupakan tindakan paling bodoh dan
sering menyebabkan kehancuran seseorang. Tapi
teman kucing jadi-jadian itu--Angela si tukang
obat--adalah pengguna sihir lain yang tidak terlalu di
Bidadari Pendekar Naga Sakti
percayai Nasuada; wanita itu terlalu mandiri dan tidak
bisa ditebak. "Sihir," katanya, dengan nada seakan
kata itu merupakan kutukan. "Sihir," Jormundur
menyetujui, sekalipun ia menggunakan kata itu dengan
nada terpesona dan takut. "Baiklah, kita kunjungi
anak itu. Apakah ia ada dalam puri?" "Orrin memberi
ia dan perawatnya kamar-kamar di sisi barat benteng."
"Antarkan aku padanya." Setelah menyingsingkan
rok, Nasuada memerintahkan menunda janji temu hari
ini, lalu meninggalkan kamar. Di belakangnya, ia
mendengar Jormundur menjentikkan jemari di saat
mengatur keempat pengawal agar mengambil posisi di
sekitar Nasuada. Sesaat kemudian ia mendampingi
Nasuada, menunjukkan jalan. Panasnya udara di
dalam Puri Borromeo meningkat hingga mereka merasa
seperti terperangkap dalam oven roti raksasa. Udara
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berpendar bagai kaca cair di sepanjang kusen-kusen
jendela. Sekalipun merasa tidak nyaman, Nasuada
tahu ia lebih bisa mentolerir panasnya udara
dibandingkan orang-orang lain karena kulitnya yang
gelap. Mereka yang paling kesulitan dalam uaara
panas adalah pria-pria seperti Jormundur dan para
pengawalnya, yang mengenakan baju besi sepanjang
hari, bahkan sewaktu mereka ditugaskan di tempat
terbuka tanpa pelindung dari matahari. Nasuada terus
mengawasi kelima pria itu sementara keringat
merigucur di kulit mereka yang terbuka dan napas
mereka semakin tersengal-sengal. Sejak tiba di
Aberon, sejumlah anggota kaum Varden pingsan akibat
sengatan panas--dua di antaranya meninggal satu atau
dua jam kemudian--dan Nasuada tidak berniat
kehilangan lebih banyak anak buahnya dengan
memaksa mereka melampaui batas fisik mereka.
Sewaktu merasa mereka perlu beristirahat, ia
memerintahkan mereka berhenti--tanpa memedulikan
keberatan mereka--dan minum air yang dibawa
pelayan. "Aku tidak bisa membiarkan kalian
berjatuhan begitu saja." Mereka harus berhenti dua
kali lagi sebelum tiba di tempat tujuan, pintu biasa
dalam ceruk di dinding dalam lorong. Lantai di
sekitarnya dipenuhi hadiah. Jormundur mengetuk, dan
suara yang gemetar dari dalam bertanya, "Siapa itu?"
" Lady Nasuada, datang untuk menemui anak itu," kata
Jormundur. "Apakah kalian tulus dan bertekad bulat?"
Kali ini Nasuada yang menjawab, "Hatiku tulus dan
tekadku sekeras besi." "Silakan masuk, kalau begitu,
dan selamat datang." Pintu terbuka ke ruang tamu
yang diterangi satu lentera merah kurcaci. Tidak ada
orang di pintu. Setelah masuk, Nasuada melihat
dinding dan langit-langitnya tertutup berlapis-lapis
kain gelap, menyebabkan tempat itu terasa seperti
gua atau liang. Yang mengejutkannya, udara di sana
cukup sejuk, hampir dingin, seperti malam musim
gugur. Ketakutan menghunjamkan cakarnya yang
beracun ke perut Nasuada. Sihir. Sehelai tirai jala
hitam menghalangi jalannya. Setelah meyibakkannya,
ia ternyata berada di tempat yang dulunya merupakan
ruang duduk. Perabotannya telah disingkirkan, kecuali
sebaris kursi yang menempel ke dinding. Sekelompok
lentera redup kurcaci tergantung pada cekungan di
kain yang meles, di atas kepala, menebarkan
bayang-bayang berbagai warna ke segala arah.
Pelayan bungkuk mengawasinya dari keremangan salah
satu sudut ruangan, diapit Angela si tukang obat dan
kucing jadi-jadian, yang berdiri dengan bulu tegak. Di
tengah ruangan berlutut seorang gadis pucat. Nasuada
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memperkirakan usianya tiga atau empat tahun. Gadis
itu menjumput makanan di piring di pangkuannya.
Tidak ada yang bicara. Dengan bingung Nasuada
bertanya, "Mana bayinya?" Gadis itu menengadah.
Nasuada tersentak saat melihat tanda naga yang
terang di atas alis anak itu dan ia menatap tajam
matanya yang ungu. Gadis itu tersenyum sok tahu dan
mengerikan. "Namaku Elva." Nasuada mundur tanpa
sadar, mencengkeram pisau yang terikat di lengan
kirinya. Suara gadis itu suara orang dewasa dan
penuh dengan pengalaman dan kesinisan orang
dewasa. Keluar dari mulut anak kecil, suara itu
terdengar sangat menakutkan. "Jangan lari," kata
Elva. "Aku temanmu." Ia menyingkirkar piringnya;
piring itu kosong sekarang. Pada si pelayan, ia
berkata, "Makanan lagi." Wanita tua itu bergegas
keluar kamar. Lalu Bidadari Pendekar Naga Sakti
Elva menepuk lantai di sampingnya. "Silakan duduk.
Aku sudah menunggumu sejak aku belajar bicara."
Sambil tetap mencengkeram pisau, Nasuada duduk.
"Kapan itu?" "Minggu lalu." Elva melipat tangan di
pangkuannya. Dia menatap Nasuada lurus di mata,
menguncinya di tempat dengan kekuatan tatapannya
yang tidak wajar. Nasuada merasa seperti ada tombak
ungu yang menembus tengkoraknya berputar-putar
dalam benaknya, mencabik pikiran dan kenangannya.
Ia menekan keinginan untuk menjerit. Sambil
mencondongkan tubuh ke depan, Elva mengulurkan
tangan dan memegang pipi Nasuada dengan tangannya
yang lembut. "Kau tahu, Ajihad tidak bisa memimpin
kaum Varden lebih baik daripada dirimu. Kau sudah
memilih jalan yang benar. Namamu akan dipuji hingga
berabad-abad karena memiliki keberanian dan
pandangan jauh ke depan untuk memudahkan kaum
Varden ke Surda dan menyerang Kekaisaran sementara
semua orang lain menganggap tindakan itu sinting."
Nasuada ternganga memandang gadis itu, tertegun.
Seperti anak kunci yang tepat pada lubangnya,
kata-kata Elva tepat mengenai ketakutan utama
Nasuada, keraguan yang menyebabkan ia terjaga di
malam hari, bercucuran keringat dalam gelap. Emosi
tak tertahan bergolak dalam dirinya, membangkitkan
kepercayaan diri dan kedamaian yang tidak
dirasakannya sejak sebelum kematian Ajihad. Air mata
kelegaan mengalir deras dari matanya dan bergulir
turun di wajahnya. Rasanya Elva seolah tahu persis
apa yang harus dikatakan untuk menghibumya.
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nasuada membenci gadis itu karenanya.
Kegembiraannya bertarung melawan kebenciannya
karena mengingat bagaimana saat lemah ini
dibangkitkan dan oleh siapa. Ia juga tidak memercayai
motivasi gadis ini. "Kau ini apa?" tanyanya. "Aku
adalah apa yang dibuat Eragon." "Ia memberkati
dirimu." Tatapan mata kuno yang menakutkan itu
sejenak menghilang saat Elva mengerjap. "Ia tidak
memahami tindakannya. Sejak Eragon menyihirku,
setiap kali bertemu seseorang, aku merasakan semua
penderitaan yang menyiksanya dan yang akan
menyiksanya. Sewaktu masih kecil, aku tidak bisa
berbuat apa-apa untuk mengatasinya. Jadi aku
tumbuh." "Kenapa--" "Sihir dalam darahku
memaksaku melindungi orang-orang dari
penderitaan... apa pun akibatnya padaku dan apakah
aku akan membantu atau tidak." Senyumnya berubah
agak pahit. "Aku sangat menderita kalau menolak
dorongan itu." Sementara Nasuada memikirkan
artinya, ia menyadari bahwa sikap Elva yang
meresahkan adalah akibat sampingan penderitaan
yang diterimanya. Nasuada bergidik membayangkan
apa yang sudah dialami gadis ini. Ia pasti
tercabik-cabik dorongan ini dan tidak mampu
bertindak untuk mengatasinya. Bertentangan dengan
keinginannya sendiri, ia mulai merasakan simpati
pada Elva. "Kenapa kau memberitahukan hal ini
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
padaku?" "Kupikir sebaiknya kau tahu siapa dan apa
diriku" Eva diam sejenak, dan api di matanya
menguat. "Dan bahwa aku akan berjuang demi dirimu
sebisa mungkin. Gunakan diriku seperti kau
menggunakan pembunuh bayaran--diam-diam, dalam
gelap, dan tanpa ampun." Ia tertawa melengking
menggetarkan. "Kau heran kenapa; aku bisa
melihatnya. Karena kalau perang ini tidak berakhir,
dan lebih cepat lebih baik, aku akan sinting
karenanya. Aku sudah cukup sulit mengatasi
penderitaan kehidupan sehari-hari tanpa harus
menghadapi kekacauan pertempuran. Gunakan diriku
untuk mengakhirinya dan akan kupastikan hidupmu
sebahagia manusia mana pun yang mendapat
keistimewaan mengalaminya." Pada saat itu, si
pelayan bergegas masuk ke kamar, membungkuk pada
Elva, dan memberikan sepiring makanan padanya.
Nasuada merasakan kelegaan fisik saat Elva
menunduk dan melahap kaki domba, menjejalkan
daging ke mulut dengan dua tangan. Ia makan dengan
nafsu serigala kelaparan, tanpa sopan santun sedikit
pun. Karena matanya yang ungu dan tanda naganya
tersembunyi di balik rambut hitamnya, ia sekali lagi
Pendekar Gagak Rimang Menumpas Angkara Murka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tampak tidak lebih dari anak yang masih polos.
Nasuada menunggu hingga jelas bahwa Elva telah
mengatakan semua yang ingin dikatakannya.
Lalu--dengan isyarat dari Angela--ia menemani ahli
tanaman obat itu masuk ke pintu samping,
meninggalkan gadis pucat tersebut duduk seorang diri
d Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
i tengah kamar yang gelap dan tertutup kain seperti
janin menakutkan dalam rahim, menunggu saat yang
tepat untuk muncul. Angela memastikan pintu telah
tertutup sebelum berbisik, "Ia makan terus. Kami tidak
bisa memuaskan nafsu makannya, dengan ransum yang
sekarang. Kau bisa--" "Ia akan diberi makan. Kau
tidak perlu khawatir." Nasuada menggosok-gosok
lengan, berusaha menghilangkan kenangan akan mata
yang menakutkan itu... "Terima kasih." Apakah
kejadian ini pernah menimpa orang lain?" Angela
menggeleng hingga rambut keritingnya memantul pada
bahunya. "Tidak sepanjang sejarah sihir. Sudah
kucoba mengucilkan masa depannya, tapi sia-sia,
karena hidupnya berinteraksi dengan hidup begitu
banyak orang." "Apakah ia berbahaya?" "Kita semua
berbahaya." "Kau tahu maksudku." Angela
mengangkat bahu. "Ia lebih berbahaya daripada
beberapa orang dan tidak seberbahaya beberapa orang
lainnya. Tapi yang paling mungkin dibunuhnya adalah
Bourne Supremacy 8 Pendekar Naga Putih 45 Pengemban Dosa Turunan Rahasia Makam Mahesa 1