Pencarian

Peperangan Raja Raja 18

Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin Bagian 18


serta di atas semua itu bau darah, darah, darah.
"Aku bisa menjagamu tetap aman," kata si Anjing
parau. "Mereka semua takut padaku. Tidak ada lagi yang
akan menyakitimu, atau kubunuh mereka." Ditariknya
Sansa lebih dekat, dan sejenak Sansa mengira si Anjing
berniat menciumnya. Lelaki itu terlalu kuat untuk dilawan.
Dia memejamkan mata, menginginkan semuanya berlalu
secepatnya, tapi tak ada yang terjadi. "Masih tak bisa menatapku,
bukan?" Sansa mendengar si Anjing berkata. Direnggutnya
lengan Sansa keras-keras, menariknya lalu mendorongnya ke
tempat tidur. "Aku mau menagih lagu itu. Florian dan Jonquil,
katamu." Dia menghunus belati, menempelkannya di leher
Sansa. "Bernyanyilah, burung kecil. Bernyanyilah demi nyawa
kecilmu." Tenggorokan Sansa kering dan tercekik oleh rasa
takut, dan setiap lagu yang dikenalnya lenyap dari benaknya.
Kumohon jangan bunuh aku, dia ingin berteriak, kumohon
jangan. Dia bisa merasakan si Anjing memutar ujung belati,
menekankan ke lehernya, dan dia hampir memejamkan mata
lagi, tapi kemudian dia teringat. Bukan lagu tentang Florian
dan Jonquil, tapi tetap saja lagu. Suaranya terdengar lirih, tipis,
dan gemetar di telinganya.
1008 Sang Bunda yang penyayang, sumber belas kasih,
selamatkan putra-putra kami dari perang, kami berdoa,
jauhkan pedang dan jauhkan anak panah,
izinkan mereka menjalani hari yang lebih baik.
Sang Bunda yang penyayang, kekuatan para perempuan,
bantulah putri-putri kami melewati pertempuran ini,
redakanlah amarah dan jinakkan kemurkaan,
ajari kami semua jalan yang penuh kasih.
Dia lupa bait-bait lainnya. Begitu suaranya menghilang,
dia khawatir si Anjing mungkin membunuhnya, tapi beberapa
saat kemudian lelaki itu menjauhkan belati dari lehernya,
tanpa berbicara. Naluri membuat Sansa mengangkat tangan dan
menangkup pipi lelaki itu dengan jemarinya. Ruangan itu
terlalu gelap untuknya melihat si Anjing, tapi dia bisa merasakan
lengketnya darah, dan sesuatu yang basah yang bukan darah.
"Burung kecil," ucap lelaki itu sekali lagi, suaranya parau dan
kasar mirip baja di batu. Kemudian dia bangkit dari tempat
tidur. Sansa mendengar kain dirobek, diikuti oleh bunyi yang
lebih pelan dari langkah kaki yang menjauh.
Ketika dia merangkak turun dari tempat tidur, lama
berselang, dia sudah sendirian. Dia menemukan jubah si
Anjing di lantai, terpilin kencang, wol putih yang bernoda
darah dan api. Saat itu langit di luar sudah menggelap,
tinggal segelintir hantu hijau pucat berdansa dilatari bintangbintang. Angin dingin berembus, membanting daun jendela.
Sansa kedinginan. Dia membentangkan jubah koyak itu dan
meringkuk di bawahnya di lantai, menggigil.
Dia tak tahu berapa lama dia di sana, tapi kemudian
dia mendengar lonceng berdentang, jauh di seberang kota.
Bunyinya berupa gemuruh berat perunggu, jedanya kian
singkat seiring setiap dentangnya. Sansa bertanya-tanya apa
artinya ketika lonceng kedua ikut berbunyi, lalu yang ketiga,
1009 dentang-dentang itu mengimbau melintasi perbukitan dan
lembah, gang dan menara, ke setiap sudut King"s Landing.
Sansa menyibak mantel dan melangkah ke jendela.
Semburat samar fajar pertama tampak di timur, dan
lonceng Benteng Merah juga ikut berdentang, bergabung
dengan arus suara yang membesar yang mengalir dari tujuh
menara kristal Kuil Agung Baelor. Mereka juga membunyikan
lonceng-lonceng sewaktu Raja Robert mangkat, Sansa teringat,
tapi kali ini berbeda, bukan dentang sedih kematian melainkan
gemuruh sukacita. Dia juga bisa mendengar orang-orang
berseru-seru di jalanan, dan sesuatu yang pasti merupakan
sorak-sorai. Ser Dontos-lah yang membawakan kabar untuknya.
Lelaki itu terhuyung-huyung melewati pintu Sansa yang
terbuka, mendekapnya dengan lengan gemuk, dan memutarmutarnya di sekeliling kamar, berteriak-teriak tak jelas sehingga
Sansa tak memahami sepatah kata pun. Ser Dontos semabuk
si Anjing tadi, tapi yang dilakukannya adalah tarian riang
orang mabuk. Sansa kehabisan napas dan pening ketika lelaki
itu menurunkannya. "Ada apa?" Sansa mencengkeram tiang
ranjang. "Apa yang terjadi" Katakan padaku!"
"Sudah berakhir! Berakhir! Berakhir! Kota selamat. Lord
Stannis tewas, Lord Stannis melarikan diri, tak ada yang tahu,
tak ada yang peduli, pasukannya berantakan, bahaya sudah
berlalu. Dibantai, bertemperasan, atau menyerah, kata mereka.
Oh, panji-panji berwarna terang! Panji-panjinya, Jonquil, panjipanjinya! Kau punya anggur" Kita harus minum untuk hari ini,
ya. Itu artinya kau aman, kau mengerti bukan?"
"Ceritakan padaku apa yang terjadi!" Sansa
mengguncangnya. Ser Dontos tertawa dan melompat dari satu kaki ke
kaki lain, hampir terjatuh. "Mereka datang menembus abu
selagi sungai terbakar. Sungainya, Stannis terendam seleher di
air, dan mereka menyerbunya dari belakang. Oh, senangnya
menjadi kesatria lagi, menjadi bagian dari ini! Pasukannya
1010 nyaris tak melawan, kata mereka. Sebagian kabur tapi lebih
banyak yang berlutut dan menyerah, menyerukan nama Lord
Renly! Apa yang dipikirkan Stannis waktu mendengar itu" Aku
diceritakan oleh Osney Kettleblack yang mendengarnya dari
Ser Osmund, tapi Ser Balon kini sudah kembali dan orangorangnya mengatakan hal yang sama, begitu juga pasukan jubah
emas. Kita berhasil, anak manis! Mereka datang melewati jalan
mawar dan menyusuri tepian sungai, melintasi ladang-ladang
yang dibakar Stannis, abu membubung di sekeliling bot mereka
dan mengubah zirah mereka jadi kelabu, tapi oh! panji-panjinya
pasti berwarna terang, mawar emas, singa emas, dan yang
lainnya, pohon Klan Marbrand dan Rowan, pemburu Klan
Tarly, anggur Klan Redwyne, dan daun Lady Oakheart. Semua
orang-orang barat, seluruh kekuatan Highgarden dan Casterly
Rock! Lord Tywin sendiri yang memimpin sayap kanan mereka
di sisi utara sungai, sedangkan Randyll Tarly memimpin di
tengah dan Mace Tyrell di sayap kiri, tapi garda depanlah
yang memenangkan pertempuran. Mereka menyerbu Stannis
bagaikan lembing menembus labu, setiap prajurit melolong
bagaikan iblis berzirah baja. Dan kau tahu tidak siapa yang
memimpin garda depan" Tahu tidak" Tahu tidak" Tahu tidak?"
"Robb?" Harapan itu terlalu muluk, tapi...
"Lord Renly! Lord Renly dengan zirah hijaunya, dengan
api berpendar di tanduk emasnya! Lord Renly dengan tombak
panjang di tangan! Kata mereka, dia membunuh Ser Guyard
Morrigen dalam pertarungan satu lawan satu, serta selusin
kesatria hebat lainnya. Renly orangnya, Renly orangnya, Renly
orangnya! Oh! panji-panjinya, Sansa sayang! Oh! senangnya
menjadi kesatria!" j 1011 DAENERYS D ia sedang sarapan semangkuk sup udang-dan-kesemak
saat Irri membawakannya gaun khas penduduk Qarth,
kain tipis mengilap kuning gading dihiasi mutiara-mutiara
kecil."Bawa pergi," kata Dany. "Dermaga bukan tempat yang
cocok untukgaunindah."
Kalau Manusia Susu menganggapnya orang liar, dia
akan berpakaian seperti itu untuk mereka. Saat pergi ke
istal, dia mengenakan celana dari sutra kasar dan sandal dari
anyaman rumput. Payudaranya yang kecil berayun bebas di
balik rompi berwarna khas Dothraki, dan belati melengkung
menjuntai dari sabuk medalinya. Jhiqui mengepang rambutnya
dengan gaya Dothraki, dan memasang sebuah lonceng perak di
ujung kepang. "Aku belum pernah meraih kemenangan," dia
berusaha memberitahu dayang itu ketika lonceng berdenting
pelan. Jhiqui tak setuju. "Kau membakar maegi di rumah debu
mereka dan mengirim jiwa mereka ke neraka."
Itu kemenangan Drogon, bukan aku, Dany ingin
berkata, tapi dia menahan diri. Bangsa Dothraki akan lebih
menghargainya bila ada beberapa lonceng di rambutnya. Dia
berdenting sewaktu menaiki kuda betina peraknya, begitu juga
setiap kudanya melangkah, tapi baik Ser Jorah maupun para
1012 penunggang sedarahnya tak ada yang berkomentar. Untuk
menjaga pengikut dan naganya selama dia pergi, dia memilih
Rakharo. Jhogo dan Aggo akan berkuda bersamanya menuju
dermaga. Mereka meninggalkan istana pualam dan taman-taman
harum di belakang dan melewati bagian kota yang lebih
kumuh tempat rumah bata sederhana dengan dinding-dinding
menghadap jalan. Kuda dan unta jarang terlihat, dan tandu
sangat langka,tapi jalanan dipenuhi anak-anak, pengemis,
dan anjing kerempeng sewarna pasir. Para lelaki pucat yang
mengenakan rok linen berdebu berdiri di bawah ambang
pintu yang melengkung untuk menyaksikan mereka lewat.
Mereka tahu siapa aku, dan mereka tak mencintaiku. Dany bisa
mengetahuinya dari cara mereka menatapnya.
Ser Jorah lebih suka menjejalkannya ke dalam tandu,
aman tersembunyi di balik tirai sutra, tapi Dany menolak. Dia
sudah terlalu lama duduk di bantal-bantal satin, membiarkan
lembu-lembu membawanya ke sana kemari.Setidaknya dengan
berkuda dia merasa seolah menuju suatu tempat.
Bukan kebetulan dia mencari dermaga. Dia melarikan
diri lagi. Seumur hidupnya merupakan pelarian panjang,
sepertinya. Dia mulai melarikan diri sejak dalam kandungan
ibunya, dan tak pernah sekali pun berhenti melakukannya.
Seberapa sering dia dan Viserys diboyong pergi pada malam
gulita, hanya selangkah lebih dulu dibandingkan pembunuh
bayaran Perebut Takhta" Tetapi pilihannya hanya melarikan
diri atau mati. Xaro mendapat informasi bahwa Pyat Pree
mengumpulkan penyihir hitam yang masih hidup untuk
bekerja sama membunuhnya.
Dany tertawa saat Xaro memberitahunya. "Bukankah
kau yang berkata padaku bahwa penyihir hitam tak lebih dari
para prajurit tua, berkoar-koar dengan sia-sia tentang tindakan
terlupakan dan kekuatan yang telah hilang?"
Xaro tampak cemas. "Dulu memang begitu. Tapi
sekarang" Aku tak terlalu yakin. Kabarnya lilin-lilin kaca
1013 menyala di rumah UrraTheon Pejalan-Malam, lilin yang
sudah seratus tahun padam. Rumput hantu tumbuh di
Taman Gehane, hantu kura-kura terlihat mengantarkan
pesan dari rumah-rumah tak berjendela di Jalan Penyihir
Hitam, dan semua tikus di kota menggigit buntut sendiri.
Istri Mathos Mallarawan, yang pernah mengejek jubah
seorang penyihir hitam yang kusam dan digerogoti ngengat,
menjadi gila dan sama sekali tak mau mengenakan pakaian.
Bahkan sutra yang baru dicuci membuatnya merasa seakan
ada seribu serangga merayapi kulitnya. Dan Sybassion Buta
sang Pelahap Mata bisa melihat lagi, atau begitulah menurut
pelayannya. Itu pasti membuat seseorang bertanya-tanya."
Xaro mendesah. "Sekarang merupakan masa-masa ganjil di
Qarth. Dan masa-masa ganjil tidak baik bagi perdagangan.
Berat bagiku untuk mengatakannya, tapi mungkin sebaiknya
kau meninggalkan Qarth secepatnya." Xaro membelai jemari
Dany, meyakinkannya. "Tapi kau tidak perlu pergi sendiri.
Kau telah menyaksikan penglihatan-penglihatan muram di
Istana Debu, tapi Xaro memimpikan impian yang lebih cerah.
Aku melihatmu di tempat tidur, dengan anak kita di dadamu.
Berlayarlah bersamaku mengitari Laut Giok, dan kita masih
bisa mewujudkannya! Ini belum terlambat. Berikan padaku
seorang putra, lagu bahagiaku yang manis!"
Berikan padamu seekor naga, maksudmu. "Aku tidak akan
menikah denganmu, Xaro."
Ekspresi lelaki itu berubah dingin mendengarnya.
"Kalau begitu pergi."
"Tapi ke mana?"
"Ke suatu tempat yang jauh dari sini."
Yah, barangkali sudah waktunya. Rombongan khalasarnya menyambut gembira kesempatan untuk memulihkan diri
dari keganasantanah tandus, tapi kini sesudah tubuh mereka
kembali berisi dan pulih, mereka mulai gelisah. Dothraki
tak terbiasa tinggal lama di satu tempat. Mereka kesatria,
tak diciptakan untuk berdiam di kota. Mungkin dia sudah
1014 terlalu lama berada di Qarth, tergoda oleh kenyamanan dan
keindahannya. Di mata Dany, Qarth adalah kota yang selalu
menjanjikan lebih daripada yang akan diberikannya padamu,
dan sambutan akan kehadirannya di sini sudah berubah
dingin sejak Rumah Kaum Abadi ambruk dalam kepulan asap
dan api dahsyat.Dalam satu malam, penduduk Qarth teringat
bahwa naga berbahaya. Mereka tidak lagi saling berlombalomba memberinya hadiah. Malahan, Persaudaraan Turmalin
terang-terangan mendesak pengusirannya, dan Serikat Kuno
Saudagar Rempah menuntut kematiannya. Xaro berusaha
keras mencegah Perkumpulan Tiga Belas bergabung dengan
mereka. Tapi aku harus pergi ke mana" Ser Jorah mengusulkan
agar mereka bepergian lebih jauh ke timur, menjauhi musuhmusuhnya di Tujuh Kerajaan. Penunggang Sedarahnya
lebih senang kembali ke lautan rumput mereka yang luas,
walaupun itu berarti harus melintasi tanah tandus lagi. Dany
sendiri tengah menimbang-nimbang gagasan tinggal di Vaes
Tolorro sampai naga-naganya tumbuh besar dan kuat. Tetapi
hatinya penuh keraguan. Semua pilihan terasa keliru, entah
bagaimana... dan bahkan setelah dia memutuskan tujuan
mereka, pertanyaan tentang bagaimana caranya tiba di sana
tetap meresahkan. Xaro Xhoan Daxos tidak akan membantunya, Dany
tahu itu sekarang. Terlepas dari ucapan-ucapannya yang penuh
sanjungan, Xaro melakonkan permainannya sendiri, tak
berbeda dengan Pyat Pree. Pada malam lelaki itu memintanya
pergi, Dany meminta satu bantuan terakhir darinya. "Pasukan,
bukan?" tanya Xaro. "Seguci emas" Bahtera, barangkali?"
Dany tersipu. Dia benci mengemis. "Sebuah kapal,
benar." Mata Xaro berkilau seterang permata di hidungnya.
"Aku ini pedagang, Khaleesi. Jadi mungkin sebaiknya kita tak
lagi membahas soal pemberian, melainkan soal bisnis. Untuk
satu nagamu, kau akan mendapatkan sepuluh kapal terbaik


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1015 dalam armadaku. Kau hanya perlu mengucapkan satu kata
manis itu." "Tidak," sahut Dany.
"Ah, sayangnya," Xaro meratap, "bukan kata itu yang
kumaksud." "Apa kau tega meminta seorang ibu menjual salah satu
anaknya?" "Kenapa tidak" Mereka selalu bisa membuat anak lagi.
Para ibu menjual anak mereka setiap hari."
"Bukan Ibu para Naga."
"Bahkan demi dua puluh kapal?"
"Bahkan demi seratus kapal."
Bibir Xaro melengkung ke bawah. "Aku tidak punya
seratus kapal. Tapi kau punya tiga naga. Berikan padaku satu,
sebagai balasan atas kebaikanku. Kau masih punya dua naga
juga tiga puluh kapal."
Tiga puluh kapal pasti cukup untuk mendaratkan satu
pasukan kecil di pesisir Westeros. Tapi aku tidak punya pasukan
kecil. "Berapa kapal yang kaumiliki, Xaro?"
"Delapan puluh tiga, kalau bahtera pesiarku tak
dihitung." "Dan rekan-rekanmu di Perkumpulan Tiga Belas?"
"Di antara kami semua, mungkin seribu."
"Kalau Saudagar Rempah dan Persaudaraan Turmalin?"
"Armada konyol mereka tidak ada gunanya."
"Biarpun begitu," ucap Dany, "beritahu aku."
"Seribu dua ratus atau seribu tiga ratus milik Saudagar
Rempah. Tak lebih dari delapan ratus untuk Persaudaraan
Turmalin." "Kalau orang Asshai, Bravos, Pulau Musim Panas,
Ibben, dan semua yang melayari laut asin, berapa banyak kapal
yang mereka miliki" Totalnya?"
"Banyak dan lebih banyak lagi," sahut Xaro jengkel.
"Apa hubungannya?"
1016 "Aku mencoba menentukan harga untuk satu dari
tiga naga hidup di dunia." Dany tersenyum manis padanya.
"Menurutku sepertiga dari seluruh kapal di dunia ini adalah
harga yang adil." Air mata Xaro berlinang menuruni pipi di kedua
sisi hidungnya yang dihiasi permata. "Bukankah sudah
kuperingatkan agar kau jangan memasuki Istana Debu"
Inilah yang kutakutkan. Bisikan para penyihir hitam telah
membuatmu sesinting istri Mallarawan. Sepertiga kapal di
dunia" Bah. Bah, kataku. Bah."
Sejak saat itu Dany tidak pernah lagi bertemu dengan
Xaro. Kepala pelayannya yang mengantarkan pesan untuk
Dany, masing-masing lebih dingin daripada sebelumnya. Dany
harus meninggalkan rumahnya. Dia sudah muak memberi
makan Dany dan orang-orangnya. Dia menuntut hadiahhadiahnya dikembalikan, yang diterima Dany dengan terpaksa.
Satu-satunya penghiburannya adalah setidaknya dia punya akal
sehat untuk tidak menikah dengan lelaki itu.
Para penyihir hitam membisikkan tiga pengkhianatan... satu
karena darah, satu karena emas, dan satu karena cinta. Pengkhianat
pertama pasti Mirri Maz Duur, yang membunuh Khal Drogo
dan putra mereka yang belum lahir demi membalaskan
dendam orang-orangnya. Mungkinkah Pyat Pree dan Xaro
Xoan Daxos menjadi yang kedua dan ketiga" Menurut Dany
bukan. Yang dilakukan Pyat bukan karena emas, dan Xaro tak
pernah benar-benar mencintainya.
Jalan-jalan makin lengang ketika mereka melewati
distrik yang dipenuhi gudang-gudang berdinding batu yang
muram. Aggo berkuda di depannya dan Jhogo di belakang,
sehingga hanya Ser Jorah Mormont di sampingnya. Lonceng
rambutnya berdenting pelan, dan Dany mendapati pikirannya
melayang ke Istana Debu lagi, seperti lidah yang kembali ke
tempat yang ditinggalkan oleh gigi yang tanggal. Anak dari tiga,
mereka menyebutnya, putri kematian, pembantai kebohongan,
mempelai api. Begitu banyak tiga. Tiga api, tiga tunggangan
1017 untuk dinaiki, tiga pengkhianatan. "Sang naga punya tiga
kepala," Dany mendesah. "Kau tahu apa artinya, Jorah?"
"Yang Mulia" Lambang Klan Targaryen berupa naga
berkepala tiga, merah berlatar warna hitam."
"Aku tahu itu. Tapi mana ada naga berkepala tiga."
"Tiga kepala itu adalah Aegon dan saudara-saudara
perempuannya." "Visenya dan Rhaenys," Dany teringat. "Aku keturunan
Aegon dan Rhaenys dari putra mereka Aenys dan cucu mereka
Jaehaerys." "Bibir biru hanya mengucapkan dusta, bukankah itu
yang dikatakan Xaro padamu" Kenapa kau memedulikan apa
yang dibisikkan penyihir hitam" Yang mereka inginkan hanya
mengisap kehidupan darimu, kau sudah tahu itu sekarang."
"Mungkin," ujar Dany enggan. "Namun, hal-hal yang
kusaksikan..." "Sesosok mayat di haluan kapal, sekuntum mawar biru,
perjamuan darah... apa arti semua itu, Khaleesi" Pelakon naga,
katamu. Apa maksudnya Pelakon naga?"
"Naga kain di tiang," Dany menjelaskan. "Pelakon
memakainya dalam pertunjukan, untuk dijadikan lawan bagi
pahlawan." Ser Jorah mengernyit. Dany tak bisa melupakannya. "Lagunya adalah lagu es
dan api, kata kakakku. Aku yakin dia kakakku. Bukan Viserys,
melainkan Rhaegar. Dia punya harpa berdawai perak."
Kernyitan Ser Jorah makin dalam hingga alisnya
menyatu. "Pangeran Rhaegar memang memainkan harpa
seperti itu," dia mengakui. "Kau melihat dia?"
Dany mengangguk. "Ada perempuan di tempat tidur
sedang menyusui bayi. Kakakku berkata bayi itu adalah
pangeran yang dijanjikan dan memberitahunya nama bayi itu
Aegon." 1018 "Pangeran Aegon adalah ahli waris Rhaegar yang
dilahirkan Elia dari Dorne," kata Ser Jorah. "Tapi jika dialah
pangeran yang dijanjikan, janji itu telah musnah bersama
tengkorak ketika Lannister menghantamkan kepalanya ke
dinding." "Aku ingat," ujar Dany sedih. "Mereka juga membunuh
anak perempuan Rhaegar, sang putri kecil. Dia diberi nama
Rhaenys, sama dengan adik Aegon. Tak ada Visenya, tapi
katanya sang naga berkepala tiga. Seperti apa lagu es dan api?"
"Aku tidak pernah dengar."
"Aku menemui para penyihir hitam dengan harapan
mendapatkan jawaban, tapi mereka malah meninggalkanku
dengan ratusan pertanyaan baru."
Pada saat itu, jalanan kembali ramai. "Beri jalan," Aggo
berteriak, sedangkan Jhogo mengendus-endus udara dengan
curiga. "Aku menciumnya, Khaleesi," serunya. "Air beracun."
Bangsa Dothraki tak memercayai laut dan semua yang bergerak
di atasnya. Mereka tak mau berurusan dengan air yang tak
bisa diminum kuda. Mereka akan belajar, Dany bertekad. Aku
mengarungi lautan mereka bersama Khal Drogo. Sekarang mereka
bisa mengarungi lautanku.
Qarth merupakan salah satu pelabuhan besar di
dunia, dermaga besar terlindung yang penuh warna-warni,
keriuhan, dan bebauan aneh. Kedai anggur, gudang, dan arena
judi mendereti tepi jalan, berimpitan dengan bordil-bordil
murah dan kuil-kuil untuk dewa-dewa yang aneh. Pencopet,
pembunuh, penjaja mantra, dan penukar uangberbaur di
kerumunan.Tepi laut merupakan lapak tempat jual beli
yangberlangsung sepanjang hari dan malam, dan harga barangbarangnya sedikit lebih murah dibandingkan di pasar, jika
seseorang tak ditanya darimana dia datang. Perempuan tua
keriput mirip orang bungkuk menjual air beraneka rasa dan
susu kambing dari kendi keramik berglasir yang disandang di
bahu. Para pelaut dari lima puluh bangsa berkeliaran di antara
kios, meneguk minum keras berempah dan bertukar lelucon
1019 dalam bahasa-bahasa yang terdengar asing. Udara beraroma
garam dan ikan goreng, ter panas dan madu, dupa dan minyak
dan air mani. Aggo memberi sekeping perunggu pada anak
jalanan yang ditukar dengan sate tikus panggang madu dan
menggigitnya sambil berkuda. Jhoga membeli segenggam ceri
putih gemuk. Di tempat lain mereka melihat belati indah dari
tembagadijual, juga cumi-cumi kering dan ukiran batu oniks,
ramuan sihir mujarab terbuat dari air merkurial dan tabir
petang, bahkan telur naga yang secara mencurigakan tampak
mirip batu yang dicat. Sewaktu melewati dermaga-dermaga batu panjang yang
diperuntukkan bagi kapal-kapal Perkumpulan Tiga Belas,
Dany menyaksikan kotak-kotak saffron, setanggi,dan merica
diturunkan dari kapal berukir Kecupan Merah Tua milik Xaro.
Di sebelah kapal itu, peti-peti anggur, bal-bal rempah asam,
danlembar-lembar kulit binatang belang-belang diangkut
menaiki titian papan ke Pengantin di Azure, yang akan berlayar
saat pasang petang. Lebih jauh lagi, orang-orang berkerumun
di sekeliling kapal Matahari Terik milik Saudagar Rempah
untuk menawar budak. Sudah jadi pengetahuan umum
bahwa tempat termurah untuk membeli budak adalah saat
baru turun dari kapal, dan bendera yang berkibar di tiang
layar mengumumkan bahwa Matahari Terik baru saja tiba dari
Astapor di Teluk Pembudak.
Dany tak akan mendapat bantuan dari Perkumpulan
Tiga Belas, Persaudaraan Turmalin, atau Serikat Kuno Saudagar
Rempah. Dia memacu kuda peraknya beberapa kilometer
melewati dermaga, galangan kapal, dan gudang mereka sampai
ke ujung dermaga yang berbentuk tapal kuda tempat kapalkapal dari Kepulauan Musim Panas, Westeros, dan Sembilan
Kota Merdeka diizinkan berlabuh.
Dia turun di samping arena persabungan tempat basilisk
mencabik-cabik anjing merah besar di tengah sorak-sorai para
pelaut yang mengelilinginya. "Aggo, Jhogo, kalian jaga kuda-
1020 kuda sementara Ser Jorah dan aku berbicara dengan para
nakhoda." "Siap laksanakan perintah, Khaleesi. Kami akan
mengawasi kepergianmu."
Senang rasanya mendengar orang-orang berbicara dalam
bahasa Valyria lagi, bahkan Bahasa Umum, pikir Dany sembari
mendekati kapal pertama. Pelaut, pekerja galangan, dan
pedagang semuanya memberi jalan untuknya, bingung harus
bersikap bagaimana pada gadis muda ramping berambut perak
yang berbusana khas orang Dothraki, dan melangkah bersama
seorang kesatria di sisinya. Meskipun hari itu terik, Ser Jorah
mengenakan mantel luar wol hijau di atas zirah rantai, beruang
hitam Mormont disulam di dadanya.
Namun, baik kecantikan Dany maupun perawakan
dan kekuatan Ser Jorah tak ada artinya bagi orang-orang yang
memiliki kapal yang mereka butuhkan.
"Kau membutuhkan kapal untuk seratus orang Dothraki,
semua kuda mereka, kau sendiri dan kesatria ini, serta tiga
naga?" kata nakhoda kapal besarTeman Bersemangatsebelum
berlalu sambil terbahak-bahak. Saat Dany mengatakan pada
orang Lys di Pemain Trompet bahwa dia Daenerys Stormborn,
Ratu Tujuh Kerajaan, lelaki itu menatapnya tanpa reaksi
dan berkata, "Aye, dan aku Lord Tywin Lannister dan aku
mengeluarkan kotoran emas setiap malam." Mandor kargo
kapal Myr Semangat Sehalus Sutra berpendapat bahwa para naga
berbahaya di laut, sepercik saja napas api nyasar bisa membakar
tali temali kapal.Pemilik Perut Lord Faro bersedia mengambil
risiko membawa naga, tapi tidak untuk bangsa Dothraki.
"Aku tidak sudi mengangkut orang-orang liar tak bertuhan di
Perut-ku, tidak akan." Dua bersaudara yang menakhodai kapal
bersaudari Quicksilver dan Greyhound kelihatannya bersimpati
dan mengundang mereka ke kabin untuk menikmati anggur
merah Arbor. Keduanya begitu sopan sehingga Dany sempat
berharap, tapi akhirnya harga yang mereka minta jauh di luar
kemampuannya, dan bahkan mungkin di luar jangkauan Xaro.
1021 Petto Bokong Tepos dan Gadis Bermata Sipitterlalu kecil untuk
kebutuhannya, Bravo akan bertolak ke Laut Giok, sedangkan
Magistrat Manolokelihatannya nyaris tak mampu berlayar.
Ketika mereka menuju dermaga berikutnya, Ser Jorah
meletakkan tangan di lekuk bawah pinggang Dany. "Yang Mulia.
Kau diikuti. Tidak, jangan menoleh." Dibimbingnya Dany
dengan lembut menuju kios penjual barang-barang kuningan.
"Ini karya agung, ratuku,"serunya nyaring, mengangkat piring
besar untuk diamati. "Coba lihat caranya bersinar di bawah
matahari?" Kuningan itu dipoles hingga mengilap. Dany bisa melihat
wajahnya di sana... dan ketika Ser Jorah mengarahkannya
ke kanan, dia bisa melihat keadaan di belakangnya. "Aku
melihat lelaki gemuk berkulit cokelat dan lelaki lebih tua yang
bertongkat. Yang mana?"
"Dua-duanya," jawab Ser Jorah. "Mereka sudah
membuntuti sejak kita meninggalkan Quicksilver."
Riak di kuningan meregangkan pantulan orang asing itu
secara ganjil, membuat salah satunya tampak tinggi dan ceking,
sedangkan yang satu lagi pendek dan gemuk."Kuningan paling
berkualitas, lady yang baik," kata si pedagang. "Secemerlang
matahari! Dan untuk Ibu para Naga, harganya hanya tiga
puluh keping emas." Piring itu nilainya tak lebih dari tiga keping. "Di mana
pengawalku?" tanya Dany. "Orang ini mencoba merampokku!"
Kepada Jorah dia memelankan suara dan berbicara dalam
Bahasa Umum. "Mereka mungkin tak bermaksud buruk
padaku. Lelaki memperhatikan perempuan sejak dulu,
barangkali ini tak lebih dari itu."
Penjual kuningan mengabaikan bisik-bisik mereka.
"Tiga puluh" Apa tadi kubilang tiga puluh" Aku memang
bodoh. Harganya dua puluh keping."
"Seluruh kuningan di tempat ini nilainya tak sampai
dua puluh keping," sahut Dany sambil mengamati pantulan
di piring. Lelaki tua itu memiliki raut orang Westeros, dan
1022 yang berkulit cokelat beratnya pasti hampir 130 kilogram.
Perebut Takhta menawarkan gelar bangsawan pada orang yang
membunuhku, dan dua orang ini berada jauh dari rumah. Atau


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mungkinkah mereka makhluk utusan penyihir hitam, yang berniat
menyerangku saat lengah"
"Sepuluh, Khaleesi, karena kau sangat cantik. Gunakan
sebagai cermin. Hanya kuningan sebagus ini yang mampu
menangkap kejelitaanmu."
"Ini bisa juga dipakai membawa pupuk dari kotoran
manusia.Kalau kaubuang, aku mungkin mau memungutnya
asalkan aku tak perlu membungkuk. Tapi membayarnya?"
Dany menyodorkan piring itu kembali ke tangan si penjual.
"Cacing-cacing rupanya merayap masuk ke hidungmu dan
menggerogoti otakmu."
"Delapan keping," serunya. "Istriku akan memukuliku
dan menyebutku tolol, tapi aku tak berdaya di hadapanmu.
Ayolah, delapan, itu jauh lebih murah daripada nilai
sebenarnya." "Untuk apa aku membutuhkan kuningan suram
padahal Xaro Xhoan Daxos menghidangkan makanan untukku
dengan piring emas?" Seraya berbalik pergi, Dany membiarkan
tatapannya menyapu orang asing tersebut. Lelaki yang berkulit
cokelat hampir sebesar pantulannya di piring, dengan kepala
botak mengilap dan pipi halus seorang kasim. Arakh panjang
melengkung diselipkan di sabuk sutra kuning bernoda keringat.
Dia atas sabuk sutra itu dia hanya memakai rompi sangat kecil
yang bertabur besi. Parut-parut bekas luka silang-menyilang di
lengannya yang sebesar dahan pohon, dada lebar, dan perut
gendut, tampak pucat di kulit cokelat kacangnya.
Lelaki satunya mengenakan mantel pengelana dari wol
yang tak dicelup, tudungnya dibuka. Rambut beruban panjang
tergerai di bahu, dan janggut putih halus menutupi paruh
bawah wajahnya. Dia menumpukan bobotnya di tongkat kayu
keras yang setinggi tubuhnya. Hanya orang bodoh yang menatap
terang-terangan jika berniat buruk padaku. Tetap saja, mungkin
1023 bijak bila kembali menemui Jhogo dan Aggo. "Lelaki tua itu
tidak membawa pedang," kata Dany pada Jorah dalam Bahasa
Umum sambil menarik pergi sang kesatria.
Pedagang kuningan itu berlari mengejar mereka. "Lima
keping,dengan lima keping ini jadi milikmu, ini ditakdirkan
untukmu." Ser Jorah berkata, "Tongkat kayu keras bisa meretakkan
tengkorak seperti gada mana pun."
"Empat! Aku tahu kau menginginkannya!" Dia menarinari di depan mereka, berlari mundur sambil menyodorkan
piring itu ke wajah keduanya.
"Apa mereka mengikuti?"
"Angkat itu sedikit lebih tinggi," ucap sang kesatria
pada si penjual. "Ya. Lelaki tua itu berpura-pura mampir
di kios tembikar, tapi yang berkulit cokelat terus-terusan
memperhatikanmu." "Dua keping! Dua! Dua!" Si penjual terengah-engah
akibat berlari mundur. "Bayar dia sebelum dia membunuh dirinya," kata Dany
pada Ser Jorah, bertanya-tanya apa yang akan dilakukannya
dengan piring kuningan besar. Dia menoleh selagi Ser Jorah
mengambil koin, berniat mengakhiri sandiwara ini. Keturunan
naga tidak bisa digiring begitu saja melintasi pasar oleh lelaki
tua dan orang kasim gemuk.
Ada orang Qarth mengadang jalannya. "Ibu para Naga,
untukmu." Dia berlutut dan mengulurkan kotak perhiasan ke
depan Dany. Dany mengambilnya hampir dengan otomatis. Kotak
itu terbuat dari kayu berukir, tutupnya dari cangkang kerang
dihiasi batu jasper dan chalcedony. "Kau terlalu murah hati." Dia
membuka kotak itu. Di dalamnya terdapat kumbang scarab
hijau berkilauan yang diukir dari batu oniks dan zamrud.
Indah, pikir Dany. Ini bisa membantu membayar biaya perjalanan
kami. Sewaktu dia merogoh kotak, lelaki itu berkata, "Aku
sangat menyesal," tapi Dany nyaris tak mendengarnya.
1024 Kumbang itu membuka tubuhnya diiringi desisan.
Dany sempat melihat wajah hitam ganas, hampir seperti
manusia, dan ekor melengkung meneteskan racun... kemudian
kotak itu melayang berkeping-keping dari tangannya, tergulingguling. Rasa sakit mendadak memilin jemarinya. Saat dia
menjerit dan mencengkeram tangan, penjual kuningan tadi
meraung, seorang perempuan memekik, dan tiba-tiba saja
orang-orang Qarth berteriak dan saling mendorong. Ser Jorah
menyerbu melewatinya, dan Dany tersandung hingga berlutut
dengan satu kaki. Dia mendengar desisan lagi. Lelaki tua itu
menghantamkan ujung tongkatnya ke tanah, Aggo berkuda
mendekat menerobos kios penjual telur dan melompat turun
dari pelana. Cambuk Jhogo berderak di atas kepala, Ser Jorah
menghantam kepala si orang kasim dengan piring kuningan,
pelaut, pelacur, pedagang melarikan diri atau berteriak-teriak
atau dua-duanya... "Yang Mulia, maaf beribu maaf." Lelaki tua itu berlutut.
"Sudah mati. Apa aku mematahkan tanganmu?"
Dany mengepalkan tangan, meringis. "Kurasa tidak."
"Aku terpaksa memukulnya menjauh," dia mulai bicara,
tapi penunggang sedarah Dany sudah menyerbu sebelum
lelaki itu sempat menyelesaikan ucapan. Aggo menendang
tongkatnya dan Jhogo memiting lehernya, memaksanya
berlutut, dan menekankan belati di lehernya. "Khaleesi, kami
melihat dia menyerangmu. Kau mau melihat warna darahnya?"
"Lepaskan dia." Dany berdiri. "Lihatlah ujung
tongkatnya, darah dari darahku." Ser Jorah didorong hingga
terjatuh oleh si orang kasim.Dany berlari ke tengah mereka
ketika arakh dan pedang panjang berkelebat dari sarungnya.
"Singkirkan senjata kalian! Hentikan!"
"Yang Mulia?" Mormont menurunkan pedang hanya
sedikit. "Orang-orang ini menyerangmu."
"Mereka melindungiku." Dany mengibaskan tangan
untuk menghilangkan nyeri di jemarinya. "Pelakunya yang
satu lagi, orang Qarth tadi." Saat dia mengedarkan pandang,
1025 lelaki itu sudah menghilang. "Dia Manusia Merana. Ada
manticore di kotak perhiasan yang diberikannya padaku. Orang
ini memukulnya jatuh dari tanganku." Penjual kuningan tadi
masih berguling-guling di tanah. Dany menghampirinya dan
membantunya berdiri. "Kau disengat?"
"Tidak, lady yang baik," jawabnya, gemetaran, "kalau
tidak aku pasti sudah mati. Tapi makhluk itu menyentuhku,
aieeee, waktu jatuh dari kotak dia mendarat di lenganku." Dany
melihat lelaki itu mengompol, dan tak merasa heran.
Diberinya si penjual sekeping perak setelah kesusahan
dialaminyadan menyuruhnya pergi sebelum kembali pada
lelaki tua berjanggut putih itu. "Kepada siapa aku berutang
nyawa?" "Anda tak berutang apa-apa, Yang Mulia. Namaku
Arstan, meskipun Belwas memanggilku Janggut Putih selama
perjalanan ke sini." Kendati Jhogo telah melepaskannya,
Arstan masih berlutut dengan satu kaki. Aggo memungut
tongkatnya, membaliknya, mengumpat lirih dalam bahasa
Dothraki, membersihkan sisa-sisa manticore di batu, lalu
mengembalikannya. "Dan siapa Belwas?" tanya Dany.
Orang kasim berkulit cokelat dan bertubuh besar itu
melenggang maju, menyarungkan arakh-nya. "Aku Belwas.
Orang menjulukiku Belwas Perkasa di arena-arena pertarungan
Meereen. Aku tak pernah kalah sekali pun." Dia menepuk
perut, yang dipenuhi parut. "Aku membiarkan setiap lawan
melukaiku sekali, sebelum membunuhnya. Hitung saja jumlah
bekas lukaku dan kau akan tahu berapa orang yang telah
dibantai Belwas Perkasa."
Dany tak perlu menghitung parutnya; banyak sekali, dia
bisa melihatnya hanya dengan sekali tatap. "Dan kenapa kau
ke sini, Belwas Perkasa?"
"Dari Meereen aku dijual ke Qohor, lalu ke Pentos
pada lelaki gemuk yang rambutnya berbau manis. Dialah yang
1026 mengutus Belwas Perkasa kembali menyeberang laut, dan si tua
Janggut Putih untuk melayaninya."
Lelaki gemuk yang rambutnya berbau manis... "Illyrio?"
tanya Dany. "Kau diutus oleh Magistrat Illyrio?"
"Benar, Yang Mulia," jawab si tua Janggut Putih.
"Magistrat memohon toleransi Anda karena mengutus kami
sebagai ganti dirinya, tapi dia tak kuat lagi menunggang kuda
seperti waktu masih muda, dan perjalanan laut membuat
pencernaannya gelisah." Sebelumnya Arstan berbahasa Valyria
Kota-kota Merdeka, tapi kini dia beralih ke Bahasa Umum.
"Maaf apabila kami menyebabkan Anda khawatir. Sejujurnya,
kami tidak yakin, kami mengharapkan seseorang yang lebih...
lebih..." "Berwibawa?" Dany tertawa. Dia tak membawa naga,
dan pakaiannya tak mencerminkan seorang ratu. "Kau fasih
berbicara Bahasa Umum, Arstan. Kau dari Westeros?"
"Benar. Aku dilahirkan di Perbatasan Dorne, Yang
Mulia. Waktu masih kecil, aku menjadi squire bagi kesatria
pengikut Lord Swann." Dia memegang tongkat tinggi dengan
tegak di sisi tubuh, persis lembing yang membutuhkan panjipanji. "Sekarang aku menjadi squire Belwas."
"Agak terlalu tua untuk tugas itu, bukan?" Ser Jorah
merangsek hingga ke sisi Dany, mengepit piring kuningan
dengan canggung di bawah lengan. Kepala keras Belwas
menyebabkan piring itu penyok parah.
"Tidak terlalu tua untuk melayani junjunganku, Lord
Mormont." "Kau juga mengenalku?"
"Aku pernah melihatmu bertarung satu atau dua kali.
Di Lannisport ketika kau nyaris menjatuhkan Pembantai Raja
dari kuda. Dan di Pyke juga. Kau tidak ingat, Lord Mormont?"
Ser Jorah mengernyit. "Wajahmu rasanya familier, tapi
ada ratusan orang di Lannisport dan ribuan di Pyke. Aku juga
bukan seorang lord. Bear Island telah diambil dariku. Aku
hanya seorang kesatria."
1027 "Kesatria Pengawal Ratu-ku." Dany meraih lengan
Ser Jorah. "Juga sahabat sejati dan penasihat andal." Dia
mengamati wajah Arstan. Lelaki itu memiliki martabat besar
pada dirinya, kekuatan senyap yang disukai Dany. "Bangunlah,
Arstan Janggut Putih. Selamat datang, Belwas Perkasa. Kalian
sudah kenal Ser Jorah. Ko Aggo dan Ko Jhogo adalah darah
dari darahku. Mereka melintasi tanah tandus bersamaku, dan
menyaksikan nagaku lahir."
"Bocah kuda." Belwas tersenyum lebar. "Belwas
membunuh banyak bocah kuda di arena pertarungan. Mereka
berkelinting waktu mati."
Arakh Aggo melompat ke tangan. "Aku belum pernah
membunuh orang gemuk berkulit cokelat. Belwas akan jadi
yang pertama." "Sarungkan senjatamu, darah dari darahku," ucap
Dany, "orang ini datang untuk melayaniku. Belwas, kau harus
menghargai rakyatku, atau kau akan dipulangkan lebih cepat
daripada yang kauinginkan dan membawa parut lebih banyak
dibandingkan saat kau datang."
Senyum lebar yang menampakkan gigi renggangitu
memudar dari wajah cokelat besarnya, digantikan oleh
kenyitan bingung. Sepertinya jarang ada yang mengancam
Belwas, apalagi gadis yang hanya sepertiga ukuran tubuhnya.
Dany tersenyum padanya, untuk menghilangkan sedikit
kepedasan tegurannya. "Nah, sekarang ceritakan padaku,
apa yang dibutuhkan Magistrat Illyrio dariku, sehingga dia
mengirimkan kalian jauh-jauh dari Pentos?"
"Dia menginginkan naga-naga," gerutu Belwas, "dan
gadis yang menciptakan mereka.Dia menginginkan kalian."
"Belwas berbicara jujur, Yang Mulia," kata Arstan.
"Kami diperintahkan menemukan Anda dan menjemput
Anda kembali ke Pentos. Tujuh Kerajaan membutuhkan
Anda. Robert sang Perebut Takhta telah tiada, dan kerajaan
bersimbah darah.Ketika kami berlayar dari Pentos, ada empat
raja di Westeros, dan tidak ada keadilan."
1028 Kebahagiaan mekar di hati Dany, tapi dia
menyembunyikan itu dari wajahnya. "Aku punya tiga naga,"
katanya, "dan lebih dari seratus orang di khalasar-ku, berikut
seluruh harta benda dan kuda mereka."
"Tidak masalah," kata Belwas menggelegar. "Kami
bawa semuanya. Orang gemuk menyewa tiga kapal untuk ratu
mungilnya yang berambut perak."
"Benar, Yang Mulia," timpal Arstan Janggut Putih.
"Bahtera besar Saduleon berlabuh di ujung dermaga, sedangkan
kapal Matahari Musim Panasdan Kejailan Joso melempar sauh di
balik penahan gelombang."
Tiga kepala dimiliki sang naga, pikir Dany, bertanya-tanya.
"Aku akan memerintahkan rakyatku untuk siap-siap berangkat
secepatnya. Tapi kapal yang membawaku pulang harus memiliki
nama yang berbeda." "Siap laksanakan," kata Arstan. "Nama apa yang Anda
kehendaki?" "Vhagar," Daenerys memberitahunya. "Meraxes. Dan
Balerion. Cat nama-nama itu di lambung kapal menggunakan
huruf berwarna emas setinggi satu meter, Arstan. Aku ingin
semua orang yang melihatnya tahu bahwa para naga telah
kembali." j 1029 ARYA K epala-kepala yang dicelup ter untuk menghambat
pembusukan. Setiap pagi ketika pergi ke sumur,
mengambil air bersih untuk mengisi baskom Roose Bolton,
Arya harus lewat di bawahnya. Mereka menghadap ke luar, jadi
dia tak pernah melihat wajah mereka, tapi dia suka berpurapura bahwa salah satunya adalah kepala Joffrey. Dia berusaha
membayangkan seperti apa wajah cantik Joffrey bila dicelupkan
di ter. Seandainya aku gagak, aku bisa hinggap dan mematuki bibir
merengut gemuk bodohnya. Kepala-kepala itu tak pernah kekurangan pengunjung.
Kawanan gagak terbang mengitari kubu gerbang dengan
suara parau tak ramah dan bertengkar di dinding kastel
memperebutkan setiap mata, memekik dan berkaok-kaok
pada satu sama lain dan terbang setiap kali ada penjaga yang
melintas di dinding pertahanan. Terkadang raven-ravenmilik
maester juga ikut berpesta, berkepak turun dari sangkar


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan sayap hitam lebarnya. Begitu raven datang, kawanan
gagak akan bertemperasan dan baru kembali begitu burung
yang lebih besar itu pergi.
Apa raven-raven itu mengingat Maester Tothmure" Arya
bertanya-tanya. Apa mereka berdukacita untuknya" Saat mereka
berkaok memanggilnya, apa mereka heran kenapa dia tak menyahut"
1030 Barangkali orang mati bisa berbicara pada mereka dalam suatu
bahasa rahasia yang tidak bisa didengar oleh yang masih hidup.
Tothmure dihukum mati akibat mengirimkan burung
ke Casterly Rock dan King"s Landing pada malam Harrenhal
jatuh, Lucan si pembuat senjata gara-gara memproduksi senjata
untuk pasukan Lannister, Kepala Pelayan Harra lantaran
memerintahkan anggota rumah tangga Lady Whent untuk
melayani mereka, pengurus rumah tangga karena memberi
Lord Tywin kunci ke ruang harta. Juru masak diampuni
(sebagian berkata karena dia yang membuat sup musang), tapi
nasib buruk menimpa si cantik Pia dan para perempuan lain
yang berbagi kehangatan dengan prajurit-prajurit Lannister.
Mereka ditelanjangi dan dibotaki, ditinggalkan di halaman
tertutupdi samping kandang beruang, bebas dimanfaatkan
oleh lelaki mana saja yang menginginkannya.
Tiga prajurit rendah Frey tengah memanfaatkan
mereka pagi itu sewaktu Arya pergi ke sumur. Dia berusaha
tak melihatnya, tapi dia bisa mendengar para lelaki tertawa.
Embernya sangat berat saat penuh. Dia sedang berbalik untuk
mengangkatnya kembali ke Menara Pembakaran Raja ketika
Kepala Pelayan Amabel merenggut lengannya. Air di ember
tumpah ke samping membasahi kaki Amabel. "Kau sengaja
melakukannya," pekik perempuan itu.
"Kau mau apa?" Arya meronta dalam cengkeramannya.
Amabel jadi setengah sinting sejak mereka memenggal kepala
Harra. "Lihat itu?" Amabel menuding Pia di seberang
pekarangan. "Ketika orang-orang utara ini kalah, kau akan
berada di tempat dia."
"Lepaskan aku." Arya berusaha membebaskan diri, tapi
Amabel makin mengeratkan jemarinya.
"Dia juga akan kalah, pada akhirnya Harrenhal akan
mengalahkan mereka semua.Sekarang Lord Tywin menang,
dia akan kembali bersama seluruh kekuatannya, dan kemudian
tiba gilirannya untuk menghukum yang tidak setia. Dan
1031 jangan berpikir dia tak bakal tahu apa yang kaulakukan!"
Perempuan tua itu terbahak. "Mungkin aku sendiri yang akan
menyerahkanmu. Harra punya sapu tua, aku menyimpannya
untukmu. Gagangnya sudah retak dan menyerpih?"
Arya mengayunkan ember. Berat air membuat
ember berputar di tangannya sehingga dia gagal mengenai
kepala Amabel seperti niatnya, tapi perempuan itu akhirnya
melepaskannya juga setelah air tumpah dan membasahinya.
"Jangan pernah menyentuhku," seru Arya, "atau kubunuh kau.
Pergi sana." Kepala Pelayan Amabel yang mabuk itu menusukkan
jari kurusnya di gambar lelaki tanpa kulit di bagian depan
tunik Arya. "Kaupikir bakal aman dengan lelaki kecil berdarah
di tetekmu, tapi tidak akan! Lannister bakal datang! Lihat saja
apa yang terjadi begitu mereka tiba di sini."
Tiga perempat air sudahtumpah ke tanah, jadi Arya
terpaksa kembali ke sumur.Seandainya kulaporkan ucapannya
pada Lord Bolton, kepalanya bakal bersebelahan dengan Harra
sebelum hari gelap, pikir Arya sambil mengangkat ember lagi.
Namun dia tak melakukan itu.
Sekali, ketika jumlah kepala yang terpancang
baru setengah dari sekarang, Gendry memergoki Arya
memandanginya. "Mengagumi hasil kerjamu?" tanya pemuda
itu. Arya tahu, Gendry marah karena dia menyukai Lucan
tapi tetap saja ucapannya tidak adil. "Itu pekerjaanWalton
Kaki Baja," tukas Arya membela diri. "Dan Pelakon, dan Lord
Bolton." "Dan siapa yang menyerahkan mereka" Kau dan sup
musangmu." Arya meninju lengannya. "Itu cuma kaldu panas. Kau
juga membenci Ser Amory."
"Aku jauh lebih membenci ini. Ser Amory bertempur
demi lord-nya, tapi Pelakon Berdarah itu prajurit bayaran dan
pengkhianat. Separuh dari mereka bahkan tidak bisa Bahasa
1032 Umum. Septon Utt menyukai bocah-bocah lelaki, Qyburn
mempraktikkan sihir hitam, dan temanmu Biter makan orang."
Yang terburuk adalah Arya bahkan tak bisa membantah
Gendry. Gerombolan-lah yang melakukan sebagian besar
pencarian makanan untuk Harrenhal, dan Roose Bolton
menugasi mereka menyingkirkan orang-orang Lannister.
Vargo Hoat membagi mereka menjadi empat regu, untuk
mengunjungi desa-desa sebanyak mungkin. Dia memimpin
sendiri regu yang terbesar, dan memberikan kapten yang
paling tepercaya pada regu lainnya. Arya mendengar Rorge
menertawakan cara Lord Vargo menemukan pengkhianat.
Yang dilakukannya tinggal kembali ke tempat yang sebelumnya
dikunjunginya dengan membawa panji Lord Tywin lalu
menangkap mereka yang dulu membantunya. Banyak yang
dibeli dengan perak Lannister, jadi Pelakon Berdarah kerap
kembali membawa kantong-kantong koin berikut keranjangkeranjang berisi kepala. "Teka-teki!" Shagwell akan berseru
girang. "Jika kambing Lord Bolton makan orang yang memberi
makan kambing Lord Lannister, berapa jumlah kambingnya?"
"Satu," jawab Arya ketika ditanya.
"Nah, ini ada musang sepintar kambing!" si pelawak
terkekeh-kekeh. Rorge dan Biter sama kejamnya dengan yang lain. Setiap
kali Lord Bolton makan bersama garnisun, Arya selalu melihat
mereka hadir di sana. Biter menguarkan bau mirip keju busuk,
jadi Gerombolan menyuruhnya duduk di ujung meja tempat
dia bebas menggeram dan mendesis sendiri sambil merobek
daging dengan jemari dan gigi. Dia selalu mengendus Arya jika
lewat, tapi Rorge-lah yang paling membuatnya takut. Rorge
duduk di dekat Ursywck Setia, tapi Arya bisa merasakan mata
lelaki itu mengamatinya selagi dia bekerja.
Terkadang Arya berharap dia ikut menyeberang laut
bersama Jaqen H"ghar. Dia masih menyimpan koin bodoh
yang diberikan lelaki itu, logam besi yang tak lebih besar
daripada koin satu penny dan pinggirannya sudah berkarat. Di
1033 salah satu permukaannya ada tulisan, kata-kata asing yang tak
bisa dibaca Arya. Permukaan satunya bergambar kepala lelaki,
tapi sudah sangat kabur sehingga wajahnya tak jelas. Kata Jaqen
ini koin berharga, tapi mungkin itu juga bohong, seperti nama dan
bahkan wajahnya. Hal itu membuat Arya sangat marah sehingga
membuang koinnya, tapi satu jam kemudian dia merasa tidak
enak dan pergi mengambilnya lagi walaupun benda itu tak ada
harganya. Dia tengah memikirkan koin itu sewaktu menyeberangi
Taman Batu Alir, berjuang mengangkat air di ember yang berat.
"Nan," panggil suatu suara. "Taruh ember itu dan bantu aku."
Elmar Frey tak lebih tua dari Arya, dan pendek untuk
orang seusianya. Dia sedang menggelindingkan tong pasir
di permukaan batu yang tak rata, wajahnya memerah akibat
kerja keras. Arya membantunya. Bersama-sama mereka
mendorong tong itu sampai ke dinding dan kembali lagi, lalu
menegakkannya. Dia bisa mendengar pasir bergerak di dalam tong
sewaktu Elmar membuka tutupnya dan mengeluarkan tunik
zirah rantai. "Apa menurutmu ini sudah cukup bersih?"
Sebagai squire Roose Bolton, Elmar bertugas memastikan zirah
rantainya berkilau terang.
"Kau harus menyingkirkan pasirnya. Masih ada bercakbercak karat. Lihat?" Arya menunjuk. "Sebaiknya kauulangi
lagi." "Kau saja yang lakukan." Elmar bisa bersikap ramah
jika butuh bantuan, tapi setelahnya dia selalu ingat bahwa dia
seorang squire dan Arya hanya pelayan. Dia senang berkoar-koar
bahwa dia putra Lord Pelintasan, bukan keponakan atau anak
haram atau cucu melainkan putra kandung, dan karenanya dia
akan menikahi seorang putri.
Arya tak memedulikan putri Elmar yang berharga, dan
tak senang diperintah olehnya. "Aku harus membawakan
tuanku air untuk baskomnya. Dia sedang membersihkan darah
dengan lintah di kamar tidur. Bukan dengan lintah hitam
1034 biasa tapi lintah yang pucat besar."
Mata Elmar berubah sebesar telur rebus. Dia takut
lintah, terutama jenis yang pucat besar sehingga terlihat mirip
agar-agar sampai tubuh mereka dipenuhi darah. "Aku lupa,
kau terlalu ceking untuk mendorong tong seberat itu."
"Aku lupa, kau bodoh." Arya mengangkat ember.
"Mungkin sebaiknya darahmu juga dibersihkan lintah. Ada
lintah sebesar babi di Neck." Ditinggalkannya Elmar bersama
tong pasir. Ruang tidur Lord Bolton penuh sesak saat Arya masuk.
Qyburn hadir, juga Walton yang bermuka masam dalam baju
zirah dan pelindung kaki, ditambah selusin keluarga Frey,
saudara kandung, saudara tiri, dan para sepupu. Roose Bolton
terbaring di tempat tidur, telanjang. Lintah menempel di bagian
dalam lengan, kaki, dan memenuhi dada pucatnya, makhluk
panjang transparan yang berubah merah muda berkilauan
selagi makan. Bolton tak memedulikan mereka, seperti halnya
dia tak peduli pada Arya.
"Kita tidak boleh membiarkan Lord Tywin menjebak
kita di Harrenhal," kata Ser Aenys Frey sewaktu Arya mengisi
baskom. Ser Aenys adalah lelaki bungkuk beruban dan
bertubuh besar dengan mata merah berair dan tangan kekar
berbonggol-bonggol, dia membawa seribu lima ratus prajurit
Frey ke selatan menuju Harrenhal, tapi dia kerap terlihat
seakantak berdaya untuk memerintah bahkan saudarasaudaranya sendiri. "Kastel ini besar sekali sehingga butuh satu
pasukan untuk mempertahankannya, dan begitu dikepung kita
tak bisa memberi makan satupasukan. Kita juga tak mungkin
menumpuk perbekalan yang cukup. Wilayah ini tinggal abu,
desa-desa dikuasai serigala, hasil panen dibakar atau dicuri.
Musim gugur mendekat, tapi tak ada makanan di gudang dan
tidak ada yang ditanam. Kita hidup mengandalkan pencari
makanan, dan jika Lannister menghalangi kita melakukan itu,
kita terpaksa makan tikus dan kulit sepatu dalam waktu satu
bulan." 1035 "Aku tidak bermaksud dikepung di sini." Suara Roose
Bolton sangat pelan sehingga orang-orang harus memasang
telinga baik-baik untuk mendengarkannya, karena itulah
ruangannya selalu hening.
"Kalau begitu apa?" desak Ser Jared Frey, yang kurus,
botak, dan bopeng karena cacar. "Apa Edmure Tully begitu
dimabuk kemenangan sehingga berpikir untuk melawan Lord
Tywin di medan terbuka?"
Kalau itu benar, dia akan mengalahkan mereka, pikir Arya.
Dia akan mengalahkan mereka seperti yang dilakukannya di Anak
Sungai Merah, lihat saja. Tanpa ada yang menyadari, dia berdiri
di samping Qyburn. "Lord Tywin berkilo-kilometer dari sini," ucap
Bolton tenang. "Dia masih punya banyak urusan yang harus
dibereskan di King"s Landing. Untuk beberapa lama, dia tidak
akan berderap menuju Harrenhal."
Ser Aenys menggeleng keras kepala. "Kau tidak kenal
Lannister seperti kami, my lord. Raja Stannis juga menyangka
Lord Tywin masih beberapa ribu kilometer jauhnya, dan itulah
yang menghancurkannya."
Lelaki pucat di tempat tidur tersenyum samar sementara
lintah mengisap darahnya. "Aku bukan orang yang bisa
dihancurkan, Ser." "Walaupun seandainya Riverrun mengerahkan seluruh
kekuatannya dan Serigala Muda menang dan kembali dari
barat, bagaimana kita mampu menandingi jumlah pasukan
yang bisa dikirim Lord Tywin untuk menghadapi kita" Ketika
dia datang, dia akan membawa kekuatan jauh lebih besar
daripada yang dipimpinnya di Anak Sungai Hijau. Kuingatkan
bahwa Highgarden telah bergabung dengan pihak Joffrey!"
"Aku belum lupa."
"Aku pernah menjadi tawanan Lord Tywin," Ser
Hosteen angkat bicara, lelaki bersuara parau dengan wajah
persegi yang kabarnya orang terkuat di keluarga Frey. "Aku
tidak ingin menikmati keramahan Lannister lagi."
1036 Ser Harys Haigh, yang menjadi keluarga Frey dari garis
ibu, mengangguk-angguk bersemangat. "Jika Lord Tywin
mampu mengalahkan sosok berpengalaman seperti Stannis
Baratheon, raja muda kita punya peluang apa melawannya?"
Dia menatap berkeliling para saudara dan sepupu meminta
dukungan, dan beberapa di antaranya menggumamkan
persetujuan. "Harus ada yang berani mengutarakannya," Ser Hosteen
berkata. "Kita sudah kalah. Raja Robb harus dibuat menyadari
itu." Roose Bolton mengamatinya dengan mata pucat. "Yang
Mulia mengalahkan pasukan Lannister setiap kali menghadapi
mereka dalam pertempuran."
"Dia kalah di utara," Hosteen Frey bersikukuh. "Dia
sudah kehilangan Winterfell! Adik-adiknya tewas..."
Arya sempat lupa bernapas. Tewas" Bran dan Rickon, tewas"
Apa maksud ucapannya" Apa maksud ucapannya tentang Winterfell,
Joffrey takkan pernah bisa menguasai Winterfell, tidak akan pernah,
Robb takkan membiarkannya. Kemudian Arya teringat bahwa
Robb tidak di Winterfell. Kakaknya berada jauh di barat, dan
Bran cacat, sedangkan Rickon baru empat tahun. Dia harus
mengerahkan segenap tenaga supaya tetap diam dan tutup
mulut, seperti yang diajarkan Syrio Forel padanya, tetap berdiri
di sana seperti perabot kurus. Dia merasakan air matanya
menggenang, dan berjuang mengusirnya. Itu tidak benar, tidak
mungkin benar, itu hanya kebohongan Lannister.
"Seandainya Stannis menang, semuanya mungkin akan
berbeda," ujar Ronel Rivers penuh harap. Dia salah satu anak
haram Lord Walder. "Stannis kalah," kata Ser Hosteen blakblakan.


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengharapkan sebaliknya takkan menjadikannya kenyataan.
Raja Robb harus berdamai dengan Lannister. Dia harus
melepaskan mahkota dan bertekuk lutut, meskipun dia tidak
senang." 1037 "Dan siapa yang akan mengatakan itu padanya?" Roose
Bolton tersenyum. "Bagus juga punya banyak sekali saudara
gagah berani pada masa-masa sulit seperti ini. Aku akan
memikirkan semua yang kalian katakan."
Senyumnya mengisyaratkan agar mereka pergi. Keluarga
Frey menghaturkan penghormatan dan melangkah ke luar,
hanya menyisakan Qyburn, Walton Kaki Baja, dan Arya.
Lord Bolton memanggilnya mendekat. "Aku sudah cukup
mengeluarkan darah. Nan, kau boleh mencabut lintahnya."
"Siap laksanakan, my lord." Sebaiknya jangan sampai
membuat Roose Bolton menyuruh dua kali. Arya ingin
bertanya apa maksud ucapan Ser Hosteen tentang Winterfell,
tapi dia tak berani. Akan kutanya Elmar, pikirnya. Elmar akan
memberitahuku. Lintah-lintah menggeliat-geliut pelan di antara
jemarinya ketika dia mencabutnya dengan hati-hati dari tubuh
sang lord, sosok pucat binatang itu lembap saat disentuh dan
gembung oleh darah. Ini cuma lintah, dia mengingatkan diri
sendiri. Kalau aku mengepalkan tangan, mereka bakal remuk di
sela jari-jariku. "Ada surat dari istri Anda." Qyburn mengeluarkan
gulungan perkamen dari lengan baju. Walaupun mengenakan
jubah maester, tak ada rantai di lehernya; kabarnya dia
kehilangan rantai itu akibat berkecimpung dalam nekromansi.
"Bacakan," kata Bolton.
Hampir setiap hari Lady Walda mengirim kabar dari
Twins, tapi semua isi suratnya sama. "Aku berdoa untukmu pagi,
siang, dan malam, suamiku," dia menulis, "dan menghitung
hari sampai kau berbagi tempat tidur denganku lagi.
Kembalilah segera padaku dan aku akan memberimu banyak
putra kandung untuk menggantikan Domeric tersayang untuk
memerintah Dreadfort setelah dirimu." Arya membayangkan
bayi montok merah muda dalam buaian, diselubungi lintah
gemuk merah muda. Arya mengambilkan Lord Bolton lap basah untuk
menyeka tubuh halus tak berambutnya. "Aku mau mengirim
surat," katanya pada mantan maester itu.
1038 "Untuk Lady Walda?"
"Untuk Ser Helman Tallhart."
Seorang kurir dari Ser Helman tiba dua hari lalu.
Pasukan Tallhart telah menguasai Kastel Klan Darry, menerima
penyerahan diri ganisun Lannister di sana setelah pengepungan
singkat. "Katakan padanya agar menghukum mati tawanan
dan membakar kastel itu, atas perintah Raja. Setelah itu dia
harus menggabungkan kekuatan dengan Robert Glover dan
menyerang ke timur ke arah Duskendale. Wilayah di sana
subur, dan nyaris tak tersentuh peperangan. Sudah waktunya
mereka merasakan itu. Glover telah kehilangan kastel, dan
Tallhart seorang putra. Biarkan mereka melampiaskan dendam
pada Duskendale." "Aku akan mempersiapkan pesan itu dengan segel
Anda, my lord." Arya lega mendengar kastel Klan Darry akan dibakar.
Ke sanalah mereka membawanya saat dia ditangkap setelah
berkelahi dengan Joffrey, dan di sanalah Ratu memaksa
ayahnya membunuh serigala Sansa. Kastel itu pantas dibakar.
Namun dia berharap Robert Glover dan Ser Helman Tallhart
kembali ke Harrenhal; mereka pergi terlalu cepat sebelum dia
sempat memutuskan apakah harus memercayai mereka dengan
rahasianya. "Hari ini aku mau berburu," Roose Bolton
mengumumkan sementara Qyburn membantunya memakai
rompi berlapis kapas. "Apa itu aman, my lord?" tanya Qyburn. "Baru tiga hari
lalu, anak buah Septon Utt diserang kawanan serigala. Mereka
mendatangi perkemahannya, tak sampai lima meter dari api
unggun, dan membunuh dua kuda."
"Aku memang mau berburu serigala. Aku nyaris
tak bisa tidur tiap malam gara-gara lolongannya." Bolton
memasang sabuk, merapikan pedang dan belati yang terselip.
"Kabarnya dulu direwolf berkeliaran di utara dalam kawanan
1039 yang jumlahnya seratus ekor atau lebih, dan tidak takut pada
manusia atau mammoth, tapi itu sudah lama berlalu dan di
negeri lain. Aneh bila serigala biasa di selatan bisa seberani
itu." "Masa-masa mengerikan melahirkan hal-hal mengerikan,
my lord." Bolton memamerkan gigi dalam ekspresi yang mungkin
berupa seulas senyum. "Apa masa-masa ini begitu mengerikan,
Maester?" "Musim panas sudah berlalu dan ada empat raja di
negeri ini." "Satu raja mungkin mengerikan, tapi empat?" Dia
mengangkat bahu. "Nan, jubah buluku." Arya membawakannya.
"Ruanganku harus dibersihkan dan dirapikan sebelum aku
kembali," katanya pada Arya saat memasangkan jubah itu.
"Dan bereskan surat Lady Walda."
"Siap laksanakan perintah, my lord."
Sang lord dan maester berlalu dari ruangan, tak menoleh
lagi ke arah Arya. Setelah mereka pergi, Arya mengambil surat
itu dan membawanya ke perapian, mengacak-acak kayu bakar
dengan tongkat pengorek api untuk mengobarkan nyalanya
lagi. Dia memperhatikan perkamen itu meliuk, menghitam,
dan terbakar. Jika Lannister menyakiti Bran dan Rickon, Robb
bakal membunuh mereka semua. Dia tidak akan pernah bertekuk
lutut, takkan pernah, takkan pernah, takkan pernah. Dia tak takut
pada satu pun dari mereka. Abu membubung melingkar-lingkar
ke cerobong asap. Arya berjongkok di samping perapian,
memperhatikan api berkobar dari balik tabir air mata panas.
Jika Winterfell benar-benar hilang, inikah rumahku sekarang" Apa
aku masih Arya, atau hanya Nan si pelayan, untuk selama-lamanya"
Dia menghabiskan beberapa jam berikutnya merapikan
ruangan sang lord. Dia menyapu bersih jerami lama dan
menebarkan jerami segar yang beraroma manis, menyalakan
api lagi di perapian, mengganti seprai dan menggembungkan
kasur bulu, mengosongkan pispot di saluran kakusdan
1040 menggosoknya, membawa sepelukan penuh pakaian kotor
ke tukang cuci, dan menaruh semangkuk pir musim semi
segar dari dapur. Setelah tugasnya di kamar tidur selesai, dia
menuruni serangkaian anak tangga untuk melakukan hal yang
sama di ruang kerja luas, ruangan cadangan berangin seluas
aula-aula dari kastel yang lebih kecil. Lilin-lilinnya sudah habis,
jadi Arya menggantinya. Di bawah jendela diletakkan meja ek
besar tempat sang lord menulis surat-suratnya. Dia menyusun
buku-buku, mengganti lilin, merapikan pena bulu, tinta, dan
lilin segel. Sehelai kulit domba lusuh besar tergeletak di atas
kertas-kertas. Arya sedang menggulungnya ketika warnawarni tertangkap matanya: biru danau dan sungai, titik-titik
merah tempat kastel dan kota-kota berada, hijau hutan.
Dia pun membentangkannya lagi. WILAYAH TRIDENT,
tercantum dengan kaligrafi di bagian bawah peta. Gambarnya
menunjukkan semua lokasi dari Neck sampai Sungai Air
Hitam. Itu Harrenhal di atas danau besar, Arya menyadari, tapi
di mana Riverrun" Kemudian dia melihatnya. Tidak terlalu jauh...
Hari belum sore ketika Arya selesai, karenanya dia
pergi ke hutan sakral. Tugasnya sebagai pesuruh pribadi Lord
Bolton lebih ringan ketimbang di bawah Weese atau bahkan
Mata Jambon, meskipun dia harus berpakaian seperti pelayan
pribadi dan mandi lebih sering daripada yang diinginkannya.
Rombongan berburu baru akan pulang berjam-jam lagi, jadi
dia punya waktu untuk berlatih pedang.
Dia menebas daun pohon birch sampai ujung bergerigi
tangkai sapu yang patah itu hijau dan lengket. "Ser Gregor,"
gumamnya. "Dunsen, Polliver, Raff si Manis." Dia berputar,
melompat, dan menyeimbangkan tubuh dengan ujung kaki,
melesat ke sana kemari, membuat biji pinus beterbangan. "Si
Penggelitik," serunya lagi, "si Anjing," berikutnya. "Ser Ilyn, Ser
Meryn, Ratu Cersei." Batang pohon ek menjulang di depannya,
dan dia menerjang untuk menusukkan ujung gagang sapu di
sana, menggeram "Joffrey, Joffrey, Joffrey." Lengan dan kakinya
1041 diperciki cahaya matahari dan bayangan daun-daun. Selapis
keringat menyelubungi kulitnya saat dia berhenti. Tumit kaki
kanannya berdarah karena lecet, jadi dia berdiri dengan sebelah
kaki di depan pohon utama dan mengangkat pedang memberi
hormat. "Valar morghulis," ucapnya pada dewa-dewa lama utara.
Dia menyukai bunyi kata-kata itu ketika dia mengucapkannya.
Sewaktu Arya menyeberangi pekarangan menuju
rumah mandi, dia melihat seekor raven berputar-putar turun
menuju sangkar, dan bertanya-tanya dari mana asal burung
itu dan pesan apa yang dibawanya. Jangan-jangan dari Robb,
mengabarkan bahwa berita tentang Bran dan Rickon tidak benar.
Dia menggigiti bibir, berharap. Seandainya aku punya sayap, aku
bisa terbang kembali ke Winterfell dan melihatnya sendiri. Kalau
itu benar, aku akan langsung terbang pergi, terbang sampai melewati
bulan dan bintang-bintang yang bersinar, dan menyaksikan semua hal
yang ada dalam cerita-cerita Nan Tua, naga, monster laut, Titan dari
Bravoos, dan mungkin aku takkan pernah terbang pulang kecuali aku
menginginkannya. Rombongan berburu kembali tak lama sebelum senja
tiba bersama sembilan bangkai serigala. Tujuh dewasa, makhluk
besar cokelat-abu-abu, buas dan kuat, mulut mereka membuka
memamerkan gigi kuning pajang dan seringai sekarat. Namun
dua ekor lagi masih kecil. Lord Bolton memerintahkan agar
kulit mereka dibuat selimut untuk tempat tidurnya. "Anak
serigala bulunya lembut, my lord," kata salah seorang anak
buahnya. "Bisa dibuat sepasang sarung tangan bagus dan
hangat." Bolton mendongak menatap bendera yang berkibar di
atas menara kubu gerbang. "Seperti yang biasa diingatkan Klan
Stark pada kita, musim dingin akan datang. Lakukanlah." Saat
melihat Arya memperhatikan, dia berkata, "Nan, aku mau
sekendi anggur rempah yang panas, aku kedinginan di hutan.
Pastikan anggurnya tidak dingin. Aku ingin makan malam
sendirian. Roti jelai, mentega, dan babi hutan."
"Siap laksanakan perintah, my lord." Itu kalimat terbaik
untuk diucapkan. 1042 Pai Panas sedang membuat kue gandum ketika Arya
masuk ke dapur. Tiga juru masak lain tengah membuang duri
ikan, sementara pesuruh dapur memutar-mutar babi hutan
di atas api. "My lord ingin makan malam, dan anggur rempah
panas sebagai minumannya," Arya mengumumkan, "dan dia
tidak mau anggurnya dingin." Salah satu juru masak mencuci
tangan, mengambil ketel, dan mengisinya dengan cairan
merah tua manis. Pai Panas disuruh memasukkan rempah ke
dalamnya selagi anggur dipanaskan. Arya membantunya.
"Aku bisa melakukannya," kata Pai Panas murung. "Aku
tak perlu kau mengajariku cara merempahi anggur."
Dia juga membenciku, atau dia takut padaku. Arya mundur,
lebihkarena sedih daripada marah. Setelah hidangan siap, juru
masak memasang penutup perak dan membungkus kendi
dengan handuk tebal agar tetap hangat. Di luar senja mulai
turun. Di dinding-dinding, para gagak berkaok mengitari
kepala-kepala mirip penghuni istana yang mengelilingi seorang
raja. Salah satu penjaga membukakan pintu ke Menara
Pembakaran Raja. "Semoga itu bukan sup musang panas," dia
bercanda. Roose Bolton tengah duduk di dekat perapian sambil
membaca buku tebal bersampul kulit sewaktu Arya masuk.
"Nyalakan beberapa lilin," perintahnya pada Arya sambil
membalik halaman. "Di sini mulai remang-remang."
Arya meletakkan makanan di samping sang lord dan
melaksanakan tugasnya, memenuhi ruangan dengan cahaya
berkelip-kelip dan aroma cengkih. Bolton membalik beberapa
halaman lagi dengan jari, lalu menutup buku dan menaruhnya
dengan hati-hati di api. Dia memperhatikan api melalap buku,
mata pucatnya berkilat oleh pantulan cahaya. Kulit tua yang
kering berkobar diiringi bunyi wuss, halaman-halaman yang
menguning membuka saat terbakar, seakan ada hantu yang
membacanya. "Aku tak memerlukanmu lagi malam ini," kata
Lord Bolton, tanpa pernah menatap Arya.
1043 Arya seharusnya pergi, sesenyap tikus, tapi ada yang
menahannya. "My lord," tanyanya, "apa kau akan membawaku
ketika meninggalkan Harrenhal?"
Dia menoleh untuk menatap Arya, dan dari sorot
matanya terlihat seolah makan malamnya baru saja bicara
padanya. "Apa aku mengizinkanmu untuk bertanya padaku,
Nan?" "Tidak, my lord." Arya menurunkan pandang.
"Kalau begitu kau seharusnya tidak bicara. Benar,
bukan?" "Benar. My Lord."
Sejenak Roose Bolton tampak geli. "Aku akan
menjawabmu, kali ini saja. Aku berniat memberikan Harrenhal
kepada Lord Vargo ketika aku kembali ke utara. Kau akan tetap
di sini bersamanya. "Tapi aku tidak?" Arya mulai bicara.
Roose Bolton menyelanya. "Aku tidak biasa
dipertanyakan oleh pelayan, Nan. Haruskah kusuruh lidahmu
dipotong?" Arya tahu, lelaki itu akan melakukannya semudah orang
lain memukul anjing. "Tidak, my lord."
"Kalau begitu aku tidak akan mendengarmu lagi?"
"Tidak, my lord."
"Pergilah, kalau begitu. Aku akan melupakan
ketidaksopanan ini."
Arya pergi, tapi bukan ke tempat tidurnya. Ketika
memasuki kegelapan pekarangan, penjaga pintu mengangguk
padanya dan berkata, "Badai akan datang. Kau mencium
baunya di udara?" Angin bertiup kencang, api bergerak-gerak


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di obor yang dipasang di atas dinding di samping deretan
kepala. Dalam perjalanan ke hutan sakral, dia melewati Menara
Melolong tempatnya dulu hidup dalam ketakutan pada Weese.
Keluarga Frey kini menempatinya sejak Harrenhal jatuh. Dia
bisa mendengar suara-suara berang dari satu jendela, banyak
1044 yang berbicara sekaligus bertengkar. Elmar duduk di undakan
luar, sendirian. "Ada apa?" tanya Arya begitu melihat air mata berkilat
di pipi Elmar. "Putriku," dia terisak. "Kami dipermalukan,kata Aenys.
Ada burung dari Twins. Ayahku bilang aku harus menikahi
orang lain, atau menjadi septon."
Seorang putri yang bodoh, pikir Arya, tidak ada perlunya
ditangisi. "Adik-adikku mungkin sudah meninggal," dia
bercerita. Elmar menatapnya meremehkan. "Tidak ada yang
peduli soal adik pelayan."
Sulit untuk tidak memukulnya ketika dia mengucapkan
itu. "Semoga sang putrimu mati," ucapnya, dan berlari
kabur sebelum Elmar menangkapnya. Di hutan sakral,
Arya mengambil pedang gagang sapunya di tempat dia
meninggalkannya, dan membawanya ke pohon utama. Di sana
dia berlutut. Daun-daun merah berdesir. Mata merah menatap
ke dalam dirinya. Mata para dewa. "Katakan apa yang harus
kulakukan, dewa-dewa," dia berdoa.
Lama sekali tak ada suara selain angin, air, serta keresak
daun dan dahan pohon. Dan kemudian, jauh, jauh di sana, di
luar hutan sakral, menara-menara yang dihantui, dan dindingdinding batu Harrenhal yang menjulang, dari suatu tempat
di luar dunia ini, terdengar lolongan panjang dan kesepian
seekor serigala. Arya merinding, dan sejenak dia merasa
pening. Kemudian, sayup-sayup, sepertinya dia mendengar
suara ayahnya. "Ketika salju turun dan angin putih bertiup,
serigala yang sendirian mati, tapi kawanan serigala bertahan,"
kata sang ayah. "Tapi tidak ada kawanan," bisiknya pada pohon
weirwood. Bran dan Rickon sudah tiada, keluarga Lannister
menahan Sansa, Jon pergi ke Tembok. "Sekarang aku bahkan
bukan diriku, aku Nan."
1045 "Kau Arya dari Winterfell, sang putri utara. Kau
berkata padaku kau bisa kuat. Kau punya darah serigala dalam
tubuhmu." "Darah serigala." Kini Arya ingat. "Aku akan sekuat
Robb. Aku bilang aku bisa." Dia menarik napas dalam-dalam,
lalu mengangkat gagang sapu dengan kedua tangan dan
menghantamkannya ke lutut. Kayu itu patah dengan derak
nyaring, dan dia melemparkan potongannya ke samping. Aku
direwolf, dan tak akan berurusan lagi dengan gigi kayu.
Malam itu dia berbaring di ranjang sempit di kasur
jerami yang gatal, mendengarkan suara-suara manusia hidup
dan mati berbisik dan berdebat seraya menunggu bulan terbit.
Hanya suara-suara itu yang masih dipercayainya. Dia bisa
mendengar bunyi napasnya sendiri, juga para serigala, kini
berupa kawanan besar. Mereka lebih dekat daripada yang kudengar
di hutan sakral, pikir Arya. Mereka memanggilku.
Akhirnya dia menyelinap dari balik selimut, memakai
tunik, dan berderap tanpa alas kaki menuruni tangga.
Roose Bolton lelaki yang waspada, dan pintu masuk Menara
Pembakaran Raja dijaga siang dan malam, jadi Arya terpaksa
keluar lewat jendela sempit ruang bawah tanah. Pekarangan
lengang, kastel yang besar itu tersesat dalam mimpi-mimpi
yang dihantui. Di atas, angin meratap nyaring melalui Menara
Melolong. Di bengkel pandai besi dia menemukan api sudah padam
sedangkan pintunya ditutup dan dipalang. Dia mengendapendap masuk lewat jendela, seperti yang pernah dilakukannya.
Gendry berbagi kasur dengan dua anak magang pandai besi
lain. Dia merunduk di loteng cukup lama sebelum matanya
menyesuaikan diri untuk memastikan bahwa Gendry-lah yang
berbaring di ujung. Kemudian dia membekap mulut Gendry
dan mencubitnya. Mata pemuda itu terbuka. Dia pasti belum
tidur pulas. "Kumohon," bisik Arya. Dia melepaskan tangan
dari mulut Gendry dan menunjuk.
1046 Dia sempat mengira temannya tak mengerti, tapi
kemudian Gendry menyelinap ke luar selimut. Dia berderap
telanjang melintasi ruangan, memakai tunik kasar longgar,
lalu menuruni loteng menyusul Arya. Dua pemagang lain tak
bergerak. "Kau mau apa lagi sekarang?" kata Gendry pelan
dengan nada marah. "Pedang." "Jempol Hitam menyimpan semua pedang di tempat
terkunci, aku sudah memberitahumu itu seratus kali. Ini buat
Lord Lintah?" "Untukku. Jebol kuncinya dengan palumu."
"Mereka bakal mematahkan tanganku," gerutunya.
"Atau lebih parah lagi."
"Tidak kalau kau melarikan diri denganku."
"Lari saja, mereka bakal menangkap dan membunuhmu."
"Mereka bakal memperlakukanmu lebih buruk lagi.
Lord Bolton akan memberikan Harrenhal pada Pelakon
Berdarah, dia mengatakan itu padaku."
Gendry menyibak rambut dari mata. "Lalu?"
Arya menatapnya lurus-lurus, tak gentar. "Lalu ketika
Vargo Hoat menjadi lord, dia akan memotongkaki semua
pelayan supaya mereka tidak melarikan diri. Pandai besi juga."
"Itu cuma kabar angin," ejek Gendry.
"Bukan, itu benar, aku mendengar sendiri Lord Vargo
mengatakannya," dustanya. "Dia bakal memotong sebelah
kaki semua orang. Kaki kiri. Pergilah ke dapur dan bangunkan
Pai Panas, dia akan menuruti apa pun katamu. Kita butuh
roti atau kue gandum atau semacamnya. Kau ambil pedang
dan aku yang mengurus kuda. Kita bertemu di dekat pintu
samping dinding timur, di belakang Menara Hantu. Tidak ada
yang pernah ke sana."
"Aku tahu pintu itu. Di sana dijaga, sama seperti yang
lain." "Lalu" Kau takkan lupa bawa pedangnya?"
1047 "Aku tak pernah bilang mau datang."
"Memang. Tapi kalau kau datang, kau takkan lupa bawa
pedangnya?" Gendry mengerutkan dahi. "Tidak," katanya akhirnya.
"Kurasa tidak."
Arya kembali masuk ke Menara Pembakaran Raja dengan
cara yang sama seperti saat meninggalkannya tadi, dan menaiki
tangga pelan-pelan sambil memasang telinga mendengarkan
langkah kaki. Di kamarnya, dia berganti pakaian dengan
cermat, dua lapis pakaian dalam, stoking hangat, dan tunik
yang paling bersih. Itu seragam pengikut Lord Bolton. Di
bagian dada terpampang lambangnya, lelaki tanpa kulit klan
Dreadfort. Dia mengikat sepatu, menyampirkan jubah wol di
bahu kurusnya, dan mengikatnya di leher. Sesenyap bayangan,
dia kembali menuruni tangga. Di luar ruang kerja sang lord, dia
berhenti sebentar untuk menguping di pintu, membukanya
perlahan-lahan ketika tak mendengar apa-apa.
Peta dari kulit domba itu masih di meja, di samping sisasisa makan malam Lord Bolton. Dia menggulung peta erat-erat
dan menyelipkannya di sabuk. Sang lord juga meninggalkan
belatinya di meja, jadi Arya mengambilnya, untuk berjaga-jaga
siapa tahu Gendry kehilangan keberanian.
Seekor kuda meringkik pelan sewaktu dia menyelinap
ke istal yang gelap. Semua pengurus kuda tertidur pulas. Dia
menyodok salah satunya dengan kaki sampai bocah itu duduk
kebingungan dan berkata, "Eh" Apa?"
"Lord Bolton memerintahkan tiga kuda dipasangi
pelana dan tali kekang."
Bocah itu bangkit, menepis jerami dari rambut. "Apa,
jam segini" Kuda katamu?" Dia mengerjap melihat lambang di
tunik Arya. "Untuk apa dia butuh kuda, gelap-gelap begini?"
"Lord Bolton tidak biasa dipertanyakan oleh pelayan."
Dia bersedekap. Pengurus kuda itu masih menatap gambar lelaki tanpa
kulit. Tahu apa artinya. "Tiga, katamu?"
1048 "Satu dua tiga. Kuda berburu. Gesit dan mantap." Arya
membantunya memasang tali kekang dan pelana, supaya dia
tak perlu membangunkan yang lain. Arya berharap mereka
tak menyakiti bocah itu nanti, tapi dia sadar mereka mungkin
akan melakukannya. Membimbing kuda melintasi kastel adalah bagian
tersulit. Dia berjalan di balik bayang-bayang dinding tinggi
kapan pun dia bisa, sehingga penjaga yang berpatroli
mengelilingi dinding pertahanan di atas harus menatap
lurus ke bawah untuk memergokinya. Dan seandainya mereka
melakukan itu, memangnya kenapa" Aku pesuruh pribadi sang lord.
Malam musim gugur itu dingin dan lembap. Awan berarak
mendekat dari barat, menyembunyikan bintang-bintang, dan
Menara Melolong meratap sedih setiap kali angin bertiup.
Baunya seperti hujan. Arya tak tahu apakah itu bagus atau buruk
bagi pelarian mereka. Tak seorang pun memergokinya, dan dia tak melihat
siapa-siapa, hanya kucing abu-abu dan putih berjalan di
sepanjang puncak dinding hutan sakral. Binatang itu berhenti
dan mendesis padanya, membangkitkan kenangan akan
Benteng Merah, ayahnya, dan Syrio Forel. "Aku bisa saja
menangkapmu kalau mau," serunya pelan, "tapi aku harus
pergi, kucing." Kucing itu mendesis lagi dan lari.
Menara Hantu adalah menara yang paling hancur
di antara lima menara besar Harrenhal. Bangunan itu tegak
dalam gelap dan terasing di balik puing-puing kuil yang selama
hampir tiga ratus tahun hanya didatangi tikus untuk berdoa.
Di sanalah Arya menunggu untuk melihat apakah Gendry dan
Pai Panas akan datang. Sepertinya dia menunggu sangatlama.
Kuda-kuda mengunyah rumput liar yang tumbuh di selasela pecahan batu sementara awan menelan bintang-bintang
yang tersisa. Arya menghunus belati dan mengasahnya untuk
menyibukkan tangan. Gerakan panjang dan halus, seperti yang
diajarkan Syrio. Bunyi itu menenangkannya.
1049 Dia mendengar kedatangan keduanya lama sebelum
melihat mereka. Pai Panas terengah-engah, dan sekali dia
tersandung dalam kegelapan, mengenai tulang keringnya,
dan mengumpat cukup lama untuk membangunkan setengah
penghuni Harrenhal.Gendry lebih tenang, tapi pedang yang
dibawanya berdentang seiring langkahnya. "Aku di sini." Arya
bangkit. "Jangan ribut atau mereka bisa mendengar kalian."
Kedua pemuda itu melangkah di sela-sela bebatuan
hancur untuk menghampirinya. Dia melihat Gendry
mengenakan zirah rantai yang diminyaki di balik jubah, dan
palu pandai besi disandang di punggungnya. Wajah bulat Pai
Panas mengintip dari balik tudung. Tas berisi roti menjuntai
di tangan kanannya dan sebuah roda keju dikepit di lengan
kirinya. "Ada penjaga di gerbang samping itu," ucap Gentry
pelan. "Sudah kubilang pasti ada."
"Kalian tetap di sini bersama kuda-kuda," kata Arya.
"Aku akan menyingkirkan dia. Datang secepatnya begitu
kupanggil." Gendry mengangguk. Pai Panas berkata, "Nanti kau
beruhu seperti burung hantu ketika kau ingin kami datang."
"Aku bukan burung hantu," sahut Arya. "Aku serigala.
Aku melolong." Sendirian, dia menyelinap menembus bayang-bayang
Menara Hantu. Dia melangkah cepatuntuk mendahului rasa
takutnya, dan sepertinya Syrio Forel berjalan di sebelahnya,
juga Yoren, Jaqen H"ghar, dan Jon Snow. Dia belum
mengambil pedang yang dibawakan Gendry untuknya, belum.
Untuk urusan ini, belati lebih cocok. Senjata itu bagus dan
tajam. Gerbang samping ini paling kecil di antara gerbanggerbang Harrenhal, sebuah pintu sempit dari kayu ek yang
ditaburi paku besi, dipasang di tembok di bawah menara
yang dilengkapi dinding pertahanan. Hanya satu orang yang
ditugaskan menjaganya, tapi Arya tahu ada penjaga di menara
di atas, serta pengawal lain di dekat sana yang berpatroli
mengelilingi dinding. Apa pun yang terjadi, dia harus sesenyap
1050 bayangan. Penjaga itu tak boleh sampai berteriak. Beberapa tetes
air hujan mulai jatuh. Arya merasakan satu tetes mendarat di
alis dan meleleh perlahan menuruni hidungnya.
Dia tak berusaha bersembunyi, melainkan mendekati
si penjaga terang-terangan, seolah Lord Bolton sendiri yang
mengirimnya. Lelaki itu memperhatikan kedatangannya,
penasaran apa yang membawa seorang pelayan pribadi ke sini
pada tengah malam. Setelah lebih dekat, Arya melihat bahwa
dia orang utara, sangat jangkung dan kurus, meringkuk di
balik mantel bulu compang-camping. Itu tidak bagus. Dia
mungkin bisa mengelabui seorang Frey atau salah satu anggota
Gerombolan, tapi orang-orang Dreadfort telah melayani
Roose Bolton seumur hidup mereka, dan mereka lebih
mengenalnya ketimbang Arya. Kalau kukatakan aku Arya Stark
dan memerintahkan dia menyingkir... Tidak, dia tak berani. Lelaki
itu orang utara, tapi bukan orang Winterfell. Dia milik Roose
Bolton. Begitu mencapai si penjaga, Arya menyibak jubahnya
supaya dia bisa melihat lambang lelaki tanpa kulit di dadanya.
"Lord Bolton mengutusku."
"Pada jam seperti ini" Untuk apa?"
Arya bisa melihat kilauan baja di balik mantel bulu dan
tak tahu apakah dia cukup kuat untuk menghunjamkan ujung
belati menembus zirah rantai itu. Lehernya, harus lehernya, tapi
dia terlalu tinggi, aku takkan bisa meraihnya. Sejenak Arya tak
tahu harus berkata apa. Sejenak dia kembali menjadi gadis kecil
lagi, dan ketakutan, dan hujan di wajahnya terasa bagaikan air
mata. "Dia menyuruhku memberi semua pengawalnya
sekeping perak, untuk pelayanan baik mereka." Kata-katanya
seolah terucap begitu saja.
"Perak, katamu?" Lelaki itu tak percaya, tapi dia
inginpercaya; lagi pula, perak ya perak. "Kemarikan, kalau
begitu." 1051 Jemari Arya merogoh ke balik tunik lalu mengeluarkan
koin yang diberikan Jaqen padanya. Dalam gelap, koin besi itu


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampak mirip dengan koin perak kusam. Dia mengulurkannya...
dan membiarkan koin itu tergelincir dari jari-jarinya.
Sambil memakinya pelan si penjaga berlutut untuk
mencari-cari koin itu di tanah dan lehernya tepat di depan
Arya. Arya menghunus belati dan menorehkannya di leher
itu, sehalus sutra musim panas. Darah membasahi tangannya
dalam semburan panas dan lelaki itu berusaha berteriak tapi
mulutnya juga dipenuhi darah.
"Valar morghulis," bisik Arya saat orang itu tewas.
Setelah dia tak lagi bergerak, Arya memungut koinnya.
Di luar dinding-dinding Harrenhal, seekor serigala melolong
panjang dan nyaring. Dia mengangkat palang, menaruhnya di
samping, dan membuka pintu ek berat itu. Pada saat Pai Panas
dan Gendry tiba bersama kuda mereka, hujan sudah deras.
"Kau membunuh dia!" Pai Panas terkesiap.
"Memangnya menurutmu apa yang akan kulakukan?"
Jemari Arya lengket oleh darah, dan baunya membuat kuda
betinanya gelisah. Tidak masalah, pikir Arya, berayun menaiki
pelana. Hujan akan membasuhnya hingga bersih lagi.
j 1052 SANSA R uang takhta menjadi lautan permata, bulu, dan baju
berwarna terang. Para lord dan lady memenuhi bagian
belakang aula dan berdiri di bawah jendela-jendela tinggi,
berdesak-desakan persis perempuan penjual ikan di dermaga.
Hari ini, penghuni istana Joffrey berusaha keras
mengungguli satu sama lain. Jalabhar Xho berbusana serbabulu, berlapis-lapis bulu burung yang fantastis dan mewah
sehingga dia tampak akan mengudara. Mahkota kristal Septon
Agung melontarkan pelangi ke udara setiap kali kepalanya
bergerak. Di meja majelis, Ratu Cersei berpendar dalam gaun
emas diselingi beledu merah anggur, sementara di sampingnya
Varys melebur dan tersenyum konyol dalam brokat ungu.
Bocah Bulan dan Ser Dontos mengenakan baju pelawak baru,
sebersih pagi musim semi. Bahkan Lady Tanda dan kedua
putrinya tampak cantik dalam gaun senada dari sutra warna
pirus dengan pinggiran bulu,dan Lord Gyles terbatuk-batuk
di saputangan sutra merah tua dengan keliman renda emas.
Raja Joffrey duduk di atas mereka semua, di antara pedang
dan kait runcing Takhta Besi. Dia mengenakan baju mengilap
merah tua, mantel hitamnya bertabur batu mirah, di kepalanya
terpasang mahkota emas yang berat.
1053 Menyeruak menembus kerumunan kesatria, squire,
dan penduduk kota yang kaya, Sansa mencapai bagian depan
tribun tepat saat trompet mengumumkan kedatangan Lord
Tywin Lannister. Lelaki itu menaiki kuda perang melintasi aula dan
turun di depan Takhta Besi. Sansa belum pernah melihat zirah
seperti itu; baja merah yang dipoles, diukir dengan pola-pola
melingkar dan ornamen emas. Rondel-nya berbentuk matahari
emas, singa mengaum yang memahkotai helmnya bermata
batu mirah, dan ada singa betina di masing-masing bahunya
untuk menyemat jubah emas yang sangat panjang dan berat
sehingga menutupi bagian belakang tunggangannya. Bahkan
kudanya memakai zirah bersepuh emas, dan diselubungi sutra
merah tua berkilat yang dihiasi singa Lannister.
Penguasa Casterly Rock itu merupakan sosok
mengesankan sehingga semua terkejut ketika kuda destriernya membuang kotoran di landasan takhta. Joffrey terpaksa
melangkah hati-hati mengitarinya selagi berjalan turun untuk
memeluk sang kakek dan mengumumkannya sebagai Penyelamat
Kota. Sansa menutup mulut untuk menyembunyikan senyum
gugup. Di depan para tamu, Joff meminta sang kakek
melanjutkan mengelola kerajaan, dan Lord Tywin dengan
khidmat menerima tanggung jawab tersebut, "hingga Yang
Mulia cukup umur." Kemudian squire melepaskan zirahnya
dan Joff memasangkan kalung Tangan Kanan Raja di lehernya.
Lord Tywin duduk di meja majelis di samping sang ratu.
Setelah kuda destrier itu dibimbing ke luar, Cersei mengangguk
mengisyaratkan agar perayaan dilanjutkan.
Riuh rendah trompet yang menggema menyambut setiap
pahlawan yang melangkah melewati pintu ek besar. Bentara
menyerukan nama dan jasanya agar didengar semua orang,
dan kesatria bangsawan serta perempuan bangsawan bersoraksorai penuh gairah persis orang-orang kasar di arena sabung
ayam. Perhargaan terpenting diterima oleh Mace Tyrell, Lord
1054 Highgarden, lelaki yang dulunya perkasa kini telah berubah
gemuk, tapi tetap tampan. Putra-putranya menyusul masuk;
Ser Loras dan kakaknya Ser Garlan sang Perkasa. Ketiganya
berpakaian serupa, beledu hijau dengan keliman warna hitam.
Raja menuruni takhta sekali lagi untuk menyapa
mereka, sebuah kehormatan besar. Dia memasangkan di leher
mereka masing-masing seuntai kalung mawar yang ditempa
dengan emas kuning lunak, di sana menggantung piringan
emas bergambar singa Lannister dari batu mirah."Mawar
itu menopang singa, seperti halnya Highgarden menopang
kerajaan," Joffrey menyatakan. "Seandainya ada permintaan
yang ingin diajukan, katakanlah dan itu akan menjadi milik
kalian." Inilah saatnya, pikir Sansa.
"Yang Mulia," kata Ser Loras. "Saya memohon
kehormatan bertugas dalam pasukan Pengawal Raja Anda,
untuk melindungi Anda terhadap musuh."
Joffrey menarik sang Kesatria Bunga agar berdiri dan
mengecup pipinya. "Dikabulkan, saudaraku."
Lord Tyrell menundukkan kepala. "Tiada kehormatan
yang lebih besar dibandingkan melayani Yang Mulia Raja.
Apabila saya dianggap pantas bergabung dengan majelis raja,
Anda tidak akan menemukan orang yang lebih setia atau
jujur." Joff meletakkan sebelah tangan di bahu Lord Tyrell
dan mengecupnya saat lelaki itu berdiri. "Permintaanmu
dikabulkan." Ser Garlan Tyrell, lebih tua lima tahun daripada Ser
Loras, merupakan versi berjanggut dan lebih jangkung dari
adiknya yang lebih terkenal. Dadanya lebih kekar dan bahunya
lebih bidang, dan meski wajahnya cukup menarik, dia tak
memiliki kerupawanan Ser Loras yang menakjubkan. "Yang
Mulia," kata Garland begitu Raja menghampirinya, "Saya
memiliki seorang adik perempuan, Margaery, kebahagiaan
klan kami. Dia pernah menikah dengan Renly Baratheon,
1055 seperti Yang Mulia ketahui, tapi Lord Renly pergi berperang
sebelum pernikahan sempat disempurnakan, karenanya dia
masih suci. Margaery telah mendengar kisah-kisah tentang
kebijaksanaan, keberanian, dan kepahlawanan Yang Mulia dari
jauh. Saya memohon agar Yang Mulia memerintahkan untuk
menjemputnya, menikah dengannya, dan menyatukan klan
Yang Mulia dengan klan kami sepanjang masa."
Raja Joffrey berpura-pura terkejut. "Ser Garland,
kejelitaan adikmu tersohor di seantero Tujuh Kerajaan, tapi
aku sudah bertunangan dengan gadis lain. Seorang raja harus
memegang kata-katanya."
Ratu Cersei bangkit disertai desir roknya. "Yang Mulia,
menurut pertimbangan majelis kecilmu, tidaklah pantas atau
bijak bila Yang Mulia menikah dengan putri seorang lelaki yang
dipenggal akibat pengkhianatan, gadis yang kakaknya terangterangan memberontak terhadap kerajaan bahkan hingga saat
ini. Sire, majelismu memohon, demi kebaikan kerajaanmu,
sisihkan Sansa Stark. Lady Margaery akan menjadi ratu yang
jauh lebih pantas bagimu."
Persis kawanan anjing yang terlatih, para lord dan lady
di aula mulai menyerukan kesetujuan mereka. "Margaery,"
seru mereka. "Beri kami Margaery!" dan "Tidak mau ratu
pengkhianat! Tyrell! Tyrell!"
Joffrey mengangkat sebelah tangan. "Aku ingin
mengabulkan keinginan rakyatku, Ibu, tapi aku sudah
mengucapkan sumpah suci."
Septeon Agung melangkah maju. "Yang Mulia, para
dewa menganggap serius pertunangan, tapi ayah Anda, Raja
Robert diberkatilah kenangannya, membuat kesepakatan
ini sebelum Klan Stark dari Winterfell mengungkapkan
kepalsuan mereka. Kejahatan mereka terhadap kerajaan telah
membebaskan Anda dari janji apa pun yang mungkin pernah
dibuat. Berdasarkan Agama Tujuh Wajah, tidak ada kontrak
pernikahan sah antara Anda dan Sansa Stark."
Sorak-sorai riuh memenuhi ruang takhta, dan teriakan
1056 "Margaery, Margaery" meledak di sekelilingnya. Sansa
mencondongkan tubuh ke depan, mencengkeram erat pagar
kayu tribune. Dia tahu apa yang akan terjadi berikutnya, tapi
tetap mengkhawatirkan apa yang akan diucapkan Joffrey, takut
Joffrey menolak membebaskannya bahkan sekarang, ketika
seluruh kerajaannya tergantung pada itu. Sansa merasa seolah
kembali berada di undakan pualam di luar Kuil Agung Baelor,
menunggu pangerannya mengampuni ayahnya, tapi malah
mendengarnya memerintahkan Ilyn Payne memenggal kepala
sang ayah. Kumohon, dia berdoa dengan sungguh-sungguh, buat
dia mengatakannya, buat dia mengatakannya.
Lord Tywin menatap cucunya. Joff memberinya
pandangan murung, menggeser kaki, dan membantu Ser
Garlan Tyrell bangkit. "Para dewa memang baik hati. Aku bebas
mengikuti suara hatiku. Aku akan menikah dengan adikmu
yang manis, dan dengan senang hati, Ser." Dikecupnya pipi
berewok Ser Garland sementara tempik sorak makin nyaring
di sekeliling mereka. Sansa anehnya merasa pening. Aku bebas. Dia bisa
merasakan mata-mata tertuju padanya. Aku tidak boleh tersenyum,
dia mengingatkan diri. Ratu telah memperingatkannya; apa
pun yang dirasakannya, wajah yang ditunjukkannya pada dunia
harus terlihat resah. "Aku tidak mau putraku dipermalukan,"
kata Cersei. "Kau dengar aku?"
"Ya. Tapi jika aku bukan ratu, akan jadi apa aku?"
"Itu perlu dipikirkan. Untuk saat ini, kau tetap tinggal
di istana, sebagai anak asuh kami."
"Aku ingin pulang."
Ratu jengkel mendengar itu. "Kau seharusnya sudah
belajar sekarang, tidak seorang pun dari kita yang mendapatkan
apa yang kita inginkan."
Tapi aku mendapatkannya, pikir Sansa. Aku bebas dari
Joffrey. Aku tidak perlu menciumnya, juga tidak perlu memberinya
kesucianku, atau mengandung anak-anaknya. Biar saja Margaery
Tyrell yang melakukan semua itu, gadis malang.
1057 Pada saat keriuhan mereda, Lord Highgarden sudah
duduk di meja majelis raja, dan kedua putranya bergabung
dengan para kesatria dan bangsawan lain di bawah jendela.
Sansa berusaha tampak merana dan terbuang sementara para
pahlawan lain dalam Pertempuran Air Hitam dipanggil ke
depan untuk menerima hadiah mereka.
Paxter Redwyne, Lord Arbor, berderap melintasi aula
diapit oleh putra kembarnya Horor dan Iler, yang pertama
terpincang-pincang akibat cedera dalam perang. Mereka
diikuti oleh Lord Mathis Rowan yang memakai doblet seputih
salju dengan sulaman pohon besar dari benang emas di dada;
Lord Randyll Tarly, langsing dan botak, sebilah pedang besar
melintang di punggungnya dalam sarung bertatahkan permata;
Ser Kevan Lannister,lelaki kekar berkepala botak dengan
janggut dipangkas pendek; Ser Addam Marbrand, rambut
tembaganya tergerai di bahu; para lord barat yang terkemuka
Lydden, Crakehall, dan Brax.
Berikutnya giliran empat orang berstatus lebih rendah
yang menonjol dalam pertarungan: kesatria bermata satu Ser
Philip Foote, yang menewaskan Lord Bryce Caron dalam duel
satu lawan satu; prajurit bayaran Lothor Brune, yang merangsek
menembus lima puluh prajurit Fossoway untuk menangkap
Ser Jon yang berlambang apel hijau serta membunuh Ser
Bryan dan Ser Edwyd yang berlambang apel merah, sehingga
mendapatkan julukan Lothor Pemakan-Apel; Willit, prajurit
rendah beruban yang melayani Ser Harys Swyft, yang menarik
tuannya dari bawah kuda sekarat dan melindunginya dari
selusin penyerang; dan squire berpipi halus bernamaJosmyn
Peckledon, yang membunuh dua kesatria, melukai yang ketiga,
dan menangkap dua orang lagi, walaupun usianya tak mungkin
lebih dari empat belas. Willit dibawa masuk menggunakan
tandu, luka-lukanya sangat parah.
Ser Kevan duduk di samping kakaknya Lord Tywin.
Setelah bentara selesai mengutarakan jasa setiap pahlawan, dia
bangkit. "Yang Mulia berkeinginan agar para lelaki yang hebat
1058 ini mendapatkan imbalan atas jasa mereka. Berdasarkan titah
sang raja, Ser Philip sejak saat ini menjadi Lord Philip dari
Klan Foote, dan dia berhak mendapatkan seluruh wilayah, hak,
dan penghasilan Klan Caron. Lothor Brune diangkat menjadi
kesatria serta dianugerahi tanah dan kastel di dataran sungai
setelah perang berakhir. Kepada Josmyn Peckledon, pedang
dan baju zirah, kuda perang mana pun yang dipilihnya dari
istal kerajaan, dan menjadi kesatria bila sudah cukup umur.
Dan terakhir, untuk Goodman Willit, tombak dengan gagang
bersabuk perak, tunik zirah rantai yang baru, dan helm dengan
penutup wajah. Selain itu, putra-putra Willit akan direkrut
untuk melayani Klan Lannister di Casterly Rock, yang sulung
sebagai squire dan yang lebih muda menjadi pelayan pribadi,
dengan kesempatan menjadi kesatria jika mereka melakukan
tugas dengan setia dan baik. Untuk semua hal itu, Tangan
Kanan Raja dan majelis kecil menyetujui."
Nakhoda-nakhoda armada perang raja Angin Ganas,
Pangeran Aemon, dan Busur Sungai mendapat penghargaan
berikutnya, bersama perwira rendah dari Karunia Dewa,
Lembing, Lady Sutra, dan Kepala Domba. Berdasarkan
pengetahuan Sansa, pencapaian utama mereka adalah
selamat dari pertempuran di sungai, prestasi yang hanya bisa
disombongkan oleh segelintir orang. Hallyne sang Pawang Api
dan para master Serikat Alkemis juga menerima ucapan terima
kasih sang raja, dan Hallyne diangkat menjadi lord, meskipun
Sansa mencatat bahwa dia tak mendapatkan tanah maupun
kastel untuk mendampingi gelar tersebut, yang berarti gelar lord
bagi alkemis itu sama aslinya dengan gelar lord Varys. Gelar lord
yang jauh lebih signifikan dianugerahkan kepada Ser Lancel


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lannister. Joffrey menghadiahinya tanah, kastel, dan hak atas
Klan Darry, anak terakhir sang lord tewas dalam pertarungan
di dataran sungai, "sehingga tak ada lagiahli waris sah dari
keturunan Darry, hanya seorang sepupu tiri."
Ser Lancel tak hadir untuk menerima gelar tersebut;
menurut gosip, cederanya mungkin menyebabkannya
1059 kehilangan lengan atau bahkan nyawanya. Setan Kecil juga
kabarnya sekarat, akibat luka parah di kepala.
Ketika bentara menyerukan, "Lord Petyr Baelish," lelaki
itu maju dengan pakaian bernuansa merah mawar dan ungu
prem, jubahnya bergambar burung mockingbird.Sansa bisa
melihat dia tersenyum selagi berlutut di hadapan Takhta Besi.
Dia tampak sangat puas. Sansa tak mendengar Littlefinger
melakukan tindakan heroik apa pun selama perang, tapi
sepertinya dia tetap saja mendapatkan imbalan.
Ser Kevan kembali bangkit. "Yang Mulia Raja
berkehendak agar anggota majelis raja Petyr Baelish
mendapatkan imbalan atas pelayanan setianya pada Raja dan
kerajaan. Agar diketahui bahwa Lord Baelish dianugerahkan
kastel Harrenhal berikut seluruh wilayah dan penghasilannya,
tempatnya berkuasa dan memerintah sejak saat ini sebagai
Lord Paramount Trident.Petyr Baelish, putra-putranya, dan
cucu-cucunya akan memiliki dan mendapatkan kehormatan
ini hingga akhir waktu, dan seluruh lord di Trident akan
menghormatinya sebagai junjungan mereka yang sah. Tangan
Kanan Raja dan majelis kecil menyetujui."
Sambil berlutut, Littlefinger mengangkat pandang
ke arah Raja Joffrey. "Saya berterima kasih atas kemurahan
hati Anda, Yang Mulia. Saya rasa ini artinya saya harus mulai
memikirkan soal mendapatkan beberapa putra dan cucu."
Joffrey tertawa, dan penghuni istana menirunya. Lord
Paramount Trident, pikir Sansa, sekaligus Lord Harrenhal. Dia
tidak mengerti kenapa itu membuat Littlefinger sangat senang;
kehormatan itu sekosong gelar yang diberikan pada Hallyne
sang Pawang Api. Harrenhal dikutuk, semua orang tahu, dan
saat ini Klan Lannister bahkan tak menguasai tempat itu. Lagi
pula, para lord Trident bersumpah setia pada Riverrun dan Klan
Tully, serta pada Raja Utara; mereka takkan pernah menerima
Littlefinger sebagai junjungan mereka. Kecuali mereka dipaksa.
Kecuali kakak, paman, dan kakekku semuanya telah kalah dan
dibunuh. Pikiran tersebut membuat Sansa gelisah, tapi dia
1060 mengatakan pada diri sendiri bahwa sikapnya konyol. Robb
mengalahkan mereka setiap kalinya. Dia juga akan mengalahkan
Lord Baelish, kalau perlu.
Lebih dari enam ratus kesatria baru diangkat hari
itu. Mereka berjaga di Kuil Agung Baelor sepanjang malam
dan paginya melintasi kota dengan bertelanjang kaki untuk
membuktikan kerendahan hati mereka. Sekarang mereka
maju mengenakan pakaian dari wol yang tak dicelup untuk
menerima gelar kesatria dari Pengawal Raja. Butuh waktu
lama, mengingat hanya tiga Saudara Sesumpah Pedang Putih
yang hadir untuk melantik mereka. Mandon Moore tewas
dalam perang, si Anjing menghilang, Aerys Oakheart di Dorne
bersama Putri Myrcella, dan Jaime Lannister ditawan Robb,
maka Pengawal Raja tinggal Balon Swann, Meryn Trant,
dan Osmund Kettleblack. Begitu dilantik, mereka bangkit,
memasang sabuk pedang, dan berdiri di bawah jendela.
Beberapa di antaranya tampak berdarah kakinya akibat
berjalan melintasi kota, tapi di mata Sansa mereka sepertinya
berdiri dengan tegap dan bangga.
Setelah semua kesatria baru menerima gelar ser, seisi
aula makin gelisah, dan tak ada yang lebih resah daripada
Joffrey.Beberapa orang di tribun mulai menyelinap pergi diamdiam, tapi mereka yang di bawah terjebak, tak bisa pergi tanpa
izin Raja. Dinilai dari cara Joffrey bergerak-gerak tak sabar di
Takhta Besi, Joff akan mengabulkannya dengan senang hati,
tapi acara hari ini jauh dari selesai. Untuk saat ini koin telah
berputar, dan para tawanan digiring masuk.
Dalam kelompok itu juga ada lord terkemuka dan
kesatria terhormat: Lord Celtigar tua yang masam, si Kepiting
Merah; Ser Bonifer si Baik; Lord Estermont yang bahkan lebih
tua daripada Celtigar; Lord Varner, yang berjingkat-jingkat
melintasi aula dengan satu lutut hancur, tapi tak mau dibantu;
Ser Mark Mullendore, berwajah pucat, lengan kirinya buntung
sampai ke siku; Ronnet Merah yang bengis dari Griffin Roost;
Ser Dermot dari Rainwood; Lord Willurn serta putranya Josua
1061 dan Elyas; Ser Jon Fossoway; Ser Timon sang Scrapesword;
Aurane, anak haram Driftmark; Lord Staedmon, yang dijuluki
Pennylover; serta ratusan lainnya.
Mereka yang beralih kesetiaan selama pertempuran
hanya perlu bersumpah setia pada Joffrey, tapi yang bertarung
untuk Stannis sampai akhir dipaksa bicara. Kata-kata mereka
menentukan nasib masing-masing. Jika mereka memohon
ampun karena berkhianat dan berjanji melayani dengan setia
sejak saat ini, Joffrey menerima mereka lagi dalam kekuasaannya
dan mengembalikan seluruh tanah dan hak mereka. Meskipun
begitu, segelintir tetap membangkang. "Jangan membayangkan
ini sudah berakhir, Bocah," salah satunya memperingatkan,
anak haram dari Klan Florent atau yang lain. "Penguasa
Cahaya melindungi Raja Stannis, sekarang dan selamanya.
Seluruh pasukan dan strategi licik kalian takkan mampu
menyelamatkan kalian bila waktunya tiba."
"Waktumu sudah tiba sekarang." Joffrey memberi
isyarat pada Ser Ilyn Payne untuk membawa orang itu keluar
dan memenggal kepalanya. Namun baru saja dia diseret ke
luar, seorang kesatria berwajah serius dengan gambar jantung
berapi di mantel luarnya berteriak, "Stannis adalah raja sejati!
Monsterlah yang duduk di Takhta Besi, sosok menjijikkan
yang lahir dari inses!"
"Diam," bentak Ser Kevan Lannister.
Kesatria itu makin mengeraskan suara. "Joffrey adalah
cacing hitam yang menggerogoti jantung kerajaan! Kegelapan
adalah ayahnya, dan kematian adalah ibunya! Hancurkan dia
sebelum dia merusak kalian semua! Hancurkan mereka semua,
ratu pelacur dan raja cacing, si kerdil yang keji dan laba-laba
pembisik, bunga palsu. Selamatkan diri kalian!" Salah satu
jubah emas memukulnya hingga jatuh, tapi dia terus berteriakteriak. "Api penyucian akan datang! Raja Stannis akan
kembali!" Joffrey melompat bangkit. "Aku raja! Bunuh dia! Bunuh
dia sekarang! Aku memerintahkan!" Dia menebaskan tangan
1062 ke bawah, isyarat berang dan marah... lalu memekik kesakitan
saat lengannya menyerempet salah satu taring logam tajam yang
mengitarinya. Lengan baju mengilap merah tuanya menjadi
lebih gelap karena darah merembesinya. "Ibu!" ratapnya.
Dengan setiap mata tertuju pada Raja, entah bagaimana
lelaki di lantai merebut tombak dari salah satu jubah emas,
dan memakainya untuk membantunya berdiri. "Takhta
menolaknya!" dia menjerit. "Dia bukan raja!"
Cersei berlari menuju takhta, tapi Lord Tywin tetap
sediam batu. Dia hanya mengangkat satu jari, dan Ser Meryn
Trant maju dengan pedang terhunus. Akhir peristiwa itu cepat
dan brutal. Jubah emas memegangi kedua lengan sang kesatria.
"Bukan raja!" teriaknya lagi ketika Ser Meryn menghunjamkan
ujung pedang menembus dadanya.
Joff jatuh ke pelukan sang ibu. Tiga maester buruburu mendekat, untuk membawanya keluar lewat pintu raja.
Kemudian semua orang mulai berbicara serempak. Saat jubah
emas menyeret mayat lelaki itu, dia meninggalkan jejak darah
terang di lantai batu. Lord Baelish mengelus janggut sementara
Varys berbisik di telinganya. Apa mereka akan membubarkan
kami sekarang" Sansa bertanya-tanya. Sejumlah tawanan masih
menunggu, entah untuk menyatakan sumpah setia atau
meneriakkan umpatan, siapa yang tahu"
Lord Tywin berdiri. "Kita lanjutkan," ujarnya dalam
suara nyaring dan jelas yang membungkam bisikan. "Mereka
yang berniat meminta pengampunan untuk pengkhianatan
mereka dipersilakan. Tidak boleh ada kebodohan lagi." Dia
beranjak ke Takhta Besi dan duduk di salah satu undakannya,
sekitar satu meter dari atas lantai.
Cahaya di luar jendela sudah memudar ketika acara itu
selesai. Sansa terpincang-pincang karena lelah selagi berjalan
menuruni tribun. Dia bertanya-tanya separah apa Joffrey
melukai diri sendiri. Kata orang Takhta Besi bisa sangat berbahaya
bagi orang yang tak ditakdirkan mendudukinya.
1063 Kembali di keamanan kamarnya, Sansa memeluk bantal
di wajah untuk meredam pekik kegembiraan. Oh, demi para
dewa, dia melakukannya, dia menyingkirkanku di depan semua
orang. Ketika seorang gadis pelayan membawakan makan
malam untuknya, Sansa hampir menciumnya. Ada roti panas
dan mentega segar, sup daging kental, ayam dan wortel, serta
persik bersalut madu. Bahkan makanan terasa lebih manis, pikir
Sansa. Begitu hari gelap, dia mengenakan jubah dan pergi
ke hutan sakral. Ser Osmund Kettleblack menjaga jembatan
gantung dalam zirah putihnya. Sansa berusaha keras terdengar
merana sewaktu mengucapkan selamat malam padanya. Dari
cara lelaki itu meliriknya, dia tak yakin sikapnya benar-benar
meyakinkan. Dontos sudah menunggu di bawah cahaya bulan yang
tertapis dedaunan. "Kenapa murung?" tanya Sansa ceria. "Kau
hadir di sana, kau mendengarnya. Joff menyisihkanku, dia
sudah selesai denganku, dia..."
Lelaki itu meraih tangannya. "Oh, Jonquil, Jonquil-ku
yang malang, kau tidak mengerti. Selesai denganmu" Mereka
baru saja mulai." Hati Sansa melesak. "Apa maksudmu?"
"Ratu tidak akan pernah membiarkanmu pergi, tidak
akan. Kau sandera yang terlalu berharga. Dan Joffrey...
anak manis, dia masih raja. Kalau dia menginginkanmu di
ranjangnya, dia akan mendapatkanmu. Tetapi sekarang, anak
haramlah yang akan ditanamkannya di rahimmu bukan anak
sah." "Tidak," kata Sansa, terkejut. "Dia melepaskanku, dia..."
Ser Dontos mendaratkan kecupan basah di telinganya.
"Bersikaplah berani. Aku bersumpah mengantarmu pulang,
dan sekarang aku bisa. Harinya telah ditentukan."
"Kapan?" tanya Sansa. "Kapan kita pergi?"
"Malam pernikahan Joffrey. Setelah pesta. Semua sudah
diatur. Benteng Merah akan penuh orang asing. Setengah
1064 penghuni istana mabuk dan setengahnya lagi akan membantu
Joffrey meniduri istrinya. Untuk sementara waktu, kau akan
terlupakan, dan keramaian akan jadi teman kita."
"Pernikahan itu tidak akan terjadi sebelum bulan ini
berganti. Margaery Tyrell masih di Highgarden, mereka baru
menjemputnya sekarang."
"Kau sudah lama sekali menunggu, bersabarlah sedikit
lebih lama lagi. Ini, aku punya sesuatu untukmu." Ser Dontos
merogoh saku dan mengeluarkan sarang laba-laba keperakan,
menjuntainya di antara jari-jari gemuknya. Itu jaring
rambut dari perak halus, helaiannya sangat tipis dan rapuh
sehingga berat jaring itu terasa seringan udara ketika Sansa
mengambilnya. Batu-batu kecil dipasang di setiap pertemuan
antara dua helai untaiannya, begitu gelap sehingga menyerap
cahaya bulan. "Batu apa ini?"
"Ametis hitam dari Asshai. Jenis yang sangat langka,
warnanya ungu gelap di bawah cahaya matahari."
"Indah sekali," ucap Sansa, berpikir. Kapallah yang
kubutuhkan, bukan jaring untuk rambutku.
"Lebih indah daripada yang kautahu, anak manis.
Begini, ini sihir. Ini keadilan yang kaupegang. Ini pembalasan
dendam untuk ayahmu." Dontos mencondongkan tubuh
mendekat dan mengecupnya lagi. "Ini rumah."
j 1065 THEON M aester Luwin mendatanginya begitu pengintai pertama
terlihat di luar dinding. "Pangeranku," dia berkata, "kau
harus menyerah." Theon memandangi piring kue gandum, madu,
dan sosis darah yang mereka bawakan untuk sarapan. Satu
malam lagi tak bisa tidur membuat saraf-sarafnya tegang, dan
melihat makanan membuatnya mual. "Belum ada balasan dari
pamanku?" "Tidak ada," jawab sang maester. "Begitu juga dari
ayahmu di Pyke." "Kirimkan burung lagi."
"Tidak ada gunanya. Pada saat burung-burung itu tiba?"
"Kirim mereka!" Sambil menyapu piring makanan ke
samping dengan lengan, dia menyibak selimut dan bangkit
dari tempat tidur Ned Stark, telanjang dan berang. "Atau apa
kau menginginkan aku mati" Benar bukan, Luwin" Katakan
sejujurnya sekarang."
Lelaki beruban dan bertubuh kecil itu tak gentar.
"Perintahku adalah melayani."
"Benar, tapi melayani siapa?"
"Kerajaan," jawab Maester Luwin, "dan Winterfell.
1066 Theon, aku pernah mengajarimu berhitung dan menulis,
sejarah dan seni perang. Dan mungkin akan mengajarimu
lebih banyak lagi, seandainya kau mau belajar. Aku tidak akan
mengklaim sangat menyayangimu, tidak, tapi aku juga tidak
bisa membencimu. Bahkan seandainya aku membencimu,
selama kau menguasai Winterfell aku terikat oleh sumpah
untuk memberimu nasihat. Jadi sekarang aku menasihatimu
untuk menyerah." Theon membungkuk untuk mengambil jubah
yang menggumpal di lantai, mengibas debunya, dan
menyampirkannya di bahu. Api, aku butuh api, dan pakaian
bersih. Di mana Wex" Aku tidak mau pergi ke kuburanku dengan
pakaian kotor. "Kau tak punya harapan bertahan di sini," lanjut sang
maester. "Jika ayahmu berniat mengirim bala bantuan, dia
pasti sudah melakukannya sekarang. Dia hanya peduli pada
Neck. Pertempuran di utara akan terjadi di antara reruntuhan
Moat Cailin."

Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Barangkali benar," ujar Theon. "Dan selama aku
menguasai Winterfell, Ser Rodrik dan para lord pengikut
Stark tidak bisa berderap ke utara untuk menyerang pamanku
dari belakang." Aku tak sepolos itu dalam seni perang seperti yang
kaupikirkan, lelaki tua. "Aku punya cukup makanan untuk
bertahan dalam pengepungan selama satu tahun, kalau perlu."
"Tidak akan ada pengepungan. Mungkin mereka
akan menghabiskan satu atau dua hari membuat tangga dan
mengikatkan jangkar pengait di ujung tali. Tapi mereka akan
segera memanjat dindingmu di seratus lokasi sekaligus. Kau
mungkin mampu mempertahankan kastel untuk sementara
waktu, tapi tempat ini akan jatuh dalam waktu satu jam. Lebih
baik kau membuka gerbang dan memohon?"
?"pengampunan" Aku tahu pengampunan macam apa
yang mereka miliki untukku."
"Ada satu cara."
1067 "Aku orang kepulauan besi," Theon mengikatkan. "Aku
punya cara sendiri. Pilihan apa yang mereka berikan padaku"
Tidak, jangan dijawab, aku sudah cukup mendengarkan
nasihatmu. Pergi kirimkan burung-burung seperti yang
kuperintahkan, dan katakan pada Lorren aku ingin
menemuinya. Juga Wex. Aku mau zirah rantaiku digosok
bersih-bersih, dan garnisunku berkumpul di pekarangan."
Dia sempat mengira sang maester akan membantahnya.
Tetapi akhirnya Luwin membungkuk kaku. "Siap laksanakan
perintahmu." Mereka membentuk kumpulan kecil menyedihkan;
pasukan kepulauan besi hanya segelintir, pekarangan itu luas.
"Orang-orang utara bakal menyerang kita sebelum malam tiba,"
Rajawali Emas 7 115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman Jejak Di Balik Kabut 7
^